Pencarian

Kucing Suruhan 5

Kucing Suruhan Karya S B Chandra Bagian 5


kata Mukti. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Daeng sangat tergugah mendengar kisah ini. Kucing milik sahabatnya sungguh lebih hebat dari dugaannya, bahkan dugaan Sumarta sendiri. Sumarta sendiri pun tidak tahu, apa yang telah dilakukan kucingnya untuk melindungi cintanya terhadap Christine. Tanpa disuruh, karena ia dan Daeng sama sekali tidak mengetahui, bahwa keluarga Subandrio mempergunakan dukun pula untuk membuang pengaruh atas diri anak mereka yang janda muda sangat menarik itu.
Daeng tidak menceritakan, bahwa ia paling mengetahui duduk kejadian itu. Apalagi bahwa kucing itu milik sahabatnya.
"Daeng, aku sakit hati. Dan terus terang aku tidak mampu menghadapi dukun pemilik kucing itu. Aku tidak punya suruhan untuk membalas. Kemampuanku hanya mengobati penyakit. Itu pun tidak semua penyakit. Apakah Daeng dapat menolong?" tanya Mukti.
"Maksud Abang memukul balik?" tanya daeng Mapparuka.
"Begitulah Daeng. Keterlaluan kalau aku tidak membuat pembalasan terhadap orang yang sok jagoan dan juga memang betul sangat hebat itu!"
Daeng tidak segera memberi jawaban. Agak lama kemudian baru dia memberi nasihat pada
Mukti agar melupakan saja soal pembalasan. Kalau pemilik kucing itu sampai dapat firasat bahwa atas dirinya akan dilakukan pembalasan dendam, mungkin ia akan menyuruh kucing itu membunuh Mukti.
"Dalam dunia ini selalu ada yang lebih kuat. Tak ada manusia yang dapat melakukan segala-galanya. Ada kalanya kita harus mengakui kelebihan manusia lain. Kalau kita lawan tambah mencelakakan diri kita sendiri!' Aku tidak sanggup, Bang Mukti. Jangan-jangan nanti aku pula didatangi kucing itu. Dia tentu benar-benar luar biasa," kata Daeng. Mendengar ini Mukti hanya berdiam diri. Daeng tidak bercerita tentang luka-lukanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar kisah dukun Mukti, Sumarta jadi terharu bercampur malu, Sati telah menyelamatkan cinta Christine terhadap dirinya. Jelaslah bahwa Sati selalu membantu dirinya dalam soal keinginannya mempersunting Christine, tetapi tidak mau disuruh membunuh Erwin dan dr Anton.
Daeng Mapparuka mengambil keputusan untuk
membatalkan permintaannya kepada Damar Jati. Bukan tak mungkin hadangan manusia harimau itu baru peringatan. Dan ia masih akan bertindak lagi. Bukan mustahil pula, Sati akan marah, karena ia sendiri sudah tidak setuju melenyapkan nyawa kedua orang tidak berdosa itu.
*** TIGA PULUH DUA DENGAN beberapa plester penutup luka pada mukanya, keesokan harinya Daeng Mapparuka pergi lagi ke P arung hendak menemui guru yang akan membantunya melenyapkan nyawa dr Anton dan Erwin. Tetapi sebelum dia sampai ke pintu gubuk orang pintar yang tidak bisa punya uang itu, beberapa jiran Damar Jati memberita-hu kepadanya bahwa orang tua itu ditimpa musibah. Daeng terkejut dan rasa takut menjalari dirinya kembali. Musibah apa" Apakah ada kaitan pula dengan rencana pembunuhan jarak jauh yang akan dilaksanakan Damar Jati" Apakah harimau berkepala manusia yang menghadang dirinya, juga datang ke mari" Tidak mustahil, karena makhluk itu mengetahui maksud buruk Daeng. Tentu dia pun tahu tentang bantuan yang dipinta Daeng kepada Damar Jati.
Atas pertanyaannya kepada orang yang menceritakan musibah itu, Daeng mendapat jawaban bahwa orang yang ditakuti oleh masyarakat setempat telah didatangi dan ditampar setan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agak lega hati Daeng. Jadi bukan harimau berkepala manusia itu, pikirnya. Tetapi setelah ia berhadapan dengan Damar Jati, hatinya jadi sangat kecut. Bekas gurunya itu membisikkan kepadanya bahwa dirinya didatangi harimau bermuka manusia yang marah sekali kepadanya karena menyanggupi untuk menyingkirkan dua orang tak berdosa.
"Dia marah sekali kepadaku," kata Damar Jati. Lalu dia mengulangi apa kata makhluk yang tiba-tiba sudah ada di dalam gubuknya.
"Engkau Damar, memang punya hati yang terlalu jahat.
Kau punya ilmu tinggi dari jin Rancaeka untuk menyembuhkan penyakit apa saja. Tetapi sebagai imbalannya, kau tidak akan pernah bisa memiliki uang lebih banyak dari kebutuhan hidupmu. Kalau ilmu itu kau gunakan semata-mata untuk menolong sesama manusia, maka kau dapat dinamakan dukun pahlawan yang mau mengorbankan semua kepentingan pribadi demi kepentingan orang banyak. Tetapi kalau kau mau membunuh orang yang tak kau kenal, padahal kau tidak bisa menikmati hasil kerjamu itu, maka kau benar-benar jahat."
Damar berhenti sejenak, kemudian melanjutkan: "Kau tidak kenal pada dokter Anton dan kau pun tidak pernah punya sengketa dengan orang yang bernama Erwin, yang anakku itu. Tetapi kau bersedia membunuh mereka, hanya karena dapat melakukannya dari jarak jauh. Dengan ilmu hitammu. Aku akui kau orang hebat. Dan aku akan menghormatimu kalau kau tidak melakukan kejahatan dengan ilmu itu."
Mendengar ulangan kalimat-kalimat manusia harimau itu kepada Damar Jati, berdiri bulu tengkuk Daeng dan takutnya menjadi-jadi. Apalagi setelah ia mengatakan, bahwa Erwin anak manusia harimau itu.
"Dia mengatakan, bahwa Erwin anaknya?" tanya Daeng ingin penegasan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak keliru Daeng. Pada saat ia datang itu aku hanya terkejut. Aku menghadapinya dengan tenang, karena kupikir itu hanya suatu percobaan atas kekuatan jiwaku. Kucoba melawan dia dengan berbagai mantera. Tidak ada pengaruhnya. Ia malah mengatakan, supaya aku tak usah membaca-baca, karena dia bukan setan atau iblis yang bisa disuruh pergi dengan jampi-jampi. Dalam hati aku merasa salah Daeng, karena aku memang tak kenal pada kedua orang yang akan jadi sasaran itu. Tetapi aku masih coba menggertak dia.
Damar Jati menceritakan, bagaimana dia semula dengan hormat meminta agar tamu itu jangan mencampuri urusannya. Dia pun coba meyakinkan harimau bermuka manusia yang barangkali jin dari Sumatra itu, bahwa kedua orang yang hendak disingkirkan itu tentu telah melakukan kejahatan, makanya orang yang menyuruh itu menghendaki kematian mereka. Tetapi pendatang itu jadi kian marah.
Disebutnya nama dan asalnya. Dia bersumpah bahwa anaknya tidak mungkin melakukan kejahatan terhadap siapa pun yang tidak memusuhinya. Damar Jati mengulangi pula kata-kata harimau itu:
"Kalau dia sampai menodai nama keluarga, maka tak perlu orang lain menghukum dia. Aku, Dja Lubuk anak kandung Raja Tigor yang orang Mandailing tulen, akan mengenyahkan dia dari dunia ini. Mengerti kau! Dia bukan seperti kau yang hanya budak jin!"
Daeng Mapparuka tertarik sekali oleh cerita Damar Jati. Ia tidak sangsi lagi, bahwa harimau yang mendatangi Damar Jati pastilah manusia bertubuh harimau yang kemarin malamnya menghadang dia lalu memecahkan kaca jendela mobil. Dia lalu ingat, bahwa di antara sementara masyarakat memang ada cerita tentang manusia harimau yang selalu didampingi ayahnya, kalau ia dalam keadaan bahaya. Nama Dja Lubuk itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pun pernah didengarnya. Beberapa orang berpengetahuan tinggi pernah membicarakan hal itu.
"Muka mamang itu," kata Daeng tanpa meneruskan kalimatnya.
"Dia menampar aku, karena aku coba menantang," jawab Damar Jati.
"Mereka mengatakan, bahwa mamang didatangi setan,"
kata Daeng. "Aku yang mengatakan, bahwa aku dipukul setan. Malu mau menceritakan bahwa yang datang manusia berbadan harimau. Belum tentu mereka percaya. Lagi pula mereka akan heran, mengapa aku yang sangat terkenal dan ditakuti di sini sampai bisa dipukul manusia berbadan harimau. Mengatakan ditampar setan pun sebenarnya malu. Kenapa aku sampai dapat dikalahkan oleh setan. Tetapi aku tak punya pikiran lain untuk mengurangi rasa malu."
Daeng termenung mendengar kisah yang sangat menakutkan itu. Apakah makhluk itu lebih hebat dari kucing milik sahabatnya" Ia pernah mendengar cerita bahwa menurut hikayat, harimau termasuk cucu kucing. Jadi kedudukan kucing lebih tinggi. Apakah dalam kenyataan juga begitu"
Kemudian Damar Jati bertanya, apa sebab muka Daeng luka-luka Jadi hampir sama dengan dirinya, yang juga luka di pipi kanan oleh kuku harimau yang memukulnya dengan keras sehingga ia jatuh dan menutupi bagian kanan mukanya dengan tangan. Ketika ia sadar dan melihat tangannya berlumuran darah, manusia harimau itu telah pergi.
"Kena kaca jendela mobil mang," kata Daeng. Lalu diceritakannya tentang penghadangan dan pemukulan kaca malam yang lalu. Kedua orang itu menyadari, bahwa manusia harimau yang menyerang itu bernama Dja Lubuk dan yang menjadi sebab juga sama. Karena mereka bermaksud
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membunuh Erwin dan dr Anton atas suruhan seorang Cina kaya yang bernama Jaya Wijaya itu.
"Kita batalkan saja niat itu mang," kata Daeng. "Memang patut Dja Lubuk marah, karena anaknya tidak berdosa. Dan kita tidak mengenalnya. Masih untung kita tidak dibunuhnya.
Dia baik, kita hanya diberi ingat!"
Ketika tiba di rumah, Daeng langsung menceritakan bencana yang menimpa diri Damar Jati. sebagai digerakkan suatu kekuatan gaib, Sumarta bertanya kepada kucingnya apakah ia mengenal manusia harimau yang diceritakan Daeng Mapparuka. Sati menganggukkan kepala. Ia kenal.
Sumarta sangat tertarik dengan pengakuan kucingnya. Dia tahu betapa besar kesetiaan dan cinta kucing ini kepadanya, terbukti dengan penyerangan tanpa disuruh atas diri dukun Mukti yang hendak mengobati Christine dari pengaruh guna-guna. Yang tidak dikehendakinya hanya melakukan kejahatan atas Erwin dan dr Anton yang tidak bersalah itu. Kini Sumarta mau menguji, apakah Sati mau menolong menghadapi makhluk yang mengancam Daeng dan mungkin dirinya itu.
Berkata Sumarta dengan lembut: "Sati, kau telah sangat berjasa padaku, sehingga kita mempunyai banyak uang dan aku akan kawin dengan wanita idaman hatiku. Tanpa bantuanmu, semua ini tidak akan pernah tercapai."
Sumarta diam sejurus sementara kucingnya memandang dengan penuh perhatian dan pada wajahnya kelihatan bahwa ia senang. Rupanya majikannya telah mengetahui apa yang dikerjakannya tanpa perintah.
"Daeng yang sahabatku dan juga sahabatmu dalam keadaan bahaya. Ia telah diancam harimau berkepala manusia. Mungkin aku juga dalam bahaya serupa. Barangkah harimau aneh itu akan datang kemari membunuh Daeng dan aku!" Setelah diam sebentar, Sumarta melanjutkan: "Apakah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kau akan membiarkan harimau ajaib itu membunuh Daeng dan aku?"
Melihat Sati diam saja, Sumarta mengulangi pertanyaannya. Setelah menatap muka tuannya, kucing itu menggeleng. Tentu saja Sumarta jadi sangat gembira. Kalau harimau itu datang, Sati akan menghadapinya. Dan dia yakin, Sati akan menang, walaupun harimau lebih besar dan lebih kuat dengan kuku-kukunya yang sangat tajam. Sati punya kesaktian, yang belum tentu dimiliki harimau itu. Lagi pula kepalanya hanya kepala manusia dengan mulut, gigi, hidung dan mata manusia. Sati yang cerdik tentu akan menerkamnya di bagian mukanya yang empuk seperti ia menerkam dukun Mukti. Atau Sati akan mencari kesempatan menggigitnya di bagian muka itu atau di mana saja, yang akan membuat dia ternganga terus seperti Jaya Wijaya. Kemudian terpikir oleh Daeng untuk mempergunakan Sati lebih daripada hanya bertahan. Dikatakannya kepada Sumarta yang lalu menanyai kucingnya apakah dia mau mendatangi harimau berkepala manusia itu dan membinasakannya. Atau sekurang-kurangnya membuat dia jadi lumpuh.
"Kau tentu mau ya Sati. Dan kau akan menang. Karena kau neneknya dan mempunyai kesaktian pula. Itu lebih baik daripada kita sewaktu-waktu bisa didatanginya. Tetapi kucing itu tegas-tegas menyatakan tidak suka. Dia menggeram dan bulu-bulunya semua berdiri menandakan dia amat marah.
Mungkin terpikir olehnya mengapa kedua orang itu begitu jahat, tidak kenal puas. Sudah dikatakannya bahwa ia akan melindungi kalau harimau itu datang, kini dia pula diminta mendatangi si harimau dan menyerangnya.
"O, kau tidak mau mendahului," kata Sumarta menunjukkan pengertiannya agar Sati reda kembali. "Bagus, itu sifat yang baik. Kalau orang tidak menyusahkan kita lebih dulu, kita tidak boleh melakukan kejahatan terhadap orang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kita hanya perlu waspada!" Bulu kucing itu rebah kembali. Dia masih menggeram tetapi perlahan.
Sumarta dan Daeng sepakat untuk mengembalikan uang porsekot yang sudah mereka terima dari Jaya Wijaya. Bukan rezeki, kata Daeng, banyak sumber lain akan mengganti apa yang tak jadi diterima.
Kedatangan mereka di rumah Jaya Wijaya semula disambut dengan ramah, tetapi setelah Jaya Wijaya dan saudaranya Jaya Darmawangsa mengetahui, bahwa mereka hanya hendak menyampaikan permintaan maaf, tidak sanggup melaksanakan tugas serta mengembalikan uang panjer, kedua orang itu jadi muram. Bagaimana benarkah kehebatan kawan dr Anton itu, sehingga kedua dukun yang mempunyai kucing suruhan ini tidak sanggup menghadapi mereka. Atau pertanyaan Jaya Wijaya, mengapa muka Daeng luka-luka, ia hanya mengatakan, bahwa itu hanya akibat kecelakaan. Taksi yang ditumpanginya tabrakan dan ia yang duduk di samping supir kena pecahan kaca. Ia tidak menceritakan tentang harimau berkepala manusia yang menghadang dirinya dan mendatangi serta menampar gurunya Damar Jati.
Meskipun hati sangat mendongkol, Jaya Wijaya tidak berani marah-marah, karena ia sudah mengalami kemampuan kucing yang pernah menyerang dan kemudian menyembuhkannya.
"Apakah kucing bapak tidak bisa disuruh menyerang dokter atau kawannya itu?" tanya Jaya Wijaya.
"Dia tidak mau!" jawab Sumarta. Mendengar ini Jaya yang boss pantang dibantah itu merasa aneh dan mulai emosionil.
Katanya: "Masa kucing yang milik bapak sendiri tidak bisa disuruh. Kan bapak yang jadi bossnya. Dia seharusnya menerima perintah bapak, kan." Ia sudah mulai tak dapat menahan diri. Pada saat itu ia lupa, bahwa kucing itu pernah membuat dia jadi lebih buruk daripada menemui kematian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, bapak tentu bisa menyuruh dia. Kan dia pernah menggigit saya, sampai saya katanya berbulan-bulan mangap terus-terusan. Tentu dia juga bisa menyerang kedua orang itu.
Kalau tidak mati, ya bikin seperti saya dululah," kata Jaya Wijaya.
Sumarta dan Daeng tak sanggup mengatakan berterus terang, bahwa kedua orang itu tidak bersalah. Lain halnya dengan Jaya Wijaya.
"Barangkali bapak sebetulnya mau minta bayaran lebih tinggi. Bilang saja terus terang, saya akan membayar.
Pokoknya itu dua bangsat dibikin mati atau tidak ada gunanya hidup lagi." Selesai mengatakan itu, Jaya masuk dan keluar lagi dengan dua berkas uang lagi senilai dua puluh juta.
"Persekotnya saya tambah. Lakukanlah. Di mana bisa cari uang segampang ini," kata Jaya Wijaya yang dengan segala cara telah menjadi kaya raya itu.
Daeng ngiler, Sumarta juga kepingin memiliki uang itu, tetapi tidak berani menjamahnya. Yang menentukan sebenarnya Sati, bukan dia atau Daeng.
"Tidak sanggup tuan," kata Sumarta. Jaya Wijaya jadi marah sekali dan tanpa kuasa mengekang lidahnya menyuruh kedua orang itu pulang. Ini kali tidak diberi minum, apa lagi yang namanya biskuit impor dari Holland dan England. Dan kedua orang itu pergi. Dengan perasaan malu, tetapi juga disertai sakit hati diperlakukan begitu.
Dalam keadaan sangat marah, karena sekali ini uangnya tidak dapat mencapaikan kehendak hati, ia memerintah bodyguardnya untuk mengumpulkan beberapa "pekerja kasar" nya untuk menerima instruksi langsung dari dia. Kedua orang yang dikehendakinya mati itu, harus mati. Harus.
Kegagalan dua orang jagoannya harus ditebus.
*** Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
TIGA PULUH TIGA
TAK kurang dari empat orang jagoan Jaya Wijaya yang hanya punya tugas memukul atau membunuh saingan dan musuhnya dipanggil menghadap untuk menerima perintah.
Tidak selalu mereka dipanggil oleh Jaya Wijaya sendiri, sebab mereka mempunyai kepala bagian yang biasanya memutuskan segala keinginan sang majikan. Yang disuruh menghadap bukan kepalang tanggung. Empat orang top, yang paling dipercaya dan paling dapat diandalkan. Mereka belum pernah gagal dalam melakukan segala kewajiban. Dan yang empat orang ini punya nama khusus yang diberikan oleh Jaya Wijaya sendiri. A Siong, Bun Kiauw, Chris dan Dirman. Tugas-tugas sangat berat selalu mereka laksanakan bersama. Mereka lebih dikenal dengan kelompok A " B " C dan D. Jaya Wijaya selalu menganggap bahwa di antara semua komplot penjahat di ibukota, kelompok empat inilah yang paling disegani.
Jaya Wijaya langsung saja memberi tahu kemudian mengeluarkan perintah apa yang mereka harus lakukan. Tidak boleh gagal. Tidak boleh sampai diketahui identitas mereka.
Kalau sampai tertangkap harus memilih mati daripada mengaku. Kalau sampai buka rahasia kepada polisi, maka mereka pasti akan menemui ajal oleh orang-orang Jaya Wijaya yang ada di mana-mana. Mereka juga tidak boleh bertanya kepada boss-nya mengapa sasaran harus dibunuh. Walaupun ada honor bulanan, tiap melaksanakan tugas berat, mereka selalu dapat bonus. Itulah pula enaknya jadi pembunuh bergaji tetap pada Jaya Wijaya.
Alamat dr Anton diberi tahukan kepada mereka, tetapi di mana kawannya tinggal, harus mereka selidiki sendiri. Dengan menyergap sang dokter, pasti alamat orang yang telah memperlihatkan kehebatannya itu akan diketahui. Tanpa ragu-ragu akan keberhasilan, keempat orang berjanji, bahwa segala
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perintah akan dapat mereka selesaikan paling lambat dalam masa tiga hari kalau kedua sasaran ada di kota.
*** SANGAT panas hati oleh kekasaran Jaya Wijaya yang kemudian mengusir mereka, Sumarta dan Daeng Mapparuka sepakat untuk kini berba-lik gagang. Menyampaikan niat jahat orang kaya itu kepada dr Anton untuk kemudian diteruskan kepada sahabatnya, yang anak Dja Lubuk itu. Mereka langsung ke rumah dr Anton dan menceritakan seluruh rencana Jaya Wijaya, termasuk diri mereka sendiri yang hampir terlibat dalam maksud jahat itu. Mereka tidak dapat berbuat lain daripada menyelipkan suatu kebohongan, bahwa mereka pun telah diminta bantuan oleh orang kaya itu, tetapi mereka menolak.
Dr Anton mengucapkan terima kasih atas pemberian ingat itu.
"Kabar yang disampaikan kepada saya ini membuat risiko untuk bapak-bapak," kata dr Anton. "Kalau dia tahu, maksud jahatnya dibocorkan, pasti ia akan membalas dendam pada bapak-bapak."
"Itu risiko kami. Sangat berdosa kalau kami tidak menyampaikannya kepada dokter," kata Daeng Mapparuka yang jadi juru bicara.
Setelah kedua tamu itu pulang, dokter Anton bergegas ke rumah Erwin, menyampaikan rencana Jaya Wijaya terhadap mereka. Mendengar itu, Erwin yang biasanya penyabar, kontak naik darah. Dia tak punya sangkut paut dengan Jaya Wijaya. Namun begitu, sewajarnya dialah yang membenci orang sangat kaya keturunan Cina itu, karena ia memperoleh harta-hartanya melalui berbagai jalan busuk. Di antaranya dengan menyogok pejabat yang mau jual diri, mau membantunya dalam melakukan tindak kejahatan yang sangat merugikan bangsa dan negaranya. Kalau mau dinama kan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesalahan, maka satu-satunya kesalahan Erwin hanyalah karena ia melumpuhkan dua orang bayaran Jaya Wijaya yang hendak menculik dr Anton. Ia masih ingat nama kedua handalan itu, yang tinggi tegap Alfonso dan yang kerempeng Agus. Tetapi dia melakukan pelumpuhan atas diri mereka semata-mata karena membela diri dan membela sahabatnya dr Anton.
"Jaya Wijaya telah meminta tolong kepada Daeng dan Sumarta untuk membunuh kita dengan mempergunakan kucing sakti yang menyembuhkan Cina itu," kata dr Anton.
Manusia harimau itu tahu, bahwa kucing itu tidak boleh dipandang enteng. Dia telah membuktikan kemampuannya dalam dua perkara besar. Pertama menyerang Jaya Wijaya sehingga berbulan-bulan tidak mengenal orang dan mulutnya menganga terus. Dia pula telah membuktikan dapat menyembuhkan orang yang dicederainya itu. Lebih daripada itu dia tahu pula, bahwa menurut hikayat sesungguhnyalah kucing merupakan nenek bagi harimau.
Atas permintaan dr Anton, akhirnya Erwin tidak dapat menolak untuk tinggal di rumah dokter yang dalam bahaya itu. Erwin dapat memastikan, bahwa orang kaya itu pasti akan mempergunakan orang-orang bayaran lagi. Seperti pernah dilakukannya dalam usaha menculik dr Anton. Tetapi yang ini tentu akan lebih ampuh daripada Alfonso dan Agus.
*** LYDIA Savatsila melihat kegiatan di rumah Jaya Wijaya, tetapi tidak mengetahui persis apa rencana laki-laki itu, karena ia tidak dibenarkan hadir, bahkan tidak boleh lagi memakai telpon. Dia hanya dapat menduga-duga saja. Ia melihat Daeng dan Sumarta disuruh pergi oleh Jaya Wijaya. Ia juga dapat memandang dari jauh, bahwa orang kaya yang mengontrak dirinya itu bicara dengan empat laki-laki yang kesemuanya sudah dikenalnya sebagai anak buah Jaya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan keras. Ia ingin memberitahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada dr Anton bahwa nyawanya kian terancam, tetapi tidak mengetahui bagaimana caranya. Hatinya gelisah, sehingga malam itu tidak dapat tidur. Tetapi tanpa diduga, ia merasa didatangi oleh kakeknya yang tinggal di Mae Taeng diluar Chiangmai. Ia tidak tahu, apakah itu mimpi atau penjelmaan kakeknya yang memang mempunyai ilmu sangat tinggi itu.
"Kau tak usah risau. Kedua orang itu dapat menjaga keselamatan diri mereka. Kalau sudah selesai, ajaklah orang yang bernama Erwin itu ke negeri kita. Aku ingin ngomong-ngomong dengan dia. Dia orang sangat baik dan mempunyai kemampuan yang amat tinggi. Aku suka pada orang muda yang malang itu!" kata kakeknya yang dikenal dengan sebutan Rama.
Oleh takjub dan masih ragu-ragu apa sebenarnya yang terjadi, Lydia tidak berkata apa pun, sehingga kakeknya itu lenyap kembali. Dia menyesal mengapa dia tidak bertanya apa-apa yang ingin diketahuinya. Tetapi dia ingat betul apa yang dikatakan orang tua yang amat sakti itu. Ia girang di dalam hati, tak dapat dikatakan kepada orang lain, karena tidak ada orang yang akan menampung ceritanya itu.
Oleh penjagaan yang amat ketat, Lydia tidak melihat cara bagaimana ia memberitahu dr Anton tentang apa yang dilihatnya dan ditafsirkan sebagai rencana jahat Jaya Wijaya.
Lama kemudian baru ia menemukan akal, bagaimana menghubungi dokter itu. Dibuatnya surat ringkas. Melalui tukang masak yang diketahuinya sangat sayang kepadanya, surat itu sampai juga ke tangan dokter Anton. Bukan kabar luar biasa, karena Daeng Mapparuka dan Sumarta telah mengabarkannya lebih dulu. Namun dari surat itu ia tidak ragu-ragu lagi, bahwa Lydia memang cinta padanya. Hal ini disampaikannya kepada Erwin.
"Kita harus menyelamatkannya Er," kata dr Anton kepada sahabatnya. Diterangkannya, bahwa wanita yang dicintainya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam keadaan bahaya. Kalau terlambat mungkin tidak akan tertolong lagi.
"Aku tak mungkin meminta bantuan kepada Polisi, karena tidak mempunyai bukti bahwa nyawanya terancam. Lagi pula, Jaya Wijaya itu dipandang terhormat dan dipercayai. Polisi akan menertawakan kita, bahkan mungkin mempunyai sangka buruk terhadap diriku. Aku tidak punya sangkut paut dengan wanita itu. Bukan famili. Sedangkan perasaanku terhadap dirinya saja pun harus dirahasiakan. Baru kau yang mengetahuinya Er," kata dr Anton. Sahabatnya.tidak menanggapi. Tetapi diam-diam dia berpikir bagaimana mengeluarkan Lydia dari rumah Jaya Wijaya. Rumah itu dijaga ketat. Kalaupun bisa diterobos, lalu Lydia dibawa keluar, maka Jaya Wijaya akan mengadukan hal itu sebagai suatu penculikan.
Sedang dr Anton kebingungan dan Erwin mencari jalan keluar, mendadak terdengar suara seekor kucing yang tak lama kemudian telah menampakkan diri di ruang tempat kedua sahabat itu berunding.
Sebenarnya masuknya kucing ke sebuah rumah bukan pemiliknya bukan hal yang aneh. Kucing termasuk binatang yang kadang-kadang bertandang ke rumah tetangga, walaupun di rumah itu tidak selalu ada kucing. Tetapi karena yang datang ini tak lain daripada kucing yang sudah dikenal dr Anton dan Erwin, maka mereka merasa heran dan agak terkejut. Apakah kehendak kucing aneh dengan ilmunya yang melebihi dukun biasa itu"
Tanpa ada yang menyuruh, tetapi mungkin ada suatu kekuatan yang menggerakkan, Anton mempersilakan kucing itu duduk di sebuah kursi. Dan "tamu" itu langsung melompat ke atas kursi yang ditunjukkan oleh tuan rumah.
"Aku telah mengenal sahabat kita ini," kata dr Anton.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Erwin, yang seperti Anton juga merasa aneh atas kunjungan kucing yang sudah dikenalnya ini spontan berkata:
"Selamat datang. Aku merasa senang, kita bertemu lagi!"
pada pandangan kucing itu kelihatan, bahwa ia merasa senang dengan sambutan Erwin. Heran mendengar ucapan Erwin, dokter Anton memandang sahabatnya tanpa tanya.
Erwin menerangkan, bahwa ia sudah pernah kenal dengan neneknya itu. Mana mungkin dia lupa. Kucing inilah yang tempo hari datang ke gubuknya dan melarang dia mengobati Jaya Wijaya. Oleh karena ia mau memberi kesempatan kepada Sumarta untuk mendapat uang guna memperbaiki nasib dan kemudian melamar Christine.
"Adakah sesuatu yang dapat kuperbuat untukmu, sahabat?" tanya Anton.
Kucing itu hanya memandang. Ia ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak dapat bicara.
Erwin bertanya: "Sahabat disuruh seseorang datang ke sini?"
Kucing suruhan itu menggeleng.
"Apakah kedatangan sahabat punya hubungan dengan maksud jahat Jaya Wijaya terhadap diri kami?" tanya Erwin meneruskan.
Kucing itu memandang lurus-lurus ke muka Erwin, kemudian mengangguk.
"Aku ingin bertanya, tetapi sahabat jangan marah," kata Erwin lagi, "Apakah sahabat pernah disuruh membinasakan kami?" Setelah diam sejenak, kucing itu mengangguk.
"Majikanmu yang menyuruh" Sekali lagi, kuharap sahabat jangan marah. Bukankah kita bersahabat dan sebenarnya sahabat nenekku, bukankah begitu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kucing itu tidak menggeleng, tidak pula mengangguk.
Rupanya dia tidak mau berdusta, tetapi juga tidak mau membuka rahasia majikannya.
"Sahabat menolak bujukan untuk menganiaya kami?" tanya Erwin. Tanpa ragu-ragu kucing itu mengangguk.
"Tahukah sahabat, siapa-siapa yang akan menyusahkan atau bahkan membunuh kami?" Kucing itu mengangguk lagi.
Dia sudah tahu.
Oleh karena Sati merupakan kucing seperti kucing-kucing biasa lainnya, dr Anton memberanikan diri mengelus-elus binatang itu. Cara menunjukkan sayang dan sikap bersahabat dengannya. Dan Sati pun menggosok-gosokkan kepalanya ke tangan Anton.
"Karena kita bersahabat, bolehkah aku mohon bantuanmu?" tanya Erwin.
Melihat kucing itu memberi tanda setuju, Erwin berkata lembut: "Maukah nenek menyerang satu di antara orang-orang Jaya Wijaya itu sebagaimana nenek pernah menggigit Jaya Wijaya" Ini hanya permohonan. Kalau nenek keberatan melakukannya dan tidak mau melibatkan diri, Kita tetap bersahabat," kata Erwin.
Kucing itu mendekati Erwin, lalu mengangkat kedua kaki depannya, diletakkan di atas bahu kiri Erwin. Kemudian ia menjilat pipi laki-laki yang dukun dan manusia harimau itu.
Erwin tahu, bahwa itulah cara kucing memperlihatkan rasa sayangnya. Barangkali juga ia hendak menyatakan kasih sayang nenek kepada seorang cucunya. Setelah itu Sati melompat ke lantai, berjalan ke pintu. Tiba di ambang pintu ia menolak lagi sebentar, memandang Erwin kemudian Anton, lalu pergi.
Kedua orang, dokter dan dukun yang sudah jadi sahabat akrab itu membicarakan kehebatan Sati dengan segala macam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemampuannya, yang kesemuanya merupakan bukti bahwa ia memang bukan hanya kucing suruhan tetapi juga kucing yang mempunyai kesaktian.
*** KARENA Jaya Wijaya menjanjikan bonus besar, maka keempat pembunuh bayaran yang harus melenyapkan Erwin dan Anton pada malam itu mengadakan tukar pendapat dan mengatur siasat, cara bagaimana melaksanakan missi itu dengan berhasil, tetapi juga tanpa risiko. Mendengar cerita dari Agus dan Alfonso, yang harus mereka perhitungkan sebenarnya hanya satu orang, yaitu Erwin yang jadi pelindung dokter Anton.
Sedang mereka asyik berunding itulah, pintu diketuk orang pelan-pelan membuat keempat orang itu saling pandang.
*** TIGA PULUH EMPAT
SEORANG di antara keempat penjahat itu membuka pintu perlahan-lahan, sementara yang tiga lainnya siap siaga dengan senjata di tangan masing-masing. Aneh, tak ada seorang pun di luar. Lalu siapa yang mengetuk pintu tadi"
Mereka saling tanya tanpa seorang pun mampu memberi jawaban yang positip. Akhirnya mereka sependapat, bahwa ketukan itu hanya pendengaran mereka. Sebenarnya tidak ada ketukan. Mereka meneruskan perundingan bagaimana caranya mereka akan masuk ke rumah dokter Anton pada tengah malam, memaksanya memberi alamat Erwin yang juga harus dibunuh. Setelah alamat diperoleh, dokter itu akan mereka bunuh. Bukan dengan senjata api, tetapi dengan sebilah pisau. Bukan ditusukkan ke jantungnya, melainkan digunakan sebagai alat pengerat lehernya sehingga putus. Kepala itu akan mereka bawa ke tempat tinggal Erwin untuk diperlihatkan kepadanya. Erwin akan mereka bunuh dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cara yang sama. Kepalanya akan digabung bersama kepala dr Anton dan kedua-duanya diperlihatkan kepada Jaya Wijaya sebagai bukti bahwa tugas telah mereka laksanakan dengan baik. Lalu mereka akan membaca berita-berita besar dalam semua harian ibukota tentang pembunuhan dua manusia berlainan tempat dengan kepala masing-masing dibawa oleh para pelakunya. Akan ditulis bahwa para pembunuh yang amat sadis itu sedang dicari oleh Polisi yang menjanjikan pasti akan dapat mengungkap kejahatan teramat kejam ini dalam waktu singkat. Dan mereka akan tertawa terbahak-bahak bersama yang memberi perintah sambil minum-minum dalam suasana amat gembira, karena yakin bahwa polisi tidak akan pernah mampu membongkar rahasia itu. Mereka tahu, bahwa Kepolisian mempunyai sejumlah anggota yang amat pintar dan gesit,-tetapi penjahat-penjahat seperti mereka tidak akan dapat mereka tangkap. Mereka sangat ahli di dalam bidangnya. Licik dan Iihay. Sampai kini mereka belum pernah ditahan, padahal mereka sudah beberapa kali melakukan kejahatan berupa penganiayaan berat bahkan aniaya sampai mati.
Keempat orang itu minum-minum, sebagaimana biasa mereka lakukan kalau hendak melakukan operasi. Secara sangat tiba-tiba seekor kucing melompat ke atas meja yang mereka hadapi.
"Hei, dia mau turut bergembira dengan kita!" kata seorang.
Dan semua tertawa. Walaupun mereka pembunuh-pembunuh yang bisa berdarah sedingin es, namun kebetulan tak ada seorang pun di antara mereka yang membenci kucing.
Mereka jadi senang mendapat teman yang tidak diundang dan tidak diduga itu. .
"Sayang kita tidak punya nasi dan ikan atau ayam goreng untuknya," kata yang lain.
Ada pula yang menyela: "Aku baru sekarang melihatnya.
Apakah dia memang sejak tadi ada di sini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak ada yang tahu pasti. Tetapi mereka tidak memikirkannya lebih jauh. Kehadiran seekor kucing toh tidak menimbulkan kerugian. Dia tidak tahu apa yang dibicara dan direncanakan. Paling-paling dia merasa heran, mengapa keempat orang itu begitu senang.
"Siapa namamu?" tanya seorang penjahat dengan ramah sambil mengelus-elus punggung binatang itu. Dan dia mengeong lembut, menandakan senang.
Dan sesungguhnya kucing itu memang senang dengan keramah tamahan orang-orang itu. Sayang sekali, dia yang bernama Sati yang sudah menjadi sahabat si manusia harimau Erwin, amat mengetahui, bahwa keempat orang ini hendak membunuh dua orang yang tidak punya salah, bahkan tidak punya hubungan apa pun dengan orang-orang yang ramah padanya ini. Kalaulah mereka bukan penjahat, atau biarpun penjahat tetapi tidak punya niat buruk terhadap orang-orang yang disukai Sati, maka mungkin mereka masih bisa bersahabat. Sati sendiri menyesali, mengapa keadaan harus begini. Kalau dia dapat mengatakan kepada mereka supaya jangan meneruskan niat jahat itu. Dia akan mengatakannya.
Tetapi dia tidak dapat bicara. Tetapi pula, andaikata dia dapat bicara dan mengatakan kehendak hatinya kepada keempat orang itu, belum tentu pula mereka mau menurut. Jangan-jangan mereka jadi memusuhi dirinya.
Walaupun ia hanya seekor kucing, namun Sati harus menguatkan hati untuk melaksanakan mission yang dibawanya. Kalau tidak karena punya suatu maksud, ia tidak akan sampai masuk ke dalam kamar para penjahat itu. Dia menduga, bahwa dia akan berhadapan dengan orang-orang yang beringas, yang mungkin akan menendangnya, tetapi kenyataan jauh berbeda daripada itu.
Orang yang paling penyayang kucing di antara keempat orang itu mengatakan kepada kawan-kawannya bahwa ia mau pergi sebentar membeli nasi dan ikan untuk "tamu" mereka itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan semuanya menyetujui. Sati tahu apa yang mereka katakan dan ia jadi terharu. Begitu baiknya mereka kepada kucing, yang jelas terhadap dirinya. Oleh kebingungan yang menerpa hatinya, maka Sati melompat ke lantai, menunggu kesempatan ketiga penjahat yang tinggal itu tidak memperhatikan dirinya, lalu ia menghilang.
Ketika penjahat yang membeli nasi dan ikan untuk kucing itu kembali, mereka sama-sama heran. Kucing itu sudah tidak ada. Karena di ruangan itu tidak banyak perabotan, maka dia tak mungkin bersembunyi. Mereka memanggil-manggil dengan menyebut "pus, puuus," tetapi tiada jawaban dan binatang itu tidak memperlihatkan diri. Kini mereka jadi bertambah heran dan saling pandang. Apakah kucing itu pandai membuka pintu sendiri tanpa mereka ketahui, kemudian pergi. Yang pasti, ketika kawan mereka pergi membeli nasi, kucing itu masih ada di sana. Pasti, ia masih ada. Mereka tidak memikirkan kemungkinan yang tidak masuk akal, karena mereka tidak pernah mengetahui, bahwa Jaya Wijaya pernah digigit kucing sehingga berbulan-bulan menggeletak di rumah sakit dengan mulutnya yang terus menganga.
Tetapi kemudian ada seorang di antara mereka yang berkata: "Kucing siluman barangkali!" Dua orang tertawa mendengar, yang seorang lagi diam seperti berpikir. Tidak memberi tanggapan.
Kemudian mereka meneruskan perundingan untuk mematangkan dan memantapkan cara bekerja. Mereka kini terkejut, karena kucing yang sudah tidak ada tadi, mendadak telah melompat pula ke atas meja. Tetapi sikapnya kini berlainan bahkan berlawanan dengan beberapa saat yang lalu.
Kini ia tidak memperlihatkan keramahan. Badannya melengkung ke atas dengan bulu-bulunya berdiri lurus. Yang tadi berkata kucing siluman dan kawannya yang diam berpikir mendengar itu, sekarang jadi benar-benar sangat takut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kucing ini benar binatang siluman dan dia bisa lebih berbahaya daripada petugas keamanan dengan senjata siap tembak di tangan.
"Mengapa dia begitu?" tanya seorang penjahat yang berkepala dingin, walaupun dia sangat heran dan turut terkejut dengan kejadian yang amat aneh ini. Tidak ada yang memberi jawaban.
"Apakah dia kucing yang disuruh oleh orang yang akan kita datangi?" tanya penjahat yang tadi diam dan berpikir.
"Mustahil!" jawab kawannya yang berkepala dingin walaupun kaget.
Tanpa memberi pertanda apa-apa Sati melompat menerkam muka orang itu, mencakar hidung dan matanya, lalu membenamkan giginya ke leher penjahat yang jadi sangat panik itu. Bukan dia saja, ketiga kawannya pun terbengong-bengong oleh tindakan Sati yang amat mendadak dan bukan saja tidak memberi kesempatan berpikir, tetapi juga tidak memberi kesempatan berbuat apa-apa. Mereka bukan memberi bantuan, tetapi sebaliknya pada surut dan mempersaksikan sebagai melihat suatu peristiwa yang amat aneh dan mendebarkan hati. Bahkan seperti mau tahu, bagaimana kesudahannya. Mereka juga seperti terpukau, tidak dapat berbuat lain daripada hanya melihat, padahal kawan mereka yang biasanya sangat berani itu telah minta tolong.
Setelah merasa cukup menggigit leher mangsanya, Sati melompat lagi ke atas meja, sementara korban gigitannya roboh seperti karung goni tanpa isi ke lantai, lalu menggelosoh di sana, tanpa mendapat bantuan dari ketiga kawannya.
Kini kucing itu memandang ke arah ketiga penjahat yang berkumpul berdekatan, seolah-olah dengan begitu mereka merasa agak aman. Sama halnya dengan orang-orang senasib, yang suka berkumpul karena merasa serasi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka sama-sama takut, tidak tergerak hati mereka untuk mencabut pistol dan menembak kucing yang mengganas secara mendadak dan tidak diketahui apa sebabnya. Sati sedang teringat kepada permintaan Erwin, kalau dia sudi membinasakan seorang di antara musuh mereka. Ia telah melaksanakannya. Tetapi ia ingin berbuat lebih daripada yang dipinta Erwin.
Setelah sejurus menatap ketiga penjahat yang penggemar kucing itu, Sati melompat lagi ke muka seorang dari mereka dan melakukan sama seperti yang dilakukan terhadap orang yang sudah terkapar di lantai. Kali ini kedua penjahat yang tidak diserang, bukannya memberi bantuan, tetapi menjauhkan diri. Berdua mereka berdiri di pojok, seolah-olah di sana tempat yang paling aman. Dengan hati kecut mereka melihat kucing itu mengerjai kawan mereka yang menerima giliran itu. Leher korban ini pun digigit, sehingga menyebabkan darah menyembur, memerahi baju korban untuk kemudian roboh tanpa daya ke lantai.
Kini Sati memandang lagi, matanya memandang lurus-lurus ke arah dua penjahat yang berdiri ketakutan. Seakan-akan mereka pun hanya menunggu giliran tanpa dapat berbuat apa-apa untuk menghindarinya. Takut yang amat sangat bisa membuat orang tak dapat mengeluarkan suara, menjadi seperti bisu. Tetapi kalau takut itu sampai ke puncaknya, kadang-kadang ada kekuatan gaib yang memberi kekuatan kepada orang yang ketakutan itu. Inilah yang terjadi pada salah seorang di antara kedua penjahat itu. Ia memohon dengan suara terbata-bata agar mereka diampuni, karena mereka tidak merasa punya salah.
Bagaikan mengerti Sati melompat ke lantai, pergi ke pintu, kemudian menghilang tanpa terbukanya pintu itu. Agak lama juga kemudian, baru kedua kawanan yang dibayar Jaya Wijaya itu merasa bahwa mereka telah lolos dari nasib buruk seperti yang menimpa kawan-kawan mereka. Dan kini baru
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedua orang yang hendak membunuh dr Anton dan Erwin bergerak melihat kedua rekan mereka yang setengah tubuh bermandikan darah. Sudah matikah kedua orang itu" Ternyata tidak.
Napas mereka turun naik dengan kencang, mulut ternganga lebar. Mata kedua korban itu tidak berkedip, terus menerus membelalak tanpa mengeluarkan kata barang sepatah pun. Mengeluh pun tidak. Pemandangan itu mengerikan sekali. Mereka jadi gemetaran ketika membayangkan, bahwa mereka juga akan begitu, kalau sampai diterkam, dicakar dan digigit oleh kucing yang bagaikan drakula itu. Terlintas dalam hati mereka, apakah binatang itu sesungguhnya drakula peminum darah yang menyamar sebagai kucing. Mendadak mereka memandang ke seputar diri mereka. Benarkah kucing setan atau kucing drakula itu telah pergi" Ataukah dia masih ada di kamar itu, hanya tidak mau memperlihatkan diri untuk nanti secara tiba-tiba melompat kembali ke atas meja untuk menerkam kedua orang yang masih utuh dalam bentuk tubuh tetapi sudah hancur di dalam semangat hidup!
Kedua penjahat yang sudah kehilangan modal itu berbisik-bisik, seolah-olah takut pembicaraan mereka didengar orang, setidak-tidaknya didengar kucing setan itu. Padahal tadi mereka tertawa terbahak-bahak dan begitu yakin akan keberhasilan mission mereka.
"Bagaimana?" tanya penjahat yang bertubuh pendek tetapi kekar. "Kita tidak aman di sini!"
"Sebaiknya kita pergi!" jawab yang bertubuh atletis dan oleh kawan-kawannya sering digelarkan si ganteng. Dia pantas mendapat gelar itu, karena potongan badannya memang bagus, mukanya juga menarik dengan kumis tipis menghias mulutnya.
"Ke mana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lapor kepada boss!"
"Bagus, kita ajak dia kemari, biar dia lihat sendiri."
"Bagaimana kedua kawan kita ini?"
"Tak mungkin kita urus, sedang nyawa kita saja belum tentu!"
Ketika si kekar memegang gagang pintu untuk membukanya, mereka jadi pucat pasi karena sangat terkejut dan lebih takut dari tadi. Suara harimau mengaum di dalam kamar itu. Benar suara harimau, mereka tidak keliru. Pintu tak jadi dibuka, karena tangan si kekar pun sudah lemas. Apakah artinya semua ini" Tadi kucing yang semula jinak, mendadak jadi sangat garang dan membinasakan dua kawan mereka.
Kini suara harimau.
"Matilah kita sekali ini," bisik si kekar tanpa berani menoleh.
Si ganteng yang biasanya berhati jahat, tetapi tak ubahnya sebagai bayi, tidak menyahut. Kedua-duanya sudah pasrah.
Mereka akan dicabik-cabik harimau dan mungkin akan dijadikan santapan. Harimau siluman, tentu siluman. Seperti kucing itu. Kalau harimau biasa, mana mungkin menadadak ada di dalam kamar itu. Ini tentu kucing dan harimau yang bisa masuk melalui tembok tanpa merusaknya. Dalam hati kedua orang itu sama berpikir, bahwa segala keadaan yang amat mengerikan ini tentu punya kaitan dengan kedua orang yang akan mereka bunuh. Seharusnya mereka menolak perintah Jaya Wijaya, walaupun mereka pasti dipecat.
Bukankah Alfonso dan Agus sudah menceritakan betapa hebatnya orang yang bernama Erwin itu. Tentulah kucing dan harimau yang mengaum ini suruhan Erwin.
Sekali lagi terdengar harimau mengaum. Persis di belakang mereka. Mereka menanti kematian yang amat mengerikan.
*** Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
TIGA PULUH LIMA
KEDUA penjahat itu ingin menjerit, minta tolong atau minta ampun, tetapi kerongkongan terasa sangat kering. Tak kuasa bersuara. Tiada lain dari pada kematian yang akan menimpa diri. Tak sempat lagi mengenang sejenak keberanian dan kebrandalan serta kebrutalan mereka di'masa silam. Hampir tak pernah mereka merasa kasihan terhadap sesama manusia yang harus jadi sasaran, baik selagi masih bekerja bebas maupun setelah berikat kontrak dengan Jaya Wijaya yang punya jaring-jaring amat luas guna menangguk atau menyergap segala mangsanya. Dari pejabat yang kelihatannya sangat terhormat sampai kepada orang kecil yang kerjanya hanya menjaga keamanan lingkungan sebagai ronda malam.
Tetapi mengapa mereka yang tinggal di Jakarta harus mati dibunuh harimau dan kemudian pindah ke dalam perutnya.
Inikah yang dinamakan hukum karma" Bahwa di dunia ini apa saja pun dapat terjadi, walaupun tak masuk pada akal manusia" Karena sebenarnyalah Tuhan maha kuasa dan dapat berbuat apa saja kehendakNya"
Auman yang amat mengerikan itu kemudian berganti dengan dengus pendek-pendek. Harimau itu mau membuktikan dengan cara yang lebih jelas, bahwa dia ada di sana dan bagaikan menantang kedua insan itu, kalau-kalau masih mau berhadapan dan uji tenaga untuk
mempertahankan kehidupan.
"Mengapa takut?" tiba-tiba tanya satu suara. "Bukankah kalian tidak pernah merasa gentar dan tak pula pernah memberi ampun kepada korban-korban kalian yang mau menyerahkan segala harta bendanya. Yang mereka pinta hanya nyawa pemberian Tuhan, yang bagi kalian pun tiada gunanya?"
Harimau yang tidak kelihatan itu mengaum lagi. Kedua orang yang pernah sangat ditakuti itu tidak dapat menjawab.
Hanya rasa takut juga yang kian mencekam. Tidak pelak lagi,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harimau ini harimau kiriman yang lebih dahsyat dari kucing setan yang tentu juga dikirim oleh calon korban mereka.
Harimau ini mengetahui persis apa yang pernah mereka lakukan. Sampai-sampai pada sifat mereka. Bahwa mereka tidak mau memberi nyawa korban yang sebenarnya tidak perlu direnggut.
"Kalian begitu takut menghadapi kematian. Jadi sudah tahu apa yang dirasa oleh korban-korban kalian. Aku tidak akan membunuh kalian, tetapi mulai saat ini kalian menjadi pesuruhku. Beri tahu kepada majikanmu yang teramat jahat itu, bahwa mulai sekarang aku akan membayangi hidupnya,"
lalu terdengar langkah-langkah berat. Manusia harimau itu pergi dan kedua penjahat yang tadi hanya menanti nyawa dicabut dari diri, masih belum bisa percaya, bahwa mereka boleh hidup. Bagaikan mayat yang bangkit dari kubur.
Tak kurang dari beberapa belas menit kemudian, barulah si kekar dapat berbisik kepada kawannya: "Benarkah semuanya ini?"
"Kita diberi ampun!" kata si ganteng sambil menangis. Ia sangat bersyukur kepada Tuhan, yang kali ini diingatnya. Ia bisa juga terharu. Harimau kiriman itu jauh lebih baik, lebih berkemanusiaan dari dirinya yang dinamakan manusia, makhluk terpintar dan punya akal paling tinggi, di antara semua makhluk yang ada di permukaan bumi Allah ini.
Mendengar tangis haru rekannya, si kekar yang bertenaga kerbau itu jadi turut sesenggukan, menangis terisak-isak sehingga kedua bahunya terangkat-angkat. Pada saat itu dalam hati keduanya bertaubat, tidak akan pernah menyakiti sesama hamba Allah lagi.
Mereka meninggalkan tempat yang telah membekasi bermacam-macam perasaan itu, dengan sebuah kendaraan roda tiga jenis minicar menuju rumah Jaya Wijaya. Setelah menceritakan segala peristiwa nanti, mereka akan keluar dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pekerjaan sebagai pembunuh bayaran. Harus segera, sebab tiap kelambatan bisa berarti malapetaka besar lagi bagi mereka. Sekarang saja pun mereka masih merasa sebagai dalam mimpi, seakan-akan belum sepenuhnya percaya, bahwa mereka baru saja selamat dari maut yang sudah begitu pasti akan menarik mereka dari kehidupan di dunia. Setelah kendaraan kecil dengan goncangan keras itu berjalan beberapa menit baru mereka sadar, bahwa mereka baru kali itu merasakan naik minicar. Biasanya mereka naik sedan atau dalam keadaan-keadaan tertentu dengan sepeda motor berkekuatan tinggi.
Agak lama kemudian baru mereka tiba di depan gedung Jaya Wijaya. Mereka tidak masuk dari pintu gerbang, tetapi dari pintu kecil yang sengaja dibuat di pinggir kiri dan kanan pagar depan.
Pengawal khusus, penembak mahir Jaya Wijaya agak heran melihat kedua jagoan itu datang dengan gaya tidak seperti biasanya. Ada kelainan pada muka dan langkah mereka.
Memberi salam dengan mengangkat tangan secara khas yang mereka miliki, sekali ini tidak kelihatan.
"Hai ganteng," seru Asmu yang terkenal penembak tepat.
Si jagoan ganteng yang sedang diamuk berbagai macam pikiran itu hanya memandang sesaat, tidak menyahut. Terus masuk dari samping rumah menuju bagian belakang.
Seorang pengawal pribadi Jaya Wijaya yang hari itu sedang dapat libur bertanya kepada kedua kawan yang diketahuinya mempunyai tugas khusus itu di mana kawan yang dua orang lagi. Dia mengetahui, bahwa yang mendapat tugas ada empat orang.
"Boss ada Din?" tanya bandit yang bertubuh kekar kepada Rudin.
"Belum datang," sahut Rudin yang terkenal sangat ramah, walaupun dia juga seorang yang lalu menjalankan tugas tanpa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ragu-ragu. "Kalau aku tidak salah lihat, ada yang tidak beres!
Boleh aku mengetahui" Barangkali aku dapat membantu, kalau kalian ingini!"
Pertanyaan yang bernada ramah itu merupakan seteguk air bagi orang yang kehausan. Kedua orang yang baru mengalami peristiwa amat menakutkan itu memang amat membutuhkan tegur sapa yang menenteramkan. Untuk membuat mereka merasa normal kembali. Pada saat itu kedua pembunuh itu memang sangat lain daripada biasa. Siapa pun yang mengalami seperti mereka, pasti akan merasakan seperti apa yang sedang mereka rasa. Mungkin lebih parah, boleh jadi mati ketika mendengar auman harimau di dalam ruangan tempat berunding yang kemudian jadi neraka itu.
Kedua orang gagal itu duduk menghadapi sebuah meja bundar di salah satu ruangan. Rudin mengambil dua gelas sloki, mengisinya dengan whisky untuk mengembalikan keaslian kedua sahabat yang amat dikenalnya itu. Ketika ia mengulurkan kedua gelas yang sudah diisi dengan Black Label itu, dengan amat mencengangkan Rudin, kedua kawannya itu menolak.
"Air putih saja Din," kata mereka nyaris serempak.
Rudin yang telah banyak pengalaman tidak bertanya, mengapa mereka jadi lain dari biasanya. Tetapi dia juga tahu, dalam keadaan bagaimana seseorang sangat membutuhkan air putih, yang biasa atau yang sudah didinginkan. Orang itu pasti masih kehilangan semangat oleh karena terkejut atau takut teramat sangat. Mereka datang berdua, tentu ada bencana menimpa. Kedua rekan mereka berkhianat atau telah binasa oleh sasaran yang justru hendak ditiadakan. Rudin tahu benar, bahwa di dunia tidak ada yang paling kuat. Selalu ada yang lebih hebat lagi. Lebih berani, lebih han-dalan. Orang yang merasa dirinya tak terkalahkan akan kaget setengah mati kalau ketemu lawan yang di luar perhitungan. Itu sebabnya Rudin tak pernah takbur. Tak pernah mengatakan pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirinya, bahwa dialah paling unggul, paling kebal tak termakan oleh senjata apa pun. Padahal dia memang menuntut ilmu tahan segala jenis senjata. Rudin selalu berpikir, bahwa bukan mustahil lawan mempunyai kebolehan yang lebih tinggi.
Walaupun orang yang begitu biasanya kelihatan seperti tidak berdaya. Tenaga besar selalu bersarang di dalam diri orang yang lemah lembut, sukar dibikin marah dan tidak pernah memperlihatkan isi dadanya. Tetapi bila orang semacam ini pada suatu kali marah, maka dia tidak akan terlawan. Kalau mau selamat, lebih baik buru-buru mohon maaf dan lebih buru-buru lagi, pergi! Atau katakan terus terang bahwa engkau telah salah taksir dan engkau mohon jadi muridnya.
Rudin juga mengambil segelas air dingin untuknya, menemani kedua kawannya. Tidak bertanya. Orang akan bicara sendiri untuk meredakan ketakutannya. Dan dugaan Rudin yang banyak pengalaman itu tidak keliru.
"Abang tidak akan percaya," kata si ganteng memulai ceritanya.
Ia menyebut Rudin dengan abang, karena umurnya memang sedikit lebih tua. Dan orang dari Deli, Sumatra Timur sana senang dipanggil dengan abang yang artinya kakak.
"Ya, abang tidak akan percaya," kata si kekar menguatkan.
Rudin tertawa ringan, hampir tak kedengaran. Juga dalam usaha meredakan kedua kawannya dan meyakinkan mereka, bahwa dia adalah orang yang selalu percaya pada kebenaran tiap cerita.
"Kalian habis terkejut dan sangat ketakutan. Kalian yang tidak percaya pada apa yang kalian lihat atau alami. Begitu bukan?" tanya Rudin setenang air dalam botol. "Bagaimana abang tahu?"
"Aku telah beberapa kali mengalami hal yang sukar dipercaya, tetapi sesungguhnya suatu kenyataan yang dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Kucing Suruhan Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kita lihat, kita rasa dan kadang-kala dapat kita raba. Bertemu lawan yang jauh lebih tangguh dari kalian?"
"Lebih dari itu bang Rudin." Si kekar lalu menceritakan seluruh pengalaman mereka sejak semula. Dari kamar tempat mereka berempat mengadakan perundingan bagaimana membinasakan dr Anton dan kawannya yang konon punya tenaga tinggi itu. Mereka tertawa terbahak-bahak, karena menganggap bahwa membinasakan kedua orang itu lebih kurang akan sama sulitnya dengan membunuh dua ekor domba. Kemudian sampai pada seekor kucing yang tiba-tiba melompat ke atas meja, tanpa mereka ketahui dari mana datangnya dan tidak pernah, mereka pikirkan bagaimana kucing itu sampai ada di sana. Memang suatu hal yang tidak perlu sampai jadi pikiran, apalagi mereka semua penyenang kucing. Ditambah lagi dengan bersih dan jinaknya tamu mereka itu.
Rudin yang semula mendengar dengan tenang karena cerita itu tidak ada apa-apanya mendadak jadi merasa tegang ketika kucing itu kemudian jadi marah dan menerkam dua, dari keempat orang penjahat itu.
Rudin memandang kedua sahabatnya, seperti kurang percaya akan pendengarannya atau minta penegasan.
"Abang tidak percaya, bukan! Sudah kukatakan tadi, abang tidak akan percaya. Tetapi demi Tuhan aku tidak melebih-lebihkan. Ini semua terjadi di hadapan dan mata membelalak.
Tetapi tidak mati. Napas mereka turun naik. Berapakah hebatnya cakaran dan gigitan seekor kucing. Kalau ia kucing biasa. Tetapi kucing yang datang tadi pasti bukan kucing biasa bang Rudin. Kucing siluman atau kucing suruhan!"
Rudin diam tidak bertanya. Tetapi otaknya bekerja.
Rupanya kucing pun ada yang dipelihara sebagai suruhan.
Yang biasanya didengarnya sampai sekian jauh, sudah empat puluh tahun ia menghuni dunia ini, barulah lipan atau ular suruhan. Ada lagi kalajengking yang dapat disuruh oleh dukun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemiliknya. Pernah dialaminya sendiri tentang pisau atau keris yang dapat disuruh. Jadi dapat bergerak sendiri atas perintah sang majikan dan tanpa tersesat itu tahu menemukan orang yang jadi sasarannya. Pada saat itu ia teringat pada pamannya di Deli, seorang jagoan semacam dia pada zamannya. Sangat ditakuti. Bukan karena dia selain pemberani juga punya isi. Dia tidak kenal izim dan jampi. Ia pun tidak memakai jimat.
Beraninya mengandalkan tenaga dan kepandaian bersilat semata-mata. Ia pun tidak kebal.
Tetapi akhirnya ia bertemu lawan yang menurut perhitungan tidak ada arti apa-apa. Sekali gebrak akan habis.
Orang itu hanya orang biasa. Tidak terkenal kaya. Pun bukan intelek. Tetapi pada suatu hari ia menjual kebun kelapanya yang amat luas. Jutaan uang diterimanya. Paman Rudin yang bernama Kumalintang mendapat informasi. Makanan empuk, pikirnya. Orang semacam itu membawa uang sekian banyak ke rumahnya. Tidak kenal bank, walaupun dunia perbankan sudah sangat maju di negara ini. Simpan di rumah sendiri lebih mudah. Bisa dipakai tiap saat dikehendaki. Ada kawan-kawannya menasihati supaya uang itu disimpan di bank.
Terbaik di depositokan. Lumayan bunganya untuk meringankan inflasi yang masih melaju, walaupun tidak secepat dulu.
Miat, begitu nama orang yang baru terima banyak duit itu tahu, bahwa menyimpan uang di rumah memang berbahaya.
Sudah banyak didengarnya peristiwa yang menyedihkan.
Terhadap orang yang punya banyak duit atau perhiasan berharga di rumah. Disatroni pencuri tanpa maksud lain daripada mengambil harta. Kalau nasib buruk, yang datang itu tinggi beberapa tingkat daripada pencuri kelasnya. Namanya garong. Tidak pakai alat pendongkel jendela. Buat apa masuk lewat jendela. Itu sih namanya maling. Kelasnya terlalu ringan. Dia, Kumalintang mau masuk sebagai orang biasa.
Melalui pintu tentu. Bukan dengan mendobraknya. Itu terlalu kasar. Ia mau ketuk baik-baik. Ia akan masuk. Minta uang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Miat baik-baik saja. Kalau sudah diberi, baik secara terpaksa karena takut ataupun karena ancaman, ia akan pergi. Tanpa melukai pak Miat. Kalau dia banyak omong, apalagi mau coba melawan, baru parang panjangnya akan disuruh bicara.
Semua itu terbayang di hadapan Rudin. Lima belas tahun yang lalu.
*** TIGA PULUH ENAM
KINI kedua penjahat yang baru lepas dari kematian itu terbalik jadi heran melihat tingkah Rudin. Ia tidak bertanya, tidak mengatakan tidak percaya pada cerita mereka, tetapi diam membisu. Kedua orang berpandangan tanpa mengganggu Rudin yang kelihatan sedang berpikir atau mengingat sesuatu yang barangkali ada kaitannya dengan apa yang baru mereka ceritakan.
Rudin melanjutkan dirinya hanyut dalam kenangan ke masa silam. Pamannya tanpa ragu-ragu melaksanakan niatnya. Dan semua berlangsung seperti yang diharapkannya. Tanpa memperlihatkan golok mengkilap karena baru diasah kembali, ia meminta kepada Miat untuk menyerahkan semua uang yang baru diterimanya.
"Tenanglah pak Kumalintang," kata Miat dalam usaha mempertahankan miliknya dengan cara sehalus mungkin.
"Uang itu hasil penjualan kebun. Uang keringat selama bekerja puluhan tahun."
"Aku tidak dapat menanyakan bagaimana kau mendapatkan uang atau berapa ember keringat yang telah kau curahkan. Aku menghendaki uang itu tanpa menumpahkan darahmu," kata paman Rudin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Miat tahu dia tidak mampu melawan Kumalin-tang. Apa gunanya uang kalau ia harus mati untuk itu! Namun begitu ia coba bersikap biasa agar dapat berpikir dengan baik.
"Kau menghendaki semua pak Kumalintang?" tanya Miat.
Mendengar ini garong itu jadi agak reda. Entah apa sebabnya, timbul rasa kasihan di dalam dirinya kepada Miat.
"Uang itu semua enam juta, bukan?"
Miat mengiyakan. "Beri aku lima setengah. Yang setengah juta untukmu. Aku tidak akan menyakitimu, tetapi kau pun harus berjanji untuk tidak melaporkan ini kepada polisi! Kau setuju?"
"Tiada pilihan lain pak Kumalintang. Aku harus setuju!"
"Jangan khianati janjimu. Bersumpahlah!"
"Aku bersumpah, tidak akan mengadu kepada polisi!"
"Itu namanya orang cerdik. Kau jangan terlalu menyalahkan aku. Kau punya cukup keringat untuk mencari uang. Caraku mendapatkan uang hanya dengan jalan begini!"
"Aku mengerti," kata Miat yang sudah lama menduda. Ia permisi mengambil uang di dapur. Yang ditaruhnya di dalam tempat beras, di bawah sekali. Seluruhnya diberikannya kepada garong itu.
"Sudah kau ambil yang lima ratus ribu?" tanya Kumalintang.
"Belum," jawab Miat.
Garong itu menghitung lima ratus ribu dari uang yang diterimanya, dikembalikan kepada Miat. Dia tenang sekali, seperti orang yang menerima uang piutang lalu memberi hadiah kepada orang yang membayar hutangnya dengan baik itu. Tetapi tak kalah pula tenangnya Miat. Dia pun seperti orang yang menerima hadiah dari orang baik hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih pak Kumalintang," ucap Miat.
Garong itu jadi heran, memandang korbannya sejenak.
Tanpa kata ia membalik lalu melangkah pergi. Telah banyak orang jadi mangsanya, belum ada seperti Miat yang satu ini.
Miat duduk di kursi goyang tuanya. Ia tidak akan mengadu kepada Polisi. Dia sudah bersumpah untuk itu dan ia akan taati sumpahnya.
Kesabaran yang sangat tinggi sajalah yang membuatnya bisa begitu tenang, masih mampu menggoyang kursinya.
Santai nampaknya, tetapi pikirannya bekerja. Orang yang punya segenggam ilmu kebatinan saja pun akan mengetahui, bahwa hanya orang berisi yang mampu tetap setenang Miat.
Seperti tidak ada suatu petaka sekecil apa pun menimpa dirinya.
Kemudian Miat masuk kamar. Bukan kamar tidur. Kamar belajar, bertenang-tenang, berkhusuk dan bekerja. Manakala perlu. Hanya bilamana perlu.
LAIN halnya dengan Kumalintang. Ia pulang ke rumahnya dengan tenang, sedikit pun tidak tergopoh-gopoh. Tak ada yang perlu dikejar. Tak ada yang ganjil. Tidak ada pula yang harus ditakuti. Ia sudah selesai dengan pekerjaannya, bukan pekerjaan baru yang membingungkan dan menggelisahkan.
Seperti orang pulang dari kantor saja.
Ketika akan masuk pekarangan ia bertemu dengan kemenakannya Rudin yang disukainya. Karena menurut penglihatannya punya bakat seperti dia. Tinggal memupuk kemudian mengasahnya agar tajam.
Rudin yang duluan menyapa pamannya lalu memberi salam. Penuh hormat, walaupun ia tahu bahwa saudara ibunya itu seorang penjahat. Orang lain takut dan hormat kepadanya, walaupun di antaranya banyak yang terpaksa hormat. Hormat buatan. Model sekarang. Ambil muka, modal paling gampang dan selalu paling ampuh!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mari kita ke rumah," kata Kumalintang sambil menarik tangan kemenakannya yang diharapkan kelak akan menjadi pendamping atau penerus "jabatan" nya. Seperti biasa, Rudin menurut tanpa banyak tanya. Tentu ada sesuatu yang akan diceritakan. Dan biasanya enak untuk telinga Rudin.
Sampai di dalam rumah, dibawanya kemenakan yang diharapnya akan jadi penerus itu ke dalam kamar khususnya.
Bukan kamar untuk berkhusuk seperti punya Miat. Khususnya sama, kegunaannya lain. Pintu ditutup, didudukkannya Rudin di kursi.
Sambil berdiri diletakkannya bungkusan di atas meja.
"Bukalah," kata Kumalintang kepada kemenakannya.
"Apa ini pakcik?" tanya Rudin walaupun delapan puluh persen ia sudah dapat memastikan, bahwa isinya tentu uang atau uang plus perhiasan. Lalu dibukanya pelan-pelan.
"Cepatlah, bukan ular kamak atau kalajengking di dalam,"
kata sang paman yang ingin lekas melihat reaksi sang kemenakan.
Rudin menarik napas pendek, kemudian seperti terhenti.
Dia bukan tidak biasa melihat uang. Tetapi sebanyak ini, dan baru-baru pula semua, seperti baru dicetak.
Rudin memandang ke pamannya, tanpa kata. Kagum atau hanya heran" Agaknya gabungan dari keduanya.
"Jangan kau kira melalui kejahatan Din," kata Kumalintang.
Mendengar ini keheranannya mengatasi kekaguman. Bukan melalui kejahatan" Sedangkan pakciknya itu penjahat. Nemu bungkusan itu tergeletak saja di pinggir jalan"
"Demi Tuhan Din, tidak setetes darah pun tertumpah. Aku memintanya dengan cara baik-baik. Hanya kupinta supaya dia jangan memberitahukannya kepada Polisi kalau dia mau memenuhi permintaanku dengan ikhlas!" Kumalintang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ngomong serius. Menyebabkan Rudin kian heran. Meminta uang sebanyak itu dan yang punya memberikannya dengan ikhlas! Di tengah keheranan Rudin yang jadi agak terbodoh-bodoh itu tawa Kumalintang meledak.
"Itu yang namanya wibawa Din! Dalam suara kita harus ada wibawa. Apa pun kata kita, dipatuhi orang!" Kumalintang bangga dengan kehebatannya itu.
"Hebat sekali!" kata Rudin.
"Tahu apa untungnya orang bersuara penuh wibawa"
Gampang cari duit. Mudah cari bini. Mau yang mana saja.
Tinggal pilih, pasti dapat Din ! Kau harus seperti aku kelak.
Patah tumbuh, hilang berganti!"
Rudin tidak menjawab. Bukan keberatan. Tetapi, apakah dia sanggup"
"Sekali-sekali nanti kau ikut pakcik!" kata Kumalintang.
"Lihat bagaimana aku bekerja, pelajari. Setelah itu kau coba sendiri. Harus dengan tekad bulat. Harus percaya pada diri sendiri. Sebenarnya Din, ilmu terbesar di dunia ini sudah ada di dalam diri tiap manusia. Kalau saja si manusia itu pandai menggunakannya. Yaitu, percaya pada diri sendiri! Ilmuku cuma itu Din. Tak ada yang lain. Yang dikatakan ilmu kebatinan dan mistik atau ilmu hitam, itu semua omong kosong. Orang yang percaya pada diri sendiri, tidak bisa dimakan ilmu apa pun. Setan pun tak berani dekat!" Dan suara Kumalintang memang terdengar penuh wibawa, meyakinkan. Walaupun mengandung ketakburan yang amat besar.
Mendadak udara di kamar itu menjadi dingin dan kian dingin. Rudin memandang pamannya. Dia tidak kelihatan takut, tetapi heran, walaupun hanya segaris.
"Aku merasa dingin pakcik! Apakah pakcik tidak merasakannya?" tanya Rudin. "Kata orang, itulah pertanda ada orang halus datang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau terlalu halus mana bisa kita lihat," kata Kumalintang.
Ia coba bersikap biasa. Orang berwibawa tidak boleh menunjukkan rasa takut.
"Biarlah dia dengan urusannya. Kita dengan urusan kita!"
sambung Kumalintang.
Tetapi satu suara berkata:
'Tidak, ini urusan antara kau dan aku!"
Bagaimanapun hebatnya wibawa Kumalintang, ia terkejut juga mendengar suara ini, padahal suara biasa, tidak menggertak, tidak menyeramkan! Apalagi Rudin. Ia jadi takut, ia percaya akan adanya orang halus. Jin, setan atau hantu.
Tidak ada orang lain di kamar itu. Lalu siapa yang bercakap menyahuti ucapan orang gagah itu"
"Ini aku, lihatlah," kata suara tanpa rupa itu lagi.
Paman dan kemenakan sama memandang keliling dan ke atas. Maka terlihatlah dari mana keluarnya suara tadi. Dari sebilah pisau belati biasa yang seperti terbang berputar-putar di dalam kamar itu. Kumalintang gugup, Rudin gemetar. Ini bukan khayal atau mimpi. Rudin teringat pada cerita yang pernah didengarnya. Orang pandai bisa menyuruh binatang atau bahkan pisau dan keris mendatangi sasarannya. Pisau ini tentu pisau kiriman atau suruhan. Pemiliknya pasti orang yang punya ilmu tinggi.
"Kau dengar Kumalintang?" tanya pisau itu. "Antara engkau dan aku ada urusan!"
"Tidak, aku tidak mengenal engkau, bagaimana aku bisa punya urusan denganmu!" sahut Kumalintang membela diri.
"Maksudku dengan majikanku. Aku disuruh kemari!" sahut pisau aneh itu.
"Mana mungkin. Aku tak kenal majikanmu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau kusebut namanya, pasti kau kenal. Kusebutkan, mau?"
"Katakanlah," ujar Kumalintang. Apa lagi yang harus dikatakannya selain itu. Ia juga ingin tahu, apa kemauan pisau itu dan siapa orang yang dikatakan majikannya.
"Majikanku bersumpah tidak akan mengadu kepada polisi!
Dan dia patuh pada sumpahnya. Tidak mengadu. Kau ingat?"
pisau itu telah berhenti di atas meja, di hadapan Kumalintang dan Rudin. Tidak tertancap. Biasa saja, hanya bergerak-gerak.
Kini orang yang punya suara berwibawa itu jadi pucat.
Kalau yang dihadapinya ini musuh memegang pisau, ia tidak gentar. Tetapi pisau yang dapat melayang-layang di udara, dapat berkata-kata tanpa ada orang yang memegangnya lain dari manusia!
"Kau dengar dan lihat itu Din! Apa artinya ini?" kata Kumalintang kepada kemenakan yang dihadap jadi penerusnya kelak. Pertanda bahwa dia telah kehilangan akal.
"Ini pisau kiriman, pakcik!" kata Rudin. "Dia membawa tugas dari pemiliknya. Aku pernah mendengar cerita tentang keris suruhan!"
"Jadi bagaimana baiknya" Apa yang harus kita lakukan?"
Kumalintang sekarang sudah ber "kita," mengajak kemenakannya melibatkan diri atau berbuat sesuatu.
Sekarang dia berpikir, bahwa bukan tak mungkin Rudin lebih mengetahui hal-hal ajaib begini daripada dia.
"Apa perintah majikan tuan?" tanya Rudin yang memang sedikit mengerti hal misterius begini dari cerita yang pernah didengarnya dengan asyik. Karena memang sangat mengasyikkan.
"Menikam Kumalintang tepat pada jantungnya. Dia akan mati seketika, karena ujung mataku sudah diberi racun sangat berbisa!" pisau itu mengeluarkan suara. Tenang-tenang saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rudin memandang pamannya lagi, sementara Kumalintang terdiam. Mukanya kian pucat, tetapi jelas tampak bahwa ia sedang berpikir apa yang terbaik dilakukannya. Orang, bagaimanapun lemahnya toh tidak akan diam saja menunggu nyawanya dicabut dengan sebilah pisau. Harus dilakukan sesuatu. Dengan suatu gerakan cepat tangannya ingin menjangkau hulu pisau yang hanya bergerak-gerak pelan di atas meja, tetapi celaka, benda mati yang aneh itu menghindar.
"Jangan pakcik," kata Rudin yang percaya, bahwa binatang atau benda suruhan tidak bisa dilumpuhkan begitu saja. Itu kiriman orang berilmu tinggi, harus dihadapi dengan kepintaran yang lebih tinggi lagi. Apakah pamannya punya kebolehan melebihi orang yang mengirim sebilah pisau untuk menembus jantung" Tadi ia telah berkata, bahwa tiada ilmu melebihi kepercayaan pada diri sendiri. Kumalintang memang tidak mau menyerah tanpa usaha. Tangannya semakin cepat menerkam ke arah pisau yang bergerak kian kemari. Karena dia percaya akan dapat melumpuhkannya, karena dia malu pada kemenakannya, atau karena harus hidup untuk menikmati lima setengah juta yang baru kurang lebih sejam yang lalu jadi miliknya.
"Aku bukan sombong Kumalintang," kata pisau. "Kalau menurut keinginanku, aku datang lagi langsung saja menikam jantungmu, tanpa memberikan kesempatan berkata sepatah kata pun. Tetapi majikanku yang baik itu memberi perintah lain!'
*** TIGA PULUH TUJUH
RUDIN jadi sangat tertarik, apa gerangan perintah majikan pisau suruhan itu. Begitu pula orang gagah yang jadi sasaran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa perintah majikanmu, kalau kami boleh tahu?" tanya Rudin.
"Aku disuruh menyampaikan kepada orang hebat yang bernama Kumalintang ini agar malam ini juga mengembalikan uang majikanku!" kata pisau.
Kumalintang mulai merasa malu. Kepada kemenakannya.
Tetapi terlebih-lebih lagi pada dirinya sendiri. Miat yang lemah, sehingga tanpa banyak protes menyerahkan seluruh uangnya tadi, kiranya memiliki suatu simpanan yang tidak dipunyainya. Ia yang terutama bermodalkan kepercayaan pada diri sendiri, ternyata kini merasa gentar menghadapi pisau yang datang sendiri.
Pisau suruhan. Benda ini ternyata sanggup menggoyangkan syarafnya.
"Kalau aku tak mau!" kata Kumalintang, mendadak mencoba lagi, apakah benar kepercayaan pada diri sendiri tidak mampu melawan barang mati yang hanya disuruh.
Mustahil pisau itu mempunyai kekuatan tanpa batas.
Rudin kagum juga mendengar pamannya berani bertanya begitu. Apakah pamannya punya suatu simpanan yang akan mampu melawan kekuatan pisau itu.
Pisau itu tertawa. Keras juga tawanya. Tambah meresahkan hati Kumalintang dan memudarkan dugaan Rudin bahwa pamannya punya kekuatan tersembunyi.
"Kalau kau tak mau, aku akan menikammu. Tepat di jantung. Sudah kukatakan tadi. Tapi majikanku mau memberi kesempatan kepada orang yang bisa dibikin sadar dan syukur kalau mau taubat!"
"Kembalikan sajalah pakcik," kata Rudin.
Muka Kumalintang menjadi merah. Mengembalikannya"
Uang sebanyak itu" Sementara ia berpikir, pisau itu mendadak melompat ke atas lalu menancapkan dirinya di daun meja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku mulai tak sabar," kata pisau itu.
"Sudahlah pakcik. Kembalikan saja. Tidak usah malu.
Kadang-kadang kita berhadapan dengan orang yang lebih kuat. Itu kan biasa saja. Kita harus mengalah. Kalau bertemu dengan yang tak bisa melawan, memang dapat dimakan,"
kata Rudin yang bijak.
"Baiklah," kata Kumalintang. Ia mengeluarkan kembali uang, yang tadi sudah dibungkusnya kembali, meletakkannya di atas meja dan mempersilakan pisau itu untuk mengambil dan menyerahkannya kembali kepada majikannya.
"Bukan begitu caranya," kata pisau suruhan. "Kau yang mengantarkannya. Majikanku masih menunggu. Kalau kau tidak mau menurut kehendak hatinya, aku dengan hati berat akan membunuhmu."
"Lalu?" tanya Kumalintang yang masih punya sedikit sisa keinginan tahu.
"Lalu kemenakanmu ini yang harus mengantarkannya kepada tuanku. Kalau dia tak tahu rumahku, dia boleh mengikuti aku!"
"Antarkanlah kembali pakcik. Ini bukan lawan untuk pakcik.
Apa lagi aku. Tidak punya modal apa pun!"
Kumalintang tambah malu dan jadi sangat gugup. Tetapi terasa olehnya bahwa nasehat Rudin sudah tepat. Pisau itu tak terlawan olehnya. Dan ia pun sadar, bahwa rupanya Miat yang menyerah itu, bukan makanan yang bisa ditelan.
Menyangkut di batang lehernya.
Kumalintang masih sayang nyawa. Ia mengalah pada pisau suruhan.
"Baiklah, kau menang. Akan kuantarkan uang ini," katanya.
"Itu keputusan yang baik!" kata pisau.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku ingin turut" Eoleh?" tanya Hudin. Pisau itu tidak keberatan.
"Aku percaya pada kalian. Aku jalan dulu, akan kukabarkan kepada majikanku!" Pisau itu pergi melalui pintu yang terbuka.
Tidak menghilang.
Kesalnya hati Kumalintang bukan kepalang. Belum pernah ia mengalami penghinaan begini. Apa laei namanya kalau bukan penghinaan. Melalui permainan pula lagi. Yang tentu amat menyenangkan dan membangkitkan tawa besar pada Miat yang disangkanya tidak berdaya itu. Lebih baik ia berhadapan dengan lawan yang garang, mau bertempur.
Kalaupun ia sampai kalah, tetapi tidak akan menyebabkan malu dan merasa diri terlalu hina.
"Sudahlah pakcik," kata Rudin yang tahu bagaimana perasaan pamannya.
Tanpa berkata, Kumalintang masuk kamar lain, memberitahu kepada isterinya, Jamilah yang tidak mengetahui apa yang telah terjadi.
"Aku pergi dulu!" kata Kumalintang.
"Abang kelihatan gugup, ada apa?"
"Ah, tidak. Mau ke rumah kawan sebentar!" kata isterinya yang selalu dalam kecemasan bilamana suaminya pergi.
Apalagi dengan membawa pisau belati khususnya, seperti sekarang. Dia tahu professi suaminya, tetapi tak dapat berbuat apa pun untuk mengalihkannya ke bidang yang halal.
Namun begitu ia selalu sayang padanya. Mereka berkenalan sejak kecil. Dan dia benar-benar cinta pada Kumalintang.
Dalam hidup selalu cemas, tetapi juga penuh kemesraan dengan lelaki yang amat disayang itu. Ia juga selalu heran menghadapi kenyataan. Suaminya tidak pernah ditangkap.
Polisi saja pun tidak pernah datang ke rumah mereka.
Kadang-kadang ia bertanya di dalam hati, ilmu apakah yang dipakai oleh suaminya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa bawa pisau?" tanya Jamilah.
"Kau kan baca di koran, sekarang banyak orang jahat.
Jangankan jam tangan atau cincin. Untuk dua ribu perak pun ada penjahat yang mau menodong dan mencabut nyawa korbannya!" Dia bisa bicara begitu dan serius.
Bersama Rudin ia pergi ke rumah orang yang baru saja jadi korbannya dan kemudian tanpa banyak kata
memerintahkannya untuk mengembalikan hasil rampokannya.
Jahanam, sungguh jahanam si Miat itu. Yang begitu namanya palsu. Tidak terang-terangan melawan. Pakai muslihat.
Sesudah orang lengah, baru melawan. Kumalintang menyumpah dan mengutuk Miat yang katanya berakal bulus.
"Pengecut," desisnya, sehingga terdengar oleh Rudin.
Kemenakan yang tahu bagaimana perasaan pamannya itu, tidak menanggapi.
Selama di perjalanan setengah dengan menumpang kendaraan rakyat beroda tiga dan kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki untuk mengembalikan ketenangan, Kumalintang berhasil percaya kembali pada diri sendiri. Dia akan kembalikan uang itu dengan baik, dengan hormat sambil menyatakan penyesalannya. Memang benar seperti yang dikatakan kemenakannya, dalam pertarungan hidup di dunia tidak mesti seorang jagoan atau orang yang merasa dirinya terkuat akan keluar sebagai pemenang.
Dengan memberi salam, kedua tamu itu diterima oleh pak Miat. Tidak ada perubahan pada mukanya, walaupun ia tahu, bahwa ia yang menang, karena orang sangat sederhana ini tidak menyandang kesombongan dalam dirinya.
"Silakan duduk," kata pak Miat kepada kedua pendatang itu.
"Siapa sangka pak Miat sehebat itu," puji Kumalintang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, jangan begitu. Tidak ada yang cukup hebat di permukaan bumi ini. Selalu ada orang lain yang lebih hebat lagi!" ujar Miat.
Walaupun dia berkata benar, namun Kumalintang merasa tersindir atau disindir. Darah panasnya mulai menggelegak lagi.
'Kalau bapak berkenan, saya ingin jadi murid bapak," kata Kumalintang yang telah berhasil menurunkan temperamennya kembali.
Pak Miat tersenyum. "Berguru harus kepada yang benar-benar pintar. Saya tidak cukup pintar untuk menjadi guru!"
Rudin kagum mendengar kata-kata pak Miat yang sangat sederhana dan tenang itu. Beginikah orang yang benar-benar punya ilmu"
Kumalintang menyerahkan uang rampokannya kembali.
"Sudilah memaafkan saya yang bodoh, tak tahu dengan siapa berhadapan. Saya sungguh amat malu pak Miat," kata Kumalintang, tetapi bersamaan dengan itu pula ia mencabut dan menghunus pisau belatinya ke jantung orang yang punya pisau suruhan itu. Rudin terkejut, tetapi tak sempat mencegah. Ia juga takut, sebab pisau suruhan pak Miat pasti bertindak menikam pamannya. Tetapi sampai pak Miat roboh dan menghembuskan napas terakhirnya di lantai, tidak ada pisau yang melayang-layang di udara atau langsung menusuk Kumalintang yang telah jadi pembunuh itu. Pisau pak Miat yang dapat disuruh itu pasti akan membalas. Secara tiba-tiba.
Kumalintang pasti akan dibinasakannya. Barangkali Rudin juga.
Tetapi pisau suruhan itu tidak berbuat apa pun. Rudin yang kemudian berkata:
"Marilah kita pergi pakcik!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan mereka bergegas berangkat tanpa rintangan apa pun.
Pisau suruhan tidak mengejar dan menikam. Karena ia tidak disuruh untuk itu. Ia hanya diperintahkan ke rumah Kumalintang untuk membunuh penjahat itu kalau ia tidak mau mengembalikan uang hasil rampokannya. Ia telah melaksanakannya. Tugasnya selesai. Pak Miat pun menganggap tugasnya sudah selesai. Tak terpikir olehnya bahwa penjahat curang itu secara tak diduga akan membunuhnya sebagai pelampiasan sakit hati dan rasa malu.
Dan pak Miat yang punya ilmu menyuruh pisaunya mengerjakan apa saja yang diingininya tidak berdaya melawan Kumalintang. Dia bukan jagoan, bukan pesilat. Kebal tidak pula. Ilmunya hanya satu itulah. Punya pisau yang tunduk pada semua perintahnya. Hanya pada apa yang diperintahkannya. Tidak lain daripada itu. Sebab pisau hanya benda mati, tidak seperti kucing atau harimau yang dapat melaksanakan perintah majikan dengan baik tanpa terikat pada ketentuan-ketentuan yang sangat membatasi gerakannya.
Celaka bagi Kumalintang, kedatangannya pada malam hari itu diketahui tetangga Miat yang kenal betul apa pekerjaan bandit itu. Dia pun tahu pula bahwa Miat baru menerima uang hasil jual tanah. Melihat Kumalintang dan kemenakannya pergi tergesa-gesa dari rumah itu, Nawi yang tetangga itu jadi curiga. Apalagi pintu tak dikunci. Kalau terjadi sesuatu di rumah itu tidak akan ada orang yang mengabarkan, karena Miat telah sejak empat tahun menduda, sejak isterinya meninggal. Ia pun tidak punya keturunan.
Betapa terkejut Nawi melihat Miat yang selalu baik hati itu telah terbujur bermandikan darah. Masih segar benar, sebab baru beberapa menit yang lalu terjadi.
"Jahanam, pasti jahanam itu yang membunuh," kata Nawi tanpa dapat menahan emosi. Ia segera memberitahukan peristiwa amat menyedihkan itu kepada tetangga lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian melapor kepolisi terdekat. Tanpa ragu-ragu dikatakannya, bahwa pembunuhnya pasti Kumalintang setelah lebih dulu merampok uang korbannya.
*** SEMUA itu terbayang kembali di hadapan Rudin. Adanya kucing yang dapat disuruh, bukan hal yang mustahil.
Didengarnya cerita si kekar dan rekannya yang ganteng itu dengan penuh perhatian. Malah lebih daripada itu. Dengan jantung berdebar, karena ia teringat pada pisau suruhan milik pak Miat. ketika sampai ke bagian mengenai harimau yang mengaum itu, tanpa kelihatan binatangnya, ia langsung teringat pada cerita-cerita tentang manusia harimau yang pernah bertualang di Jakarta.
Pada waktu itu datang majikan mereka Jaya Wijaya. Kedua penjahat yang gagal itu diperintahkan melapor. Mereka ceritakan semua,. Hati orang kaya itu panas. Kucing itu pasti kucing yang pernah menggigit dia. Milik Sumarta dan Daeng Mapparuka. Orang-orang ini juga harus dibunuh. Kucing itu tidak akan punya daya tanpa pemiliknya. Dirinya diisi ilmu oleh Sumarta dan Daeng.
Tetapi Jaya Wijaya juga ingin melihat apa sebenarnya yang telah terjadi.
Dengan dua mobil mereka pergi ke tempat terjadinya musibah. Yang mereka lihat lebih mengerikan daripada apa yang diceritakan oleh kedua anak buah Jaya. Kalau sepeninggalan dua bandit yang dibiarkan hidup itu tadi, kedua rekan mereka hanya luka-luka di muka dan leher oleh gigitan kucing dan tergeletak di sana dengan mulut ternganga dan mata terbeliak, maka kini perut kedua orang itu telah robek dan isinya terburai. Mengerikan dan memualkan.
"Tadi tidak sampai begini?" kata si kekar.
"Tentu pekerjaan harimau yang tidak kelihatan rupanya itu," kata bandit yang berwajah ganteng. Mukanya pucat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuhnya gemetar, begitu pula si kekar yang telah mengalami sendiri betapa mengerikan kucing dan harimau yang hanya menyuarakan bunyinya. Apakah kucing dan harimau itu akan datang lagi"
Jaya Wijaya sendiri yang sudah pernah digigit kucing suruhan, tidak berkata apa-apa. Ini lebih mengerikan. Ia sudah bekerja sama dengan harimau. Pasti harimau jadi-jadian. Tetapi sedapat daya ia menyembunyikan rasa takutnya di hadapan anak-anak buahnya itu. Pada saat itulah mendadak terdengar suara harimau di dalam ruangan dengan dua mayat yang telah rusak oleh cakaran dan robekan.
Semuanya, tanpa kecuali, termasuk Rudin menggigil. Dan Rudinlah yang menganjurkan supaya mereka pulang, sebab tenaga gaib yang begitu tak akan terkalahkan oleh manusia, katanya.
Setiba di gedung besar Jaya Wijaya, mereka duduk mengelilingi sebuah meja besar. Ruang rapat khusus dengan nama di pintunya Jaya Room. Untuk pertama kali orang kaya yang berakal bajingan itu berkata: "Kalau ada di antara kamu semua yang punya cara untuk menumpas binatang-binatang busuk itu, katakan. Kamu tahu imbalannya. Puluhan juta dan katakan saja perempuan mana yang kamu ingini."
Para penjahat yang tadinya tunduk mendengarkan ucapan boss mereka sebagai tanda hormat dan turut simpati atas musibah besar ini, kini sama-sama mengangkat muka dan saling pandang. Membayangkan apa yang dijanjikan Jaya Wijaya. Bandit mana yang tidak akan tertarik dengan imbalan sebesar ini. Tapi si kekar dan si ganteng tidak tertarik bahkan menyatakan ingin keluar. Jaya Wijaya marah.
*** TIGA PULUH DELAPAN
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SEMUA rekan memandang kedua orang yang menyatakan hendak keluar dari organisasi gelap penunjang kegiatan terang Jaya Wijaya. Apa yang membuat mereka senekat itu"
Semua anggota tahu, bahwa tak ada seorang pun yang boleh keluar dari sana. Dengan hanya satu pengecualian: mati. Mati dibunuh kawan tanpa diketahui mayatnya ditanam atau dibuang. Atau mati dihukum organisasi yang mayatnya akan dikuburkan secara rahasia. Mati karena membela Jaya Wijaya yang mayatnya akan dikubur dengan penghormatan disertai jaminan yang memadai bagi keluarga yang ditinggal. Atau mati karena dijatuhi hukuman mati oleh serikat gelap.
Setelah senjata dilucuti, kedua orang yang minta keluar itu, digiring oleh rekannya sendiri ke sebuah kamar, yang berfungsi sebagai kamar tahanan. Semua kawannya tahu, bahwa kedua orang ini pasti akan menerima hukuman mati.
Dan rupanya mereka lebih menyukai kematian daripada terus bekerja dengan banyak risiko.
Lagoa dan Baratu yang menggiring mereka bertanya, mengapa mereka memilih kematian.
"Mati oleh kepala ditembak dari belakang masih jauh lebih menyenangkan, dibanding mati dibunuh kucing dan harimau yang tak akan terlawan oleh kekuatan senjata," kata bandit yang bertubuh kekar.
"Tapi kalian dan kami belum tentu akan mengalami nasib seperti itu," kata Lagoa. "Sedangkan bagi kalian berdua, kematian sudah pasti. Hanya tinggal menunggu perintah boss, kapan
dilaksanakan."
Si kekar dan yang ganteng tidak menjawab. Memang, hukuman atas diri mereka sudah pasti kematian. Tinggal saat pelaksanaannya seperti kata Lagoa. Dan tidak ada kemungkinan untuk melarikan diri.
*** Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
DENGAN kesungguhan Daeng Mapparuka mencari orang-orang sakit yang sudah putus asa oleh kegagalan pengobatan dokter dan dukun, walaupun sanggup membayar berapa saja asal bisa sembuh, maka Sumarta dengan kucing suruhannya berhasil pula mengembalikan kesehatan beberapa orang kaya.
Dan kesembuhan mereka berarti bertambahnya kekayaan Sumarta yang akan melamar Christine Subandrio secara resmi.
Sudah tentu Daeng juga kebagian. Atas dasar bagi hasil atau komisi.
Dalam tempo tidak terlalu lama, Sumarta sudah dapat mengumpulkan uang lumayan disamping memiliki rumah sendiri. Tidak besar, bahwa apa yang ada itu sudah cukup tidak model "kampungan." Daeng mengatakan, bahwa apa yang ada itu sudah cukup untuk menemui orang tua Christine. Wanita cantik itu pasti tidak akan menolak. Setelah mengantarkan makanan untuk Sumarta beberapa waktu yang lalu, ia datang lagi, juga dengan oleh-oleh yang lezat.
Diwaktu itulah, atas anjuran Daeng, pemilik kucing suruhan itu dengan bahasa amat sederhana menyampaikan apa yang selama ini terpendam di dalam hati. Dia bukan orang pintar yang mengenal bahasa cinta untuk merayu seorang wanita dan meyakinkannya. Yang pandai begitu pada umumnya hanya orang-orang yang berpendidikan lumayan, apalagi kalau sekolahnya sampai ke tingkat atas. Walaupun di sekolah, termasuk sekolah tinggi tidak pernah ada mata pelajaran "merayu," tetapi kebanyakan pria sekolahan mahir sekali berbahasa cinta. Seringkah lebih mahir daripada kebolehannya dalam semua mata pelajaran yang ada. Istilah murah an di masa belakangan ini terhadap lelaki atau wanita yang sangat pandai menyampaikan perasaan hatinya yang diamuk cinta, ialah "gombal." Omong kosong, hanya manis di bibir saja. Itulah yang tidak pernah dikenal Sumarta, walaupun cinta yang menerjang hatinya lebih daripada yang dirasakan orang-orang pandai ngomong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona, boleh saya mengatakan sesuatu yang mungkin tak berkenan di hati nona" Mungkin membuat nona marah dan takkan sudi lagi bertemu dengan saya!" kata Sumarta.
Walaupun ia mampu menyuruh kucingnya,. tetapi kasian, dia tidak mampu menyuruh hatinya sendiri. Supaya jangan terlalu gemuruh sebab bisa membuat suaranya jadi gemetaran. Dan biar mati, suara Sumarta memang kedengaran lain. Terputus-putus dan bergetar, seperti suara orang yang merasa sangat kedinginan oleh terpaan angin kencang terhadap tubuh tanpa busana.
"Mengatakan apa bang Sumarta?" tanya Christine yang juga punya jantung berdebar kencang, tetapi bukan karena takut seperti yang jadi penyebab Sumarta tidak dapat berbicara sewajarnya. Christine berdebar, karena apa yang diharap-harap, barangkali kali ini akan kesampaian. Aneh kedengaran, bagaimana seorang wanita secantik, semuda dan sekaya Christine bisa punya perasaan begitu terhadap seorang laki-laki yang kerjanya cuma jual buah-buahan. Tapi buanglah perasaan aneh yang ada pada diri anda, kalau anda mau percaya, bahwa daya jangkau ilmu mistik tak dapat diukur dengan meteran, bahkan tidak dapat diukur dengan alat pengukur dalamnya lautan.
Sebelum Sumarta membuka apa yang selalu terbungkus rapi di dalam hati, kucingnya Sati datang, duduk di atas meja, tepat di hadapan majikannya. Mungkin untuk memberi bantuan moril kepada Sumarta, agar dirinya bebas dari perasaan ragu-ragu dan malu yang amat menyiksa dan mencekam dirinya. Melihat Sumarta belum juga mengatakan apa yang terkandung di dalam hati, kucing itu berdiri lalu menjilatrjilat telinga majikannya. Rupanya ia ingin membisikkan supaya jangan takut-takut. Katakan saja, tidak ada bahaya menghadang. Mengapa mesti takut! Dan jilatan itu benar-benar menolong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berkata Sumarta: "Maafkan saya, kalau nona tersinggung!"
Dia yang masih sangat berhalus-halus itu tidak sadar, bahwa dengan begitu ia sebenarnya menambah kegelisahan Christine yang sudah lama ingin tahu, bagaimana pandangan atau perasaan Sumarta terhadap dirinya. Ia sendiri kadang-kadang berkata pada diri sendiri, bahwa perbedaan yang menyolok antara keadaan seorang tukang jual buah dengan dirinya yang terpelajar dan kaya, tentu akan membuat laki-laki itu tidak akan berani menyampaikan perasaan hatinya, kalau ia memang punya perhatian yang tergolong di dalam makna jatuh hati. Pada hal Christine sendiri tidak menghiraukan materi. Yang ia tidak mengerti, adalah mengapa ia sangat senang pada laki-laki ini. Ia sesungguhnya heran akan hal ini.
Tetapi apa yang dirasa, bukan suatu mimpi. Ia suatu kenyataan.
"Saya ini sebenarnya tak tahu diri," kata Sumarta. Ia tunduk. "Saya ingin melamar nona untuk jadi kawan hidup!"
Lega perasaan Sumarta telah mengatakan apa yang selama ini menyesak di dada, tetapi jantungnya kian berdebar. Apa yang akan dikatakan perempuan ini" Padahal Daeng Mapparuka telah mengatakan, bahwa Christine sudah jatuh cinta setengah mati terhadap dirinya. Ia belum yakin. Ia hanya akan merasa tenteram kalau Christine sendiri sudah mengatakannya.
Dan Christine, menyesuaikan diri dengan lingkungan kini tunduk sambil berkata: "Abang bicara saja dengan orang tua saya!" Hanya enam potong perkataan, tetapi itu sudah lebih panjang dari pada surat diketik rapat sepanjang enam halaman folio. Ia setuju. Mau menjadi teman hidup Sumarta.
Lebih dari pada itu, ia merasa amat gembira akan mendampingi tukang jual buah-buahan itu. Karena ia jatuh cinta padanya.
Muka Sumarta berubah. Berseri. Kalau dia bukan Sumarta sebagaimana dirinya yang bisa jatuh cinta tetapi tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menguasai cara permainannya, tentu ia sudah melompat dan memeluk wanita cantik itu. Dan merasakan aneka keindahan yang hanya dapat dinikmati tanpa dapat mengatakannya dengan kata-kata. Tetapi dia hanya seorang Sumarta yang teramat sederhana, yang meruntuhkan hati wanita itu pun dengan kekuatan guna-guna serta bantuan kucing suruhannya. Ia hanya mengangkat muka dan memandangi Christine yang masih tertunduk seperti anak dara kampung yang menyatakan persetujuannya kepada sang ibu yang bertanya kepadanya apakah ia mau jadi isteri si Polan.


Kucing Suruhan Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sumarta memandang ke Daeng Mapparuka yang sejak semula hadir di sana. Dukun itu mengedipkan mata kirinya.
Sebuah kedipan yang sangat jelas maknanya. Kemenangan.
Persis seperti yang telah diyakinkannya ke dalam hati sahabatnya. Akan bersandinglah seorang wanita yang sangat cantik, pernah duduk di sekolah tinggi dengan bang Sumarta yang juga pernah bersekolah. Sampai kelas lima sekolah dasar. Akan banyak sekali orang iri hati. Bagaimana seorang tukang buah bisa jadi juara. Menyingkirkan sekian banyak peserta dalam perlombaan merebut hati Christine Julianty Subandrio.
"Kalian pasti akan jadi pasangan yang amat bahagia!" kata Daeng Mapparuka sambil berdiri dan memberi salam kepada kedua orang yang sedang gembira itu. Mungkin juga dengan berbagai macam khayalan di benak Sumarta. Membayangkan malam pengantin dan rencananya untuk malam itu.
"Kita pilih hari yang baik untuk menghadap ibu dan ayah nona Christine," kata Daeng Mapparuka.
"Lebih lekas memang lebih baik, tetapi jangan sampai keliru memilih hari," katanya meneruskan.
"Bagaimana yang baik saja Daeng," kata Sumarta.
Daeng mengambil kendi berisi air putih, menuang segelas hampir penuh, lalu duduk kembali. Ia membaca-baca, lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkata kepada Sumarta dan Christine agar masing-masing minum seteguk. Supaya berkah, kata Daeng. Dan kedua orang itu menurut tanpa tanya. Christine duluan, kemudian Sumarta.
*** KETIKA Sumarta dan Daeng mengantarkan Christine ke mobilnya, kembali para tetangga memandangi dengan penuh perhatian disertai tanda tanya. Tetapi tak pernah timbul dugaan di hati mereka, bahwa perempuan itu jatuh hati pada bang Sumarta oleh kekuatan guna-guna. Kalaulah mereka sampai tahu, tentu kehebatan ilmu pekasih Sumarta akan tersebar luas dan tidak akan sedikit perjaka, duda dan para suami yang datang berkunjung mohon bantuan untuk menundukkan wanita pujaan hati mereka yang tak terjangkau dengan bahasa cinta seindah apa pun.
Kedua orang sahabat itu merasa bangga jadi perhatian orang-orang sekitar. Dan Daeng Mapparuka yang juga sejak lama menduda sekarang punya keinginan untuk mempunyai teman hidup, guna mengurus diri dan rumahnya. Sudah pantas. Bukankah sudah banyak uang di tangan. Tetapi ia tidak menyampaikan hal ;ni kepada Sumarta. Dalam hati ia bertekad untuk mencari dan mendapat seorang wanita yang lebih cakep dari Christine. Paling tidak, sama cantiknya. Tetapi hendaknya yang masih perawan berdenting. Yang belum pernah ditabrak atau ketabrak apa-apa.
"Kapan harinya yang baik Daeng?" tanya Sumarta. Dalam soal-soal begitu, dia tahu, nasehat Daeng sangat diperlukan.
Dan dia tidak lupa, bahwa hati Christine tergaet atas bantuan Daeng. Kalau tidak ada sahabat yang dari Bugis itu, belum tentu perempuan yang pintar lagi cantik itu akan nemplok pada dirinya.
"Nanti malam kita lihat," kata Daeng. Dan dia berkata jujur, dia akan melihatnya baik-baik melalui ilmu pilih langkah yang dimilikinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa aku nanti tidak akan malu punya isteri sepintar Christine?" tanya Sumarta. Setelah perempuan itu menyatakan persetujuannya, Sumarta jadi memikirkan masa depan.
Tandanya ia tetap punya jalan pikiran yang lumayan baik.
Tidak serampangan. Ia tahu, bahwa bagaimanapun ia dan calon isterinya itu hidup di dalam masyarakat. Orang akan bisik-bisik. Kok bisa begitu. Tentunya ada sebab. Karena Sumarta sangat kaya" Mustahil, dia cuma sedang-sedang saja.
Yang berkeluarga kaya, justru yang perempuan. Karena Sumarta punya nama terkenal" Ada wanita yang bisa tergila-gila setengah mati pada orang terkenal, entah dia pemain bola atau olahraga lain, entah dia manusia dengan banyak bintang jasa walaupun hidupnya setengah kere atau pesilat yang tak termakan oleh senjata apa pun! Atau pernah menulis buku yang jadi best seller! Semua itu tidak dimilikinya. Ia hanya tukang jual buah-buahan yang belakangan punya usaha agak besar dari semula.
"Huh, jangan pikirkan itu kang Marta. Bikin puyeng diri sendiri. Pokoknya Christine cinta sama kakang lalu nikah. Itu hanya soal kakang dengan dia. Paling banter juga orang tuanya yang turut terlibat. Tetapi, mereka akan menerima lamaran kakang tanpa dipaksa. Jodoh dua manusia tidak perlu jadi masalah orang lain!" kata Daeng memberi keteguhan hati.
"Ya, tetapi kan orang bisa saja mempergunjingkan saya!"
"Perduli amat! Yang ngomongin kan orang yang iri, yang sirik. Kalau sudah cape, juga diam sendiri. Sudah kang Marta, jangan pikirkan itu. Lebih baik perlengkapan rumah baru kakang ditambah untuk menyambut sang dewi kesayangan nanti," kelakar Daeng.
"Eh, ngomong-ngomong, apakah orang tuanya akan menerima?" tanya Sumarta yang belakangan baru sadar, bahwa ia sudah merisaukan masa depan, sedangkan lamaran saja belum disampaikan dan belum tentu bagaimana hasilnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Malam itu Daeng bekerja lagi. Christine memang sudah tidak jadi soal. Tetapi orang tuanya harus ditundukkan. Dan Daeng tahu bagaimana caranya. Dibuatnya gambar dua manusia di secarik Tidak perlu bagus. Pokoknya ada kepala, tangan, badan dan kaki. Satu lelaki dan satu perempuan. Yang perempuan dengan rambut panjang. 'Kedua "orang" itu dilingkari dengan ?-garis bundar. Di dalam dan di luar lingkaran ditulisnya beberapa patah kata. Dengan huruf Arab.
*** TIGA PULUH SEMBILAN
GAMBAR serupa dibuat dua buah. Ukuran sama, di atas kertas berwarna kuning. Warna ini punya tujuan tersendiri.
Sebagai warna yang lazim bagi kerajaan, ia akan dapat menaklukkan azimat-azimat yang mungkin ada memagari rumah keluarga Subandrio. Pada umumnya azimat pemagar dibuat di atas kertas putih biasa, digantung atau ditempelkan pada dinding atau dibungkus dengan kain hitam lalu dipakai oleh yang ingin mempertahankan diri terhadap serangan ilmu gaib pihak lain.
Setelah selesai, Daeng Mapparuka memanggil Sumarta, mengatakan kepadanya bahwa kedua petunduk itu harus ditempatkan di rumah keluarga Subandrio. Yang satu harus dilangkahi oleh suami isteri itu. Harus. Kalau tidak dilangkahi, tidak akan ada pengaruhnya. Kalaupun ada, maka sangat kecil. Ibarat orang yang hanya pening kepala. Paling tepat tentulah menanamkannya di muka tangga rumah. Kalau rumah itu bertangga. Dan kalau teras di depan tangga itu tidak berlapiskan semen atau tegel. Tak mungkin menanamnya di dalam benda sekeras itu. Hanya dapat ditanam di dalam tanah. Jadi di luar pelataran yang dikeraskan. Mereka harus mengetahui dulu secara tepat bagaikan keadaan di sana. Bisa diselidiki dulu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
'Tidak akan terlalu susah."
"Yang satu," kata Daeng Mapparuka, "harus diselipkan di atas wuwungan rumahnya."
"Jadi harus memanjat ke atas gentengnya?" tanya Sumarta.
"Ya, tiada jalan lain. Tetapi bukankah kakang dapat minta bantuan Sati! Dia pasti dapat mengerjakannya," kata Daeng.
Sumarta pun yakin, bahwa kucingnya tentu akan suka menolong. Ia telah membuktikannya berkali-kali.
Setelah dilakukan penyelidikan, maka dua malam kemudian Sumarta bicara kepada kucingnya. Dikatakannya keinginan hati dan dipintanya agar Sati mau menolong.
"Sudah hampir selesai sayang," kata Sumarta. "Nanti akan ada orang yang memasakkan ikan atau daging untukmu." Dan kucing suruhan itu memperlihatkan rasa sukacitanya. Ia terangguk-angguk, bagaikan anak patuh yang mendengarkan suruhan seorang ibu atau ayah. Tampak jelas, bahwa ia ingin melihat majikannya berhasil mempersunting perempuan kaya yang baik hati itu. Setidak-tidaknya yang telah tunduk oleh pengaruh guna-guna, di dalam hal mana ia memegang peranan yang sangat menentukan,
Sekali lagi Daeng Mapparuka sangat kagum mendekati iri hati kepada sahabatnya yang sangat beruntung itu. Belum pernah ia mendengar ada orang seberuntung Sumarta. Belum pernah pula dia mendengar ada kucing seperti Sati. Bukan hanya dapat disuruh tetapi dapat memikirkan dan melakukan apa yang terbaik untuk majikannya.
Kedua azimat yang diletakkan di piring diambil oleh Sati dengan mulutnya, lalu ia berangkat. Ia tahu apa yang harus dilakukan dan ia akan melakukannya dengan baik. Karena ingin melihat sendiri, maka Sumarta dan Daeng mengikuti langkah Sati beberapa waktu yang lalu sudah pernah pergi ke rumah keluarga Subandrio. Bulan yang sedang terbit penuh,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memberi bantuan kepada kedua sahabat itu untuk melihat dari luar pagar apa yang dilakukan Sati di atas genteng. Betapa pentingnya arti Sati dalam pekerjaan ini. Kalaupun ada orang melihat kucing di atas genteng, orang tidak akan heran, karena banyak kucing suka bermain-main di atas atap rumah.
Sati menyelipkan kertas itu persis di tengah-tengah wuwungan rumah. Setelah itu ia turun dan menanamkan kertas yang selipatan lagi tak berapa jauh dari teras rumah. Tempat yang pasti dilalui penghuni kalau mereka hendak keluar.
Pada waktu itu hati Sumarta lebih besar daripada gunung Semeru. Pada perasaannya dialah manusia paling beruntung di permukaan bumi ini. Apa yang tak dapat dikerjakannya, dapat dilaksanakan oleh kucing saktinya. Tetapi pertolongan Daeng Mapparuka bukan kecil nilainya. Tanpa dia, tidak akan ada jimat dan tidak pula ada kertas berisi yang akan ditanam serta diselipkan oleh
"Budi Daeng tak akan pernah dapat ku balas," kata Sumarta.
"Jangan kakang berkata begitu. Tanpa kucing kakang, saya juga bukan apa-apa. Terus terang, nasib saya baru berubah setelah berkenalan dengan kakang. Apa gunanya jimat bagaimanapun ampuhnya kalau tak dapat kita selipkan di atas atap rumah yang jadi sasaran. Bagaimanakah saya akan menyelipkannya kalau tidak ada kucing sakti kakang.
Sebenarnya dialah yang paling berjasa.
"Kita harus selalu bersama-sama Daeng," kata Sumarta.
Dia tidak pernah tahu, bahwa Daeng telah dua kali mencoba merenggut nyawanya. Tetapi tak pernah berhasil, bagaimanapun rapi Daeng mengatur, karena yang menentukan hidup mati hamba Allah di dunia ini tiada lain melainkan Allah juga.
Pada waktu itu untuk kesekian kalinya Daeng menjadi malu. Ia telah dua kali berniat jahat terhadap orang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selalu begitu baik terhadap dirinya. Pada saat semacam itu ia menyesal, mengapa ia mempunyai hati sejahat itu, tetapi sekaligus ia juga merasa syukur, karena niatnya itu tidak pernah tercapai. Diam-diam dia mengakui di dalam hati, bahwa dalam satu dua hal memang dia lebih pintar dari Sumarta, tetapi dalam hal lainnya, Sumarta berada jauh di atas dia.
"Kalau kakang sudah nikah, tentu aku harus menyingkir,"
kata Daeng. Setengah memancing. Sumarta menjawab, bahwa tidak ada alasan untuk itu. Perkawinannya dengan Christine tidak perlu menjadi halangan bagi mereka untuk terus sama-sama serumah. "Kita ini ibarat dua saudara yang harus selalu saling mengisi," kata Sumarta.
Lagi-lagi Daeng merasa malu. Betapa polosnya orang yang amat sederhana ini. Dia tidak pernah membanggakan diri, walaupun punya kucing suruhan yang tidak dipunyai oleh siapa pun di Jawa, bahkan mungkin di seluruh dunia.
"Kakang terlalu baik," kata Daeng.
"Tidak, kurasa kita sama-sama baik. Suatu keharusan antar manusia," kata Sumarta.
Mereka berjalan kaki, enak di larut malam agak dingin seperti itu. Lebih enak lagi, karena obrolannya cukup mengasyikkan.
Pedang Darah Bunga Iblis 8 Puteri Es Seri 5 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Hikmah Pedang Hijau 2
^