Pencarian

Panji Sakti 9

Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung Bagian 9


"Tu Ci Yen adalah Gin Tie. Apakah engkau tidak tahu?" Pek Giok Liong heran.
"Teecu tidak tahu namanya. Sekarang dia berada di Siau Keh Cung."
"Ada berapa orang yang bersamanya?"
"Kira-kira dua puluh orang."
"Masih ada berapa orang di ekspedisi Yang Wie?"
"Kurang lebih empat puluh orang."
609 "Thiat Sat, Ti Ling dan Ngo Hok, mereka bertiga berada di mana sekarang?"
"Ketiga pemimpin aula itu bertugas melindungi Tay Tie Kiong (Istana Maha Raja)."
"Engkau pernah pergi ke Istana Maha Raja itu?"
"Teecu justru pindahan dari Istana Maha Raja itu."
"Kalau begitu, tentunya engkau tahu jelas mengenai Istana Maha Raja itu?"
"Sebagian besar teecu tahu."
"Berarti masih ada sebagian kecil yang engkau tidak tahu?"
"Ya." Song Yauw Tong mengangguk. "Yakni mengenai tempat yang amat penting dan
rahasia." "Tempat apa itu?"
"Itu adalah kamar tidur Cit Ciat Sin Kun."
"Oooh!" Pek Giok Liong manggut-manggut. Ia teringat sesuatu dan segera bertanya,
"Engkau tahu Kian Kun Ie Siu di kurung di mana?"
"Apakah dia orang tua buta itu?"
"Ya!" Pek Giok Liong memberitahukan. "Orang tua itu adalah generasi keempat
pemegang panji Jit Goat Seng Sim Ki."
"Haah ?"?" Song Yauw Tong terperanjat. "Orang tua itu sudah meninggal."
"Apa?" Wajah Pek Giok Liong langsung berubah. "Engkau bilang apa?"
"Orang tua itu sudah meninggal."
610 "Aaakh!" Pek Giok Liong menarik nafas panjang. "Kapan orang tua itu meninggal?"
"Empat hari yang lalu, orang tua itu mendadak membunuh diri."
"Haah" Aaakh ?"" Wajah Pek Giok Liong memucat.
"Orang tua itu terkena racun yang amat ganas, namun Cit Ciat Sin Kun memberikannya
Ban Ling Tan (Pil mujarab) sebutir setiap hari, itu agar nafas orang tua tersebut tidak
putus. Orang tua itu tahu maksud tujuan Cit Ciat Sin Kun, maka lalu membunuh diri
dengan cara menggigit lidah sendiri. Sampai putus."
"Hah ?"" Pek Giok Liong menarik nafas panjang, sesaat kemudian bertanya.
"Jenazahnya di makamkan di mana?"
"Di gunung Kah Lan, di belakang Istana Tay Tie."
"Ngmm!" Pek Giok Liong manggut-manggut. "Ohya, sudah berapa lama engkau mengabdi
pada Cit Ciat Sin Kun?"
"Tiga tahun."
"Waktu itu cukup lama, tentunya engkau tahu bagaimana ambisinya, kan?"
"Ya!" Song Yauw Tong mengangguk. "Sudah lama teecu tahu ambisinya."
"Kalau begitu, kenapa engkau masih mau mengabdi padanya?"
Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong menggeleng-gelengkan kepala, lalu menarik nafas
panjang sambil tersenyum getir.
"Walau teecu tahu tentang itu, namun tertekan oleh keadaan, maka tidak bisa apa-apa
?"" "Tertekan oleh keadaan?" Pek Giok Liong menatapnya. "Apakah dengan suatu cara dia
mengendalikan dirimu?"
"Ya!" Song Yauw Tong mengangguk. "Teecu punya seorang saudara angkat, sudah lama
meninggal, anak istrinya jatuh di tangan Cit Ciat Sin Kun, mereka dijadikan sandera."
611 "Kalau engkau tidak mengabdi padanya, maka dia akan membunuh mereka?" tanya Pek
Giok Liong. "Ya." Song Yauw Tong menarik nafas panjang. "Sebelum saudara angkat teecu itu mati,
dia berpesan pada teecu agar menjaga anak istrinya baik-baik. Demi keselamatan mereka
ibu dan anak, teecu terpaksa mengabdi pada Cit Ciat Sin Kun! Yaah! Apa boleh buat!"
"Engkau tahu mereka di kurung di mana?"
"Di ruang belakang Istana Tay Tie."
"Engkau pernah melihat mereka?"
"Tiga bulan sekali, teecu diizinkan menengok mereka."
"Oooh!" Pek Giok Liong manggut-manggut sambil berpikir, tiba-tiba terlintas sesuatu
dalam benaknya. "Sementara ini siapa lagi yang berada di dalam istana selain tiga
pemimpin aula?"
"Belasan orang yang berkepandaian tinggi." Song Yauw Tong memberitahukan.
"Pemimpin mereka adalah Im Sih Siu Cai (Pelajar akhirat) Ouw Mung Ceng."
"Bagaimana kepandaiannya dibandingkan dengan Thian Sat Sin Kun?"
"Masih setingkat di atas kepandaian Thian Sat."
"Memanfaatkan kesempatan di saat Cit Ciat Sin Kun tidak berada di istana, aku
perintahkan beberapa orang untuk menolong mereka, bagaimana menurutmu?"
"Mungkin tidak bisa."
"Penjagaan di sana sangat ketat, sehingga orang luar sulit menyelinap ke dalam?"
"Ya." Song Yauw Tong mengangguk dan memberitahukan, "Ke luar masuk istana itu,
harus memiliki tanda pengenal, kalau tidak, sama sekali tidak bisa masuk."
"Engkau punya tanda pengenal itu?" tanya Pek Giok Liong mendadak.
612 "Teecu memang dari sana, maka punya sebuah tanda pengenal itu." Song Yauw Tong
mengeluarkan tanda pengenal tersebut yang terbuat dari perak, lalu diserahkan pada Pek
Giok Liong dengan hormat.
Pek Giok Liong menerima tanda pengenal itu, lalu mengarah pada enam orang ekspedisi
Yang Wie seraya bertanya.
"Mereka berenam juga memiliki tanda pengenal untuk masuk istana?"
Song Yauw Tong mengangguk, lalu segera merogoh ke dalam baju mereka. Setelah
mengambil enam buah tanda pengenal itu, ia pun langsung menyerahkannya pada Pek
Giok Liong. "Thian Kang Sing dan Pat Kiam dengar perintah!" ujar Pek Giok Liong sesudah menerima
enam buah tanda pengenal itu.
"Teecu siap menerima perintah!" sahut Thian Kang Sing Wie Kauw dan Pat Kiam
serentak. "Thian Koh Sing dan Pat Kiam harus segera berangkat ke gunung Kah Lan dengan
membawa tujuh buah tanda pengenal ini, memasuki istana Tay Tie untuk menolong anak
istri teman Song Yauw Tong!"
"Ya!" sahut mereka serentak.
Pek Giok Liong memberikan tujuh buah tanda pengenal itu pada Thian Kang Sing Wie
Kauw. "Lima orang masuk ke istana, empat orang menjaga di luar!" pesan Pek Giok Liong.
"Kalian semua harus berhati-hati!"
"Ya!" sahut Thian Kang Sing Wie Kauw sambil menerima tujuh buah tanda pengenal itu.
"Song Yauw Tong!" Pek Giok Liong menatapnya.
"Teecu siap menerima perintah!" Song Yauw Tong segera memberi hormat.
613 "Engkau harus memberitahukan pada Thian Kang dan Pat Kiam, bagaimana seluk beluk
dan keadaan gunung Kah Lan. Baju apa yang harus di pakai dan bagaimana bahasa kode
serta isyarat yang digunakan di sana?"
"Menurut teecu, itu ?" amat membahayakan. Harap Ketua pertimbangkan lagi!" ujar
Song Yauw Tong.
"Maksudmu kekuatan mereka tidak cukup untuk menolong anak istri temanmu itu?"
"Ya." Song Yauw Tong mengangguk. "Lebih baik jangan menempuh bahaya!"
"Engkau boleh berlega hati!" Pek Giok Liong tersenyum. "Asal Thian Sat Sin Kun bersedia
membantu, tentunya tidak ada masalah. Lagi pula kekuatan Thian Kang Sing dan Pat
Kiam cukup kuat, maka aku yakin mereka pasti bisa menolong anak istri temanmu itu."
"Kalau mereka terjadi sesuatu di luar dugaan, bukankah teecu ?""
"Aku tahu bagaimana perasaanmu. Kini engkau sudah bergabung dengan kami, maka
kami pun harus menolong anak istri temanmu."
"Tapi ?""
"Nah! Sekarang engkau harus menjelaskan pada mereka mengenai baju, bahasa kode
dan isyarat di sana!" tegas Pek Giok Liong.
"Ketua ?"" Saking terharu, Song Yauw Tong langsung berlutut. "Terimakasih Ketua,
teecu harap bisa berangkat bersama mereka!"
"Itu ?" Baik juga, engkau bangunlah!"
"Terimakasih, Ketua!" Song Yauw Tong bangkit berdiri.
"Ohya!" Pek Giok Liong teringat sesuatu, maka langsung bertanya, "Apakah Engkau tahu
tentang kejadian Ciok Lau San Cung?"
"Tahu." Song Yauw Tong mengangguk dan memberitahukan, "Itu adalah perbuatan Tu Ci
Yen dan Siang Hiong Sam Kuai atas perintah Cit Ciat Sin Kun."
614 "Hanya mereka berenam?"
"Masih ada tiga puluh orang yang berkepandaian tinggi menyertai mereka berenam
menyerbu Ciok Lau San Cung di malam itu."
"Ngmm!" Pek Giok Liong manggut-manggut, lalu mengarah pada enam orang yang masih
tergeletak itu. "Keenam orang itu sering membunuh?"
"Dua di antara mereka adalah teman baik teecu, yang lain adalah penjahat dari golongan
hitam. Mereka berhati kejam dan sering membunuh?"
"Harus bagaimana membereskan kedua teman baikmu itu?"
"Teecu akan bertanya pada mereka. Kalau mereka mau bergabung dengan kita, maka
teecu akan mohon pada Ketua untuk mengampuni mereka berdua. Apabila mereka tidak
mau bergabung, teecu akan menyuruh mereka pulang ke kwan gwa. Bagaimana menurut
Ketua?" "Baiklah." Pek Giok Liong mengangguk. "Lalu bagaimana dengan yang empat itu?"
"Mohon pada Ketua, mereka jangan diberi ampun!" jawab Song Yauw Tong. "Sebab
sudah banyak orang mati di tangan mereka."
"Aku tidak akan mengampuni mereka, bahkan akan suruh mereka berempat
menyampaikan masalah ini pada Cit Ciat Sin Kun," ujar Pek Giok Liong dan mengarah
pada Thian Kang Sing Wie Kauw. "Buka jalan darah kedua teman Song Yauw Tong!"
"Ya." Thian Kang Sing Wie Kauw memberi hormat pada Pek Giok Liong, kemudian
bertanya pada Song Yauw Tong. "Saudara Song, yang mana teman-temanmu?"
"Tuh!" Song Yauw Tong menunjuk dua orang yang tergeletak itu. "Mereka berdua
temanku." Thian Kang Sing Wie Kauw segera membuka jalan darah kedua orang itu. Song Yauw
Tong pun mendekati mereka, lalu menceritakan tentang dirinya yang telah bergabung
dengan Pek Giok Liong.
"Kalian berdua mau bergabung atau pulang ke kwan gwa?" tanyanya.
615 "Sudah sekian tahun kami bersamamu, hidup mau pun mati harus tetap bersama. Maka
kami tetap ikut bergabung," jawab salah seorang itu.
"Kalau begitu, cepatlah kalian berdua memberi hormat pada ketua partai Hati Suci!" ujar
Song Yauw Tong.
"Ya." Mereka berdua lalu berlutut di hadapan Pek Giok Liong. "Teecu Ciu Cun menghadap
Ketua!" "Teecu Ong Leh Cin menghadap Ketua!"
"Bagus." Pek Giok Liong manggut-manggut. "Nah, kalian bangunlah!"
Pek Giok Liong mengangkat kedua tangannya, seketika juga kedua orang itu terangkat
bangun. Bukan main terkejutnya kedua orang itu, mereka tidak menyangka Pek Giok
Liong memiliki tenaga dalam yang begitu hebat.
"Song Yauw Tong!" panggil Pek Giok Liong.
"Teecu siap menerima perintah!" sahut Song Yauw Tong sambil menjura.
"Sekarang engkau harus menjelaskan yang kukatakan tadi pada Thian Kang Sing dan Pat
Kiam!" "Teecu menerima perintah!" Song Yauw Tong lalu berbisik-bisik pada Thian Kang Sing
dan Pat Kiam, sesudah itu ia berkata dengan hormat pada Pek Giok Liong. "Teecu sudah
menjelaskan pada mereka!"
"Ng!" Pek Giok Liong manggut-manggut. "Nah, sekarang kalian boleh berangkat ke istana
Tay Tie!" "Teecu menerima perintah!" sahut mereka serentak.
* * * Bagian ke 50. Mulai Bergerak
616 Hari sudah senja, Pek Giok Liong dan Se Pit Han duduk berhadapan di dalam sebuah kuil
tua, yang terletak di sebelah selatan Kota Teng Hong.
Sementara itu, Bu Siang Seng. Giok Cing Giok Ling, Si Hong (Empat phoenix), Thian Koh
Sing Ma Hun, Cian Tok Suseng, Ouw Beng Hui, lima pelindung aula dan belasan anak
buah Pulau Pelangi, terus menerus mengawasi rumah Siauw, itu agar Tu Ci Yen dan Sam
Kuai (Tiga siluman) jangan sampai lobos.
Kedua daun pintu rumah Siauw tertutup rapat, namun tampak empat orang berbaju hitam
berdiri di depan pintu dengan golok di tangan.
Ketika hari sudah malam, Pek Giok Liong dan Se Pit Han melangkah perlahan menuju
rumah terebut, Si Kim Kong mengikuti dari belakang.
"Berhenti!" terdengar suara bentakan keras.
Pek Giok Liong berhenti. Salah seorang berbaju hitam mendekatinya, dan sekaligus
memandang Pek Giok Liong serta Se Pit Han dengan penuh perhatian.
"Siapa kalian?"
"Datang dari tempat jauh," sahut Pek Giok Liong.
"Mau apa kalian kemari?"
"Mau mencari orang."
"Siapa yang kau cari?"
"Siau cung cu (Majikan muda)."
Orang berbaju hitam itu tertegun, ia menatap Pek Giok Liong dengan mata tak berkedip.
"Anda kenal majikan muda kami?"
"Kenal baik."
617 "Anda teman majikan muda kami?"
"Laporlah padanya, bahwa ada teman lama datang berkunjung, dia harus segera ke luar
menemui kami!"
Ketika mendengar nada ucapan Pek Giok Liong, orang berbaju hitam itu sudah merasa
ada sesuatu yang tak beres.
"Anda siapa?" tanya orang berbaju hitam dingin.
"Engkau tidak perlu bertanya. Setelah majikan muda kalian bertemu denganku, dia pasti
kenal." "Kalau begitu, maaf, aku tidak bisa melapor!"
"Jadi engkau tidak mau melapor?"
"Anda tidak menyebut nama, bagaimana mungkin aku melapor?"
"Kalau begitu, aku akan mencari orang lain untuk melapor." Pek Giok Liong melangkah
maju. Orang berbaju hitam itu terbelalak, dan pada waktu bersamaan, terdengar suara bentakan
mengguntur. "Berhenti!" Muncul seorang berbaju hitam lainnya.
"Engkau pun tidak mau melapor ke dalam?" tanya Pek Giok Liong dingin.
"He he!" Orang baju hitam yang baru muncul itu tertawa terkekeh. "Engkau ingin cari gara-
gara di sini?"
"Kalau ya kenapa?" tanya Pek Giok Liong menantang.
"Kau kira gampang masuk ke dalam?" Orang berbaju hitam itu tertawa dingin. "Tempat ini
bukan milik kakek moyangmu! Tahu?"
618 "Aku tidak percaya kalau tidak bisa masuk!" Sahut Pek Giok Liong dengan wajah dingin.
"Engkau tidak melihat bahwa pintu itu tertutup?"
"Walau pintu tertutup, aku pun bisa masuk!"
"Oh?" Orang berbaju hitam itu tertawa. "Engkau tidak melihat kami berempat di sini?"
"Kalian berempat ingin menghalangiku?"
"Tentu, karena memang tugas kami di sini!"
"Meskipun ditambah belasan orang lagi, kalian tetap tidak mampu menghalangiku!
Engkau percaya?"
"Jangan omong besar di sini!" Orang berbaju hitam itu tampak gusar, sehingga sepasang
matanya melotot.
"Itu benar!"
"Kami justru tidak percaya!"
"Kalau begitu, silakan coba!"
"Tentu!" Orang berbaju hitam itu tertawa dingin. "Kami memang harus mencoba!"
"Saudara tua!" sela teman orang berbaju hitam itu. "Tidak perlu banyak omong
dengannya, mari kita habiskan saja dia!"
"Jangan terburu nafsu, biar aku mencobanya dulu!" Usai berkata begitu, orang berbaju
hitam itu pun langsung menyerang ke arah dada Pek Giok Liong.
Pek Giok Liong tertawa ringan, dan menggeleng-gelengkan kepala seraya berkata,
"Pukulanmu tidak bertenaga, engkau harus belajar dua puluh tahun lagi!" Pek Giok Liong
segera bergerak, dan seketika juga urat nadi di lengan orang berbaju hitam itu sudah
dicengkeram Pek Giok Liong.
619 Betapa terkejutnya orang berbaju hitam itu, wajahnya pun memucat karena dirinya sudah
tertangkap.

Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiga temannya juga terkejut. Mereka segera maju siap menyerang Pek Giok Liong.
"Kalian bertiga jangan bergerak!" bentak Pek Giok Liong dingin. "Kalau kalian bertiga
berani bergerak, orang ini pasti mati duluan!"
Ketiga orang berbaju hitam langsung diam, salah seorang menatap Pek Giok Liong
dengan kening berkerut-kerut.
"Sebetulnya Anda mau apa?" tanyanya.
"Asal kalian menurut, aku tidak akan turun tangan!" sahut Pek Giok Liong. "Cepat ketuk
pintu itu!"
Pek Giok Liong melepaskan cengkeramannya. Orang berbaju hitam itu pun segera
mencabut golok yang terselip di pinggangnya, dan menyerang Pek Giok Liong. Pek Giok
Liong mengernyitkan kening.
Ketiga orang berbaju hitam juga tidak diam. Mereka pun langsung menyerang Pek Giok
Liong dengan golok.
Pek Giok Liong tertawa panjang. Tiba-tiba ia mengibaskan tangannya, dan seketika juga
keempat orang berbaju hitam itu terpental, golok pun terlepas dari tangan masing-masing.
Pada saat bersamaan, pintu itu terbuka. Tiga orang tua berjubah hijau berdiri di situ, enam
pasang mata menatap Pek Giok Liong.
"Sobat!" tanya salah seorang tua berjubah hijau itu. "Siapa kau?"
"Tu Ci Yen kenal aku!" sahut Pek Giok Liong.
Wajah ketiga orang tua berjubah hijau berubah, dan salah seorang di antaranya segera
bertanya. "Benarkah engkau kenal majikan muda kami?"
620 "Kenal!"
"Apakah engkau ke mari mencari dia?"
"Tidak salah! Cepatlah panggil dia ke luar!"
"Ada urusan apa engkau mencari siau cung cu?"
"Dia akan tahu setelah bertemu denganku!"
"Tidak boleh memberitahukan padaku?"
"Percuma, engkau tidak bisa mewakilinya."
"Kalau begitu, sebutlah namamu, aku akan menyuruh orang untuk melapor, pada siau
cung cu!" "Maaf, sebelum bertemu Tu Ci Yen, aku tidak akan memberitahukan siapa diriku!"
"Sama-sama!" Orang tua berjubah hijau tertawa dingin. "Engkau pun jangan harap aku
akan menyuruh orang untuk melapor pada siau cung cu!"
"Kalau begitu, lebih baik aku yang masuk!"
"He he!" Orang tua berjubah hijau tertawa dingin. "Engkau sulit memasuki pintu ini."
"Oh, ya?" Pek Giok Liong tertawa hambar. "Apakah kalian bertiga akan menghalangiku?"
"Betul!" Orang tua berjubah hijau mengangguk. "Ada kami bertiga di sini, siapa pun jangan
harap bisa masuk."
"Kalau begitu ?"" Pek Giok Liong tertawa ringan. "Aku harus melewati rintangan ini,
barulah bisa bertemu Tu Ci Yen?"
"Bagus engkau tahu!" Orang tua berjubah hijau tertawa dingin.
621 Pek Giok Liong memandang empat orang berbaju hitam yang terpental tadi, lalu ujarnya
sambil tersenyum.
"Tahukah engkau apa yang dikatakan keempat orang itu?"
"Mereka mengatakan apa?"
"Seperti kalian bertiga, tidak mau ke dalam melapor, bahkan juga menghalangiku,
akhirnya ?""
"Akhirnya mereka berempat tidak mampu melawanmu kan?"
"Betul! Aku cuma mengibaskan tanganku, mereka berempat sudah terpental lima meter
jauh." "Ha ha!" Orang tua berjubah hijau tertawa gelak. "Jadi kau anggap kami bertiga seperti
mereka?" "Kira-kira begitulah!"
"Kawan!" Orang tua berjubah hijau melotot. "Engkau jangan omong besar di hadapan
kami!" "Tadi mereka berempat juga berkata demikian!" Pek Giok Liong tersenyum. "Akhirnya
mereka yang terpental!"
"Kalau begitu ?"" Orang tua berbaju hijau tertawa terkekeh. "He he! Aku ingin mencoba
kepandaianmu."
Ketika orang tua berjubah hijau baru mau menyerang, tiba-tiba dari dalam mengalun ke
luar suara seruan.
"Kie Cong! Siapa di luar?"
Kie Cong dan kedua orang tua berjubah hijau itu tiga bersaudara. Dua orang berjubah
hijau itu bernama Kie Yong dan Kie Hun. Tong Cu Sam Siung (Tiga Pendekar Tong Cu)
adalah mereka. Ketika mendengar suara itu, Kie Cong pun segera menghadap ke dalam
sambil menjura.
622 "Lapor pada cong koan! Ada orang ingin bertemu siau cung cu!"
"Siapa orang itu?"
"Dia tidak mau memberitahukan namanya."
"Ada urusan apa dia ingin bertemu majikan muda?"
"Dia bilang, setelah majikan bertemu dengannya, majikan muda pasti tahu."
"Oh?" Terdengar suara langkah, kemudian muncul seseorang berusia enam puluhan
berjubah merah.
Orang tua berjubah merah menatap Pek Giok Liong dan Se Pit Han dengan mata tak
berkedip, lama sekali barulah membuka mulut.
"Kalian ingin bertemu siau cung cu?" tanyanya.
"Betul. Engkau siapa?" Pek Giok Liong memandangnya dengan penuh perhatian.
"Aku Ku Ing Chiu, kepala pengurus di sini." Orang tua berjubah merah memberitahukan.
"Oh, ternyata Ku cong koan! Maaf, aku berlaku kurang hormat!" ucap Pek Giok Liong.
"Jangan sungkan-sungkan! Aku ingin bertanya ?""
"Ku cong koan pernah dengar Pulau Pelangi yang tersiar dalam bu lim?" tanya Pek Giok
Liong mendadak.
Begitu mendengar nama pulau tersebut, wajah Ku Ing Chiu langsung berubah dan tampak
tersentak. "Engkau datang dari pulau itu?"
Pek Giok Liong mengangguk, lalu menunjuk Se Pit Han seraya berkata, "Dia adalah siau
tocu dari Pulau Pelangi."
623 Ku Ing Chiu terbelalak, ia menatap Se Pit Han dengan mata menyorotkan sinar aneh.
"Siau tocu mau bertemu siau cung cu ?"?"
"Ku cong koan tidak perlu banyak bertanya, lebih baik ke dalam melapor saja!" Ujar Se Pit
Han. "Ini ?"" Ku Ing Chiu tampak ragu.
"Ini menyangkut urusan besar, maka lebih baik Ku cong koan ke dalam melapor saja!
Kalau tidak ?"" Se Pit Han tidak melanjutkan, melainkan mengarah pada Pek Giok
Liong seraya berkata, "Sudahlah! Kita tidak perlu banyak urusan, mari kita pergi!"
Se Pit Han mengayunkan kakinya. Pek Giok Liong tertegun, namun sesaat ia sudah dapat
menduga maksudnya, maka ia pun mengayunkan kakinya mengikuti Se Pit Han.
Beberapa langkah kemudian, mereka mendengar suara seruan di belakang.
"Siau tocu harap tunggu!"
Se Pit Han berhenti, lalu menoleh memandang Ku Ing Chiu seraya bertanya, "Ada apa, Ku
cong koan?"
"Aku akan ke dalam melapor," jawab Ku Ing Chiu, lalu segera berjalan ke dalam.
Pek Giok Liong dan Se Pit Han saling memandang, lalu tersenyum. Berselang beberapa
saat, terdengar suara langkah yang tergesa-gesa. Dua pemuda berbaju hijau membawa
lentera di depan, di tengah adalah Tu Ci Yen, yang di belakang adalah Ku Ing Chiu.
Tampak pula dua pemimpin aula dan enam pengawal khusus.
Begitu melihat mereka, Tong Ciu Sam Siung dan empat orang berbaju hitam langsung
memberi hormat pada Tu Ci Yen.
Tu Ci Yen berdiri tegak, ia mengibaskan tangannya ketika Tong Ciu Sam Siung dan empat
orang berbaju hitam memberi hormat.
Wajah Tu Ci Yen tampak berubah begitu melihat Pek Giok Liong dan Si Kim Kong. Ku Ing
Chiu melapor bahwa Cai Hong To siau tocu berkunjung, maka Tu Ci Yen segera ke luar.
Ia yakin kedatangan siau tocu itu pasti berkaitan dengan urusan Pek Giok Liong.
624 Namun ia sama sekali tidak menyangka kalau Pek Giok Liong berada di situ. Setelah
kejadian di Hwa San, Tu Ci Yen sudah tahu Pek Giok Liong memiliki kepandaian yang
amat tinggi, dan yakin dirinya bukan tandingan Pek Giok Liong, maka ia mulai takut
kepadanya. Wajah Thian Suan Sin Kun, Ti Kie Sin Kun dan enam pengawal khusus itu pun telah
berubah, bahkan hatinya pun berdebar-debar tegang.
Meskipun Tu Ci Yen takut pada Pek Giok Liong, sikapnya masih jumawa, dan sekilas
dalam hatinya timbul suatu ide.
Apa idenya" Tidak lain ingin meloloskan diri. Bagaimana caranya" Kalau terjadi
pertarungan, di saat itulah ia akan meloloskan diri.
Akan tetapi, Tu Ci Yen mana tahu Pek Giok Liong sudah mengatur agar Tu Ci Yen dan
Sam Kuai tidak dapat meloloskan diri. Oleh karena itu, ide Tu Ci Yen jelas tidak dapat
terlaksana. "He he he!" Tu Ci Yen tertawa terkekeh. "Pek Giok Liong, engkau sungguh bernyali berani
ke mari!" "Sungguh di luar dugaanmu kan?" sahut Pek Giok Liong hambar.
"Sama sekali tidak di luar dugaan. Sebelumnya aku sudah menduga ini! Tapi ?""
"Tidak sangka aku ke mari kan?"
"Betul! Engkau sungguh cepat ke mari, ini memang di luar dugaanku."
"Tu Ci Yen." Pek Giok Liong tertawa. "Engkau masih ada pembicaraan?"
"Tentu ada," sahut Tu Ci Yen sambil menatapnya. "Aku bertanya, di mana Siauw Thian
Lin dan putrinya?"
"Apakah engkau ingin bertemu mereka?"
"Engkau harus menyerahkan mereka padaku."
625 "Engkau pikir aku akan mengabulkannya?"
"Engkau memang harus mengabulkan."
"Oh?" Pek Giok Liong tertawa dingin. "Apa alasanmu?"
"Kalau tiada alasan, apakah aku tidak boleh mengatakan begitu?"
"Itu sudah pasti."
"Pek Giok Liong! Kenapa engkau begitu usil mencampuri urusan keluarga Siauw ini?"
tanya Tu Ci Yen mendadak.
"Engkau pikir aku ke mari karena usil mencampuri urusan keluarga Siauw?" Pek Giok
Liong balik bertanya.
"Selain urusan ini, apakah masih ada urusan lain?"
"Hm!" dengus Pek Giok Liong dingin. "Tentunya engkau mengerti dalam hati!"
"Demi gurumu?" tanya Tu Ci Yen setelah berpikir sejenak.
"Bukan!" Pek Giok Liong menggelengkan kepala.
"Bukan?" Tu Ci Yen mengernyitkan kening. "Kalau begitu ?""
"Tu Ci Yen!" Pek Giok Liong tertawa dingin. "Engkau tidak ingat lagi" Begitu cepat engkau
melupakan sesuatu."
"Aku ?"" Tu Ci Yen menggelengkan kepala. "Aku sungguh tidak ingat lagi."
"Cobalah kau ingat! Mungkin engkau akan ingat kembali!" Pek Giok Liong menatapnya
tajam. "Aku ?"" Mendadak air muka Tu Ci Yen berubah. "Apakah engkau sudah tahu urusan
itu ?""
626 "Urusan apa?"
"Ti ?" tidak ada urusan apa-apa!" sahut Tu Ci Yen licik. "Ohya, Pek Giok Liong!
Bagaimana kalau kita membicarakan syarat?"
"Engkau pikir masih ada syarat yang harus kita bicarakan?"
"Tentu masih ada!" Tu Ci Yen mengangguk. "Bahkan merupakan syarat yang amat
engkau butuhkan!"
"Oh" Syarat apa itu" Beritahukanlah!"
"Kalau engkau mau menyerahkan Siauw Thian Lin dan putrinya serta Siauw Peng Yang
padaku, aku pun akan menyerahkan seseorang yang amat engkau perlukan.
Bagaimana?"
"Tiga tukar satu?"
"Ya !"
"Itu sangat menguntungkan dirimu."
"Padahal sesungguhnya tidak begitu menguntungkan diriku."
"Apa alasanmu mengatakan begitu?"
"Karena Siauw Thian Lin dan putrinya serta Siauw Peng Yang tiada hubungan erat
dengan dirimu! Nah, engkau paham?"
"Kalau begitu, orang yang akan kau tukarkan dengan aku, pasti punya hubungan erat
dengan diriku!"
"Tidak salah." Tu Ci Yen manggut-manggut. "Dia memang punya hubungan erat
denganmu."
"Siapa orang itu?"
627 "Kian Kun Ie Siu!" sahut Tu Ci Yen sambil tersenyum licik. "Gurumu itu."
Mendengar itu, mendadak Pek Giok Liong tertawa gelak.
"Ha ha! Berada di mana sekarang guruku?"
"Di dalam istana Tay Tie."
"Bagaimana keadaan guruku?"
"Dia baik-baik saja. Ayah angkatku memperlakukannya dengan baik sekali."
"Oh, ya?" Pek Giok Liong tertawa hambar. "Tu Ci Yen, apakah engkau berkata
sesungguhnya?"
Pertanyaan itu membuat hati Tu Ci Yen tersentak, namun wajahnya masih tampak tenang
dan serius. "Aku berkata sesungguhnya," ujarnya dan menambahkan, "Bagaimana syarat yang
kusebutkan barusan" Apakah engkau setuju?"
Pek Giok Liong sudah tahu bahwa Kian Kun Ie Siu, gurunya itu telah membunuh diri.
Sedangkan Tu Ci Yen mengajukan syarat itu, tentunya Pek Giok Liong tahu apa maksud
dan tujuan Tu Ci Yen.
"Aku tidak setuju," sahut Pek Giok Liong tegas.
"Apa"!" Tu Ci Yen melongo. "Engkau tidak setuju?"
"Ya." Pek Giok Liong mengangguk. "Aku tidak setuju."
Tu Ci Yen menatapnya tajam. Ia sama sekali tidak mengerti, kenapa Pek Liong tidak
setuju akan syarat itu.
"Apakah engkau tidak memikirkan gurumu dan tidak mau menolongnya?"
628 "Tu Ci Yen!" Pek Giok Liong tertawa. "Aku bukan anak kecil, engkau tidak bisa menekan
diriku dengan itu."
"Hm!" dengus Tu Ci Yen dingin. "Aku tidak menekanmu, melainkan ?" mengancammu!
Tahu?" "Itu terserah!" Pek Giok Liong tersenyum hambar. "Namun aku yakin engkau mengerti
dalam hati."
"Kau pikir aku tidak berani mencabut nyawa gurumu?"
"Aku justru yakin engkau tidak berani."
"Pek Giok Liong!" Tu Ci Yen tertawa dingin. "Jangan kau kira aku tidak berani, aku akan
tidak mempedulikan segala apa pun untuk mencabut nyawanya!"
"Itu urusanmu." sahut Pek Giok Liong acuh tak acuh. "Nyawa guruku cuma ada satu, lagi
pula cuma bisa mati satu kali!"
Ucapan Pek Giok Liong itu mengandung suatu arti, tapi Tu Ci Yen tidak mengetahuinya.
"Pek Giok Liong!" Tu Ci Yen tertawa. "Ini adalah kesempatan emas bagi gurumu."
"Aku tahu itu kesempatan bagi guruku, tapi ?""
"Tapi kenapa?"
"Aku tetap tidak setuju dengan syaratmu itu."
"Engkau tidak akan menyesal."
"Apa yang harus disesalkan?" Pek Giok Liong menggeleng-gelengkan kepala. "Pokoknya
aku tidak akan menyesal."
"Oh?" Tu Ci Yen mengernyitkan kening.
629 "Terus terang!" Pek Giok Liong menatapnya sambil melanjutkan. "Tidak sulit engkau
menghendaki aku menyerahkan Siauw Thian Lin dan putrinya serta Siauw Peng Yang
padamu, namun aku justru punya syarat lain."
"Syarat lain?" Tu Ci Yen tercengang.
"Ya." Pek Giok Liong mengangguk.
"Apa syaratmu?" tanya Tu Ci Yen cepat.
Pek Giok Liong tidak menyahut, melainkan mengarah pada tiga orang tua berjubah merah
yang berdiri di belakang Tu Ci Yen. Ketiga orang tua berjubah merah itu bertampang
seram. "Ketiga orang itu juga anak buahmu?" tanya Pek Giok Liong.
"Kalau mereka bertiga bukan anak buahku, bagaimana mungkin berdiri di belakangku?"
sahut Tu Ci Yen sambil tersenyum jumawa. "Mereka bertiga pemimpin aula keenam,
ketujuh dan kedelapan."
"Oooh!" Pek Giok Liong manggut-manggut.
"Pek Giok Liong! Cepatlah ajukan syaratmu!" Tu Ci Yen tampak tidak sabar.
Pek Giok Liong diam, ia menatap ketiga orang tua berjubah merah itu. Kini ia sudah tahu
jelas, bahwa ketiga orang tua berjubah merah itu Lang San Sam Kuai (Tiga siluman


Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gunung Lang San).
"Syaratku ?"" Pek Giok Liong tertawa. ?"" adalah tiga tukar empat!"
"Apa?" Tu Ci Yen tertegun. "Tiga tukar empat?"
"Tidak salah!"
"Siapa empat orang yang ingin engkau tukar itu?"
"Engkau dan Lang San Sam Kuai!"
630 "Pek Giok Liong ?"" Wajah Tu Ci Yen berubah. "Apa maksudmu?"
"Engkau belum mengerti?" Pek Giok Liong tertawa dingin. "Cobalah berpikir sejenak, pasti
mengerti!"
"Aku justru tidak mengerti!"
"Kalau begitu, biar kujelaskan!" Mendadak sepasang mata Pek Giok Liong berapi-api.
"Engkau dan Lang San Sam Kuai adalah pembunuh-pembunuh di Ciok Lau San Cung!"
Tu Ci Yen tersentak, namun ia masih dapat mengendalikan diri, sehingga kelihatan
tenang. "Engkau dengar dari siapa?"
"Engkau tidak berani mengaku?"
"Aku lelaki sejati, berani berbuat berani bertanggung jawab! Kenapa aku tidak berani
mengakuinya?"
"Kalau begitu, engkau telah mengaku?"
"Pek Giok Liong!" Tu Ci Yen tertawa. "Menyatakan sesuatu harus punya bukti, tiada bukti
berarti memfitnah!"
"Oh" Jadi engkau menginginkan bukti?"
"Tentu!"
"Aku punya bukti!"
"Apa buktimu itu?"
"Orang! Dia merupakan saksi!"
"Orang itu merupakan saksi?" Tu Ci Yen mengerutkan kening. "Siapa orang itu?"
631 "Dia kepala pemimpin ekspedisi Yang Wie, Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong! Dengan
adanya saksi itu, engkau pun tidak bisa bicara apa-apa lagi, maupun menyangkalnya!"
Tu Ci Yen terkejut bukan main dalam hati, tapi kemudian ia malah tertawa gelak. "Pek
Giok Liong, engkau telah tertipu oleh orang itu!"
"Bagaimana aku tertipu olehnya?"
Tu Ci Yen tertawa lagi, lalu balik bertanya. "Dia berada di mana sekarang?"
"Engkau tidak perlu tahu!"
"Dia sudah jatuh ke tanganmu?"
"Kalau ya kenapa?"
"Sungguh licik Song Yauw Tong itu!" ujar Tu Ci Yen sambil tertawa. "Dia menghendaki
engkau ke mari, itu agar engkau terjebak!"
"Maksud Song Yauw Tong ?"" Pek Giok Liong tersenyum.
"Adik Liong!" Sela Se Pit Han tidak sabaran. "Jangan membuang waktu, cepatlah turun
tangan!" "Benar kak misan!" Pek Giok Liong mengangguk, lalu menatap Tu Ci Yen dengan dingin
dan tajam. "Tu Ci Yen! Aku masih memberi kesempatan padamu dan Sam Kuai!"
"Kesempatan apa?" tanya Tu Ci Yen dengan air muka berubah.
"Engkau dan Sam Kuai boleh bergabung melawanku! Asal kalian berempat bisa bertahan
sampai tiga puluh jurus, maka aku akan melepaskan kalian!"
"Sungguh?" tanya Tu Ci Yen girang.
"Sungguh!" Pek Giok Liong mengangguk. "Aku sudah berbicara begitu, pasti aku tepati!"
632 "Baik!" Tu Ci Yen manggut-manggut, lalu mengarah pada Lang San Sam Kuai seraya
berkata, "Tiga pemimpin aula, Pek Giok Liong menghendaki begitu, kita setuju saja!"
"Kami menerima perintah!" sahut Lang San Sam Kuai.
Sedangkan Pek Giok Liong pun mengarah pada Se Pit Han, ia memandang Se Pit Han
seraya berkata.
"Kak misan, engkau dan Si Kim Kong mundur saja!"
"Ya." Se Pit Han mengangguk dan berpesan. "Hati-hati Adik Liong!"
Pek Giok Liong mengangguk sambil tersenyum.
"Kak misan, tenang saja! Aku pasti berhati-hati!"
Se Pit Han dan Si Kim Kong mundur. Tu Ci Yen dan Lang San Sam Kuai segera
mengepung Pek Giok Liong.
Pek Giok Liong menatap mereka berempat dengan tajam, kemudian ujarnya dengan
dingin. "Tu Ci Yen, kalian boleh mulai!"
Tu Ci Yen tertawa terkekeh-kekeh.
"He he! Pek Giok Liong, engkau berhati-hatilah!"
Tu Ci Yen maju selangkah, mendadak ia menyerang dada Pek Giok Liong dengan
sepasang telapak tangannya.
Pada waktu bersamaan, Lang San Sam Kuai juga menyerang Pek Giok Liong dari tiga
jurusan, begitu cepat bagaikan kilat serangan mereka.
Pek Giok Liong tertawa panjang, badannya berkelebat dan ia sudah lolos dari serangan-
serangan mereka.
633 Padahal sesungguhnya, jurus pertama itu cuma jurus tipuan belaka. Tu Ci Yen dan Lang
San Sam Kuai sudah memperhitungkan, Pek Giok Liong pasti berkelit, maka mereka
berempat baru menyerangnya dengan pukulan dahsyat.
Oleh karena itu, ketika badan Pek Giok Liong bergerak, mereka berempat pun segera
menyerangnya. Betapa terkejutnya Pek Giok Liong, ia tidak menduga akan serangan susulan itu. Ia cepat-
cepat mengerahkan ilmu peringan tubuhnya dengan jurus Hui In Phiau Su (Awan terbang
capung melayang). Tubuh Pek Giok Liong meluncur ke atas dan melayang-layang,
kemudian sekonyong-konyong ia pun balas menyerang.
Mulailah pertarungan yang amat seru dan dahsyat. Pek Giok Liong seorang melawan
empat orang yang berkepandaian tingkat tinggi.
Tu Ci Yen dan Lang San Sam Kuai menyerang Pek Giok Liong dengan jurus-jurus maut
yang penuh mengandung lwee kang. Sedangkan Pek Giok Liong pun mengerahkan Thai
Ceng Sin Kang (Tenaga sakti pelindung badan). Di samping itu ia juga mengerahkan
ginkangnya, sehingga tampak badannya berkelebat ke sana ke mari dengan ringan
menghindari serangan-serangan lawan.
Dalam waktu singkat, mereka bertarung sudah belasan jurus. Justru Tu Ci Yen dan Lang
San Sam Kuai semakin terperanjat, karena mereka berempat tidak berada di atas angin,
sebaliknya malah di bawah angin.
Karena sudah lewat belasan jurus, maka Pek Giok Liong pun mulai menyerang mereka
dengan gencar, sekaligus mengerahkan jurus Thian Hong Khuang Chien (Hembusan
angin topan). Jurus tersebut membuat Lang San Sam Kuai terdorong mundur beberapa
langkah. "Tu Ci Yen!" ujar Pek Giok Liong. "Engkau berhati-hatilah!"
Tubuh Pek Giok Liong berkelebat, ia sudah berada di sisi Tu Ci Yen, sekaligus
mencengkeram bahunya.
Betapa kagetnya Tu Ci Yen. Ia berkelit secepat kilat dan menyerang dada Pek Giok Liong.
Pek Giok Liong tertawa ringan. Ia menyambut serangan itu dengan pukulan, sehingga
terdengar suara benturan.
Bum! 634 Sungguh di luar dugaan, mendadak badan Tu Ci Yen melambung ke atas. Itu membuat
Pek Giok Liong tertegun. Ketika ia baru mau menyerang Tu Ci Yen, tiba-tiba ia mendengar
suara angin pukulan yang amat dahsyat di belakangnya. Ternyata Lang San Sam Kuai
telah menyerangnya.
"Waktu kalian bertiga telah sampai!" bentak Pek Giok Liong.
Ia menggerakkan sepasang tangannya, itu adalah jurus Ling Khong Huan In Cam
(Pukulan tanpa bayangan) yang tiada tandingannya.
Seketika juga terdengar suara jeritan yang menyayat hati, Lang San Sam Kuai terpental
belasan meter, darah segar pun mengucur deras dari mulut mereka.
Kejadian itu sungguh mengejutkan Thian Suan Sin Kun, Ti Kie Sin Kun dan enam
pengawal khusus. Mata mereka terbelalak dan mulut pun ternganga lebar.
Mendadak melayang turun sosok bayangan dengan tangan menjinjing seseorang.
Ternyata Bu Siang Seng menjinjing Tu Ci Yen.
"Terimakasih, Bu Siang Seng!" ucap Pek Giok Liong.
"Sama-sama!" sahut Bu Siang Seng sambil tertawa.
"Dia sudah mati?"
"Belum." Bu Siang Seng melempar Tu Ci Yen ke bawah, lalu memberi hormat pada Pek
Giok Liong seraya berkata, "Teecu mohon ampun!"
"Lho?" Pek Giok Liong heran. "Kenapa Siang Seng ?"?"
"Teecu sedikit lengah, sehingga membuat Giok Ling terluka." Bu Siang Seng
memberitahukan.
"Parahkah lukanya?" tanya Pek Giok Liong cemas.
"Mungkin harus beristirahat sepuluh hari baru bisa sembuh," jawab Bu Siang Seng
dengan kepala tertunduk.
635 "Bertarung dengan lawan, terluka memang tidak bisa dihindarkan, maka Siang Seng tidak
bersalah dalam hal ini."
"Terimakasih atas pengampunan Ketua!" ucap Bu Siang Seng lalu mundur.
Pek Giok Liong memandang Thian Suan Sin Kun, Ti Kie Sin Kun, enam pengawal khusus
dan lainnya dengan tajam.
"Lebih baik kalian semua jangan mencoba kabur!" ujar Pek Giok Liong. "Tetap berdiri di
tempat masing-masing!"
Thian Suan Sin Kun dan Ti Kie Sin Kun saling memandang. Setelah itu Thian Suan Sin
Kun bertanya. "Mau kau apakan diri kami?"
Pek Giok Liong tersenyum dan sahutnya.
"Kalian boleh berlega hati, aku tidak akan menyusahkan kalian semua, hanya harus
menotok jalan darah kalian masing-masing. Kalau hari sudah terang, totokan itu akan
terbuka sendiri!"
"Bagaimana setelah kami bebas dari totokan?" tanya Thian Suan Sin Kun.
"Kalian mau ke mana, terserah!" jawab Pek Giok Liong.
"Kenapa harus menunggu sampai hari terang?" tanya Thian Suan Sin Kun.
"Karena sebelum hari terang, aku akan pergi mencari Cit Ciat Sin Kun." Pek Giok Liong
memberitahukan.
"Engkau khawatir kami akan memberitahukan padanya tentang kejadian di sini?" tanya Ti
Kie Sin Kun. "Betul." Pek Giok Liong mengangguk. "Itu agar dia tidak bisa meloloskan diri lagi, maka
kalian harus ditotok jalan darah masing-masing, dan akan bebas dengan sendirinya
setelah hari terang!"
636 "Engkau sudah tahu jejak Cit Ciat Sin Kun?" tanya Thian Suan Sin Kun mendadak.
"Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong sudah bergabung dengan kami, engkau pikir dia
tidak akan berkata sejujurnya?"
"Tahukah engkau ada berapa banyak orang berkepandaian tinggi yang mendampingi Cit
Ciat Sin Kun?"
"Naga, Harimau, Singa dan Macan tutul empat pengawal pribadinya, delapan pelayan, Hui
Eng Cap Ji Kiam, Thai Nai Siang Hiong dan puluhan orang yang berkepandaian tinggi,
jadi semuanya berjumlah lima puluh lebih kan?"
"Betul." Thian Suan Sin Kun mengangguk. "Oleh karena itu, engkau harus tahu kekuatan
kalian yang hanya belasan orang, bukankah ke sana cari mati?"
"Apa yang engkau katakan memang benar. Tapi kalau aku tidak yakin, bagaimana
mungkin berani pergi mencarinya?"
"Tapi ?"" Thian Suan Sin Kun menggeleng-gelengkan kepala.
"Ohya! Aku ingin minta bantuanmu, apakah engkau sudi membantuku?" tanya Pek Giok
Liong mendadak.
"Apa yang dapat kubantu?"
"Engkau perintahkan seseorang untuk mengumpulkan semua orang, setelah hari terang,
barulah kalian boleh pergi."
Thian Suan Sin Kun berpikir sejenak, lalu mengarah pada enam pengawal khusus seraya
berkata, "Saudara, laksanakanlah tugas ini!"
Pemimpin enam pengawal khusus itu memandang Pek Giok Liong, kemudian
mengangguk. "Baiklah. Aku segera ke dalam." Ia melangkah ke dalam untuk mengumpulkan semua
orang. 637 Tak seberapa lama kemudian, pemimpin enam pengawal khusus itu sudah kembali
bersama puluhan orang.
"Sudah kumpul semua?" tanya Pek Giok Liong.
"Sudah!" Pemimpin enam pengawal khusus itu mengangguk. "Kalau engkau tidak
percaya, boleh perintahkan seseorang untuk memeriksa ke dalam!"
"Itu tidak perlu." Pek Giok Liong tersenyum. "Aku percaya padamu!"
"Terimakasih!" ucap pemimpin enam pengawal khusus itu.
"Bu Siang Seng, Si Kim Kong! Kalian sudah boleh menotok jalan darah tidur mereka!" ujar
Pek Giok Liong.
"Ya," sahut mereka serentak, lalu badan mereka berkelebat ke sana ke mari. Tak lama
kemudian, puluhan orang itu telah terkulai dalam keadaan tidur, Bu Siang Seng, Si Kim
Kong mendekati Pek Giok Liong, lalu mereka memberi hormat.
"Bu Siang Seng!" ujar Pek Giok Liong. "Atur belasan orang di sini untuk menjaga mereka!"
"Ya." Bu Siang Seng mengangguk.
"Sepuluh orang menjaga di sekitar sini, apabila melihat Cit Ciat Sin Kun kabur ke mari,
harus segera memberi isyarat dengan kembang api!" Pesan Pek Giok Liong.
"Ya." Bu Siang Seng mengangguk lagi.
"Dia ?"" Pek Giok Liong menunjuk Tu Ci Yen yang tergeletak di tanah. "Musnahkan ilmu
silatnya, lalu serahkan pada salah seorang kita untuk membawanya pergi!"
"Ya." Bu Siang Seng memberi hormat.
Sedangkan Pek Giok Liong sudah mengerahkan ginkangnya menuju Kota Teng Hong
?" * * * 638 (Bersambung bagian 51)
PANJI SAKTI (JIT GOAT SENG SIM KI)
(Panji Hati Suci Matahari Bulan)
Karya: Khu Lung
Bagian ke 51. Dendam Telah Balas
Di dalam ekspedisi Yang Wie, sama sekali tidak tampak sinar lampu dan sangat sunyi.
Mungkin semua orang yang ada di dalam ekspedisi itu telah pulas.
Sekonyong-konyong berkelebat beberapa sosok bayangan ke dalam halaman belakang
ekspedisi itu. Mereka ternyata Pek Giok Liong, Se Pit Han dan Si Kim Kong.
Pada waktu bersamaan, terdengar pula suara bentakan keras di tempat yang gelap.
"Siapa" Tengah malam berani memasuki ekspedisi Yang Wie!"
Dua sosok bayangan melompat ke luar dari tempat gelap itu. Ternyata dua orang berbaju
hitam dengan pedang bergantung di punggung.
"Harap kalian berdua melapor pada Taytie, bahwa siau tocu dari Cai Hong To datang
berkunjung!"
Kedua orang berbaju hitam terperanjat. Tanpa sadar mereka termundur dua langkah
dengan mata terbelalak.
"Anda siau tocu dari Cai Hong To?" tanya salah seorang berbaju hitam.
"Aku masih ada urusan lain, tidak bisa membuang waktu! Cepatlah kalian melapor pada
Taytie!" "Bagaimana Anda bisa tahu bahwa Taytie berada di sini?"
"Kim Tie yang beritahukan!"
"Anda sudah bertemu Kim Tie?"
639 "Kenapa engkau begitu cerewet?"
Orang berbaju hitam tertegun, kemudian ujarnya sambil menarik nafas panjang.
"Maaf! Aku dalam tugas, maka harus bertanya pada Anda sejelas-jelasnya!"
"Ngmm!" Pek Giok Liong manggut-manggut.
"Di mana Anda bertemu Kim Tie?"
"Ketika dia dalam perjalanan menuju ke Go Bi San," sahut Pek Giok Liong dingin.
"Oh?" Orang berbaju hitam mengerutkan kening. "Ada urusan apa Anda ingin bertemu
Taytie?" "Apakah engkau berhak bertanya begitu?" Wajah Pek Giok Liong sudah berubah dingin.
Air muka orang berbaju hitam pun berubah, dan tampak tertegun pula.
"Cepatlah engkau melapor, jangan membuat salah di sini!" tegas Pek Giok Liong sambil
menatapnya tajam.
"Ya! Ya, harap Anda tunggu sebentar, aku segera melapor!" Ketika orang berbaju hitam
itu baru mau melangkah masuk, mendadak terdengar suara yang amat dingin.
"Engkau tidak usah melapor lagi!"
Orang berbaju hitam itu tersentak, lalu cepat-cepat memberi hormat. Dan pada waktu
bersamaan, muncul beberapa orang, yaitu Cit Ciat Sin Kun dan empat pengawal
pribadinya, yaitu Naga, Harimau, Singa dan Macan tutul.
"Pek Giok Liong!" Cit Ciat Sin Kun menatapnya sambil tertawa dingin. "Nyalimu sungguh
besar!" "Karena aku berani menentangmu?" tanya Pek Giok Liong sambil tersenyum hambar.


Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak salah." Cit Ciat Sin Kun manggut-manggut. "Bahkan engkau pun begitu berani ke
mari mencariku!"
640 "Kau anggap aku ke mari mengantar kematian?"
"Betul!" Cit Ciat Sin Kun mengangguk. "Hari ini engkau pasti mampus!"
Mendadak Pek Giok Liong tertawa gelak, ia menatap Cit Ciat Sin Kun seraya berkata.
"Tidak merasa dirimu sedang omong besar?"
"Hm!" dengus Cit Ciat Sin Kun dingin. "Kau apakan Kim Tie?"
"Aku mengutus orang menangkapnya."
"Dia berada di mana sekarang?"
"Dikurung di suatu tempat rahasia." Pek Giok Liong memberitahukan. "Sebaliknya Tu Ci
Yen ?""
"Bagaimana dia?" tanya Cit Ciat Sin Kun cemas.
"Dia tidak kubunuh, melainkan ?"" Pek Giok Liong memberitahukan. ?"" ilmu silatnya
telah dimusnahkan!"
"Jadi ?"" Air muka Cit Ciat Sin Kun berubah. "Engkau telah pergi ke Siauw Keh Cung?"
"Ya." Pek Giok Liong mengangguk. "Bahkan aku pun telah membunuh Lang San Sam
Kuai." "Hah?" Cit Ciat Sin Kun melotot. "Bagaimana yang lain?"
"Mereka sudah tidur pulas, setelah hari terang, mereka pasti mendusin dengan
sendirinya," sahut Pek Giok Liong sambil tersenyum-senyum.
"Bocah" bentak Cit Ciat Sin Kun dengan wajah merah padam, kelihatannya kemurkaannya
telah memuncak. "Aku akan mencabut nyawamu!"
Usai berkata begitu, Cit Ciat Sin Kun langsung menyerang Pek Giok Liong dengan jurus
maut. 641 Walau Pek Giok Liong memiliki kepandaian yang amat tinggi, namun menghadapi Cit Ciat
Sin Kun, ia pun berhati-hati. Ia segera mengerahkan Thai Ceng Sin Kangnya, lalu cepat-
cepat melompat ke belakang seraya berseru.
"Tunggu!"
"Engkau masih ada pembicaraan apa?"
"Aku ingin memberi sedikit nasihat padamu, harap engkau sudi mendengarnya!"
"Jangan banyak bicara!" bentak Cit Ciat Sin Kun.
"Manusia hidup tidaklah lama, walau bisa menjagoi bu lim, akhirnya tetap akan mati! Kini
engkau sudah berusia lanjut, untuk apa engkau masih ingin menguasai bu lim" Lebih baik
engkau bertobat!"
"Hm!" dengus Cit Ciat Sin Kun dingin. "Aku memang tersentuh oleh kata-katamu, tapi
?"" "Engkau punya syarat?"
"Tidak salah!"
"Apa syaratmu?"
"Kita harus bertarung seratus jurus. Setelah ada yang menang dan kalah, barulah
membicarakan yang lain!"
"Kenapa engkau harus mengambil keputusan ini?"
"Agar aku merasa puas!"
"Baiklah!" Pek Giok Liong mengangguk. "Engkau menghendaki begitu, maka silahkan
mulai!" "He he!" Cit Ciat Sin Kun tertawa terkekeh. "Bocah, berhati-hatilah!"
642 Cit Ciat Sin Kun langsung menyerang dada Pek Giok Liong. Pek Giok Liong pun segera
berseru. "Cit Ciat Sin Kun! Engkau pun harus berhati-hati!" Pek Giok Liong menyambut serangan
itu. Buumm! Terdengar benturan keras.
Badan Pek Giok Liong bergoyang, sedangkan Cit Ciat Sin Kun tergempur mundur
selangkah. Berdasarkan ini, sudah dapat diketahui lwee kang Pek Giok Liong masih
menang setingkat dari Cit Ciat Sin Kun.
Betapa terkejutnya Cit Ciat Sin Kun. Ia memang sudah mendengar bahwa Pek Giok Liong
memiliki kepandaian yang amat tinggi, tapi tidak menyangka lwee kangnya begitu dalam,
otomatis membuatnya menarik nafas dalam-dalam.
"Bocah, engkau memang hebat! Coba sambut seranganku lagi!" bentaknya dan sekaligus
menyerang Pek Giok Liong dengan sepasang telapak tangannya yang mengandung lwee
kang dahsyat. Pek Giok Liong mengernyitkan kening, lalu menangkis serangan itu dengan sepasang
telapak tangannya.
Bum! Bum! Terdengar dua kali suara benturan keras yang memekakkan telinga.
Pek Giok Liong termundur tiga langkah, sedangkan Cit Ciat Sin Kun terpental lima langkah
dan memuntahkan darah segar.
"Bocah! Selagi engkau masih ada di bu lim, aku tidak akan memunculkan diri dalam bu
lim!" ujar Cit Ciat Sin Kun dengan mulut masih mengalir darah segar. "Mari kita pergi!"
"Tunggu!" seru Pek Giok Liong.
Akan tetapi, Cit Ciat Sin Kun telah berkelebat pergi. Pada saat bersamaan, Pek Giok
Liong mendengar suara yang amat halus, ternyata Cit Ciat Sin Kun berbicara padanya
dengan ilmu menyampaikan suara.
643 "Engkau memang memiliki kepandaian yang amat tinggi, tapi aku ingatkan, engkau harus
berhati-hati!"
Pek Giok Liong merasa heran, kenapa Cit Ciat Sin Kun mengingatkannya begitu" Apakah
itu merupakan suatu ancaman" Pek Giok Liong tidak habis berpikir, dan mendadak ia
berseru karena melihat empat pengawal pribadi itu mau pergi.
"Kalian berempat tunggu!"
"Engkau ingin menahan kami?" tanya Si Naga gusar.
"Kalian berempat jangan salah paham, aku sama sekali tidak bermaksud menahan
kalian!" "Kalau begitu, kenapa engkau menyuruh kami menunggu?"
"Karena aku ingin minta bantuan kalian?"
"Bantuan apa" Apakah kami mampu membantu?"
"Kalian berempat pasti dapat bantu." Pek Giok Liong tersenyum. "Kalau tidak, bagaimana
mungkin aku akan minta bantuan kalian?"
"Engkau pikir kami akan membantumu?"
"Kalian berempat adalah pendekar sejati, tentunya sudi membantuku!" ujar Pek Giok
Liong dan menambahkan. "Tapi kalau kalian berempat tidak membantu, itu juga tidak apa-
apa. Aku tidak akan memaksa kalian."
"Bagus. Kalau begitu, engkau tidak perlu minta bantuan kami!"
"Namun kalian harus tahu dulu, aku minta bantuan apa" Sebelum tahu, jangan menolak
duluan!" "Kalau begitu, beritahukanlah!"
"Tadi sore, aku sudah mengutus beberapa orang ke istana Tay Tie."
644 "Hah?" Wajah Si Naga langsung berubah. "Engkau mengutus beberapa orang untuk
menghancurkan istana itu?"
"Tentu tidak, melainkan cuma menolong orang."
"Menolong siapa" Menolong gurumu?"
"Guruku sudah mati bunuh diri. Yang akan ditolong itu anak istri teman Thiat Jiau Kou Hun
Song Yauw Tong."
"Oh?" Si Naga mengernyitkan kening. "Urusan itu tiada kaitannya dengan kami."
"Memang tiada kaitannya dengan kalian berempat, namun kini Cit Ciat Sin Kun sedang
menuju ke istana, mungkin akan berpapasan dengan orang-orang yang kuutus itu. Maka
aku minta bantuan kalian untuk menyampaikan pesanku padanya, agar dia tidak
mengganggu orang-orangku itu. Kalau orang-orangku itu belum berhasil menolong anak
dan ibu tersebut, aku harap kalian bersedia membantuku melepaskan mereka!"
"Tentang itu ?"" Si Naga tertawa. "Kenapa engkau tidak bicara langsung dengan Cit
Ciat Sin Kun?"
"Aku tidak menyangka Cit Ciat Sin Kun begitu cepat pergi, maka aku terpaksa minta
bantuan kalian."
"Aku bersedia membantu dalam hal ini ?""
"Kalau begitu, aku ucapkan terimakasih padamu!"
"Jangan berterimakasih dulu! Ucapanku belum usai!" Si Naga melanjutkan sambil menger
nyitkan kening. "Kalau sebelum pertarungan ini mungkin aku bisa membantu. Tapi kini Cit
Ciat Sin Kun mengalami kekalahan, tentunya hatinya sangat kesal, maka mungkin ?""
"Kalau kalian berempat bermohon padanya dia pasti mengabulkan."
"Tapi seandainya ?"." Si Naga menggeleng-gelengkan kepala.
"Itu berarti Cit Ciat Sin Kun ?"" tegas Pek Giok Liong. "Hancur tidaknya istana itu,
tergantung pada kalian berempat ketika bicara dengan Cit Ciat Sin Kun."
645 "Itu ?""
"Nah, sekarang kalian berempat boleh pergi!"
"Baiklah!" Si Naga mengangguk, lalu mengajak ketiga saudaranya meninggalkan tempat
itu. "Adik Liong!" Se Pit Han mendekatinya. "Apakah Cit Ciat Sin Kun akan mendengar
perkataan mereka berempat?"
"Itu tentu." Pek Giok Liong tersenyum. "Karena dia tetap akan menjaga keutuhan
istananya maka dia tidak berani macam-macam."
"Menurutmu ".." Se Pit Han menatapnya. "Apakah Cit Ciat Sin Kun masih berani bangki
kembali?" "Itu sulit dikatakan." Pek Giok Liong menarik nafas panjang. "Tapi dalam beberapa tahun
ini dia pasti tidak berani berbuat apa-apa."
"Adik Liong, kalau begitu bukankah lebih baik sekarang kita habiskan saja mereka?"
"Kak misan!" Pek Giok Liong tersenyum. "Kita harus bisa memberi ampun pada siapa pun,
lagi pula usia Cit Ciat Sin Kun sudah lanjut, untuk apa kita membunuhnya" Biar sang
waktu saja yang membunuhnya."
"Adik Liong ?"" Se Pit Han menatapnya dalam-dalam. "Engkau sungguh berhati bajik
dan mulia ?""
"Itu belum tentu." Pek Giok Liong tersenyum. "Sebab aku tidak memberi ampun pada
Siang Hiong."
Ketika Pek Giok Liong menyinggung Siang Hiong, Se Pit Han pun merasa heran, karena
tidak melihat Siang Hiong itu.
"Adik Liong, Siang Hong itu ?"" Ucapan Se Pit Han terputus, karena melihat dua sosok
bayangan melayang turun, mereka berdua adalah salah satu orang pelindung pulau, Si
Bun Kauw dan Suan Cen Ji. Di ketiak masing-masing mengapit seseorang. Setelah
melempar orang yang diapit di ketiak, mereka berdua lalu memberi hormat pada Pek Giok
Liong. 646 "Teecu berdua menghadap Ketua!"
"Tidak usah sungkan-sungkan!" Pek Giok Liong tersenyum. "Aku telah merepotkan
kalian!" "Ketua, kami telah berhasil menangkap Siang Hiong ini!"
"Terimakasih!" ucap Pek Giok Liong, lalu mengibaskan tangannya ke arah Siang Hiong
itu, dan seketika juga nyawa kedua orang itu melayang.
"Teecu memberi selamat pada Ketua!" ucap Si Bun Kauw. "Karena Ketua telah berhasil
membalas dendam berdarah itu."
"Itu atas bantuan kalian."
"Ohya, apa rencana Ketua selanjutnya?"
"Sampaikan perintahku, semua orang Cai Hong To harus pulang! Aku dan Se Pit Han
akan menyusul belakangan."
"Teecu menerima perintah!" Si Bun Kauw dan Suan Cen Ji segera meninggalkan Pek
Giok Liong. "Kak misan, mari kita ke vihara Si Hui menemui Hui Ceh dan Cing Ji!" ujar Pek Giok Liong.
"Engkau sudah kangen pada mereka ya?" goda Se Pit Han.
"Eh" Kak misan ?"" Wajah Pek Giok Liong kemerah-merahan.
Pek Giok Liong telah membalas dendam berdarah itu, apakah selanjutnya bu lim akan
tenang, tidak akan terjadi sesuatu apa pun lagi" Justru sungguh di luar dugaan ?"
* * * 647 Cit Ciat Sin Kun sudah sampai di istananya. Ia berdiri di ruang dalam menghadap dinding.
Heran" Kenapa dia berdiri di situ" Mendadak dinding itu bergerak, ternyata sebuah pintu
rahasia. Tak lama muncul seorang berjubah kuning bersulam muka iblis yang menyeramkan. Muka
orang itu pun memakai kedok iblis.
"Hamba memberi hormat pada Mo Cun (Muka iblis)!" ucap Cit Ciat Sin Kun sambil
menjura. Cit Ciat Sin Kun adalah Ci Seng Tay Tie (Maha raja tersuci), namun ia masih
harus memberi hormat pada orang berkedok iblis itu. Lalu siapa sebenarnya orang
tersebut" Kenapa Cit Ciat Sin Kun menyebutnya Mo Cun"
"Bagaimana tugasmu, Tay Tie?" tanya Mo Cun dengan suara parau.
"Gagal total," sahut Cit Ciat Sin Kun dengan kepala tertunduk.
"Apa?" Mo Cun tampak murka sekali. "Engkau adalah Cih Seng Tay Tie, tapi kenapa
begitu tidak becus?"
"Hamba ?"" Cit Ciat Sin Kun tidak berani melanjutkan ucapannya.
"Laporkan semuanya!" bentak Mo Cun.
"Ya, Mo Cun." Cit Ciat Sin Kun mengangguk, lalu melaporkan semua kejadian itu dan
menambahkan, "Tu Ci Yen, anak angkat hamba pun telah musnah ilmu silatnya."
"Jadi engkau kalah melawan Pek Giok Liong, pemegang Jit Goat Seng Sim Ki itu?"
"Ya." Cit Ciat Sin Kun menarik nafas panjang. "Malah hamba mengalami luka dalam pula."
"Hmm!" dengus Mo Cun dingin. "Aku harus membunuhmu, setelah itu barulah aku akan
menundukkan semua partai besar di bu lim!"
"Apakah ilmu yang Mo Cun latih itu sudah mencapai tingkat kesempurnaan?" tanya Cit
Ciat Sin Kun mendadak.
"Cuma sampai tingkat ketujuh." Mo Cun memberitahukan. "Masih harus naik tiga tingkat
lagi, baru sempurna!"
"Kalau begitu ?""
648 "Aku masih bisa membunuh Pek Giok Liong itu, tapi ?"" Mo Cun tampak ragu.
"Kenapa?" Cit Ciat Sin Kun menatapnya.
?"?" Mo Cun tidak menjawab, kelihatannya ia sedang berpikir keras, berselang
beberapa saat barulah berkata. "Hek Sim Sin Kang (Tenaga sakti hati hitam) ku cuma
mencapai tingkat ketujuh, tapi itu sudah cukup untuk membunuh Pek Giok Liong!"
"Kalau begitu, apakah Mo Cun berniat membunuhnya?"
"Ng!" Mo Cun mengangguk. "Aku memang harus membunuhnya, karena dia merupakan
rintangan berat bagi cita-citaku."
"Kapan Mo Cun akan turun tangan membunuhnya?"
"He he he!" Mo Cun tertawa terkekeh-kekeh.
"Mungkin tidak lama lagi. Setelah membunuh Pek Giok Liong, aku pun harus menutup diri
untuk menyempurnakan ilmuku, lalu menguasai bu lim."
"Tapi ?"" Cit Ciat Sin Kun mengernyitkan kening. "Kini Pek Giok Liong adalah ketua
panji Hati Suci Matahari Bulan, pihak Cai Hong To pun di bawah perintahnya, maka
kekuatan mereka ?""
"Hmm!" dengus Mo Cun dingin. "Aku akan menunggu saat Pek Giok Liong bepergian
seorang diri. Di saat itulah aku akan membunuhnya."
"Bagaimana kalau pihak Cai Hong To kemari menuntut balas?"
"Kalau aku sudah membunuh Pek Giok Liong, sementara pihak Cai Hong To tidak begitu
berani menuntut balas."
"Kenapa?"
"Engkau tahu siapa aku kan?"
"Ya."
649 "Nah, setelah pihak Cai Hong To tahu, apakah mereka berani sembarangan menuntut
balas" Kepandaian mereka masih di bawah kepandaian Pek Giok Liong, tentunya mereka
tidak berani menuntut balas sementara itu. Sedangkan aku pun akan menutup diri untuk
memperdalam ilmu Hek Sim Sin Kang, sesudah mencapai tingkat kesempurnaan, siapa di
kolong langit mampu menandingiku?"
"Betul, Mo Cun!" Cit Ciat Sin Kun manggut-manggut, kemudian mendadak menarik nafas
panjang. "Kenapa engkau?" Mo Cun menatapnya tajam.
"Anak angkatku itu ?""
"Ha ha ha!" Mo Cun tertawa gelak. "Engkau tidak perlu cemas! Setelah ilmuku sampai di
tingkat kesempurnaan, aku pasti mampu memulihkan ilmu silatnya itu!"
"Oh?" Cit Ciat Sin Kun tampak girang. "Terimakasih, Mo Cun!"
"Cukup sampai di sini pembicaraan kita, aku masih harus berlatih." ujar Mo Cun, lalu
melangkah ke dalam ruang rahasia. Pintu ruang itu pun tertutup secara otomatis.
Cit Ciat Sin Kun berdiri termangu, lama sekali barulah ia meninggalkan tempat itu menuju
kamarnya. "Nak!" Panggilnya ketika memasuki kamarnya, ternyata Tu Ci Yen duduk di kursi dengan
wajah pucat pias dan tampak lemas.
"Ayah ?"" sahut Tu Ci Yen tak bersemangat. Maklum, semua ilmu kepandaiannya telah
musnah. "Mo Cun memberitahukan, kalau ilmunya sudah mencapai tingkat kesempurnaan, maka
dia akan memulihkan ilmu silatmu."
"Oh?" Wajah Tu Ci Yen tampak girang. "Apakah Mo Cun sanggup melakukan itu?"
"Sanggup." Cit Ciat Sin Kun mengangguk. "Tapi harus menunggu ilmunya mencapai


Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tingkat kesempurnaan."
650 "Kira-kira kapan?"
"Mo Cun tidak memberitahukan." Cit Ciat Sin Kun menatapnya. "Nak, bukankah lebih baik
engkau hidup seperti orang biasa?"
"Tidak." Tu Ci Yen menggelengkan kepala. "Pokoknya aku harus membalas dendam ini."
"Nak ?"" Cit Ciat Sin Kun menggeleng-gelengkan kepala. "Pek Giok Liong berhati bajik
dan berbudi luhur. Padahal dia bisa membunuh kita, namun dia tidak melakukannya. Lalu
?" kenapa engkau masih membalas dendam?"
"Ayah! Kalau salah satu diantara kami tidak ada yang mati, urusan dendam ini tidak akan
usai." "Nak!" Cit Ciat Sin Kun menarik nafas.'"Engkau yang memimpin Siang Hiong Sam Kuai
membantai kedua orang tuanya berikut seluruh penghuni Ciok Lau San Cung, namun dia
masih tidak membunuhmu, hanya memusnahkan ilmu silatmu. Seharusnya engkau
berterimakasih padanya."
"Oh?" Tu Ci Yen menatap Cit Ciat Sin Kun. "Kenapa ayah berubah tak bersemangat ?""
"Ayah telah berhutang budi padanya, karena dia tidak membunuh ayah," sahut Cit Ciat Sin
Kun. "Kini Siang Hiong dan Sam Kuai telah mati, maka lebih baik engkau hidup seperti
orang biasa jangan berkecimpung di bu lim lagi!"
"Ayah!" Sepasang mata Tu Ci Yen berapi-api. "Pokoknya aku masih harus berdiri di bu
lim, itu sesuai dengan cita-cita Mo Cun."
"Nak ?"" Cit Ciat Sin Kun menggeleng-gelengkan kepala. "Engkau beristirahatlah!"
"Ya." Tu Ci Yen mengangguk.
Cit Ciat Sin Kun memang merasa berhutang budi pada Pek Giok Liong, sebab Pek Giok
Liong tidak membunuhnya. Tapi kini, Mo Cun telah mengambil keputusan untuk
membunuh Pek Giok Liong, itu membuatnya salah tingkah. Meskipun ia telah
memperingatkan Pek Giok Liong, namun ?"
* * * 651 Bagian ke 52. Kiu Thian Mo Cun (Maha Iblis Langit Sembilan)
Pek Giok Liong, Se Pit Han, Siauw Hui Ceh dan Cing Ji sedang melakukan perjalanan
menuju ke Lam Hai, itu atas usul Se Pit Han.
"Kakak Han, kenapa kita harus ke Lam Hai?" tanya Siauw Hui Ceh.
"Adik Hui!" Se Pit Han tersenyum. "Tentunya ke Pulau Pelangi!"
"Tempat tinggalmu itu?"
"Ya." Se Pit Han mengangguk. "Engkau harus tahu, pemandangan di Cai Hong To sangat
indah, secara tidak langsung dapat menghibur dirimu."
"Aaaakh ?"" Siauw Hui Ceh menarik nafas panjang. "Aku tidak menyangka, akhirnya
ayahku meninggal juga!"
"Kita semua telah berusaha menolong ayahmu, tapi ?"" Se Pit Han menggeleng-
gelengkan kepala. "Adik Hui, sudahlah, jangan berduka!"
"Kakek pun sudah mati, kini aku tinggal seorang diri ?"" sela Cing Ji dengan wajah
murung. "Adik Cing!" Se Pit Han tersenyum. "Engkau tidak tinggal seorang diri, masih ada kami
bertiga bersamamu."
"Adik Cing, engkau tidak usah berduka!" hibur Pek Giok Liong sambil tersenyum lembut.
"Kami bertiga sangat menyayangimu, jadi engkau tidak usah berduka lagi!"
"Ya, Kakak Liong." Cing Ji mengangguk.
"Kak misan!" Pek Giok Liong menatapnya. "Mungkin Siang Sing, Si Kim Kong dan lainnya
sudah tiba di Pulau Pelangi."
652 "Mungkin." Se Pit Han manggut-manggut, kemudian tersenyum. "Di Pulau Pelangi banyak
terdapat tempat-tempat yang amat indah, aku pasti mengajak kalian jalan-jalan kesemua
tempat itu."
"Bagus." Cing Ji tertawa gembira. "Aku sudah merasa bosan berkeluyuran di bu lim, ingin
beristirahat di Pulau Pelangi saja."
"Aku pun berpikir begitu," sambung Siauw Hui Ceh dan menambahkan. "Sebab Kakak
Peng Yang sudah menjadi cung cu di Siauw Keh Cung, dia pasti bisa mengurusi Siauw
Keh Cung dengan baik."
"Betul." Pek Giok Liong mengangguk. "Sayang sekali Cian Tok Suseng tidak mau ikut ke
Pulau Pelangi, dia malah lebih senang kembali ke tempatnya."
"Begitu pula Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong, dia bersama teman baiknya pulang ke
kwan gwa, dan kini Seng Sim Bun pun bubar dengan sendirinya."
"Tentu." Se Pit Han tersenyum. "Kini bu lim telah tenang dan aman, maka tidak perlu
keberadaan partai Hati Suci lagi."
"Tidak salah." Pek Giok Liong mengangguk. "Namun apabila perlu, partai Hati Suci pasti
berdiri lagi."
"Itu tidak mungkin."
"Kak misan, apa yang akan terjadi kelak, siapa yang dapat mengetahuinya" Kini bu lim
sudah tenang dan aman, tapi bagaimana kelak, siapa bisa mengetahuinya?"
"Kakak Liong!" sela Cing Ji. "Aku lebih senang hidup tenang di Pulau Pelangi. Kalau pun
bu lim akan kacau lagi kelak, aku tetap diam di Pulau Pelangi, tidak mau ke Tionggoan
lagi." "Aku setuju," sambung Siauw Hui Ceh.
"Bagus." Se Pit Han tertawa gembira. "Mari kita hidup bersama di Pulau Pelangi!"
"Termasuk aku kan?" tanya Pek Giok Liong sambil tersenyum.
653 "Eh" Adik Liong ?"" Se Pit Han menatapnya. "Sebetulnya engkau mencintai siapa di
antara kita bertiga?"
"Itu ?"" Pek Giok Liong ragu menjawabnya, malah tergagap. "Aku ?""
"Engkau mencintai kami bertiga?" tanya Se Pit Han dengan wajah agak kemerah-
merahan. "Lebih baik engkau berterus terang saja!"
"Aku ?"" Pek Giok Liong menundukkan kepala, berselang sesaat bertanya dengan
suara rendah, "Kalian bertiga mencintaiku?"
"Kami mencintaimu," sahut Se Pit Han, Siauw Hui Ceh dan Cing Ji serentak. Ketiga anak
gadis itu pun saling memandang, lalu menundukkan wajah masing-masing saking
jengahnya. "Kalau begitu ?"" Pek Giok Liong menatap mereka bertiga. "Aku harus bagaimana?"
Ketiga gadis itu tidak menyahut, mereka bertiga malah berbisik-bisik seakan sedang
merundingkan sesuatu, kemudian wajah mereka bertiga berseri, kelihatan telah mencapai
suatu kesepakatan.
"Engkau memperistri kami bertiga saja!" ujar Se Pit Han dengan suara hampir tak
kedengaran. "Apa"!" Pek Giok Liong terbelalak. "Aku ?" aku memperistri kalian bertiga ?"?"
"Ya." Se Pit Han mengangguk. "Kami bertiga memang sangat mencintaimu. Kalau engkau
tidak memperistri kami bertiga, lalu harus bagaimana?"
"Itu ?"" Pek Giok Liong memandang jauh ke depan. ?"" terserah kalian bertiga."
"Kalau begitu, kita akan menikah di Cai Hong To!" ujar Se Pit Han.
"Setuju." sahut Siauw Hui Ceh dan Cing Ji dengan wajah berseri.
"Baiklah." Pek Giok Liong mengangguk, kemudian berseru kagum. "Wah! Bukan main
indahnya pemandangan Yan San (Gunung Walet) ini, gumpalan awan putih menutupi
puncaknya."
654 "Hati-hati adik Liong!" Se Pit Han mengingatkan. "Jangan terlampau ke sana, mulut jurang
yang ribuan meter dalamnya menganga di situ! Kalau engkau terjatuh ke dalam jurang itu,
kami bertiga belum menikah denganmu malah akan jadi janda."
"Hi hi hi!" Siauw Hui Ceh dan Cing Ji tertawa geli.
"Kalian ?"" Pek Giok Liong tersenyum, tapi kemudian mengernyitkan kening dengan
wajah tampak serius.
"Adik Liong!" Se Pit Han menatapnya heran. "Kenapa engkau?"
"Ada orang datang!" sahut Pek Giok Liong.
"Oh?" Se Pit Han menengok ke sana ke mari, tapi tidak tampak siapapun. "Tidak ada yang
dating ?""
Mendadak terdengarlah suara tawa yang melengking-lengking, begitu tajam menusuk
telinga. "Siapa yang tertawa itu?" Pek Giok Liong heran. "Lwee kangnya dalam sekali, masih di
atas Cit Khi Jin (Tujuh orang aneh)!"
"Apakah musuh kita?" tanya Se Pit Han.
"Entahlah." Pek Giok Liong menggeleng kepala. "Kita harus berhati-hati menghadapi
segala kemungkinan!"
Sementara suara tawa yang melengking-lengking itu terdengar semakin mendekat. Siauw
Hui Ceh dan Cing Ji terpaksa menutup telinga, karena tidak tahan mendengar suara tawa
itu. "Adik Liong! Berhati-hatilah!" Pesan Se Pit Han. "Yang datang itu pasti mengandung
maksud tidak baik."
"Ya." Pek Giok Liong mengangguk. Ia segera merogoh ke dalam bajunya mengambil
'Kitab Ajaib', lalu diserahkan pada Se Pit Han. "Kak misan, simpanlah 'Kitab Ajaib' ini!"
"Ya." Se Pit Han menerima kitab itu dan sekaligus menyimpannya ke dalam bajunya. "Adik
Liong, kenapa engkau ?""
655 Ucapan Se Pit Han terputus, karena ia melihat empat sosok bayangan melayang turun.
Empat sosok bayangan itu ternyata Cit Ciat Sin Kun, Thian Sat, Thian Suan dan Ti Kie Sin
Kun. "He he he!" Cit Ciat Sin Kun tertawa terkekeh-kekeh. "Bocah! Hari ini engkau pasti
mampus!" "Cit Ciat Sin Kun!" Pek Giok Liong menatapnya tajam. "Kenapa engkau muncul lagi?"
"Ha ha ha!" Cit Ciat Sin Kun tertawa gelak, namun secara diam-diam ia berkata pada Pek
Giok Liong dengan ilmu menyampaikan suara. "Pek siauhiap, berhati-hatilah! Yang datang
itu berilmu amat tinggi, alangkah baiknya engkau cepat pergi bersama tiga nona itu!"
"Ha ha!" Pek Giok Liong tertawa. "Padahal aku telah mengampuni nyawa kalian, tapi
kalian masih ke mari cari mati!"
Sahut Pek Giok Liong dan ia pun bertanya pada Cit Ciat Sin Kun dengan ilmu
menyampaikan suara pula.
"Sin Kun, siapa orang itu?"
"Dia Mo Cun!" Cit Ciat Sin Kun memberitahukan sambil tertawa. "Ha ha ha! Hari ini
engkau pasti mampus!"
"Kalian berempat sungguh tak tahu diri! Sudah diampuni malah mau cari mati di sini!"
bentak Se Pit Han.
"Nona, lebih baik engkau pergi!" Cit Ciat Sin Kun menatapnya. "Kalau tidak, engkau pun
akan mampus di gunung Yan San ini!"
"Pergi?" Se Pit Han tertawa dingin. "Jangan omong besar ?"!"
"Cit Ciat Sin Kun tidak omong besar, kalian memang harus mampus hari ini!" Terdengar
suara sahutan yang melengking tajam, menyusul tampak sosok bayangan melayang
turun. Orang itu memakai jubah dan memakai kedok iblis. "Pek Giok Liong! Hari ini
engkau pasti mampus!"
656 "Siapa Anda" Kenapa begitu berniat membunuhku?" tanya Pek Giok Liong sambil
menatapnya tajam.
"Bocah! Engkau ketua partai Hati Suci kan?"
"Betul!"
"Generasi kelima pemegang panji Hati Suci Matahari Bulan?"
"Tidak salah!"
"He he he!" Orang berkedok iblis tertawa terkekeh-kekeh. "Maka engkau harus mampus!"
"Anda punya dendam denganku?" tanya Pek Giok Liong heran.
"Di antara kita tiada dendam, namun aku punya dendam dengan Seng Sim Tayhiap
(Pendekar Hati Suci)!" Orang berkedok iblis memberitahukan.
"Apa"!" Pek Giok Liong terbelalak. "Anda punya dendam dengan kakek guruku?"
"Betul!" Orang berkedok iblis mengangguk. "Maka aku harus berbuat perhitungan
denganmu!"
"Kalau begitu, siapa Anda yang terhormat"' tanya Pek Giok Liong sopan.
"Bocah! Dengar baik-baik! Aku Kiu Thian Mo Cun (Maha Iblis Langit Sembilan)!" Orang
berkedok iblis memberitahukan dengan suara parau.
"Haah"!" Pek Giok Liong terkejut, begitu pula Se Pit Han, karena ayah Se Pit Han pernah
bercerita tentang Kiu Thian Mo Cun. Hampir dua ratus tahun yang lampau, pendekar Hati
Suci bertanding dengan Kiu Thian Mo Cun. Dalam pertandingan itu, pendekar Hati Suci
berhasil memukul Kiu Thian Mo Cun jatuh ke dalam jurang. Setelah itu, para ketua partai
besar masa itu bersepakat untuk membikin panji Jit Goal Seng Sim Ki.
Akan tetapi, kejadian itu sudah begitu lama bagaimana mungkin Kiu Thian Mo Cun masih
hidup" Oleh karena itu, Pek Giok Liong pun tertawa seraya berkata.
657 "Anda bercanda! Bagaimana mungkin Kiu Thian Mo Cun masih hidup" Anda pasti bukan
Kiu Thian Mo Cun itu, tapi mungkin Anda pewarisnya!"
"Aku Kiu Thian Mo Cun!" ujar orang berkedok iblis. "Nah, bocah! Engkau harus mati hari
ini!" "Oh, ya?" Pek Giok Liong tertawa hambar. "Mungkin Anda yang akan mati di tanganku!"
"Hm!" dengus Kiu Thian Mo Cun dingin. "Cit Ciat, Thian Sat, Thian Suang dan Ti Kie!
Kalian berempat boleh menyerang bocah itu sepuluh jurus, aku ingin tahu berapa tinggi
kepandaiannya!"
"Ya! Hamba berempat menerima perintah!" sahut Cit Ciat berempat, lalu mengurung Pek
Giok Liong. Se Pit Han, Siauw Hui Ceh dan Cing mundur ke belakang, yang paling tegang dan cemas
adalah Se Pit Han, sebab ia tahu betapa tingginya ilmu Kiu Thian Mo Cun. Namun ia
masih tidak yakin bahwa orang berkedok iblis itu Kiu Thian Mo Cun sendiri.
"Baiklah!" Pek Giok Liong menatap mereka satu persatu. "Kalian berempat boleh
menyerangku sampai sepuluh jurus. Aku sama sekali tidak akan balas menyerang!"
"Kalau begitu, hati-hatilah!" ujar Cit Ciat Sin Kun dan langsung menyerang Pek Giok
Liong. Pek Giok Liong cepat-cepat berkelit, namun Thiat Sat, Thian Suan dan Ti Kie sudah
menyerang dari tiga jurusan. Sulit bagi Pek Giok Liong untuk berkelit lagi, maka
dikerahkannya ginkangnya, sehingga badannya meluncur ke atas.
Pada waktu bersamaan, Cit Ciat, Thian Sat, Thian Suan dan Ti Kie Sin Kun segera
menyerang ke atas dengan pukulan yang penuh mengandung tenaga dalam.
Pek Giok Liong tidak gugup. Ia langsung menyentilkan jari telunjuknya, itu adalah ilmu
Ceng Thian Sin Ci (Telunjuk sakti penggetar langit). Bukan main hebatnya ilmu itu,
mampu mematahkan serangan mereka berempat.
Mereka terus bertempur, tak terasa sudah sampai jurus kesepuluh, seketika juga Kiu
Thian Mo Cun menghardik.
"Berhenti!"
658 Cit Ciat, Thian Sat, Thian Suan dan Ti Kie Sin Kun segera berhenti menyerang, dan
sekaligus mundur ke sisi Kiu Thian Mo Cun.
"Bocah!" Kiu Thian Mo Cun tertawa dingin. "Kepandaianmu cukup tinggi, tapi tetap bukan
lawanku!" "Oh?" Pek Giok Liong tertawa hambar. "Anda kok begitu yakin bahwa aku bukan
lawanmu?" "Karena aku sudah tahu berapa dalam lwee kangmu dan berapa tinggi kepandaianmu!"
"Kita belum bertarung, maka janganlah begitu yakin!" sahut Pek Giok Liong dingin.
"Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Bocah! Bersiap-siaplah, aku akan mulai
menyerangmu!"
"Baik!" Pek Giok Liong mulai mengerahkan Thai Ceng Sin Kangnya.
Sedangkan Kiu Thian Mo Cun pun mulai mengerahkan Han Im Sin Kang (Tenaga sakti
hawa dingin). Ia akan menyerang Pek Giok Liong dengan Han Im Ciang (Pukulan hawa
dingin). "Bocah! Berhati-hatilah!" hardik Kiu Thian Mo Cun, lalu mendadak menyerang Pek Giok
Liong dengan jurus Swat Hoa Phiau-Phiau (Bunga salju berterbangan). Begitu cepat dan
dahsyat serangannya, bahkan mengandung hawa yang amat dingin.
Pek Giok Liong mengeluarkan ilmu Ceng Thian Sin Ci untuk menangkis jurus itu. Memang
hebat ilmu tersebut, sebab mampu membuyarkan hawa dingin sekaligus mematahkan
jurus itu. "Bagus!" Kiu Thian Mo Cun tertawa panjang, lalu menyerang Pek Giok Liong dengan jurus
Leng Thian Hong Khi (Hembusan angin dingin).
Pek Giok Liong berseru nyaring, dan menangkis jurus itu dengan jurus Hong Khi Hun
Yong (Angin berhembus awan terbang), jurus tersebut pun dapat mematahkan jurus itu.
"Bocah!" Kiu Thian Mo Cun tertawa lagi. "Engkau cukup tangguh! Sambutlah jurus ini!"
659 Kiu Thian Mo Cun menyerangnya dengan jurus Man Thian Swat Hoa (Bunga salju di
langit). Pek Giok Liong tidak gugup, dan langsung menangkis jurus itu dengan jurus Hoa Ih Pian
Hun (Warna warni bunga hujan).
Bummm! Terdengar suara benturan keras.
Pek Giok Liong terdorong mundur tiga langkah, sedangkan Kiu Thian Mo Cun cuma
terdorong mundur selangkah. Itu membuktikan bahwa lwee kang Kiu Thian Mo Cun lebih
tinggi. Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak, Pek Giok Liong diam saja, namun ia amat terkejut dalam
hati. "Adik Liong, bagaimana keadaanmu?" seru Se Pit Han bertanya dengan cemas.
"Aku tidak apa-apa!" sahut Pek Giok Liong.
"Gadis manis!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terkekeh-kekeh. "Sebentar lagi kekasihmu itu
akan mampus!"


Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Se Pit Han mengernyitkan kening, sedangkan Kiu Thian Mo Cun menatap Pek Giok Liong
dengan tajam. "Bocah! Sekarang engkau harus berhati-hati! Aku akan sungguh-sungguh menyerangmu!"
"Baik!"
"Bersiap-siaplah menyambut seranganku!" Kiu Thian Mo Cun memperingatkan Pek Giok
Liong, lalu menarik nafas dalam-dalam menghimpun Hek Sim Sin Kang (Tenaga sakti hati
hitam), ia akan menyerang Pek Giok Liong dengan ilmu Hek Sim Tok Ciang (Pukulan
beracun hati hitam). Setelah menghimpun tenaga sakti hati hitam, badan Kiu Thian Mo
Cun pun memancarkan cahaya hitam.
"Hati-hati Pek siau hiap!" pesan Cit Ciat Sin Kun dengan ilmu menyampaikan suara. "Dia
akan menyerangmu dengan Hek Sim Tok Ciang!"
660 Hati Pek Giok Liong tegang juga. Ia segera menghimpun Thai Ceng Sin Kang sampai
pada puncaknya.
"Hiyaaat!" pekik Kiu Thian Mo Cun sambil menyerang Pek Giok Liong dengan jurus Hek
Sim Bu To (Hati hitam tiada perasaan). Tampak cahaya hitam mengarah pada bagian
dada Pek Giok Liong.
Pek Giok Liong cepat-cepat menangkis jurus itu dengan salah satu jurus Tiga jurus sakti
pelindung panji.
Daaar! Terdengar suara ledakan dahsyat.
Pek Giok Liong terpental sejauh lima meteran ke dekat bibir jurang, kemudian terkulai
dengan muka kehitam-hitaman dan mulutnya pun memuntahkan darah hitam.
"Kakak Liong!" seru Siauw Hui Ceh dan Cing Ji cemas.
"Adik Liong ?"" Wajah Se Pit Han pucat pias. Gadis itu mau melompat ke arah Pek Giok
Liong, namun keburu dihadang oleh Cit Ciat Sin Kun dan Thian Sat Sin Kun.
"Engkau tidak boleh mendekatinya, mereka sedang bertarung!" ujar Cit Ciat Sin Kun
dingin. Sementara Kiu Thian Mo Cun tertawa terkekeh-kekeh dan menatap Pek Giok Liong
dengan tajam. "Bocah! Tiga jurus sakti pelindung panji tidak dapat menandingi Hek Sim Tok Ciang
(Pukulan beracun hati hitam) ku! Engkau telah terluka parah dan terkena racun pula!"
Pek Giok Liong bangkit berdiri, mulutnya masih mengalir darah hitam, mukanya pun tetap
kehitam-hitaman.
"Sambut seranganku ini lagi!" hardik Kiu Thian Mo Cun sambil menyerang Pek Giok Liong
dengan jurus Hek Sim Cong Thian (Hati hitam menembus langit).
Pada waktu bersamaan, tampak dua sosok bayangan melompat ke arah Pek Giok Liong.
Siapa mereka berdua" Tidak lain Siauw Hui Ceh dan Cing Ji. Kedua gadis itu ingin
melindungi Pek Giok Liong dari serangan Kiu Thian Mo Cun.
661 "Aaaakh ?"!" Jerit kedua gadis itu menyayatkan hati. Muka mereka berdua telah
berubah hitam dan mulut terus menerus memuntahkan darah hitam.
"Adik Hui, adik Cing ?"" Panggil Pek Giok Liong dengan suara lemah. "Kalian ?""
"Adik Hui! Adik Cing!" teriak Se Pit Han. Ketika ia baru mau melompat kedua gadis itu, Cit
Ciat, Thian Sat, Thian Suan dan Ti Kie Sin Kun segera menghadangnya.
Se Pit Han sudah tidak perduli. Ia langsung menyerang mereka, akan tetapi dirinya justru
yang terpental mundur, karena serangannya tertangkis oleh keempat orang itu.
"Kalian cepat minggir!" bentak Se Pit Han.
"Nona!" Cit Ciat Sin Kun memperingatkannya dengan ilmu menyampaikan suara. "Jangan
cari mati secara sia-sia!"
Se Pit Han sama sekali tidak menghiraukan peringatan Cit Ciat Sin Kun, ia langsung
menyerang mereka berempat, tapi ia terpental jatuh oleh tangkisan keempat orang itu.
"He he he!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terkekeh-kekeh. "Pek Giok Liong, kini sudah
saatnya engkau mampus!"
Kiu Thian Mo Cun menyerangnya dengan jurus Hek Sim Bu In (Hati hitam tanpa
bayangan). Betapa dahsyatnya jurus itu. Apa boleh buat, Pek Giok Liong terpaksa
menangkis jurus itu dengan tiga jurus sakti pelindung panji.
"Aaaakh!" Jerit Pek Giok Liong. Badannya terpental melayang ke dalam jurang.
"Adik Liong! Adik Liong ?"" Pekik Se Pit Han histeris.
"Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Pek Giok Liong, engkau pasti mati tanpa
kuburan di dasar jurang itu!"
"Adik Liong ?"" Wajah Se Pit Han pucat pias dan air matanya pun berderai. "Adik Liong
?"" Kiu Thian Mo Cun mendekati Se Pit Han selangkah demi selangkah, kemudian
mengangkat sebelah tangannya, kelihatannya ia juga ingin membunuh Se Pit Han. Akan
tetapi, mendadak ia menurunkan tangannya kembali dan membalikkan badannya.
662 "Mari kita pergi!" ujarnya sambil melangkah.
Cit Ciat, Thian Sat, Thian Suan dan Ti Kie Sin Kun saling memandang, lalu mengikutinya
melangkah pergi.
Kenapa Kiu Thian Mo Cun tidak jadi membunuh Se Pit Han" Apakah ia menaruh kasihan
pada gadis itu" Tidak! Melainkan karena ilmu Hek Sim Sin Kangnya belum mencapai
tingkat kesempurnaan, maka kalau ia menghimpun lwee kangnya untuk menyerang, ia
pun akan mengalami luka dalam yang cukup parah. Oleh karena itu, ketika ia ingin
menyerang Se Pit Han, dadanya terasa sakit sekali. Ia harus segera pulang untuk
mengobati luka dalamnya. Kalau tidak, ia pasti mati oleh serangan balik Hek Sim Sin
Kangnya sendiri.
Nyawa Se Pit Han masih panjang, tapi ia sudah seperti orang gila berteriak-teriak histeris
di pinggir jurang.
"Adik Liong! Adik Liong ?"!" Air matanya berderai-derai. "Aku ikut ?""
Kelihatannya ia ingin melompat ke jurang itu, namun pada waktu bersamaan, ia
mendengar suara lirih memanggilnya.
"Kakak Han ?""
"Kakak Han ?""
Ternyata Siauw Hui Ceh dan Cing Ji memanggilnya. Wajah kedua gadis itu menghitam,
darah hitam pun masih mengalir ke luar dari mulut mereka.
"Adik Hui! Adik Cing ?"" Se Pit Han segera mendekati mereka.
"Kakak Han ?"" Siauw Hui Ceh memandangnya dengan mata redup. "Kakak Han ?""
"Adik Hui!" Se Pit Han menggenggam tangannya dengan air mata bercucuran.
"Bagaimana keadaanmu?"
"Kakak Han! Engkau ?" Engkau harus hidup, balas ?" Balas dendam kami ?"!" usai
berkata begitu, nafas Siauw Hui Ceh pun putus.
663 "Adik Hui ?"" jerit Se Pit Han.
"Kakak Han ?"" panggil Cing Ji lirih.
"Adik Cing!" Se Pit Han menggenggam tangannya erat-erat. "Adik Cing ?""
"Kakak Han ?"" Cing Ji memandangnya dengan mata redup. "Engkau ?" Engkau
harus balas ?" balas dendam kami!"
"Adik Cing! Aku ?" aku pasti balas dendam kalian," sahut Se Pit Han berjanji. "Pasti
balas dendam kalian."
"Kakak Han, aku ?" aku tidak bisa pergi ke Cai Hong To, aku ?" aku ?"" Cing Ji
tidak melanjutkan ucapannya lagi, karena nafasnya telah putus.
"Adik Cing! Adik Cing! Adik Cing ?"!" Jerit Se Pit Han dan nyaris pingsan seketika.
Berselang beberapa saat kemudian, ia mulai menggali sebuah lubang, lalu mengubur
kedua jenazah itu di lubang tersebut. Setelah itu, ia melangkah ke tepi jurang.
"Adik Liong! Tenanglah engkau di dasar jurang!" gumamnya dengan air mata berderai.
"Aku pasti membalas dendammu, dan mulai saat ini, aku akan memakai baju hitam
berkabung untukmu ?""
* * * Se Pit Han melangkah memasuki Istana Pelangi seperti kehilangan sukma. Se Khi, Giok
Cing, Giok Ling, Pat Kiam dan kepala pengurus istana segera mendekatinya dengan
wajah cemas. "Siau kiong cu ?"" panggil Se Khi.
Namun Se Pit Han diam saja, dan terus melangkah, lalu menghempaskan dirinya ke
tempat duduk. "Nona! Nona ?"" panggil Giok Cing. "Nona kenapa?"
664 Se Pit Han duduk dengan mata memandang jauh ke depan, kemudian air matanya
berderai-derai.
"Sudah mati! Sudah mati ?"" gumamnya.
Betapa terkejutnya Se Khi, Giok Cing, Giok Ling dan Pat Kiam. Sedangkan kepala
pengurus istana segera pergi memanggil Siang Sing, Si Kim Kong, Ngo Hu To dan Si
Hong. Tak seberapa lama kemudian, mereka semua sudah berkumpul di ruang depan Istana
Pelangi. Tiada seorang pun yang membuka mulut, hanya memandang Se Pit Han dengan
wajah cemas. "Nona!" panggil Se Khi dan bertanya. "Apa gerangan yang telah terjadi?"
"Siauw Hui Ceh dan Cing Ji sudah ?" sudah mati," sahut Se Pit Han sambil menangis
sedih. "Apa?" Betapa terkejutnya Se Khi, begitu pula yang lain, kemudian Se Khi bertanya
dengan hati berdebar-debar tegang. "Di mana Pek Giok Liong?"
"Adik Liong ?"" Se Pit Han langsung menangis meraung-raung. Adik Liong ?" adik
?"" "Dia ?" dia kenapa?" Wajah Se Khi mulai memucat.
"Dia ?" dia terpukul jatuh ke dalam jurang." Air mata Se Pit Han bercucuran.
"Haah ?"?" Wajah Se Khi pucat pias, begitu juga yang lainnya.
"Siapa yang membunuh Siauw Hui Ceh dan Cing Ji?" tanya Thian Koh Sing yang tampak
masih bisa tenang.
"Mereka berdua ingin melindungi adik Liong, namun mereka berdua mati ?"" Se Pit Han
memberitahukan.
"Siapa yang memukul Pek Giok Liong sampai jatuh ke dalam jurang?" tanya Thian Kong
Sing dengan kening berkerut-kerut. Ia terkejut bukan main karena ada orang mampu
665 memukul Pek Giok Liong sampai jatuh ke dalam jurang. Siapa orang yang berkepandaian
begitu tinggi" Thian Kong Sing tidak habis berpikir.
"Orang itu mengaku dirinya Kiu Thian Mo Cun." Se Pit Han memberitahukan.
"Haah...?" Betapa terperanjat mereka semua ketika mendengar nama itu disebut Se Pit
Han. Thian Kong Sing tidak begitu percaya, maka ia langsung bertanya, "Betulkah orang
itu Kiu Thian Mo Cun?"
"Entahlah." Se Pit Han menggelengkan kepala. "Orang itu memakai jubah bersulam iblis
dan memakai kedok iblis pula."
"Itu ?" itu bagaimana mungkin?" gumam Se Khi. "Sudah hampir dua ratus tahun, lagi
pula pada masa itu Kiu Thian Mo Cun telah terpukul jatuh ke dalam jurang oleh pendekar
Hati Suci, tidak mungkin kini dia muncul lagi!"
"Tapi orang itu berkepandaian amat tinggi, entah ilmu apa yang digunakannya?" ujar Se
Pit Han. "Ketika orang itu mau menyerang adik Liong, sekujur badannya memancarkan
cahaya hitam."
"Hah?" Se Khi tampak terkejut sekali. "Itu ilmu andalan Kiu Thian Mo Cun!"
"Apakah itu Hek Sim Sin Kang?" tanya Thian Koh Sing.
"Tidak salah, itu pasti Hek Sim Sin Kang," jawab Se Khi. "Orang itu pasti menyerang Pek
Giok Liong dengan Hek Sim Tok Ciang, pukulan itu amat beracun."
"Kalau begitu ?"" Thian Kong Sing mengernyitkan kening. "Benarkah orang itu Kiu Thian
Mo Cun?" "Tidak mungkin." Se Khi menggelengkan kepala. "Yang jelas orang itu pewaris Kiu Thian
Mo Cun!" "Nona!" Tanya Thian Koh Sing. "Orang itu muncul seorang diri?"
"Dia muncul bersama Cit Ciat, Thian Sat, Thian Suan dan Ti Kie Sin Kun." Se Pit Han
memberitahukan. "Ketika aku melihat adik Liong terluka, aku ingin mendekatinya, tapi Cit
Ciat dan Thian Sat menghalangiku!"
666 "Kenapa mereka berdua menghalangi Nona?" tanya Se Khi.
"Entahlah." Se Pit Han menggelengkan kepala. "Tapi ?""
"Kenapa?" tanya Thian Koh Sing.
"Cit Ciat memperingkanku dengan ilmu menyampaikan suara," jawab Se Pit Han.
"Dia memperingatkan apa?" tanya Se Khi heran.
"Agar aku tidak cari mati." Se Pit Han memberitahukan. "Siauw Hui Ceh dan Cing Ji
berpesan padaku, harus membalas dendam mereka."
"Jenazah mereka berdua sudah dikubur?" tanya Se Khi.
"Sudah." Se Pit Han mengangguk.
"Di mana kejadian itu?" tanya Se Khi lagi.
"Di Yan San," sahut Se Pit Han dan mulai menangis lagi. "Adik Liong sudah terluka parah,
bahkan jatuh ke dalam jurang yang ribuan meter dalamnya, dia ?" dia bagaimana
mungkin bisa hidup" Aaakh! Adik Liong ?""
"Kini bu lim akan dilanda banjir darah lagi!" gumam Thian Koh Sing. "Karena Kiu Thian Mo
Cun telah muncul, siapa yang mampu melawannya?"
"Itu malapetaka bagi bu lim." Se Khi menggeleng-gelengkan kepala. "Ohya, bagaimana
sekarang" Majikan dan nyonya majikan kita tidak ada di pulau, kita harus berbuat apa?"
"Bagaimana kalau kita memberi kabar pada majikan melalui Sin Ku Ceh (Merpati sakti),
agar majikan segera pulang?"
"Ya." Se Khi mengangguk. "Merpati sakti pasti mampu mencari majikan kita."
"Setelah majikan pulang, barulah kita berunding," sambung Thian Koh Sing dan
melanjutkan, "Ohya, mengenai Pek Giok Liong yang jatuh ke jurang Yan San, bagaimana
kalau kita pergi mencarinya di dasar jurang itu?"
667 "Boleh juga." Se Khi manggut-manggut. "Kalau begitu ?""
"Kami berempat yang ke Yang San," sahut Hok Mo Kim Kong. "Yang lain harus berada di
sini menjaga siau kiong cu."
"Baiklah." Se Khi manggut-manggut dan berpesan pada Giok Cing dan Giok Ling. "Kalian
berdua tidak boleh meninggalkan siau kiong cu selangkah pun!"
"Ya, Giok Cing clan Giok Ling mengangguk.
"Adik Liong ?"" gumam Se Pit Han. "Engkau tidak mati kan" Engkau akan ke mari kan?"
"Siau kiong cu!" ujar Giok Cing. "Mari ke kamar untuk beristirahat!"
"Aku tidak mau istirahat, mau menunggu adik Liong ?"" Se Pit Han menangis terisak-
isak, sepasang matanya telah membengkak.
"Siau kiong cu!" Se Khi membelainya. "Lebih baik engkau ke kamar untuk beristirahat!"
"Se Khi ?"" Se Pit Han memeluknya dengan air mata berderai-derai. Kenapa nasib adik
Liong begitu malang ?"?"
* * * (Bersambung bagian 53)
Bagian ke 53. Saudara Kembar
Pemandangan di Heng San sangat indah menakjubkan. Sayup-sayup terdengar suara air
terjun dan suara arus sungai. Keadaan di Heng San begitu tenang dan damai, tampak
pula beberapa ekor kelinci bercanda ria dan berlompat-lompatan.
Di tempat yang indah, tenang dan damai itu terdapat sebuah gubuk berpagar garis
bambu. Gubuk milik siapa itu" Di tempat yang begitu sunyi kok ada gubuk"
Saat ini sang surya mulai merangkak ke atas. Terdengar suara kicau burung yang amat
merdu. Di halaman gubuk itu tampak seseorang pemuda sedang berlatih ilmu pedang.
Sungguh mengherankan, wajah pemuda itu mirip wajah Pek Giok Liong, ternyata pemuda
668 itu Hek Siau Liong yang ditolong Swat San Lo Jin (Orang tua gunung salju). Kini ia sudah
menjadi murid orang tua tersebut.
Di teras gubuk itu, duduk seorang wanita berusia empat puluhan. Walau sudah berusia
sekian, namun wanita itu masih tampak cantik, hanya saja di keningnya banyak terdapat
garis kerutan. Siapa wanita itu" Dia adalah ibu Hek Siau Liong bernama Hek Ai Lan dan julukannya
adalah Hek Bi Jin (Wanita cantik Hek).
Sementara Hek Siau Liong sudah selesai berlatih ilmu pedang. Ia menghampiri Hek Ai
Lan dengan wajah berseri-seri.
"Ibu, bagaimana latihan Siau Liong" Sudah ada kemajuan?" tanya Hek Siau Liong sambil
tersenyum. "Nak!" Hek Ai Lan menarik nafas panjang.
"Kenapa Ibu menarik nafas" Apakah Ibu tidak senang melihat Siau Liong berlatih ilmu
pedang?" "Nak ?"" Hek Ai Lan menggeleng-gelengkan kepala. "Sebetulnya ibu tidak setuju
engkau belajar ilmu silat, maka ?""
"Ibu tidak setuju?" Hek Siau Liong tertawa. "Padahal ibu sendiri berilmu tinggi, tapi sama
sekali tidak mengajar Siau Liong. Setelah Siau Liong di tolong guru, barulah ibu mau
mengajar Siau Liong ilmu silat."
"Mungkin itu sudah merupakan takdir!" Hek Ai Lan menarik nafas panjang lagi. "Hari itu
engkau pergi secara diam-diam, akhirnya dilukai orang. Kalau tidak ditolong oleh Swat
San Lo Jin, engkau pasti sudah mati."
"Betul, Bu." Hek Siau Liong mengangguk. "Ohya, Siau Liong masih merasa heran, kenapa
wajah Siau Liong mirip sekali dengan wajah Siau Liong itu?"
"Entahlah." Hek Ai Lan menggelengkan kepala, namun sekilas air mukanya tampak
berubah. "Itu ?" itu mungkin kebetulan."
669 "Sungguh mengherankan!" Hek Siau Liong tertawa. "Semua orang mengira Siau Liong
adalah Siau Liong itu, karena nama kami pun sama."


Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ibu sudah mengatakan, itu mungkin kebetulan."
"Ibu!" Hek Siau Liong menatapnya. "Kalau ada kesempatan, Siau Liong ingin bertemu
Siau Liong itu."
"Lho" Memangnya kenapa?"
"Siau Liong ingin bertanya padanya ?""
"Mau bertanya apa padanya?"
"Apakah di belakang telinganya juga terdapat tanda merah?" sahut Hek Siau Liong sambil
tersenyum. "Ibu kan tahu, di belakang telinga Siau Liong terdapat tanda merah, kalau dia
juga punya tanda merah itu ?" Wah! Betul-betul aneh!"
"Nak!" Hek Ai Lan tersenyum lembut. "Bukan waktunya engkau meninggalkan Heng San
ini." "Kapan Siau Liong boleh meninggalkan tempat ini?"
"Nak!" Hek Ai Lan menatapnya dalam-dalam. "Apakah engkau ingin berkelana di bu lim?"
"Ya." Hek Siau Liong mengangguk.
"Nak!" Hek Ai Lan menggeleng-gelengkan kepala. "Justru itu, sebelum engkau di tolong
oleh Swat San Lo Jin, ibu sama sekali tidak mau mengajarmu ilmu silat, karena khawatir
engkau akan pergi berkelanan di bu lim."
"Ibu! Siau Liong ingin jadi pendekar!" ujar Hek Siau Liong penuh semangat.
"Nak, ilmu silatmu masih rendah, belum waktunya pergi berkelana." tandas Hek Ai Lan.
"Maka ?" Siau Liong terus menerus berlatih, kalau ilmu silat Siau Liong sudah tinggi,
Siau Liong ingin jadi pendekar."
670 "Bagus! Bagus! Engkau memang calon pendekar!" Terdengar sahutan di sertai tawa
gelak, tak lama melayang sosok bayangan.
"Guru! Guru!" Seru Hek Siau Liong girang. Ternyata yang melayang turun itu Swat San Lo
Jin, orang tua itu masih tertawa.
"Anak Liong, benarkah engkau ingin jadi pendekar?"
"Ya, Guru."
"Anak Liong!" Swat San Lo Jin tertawa-tawa lagi. "Engkau harus terus belajar, sebab
kepandaianmu masih rendah."
"Ya, Guru." Hek Siau Liong mengangguk. "Siau Liong memang belajar siang dan malam,
sebab ingin sekali jadi pendekar."
"Ngmm!" Swat San Lo Jin manggut-manggut, kemudian wajahnya berubah serius. "Anak
Liong, engkau terus berlatih di sini, guru ingin bicara dengan ibumu."
"Ya." Hek Siau Liong mulai berlatih lagi. Sedangkan Swat San Lo Jin mengajak Hek Ai
Lan ke dalam gubuk. Setelah berada di dalam gubuk, Hek Ai Lan segera menyuguhkan
secangkir teh untuk Swat San Lo Jin, lalu duduk di hadapannya.
"Ai Lan!" Swat San Lo Jin menatapnya seraya berkata. "Mungkin tidak lama lagi, bu lim
akan dilanda malapetaka."
"Bu Lim akan dilanda malapetaka?" Hek Ai Lan terkejut. "Bukankah kini bu lim sudah
aman" Kok lo cianpwee malah bilang bu lim akan dilanda malapetaka?"
"Aaakh ?"!" Swat San Lo Jin menarik nafas panjang. "Pek Giok Liong, ketua partai Hati
Suci atau generasi kelima pemegang Jit Goat Seng Sim Ki itu telah dipukul jatuh ke dalam
jurang." "Apa?" Wajah Hek Ai Lan berubah pucat pias. "Pek ?" Pek Giok Liong ?""
"Ai Lan!" Swat San Lo Jin menatapnya tajam. "Kenapa wajahmu berubah begitu pucat"
Apakah Pek Giok Liong punya hubungan dengan dirimu?"
671 "Tidak ada." Hek Ai Lan menggelengkan kepala. "Ohya, siapa yang memukul jatuh Pek
Giok Liong ke dalam jurang?"
"Kiu Thian Mo Cun!"
"Kiu Thian Mo Cun?" Hek Ai Lan tercengang. "Siapa Kiu Thian Mo Cun itu?"
"Dia adalah ?"" tutur Swat San Lo Jin dan menambahkan, "Nah, bukankah bu lim akan
dilanda malapetaka dengan munculnya Kiu Thian Mo Cun?"
"Dia... dia begitu tinggi kepandaiannya, sehingga mampu memukul jatuh Pek Giok Liong?"
"Kepandaian maha iblis itu memang tinggi sekali." Swat San Lo Jin menarik nafas
panjang. "Kalau aku dan bu lim cit khi jin bergabung melawannya, belum tentu kami
mampu bertahan sampai tiga puluh jurus!"
"Haah?" Hek Ai Lan terbelalak. "Kalau begitu, dia pasti bisa menguasai bu lim!"
"Tidak salah." Swat San Lo Jin mengangguk. "Aku yakin tidak lama lagi , dia pasti
menguasai bu lim."
"Seandainya Kiu Pat It Pang bergabung, apakah mampu melawannya?" tanya Hek Ai Lan.
"Aku dan Cit Khi Jin masih tidak mampu melawannya, apa lagi para ketua sembilan
partai?" "Kalau begitu, dia betul-betul tiada tanding di kolong langit?"
"Pek Giok Liong bisa dipukul jatuh olehnya, lalu siapa lagi yang mampu menandinginya?"
"Bagaimana dengan Cai Hong Tocu?"
"Kepandaian Cai Hong Tocu setingkat dengan Pek Giok Liong, jadi engkau pun mengerti."
"Seandainya Cai Hong Tocu dan para bawahannya mengeroyok Kiu Thian Mo Cun itu,
apakah pihak Cai Hong To akan menang?"
672 "Tetap kalah," jawab Swat San Lo Jin. "Terus terang, tiada seorang pun yang mampu
mengalahkannya, kecuali ?""
"Kecuali siapa?"
"Pendekar Hati Suci itu hidup lagi."
"Siapa pendekar Hati Suci itu?"
"Dia adalah ?"" Swat San Lo Jin memberitahukan, kemudian menarik nafas. "Tapi dia
tidak mungkin hidup kembali. Kini bu lim betul-betul berada di ambang kehancuran!"
"Kalau begitu, kemunculan Kiu Thian Mo Cun pasti amat menggembirakan semua orang
dari golongan hitam!"
"Itu sudah pasti, maka nyawa para pendekar dari golongan putih sudah berada di ujung
tanduk." ujar Swat San Lo Jin. Mendadak keningnya berkerut seraya memberitahukan,
"Ada orang datang!"
"Siapa orang itu?" tanya Hek Ai Lan heran.
"Entahlah!" Swat San Lo Jin menggelengkan kepala. "Orang itu memiliki kepandaian
tingkat tinggi ?""
"Saudara tua, aku pengemis bau yang ke mari!" Terdengar suara sahutan, menyusul
berkelebat sosok bayangan memasuki gubuk. Siapa orang itu" Ternyata Ouw Yang Seng
Tek, tetua Kay Pang. Biasanya ia suka tertawa, tapi kali ini wajahnya tampak murung
sekali. "Hei! Pengemis bau! Mau apa engkau ke mari?" tanya Swat San Lo Jin.
"Aaakh ?"!" Ouw Yang Seng Tek menghempaskan dirinya ke tempat duduk. "Terus
terang, tadi aku menguntitmu sampai di sini. Tapi aku tidak segera masuk, melainkan
bersembunyi di balik pohon melihat Hek Siau Liong itu berlatih ilmu pedang."
"Oooh!" Swat San Lo Jin manggut-manggut. "Tadi aku sudah tahu ada orang menguntitku,
ternyata engkau pengemis bau!"
673 "Heran?" ujar Ouw Yang Seng Tek bergumam. "Hek Siau Liong itu mirip sekali dengan
Pek Giok Liong seperti pinang dibelah dua!"
"Tidak salah. Kalau mereka berjalan bersama, orang lain pasti mengira mereka adalah
saudara kembar."
"Ohya! Saudara tua, sudahkah engkau tahu apa yang menimpa diri Pek Giok Liong?"
"Kejadian itu sangat menggemparkan bu lim, bagaimana mungkin aku tidak tahu?"
"Aaakh! Aku telah kehilangan seorang saudara kecil ?"" ujar Ouw Yang Seng Tek
dengan mata bersimbah air. "Rasanya aku ingin menangis ?""
"Kalau begitu, lehih baik engkau menangis!" usul Swat San Lo Jin jang tahu akan
kedukaan pengemis tua itu.
"Aku memang harus menangis," sahut Ouw Yang Seng Tek, usai berkata begitu, ia betul-
betul menangis gerung-gerungan.
"Pengemis bau!" ujar Swat San Lo Jin setelah lewat beberapa saat kemudian.
"Kukira engkau sudah boleh berhenti menangis."
"Ya." Ouw Yang Seng Tek segera berhenti menangis. "Saudara tua, bu lim akan dilanda
banjir darah."
"Betul." Swat San Lo Jin mengangguk. "Itulah yang amat mencemaskanku."
"Saudara tua, benarkah orang yang memukul Pek Giok Liong jatuh ke jurang itu Kiu Thian
Mo Cun?" tanya Ouw Yang Seng Tek mendadak.
"Itu tidak mungkin." Swat San Lo Jin menggelengkan kepala. "Tapi aku yakin bahwa dia
pewaris Kiu Thian Mo Cun!"
"Ngmm!" Ouw Yang Seng Tek manggut-manggut. "Setelah Pek Giok Liong jatuh ke
jurang, siapa lagi yang mampu mengalahkan Kiu Thian Mo Cun?"
674 "Sama sekali tidak ada." Swat San Lo Jin menarik nafas panjang. "Oleh karena itu, tidak
lama lagi bu lim pasti dikuasai Kiu Thian Mo Cun."
"Apakah kita harus membiarkannya menguasai bu lim?"
"Tentu tidak. Biar bagaimana pun kita harus mencari jalan untuk membasmi Kiu Thian Mo
Cun itu," ujar Swat San Lo Jin. "Terus terang, yang kukhawatirkan lagi yakni Kiu Thian Mo
Cun akan mengundang beberapa tokoh tua golongan hitam untuk membantunya."
"Kalau begitu, bagaimana mungkin kita mampu membasmi mereka?" Ouw Yang Seng Tek
menggeleng-gelengkan kepala.
"Maka kita harus bergabung dengan Cai Hong To."
"Bagaimana cara kita bergabung dengan Cai Hong To?"
"Kita harus berangkat ke Lam Hai."
"Ngmm!" Ouw Yang Seng Tek manggut-manggut, dan ia pun teringat sesuatu. "Ohya, aku
masih merasa heran. Hek Siau Liong yang di luar itu kok begitu mirip Pek Giok Liong?"
"Mungkin cuma kebetulan."
"Kalau pun kebetulan, tidak mungkin mereka begitu mirip seperti saudara kembar."
"Aku sendiri pun tidak habis berpikir, mungkin ?"" Swat San Lo Jin memandang Hek Ai
Lan. "Engkau bersedia menjelaskan?"
"Lo cianpwee, aku memang menyimpan suatu rahasia mengenai Hek Siau Liong." ujar
Hek Ai Lan. "Oh?" Swat San Lo Jin menatapnya. "Kalau begitu, beritahukanlah!"
"Karena Pek Giok Liong mungkin sudah mati, maka aku pun harus membeberkan rahasia
itu." Hek Ai Lan memandang jauh ke depan seakan sedang mengenang sesuatu. "Kira-
kira depalan belas tahun yang lalu, aku mulai berkelana dalam rimba persilatan, dan
memperoleh julukan Hek Bi Jin. Setahun kemudian aku bertemu Pek Mang Ciu dan
istrinya ?""
675 "Kedua orang tua Pek Giok Liong?" Ouw Yang Seng Tek terbelalak.
"Ya." Hek Ai Lan mengangguk. "Entah apa sebabnya, begitu melihat Pek Mang Ciu, aku
pun jatuh cinta padanya. Akan tetapi, dia lelaki sejati, sama sekali tidak tertarik padaku,
dan itu membuatku amat penasaran dan mulailah aku memikatnya dengan berbagai cara
?"" "Kemudian bagaimana?" tanya Swat San Lo Jin.
"Dia tetap tidak terpikat, sehingga membuatku amat membencinya. Setelah itu ?""
Lanjut Hek Ai Lan. "Pek Mang Ciu dan istrinya bertarung melawan Pat Hiong. Suami istri
itu mampu mengalahkan mereka, bahkan Thai Nia Siang Hiong dan Lang San Sam Kuai
terpukul jatuh ke dalam jurang ?""
"Tidak salah." sambung Ouw Yang Seng Tek. "Setelah itu, Pek tayhiap dan istrinya
membangun Ciok Lau San Cung, kan?"
"Betul." Hek Ai Lan mengangguk. "Aku ke sana menemui mereka untuk bermohon pada
mereka agar aku diterima sebagai pelayan. Namun ?" Pek Mang Ciu tetap menolak.
Coba bayangkan, betapa sakitnya hatiku!"
"Kenapa engkau ingin jadi pelayan di sana?" tanya Ouw Yang Seng Tek.
"Karena aku ?" ingin berdekatan dengan Pek Mang Ciu, aku amat mencintainya ?""
jawab Hek Ai Lan dengan wajah murung. "Lantaran aku diusir, maka aku pun mendendam
pada mereka suami istri."
"Engkau mencoba membunuh mereka?" tanya Swat San Lo Jin mendadak.
"Aku sama sekali tidak berniat begitu." Hek Ai Lan menarik nafas panjang. "Setahun
kemudian, istri Pek Mang Ciu melahirkan ?""
"Melahirkan Pek Giok Liong kan?" Ouw Yang Seng Tek menatapnya.
"Istri Pek Mang Ciu melahirkan anak lelaki kembar, kemudian diberi nama Pek Giok Liong
dan Pek Giok Houw." Hek Ai Lan memberitahukan. "Pek Giok Liong lahir lebih dulu,
menyusul adalah Pek Giok Houw ?""
"Jadi ?"" Ouw Yang Seng Tek terbelalak. "Hek Siau Liong yang di luar itu Pek Giok
Houw?" 676 "Betul." Hek Ai Lan mengangguk. "Dua bulan kemudian setelah anak kembar itu lahir, aku
menyelinap ke dalam Ciok Lau San Cung untuk mencuri salah satu bayi tersebut. Bahkan
aku pun meninggalkan sepucuk surat untuk Pek Mang Ciu dan istrinya, menyatakan
bahwa aku akan mengurus bayi yang kucuri itu."
"Heran?" ujar Ouw Yang Seng Tek sambil menggaruk-garuk kepala. "Kenapa Pek Mang
Ciu tidak menyiarkan kabar tentang itu?"
"Mungkin mereka menjaga namaku, sekaligus menjaga nama mereka pula," ujar Hek Ai
Lan. "Kenapa engkau mencuri bayi itu?" tanya Swat San Lo Jin sambil menatap Hek Ai Lan.
"Lo cianpwee, aku amat mencintai Pek Mang Ciu, maka rasanya akan puas mengurusi
anak Pek Mang Ciu."
"Kok begitu?" Ouw Yang Seng Tek menggaruk-garuk kepala.
"Itu yang disebut cinta." Swat San Lo Jin menarik nafas. "Pengemis bau, pernahkah
engkau jatuh cintai?"
"Tidak pernah." Ouw Yang Seng Tek menatapnya. "Bagaimana dengan engkau"
Pernahkah engkau jatuh cinta ketika masih muda?"
"Pernah, tapi ?"" Swat San Lo Jin menggeleng-gelengkan kepala. "Sudahlah! Semua itu
telah berlalu."
"Hek Bi Jin!" Ouw Yang Seng Tek memandangnya. "Jadi engkau mengurusi Pek Giok
Houw sampai belasan tahun?"
"Ya." Hek Ai Lan mengangguk. "Dia ikut marga Hek dan kuberi nama Siau Liong, namun
sungguh di luar dugaan ".."
"Maksudmu tentang kematian Pek tayhiap dan istrinya?" tanya Ouw Yang Seng Tek.
"Ng!" Hek Ai Lan mengangguk. "Setelah mencuri bayi itu, setiap tahun aku selalu ke Ciok
Lau San Cung secara diam-diam ?""
677 "Lho" Kenapa engkau masih ke sana?" tanya Ouw Yang Seng Tek heran.
"Ingin melihat Pek Mang Ciu dari jauh ?"" Hek Ai Lan menundukkan kepala. "Kira-kira
dua tahun yang lalu, aku ke sana lagi, justru melihat belasan orang yang memakai kain
penutup muka menuju sana. Aku pun mendengar pembicaraan mereka, bahwa ingin
membunuh Pek Mang Ciu dan istrinya, bahkan juga akan membantai semua penghuni
Ciok Lau San Cung. Betapa terkejutnya hatiku! Oleh karena itu, aku pun menutup mukaku
dengan kain, lalu menyelinap masuk ke kamar Pek Giok Liong untuk menolongnya."
"Jadi engkau yang menolong Pek Giok Liong?" Ouw Yang Seng Tek terbelalak.
"Ya." Hek Ai Lan mengangguk. "Aku menotok jalan darah tidurnya, lalu membawanya ke
suatu tempat yang aman. Aku pun meninggalkan sepucuk surat menyuruhnya ke Lam Hai
cari Pulau Pelangi."
"Engkau sudah tahu Pek Mang Ciu dan istrinya berasal dari pulau itu?" tanya Swat San Lo
Jin. "Guruku yang memberitahukan."
"Oooh!" Swat San Lo Jin manggut-manggut. "Ohya, kenapa engkau tidak mau
memberitahukan padaku siapa gurumu itu?"
"Lo cianpwee, aku tidak tahu siapa guruku itu," jawab Hek Ai Lan. "Namun dia seorang
nenek yang sudah tua. Walau aku sebagai muridnya, selama itu dia tidak pernah
memberitahukan padaku nama maupun julukannya."
"Aneh!" Swat San Lo Jin menggeleng-gelengkan kepala. "Ohya, senjata apa yang
dipakainya?"
"Sepasang pedang pendek."
"Apa?" Swat San Lo Jin tampak tersentak. "Sepasang pedang pendek?"
"Ya." Hek Ai Lan mengangguk.
"Gurumu tinggal di Thian San?" tanya Swat San Lo Jin dengan suara agak bergemetar.
"Kami memang tinggal di Thian San ?""
678 "Aaakh....!" Keluh Swat San Lo Jin. "Ternyata dia ?""
"Mantan kekasihmu kan, saudara tua?" Ouw Yang Seng Tek tertawa gelak.
"Eh" Pengemis bau!" Swat San Lo Jin melotot. "Jangan menggodaku! Engkau ingin
merasakan pukulanku ya?"
"Itu kalau terpaksa." Ouw Yang Seng Tek masih tertawa gelak.
Swat San Lo Jin diam, sepasang matanya memandang jauh ke depan, kelihatannya
sedang mengenang masa lalunya.
"Aaakh ?"" gumamnya mengeluh. "Sudah lima puluh tahun tidak bertemu, apakah dia
baik-baik saja dan ?" apakah masih cerewet seperti dulu?"
"Lo cianpwee, aku tidak tahu, karena sudah belasan tahun aku tidak bertemu guruku itu."
"Apakah dia berjuluk Thian San Lolo?" tanya Swat San Lo Jin.
"Ya." Hek Ai Lan mengangguk.
"Haah ?"?" Ouw Yang Seng Tek terperanjat. Ia menatap Hek Ai Lan seraya bertanya,
"Nenek galak itukah gurumu?"
"Tidak salah."
"Aaakh!" Ouw Yang Seng Tek menarik nafas panjang. "Enam puluh tahun yang lalu,
gurumu amat terkenal, tapi kemudian dia menghilang dari kang ouw. Tidak disangka dia
menetap di Thian San!"
"Itu ?"" Swat San Lo Jin menggeleng-gelengkan kepala. ?"" itu gara-gara aku, maka
dia mengasingkan diri di Thian San."
"Kok gara-gara lo cianpwee?" tanya Hek Ai Lan.


Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Yaah!" Swat San Lo Jin menarik nafas. "Enam puluh tahun yang lampau, kami masih
muda dan berdarah panas. Walau kami sudah saling mencinta, tapi justru tidak mau saling
679 mengalah dalam hal kepandaian. Oleh karena itu kami pun bertanding ratusan jurus, dan
akhirnya dia kalah. Sejak itulah dia menghilang entah ke mana. Aku terus mencarinya, tapi
tidak pernah ketemu, ternyata dia mengasingkan diri di Thian San ?""
"Saudara tua!" Ouw Yang Seng Tek tertawa. "Kalau begitu, engkau harus ke Thian San
menemuinya, dan mohon padanya untuk bergabung dengan kita demi melawan Kiu Thian
Mo Cun!" "Aku memang punya niat begitu, namun belum tentu dia akan memaafkanku," ujar Swat
San Lo Jin sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Sudah sama-sama tua, tentunya tidak berdarah panas lagi. Aku yakin dia pun
merindukanmu, dan masih tetap mencintaimu. Kalau tidak, kenapa dia tidak menikah?"
"Aaakh! Semua itu telah berlalu." Swat San Lo Jin menarik nafas. "Ohya, mari kita kembali
pada masalah pokok!"
"Saudara tua, kini kita sudah tahu asal-usul Hek Siau Liong, maka aku punya suatu ide."
"Ide apa?" Swat San Lo Jin menatapnya.
"Panggil Hek Siau Liong ke mari, kita beritahukan tentang asal usulnya!" jawab Ouw Yang
Seng Tek. "Setelah itu kita bawa dia ke Cai Hong To."
"Untuk apa membawanya ke Cai Hong To?" tanya Hek Ai Lan heran.
"Dia famili majikan pulau itu, wajar kalau kita membawanya ke sana," jawab Ouw Yang
Seng Tek dan menambahkan, "Sekaligus belajar ilmu tingkat tinggi di sana."
"Percuma." Swat San Lo Jin menggelengkan kepala. "Pek Giok Liong yang berilmu begitu
tinggi, tapi masih tidak bisa melawan Kiu Thian Mo Cun, apa lagi Hek Siau Liong?"
"Saudara tua!" Ouw Yang Seng Tek serius. "Siapa tahu di pulau itu masih tersimpan kitab
silat yang belum di pelajari oleh Pek Giok Liong, maka kita usulkan ?""
"Aku tahu maksudmu." Swat San Lo Jin manggut-manggut, lalu memandang Hek Ai Lan.
"Engkau ke depan panggil Siau Liong ke mari!"
680 "Ya." Hek Ai Lan segera memanggil Hek Siau Liong, dan tak lama ia sudah kembali
bersama pemuda itu.
"Apakah Guru memanggil Siau Liong?" tanya Hek Siau Liong.
"Ya." Swat San Lo Jin manggut-manggut. "Anak Liong, cepat beri hormat pada paman
pengemis!"
Hek Siau Liong menurut, lalu segera memberi hormat pada Ouw Yang Seng Tek.
Pengemis tua itu tertawa gelak. Ia menatap Hek Siau Liong dengan penuh perhatian.
"Bagus! Bagus! Dia memiliki tulang dan bakat yang amat bagus! Mungkin tidak akan
mengecewakan harapan kita."
"Aku pun berpikir begitu." Swat San Lo Jin tersenyum, lalu memandang Hek Siau Liong.
"Anak Liong, tahukah engkau asal-usulmu?"
"Siau Liong ?"" Pemuda itu melongo, kemudian memandang Hek Ai Lan. "Ibu kenapa
guru bertanya begitu pada Siau Liong?"
"Nak!" Hek Ai Lan menatapnya dalam-dalam, lalu ujarnya perlahan. "Sebetulnya engkau
bukan anakku ?""
"Apa"!" Hek Siau Liong terbelalak.
"Sesungguhnya engkau bernama Pek Giok Houw." Hek Ai Lan memberitahukan. "Engkau
adik kembar Pek Giok Liong."
"Oh" Pantas Siau Liong mirip dia!" Hek Siau Liong tertawa kecil dan bertanya. "Kapan
Siau Liong boleh bertemu dia?"
"Engkau tidak akan bertemu dia lagi ?"" Hek Ai Lan menarik nafas.
"Kenapa?"
"Dia telah dipukul jatuh ke jurang oleh musuhnya."
681 "Oh?" Wajah Hek Siau Liong tampak berduka. "Siapa yang memukul jatuh Kakak Siau
Liong ke dalam jurang?"
"Kiu Thian Mo Cun." Hek Ai Lan memberitahukan.
"Siapa Kiu Thian Mo Cun itu?" tanya Hek Siau Liong.
"Anak Liong!" Swat San Lo Jin menatapnya, lalu menutur mengenai pendekar Hati Suci
dan Kiu Thian Mo Cun itu.
"Haah?" Hek Siau Liong terkejut. "Betapa tinggi kepandaian Kiu Thian Mo Cun itu" Tapi
?" bagaimana mungkin dia hidup sampai hampir dua ratus tahun?"
"Orang itu mungkin pewarisnya," sahut Ouw Yang Seng Tek.
"Oooh!" Hek Siau Liong mengangguk.
"Nak!" Hek Ai Lan menatapnya lembut. "Mulai sekarang engkau bernama Pek Giok Houw,
sebab ?"" Hek Ai Lan mulai menutur tentang asal-usul pemuda itu, dan kemudian
menambahkan, "Oleh karena itu, kami ingin membawamu ke Pulau Pelangi untuk belajar
ilmu silat tingkat tinggi di sana."
"Ibu ?"" Pek Giok Houw terbelalak. ?"" jadi Siau Houw famili majikan Cai Hong to
itu?" "Betul." Hek Ai Lan mengangguk. "Setelah engkau berhasil, engkau harus membasmi Kiu
Thian Mo Cun itu!"
"Siau Houw pasti membalas dendam Kakak Liong!" ujar Pek Giok Houw dengan mata
berapi-api. "Lo cianpwee, kapan kita berangkat ke Pulau Pelangi?" tanya Hek Ai Lan pada Swat San
Lo Jin. "Besok pagi," sahut Swat San Lo Jin sambil mengarah pada Ouw Yang Seng Tek.
"Pengemis bau, engkau mau ikut kan?"
Memanah Burung Rajawali 22 Kampung Setan Karya Khulung Kesatria Berandalan 1
^