Pencarian

Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam 2

Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Bagian 2


pesilat awam, tetap saja akan mematikan. Maka demikianlah
pendekar dengan golok bertali ini terdera kepalanya oleh
tendanganku dan langsung tewas di udara.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Saat tubuhnya ditelan danau tanpa suara, kutarik golok
bertali itu dan segera kumainkan dengan Jurus Naga Gila
Membagi Kematian yang memang dibuat untuk senjata
semacam itu. Maka dengan sekali hentak golok bertali itu
segera membabat dengan tali yang lurus terpentang dari
udara dan bagai bermata langsung mengarah ke leher lawan-
lawannya. Tanpa ampun lagi delapan orang yang sedang
meluncur dari delapan kedudukan penyerangan sekaligus
tewas mengenaskan, ketika meski telah mereka ketahui golok
bertali itu membabat tengkuk mereka dari udara, tiadalah
sempat dan tiada dapat mereka ubah arahnya lagi. Mereka
pun tewas di udara dan langsung tercemplung ke dalam
danau tanpa suara sedikitpun, meninggalkan satu lawan yang
masih berdiri di atas danau bersenjatakan toya.
Lawan yang terakhir ini mampu menangkis kembali golok
agar kembali me luncur ke arahku dengan Jurus Tongkat
Pengemis Mengusir Anjing Buduk, yang tentu dipelajarinya
dari seorang guru anggota Partai Pengemis. Namun ia sendiri
tidak berbusana seperti seorang pengemis, bahkan busananya
serba putih bersih, berlawanan dengan busana kaum
pengemis yang compang-camping. Bersamaan dengan
meluncurnya golok bertali itu kembali ke arahku, ia pun
melesat menembus kabut yang kebiru-biruan dengan toya
tertuju lurus kepadaku, di ujungnya telah terhunus sebilah
pisau. Itulah juga ciri-ciri senjata tongkat kaum pengemis
sebetulnya, bahwa di ujung tongkat pengembaraan mereka
terdapatlah pisau beracun yang dapat muncul dari dalamnya.
Aku pun berputar lebih cepat sehingga tiba-tiba berada di
balik punggungnya. Golok bertali dan toya berpisau itu
meluncur ke sasaran yang mendadak kosong. Kukibaskan
pukulan Telapak Darah kepadanya, sehingga ia terbanting
jatuh ke permukaan danau dengan bunyi yang keras sekali.
Namun sungguh ia lebih tangguh, karena belum badanku
selesai berputar sekali lagi, dan kakiku belum menyentuh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
permukaan danau sama sekali, ia justru menyeruak dari
bawah permukaan air langsung kembali menyerang diriku!
Aku berhasil mengelak dari ujung toyanya yang berpisau
dengan berguling sekali lagi, tepat di permukaan danau, tetapi
ia yang telah berada di udara segera turun kembali dengan
kedua kaki tepat mengarah dadaku tanpa akan sempat
kutangkis lagi! Maka aku pun lantas memberatkan tubuhku
sedemikian rupa sehingga tenggelam ke dalam danau dengan
sangat cepat, yang membuat desakan kedua kaki itu
kehilangan pengaruhnya, bahkan kedua tanganku dengan
cepat kemudian memegang kedua pergelangan kakinya.
Tubuhnya segera ikut tenggelam bersamaku, bagaikan
telah terikat kepada batu yang besar sekali. Aku memang
telah menggunakan ilmu memberatkan badan, yang selama ini
tidak kuketahui kapan bisa kugunakan. Kakinya berusaha
berontak, tetapi aku telah menguncinya. Ia berusaha
mengirimkan hawa panas ke pergelangan kakinya, tentu
dengan pikiran telapak tanganku akan kepanasan dan
melepaskannya, tetapi selain telah kusalurkan hawa dingin
yang mudah kudapat di dalam danau yang sebagian
permukaannya masih beku itu, mengerahkan hawa panas
dengan sisa udara yang belum tentu pula sempat dihirupnya
dari permukaan tadi, tidaklah berdaya cukup untuk membuat
pergelangan kakinya cukup panas.
Itulah memang perlawanan terakhirnya yang sia-sia,
karena tubuhku yang beratnya telah menjadi beratus-ratus
kati me luncur dengan deras ke dasar Danau Bita. Kubiarkan
tubuhku terus meluncur dengan ilmu memberatkan tubuh,
sampai kemudian berdebum menyentuh dasarnya dan
lumpurnya beterbangan. Dasar danau itu gelap dan suny i dan
karena itu memberikan perasaan yang rawan.
Kulepaskan kedua pergelangan kaki lawanku, tetapi ia yang
sudah menjadi mayat itu tidak langsung mengambang kembali
ke permukaan, hanya diam saja dengan sedikit bergoyang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengikuti arus yang lemah di dalam danau, seperti enggan
kembali ke atas tetapi tidak juga membenam.
AKU menengok ke kiri dan ke kanan, mencari toya berpisau
dan golok bertali yang terlepas dalam pergulatan tadi, tetapi
belum lagi dapat kulihat kedua senjata itu, mendadak saja
tubuhku sudah terlilit tali yang kukenali sebagai bagian dari
golok bertali itu. Sesosok bayangan telah berkelebat begitu
cepatnya di dalam air mengitari tubuhku bersama tali itu,
sehingga tiada gerakan lain yang bisa kulakukan lagi selain
berputar dan berputar agar lepas dari jeratan tali tersebut,
tetapi ujung pisau pada toya yang bertubi-tubi berusaha
merajam tubuhku mempersulit gerakan itu.
Maka meskipun dapat menghindar, tubuhku tetap terikat
dan sungguh kedudukanku sama sekali tidak aman. Namun
kuketahui betapa pada ujung kakiku yang terikat, masih
terdapatlah golok itu, yang jika dapat kuperlakukan seperti
jika aku memegang talinya, sedikit banyak aku bisa
memperlakukannya sebagai senjata. Aku pun memutar
tubuhku dengan memperlakukan kepalaku sebagai poros yang
menjadi pusat gerakan, dan kedua kaki yang terikat dengan
golok di ujungnya berputar seperti baling-baling. Meski di
dalam air, aku dapat bergerak secepat kilat dan dalam sekali
putaran saja kurasakan golok yang tadi bergelantungan telah
mengenai suatu sasaran.
Sesosok bayangan berkelebat menghilang, dengan segera
aku melesat ke atas, ke permukaan danau, meluncur seperti
ikan lumba-lumba, yang memang mungkin saja dilakukan
dalam keadaan terikat seperti ini. Sampai di atas, kupecahkan
ketenangan danau dengan melejit seperti ikan dan berputar di
udara setidaknya tiga kali, yang pertama untuk menguraikan
tali yang menjerat tubuhku, yang kedua untuk mengeringkan
baju, yang ketiga untuk mengembalikan kehangatan tubuhku.
Namun belum lagi kaki menapak permukaan danau sudah
terdengar teriakan dalam bahasa Tibet.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Awas!'' Itulah suara Mahaguru Kupu-kupu Hitam, karena rupanya aku
memang muncul dan melejit ke permukaan, tepat di tengah
arena pertarungan, tempat ia masih dikepung orang-orang
golongan hitam dan para pendekar yang merelakan dirinya
dibayar untuk melakukan pembunuhan.
Sejumlah bola peledak berdesing langsung ke arahku. Jika
kutangkis pasti meledak, tetapi jika tidak kutangkis dan
meledak karena mengenai tubuhku pun diriku segera akan
menjadi serpihan-serpihan daging berapi yang semburat di
permukaan danau. Namun ternyata aku tertolong oleh
serangan senjata lain pada saat bersamaan, yakni serangan
sepasang palu cirit bintang yang bertali itu, yang dengan
kecepatan melebihi kilat kutangkap dan kutarik seketika
sehingga pemiliknya saat itu jugan terseret menggantikan
tempatku sementara diriku berpindah ke tempatnya.
Ledakan dahsyat mementalkan semua orang yang sedang
bertarung. Serpihan daging-daging berapi berpencaran di
udara, dan akan jatuh mengambang di atas danau dalam
keadaan masih berapi pula. Namun daging-daging berapi itu
masih berada di udara, ketika dengan sentuhan sebelah
kakiku pada permukaan danau aku berkelebat ke delapan
penjuru, nyaris dengan seketika, membagi-bagi maut dengan
angin pukulan Telapak Darah yang langsung menamatkan
riwayat orang-orang bayaran Golongan Murni ini, membuat
mereka jatuh berdebur ke dalam danau lebih cepat dari
jatuhnya serpihan daging-daging berapi kawan mereka yang
malang tadi. Di tepi danau, kulihat banyak orang menunjuk ke arah
kami. Kelebat gerakan dalam pertarungan memang tidak akan
terlihat oleh mata awam, tetapi ledakan sekeras itu kukira
akan mengundang perhatian cukup besar, meski para peziarah
yang berduyun-duyun dan berbondong-bondong itu selama
dalam perjalanan kulihat menjalani puasa membisunya dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tekun. Tentu saja mereka tidak terlarang untuk menjadi
tertarik perhatiannya oleh sesuatu yang tidak biasa. Setidak-
tidaknya dari tempatku berdiri di atas permukaan danau ini,
para peziarah yang biasanya sudah melanjutkan perjalanan
tanpa berkata-kata itu, tampak berdesak-desak saling
bertumbukan mencari tahu arah ledakan.
Tepung beracun yang berhamburan karena ledakan sudah
hilang terbawa angin. Namun kulihat juga ikan-ikan mati
mengambang, penanda air danau itu sudah tercemar, dan aku
hanya bisa berharap hanya di bagian ini sajalah pencemaran
itu berlangsung, sebab jika tidak, tentu bukan hanya ikan,
tetapi orang-orang juga akan mati mengambang.
(Oo-dwkz-oO) Danau ini ditelan kesunyian kembali. Mayat para pendekar
dan orang-orang golongan hitam yang tadi mengambang di
antara ikan-ikan dengan pelahan tenggelam dan menghilang
ke dasar danau. Dengan khawatir kupandang ke sekeliling. Ke
manakah Mahaguru Kupu-kupu Hitam"
DANAU ini luas dan sunyi, dalam suatu dunia yang
segalanya tampak kebiru-biruan, seolah diriku berada di
bawah tempurung langit yang lain, dan kabut yang juga
kebiru-biruan sehingga membuat segalanya timbul dan
tenggelam, memberikan kepadaku perasaan berada dalam
suatu dunia tanpa tepi. Tiada terlihat lagi kehidupan di tepi
danau tempat orang-orang menunjuk diriku yang berdiri di
atas permukaan air.
Aku melangkah pelan di atas permukaan danau mencari
Mahaguru Kupu-kupu Hitam. Apakah dia ternyata berhasil
ditewaskan dan lantas tenggelam" Petunjuk ke arah
ditemukannya Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam hanyalah
dirinya. Jika aku gagal mendapatkan kitab itu, maka Yan Zi
dan Elang Merah akan tewas di tangan Mahaguru Kupu-kupu
dan seluruh perjalananku di wilayah T iga Sungai Sejajar yang
berbatasan dengan Kerajaan Tibet ini akan sia-sia.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Semula memang kurencanakan untuk berterus terang saja
kepadanya, selain karena aku tidak dapat memperkirakan
berapa lamanya waktu yang kubutuhkan untuk dapat mencuri
kitab itu, juga karena aku merasa yakin dirinya akan
memberikan kitab itu jika aku memintanya. Jika tidak
diberikan memang aku membayangkan diriku menempurnya,
meski kusadari kemudian betapa itu merupakan kesalahan
besar, karena jika kulakukan tentu kitab itu tidak akan pernah
kudapatkan. Ledakan yang telah meruntuhkan bangunan tua
dan membunuh Golok Karat itu mempercepat pendekatanku
kepada Mahaguru Kupu-kupu Hitam, tanpa sempat mengungkap rencana pengepungan tersebut, karena aku telah
melibatkan diri ke dalam pertarungan dengan berada di
pihaknya. Namun dengan segala darah yang sudah
ditumpahkan, ini pun akan menjadi kesia-siaan jika Mahaguru
Kupu-kupu Hitam menghilang...
Kemudian dari balik kabut yang kebiru-biruan itu muncullah
kupu-kupu hitam. Satu, dua, lima, sepuluh, dua puluh, dan
seterusnya. Kupu-kupu hitam itu tidak menyerangku dengan
bubuk-bubuk beracun pada sayapnya, melainkan melewatiku
sahaja, untuk kemudian me lebur dalam cahaya pagi. Aku tahu
itu bukan kupu-kupu hitam dari kepompong, melainkan kupu-
kupu hitam yang hanya dimungkinkan oleh keberadaan Ilmu
Silat Kupup-kupu Hitam. Mengapa kupu-kupu hitam yang
dimaksudkan membunuh lawan itu tidak menyerangku"
Aku melangkah ke arah darimana puluhan kupu-kupu hitam
itu datang. (Oo-dwkz-oO) Episode 206: [Warisan sang Mahaguru]
Aku melayang pelan tanpa suara melawan arus kupu-kupu
hitam yang di belakangku segera lenyap ditelan cahaya itu.
Kupu-kupu hitam itu makin lama makin sedikit, tetapi masih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
saja ada, muncul dari balik kabut yang kebiru-biruan,
mengepak tanpa suara sedikit pun jua, sesuai dengan
keberadaannya sebagai impian dan bukan kenyataan.
Ketika kemudian kutemukan di balik kabut Mahaguru Kupu-
kupu Hitam terkapar lemah di atas sebuah rakit, masih kulihat
kupu-kupu hitam itu ternyata keluar dari mulut dan kedua
telinganya, bagaikan suatu ajian yang mesti dilepaskan untuk
mempermudah kematian pemiliknya.
Di atas rakit kupegang tangannya dan ia membuka mata.
Wajahnya baru tampak jelas sekarang, dan ternyata ia sangat
tampan meski tertutup brewok yang sudah memutih serta
tidak terurus. Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu benar-benar
bersimbah darah. Agaknya pada saat aku berada di dasar
danau itulah pembantaian dapat dilakukan. Hanya karena
diriku muncul mendadak ke permukaan danau itulah maka
Mahaguru Kupu-kupu Hitam masih hidup sekarang, karena
sisa delapan lawannya kutewaskan saat itu juga.
Di sudut bibirnya terlihat darah, yang menandakan
terdapatnya luka dalam karena pukulan. Di tempat lain
keadaannya sangat mengenaskan. Bahu kanannya terkena
bacokan, pada bahu kirinya terdapat pisau terbang menancap,
bahkan kulihat perutnya luka parah karena yang telah
menusuk dicabut kembali. Keadaannya memang sangat parah,
tetapi ia belum mati. Hatiku rontok menyaksikan nasib
seorang pendekar tua pada akhir hidupnya yang seperti ini.
Memang kematian dalam pertarungan pada puncak
kesempurnaan menjadi impian seorang pendekar, tetapi
peristiwa ini menurutku bukanlah pertarungan penuh
kehormatan seperti itu.
Betapapun, para pengepung meraih kemenangan atas
Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang sebelumnya
tidak

Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terkalahkan itu memang karena perhitungan matang. Mereka
tampaknya telah mengamati Jurus Impian Kupu-kupu dalam
berbagai pertarungan Mahaguru Kupu-kupu Hitam, dan boleh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kucurigai semua pertarungan itu dapat berlangsung memang
demi agar dapat dilakukannya pengamatan. Artinya tentu ada
orang-orang yang dengan sadar atau tidak disadarinya
sengaja dikorbankan. Tentulah merupakan suatu pekerjaan
dan perencanaan jangka panjang. Pengamatan cermat bukan
hanya kepada segala gerakan dalam Jurus Impian Kupu-kupu,
melainkan juga perbincangan tentang siapa saja pendekar
dengan jurus andalan dan senjata yang paling tepat untuk
menghadapinya. Pengamat ini tentu saja bukan sembarang pengamat,
karena harus mengamati pertarungan yang tidak dapat diikuti
mata orang biasa. Bahwa telah dikerahkan tak kurang dari dua
puluh pendekar yang bersedia dibayar dan tokoh-tokoh
golongan hitam untuk menjebaknya, menunjukkan betapa
mendesaknya kepentingan untuk menyingkirkan Mahaguru
Kupu-kupu Hitam.
Kuletakkan tangan kiriku di dadanya dan tangan kanan
mencari-cari daya panas matahari untuk menyalurkan tenaga
prana, meski kutahu tidak akan dapat memperpanjang
hidupnya. Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu pun menggeleng
lemah sambil menyingkirkan tanganku dari dadanya.
''Tidak ada gunanya...,'' ujarnya dalam bahasa Tibet,
''waktuku sudah tiba.''
Aku tertunduk di dekatnya. T idak tahu harus berbuat apa.
Di satu pihak merasa hormat terhadap pendekar tua yang
sedang menghadapi ajalnya, di lain pihak merasa gelisah tak
bisa mendapatkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam yang
menjadi tujuanku.
Rakit bambu berputar di tempat, tetapi tidak pergi ke
mana-mana. T erdengar siul burung yang seperti mengirimkan
berita tertentu, tetapi berita apakah yang akan disampaikannya selain darah tumpah pada pagi cerah"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Anak...,'' kata Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang melihatku
tertunduk, ''mengapa Anak mengotorkan tangan membantu
daku" Mereka semua mati terbunuh oleh tangan Anak,
sedangkan daku pun tidak dapat tertolong lagi. Nanti Anak
akan diburu atas kematian orang-orang ini...''
Namun masalah diburu bukanlah persoalan bagiku. Kupikir
sebaiknya aku berterus terang kepadanya mengapa diriku
sampai berada di Danau Bita ini. Maka dengan bahasa Tibet
yang terpatah-patah, kucoba menjelaskan dengan sesingkat-
singkatnya dari awal sampai akhir, betapa diriku sangat
membutuhkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam untuk
menolong dua perempuan dalam ancaman kematian.
''Siapakah kedua perempuan ini"'' Mahaguru Kupu-kupu
Hitam bertanya.
Kujelaskan sedikit tentang nama dan latar belakangnya.
Tiba-tiba saja matanya yang sudah lemah mendadak berbinar
kembali. ''Murid dari Angin Mendesau Berwajah Hijau kata Anak"
Dan satunya lagi, Elang Merah dari Tibet" Haih! Tidak
kusangka!'' Mahaguru Kupu-kupu Hitam sebetulnyalah sudah lemah
dan napasnya tinggal satu-satu, tetapi penjelasanku rupanya
seperti membangkitkan hidupnya kembali.
''Angin Mendesau Berwajah Hijau itu, kami sempat bentrok
sebelum akhirnya menjadi sahabat,'' katanya dengan lemah,
tetapi penuh semangat hidup, ''ketika sama-sama masih
muda, kami bertemu dan bertarung untuk saling menguji ilmu
kami. Setelah beberapa ratus jurus tidak ada tanda-tanda
siapa yang akan menang dan siapa yang akan kalah, maka
kami pun akhirnya saling mengangkat saudara sebelum
berpisah. Kini jika sebelum aku mati masih dapat kulakukan
sesuatu yang bermakna bagi muridnya, biarlah diriku
melakukannya...'' Aku tertunduk dengan gelisah, karena masih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
belum kudapat juga petunjuk keberadaan peta itu. Hanya saja
setelah menceritakan semuanya, kurasa tidak patutlah untuk
mempertanyakannya lagi. Aku beranggapan, meski Mahaguru
Kupu-kupu Hitam sudah berada pada akhir hidupnya, masih
tetap berada di tangannyalah keputusan untuk memberikan
kitab itu kepadaku atau tidak.
''Adapun Elang Merah itu.... Hhh....,'' katanya lagi,
tersengal-sengal, ''mengapa segalanya serbakebetulan"''
Apa yang kebetulan" Namun aku tetap menahan diri untuk
bertanya. Pada akhir hidupnya biarlah ia melakukan apa pun
yang ingin dilakukannya, dan juga tidak melakukan apa pun
yang tidak ingin dilakukannya.
''Anak...,'' ia menggamitku.
Kurasakan, meski dengan sangat amat perlahan, rakit
berputar, tetapi perhatianku tersita kepada Mahaguru Kupu-
kupu Hitam. Aku mendekatkan telingaku untuk mendengarkan kata-
katanya. Agak sulit aku menuliskannya kembali kecuali
menggunakan bahasaku sendiri.
''Kakakku itu telah memutarbalikkan semuanya,'' katanya,
''bukanlah dia yang mendapat warisan kitab itu, melainkan
diriku, dan bukanlah diriku yang mencuri kitab tersebut
melainkan dirinya. Dia mencuri Pengantar dan Cara Membaca
Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam dan dialah yang belum
selesai mempelajari Kitab I lmu Silat Kupu-kupu Hitam sebelum
lari dengan kitab curiannya. Daku bermaksud mengejarnya,
tetapi guruku me larang, karena beliau tidak menghendaki
kami bersaudara saling bertempur.
'''Dia akan menerima hukumannya sendiri nanti', kata
guruku, 'dikalahkan oleh seseorang tidak bernama. Jika kita
belajar ilmu silat terutama untuk mencari nama, dan bukan
untuk berpihak kepada yang lemah dan menderita, kita sudah
melakukan kesalahan sejak hari pertama, karena belajar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan rendah hati dan belajar demi ketinggian hati sangat
berbeda. Seorang pendekar bisa saja sangat tinggi ilmunya,
tetapi tanpa kerendahan hati sangat sulitlah mencapai
ketenangan jiwa'.''
''DEMIKIANLAH di antara kami berdua tidak ada yang
menguasai Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam dengan sempurna, dan
kakakku itu terus menerus menyebarkan berita di dunia
persilatan bahwa diriku seorang pencuri. Sebenarnya daku
tidaklah ingin peduli lagi, tetapi rupanya inilah suatu jalan. Dia
telah menyandera mereka yang harus kubela, jadi bawalah
Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam itu, Anak, kitab itu kusimpan
di... ''Ugh!'' Kata-katanya terhenti.
Itulah rupanya arti dari rakit yang dengan sangat perlahan
bergerak memutar. Terdapat seseorang di bawahnya!
Aku berkelebat masuk ke dalam air, dan segera melihat
sesosok bayangan hitam berkelebat menghilang. Itulah
bayangan hitam seperti yang telah menyerangku dan
tampaknya bahkan sempat kulukai.
Siapakah dia"
Aku melesat seperti lumba-lumba ke arah dia menghilang,
tetapi dari arah menghilangnya terlihatlah gumpalan hitam
yang membuatku tidak mungkin melanjutkan pengejaran. Ia
telah menggunakan ilmu cumi-cumi!
Cairan hitam membuat diriku tidak bisa melihat apa pun, di
dalam air sulitlah aku menggunakan ilmu Mendengar Semut
Berbisik di Dalam Liang. Cairan mengambang sampai
permukaan danau sehingga air menjadi hanya hitam sehitam
tinta yang paling hitam. Aku berada dalam kedudukan yang
sangat lemah! TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Benarlah aku ternyata dijerat begitu rupa sehingga tidak
bisa bergerak. Tali temali bergerak bagaikan belalai gurita,
menempel dan menjirat, sehingga tidak ada yang kulakukan
lagi selain menahan napas.
Aku merasakan diriku diseret ke dasar danau. Kulihat ke
atas, permukaan danau tetap hitam. Kupikir bayangan hitam
yang berkelebat dan kini menyeretku ini pasti bernafas dengan
insang. Aku memusatkan perhatian menunggu kelengahannya. Setitik kelemahan pun harus kumanfaatkan
segera, karena aku tidak bisa terlalu berada di dalam air
dengan keadaan terikat seperti ini!
Segeralah kututup segenap saluran udara yang keluar dari
tubuhku dengan yoga, sehingga segala gerak tubuhku pun
berhenti dan aku terseret bagaikan sudah mati. Hanya
pemusatan perhatianku saja yang terarah semakin tajam.
Bahwa jika tali temali yang lengket bagai belalai gurita ini
terurai, dan tinta hitam pekat itu memudar, aku harus segera
bergerak untuk melumpuhkan sosok hitam yang di dalam air
pun bisa bergerak secepat kilat itu.
Maka jika semula diriku bagaikan gumpalan yang selalu
bergerak dan memberontak, kini kubuat diriku seperti mayat
yang terseret-seret di antara tetumbuhan air dan menabrak
batu-batu di dasar danau. Bahkan mataku pun terbuka, tetapi
tanpa cahaya, karena lebih meyakinkan sebagai bentuk
kematian di bawah permukaan air dalam keadaan terikat
seperti ini. Untunglah aku masih selalu melatih yoga sanyama
untuk memisahkan pikiran murni dan manusia nyata ini terus
menerus. Kuingat ujaran seorang guru gung fu yang dikutip
seseorang di sebuah kedai:
kekuatan saja tak setara dengan pengetahuan dan pengetahuan tak setara dengan latihan tetapi dengan paduan pengetahuan dan latihan seseorang akan mendapatkan kekuatan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kemudian kulihat betapa tinta hitam itu akhirnya memudar,
meski keketatan jerat sama sekali tidak berkurang. Ternyata
bahwa diriku telah diseret naik kembali menuju ke atas.
Siapakah bayangan hitam, yang agaknya sudah cukup lama
mengawasi pertarungan dari bawah air ini" Mengapa ia
membunuh Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang sudah
mendekati ajalnya, hanya karena nyaris menyebutkan tempat
bisa kudapatkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam"
Akhirnya kami tiba di permukaan. Aku bersikap seperti
mayat mengambang. Ia berenang seperti seekor ikan, tetapi
ketika sampai di tepian melompat berdiri dan menyeretku
seperti karung. Aku diseret begitu saja melewati kerikil, pasir,
dan batu-batu. Tampaknya aku memang dianggap sudah
mati. Kepalaku terantuk atau badanku terbalik-balik baginya
sama saja. Jika wajahku yang menghadap ke bawah, itulah
yang berat, karena memang ia menyeretku pada kaki. Segala
tanah, lumpur, dan kotoran memasuki mulut, hidung, dan
bahkan mataku yang masih terbuka, tetapi aku sekarang
dapat bernapas melalui pori-poriku. Aku masih hidup, tapi
tidak bisa dibedakan dari orang mati karena jantungku
berhenti. SETELAH melewati batu-batu besar yang dapat dijadikan
tempat sembunyi, aku digeletakkan begitu saja, seperti
menggeletakkan binatang hasil buruan, yang masih hidup
maupun sudah mati. Seseorang telah menantinya di tempat
itu. ''Kenapa" Sudah mati" Kenapa dikau membunuhnya"''
Suara seorang perempuan! Aku seperti mengenalnya! Mereka
berbicara dalam bahasa Negeri Atap Langit, sehingga aku pun
bisa mengikutinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Tidak ada yang membunuhnya! Jika ia memang berilmu
sangat tinggi seperti yang dikau katakan, tentu ia tidak perlu
mati hanya karena diseret masuk ke dalam air!''
''Kamu gila! Tidak semua orang bernapas dengan insang
maupun paru-paru seperti kalian manusia-manusia ikan! T idak
ada gunanya lagi kamu bawa mayat ini kepadaku!''
''Oh, tentu saja perlu, Pedang Kilat! Untuk menjadi bukti agar
kalian tetap membayarku!''
Pedang Kilat! Mungkinkah ia ternyata mengikutiku sejak
berpisah dulu" Mungkinkah ia masih penasaran bahwa
betapapun diriku adalah Pendekar Tanpa Nama" Namun
percakapan itu tampaknya menunjukkan kepentingan yang
lebih dari sekadar rasa penasaran tentang siapa diriku.
''Uang lagi! Uang lagi! Untuk apa pula kalian manusia-manusia
ikan memerlukan uang! Kalian juga tidak bisa terlalu lama
hidup di daratan!''
Dalam dunia persilatan, apa yang tampaknya tidak mungkin
menjadi mungkin. Aku pernah berjumpa dengan Naga Kecil
yang malang itu, yang lidahnya bercabang, berbicara dengan
daya batin, tubuhnya bersisik, dan hidup dalam gua di bawah
air, sehingga keberadaan manusia ikan itu tidak terlalu
mengejutkan aku. Namun tentu saja aku terkejut mendengar


Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahwa manusia ikan itu dijanjikan akan dibayar oleh Pedang
Kilat jika berhasil menangkap diriku. Bahkan pembunuhan
Mahaguru Kupu-kupu Hitam sebagai usaha menutupi petunjuk
keberadaan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam mungkin juga
bagian dari perjanjian itu.
''Urusankulah untuk apa kugunakan uang itu! Mahaguru
Kupu-kupu Hitam sudah tidak bisa bicara lagi dan orang asing
yang dikau sebut Pendekar Tanpa Nama itu juga sudah tidak
berkutik. Jangan salahkan daku jika ilmunya ternyata tidak
setinggi yang dikau katakan. Penuhilah janji dikau itu
sekarang!'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kudengar Pedang Kilat merogoh sesuatu di balik bajunya.
Terdengar dalam ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam
Liang, bunyi logam, seperti mata uang, di dalam kantong kain,
yang segera dilemparkan Pedang Kilat ke arah sosok
bayangan yang disebutnya sebagai manusia ikan itu.
Itulah bayaran atas pembungkaman Mahaguru Kupu-kupu
Hitam maupun penangkapan diriku, yang bagi Pedang Kilat
mungkin dianggap gagal. Meski mataku terbuka, tetapi
sebagai penyamaran atas terbukanya mata orang mati,
sebetulnya indera penglihatanku tertutup, sehingga ilmu
Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang bisa bekerja.
Jadi kudengar kantong kain berisi mata uang itu melayang,
tangan kanan sosok bayangan yang disebut manusia ikan itu
bergerak ke atas menyambutnya, dan saat itu firasatku
sungguh sangat buruk sekali.
Benar juga kata Pedang Kilat. Untuk apa pula manusia ikan
memerlukan uang" Kudengar Pedang Kilat mencabut
pedangnya, dan dengan kemampuannya bergerak secepat
kilat tewaslah manusia ikan yang malang itu dengan tubuh
terbelah. Aku bisa mengetahuinya dari suara jatuhnya tubuh
itu, yang bahkan tampaknya sama sekali tidak mengucurkan
darah. Pedang Kilat memasukkan kembali pedang ke dalam
sarung pedang di punggungnya. Ia membungkuk untuk
mengambil kantong kain berisi mata uang, lantas dengan
kakinya memeriksa tubuh manusia ikan itu.
''Ternyata dikau ikan yang mau jadi manusia, bukan
manusia yang lama-lama menjadi ikan. Tubuhmu masih
seperti ikan begini! Dikau tak tahu uang hanya menjerumuskan manusia ke dalam penderitaan! Sekarang
terima lah nasibmu sebagai akibat dari keserakahan!''
Lantas Pedang Kilat mendekati diriku, dan menggoyang-
goyang tubuhku dengan kakinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Hampir saja pengembara tidak bernama dari Ho-ling ini
berhasil mengelabuiku,'' ujarnya dengan pikiran tiada seorang
pun mendengarnya di sini, ''ternyata dialah Pendekar Tanpa
Nama yang disebut-sebut di berbagai kedai itu, yang telah
memusnahkan para penyamun dan menghabisi Perguruan
Kupu-kupu. Sayang sekali dia mati jauh dari tanah airnya
seperti ini. Dasar makhluk air yang bodoh! Semestinya bisa
kupelajari ilmu silat dari Ho-ling yang sempat kulihat dasar-
dasarnya itu! Namun setidaknya tiada penghalang lagi bagiku
untuk mempelajari Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam...'' Lantas ia pun berkelebat pergi.
Dengan segera kubuka mata, dan kuuraikan tali temali jerat
gurita, yang dengan kematian makhluk air itu telah kehilangan
dayanya sama sekali.
Kusaksikan tubuhnya memang terbelah dua pada perutnya,
dan pada irisannya memang kulihat bentuk tulang dan daging
seperti seekor ikan yang terbelah!
Namun aku tidak sempat berpikir terlalu lama, karena harus
berkelebat membuntuti Pedang Kilat.
Di atas permukaan air danau aku melesat dengan ilmu
Naga Berlari di Atas Langit. Begitu cepat aku berkelebat,
sehingga masih dapat kujejaki tapak sepatu yang ditinggalkan
Pedang Kilat di atas permukaan air itu.
Jika diperbandingkan, satu kali langkahku berarti sepuluh
kali langkah Pedang Kilat. Aku melangkah dan melayang
dengan ringan di antara kabut tipis kebiru-biruan, sampai
terlihat Pedang Kilat melesat di bagian danau yang masih
penuh dengan pecahan-pecahan es mengambang.
Begitu dia terlihat aku segera menggunakan ilmu
halimunan, masuk dan menyusup dalam kebeningan udara,
sehingga jika Pedang Kilat menoleh ke belakang tentu saja
tidak akan me lihat diriku meskipun jika sudah dekat sekali.
Sebetulnya dengan berkelebat di balik cahaya pun Pedang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kilat tidak akan bisa melihatku, tetapi aku tidak dapat
memastikan apakah tidak terdapat orang-orang sungai telaga
lain di sekitar Danau Bita sekarang ini.
Di tengah jalan kulihat orang-orang dalam beberapa perahu
panjang sedang berdayung secepat mungkin menuju ke rakit
tempat terdapatnya Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang sudah
tewas. Agaknya di bagian itu kabut sudah memudar sama
sekali, atau barangkali pemilik rakit itulah yang terkejut
menemukan mayat Mahaguru Kupu-kupu Hitam pagi itu,
lantas dengan panik memanggil-manggil siapapun yang
berada di tepi danau.
Kenapa tidak bukan" Bahkan tanpa harus ada seseorang
yang memanggil-manggil pun, suara-suara ledakan dan
jatuhnya para pendekar yang tewas telah memecahkan
ketenangan wilayah perziarahan pada pagi Hari Magha Puja ini
tentu sedikit banyak juga telah menarik perhatian. Barangkali
sebentar lagi mereka pun akan segera menjumpai mayat-
mayat yang tadinya tenggelam kini sudah mengambang.
(Oo-dwkz-oO) Pedang Kilat yang kujumpai pertama kali sebagai anak
pemilik kedai di tengah jalan, lantas muncul dari balik angkasa
untuk membasmi para penyamun terbang yang bermaksud
meringkus diriku dan Golok Karat, mungkinkah berminat pula
untuk memiliki K itab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam"
Hanya itulah penalaran sederhana yang dapat kutarik
sebagai alasan pembunuhan Mahaguru Kupu-kupu Hitam,
yang sebenarnya juga sudah berada di ambang kematiannya.
Pendekar tua itu terbunuh oleh suatu pukulan dari bawah
rakit, yang ternyata dilakukan manusia ikan penghuni danau
atas permintaan Pedang Kilat.
Pembunuhan itu memang dilakukan tepat ketika Mahaguru
Kupu-kupu Hitam akan menyampaikan tempat Kitab Ilmu Silat
Kupu-kupu Hitam itu dapat kuambil. Tidakkah Pedang Kilat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sendiri memerlukan juga nama tempat tersebut" Kukira, tiada
lebih dan tiada kurang, Pedang Kilat sudah mengetahuinya.
Kuingat juga betapa Mahaguru Kupu-kupu Hitam berkata
tentang penyimpanan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam yang
sama sekali tidak dirahasiakan, semua orang dapat menengok
dan membacanya, asal jangan mencurinya. Aku mengerti,
bagi Mahaguru Kupu-kupu Hitam tidak ada yang perlu
dirahasiakan, karena Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam
memang tidak mungkin dipelajari tanpa kitab Pengantar dan
Cara Membaca Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam.
Bahkan sebetulnya jika dicuri pun kitab itu tiada akan dapat
dibaca seperti seharusnya dibaca, seperti yang telah
dituduhkan kakak seperguruannya itu kepadanya.
Aku hanya berpikir, jika kedua kakak beradik yang masing-
masingnya mempelajari Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam secara
tidak sempurna itu pun sudah begitu tinggi kepandaiannya,
tidak terbayangkan ilmu silat setinggi apa lagi yang dapat
dicapai jika seseorang mempelajarinya secara lengkap dengan
dua kitab. Masalah ini merupakan rahasia perguruan yang belum
terungkap, dan berarti hanya aku saja yang mengetahuinya,
meski pengetahuan itu menjadi lurus hanya setelah kudengar
dari kedua belah pihak.
Artinya Pedang Kilat dan siapapun yang berminat
mengambilnya sekarang, setelah kematian Mahaguru Kupu-
kupu Hitam tersebar, tidak mengetahui betapa kitab itu justru
akan membunuh siapapun yang mempelajarinya secara tidak
lengkap. SEMULA ia menyelip di antara kerumunan seperti orang-
orang lain, tetapi kemudian dengan segera ia berkelebat
begitu rupa di tengah orang banyak, sehingga meskipun tetap
berdesak-desak tak dapat dilihat dengan mata awam lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sudah jelas betapa Pedang Kilat ini sangat pandai, karena
jika aku mengikuti kecepatannya dengan juga berkelebat
seperti dirinya sekarang, maka justru dirikulah yang akan
tampak jelas olehnya di antara orang banyak yang nyaris tiada
bergerak karena berdesak-desak. Apakah ia tahu dirinya
dibuntuti" Agaknya ketika ia berkali-kali menoleh ke belakang
saat aku membuntutinya tanpa bisa dilihat, ia te lah mengambil
kesimpulan dan kini sedang melakukan pancingan.
Maka aku pun bertahan untuk tidak bergerak sama sekali,
tetapi dengan mataku tetap mengikutinya, karena betapapun
bagiku dialah satu-satunya harapan untuk mendapatkan Kitab
Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam dalam waktu singkat. Meskipun
telah diketahui betapa kediaman Mahaguru Kupu-kupu Hitam
berada di Shangri-La, tetapi tentulah tidak dalam pengertian
bahwa setiap orang di tempat itu mengetahuinya. Selama ia
tidak membuka perguruan, maka itu berarti Mahaguru Kupu-
kupu Hitam tidak berhubungan dengan orang awam sama
sekali. Dalam dunia persilatan, pengertian tidak berhubungan
dengan orang awam bisa berarti dua; pertama, bahwa ia
memang menghindari dunia ramai dengan mengembara atau
mengasingkan diri ke berbagai tempat terpencil; kedua, jika
berada di tengah dunia ramai ia akan selalu menghindar untuk
dikenal sebagai orang dunia persilatan atau seorang pendekar,
karena memang menyembunyikan dirinya di balik kehidupan
sehari-hari. Dalam hal Mahaguru Kupu-kupu Hitam, tentulah ia
telah melakukan cara hidup yang terakhir itu, bahwa ia tinggal
di Shangri-La tetapi tidak seorangpun penduduknya akan
mengira betapa dialah Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang
ternama. Maka, di Shangri-La, kita tidak dapat begitu saja bertanya
di jalanan. ''Maafkan sahaya, Puan, di manakah kiranya kediaman
Mahaguru Kupu-kupu Hitam"''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Perlu diingat kembali betapa nama Mahaguru Kupu-kupu
Hitam itu pun adalah yang diambilnya dari nama gurunya,
bukan karena membuka perguruan seperti kakak kandung dan
kakak seperguruan yang telah memutar balikkan kenyataan
tersebut. Bukan Mahaguru Kupu-kupu Hitam mencuri Kitab
Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam, melainkan Mahaguru Kupu-kupu
yang mencuri Kitab Pengantar dan Cara Membaca Kitab Ilmu
Silat Kupu-kupu Hitam. Memang tak dapat kupegang dan tak
sempat kuselidiki pernyataan mana di antara keduanya yang
paling benar, tetapi jelas bahwa adalah Mahaguru Kupu-kupu
yang telah berlaku jahat kepadaku, dan tidak begitu yang
kualami dengan Mahaguru Kupu-kupu Hitam.
Adalah Mahaguru Kupu-kupu Hitam ini, yang ternyata
bukan mengambil tetapi mendapat warisan nama yang sama
dari gurunya, sedangkan Mahaguru Kupu-kupu takpernah
berani menambahkan kata Hitam, tentu karena merasa belum
menamatkan Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam. Itulah kisah sedih
warisan Mahaguru Kupu-kupu Hitam Tua, murid yang satu
membawa lari Pengantar dan Cara Membaca Kitab Ilmu Silat
Kupu-kupu Hitam sebelum menamatkan pelajaran, murid yang
lain menamatkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam tanpa
kitab pasangan yang menjamin ketepatan pembelajaran.
Pedang Kilat berkelebat. Agaknya ia memang berusaha
mengecoh, seandainya benar terdapat bayangan berkelebat
yang sejak tadi mengikutinya. Tidak kuketahui apakah kini ia
sudah yakin tiada yang mengikutinya lagi, tetapi tetap
kupasang ilmu halimunan, yang membuat diriku dapat
berkelebat di balik kebeningan.
Perempuan pendekar yang menyoren pedang di punggungnya itu melayang lebih jauh lagi masuk ke dalam
hutan. Ia melayang dengan indah dan ringan, tetapi bagi
pencari kayu hanya akan tampak sebagai bayangan berkelebat
di balik pepohonan. Aku membayanginya dengan ketat, tetapi
tetap dengan suatu jarak, yang ternyata memang benar harus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kulakukan, karena suatu bayangan lain kemudian berkelebat
menyusulnya. Aku segera menahan lajuku, menyaksikan kedua sosok
bayangan yang berkelebat itu melayang bersama bagaikan
sepasang burung elang. Mereka melenting ringan ke atas
pucuk-pucuk pepohonan, melenting lagi ke puncak tebing
bersalju, lantas melesat secepat kilat ke arah barat laut, yang
sejauh kuingat dari petunjuk Golok Karat dulu artinya
langsung menuju Shangri-La.
(Oo-dwkz-oO) Dalam laju perkelebatan mereka itu, keduanya kudengar
bertukar kata dalam bahasa Negeri Atap Langit. Suara orang
yang baru datang ini adalah suara seorang pria.
''Jadi benar dia yang disebut Pendekar Tanpa Nama"''
''Dari kecepatan maupun caranya membunuh orang-orang
bayaran Golongan Murni, sudah jelas sebelumnya ia berpura-
pura bodoh saja sebagai teman pesilat bernama Golok Karat.
Aneh sekali dirinya tidak menyamar sebagai orang bernama


Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saja!'' ''Memang aneh, sama-sama dari Ho-ling dan sama-sama
tak bernama, sebetulnya itu terlalu kentara. Benar juga!
Mengapa ia harus bertahan tanpa nama meski dalam
penyamaran pula"''
''Ia mengandalkan sikapnya yang berpura-pura bodoh dan
memang meyakinkan pula, hampir saja daku ditipunya!''
''Mendengar cerita dikau, daku memang curiga, untunglah
dikau menurut kata-kataku dan mengerahkan jaringan mata-
mata kita untuk mengikutinya.''
Ah! Jaringan mata-mata! Itulah agaknya yang menjadi
jawaban dari banyak pertanyaanku! Mengapa aku sampai
melupakannya" Namun kukira banyak jaringan rahasia saling
bersilang dalam rangkaian peristiwa di wilayah Tiga Sungai
Sejajar ini. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Diriku dan Golok Karat dua kali berhadapan dengan
gerombolan penyamun terbang, dan dalam dua kali itu,
termasuk yang dibantu pembantaiannya oleh Pedang Kilat,
para penyamun yang mencegat kami habis tuntas tanpa sisa.
Mengapa ketika kami diringkus saat sedang tidur, diketahui
belaka keterlibatan kami dengan peristiwa itu"
Aku kira harus mata-matalah jawabannya. Jika pada
peristiwa pertama mungkin Pedang Kilat sendiri yang
menyebarkan berita, pada peristiwa kedua sangat mungkin
terdapat mata-mata di antara para peziarah. Mungkin juga
seorang petugas rahasia yang tidak kami ketahui keberadaannya menyampaikan peristiwa itu, melalui mata
rantai petugas rahasia yang menyusup di antara para
peziarah, yang sepanjang jalan ke Danau Bita kami temui
sepanjang malam.
Juga setelah kami dibawa ke dalam bangunan tua itu,
mengapa begitu cepat gerombolan penyamun lain menyusul
dan membantai yang sebelumnya" Gerombolan penyamun
pertama menghubungkan dirinya dengan Mahaguru Kupu-
kupu Hitam sebelum dibantai, gerombolan penyamun kedua
dibantai Mahaguru Kupu-kupu Hitam sendiri, sebelum orang-
orang bayaran Golongan Murni, baik para pendekar maupun
golongan hitam, menyerang Mahaguru Kupu-kupu Hitam
dengan bola-bola peledak yang akhirnya meruntuhkan
bangunan tua itu.
Jaringan petugas rahasia bekerja sama cepat seperti
pendekar yang berkelebat, tanpa pernah terlihat keberadaannya. Maka segala perubahan dan perkembangan
tersampaikan dengan segera. Masih kuikuti percakapan
mereka sambil berlari di dalam angin dan me layang-layang di
udara. ''Mahaguru Kupu-kupu Hitam sebetulnya bermaksud
menjadi bhiksu dalam upacara Hari Magha Puja, dan para
bhiksu siap mencukur rambutnya pagi ini, ketika suatu pesan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengarahkannya ke bangunan tua itu.'' ''Pesan apa" Dari siapa"''
Namun belum sempat kawannya yang belum kulihat
wajahnya itu menjawab, keduanya mendadak saling
menepukkan tangan, Pedang Kilat dengan tangan kiri dan
kawannya dengan tangan kanan, sehingga keduanya terlontar
ke kiri maupun ke kanan dengan cepat sekali, yang ternyata
untuk menghindari ribuan jarum beracun dari depan!
Akibatnya, ribuan jarum yang bersuit mengerikan itu
langsung melesat ke arahku!
Sekali jejak aku melenting ke atas.
Ribuan jarum lewat di bawah kakiku dengan suara yang
sebagian seperti mulut yang mengeluarkan embusan dan
sebagian lagi masih bersuit-suit seolah setiap jarum yang
tentu beracun itu memiliki kehendak yang hidup, yakni
kehendak untuk menancapkan dirinya pada suatu sasaran...
Aku masih berlindung di balik kebeningan, tetapi kini
tampak jelas wajah kawan Pedang Kilat itu, ternyata dia
adalah pemilik kedai tempat aku menginap bersama Golok
Karat. Benar jugan dugaanku, kedai itu merupakan kedai
mata-mata, tempat Pedang Kilat telah menyamar sebagai
pelayan dan pemilik kedai itu sudah jelas hanya berpura-pura
tidak mengerti bahasa Negeri Atap Langit.
''Jarum sihir,'' desisnya pula dengan bahasa Negeri Atap
Langit, ''jarum-jarum itu tidak dilempar, melainkan dikendalikan dari jauh, dan tentunya bukan kita pula yang
menjadi sasarannya, karena jika kita yang menjadi sasaran
dan kita menghindar, jarum-jarum beracun itu akan berbelok
atau bahkan berbalik mengikuti kita.''
TANPA ilmu yang tinggi, tidak mungkinlah ia mampu
membaca suatu tindakan sihir dengan cara seperti itu bukan"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Jadi siapakah kiranya sasaran jarum-jarum yang ganas
itu"'' Pedang Kilat bertanya dengan masih terengah-engah,
tampaklah betapa dengan kemampuannya yang luar biasa itu,
tingkat ilmunya masih berada di bawah lelaki paruh baya yang
menyamar sebagai pemilik kedai tersebut.
''Tentulah lebih dari satu orang, dan pastilah berada di
Danau Bita.'' ''Siapa saja"''
Itulah juga pertanyaanku. Siapa saja"
''Apakah masih penting siapa" Urusan kita sekarang adalah
mengambil kitab itu. Kita harus cepat, karena berita kematian
Mahaguru Kupu-kupu Hitam pasti akan segera tersebar, dan
tiada jam inan bahwa tidak akan ada para pemburu kitab yang
sudah lama mengincarnya untuk digandakan dan diperjualbelikan.''
Mereka pun segera berkelebat dan melayang kembali, yang
meski bagiku tampak indah dan pelan, aku pun tahu
sesungguhnyalah mereka melesat cepat sekali.
Di balik kebeningan, aku juga me lesat dengan ilmu Naga
Berlari di Atas Langit. Begitu cepatnya laju kelebat berdaya
seribu naga ini, sehingga aku terpaksa melambatkan diri agar
tidak menyalip mereka tanpa. Aku melayang sangat amat
pelan dengan kecepatan sangat amat tinggi, sesungguhnyalah
berada terlalu dekat di belakang mereka berdua, dan segala
percakapannya masih juga serbaterdengar belaka.
''Jarum-jarum sihir itu tidakkah akan salah mengenai
sasarannya"'' Pedang Kilat bertanya.
''Jika namanya saja jarum sihir, tentulah tidak akan bisa
lebih tepat lagi.''
''Tidakkah tadi pun kita nyaris dirajamnya"''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Mungkin saja, seharusnya jika pengirim jarum-jarum sihir
ini ilmunya cukup tinggi, seperti peristiwa tadi, jarum-jarum itu
bisa berbelok sendiri sebelum mengenai tubuh kita dan
meneruskan perjalanannya, tetapi mungkin dibiarkannya saja
jarum-jarum tadi itu merajam kita, tentu karena masih banyak
lagi yang tetap meluncur ke sasarannya.''
''Daku masih penasaran siapa, karena para mata-mata kita
sebaiknya mengetahui segalanya yang terjadi di sana,
Paman.'' Nah, ternyata orang itu dipanggilnya Paman, meski itu
tentu bukan namanya, dan belum tentu pula memang
pamannya. ''Bagaimana mungkin kita tahu siapa bermusuhan dengan
siapa, apalagi jika berlangsung secara rahasia pula,'' sahut
yang disebut Paman tersebut, ''lebih penting dikau ketahui
bahwa yang mengirimkan jarum-jarum itu tentunya berada di
Shangri-La.'' ''Hah"'' ''Dan tentu dia tahu kita sedang menuju ke sana, karena
mata para penyihir berada bersama benda maupun makhluk
kirimannya itu.''
''Tahukah dia keberadaan kitab itu, dan tahukah dia
tentang tujuan kita yang datang untuk mengambilnya"''
''Itu yang belum dapat kita pastikan, karena belum tentu di
sana orang mengenali Mahaguru Kupu-kupu Hitam.''
''Paman, bagaimana kalau dia bukan hanya tahu, tetapi
telah mengambil kitab itu lebih dulu"''
''Tentu saja kita harus mencari dan menempurnya, kita
tidak mengarahkan Golongan Murni agar dapat menjebak
Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu tanpa hasil yang sudah kita
rencanakan dengan matang.''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Seperti diingatkan oleh sesuatu, mereka segera melaju dan
menggebu dengan kecepatan tinggi, tak terhalangi kenyataan
betapa angin bertiup kencang dari depan, dan dengan
kecepatan yang menyamai kecepatan suara seperti itu maka
di beberapa tempat menimbulkan buny i ledakan.
Maka aku pun melaju dengan kecepatan yang sama, tetap
berada di belakang mereka sambil melangkah dengan pelan,
tetapi dengan kecepatan yang tinggi,
tanpa harus menimbulkan suara ledakan, karena Jurus Naga Berlari di Atas
Langit yang kugunakan memang memungkinkannya.
Sedikit demi sedikit, dengan agak meraba-raba, mulai
terbayang gambaran permainan kekuasaan yang berlangsung
di wilayah Tiga Sungai Sejajar ini, yang secara berganti-ganti
secara resmi dikuasai oleh Negeri Atap Langit dan Kerajaan
Tibet. Namun kekuasaan manapun tidak pernah diakui oleh
suku-suku terasing itu, seperti juga pemerintahan Wangsa
Tang yang menguasai istana di Chang'an sekarang ini.
ADAPUN karena pembangkangan seperti itu tidak bisa
diterima, maka secara berkala maupun secara bersungguh-
sungguh dari waktu ke waktu dikerahkan pasukan untuk
menundukkan Suku Lisu, Suku Naxi, Suku Han, Suku Y i, Suku
Bai, Suku Nu, dan banyak lagi, sekitar duabelas suku,
termasuk orang-orang Tibet sendiri di wilayah itu, yang tentu
taksudi membayar pajak kepada Wangsa Tang. Telah diketahui betapa segala serangan itu selalu gagal,
bahkan sebaliknya adalah pasukan pemerintah yang porak
poranda dalam gempuran manusia-manusia terbang.
Keadaan alam wilayah Tiga Sungai Sejajar dengan puncak-
puncak bertebing curam itu tidak memungkinkan dikerahkannya pasukan berjumlah besar, sehingga kemudian
lebih sering dikirim regu-regu penyusup kecil yang tentunya
memang lebih mangkus dan sangkil untuk mengacaukan
pemukiman suku-suku itu, untuk membunuh sejumlah
pemimpin, membakar pondok, dan menyebarkan ketakutan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun, demikianlah disebutkan, berkat bimbingan Mahaguru Kupu-kupu Hitam, suku-suku yang terbiasa saling
menyerang tetapi bersatu padu jika musuh datang itu, berhasil
menangkal setiap serangan, bahkan tak jarang menangkap
basah dan menghukum mati para penyusup itu.
Maka pemerintah Wangsa Tang bagai telah menjadi
maklum, betapa wilayah itu memang sulit ditundukkan, dan
justru karena itu wilayahnya sengaja dibiarkan tetap terpencil.
Golongan Murni, yang jaringannya semakin merambah ke
mana-mana, dan mengetahui kebijakan ini, dengan segala
keangkuhan yang dimilikinya tidak bisa menerima kekalahan
ini, dan mengerahkan segala daya untuk membunuh
Mahaguru Kupu-kupu Hitam.
Seperti telah kudengar, jaringan rahasia yang bekerja untuk
Golongan Murni berusaha keras untuk memperdalam
permusuhan empat suku utama di sana, yakni Han, Yi, Naxi,
dan Lisu; memecah belah penyamun terbang menjadi
beberapa kelompok yang tidak saling mendukung, karena
bahkan penyamun terbang akan ikut berpihak kepada
pemukim setempat bila diserang; antara lain dengan
menghubungkan salah satu kelompoknya kepada Mahaguru
Kupu-kupu, agar pendekar tua itu tercemar namanya dan
dijauhi suku-suku itu.
Namun Golongan Murni pun tidak dapat menguasai
keadaan sepenuhnya, karena jaringan rahasia yang bekerja
sama dengannya tidak bertugas atas dasar kesetiaan,
melainkan sepenuhnya karena uang, selain juga berbagai
kepentingan. Dari kata-kata lelaki paruh baya yang disebut
oleh Pedang Kilat sebagai Paman itu, tampaknya mereka telah


Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membantu rencana penjebakan Mahaguru Kupu-kupu Hitam,
tetapi dengan tujuan meraih keuntungan bagi diri mereka
sendiri, yakni mendapatkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam.
(Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
DARI jauh tampaklah Shangri-La yang penuh dengan
stupa. Bahkan dari jauh pun terdengar mantra yang bagaikan
terpantul dari langit.
om mani padme hum
Shangri-La bagaikan suatu wihara raksasa dengan ribuan
bhiksu yang seperti sedang melakukan upacara, tetapi yang
tidak dapat kucermati seperti apa karena kilauan cahaya
berkeredap yang seperti nyaris membutakan mata.
Segera kulepaskan ilmu halimunan, selain karena lapisan
kebeningan justru semakin memantulkan cahaya yang
membutakan itu, juga karena sudah berlimpah lapisan cahaya
tempat aku bisa bersembunyi di baliknya. Cahaya berkilauan
yang berkeredap di atas kota itu membuat segalanya bagaikan
bergerak lebih cepat. Pedang Kilat masih dalam keadaan
melayang ketika kulihat ia mencabut pedangnya yang berkilat
itu dan segera terdengar suara logam beradu.
''Aaaakkh!'' Terdengar jerit kesakitan dan cipratan darah di udara.
Rupanya senjata Pedang Kilat te lah membelah dada seseorang
yang melesat takk alah cepat dalam serangannya yang sangat
tiba-tiba. ''Aaaaakkkhgh!''
Terdengar lagi suara jeritan lain, dan darah menciprat
semburat ke langit dari luka yang lebih parah. Tetesan
darahnya jatuh ke bumi seperti hujan, dengan sangat amat
pelahan, seperti memberi kesempatan kepada siapapun yang
lewat ke bawah untuk berlari menghindarinya. Setelah itu
barulah tubuh terbelah sang korban, tidak jelas lelaki atau
perempuan, melayang turun perlahan-lahan, dengan mulut
yang tampak seperti berterak kesakitan, tetapi tanpa suara
sama sekali. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Agaknya senjata lelaki paruh baya itu, sepasang belati
panjang yang berkilat-kilat, telah pula menelan korban, dan ini
sungguh bukan waktu untuk diam, karena dari bawah segera
berkelebat penyerang baru, lebih dari satu, yang juga
menyerang Pedang Kilat.
"AHA! Rupanya Belati Sakti dari Gunung Merah turun
gunung karena ingin memiliki Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu
Hitam! Untuk siapakah kitab itu kiranya nanti" Untuk dirimu
sendiri ataukah keponakanmu yang cantik itu" Huahahahahaha!"
Namun tawa itu tak bisa terbahakkan terlalu lama, karena
pemilik kedai yang rupanya pendekar bergelar Belati Sakti dari
Gunung Merah itu telah menggulungnya dengan jurus-jurus
mematikan dari kedua belati panjangnya yang berkilauan,
sementara Pedang Kilat bahkan menghadapi dua lawan
berpasangan yang masing-masing membawa dua golok, dan
kini keempat-empat golok itu menggulung Pedang Kilat dari
segala jurusan.
Belati Sakti dari Gunung Merah dan Pedang Kilat sejak
kedatangannya tadi belum menginjak bumi sama sekali,
begitu juga dengan diriku yang mengikuti di belakangnya,
yang setiap kali harus mengelak untuk tidak terlibas sosok-
sosok bayangan berlesatan, karena pertarungan perebutan
Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam agaknya sudah berlangsung.
Dengan ilmu meringankan tubuh, setiap pendekar yang nyaris
bersamaan tiba dari segala penjuru ini bisa tetap berada di
udara melalui saling sentuhan dengan senjata-senjata
lawannya. Ribuan bhiksu di bawahnya memberlangsungkan
upacara Hari Magha Puja, tetapi berbeda dari para bhiksu di
Kuil Shaolin yang mengerti ilmu s ilat, para bhiksu di bawah itu
seperti tidak menyadari sama sekali betapa suatu pertarungan
antara hidup dan mati, di antara banyak pihak yang saling
menyerang satu sama lain sedang berlangsung Ribuan bhiksu tetap tenggelam dalam mantra suci.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
om mani padme hum
Kuingat Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu berkata, betapa dia
meletakkan kitab itu di tempat terbuka, yang membuat siapa
pun bisa melihat bahkan membuka-bukanya.
"Tetapi tidak berarti siapa pun boleh mencurinya."
Itulah yang membuat Mahaguru Kupu-kupu Hitam diceritakan
kembali dalam berbagai perbincangan di kedai, dan
dimanfaatkan oleh Mahaguru Kupu-kupu ketika menceritakannya
kembali kepadaku, bahwa ia suka membunuh siapa pun yang datang untuk berguru kepadanya.
Adapun yang terjadi, siapa pun yang ditolaknya untuk
berguru, selalu saja berusaha mencuri kitab itu, dan
tampaknya memang selalu terbunuh.
Agaknya yang datang memang bukan orang yang dengan
jujur ingin berguru seperti Golok Karat, melainkan para
pencuri kitab, yang akan mendapatkan keuntungan besar jika
berhasil mencuri, menggandakan, dan memperdagangkannya.
Aku bahkan pernah mendengar bahwa dalam perdagangan
kitab-kitab ilmu silat curian ini, seseorang bisa menjualnya
bukan sebagai ilmu silat yang utuh, melainkan dari jurus ke
jurus. Adapun harga setiap jurus dalam lembaran terpisah itu
pun bisa sangat mahal harganya.
Tidaklah mengherankan jika berita kematian Mahaguru
Kupu-kupu Hitam yang segera tersebar dibawa angin, telah
mengundang para pemburu kitab itu, yang juga datang
menunggang angin dan begitu tiba langsung saling
menyerang. Aku melesat jungkir balik ke atas menghindari
berbagai bayangan yang berkelebat dalam pertarungan di
antara kilau cahaya berkeredapan.
Begitulah aku me layang-layang di antara para pendekar
yang bertarung, dengan mata mencari tempat keberadaan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam yang menjadi sumber
perkara itu. Di ruang begini luas dengan ribuan bhiksu
berjubah merah dan kuning yang bergumam, di manakah
kiranya terdapat sebuah kitab yang disebutkan terbuka untuk
dilihat dan dibaca semua orang"
om mani padme hum
Dalam gumam mantra yang membubung, hanya kesilauan
yang terpandang di antara dentang logam, darah bercipratan,
dan kilau-kilau cahaya yang berkeredap membutakan.
(Oo-dwkz-oO) Episode 207 : ga ada
(Oo-dwkz-oO) Episode 208: [Impian dalam Perdebatan]
Pertarungan yang sudah menjadi tidak terlalu jelas antara
siapa melawan siapa, yang berlangsung tanpa pernah
menyentuh bumi ini akhirnya bisa kulacak asal-usulnya,
DI antara banyak bangunan di pelataran batu luas terbuka
yang dipenuhi para bhiksu itu, terdapatlah suatu bangunan
empat tiang tanpa dinding dengan lantai tinggi, seperti balai
pertemuan tempat seorang guru memberi pelajaran. Namun
tiada seorangpun berada di dalam bangunan itu sekarang,
kecuali sebuah kitab kain gulungan, yang tiada lebih dan tiada
kurang memang adalah Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam
yang sedang diperebutkan semua orang dengan pertaruhan
nyawa. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Itulah rupanya kitab yang menurut Mahaguru Kupu-kupu
Hitam berada di tempat terbuka dan bebas untuk dibuka-buka
dan dibaca siapapun jua yang berminat mempelajarinya, asal
jangan mencurinya, karena pada saat kitab itu terangkat oleh
siapapun yang berniat mencurinya, dapat dipastikan Mahaguru
Kupu-kupu Hitam sendiri akan membunuhnya.
Kini, ketika bahkan telah kusaksikan Mahaguru Kupu-kupu
Hitam tewas secara mengenaskan oleh persekongkolan
Golongan Murni dan dituntaskan oleh manusia ikan,
tampaknya tetap berlangsung ketentuan serupa, bahwa
siapapun yang bahkan masih bermaksud saja mengambil kitab
itu langsung terancam nyawanya oleh seseorang yang lain.
Agaknya di tengah gumam puja yang membubung ke
udara, sesosok bayangan yang sebelumnya melenting dari
genting ke genting di kota wihara Shangri-La telah berkelebat
menukik ke bawah ke arah kitab yang tergeletak pada
bangunan terbuka itu, tetapi yang sebelum masuk ke bawah
atapnya telah disambar sesosok bayangan lain yang
bermaksud membunuhnya sebelum mengambil kitab itu pula.
Belum usai kedua sosok bayangan yang berkelebat itu
bertarung tanpa bisa diikuti oleh mata orang biasa di antara
keredap kilauan cahaya, telah berkelebat pula sesosok
bayangan dari atas genting yang mengambil kesempatan
dalam kesempitan untuk menyambar kitab itu. Namun bukan
saja kedua sosok bayangan yang sedang bertarung itu akan
segera menghalanginya dengan hamburan jarum-jarum
beracun dan lesatan pisau terbang, tetapi sesosok bayangan
lain telah pula menyerang dan mencegahnya untuk mengambil
kitab itu, agar dapat diambilnya sendiri pula -tetapi karena
yang diserang bukan sembarang pendekar agaknya, maka
bukan saja jarum-jarum beracun dan pisau terbang berbalik,
tetapi juga penyerang baru yang terakhir itu tewas muntah
darah, dan kedua sosok bayangan yang sedang bertarung itu
diserangnya pula.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Begitulah keadaannya sebelum maupun sesudah Pedang
Kilat dan Belati Sakti dari Gunung Merah tiba, karena empat
sisi bangunan terbuka tempat kitab itu berada bagaikan
memancing segala penyusup memasukinya, yang sekaligus
berarti sesosok bayangan lain akan berkelebat menyerangnya
pula. Demikianlah terus berlangsung di antara gumam ribuan
bhiksu dan kilau cahaya yang berkeredapan, yang betapapun
cukup bagiku untuk melakukan perhitungan ke belakang
tentang bagaimana pertarungan saling bersilang yang sangat
berbahaya dan tidak dapat diikuti mata ini berlangsung.
Tentu bayangan berkelebat yang berdatangan itu bukan
tiada habisnya, bahkan bagiku dengan jumlah yang
berdatangan ini pun sudah terlalu banyak rasanya. Sangat
mengherankan bagiku betapa cepat berita kematian Mahaguru
Kupu-kupu Hitam di atas rakit di tengah Danau Bita itu
tersebar, sehingga bahkan Pedang Kilat dan Belati Sakti dari
Gunung Merah yang sangat tahu menahu, bahkan dapat
dikatakan ikut membunuhnya pula, dapat didahului orang lain
di tempat terdapatnya kitab yang menjadi tujuan pembunuhan
rahasia mereka itu. Meskipun jaringan mata-mata merupakan
dugaanku terbaikku, aku tidak membayangkan betapa
beritanya akan mencapai begini banyak orang sebelum
pembunuhnya sendiri tiba di Shangri-La.
Gumam mantra suci masih membubung dalam pradaksina
para bhiksu yang terus berputar, berputar, dan berputar...
om mani padme hum
Pertarungan antara berbagai bayangan memang tidak kasat
mata, tetapi ketika korban dengan dada tersayat dan
darahnya menciprat ke udara berjatuhan, tetaplah akhirnya
jatuh ke bumi, di atas genting untuk akhirnya menggelinding
ke bawah; di tempat terbuka untuk diam selama-lamanya
dengan pisau terbang menancap di tengkuknya; atau juga
berdebum di antara para bhiksu yang sedang melakukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pradaksina. Namun para bhiksu itu agaknya tidak merasa
perlu menjadi gempar, apalagi panik dengan jatuhnya orang-
orang yang menyoren pedang dari balik cahaya berkilauan itu,
karena ternyata mereka terus memberlangsungkan
upacaranya, dan arus pradaksina hanya menjadi tersibak
karena tiada seorang bhiksu pun yang ingin melangkahi atau
menginjak para pemburu kitab yang sudah perlaya itu.
DEMIKIANLAH bagaikan dari langit melayang turun mayat-
mayat terakhir yang seringan kapas, yang ketika terjerembab
menyentuh bumi pun melenting kembali bagaikan tubuhnya
hanya berisi udara. Tubuhnya melenting, cipratan darahnya
melenting, senjatanya pun melenting, seperti melawan tarikan
bumi, meski akhirnya tetap saja terbujur kaku beku karena
memang sudah tiada bernyawa lagi.
Di antara keredap cahaya berkilauan aku tercenung, karena
keadaan ternyata tidak merelakan diriku tenggelam dalam
kemewahan untuk berpangku tangan. Dalam kemelut
pertarungan saling bersilang penuh kelebat bayangan saling
menyambar penuh ancaman, jika diriku tanpa sengaja
terperangkap di tengahnya, karena taksempat menghindar
terpaksalah kuberikan kepada siapa pun yang menyambarku
kibasan kematian. Korbanku itulah yang mati melayang tanpa
bobot, karena Jurus Kibasan Naga Menghampakan Udara yang
akan keluar dengan sendirinya tanpa dipikirkan dalam
desakan. Kemudian, hanyalah Pedang Kilat dan Belati Sakti dari
Gunung Merah yang tetap bertahan. Mereka hinggap di
puncak stupa yang berseberangan dan saling berpandangan.


Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tahukah mereka betapa seseorang yang tidak kelihatan, yakni
diriku, telah ikut mengurangi jumlah lawan"
Namun dapat kubaca dalam pandangan mereka dari balik
kilauan, pikiran mereka hanya tertuju kepada Kitab Ilmu Silat
Kupu-kupu Hitam...
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maka Pedang Kilat pun melayang turun langsung masuk ke
dalam, sementara Belati Sakti dari Gunung Merah tetap
berada di puncak stupa untuk menjaga kemungkinan. Aku
mengerti, lelaki paro baya yang telah mengelabuiku sebagai
pemilik kedai itu berjaga atas kedatangan bayangan
berkelebat yang kiranya mungkin saja akan menyambar
Pedang Kilat, seperti yang sudah berlangsung dalam
pertarungan saling bersilang nan seru beberapa kejap mata
sebelumnya. Belati Sakti dari Gunung Merah, yang telah kusaksikan
kepiawaiannya memainkan sepasang belati panjang berkilauan, yang begitu cepat geraknya sehingga senjatanya
dapat membabat tanpa ternoda oleh darah, tampak
mengawasi arah lenyapnya Pedang Kilat ke balik atap dengan
tajam. Siapa pun berusaha mengusik Pedang Kilat, pastilah
akan segera tewas dengan luka sayatan mematikan.
Aku masih menunggu dan harus menunggu, karena
terhadap kitab itu pun diriku mempunyai kepentingan. Aku
harus mendapatkannya karena merupakan syarat pembebasan
Yan Zi dan Elang Merah seperti yang diajukan Mahaguru
Kupu-kupu. Maka aku pun menyaksikan sesosok bayangan berkelebat.
Ia berkelebat lebih cepat dari cepat sehingga tak sempat
kulihat dengan jelas sosoknya, tetapi dengan cukup jelas
kulihat ia menyentuh tengkuk Belati Sakti dari Gunung Merah
yang ternyata tidak menyadari kehadiran bayangan ini sama
sekali. Ketika Pedang Kilat me lenting ke puncak stupa sambil
membawa kitab, Belati Sakti dari Gunung Merah memang
masih berdiri dengan keseimbangan penuh, tetapi sudah tidak
bernyawa lagi. Mungkin Pedang Kilat sempat heran karena tiada gerakan
sama sekali dari Be lati Sakti, tetapi belum lagi kakinya hinggap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
di atap stupa, kitab yang dipegangnya telah lenyap dari
tangannya. Lantas terdengar ledakan tawa membahana. ''Huahahahahahaha! Kalian kira begitu mudah mengalahkan
pemilik Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam" Huahahahahahaha!''
Pedang Kilat yang telah hinggap wajah cantiknya menjadi
pucat pasi. Bukan saja karena saat itu Belati Sakti dari Gunung
Merah ambruk dan menggelinding jatuh ke bumi, tetapi tentu
karena di stupa di seberangnya telah hinggap pula Mahaguru
Kupu-kupu Hitam!
Ia memegang gulungan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam.
''Cobalah kalian pikirkan,'' ujarnya, ''apakah pantas kitab ini
dimiliki oleh pembunuh licik seperti kalian"''
Pedang Kilat melayang ke bawah, ke arah tubuh Belati
Sakti dari Gunung Merah yang telah menyibakkan arus
pradaksina para bhiksu, dan meratapinya.
''Paman!'' Namun lelaki paro baya yang disebutnya Paman itu telah
pergi, tanpa sempat menikmati segenap rencana rinci yang
semula tampaknya berhasil, bahkan tak disadarinya betapa
rencana itu berakhir dengan kegagalan. Mahaguru Kupu-kupu
Hitam sama sekali tidak mati.
Pedang Kilat menangis tersedu-sedu di tengah bubungan
mantra para bhiksu yang meski arusnya tersibak sama sekali
tidak berhenti.
om mani padme hum
Mahaguru Kupu-kupu Hitam memandangi Pedang Kilat yang
menangis tersedu-sedu. Takdapat kubaca makna pandangan
pada wajah tokoh persilatan itu. Dalam dunia persilatan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tempat nyawa melayang tak dibicarakan lagi, masihkah perlu
bersedih untuk kepergian satu nama lagi"
Kulihat ia menghela napas panjang.
Ya...kulihat ia menghela napas panjang ketika melihat
Pedang Kilat dengan masih tersengguk-sengguk dan
bersimbah airmata akhirnya mengangkat tubuh Belati Sakti
dari Gunung Merah itu dan tanpa menoleh lagi berjalan pergi
mengikuti arus para bhiksu. Sempat kulihat bahwa sebelum
mengangkatnya, Pedang Kilat mengambil sepasang belati
panjang berkilauan itu, dan menyelipkannya di pinggangnya
sendiri. Ia berjalan membawa tubuh lelaki yang disebutnya Paman
itu, mengikuti arus bhiksu yang masih terus menggumamkan
mantra dan berputar mengikuti pradaksina. Apabila kemudian
ia akan berada di balik stupa utama yang dikelilingi para
bhiksu ini, kutahu belaka ia tidak akan muncul kembali,
sampai tiba saat ia merasa mampu membalas dendam.
Tinggal diriku di puncak stupa di balik cahaya berkilauan.
Aku pun menggeser kedudukanku, keluar dari kilau kemilau
menyilaukan itu dan memperlihatkan diri.
Mahaguru Kupu-kupu Hitam masih menatap ke arah
Pedang Kilat menghilang, membelakangi diriku, tetapi
berbicara kepadaku.
''Bahkan mereka semua bicara tentang Ilmu Silat Kupu-
kupu Hitam yang bersumber dari cerita tentang Zhuangzi,
bahwa tidak dapat diketahui apakah Zhuangzi adalah kupu-
kupu yang bermimpi jadi Zhuangzi, ataukah memang Zhuangzi
yang bermimpi jadi kupu-kupu, yang dalam ilmu silat menjadi
sulit dibedakan manakah sosok bayangan dan manakah sosok
kenyataan, karena dalam Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam sosok
bayangan adalah sama nyatanya dengan sosok dalam
kenyataan.'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku jelas sudah harus mengerti dengan sendirinya, bahwa
Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang dikepung dan dikeroyok
para pendekar maupun orang-orang golongan hitam, tetapi
hanya terpastikan tewas oleh tangan manusia air ketika
terkapar luka parah di atas rakit di Danau Bita itu, tiada lebih
dan tiada kurang adalah sosok bayangan, sebagai dari Jurus
Impian Kupu-kupu dalam Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam.
Tidak heran betapa diriku pun sudah menaruh syak
wasangka, seolah-olah Mahaguru Kupu-kupu Hitam saat itu
terlalu cepat bisa dikalahkan.
Tak dapat diragukan lagi kini, Mahaguru Kupu-kupu Hitam
adalah seorang pendekar yang sakti mandraguna. Mungkinkah
aku mengalahkannya"
''Namun tentunya Anak masih menghendaki kitab ini
bukan"'' Begitulah Mahaguru Kupu-kupu Hitam bertanya sambil
membalikkan badan dan menghadapiku.
''Ampunilah diriku yang tiada bernama ini wahai Sang
Mahaguru yang kesaktiannya tiada terukur, betapapun
kedatanganku memang untuk mengambil kitab itu.''
Barulah kini dapat kutatap sosoknya dengan jelas.
Wajahnya sama belaka dengan Mahaguru Kupu-kupu
kakaknya itu, tetapi tanpa unsur kejahatan sama sekali.
Kurasakan betapa keji segala fitnah yang mengarahkan
gambaran, betapa Mahaguru Kupu-kupu Hitam adalah
seorang pembunuh kejam, yang bahkan begitu tega
membunuh siapapun yang mengajukan diri untuk berguru.
Dalam dunia persilatan, memang banyak mahaguru dari
perguruan besar yang begitu angkuhnya, sehingga tidak akan
sembarangan menerima murid dan akan melakukan penolakan
dengan tegas, tetapi bahkan para guru golongan hitam tiada
akan membunuh siapapun yang datang dengan tujuan
menjadi murid. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mahaguru Kupu-kupu Hitam menghela napas panjang. Ia
mengenakan jubah hitam yang menutup seluruh tubuhnya.
Rambutnya sudah putih seluruhnya, lurus dan panjang,
brewoknya juga seluruhnya putih. Mungkinkah dia berada di
sini sekarang, sementara sosok yang sama belaka kini
mungkin sedang diurus oleh penduduk di sekitar Danau Bita
untuk disempurnakan dalam pembakaran"
''Daku hanya membunuh para pencuri, Anak, jadi daku
tidak mungkin membunuh Anak yang telah memintanya
dengan alasan yang sangat bisa diterima, tetapi diriku pun
rasanya tidak mungkin melepaskan kitab itu begitu saja.''
Aku terkesiap, tetapi aku sungguh siap untuk bertarung
merebutnya. ''Anak, betapapun daku hanya bisa melepaskan kitab ini
kepada orang yang pantas.''
Aku sepenuhnya siap untuk bertarung, tetapi aku tetap
bertanya juga ''Apakah kiranya yang dimaksudkan Sang Mahaguru"''
Ia tersenyum sejenak, tetapi segera menjadi sangat
bersungguh-sungguh.
''Jika tidak, bahkan masih lebih baik bagiku jika kitab yang
telah banyak menumpahkan darah ini kumusnahkan.''
Dadaku berdegup keras. Jika dihancurkannya kitab itu menjadi
abu, akan lenyap kesempatanku menyelamatkan jiwa Yan Zi
dan Elang Merah!
BUKAN Golok Karat, melainkan Iblis Suci Peremuk Tulang
pernah membicarakan ini dan untunglah aku masih
mengingatnya. Kujawab hanya dengan satu kata.
"De."
"Dan dari manakah datangnya De itu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dao."
"Apa hubungan De dan Dao?"
Aku terpaksa mengambil napas dulu sebelum menjawab
sambil mengingat-ingat apa saja yang dikatakan Iblis Suci
Peremuk Tulang.
"Asal mula segala sesuatu adalah Ketakberadaan, bahkan
juga bukan Keberadaan maupun nama apa pun dan dari
sanalah datangnya Yang Tunggal. Ketika Yang Tunggal ini
mengada, terdapatlah Yang Tunggal, tetapi tanpa bentuk.
Ketika segala sesuatu mengada, itu disebut De.
"Jadi De kita yang membuat kita ada. Kita menjadi bahagia
ketika De atau kemampuan alami kita berkembang secara
penuh dan bebas."
Tidaklah harus kusebut betapa peleburan diri dengan alam
inilah yang menghubungkan De dengan Dao.
"Apapun dari alam berada dalam diri dan apapun dari
manusia berasal dari luar. Sapi dan kuda berkaki empat
datangnya dari alam, tetapi tali kendali pada leher kuda dan
hidung sapi datang dari manusia. Mengikuti segala sesuatu
dari alam adalah sumber kebahagiaan dan kebaikan,
sedangkan mengikuti segala sesuatu dari manusia adalah
sumber penderitaan dan kejahatan."
Mahaguru Kupu-kupu Hitam mengangguk-angguk.
"Tentu, tentu, begitulah menurut Zhuangzi, tetapi mengapa
disebutnya kebahagiaan itu nisbi?"
"Secara alamiah segala sesuatunya begitu beragam, yang
sama adalah kebahagiaan sepenuhnya didapat jika dialami
dengan sepenuhnya bebas pula, sedangkan yang membedakan adalah kemampuan alamiahnya dalam keberagaman itu."
"Anak, itu masih terlalu kabur bagiku."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Zhuangzi memberi contoh dengan burung besar dan
burung kecil, kemampuan keduanya jelas berbeda; yang satu
bisa terbang ribuan li, sementara yang lain hanya dari pohon
yang satu ke pohon yang lain, tapi betapapun keduanya
bahagia ketika dapat melakukan apa pun yang dapat dan
senang mereka lakukan."
"Hmm, burung-burung," ujar Mahaguru Kupu-kupu Hitam,
"yang kudengar Zhuangzi bicara tentang bebek dan bangau."
"Zhuangzi juga memberi contoh dengan bebek dan
bangau," kali ini yang kuingat cerita Golok Karat, "kaki bebek
pendek, tapi mereka akan menderita jika kita panjangkan,
sedangkan kaki bangau panjang, dan tentu mereka akan
menderita pula jika kita pendekkan. Kita tidak memotong yang
secara alamiah panjang, dan tidak memanjangkan yang
secara alamiah pendek."
"Tetapi hukum, pemerintahan, dan filsafat juga tidak
alamiah bukan?"
"Memang, hukum, tata nilai, dan pemerintahan dibuat
untuk menegakkan keseragaman dan menekan perbedaan,
tetapi tujuan mulia ini membuat keadaan menyedihkan."
"Anak, ini pun bagiku membingungkan."
"Zhuangzi memberi contoh dengan sebuah cerita. Ketika
seekor burung pantai hinggap di luar kotaraja Lu, seorang
bangsawan menangkap dan memeliharanya, memberinya
anggur di sebuah kuil, dan memainkan bebunyian chiu-shao
untuk menghiburnya, bahkan menyembelih seekor lembu
jantan untuk memberinya makan. Namun burung itu menjadi
bingung dan terlalu takut untuk makan atau minum apa pun.
Dalam tiga hari burung itu pun mati.
"Ini cara memperlakukan burung seperti memperlakukan
diri sendiri, bukan burung sebagai burung. Air adalah
kehidupan bagi ikan, tetapi kematian bagi manusia kalau


Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

harus bernapas di dalamnya. Dibentuk secara berbeda, yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka sukai dan tak sukai pun haruslah menjadi berbeda.
Maka para bijak masa awal tidak membuat kemampuan dan
pekerjaan menjadi seragam. Saat bangsawan itu memperlakukan burung dengan cara yang dianggapnya paling
terhormat, tentu ia bermaksud baik; tetapi hasilnya ternyata
sebaliknya dari yang diharapkan. Inilah yang akan terjadi
ketika peraturan hukum dan tatanilai dipaksakan oleh
pemerintah dan khalayak kepada pribadi seseorang."
"Jadi Zhuangzi menolak pemerintahan?"
"Zhuangzi dengan keras menolak pemerintahan melalui
balai pemerintah resmi, dan tetap menggantikannya dengan
yang dianggap terbaik, yakni me lalui bukan-pemerintah.
Zhuangzi berkata, 'Aku telah mendengar tentang membiarkan
manusia bebas, tetapi bukanlah bebas memerintah manusia.
Pembiaran timbul dari ketakutan bahwa manusia akan
mencemari kealaman-dalamnya dan menyingkirkan De
mereka. Jika manusia tidak mengotori kealaman-dalamnya
dan tidak mengesampingkan De, masihkah dibutuhkan
pemerintahan atas manusia"'
''Orang bijak akan bahagia mencapai kebahagiaan mutlak,
karena ia mengatasi perbedaan antara diri dan dunia, antara
'aku' dan 'bukan aku'. Maka ia takpunya diri. Ia menyatu
dengan Dao, sedangkan Dao tidak melakukan apapun tetapi
tidak ada apapun yang belum dilakukan. Dao tak bernama dan
orang bijak yang menyatu dengan Dao juga tak bernama.''
Mahaguru Kupu-kupu Hitam tersenyum.
''Adakah dirimu bermaksud mengatakan dirimu bijak, Anak,
karena dikau tak bernama"''
''Tentu bukanlah nama dalam pengertian ini yang dimaksud
Zhuangzi, wahai Sang Mahaguru, melainkan dalam kebahagiaan mutlak menyatu dengan Dao.''
''Kebahagiaan mutlak. Hmm. Dikau telah bicara tentang
cara mencapainya, tetapi bukankah Zhuangzi juga bicara
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tentang tiga hal terpenting untuk mencapai kesempurnaan"''
''Ketiganya adalah Sudut Pandang Berhingga, Sudut Pandang
yang Lebih Tinggi, dan Pengetahuan yang Lebih Tinggi.''
Mahaguru Kupu-kupu Hitam tersenyum lagi, tetapi aku
sungguh merasa sulit untuk menduga, apakah kiranya makna
senyumannya itu. Apakah dia merasa senang karena
jawabanku tidak terlalu keliru, ataukah merasa kasihan karena
penguasaanku atas filsafat Zhuangzi hanya sebatas di
permukaan"
''Nah, kalau begitu ceritakanlah kepadaku, Anak, tentang
Sudut Pandang Berhingga,'' kata Mahaguru Kupu-kupu Hitam
itu kepadaku. Maka aku pun membicarakan Sudut Pandang Berhingga.
''Bagaimanakah caranya seseorang bisa menjadi manusia
sempurna" Disebutkan terdapatnya dua tingkat kebahagiaan
maupun dua tingkat pengetahuan.
''Pada mulanya Zhuangzi bicara tentang angin yang
memberikan berbagai macam suara, masing-masing dengan
ciri, apakah itu suara bumi, ataukah juga suara manusia.
Suara bumi dan suara manusia bersama-sama membentuk
suara langit. ''Suara manusia membentuk yen atau kata-kata yang
terucapkan di dunia manusia. Itu berbeda dengan suara bumi
seperti yang disebabkan oleh angin, karena ketika kata-kata
yang terucap mengungkapkan kembali gagasan manusia.
Suara manusia itu mengungkapkan kembali penegasan dan
penyangkalan, maupun pendapat yang diajukan setiap orang
dari sudut pandangnya sendiri yang berhingga -dan karena
berhingga, tentu tidak mencakup semuanya.
''Apa yang bagi pengikut Kong Fuzi benar, bagi pengikut Mo
Tzu pasti salah, dan sebaliknya. Masalahnya, jika Sang
Mahaguru merasa benar dan mengatakan diriku salah,
betulkah Sang Mahaguru benar dan diriku salah" Sebaliknya,
jika diriku merasa benar dan mengatakan Sang Mahaguru
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
salah, betulkah Sang Mahaguru salah dan diriku benar"
Betulkah salah satu di antara kita benar dan yang lain salah"
Mungkinkah kita berdua benar dan kita berdua salah" Kita
berdua sama-sama tidak tahu, dan bagi yang lain pun hanya
terdapat kegelapan.
''Tentu kita berdua bisa bertanya kepada seseorang, tetapi
jika ia sependapat dengan Sang Mahaguru, bagaimanakah
kiranya ia bisa memutuskan" Begitu pula jika ia sependapat
dengan diriku, bagaimana pula ia dapat memutuskan" Kita
bisa juga bertanya kepada seseorang yang sependapat
dengan kita berdua, tetapi karena ia sependapat dengan kita
berdua, bagaimanakah ia akan mengambil keputusan" Kita
akan bisa pula bertanya kepada seseorang yang tidak setuju
dengan kita berdua, dan memiliki pendapatnya sendiri, tetapi
jika demikian halnya, bagaimana pula ia akan mengambil
keputusan"
''Semua pandangan ini adalah nisbi. Jika terdapat
kehidupan, terdapatlah kematian; jika terdapat kematian,
terdapatlah kehidupan. Jika terdapat kemungkinan, terdapatlah ketidak-mungkinan; jika terdapat ketidak-
mungkinan, terdapatlah kemungkinan. Karena ada yang benar
maka ada yang salah, karena ada yang salah maka ada yang
benar. Segala sesuatu bisa berubah dan memiliki banyak sisi.
Betapapun, diyakini terdapat sesuatu yang lebih tinggi,
sehingga tidak perlu lagi mencari yang salah dan benar.
Perdebatan itu akan menjelaskan dirinya sendiri.'' Wajah Mahaguru Kupu-kupu Hitam kini tampak lebih
bersungguh-sungguh.
''Baiklah, Anak, tetapi jelaskan pula bagaimana bisa
terdapat sesuatu yang lebih tinggi"''
Aku baru saja mau membuka mulut untuk melanjutkan
perbincangan tentang filsafat Zhuangzi yang merupakan tahap
ketiga perkembangan Dao, setelah dimulai oleh Yang Chu, dan
disempurnakan oleh Laozi melalui Dao Dejing yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
termasyhur itu, ketika lima bayangan berkelebat ke arah
Mahaguru Kupu-kupu Hitam.
AMUN Sang Mahaguru dalam waktu sekejap sempat
mengibaskan lengan bajunya, dan dari dalamnya meluncurlah
senjata rahasianya, yakni lima kupu-kupu hitam yang kali ini
tidak mengepak sama sekali me lainkan langsung menancap
pada dahi, bagaikan kupu-kupu hitam itu terbuat dari besi.
Kelima penyerang itu saling menancapkan senjata tanpa
nyawa lagi, karena setelah kelimanya tak dapat mengendalikan diri setelah nyawanya pergi, Mahaguru Kupu-
kupu Hitam melesat ke atas dari tempatnya hinggap, sehingga
dengan saling menancapkan senjata tajam seperti itu, golok,
pedang, tombak, kelewang, dan kapak dua sisi, terkuncilah
kelima tubuh itu di puncak stupa.
Ketika Mahaguru Kupu-kupu Hitam turun lagi dari atas
perlahan-lahan, cukup dengan sebelah kakinya ia hinggap
pada ujung puncak stupa itu, dengan tangan kiri masih
membawa gulungan kitab yang diperebutkan semua orang di
dunia persilatan.
Di dinding kubah tempat terdapatnya puncak stupa itu,
mengalir darah dari luka kelima penyerang tersebut, sebagai
harga yang harus dibayar atas keinginan untuk mendapatkan
Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam.
''Hmmh! Mereka yang terlambat rupanya...,'' ujar Mahaguru
Kupu-kupu Hitam, yang lantas kembali memandangku,
''maafkan atas gangguan ini, Anak, sekarang jawablah
pertanyaanku itu.''
Maka aku pun menjelaskan perihal Sudut Pandang yang
Lebih T inggi. (Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Episode 209: [Ujian Filsafat di Puncak Stupa]
Filsafat Zhuangzi sebetulnya tidak bisa disebut begitu saja
sebagai filsafat Zhuangzi, tetapi aku belum mempunyai
kesempatan menjelaskannya karena Mahaguru Kupu-kupu
Hitam dengan pertanyaannya terus-menerus mencecarku.
Mantra ribuan bhiksu bagaikan senandung yang bergelombang
menuju suatu cahaya di balik cakrawala, tetapi pikiranku
terpaku kepada jawaban segala pertanyaan, karena aku tidak
ingin Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu memiliki alasan apa pun
untuk tidak menyerahkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam itu
kepadaku. Aku mencoba berbicara secepat-cepatnya agar ia tidak
sempat menyela dengan pertanyaan menyulitkan yang
membuyarkan ingatan dan pemusatan perhatian. Maklumlah
diriku sebenarnya bukan seorang pelajar filsafat yang fasih,
karena aku terbiasa mempelajarinya sekadar untuk memenuhi
kepentingan mempelajari ilmu s ilat. Demikianlah aku berbicara
tentang Sudut Pandang yang Lebih Tinggi.
''Melihat segala sesuatu dari tempat yang lebih tinggi
artinya melihat segala sesuatu dengan cahaya dari langit,
yang berarti melihat segala sesuatu dari tempat yang
melampaui sudut pandang terbatas, yang adalah Dao.
''Disebutkan, 'Yang ini adalah yang itu, yang itu adalah juga
yang ini. Itu memiliki tata cara benar dan salah, ini juga
memiliki tata cara benar dan salah. Adakah benar-benar
terdapat perbedaan antara ini dan itu" Atau mungkinkah
sebenarnya tiada perbedaan antara ini dan itu"
''Bahwa yang ini dan yang itu berhenti untuk menjadi
berlawanan adalah inti Dao. Hanya inti inilah, poros yang
menjadi pusat lingkaran yang menanggapi putaran yang
melingkar tanpa akhir. Yang benar adalah lingkaran tanpa
akhir, yang salah juga lingkaran tanpa akhir. Manusia yang
berada di pusat lingkaran melihat semuanya, tetapi tidak
terlibat di dalamnya. Ini bukan karena dia hanya diam dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengundurkan diri, melainkan karena melampaui yang
berhingga dan me lihat segala sesuatu dari sudut pandang
lebih tinggi. Zhuangzi memberi contoh, bahwa pandangan
terbatas ibarat katak-sumur yang melihat langit, katak itu di
dalam sumur hanya bisa melihat sebagian kecil langit, dan
mengira hanya sebesar itulah langit.
''Dalam pandangan Dao, segala sesuatu adalah seperti apa
adanya, juga dalam filsafat Zhuangzi disebutkan, eYang
mungkin adalah mungkin, yang takmungkin adalah takmungkin. Dao membuat mereka semua seperti apa adanya.
Apa yang bukan mereka" Mereka bukanlah yang bukan
mereka. Segalanya adalah sesuatu dan adalah baik untuk
sesuatu. Tiadalah yang bukan sesuatu atau tidak baik bagi
sesuatu. Maka di sanalah terdapat penopang-atap dan tiang-
tiangnya, keburukan dan keindahan, yang ganjil dan yang
istimewa. Semua ini dalam makna Dao adalah bersatu dan
menyatu.i Meski segalanya berbeda, mereka semua serupa,
dan mereka semua membentuk sesuatu dan adalah baik bagi
sesuatu. Mereka semua setara datang dari Dao. Dalam
pandangan Dao, segala sesuatu, meskipun berbeda-beda,
bersatu dan menyatu.
''Disebutkan lagi, eMembuat perbedaan artinya membangun sesuatu, tetapi membangun sama dengan
menghancurkan. Sesuatu sebagai keseluruhan bukan bangunan maupun kehancuran, melainkan sebaliknya bersatu
dan menyatu.i Dicontohkan, jika sebuah meja terbuat dari
kayu, dari sudut pandang meja, ini adalah tindakan
membangun. Namun dari sudut pandang kayu atau pohon, ini
suatu penghancuran. Pembangunan dan penghancuran
dengan ini betapapun hanya terpandang dari sudut pandang
yang berhingga. Dalam pandangan Dao, tidak ada
pembangunan maupun penghancuran. Pembedaan ini adalah
nisbi.'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
MAHAGURU Kupu-kupu Hitam sudah tampak akan
membuka mulut, tetapi aku berbicara terus.
"Pembedaan 'aku' dan 'bukan-aku' juga nisbi. Dari sudut
pandang Dao, 'aku' dan 'bukan-aku' adalah bersatu dan
menyatu. Disebutkan, 'Tidak ada yang lebih besar di dalam
dunia daripada seujung rambut, Gunung T'ai pun masih kecil.


Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tidak ada yang lebih tua daripada bayi mati, meski Peng Tsu
tidak akan pernah mati. Langit dan Bumi dan Aku mengada
bersama, dan segalanya bersamaku adalah satu."' Saat aku mengambil napas, Mahaguru Kupu-kupu Hitam
menimpali dengan pernyataan Hui Shih.
cintai segalanya dengan setara
Langit dan Bumi adalah satu raga
Aku hanya bisa mengangguk, karena tidak ada yang dapat
kusampaikan lagi. Dengung dari gumam mantra para bhiksu
mendayu-dayu dengan merdu. Darah masih terus mengalir
dari kubah dan menetes ke bawah. Lima mayat yang saling
mengunci pada stupa itu ternyata lukanya parah. Pantaslah
darahnya dengan segera membuat kubah berwarna merah.
Namun ribuan bhiksu yang mengalir dalam pradaksina di
bawah itu seperti tidak melihatnya. Bahkan darah yang
menetes ke bawah pun tak pernah mengenai mereka. Padahal
ribuan bhiksu mengalir dengan begitu padatnya! "Anak, ceritakanlah kepadaku kini tentang Pengetahuan yang
Lebih T inggi."
Kukerahkan pengetahuan seadanya yang kudapatkan dari
ruang pustaka Kuil Pengabdian Sejati dan hasil percakapan
dari malam ke ma lam dengan Iblis Suci Peremuk Tulang,
maupun apa yang kudengar dari Golok Karat yang dengan ini
kematiannya ingin kuberi arti.
"Pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan yang
bukan pengetahuan."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mahaguru Kupu-kupu Hitam tampak tertegun, tapi aku
terus menyodok sebelum pendekar tua itu bertanya lagi.
"Hui Shih berkata, 'Yang terbesar tidak memiliki sesuatu
pun di baliknya dan disebut sebagai Ketunggalan Besar,' tetapi
Hui Shih mungkin lupa, bahwa karena tidak ada sesuatu di
baliknya maka tidak mungkinlah bicara atau memikirkan
sesuatu tentangnya. Pada apa pun yang bisa dipikirkan dan
dibicarakan terdapat sesuatu di baliknya, yakni pemikiran dan
perbincangan itu sendiri. Kaum Dao, sebaliknya menyadari
bahwa 'yang satu' itu tak terpikirkan dan tak terungkapkan.
"Disebutkan, perwujudan yang tak berhingga adalah
perwujudan tempat kehidupan manusia yang sudah mencapai
Dao. Manusia seperti itu takhanya mengetahui 'yang satu',
tetapi juga mengalaminya. Pengalaman ini adalah pengalaman
hidup di dalam perwujudan yang tak berhingga. Ia melupakan
perbedaan segala sesuatu, bahkan mereka yang terlibat dalam
hidupnya sendiri. Dalam pengalamannya hanya tinggal yang
takterbedakan, dan di tengah-tengahnyalah ia hidup. Dalam
bahasa puisi: ia yang berkereta kewajaran dalam semesta
menunggangi perubahan enam bagian
menjadikannya wisata menuju tak terhingga
"Ia benar-benar seorang merdeka, kebahagiaannya mutlak.
Di sini Zhuangzi mencapai pemecahan terakhir dari masalah
asli Kaum Dao awal. Masalah itu adalah bagaimana menjaga
kehidupan serta menghindari kerusakan dan bahaya, yang
bagi orang bijak justru berhenti menjadi masalah. Dikatakan,
eSemesta adalah kesatuan segalanya. Jika kita mencapai
kesatuan dan menjadikan diri bagian daripadanya, maka
anggota tubuh kita taklain selain debu dan kotoran, sementara
hidup dan mati, awal dan akhir, tiada lain selain pergantian
siang dan malam, yang takbisa mengganggu kedamaian-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dalam kita. Seberapa banyaklah untung-rugi, sial-beruntung,
dari dunia ini yang bisa mengacaukan kita!i
Jadi Zhuangzi mengatasi masalah awal Kaum Dao hanya
dengan menghapusnya. Inilah cara filsafat mengatasi
masalah. Filsafat tidak memberikan pernik keterangan tentang
yang nyata, dan karenanya takbisa mengatasi masalah apapun
yang bersifat benda. Misalnya saja tidak bisa membuat
seseorang berumur panjang atau menghindari kematian, dan
juga tidak bisa membuat seseorang menjadi kaya dan
terhindar dari kemiskinan.
''KAUM Dao melihat pembedaan ini dengan jelas. Adalah
penting bahwa mereka menggunakan istilah 'lupa' untuk
mengungkapkan inti gagasan pendekatan mereka. Para bijak
bukanlah pribadi yang tetap berada dalam keadaan dungu-
asali itu. Mereka pernah memiliki pengetahuan biasa dan
melakukan pemilahan yang biasa pula, tetapi kemudian
mereka melupakannya. Perbedaan para bijak dengan manusia
yang aslinya dungu sama besarnya dengan manusia bernyali
dan manusia yang tak takut hanya karena tak merasakan
ketakutan. ''Namun terdapat juga Kaum Dao yang gagal melihat
perbedaan itu. Mereka mengagumi keadaan yang paling
alamiah dari khalayak dan pemikiran, dan membandingkan
para bijak dengan kanak-kanak dan orang yang dungu. Kanak-
kanak dan orang dungu tidak memiliki pengetahuan, jadi tidak
melakukan pembedaan, sehingga mereka tampaknya menjadi
bagian dari yang tak terbedakan. Kepemilikan mereka
atasnya, betapapun sepenuhnya tak sadar. Mereka berada
dalam yang takterbedakan, tetapi mereka tidak menyadari
keberadaannya. Mereka termasuk yang tidak memiliki
pengetahuan, bukan yang memiliki bukan-pengetahuan.
Adalah keadaan memenuhi syarat terakhir itulah, yang disebut
Kaum Dao sebagai 'pengetahuan yang bukan-pengetahuan'.''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sampai di sini Mahaguru Kupu-kupu Hitam terdiam. Aku
pun tidak berkata-kata lagi, karena sudah kukatakan semua
yang kuketahui tentang Zhuangzi, meski perbincangan filsafat
Zhuangzi sendiri tentu tidak seringkas ini. Maklumlah, aku ini
hanya seorang pengembara dengan pengetahuan dan
kesempatan belajar sangat terbatas; setiap kali mendapat
kesempatan belajar filsafat, hanyalah peduli dalam hubungannya dengan pengembangan ilmu silat. Dalam hati
sudah kutetapkan tekadku, jika baginya perbincangan ini
hanya berarti diriku tak layak mendapatkan Kitab Ilmu Silat
Kupu-kupu Hitam maka aku akan tetap berusaha merebutnya,
meski untuk itu aku terpaksa membunuhnya.
''Anak, bagaimanakah dikau akan menjelaskan filsafat
Zhuangzi ini dalam hubungannya dengan Ilmu Silat Kupu-kupu
Hitam"'' Kali ini aku tidak bisa mengutip siapa pun, karena jika
seseorang dari sungai telaga bermaksud melakukan olah
filsafat demi ilmu silatnya sendiri, terandaikan ia memiliki
penafsirannya sendiri. Jadi kujawab saja dengan penafsiranku.
''Jurus Impian Kupu-kupu yang menjadi jurus utama Ilmu
Silat Kupu-kupu Hitam mengandalkan jurus bayangan yang
bukan sekadar gerak tipu, melainkan sama nyatanya dengan
kenyataan, sehingga ketika jurus bayangan itu dianggap
bayangan yang bisa diabaikan, akan sama mematikan dan
melumpuhkan seperti jurus yang nyata; sama juga seperti
senjata rahasia kupu-kupu yang berkepak seperti kupu-kupu
sebenarnya, tetapi yang jelas hanya bayangan meski
membunuh dengan sangat nyata.
''Ketiadaan perbedaan antara bayangan dan kenyataan
adalah pengembangan dari pertanyaan filsafat Zhuangzi yang
terkenal: apakah Zhuangzi adalah Zhuangzi yang bermimpi
menjadi kupu-kupu, ataukah kupu-kupu yang bermimpi
menjadi Zhuangzi" Ketika tiada lagi perbedaan antara
bayangan dan kenyataan, pada saat itulah manusia berada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dalam Ketunggalan Agung yang tidak memisahkan bayangan
maupun impian dengan kenyataan. Dengan pendekatan Dao,
bahwa segala sesuatu bersatu dan menyatu, karena tiada
ruang lain bagi semesta selain semesta itu sendiri, maka Jurus
Impian Kupu-kupu akan menjadi impian nyata yang dalam
kematangan bukan-pengetahuannya tak terkalahkan.''
Mahaguru Kupu-kupu Hitam menghela napas panjang. Ia
bertumpu hanya dengan satu kaki pada puncak stupa,
mengelus-elus gulungan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam di
tangannya. ''Nah, Anak,'' katanya, seperti segalanya sudah selesai,
''sekarang jawablah pertanyaan daku yang terakhir, yang
tentu saja tidak akan keliru.''
Aku terkesiap, karena jika pertanyaan yang dianggap
mudah itu jawabannya keliru, tamatlah sudah harapanku
mendapatkan kitab itu dengan restu.
''Katakanlah kepadaku Anak, adakah Zhuangzi"''
Memang benar pertanyaan ini sangat menjebak. Namun
langsung segera kujawab
''Ada dan tidak ada.''
Mahaguru Kupu-kupu Hitam tersenyum, tetapi wajahnya
jelas menunggu lanjutan. Aku terpaksa menjelaskan
semuanya. ''Masalah ini timbul karena terjadi kerancuan, jika disebut
filsafat Zhuangzi maka itu memang ujaran Zhuangzi ataukah
ujaran pemikir lain dalam Kitab Zhuangzi" Zhuangzi sendiri
hidup sekitar enamratus tahun lalu, dan hanya diketahui
berasal dari wilayah kecil Meng yang berada di perbatasan
antara Shantung dan Honan, tempat ia hidup sebagai pendeta
Dao, dan menjadi terkenal oleh gagasan maupun tulisannya.
DISEBUTKAN, raja Wei dari Chu, setelah mendengar
namanya, suatu hari mengirim utusan dengan pemberian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hadiah-hadiah, dan mengundangnya ke istana, dengan janji
menjadikannya kepala menteri. Zhuangzi konon tertawa dan
berkata, 'Pergilah, jangan mengotori diriku... Daku lebih suka
menikmati kehendak bebasku sendiri...
"Meskipun Zhuangzi hidup sezaman dengan Mengzi dan
berkawan dengan Hui Shih, Kitab Zhuangzi yang dikenal
sekarang disusun Kuo Hsiang, seorang pemikir besar abad
ketiga. Jadi tidaklah harus berarti Kitab Zhuangzi ditulis oleh
Zhuangzi sendiri. Sebenarnyalah itu merupakan kumpulan
bermacam tulisan Kaum Dao, yang sebagian menghadirkan
kembali tahap pertama dalam perkembangan Dao, sebagian
lagi tahap kedua, dan sebagian lagi tahap ketiga yang barulah
layak disebut sebagai pemikiran Zhuangzi. Namanya memang
bias disebut mewakili tahap terakhir pemikiran Dao awal,
tetapi tatapikirnya telah disusun kembali sepenuhnya oleh
para pengikutnya. Sejumlah bab dalam Kitab Zhuangzi
misalnya, berisi pendapat tentang Kung-sun Lung, yang jelas
hidup lebih kemudian dari Zhuangzi."
Kalimatku belum berakhir ketika Mahaguru Kupu-kupu
Hitam tertawa terbahak-bahak.
"Huahahahahahahaha! Pintar sekali! Tepat seperti tertulis
di dalam Kitab Sejarah Aliran Dao! Huahahahaha!"
Tentu saja aku tidak mengarang, aku mengutipnya tepat
seperti yang kubaca di Kuil Pengabdian Sejati. Untunglah pada
saat yang menentukan seperti ini diriku masih mengingat
semuanya dengan nyaris tepat. Memang Iblis Suci Peremuk
Tulang menganjurkan agar semua kitab filsafat yang
berhubungan dengan ilmu silat, terutama yang terdapat dalam
Kitab Ilmu-ilmu Silat Ajaib di Negeri Atap Langit kubaca
semua, karena bukan takmungkin diriku akan bentrok dengan
beberapa di antaranya.
(Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Episode 210: [Memburu Kitab yang Meluncur di
Udara] Mahaguru Kupu-kupu Hitam masih tertawa terbahak-bahak,
sambil mengelus-elus kitab ilmu s ilat yang berwujud gulungan
kain, yang masing-masing ujungnya dijepit oleh bambu.
Siapkah kini ia berpisah dari Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam
itu" om mani padme hum
Dengan berhentinya perbincangan, mantra yang digumamkan ribuan bhiksu dalam pradaksina mengelilingi
Shangri-La itu semakin menguasai langit, bahkan tawa
terbahak-bahak Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu menjadi
takterdengar sama sekali. Hanya wajah dan bahasa tubuhnya
di puncak stupa tempat ia berdiri dengan satu kaki,
menunjukkan betapa ia tertawa dengan geli, tetapi sungguh
diriku tidak mendengar suara apapun.
Aku menunggu pendekar tua itu mengatakan sesuatu
kepadaku. Tidak ada lagi yang harus dilakukannya selain
menyerahkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam itu.
Ia tampak masih tertawa.
Aku masih menunggu dengan waspada.
Jika terdapat sedikit saja tanda bahwa kitab itu tidak akan
diserahkannya, tiada jalan lain bagiku selain merebutnya,
bahkan juga jika dengan itu aku harus menempur dan
membunuhnya! Namun kemudian ia mengucapkan sesuatu yang kata-
katanya menembus senandung merdu gumam para bhiksu.
"Anak dari Ho-ling yang tak bernama," katanya, "daku kira
dikaulah tentunya Pendekar Tanpa Nama yang kudengar
bersama Panglima Amrita Vighnesvara telah menghancurkan
balatentara Negeri Atap Langit di Daerah Perlindungan An
Nam. Daku pun telah mendengar, betapa hanya kelicikan yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telah menyelamatkan pusat pemerintahan Thang-long dari
kepungan

Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

para pejuang Viet, dan tentu karena penghianatanlah maka perempuan panglima yang perkasa itu
bisa ditewaskan. Berhati-hatilah terhadap segala kelicikan
Anak, semoga Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam ini dapat
membantu pemecahan segala persoalanmu. Terimalah dan
selamat jalan!"
Lantas tangannya bergerak melemparkan kitab itu, dengan
gerakan seperti akan melemparkan kitab itu di depannya saja.
Namun dengan gerak sederhana yang rupanya penuh tenaga
dalam itu, kitab itu dalam keadaan masih tergulung meluncur
ke arahku dengan kecepatan luar biasa!
KITAB itu semakin jauh dariku, memberiku perasaan
kehilangan yang sangat rawan, mengingat nyawa kedua
perempuan yang menjadi pertaruhan. Gulungan kitab itu
meluncur semakin jauh dan bagaikan akan menghilang di balik
cahaya matahari pagi yang telah semakin tinggi. Namun aku
tidak mau menyerah dan aku sedang mengerahkan segala
kemampuan sedapatnya ketika dua pemburu kitab sudah
berada di sebelah kiri dan kananku. Hah!
Dengan kesal kudorongkan kedua tanganku ke kiri dan ke
kanan meluncurkan angin pukulan T elapak Darah tetapi kali ini
para pemburu kitab ini lebih baik dari sebelumnya, karena
bukan saja keduanya berhasil menghindar, tetapi sete lah
berkelit ke atas langsung turun kembali dengan bacokan
kelewang, dari kiri dan kanan, yang begitu besarnya sehingga
dapat membelah badan menjadi tiga bagian. Aku terpaksa
menjatuhkan diri agar bacokan keduanya luput. Saat itulah
justru keduanya menjejak udara dan melesat secepat kilat
memburu kitab yang telah semakin jauh berkelebat.
Aku segera melenting dan berputar-putar kembali ke atas
dan segera mengerahkan segala daya. Kini akulah yang
memburu para pemburu, menjejakkan kaki dan menggerakkan tubuh seperti ikan lumba-lumba seperti
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
segenap udara adalah air sahaja dan kukerahkan daya batinku
mengatasi kemustahilan karena kesadaran atas kenyataan
hanya akan menghempaskan aku kembali ke bumi.
Demikianlah sedikit demi sedikit aku mendekati kedua
pemburu kitab yang tiada pernah kuduga memiliki ilmu begitu
tinggi. Mereka tidak menyadari betapa diriku sudah berada di
belakang mereka, karena telah kugunakan ilmu halimunan
yang membuatku sama sekali tidak terlihat, maupun ilmu
peredam suara yang untuk kali pertama kugunakan mengingat
apa yang menjadi pertaruhan. Mereka takmenyadari betapa
diriku sebenarnya sudah berada di atas punggung mereka.
Kuambil kedua kelewang yang tersoren di punggung mereka,
tentu setelah dengan mendadak memperlihatkan diri, yang
tentu saja membuat diri mereka terkejut bukan alang
kepalang. ''Jangan!'' Salah seorang sempat berteriak. Namun tak dapat lagi
kutarik ayunan kedua kelewang yang nyaris membelah
tubuhku menjadi tiga bagian itu.
(Oo-dwkz-oO) KINI kembali hanya diriku dan gulungan kitab yang
meluncur itu. Sungai dan jurang hilang, mega-mega hilang,
angkasa memudar, bumi dan langit lenyap, tinggal keheningan
dalam kesunyian semesta. Hanya diriku dan kitab itu, sebuah
titik nun di kejauhan itu. Hanya titik berkilauan karena jarak
yang panjang. Kitab itu sudah jauh sekali. Benarkah ini berkat
tenaga dalam luar biasa Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang
telah me lemparnya seolah-olah tanpa tenaga sama sekali"
Kitab itu kini meluncur sebagai titik cahaya berkilauan dengan
daya yang seperti berasal dari dirinya sendiri.
Titik yang berkilauan seperti intan berlian itu melesat begitu
cepat menembus kabut menembus awan menembus mendung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menembus hujan menembus kilatan halilintar yang berkeredapan sebentar gelap sebentar terang. Aku memusatkan daya dan perhatian ke arah titik berkilauan yang
berasal dari Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam tersebut.
Selama masih kutancap Jurus Naga Berlari di Atas Langit dan
selama pemusatan perhatianku belum terpecahkan, aku masih
akan bisa mengikuti ke mana pun titik berkilauan itu pergi.
Namun bagaimana jika masih akan muncul para pemburu
kitab yang terlambat dan sakti mandraguna" Gangguan para
pemburu yang dapat kuatasi saja telah membuat jarakku
dengan kitab itu begitu jauh, maka tidaklah kuharapkan
gangguan lagi dalam perburuan kitab yang sudah sejauh ini,
demi Elang Merah dan Yan Zi!
Semesta ini luas, semesta ini sunyi, masih mungkinkah
seseorang akan mencegatku lagi" Keheningan ini tidak layak
menjadi tempat permusuhan, hanya tempat perenungan,
untuk mencapai pencerahan. Namun pencerahan apalah yang
bisa kudapatkan dari perburuan penuh kepanikan ini"
Kupandang titik berkilauan itu. Kucoba memusatkan
perhatian. Masih terngiang senandung merdu dari mantra para
bhiksu. om mani padme hum
Jurus Naga Berlari di Atas Langit hanya memerlukan sentuhan
atas udara sebagai pijakan. Dalam tingkatan sempurna,
bahkan mengembuskan napas pun cukup untuk melambungkan tubuh kita. Kukerahkan segenap daya batinku
untuk tetap terarah kepada titik berkilauan itu. Betapapun titik
berkilauan itu adalah sebuah kitab dengan suatu isi, tetapi
bahkan dua murid utama Mahaguru Kupu-kupu Hitam Tua
sampai hari tidak dapat mempelajarinya dengan sempurna.
MATAKU masih menatap titik berkilauan yang melesat itu,
dalam kecepatan yang lebih cepat dari cepat, ruang dan waktu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berubah, yang bagiku menjelmakan keheningan dalam
penatapan noktah tersebut, yang makin lama makin
membesar dan menelanku ke dalam keheningan abadi.
om mani padme hum
Mantra yang suaranya sudah tidak terdengar di telinga ini
tetap mengiang dan mengada dalam batinku, meski bagiku
lebih terdengar sebagai:
ohm mah nee pahd may hum Namun kemudian yang kudengar ini perlahan-lahan
berubah menjadi:
ohm mah nee pe me hung Aku belum lupa cerita seorang bhiksu ketika bercakap-
cakap dengan pasangan pendekar yang mengasuhku, pada
suatu malam di pondok kami di Celah Kledung, tentang
mantra yang dari Jambhudvipa sesampainya ke Tibet
diucapkan dengan cara yang berbeda itu.
''Dengarlah cerita ini,'' katanya, ''seorang pelajar yang
sangat tekun mempelajari agama, setelah bertahun-tahun
memusatkan perhatian kepada sejumlah mantra, pada suatu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hari dianggap telah mencapai pengetahuan yang cukup
mendalam untuk mulai mengajar. Kerendahhatian pelajar itu
masih jauh dari sempurna, tetapi guru-gurunya di pertapaan
itu tidak khawatir.
''Setelah bertahun-tahun meraih keberhasilan dalam
pengajaran, pelajar ini merasa sudah tidak perlu lagi belajar
dari s iapa pun. Namun ketika didengarnya bahwa ada seorang
pertapa tua di dekat tempat tinggalnya, ia tak bisa menahan
diri untuk melewatkan kesempatan menambah ilmu.
''Pertapa itu tinggal di sebuah pulau di tengah danau. Jadi
pelajar ini menyewa perahu dan pendayungnya agar bisa
sampai ke pulau tersebut. Pelajar ini sangat menghormati
sang pertapa tua. Ketika dijamu minum teh segeralah pelajar
ini bertanya tentang olah kejiwaan yang sang pertapa. Adapun
orang tua itu berkata tidak melakukan olah kejiwaan apa pun,
kecuali mengulang-ulang suatu mantra bagi dirinya sendiri.
Sang pelajar merasa senang, karena pertapa itu menyebutkan
mantra yang sering digumamkannya juga. Namun ketika
pertapa tersebut mengucapkannya dengan keras, sang pelajar
tampak sangat terkejut.
'''Ada apa"' tanya pertapa itu.
'''Sahaya tak tahu harus berkata apa. Sahaya takut Bapak
telah menyia-nyiakan seluruh hidup Bapak! Mantra itu Bapak
ucapkan dengan salah!'
'''Ah! Betapa gawatnya! Bagaimana Bapak harus mengucapkannya"''
Pelajar agama itu lantas menyampaikan cara pengucapan
yang benar, dan pertapa tua itu merasa sangat berterima
kasih. Ia segera memohon dibiarkan sendiri agar bisa mulai
belajar mengucapkannya.
Dalam perjalanan pulang menyeberangi danau, pelajar ini yang merasa telah diresmikan
layak sebagai guru, merenungkan nasib buruk pertapa
tersebut. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Alangkah beruntungnya diriku datang. Setidak-tidaknya ia
punya waktu sebentar untuk melakukannya dengan benar
sebelum meninggal dunia.''
Pedang Ular Mas 3 Kampung Setan Karya Khulung Perjodohan Busur Kumala 18
^