Pahlawan Dan Kaisar 9
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu Bagian 9
maka orang yang di tengah pasti sulit untuk lolos lagi mengingat ilmu pedang
ayunan dewa sangat sering berubah arah pedangnya.
Jieji kembali cemas terhadap Chonchu dan Sungyu yang di tengah meski mereka
cukup berkungfu tinggi.
Saat dia sedang berpikir, di arah lain terdengar suara yang sangat hebat.
Yuan Jielung sedang bertarung hebat dengan ke 5 pendekar. Suara tapak
berlaga dan tapak tertahan sangat jelas. Pertarungan yang sangat luar biasa,
bahkan Jieji sangat mengagumi kemampuan ketua kaibang tersebut.
Jurus Yuan kadang lemah, kadang kuat, kadang terlihat gabungan kedua jurus
yang bersamaan.
Sepertinya jurus Yuan adalah jurus tapak pemusnah raga yang sangat terkenal
itu, tetapi disini terlihat agak lain.
Ketika penyerang menggunakan jurus tendangan mayapada untuk menghantam
ke arah Yuan, dengan tenang dia bertahan dan meminjam tenaga untuk mundur.
Tetapi penyerang lain tidak memberinya kesempatan. Jurus tapak yang sangat
dikenalnya segera di arahkan dari arah belakang.
Dengan berputar penuh, Yuan yang terjepit segera merapal tapaknya cepat dan
diadukan langsung ke tapak mayapada penyerang tersebut.
Kali ini, jurus Yuan sangat hebat. Dahsyat bagaikan gelombang. Sesaat
menyentuh tapak, terdengar dia berteriak tertahan. Suara dan hembusan keras
tenaga dalam terasa.
Orang yang menahannya segera terpental sangat jauh. Dia sempat terjatuh
terjungkal beberapa kaki. Penyerang sepertinya tidak mampu lagi berdiri dengan
baik. Di bibirnya mengalir darah segar yang banyak.
"Jurus yang hebat pemuda... Apa nama jurus tersebut?"" tanya seorang pemuda yang tadinya menggunakan jurus tendangan mayapada.
"Inilah 18 tapak Naga mendekam..." kata Yuan dengan dingin.
"Ha Ha... Ternyata beberapa tahun ini, telah banyak muncul jago silat....
Sepertinya kita yang tua tidak lagi berguna...." teriak seseorang dengan tertawa keras.
Suara seseorang yang sangat dikenal Jieji...
Dulunya Jieji pernah mencurigai dirinyalah orang yang dibalik topeng. Tidak
disangka kali ini benar adanya...
Pemuda tua yang tidak pernah bersuara padanya adalah orang yang
sangat-sangatlah dikenalnya. Pemuda tua yang hanya diam pada saat
pertarungan antara dia dengan kawan-kawannya sekitar 4 tahun lalu di timur kota Changsha.
Perasaan Jieji yang mendengar suara tersebut langsung bercampur aduk sangat
hebat sekali. BAB LXXI : Identitas Lima Pendekar Bertopeng Aneh
Ingin sekali Jieji keluar untuk bersua dengan pria bertopeng yang sedang tertawa keras tadinya, tetapi selalu diurungkan niatnya. Dia tidak ingin memunculkan
dirinya karena dia tahu sesuatu yang berbahaya bakal terjadi nantinya padanya.
Bukannya dia sendiri takut akan hal yang berbahaya. Tetapi baginya dengan
memunculkan diri di hadapan mereka semua, maka masalah akan tambah ruwet
nantinya. Sebenarnya apa hal yang ada di benaknya" Mungkin sebentar lagi akan terlihat
bagaimana perkiraannya menjadi kenyataan.
Wang Sungyu dan Chonchu yang sedang terkepung di tengah sangat
kebingungan, keduanya tidak tahu lagi bagaimana cara menyerang yang paling
baik. Mereka hanya berupaya mempertahankan diri mereka.
Sedangkan Jielung sedang berusaha sangat keras di antara kepungan 5
pendekar hebat.
Para tetua kaibang bersama dengan saudara-saudara mereka juga sedang
berusaha keras menghadapi "Pasukan Bertopeng aneh".
Keadaan sepertinya sama sekali tidaklah menguntungkan bagi pasukan Kaibang.
Dengan aba-aba menyerang, kelima belas pengawal sakti segera beranjak
sangat cepat. Sekilas... Nampak sebatang pedang yang cepat sedang menuju ke arah Chonchu.
Chonchu yang melihatnya sangat terkejut, dia berusaha untuk mengelak.
Tetapi... Seperti perkiraan Jieji adanya, jurus pedang salah satu dari 15 pengawal sakti
yang berkelebat adalah Jurus pedang ayunan dewa.
Mengikuti gerakan Chonchu, jurus pedang itu dengan cepat mengancamnya.
Sambil berputar ke depan, dia berniat untuk menghempaskan tapak ke arah
dada penyerangnya.
Tetapi baru saja dia merapal tapaknya, dia telah di hentikan kelebat pedang dari samping.
Sungguh sebuah kerja sama yang sangat bagus.
Sedangkan Wang Sungyu juga mengalami hal yang sama dengan Chonchu di
tengah. "Kalian tidak akan mampu bertahan lama... Dengan menghindar maka sudah
sama saja dengan mengantarkan nyawa kalian... Ha Ha..." kata seorang di
antara 15 pengawal sakti.
Bagi yang tidak mengeluarkan jurus, mereka hanya berputar selingkaran
mengepung. Tujuan mereka sangat jelas adanya, yaitu untuk mencari "celah" dari hindaran pihak bertahan.
Formasi yang sangat kuat adanya...
Formasi seperti ini telah diperkirakan Jieji yang melihatnya dari tempat yang jauh.
Sementara itu, Yuan Jielung kembali dikepung oleh 5 orang pendekar. Pria tua yang tadinya
terhempas jauh akibat pukulannya telah kembali bangkit untuk mengepungnya.
Pertarungan Yuan sebenarnya sangatlah seru. Ketua kaibang betul-betul adalah
jago zaman ini, kelima pendekar yang dulunya pernah bertarung melawan Jieji
sebenarnya telah maju pesat kungfu dan tenaga dalamnya. Tetapi menghadapi
Yuan Jielung sebenarnya lebih sulit jika dibandingkan melawan Jieji saat
pertarungan hebat di timur kota Changsha. Jieji hanya diuntungkan karena dia
memiliki tapak berantai.
Suara pertarungan membahana segera terdengar.
Yuan di satu kesempatan sempat menarik kakinya mundur cepat, tetapi para
penyerang tidak memberinya kesempatan.
Tujuan Yuan tentu adalah untuk memecah format 15 pengawal sakti. Dia ingin
menerjang mereka dengan tapak mautnya. Tetapi sepertinya dia juga sendiri
tidak pernah mempunyai kesempatan.
Jieji yang melihatnya tentu sangat cemas terhadap mereka berdua. Kali ini dia
tidak lagi memikirkan akibatnya. Segera dia mengeluarkan sebatang pedang dari
buntalan kain yang berada di bahunya, serta seperangkat alat yang mirip bulu
manusia. Entah apa maksud Jieji mengeluarkan benda tersebut. Dengan cepat,
dia menerjang ke arah Chonchu dan Wang Sungyu...
Chonchu tidak punya pilihan ketika dia beranjak menghindari 2 kelebat pedang
yang datang bersamaan. Tanpa disadarinya, dia telah terperangkap ke pintu
yang paling tidak boleh dimasuki dalam format 8 diagram Dao, yaitu pintu "Mati".
Dengan segera dia mendapati banyak kelebat sinar pedang telah
mengancamnya dari 8 penjuru. Puteri koguryo ini sangat bingung karena
mendapati belasan sabetan telah datang sangat dekat padanya. Sesaat, dia
menutup matanya untuk pasrah karena mendapati dirinya bakal "dicincang"
hingga tubuh tercerai-berai.
Tetapi... Ketika penyerang berpikir bahwa diri mereka berhasil... Saat itu juga, segera
muncul sekelebat sinar merah menyala yang sangat terang. Penyerang sempat
menutup mata mereka masing-masing karena "silau-nya" cahaya yang datang.
Suara seperti sesuatu yang pecah terdengar sangat keras dan pada saat yang
bersamaan. Penyerang yang memiliki sasaran Chonchu tidaklah berhenti. Tetapi...
Pedang mereka semua sepertinya tidak mengenai Chonchu, baik itu bacokan
atau tusukan. Semuanya mengenai tempat yang kosong.
Chonchu yang terheran segera membuka kedua matanya, begitu pula Sungyu
segera berpaling ke arah seseorang yang datang.
Kemudian dengan terkejut girang tak terkatakan mereka melihat orang yang
menolong mereka tersebut.
Sedangkan ke 15 pengawal sakti sangat heran sekali. Di antara 12 orang yang
memegang pedang tadinya, semua pedang di tangan telah buntung menjadi dua
bagian. Oleh karena itu, semua pedang berkelebat tersebut tidak mengenai Chonchu.
Yuan Jielung dan 5 orang pendekar segera menghentikan pertarungan dan
melihat ke arah Jieji yang telah sampai. Yuan Jielung mengenal pria ini, pria yang pernah bertatap muka dengannya di penginapan kota Chenliu.
"Saudara Zhang?"" tanyanya ke arah Jieji.
Jieji hanya memberi hormat sambil merapatkan kedua tangan dan
membungkukkan tubuhnya. Hal ini juga di kuti ketua Kaibang.
Sementara itu, semua anggota Kaibang dan para pasukan aneh juga melakukan
hal yang sama, mereka langsung menghentikan pertarungan dan menuju ke
belakang dari 5 pendekar bertopeng aneh. Sementara itu, anggota Kaibang juga
beranjak ke arah Yuan Jielung dan berdiri baris rapi di belakangnya.
"Siapa kau?"" tanya seorang dari salah satu 15 pengawal sakti kepadanya.
Jieji sengaja memakai bulu sebagai kumis dan jenggotnya sehingga mereka
tentu tidak mengenali Jieji adanya dengan sekali melihat.
Tetapi seorang yang bertanya segera sadar saat dia melihat sesuatu pedang
"aneh" yang sedang di pegangnya.
Pedang yang merah membara, seakan terasa jilatan apinya pada dirinya. Tentu
pedang ini tidak lain adalah pedang Ekor api yang sangat terkenal di dunia
persilatan. Jieji tidak langsung menjawab pertanyaan itu.
Dengan segera dia berbalik ke arah 5 pendekar.
"Akulah Hikatsuka Oda...." kata Jieji dengan serius sambil memandang ke arah mereka.
Sementara itu, di antara 5 orang tadinya yang mendengar apa yang dikatakan
Jieji. Tertampak seorang yang melihat ke seseorang di sampingnya.
Jieji yang melihatnya segera menggelengkan kepalanya. Dari wajahnya timbul
penyesalan yang sangat dalam. Hatinya berdebar-debar, dan sangatlah sakit
hatinya. Tentu ini adalah pancingan untuk "mencari" Hikatsuka Oda, apakah benar dia berada dalam pasukan pakaian hitam itu atau tidak.
Kali ini melihat reaksi salah seorang pemakai topeng aneh, dia segera mengerti
semuanya. Bukan saja ayahnya Xia Rujian, bahkan ayah kandungnya Hikatsuka Oda dan
Ibunya juga berada di pasukan tersebut.
"Ha Ha.... Ternyata kau itu tidak berkurang kepintarannya..." kata seseorang di tengah.
Seseorang yang tiada lain pemakai tendangan mayapada tadinya.
Sementara tadinya seseorang yang melihat ke arahnya segera menundukkan
kepalanya. Dengan segera pula, seorang yang berbicara ini melepas topeng anehnya.
Wajah yang tidak pernah di kenalinya....
Wajah yang tidak asing baginya...
Segera terpampang bagai mimpi yang tiada berkesudahan.
Wajah orang tersebut memang sedikit mirip dengan dirinya. Meski wajah pria
tersebut kelihatan lebih tua.
"Ayah......" kata Jieji dengan mata yang sayu sambil melihat ke arahnya.
"Bagus... Bagus... Ha Ha....." kata Hikatsuka sambil tertawa.
"Anakku...." kata seseorang disampingnya seraya melepaskan topengnya.
Terlihat seorang wanita tua yang telah berusia 50 tahun lebih. Orang inilah yang
"terpancing" oleh siasat sederhana Jieji. Jieji sempat melihat dalam-dalam ke arah Ibunya. Ibu yang melahirkannya. Tetapi kenapa sang Ibu dan Ayah malah
sangat kejam terhadapnya"
Apakah ada sesuatu hal yang sangat beralasan yang tersembunyi di dalamnya.
Jieji ingin berpikir, tetapi saat dia mulai... Dia merasa sangat ketakutan dan tidak tenteram adanya. Oleh karena itu, dia tidak bertindak apapun selain hanya
melihat ibunya dengan mata yang penuh kasih beberapa lama.
Tetapi setelah itu, Jieji memalingkan wajahnya ke arah seseorang di sana.
Seseorang yang sempat memuji kungfu Yuan Jielung tadinya.
"Ayah...." kata Jieji kembali, tetapi matanya terlihat sangat sayu.
"Ha Ha Ha........" terdengar suara tawa pria tua tersebut. Pria tua ini segera melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Hikatsuka Oda. Dengan
segera, dia melepas topeng aneh yang dikenakan.
Memang benar, dialah Xia Rujian. Ayah yang mengasihinya dan menjaganya
selama 20 tahun.Entah apa maksud semua hal tersebut. Tetapi satu hal yang
dipikirkan Jieji sekarang, dia tidak akan mundur selangkah pun. Jiwa
kebenarannya semakin membara di dalam dirinya.
Jieji kembali berpaling ke arah seseorang lagi. Seseorang yang tadinya terluka
dalam karena mendapat sebuah tapak maut dari Yuan Jielung.
"Raja Yelu... Apa kabarnya... Kamu masih sehat adanya...." kata Jieji sambil tersenyum menatap ke arahnya.
Pemuda tua itu tidak menjawab perkataan Jieji, tetapi dia hanya melepas
topengnya sendiri.
Memang benar, wajah seorang yang pernah dibunuhnya sekitar 4 tahun lalu di
pertempuran hebat di bawah kota Ye.
"Kamu bisa menebak seseorang lagi?" tanya Xia Rujian tersenyum sambil melihat ke arah seseorang yang topengnya belum dilepas.
"Dialah orang yang sangat penting bagi kedua istriku...." kata Jieji sambil memandang ke arahnya.
"Ha Ha........ Betul... Betul... Tidak kusangka, aku mempunyai dua puteri yang nan cantik. Keduanya malah dinikahi orang yang menjadi musuhku dalam
belasan tahun terakhir. Ha Ha.... Menarik sekali....."
Dengan segera, dia juga membuka topengnya.
Terpampang wajah Yunying dan Xufen disana, wajah yang mirip. Tetapi kali ini,
wajah yang terlihat tersebut telah termakan usia adanya. Rambutnya agak
memutih, tetapi kecantikannya betul masih tersisa di wajah yang tiada asing
baginya. Yuan Jielung yang tidak mengenal Jieji segera sadar.
Pemuda yang bermarga Zhang yang ditemuinya beberapa hari lalu ternyata
adalah Xia Jieji, orang yang paling di ncarnya.
Tetapi disini dia kembali mendapat teka-teki. Kenapa mereka yang tadinya
datang dengan nama "Xia Jieji" sekarang malah terlihat bermusuhan dengannya.
"Kenapa" Kenapa kau tidak membiarkan puterimu untuk selamat adanya sampai
ke Dongyang belasan tahun lalu...." kata Jieji ke arah Wu Shanniang.
"Itu adalah sebuah hal yang sampai sekarang tersisa rasa sakit hatiku... Tetapi, kaulah penyebabnya... Semua adalah gara-gara kau..." kata Wu Shanniang
sambil marah menatapinya.
"Aku" Jadi benar kau pelempar senjata rahasia itu ke arahku?" tanya Jieji yang heran.
"Betul... Akulah orangnya... " kata Wu Shanniang pendek.
Teringat kembalinya sebuah lemparan jarum perak ke arahnya belasan tahun
yang lalu. Wu Shanniang yang bersama Hikatsuka Oda saat itu tentu tahu kalau
Xia Jieji telah kebal racun pemusnah raga.
Tetapi apa yang diperkirakan manusia, tidak mampu di perhitungkan dengan
langit. "Ternyata semua hal adalah untuk menakut-nakuti Xufen. Supaya Xufen bisa
bersama kembali denganmu jika aku mampu diselamatkan. Tentu kamu akan
muncul dengan pura-pura mengenyahkan Racun pemusnah raga dalam diriku.
Setelah itu, kamu akan mengajak kita berdua untuk ikut dalam pasukanmu.
Bukankah begitu, Ibu mertua?" Tetapi...." kata Jieji yang terlihat sedih karena hal sesungguhnya telah diketahui.
Wu Shanniang hanya diam tiada menjawabnya. Karena apa maksudnya saat itu
telah diketahui Jieji dengan sangat jelas. Pasukan mereka pasti berniat
mengambil Jieji dan Xufen sebagai salah satu anggot di antara mereka. Selain
keduanya sangat pintar, dan tentu sangat berguna dalam pengembangan proyek
rahasia mereka. Xufen juga menguasai Ilmu jari dewi pemusnah. Ilmu jari yang
sangat diperlukan untuk melengkapi semua jurus untuk membentuk "Ilmu
pemusnah raga".
Tetapi takdir sepertinya tidak menginginkan hal tersebut terjadi.
"Anakku... Jadi kamu memutuskan tetap melawan kita semua?" tanya Xia Rujian yang melihat suasana sedang dingin.
Jieji melihat ke arah ayahnya. Dia diam beberapa saat untuk memandangi
ayahnya dalam-dalam.
"Betul..." katanya pendek.
Mendengar apa yang diucapkan Jieji, kelima orang langsung tertawa sangat
keras. "Nah.... Sudah kutebak kan?"
Hikatsuka Odalah orang yang memotong suara tertawa.
"Betul... Kalau begitu, sepertinya hubungan ayah dan anak kita bakal putus sampai disini saja... Kelak jika bertemu, kita telah menjadi musuh bebuyutan...
Bagaimana?" kata Xia Rujian kembali kepadanya.
"Ananda tidak berbakti... Tidak mampu melayani orang tua dengan baik... Inilah kesalahan yang sangat fatal bagi seorang manusia...." Kata Jieji sambil berlutut.
Dengan gerakan cepat, dia menyembah ke arah 4 orang yang berdiri tersebut
dengan sangat hikmad.
Dia sempat melakukannya 3 kali.
Setelah itu, Jieji berdiri.
Sinar matanya terlihat merah menyala dan penuh dengan hawa pertarungan.
"Tetapi.... Kebenaran bagiku di atas segalanya....."
Keempat orang tersebut segera tersenyum sangat puas melihatnya.
"Apa tujuan kalian yang sebenarnya?" tanya Jieji kembali.
"Kamu telah tahu dengan sangat baik, bukankah begitu?" tanya Hikatsuka kepadanya.
Jieji bisa menebak sebagian besar akan kebenaran di balik semuanya. Tetapi dia
tahu dengan benar, meski meminta mereka menyebut "alasan". Adalah sesuatu yang tidak mungkin adanya. Oleh karena itu, dia tidak berkata lagi lebih lanjut....
"Tetapi untuk apa?" tanya Jieji dengan heran ke arah mereka.
"Ha Ha Ha......" Hanya terdengar keempatnya tertawa dengan sangat keras.
Disini Jieji telah tahu, mereka tidak akan memberitahukan hal yang sebenarnya
ke dia. Oleh karena itu, Jieji segera menaikkan hawa pertarungannya. Tenaga
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dalamnya segera dikasih bekerja.
Desiran pasir yang hebat segera menyelimuti dirinya. Dari matanya segera
terlihat tatapan yang haus pertarungan. Sedangkan di bibirnya segera
tersungging senyuman manis.
Sebelum pertarungan dimulai, dari jauh telah terdengar langkah kaki yang sangat banyak jumlahnya menuju ke arah mereka semua.
Sedangkan ke 5 orang yang berada di depannya segera tersenyum sangat puas.
Dengan segera, terlihat Yelu Xian mengangkat tangannya tinggi sekali.
Pasukan aneh di belakang langsung bubar dengan sangat cepat. Sedangkan 5
pendekar segera melepas pakaian mereka semua.
Sekarang 5 pendekar tersebut memakai baju biasa, semua bajunya telah mulai
dibakar. "Jadi ini adalah perangkap yang anda semuanya siapkan untukku?" kata Jieji sambil tersenyum ke arah mereka.
Terlihat Ibu dari Jieji segera mengerutkan dahinya sambil memandang puteranya
dalam-dalam. Maksud dari sang Ibu tentu diketahui oleh Jieji. Dia juga melakukan hal yang
sama, memandang mata ibunya dalam-dalam. Sesaat, terlihat Jieji
menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Kamu tahu siapa yang sedang mendatangi?" kata Xia Rujian.
"Tentu... Kalian meminta para pesilat untuk menagih hutang kepada "Xia Jieji".
Bukan begitu?" kata Jieji sambil tersenyum kepadanya.
"Ha Ha.... Cerdas sekali...." terlihat Xia Rujian tertawa keras sambil memegang jenggotnya.
"Tetapi....
Kalian tidak akan berhasil.. Kamu mengharapkanku untuk membantai mereka
semua, supaya apa yang kalian lakukan akan beres dan tiada tercegah?"
kata Jieji seraya tersenyum.
"15 pembunuhan tetua partai besar, 22 keluarga pejabat, serta 107 pesilat
ditambah sesepuh persilatan Dewa Bumi dan Biksu Wujiang. Sepertinya kamu
kali ini dalam masalah yang tiada kecil..." kata Hikatsuka Oda.
"Hmmm.... Hanya karena aku tidak tunduk tentu tidak akan mendapat sangsi
seperti itu. Ada sesuatu yang kalian simpan dalam hati... Kenapa tidak katakan
saja dengan jujur?" tanya Jieji seraya tersenyum.
"Masalah itu akan kamu ketahui sendirinya. Masalah benci sepertinya tidak
mungkin, tetapi hanya kamulah orang yang bisa menghentikan langkah pesilat..."
kata Hikatsuka Oda kembali dengan tersenyum.
"Aku mengerti..." kata Jieji kembali juga dengan tersenyum.
Jieji tahu dengan benar, sekarang dia menjadi "alat" untuk membantai para pesilat. Untuk ketua dan tetua hebat dari beberapa partai terkenal, mungkin 5
orang tersebut tidak mudah melenyapkannya. Tetapi dengan adanya Xia Jieji,
mungkin perjalanan mereka akan mulus.
Tadinya Jieji juga sempat berkata bahwa tujuan mereka tidak akan berhasil.
Apakah memang semua hal bisa terjadi seperti yang telah diperkirakannya"
Suara pesilat yang mendatangi dengan langkah lari telah terasa sekali. Jarak
mereka hanya sekitar 1 li saja untuk sampai.
Sementara itu, Chonchu dan Wang Sungyu segera menghampiri Jieji.
"Kak Jieji... Lari saja.. Disini kita Kaibang yang akan bertanggung jawab..." kata Chonchu dengan pengertian kepadanya.
"Tidak... Aku tidak akan lari...." Kata Jieji kepadanya sambil tersenyum.
"Ohya" bagaimana dengan hubungan kalian berdua?" katanya kembali sambil melirik ke arah Sungyu.
Chonchu hanya tersenyum sangat manis. Tetapi Sungyu juga terlihat malu
sambil menunduk.
Jieji yang melihat perlakuan mereka segera tertawa besar, tiada terlihat baginya bahwa dia cemas karena bakal menghadapi bahaya besar. Di wajahnya, tetap
tertampak sinar cemerlang seakan tiada masalah.
"Kalian berdua... Sungguh aku tidak mempunyai waktu untuk mengundang kalian ke Dongyang. Jika sempat, sesekalilah menuju kesana. Saya telah mempunyai
seorang putera sekitar 5 bulan lalu..." kata Jieji dengan wajah yang senang.
"Jadi" Kakak telah mempunyai seorang putera dari dik Yunying?" tanya Chonchu yang tersenyum sangat ceria juga.
Sedangkan mereka berlima yang melihat tingkah Jieji, hanya menggelengkan
kepala. Mereka sangat salut akan pendirian Jieji yang teguh tak tergoyahkan
meski masalah besar bakal datang kepadanya.
Dari arah jauh...
Telah terdengar suara yang membahana bagaikan langit sedang runtuh.
Suara yang sangat jelas sekali....
"Bantai Setan Pembantai......"
Tiga buah kata terdengar terus bergema di lembah datar yang luas itu.
BAB LXXII : Pertarungan Dahsyat Tiga Babak
"Apakah kamu merasa takut?" tanya Chonchu kepada Jieji.
Jieji melihatnya sambil tersenyum beberapa saat, kemudian dia berkata.
"Tidak...."
"Kita berdua akan mendukung apa yang anda lakukan...." kata Sungyu seraya berjalan ke arahnya dengan tersenyum.
Jieji memandangnya beberapa saat, dia hanya mengangguk pelan. Setelah itu,
dia berjalan ke arah Sungyu mendekatinya. Terlihat Jieji membisikkan sesuatu
hal kepadanya. Sungyu yang mendengar bisikan sesekali mengangguk pelan.
Lalu dia berjalan ke arah tengah tanah lapang sambil berdiri tenang menghadap
ke arah para pesilat yang akan datang kesana.
Beberapa saat kemudian telah terlihat rombongan pesilat dari arah yang cukup
jauh sedang berlari mendatangi. Kepulan asap bahkan terlihat lumayan jelas
menggumpal ke atas.
Kelihatannya semua pesilat yang berada di bawah kota Ye tadinya mendekati
tanah lapang sambil berteriak keras.
"Bantai Setan Pembantai!!!"
Akhirnya tidak beberapa lama, sampailah para pesilat itu.
Yang terasa aneh oleh Jieji adalah orang yang memimpin para pesilat tersebut.
Orang yang cukup dikenalinya. Seorang pemuda tampan yang pernah
bermusuhan dengannya selama beberapa tahun lamanya. Pemuda tampan yang
pernah dipunahkan ilmu kungfunya olehnya.
Tentu pemuda tersebut adalah Yue Liangxu adanya, putera tunggal dari Yue
Fuyan. Tetapi kelihatannya Liangxu disini agak berbeda dengan Liangxu yang
sebelumnya yang pernah dikenalnya.
Tatapan Liangxu kepadanya terasa sangatlah "khas". Hawa pembunuhan dari kedua matanya bersinar sangat terang saat menatapnya. Tidak seperti dahulu,
tatapan matanya yang penuh cemburu dulunya telah hilang. Tetapi digantikan
dengan tatapan buas penuh nafsu membunuh keluar darinya. Jieji hanya merasa
mungkin karena gosip mengatakan Yue Fuyan dibunuhnya, maka daripada itu
Yue Liangxu datang untuk membalas dendam. Ternyata apa yang dipikirkan Jieji
kali ini melenceng sekali adanya.
"Yang di tengah dan berpakaian sastrawan itulah Xia Jieji....." kata Yue Liangxu seraya menunjuk ke Jieji sambil tersenyum sinis.
Langsung dan secara spontan, para pesilat yang berkedudukan tinggi
melangkahkan kakinya ke arah Jieji.
Terlihat yang maju terdepan adalah Yang Xiu, Ketua HuaShan yang dengan
julukan "Yi Jien Bu Bai".
"Kaukah Xia Jieji?" tanyanya.
Seraya menarik kumis dan jenggot buatannya, Jieji mengakuinya.
"Betul.. Akulah orangnya..."
"Kalau begitu janganlah salahkan aku yang tua mengeroyok yang muda..."
katanya kembali.
"Silakanlah lakukan ketua Huashan...." kata Jieji menatapnya sambil tersenyum.
Di Lembah datar yang luas telah dipenuhi luar biasa banyak pesilat. Mungkin
jumlahnya telah mencapai hampir 300 orang jika ditambah dengan pasukan
Kaibang. Namun, Jieji tidak terlihat gentar adanya. Dia tetap tenang dan sesekali memberi senyuman manis ke arah pesilat.
"Ketua..... Biarkan kami menyelesaikannya juga...." kata seseorang yang ternyata adalah tetua Liang dari Kaibang, tetapi dia di kuti oleh Tetua Han dan tetua Wu.
Yuan Jielung hanya diam, dia tidak sanggup berkata banyak. Sambil berpikir
keras, dia menganggukkan kepalanya pelan.
Sedangkan Chonchu dan Sungyu segera mendekati Yuan Jielung.
"Kakak... Kamu sudah tahu hampir sebahagian besar kebenarannya. Kenapa
kamu tidak mencegahnya?" tanya Chonchu yang agak heran.
"Ini tidak bisa kulakukan... Tetapi tenanglah dik, akan kucari upaya
menguntungkan dia..." kata Yuan sambil berbisik ke arah Chonchu. Tentu
Chonchu yang mendengarnya segera tersenyum.
Yuan Jielung bukannya tidak mau membantu terang-terangan kepada Jieji.
Hanya dia merasa akan cukup rumit masalahnya jika Kaibang membantu "Jieji".
Oleh karena itu, dia hanya diam dan berpangku tangan. Tetapi dia mendapat
sedikit ide bagus untuk keselamatan Jieji adanya.
Tanpa banyak bicara, Ketua Beiming, Hanxue, Hengshan, Shaolin, Kunlun,
Khongtong, Donghai, BeiYu telah maju serentak. Sementara itu temannya Jieji,
Chang hanya diam saja sambil tersenyum sinis kepadanya.
Tentu hal ini tidaklah diketahui Jieji. Sebenarnya dari dulu Chang juga adalah
salah satu orang dari pasukan bertopeng. Dialah pengkhianat dari partai BeiYu
yang memberikan Informasi supaya para pesilat menuju ke tanah lapang
tersebut. Tentu adik seperguruannya, Yu Xincai tiada mengetahui hal tersebut. Dia hanya
diam terpaku karena mendapati orang yang menyelamatkan nyawanya beberapa
hari lalu adalah "Xia Jieji". Sesaat dia merasa kalau Xia Jieji-lah orang yang memainkan sandiwara pertarungan antara dia dan kakak seperguruannya
dengan pasukan bertopeng aneh di dekat kota Ye.
"Tuan muda... Kenapa anda begitu kejam" Apa maksud anda membunuh
seluruh pesilat kawakan?" tanya seseorang dari partai Shaolin. Jieji melihat ke arahnya, dia tidak berkata apa-apa. Sesaat penyesalan penghinaan terhadap
Biksu Wu Jiang termuncul dalam benaknya. Dia menatap biksu Shaolin tersebut
dengan penuh perasaan.
Ketua pengganti partai Shaolin adalah Biksu Wu Huan. Kata Wu Huan adalah
artinya tiada membalas. Huan diambil dari kata "Huan Shou" yang artinya membalas.
"Aku tidak mengerti sesungguhnya terhadap apa yang anda katakan
sesungguhnya. Tetapi aku sendiri tiada penjelasan mengenai tewasnya Biksu
Wu Jiang. Hanya satu hal yang bisa kupastikan, Biksu tua Wu Jiang tidak
dibunuh olehku..." kata Jieji dengan mantap.
"Alaaa... Banyak alasan kau itu... Kamu tahu tiada tempat lari lagi bagimu... Oleh karena itu kau mengatakan hal seperti itu" Kutanya sekali padamu, dimana
kesombonganmu dulunya" Ha Ha..." tanya ketua partai laut timur, He
MengZheng tetapi dia langsung melihat ke arah pedang yang masih terpegang
oleh Jieji adanya.
"Hm... Jika seekor burung elang terbang ribuan Li, Burung biasa mana mungkin bisa tahu maksudnya?" tanya Jieji seraya tersenyum kepadanya.
"Kau!!! Kau pernah menghinaku di Wisma Wu. Kau harus menerima pembalasan
sekarang..." teriak seorang pria paruh baya yang ternyata adalah Ketua partai kunlun, Wang Ge Zhuan.
"Oh" Rupanya anda masih hidup dengan baik sekali adanya ketua Wang." kata Jieji sambil tersenyum kepadanya.
Tidak seperti dulunya, Jieji yang berada di Wisma Wu selalu menghina setiap
orang yang datang kepadanya. Hal itu tidak dilakukannya lagi mengingat
namanya sekarang telah jelek luar biasa. Jika memancing lagi emosi para pesilat di sana, maka akan terasa lebih runyam nantinya. Oleh karena itu, Jieji berusaha sabar. Menurutnya kali ini hanya perlu dilakukan pertarungan saja, tetapi tidak lagi dia ingin bersilat lidah.
"Kita maju bersama saja.. Kita cincang Xia Jieji... Bagaimana?" tanya Wang Gezhuan seraya mengangkat sebelah tangannya tinggi.
Kata-kata ketua Kunlun segera di sambut sangat meriah oleh para pesilat disana.
Semuanya langsung mengeluarkan senjata mereka masing-masing dari sarung.
Sedangkan Jieji sama sekali tidak terlihat gentar adanya. Setidaknya jumlah
pesilat disini hampir 300 orang adanya.
Selain itu, beberapa di antara mereka adalah pesilat kelas tinggi. Namun hal ini tidak membuatnya gentar, karena dia tahu nantinya pasti akan terjadi sesuatu
hal. Dia terus tersenyum saja tanpa melakukan apapun.
Sementara itu, Yuan Jielung segera datang ke tengah menengahi.
"Kita berasal dari perguruan putih, tidak mungkin kita mengeroyok seorang
pemuda yang nyawanya telah di ujung tanduk... Bagaimana pertarungan kita
tentukan melalui duel satu lawan satu saja?" teriak Yuan ke arah pesilat.
Yuan sangatlah berkharisma, kata-katanya terkesan sangat agung. Beberapa
pesilat di belakang diam saja dan tiada bertindak apa-apa.
Sedangkan ketua perguruan Hua Shan segera mengangguk.
"Betul apa yang dikatakan ketua Yuan... Jika kita mengeroyoknya, bagaimana wajah kita selanjutnya di dunia persilatan?"
Mereka berdua mendapat sambutan yang baik dari para pesilat terhadap
keputusan tersebut.
"Tetapi pertarungan 1 lawan 1 akan memakan waktu yang cukup lama..." kata Wang Gezhuan kemudian.
"Lalu apa usul anda?" tanya Yuan Jielung kemudian.
"Kita bergabung saja... Tentukan dalam 3 babak.. Bagaimana?" katanya kembali.
"Baik.. Itu ide yang bagus... Bagaimana pendekar Xia?" tanya Yuan yang melihat ke arah Jieji.
Jieji tahu dengan benar, sebenarnya Yuan Jielung sedang membantunya. Dia
tentu mengangguk sambil tersenyum manis.
"Baiklah, Kita-kita ketua HuaShan, Kunlun, Kongtong, Donghai, Hanxue adalah orang-orang pertama yang menjajalnya. Bagaimana?" tanya Wang Gezhuan
sambil tersenyum girang.
"Baik... Bagaimana dengan anda?" tanya ketua Huashan kepada Jieji.
Seraya melebarkan kedua tangannya, Jieji berkata.
"Tidak masalah....."
Dengan segera, semua pesilat dari pihak lain segera memisahkan diri.
Sedangkan yang tertinggal hanyalah 5 ketua perguruan silat. Yang Xiu, Wang
Gezhuan, Hung Shuguang, He Mengzheng, dan Ren Suiyan segera mendekati
Jieji. Mereka hanya terpisah sekiranya 20 kaki.
"Anak muda... Kali ini kita tidak akan bermain-main.. Oleh karena itu, cobalah serius...." kata Yang Xiu kepadanya sambil mencabut pedangnya dari sarung.
Sementara itu, Wang Gezhuan telah siap dengan pedang di tangan juga. Hung
Shuguang mengancangkan tapaknya, sedang He MengZheng juga telah siap
dengan tinju halilintarnya.
Ren sendiri memilih menggunakan tendangan untuk bertanding.
Segera, hawa pertarungan terasa menggumpal dari dua sisi.
Jieji juga melakukan hal yang sama, kali ini dia tidak bermain-main juga. Di
wajahnya segera tertampak keseriusan yang sangat.
Dengan gerakan cepat, orang yang menyerangnya pertama adalah Yang Xiu.
Pedang cepat segera menuju ke arah lehernya. Ketika saat yang sangat
berbahaya, terlihat Jieji mengambil posisi kayang untuk menghindari tusukan
pedang cepat itu.
Wang yang melihat posisi Jieji yang jelek segera membacok dari arah udara
cepat ke perut Jieji.
"Sepertinya Wang dalam masalah..." kata Hikatsuka Oda yang melihat gerakan awal Jieji yang terlihat sangat jelek.
Memang benar perkiraannya. Jurus yang sama yang pernah "diterima" Hikatsuka Oda. Jieji terlihat dengan gerakan menendang ke arah tangan Wang. Tendangan
Jieji sangat keras dan kokoh. Meski sebenarnya posisinya tidak bagus, namun
dengan gabungan tendangan, Wang terkejut luar biasa.
Sebelum dia melihat apa yang terjadi.
Tahu-tahu dia telah tertendang tangannya yang memegang pedang, pedang
terlempar puluhan kaki ke depan. Sebelum tangannya terasa kesemutan akibat
tendangan, dengan gerakan amat cepat, sapuan tendangan kembali tiba, tetapi
kali ini di mukanya. Wang segera tertendang keras ke belakang dan jatuh
berguling. Dengan sangat cepat, lima orang telah roboh seorang. Sedangkan Hung dan He
langsung menjepit ke Jieji yang posisinya kurang bagus tadinya. Hung segera
mengancangkan tapak dari posisi samping. Sedangkan He Mengzheng merapal
tinju halilintarnya untuk mengeroyoknya dari belakang.
Posisi Jieji sekarang masih melayang di udara. Dia tetap tenang menyaksikan
kedua jurus hebat sedang di arahkan ke arahnya. Sambil berputar cepat, dia
kembali menendang. Kali ini sasarannya adalah orang yang maju terdepan ke
arahnya. Hung-lah orang yang telah datang cepat dengan tapak.
Tetapi dengan gerakan yang sama cepat, Hung juga telah terbanting luar biasa
cepat ke belakang. Dia telah tertendang di muka juga. Sedangkan setelah
menyelesaikan Hung, Jieji langsung menendang dengan ekor kakinya
membelakangi ke arah He Mengzheng. Kali ini Tendangan mayapada melawan
tinju halilintar.
Kerasnya suara berlaga segera terdengar.
He terlihat mundur pesat sambil menyeret kakinya.
Setelah benar sampai berhenti, dia mendapati dirinya telah luka dalam dan
muntah darah. Kemudian dengan gerakan menendang melingkarkan kakinya penuh, Jieji telah
mendarat dengan baik.
Luar biasa.... "Hebat.... Ha Ha....." teriak Yang Xiu yang melihat gerakan awal Jieji yang sangat bagus.
Sedangkan Yuan Jielung, Chonchu dan Sungyu tersenyum sangat puas ke arah
Jieji. Hal ini juga di kuti oleh 5 pendekar. Mereka bertepuk tangan sambil tertawa.
Sekarang hanya tinggal 2 pendekar lagi, yaitu Yang Xiu dan Ren Suiyan.
Keduanya terlihat amat serius. Dengan gerakan yang gagal tadinya, Yang Xiu
kembali menyerang dengan jurus yang sama. Jurus yang sama ke arah leher
Jieji. Sedangkan Ren terlihat berlari penuh ke arah belakang Jieji sambil
mengayunkan tendangan cepat.
Jieji sepertinya bakal dalam masalah, 2 buah jurus yang hebat dan cepat sedang
mengarah padanya.
Melihat itu, Jieji segera berputar ke belakang. Dan melayani tendangan Ren
terlebih dahulu dengan sebuah tendangan.
Tendangan Jieji kali ini sangat hebat. Inilah gabungan tendangan mayapada dan
tendangan matahari.
Semua orang yang melihat pertarungan bisa melihat apa hal yang sedang
dilakukan oleh Jieji. Gerakan tendangan Jieji terlihat amat lemah dan lambat.
Bahkan seorang pemuda tiada berkungfu pun mampu melakukan apa yang
dilakukan Jieji.
Gerakan tendangan yang lemah telah menuju ke arah Ren.
Tetapi Ren yang melihatnya sungguh sangat terkejut.
Selain 5 pendekar, Yuan Jielung-lah orang yang melihat jelas apa yang dilakukan Jieji adanya. Tendangannya bukan-lah lambat, tetapi telah terlalu cepat.
Sehingga dengan mata manusia biasa, orang tidak mampu melihatnya jelas.
Sebelum nampak tendangan mengarah di tubuh Ren, hanya suara terdengar
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jelas. Tahu-tahu, Ren juga telah mengalami hal yang sama. Dia tertendang 3
kali, yaitu di wajah, dada dan pahanya. Dia terseret serta terpental ke belakang dengan pesat sambil muntah darah.
Sedangkan hawa pedang dari Yang Xiu telah terasa sangat jelas di belakang
tengkuknya. Jieji yang membelakangi Yang Xiu segera mengancangkan jarinya dari bahunya.
Ketika pedang Yang Xiu hampir sampai ke tengkuk, dia sangat terkejut. Sinar
cemerlang yang sesaat telah menuju ke arahnya mengingat posisi Yang sendiri
masih beranjak pesat menusuk ke arah Jieji.
Suara pertemuan tenaga dalam segera terdengar dahsyat.
Kemudian... Dengan menyeret kaki, terlihat ketua Huashan mundur hebat dan pesat ke
belakang. Dia juga mengalami luka dalam setelah gerakan kakinya berhenti.
"Hebat!!" Puji ketua HuaShan, Yang Xiu kepadanya.
Dengan begitu, telah jelas. Lima orang pertama yang mengeroyoknya semua
dikalahkan dengan amat mudah.
"Tidak disangka kungfumu telah maju pesat...." kata Xia Rujian kepada Jieji.
Jieji hanya melihat ayahnya sambil mengangguk pelan.
"Sekarang adalah giliran kita... " kata tetua Wu sambil menuju ke arah Jieji.
Orang yang mengikuti ketua Wu adalah ketua Han, dan Liang. Ketiganya berasal
dari Kaibang. Ketiganya mempunyai alasan kuat untuk bertanding.
Yang mengikuti 3 orang tetua kaibang adalah ketua pengganti Shaolin, Biksu Wu
Huan. Ketua perguruan Giok Utara Yu Thien, ayahnya Yu Xincai. Sementara itu
ketua perguruan kecil sepertinya tiada berniat bertarung lagi karena mendapati
orang sehebat Yang Xiu saja kalah dalam satu jurus.
"Baiklah... Kita mulai lagi..." kata Biksu Wu Huan memimpin.
Biksu Wu Huan sebenarnya adalah tadinya tetua kuil Shaolin. Kungfunya jauh
lebih tinggi dari Biksu Wu Jiang. Wu Huan tidak pernah ingin terlibat lagi dengan dunia persilatan, tetapi kali ini dia melakukannya dengan terpaksa. Karena adik seperguruannya, Biksu Wu Jiang telah terbunuh oleh "Xia Jieji". Oleh karena itu, dengan mengesampingkan niat menyendirinya, dia kembali terlibat akan dunia
persilatan. Jurus dari Biksu Wu Huan yang paling terkenal adalah Ilmu jari Jing Gangnya
yang hebat. Selain itu dia menguasai total 36 jurus dari 72 jurus Jing Gang, Ilmu terdahsyatnya kuil Shaolin.
Jadi bisa dikatakan Biksu Wu Huan telah sangat hebat ilmu kungfunya.
Jieji yang melihat pertarungan kedua tersebut merasa cemas juga. Setidaknya,
jika dia mampu melewati rintangan ini. Maka rintangan terakhir tentu dari kelima pendekar dan 15 pengawal sakti yang masih berada disana. Dia terlihat berpikir
keras, kenapa sampai sekarang bantuan yang diharapkannya belumlah datang.
Sementara itu, tanpa gerakan kuda-kuda awal. Biksu Wu Huan telah
menyerangnya secara dahsyat. Dia mengancangkan tapak untuk menyerang Jieji
yang masih berpikir.
Gerakan Biksu Wu Huan sungguh luar biasa cepat, tahu-tahu dia telah berada
sangat dekat dengan Jieji.
Jieji yang melihatnya segera terkejut, dia mengayunkan kakinya ke belakang
dengan sangat cepat dan menyeret kaki. Biksu Wu Huan terlihat segera
mengubah jurusnya dengan mengancangkan jari untuk menyerang. Sesaat Jieji
segera melayaninya dengan membentuk tapak.
Tenaga dalam segera beradu...
Suara pertemuan kedua tenaga dalam amat dahsyat. Tanah di sekitar terasa
bergoyang sebentar.
Hasil dapat dilihat...
Jieji yang masih menyeret kakinya ke belakang segera berputar cepat sekali.
Sementara Biksu Wu Huan telah berdiri dengan tegak. Saat dia mendarat, tanah
di sekitar langsung retak.
Sepertinya kali ini Jieji telah mengalami luka dalam akibat serangan tiba-tiba
Biksu Wu Huan. Di bibirnya tersungging senyuman manis dan mengalir darah
segar. "Biksu Wu Huan benar sakti adanya...." kata Jieji pendek.
Chonchu dan Sungyu-lah kedua orang yang terlihat sangat cemas mendapati
keadaan Jieji yang terluka dalam.
Sementara Yuan Jielung yang melihatnya segera terkejut.
Rupanya selain Biksu Wu Huan menguasai Jari Jing Gang dan 36 jurus Jing
Gang. Tenaga dalam pembentuk jurus adalah tenaga dalam Yu Jing Jing (Ilmu
pelentur Otot). Sungguh sebuah penyempurnaan silat yang tinggi.
Yuan sebenarnya juga mempelajari Yu Jing Jing sebagai pembentuk tenaga
dalamnya. Selain itu, Jurus 18 tapak naga mendekamnya adalah gabungan tiga
buah tapak (Tapak pemusnah raga) dan Buku susunan formasi I Ching. Jurus
baru tersebut diciptakan oleh Pei Nanyang dan Yuan Jielung setelah meneliti
selama 2 tahun lamanya.
Sesaat, dia merasa cemas juga melihat keadaan Jieji yang sedang bertarung itu.
"Biksu Wu Huan memang hebat...." kata Hikatsuka Oda kepada rekan-rekannya.
Sedang Ibu Jieji terlihat sangat cemas melihat anaknya yang dalam posisi kurang menguntungkan ini. Di hatinya segera terasa berdetak keras mendapati
kenyataan luka dalam puteranya tersebut.
Tetapi Jieji malah terlihat biasa saja.
Dia terlihat menutup matanya.
Dengan menarik nafasnya dalam-dalam seraya memutar sebelah tangannya satu
lingkaran penuh.
Kemudian terdengar dia menghembuskan kembali nafasnya yang tertahan.
Sesaat itu, jalan darahnya telah kembali teratur. Dia membuka matanya sambil
tersenyum ke arah Wu Huan.
Biksu Wu Huan yang melihatnya tentu sangat kagum akan kemampuan
lawannya tersebut. Sambil merapatkan kedua tangannya di dada, dia memuji.
"Benar-benar hebat......."
BAB LXXIII : Pertarungan Babak Kedua
Jieji merapatkan kedua tapaknya dan memberi hormat kepada Wu Huan.
Tetapi setelah bersikap begitu, kali ini Jieji-lah yang bermaksud menyerang
duluan. Dia langsung melakukan kuda-kuda menyamping ke arah Wu Huan.
Sedangkan 3 tetua Kaibang dan Yu Thien terlihat berdiri rapi di belakang Wu
Huan. Maksud mereka tentu untuk membantu Wu Huan, jika Wu Huan telah dikalahkan
Jieji. Maka kesempatan babak ke II tersebut telah musnah bagi keempat
pendekar lainnya.
Tatapan Jieji telah terlihat serius kembali.
"Biksu... Hati-hati lah...." kata Jieji kemudian.
Begitu menutup mulutnya, Jieji telah maju pesat ke arahnya.
Wu Huan sangat terkejut, gerakan Jieji sangat cepat. Bahkan hampir 2 kali
kecepatannya yang melaju ke arahnya daripada serangan pertamanya tadi. Saat
dia berniat untuk membentuk tapak, tendangan maha cepat telah sampai.
Biksu Wu Huan yang ingin menghindar saja tidak punya kesempatan, terpaksa
dia menahan tendangan dahsyat itu dengan lengannya.
Suara beradu tenaga dalam luar biasa keras....
Wu Huan terlihat mundur dua langkah dari tempatnya. Sementara itu 3 tetua
Kaibang mengarahkan tapak ke arah pundak Wu Huan di kuti oleh Yu Thien
dengan tujuan menahan gelombang tenaga dalam yang masih bersisa.
Tetapi, Jieji yang melihat tendangan pertamanya telah berhasil langsung merapal tendangan kedua.
Namun Biksu Wu Huan telah siap adanya, dengan cepat dia mengerahkan
tenaga dalam Yi Jingjing untuk menahan tendangan hebat tersebut.
Tapak para pesilat yang masih mengalirkan tenaga dalam di pundak Wu Huan
juga ikut serta membantu.
Tendangan kali ini berlaga dengan tapaknya Biksu Wu Huan.
Getaran yang ditimbulkan kali ini Maha dahsyat.
Suara seperti sesuatu benda meledak sangat fasih.
Sesaat, terlihat Jieji-lah orang yang kalah. Dia menyeret kakinya sebelah untuk mundur sambil menggores tanah.
Lawannya langsung tidak memberinya kesempatan. Biksu Wu Huan langsung
beranjak maju cepat dan di kuti 4 kawannya.
Kali ini Wu Huan mengerahkan jari Jing Gang untuk mengejar.
Semua orang yang menyaksikan pertarungan terasa berhati debar-debar.
Wu Huan ternyata adalah seorang pesilat yang luar biasa tinggi kemampuannya.
Yuan, Chonchu dan Sungyu sangatlah terkejut karena mendapati tenaga dalam
Jieji jelas kalah dibanding gabungan tenaga dalam 5 orang itu.
Sedangkan Ibu Jieji yang melihat "bahaya" sedang mengancam puteranya, dengan segera berteriak.
"Awas... Hati-hati....."
Jieji yang menyeret kaki ke belakang sempat melihat ke arah ibunya.
Dilihatnya sorot mata ibunya yang sendu dan juga terasa pahit.
Sebelum dia sempat menyadari, Jari Jing Gang dari Biksu Wu Huan telah sangat
dekat ke arahnya.
Dengan merapal tapak, sekilas nampak cahaya keluar.
Jieji masih menggunakan tapak untuk menyatukan ke arah jari Jing gang-nya
Biksu Wu Huan. Sama seperti pergebrakan pertama tadinya, tetapi kali ini Jieji
berbeda. Saat tapak telah menyentuh jari Jing Gang, Jieji membentuk tangannya yang lain
dengan gerakan setengah lingkaran.
Suara beradu masih terdengar keras, jari dan tapak masih tetap menyatu.
Sedangkan Wu Huan terlihat sangat serius, dia mengubah kembali jurusnya.
Dengan jari Jing Gang tahap terakhir dia bermaksud untuk mengalahkan
lawannya langsung.
Jieji merasakan hawa tenaga dalam dahsyat telah masuk melalui tapaknya
sampai ke lengan.
Jika hawa tenaga dalam tersebut menuju ke jantung, maka dia akan terluka
dalam yang parah.
Sesaat terlihat dia menarik nafas dan menghembuskan dengan cepat...
Hawa tenaga Jinggang seakan telah kembali berbalik. Kali ini Biksu Wu Huan-lah
yang dalam keadaan payah sepertinya. Sebab tanpa disadarinya, tenaga
dalamnya telah dibalikkan.
Inilah jurus tapak berantai tingkat I.
Semua orang yang melihatnya segera sangat terkejut, mereka tidak menyangka
dengan mudah Jieji mampu membalikkan tenaga dalam nan dahsyat itu dengan
sekali hembusan nafas.
Tanah disekitar terlihat retak, sedang angin disana terasa berdesir amat hebat.
Belum sempat biksu Wu Huan kalah dalam laga tenaga dalam, sepertinya Yu
Thien tidak memberikan kesempatan bagi Jieji.
Langsung secara cepat, dia telah berada di belakangnya sambil memegang
pedang. Dengan berteriak, dia maju untuk menusuk punggung Jieji.
Jieji yang melihatnya spontan terkejut, jika saat ini dia menarik tenaga dalamnya.
Maka dia pasti mengalami luka parah yang hebat. Dia sepertinya hanya diam
saja menyaksikan tusukan pedang itu datang.
Sementara itu, Wu Huan yang tadinya telah kalah hawa. Sekarang meningkatkan
energi untuk mengepungnya dari arah depan. Hawa energi yang tadinya sempat
mengarah kepadanya, sekarang telah berbalik. Jieji merasakan dengan pasti,
tenaga dalam Wu Huan telah bekerja sampai di lengannya kembali.
Posisinya sekarang telah sangat jelek adanya. Sama seperti ikan yang telah
berada di daratan.
Yang mencemaskan Jieji disana hanya 4 orang adanya. Yuan Jielung, Wang
Sungyu, Chonchu dan Ibunya.
Sepertinya kali ini Jieji dalam masalah yang besar sekali...
*** Dongyang... Yunying yang mengantarkan suaminya pergi sampai ke pelabuhan sekitar hampir
sebulan yang lalu tetap merasa cemas.
Setiap hari sepertinya dia tidak mempunyai nafsu makan yang baik maupun tidur.
Zhao kuangyin yang melihat keadaannya, segera mencarinya untuk
berbincang-bincang.
"Ada apa adik" Kamu mencemaskan adik keduaku?"
"Betul kakak pertama....." kata Yunying yang mengerutkan dahinya.
"Tenanglah... Kungfu adik kedua telah sangat tinggi adanya. Belum ada manusia yang sebanding dengannya sekarang. Kamu tenang saja...." kata Zhao.
Tetapi dalam hatinya, dia juga merasa sangat bimbang adanya.
Yunying hanya mengangguk pelan, tetapi dalam hatinya dia merasa sungguh
tidak enak. "Bagaimana kita menyusulnya?" tanya Yunying setelah diam beberapa saat.
"Baik.... Kita pergi sekarang juga.... Bagaimana dik?" tanya Zhao yang sepertinya tiada begitu bersabar.
Sebenarnya keadaan Zhao kuangyin sekarang telah lumayan baikan. Tenaga
dalamnya telah pulih lebih dari 5 bagian. Dewa Ajaib yang tinggal disana setiap hari memeriksanya dan mengobatinya. Maka daripada itu, Zhao tiada berniat
untuk memulihkan semua kondisinya mengingat adiknya pasti tidak "baik" di China daratan.
"Kalau begitu, kita harus mengajak Dewa Ajaib sekalian... Bagaimana kak?"
tanya Yunying. "Baik.. Dengan adanya dia, maka kita setidaknya bakal aman-aman saja...." kata Zhao kemudian.
Mereka segera berangkat ke pelabuhan hari itu juga untuk menuju ke China
daratan. Dewa Ajaib tentu setuju saja, mengingat dia mulai merasa bosan di Dongyang.
Tentu karena dia tidak mampu berbahasa Dongyang, maka orang yang dia
sanggup ajak berbincang hanya dari keluarga Oda saja.
Sementara itu, semua urusan keluarga di Dongyang diserahkan kepada Kyosei.
*** Kembali ke tempat Jieji...
Tusukan pedang dari Yu Thien telah sangat dekat sekali, hanya sekitar 1 kaki
saja telah menyentuh pundaknya Jieji. Dia cukup merasa girang, karena
sepertinya kali ini serangannya bakal berhasil.
Tetapi... Ketika pedang telah berada sangat dekat.Sinar merah menyala segera tampak
bersinar sangat terang.
Ketua partai Giok utara amat terkejut, karena dia tahu sinar pedang merah
membara tersebut adalah dari pedang Ekor api yang masih terselip di pinggang
Jieji tadinya. Sementara itu, semua orang melihat jelas apa yang sedang dilakukan Jieji.
Sebelah tangannya menahan Jari Jing gang biksu Wu Huan. Sedang sebelah
tangannya mencabut pedang sakti itu dari pinggang.
Dengan gerakan mengayunkan tangannya, pedang ekor api berputar penuh
beberapa kali di udara.
Babatan pedang dari ekor api segera mengambil tumbal. Pedang yang dipegang
ketua Partai Giok utara terbabat tiga kali.
Sehingga pedang panjang yang dipegangnya telah menjadi 4 bagian.
Pedang Ekor api yang tadinya berputar, segera menancap ke tanah pas di
belakang kaki kanan Jieji.
Lalu, sebelum sempat ketua Yu terkejut, sebuah tendangan telah mengarah ke
perutnya. "Dhuakkk!!!"
Dia terlempar sangat jauh, dan berguling beberapa kali ke belakang. Dia tidak
mampu lagi berdiri, luka dalamnya tidaklah ringan.
"Ayah....." teriak Yu Xincai sambil menuju ke arah ayahnya yang terluka dalam.
Sementara itu, terlihat 5 pendekar bertepuk tangan hebat.
"Hebat.... Ilmu pedang ayunan dewa yang disempurnakan...." kata Xia Rujian sambil tersenyum sangat puas.
Inilah jurus ayunan pedang dewa Musim semi. Jurus ciptaan Jieji yang
menyempurnakan jurus pedang ayunan dewa.
Sementara itu, Jieji sepertinya telah terluka dalam. Hawa tenaga Jinggang telah masuk sampai ke dada kanannya.
Dia segera memuntahkan darah segar. Hal ini terjadi karena dia telah membagi
tenaga dalamnya menjadi 2 jalur. Jalur pertama menahan serangan tenaga
dalam, sedangkan jalur kedua adalah menyerang Yu Thien.
Sedangkan ketiga tetua Kaibang yang melihat situasi telah merugikan Jieji,
segera beranjak maju. Serangan mereka bertiga juga mengambil posisi yang
sama seperti yang dilakukan Yu Thien.
Yuan yang melihat gerakan Jieji segera berpikir keras. Ada sesuatu yang berada
di benaknya beberapa saat berpikir.
"Gawat!!!!" teriak Yuan Jielung.
Entah apa maksudnya berkata begitu. Sebenarnya dia sedang melindungi ketiga
tetua ataukah Jieji"
Hal ini segera dapat dilihat semua khalayak disana.
Serangan ketiga tetua disalurkan melalui tongkat pendek.
Tongkat yang terbuat dari bambu tersebut adalah ciri khas para pendekar
Kaibang. Ketiganya datang dengan jurus yang baru.
Tetua Wu datang dengan tusukan, Tetua Liang datang dengan samberan ke
arah kaki kanannya. Sedangkan Tetua Han memilih membacok dari atas
kepalanya. Posisi ketiga tetua memang sangat bagus. Sebab posisi penyerangan seperti itu
sangat rapat adanya.
Tiga senjata mengarah ke arah yang tidak sama. Yang satu dari atas ke bawah,
sedang yang satu menyerang bawah, dan yang lainnya menyerang di tengah.
Jieji sangat sadar akan posisi buruknya sekarang. Sebenarnya dia mempunyai
sesuatu ide dari saat dia menghadapi Yu Thien. Tetapi jika dia menggunakan
Idenya tersebut, maka lawannya akan tewas dengan mengerikan. Oleh karena
itu, dia tidak berniat melakukannya.
Dengan tendangan, dia mengangkat pedang Ekor api yang masih tertancap di
tanah. Sesaat, pedang ekor api segera berputar dari atas kebawah.
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ketika pedang ekor api telah setinggi dengan tangannya, dia memutarkannya
kembali. Jurus yang sama dengan jurus yang digunakan untuk menghadapi Yu Thien.
Namun, tetua kaibang bukanlah orang sembarangan. Mereka bertiga melihat
dengan jelas bagaimana Yu Thien dikalahkan, maka mereka segera mengubah
jurus masing masing.
Jurus yang sama juga, hanya bergantian orang yang merapalnya.
Pedang ayunan dewa musim semi kembali bekerja, tetapi kali ini pedang berada
di tangan majikannya.
Tetua Wu, Han dan Liang masih tetap merapat dengan jurus hebat.
Tetapi... Ayunan pedang yang cepat dan dahsyat telah mengarah ke arah mereka bertiga.
Tanpa sadar, mereka hanya mampu menahan pedang yang datangnya sekilas
menyabet ringan tersebut.
Ketika mereka masih terkejut akan sinar pedang, hantaman kaki telah sampai ke
dada masing-masing ketiga tetua.
Tetapi, hantaman kali ini telah terasa lebih ringan dibanding yang tadinya.
Ini wajar saja, sebab kekuatan Jieji ke tendangan telah terbagi menjadi tiga.
Sedangkan Yu Thien menerima sepenuhnya kekuatan tendangan Jieji.
Ketiganya terlihat terdorong mundur juga jauh. Namun luka dalam mereka
tidaklah sedalam
Ketua partai giok utara.
Kali ini, Jieji mengalami masalah yang sangat gawat.
Dia kembali muntah darah yang banyak.
Tetapi dengan segera dia mengubah posisinya, Dia menyeret kaki ke belakang
dengan sangat cepat...
Hanya Yue Liangxu-lah orang yang terkejut melihat tindakan Jieji.
Sedangkan para pesilat, ada yang mencemaskan Jieji. Ada pula yang merasa
girang karena terlihat Jieji telah kalah hawa dengan Wu Huan.
Ketiga tetua tidak berniat lagi melakukan penyerangan, meski mereka bertiga
mampu melakukannya.
Pertarungan babak kedua bakal ditentukan sekarang.
Sepertinya kali ini Jieji terlihat dalam masalah, kejaran biksu Wu Huan sangat
pesat. Sedang Jieji berada dalam posisi menyeret kakinya sebelah ke belakang.
Saat Wu Huan mengira dirinya bakal menang, dia terkejut luar biasa. Jieji yang
menyeret kaki segera menancapkan pedangnya di tanah. Kemudian dengan
cepat, dia merapal tangannya penuh 1 lingkaran.
Wu Huan sangat terkejut, tenaga dalam kirimannya seakan telah hilang
semuanya. Tenaga dalamnya seakan terhisap oleh Jieji.
Saat dia merasa aneh, sebuah hentakan tenaga dalam dahsyat telah sampai
padanya. Tanpa mampu berpikir, dia telah terpental sangat pesat ke belakang.
Biksu Wu Huan sungguh hebat, dia masih sanggup menyeret kakinya ke
belakang meski terkena hantaman tenaga dalam dahsyat dari Jieji.
Tetapi sesaat dia berhenti, dia merasakan sesuatu yang aneh.
Dengan gerakan mual, dia segera muntah darah.
Inilah jurus kedua tapak berantai : "Rantai penghisap Naga"
Wu Huan yang melihat ke arah Jieji, sungguh kagum. Dia berpikir sesaat,
kemudian dia berkata.
"Aku telah kalah...... Anda sungguh mengagumkan....."
Sedangkan Yu Thien yang telah bangun, menyaksikan bagaimana cara Jieji
mengalahkan Wu Huan. Dia segera beranjak maju dan memberi hormat
kepadanya. "Sungguh anda amat mulia adanya....."
Hal ini tentu sangat dirasa terkejut oleh semua orang yang disana.
Selain Yuan, 3 tetua kaibang, 5 pendekar dan Yue Liangxu, tiada orang yang
mengerti apa maksud perkataan ketua Giok utara.
Sesaat itu, tetua kaibang 3 orang juga memberi hormat yang serupa padanya.
Sedangkan Jieji membalas hormat mereka sambil tersenyum sangat manis.
Sebenarnya apa yang telah terjadi"
Jika Jieji langsung mengerahkan tapak berantai tingkat keduanya, dia tidak akan terluka dalam sedemikian. Tetapi kali ini dia tidak melakukannya secara langsung karena jika tapak berantai tingkat 2 dipindahkan ke belakang. Maka hantaman
tenaga dalam luar biasa tersebut akan mengarah ke Yu Thien dan 3 tetua.
Tentu mereka tidak akan sanggup menahan tenaga dalam Jing Gang-nya biksu
Wu Huan. Mereka berempat berpikir sama. Jika saja Jieji melakukannya, maka ke empat
orang tersebut pastilah "tewas".
Oleh karena itu, mereka berempat menghormati sikap lawan bebuyutannya
tersebut. "Hebat!!! Kamu masih memikirkan apa tujuanmu itu?" tanya Xia Rujian seraya tertawa kepadanya.
"Betul.... Tadi sudah kukatakan kan" Aku tidak akan membiarkan kalian
berhasil..." kata Jieji sambil tersenyum padanya.
Setelah itu, Jieji berjalan ke arah tancapan pedang ekor apinya. Dia sempat
melihat ke bawah untuk mencabut kembali pedangnya.
Tetapi... Tanah tempat tertancap pedang sepertinya sedang bergetar kecil.
Jieji yang melihatnya segera tersenyum sangat manis.
Sedangkan 5 pendekar dan 15 pengawal sakti telah tahu apa maksud getaran
tanah itu. Para pesilat tentu sangat heran, tetapi mereka tahu "gempa" ini menandakan banyaknya orang yang sedang menuju ke sana dari arah utara.
Apakah "bantuan" yang dimaksud Jieji telah sampai"
Lalu apa arti senyuman Jieji sesungguhnya"
Jika terasa pasukan yang datang dari arah utara, tentu pasukan yang datang
pasti adalah dari "Liao" ataupun "Han utara".
Lantas mendapati bahaya seperti ini, masakah Jieji mampu tersenyum"
Di benaknya tentu ada sesuatu hal yang masih misteri...
"Kamu tahu apa artinya" Kenapa kamu tersenyum saja?" tanya Xia Rujian ke arah Jieji.
"Tentu... Aku tahu dengan sangat pasti...." kata Jieji.
"Lalu apa maksudnya?" tanya Hikatsuka Oda.
"Ternyata apa impian anda sekalian bakal menjadi kenyataan... Tetapi........" Kata Jieji sambil tersenyum sangat manis kepada kedua "Ayah-nya".
"Kamu pergilah......" kata Ibunya sendiri yang mencemaskannya.
"Tidak bu.... Tidak akan... Aku tidak akan meninggalkan tempat tersebut
selangkahpun sampai pasukan yang datang itu kabur semuanya...." kata Jieji sambil menggelengkan kepalanya dan tersenyum.
Para pesilat tentu heran luar biasa.
Mereka segera merasa takut. Sepertinya mereka juga merasakan hal yang sama.
Semua tahu bahwa pasukan yang mendekati itu adalah pasukan "bukan Sung".
Oleh karena itu, mereka segera bersiap menantikan pasukan tersebut dengan
was-was adanya.
Kepulan asap telah sangat tinggi di udara dan seakan menyentuh langit.
Pasukan yang datang terasa sekali derap kaki kudanya.
Sedangkan Yelu Xian telah beranjak ke depan untuk menantikan.
Akankah semua pesilat disini bakal terbantai oleh pasukan ganas dari Liao"
Semuanya masih menjadi teka-teki bagi semua orang disana. Kecuali tentunya
oleh Xia Jieji yang terus tersenyum saja.
Di benaknya, dia telah mendapati sesuatu hal yang pasti....
BAB LXXIV : Pertarungan Dahsyat Dadakan
Ketika pasukan terlihat dekat...
Semua pesilat mampu melihat "pasukan" yang datang adanya, tiada lain... Sebab bendera di sana telah terpampang sebuah tulisan dengan sangat jelas yaitu :
"Liao"
Mendapati hal ini, para pesilat banyak yang terdengar memaki dengan sangat
marah ke arah Jieji.
"Keparat kau!!! Rupanya inilah perangkap yang kau buat untuk kita semua!!!"
Semua pesilat yang tiada tahu hal sebenarnya langsung marah tiada karuan.
Suasana disana telah lumayan kalut, karena mereka tahu. Pasukan Liao yang
datang jumlahnya mungkin 5 laksa (50 Ribu) lebih.
Tentu jika pasukan Liao menyerang, maka kemungkinan "musnah"-nya pesilat sudah diambang mata.
Tetapi hal yang aneh adalah Jieji masih tersenyum sangat manis mendapati
kenyataan ini. Dari wajahnya terpancar seakan tiada masalah baginya walaupun
dikepung puluhan ribu prajurit ditambah dengan ratusan pesilat yang disana.
Semua mata pesilat sekarang telah tertuju pada Jieji adanya. Hal ini tentu lebih membangkitkan amarah mereka semua karena Jieji malah terlihat
senyum-senyum saja. Mereka semua berpendapat sama bahwa pasukan Liao
yang datang adalah suruhan Jieji untuk membantai mereka.
Hal ini tiada berlaku bagi beberapa orang saja dari kaum dunia persilatan seperti Yuan Jielung, Chonchu dan Wang Sungyu adanya. Selain itu 15 pengawal sakti
dan 5 pendekar serta Yue Liangxu dan Chang Gui Zhuang tentu tiada berpikiran
seperti para pesilat tersebut.
Namun, melihat gaya Jieji yang tiada takut. Mereka mau tidak mau salut juga.
Pasukan Liao yang datang segera bersiap rapi dari arah utara-nya para pesilat di sana. Mereka sepertinya hanya menunggu komando dari Yelu Xian saja untuk
bergebrak. Tetapi mimpi semacam apapun, pasukan Liao tidak pernah tahu bagaimana
akhir yang bakal mereka terima sebentar lagi.
"Sekarang... Apa kamu menyetujui permintaan kita?" tanya Hikatsuka Oda kepada Jieji.
Jieji hanya berpaling melihatnya dan tanpa berkata apapun, senyum kepuasan di
wajahnya masih tidak berakhir.
"Apa kamu masih berpikir mampu lolos dari sini?" tanya Xia Rujian dengan mata serius ke arahnya.
Jieji terlihat menggelengkan kepalanya.
"Mengenai apa permintaan kalian... Sudah sangat jelas sekali... Belasan tahun yang lalu sekalipun aku berada disini... Aku dan Xufen juga tidak akan menyetujui permintaan kalian semua...." kata Jieji.
"Bagus.... Bagus.... Kamu adalah pria sejati...." kata Hikatsuka Oda memujinya.
"Kita belum selesaikan pertarungan babak ketiga... Bagaimana bisa kalian
pastikan kemenangan terlebih dahulu?" tanya Jieji kepada ayahnya.
"Ha Ha.... Betul... Betul.... Sepertinya kali ini kita harus menentukan lewat pertarungan terlebih dahulu... Bagaimana?" tanya Xia Rujian kembali.
"Baik... Sepertinya aku sendiri tiada pilihan...." kata Jieji.
Jieji telah berniat maju ke depan.
Tetapi 15 pengawal sakti segera mengepungnya sebelum dia beranjak.
"Kali ini kita 20 orang mengeroyok 1 orang... Menurutmu ini adil atau tidak?"
tanya Xia Rujian.
"Dari dahulu, sebuah kata "Keadilan" tiada lebih dari arti sebuah "balas dendam"... Ha Ha...." kata Jieji dengan tertawa puas.
"Kamu tidak usah lanjutkan lagi pertarungan kali ini... Ikutlah kita saja..
Bagaimana?" tanya Ibunya ke arahnya.
Jieji menatap dalam ke ibunya beberapa saat, namun dia hanya menggelengkan
kepalanya perlahan.
Setelah itu, Jieji segera melihat ke arah Wang Sungyu.
Wang Sungyu yang melihat tatapan mata Jieji, segera mengerti maksudnya.
Dia berjalan ke arah Yuan Jielung dan terlihat membisikkan sesuatu di
telinganya. Yuan yang serius mendengarnya hanya sesekali menganggukkan kepalanya
sambil tersenyum.
Sepertinya pertarungan tidak akan bisa lagi dihentikan.
Babak ketiga tentu adalah babak yang paling menggetarkan jantung dari semua
babak yang telah dijalani Jieji.
Tetapi dia tetap terlihat tenang saja.
Sepertinya 15 pengawal sakti telah berganti pedang.
Di antara 12 orang yang telah "patah" pedangnya akibat samberan pedang ekor api, segera menggantikan pedang dari "pasukan berjubah putih" yang telah kabur terlebih dahulu.
"Kalian tidak perlu lagi lanjutkan pertarungan!!!!" teriak Wang Ge Zhuan yang berada disana.
Semua mata tertuju kepada Wang.
"Kenapa?"
"Ada hal apa?"
Semua pesilat sangat heran akan tindakan ketua partai Kunlun tersebut.
Dengan gaya mentereng, dia langsung berjalan ke arah 5 pendekar.
"Kalian semua sama saja... Kalian dan Xia Jieji adalah sekelompok.. Tidak perlu kau semua mainkan lagi sandiwara tersebut.... Kau pikir aku tidak tahu" Ha?"?"
tanyanya sambil marah-marah.
Tetapi baru dia tutup mulut, dia merasakan sesuatu hawa yang terasa di
tengkuknya. Saat dia baru hendak terkejut, sebuah hawa pembuyar tenaga dalam telah
bekerja. Dari Tan Thien-nya (Pusat Tenaga Dalam Manusia) segera terasa buyar semua
tenaganya. Semua orang disana segera melihat ke arah Wang.
Di belakangnya berdiri seorang pemuda berusia 20-an dan tampan sedang
merapatkan cakarnya ke tengkuknya.
Jieji yang berdiri tidak jauh segera terkejut. Dia sempat berpikir tidak lama,
kemudian dia melihat ke arah Wang. Sesaat, wajah tersenyumnya tadi segera
berubah hebat. Dengan amarah yang meluap, dia menerjang ke arah pemuda itu yang tak lain
tentunya Yue Liangxu.
15 pengawal sakti adalah semua orang yang paling terkejut.
Sebab tadinya Jieji sedang dikepung oleh mereka. Tetapi saat mereka sempat
menoleh ke tengah, Jieji telah "hilang".
Saat mereka memandang ke arah lain, mereka telah melihat jelas bahwa Jieji
sedang merapal tendangannya ke arah atas.
Yue Liangxu yang "keasikan" menghisap tenaga dalam ketua partai Kunlun tentu tidak menyadari sebuah hawa hebat sedang menuju ke arah pelipisnya.
Saat dia baru merasakan hawa hebat yang muncul, dia telah terpental sangat
jauh. Dia terseret dan berguling dengan posisi yang sangat buruk adanya.
Ketika dia bangun, semua orang mampu melihat bagaimana gayanya.
Tendangan Maha cepat dan hebat dari Jieji bahkan tidak sanggup melukainya
secara parah. Yang sangat terkejut disini tentu adalah Biksu Wu Huan.
Dia tidak pernah tahu bahwa Yue Liangxu kungfunya telah lebih tinggi darinya.
Tetapi dia mampu melihat dengan jelas, Jieji yang datang secara pesat tadinya
sepertinya tiada main-main.
Serangan ke arah biksu Wu Huan tadinya bahkan tidak lebih cepat dari
gerakannya sekarang.
Sesaat, Wu Huan segera mengerti. Saat bertarung dengan Jieji, dia telah
mengalah sungguh banyak.
Sebenarnya apa tindakan Jieji sungguh mengherankan banyak orang. Kenapa
sepertinya Jieji sangat membencinya dan ingin memusnahkannya langsung
tanpa banyak bicara.
Tiada seorang pun yang mengerti apa yang sedang dipikirkannya.
Kalau saingan cinta tentu tidak mungkin, sebab Yunying sekarang telah menjadi
istrinya yang sah. Ini tentu menimbulkan pertanyaan yang sangat aneh bagi para
pesilat disana.
Sebab mereka tahu dulunya, puteri ke tiga keluarga Wu hampir dinikahkan
dengan Yue Liangxu. Tetapi sekarang mereka juga tahu kalau Xia Jieji-lah orang
yang beruntung yang telah menikah nona nan cantik tersebut.
Jieji yang telah menendang Liangxu, tidak memberinya kesempatan.
Dengan gerakan super cepat, dia segera menuju ke arah Liangxu. Liangxu
sepertinya telah mampu berdiri. Dia melihat Jieji sedang beranjak cepat, segera merapal jurus tapak penghancur jagadnya untuk melayani Jieji.
Tetapi... Ketika tapaknya yang bertenaga luar biasa dahsyat hendak sampai ke dada Jieji.
Dia merasakan hal yang aneh, Jieji telah "hilang". Tapak dahsyatnya hanya membentur tempat kosong.
Saat dia berusaha melihat dimana Jieji.
Ternyata Jieji telah berada di belakangnya...
Tetapi sebelum sempat dia menoleh, dia telah terkejut dan merinding.
Jieji kembali mengerahkan tendangan mayapada terdahsyatnya untuk
mengarahkannya ke tulang rusuk anak muda tersebut dari belakang.
Karuan 5 pendekar segera terkejut luar biasa, mereka mengejar dengan cepat ke
arah Jieji. Tetapi telah terlambat.
Inilah tendangan terakhir Jieji yang sanggup merobohkan pilar terkeras
sekalipun. Tendangan yang terlihat lambat...
Tendangan yang terlihat tiada tenaga...
Tetapi sebelum orang-orang disana melihat bagaimana Jieji melukainya, Liangxu
telah terpental jauh ke depan sambil berguling dan muntah darah. Kali ini baru
dia mendapat luka dalam yang sangat parah.
Beberapa tulang rusuknya bahkan patah.
5 Pendekar yang beranjak ke arahnya segera dilayani Jieji dengan cepat.
Kali ini dia merapal Jurus Ilmu jari dewi Pemusnahnya.
Dengan gerakan sangat cepat, Satu-satu jari di arahkan ke 5 orang yang pesat
ke arahnya. Sesaat, jarinya bersinar sungguh terang sekali...
5 pendekar karuan sangat terkejut...
Mereka masing-masing mencabut senjata masing-masing untuk menahan "hawa
jari" yang mengarah pada mereka masing-masing.
Tetapi, jurus Jieji tiada ampun kali ini.
Meski terlihat mereka masih mampu menahan, tetapi kelimanya kontan luka
dalam. Melihat mereka semua sedang terpental ke belakang akibat dorongan tenaga
dalam nan dahsyat.
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jieji langsung maju dengan sangat pesat kembali. Yang di ncarnya masih Yue
Liangxu. Dengan melompat tinggi, Jieji segera mengeluarkan pedang Ekor api yang
tadinya telah disarungkan.
Seraya membacok keras, Jieji sepertinya tiada memberi ampun kepada Yue
Liangxu. Sepertinya inilah akhir riwayat pemuda tampan ini.
Pedang yang bersinar luar biasa terang telah menyilaukan mata Yue Liangxu
yang masih terbaring.
Semua orang yang sedang melihat Jieji pesat melayang di udara mampu
mengira-ngira nasib pemuda tampan tersebut.
Tetapi ketika pedang hanya terpaut beberapa inchi di depan dadanya...
Dengan tiba-tiba, Jieji merasakan tenaga dalam yang luar biasa "panas" sedang menuju ke arahnya. Sinar terang yang datang bisa dilihat semua orang tanpa
terkecuali. Tenaga dalam yang sangat dikenalnya sedang mengarah kepadanya...
Jieji yang merasakannya, segera membuang pedang ekor apinya. Tetapi dia
merapal tangannya rapat sambil mengerahkan 100 persen tenaganya untuk
memutarkan tangannya selingkaran penuh.
Memang benar...
Jurus yang sedang mengarah padanya adalah jurus yang hebat luar biasa di
zaman ini. Inilah jurus tapak Buddha Rulai tingkat ke delapan...
Sesaat, cahaya yang datang tadinya langsung redup. Tetapi digantikan ribuan
tapak mengarah kepadanya.
Dengan menghembuskan nafasnya kuat, Jieji melayani "ribuan tapak" itu.
Benturan teramat cepat dan dahsyat segera terjadi.
Inilah benturan tenaga dalam paling dahsyat dari semua benturan tenaga dalam
yang pernah dilakukan oleh Jieji.
Tanah langsung bergetar dahsyat, dan retak dalam sekali. Sedangkan Yue
Liangxu sepertinya telah "terkubur".
Suara tenaga dahsyat itu "memaksa" para pesilat yang tidak jauh segera merapal tenaga dalam untuk menahan benturan yang meski masih jauh letaknya dengan
mereka. Hebatnya, untuk para pesilat kelas menengah dan kelas bawah. Semuanya telah
terluka dalam parah.
Saat mereka berusaha melihat apa yang sedang terjadi.
Telah terlihat seseorang berdiri di bawah sambil memegang dadanya. Dari
bibirnya, telah mengalir darah segar yang cukup banyak.
Sedang Jieji terlihat bersalto lumayan ringan dan indah ke belakang.
"Luar biasa sekali...." kata orang yang di bawahnya. Orang yang menggunakan jurus tapak Buddha Rulai untuk bertarung sekejap melawan Jieji.
"Kamu sudah datang?"" tanya Xia Rujian seraya girang ke arahnya.
"Betul..."
Jieji yang telah mendarat tepat di tempat "dibuangnya" pedang ekor api, segera mencabutnya terlebih dahulu dan menyimpannya di dalam sarung. Tetapi, dia
melihat ke arah "penyerang" dadakan itu.
Seorang pemuda paruh baya. Di matanya tampak sinar pembunuhan yang
hebat. "Siapa kau?" tanya Jieji yang agak heran kepadanya.
"Namaku Zhu Xiang, dari arah barat...." katanya dengan tersenyum sinis.
"Jadi kau ada hubungannya dengan Wei Jin Du?" tanya Jieji kembali.
Seraya berjalan untuk mengangkat Yue Liangxu, dia berkata.
"Betul.... Dia adalah adik seperguruanku..."
Tetapi kali ini, matanya tampak sinar kecemburuan dan dengki yang sangat
dalam. "Lalu dimana dia sekarang?" tanya Jieji.
Zhu Xiang tiada menjawabnya. Tetapi dengan langsung dia memapah Yue
Liangxu ke arah pasukan Liao. Dengan segera, dia meminta pasukan Liao untuk
mengantarkannya kembali.
"Kau ada dendam apa dengan pemuda itu" Ha?" tanya Zhu Xiang sangat marah kepada Jieji.
Semua orang cukup terkejut melihat datangnya Zhu Xiang yang sangat hebat.
Meski dia baru mempelajari jurus ke delapan tapak Buddha Rulai, namun tenaga
dalamnya sungguh tinggi.
"Dia adalah anak bangsat... Dialah orang yang menfitnahku dalam beberapa
tahun terakhir. Kau kira aku tidak tahu" Aku pernah mengampuninya, tetapi
tindakannya kali ini lebih biadab." kata Jieji yang marah kemudian.
"Katakan kepadanya, jangan sempat ketemu denganku lagi. Kali ini adalah yang kedua kalinya aku mengampuni nyawanya. Sebab kau sendiri masih jauh kelas
dibawahku, kamu tidak akan mampu melindunginya. Kalian pergilah... Bawa
pasukan Liao semuanya pergi sebelum aku berubah pikiran...."
Kali ini tatapan mata Jieji sungguh telah sangat serius, sepertinya hawa
pembunuhannya muncul kembali karena tindakan Yue Liangxu yang telah
dimengertikannya sesaat.
Zhu Xiang yang mendengarkannya segera kalah gertak.
Tetapi dia masih mampu bersikap semampunya. Dia berjalan ke arah 5 pendekar
sambil mentereng.
"Tidak akan.... Pasukan Liao yang telah keluar dari sarang mana mungkin pulang dengan tangan hampa?" Kata YeLu Xian dengan marah.
Semua pesilat segera menyadari sekarang.
Pasukan Liao sama sekali tiada hubungannya dengan Jieji.
Oleh karena itu, semuanya hanya diam saja.
"Boleh kutahu, jurus tapak berantai tingkat berapa yang kamu keluarkan untuk menghadapi ku tadinya?" tanya Zhu Xiang yang agak penasaran, karena jurus
yang dikerahkannya adalah tahap akhir dari Tapak buddha rulai, namun belum
mampu menjatuhkannya. Dan bahkan tiada mampu melukainya sedikit pun.
"Itu tingkat ketiga...." kata Jieji.
Sesaat, 5 pendekar langsung heran adanya.
3 tahun lalu, mereka sempat bertanding hebat dengan Jieji. Meski terakhir
mereka kalah dengan tingkat ketiga, tetapi tapak berantai tingkat ketiga Jieji saat itu masih jauh dibandingkan sekarang.
"Lalu bagaimana kau bisa mengalahkannya dengan begitu mudah?" tanya Xia Rujian yang mulai heran.
"Sebab.... Aku kali ini mengeluarkan semua tenaga dalamku untuk
melayaninya..." kata Jieji sambil tersenyum ke arah ayahnya.
Semua orang yang mendengarnya segera berdecak kagum.
Ternyata kemampuan bertanding Jieji yang ditunjukkannya dalam 2 babak
pertama jelas hanya menggunakan sebagian dari tenaga saja. Tetapi tidak
seluruhnya. Tenaga dalam Jieji dalam 3 tahun ini telah maju sangat pesat. Tentu hal ini tiada diketahui oleh siapapun disana. Oleh karena itu, jurus ketiga tapak berantainya telah mampu berkibar hebat di dunia persilatan.
Boleh dikatakan, hanya kali inilah Jieji mengeluarkan tenaga dalamnya 100
persen dalam pertarungan. Sejauh ini, dia tidak pernah melakukannya. Tentunya
hanya berlaku saat dia telah menguasai tapak berantai.
Saat mereka sedang "gosip", mereka merasakan adanya suara kembali yang datang.
Sama seperti suara yang pertama, saat pasukan Liao telah datang.
Tanah di bawah segera bergetar hebat kembali. Tetapi kali ini, arahnya
berlawanan dengan yang pertama.
Karena suara pasukan yang datang berasal dari "Selatan".
Para pesilat segera mampu bergembira kembali.
Mereka berpikir pasukan Sung telah datang untuk membantu mereka.
Apakah pemikiran polos seperti itu benar berlaku"
Sekarang Zhu Xiang, 5 pendekar dan 15 pengawal sakti terlihat sangat senang
adanya. Sedang Jieji segera tersenyum cerah.
Yuan sendiri juga telah bersiaga bersama Chonchu dan Wang Sungyu. Mereka
terlihat tersenyum puas juga.
Sebenarnya apa hal yang sedang di benak mereka masing-masing"
Lalu dalam pikiran mereka, manakah yang terbukti benar adanya.
Jelas... Pasukan Sung yang datang pasti dipimpin oleh Zhao Kuangyi adanya. Lalu apa
maksud dari pasukan Sung yang datang ini"
Penyelamatan...
Atau pembantaian besar-besaran bakal terjadi...
atau pula yang terjadi malah kedamaian"
Semua telah menunggu dengan hati yang cemas adanya.
BAB LXXV : Pertempuran Hebat
Saat itu, langit telah mulai mendung. Bahkan desiran angin dingin terasa
lumayan "menggigit" orang-orang yang disana walaupun masih musim panas mendekati musim gugur.
Ditambah lagi goncangan lemah dari tanah dan suara derap kaki kuda membuat
para pesilat sedikitnya merinding.
Jieji berdiri di posisi tengah dengan hanya diam dan memandang ke arah
selatan. Sementara Yuan, Chonchu dan Sungyu segera berjalan ke arahnya.
Pasukan Liao dan semua kawan-kawannya sangat bergembira karena Zhao
kuangyi hampir sampai. Semuanya merasa hari ini adalah hari kemenangan
terbesar sepanjang sejarah mereka.
Karena Pesilat yang menjadi halangan serta batu sandungan bagi mereka akan
lenyap secepatnya.
Memang benar adanya...
Ketika benar dekat dan terpaut sekiranya 1/2 li, mereka telah melihat bendera
besar luar biasa. Kebanyakan bendera di samping terlihat sebuah huruf saja
yaitu "Sung". Sedangkan bendera di tengah yang berwarna kuning dan lumayan besar berkibar, bertuliskan "Raja Yi Chou, Zhao Kuangyi".
Kontan semua orang girang sekali mendapatinya...
Hanya dalam otak mereka masing-masing berbeda persepsi. Semua orang Liao
mengira Zhao kuangyi akan membantu Liao memusnahkan para pesilat.
Sedangkan dalam pemikiran pesilat adalah Zhao kuangyi membantu pesilat
untuk menyingkirkan Liao.
Dua pendapat dalam pikiran masing-masing yang saling antagonis.
"Apa benar apa dugaaan anda kak Jie?" tanya Chonchu yang agak heran
kemudian karena melihat pasukan Sung yang telah dekat sekali.
"Aku punya keyakinan lebih dari 8 bagian..." Kata Jieji dengan tersenyum kepadanya.
Yuan melihat ke arah Jieji dan mengangguk pelan saja. Sesaat, dia segera
memimpin pasukan Kaibangnya untuk berkumpul dan berbaris rapi untuk
menantikan kedatangan Raja YiChou tersebut.
Desiran angin dingin makin deras saja, sepertinya tidak lama lagi akan turun
hujan. Apakah hujan kali ini membawa berkah"
Tentu sebentar lagi akan kelihatan hal sebenarnya.
Dari jauh, orang-orang telah melihat penunggang kuda putih di tengah sedang
mendatangi dengan gerakan biasa-biasa saja.
"Itu Raja Yi Chou, Zhao Kuangyi....." teriak para pesilat dengan gembira.
Memang benar...
Penunggang kuda putih tak lain adalah Zhao Kuangyi adanya.
Saat dia sampai, 5 pendekar dan Zhu Xiang tidak bertindak apapun. Tetapi
kesemuanya tersenyum manis sekali. Di dalam pemikiran mereka, mereka telah
mendapati sesuatu sehingga semuanya menjadi sangat girang karenanya.
Sementara itu, 15 pengawal sakti segera beranjak dari tempat mereka dan
menghadap ke arah Zhao kuangyi.
Saat mereka benar dekat, kesemuanya berlutut.
"Selamat datang Raja Yi Chou...." kata mereka semua serentak.
"Baik... Berdirilah semua..." kata Zhao kuangyi.
Sepertinya Zhao kuangyi juga tidak membawa pasukan yang sedikit. Dari arah
selatan, lembah tersebut telah penuh oleh pasukan yang gagah. Bahkan di
lembah yang agak berkelok, pasukan mereka seperti ular yang mengikuti
lintasan saja. Mungkin jumlah pasukan Sung di atas 5 laksa juga.
Yang gawatnya sekarang, para pesilat terkepung di tengah ratusan ribu prajurit
adanya. Dimana Liao berada di utara, dan Sung berada di sebelah selatan.
Setelah menjalankan adat kerajaan, Zhao Kuangyi segera menengok ke arah
Jieji. "Bagaimana keadaanmu dik" Kamu sehat?" tanya Zhao sambil tersenyum
kepadanya. "Baik... Atas pertanyaan anda raja, tidak mungkin aku berani
mengapa-mengapa..." kata Jieji sambil tersenyum kepadanya.
"Bagaimana dengan keadaan kakakku di Dongyang?"
Jieji hanya diam saja, dia tidak mau menjawab pertanyaan Zhao Kuangyi
adanya. Sebab semua pesilat tentu tahu kakak dari Zhao kuangyi adalah Sung
Taizu, Zhao Kuangyin.
Hal ini segera disadari oleh Zhao kuangyi, dia tertawa sangat keras melihat
tindakan Jieji.
Sementara itu, Jieji hanya tersenyum melihatnya.
Saat semua merasa aneh dengan perkataan Zhao kepada Jieji.
Saat itu terasa langit telah menumpahkan air hujan yang lumayan deras.
Lembah datar yang luas tersebut telah basah...
Saat semua sedang merasa heran, Zhao kuangyi segera memberi aba-aba
dengan mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
Gerakannya yang dilihat oleh Yelu Xian, segera dia juga memberi aba-aba untuk
menyerang. Baru kali ini, semua pesilat sangat terkejut...
Posisi mereka sedang "terkepung". Jika kedua pasukan melakukan
penyerangan, maka semuanya pasti akan tewas.
Para pesilat segera ketakutan luar biasa melihat hal tersebut, sepertinya mereka tiada berdaya lagi.
Ternyata pasukan Sung juga mengincar nyawa mereka semua.
Tetapi sebagai pesilat, prinsip mereka sekarang adalah bertempur mati-matian.
Pasukan Sung telah menuju cepat bagaikan gelombang lautan yang ganas ke
arah mereka dari arah selatan ke utara.
Sedangkan pasukan Liao mengambil posisi kebalikannya, Liao juga melakukan
hal yang sama dengan pasukan Sung.
Sungguh hebat getaran tanah akibat kedua pasukan yang datang dengan cepat
sekali. Hujan semakin deras saja kelihatannya.
Sedangkan di arah tengah...
Jieji tertawa keras melihat hal tersebut.
Zhao sebenarnya asyik memperhatikan gerak-gerik Jieji.
Melihat Jieji yang seperti "gila" tentu membuatnya heran. Tetapi, sesaat...
Dia telah tahu maksud Jieji yang sesungguhnya.
Tidak disangkanya, dari semua orang disana. Hanya Jieji seorang saja yang
mengerti apa maksud sebenarnya dari serangannya kali ini.
Langsung, dia bertepuk tangan dengan sangat meriah.
Kontan pasukan Sung yang melihat mereka berdua, langsung heran luar biasa.
Tetapi mereka tetap melanjutkan pertempuran itu.
Para pesilat yang sedikitnya mengalami luka dalam, langsung menerjang ke arah
pasukan Liao terlebih dahulu. Mereka tidak lagi berpikir untuk bertarung melawan Sung adanya.
Hal ini tentu telah diperkirakan oleh Zhao kuangyi sendiri.
Hal ini jugalah yang akan membawa kemenangan luar biasa besar bagi pasukan
Sung. Terjangan para pesilat ke arah Liao memang benar hebat.
Karena semua pesilat berpikir bahwa mereka tidak mampu lari lagi, maka
semangat bertempur mereka langsung melonjak tinggi sekali.
Yuan Jielung-lah orang yang bertarung di depan dengan sangat hebat sambil
memimpin pasukan Kaibang untuk bergebrak mati-matian.
Kemampuan Yuan sangat luar biasa, dia sering terlihat mengeluarkan tapak
hebatnya untuk melayani pasukan Liao yang datang terdekat kepadanya.
Tanpa terasa hanya beberapa saat.
Yuan Jielung telah membunuh 50 orang lebih dengan jurus saktinya.
Karena melihat keadaan bakal runyam, kelima pendekar dan Zhu Xiang
langsung mengeroyoknya dengan hebat.
Kali ini, Yuan tidak lagi melakukan pertempuran dengan pasukan Liao, tetapi dia melayani 6 lawannya sekaligus.
Chonchu dan Sungyu segera membantu Yuan untuk bertarung melawan 6 orang
hebat ini. Pasukan Sung memang belum sempat bergebrak melawan para pesilat.
Terjangan mereka telah sangat dekat sekali dengan "pasukan ekor" para pesilat.
Maksud pasukan ekor adalah pasukan terakhir dan pasukan belakang tadinya,
sebab pasukan depan mereka adalah pasukan yang sedang bertempur hebat
dengan pasukan Liao.
Pasukan ekor pesilat segera maju untuk bertarung mati-matian dengan pasukan
Sung yang telah hampir sampai.
Tetapi... Ketika hanya berjarak puluhan kaki, pasukan Sung sepertinya memisahkan diri.
Pasukan sayap kiri segera mengambil arah melingkar dari sebelah kiri.
Sedang pasukan sayap kanan segera mengambil arah melingkar dari sebelah
kanan. Gerakan pasukan Sung telah dimengerti Jieji adanya sebelum mereka datang.
Yuan Jielung terlihat tersenyum puas, sebab apa yang dibisikkan Sungyu
kepadanya telah jelas sekali.
Tetapi 5 pendekar yang melihatnya, langsung girang.
Mereka berpikir bahwa gerakan melingkar itu akan sampai ujungnya yaitu di
tengah pasukan pesilat.
"Kali ini pesilat akan kehilangan nama mereka masing-masing disini..." kata Zhu Xiang yang terlihat girang mendapati pergerakan pasukan Sung.
Kelimanya segera tersenyum melihat gerakan pasukan Sung itu.
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tetapi mereka salah besar...
Ketika gerakan melingkar pasukan Sung terasa janggal karena terlalu luas oleh
keenam orang itu, maka semuanya telah terlambat sekali.
Sebab ujung dari pasukan sayap kiri dan kanan tidak mengambil arah tengah
pesilat untuk memecahkannya, melainkan yang terlihat adalah mengambil posisi
tengah dari pasukan Liao.
Tidak disangka oleh mereka semua, ternyata Zhao kuangyi mengkhianati Liao.
Dengan gerakan bagai tukang jagal binatang, pasukan Sung menghantam luar
biasa cepat dan dahsyat pada pasukan tengah Liao yang tidak tahu bakal
diserang dan dihantam sedemikian rupa.
Melihat kemenangan sudah tidak mungkin diraih, kesemuanya berniat langsung
menawan Zhao Kuangyi yang masih di tengah dan duduk di atas kudanya
dengan mentereng di posisi pasukan tengah dari Sung.
Tetapi, saat mereka menoleh... Mereka melihat jelas Jieji telah siap dengan
pedang ekor api yang sedang tergenggam sambil mengawasi dengan garang.
Sedangkan di belakangnya berdiri 15 pengawal sakti yang telah siap dengan
pedang dan siaga adanya.
Mau tidak mau, mereka segera mengambil langkah seribu karena mereka tidak
tahu bakal diserang sedemikian rupa oleh Sung.
Pekerjaan dan pengkhianatan Zhao kuangyi yang luar biasa hebat...
Memang benar...
Pasukan Liao segera terlihat rusak parah hanya dalam sekejap mata saja...
Pasukan depan telah diterjang oleh para pesilat tadinya.
Pasukan tengah mereka dilabrak dengan hebat oleh Sung dari 2 arah.
Yang hebatnya, ketika pasukan Sung telah bertemu di tengah, mereka langsung
membagi pasukan menjadi 2 kembali.
Yaitu pasukan sayap kiri segera mengambil posisi menghadap ke arah para
pesilat untuk membantai pasukan Liao. Dengan begitu, pasukan Liao disini telah
terkepung hebat.
Sedangkan pasukan sayap kanan dari tengah segera membelah ke kanan untuk
melabrak pasukan belakang Liao.
Pasukan Liao yang melihat kehancuran mereka dalam sekejap saja, segera lari
tunggang-langgang tanpa memikirkan akibatnya lagi.
Tiada pasukan Liao yang masih memiliki keinginan untuk bertempur.
Hujan yang lebat kali ini telah membawa kehancuran luar biasa parahnya bagi
para pasukan Liao adanya.
Pengejaran yang dilakukan pasukan sayap kanan sangatlah seru adanya.
Pasukan Liao yang tiada pemimpin telah menjadi berantakan sekali cara
kaburnya. Semua orang hanya memikirkan bagaimana cara selamat pulang ke negeri Liao.
Mereka tidak berpikir hal lain lagi selain ini.
Sedangkan Jieji hanya terlihat lesu sambil memandang ke arah pasukan Liao
yang dibantai habis-habisan oleh Sung.
Dia tidak menyangkanya sama sekali kalau pasukan Sung akan bergebrak luar
biasa hebat dan dahsyatnya dalam melakukan peperangan dengan Liao. Dia
memikirkan tentang "bantuan" yang telah sampai ini. Tetapi baginya...
Taktik yang hebat, tetapi sangatlah kejam adanya.
Zhao kuangyi terlihat tersenyum penuh makna melihat kehancuran pasukan Liao
yang dalam waktu sesaat saja.
Pengejaran dilakukan beberapa puluh Li... Banyak sekali mayat pasukan Liao
yang berserakan di sepanjang jalan akibat terjangan pasukan Sung yang hebat.
Dalam peperangan kali ini, Liao benar kehilangan pasukan yang luar biasa
banyak karena yang benar mampu kembali hanya sekitar 200 orang lebih saja.
Itupun kesemuanya rata-rata mengalami cedera baik itu ringan ataupun parah.
Zhao kuangyi tidak pernah tahu, serangan kali inilah yang membangkitkan
"dendam" sampai ratusan tahun lamanya.
Selama Sung berkuasa, maka Liao selalu mengancamnya dari arah utara...
Zhao kuangyi segera mengumpulkan pasukannya kembali. Dia mendapati
kemenangan yang luar biasa besar.
Banyak sekali dia dapati ransum dan alat senjata yang sangat banyak yang
ditinggalkan oleh pasukan Liao.
Para pesilat disana sangatlah bersyukur akan kejadian yang disebabkan oleh
Zhao kuangyi. Kesemuanya terlihat banyak yang berlutut sambil menangis untuk memuji
kebijaksanaanya.
Sedangkan Jieji hanya terlihat menggelengkan kepalanya sambil timbul
penyesalan yang dalam.
Tidak disangkanya, kuangyi bakal menggunakan siasat sedemikian rupa untuk
menarik simpati para pesilat disana.
Ternyata aksi Zhao kuangyi tidak sampai disini...
"Para pesilat yang budiman... Sebagai raja dari negeri Sung yang besar, aku tidak akan membiarkan Liao yang kejam menginjak tanah kita lagi untuk
selamanya. Mengenai kakanda kaisar, saya pasti akan melawannya secara
terang-terangan jika kakanda kaisar masih berpikir ingin bersekutu dengan
Liao..." kata kuangyi dengan tegas.
Tentu apa kata Zhao kuangyi adalah untuk menarik simpati yang hebat dari
semua orang disana. Mereka juga tahu, para pesilat adalah "Gudangnya" Gosip.
Jika mereka tahu apa tindakan kuangyi, tentu mereka akan sangat bersyukur.
Dan semua rakyat tidak lama lagi akan tahu "simpati"nya.
Siasat yang tidak salah, namun sangat licik adanya.
Sesaat itu, dia berpaling ke arah Jieji.
"Adik... Bagaimana menurutmu keputusanku?" tanyanya dengan tersenyum.
"Itu cukup baik... Untuk semua orang tentu cukup baik.. Hanya tidak baik untuk seseorang..." kata Jieji kemudian dengan agak marah.
"Ha Ha... Betul.. Betul.. Untuk itu, saya mengundang kamu dan orang di
Dongyang itu untuk datang 3 bulan kemudian ke Kaifeng... Bagaimana?" tanya Zhao kuangyi.
"Baik... Meski harus mati, aku akan mengawal dia untuk datang..." kata Jieji dengan tegas.
Apa yang dikatakan mereka berdua tentu tiada orang yang mampu mengerti
maksudnya. "Dik.. Kamu tahu" Kenapa kamu tidak bisa membunuhku?" tanyanya kembali.
"Betul... Hal ini tidak mungkin kulakukan... Keadilan akan kutagih kembali 3 bulan kemudian sesuai dengan janjimu kepadaku sekarang..." kata Jieji.
Tentu, bagi Jieji yang sangat menghormati kakak pertamanya. Dia tidak akan
mampu berturun tangan untuk membunuh adik kandungnya. Sedangkan Jieji
sekarang mengerti dengan pasti apa maksud dari kuangyi.
Ternyata kuangyi mengincar "tahta" kerajaan Sung.
Dia tidak lagi mampu berbicara apapun karena menurutnya untuk masalah
seperti ini, hanya kakak pertamanya yang mampu memutuskan lebih lanjut.
"Jadi, sekarang kamu mau kemana dik?" tanya kuangyi kembali.
"Aku akan pulang ke Dongyang kembali..."
"Bagus... Kamu bawalah ini...." kata Kuangyi seraya mengangkat tangannya tinggi.
Saat itu juga, terlihat seorang serdadu sedang menggiring seekor kuda yang
"aneh".
Sesaat sampainya kuda, semua yang melihatnya sangat kagum sekali.
Kuda ini tingginya hampir 6 kaki, bulunya berwarna kuning kemerahan. Bentuk
badannya sangatlah gagah adanya, sedangkan hembusan nafas kuda sangatlah
bertenaga. "Apa maksudmu?" tanya Jieji yang terlihat agak marah.
"Tidak apa dik... Ini cuma untuk buah kalam sebagai tanda penghormatanku
kepadamu. Segeralah pakai untuk menuju ke Dongyang." kata Zhao kemudian,
tetapi sorot matanya kemudian telah berubah sangat pengertian sekali.
"Baiklah kalau begitu..." kata Jieji kemudian.
Zhao kuangyi segera mengajak pasukannya untuk kembali ke kota Ye.
Namun sebelum dia beranjak, dia sempat membalikkan badannya dan berkata
beberapa patah kata.
"Para pesilat... Mengenai terbunuhnya keluarga kalian sebenarnya sama sekali tiada hubungannya dengan Xia Jieji, melainkan adalah tindakan orang-orang dari
Liao untuk memfitnahnya sehingga terjadi kejadian hari ini. Oleh karena itu, saya berharap kepada semua orang untuk tidak mengejarnya lagi...." teriak Zhao
membahana. Semua pesilat terlihat setuju juga dengan apa yang dikatakan Zhao Kuangyi,
karena mereka sendiri telah melihat dengan lumayan jelas bagaimana sepak
terjang Jieji tadinya.
Semua malah berdecak kagum akan kemampuannya yang dahsyat, sepertinya
rasa "permusuhan" mereka semua telah mereda kepada Jieji.
Saat berpamitan dengan 15 pengawal sakti, terlihat seorang wanita cantik luar
biasa dari mereka memberi hormat kepadanya dengan sangat sopan sekali.
Semua orang yang melihatnya cukup heran adanya. Tetapi Jieji juga melakukan
hal yang serupa, dia membungkukkan tubuhnya untuk memberi hormat kepada
gadis itu. "Namaku Lie Xian... Anda benar seorang yang luar biasa di zaman ini..." katanya memuji.
"Terima kasih...." kata Jieji seraya memberi hormat kepadanya.
Ketika para pesilat ingin berpamitan satu sama lain, mereka semua memberi
hormat ke arah Jieji yang tentu dibalasnya dengan sangat sopan pula.
Biksu Wu Huan terlihat menuju ke arahnya untuk pamitan.
"Tuan muda... Anda sungguh luar biasa... Yang tua mungkin telah salah paham terhadap anda beberapa lama. Oleh karena itu, Yang tua meminta maaf sebesar
besarnya..."
Jieji membalasnya dengan sangat sopan.
"Biksu tua, maaf tadinya hamba telah bertindak lancang. Mengenai biksu Wu
Jiang tidak pernah ada suatu kata dusta pun sesungguhnya dari apa yang
kukatakan...." kata Jieji yang terlihat menyesal.
Wu Huan segera memberi hormat kepadanya.
"Tuan muda, jika ada waktu.. Kunjungilah kuil Shaolin.. Sebagai tuan rumah, kita akan menyambut anda dengan sangat baik...." katanya kemudian.
"Pasti biksu tua..." kata Jieji kembali.
Beberapa lama setelah para pesilat berpamitan, lembah itu telah "kosong"
penghuninya karena semua pesilat juga telah meninggalkan tempat tersebut
kecuali Yuan, Chonchu dan Sungyu.
Terlihat mereka bertiga berjalan ke arah Jieji.
"Hebat kak Jie... Kamu mampu mengiranya dengan tepat.. Kenapa bisa begitu?"
tanya Sungyu ke arah Jieji.
"Itu tidaklah susah. Dari dulu aku telah mengenal Zhao kuangyi. Sifatnya bahkan lebih keras dari kakaknya sendiri. Selain itu, rasa keadilannya juga sangat
tinggi... Maka daripada itu, aku mengambil kesimpulan kejadian tersebut..." kata Jieji.
"Hebat.... Ha Ha... " Kata Yuan Jielung memujinya.
"Ini adalah kakak seperguruanku... "kata Chonchu kemudian
memperkenalkannya.
"Tetapi kita pernah bertemu sebelumnya..." kata Jieji yang menceritakan kejadian penginapan Chenliu kepadanya.
Tentu mereka tertawa puas.
"Oya" Boleh saya tanyakan kepada anda?" tanya Jieji kepada Yuan Jielung.
"Tentu..." kata Yuan seraya tersenyum kepadanya.
"Apa tujuan anda mendirikan Kaibang" Inilah pertanyaan yang masih berada di benakku sampai sekarang...." kata Jieji agak penasaran.
"Ha Ha... Tujuan utamaku adalah mengusir bangsa Liao. Dulu aku memang
hidup di selatan dengan waktu yang lumayan lama. Tetapi menyaksikan
kekejaman pasukan Liao, aku berniat untuk membela kebenaran...." kata Yuan dengan tertawa puas.
"Hebat... Anda benar sungguh mengagumkan.. " Kata Jieji memberi hormat kepadanya.
Hormatnya Jieji dibalas dengan baik juga oleh Yuan.
Sebelum mereka sempat berkata, Chonchu segera menghampiri Jieji.
"Kamu tahu... Kakak seperguruanku itu siapa?" tanya Chonchu seraya
tersenyum penuh arti.
Hal ini tentu di kuti oleh Yuan dan Sungyu adanya. Chonchu sekarang ingin
mencoba kepandaian Jieji dalam menebak.
Jieji segera tersenyum sambil melihat ke arah Yuan.
Dia pandangi pemuda ini dengan serius...
Dari tatapan Yuan, wajahnya, keagungannya semua sangat mantap.
Jieji merasa bahwa identitas Yuan tentu adalah orang yang mulia adanya.
"Siapa?" tanya Chonchu kembali dengan tersenyum.
"Jangan-jangan"... " tanya Jieji dengan heran.
"Ha Ha.... Sepertinya dia hampir mampu menebaknya... Apa yang ada dalam
pikiran anda sekarang pendekar Xia?" tanya Yuan.
"Kamu pasti salah seorang raja antara negeri Jing Nan, Tang selatan ataupun Han selatan?" tanya Jieji sambil mengerutkan dahinya.
"Ha Ha... Betul.. Betul... Akulah Kaisar terakhir Tang Selatan, Li Yu...." Kata Yuan Jielung kemudian.
Heran... Sungguh heran...
Bagaimana kaisar Tang Selatan, Li Yu bisa menjadi murid pertama dari Zeng
Qianhao" Dan paling aneh adalah Kaisar Tang Selatan bisa menjadi Ketua perkumpulan
pengemis.... Semuanya masih dalam misteri...
BAB LXXVI : Naga Yang Kembali
"Oh" Jadi bagaimana anda bisa menjadi ketua perkumpulan pengemis"
Sungguh aneh sekali..." kata Jieji bertanya kepada Li Yu.
Semua hanya melihat Jieji dengan tersenyum. Li Yu sendiri bahkan tidak begitu
berniat menjawabnya. Dia hanya terlihat tertawa keras kemudiannya.
Jieji tidak pernah tahu dalam 3 tahun yang lalu tersebut, hal yang paling
membuatnya dibenci tentu adalah gosip yang mengatakan kalau Dewa Bumi
adalah mata-mata dari Sung ke pihak Liao yang dibunuh oleh Jieji.
Semua orang dari Sung, kaum persilatan sungguh menyalahkan Jieji adanya
karena menjadi pengkhianat Sung yang berpihak kepada Liao.
Tujuan Yuan Jielung/Li Yu mendirikan partai pengemis tentunya adalah untuk
memblokir serangan dari arah utara (Liao) ke daratan China. Kaisar Tang selatan tersebut merasa dirinya cukup sanggup untuk mengalahkan "Xia Jieji" jika dia terbukti adalah penjahat terbesar yang menjadi ancaman Sung.
Tetapi sekarang keadaannya telah berbeda 180 derajat, sebab Xia Jieji yang
dikiranya adalah musuh utamanya malah merupakan teman sejati mereka.
Tentu ketika ditanya Jieji, mereka tidak mampu menjawabnya dengan jelas
kepadanya. "Kak Jie,... Lalu apa rencanamu sekarang" Apa kamu akan pulang ke
Dongyang?" tanya Chonchu kemudian.
"Mungkin belum perlu aku pulang ke Dongyang sekarang. Sebab Zhao Kuangyi
berjanji akan bertemu dengan kita semua 3 bulan kemudian di Kaifeng. Masih
ada 1 bulan lebih waktu luang untukku...." kata Jieji sambil berpikir.
"Oya saudara Jie, mendengar apa yang kamu bicarakan tadinya dengan 4
pendekar bertopeng. Berarti benar bahwa mereka adalah "ayah" dan "ibu" anda sendiri" Tetapi sungguh mengherankan sekali. Sebenarnya apa tujuan mereka
kepadamu?" tanya Li Yu sambil berkerut dahi.
"Benar... Mereka berempat tak lain adalah Xia Rujian, Hikatsuka Oda, Ibu
kandungku sendiri dan Ibu mertuaku, Wu Shanniang." kata Jieji sambil berpikir keras. Tiba-tiba di dalam pemikirannya dia merasa ada hal yang sungguh
janggal. "Oya saudara Yuan, kamu masih ingat bagaimana saat kukeluarkan Jurus Ilmu
jari dewi pemusnah tadinya sewaktu bertarung melawan 5 orang itu?" tanya Jieji dengan penasaran ke arah Yuan.
"Betul... Masih ku ingat jelas.. Jurusmu yang pertama dari jarimu adalah
mengenai ibu mertuamu. Sepertinya dialah orang yang terluka paling parah."
kata Yuan mengenang pertarungan tadi yang sekejap tersebut.
Jieji langsung terkejut. Dia tidak pernah menyangka bahwa orang yang terdepan
adalah Wu Shanniang. Saat itu, dia telah sangat marah pada Yue Liangxu.
Tujuan utamanya adalah "memusnahkannya". Dia tidak sempat melihat
bagaimana luka dalam yang diderita oleh Ibu mertuanya sendiri. Tentu ketika dia mengerahkan jurus maha hebat itu, dia tidak pernah tahu bagaimana akibatnya
nantinya. "Benar... Apa yang saudara Yuan katakan itu sangatlah benar adanya. Ketika jurus keduaku telah ku rapal. Aku melihat ibu kandungku sesaat, sehingga energi untuk keempat orang lainnya tidak ku maksimalkan. Mungkin mereka hanya luka
dalam yang tidak parah. Tetapi aku sekarang tiada yakin dengan Wu
Shanniang..." kata Jieji sambil menghela nafas panjang.
"Ini bukanlah salahmu kak Jie... " kata Chonchu kemudian kepadanya.
"Betul... Ini tiada hubungannya dengan anda pendekar Xia..." kata Sungyu kepadanya.
Apakah kekhawatiran dalam hati Jieji itu akan menjadi kenyataan"
*** 50 Li arah utara daerah Yi Chou, perkemahan Liao...
"Keparat.... Zhao kuangyi tidak menepati janjinya... Saya akan datang sendiri untuk membunuhnya...." teriak seorang yang agak tua yang tidak lain adalah Yelu Xian.
"Huh... Kau yakin sanggup membunuhnya?" tanya seorang disamping yang tak lain adalah Hikatsuka Oda.
"Keparat... Ini sangat memalukan bangsa Liao kita.. Kau hidup sebagai orang Liao, bagaimana kau bisa berkata begitu" Ha?"?" tanya Yelu Xian dengan
sangat marah. "Ha Ha... Kau tahu" Marah tiada pernah menyelesaikan masalah. Sepertinya kita harus mengulang semua rencana kita kembali...." kata Hikatsuka kemudian.
Aneh!!! Kenapa Yelu Xian mengatakan kalau Hikatsuka Oda adalah "orang Liao?"
"Kalian tahu" Dalam pertempuran kali ini, bukan saja prajurit kita yang mati terbunuh sungguh banyak sekali. Tetapi, Wu Shanniang terluka sangat parah...
Sepertinya tangan kirinya tidak mampu digunakan lagi...."kata Xia Rujian.
"Sialan... Ini gara-gara kau.. Kau didik anakmu dengan luar biasa hebat...." tutur Yelu Xian kemudian dengan sangat marah kepadanya.
"Ha Ha... Ini tidak bisa disalahkan semua kepadaku... Dahulu telah kukatakan untuk membunuhnya di timur kota Xiapi. Tetapi tidak mau didengarkan olehmu..."
tutur Xia Rujian.
"Itu tidak bisa disalahkan semua kepadanya. Tentu dikarenakan tanpa sengaja malah puteri kandungnya sendiri terbunuh disana..." tutur Hikatsuka Oda
kemudian. Heran.... Tidak disangka kalau Yuan Xufen adalah puterinya Yelu Xian sendiri dari hasil
hubungannya dengan Wu Shanniang.
Rupanya Yunying dan Xufen adalah saudara yang tidak seayah.
"Sekarang bagaimana keadaan Liangxu?" tanya Hikatsuka Oda kemudian.
"Sepertinya luka dalamnya sangat parah, mungkin dalam 3 bulan dia baru bisa sembuh. Chen Yang sedang mengobatinya..." kata Yelu Xian sambil
menggoyangkan kepalanya.
"Hanya dialah orang yang bisa menjadi harapan kita untuk mengalahkan anakmu itu..." kata Zhu Xiang kemudian yang sedari tadi diam ke arah Hikatsuka.
"Betul.. Hanya dialah.. Sekarang kamu telah datang kemari.. Tentu ini adalah hadiah kita yang terbesar.. Ha Ha... Kali ini Jieji tidak akan lolos lagi..." kata Hikatsuka kemudian.
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ada seorang disamping mereka semua, seorang wanita yang diam seribu
bahasa tanpa mengucapkan apapun. Sepertinya dia merasa cemas dengan
perkataan mereka semua. Dia terlihat sering mengerutkan dahinya.
"Oya, Bagaimana dengan Zhao Kuangyin?" tanya Xia Rujian.
"Sepertinya dia masih berada di Dongyang. Dia bukanlah orang yang kita
cemaskan sama sekali..." kata Yelu Xian.
Tetapi Hikatsuka tidak berpikiran demikian...
Diingatnya kembali bagaimana pertarungan dengannya di dalam istana.
*** Saat itu di taman istana...
Zhao kuangyin memang rebah ke tanah akibat pukulan hebat dari "Ibunya" Xia Jieji. Semua yang melihatnya tentu bakal mengira Zhao akan tumbang.
Tetapi... Ketika dia berdiri sambil muntah darah hitam, dia masih terlihat cukup sehat.
Wajahnya masih belum berubah banyak. Dari sinar matanya mengandung hawa
petarung sejati.
15 pengawal sakti tidak memberinya kesempatan untuk berdiri lebih lama.
Dengan segera, mereka mengepungnya kembali. Tetapi sebelum benar mereka
siap adanya, Tinju Zhao sepertinya bekerja kembali dengan sangat cepat.
Semua orang memang belum sempat merasakan hawa energi Zhao keluar,
terlihat 4 orang dari anggota 15 pengawal sakti telah jatuh tersungkur dan tiada sadar diri lagi.
5 Pendekar yang melihat kejadian tersebut segera tidak bermain-main. Mereka
melancarkan jurus hebat untuk menjatuhkannya.
Tetapi... Saat jurus mereka hampir sampai, Zhao mengerahkan energi untuk merubah
serangan. Dari tinju, dia mengubahnya menjadi cakar.
Cakar Zhao sungguh cepat, setara dengan tinjunya itu.
Tendangan Hikatsuka Oda yang duluan sampai sepertinya melenceng ke arah
teman-temannya.
Dalam 10 jurus, terlihat Zhao memang kepayahan. Tetapi semua jurus mereka
masih sanggup di balikkan dengan hebat olehnya.
Kelima orang ini sangatlah terkagum oleh kemampuan Zhao yang telah teracun
hebat itu. Selain itu, luka dalam Zhao juga tidak ringan.
Dalam satu kesempatan, Zhao mengadu nasibnya..
Tendangan mayapada memang sampai kembali ke arahnya.
Terlihat Zhao menarik nafas panjang untuk menerima serangan itu
mentah-mentah. Semua orang disana sangat terkejut. Mereka mengira Zhao kali ini akanlah tewas
mengingat kondisinya yang telah payah sekali.
Tetapi ketika tendangan itu benar sampai, Zhao menarik diri dan menerima
serangan itu. Dengan gerakan Dao tingkat tinggi, dia meminjam tendangan Hikatsuka untuk
melayang mundur dengan sangat cepat. Zhao kuangyin mundur dengan sangat
pesat. Ringan tubuhnya kali ini adalah 10 kali lebih hebat dari ilmu ringan tubuh yang sanggup dikeluarkannya karena telah meminjam tendangan hebat dari
Hikatsuka Oda. Semua orang disana segera mengejar ke arah Zhao yang melayang pesat
tersebut. Zhao melayang melewati batas istana belakang. Kemudian dia sanggup turun
dengan mudah. Dengan sisa tenaganya, dia berlari cepat untuk mencari kuda yang bisa
membawanya pergi jauh.
Setelah lari kencang selama beberapa saat...
Sungguh nasib bagus, sebab disana terlihat adanya beberapa ekor kuda yang
ditinggalkan pedagang di belakang istana. Dengan tanpa banyak bicara, dia
"mencuri" kuda itu dan memacunya ke arah timur kota Kaifeng.
*** Hikatsuka Oda yang mengingat kejadian itu sangatlah kagum sekali. Dia tidak
menyangka racun hebat 7 bubuk bunga tidak mampu menjatuhkan Zhao
kuangyin. Sesaat dia merasa gentar juga.
"Lalu bagaimana dengan 15 pengawal sakti itu?" tanya Yelu Xian.
"Mereka memang hebat, tetapi hanya saat mereka 15 orang saja. Mereka juga
bukanlah duri dalam daging." kata Xia Rujian.
"Baiklah, kalau begitu setelah 3 bulan kemudian, aku akan menggabungkan 7
tingkatan energi di tubuh Liangxu. Saat itu, dialah alat untuk melaksanakan
rencana terbesar kita..." kata Zhu Xiang kemudian.
"Ha Ha... Betul.. Betul.. Dengan begitu, kita tidak usah takut lagi rencana besar kita tidak terlaksana... Saat itu, meski Xia Jieji ada 5 orang. Dia tidak sanggup berbuat apa-apa lagi..." kata Yelu Xian kembali dengan girang.
Sedangkan di tanah perkemahan itu, terlihat seorang biksu tua yang sedang
kepayahan dan merebahkan dirinya. Biksu tua ini sepertinya hanya menunggu
ajal menjemput saja. Tetapi tiada disangkanya, dia masih berguna untuk mereka
semua meski dirinya telah kepayahan luar biasa.
*** Di daerah barat kota Xiapi...
Dari jauh terlihat tiga orang yang berkuda cepat menuju ke kota lainnya.
Kota yang dituju tak lain adalah kota Chenliu adanya. Tiga orang tersebut adalah seorang wanita cantik dengan kuda bintang birunya, di pinggangnya terselip
sebuah pedang pendek yang agak aneh.
Sedangkan 2 orang lainnya adalah pria paruh baya dengan pria yang tua sekali.
Tentu ketiga orang ini adalah Zhao Kuangyin, Yunying dan Dewa Ajaib.
Ketiganya sepertinya sangat sibuk. Mereka terus memacu kudanya dengan
sangat cepat sekali.
Mereka telah berkuda selama 3 jam sampai dengan...
Ketika mendekati sebuah tikungan yang cukup curam, mereka bertemu dengan
sekelompok orang. Sekelompok orang tersebut sepertinya sedang menghadang
di jalan. Orang tersebut berpakaian compang-camping, dengan tongkat bambu di tangan
mereka masing-masing.
Yunying dan dewa ajaib yang melihatnya sungguh heran. Mereka tentu tidak tahu
mereka adalah kelompok pengemis.
"Para tuan-tuan.. Ada apa gerangan dengan kalian semua?" tanya Yunying yang agak heran.
Dia tidak menyangka bahwa pengemis bukannya meminta-minta di dalam kota,
tetapi malah terlihat di luar kota yang agak sepi tersebut. Entah apa tujuan
mereka semua. Tetapi pengemis tersebut tidak menjawabnya, mereka hanya berbisik-bisik pelan
saja sambil mengamati dengan penuh kecurigaan ke arah Yunying. Pandangan
mereka sepertinya tidak lagi bersahabat.
Kemudian, dari arah sekelompok pengemis segera muncul seseorang yang
wajahnya agak pucat, tingginya hampir 6 kaki juga. Dia terlihat sangat tua
dengan penampilan seperti ini.
"Nona... Boleh saya tahu dimana pemilik kuda yang anda tunggangi ini?"
tanyanya kemudian.
"Pemilik kuda ini" Tentu saya sendiri... Memangnya ada hal apa?" tanya Yunying.
Mendengar apa jawaban Yunying, semua pengemis yang jumlahnya sekitar 20
orang lebih segera mengepungnya. Dan dalam sesaat saja, pergerakan mereka
telah mengepung habis nyonya muda nan cantik tersebut.
Sedangkan Zhao kuangyin segera turun dari kudanya. Sambil memberi hormat
dia berkata. "Kuda ini adalah milik suami dari nyonya tersebut. Memangnya ada masalah apa dengan hal tersebut...." kata Zhao yang juga lumayan heran dibuatnya.
"Jadi dia-lah istri si "Setan pembantai?" Sepertinya langit memberi kita kesempatan untuk membalas dendam... Ha Ha......." kata tetua yang paling
depan tersebut.
"Setan pembantai" Maksud anda apa?" tanya Dewa Ajaib yang turun dari
kudanya dengan agak keheranan.
"Kau tidak tahu" Kau pura-pura tidak tahu... Dia telah membunuh banyak bangsa Sung, selain itu dunia persilatan telah kacau tidak karuan dibuatnya. Dia
pengkhianat Sung dan berbelot ke Liao... Ini tidak bisa dimaafkan. Kalian semua akan kita sandera untuk memancingnya keluar..." kata Tetua tadi dengan marah.
"Hei.... Tidak tahu aturan kau itu yah" Memang siapa kau" Orang sok hebat
seperti kau mana pantas berbicara begitu kepada kita?" damprat dewa ajaib
dengan marah menjadi-jadi kemudian.
Tetapi para-para orang Kaibang sepertinya tidak memberi mereka kesempatan.
Mereka segera mengancangkan tongkat untuk menyerang, sebab tadinya posisi
mereka telah terkepung dengan ketat.
Mereka bertiga tidak terlihat cemas adanya, bahkan dewa ajaib yang marah
tadinya langsung tersenyum sangat menggoda ke arah mereka semua.
Tentu hal ini sangat mengherankan semua anggota Kaibang.
"Sudah mau mati malah tersenyum, sudah gilak kau itu..." kata Tetua Kaibang meledeknya.
Dewa Ajaib yang dikatakan hal semacam ini tentu sangat tidak puas. Dengan
segera, dia berpaling ke arah Zhao dan Yunying dengan wajah yang penuh
senyum arti. Mereka berdua melihat tingkah Dewa Ajaib segera mengangguk.
Dengan langkah aneh, Dewa Ajaib segera menuju ke tengah. Sedang para
pengeroyok yang melihatnya juga segera membentuk formasi aneh untuk
Hati Budha Tangan Berbisa 10 Giring Giring Perak Karya Makmur Hendrik Golok Halilintar 14
maka orang yang di tengah pasti sulit untuk lolos lagi mengingat ilmu pedang
ayunan dewa sangat sering berubah arah pedangnya.
Jieji kembali cemas terhadap Chonchu dan Sungyu yang di tengah meski mereka
cukup berkungfu tinggi.
Saat dia sedang berpikir, di arah lain terdengar suara yang sangat hebat.
Yuan Jielung sedang bertarung hebat dengan ke 5 pendekar. Suara tapak
berlaga dan tapak tertahan sangat jelas. Pertarungan yang sangat luar biasa,
bahkan Jieji sangat mengagumi kemampuan ketua kaibang tersebut.
Jurus Yuan kadang lemah, kadang kuat, kadang terlihat gabungan kedua jurus
yang bersamaan.
Sepertinya jurus Yuan adalah jurus tapak pemusnah raga yang sangat terkenal
itu, tetapi disini terlihat agak lain.
Ketika penyerang menggunakan jurus tendangan mayapada untuk menghantam
ke arah Yuan, dengan tenang dia bertahan dan meminjam tenaga untuk mundur.
Tetapi penyerang lain tidak memberinya kesempatan. Jurus tapak yang sangat
dikenalnya segera di arahkan dari arah belakang.
Dengan berputar penuh, Yuan yang terjepit segera merapal tapaknya cepat dan
diadukan langsung ke tapak mayapada penyerang tersebut.
Kali ini, jurus Yuan sangat hebat. Dahsyat bagaikan gelombang. Sesaat
menyentuh tapak, terdengar dia berteriak tertahan. Suara dan hembusan keras
tenaga dalam terasa.
Orang yang menahannya segera terpental sangat jauh. Dia sempat terjatuh
terjungkal beberapa kaki. Penyerang sepertinya tidak mampu lagi berdiri dengan
baik. Di bibirnya mengalir darah segar yang banyak.
"Jurus yang hebat pemuda... Apa nama jurus tersebut?"" tanya seorang pemuda yang tadinya menggunakan jurus tendangan mayapada.
"Inilah 18 tapak Naga mendekam..." kata Yuan dengan dingin.
"Ha Ha... Ternyata beberapa tahun ini, telah banyak muncul jago silat....
Sepertinya kita yang tua tidak lagi berguna...." teriak seseorang dengan tertawa keras.
Suara seseorang yang sangat dikenal Jieji...
Dulunya Jieji pernah mencurigai dirinyalah orang yang dibalik topeng. Tidak
disangka kali ini benar adanya...
Pemuda tua yang tidak pernah bersuara padanya adalah orang yang
sangat-sangatlah dikenalnya. Pemuda tua yang hanya diam pada saat
pertarungan antara dia dengan kawan-kawannya sekitar 4 tahun lalu di timur kota Changsha.
Perasaan Jieji yang mendengar suara tersebut langsung bercampur aduk sangat
hebat sekali. BAB LXXI : Identitas Lima Pendekar Bertopeng Aneh
Ingin sekali Jieji keluar untuk bersua dengan pria bertopeng yang sedang tertawa keras tadinya, tetapi selalu diurungkan niatnya. Dia tidak ingin memunculkan
dirinya karena dia tahu sesuatu yang berbahaya bakal terjadi nantinya padanya.
Bukannya dia sendiri takut akan hal yang berbahaya. Tetapi baginya dengan
memunculkan diri di hadapan mereka semua, maka masalah akan tambah ruwet
nantinya. Sebenarnya apa hal yang ada di benaknya" Mungkin sebentar lagi akan terlihat
bagaimana perkiraannya menjadi kenyataan.
Wang Sungyu dan Chonchu yang sedang terkepung di tengah sangat
kebingungan, keduanya tidak tahu lagi bagaimana cara menyerang yang paling
baik. Mereka hanya berupaya mempertahankan diri mereka.
Sedangkan Jielung sedang berusaha sangat keras di antara kepungan 5
pendekar hebat.
Para tetua kaibang bersama dengan saudara-saudara mereka juga sedang
berusaha keras menghadapi "Pasukan Bertopeng aneh".
Keadaan sepertinya sama sekali tidaklah menguntungkan bagi pasukan Kaibang.
Dengan aba-aba menyerang, kelima belas pengawal sakti segera beranjak
sangat cepat. Sekilas... Nampak sebatang pedang yang cepat sedang menuju ke arah Chonchu.
Chonchu yang melihatnya sangat terkejut, dia berusaha untuk mengelak.
Tetapi... Seperti perkiraan Jieji adanya, jurus pedang salah satu dari 15 pengawal sakti
yang berkelebat adalah Jurus pedang ayunan dewa.
Mengikuti gerakan Chonchu, jurus pedang itu dengan cepat mengancamnya.
Sambil berputar ke depan, dia berniat untuk menghempaskan tapak ke arah
dada penyerangnya.
Tetapi baru saja dia merapal tapaknya, dia telah di hentikan kelebat pedang dari samping.
Sungguh sebuah kerja sama yang sangat bagus.
Sedangkan Wang Sungyu juga mengalami hal yang sama dengan Chonchu di
tengah. "Kalian tidak akan mampu bertahan lama... Dengan menghindar maka sudah
sama saja dengan mengantarkan nyawa kalian... Ha Ha..." kata seorang di
antara 15 pengawal sakti.
Bagi yang tidak mengeluarkan jurus, mereka hanya berputar selingkaran
mengepung. Tujuan mereka sangat jelas adanya, yaitu untuk mencari "celah" dari hindaran pihak bertahan.
Formasi yang sangat kuat adanya...
Formasi seperti ini telah diperkirakan Jieji yang melihatnya dari tempat yang jauh.
Sementara itu, Yuan Jielung kembali dikepung oleh 5 orang pendekar. Pria tua yang tadinya
terhempas jauh akibat pukulannya telah kembali bangkit untuk mengepungnya.
Pertarungan Yuan sebenarnya sangatlah seru. Ketua kaibang betul-betul adalah
jago zaman ini, kelima pendekar yang dulunya pernah bertarung melawan Jieji
sebenarnya telah maju pesat kungfu dan tenaga dalamnya. Tetapi menghadapi
Yuan Jielung sebenarnya lebih sulit jika dibandingkan melawan Jieji saat
pertarungan hebat di timur kota Changsha. Jieji hanya diuntungkan karena dia
memiliki tapak berantai.
Suara pertarungan membahana segera terdengar.
Yuan di satu kesempatan sempat menarik kakinya mundur cepat, tetapi para
penyerang tidak memberinya kesempatan.
Tujuan Yuan tentu adalah untuk memecah format 15 pengawal sakti. Dia ingin
menerjang mereka dengan tapak mautnya. Tetapi sepertinya dia juga sendiri
tidak pernah mempunyai kesempatan.
Jieji yang melihatnya tentu sangat cemas terhadap mereka berdua. Kali ini dia
tidak lagi memikirkan akibatnya. Segera dia mengeluarkan sebatang pedang dari
buntalan kain yang berada di bahunya, serta seperangkat alat yang mirip bulu
manusia. Entah apa maksud Jieji mengeluarkan benda tersebut. Dengan cepat,
dia menerjang ke arah Chonchu dan Wang Sungyu...
Chonchu tidak punya pilihan ketika dia beranjak menghindari 2 kelebat pedang
yang datang bersamaan. Tanpa disadarinya, dia telah terperangkap ke pintu
yang paling tidak boleh dimasuki dalam format 8 diagram Dao, yaitu pintu "Mati".
Dengan segera dia mendapati banyak kelebat sinar pedang telah
mengancamnya dari 8 penjuru. Puteri koguryo ini sangat bingung karena
mendapati belasan sabetan telah datang sangat dekat padanya. Sesaat, dia
menutup matanya untuk pasrah karena mendapati dirinya bakal "dicincang"
hingga tubuh tercerai-berai.
Tetapi... Ketika penyerang berpikir bahwa diri mereka berhasil... Saat itu juga, segera
muncul sekelebat sinar merah menyala yang sangat terang. Penyerang sempat
menutup mata mereka masing-masing karena "silau-nya" cahaya yang datang.
Suara seperti sesuatu yang pecah terdengar sangat keras dan pada saat yang
bersamaan. Penyerang yang memiliki sasaran Chonchu tidaklah berhenti. Tetapi...
Pedang mereka semua sepertinya tidak mengenai Chonchu, baik itu bacokan
atau tusukan. Semuanya mengenai tempat yang kosong.
Chonchu yang terheran segera membuka kedua matanya, begitu pula Sungyu
segera berpaling ke arah seseorang yang datang.
Kemudian dengan terkejut girang tak terkatakan mereka melihat orang yang
menolong mereka tersebut.
Sedangkan ke 15 pengawal sakti sangat heran sekali. Di antara 12 orang yang
memegang pedang tadinya, semua pedang di tangan telah buntung menjadi dua
bagian. Oleh karena itu, semua pedang berkelebat tersebut tidak mengenai Chonchu.
Yuan Jielung dan 5 orang pendekar segera menghentikan pertarungan dan
melihat ke arah Jieji yang telah sampai. Yuan Jielung mengenal pria ini, pria yang pernah bertatap muka dengannya di penginapan kota Chenliu.
"Saudara Zhang?"" tanyanya ke arah Jieji.
Jieji hanya memberi hormat sambil merapatkan kedua tangan dan
membungkukkan tubuhnya. Hal ini juga di kuti ketua Kaibang.
Sementara itu, semua anggota Kaibang dan para pasukan aneh juga melakukan
hal yang sama, mereka langsung menghentikan pertarungan dan menuju ke
belakang dari 5 pendekar bertopeng aneh. Sementara itu, anggota Kaibang juga
beranjak ke arah Yuan Jielung dan berdiri baris rapi di belakangnya.
"Siapa kau?"" tanya seorang dari salah satu 15 pengawal sakti kepadanya.
Jieji sengaja memakai bulu sebagai kumis dan jenggotnya sehingga mereka
tentu tidak mengenali Jieji adanya dengan sekali melihat.
Tetapi seorang yang bertanya segera sadar saat dia melihat sesuatu pedang
"aneh" yang sedang di pegangnya.
Pedang yang merah membara, seakan terasa jilatan apinya pada dirinya. Tentu
pedang ini tidak lain adalah pedang Ekor api yang sangat terkenal di dunia
persilatan. Jieji tidak langsung menjawab pertanyaan itu.
Dengan segera dia berbalik ke arah 5 pendekar.
"Akulah Hikatsuka Oda...." kata Jieji dengan serius sambil memandang ke arah mereka.
Sementara itu, di antara 5 orang tadinya yang mendengar apa yang dikatakan
Jieji. Tertampak seorang yang melihat ke seseorang di sampingnya.
Jieji yang melihatnya segera menggelengkan kepalanya. Dari wajahnya timbul
penyesalan yang sangat dalam. Hatinya berdebar-debar, dan sangatlah sakit
hatinya. Tentu ini adalah pancingan untuk "mencari" Hikatsuka Oda, apakah benar dia berada dalam pasukan pakaian hitam itu atau tidak.
Kali ini melihat reaksi salah seorang pemakai topeng aneh, dia segera mengerti
semuanya. Bukan saja ayahnya Xia Rujian, bahkan ayah kandungnya Hikatsuka Oda dan
Ibunya juga berada di pasukan tersebut.
"Ha Ha.... Ternyata kau itu tidak berkurang kepintarannya..." kata seseorang di tengah.
Seseorang yang tiada lain pemakai tendangan mayapada tadinya.
Sementara tadinya seseorang yang melihat ke arahnya segera menundukkan
kepalanya. Dengan segera pula, seorang yang berbicara ini melepas topeng anehnya.
Wajah yang tidak pernah di kenalinya....
Wajah yang tidak asing baginya...
Segera terpampang bagai mimpi yang tiada berkesudahan.
Wajah orang tersebut memang sedikit mirip dengan dirinya. Meski wajah pria
tersebut kelihatan lebih tua.
"Ayah......" kata Jieji dengan mata yang sayu sambil melihat ke arahnya.
"Bagus... Bagus... Ha Ha....." kata Hikatsuka sambil tertawa.
"Anakku...." kata seseorang disampingnya seraya melepaskan topengnya.
Terlihat seorang wanita tua yang telah berusia 50 tahun lebih. Orang inilah yang
"terpancing" oleh siasat sederhana Jieji. Jieji sempat melihat dalam-dalam ke arah Ibunya. Ibu yang melahirkannya. Tetapi kenapa sang Ibu dan Ayah malah
sangat kejam terhadapnya"
Apakah ada sesuatu hal yang sangat beralasan yang tersembunyi di dalamnya.
Jieji ingin berpikir, tetapi saat dia mulai... Dia merasa sangat ketakutan dan tidak tenteram adanya. Oleh karena itu, dia tidak bertindak apapun selain hanya
melihat ibunya dengan mata yang penuh kasih beberapa lama.
Tetapi setelah itu, Jieji memalingkan wajahnya ke arah seseorang di sana.
Seseorang yang sempat memuji kungfu Yuan Jielung tadinya.
"Ayah...." kata Jieji kembali, tetapi matanya terlihat sangat sayu.
"Ha Ha Ha........" terdengar suara tawa pria tua tersebut. Pria tua ini segera melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Hikatsuka Oda. Dengan
segera, dia melepas topeng aneh yang dikenakan.
Memang benar, dialah Xia Rujian. Ayah yang mengasihinya dan menjaganya
selama 20 tahun.Entah apa maksud semua hal tersebut. Tetapi satu hal yang
dipikirkan Jieji sekarang, dia tidak akan mundur selangkah pun. Jiwa
kebenarannya semakin membara di dalam dirinya.
Jieji kembali berpaling ke arah seseorang lagi. Seseorang yang tadinya terluka
dalam karena mendapat sebuah tapak maut dari Yuan Jielung.
"Raja Yelu... Apa kabarnya... Kamu masih sehat adanya...." kata Jieji sambil tersenyum menatap ke arahnya.
Pemuda tua itu tidak menjawab perkataan Jieji, tetapi dia hanya melepas
topengnya sendiri.
Memang benar, wajah seorang yang pernah dibunuhnya sekitar 4 tahun lalu di
pertempuran hebat di bawah kota Ye.
"Kamu bisa menebak seseorang lagi?" tanya Xia Rujian tersenyum sambil melihat ke arah seseorang yang topengnya belum dilepas.
"Dialah orang yang sangat penting bagi kedua istriku...." kata Jieji sambil memandang ke arahnya.
"Ha Ha........ Betul... Betul... Tidak kusangka, aku mempunyai dua puteri yang nan cantik. Keduanya malah dinikahi orang yang menjadi musuhku dalam
belasan tahun terakhir. Ha Ha.... Menarik sekali....."
Dengan segera, dia juga membuka topengnya.
Terpampang wajah Yunying dan Xufen disana, wajah yang mirip. Tetapi kali ini,
wajah yang terlihat tersebut telah termakan usia adanya. Rambutnya agak
memutih, tetapi kecantikannya betul masih tersisa di wajah yang tiada asing
baginya. Yuan Jielung yang tidak mengenal Jieji segera sadar.
Pemuda yang bermarga Zhang yang ditemuinya beberapa hari lalu ternyata
adalah Xia Jieji, orang yang paling di ncarnya.
Tetapi disini dia kembali mendapat teka-teki. Kenapa mereka yang tadinya
datang dengan nama "Xia Jieji" sekarang malah terlihat bermusuhan dengannya.
"Kenapa" Kenapa kau tidak membiarkan puterimu untuk selamat adanya sampai
ke Dongyang belasan tahun lalu...." kata Jieji ke arah Wu Shanniang.
"Itu adalah sebuah hal yang sampai sekarang tersisa rasa sakit hatiku... Tetapi, kaulah penyebabnya... Semua adalah gara-gara kau..." kata Wu Shanniang
sambil marah menatapinya.
"Aku" Jadi benar kau pelempar senjata rahasia itu ke arahku?" tanya Jieji yang heran.
"Betul... Akulah orangnya... " kata Wu Shanniang pendek.
Teringat kembalinya sebuah lemparan jarum perak ke arahnya belasan tahun
yang lalu. Wu Shanniang yang bersama Hikatsuka Oda saat itu tentu tahu kalau
Xia Jieji telah kebal racun pemusnah raga.
Tetapi apa yang diperkirakan manusia, tidak mampu di perhitungkan dengan
langit. "Ternyata semua hal adalah untuk menakut-nakuti Xufen. Supaya Xufen bisa
bersama kembali denganmu jika aku mampu diselamatkan. Tentu kamu akan
muncul dengan pura-pura mengenyahkan Racun pemusnah raga dalam diriku.
Setelah itu, kamu akan mengajak kita berdua untuk ikut dalam pasukanmu.
Bukankah begitu, Ibu mertua?" Tetapi...." kata Jieji yang terlihat sedih karena hal sesungguhnya telah diketahui.
Wu Shanniang hanya diam tiada menjawabnya. Karena apa maksudnya saat itu
telah diketahui Jieji dengan sangat jelas. Pasukan mereka pasti berniat
mengambil Jieji dan Xufen sebagai salah satu anggot di antara mereka. Selain
keduanya sangat pintar, dan tentu sangat berguna dalam pengembangan proyek
rahasia mereka. Xufen juga menguasai Ilmu jari dewi pemusnah. Ilmu jari yang
sangat diperlukan untuk melengkapi semua jurus untuk membentuk "Ilmu
pemusnah raga".
Tetapi takdir sepertinya tidak menginginkan hal tersebut terjadi.
"Anakku... Jadi kamu memutuskan tetap melawan kita semua?" tanya Xia Rujian yang melihat suasana sedang dingin.
Jieji melihat ke arah ayahnya. Dia diam beberapa saat untuk memandangi
ayahnya dalam-dalam.
"Betul..." katanya pendek.
Mendengar apa yang diucapkan Jieji, kelima orang langsung tertawa sangat
keras. "Nah.... Sudah kutebak kan?"
Hikatsuka Odalah orang yang memotong suara tertawa.
"Betul... Kalau begitu, sepertinya hubungan ayah dan anak kita bakal putus sampai disini saja... Kelak jika bertemu, kita telah menjadi musuh bebuyutan...
Bagaimana?" kata Xia Rujian kembali kepadanya.
"Ananda tidak berbakti... Tidak mampu melayani orang tua dengan baik... Inilah kesalahan yang sangat fatal bagi seorang manusia...." Kata Jieji sambil berlutut.
Dengan gerakan cepat, dia menyembah ke arah 4 orang yang berdiri tersebut
dengan sangat hikmad.
Dia sempat melakukannya 3 kali.
Setelah itu, Jieji berdiri.
Sinar matanya terlihat merah menyala dan penuh dengan hawa pertarungan.
"Tetapi.... Kebenaran bagiku di atas segalanya....."
Keempat orang tersebut segera tersenyum sangat puas melihatnya.
"Apa tujuan kalian yang sebenarnya?" tanya Jieji kembali.
"Kamu telah tahu dengan sangat baik, bukankah begitu?" tanya Hikatsuka kepadanya.
Jieji bisa menebak sebagian besar akan kebenaran di balik semuanya. Tetapi dia
tahu dengan benar, meski meminta mereka menyebut "alasan". Adalah sesuatu yang tidak mungkin adanya. Oleh karena itu, dia tidak berkata lagi lebih lanjut....
"Tetapi untuk apa?" tanya Jieji dengan heran ke arah mereka.
"Ha Ha Ha......" Hanya terdengar keempatnya tertawa dengan sangat keras.
Disini Jieji telah tahu, mereka tidak akan memberitahukan hal yang sebenarnya
ke dia. Oleh karena itu, Jieji segera menaikkan hawa pertarungannya. Tenaga
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dalamnya segera dikasih bekerja.
Desiran pasir yang hebat segera menyelimuti dirinya. Dari matanya segera
terlihat tatapan yang haus pertarungan. Sedangkan di bibirnya segera
tersungging senyuman manis.
Sebelum pertarungan dimulai, dari jauh telah terdengar langkah kaki yang sangat banyak jumlahnya menuju ke arah mereka semua.
Sedangkan ke 5 orang yang berada di depannya segera tersenyum sangat puas.
Dengan segera, terlihat Yelu Xian mengangkat tangannya tinggi sekali.
Pasukan aneh di belakang langsung bubar dengan sangat cepat. Sedangkan 5
pendekar segera melepas pakaian mereka semua.
Sekarang 5 pendekar tersebut memakai baju biasa, semua bajunya telah mulai
dibakar. "Jadi ini adalah perangkap yang anda semuanya siapkan untukku?" kata Jieji sambil tersenyum ke arah mereka.
Terlihat Ibu dari Jieji segera mengerutkan dahinya sambil memandang puteranya
dalam-dalam. Maksud dari sang Ibu tentu diketahui oleh Jieji. Dia juga melakukan hal yang
sama, memandang mata ibunya dalam-dalam. Sesaat, terlihat Jieji
menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Kamu tahu siapa yang sedang mendatangi?" kata Xia Rujian.
"Tentu... Kalian meminta para pesilat untuk menagih hutang kepada "Xia Jieji".
Bukan begitu?" kata Jieji sambil tersenyum kepadanya.
"Ha Ha.... Cerdas sekali...." terlihat Xia Rujian tertawa keras sambil memegang jenggotnya.
"Tetapi....
Kalian tidak akan berhasil.. Kamu mengharapkanku untuk membantai mereka
semua, supaya apa yang kalian lakukan akan beres dan tiada tercegah?"
kata Jieji seraya tersenyum.
"15 pembunuhan tetua partai besar, 22 keluarga pejabat, serta 107 pesilat
ditambah sesepuh persilatan Dewa Bumi dan Biksu Wujiang. Sepertinya kamu
kali ini dalam masalah yang tiada kecil..." kata Hikatsuka Oda.
"Hmmm.... Hanya karena aku tidak tunduk tentu tidak akan mendapat sangsi
seperti itu. Ada sesuatu yang kalian simpan dalam hati... Kenapa tidak katakan
saja dengan jujur?" tanya Jieji seraya tersenyum.
"Masalah itu akan kamu ketahui sendirinya. Masalah benci sepertinya tidak
mungkin, tetapi hanya kamulah orang yang bisa menghentikan langkah pesilat..."
kata Hikatsuka Oda kembali dengan tersenyum.
"Aku mengerti..." kata Jieji kembali juga dengan tersenyum.
Jieji tahu dengan benar, sekarang dia menjadi "alat" untuk membantai para pesilat. Untuk ketua dan tetua hebat dari beberapa partai terkenal, mungkin 5
orang tersebut tidak mudah melenyapkannya. Tetapi dengan adanya Xia Jieji,
mungkin perjalanan mereka akan mulus.
Tadinya Jieji juga sempat berkata bahwa tujuan mereka tidak akan berhasil.
Apakah memang semua hal bisa terjadi seperti yang telah diperkirakannya"
Suara pesilat yang mendatangi dengan langkah lari telah terasa sekali. Jarak
mereka hanya sekitar 1 li saja untuk sampai.
Sementara itu, Chonchu dan Wang Sungyu segera menghampiri Jieji.
"Kak Jieji... Lari saja.. Disini kita Kaibang yang akan bertanggung jawab..." kata Chonchu dengan pengertian kepadanya.
"Tidak... Aku tidak akan lari...." Kata Jieji kepadanya sambil tersenyum.
"Ohya" bagaimana dengan hubungan kalian berdua?" katanya kembali sambil melirik ke arah Sungyu.
Chonchu hanya tersenyum sangat manis. Tetapi Sungyu juga terlihat malu
sambil menunduk.
Jieji yang melihat perlakuan mereka segera tertawa besar, tiada terlihat baginya bahwa dia cemas karena bakal menghadapi bahaya besar. Di wajahnya, tetap
tertampak sinar cemerlang seakan tiada masalah.
"Kalian berdua... Sungguh aku tidak mempunyai waktu untuk mengundang kalian ke Dongyang. Jika sempat, sesekalilah menuju kesana. Saya telah mempunyai
seorang putera sekitar 5 bulan lalu..." kata Jieji dengan wajah yang senang.
"Jadi" Kakak telah mempunyai seorang putera dari dik Yunying?" tanya Chonchu yang tersenyum sangat ceria juga.
Sedangkan mereka berlima yang melihat tingkah Jieji, hanya menggelengkan
kepala. Mereka sangat salut akan pendirian Jieji yang teguh tak tergoyahkan
meski masalah besar bakal datang kepadanya.
Dari arah jauh...
Telah terdengar suara yang membahana bagaikan langit sedang runtuh.
Suara yang sangat jelas sekali....
"Bantai Setan Pembantai......"
Tiga buah kata terdengar terus bergema di lembah datar yang luas itu.
BAB LXXII : Pertarungan Dahsyat Tiga Babak
"Apakah kamu merasa takut?" tanya Chonchu kepada Jieji.
Jieji melihatnya sambil tersenyum beberapa saat, kemudian dia berkata.
"Tidak...."
"Kita berdua akan mendukung apa yang anda lakukan...." kata Sungyu seraya berjalan ke arahnya dengan tersenyum.
Jieji memandangnya beberapa saat, dia hanya mengangguk pelan. Setelah itu,
dia berjalan ke arah Sungyu mendekatinya. Terlihat Jieji membisikkan sesuatu
hal kepadanya. Sungyu yang mendengar bisikan sesekali mengangguk pelan.
Lalu dia berjalan ke arah tengah tanah lapang sambil berdiri tenang menghadap
ke arah para pesilat yang akan datang kesana.
Beberapa saat kemudian telah terlihat rombongan pesilat dari arah yang cukup
jauh sedang berlari mendatangi. Kepulan asap bahkan terlihat lumayan jelas
menggumpal ke atas.
Kelihatannya semua pesilat yang berada di bawah kota Ye tadinya mendekati
tanah lapang sambil berteriak keras.
"Bantai Setan Pembantai!!!"
Akhirnya tidak beberapa lama, sampailah para pesilat itu.
Yang terasa aneh oleh Jieji adalah orang yang memimpin para pesilat tersebut.
Orang yang cukup dikenalinya. Seorang pemuda tampan yang pernah
bermusuhan dengannya selama beberapa tahun lamanya. Pemuda tampan yang
pernah dipunahkan ilmu kungfunya olehnya.
Tentu pemuda tersebut adalah Yue Liangxu adanya, putera tunggal dari Yue
Fuyan. Tetapi kelihatannya Liangxu disini agak berbeda dengan Liangxu yang
sebelumnya yang pernah dikenalnya.
Tatapan Liangxu kepadanya terasa sangatlah "khas". Hawa pembunuhan dari kedua matanya bersinar sangat terang saat menatapnya. Tidak seperti dahulu,
tatapan matanya yang penuh cemburu dulunya telah hilang. Tetapi digantikan
dengan tatapan buas penuh nafsu membunuh keluar darinya. Jieji hanya merasa
mungkin karena gosip mengatakan Yue Fuyan dibunuhnya, maka daripada itu
Yue Liangxu datang untuk membalas dendam. Ternyata apa yang dipikirkan Jieji
kali ini melenceng sekali adanya.
"Yang di tengah dan berpakaian sastrawan itulah Xia Jieji....." kata Yue Liangxu seraya menunjuk ke Jieji sambil tersenyum sinis.
Langsung dan secara spontan, para pesilat yang berkedudukan tinggi
melangkahkan kakinya ke arah Jieji.
Terlihat yang maju terdepan adalah Yang Xiu, Ketua HuaShan yang dengan
julukan "Yi Jien Bu Bai".
"Kaukah Xia Jieji?" tanyanya.
Seraya menarik kumis dan jenggot buatannya, Jieji mengakuinya.
"Betul.. Akulah orangnya..."
"Kalau begitu janganlah salahkan aku yang tua mengeroyok yang muda..."
katanya kembali.
"Silakanlah lakukan ketua Huashan...." kata Jieji menatapnya sambil tersenyum.
Di Lembah datar yang luas telah dipenuhi luar biasa banyak pesilat. Mungkin
jumlahnya telah mencapai hampir 300 orang jika ditambah dengan pasukan
Kaibang. Namun, Jieji tidak terlihat gentar adanya. Dia tetap tenang dan sesekali memberi senyuman manis ke arah pesilat.
"Ketua..... Biarkan kami menyelesaikannya juga...." kata seseorang yang ternyata adalah tetua Liang dari Kaibang, tetapi dia di kuti oleh Tetua Han dan tetua Wu.
Yuan Jielung hanya diam, dia tidak sanggup berkata banyak. Sambil berpikir
keras, dia menganggukkan kepalanya pelan.
Sedangkan Chonchu dan Sungyu segera mendekati Yuan Jielung.
"Kakak... Kamu sudah tahu hampir sebahagian besar kebenarannya. Kenapa
kamu tidak mencegahnya?" tanya Chonchu yang agak heran.
"Ini tidak bisa kulakukan... Tetapi tenanglah dik, akan kucari upaya
menguntungkan dia..." kata Yuan sambil berbisik ke arah Chonchu. Tentu
Chonchu yang mendengarnya segera tersenyum.
Yuan Jielung bukannya tidak mau membantu terang-terangan kepada Jieji.
Hanya dia merasa akan cukup rumit masalahnya jika Kaibang membantu "Jieji".
Oleh karena itu, dia hanya diam dan berpangku tangan. Tetapi dia mendapat
sedikit ide bagus untuk keselamatan Jieji adanya.
Tanpa banyak bicara, Ketua Beiming, Hanxue, Hengshan, Shaolin, Kunlun,
Khongtong, Donghai, BeiYu telah maju serentak. Sementara itu temannya Jieji,
Chang hanya diam saja sambil tersenyum sinis kepadanya.
Tentu hal ini tidaklah diketahui Jieji. Sebenarnya dari dulu Chang juga adalah
salah satu orang dari pasukan bertopeng. Dialah pengkhianat dari partai BeiYu
yang memberikan Informasi supaya para pesilat menuju ke tanah lapang
tersebut. Tentu adik seperguruannya, Yu Xincai tiada mengetahui hal tersebut. Dia hanya
diam terpaku karena mendapati orang yang menyelamatkan nyawanya beberapa
hari lalu adalah "Xia Jieji". Sesaat dia merasa kalau Xia Jieji-lah orang yang memainkan sandiwara pertarungan antara dia dan kakak seperguruannya
dengan pasukan bertopeng aneh di dekat kota Ye.
"Tuan muda... Kenapa anda begitu kejam" Apa maksud anda membunuh
seluruh pesilat kawakan?" tanya seseorang dari partai Shaolin. Jieji melihat ke arahnya, dia tidak berkata apa-apa. Sesaat penyesalan penghinaan terhadap
Biksu Wu Jiang termuncul dalam benaknya. Dia menatap biksu Shaolin tersebut
dengan penuh perasaan.
Ketua pengganti partai Shaolin adalah Biksu Wu Huan. Kata Wu Huan adalah
artinya tiada membalas. Huan diambil dari kata "Huan Shou" yang artinya membalas.
"Aku tidak mengerti sesungguhnya terhadap apa yang anda katakan
sesungguhnya. Tetapi aku sendiri tiada penjelasan mengenai tewasnya Biksu
Wu Jiang. Hanya satu hal yang bisa kupastikan, Biksu tua Wu Jiang tidak
dibunuh olehku..." kata Jieji dengan mantap.
"Alaaa... Banyak alasan kau itu... Kamu tahu tiada tempat lari lagi bagimu... Oleh karena itu kau mengatakan hal seperti itu" Kutanya sekali padamu, dimana
kesombonganmu dulunya" Ha Ha..." tanya ketua partai laut timur, He
MengZheng tetapi dia langsung melihat ke arah pedang yang masih terpegang
oleh Jieji adanya.
"Hm... Jika seekor burung elang terbang ribuan Li, Burung biasa mana mungkin bisa tahu maksudnya?" tanya Jieji seraya tersenyum kepadanya.
"Kau!!! Kau pernah menghinaku di Wisma Wu. Kau harus menerima pembalasan
sekarang..." teriak seorang pria paruh baya yang ternyata adalah Ketua partai kunlun, Wang Ge Zhuan.
"Oh" Rupanya anda masih hidup dengan baik sekali adanya ketua Wang." kata Jieji sambil tersenyum kepadanya.
Tidak seperti dulunya, Jieji yang berada di Wisma Wu selalu menghina setiap
orang yang datang kepadanya. Hal itu tidak dilakukannya lagi mengingat
namanya sekarang telah jelek luar biasa. Jika memancing lagi emosi para pesilat di sana, maka akan terasa lebih runyam nantinya. Oleh karena itu, Jieji berusaha sabar. Menurutnya kali ini hanya perlu dilakukan pertarungan saja, tetapi tidak lagi dia ingin bersilat lidah.
"Kita maju bersama saja.. Kita cincang Xia Jieji... Bagaimana?" tanya Wang Gezhuan seraya mengangkat sebelah tangannya tinggi.
Kata-kata ketua Kunlun segera di sambut sangat meriah oleh para pesilat disana.
Semuanya langsung mengeluarkan senjata mereka masing-masing dari sarung.
Sedangkan Jieji sama sekali tidak terlihat gentar adanya. Setidaknya jumlah
pesilat disini hampir 300 orang adanya.
Selain itu, beberapa di antara mereka adalah pesilat kelas tinggi. Namun hal ini tidak membuatnya gentar, karena dia tahu nantinya pasti akan terjadi sesuatu
hal. Dia terus tersenyum saja tanpa melakukan apapun.
Sementara itu, Yuan Jielung segera datang ke tengah menengahi.
"Kita berasal dari perguruan putih, tidak mungkin kita mengeroyok seorang
pemuda yang nyawanya telah di ujung tanduk... Bagaimana pertarungan kita
tentukan melalui duel satu lawan satu saja?" teriak Yuan ke arah pesilat.
Yuan sangatlah berkharisma, kata-katanya terkesan sangat agung. Beberapa
pesilat di belakang diam saja dan tiada bertindak apa-apa.
Sedangkan ketua perguruan Hua Shan segera mengangguk.
"Betul apa yang dikatakan ketua Yuan... Jika kita mengeroyoknya, bagaimana wajah kita selanjutnya di dunia persilatan?"
Mereka berdua mendapat sambutan yang baik dari para pesilat terhadap
keputusan tersebut.
"Tetapi pertarungan 1 lawan 1 akan memakan waktu yang cukup lama..." kata Wang Gezhuan kemudian.
"Lalu apa usul anda?" tanya Yuan Jielung kemudian.
"Kita bergabung saja... Tentukan dalam 3 babak.. Bagaimana?" katanya kembali.
"Baik.. Itu ide yang bagus... Bagaimana pendekar Xia?" tanya Yuan yang melihat ke arah Jieji.
Jieji tahu dengan benar, sebenarnya Yuan Jielung sedang membantunya. Dia
tentu mengangguk sambil tersenyum manis.
"Baiklah, Kita-kita ketua HuaShan, Kunlun, Kongtong, Donghai, Hanxue adalah orang-orang pertama yang menjajalnya. Bagaimana?" tanya Wang Gezhuan
sambil tersenyum girang.
"Baik... Bagaimana dengan anda?" tanya ketua Huashan kepada Jieji.
Seraya melebarkan kedua tangannya, Jieji berkata.
"Tidak masalah....."
Dengan segera, semua pesilat dari pihak lain segera memisahkan diri.
Sedangkan yang tertinggal hanyalah 5 ketua perguruan silat. Yang Xiu, Wang
Gezhuan, Hung Shuguang, He Mengzheng, dan Ren Suiyan segera mendekati
Jieji. Mereka hanya terpisah sekiranya 20 kaki.
"Anak muda... Kali ini kita tidak akan bermain-main.. Oleh karena itu, cobalah serius...." kata Yang Xiu kepadanya sambil mencabut pedangnya dari sarung.
Sementara itu, Wang Gezhuan telah siap dengan pedang di tangan juga. Hung
Shuguang mengancangkan tapaknya, sedang He MengZheng juga telah siap
dengan tinju halilintarnya.
Ren sendiri memilih menggunakan tendangan untuk bertanding.
Segera, hawa pertarungan terasa menggumpal dari dua sisi.
Jieji juga melakukan hal yang sama, kali ini dia tidak bermain-main juga. Di
wajahnya segera tertampak keseriusan yang sangat.
Dengan gerakan cepat, orang yang menyerangnya pertama adalah Yang Xiu.
Pedang cepat segera menuju ke arah lehernya. Ketika saat yang sangat
berbahaya, terlihat Jieji mengambil posisi kayang untuk menghindari tusukan
pedang cepat itu.
Wang yang melihat posisi Jieji yang jelek segera membacok dari arah udara
cepat ke perut Jieji.
"Sepertinya Wang dalam masalah..." kata Hikatsuka Oda yang melihat gerakan awal Jieji yang terlihat sangat jelek.
Memang benar perkiraannya. Jurus yang sama yang pernah "diterima" Hikatsuka Oda. Jieji terlihat dengan gerakan menendang ke arah tangan Wang. Tendangan
Jieji sangat keras dan kokoh. Meski sebenarnya posisinya tidak bagus, namun
dengan gabungan tendangan, Wang terkejut luar biasa.
Sebelum dia melihat apa yang terjadi.
Tahu-tahu dia telah tertendang tangannya yang memegang pedang, pedang
terlempar puluhan kaki ke depan. Sebelum tangannya terasa kesemutan akibat
tendangan, dengan gerakan amat cepat, sapuan tendangan kembali tiba, tetapi
kali ini di mukanya. Wang segera tertendang keras ke belakang dan jatuh
berguling. Dengan sangat cepat, lima orang telah roboh seorang. Sedangkan Hung dan He
langsung menjepit ke Jieji yang posisinya kurang bagus tadinya. Hung segera
mengancangkan tapak dari posisi samping. Sedangkan He Mengzheng merapal
tinju halilintarnya untuk mengeroyoknya dari belakang.
Posisi Jieji sekarang masih melayang di udara. Dia tetap tenang menyaksikan
kedua jurus hebat sedang di arahkan ke arahnya. Sambil berputar cepat, dia
kembali menendang. Kali ini sasarannya adalah orang yang maju terdepan ke
arahnya. Hung-lah orang yang telah datang cepat dengan tapak.
Tetapi dengan gerakan yang sama cepat, Hung juga telah terbanting luar biasa
cepat ke belakang. Dia telah tertendang di muka juga. Sedangkan setelah
menyelesaikan Hung, Jieji langsung menendang dengan ekor kakinya
membelakangi ke arah He Mengzheng. Kali ini Tendangan mayapada melawan
tinju halilintar.
Kerasnya suara berlaga segera terdengar.
He terlihat mundur pesat sambil menyeret kakinya.
Setelah benar sampai berhenti, dia mendapati dirinya telah luka dalam dan
muntah darah. Kemudian dengan gerakan menendang melingkarkan kakinya penuh, Jieji telah
mendarat dengan baik.
Luar biasa.... "Hebat.... Ha Ha....." teriak Yang Xiu yang melihat gerakan awal Jieji yang sangat bagus.
Sedangkan Yuan Jielung, Chonchu dan Sungyu tersenyum sangat puas ke arah
Jieji. Hal ini juga di kuti oleh 5 pendekar. Mereka bertepuk tangan sambil tertawa.
Sekarang hanya tinggal 2 pendekar lagi, yaitu Yang Xiu dan Ren Suiyan.
Keduanya terlihat amat serius. Dengan gerakan yang gagal tadinya, Yang Xiu
kembali menyerang dengan jurus yang sama. Jurus yang sama ke arah leher
Jieji. Sedangkan Ren terlihat berlari penuh ke arah belakang Jieji sambil
mengayunkan tendangan cepat.
Jieji sepertinya bakal dalam masalah, 2 buah jurus yang hebat dan cepat sedang
mengarah padanya.
Melihat itu, Jieji segera berputar ke belakang. Dan melayani tendangan Ren
terlebih dahulu dengan sebuah tendangan.
Tendangan Jieji kali ini sangat hebat. Inilah gabungan tendangan mayapada dan
tendangan matahari.
Semua orang yang melihat pertarungan bisa melihat apa hal yang sedang
dilakukan oleh Jieji. Gerakan tendangan Jieji terlihat amat lemah dan lambat.
Bahkan seorang pemuda tiada berkungfu pun mampu melakukan apa yang
dilakukan Jieji.
Gerakan tendangan yang lemah telah menuju ke arah Ren.
Tetapi Ren yang melihatnya sungguh sangat terkejut.
Selain 5 pendekar, Yuan Jielung-lah orang yang melihat jelas apa yang dilakukan Jieji adanya. Tendangannya bukan-lah lambat, tetapi telah terlalu cepat.
Sehingga dengan mata manusia biasa, orang tidak mampu melihatnya jelas.
Sebelum nampak tendangan mengarah di tubuh Ren, hanya suara terdengar
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jelas. Tahu-tahu, Ren juga telah mengalami hal yang sama. Dia tertendang 3
kali, yaitu di wajah, dada dan pahanya. Dia terseret serta terpental ke belakang dengan pesat sambil muntah darah.
Sedangkan hawa pedang dari Yang Xiu telah terasa sangat jelas di belakang
tengkuknya. Jieji yang membelakangi Yang Xiu segera mengancangkan jarinya dari bahunya.
Ketika pedang Yang Xiu hampir sampai ke tengkuk, dia sangat terkejut. Sinar
cemerlang yang sesaat telah menuju ke arahnya mengingat posisi Yang sendiri
masih beranjak pesat menusuk ke arah Jieji.
Suara pertemuan tenaga dalam segera terdengar dahsyat.
Kemudian... Dengan menyeret kaki, terlihat ketua Huashan mundur hebat dan pesat ke
belakang. Dia juga mengalami luka dalam setelah gerakan kakinya berhenti.
"Hebat!!" Puji ketua HuaShan, Yang Xiu kepadanya.
Dengan begitu, telah jelas. Lima orang pertama yang mengeroyoknya semua
dikalahkan dengan amat mudah.
"Tidak disangka kungfumu telah maju pesat...." kata Xia Rujian kepada Jieji.
Jieji hanya melihat ayahnya sambil mengangguk pelan.
"Sekarang adalah giliran kita... " kata tetua Wu sambil menuju ke arah Jieji.
Orang yang mengikuti ketua Wu adalah ketua Han, dan Liang. Ketiganya berasal
dari Kaibang. Ketiganya mempunyai alasan kuat untuk bertanding.
Yang mengikuti 3 orang tetua kaibang adalah ketua pengganti Shaolin, Biksu Wu
Huan. Ketua perguruan Giok Utara Yu Thien, ayahnya Yu Xincai. Sementara itu
ketua perguruan kecil sepertinya tiada berniat bertarung lagi karena mendapati
orang sehebat Yang Xiu saja kalah dalam satu jurus.
"Baiklah... Kita mulai lagi..." kata Biksu Wu Huan memimpin.
Biksu Wu Huan sebenarnya adalah tadinya tetua kuil Shaolin. Kungfunya jauh
lebih tinggi dari Biksu Wu Jiang. Wu Huan tidak pernah ingin terlibat lagi dengan dunia persilatan, tetapi kali ini dia melakukannya dengan terpaksa. Karena adik seperguruannya, Biksu Wu Jiang telah terbunuh oleh "Xia Jieji". Oleh karena itu, dengan mengesampingkan niat menyendirinya, dia kembali terlibat akan dunia
persilatan. Jurus dari Biksu Wu Huan yang paling terkenal adalah Ilmu jari Jing Gangnya
yang hebat. Selain itu dia menguasai total 36 jurus dari 72 jurus Jing Gang, Ilmu terdahsyatnya kuil Shaolin.
Jadi bisa dikatakan Biksu Wu Huan telah sangat hebat ilmu kungfunya.
Jieji yang melihat pertarungan kedua tersebut merasa cemas juga. Setidaknya,
jika dia mampu melewati rintangan ini. Maka rintangan terakhir tentu dari kelima pendekar dan 15 pengawal sakti yang masih berada disana. Dia terlihat berpikir
keras, kenapa sampai sekarang bantuan yang diharapkannya belumlah datang.
Sementara itu, tanpa gerakan kuda-kuda awal. Biksu Wu Huan telah
menyerangnya secara dahsyat. Dia mengancangkan tapak untuk menyerang Jieji
yang masih berpikir.
Gerakan Biksu Wu Huan sungguh luar biasa cepat, tahu-tahu dia telah berada
sangat dekat dengan Jieji.
Jieji yang melihatnya segera terkejut, dia mengayunkan kakinya ke belakang
dengan sangat cepat dan menyeret kaki. Biksu Wu Huan terlihat segera
mengubah jurusnya dengan mengancangkan jari untuk menyerang. Sesaat Jieji
segera melayaninya dengan membentuk tapak.
Tenaga dalam segera beradu...
Suara pertemuan kedua tenaga dalam amat dahsyat. Tanah di sekitar terasa
bergoyang sebentar.
Hasil dapat dilihat...
Jieji yang masih menyeret kakinya ke belakang segera berputar cepat sekali.
Sementara Biksu Wu Huan telah berdiri dengan tegak. Saat dia mendarat, tanah
di sekitar langsung retak.
Sepertinya kali ini Jieji telah mengalami luka dalam akibat serangan tiba-tiba
Biksu Wu Huan. Di bibirnya tersungging senyuman manis dan mengalir darah
segar. "Biksu Wu Huan benar sakti adanya...." kata Jieji pendek.
Chonchu dan Sungyu-lah kedua orang yang terlihat sangat cemas mendapati
keadaan Jieji yang terluka dalam.
Sementara Yuan Jielung yang melihatnya segera terkejut.
Rupanya selain Biksu Wu Huan menguasai Jari Jing Gang dan 36 jurus Jing
Gang. Tenaga dalam pembentuk jurus adalah tenaga dalam Yu Jing Jing (Ilmu
pelentur Otot). Sungguh sebuah penyempurnaan silat yang tinggi.
Yuan sebenarnya juga mempelajari Yu Jing Jing sebagai pembentuk tenaga
dalamnya. Selain itu, Jurus 18 tapak naga mendekamnya adalah gabungan tiga
buah tapak (Tapak pemusnah raga) dan Buku susunan formasi I Ching. Jurus
baru tersebut diciptakan oleh Pei Nanyang dan Yuan Jielung setelah meneliti
selama 2 tahun lamanya.
Sesaat, dia merasa cemas juga melihat keadaan Jieji yang sedang bertarung itu.
"Biksu Wu Huan memang hebat...." kata Hikatsuka Oda kepada rekan-rekannya.
Sedang Ibu Jieji terlihat sangat cemas melihat anaknya yang dalam posisi kurang menguntungkan ini. Di hatinya segera terasa berdetak keras mendapati
kenyataan luka dalam puteranya tersebut.
Tetapi Jieji malah terlihat biasa saja.
Dia terlihat menutup matanya.
Dengan menarik nafasnya dalam-dalam seraya memutar sebelah tangannya satu
lingkaran penuh.
Kemudian terdengar dia menghembuskan kembali nafasnya yang tertahan.
Sesaat itu, jalan darahnya telah kembali teratur. Dia membuka matanya sambil
tersenyum ke arah Wu Huan.
Biksu Wu Huan yang melihatnya tentu sangat kagum akan kemampuan
lawannya tersebut. Sambil merapatkan kedua tangannya di dada, dia memuji.
"Benar-benar hebat......."
BAB LXXIII : Pertarungan Babak Kedua
Jieji merapatkan kedua tapaknya dan memberi hormat kepada Wu Huan.
Tetapi setelah bersikap begitu, kali ini Jieji-lah yang bermaksud menyerang
duluan. Dia langsung melakukan kuda-kuda menyamping ke arah Wu Huan.
Sedangkan 3 tetua Kaibang dan Yu Thien terlihat berdiri rapi di belakang Wu
Huan. Maksud mereka tentu untuk membantu Wu Huan, jika Wu Huan telah dikalahkan
Jieji. Maka kesempatan babak ke II tersebut telah musnah bagi keempat
pendekar lainnya.
Tatapan Jieji telah terlihat serius kembali.
"Biksu... Hati-hati lah...." kata Jieji kemudian.
Begitu menutup mulutnya, Jieji telah maju pesat ke arahnya.
Wu Huan sangat terkejut, gerakan Jieji sangat cepat. Bahkan hampir 2 kali
kecepatannya yang melaju ke arahnya daripada serangan pertamanya tadi. Saat
dia berniat untuk membentuk tapak, tendangan maha cepat telah sampai.
Biksu Wu Huan yang ingin menghindar saja tidak punya kesempatan, terpaksa
dia menahan tendangan dahsyat itu dengan lengannya.
Suara beradu tenaga dalam luar biasa keras....
Wu Huan terlihat mundur dua langkah dari tempatnya. Sementara itu 3 tetua
Kaibang mengarahkan tapak ke arah pundak Wu Huan di kuti oleh Yu Thien
dengan tujuan menahan gelombang tenaga dalam yang masih bersisa.
Tetapi, Jieji yang melihat tendangan pertamanya telah berhasil langsung merapal tendangan kedua.
Namun Biksu Wu Huan telah siap adanya, dengan cepat dia mengerahkan
tenaga dalam Yi Jingjing untuk menahan tendangan hebat tersebut.
Tapak para pesilat yang masih mengalirkan tenaga dalam di pundak Wu Huan
juga ikut serta membantu.
Tendangan kali ini berlaga dengan tapaknya Biksu Wu Huan.
Getaran yang ditimbulkan kali ini Maha dahsyat.
Suara seperti sesuatu benda meledak sangat fasih.
Sesaat, terlihat Jieji-lah orang yang kalah. Dia menyeret kakinya sebelah untuk mundur sambil menggores tanah.
Lawannya langsung tidak memberinya kesempatan. Biksu Wu Huan langsung
beranjak maju cepat dan di kuti 4 kawannya.
Kali ini Wu Huan mengerahkan jari Jing Gang untuk mengejar.
Semua orang yang menyaksikan pertarungan terasa berhati debar-debar.
Wu Huan ternyata adalah seorang pesilat yang luar biasa tinggi kemampuannya.
Yuan, Chonchu dan Sungyu sangatlah terkejut karena mendapati tenaga dalam
Jieji jelas kalah dibanding gabungan tenaga dalam 5 orang itu.
Sedangkan Ibu Jieji yang melihat "bahaya" sedang mengancam puteranya, dengan segera berteriak.
"Awas... Hati-hati....."
Jieji yang menyeret kaki ke belakang sempat melihat ke arah ibunya.
Dilihatnya sorot mata ibunya yang sendu dan juga terasa pahit.
Sebelum dia sempat menyadari, Jari Jing Gang dari Biksu Wu Huan telah sangat
dekat ke arahnya.
Dengan merapal tapak, sekilas nampak cahaya keluar.
Jieji masih menggunakan tapak untuk menyatukan ke arah jari Jing gang-nya
Biksu Wu Huan. Sama seperti pergebrakan pertama tadinya, tetapi kali ini Jieji
berbeda. Saat tapak telah menyentuh jari Jing Gang, Jieji membentuk tangannya yang lain
dengan gerakan setengah lingkaran.
Suara beradu masih terdengar keras, jari dan tapak masih tetap menyatu.
Sedangkan Wu Huan terlihat sangat serius, dia mengubah kembali jurusnya.
Dengan jari Jing Gang tahap terakhir dia bermaksud untuk mengalahkan
lawannya langsung.
Jieji merasakan hawa tenaga dalam dahsyat telah masuk melalui tapaknya
sampai ke lengan.
Jika hawa tenaga dalam tersebut menuju ke jantung, maka dia akan terluka
dalam yang parah.
Sesaat terlihat dia menarik nafas dan menghembuskan dengan cepat...
Hawa tenaga Jinggang seakan telah kembali berbalik. Kali ini Biksu Wu Huan-lah
yang dalam keadaan payah sepertinya. Sebab tanpa disadarinya, tenaga
dalamnya telah dibalikkan.
Inilah jurus tapak berantai tingkat I.
Semua orang yang melihatnya segera sangat terkejut, mereka tidak menyangka
dengan mudah Jieji mampu membalikkan tenaga dalam nan dahsyat itu dengan
sekali hembusan nafas.
Tanah disekitar terlihat retak, sedang angin disana terasa berdesir amat hebat.
Belum sempat biksu Wu Huan kalah dalam laga tenaga dalam, sepertinya Yu
Thien tidak memberikan kesempatan bagi Jieji.
Langsung secara cepat, dia telah berada di belakangnya sambil memegang
pedang. Dengan berteriak, dia maju untuk menusuk punggung Jieji.
Jieji yang melihatnya spontan terkejut, jika saat ini dia menarik tenaga dalamnya.
Maka dia pasti mengalami luka parah yang hebat. Dia sepertinya hanya diam
saja menyaksikan tusukan pedang itu datang.
Sementara itu, Wu Huan yang tadinya telah kalah hawa. Sekarang meningkatkan
energi untuk mengepungnya dari arah depan. Hawa energi yang tadinya sempat
mengarah kepadanya, sekarang telah berbalik. Jieji merasakan dengan pasti,
tenaga dalam Wu Huan telah bekerja sampai di lengannya kembali.
Posisinya sekarang telah sangat jelek adanya. Sama seperti ikan yang telah
berada di daratan.
Yang mencemaskan Jieji disana hanya 4 orang adanya. Yuan Jielung, Wang
Sungyu, Chonchu dan Ibunya.
Sepertinya kali ini Jieji dalam masalah yang besar sekali...
*** Dongyang... Yunying yang mengantarkan suaminya pergi sampai ke pelabuhan sekitar hampir
sebulan yang lalu tetap merasa cemas.
Setiap hari sepertinya dia tidak mempunyai nafsu makan yang baik maupun tidur.
Zhao kuangyin yang melihat keadaannya, segera mencarinya untuk
berbincang-bincang.
"Ada apa adik" Kamu mencemaskan adik keduaku?"
"Betul kakak pertama....." kata Yunying yang mengerutkan dahinya.
"Tenanglah... Kungfu adik kedua telah sangat tinggi adanya. Belum ada manusia yang sebanding dengannya sekarang. Kamu tenang saja...." kata Zhao.
Tetapi dalam hatinya, dia juga merasa sangat bimbang adanya.
Yunying hanya mengangguk pelan, tetapi dalam hatinya dia merasa sungguh
tidak enak. "Bagaimana kita menyusulnya?" tanya Yunying setelah diam beberapa saat.
"Baik.... Kita pergi sekarang juga.... Bagaimana dik?" tanya Zhao yang sepertinya tiada begitu bersabar.
Sebenarnya keadaan Zhao kuangyin sekarang telah lumayan baikan. Tenaga
dalamnya telah pulih lebih dari 5 bagian. Dewa Ajaib yang tinggal disana setiap hari memeriksanya dan mengobatinya. Maka daripada itu, Zhao tiada berniat
untuk memulihkan semua kondisinya mengingat adiknya pasti tidak "baik" di China daratan.
"Kalau begitu, kita harus mengajak Dewa Ajaib sekalian... Bagaimana kak?"
tanya Yunying. "Baik.. Dengan adanya dia, maka kita setidaknya bakal aman-aman saja...." kata Zhao kemudian.
Mereka segera berangkat ke pelabuhan hari itu juga untuk menuju ke China
daratan. Dewa Ajaib tentu setuju saja, mengingat dia mulai merasa bosan di Dongyang.
Tentu karena dia tidak mampu berbahasa Dongyang, maka orang yang dia
sanggup ajak berbincang hanya dari keluarga Oda saja.
Sementara itu, semua urusan keluarga di Dongyang diserahkan kepada Kyosei.
*** Kembali ke tempat Jieji...
Tusukan pedang dari Yu Thien telah sangat dekat sekali, hanya sekitar 1 kaki
saja telah menyentuh pundaknya Jieji. Dia cukup merasa girang, karena
sepertinya kali ini serangannya bakal berhasil.
Tetapi... Ketika pedang telah berada sangat dekat.Sinar merah menyala segera tampak
bersinar sangat terang.
Ketua partai Giok utara amat terkejut, karena dia tahu sinar pedang merah
membara tersebut adalah dari pedang Ekor api yang masih terselip di pinggang
Jieji tadinya. Sementara itu, semua orang melihat jelas apa yang sedang dilakukan Jieji.
Sebelah tangannya menahan Jari Jing gang biksu Wu Huan. Sedang sebelah
tangannya mencabut pedang sakti itu dari pinggang.
Dengan gerakan mengayunkan tangannya, pedang ekor api berputar penuh
beberapa kali di udara.
Babatan pedang dari ekor api segera mengambil tumbal. Pedang yang dipegang
ketua Partai Giok utara terbabat tiga kali.
Sehingga pedang panjang yang dipegangnya telah menjadi 4 bagian.
Pedang Ekor api yang tadinya berputar, segera menancap ke tanah pas di
belakang kaki kanan Jieji.
Lalu, sebelum sempat ketua Yu terkejut, sebuah tendangan telah mengarah ke
perutnya. "Dhuakkk!!!"
Dia terlempar sangat jauh, dan berguling beberapa kali ke belakang. Dia tidak
mampu lagi berdiri, luka dalamnya tidaklah ringan.
"Ayah....." teriak Yu Xincai sambil menuju ke arah ayahnya yang terluka dalam.
Sementara itu, terlihat 5 pendekar bertepuk tangan hebat.
"Hebat.... Ilmu pedang ayunan dewa yang disempurnakan...." kata Xia Rujian sambil tersenyum sangat puas.
Inilah jurus ayunan pedang dewa Musim semi. Jurus ciptaan Jieji yang
menyempurnakan jurus pedang ayunan dewa.
Sementara itu, Jieji sepertinya telah terluka dalam. Hawa tenaga Jinggang telah masuk sampai ke dada kanannya.
Dia segera memuntahkan darah segar. Hal ini terjadi karena dia telah membagi
tenaga dalamnya menjadi 2 jalur. Jalur pertama menahan serangan tenaga
dalam, sedangkan jalur kedua adalah menyerang Yu Thien.
Sedangkan ketiga tetua Kaibang yang melihat situasi telah merugikan Jieji,
segera beranjak maju. Serangan mereka bertiga juga mengambil posisi yang
sama seperti yang dilakukan Yu Thien.
Yuan yang melihat gerakan Jieji segera berpikir keras. Ada sesuatu yang berada
di benaknya beberapa saat berpikir.
"Gawat!!!!" teriak Yuan Jielung.
Entah apa maksudnya berkata begitu. Sebenarnya dia sedang melindungi ketiga
tetua ataukah Jieji"
Hal ini segera dapat dilihat semua khalayak disana.
Serangan ketiga tetua disalurkan melalui tongkat pendek.
Tongkat yang terbuat dari bambu tersebut adalah ciri khas para pendekar
Kaibang. Ketiganya datang dengan jurus yang baru.
Tetua Wu datang dengan tusukan, Tetua Liang datang dengan samberan ke
arah kaki kanannya. Sedangkan Tetua Han memilih membacok dari atas
kepalanya. Posisi ketiga tetua memang sangat bagus. Sebab posisi penyerangan seperti itu
sangat rapat adanya.
Tiga senjata mengarah ke arah yang tidak sama. Yang satu dari atas ke bawah,
sedang yang satu menyerang bawah, dan yang lainnya menyerang di tengah.
Jieji sangat sadar akan posisi buruknya sekarang. Sebenarnya dia mempunyai
sesuatu ide dari saat dia menghadapi Yu Thien. Tetapi jika dia menggunakan
Idenya tersebut, maka lawannya akan tewas dengan mengerikan. Oleh karena
itu, dia tidak berniat melakukannya.
Dengan tendangan, dia mengangkat pedang Ekor api yang masih tertancap di
tanah. Sesaat, pedang ekor api segera berputar dari atas kebawah.
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ketika pedang ekor api telah setinggi dengan tangannya, dia memutarkannya
kembali. Jurus yang sama dengan jurus yang digunakan untuk menghadapi Yu Thien.
Namun, tetua kaibang bukanlah orang sembarangan. Mereka bertiga melihat
dengan jelas bagaimana Yu Thien dikalahkan, maka mereka segera mengubah
jurus masing masing.
Jurus yang sama juga, hanya bergantian orang yang merapalnya.
Pedang ayunan dewa musim semi kembali bekerja, tetapi kali ini pedang berada
di tangan majikannya.
Tetua Wu, Han dan Liang masih tetap merapat dengan jurus hebat.
Tetapi... Ayunan pedang yang cepat dan dahsyat telah mengarah ke arah mereka bertiga.
Tanpa sadar, mereka hanya mampu menahan pedang yang datangnya sekilas
menyabet ringan tersebut.
Ketika mereka masih terkejut akan sinar pedang, hantaman kaki telah sampai ke
dada masing-masing ketiga tetua.
Tetapi, hantaman kali ini telah terasa lebih ringan dibanding yang tadinya.
Ini wajar saja, sebab kekuatan Jieji ke tendangan telah terbagi menjadi tiga.
Sedangkan Yu Thien menerima sepenuhnya kekuatan tendangan Jieji.
Ketiganya terlihat terdorong mundur juga jauh. Namun luka dalam mereka
tidaklah sedalam
Ketua partai giok utara.
Kali ini, Jieji mengalami masalah yang sangat gawat.
Dia kembali muntah darah yang banyak.
Tetapi dengan segera dia mengubah posisinya, Dia menyeret kaki ke belakang
dengan sangat cepat...
Hanya Yue Liangxu-lah orang yang terkejut melihat tindakan Jieji.
Sedangkan para pesilat, ada yang mencemaskan Jieji. Ada pula yang merasa
girang karena terlihat Jieji telah kalah hawa dengan Wu Huan.
Ketiga tetua tidak berniat lagi melakukan penyerangan, meski mereka bertiga
mampu melakukannya.
Pertarungan babak kedua bakal ditentukan sekarang.
Sepertinya kali ini Jieji terlihat dalam masalah, kejaran biksu Wu Huan sangat
pesat. Sedang Jieji berada dalam posisi menyeret kakinya sebelah ke belakang.
Saat Wu Huan mengira dirinya bakal menang, dia terkejut luar biasa. Jieji yang
menyeret kaki segera menancapkan pedangnya di tanah. Kemudian dengan
cepat, dia merapal tangannya penuh 1 lingkaran.
Wu Huan sangat terkejut, tenaga dalam kirimannya seakan telah hilang
semuanya. Tenaga dalamnya seakan terhisap oleh Jieji.
Saat dia merasa aneh, sebuah hentakan tenaga dalam dahsyat telah sampai
padanya. Tanpa mampu berpikir, dia telah terpental sangat pesat ke belakang.
Biksu Wu Huan sungguh hebat, dia masih sanggup menyeret kakinya ke
belakang meski terkena hantaman tenaga dalam dahsyat dari Jieji.
Tetapi sesaat dia berhenti, dia merasakan sesuatu yang aneh.
Dengan gerakan mual, dia segera muntah darah.
Inilah jurus kedua tapak berantai : "Rantai penghisap Naga"
Wu Huan yang melihat ke arah Jieji, sungguh kagum. Dia berpikir sesaat,
kemudian dia berkata.
"Aku telah kalah...... Anda sungguh mengagumkan....."
Sedangkan Yu Thien yang telah bangun, menyaksikan bagaimana cara Jieji
mengalahkan Wu Huan. Dia segera beranjak maju dan memberi hormat
kepadanya. "Sungguh anda amat mulia adanya....."
Hal ini tentu sangat dirasa terkejut oleh semua orang yang disana.
Selain Yuan, 3 tetua kaibang, 5 pendekar dan Yue Liangxu, tiada orang yang
mengerti apa maksud perkataan ketua Giok utara.
Sesaat itu, tetua kaibang 3 orang juga memberi hormat yang serupa padanya.
Sedangkan Jieji membalas hormat mereka sambil tersenyum sangat manis.
Sebenarnya apa yang telah terjadi"
Jika Jieji langsung mengerahkan tapak berantai tingkat keduanya, dia tidak akan terluka dalam sedemikian. Tetapi kali ini dia tidak melakukannya secara langsung karena jika tapak berantai tingkat 2 dipindahkan ke belakang. Maka hantaman
tenaga dalam luar biasa tersebut akan mengarah ke Yu Thien dan 3 tetua.
Tentu mereka tidak akan sanggup menahan tenaga dalam Jing Gang-nya biksu
Wu Huan. Mereka berempat berpikir sama. Jika saja Jieji melakukannya, maka ke empat
orang tersebut pastilah "tewas".
Oleh karena itu, mereka berempat menghormati sikap lawan bebuyutannya
tersebut. "Hebat!!! Kamu masih memikirkan apa tujuanmu itu?" tanya Xia Rujian seraya tertawa kepadanya.
"Betul.... Tadi sudah kukatakan kan" Aku tidak akan membiarkan kalian
berhasil..." kata Jieji sambil tersenyum padanya.
Setelah itu, Jieji berjalan ke arah tancapan pedang ekor apinya. Dia sempat
melihat ke bawah untuk mencabut kembali pedangnya.
Tetapi... Tanah tempat tertancap pedang sepertinya sedang bergetar kecil.
Jieji yang melihatnya segera tersenyum sangat manis.
Sedangkan 5 pendekar dan 15 pengawal sakti telah tahu apa maksud getaran
tanah itu. Para pesilat tentu sangat heran, tetapi mereka tahu "gempa" ini menandakan banyaknya orang yang sedang menuju ke sana dari arah utara.
Apakah "bantuan" yang dimaksud Jieji telah sampai"
Lalu apa arti senyuman Jieji sesungguhnya"
Jika terasa pasukan yang datang dari arah utara, tentu pasukan yang datang
pasti adalah dari "Liao" ataupun "Han utara".
Lantas mendapati bahaya seperti ini, masakah Jieji mampu tersenyum"
Di benaknya tentu ada sesuatu hal yang masih misteri...
"Kamu tahu apa artinya" Kenapa kamu tersenyum saja?" tanya Xia Rujian ke arah Jieji.
"Tentu... Aku tahu dengan sangat pasti...." kata Jieji.
"Lalu apa maksudnya?" tanya Hikatsuka Oda.
"Ternyata apa impian anda sekalian bakal menjadi kenyataan... Tetapi........" Kata Jieji sambil tersenyum sangat manis kepada kedua "Ayah-nya".
"Kamu pergilah......" kata Ibunya sendiri yang mencemaskannya.
"Tidak bu.... Tidak akan... Aku tidak akan meninggalkan tempat tersebut
selangkahpun sampai pasukan yang datang itu kabur semuanya...." kata Jieji sambil menggelengkan kepalanya dan tersenyum.
Para pesilat tentu heran luar biasa.
Mereka segera merasa takut. Sepertinya mereka juga merasakan hal yang sama.
Semua tahu bahwa pasukan yang mendekati itu adalah pasukan "bukan Sung".
Oleh karena itu, mereka segera bersiap menantikan pasukan tersebut dengan
was-was adanya.
Kepulan asap telah sangat tinggi di udara dan seakan menyentuh langit.
Pasukan yang datang terasa sekali derap kaki kudanya.
Sedangkan Yelu Xian telah beranjak ke depan untuk menantikan.
Akankah semua pesilat disini bakal terbantai oleh pasukan ganas dari Liao"
Semuanya masih menjadi teka-teki bagi semua orang disana. Kecuali tentunya
oleh Xia Jieji yang terus tersenyum saja.
Di benaknya, dia telah mendapati sesuatu hal yang pasti....
BAB LXXIV : Pertarungan Dahsyat Dadakan
Ketika pasukan terlihat dekat...
Semua pesilat mampu melihat "pasukan" yang datang adanya, tiada lain... Sebab bendera di sana telah terpampang sebuah tulisan dengan sangat jelas yaitu :
"Liao"
Mendapati hal ini, para pesilat banyak yang terdengar memaki dengan sangat
marah ke arah Jieji.
"Keparat kau!!! Rupanya inilah perangkap yang kau buat untuk kita semua!!!"
Semua pesilat yang tiada tahu hal sebenarnya langsung marah tiada karuan.
Suasana disana telah lumayan kalut, karena mereka tahu. Pasukan Liao yang
datang jumlahnya mungkin 5 laksa (50 Ribu) lebih.
Tentu jika pasukan Liao menyerang, maka kemungkinan "musnah"-nya pesilat sudah diambang mata.
Tetapi hal yang aneh adalah Jieji masih tersenyum sangat manis mendapati
kenyataan ini. Dari wajahnya terpancar seakan tiada masalah baginya walaupun
dikepung puluhan ribu prajurit ditambah dengan ratusan pesilat yang disana.
Semua mata pesilat sekarang telah tertuju pada Jieji adanya. Hal ini tentu lebih membangkitkan amarah mereka semua karena Jieji malah terlihat
senyum-senyum saja. Mereka semua berpendapat sama bahwa pasukan Liao
yang datang adalah suruhan Jieji untuk membantai mereka.
Hal ini tiada berlaku bagi beberapa orang saja dari kaum dunia persilatan seperti Yuan Jielung, Chonchu dan Wang Sungyu adanya. Selain itu 15 pengawal sakti
dan 5 pendekar serta Yue Liangxu dan Chang Gui Zhuang tentu tiada berpikiran
seperti para pesilat tersebut.
Namun, melihat gaya Jieji yang tiada takut. Mereka mau tidak mau salut juga.
Pasukan Liao yang datang segera bersiap rapi dari arah utara-nya para pesilat di sana. Mereka sepertinya hanya menunggu komando dari Yelu Xian saja untuk
bergebrak. Tetapi mimpi semacam apapun, pasukan Liao tidak pernah tahu bagaimana
akhir yang bakal mereka terima sebentar lagi.
"Sekarang... Apa kamu menyetujui permintaan kita?" tanya Hikatsuka Oda kepada Jieji.
Jieji hanya berpaling melihatnya dan tanpa berkata apapun, senyum kepuasan di
wajahnya masih tidak berakhir.
"Apa kamu masih berpikir mampu lolos dari sini?" tanya Xia Rujian dengan mata serius ke arahnya.
Jieji terlihat menggelengkan kepalanya.
"Mengenai apa permintaan kalian... Sudah sangat jelas sekali... Belasan tahun yang lalu sekalipun aku berada disini... Aku dan Xufen juga tidak akan menyetujui permintaan kalian semua...." kata Jieji.
"Bagus.... Bagus.... Kamu adalah pria sejati...." kata Hikatsuka Oda memujinya.
"Kita belum selesaikan pertarungan babak ketiga... Bagaimana bisa kalian
pastikan kemenangan terlebih dahulu?" tanya Jieji kepada ayahnya.
"Ha Ha.... Betul... Betul.... Sepertinya kali ini kita harus menentukan lewat pertarungan terlebih dahulu... Bagaimana?" tanya Xia Rujian kembali.
"Baik... Sepertinya aku sendiri tiada pilihan...." kata Jieji.
Jieji telah berniat maju ke depan.
Tetapi 15 pengawal sakti segera mengepungnya sebelum dia beranjak.
"Kali ini kita 20 orang mengeroyok 1 orang... Menurutmu ini adil atau tidak?"
tanya Xia Rujian.
"Dari dahulu, sebuah kata "Keadilan" tiada lebih dari arti sebuah "balas dendam"... Ha Ha...." kata Jieji dengan tertawa puas.
"Kamu tidak usah lanjutkan lagi pertarungan kali ini... Ikutlah kita saja..
Bagaimana?" tanya Ibunya ke arahnya.
Jieji menatap dalam ke ibunya beberapa saat, namun dia hanya menggelengkan
kepalanya perlahan.
Setelah itu, Jieji segera melihat ke arah Wang Sungyu.
Wang Sungyu yang melihat tatapan mata Jieji, segera mengerti maksudnya.
Dia berjalan ke arah Yuan Jielung dan terlihat membisikkan sesuatu di
telinganya. Yuan yang serius mendengarnya hanya sesekali menganggukkan kepalanya
sambil tersenyum.
Sepertinya pertarungan tidak akan bisa lagi dihentikan.
Babak ketiga tentu adalah babak yang paling menggetarkan jantung dari semua
babak yang telah dijalani Jieji.
Tetapi dia tetap terlihat tenang saja.
Sepertinya 15 pengawal sakti telah berganti pedang.
Di antara 12 orang yang telah "patah" pedangnya akibat samberan pedang ekor api, segera menggantikan pedang dari "pasukan berjubah putih" yang telah kabur terlebih dahulu.
"Kalian tidak perlu lagi lanjutkan pertarungan!!!!" teriak Wang Ge Zhuan yang berada disana.
Semua mata tertuju kepada Wang.
"Kenapa?"
"Ada hal apa?"
Semua pesilat sangat heran akan tindakan ketua partai Kunlun tersebut.
Dengan gaya mentereng, dia langsung berjalan ke arah 5 pendekar.
"Kalian semua sama saja... Kalian dan Xia Jieji adalah sekelompok.. Tidak perlu kau semua mainkan lagi sandiwara tersebut.... Kau pikir aku tidak tahu" Ha?"?"
tanyanya sambil marah-marah.
Tetapi baru dia tutup mulut, dia merasakan sesuatu hawa yang terasa di
tengkuknya. Saat dia baru hendak terkejut, sebuah hawa pembuyar tenaga dalam telah
bekerja. Dari Tan Thien-nya (Pusat Tenaga Dalam Manusia) segera terasa buyar semua
tenaganya. Semua orang disana segera melihat ke arah Wang.
Di belakangnya berdiri seorang pemuda berusia 20-an dan tampan sedang
merapatkan cakarnya ke tengkuknya.
Jieji yang berdiri tidak jauh segera terkejut. Dia sempat berpikir tidak lama,
kemudian dia melihat ke arah Wang. Sesaat, wajah tersenyumnya tadi segera
berubah hebat. Dengan amarah yang meluap, dia menerjang ke arah pemuda itu yang tak lain
tentunya Yue Liangxu.
15 pengawal sakti adalah semua orang yang paling terkejut.
Sebab tadinya Jieji sedang dikepung oleh mereka. Tetapi saat mereka sempat
menoleh ke tengah, Jieji telah "hilang".
Saat mereka memandang ke arah lain, mereka telah melihat jelas bahwa Jieji
sedang merapal tendangannya ke arah atas.
Yue Liangxu yang "keasikan" menghisap tenaga dalam ketua partai Kunlun tentu tidak menyadari sebuah hawa hebat sedang menuju ke arah pelipisnya.
Saat dia baru merasakan hawa hebat yang muncul, dia telah terpental sangat
jauh. Dia terseret dan berguling dengan posisi yang sangat buruk adanya.
Ketika dia bangun, semua orang mampu melihat bagaimana gayanya.
Tendangan Maha cepat dan hebat dari Jieji bahkan tidak sanggup melukainya
secara parah. Yang sangat terkejut disini tentu adalah Biksu Wu Huan.
Dia tidak pernah tahu bahwa Yue Liangxu kungfunya telah lebih tinggi darinya.
Tetapi dia mampu melihat dengan jelas, Jieji yang datang secara pesat tadinya
sepertinya tiada main-main.
Serangan ke arah biksu Wu Huan tadinya bahkan tidak lebih cepat dari
gerakannya sekarang.
Sesaat, Wu Huan segera mengerti. Saat bertarung dengan Jieji, dia telah
mengalah sungguh banyak.
Sebenarnya apa tindakan Jieji sungguh mengherankan banyak orang. Kenapa
sepertinya Jieji sangat membencinya dan ingin memusnahkannya langsung
tanpa banyak bicara.
Tiada seorang pun yang mengerti apa yang sedang dipikirkannya.
Kalau saingan cinta tentu tidak mungkin, sebab Yunying sekarang telah menjadi
istrinya yang sah. Ini tentu menimbulkan pertanyaan yang sangat aneh bagi para
pesilat disana.
Sebab mereka tahu dulunya, puteri ke tiga keluarga Wu hampir dinikahkan
dengan Yue Liangxu. Tetapi sekarang mereka juga tahu kalau Xia Jieji-lah orang
yang beruntung yang telah menikah nona nan cantik tersebut.
Jieji yang telah menendang Liangxu, tidak memberinya kesempatan.
Dengan gerakan super cepat, dia segera menuju ke arah Liangxu. Liangxu
sepertinya telah mampu berdiri. Dia melihat Jieji sedang beranjak cepat, segera merapal jurus tapak penghancur jagadnya untuk melayani Jieji.
Tetapi... Ketika tapaknya yang bertenaga luar biasa dahsyat hendak sampai ke dada Jieji.
Dia merasakan hal yang aneh, Jieji telah "hilang". Tapak dahsyatnya hanya membentur tempat kosong.
Saat dia berusaha melihat dimana Jieji.
Ternyata Jieji telah berada di belakangnya...
Tetapi sebelum sempat dia menoleh, dia telah terkejut dan merinding.
Jieji kembali mengerahkan tendangan mayapada terdahsyatnya untuk
mengarahkannya ke tulang rusuk anak muda tersebut dari belakang.
Karuan 5 pendekar segera terkejut luar biasa, mereka mengejar dengan cepat ke
arah Jieji. Tetapi telah terlambat.
Inilah tendangan terakhir Jieji yang sanggup merobohkan pilar terkeras
sekalipun. Tendangan yang terlihat lambat...
Tendangan yang terlihat tiada tenaga...
Tetapi sebelum orang-orang disana melihat bagaimana Jieji melukainya, Liangxu
telah terpental jauh ke depan sambil berguling dan muntah darah. Kali ini baru
dia mendapat luka dalam yang sangat parah.
Beberapa tulang rusuknya bahkan patah.
5 Pendekar yang beranjak ke arahnya segera dilayani Jieji dengan cepat.
Kali ini dia merapal Jurus Ilmu jari dewi Pemusnahnya.
Dengan gerakan sangat cepat, Satu-satu jari di arahkan ke 5 orang yang pesat
ke arahnya. Sesaat, jarinya bersinar sungguh terang sekali...
5 pendekar karuan sangat terkejut...
Mereka masing-masing mencabut senjata masing-masing untuk menahan "hawa
jari" yang mengarah pada mereka masing-masing.
Tetapi, jurus Jieji tiada ampun kali ini.
Meski terlihat mereka masih mampu menahan, tetapi kelimanya kontan luka
dalam. Melihat mereka semua sedang terpental ke belakang akibat dorongan tenaga
dalam nan dahsyat.
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jieji langsung maju dengan sangat pesat kembali. Yang di ncarnya masih Yue
Liangxu. Dengan melompat tinggi, Jieji segera mengeluarkan pedang Ekor api yang
tadinya telah disarungkan.
Seraya membacok keras, Jieji sepertinya tiada memberi ampun kepada Yue
Liangxu. Sepertinya inilah akhir riwayat pemuda tampan ini.
Pedang yang bersinar luar biasa terang telah menyilaukan mata Yue Liangxu
yang masih terbaring.
Semua orang yang sedang melihat Jieji pesat melayang di udara mampu
mengira-ngira nasib pemuda tampan tersebut.
Tetapi ketika pedang hanya terpaut beberapa inchi di depan dadanya...
Dengan tiba-tiba, Jieji merasakan tenaga dalam yang luar biasa "panas" sedang menuju ke arahnya. Sinar terang yang datang bisa dilihat semua orang tanpa
terkecuali. Tenaga dalam yang sangat dikenalnya sedang mengarah kepadanya...
Jieji yang merasakannya, segera membuang pedang ekor apinya. Tetapi dia
merapal tangannya rapat sambil mengerahkan 100 persen tenaganya untuk
memutarkan tangannya selingkaran penuh.
Memang benar...
Jurus yang sedang mengarah padanya adalah jurus yang hebat luar biasa di
zaman ini. Inilah jurus tapak Buddha Rulai tingkat ke delapan...
Sesaat, cahaya yang datang tadinya langsung redup. Tetapi digantikan ribuan
tapak mengarah kepadanya.
Dengan menghembuskan nafasnya kuat, Jieji melayani "ribuan tapak" itu.
Benturan teramat cepat dan dahsyat segera terjadi.
Inilah benturan tenaga dalam paling dahsyat dari semua benturan tenaga dalam
yang pernah dilakukan oleh Jieji.
Tanah langsung bergetar dahsyat, dan retak dalam sekali. Sedangkan Yue
Liangxu sepertinya telah "terkubur".
Suara tenaga dahsyat itu "memaksa" para pesilat yang tidak jauh segera merapal tenaga dalam untuk menahan benturan yang meski masih jauh letaknya dengan
mereka. Hebatnya, untuk para pesilat kelas menengah dan kelas bawah. Semuanya telah
terluka dalam parah.
Saat mereka berusaha melihat apa yang sedang terjadi.
Telah terlihat seseorang berdiri di bawah sambil memegang dadanya. Dari
bibirnya, telah mengalir darah segar yang cukup banyak.
Sedang Jieji terlihat bersalto lumayan ringan dan indah ke belakang.
"Luar biasa sekali...." kata orang yang di bawahnya. Orang yang menggunakan jurus tapak Buddha Rulai untuk bertarung sekejap melawan Jieji.
"Kamu sudah datang?"" tanya Xia Rujian seraya girang ke arahnya.
"Betul..."
Jieji yang telah mendarat tepat di tempat "dibuangnya" pedang ekor api, segera mencabutnya terlebih dahulu dan menyimpannya di dalam sarung. Tetapi, dia
melihat ke arah "penyerang" dadakan itu.
Seorang pemuda paruh baya. Di matanya tampak sinar pembunuhan yang
hebat. "Siapa kau?" tanya Jieji yang agak heran kepadanya.
"Namaku Zhu Xiang, dari arah barat...." katanya dengan tersenyum sinis.
"Jadi kau ada hubungannya dengan Wei Jin Du?" tanya Jieji kembali.
Seraya berjalan untuk mengangkat Yue Liangxu, dia berkata.
"Betul.... Dia adalah adik seperguruanku..."
Tetapi kali ini, matanya tampak sinar kecemburuan dan dengki yang sangat
dalam. "Lalu dimana dia sekarang?" tanya Jieji.
Zhu Xiang tiada menjawabnya. Tetapi dengan langsung dia memapah Yue
Liangxu ke arah pasukan Liao. Dengan segera, dia meminta pasukan Liao untuk
mengantarkannya kembali.
"Kau ada dendam apa dengan pemuda itu" Ha?" tanya Zhu Xiang sangat marah kepada Jieji.
Semua orang cukup terkejut melihat datangnya Zhu Xiang yang sangat hebat.
Meski dia baru mempelajari jurus ke delapan tapak Buddha Rulai, namun tenaga
dalamnya sungguh tinggi.
"Dia adalah anak bangsat... Dialah orang yang menfitnahku dalam beberapa
tahun terakhir. Kau kira aku tidak tahu" Aku pernah mengampuninya, tetapi
tindakannya kali ini lebih biadab." kata Jieji yang marah kemudian.
"Katakan kepadanya, jangan sempat ketemu denganku lagi. Kali ini adalah yang kedua kalinya aku mengampuni nyawanya. Sebab kau sendiri masih jauh kelas
dibawahku, kamu tidak akan mampu melindunginya. Kalian pergilah... Bawa
pasukan Liao semuanya pergi sebelum aku berubah pikiran...."
Kali ini tatapan mata Jieji sungguh telah sangat serius, sepertinya hawa
pembunuhannya muncul kembali karena tindakan Yue Liangxu yang telah
dimengertikannya sesaat.
Zhu Xiang yang mendengarkannya segera kalah gertak.
Tetapi dia masih mampu bersikap semampunya. Dia berjalan ke arah 5 pendekar
sambil mentereng.
"Tidak akan.... Pasukan Liao yang telah keluar dari sarang mana mungkin pulang dengan tangan hampa?" Kata YeLu Xian dengan marah.
Semua pesilat segera menyadari sekarang.
Pasukan Liao sama sekali tiada hubungannya dengan Jieji.
Oleh karena itu, semuanya hanya diam saja.
"Boleh kutahu, jurus tapak berantai tingkat berapa yang kamu keluarkan untuk menghadapi ku tadinya?" tanya Zhu Xiang yang agak penasaran, karena jurus
yang dikerahkannya adalah tahap akhir dari Tapak buddha rulai, namun belum
mampu menjatuhkannya. Dan bahkan tiada mampu melukainya sedikit pun.
"Itu tingkat ketiga...." kata Jieji.
Sesaat, 5 pendekar langsung heran adanya.
3 tahun lalu, mereka sempat bertanding hebat dengan Jieji. Meski terakhir
mereka kalah dengan tingkat ketiga, tetapi tapak berantai tingkat ketiga Jieji saat itu masih jauh dibandingkan sekarang.
"Lalu bagaimana kau bisa mengalahkannya dengan begitu mudah?" tanya Xia Rujian yang mulai heran.
"Sebab.... Aku kali ini mengeluarkan semua tenaga dalamku untuk
melayaninya..." kata Jieji sambil tersenyum ke arah ayahnya.
Semua orang yang mendengarnya segera berdecak kagum.
Ternyata kemampuan bertanding Jieji yang ditunjukkannya dalam 2 babak
pertama jelas hanya menggunakan sebagian dari tenaga saja. Tetapi tidak
seluruhnya. Tenaga dalam Jieji dalam 3 tahun ini telah maju sangat pesat. Tentu hal ini tiada diketahui oleh siapapun disana. Oleh karena itu, jurus ketiga tapak berantainya telah mampu berkibar hebat di dunia persilatan.
Boleh dikatakan, hanya kali inilah Jieji mengeluarkan tenaga dalamnya 100
persen dalam pertarungan. Sejauh ini, dia tidak pernah melakukannya. Tentunya
hanya berlaku saat dia telah menguasai tapak berantai.
Saat mereka sedang "gosip", mereka merasakan adanya suara kembali yang datang.
Sama seperti suara yang pertama, saat pasukan Liao telah datang.
Tanah di bawah segera bergetar hebat kembali. Tetapi kali ini, arahnya
berlawanan dengan yang pertama.
Karena suara pasukan yang datang berasal dari "Selatan".
Para pesilat segera mampu bergembira kembali.
Mereka berpikir pasukan Sung telah datang untuk membantu mereka.
Apakah pemikiran polos seperti itu benar berlaku"
Sekarang Zhu Xiang, 5 pendekar dan 15 pengawal sakti terlihat sangat senang
adanya. Sedang Jieji segera tersenyum cerah.
Yuan sendiri juga telah bersiaga bersama Chonchu dan Wang Sungyu. Mereka
terlihat tersenyum puas juga.
Sebenarnya apa hal yang sedang di benak mereka masing-masing"
Lalu dalam pikiran mereka, manakah yang terbukti benar adanya.
Jelas... Pasukan Sung yang datang pasti dipimpin oleh Zhao Kuangyi adanya. Lalu apa
maksud dari pasukan Sung yang datang ini"
Penyelamatan...
Atau pembantaian besar-besaran bakal terjadi...
atau pula yang terjadi malah kedamaian"
Semua telah menunggu dengan hati yang cemas adanya.
BAB LXXV : Pertempuran Hebat
Saat itu, langit telah mulai mendung. Bahkan desiran angin dingin terasa
lumayan "menggigit" orang-orang yang disana walaupun masih musim panas mendekati musim gugur.
Ditambah lagi goncangan lemah dari tanah dan suara derap kaki kuda membuat
para pesilat sedikitnya merinding.
Jieji berdiri di posisi tengah dengan hanya diam dan memandang ke arah
selatan. Sementara Yuan, Chonchu dan Sungyu segera berjalan ke arahnya.
Pasukan Liao dan semua kawan-kawannya sangat bergembira karena Zhao
kuangyi hampir sampai. Semuanya merasa hari ini adalah hari kemenangan
terbesar sepanjang sejarah mereka.
Karena Pesilat yang menjadi halangan serta batu sandungan bagi mereka akan
lenyap secepatnya.
Memang benar adanya...
Ketika benar dekat dan terpaut sekiranya 1/2 li, mereka telah melihat bendera
besar luar biasa. Kebanyakan bendera di samping terlihat sebuah huruf saja
yaitu "Sung". Sedangkan bendera di tengah yang berwarna kuning dan lumayan besar berkibar, bertuliskan "Raja Yi Chou, Zhao Kuangyi".
Kontan semua orang girang sekali mendapatinya...
Hanya dalam otak mereka masing-masing berbeda persepsi. Semua orang Liao
mengira Zhao kuangyi akan membantu Liao memusnahkan para pesilat.
Sedangkan dalam pemikiran pesilat adalah Zhao kuangyi membantu pesilat
untuk menyingkirkan Liao.
Dua pendapat dalam pikiran masing-masing yang saling antagonis.
"Apa benar apa dugaaan anda kak Jie?" tanya Chonchu yang agak heran
kemudian karena melihat pasukan Sung yang telah dekat sekali.
"Aku punya keyakinan lebih dari 8 bagian..." Kata Jieji dengan tersenyum kepadanya.
Yuan melihat ke arah Jieji dan mengangguk pelan saja. Sesaat, dia segera
memimpin pasukan Kaibangnya untuk berkumpul dan berbaris rapi untuk
menantikan kedatangan Raja YiChou tersebut.
Desiran angin dingin makin deras saja, sepertinya tidak lama lagi akan turun
hujan. Apakah hujan kali ini membawa berkah"
Tentu sebentar lagi akan kelihatan hal sebenarnya.
Dari jauh, orang-orang telah melihat penunggang kuda putih di tengah sedang
mendatangi dengan gerakan biasa-biasa saja.
"Itu Raja Yi Chou, Zhao Kuangyi....." teriak para pesilat dengan gembira.
Memang benar...
Penunggang kuda putih tak lain adalah Zhao Kuangyi adanya.
Saat dia sampai, 5 pendekar dan Zhu Xiang tidak bertindak apapun. Tetapi
kesemuanya tersenyum manis sekali. Di dalam pemikiran mereka, mereka telah
mendapati sesuatu sehingga semuanya menjadi sangat girang karenanya.
Sementara itu, 15 pengawal sakti segera beranjak dari tempat mereka dan
menghadap ke arah Zhao kuangyi.
Saat mereka benar dekat, kesemuanya berlutut.
"Selamat datang Raja Yi Chou...." kata mereka semua serentak.
"Baik... Berdirilah semua..." kata Zhao kuangyi.
Sepertinya Zhao kuangyi juga tidak membawa pasukan yang sedikit. Dari arah
selatan, lembah tersebut telah penuh oleh pasukan yang gagah. Bahkan di
lembah yang agak berkelok, pasukan mereka seperti ular yang mengikuti
lintasan saja. Mungkin jumlah pasukan Sung di atas 5 laksa juga.
Yang gawatnya sekarang, para pesilat terkepung di tengah ratusan ribu prajurit
adanya. Dimana Liao berada di utara, dan Sung berada di sebelah selatan.
Setelah menjalankan adat kerajaan, Zhao Kuangyi segera menengok ke arah
Jieji. "Bagaimana keadaanmu dik" Kamu sehat?" tanya Zhao sambil tersenyum
kepadanya. "Baik... Atas pertanyaan anda raja, tidak mungkin aku berani
mengapa-mengapa..." kata Jieji sambil tersenyum kepadanya.
"Bagaimana dengan keadaan kakakku di Dongyang?"
Jieji hanya diam saja, dia tidak mau menjawab pertanyaan Zhao Kuangyi
adanya. Sebab semua pesilat tentu tahu kakak dari Zhao kuangyi adalah Sung
Taizu, Zhao Kuangyin.
Hal ini segera disadari oleh Zhao kuangyi, dia tertawa sangat keras melihat
tindakan Jieji.
Sementara itu, Jieji hanya tersenyum melihatnya.
Saat semua merasa aneh dengan perkataan Zhao kepada Jieji.
Saat itu terasa langit telah menumpahkan air hujan yang lumayan deras.
Lembah datar yang luas tersebut telah basah...
Saat semua sedang merasa heran, Zhao kuangyi segera memberi aba-aba
dengan mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
Gerakannya yang dilihat oleh Yelu Xian, segera dia juga memberi aba-aba untuk
menyerang. Baru kali ini, semua pesilat sangat terkejut...
Posisi mereka sedang "terkepung". Jika kedua pasukan melakukan
penyerangan, maka semuanya pasti akan tewas.
Para pesilat segera ketakutan luar biasa melihat hal tersebut, sepertinya mereka tiada berdaya lagi.
Ternyata pasukan Sung juga mengincar nyawa mereka semua.
Tetapi sebagai pesilat, prinsip mereka sekarang adalah bertempur mati-matian.
Pasukan Sung telah menuju cepat bagaikan gelombang lautan yang ganas ke
arah mereka dari arah selatan ke utara.
Sedangkan pasukan Liao mengambil posisi kebalikannya, Liao juga melakukan
hal yang sama dengan pasukan Sung.
Sungguh hebat getaran tanah akibat kedua pasukan yang datang dengan cepat
sekali. Hujan semakin deras saja kelihatannya.
Sedangkan di arah tengah...
Jieji tertawa keras melihat hal tersebut.
Zhao sebenarnya asyik memperhatikan gerak-gerik Jieji.
Melihat Jieji yang seperti "gila" tentu membuatnya heran. Tetapi, sesaat...
Dia telah tahu maksud Jieji yang sesungguhnya.
Tidak disangkanya, dari semua orang disana. Hanya Jieji seorang saja yang
mengerti apa maksud sebenarnya dari serangannya kali ini.
Langsung, dia bertepuk tangan dengan sangat meriah.
Kontan pasukan Sung yang melihat mereka berdua, langsung heran luar biasa.
Tetapi mereka tetap melanjutkan pertempuran itu.
Para pesilat yang sedikitnya mengalami luka dalam, langsung menerjang ke arah
pasukan Liao terlebih dahulu. Mereka tidak lagi berpikir untuk bertarung melawan Sung adanya.
Hal ini tentu telah diperkirakan oleh Zhao kuangyi sendiri.
Hal ini jugalah yang akan membawa kemenangan luar biasa besar bagi pasukan
Sung. Terjangan para pesilat ke arah Liao memang benar hebat.
Karena semua pesilat berpikir bahwa mereka tidak mampu lari lagi, maka
semangat bertempur mereka langsung melonjak tinggi sekali.
Yuan Jielung-lah orang yang bertarung di depan dengan sangat hebat sambil
memimpin pasukan Kaibang untuk bergebrak mati-matian.
Kemampuan Yuan sangat luar biasa, dia sering terlihat mengeluarkan tapak
hebatnya untuk melayani pasukan Liao yang datang terdekat kepadanya.
Tanpa terasa hanya beberapa saat.
Yuan Jielung telah membunuh 50 orang lebih dengan jurus saktinya.
Karena melihat keadaan bakal runyam, kelima pendekar dan Zhu Xiang
langsung mengeroyoknya dengan hebat.
Kali ini, Yuan tidak lagi melakukan pertempuran dengan pasukan Liao, tetapi dia melayani 6 lawannya sekaligus.
Chonchu dan Sungyu segera membantu Yuan untuk bertarung melawan 6 orang
hebat ini. Pasukan Sung memang belum sempat bergebrak melawan para pesilat.
Terjangan mereka telah sangat dekat sekali dengan "pasukan ekor" para pesilat.
Maksud pasukan ekor adalah pasukan terakhir dan pasukan belakang tadinya,
sebab pasukan depan mereka adalah pasukan yang sedang bertempur hebat
dengan pasukan Liao.
Pasukan ekor pesilat segera maju untuk bertarung mati-matian dengan pasukan
Sung yang telah hampir sampai.
Tetapi... Ketika hanya berjarak puluhan kaki, pasukan Sung sepertinya memisahkan diri.
Pasukan sayap kiri segera mengambil arah melingkar dari sebelah kiri.
Sedang pasukan sayap kanan segera mengambil arah melingkar dari sebelah
kanan. Gerakan pasukan Sung telah dimengerti Jieji adanya sebelum mereka datang.
Yuan Jielung terlihat tersenyum puas, sebab apa yang dibisikkan Sungyu
kepadanya telah jelas sekali.
Tetapi 5 pendekar yang melihatnya, langsung girang.
Mereka berpikir bahwa gerakan melingkar itu akan sampai ujungnya yaitu di
tengah pasukan pesilat.
"Kali ini pesilat akan kehilangan nama mereka masing-masing disini..." kata Zhu Xiang yang terlihat girang mendapati pergerakan pasukan Sung.
Kelimanya segera tersenyum melihat gerakan pasukan Sung itu.
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tetapi mereka salah besar...
Ketika gerakan melingkar pasukan Sung terasa janggal karena terlalu luas oleh
keenam orang itu, maka semuanya telah terlambat sekali.
Sebab ujung dari pasukan sayap kiri dan kanan tidak mengambil arah tengah
pesilat untuk memecahkannya, melainkan yang terlihat adalah mengambil posisi
tengah dari pasukan Liao.
Tidak disangka oleh mereka semua, ternyata Zhao kuangyi mengkhianati Liao.
Dengan gerakan bagai tukang jagal binatang, pasukan Sung menghantam luar
biasa cepat dan dahsyat pada pasukan tengah Liao yang tidak tahu bakal
diserang dan dihantam sedemikian rupa.
Melihat kemenangan sudah tidak mungkin diraih, kesemuanya berniat langsung
menawan Zhao Kuangyi yang masih di tengah dan duduk di atas kudanya
dengan mentereng di posisi pasukan tengah dari Sung.
Tetapi, saat mereka menoleh... Mereka melihat jelas Jieji telah siap dengan
pedang ekor api yang sedang tergenggam sambil mengawasi dengan garang.
Sedangkan di belakangnya berdiri 15 pengawal sakti yang telah siap dengan
pedang dan siaga adanya.
Mau tidak mau, mereka segera mengambil langkah seribu karena mereka tidak
tahu bakal diserang sedemikian rupa oleh Sung.
Pekerjaan dan pengkhianatan Zhao kuangyi yang luar biasa hebat...
Memang benar...
Pasukan Liao segera terlihat rusak parah hanya dalam sekejap mata saja...
Pasukan depan telah diterjang oleh para pesilat tadinya.
Pasukan tengah mereka dilabrak dengan hebat oleh Sung dari 2 arah.
Yang hebatnya, ketika pasukan Sung telah bertemu di tengah, mereka langsung
membagi pasukan menjadi 2 kembali.
Yaitu pasukan sayap kiri segera mengambil posisi menghadap ke arah para
pesilat untuk membantai pasukan Liao. Dengan begitu, pasukan Liao disini telah
terkepung hebat.
Sedangkan pasukan sayap kanan dari tengah segera membelah ke kanan untuk
melabrak pasukan belakang Liao.
Pasukan Liao yang melihat kehancuran mereka dalam sekejap saja, segera lari
tunggang-langgang tanpa memikirkan akibatnya lagi.
Tiada pasukan Liao yang masih memiliki keinginan untuk bertempur.
Hujan yang lebat kali ini telah membawa kehancuran luar biasa parahnya bagi
para pasukan Liao adanya.
Pengejaran yang dilakukan pasukan sayap kanan sangatlah seru adanya.
Pasukan Liao yang tiada pemimpin telah menjadi berantakan sekali cara
kaburnya. Semua orang hanya memikirkan bagaimana cara selamat pulang ke negeri Liao.
Mereka tidak berpikir hal lain lagi selain ini.
Sedangkan Jieji hanya terlihat lesu sambil memandang ke arah pasukan Liao
yang dibantai habis-habisan oleh Sung.
Dia tidak menyangkanya sama sekali kalau pasukan Sung akan bergebrak luar
biasa hebat dan dahsyatnya dalam melakukan peperangan dengan Liao. Dia
memikirkan tentang "bantuan" yang telah sampai ini. Tetapi baginya...
Taktik yang hebat, tetapi sangatlah kejam adanya.
Zhao kuangyi terlihat tersenyum penuh makna melihat kehancuran pasukan Liao
yang dalam waktu sesaat saja.
Pengejaran dilakukan beberapa puluh Li... Banyak sekali mayat pasukan Liao
yang berserakan di sepanjang jalan akibat terjangan pasukan Sung yang hebat.
Dalam peperangan kali ini, Liao benar kehilangan pasukan yang luar biasa
banyak karena yang benar mampu kembali hanya sekitar 200 orang lebih saja.
Itupun kesemuanya rata-rata mengalami cedera baik itu ringan ataupun parah.
Zhao kuangyi tidak pernah tahu, serangan kali inilah yang membangkitkan
"dendam" sampai ratusan tahun lamanya.
Selama Sung berkuasa, maka Liao selalu mengancamnya dari arah utara...
Zhao kuangyi segera mengumpulkan pasukannya kembali. Dia mendapati
kemenangan yang luar biasa besar.
Banyak sekali dia dapati ransum dan alat senjata yang sangat banyak yang
ditinggalkan oleh pasukan Liao.
Para pesilat disana sangatlah bersyukur akan kejadian yang disebabkan oleh
Zhao kuangyi. Kesemuanya terlihat banyak yang berlutut sambil menangis untuk memuji
kebijaksanaanya.
Sedangkan Jieji hanya terlihat menggelengkan kepalanya sambil timbul
penyesalan yang dalam.
Tidak disangkanya, kuangyi bakal menggunakan siasat sedemikian rupa untuk
menarik simpati para pesilat disana.
Ternyata aksi Zhao kuangyi tidak sampai disini...
"Para pesilat yang budiman... Sebagai raja dari negeri Sung yang besar, aku tidak akan membiarkan Liao yang kejam menginjak tanah kita lagi untuk
selamanya. Mengenai kakanda kaisar, saya pasti akan melawannya secara
terang-terangan jika kakanda kaisar masih berpikir ingin bersekutu dengan
Liao..." kata kuangyi dengan tegas.
Tentu apa kata Zhao kuangyi adalah untuk menarik simpati yang hebat dari
semua orang disana. Mereka juga tahu, para pesilat adalah "Gudangnya" Gosip.
Jika mereka tahu apa tindakan kuangyi, tentu mereka akan sangat bersyukur.
Dan semua rakyat tidak lama lagi akan tahu "simpati"nya.
Siasat yang tidak salah, namun sangat licik adanya.
Sesaat itu, dia berpaling ke arah Jieji.
"Adik... Bagaimana menurutmu keputusanku?" tanyanya dengan tersenyum.
"Itu cukup baik... Untuk semua orang tentu cukup baik.. Hanya tidak baik untuk seseorang..." kata Jieji kemudian dengan agak marah.
"Ha Ha... Betul.. Betul.. Untuk itu, saya mengundang kamu dan orang di
Dongyang itu untuk datang 3 bulan kemudian ke Kaifeng... Bagaimana?" tanya Zhao kuangyi.
"Baik... Meski harus mati, aku akan mengawal dia untuk datang..." kata Jieji dengan tegas.
Apa yang dikatakan mereka berdua tentu tiada orang yang mampu mengerti
maksudnya. "Dik.. Kamu tahu" Kenapa kamu tidak bisa membunuhku?" tanyanya kembali.
"Betul... Hal ini tidak mungkin kulakukan... Keadilan akan kutagih kembali 3 bulan kemudian sesuai dengan janjimu kepadaku sekarang..." kata Jieji.
Tentu, bagi Jieji yang sangat menghormati kakak pertamanya. Dia tidak akan
mampu berturun tangan untuk membunuh adik kandungnya. Sedangkan Jieji
sekarang mengerti dengan pasti apa maksud dari kuangyi.
Ternyata kuangyi mengincar "tahta" kerajaan Sung.
Dia tidak lagi mampu berbicara apapun karena menurutnya untuk masalah
seperti ini, hanya kakak pertamanya yang mampu memutuskan lebih lanjut.
"Jadi, sekarang kamu mau kemana dik?" tanya kuangyi kembali.
"Aku akan pulang ke Dongyang kembali..."
"Bagus... Kamu bawalah ini...." kata Kuangyi seraya mengangkat tangannya tinggi.
Saat itu juga, terlihat seorang serdadu sedang menggiring seekor kuda yang
"aneh".
Sesaat sampainya kuda, semua yang melihatnya sangat kagum sekali.
Kuda ini tingginya hampir 6 kaki, bulunya berwarna kuning kemerahan. Bentuk
badannya sangatlah gagah adanya, sedangkan hembusan nafas kuda sangatlah
bertenaga. "Apa maksudmu?" tanya Jieji yang terlihat agak marah.
"Tidak apa dik... Ini cuma untuk buah kalam sebagai tanda penghormatanku
kepadamu. Segeralah pakai untuk menuju ke Dongyang." kata Zhao kemudian,
tetapi sorot matanya kemudian telah berubah sangat pengertian sekali.
"Baiklah kalau begitu..." kata Jieji kemudian.
Zhao kuangyi segera mengajak pasukannya untuk kembali ke kota Ye.
Namun sebelum dia beranjak, dia sempat membalikkan badannya dan berkata
beberapa patah kata.
"Para pesilat... Mengenai terbunuhnya keluarga kalian sebenarnya sama sekali tiada hubungannya dengan Xia Jieji, melainkan adalah tindakan orang-orang dari
Liao untuk memfitnahnya sehingga terjadi kejadian hari ini. Oleh karena itu, saya berharap kepada semua orang untuk tidak mengejarnya lagi...." teriak Zhao
membahana. Semua pesilat terlihat setuju juga dengan apa yang dikatakan Zhao Kuangyi,
karena mereka sendiri telah melihat dengan lumayan jelas bagaimana sepak
terjang Jieji tadinya.
Semua malah berdecak kagum akan kemampuannya yang dahsyat, sepertinya
rasa "permusuhan" mereka semua telah mereda kepada Jieji.
Saat berpamitan dengan 15 pengawal sakti, terlihat seorang wanita cantik luar
biasa dari mereka memberi hormat kepadanya dengan sangat sopan sekali.
Semua orang yang melihatnya cukup heran adanya. Tetapi Jieji juga melakukan
hal yang serupa, dia membungkukkan tubuhnya untuk memberi hormat kepada
gadis itu. "Namaku Lie Xian... Anda benar seorang yang luar biasa di zaman ini..." katanya memuji.
"Terima kasih...." kata Jieji seraya memberi hormat kepadanya.
Ketika para pesilat ingin berpamitan satu sama lain, mereka semua memberi
hormat ke arah Jieji yang tentu dibalasnya dengan sangat sopan pula.
Biksu Wu Huan terlihat menuju ke arahnya untuk pamitan.
"Tuan muda... Anda sungguh luar biasa... Yang tua mungkin telah salah paham terhadap anda beberapa lama. Oleh karena itu, Yang tua meminta maaf sebesar
besarnya..."
Jieji membalasnya dengan sangat sopan.
"Biksu tua, maaf tadinya hamba telah bertindak lancang. Mengenai biksu Wu
Jiang tidak pernah ada suatu kata dusta pun sesungguhnya dari apa yang
kukatakan...." kata Jieji yang terlihat menyesal.
Wu Huan segera memberi hormat kepadanya.
"Tuan muda, jika ada waktu.. Kunjungilah kuil Shaolin.. Sebagai tuan rumah, kita akan menyambut anda dengan sangat baik...." katanya kemudian.
"Pasti biksu tua..." kata Jieji kembali.
Beberapa lama setelah para pesilat berpamitan, lembah itu telah "kosong"
penghuninya karena semua pesilat juga telah meninggalkan tempat tersebut
kecuali Yuan, Chonchu dan Sungyu.
Terlihat mereka bertiga berjalan ke arah Jieji.
"Hebat kak Jie... Kamu mampu mengiranya dengan tepat.. Kenapa bisa begitu?"
tanya Sungyu ke arah Jieji.
"Itu tidaklah susah. Dari dulu aku telah mengenal Zhao kuangyi. Sifatnya bahkan lebih keras dari kakaknya sendiri. Selain itu, rasa keadilannya juga sangat
tinggi... Maka daripada itu, aku mengambil kesimpulan kejadian tersebut..." kata Jieji.
"Hebat.... Ha Ha... " Kata Yuan Jielung memujinya.
"Ini adalah kakak seperguruanku... "kata Chonchu kemudian
memperkenalkannya.
"Tetapi kita pernah bertemu sebelumnya..." kata Jieji yang menceritakan kejadian penginapan Chenliu kepadanya.
Tentu mereka tertawa puas.
"Oya" Boleh saya tanyakan kepada anda?" tanya Jieji kepada Yuan Jielung.
"Tentu..." kata Yuan seraya tersenyum kepadanya.
"Apa tujuan anda mendirikan Kaibang" Inilah pertanyaan yang masih berada di benakku sampai sekarang...." kata Jieji agak penasaran.
"Ha Ha... Tujuan utamaku adalah mengusir bangsa Liao. Dulu aku memang
hidup di selatan dengan waktu yang lumayan lama. Tetapi menyaksikan
kekejaman pasukan Liao, aku berniat untuk membela kebenaran...." kata Yuan dengan tertawa puas.
"Hebat... Anda benar sungguh mengagumkan.. " Kata Jieji memberi hormat kepadanya.
Hormatnya Jieji dibalas dengan baik juga oleh Yuan.
Sebelum mereka sempat berkata, Chonchu segera menghampiri Jieji.
"Kamu tahu... Kakak seperguruanku itu siapa?" tanya Chonchu seraya
tersenyum penuh arti.
Hal ini tentu di kuti oleh Yuan dan Sungyu adanya. Chonchu sekarang ingin
mencoba kepandaian Jieji dalam menebak.
Jieji segera tersenyum sambil melihat ke arah Yuan.
Dia pandangi pemuda ini dengan serius...
Dari tatapan Yuan, wajahnya, keagungannya semua sangat mantap.
Jieji merasa bahwa identitas Yuan tentu adalah orang yang mulia adanya.
"Siapa?" tanya Chonchu kembali dengan tersenyum.
"Jangan-jangan"... " tanya Jieji dengan heran.
"Ha Ha.... Sepertinya dia hampir mampu menebaknya... Apa yang ada dalam
pikiran anda sekarang pendekar Xia?" tanya Yuan.
"Kamu pasti salah seorang raja antara negeri Jing Nan, Tang selatan ataupun Han selatan?" tanya Jieji sambil mengerutkan dahinya.
"Ha Ha... Betul.. Betul... Akulah Kaisar terakhir Tang Selatan, Li Yu...." Kata Yuan Jielung kemudian.
Heran... Sungguh heran...
Bagaimana kaisar Tang Selatan, Li Yu bisa menjadi murid pertama dari Zeng
Qianhao" Dan paling aneh adalah Kaisar Tang Selatan bisa menjadi Ketua perkumpulan
pengemis.... Semuanya masih dalam misteri...
BAB LXXVI : Naga Yang Kembali
"Oh" Jadi bagaimana anda bisa menjadi ketua perkumpulan pengemis"
Sungguh aneh sekali..." kata Jieji bertanya kepada Li Yu.
Semua hanya melihat Jieji dengan tersenyum. Li Yu sendiri bahkan tidak begitu
berniat menjawabnya. Dia hanya terlihat tertawa keras kemudiannya.
Jieji tidak pernah tahu dalam 3 tahun yang lalu tersebut, hal yang paling
membuatnya dibenci tentu adalah gosip yang mengatakan kalau Dewa Bumi
adalah mata-mata dari Sung ke pihak Liao yang dibunuh oleh Jieji.
Semua orang dari Sung, kaum persilatan sungguh menyalahkan Jieji adanya
karena menjadi pengkhianat Sung yang berpihak kepada Liao.
Tujuan Yuan Jielung/Li Yu mendirikan partai pengemis tentunya adalah untuk
memblokir serangan dari arah utara (Liao) ke daratan China. Kaisar Tang selatan tersebut merasa dirinya cukup sanggup untuk mengalahkan "Xia Jieji" jika dia terbukti adalah penjahat terbesar yang menjadi ancaman Sung.
Tetapi sekarang keadaannya telah berbeda 180 derajat, sebab Xia Jieji yang
dikiranya adalah musuh utamanya malah merupakan teman sejati mereka.
Tentu ketika ditanya Jieji, mereka tidak mampu menjawabnya dengan jelas
kepadanya. "Kak Jie,... Lalu apa rencanamu sekarang" Apa kamu akan pulang ke
Dongyang?" tanya Chonchu kemudian.
"Mungkin belum perlu aku pulang ke Dongyang sekarang. Sebab Zhao Kuangyi
berjanji akan bertemu dengan kita semua 3 bulan kemudian di Kaifeng. Masih
ada 1 bulan lebih waktu luang untukku...." kata Jieji sambil berpikir.
"Oya saudara Jie, mendengar apa yang kamu bicarakan tadinya dengan 4
pendekar bertopeng. Berarti benar bahwa mereka adalah "ayah" dan "ibu" anda sendiri" Tetapi sungguh mengherankan sekali. Sebenarnya apa tujuan mereka
kepadamu?" tanya Li Yu sambil berkerut dahi.
"Benar... Mereka berempat tak lain adalah Xia Rujian, Hikatsuka Oda, Ibu
kandungku sendiri dan Ibu mertuaku, Wu Shanniang." kata Jieji sambil berpikir keras. Tiba-tiba di dalam pemikirannya dia merasa ada hal yang sungguh
janggal. "Oya saudara Yuan, kamu masih ingat bagaimana saat kukeluarkan Jurus Ilmu
jari dewi pemusnah tadinya sewaktu bertarung melawan 5 orang itu?" tanya Jieji dengan penasaran ke arah Yuan.
"Betul... Masih ku ingat jelas.. Jurusmu yang pertama dari jarimu adalah
mengenai ibu mertuamu. Sepertinya dialah orang yang terluka paling parah."
kata Yuan mengenang pertarungan tadi yang sekejap tersebut.
Jieji langsung terkejut. Dia tidak pernah menyangka bahwa orang yang terdepan
adalah Wu Shanniang. Saat itu, dia telah sangat marah pada Yue Liangxu.
Tujuan utamanya adalah "memusnahkannya". Dia tidak sempat melihat
bagaimana luka dalam yang diderita oleh Ibu mertuanya sendiri. Tentu ketika dia mengerahkan jurus maha hebat itu, dia tidak pernah tahu bagaimana akibatnya
nantinya. "Benar... Apa yang saudara Yuan katakan itu sangatlah benar adanya. Ketika jurus keduaku telah ku rapal. Aku melihat ibu kandungku sesaat, sehingga energi untuk keempat orang lainnya tidak ku maksimalkan. Mungkin mereka hanya luka
dalam yang tidak parah. Tetapi aku sekarang tiada yakin dengan Wu
Shanniang..." kata Jieji sambil menghela nafas panjang.
"Ini bukanlah salahmu kak Jie... " kata Chonchu kemudian kepadanya.
"Betul... Ini tiada hubungannya dengan anda pendekar Xia..." kata Sungyu kepadanya.
Apakah kekhawatiran dalam hati Jieji itu akan menjadi kenyataan"
*** 50 Li arah utara daerah Yi Chou, perkemahan Liao...
"Keparat.... Zhao kuangyi tidak menepati janjinya... Saya akan datang sendiri untuk membunuhnya...." teriak seorang yang agak tua yang tidak lain adalah Yelu Xian.
"Huh... Kau yakin sanggup membunuhnya?" tanya seorang disamping yang tak lain adalah Hikatsuka Oda.
"Keparat... Ini sangat memalukan bangsa Liao kita.. Kau hidup sebagai orang Liao, bagaimana kau bisa berkata begitu" Ha?"?" tanya Yelu Xian dengan
sangat marah. "Ha Ha... Kau tahu" Marah tiada pernah menyelesaikan masalah. Sepertinya kita harus mengulang semua rencana kita kembali...." kata Hikatsuka kemudian.
Aneh!!! Kenapa Yelu Xian mengatakan kalau Hikatsuka Oda adalah "orang Liao?"
"Kalian tahu" Dalam pertempuran kali ini, bukan saja prajurit kita yang mati terbunuh sungguh banyak sekali. Tetapi, Wu Shanniang terluka sangat parah...
Sepertinya tangan kirinya tidak mampu digunakan lagi...."kata Xia Rujian.
"Sialan... Ini gara-gara kau.. Kau didik anakmu dengan luar biasa hebat...." tutur Yelu Xian kemudian dengan sangat marah kepadanya.
"Ha Ha... Ini tidak bisa disalahkan semua kepadaku... Dahulu telah kukatakan untuk membunuhnya di timur kota Xiapi. Tetapi tidak mau didengarkan olehmu..."
tutur Xia Rujian.
"Itu tidak bisa disalahkan semua kepadanya. Tentu dikarenakan tanpa sengaja malah puteri kandungnya sendiri terbunuh disana..." tutur Hikatsuka Oda
kemudian. Heran.... Tidak disangka kalau Yuan Xufen adalah puterinya Yelu Xian sendiri dari hasil
hubungannya dengan Wu Shanniang.
Rupanya Yunying dan Xufen adalah saudara yang tidak seayah.
"Sekarang bagaimana keadaan Liangxu?" tanya Hikatsuka Oda kemudian.
"Sepertinya luka dalamnya sangat parah, mungkin dalam 3 bulan dia baru bisa sembuh. Chen Yang sedang mengobatinya..." kata Yelu Xian sambil
menggoyangkan kepalanya.
"Hanya dialah orang yang bisa menjadi harapan kita untuk mengalahkan anakmu itu..." kata Zhu Xiang kemudian yang sedari tadi diam ke arah Hikatsuka.
"Betul.. Hanya dialah.. Sekarang kamu telah datang kemari.. Tentu ini adalah hadiah kita yang terbesar.. Ha Ha... Kali ini Jieji tidak akan lolos lagi..." kata Hikatsuka kemudian.
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ada seorang disamping mereka semua, seorang wanita yang diam seribu
bahasa tanpa mengucapkan apapun. Sepertinya dia merasa cemas dengan
perkataan mereka semua. Dia terlihat sering mengerutkan dahinya.
"Oya, Bagaimana dengan Zhao Kuangyin?" tanya Xia Rujian.
"Sepertinya dia masih berada di Dongyang. Dia bukanlah orang yang kita
cemaskan sama sekali..." kata Yelu Xian.
Tetapi Hikatsuka tidak berpikiran demikian...
Diingatnya kembali bagaimana pertarungan dengannya di dalam istana.
*** Saat itu di taman istana...
Zhao kuangyin memang rebah ke tanah akibat pukulan hebat dari "Ibunya" Xia Jieji. Semua yang melihatnya tentu bakal mengira Zhao akan tumbang.
Tetapi... Ketika dia berdiri sambil muntah darah hitam, dia masih terlihat cukup sehat.
Wajahnya masih belum berubah banyak. Dari sinar matanya mengandung hawa
petarung sejati.
15 pengawal sakti tidak memberinya kesempatan untuk berdiri lebih lama.
Dengan segera, mereka mengepungnya kembali. Tetapi sebelum benar mereka
siap adanya, Tinju Zhao sepertinya bekerja kembali dengan sangat cepat.
Semua orang memang belum sempat merasakan hawa energi Zhao keluar,
terlihat 4 orang dari anggota 15 pengawal sakti telah jatuh tersungkur dan tiada sadar diri lagi.
5 Pendekar yang melihat kejadian tersebut segera tidak bermain-main. Mereka
melancarkan jurus hebat untuk menjatuhkannya.
Tetapi... Saat jurus mereka hampir sampai, Zhao mengerahkan energi untuk merubah
serangan. Dari tinju, dia mengubahnya menjadi cakar.
Cakar Zhao sungguh cepat, setara dengan tinjunya itu.
Tendangan Hikatsuka Oda yang duluan sampai sepertinya melenceng ke arah
teman-temannya.
Dalam 10 jurus, terlihat Zhao memang kepayahan. Tetapi semua jurus mereka
masih sanggup di balikkan dengan hebat olehnya.
Kelima orang ini sangatlah terkagum oleh kemampuan Zhao yang telah teracun
hebat itu. Selain itu, luka dalam Zhao juga tidak ringan.
Dalam satu kesempatan, Zhao mengadu nasibnya..
Tendangan mayapada memang sampai kembali ke arahnya.
Terlihat Zhao menarik nafas panjang untuk menerima serangan itu
mentah-mentah. Semua orang disana sangat terkejut. Mereka mengira Zhao kali ini akanlah tewas
mengingat kondisinya yang telah payah sekali.
Tetapi ketika tendangan itu benar sampai, Zhao menarik diri dan menerima
serangan itu. Dengan gerakan Dao tingkat tinggi, dia meminjam tendangan Hikatsuka untuk
melayang mundur dengan sangat cepat. Zhao kuangyin mundur dengan sangat
pesat. Ringan tubuhnya kali ini adalah 10 kali lebih hebat dari ilmu ringan tubuh yang sanggup dikeluarkannya karena telah meminjam tendangan hebat dari
Hikatsuka Oda. Semua orang disana segera mengejar ke arah Zhao yang melayang pesat
tersebut. Zhao melayang melewati batas istana belakang. Kemudian dia sanggup turun
dengan mudah. Dengan sisa tenaganya, dia berlari cepat untuk mencari kuda yang bisa
membawanya pergi jauh.
Setelah lari kencang selama beberapa saat...
Sungguh nasib bagus, sebab disana terlihat adanya beberapa ekor kuda yang
ditinggalkan pedagang di belakang istana. Dengan tanpa banyak bicara, dia
"mencuri" kuda itu dan memacunya ke arah timur kota Kaifeng.
*** Hikatsuka Oda yang mengingat kejadian itu sangatlah kagum sekali. Dia tidak
menyangka racun hebat 7 bubuk bunga tidak mampu menjatuhkan Zhao
kuangyin. Sesaat dia merasa gentar juga.
"Lalu bagaimana dengan 15 pengawal sakti itu?" tanya Yelu Xian.
"Mereka memang hebat, tetapi hanya saat mereka 15 orang saja. Mereka juga
bukanlah duri dalam daging." kata Xia Rujian.
"Baiklah, kalau begitu setelah 3 bulan kemudian, aku akan menggabungkan 7
tingkatan energi di tubuh Liangxu. Saat itu, dialah alat untuk melaksanakan
rencana terbesar kita..." kata Zhu Xiang kemudian.
"Ha Ha... Betul.. Betul.. Dengan begitu, kita tidak usah takut lagi rencana besar kita tidak terlaksana... Saat itu, meski Xia Jieji ada 5 orang. Dia tidak sanggup berbuat apa-apa lagi..." kata Yelu Xian kembali dengan girang.
Sedangkan di tanah perkemahan itu, terlihat seorang biksu tua yang sedang
kepayahan dan merebahkan dirinya. Biksu tua ini sepertinya hanya menunggu
ajal menjemput saja. Tetapi tiada disangkanya, dia masih berguna untuk mereka
semua meski dirinya telah kepayahan luar biasa.
*** Di daerah barat kota Xiapi...
Dari jauh terlihat tiga orang yang berkuda cepat menuju ke kota lainnya.
Kota yang dituju tak lain adalah kota Chenliu adanya. Tiga orang tersebut adalah seorang wanita cantik dengan kuda bintang birunya, di pinggangnya terselip
sebuah pedang pendek yang agak aneh.
Sedangkan 2 orang lainnya adalah pria paruh baya dengan pria yang tua sekali.
Tentu ketiga orang ini adalah Zhao Kuangyin, Yunying dan Dewa Ajaib.
Ketiganya sepertinya sangat sibuk. Mereka terus memacu kudanya dengan
sangat cepat sekali.
Mereka telah berkuda selama 3 jam sampai dengan...
Ketika mendekati sebuah tikungan yang cukup curam, mereka bertemu dengan
sekelompok orang. Sekelompok orang tersebut sepertinya sedang menghadang
di jalan. Orang tersebut berpakaian compang-camping, dengan tongkat bambu di tangan
mereka masing-masing.
Yunying dan dewa ajaib yang melihatnya sungguh heran. Mereka tentu tidak tahu
mereka adalah kelompok pengemis.
"Para tuan-tuan.. Ada apa gerangan dengan kalian semua?" tanya Yunying yang agak heran.
Dia tidak menyangka bahwa pengemis bukannya meminta-minta di dalam kota,
tetapi malah terlihat di luar kota yang agak sepi tersebut. Entah apa tujuan
mereka semua. Tetapi pengemis tersebut tidak menjawabnya, mereka hanya berbisik-bisik pelan
saja sambil mengamati dengan penuh kecurigaan ke arah Yunying. Pandangan
mereka sepertinya tidak lagi bersahabat.
Kemudian, dari arah sekelompok pengemis segera muncul seseorang yang
wajahnya agak pucat, tingginya hampir 6 kaki juga. Dia terlihat sangat tua
dengan penampilan seperti ini.
"Nona... Boleh saya tahu dimana pemilik kuda yang anda tunggangi ini?"
tanyanya kemudian.
"Pemilik kuda ini" Tentu saya sendiri... Memangnya ada hal apa?" tanya Yunying.
Mendengar apa jawaban Yunying, semua pengemis yang jumlahnya sekitar 20
orang lebih segera mengepungnya. Dan dalam sesaat saja, pergerakan mereka
telah mengepung habis nyonya muda nan cantik tersebut.
Sedangkan Zhao kuangyin segera turun dari kudanya. Sambil memberi hormat
dia berkata. "Kuda ini adalah milik suami dari nyonya tersebut. Memangnya ada masalah apa dengan hal tersebut...." kata Zhao yang juga lumayan heran dibuatnya.
"Jadi dia-lah istri si "Setan pembantai?" Sepertinya langit memberi kita kesempatan untuk membalas dendam... Ha Ha......." kata tetua yang paling
depan tersebut.
"Setan pembantai" Maksud anda apa?" tanya Dewa Ajaib yang turun dari
kudanya dengan agak keheranan.
"Kau tidak tahu" Kau pura-pura tidak tahu... Dia telah membunuh banyak bangsa Sung, selain itu dunia persilatan telah kacau tidak karuan dibuatnya. Dia
pengkhianat Sung dan berbelot ke Liao... Ini tidak bisa dimaafkan. Kalian semua akan kita sandera untuk memancingnya keluar..." kata Tetua tadi dengan marah.
"Hei.... Tidak tahu aturan kau itu yah" Memang siapa kau" Orang sok hebat
seperti kau mana pantas berbicara begitu kepada kita?" damprat dewa ajaib
dengan marah menjadi-jadi kemudian.
Tetapi para-para orang Kaibang sepertinya tidak memberi mereka kesempatan.
Mereka segera mengancangkan tongkat untuk menyerang, sebab tadinya posisi
mereka telah terkepung dengan ketat.
Mereka bertiga tidak terlihat cemas adanya, bahkan dewa ajaib yang marah
tadinya langsung tersenyum sangat menggoda ke arah mereka semua.
Tentu hal ini sangat mengherankan semua anggota Kaibang.
"Sudah mau mati malah tersenyum, sudah gilak kau itu..." kata Tetua Kaibang meledeknya.
Dewa Ajaib yang dikatakan hal semacam ini tentu sangat tidak puas. Dengan
segera, dia berpaling ke arah Zhao dan Yunying dengan wajah yang penuh
senyum arti. Mereka berdua melihat tingkah Dewa Ajaib segera mengangguk.
Dengan langkah aneh, Dewa Ajaib segera menuju ke tengah. Sedang para
pengeroyok yang melihatnya juga segera membentuk formasi aneh untuk
Hati Budha Tangan Berbisa 10 Giring Giring Perak Karya Makmur Hendrik Golok Halilintar 14