Pencarian

Pendekar Budiman 2

Pendekar Budiman Hwa I Eng-hiong Karya Kho Ping Hoo Bagian 2


Ciang Le menjadi penasaran. Mana bisa kurang tenaga"
Ia telah mengerahkan lwekangnya dan bagi orang lain,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
totokan tadi pasti akan membuat tangan dan lengan lawannya menjadi kaku tak dapat digerakkan !
Kembali ia menyerang dengan cepat dan kuat, kali ini dengan gerak tipu Thian hong sauw sui (Angin Langit Sapu Air). Gerakannya cepat sekali dan untuk kedua kalinya, ia berhasil menotok jalan darah di pundak kiri lawannya.
Hanya terdengar suara "duk" akan tetapi kembali lawannya hanya tertawa bergelak sambil membalas dengan serangan ganas!
Mendengar betapa lawannya selalu tertawa bergelak sehabis terkena totokannya dan totokan itu tidak berhasil memuaskan, teringatlah Ciang Le bahwa lawannya itu tentulah seorang ahli Ilmu I-kong-hoan-hiat (Ilmu Memindahkan Jalan Darah ). Pantas saja totokannya tidak pernah menghasilkan sesuatu dan suara ketawa lawannya itu hanya untuk memulihkan pengaruh totokan pada kulil dan jaringan darah.
Sementara itu setelah dua kali terkena totokan. Coa ong Sin kai barulah maklum bahwa ia menghadapi seorang pemuda yang lihai sekali ilmu silatnya, ia menggereng seperti seekor harimau terluka lalu mengeluarkan senjatanya, yakni ranting bambu yang lemas itu. Dengan gerakan yang luar biasa cepatnya, ranting bambu ini mengeluarkan suara bersiul dan menyambar ke arah leher Ciang Le. Ketika pemuda ini melompat ke kiri untuk menghindarkan diri, ujung ranting ini masih mengejarnya bagaikan ekor ular dan terdengar suara keras ketika ujung ranting itu menyabet paha Ciang Le.
Pemuda ini baiknya telah menyalurkan tenaganya untuk menahan sabetan itu sehingga ujung ranting bambu itu terpental kembali ketika menimpa pahanya. Akan tetapi celananya yang berwarna biru itu lelah robek di bagian paha seperti terobek oleh pisau tajam!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali Coa ong Sin kai tertawa bergelak. "Orang muda, pukulan ke dua akan merobek kulit lehermu!"
sindirnya sambil menyerang lagi lebih hebat.
Ciang Le menjadi marah. Dicabutnya Kim kong kiam dari sarung pedangnya dan ketika ia menggerakkan pedang itu, berkelebatlah sinar emas yang menyilaukan mata.
Tiba tiba Coa ong Sin kai terbelalak dan berteriak,
"Thian te Siang mo".!" kemudian seperti orang ketakutan ia lalu melarikan diri meninggalkan Ciang Le yang memandang dengan senyum ditahan. Ia dapat menduga bahwa orang gila itu tentu pernah dihajar oleh kedua suhunya, maka sekarang mengenal pedang ini, lalu berlari terbirit birit. Melihat betapa baru setelah ia mencabut pedangnya, kakek itu mengenalnya, sebagai pemuda yang malam tadi menghalanginya, lebih yakinlah dia bahwa kakek itu memang benar benar tidak beres pikiran dan ingatannya. Kalau orang waras, masa tidak mengenalnya setelah pertemuan malam tadi"
Kepala kampung dan kawan kawannya setelah melihat siluman itu melarikan diri, lalu bersorak girang dan beramai menghampiri Ciang Le. Ketika mereka mencabut senjata hendak memukul hancur bangkai ular besar itu, Ciang Le mencegah mereka.
Kemudian, pemuda ini meminjam sebuah golok dan dengan hati hati sekali ia membelek leher ular yang mengkilap itu. Benda cair berwarna hitam seperti tinta bak mengalir keluar dari leher itu dan akhirnya keluarlah sebuah benda hitam bulat yang mengkilap. Ciang Le mengeluarkan sehelai saputangan, lalu diambilnya benda itu dan dibungkus dengan saputangan, terus dimasukkan ke dalam kantong bajunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak rugi celanaku robek mendapat benda ini,"
katanya perlahan sambil tersenyum, seperti kepada diri sendiri.
"Untuk apakah benda itu, taihiap" Dan apakah itu, apa gunanya?" tanya kepala kampung yang tidak sengaja mendengar ucapannya ini.
Ciang Le tersenyum. "Benda itu adalah batu yang mengandung racun ular yang amat jahat."
Kepala kampung menjadi terheran heran, akan tetapi ia tidak berani bertanya lebih panjang lagi bahkan kemudian ia mengajak kawan kawannya untuk menghaturkan terima kasih kepada Ciang Le sambil berlutut.
"Tak perlu berterima kasih," mencegah pemuda itu,
"dan tak perlu kalian kini berkuatir. Siluman itu sesungguhnya seorang manusia biasa yang berotak miring.
Yang jahat adalah ularnya. Sekarang ularnya telah mati, ia takkan datang kembali. Sepeninggalku, kuburlah bangkai ular ini agar tidak menimbulkan penyakit yang akan lebih jahat lagi mengganggu kampung kalian."
Setelah berkata demikian, pemuda sakti itu membalikkan tubuh dan hendak pergi dari situ. Akan tetapi kepala kampung itu berkata.
"Taihiap, tunggu dulu. Mohon tanya she yang mulia dan nama besar taihiap, agar selama hidup kami takkan melupakan penolong kami yang budiman."
Ciang Le menengok dan tersenyum, lalu menggoyang goyang tangannya dan berkata, "Tak perlu diingat lagi, tak perlu. Lupakan, saja semua hal yang telah terjadi, karena apa yang Kulakukan bukanlah pertolongan, melainkan kewajibanku untuk menebus dosa!" Setelah berkata demikian, agar jangan terganggu lebih lama lagi, pemuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu menggunakan kepandaiannya berkelebat pergi dan lenyap dari pandang mata orang orang itu.
Semua orang menjadi bengong dan saling pandang, kemudian atas pimpinan kepala kampung mereka berlutut ke arah menghilangnya pemuda itu. Dan karena mereka tidak tahu nama pemuda itu, hanya ingat bahwa pemuda itu berpakaian kembang kembang yang lucu dan aneh, maka mereka memberi nama Hwa-I-Enghiong (Pendekar Baju Kembang) kepada Ciang Le.
-oo0dw0oo- "Kong kong (kakek), sesungguhnya mengapakah ayah bundaku lelah meninggal dunia lebih dulu" Mengapa aku tak pernah mengenal mereka?" demikianlah pertanyaan yang diajukan oleh seorang gadis remaja kepada seorang kakek berpakaian petani. Mereka berdua duduk di atas batu besar di sebuah lereng Gunung Hoa san yang terkenal indah pemandangan alamnya.
Kakek itu menundukkan kepalanya dan nampak
berduka. Akan tetapi ia menjawab juga, "Bi Lan, mengapa kau selalu menanyakan hal itu" Orang tuamu tentu saja meninggal dunia karena sudah tua dan sampai saatnya meninggal dunia."
"Kong kong, dahulu ketika aku masih kecil boleh kau membohongi aku seperti itu. Akan tetapi sekarang tak mungkin lagi. Bagaimana boleh jadi kedua orang tuaku mati karena usia tua, sedangkan kongkong sendiri yang lebih tua masih hidup" Tidak, kong kong orang tuaku tentu mati ketika mereka masih muda. Hayo ceritakan, kong kong, kalau tidak, aku akan marah!" Gadis itu membuang lagak manja dengan mata setengah terkatup tanda marah dan bibirnya yang manis cemberut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kakek yang sedang suram wajahnya itu ketika melihat lagak gadis ini menjadi tersenyum. Gadis ini merupakan cahaya matahari, baginya dan setiap kali gadis ini sajalah yang mampu mengusir kemuraman wajahnya dalam sekejap mata. Pembaca tentu sudah dapat menduga siapa adanya kakek ini. Memang, dia adalah Tan Seng, kakek tokoh Hoa san pai yang tangguh itu.
Di bagian pertama dari cerita ini telah dituturkan betapa Tan Seng tidak saja kehilangan anak perempuan dan mantunya, bahkan juga cucu tunggalnya, Go Ciang Le, telah lenyap diculik orang tanpa ia ketahui siapa penculiknya dan kemana perginya anak itu. Tadinya ia merasa putus asa dan tidak tahu untuk apa ia harus hidup lebih lama lagi. Akan tetapi kemudian ia teringat akan keturunan Liang Ti, murid keponakannya yang telah mengorbankan nyawa demi perjuangan suci.
Maka ia lalu mendatangi isteri Liang Ti, lalu membawa anak tunggal Liang Ti yang bernama Liang Bi Lan, dibawanya ke puncak Hoa san pai dan diserahkan kepada suci (kakak perempuan seperguruan) dan suheng suhengnya yang bertapa di puncak Hoa san. Adapun isteri Liang Ti kembali ke dusun orang tuanya, akan tetapi tiga tahun kemudian, janda yang bernasib malang ini membunuh diri karena dipaksa oleh seorang pembesar Kin yang mengadakan pembersihan di dusun orang tuanya.
Selama belasan tahun, Bi Lan mewarisi ilmu silat dari Hoa san pai dan boleh dikata untuk masa itu, murid terpandai dan yang banyak mewarisi ilmu silat Hoa san pai adalah Bi Lan! Memang masih ada beberapa orang suhengnya dan seorang suci. akan tetapi biarpun kepandaian mereka itu lebih masak, tetap saja Bi Lan seorang yang lebih banyak mewarisi ilmu ilmu paling rahasia dari Hoa san pai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tokoh tokoh Hoa san pai yang berkumpul di puncak Hoa san dan yang bersama sama menggembleng Bi Lan adalah empat orang. Pertama tama adalah tokoh nomor satu atau yang tertua di Hoa san pada waktu itu, yakni Liang Gi Tojin yang lebih mementingkan ilmu bathin dari pada ilmu silat. Dari Liang Gi Cinjin, Bi Lan mewarisi lweekang yang tinggi dan juga pengetahuan bathin yang dalam. Kemudian orang ke dua adalah Liang Bi Suthai, yang berwatak keras akan tetapi yang memiliki ilmu silat paling lihai diantara saudara saudaranya. Orang ke tiga adalah sasterawan dan memang dahulunya ketika masih muda, kakek ini adalah seorang sasterawan yang gagal menempuh ujian! Namanya Kui Tek An, akan tetapi setelah ia menjadi pertapa, ia memakai nama Liang Tek Sianseng. Dan orang ke empat adalah Tan Seng sendiri yang berpakaian seperti seorang petani. Empat orang tokoh Hoa san pai ini menjadi guru dari Bi Lan, maka tidak mengherankan apabila sekarang nona ini telah menjadi seorang nona yang lihai ilmu silatnya.
Adapun suheng suhengnya (kakak seperguruan laki laki) atau suci (kakak seperguruan perempuan) dari Bi Lan adalah murid murid dari semua gurunya, yakni yang pertama bernama Lie Bu Tek murid dari Liang Gi Tojin yang telah meninggalkan perguruan empat tahun yang lalu.
Ke dua adalah murid tunggal dari Liang Bi Suthai, seorang pendekar wanita bernama Ling In she Thio, seorang nona cantik bertubuh langsing tegap yang juga telah turun gunung kembali ke rumah orang tuanya di Biciu. Orang ke tiga adalah murid dari Liang Tek Sianseng, seorang pemuda bernama Gau Hok Seng dan yang bekerja sebagai seorang pianwsu di selatan.
Baiklah kita kembali kepada Bi Lan dan kakeknya, yakni Tan Seng yang pada pagi hari yang sejuk dan indah itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
duduk di lereng bukit dan bercakap cakap setelah Tan Seng mengagumi latihan ilmu silat dari cucunya. Dengan gemblengan empat orang guru, Tan Seng percaya bahwa kini ilmu kepandaian Bi Lan tidak berada di sebelah bawah tingkat kepandaiannya sendiri. Ia maklum bahwa di dunia ini banyak sekali orang orang pandai yang menjadi penjahat, sehingga dia sendiri dahulu hampir celaka ketika dikeroyok oleh perwira perwira Kin yang dibantu oleh orang orang kang ouw yang menjadi penjilat dan pengkhianat bangsa.
Ketika untuk kesekian kalinya Bi Lan yang sebenarnya bukan cucunya sendiri itu bertanya tentang ayah bundanya, Tan Seng berpikir bahwa agaknya sudah tiba waktunya bagi Bi Lan untuk mendengar hal yang sesungguhnya tentang orang tuanya.
Nona ini tidak menjadi sedih mendengar tentang kematian ayahnya bahkan ia merasa bangga bahwa ayahnya tewas dalam pertempuran untuk membela bangsa.
Kematian ibunya membuat ia menggertak gigi dan memaki,
"Akan kuhancurkan kepala anjing anjing Kin itu !"
"Memang sudah menjadi kewajiban kita untuk berusaha mengusir penjajah yang menguasai dan menjajah tanah air bagian utara, Bi Lan, akan tetapi kita tidak boleh menurutkan nafsu marah. Pada waktu ini pun rakyat masih terus menerus melakukan perlawanan dan pemberontakan dengan gigih. Nah, kewajibanmulah untuk membantu perjuangan mereka itu, demi kemerdekaan tanah air dan demi menjunjung tinggi nama Hoa san pai kita."
Akan tetapi yang membuat nona itu paling berduka adalah kenyataan bahwa Tan Seng bukanlah kakeknya.
Dan mendengar tentang riwayat Go Sik An, ia merasa kagum sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kong kong," sebutan ini sekarang terdengar agak ganjil olehnya. "a". seharusnya aku menyebut sukong (kakek guru) karena aku.... aku bukan cucumu,"
"Tidak begitu Bi Lan," jawab Tan Seng terharu, sambil mengusap usap kepala gadis itu. "Biarpun kau bukan cucuku yang aseli akan tetapi bagiku kau adalah pengganti cucuku. Kau seterusnya sebutlah kong kong padaku, Bi Lan." Suara kakek ini terdengar menggetar sehingga Bi Lan yang amat sayang kepada kakek ini, tidak tega untuk menolak permintaan ini.
"Jadi cucumu yang bernama Go Ciang Le itu lenyap diculik orang, kong kong?"
Tan Seng mengangguk, lalu menceritakan kejadian itu dengan singkat. "Sampai sekarang aku tidak tahu apakah Ciang Le masih hidup atau sudah mati dan juga masih belum kuketahui siapa sebenarnya yang telah menculik anak malang itu."
"Heran sekali, kong kong, mengapa kau tidak bisa mencari orang yang melakukan perbuatan itu" Bukankah kong kong mempunya banyak sekali sahabat di dunia kang ouw?"
Kakek ini mengangguk angguk, "Memang betul begitu, akan tetapi di dunia ini terdapat banyak sekali orang orang aneh dan orang orang sakti yang menyembunyikan diri.
Kalau maksud penculik itu baik, mungkin cucuku itu kelak akan muncul sebagai seorang gagah perkasa, menjadi murid orang sakti. Akan tetapi kalau dia bermaksud buruk...."
kakek ini tidak kuasa melanjutkan kata katanya, kemudian disambungnya pula, "akan tetapi, aku telah berpesan kepada kedua suhengmu dan sucimu untuk menyelidiki di mana sesungguhnya gua yang disebut Gua Pahlawan itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu, dari kaki bukit Hoa san pai berlari lari naik seorang pemuda tinggi besar berbaju biru, bertopi biru dan bercelana putih. Pemuda ini memiliki wajah yang biasa disebut "toapan", simpatik dan jujur. Tubuhnya kekar dan tegap membayangkan akan kebesaran tenaganya dan wajahnya yang bersih membayangkan kebersihan hatinya, ia melomoat lompat dan berlari cepat mempergunakan Ilmu Lari Cepat Cho sang hui (Terbang di Atas Rumput) yang dilakukan dengan amat mahirnya. Biarpun tubuhnya tinggi besar, namun ia seakan akan seekor kupu yang beterbangan tanpa menimbulkan suara berisik.
Inilah Gan Hok Seng, atau yang di daerahnya terkenal dengan sebutan Gan piauwsu, karena dia telah membuka sebuah perusahaan piauwkiok (ekspedisi) yang diberi nama Hui houw piauw kiok (Perusahaan Ekspedisi Macan Terbang) dan oleh karena nama perusahaannya inilah maka ia mendapat nama julukan Hui houw (Macan terbang).
Seperli telah diceritakan di depan, Gan Hok Seng ini adalah murid dari Lian Tek Sian seng, sasterawan tokoh Hoa san pai itu.
Cara Hok Seng berlompatan dan berlari lari,
membayangkan bahwa wataknya selain jujur dan polos juga amat gembira. Sayang nya bahwa pemuda ini agak dogol, yakni kurang cepat jalan pikirannya, sungguhpun ia bukan seorang bodoh, namun menghadapi perkara yang tiba tiba ia suka memperlihatkan sikap yang ketolol tololan.
Ketika ia tiba di lereng yang penuh rumput hijau tiba tiba ia mendengar suara angin dari belakang dan ketika ia menengok, ia melihat seorang hwesio, Pendeta Buddha bekepala gundul yang bertubuh tegap pendek berusia kurang lebih tiga puluh lima tahun berlari cepat sekali, lebih cepat dari pada larinya sendiri. Karena hwesio itu agakiya hendak menuju ke kuil di puncak Hoa san, Gan Hok Seng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu membalikkan tubuhnya menghadang hwesio itu yang juga segera berhenti melihat pemuda itu mengangkat tangannya.
"Selamat siang, twa suhu" tegur Hok Seng sambil tersenyum gembira dan memberi hormat dengan kedua tangannya diangkat ke dada. "Hendak ke manakah twa suhu agaknya amat tergesa gesa?"
Hwesio itu memandang dengan pandang mata
menyelidik, kemudian balas bertanya, "Kau siapakah dan apa hubunganmu dengan Hoa san pai ?"
Hok Seng tidak senang mendengar pertanyaan dan melihat sikap hwesio yang kasar ini, yang dianggapnya tidak sesuai untuk seorang pendeta. Akan tetapi Karena ia jujur, ia menjawab dan mencela dengan terus terang, "Ah tidak kusangka twa suhu demikian kasar seperti seorang kang ouw buta huruf saja ! Aku adalah murid Hoa san pai bernama Gan Hok Seng atau Gan piauwsu. ketua dari Hui houw piauwkiok."
Hwesio itu mengangkat hidungnya dengan sikap memandang rendah sekali. "Hem, jadi kau ini masih murid Hoa san pai" Siapa gurumu " Si pemalas Liang Gi atau si nenek genit Liang Bi, ataukah si kutu buku Liang Tek"
Atau barangkali petani busuk Tan Seng" Hayo kau beritahukan kepada pinceng, karena segala julukan Hui houw dan nama Hui houw piauwkiok, mana pinceng mengenalnya !"
Merahlah wajah Hok Seng. Dia memang masih muda baru dua puluh tiga tahun umur nya dan darahnya masih panas. Lagak hwesio ini benar benar amat menyebalkan hatinya.
Guru nya Liang Tek Kian seng disebut kutu buku, twa supeknya disebut pemalas, bahkan sukouwnya disebut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nenek genit dan susioknya disebut petani busuk! "Eh, hwesio gendeng, mengapa kau datang datang memaki orang" Ketahuilah bahwa aku adalah murid dari Liang Tek Sianseng, guru ku pernah bilang bahwa menilai hati orang dengar saja apa yang keluar dari mulutnya. Kau mengeluarkan omongan kotor dan hawa busuk maka mudah saja menerka bagaimana macamnya isi perutmu!"
Tiba tiba hwesio itu tertawa bergelak. "Sebetulnya memang malu harus ribut ribut dengan seorang tingkat rendah macam engkau ini, akan tetapi karena kau murid Liang Tek si kutu buku, biarlah pinceng lihat apakah kau juga menjadi kutu buku seperti gurumu."
"Aku bukan kutu buku! Guruku telah mengajar ilmu silat tinggi kepadaku. Jangan kau memandang hina ilmu kepandaian dari Hoa san pai!" Hok Seng membentak, hampir tak dapat menahan marahnya lagi.
"Begitu" Nah, cobalah, bocah! Kalau kau bisa menahan sepuluh jurus seranganku, baru lah aku percaya omonganmu." Setelah berkata demikian, tiba tiba hwesio itu mengibaskan tangan bajunya yang lebar ke arah Hok Seng dalam Ilmu Pukulan Tui san ciang (Pukulan Mendorong Bukit) yang dilakukan dengan pengerahan tenaga lweekang.
Hok Seng merasa betapa angin dingin dan tajam menyambar mukanya, maka ia cepat menggeser kaki sambil miringkan tubuh untuk menghindarkan diri dari pukulan pertama ini. Akan tetapi tak terduga sama sekali bahwa pada saat itu juga, pukulan kedua dengan ujung lengan baju sebelah kiri telah menyusul ke arah pusarnya! Inilah pukulan yang amat berbahaya dan dapat membuat jiwa melayang. Hok Seng cepat melompat ke kiri, akan tetapi masih saja ujung lengan baju itu mengenai tubuh belakangnya sehingga terdengar bunyi berdebuk dan Hok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seng merasa betapa daging dan kulit di bagian belakang Itu panas dan pedas. Baiknya ia telah mengerahkan lweekang di bagian itu sehingga hanya terasa sakit saja tanpa menderita luka berat.
Akan tetapi yang lebih menyakitkan hati nya adalah suara ketawa hwesio itu. "Ha ha ha ha, tidak tahunya hanya sebegitu saja kebecusan murid dari si kutu buku! Ha ha ha, orang dogol! Lihat, kulit pantatmu kelihatan, apakah kau masih belum mau mengaku kalah dan berlutut di depan Tiauw It Hosiang yang bergelar It ci sinkang (Si Jari Lihai).
Ketahuilah bahwa kau berhadapan dengan tokoh dari Go bi pai!"
Hok Seng cepat melirik ke arah tubuh belakangnya dan benar saja, celananya yang putih itu telah hancur di bagian tubuh belakang sebelah kanan sehingga tampak kulit tubuh belakangnya yang putih dan agak kemerahan karena pukulan tadi. Ia menjadi mendongkol sekali dan secepat kilat tangannya bergerak kearah punggung, mengeluarkan sepasang poan koan pit (senjata seperti alat tulis pensil bulu). Poan koan pit di tangarnya ini memang senjatanya yang paling istimewa warisan dari suhunya yang memang amat ahli dalam mainkan poan koan pit, baik untuk menulis syair maupun untuk dipergunakan sebagai senjata.
Poan koan pii di tangan kirinya berbulu pulih, dan di tangan kanannya berbulu hitam dan keras.
Melihat pemuda itu mengeluarkan senjata poan koan pit, Tiauw It Hosiang tertawa bergelak dan kelihatan ia geli sekali. "Ha ha ha benar benar si kutu buku telah membiak muridnya menjadi kutu buku kecil! Eh, bocah! Kau mengeluarkan pit, apakah kau hendak menulis sajak ataukah hendak melukis gambar" Ha ha ha!"
Hok Seng tak dapat menahan kemarahannya lagi. Ia cepat maju menggerakkan sepasang poan koan pit dan pit di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan kiri yang berbulu putih itu cepat menusuk ke arah mata kanan lawannya, sedangkan pit berbulu hitam di tangan kanan menusuk dengan totokan ke arah jalan darah tai hwi hiat! Serangannya ini luar biasa hebatnya dan karena ia tahu akan kelihaian lawannya, maka sekali serang ia mengeluarkan gerak tipu yang di sebut Ji liong lo hui (Dua Ekor Naga Mengacau Laut).
Akan tetapi hwesio itu benar benar lihai dan memiliki gerak cepat sekali. Dan kali ia menggerakkan tangannya dan ujung lengan bajunya sekaligus dapat menangkis serangan poan koan pit bahkan ujung lengan baju itu hendak membelit senjata lawan untuk dirampasnya. Hok Seng sudah berlaku waspada dan karena ia tahu bahwa tenaga lweekang dari lawannya ini masih lebih tinggi diri pada tenaganya sendiri, maka ia tidak membiarkan poan koan pit nya dilibat oleh ujung lengan baju itu. Ia membetot kedua senjata sambil mengirim tendangan Soan hong twi yang bertubi tubi menyerang bagian tubuh yang paling berbahaya dari hwesio itu.
Kembali hwesio itu memperlihatkan kepandaiannya. Ia tidak mengelit atau menangkis tendangan tendangan itu dengan kedua tangan nya, melainkan menggerakkan kedua kakinya juga dan membarengi tendangan lawan untuk mengadu kaki! Dengan amat cepatnya ia menyambut kaki Hok Seng dengan dupakan kaki nya sehingga pemuda itu mengeluarkan teriakan kaget karena tubuhnya seakan akan di lemparkan ke belakang oleh tenaga yang amat hebat!
Baiknya ia masih sadar dan dengan cepat ia menggertakkan tubuh yang terlempar di udara berjungkir balik membuat salto tiga kali dengan gerak tipu Kou liong hoan sin (Naga Siluman Berjungkir Balik). Dengan gerakan indah ini barulah ia dapat turun keatas tanah dengan baik dan dalam keadaan berdiri teguh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus, sekarang kau harus roboh !" teriak Tiauw It Hosiang dan dengan cepat sekali tubuhnya melayang kearah pemuda itu dan melakukan serangan serangan hebat dengan kedua kepalan dibantu oleh ke dua lengan baju.
Tidak hanya dua kepalan tangannya yang amat berbahaya, akan tetapi juga ujung lengan bajunya yang selalu mengadakan serangan menyilang dengan kepalan, merupakan bahaya besar.
Hok Seng benar benar kali ini merasa terkejut sekali.
Kedua ujung lengan baju hwesio itu merupakan tandingan setimpal terhadap sepasang poan koan pitnya. Ke mana juga sepasang alat penotoknya menyerang, selalu terpental kembali karena kebutan kedua ujung lengan baju, adapun sepasang kepalan hwesio itu merupakan alat penyerang yang berbahaya dan hanya dapat ia hadapi dengan elakan elakan cepat. Akan tetapi segera ia terdesak mundur dan menjadi sibuk sekali berlompatan ke sana ke mari untuk menghindarkan diri dari bahaya maut.
Pada saat Hok Seng berada dalam bahaya, tiba tiba berkelebat bayangan yang gesit sekali dibarengi bentakan nyaring "Penjahat gundul jangan kau berani mengacau di Hoa san !"
Tiauw It Hosiang cepat melompat mundur dan
menyampok sinar pedang yang mengarah pundaknya itu dengan ujung lengan bajunya. Akan tetapi sebelum lengan bajunya mengenai pedang, senjata itu telah dibelokkan dan sekarang tanpa tertunda lagi telah maju menusu ke arah lambungnya. Hwesio ini kaget juga dan tahu bahwa penyerang baru ini memiliki kegesitan yang lebih tinggi daripada Hok Seng. Ia segera melompat satu setengah tombak ke belakang, lalu memandang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata yang datang adalah seorang wanita yang cantik bertubuh tinggi langsing dan tegap, berwajah segar kemerahan bagaikan kembang botan yang sedang mekar.
"Suci"!" Hok Seng menegur dan gadis itu berpaling lalu tersenyum ramah kepadanya Kemudian gadis yang baru datang ini, yaitu kakak seperguruan dari Hok Seng atau murid dari Liang Bi suthay yang bernama Thio Ling In, menudingkan pedangnya kepada Tiauw It Hosiang sambil bertanya, "Kau ini hwesio dari manakah" Apakah tidak tahu bahwa di sini Gunung Hoa san dan menjadi derah dari Hoa san pai" Mengapa kau mengandalkan sedikit kepandaian untuk mengacau?"
Tiauw It Hosiang tertawa bergelak dan karena ia tertawa sambil menggerakkan khikangnya, maka suara ketawa nya terdengar bergema sampai jauh. Pada saat itu, dari bawah berlari naik seorang pemuda pula, seorang pemuda yang bermuka putih dan gagah sekali. Pakaiannya bersih dan indah dan sikapnya patut sekali kalau ia menjadi seorang pendekar besar. Dia ini bukan lain adalah Lie Bu Tek, murid dari Liang Gi Tojin, atau murid tertua dan Hoa san pai. Ia tadi memang ber sama sama Thio Lin ln, hanya sumoinya ini yang tidak sabar telah berlari lari naik mendahuluinya.
Ketika melihat pemuda ini, Tiauw It Hosiang segera menudingkan telunjuknya sambil bertanya, "Apakah yang datang inipun seorang murid Hoa san pai juga?"
Dari jauh Lie Bu Tek sudah mendengar suara ketawa hwesio ini dan dia merasa tak senang sekali melihat lagak hwesio yang amat sombong ini, maka katanya tegas. "Aku memang murid Hoa san pai bernama Lie Bu Tek. Tidak tahu siapakah kau dan apa maksudmu datang di gunung kami?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha ha ha! Murid murid Hoa san pai memang galak galak! Jika geledek bersuara keras takkan turun hujan dan jika gentong berbunyi nyaring, tanda ia kosong! Murid murid Hoa san pai bermulut besar bersuara keras tanda kosong pengetahuannya!"
"Eh, eh, hwesio gundul gila!" Thio Ling In memaki marah. Gadis ini memang mempunyai watak keras seperti gurunya. "Kau ini datang datang mencari perkara, apakah sudah bosan hidup?"
"Suci, dia adalah Tiauw It Hosiang berjuluk It ci sinkang dari Gobi san. Memang dia datang datang menyerangku dan sengaja mencari perkara. Tak usah banyak bicara dengan dia, mari kita tangkap dia untuk diseret ke depan guru guru kita!"
Kembali hwesio itu mentertawakan mereka. Lie Bu Tek menjadi gemas sekali. Pemuda yang usia nya sudah dua puluh lima tahun lebih ini telah merantau dan memiliki pengalaman luas, juga dengan kepandaiannya, ia telah memperoleh nama besar. Kini menghadapi hwesio Go bi pai ini, tentu saja ia tidak menjadi takut dan marahlah ia melihat kekurangajaran hwesio ini.
"Sute, sumoi, biarkan aku mencoba kepandaian hwesio ini," katanya, kemudian dengan sekali lompatan saja ia telah berada di depan Tiauw It Hosiang. Hwesio ini melihat gerakan orang tahu bahwa ia menghadapi seorang ahli yang tidak boleh dipandang ringan, maka ia hentikan senyumnya dan memasang kuda kuda.
"Bagus, kau murid tertua dari Hoa san pai" Majulah, hendak kulihat sampai di mana tua bangka tua bangka di puncak Hoa san itu memberi pelajaran kepadamu."
"Hwesio, mulutmu terlalu kotor !" bentak Lie Bu Tek yang cepat maju menyerang dengan kepalan tangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kanannya. Pukulannya dilakukan dengan cepat dan manlep, membawa tenaga yang luar biasa kuatnya.
Melihat cara pemuda ini memukul, Tiauw lt Hosiang tidak berani main main lagi. Ia cepat mengelak ke kiri dai membalas kontan dengan tendangan ke arah perut Lie Bu Tek. Akan tetapi pemuda Hoa san pai inipun tidak gugup dan cepat ia menggunakan tangan tadi ditarik ke bawah dan menggunakan sikunya untuk menangkis tendangan ini.
Pukulan dengan siku tangan kanan ini merupakan totokan ke arah jalan darah pada mata kaki, maka Tiauw It Hosiang cepat menarik kembali kakinya dan kini kedua ujung lengan bajunya menyambar dari kanan kiri mengarah kedua telinga Lie Bu Tek!
Pemuda ini cepat menggunakan gerakan Liang tho lian kai (Dua Bunga Teratai Mekar), kedua tangannya bergerak dari pinggang ke atas dan berhasil menanakis sambaran ujung lengan baju. Lie Bu Tek merasa betapa lengannya tergetar dan Tiauw It Hosiang melihat betapa kedua lengan bajunya terpental ke belakang.
"Bagus, berisi juga kau!" kata hwesio itu yang melangkah mundur tiga tindak, kemudian ia menggerak gerakkan kedua lengannya. Tiba tiba dadanya mengempis dan perutnya mengembung, mukanya menjadi pucat dan matanya tak pernah berkedip memandang ke depan.
Dengan langkah perlahan ia lalu maju menghampiri Lie Bu Tek dengan kedua tangan terkepal, akan tetapi jari telunjuknya lurus keluar. Inilah Ilmu Silat lt ci tiam hwelouw (Ilmu Totok Satu Jari) atau It ci ciang (Pukulan Satu Jari) yang menjadi kebanggaan dan yang membuat namanya terkenal di dunia kang ouw. Ilmu silat ini benar benar luar biasa karena seluruh gerakan berdasarkan lweekang yang berbahaya. Gerakannya menang perlahan saja, akan tetapi daya pukulannya amat lihai, sukar sekali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dilawan, apa lagi oleh orang yang ilmu kepandaian atau tenaga lweekangnya masih rendah, Sebetulnya apabila tidak menghadapi lawan tangguh, Tiauw It Hosiang tidak mau mengeluarkan kepandaian simpanannya ini. Sekarang ia hendak mengalahkan lawannya cepat cepat, maka ia mengeluarkan It ci tiam hwelouw.
Lie Bu Tek terkejut. Sebagai seorang yang banyak merantau, ia maklum akan kehebatan lawannya ini iapun telah melatih diri dan memiliki lweekang yang tinggi, maka tentu saja ia tidak gentar dan menghadapi lawannya dengan tabah. Akan tetapi ia maklum jika kali ini tidak dapat mengalahkan lawan nya, pasti ia akan terluka hebat ! Gan Hok Seng dan Thio Ling In juga maklum akan hal ini, maka mereka memandang dengan hati berdebar dan gelisah.
Pada saat itu, tiba tiba terdengar suara ketawa terkekeh yang merdu sekali, lalu disusul oleh suara yang jenaka, "Eh kau ini orang gundul apakah hendak meniru seekor kepiting" Kepalamu gundul licin, dada kempis perut kembung, telunjuk menuding, apa apaan sih" Sungguh amat lucu, anak anak bukan, orang tuapun tak pantas !"
Saking marah dan mendongkolnya mendengar olok olok ini, Tiauw lt Hosiang tidak jadi menyerang Lie Bu Tek menyimpan kembali tenaga lweekangnya sehingga perutnya mengempis kembali dan dadanya mekar. Ia cepat cepat menoleh dan entah dari mana datangnya, tahu tahu di sebelah kanannya telah berdiri seorang gadis amat cantik dan usianya baru belasan tahun. Gadis itu berdiri dengan kedua alis diangkat tinggi, mata memandang lucu dan bibirnya menahan geli hati yang membuatnya tertawa terkekeh. Di belakangnya berdiri seorang kakek berpakaian petani, maka tahulah Tiauw It Hosiang bahwa ia berhadapan dengan orang keempat dari tokoh tokoh Hoa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
san pai lalu ia menjura kepada Tan Seng yang berdiri di belakang Bi lan.
"Susiok!" Lie Bu Tek, Gin Hok Seng, dan Thio Ling In memberi hormat kepada Tan Seng yang menganguk angguk kepada mereka. Adapun Bi Lan lalu menghampiri Ling In sambil berlari lari, kemudian memeluk gadis itu sambil berkata, "Enci Ling In mengapa begitu lama kau baru muncul" Ji wi suheng, kalian tidak bertambah besar, masih sama seperti dulu !"
Kedua suheng itu tersenyum gembira. "Kau yang sekarang telah menjadi besar benar benar telah menjadi sarang dara yang cantik, bukan begitu sute?" kata Lie Bu Tek kepada Gan Hok Seng yang semenjak tadi menatap wajah Bi Lan dengan kagum terheran heran. "Kalau bertemu berdua di jalan, tentu aku takkan mengenalmu, sumoi. Kau benar benar berubah!" akhirnya Hok Seng berkata dan pujian kedua suhengnya ini membuat wajah Bi Lan beseri seri.
Sementara itu Tiauw It Hosiang yang menjura kepada Tan Seng berkata, "Kebetulan sekali kau turun! Bukankah pinceng berhadapan dengan Tan Seng lo enghiong, tokoh ke empat dari Hoa san pai, bukan dari murid muridnya yang kosong melompong hanya pandai menyombong saja!"
Tan Seng bersikap sabar dan hendak merendahkan diri, akan tetapi tiba tiba Bi Lan melompat ke depan hwesio itu dan menudingkan jari telunjuknya hampir mengenai hidung Tiauw It Hosiang Hwesio ini cepat melangkah mundur, karena tentu saja ia tidak sudi hidungnya ditunjuk tunjuk oleh nona kecil Ini.
"Eh, hwesio pemotong babi, kau bilang apa tadi" Kau bilang datang hendak minta tambah pengertian, akan tetapi mengapa kau memaki maki murid Hoa san pai! Tadipun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kau berani mempermainkan saudara saudaraku, berani pula membadut dan hendak berjoget tari kepiting, apa apaan sih kau ini" Orang seperti kau tidak berharga untuk bicara dengan kami, hayo kau pergi dari sini!" Setelah berkata demikian Bi Lan lalu menggunakan tangan kanannya yang jari jarinya dibuka untuk mendorong dada hwesio itu, Tiauw It Hosiang tentu saja memandang rendah gadis ini dan melihat kejenakaan Bi Lan, dan karena mendongkol juga dihina oleh gadis cilik ini, ia bermaksud hendak mempermainkan Bi Lan dan membikin malu. Demikianlah, ketika tangan nona itu mendorong ke arah dadanya, ia lalu mengulur tangan kanan untuk menyambut lengan itu dan hendak ditangkap pergelangan tangannya.
Akan tetapi, alangkah terkejutnya ketika jari jari tangan Bi Lan yang mendorongnya itu tiba tiba saja menukik ke bawah dengan pergelangan tangan ditekuk secara mendadak, dan dua buah jari tangan gadis itu dengan tepat sekali menotok ke arah jalan darah pada pergelangan tangannya! Tiauw It Hosiang cepat menarik kembali tangannya,, akan tetapi pada saat itu tangan kiri gadis yang jenaka ini telah mendorong dadanya. Tiauw It Ho siang mempertahankan diri, akan tetapi dorongan itu selain tiba tiba dan tak terduga datangnya, juga tenaga yang dipergunakan luar biasa besarnya sehingga biarpun tidak terjengkang ke belakang, tubuh hwesio itu telah terhuyung huyung ke belakang sampai lima tindak!
"Eh eh, kau masih tidak mau pergi?" bentak Bi Lan sambil pelototkan mata dan bertolak pinggang, lagaknya seperti sedang menegur seorang anak kecil yang nakal.
"Apakah mau tunggu sampai aku menjewer telingamu?"
Selama Tiauw It Hosiang menjadi tokoh ke tiga dari Go bi pai, yakni sudah lebih lima tahun, di manapun dia berada belum pernah hwesio ini mengalami hinaan orang seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang telah dihadapinya sekarang. Dara remaja yang usianya baru belasan tahun ini, yang nampak lemah lembut karena kulitnya halus seperti sutera dan wajahnya cantik jelita seperti bidadari, telah berani mempermainkan nya dan menghinanya dengan cara yang hebat sekali.
"Tan Seng lo enghiong," katanya dengan suara menggigil saking marahnya kepada gadis itu, "kalau kau tidak menyuruh pergi gadis liar ini dan tidak menyuruh dia minta ampun kepadaku, jangan salahkan pinceng turun tangan menghajarnya!"
"Bi Lan, jangan main main dengan It ci sinkang Tiauw It Hosiang, dia adalah tokoh besar ke tiga dari Go bi pai!"
kata Tan Seng setengah mengejek hwesio yang sombong itu tanpa minta gadis itu mengundurkan diri. Memang Tan Seng kakek petani ini sengaja hendak melihat sampai di mana keberanian dan kepandaian cucunya yang tercinta, dan sampai di mana pula kesombongan hwesio itu. Kalau kiranya gadis itu nanti terancam bahaya, baru ia hendak turun tangan membantu.
"Kong kong, jangan kata baru satu jarinya yang lihai (it ci), biarpun dua puluh jari tangan dan kakinya semua lihai, tidak seharusnya ia main gila di Hoa san! Jangankan baru tokoh ke tiga, biar tokoh terbesar sekalipun harus menaruh hormat kepada Hoa san pai! Aku takkan minta ampun sebelum dia yang lebih dulu berlutut minta ampun kepada kong kong karena tadi telah berani menghina anak murid Hoa san pai." Sambil berkala demikian kembali ia menghadapi hwesio itu dengan kedua tangan bertolak pinggang dan dengan sikap menantang sekali.
"Sumoi, jangan main main. Dia lihai sekali!" kata Gan Hok Seng memperingatkan sumoinya karena peauwsu muda ini tadi telah merasakan sendiri kelihaian hwesio itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sumoi, biar susiok menghadapinya, jangan main main!" Lie Bu Tek juga memperingatkan, karena tiga tabun yang lalu, ketika ia hendak meninggalkan perguruan, sumoinya yang paling kecil ini kepandaiannya masih di bawah tingkatnya sendiri. Sedangkan dia sebagai murid pertama dari Hoa san pai yang sudah banyak merantau dan berpengalaman, masih tidak kuat menghadapi hwesio ini, apalagi sumoinya yang cantik dan jenaka ini"
Adapun Thio Ling In, gadis murid Liang Bi Suthai yang juga memiliki watak jenaka akan tetapi keras, melihat betapa sumoinya berani mempermainkan Tiauw It Hosiang tertawa geli dan berkata kepada Tan Seng, "Susiok, biarkan teecu membantu sumoi menghadapi si gundul sombong ini
!" "Tak usah, suci, tak usah! Orang macam ini saja perlu apa harus kau sendiri turun tangan" Cukup dihadapi murid termuda dari Hoa san pai! Nah, Tiauw It Hosiang, kau hendak berkata apa sekarang?" Bi Lan kembali mengejek hwesio itu.
Kulit muka hwesio itu sebentar menjadi merah sampai ke kepalanya dan sebentar pula menjadi sangat pucat saking menahan marahnya.
"Kau....kau....akan kubunuh kau..." hanya ini yang dapat keluar dari mulutnya dengan dada terengah engah, kemudian ia mengumpulkan tenaganya, menggerak gerakkan kedua tangannya. Seperti tadi ketika menghadapi Lie Bu Tek, dadanya mengempis dan perutnya
mengembung, mukanya pucat dan sepasang matanya melotot memandang kepada Bi Lan! Ia melangkah maju dengan kedua tangan terkepal akan tetapi jari telunjuknya lurus keluar. Saking marahnya, menghadapi anak dara ini Tiauw It Hosiang tidak segan segan mengeluarkan ilmunya yang paling dibanggakan dan diandalkan, yakni It ci tiam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hwelouw yang jarang sekali gagal dalam menghadapi lawan tangguh.
Lie Bu Tek menjadi pucat ketika melihat ini, juga Thio Ling In dan Gan Hok Seng memandang dengan hati berdebar debar dan diam diam mereka menyesali sumoinya yang dianggap terlalu sembrono itu. Hanya Tan Seng seorang yang masih tenang tenang saja. Bagaimana sikap Bi Lan sendiri" Sungguh mengherankan, gadis ini bahkan mentertawakan Tiauw It Hosiang. Ia tertawa tawa sambil menutup mulut dengan tangan kirinya, sama sekali tidak memasang kuda kuda untuk menghadapi serangan lawan.
"Aha, badut gundul, kembali kau berjoget kepiting!"
Tiauw It Hosiang mengeluarkan bentakan parau menyeramkan dan tubuhnya menubruk maju, melakukan serangan dengan kedua jari telunjuknya yang kiri menotok jalan darah Hong sai hiat di lutut kanan, sedangkan jari kanan menotok jalan darah Kiam ceng hiat di pundak kiri nona itu! Memang luar biasa dan hebat sekali serangan beruntun yang hampir berbareng telah menyerang bagian bagian tubuh yang berjauhan ini.
"Ayaaa! Tidak tahunya kepiting gnndul ini galak!"
dengan amat lincahnya Bi Lan mengelak ke belakang menghindarkan serangan totokan yang lihai itu.
Gerakannya tadi ketika mengelak adalah gerakan dari langkah kaki yang disebut Tui po lian hoan (Gerakan Kaki Mundur Berantai). Ketiga kakak seperguruannya tentu saja sudah mempelajari Tui po lian hoan, akan tetapi mereka merasa kagum sekali ketika menyaksikan betapa gerakan kaki ini dapat dipergunakan untuk menghindarkan diri dari serangan yang demikian berbahaya. Di samping itu, Bi Lan masih bisa mengeluarkan kata kata ejekan pula!
"Mampus kau!" Tiauw It Hosiang dengan marah
menyerang terus tanpa memberi kesempatan kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawannya. Kini kaki kanannya menendang dari bawah ke arah pusar sedangkan dua telunjuknya melakukan totokan berbareng ke arah leher dan ulu hati. Dengan demikian, maka sekaligus ada tiga serangan yang mengancam diri Bi Lan
Dengan bibir masih tersenyum manis, Bi Lan
menghadapi serangan maut ini dengan gerak tipu Ouw po lat kiang (Menggeser Kaki Menarik Busur). Gerakan ini indah sekali karena sambil mengelak dari tendangan kaki lawan, kedua tangannya bergerak maju dan sekaligus ia menyambut totokan lawan dengan mendahuluinya menotok ke arah sambungan siku !
Kembali Lie Bu Tek dan dua orang adik seperguruannya melenggong, karena biarpun mereka telah mempelajari gerak tipu Ouw po lat kiang ini, namun harus mereka akui bahwa gerakan mereka takkan secepat dan setepat itu.
Ketika mereka melirik ke arah susiok mereka, Tan Seng hanya mengangguk angguk puas dan nampaknya juga kagum dan gembira sekali !
Tentu saja Tiauw It Hosiang tidak mau membiarkan sambungan sikunya ditotok lawan, maka cepat ia menarik kembali kedua tangannya. Akan tetapi sekarang Bi Lan tidak mau memberi hati dan memberi kesempatan kepada lawannya untuk menyerang terus, ia membalas dengan serangan serangan hebat pula dan yang ia pergunakan untuk menyerang adalah Pukulan Hun kai ciang hwat (Pukulan Memecah dan Membuka). Memang pukulan ini tepat sekali untuk menghadapi lt ci tiam hwelouw sehingga pertempuran berjalan luar biasa ramainya. Tentu saja dara yang masih hijau belum berpengalaman itu kalah dalam hal tenaga dan kemahiran kaki tangan, akan tetapi tak dapat disangkal pula bahwa Bi Lan menang dalam kegesitan, ketabahan dan ketenangan. Benar benar amat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengagumkan betapa dara itu mempermainkan Tiauw It Hosiang seperti seorang dewasa mempermainkan seorang anak kecil saja!
Pertempuran telah berlangsung empat puluh jurus lebih dan belum juga Tiauw It Hosiang mengalahkan atau mendesak gadis itu! Hal ini benar benar membuat dada hwesio itu hampir meledak saking marah dan penasaran, ia sengaja datang untuk menantang empat tokoh dari Hoa san pai, dan kini menghadapi murid termuda dari Hoa san pai saja, sampai kepalanya yang licin itu berpeluh belum juga ia dapat mengalahkannya! Ia mengeluarkan suara seperti seekor biruang marah, lalu merobah ilmu silatnya dan kini setiap pukulannya ditujukan untuk membunuh!
-oo0dw0ooo- Jilid 3 BI LAN juga merasa penasaran karena ia tidak dapat mengalahkan hwesio ini. Ketawanya mulai menghilang dan ia bersungguh sungguh untuk merobohkan lawannya. Gadis ini semenjak kecilnya memiliki kecerdikan yang luar biasa sekali. Kini setelah ia mengeluarkan seluruh kepandaian dan pikirannya di dalam pertempuran ini, mulailah ia mencari akal untuk mengalahkan hwesio yang tangguh ini.
Ia tadi melihat betapa hwesio itu mudah sekali marah dan ternyata amat berangasan. Kalau dilawan keras sama keras, mungkin dia akan kalah karena hwesio itu benar benar tangguh. Maka setelah berpikir masak masak, Bi Lan kembali memasang senyumnya yang manis dan tiba tiba ia merobah ilmu silatnya dan kini ia mainkan Ilmu Silat Bi ciong kun, semacam ilmu silat lemas dan lemah gemulai akan tetapi penuh terisi dengan tipu tipu menyesatkan!
Karena memang gadis ini merupakan seorang dara remaja,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka bagaikan setangkai bunga ia sedang mekarnya dan Bi Lan memiliki potongan yang langsing dan menggairahkan.
Setelah mainkan ilmu silat ini, ia berhasil mempermainkan lawannya dan membuat hwesio itu menjadi makin penasaran dan marah. Memang di dalam gerakan Bi ciong kun ini terisi tipu tipu yang sifatnya mengejek dan mempermainkan, bagaikan seorang penari sedang menari indah dan tiap kali hwesio itu menyerang selalu mengenai tempat kosong! Pada saat yang amat baik di mana terdapat lowongan. Bi Lan tidak menyia nyiakan kesempatan ini dan cepat mengirim pukulan tangan kiri dengan ilmu pukulan dari Hoa san pai aseli. Tiauw It Hosiang tak sempat mengelak lagi dan terpaksa ia mengerahkan lweekangnya ke bagian dada yang terpukul, sedangkan telunjuk kirinya dengan cepat lalu mengirim totokan ke arah pangkal lengan gadis itu, yakni bagian tubuh lawan yang terdekat di waktu itu.
"Duk!" pukulan tangan kiri Bi Lan mengenai sasaran dan tubuh hwesio itu terlempar sampai setombak lebih dan biarpun ia roboh dalam keadaan berjongkok dan segera berdiri lagi, namun mukanya pucat sekali dan ia telah menderita luka dalam yang cukup lumayan. Akan tetapi, Bi Lan juga tertolak ke belakang dan gadis ini menahan rasa sakit pada pangkal lengan kanannya, bahkan masih tersenyum mengejek memandang kepada Tiauw It Hosiang.
Padahal lengan kanannya pada saat itu telah menjadi lumpuh !
Tiauw It Hosiang kaget sekali melihat betapa dara itu tidak nampak sakit terkena totokannya tadi, seakan akan gadis itu tidak merasa sama sekali. Betul betulkah anak ini dapat menahan totokannya tadi" Dengan malu dan penasaran di dalam hati, Tiauw It Hosiang menjura ke arah orang orang Hoa san pai ini sambil berkata, "Bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepandaian Hoa san pai yang terlalu tinggi, melainkan pinceng (aku) yang lalai dan kurang latihan. Tan lo enghiong, biarlah kali ini pinceng mengaku kalah, akan tetapi kami dari Go bi pai akan merasa terhormat sekali kalau sewaktu waktu kami mengadakan pibu dengan kalian orang orang Hoa san pai." Setelah berkata demikian, hwesio ini membalikkan tubuhnya dan hendak pergi.
"Tiauw It Hosiang, kau telah terluka oleh pukulan Tin san ciang (Pukulan Menggetarkan Gunung), mari kuobati lukamu itu!" kata Tan Seng yang diam diam merasa gembira dan kagum sekali melihat cucunya berhasil mengalahkan hwesio itu !
Tiauw It Hosiang menengok dan mukanya menjadi makin garang. "Terima kasih, biarlah luka ditimbulkan oleh pukulan Hoa san pai dan diobati dengan obat Go bi pai!
Selamat berpisah," Hwesio ini sambil menahan sakit lalu pergi dari situ dengan cepat.
"Hem, orang macam dia mana pantas menjadi pendeta?"
Tan Seng berkata perlahan seperti pada diri sendiri, akan tetapi ketika ia menengok ke arah Bi Lan, ia menjadi kaget sekali. "Bi Lan, kau kenapa?" Gadis itu nampak pucat dan meringis kesakitan setelah lawannya sudah pergi.
"Lengan kananku, kong kong. Ketika aku memukul dengan tangan kiri, ia telah berhasil menotok jalan darah di pangkal lengan kananku." Tan Seng memegang lengan kanan gadis itu dan setelah menekan nadinya, ia berkata,
"Tidak ada yang luka, hanya totokan Go bi pai ini lain dari pada tiam hwat ( ilmu totok) kita, apalagi Tiauw It Hosiang berjuluk It ci sinkang. Twa suhumu ( guru tertua ) paling ahli tentang jalan darah, kau mintalah dia menolongmu sekalian melaporkan kedatangan kedua suheng dan sucimu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bi Lan lalu berloncat loncatan dan berlari mencari twa suhunya, yakni Liang Gi Cinjin di dalam kuil.
"Susiok, mengapa kepandaian sumoi menjadi sehebat itu?" Thio Ling In bertanya kepada Tan Seng dan jelas nampak rasa iri hati nya sebagaimana telah lajimnya terdapat dalam watak sebagian besar wanita. "Ia memiliki kepandaian jauh lebih tinggi dari pada teecu, bahkan masih lebih tinggi dari pada kepandaian Lie suheng sendiri!
Agaknya ada rasa pilih kasih dan berat sebelah dalam perguruan kita."
Tan Seng tersenyum dan menggeleng geleng kepalanya.
"Ling In dan kalian juga, Bu Tek dan Kok Seng. Jangan kalian mengira yang bukan bukan. Apakah kalian tidak melihat suatu gerakan dalam ilmu silat Bi Lan yang belum pernah kalian pelajari" Nah, tentu kalian sudah melihatnya sendiri bahwa semua ilmu silatnya tadi adalah ilmu silat Hoa san pai kita yang kalian sudah pelajari. Guru gurumu tidak berat sebelah dan juga tidak pilih kasih. Sesungguhnya anak itu sendiri yang membuat kepandaiannya jadi sempurna dan sebaik itu. Tahukah kalian bahwa sekarang aku sendiripun agaknya takkan dapat menandinginya"
Anak itu amat maju karena bakatnya dan karena ia memang tekun sekali melatih diri."
Tiga orang muda itu menjadi amat kagum dan setelah mereka mengingat ingat, memang betul bahwa semua gerakan Bi Lan ketika menghadapi hwesio tadi, tidak ada yang tidak mereka kenal. Akan tetapi bagaimanakah ilmu silat Bi ciong kun saja dapat dipergunakan untuk menghadapi Tiauw It Hosiang yang memiliki kepandaian begitu tinggi"
"Tinggi dan rendahnya tingkat kepandaian seorang, bahkan semata mata tergantung pada ilmu silatnya, akan tetapi terutama sekali tergantung kepada orang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memainkannya." Tan Seng memberi penjelasan. "Ilmu silat yang biasa dan sederhana saja dapat menjadi ilmu yang amat tangguh dan lihai jika dimainkan oleh seorang yang telah menguasainya betul betul dan yang melatihnya sampai ilmu silat itu seakan akan mendarah daging sehingga gerakan gerakannya menjadi otomatis. Sebaliknya ilmu silat yang bagaimana tinggipun akan percuma saja apabila dimainkan oleh orang yang hanya menguasai kulitnya saja."
Ketiga murid Hoa san pai ini mendengarkan sambil menundukkan kepala dan mereka berjanji di dalam hati akan berlatih lebih tekun lagi. Tak lama kemudian, datanglah Bi Lan berlari larian dengan wajah girang.
Ternyata, benar sebagaimana kata kong kongnya tadi, sebentar saja twa suhunya. Liang Gi Tojin atau juga disebut Liang Gi Cinjin, dapat memulihkan lengan kanannya yang lumpuh, bahkan lalu menjanjikan untuk mengajar rahasia Ilmu Pi ki hu hiat (Menutup Hawa Melindungi Jalan Darah) untuk menghindarkan serangan totokan lawan.
"Twa suhu, ji suthai dan sam suhu dengan girang minta suheng dan suci datang di ruang besar," kata Bi Lan sambil memegang lengan Ling In. "Suci, kau menjadi makin cantik jelita saja!"
Ling In memeluk sumoinya dan berkata dengan bangga,
"Sumoi, kaulah yang amat manis dan kepandaianmu benar mengagumkan hatiku."
"Ah, bagaimana suci bisa bilang begitu kalau melawan seorang gundul saja aku sampai terkena totokannya?"
Sepasang alis Bi Lan berkerut dan ia benar benar merasa amat penasaran dan tidak puas.
"Tapi kau tadi boleh bilang telah mendapat kemenangan, sumoi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak puas, suci. Aku masih belum patut menyebut diri sendiri berkepandaian kalau menghadapi seorang seperti Tiauw It Hosiang saja masih terluka. Aku harus belajar lebih giat lagi!"
Diam diam Ling In menjadi makin kagum dan ia membenarkan kata kata susioknya tadi tentang kebesaran semangat Bi Lan dalam pelajaran ilmu silat.
Mereka lalu menuju ke ruang besar dalam kuil di mana telah menanti Liang Gi Tojin, Liang Bi Suthai, dan Liang Tek Siangseng. Tokoh tokoh Hoa san pai ini merasa girang melihat kedatangan murid murid mereka, dan ketika mendengar tentang penyerbuan Tiauw It Hosiang, Liang Bi Suthai menjadi marah. Memang tokouw ini berwatak keras.
Sambil mengepal tangannya ia berkata,
"Orang orang Go bi pai memang sombong sekali! Aku tahu mereka itu tentu masih menaruh hati dendam karena dahulu aku telah membunuh penjahat yang ternyata anak murid mereka itu. Baiklah, lain kali aku sendiri akan datang ke sana untuk membereskan hal ini agar jangan berlarut larut menjadi permusuhan besar !"
Liang Gi Tojin menarik napas panjang. "Sumoi, memang sebaiknya kalau kau membereskan urusan ini dengan Kian Wi Taisu, ketua Go bi pai sendiri. Akan tetapi harap kau suka berlaku sabar agar jangan membikin ribut pula Go bi san." Setelah berkata demikian. Liang Gi Tojin lalu bertanya kepada muridnya, "Bu Tek, bagaimana dengan penyelidikanmu tentang Gua Makam Pahlawan"
Apakah kedatanganmu sekarang ini ada hubungannya dengan itu?"
"Betul suhu. Teecu mendengar dari orang orang kang ouw bahwa Gua Makam Pahlawan yang dimaksud oleh Tan susiok itu berada di puncak Tapie san di sebelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selatan Sungai Huai kiang. Akan tetapi ....." Pemuda yang gagah ini mengerutkan keningnya seakan akan ada sesuatu yang membuat dia merasa ngeri.
"Bagaimana, Bu Tek" Apa yang hendak kau katakan?"
Liang Tek Sianseng mendesak.
"Teecu mendengar berita yang amat menggelisahkan, susiok," jawab Bu Tek. "Menurut berita yang teecu dengar, Pegunungan Ta pie san adalah tempat yang amat berbahaya kalau tidak boleh disebut tak mungkin didatangi manusia.
Di sana menjadi pusat dari pada perkumpulan rahasia Hui eng pai (Perkumpulan Garuda Terbang) dengan tiga orang ciang bun jin (ketua) mereka yang amat terkenal jahat dan ganas, yakni Hui to Sam eng." Memang tiga orang ketua dari perkumpulan Hui eng pai menggunakan nama julukan di mana terdapat huruf huruf Hui eng, akan tetapi Hui to sam eng kalau diterjemahkan boleh juga diartikan Tiga Pendekar Golok Terbang, karena biarpun dituliskan jauh berbeda namun Eng dapat diartikan Garuda atau Pendekar.
Mendengar keterangan ini, Liang Gi Tojin mengangguk angguk "Pantas saja mereka itu tidak kelihatan lagi, tidak tahunya bersembunyi di Gunung Ta pie san. Memang mereka itu terkenal suka sekali mencari permusuhan dan tidak memandang kepada golongan lain. Akan tetapi, apakah jalan menuju Gua Makam Pahlawan itu hanya dapat dilakukan melalui tempat tinggal Hui eng pai saja?"
"Memang ada jalan mendaki dari jurusan lain, suhu.
Akan tetapi menurut keterangan orang kang ouw, bahkan jalan yang lain itu lebih berbahaya lagi, karena kabarnya di situ bersembunyi Coa ong Sin kai."
Kini empat orang tokoh Hoa san pai itu terkejut. "Apa"
Setan pemelihara ular itu masih hidup?" kata Liang Tek
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sianseng. "Kukira dia tewas dalam tangan Thian te Siang mo."
Pada saat itu tiba tiba terdengar suara ketawa bergelak dari luar kuil. Cepat sekali adalah gerakan Bi Lan, karena sebelum lain orang melakukan sesuatu gerakan, gadis ini telah melompat keluar.
Suara ketawa itu disambung oleh kata kata yang parau menyeramkan, "Siapa bilang Coa ong Sin kai tewas" Dia tidak akan dapat mati karena memiliki tiga nyawa cadangan, ha ha ha !"
Keempat tokoh Hoa san pai menjadi terkejut sekali dan lalu melompat keluar untuk melihat siapa orangnya yang demikian lihai sehingga dapat mendengar percakapan yang dilakukan di dalam kuil. Bu Tek dan kedua adik seperguruannya juga menyusul guru guru mereka keluar dari kuil itu dengan hati berdebar!
Ketika semua orang tiba di luar, mereka melihat Bi Lan sedang bertempur melawan seorang kakek tinggi kurus yang bermata liar. Kakek itu bertempur sambil tertawa tawa menghadapi Bi Lan dengan tangan kosong sedangkan gadis itu yang menggunakan pedangnya nampak tak berdaya dan dipermainkan saja oleh kakek tinggi kurus itu.
"Coa ong Sin kai !" Liang Tek Sianseng berseru kaget lalu kedua kakinya bergerak dan melompatlah ia ke tempat pertempuran itu. Tangan kanannya telah memegang senjata Poan koan pit, yakni senjatanya yang dapat dipergunakan untuk menulis. "Harap kau jangan mencari permusuhan dengan kami orang orang Hoa san pai," serunya.


Pendekar Budiman Hwa I Eng-hiong Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Akan tetapi Coa ong Sin kai tertawa bergelak. "Ha ha ha, kalian masih menjaga di Hoa san" Ha ha ha, nona kecil ini manis sekali, aku suka padanya. Ada jodoh antara dia dan aku, ha ha!" Sambil berkata demikian tanpa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperdulikan Liang Tek Sianseng kakek yang seperti gila ini lalu menggerakkan kedua tangannya. Tahu tahu pedang di tangan Bi Lan telah kena ditangkapnya. Sungguh mengherankan dan hebat sekali kakek ini yang dapat menangkap pedang tajam begitu saja dengan tangannya! Bi Lan menggunakan tenaganya membetot dengan maksud melukai tangan kakek itu, akan tetapi alangkah herannya ketika ia mendapat kenyataan bahwa pedangnya itu telah patah menjadi dua! Sebelum ia hilang kagetnya, tiba tiba ia merasa tubuhnya lemas karena jari jari tangan kiri kakek itu telah mencengkeram pundaknya dan menekan jalan darahnya. Di lain saat ia telah dikempit oleh Coa ong Sin kai !
"Setan gila, kaulepaskan muridku!" Liang Bi Suthai dengan marah sekali maju menerjang dan memukul dengan kepalan tangannya. Angin pukulannya membuat pakaian Coa ong Sin kai yang compang camping itu berkibar, akan tetapi kakek gila ini dengan gerakan yang aneh dapat mengelak dan membalas serangan itu dengan pukulan pukulan berantai. Memang hebat sekali kepandaian Coa ong Sin kai. Biarpun tangan kirinya memondong tubuh Bi Lan yang tak berdaya karena tertotok, namun tangan kanannya dan kedua kakinya masih dapat bergerak dengan amat cepatnya dan menghadapi serangan berantai ini, Liang Bi Suthai sendiri tokoh kedua dari Hoa sanpai sampai berlompatan mundur untuk menyelamatkan diri !
Kembali Coa ong Sin kai tertawa bergelak. "Anak ini berjodoh dengan aku, jangan kalian menghalangi. Ha ha ha!"
"Coa ong Sin kai, kau manusia iblis. Lepaskan muridku!" Liang Gi Tojin menggerakkan tubuhnya dan menyerang dengan ilmu silat Hoa san pai yang paling berbahaya. Liang Gi Tojin adalah seorang ahli kebatinan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jarang sekali ia mengeluarkan ilmu silatnya, akan tetapi kalau ia sudah mau mengeluarkannya, ternyata bahwa semua gerakannya adalah ilmu ilmu silat yang paling lihat dari Hoa san pai. Juga tenaga lweekangnya adalah paling tinggi diantara adik adik seperguruannya. Namun Coa ong Sin kai tidak menjadi gentar. Kini tangan kanannya telah memegang senjatanya yang ringan sederhana, akan tetapi lihai itu yakni sebatang bambu yang berwarna kuning berbintik bintik hijau.
Tan Seng yang semenjak tadi melihat keadaan cucunya dengan hati gelisah, kini dengan amat marah telah mencabut goloknya dan menyerbu kakek gila itu, membantu twa suhengnya. Demikianpun Liang Bi Suthai dan Liang Tek Sianseng, cepat maju mengurung sehingga kakek gila itu kini terkurung dan dikeroyok oleh empat tokoh Hoa san pai !
Lie Bu Tek, Thio Ling In dan Gan Hok Seng hanya menonton saja dengan hati berdebar, karena melihat gerakan kakek gila itu, mereka tahu bahwa tidak akan ada gunanya kalau mereka ikut mengeroyok Kepandaian kakek itu terlalu tinggi dan kalau mereka membantu, bahkan hanya akan mengganggu pengeroyokan empat orang tua itu.
Ketika tadi menghadapi Liang Gi Tojin, biarpun ditambah lagi dengan Tan Seng, kakek gila itu masih dapat menahan bahkan dapat membalas serangan serangan mereka. Akan tetapi kini setelah empat orang tokoh Hoa san pai yang rata rata berkepandaian tinggi itu maju semua mengeroyok Coa ong Sin kai menjadi sibuk juga. Kalau saja ia tidak sedang memondong tubuh Bi Lan, mungkin ia takkan kalah dan akan dapat merobohkan empat orang pengeroyoknya. Sebaliknya, serakan empat orang tokoh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hoa san pai itupun tidak leluasa karena mereka takut kalau kalau serangan mereka akan mengenai tubuh Bi Lan.
Tiba tiba kakek itu tertawa lagi dan berkata. "Kalian curang, main keroyokan! Sudah, aku pergi!" Ia lalu menggunakan tubuh Bi Lan yang dipegang kedua lengannya untuk diputar sedemikian rupa sebagai pengganti senjata! Tentu saja Liang Gi Tojin dan adik adik seperguruannya menjadi terkejut sekali dan melompat mundur agar jangan sampai melukai Bi Lan sendiri dan dengan demikian, Coa ong Sin kai dengan enaknya dapat turun gunung dan melarikan Bi Lan !
"Celaka!" Tan Seng membanting banting kakinya.
"Kalau dia mengganggu Bi Lan, aku akan mengadu nyawa dengan dia !"
"Percuma saja kita mengejarnya," kata Liang Gi Tojin
"Dia tidak waras otaknya, kalau kita mendesak mungkin dia bahkan membunuh Bi Lan. Kita harus mengikutinya diam diam dan mencari kesempatan untuk merampas Bi Lan kembali. Lagi pula, biarpun dia terganggu otaknya, kulihat sinar matanya tidak mengandung kebuasan terhadap Bi Lan, tidak ada hawa nafsu jahat terbayang pada matanya. Maka aku yakin bahwa dia takkan mengganggu Bi Lan."
"Kalau tidak hendak mengganggu, mengapa dia
menculik Bi Lan ?" tanya Liang Bi Suthai dengan kening berkerut, tanda bahwa ia sedang gelisah sekali.
Liang Gi Tojin menggerakkan pundaknya. "Siapa tahu jalan pikiran seorang gila" Mungkin diambil anak, mungkin diambil sebagai murid siapa tahu?"
"Dia tadi menyatakan ada jodoh, kurasa dia ingin mengambil murid kepada Bi Lan." kata Liang Tek Sianseng dengan suaranya yang halus seperti lazimnya suara seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terpelajar. "Biarpun dia gila, akan tetapi seorang yang berkepandaian silat tinggi tentu akan dapat dengan mudah melihat bakat bakat yang luar biasa dalam diri Bi Lan dan tentu inilah yang menarik hatinya untuk mengambil Bi Lan sebagai muridnya."
Semua orang membenarkan dugaan ini dan hati mereka agak merasa lega. Betapapun juga, Tan Seng mengambil keputusan untuk menyelidiki dan mengejar ke Ta pie san, sekalian hendak mencari Goa Makam Pahlawan seperti yang diterangkan oleh Lie Bu Tek tadi. Tiga orang murid Hoa san pai itu menyatakan hendak ikut dengan Tan Seng, karena merekapun merasa sedih mengingat akan nasib Bi Lan dan ingin sekali turun tangan membantu susiok mereka dan menolong Bi Lan.
Adapun Liang Tek Sianseng lalu menyatakan hendak mencari seorang tokoh terbesar di dunia kang ouw pada waktu itu untuk dimintai pertolongannya. Ia percaya bahwa kalau tokoh kang ouw ini yang mendatangi Coa ong Sin kai dan menggunakan pengaruhnya, tentu kakek gila itu akan mengembalikan Bi Lan ke Hoa san pai. Tokoh terbesar pada waktu itu, yang namanya terkenal di seluruh penjuru dunia, bukan lain adalah Pak Kek Siansu (Guru Dewa Kutub Utara), seorang kakek sakti yang bertapa di Puncak Pegunungan Lu liang san, yakni puncak yang disebut Jeng in thia (Ruang Seribu Awan). Kakek ini dahulunya datang dari utara, dari mana asalnya tak seorangpun mengetahuinya, maka ia disebut Guru Dewa Kutub Utara.
Baru kira kira sepuluh tahun yang lalu ia bertapa di puncak Gunung Lu liang san akan tetapi biarpun dia sendiri belum pernah turun gunung dan mencampuri urusan dunia, semua orang di dunia kang ouw tahu belaka bahwa kakek ini memiliki kesaktian yang luar biasa sekali. Banyak sudah tokoh tokoh dunia persilatan yang ingin menguji
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepandaian Pak Kek Siansu, akan tetapi apa yang selalu terjadi" Jagoan jagoan ini setelah tiba di Jeng in thia, dengan mudah dirobohkan oleh tiga orang kakek pelayan yang selalu melayani keperluan Pak Kek Siansu, yang boleh juga disebut sebagai murid muridnya! Baru menghadapi pelayan pelayannya saja sudah tak ada yang dapat mengalahkan, apalagi kalau Pak Kek Siansu turun tangan sendiri! Akan tetapi kakek sakti ini tak pernah mau turun tangan, bahkan banyak sudah yang tunduk baru mendengar wejangan dan melihat sikapnya saja.
Biarpun Pak Kek Siansu tak pernah mencampuri urusan dunia ramai, akan tetapi oleh karena ia terkenal sakti, maka ia disegani dan dihormati oleh semua golongan, baik dari golongan orang orang kang ouw yang gagah perkasa, maupun dari mereka yang memilih jalan hitam dan dikenal sebagai orang orang jahat.
Dan oleh karena menganggap bahwa perbuatan Coa ong Sin kai yang menculik murid perempuannya itu keterlaluan sekali, maka Liang Tek Sianseng mengambil keputusan untuk melaporkannya kepada Pak Kek Siansu dan mohon pertolongannya agar murid itu dapat dilepaskan dari kekuasaan Coa ong Sin kai, pengemis yang gila itu. Sudah beberapa kali Liang Tek Sianseng mengunjungi Pak Kek Siansu dan kakek sakti itu suka sekali kepada sasterawan ini, yang selain pandai menulis syair, juga pandai sekali bermain catur.
Pada hari itu juga, Liang Bi Suthai berangkat meninggalkan puncak Hoa san. Pendeta wanita ini hendak mengunjungi Go bi san dan hendak bertemu dengan Kian Wi Taisu untuk menghilangkan segala kesalahpahaman antara Hoa san pai dan Go bi pai.
Dengan demikian yang tinggal di kuil puncak Hoa san hanya Liang Gi Tojin seorang. Pertapa ini sepeninggal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semua orang lalu duduk bersamadhi di dalam kamarnya, mendoakan agar tugas sumoi dan sutenya akan berhasil dengan baik dan semua orang dapat terhindar dari pada malapetaka.
-ooo0dw0ooo- Seperti pernah dituturkan di bagian pertama dari cerita ini, Gunung Ta pie san di bagian timur merupakan daerah yang amat sukar dilewati orang, penuh dengan hutan hutan yang amat dalam. Belum pernah ada orang berani mendaki Gunung Ta pie san melalui lereng timur, maka Goa Makam Pahlawan tempat bertapa ThianTe Siang mo itu belum pernah terlihat oleh siapapun juga Hanya ada beritanya didengar orang bahwa di puncak Ta pie san terdapat goa penuh tengkorak yang disebut Makam Pahlawan, akan tetapi jarang sekali ada orang yang pernah menyaksikan dengan mata sendiri.
Jalan yang paling aman untuk mendaki bukit itu adalah dari selatan dan bahkan semenjak mulai dari kaki gunung terus naik ke lerengnya terdapat dusun dusun kecil yang penduduknya hidup bertani. Dan di lereng sebelah selatan inilah adanya Coa ong Sin kai yang membawa ularnya dan yang telah banyak mengorbankan banyak nyawa anak kecil sebagaimana pernah dituturkan, di mana ia dapat dikalahkan oleh Go Ciang Le, murid tunggal dari Thian Te Siang mo !
Adapun bagian yang dipergunakan untuk markas besar atau tempat persembunyian perkumpulan rahasia Hui eng pai, adalah di lereng sebelah barat di mana banyak terdapat hutan hutan liar dan binatang binatang buas. Oleh karena kepergian mereka ke Ta pie san memang hendak mencari jejak Coa ong Sin kai di samping tujuan untuk mencari Goa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Makam Pahlawan, maka Tan Seng dan tiga orang murid keponakannya mengambil jalan dari selatan. Setiap kali mereka masuk ke dalam sebuah dusun, Tan Seng lalu mengajukan pertanyaan kepada penduduk tentang Coa ong Sin kai, akan tetapi tiada seorangpun pernah mendengar tentang kakek yang bernama Coa ong Sin kai.
Akan tetapi setelah mereka tiba di lereng yang agak tinggi, di dalam sebuah dusun mereka mendengar berita yang amat mendebarkan hati Tan Seng. Ia mendengar beberapa bulan yang lalu, di dalam hutan terdapat seorang siluman dengan ularnya yang suka makan anak anak kecil, kemudian datang seorang pemuda yang mereka sebut sebagai Hwa i eng hiong yang telah membunuh ular itu dan telah mengusir siluman tinggi kurus itu.
Ketika para petani itu menggambarkan keadaan siluman itu, tidak ragu ragu lagi hati Tan Seng, bahwa siluman itu tentu Coa ong Sin kai. Akan tetapi, siapakah pemuda itu"
Mungkinkah?" Tan Seng tak berani melanjutkan jalan pikiran dan renungannya. Akan tetapi, kini bernyala api harapan di dalam hatinya. Tak mungkin kalau keturunan satu satunya dari puterinya lenyap begitu saja. Tak mungkin kalau semangat kepahlawanan dari mantunya, yaitu Go Sik An, akan habis demikian saja dan tidak menurun kepada putera tunggalnya, yang lenyap semenjak kecil. Hwa i enghiong" Pendekar Baju Kembang" Terbayanglah di depan mata Tan Seng baju kembang dari mantunya yang dipakai ketika mantunya mati digantung oleh tentara Kin dan berdengunglah dalam telinganya pesan isterinya agar supaya kelak Ciang Le putera tunggalnya itu selalu mengenakan baju kembang! Apakah hubungan Hwa i enghiong, yang telah mengalahkan Coa ong Sin kai itu dengan putera dari Tan Ceng, puterinya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, tentu saja orang orang dusun itu tidak dapat menceritakan banyak banyak, karena mereka sendiripun tidak tahu siapa nama sebetulnya dari Hwa i enghiong yang tidak mau menyebutkan namanya itu. Juga ketika mereka itu ditanyai tentang Goa Makam Pahlawan, semua orang dusun itu menggeleng kepala. Jangankan mengetahui, mendengarpun belum pernah !
Tan Seng dan murid murid keponakannya melanjutkan perjalanannya. Makin tinggi mereka mendaki, makin liarlah hutan hutan di gunung itu dan kini tidak terdapat rumah orang sama sekali. Keadaan mulai menyeramkan, hutan hutan itu benar benar besar dan liar. Beberapa kali mereka melihat ular ular besar bergantungan di pohon dan terdengar auman binatang binatang buas. Mereka berempat adalah orang orang gagah yang memiliki ilmu kepandaian tinggi, tentu saja tidak merasa takut dan melanjutkan perjalanan tanpa banyak cakap.
Tan Seng yang memimpin rombongan ini maju terus, sama sekali tidak mengira bahwa rombongannya mulai membelok ke barat. Sukar sekali di dalam hutan hutan liar dan jalan yang sukar itu untuk mengenal arah mata angin.
Setelah berjalan beberapa jauhnya dan tiba di tebing yang meninggi, barulah dengan terkejut Tang Seng sadar bahwa mereka telah tersesat !
"Jangan jangan kita memasuki daerah Hui eng pai"
katanya perlahan.
Sebagai jawaban dari dugaannya! "Auw.... auw"
auuuuuww?" Suara ini bergema di seluruh hutan di sebelah bawah! Kemudian terdengar jawaban yang sama dari hutan di sebelah atas! Berdiri bulu tengkuk Ling In ketika ia mendengar suara yang aneh itu saut menyahut dari atas dan bawah. Suara itu mula mula rendah, kemudian meninggi seperti lengking yang menyakitkan telinga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suara apakah itu, susiok?" tanya Ling In kepada Tan Seng.
Kakek petani itu menggeleng kepalanya "Entahlah, Ling In. Aku sendiripun belum pernah mendengar suara seperti itu."
"Seperti suara srigala," kata Lie Bu Tek yang banyak pengalaman.
"Suara serigala tidak meninggi seperti itu, suheng. Juga tidak terus menerus. Lebih menyerupai suara monyet besar atau mungkin suara" manusia!" kata Gan Hok Seng yang sebagai seorang piauwsu tentu saja banyak pula melakukan perjalanan melalui hutan hutan besar.
Tiba tiba Tan Seng berseru. "Awas am gi (senjata gelap)!" Dan kakek lihai ini lalu mengebut dengan ujung lengan bajunya. Sebatang anak panah jatuh ke bawah terpukul oleh lengan bajunya. Serangan anak panah gelap ini disusul oleh serangan banyak sekali senjata rahasia yang menghujani mereka sehingga empat orang ini dengan sibuk sekali memutar senjata masing masing untuk menangkis.
Suara yang menyeramkan tadi kini telah lenyap.
"Kami adalah pengembara pengembara dari Hoa san pai kalau tanpa disengaja melanggar wilayah orang orang gagah, harap dimaafkan!" kata Tan Seng dengan suara keras sekali karena ia mengerahkan lweekangnya. Benar saja, serangan senjata senjata gelap itu berhenti dengan tiba tiba dan dari atas pohon pohon yang besar itu terdengar suara, "Jangan bergerak dan pergi dari sini sebelum ada putusan dari pangcu (ketua)!"
Tan Seng dan murid murid keponakannya menengok ke atas pohon dari mana suara itu datang, akan tetapi tidak terlihat seorangpun di sana. Kemudian terdengar pula suara lengking tinggi dan dari jauh terdengar balasan terus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menerus berbunyi dan yang lama lama menjadi dekat seakan akan suara itu dikeluarkan oleh seekor burung yang sedang terbang datang. Kemudian dengan gerakan yang luar biasa ringan dan cepatnya, tahu tahu di atas pohon depan Tan Seng telah bergoyang goyang dan ketika mereka memandang terlihatlah seorang laki laki tinggi besar yang bermuka merah telah berdiri di atas cabang pohon itu. Laki laki ini usianya kurang lebih empat puluh tahun dan mukanya
mengingatkan orang akan tokoh peperangan di jaman Sam kok yang bernama Kwan In Tiang! Hanya bedanya, kalau Kwan In Tiang memiliki sepasang mata yang bernyala nyala dan membayangkan kegagahan dan kejujuran, adalah orang bermuka merah di atas cabang pohon ini memandang ke arah Ling In dengan sinar mata seorang mata keranjang.
"Sam pangcu dari Hui eng pai telah tiba, diminta orang orang yang di bawah memberi hormat," terdengar seruan dari atas pohon.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ucapan ini membuat Bu Tek, Ling In dan Hok Seng menjadi mendongkol sekali, karena mereka merasa betapa mereka direndahkan orang. Mereka tidak sudi memberi hormat, hanya berdiri tegak dengan senjata di tangan dan siap sedia menghadapi segala kemungkinan sebagai layaknya orang orang gagah.
Akan tetapi Tan Seng yang sudah tua dan
berpengalaman, ternyata lebih sabar dan tenang. Ia lalu menghadapi si muka merah itu, tersenyum ramah dan menjura untuk memberi hormat sebagaimana pantasnya seorang tamu kepada tuan rumahnya, lalu berkata, "Ah, tidak tahunya lohu (aku yang tua) telah tersesat dan tanpa disengaja memasuki wilayah Hui eng pai. Maaf, maaf, betapapun juga ada girang dalam hati kami karena mendapat kesempatan untuk bertemu dengan sam pangcu (ketua ke tiga) dari Hui eng pai. Sudah lama kami mendengar nama besar dari Hui to Sam eng!"
Si muka merah itu dengan sombongnya memandang kepada Tan Seng, lau berkata dengan suaranya yang mengguntur, "Kalian tadi mengaku orang orang Hoa san pai, dan melihat pakaianmu serta usiamu, agaknya takkan keliru kalau aku menduga kau adalah orang ke empat diri Hoa san yang bernama Tan Seng dan yang menjadi mertua dari Go Sik An, orang yang mengaku bun bu cwan jai (ahli silat dan surat) akan tetapi yang ternyata mati sebagai pengkhianat di tiang penggantungan?"
Merahlah wajah Tan Seng mendengar ini, akan tetapi ia tetap masih dapat menahan kesabarannya.
"Tanpa disengaja kami memasuki wilayah Hui eng pai, dan kuulangi lagi permintaan maaf kami yang sebesar besarnya. Kami datang tanpa disengaja, tidak mengandung maksud buruk dan juga tidak ingin mengganggu atau diganggu. Oleh karena itu, harap sam pangcu maafkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau kami hendak melanjutkan perjalanan dan mencoba keluar dari wilayah ini."
Setelah berkata demikian, tanpa perdulikan si muka merah, Tan Seng lalu memberi tanda kepada murid murid keponakannya untuk pergi dari situ dan membelok ke arah timur.
"Hm. tidak begitu mudah, orang she Tan !" tiba tiba si muka merah berkata dengan keras.
Tan Seng menjadi mendongkol dan ia berhenti lalu menengok. "Sam pangcu, apakah yang kau kehendaki dari kami?"
Si muka merah itu menggerakkan tangan kirinya dan meluncurlah delapan sinar perak di sekeliling Tan Seng dan murid murid keponakannya dan ternyata bahwa sinar perak itu adalah delapan batang golok kecil yang kini menancap di atas tanah, mengurung mereka dari delapan penjuru! Si muka merah itu telah membuktikan kelihaiannya dalam penggunaan hui to (golok terbang) yakni golok yang disambitkan seperti senjata rahasia, akan tetapi yang dapat juga dipergunakan sebagai senjata dalam pertandingan silat.
Diam diam Tan Seng memuji karena sekaligus dapat melepaskan delapan batang hui to bukanlah pekerjaan yang mudah, selain membutuhkan tenaga lweekang yang kuat, juga memerlukan latihan yang lama dan tekun Gerakan pelemparan hui to ini disusul oleh melayangnya tubuh yang tinggi besar itu. Pantas saja pangcu ini dijuluki Hui eng atau Garuda Terbang, karena memang gerakannya, amat indah dan ringan sungguhpun tubuhnya tinggi besar. Kedua kakinya tidak mengeluarkan suara ketika ia turun dan berdiri menghadapi Tan Seng dan murid murid
keponakannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, tentu saja tokoh Hoa san pai yang memiliki ilmu kepandaian tinggi itu tidak merasa gentar bahkan tiga orang murid keponakannya juga tidak merasa takut. Ling In merasa benci dan muak sekali melihat betapa kepala gerombolon itu memandangnya seperti seekor harimau lapar memandang seekor kelinci yang gemuk! Ia beberapa kali membuang muka apabila pandangan matanya kertemu dengan pandangan mata si muka merah itu.
"Orang orang Hoa san, dengarlah. Aku adalah Ciu Hoan Ta, orang ke tiga dari Hui to Sam eng yang tentu kalian telah mendengar namanya! Kalian bilang tidak bermaksud jahat biarpun telah melanggar dan memasuki wilayah kami"
Baik, baik, biar aku percaya saja omonganmu. Akupun takkan mengganggu kalian, akan tetapi ketahuilah bahwa kami Hui eng pai mempunyai peraturan sendiri bagi siapa yang telah memasuki daerah kami!"
"Apakah bunyi peraturanmu itu ?" tanya Tan Seng dan ketiga orang murid keponakannya mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Ada tiga macam. Pertama, yang kuat menjadi sahabat.
Ke dua, yang lemah masuk tanah dan ke tiga, yang indah menjadi hadiah! Siapapun juga asal sudah memasuki daerah kami, mau tidak mau harus tunduk terhadap peraturan peraturan kami ini!"
Tan Seng menjadi pucat mendengar ucapan ini, juga Hok Seng menjadi marah sekali mukanya. Inilah tanda bahwa Tan Seng dan Hok Seng yang mengetahui maksud peraturan itu, telah marah sekali. Sebagai seorang piauw su Hok Seng banyak berhadapan dengan bangsa perampok, maka ia mengerti istilah istilah di atas, adapun Tan Seng memang sudah banyak pengalaman maka tahulah dia bahwa si muka merah ini tidak bermaksud baik. Akan tetapi ia berpura pura tidak tahu dan minta penjelasan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah maksudmu dengan yang pertama bahwa siapa yang kuat menghadapi pertandingan pibu, akan dijadikan sahabat?"
"Betul, betul, kau memang pandai, oran she Tan!"
"Dan yang keduanya, kalau kalah dalam pibu sampai meninggal dunia, tidak boleh, menaruh dendam dan dianggap sudah sepantasnya menjadi isi tanah?" kata pula Tan Seng tanpa memperdulikan kegirangan yang terbayang pada wajah Ciu Hoan Ta.
"Tepat sekali, memang demikianlah !"
"Dan yang ke tiga, kau menghendaki semua barang barang, perbekalan kami yang indah indah, atau tegasnya, kau hendak merampok kami?"
"Ha ha ha, salah! Kali ini kau keliru, orang she Tan.
Ketahuilah bahwa biarpun pada umumnya anak buahku memang menghendaki barang barang indah, akan tetapi aku Ciu Hoan Ta tidak butuh akan barang barang indah!
Aku telah cukup kaya dan mempunyai banyak emas dan perak. Barang indah yang kali ini kubutuhkan bukanlah benda mati."
Sepasang mata Tan Seng mengeluarkan cahaya berapi.
Biarpun ia merasa marah sekali karena sudah dapat menduga apa yang dimaksudkan oleh Ciu Hoan Ta, namun ia masih menahan sabar.
"Apa maksudmu, orang she Ciu?" tanyanya dengan sabar.
"Dengarlah, sahabat sahabat dari Hoa san pai.
Mengingat bahwa kita adalah orang orang gagah yang menghargai persahabatan, biarlah aku Ciu Hoan Ta membebaskan kalian dari pibu. Kuanggap kalian ini cukup gagah perkasa untuk dijadikan sahabat, bahkan untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dijadikan keluarga! Adapun tentang yang ke tiga, aku" aku adalah seorang jejaka! Aku belum menikah dan nona ini.....
nona ini cocok sekali untuk mempererat tali persaudaraan antara Hui eng pai dan Hoa san pai. Berikan nona ini sebagai isteriku, dan kalian tidak saja akan dibebaskan, bahkan, akan dijadikan tamu tamu agung dari Hui eng pai."
Setelah berkata demikian untuk menutupi rasa jengah yang mengganggunya, Ciu Hoan Ta lalu tertawa bergelak.
"Bangsat tak kenal malu!" tiba tiba Ling In memaki dan cepat ia menyerang dengan pedangnya, ditusukkan ke arah leher Ciu Hoan Ta. Akan tetapi Ciu Hoan Ta sambil tersenyum cepat melompat ke belakang.
"Jangan main main dengan pedang, nona manis. Kalau terluka, aku suamimu akan menjadi susah!"
"Keparat bermulut kotor!" Ling In hendak menyerang lagi, akan tetapi tiba tiba lengannya dipegang oleh Tan Seng yang memberi isyarat dengan mata kepadanya. Dengan marah sekali. Ling In mengundurkan diri dan berdiri di sebelah Lie Bu Tek dan Gan Hok Seng yang juga sudah tak dapat menahan kesabaran mereka lagi.
"Ciu Hoan Ta mengapa kau berlaku keterlaluan kepada kami orang orang Hoa san pai?"
"Apa" Aku mengajukan pinangan secara baik baik, kau masih mengatakan aku keterlaluan?" bentak Ciu Hoan Ta.
"Bagaimana kalau kami menampik?"
Ciu Hoan Ta tertawa besar, diikuti oleh semua anak buahnya yang kini nampak muncul dari balik pohon pohon dan daun daun pohon di atas.
"Menampik" Berarti kalian binasa, kecuali calon isteriku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ciu Hoan Ta, aku mendengar bahwa Huito Sam eng adalah orang orang gagah, apakah kau juga merasa sebagai seorang gagah berani dan tidak curang?"
Ciu Hoan Ta membelalakkan matanya. "Sekali lagi kau mengatakan aku tidak gagah dan curang, golok terbangku akan bicara!"
Tan Seng tersenyum mengejek dan menggerak gerakkan kepalanya. "Ciu Hoan Ta, kalau memang betul kau gagah perkasa dan tidak curang, aku Tan Seng, orang tua lemah dari Hoa San pai, pada saat ini juga menantang kepadamu untuk mengadu kepandaian secara laki laki! Kalau aku kalah dan tewas di tanganmu sudahlah, kau boleh lakukan apa yang kau suka. Akan tetapi kalau kau kalah olehku, kau harus membebaskan murid murid keponakanku yang tiga ini. Bagaimana, beranikah kau?"
Bukan main marahnya Ciu Hoan Ta menerima
tantangan ini. Ia memang seorang yang berwatak keras dan sombong, berbeda dari dua orang kakak seperguruannya yang benar benar berkepandaian tinggi dan juga biarpun menuntut kehidupan sebagai kepala kepala gerombolan, namun masih menghargai peraturan dari dunia bu lim dan kang ouw. Ciu Hoan Ta memang belum mempunyai isteri yang sah, karena biarpun sudah seringkali ia menculik anak bini orang tentu saja tidak boleh disebut sebagai isterinya yang sah. Di dalam kesombongannya, Ciu Hoan Ta tadi memandang rendah kepada Tan Seng yang memang kelihatannya lemah dan seorang petani biasa saja, tidak memegang senjata pula.
"Baik, baik, kalau memang kau yang sudah tua bangka ini telah bosan hidup. Akan tetapi kalau kau mati, jangan nona calon isteriku ini kelak merasa menyesal kepadaku!
Ha ha ha!" Diam diam Ciu Hoan Ta memberi tanda dengan jari jari tangannya yang merupakan bahasa rahasia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari perkumpulan Hui eng pai. Melihat isyarat ini, anak anak buahnya maklum bahwa kalau ketua mereka nanti terdesak, mereka diharuskan maju mengeroyok! Memang Ciu Hoan Ta ini curang sekali wataknya.
Kemudian Cin Hoan Ta mencabut golok nya yang besar.
Gagang golok ini diikat dengan tali yang panjang dan sambil menyeringai dan memandang dengan matanya yang liar ke arah Ling In, Ciu Hoan Ta lalu membelit belitkan tali golok itu kepada pergelangan tangan kanannya.
Kemudian ia menggerak gerakkan goloknya dan berkata.
"Kakek tua, lekas kau keluarkan senjatamu!"
Tan Seng tadi telah melihat gerakan orang kasar ini dan biarpun harus ia akui bahwa kepandaian lawannya ini benar benar lihai, namun ia merasa masih kuat menghadapinya. Apalagi memang keistimewaan Tan Seng terletak pada sepasang ujung lengan bajunya. Ujung lengan bajunya dapat dipergunakan untuk menotok atau menampar dan kelihaiannya tidak kalah oleh sepasang golok atau pedang!
"Aku tak pernah memegang senjata, kau majulah!"
tantang Tan Seng.
Ciu Hoan Ta menjadi marah karena mengira bahwa orang itu memandang rendah kepadanya. Sambil berseru bagaikan seekor garuda menyambar, ia menubruk maju dan membabat dengan goloknya yang bertali pada gagangnya itu.
Tan Seng berlaku waspada dan cepat mengelak sambil mengebutkan ujung lengan baju kiri di muka mata lawan untuk membikin bingung, kemudian ia menggerakkan ujung lengan baju kanan untuk menotok ke arah jalan darah di iga lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Barulah Ciu Hoan Ta terkejut karena serangan tokoh Hoa san pai ini benar benar lihai dan berbahaya sekali. Ia cepat memutar goloknya untuk membabat ujung lengan baju lawan, akan tetapi Tan Seng kembali dapat menggerakkan ujung lengan baju sehingga terhindar dari bacokan. Ciu Hoan Ta lalu mengeluarkan kepandaian simpanannya, yakni Ilmu Golok Hui eng To hwat ( Ilmu Golok Garuda Terbang ). Dia dan kedua suhengnya menjadi terkenal dan ditakuti orang karena ilmu golok ini.
Memang sesungguhnya Ilmu Golok Hui eng To hwat ini benar benar amat lihai, karena selain cepat dan tak terduga gerakannya, juga banyak terdapat tipu tipu yang menyesatkan.
Baiknya bagi Tang Seng bahwa Ciu Hoan Ta hanya menguasai enam puluh bagian saja dari ilmu golok ini dan terutama Sekali yang menyebabkan Ciu Hoan Ta kurang berbahaya adalah wataknya yang sombong, tidak tenang sehingga Tan Seng yang sudah berpengalaman itu dapat menghadapinya dengan hati hati, mengelak dan menangkis serangan lawannya yang membabi buta, sebaliknya membalas dengan serangan serangan yang jitu dan tepat.
Baru saja lima puluh jurus mereka bertempur, nampak dengan nyata bahwa Tan Seng lebih menang pengalaman dan mulai mendesak lawannya. Hal ini dilihat pula oleh anak buah Hui eng pai, maka sambil berseru keras, tujuh orang pembantu Ciu Hoan Ta lalu menyerbu maju sambil menggerakkan golok dan pedang.
"Jangan berlaku curang!" Lie Bu Tek melompat maju dengan pedang di tangannya, demikian pula Ling In dan Hok Seng cepat menghadang datangnya tujuh orang anak buah Hui eng pai ini.
Sementara itu, berhubung terdesak, Ciu Hoan Ta lalu mengeluarkan kepandaiannya yang terakhir. Tiba tiba ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berseru keras dan goloknya menyerang dengan sebuah tusukan, akan tetapi Tan Seng melompat mundur, golok itu terus menyerang, terlepas dari tangan pemegangnya dan terbang mengarah leher kakek itu. Inilah keistimawaan ilmu golok dari Ciu Hoan Ta. Golok itu pada gagangnya diikat dengan tali yang dibelitkan pada pergelangan tangan dan kini golok itu dipergunakan untuk disambitkan tanpa kuatir golok itu akan hilang. Karena apabila serangan itu luput, golok itu bisa ditarik kembali!
Tan Seng terkejut sekali dan ketika ia menyampok dengan ujung lengan bajunya, terdengar suara membrebet dan ujung lengan bajunya itu putus! Ia maklum bahwa dengan disambitkan, golok itu akan lebih berbahaya daripada kalau dipegang oleh Ciu Hoan Ta sendiri.
Melihat betapa goloknya berbasil membabat putus ujung lengan baju Tan Seng, Ciu Hoan Ta tertawa bergelak dan golok itu kembali ke tangannya. Kini ia menyerang lagi, lebih hebat daripada tadi. Goloknya terbang memutar dari kiri dan membabat ke arah leher Tan Seng dengan kecepatan kilat! Akan tetapi Tan Seng telah bersiap sedia. Ia maklum bahwa ia tidak mungkin terus menerus dapat menghadapi serangan aneh ini, maka dengan keberanian luar biasa sekali, ia menanti sampai golok itu terbang dekat.
Kemudian, sambil mengeluarkan seruan keras dan mengerahkan lweekangnya, ia lalu menyambar dan memukul golok itu dari pinggir sambil mengerahkan ilmu Pukulan Sin ciang ia liong (Pukulan Sakti Menghantam Naga). Bagaikan anak panah terlepas dari busurnya, golok Ciu Hoan Ta itu membalik dan secepat kilat meluncur ke arah dada tuannya! Ciu Hoan Ta mencoba untuk mengelak, akan tetapi ia lupa bahwa golok itu terikat pada pergelangan tangannya maka tetap saja golok itu ikut berobah arahnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan segera terdengar pekik mengerikan dan golok itu telah menancap di dadanya hampir menembusi punggungnya.
Tan Seng terkejut sekali melihat hasil tangkisannya ini.
Ia tidak bermaksud membunuh Ciu Hoan Ta, maka melihat, ini, ia lalu berkata cepat kepada murid murid keponakanny.a. "Hayo lari ke timur !"
Pada waktu itu, anak buah Hui eng pai yang hendak mengeroyok, menjadi kaget dan untuk sesaat mereka tidak bergerak, memandang ke arah Ciu Hoan Ta yang sudah roboh mandi darah tak bergerak lagi. Kemudian, setelah melihat empat orang Hoa san pai itu lari, mereka berseru keras dan mengejar sambil mengeluarkan suara yang menyeramkan, "Mauw" auw... auw"!!"
Akan tetapi empat orang Hoa san pai memiliki ginkang yang tinggi sehingga para pengejarnya dengan mudah dapat tertinggal jauh dan suara teriakan mereka hanya terdengar sayup sayup saja. Akan tetapi, tiba tiba setelah mereka tiba di pinggir hutan sebelah timur, terdengar suara jawaban yang luar biasa nyaringnya dari depan mereka! Tak lama kemudian, bagaikan dua ekor burung garuda, menyambar turun dua bayangan orang yang memiliki gerakan luar biasa sekali gesitnya. Ketika Tan Seng dan murid murid keponakannya memandang, di depan mereka telah berdiri dua orang kakek berusia lima puluh tahun lebih yang memandang dengan tajam ke arah mereka.
"Dari manakah datangnya orang orang yang telah berani mengganggu anak buah Hui eng pai?" tanya yang seorang yang memegang pedang. Yang seorang lagi memegang sepasang tongkat bercagak.
Tan Seng menjura dan menjawab, "Siauwte adalah Tan Seng dan tiga anak muda ini adalah murid murid keponakanku. Kami datang dari Hoa san pai dan ternyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tanpa disengaja kami telah tersasar dan memasuki daerah kekuasaan Hui eng pai."
Kedua orang tua itu ketika mendengar bahwa empat orang ini adalah orang orang Hoa san pai, lalu cepat memberi hormat dan berkata, "Ah, kiranya Tan lo enghiong dari Hoa san! Harap dimaafkan apabila anak buah kami berlaku kurang ajar. Aku adalah Suma Kwan Seng dan ini adikku, Suma Kwan Eng. Kamilah yang menjadi ketua pertama dan ke dua dari Hui eng pai. Silakan kalian mampir di tempat kami untuk menerima
penghormatan kami," kata orang yang berpedang.
"Terima ksih, harap ji wi tidak kecewa. Lain kali saja kami datang berkunjung, sekarang kami tidak ada waktu lagi," jawab Tan Seng sambil menjura. "Selamat berpisah!"
Setelah berkata demikian, Tan Seng lalu mengajak murid murid keponakannya pergi dari situ secepatnya. Para pengejar sudah semakin dekat, akan tetapi tiba tiba Suma Kwan Eng mengangkat tongkatnya dan berseru, "Jangan ganggu Tan lo enghiong dan murid muridnya! Mereka adalah orang orang gagah yang patut dijadikan sahabat!"
Tan Seng menengok dan setelah mengucapkan "terima kasih!" ia lalu melompat dan mengajak murid murid keponakannya untuk berlari cepat cepat dari tempat itu!
Mereka telah keluar dari hutan dan kini telah berada di luar daerah gerombolan Hui eng pai. Akan tetapi, setelah mereka berlari sejauh empat li kurang lebih, tiba tiba mereka mendengar seruan seruan dari belakang dan tampaklah bayangan kedua saudara Suma ketua ketua dari Hui eng pai itu.
"Hm, mereka tentu akan membalas dendam. Kita bersiap sedia !" kata Tan Seng perlahan kepada Bu Tek dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adik adiknya. Empat orang Hoa san pai ini mempersiapkan senjata masing masing.
Benar saja, yang datang adalah Suma Kwan Seng dan Suma Kwan Eng dan kini wajah mereka tidak seramah tadi.
Suma Kwan Seng memandang kepada Tan Seng dengan mata bernyala, kemudian ia menegur, "Orang she Tan, tidak tahunya kau telah nembunuh sute kami, Ciu Hoan Ta!"
Tan Seng tersenyum tenang. "Saudara Suma Kwan Seng, sebagai seorang kang ouw, apalagi sebagai ciangbujin dari sebuah perkumpulan besar, kau tentu maklum akan akibat dari sebuah pibu. Sutemu memaksa kepadaku untuk mengadakan pibu dan ia tewas oleh goloknya sendiri.
Mengapa hal seperti ini saja diributkan" Kalau seandainya di dalam pibu itu aku yang tewas, apakah kau akan ribut ribut juga?"
Ketua pertama dari Hui eng pai itu membanting kakinya dan sebuah batu hitam yang kebetulan berada di depannya menjadi remuk! "Baiknya kau berada di luar daerah kami dan karena memang betul ucapanmu tadi bahwa sute tewas dalam sebuah pertempuran pibu, kami akan menahan diri dan bersabar. Betapapun juga, kami tidak dapat menyangkal bahwa kaulah yang menjadi gara gara. Kalau kalian orang orang Hoa san pai tidak melanggar wilayah kami dan tidak naik ke gunung ini, tak mungkin suteku sampai tewas. Oleh karena itu, biarlah kami menahan kesabaran, akan tetapi lain waktu kami akan membalas kehormatan ini dan membalas kunjunganmu di Hoa san!"
setelah berkata demikian Suma Kwan Seng dan Suma Kwan Eng lalu berkelebat dan sekali melompat mereka telah kembali ke dalam hutan.
Tan Seng menarik napas panjang. "Baiknya mereka masih menghargai kesopanan kang ouw dan entah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengapa, mereka agaknya takut untuk turun tangan di daerah ini! Hm, tanpa disengaja, kita telah menanam bibit permusuhan baru dan kukira kalau tadi mereka berdua turun tangan, belum tentu kita akan dapat menang.
Kepandaian mereka jauh lebih tinggi dari pada kepandaian Ciu Hoan Ta."
Demikianlah, mereka lalu melanjutkan perjalanan mereka ke timur, hanya berhenti untuk mengambil buah buah dari dalam hutan dan untuk mengisi perut. Dua hari kemudian, tibalah mereka di puncak bagian timur, tempat yang jauh lebih menyeramkan lagi kalau dibandingkan dengan bagian lain.
Setelah menjelajah dan memeriksa puncak itu setengah hari lamanya, akhirnya mereka dapat menemukan juga gua yang besar di mana dahulu Thian Te Siang mo membawa masuk muridnya dan di mana kedua orang Iblis Bumi Langit ini mengumpulkan jenazah jenazah orang orang gagah yang tewas sebagai pahlawan bangsa!
Mula mula Tan Seng hanya melihat gua yang kecil saja, yang hanya dapat dimasuki oleh tubuh seorang. Dengan Tan Seng memelopori di depan, empat orang ini memasuki gua itu dan makin dalam mereka masuk, gua itu makin lebar dan besar sekali. Akan tetapi gelapnya bukan main dan tiba tiba Ling In berbisik, "Susiok. mengapa baunya demikian tidak enak?"
"Ah, benar, suci," kata Hok Seng, "aku jadi teringat"."
Ia tidak melanjutkan bicara.
"Teringat apa. sute?"
"Teringat" teringat akan bau mayat!"
Berdiri bulu tengkuk Ling In ketika ia mendengar ini.
Gadis ini berjalan paling belakang, maka tak terasa lagi ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu memegang lengan Hok Seng yang berjalan di depannya dan ketika ia menyentuh tangan Hok Seng, ternyata sutenya ini pun amat dingin tangannya dan agak gemetar tubuhnya!
"Susiok, lebih baik kita menyalakan api. Terlalu gelap bagi kita, siapa tahu kalau ada sesuatu yang tidak beres,"
kata Bu Tek. "Tunggu sebentar, biar aku mencari ranting kering di luar!" kata Hok Seng yang segera keluar dari gua itu. Untuk keluar lebih mudah dari pada masuk ke dalam, karena pintu gua yang sempit itu nampak nyata dan dapat menjadi penunjuk jalan. Tak lama kemudian, Hok Seng masuk lagi sambil membawa dua ranting yang sudah ia belit belit dengan alang alang kering, merupakan obor yang cukup besar.
"Suheng, lekas keluarkan batu apimu," kata Hok Seng.
Bu Tek segera memukul batu apinya dan bernyalalah api membakar dua batang obor itu. Tan Seng memegang sebatang obor, yang ke dua dipegang oleh Hok Seng.
Untuk sesaat pandang mata empat orang itu menjadi silau dan tak dapat melihat. Tan Seng mengangkat obor tinggi tinggi, demikian pula Hok Seng sehingga kini di dalam gua yang gelap itu menjadi terang. Mereka memandang ke dalam dan".
"Thian Yang Agung...." Tan Seng berseru.
"Ayaaaa?" Ling In hampir menjerit dan kembali ia menangkap lengan Gan Hok Seng yang berdiri di depannya. Gadis ini memandang ke depan dengan wajah pucat dan mata terbelalak serta tubuh menggigil saking seramnya.
Bertumpuk tumpuk, dalam berbagai posisi, terdapat banyak sekali rangka manusia. Tengkorak tengkorak yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermata dan berhidung bolong memandang ke arah mereka dalam cara mengerikan sekali. Tulang tulang iga, tulang tulang lengan kaki tumpang tindih, di sana sini tengkorak tengkorak berserakan! Inilah Gua Makam Pahlawan itu. tak salah lagi.
"Lebih tepat disebut gua tengkorak!" akhirnya Tan Seng berkata perlahan setelah ia dapat menguasai kekagetannya.
"Susiok, mari kita keluar dari neraka ini?" kata Ling In yang selama hidupnya belum pernah menyaksikan pemandangan yang demikian menyeramkan. Kalau saja tidak berada di dalam gua yang demikian gelap tentu pemandangan ini takkan demikian mengerikan. Akan tetapi, di dalam tempat yang gelap gulita, lalu tiba tiba di bawah sinar api melihat pemandangan seperti itu, benar benar bisa membuat orang yang setabah tabahnya menjadi ketakutan.
"Nanti dulu, aku harus mencari rangka anak dan mantuku. Ceng ji (anak Ceng) diantara sekian banyaknya rangka, bagaimana aku bisa menemukan kau dan suamimu?" Suara Tan Seng ini amat mengharukan hati murid murid keponakannya, terutama sekali Ling In.
Kemudian, ketika Tan Seng memberikan obor kepada Bu Tek dan dia sendiri membalik balikkan tengkorak tengkorak itu seperti orang memeriksa sekumpulan barang barang untuk mencari tengkorak puterinya, Ling In tak dapat menahan mengalirnya air matanya.
"Susiok, bagaimana dapat membedakan" tengkorak dan tulang?"" tanyanya dengar hati terharu.
"Dapat, dapat...." Tan Seng berkata terengah engah sambil melanjutkan memilih tengkorak tengkorak itu,
"orang sakti yang aneh itu telah menuliskan nama nama pada tengkorak tengkorak ini! Lihat, bukankah ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tengkorak dari Kwee enghiong yang tewas di utara. Dan ini.... bukankah ini tengkorak Ang goan swe (Jenderal Ang) yang dahulu jenazahnya lenyap pula" Benar semua tengkorak ditulisi namanya, tentu aku akan bisa mencari rangka anak dan mantuku!" Makin bersemangat kakek itu memilih tengkorak.
Kemudian perhatiannya tertarik oleh dua rangka manusia yang duduk menyandar dinding batu karang dan agaknya didudukkan sengaja terpisah dari tengkorak tengkorak lain. Ia menghampiri, diikuti oleh Bu Tek yang memegang obor tinggi tinggi. Sekali saja menjenguk dan melihat huruf huruf yang terukir di belakang tengkorak. Tan Seng berseru gembira, "Inilah mereka! Inilah Tan Ceng dan Go Sik An, suaminya!" Ia berlutut di depan kedua rangka anak dan mantunya itu. Bu Tek, Hok eng, dan Ling In juga berlutut dengan penuh hormat.
Tan Seng yang duduk bersimpuh di depan kedua rangka itu, tiba tiba tak disengaja memandang ke atas lantai di depan rangka, lantai yang terbuat dari pada batu karang keras hitam. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya, yakni lantai yang hitam itu seperti ada corat coretnya. Ia meraba dengan jari tangan nya. Benar saja, ada tulisan di situ, tulisan yang dibuat dengan ukiran di lantai batu yang keras.
"Bu Tek, coba dekatkan obor itu. Ada tulisan di sini!"
katanya Ketika obor didekatkan, semua orang membaca tulisan yang jelas dan besar, yang diguratkan dalam dalam pada lantai di depan kedua rangka manusia itu.
ANAK BERSUMPAH UNTUK MEMBALAS DENDAM
AYAH DAN BUNDA.
"Ciang Le"!" Tan Seng berbisik dan sepasang matanya terbelalak dan penuh harap dan kegembiraan. "Dia masih hidup"! Ciang Le cucuku .. dia masih hidup dan pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
datang di sini, bersumpah di depan rangka ayah ibunya!"
Setelah berkata demikian, tiba tiba kakek ini menangis terisak isak di depan rangka anak dan mantunya. Tangis karena kegirangan dan keharuan. Ling In ikut pula menumpahkan air mata, sedangkan Gan Hok Seng mengejap ngejapkan matanya sendiri yang menjadi pedas dan merah. Lie Bu Tek menggigit bibirnya menahan keharuan hatinya.
Kemudian, dibantu oleh Bu Tek dan Hok Seng, kakek itu mengangkut keluar rangka puteri dan mantunya dan setelah memilih tempat yang baik hongsuimya (kedudukan tanah), ia lalu mengubur jenazah dua orang pahlawan itu. Setelah semua beres dan mereka telah bersembahyang, Ling In lalu minta diri untuk pulang ke Biciu, diantar oleh suhengnya, yaitu Lie Bu Tek. Diantara dua orang saudara seperguruan ini memang terdapat pertalian asmara dan pernikahan mereka hanya tinggal "tunggu waktu" saja. Adapun Gan Hok Seng lalu kembali ke Kanglam di mana ia membuka perusahan ekspedisinya yang diberi nama Hui houw piauwkiok (Kantor Ekspedisi Harimau Terbang).
"Apakah susiok hendak kembali ke Hoa san?" tanya tiga orang murid keponakan itu sebelum mereka berpisah mengambil jalan masing masing.
Tan Seng mengerutkan keningnya. "Aku hendak
mencari Bi Lan."
Ketiga murid keponakan itu berjanji bahwa di dalam perjalanan mereka, mereka juga hendak membuka mata memasang telinga untuk mendengarkan di mana adanya Coa ong Sin kai, pengemis gila yang sudah berani menculik sumoi mereka itu.
Maka turunlah mereka dari Pegunungan Ta pie san yang penuh dengan hal hal yang aneh dan berbahaya itu. Tentu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja mereka mengambil jalan dari lereng sebelah selatan agar jangan sampai bertemu dengan gerombolan Hui eng pai yang lihai.
-ooo0dw0ooo- "Kau berjodoh dengan aku! Ha ha ha, burung kecil, kau berjodoh dengan aku! Bagus, bagus...." sambil terkekeh kekeh Coa ong Sin kai berlari cepat sekali, memondong tubuh Bi Lan yang tidak berdaya, akan tetapi yang dapat melihat dan mendengar serta mengikuti semua gerak gerik pengemis gila ini.
Tentu saja sebagai seorang gadis yang baru remaja, Bi Lan merasa jijik sekali berada dalam pondongan kakek gila ini dan bau apak yang keluar dari pakaian dan tubuh Coa ong Sin kai membuat ia hampir muntah. Akan tetapi diam diam otak gadis yang cerdik ini bekerja keras, terputar putar dan menimbang nimbang.
Ketika ia terpukul oleh Tauw It Hosiang, tokoh dari Go bi pai itu, Bi Lan merasa tidak puas sekali akan kepandaian sendiri. Ia merasa betapa semenjak kecil, kong kongnya melatih dan menggemblengnya dengan nasihat nasihat agar ia belajar dengan tekun. Oleh karena ia adalah seorang yang taat kepada kong kongnya dan juga memang ia suka sekali akan ilmu silat, maka semenjak kecil, ia suka sekali belajar dan melatih diri sehingga keempat orang gurunya cinta sekali kepadanya. Tiap kali ia belajar di bawah asuhan guru gurunya, tentu ia mendesak guru guru nya untuk menurunkan ilmu ilmu silat yang belum diketahuinya. Dan sekali ia diajar, ia telah hafal dan dengan gerakan lincah sekali ia dapat mainkan semua ilmu silat yang diajarkan kepadanya. Berkali kali ia mendengar betapa guru gurunya memujinya sebagai seorang anak yang benar benar berbakat
Rahasia 180 Patung Mas 14 Anak Harimau Karya Siau Siau Kisah Si Rase Terbang 8
^