Pencarian

Pendekar Guntur 1

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 1


Pendekar Guntur
(lanjutan Seruling Naga)
Saduran : Sin Liong
Ini cersil Palsu To Liong To
Sumber djvu : Dimhader
Converter : Dewi KZ, Editor : aaa
Final edit & Ebook oleh : Dewi KZ
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://cerita-silat.co.cc/ http://ebook-dewikz.com
Jilid1 BELASAN orang tengah mendaki gunung Lam-san dengan tubuh yang sempoyongan, langkah kaki mereka tidak tetap, dan pakaian mereka pun koyak-koyak, tidak seorangpun diantara mereka yang berpakaian rapi. jika bukan pakaian mereka yang koyak, tentu tanpa ikat pinggang ataupun juga tanpa baju, hanya mengenakan celana belaka.
Dengan begitu, belasan orang tersebut, yang tengah mendaki gunung Lam-san dengan bersusah payah tersebut, merupakan penduduk berpapasan dengan mereka.
Yang lebih luar biasa, mereka semuanya dalam keadaan terluka, karena banyak diantara mereka yang mengeluarkan darah tidak hentinya dari luka-luka ditubuh masing-masing, atau juga darah yang telah mengering dimulut mereka, membuktikan bahwa mereka telah memuntahkan darah segar.
Entah apa yang hendak mereka lakukan dengan mendaki gunung Lam-san tersebut secara beramai-ramai seperti itu, hanya saja terlihat dari sikap mereka, yang sebentarsebentar memandang keatas puncak gunung, seakan juga mereka tengah mengharapkan sesuatu atau ingin cepatcepat tiba dipuncak gunung itu.
Diantara rombongan orang-orang yang keadaannya tidak karuan tersebut, terlihat dua orang wanita. Usia mereka tidak begitu tua, mungkin baru tiga puluh tahun lebih. Dan dilihat dari cara berpakaian mereka, yang walau pun telah koyak-koyak, memperlihatkan bahwa mereka adalah
wanita-wanita yang mengerti ilmu silat.
Bahkan, walaupun tampak beberapa luka ditubuh mereka, dengan adanya koyak-koyak pakaian mereka tersebut, yang juga dilumuri merahnya darah, yang waktu itu sudah mulai mengering, tampaknya kedua wanita
rombongan orang yang menarik sekitar tempat tersebut, yang perhatian kebetulan tersebut memang terluka sama halnya seperti laki-laki yang berada dalam rombongan mereka.
Entah apa yang dialami oleh belasan orang ini, yang semuanya terluka dan tengah berduyun-duyun hendak mendaki kepuncak gunung Lam-san.
Setelah mendaki beberapa saat lamanya, waktu mana mereka baru tiba dipinggang gunung Lam-san, dan mungkin akan memakan
mencapai puncak gunung
waktu satu harian lagi buat
tersebut, salah seorang dari rombongan tersebut, seorang laki-laki berusia lima puluh tahun, telah mengangkat tangannya
meringis sedikit, tampaknya menderita tinggi-tinggi, ia
kesakitan dan menahan perasaan sakitnya itu,baru kemudian serunya. "Berhenti, kita beristirahat disini, jika kita memaksakan diri melakukan perjalanan terus mendaki gunung ini, niscaya kita akan kehabisan tenaga, dan akhirnya malah
kita akan terbinasa sebelum bertemu dengar penolong kita itu!"
Beberapa orang diantara mereka menyatakan setuju, akan tetapi dua orang diantara mereka, yang tampak hanya terluka ringan pada bahu dan pinggangnya telah menggumam perlahan: "Jika kita tidak cepat-cepat mendaki sampai ketempat tujuan kita, yaitu puncak gunung Lam-san ini, dan jika racun yang mengendap ditubuh kita telah menjalar sampai kejantung, walaupun penolong kita itu
merupakan manusia dewa,
tidak nantinya ia dapat menyembuhkan kita lagi, jangan harap selembar jiwa kita masing-masing akan dapat tertolong lagi !" "Benar," kata yang seorang lainnya, "Kita harus mengejar waktu, karena jika terlambat, berarti kita akan mati percuma digunung ini tanpa kubur!"
Yang lainnya jadi saling berbisik, rupanya mereka tengah merundingkan antara dua pilihan, meneruskan perjalanan mendaki gunung itu atau memang beristirahat.
Sedangkan orang yang pertama tadi bicara, yang memberikan saran, telah meringis, Tampaknya kembali ia menahan rasa sakit yang menyerang dirinya. ia pun cepatcepat telah berkata dengan menahan sakitnya itu.
"Dengarlah dulu! Aku sendiri terluka parah, mungkin paling parah dibandingkan dengan luka-luka kalian, akan tetapi justeru aku tidak terlalu tergesa-gesa buat mendaki terus kepuncak gunung Lam-san ini, karena kukira,
percuma saja kita memaksakan diri buat mendaki terus jika memang tenaga dan kekuatan kita sudah tidak ada !"
Setelah berkata begitu, orang berusia lima puluh tahun ini, yang mengenakan kopiah Siauw-yauw-kin, dan juga baju yang telah koyak-koyak disana-sini, dengan angkin
warna merah, mengawasi orang-orang yang berada di hadapannya dengan sorot mata yang tajam, kemudian tanyanya lagi:
"Jika ada diantara kalian yang merasa lebih sehat dan memiliki tenaga yang masih cukup buat mendaki terus, silahkan meneruskan perjalanan ini, aku sama sekali tidak bermaksud menahan-nahan kalian! Nah, siapa diantara kalian yang hendak meneruskan pendakian ini"!"
Semua orang diam, dan kedua orang yang tadi menentang keinginan orang
berusia lima puluh tahun dengan berangkin merah tersebut, ikut berdiam diri juga. Tampaknya mereka ragu-ragu. Akan tetapi salah seorang diantara ke dua orang ini, yang mengenakan baju kuning tanpa ikat pinggang lagi, sehingga letak baju itu sudah tidak karuan macamnya, telah bertanya:
"Bagaimana mungkin kami melanjutkan perjalanan
terus, sedangkan kami tidak mengetahui tempat berdiamnya orang yang bisa menolong dan mengobati kita! Tempat orang itu hanya diketahui oleh kau!"
Orang tua berusia lima puluh tahun itu telah bersenyum, katanya: "Ya, memang hanya aku yang mengetahui!" Dan baru berkata sampai disitu, ia meringis tangannya menekan perutnya, menahan sakit,
mukanya itu memperlihatkan betapa ia sangat menderita sekali.
Semua kawan-kawannya telah mengawasi dengan sorot mata yang mengandung kekuatiran juga. Karena mereka menyadari bahwa yang mengetahui tempat kediaman dari orang yang bisa diharapkan dapat menolong mereka, hanyalah diketahui oleh orang berusia lima puluhan tahun ini. jika saja, karena lukanya yang terlalu hebat dan juga racun yang mengendap didalam tubuhnya telah bekerja,
sehingga orang ini mati,
jelas merekapun tidak akan memiliki harapan tertolong dari keadaan seperti sekarang ini. Karena diantara mereka tidak ada seorang pun yang mengetahui tempat berdiamnya orang yang dapat menolong mereka.
Karena kekuatiran seperti itulah, akhirnya salah seorang diantara mereka telah berkata. "Sam-toa, lebih baik kau memberitahukan kepada kami saja, dimana letak tempat kediaman orang yang ingin kita temui itu" jika memang terjadi sesuatu yang tidak diinginkan atas dirimu, bukankah
kami tidak perlu ikut
bercelaka, kami masih dapat melanjutkan perjalanan ini untuk menemui calon penolong kita itu?" Orang berusia lima puluh tahun itu, dengan sebutan Sam-toa, telah meringis kemudian sahutnya:
yang dipanggil menahan sakit,
"Memang hanya aku yang mengetahui tempatnya, namun aku tidak berani menyebutkan-nya. Percayalah, bukan disebabkan aku yang tidak ingin memberitahukan kepada kalian dimana tempat kediaman orang itu, hanya saja memang aku memiliki kesulitan yang sukar kujelaskan!"
Sedangkan kedua orang yang tadi bermaksud meneruskan perjalanan mereka, salah seorang diantaranya telah berkata nyaring: "Sam-toa, keadaanmu cukup menguatirkan dan parah sekali, kami kuatir sebelum tiba dipuncak gunung Lam-san ini kau telah menghembuskan
napas terakhir, karena bekerjanya racun yang mengendap didalam tubuhmu ! jika hal itu terjadi, tanpa kau memberitahukan di mana tempat berdiamnya calon penolong kita itu, bukankah sama saja kau mencelakai kami, untuk mengajak kami sama2 mati denganmu " Kami tentu tidak ingin mengalami nasib seperti itu, karena kau
harus memberitahukan kepada kami, dimana tempat berdiamnya orang itu, Jika memang kau memiliki umur panjang itu memang tidak berarti apa-apa lagi, namun jika umurnya hanya sampai di sini saja. kami bisa meneruskan perjalanan ini."
Sam-toa telah meringis lagi, Dia berdiri termangu dengan sepasang alis yang mengkerut dalam2 karena menahan sakit.
"Tidak bisa kuberitahukan, percayalah tidak bisa kuberitahukan !" Dan Sam-toa rupanya sudah tidak bisa meneruskan perkataannya lagi, sebab ia menahan sakit yang bukan main hebatnya, sampai ia membungkuk dengan kedua tangan menekan perutnya, kemudian ter-jungkel rubuh, dia telah rebah pingsan tidak sadarkan diri.
Semua kawan2nya itu, yang melihat keadaan Sam-toa seperti itu, jadi terkejut, mereka sampai ada yang menjerit tertahan.
Salah seorang diantara mereka, siwanita berusia tiga puluh tahun, mengenakan baju warna hijau pucuk daun, telah melompat kedekat Sam-toa untuk memeriksa
keadaannya. Wanita yang seorang lagi juga sudah melompat kedekat Sam-toa, sama seperti kawannya, iapun dengan berkuatir sekali memeriksa keadaan Sam-toa.
Walaupun bagaimana, nyawa Sam toa merupakan jaminan buat kesembuhan mereka. Jika jiwanya Sam-toa melayang ditempat ini, berarti akan harapan mereka agar dapat ditolong ludaslah seluruh
oleh orang yang hendak mereka kunjungi itu, karena mereka sama sekali tidak mengetahui dimana tempat berdiam nya itu.
Setelah memeriksa sekian lama, kedua wanita tersebut menggelengkan kepalanya dengan wajah yang pucat dan putus asa.
"Tampaknya hidupnya lebih diantara mereka, yang memakai baju berwarna hijau pucuk daun itu.
Kata2 wanita tersebut telah membuat pucat semua wajah orang2 itu, yang telah mengeluarkan suara seruan tertahan karena kekuatiran yang sangat. Dan disaat itu, siwanita yang memakai baju warna hijau pucuk daun telah berdiri, ia melangkah lesu sekali.
Sam-toa tidak bisa mempertahankan
lama lagi." menggumam salah seorang
"Bagaimana... bagaimana keadaannya ?" tanya salah seorang diantara orang2 itu.
Wanita berpakaian warna hijau pucuk daun itu telah menggelengkan kepalanya sambil mengangkat bahunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tampaknya sulit untuk memporoleh harapan hidup lebih jauh lagi" katanya: "Jiwanya sudah sekarat, dan mungkin untuk selanjutnya dia tidak akan tersadar lagi."
Wanita yang seorang lagi yang mengenakan baju warna biru, dengan celana warna kuning, telah berkata dengan suara yang perlahan: "Lihatlah, napasnya masih berjalan
dengan teratur, jantungnya masih hangat, dan bergerak dengan gerakan yang cukup kuat."
Semua orang segera memburu mengerumuni Sam-toa. Mereka ingin melihat bagaimana keadaan Sam-toa yang sebenarnya. Dan mereka melihat Sam-toa telah rebah
dengan sepasang mata yang terpejam rapat2.
Mulutnya agak terbuka, dan mukanya pucat sekali, dengan diantara jarak sepasang alisnya itu terbayang warna gelap menghitam.
Dilihat dari keadaannya seperti itu, memang Sam-toa sulit diharapkan bisa hidup lebih jauh. Rupanya racun telah menjalar sampai kejantungnya.
Akan tetapi wanita yang mengenakan baju warna biru tersebut telah berkata lagi: "lihatlah, napasnya tetap lancar, dan matanya sepasang matanya bergerak !"
Semua mata memandang tegang kepada Sam toa, dan mereka melihatnya betapa mata Sam toa memang bergerak2, sampai akhirnya sepasang mata itu telah terbuka, dimana Sam-toa telah tersadar dari pingsannya.
Hanya saja Sam-toa tidak segera melompat bangun atau duduk ia tetap rebah ditempatnya. Dan setelah sekian lama, barulah ia berusaha untuk bangun duduk.
Dua orang kawannya segera menghampiri untuk membantu Sam-toa duduk dengan baik.
Waktu itu rupanya Sam-toa tengah menahan rasa sakit yang luar biasa hebatnya, yang membuat dia sangat menderita sekali, Dan dia tidak bisa segera berkata2, hanya berdiam diri sejenak lamanya, napasnya memburu tampaknya sulit sekali buat ia membuka mulutnya.
Si wanita yang memakai baju warna hijau pucuk daun, telah berkata dengan bagaimana keadaanmu "!"
Sam-toa menggeleng suara yang ragu2: "Sam-toa,
perlahan, kemudian menghela napas dalam2. Dia rupanya masih belum juga bisa bicara. Semua orang berjongkok didekatnya, karena semuanya berkuatir dan mengharapkan sekali agar Sam-toa mau memberitahukan dimana tempat berdiamnya orang yang bisa diharapkan untuk menolong mereka.
Sam-toa waktu itu berusaha untuk berkata, mulutnya telah terbuka sedikit, akan tetapi ia gagal karena tidak ada suatu yang keluar dari mulutnya.
Si wanita yang memakai baju warna hijau pucuk daun telah berkata dengan penuh harap dan bimbang: "Sam-toa, kau kasihanilah kami... kau harus memberitahukan kepada
kami dimana tempat berdiamnya orang itu, agar kami bisa mencarinya sendiri, jika saja memang kau tidak beruntung harus berangkat lebih dulu dari kami !"
Sam-toa mengangguk perlahan kemudian memejamkan matanya. Mukanya meringis terus seperti juga tidak
hentinya ia menahan sakit yang hebat.
"Sam-toa....!" panggil wanita yang memakai baju warna hijau daun, Sam-toa membuka matanya lagi, tampak
matanya itu tidak bersinar, seperti juga mata ikan yang mati, dan suram sekali tidak bercahaya. Dilihat keadaannya seperti itu memang Sam-toa sudah tidak memiliki harapan buat hidup terus.
Bibir Sam-toa bergerak perlahan, ia menyebutkan sesuatu yang perlahan sekali, sehingga tidak terdengar jelas, Waktu itu semua orang mendekatkan telinga mereka, sebab mereka bermaksud untuk mendengar lebih jelas apa yang ingin dikatakan oleh Sam-toa.
Akan tetapi walaupun bibir Sam-toa bergerak-gerak lagi, tetap saja tidak ada sepatah perkataanpun juga yang akan meluncur dari bibirnya itu.
Semua orang tersebut jadi saling mengawasi dengan hati yang berdebar2, gelisah bercampur dengan perasaan tegang, Sebab walaupun bagaimana, mereka kuatir sekali jika sampai Sam-toa tidak memiliki napas lebih lama lagi sehingga menemui kematiannya disitu, berarti merekapun sulit sekali berharap bisa tertolong karena jika memang
Sam-toa belum lagi menyebutkan dimana tempat kediaman dari orang yang diharapkan bisa menolong mereka dari luka yang tengah mereka derita ini, tentu mereka akan ikut binasa menemui kematian bersama-sama dengan Sam-toa.
Semua orang itu telah mendekati Sam-toa lebih dekat lagi, mereka telah mengelilinginya dengan wajah yang agak pucat dan juga dengan hati yang berdebar keras.
Sedangkan Sam-toa telah mementang mata nya, dari lehernya terdengar suara "ngrokkk!" yang cukup nyaring, dan kemudian bibirnya bergerak lagi: "sesungguhnya aku... aku ingin memberitahukan..."
Berkata sampai disitu Sam-toa telah meringis lagi untuk menahan perasaan sakitnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sedangkan orang2 itu telah memperhatikan dengan penuh harap dan kuatir, karena harapan mereka timbul lagi dengan dapatnya Sam toa bicara seperti itu.
"Katakanlah Sam-toa, dimana orang yang bisa diharapkan pertolongannya itu berdiam, kami tentu tidak akan men-sia2kan kebaikanmu... jika memang engkau tidak
beruntung dan meninggal disini, kami akan mengurus jenasahmu dengan sebaik mungkin !"
Sam-toa telah memandangi orang2 itu seorang demi seorang dengan sorot mata yang hampa, dan guram sekali cahaya matanya.
Disaat itu bibirnya bergerak2 lagi, dia bicara dengan suara yang perlahan sekali, dan masih bisa didengar suara dari kata2nya itu.
"Aku... aku memang... memang..."
Tetapi dikala Sam-toa tengah berkata2 sampai disitu, dan belasan orang tersebut tengah memusatkan seluruh perhatian mereka dan mengawasi bibir Sam-toa yang masih ber gerak lambat dan perlahan itu, tiba2 terdengar suara ledakan.
Suara ledakan itu terjadi memang agak jauh dari tempat mereka berada, akan tetapi suara ledakan yang cukup keras itu sempat juga mengejutkan belasan orang tersebut.
Malah wanita yang mengenakan baju warna hijau pucuk daun telah melompat berdiri dan memandang sekelilingnya.
Tidak terlihat sesuatu apapun juga, keadaan tempat itu sunyi kembali.
"Suara ledakan apa itu "!" bertanya wanita berpakaian baju hijau pucuk daun tersebut, berkata seperti juga pada dirinya sendiri.
"Ya, suara ledakan apakah itu "!" kata yang lainnya.
"Tampaknya ledakan tersebut cukup kuat dan keras !" kata yang lainnya pula.
Mereka telah mengawasi tempat itu dengan penuh perhatian, kemudian saling tatap satu sama lainnya dengan sorot mata bertanya2.
Mereka jadi tegang sendirinya, sampai akhirnya salah seorang diantara mereka menggumam dengan suara menggigil : "Apakah iblis itu mengejar kita lagi "!"
Gumam orang tersebut sebenarnya gumam biasa saja, akan tetapi ialah membuat kawan2 nya seperti juga digigit kala jengking, mereka jadi kaget bukan main.
"Apa "!" tanya beberapa orang diantara mereka.
"Mungkin saja terjadi begitu !" gumam yang lainnya.
Dan wajah orang2 itu berobah jadi pucat, mereka tampaknya diliputi oleh perasaan takut yang luar biasa, justru dalam keadaan seperti itu, dimana mereka tengah terluka cukup parah, dan menggantungkan harapan kepada seseorang yang belum lagi mereka ketahui dimana tempat
berdiamnya, justru kini telah datang dugaan, bahwa iblis yang mereka takuti itu datang mengejar.
Jika memang hal itu benar2 terjadi, tentu mereka tak akan berdaya, beberapa waktu yang lalu, memang mereka telah dilukai dan dianiaya oleh iblis itu, yang sangat
mengerikan sekali.
Dan anehnya, iblis itu selalu turun tangan tidak membunuh mereka, tidak membinasakan mereka hanya melukai dengan parah pada korban-korbannya, lalu memberitahukan kepada korbannya ada seseorang yang
bisa menolong dan
menyembuhkan luka mereka, serta memberitahukan orang itu berdiam di Lam-san. Hanya saja, bagian mana tepatnya tempat berdiamnya calon penolong itu, tidak diberitahukan dengan jelas. Jumlah mereka yang belasan orang itu, semuanya tidak seorangpun mengetahui dimana tempat berdiamnya calon penolong mereka, dan hanya kepada salah seorang diantara
mereka, yaitu Sam-toa, siiblis yang kejam itu telah membisikkan sesuatu, kemudian berkata kepada mereka bahwa ia telah memberitahukan tempat kediaman calon penolong itu kepada Sam toa, yang juga telah menjadi korbannya dan dilukainya parah sekali.
Hanya saja, kepada Sam-toa, iblis itu telah mengancam bahwa Sam-toa tidak boleh tidak boleh memberitahukan tempat kediaman orang yang bisa menolong mereka.
Dan memang Sam-toa tidak berani untuk membuka rahasia tersebut, hanya saja dia memaksakan diri memimpin belasan orang tersebut, walaupun ia terluka parah sekali.
Memang Sam-toa menyadari, kemungkinan besar ia tidak akan ikut mendaki sampai puncak gunung Lam-san itu. Akan tetapi iapun masih memiliki sedikit harapan, untuk dapat tertolong oleh calon penolongnya itu. Dan karenanya ia telah menahan perasaan sakitnya untuk melakukan perjalanan mendaki gunung Lam-san tersebut.
Sedang belasan orang tersebut tertegun dengan sikap kebingungan waktu itu terdengar suara ledakan lagi. Keras sekali suara ledakan itu didengar mereka, hanya saja jarak nya terpisah jauh, mereka tidak mengetahui, suara ledakan yang keras itu berasal dari bagian sebelah mana digunung itu.
membuka rahasia kepada orang lain tersebut,
tentang Sedangkan wanita yang mengenakan baju warna hijau pucuk daun telah berkata dengan penuh kekuatiran: "Jika dilihat begini tampaknya tidak mudah kita mendaki puncak Lam san, karena kita pasti akan menemui banyak rintangan."
"Akan tetapi siapa tahu orang yang tengah kita cari itu mendengar suara ledakan tersebut dan turun untuk melihatnya dan kita tidak perlu bersusah payah mendaki puncak Lam san, dengan demikian malah kesempatan kita tertolong dari kematian lebih besar lagi!" kata beberapa orang diantara mereka mengemukakan pendapatnya.
Suara ledakan itu terdengar lagi, lebih keras dibandingkan dengan kedua yang terdahulu. Dan disusul dengan suara ledakan lainnya lagi.
Malah semakin lama suara ledakan itu terdengar semakin gencar, sedangkan muka semua orang orang itu pucat pias, perasaan takut mulai merambati jiwa dan hatinya pada mereka.
Karena mereka tidak mengetahui, entah ledakan apa itu. Dan juga ledakan tersebut disebabkan gempa bumi atau juga longsornya tebing atau memang ledakan dari puncak
gunung itu, yang menyemburkan api " Semua itu menjadi tanda tanya.
"Apakah gempa bumi " Atau gunung meletus "!" menggumam beberapa orang diantara mereka.
"Bukan, jika ledakan puncak gunung tentu akan menggoncangkan sekitar tempat ini, dan juga terjadi gempa. Ledakan ini tentu ledakan sesuatu yang belum kita ketahui !"
Terdengar lagi suara ledakan, sekarang lebih keras, dan serasa sekitar tempat itu tergoncang. Malah disebelah timur, mereka melihat lidah api yang memercik, kemudian buyar seperti lidah api. Sedang belasan orang tersebut tenggelam dicekam ketakutan yang sangat, justru waktu itu meledak suara tertawa yang nyaring sekali, suara tertawa yang mengandung nada menyeramkan dan hawa pembunuhan.
Tubuh belasan orang tersebut menggigil, karena mereka jadi ketakutan demikian rupa, dan suara tertawa yang keras itu terasa seperti juga seakan akan menggetarkan sekitar tempat itu dan menggoncangkan hati mereka, sehingga tanpa terasa tubuh mereka telah menggigil.
Mereka memang merupakan orang2 rimba-persilatan akan tetapi kini mereka tengah terluka, karena dari itu, tidak banyak yang bisa-mereka perbuat.
Sedangkan waktu itu suara tertawa tersebut terdengar semakin keras lagi.
Dan tampak berkelebat sesosok tubuh. Dari tubuhnya memancarkan sinar merah, seperti juga dari tubuhnya itu mengeluarkan api yang berkobar.
Justru waktu sosok tubuh itu masih dikejauhan, dari arah sebelah seperti menggelinding mendatangi dengan pesat.
Akan tetapi akhirnya ketika tiba dihadapan belasan orang itu, ternyata sosok tubuh itu bukannya mengeluarkan api dari tubuhnya, melainkan ia memiliki tubuh yang
memancarkan sinar merah
yang terang sekali, kulitnya seperti juga kepiting
memantulkan sinar
direbus, merah seperti api, yang yang sangat menyilaukan inilah
manusia dengan keadaan yang sangat aneh sekali, sinar merah yang dipantulkan dari kulitnya itu bahkan menembus kepada pakaiannya sehingga memancar ke
timur dan mendatangi dengan cepat sekali, ia
juga sebuah bola
api yang tengah mendatangi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekelilingnya, dan cahaya merah tersebut seketika menyebabkan sekitar tempat itu terang benderang. Belasan orang yang dalam keadaan terluka itu, jadi kaget bercampur takjub, mereka memandang dengan mata terpentang lebar2.
Sedang wanita yang berbaju hijau pucuk daun itu telah mengeluarkan seruan kaget dan melompat mundur, karena ia menduga bahwa orang aneh dengan kulit tubuhnya yang memantulkan sinar merah tersebut adalah hantu penunggu gunung tersebut.
Semua orang itu memperlihatkan bahwa mereka berkuatir, ketakutan dan juga gelisah sekali. Sedang orang dengan kulitnya yang memantulkan sinar merah tersebut telah memperdengarkan suara tertawa yang sangat nyaring.
Tahu2 tangan kanannya telah digerakkan, dia membantingkan sebuah benda bulat berwarna hitam. Seketika terdengar suara ledakan yang dahsyat sekali, sampai belasan orang tersebut merasakan telinga mereka seperti tuli dan cepat2 mereka melompat mundur dengan ketakutan, sebab menduga bahwa ledakan itu bisa mencelakai mereka.
Akan tetapi hanya suara ledakan tidak terjadi sesuatu lainnya lagi, sedangkan orang dengan kulitnya yang memantulkan sinar merah seperti api itu telah tertawa lagi, katanya dengan suara yang bengis: "Siapa kalian, mengapa berani berkeliaran di lam-san ?"
Belasan orang tersebut saling pandang satu dengan yang lainnya, sampai akhirnya mereka telah mengawasi orang berkulit merah itu dengan ketakutan tanpa ada yang sanggup bicara.
Muka orang aneh itu merah juga seperti api, matanya memancarkan sinar yang tajam, bentuk mukanya memang biasa saja, hidung, mata dan mulut biasa, akan tetapi pipinya melebar seperti batok penyu.
Waktu itu dia rupanya jadi mendongkol karena tidak mmemperoleh jawaban atas pertanyaannya, dia membentak lagi: "Apa kalian tuli, heh ?"
Belasan orang itu seperti baru sadar dan salah seorang diantara mereka telah maju selangkah memberanikan diri dan berkata : "Sebenarnya kami tengah... tengah mencari seseorang !"
"Mencari seseorang " Siapa orang itu "!" tanya orang aneh tersebut, dari tubuhnya tetap saja memancarkan sinar merah seperti api, sehingga tempat itu tetap benderang.
Orang itu tampak gugup sekali, sampai akhirnya dia
berkata lagi: "Kami sendiri tidak mengetahui namanya, yang mengetahui tempat dan nama orang itu, hanyalah dia !"
Sambil berkata begitu, orang tersebut, dengan tubuh gemetar menahan takut, telah menunjuk kepada Sam-toa, yang saat itu masih rebah ditanah dengan napas yang memburu dan juga muka yang semakin pucat dan bibir masih bergerak2. Akan tetapi tidak ada sepatah perkataanpun juga yang meluncur keluar dari bibirnya tersebut.
Bola mata dari orang aneh dengan kulit tubuh seperti merahnya api telah mencilak ke sana kemari. "Siapa dia "!" tanya orang aneh itu dan matanya melirik dengan sikap tidak mengandung perasaan yang baik kepada
Sam-toa. Walaupun dia melihat keadaan Sam-toa yang kempis-kempis napasnya dan terluka begitu parah sekali, tokh sama sekali dia tidak memperlihatkan perasaan kasihan.
"Dia dia biasa dipanggil Sam-toa....!" menyahuti orang tadi dengan tubuh berusaha menahan masih gemetar, walaupun dia telah gemetar tubuhnya, toh tidak urung
sepasang kakinya itu menggigil juga.
Orang aneh dengan kulit merah seperti api itu telah mendengus tahu2 tangannya bergerak dia melemparkan benda hitam yang bulat itu kearah sebatang pohon.
Benda itu meledak lagi dan menyusul dengan ledakan tersebut, orang itu melompat ke batang pohon, menghantam dengan tangan kanannya.
"Bukkk !" suara yang keras terdengar lagi disamping suara ledakan.
Seketika batang pohon itu
ditanah, Luar biasa hebatnya
dilakukan orang berkulit merah
tumbang, dan ambruk
tenaga pukulan yang tersebut, karena dengan sekali pukulan dia dapat menumbangkan pohon tersebut, dimana membuktikan bahwa kekuatan tenaga dalamnya sangat hebat sekali.
"Hemm, tidak seorangpun diantara kalian yang boleh hidup, kalian telah berani begitu lancang memasuki daerahku
mendesis dan berkeliaran sekehendak hati kalian !"
orang tersebut dengan sikap yang bengis dan suara yang mengandung ancaman yang menyeramkan. Belasan orang tersebut jadi tambah takut saja, mereka tengah terluka parah, Jika memang orang itu yang tampaknya memiliki kepandaian begitu tinggi, bermaksud untuk membunuh mereka, tentu mereka tidak akan sanggup menghadapinya, Karena dari itu orang yang tadi
menjelaskan maksud
kedatangan mereka. telah diliputi ketakutan yang sangat dan lupa perasaan malunya lagi, telah menekuk sepasang kakinya, dia berlutut dihadapan orang berkulit merah itu sambil memanggutkan kepalanya berulang kali, katanya: "Ampunilah... ampunilah kami...
kami hanya mencari
seseorang .... untuk meminta pertolongannya, agar mau mengobati kami... kami bukan bermaksud tidak baik !" Mendengar sampai disitu, orang berkulit merah seperti api itu telah mendengus memperdengarkan suara tertawa dinginnya.
"Hemm mengampuni kalian " Aku tidak pernah membiarkan manusia lancang untuk hidup lebih lama lagi! Memang mudah datang kegunung Lam-san, akan tetapi tidak semudah itu buat meninggalkan Lam-san...!" suara orang berkulit merah tersebut jadi tambah bengis menyeramkan.
Belasan orang itu jadi dicekam ketakutan yang bukan main, mereka hanya saling pandang dan mengawasi orang yang berkulit merah itu dengan sinar mata mengandung permohonan agar mereka diberi pengampunan.
Akan tetapi orang berkulit merah melangkah kesebatang pohon lainnya, tersebut telah yang memiliki ukuran lingkaran batang yang cukup besar, sepelukan sepasang tangan manusia. Dengan disertai suara bentakan bengis, tangan kirinya menghantam batang pohon itu.
Hantaman tersebut perlahan, akan tetapi batang pohon itu telah rebah karena tumbang. Hebat tenaga dalam orang ini, bisa dibayangkan dengan pertandingan dia begitu mudah menumbangkan batang pohon tersebut.
Dalam keadaan seperti itulah, orang berkulit merah tersebut telah melangkah
lebar, ia menghampiri salah seorang diantara belasan orang tersebut, ia memilih orang yang tadi berkata2 dengannya, Tahu2 tangan diulurkan.
Muka orang itu pucat pias sekali dan menggigil. karena dia membayangkan kalau saja dirinya dihantam oleh orang berkulit merah ini, sama halnya seperti batang pohon yang dihantam tumbang, tidak ada harapan lagi dia hidup lebih lama.
kanannya tubuhnya Sambil memegangi kepalanya dengan kedua tangannya, dia telah berseru nyaring ketakutan. "Ampun... ampunilah aku !" Dan dia berlutut dengan kepala dimanggutkan. Dan juga dengan sepasang tangan tetap memegangi kepalanya itu.
Sedangkan orang berkulit merah tersebut mendengus dan telah mengulurkan tangannya mencengkeram baju dibagian punggung orang itu, cengkeraman itu dilakukan dengan seenaknya, akan tetapi hebat kesudahannya.
Tubuh orang yang dicengkeramnya itu terangkat tinggitinggi.
"Hemm, ini contohnya bagi orang yang lancang memasuki daerah gunung Lan-san ini.. . lihatlah, inilah contohnya!" Dan sambil berkata begitu, tangannya itu digentakkannya, dan tubuh orang tersebut telah terpental ketengah udara.
Tinggi sekali, menjerit dengan sampai beberapa tombak, Orang itu suara yang menyayatkan, karena dia
menyadari begitu tubuhnya terbanting ditanah, seketika dia akan remuk dan binasa, karenanya, dia menjerit tertolong tolong seperti itu.
Sedangkan tubuhnya tetap saja meluncur turun keatas bumi.
Diwaktu itulah terdengar suara "Serrrr !" tampak sinar hijau yang meluncur menyambar kepada orang yang tengah meluncur akan terbanting itu, sinar hijau itu mengenai tepat sekali pada orang tersebut.
Memang orang itu menjerit, akan tetapi tubuhnya telak terhentikan dan kemudian
perlahan sekali, tiba dibumi tanpa terbanting. luncuran meluncur
Semua orang mengawasi dengan sepasang mata terpentang lebar2 mengawasi dengan sinar yang penuh ketakutan, karena mereka juga tengah memikirkan nasib masing2, sedangkan sekarang terjadi peristiwa yang lebih
aneh lagi, dengan adanya sinar hijau itu, yang seperti telah menolong dan menyelamatkan kawan mereka dari bantingan yang bisa mematikannya itu.
Yang membuat mereka lebih kaget lagi waktu mereka mengetahui bahwa sinar hijau tersebut tidak lain dari sehelai daun yang masih segar !
Daun itu, walaupun hanya sehelai daun yang masih segar, tetapi bisa meluncur begitu cepat sekali, dan bahkan memiliki kesanggupan melindungi orang itu dari bantingan yang bisa mematikannya.
Dan juga karena sehelai daun itu, maka orang berkulit merah seperti api telah gagal dengan maksudnya membanting korbannya binasa.
Dengan bola mata yang bengis mencilak ke sana kemari orang yang berkulit merah seperti api itu telah berseru dengan murka: "Siapa yang mencampuri urusan Ang Ho "!" teriaknya dengan disertai tubuhnya yang mencelat ketengah udara, tangannya digerakkan, dia telah membanting lagi benda hitam, dan meledak dengan dahsyat sekali.
Semua tingkah laku orang tersebut merupakan tindakan yang mengandung kemurkaan, dan suara ledakan dari benda bulat hitam tersebut rupanya memperlihatkan bawa dia tengah gusar dan ledakan tersebut dijadikan sasaran dari kemarahannya.
Semua orang yang berada ditempat itu jadi kebat-kebit hatinya, Orang yang telah berhasil menyelamatkan kawan mereka dari bantingan keatas bumi itu tentunya seorang pandai lainnya yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali, karena dengan hanya mempergunakan sehelai daun saja telah bisa menyelamatkan jiwa kawan mereka dari ancaman maut.... sedangkan orang yang tadi diselamatkan
oleh sambaran daun itu, telah jatuh perlahan di tanah, segera berlutut sambil menangis sasambatan:
"Oh Thian.... terima kasih! Terima kasih..."
Tampaknya dia sangat kegirangan, karena dari itu dia telah lupa kepada perasaan malu dan terus juga berlutut seperti itu, karena rupanya dia tadi mengalami keterkejutan yang luar biasa dan sekarang setelah lolos dari bahaya maut, membuat dia jadi bersyukur tidak hentinya.
Sedangkan orang yang berkulit merah seperti api telah membentak bengis sekali: "Ayo perlihatkan dirimu atau memang perlu aku membinasakan dulu semua orang itu, baru engkau mau memperlihatkan diri ?"
Terdengar suara tertawa yang sabar sekali dan disusul kemudian dengan perkataan yang lama sabarnya: "Tenang,
jangan terlalu kejam seperti itu, karena tidak ada manfaatnya buatmu."
Menyusul dengan kata2 tersebut, tampak sesosok tubuh melompat dari atas pohon disebelah barat. Rupanya orang pandai ini sejak tadi telah bersembunyi diatas pohon itu.
Disebabkan itu pula mengapa ia mempergunakan daun buat menolongi orang yang dilemparkan oleh Ang Ho.
Orang yang baru turun dari atas pohon tersebut ternyata seorang yang bertubuh kurus dengan jubah yang tampak kebesaran. Dia mengenakan jubah panjang warna kuning gading, dan sepatu yang telah buruk rupanya.
Akan tetapi rambutnya, yang telah berwarna dua itu, kombinasi dengan ubannya, tidak menyebabkan orang ini tampak lemah, karena ia dengan tenang melangkah menghampiri orang berkulit merah itu.
"Ohh, kau"!" berseru Ang Ho, tampaknya dia semakin murka saja, "Engkau selalu mencari-cari urusan denganku! Kau selalu berusaha mencampuri urusanku !"
Orang itu tersenyum dengan sikap yang sabar dan tenang, walaupun Ang Ho tampak menyeramkan sekali, tokh tampaknya orang yang baru muncul ini tidak jeri.
Dengan suara yang tetap sabar ia berkata: "Dengarlah dulu, tenanglah dulu, jangan marah-marah seperti itu, aku ingin menjelaskan sesuatu padamu!"
Orang berkulit merah itu telah mencilak matanya, kemudian bentaknya: "Cepat katakan, apa yang ingin kau katakan kepadaku!"
Orang itu tetap tenang dan sabar, dengan bibir masih tersenyum ia bilang: "Dengarlah baik-baik, bulan tujuh,
tepatnya tanggal dua puluh
ini, akan terjadi suatu pertemuan yang benar-benar jarang terjadi didalam rimba persilatan. Dan kau, Ang Ho, merupakan salah seorang yang diundang untuk ikut hadir dalam pertemuan itu, Aku yang telah mewakili yang lainnya buat mengundangmu!"
"Pertemuan" pertemuan apa maksudmu"!" tanya Ang Ho
dengan suara tetap bengis, karena rupanya dia masih sengit sekali.
"Pertemuan untuk membicarakan berbagai ilmu silat, guna menambah pengetahuan!" menyahut orang itu dengan tenang.
"Hemm, didalam rimba persilatan tidak ada orang yang bisa menandingi Ang Ho. Untuk apa aku berunding pula dengan kalian"! Hemm, sekarang aku ingin meminta pertanggungan jawab mu, engkau telah mencampuri urusanku dengan menolongi orang itu. Perbuatanmu ini
tahukah sangat menyinggung sekali hatiku"!"
Orang itu tetap tenang dan sabar, dia telah berkata dengan sikap yang tetap sabar: "Dengarlah, memang aku menolongi orang itu, karena aku tidak ingin melihat engkau menjadi manusia yang berdosa, jika engkau membunuh
orang itu, bukankah dosamu bertambah lagi! Dengan adanya pertolonganku pada orang itu, jelas malah engkau harus berterima kasih kepadaku, dan bukannya marah !"
"Tang Ku! Engkau terlalu memandang rendah padaku, sehingga engkau bertindak sekehendak hatimu!" Dan berbareng dengan perkataannya itu, Ang Ho telah menjejakkan kedua kakinya, dia melompat kedepan Tang Ku, sambil menghantam dengan pukulan telapak tangannya.
Akan tetapi Tang Ku hanya berkelit sedikit saja, dengan menggeser sedikit kakinya, maka ia telah bisa mengelakkan serangan hebat itu.
Angin pukulan yang tidak mengenai sasarannya terus juga meluncur dan menerjang sebatang pohon yang tadi berada dibelakang Tang Ku, terdengar suara menggelegar
batang pohon itu segera tumbang.
Belasan orang yang menyaksikan hebatnya pukulan tersebut, jadi bergidik, Mereka jadi membayangkan kalau saja memang tubuh manusia yang terkena pukulan tersebut, tentu seluruh tulang-tulang tubuhnya akan hancur remuk.
Dan diwaktu itu, Tang Ku telah berkata dengan sikap yang tetap tenang dan sabar: "Dengarlah Ang Ho, kami selalu berusaha mengajakmu kembali kejalan yang lurus! Memang kami mengakui, engkau memiliki kepandaian yang sangat tinggi, akan tetapi manusia seperti engkau, dengan perangai yang begitu berangasan, tentu bisa mengancam keselamatan orang-orang rimba persilatan!"
"Tang Ku, tidak perlu kau banyak bicara coba-coba menasehatiku, aku bukan anak kecil lagi!" teriak Ang Ho gusar, "Kau tidak perlu berusaha mempengaruhiku dengan kata-kata mu, karena aku adalah Ang Ho, yang tetap merupakan satu-satunya orang yang memiliki kepandaian sangat tinggi!"
Setelah berkata begitu, cepat sekali Ang Ho melangkah maju beberapa tindak, mendekati Tang Ku, sikapnya memperlihatkan bahwa dia ingin menerjang, dia menyerang lagi.
Tang Ku mengangkat tangannya dia bilang dengan sikap yang tetap sabar: "Tahan kita harus mengakui kenyataan, kepandaian kita berimbang. jika kita bertempur, tentu tidak ada salah seorang diantara kita yang menang atau kalah, karena dari itu, kukira tidak ada gunanya kita mengadu
kekuatan dan kepandaian karena hanya akan membuat kita bercapai lelah tidak ada gunanya! Justeru aku ingin mengajakmu buat menghadiri rapat yang akan kami adakan bulan ini juga, jika memang engkau hadir, disana kita bisa merundingkan perihal bermacam-macam ilmu silat dari
berbagai aliran...! Bagaimana Ang Ho, apakah engkau telah merobah keputusanmu"!"


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Ang Ho tidak menyahuti, hanya diam-diam dia telah mengerahkan tenaga dalam nya. Jika seseorang dari rimba persilatan melatih tenaga dalamnya, ia melatih tenaga murni. Akan tetapi seperti aneh pada kulit tubuhnya yang memancarkan warna merah seperti api, justru Ang Ho juga memiliki tenaga dalam yang aneh sekali, karena ia
memiliki kekuatan tenaga dalam selain dahsyat juga sangat panas sekali seperti api, jika seseorang atau benda apa saja yang terkena pukulannya dengan lwekang seperti itu, niscaya akan hangus dan musnah.
Dan sekarang, karena dia merasa dipermainkan oleh Tang Ku, diam-diam dia hendak mempergunakan lwekang andalannya tersebut, dia telah mengerahkan tenaga dalamnya itu, maka waktu dia menggerakkan tangan kanannya, berusaha menghantam Tang Ku dari jarak jauh. Waktu itu angin pukulannya itu mengandung hawa yang panas sekali.
Belasan orang yang berdiri terpisah cukup jauh masih bisa merasakan betapa panasnya angin serangan itu, menderu-deru dengan hebat sekali, dimana angin pukulan itu telah membuat tubuh mereka jadi seperti dipanggang
didalam kobaran api, dan tersengat panas, Cepat dan gugup mereka segera menjauhi diri dari Ang Ho.
Sedangkan Tang Ku tetap tenang ditempatnya. Walaupun angin pukulan Ang Ho memang luar biasa
panasnya, akan tetapi dia tidak jeri, Tang Ku memang memiliki tenaga lwekang yang terlatih baik dan kepandaian yang tinggi, karena dari itu dia tidak pernah merasa jeri terhadap Ang Ho, sekarang melihat datangnya serangan istimewa ini, dia berkelit pula dengan cepat, kembali batang pohon dibelakangnya jadi korban sasaran telapak tangan dari Ang Ho, sehingga pohon itu seketika menjadi hangus.
Tang Ku telah merogoh sakunya dan mengeluarkan sesuatu, kemudian dilemparkannya kearah Ang Ho. Benda itu mencicit mengeluarkan suara yang aneh sekali, dan warnanya juga memantulkan sinar yang sangat putih menyilaukan mata.
Belasan orang yang tidak bisa melihat jelas benda itu., hanya menduga tentunya benda tersebut adalah binatang yang berjiwa, karena bisa mencicit mengeluarkan suara seperti itu. Karenanya mereka jadi bertambah heran. Disaat Ang Ho menyerang dengan lwekang yang begitu dahsyat dan hebat, mengapa justeru Tang Ku ini
melepaskan binatang tersebut sebagai lawannya"
Mereka menduga, apakah memang Tang Ku tidak memiliki kepandaian lwekang yang setingkat dengan Ang Ho, sehingga Tang Ku tidak bersedia menghadapi keras dilawan keras"
Karena berpikir begitu, mereka hanya mementang mata lebar-lebar saja dengan hati bertanya-tanya dan berdebaran, Mereka juga diam-diam mengharapkan kemenangan Tang Ku, yang seperti berdiri dipihak mereka dan ingin menolong mereka dari kebengisan Ang Ho.
Waktu itu Ang Ho yang melihat benda putih tersebut, mengeluarkan seruan tertahan, "Bangsat, engkau licik sekali."
Dan sambil membentak begitu, tangan kanannya digerakkan lagi, dia menghantam kearah benda putih itu, yang tengah menyambar kearah dirinya.
Angin pukulan itu mengeluarkan hawa yang panas sekali, menyambar kebenda putih itu.
Akan tetapi benda putih tersebut mencicit lagi beberapa kali dengan suara mendesah, kemudian telah berkelit, seperti juga-benda itu bisa merobah arah sambarannya.
Pukulan Ang Ho jatuh ditempat kosong, sedangkan benda putih itu masih terus juga menyambar datang.
Dalam keadaan seperti ini, Ang Ho yang rupanya jadi mendongkol, tidak menarik pulang tangannya, hanya saja sekarang dengan dibantu oleh tangan kirinya, dia berusaha menangkap benda putih yang tengah meluncur kearahnya.
Maksud Ang Ho ia memang ingin menangkap benda putih itu, yang tengah meluncur ke-arahnya, Memang gerakannya itu merupakan gerakan yang tidak terduga, disaat benda putih itu meluncur kearahnya, justeru dia telah memapaki untuk menangkapnya.
Akan tetapi benda putih tersebut seperti juga bisa menghentikan luncuran
tubuhnya ditengah udara, telah berhenti tidak menyambar lebih
tangan Ang Ho jatuh ditempat
jauh, tangkapan kedua kosong, Dan berbareng
dengan itu, benda putih itu telah menghantam kepunggung tangan dari Ang Ho.
Ang Ho menjerit kecil, karena punggung tangannya telah kena digigit oleh benda putih itu, yang sekarang terlihat bentuknya cukup jelas, sebab tidak meluncur lagi dan tengah menggigit punggung tangan Ang Ho. Itulah seekor kodok yang berwarna putih mulus seperti salju.
Seketika belasan orang itu yang menyaksikan kodok putih tersebut menyadari bahwa kodok putih yang seperti salju itu tentunya merupakan kodok mustika, karena kodok tersebut dapat dipergunakan untuk bertempur menghadapi lawan yang begitu tangguh, dan kodok yang putih bagaikan salju tersebut malah dapat berkelit dari serangan Ang Ho,
dapat menahan meluncur dirinya dan juga dapat balas menyerang, bahkan dia berhasil menggigit punggung tangan Ang Ho.
Hal ini benar2 merupakan kejadian yang langka sekali dan jarang bisa ditemui didalam dunia. Karena dari itu, belasan orang itu, yang walaupun tengah terluka parah, menderita kesakitan, tidak urung menyaksikan keanehan
dari kodok putih itu, mementang mata mereka lebar2, karena mereka ingin menyaksikan apa yang akan dilakukan kodok putih itu menghadapi keampuhan dari ilmu dan tangan mautnya Ang Ho.
Waktu itu Ang Ho berusaha mengibaskan tangan kanannya, dimana kodok putih tersebut sedang menggigit punggung tangannya.
Walaupun Ang Ho telah mengibas dengan kuat, toh tetap saja kodok putih itu tidak bisa terlepas, gigi nya terus menyentil dikulit tangannya.
Bukan main murkanya Ang Ho, ia membentak bengis, dan menarik kodok putih itu dengan tangan kirinya. Tetap gagal. Gigitan kodok putih itu ternyata kuat sekali.
Karena melihat usahanya tidak berhasil, dan melihat Tang Ku berdiri dengan tersenyum seperti juga tengah menertawai dirinya, karena murka sekali, Ang Ho telah menggerakkan tangan kirinya, dia menghantam kodok putih itu.
"Plakkk !" kodok putih itu memang bisa dipukulnya dengan kuat, Akan tetapi tubuh kodok putih itu tetap utuh dan tetap menggigit.
Pukulan yang dilakukan Ang Ho seperti juga tidak membawa hasil, Tang Ku telah tertawa. "Kodok putihku itu merupakan kodok mustika yang tidak akan dapat dihantam
hancur, ia tidak akan binasa, karena tubuhnya akan dapat menerima pukulan yang bagaimana kuat sekalipun tanpa dia terluka ! Hemmmm, demikian juga halnya dengan senjata tajam, tidak mungkin dapat melukainya, dia kebal dari senjata tajam !"
Ang Ho benar2 penasaran, dia telah mempergunakan tangan kirinya buat merogoh sakunya, mengeluarkan sebatang pedang pendek, kemudian dipergunakan menikam kodok putih itu.
"Tringgg !" ujung pedang telah mengenai tubuh kodok putih itu. Dan seperti apa yang telah dikatakan oleh Tang Ku, memang pedang itu tidak berdaya melukai kodok itu.
Malah disusul kemudian dengan suara "tringgg!" dan pedang itu telah patah menjadi dua ! Inilah merupakan peristiwa yang benar2 menakjubkan sekali, karena pedang itu patah hanya disebabkan menikam kodok putih itu.
Ang Ho mengetahui bahwa ia tidak boleh berayal, karenanya dengan tiba2 sekali dan nekad, mempergunakan patahan pedangnya, ia telah memotong kulit punggung
tangannya yang digigit kodok putih itu, sehingga kulit tangan itu copot dan mengeluarkan darah.
Dengan demikian kodok putih itu baru bisa disingkirkan dari kulit tangannya.
Tang Ku bersiul nyaring, kodok putih itu tahu2 mencelat kembali kepada Tang Ku, dan telah berada ditelapak tangan Tang Ku, yang kemudian memasukkan kodok putih itu kedalam sakunya.
Punggung tangan Ang Ho tampak mengeluarkan darah yang cukup deras.
Dengan muka yang diliputi kegusaran yang sangat, kulitnya yang memang merah terang seperti memancarkan sinar itu, bertambah merah saja.
"Tang Ku, engkau keterlaluan sekali dengan kelicikanmu itu! jika memang engkau yakin memiliki kepandaian yang seimbang dan juga setaraf dengan kepandaianku, marilah
kita mengadu ilmu, janganlah pengecut seperti itu."
Dengan sikap mengancam tampak Ang Ho melangkah menghampiri Tang Ku, sikapnya itu memperlihatkan bahwa ia akan segera menyerang lagi.
Akan tetapi Tang Ku tetap tenang saja berdiri ditempatnya, sama sekali dia tidak mundur dari tempatnya berdiri dan telah mengawasi dengan tersenyum.
"Kau akan menyesal, Ang Ho, seperti tadi telah kukatakan, bukankah lebih baik kita bicara secara baik-baik " sekarang buktinya, engkau terluka karena keras kepalamu itu."
Bukan main murkanya Ang Ho, tanpa menyahuti perkataan Tang Ku, cepat sekali dia melompat, gerakannya begitu ringan dan cepat. Dia memang memiliki kepandaian
yang tinggi sekali,
dan sekarang dia tengah murka, karenanya dia melompat begitu cepat, kedua telapak tangan dimajukan buat menghantam dengan pukulan yang dahsyat sekali!
Jika tadi saja, dia tidak mempergunakan seluruh tenaganya, pukulannya bisa menimbulkan hawa yang panas seperti api, sekarang terlebih hebat lagi karena dia tengah murka, maka dia telah mempergunakan sebagian terbesar dari tenaga dalamnya, maka hawa panas yang terkandung didalam angin serangannya itu lebih dahsyat lagi, dimana panasnya melebihi api.
Tang Ku tetap tenang, dia hanya berkelit lagi waktu pukulan itu akan tiba. Hanya saja sekarang gerakan Tang Ku terlambat sedikit, sebab dia tidak keburu buat berkelit dari pukulan itu, dimana gerakan Ang Ho benar2 sangat cepat sekali, sehingga diluar dugaannya, walaupun dia telah bergerak
cepat sekali, terlalu gesit buat belasan orang yang tengah menyaksikan pertempuran yang aneh ini, akan tetapi ujung jubahnya telah kena terhantam angin pukulan Ang Ho.
"Brettt !" dan ujung jubah tersebut telah menyala terbakar.
Itulah kehebatan dari tenaga serangan Ang-Ho, jika memang korban pukulannya tidak menjadi hangus, tentu akan terbakar kalau saja tenaga serangannya tersebut diperhebat.
Belasan orang yang berdiri mengawasi pertempuran aneh ini jadi memandang tertegun-Mereka benar2 tidak mengerti bahwa didalam dunia bisa terdapat manusia2 seliehay itu.
Dikala itu, Ang Ho sendiri tidak tinggal diam, karena cepat sekali dia membarengi dengan serangan berikutnya,
tenaga serangannya juga tidak menjadi berkurang, karena dia telah menyerang semakin hebat.
Sedangkan Tang Ku yang ujung jubahnya telah terbakar, mukanya jadi berobah lenyap senyumnya.
"Ang Ho, kau terlalu memaksaku dan mendesak, sehingga kita tidak bisa bicara secara baik2, jika memang engkau menghendaki agar kita main-main akupun tidak keberatan!" setelah berkata begitu, Tang Ku keluarkan suara siulan, kedua tangannya diluruskan kebawah, dia mengambil sikap menanti.
Waktu dia merasakan sambaran angin serangan telah dekat sekali padanya sehingga dia merasakan dirinya seperti dibakar, Tang Ku cepat bersiul lagi.
Tiba2 dia menjatuhkan dirinya, dia telah duduk bersemedhi membungkukkan tubuhnya kedepan, sehingga serangan Ang Ho jatuh ditempat kosong.
Akan tetapi sekarang Tang Ku bukan hanya sekedar mengelakkan diri belaka dalam keadaan duduk bersemedhi seperti itu, tahu2 kedua tangannya telah mendorong dengan kuat kearah perut Ang Ho.
Memang gerakan yang dilakukan Tang Ku tampaknya merupakan gerakan yang biasa saja, akan tetapi hebat kesudahannya, karena angin serangan itu seperti juga ribuan batang jarum yang menyerang perut Ang Ho.
Menyaksikan cara lawannya
serangannya, Ang Ho terkejut.
mengelakkan diri dari Dia berusaha menarik
pulang tenaga serangannya, sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi, dia menyadari lawannya tentu bukan hanya sekedar mengelakkan diri dan pasti balas menyerang, terlebih lagi dengan posisi dirinya yang dalam keadaan duduk seperti itu.
Tentunya lawannya akan mengincar dan menyerang bagian bawah anggota tubuhnya. Dugaan Ang Ho memang tidak meleset, dia merasakan angin serangan Tang Ku kepada bagian perutnya, bahkan
angin serangan itu bagaikan ribuan batang jarum yang menusuk2 perutnya, membuat Ang Ho tidak berani membuang waktu lagi, dia mengerahkan seluruh tenaga dalamnya pada perutnya, dengan begitu perutnya menjadi keras dan kuat sekali.
Diwaktu itulah, cepat sekali tampak Ang Ho telah menghentakan perutnya, yang semula dikempiskan dan kemudian telah digendut-kan pula.
Kulit perut Ang Ho memerah seperti darah dan waktu digendutkan, tampak perutnya itu telah menerima serangan Tang Ku dengan telak sekali.
Akan tetapi disebabkan perut Ang Ho telah dilindungi oleh kekuatan tenaga dalamnya maka perutnya itu tidak mengalami sesuatu apa pun juga, tidak terluka, malah tenaga pukulan dari Tang Ku seperti terhisap kedalam perutnya dan lenyap kekuatannya.
Begitulah, kedua orang ini telah bertempur dengan cara yang luar biasa sekali, sebab masing2 telah mengeluarkan ilmu simpanannya karena mereka memang bermaksud hendak saling merubuhkan.
Suatu kali memang terlihat Ang Ho terdesak oleh serangan Tang Ku, akan tetapi dilain kalinya tampak jelas Tang Ku jadi sibuk sekali menghadapi serangan Ang Ho, sehingga tampaknya dia terdesak hebat.
Begitulah, bergantian mereka telah berusaha buat merubuhkan lawan mereka. Hanya saja, pertempuran mereka berdua ini benar2 merupakan pertempuran yang jarang sekali bisa di lihat dalam dunia ini, sampai belasan orang yang tengah terluka itu, jadi menyaksikan jalannya pertempuran tersebut dengan tertegun tidak habis mengerti, bahwa didalam dunia bisa terdapat dua manusia yang
memiliki kepandaian demikian tinggi.
Apa yang mereka lihat memang kedua orang itu bertempur dengan gerakan yang biasa saja, tidak terlalu cepat, dan juga tidak terlalu mengerahkan mati2an tenaga mereka, akan tetapi hebat kesudahannya.
Entah telah berapa banyak batang pohon yang tumbang, meliputi puluhan batang. Sedangkan wanita yang memakai baju warna hijau pucuk daun, yang tadi telah sempat bengong menyaksikan jalannya pertempuran yang menegangkan itu, tiba2 teringat sesuatu.
Dia teringat kepada Sam-toa, segera juga dia memutar tubuhnya, maksudnya ia ingin segera memaksa Sam toa, agar menyebutkan siapa orang yang akan mereka jumpai dipuncak Lam-san dan juga dimana tempat yang tepat dari kediaman orang itu:
Akan tetapi wanita berpakaian baju hijau pucuk daun itu telah melihat sesuatu yang mengejutkannya, karena Sam toa sudah tidak berada ditempatnya !
Karena terlalu kaget dia sampai tidak bisa mengeluarkan
jeritan, dan telah mengawasi ketempat dimana sebelumnya Sam-toa rebah dan kini telah kosong, dengan mulut yang terbuka lebar-lebar.
Karena melihat sikap wanita berbaju hijau pucuk daun seperti itu, laki2 setengah baya di sampingnya, yang terluka
pada tangan, pundak dan pinggangnya telah menoleh. Dia melihat sikap wanita itu, matanya memandang dengan terpentang lebar2 dan mulutnya terbuka lebar juga, seperti tengah mengawasi sesuatu yang benar2 mengejutkan.
Maka laki2 setengah baya ini telah mengikuti tatapan
mata dari wanita berbaju hijau pucuk daun itu. Diapun jadi terkejut, tubuhnya dirasakan lemas, dia mengeluarkan seruan tertahan, karena dilihatnya Sam toa sudah tidak berada ditempatnya.
Yang lainnya ketika mendengar seruan laki-laki setengah baya itu, juga jadi menoleh.
Mereka waktu mengetahui apa yang terjadi, ikut terkejut dan bingung.
"Mana Sam-toa "!" teriak beberapa orang diantara mereka yang jadi panik,
"Ya, mana Sam-toa ?" berseru yang lainnya, "Sam-toa telah melarikan diri !" berseru yang lainnya lagi.
"Bukan !" bantah yang lainnya.
"Lalu kemana Sam-toa !" desak yang tadi menuduh Samtoa melarikan diri.
"Dia justru telah dilarikan seseorang, waktu kita tengah menyaksikan jalannya pertempuran itu, telah dipergunakan kesempatan ini oleh seseorang buat menculik Sam-toa !!"
"Tidak mungkin !" bantah yang seorang lainnya.
"Mengapa tidak mungkin."
"Sam-toa dalam keadaan terluka berat dan parah sekali, sampai untuk bicara saja dia sudah tidak bisa, lalu apa gunanya orang itu menculik Sam-toa "!"
Beberapa orang diantara mereka, yang telah panik sekali, segera berlari-lari kesekitar tempat itu sambil berseru-seru memanggil-manggil Sam-toa. Akan tetapi Sam toa tetap saja tidak terlihat bayangannya. Dan juga tidak terdengar sahutannya. Sam-toa telah hilang begitu saja tanpa meninggalkan bekas.
Jika memang Sam-toa melarikan diri. hal ini tidak mungkin, sebab dia telah terluka begitu parah, keadaannya tengah sekarat, Tetapi tidakkah bisa saja terjadi bahwa semua itu hanya sandiwara Sam-toa belaka, sebenarnya tidak separah itu lukanya ?"
Jika memang diculik, lalu siapa yang menculiknya " Dan dibawa kemana Sam-toa sehingga tidak terlihat disekitar tempat itu "
Semua tanda tanya itu telah berkecamuk didalam hati belasan orang tersebut.
Sedangkan wanita yang memakai baju warna hijau pucuk daun telah berlari2 kesana ke mari sambil memanggil2 Sam-toa, dan
terus, sampai dia kembali
dia berusaha untuk mencari dengan putus asa, mukanya
berkeringat dan tampak lukanya telah mengucurkan darah
lagi, karena dia telah mempergunakan tenaga yang terlalu berlebihan.
"Nihil !" katanya dengan lesu. "Tidak ke temu "!" tanya yang lainnya dengan penuh kekuatiran.
Setelah bertempur, muka Ang Ho telah memerah seperti kepiting direbus, begitu juga dengan kulit dibagian lain dari anggota tubuhnya Sinar yang memancarkan dari kulitnya yang merah itu semakin terang menyilaukan.
Dia berpikir, jika saja Tang Ku bermain licik, dengan mempergunakan bantuan kodok putihnya buat
membantunya, maka Ang Ho bermaksud akan berlaku nekad, buat mati bersama. Karena dari itu, walaupun dia telah mengerahkan seluruh kepandaian dan tenaga dalamnya, tokh matanya telah dipentang lebar2, dia mengawasi dengan sikap bersiap2, karena dia kuatir kalau2 nanti kodok putih itu tiba2 begitu saja menerjang kepada dirinya.
Tang Ku walaupun merasa berat buat merubuhkan lawannya, akan tetapi tidak terpikir buat mempergunakan kodok putihnya. Dia tetap hanya mengandalkan kekuatan lwekang dan ilmunya, dimana dia berusaha untuk
merubuhkan Ang Ho.
Hanya saja sulitnya, memang kepandaian mereka berimbang, dan Tang Ku menyadarinya, walaupun mereka bertempur selama tiga hari tiga malam, tentu diantara mereka tidak akan ada yang rubuh, dan besar kemungkinannya merekapun hanyalah akan sama2 kehabisan tenaga dan akhirnya terluka hebat, kemudian mati bersama juga.
Sedangkan urusan lenyapnya Sam-toa tidak diketahui mereka, dan juga beberapa orang diantara mereka telah mencari Sam-toa kesana kemari, dan semua itu tidak diketahui oleh Tang Ku maupun Ang Ho.
Belasan orang tersebut mengharapkan pertempuran antara Tang, Ku dan Ang Ho dapat segera diselesaikan dengan kemenangan Tang Ku, karena mereka ingin meminta petunjuk dan juga pertolongan dari Tang Ku, guna mencari jejak Sam toa, mereka yakin bahwa Sam-toa
telah diculik oleh seseorang yang memiliki sangat tinggi karena Sam-toa dimana mereka beramai berada.
Wanita yang memakai baju telah lenyap kepandaian dari tempat warna hijau telah mencari disekitar tempat itu pucuk daun Tetap saja
penyelidikannya itu nihil, Malah waktu itu, diwaktu wanita berpakaian hijau tersebut tengah berada ditempat yang terpisah beberapa lie dari kawan2nya, dia melihat sesuatu yang agak luar biasa.
Dibawah sebatang pohon tampak menggeletak sebuah sepatu yang sudah agak rusak. Dan dilihat dari bentuknya wanita berbaju hijau tersebut segera mengenali, itulah sepatu Sam-toa.
Cepat2 wanita berbaju hijau itu telah menghampiri sepatu itu, Diambinya dan diperiksanya
Tapi waktu wanita berbaju hijau sepatu tersebut, tiba2 didengarnya dingin.
tersebut mengamati
suara orang tertawa Terkejut bukan main wanita itu memutar tubuhnya, dia mengawasi kearah belakangnya itu dengan penuh tanda
tanya dan rasa takut, sebab
tidak dilihatnya seorang manusiapun di sekitar tempat itu, walaupun kemudian dia telah mengawasi kesekitar tempat itu dengan teliti. Tangannya gemetar, dia yang memegang sepatu Sam-toa bermaksud ingin cepat-cepat berkumpul dengan kawannya. Tetapi belum lagi dia melangkah, waktu itu justru telah didengarnya kembali suara tertawa tersebut, dingin dan menyeramkan sekali.
Wanita berbaju hijau itu telah mengawasi sekelilingnya lagi, Tetap saja dia tidak melihat seorang manusiapun juga. Tubuhnya tambah menggigil. Malah dia sampai berpikir apakah dia telah bertemu dengan hantu "
Cepat-cepat dia ingin berlari kembali ketempat dimana belasan orang kawannya berada.
Hanya saja, baru beberapa langkah, tiba2 didengarnya lagi suara tertawa dingin tersebut, dan malah yang lebih hebat, pundaknya telah di tepuk seseorang, agak sakit.
Wanita berbaju hijau pucuk daun itu telah menjerit kecil sambil menoleh dengan ketakutan dan dia tidak melihat seorang manusiapun juga.
Perasaan takut yang menguasai diri wanita ini bertambah hebat.
tersebut kembali
"Siapa..." Siapa kau" Mengapa tidak memperlihatkan diri"!" tanya wanita itu, suaranya gemetar menahan rasa takut yang menyerang hatinya.
"Hem," terdengar suara tertawa dingin lagi.
Wanita berbaju hijau itu tambah ketakutan, dia menduga tentu yang tengah mempermainkan dirinya adalah hantu, karena bukankah walaupun dia sampai ditepuk pundaknya tetap saja dia tidak bisa melihatnya "
"Kau manusia atau hantu.."!" tanyanya dengan suara yang gemetar.
"Hemm terdengar suara tertawa dingin itu lagi dengan nada yang semakin menyeramkan. "Jika aku hantu, apa yang ingin kau lakukan" Jika aku manusia, apa yang ingin kau perbuat?"
Mendengar pertanyaan tersebut, seketika wanita berbaju hijau pucuk daun tersebut menyadari, tentu yang tengah mengganggunya itu adalah manusia, bukankah dia bisa berkata-kata sejelas itu.
"Mengapa kau tidak keluar memperlihatkan diri " Mengapa kau seperti manusia pengecut yang hanya bisa menyembunyikan diri belaka"!" kata wanita itu lagi, karena dia sengaja memancing kemarahan orang itu, agar dia muncul memperlihatkan diri.
"Hemmm, aku sudah sejak tadi memperlihatkan diri, hanya saja sayang benar, kau memiliki mata, namun
matamu itu buta tidak bisa melihat."
Wanita berpakaian hijau itu telah menoleh lagi memandang sekelilingnya, akan tetapi dia tetap saja tidak melihat seorang manusiapun disekitarnya.
"Kau... kau... kau berada dimana "!" tanyanya dengan suara yang tergetar, sedangkan sepatu Sam-toa yang tadi telah digenggamnya dilemparkannya kesamping, dia membuangnya jauh-jauh.
"Aku berada disini !" menyahuti orang itu. Dan berbareng dengan perkataannya itu, terasa pundak wanita itu telah ditepuk lagi oleh seseorang.
Walaupun bagaimana rasa takut yang mencekamnya, tokh kenyataannya wanita ini sesungguhnya memiliki kepandaian yang lumayan, hanya saja dia tengah terluka didalam. Tetapi tetap saja dia memiliki kegesitan.
Begitu merasakan pundaknya ditepuk lagi, dia segera memutar tubuhnya.
Memang dia tidak bisa dilihatnya dengan jelas, akan tetapi sempat juga dia melihat berkelebatnya sesosok tubuh, dan kemudian lenyap.
Wanita itu segera mengganggunya bukanlah menyadari, bahwa yang hantu yang diduganya melainkan seorang manusia yang memiliki ginkang sangat tinggi, maka segera juga dia berseru: "Kau perlihatkanlah
dirimu, mari kita
bicara... apa maksudmu sebenarnya menggangguku "!" "Hmmm, aku tidak mengganggumu dan juga tidak pernah menyembunyikan diri, aku berada disini !" menyahuti orang itu.
Wanita berbaju hijau tersebut sebelumnya dicekam oleh perasaan takut. Akan tetapi sekarang, setelah dia mengetahui bahwa yang mengganggunya adalah manusia dan bukan hantu seperti yang diduganya, segera juga dia jadi timbul keberaniannya, dia memutar tubuhnya dengan
cepat untuk mengawasi sekeliling. berkelebatnya sesosok bayangan.
Setiap kali wanita berbaju hijau Dan dia melihat tersebut memutar tubuhnya, maka segera juga dia melihat sesosok bayangan yang lenyap berkelebat kebelakangnya.
Sebagai seorang wanita yang cukup cerdik, segera wanita ini menyadarinya, bahwa ia tengah dipermainkan oleh seorang manusia yang memiliki ginkang luar biasa sekali, sehingga setiap kali dia memutar tubuhnya, maka orang itu membarengi untuk mencelat lenyap kebelakangnya. Dengan demikian, jelas dia tidak bisa melihatnya.
Waktu itu terlihat wanita berbaju hijau tersebut akhirnya berputus asa. Dia menyadarinya biarpun dia bergerak bagaimana gesit dan lincahnya, tetap saja tidak mungkin dia bisa mengimbangi kelincahan orang yang tengah menggodanya. Maka akhirnya dia mengambil cara lain,
kedua tangannya telah dirangkapkannya, dia memberi hormat kesekelilingnya, katanya dengan suara yang merendah:
"Harap orang pandai mau memperlihatkan diri dan memberikan petunjuk kepadaku, maafkanlah jika memang aku mempunyai kesalahan yang tidak disadari olehku...!"
"Hemmm, sekarang kau baru bisa membawa sikap yang tahu adat seperti itu" Bagus2! Bukankah sejak tadi jika kau membawa sikap seperti ini, engkau tidak perlu bercapai
lelah me-mutar2 tubuhmu
"!" terdengar suara yang menyahuti dengan ejekan dan mengandung nada yang tetap menyeramkan, "sekarang katakanlah apa maksudmu berkeliaran di tempat ini "!"
Hati wanita itu bertambah tenang, karena sekarang dia yakin, bahwa yang tengah mengganggu dirinya adalah manusia, maka dia berkata lebih lancar: "sesungguhnya aku tengah mencari seseorang yang akan dapat menolongku dari kesulitan yang tengah kumiliki..!"
"Kesulitan apa "!" tanya orang itu lagu suaranya tetap dingin dan menyeramkan.
"Aku tengah terluka yang cukup parah, di samping itu juga aku telah melakukan perjalanan ke Lam-san ini atas petunjuk seseorang yang menyatakan bahwa orang yang bisa menyembuhkan lukaku itu berada di Lam-san ini, itulah sebabnya aku telah datang ke Lam-san!"
"Lalu, mengapa sekarang kau telah berkeliaran di daerah ini ?" tanya orang itu lagi..
"Aku sedang mencari seorang kawan yang telah lenyap!" menyahuti wanita itu.
"Siapakah kawanmu itu ?"
"Sam-toa.. dia telah lenyap begitu saja tanpa meninggalkan jejak!" menyahuti wanita tersebut.
"Apakah kau berhasil mencarinya !" tanya orang itu lagi. "Tidak !" menyahuti wanita tersebut, tiba2 dia teringat sesuatu, "sesungguhnya aku telah menemukan sesuatu !" "Apa "!" "Sepatu Sam-toa, baru saja aku berhasil menemui sepatu Sam-toa. dibawah sebatang pohon disana !" Dan wanita itu telah menunjuk kearah batang pohon ditempat dimana tadi dia menemukan sepatu Sam-toa.
"Hemmm, jadi kawanmu itu dilarikan seseorang ?" tanya orang yang belum mau menampakkan dirinya itu.
"Benar !" menyahuti wanita tersebut sambil disertai angguknya.
"Siapa orang yang telah menculik kawanmu itu "!" tanya orang itu lagi.
"Aku sendiri tidak mengetahuinya !" menyahuti wanita berbaju hijau pendek itu.
"Jika memang kau berhasil mengejar dan menemukan orang itu, apa yang ingin kau lakukan !" tanya orang itu lagi..
"Aku ingin meminta pengertiannya buat menyerahkan Sam-toa padaku, karena aku sangat membutuhkan Sam-toa. Tempat berdiamnya orang yang bisa menyembuhkan
penyakitku ini hanya diketahui oleh Sam-toa. sekarang dengan lenyapnya Sam-toa, berarti harapanku untuk bisa bertemu dengan orang yang bisa menyembuhkan lukaku ini menjadi tipis sekali, disamping itu bukan hanya aku seorang saja yang terluka, masih ada belasan orang lainnya yang juga terluka dan memiliki tujuan yang sama seperti aku !"
"Hemmm, jika orang itu tidak mau menyerahkan Samtoa kepadamu !" tanya orang itu lagi.
-ooo0dw0ooo Jilid 2 UNTUK sejenak wanita berbaju hijau itu tertegun.
"Bagaimana"!" tanya orang yang tidak mau menampakkan dirinya itu. "Aku akan berlutut dan memohon dengan sangat, agar orang itu mau membantu dengan melepaskan Sam-toa, karena walaupun bagaimana, jiwa kami tergantung benar pada Sam-toa jika sampai Sam-toa, yang mengetahui alamat dari orang yang bisa menolong kami itu, mengalami
kematian, tentu kamipun tidak akan tertolong, karena kami semuanya terluka terkena racun yang hebat, yang tidak bisa dipunahkan dengan obat biasa saja....!"
"Hemmm, siapa yang melukaimu"!" tanya orang itu lagi. Wanita tersebut ragu2, dia berdiam diri dengan muka yang pucat.
"Siapa orang yang melukai kalian, yang tampaknya didengar dari ceritamu merupakan orang yang hebat sekali"!" tanya orang itu lagi dengan suara yang tidak sabar.
"Dia... dialah Ban Tok Kui...!" menyahut wanita itu akhirnya.
"Ban Tok Kui "!" tanya orang itu sambil bersiul nyaring, Ban Tok Kui berarti iblis selaksa Racun.
"Kenapa "!" tanya wanita berbaju hijau itu. "Apakah kau kenal dengan.... dengan Ban Tok Kui itu "!"
"Hemmm, memang aku seringkali mendengar kehebatan dan keganasan Ban Tok Kui, akan tetapi aku belum pernah bertemu dengannya...!"
Wanita itu seketika memperoleh serupa pikiran.
"Apakah.... apakah kau bisa menolongku "!" tanya wanita itu kemudian.
"Menolongmu "!" tanya orang itu mengulangi dengan suara yang mengandung ejekan. "Ya, menolongku, dengan cara memberitahukan
kepadaku, dimanakah orang yang disebut sebagai Tabib Dewa yang berdiam dipuncak gunung Lam-san ini "!"
"Tabib Dewa " jadi kalian mencari Tabib Dewa itu ?" tanya orang tersebut.
"Ya !" menyahuti wanita itu, kemudian dengan ragu-ragu dia meneruskan perkataannya: "Atau... atau Tabib Dewa itu adalah kau sendiri "!"
Terdengar tersebut. "Bukan!" membatalkan maksud kalian buat menemui Tabib Dewa itu, karena percuma saja, tidak ada manfaatnya buat kalian, dan juga hanya akan sia-sia belaka... percayalah... walaupun bagaimana, akan sia2 belaka maksud dari perjalanan kalian ini! pergilah mencari Tabib lainnya, yang
sekiranya sanggup mengobati kalian!" Dan kemudian terdengar suara tertawa dingin lagi.
Wanita itu telah memandang dengan mata yang memancarkan sinar ragu-ragu, sampai akhirnya dia bilang,
"Walaupun bagaimana kami bermaksud untuk pergi menemui Tabib Dewa itu untuk memohonnya dengan sangat agar Tabib Dewa itu mau menyembuhkan luka kami !"
Kembali terdengar suara tertawa dingin orang itu, yang nadanya menyeramkan sekali. "Dengan menganjurkan kau bersama orang2 itu agar membatalkan maksud kalian buat mencari Tabib Dewa, sebenarnya aku telah memberikan kelonggaran kepada kalian, telah mengampuni kelancangan kalian, aku tidak bermaksud membinasakan kalian! Akan tetapi tampaknya
memang kalian menginginkan mati" Dan setelah berkata begitu, kembali orang tersebut tertawa dingin berulang kali.
Sedangkan wanita berpakaian baju hijau tersebut telah merangkapkan sepasang tangannya, ia membungkukan tubuhnya memberi hormat.
suara tertawa yang bergelak dari orang
sahutnya kemudian, "Lebih baik kalian "Didengar dari perkataanmu itu, tentu engkau mengetahui tempat kediaman Tabib Dewa itu, tahukah kau tempat kediamannya itu" Dan jika memang kau mengetahuinya, bersediakah engkau memberitahukan kepada kami?"
Tidak terdengar suara sahutan, hanya ter tawa dingin, Kemudian disusul dengan suara "sreeet..!" dan disusul lagi oleh suara jeritan wanita berpakaian baju hijau itu, dia telah menjerit dengan suara yang mengerikan dan menyayatkan hati, mengandung perasaan sakit yang sangat karena tahu2 tangan kirinya telah tertabas putus dan jatuh ditanah.
Dengan wajah yang pucat pias dan meringis menahan sakit, wanita tersebut menangis sambil kau....!"
"Hemm, diberi jalan hidup, kau kematian!" terdengar orang itu berkata dengan suara yang menyeramkan sekali. "Dan memang sudah peraturanku, bahwa setiap orang yang berani berkata. "Kau...
memilih jalan menjadi lancang masuk ke-dalam daerahku ini, maka orang tersebut harus dibinasakan... semula aku berkasihan dan ingin merobah kebiasaanku itu, dengan membiarkan engkau berlalu tanpa
diganggu dan jiwamu diampuni, akan tetapi engkau tidak mengenal terima kasih dan tidak berbudi, maka peraturan yang ada itu harus kujalani lagi!"
"Kau... jangan...!" Wanita yang memakai baju warna hijau itu jadi ketakutan bukan main, juga tangan kirinya
yang telah tertabas putus itu mendatangkan perasaan sakit yang luar biasa, sehingga dia meringis dengan butir-butir keringat memenuhi dahinya.
Belum lagi wanita itu bisa berkata-kata lebih jauh, telah terdengar suara "srettt" lagi.
Waktu mendengar suara "srettt !" tersebut, wanita itu merasakan semangatnya seperti juga terbang meninggalkan raganya, dan belum dia mengetahui apa yang terjadi justru disaat itu dia merasakan ditangan kanannya pedih sekali.
Ternyata tangan kanannya telah buntung pula dia menjerit kesakitan tubuhnya terhuyung mundur, sedangkan dari lukanya itu telah mengalir darah yang banyak dan deras sekali.
"Hemmm, engkau harus mati, akan tetapi engkau tidak akan mati disini" mendesis orang yang tidak terlihat ujudnya, karena memang ginkangnya yang sangat tinggi sekali.
Dalam keadaan bercacat seperti itu. dimana wanita tersebut merasakan kedua tangannya yang telah buntung itu menimbulkan perasaan sakit yang hebat, dia mundur tidak hentinya serunya: "Kau.... kau perlihatkan dirimu..!"
"Hemmm, kau tidak takut jika melihat tampangku "l" mengejek orang itu.
"Keluarlah... walaupun aku memang harus mati dan tidak ada harapan buat hidup, jika telah melihat kau dengan jelas, aku puas....!" mendesis wanita itu menahan sakit.
"Baik, aku berada disini !" kata orang itu. Ketika wanita itu tengah mundur dengan ketakutan, tahu-tahu waktu kaki kanannya tengah
kebelakang, dia merasa menginjak sesuatu,
melangkah dimana dia telah menginjak kaki seseorang, Segera juga dia melompat dan memutar tubuhnya. Dia jadi berdiri menjublek.
Dihadapannya berdiri seorang yang bertubuh tinggi besar, tanpa baju dibagian atasnya dia hanya mengenakan celana saja. Disamping itu dadanya juga dipenuhi oleh bulu
yang lebat sekali. Tubuhnya bagaikan raksasa saja layaknya dan mengerikan.
Mukanya yang dipenuhi oleh kumis dan juga berewok yang lebat sekali, menimbulkan kesan yang menyeramkan pada wajah orang tersebut, karena memang wajahnya itu menyeramkan sekali dengan sepasang matanya yang
terpenting Rupanya lebar2 mengawasi bengis kepada wanita itu.
yang selama ini mempermainkan wanita itu adalah orang ini.
"Hemmm, sudah kukatakan engkau harus mati, tetapi bukan ditempat ini !" mendesis orang itu dengan suara yang menyeramkan sekali.
Dan membarengi dengan perkataannya itu belum lagi wanita tersebut mengetahui apa yang terjadi, disaat itulah tubuh orang itu mencelat dengan gesit sekali. Ditangannya tampak berkilauan sebatang pedang pendek, dimana
ujungnya dilumuri oleh darah.
Pedang pendek itulah yang ikut bergerak, dan tahu-tahu leher wanita itu telah dipotongnya, darah menyembur keluar deras sekali.
Hanya saja potongan pisau tersebut pada leher wanita itu telah diperhitungkan sebaik mungkin oleh orang bertubuh tinggi besar tersebut, karena wanita itu walaupun telah terpotong lehernya, dia tidak rubuh binasa, melainkan meraung kesakitan dan ketakutan, lalu memutar tubuhnya berlari secepat mungkin untuk meninggalkan tempat tersebut.
Dalam waktu sekejap mata saja wanita itu telah tiba ditempat dimana kawan2nya berada, sedangkan orang bertubuh tinggi besar yang menyeramkan itu waktu melihat
wanita itu melarikan diri,
dia tertawa bergelak2, dan tubuhnya tergoncang keras sekali, dimana dia kemudian menjejakkan kakinya, tubuhnya melesat dengan ringan sekali, bagaikan bayangan sehingga dalam sekejap mata diapun telah lenyap dari tempat itu.
Sedangkan wanita tersebut, yang mengenakan baju warna hijau pucuk daun, yang telah buntung kedua tangannya dan lehernya telah terluka, darah terus juga
menyembur keluar, telah berhasil tiba ditempat dimana Tang Ku dengan Ang Ho tengah bertempur.
Akan tetapi waktu ia tiba ditempat tersebut, seketika itu juga tubuhnya rubuh terguling.
Sebelum dia sempat mengucapkan sepatah perkataanpun, dari lehernya hanya terdengar suara "Krokkk, krokkk !" belaka.
Semua orang yang menyaksikan hal itu jadi terkejut sekali, segera juga mereka menyerbu buat melihat keadaan wanita tersebut, dimana mereka melihat dengan ngeri sekali dan juga mereka tidak dapat untuk menanyakan sesuatu pada wanita tersebut, karena memang hati mereka tergetar hebat dan disamping diliputi perasaan kaget, juga mereka sangat ketakutan. Apa yang mereka lihat merupakan pemandangan yang benar2 sangat mengerikan sekali.
Tang Ku dan Ang Ho yang tengah bertempur, juga telah mendengarkan suata ribut2 itu, Tang Ku terkejut melihat keadaan wanita tersebut dan bermaksud menghentikan pertempuran mereka, Akan tetapi Ang Ho lain lagi.
Setelah melihat sejenak keadaan wanita tersebut dia malah menyerang semakin hebat. Tang Ku terpaksa melayani beberapa jurus lagi, sampai akhirnya waktu menangkis serangan Ang Ho, dia telah membarengi dengan menyusuli dengan kibasan tangannya, bentaknya: "Tahan, aku ingin bicara !"
Ang Ho rasakan terjangan angin yang kuat sekali, dia telah melompat mundur karena tubuhnya waktu itu telah terhuyung mundur, kalau memang dia tidak melompat mundur, niscaya akan membuat dia terguling. Karena dari itu, dia telah mengimbangi keseimbangan tubuhnya dengan melompat kebelakang.
Tang Ku cepat2 melompat berdiri, dia telah berkata lagi: "Kita lihat dulu keadaan wanita itu, tampaknya disamping kita berdua, masih ada seorang lainnya yang ingin meramalkan suasana ini..!"
"Hemmm, kau jangan mempergunakan alasan itu buat menghentikan pertempuran kita ini. karena kita harus menentukan hari ini juga, siapa diantara kita sebenarnya yang berkuasa didaerah Lam-san ini, karena aku merupakan seorang yang tertinggi kepandaiannya digunung Lam-san ini, jika selama engkau masih tidak mau
mengakuinya, selama itu pula aku akan berusaha menundukkanmu !"
Mendengar perkataan Ang Ho itu, Tang Ku tertawa bergelak-gelak.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hahahaha, untuk urusan siapa diantara kita yang memiliki kepandaian tertinggi, itu urusan yang kurang begitu penting, akan tetapi sekarang yang perlu kita ketahui, mengapa siwanita berbaju hijau tersebut terluka begitu hebat. . . dan apa maksud kedatangan orang2 berjumlah belasan tersebut,
maksud sesuatu yang tampaknya seperti mengandung
datang ke Lam-san ini, karenanya kita harus menanyakan dulu kepada mereka..!"
Ang Ho ragu2, akan tetapi kemudian mengangguk dengan sikap tetap bengis dan mengerikan.
"Pergilah kau menanyakan sendiri! Aku memberikan kau waktu seperminuman teh, setelah itu kau tidak bisa tawar menawar lagi, aku akan segera menyerang dirimu pula !"
Tang Ku tidak mengacuhkan perkataan Ang Ho, dia telah menghampiri wanita berbaju hijau itu, yang masih rebah dengan dari lehernya terdengar suara "Krokkk" krokkk, krokk, tidak hentinya. Dia memeriksa keadaan wanita tersebut, dilihatnya, selain sepasang tangannya yang telah dibuntungkan seseorang, juga lehernya itu telah tertabas benda tajam, sehingga leher itu setengah terputus.
Hanya saja, tenaga tabasan itu benar2 diperhitungkan sekali, walaupun dalam, tidak sampai mati. Tang Ku telah berjongkok dan berusaha menutup luka dileher wanita itu, dia juga telah mengeluarkan botol obat dari saku baju-nya, kemudian berusaha untuk menotok beberapa jalan darah disekitar leher wanita itu agar darah tidak keluar lebih jauh lagi.
Perlahan-lahan suara krokkkk dileher wanita itu berkurang, dimana dia tidak sadarkan diri, Dengan berbagai cara, Tang Ku berusaha menyadari wanita itu, akan tetapi akibat darah yang banyak keluar, membuat wanita tersebut tetap tidak sadarkan diri.
Belasan kawan2nya jadi memandang bengong dengan muka pucat. Apa yang telah di alami oleh wanita itu benar2 merupakan sesuatu yang sangat mengerikan sekali, entah siapa yang telah menganiaya wanita tersebut.
"Tentu ada seorang berkepandaian tinggi lainnya yang telah menganiayanya." menggumam seseorang. "Stttt....!" kawan yang disebelahnya telah memperingatinya,agar dia tidak terlalu banyak
mengeluarkan pembicaraan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waktu itu seseorang lainnya telah menyeletuk lagi: "Entah mengapa dia dianiaya seperti itu !"
"Siapa orang yang menganiayanya itu!?" menggumam yang lainnya pula.
"Betapa kejamnya orang itu, jika dia bermaksud membunuh wanita ini, tokh dia bisa saja membunuhnya, tidak perlu menganiaya-nya seperti sekarang ini, dimana keadaannya seperti juga mati bukan hiduppun bukan, Hem betapa kejamnya orang itu !"
"Sttt...!" kembali kawannya yang disebelahnya telah memperingatinya.
Waktu itu keadaan jadi kening kembali, di mana mereka hanya mengawasi dengan hati berdebar, karena mereka kuatir kalau2 mereka sendiri akan mengalami nasib seperti yang dialami wanita tersebut.
Tang Ku masih terus juga berusaha menolongi wanita tersebut walaupun usahanya tidak berhasil untuk segera membuat wanita itu tersadar, tokh darah sudah tidak keluar dari luka dileher wanita tersebut, begitupun pada kedua tangannya.
Setelah menotok beberapa jalan darah wanita itu lagi, akhirnya Tang Ku berhasil juga menyadari wanita tersebut dari pingsannya.
Sepasang pelupuk mata wanita itu bergerak per-lahan2, tidak lama kemudian disusul dengan terbuka, dan bola matanya yang guram tidak bersinar itu telah memandangi semua orang ditempat itu dengan sinar mata yang mengandung perasaan takut bukan main.
Malah mukanya yang pucat pias dan memperlihatkan perasaan ketakutan itu, menunjukkan bahwa wanita ini masih dicekam oleh perasaan takut yang sangat, dan dimana jelas bahwa tadi wanita ini telah mengalami peristiwa yang menyerahkan sekali.
Waktu itu pula Tang Ku telah bekerja terus, dia menotok urat kaku wanita itu, walau pun wanita itu telah sadar, akan tetapi dia belum bisa menggerakkan tubuhnya, guna mencegah jangan sampai pendarahan terjadi lagi.
"Le... lepaskan... ooohh, menakutkan sekali dia... dia makhluk yang mengerikan sekali ! Ooohh...!" berulang kali wanita itu telah mendesis dengan suara mengandung perasaan takut yang luar biasa menguasai dirinya.
"Tenanglah !" membujuk Tang Ku. "Apa yang telah terjadi" Apa yang telah kau alami!" "Aku... aku... ohh, orang itu sangat menyeramkan sekali ! Ohh, jangan....jangan..." wanita itu bicara tidak lancar dan juga kata2 nya ngawur tidak bisa berbicara dengan baik. Rupanya perasaan takutnya tadi telah begitu menguasai
dirinya. Dengan demikian dia seperti juga masih dicekam oleh perasaan takut yang membuatnya seperti setengah lupa diri, dan air matanya belaka yang telah mengucur terus tanpa hentinya, karena wanita ini menderita kesakitan yang hebat dan juga tengah ketakutan sekali.
Tang Ku telah beberapa kali menotok lagi beberapa jalan darah disekitar pundak wanita tersebut, karena dia berusaha untuk mengurangi rasa sakit pada luka yang diderita oleh wanita tersebut.
Usahanya itu memang berhasil, karena dia. telah mengurangi perasaan sakit yang diderita oleh wanita tersebut, membuat wanita itu pulih ketenangannya sebagian.
"Mana.....mana orang itu... okkk, dia merupakan makhluk yang mengerikan sekali, apakah dia tidak mengejar?"
"Tenanglah !!" menghibur Tang Ku. "Ada kami disini, dan kau akan kulindungi. Katakanlah, siapa yang telah menganiaya dirimu seperti ini "!"
"Dia bertubuh tinggi besar, memiliki ginkang yang tinggi sekali ....dan ohhh, betapa bengis dan kejamnya dia..,.orang itu yang telah membuntungi kedua tanganku ini diapun telah melukai leherku ini, walaupun tidak ber hasil sampai memutuskan leher ini, tokh aku tidak akan dapat hidup lebih lama lagi !"
Dan berkata sampai disitu, dari leher wanita tersebut telah terdengar suara "Krooookkkk!" beberapa kali.
Melihat keadaan wanita ini seperti itu, segera juga Tang Ku menyadarinya, bahwa ia tidak mungkin berhasil menolongi wanita tersebut, karena lukanya telah terlalu parah, dan jiwanya tidak mungkin bisa diselamatkan lagi.
Sedangkan wanita tersebut beberapa kali mengeluarkan suara "krokkk" pada lehernya
kemudian urat lehernya menjadi lemah, kepalanya teklok dan terkulai, seketika dia telah menghembuskan napasnya yang terakhir dengan sepasang mata yang terpentang lebar2, menunjukkan bahwa ia mati dengan hati yang penasaran sekali.
Tang Ku menghela napas dalam2, dia menyesal tidak berhasil menyelamatkan wanita itu. Dan juga belasan orang lainnya telah mengawasi mayat wanita, tersebut dengan mulut setengah terbuka dan sikap tertegun, karena mereka diliputi oleh perasaan ngeri yang sangat hebat, membuat jantung mereka berdebar keras sekali, tubuh merekapun terasa menggigil gemetaran !
Kematian yang dialami oleh wanita tersebut sangat mengerikan sekali, sebuah kematian yang benar2 mendirikan bulu roma orang itu!
Tang Ku menghela napas dalam-dalam, dia berdiri dengan sikap menyesal karena gagal menolongi jiwa wanita tersebut.
Semua orang2 yang berada ditempat tersebut telah menundukkan kepala mereka masing2 dengan dicekam perasaan ngeri dan takut.
Akan tetapi, kesunyian itu telah dipecahkan oleh suara tertawa Ang Ho, yang meledak menggelegar sangat keras sekali.
Dan kemudian disusul dengan tubuhnya yang melompat akan menyerang Tang Ku lagi.
Tang Ku dirinya diserang, dia
berbareng merogoh
tidak berdiam diri saja, waktu mengetahui
telah melompati menyingkir, dan sakunya. Tahu2 dia telah menimpukkan kodok putihnya
"Krokkk !" kodok itu memperdengarkan suaranya dan menyambar kepada Ang Ho. Ang Ho melihat ini jadi mengeluarkan seruan murka, dia batal meneruskan serangannya pada Tang Ku, melainkan tangan kanannya cepat sekali menghantam kodok putih itu.
Pukulan yang dilakukan Ang Ho mengenai telak pada kodok tersebut. Binatang itu telah terpukul terpental dan bergulingan ditanah.
Akan tetapi pukulan Ang Ho tersebut tidak menyebabkan kodok tersebut jadi mati, karena walaupun bagaimana kuatnya pukulan Ang Ho tidak berdaya buat
melumpuhkan kodok putih yang merupakan kodok mustika yang tahan menerima pukulan yang bagaimana keras sekalipun juga, disamping memang kebal terhadap mata senjata tajam. Karena dari itu, begitu kodok putih itu telah terjatuh keatas tanah, diwaktu itulah dia telah melompat lagi dan menubruk kepada Ang Ho.
Gerakan kodok putih itu sangat gesit dan cepat sekali, dia telah menerkam dengan maksud hendak menggigitnya. Akan tetapi Ang Ho telah mengulangi pula gerakannya seperti tadi, Dia telah memukul lagi kodok putih itu sampai binatang tersebut terpental pula.
Tang Ku yang berdiri tenang dipinggiran telah memperdengarkan suara tertawanya. "Keluarkan dan gunakanlah seluruh kekuatan dan tenaga yang ada padamu, Ang Ho.. tidak mungkin kau berhasil membinasakan kodok mustika itu !"
Ang Ho jadi sangat gusar, Memang tadi dia tengah penasaran sekali karena tidak bisa merubuhkan Tang Ku. dan sekarang disaat dia hendak menyerang lagi kepada lawannya, maksudnya seperti dirintangi oleh kodok putih itu.
Sedangkan kodok putih itu seperti juga tidak mau memberikan kesempatan pada Ang Ho, dimana berulang kali dia telah menerkam lagi disaat Ang Ho telah memukulnya jatuh ketanah. Dan selalu pula dia mengancam akan menggigit.
Dalam keadaan seperti itu, Ang Ho tak kesempatan buat menghindarkan diri dan memiliki membagi
kesempatan menyerang Tang Ku. Dia harus melayani terus kodok putih itu, yang seperti juga melibat dirinya.
Akan tetapi akhirnya Ang Ho memperoleh serupa pikiran, waktu melihat kodok putih itu telah menerjang lagi begitu cepat dan gesit, di samping itu mengancam akan menggigitnya, cepat sekali Ang Ho telah mengerahkan dan mengempos telaga dalamnya. Lalu menghantamnya. Pukulan yang dia membentak dan di lakukannya itu
merupakan pukulan yang sangat dahsyat.
Sebenarnya, seumur hidupnya, walaupun menghadapi lawan yang tangguh, belum pernah Ang Ho mempergunakan kekuatan tenaga dalam sepenuh seperti itu, sekarang dalam keadaan gusar sekali, dia bermaksud membuat kodok putih itu yang tidak dapat dihancurkan dengan pukulannya, terpental ketempat yang lebih jauh,
sehingga dia akan
memperoleh kesempatan buat mengalihkan serangannya kepada Tang Ku. Apa yang direncanakan oleh Ang Ho memang berjalan dengan lancar, karena waktu kodok putih itu terhantam dengan kuat sekali oleh pukulan yang dilakukannya, seketika kodok
tubuhnya telah putih tersebut terpental sangat keras, melayang ketengah udara sejauh lima tombak lebih, kemudian terbanting ke-atas tanah.
Mempergunakan kesempatan inilah Ang Ho segera bergerak membarengi menjejakkan kedua kakinya, dia telah menerkam kepada Tang Ku.
Dan kedua tangannya tidak tinggal diam, cepat sekali dia telah menyerang, dimana serangannya ini sama hebatnya seperti tadi dia menghantam kodok putih tersebut, serangan itu membuat Tang Ku tidak bisa meremehkannya, sebab
kalau saja dirinya terserang, niscaya akan menyebabkan dia terluka didalam yang sangat hebat.
Segera Tang Ku telah mengempos semangatnya, dia menangkisnya.
Waktu tangan mereka saling bentur, segera juga Tang Ku membarengi buat mencengkeram. Ang Ho tengah bernapsu dengan serangannya, karenanya dia seperti sudah tidak memikirkan keselamatan dirinya, sehingga dia menyerang dengan kalap dan membabi buta..
Waktu melihat Tang Ku menangkis serangan nya dan bermaksud mencengkeram tangannya, Ang Ho seperti tidak memperdulikannya, dia hanya meneruskan tangannya yang meluncur ke arah dada Tang Ku.
Cengkeraman tangan Tang Ku memang berhasil mengenai pergelangan tangan Ang Ho, akan
belum sempat mencengkeram
kuat dan tetapi dia menahan meluncurnya tangan tersebut, kepalan tangan dari Ang Ho cepat sekali mengenai dadanya.
Seketika tubuh Tang Ku terhuyung, dan sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi dia tidak berdiam diri saja, tenaganya telah dikerahkan pada kelima jari tangannya. Dia
mencengkeram, kemudian menggentaknya dengan kuat.
Tubuh Ang Ho melayang ketengah udara. Hanya saja lemparan itu tidak membuat Ang Ho terbanting ditanah, sebab dia waktu itu telah
mempergunakan kemahiran ginkangnya buat menguasai meluncurnya sang tubuh, sehingga dia jatuh dengan kedua kaki terlebih dulu.
Waktu kedua kaki Ang Ho mengenai tanah, disaat itulah kodok putih peliharaan Tang Ku telah menerkam
kearahnya lagi, menubruk dengan cepat sekali, dengan berhasilnya menancapkan giginya di pundak Ang Ho.
Ang Ho kesakitan dan terkejut bukan main. Dia mengetahui betapa bahayanya gigitan kodok putih itu, sebab dia pernah
tergigit dan tak
merasakan punggung tangannya yang
bisa terlepas, sampai dia harus mempergunakan buntungan dari pedang pendeknya buat mengiris kulit punggung tangannya sendiri. Karena dari itu, waktu menyadari pundaknya kena digigit oleh kodok putih itu, cepat-sekali Ang Ho mempergunakan tangan kirinya dia berusaha menarik kodok putih itu.
Akan tetapi gigitan kodok putih tersebut memang benar2 kuat sekali, dan juga diwaktu itu terlihat betapa tarikan tangan Ang Ho tidak berhasil, walaupun dia menark dengan keras sekali.
Malah Ang Ho merasakan betapa disebabkan dia menarik kodok putih itu dengan keras, gigitan dari kodok putih itu yang menancap dalam, terus juga menyantel dipunggungnya.
Karena menyadari tidak ada jalan lain, Ang Ho akhirnya telah mengerahkan tenaga dalamnya, dengan masih mencengkeram kodok putih itu, dia menarik sekuat tenaganya, maka copotlah sebagian daging Ang Ho, bersamaan terlepasnya gigitan kodok itu, dimana gigi2 dari kodok putih itu masih menggigit terus potongan daging
tersebut. Tang Ku sendiri waktu itu telah merasakan napasnya agak sesak, akibat terpukul telak sekali oleh Ang Ho. Dia memejamkan matanya dan mengatur jalan pernapasannya. Dia tidak mengetahui apa yang terjadi waktu itu.
Ang Ho waktu itu setelah berhasil menarik kodok putih itu dari punggungnya, sehingga darah mengucur keluar dari lukanya itu, segera juga dia melemparkan kodok putih tersebut kearah salah seorang belasan orang yang terluka itu.
Memang apes sekali nasib orang itu, dia belum lagi mengetahui apa-apa, waktu dia melihat sinar putih menyambar kearah dirinya, tahu2 dia merasakan lengannya sakit bukan main.
Ternyata waktu dilemparkan begitu, kodok putih itu telah membuka mulutnya, gigitannya telah dilepaskannya, lalu dia juga telah menggigit pula lengan orang tersebut. Gigitannya itu kuat sekali, tidak bisa terlepas.
Orang tersebut menjerit kesakitan melepaskan gigitan kodok tersebut. Akan tetapi dia tidak berhasil dan dan berusaha
membuat dia berjingkrakan menahan rasa sakit yang dideritanya. Ang Ho telah menoleh dengan muka yang semakin memerah kepada Tang Ku, Dia murka bukan main, dan tidak mau men-sia2kan kesempatan yang ada, dia
melompat kedekat Tang
Ku dan tangannya bergerak menghantam pundak Tang Ku. Tang Ku waktu itu tengah berusaha meluruskan pernapasannya, keadaannya terancam sekali, karena dia tidak boleh terpecah perhatiannya, sedangkan pukulan Ang
Ho telah berkesiuran datang, dan angin serangan itu telah dapat dirasakan oleh Tang Ku.
Akan tetapi dia tidak berdaya buat menangkisnya, waktu itu dia tengah berada dalam saat2 yang menentukan untuk meluruskan napasnya, Karena dari itu pula, dia hanya
membiarkan pukulan itu jatuh dipundaknya.
"Bukk!" kuat sekali pukulan tersebut mengenai pundak Tang Ku, sedangkan Tang Ku sama sekali tidak berkelit atau menangkis.
Karena hebatnya pukulan Ang Ho yang jatuh kepundak Tang Ku, membuat tubuh Tang Ku seperti dihantam sesuatu yang dahsyat sekali, sepasang kakinya telah melesak kedalam tanah sedalam lima dim.
Hebatnya lagi, walaupun diserang begitu hebat, tokh Tang Ku tidak terpental, dia tidak berkisar dari tempat berdirinya, sehingga sepasang kakinya yang menjadi korban dan melesak kedalam tanah.
Ang Ho mendengus mengejek, dengan bernafsu sekali dia telah menghantam lagi kepundak Tang Ku.
Kembali kaki Tang Ku melesak sedalam lima dim. Saat itu Tang Ku telah selesai meluruskan pernapasannya, sehingga dia telah membuka matanya dan disaat itu pukulan yang ketiga dari Ang Ho telah meluncur datang. Malah sekarang pukulan itu mengincar kepalanya, sehingga jika saja mengenai sasaran, kepala Tang Ku akan hancur remuk.
Cepat sekali Tang Ku telah mengangkat kedua tangannya, dia bukan menangkis atau juga berusaha melawan keras dengan keras, melainkan dia telah membarengi menyerang, dengan menghantam kedua tangannya pada dada dari lawannya.
Ang Ho sama sekali tidak menduga apa yang dilakukan oleh Tang Ku, dia terserang dengan hebat, tubuhnya terpental dan kemudian bergulingan ditanah. Akan tetapi dia cepat sekali melompat bangun, dan kemudian melompat pula untuk menyerang kepada Tang Ku.
Tang Ku sendiri telah melompat keluar dari pendaman tanah itu menarik kedua kaki-nya. Disaat itulah Ang Ho tiba dengan terjangannya lagi.
Kedua orang ini telah bertempur pula dengan seru.
"Hahaha !" tiba-tiba terdengar suara tertawa yang menyeramkan sekali, disusul dengan munculnya seseorang, "Pantas monyet-monyet ini berani datang mengacau tempatku, tidak tahunya ada kera-kera besarnya.."
Orang yang baru muncul itu tidak lain dari orang bertubuh tinggi besar yang telah menganiaya wanita
berpakaian baju warna hijau pucuk daun.
Dia muncul dengan gerakan tubuh yang ringan sekali. Belasan orang yang berada ditempat itu jadi terkejut sekali, mereka tambah ketakutan karena mereka melihat telah muncul seorang yang memiliki kepandaian tinggi lagi, sehingga keadaan pasti bertambah keruh.
Sedangkan waktu itu Tang Ku dan Ang Ho yang tengah bertempur seperti juga tidak melayani kedatangan orang itu. Disaat itu, orang bertubuh tinggi besar tersebut telah membentak nyaring : Berhenti ! dengarkan dulu perkataanku."
Ang Ho mendengar bentakan nyaring itu dia merasakan telinganya sakit, Dengan begitu dia tambah terkejut lagi, sebab mengetahui bahwa orang itu memiliki tenaga
lwekang yang sangat tinggi sekali.
Tang Ku juga telah mendengar bentakan tersebut, dia segera melompat menjauhi diri dari Ang Ho.
Mereka berdua telah memisahkan diri dan baru saja mereka berdiri tetap dan sehingga bisa melihat jelas orang yang membentak itu, orang yang bertubuh tinggi besar tersebut telah mem bentak lagi: "Kalian berdua yang rupanya telah memancing keributan mengacau ditempat-ku ini..."
Tang Ku waktu itu telah sempat melihat jelas orang tersebut, segera juga wajahnya berobah. "Kau....!" dia berseru kaget.
Ang Ho melihat orang tersebut, juga berobah wajahnya.
"Kau"!" diapun berseru, "Tidak tahunya Lam-san Kiam Liong (Pedang Naga dari Lam san)!" Orang tersebut telah memperdengarkan suara tertawa dingin, sambil katanya: "Hemm, kau rupanya mengenalku juga dan mengetahui lengkap gelaranku ! Bagus ! Bagus ! Sekarang dengarlah baik-baik pertanyaanku ini yang harus
kalian jawab dengan sebenarnya, apa maksud kalian datang ketempat ini ?"
Tang Ku telah berhasil menenangkan perasaannya. Dia memang telah mendengar, betapa Lam-san Kiam-tiong merupakan seorang tokoh rimba persilatan yang luar-biasa
dan berdiam di Lam-san, yang memiliki kepandaian sangat hebat dan sulit sekali ditandingi.
Akan tetapi, Tang Ku sendiri yakin bahwa kepandaiannya tidak berada disebelah bawah kepandaian orang tersebut.
Tadi dia terkejut karena dia memang telah terlalu sering mendengar cerita kehebatan dari Lam-san Kiam Liong tersebut, dan bukan disebabkan dia merasa jeri atau takut.
Sedangkan Ang Ho sendiri memang mengenali Lam-san Kiam Liong, dia memang agak jeri. Sepuluh tahun yang lalu mereka pernah bentrok dan Ang Ho telah bertempur dengannya. Akan tetapi Ang Ho telah dapat dirubuhkan setelah mereka bertempur ratusan jurus.
Sejak saat itu Ang Ho telah melatih diri dengan giat, dan kedatangannya kali ini ke Lam-san justeru memang ingin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencari Lam-san Kiam Liong tersebut, dimana dia bermaksud buat menantangnya lagi, untuk diajak ber tempur pula.
Tadi dia terkejut, karena dia tidak menyangkanya bahwa orang yang tengah dicarinya bisa bertemu ditempat ini. "Hemm, tentunya kau masih ingat padaku, bukan"l" tanya Ang Ho. Mendengar suara dan sikap orang yang begitu dingin, Lam-san Kiam Liong telah mengawasi Ang Ho sejenak lamanya, kemudian tanyanya: "Siapa kau"!"
"Hemm, apakah hanya berpisah sepuluh tahun saja kau telah lupa padaku" sungguh tumpul sekali otakmu!" kata Ang Ho dengan suara mengejek. "Aku Ang Ho... sekarang kau ingat, bukan" Sepuluh tahun yang lalu kita pernah bertempur, kebetulan waktu itu kau memiliki nasib baik dan aku kurang hati2 sehingga dapat kau robohkan.. sekarang
justeru aku datang untuk mengajakmu main2 seribu jurus lagi!"
Mata dari Lam-san Kiam Liong telah men-cilak2 tidak hentinya, dia telah mengawasi dengan tajam kepada Ang
Ho, kemudian dia bilang: "Hemm, rupanya engkau pernah rubuh ditanganku, dan sekarang engkau datang pula buat cari penyakit " Bagus ! Bagus ! sekarang aku akan menghajar lebih hebat lagi pada mu, dan engkau jangan harap bisa meninggalkan Lam-san ini.. jika dulu aku masih memberikan kesempatan buatmu hidup, sekarang jangan
harap kau bisa meninggalkan gunung Lam-san ini dengan masih bernapas..."
Waktu itu Ang Ho rupanya sudah tidak bisa menahan kemarahan hatinya lagi, dia telah melompat dan menerkam dengan kedua tangannya pada Lam-san Kiam Liong.
Gerakannya sangat cepat sekali karena dia tahu, bahwa yang dihadapinya ini adalah lawan yang sangat tangguh.
Akan tetapi Lam-san Kiam Liong tidak tinggal diam. Dia memiliki ginkang yang tinggi sekali.
Tahu-tahu tubuh lawannya telah lenyap dari hadapan Ang Ho, sehingga serangannya jatuh ditempat kosong. Ang Ho-telah memutar tubuhnya dan menyerang pula.
Sedangkan waktu itu terlihat betapa Lam san Kiam Liong berkelit lagi. Seperti apa yang telah dialami oleh wanita baju hijau yang telah dipermainkan dan dianiaya menjadi korbannya, dia telah mempermainkan Ang Ho.
Sepuluh tahun yang lalu memang Ang Ho merasakan betapa ginkang dari Lam-san Kiam liong sangat tinggi sekali sehingga lawannya selalu bisa bergerak sangat cepat.
Lam-san Kiam Liong berulang kali mengejek: "Hemm hebat ! Rupanya engkau telah mengalami banyak kemajuan... !"
Akan tetapi gerakan Lam-san Kiam Liong semakin lama jadi semakin cepat, tubuhnya itu berkelebat kesana kemari mempermainkan lawannya.
Semakin lama Ang Ho semakin penasaran dan murka sekali, sejauh itu tetap saja dia tidak berhasil menyerang lawannya yang selalu main kelit saja.
Karena Ang Ho mempergunakan tenaga yang berlebihan, membuat ia cepat sekali merasa letih, kesempatan itulah yang dipergunakan oleh Lam-san Kiam Liong, dengan gerakan yang cepat sekali dia telah menghantam dengan dua jurus serangan.
Sedangkan Ang Ho yang merasakan tenaganya mulai berkurang, tidak memperdulikan kenyataan ini, karena dalam murkanya dia malah telah menangkisnya dengan kekerasan.
"Bukkk !" tubuh Ang Ho terpental kebelakang.
Beruntung memang Ang Ho masih dapat mengendalikan tubuhnya, sehingga dia tidak sampai perlu terbanting. Dalam keadaan seperti ini, segera juga terlihat betapa gerakan yang dilakukan Lam-san Kiam Liong tidak berhenti sampai disitu saja,
Dia telah melompat dan menyerang lagi dengan gerakan tangan yang sangat cepat dan sulit diikuti oleh pandangan mata.
Ang Ho mengetahui bahwa sulit sekali baginya mengelakkan diri dari serangan tersebut. Karenanya dia telah berlaku nekad, dia menyeruduk maju dengan kepalanya.
Kaget Lam-san Kiam Liong, jika ia meneruskan serangannya, memang punggung Ang Ho akan kena dihantamnya, akan tetapi tidak urung diapun akan kena diseruduk kepala Ang Ho, karena dari itu, dia jadi batal
menyerang terus, dan dia
menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya telah melompat kebelakang menjauhi diri dari lawannya.
Ang Ho yang menyeruduk tempat kosong, jadi bertambah mendongkol.
Dengan meraung dia telah menyeruduk lagi, dan dia melakukannya sampai beberapa kali.
Tetapi sekarang ini Lam-san Kiam Liong tampaknya dapat berlaku lebih gesit, Malah setiap kali menghindarkan diri dari serudukan lawannya, dia juga telah balas menyerang. Yang diincarnya adalah batok kepala Ang Ho.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menyaksikan perbuatan nekad dari Ang Ho, yang seperti sudah tidak memperdulikan lagi keselamatan jiwanya dan selalu berusaha menyeruduk, Tang Ku jadi memandang tertegun juga, sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi, jelas Tang Ku menyadari apa artinya semua itu.
Kalau memang Ang Ho menyeruduk pula beberapa kali, jangan harap dia bisa mempertahankan hidupnya, bagi Lam san Kiam Liong, mudah saja dia menghindarkan diri dari serudukan tersebut, akan tetapi sekali saja pukulan dari Lam san Kiam Liong hinggap dibatok kepala dari Ang Ho, niscaya dia akan menemui kematian dengan kepala yang remuk.
Karena itu, setelah mengawasi lagi beberapa saat, waktu melihat Lam-san Kiam Liong tengah mengangkat tangannya dan menyerang kearah batok kepala Ang Ho, Tang Ku telah membentak "Tahan...!"
"Apa "!" teriak Lam san Kiam Liong dengan suara mengejek "Tahan" Apa maksudmu sedangkan tangannya tetap saja meluncur akan menghantam batok kepala Ang Ho, yang waktu itu tengah menyeruduk keperutnya."
"Ya, tahan !" tiba2 terdengar suara orang menyahuti, sebelum Tang Ku sempat menyahuti pertanyaan Lam-san Kiam Liong.
Semua orang jadi menoleh. Suara itu begitu bening, dan juga halus sekali.
Belasan orang yang tengah terluka itupun ikut menoleh dan jadi terheran-heran.
Ang Ho sendiri telah berhenti menyeruduk, diapun menoleh. mukanya segera berobah.
Lam-san Kiam Liong juga menoleh, dan ia meringis dengan sikap serba salah.
Sedangkan Tang Ku sendiri telah mengawasi orang itu dengan sorot mata yang tajam. Orang yang baru muncul, dari balik batu2 dan batang pohon tidak lain dari seorang anak laki berusia belasan tahun, mungkin baru dua belas tahun, mukanya putih dan cakap dengan rambut yang digulung tunggal, diikat dengan
pita warna hijau, sedangkan bajunya terbuat dari bahan kasar, akan tetapi bersih.
Anak lelaki itu telah memandang dengan sikap yang sabar sekali, tenang, dan sama sekali tidak memperlihatkan perasaan takut walaupun dia tengah berhadapan dengan
orang2 yang memiliki kepandaian tinggi seperti itu.
Lam-san Kiam Liong telah menghampiri anak tersebut, waktu tiba dihadapi anak tersebut, dia merangkapkan kedua tangannya memberi hormat, katanya: "Lam san Kiam Liong memberi hormat. . ."
Semua orang yang melihat itu, telah memandang terheran-heran,
Sedangkan Ang Ho dan Tang Ku juga telah menghampiri anak kecil tersebut, mereka melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Lam-san Kiam Liong, yaitu merangkapkan sepasang tangannya menjura memberi hormat.
"Aku Ang Ho mengunjuk hormat...!" kata Ang Ho kemudian, suaranya tidak garang seperti sebelumnya.
"Tang Ku mengunjuk hormat..!" Belasan orang itu jadi memandang lebih heran lagi, Jago2 yang memiliki kepandaian tinggi seperti Lam-san Kiam Liong, Ang Ho maupun Tang Ku, ternyata bersikap begitu hormat dan tampaknya jeri terhadap seorang anak lelaki belasan tahun. Apa artinya ini"
Apakah anak itu memang memiliki kepandaian yang sangat tinggi, sehingga ketiga orang yang memiliki kepandaian begitu tinggi dan liehay telah menaruh hormat yang demikian besar "
Belasan orang tersebut jadi memgawasi anak itu sambil mementang mata mereka lebar2.
Sedangkan anak kecil itu telah mengibaskan tangannya. "Jangan membawakan peradatan seperti itu aku kurang begitu menyukai..." katanya dengan suara yang tawar.
"Ya... ya..!" menyahut Lam-san Kiam Liong, Ang Ho dan Tang Ku serentak.
Malah Lam-san Kiam Liong telah bertanya lagi: "Bagaimana kesehatanmu, tabib ?" Anak kecil itu menanggapi.
"Baik !" sahutnya.
Belasan orang yang terluka itu jadi tergetar hati mereka mendengar Lam-san Kiam Liong menyebut anak lelaki itu dengan sebutan tabib.
Apakah anak ini adalah Tabib Dewa yang tengah mereka cari " Tetapi usianya baru dua belas tahun, tidak mungkin anak sekecil itu mengerti ilmu pengobatan yang terlalu hebat, maka belasan orang tersebut mengawasi dengan sorot mata ragu 2 dan bimbang.
Sedangkan anak kecil tersebut telah berkata lagi: "Heemm kalian telah menimbulkan kekacauan ditempat ini, apa maksud kalian?"
Suara menegur anak ini biasa saja, tanpa sikap takut2, sama sekali dia tidak jeri menegur Ang Ho, Tang Ku
maupun Lam-san Kiam Liong. Hal ini memperlihatkan bahwa ia seperti tidak memandang sebelah mata kepada ketiga orang tersebut.
Sedangkan Lam-san Kiam Liong telah menyahuti dengan segera: "Kami bertemu disini dan tengah mengukur kepandaian sebagai latihan belaka ?"
"Benar... kami hanya main2 saja !" menimpali Ang Ho. "Ya... memang kami hanya latihan belaka!" kata Tang Ku juga, waktu ketiga orang jago ini berucap seperti itu, wajah mereka agak pucat. Dilihat dari sikap mereka, tampaknya ketiga orang tersebut tengah gelisah sekali.
Anak lelaki itu, yang dipanggil dengan sebutan tabib, telah tersenyum, dan katanya: "Kalian mengatakan bahwa kalian tengah main2 dan berlatih ! Lalu bagaimana mungkin dengan belasan orang itu yang tengah berada dalam luka parah " Tidakkah itu
disebabkan oleh perbuatan kalian bertiga "!"
Cepat2 Ang Ho, Tang Ku dan Lam-san Kiam Liong menggelengkan kepala mereka. "Bukan...!" menyahuti mereka hampir serentak. "Mereka
bukan dilukai oleh kami, karena menurut keterangan yang diberikan mereka, bahwa mereka semuanya dilukai oleh Ban Tok Kui.."
"Hemmm, lalu mengapa wanita itu mati dalam keadaan yang mengenaskan sekali ?"!" tanya anak lelaki itu lagi. Muka Lam-san Kiam Liong berobah, dia serba salah dan tingkahnya jadi tidak tenang.
Sedangkan Ang Ho dan Tang Ku telah melirik kepada Lam-san Kiam Liong.
Pedang Dan Kitab Suci 23 Bunga Ceplok Ungu Karya Herman Pratikto Pendekar Bayangan Setan 6
^