Pencarian

Pedang Penakluk Iblis 18

Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo Bagian 18


tubuhnya melayang, pedangnya menyambar ke arah leher Kong Ji.
Akan tetapi, dengan mudah Kong Ji mengelak dan di lain saat ia telah lenyap ke dalam barisannya dan Li Hwa berhadapan dengan
880 barisan golok yang terdiri dari ratusan orang. Barisan ini teratur rapat sekali, merupakan barisan terlatth baik. Inilah barisan dari Twa-to Bu-pai yang disebut Twa-to-tin (Barisan Golok Besar).
Barisan itu sudah mulai bergerak-gerak, dan semua barisan yang mengepung puncak itu pun sudah bergerak, di antaranya terdapat barisan anak panah yang sudah siap menarik tali busur!
"Hui-eng Niocu, tahan!" seru Sin Hong sambil melompat ke
dekat nona itu. "Kong Ji, aku terima syaratmu!"
Hui-eng Niocu Siok Li Hwa mengerling kepada Sin Hong. "Apakah
kau takut mati" Takut menghadapi ribuan ekor monyet rawa itu?"
Sin Hong tersenyum dan memandang kepada nona yang gagah
"Orang-orang seperti kau dan aku tidak kenal takut untuk
menghadapi bahava biarpun terkurung oleh mereka, akan tatapi
apakah kau tidak ingat dan sayang kepada nyawa orang-orang lain yang berada di sini" Apakah kau rela mengorbankan anak buahmu
itu hanya untuk menuruti perasaan marah dan hati panas?"
Li Hwa membanting-banting kakinya, "Anjing she Liok itu, kelak akan tiba satnya aku membelah dadanya!"
Sementara itu, tahu-tahu Kong Ji sudah muncul lagi di ujung lain sambil tersenyum-senyum. Entah dari mana datangnya, ia kini telah memegang sebuah hudtim lagi dan lagaknya dibuat-buat seperti
seorang pembesar tinggi.
"Bagus, Sin Hong. Lekas kauserahkan kitab dan pedang itu!"
katanya penuh kegembiraan.
"Sabar dulu, Kong Ji. Jangan kauharap aku dapat mempercayai
omongan seorang seperti engkau. Lebih dulu buka jalan agar para enghiong dan locianpwe yang berada di sini turun gunung, baru aku mau memberikan benda-benda itu."
Kong Ji marah, akan tetapi ia tertawa mengejek. "Kau tidak
percaya kepadaku, apakah aku juga dapat percaya kepadamu"
Kalau kalian sudah turun semua, ke mana aku harus mencarimu"
Ha, ha, ha, jangan kau bicara seperti anak kecil, Sin Hong."
881 "Kong Ji aku hanya ingin kau membuka jalan memberi
kesempatan kepada para locianpwe dan juga kepada Hui- eng-pai
turun gunung. Aku sendiri takkan turun gunung sebelum
memberikan semua benda yang ada padaku. Aku bersumpah demi
kegagahan, setelah semua orang kecuali aku turun gunung tanpa
mendapat gangguanmu, aku akan memberikan semua benda yang
ada padaku!"
Liok Kong Ji agaknya puas mendengar ini. "Hem, kalau begitu
sesukamulah, aku akan memberi jalan keluar. Akan tetapi awas,
jangan kau ikut bergerak dari tempatmu!" Ia lalu memberi aba aba dan pasukan pengurung itu melebar, lalu di tempat yang jauh dan situ dibukalah jalan keluar yang terjaga kuat oleh barisan anak panah! Serombongan lain yang merupakan barisan panah
mengancam Sin Hong menjaga kalau-kalau pemuda itu
mengeluarkan gerakan mencurigakan tentu akan dahujani panah"
Tai Wi Siansu menghadapi Sin Hong. "Wan-sicu mengapa begini"
Kau tahu bahwa pinto dan yang lain-lain bukan pegecut dan tidak takut mati. tak perlu kau mengorbankan diri dan kehormatan untuk menyelamatkan kami!"
"Betul, Wan-sicu, aku pun ingin berkenalan dengan kepandaian
iblis itu."
"Pinto juga tidak gentar menghadapi segala gentong nasi ini,
Wan-taihiap," kata Bu Kek Siansu ketua Bu-tong-pai.
Sin Hong tersenyum. "Tentu saja saya yakin akan keberanian dan kelihaian Sam-wi Locianpwe, juga tidak menghina Sam-wi. Sam-wi sebagai ciangbunjin-ciangbunjin partai besar untuk apa harus
mengotorkan mulut dan tangan berurusan dengan orang macam
dia" Apalagi, saya mengerti bagaimana harus menghadapi orang
macam dia. Harap Sam-wi suka mengalah dan silakan turun gunung lebih dulu. Lain kali kita saling bertemu pula."
Terpaksa para ketua partai besar tanpa menoleh kepada Kong Ji, dengan tindakan gagah memimpin anak-anak muridnya
meninggalkan tempat itu. Setelah semua orang gagah itu turun
gunung barulah Li Hwa menghampiri Sin Hong. Gadis ini paling
sukar disuruh pergi.
882 "Di sini tempat bebas, aku berada di sini, siapa yang berani mati mengusirku?" katanya dengan mata berapi-api di tujukan kepada
Sin Hong. -oo0mch-dewi0oo-
Jilid XXXII NIOCU, jangan begitu. Kau tahu bahwa aku tidak mengusirmu,
hanya minta dengan hormat supaya kau turun gunung lebih dulu
agar urusan ini dapat diselesaikan dengan damai."
"Aku tidak mau pergi, kau mau apa?" tantang Li Hwa. Sin Hong
menjadi serba susah.
"Niocu, kalau kau nekad dan terjadi pertempuran, sudah pasti
pasukanmu yang kecil jumlahnya akan binasa...."
"Tak peduli! Aku tak dapat meninggalkan kau seorang diri begitu saja, aku bukan pengecut!" Kata-kata yang diucapkan secara kasar dan terus terang ini membuat hati Sin Hong berguncang.
"Niocu... apakah kau... rela mengorbankan nyawa semua anak
buahmu hanya untuk... melindungi keselamatanku...?" tanyanya
lirih, matanya tajam. Li Hwa menjadi merah mukanya dan gadis ini menggigit bibir dengan gemas. Ia nampak marah sekali.
"Kau bicara apa...?"" Tangan kirinya menampar dan "plok!" pipi kanan Sin Hong menjadi marah dan di situ nampak jalur jalur lima jari yang kecil meruncing.
Terdengar Liok Kong Ji tertawa bergelak. Jarak antara dia dan
dua orang yang bertengkar itu terlampau jauh sehingga ia tidak dapat mendengar suara mereka. "Eh, Sin Hong, apa kau gila"
Mengapa di tempat ini kau berani mampus hendak mengganggu
wanita?" katanya penuh ejekan.
Sementara itu, Li Hwa sudah berjalan pergi diikuti oleh anak
buahnya di kanan kiri. Akan tetapi baru berjalan seratus tindak lebih, ia berhenti dan memutar tubuhnya memandang Sin Hong
yang masih bengong berdiri di situ. Tiba-tiba Li Hwa mengayun
tangan kanannya dan sinar hijau melayang ke arah dada Sin Hong!
883 Pemuda ini cepat mengulurkan tangan dan menangkap gagang
pedang Cheng- liong-kiam yang disambitkan Li Hwa.
Kelihatannya gadis itu menyerang dengan sambitan pedang,
akan tetapi Sin Hong tahu bahwa gadis itu sengaja memberikan
pedangnya, sungguhpun kalau orang biasa saja tentu dadanya akan tertembus pedang. "Aku titipkan dulu pedangku!" kata Li Hwa dan di lain saat ia telah berlari-lari meninggalkan tempat itu, diikuti oleh anak buahnya.
Diam-diam Sin Hong berterima kasih sekali. Sekarang ia tahu
bahwa Li Hwa yang jujur itu tetap merasa curiga kepada Kong Ji dan menyangka bahwa kalau Sin Hong sudah berada di situ seorang diri pasti pemuda ini akan dikeroyok. Begitu pedang dan kitab
diserahkan dan pemuda ini bertangan kosong apakah dayanya kalau dikeroyok" Maka dari itu ia tadi merasa tidak tega meninggalkan Sin Hong seorang diri di tengah-tengah para srigala bermuka manusia itu dan akhirnya ia sengaja meminjamkan pedangnya karena hanya Cheng-liong-kiam yang dapat menghadapi Pak-kek Sin-kiam.
Kini Sin Hong berada seorang diri di tempat itu, dikepung oleh lima ribu orang anak buah Kong Ji yang siap bergerak kalau
diperintah oleh pemuda iblis itu. Sikap Sin Hong tenang-tenang saja dan ia menanti sampai semua orang yang turun gunung tadi sudah berada di tempat aman. Baru ia menghadapi Kong Ji dan berkata,
"Ternyata kau maslh kenal artinya memenuhi janji. Nah,
sekarang tiba giliranku. Ambillah semua barang milikku yang berada padaku. Kau mau Pak-kek Sin-kiam" lni, terimalah!" Sin Hong
mengambil pedang pusaka itu dan melemparkannya ke depan Kong
Ji. Pedang itu menancap di atas tanah di depan Kong Ji, gagangnya bergoyang goyang.
"Apa lagi yang kaukehendaki" Yang ada padaku hanya sedikit
pakaian, obat-obat dan beberapa puluh tael perak. Yang mana kau mau ambil?"
"Sin Hong, jangan kau pura-pura bodoh dan pelupa. Aku
menghendaki Pak-Kek Sin-kiam dan kitab peninggalan Pak Kek
Siansu. Berikan kitab itu!"
884 Sin Hong tersenyum. "Bagaimana mungkin" Kitab itu sudah lama
kubakar di dasar jurang Gunung Luliang-san."
"Sin Hong, tidak malukah kau untuk melanggar janjimu tad!"
Bukankah kau sudah bersumpah hendak memberikan semua itu
kepadaku setelah aku melepaskan semua orang turun gunung?"
"Kong Ji, peraslah otakmu dan ingat baik-baik bagaimana bunyi
sumpahku tadi. Aku tadi bersumpah akan memberikan segala benda milikku yang berada padaku, bukan" Nah. sekarang yang berada
padaku hanya pedang pusaka dan lain-lain barang yang telah
kasebutkan tadi. Dan aku pun sama sekali tidak membohong
dengan keteranganku bahwa kitab suci itu sudah kubakar. Kau tidak percaya" Boleh kauperiksa pakaianku kalau-kalau kusembunyikan
kitab itu." Sambil berkata demikian, Sin Hong memegang pedang
Cheng-liong- kiam tinggi-tinggi dengan tangan kanannya dan
mengangkat dua lengan dua lengan itu ke atas.
Kong Ji mencahut pedang Pak-kek Sin-kiam dari atas tanah, lalu meyuruh seorang pembantunya untuk memeriksa tubuh Sin Hong.
Di luar tahu Sin Hong ia membisikkan sesuatu kepada pembantu ini, seorang yang pendek gemuk dan kelihatan bertenaga besar dan
berkepandaian tinggi. Orang ini lalu berjalan dengan tegapnya
menghampiri Sin Hong.
"Aku diberi tugas memeriksamu," katanya singkat.
"Silakan,?" jawab Sin Hong tersenyum.
Si Pendek Gemuk itu lalu menggunakan dua tangannya untuk
menggeratak, meraba raba dan memeriksa seluruh kantong dan
lipatan pakaian Sin Hong dan sepuluh buah jari tangannya seperti sepuluh ekor cecak merayap-rayap. Satu demi satu bawaan Sin
Hong dikeluarkan, dan bungkusan-bungkusan obat, jarum-jarum
pengobatan, uang bekal, sampai buntalan pakaian. Akan tetapi
tetap tidak terlihat sebuah pun kitab.
Tadinya jari-jari tangan itu meraba-raba dan merayap-rayap
sehingga Sin Hong terpaksa harus mengerahkan tenaga menahan
kegelian. Akan tetapi tiba-tiba jari-jari tangan itu menegang dan bagaikan kilat cepatnya orang itu menggunakan sebuah pisau tajam menusuk lambung Sin Hong! Inilah perintah rahasia yang dibisikkan 885
oleh Kong Ji tadi, yaitu apabila kitab tak dapat ditemukan, selagi memeriksa dan Sin Hong lengah orang ini supaya membunuh Sin
Hong dengan tusukan mendadak.
Dapat dibayangkan betapa sukarnya menghindarkan diri dari
serangan yang begini tiba-tiba dan dekat apa lagi dalam keadaan tidak menyangka dan kedua tangan diangkat ke atas seperti
keadaan Sin Hong. Sin Hong yang merasa terkejut juga tidak
mempunyai kesempatan lagi untuk mengelak, maka ia lalu
mengerahkan sinkangnya ke dada, merendahkan diri dan memutar
tubuh sehingga pisau nu tidak mengenai lambungnya melainkan
mengenai dadanya, kemudian hampir pada saat yang sama, tangan
kirinya sudah menempeleng kepala orang itu.
Baju Sin Hong di bagian dada robek, kulit dadanya hanya
tergurat sedikit karena orang itu menusuk dengan sepenuh tenaga lweekangnya. Akan tetapi orang gemuk yang kena ditempeleng
kepalanya itu, berputar-putar seperti sebuah gasing lalu terhuyung-huyung dengan mata mendelik dan di lain saat ia roboh mencium
tanah tak bergerak lagi!
Sin Hong cepat mengambil barang barangnya yang tadi
dikeluarkan dan di lempar di atas tanah, kemudian ia memandang kepada Kong Ji dengan mata berapi.
"Hemm, kau benar-benar seorang iblis yang palsu dan pengecut,
Kong Ji. Kau-lihat sendiri bahwa kitab itu tidak ada padaku. Aku tidak biasa membohong atau menipu, sebaliknya kau benar-benar
tak tahu malu menyuruh babi itu melakukan serangan menggelap.
Apa sih kehendak mu?"
Kong Ji tidak merasa malu, hanya kecewa karena orangnya gagal
membunuh Sin Hong. Kalau ia sendiri yang tadi melakukan
pemeriksaan dan penyerangan menggelap itu. sudah dapat
dipastikan Sin Hong akan tewas. ia tertawa menyeringai ketika
menjawab, "Sin Hong, dia itu menyerang karena mendongkol tidak dapat
menemukan kitab. Biarlah sekarang kauganti kitab itu dengan
pedang hijau itu, baru kau boleh pergi tanpa gangguan kami lagi."
886 Sin Hong tersenyum mengejek. Ia tahu bahwa kata-kata ini pun
palsu belaka. Kalau ia memberikan pedang Cheng-liong-kiam itu, atau bahkan andalkata ia mempunyai kitab itu dan memberikannya kepada Kong Ji sekalipun, tetap saja ia takkan dibiarkan turun gunung begitu saja. Ia sudah tahu betul akan dasar watak Kong Ji.
"Kong Ji, kau tahu bahwa pedang ini adalah pedang pusaka milik Hui-eng Nio-cu yang dititipkan kepadaku, bagaimana kau
menghendakinya" Lebih baik aku kehilangan nyawa daripada
kehilangan barang pusaka yang dititipkan dan dipercayakan
kepadaku!"
"Ha, ha, ha, bodoh mata keranjang! Kau cinta pada gadis garuda itu, bukan?"
"Kong Ji tutup mulutmu yang kotor!" Sin Hong membentak
marah, akan tetapi jawaban Kong Ji merupakan aba-aba kepada
pasukannya dan serentak lima ribu orang anak buahnya bergerak, pengurungan makin kuat!
Sin Hong mengerti bahwa ia seorang diri tak mungkin dapat
membobolkan kepungan lima ribu orang lawan, maka sambil
menggerak-gerakkan Pedang Cheng-liong-kiam ia berseru keras,
"Kong Ji, ingat bahwa biarpun kau berhasil membunuhku,
banyak sekali anak buahmu akan tewas lebih dulu oleh tanganku.
Bahkan kau sendiri takkan terlepas dari pedangku!"
"Ha, ha, ha, Sin Hong, kata-katamu seperti suara katak dalam
sumur.. Bersiaplah untuk mampus!" kembali Kong Ji memberi aba-
aba dan ratusan batang anak panah menyambar ke arah Sin Hong!
Pemuda itu memutar pedangnya yang segera berubah menenjadi
segulungan sinar hijau yang menyelimuti tubuhnya. Anak-anak
panah itu runtuh semua dan patah- patah. Kemudian pasukan golok besar menyerbu Sin Hong. Anak buah pasukan itu rata-rata pandai Ilmu Silat Golok karena memang mereka ini terlatih baik oleh
ketuanya, yakni Twa-to Kwa Seng. Golok mereka besar dan berat, gerakan mereka cepat dan serangan, serangan mereka teratur
sekali seperti sebuah barisan golok.
887 Akan tetapi sekarang mereka menghadapi Sin Hong yang
memegang pedang pusaka ampuh. Tentu saja mereka merupakan
makanan empuk bagi Sin Hong. Serapat- rapatnya pengurungan,
untuk mengeroyok seorang lawan saja tak mungkin dapat maju
bersama lebih dari dua puluh orang. Yang aktip menyergap Sin
Hong paling banyak dua puluh dari segala jurusan, sedangkan yang lain-lain hanya bersorak-sorak sambil mengamang-amangkan golok besarnya saja.
Begitu Sin Hong menggerakkan tubuh dan pedang, bagaikan
batang-batang pohon ditebang para pengeroyok itu roboh. Darah
membanjir, pekik kesakitan saling susul dan tubuh bergelimpangan tumpang tindih. Masih untung bagi mereka bahwa Sin Hong
memang seorang pemuda yang memiliki hati penuh welas asih,
sehingga pemuda ini tidak tega untuk menjatuhkan tangan maut.
Yang roboh itu semua hanya menderita luka-luka di kulit dan
daging saja tidak sampai mati akan tetapi juga tidak mampu bangun karena di luar tahunya Sin Hong, pedang pusaka Cheng liong-kiam mengandung semacam bisa yang membuat luka terasa perih seperti dituangi cuka campur garam! Tidak mengherankan apabila orang-orang yang terluka itu menjerit-jerit dan memekik, meraung-raung seperti babi-babi disembelih saking perih dan saking luka di tubuh mereka akibat sabetan pedang hijau itu.
Akan tetapi musuh terlampau banyak. roboh sepuluh maju
penggantinya sehingga Sin Hong terus-menerus dikeroyok oleh dua puluh orang, tak peduli setiap kali diganti mereka itu roboh. Juga tempat menjadi penuh orang luka yang tentu saja menghalangi
gerakan Sin Hong, memaksa pemuda itu setiap kali berganti
gelanggang. ia maklum bahwa kalau diteruskan, ia akan terpaksa merobohkan banyak sekali orang, mungkin sampai ratusan dan
akhirnya dia sendiri akan kehabisan tenaga dan menyerah.
Hatinya menjadi gemas sekali terhadap Kong Ji yang dapat
menggerakkan begini banyak orang sedangkan dia sendiri
bersembunyi. Maka sambil bertempur Sin Hong mencari-cari Kong Ji dengan sudut matanya. Akhirnya ia melihat pemuda itu memberi
aba-aba dan mengatur di barisan tengah. Cepat bagaikan kilat Sin Hong menerjang para pengepung sebelah kiri. Ia harus
888 membobolkan kepungan ini untuk dapat menyerang Kong Ji. Akan
tetapi sia-sia. Kong Ji yang melihat usahanya ini segera memberi aba-aba dan selain bagian itu diperkuat, juga Kong Ji sendiri lenyap dari tempat tadi, pindah ke lain tempat yang tidak terlihat oleh Sin Hong.
Tiba tibu terdengar suara Kong Ji memberi aba-aba. "Mundur
semua, hujani anak panah!"
Inilah yang dikhawatirkan oleh Sin Hong. Selama ia dikepung
oleh pasukan bersenjata, ia masih aman karena tentu saja ia tidak takut menghadapi serangan-serangan dari dekat dan dapat
merobohkan para lawannya. Akan tetapi kalau diserang dengan
anak panah, ia tak dapat berbuat lain kecuali melindungi dirinya, tanpa dapat membalas.
Pasukan-pasukan itu sudah terlatih sekali dan mendengar aba-
aba ini, mereka serentak mundur, membiarkan Sin Hong berada di tengah-tengah. Kemudian dari seluruh jurusan hujan anak panah
menycrbu Sin Hong. Tadi Kong Ji telah mengatur sehingga barisan panah dipencar mengelilingi tempat itu sehingga kini penyerangan anak panah dapat dilakukan dari empat jurusan. Bukan saja anak pariah yang menyambar, juga ada pisau, piauw, dan lain-lain
senjata rahasia seperti jarum dan paku atau pelor besi. Di antara semua senjata rahasia yang datang seperti ini, terdapat juga Hek-tok-ciam, yakni jarum-jarum berbisa dari Kong Ji sendiri.
Sin Hong terpaksa memutar lagi pedangnya seperti tadi dan
semua senjata rahasia runtuh. Akan tetapi Kong Ji sangat cerdik. ia tidak melakukan serangan sekaligus, melainkan berantai, kalau
rombongan pertama selesai melepaskan anak panah, rombongan ke
dua menyusul, lalu rombongan selanjutnya sampai rombongan
pertama siap lagi. Dengan demikian, senjata rahasia yang
menghujani Sin Hong tidak pernah berhenti!
Sin Hong mendongkol bukan main. Sambil memutar terus
pedangnya sehingga tubuhnya tidak kelihatan, terbungkus oleh
sinar hijau, ia berseru,
889 "Kong Ji manusia jahanam, mengapa kau begini curang dan
pengecut" Hayo kita bertempur seribu jurus kalau kau memang
jantan!" Akan tetapi jawabannya hanya ketawa mengejek dan tiba-tiba
dari kanan kiri datang balok-balok bergulingan ke arah Sin Hong. Sin Hong terkejut sekali. Memang tempat ia dikeroyok ini agak rendah sehingga kalau ada balok dilempar dari kanan kiri, akan bergulingan ke tengah dan akan menyerang kakinya!
Balok itu datang dengan cepat dan menakutkan karena biarpun
Sin Hong amat kuat, apabila terdorong oleh balok balok itu, sukar ia dapat mempertahankan. Cepat ia melompat dan sambil terus
melindungi tubuh bagian atas dengan gulungan sinar pedang, ia kini harus berlompat- lompatan ke atas untuk menghindarkan diri dan gilasan balok-balok itu. Tak lama kemudian tempat itu sudah penuh dengan balok-balok yang ternyata adalah batang-batang pohon
yang ditebang oleh pasukan-pasukan itu untuk dipergunakan
sebagai senjata. Sekarang bukan hanya balok- balok yang datang bergulingan, bahkan ada batu-batu besar yang mulai dipergunakan!
Sin Hong melompat dari balok ke balok, dari batu ke batu, dan
kadang-kadang batu yang jatuh menimpa batu lain mendatangkan
goncangan hebat sehingga gerakannya menjadi kacau dan terdapat lubang pada pertahanan pedangnya. Tiga buah anak panah sudah
menancap di pundak dan punggungnya!
Sin Hong menggigit bibirnya, menahan rasa sakit dan tetap
mempertahankan diri. Sampai saat terakhir ia tidak sudi mengalah atau menyerah.
Diam-diam Kong Ji kagum bukan main. Balok dan batu sudah
penuh, sampia rata dengan tebing kanan kiri dan tak dapat orang menggulingkan sesuatu namun tetap saja Sin Hong belum mau
menyerah. Sudah tiga jam lebih pemuda itu dikeroyok, sudah
seratus orang lebih yang terluka dan kini dirawat di bagian belakang karena tadi sebelum orang- orang menghujankan balok dan batu,
para korban yang terluka oleh pedang Sin Hong itu disereti ke
dalam pasukan. 890 Kalau tidak demikian, tentu mereka ini akan gepeng- gepeng


Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tergilas dan tertindih batu-batu dan balok-balok itu. Akan tetapi tetap pemuda perkasa itu tidak mau menyerah. Padahal tiga batang anak panah masih menancap di tubuhnya. Benar-benar gagah
perkasa! "Sin Hong...! Lekas lempar Cheng-liong-klam dan berlutut minta ampun kepadaku kalau kau ingin selamat!" Kong Ji mencoba lagi
membujuk karena ia merasa ngeri menyaksikan kehebatan sepak
terjang Sin Hong dan khawatir kalau-kalau Sin Hong dapat
melepaskan diri dari kepungan itu.
Akan tetapi jawabannya hebat. Bukan dengan kata-kata
melainkan tiba-tiba gulungan sinar pedang hijau itu meninggalkan tempat tadi dan kini sambil terus sinar pedang bergulung-gulung melindungi tubuhnya. Sin Hong mendesak ke arah tempat Kong Ji
berdiri. Beberapa orang anak buah Kong Ji menyambutnya dengan
tombak di tangan, akan tetapi begitu terdengar suara keras,
tombak- tombak itu patah dan tujuh orang sekaligus roboh dengan pinggang terbabat pedang!
Kong Ji menjadi penasaran dan marah. Ternyata kini Sin Hong
tidak berlaku kasihan lagi dan mulai membunuh anak buahnya.
Dengan gemas Kong Ji memerintahkan para pembantunya yang
kepandaiannya agak tinggi untuk membantunya dan ia sendiri
mencabut Pak-kek Sin-kiam lalu menyerang dengan bengisnya.
Diam diam Sin Hong terheran dan juga kagum. Baru saja dalam
pertempuran tadi di puncak ini, Kong Ji sudah terluka olehnya, akan tetapi mengapa dalam waktu singkat Kong Ji sudah pulih lagi
tenaganya"
Benar-benar Kong Ji sudah memiliki kepandaian yang tinggi
tingkatnya. Sayang sekali ia tersesat dan menyeleweng. Dengan
penuh semangat Sin Hong menyambut serangan Kong Ji dengan
pedang pinjamannya dan di lain saat dikeroyok hebat oleh Kong Ji dan tiga orang ketua pasukan yakni Siang-pian Giam-ong Ma Ek,
Sin-houw Lo Bong dan Twa-to Kwa Seng.
Memang betul bahwa dalam pibu tadi, tiga orang ketua ini telah terlukakan tetapi luka-luka mereka ringan saja dan kini mereka sudah dapat bertempur lagi membantu Kong Ji. Selain empat orang 891
gagah ini, masih ada belasan orang anggauta pasukan yang paling tinggi ilmu silatnya yang mengeroyok Sin Hong.
Pada saat itu, Sin Hong sudah lelah sekali, juga darah yang
mengucur keluar dari tiga tempat yang terluka oleh anak panah, membuat tubuhnya lemas dan tangan yang terluka kaku-kaku.
Baiknya tiga anak panah itu masih menancap sehingga darah yang keluar dapat tertahan dan tidak begitu banyak. Kalau tidak demikian tentu dalam pergerakan ilmu silat, otot-otot yang bergerak dan mengejang membuat darah keluar banyak sekali!
Sin Hong mengerahkan seluruh tenaga, keuletan dan kepandaian
untuk melindungi diri, juga untuk membalas serangan lawan. Sudah beberapa orang robohkan dan pada saat-saat terakhir ini dengan serangan kilat ia telah berturut turut merobohkan Ma Ek dan Kwa Sen sehingga dua orang ini binasa dengan leher terbabat putus.
Akan tetapi di lain pihak, Kong Ji juga berhasil melukai pangkal lengan kirinya sehingga kulit dan daging pangkal lengan itu terobek sampai kelihatan tulangnya. Bukan main sakitnya dan Sin Hong
merasa lengan kirinya lumpuh saking nyerinya.
Keadaannya sudah amat berbahaya karena Kong Ji tiba-tiba
melenyapkan diri dan memberi aba-aba untuk menghujani anak
panah lagi. Akan tetapi, pada saat itu, terdengar sorak sorai yang riuh dan barisan belakang dari para pengepung itu mengalami
keributan hebat. Kong Ji kaget sekali dan cepat ia lari ke barisan belakang.
Ternyata bahwa yang datang adalah pasukan yang sebagian
besar terdiri dari pendeta-pendeta hwesto gundul dan tosu yang mengamuk bagaikan naga terluka. Sambil mengamuk mereka
berteriak -teriak. "Di mana adanya, jahanam Liok Kong Ji, biar kami cincang hancur!"
Melihat bahwa yang datang itu adalah pendeta-pendeta dari
partai-partai besar, yakni hwesio-hwesio dari Siauw-lim-pai, tosu-tosu dan pendeta-pendeta dari Teng-san-pai, Hong- san-pai dan
lain-lain yang dipimpin sendiri oleh ketua-ketua mereka, bahkan ada pula di situ pasukan Hui-eng Nio-cu, diikuti pula oleh Tai Wi Siansu, Leng Hoat Taisu, Bu Kek Siansu dan lain-lain orang yang tadi hadir dan turun dari puncak. Kong Ji merasa semangatnya terbang
892 melayang meninggalkan raganya! Tanpa pamit ia kepada anak
buahnya, pemuda licik ini lalu diam-diam mengangkat kaki seribu dan lari minggat dari tempat itu.
Memang yang datang itu adalah rombongan-rombongan pendeta
tersebut yang telah mendengar tentang wakil-wakil mereka yang
terbunuh oleh orang-orang Liok Kong Ji. Sebagaimana telah
dituturkan di bagian depan, ketua Teng- san-pai Pang Soan Tojin, sudah bertemu dengan Sin Hong dan mendengar tentang
terbunuhnya para utusannya. Demikian pula partai-partai lain telah melihat utusan- utusan mereka terbunuh di kaki gunung, maka
ketua dari masing- masing partai membawa barisan anak muridnya mendatangi Ngo-heng-san dengan cepat.
Di lereng bukit ini mereka bertemu dengan rombongan
Tai Wi Siansu yang turun gunung dan mendengar semua hal ini
secara singkat. Marahlah mereka ini dan beramai ramai mereka lalu menyerbu ke puncak. Barisan anak buah Liok Kong Ji kocar-kacir, apalagi karena mereka sudah tidak mempunyai pemimpin pula.
Sin houw Lo Bong juga sudah roboh oleh Sin Hong dan dalam
keadaan kacau balau pasukan-pasukan itu mencari Kong ji untuk
minta petunjuk. Akan tetapi yang dicari sudah tidak kelihatan lagi mata hidungnya!
Karena keributan ini, tertolonglah nyawa Sin Hong. Ta
ditinggalkan para pengeroyoknya dan kini pemuda ini melompat ke atas tumpukan batu balok, melihat penyembelihan besar-besaran
yang dilakukan oleh para hwesio Siauw-limpai dan tosu Go-bi-pai, juga oleh gadis Hui- eng-pai dan anak-anak murid partai besar lain.
Hatinya tidak tega. Ta mengerahkan tenaga khikangnya, lalu
berseru keras, "Semua Enghiong yang bertempur, tahan
senjata...!!'"
Suara ini menggeledek di angkasa, bergema diempat penjuru dan
selain menusuk anak telinga juga menggetarkan hati sehingga
semua orang yang sedang ribut bertempur itu otomatis
menghentikan gerakan mereka dan berpaling ke arah orang yang
bicara ini. 893 Mereka melihat Si Hong berdiri dengan muka pucat, nampak
gagah menyeramkan, berdiri di atas tumpukan balok dan batu,
pakaiannya compang camping, bajunya bernoda darah, di pundak
kiri dan di punggung kelihatan tiga batang anak panah menancap, pangkal lengan kirinya terluka hebat dan dari situ mengahr darah.
Dalam keadaan terluka sehebat itu masih dapat mengeluarkan suara demikian dahsyat. benar-benar luar biasa sekali pemuda itu.
"Para Enghiong dari timur dan selatan, dengarlah kata- kataku!
Kalian secara membuta telah ditipu oleh manusia sesat Liok Kong Ji.
Kalian telah mengangkat seorang Tung- nam Tai-bengcu yang
jahat! Buktinya kalian sudah melihat dan mendengar sendiri
bagaimana sikapnya yang jahat tadi. Dan sekarang, setelah datang serangan dari para orang gagah yang marah kepadanya, di manakah adanya Liok Kong Ji" Dia telah lari! Dan secara pengecut sekali meninggalkan kalian. Oleh karena itu, mengapa kalian begitu bodoh untuk membela orang dan mempertaruhkan nyawa secara sia-sia
belaka" Kematian kalian bukan kematian orang gagah, melainkan
kematian orang-orang bodoh yang membela Kong Ji orang yang
jahat! Para pengikut Liok Kong Ji saling pandang, mereka mulai
mencari-cari apakah pemuda yang mereka puja itu telah pergi tanpa pamit.
"Cuwi-locianpwe dari partai-partai besar, harap suka maafkan
mereka ini yang karena kebodohan telah ditipu oleh Kong Ji. Yang berdosa adalah Liok Kong Ji, bukan mereka ini. Aku minta dengan sangat supaya pertempuran ini dihentikun saja!"
Karena tidak melihat adanya Liok Kong Ji yang membantah
omongan ini, para anak buah Bu-cin-pai, Tm- yang-bupai, Twa-to-bu-pai, Kwan-cin-pai, Shansi Kai-pang dan lain-lain mulai kendur semangatnya dan mereka benar-benar tidak mau bertempur Mereka
mulai mengumpulkan kawan-kawan sendiri yang terluka dan binasa dan sedikit demi sedikit mereka mulai mengundurkan diri.
Adapun rombongan yang baru datang, mulai bergerak naik dan
memenuhi tempat pertemuan di puncak. Nampak bayangan yang
gesit berkelebat dan di lain saat Siok Li Hwa telah melompat keatas 894
tumpukan balok dan batu, berdiri di depan Sin Hong dengan mata terpentang lebar.
"Wan Sin Hong, kau... terluka hebat...!" Sin Hong tersenyum,
pandang matanya kepada gadis ini penuh terima kasih.
"Aku masih hidup, berkat pokiam (pedang pusaka) yang kau
pinjamkan kepadaku dan berkat kembalimu ke sini, Niocu. terima kasih banyak dan selamanya Wan Sin Hong takkan melupakan budi
kebaikan Siok Li Hwa," Sin Hong mengangsurkan pedang hijau yang berlumuran darah.
Ketika Li Hwa melihat betapa tangan yang memegang pedang itu
mulai menggigil, ia menjadi kasihan dan terharu sekali.
Ia sendiri merasa heran sekali karena selama hidupnya baru kali ini ia mengalami perasaan seperti ini dan lebih aneh lagi, tiba-tiba saja perasaannya naik membuat air matanya bertitik turun ketika ia menerima pedangnya itu kembali. Akan tetapi ia segera bergerak maju dan menyambar tubuh Sin Hong karena pemuda ini sudah
limbung dan tentu akan roboh terguling dari tumpukan batu dan
balok kalau saja Li Hwa tidak cepat-cepat menyambarnya. Sin Hong telah jatuh pingsan dalam pelukan Li Hwa!
Ketika Sin Hong siuman kembali, ia telah dibaringkan di atas
rumput dan kelihatan muka-muka yang ramah dan terkenal. Mereka ini adalah ketua-ketua partai yang tadi datang menolongnya. Para tokoh besar ini duduk mengelilinginya dalam jarak dua tombak dan Tai Wi Siansu sendiri yang merawatnya. Tiga batang anak panah
sudah dicabut dan luka-lukanya sudah ditempeli obat oleh ketua Kun-lun-pai itu, rasanya nyaman dan dingin. Ketika Sin Hong
menggerakkan matanya, terlihat olehnya wajah Siok Li Hwa
memandang mesra kepadanya dengan mata masih basah, lalu
wajah Leng Hoat Taisu ketua Thian-san-pai, wajah Bu Kek Siansu ketua Bu-tong-pai, wajah hwesio gundul Kian Hok Taisu ketua Go-bi-pai, Pang Soan Lojin ketua Teng-san pal, Kong Hian ketua Siaw-lim-pai, Pek Kong Lojin ketua Hong-san-pai dan banyak lagi tokoh-tokoh besar dunia persilatan pada waktu itu.
895 Melihat dirinya dikelilingi oleh tokoh-tokoh terbesar dari seluruh dunia kangouw, Sin Hong cepat bangkit duduk. hendak memberi
hormat akan tetapi Tai Wi Siansu berkata dengan suara hormat,
"Harap bengcu jangan banyak bergerak dulu karena masih
lemah. Dengan duduk saja kami sudah cukup puas mendengar kata-
kata bengcu."
Kata-kata ini membuat Sin Hong kaget setengah mati. "Eh,
Locianpwe... apa artinya ini..?"
"Ketika Bengcu sedang pingsan, sambil menanti Bengcu siuman
kembali, kami telah berunding dan mengambil keputusan
mengangkat Bengcu sebagai bengcu baru."
"Eh, mana ada aturan ini" Di samping aku sendiri yang bodoh
masih ada Hui-eng Niocu yang gagah perkasa." Ia memandang
kepada Li Hwa yang duduknya tepat di depannya.
Li Hwa berkata dengan suara halus, "Aku suka mengalah, biar
kau saja yang menjadi bengcu. Kau seorang laki-laki sedangkan aku hanya seorang wanita, sepantasnya kau yang menjadi bengcu."
Mendengar kata-kata ini Sin Hong memandang tajam dan bukan
main anehnya, setelah berkata demikian Li Hwa menundukkan
mukanya yang menjadi kemerah-merahan, nampaknya malu-malu!
Setelah menarik napas, Sin Hong berkata kepada para
ciangbunjin yang berada di situ.
"Apa boleh buat, tadinya aku hanya menjaga jangan sampai
kedudukan bengcu jatuh ke dalam tangan orang jahat. Tidak
tahunya aku sendiri sekarang terpilih. Aku harus bertanggung jawab dan tak dapat aku menolak begitu saja. Terima kasih atas
kepercayaan para ciangbunjin yang berada di sini. Akan tetapi oleh karena aku yang muda memang tidak tahu apa apa dan kurang
pengalaman. aku mengandalkan bantuan dan bimbingan Cuwi
Locianpwe dalam kedudukan ini. Segala kesalahan sepak terjangku harap ditegur dan apa yang aku tidak mengerti harap dijelaskan."
"Sudah tentu demikian, harap Bengcu tak usah khawattr.
Kedudukan Bengcu hanya untuk menjadi pegangan bagi kita semua
bahwa dunia kang-ouw ada seorang yang dipandang, seorang yang
896 akan memutuskan apabila terjadi kesalahpahaman di antara kawan sendiri. Seorang yang akan memutuskan dan membimbing kita
sekalian apabila ada peristiwa penting di dunia. Dengan adanya seorang bengcu baru di dunia kang-ouw, kiranya antara kita akan ada persatuan yang lebih erat, memandang muka Bengcu yang
bijaksana dan mulia," kata Tai Wi Siansu.
"Tepat sekali kata-kata Tai Wi Siansu tadi," kata Kong Hian
Hwesio ketua Siauw-lim-pai. "Dewasa ini muncul banyak orang jahat yang lihai dan ingin menduduki kedudukan bengcu agar dapat
mempengaruhi dunia orang gagah. Baiknya sekarang kita telah
memilih seorang yang biarpun masih muda namun dapat kita
percaya kekuatan lahir batinnya. Memang amat perlu kita
memperkuat persatuan karena pinceng mendengar bahwa banyak
sekali orang-orang sakti dari utara dan barat hendak datang
menjajah negara yang dianggap sedang berada dalam keadaan
lemah. Kita harus menghadapi mereka dan kalau mereka datang,
kita harus mengusir mereka agar pengaruh mereka tidak merusak
kebudayaan kita. Semua ini dapat dilakukan dengan baik dan
teratur kalau kita semua taat dan mendengar komando dari bengcu.
Setiap orang di setiap daerah masing-masing bekerja dan semua
hasil pengawasan dilaporkan kepada bengcu. Juga setiap ada
peristiwa penting harus dilaporkan kepada bengcu. Akhirnya bengcu yang mengatur dan menentukan langkah selanjutnya."
"Hal ini mana dapat kulaksanakan tanpa bantuan Cuwi
locianpwe?" kata Sin Hong yang diam-diam merasa betapa berat
dan besar tanggung jawabnya sebagai bengcu.
"Bengcu jangan khawatir, sudah tentu dalam menentukan
sesuatu, Bengcu merundingkan hal itu dengan para ketua yang
Bengcu tunjuk dan angkat sebagai pembantu," kata Bu Kek Siansu.
"Nah, kalau begitu barulah aku yang muda dan bodoh berani
menghadapi tanggung jawab yang maha besar ini. Apabila Cuwi-
locianpwe tidak keberatan aku menetapkan Samwi-locianpwe, tiga ketua dari Kun-lun-pai, dan Thian-san-pai dan Bu-tong-pai sebagai pembantu-pembantu atau wakil-wakilku, karena Samwi-locianpwe
ini yang telah menjadi saksi tadi tentang keadaanku dan tentang pemilihan bengcu. Apakah Cuwi semua setuju?"
897 "Kami setuju dan taat akan perintah Bengcu," kata Pek Kong
Lojin ketua Hong-san-pai sehingga diam-diam Sin Hong terkejut
bukan main. Ah, kata katanya agaknya merupakan perintah dan
selalu akan ditaati oleh para tokoh besar dunia persilatan ini. Inilah kekuasaan yang amat hebat! Pantas saja kedudukan ini begitu
dikehendaki oleh Kong Ji, kiranya untuk mendapat kekuasaan yang maha besar ini. Kalau kedudukan bengcu jatuh di tangan seorang jahat seperti Kong Ji, alangkah akan kacaunya dunia!
"Mohon tanya di manakah tempat kedudukan Bengcu agar
mudah bagi kami untuk menyampaIkan sesuatu?" Pertanyaan ini
diajukan olah Pang Soan Tojin. Untuk pertanyaan ini Sin Hong
sudah mempunyai jawaban. Dengan sungguh-sungguh ia
menjawab. "Untuk sementara ini oleh karena aku hendak mencari dan
menangkap Liok Kong Ji, maka segala sesuatu harap ditempatkan
kepada Tai Wi Siansu di Kun-lun pai. Kelak apabila semua urusan sudah beres aku akan menetap di Luliang-san yakni di puncuk Jeng-in-thia."
Setelah tanya jawab selesai, di puncak Ngo-heng-san ini lalu
disediakan meja sembahyang dan diatur oleh Tai Wi Siansu dan
tokoh-tokoh lain yang sudah tua dan tahu akan peraturan
pengangkatan atau pengesahan bengcu. Setelah persiapan selesai, Sin Hong diminta untuk bersembahyang, bersumpah kepada Langit
dan Bumi bahwa ia akan menjabat kedudukan bengcu dengan hati
ikhlas dan tulus, akan memimpin dunia kang-ouw ke arah jalan
kebenaran dan memberantas kejahatan tanpa pamrih untuk
menguntungkan diri sendiri.
Setelah Sin Hong selesai sembahyang lalu semua orang
bersembahyang dari tokoh-tokoh besar, ketua-ketua partai besar bersumpah pula bahwa mereka akan setia dan taat kepada bengcu
yang mereka angkat sendiri dan takkan mempunyai hati bercabang serta akan membantu semua usaha bengcu!
Sin Hong terharu sekalt mendengar sumpah mereka itu. Hanya Li
Hwa seorang yang tidak bersumpah, akan tetapi tidak ada yang
mendesak gadis ini oleh karena mereka menganggap bahwa
898 seorang gadis muda seperti Li Hwa tidak perlu harus ikut dalam upacara ini.
Setelah upacara selesai, beramai-ramai para ketua itu memberi
hadiah kepada Sin Hong. Pemuda ini terharu, terkejut, dan girang sekali melihat hadiah-hadiah itu, karena tak disangkanya sama
sekali bahwa para ketua partai itu memberi hadiah dengan barang-barang pusaka dari partai masing-masing! Kong Hian Hwesio ketua Siauw-lim-pai memberi sebuah Kim-si-joan-pian, sebuah senjata pecut lemas yang gagangnya terbuat dari emas dan pecut itu sendiri terbuat daripada logam yang lebih lemas dan kuat daripada baja.
Pek Kong Lojin ketua Hong-san-pai memberi Pek kim-i sebuah
kutang terbuat dari pada emas putih yang sudah diolah sedemiklan rupa sehingga kalau kutang ini dipakai maka tubuh bagian atas
sebata pinggang sampai ke leher akan terlindung dan takkan terluka oleh bacokan senjata tajam! Tat Wi Siansu sendiri memberikan
pedang Bok-shin-kiam, sebatang pedang yang mengandung khasiat
untuk mengusir hawa jahat dari siluman dan dapat dtpergunakan
pula untuk menyembuhkan luka bekas gigitan binatang berbisa,
pendeknya sebuah pedang kayu yang amat tinggi nilainya, bukan
pedang untuk bertarung.
Leng Hoat Taisu ketua Thian-san-pai memberi hadiah tongkat
pendek berkepala burung hong yang terbuat daripada jantung batu hitam dan kerasnya melebihi baja. Pendeknya, masih terlalu banyak barang-barang indah pusaka ampuh diberikan oleh para ketua itu sebagai hadiah kepada Sin Hong. Li Hwa tidak mau ketinggalan.
Dengan gerakan lemah gemulal gadis ini memberikan pedangnya
yang bersinar hijau, yakni pedang Chen liong-kiam kepada Sin
Hong, katanya, "Kau kehilangan Pak-kek Sin-kiam, biarlah pedang ini menjadi
penggantinya'"
Tai Wi Siansu dan yang tersenyum maklum bahwa gadis ini telah
jatuh hati kepada bengcu mereka. Akan tetapi Kian Hok Taisu ketua Gobi-pai berkata kaget,
899 "Hui-eng Niocu, pokiam (pedang pusaka) itu adalah warisan Pat-
jiu Nio-nio dan dahulu disayang melebihi nyawa sendiri. Sebaliknya kau memberi barang lain kepada Bengcu, jangan pedang itu!"
Siok Li jiwa memandang tak senang kepada pendeta itu. "Kian
Hok Taisu, kau orang tua peduli apakah dengan urusanku sendiri"
Bukan hanya mendiang Nio-nio, aku pun sayang akan pedang itu,
melebihi nyawaku sendiri'"
"Kalau begitu mengapa diberikan kepada Bengcu?"
Ditanya begin!, muka Li Hwa menjadi merah sekali dan ia tahu
bahwa tadi telah kesalahan bicara.
"Aku berikan kepada siapapun juga, mau peduli apakah?"
tanyanya marah dan sepasang mata yang indah itu memandang
kepada Kian Hok Taisu.
Pendeta ini tersenyum sabar. "Memang tidak ada sangkutannya
dengan pinceng, hanya pinceng hendak mengingatkan bahwa kalau
Pat-jiu Nio-nio masih hidup dia akan menganggap pemberian
pedang ini sebagai tanda ikatan jodoh."
Mendengar kata-kata mi, muka Li Hwa menjadi pucat. Ia
otomatis berpaling kepada Sin Hong yang mengangsurkan pedang
Cheng liong-kiam kepadanya, mukanya menjadi merah sekali.
"Kau menolak pemberianku?" tanyanya dengan suara gemetar.
"Pedang pusaka adalah pelindung diri tak baik berpisah
denganmu, Niocu," kata Sin Hong tersenyum.
Dengan muka sebentar pucat sebentar marah dan tubuh
sebentar panas sebentar dingin, Li Hwa menyambar pedang Cheng-
liong-kiam dari tangan Sin Hong, lalu melompat bangun dan berlari cepat meninggalkan puncak itu. Anak buahnya melihat ini lalu cepat mengikuti ketua mereka.
"Ah, dia marah...." kata Sin Hong suaranya menyesal sekali.
"Harap Bengcu suka memaafkan kelancangan pinceng.
Pernyataan pinceng tadi memang bukan buatan pinceng sendiri
melainkan dahulu memang Pat jiu Nio-nio menyatakan demikian. Di samping ini, juga pinceng kurang suka kalau sampai benar-benar 900
pedang itu dijadikan ikatan jodoh antara Bengcu dan dia. Hui-eng Nio-cu terlalu banyak mewarisi watak Pat-jiu Nio-nio"


Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak apa. Locianpwe. Memang kalau pemberian pedang itu
berarti ikatan jodoh, tak boleh dilakukan secara sembrono dan tentu saja aku pun tak dapat menerima begitu saja."
Setelah beramah-tamah dan semua tokoh menyatakan gembira
melihat betapa bengcu baru ini dengan cepat pulih kembali
kesehatannya setelah Sin Hong mempergunakan obat-obatnya
sendiri, mereka lalu berpamit dan turun gunung kembali ke tempat masing-masing. Semua jenazah yang bertumpuk di tempat itu tadi telah dikubur atas perintah Sin Hong, dan untuk pekerjaan ini
dikerahkan tenaga anak murid partai besar yang bekerja secara
bergotong-royong sehingga sebentar saja penguburan selesai dan keadaan menjadi bersih kembali.
Setelah semua orang turun gunung, Sin Hong lalu turun gunung
pula. Barang-barang hadiah yang diterima tadi semua dititipkan kepada Tai Wi Siansu, kecuali Kim-si-joan-pian pemberian Kong
thian Hwesio dari Siauw-lim-si, pecut ini dibawa untuk senjata, karena selain pecut ini merupakan senjata ampuh. juga amat
mudah dibawa, dapat digulung dan dimasukkan saku atau dililitkan di pinggang. Biarpun tubuhnya masih terasa lemas namun
kesehatannya sudah pulih kembali.
"Aku harus mendapatkan Kong Ji dan membunuhnya. Dia
terlampau berbahaya dan akan banyak terjadi kejahatan kalau dia masih hidup," pikir Sin Hong sambil menuruni Gunung Ngo-heng-san.
Ketika ia tiba di sebuah lereng, mendengar suara orang memaki-
maki. Sin Hong melihat dari jauh di bawah, di atas batu-batu karang dan terpisah jauh dari tempatnya, ia melihat bayangan dua orang sedang bergerak gerak seperti bertempur. Yang seorang memegang pedang dan orang ke dua yang diserang dan didesak adalah
seorang tua tinggi bertangan kosong. Dalam beberapa gebrakan
saja, orang bertangan kosong itu tertusuk pedang yang menembus dadanya. Jeritnya mengerikan ketika pemegang pedang mencabut
pedangnya dan menendang mayat musuhnya ke dalam jurang yang
amat dalam. Sebentar saja orang berpedang itu menghilang lagi.
901 Sin Hong tak berdaya menolong. Jangankan menolong,
mendekat saja tak mungkin. Jarak antara tempat dia berdiri dan tempat dua orang bertempur tadi amat jauhnya, selain ini, untuk berlari cepat menuju ke tempat itu harus mengambil jalan memutar, sedangkan tenaganya masih lemah.
Biarpun hanya melihat bayangannya saja dan tidak mengenal
dua orang itu, tetapi sinar pedang itu tidak diragukannya pula.
Itulah sinar pedang Pak kek Sin-kiam dan orang yang melakukan
pembunuhan itu bukan lain tentulah Liok Kong Ji orangnya! Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa tadi sebenarnya Liok
Kong Ji belum turun gunung, melainkan bersembunyi di dekat situ dan bukan tidak mungkin kalau Kong Ji mendengarkan dan melihat semua peristiwa yang terjadi di puncak Ngo-heng- san. Diam-diam Sin Hong bergidik. Tak disangkanya bahwa Kong Ji telah berubah menjadi seorang iblis jahat! Seorang iblis yang berkepandaian
tinggi, berotak cerdik penuh siasat dan muslihat, seorang yang amat berbahaya di dunia ini.
Ia berjalan terus. Ketika hampir tiba di kaki gunung, mendengar seruan orang. "Wan Sin Hong...!" Sin Hong berhenti dan tak lama kemudian Siok Li Hwa sudah berdiri di hadapann)a. Gadis ini
nampak cantik sekali, sepasang pipinya kemerahan, matanya
memandang mesra dan bibirnya tersenyum-senyun malu.
"Sin Hong, aku menyesal sekali tadi telah bersikap kasar. Harap kau maafkan..." suaranya merdu dan halus.
"Ah, tidak Niocu. Eh, mana pasukanmu dan kau mengapa masih
berada di sini?" tanya Sin Hong untuk menyimpangkan pembicaraan tentang hal yang amat tidak enak baginya itu. Akan tetapi usahanya sia-sia karena ternyata kemudian gadis ini memang agaknya hendak membicarakan hal itu!
"Anak buahku kusuruh berangkat lebih dulu dan aku memang
sengaja menanti kau di sini. Baiknya aku melihat kau lewat di sini, karena aku menanti di sebelah sana," jari telunjuk yang mungil itu menuding ke arah kiri, dari mana tadi ia datang berlari-lari.
"Kau menanti aku" Ada apakah?" Hati Sin Hong berdebar.
Li Hwa bicara menundukkan mukanya.
902 "Aku... aku sengaja menanti, pertama-tama untuk minta maaf
kepadamu tentang sikapku tadi. Sungguh mati aku tidak tahu akan maksud pemberian pedang seperti yang dikatakan oleh tua bangka Kian Hok Taisu tadi. Misalnya benar-benar artinya seperti itu pun, bagiku... eh, aku tidak menaruh keberatan." Tiba-tiba ia
mengangkat mukanya memandang dan kini Sin Hong yang harus
menundukkan muka untuk menyembunyikan wajahnya yang
menjadi pucat. Akan tetapi Li Hwa masih dapat melihat betapa wajah Sin Hong
amat pucat. Ia mengira bahwa Sin Hong masih menderita karena
sakit dan lukanya, maka ia berkata cepat-cepat.
"Eh, maafkan, Sin Hong. Tidak seharusnya kita bicarakan soal
itu, kau masih menderita karena luka-lukamu. Sebetulnya, aku
menantimu terutama sekali untuk mengajakmu ke Go-bi-san,
marilah kau tinggal untuk beberapa lama di tempatku agar aku
dapat merawatmu sampai kau sembuh betul, Sin Hong."
Sin Hong masih berdebar dan kata- kata ini membuat ia terpaksa menjawab, "Terima kasih, Niocu. Tak usah kau repot-repot, aku
tidak perlu dirawat, lukaku hanya luka di luar saja, tak lama lagi juga akan sembuh."
"Kau masih begitu pucat, Sin Hong. Marilah, biar kau...
kugendong dan nanti kalau sudah dapat menyusul anak buah ku,
kau dapat kusuruh carikan kuda. Aku hendak menolongmu dengan
hati tulus Sin Hong, Jangan kau salah mengerti."
Bukan main terharunya hati Sin Hong, juga ia bingung sekali
karena ia tahu bahwa penolakan berarti akan melukai gadis yang mudah marah dan mudah ter singgung
"Sekali lagi terima kasih atas segala budimu, Niocu. Sudah
terlampau banyak aku berhutang budi kepadamu, harap jangan
kautumpuki lagi agar tidak terlalu sukar bagiku untuk membalasmu kelak. Bukan sekali-kali aku tidak suka terima tawaranmu untuk tinggal di tempatmu yang tentu nyaman dan meyenangkan. Akan
tetapi, kau tahu bahwa Liok Kong Ji masih hidup dan berkeliaran di muka bumi. Aku akan mencarinya, aku harus dapat melenyapkan
manusia iblis itu dari muka bumi baru dapat bernapas lega. Oleh 903
karena itu bukan aku menolak ajakanmu, hanya aku tidak mungkin dapat menunda usahaku mengejar dan mencari Liok Kong Ji. Biarlah lain kali kalau sudah selesai tugasku ini, aku pasti akan mencari dan mengunjungimu di Go-bi-san.
Li Hwa menundukkan mukanya, nampaknya kecewa dan berduka
sekali. "Betulkah kau akan ke sana, Sin Hong?"
"Pasti aku akan ke sana kelak, Niocu."
"Kau tidak bohong?"
Sin Hong ketawa. Percakapan itu seperti percakapan anak kecil.
"Mana aku berani membohong?"
"Aku... aku akan selalu menanti kedatanganmu. Sin Hong."
Kata-kata yang diucapkan dengan jujur sekali ini membuat Sin
Hong terharu dan makin perih rasa hatinya.
"Jangan khawatir, Niocu. Kalau nyawa masih berada di badanku,
kelak aku pasti akan datang mengunjungimu."
Mendengar kata-kata ini, tiba tiba Li Hwa mengucurkan air mata.
"Eh, eh, kau kenapa. Niocu"..?"
"Sin Hong jangan hilang tentang mati. Baru-baru ini hampir saja kau tewas. Kalau... kalau kau tewas... hidup tidak ada artinya lagi bagiku...."
"Niocu...!" Sin Hong benar-benar terkejut karena tak
disangkanya gadis itu akan sedemikian berterus terang.
"Benar, Sin Hong! Selama ini hidupku kosong, tidak ada artinya.
Aku merasa bosan hidup di puncak dan pada waktu itu, aku akan
menghadapi kematian sewaktu-waktu dengan hati terbuka. Akan
tetapi... semenjak pertemuan di puncak Ngo-heng-san... perasaan hatiku lain se kali. Lebih terasa ketika tadi aku meninggalkanmu...
aku takkan dapat hidup seorang diri lagi. Sin Hong, aku takkan dapat hidup kalau... kalau kau jauh dariku. Karena itu, kau tahu bahwa aku akan menanti kedatanganmu di tempatku, kalau kau
membohong, aku akan mencarimu, Sin Hong." Setelah berkata
904 demikian, ia mengangsurkan pedang Cheng-liong-kiam sambil
berkata, "Terimalah pedangku ini!"
Sin Hong merasa bingung, kemudian dengan suara sedih ia
menjawab, "Aku tak dapat menerimanya, Niocu."
Pucat wajah gadis itu. "Kau menolak ikatan jodoh denganku"
Jangan khawatir, pemberianku ini sekedar supaya kau mempunyai
senjata pelindung diri. Kelak kalau berkunjung kepadaku, dapat kaubawa kembali."
Kembali Sin Hong menolak.
"Bukan demikian, Niocu...."
"Namaku Li Hwa, Siok Li
Hwa, kau tak perlu menyebut
Niocu!" "Baiklah. Kuulangi, bukan
demikian maksudku tadi, Li
Hwa. Aku tidak memerlukan
pedang, apalagi pedang yang
kau pakai sebagai senjata
pelindung dirimu sendiri. Aku
sudah mempunyai ini!" Ia
mengeluarkan pecutnya kepada
gadis itu. Li Hwa menarik napas
panjang. "Sudahlah, aku tak
dapat memaksa. Asal saja kelak
kau tidak melanggar janjimu.
Aku selalu menantimu sampai setahun, Sin Hong. Lewat setahun,
kalau kau belum juga datang menjengukku, aku akan turun gunung niencarimu!" Setelah berkata demikian, sekali lagi Li Hwa menatap wajah pemuda itu dengan pandang mata mesra sekali, kemudian ia membalikkan tubuh dan berlari bagaikan terbang cepatnya,
menyusul rombongan anak buahnya.
905 Sin Hong berdiri bagaikan patung. Celaka, pikirnya, gadis itu
benar benar telah jatuh cinta kepadanya dan cinta seorang gadis seperti Li Hwa amat berhahaya. Gadis itu semenjak kecil hidup
menyendiri hatinya keras dan sekali mempunyai kehendak, akan
dibelanya pelaksanaannya dengan nyawa. Ia maklum bahwa kelak
ia akan mengalami banyak susah dari gadis ini. Akan tetapi, apa dayanya" ia tidak mencinta Li Hwa. Hanya satu kali ia mencinta orang, ialah Go Hui Lian, atau boleh jadi juga Gak Soan Li. Ia sendiri tidak begitu yakin akan hal ini.
Sin Hong melanjutkan perjalanannya sambil melamun.
-oo0mch-dewi0oo-
Kaisar duduk di atas singgasana di balai pertemuan, dihadap oleh para panglima dan menterinya. Di antara panglima, tampak juga
See-thian Tok-ong yang sekarang telah kembali ke istana. Kepada Kaisar, See-thian Tok-ong menceritakan tentang pertemuan orang orang gagah di Puncak Ngo-heng-san, menceritakan bahwa di sana terjadi pertempuran besar dan delapan orang busu pengikutnya
gugur dalam pertempuran itu! Diceritakannya pula bahwa terjadi perubahan kedudukan bengcu, dan akhirnya karena pihak sana
lebih kuat, kedudukan bengcu tak dapat ia rebut dan jatuh ke dalam tangan seorang penjahat dan orang yang anti kaisar bernama Wan Sin Hong! Ta menceritakan pula bahwa Go Ciang Le berdiri di pihak penjahat Wan Sin Hong itu dan bahwa Go Hui Lian ternyata telah lari tidak kembali ke kota raja, melainkan ikut ayahnya.
Semua ini tentu hisapan jempol belaka dan See-thian Tok-ong
yang diam-diam telah mengadakan persekutuan dengan Liok Kong
ji. Delapan orang busu yang ikut dengan dia telah dibunuh di tengah perjalanan pulang!
Tentu saja Kaisar amat marah mendengar ini. "Kami akan
mengirim pasukan untuk menangkap pemberontak Go Ciang Le dan
mencari penjahat Wan Sin Hong!" kata Kaisar.
"Hal Ttu tidak demikian mudah dilakukan, Sri Baginda," kata
See-thian Tok-ong. "Wan Sin Hong dan Go Ciang Le selain memiliki kepandaian tinggi, juga banyak sekali pengikutnya. Apalagi
906 sekarang penjahat dan pemberontak Wan Sin Hong telah menjadi
bengcu, pengaruhnya amat besar. Dia sedang mengumpulkan
tenaga untuk memberontak dan menyerbu kota raja. Partai-partai besar kaum persilatan berdiri di belakangnya.
"Koksu, bagaimana baiknya?" tanya kaisar kepada Sce- thian
Tok-ong dengan. nada khawatir.
"Menurut pendapat hamba, untuk menghadapi mereka harus
menyusun kekuatan yang terdiri dari orang-orang gagah di dunia persilatan pula. Hamba akan mengumpulkan kawan-kawan di rimba
persilatan, dan di antara mereka, bahkan kemarin hamba bertemu dengan seorang tokoh besar yang biarpun masih muda, namun
telah diangkat menjadi bengcu dari kaum persilatan selatan dan timur. Dia telah berjanji hendak mengerahkan kawan-kawannya
membantu apabila Paduka sudi menerima dan memberi kedudukan
kepadanya."
Kaisar menjadi girang, apalagi ketika mendengar obrolan See-
thian Tok-ong bahwa pemuda bernama Liok Kong Ji itu memiliki
kepandaian yang setingkat dengan kepandaian See- thian Tok-ong.
"Panggil dia ke sini! Kalau dia mencocoki hati, kami akan
memberi pangkat sebagai wakilmu!"
Demikianlah, pada hari itu, Liok Kong Ji dibawa masuk ke dalam istana kaisar dihadapkan kepada Kaisar. Melihat kedatangan
pemuda ini, dan mendengar dari See-thian tok- ong bahwa
sekarang ini harus berlaku hati-hati dan perundingan
menghancurkan Wan Sin Hong dan Go Ciang Le tidak baik kalau
terdengar semua punggawa, Kaisar lalu membubarkan pertemuan
itu. dua belas pengawal pnbadinya yang masih berada di situ,
menjaga kalau-kalau ada bahaya dari luar pada waktu berunding
dengan "See- thian Tok-ong, Kwan Ji Nio, Kwan Kok Sun, dan Liok Kong Ji.
Melihat seorang pemuda tampan dan lemah lembut serta sopan
santun, Kaisar gembira sekali. ia merasa kagum melihat seorang masih demikian muda akan tetapi sudah dipuji setinggi langit oleh See-thian Tok-ong. Apalagi setelah mereka bercakap-cakap, Kong Ji menyatakan dengan berani bahwa telah bertemu Temu Cin dan
907 menjawab pertanyaan Kaisar ia menyatakan bahwa Temu Cin
adalah seorang pemuda hutan liar yang sombong, padahal
kekuatannya tidak berapa hebat, Kaisar merasa terhibur dan makin suka kepada Kong Ji.
Pada saat itu, penjaga pintu melaporkan kedatangan seorang
tamu. "Wanyen Siauw ongya mohon menghadap!" Kaisar memandang
keluar dengan muka berseri. "Ah, dia juga baru datang" Suruh dia masuk?"
Dari luar muncul seorang pemuda yang membuat wajah Liok
Kong Ji menjadi pucat seketika akan tetapi ia teringat akan cerita See-thian Tok-ong bahwa di istana terdapat seorang pangeran
bernama Wanyen Ci Lun yang wajahnya sama benar dengan wajah
Wan Sin Hong, yaitu pangeran yang pernah datang di Puncak Ngo-
heng san dan telah terluka oleh Hek-tok-ciam dari tangan Kong Ji.
Untuk menghadapi pertemuan ini Kong Ji telah berjaga-jaga dan
telah diatur siasat untuk membela diri.
Bagaimana Pangeran Wanyen Ci Lun tiba-tiba bisa muncul di
istana" Bukankah dalam keadaan terluka ia dibawa lari oleh seorang gadis cantik bermuka pucat"
Di bagian depan telah diceritakan bahwa Wanyen Ci Lun ketika
sedang dijaga oleh para gadis anak buah Hui-Eng-pai yang
bertempur melawan para perajurit pangeran itu, telah dibawa lari oleh seorang gadis cantik yang bermuka pucat. Siapakah gadis ini"
Kiranya tidak hegitu sukar untuk diduga. Gadis itu bukan lain
adalah Gak Soan Li, gadis bernasib malang yang patut dikasihani itu. Ketika Liok Kong Ji dengan keji dan kejamnya membeber
rahasia Gak Soan Li menceritakan di depan umum bahwa gadis itu telah menjafli korban gangguan Wan Sin Hong, Soan Li tak dapat menahan malu dan hancur perasaannya, dan gadis ini sambil
mengeluarkan teriakan menyayat hati lalu berlari turun gunung.
Setelah ia berjalan terus sampai napasnya hampir-hampir putus, ia menjatuhkan diri di bawah sebatang pohon, bergulingan di atas
rumput sambil menangis.
908 Semua pemandangan di atas Puncak Ngo-heng-san, ditambah
lagi oleh kata kata Liok Kong Ji tadi, sedikit membuka tabir yang menutupi ingatan Gak Soan Li. Tadi Kong Ji membuka di de pan
umum bahwa dia telah menjadi korban penjahat Wan Sin Hong dan
ditolong oleh Liok Kong Ji. Melihat muka Kong Ji, ingatlah Soan Li sekarang dan kenyataan yang amat pahit mengiris jantungnya.
Saking terlalu menahan perasaan, setelah bergulingan sambil
menangis, Soan Li muntahkan darah segar dari mulutnya dan jatuh pingsan.
Halimun gunung membasahi muka Soan Li yang pucat seperti
mayat dan membuatnya siuman kembali dari pingsannya yang lama
juga. ia menarik napas panjang, mengeluh dan membersihkan
darah yang masih berada di dagu. Pikirannya bekerja kembali dan sekarang di dalam ingatannya terbayang wajah dua orang dan di
dalam hatinya tercatat tiga nama orang. Wajah itu adalah wajah Liok Kong Ji dan wajah Gong Lam. Adapun tiga nama itu adalah
Gong Lam, Liok Kong Ji dan Wan Sin Hong. Kesimpulan dari
ingatannya yang masih belum terang betul itu adalah bahwa ia
tercemarkan oleh Wan Sin Hong yang tak pernah ia lihat mukanya, kemudian ditolong oleh Liok Kong Ji yang mengaku sebagai Gong
Lam dan kemudian memperlakukannya sebagai isteri. Adapun wajah Gong Lam memang tak pernah ia kupakan, yaitu pemuda yang
pernah menolongnya, pemuda tolol yang pernah merebut hatinya,
merebut cinta pertamanya.
"Aku harus membunuh Wan Sin Hong, dan aku harus bunuh Liok
Kong Ji," bisiknya perlahan, karena ia sekarang merasa yakin bahwa dua orang inilah yang telah merusak hidupnya. Wan Sin Hong telah mencemarkannya dengan cara menggelap dan mempergunakan
kepandaian, adapun Liok Kong Ji telah mencemarkannya dengan
cara mengaku sebagai Gong Lam. Dan ia telah maklum sekarang
bahwa anak yang telah dilahirkannya, yang sekarang dirawat di
Pulau Kim-bun-to, anak laki-laki yang dipelihara oleh inang
pengasuh, dia itu adalah anak keturunan Liok Kong Ji.
"Aku harus bunuh dia lebih dulu... !" pikir Soan Li dan sakit hati yang menjadi dendam ini memulihkan tubuhnya. Ia berdiri,
termenung sebentar, menghapus darah di mulut dan air mata di
depan pipinya, lalu naik lagi ke Gunung Ngo heng-san.
909 Ketika ia tiba di lereng, dari jauh ia sudah mendengar suara orang-orang bertempur. Soan Li menyelinap di antara batang-batang pohon dan ia melihat serombongan gadis cantik yang
dikenalnya sebagai anggauta-anggauta Hui-eng pai tengah
bertempur melawan serombongan orang yang baru muncul.
Akan tetapi pertempuran ini tidak menarik hati Soan Li. Dia
sedang bengong memandang kepada tubuh seorang laki- laki yang
menggeletak di bawah pohon, tubuh orang yang dikenalnya bukan
lain adalah Gong Lam, kekasih hatinya! Sebagaimana diketahui, laki-laki yang terluka itu bukan lain adalah Wanyen Ci lun dan karena muka pangeran ini sama benar dengan Wan Sin Hong sedangkan
Gong Lam itu bukan lain adalah Wan Sin Hong sendiri, maka tidak mengherankan apabila Soan Li mengira pangeran itu Gong Lam.
Karena girang dapat bertemu dengan Gong Lam, dan merasa
bahwa kekasihnya ini berada dalam bahaya, Soan Li melompat
keluar, menyambar tubuh Gong Lam dan membawanya lari cepat
sekali. Ketika ias melihat ada orang mengejarnya, ia berlari lebih cepat lagi sehingga dapat membebaskan diri dari para pengejarnya.
Soan Li sudah amat lelah, akan tetapi sambil memondong tubuh
Wanyen Ci Lun ia berlari terus, takut kalau terkejar orang, sampai akhirnya ia jatuh terguling di sebuah hutan, jauh di kaki Gunung Ngo heng--san, kakinya terpeleset di atas rumput yang licin. Baiknya mereka jatuh di tempat rata, dan di atas rumput sehingga tidak terluka parah. Wanyen Ci Lun yang semenjak tadi sudah terheran-heran, kini mengaduh.
"Aduh, aduh... hati-hati, Nona! Baiknya kita tidak terguling ke dalam jurang. Kau tergesa-gesa amat, hendak membawaku ke
manakah?" Karena pangeran ini memang benar-benar amat heran
melihat tingkah laku gadis cantik yang membawanya lari lintang-pukang sampai jatuh bangun, juga karena amat kagum memandang
wajah gadis cantik yang memondongnya sekian jauh dan lamanya,
wajah pangeran ini menjadi bengong dan nampak bodoh.
Melihat wajah yang bengong dan bodoh ini, Soan Li tertawa geli kemudian menubruk dan memeluk pundak Wanyen Ci Lun sambil
menangis terisak-isak. Timbul perasaan kasihan dalam hati
910 pangeran ini, karena ia dapat menduga bahwa tentu ada apa-apa
yang tidak beres dalam ingatan gadis ini.
"Gong Lam-ko... akhirnya kita dapat bertemu kembali...."
berkali-kali Soan Li berbisik, nampaknya amat terharu dan juga girang.
Mendengar ini, makin tebal dugaan pangeran Wanyen Ci Lun


Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahwa gadis cantik ini memang betul betul agak miring otaknya.
Bagaimana ia dipanggil Gong Lam (Pemuda Tolol)"
"Lam-ko, jangan tinggalkan aku lagi seorang diri.
Bawalah aku ke mana juga pergi, Lam-ko. Aku selama hidup
tidak mau berpisah darimu lagi. Aku selalu mengalami malapetaka kalau terpisah darimu."
"Nona, malapetaka apakah yang telah menimpa dirimu?" tanya
Wanyen Ci Lun dengan suara halus. Saking merasa kasihan, tanpa disengaja tangannya lalu mengusap-usap rambut yang hitam halus dan awut-awutan menutupi sebagian muka yang pucat itu.
"Lam-ko, maukah kau... kaumaafkan aku akan segala yang telah
menimpa diriku" Apakah nanti kau tidak membenciku?"
"Tidak, Nona. Bagaimana orang bisa membenci seorang gadis
seperti engkau?" aku takkan membencimu."
"Berjanjilah dulu bahwa kau takkan menjauhkan diri lagi, bahwa kau akan menerimaku ikut denganmu selama hidupku, ke manapun
kau pergi aku boleh ikut."
Pangeran Wanyen Ci Lun terharu. Ia tak dapat menyangkal
bahwa begitu melihat nona yang menarik ini, dan biarpun ia sudah mempunyai beberapa orang selir, ditambah seorang seperti ini, tak kan berarti apa apa, bahkan siapa tahu kalau perempuan inilah yang akan mendatangkan bahagia dalam hidupnya. Berpikir demikian
tanpa ragu ragu lagi pangeran ini menjawab,
-oo0mch-dewi0oo-
911 Jilid XXXIII "AKU berjanji takkan menjauhkan diri lagi dan menerimamu ikut
dengan aku selamanya."
Dengan girang dan lega Soan Li lalu merebahkan diri saking
lelahnya, rebah di atas rumput berbantal paha pemuda itu, lalu sambil menengadah memandang awan- awan putih di angkasa
dengan termenung, berceritalah ia.
"Lam-ko, sejak pertemuan kita yang pertama kali, tahulah aku
bahwa kau telah menempati hatiku. Biarpun kau nampak bodoh dan canggung, kaulah laki-laki yang paling baik, jujur dan boleh
dipercaya. Selain itu, aku pun curiga dan ragu-ragu bahwa kau
betul-betul seorang pemuda bodoh. Aku bahkan menduga kau
mengerti ilmu silat. Bukankah kau pandai ilmu silat, Lam-ko?"
Wanyen Ci Lun kini tidak ragu-ragu lagi bahwa gadis cantik yang setelah bicara nampak makin manis menarik ini benar-benar
seorang yang tidak normal ingatannya. Ia menjadi makin kasihan dan untuk menghibur hati gadis yang agaknya telah mengalami
pukulan batin hebat sekali ini, ia menerima saja sangkaan orang dan bahkan "mengasuh" pikiran yang tidak karuan itu. Maka ia
mengangguk-angguk dan berkata sambil tersenyum.
"Tak salah dugaanmu, Nona. Memang biarpun hanya sejurus
dua jurus, aku mengerti sedikit ilmu silat. Dan tentang kebodohan, memang aku bodoh dan pelupa. Buktinya, namamu saja aku sudah
lupa lagi. Aku benar- benar bodoh, patut bernama Gong Lam!"
Soan Li tertawa geli, lalu tersenyum manis sekali. Hidup kembali kegembiraan dan semangatnya setelah ia bertemu dengan
kekasihnya. Dengan penuh kasih sayang sehingga amat
mengharukan hati Wanyen Ci Lun, gadis itu memegang dan
membelai-belai tangan Wanyen Ci Lun.
"Kau tidak bodoh, Lam-ko. Aku sama sekali tidak menganggap
kau bodoh, biarpun namamu Gong Lam. Mungkin kau sudah lupa
akan namaku, mungkin juga memang kau belum pernah
mendengarnya. Namaku Gak Soan Li, murid Hwa I Enghiong Go
Ciang Le. Akan tetapi, mulai sekarang jangan kita sebut-sebut nama Suhu, agar tidak ikut terseret ke kurang kehinaan yang sudah
912 dilontarkan orang-orang jahat kepadaku." Kembali Soan Li mulai menangis.
Wanyen Ci Lun kaget bukan main mendengar bahwa gadis yang
agak "miring" ini ternyata adalah murid pendekar besar itu. Hatinya berdebar dan ia makin tertarik, ingin sekali mengetahui nasib apa yang telah menimpa diri gadis yang malang dan perkasa ini.
"Gak-siocia...."
"Lam-ko, jangan kau sebut aku dengan siocia segala macam,
bukankah aku ini milikmu, jiwa ragaku telah kuserahkan kepadamu selama aku hidup, Lamko. Sebut saja namaku...."
Wanyen Ci Lun menarik napas panjang. ia bukan seorang yang
berperangai rendah, bukan orang yang suka menghina dan
mempermainkan wanita. Sikap Soan Li benar-benar membuat ia
bingung sekali. Ia tertarik kepada gadis ini, tertarik, kasihan dan ada rasa cinta kasih dalam hatinya. Akan tetapi sikap Soan Li benar-benar membuatnya jengah bingung.
"Baiklah Soan Li. Sekarang lanjutkanlah ceritamu. Siapakah yang telah mengganggu dan menghinamu?" Mendengar pertanyaan ini,
tangis Soan Li makin menjadi-jadi. Akkhirnya sambil terisak-isak ia melanjutkan ceritanya.
"Aku tidak ingat semua, Lam-ko. Hanya yang kuketahui,
semenjak aku kautinggalkan, aku terjatuh ke dalam tangan orang jahat yang amat tinggi kepandaiannya akan tetapi yang tak pernah kulihat mukanya. Malam hari itu adalah malam kiamat bagiku, aku tak melihat dia, malam gelap... dan aku lalu pingsan... dia itu hanya meninggalkan nama yang selalu berdengung di telingaku, namanya Wan Sin Hong!"
Wanyen Ci Lun mengerutkan keningnya, "Aku mendengar nama
itu diucapkan orang di mana-mana sebagai seorang penjahat keji yang baru muncul di dunia." Diam-diam ia makin kasihan kepa,la gadis ini. "Lanjutkan ceritamu, Li-moi."
Mendengar Gong Lam menyebutnya Li-moi, berseri wajah Soan
Li. "Jadi kau tidak benci kepadaku, Lam-ko" Tidak benci kepadaku setelah peristiwa itu?"
913 Wanyen Ci Lun menggeleng kepalanya. "Kau tidak bersalah, Li-
moi. Bagaimana orang dapat membenci kau yang bahkan harus
dikasihani?"
"Terima kasih, Lam-ko. Aku tahu bahwa kau orang yang berhati
mulia. Seluruh dunia boleh membenci dan menghinaku, asal kau
tidak, aku cukup bahagia. Baik kuteruskan ceritaku, tapi yang masih teringat saja olehku. Setelah aku siuman dari pingsanku, aku
melihat seorang yang tadinya kusangka kau, Lam-ko. Orang itu
mengaku bernama Gong Lam dan entah mengapa, waktu itu aku
tidak ingat lagi, aku percaya dan benar-benar menganggap dia itu kali! Dia bilang bahwa dia menolongku, bahwa telah mengusir
penjahat busuk Wan Sin Hong. Aku merasa pikiranku kabur, tak
dapat membedakan orang dan aku percaya, aku anggap dia kau,
kuserahkan nasibku, jiwa ragaku kepadanya...."
Sampai di sini Soan Li nampak gemas sekali, wajahnya yang
pucat menjadi merah, matanya berapi. Kemudian perlahan-lahan ia nampak sedih, bahk air matanya mulai berlinang-linang kembali.
"Lam-ko di luar kesadaranku, dia itu ". jahanam besar yang
kusangka kau itu, telah mengambil aku sebagai isterinya atau lebih tepat lagi, sebagai kekasihnya karena dia tidak menikah dengan aku secara sah. Aku tetap mengangap dia itu kau. Aku bahkan...." Soan Li terisak-isak, "... telah melahirkan seorang anak, keturunan dari orang itu...."
Wanyen Ci Lun menjadi marah sekali. "Keparat keji! Siapa iblis itu, Lan-moi?"
"Dia itu... dia adalah Liok Kong ji! Baru tadi di Puncak Ngo-heng-san aku bertemu dengan dia, dan baru tadi aku teringat akan semua itu bahkan dialah yang dahulu mengaku sebagai kau! Dan aku
teringat sekarang bahwa dia itu bukan lain adalah suteku sendiri!
Ah, Lamko, bagaimana dahulu aku tidak mengetahui semua itu..."
Lam-ko, katakanlah, apakah aku Gak Soan Li sudah gila?" Tangis Soan Li makin keras .
Wanyen Ci Lun memeluknya dan mendekap kepala gadis itu ke
dadanya."Tidak, tidak, kau tidak gila, kau hanya seorang gadis yang bernasib buruk sekali, Li-moi. Agaknya kau dilahirkan hanya untuk 914
mengalami penderitaan belaka. Biarlah selanjutn)a aku yang akan mengusir semua kesengsaraanmu dan aku akan berusaha
menghidupkan kebahagiaanmu."
"Lam-ko, kalau aku tidak gila, mengapa timbul segala macam
perkara gila" Aku kadang-kadang menjadi bingung dan tidak
mengerti. Setelah aku ikut dengan jahanam Liok Kong Ji yang
kuanggap kau, pada suatu hari muncul seorang yang tinggi ilmu
silatnya, yang kusangka engkau pula, bahkan yang pertama kali
menyadarkan aku bahwa Kong Ji bukanah Gong Lam karena orang
yang muncul itu memiliki wajah Gong Lam yang sesungguhnya.
Orang ini merampasku dari tangan Kong Ji membawa aku pulang ke Pulau Kim-bun-to tempat tinggal Suhuku, dan anehnya, kemudian
orang itu, yang tak salah lagi tentu kau adanya mengaku bernama Wan Sin Hong! Lan ko, mengapa kau bersikap seperti itu di Kim -bu-to?"
Kini Wanyen Ci Lun benar-benar bingung. Kasihan, pikirnya.
Gadis ini benar-benar telah kehilangan ingatannya dan ceritanya ini ngacau tidak karuan. Bagaimana ia harus menjawab" ia tidak dapat membohong terus-terusan.
"Li-mom, percayalah bahwa yang mengaku Wan Sin Hong itu
bukan aku. Aku mau bersumpah bahwa baru ini aku bertemu
dengan engkau."
Wanyen Ci Lun tentu saja bermaksud bahwa selama hidupnya
baru kali ini ia bertemu dengan Soan Li. Akan tetapi menurut
anggapan Soan Li, pemuda itu bersumpah bahwa selama berpisah,
baru sekarang bertemu!
"Aku percaya kepadamu, Lam-ko. Aku percaya penuh
kepadamu. Karena itulah maka aku merasa bahwa aku telah gila.
Aku mudah saja ditipu jahanam Liok Kong Ji yang mengaku sebagai engkau kemudian orang yang mengaku Wan Sin Hong itu... betul
diakah malam-malam itu muncul dan merusak hidupku" Akan tetapi sikapnya bukan seperti penjahat. Ahhh... aku bingung, Lam-ko..."
Gadis yang malang ini memijat mijat kepalanya.
915 "Sudah, Li-moi. Yang sudah lewat biarkanlah dahulu, tak perlu
kau bersusah- payah mengingatnya. Kelak perlahan- lahan aku akan membantumu memecahkan persoalan ini.
Kau kelihatan seperti terganggu kesehatanmu, wajahmu pucat,
nampaknya lesu. Sedangkan aku kaulihat bahwa aku baru saja
terluka hebat oleh senjata berbisa dan entah siapa yang telah
menolongku ini. Kita berdua perlu beristirahat, kemudian baru
melanjutkan perjalanan. Sebetulnya, bagaimanakah kau tadi
membawaku ke sini. Aku sendiri pingsan tidak tahu apa yang telah terjadi."
"Aku melihatmu rebah di hutan, dibuat rebutan oleh
serombongan gadis cantik dan serombongan orang laki-laki. Mereka bertempur hebat memperebutkan engkau, maka diam-diam aku lalu
merampasmu dan membawamu lari sampai di sini."
Wanyen Ci Lun menggeleng-geleng kepalanya, sama sekali tidak
mengerti apa yang sesungguhnya telah terjadi karena ia masih ingat semua. Ta mendapatkan dirinya rebah di dalam hutan, terluka dan dikelilingi oleh serombongan "bidadari", Menurut cerita gadis-gadis itu ia ditolong oleh seorang bernama Wan Sin Hong yang mukanya sama benar dengan dia. Hal ini sudah berkali-kali ia alami. Dahulu Nona Go Hui Lian juga mengira dia Wan Sin Hong! Sekarang dari
mulut Gak Soan Li, kembali ia mendengar dongeng banyak- banyak tentang orang bernama Wan Sin Hong yang katanya serupa benar
dengan dia. Ta tahu bahwa rombongan bidadari itu bertempur
melawan orang-orangnya sendiri. "Lam-ko, bagaimana kau sampai
bisa terluka" Dan siapa orangnya yang melukaimu?"
Kini giliran Wanyen Ci Lun yang -menggeleng-geleng kepalanya,
bingung harus bercerita bagaimana. Dia sendiri kurang tahu
siapakah yang telah melukainya, karena begitu muncul, orang-orang di Puncak Ngo-heng-san lalu memaki- makinya sebagai Wan Sin
Hong, tahu-tahu banyak sinar senjata melayang dan menyerangnya!
"Entahlah, Li-moi. Aku datang di Puncak Ngo-heng-san. Orang-
orang menyerangku dan aku roboh, kemudian dibawa lari seorang
aneh bermuka merah yang amat pandai ilmu silatnya. Aku
selanjutnya pingsan tidak tahu apa-apa lagi, tahu-tahu aku bangun sudah berada di hutan itu, di jaga oleh gadis-gadis itu. Lalu datang 916
rombongan orang laki-laki itu yang menyerang sehingga terjadi
pertempuran, kemudman kau muncul."
"Sekarang, ke mana kau hendak membawaku pergi, Lam- ko"
Aku ikut denganmu, ke mana pun juga kau pergi."
"Jangan khawatir, Li-moi. Mari ikut aku pulang."
"Pulang?"
"Tentu saja pulang, bukankah kembali ke rumah berarti pulang?"
"Rumah" Lam-ko apakah kau punya rumah?"
Wanyen .Cl Lun tertawa geli. "Tentu saja aku mempunyai rumah,
Li-moi, kau akan terkejut kalau melihat rumah. rumahku. Apakah kau sendiri tidak punya rumah, tidak punya keluarga?"
Wajah yang, manis itu menjadi muram, ia hanya menggelengkan
kepala tanpa menjawab. Memang dia yatim piatu, tiada handai
taulan, yang ada hanya keluarga suhunya. Akan tetapi sekarang ia kehilangan keluarga Go itu bukan karena keluarga itu mengusirnya, sebaliknya ia tidak berani kembali ke Kim-bu-to, karena ia tidak mau menyeret nama keluarga yang ia muliakan itu ke dalam lembah
kehinaan yang sudah ia derita.
"Marilah, Li-moi, mari kita pulang ke rumah kita."
"Di mana?"
"Di kota raja."
Untuk ke sekian kalinya Soan Li tercengang dan memandang
kepada kekasihnya dengan heran dan kagum. Terlalu banyak hal-hal aneh ia alami di dunia ini, maka sekarang ia pun tidak banyak
bertanya. Hanya ia tahu bahwa kekasihnya bernama Gong Lam ini
tentulah bukan orang sembarangan, dan sejak dahulu ia tahu
bahwa nama Gong Lam itu nama palsu.
Berangkatlah dua orang muda itu dengan seenaknya dan lambat-
lambat ke kota raja. Setelah tiba di sebuah kota, Wanyen Ci Lun lalu membeli obat, kemudian membeli kuda sehingga perjalanan
selanjutnya dilakukan berkuda dan tidak begitu melelahkan.
917 Demikianlah, singkatnya Wanyen Ci Lun dan Soan Li telah tiba di kota raja dan dengan diam-diam pangeran membawa Soan Li ke
istananya, memberi tahu kepada semua selir dan pelayan bahwa
gadis ini adalah selirnya yang baru dan minta kepada semua orang untuk melayani Soan Li sebaik mungkin. Tentu saja Soan Li sendiri bengong dan melongo melihat rumah kekasihnya
"Lam-ko, sebenarnya kau ini siapakah?"
"Li-mom, jangan kaget. Aku sebenarnya bernama Wanyen Ci
Lun, pangeran muda yang bodoh."
Mendengar jawaban ini, Soan Li menangis tersedu-sedu, tangis
karena haru dan gembira. Akhirnya ia bertemu dengan kekasihnya yang ternyata bukan saja tidak menyalahkannya dalam peristiwa
memalukan yang ia alami, bahkan kelihatan mencinta kepadanya
dan membawanya ke istana. Yang amat menggembirakan hatinya
adalah kenyataan bahwa kekasihnya itu ternyata seorang pangeran yang tentu akan mengangkat dirinya dan di dalam kebahagiaan ini akan mencoba melupakan segala penghinaan yang pernah
dideritanya. "Li-moi apakah kau menghendaki agar puteramu yang kau
tinggalkan di Kim bun-to itu dibawa ke sini?"
Wajah yang berseri itu menjadi pucat lagi. "Tidak! Tidak! Aku
akan bunuh anak itu kalau aku melihatnya!" Kemudian ia menangis tersedu-sedu.
Wanyen Ci Lun menghiburnya. "Sudahlah, kalau kau tidak mau,
tidak apa." Kemudian pangeran yang baik hati itu menyuruh orang mempersiapkan kamar yang indah, mewah dan menyenangkan bagi
Soan Li. Sikapnya terhadap wanita ini tetap menjaga diri dan
berlaku sopan, tidak berani ia melakukan perbuatan yang melanggar susila. Hal ini bukan karena ia terlalu alim, bukan. Melainkan oleh karena
Wanyen Ci Lun tidak berani berlaku sembrono. Ia tahu bahwa ia
menghadapi seorang gadis yang biarpun bernasib malang dan
ingatannya terganggu, namun tetap seorang gadis berilmu tinggi, seorang wanita pilihan yang tak dapat disamakan dengan selir-selirnya, murid seorang pendekar besar. Ta melakukan semua hal 918
terhadap Soan Li itu atas dasar hendak menolong di samping rasa tertarik dan kasih sayang yang timbul terhadap gadis itu.
Setelah luka-lukanya sembuh, Wanyen Ci Lun mendengar berita
tentang datangnya See-thian Tok-ong, tentang apa yang dicentakan oleh See-thian Tok-ong kepada Kaisar. Kemudian yang membuat
terkejut sekali adalah ketika mendengar betapa See-thian Tok-ong memperkenalkan Liok Kong Ji kepada Kaisar. Ta cepat berdandan
dan sebagaimana telah diceritakan di bagian depan, pada saat Liok Kong Ji dan See-thian Tok-ong menghadap kaisar. Wanyen Ci Lun
datang ke istana mengunjungi Kaisar!
Seperti pernah dituturkan, Wanyen Ci Lun adalah seorang
pangeran yang amat berpengaruh di istana. dan seorang yang amat dipercaya oleh Kaisar, maka para penjaga tentu saja tidak berani melarangnya, bahkan melaporkan kepada Kaisar tentang
kedatangan pangeran ini. Kaisar girang sekali mendengar akan
kedatangan Wanyen Ci Lun, maka tanpa ragu-ragu lagi Kaisar lalu mempersilakan Wanyen Ci Lun masuk ke ruangan pertemuan itu.
Setelah Pangeran itu memberi hormat kepada Kaisar dan
dipersilakan duduk Kaisar serta merta menegurnya.
"Ternyata perhitunganmu kali ini meleset, Ci Lun. Orang- orang yang kaupercaya itu, yakni Go Hui Lian dan Coa Hong Kin, ternyata melanggar kepercayaan kita dan lari pergi bersama pemberontak Go Ciang Le. Oleh karena itu, kami telah mengambil keputusan untuk mengirim pasukan dan menghukum mereka, terutama sekali
menghukum penjahat besar Wan Sin Hong yang telah merampas
kedudukan bengcu dan berniat untuk mengerahkan orang-orang
jahat memberontak terhadap kami!"
Mendengar kata--kata Kaisar ini, Wanyen Ci Lun melirik ke arah Liok Kong Ji lalu jawabnya kepada Kaisar.
"Sesungguhnya hamba tidak tahu akan semua hal itu, karena
biarpun hamba juga datang di Puncak Ngo-heng-san, sungguh tidak nyana sekali datang-datang hamba diserang orang jahat, menderita luka-luka karena jarum jarum hitam sehingga hamba terus pingsan tak tahu apa-apa. Kalau saja tidak ada orang aneh menolong,
919 kiranya hamba sudah menjadi mayat dan tidak mendapatkan
sempatan menghadap Paduka lagi."
Kaisar terkejut mendengar ini. "Begitukah" Apakah para
pemberontak keji itu yang hendak membunuhmu" Benar-benar
mereka jahat dan harus dibasmi!"
Liok Kong Ji berkata cepat-cepat, "Mohon beribu ampun,
sesungguhnya hambalah yang melukai Siauw-ongya dengan jarum-
jarum Hek-tok-ciam!"
Kaisar dan Wanyen Ci Lun kaget. Kaisar terkejut karena hal ini memang tak disangka-sangkanya, sedangkan Wanyen Ci Lun kaget
dan heran mendengar pengakuan Liok Kong Ji. Begitu mendengar
bahwa Liok Kong Ji, orang yang dibenci oleh Soan Li dibawa oleh See thian Tok-ong menghadap Kaisar, ia sudah menaruh kecurigaan besar dan ingin sekali dia melihat sendiri orang macam apa adanya Liok Kong Ji yang menurut Soan Li telah mempergunakan nama
Gong Lam untuk mempermainkan Soa Li. Sekarang melihat pemuda
yang berlutut di dekat See-thian Tok-ong ini teringatlah bahwa pemuda ini yang menyerangnya dahulu di puncak Ngo-heng-san.
Oleh karena itu, alangkah herannya mendengar pemuda itu
mengaku terus terang di depan Kaisar. Alangkah beraninya.
"Hamba mohon Siauw-ongya sudi memberi ampun atas
kedosaan hamba yang dilakukan bukan dengan sengaja. Ketika
Siauw-ongya muncul di puncak Ngo-heng-san, semua orang yang
berada di situ mengira bahwa Siauw ongya adalah Wan Sin Hong,
karena memang sesungguhnya antara Siauw-ongya dan Wan Sin
Hong ada persamaan wajah yang luar biasa, serupa benar seperti saudara kembar. Oleh karena hamba juga mengira bahwa Siauwongya adalah penjahat besar Wan Sin Hong yang memang dikejar-
kejar oleh seluruh orang gagah di dunia kang-ouw, maka hamba
lalu turun tangan menyerang dengan senjata jarum Hek-tok- ciam hamba."
Kaisar terheran mendengar penuturan ini.
"Koksu, benarkah bahwa penjahat dan pemberontak Wan Sin
Hong itu memiliki persamaan wajah dengan Wanyen Ci Lun?" tanya Kaisar kepada See thian Tok-ong.
920 "Memang tidak salah, Sri Baginda. Persamaan itu sedemikian
luar biasa sehingga hamba sendiri juga tak mungkin dapat
membedakan satu dengan yang lain."
Mendengar ini kaisar menjadi lega dan hilang kecurigaannya
terhadap Kong Ji. Adapun Wanyen Ci Lun juga tak dapat berkata
apa-apa. Di dalam hatinya pangeran ini mengaku bahwa pemuda
yang bernama Liok Kong Ji ini kelihatannya amat cerdik, maka ia harus berlaku hati-hati. Kalau betul bahwa Liok Kong Ji ini telah merusak kehidupan Soan Li sebagaimana telah ia dengar dari gadis yang dicintanya itu, ia harus membalaskan sakit hati Soan Li. Akan tetapi ia harus berlaku hati-hati sekali, karena melihat betapa pemuda ini dengan jarum jarum hitamnya telah dapat melukai
bahkan hampir membunuhnya, dapat ia ketahui bahwa Liok Kong Ji selain cerdik, juga memiliki ilmu kepandaian tinggi.
Sementara itu, kaisar sudah teguh pendiriannya. Tanpa minta
pertimbangan lagi, ia memberi perintah kepada See- thian Tok-ong agar supaya membawa pasukan pilihan, dibantu oleh Liok Kong Ji yang oleh kaisar diangkat menjadi pembantu utama dari See-thian Tok-ong, Kemudian berangkat ke Kim-bun-to untuk menangkap
keluarga Go yang memberontak dan untuk mencari dan menangkap
pemberontak Wan Sin Hong. Untuk tugas ini, kaisar memberi
sebuah leng-ki yakni bendera tanda bahwa si pembawa adalah
utusan kaisar dan karenanya semua pembesar setempat harus
melayaninya baik-baik dan segala kehendaknya diturut!


Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Maafkan hamba, Sri Baginda. Apakah titah ini tidak terlalu
tergesa-gesa" Menurut pendapat hamba yang bodoh, tentang
perbuatan memberontak dari Wan Sin Hong dan keluarga Go di
Kim-bun-to itu, masih belum ada buktinya. Bagimana kalau ternyata bahwa mereka itu bukan pemberontak" Mereka itu adalah orang-orang gagah di dunia kang-ouw, bahkan hamba mendengar bahwa
Wan Sin Hong telah diangkat menjadi bengcu. Kalau Paduka
memberi lengcu dan keputusan bahwa dia harus ditangkap atau
dibunuh sebagai hukuman atas pemberontakannya, kemudian
ternyata bahwa dia sama sekali bukan pemberontak, bukankah
negara akan menghadapi tantangan dari orang orang gagah
sedunia" Kalau Paduka mengijinkan, biarlah hamba melakukan
921 penyelidikan lebih dahulu sebelum diambil tindakan terhadap
mereka itu," Kaisar mengerutkan keningnya.
"Sayang kau terluka dan tidak tahu apa yang telah terjadi, Ci
Lun. Sayang sekali, kali ini penyelidikanmu ke Ngo heng-san itu tidak berhasil apa-apa. Baiknya kami menyuruh koksu, kalau tidak tentu bahaya besar dan pemberontak-pemberontak itu mengancam
negara tanpa kita ketahui. Ketahuilah bahwa para pengtkut koksu, di tengah jalan telah terbunuh mati semua oleh pemberontak Wan Sin Hong dan Go Ciang Le!"
Wanyen Ci Lun terkejut. ia tahu bahwa delapan orang yang
menjadi pengikut See-thian Tok-ong ke Ngo-heng-san itu adalah
delapan orang pengawal kaisar yang sudah dipercaya betul.
Sekarang mereka terbunuh. ini hebat. Akan tetapi, apakah betul mereka itu dibunuh oleh Wan Sin Hong dan Go Ciang Le"
"Bagaimana mereka dapat terbunuh oleh Wan Sin Hong dan Go
Ciang Le?" tanya Wanyen Ci Lun sambil menoleh ? ke arah See-
thian Tok-ong. "Dalam perebutan kedudukan bengcu ada pertempuran. Penjahat
besar Wan Sin Hong dan pemberontak Go Ciang Le ternyata tahu
bahwa para pengikut hamba itu adalah busu- busu dari istana, maka dalam pertempuran itu para pemberontak sengaja menewaskan
mereka untuk menyatakan kebenciannya terhadap kaisar," jawab
See-thian Tok-ong dengan berani sekali karena ia melihat sendiri bahwa ketika terjadi pemilihan bengcu di puncak Ngo-heng- san, Pangeran Wan-yen Ci Lun tidak sempat menyaksikan. Padahal, para bulu itu dibunuh oleh dia sendiri, takut kalau para busu ini akan membuka rahasianya kepada kaisar"
Karena merasa bahwa ia memang kalah kuat dalam pendiriannya
mengenai maksud kaisar membasmi Wan Sin Hong dan keluarga Go
Ciang Le, Wanyen Ci Lun akhirnya diam saja, hanya mendengarkan rencana dan penggerakan dari See-thian Tok-ong untuk mulai
dengan tugasnya. Ta mendengar bahwa See-thian Tok-ong dan Liok Kong Ji hendak membawa pasukan itu tepat pada saat Kim-bun-to
mengadakan pesta pernikahan antara Go Hui Lian dengan Coa Hong Kin.
922 "Tni perlu sekali dilakukan untuk memancing dan mengetahui,
siapa di antara orang-orang kang-ouw yang akan membela kaisar
dan siapa pula yang mempunyai niat memberontak. Sudah tentu di dalam pesta pernikahan keluarga Go itu akan dihadiri oleh semua tokoh kang-ou dan ini merupakan ujian bagi mereka. Demikian Liok Kong Ji berkata. Pendapatnya ini amat dihargai oleh kaisar yang memujinya memiliki pemandangan luas dan rencana yang bagus.
Pertemuan itu dibubarkan dan Wanyen Ci Lun kembali ke
istananya sendiri dengan hati gelisah, ia tahu bahwa yang
dimaksudkan dengan Wan Sin Hong tentulah pemuda yang telah
menolongnya yang tadinya bermuka merah seperti setan akan
tetapi kemudian dikatakan oleh anggauta Hui eng-pai sebagai
seorang pemuda yang mempunyai wajah sama benar dengan dia.
Tokoh Wan Sin Hong ini baginya masih merupakan teka-teki
demikian pula tokoh Gong Lam. Betulkah Wan Sin Hong telah
mencemarkan Soan Li dengan kekerasan" Agaknya betul karena
Wan Sin Hong terkenal sebagai seorang penjahat muda yang baru
nuncul. Akan tetapi mengapa Wan Sin Hong menolongnya di puncak
Ngo-heng-san" Dan siapa pula Gong Lam yang oleh Soan Li
dianggap sebagai dia sendiri" Tentu wajah Gong Lam ini serupa
pula dengan wajah Wan Sin. Hong. Liok Kong Ji adalah seorang
pemuda palsu, yang menipu Soan Li dengan berpura-pura menjadi
Gong Lam. Kalau Kong Ji dapat berlaku sekeji ini bukan tidak
mungkin kalau dia pula yang mempergunakan nama Wan Sin Hong
ketika malam hari menggunakan kekerasan dan mencemarkan Soan
Li. Diam-diam Wanyen Ci Lun memutar otaknya dan ia merasa
menghadapi sebuah teka-teki ruwet. Keputusan kaisar untuk
menghukum Wan Sin Hong dan keluarga Go Ciang Le membuat
hatinya tidak enak dan tak senang. Memang betul batwa dia tidak mempunyai hubungan sesuatu dengan Wan Sin Hong biarpun
katanya memiliki persamaan wajah dengannya, juga dia tidak
mempunyai hubungan sesuatu dengan keluarga Go Ciang Le.
Cintanya kepada Hui Lian tidak terbalas dan setelah sekarang ia mendengar bahwa sebulan lagi Hui Lian akan menikah dengan
923 orang kepercayaannya sendiri Coa Hong Kin, hatinya menjadi dingin terhadap Hui Lian.
Akan tetapi, sebagai seorang pangeran yang amat
memperhatikan keadaa negara, ia tahu bahwa kedudukan Kerajaan
Kin pada waktu itu tidak sekokoh dahulu. Keputusan kaisar
menghukum orang-orang penting di dunia kang-ouw, tanpa dasar
kesalahan yang benar-benar patut dihukum, adalah hal yang
berbahaya dan merugikan.
Dunia kang-ouw akan mendengar tentang hal ini dan
kepercayaan para orang gagah terhadap pemerintah akan makin
menipis, akhirnya akan timbul kebencian terhadap kerajaan.
Memang tidak dikhawatirkan kalau orang-orang kangouw akan
memberontak, akan tetapi apabila tercetus pemberontakan atau
kalau ada musuh dari luar datang menyerbu, orang-orang kang-ouw ini sudah pasti akan membantu musuh atau sedikitnya pasti tidak akan mau membantu pemerintah mengusir musuh.
Dengan hati kesal Wanyen Ci Lun tidak pulang ke istana,
melainkan keluar dari lingkungan istana dan berjalan-jalan ke kota raja. Karena memang sudah biasa pangeran ini suka berjalan-jalan seorang diri dalam keadaan sederhana,. tanpa pengiring dan tidak menunggang kuda maupun kereta, maka hal ini tidak menarik
perhatian orang bahkan ada di antara penduduk yang tidak
mengenalnya. Tentu saja mereka yang mengenal cepat-cepat
memberi penghormatan dengan membungkuk dalam-dalam yang
dibalas oleh Wanyen Ci Lun dengan senyum dan anggukan.
Akhirnya Wanyen Ci Lun keluar dari pintu gerbang kota raja
sebelah selatan. Ia teringat kepada sahabatnya, yaitu Hoan Ki
Hosiang, hwesio yang mengurus Kuan te-bio di luar tembok kota
sebelah selatan. Pangeran Wanyen Ci Lun amat suka kepada hwesio tua dan semenjak ia masih kecil dahulu, kelenteng Kwan-te-bio
sudah menjadi tempat ia bermain-main dan terhadap hwesio tua
Hoan Ki Hosiang, ia seakan-akan menganggap hwesio ini sebagai
gurunya. Memang anggapan ini tidak salah karena semenjak kecil, Wanyen Ci Lun sering kali menerima pelajaran tentang kebatinan dan kebajikan.
924 Dari hwesio inilah Wanyen Ci Lun tergugah semangat
kegagahannya, dan dari hwesio ini ia mengenal sejarah dan riwayat orang-orang besar jaman dahulu. Oleh karena pergaulannya dengan Hoan Ki Hosiang ini maka watak Wanyen Ci Lun berbeda jauh
dengan para pembesar dan bangsawan bangsa Kin. la lelah merasai keagungan kebudayaan llan dan mengaguminya, kemudian
menggunakannya dalam jalan hidupnya.
Selain semua ini, dari Hoan Ki Hoiang pula ia menerima pelajaran ilmu silat dasar yang kemudian ia latih terus secara diam-diam di bawah asuhan beberapa orang busu istana yang tua dan biarpun
tidak secara resmi ia mengangkat guru kepada Hoan Ki Hosiang,
akan tetapi ia menyebut hwesio itu "suhu" dan boleh dibilang segala keperluan kelenteng Kwan-te-bio yang kecil itu dijamin oleh Wanyen Ci Lun.
Melihat kedatangan pangeran ini, dua orang hwesio cilik yang
bekerja sebagai pelayan kelenteng Kwan-te-bio, tergopoh-gopoh
menyambut, memberi hormat, lalu melaporkan kepada Hoan Ki
Hosiang. Akan tetapi, belum juga mereka masuk ke dalam, hwesio tua ini sudah bertindak dengan muka berseri.
"Siauw-ongya, kebetulan sekali kau datang! Ada sesuatu yang
amat penting hendak pinceng bicarakan dengan Siauw ongya," kata Hoan Ki Hosiang sambil membalas pemberian hormat pangeran itu.
"Ada kepentingan apakah, Suhu" harap lekas beritahukan, aku
ingin sekali mendengar."
"Hal ini aneh sekali, Siauw-ongya dan hampir menimbulkan
salah paham. Hari kemarin pinceng kedatangan seorang tamu yang minta supaya pinceng terima bermalam di sini untuk beberapa
malam, seorang yang aneh sekali."
Wanyen Ci Lun tersenyum. Sudah terlalu banyak hal aneh ia
alami akhir-akhir ini sehingga berita ini diterimanya dengan senyum dingin saja.
"Siapa dia, dari mana orangnya, Suhu?" tanyanya.
"Dia pergi keluar tadi pagi, katanya hendak mengurus sesuatu
dalam beberapa hari di kota raja. Kalau malam hari ia kembali dan 925
minta supaya diperbolehkan menginap di sini. Siauw-ongya, pinceng bukan main-main, keadaan orang ini aneh sekali. Pada pertama kali ia datang pinceng sendiri sampai salah menegur dan mengira bahwa dia adalah Siauw-ongya sendiri yang berlaku pura-pura dan ingin main- main dengan pinceng. Akan tetapi ternyata dia bukan Siauwongya sungguftpun wajah dan bentuk badan serupa benar dengan
Siauw-ongya...."
"Apakah dia Wan Sin Hong...?" Wan-yen Ci Lun memotong cepat.
Hoan Ki Hosiang nampak tercengang, "Betul, Siauw-ongya.
Bagaimana kau bisa tahu...?" Dia betul bernama Wan Sin Hong dan kepandaiannya luar biasa sekali. Karena tadinya, pinceng telah mencoba dan menekan pundaknya. Akan tetapi pinceng merasa
seakan-akan menekan tumpukan kapas saja, sampai tenaga sendiri amblas dan lenyap. Kemudian, pundak itu berubah menjadi seperti baja panas, benar-benar lweekang seperti itu jangankan
menyaksikan, mendengarpun belum pernah."
Tiba-tiba dari belakang kelenteng terdengar suara halus.
"Hoan Ki Lo-suhu, jangan kau terlalu memuji orang setinggi
langit. Wanyen Siauw-ongya, aku girang dapat bertemu dengan kau di sini!"
Hwesio tua itu dan Pangeran Wanyen Ci Lun cepat menengok ke
belakang dan tahu-tahu dari dalam telah keluar seorang pemuda
yang serupa benar dengan Wanyen Ci Lun, hanya pakaiannya saja
berbeda karena amat sederhana. Dia ini bukan lain adalah Wan Sin Hong yang, mengejar Liok Kong Ji dan mendapat kenyataan bahwa
larinya pemuda itu adalah ke kota raja.
Dua orang pemuda yang sama rupa dan bentuk badannya saling
berhadapan menyelidiki watak masing-masing dengan pandang
mata yang tajam menembus jantung. Akhirnya keduanya merasa
puas dan Wan Sin Hong menjura lebih dulu memberi hormat sambil berkata,
"Pangeran Wanyen CI Lun, aku girang melihat kau ternyata
dalam keadaan sehat."
926 Ucapan Sin Hong ini tidak kasar, juga tidak terlalu menghormat seperti layaknya seorang biasa bicara terhadap seorang bangsawan agung. Akan tetapi kesederhanaan sikap Sin Hong ini tidak
menyakitkan hati Wanyen Ci Lun.
"Apakah aku berhadapan dengan Wan Sin Hong yang
disohorkan sebagai penjahat muda yang baru muncul di dunia?"
Sin Hong tersenyum pahit. "Benar, aku Wan Sin Hong dan
memang seorang yang bernama Liok Kong Ji telah berusaha mati-
matian untuk merusak namaku."
Wanyen Ci Lun memberi hormat sebagai balasan hormat Sin
Hong tadi, ia lalu berkata,
"Kalau begitu aku mengucapkan terima kasih atas
pertolonganmu di Ngo-heng-san dahulu, sayang kau terus
meninggalkan aku di bawah penjagaan bebeapa orang bidadari
sehingga kita tak sempat bertemu muka dan bicara. Mari kita masuk ke dalam dan kita bicara dari hati ke hati." Sin Hong menurut saja dan mengikuti pangeran itu masuk ke dalam kamar, diikuti pula oleh Hoan Ki Hosiang. Akan tetapi setelah tiba di dalam kamar, hwesio tua au tidak ikut masuk, melainkan menjaga di luar pintu agar
percakapan antara dua orang muda itu tidak terganggu.
"Wan Sin Hong, kau sebenarnya siapakah dan sampai di mana
kebenaran tentang berita bahwa kau penjahat besar?"
Wan Sin Hong begitu bertemu dengan pangeran ini, telah timbul
perasaan suka dan percaya, maka ia pun lalu berkata terus terang!
"Pangeran Wanyen Ci Lun, sesungguhnya antara kita masih ada
hubungan keluarga, karena ketahuilah bahwa mendiang Ayahku
adalah Wan Kan atau Wanyen Kan, seorang pangeran pula."
"Dia itu Pamanku! Kita ini masih saudara seketurunan!" kata
Wanyen Ci Lun dengan girang. "Jadi namamu sebenarnya Wanyen
Sin Hong?" ,Sin Hong hanya tersenyum, akan tetapi ia mengangguk.
Pangeran Wanyen Ci Lun, memegang kedua lengan saudaranya
ini dan dua pasang mata saling pandang, terharu dan gembira.
927 "Betapapun juga, aku sekarang adalah Wan Sin Hong, seorang
pemuda bukan keturunan keluarga istana. Harus kauketahui baik-
baik akan hal ini, Pangeran Wanyen Ci Lun." Suara Sin Hong
terdengar penuh keyakinan dan tahulah Wanyen Ci Lun yang sudah mengerti akan riwayat ayah pemuda itu, bawa di dalam hatinya, Sin Hong masih menaruh dendam terhadap istana dan tidak akan suka
mengaku keluarga istana.
"Sin Hong, aku girang sekali mendapat kenyataan bahwa kau
masih ada hubungan darah dengan aku. Aku bangga sekali apalagi setelah mendengar bahwa kau sekarang telah menjadi bengcu. Ah, alangkah girang hatiku mempunyai saudara yang memiliki
kepandaian setinggi kepandaianmu, aku kagum padamu, Saudara.
Hanya sedikit yang menjadi ganjalan hatiku, benar benarkah semua berita kejahatan yang kaulakukan itu bohong belaka?"
Sin Hong menarik napas panjang. "Memang sukar melenyapkan
keraguan ini, karena Kong Ji pandai sekali mengatur semua
kejahatan sehingga seaka-akan aku yang melakukannya. Akan
tetapi percayalah, bahwa semua perbuatan keji itu biar sampai mati pun takkan dapat aku melakukannya. Sudahlah tentang hal ini, yang penting sekarang, aku hendak bertanya kepadamu, Pangeran,
dimanakah adanya Nona Gak Soan Li. Aku mendengar bahwa kau
dilarikan oleh seorang gadis cantik berwajah pucat yang tinggi ilmu larinya. Dia itu tentu Soan Li. Benarkah dugaanku" Dan di mana dia sekarang?"
Wanyen Ci Lun tiba-tiba menjadi muram mukanya, karena ia
teringat akan cerita Soan Li bahwa gadis itu pernah, dicemarkan oleh Wan Sin Hong.
"Nanti dulu, Sin Hong. Sebelum aku menjawab pertanyaanmu
itu, coba kau bersumpah lebih dulu, benar- benarkah kau tidak
pernah melakukan kejahatan terhadap wanita yang manapun juga?"
Sambal berkata demikian, Wanyen Ci Lun memandang tajam.
Mendengar ini, Sin Hong tiba-tiba memegang kedua lengan
pangeran itu yang merasa betapa kedua lengannya seakan-akan
dicengkeram oleh jepitan yang kuat sekali.
928 "Kalau begitu Soan Li berada denganmu. Tentu dia yang
bercerita tentang dirinya dicemarkan oleh Wan Sin Hong.
Dengarlah, Pangeran. Tak perlu aku berpanjang cerita. Gadis itu telah menjadi korban Liok Kong ji, bahkan telah diberi makan racun yang merusak ingatannya. Aku ahli pengobatan, kau sudah tahu ini karena kau pun pernah menjadi korban racun Hek-tok-ciam dari
Liok Kong Ji dan aku yang menolongnya. Mari bawa aku kepadanya, aku akan mencoba untuk mengobatinya untuk memulihkan
ingatannya. Di samping itu, aku mohon bantuanmu untuk
menyelidiki, apakah yang hendak dilakukan oleh iblis Liok Kong Ji di istana ini."
Melihat sikap Sin Hong, sekaligus keraguan hati Wanyen Ci Lun
lenyap. "Kalau begitu jangan menunggu lagi, mari ikut ke istanaku, Sin Hong."
Maka setelah memesan kepada Hoan Ki Hosiang agar jangan
menceritakan kepada siapapun juga akan pertemuan dua orang
muda itu. Pangeran Wanyen Ci Lun lalu mengajak Sin Hong ke
istananya, sekali ini ia mempergunakan kendaraan keretanya yang ia suruh orangnya menjemputnya di kelenteng itu. Di dalam kereta, Wanyen Ci Lun dengan singkat menceritakan pertemuannya dengan
Soan Li, dan bercerita pula tentang sikap Soan Li yang amat
mengharukan hatinya dan juga menggemaskan hatinya kepada
orang yang telah merusak hidup gadis itu.
Tanpa diketahui oleh siapapun juga karena pandainya Pangeran
Wanyen Lun mengaturnya, Sin Hong dapat masuk ke dalam istana
pangeran itu dan ia dijumpakan dengan Soan Li. Wanyen Ci Lun
sengaja tidak ikut menemui Soan Li karena Pangeran ini hendak
menyaksikan bagaimana sikap Soan Li kalau bertemu dengan Sin
Hong. "Lam-ko, kau baru datang...." Soan Li menyambut dengan
senyum manis ketika melihat Sin Hong masuk ke dalam kamar.
"Lam-ko, mengapa kau selalu agaknya menjauhkan diri dariku?"
Apakah kau kecewa karena aku ikut dengan kau" Apakah kiranya
keadaanku yang hina ini merendahkan kedudukanmu sebagai
seorang pangeran besar" Lam-ko, bagiku, biarpun kau seorang
929 pangeran atau bahkan seorang kaisar sekalipun, bagiku kau tetap Gong Lam, bukan Pangeran Wanyen Ci Lun atau siapapun juga."
Melihat keadaan dan mendengar kata-kata ini, hati Sin Hong
seperti diremas-reemas. Terbuka kedua matanya dan tahulah ia
bahwa sebenarnya yang dicinta oleh Soan Li adalah dia sendiri!
Mengerilah ia bahwa dahulu, dalam pertemuan pertama ketika ia
masih menggunakan nama Gong Lam, ternyata Gak Soan Li telah
jatuh cinta kepadanya dan cinta kasihnya itu sedemikian besarnya sehingga biarpun ingatan gadis itu sudah tidak normal lagi, tetap saja gadis itu masih mencinta Gong Lam sepenuh hatinya. Hal ini benar-benar mengharukan hati Sin Hong dan membuat ia berpikir
keras. Dengan kepandaiannya, kiranya ia akan dapat
menyembuhkan Soan Li, atau setidaknya mengembalikan
ingatannya. Kalau Soan Li teringat akan semtua hal dan akhirnya mendapat
kenyataan bahwa Gong Lam yang sesungguhnya tidak membalas
cinta kasihnya, bukankalk gadis itu akan menjadi makin rusak
hidupnya" Sebaliknya, dalam keadaan seperti sekarang ini, Soan Li tidak dapat membedakan antara Gong Lam aseli dan Gong Lam
yang sekarang menjadi nama julukan Wanyen Ci Lun dan gadis itu dapat hidup di dalam istana Wanyen Ci Lun bersama pangeran itu.
Menurut penglihatannya, Pangeran Wanyen Ci Lun juga mencinta
Soan Li. Oleh karena itu, ia lalu menjawab,
"Sama sekali aku tidak menyesal, bahkan aku girang sekali kau
sudah merasa betah tinggal di sini. Percayalah bahwa kau akan
berbahagia di sini Sayang aku tidak dapat terlalu lama di seni, karena banyak sekali keperluan penting yang harus kuselesaikan.
Baik-baiklah kau di sini, Soan Li." Setelah berkata demikian, Sin Hong lalu berjalan keluar dengan cepat, lalu menemui Pangeran
Wanyen Ci Lun yang telah menantinya di luar.
"Bagaimana, Sin Hong, apakah dia tidak ada harapan
disembuhkan sehingga ia teringat akan semua hal yang lalu?"
Sin Hong menggelengkan kepalanya. "Tak mungkin. Penghidupan
lama telah mati baginya dan sekarang ia berada dalam hidup baru.
Kuharap saja ia akan berbahagia dalam hidupnya yang baru ini."
930 Sinar mata yang berseri dari Pangeran Wanyen Ci Lun membuat
Sin Hong makin yakin bahwa memang sebaiknya bagi Soan Li
sendiri dan semua pihak kalau Soan Li berada seperti sekarang ini, jangan teringat lagi akan segala apa yang sudah lalu.
"Kuharap demikian pula, akan tetapi di dalam hidupnya yang
baru ini terdapat dendam dan kebencian terhadap dua orang, yakni terhadap Wan Sin Hong dan Liok Kong Ji. Yang pertama karena


Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dianggap orang yang mencemarkannya yang ke dua karena telah
menipunya selagi pikirannya masih belum sadar, menggunakan
nama Gong Lam dan mempermainkannya. Bahkan putera yang ia
dapatkan dari Gong Lam palsu ini dibencinya setengah mati"
Sin Hong menarik napas panjang. Tadi ia sudah mendengar
semua penuturan pangeran itu dan diam-diam ia memang kasihan
sekali kepada Soan Li.
"Kalau kau membantuku, Pangeran sedikit demi sedikit sadarkan
dia bahwa yang mencemarkan dia dahulu sesungguhnya juga iblis
Liok Kong Ji itu yang menggunakan nama Wan Sin Hong. Dan
katakan kepadanya bahwa pada suatu hari ia tentu akan kuberi
kesempatan melakukan balas dendam terhadap iblis Liok Kong Ji
itu!" Kemudian Sin Hong mendengar berita mengejutkan dari
Pangeran Wanyen Ci Lun. Tadinya pangeran ini belum mau
bercerita sesuatu tentang keputusan kaisar menghukum Wan Sin
Hong dan Go Ciang Le, karena ia hendak melihat dan meyakinkan
bahwa Wan Sin Hong benar-benar bukan seorang jahat. Kalau saja ia melihat bahwa pemuda itu benar-benar pernah menghina Soan
Li, kiranya ia takkan bersikap semanis ini terhadap Sin Hong, dan besar kemungkinan ia akan mengerahkan orang-orangnya sendiri
untuk menangkapnya!
Berita bahwa kaisar menyuruh See-thian Tok-ong dan Kong Ji
untuk menangkap atau membunuhnya, tidak mengagetkan hati Sin
Hong. Akan tetapi mendengar bahwa See thian Tok-ong
sekeluarganya dan Liok Kong Ji, disertai pasukan yang kuat menuju ke Kim-bun-to untuk melakukan penangkapan terhadap keluarga
yang sedang merayakan pernikahan Go Hui Lian dan Coa Hong Kin, benar-benar amat terkejutlah hati Sin Hong.
931 "Keparat jahanami" makinya marah. "Iblis itu meminjam tangan
Kaisar untuk membalas musuh-musuhnya. Benar- benar licin dan
keji sekali!"
Cepat Sin Hong bermohon diri dari Pangeran Wanyen Ci Lun
untuk cepat pergi ke Kim-bun-to dan membantu kaluarga Go
menghadapi serbuan ini, atau lebih tepat memperingatkan mereka agar cepat melarikan diri sebelum pasukan kaisar tiba di Kim bun-to.
Wanyen Ci Lun tidak menahannya, hanya berpesan bahwa kalau
urusan itu sudah selesai supaya Sin Hong suka datang ke istananya dan tinggal di situ beberapa lamanya ia dapat puas bercakap-cakap dengan saudara misannya ini.
Sin Hong menyanggupi, kemudian berangkat dengan diam-diam
dari kota raja. Setibanya di luar tembok kota, sudah ada seorang suruhan dan kepercayaan Pangeran Wanyen Ci Lun menantinya
dengan seekor kuda yang besar dan baik untuknya. Sin Hong
merasa berterima kasih sekali, lalu melanjutkan perjalanannya
dengan cepat karena khawatir kalau kalau datangnya terlambat.
-oo0mch-dewi0oo-
Pulau Kim-bun-to berada dalam suasana pesta gembira.
Semenjak pagi, banyak tamu dari daratan menggunakan petahu
menyeberang ke pulau itu. Mereka semua datang untuk menghadiri pesta pernikahan dari puteri Hwa I Enghiong, Go Hui Lian yang
pada hari itu diresmikan perjodohannya dengan murid Camkauw
Sin-kai yang bernama Coa Hong Kin.
Biarpun masih belum sembuh benar dari luka-lukanya, namun
berkat obat dewa pemberian Hui-eng Nio-cu Siok Li Hwa, nyawa
Cam-kauw Sin-kai tertolong dan pada hari itu ia sudah kuat untuk ikut menyambut para tamu. Kakek pengemis sakti ini selain menjadi guru dari Coa Hong Kin, juga menjadi walinya. Bersama Go Ciang Le ia menghadang di pintu depan untuk menyambut para sahabat yang membanjiri pulau itu untuk menyaksikan upacara pernikahan.
Sebagai seorang tokoh besar kang-ouw, tentu saja tamu-tamu dari Ciang Le sebagian besar juga orang- orang kang-ouw. Bahkan
932 partai-partai besar mengirim pula wakil-wakilnya untuk mengirim barang sumbangan.
Akan tetapi biarpun suasana amat gembira, kalau orang
memperhatikan wajah dua orang gagah yang menjaga pintu, wajah
Go Ciang Le dan Cam kauw Sin-kai orang akan melihat kemuraman
dan kegelisahan membayangi hati mereka. Hal ini adalah karena
dua hari yang lalu, di pulau itu datang Wan Sin Hong yang
menyampaikan semua yang didengarnya dari Pangeran Wanyen Ci
Lun tentang keputusan Kaisar.
Sin Hong membujuk agar keluarga Go meninggalkan pulau itu.
Akan tetapi dengan tegas Ciang Le menjawab,
"Kami tidak takut! Kami bukan pemberontak dan kalau Kaisar
Pedang Pembunuh Naga 8 Panji Sakti Karya Khu Lung Angrek Tengah Malam 5
^