Pahlawan Harapan 8

Pahlawan Harapan Karya Tang Fei Bagian 8


menjumpainya orang tua ini yang tengah kegirangan
bermain dengan burung yang mungil dan manis itu sambil
menari nari. Burung itu hinggap di atas pundaknya,
kepalanya dan tangannya. Mulutnya tidak henti hentinya
meniru suara burung "cat- - cat cit--- cit," memikat burung kecil itu. Kiranya tak perlu diherankan kalau orang tua ini
bisa memikat burung burung karena kehidupan sehari
harinya memain dengan burung, sehingga bisa
mengeluarkan suara burung.
"Lo tjian-pwee!" seru Gwat Hee, "marilah kita turun ke bawah untuk menjalankan siasat dari guruku, agar Louw
Eng menjadi kaget dan menjaga angin di gunung yang
sunyi ini."
"An, untuk apa tergesa gesa. lebih lebih kalau sudah
mempunyi siasat lambat sebentar tidak menjadi soal.
pokoknya asal dapat menang!" Sambil bicara mereka sudah
tiba di te npat orang banyak.
Kie Sau menjelaskan lagi siasatnya, Tju Sie Hong
membuka jalan diikuti Yauw Tjian Su menyusul Tju Hong
kemudian sekalian pemuda yang lain dan ia sendiri yang
paling belakang. Sesudah didengar tidak ada pergerakan
barang sedikit dari pinak musuh mereka mulai berjalan
meninggalkan Thian Tou Hong. Sebelum pergi Kie Sau
tertawa geli; "Louw Eng Louw Eng maksudmu ingin
membuat kami mati kelaparan di atas gunung, sayang
maksudmu itu tidak akan tercapai!"
Sedangkan Tjiu Piau menendang batu dengan geram :
"Louw Eug kini kau dapat terlepas, nanti kau pasti akan
merasakan seperti batu ini di kakiku!''
"Bagus," seru yang lain. Dengan cepat mereka sudah
melintasi dengan selamat langkah yang pertama.
Sie Hong kembali mengambil kaitan besi dan
membawanya kembali untuk dikaitkan lagi ke pohon yang
berada di muka, dengan cara ini mereda berbasil
398 melewatkan beberapa Pohon Siong dan kini berada di
tebing yang paling curam sekali. Sekali ini rantai besi ini
dikaitkan diantara dua pohon Siong yang tidak seberapa
jauh jaraknya, sehingga rantai ini tidak tertarik kencang
melainkan kendur saja. Sehingga sukar untuk berjalan di
atasnya. Untuk Yauw Tjian Su yang berkepandaian tinggi
tidak menjadi soal demikian juga untuk Tju Hong dengan
mudah mereka dapat melewatkan jalan yang kendur itu
dengan baik. Selanjutnya siapa yang akan jalan".
'Aku', kata Tjiu Piau, dengan ilmu kakinya yang baik
mulailah ia berjalan di atas rantai besi itu dengan gesitnya.
Tiba tiba langkah kakinva berhenti di tengah jalan, karena
dari kabut putih yang sangat tebal terdengar bunyi
kelapakan sayap burung Hal ini membuatnya terkejut
sekali, karena burung itu adalah garuda kepunyaan Tian
Tjen. Orang banyak mengeluh "celaka* di dalam hatinva.
Dalam keadaan begini burung ini sukar sekali untuk
dilawan. Gwat Hee sangat gugup, dengan cepat ia memberi
peringatan: "Tjiu Suko.. lekaslah kau jalan!" Belum
suaranya habis burung itu sudah berputar putar di atas
kepala mangsanya. Tjiu Piau menjadi gugup, langkahnya
diperbesar, tapi malang baginya rantai besi tergerak dengan
keras dan bergoyang-goyang karena burung itu sudah mulai
menyerang dan menerkam korbannya. Gwat Hee menutup
matanya tidak berani melihat. Yauw Tjian Su melihat
garuda itu menyerang orang segera mencegah dengan
beberapa helai daun Siong. Hal ini dilakukan dalam waktu
sekejap saja sehingga tidak terlihat oleh yang lain. Burung
itu segera mengapungkan dirinya ke atas sambil bercowet
dengan keras, mungkin tubuhnya kena daun pohon Siong
yang dilepaskan si orang tua. Lekas lekas orang melihat ke
atas rantai besi. 'Celaka' di atas rantai besi terdapat orang!
Ke mana" Hilangkan" Ah tidak! Sebab Tjiu Piau dapat
terlihat berada di bawah rantai besi dan menahan tubuhnya
dengan kedua lengannya. Untunglah ia mendapat
pertolongan dan orang tua kalau tidak jiwanya pasti sudah
melayang di bawah kuku garuda yang tajam itu. Di antara
orang yang demikian banyak Gwat Heelah yang paling
cemas, dengan cepat ia maju untuk menolong. Tapi Yauw
399 Tjian Su sudah memperingatinya terlebih dahulu:
"Jangan bergerak, siapapun tidak boleh bergerak!" Gwat Hee lekas lekas menghentikan kakinya, sedangkan Tjiu Piau
yang tengah berontak-berontakpun diam tidak bergerak
menurut perintah si orang tua. Dalam saat ini garuda itu
sudah mulai berputar putar dan menubruk mangsanya, tapi
mengherankan sekali, paruhnya yang tajam itu tidak
dipatukkan kepada tubuh mangsanya hanya berbunyi sekali
dan kembali menggelepak terbang Sedangkan yang laini
sudah siap dengan senjata rahasia, kalau di lihatnya garuda
itu membuka mulutnya pasti berhamburanlah senjata
senjata itu untuk menamatkan riwayatnya.. Kini walaupun
Tjiu Piau tidak menderita apa apa, tapi orang orang
dibuatnya berkeringat dingin juga. Setiap burung buas
mempunyai penglihatan yang tajam sekali, tidak perduli
berjarak jauh pandangannya tetap awas, lebih lebih Kalau
sasarannya bergerak gerak semakin nyata pula dilihatnya.
Tapi waktu ia menubruk Tjiu Piau yang tidak bergerak-
gerak dikiranya benda mati, sehingga tidak berapa
diperhatikan lagi. Yauw Tjian Su adalah ahli burung jadi
mengetahui tabiat dari binatang buas ini, karenanya
memerintahkan agar kawan kawannya jangan bergerak
dengan tujuan seperti di atas Burung buas mi tidak henti
hentinya berputar di atas, sifat buasnya semakin nyata,
lebih lebih sesudah kehilangan sasarannya, bukan hilang
hanya tidak bergerak. Semua orang berdiam seperti mati,
sampai jalan napasnyapun seolah olah tidak bergerak!
Daiam kesunyian yang demikian menyeramkan, semakin
nyata dan tegas suara bergedebaran dan sayap garuda
buas itu, dalam keadaan begini burung ini tak ubahnya
seperti raja udara saja. Tju Sie Hong memandang Tjiu Piau
yang sudah kepayahan, diam diam dikeluarkan
tambangnya, begitu dilihat garuda sudah terbang lewat di
tubuh saudaranya, tangannya segera bergerak
menerbangkan senjatanya. Dengan tepat kaitannya
menyantel di ikat pinggang saudaranya. Sedangkan garuda
yang sedang kesal tidak melihat korban, berbunyi keras dan
menerkam kepada tambang yang bergoyang goyang,
kukunya yang tajam itu mencengkeram dengan keras
400 Kepada tambang dan diterbangkan ke atas! Tjiu Piau sekuat
tenaga mempertahankan dirinya berpegang kepada rantai
besi dengan erat. demikian pula dengan Sie Hong tidak mau
melepaskan senjatanya. Sang garuda mempunyai kekuatan
yang luar biasa besarnya, dua orang ini dibuatnya dalam
keadaan cemas sekali. Saat ini secara tiba tiba terlihat
walet sakti yang kecil dan mungil terbang menjurus kepada
sang garuda. Walet sakti itu sambil terbang tak henti-hentinya
mengeluarkan bunyi, sehingga kawan kawannya
beterbangan menuju garuda besar. Orang orang menjadi
bingung melihat keadaan ini, mereka mengira walet sakti
terkejut dan melarikan diri kala melihat burung yang
demikian ganas. Tapi kalau ditilik dari sikapnya yang gagah
burung kecil mi seolah olah hendak menyerang sang
garuda. Sebaliknya apa yang dapat dibuat oleh burung kecil
yang sebesar bulu burung garuda itu terhadap burung
raksasa yang demikian kuat"
Sekelompok walet sakti segera terbang dihadapan
garuda, dengan cepat sudah menarik perhatiannya.
Kukunya yang mencengkeram tambang segera dilepas,
beralih menangkap walet sakti. Dengan kegesitan dan
kecerdasannya burung burung kecil dapat mengegos dan
menghindarkan diri dari paruh garuda. Malang bagi mereka,
seekor kawannya yang kurang hati hati kena tertangkap
kuku garuda, tapi dengan kecepan kilat burung kecil
mencelos dari sela sela kuku yang sangat besar itu dan
berkumpul lagi dengan kawan kawannya.
Sang garuda menjadi gusar, sayapnya dikebutkan ke kiri
kanan, sedangkan Kuku dan paruhnya mematuk dan
mencengkeram dengan tenaga yang maha dahsyat. Tapi
burung burung kecil itu tidak menjadi takut, terus saja
beterbangan mengelilinginya. Perkelahian yang luar biasa
ini membuat penonton mendelong sambil mengangakan
mulut. Adapuia yang mengherankan orang banyak ini,
semakin lama burung burung kecil semakin sedikit
jumlahnya, dari belasan hanya tinggal tujuh . . enam . .
empat . . . dua . . . dan hilang semuanya. Pada hal burung-
401 burung kecil itu tidak ada yang kena patuk atau kena
cengkeraman, tapi ke mana gerangan burung burung kecil
yang mungil dan bagus itu"
Dalam saat yang membingungkan ini, burung garuda itu
tiba tiba berkelapakan di tengah udara dengan hebatnya,
sayapnya yang besar dikebaskan ke kiri kanan dengan kuat,
agaknya ingin melepaskan sesuatu yang menempel di
tubuhnya. Sesaat garuda itu seperti kesakitan sayapnya
berkelapakan semakin dahsyat sambil mengeluarkan bunyi
menyayat hati, menyusul tubuhnya berjungkiran. Entah apa
sebabnya tidak di setahu orang, mereka melihat sehelai dari
bulu garuda copot dan terbang melayang layang ke bawah,
kemudian, bulu garuda yang rontok ini semakin banyak, tak
ubahnya seperti dam kering tertiup angin Dengan cepat di
sayapnya berwarna hitam kelihatan sebuah liang. Saat
inilah orang banyak baru sadar, bahwa walet sakti
mempunyai cara berkelahi yang luar biasa, mereka masuk
dan menyelusup di ketiak musuh, dan tidak kelihatan.
Selanjutnya mereka mematuki bulu lawan sampai copot
sehelai demi sehelai. Dalam waktu sekejap saja burung
garuda itu sudah kehilangan bulunya, sehingga tidak dapat
mempertahankan dirinya untuk tetap berada di udara,
secara perlahan lahan tubuhnya menukik jatuh ke jurang.
Sedangkan burung kecil yang cantik itu segera
menyanyikan lagu kemenangan dengan merdunya mereka
berputar dan hinggap di bahu Yauw Tjian Su. Sang garuda
yang sudah kehilangan bulunya berusaha terbang kembali,
tapi usahanya selalu kandas, ia berontak sekuat tenaga
hasilnya tetap kosong, akhirnya dengan suaranya yang
berputus asa tubuhnya terus jauh ke bawah dan tidak
kelihatan lagi Perkelahian yang menarik ini, membuat
semua orang merasa kagum kepada burung keci! yang
dapat mengalahkan seekor burung raksasa yang demikian
kuat dan ganas Waktu jaman jayanya sang garuda dapat
menerjang ke atas awan dan terbang ratusan lie, tapi
sesudah kena dikalahkan sedikitpun tidak berdaya menahan
tubuhnya berada di udara. Saat ini tubuhnya yang
kepayahan itu pasti menukik dengan cepat ke bawah dan
menemui ajalnya. Dari hal ini orang banyak dapat menarik
402 sesuatu pelajaran, semakin musuh kuat diri sendiri semakin
lemah, tapi biar bagaimana masih berkesempatan
mengalahkan musuh.
Bahaya sudah lewat. Tjiu Piau dengan selamat sudah
melintasi rantai besi demikian juga dengan yang lain,
Mereka beristirahat sejenak di pohon Siong memperhatikan
keadaan sekelilingnya, karena pertarungan antara garuda
dan walet sakti tadi takut menarik perhatian musuh, tapi
sesudah mereka berdiam agak lama.. pihak musuh tidak
menunjukkan sesuatu gerakan, demikian mereka
melanjutkan perjalanannya dengan cara yang sama.
Akhirnya mereka sampai di pohon Siong yang penghabisan,
dengan cepat Tju Hong berkata. "Kini saatnya sudah tiba
untuk memijak tanah!" Tubuhnya segera berputar memijak
akar pohon dan loncat ke bawah. Kiranya di bawah akar
Siong ini terdapat sebuah jalanan gunung yang kecil, orang
banyak sesudah turun merasa girang sekali, tapi belum
habis senangnya kesusahan sudah berada pula di depan
matanya. karena jalanan ini belum pernah dijelajah Tju
Hong, ia hanya tahu saja. Terkecuali itu kabutpun demikian
tebalnya jurusan mana yang harus ditempuh tiada yaDg
tahu. Dengan cepat Kie Stu meraba tanah gunung,
kemudian menentukan jurus mana yang harus diambil.
"Kita jalan kesebelah kiri!" Sekalian anak muda dengan heran memandangnya tidak mengerti. Kie Sau tertawa.
"Perhatikan, jalanan iai kelihatannya rata. sebetulnya
tidak. Libatlah tanda tanda bekas air mengalir, semuanya
menuju ke sebelah kiri, kita tengah mencari jalan turun,
dari itu harus menuju kesebelah kiri!" mendengar ini semua
orang baru tahu.
Saat ini mereka bergirang sekali, karena segera akan
meninggalkan gunung yang terterkurung, Yauw Tjian Su
masih tetap dengan burungnya, burung kecil yang lucu itu
tidak henti hentinya disuruh menyanyi, sehingga yang lain
tidak merasa sepi. Begitu mereka girang sang perut terasa
lapar dan haus. Tapi segala makanan sudah habis, airpun
tiada, untuk menangsal perutnya mereka menggunakan
kepandaiannya menangkap burung dan binatang liar yang
403 terdapat di situ. Dengan perasaan menyesal Tju Sie Hong
berkata: "Kalau tahu begini garuda besar itu pasti kukait,
dagingnya pasti enak dan cukup dimakan beramai!"
"Aha, saat itu mana kau ingat masih memPunyai perut!"
kata Wan Thian Hong dengan Jenaka, sehingga membuat
orang tertawa besar "Kalian jangan membuat gaduh, kini
belum saatnya kita bergirang. Kalian harus ingat seluruh
dari Oey San masih dikuasai anjingnya bangsa Boan. dari
itu hati hatilah!" Wan Thian Hong mengelelkan lidahnya
tidak berani bersuara, demikian juga dengan yang lain tidak
tertawa lagi. Begitu suara tertawa berhenti keadaan menjadi sunyi
kembali. Langkah demi langkah maju terus. Tiba tiba Yauw
Tjian Su tertawa: "Siapa yang haus boleh minum, di depan
Terdapat sumber air!" Orang tua ini walaupun sudah lanjut
usianya, tapi pendengarannya adalah yang paling tajam, Ia
sudah mendengar aii sedangkan yang lain masih belum.
Hanya Kie Sau dapat mendengar sesudah menenangkan
perhatian: "Benar, marilah kita ke sana."
Dengan cepat mereka berlarian menuju ke sumber air,


Pahlawan Harapan Karya Tang Fei di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yauw Tjian Su berkata: "Nio-heng agaknya bukan sumber
air yang merupakan solokan. Coba kau dengar sebenarnya
apa?" Sesudah Kie Sau mendengari sebentar segera
menjawab: "Suaranya menderu deru, tidak ubahnya seperti air
terjun yang sangat besar!" Saat ini mereka masih berjarak
jauh ke tempat yang dituju, sedangkan sekalian anak muda
ini baru mendengar secara samar samar saja. Langkah dan
kaki dipercepat, SeSudah berjalan agak lama suara air
terjun sudah dapat didengar merela dengan nyata sekali.
Dua saudara Wan paling muda dan paling kekanak kanakan,
dengan girang mereka lari paling dahulu, tak lama
kemudian mereka balik kembali sambil berkata: "Heran,
tidak terlihat air terjun, sedangkan jalanan menjadi buntu!"
Ramai-ramai orang menuju ke tempat yang disebut, benar
saja sesudah mereka melewati satu tikungan, jalan gunung
menjadi buntu, di depan mereka hanya terlihat sebuah
404 lubang yang kecil yang menghadang perjalanan mereka.
Sedangkan suara gemuruh dari air terjun datangnya dari
liang itu. Kie Sau memungut sebuah batu, dengan keras
dilontarkan ke bawah untuk mendengar kembali suara
balikannya. tapi begitu lama didengar batu itu tidak
bersuara lagi seolan olah masuk ke dalam liang yang tidak
mempunyai dasar. Dengan penuh keheranan Kie Sau
memandang pada Yauw Tjian Su sambil berkata: "Yauw Lo
lobang ini agaknya dalam sekali!"
Gwat Hee ingat dengan ilmunya yang pernah dipelajari
dan ingin mencobanya: "Kasihlah aku turun untuk
memeriksanya!" langkahnya cepat seperti anak panah ke
dalam liang. Kie Sau hanya bisa berkata 'Gwat djie hati
hati!" sedangkan sang murid sudah menghilang di dalam
lobang. Liang ini lebarnya kira kira satu depa, keadaannya tidak
berapa gelap, Gwat Hee sudah biasa dengan kegelapan di
goa rahasia dengan sendirinya dapat melihat dengan tegas
keadaan yang terdapat di situ. Sesudah ia turun tak lama
sampai di suatu tempat yang dapat dipijak kaki, dari sini
kembali terdapat suatu liang yang tembus ke bawah
merupakan sumur.. Kalau memandang ke bawah dapat
melihat sinar sinar putih yang terang dan bunyi air terjun
yang semakin keras, hal yang paling mengherankan sumur
ini tidak mempunyai air. hanya ada benda berwarna kuning
kuning entah apa tidak diketahui.
Sumur yang terdapat di bawah liang ini lebarnya
beberapa depa dalamnya beberapa tumbak. Gwat Hee
mempunyai kesanggupan untuk turun ke bawah dari itu ia
turun secara miring dengan ilmunya yang didapat dari Yauw
Tjian Su, dalam sekejap saja ia sudah tiba di dasar sumur.
Sesudah ditegasi nyata benda yang kuning itu bukan lain
dari pasir. begitu ia sampai kakinya sedikit pun tidak
mengeluarkan suara. Tak heran batu yang dilepas Kie Su
tidak menimbulkan suara, paSti jatuh di atas pasir yang
halus itu. 405 Gemuruh suara air terjun semakin keras dan
membisingkan telinga, sehingga telinganya gadis ini tuli
dibuatnya. Dengan cepat kedua lengannya, matanya
menatap ke suara itu. "Ah" terdengar ia mengeluarkan
suara kaget karena di depan matanya terbentang suatu
pemandangan yang luar biasa mentakjubkan sukma!
Di samping dasar sumur ini terdapat pula goa yang agak
panjang dan lebarnya lebih besar dari pada sumur yang
didiami Gwat Hee, yang mengherankan mulut goa itu
tertutup lapisan air terjun yang sangat tebal, sehingga
matahari yang menembus di air ini tipis sekali. Saat ini
mungkin sudah senja, karena sinar layung merah dan
matahari merah bulat membara tepat sekali membayang
dan menjadikan pelangi yarg berwarna warna. Keindahan
ini membuat sang gadis] tertegun dan heran sesaat
kemudian baru ingat dengan tugasnya dan kembali ke atas
untuk melaporkan penyelidikannya kepada sang guru.
Sesampainya diatas Gwat Hee menceritakan keadaan di
bawah,sehingga saudara saudaranya ingin turun
menyaksikan. Hanya Kie Sau seorang dengan kalem
berkata: "Jalanan ada dua ujungnya depan dan belakang
kalau yang ini buntu yang satu pasti hidup dari itu kita
berbalik lagi!"
Semua orang sudah merasa haus dan lapar, dua saudara
Wan dengan kepandaiannya menangkap beberapa burung
yang sedang pulang ke sarangnya, kemudian burung
burung itu dimatangi untuk dimakan ramai ramai,
sedangkan air untuk menghilangkan dahaga diambil dari
bawah goa. Sesudah mereka selesai dengan urusan perut
segera balik kembali menurut pendapat Kie Sau.Di atas
gunung yang tinggi senja terasa panjang, tapi begitu gelap
terasa sangat cepat sekali, sampai yang tambak hanya
bayangan dari mereka sendiri. Untunglah untuk mereka
karena sudah biasa berjalan dimalam hari, sehingga bisa
berjalan dengan baik di jalan gunung yang sempit. Waktu
sudah berlalu lagi. malam menjadi larut, tiba tiba dilihat
mereka sesuatu benda menghadang perjalanan. Sesudah
dekat mereka melihat sebuah batu yang tingginya tujuh
406 delapan tumbak mengakhiri jalan gunung yang kecil dan
merupakan jalan buntu pula.
"Di atas batu terasa tidak rata, entah terukir huruf
apa."seru Djie Hay secara tiba-tiba Saat ini walaupun bulan sangat terang tapi untuk melihat apa yang terukir di batu
sukar sekali, karena batu itu lama ke hujan anginan
sehingga warnanya menjadi belang dan berlumut.
"Anak anak coba kalian raba. surat apa itu!" perintah Kie Sau. Dangau cepat muda mudi sudah menjalankan
titahnya, dalam sekejap saja mereka sudah mengetahui
bunyi huruf huruf yang terdapat di batu itu yakni terdiri dan
empat huruf yang berarti jalan terakhir untuk manusia'.
"Tidak terdapat huruf huruf lainkah di kiri kanannya"*
tanya Kie Sau. "Tidak." jawab mereka.
"Pepatah mengatakan tidak ada jalan buntu atau terakhir
bagi manusia kenapa huruf itu bertentangan sekali dengan
pepatah itu!"kata Kie Sau. Tja Hong terdiam mendengar ini,
hatinya menjadi kesal karena semua orang bisa datang ke
sini berkat atas ajakannya. Tapi ia biasa berdiam di atas
gunung dan lereng sekali kali tidak percaya dengan
perkataan di batu itu
"Sie Hong, ke luarkan tambangmu untuk, kupakai
sebentar!" Sesudah ia menerima tambang dari anaknya,
kaitan dan senjata itu seolah olah dengan sembarangan
sekali digaetkan kepada sela sela batu, tubuhnya menyusul
terangkat naik. Dalam waktu sekejap saja batu yang tinggi
ini sudah kena dipanjat. Hui Thian Wan ( kera terbang dari
langit) kembali muncul di hadapan orang banyak, sehingga
mereka merasa kagum sekali. Sesudah Tju Hjng ke atas
diselidikinya ke kiri kanan, kemudian dengan goyang-
goyang kepala ia turun ke bawah. Melihat ini semua orang
sudah maklum, dan tidak bertanya lagi. Dengan keluhan
napas panjang Tju Hong berkata pada Kie Sau: "Kalau di
lihat dan keadaan ini mungkin benar berair merupakan jalan
terakhir untuk manusia. Andaikata Thian sengaja
407 mengadakan jalan ini uniuk menyusahkan kita, kenapa kita
tidak mencoba kekuatan kita untuk mengalahkan Thian!
Coba pikir masa tidak terdapat sama sekali jalan ke luar
dari jalanan yang demikian panjang ini" Marilah kita
berpencar untuk mencarinya!"
Kie Sau pun berpikir serupa dengannya, ia periah
menjelajah gunung besar dan kecil tapi belum pernah
menemui jalan buntu seperti sekarang. "Anak anak lekas
kita cari jalan ke luar secara berpencaran agar kita bisa
meninggalkan tempat celaka ini secepat mungkin!"
Sesudah diatur sebentar, anak anak muda,dua orang
dijadikan satu regu, sedangkan tanda untuk minta bala
bantuan kepada kawan sendiri harus membunyikan siulan
panjang. Selesai diatur barisan ini segera berpencar ke
empat pen juru. Tjiu Piau seregu dengan Gwat Heet sambil
mencari jalan.mereka sambil bercakap cakap dengan
asyiknya. Saat ini bulan agaknya semakin terang untuk
mereka berdua, keadaanpun semakin indah tampaknya,
sehingga mereka lupa masih dalam keadaan bahaya!
Sesaat kemudian Tjiu Piau mengeluh sambil menarik
napas panjang, hal ini membuat kawannya menjadi heran
dan ingin bertanya. Tapi kata katai ya batal bertanya
melainkan mengeluarkan kata: "Tjiu Suko kau lihat benda
apa itu?" Mereka mengawasi dengan tajam pada benda
yang berada di hadapannya. Dilihatnya dari bentuknya
seperti manusia, tapi tubuhnya berukuran tujuh delapan
tumbuk agaknya, terlalu tinggi sekali bagi ukuran manusia.
Mungkinkah makhluk raksasa" Ya hanya kata kata raksasa
saja yang tepat untuk menamakan benda yang berbentuk
orang itu. Mereka berindap indap mendekati tanpa
mengeluarkan suara. Sesudah dekat sekali Gwat Hee dapat
membedakan bahwa benda, itu bukannya orang melainkan
seperti batu. la berbisik pada sang jaka : "Coba timpuk
dengan batu!" Tjiu Piau menggeserkan kakinya dan
menendangkan batu secara tiba tiba, ' baru itu dengan
tepat mengenai sasaran sambil mengeluarkan bunyi "pung".
Dari: suaranya mi dapat dipastikan bukan batu melainkan
tunggul dan pohon Siong yang sudah tua sekali. Mereka
408 saling pandang dengan tertawa atas bal menakutkan diri
sendiri tadi. "Mari kita duduk di sana dan memandang ke bawah,
siapa tahu kita dapat menemukan jalan selamat untuk
meninggalkan tempat ini!" kata Gwat Hee. Tanpa banyak
pikir, lagi Tjiu Piau menganggukkan kepalanya, kemudian
mereka segera menuju ke tempat tunggul. Sesudah duduk
Gwat Hee berkata: "Tjiu Suko kenapa kau menarik napas
tadi?" Begitu kena tanya hatinya sang jaka segera ingat lagi dengan soal soal yang menyesak dadanya. Dengan suara
helahan ia menjawab; "Sejak kecil aku belum pernah
berpisah dengan ibu barang setindak, kini sudah setengah
tahun lamanya aku berpisah, hari ini entah bagaimana
hatiku terangsang mengingat terus akan ibuku, sehingga
membuatku menarik napas dan ingin menemuinya,"
"Kenapa kau tidak melanjutkan kata katamu?"
"Aku. seperti mendengar suara orang berkata kata"
"Ah, aku sendiri tidak mendengarnya!" Sesudah Tjiu Piau mendengari sebentar, benar saja tidak terdengar suara lagi,
ia baru melanjutkan katanya: "Kurasa saat ini ibukupun
tengah memikirkan aku dan ingin mengetahui kabar tsutang
anaknya. Sayang disini tidak terdapat burung pos yang
dapat mengirim surat!" habis berkata kembali ia mengeluh
sambil memukulkan lengannya kepada tunggul kayu Siong
tua. sekadar melampiaskan kesedihan hatinya.
Gwat Hee melompat kaget dan memandang kepada
tunpgul Siong dengan penuh perhatian. Tjiu Piau bertanya
dengan penuh keheranan: "Kau kenapa?" Sang kawan
memberikan tanda agar ia tidak bersuara. Hal ini
menambah keheranannya, dengan perlahan Gwat Hee
berbisik. 'Tepakanmu pada tunggul ini menerbitkan suara
yang aneh.. apa kau tidak memperhatikan?"
"Apa yang aneh?"
"Suaranya pung seperti kayu kosorg!"
"Kayu yang sudah ratusan tahun tentu saja dalamnya
409 sudah dimakan rayap, perlu,apa diherankan?"
"Ini terkecuali dan mengherankan.. Bukankah kau tadi
mendengar suara orang" Mungkin orang itu bersembunyi di
dalam kayu ini!"
"Coba kita periksa," kata Tjiu Piau perlahan.
Dengan penuh hati hati mereka mulai memeriksa tunggul
ini dari atas ke bawah dari bawah ke atas sambil diketok
ketok, alhasil sedikit tanda-tanda yang mencurigakan tidak
didapat. Tjiu Piau tidak sabaran lagi kakinya terangkat
menendang. "Kreeeekkkkkk"
berbunyi sekali, tunggul itu seolah olah bergerak sedikit.
Mereka menjadi kaget, dengan cepat Tjiu Piau
mengerahkan tenaganya mencabut tunggul ini, sayang
sedikit juga tidak bergerak, keheranan mereka menjadi jadi.
sesudah menyiapkan tenaga sepenuhnya segera dicabutnya
bersama-sama. Sekali ini usaha mereka berhasil baik,
tunggul ini kena tercabut, bahkan di bawah tunggul tertarik
pula seorang nona besar yang memegangi tunggul palsu ini
sepenuh tenaga, sehingga tak mengherankan tunggul ini
menjadi berat. Siapakah orang ini" Tak dari lain Tjen-Tjen si
nakal! Dengan kaget Gwat Hee mercelat ke samping sambil
bersiap atas serangan lawan. Sebaliknya dengan lawan
begitu berada diatas segera membentak: "Kalian kenapa
bercintaan di sin ! Kalau maupun harus ditempat yang agar
tidak diketahui orang dan terhindar dari segala gangguan?"
Nada katanya ini menunjukkan kegusaran yang terpendam
alias cemburu! "Tak tahu malu! Bersembunyi sembunyi mengintip orang
masih berani memaki orang! Lekas maju dan panggil semua
orang orangmu naik untuk kuhajar satu satu. jangan
bersembunyi seperti pengecut besar." sengaja suaranya
dibesarkan agar kawan-kawannya mendapat tahu. Tak lama
kemudian yang datang ke tempat mereka mengadu mulut.
"Untuk apa banyak bicara, lekaslah kau pergi jauhan
untuk melanjutkan kasih mesramu itu. Pepatah mengatakan
410 air sungai tidak mengganggu air sumur, aku tidak mau
mengganggumu, kaupun jangan menggangguku. Lekas!"
Dari suaranya ini menunjukkan kecemasan yang luar biasa,
seolah olah ingin mengusir orang dalam detik itu juga.
"Pasti ada sebabnya, aku harus mengetahuinya," pikir Gwat Hee. Dengan tersenyum ia menghampiri dan menjulurkan
lengan:"Haruskah kita berjabatan tangan untuk
mencuatkan apa yang kau katakan tadi?" Tjen Tjen
mengetahui kedatangan lawan tidak bermaksud baik,
dengan cemas ia mundur selangkah. Tiba tiba lengannya ke
luar mengeluarkan jurus ularnya menangkap lengan kanan


Pahlawan Harapan Karya Tang Fei di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gwat Hee. Pada hari belakangan ilmu silat Gwat Hee mendapat
kemajuan banyak sudah lama hatinya ingin mencobanya,
kebenaran sekali berjumpa dengan lawan lamanya hatinya
menjadi girang sekali. Tanpa mundur tapi lengannya
mengeluarkan jurus 'bukit aneh terbang mendatang*
membarengi serangan lawan. Dengan kecepatan kilat Tjen
Tjen menarik lengannya dan mengegos dengan lincah
menghindarkan serangan.
Tjen Tjen enggan mengadu kekuatan, hatinya
mempunyai rencana untuk mengalahkan lawan dengan
akal. Ia berpikir: "Lawan berada di tempat yang licin dan
tidak rata. Kalau ia menggunakan tenaga menarik diriku,
segera kulepas secara mendadak, tubuhnya pasti terguling
ke belakang." Belum habis ia berpikir musuh sudah
mengeluarkan tangan untuk menariknya. Hal ini
membuatnya tertawa girang, tangannya itu sengaja
dikeraskan sedikit agar lawan mengeluarkan tenaga penuh
baru melepasnya. Tapi rencananya gagal semua, karena
sang lawan juga bukan anak kemarin dulu. Sebab begitu
berhasil memegang lengannya kakinya menotol bumi dan
tubuhnya mencelat ke atas meminjam tenaga tarikan
lawan.. Begitu turun tangannya segera mengeluarkan jurus
Kapak langit membelah gunung menghajar batok
kepalanya. Tjen Tjen merasakan angin keras datang di atas kepala,
ia sadar kelebihannya atas lawan hanya kelincahannya saja.
411 sedangkan mengenai tenaga ia mengakui tidak sekuat
lawan. Untuk menyelamatkan kepalanya lengan yang
membelit dilepaskan baru buru mencelat mundur ingin
kabur, tapi harinya menjadi kaget karena sekeliling sudah
terjaga rapat oleh musuh musuhnya. Tjen Tjen adalah
seorang anak yang pintar dan tidak mau menderita
kerugian di depan mata, dengan cepat ia menjatuhkan diii
di tanah sambil berkata: "Aku mengaku kalah! Kalian mau
membuat apa terhadapku" Terserah!" Dua saudara Wan
maju memegang tangannya kiri kanan, tidak memberikan ia
berbuat nakal. Sedangkan Djie Hay segera bertanya:
"kenapa kau bisa bersembunyi di sini, lekas katakan!"
"Sebaliknya kalian kenapa bisa berada di sini?"
'Di mana ayahmu yang berhati binatang itu berada. lekas
katakan!" "Kalian ingin mencarinya, itu hal yang mudah sekali, aku
boleh membawa kalian kesatu tempat untuk menemuinya,"
Baru saja percakapan mereka berjalan sampai di sini tiba
tiha didengarnya suara tangis Tjia Piau dari dalam lobang
bekas tunggul palsu.
"Piau Koko. Piau Koko!" seru Gwat Hee kalang Kabut
"Begitu saja sudah gelisah!" ejek Tjen Tjen. Djie Hay
memegang bahunya dengan keras dan bertanya : "Siapa
berada di dalam lobang?"
"Ada seseorang yang sangat dcintainya. Dari itu tidak
perlu heran kalau ia menangis, sebab berjumpa dengan
jantung hatinya yang bukan alang kepalang dirindukan dan
dicintainya!" Gwat Hee tak sabar lagi mendengar ejekannya
segera lari melihat ke dalam liang.
Kiranya di bawah tunggul palsu terdapat lobang yang
dalamnya satu tumbak lebih dan lebar empat kaki, bisa
dipakai untuk dua orang berduduk. Gwat Hee dari atas
dapat melihat dengan tegas Tjiu Piau tengah nangis di
hadapan seorang nenek tua yang berwajah' welas asih.
Didengarnya Tjiu Piau berkata : "Bu, akulah yang
menyebabkan kau menderita susah!" Nenek itu dengan
412 kasihnya mengusap usap rambut anaknya sambil
tersenyum : "Kita bisa bertemu lagi sudah cukup dari bagus, kenapa
harus menangis!" Sekali ini membuat Gwat Hee terpaku,
biar bagaimana juga ia tidak memikir dapat berjumpa
dengan ibu Tjiu Piau di tempat semacam ini telah lalu di
depan banyak orang, dan disuruhnya Tjen Tjen.. menjaga.
Sedangkan ia sendiri setiap hari datang untuk
menjenguknya sekali. Ibu Tjiu Piau sangat girang sekali
melihat Tju Hong, dengan cepat hatinya ingat kepada Tjiu
Tjian Kin. sehingga menjadi sedih dan mencucurkan air
mata. Orang banyak: membujuk sambil menuturkan
kejadian baru baru ini yang dialaminya. Akhirnya mereka
terdiam, begitu sampai dengan kata - kata jalan teraknir
untuk manusia .
"Ini bukan jalan terakhir untuk manusia, sekali kali
bukan" kata ibu Tjiu Piau.
"Bu, apa kau tahu jaian untuK turun gunung."
"Kau pikir kalau jalan ini buntu kenapa kau bisa berada di
sini, kenapa Louw Eng bisa datang ke sini setiap hari'!"
"Benar." kata Kie Sau, "apa Djie so tahu jalan masuk ke sini dari mana."'*
"Waktu aku dibawa seluruh tubuhku sudah ditotok,
sehingga tidak mengetahuinya, tapi masih dapat kita
mengusutnya bukan?"
"Panggil Tjen Tjen!" seru Kie Sau.
"Anak perempuan itu sangat pandai berkata kata. hati
hatilah dengan kata kata bohongnya. Sedangkan aku
mengetahui setiap kali Louw Eng datang di tubuhnya
terdapat tetesan air. Kupikir tentu ia datang ke mari
mengambil jalan sungai atau mata air---"
"Atau air terjun," sambung Gwat Hee dengan cepat.
Mendengar ini yang lainpun menjadi ingat pada air terjun
yang terdapat di dalam goa dan memastikan dari air terjun
itu mempunyai jalan yang berhubungan dengan dunia luar.
413 "Berilah aku menyelidikinya!" seru Djie Hay dengan
bersemangat. "Sabar." kata Kie Sau. "untuk apa tergesa gesa." Kata kata mi membuat seluruh mata memandang kepadanya. Kie
Sau melanjutkan lagi katanya. "Bukan saja harus bersabar,
bahkan ia harus menyelesaikan dahulu penghianat
penghianat bangsa itu, kemudian baru kita tinggalkan
terapat ini dengan cepat." Wan Thian Hong adalah anak
yang pandai, sekejap saja sudah mengetahui apa yang
dimaksud dengan kata kata itu. Ia berkata: "Haruskah kita
menyiapkan Thian Lo Tee Bong (jaring langit dan bumi) di
sini untuk meringkus dan menantikan Louw Eng masuk
jaring sendiri?"
"Benar! Bukankah Louw Eng setiap hari datang ke sini
seorang diri" Mungkin tidak lama lagi ia bisa datang lagi.
sebaiknya kita tunggu sampai hari esok untuk
menyelesaikan hal ini baru berangkat!"
Mendengar tentang membalas sakit hati, sekalian muda
mudi menggosok gosok lengan dengan geram, demikian
juga dengan Tju Hong yang sudah berusia lanjut tidak mau
ketinggalan- Ibu Tjiu Piau mengharapkan agar hal ini lekas
lekas berhasil, agar ia bisa menyembayangkan arwah
suaminya serta sekalian saudara angkatnya dengan jiwa
sang jahanam. Sekalipun orang tidak mau turun dan
meninggalkan Oey San untuk membalas dendam dan
menyapu bersih sekalian kaum penghianat.
Pada hari kedua Kie Sau mulai mengatur lagi siasatnya:
"Biar bagaimana Louw Eng pasti datang, kita harus
memasang perangkap di sekitar ini, sekali kali jangan diberi
lolos Terkecuali dari ini satu hal perlu pula diperhatikan, kita menngurung sang jahanam, taDi jangan sampai kitapun
dikurung lagi kaki tangannya."
"Maksudmu bagaimana?" tanya Yauw Tjian Su.
"Menurut hematku yang bodoh. harus ada orang yang
menjaga jalan masuknya, begitu dia masuk,segera menjaga
jalan itu dan jangan kasih masuk yang lain. Dengan cara ini
414 kita bisa membuatnya tidak bisa balik belakang dan tidak
bisa memberi masuk kawan kawannya. Andaikata ada juga
pengikutnya mau menerjang masuk dengan paksa kita
boleh membuat rencana dahulu untuk menghadapinya."
"Cara ini sungguh bagus, tapi di mana kita harus
menjaganya?" tanya Tju Hong.
"Kalau dilihat keadaan sekarang jalan masuk ke sini
hanya dari belakang batu besar dan dari balik air terjun dua
tempat di situlah harus kita menjaganya."
"Kau sungguh pandai mengatur rencana dan siasat," kata Yauw Tjian Su, "dasar tukang main catur yang ahli,
otaknyapun pandai sekali karenanya aku setuju dengan apa
yang kau atur."
Siapakah yang harus menjaga pintu, hal ini agak
menyulitkan, karena sekalian anak muda langsung adalah
musuh mereka, semua ingin berdiam di sini untuk
membereskan musuhnya dengan lengan sendiri, sehingga
tiada yang mau pergi menjaga di kedua pintu itu.
"Yauw Lo, kau dan aku tidak bermusuhan langsung
seperti mereka terhadap Louw Eng, kalau d lihat begini
harus kita berdua menjaga kedua jalan itu, bagaimana
pendapatmu?"
"Bagus! mari kita kerjakan"
"Ya, kau menjasa di air terjun, aku dibalik batu besar.
Tempat itu sangat baik walaupun kita menjaga seorang diri
musuh sukar untuk masuk."
"Baiklah aku ke sana untuk bermain main!", ia berlalu
sambil memanggil burung-burung kecil secara perlahan-
lahan. Sebelum berlalu Kie Sau memesan kepada Tju Hong dan
ibu Tjiu Piau. "Mengenai urusan di sini sebaiknya kalian
berdua yang mengatur. Sesudah berhasil menangkap Louw
Eng terserah kepada kalian mau diapakan pun boleh. Tapi
harus,ingat kepada satu hal, yakni cari dan selidikinya
ditubuhnya sesuatu yang terdapat, barangkali saja kita
415 dapat mencari sesuatu jalan turun dari gunung ini."
"Kami pasti mengingatnya. Ya urusan selanjutnya
kuserahkan kepada Djie so saja yang memimpin." Kata Tju
Hong saling mengalah. Sementara itu Kie Sau sudah berlalu
untuk menjaga di balik batu.
Muda mudi sudah siap memboikot (menjaga secara
tersembunyi) sedangkan Tjen Tjen dijaga keras dua
saudara Wan. Yauw Tjian Su sudah sampai di tempat tujuannya, ia
berdiam sambil berduduk di balik air terjun dengan tenang.
Belum lama ia berduduk telinganya yang tajam segera
menangkap pembicaraan dua orang.
Yang satu berkata: "Lauw tee sekali ini kau harus
menggusur nenek nenek itu untuk dibawa ke atas puncak,
kita pukul sekali dan berkata sekali, dengan cara ini pasti
anaknya itu kena terpancing datang.."
"Siauw tee tengah berpikir untuk menjalankan siasat itu,
dari itu kuminta Su siok menantikan di sini, aku segera
membawa nenek nenek itu untuk dijadikan umpan.
Dengan nenek nenek ini kita pancing Tjiu Piau dengan
bocah itu kita pancing yang lain. Waktu itu kita dapat
menangkap satu demi satu!" Kata kata ini ditutup dengan
tertawa besar dari kedua orang..
Terdengar suaranya tapi tidak terlihat orangnya, Yauw
Tjian Sa cukup mengenal suara orang. Yang pertama
mengeluarkan suara adalah Heng Liong Lo Kuay sedangkan
yang kedua adalah Louw Eng. Percakapan ini datang dari
balik air terjun, biar tidak melihat orang tua ini sudah dapat
memastikan di mana kedudukan lawan, yakni di balik air
terjun sejauh dua tiga tombak. Dengan cepat tubuhnya
bersembunyi menantikan kedatangan sang jahanam.
Keadaan di dalam goa lekak lekuk tidak rata, tubuhnya
ditempatkan pada suatu sudut yang tidak mudah terlibat
orang sedangkan ia bisa melihat ke mana saja dengan
tegas.. 416 Tiba tiba dari air terjun berkelebat sesosok bayangan
hitam masuk ke dalam. Gerakannya Sangat cepat dan
lincah, menunjukkan dirinya cukup lihay. Tubuhnya tidak
basah, hanya pundaknya saja terkena sedikit tetesan air.
orang ini adalah Louw Eng. Begitu ia masuk segera
menepuk-nepuk pundaknya dan menggoyangkan kepalanya
untuk menghilangkan tetesan air, Kakinya melangkah
dengan cepat menuju ke jalan terakhir untuk manusia.
Diam-diam Yauw Tjian Su tertawa didalam hatinya: "Kau
begitu senang akan menangkap Ensomu sendiri, sehingga
tidak mengetahui bahaya sudah berada di atas kepalamu
sendiri!" Ia berpikir terus, hampir hampir suara tertawanya ke luar dari mulutnya, tapi dengan cepat ia bisa berbalik
pikir. "Biar bagaimana aku tidak boleh mengeluarkan suara,
sebab di luar air terjun terdapat Hek Liong, kalau sampai ia
masuk urusan akan menjadi kalut. Sedangkan anak anak
sudah lama sekali ingin membalas sakit hatinya, biar
bagaimana aku harus membantunya agar soal ini bisa
berjalan dengan lancar." Orang tua ini memegang megang
kepalanya sambil menasehatkan diri sendiri. "Orang tua kau
harus menjaga dengan baik di sini ."
Siapa kira pada saat ini dari balik air terjun kembali
berkelebat sesosok tubuh orang, orang tua ini terbuka lebar
matanya, memandang orang itu, tampak olehnya tubuh
kurus menggelinding turun secara diam diam dari sudut, air
terjun" Agaknya dari sudut itu tidak terdapat tempat untuk
menaruh kaki, sehingga tidak bisa meloncat masuk dengan
baik, sehingga harus berguling gulingan. Dalam waktu
sekejap orang itu tidak bisa berdiri dengan baik, kepalanya
kena tertimpa air terjun secara deras, membuat dirinya
terbawa arus air terus jatuh ke bawah. Orang itu dengan
cepat menusukkan lengannya ke dinding dengan
keras,hebat luar biasa lengannya itu bisa menembus
dinding tebing sehingga tubuhnya diselamatkan. Yang
mengherankan orang tua ini lengan orang ini tidak berjeriji
sama sekali. Sedangkan tubuhnya yang kurus tak ubahnya
seperti rangka tulang terbungkus kulit. Sedangkan matanya
417 berkilat-kilat bersinar. Dengan caranya menancapkan
lengannya ia naik ke atas dan membuntuti Louw Eng. Yauw
Tjian Su semakin heran, karena tidak mengetahui orang ini
siapa, di dunia Kang ouw belum pernah ia menemui orang
semacam ini. Sedangkan lengannya yang tidak berjeriji tapi
bisa menembus didinding yang keras menunjukkan akan


Pahlawan Harapan Karya Tang Fei di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ilmunya yang tinggi dan menempatkan dirinya bukan
kalangan biasa. Semakin berpikir orang tua ini semakin
pusing kepalanya, ia mengeluh dengan perlahan
mengatakan. "Kalau Louw Eng mendapat bantuan orang
semacam ini sukar untuk dihadapi seorang diri. aku harus
mengawasinya terlebih hati hati." Sesudah mengambil
keputusan dengan cepat ia mengikuti dengan cepat tanpa
menimbulkan suara.
Orang itu maju ke muka dengan cepat, tanpa
menghiraukan di belakang ada tidaknya orang mengikuti.
Dilihat dari gerak-geriknya yang sembunyi sembunyi
agaknya ia hanya takut orang dari depan saja. Orang tua ini
semakin bingung dan tidak mengerti pada orng yang tidak
dikenal ini. Sesudah berjalan sebentar segera terlihat Louw
Eng di depan, sedangkan orang yang membuntuti di
belakang tidak mempunyai tempat untuk menyembunyikan
diri karena jalanan di dalam goa sangat kecil dan hanya
cukup untuk menempatkan tubuh seorang saja. Orang itu
tanpa gugup mempercepat jalannya menuju pada orang
yang berada di depannya. Sebaliknya dengan si orang tua
tidak terus maju hanya memberhentikan kakinya sambil
mengawasi mereka. Louw Eng balik badan begitu
mendengar suara kaki di belakang, begitu ia melihat orang
yang datang ini, wajah sepera membayangkan perasaan
takut, ia bengong tidak berderak eperti kesima. Orang itu
berdiri sejauh tiga tindak dari hadapannya tanpa bergerak
gerak, matanya mendelik tapi tidak mengeluarkan sepatah
katapun juga. Dari sinar matanya menunjukkan suatu
perasaan dendam dan benci, sedangkan mukanya dari putih
berubah menjadi merah, dari merah menjadi hijau muda,
menunjukkan perasaan hatinya yang tertusuk hebat dan
sampai di puncak Kegusaran.
418 Dalam waktu sebentar Louw Eng seperti tengah
menghadapi seorang iblis yang bengis, sampai ketenangan
yang terpelihara hilang sebagian, sebagian dari kaki
tangannya menyusul tidak dapat diperintah dengan baik,
semakin orang itu tidaK bertata kata ketakutannya semakin
menjadi jadi. Akhirnya ia memberanikan diri untuk
membuka mulut: "Siapakah kau, orang atau setan. Kalau
setan lekas kau pergi jangan mengganggu aku. nanti aku
membuat sajian untuK menyembayangkan arwahmu! ?"
Orang itu tidak menjawab hanya mengeluarkan suara
"he--- he" dua kali dari dalam kerongkongannya, sedang ke dua lengannya yang tidak berjeriji diangkat dan dirapatkan
satu sama lain sambil digoyang goyangkan ke depan mata
Louw Eng. Saat ini Yauw Tjian Su baru dapat melihat tegas
akan tangannya itu. yang kering seperti terjemur dan
menakutkan. Sesudah digoyang goyangkan lengan itu
ditancapkan kepada dinding goa, sekali ini pukulannya lebih
hebat dari tadi lengan itu ambles ke dalam dinding sedalam
satu kaki. Kemudian dicabut kembali tanpa menderita luka.
Louw Eng terkejut dan mundur setumbak lebih.
Saat ini orang itu baru mengeluarkan suaranya.
"Louw Eng! Tiga bulan lamanya kunantikan kau di Oey
San ini. Tidak berani menunjukKan muka selama itu karena
kau mempunyai banyak pengikut, kini kesabaran ku
membawa hasil untuk berjumpa dengan kau seorang diri.
Keluarkanlah kedua lengan mu untuk menentu an siapa
yaag lebih unggul diantara kita berdua!"
Mendengar orang ini mengeluarkan suara ketenangan
Louw Eng maju banyak, mukanya yang licik segera
mengeluarkan senyumnya yang terkenal menakutkan,
sedangkan kedua matanya tidak henti-hentinya menatap
kepada orang itu, akhirnya ia berkata" Pek Hoo Heng, lama
sudah kau kukenang, beruntung sekali kita berjumpa di sini.
. .." Minang orang ini tidak lain dari Pet Hoo! Demi
didengarnya "Pek Hoo" dua huruf orang tua she Yauw lantas ingat pada penuturan Djie Hay di pulau Bu Beng. yang
419 mengatakan Pek Hoo dihancurkan jari tangannya dan
tenggelam di danau Bu Beng. Tidak kira sampai sekarang ia
masih hidup dan muncul di Oey San secara sembunyi
sembunyi. Suara Louw Eng tadi belum habis tapi sudah kena
dipotong oleh Pek Hoo di tengah jalan. Dengan dingin ia
bersata: "Louw Eng kau jangan banyak bicara lagi. seluruh
ini hatimu sudah kukenal. Kalau kau benar-benar
mengenang akan diriku kuhaturkan terima kasihku di sini..
Tapi sayang sekali HeK Hoo kakakku sudah menjadi tulang
tak berdaging atas dirinya mungkin kau masih mengenang
juga barangkali?"
Sambil bicara matanya mengeluarkan sinar yang merah
berapi. Kita sudah tahu bahwa Pek Hoo adalah seorang
yang bukan main licinnya dan tak Kalah disebelah bawah
Louw Eng. tempo hari terhindar dari kematian segera
mengetahui maksud yang dikandung sang toa ko hanya
menjadikan mereka menjadi anjingnya saja, lain tidak Dari
itu dendamnya semaKin besar, kini Louw Eng ingin
menggoyangkan lidah untuk menipunya lagi, mana bisa" la
sadar Jidahnya yang tidak bertulang ini sudah Kurang
Kemujarabannya, perbuatannya tadi hanya untuk membuat
lawannya tidak bersiaga agar ia bisa mengeluarkan tangan
untuk mematikannya.
Siau Bu siang kembali tertawa secara licik: "Pek Hoo tak
perlu lagi aku banyaK bicara, katakan lekas apa yang kau
kehendaki?"
"Hanya dua macam yang aku mau!"
"Katakan lekas!"
"Ke satu, Hancurkan sepuluh jarimu, untuk
menggantikan kerugian jariku! "
"Boleh! Aku sanggup! Yang kedua?"
"Kedua, bayarlah hutang durah dari kakakku dengan
jiwamu!" baru suaranya habis tubuhnya sudah maju
menerjang menyerong alis mata musuh dengan Kedua
420 lengannya yang tak berjari. Angin pukulannya ini membuat
Louw Eug mundur lagi ke belakang, ia tahu kelihayan lawan
dan tak berani menangkis dengan kekerasan.
Pek Hoo tidak mau melepaskan lawan begitu saja,
tekadnya untuk membalas sakit hati sudah lama disimpan
di dalam hatinya, sejak ia selamat dari Bu Bene To terus
melatih dirinya guna menghadapi hari ini.. Tanpa banyak
komentar lagi, Louw Eng menghunus pedang mustikanya,
mengandalkan ketajaman dari pedangnya ini dihadapi
lawan tanpa gentar lagi, pedangnya diangkat tinggi dan
ditapaskan kepada lawan Pek Hoo tertawa besar sedikitpun
tidak merasa getar, lengan kanannya terangkat naik
menepak pedang, digunakan seperti toya tanpa takut kena
tertabas. Padang itu kena disampok miring, menyusul
lengan kirinya ke luar menghantam tenggorokan lawan.
Sebaliknya Louw Eng merasakan pedangnya itu seperti
mengenai benda yang lunak tidak lunak juga tidak keras,
tidak melukakan juga tidak membuat lawan berdarah'
bukan saja ia menjadi kaget, sedangkan Yauw Tjian Su pun
turut menjadi heran.
Pertarungan kenbali berjalan dengan sengit, segala jurus
dan serangan dari Pek Hoo disertai tekad mengadu jiwa,
kedua lengannya di pergunakan demikian ganas, andai kata
Louw Eng tidak bersenjata sepasang pedang mustika
mungkin sudah tak sanggup menahan serangan nekad yang
membabi buta ini. Beberapa jurus sudah berlalu Louw Eng
sadar lengan musuh sudah terlatih menjadi alot dan kedot
sehingga pedangnya tidak bisa berbuat apa-apa. Dari itu ia
mengubah siasat lain, pedangnya tidak menyerang lengan
lawan melainkan diarahkan kepada bahu lawan, dengan
maksud memutuskannya. Kini sepasang pedangnya dan
sepasang lengan bergumul menjadi satu, sedangkan di
bagian tubuh masing-masing mengeluarkan banyak
lowongan lowongan yang dapat di serang, sayang sekali hal
ini tidak diketahui masing masing sehingga banyak
kesempatan dilalui begitu saja.
421 Jilid 14 Yauw Tjian Su yang memperhatikan perkelahian ini
menjadi malas melihat permainan pedang Louw Eng yang
tidak keruan. Kalau dibanding dengan ilmu berlengan
kosong ia dapat menggolongkan diri sekelas dengan Hoa
San Kie Sau, bahkan ia bisa memperdalamnya kalau tidak
banyak berpikir yang bukan bukan dalam bulan bulan
belakangan ini. Tapi sesudah bersenjata pedang ilmunya
segera menjadi biasa saja. padahal sejak mendapat pedang
mustika itu ia sudah melatih ilmu pedang selama delapan
belas tahun tapi tidak memperoleh kemajuan yang
diharapkan. Kesemua ini disebabkan ia tidak mempelajari
ilmu pedang secara rajin, hatinya selalu mengandalkan
ketajamannya, terkecuali itu sudah menganggap dirinya
lihay sekali. Memang dalam pandangan orang biasa ilmu
pedangnya ini sudah luar biasa sekali tapi untuk mata Yauw
Tjian Su menunjukkan dengan nyata kekurangan
kekurangan yang menyolok sekali dan mudah untuk di
kalahkan. Orang tua ini berpikir: "Aku harus membantu Pek Hoo.
Tangannya meraup pasir sambil memandang terus
perkelahian. Perlahan lahan lengannya itu mencentilkan
butiran butiran pasir yang agak bssar pada kaki tangan Pek
Hoo, secara otomatis kaki itu terangkat naik menendang
pinggang lawan, sat ini memang di bagian pinggang itu
tengah kosong, Louw Eng segera mengegos secepat
mungkin ke sebelah kanan, tapi perutnya sebelah kanan
secara tiba tiba telah kena ditendang lawan. Hal ini terjadi
karena kaki kiri Pek Hoo sudah kena pasirnya Yauw Tjian Su
kembali dan dapat menendang lagi. Dalam Waktu sekejap
saja louw Eug menjadi kalang kabut dan berada di bawah
angin, sehingga pertempuran ini dapat diramalkan siapa
yang menang siapa yang kalah, Ia mencelat mundur sambil
bersiul panjang Suara ini mendatangkan seseorang dan
menjadikan suaiu pertarungan yang jarang terjadi di dunia
Kang ouw pada jamannya ini.
Siulan panjang dari Louw Eng semata mata untuk minta
bantuan pada Hak Liong Lo Kuay. Yauw Tjian Su segera
422 mundur setindak menyembunyikan dirinya waktu
mendengar suara orang masuk melewati tabir air terjun,
matanya terbuka lebur dengan waspada untuk melihat
sesuatu keadaan. Sedangkan hatinya diam diam merasa
kuatir jjga, pikirnya kalau dua orang ini yang masuk untuk
menangkap ibu Tjiu Piau sekalian anak muda belum tentu
dapat menandinginya,
Hek Liong terdiam sesaat menatap Pek Hoo, sebaliknya
dengan Louw Eng semangatnya menjadi terbangun, ia
berseru girang: "Su siok orang ini berilmu luar biasa
sebaiknya berhati hati!" Tengah ia bicara serangan lawan
kembali sudah datang dan mendesaknya mundur.
Pada umumnya ilmu silat mempunyai jurus menyerang
dan bertahan, tapi ilmu Pek Hoo lain dari yang lain melulu
menyerang dan tidak menghiraukan penjagaan diri.
Loaw Eng tidak berani sembarangan merangsak musuh
iya yang sudah nekad dan bertekad untuk mengadu jiwa. ia
tak sudi mati bersama sama, karena hatinya masih ingin
hidup terus untuk menikmati keindahan dunia! Tak heran
kalau semakin lama kedudukannya semakin berada di
bawah angin lebih lebih sesudah Pek Hoo mendapat
bantuan dari Yauw Tjian Su dapat dikatakan perlawanannya
sudah patah sama sekali.
Sesudah Hek Liong memperhatikan pertarungan mereka
sebanyak lima enam jurus segera mengetahui ilmu yang
digunakan sirase, yakni mengambil dan mengumpulkan
ilmu serangan dari berbagai golongan cabang ilmu silat.
Serangan lengannya serabutan dan lihay sekali, tapi
kakinya tidak selihay tangan. Kesalahan dan kekurangannya
masih baryak sekali sehingga ilmunya ini belum dapat
dikatakan sempurna.
"Louw Eng," kata LoKuay, "mau ditangkap hidup atau mati?"
Louw Eng berpikir, bahwa Pek Hoo sudah tidak ada
gunanya untuk dirinya. Dari itu ia berkata: "Aku tidak ingin ia hidup!"
423 'Baik, tunggu kuhajar! Selanjutnya kau yang
membereskan!"
Pek Hoo tidak menghiraukan tanya jawab antara mereka,
seluruh perhatiannya berpusat menyerang lawan. Kedua
pedang Louw Eng terangkat berbareng masing masing
menyerang ke dua bahu musuhnya dengan maksud
memapasnya ke atas membuat pangkal lengan lawan
menjadi putus. Pek Hoo sedikitpun tidak merasa gentar,
kedua lengannya terangkat merupakan huruf X sedangkan
kakinya ditekuk dengan ilmu Han Kee Po ( langkah ayam
kedinginan ) menantikan pedang. Begitu serangan sampai
lengannya terbentang ke kiri dan kanan mengebas pedang
dengan lengannya yang luar biasa alot, sedangkan
kepalanya di tekuk menyeruduk ke dada lawan. Louw Eng
ingin menangkis serangan tapi batal, ia balik pikir hal ini
bukan main-main, kalau dada itu kena kepala musuh yang
keras seperti besi apakah jiwanya masih bisa hidup" Celaka!
Tubuhnya segera dimelaikan ke belakang. Tak kira ia dapat
mempelajari ilmu menekuk tulang dari Lo Kuay dengan
baik. Tapi dengan berbuat begitu pinggangnya menjadi
kosong tak ada penjagaan, sedangkan Pek Hoo menyeruduk
dengan setakar tenaga, kini menubruk angin kosong
sehingga tubuhnya tidak sempat dikuasai lagi terus
menggemblok di perut lawan. Saat ini Low Eng bukan main
tenangnya, tenaga dalamnya dikumpulkan di atas perutnya
dan menolak tubuh lawan, tak ampun lagi musuhnya kena
dibikin terpental sejauh satu tumbak lebih. Louw Eng tidak
menduga bahwa kepandaiannya demikian lihay! Sebaliknya
dengan Yauw Tjian Su sudah melihat dengan tegas apa
yang terjadi di situ. Pek Hoo bisa terpental karena lengan Lo
Kuay sudah maju dan meraba pinggang Louw Eng untuk
meminjamkan tenaganya. Kalau tidak paling paling Louw
Eng hanya bisa membuat lawan jungkir balik saja.
Pek Hoo menggeliat di atas udara, matanya tidak


Pahlawan Harapan Karya Tang Fei di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencari tempat untuk hinggap melainkan menatap terus
pada musuhnya. Tubuhnya dengan cepat jatuh di samping
lawan sambil membarengi menyerang dengan tiga pukulan
ampuhnya. Louw Eng mengegoskan kepalanya
424 menghindarkan pukulan pertama. Malang baginya pukulan
ke dua sudah bersarung di bahu kanannya menyusul
dengan serangan musuh yang ke tiga yang telah mengenai
pinggangnya, tanpa dapat dicegah.
Louw Eng merasakan tubuhnya kaku tidak sakit tidak
gatal. Hatinya berpikir: "Wah. Celaka! Pukulan dari rase ini dapat menembus dinding batu, sekali ini mungkin tulang
tulangku sudah menjadi hancur berantakan?" Tengah ia
termenung tiba tiba punggungnya dirasakan panas sekali
seperti api, kemudian hawa panas ini seperti suatu gaya
tekan dari telapak tangan orang. Ia sadar dengan segera
bahwa Lo Kuay sudah berada di samping tubuhnya dan
membantunya. Dengan begini ia sendiri terhindar dari luka
yang hebat" Tangannya cepat-cepat meraba dengan keras
di tempat kena pukulan, benar saja tidak apa apa,
karenanya ia menjadi tenang. Sebenarnya apa yang
terjadi". Waktu kedua tangan Pek Hoo bersarang di tubuh
lawannya, Hek Liong Lo Kuay sudah berada di punggung
Louw Eng sambil menempelkan lengannya mengeluarkan
tenaga yang tembus dari punggung keponakan muridnya
menyambut serangan Pek Hoo. Ilmunya lebih tinggi
beberapa lipat dari Pek Hoo. tak heran kalau pukulan si rase
kena dipecahkan secara mudah dan tidak dapat melukakan
Louw Eng. Saat ini Lo Kuay tertawa dengan nyaring: "Apakah kau
kaget" Tenanglah tidak apa-apa. Lekaslah kau mundur agar
kudapat menghajarnya secara leluasa!" Baru habs ia bicara
kembali terdengar suara 'pung . . . pung' di bawah tebing.
Entah bagaimana Lo Kuav sudah membuat Pek Hoo jatuh ke
bawah, untuk menolong dirinya sang rase menancapkan
kedua lengannya silih berganti di dinding tebing sehingga
menimbulkan suara yang seperti di atas. Lo Kuay cukup
berpengalaman dan tahu bahwa rase ini mempunyai ilmu
untuk naik kembali, dari itu dinantikannya lawan naik,
kemudian sambil mencelat ke belakang sejauh satu
tumbak. Pek Hoo berdiri dengan tenang, sedangkan Lo
Kuay memainkan tangannya seperti orang menari, gayanya
sungguh mengherankan dan aneh sekali sesudah itu dari
425 jarak satu tumbak ini ia melepaskan pukulannya. Mau San
Pek Hao sudah lama mendengar nama besar dari Hak Liong
Lo Kuay, tapi sebegitu jauh belum pernah San melihat Lo
Kuay beberapa kali, terkecuali itu ia melihat Lojw Eng dan
lain lain orang berilmu sangat menghormat pada Lo Kuay,
tersebab hal ini hatinya mempunyai rasa segan dan takut.
Siat ini secara kebetulan ia harus menghadapi orang yang
ditakuti, sehingga batinnya tidak tenang dan goncang
tertindih sesuatu tenaga gaib yang tidak terlihat mata. Kini
LoKuay menggerakkan kaki tangannya mengeluarkan
semacam tarian yang luar biasa anehnya dari jarak satu
tumbak lebih, sehingga Pek Hoo merasa takut. Ingin
matanya tidak melihat, aneh sekali matanya tidak dengar
kata terus saja melihatnya. Lo Kuay mengangkat lengannya
menunjuk ke langit. Pek Hoo pun mengangkat lengannya
menunjuk ke langit. Lo Kuay membuat suatu lingkaran
bulat di muka dadanya dengan kedua lengannya kemudian
diiringi suara"cit"cit" lengannya terpecah menunjuk
kekanan dan ke Kiri, hal ini membuat, lawannya tidak
keruan rasa dan hilang semangat.
Selanjutnya Lo Kuay mencengkeramkan, kedua
lengannya ke dalam udara, cengkeraman ini demikian
hebatnya dan ganas sampai Pek Hoo terkejut dibuatnya dan
merasakan hatinya seperti kena dicengkeram lawan.
Semakin lama cengkeramannya itu dari Lo Kuay semakin
keras dan dipusatkan di tengah tengah dada, kemudian
dibuka telapak tangannya ke arah langit sambil di gerak
gerakkan ke atas ke bawah seperti memainkan sebutir
mutiara yang bulat, selanjutnya diangkatnya tinggi tinggi
dan di dekatkan kepada alisnya kedua lengan itu perlahan
lahan dibukanya.
Akibat dari kelakuannya yang luar biasa ini membuat
kedua mata Pek Hoo kena gaya tarik lawan, begitu
sepasang mata bentrok lagi, ia tidak dapat bergerak. Dalam
jiwanya ia merasakan bahwa mata dari Lo Kuay tidak
ubahnya seperti iblis yang jahat tengah mengeluarkan jimat
untuk menangkapnya. Perlahan lahan ia merasakan sekujur
badannya melayang layang dan gelisah..
426 "Lihat! Pukulan!'* seru Lo Kuay secara tiba tiba seperti
geledek membelah bumi kerasnya, sedangkan lengannya
terangkat naik dan dilepaskan. Pek Hoo merasakan dan
melihat dari tengah-tengah alis muSuh mendatang pukulan
terbang dengan ganas menuju kepadanya, Walaupun
jaraknya sejauh Satu tumbak rasanya cukup keras sekali.
Dalam gugupnya sang tubuh bergoyang goyang sebanyak
beberapa kali dan tidak dapat berdiri dengan baik, ia
terjengkarg kebelakang seperti benar benar kena pukulan
yang keras. Begitu Pek Hoo jatuh ke belakang segera disambut oleh
Louw Eng dengan dua tabasan sepasang pedang
mustikanya. Kasihan sekali akan nasib sirase putih, mentah
mentah kedua pangkal lengannya kena ditabas putus dalam
keadaan lupa ingat! Dengan tenaga yang terakhir Pek H30
menyeruduk lawannya sambil membentak: "Louw Eng!
marilah kita sama sama menghadap pada Giam Lo Ong!"
Tapi maksudnya mana bisa tecapai karena Louw Eng siang
siang sudah siap sedia, begitu serudukan maut datang ia
mengegos ke kiri sambil membalas menyerang Pek Hoo tak
dapat berbuat apa apa, tubuhnya menggelinding ke bawah
gunug berbenturan dengan batu cadas yang tajam dan
menemui ajal secara penasaran.
"Cek. . . kek," Lo Kuay tertawa secara puas sekali.
"Terima kasih banyak atas bantuan Su siok. ilmu Pek
Kong Keng yang berhasil menamatkan riwayat Pek Hoo
sungguh luar biasa," kata Louw Eng sambil membungkuk-
kan badannya. ''Wah, sungguh Pek Kong Keng (ilmu memukul udara
kosong) yang lihay sekali! Hemmm Pek Kong Keng! Ilmu
untuk menipu oiang melulu!" Suara ini terdengar secara
mendadak dan bernada menghina. Lo Kuay segera
menoleh, tampak olehnya seorang tua dengan wajah yang
tidak menakutkan sama sekali, Yatw Tjian Su.
Lo Kuay dan Louw Eag menjidi kaget sekali. Mereka tidak
memikir barang sedikit bahwa orang tua ini bisa
membaiboknya di sini, ia menduga bahwa orang tua ini
427 dapat mengikuti masuk ke dalam goa tanpa dirasa tentu
ilmunya jauh melebihinya !
"Lo Yauw Tauw apakah kau datang untuk merasakan
ilmu Pek Kong Keng?"
"Betul, ke luarkanlah sekarang juga ilmu itu, kalau dapat
membuat sehelai dari bulu romaku tergoyang sudah berarti
kau menang, aku segera turun dari Oey San untuk selama
lamanya" Lo Kuay menjadi naik darah dan gusar, peitama Lo Yauw
Tauw dapat membuntutinya tanpa diketahui sehingga ia
membuang muka dan malu di hadapan keponakan
muridnya, kedua karena merasa dihina, sehingga hatinya
ingin mengeluarkan ilmu andalannya yang terahasia dan
dapat menjagoi yakni Pek Kong Keng.
"Lo Yauw Tauw. kau jangan menyesal! Sekali lenganku
terangkat jiwamu pasti berada di akhirat, sehingga aku
harus menyembahyangkan arwahmu pada tahun depan
pada waktu yang sama!" Kata kata baru selesai diucapkan,
kaki tangannya sudah mulai mengeluarkan tartan aneh,
tarian ini berlainannya sewaktu ia menghadapi Pek Hoo,
gerak geriknya lebih cepat dan lebih banyak perubahan dari
pada yang sudah. Akhirnya tariannya ini berubah menjadi
cepat, lincah, perlahan, lambat seperti mengikuti nada
irama tari. Hal yang aneh, Louw Eng yang melihati terus
turut menari nari seperti kesurupan tanpa sadarkan diri.
Gerak gerik dari Lo Kuay semakin lama semakin
menggila dan menjadi tegang. Sebaliknya dengan Lo Yauw
Tauw tidak merasakan sesuatu apa apa matanya kedap-
kedip sambil menatapnya tanpa bergerak gerak. Tiba tiba
Lo Kuay menggerang keras sambil mendorong kedua
telapak tangannya mengeluarkan jurus Pek Kong Keng.
Dorongan ini mengeluarkan tenaga yang luar biasa sekali
sampai Louw Eng yang bertda di belakangnya merasakan
tertekan tapi gaya pukulannya ini tidak membuat bergerak
barang sedikit pada musuhnya.
"Ha, ilmu macam apa ini! Lihatlah sampai ujung bajuku
428 tidak bergerak barang sedikit," ejek Yauw Tjian Su sambil
tersenyum senyum.
"Lo Yauw Tauw kalau kau benar benar lihay terimalah
sekali lagi Pek Kong Keng!" bentak Lo Huay penasaran.
"Jangankan sekali, seberapa kau suka tidak halangan!"
Tanpa banyak ribut lagi, Lo Kuay kemak kemik 'nana
nimh' entah menyanyikan lagu apa. Nada suaranya ini
bukan main anehnya, membuat si pendengar menjadi
hilang pikiran dan merasa mabuk. Menyusul kaki tangannya
menari lagi dengan lambat sekali.. Lengan kanannya
menjurus pada musuhnya dengan perlahan dengan tenaga
yang keras. "Ha ha ha," Lo Yauw tertawa, "kau sedang berbuat apa"
Persetan!" tangannya mengeluarkan .jari telunjuk menunjuk
pada dada musuh sambil berkata: "Kaupun harus
merasakan ilmu Tauw Kong Tjie (ilmu jeriji menembus
udara kosong) ini!"
Lo Kuay mengeluarkan tangan secara, lambat tapi berat,
sebaliknya dengan musuhnya mengeluarkan tangan secara
ringan tapi, cepat. Dengan sebuah jeriji yang cepat ini,
cukup membuat Lo Kuay merasa terkejut dan melompat ke
belakang sambil melindungi, dadanya dengan gugup. Kedua
matanya, mengawasi musuh, ia- tidak mengira bahwa
lawannya ini mempunyai ilmu hitam yang, luar biasa
lihaynya, di balik hatinya yang ragu ragu atas perkiraannya
iapun merasa kaget.
Dalam dunia persilatan sangat terkenal sekali ilmu Pek
Kong Keng yang dipertujukkan Lo Kuay tadi, ilmu ini dapat
memukul orang dari jarak satu tumbak lebih, buktinya Pek
Hoo dapat memukul jatuh seperti yang sudah kita ketahui.
Tapi ilmu ini sebenarnya benar benar begitukah" Ya
memang ada, tapi bukan disebabkan ilmu pukulannya benar
benar dapat memukul udara kosong dan menjatuhkan
orang. Yang sebenarnya adalah ilmu hipnotis yang di
katakan orang jaman sekarang.
Kalau kita sangat menghormat dan menyegani seseorang
429 yang berilmu tinggi tambahan orang itu mempunyai ilmu
hipnotis yang lihav dengan sendirinya mudah sekali
dipengaruhinya. segala perintahnya segera di turut,
sebaliknya kalau orang yang di hipnotis berilmu tinggi dan
tidak menakutinya, ilmu ini tak bisa berbuat apa apa!
Demikianlah Yauw Tjiau Su yang mempunyai ilmu dan
pengetahuan luas sudah mengetahui ilmu dari lawannya
yang disebut Pek Kong Keng adalah kosong belaka, segera
dirinya tidak kena dipengaruhi musuh sebaliknya jerijinya
yang dikeluarkan secara memain menghasilkan
kemenangan yang di luar dugaannya sendiri! Kenapa hal ini
bisa terjadi" Kiranya pengertian orang zaman dahulu
terhadap ilmu hipnotis tidak seperi orang jaman sekarang,
mereka hanya mempelajari turun temurun, bagaimana
menggunakannya dan bagaimana mendapat hasilnya. Lo
Koay adalah salah seorang yang percaya betul adanya ilmu
Pek Kong Keng, terkecuali itu ilmunya ini belum pernah
gagal, sehingga menjadi andalannya betul.
Terkecuali dari itu ia tidak mengerti bahwa orang orang
yang kena dikalahkan oleh ilmunya sebenarnya dikarenakan
ilmunya yang memang sudah tinggi dan kedudukannya di
dunia persilatan sangat disegani orang, sehingga yang
menghadapinya belum belum sudah merasa takut. Tak
heran setiap ia mengeluarkan Pek Kong Keng selalu berhasil
dengan gemilang. Demikian pula dengan Pek Hoo barusan
tidaK. terkecuali, yakni mengantarkan jiwanya di bawah
telapak tangan kosong belaka.
Tapi ilmunya ini sama sekali tidak manjur dan
bermanfaat sama sekali terhadap Yauw Tjian Si, karena
lawannya ini berkepandaian dan berkedudukan tidak berada
di sebelah bawahnya serta tidak merasa jeri pada dirinya.
Tak heran tabasan dari ilmu Pek Kong Kengnya tidak
membawa hasil yang diinginkan. Bahkan lawannya masih
berkesempatan untuk membalas menyerang dengan jarinya
secara bergurau!
Saat itu pikiran Lo Kuay tengah dicurahkan betul, tiba -
tiba dikejutkan oleh jari lawan sehingga perhatiannya
430 buyar, berikutnya dadanya merasa sakit, dengan cepat
lengannya membekap dada dan mundur beberapa tindak ke
belakang. Louw Eng yang berada di samping lebih lebih
merasa terkejut, karena sejak ia hidup belum pernah
melihat Lo Kuay kalah di tangan lawan, tapi sekarang
dengan mata kepalanya sendiri harus melihat paman
gurunya ini kena di bikin mundur beberapa tindak dengan
sebuah jeriji saja secara mengecewakan. Ia lekas-lekas
maju ke muka untuk menayang paman gurunya.
Begitu kena dipayang orang Lo Kuay segera sadar secara
tiba-tiba, pikirnya aku mana boleh kalah di depan muka
segala bangsa boan-pwee! Lengannya digebaskan, kakinya
melangkah maju, dengan gusar ia membentak: "Lo Yauw
Tauw jalan hidup atau pintu kematian!"
"Jalan hidup bagaimana" Pintu mati bagaimana?" tanya
Yauw Tjian Su secara tenang.
"Kalau mau hidup boleh kuantarkan kau turun gunung,
mengenai alasannya jangan kau tanya! Kalau mau mati.


Pahlawan Harapan Karya Tang Fei di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mari kita cari suatu tempat yang baik. untuk menentukan
siapa yang lebih unggul diantara kita ! Sebaliknya kau harus
pikir bahwa kita ini sudah tua sekali, dari itu kunasehatkan
kepadamu untuk apa masih berangasan seperti anak muda,
marilah kuantarkan kau turun gunung dan hilangkanlah dan
lupakanlah segala kejadian yang sudah sudah sebagai
impian saja!"
Mendengar ini Yiuw Tjian Su menjadi geli di dalam
hatinya, karena ia sudah mengetahui benar perhitungan
lawan, kesatu memancingnya turun gunung, agar Louw Eng
dapat membereskan kawan kawannya di atas gunung,
kedua lawan ingin menipunya turun gunung, karena di luar
goa banyak kawan kawannya andaikata terjadi pertarungan
pasti dirinya ak"n dikeroyok dan berada di bawah angin.
Dari itu mana mau ia mendengari pendapat lawan, kareaa
ia pun mempunyai perhitungan sendiri, yakni dengan
menunjuki diri ia bermaksud melihat Lo Kuay jangan
sampai dapat masuK dan membantu Louw Eng. Terkecuali
itu ia pua tidak mau berkelahi di tempat lain, takut
431 mendatangkan musuh musuh yang lain sehingga
rencananya gagal, Sesudah perhitungannya dipikir secara
masak masak segera ia berkata. "Lo Kuay! Aku tidak mau
mengambil jalan hidup juga tidak mau mengambil pintu
sorga, pokoknya aku mau diam di sini untuk menemani kau
main-main, katakanlah permainan apa yang kau kehendaki
aku siap melayaninya!"
"Lo Yauw Tauw aku tahu kau ingin bertarung denganku!
Begitupun baik, karena pada jaman ini hanya kaulah yang
dapat menandingi aku, kesempatan yang begini baik tentu
saja tak mau kulepaskan begitu saja. Marilah dan mulailah
dengan serangan mu!"
"Ya, aku tak sungkan lagi. terimalah seranganku ini!"
seru Yauw Tjian Su sambil mencelat dengan gesitnya,
hanya dua langkah tubuhnya sudah berada di depan Lo
Kuay, lengannya terjulur ke luar mengeluarkan ilmu
pukulan Kam Kun Tjiang (pukulan langit dan bumi) yang
luar biasa ganas, dan telengas. dalam waktu dalam setarik
an napas saja orang tua she Yauw ini sudah mengeluarkan
jurus jurus Tiat Be Siang Kauw (kuda besi dengan sepasang
gaetan.) Tjuan Hoa Siauw Houw (menyunting bunga mencekik
tenggorokan) Hek Houw Siang Sim (harimau hitam melukai
hati) Mang Tjua Touw Tjian ( ular berbisa menyemburkan
racun). Lee Hie Kauw Sauw (ikan gabus memainkan sungut
) Huy Tiong Po Guat (merangkul bulan ke dalam dada dan
lain lain, Louw Eng mengenal bahwa pukulan ini adalah ilmu
Bu Tong yang di sebut Pak Kwa Tjiang. Sebenarnya ilmu ini
adalah biasa dan tidak aneh sama sekali, tapi terlihatnya
lain dengan ilmu yang biasa dipergunakan orang. Karena
Yauw Tjian Su mempergunakan dan mengeluarkan ilmunya
ini secara kilat, demikian juga dengsn Lo Kuay menghalau
serangan serangan ini dengan cepat pula. Gelombang
pukulan ini terdiri dari lima enam puluh jurus, kalau orang
yang berkepandaian biasa menggunakan waktu
sepemasang hio baru dapat untuk memainkan habis jurus-
432 jurus ini, tapi orang tua ini dapat menyelesaikan hanya
dalam sekejap mata.
Begitu Yauw Tjian Si selesai menggunakan ilmu Bu Tong
Kam Kun Pat Kwa Tjiang segera berkata: "Kau lihay juga
sehingga tidak kena kuserang, kini giliranmu untuk
menyerangku, mulailah!"
Lo Kuay tidak banyak mulut lagi segera menyerang
dengan ilmu Pee Bwee Kun (pukulan seratus bunga Bwee)
ilmu ini pun sangat biasa dan dikenal Lou Eng dengan baik.
Lo Kuay mengeluarkan jurus ini cepat dan lihay seperti
lawannya sehingga membuat mata yang menonton menjadi
berkunang kunang. Yauw Tjian Su menolak dan menangkis
setiap serangan dengan cepat tanpa ragu ragu. dalam
sekejap saja ilmu ini selesai dipergunakan tanpa berhasil.
Sehingga keadaan masih tetap sama kuat.
"Kini giliranku kembali, Lo Kuay apakah kau kenal
dengan ilmu ini!" seru Yauw Tjian Seu sambil mengeluarkan
lengan seperti Kilat cepatnya, akan ilmunya yang
dikeluarkan ini Louw Eng mengenal pula yakni pukulan dari
Go Bie Pay yang diciptakan oleh Go Sian Ho Siang dengan
nama Sauw In Hui Hong Kun (menyapu awan mengebut
angin). Sekali ini kedua belah pihak mergeluarkan lengan
terlebih cepat dari tadi, sehingga Louw Eng tidak dapat
melihat dengan tegas perubahan jurus ke jurus lain. ilmu ini
kembali selesai digunakan dalam sepeminum air, sedangkan
jalan pertandingan masih tetap berimbang.
Pertarungan ini tidak ubahnya seperti dua ahli catur
sedang bertanding, masing masing menggunakan bukan
biasa, masing-masing tahu bagaimana harus berjalan kalau
musuh menggunakan langkah yang mana hal ini dapat
dilakukan mereka tanpa banyak pikir lagi dan akhirnya
kedudukan masih tetap berimbang. Sebenarnya dalam
langkah-langkah yang demikian banyak ini bertalian benar
dengan kalah menangnya pertandingan asal saja salah
seorang melakukan langkah yang salah. Tapi sebegitu jauh
kedua orang ini tidak melakukan kesalahan kesalahan kalau
tidak pasti salah seorang di antara mereka sudah sekarat
433 beberapa kali! Lo Kuay mendapat giliran untuk mengeluarkan ilmu Kuan
Tang Hek Houw Kang (ilmu pukulan harimau hitam dari
daerah Kuan Tang), ilmu ini tidak berapa terkenal untuk
orang yang berdiam di Tiong Goan, tapi Lo Kuay dapat
memainkannya sangat lihay dan mahir sekali, karena
dirinya ini sudah lama tinggal di luar Tembok Raksasa.
Walaupun bagaimana Yauw Tjian Su adalah seorang Lo tjian
pwee yang berilmu tinggi dan berpengalaman luas, dengan
mudah serangan serangan lawan dapat dipatahkan.
Pertarungan terus berlangsung dengan hebat, dalam
waktu yang singkat kembali empat macam ilmu selesai
dipergunakan, yakni ilmu ilmu Hui Eng Sie Tjap Kauw
Djiauw (elang terbang dengan empat puluh sembilan
kukunya). Ngo Tok Kun (lima pukulan beracun) Tjit Tjee Sin
Kun (pukulan tujuh dewa sakti). Bu Tiong Pee Tjua Kun
(pukulan seratus ular tanpa berbekas). Gerak pukulan satu
sama lain semakin ganas dan aneh. sewaktu waktu menjadi
lambat sekali, sampai ada gerakan yang di hentikan
setengah jalan, karena masing masing diam tidak bergerak,
hal ini terjadi disebabkan salah satu dari mereka harus
berpikir dahulu untuk memunahkan ilmu lawan, dalam
waktu yang singkat tidak berani sembarangan bergerak,
takut kalau salah bisa menamatkan riwayat sendiri.
Sesudah menunggu lawan dapat berpikir untuk menjaga
baru pertarungan yang pakai setap setap dan istirahat
mengakibatkan tubuh mereka makin merapat satu sama
lain. Kecuali itu mereka sudah berusia lanjut, pertarungan
ini meletihkan juga, tak heran kedua-duanya bermandikan
peluh! Semakin bertarung hati Yauw Tjan Su semakin cemas, ia
berpikir: "Kalau pertarungan ini berlangsung Lama lama.
bisa bisa kawan kawan mereka datang semua, kalau terjadi
semacam begitu bukankah aku mengapirkan urusan?" la
sadar pemuda pemuda yang berada di dalam semua terdiri
dari manusia berbakat baik dan dapat dibanggakan, tapi
ilmu kepandaiannya masih belum sampai di puncak
kesempurnaan, pokoknya belum bisa melayani musuh
434 musuh yang jumlah dan kepandaiannya melebihi mereka
Oang tua ini menggigit gigit bibirnya sendiri dan
menetapkan pendiriannya sambil berkata pada dirinya
sendiri: "Orang tua, orang tua kau harus tahu anak anak
muda itu dapat membalas hatinya dan dapat turun gunung
dengan selamat semua mengandal dari bantuanmu, ke
luarkanlah keahlianmu! Ilmu ciptaannya yang bernama Tjiu
Pouw Kie Gie Tjiang sudah sampai pada saatnya untuk
dikeluarkan!"
Adapun Tjit Pouw Kie Ge Tjiang diambil dari arti Seng
Djin Kie Gie yang berarti kebajikan menjadikan kemuliaan.
Sesudah orang tua ini bertekad bulat untuk mengadu
tawanya, sebaliknya yang menjadi lawan sudah meneambil
ketetapan untuk mengeluarkan keahliannya yang bernama
Hek Liong TjaoSh Piau (Waga hitam tiga belas kali berubah)
guna mengadu jiwa. Dapat dikatakan mereka mengambil
keputusan ini dalam waktu yang bersamaan. Pada waktu
yang menentukan kalah menang ini kedua duanya tidak
sungkan sungkan lagi, masing-masing mengempos
semangatnya, empat mata saling tatap berkilat kilat
menyapu wajah lawannya, dari gerak matanya yang
demikian menakutkan sudah menggambarkan pertarungan
yang sengit. Tanpa terasa lagi suasana berubah secara
mendadak menjadi demikian tegang, mereka belum
menggerakkan tangan tapi sudah merasakan terlebih
dahulu ancaman dari kematian, sampaipun Louw Eng yang
berada di samping tertegun tidak berani sembarangan
bergerak! Lo Kuay mulai melangkah setindak. Yauw Tjian Su pun
maju setindak Setiap tindak ini demikian berat dan lambat,
agaknya setengah langkah dari kaki mereka berarti
setengah langkah mendekati kematian, tipi sebenarnya
memang demikian adanya. Kalau jago jago kelas berat
bertanding, sedikitpun "tidak boleh salah bertindak, jarak
jauh dan dekat sama pula artinya untuk menurunkan
tangan berat dan ringan, karena hal ini membuat mereka
berlaku hati hati sekali.
Mereka sudah semakin dekat satu dengan yang lain, kini
435 kedua duanya melangkahkan kaki kanannya secara
berbareng, sehingga menjadikan kedudukan mereka
menjadi sejajar di garis lurus, antara mereka tinggal dua
langkah lagi jaraknya. Kalau salah satu melangkah lagi atau
berbareng melangkah, kedua belah pihak sudah boleh
mengeluarkan pukulan pukulan dahsyat yang mematikan.
Tiba tiba secara mendadak Lo Kuay maju melangkah sambil
menurunkan tangan terlebih dahulu. mencakar dan
mencengkeram dada lawannya.
Kedua lenganrya ini dikeluarkan secara kilat, bahkan
mengeluarkan buryi 'krek... krek" yang lebih mengherankan
lengannya itu terjulur terlebih panjang dari biasa sesudah
mengeluarkan bunyi yang aneh tadi. Terkecuali dari itu
dada dan punggungnya dikerutkan menjadi satu dan sukar
dibedakan yang mana dada dan mana punggung, mungkin
juga tulangnya bergerak dan bertukaran tempat. Jurus yang
lihay ini bernama Hek Liong Tan Djiauw ( naga hitam
mengeluarkan cakarnya untuk mengetahui keadaan ), kalau
diperhatikan geraknya ini tak ubahnya seperti lengan setan
ke luar dari mega hitam mencabut nyawa. Kalau orang
biasa pasti dadanya akan berlubang sepuluh dibuatnya dan
patah oleh lengan Lo Kuay yang keras.
Serangan dari Lo Koay mengarah bagian tubuh dari
lawan, berbareng dengan serangan Lo Kuay secara tiba tiba
tadi, Yauw Tjian Su pun tidak tinggal diam, tubuhnya secara
mendadak dipendekkan, kedua lengannya direntangkan
sambil menindak setengah langkah dan menempatkan
dirinya di tengah tengah dadanya musuh yang melengkung
seperti gendewa itu. sedangkan lengannya segera
dirapatkan dan menyerang lutut kaki lawan. Pikirlah! Orang
berilmu semacam Yauw Tjian Su ini pukulannya tak
ubahnya seperti gada besi kerasnya dan tajam seperti keris
pusaka, kalau tepakannya berhasil baik, pasti tulang tulang
kaki dari Lo Kuay akan hancur luluh berkeping keping!
Jurus dari kedua belan pihak ini mengandung daya
kekuatan tersendiri, serangan Lo Kuay mengarah bagian
berbahaya dari musuh, sebaliknya Yauw Tjian Su hanya
menyerang bagian lutut dari lawannya, walaupun ganas tapi
436 tidak sampai menewaskan lawan. Lo Kuay seolah olah
merapung rapung waktu menggunakan ilmunya, sedangkan
lawannya tetap mantap tidak bergerak, sambil melindungi
dirinya. Kebaikan dari memantapkan diri terlebih dahulu
banyak sekali, ke satu dapat melindungi diri dan dapat
menyerang musuh kemudian. Tak heran kalau serangan Lo
Kuay yang luar biasa ini ke luar, musuh sudah menetapkan
darinya sambil merendahkan dirinya dan melindungi dirinya
dengan kedua belah lengannya, bahkan masih
berkesempatan memberikan serangan yang ganas kelutut
lawan. Lo Kuay tidak dapat berbuat apa dengan
serangannya, bahkan kena diserang.Tanpa banyak ribut lagi
tubuhnya yang seperti gendewa cekungnya digeliatkan
Kebelakang sambil berputar untuk mengangkat kakinya dari
serangan, untuk menyiapkan serangan yang kedua yang
bernama Hek Liong Pay Wie (naga hitam menggoyangkan
ekor). Yauw Tjian Su bukan anak kemarin duiu, begitu melihat
musuh menggeliat ke belakang segera mengubah tujuan
lengannya, ia tidak menyerang lutut lawan, sebaliknya
tubuhnya yang dipendekkan segera bangun tegak menjorok
ke muka. Lengannya tidak tinggal diam dengan cepat Tan
Hong liauw Yang (cendrawasih tunggal menghadap pada
batara surya ) ke luar, lengan kanannya melindungi tubuh
sedangkan lengan kirinya dari pinggang terjulur ke luar
secara mendadak, dan cepat, serta dilengkapi dua jerujinya
menotok bagian perut musuh. GeraK langkahnya yang
cepat ini semata mata diambil untuk melumpuhkan
seterunya yang selalu ingin mendahuluinya bergerak.
Ilmu dari Yauw Tjian Su yang bernama Tjit Pouw Kie Gie
Tjiang sungguh luar biasa sekali, mengegos menyerang
secara mantap, kecepatannya bertambah setindak demi
setindak. Langkah pertama yang di ke luarkan bernama It
Pouw Kim Sin Sian (selangkah mencandak dewi) cukup
berhasil mengekang dan mengunci musuh, berikutnya
langkah kedua bernama Djie Pouw Po Tan Tian (langkah
kedua menghancurkan pusar) ganas dan lihay menyerang


Pahlawan Harapan Karya Tang Fei di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagian berbahaya dari musuhnya. Andai kata serangannya
437 ini tidak berhasil, dirinya tetap berada di atas angin, dan
boleh melanjutkan serangan langkah ketiga menghancam
pinggang dan langkah keempat menyerang dada musuh,
langkah kelima menyerang kerongkongan. langkah keenam
mencolok mata. langkah ketujuh membelah kepala lawan.
Serangannya ini dapat dilancarkan menurut tata tertib yang
sudah diatur baik.
Kalau jurus yang satu tidak membawa hasil, segera
dapat diubah secara cermat dan selalu berada di pihak
menyerang, sehingga kedudukan musuh dari aias ke bawah
kena dikuasai, karenanya setiap selesai satu jurus, pihak
musuh kena dibuat kehilangan satu angka kebebasan
bergerak, Kalau musuh yang kurang pandai dan belum
sempurna ilmunya pasti tidak dapat bertahan sampai
langkah ke tujuh dari ilmunya ini, sedangkan yang berilmu
sudah sempurna sukar untuk meloloskan dirinya dari salah
satu pukulannya ini. Inilah Ilmu Tujuh Langkah Mengambil
Kebajikan) yang menempatkan penciptanya di tempat yang
menguntungkan. Sebaliknya ilmu Lo Kuay yang bernama
(Naga Hitam Tiga Belas Kali Berubah ganas dan kejam,
setiap jurusnya cukup dan dapat membinasakan lawan. Asal
saja lawannya berkepandaian di sebelah bawahnya sedikit
saja. pasti dalam dua jurus sudah hancur luluh dibuatnya!
Sayangnya ilmunya ini depan dan belakang tidak terlalu
bekerja erat, lain dengan ilmu lawannya yang demikian
mantap dan membuat musuh sukar bernapas.
Saat tadi dua jeriji Yauw Tjian Su tengah menghantam
ke perut lawan dan menang cepat, walaupun demikian Lo
Kuay bukan manusia golongan biasa, tulang - tulang yang
berada di tubuhnya sudah terlatih demikian sempurna dan
dapat digerakkan sekehendak hatinya. Tanpa gugup barang
sedikit besinya tidak bergerak, pinggangnya seperti ular
menggeliat kesebelah kanan mengegoskan serangan dan
menempatkan tubuhnya dergan kecepatan kilat di sebelah
kanan lawan, serentak lengan kirinya menggaet bahu kiri
lawannya. Asal lengannya berhasil menggaet, lengan
kanannya boleh menyusul mencakar punggung
lawannya.sebuah serangannya ini bukan main ganasnya
438 dan dapat mencabut sebagian dari tulang punggung musuh!
Inilah jurus yang bernama Hek Liong Pok Su (naga hitam
mencabut pohon).
Pergerakan Lo Kuay yang demikian cepat di luar dugaan
lawannya. Dalam dunia persilatan pada jamannya mungkin
tidak ada orang kedua yang dapat menekuk tulang
badannya selihay dia. Untunglah Yauw Tjian Su berilmu
tinggi dan mantap serta tenang ia mengegos dan berkelit
demi di lihat perubahan ilmu dari lawan, lengan kanannya
dikeluarkan menyerang seperti kilat ke sebelah kanan dan
menotok pinggang kanan lawan yang dinamai liong Kui
Hiat. Biasanya orang yang bagaimana lihay pun kalau kena
tertotok jalan darahnya itu pasti menjadi roboh.
Lo Kuay menjadi gugup menghadapi serangan lawan
yang bernama Sam Pouw Tuan Sak Tju (tiga langkah
menghancurkan pilar batu) lengannya yang tengah
terangkat tinggi membuat bagian perutnya tidak terlindungi
tanpa ayal lagi lengannya ditarik turun sambil dipukulkan
kepada lengan kanan musuh yang tengah mendatang kalau
berhasil pasti lengan musuh itu dapat dijadikan beberapa
potong. Sayang lawannya pun mempunyai reaksi yang
cepat pula, lengannya ditarik dan disilangkan di
pergelangan tangan sambil melindungi dadanya, Angannya
itu tidak ubahnya merupakan gunting yang aneh.
Inilah jurusnya yang bernama Sie Pouw Thian Luan Ma
(empat langkah menggunting benang goni yang kusut)
Dengan berbuat demikian seolah olah kedudukan orang tua
ini berada di pihak pasif bukan" Tapi sebenarnya dugaan ini
salah sekali, karena lengannya yang menyerupai gunting
besar terbuka lebar menuju ke atas melindungi dadanya.
Biar musuh mempunyai ilmu pukulan yang lihay atau
jotosan, gamparan, tebasan, kepretan, libatan, serudukan,
cengkeraman . . . jangan harap dapat berbuat apa apa pada
dirinya. Sebab seluruh dari serangan tawan dapat
diguntingnya hancur bagai menggunting benang goni yang
kusut. Terkecuali itu lengannya yang merupakan gunting ini
439 berlainan sekali dengan gunting biasa, pergelangan
lengannya, telapak lengan, jeriji masih dapat mengeluarkan
puluhan macam perubahan, karenanya dalam sejurus ini
dapat menghadapi bermacam-macam jurus serangan
lawan! Gunting yang terbuat dari tangan ini menghadap pada
lawannya dan menggunting lengan Lo Kuay yang tengah
turun menabas, Lo Kuay terkejut dan menghentikan
serangannya dengan cepat tanpa mengubah jurusnya,
terkecuali itu iapun tidak menyerang, hanya matanya saja
merah membara menatap wajah lawan. Kiranya inipun
termasuk ilmunya yang lihay. ia dapat menyetop dan
menghentikan serangan dalam pergumalan yang dahsyat,
hal ini membuat lawan mendelong dan heran, selanjutnya ia
mengawasi di mana letak kelemahan musuh dan
menyerangnya untuk mematikan, hal ini sering sering
dilakukannya pada waktu yang lalu dengan berhasil
gemilang! Yauw Tjian Su benar benar merupakan musuh yang
tangguh dan ampuh untuk Naga Hitam ini. tanpa banyak
komentar lagi lenganrya itu langsung menggunting ke muka
lawan yang tiba tiba berhenti sambil mengeluarkan langkah
ke lima dan keenam dari ilmunya, perubahan yang cepat
terletak pada jarinya yakni menuju untuk mengorek mata
Naga Hitam. Ia tahu sekali ilmunya ini dikeluarkan, lawan
hanya dapat menghindarkan maut dengan menundukkan
kepalanya! "Bagus." kata Lo Kuay sambil mengataikan tubuhnya.
sehingga musuhnya menggunting angin! Tapi keadaan ini
membuat kedudukan masing masing menjadi berubah,
bagian bawah dari Lo Kuay sudah tergencet di bawah
kekuasaan lawannya dan tidak dapat bergerak, ingin
pinggangnya di bungkukkan ke belakang sayang tubuhnya
sudah separuh bungkuk dan tidak dapat di kemanakan lagi
akan tubuh bagian atasnya, dengan berbuat begini
kepalanya itu berada di muka lawannya tanpa penjagaan.
Asal saja Yauw Tjian Su menarik lengannya dan
menggeprok. pasti kepala itu akan hancur berantakan! Lo
440 Kuay tidak berdaya dan menunggu ajalnya saja. sedangkan
ilmunya yang disebut Hek Liong Tjap Sah Pian tidak dapat
menolong dirinya.
Yauw Tjian Su mengangkat lengannya dan akan
menggempur batok kepala lawan yang botak, tiba tiba
lengannya dihentikan, hatinya sangat iba untuk
menurunkan lengannya itu. Sifat welas asih dari orang tua
ini sangat pantang membunuh orang, karenanya ia berpikir:
"Lo Kuay sudah tua dan mempunyai ilmu yang demikian
lihay, kalau aku membunuhnya sungguh tidak pantas,
biarlah ia hidup beberapa tahun lagi dan mati dengan tubuh
yang utuh!" Ia berpikir demikian se.ainggi melupakan
dirinya masih berada di dalam Keadaan berbahaya Tahu
tahu ia sadar dari lamunannya demi dirasakannya semacam
perasaan yang panas, semacam benda melekat di
tubuhnya, ia tahu dirinya sudah kena lengan jahat dari
musuhnya. Yauw Tjian Su menjadi naik darah, tanpa kasihan lagi
lengannya turun ke atas kepala musuhnya dengan ganas.
Lo Kuay merasakan semacam perasaan dingin di atas
kepalanya, terkecuali itu perasaan lainnya sudah menjadi
hilang. Louw Eng yang sedaii tadi berdiri di samping dengan
mendelong. kini melihat ke dua Tjian pwee yang bertarung
berdiam tidak bergerak, kedua lengan Lo Kuay melekat di
dada musuh, sedangkan kedua lengan Yauw Tjian Su
melekat pula di atas kepala lawannya Sedangkan kedua
tubuh dari jago jago utama rimba persilatan mi tidak
menunjukkan lain perubahan yang aneh, hanya matanya
saja yang saling tetap mendelik tanpa mengedip ngedip
Louw Eng yang terhitung seorang Kang ouw yang cukup
kawakan belum dapat mengetahui siapa yang menang dan
siapa kalah,ia diam dan samping tanpa berani sembarangan
berderak. Kiranya wakiu Lo Kuay mengeluarkan lengan jahat tidak
berani secara keras, takut menimbulkan angin dan dapat
diraba oleh lawannya, karenanya itu lengannya perlahan
441 lahan ditempelkan kepada dada musuh, kemudian baru
menyalurkan tenaga dalamnya secara mendadak dengan
maksud menghancurkan isi perut lawannya. Begitu Yauw
Tjian Su merasakan dadanya panas sudah mengetahui
karena apa, tanpa banyak pikir lagi ketetapan untuk
mengambil jiwa musuhnya segera timbul dalam otaknya,
walaupun sudah berada dalam keadaan hidup dan mati
orang tua mi masih tetap tidak mau membuat kepala
musuh hancur, sebaliknya ia menggunakan tenaga
dalamnya dan berhasil menghancurkan otak lawannya.
Dua orang ini tetap tidak menderita luka kalau dilihat
dari luar, sehingga orang lain tidak mengetahui mereka
tengah melakukan pertarungan apa. Louw Eng mengira
mereka lengah melakukan perang tenaga dalam ia diam
terus sambil mengawasi dan melihat. Kira-kira sesudah
sepemasang batang hio berlalu mereka masih tetap-dalam
keadaan serupa. Louw Eng menjadi heran dan tergerak
hatinya, dengan memberanikan dirinya dirabanya tubuh Lo
Kuay dan dirasakannya tubuh itu sudah menjadi dingin
seperti es, sedjngkan tubuh Yauw Tjian Su Sangat panas
seperti api ! Louw Eng terkejut bercampur heran, lekas lekas
diperiksanya keadaan pemapasan kedua orang itu, ia baru
tahu bahwa Hek Liong Lo Kuay sudah bernenti napasnya,
sedangkan Yauw Tjian Su masih mengeluarkan napasnya
yang tinggal sedikit, la mencelat ke belakang takut
dipegang orang tua itu yang nyatanya belum menemui ajal.
Tapi Yauw Tjian Su tetap tidak bergerak. Louw Eng dari
jarak dua tumbak memungut batu dan melontarkannya,
orang tua itu tetap tidak bergerak juga.
Yauw Tjian Su eudah kena hajaran tenaga dalam
lawannya, sehingga isi perutnya goncang dan menderita
luka parah, dengan sekuat tenaga diatur jalan napasnya,
tapi perlahan lahan keletihannya terlalu hebat dan tidak
berdaya untuk menolong dirinya dari lukanya. Walaupun
demikian ia belum meninggal, dengan tenaganya yang
tinggal sedikit dipertahankan tubuhnya agar tidak jatuh, ia
tahu kalau sampai tubuhnya jatuh napasnyapun segera
442 berhenti. Ia mempunyai tenaga dalam yang tinggi sekali
dari itu bisa bertahan dan tak jatuh. Sedangkan tubuhnya di
sebelah dalam menjadi panas dikarenakan terlalu hebat
mengatur jalan pernapasannya. Kini Louw Eng
menghajarnya dengan beberapa butir batu. ia tetap tidak
bergerak dan menahan terus untuk berdiri. Padahal orang
tua ini sudah mengetahui bahwa dirinya sudah tidak bisa
tertolong lagi. tapi tetap tidak mau jatuh terlebih dahulu
dari pada Lo Kuay. ia berpikir : "Walaupun mati aku haius
berdiri." Begitu Lou Eng melihat ia tetap tidak bergerak, sudah
mengetahui bahwa orang tua ini sudah tidak berdaya lagi.
Pikiran takutnya menjadi kurang banyak, sedangkan pikiran
jahatnya segera timbul pada detik itu juga. Ia tertawa
dengan wajah yang jahat dan akan menentukan pikiran
bangsatnya.. Setindak demi setindak ia melangkahkan
kakinya maju mendekat pada orang tua yang tidak berdaya,
tampak olennya bahwa orang tua itu masih tetap diam tidak
bergerak barang sedikit, diam diam hatinya menjadi girang
sebali. Sesudah ia maju beberapa langkah, dengan tiba-tiba
tubuhnya mencelat dengan cepat dan mengirimkan
tangannya kepada punggung Yauw Tjian Su.
Pukulannya ini menggunakan tenaga yang luar biasa
kerasnya, sedangkan lawannya yang hampir putus
napasnya tentu saja tidak bisa melawan. Dalam saat yang
kritis ini: orang tua she Yauw masih dapat berpikir:.
"Waktunya aku berpulang sudah sampai,mataku sudah
mestinya dirapatkan untuk selama lamanya!"
Sedangkan sudut bibirnya mengeluarkan senyum simpul
yang wajar dan seperti tidak kejadian apa-apa. Saat inilah
pukulan lawan mengenai tubuhnya. tubuhnya dengan cepat
meminjam tenaga serangan lawan maju mendorong ke
muka sehingga tubuh Lo Kuay yang sudah kaku segera
jatuh akan dirinya hanya bergoyang goyarg dan tidak
sampai roboh! Sesudah Louw Eng menyerang sekali segera mencelat ke
belakang, hal ini dilakukan karena ia takut bahwa orang
443 yang dihajar itu belum mati dan mengadakan serangan
balasan, hatinya semakin takut dan heran waktu dilihatnya
orang tua itu tidak jatuh bahkan masih tersenyum. Dengan
setakar tenaga dihajarnya lagi orang tua itu, kali ini tubuh
Yauw Tjian Su yang sudah hampir mati baru jatuh roboh.
Louw Eng mengetahui bahwa orang tua yang sangat
ditakuti semasa hidupnya itu sudah meninggalkan dunia
yang ramai, hatinya menjadi girang, sampai lengannya di
lihat lihat dengan bangga ia tertawa keras sambil berkata
pada dirinya sendiri:
"Lauw Eng sepasang lenganmu sejak sekarang boleh
malang melintang dan menjagoi dunia Kang ouw. Dua
orang jago kelas utama dari rimba persilatan sudah
menutup mata untuk selama - lamanya, sungguh beruntung
sekali kau dapat menamakan riwayat Yauw Tjian Su dengan
kedua lengan kosong, kalau orang mengetahui hal Ini pasti
semuanya akan merasa takut kepadamu!" Ia tertawa secara


Pahlawan Harapan Karya Tang Fei di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengila dan berpikiran secara gila pula, kegirangan yang
tidak ada taranva melupakan jalan pikirannya untuk
berpikir, kenapa Yauw Thian Su bisa berada di dalam goa
ini" Pikirannya itu hanya berjalan di atas kesenangan dan
keberuntungan saja, sehingga ia tidak mengetahui di dalam
itu terdapat seteru seterunya semua. Sebaliknya ia berpikir:
"Sesudah aku berhasil menamatkan riwayat seteru yang
lihay ini, tak perlu untuk menakutkan musuh musuh lain
yang berada di Thian Touw Hong" Hatinya girang dan
sedang, ia memastikan kali ini jasanya terhadap pemerintah
Tjeng bukan buatan besarrya, pokoknya asal menangkap
saja ibunya Tjiu Piau untuk dijadikan umpan, semuanya
dapat diringkus satu persatu. Tanpa memperdulikan lagi
jenazah dari Lo Kuay ia masuk ke dalam untuk menangkap
orang. Jalan yang sunyi dan seperti ini sudah biasa untuk sang
jahanam, dengan cepat ia maju melangkah sambil lari lari
kecil menuju di mana terdapat tanggul dan ibu Tjiu Piau,
suaranya yang keras segera diperdengarkan
"Tjen djie!" Tak ada jawaban. Dipanggilnya sekali lagi 444
"Tjen djie! Ke luar!" Tetap tak ada jawaban. Hatinya
menjadi panas dan mendongkol ia memaki:
"Dasar bndak, ke mana kau bermain-main sampai urusan
besar dibuat terbengkelai seperti begini! Dasar!"
Dengan cepat kakinya maju melangkah ke dekat tunggul
palsu yang sudah berdiri dengan baik di tempat asalnya,
dengan perlahan lahan dibuka pintunya sambil memanggil
lagi: "Tjen djie. lekas ke luar!" Dari dalam tetap tidak kunjung datang suara balasan ,dari panggilannya yang
sudah berkali kali itu. Dengan cepat kepalanya melongok ke
dalam untuk mengetahui keadaan sebenarnya, begitu
kepalanya melongok kekagetannya bukan alang kepalang,
di dalam kosong tidak terdapat manusia seorangpun juga,
ibu Tjiu Piau dan Tjen Tjen tidak terdapat di situ. dalam
keadaan gelap hanya terlihat sinar kuning dari benda kecil
berkilat kilat.
Dengan cepat ia turun masuk, lengannya memungut
benda itu, tapi seperti dibanjur air dingin kagetnya,
lengannya segera di tarik lagi, karena benda itu adalah
sebutir mutiara beracun yang sangat ditakuti sekali. Dengan
cepat tangannya diperiksa, untung tidak menderita luka,
hatinya baru dapat menarik napas lega. Memang benda itu
adalah sebutir mutiara beracun dari keluarga Tjiu yang
ditinggalkan Tjiu Piau dergan sengaja untuk
memperingatinya. "Hati hati dengan mutiara beracunku!"
Tanpa berayal lagi Louw Eng mencelat naik ke atas. baru
kakinya memijak bumi telinganya segera mendengar suara
tertawa dingin yang menusuk pendengaran: "Louw Eng!
Lama sudah kami menantikan engkau di sini!"
"Kalian kenapa bisa mengetahui adanya tempat mi, siapa
yang mengajak Kalian datang ke sini?" tanya Luow Eng
dengan penuh keheranan. Wan Thian Hong dan Wan Djin
Liong serentak tertawa: "Tiada siapa siapa yang mengajak
aku datang ke sini. melainkan malaikat dan setan yang
menyuruh aku datang ke sini untuk memutuskan batang
lehermu!" 445 "Apikah orang tahananku kau bebaskan?"
"Apakah tidak ada aturan untuk membebaskan orang
tahananmu!" tanya Wan Djin Liong.
"Tjen-jieku kau ke manakah?"
"Oh, anakmu?" kata Djin Liong,
"ia tengah menantikan engkau di dalam tanah, untuk
sama-sama menghadap pada malaikat Djibrail!" Mendengar
mi Louw Eng menjadi gusar, tapi ia adalah seorang Kang-
ouw yang berpengalaman, dengan sabar ia berpikir: "Kun
Tju tidak mau menerima kerugian di depan mata, lebih baik
aku merebut jalan dahulu untuk melarikan diri!"
Tanpa banyak pikir lagi, matanya mengawasi ke
sekeliling. Wan Djin Liong berada di sebelah kirinya sedang-
kan Wan Thian Hong menghadang di sebelah kanannya,
jalan untuk ke luar berada di depannya masih terbuka.
Louw Eng mengerahkan tenaganya kepada dua kakinya
secara diam diam. tiba tiba ia mencelat maju melompat ke
muka sambil menghunus pedangnya di tengah udara,
berbareng dengan itu mulutnya mengeluarkan seruan keras
sambil mengeluarkan ilmu 'PuaH Sen Tan Ko' ( membalik
badan memetik buah ) menyabet dada Wan Thian Hong.
sungguh suatu jurus yang cukup mengejutkan orang !
Wan Thian Hong secara ringan mencelat sejauh satu
tumbak untuk menghindarkan serangan, terkecuali dari itu
lengannya bergerak melepaskan batu-batu kecil menghajar
sang jahanam, dengan tepat batu kecil itu mengenai ujung
pedang. Saat itu juga pedang itu mengeluarkan bunyi yang
nyaring menggema di seluruh gunung tak putus putusnya,
membuat seseorang bangkit semangatnya. Lou Eng
walaupun sudah delapan belas tahun lamanya memiliki
pedang itu tapi tidak mengetahui bahwa ujung pedang
kalau digetarkan akan mengeluarkan bunyi yang demikian
hebat. Karenanya tidak heran kalau ia merasa bingung dan
kaget atas hal ini.
Mendengar suara ini dua saudara Wan segera berkata
dengan serentak: "Ah, sungguh luar biasa bunyinya,
446 sehingga mengalahkan auman harimau, sungguh hebat
laksana, jeritan naga terkejut!" Wan Thian Hong menoleh
pada Louw Eng sambil berkata: "Louw Eng, pedang yang
kau pegang itu adalah pedang naga terkejut! Betul tidak?"
Pada hari hari biasa Louw Eng tidak pernah
memperhatikan yang mana Keng Liong Kiam dan yang
mana In Hong Kiam. karena keduanya sama panjang dan
sama mengkilapnya. Kini iapun tidak meDgetahui pedang
apa yang tengah dipergunakan, buru buru dilihatnya ukiran
yang berada di atas pedang. Ia tidak menjawab karena ia
tau bahwa Wan Tnian Hong mengetahui bahwa pedangnya
itu bisa mengeluarkan bunyi karena memiliki buku ilmu
pedang Naga dan Cendrawasih. Ia berpikir: "Aku tidak
sempat untuk mengetahui dan menyelidiki pedang Hong
atau Liong " Sedangkan kaki tangannya tidak tinggal diam,
jurusnya yang bernama Heng Kang Tauw ( malang
me'intang dan menjelajah sungai telaga ) membabat pada
jalan kecil dan memberikan ia jalan ke luar. Tanpa gugup
Wan Thian Hong membalikkan keadaan buruk ini menjadi
baik, ia merebahkan diri demi dilihat ujung pedang datang
menuju kepada dirinya. Dengan berbuat begitu ia berhasil
menghindarkan bahaya maut tapi kesukaran kembali
datang, karena pedang lawan kembali menyerangnya
dengan tipu Kang Hong Sauw Yap ( angin utara menyapu
daun roatok), sebelum sang gadis celaka, Louw Eng dipaksa
menarik pedangnya ia tahu bahwa Wan Djin Liong sudah
datang menyerang. Dirinya pernah merasakan dan
menderita kerugian di atas lengan kedua kakak beradik ini,
dan nengeiahui bahwa ilmu bergabung dari mereka
sungguh luar biasa dan sukar mencari tandingannya,
karenanya sekali kali tidak boleh berayal lagi untuk
melarikan diri Sebelum usahanya berjalan, Wan Thian Hong
sudah mencelat bangun dengan cepat dan segera
menggabungkan tenaganya dengan sang kakak. Sehingga
tenaga bergabung dari mereka berlipat dengan cepat pada
sang lawan. Louw Eng menarik pedang di kanan, dan menyerang
pada Thian Hong, sedangkan di lengan kiri diubah menjadi
447 ilmu pukulan menyerang pada musuh yang berada di
belakang. Djin Liong tidak mau mengadu tenaga untuk
menyambut serangan ini, dengan cepat kakinya melangkah
mundur, sedangkan Thian Hong dengan cepat
menggulingKan badannya menhindarkan ujung pedang dLn
merapat pada musuh untuk merampas pedang. Djin Liong
melancarkan serangan dari belakang dengan maksud
memecahkan perhatian lawan.. Dalam gugupnya Louw Eng
membentak dengan keras: "Kalian bermaksud mengeroyok"
Mari, mari, sepuluhpun aku tidak takut!" Ia berharap
dengan kata katanya ini bisa terhindar dari keroyokan.
Wan Thian Hong tertawa mendengar kata kata ini: "Kami
berdua, kaupun berdua, apa artinya yang kau katakan
mengeroyok?"
"Siapa bilang aku berdua, apa matamu buta." jawab
Louw Eng kasar.
"Lihat ! Lenganmu berkawan pedang mustika" Sungguh
tak bermalu! Namanya saja Bu Lim Tee It. menghadapi
anak kecil menghunus pedang terlebih dahulu, bahkan
masih mengatakan kami mengeroyok!" Sambil berkata
sambil menerjang dengan ilmu tangan kosong merampas
senjata, lengan kiri menyampok pedang, lengan kanannya
menyerang dengan ilmu Siauw Houw Tjian (memanah
tenggorokan) kemudian diubah menjadi Tiong Thian Po (
menyangsor ke atas). Louw Eng menghindarkan dirinya,
kepalannya segera berubah menjadi telapakan. Sedangkan
jeriji jeriji gadisnya yang runcing langsung mencakar pada
mata lawan dengan kecepatan kilat.
Louw Eng bersenjatakan pedang tajam, biar bagaimana
seharusnya tidak bisa kena didesak lawan yang bertangan
kosong, hal ini terjadi semata mata karena akalnya yang
sangat licik, ia tahu Tnian Hong menjalankan jurus
berbahaya sedangKan Djin Liong menantikan ketika untuk
mengalahkannya. Dari itu Thian Hong tidak dihadapinya
dengan sepenuh tenaga, sehingga dirinya kena didesak.
Saat ini jeriji Thian Hong yang seperti besi sudah dekat
dengan matanya, dengan cepat lengan kirinya
448 mengeluarkan ilmu Kuku Elang menggaet lengan lawannya.
Sebaliknya dengan Tnian Hong tidak menantikan lengannya
kena dicakar musuh sudah menariknya dan membarengi
melepaskan tendangan perusak hati pada pergelangan
lawan yang memegang senjata, sedangkan Djin Liong
meningkah serangan adiknya dengan ilmu Mendorong
Jendela Meraih Bulan memaksa lawan tidak bisa mundur
bahkan mengharuskan musuh maju ke muka. Pokoknya
kalau ia maju ke muka Thian Hong pasti dapat
menghadapinya dengan ilmu yang cukup luar biasa.
Siapa tahu Louw Eng ini memang cukup licin dan licik,
dinantikannya Djin Liong begitu sampai segera tubuhnya
mendek dan membalikkan pedangnya menyerarg
kebelakang dengan ganas dan tepat, hal ini hampir hampir
membuat kerongkongan pemuda kita kena dilubangi
tenggorokannya.
Dalam saat sekilas ini Wan Djin Liong masih ingat kata
kata yang terdapat di buku ilmu pedang naga (Keng Liong
Put) di bagian serertiganya pedang kalau kena tersentuh
akan menimbulkan goncangan yang keras sehingga
memungkinkan terlepas dari si pemegang. ia sudah
bertekad untuk menarik keuntungan dari keadaan yang
berbahaya, tenaga di lengan kanannya dikerahkan ke ujung
jeriji, sesudah membidik dengan cermat jerijinya ke luar
secara tiba tiba menyentuh di bagian dua pertiganya
pedang. Pedarg itu tergetar tapi tidak menimbulkan suara
seperti tadi. Louw Eng menjadi krget dan merasa lengannya tergetar,
hampii hampir melepaskan pegangannya. Sekuat tenaga
dipertahankan pedangnya itu. tapi getarannya pedarg itu
bergelombang terus seperti naga yang tengah melonjak
lonjak ingin menerjang mega. Louw Eng tidak mengetahui
bahwa hal ini adalah rahasia dari pedang Liong, ia hanya
berpikir bahwa ilmu lawannya sangat tinggi, sehingga
hatinya menjadi agak takut berikutnya gerak geraknya
menjadi agak lambat. Pada saat inilah ia merasakan
pergelangan lengan kanannya kena ditangkap orang dan
terpelintir dengan hebat, sedangkan matanya melihat pula
449 berkelebatnya bayangan hitam melewati di atas kepalanya.
Orang itu bukan siapa siapa melainkan adalah Wan Thian
Hong adanya, gadis ini sesudah melihat jurus jurus tak
kenal bahaya dari kakaknya segera mengatur siasat, begitu
melihat sang lawan agak lengah segera menangkap dan
memelintir lengan kanan lawan sambil mencelat melewati
kepala lawan terus ke belakang. Sedangkan Wan Djin Liong
sudah mengangkat lengannya seraya membentak:
"Louw Eng, lepaskan pedangmu kalau tidak lenganmu ini
akan kupatahkan!" Begitu suaranya selesai diucapkan
segera terdengar suara 'trang' dari jatuhnya pedang yang
dilepaskan Loaw Eng. Dengan cepat Djin Liong memungut
pedang itu sambil mencelat bersama adiknya ke kiri dan ke
kanan lawannya. Dengan girang mereka mengawasi hasil
rampasannya, sehingga membuat Loaw Eng mendelu dan
memaki secara diam diam,
'"Budak ini terlalu bodoh sekali, kalau mereka
menggunakan kesempatan tadi untuk membinasakan aku
pasti akan berhasil baik, bukankah dengan cara begitu
mereka bisa memiliki pedang itu" Rupanya mereka hanya
menginginkan pedang itu saja. Atau menganggap dirinya
adalah 'ksatrya' yang berjiwa luhur, lucu betul! Kalau
mereka bisa terjatuh di tanganku segera kulubangi dadanya
untuk kulihat hatinya itu!"
"Hei, jahanam lekaslah kau ke luarkan lagi sebilah
pedang cendrawasih. Kini boleh satu lawan satu untuk
menentukan siapa yang lebih unggul!"
Louw Eng dengan cepat mengeluarkan pedang
Cendrawasih, perlahan lahan pedang itu diusap usap
kemudian dilemparkan pada Thian Hong sambil berkata;
"Kalian dua saudara agaknya senang dan suka sekali pada
pedang ini, aku sebagai orang baik. terimalah pemberianku
ini!" Habis berkata matanya melirik melihat gerakan lawan,
tampak olehnya Thian Hong ragu ragu sebentar kemudian
memungutnya sambil membungkukkan badan. Sesudah
menantikan lawan selesai memegang ujung pedang Louw
Eng membuka lagi mulutnya dengan ramah tamah:
450 "Bigaimana" Pemberian ini kurasa cukup menyenangkan
kamu?" Sambil bicara kakinya siap untuk melarikan diri,
pikirnya sang lawan akan merasa tidak enak hati untuk


Pahlawan Harapan Karya Tang Fei di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghadang lagi sesudah mererima pemberiannya itu. Tapi
sebelum maksudnya tercapai ia mendengar suara gadis itu:
"Koko, kau dengar!" sedangkan tangannya yang Berjeriji lentik segera menggetarkan beberapa kali pada pedang
cendrawasih, dalam sekejap saja terdengarlah nada irama
yang tinggi rendah mempesonakan pendengarannya. Kedua
saudara saling menatap dengan hati seolah olah mendapat
sesuatu hai yang luar biasa menyenangkan. Dalam
keheranannya Louw Eng tertegun sebentar, sedangkan
telinganya mendengar bentakan dari sang gadis.
"Ambillah!" Pedang cendrawasih dilontarkannya seperti
pisau menuju pada dirinya. Dengan cepat tubunnya
mengegos dari pedang itu sambil mengeluarkan dua
jerijinya untuk menjepit pedang itu, sedang wajahnya
mengeluarkan gerak tipu seperti tidak mengerti kehendak
lawan, ia berkata: "Nona mungkinkah kau tidak suka pada
pedang-ini?"
"Jangan mengeluarkan kata kata yang tidak berguna,
kakakku sudah lama menantikan seranganmu!"
' Louw Eng sadar bahwa dirinya tidak terlepas dari
kesukaran, tipu halusnya untuk melarikan diri terang
terangan sudah kandas, jalan satu satunya harus
memberanikan diri untuk menggunakan kekerasan.
Lengannya mencekal pedang dengan erat. mata-matanya
memandang ke tempat lain seperti tidak melihat apa apa,
mulutnya kemak kemik berkata kata, "Mungkinkah pedang
ini tidak baik, sehingga tidak disenangi?" Sementara itu
kakinya bergerak secara tiba tiba membuat satu jungkiran
mendekat pada Djin Liong sambil mengirimkan serangan
menusuk pada kerongkongan lawan dengan ganas.
Wan Djin Liong tidak mungkin kena perangkap lawan
yang licik, karena siang siang sudah bersiap sedia untuk
menghadapi serangan lawan. Begitu ia menampak sinar
pedang, segera memelintangkan pedangnya dan mengetok
451 ngetok beberapa kali pada pedang lawan dengan kecepatan
seperti kilat, ketokannya menimbulkan nada suara yang
bukan main merdunya, Louw Eng hanya mengenal
membunuh dan merusak kehidupan orang, terhadap seni
suara sedikit juga tidak mengerti, ia hanya tahu bahwa
bunyi itu cukup merdu:
Sekali serangannya gagal, segera mendudukkan dirinya
pada keadaan berbahaya, dengan cepat lengannya
mengirimkan lagi serangan bertubi-tubi dengan jurus Djie
Bee Hun Tjiong (dua kuda membagi rambut kuduknya) Ku
Su Poan Kim (pohon tua membengkokkan akar), Kim Liong
Touw Sie (naga emas mengelelkan lidah), Say Tju Thio
Kauw (dnga membuka mulut) secara ganas mengarah
kepada tempat berbahaya dari Wan Djn Liong. Dengan
cepat pedang naga diputarnya dengan cepat mematahkan
setiap serangan. Dalam pertarungan ini terjadi beberapa
kali bentrokan antara pedang naga dan cendrawasih, tapi
mengherankan sekali sedikitpun tidak mengeluarkan suara
atau bunyi. Sambil menghalau serangan serangan lawan.
Djin Liong membarengi mengeluarkan bentakan keras :
"Louw Eng dengar! Aku memberikan kau menyerang
sebanyak delapan belas jurus, kalau tidak dapat
mengalahkan aku, terpaksa aku harus mengubah daya
tahanku menjadi serangan! Moy tju kini sudah sampai pada
jurus ke berapa?"
"Ah. baru delapan jurus! Tenanglah kau hadapi lawan,
aku dapat menghitungnya!"
Louw Eng memainkan pedangnya itu cukup hebat sekali
dan lain dari biasa, mungkin ia menggunakan seluruh
tenaga dan bertempur nekad untuk menghadap lawannya.
Dalam liputan sinar perak yang berkilat kilat terlihat dua
bayangan orang bergerak gerak sebentar ke kiri sebentar
kekanan. Sementara itu dalam pertempuran yang sengit ini
terdengar suara nyaring dari Wan Thian Hong yang tengah
menghitung jurus pertandingan: "Duabelas. . . limabelas . ,
. tujuhbelas . . delapanbelas, habis! Habis sudah! Louw Eng
jurus seranganmu sudah habis kenapa tidak memperoleh
452 kemenangan?"
"Kini sampai pada giliranku untuk menyerangnya, Moy
tju kau hitung!"
"Baik," jawab Thian Hong, "dengan meram pun dapat menghitungnya." Louw Eng tidak mengerti perkataan sang
gadis, sedangkan Wan Djin Liong sudah mulai memutarkan
pedangnya, bahkan tabasannya sudah datang, pedang
bentrok satu sama lain dan mengeluarkan bunyi yang
menyenangkan. Wan Tbian Hong segera membuka mulut:
"Jurus pertama!" Bentrokan pedang terjadi berkali kali sambil memperdengarkan suara suara irama yang merdu,
tak ubahnya seperti mendengar orang tengah memaiukan
Kim (alat musik Tionghoa) saja. Nada irama ini dengan
cepat mempesona pendengarnya, sehingga membawa
orang seperti pergi ke pertapaan dewa dan mendengari
para dewa-dewi memainkan alat musiknya. Tanpa terasa
semangat orang seperti hilang dihanyut irama itu, sehingga
kaki tangan tidak wajar dan ingin menari nari menurut
irama itu. Louw Eng bukan seorang manusia tidak berguna,
Pendekar Aneh Dari Kanglam 6 Anak Harimau Karya Siau Siau Tusuk Kondai Pusaka 3
^