Pendekar Guntur 18
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 18
anak muda! Apakah kau tidak kenal pepatah yang mengatakan gelombang yang dibelakang mendorong gelombang yang depan, dan orang baru menggantikan orang lama" Lihat saja, selama beberapa hari ini telah terdengar beritanya akan halnya orang2 muda yang gagah, kita telah sempat menyaksikan juga, betapa Ouw Siauwhiap yang demikian hebat mengagumkan tangannya."
Kata2 Khiam Lo Ang telah menimbulkan tertawa yang ramai dari semua orang yang berkumpul disitu.
"Aku bicara benar, Ouw Siauwhiap." kata Khiam Lo Ang kepada si pemuda. "Aku sudah berusia sembilan puluh tahun, tapi belum pernah aku menyaksikan kepandaian seperti kau tadi, Bagaimana kalau sekarang kau mencoba aku di jarak sepuluh kaki "!"
Kwang Tan cepat2 menggoyangkan kedua tangannya, "Tidak, tidak bisa locianpwe... tidak bisa!" katanya cepat "Jangan locianpwe
membuat aku memperlihatkan keburukanku, Apa yang aku bisa ialah menghajar benda mati, kalau terhadap benda hidup, aku tidak berguna lagi." Tapi Khiam Lo Ang tidak mau melompat sampai lima tombak lebih. "Ouw Siauwhiap, janganlah kau bersungguh2. "Mari kita mencoba2, untuk berlatih! Kau boleh mempergunakan semua kepandaianmu andaikata aku terluka, tidak apa2. jika kau mengalah, kau membuat aku tidak puas !"
Mengetahui tabiat orang, Kwang Tan tertawa, ia segera juga mengambil sepuluh biji catur. "Locianpwe, maafkan aku yang muda!" kata2nya itu ditutup dengan timpukannya, mengarah pundak kiri jago tua tersebut.
Khiam Lo Ang terkejut melihat datangnya biji catur itu. Segera ia mengibaskan tangan kanannya, ia dapat membebaskan diri tetapi biji catur itu lewat dekat diatas pundaknya.
Justeru itu, Kwang Tan sudah menimpuk pula kali ini bukan satu atau dua biji, hanya lima biji, dua didepan, lalu yang tiga dibelakang. Sehingga kelimanya merupakan bunga Bwee. Tiga biji yang dibelakang itupun datangnya saling susul.
Melihat memukul
mengerti, segera ia menolak" katanya datangnya berbareng serangan itu, Khiam Lo Ang
dengan kedua tangannya. la mempergunakan tipu silat Pek Khong Ciang "Pukulan Udara Kosong." Biasanya hebat angin serangannya itu. Tapi sekali ini, kelima biji catur tidak tersapu dengan segera. Sambil mengibas, jago tua itu berkelit.
Ditangan Kwang Tan masih ada sisa empat biji, semua itu segera saling susul dipergunakan menyerang lagi, tentu saja, serangan yang terakhir ini cepat luar biasa.
Sebab ketika itu Khiam Lo Ang tengah menangkis dan berkelit Maka sibuklah dia atas datangnya empat biji catur itu. Terpaksa ia berkelit pula, sambil menjatuhkan diri.
Ketika ia bangkit bangun, ia periksa tubuhnya, untuk memperoleh kepastian, dia bebas atau tidak, Lalu hatinya jadi mencelos, mukanya jadi pucat.
Dia mendapat kenyataan, ujung bajunya yang kiri kena ditembusi sebuah biji catur ! "Tidak dapat aku sesalkan dia !" pikirnya. "Siapa suruh aku mendesak dia mengeluarkan kepandaiannya" Jika dia bersungguh2, mungkin tubuhku mendapat beberapa liang..!"
Segera juga ia tertawa bergelak dan katanya: "Ouw Siauwhiap, hebat tanganmu, aku siorang tua menyerah kalah !"
Memang jago tua ini harus menyerah kalah, Kecewa ia bergelar sebagai "Awan Seribu Laksa", dari situ menunjukkan betapa cepatnya setiap gerakannya, karena ginkangnya yang tinggi.
Tetapi justeru sekarang, ginkangnya itu seperti juga tidak berguna lagi dihadapan Kwang Tan, membuat ia sekali ini merasa telah runtuh.
Kwang Tan sendiri menyesal atas perbuatannya itu, ia merangkapkan kedua tangannya memberi hormat, kemudian katanya dengan sikap yang menyesal selalu "Benar tepat sekali julukan locianpwe, tadi sengaja saja locianpwe mengalah terhadapku, jika locianpwe merangsek, apa yang aku bisa bikin"!"
Mendengar perkataan sipemuda, tampak Khiam Lo Ang jadi sangat bersyukur sekali. Tapi ia bilang sambil tertawa "Buat apa kau masih melindungi mukaku, Ouw Siauwhiap" Disini orang semuanya memiliki mata yang jeli! siapakah yang tidak dapat melihatnya dengan jelas" Siauwhiap,
biasanya aku tidak mau menyerah kepada siapa saja, baru sekarang terhadap kau, aku mengakuinya, aku menyerah!
Aku cuma kurang jelas mengenai satu hal. Aku memiliki tipu silat Taylek Kim Kong Ciang, jika aku ini mempergunakan ilmu silat yang itu, setiap senjata rahasia
seharusnya kena tersampok balik, Tubuhku tidak dapat didekati. Tapi aneh sekali biji caturmu itu, tidak dapat terpukul mundur semua, ada juga yang menerobos maju terus ?"
"Maaf, locianpwe, malu aku untuk menjelaskannya," berkata Kwang Tan, sambil tersenyum jengah. "Aku hanya mempergunakan akal, Biji caturku itu dapat dipakai menyerang secara berputar, jadi penolakan langsung tak dapat mencegahnya, tadi biji catur itu menyambar dari samping !"
Alasan yang diberikan oleh pemuda ini memang masuk dalam akal. Tidak dapat orang tidak mempercayainya. Hanya saja satu hal yang pasti, hanya Kwang Tan yang dapat menyerang secara demikian, orang lain tidak akan sanggup.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Entahlah jika yang diserang bukan Khiam Lo Ang. Kwang Tan telah menyembunyikan satu hal, serangan itu menurut ilmu menimpuk senjata rahasia yang bernama "Hiap Wan Sip Pat Kay."
Seperti yang lainnya juga, Giok Cu dan Lin Eng memuji sipemuda tidak hentinya, yang mereka sangat kagumi tanpa
terasa mereka jadi mengawasi si pemuda dengan membuka mata mereka lebar2, memandang mendelong dengan mulut terbuka lebar.
Bin Tian Ong melihat sikap dan kelakuan puterinya, itulah kelakuan yang dulu2 belum pernah disaksikannya, ia
jadi terharu sekali, ia merasa berkasihan kepada puterinya ini, yang telah tidak memperoleh kasih sayang ibunya.
Biasanya sigadis pendiam, jarang sekali tertawa pada air mukanya menunjukkan tentang sesuatu perasaannya. Tetapi ini, memang sangat lain dan berbeda sekali.
Pernah Tian Ong memujikan beberapa orang pemuda, yang tampan dan memiliki ilmu silat yang baik, tetapi Giok Cu tidak perhatikan mereka, hatinya tidak pernah tergerak. Baru sekarang ia tampak berobah, ia seperti bukan Giok Cu yang dulu lagi...
Sementara disitu, masih ada Siangkoan Lin Eng. Gadis itu menang jauh lebih cantik, ilmu silatnya lebih tinggi, Gadis itupun lebih berani, lincah dan periang, tampak jelas dia sangat memperhatikan Kwang Tan. Bagaimana sekarang"
Bukan main bingungnya Bin Tian Ong, Di lain pihak lagi, ia belum mengetahui keadaan sipemuda, apakah masih bebas dan merdeka"
Masih ada satu hal lain, yang lebih penting, sekarang ini
bukan saatnya bicara perkara perjodohan. Mereka tengah terancam bahaya dari rombongan Ceng Kie Pay dan anaknya sendiri tengah menghadapi pibu....
Lin Eng benar2 berani, sambil tertawa ia menghampiri Kwang Tan, kemudian dia minta diajari ilmu melepas senjata rahasia ia bersikap tidak malu2 atau likat, malah tampak nya ia bicara polos sekali.
Melihat orang demikian polos sikapnya, Kwang Tan malu hati buat menampik permintaannya itu.
"Nona hendak mempelajari ilmu melepas senjata rahasia, itulah memang sangat baik sekali, aku juga tidak mau menyembunyikan sesuatu apapun yang aku mengerti dan bisa!" katanya turut tertawa.
"Cuma saja aku hendak menjelaskan, senjata rahasia tidak dapat dipelajari hanya dalam satu hari atau satu malam saja. Baiklah, kalau nanti urusan disini sudah
selesai, aku akan mengajari pokoknya dulu."
Baru saja sipemuda menutup mulutnya, atau Giok Cu telah maju.
"Siauwhiap," katanya dengan tertawa dan juga telah gembira sekali.
ilmu melepas "Aku juga ingin senjata rahasia, memperlihatkan sikap sekali mempelajari Dapatkah?"
Kwang Tan heran, sampai ia melengak, namun itu hanya sebentar, sebab segera ia bisa tersenyum.
"Dapat! Tentu saja dapat, nona !" katanya dengan tersipu karena likat, dimana semua mata tengah memandangi kepada mereka, sehingga membuat Kwang Tan agak likat dan kikuk.
Siang Bu tertawa, Demikian juga yang lainnya.
Kwang Tan mendengar suara tertawa mereka, ia jadi tambah likat, ia merasa bahwa semua orang tengah menertawakan dirinya, karena sikapnya yang canggung waktu menjawab pertanyaan dan gadis she Bin tersebut.
"Nona Siangkoan, ilmu cambukmu tadi bagus sekali!" kata Kwang Tan kemudian memuji, untuk menyimpangkan perhatian orang.
Lin Eng tersenyum girang.
"Oya," katanya kemudian agaknya dia kaget dan girang, "Aku lupa menghaturkan terima kasih padamu !" Dan dia segera juga menjura memberi hormat.
"Jangan, nona, jangan !" Kwang Tan menampik, ia jadi gugup dan mengulurkan tangannya untuk mencegah.
Siangkoan Lin Eng menarik tangannya, ia menatap kepada Kwang Tan.
Kembali Kwang Tan jadi jengah, tapi ia tertawa dan berkata: "Nona, ilmu cambukmu lihay, cuma itu dapat dipakai menyerang dari jarak dekat, Aku memiliki satu akal untuk menutup kekurangan itu."
Lin Eng cerdik, ia juga segera juga mengerti akan perkataan sipemuda, ia tertarik sekali.
"Benarkah begitu?" tanyanya. "Ohhh, kau ajarilah aku Lekas!"
"Mari nona pinjami cambukmu itu pada ku!" kata Kwang Tan yang masih belum sempat menarik pulang tangannya, maka ia jadi dapat melonjorkan terus tangannya, "Mari kita keluar nona, kau boleh memakai pedang, nanti aku mengajari kau dengan mempergunakan cambuk!"
Lin Eng menyerahkan cambuknya, yang terbuat dari otot ular dan harimau, itulah cambuk yang sangat disayanginya, yang tidak akan sembarangan diijinkannya untuk dipegang oleh orang lain.
Merekapun segera pergi keluar dari ruangan tersebut, dimana cahaya rembulan permai sekali.
Lin Eng dan Kwang Tan lantas berdiri terpisah tujuh kaki, Sigadis meletakkan pedangnya didadanya, melintang. "Silahkan menyerang nona!" kata Kwang Tan kemudian. "Kau menyerang dengan sungguh-sungguh, jangan sungkan-sungkan."
Lin Eng tersenyum didalam hatinya ia berkata: "Kau nanti lihat ilmu pedang ajaran ayahku ini tentu merupakan ilmu silat yang sangat hebat sekali dan telah
menggemparkan kalangan
Kangouw! Ayah merupakan seorang akhli kiamhoat yang nomor wahid di dalam rimba persilatan, tentu kau tidak akan dapat menandingi ilmu
melihat, apakah engkau sanggup pedang ini. Aku ingin melayani aku?"
Lantas juga sigadis hendak mulai menyerang !"
Mendadak sekali, ia telah menikam, gerakannya cepat bagaikan badai, menyambar dengan berkesiutan nyaring. Gerakannya itu, tepat dan cocok dengan nama ilmu pedang itu, yaitu Ciu Hong Lok Yap It Jie kiam Hoat atau ilmu
pedang "Daun Rontok Karena Angin Musim Rontok", serangan itu juga menuju ke pundak kiri dengan tikaman yang sangat sulit buat dihindarkan lawan.
Kwang Tan tidak berkelit, ia juga tidak menangkis, hanya saja ia mendahului, dengan sangat sebat, cambuk ditangannya bergerak, ujungnya mencari ujung pedang. berkata perlahan: "Baiklah, aku
Lin Eng kaget tidak terhingga, Serangannya itu telah gagal, pedangnya seperti juga tertindih barang berat, Dengan segera ia memutar pedangnya untuk meloloskannya, terus dipakai untuk menyerang keiga kiri si pemuda.
Kembali Kwang Tan memperlihatkan kepandaiannya. Ujung cambuknya perlahan menekan pula pedang sigadis. Sigadis sampai seperti tidak melihat bagaimana ia diserang, dan bagaimana Kwang Tan menggerakan tangannya.
Lin Eng heran sekali, tetapi ia penasaran maka ia melepaskan diri
mempergunakan beraneka ragam.
untuk menyerang terus, ia melanjuti ilmu silat itu, yang banyak jurusnya
Kwang Tan tetap bersilat seperti semula, ia main tekan ujung pedang lawannya itu.
Siangkoan Lin Eng
bentrok, ia merasakan
terkejut, ketika senjata mereka tangannya kesemutan, sampai pedangnya hampir terlepas. Tapi sekarang ia mulai mengerti ilmu silat cambuk pemuda itu, Kwang Tan dilihatnya memang lihay
disebabkan mahirnya tenaga dalamnya!
Dari tiga-puluh jurus mereka bertempur sampai lima puluh jurus, Gadis itu tersentak, tapi sekarang ia dapat tersenyum dan gembira, ia melayani dengan tenang.
Ternyata sipemuda merobohkannya, hanya agar sigadis mengerti mempelajarinya setiap jurus itu serta mengingatnya dengan sebaik mungkin.
"Kepandaian Ouw Siauwhiap memang hebat sekali!" berkata Bin Tian Ong kepada Khiam Lo Ang, yang tengah memang tidak bermaksud memperlihatkan jurus2 tertentu akan kelemahannya dan bisa menonton sekian lama jalannya pibu istimewa itu, Khiam Lo Ang mengangguk.
"Ya.... ia dapat bergerak lincah bagaikan naga dan ular, selanjutnya aku tidak berani memandang enteng lagi kepada dunia !"
Bin Tian Ong dan Khiam Lo Ang menyaksikan terus, demikian juga halnya dengan Siang Bu dan Tan Go Sun. Mereka kagum dan takjub, sehingga mereka merasakan betapa kepandaian mereka hanyalah merupakan kepandaian yang tidak berarti kalau dibandingkan dengan kepandaian yang dimiliki Kwang Tan.
Mereka jadi memuji tidak hentinya, karena memang mereka terlalu kagum sekali.
"Rupanya guru Ouw Siauwhiap bukan sembarangan orang !" cetus Bin Tian Ong lagi.
Giok Cu berdiam saja, tapi dengan berdiri diam begitu, dia memperhatikan setiap gerakan cambuk ditangan Kwang Tan, tampak nya ia merasa puas.
"Nona Siangkoan, awas!" mendadak terdengar suara Kwang Tan. "inilah jurus merampas jiwa untuk merebut kemenangan !"
Kata2 itu disusul ujung cambuk menyambar pundak kiri sipemudi dengan cepat sekali.
Lin Eng segera menyambut, untuk menangkis cambuk itu, ia bersilat dengan tipu "Angin puyuh menghantam pohon yangliu," pedangnya membabat dari kanan kekiri, sinarnya pedang berkelebat bercahaya keperak-perakan.
Tepat disaat cambuk hampir kena dibabat, mendadak Kwang Tan tertawa, tubuhnya bergerak kekiri, tangannya
ikut bergerak membebaskan cambuk dari babatan, setelah mana cambuk itu menyambar lagi kearah sigadis.
"Lepaskan pedangmu!" berseru Kwang Tan sambil menarik dikagetkan.
Diluar keinginannya, tubuh Lin Eng maju empat tindak, telapak tangannya dirasakan sakit dan pedih, tidak dapat ia memegang lebih lama lagi pedangnya, karena pedang itu telah tertarik, terlempar jauhnya belasan tombak, jatuh diatas tanah dengan menancap dan gagang pedang itu bergoyang-goyang menimbulkan suara mendengungdengung.
"Maafkan, nona aku tidak sempat menahan tanganku!" bilang Kwang Tan segera sambil tertawa.
Lin Eng mendelik mengawasi sipemuda, tetapi setelah itu ia malah tertawa nyaring!
Kwang Tan mengambilnya, setelah
gesitnya ia melompat
gerakannya, sehingga
melompat kearah pedang, untuk
mana, dengan sama lincah dan balik kembali. Demikian lincah kembali ia telah mendatangkan kekaguman dihati orang-orang yang telah menyaksikannya.
"Syukur pedang ini tidak rusak!" kata Kwang Tan waktu ia mengembalikan pedang itu kepada sigadis. "Aku dapat mengembalikannya dalam keadaan baik!"
Lin Eng menyambuti pedangnya itu sambil tertawa. "Terima kasih!" katanya, Itulah pernyataan terima kasih, bukan untuk pedang belaka, tetapi juga untuk pelajaran yang diberikan.Karena pertandingan itu merupakan latihan pelajaran baru buat Lin Eng.
Setelah itu mereka keruang dalam, kecuali Giok Cu dan Lin Eng berdua. Sebab mereka ini berdua segera juga berlatih diri, untuk dapat menjalankan dengan baik ilmu cambuknya Kwang Tan tadi.
Berdua mereka saling mengajari dibagian2 yang mereka ragukan dan tidak mengerti, dengan demikian mereka bisa berlatih dengan baik sekali.
"Siauwhiap, setelah urusan disini selesai kau hendak pergi kemana"!" tanya Khiam Lo Ang, waktu mereka telah berada diruangan dalam pula.
"Aku ingin pergi ke Kota-raja, untuk melakukan sesuatu!" menjelaskan Kwang Tan, ia memang sudah memutuskan buat menceritakan asal usulnya kepada semua jago2 ini, yang diketahuinya dan telah dilihatnya sebagai jago2 yang berdiri dijalan lurus dan memiliki jiwa pendekar.
Maka ia menceritakan bahwa ia tengah melaksanakan perintah Thio Kauwcu dari Bengkauw, untuk menyelidiki
keadaan di kota-raja. ia juga memberitahukan siapa dirinya sebenarnya.
Semua yang mendengar keterangan Kwang Tan jadi girang bukan main, sekarang
mereka pun sudah tidak memanggil dengan sebutan Ouw Siauwhiap lagi, karena Kwang Tan telah memberitahukan namanya. Dengan demikian selanjutnya ia dipanggil dengan sebutan Kwang Siauwhiap, juga mereka kaget dan girang, girang telah mengetahui siapa sebenarnya Kwang Tan, kaget karena mengetahui Kwang Tan adalah orang
Bengkauw, yang memang mereka telah dengar tengah berjuang, mulai bergerak mengadakan perlawanan kepada Cu Goan Ciang.
"Aku akan berdiri dipihak Bengkauw!"! itulah yang pertama2 kali diucapkan
Khiam Lo Ang dengan bersemangat. "Walaupun usiaku telah lanjut, kalian tidak dapat menertawai aku, karena aku akan menyumbangkan sisa hidupku buat menegakkan keadilan bersama Beng kauw !"
Tan Go Sun dan Siang Bu pun menyatakan mereka akan segera menghubungi Beng-kauw, untuk menggabungkan diri dengan Beng kauw, sedangkan Bin Tian Ong telah berkata:
"Semula aku ingin mengundurkan diri, Tapi sekarang, aku bermaksud membatalkan pedang, aku akan segera menghubungi Bengkauw, di mana kami akan menggabungkan diri !"
keinginanku menyimpan pergi bersama kawan2
Demikian juga dengan semangat yang meluap-luap mereka menyatakan hasrat mereka ingin membantu Kwang Tan, kalau saja memang Kwang Tan memerlukannya, untuk melakukan penyelidikan dikota raja.
Tapi, Kwang Tan menyatakan lebih leluasa jika ia dapat berangkat sendiri. Disana memang berkumpul banyak sekali jago2nya Cu Goan Ciang yang memiliki kepandaian sangat tinggi, karena dari itu, ia tidak leluasa untuk melaksanakan tugasnya kalau saja ia tidak sendiri.
Terlebih lagi memang kepergiannya kekota raja hanyalah sekedar untuk melakukan penyelidikan belaka. Dan ia tidak lupa telah menyatakan terima kasihnya kepada Bin Tian Ong berempat, bahwa mereka bermaksud untuk membantu Bengkauw.
Dengan demikian, tentu keempat jago tua rimba persilatan yang masing2 memang memiliki kepandaian tinggi itu, dapat banyak membantu Bengkauw, mereka memiliki banyak sahabat, sehingga mereka bisa bantu memberikan penjelasan kepada sahabat2 mereka dan juga
akan mengajak para sahabatnya itu untuk ikut membantu Bengkauw !
Itulah suatu hasil yang menggembirakan Tan, ia bersyukur para
orang gagah ini hati Kwang bermaksud membantu Bengkauw, tentu Thio Bu Kie Kauwcu akan gembira sekali menyambut mereka.
Dikala itu, Kwang Tan juga menjelaskan. Bengkauw telah berhasil merebut beberapa kota.
Dan kemungkinan besar pasukan Bengkauw akan maju terus guna merebut kota2 selanjutnya.
Sedangkan Khiam Lo Ang mengatakan, ia memang telah mendengar perihal bergeraknya Bengkauw, namun sejauh ini tak tertarik untuk mencampuri urusan politik.
Karenanya, ia hanya mendengar saja dan tidak tertarik untuk menghubungi. Tapi sekarang, setelah bertemu dengan Kwang Tan, justeru ia jadi ingin sekali membantu Bengkauw, ia malah hendak menyumbangkan sisa usia tuanya itu untuk dapat menyumbang tenaganya untuk keperluan Bengkauw.
Dengan demikian juga, pasti ia sahabat2nya, semuanya akan menggabungkan demikian akan akan mengerahkan
di ajaknya buat diri dengan Beng kauw. Tentu dengan membuat mereka gembira sekali, bisa
melaksanakan tugas suci, berjuang untuk menumpas raja lalim dan juga membela kepentingan rakyat jelata!
Bin Tian Ong sendiri, memang juga mengungkapkan jika sebelumnya ia akan mengundurkan diri sebab tawar melihat para tentara kerajaan yang bertindak se-wenang2, dan ia tawar juga- untuk ikut terjun dalam dunia persilatan, maka ia ingin menyimpan senjata namun sekarang, justeru
semangatnya telah timbul lagi untuk membantu perjuangan Bengkauw.
Begitulah, dengan gembira sekali mereka bercakap2, semuanya telah memuji akan kehebatan Kwang Tan. Mereka juga menyatakan perasaan kagum, karena mereka telah lama sekali mendengar akan kehebatan Thio Bu Kie,
Kauwcu Bengkauw itu. Mereka ingin sekali bertemu dengan Kauwcu Bengkauw tersebut.
Dalam keadaan seperti itu, banyak yang telah dijelaskan oleh Kwang Tan. ia mengemukakan betapa luhurnya maksud2 dari Bengkauw, yang berjuang untuk menegakkan keadilan.
Dan juga, ia telah menceritakan beberapa peristiwa mengenai sepak terjangnya tentara kerajaan, juga sikap dari Cu Goan Ciang, Kaisar yang tengah berkuasa itu, yang sebelumnya merupakan bekas anggota Bengkauw juga.
Semua orang gagah itu jadi gusar sekali, mereka beranggapan Cu Goan Ciang sebagai manusia yang tidak kenal membalas budi.
Kwang Tan telah mengucapkan berulang kali rasa bersyukur dan terima kasihnya. Begitulah mereka bertekad, menggabungkan diri dengan Bengkauw. Sedangkan Kwang Tan memutuskan, setelah membantu Bin Tian Ong menghadapi orang2 Ceng Kie Pay, ia akan melanjutkan perjalanan kekotaraja untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh Thio Bu Kie. Kauwcu Bengkauw.
Tidak lama kemudian muncullah Giok Cu sambil ter tawa2. ia berbisik kepada ayahnya. "Akh, anak nakal" ayah itu berseru, Terus ia berpaling kepada Kwang Tan, katanya: "Anakku dan nona Siangkoan
telah meyakinkan ilmu pedang dan cambuk, ada beberapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagian yang belum begitu jelas buat mereka, karena itu mereka ingin meminta Siauwhiap agar mau memberikan petunjuk kepada mereka, sudikah Siauwhiap membantu mereka?"
Kwang Tan hanya tersenyum.
"Tentu!" sahutnya cepat dan segera juga ia ikut Giok Cu keluar. Semua orang gagah itu jadi ber cakap2 dengan gembira, karena mereka benar2 kagum sekali kepada Kwang Tan walaupun usianya masih begitu muda, namun dia gagah
dan memiliki kepandaian yang tinggi sekali, juga sifatnya yang halus dan berdiri diatas keadilan dan membela kebenaran!
Tidak lama kemudian Kwang Tan masuk dengan wajah
berseri2, tangannya mencekal sehelai kertas, Segera ia berkata: "Tian Tiang cu dan Siang Tiangcu, sudikah jiwi menemani aku pergi sebentar ke To-san-cung "!"
Siang Bu segera menduga ada urusan. sedangkan Tian Ong menduga tentu semuanya itu ada hubungannya dengan surat yang ditangan Kwang Tan.
"Apakah bunyi surat itu, Siauwhiap"!" kemudian.
Kwang Tan tidak mau membuka rahasia hubungannya dan kerja samanya dengan kaum Kaypang, karena dari itu perlahan lahan ia merobek hancur surat ditangannya, sambil tertawa ia bilang:
"Tadi, kebetulan saja seorang sahabatku telah memberitahukan bahwa kawanan Bendera Hijau telah mengundang kawan2nya rapat di To-san cung, sebentar malam jam empat! Mungkin mereka hendak merundingkan
sesuatu yang tidak baik untuk pihak kita, oleh karena tanyanya
tentang sahabatku itu hanya seorang diri saja, ia mengirim surat ini kepadaku meminta agar aku menyelidik aksi mereka itu..!"
Tan Go Sun tertawa. "Selama beberapa hari ini aku menganggur saja, aku senang sekali menemani siauw-hiap dan juga tentunya
saudara Siang tidak keberatan pergi kesana!" katanya.
Kwang Tan memberi hormat, ia menyatakan terima kasihnya.
"Silahkan Tiangcu bersiap, mari kita pergi Sekarang." kata Kwang Tan. Dia terus meminta diri, untuk kembali dulu kekamarnya, guna mengambil senjatanya, tidak dilupakan juga topengnya, topeng seperti muka mayat itu.
Tan Go Sun dan Siang Bu bersiap dengan cepat, maka dilain saat bertiga mereka telah meninggalkan rumah Bin Tian Ong.
ooooo)-dw-(ooooo
LETAK To-San-cung lima belas lie dibarat laut Bin Ke Cung, tempat itu memiliki pemandangan alam yang indah, penduduknya cuma kurang lebih tiga puluh keluarga, yang hidup bercocok tanam, ditepi perkampungan itu terdapat sebuah sungai, yang tepiannya berbaris pohon2 Yangliu yang bermain2 diantara siliran sang angin.
Sungai itu berliku2. Sunyi sekali tempat itu, tapi
suasananya sangat menyenangkan, terlebih pula, setiap menjelang magrib, disaat para petani pulang dari sawah ladangnya dan bocah2 angon bercokol dipunggung kerbau mereka sambil meniup seruling, atau diwaktu pagi ayam riuh berkokok dan asap mulai mengepul keluar dari tiap2 rumah.
Salah seorang penduduk To-san-cung bernama Kang In, turunan seorang berpangkat di Kotaraja, yang pulang kekampungnya dengan membeli sawah dan kebun.
Tapi sampai pada warisan kejayaan disitu telah merosot jatuh ditangan Kang In, menurun, Kang In tidak
gemar belajar surat, ia lebih senang belajar silat, untuk bercampur gaul dengan segala buaya darat, sehingga ayahnya mati karena terlalu berduka, ia sampai mati dengan hati tidak puas.
Tapi justeru Kang In jadi girang sekali seluruh warisan telah jatuh ketangannya. Dia juga jadi bebas untuk melakukan apa yang di senanginya tanpa ada orang yang bisa menghalanginya lagi.
Setelah sawah ladangnya habis dijual, untuk hidup berpesta-pora! tinggallah rumahnya belaka, ia terbawa
temannya yang menjadi
anggota Ceng Kie Pay, yang menugaskan ia membantu mengurus cabang Ceng Kie Pay di Khoyu. Karena kedudukannya itu, ia bisa bertindak dan berbuat se-wenang2 kepada semua penduduk, membuat para penduduk menderita, hanya saja mereka mendongkol tanpa
berdaya untuk melakukan sesuatu apapun. Berhubung terjadinya perselisihan antara Ceng Kie Pay dengan Bin Tian Ong, rumah Kang In di jadi kan markas cabang.
Demikianlah, tiga hari sebelum dibukanya panggung Wan Yo Tai, Yo Sian bersama lima puluh kawannya menempati rumah untuk mengatur segala sesuatu, diantaranya untuk menugaskan Khong Su pergi menculik
diantar oleh empat orang lainnya, menanti sambil Giok Cu dan mencuri pedang. Dan kepergian Khong Su kawannya sedang ia
dan bersembunyi ditempat2 yang berdekatan. Celakanya, ia tidak memperoleh kabar berita apa2 lagi dari Khong Su, yang pergi dan tidak pernah kembali. Tanpa ada tanda isyaratnya. Juga lenyap pula keempat kawan Khong Su, sedangkan malamnya, ketika ia mengirim beberapa orangnya, untuk mencari dan menolongi Khong Su, orang2nya itu dihajar Kwang Tan ditengah jalan dan diantar pulang dalam keadaan tertotok jalan darahnya.
Bukan main gusarnya Yo Sian, tapi ia tak berdaya. Besoknya ia mengirim orang lagi, tetapi kali ini orang2nya itu dilabrak oleh orang2 Kaypang, sehingga rusak separuhnya.
Mengerti bahwa Bin Ke Cung terlindung oleh orangorang liehay, Yo Sian segera muncul secara berterang dimuka panggung luitay, ia cerdik, ia tidak sembarangan bertindak, ia berharap bentroknya orang lain dengan Bin Ke Cung, sehingga ia nanti menyerbu Bin Ke Cung untuk
merebut hasil tanpa bekerja berat.
Karena kecerdikannya itu, ia telah memperoleh kepercayaan sepenuhnya dari Oey Tiam Su, ketuanya.
Yo Sian telah memesan orang2nya, tanpa isyarat darinya, mereka tidak boleh sembarangan turun tangan, ia terkejut dan heran ketika menyaksikan Siauw Cit Liang dan Ban Un Sie terluka senjata rahasia.
Diwaktu itu ia masih belum tahu bahwa Souw Kong Bun dan lainnya telah kena ditawan, Jika tidak, kagetnya pasti akan lebih besar lagi.
Hanya saja ia telah memperoleh fisarat, hati kecilnya jadi tidak tentram, Karena itu, ia segera memikirkan satu akal. Untuk itu ia mengajak bekerja sama sejumlah orang ditetarap barat, ialah orang2 yang bukan anggota partainya.
Demikianlah malam ini jam empat, mereka berkumpul di To-san cung, untuk mengatur dan merundingkan cara kerja mereka. Apa mau, maksud dan rencana mereka itu telah diketahui kaum Kaypang, maka Kwang Tan segera dikisiki dan pemuda ini segera juga pergi menyatroni perkampungan itu dengan mengajak Tan Go Sun dan Siang Bu.
Di ruangan besar dari rumah Kang In telah berkumpul Yo Sian semua. Api dipasang terang benderang, suasana didalam ruangan tersebut, walaupun yang tengah
berkumpul tidak sedikit,
tetap sunyi, disitu berkumpul kurang lebih delapan puluh orang, Tepat pada waktu nya, Yo Sian mengangkat tangannya, lalu mulai bicara. "Semua cianpwe dan semua rekan2!" katanya nyaring, "Pasti kalian telah mengetahui apa sebabnya sehingga terjadi Bin Tian Ong hendak menutup diri dan membangun
panggung Wan Yo Tai. itulah karena ia menentang partai kami. Kitapun, tidak dapat mundur lagi, karena memang kami telah bertekad bulat untuk memperoleh pedang milik orang she Bin tersebut!" ia pun kemudian menunjuk kepada Kang Sun Bang, barulah kemudian berkata lebih jauh.
"Itu adalah Kang Sun Beng, ketua dari Gwa Sam Tong kami. ia telah ditugaskan ketua kami untuk mendapatkan pedang dan orang Maka kalau besok lusa ia naik keatas panggung, aku minta kalian mau mengalah terhadapnya. Untuk bantuan kalian itu nanti partai kami akan membalas budi, Bagaimana pendapat kalian "!"
Dikala Yo Sian menegasi seperti itu, diatas rumah terdengar suara tertawa dingin, ia kaget sehingga wajahnya itu berobah hebat.
Tidak sedikit orang yang berkumpul ditempat itu, mendengar suara tertawa tersebut. Sebat luar biasa, Yo Sian mengibaskan tangannya mengebut padam api penerangan, terus ia melompat keluar dari jendela, disusul oleh yang lain-lainnya. Tiba diluar, ia terus melompat keatas genting.
Rembulan sudah doyong kebarat, sinarnya mulai guram, tapi diatas genting itu, orang masih dapat melihat segala apa dengan jelas.
Hanya saja disitu tidak ada seorang lainnya, keadaan sunyi sekali. Heran bukan main Yo Sian, ia memikir, mungkin juga orang yang telah memperdengarkan tertawanya itu lihay sekali.
"Hu Pangcu, dapatkah kau melihat sesuatu ?" Tanya Kauw Bin, dari Pak To San. ia mendampingi Yo Sian bersama2 Gu Beng dari Hoa San Pay serta Lung Kiang dari Kwan-gwa.
Yo Sian menggelengkan kepalanya. "Segala kurcaci, buat apa saudara Yo melayaninya!" nyeletuk Gu Beng, sambil tertawa dingin. "Tentu dia sudah melarikan diri cukup jauh! Kalau tidak, biarlah dia merasakan jeriji sakti dari aku siorang she Gu!"
Belum lagi berhenti suaranya Gu Beng, di ujung bara genting itu terdengar suara tertawa tadi, hanya kali ini, terdengarnya sangat jelas sekali.
Bagaikan kilat cepatnya, tubuh Gu Beng telah mencelat maju. iapun membentak: "Tikus busuk, mengapa kau tidak mau memperlihatkan dirimu?"
Dari arah barat itu terlihat sesosok tubuh mencelat memapaki, dibarengi tertawa dingin dan bentakan: "Kau turunlah!"
Gu Beng kaget sekali, Terpaksa, ia melompat kesamping. Masih dapat ia bersyukur, karena ia masih dapat lolos dari serangan orang tidak dikenal itu, yang telah memisahkan dirinya kurang lebih sepuluh tombak, Tapi ia mendongkol.
Dulu, belum pernah ia diserang orang secara demikian, Maka ia segera maju pula. Akan tetapi dengan cepat orang itu sudah menghilang.
Yo Sian sangat cerdas, segera ia dapat menduganya bahwa ia berada dengan musuh ditiga penjuru, Maka bersama2 kawannya ia memecah diri, untuk mendekati mereka itu.
Segera ia merasakan bahwa iapun tengah dipermainkan, sebab musuh yang tidak dikenal itu, bagaikan bayangan, kesana kemari, selalu menyingkir dari kepungan.
Waktu itu diluar rumah terlihat dua sosok bayangan tubuh yang langsing, mereka bergerak sangat lincah, mereka dipergoki oleh pihak tuan rumah, dan segera
dihadang untuk diserang Mereka tidak takut, terus melakukan perlawanan.
Kedua bayangan itu masing2 memakai topeng hitam,
senjata mereka adalah senjata yang panjang dan lunak, dibawah sinar rembulan yang guram, senjata mereka itu bergerak-gerak bagaikan ular licin.
Dipihak tuan rumah, empat orang telah rubuh saling susul. Justeru itu, diantara mereka terdengar teriakan: "Dua orang wanita! Bekuk mereka hidup2."
Kedua orang itu membentak, suara mereka nyaring, mengikuti itu mereka menyerang dengan terlebih hebat, sehingga mereka tidak dapat dirangsek.
Tapi dengan begitu, mereka tidak dapat merusak kepungan, Sebaliknya, lantas terlihat gerakan mereka menjadi perlahan.
Diantara pengepung terdapat juga yang mengumpat caci, sehingga suara mereka jadi berisik sekali. Dikala kedua wanita itu terkurung hebat, mendadak disitu muncul sesosok bayangan fajar dan dengan cepat orang melihat nyata mukanya yang pucat dan menakutkan, tidak miripnya muka manusia biasa, seperti muka mayat
hidup, membuat hati semua orang yang melihatnya jadi ciut nyalinya dan kecil hatinya.
Bayangan itu menyerang keras sekali. Dia juga segera dapat merubuhkan tujuh atau delapan orang lawannya. Melihat bayangan tersebut, kedua wanita itu kaget dan girang. "Kwang ...." mereka berseru, tapi segera berhenti suara mereka, Tanpa mereka merasa mereka dihampiri, untuk dibekuk masing2 dengan sebelah tangan orang itu, untuk dibawa menyingkir.
Cuma dengan beberapa lompatan, mereka sudah hilang dari delapan para pengepung itu. Kedua wanita itu bukan lain dari Giok Cu dan Lin Eng. Mereka mengetahui kepergian Kwang Tan bertiga, lantas
mereka menyusul. Jika mereka minta ikut dengan berterang, pasti mereka ditolak.
Mereka sama2 membekal cambuk! Diluar pekarangan, mereka terlihat oleh para penjaga, mereka dibiarkan lewat. Tapi orang itu segera lari melaporkan kepada Bin Tian Ong.
Gesit kedua gadis itu, mereka dapat mengikuti Kwang Tan bertiga. Mereka heran mereka tidak menghadapi mengutarakan kecurigaannya pada Giok Cu, Mustahil musuh tidak mengadakan penjagaan"
waktu tiba di To-san-cung. suatu rintangan, Lin Eng
"Lihat, enci, apa itu?" kata Giok Cu menunjuk, sebelum ia menjawab. Lin Eng segera menoleh, maka ia melihat dibawah sebatang pohon Yangliu, rebah dua sosok tubuh manusia. Ketika nona Bin dan nona Siangkoan itu mendekati mereka memperoleh kenyataan kedua orang itu dalam keadaan
tertotok urat gagunya.
Mereka itu rebah tanpa berkutik. Kedua mata mereka dipentang lebar-lebar.
"Pasti dia yang menotoknya!" kata Lin Eng tertawa, "Adikku, mari kita maju terus, tidak usah kita berkuatir lagi."
Giok Cu menurut, maka itu mereka maju terus. Mereka tiba dipekarangan rumah Kang In disaat kawanan Ceng Kie Pay itu
Kwang Tan bertiga, yang
tengah dibikin pusing oleh
sengaja bergerak2 mirip bayangan, untuk mengacaukan kawanan Bendera Hijau tersebut. Mereka kena dipergoki dan itu mereka dicegat dan dikepung.
Kewalahan mereka memecahkan kepungan. Kwang Tan telah memancing Yo Sian pergi jauh, lantas ia lari mutar, guna menemui Tan Go Sun dan Siang Bu, justeru disaat kedua gadis itu tengah dikurung dan terancam.
Maka ia segera menyerbu kedalam gelanggang, untuk menolongi mereka, sebenarnya ia mendongkol untuk kesembronoan kedua gadis tersebut, yang menempuh bahaya tanpa ada perlunya, ia sendiri hanya bermaksud mengacau belaka.
Dicekalnya sigadis oleh Kwang Tan, kedua nona itu tidak mengadakan perlawanan bahkan mereka membikin kaku tubuh masing2 sehingga gampang sekali mereka dibawa lari. Segera mereka tiba di tepi sungai, jauh dari rumah Kang In.
-ooo0dw0ooo Jilid 29 "NONA... hati kalian besar sekali!" kata Kwang Tan, setelah melepaskan cekalannya. "Kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, bagaimana aku dapat bicara dihadapan orang tua kalian ?"
"Kami datang sendiri, dapatkan kau mencampur tahu tentang kami"!" balik tanya Lin Eng keras.
Si nakal ini membawa kenakalannya, walaupun sesungguhnya seperti Giok Cu, hatinya senang dibawa berlari2 pemuda itu.
Tanpa merasa Kwang Tan tertawa.
"Benar2 anak ini berandalan." pikirnya kemudian "Apa memang tabiat mereka gemar mengacau?" Karena itu ia segera ingat betapapun juga, ia masih memiliki tugas berat dan tidak bisa ia ber cinta2an dulu memikirkan urusan mereka.
"Jika aku tidak mencampurinya, lalu siapakah?" ia menjawab sambil bertanya, diiringi tertawanya perlahan. Bukannya gusar, Lin Eng malah tertawa lebar.
"Siapa juga tidak berhak mengurus kami" Giok Cu bilang, "Kau juga tidak berhak!"
"Tidak berhak?" tanya sipemuda masgul, "Bagaimana seharusnya baru berhak!"
itu tidak menjawab, sebaliknya mereka Kedua gadis tertawa.
Kwang Tan teringat kepada sesuatu.
Diwaktu itu, Siang Bu dan Tan kewalahan, Setelah berpikir sejenak, ia Go Sun belum lagi datang menyusul maka sipemuda berkata: "Nona, kalian berdua tunggu disini, aku ingin menyambut saudara Siang
dan Tan. Jika kalian tidak
pergi dari sini, nanti aku mengajari kalian suatu kebiasaan lainnya, ilmu yang tinggi, bagaimana, kalian akur"!"
Kedua gadis itu tampaknya sangat girang.
"Benarkah?" tanya mereka cepat, "Baik, janganlah kau salah janji. jika tidak, jangan salahkan kami!"
"Benar kalian jangan kuatir, aku tidak akan salah janji!" jawab Kwang Tan. Atas jawaban itu, Lin Eng tertawa perlahan sekali.
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kwang Tan pun tertawa, tapi ia lantas pergi.
Hati nona Siangkoan tergerak menyaksikan kegesitan pemuda tersebut.
"Dia benar2 gagah luar biasa!" pikirnya. "Entah bagaimana perasaan dia setelah dia mendapatkan mutiara dan sapuku, Ohhh kau tahu.,.bagaimana aku kagum sekali kepadamu!"
Giok Cu pun berpikir serupa, matanya terus mengawasi, walaupun tubuh orang itu telah lenyap ditempat gelap.
"Dia hebat sekali, asal saja aku bisa mendapatkan separuh saja kepandaiannya, tentu aku bisa merantau dan menjagoi dalam dunia Kangouw." Demikian katanya didalam hatinya. "Semoga harapanku ini tidak kosong !"
Akhirnya berdua mereka menghela napas
Mereka berdiri diam saling mengawasi, Cuma sejenak, mereka tertawa sendirinya. Lantas mereka duduk ditanah, untuk menantikan sipemuda yang mereka kagumi itu
Waktu Kwang Tan tiba dirumah Kang In, disana Siang Bu dan Tan Go Sun terlihat tengah dikepung, karena musuh main mencaci, mereka membalasnya memaki.
Ia tidak lantas menyerbu, ia lompat naik kesebatang pohon dipinggir rumah tersebut, tempat menjemur gandum. Diluar dugaan, diatas pohon itu terdapat penjahat yang bertugas menjaga. Dia melihat orang datang, segera menyerang. Syukur Kwang Tan awas, ia mendahului menotok, sehingga orang itu segera berdiam diri saja, mata
dan mulutnya terbuka lebar, tubuhnya bergoyang-goyang mau jatuh.
Jika saja Kwang Tan tidak mengulurkan tangannya mencekal bajunya, tentu dia akan terguling jatuh, Tapi Kwang Tan tidak memperdulikannya lebih jauh, terus juga
ia menempatkan dirinya disalah satu cabang. ia ingin sekali menyaksikan kegagahan Siang Bu dan Tan Go Sun.
Segera terdengar kata2 mengejek dari Yo Sian: "sungguh aku tidak menyangka bahwa tuan-tuan Siang dan Tan yang terkenal diutara, telah datang berkunjung kemari dengan
membawa sikap bangsa kurcaci, jika tuan-tuan berbicara dengan orang-orangku, pasti nanti aku mengatur barisan untuk menyambut kedatangan kalian!
"Hemmm, Bin Tian Ong mengadakan upacara menutup pedang dan membuka panggung pertandingan untuk mengikat tali persahabatan, siapa pun dapat datang disana,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ maka perbuatanmu mengacau di To-san-cung bukanlah maksudnya Bin Taihiap itu!
ini pasti Sekarang kalian bilanglah, apa keinginan kalian aku akan mengiringinya! Tempatku ini tidak dapat menerima kalian datang dan pergi sekehendak hati kalian !"
"Orang she Yo, jangan tekebur!" teriak Siang Bu tertawa lebar, "Bukankah To-san-cun bukan milikmu" Jika aku siorang tua, aku suka datang kemana saja, aku akan pergi kesitu. Mana dapat kalian merintangi aku" Tentang maksud kedatangan kami ini, tidak usah aku menjelaskan lagi. Kau tentunya telah mengetahui baik sekali!
"Satu hal ingin aku jelaskan, Khong Su dan lainnya, jumlahnya dua-puluh orang lebih, yang kalian utus, tidak usah kalian kuatirkan Mereka berada dalam keadaan baik2 saja di Bin Ke Cung, tengah dilayani oleh kami dengan baik sekali, nanti setelah beres pertandingan dan selesai pibu diatas luitai, kami akan menggotongnya keluar.!"
Untuk sejenak Yo Sian melengak. Kata2 Siang Bu berarti orang2nya telah kena dibekuk ia jadi malu dan gusar. Akan tetapi ia tertawa terbahak-bahak.
"Sahabat baik, kalian mengantarkan diri kalian masuk dalam jaring, maka dari itu, marilah aku siorang she Yo juga menggiring kalian pergi!" katanya mengejek.
Siang Bu mengerti pertempuran dahsyat tidak dapat dihindarkan lagi. Dan juga bahwa dirinya tengah terancam bahaya, ia heran mengapa Kwang Tan belum juga datang.
Tan Go Sun mengerti juga bahaya, ia telah mempersiapkan goloknya.
Yo Sian habis sabar. ia mau segera maju, tapi seorang disampingnya telah mendahuluinya, sambil kata orang itu: "Yo Hu-pangcu, biarlah kali ini aku Lung Kiang yang menyambutnya!" terus ia maju kedepan Siang Bu, ia memberi hormat sambil berkata:
"Telah lama aku mendengar nama tuan dipeternakan Ghar-har Utara, sekarang kita bisa bertemu disini, aku girang sekali. Aku Lung Kiang, aku minta sukalah kau
memberikan pelajaranmu..!"
Siang Bu mengawasi orang itu, yang berusia lebih kurang empat puluh tahun, ia ingin menduga orang itu mahir tenaga dalamnya, hanya saja ia tidak kenal padanya, ia tinggal di Kwan-gwa bersama Tan Go Sun, ia tidak kenal orang ini yang baru menjagoi selama tujuh atau delapan tahun.
Tapi ia membalas hormat, sambil tertawa ia bilang: "Engkaulah tuan rumah, tuan Lung, silahkan kau yang mulai!"
Lung Kiang menyahuti: "Baiklah!" sambil dia maju terus maju menyerang kedada. Siang Bu mendongkol atas kesombongan orang, ia menggeser tubuhnya kekiri, dikala dengan tangan ia menangkis tangan kirinya balas menyerang dengan tipu
silat "Dua Ekor Naga Berebut Mutiara" dua jari tangannya meluncur kearah mata, inilah gerakan yang membuat ia dapat gelarannya sebagai jago yang memiliki Tangan Sakti.
Lung Kiang bukan main kagetnya, karena ditangkis, tubuhnya kena ditangkis, tubuhnya kena tertolak, maka atas datangnya serangan kepada matanya, cepat2 dia berkelit. Tapi ia tidak takut, Kembali ia menyerang lagi. Tetap dengan tangannya.
Kali ini Siang Bu tidak mau memberi hati lagi, ia telah mengetahui baik tenaga lawannya itu, ia lantas mendahului.
Dengan melompat ia menyerang dengan kedua tangannya.
Itulah pukulan "Sin Liong Tiauw Bwee" atau Naga Sakti Menggoyangkan Ekor. Dengan mendengarkan suara "Dukkk" maka dada Lung Kiang kena terhajar tubuhnya terus rubuh terkapar dan tidak bergerak lagi.
Gu Beng lompat menghampiri Lung Kiang, untuk membalik tubuhnya sehingga ia melihat darah mulai keluar dari mata, hidung, mulut dan telinganya. Yang telah menjadi setengah mati.
Itulah berarti, andaikata ia dapat hidup, Lung Kiang akan ludas ilmu silatnya, walaupun demikian, ia segera memasukkan sebutir pil kedalam mulut kawannya itu. Barulah kemudian ia melompat kedepan Siang Bu, untuk mengatakan dengan suara dingin:
"Sungguh Siang Bu merupakan seorang yang liehay! Jika malam ini kau lolos dari tanganku, aku Gu Beng, bersumpah tidak sudi menjadi manusia lagi.!"
Gu Beng memang merupakan seorang tokoh rimba persilatan yang cukup menggetarkan rimba persilatan dengan kepandaiannya yang tinggi dan tangannya yang telengas,
Waktu itu Kwang Tan telah berpikir: "Dengan cara seperti itu, kapan pertempuran tersebut akan berakhir " Kedua gadis itu tengah menantikan sebentar juga akan muncul sang fajar, Juga langit akan segera terang
benderang, lebih baik aku perintahkan mereka mundur !"
Pertempuran sementara itu sudah berlangsung, Gu Beng menyerang, Siang Bu menyambuti. Orang she Gu itu tidak sudi dihina.
Dia merasakan betapa sakit hati kawannya perlu dibalas, ia memang lihay, begitu ia menyerang seketika ia menyerang dengan hebat sekali.
Sedangkan Siang Bu juga tidak berdiam diri, ia telah melayaninya dengan baik, Walaupun memang ia merasakan betapa jari tangan lawannya terlalu lihay dan ia
agak terdesak, namun Siang Bu terus juga melayaninya dengan tidak gentar.
Tidak ada niat Kwang Tan untuk menyaksikan lebih lama, ia mengangkat tubuh korbannya, yang disandarkan dan dibiarkannya rebah diatas pohon, kemudian dia
melemparkannya jauh kepada Gu Beng.
Gu Beng yang sedang menerjang waktu itu jadi terkejut bukan main, sebab menyambarnya angin yang kuat sekali, dengan segera ia melompat mundur tiga tindak jauhnya dan matanya dipentang lebar, ia melihat sesosok tubuh
meluncur kearahnya,
ia menduga kepada musuh. Ia memapaki dengan kedua tangannya. Tubuh itu kena dihajar telak sekali.
Segera terdengar suara perlahan dari mulut orang itu, yang segera rubuh ketanah, Baru sekarang, setelah tubuh itu tidak berkutik lagi, Gu Beng mengenali, orang itu adalah ketua cabang Bendera Hijau bernama Suo Lay, maka dengan sendirinya ia jadi kaget, sampai ia melengak tertegun ditempatnya.
Justeru waktu itu dari atas pohon terdengar suara siulan yang panjang dan nyaring, dibarengi melompat turunnya seseorang yang mukanya luar biasa sekali. Melihat muka orang itu, hati orang tentu akan ciut, karena muka itu mirip muka malaikat Pek Bu Siang yang bengis dan menakutkan sekali.
Tapi tidak demikian dengan Siang Bu dan Tan Go Sun, mereka bahkan girang bukan main, karena mereka segera mengenali dan mengetahui orang dibalik topeng itu tidak lain adalah Kwang Tan sehingga hati mereka jadi lega.
"Siluman apa berani main gila didepan Gu Beng?" Gu Beng telah menegur dengan bengis, ia bertindak dengan langkah perlahan malah menghampiri Kwang Tan, "Kau harus mengganti jiwa ketua cabang kami!"
Ia mendongkol dan menyesal berbareng mengaduk-aduk menjadi satu didalam hatinya. Karena ia tidak menyangka ada musuh bersembunyi diatas pohon itu, malah ia
menyesal, sebab ia harus membinasakan orang sendiri lantaran kesembronoannya.
Karena itu juga, setelah menegur, ia segera maju
menerjang, Tidak usah di jelaskan lagi, bahwa ia telah mempergunakan sepuluh jari tangannya yang amat lihay sekali dan mempergunakan tenaga sepenuhnya.
Manusia bermuka aneh menakutkan itu tidak mundur, tepat ketika tangan yang kuat akan mengenai tubuhnya, mendadak tangannya diangkat, dipakai menyambar kelengan.
Gu Beng kaget tidak terhingga, sampai ia berseru tertahan, mulutnya dibuka lebar, matanya mencilak, dikeningnya segera terlihat peluh keluar berketel-ketel, ia berdiam saja, tidak bisa bergerak.
Semua orang jadi berdiam diri. semua heran dan kagum, Gu Beng sangat lihay dan dapat ditundukkan hanya dalam satu gebrakan saja! Benar! Yo Sian tidak terkecuali heran dan kaget, sampai membuat ia berdiri menjublek.
Sedangkan orang aneh dengan muka yang menyeramkan itu tertawa dingin, "Jadi, yang bernama Gu Beng adalah engkau"," kata orang bermuka menyeramkan itu. "Aku mendengar memang ilmumu sangat liehay, bagaimana sekarang "!"
Gu Beng diam saja, mukanya pucat. Ia gusar namun tanpa berdaya, ia ingin bicara, tapi batal, ia beranggapan percuma saja ia membuka suara. Tadi ia tidak dibokong,
bahkan ia tengah menyerang secara mendadak, setengah membokong.
"Aku tidak sangka sama sekali bahwa Gu Beng yang terkenal akan kegalakannya dan bengisnya, disamping sangat telengas dan kejam, tidak tahunya sekarang ini tidak
punya guna, hanya merupakan gentong nasi belaka!" mengejek orang aneh itu.
"Tapi aku ingin mengingatkan kepadamu, bahwa baru kali ini kau berbuat kurang ajar terhadapku. Masih mau aku memberi pengampunan Nah, pergilah kau !"
Ketika cekalan pada nadi tangannya dilepaskan, tanpa ia dapat menahan lagi, Gu Beng harus membiarkan tubuhnya terhuyung dan rubuh tiga tombak. ia pun mendengar tulang-tulang dan ototnya pada berbunyi ia jadi kaget sekali.
Itu berarti musnahlah semua kepandaian dan ilmu silatnya, bahwa ia telah menjadi seorang manusia bercacad, Maka habislah sudah waktu dan kesempatannya untuk menuntut balas. Tidak ada jalan lain, ia segera ngeloyor pergi meninggalkan tempat itu!
"Mari kita pergi!" kata orang aneh itu kepada Siang Bu dan Tan Go Sun, ia tertawa, lalu melangkah kepada kedua kawannya itu.
Walaupun bagaimana Yo Sian toh gusar bukan main, sehingga ia jadi berani nekad. Tidak bisa ia membiarkan
orang pergi dengan cara nya seperti itu, Mendadak ia melompat menyerang sambil berteriak: "Siluman,aku akan mengadu jiwa dengan kau!"
"Kau ingin mencari mampus?" orang aneh itu menegur, tanpa menoleh lagi, terus juga ia berkelit.
Yo Sian menyerang tempat kosong, tangan nya meluncur terus bersama tubuhnya. Dikala begitu, tubuhnya itu segera ditepuk, sehingga ia ngusruk, membentur pada sebatang pohon didepannya. Bukan main sakit pada kepalanya itu, rasanya mau pecah, Matanya juga kabur.
"Yo Sian, aku memperingatkan padamu!" kata orang itu bengis, "selanjutnya tidak dapat kau membiarkan orang2mu main gila lagi Tidak dapat mereka menimbulkan gara2! jika tidak, hemmm Gu Beng adalah contohnya!"
Setelah berkata, ia segera berjalan pergi, diikuti oleh Siang Bu dan Tan Go Sun.
Dengan memaksakan diri, tampak Yo Sian merayap bangun. Jika tadi ia mendongkol dan juga amat marah, tetapi sekarang otaknya menjadi dingin, sehingga ia dapat berpikir lebih baik:
"Bin Ke Cung dibela oleh orang2 liehay seperti dia, percumalah seluruh usahaku! Tidak dapat tidak, harus memberitahukan kepada Pangcu agar pangcu datang sendiri kemari...!"
Karena itu, ia segera perintahkan orangnya melepaskan isyarat tanda urusan penting. Kwang Tan berjalan terus, sampai ditepi kali, ia tertawa dan berkata kepada kedua kawannya: "Tan Tiangcu dan Siang Tiangcu, tahukah kalian bahwa kedua bocah yang nakal telah ikut datang kemari?"
Tan Go Sun kaget, demikian juga Siang Bu.
"Mereka datang "!" serunya, "Ohhh, benar-benar mereka sembrono sekali !" Kwang Tan menunjuk kedepan, ia tertawa.
"Lihatlah, bukanlah itu mereka ?" tanyanya.
Siang Bu dan Tan Go Sun menoleh. Sekarang dia melihat Lin Eng dan Giok Cu, yang tengah duduk digili2 sawah dan ber cakap2 riang sambil tertawa-tawa.
"Akh... kedua bocah itu benar-benar nakal sekali!" menggumam Siang Bu.
Setelah berkata begitu, Siang Bu tidak dapat meneruskan perkataannya, ia menoleh kepada Kwang Tan, untuk katanya, "Kwang Siauwhiap, jika kau tidak datang, pasti kami berdua akan kehilangan jiwa di To san-cung....!"
Kwang Tan tertawa.
"Syukur sang fajar mendatangi, kalau tidak, tidak dapat aku bekerja!" dia bilang merendahkan diri, "Tan Tiangcu, dan Siang Tiangcu, setelah aku menyaksikan kepandaian kalian, maka sekarang aku pun ingin sekali sesungguhnya menyaksikan beberapa macam kepandaian lainnya dari kalian berdua !"
Waktu itu, tampak Lin Eng dan Giok Cu dikagetkan oleh suara tertawa mereka, segera juga kedua gadis itu telah melompat berdiri dengan lincah.
Kwang Tan mengajak kedua kawannya melintasi sungai,
untuk menghampiri kedua gadis itu, yang sebaliknya juga lari menghampiri mereka. Segera juga mereka mengawasi sipemuda, tidak memperdulikan pada waktu itu Kwang Tan memakai topengnya dan tampak menakutkan, bahkan Giok Cu menjadi berani, ia mengulurkan tangannya untuk
meloloskan topeng itu, sambil ia bilang: "Buat apa memakai topeng ini" Bukan ini akan membuat orang mati karena ketakutan?"
Kwang Tan meluncurkan tangannya merampas pulang topengnya.
"Nakal! Sungguh nakal!" katanya, tersenyum.
"Ya, anak, kau terlalu nakal!" kata Sian Bu
"Apa yang terlalu nakal?" membantah si gadis, tapinya tertawa.
Siang Bu tertawa, sedangkan Tan Go San tersenyum. Mereka berdua tidak memberikan komentar lagi, sedangkan Lin Eng telah ikut tertawa. Diwaktu itu, sang fajar telah mendatangi, Kwang Tan memandang kelangit.
"Mari kita pulang...!" ajaknya, "Bin Cungcu pasti tidak tidur semalaman suntuk!"
Segera juga mereka berlima berangkat meninggalkan tempat itu dengan segera, dan ketika mereka tiba diperbatasan dimulut kampung, dimana ada beberapa orang penjaga merpati, kampung, mereka telah melepaskan burung untuk memberitahukan kepada cungcu mereka
akan kedatangan Kwang Tan berlima. Maka setibanya mereka dirumah Bin Tian Ong, tampak Bin Cungcu bersama Khiam Lo Ang tengah duduk menantikan Memang mereka itu berdua tidak tidur, mereka terus menunggu.
Waktu itu Giok Cu tampak berduka, ia hampir menangis. Melihat puterinya seperti itu yang tampaknya harus dikasihani, maka sikap Tian Ong tidak guram seperti semula, ia gusar karena anaknya itu telah pergi secara diamdiam.
Khiam Lo Ang tertawa dan berkata: "Setelah kita mendapat kabar bahwa kedua bocah nakal ini pergi, Bin Laote mau segera menyusul sendiri, tapi aku telah dapat mencegahnya.
Karena dengan adanya Kwang Siauwhiap tidak perlu kami berkuatir, Aku juga mengatakan, tanpa membiarkan
mereka merasakan sedikit kesulitan, mereka tentu tidak akan tahu rasa, Lagi pula, anak perempuan itu terlahir untuk pihak luar, biarlah mereka dibiasakan pergi seorang diri. Bukankah jika nanti mereka menikah, mereka tidak dapat dijagai terus?"
Mendengar perkataan Khiam Lo Ang seperti itu, Siang Bu dan Tan Go Sun tertawa lebar. Kwang Tan sebaliknya telah berobah wajahnya menjadi bersemu dadu memerah. ia bilang.
"Akh, locianpwe jail sekali..."
Muka Lin Eng pun berobah merah tapi hatinya senang, ia bilang dalam hatinya: "Tua bangka she Khiam ini memiliki mata yang sangat tajam sekali, cara bagaimana ia bisa mengetahui bahwa Giok Cu dan
Kwang Siauwhiap"
Aku harap saja aku mengagumi sekalian ia bisa usahakan agar kami berdua menuntut pelajaran silat dari Kwang Siauwhiap..."
Segera juga ia melirik kepada Giok Cu, ia merasakan Giok Cu berperasaan sama seperti ia sendiri.
Giok Cu pun melirik kepada kawannya, segera mereka sama2 tersenyum, tapi ia likat, ia mengeluarkan sapunya, untuk menutupi mulutnya.
Tiang Ong tertawa senang hatinya.
"Khiam Laoji, kau gemar bergurau!" katanya, setelah itu ia tanya kepada Siang Bu dan Tan Go Sun, bagaimana kesudahannya dengan kepergian mereka tadi.
Senang sekali Siang Bu menjelaskan. Dengan gembira dan bernafsu ia menceritakan pengalaman yang telah dialaminya selama di To san-cung. Dimana Kwang Tan
telah mempertunjukkan kegagahannya.
Selama Siang Bu bercerita, bungah dan bangga hati Lin Eng dan Giok Cu, hampir tidak hentinya mereka mengawasi Kwang Tan.
"Jika kawanan bangsat itu mau naik dipanggung dengan mempergunakan siasat," berkata Khiam Lo Ang, tertawa, "Baiklah, nanti aku naik dan menghajar mereka terjungkel dari atas panggung!"
"Hebat kau, Khiam Laoji !" kata Tian Ong tertawa, "Orang naik ke panggung untuk merebut jodoh, tetapi kau hendak menghajar orang !"
"Bukannya begitu, saudara Bin, aku hanya sangat sebal terhadap mereka !" menyahut Khiam Lo Ang.
Pembicaraan mereka terhenti, karena munculnya seorang penjaga yang datang secara ter gesa2, segera melaporkan bahwa diarah To-san-cung tampak isyarat meluncur kembang api lima warna.
Tian Ong mengundurkan memberi isyarat agar orangnya itu diri. Setelah mana ia berkata sambil
tertawa: "Tidak lebih tidak kurang karena merasa tidak akan ungkulan, mereka telah meminta bala bantuan! Biarlah, kita boleh menantikan mereka."
Khiam Lo Ang berdiam diri saja, tampaknya ia berpikir keras. Sedangkan Lin Eng bersama Giok Cu masih menatap kepada Kwang Tan dengan sinar mata yang memancarkan kekaguman luar biasa. Malah Lin Eng tampaknya agak gelisah, Kwang Tan dilihatnya begitu tenang.
"Kwang Siauwhiap," sapanya "Bukankah tadi kau menjanjikan kepada kami, akan mengajarkan sesuatu "!" "Ya, Kwang Siauwhiap, janganlah kau menyangkal!" Giok Cu pun tertawa, Khiam Lo Ang memandang kepada kedua gadis itu, dia geleng2kan kepala sambil tertawa.
"Ohhh, bocah2 nakal!" katanya kemudian, "kau menyebut2 Siauwhiap, tidakkah itu berbau asing" Kalian seharusnya menyebut dengan panggilan Kwang Toako! Kalau tidak, tidak nantinya kalian diajari ilmu silat !"
Belum lagi berhenti suara orang tua itu, ia sudah diserbu kedua gadis tersebut.
"Ohhh! Ohhh !" Khiam Lo Ang tertawa terpingkalpingkal. "Siauwhiap cepat kau mengajari mereka, nanti tulang-tulang tuaku yang sudah rapuh ini dipatahkan mereka."
Bin Tian Ong segera menegur puterinya, "Anak Cu, jangan kurang ajar!" katanya.
Kedua gadis itu berhenti, muka mereka berobah merah, Kwang Tan segera datang sama tengah.
"Nona, kalian ingin belajar apa?" tanya nya kemudian, sabar dan tenang.
Lin Eng menyingkap naik rambut dikeningnya ia tertawa.
"Aku ingin diajari kepandaianmu yang di perlihatkan ditaman belakang itu, yang dipakai menangkap tangan Gu Beng seperti ceritanya Tan Locianpwe." ia menyahuti, "Tentang adik Giok Cu, ia ingin mempelajari apa, kau tanya sendiri saja kepadanya." Dan Lin Eng tertawa lagi.
"Aku" Aku ingin belajar seperti yang kau minta, encie." kata Giok Cu cepat dengan gembira dan tertawa.
Waktu itu, keduanya tidak malu-malu lagi, bahkan mereka telah bicara dengan polos sekali.
Kwang Tan tertawa didalam hatinya. "Hemmm, besar sekali hati mereka ini!" pikirnya, "Kepandaian itu kecuali kakek guru dan juga guruku,
hampir tidak ada yang bisa mempelajari, sedangkan suhengku, Ban Tok Kui juga masih tidak bisa mempelajarinya !" Segera juga Kwang Tan bilang: "Aku telah memberikan janjiku, tidak nantinya aku menyangkal! Tentang kedua macam ilmu kepandaian yang kalian minta itu, aku mau
mengajarinya, hanya itu sulit sekali, kecuali waktunya lama, sampai lima tahun, juga setelah dapat dipahami orang masih harus berlatih terus, tidak dapat dia tidak segera keluar pintu.
Maka aku melihat, lebih baik begini saja. Lebih dulu aku akan mengajari pokoknya pelajaran, yang dapat segera digunakan Bagaimana" Apakah kalian setuju "!"
Kedua gadis itu mempercayai keterangan itu, mendengar waktunya sampai lima tahun, mereka mengulur keluar lidah mereka.
"Baik!" kata Lin Eng. "sekarang kau mengajari aku apa saja yang kau rasa baik! Asal nanti kau jangan melupakan janjimu akan mengajarkan kami juga kedua macam ilmu itu!"
Kwang Tan tertawa.
"Pelajaran ini tidak dapat didengar oleh telinga yang keenam, maka marilah kalian ikut aku !" katanya, yang mengajak kedua gadis itu pergi ketaman, ia pun segera meminta diri kepada Bin Tian Ong dan semua yang lainnya.
Orang2 tua itu mengawasi sampai sipemuda lenyap, barulah Siang Bu menggeleng2 dan berkata: "Semalaman suntuk kita tidak tidur, sekarang masih ada waktu satu jam, mari kita beristirahat dulu !"
Tian Ong semuanya akur dan setuju dengan usul dari sahabat mereka yang seorang itu, mereka segera mengundurkan diri.
Setengah jam kemudian, dari luar Bin Ke Cung datang isyarat beruntun2 tentang mulai berdatangan sekalian tamu, maka Tian Ong mengatur penyambutan terhadap mereka.
Siang Bu dan Tan Go Sun terus beristirahat, sedangkan Kwang Tan setibanya dari taman, ia mulai merebahkan dirinya dipembaringannya. ia merasa kesepian, sehingga lantas ia teringat akan tugasnya sendiri, buat pergi kekota raja guna melakukan penyelidikan disana, juga teringat kepada pasukan Bengkauw, yang pasti tengah bertempur
dengan semangat tinggi menghadapi pasukan kerajaan.
Sekarang ia telah berada di Bin Ke Cung, tentu saja Kwang Tan menyadari, ia tidak boleh berlama2 berada disini, ia harus segera menyelesaikan persoalan Bin Tian Ong, kemudian melanjutkan perjalanannya lagi, untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan Thio Bu Kie.
Juga mengenai kedua gadis yang sama cantik dan menariknya itu, yang memang sangat mengagumkannya, ia belum lagi ingin terikat membuat ia ragu2 dalam diberikan Thio Bu Kie.
dengan mereka, sebab akan
melaksanakan tugasnya yang Karena itu, ia memutuskan diwaktu-waktu mendatang menjauhi sedikit dari gadis itu, membatasi hubungan mereka, agar tidak terlalu dekat.
Ia menghela napas, membuka pintu kamarnya untuk memanggil pelayan, meminta kertas dan alat tulis. Maka dilain saat, ia telah menulis syair dalam mana ia melukiskan rasa hatinya tentang cita2nya yang belum terwujudkan. Tulisannya pun indah sekali.
Waktu Kwang Tan memanggil pelayan, Siang Bu dan Tan Go Sun mendengarnya, mereka bangun dari pembaringan untuk menghampiri,
menyaksikan sipemuda itu menulis
sehingga mereka
syairnya cepat dan indah, Mereka telah dapat membacanya: Pedang ditangan kanan,
Pit ditangan kiri,
Berjuang untuk kepentingan rakyat,
Darah mengucur tidak perduli !
Membela keadilan dan kemakmuran rakyat
Siapa menghadang.
Tabas membelah awan,
Siapa yang membendung,
Terjang dengan pertaruhan jiwa !
Oh, betapa indah dan menakjubkan,
Tanah airku yang terinjak-injak !
Betapapun juga,
Kelainan harus dienyahkan !
Rakyat akan hidup penuh senyum bermekaran !
"Hebat !" memuji Tan Go Sun sambil menghela napas, karena kagumnya, ia tahu, itulah semangat berjuang Kwang Tan, sebagai salah seorang anggota Bengkauw, yang kini tengah melakukan perjuangan yang gigih. Betapa gagah bunyi syair Kwang Tan.
"Aku tidak menyangka menyimpan diri demikian bahwa Siauwhiap dapat rupa. Sudah ilmu silatnya memang lihay luar biasa, ilmu suratnya pun demikian mahir, sungguh sukar dicari orang sehebat engkau !"
"Jiwi mentertawakan saja !" kata Kwang Tan tersenyum, "Aku hanya mempelajari ilmu bersyair dan menulis indah, sedangkan tulisanku ini lugat-legot seperti juga cacing, mana bagus untuk dipandang"!"
Waktu itu terdengar suara langkah kaki dilantai loteng, segera terlihat munculnya Lin Eng dan Giok Cu menolak pintu, melangkah masuk. Segera juga sinona Siangkoan dan
nona Giok Cu melihat syair yang terletak diatas meja. Malah, Lin Eng segera mengambilnya.
"Ini untuk aku!" katanya, "Kau dapat menulis yang lainnya lagi!"
Giok Cu berdiam diri saja, ia bimbang untuk ikut bicara, hanya mukanya yang berobah. "Itulah tidak berarti!" berkata Kwang Tan tertawa, "Biar lain kali aku menulis lagi. Sekarang aku hendak bertanya pada kalian, bagaimana dengan latihan kalian?"
"Kami ingat semua!" menyahuti Giok Cu tertawa, "Cuma kata enci Siangkoan, kau masih menyembunyikan sesuatu !"
Kwang Tan memandang dengan mata terbuka lebar mengawasi kedua gadis itu.
Lin Eng tertawa. "Kau... kau...!" katanya ragu2 diantara tertawanya, namun akhirnya ia menemukan perkataannya: "Kau hanya mengajari kami ilmu cambuk, ilmu kelincahan, tapi ilmu pedang masih dihutang."
Mendengar itu, Siang Bu tertawa bergelak2 "Lihatlah, Kwang Siauwhiap!" dia bilang "Kedua bocah ini tamak sekali dan tidak kenal puas! Menurut aku, kau seharusnya membongkar kopermu sampai terlihat dasarnya, jika tidak, tidak nantinya mereka akan mau sudah."
Kwang Tan memang mengetahui Lin Eng nakal sekali, hanya kenakalan yang menarik hati. ia ingin mengujinya. "Sudah! Sudah!" katanya sesaat kemudian, "Aku memang tahu kalian hendak melibat aku. Untuk belajar ilmu silat, kita harus menunggu sampai sebentar malam, Bagaimana, kalian puas sekarang ?"
Kedua orang gadis nakal itu saling mengawasi, mereka tertawa sambil menutup mulut mereka! Tampaknya mereka memang puas.
Sementara itu terdengarlah suara lonceng dari seluruh Bin Ke Cung, menandakan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan.
Siang Bu terkejut.
"Celaka!" dia berseru nyaring, "Jangan-jangan ada orang liehay, yang tidak memakai aturan, yang menyerbu masuk, Siauwhiap mari kita pergi melihatnya!"
Tanpa memberikan jawaban lagi, Kwang Tan menurut. Maka berlima mereka lari keluar. Mereka tidak turun lagi di tangga loteng, hanya masing-masing terus lompat naik
kegenting, untuk memotong jalan ketetarap timur.
Kwang Tan melesat paling dulu, segera ia melihat beberapa orang berlompatan diujung tembok, Sekelebatan saja, bagaikan bayangan mereka itu lewat. Tidak jelas muka mereka, tapi terlihat mereka bukannya masuk dari satu tempat, ia segera mengetahui ada orang menyusup kedalam taman belakang.
Segera juga ia mengenakan topengnya, dari mulutnya terdengar suara tertawa mengejek. Siang Bu berempat mendengar suara tertawa mengejek dari Kwang Tan, maka segera juga mereka menduga bahwa tentunya sipemuda memiliki maksud tertentu, sebab
topengnya pun telah dipakainya.
"Siauwhiap, kau mencurigai sesuatu?" tanya Siang Bu kemudian, Perlahan.
Pemuda itu mengangguk.
"Aku belum pasti," sahut Kwang Tan, "silahkan tiangcu berempat pergi kedepan, aku akan menyusulnya." "Tidak, mana boleh begitu, aku bersama adik Giok Cu ingin ikut bersama kau!" kata Lin Eng, yang memonyongkan mulutnya, Keluarlah sikap manja atau kepalannya itu.
Kwang Tan tidak sempat melayani gadis tersebut.
"Baik!" katanya, cepat dan singkat, tubuh nya segera bergerak.
Lin Eng dan Giok Cu mengikuti, Siang Bu dan Tan Go Sun langsung menuju kedepan, ketatarap Timur. Kwang Tan bergerak sangat gesit, dalam singkat ia telah meninggalkan kedua gadis itu sehingga mereka tidak melihat lagi bayangan Kwang Tan, Sampai mereka sambil
mengawasi dengan muka merah dan bingung. Sebab segera juga merekapun mendapatkan kenyataan ditempat penjagaan ada orang yang rebah disana sini.
"Adik, cepat." Lin Eng berseru, "Kita telah terlambat!" Berdua mereka menuju kekamar batu dimana Khong Su, Souw Cit Lan bersama kawan-kawan mereka ditahan.
Mereka melihat pintu kamar telah terpentang. Didepan pintu Souw Cit Ling semua, Hanya saja, Khong Su seorang yang tampak menyender ditembok.
Matanya melotot. Teranglah, menolongi mereka, tapi mereka Kwang Tan. Lantas mereka semua ditotok.
Kalau tidak begitu, pasti mereka berhasil angkat kaki dari tempat itu, Hanya saja, sebab mereka pasti tidak dapat dibebaskan oleh orang lain, maka mereka sengaja ditinggalkan saja disitu.
Kedua gadis itu penasaran, mereka mencarinya. Benar saja, disitu tidak ada musuh seorangpun juga, Apa yang mereda temukan adalah Tan Kie dan Tan Hong berdua, serta dua orang tamu lainnya, yang mulutnya terpentang, matanya terbuka, agaknya mereka tengah sangat menderita jelas mereka sudah dirubuhkan musuh.
"Bagaimana ini "." Lin Eng segera menegur Khong Su, bengis sikapnya.
Khong Su tidak bisa menjawab, karena dia ketakutan, mukanya juga meringis. "Disini, nona?" mendadak Lin Eng mendengar jawaban dari sebelah belakangnya, sehingga ia terkejut. Suara itu perlahan, tapi tajam untuk telinganya, suatu tanda dari tenaga dalam yang liehay, ia segera memutar tubuh, demikian pula halnya dengan Giok Cu.
orang datang untuk
telah dapat dirintangi
Mereka lantas melihat dua tembok lebih didepan mereka, tiga orang berdiri berbaris. Orang yang paling kiri bertubuh tinggi besar, mukanya melihat, selain sepasang berewokan, sehingga mereka matanya yang bersinar tajam
bagaikan api menyala, maka seluruh muka orang itu penuh dengan bulu dan jenggotnya, ia mengenakan jubah biru yang kebesaran.
Dua yang lain berpakaian seperti imam, memakai jubah dan kopiah, muka mereka bersih dengan kumis dan jenggotnya yang panjang terpecah menjadi tiga dan dipunggung masing2 tergemblok sebatang pedang. Yang
beda antara kedua imam ini ialah yang seorang ada bekas luka dipipinya.
Melihat orang yang wajahnya bengis seperti itu, Lin Eng terkejut bukan main. ia tahu orang itu tentunya Bun Siu Ie, orang tua aneh dari Thian-san, yang kedudukannya
didalam rimba persilatan sangat disegani dan dihormati, karena kepandaiannya yang tinggi.
Ia pun mengetuai tiga belas jago-jago sesat yang ilmu silatnya umumnya tinggi dan hebat, Sehingga dapat dibayangkan bahwa orang ini tentunya memang tangguh
sekali. Hanya saja, biasanya ia hanya bergerak disekitar Thian-san, di Kamsok, Su Coan dan Laiam, tiga propinsi, tapi sekarang ini ia mendadak muncul di Bin Ke Cung, mungkinkah orang undangan partai Bendera Hijau "!
Tentang kedua imam itu, mereka adalah Im Yang Siang Kiam, sepasang pedang Dingin dan Panas, itulah It Hui dan It Siu, Mereka biasanya berada berduaan, tidak perduli mereka berada dimana saja mereka tidak pernah berpisahan, dan dalam pertempuran pun saja, mereka berdua tinggi ilmu pedangnya, lihay totokannya, yang
berdasarkan ilmu menotok kelas satu.
Mereka lihaynya benar2 sangat menggetarkan rimba persilatan, Justeru mereka adalah suheng dari Gu Beng, yang seluruh ilmunya telah dimusnahkan oleh Kwang Tan beberapa saat yang lalu.
Nama mereka pun merupakan jaminan buat orang2 yang mempergunakan untuk menggertak lawan, membuktikan bahwa berapapun juga memang kepandaian dari kedua imam itu sangat liehay sekali.
Setiap kali turun sekali, tidak pernah
tetap hidup. Dikala Siangkoan Lin Eng berpikir, Giok Cu bahkan menjadi gusar sekali, ia belum pernah terjun ke dalam dunia persilatan, dia tidak kenal siapa ketiga orang itu.
"Siapa kalian "!" tegurnya dengan suara yang galak, "Mengapa kalian bertiga lancang memasuki rumahku ini "!" "Siluman wanita, kau tentunya anaknya Bin Tian Ong!" kata Bun Siu Ie dengan mata nya memancarkan sinar sangat tajam dan tertawa dingin.
"Namaku siorang tua, tidak apa jika orang tidak menanyakannya. Tapi jika saja kau menyebutnya, pasti kau akan mati karenanya! Baiklah kau beritahukan kepadaku, di mana orang yang di To san-cung telah mencelakai Gu Beng "!"
Dia berdiam sejenak, kemudian berkata lagi: "Aku tidak mau melakukan sesuatu yang keterlaluan, mau aku memberi ampun kepada jiwa kalian berdua !"
Giok Cu tambah gusar, ia sampai memandang dengan muka merah padam, iapun bilang dengan suara dan sikap menantang: "Kau mau mencari orang itu, bukan " Baiklah !
tangan, merekapun sangat telengas mereka membiarkan lawan mereka Kau menangkan dulu cambuk ditanganku, barulah nonamu mau memberitahukan !"
Kata2 itu ditutup dengan gerakan tangan, sehingga ujung cambuk menyambar pundak orang bermuka bengis itu. "Setan cilik, kau cari mampus!" tertawa Bun Siu Ie dengan suara menyeramkan, segera juga ia mengangkat tangannya yang besar dan lebar untuk menangkap cambuk, akan tetapi aneh, cambuk itu lolos dari sambarannya, lalu kembali menyambar, ke pundaknya juga!
Bun Siu Ie jadi heran, mau atau tidak ia berkelit, sambil
berkelit begitu, tangannya menyambar lagi, Tapi sekali lagi ujung cambuk lolos, sekarang ujung itu menyambar kearah ke kepala!
Bukan main herannya Bun Siu Ie, inilah tidak pernah disangkanya sama sekali, ia tidak mengerti, kenapa ia selalu gagal menangkap cambuk itu.
Juga It Hui dan It Sui, mereka telah menyaksikan semuanya, mereka jadi ikut heran, Karena mereka sudah berpengalaman tapi belum pernah mereka menemukan ilmu silat cambuk yang selincah itu.
Bun Siu Ie jadi penasaran, setelah berkelit ia merangsek maju, kedua tangannya dimajukan secara cepat. Dengan mendesak demikian ia yakin kali ini ia berhasil menangkap cambuk sigadis, namun tetap untuk sekian kalinya terus menerus, ia membuatnya lolos lagi!
Bukan main malunya jago itu. Bukankah disitu ada Im Yang Siang-kiam" Maka ia merangsek pula. Sekarang Giok Cu tidak dapat berlaku lincah lagi seperti semula, ia merasakan sambaran-sambaran hawa dingin, yang membuatnya kurang leluasa bergerak.
Dengan terpaksa sekali ia jadi terdesak mundur, langkah kakinya jadi tidak wajar pula. Serangan Bun Siu It ialah serangan "Touw Kut Han Hong Ciang", itulah hawa dingin yang dapat meresap ketulang-tulang. Maka kagetlah Giok Cu, ia segera mempergunakan akal ialah ia menyerang dengan sekalian
melepaskan cekalannya, sehingga cambuknya meluncur pada lawannya cepat sekali.
Bun Siu membiarkan Ie jadi terkejut, Tentu saja ia tidak dapat matanya dibikin buta oleh ujung cambuk, Maka ia menyambar, Kali ini ia berhasil. Terus cambuk itu dilempar ke-samping.
Dilain pihak, serangannya tidak ditunda, ia mendesak terus, ia hanya merasa heran untuk ketangguhan sigadis. Belum pernah ia menemui lawan yang sanggup bertahan lebih dari sepuluh jurus untuk runtunan serangan nya yang
berhawa dingin itu, akibat ilmu Touw Kut Han Hong Ciang Pukulan Tangan Dingin.
Ia pasti memang tidak mengetahuinya, sebabnya ialah Giok Cu telah memperoleh pimpinan dan petunjuk Kwang Tan, sehingga dalam waktu yang begitu singkat, nona Bin
telah memperoleh kemajuan pesat, ilmu yang diajari Kwang Tan juga ilmu yang memiliki gerakan dan langkah kaki yang aneh.
Setelah melepaskan cambuknya, hal mana membuat Bun Siu Ie berayal juga sedikit, karena ia harus menangkap cambuk dan melemparkannya, Giok Cu terus bersilat dengan langkah kaki Kiu Kiong Ceng Hoan Im Yang Pau yang baru saja ia pelajari, sedangkan tangannya memainkan gerakan Pat Kiu Leng Long Ciu Hoat, juga pelajaran baru yang diterimanya dari Kwang Tan.
Perlawanan seperti itu membikin Bun Siu ie jadi tambah heran terutama sekali sebab ia telah serangannya. Biasanya lawan bagaimana memperhebat
tangguh juga, dalam jarak sepuluh tombak. sukar lolos dari pukulannya yaitu pukulan Tangan Dingin itu.
Untuk menyerang gadis itu, ia baru mempergunakan lima bagian tenaganya, toh ia heran sekali, Setiap akan kena diserang tubuh sigadis berkelit lincah, dan berkelebat bebas.
Sigadis bergerak kekiri atau kekanan, atau juga sebaliknya, mendadak dia berada dibelakangnya, Setiap ada kesempatan, dia membalas menyerang, antara dengan totokan.
Atau tangannya bermaksud di tangkap sigadis, Saking cepat bergeraknya gadis itu, ia merasakan matanya kabur, Pernah ia ditotok pundaknya, segera ia merasakan pundak
itu kesemutan, ia tangguh, ia tidak dapat ditotok sampai roboh.
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lin Eng menyaksikan kawannya bertempur seperti itu, mulanya ia berkuatir juga, lalu kemudian dapat ia menetapkan hati2. Diam-diam ia bersyukur kepada Kwang
Tan, yang memberikan pelajaran kepada mereka, sehingga sekarang Giok Cu menjadi lihay.
Disamping itu, sering2 ia melirik kepada Im Yang Siang Kiam, ia melihat wajah orang itu memperlihatkan sikap kaget dan heran, mungkin berkuatir.
Karena itu ia segera melompat ke-depan mereka, sambil tertawa ia bilang: "Im-Yang Siang Kiam, dari berdiam saja, bagaimana jika nonamu belajar kenal dengan kalian"!"
Muka It Hui tojin dan It Siu lojin berobah.
"Jika nona ingin belajar kenal, hunuslah pedangmu?" sahut It Hui tojin, ia mendongkol untuk kesombongan sigadis, yang terang tidak memandang mata kepada mereka berdua.
Iapun segera menghunus pedangnya Waktu ia mengibaskan pedang itu,
mengeluarkan sinar yang berkelebat menyilaukan mata.
Lin Eng mundur tiga tindak, ia tertawa kembali.
"Katanya Im Yang Siang Kiam biasanya maju berdua, tidak pernah terdengar majunya sendiri saja: Mungkinkah Totiang berdua tidak sudi memberikan pengajaran kepadaku?" tanyanya, berani dan menantang.
Itulah suatu ejekan. It Sui menjadi gusar sekali, maka ia pun menghunus pedangnya.
"It Hui, mari kita bekuk setan celaka itu." katanya sengit bukan main, Terus juga ia memaki si gadis. "Belum tentu!" kata Lin Eng tertawa mengejek, pedangnya siap sedia ditangannya, "Kalian majulah! Apakah kalian menghendaki nonamu mengalah tiga jurus?"
Tidak dapat Im Yang Siang Kiam menahan diri, berbareng mereka melompat maju untuk terus menyerang, masing2 dikiri dan kanan.
Lin Eng tertawa, ia melangkah dengan Kiu Kiong Ceng Hoan In Yang Pouw seperti yang dilakukan oleh Giok Cu,
maka sekejap saja, ia sudah bebas dari serangan pedang sepasang lawannya itu, menyusul mana, ia membalas menyerang dengan tipu silat "Liong Yauw le Yan" atau "Naga Melompat Disarangnya".
Pedangnya itu menyambar dari bawah kearah atas, dengan berani ia
membenturkan kedua pedang lawan dengan pedangnya, sehingga senjata ke dua pihak beradu keras dan suaranya sangat nyaring sekali. It Hui dan It Siu terkejut. Bentrokan itu membuat pedang mereka hampir terlepas dari cekalan tangan masing2. mereka pun sampai mundur setindak kebelakang.
Lin Eng pun heran berbareng girang, ia mempergunakan satu jurus dari Pat Kiu Leng Long Biu Hoat, ia tidak sangka akibatnya demikian rupa baik buat dirinya.
Oleh karena itu, dalam gembiranya, karena mendapat hati, ia segera juga mengulangi serangannya, mendesak dengan tiga serangan berantai.
Hati Im Yang Siang Kiam berdebar. Mereka terkenal terutama untuk ilmu silat pedang bersatu padu, jarang mereka memperoleh tandingan, tapi sekarang mereka telah dibikin sibuk oleh seorang gadis tidak dikenal.
Dari heran, mereka berbalik menjadi gusar, Dengan satu isyarat, mereka maju serentak, untuk memecah desakan gadis itu, buat mereka berbalik merangsek maju mendesak sigadis.
Lin Eng telah tertawa dingin, ia tabah sekali, tidak mau membiarkan dirinya kena didesak. Kembali seperti Giok Cu, menunjukkan juga kelincahannya, selalu berkelit dari berbagai tikaman dahsyat kedua orang imam itu, ia juga setiap kali membalas menikam atau menotok.
Ketika itu, dengan lewatnya waktu, Tan Kie dan Tan Hong berdua telah ditolongi seseorang, sehingga mereka bebas dari totokan, setelah mana mereka berdiri menonton sepuluh tombak diluar kalangan pertempuran mereka berdiri terpaku ditempati karena kagum melihat Giok Cu dan Lin Eng dapat bersilat begitu hebat.
Malah mereka yakin, ilmu silat yang tengah dipergunakan oleh Lin Eng dan Giok Cu merupakan kepandaian yang berada diatas kepandaian mereka berdua.
Diam-diam Tan Kie dan Tan Hong merasa malu, karena kepandaian mereka berada di bawah kepandaian kedua gadis itu.
Dirombongan pertama, Bun Siu Ie tampak telah menghabiskan puluhan jurus, belum juga ia memperoleh kemenangan, ia heran bukan main. Belum pernah ia menghadapi lawan begini licin, ia malu sendirinya, sebab sebagai seorang ternama, ia harus melayani seorang gadis
demikian lama, jangan kata tubuhnya, ujung baju sigadis saja tidak pernah tersentuh sedikitpun atau hanya untuk satu kali saja.
Kumis dan berewokannya menjadi bangun berdiri saking murkanya, Telah dipergunakan seluruhnya Touw Kut Han Hong Ciang, sehingga kalau ia berada dekat pohon, ia membikin cabang-cabangnya pada patah !
Masih Giok Cu mengandalkan Kiu Kiong Cang Hoan Im Yang Pou, senantiasa ia membebaskan diri dari setiap
serangan jago tua itu,
cuma saja lama-lama ia jadi bermandikan keringat, itulah disebabkan kepandaiannya itu baru saja diperoleh, latihannya pun belum lagi berarti. Juga demikian dengan Lin Eng yang bercacad pada latihannya, hanya saja ia memang menang sedikit dari Giok Cu, sebab ia memiliki tenaga dalam lebih mahir, dengan
begitu ia dapat bertahan lebih lama.
Setelah pertempuran dua rombongan itu berjalan sekian lama, se-konyong2 terdengar siulan aneh dari atas sebuah pohon besar diarah barat gelanggang itu, jernih dan panjang siulam itu.
Menyusul dengan mana berkelebatan sesosok bayangan orang, berkelebat menghampiri mereka. Bertiga Bun Siu Ie, Im Yang Siang kiam, yaitu Siu tojin dan It Hui tojin, mereka terkejut. Hanya dengan mendengar saja suara siulan itu, mereka sudah mengetahui lihaynya tenaga dalam dari orang yang tengah mendatangi itu.
Terpaksa mereka melompat keluar kalangan untuk mengawasi orang itu. Segera juga mereka jadi kaget, Didepan mereka berdiri seorang dengan pakaian hitam yang mukanya pucat pasi, seperti muka mayat, sedang dari leher kebawah, warna kulitnya itu lain, Tidak dapat
dipastikan orang mengenakan topeng atau bukan.
Yang jelas ialah disamping wajahnya menakutkan, kedua matanya sangat tajam berpengaruh sekali, Seperti juga mayat hidup saja orang yang baru datang ini.
Sebaliknya, kedua gadis itu, Lio Eng dan Giok Cu, waktu melihat si mayat hidup tersebut mereka bukannya takut, malah mereka sangat girang sekali, saling bersenyum.
Mereka mengundurkan diri, berdiri didekat Tan Kie dan Tan Hong beramai, Dengan mata masing-masing mereka
mengawasi simayat hidup itu, yang diketahuinya adalah Kwang Tan, yang mereka sangat kenal sekali, dan kagumi.
Sebenarnya Kwang Tan tiba disitu disaat Giok Cu mulai bertempur dengan Bun Siu Ie, tapi ia ingin menyaksikan perlawanan sigadis, maka ia menyembunyikan diri.
Demikian ia melihat nona Bin mempergunakan baik sekali ilmu silat ajarannya, sehingga membuat jago tua itu menjadi gusar sekali. Diam2 Kwang Tan girang.
Setelah ia menolongi Tan Kie dan Tan Hong, juga kedua orang tamu, Keempat orang ditotok bebas dengan ilmu totok dari jarak jauh, yang bernama Leng Khong Kay Hoat, pembebasan "Kumpul Di Udara"!
Empat orang itu heran atas bebasnya mereka dari totokan, sebab percobaan mereka sendiri sia-sia belaka, Karena mereka tidak memperoleh jawabannya, terpaksa mereka lantas berdiri menonton.
Khong Su pun heran, sehingga dia bengong saja. Kemudian Kwang Tan menyaksikan juga perlawanan Lin Eng. iapun girang, ia kagum terhadap kedua gadis itu, yang bisa belajar dengan cepat.
Adalah kemudian, setelah melihat kedua gadis itu letih, ia memperdengarkan suara siulannya, sambil melompat turun dari tempatnya bersembunyi.
"Bukankah tuan yang tadi malam melukai adik seperguruan kami, yaitu Gu Beng?" tanya Im Yang Siang Kiam serentak, "Bukankah adik seperguruan kami itu tidak bermusuhan dengan tuan, mengapa tuan demikian telengas telah membuatnya bercacad seumur hidupnya" Kenapa?"
"Hemmm!" Kwang Tan mendengus dingin "Adik seperguraan kalian itu terkenal sangat jahat diseluruh jagat, aku mewakili Thian untuk menjatuhi hukuman padanya menjalankan keadilan, apakah salahnya" Bahwa jiwanya masih tetap ditinggal biar hidup, tandanya aku masih memandang terhadapnya" Mengapa kalian berdua hendak membelai dia?"
Dingin sekali suara Kwang Tan waktu ia bertanya seperti itu, matanya juga memancarkan sinar yang sangat tajam, sehingga gentar juga Im Yang Siang Kiam, hati mereka tergetar.
It Hui dan It Sui tidak menjawab, sebaliknya dengan mendadak mereka melompat menyerang, setelah lebih dulu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menetapkan hati mereka yang tergoncang, itulah disebabkan mereka telah memperoleh keterangan dari Yo Sian bahwa musuh mereka sangat lihay.
Mereka pun mempergunakan ilmu silat pedang yang bernama To Hoan Im Yang Ngo Heng Kiam, atau ilmu pedang "Im Yang dan Ngo Heng yang jungkir Balik".
Ilmu pedang tersebut dapat bekerja sama antara It Hui dan It Sui. Beraneka ragam juga serangannya benar2 dapat merupakan gertakan atau sebaliknya, atau yang satu menyusul yang lain. Dengan ilmu pedang mereka ini, entah sudah berapa banyak jago rimba persilatan yang mereka rubuhkan.
Kwang Tan melihat bagaimana ilmu pedang kedua lawannya itu tidak memakai aturan tertentu, ia melayani dengan langkah Hian Thian Cit Seng Poa maka sekejap saja, ia lolos dari kepungan, ia berkata nyaring: "sungguh
hebat Im Yang Siang Kiam yang kenamaan, belum apa2 sudah lantas mendesak lawan! Apakah ini dia kepandaian istimewa dari kalian."
Sedangkan didalam hati Kwang Tan berpikir, jika diperlukan, karena mengingat bahwa
bukanlah tojin baik2, maka ia ingin
Pukulan Gunturnya untuk merubuhkan
kedua tojin ini mempergunakan kedua lawannya
tersebut. Waktu itu muka It Hui dan It Sui berubah merah, mereka heran lawan dapat lolos demikian licin.
"Bu liang Siu Hud" It Hui memuji. "Karena ingin menyaksikan kepandaian tuan, maka kami sengaja lantas mengepung ! Kalau demikian, silahkan tuan menghunus senjatamu." ia telah menantang.
Kwang Tan tertawa.
"Sudah banyak tahun aku tidak mempergunakan lagi senjata, Baiklah, aku melayani kalian bermain-main dengan tangan kosong !" itulah jawaban yang diberikan Kwang Tan.
Memperoleh jawaban seperti itu, bukan hanya Im Yang Siang Kiam belaka yang jadi heran, sehingga mereka mengawasi dengan mata terbuka lebar, tetapi juga Bun Siu Ie dan yang lainnya, mereka tidak mengerti terhadap sikap sipemuda ini, yang dianggapnya sebagai sikap terlalu tekebur.
Im Yang Siang Kiam tidak berlaku ayal lagi, keduanya segera maju menyerang, bukan main penasaran hati mereka, disamping juga amat marah.
Kwang Tan juga tidak menahan harga pula, kembali ia bertindak dengan Hian Thian Ciang Pou, ia senang mempergunakan ilmu kelincahan ini, sebab tadi ia girang
menyaksikan Lin Eng dan Giok Cu mempergunakan secara baik, ia tidak mau sembarangan memperlihatkan ilmu pukulan Gunturnya.
Dari itu, ia mempergunakan jurus-jurus dari Bie Lek Sin Kang dan Hian Wan Sip Pat Kay. It Hui dan It Sui segera bertempur dengan hati yang diliputi keheranan mereka mencoba lawannya dengan mempergunakan jurus2 andalan mereka, lawan mereka selalu dapat lolos secara luar biasa sekali diluar dugaan.
yang sangat dan gentar, Sia2 belaka menikam atau membacok menabas
Kwang Tan sebaliknya beberapa kali bersuara. "Hemmm," dan bersenyum.
Dalam belasan jurus, yang berjalan cepat sekali, tidak satu kali juga Im Yang Siang Kiam berhasil menyentuh tubuh mereka. Maka setelah itu mereka merobah siasat, dari menyerang, mereka membela diri, menjadi ciut sendirinya hati mereka dan bergelisah, karena mereka menyadari jika keadaan seperti ini berlangsung terus, niscaya mereka akan bercelaka ditangan manusia yang mukanya seperti mayat hidup itu.
Setelah melayani sekian lama, sehingga ia mengerti baik cara bersilat musuh2nya itu, Kwan Tan tiba2 tertawa panjang dan tangannya dikibaskan sebat sekali. Untuk itu segera juga terdengar dua kali suara jeritan, disusul pula dengan tubuh Im Yang Siang Kiam terpental mundur
beberapa tombak, tampak juga dengan segera, muka mereka pucat pias, peluh mengucur, sebaliknya ditangan Kwang Tan tampak dua batang pedang, yang berkilauan dicahaya matahari pagi.
It Hui dan It Siu tahu-tahu merasakan tangan mereka disambar, lalu dilempar, sehingga tubuh mereka terlempar dan pedang mereka terlepas. Mereka tidak mengetahui bahwa Kwang Tan telah mempergunakan jurus "Jit-Goat Jit-Hoa" atau "Matahari dan Rembulan Berpelukan" suatu jurus yang sangat lihay dari Hian Wan Sip Pat Kay.
Juga Bun Siu Ie yang lihay tidak dapat melihat kegesitan si mayat hidup, ia cuma merasa heran bukan main. Im Yang Siang Kiam kena ditotok jalan darahnya dibagian Keng Kie, lantas kedua tangannya kaku dan tenaganya lenyap, tidak dapat mereka
mereka bergerak terasa
tulang2 mereka bertindak, asal ngilu sehingga menembus ke ulu hati dan napas mereka sesak..! Lin Eng dan Giok Cu saling mengawasi, mata mereka dibuka lebar2 saking heran dan kagum. Benar2 mereka belum pernah menyaksikan ilmu silat demikian hebat dan
lihay. Dari heran dan kagum, mereka juga jadi girang luar biasa.
Kwang Tan segera melambaikan tangannya pada Tan Hong, dan memberikan kisikan untuk minta Tan Hong pergi pada Bin Tian Ong ditetarap timur, agar Tian Ong tidak meninggalkan tempat, sebab disini ada Kwang Tan bertiga dengan kedua gadis itu.
Tan Hong menurut, ia berlalu dengan cepat, kemudian pemuda ini mengawasi Im Yang Siang Kiam, ia menegurnya dengan tertawa, tangannya tetap memegangi kedua pedang lawannya.
"Sebegitu sajakah kepandaian Im Yang Siang Kiam yang datang kemari dengan banyak lagak"!" mengejek Kwang Tan dengan suara yang dingin. Sambil berkata begitu, ia mengerahkan tenaganya, mematahkan kedua pedang itu menjadi empat potong dan dibuang !
"Siluman tua!" kemudian Kwang Tan telah menoleh kepada Bun Siu Ie, dan bentaknya.
Ia mengawasi dengan tajam sekali, "Kau menjadi pemimpin dari tiga belas kaum sesat dirimba persilatan, kau ternama dan sangat terkenal, mengapa sekarang kau membawa tingkah seperti seorang kurcaci rendah, mirip dengan kawanan tikus yang tidak tahu malu "!"
Lalu suaranya itu diperkeras, meninggi bengis: "Mengapa pagi hari demikian kau menyerbu kemari dan main melukai orang" Apakah maksudmu" Cepat kau bicara !"
Kata2 itu tajam dan keras menyakiti telinga terlebih lagi buat Bun Siu Ie. ia ternama dan angkuh, bisa dimengerti ia jadi sangat mendongkol.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ketika ia mendengar Yo Sian memuji musuh, ia tidak percaya, ia sangat menyangka Yo Sian jeri dan kapok belaka, ia penasaran, maka dari itu sengaja ia bersama Im Yang Siang Kiam datang menyerbu diwaktu pagi hari.
Dengan mudah mereka melewati berbagai penjagaan, sampai mereka dirintangi kedua gadis itu dan sekarang oleh si mayat hidup ini, yang kepandaiannya ia saksikan sendiri.
Baru sekarang ia mengakuinya, bahwa kepandaian lawan sangat hebat, hatinya gentar ia memaksakan diri berlaku sabar, matanya memperlihatkan sinar yang licik.
"Hmm, kau demikian muda, tetapi kau sudah lihay sekali. Kau tentunya memang harus dikagumi!" ia memuji, sambil tertawa dingin,
"Aku mohon tanya, siapakah gurumu" Mungkin dia salah seorang sahabatku dulu hari..!"
Kwang Tan tertawa tawar. "Siluman seperti kau ingin berendeng dengan guruku" Hemmmm!" mengejek Kwang Tan dengan sikap angkuh, "Sudahlah, jangan bicara tentang persahabatan dengan aku! Kau tidak berderajat! Bukankah kau telah mencari aku"
Nah, sekarang aku berdiri didepanmu! Kau mau turun tangan atau tidak, tinggal kau bilang saja !"
Sepasang alis Bun Siu It terbangun.
"Bocah setan, kau tidak tahu langit yang tinggi dan tebal bumi!" makinya sengit dan amat marah, "Baru kepandaian seperti itu saja kau sudah berani bertingkah" Baiklah cepatcepat kau angkat kaki meninggalkan tempat ini, mungkin masih ada waktu untuk kau nanti coba2 angkat nama didalam rimba persilatan."
Kwang Tan tertawa dingin.
"Siluman tua, kau memiliki muka atau tidak?" katanya tajam sekali, "Tidak sudi aku mendengarkan kata2mu itu" Kabarnya kau memiliki kepandaian yang lihay, sekarang boleh coba mempergunakannya kepadaku! Kita nanti lihat, kabar itu memang benar atau palsu!"
Setelah mendengar perkataan Kwang Tan seperti itu,
habislah ia kesabaran Bun Siu Ie. Segera juga ia berseru: "Bocah, kau tidak tahu gelagat!" teriaknya, terus kedua tangannya menyerang dengan pukulan hawa dinginnya yang dapat merembes ke tulang sumsum.
Ia telah mengerahkan tenaga sepenuhnya, katanya hawa dingin itu setelah meresap ke jantung tidak mungkin dapat diobati, itulah yang tersiar didalam rimba persilatan.
Dan lewat tujuh hari, maka akan menyebabkan korban pukulan tersebut membuang jiwa tanpa ampun lagi, itulah yang telah membuat nama Bun Siu Ie naik tinggi disegani didalam rimba persilatan.
Kwang Tan mengetahui baik siapa juga yang terkenal tanggguh ini, maka ia menangkis dengan Bie Lek Sin Kang, untuk keras di lawan keras.
Dengan kedua tangannya ia mempergunakan jurus "Liok Hap Sit Mie", jurus yang kedua belas. Begitu kedua pihak bentrok, Bun Siu Ie memperdengarkan seruan tertahan, begitu cepat juga tubuhnya segera terpental karena dalam kesempatan itu,
disaat tangan mereka saling bentur, Kwang Tan mempergunakan ilmu Pukulan Gunturnya jurus ketiga! Karenanya tidak terlalu mengherankan, tubuh dari lawannya terpental sejauh enam tombak, kedua tangannya
patah dan hangus, cuma
tersambung pada kulitnya, darahnya mengucur dan sebagian telah kering ditempat, ia mempertahankan diri dengan tubuh menggigil, dan mengawasi Kwang Tan dengan muka sebagian telah hangus, lalu Bun Siu Ie memutar tubuhnya, untuk melompat pergi.
"Kau ingin pergi angkat kaki begitu saja"!" Kwang Tan membentak bengis, tubuhnya melesat menyusul, ketika ia sudah dapat mengejar, tangan kirinya menghajar kebatok kepala menepuk jalan darah Gioktio.
Bun Siu Ie tidak berdaya, tidak keburu ia berkelit, begitu tertepuk, kepalanya pusing, tubuhnya terputar, terus juga ia rubuh ditanah!
Kwang Tan menepuk tangan, segera ia melambaikan Lin Eng dan Giok Cu.
Sambil tertawa kegirangan, Lin Eng dan Giok Cu lari menghampirinya.
"Tolong kalian perintahkan orang menggotong mereka bertiga kebawah panggung!" Kwang Tan berkata dan terus memesan sesuatu lagi, ia memang tidak ingin memperlihatkan diri, ia ingin kembali kekamarnya untuk menyalin pakaian dulu.
"Kemana saja kau tadi?" Lin Eng menyesali manja sekali "Kalau kau tidak keburu sampai, mungkin mayat kami sudah menggeletak ditanah ini! Apakah kau sengaja senang melihat kami berdua mati dan rubuh ditangan musuh!"
Kwang Tan hanya tertawa, kemudian katanya dengan sabar: "Nona yang baik, jika aku tidak bersembunyi diatas pohon itu, mana aku memiliki kesempatan buat menyaksikan ilmu silat kalian yang indah sekali." katanya "Kau tahu mengapa aku tidak dapat segera datang kemari?"
Kedua gadis itu mengawasi, ingin sekali mereka memperoleh keterangan dari Kwang Tan, pemuda yang mereka sangat kagumi itu,
Sebenarnya waktu tadi Kwang Tan memburu terdepan, ia segera melihat dua sosok bayangan orang melintas kearah loteng Pek Bin Kok.
Segera ia menduga penjahat hendak mencuri kedua pedang Kim Kiam dan Gin Kiam. Ia heran mengapa penjahat ini mengetahui pedang itu disimpan dibawah tangga loteng, sedang yang mengetahui
hanya beberapa orang saja bahwa sepasang pedang itu disimpan disitu, itulah orang dalam. Karena kecurigaannya ia segera mengikuti mereka.
Didepan tangga Pek Cim Kok, kedua bayangan itu berhenti untuk mengawasi dan melihat disekitarnya.
"Laoji, lekas kau bekerja!" berkata yang seorang kepada kawannya, suaranya perlahan sekali, "Kukira sekarang ini semua orang yang melakukan tugas menjaga telah dirubuhkan oleh Bun Siu Ie dan Im Yang Siang Kiam, Kalau kita terlambat, dikuatirkan mereka yang didepan
keburu datang mengetahui tentang hal ini."
Untuk kata2 kawannya itu, yang dipanggil Laoji itu segera mengeluarkan goloknya, ia jongkok di depan undakan tangga untuk mencongkelnya, sedang kawannya, dengan golok siap ditangan, memasang mata.
Mengertilah Kwang Tan bahwa orang ini mengetahui tempat penyimpanan pedang itu di sebabkan ada musuh yang menyembunyikan diri, yang bercampur aduk dengan orang dalam, ia tidak mau berayal lagi, ia mematahkan cabang pohon didekatnya, segera ia menimpuk.
Si Laoji terkejut, ia melompat. Goloknya jatuh ketanah, sampai suaranya nyaring, Kawannya pun kaget.
"Eh, Laoji, kau kenapa?" tegurnya.
"Entah mengapa, mendadak lengan kananku kaku." sahut kawannya itu, si Laoji, "Tahu-tahu aku melompat sendirinya !"
"Mungkin karena kau jeri dan bimbang!" kata kawannya itu "Kau tegang sendirinya, Kita berdua pernah menempuh badai dan gelombang, kita tidak takut apapun juga dan Bin Kie Cung ini bukannya sarang naga atau goanya harimau,
apa yang mesti di takuti" Pula kita terhitung sebagai orangorang yang terlindung sebaik2nya oleh Bun Siu Ie dan Im Yang Siang Kiam locianpwe, maka mengapa kita harus jeri" Ayo cepat bekerja?"
Kwang Tan mendengar perkataan orang itu, segera melompat kebelakangnya, tangannya menekan kepundak orang tersebut, membuatnya, terkejut tidak terkira, ia memutar tubuh, mulutnya menegur: "Siapa ?" baru saja ia berkata, mendadak tubuhnya telah rubuh!
Si Laoji terperanjat bukan main, apa lagi ketika ia telah melihat orang yang muncul memang sangat luar biasa, yang tadi malam muncul di To san cung, saking ketakutan tanpa berpikir lagi, ia lompat kesamping.
Ia bermaksud menyingkirkan diri kerumpun pohon2 bunga. ia memang gesit sekali, tapi ia masih kalah
dibandingkan dengan
kegesitan Kwang Tan yang mendahului menotok dia, maka dengan merasakan yang bukan kepalang pada tubuhnya, ia roboh terguling dengan tidak bisa mengeluarkan keluhan lagi.
Kwang Tan segera menghampiri buat menepuk bebas jalan darahnya. "Sahabat, aku mengetahui bahwa kalian orang-orang suruhan belaka!" katanya tertawa. "Kalian tidak bebas dan merdeka, kalian harus melaksanakan tugas sebaik2nya, apapun tugas itu, Maka dari itu aku tidak mau mempersulit kalian, asal kalian menyebutkan mengapa kalian mengetahui pedang disembunyikan disini dan siapa orang itu yang telah mem buka rahasia?"
Laoji takut bukan main. "Kami... kami diperintah Hu-pangcu Yo Sian." katanya tergagap dan ketakutan. "Tentang orang yang memberikan bisikan tersebut, aku tidak tahu siapa dia, tapi menurut
keterangan dia adalah Bauw Sun Lie, seorang bertubuh pendek dan kurus, yang matanya tajam bersinar kekuning2an, aku telah bicara tuan, maka tolonglah kau berlaku murah hati...!"
"Kau telah bicara, tidak nantinya aku mempersulit kalian!" kata Kwang Tan kemudian tertawa, "Hanya saja untuk dua hari ini, terpaksa kalian harus berdiam dulu disini, jika nanti telah beres semua urusan Ceng Kie Pay, maka kalian pasti akan dibebaskan!"
Setelah berkata begitu, Kwang Tan menotok lagi, maka kedua orang itu segera rebah bagaikan mayat. Setelah itu ia mengambil kedua pedang untuk disembunyikan dilain tempat.
Barulah kemudian ia memeriksa sekelilingnya, untuk menotok sadar para penjaga yang tadi dalam keadaan tertotok dirubuhkan musuh. Setelah mengembalikan Khong Su semuanya ke rumah batu, barulah ia pergi menyaksikan perlawanan Giok Cu dan Lin Eng terhadap Bun Siu Ie dan Im Yang Siangkiam.
"Sekarang nona Bin," kata Kwang Tan perlahan. "Cepat kau kembali ketetarap timur, kau minta ayahmu melihat Bauw Sun Lie, Dia masih ada atau tidak, kalau ada, cepat bekuk dia. Kau sendiri nona Siangkoan, kau tunggu sebentar. Sampai Bun Siu Ie bertiga telah dibawah panggung, disana kau lihat, pihak musuh dapat melihat gelagat atau tidak. Yang terpenting ialah memesan mereka yang melihat aku, agar mereka tidak membuka rahasia.
Sekarang aku ingin kembali
dulu kekamar, untuk mengganti pakaian "!" Begitu selesai bicara, segera tubuh Kwang Tao melesat, hanya sekejap mata saja ia telah lenyap dari pandangan mata.
Giok Cu segera juga melaksanakan perintah yang diberikan oleh Kwang Tan, ia pergi ke depan, ketetarap timur. pertandingan diatas luitai masih belum dimulai, tapi para tamu sudah memenuhi kedua tetarap, suara mereka bagaikan suara nyamuk berisiknya.
Ia segera menghampiri Khiam Lo Ang, yang berkumpul bersama dengan ayahnya dengan yang lainnya, ia membisikkan jago tua itu pesan dari Kwang Tan.
"Akhhh, kiranya binatang itu!" kata Khiam Lo Ang, alisnya berdiri, terus juga dia melompat dengan amat marah.
Bauw Sun Lie waktu itu tengah duduk di tempatnya, diapun rupanya tengah memiliki perasaan, bahwa pihak lawan telah mengetahui peranannya, karena begitu melihat Giok Cu membisikkan sesuatu kepada Khiam Lo Ang dan
melihat jago tua itu melompat berdiri dengan muka merah padam amat marah dan alis berdiri.
Ia segera juga menjejakkan kakinya, ingin pergi meninggalkan tempat tersebut. Tapi lebih cepat lagi gerakan dari Khiam Lo Ang, karena begitu tubuhnya melesat, ia sudah berada disamping Bauw Sun Lie, malah ia pun segera turun tangan.
Dengan mudah ia telah dapat membekuk Bauw Sun Lie, Kemudian dia menenteng Bauw Sun Lie kehadapan Bin Tian Ong.
Muka Bauw Sun Lie tampak pucat pias, dibekuknya dia kali ini benar2 urusan yang membuat dia gentar, sebab sebagai seorang yang telah menyusup musuh, jelas ia akan dikompres dan kedalam sarang
dipaksa untuk membuka rahasia, dengan disertai siksaan-siksaan.
Sedangkan wajah Yo Sian, Hu pangcu dari Ceng Kie Pay, berobah hebat. Hatinya tergetar, ia menyaksikan betapa Bauw Sun Lie ditangkap dan dibekuk begitu mudah oleh Khiam Lo Ang.
Ia menyadari bahwa dengan dibekuknya Bauw Sun Lie, maka jelas akan gagallah usaha mencuri pedang, Rahasianya juga akan terbuka, sebab dengan siksaan2, tidak nantinya Bauw Sun Lie tidak buka mulut.
Tetapi beberapa kali, menenangkan hatinya,
"Hemmmm, hemm!" untuk menghibur diri dan
Yo Sian telah mendengus Tidak lama kemudian muncullah Siangkoan Lin Eng, yang wajahnya berseri2, dibelakangnya mengikuti tiga orang pelayan yang masing2 membawa Bun Sun le dan Im Yang Siang Kiam, It Hui tojin dan It Siu tojin.
Ketiga orang itu tampak lemas tidak bertenaga, sehingga mereka bertiga dapat diletakkan berbaris dengan Bauw Sun Lie, Mereka berempat hanya berdiam diri tanpa berdaya dengan sepasang mata yang terpentang lebar2, mulut mereka juga terbuka lebar, dan dari mulut mereka masing2
menetes tidak hentinya air, jatuh kebaju mereka didekat dada.
Tubuh mereka sama sekali tidak bisa berkutik! Tampaknya ke-empat tokoh rimba persilatan disaat itu seperti juga manusia2 bodoh dan dungu.
Bin Tian Ong kemudian perintahkan orang nya untuk membawa Khong Su dan yang lain2 nya keluar, untuk dikumpulkan didekat Bun Siu Ie. ia sendiri terus mengawasi tajam ke arah orang2 Ceng Kie Pay di tetarap barat.
Yo Sian bingung bukan main, jelas pihaknya yang bersalah, iapun tidak mengerti mengapa Bun Siu Ie dan It Hui serta It Siu dapat dibekuk juga oleh musuh, sedangkan mereka sangat lihay sekali"!
Juga, bagaimana jika sebentar lagi Khong Su telah dibawa keluar Karena bimbangnya ia berdiam diri saja. Namun tidak lama kemudian ia melompat keluar dari tetarap, ia menghampiri Tian Ong untuk menuju berkata kasar:
-ooo0dw0ooo Jilid 30 "MEMANG, semua itu perbuatan kami kaum Ceng Kie Pay! Tapi ini disebabkan kelicikan mu! Mengapa engkau mempergunakan akal licin" Mengapa kau sengaja menolak
lamaran Kang Sun Beng Tongcu kami, apakah dengan melamar puterimu itu kami telah merendahkan kau"
Mengapa kau selalu menolak walaupun kami telah mengajukan lamaran berulang kali" Sudah begitu, mengapa sekarang kau malah membangun luitai ini" Bukankah itu
berarti engkau hendak mempersulit kami" Bukankah itu juga jelas penghinaan besar terhadap Ceng Kie Pay kami"
Mengapa kau mengadakan peraturan yaitu pertandingan harus dimenangkan demikian sulit, sampai sepuluh kali" Kau tidak adil maka kau jangan mempersalahkan kami!"
"Ohhh, begitu"!" kata Bin Tian Ong tawar, "Menurut kau, Hu Pangcu, menjadi sebab semua ini adalah seluruhnya karena aku yang tidak adil sekarang ingin sekali aku bertanya bagaimana aku harus lakukan dan berbuat baru dinamakan adil" Aku akan mencuci telingaku untuk
mendengar dengan hormat penjelasanmu!"
Ditanya begitu Yo Sian terdiam, tidak dapat ia bilang sesuatu buat menjawabnya.
Melihat Yo Sian terdiam saja, Bin Tian Ong berkata bengis: "Hu Pangcu, jika kau tidak dapat memberikan penjelasan, hari ini jangan harap kau dapat keluar dari Bin Ke-Cung."
Waktu itu beberapa orang Bin Ke Cung yang diperintahkan Cungcunya, telah kembali dengan
menggotong belasan
orang Ceng Kie Pay, dengan menimbulkan suara yang cukup berisik mereka diletakkan dilantai berdampingan dengan Bun Siu Ie berempat. Cuma Khong Su seorang yang dapat berjalan, walaupun tampaknya lesu dan langkah kakinya perlahan dan lambat.
Yo Sian sangat kuatir dan juga bercampur dengan perasaan mendongkol ia berseru: "Segala Bin Ke Cung yang sebesar telur busuk, dapatkah untuk menahan aku orang she-Yo"!"
Bin Tian Ong tidak gusar, ia sebaliknya tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika kau tidak percaya, kau boleh lihat saja nanti!" katanya, sebagai jawabannya. Waktu itu dan tetarap barat muncul seorang pemuda yang mukanya tampan dan pada punggungnya menggembol pedang, pakaiannya serba putih dan singkat, sikapnya gagah sekali.
Cuma saja pada sepasang matanya yang bersinar tajam itu memancarkan sinar yang jahat dan kelicikan ia berdiri menghadapi Bin Tian mengandung Ong, setelah
menjura memberi hormat diam2, terus ia bilang:
"Dalam urusan ini yang bersalah ialah partai kami, untuk dibuat menyesalpun sudah terlambat tapi karena dipihak Cungcu tidak menderita kerugian apa-apa, baiklah Cungcu mau membikin habis saja urusan ini.
Aku yang muda, Kang Sun Beng, mau aku mentaati peraturan bertanding diatas luitai, andaikata dalam sepuluh gebrakan aku tidak memperoleh kemenangan biarlah nanti aku mengajak kawan2ku berlalu dari sini. Aku berjanji untuk selama2 nya tidak akan mengganggu lagi pada Bin Ke Cung. Bagaimana pendapat Cungcu?"
Bin Tian Ong tidak menyangka bahwa Kang Sun Beng dapat berkata seperti itu, sehingga sejenak lamanya ia jadi berpikir.
"Oleh karena Kang Tongcu mau mengaku keliru, baiklah, akupun tidak sudi berlaku keterlaluan." sahutnya setelah lewat sekian lamanya.
"Tongcu, andaikata kau tidak memiliki urusan, silahkan kau pergi lebih dulu, Tentang pertandingan baiklah itu tidak usah dilakukan lagi. Tongcu tidak memiliki harapan untuk memperoleh kemenangan Tentang orang orang kaummu
ini, biarlah mereka ditinggal lagi beberapa hari disini, sampai Oey Tiang Su pangcu datang sendiri kemari untuk membereskan persoalan kita, diwaktu itu pasti aku akan membebaskan mereka!"
Kang Sun Beng terdiam sejenak, mukanya berubah jadi merah karena diwaktu itu ia benar2 jadi serba salah.
Yo Sian gusar bukan main, ia bilang nyaring: "Kang Laote, buat apa kau adu lidah dengan iblis tua itu" Lihat saja, ia sanggup menahan kita atau tidak!"
Bin Tian Ong tertawa bergelak-gelak, dengan mata tajam ia memandang kepada Hu-Pangcu dari Ceng Kie Pay
tersebut, kemudian ia menunjuk kepada Bun Siu Ie, terus ia bilang.
"Apakah kalian yakin bahwa kalian sanggup melawan menang mereka bertiga?" Dan iapun telah menunjuk kepada It Hui dan It Siu.
Muka Yo Sian berubah jadi pucat, seperti Kang Sun Beng, ia jadi berdiam diri saja. Syukur diwaktu itu telah datang seorang pengawal Bin Kie Cung yang memberitahukan telah datang Oey Tiam Su, Pangcu dari Ceng Kie Pay, membuat Tian Ong jadi heran,
karena tidak disangkanya ketua dari Ceng Kie Pay datang demikian cepat.
Ia segera berpikir untuk mengambil sikap kelak jika berhadapan dengan ketua dari partai Bendera Hijau itu. Dipihak Ceng Kie Pay mereka jadi sangat girang mengetahui kedatangan ketua mereka, segera juga terdengar suara tertawa dan bisik-bisik diantara mereka, rupanya mereka telah terbangun semangatnya.
Segera juga terlihat munculnya Oey Tiam Su, yang diiringkan belasan orang partainya. ia memiliki potongan muka, empat persegi dan telinganya besar, hidungnya apa yang disebut sebagai "hidung singa" dan "mulut harimau".
Demikian juga dengan sepasang matanya sangat bengis. ia memelihara kumis pendek, bajunya adalah baju hitam panjang dilapis mantel merah tua yang gedombrangan, langkah kakinya pun lebar.
Tian Ong segera menyambut, memberi hormat ia tertawa dan berkata: "Aku si orang she Bin tidak mengetahui Oey Pangcu datang, Aku tidak dapat menyambut dari jauh-jauh, harap dimaafkan!"
Oey Tiam Su segera melihat jelas menggeletaknya Bun Siu Ie beramai, mukanya seketika berobah. Tapi dengan cepat ia dapat bersenyum. Malah dengan sikap dan katakata yang manis ia bilang:
Romantika Sebilah Pedang 3 Bakti Pendekar Binal Karya Khu Lung Anak Harimau 1
anak muda! Apakah kau tidak kenal pepatah yang mengatakan gelombang yang dibelakang mendorong gelombang yang depan, dan orang baru menggantikan orang lama" Lihat saja, selama beberapa hari ini telah terdengar beritanya akan halnya orang2 muda yang gagah, kita telah sempat menyaksikan juga, betapa Ouw Siauwhiap yang demikian hebat mengagumkan tangannya."
Kata2 Khiam Lo Ang telah menimbulkan tertawa yang ramai dari semua orang yang berkumpul disitu.
"Aku bicara benar, Ouw Siauwhiap." kata Khiam Lo Ang kepada si pemuda. "Aku sudah berusia sembilan puluh tahun, tapi belum pernah aku menyaksikan kepandaian seperti kau tadi, Bagaimana kalau sekarang kau mencoba aku di jarak sepuluh kaki "!"
Kwang Tan cepat2 menggoyangkan kedua tangannya, "Tidak, tidak bisa locianpwe... tidak bisa!" katanya cepat "Jangan locianpwe
membuat aku memperlihatkan keburukanku, Apa yang aku bisa ialah menghajar benda mati, kalau terhadap benda hidup, aku tidak berguna lagi." Tapi Khiam Lo Ang tidak mau melompat sampai lima tombak lebih. "Ouw Siauwhiap, janganlah kau bersungguh2. "Mari kita mencoba2, untuk berlatih! Kau boleh mempergunakan semua kepandaianmu andaikata aku terluka, tidak apa2. jika kau mengalah, kau membuat aku tidak puas !"
Mengetahui tabiat orang, Kwang Tan tertawa, ia segera juga mengambil sepuluh biji catur. "Locianpwe, maafkan aku yang muda!" kata2nya itu ditutup dengan timpukannya, mengarah pundak kiri jago tua tersebut.
Khiam Lo Ang terkejut melihat datangnya biji catur itu. Segera ia mengibaskan tangan kanannya, ia dapat membebaskan diri tetapi biji catur itu lewat dekat diatas pundaknya.
Justeru itu, Kwang Tan sudah menimpuk pula kali ini bukan satu atau dua biji, hanya lima biji, dua didepan, lalu yang tiga dibelakang. Sehingga kelimanya merupakan bunga Bwee. Tiga biji yang dibelakang itupun datangnya saling susul.
Melihat memukul
mengerti, segera ia menolak" katanya datangnya berbareng serangan itu, Khiam Lo Ang
dengan kedua tangannya. la mempergunakan tipu silat Pek Khong Ciang "Pukulan Udara Kosong." Biasanya hebat angin serangannya itu. Tapi sekali ini, kelima biji catur tidak tersapu dengan segera. Sambil mengibas, jago tua itu berkelit.
Ditangan Kwang Tan masih ada sisa empat biji, semua itu segera saling susul dipergunakan menyerang lagi, tentu saja, serangan yang terakhir ini cepat luar biasa.
Sebab ketika itu Khiam Lo Ang tengah menangkis dan berkelit Maka sibuklah dia atas datangnya empat biji catur itu. Terpaksa ia berkelit pula, sambil menjatuhkan diri.
Ketika ia bangkit bangun, ia periksa tubuhnya, untuk memperoleh kepastian, dia bebas atau tidak, Lalu hatinya jadi mencelos, mukanya jadi pucat.
Dia mendapat kenyataan, ujung bajunya yang kiri kena ditembusi sebuah biji catur ! "Tidak dapat aku sesalkan dia !" pikirnya. "Siapa suruh aku mendesak dia mengeluarkan kepandaiannya" Jika dia bersungguh2, mungkin tubuhku mendapat beberapa liang..!"
Segera juga ia tertawa bergelak dan katanya: "Ouw Siauwhiap, hebat tanganmu, aku siorang tua menyerah kalah !"
Memang jago tua ini harus menyerah kalah, Kecewa ia bergelar sebagai "Awan Seribu Laksa", dari situ menunjukkan betapa cepatnya setiap gerakannya, karena ginkangnya yang tinggi.
Tetapi justeru sekarang, ginkangnya itu seperti juga tidak berguna lagi dihadapan Kwang Tan, membuat ia sekali ini merasa telah runtuh.
Kwang Tan sendiri menyesal atas perbuatannya itu, ia merangkapkan kedua tangannya memberi hormat, kemudian katanya dengan sikap yang menyesal selalu "Benar tepat sekali julukan locianpwe, tadi sengaja saja locianpwe mengalah terhadapku, jika locianpwe merangsek, apa yang aku bisa bikin"!"
Mendengar perkataan sipemuda, tampak Khiam Lo Ang jadi sangat bersyukur sekali. Tapi ia bilang sambil tertawa "Buat apa kau masih melindungi mukaku, Ouw Siauwhiap" Disini orang semuanya memiliki mata yang jeli! siapakah yang tidak dapat melihatnya dengan jelas" Siauwhiap,
biasanya aku tidak mau menyerah kepada siapa saja, baru sekarang terhadap kau, aku mengakuinya, aku menyerah!
Aku cuma kurang jelas mengenai satu hal. Aku memiliki tipu silat Taylek Kim Kong Ciang, jika aku ini mempergunakan ilmu silat yang itu, setiap senjata rahasia
seharusnya kena tersampok balik, Tubuhku tidak dapat didekati. Tapi aneh sekali biji caturmu itu, tidak dapat terpukul mundur semua, ada juga yang menerobos maju terus ?"
"Maaf, locianpwe, malu aku untuk menjelaskannya," berkata Kwang Tan, sambil tersenyum jengah. "Aku hanya mempergunakan akal, Biji caturku itu dapat dipakai menyerang secara berputar, jadi penolakan langsung tak dapat mencegahnya, tadi biji catur itu menyambar dari samping !"
Alasan yang diberikan oleh pemuda ini memang masuk dalam akal. Tidak dapat orang tidak mempercayainya. Hanya saja satu hal yang pasti, hanya Kwang Tan yang dapat menyerang secara demikian, orang lain tidak akan sanggup.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Entahlah jika yang diserang bukan Khiam Lo Ang. Kwang Tan telah menyembunyikan satu hal, serangan itu menurut ilmu menimpuk senjata rahasia yang bernama "Hiap Wan Sip Pat Kay."
Seperti yang lainnya juga, Giok Cu dan Lin Eng memuji sipemuda tidak hentinya, yang mereka sangat kagumi tanpa
terasa mereka jadi mengawasi si pemuda dengan membuka mata mereka lebar2, memandang mendelong dengan mulut terbuka lebar.
Bin Tian Ong melihat sikap dan kelakuan puterinya, itulah kelakuan yang dulu2 belum pernah disaksikannya, ia
jadi terharu sekali, ia merasa berkasihan kepada puterinya ini, yang telah tidak memperoleh kasih sayang ibunya.
Biasanya sigadis pendiam, jarang sekali tertawa pada air mukanya menunjukkan tentang sesuatu perasaannya. Tetapi ini, memang sangat lain dan berbeda sekali.
Pernah Tian Ong memujikan beberapa orang pemuda, yang tampan dan memiliki ilmu silat yang baik, tetapi Giok Cu tidak perhatikan mereka, hatinya tidak pernah tergerak. Baru sekarang ia tampak berobah, ia seperti bukan Giok Cu yang dulu lagi...
Sementara disitu, masih ada Siangkoan Lin Eng. Gadis itu menang jauh lebih cantik, ilmu silatnya lebih tinggi, Gadis itupun lebih berani, lincah dan periang, tampak jelas dia sangat memperhatikan Kwang Tan. Bagaimana sekarang"
Bukan main bingungnya Bin Tian Ong, Di lain pihak lagi, ia belum mengetahui keadaan sipemuda, apakah masih bebas dan merdeka"
Masih ada satu hal lain, yang lebih penting, sekarang ini
bukan saatnya bicara perkara perjodohan. Mereka tengah terancam bahaya dari rombongan Ceng Kie Pay dan anaknya sendiri tengah menghadapi pibu....
Lin Eng benar2 berani, sambil tertawa ia menghampiri Kwang Tan, kemudian dia minta diajari ilmu melepas senjata rahasia ia bersikap tidak malu2 atau likat, malah tampak nya ia bicara polos sekali.
Melihat orang demikian polos sikapnya, Kwang Tan malu hati buat menampik permintaannya itu.
"Nona hendak mempelajari ilmu melepas senjata rahasia, itulah memang sangat baik sekali, aku juga tidak mau menyembunyikan sesuatu apapun yang aku mengerti dan bisa!" katanya turut tertawa.
"Cuma saja aku hendak menjelaskan, senjata rahasia tidak dapat dipelajari hanya dalam satu hari atau satu malam saja. Baiklah, kalau nanti urusan disini sudah
selesai, aku akan mengajari pokoknya dulu."
Baru saja sipemuda menutup mulutnya, atau Giok Cu telah maju.
"Siauwhiap," katanya dengan tertawa dan juga telah gembira sekali.
ilmu melepas "Aku juga ingin senjata rahasia, memperlihatkan sikap sekali mempelajari Dapatkah?"
Kwang Tan heran, sampai ia melengak, namun itu hanya sebentar, sebab segera ia bisa tersenyum.
"Dapat! Tentu saja dapat, nona !" katanya dengan tersipu karena likat, dimana semua mata tengah memandangi kepada mereka, sehingga membuat Kwang Tan agak likat dan kikuk.
Siang Bu tertawa, Demikian juga yang lainnya.
Kwang Tan mendengar suara tertawa mereka, ia jadi tambah likat, ia merasa bahwa semua orang tengah menertawakan dirinya, karena sikapnya yang canggung waktu menjawab pertanyaan dan gadis she Bin tersebut.
"Nona Siangkoan, ilmu cambukmu tadi bagus sekali!" kata Kwang Tan kemudian memuji, untuk menyimpangkan perhatian orang.
Lin Eng tersenyum girang.
"Oya," katanya kemudian agaknya dia kaget dan girang, "Aku lupa menghaturkan terima kasih padamu !" Dan dia segera juga menjura memberi hormat.
"Jangan, nona, jangan !" Kwang Tan menampik, ia jadi gugup dan mengulurkan tangannya untuk mencegah.
Siangkoan Lin Eng menarik tangannya, ia menatap kepada Kwang Tan.
Kembali Kwang Tan jadi jengah, tapi ia tertawa dan berkata: "Nona, ilmu cambukmu lihay, cuma itu dapat dipakai menyerang dari jarak dekat, Aku memiliki satu akal untuk menutup kekurangan itu."
Lin Eng cerdik, ia juga segera juga mengerti akan perkataan sipemuda, ia tertarik sekali.
"Benarkah begitu?" tanyanya. "Ohhh, kau ajarilah aku Lekas!"
"Mari nona pinjami cambukmu itu pada ku!" kata Kwang Tan yang masih belum sempat menarik pulang tangannya, maka ia jadi dapat melonjorkan terus tangannya, "Mari kita keluar nona, kau boleh memakai pedang, nanti aku mengajari kau dengan mempergunakan cambuk!"
Lin Eng menyerahkan cambuknya, yang terbuat dari otot ular dan harimau, itulah cambuk yang sangat disayanginya, yang tidak akan sembarangan diijinkannya untuk dipegang oleh orang lain.
Merekapun segera pergi keluar dari ruangan tersebut, dimana cahaya rembulan permai sekali.
Lin Eng dan Kwang Tan lantas berdiri terpisah tujuh kaki, Sigadis meletakkan pedangnya didadanya, melintang. "Silahkan menyerang nona!" kata Kwang Tan kemudian. "Kau menyerang dengan sungguh-sungguh, jangan sungkan-sungkan."
Lin Eng tersenyum didalam hatinya ia berkata: "Kau nanti lihat ilmu pedang ajaran ayahku ini tentu merupakan ilmu silat yang sangat hebat sekali dan telah
menggemparkan kalangan
Kangouw! Ayah merupakan seorang akhli kiamhoat yang nomor wahid di dalam rimba persilatan, tentu kau tidak akan dapat menandingi ilmu
melihat, apakah engkau sanggup pedang ini. Aku ingin melayani aku?"
Lantas juga sigadis hendak mulai menyerang !"
Mendadak sekali, ia telah menikam, gerakannya cepat bagaikan badai, menyambar dengan berkesiutan nyaring. Gerakannya itu, tepat dan cocok dengan nama ilmu pedang itu, yaitu Ciu Hong Lok Yap It Jie kiam Hoat atau ilmu
pedang "Daun Rontok Karena Angin Musim Rontok", serangan itu juga menuju ke pundak kiri dengan tikaman yang sangat sulit buat dihindarkan lawan.
Kwang Tan tidak berkelit, ia juga tidak menangkis, hanya saja ia mendahului, dengan sangat sebat, cambuk ditangannya bergerak, ujungnya mencari ujung pedang. berkata perlahan: "Baiklah, aku
Lin Eng kaget tidak terhingga, Serangannya itu telah gagal, pedangnya seperti juga tertindih barang berat, Dengan segera ia memutar pedangnya untuk meloloskannya, terus dipakai untuk menyerang keiga kiri si pemuda.
Kembali Kwang Tan memperlihatkan kepandaiannya. Ujung cambuknya perlahan menekan pula pedang sigadis. Sigadis sampai seperti tidak melihat bagaimana ia diserang, dan bagaimana Kwang Tan menggerakan tangannya.
Lin Eng heran sekali, tetapi ia penasaran maka ia melepaskan diri
mempergunakan beraneka ragam.
untuk menyerang terus, ia melanjuti ilmu silat itu, yang banyak jurusnya
Kwang Tan tetap bersilat seperti semula, ia main tekan ujung pedang lawannya itu.
Siangkoan Lin Eng
bentrok, ia merasakan
terkejut, ketika senjata mereka tangannya kesemutan, sampai pedangnya hampir terlepas. Tapi sekarang ia mulai mengerti ilmu silat cambuk pemuda itu, Kwang Tan dilihatnya memang lihay
disebabkan mahirnya tenaga dalamnya!
Dari tiga-puluh jurus mereka bertempur sampai lima puluh jurus, Gadis itu tersentak, tapi sekarang ia dapat tersenyum dan gembira, ia melayani dengan tenang.
Ternyata sipemuda merobohkannya, hanya agar sigadis mengerti mempelajarinya setiap jurus itu serta mengingatnya dengan sebaik mungkin.
"Kepandaian Ouw Siauwhiap memang hebat sekali!" berkata Bin Tian Ong kepada Khiam Lo Ang, yang tengah memang tidak bermaksud memperlihatkan jurus2 tertentu akan kelemahannya dan bisa menonton sekian lama jalannya pibu istimewa itu, Khiam Lo Ang mengangguk.
"Ya.... ia dapat bergerak lincah bagaikan naga dan ular, selanjutnya aku tidak berani memandang enteng lagi kepada dunia !"
Bin Tian Ong dan Khiam Lo Ang menyaksikan terus, demikian juga halnya dengan Siang Bu dan Tan Go Sun. Mereka kagum dan takjub, sehingga mereka merasakan betapa kepandaian mereka hanyalah merupakan kepandaian yang tidak berarti kalau dibandingkan dengan kepandaian yang dimiliki Kwang Tan.
Mereka jadi memuji tidak hentinya, karena memang mereka terlalu kagum sekali.
"Rupanya guru Ouw Siauwhiap bukan sembarangan orang !" cetus Bin Tian Ong lagi.
Giok Cu berdiam saja, tapi dengan berdiri diam begitu, dia memperhatikan setiap gerakan cambuk ditangan Kwang Tan, tampak nya ia merasa puas.
"Nona Siangkoan, awas!" mendadak terdengar suara Kwang Tan. "inilah jurus merampas jiwa untuk merebut kemenangan !"
Kata2 itu disusul ujung cambuk menyambar pundak kiri sipemudi dengan cepat sekali.
Lin Eng segera menyambut, untuk menangkis cambuk itu, ia bersilat dengan tipu "Angin puyuh menghantam pohon yangliu," pedangnya membabat dari kanan kekiri, sinarnya pedang berkelebat bercahaya keperak-perakan.
Tepat disaat cambuk hampir kena dibabat, mendadak Kwang Tan tertawa, tubuhnya bergerak kekiri, tangannya
ikut bergerak membebaskan cambuk dari babatan, setelah mana cambuk itu menyambar lagi kearah sigadis.
"Lepaskan pedangmu!" berseru Kwang Tan sambil menarik dikagetkan.
Diluar keinginannya, tubuh Lin Eng maju empat tindak, telapak tangannya dirasakan sakit dan pedih, tidak dapat ia memegang lebih lama lagi pedangnya, karena pedang itu telah tertarik, terlempar jauhnya belasan tombak, jatuh diatas tanah dengan menancap dan gagang pedang itu bergoyang-goyang menimbulkan suara mendengungdengung.
"Maafkan, nona aku tidak sempat menahan tanganku!" bilang Kwang Tan segera sambil tertawa.
Lin Eng mendelik mengawasi sipemuda, tetapi setelah itu ia malah tertawa nyaring!
Kwang Tan mengambilnya, setelah
gesitnya ia melompat
gerakannya, sehingga
melompat kearah pedang, untuk
mana, dengan sama lincah dan balik kembali. Demikian lincah kembali ia telah mendatangkan kekaguman dihati orang-orang yang telah menyaksikannya.
"Syukur pedang ini tidak rusak!" kata Kwang Tan waktu ia mengembalikan pedang itu kepada sigadis. "Aku dapat mengembalikannya dalam keadaan baik!"
Lin Eng menyambuti pedangnya itu sambil tertawa. "Terima kasih!" katanya, Itulah pernyataan terima kasih, bukan untuk pedang belaka, tetapi juga untuk pelajaran yang diberikan.Karena pertandingan itu merupakan latihan pelajaran baru buat Lin Eng.
Setelah itu mereka keruang dalam, kecuali Giok Cu dan Lin Eng berdua. Sebab mereka ini berdua segera juga berlatih diri, untuk dapat menjalankan dengan baik ilmu cambuknya Kwang Tan tadi.
Berdua mereka saling mengajari dibagian2 yang mereka ragukan dan tidak mengerti, dengan demikian mereka bisa berlatih dengan baik sekali.
"Siauwhiap, setelah urusan disini selesai kau hendak pergi kemana"!" tanya Khiam Lo Ang, waktu mereka telah berada diruangan dalam pula.
"Aku ingin pergi ke Kota-raja, untuk melakukan sesuatu!" menjelaskan Kwang Tan, ia memang sudah memutuskan buat menceritakan asal usulnya kepada semua jago2 ini, yang diketahuinya dan telah dilihatnya sebagai jago2 yang berdiri dijalan lurus dan memiliki jiwa pendekar.
Maka ia menceritakan bahwa ia tengah melaksanakan perintah Thio Kauwcu dari Bengkauw, untuk menyelidiki
keadaan di kota-raja. ia juga memberitahukan siapa dirinya sebenarnya.
Semua yang mendengar keterangan Kwang Tan jadi girang bukan main, sekarang
mereka pun sudah tidak memanggil dengan sebutan Ouw Siauwhiap lagi, karena Kwang Tan telah memberitahukan namanya. Dengan demikian selanjutnya ia dipanggil dengan sebutan Kwang Siauwhiap, juga mereka kaget dan girang, girang telah mengetahui siapa sebenarnya Kwang Tan, kaget karena mengetahui Kwang Tan adalah orang
Bengkauw, yang memang mereka telah dengar tengah berjuang, mulai bergerak mengadakan perlawanan kepada Cu Goan Ciang.
"Aku akan berdiri dipihak Bengkauw!"! itulah yang pertama2 kali diucapkan
Khiam Lo Ang dengan bersemangat. "Walaupun usiaku telah lanjut, kalian tidak dapat menertawai aku, karena aku akan menyumbangkan sisa hidupku buat menegakkan keadilan bersama Beng kauw !"
Tan Go Sun dan Siang Bu pun menyatakan mereka akan segera menghubungi Beng-kauw, untuk menggabungkan diri dengan Beng kauw, sedangkan Bin Tian Ong telah berkata:
"Semula aku ingin mengundurkan diri, Tapi sekarang, aku bermaksud membatalkan pedang, aku akan segera menghubungi Bengkauw, di mana kami akan menggabungkan diri !"
keinginanku menyimpan pergi bersama kawan2
Demikian juga dengan semangat yang meluap-luap mereka menyatakan hasrat mereka ingin membantu Kwang Tan, kalau saja memang Kwang Tan memerlukannya, untuk melakukan penyelidikan dikota raja.
Tapi, Kwang Tan menyatakan lebih leluasa jika ia dapat berangkat sendiri. Disana memang berkumpul banyak sekali jago2nya Cu Goan Ciang yang memiliki kepandaian sangat tinggi, karena dari itu, ia tidak leluasa untuk melaksanakan tugasnya kalau saja ia tidak sendiri.
Terlebih lagi memang kepergiannya kekota raja hanyalah sekedar untuk melakukan penyelidikan belaka. Dan ia tidak lupa telah menyatakan terima kasihnya kepada Bin Tian Ong berempat, bahwa mereka bermaksud untuk membantu Bengkauw.
Dengan demikian, tentu keempat jago tua rimba persilatan yang masing2 memang memiliki kepandaian tinggi itu, dapat banyak membantu Bengkauw, mereka memiliki banyak sahabat, sehingga mereka bisa bantu memberikan penjelasan kepada sahabat2 mereka dan juga
akan mengajak para sahabatnya itu untuk ikut membantu Bengkauw !
Itulah suatu hasil yang menggembirakan Tan, ia bersyukur para
orang gagah ini hati Kwang bermaksud membantu Bengkauw, tentu Thio Bu Kie Kauwcu akan gembira sekali menyambut mereka.
Dikala itu, Kwang Tan juga menjelaskan. Bengkauw telah berhasil merebut beberapa kota.
Dan kemungkinan besar pasukan Bengkauw akan maju terus guna merebut kota2 selanjutnya.
Sedangkan Khiam Lo Ang mengatakan, ia memang telah mendengar perihal bergeraknya Bengkauw, namun sejauh ini tak tertarik untuk mencampuri urusan politik.
Karenanya, ia hanya mendengar saja dan tidak tertarik untuk menghubungi. Tapi sekarang, setelah bertemu dengan Kwang Tan, justeru ia jadi ingin sekali membantu Bengkauw, ia malah hendak menyumbangkan sisa usia tuanya itu untuk dapat menyumbang tenaganya untuk keperluan Bengkauw.
Dengan demikian juga, pasti ia sahabat2nya, semuanya akan menggabungkan demikian akan akan mengerahkan
di ajaknya buat diri dengan Beng kauw. Tentu dengan membuat mereka gembira sekali, bisa
melaksanakan tugas suci, berjuang untuk menumpas raja lalim dan juga membela kepentingan rakyat jelata!
Bin Tian Ong sendiri, memang juga mengungkapkan jika sebelumnya ia akan mengundurkan diri sebab tawar melihat para tentara kerajaan yang bertindak se-wenang2, dan ia tawar juga- untuk ikut terjun dalam dunia persilatan, maka ia ingin menyimpan senjata namun sekarang, justeru
semangatnya telah timbul lagi untuk membantu perjuangan Bengkauw.
Begitulah, dengan gembira sekali mereka bercakap2, semuanya telah memuji akan kehebatan Kwang Tan. Mereka juga menyatakan perasaan kagum, karena mereka telah lama sekali mendengar akan kehebatan Thio Bu Kie,
Kauwcu Bengkauw itu. Mereka ingin sekali bertemu dengan Kauwcu Bengkauw tersebut.
Dalam keadaan seperti itu, banyak yang telah dijelaskan oleh Kwang Tan. ia mengemukakan betapa luhurnya maksud2 dari Bengkauw, yang berjuang untuk menegakkan keadilan.
Dan juga, ia telah menceritakan beberapa peristiwa mengenai sepak terjangnya tentara kerajaan, juga sikap dari Cu Goan Ciang, Kaisar yang tengah berkuasa itu, yang sebelumnya merupakan bekas anggota Bengkauw juga.
Semua orang gagah itu jadi gusar sekali, mereka beranggapan Cu Goan Ciang sebagai manusia yang tidak kenal membalas budi.
Kwang Tan telah mengucapkan berulang kali rasa bersyukur dan terima kasihnya. Begitulah mereka bertekad, menggabungkan diri dengan Bengkauw. Sedangkan Kwang Tan memutuskan, setelah membantu Bin Tian Ong menghadapi orang2 Ceng Kie Pay, ia akan melanjutkan perjalanan kekotaraja untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh Thio Bu Kie. Kauwcu Bengkauw.
Tidak lama kemudian muncullah Giok Cu sambil ter tawa2. ia berbisik kepada ayahnya. "Akh, anak nakal" ayah itu berseru, Terus ia berpaling kepada Kwang Tan, katanya: "Anakku dan nona Siangkoan
telah meyakinkan ilmu pedang dan cambuk, ada beberapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagian yang belum begitu jelas buat mereka, karena itu mereka ingin meminta Siauwhiap agar mau memberikan petunjuk kepada mereka, sudikah Siauwhiap membantu mereka?"
Kwang Tan hanya tersenyum.
"Tentu!" sahutnya cepat dan segera juga ia ikut Giok Cu keluar. Semua orang gagah itu jadi ber cakap2 dengan gembira, karena mereka benar2 kagum sekali kepada Kwang Tan walaupun usianya masih begitu muda, namun dia gagah
dan memiliki kepandaian yang tinggi sekali, juga sifatnya yang halus dan berdiri diatas keadilan dan membela kebenaran!
Tidak lama kemudian Kwang Tan masuk dengan wajah
berseri2, tangannya mencekal sehelai kertas, Segera ia berkata: "Tian Tiang cu dan Siang Tiangcu, sudikah jiwi menemani aku pergi sebentar ke To-san-cung "!"
Siang Bu segera menduga ada urusan. sedangkan Tian Ong menduga tentu semuanya itu ada hubungannya dengan surat yang ditangan Kwang Tan.
"Apakah bunyi surat itu, Siauwhiap"!" kemudian.
Kwang Tan tidak mau membuka rahasia hubungannya dan kerja samanya dengan kaum Kaypang, karena dari itu perlahan lahan ia merobek hancur surat ditangannya, sambil tertawa ia bilang:
"Tadi, kebetulan saja seorang sahabatku telah memberitahukan bahwa kawanan Bendera Hijau telah mengundang kawan2nya rapat di To-san cung, sebentar malam jam empat! Mungkin mereka hendak merundingkan
sesuatu yang tidak baik untuk pihak kita, oleh karena tanyanya
tentang sahabatku itu hanya seorang diri saja, ia mengirim surat ini kepadaku meminta agar aku menyelidik aksi mereka itu..!"
Tan Go Sun tertawa. "Selama beberapa hari ini aku menganggur saja, aku senang sekali menemani siauw-hiap dan juga tentunya
saudara Siang tidak keberatan pergi kesana!" katanya.
Kwang Tan memberi hormat, ia menyatakan terima kasihnya.
"Silahkan Tiangcu bersiap, mari kita pergi Sekarang." kata Kwang Tan. Dia terus meminta diri, untuk kembali dulu kekamarnya, guna mengambil senjatanya, tidak dilupakan juga topengnya, topeng seperti muka mayat itu.
Tan Go Sun dan Siang Bu bersiap dengan cepat, maka dilain saat bertiga mereka telah meninggalkan rumah Bin Tian Ong.
ooooo)-dw-(ooooo
LETAK To-San-cung lima belas lie dibarat laut Bin Ke Cung, tempat itu memiliki pemandangan alam yang indah, penduduknya cuma kurang lebih tiga puluh keluarga, yang hidup bercocok tanam, ditepi perkampungan itu terdapat sebuah sungai, yang tepiannya berbaris pohon2 Yangliu yang bermain2 diantara siliran sang angin.
Sungai itu berliku2. Sunyi sekali tempat itu, tapi
suasananya sangat menyenangkan, terlebih pula, setiap menjelang magrib, disaat para petani pulang dari sawah ladangnya dan bocah2 angon bercokol dipunggung kerbau mereka sambil meniup seruling, atau diwaktu pagi ayam riuh berkokok dan asap mulai mengepul keluar dari tiap2 rumah.
Salah seorang penduduk To-san-cung bernama Kang In, turunan seorang berpangkat di Kotaraja, yang pulang kekampungnya dengan membeli sawah dan kebun.
Tapi sampai pada warisan kejayaan disitu telah merosot jatuh ditangan Kang In, menurun, Kang In tidak
gemar belajar surat, ia lebih senang belajar silat, untuk bercampur gaul dengan segala buaya darat, sehingga ayahnya mati karena terlalu berduka, ia sampai mati dengan hati tidak puas.
Tapi justeru Kang In jadi girang sekali seluruh warisan telah jatuh ketangannya. Dia juga jadi bebas untuk melakukan apa yang di senanginya tanpa ada orang yang bisa menghalanginya lagi.
Setelah sawah ladangnya habis dijual, untuk hidup berpesta-pora! tinggallah rumahnya belaka, ia terbawa
temannya yang menjadi
anggota Ceng Kie Pay, yang menugaskan ia membantu mengurus cabang Ceng Kie Pay di Khoyu. Karena kedudukannya itu, ia bisa bertindak dan berbuat se-wenang2 kepada semua penduduk, membuat para penduduk menderita, hanya saja mereka mendongkol tanpa
berdaya untuk melakukan sesuatu apapun. Berhubung terjadinya perselisihan antara Ceng Kie Pay dengan Bin Tian Ong, rumah Kang In di jadi kan markas cabang.
Demikianlah, tiga hari sebelum dibukanya panggung Wan Yo Tai, Yo Sian bersama lima puluh kawannya menempati rumah untuk mengatur segala sesuatu, diantaranya untuk menugaskan Khong Su pergi menculik
diantar oleh empat orang lainnya, menanti sambil Giok Cu dan mencuri pedang. Dan kepergian Khong Su kawannya sedang ia
dan bersembunyi ditempat2 yang berdekatan. Celakanya, ia tidak memperoleh kabar berita apa2 lagi dari Khong Su, yang pergi dan tidak pernah kembali. Tanpa ada tanda isyaratnya. Juga lenyap pula keempat kawan Khong Su, sedangkan malamnya, ketika ia mengirim beberapa orangnya, untuk mencari dan menolongi Khong Su, orang2nya itu dihajar Kwang Tan ditengah jalan dan diantar pulang dalam keadaan tertotok jalan darahnya.
Bukan main gusarnya Yo Sian, tapi ia tak berdaya. Besoknya ia mengirim orang lagi, tetapi kali ini orang2nya itu dilabrak oleh orang2 Kaypang, sehingga rusak separuhnya.
Mengerti bahwa Bin Ke Cung terlindung oleh orangorang liehay, Yo Sian segera muncul secara berterang dimuka panggung luitay, ia cerdik, ia tidak sembarangan bertindak, ia berharap bentroknya orang lain dengan Bin Ke Cung, sehingga ia nanti menyerbu Bin Ke Cung untuk
merebut hasil tanpa bekerja berat.
Karena kecerdikannya itu, ia telah memperoleh kepercayaan sepenuhnya dari Oey Tiam Su, ketuanya.
Yo Sian telah memesan orang2nya, tanpa isyarat darinya, mereka tidak boleh sembarangan turun tangan, ia terkejut dan heran ketika menyaksikan Siauw Cit Liang dan Ban Un Sie terluka senjata rahasia.
Diwaktu itu ia masih belum tahu bahwa Souw Kong Bun dan lainnya telah kena ditawan, Jika tidak, kagetnya pasti akan lebih besar lagi.
Hanya saja ia telah memperoleh fisarat, hati kecilnya jadi tidak tentram, Karena itu, ia segera memikirkan satu akal. Untuk itu ia mengajak bekerja sama sejumlah orang ditetarap barat, ialah orang2 yang bukan anggota partainya.
Demikianlah malam ini jam empat, mereka berkumpul di To-san cung, untuk mengatur dan merundingkan cara kerja mereka. Apa mau, maksud dan rencana mereka itu telah diketahui kaum Kaypang, maka Kwang Tan segera dikisiki dan pemuda ini segera juga pergi menyatroni perkampungan itu dengan mengajak Tan Go Sun dan Siang Bu.
Di ruangan besar dari rumah Kang In telah berkumpul Yo Sian semua. Api dipasang terang benderang, suasana didalam ruangan tersebut, walaupun yang tengah
berkumpul tidak sedikit,
tetap sunyi, disitu berkumpul kurang lebih delapan puluh orang, Tepat pada waktu nya, Yo Sian mengangkat tangannya, lalu mulai bicara. "Semua cianpwe dan semua rekan2!" katanya nyaring, "Pasti kalian telah mengetahui apa sebabnya sehingga terjadi Bin Tian Ong hendak menutup diri dan membangun
panggung Wan Yo Tai. itulah karena ia menentang partai kami. Kitapun, tidak dapat mundur lagi, karena memang kami telah bertekad bulat untuk memperoleh pedang milik orang she Bin tersebut!" ia pun kemudian menunjuk kepada Kang Sun Bang, barulah kemudian berkata lebih jauh.
"Itu adalah Kang Sun Beng, ketua dari Gwa Sam Tong kami. ia telah ditugaskan ketua kami untuk mendapatkan pedang dan orang Maka kalau besok lusa ia naik keatas panggung, aku minta kalian mau mengalah terhadapnya. Untuk bantuan kalian itu nanti partai kami akan membalas budi, Bagaimana pendapat kalian "!"
Dikala Yo Sian menegasi seperti itu, diatas rumah terdengar suara tertawa dingin, ia kaget sehingga wajahnya itu berobah hebat.
Tidak sedikit orang yang berkumpul ditempat itu, mendengar suara tertawa tersebut. Sebat luar biasa, Yo Sian mengibaskan tangannya mengebut padam api penerangan, terus ia melompat keluar dari jendela, disusul oleh yang lain-lainnya. Tiba diluar, ia terus melompat keatas genting.
Rembulan sudah doyong kebarat, sinarnya mulai guram, tapi diatas genting itu, orang masih dapat melihat segala apa dengan jelas.
Hanya saja disitu tidak ada seorang lainnya, keadaan sunyi sekali. Heran bukan main Yo Sian, ia memikir, mungkin juga orang yang telah memperdengarkan tertawanya itu lihay sekali.
"Hu Pangcu, dapatkah kau melihat sesuatu ?" Tanya Kauw Bin, dari Pak To San. ia mendampingi Yo Sian bersama2 Gu Beng dari Hoa San Pay serta Lung Kiang dari Kwan-gwa.
Yo Sian menggelengkan kepalanya. "Segala kurcaci, buat apa saudara Yo melayaninya!" nyeletuk Gu Beng, sambil tertawa dingin. "Tentu dia sudah melarikan diri cukup jauh! Kalau tidak, biarlah dia merasakan jeriji sakti dari aku siorang she Gu!"
Belum lagi berhenti suaranya Gu Beng, di ujung bara genting itu terdengar suara tertawa tadi, hanya kali ini, terdengarnya sangat jelas sekali.
Bagaikan kilat cepatnya, tubuh Gu Beng telah mencelat maju. iapun membentak: "Tikus busuk, mengapa kau tidak mau memperlihatkan dirimu?"
Dari arah barat itu terlihat sesosok tubuh mencelat memapaki, dibarengi tertawa dingin dan bentakan: "Kau turunlah!"
Gu Beng kaget sekali, Terpaksa, ia melompat kesamping. Masih dapat ia bersyukur, karena ia masih dapat lolos dari serangan orang tidak dikenal itu, yang telah memisahkan dirinya kurang lebih sepuluh tombak, Tapi ia mendongkol.
Dulu, belum pernah ia diserang orang secara demikian, Maka ia segera maju pula. Akan tetapi dengan cepat orang itu sudah menghilang.
Yo Sian sangat cerdas, segera ia dapat menduganya bahwa ia berada dengan musuh ditiga penjuru, Maka bersama2 kawannya ia memecah diri, untuk mendekati mereka itu.
Segera ia merasakan bahwa iapun tengah dipermainkan, sebab musuh yang tidak dikenal itu, bagaikan bayangan, kesana kemari, selalu menyingkir dari kepungan.
Waktu itu diluar rumah terlihat dua sosok bayangan tubuh yang langsing, mereka bergerak sangat lincah, mereka dipergoki oleh pihak tuan rumah, dan segera
dihadang untuk diserang Mereka tidak takut, terus melakukan perlawanan.
Kedua bayangan itu masing2 memakai topeng hitam,
senjata mereka adalah senjata yang panjang dan lunak, dibawah sinar rembulan yang guram, senjata mereka itu bergerak-gerak bagaikan ular licin.
Dipihak tuan rumah, empat orang telah rubuh saling susul. Justeru itu, diantara mereka terdengar teriakan: "Dua orang wanita! Bekuk mereka hidup2."
Kedua orang itu membentak, suara mereka nyaring, mengikuti itu mereka menyerang dengan terlebih hebat, sehingga mereka tidak dapat dirangsek.
Tapi dengan begitu, mereka tidak dapat merusak kepungan, Sebaliknya, lantas terlihat gerakan mereka menjadi perlahan.
Diantara pengepung terdapat juga yang mengumpat caci, sehingga suara mereka jadi berisik sekali. Dikala kedua wanita itu terkurung hebat, mendadak disitu muncul sesosok bayangan fajar dan dengan cepat orang melihat nyata mukanya yang pucat dan menakutkan, tidak miripnya muka manusia biasa, seperti muka mayat
hidup, membuat hati semua orang yang melihatnya jadi ciut nyalinya dan kecil hatinya.
Bayangan itu menyerang keras sekali. Dia juga segera dapat merubuhkan tujuh atau delapan orang lawannya. Melihat bayangan tersebut, kedua wanita itu kaget dan girang. "Kwang ...." mereka berseru, tapi segera berhenti suara mereka, Tanpa mereka merasa mereka dihampiri, untuk dibekuk masing2 dengan sebelah tangan orang itu, untuk dibawa menyingkir.
Cuma dengan beberapa lompatan, mereka sudah hilang dari delapan para pengepung itu. Kedua wanita itu bukan lain dari Giok Cu dan Lin Eng. Mereka mengetahui kepergian Kwang Tan bertiga, lantas
mereka menyusul. Jika mereka minta ikut dengan berterang, pasti mereka ditolak.
Mereka sama2 membekal cambuk! Diluar pekarangan, mereka terlihat oleh para penjaga, mereka dibiarkan lewat. Tapi orang itu segera lari melaporkan kepada Bin Tian Ong.
Gesit kedua gadis itu, mereka dapat mengikuti Kwang Tan bertiga. Mereka heran mereka tidak menghadapi mengutarakan kecurigaannya pada Giok Cu, Mustahil musuh tidak mengadakan penjagaan"
waktu tiba di To-san-cung. suatu rintangan, Lin Eng
"Lihat, enci, apa itu?" kata Giok Cu menunjuk, sebelum ia menjawab. Lin Eng segera menoleh, maka ia melihat dibawah sebatang pohon Yangliu, rebah dua sosok tubuh manusia. Ketika nona Bin dan nona Siangkoan itu mendekati mereka memperoleh kenyataan kedua orang itu dalam keadaan
tertotok urat gagunya.
Mereka itu rebah tanpa berkutik. Kedua mata mereka dipentang lebar-lebar.
"Pasti dia yang menotoknya!" kata Lin Eng tertawa, "Adikku, mari kita maju terus, tidak usah kita berkuatir lagi."
Giok Cu menurut, maka itu mereka maju terus. Mereka tiba dipekarangan rumah Kang In disaat kawanan Ceng Kie Pay itu
Kwang Tan bertiga, yang
tengah dibikin pusing oleh
sengaja bergerak2 mirip bayangan, untuk mengacaukan kawanan Bendera Hijau tersebut. Mereka kena dipergoki dan itu mereka dicegat dan dikepung.
Kewalahan mereka memecahkan kepungan. Kwang Tan telah memancing Yo Sian pergi jauh, lantas ia lari mutar, guna menemui Tan Go Sun dan Siang Bu, justeru disaat kedua gadis itu tengah dikurung dan terancam.
Maka ia segera menyerbu kedalam gelanggang, untuk menolongi mereka, sebenarnya ia mendongkol untuk kesembronoan kedua gadis tersebut, yang menempuh bahaya tanpa ada perlunya, ia sendiri hanya bermaksud mengacau belaka.
Dicekalnya sigadis oleh Kwang Tan, kedua nona itu tidak mengadakan perlawanan bahkan mereka membikin kaku tubuh masing2 sehingga gampang sekali mereka dibawa lari. Segera mereka tiba di tepi sungai, jauh dari rumah Kang In.
-ooo0dw0ooo Jilid 29 "NONA... hati kalian besar sekali!" kata Kwang Tan, setelah melepaskan cekalannya. "Kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, bagaimana aku dapat bicara dihadapan orang tua kalian ?"
"Kami datang sendiri, dapatkan kau mencampur tahu tentang kami"!" balik tanya Lin Eng keras.
Si nakal ini membawa kenakalannya, walaupun sesungguhnya seperti Giok Cu, hatinya senang dibawa berlari2 pemuda itu.
Tanpa merasa Kwang Tan tertawa.
"Benar2 anak ini berandalan." pikirnya kemudian "Apa memang tabiat mereka gemar mengacau?" Karena itu ia segera ingat betapapun juga, ia masih memiliki tugas berat dan tidak bisa ia ber cinta2an dulu memikirkan urusan mereka.
"Jika aku tidak mencampurinya, lalu siapakah?" ia menjawab sambil bertanya, diiringi tertawanya perlahan. Bukannya gusar, Lin Eng malah tertawa lebar.
"Siapa juga tidak berhak mengurus kami" Giok Cu bilang, "Kau juga tidak berhak!"
"Tidak berhak?" tanya sipemuda masgul, "Bagaimana seharusnya baru berhak!"
itu tidak menjawab, sebaliknya mereka Kedua gadis tertawa.
Kwang Tan teringat kepada sesuatu.
Diwaktu itu, Siang Bu dan Tan kewalahan, Setelah berpikir sejenak, ia Go Sun belum lagi datang menyusul maka sipemuda berkata: "Nona, kalian berdua tunggu disini, aku ingin menyambut saudara Siang
dan Tan. Jika kalian tidak
pergi dari sini, nanti aku mengajari kalian suatu kebiasaan lainnya, ilmu yang tinggi, bagaimana, kalian akur"!"
Kedua gadis itu tampaknya sangat girang.
"Benarkah?" tanya mereka cepat, "Baik, janganlah kau salah janji. jika tidak, jangan salahkan kami!"
"Benar kalian jangan kuatir, aku tidak akan salah janji!" jawab Kwang Tan. Atas jawaban itu, Lin Eng tertawa perlahan sekali.
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kwang Tan pun tertawa, tapi ia lantas pergi.
Hati nona Siangkoan tergerak menyaksikan kegesitan pemuda tersebut.
"Dia benar2 gagah luar biasa!" pikirnya. "Entah bagaimana perasaan dia setelah dia mendapatkan mutiara dan sapuku, Ohhh kau tahu.,.bagaimana aku kagum sekali kepadamu!"
Giok Cu pun berpikir serupa, matanya terus mengawasi, walaupun tubuh orang itu telah lenyap ditempat gelap.
"Dia hebat sekali, asal saja aku bisa mendapatkan separuh saja kepandaiannya, tentu aku bisa merantau dan menjagoi dalam dunia Kangouw." Demikian katanya didalam hatinya. "Semoga harapanku ini tidak kosong !"
Akhirnya berdua mereka menghela napas
Mereka berdiri diam saling mengawasi, Cuma sejenak, mereka tertawa sendirinya. Lantas mereka duduk ditanah, untuk menantikan sipemuda yang mereka kagumi itu
Waktu Kwang Tan tiba dirumah Kang In, disana Siang Bu dan Tan Go Sun terlihat tengah dikepung, karena musuh main mencaci, mereka membalasnya memaki.
Ia tidak lantas menyerbu, ia lompat naik kesebatang pohon dipinggir rumah tersebut, tempat menjemur gandum. Diluar dugaan, diatas pohon itu terdapat penjahat yang bertugas menjaga. Dia melihat orang datang, segera menyerang. Syukur Kwang Tan awas, ia mendahului menotok, sehingga orang itu segera berdiam diri saja, mata
dan mulutnya terbuka lebar, tubuhnya bergoyang-goyang mau jatuh.
Jika saja Kwang Tan tidak mengulurkan tangannya mencekal bajunya, tentu dia akan terguling jatuh, Tapi Kwang Tan tidak memperdulikannya lebih jauh, terus juga
ia menempatkan dirinya disalah satu cabang. ia ingin sekali menyaksikan kegagahan Siang Bu dan Tan Go Sun.
Segera terdengar kata2 mengejek dari Yo Sian: "sungguh aku tidak menyangka bahwa tuan-tuan Siang dan Tan yang terkenal diutara, telah datang berkunjung kemari dengan
membawa sikap bangsa kurcaci, jika tuan-tuan berbicara dengan orang-orangku, pasti nanti aku mengatur barisan untuk menyambut kedatangan kalian!
"Hemmm, Bin Tian Ong mengadakan upacara menutup pedang dan membuka panggung pertandingan untuk mengikat tali persahabatan, siapa pun dapat datang disana,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ maka perbuatanmu mengacau di To-san-cung bukanlah maksudnya Bin Taihiap itu!
ini pasti Sekarang kalian bilanglah, apa keinginan kalian aku akan mengiringinya! Tempatku ini tidak dapat menerima kalian datang dan pergi sekehendak hati kalian !"
"Orang she Yo, jangan tekebur!" teriak Siang Bu tertawa lebar, "Bukankah To-san-cun bukan milikmu" Jika aku siorang tua, aku suka datang kemana saja, aku akan pergi kesitu. Mana dapat kalian merintangi aku" Tentang maksud kedatangan kami ini, tidak usah aku menjelaskan lagi. Kau tentunya telah mengetahui baik sekali!
"Satu hal ingin aku jelaskan, Khong Su dan lainnya, jumlahnya dua-puluh orang lebih, yang kalian utus, tidak usah kalian kuatirkan Mereka berada dalam keadaan baik2 saja di Bin Ke Cung, tengah dilayani oleh kami dengan baik sekali, nanti setelah beres pertandingan dan selesai pibu diatas luitai, kami akan menggotongnya keluar.!"
Untuk sejenak Yo Sian melengak. Kata2 Siang Bu berarti orang2nya telah kena dibekuk ia jadi malu dan gusar. Akan tetapi ia tertawa terbahak-bahak.
"Sahabat baik, kalian mengantarkan diri kalian masuk dalam jaring, maka dari itu, marilah aku siorang she Yo juga menggiring kalian pergi!" katanya mengejek.
Siang Bu mengerti pertempuran dahsyat tidak dapat dihindarkan lagi. Dan juga bahwa dirinya tengah terancam bahaya, ia heran mengapa Kwang Tan belum juga datang.
Tan Go Sun mengerti juga bahaya, ia telah mempersiapkan goloknya.
Yo Sian habis sabar. ia mau segera maju, tapi seorang disampingnya telah mendahuluinya, sambil kata orang itu: "Yo Hu-pangcu, biarlah kali ini aku Lung Kiang yang menyambutnya!" terus ia maju kedepan Siang Bu, ia memberi hormat sambil berkata:
"Telah lama aku mendengar nama tuan dipeternakan Ghar-har Utara, sekarang kita bisa bertemu disini, aku girang sekali. Aku Lung Kiang, aku minta sukalah kau
memberikan pelajaranmu..!"
Siang Bu mengawasi orang itu, yang berusia lebih kurang empat puluh tahun, ia ingin menduga orang itu mahir tenaga dalamnya, hanya saja ia tidak kenal padanya, ia tinggal di Kwan-gwa bersama Tan Go Sun, ia tidak kenal orang ini yang baru menjagoi selama tujuh atau delapan tahun.
Tapi ia membalas hormat, sambil tertawa ia bilang: "Engkaulah tuan rumah, tuan Lung, silahkan kau yang mulai!"
Lung Kiang menyahuti: "Baiklah!" sambil dia maju terus maju menyerang kedada. Siang Bu mendongkol atas kesombongan orang, ia menggeser tubuhnya kekiri, dikala dengan tangan ia menangkis tangan kirinya balas menyerang dengan tipu
silat "Dua Ekor Naga Berebut Mutiara" dua jari tangannya meluncur kearah mata, inilah gerakan yang membuat ia dapat gelarannya sebagai jago yang memiliki Tangan Sakti.
Lung Kiang bukan main kagetnya, karena ditangkis, tubuhnya kena ditangkis, tubuhnya kena tertolak, maka atas datangnya serangan kepada matanya, cepat2 dia berkelit. Tapi ia tidak takut, Kembali ia menyerang lagi. Tetap dengan tangannya.
Kali ini Siang Bu tidak mau memberi hati lagi, ia telah mengetahui baik tenaga lawannya itu, ia lantas mendahului.
Dengan melompat ia menyerang dengan kedua tangannya.
Itulah pukulan "Sin Liong Tiauw Bwee" atau Naga Sakti Menggoyangkan Ekor. Dengan mendengarkan suara "Dukkk" maka dada Lung Kiang kena terhajar tubuhnya terus rubuh terkapar dan tidak bergerak lagi.
Gu Beng lompat menghampiri Lung Kiang, untuk membalik tubuhnya sehingga ia melihat darah mulai keluar dari mata, hidung, mulut dan telinganya. Yang telah menjadi setengah mati.
Itulah berarti, andaikata ia dapat hidup, Lung Kiang akan ludas ilmu silatnya, walaupun demikian, ia segera memasukkan sebutir pil kedalam mulut kawannya itu. Barulah kemudian ia melompat kedepan Siang Bu, untuk mengatakan dengan suara dingin:
"Sungguh Siang Bu merupakan seorang yang liehay! Jika malam ini kau lolos dari tanganku, aku Gu Beng, bersumpah tidak sudi menjadi manusia lagi.!"
Gu Beng memang merupakan seorang tokoh rimba persilatan yang cukup menggetarkan rimba persilatan dengan kepandaiannya yang tinggi dan tangannya yang telengas,
Waktu itu Kwang Tan telah berpikir: "Dengan cara seperti itu, kapan pertempuran tersebut akan berakhir " Kedua gadis itu tengah menantikan sebentar juga akan muncul sang fajar, Juga langit akan segera terang
benderang, lebih baik aku perintahkan mereka mundur !"
Pertempuran sementara itu sudah berlangsung, Gu Beng menyerang, Siang Bu menyambuti. Orang she Gu itu tidak sudi dihina.
Dia merasakan betapa sakit hati kawannya perlu dibalas, ia memang lihay, begitu ia menyerang seketika ia menyerang dengan hebat sekali.
Sedangkan Siang Bu juga tidak berdiam diri, ia telah melayaninya dengan baik, Walaupun memang ia merasakan betapa jari tangan lawannya terlalu lihay dan ia
agak terdesak, namun Siang Bu terus juga melayaninya dengan tidak gentar.
Tidak ada niat Kwang Tan untuk menyaksikan lebih lama, ia mengangkat tubuh korbannya, yang disandarkan dan dibiarkannya rebah diatas pohon, kemudian dia
melemparkannya jauh kepada Gu Beng.
Gu Beng yang sedang menerjang waktu itu jadi terkejut bukan main, sebab menyambarnya angin yang kuat sekali, dengan segera ia melompat mundur tiga tindak jauhnya dan matanya dipentang lebar, ia melihat sesosok tubuh
meluncur kearahnya,
ia menduga kepada musuh. Ia memapaki dengan kedua tangannya. Tubuh itu kena dihajar telak sekali.
Segera terdengar suara perlahan dari mulut orang itu, yang segera rubuh ketanah, Baru sekarang, setelah tubuh itu tidak berkutik lagi, Gu Beng mengenali, orang itu adalah ketua cabang Bendera Hijau bernama Suo Lay, maka dengan sendirinya ia jadi kaget, sampai ia melengak tertegun ditempatnya.
Justeru waktu itu dari atas pohon terdengar suara siulan yang panjang dan nyaring, dibarengi melompat turunnya seseorang yang mukanya luar biasa sekali. Melihat muka orang itu, hati orang tentu akan ciut, karena muka itu mirip muka malaikat Pek Bu Siang yang bengis dan menakutkan sekali.
Tapi tidak demikian dengan Siang Bu dan Tan Go Sun, mereka bahkan girang bukan main, karena mereka segera mengenali dan mengetahui orang dibalik topeng itu tidak lain adalah Kwang Tan sehingga hati mereka jadi lega.
"Siluman apa berani main gila didepan Gu Beng?" Gu Beng telah menegur dengan bengis, ia bertindak dengan langkah perlahan malah menghampiri Kwang Tan, "Kau harus mengganti jiwa ketua cabang kami!"
Ia mendongkol dan menyesal berbareng mengaduk-aduk menjadi satu didalam hatinya. Karena ia tidak menyangka ada musuh bersembunyi diatas pohon itu, malah ia
menyesal, sebab ia harus membinasakan orang sendiri lantaran kesembronoannya.
Karena itu juga, setelah menegur, ia segera maju
menerjang, Tidak usah di jelaskan lagi, bahwa ia telah mempergunakan sepuluh jari tangannya yang amat lihay sekali dan mempergunakan tenaga sepenuhnya.
Manusia bermuka aneh menakutkan itu tidak mundur, tepat ketika tangan yang kuat akan mengenai tubuhnya, mendadak tangannya diangkat, dipakai menyambar kelengan.
Gu Beng kaget tidak terhingga, sampai ia berseru tertahan, mulutnya dibuka lebar, matanya mencilak, dikeningnya segera terlihat peluh keluar berketel-ketel, ia berdiam saja, tidak bisa bergerak.
Semua orang jadi berdiam diri. semua heran dan kagum, Gu Beng sangat lihay dan dapat ditundukkan hanya dalam satu gebrakan saja! Benar! Yo Sian tidak terkecuali heran dan kaget, sampai membuat ia berdiri menjublek.
Sedangkan orang aneh dengan muka yang menyeramkan itu tertawa dingin, "Jadi, yang bernama Gu Beng adalah engkau"," kata orang bermuka menyeramkan itu. "Aku mendengar memang ilmumu sangat liehay, bagaimana sekarang "!"
Gu Beng diam saja, mukanya pucat. Ia gusar namun tanpa berdaya, ia ingin bicara, tapi batal, ia beranggapan percuma saja ia membuka suara. Tadi ia tidak dibokong,
bahkan ia tengah menyerang secara mendadak, setengah membokong.
"Aku tidak sangka sama sekali bahwa Gu Beng yang terkenal akan kegalakannya dan bengisnya, disamping sangat telengas dan kejam, tidak tahunya sekarang ini tidak
punya guna, hanya merupakan gentong nasi belaka!" mengejek orang aneh itu.
"Tapi aku ingin mengingatkan kepadamu, bahwa baru kali ini kau berbuat kurang ajar terhadapku. Masih mau aku memberi pengampunan Nah, pergilah kau !"
Ketika cekalan pada nadi tangannya dilepaskan, tanpa ia dapat menahan lagi, Gu Beng harus membiarkan tubuhnya terhuyung dan rubuh tiga tombak. ia pun mendengar tulang-tulang dan ototnya pada berbunyi ia jadi kaget sekali.
Itu berarti musnahlah semua kepandaian dan ilmu silatnya, bahwa ia telah menjadi seorang manusia bercacad, Maka habislah sudah waktu dan kesempatannya untuk menuntut balas. Tidak ada jalan lain, ia segera ngeloyor pergi meninggalkan tempat itu!
"Mari kita pergi!" kata orang aneh itu kepada Siang Bu dan Tan Go Sun, ia tertawa, lalu melangkah kepada kedua kawannya itu.
Walaupun bagaimana Yo Sian toh gusar bukan main, sehingga ia jadi berani nekad. Tidak bisa ia membiarkan
orang pergi dengan cara nya seperti itu, Mendadak ia melompat menyerang sambil berteriak: "Siluman,aku akan mengadu jiwa dengan kau!"
"Kau ingin mencari mampus?" orang aneh itu menegur, tanpa menoleh lagi, terus juga ia berkelit.
Yo Sian menyerang tempat kosong, tangan nya meluncur terus bersama tubuhnya. Dikala begitu, tubuhnya itu segera ditepuk, sehingga ia ngusruk, membentur pada sebatang pohon didepannya. Bukan main sakit pada kepalanya itu, rasanya mau pecah, Matanya juga kabur.
"Yo Sian, aku memperingatkan padamu!" kata orang itu bengis, "selanjutnya tidak dapat kau membiarkan orang2mu main gila lagi Tidak dapat mereka menimbulkan gara2! jika tidak, hemmm Gu Beng adalah contohnya!"
Setelah berkata, ia segera berjalan pergi, diikuti oleh Siang Bu dan Tan Go Sun.
Dengan memaksakan diri, tampak Yo Sian merayap bangun. Jika tadi ia mendongkol dan juga amat marah, tetapi sekarang otaknya menjadi dingin, sehingga ia dapat berpikir lebih baik:
"Bin Ke Cung dibela oleh orang2 liehay seperti dia, percumalah seluruh usahaku! Tidak dapat tidak, harus memberitahukan kepada Pangcu agar pangcu datang sendiri kemari...!"
Karena itu, ia segera perintahkan orangnya melepaskan isyarat tanda urusan penting. Kwang Tan berjalan terus, sampai ditepi kali, ia tertawa dan berkata kepada kedua kawannya: "Tan Tiangcu dan Siang Tiangcu, tahukah kalian bahwa kedua bocah yang nakal telah ikut datang kemari?"
Tan Go Sun kaget, demikian juga Siang Bu.
"Mereka datang "!" serunya, "Ohhh, benar-benar mereka sembrono sekali !" Kwang Tan menunjuk kedepan, ia tertawa.
"Lihatlah, bukanlah itu mereka ?" tanyanya.
Siang Bu dan Tan Go Sun menoleh. Sekarang dia melihat Lin Eng dan Giok Cu, yang tengah duduk digili2 sawah dan ber cakap2 riang sambil tertawa-tawa.
"Akh... kedua bocah itu benar-benar nakal sekali!" menggumam Siang Bu.
Setelah berkata begitu, Siang Bu tidak dapat meneruskan perkataannya, ia menoleh kepada Kwang Tan, untuk katanya, "Kwang Siauwhiap, jika kau tidak datang, pasti kami berdua akan kehilangan jiwa di To san-cung....!"
Kwang Tan tertawa.
"Syukur sang fajar mendatangi, kalau tidak, tidak dapat aku bekerja!" dia bilang merendahkan diri, "Tan Tiangcu, dan Siang Tiangcu, setelah aku menyaksikan kepandaian kalian, maka sekarang aku pun ingin sekali sesungguhnya menyaksikan beberapa macam kepandaian lainnya dari kalian berdua !"
Waktu itu, tampak Lin Eng dan Giok Cu dikagetkan oleh suara tertawa mereka, segera juga kedua gadis itu telah melompat berdiri dengan lincah.
Kwang Tan mengajak kedua kawannya melintasi sungai,
untuk menghampiri kedua gadis itu, yang sebaliknya juga lari menghampiri mereka. Segera juga mereka mengawasi sipemuda, tidak memperdulikan pada waktu itu Kwang Tan memakai topengnya dan tampak menakutkan, bahkan Giok Cu menjadi berani, ia mengulurkan tangannya untuk
meloloskan topeng itu, sambil ia bilang: "Buat apa memakai topeng ini" Bukan ini akan membuat orang mati karena ketakutan?"
Kwang Tan meluncurkan tangannya merampas pulang topengnya.
"Nakal! Sungguh nakal!" katanya, tersenyum.
"Ya, anak, kau terlalu nakal!" kata Sian Bu
"Apa yang terlalu nakal?" membantah si gadis, tapinya tertawa.
Siang Bu tertawa, sedangkan Tan Go San tersenyum. Mereka berdua tidak memberikan komentar lagi, sedangkan Lin Eng telah ikut tertawa. Diwaktu itu, sang fajar telah mendatangi, Kwang Tan memandang kelangit.
"Mari kita pulang...!" ajaknya, "Bin Cungcu pasti tidak tidur semalaman suntuk!"
Segera juga mereka berlima berangkat meninggalkan tempat itu dengan segera, dan ketika mereka tiba diperbatasan dimulut kampung, dimana ada beberapa orang penjaga merpati, kampung, mereka telah melepaskan burung untuk memberitahukan kepada cungcu mereka
akan kedatangan Kwang Tan berlima. Maka setibanya mereka dirumah Bin Tian Ong, tampak Bin Cungcu bersama Khiam Lo Ang tengah duduk menantikan Memang mereka itu berdua tidak tidur, mereka terus menunggu.
Waktu itu Giok Cu tampak berduka, ia hampir menangis. Melihat puterinya seperti itu yang tampaknya harus dikasihani, maka sikap Tian Ong tidak guram seperti semula, ia gusar karena anaknya itu telah pergi secara diamdiam.
Khiam Lo Ang tertawa dan berkata: "Setelah kita mendapat kabar bahwa kedua bocah nakal ini pergi, Bin Laote mau segera menyusul sendiri, tapi aku telah dapat mencegahnya.
Karena dengan adanya Kwang Siauwhiap tidak perlu kami berkuatir, Aku juga mengatakan, tanpa membiarkan
mereka merasakan sedikit kesulitan, mereka tentu tidak akan tahu rasa, Lagi pula, anak perempuan itu terlahir untuk pihak luar, biarlah mereka dibiasakan pergi seorang diri. Bukankah jika nanti mereka menikah, mereka tidak dapat dijagai terus?"
Mendengar perkataan Khiam Lo Ang seperti itu, Siang Bu dan Tan Go Sun tertawa lebar. Kwang Tan sebaliknya telah berobah wajahnya menjadi bersemu dadu memerah. ia bilang.
"Akh, locianpwe jail sekali..."
Muka Lin Eng pun berobah merah tapi hatinya senang, ia bilang dalam hatinya: "Tua bangka she Khiam ini memiliki mata yang sangat tajam sekali, cara bagaimana ia bisa mengetahui bahwa Giok Cu dan
Kwang Siauwhiap"
Aku harap saja aku mengagumi sekalian ia bisa usahakan agar kami berdua menuntut pelajaran silat dari Kwang Siauwhiap..."
Segera juga ia melirik kepada Giok Cu, ia merasakan Giok Cu berperasaan sama seperti ia sendiri.
Giok Cu pun melirik kepada kawannya, segera mereka sama2 tersenyum, tapi ia likat, ia mengeluarkan sapunya, untuk menutupi mulutnya.
Tiang Ong tertawa senang hatinya.
"Khiam Laoji, kau gemar bergurau!" katanya, setelah itu ia tanya kepada Siang Bu dan Tan Go Sun, bagaimana kesudahannya dengan kepergian mereka tadi.
Senang sekali Siang Bu menjelaskan. Dengan gembira dan bernafsu ia menceritakan pengalaman yang telah dialaminya selama di To san-cung. Dimana Kwang Tan
telah mempertunjukkan kegagahannya.
Selama Siang Bu bercerita, bungah dan bangga hati Lin Eng dan Giok Cu, hampir tidak hentinya mereka mengawasi Kwang Tan.
"Jika kawanan bangsat itu mau naik dipanggung dengan mempergunakan siasat," berkata Khiam Lo Ang, tertawa, "Baiklah, nanti aku naik dan menghajar mereka terjungkel dari atas panggung!"
"Hebat kau, Khiam Laoji !" kata Tian Ong tertawa, "Orang naik ke panggung untuk merebut jodoh, tetapi kau hendak menghajar orang !"
"Bukannya begitu, saudara Bin, aku hanya sangat sebal terhadap mereka !" menyahut Khiam Lo Ang.
Pembicaraan mereka terhenti, karena munculnya seorang penjaga yang datang secara ter gesa2, segera melaporkan bahwa diarah To-san-cung tampak isyarat meluncur kembang api lima warna.
Tian Ong mengundurkan memberi isyarat agar orangnya itu diri. Setelah mana ia berkata sambil
tertawa: "Tidak lebih tidak kurang karena merasa tidak akan ungkulan, mereka telah meminta bala bantuan! Biarlah, kita boleh menantikan mereka."
Khiam Lo Ang berdiam diri saja, tampaknya ia berpikir keras. Sedangkan Lin Eng bersama Giok Cu masih menatap kepada Kwang Tan dengan sinar mata yang memancarkan kekaguman luar biasa. Malah Lin Eng tampaknya agak gelisah, Kwang Tan dilihatnya begitu tenang.
"Kwang Siauwhiap," sapanya "Bukankah tadi kau menjanjikan kepada kami, akan mengajarkan sesuatu "!" "Ya, Kwang Siauwhiap, janganlah kau menyangkal!" Giok Cu pun tertawa, Khiam Lo Ang memandang kepada kedua gadis itu, dia geleng2kan kepala sambil tertawa.
"Ohhh, bocah2 nakal!" katanya kemudian, "kau menyebut2 Siauwhiap, tidakkah itu berbau asing" Kalian seharusnya menyebut dengan panggilan Kwang Toako! Kalau tidak, tidak nantinya kalian diajari ilmu silat !"
Belum lagi berhenti suara orang tua itu, ia sudah diserbu kedua gadis tersebut.
"Ohhh! Ohhh !" Khiam Lo Ang tertawa terpingkalpingkal. "Siauwhiap cepat kau mengajari mereka, nanti tulang-tulang tuaku yang sudah rapuh ini dipatahkan mereka."
Bin Tian Ong segera menegur puterinya, "Anak Cu, jangan kurang ajar!" katanya.
Kedua gadis itu berhenti, muka mereka berobah merah, Kwang Tan segera datang sama tengah.
"Nona, kalian ingin belajar apa?" tanya nya kemudian, sabar dan tenang.
Lin Eng menyingkap naik rambut dikeningnya ia tertawa.
"Aku ingin diajari kepandaianmu yang di perlihatkan ditaman belakang itu, yang dipakai menangkap tangan Gu Beng seperti ceritanya Tan Locianpwe." ia menyahuti, "Tentang adik Giok Cu, ia ingin mempelajari apa, kau tanya sendiri saja kepadanya." Dan Lin Eng tertawa lagi.
"Aku" Aku ingin belajar seperti yang kau minta, encie." kata Giok Cu cepat dengan gembira dan tertawa.
Waktu itu, keduanya tidak malu-malu lagi, bahkan mereka telah bicara dengan polos sekali.
Kwang Tan tertawa didalam hatinya. "Hemmm, besar sekali hati mereka ini!" pikirnya, "Kepandaian itu kecuali kakek guru dan juga guruku,
hampir tidak ada yang bisa mempelajari, sedangkan suhengku, Ban Tok Kui juga masih tidak bisa mempelajarinya !" Segera juga Kwang Tan bilang: "Aku telah memberikan janjiku, tidak nantinya aku menyangkal! Tentang kedua macam ilmu kepandaian yang kalian minta itu, aku mau
mengajarinya, hanya itu sulit sekali, kecuali waktunya lama, sampai lima tahun, juga setelah dapat dipahami orang masih harus berlatih terus, tidak dapat dia tidak segera keluar pintu.
Maka aku melihat, lebih baik begini saja. Lebih dulu aku akan mengajari pokoknya pelajaran, yang dapat segera digunakan Bagaimana" Apakah kalian setuju "!"
Kedua gadis itu mempercayai keterangan itu, mendengar waktunya sampai lima tahun, mereka mengulur keluar lidah mereka.
"Baik!" kata Lin Eng. "sekarang kau mengajari aku apa saja yang kau rasa baik! Asal nanti kau jangan melupakan janjimu akan mengajarkan kami juga kedua macam ilmu itu!"
Kwang Tan tertawa.
"Pelajaran ini tidak dapat didengar oleh telinga yang keenam, maka marilah kalian ikut aku !" katanya, yang mengajak kedua gadis itu pergi ketaman, ia pun segera meminta diri kepada Bin Tian Ong dan semua yang lainnya.
Orang2 tua itu mengawasi sampai sipemuda lenyap, barulah Siang Bu menggeleng2 dan berkata: "Semalaman suntuk kita tidak tidur, sekarang masih ada waktu satu jam, mari kita beristirahat dulu !"
Tian Ong semuanya akur dan setuju dengan usul dari sahabat mereka yang seorang itu, mereka segera mengundurkan diri.
Setengah jam kemudian, dari luar Bin Ke Cung datang isyarat beruntun2 tentang mulai berdatangan sekalian tamu, maka Tian Ong mengatur penyambutan terhadap mereka.
Siang Bu dan Tan Go Sun terus beristirahat, sedangkan Kwang Tan setibanya dari taman, ia mulai merebahkan dirinya dipembaringannya. ia merasa kesepian, sehingga lantas ia teringat akan tugasnya sendiri, buat pergi kekota raja guna melakukan penyelidikan disana, juga teringat kepada pasukan Bengkauw, yang pasti tengah bertempur
dengan semangat tinggi menghadapi pasukan kerajaan.
Sekarang ia telah berada di Bin Ke Cung, tentu saja Kwang Tan menyadari, ia tidak boleh berlama2 berada disini, ia harus segera menyelesaikan persoalan Bin Tian Ong, kemudian melanjutkan perjalanannya lagi, untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan Thio Bu Kie.
Juga mengenai kedua gadis yang sama cantik dan menariknya itu, yang memang sangat mengagumkannya, ia belum lagi ingin terikat membuat ia ragu2 dalam diberikan Thio Bu Kie.
dengan mereka, sebab akan
melaksanakan tugasnya yang Karena itu, ia memutuskan diwaktu-waktu mendatang menjauhi sedikit dari gadis itu, membatasi hubungan mereka, agar tidak terlalu dekat.
Ia menghela napas, membuka pintu kamarnya untuk memanggil pelayan, meminta kertas dan alat tulis. Maka dilain saat, ia telah menulis syair dalam mana ia melukiskan rasa hatinya tentang cita2nya yang belum terwujudkan. Tulisannya pun indah sekali.
Waktu Kwang Tan memanggil pelayan, Siang Bu dan Tan Go Sun mendengarnya, mereka bangun dari pembaringan untuk menghampiri,
menyaksikan sipemuda itu menulis
sehingga mereka
syairnya cepat dan indah, Mereka telah dapat membacanya: Pedang ditangan kanan,
Pit ditangan kiri,
Berjuang untuk kepentingan rakyat,
Darah mengucur tidak perduli !
Membela keadilan dan kemakmuran rakyat
Siapa menghadang.
Tabas membelah awan,
Siapa yang membendung,
Terjang dengan pertaruhan jiwa !
Oh, betapa indah dan menakjubkan,
Tanah airku yang terinjak-injak !
Betapapun juga,
Kelainan harus dienyahkan !
Rakyat akan hidup penuh senyum bermekaran !
"Hebat !" memuji Tan Go Sun sambil menghela napas, karena kagumnya, ia tahu, itulah semangat berjuang Kwang Tan, sebagai salah seorang anggota Bengkauw, yang kini tengah melakukan perjuangan yang gigih. Betapa gagah bunyi syair Kwang Tan.
"Aku tidak menyangka menyimpan diri demikian bahwa Siauwhiap dapat rupa. Sudah ilmu silatnya memang lihay luar biasa, ilmu suratnya pun demikian mahir, sungguh sukar dicari orang sehebat engkau !"
"Jiwi mentertawakan saja !" kata Kwang Tan tersenyum, "Aku hanya mempelajari ilmu bersyair dan menulis indah, sedangkan tulisanku ini lugat-legot seperti juga cacing, mana bagus untuk dipandang"!"
Waktu itu terdengar suara langkah kaki dilantai loteng, segera terlihat munculnya Lin Eng dan Giok Cu menolak pintu, melangkah masuk. Segera juga sinona Siangkoan dan
nona Giok Cu melihat syair yang terletak diatas meja. Malah, Lin Eng segera mengambilnya.
"Ini untuk aku!" katanya, "Kau dapat menulis yang lainnya lagi!"
Giok Cu berdiam diri saja, ia bimbang untuk ikut bicara, hanya mukanya yang berobah. "Itulah tidak berarti!" berkata Kwang Tan tertawa, "Biar lain kali aku menulis lagi. Sekarang aku hendak bertanya pada kalian, bagaimana dengan latihan kalian?"
"Kami ingat semua!" menyahuti Giok Cu tertawa, "Cuma kata enci Siangkoan, kau masih menyembunyikan sesuatu !"
Kwang Tan memandang dengan mata terbuka lebar mengawasi kedua gadis itu.
Lin Eng tertawa. "Kau... kau...!" katanya ragu2 diantara tertawanya, namun akhirnya ia menemukan perkataannya: "Kau hanya mengajari kami ilmu cambuk, ilmu kelincahan, tapi ilmu pedang masih dihutang."
Mendengar itu, Siang Bu tertawa bergelak2 "Lihatlah, Kwang Siauwhiap!" dia bilang "Kedua bocah ini tamak sekali dan tidak kenal puas! Menurut aku, kau seharusnya membongkar kopermu sampai terlihat dasarnya, jika tidak, tidak nantinya mereka akan mau sudah."
Kwang Tan memang mengetahui Lin Eng nakal sekali, hanya kenakalan yang menarik hati. ia ingin mengujinya. "Sudah! Sudah!" katanya sesaat kemudian, "Aku memang tahu kalian hendak melibat aku. Untuk belajar ilmu silat, kita harus menunggu sampai sebentar malam, Bagaimana, kalian puas sekarang ?"
Kedua orang gadis nakal itu saling mengawasi, mereka tertawa sambil menutup mulut mereka! Tampaknya mereka memang puas.
Sementara itu terdengarlah suara lonceng dari seluruh Bin Ke Cung, menandakan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan.
Siang Bu terkejut.
"Celaka!" dia berseru nyaring, "Jangan-jangan ada orang liehay, yang tidak memakai aturan, yang menyerbu masuk, Siauwhiap mari kita pergi melihatnya!"
Tanpa memberikan jawaban lagi, Kwang Tan menurut. Maka berlima mereka lari keluar. Mereka tidak turun lagi di tangga loteng, hanya masing-masing terus lompat naik
kegenting, untuk memotong jalan ketetarap timur.
Kwang Tan melesat paling dulu, segera ia melihat beberapa orang berlompatan diujung tembok, Sekelebatan saja, bagaikan bayangan mereka itu lewat. Tidak jelas muka mereka, tapi terlihat mereka bukannya masuk dari satu tempat, ia segera mengetahui ada orang menyusup kedalam taman belakang.
Segera juga ia mengenakan topengnya, dari mulutnya terdengar suara tertawa mengejek. Siang Bu berempat mendengar suara tertawa mengejek dari Kwang Tan, maka segera juga mereka menduga bahwa tentunya sipemuda memiliki maksud tertentu, sebab
topengnya pun telah dipakainya.
"Siauwhiap, kau mencurigai sesuatu?" tanya Siang Bu kemudian, Perlahan.
Pemuda itu mengangguk.
"Aku belum pasti," sahut Kwang Tan, "silahkan tiangcu berempat pergi kedepan, aku akan menyusulnya." "Tidak, mana boleh begitu, aku bersama adik Giok Cu ingin ikut bersama kau!" kata Lin Eng, yang memonyongkan mulutnya, Keluarlah sikap manja atau kepalannya itu.
Kwang Tan tidak sempat melayani gadis tersebut.
"Baik!" katanya, cepat dan singkat, tubuh nya segera bergerak.
Lin Eng dan Giok Cu mengikuti, Siang Bu dan Tan Go Sun langsung menuju kedepan, ketatarap Timur. Kwang Tan bergerak sangat gesit, dalam singkat ia telah meninggalkan kedua gadis itu sehingga mereka tidak melihat lagi bayangan Kwang Tan, Sampai mereka sambil
mengawasi dengan muka merah dan bingung. Sebab segera juga merekapun mendapatkan kenyataan ditempat penjagaan ada orang yang rebah disana sini.
"Adik, cepat." Lin Eng berseru, "Kita telah terlambat!" Berdua mereka menuju kekamar batu dimana Khong Su, Souw Cit Lan bersama kawan-kawan mereka ditahan.
Mereka melihat pintu kamar telah terpentang. Didepan pintu Souw Cit Ling semua, Hanya saja, Khong Su seorang yang tampak menyender ditembok.
Matanya melotot. Teranglah, menolongi mereka, tapi mereka Kwang Tan. Lantas mereka semua ditotok.
Kalau tidak begitu, pasti mereka berhasil angkat kaki dari tempat itu, Hanya saja, sebab mereka pasti tidak dapat dibebaskan oleh orang lain, maka mereka sengaja ditinggalkan saja disitu.
Kedua gadis itu penasaran, mereka mencarinya. Benar saja, disitu tidak ada musuh seorangpun juga, Apa yang mereda temukan adalah Tan Kie dan Tan Hong berdua, serta dua orang tamu lainnya, yang mulutnya terpentang, matanya terbuka, agaknya mereka tengah sangat menderita jelas mereka sudah dirubuhkan musuh.
"Bagaimana ini "." Lin Eng segera menegur Khong Su, bengis sikapnya.
Khong Su tidak bisa menjawab, karena dia ketakutan, mukanya juga meringis. "Disini, nona?" mendadak Lin Eng mendengar jawaban dari sebelah belakangnya, sehingga ia terkejut. Suara itu perlahan, tapi tajam untuk telinganya, suatu tanda dari tenaga dalam yang liehay, ia segera memutar tubuh, demikian pula halnya dengan Giok Cu.
orang datang untuk
telah dapat dirintangi
Mereka lantas melihat dua tembok lebih didepan mereka, tiga orang berdiri berbaris. Orang yang paling kiri bertubuh tinggi besar, mukanya melihat, selain sepasang berewokan, sehingga mereka matanya yang bersinar tajam
bagaikan api menyala, maka seluruh muka orang itu penuh dengan bulu dan jenggotnya, ia mengenakan jubah biru yang kebesaran.
Dua yang lain berpakaian seperti imam, memakai jubah dan kopiah, muka mereka bersih dengan kumis dan jenggotnya yang panjang terpecah menjadi tiga dan dipunggung masing2 tergemblok sebatang pedang. Yang
beda antara kedua imam ini ialah yang seorang ada bekas luka dipipinya.
Melihat orang yang wajahnya bengis seperti itu, Lin Eng terkejut bukan main. ia tahu orang itu tentunya Bun Siu Ie, orang tua aneh dari Thian-san, yang kedudukannya
didalam rimba persilatan sangat disegani dan dihormati, karena kepandaiannya yang tinggi.
Ia pun mengetuai tiga belas jago-jago sesat yang ilmu silatnya umumnya tinggi dan hebat, Sehingga dapat dibayangkan bahwa orang ini tentunya memang tangguh
sekali. Hanya saja, biasanya ia hanya bergerak disekitar Thian-san, di Kamsok, Su Coan dan Laiam, tiga propinsi, tapi sekarang ini ia mendadak muncul di Bin Ke Cung, mungkinkah orang undangan partai Bendera Hijau "!
Tentang kedua imam itu, mereka adalah Im Yang Siang Kiam, sepasang pedang Dingin dan Panas, itulah It Hui dan It Siu, Mereka biasanya berada berduaan, tidak perduli mereka berada dimana saja mereka tidak pernah berpisahan, dan dalam pertempuran pun saja, mereka berdua tinggi ilmu pedangnya, lihay totokannya, yang
berdasarkan ilmu menotok kelas satu.
Mereka lihaynya benar2 sangat menggetarkan rimba persilatan, Justeru mereka adalah suheng dari Gu Beng, yang seluruh ilmunya telah dimusnahkan oleh Kwang Tan beberapa saat yang lalu.
Nama mereka pun merupakan jaminan buat orang2 yang mempergunakan untuk menggertak lawan, membuktikan bahwa berapapun juga memang kepandaian dari kedua imam itu sangat liehay sekali.
Setiap kali turun sekali, tidak pernah
tetap hidup. Dikala Siangkoan Lin Eng berpikir, Giok Cu bahkan menjadi gusar sekali, ia belum pernah terjun ke dalam dunia persilatan, dia tidak kenal siapa ketiga orang itu.
"Siapa kalian "!" tegurnya dengan suara yang galak, "Mengapa kalian bertiga lancang memasuki rumahku ini "!" "Siluman wanita, kau tentunya anaknya Bin Tian Ong!" kata Bun Siu Ie dengan mata nya memancarkan sinar sangat tajam dan tertawa dingin.
"Namaku siorang tua, tidak apa jika orang tidak menanyakannya. Tapi jika saja kau menyebutnya, pasti kau akan mati karenanya! Baiklah kau beritahukan kepadaku, di mana orang yang di To san-cung telah mencelakai Gu Beng "!"
Dia berdiam sejenak, kemudian berkata lagi: "Aku tidak mau melakukan sesuatu yang keterlaluan, mau aku memberi ampun kepada jiwa kalian berdua !"
Giok Cu tambah gusar, ia sampai memandang dengan muka merah padam, iapun bilang dengan suara dan sikap menantang: "Kau mau mencari orang itu, bukan " Baiklah !
tangan, merekapun sangat telengas mereka membiarkan lawan mereka Kau menangkan dulu cambuk ditanganku, barulah nonamu mau memberitahukan !"
Kata2 itu ditutup dengan gerakan tangan, sehingga ujung cambuk menyambar pundak orang bermuka bengis itu. "Setan cilik, kau cari mampus!" tertawa Bun Siu Ie dengan suara menyeramkan, segera juga ia mengangkat tangannya yang besar dan lebar untuk menangkap cambuk, akan tetapi aneh, cambuk itu lolos dari sambarannya, lalu kembali menyambar, ke pundaknya juga!
Bun Siu Ie jadi heran, mau atau tidak ia berkelit, sambil
berkelit begitu, tangannya menyambar lagi, Tapi sekali lagi ujung cambuk lolos, sekarang ujung itu menyambar kearah ke kepala!
Bukan main herannya Bun Siu Ie, inilah tidak pernah disangkanya sama sekali, ia tidak mengerti, kenapa ia selalu gagal menangkap cambuk itu.
Juga It Hui dan It Sui, mereka telah menyaksikan semuanya, mereka jadi ikut heran, Karena mereka sudah berpengalaman tapi belum pernah mereka menemukan ilmu silat cambuk yang selincah itu.
Bun Siu Ie jadi penasaran, setelah berkelit ia merangsek maju, kedua tangannya dimajukan secara cepat. Dengan mendesak demikian ia yakin kali ini ia berhasil menangkap cambuk sigadis, namun tetap untuk sekian kalinya terus menerus, ia membuatnya lolos lagi!
Bukan main malunya jago itu. Bukankah disitu ada Im Yang Siang-kiam" Maka ia merangsek pula. Sekarang Giok Cu tidak dapat berlaku lincah lagi seperti semula, ia merasakan sambaran-sambaran hawa dingin, yang membuatnya kurang leluasa bergerak.
Dengan terpaksa sekali ia jadi terdesak mundur, langkah kakinya jadi tidak wajar pula. Serangan Bun Siu It ialah serangan "Touw Kut Han Hong Ciang", itulah hawa dingin yang dapat meresap ketulang-tulang. Maka kagetlah Giok Cu, ia segera mempergunakan akal ialah ia menyerang dengan sekalian
melepaskan cekalannya, sehingga cambuknya meluncur pada lawannya cepat sekali.
Bun Siu membiarkan Ie jadi terkejut, Tentu saja ia tidak dapat matanya dibikin buta oleh ujung cambuk, Maka ia menyambar, Kali ini ia berhasil. Terus cambuk itu dilempar ke-samping.
Dilain pihak, serangannya tidak ditunda, ia mendesak terus, ia hanya merasa heran untuk ketangguhan sigadis. Belum pernah ia menemui lawan yang sanggup bertahan lebih dari sepuluh jurus untuk runtunan serangan nya yang
berhawa dingin itu, akibat ilmu Touw Kut Han Hong Ciang Pukulan Tangan Dingin.
Ia pasti memang tidak mengetahuinya, sebabnya ialah Giok Cu telah memperoleh pimpinan dan petunjuk Kwang Tan, sehingga dalam waktu yang begitu singkat, nona Bin
telah memperoleh kemajuan pesat, ilmu yang diajari Kwang Tan juga ilmu yang memiliki gerakan dan langkah kaki yang aneh.
Setelah melepaskan cambuknya, hal mana membuat Bun Siu Ie berayal juga sedikit, karena ia harus menangkap cambuk dan melemparkannya, Giok Cu terus bersilat dengan langkah kaki Kiu Kiong Ceng Hoan Im Yang Pau yang baru saja ia pelajari, sedangkan tangannya memainkan gerakan Pat Kiu Leng Long Ciu Hoat, juga pelajaran baru yang diterimanya dari Kwang Tan.
Perlawanan seperti itu membikin Bun Siu ie jadi tambah heran terutama sekali sebab ia telah serangannya. Biasanya lawan bagaimana memperhebat
tangguh juga, dalam jarak sepuluh tombak. sukar lolos dari pukulannya yaitu pukulan Tangan Dingin itu.
Untuk menyerang gadis itu, ia baru mempergunakan lima bagian tenaganya, toh ia heran sekali, Setiap akan kena diserang tubuh sigadis berkelit lincah, dan berkelebat bebas.
Sigadis bergerak kekiri atau kekanan, atau juga sebaliknya, mendadak dia berada dibelakangnya, Setiap ada kesempatan, dia membalas menyerang, antara dengan totokan.
Atau tangannya bermaksud di tangkap sigadis, Saking cepat bergeraknya gadis itu, ia merasakan matanya kabur, Pernah ia ditotok pundaknya, segera ia merasakan pundak
itu kesemutan, ia tangguh, ia tidak dapat ditotok sampai roboh.
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lin Eng menyaksikan kawannya bertempur seperti itu, mulanya ia berkuatir juga, lalu kemudian dapat ia menetapkan hati2. Diam-diam ia bersyukur kepada Kwang
Tan, yang memberikan pelajaran kepada mereka, sehingga sekarang Giok Cu menjadi lihay.
Disamping itu, sering2 ia melirik kepada Im Yang Siang Kiam, ia melihat wajah orang itu memperlihatkan sikap kaget dan heran, mungkin berkuatir.
Karena itu ia segera melompat ke-depan mereka, sambil tertawa ia bilang: "Im-Yang Siang Kiam, dari berdiam saja, bagaimana jika nonamu belajar kenal dengan kalian"!"
Muka It Hui tojin dan It Siu lojin berobah.
"Jika nona ingin belajar kenal, hunuslah pedangmu?" sahut It Hui tojin, ia mendongkol untuk kesombongan sigadis, yang terang tidak memandang mata kepada mereka berdua.
Iapun segera menghunus pedangnya Waktu ia mengibaskan pedang itu,
mengeluarkan sinar yang berkelebat menyilaukan mata.
Lin Eng mundur tiga tindak, ia tertawa kembali.
"Katanya Im Yang Siang Kiam biasanya maju berdua, tidak pernah terdengar majunya sendiri saja: Mungkinkah Totiang berdua tidak sudi memberikan pengajaran kepadaku?" tanyanya, berani dan menantang.
Itulah suatu ejekan. It Sui menjadi gusar sekali, maka ia pun menghunus pedangnya.
"It Hui, mari kita bekuk setan celaka itu." katanya sengit bukan main, Terus juga ia memaki si gadis. "Belum tentu!" kata Lin Eng tertawa mengejek, pedangnya siap sedia ditangannya, "Kalian majulah! Apakah kalian menghendaki nonamu mengalah tiga jurus?"
Tidak dapat Im Yang Siang Kiam menahan diri, berbareng mereka melompat maju untuk terus menyerang, masing2 dikiri dan kanan.
Lin Eng tertawa, ia melangkah dengan Kiu Kiong Ceng Hoan In Yang Pouw seperti yang dilakukan oleh Giok Cu,
maka sekejap saja, ia sudah bebas dari serangan pedang sepasang lawannya itu, menyusul mana, ia membalas menyerang dengan tipu silat "Liong Yauw le Yan" atau "Naga Melompat Disarangnya".
Pedangnya itu menyambar dari bawah kearah atas, dengan berani ia
membenturkan kedua pedang lawan dengan pedangnya, sehingga senjata ke dua pihak beradu keras dan suaranya sangat nyaring sekali. It Hui dan It Siu terkejut. Bentrokan itu membuat pedang mereka hampir terlepas dari cekalan tangan masing2. mereka pun sampai mundur setindak kebelakang.
Lin Eng pun heran berbareng girang, ia mempergunakan satu jurus dari Pat Kiu Leng Long Biu Hoat, ia tidak sangka akibatnya demikian rupa baik buat dirinya.
Oleh karena itu, dalam gembiranya, karena mendapat hati, ia segera juga mengulangi serangannya, mendesak dengan tiga serangan berantai.
Hati Im Yang Siang Kiam berdebar. Mereka terkenal terutama untuk ilmu silat pedang bersatu padu, jarang mereka memperoleh tandingan, tapi sekarang mereka telah dibikin sibuk oleh seorang gadis tidak dikenal.
Dari heran, mereka berbalik menjadi gusar, Dengan satu isyarat, mereka maju serentak, untuk memecah desakan gadis itu, buat mereka berbalik merangsek maju mendesak sigadis.
Lin Eng telah tertawa dingin, ia tabah sekali, tidak mau membiarkan dirinya kena didesak. Kembali seperti Giok Cu, menunjukkan juga kelincahannya, selalu berkelit dari berbagai tikaman dahsyat kedua orang imam itu, ia juga setiap kali membalas menikam atau menotok.
Ketika itu, dengan lewatnya waktu, Tan Kie dan Tan Hong berdua telah ditolongi seseorang, sehingga mereka bebas dari totokan, setelah mana mereka berdiri menonton sepuluh tombak diluar kalangan pertempuran mereka berdiri terpaku ditempati karena kagum melihat Giok Cu dan Lin Eng dapat bersilat begitu hebat.
Malah mereka yakin, ilmu silat yang tengah dipergunakan oleh Lin Eng dan Giok Cu merupakan kepandaian yang berada diatas kepandaian mereka berdua.
Diam-diam Tan Kie dan Tan Hong merasa malu, karena kepandaian mereka berada di bawah kepandaian kedua gadis itu.
Dirombongan pertama, Bun Siu Ie tampak telah menghabiskan puluhan jurus, belum juga ia memperoleh kemenangan, ia heran bukan main. Belum pernah ia menghadapi lawan begini licin, ia malu sendirinya, sebab sebagai seorang ternama, ia harus melayani seorang gadis
demikian lama, jangan kata tubuhnya, ujung baju sigadis saja tidak pernah tersentuh sedikitpun atau hanya untuk satu kali saja.
Kumis dan berewokannya menjadi bangun berdiri saking murkanya, Telah dipergunakan seluruhnya Touw Kut Han Hong Ciang, sehingga kalau ia berada dekat pohon, ia membikin cabang-cabangnya pada patah !
Masih Giok Cu mengandalkan Kiu Kiong Cang Hoan Im Yang Pou, senantiasa ia membebaskan diri dari setiap
serangan jago tua itu,
cuma saja lama-lama ia jadi bermandikan keringat, itulah disebabkan kepandaiannya itu baru saja diperoleh, latihannya pun belum lagi berarti. Juga demikian dengan Lin Eng yang bercacad pada latihannya, hanya saja ia memang menang sedikit dari Giok Cu, sebab ia memiliki tenaga dalam lebih mahir, dengan
begitu ia dapat bertahan lebih lama.
Setelah pertempuran dua rombongan itu berjalan sekian lama, se-konyong2 terdengar siulan aneh dari atas sebuah pohon besar diarah barat gelanggang itu, jernih dan panjang siulam itu.
Menyusul dengan mana berkelebatan sesosok bayangan orang, berkelebat menghampiri mereka. Bertiga Bun Siu Ie, Im Yang Siang kiam, yaitu Siu tojin dan It Hui tojin, mereka terkejut. Hanya dengan mendengar saja suara siulan itu, mereka sudah mengetahui lihaynya tenaga dalam dari orang yang tengah mendatangi itu.
Terpaksa mereka melompat keluar kalangan untuk mengawasi orang itu. Segera juga mereka jadi kaget, Didepan mereka berdiri seorang dengan pakaian hitam yang mukanya pucat pasi, seperti muka mayat, sedang dari leher kebawah, warna kulitnya itu lain, Tidak dapat
dipastikan orang mengenakan topeng atau bukan.
Yang jelas ialah disamping wajahnya menakutkan, kedua matanya sangat tajam berpengaruh sekali, Seperti juga mayat hidup saja orang yang baru datang ini.
Sebaliknya, kedua gadis itu, Lio Eng dan Giok Cu, waktu melihat si mayat hidup tersebut mereka bukannya takut, malah mereka sangat girang sekali, saling bersenyum.
Mereka mengundurkan diri, berdiri didekat Tan Kie dan Tan Hong beramai, Dengan mata masing-masing mereka
mengawasi simayat hidup itu, yang diketahuinya adalah Kwang Tan, yang mereka sangat kenal sekali, dan kagumi.
Sebenarnya Kwang Tan tiba disitu disaat Giok Cu mulai bertempur dengan Bun Siu Ie, tapi ia ingin menyaksikan perlawanan sigadis, maka ia menyembunyikan diri.
Demikian ia melihat nona Bin mempergunakan baik sekali ilmu silat ajarannya, sehingga membuat jago tua itu menjadi gusar sekali. Diam2 Kwang Tan girang.
Setelah ia menolongi Tan Kie dan Tan Hong, juga kedua orang tamu, Keempat orang ditotok bebas dengan ilmu totok dari jarak jauh, yang bernama Leng Khong Kay Hoat, pembebasan "Kumpul Di Udara"!
Empat orang itu heran atas bebasnya mereka dari totokan, sebab percobaan mereka sendiri sia-sia belaka, Karena mereka tidak memperoleh jawabannya, terpaksa mereka lantas berdiri menonton.
Khong Su pun heran, sehingga dia bengong saja. Kemudian Kwang Tan menyaksikan juga perlawanan Lin Eng. iapun girang, ia kagum terhadap kedua gadis itu, yang bisa belajar dengan cepat.
Adalah kemudian, setelah melihat kedua gadis itu letih, ia memperdengarkan suara siulannya, sambil melompat turun dari tempatnya bersembunyi.
"Bukankah tuan yang tadi malam melukai adik seperguruan kami, yaitu Gu Beng?" tanya Im Yang Siang Kiam serentak, "Bukankah adik seperguruan kami itu tidak bermusuhan dengan tuan, mengapa tuan demikian telengas telah membuatnya bercacad seumur hidupnya" Kenapa?"
"Hemmm!" Kwang Tan mendengus dingin "Adik seperguraan kalian itu terkenal sangat jahat diseluruh jagat, aku mewakili Thian untuk menjatuhi hukuman padanya menjalankan keadilan, apakah salahnya" Bahwa jiwanya masih tetap ditinggal biar hidup, tandanya aku masih memandang terhadapnya" Mengapa kalian berdua hendak membelai dia?"
Dingin sekali suara Kwang Tan waktu ia bertanya seperti itu, matanya juga memancarkan sinar yang sangat tajam, sehingga gentar juga Im Yang Siang Kiam, hati mereka tergetar.
It Hui dan It Sui tidak menjawab, sebaliknya dengan mendadak mereka melompat menyerang, setelah lebih dulu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menetapkan hati mereka yang tergoncang, itulah disebabkan mereka telah memperoleh keterangan dari Yo Sian bahwa musuh mereka sangat lihay.
Mereka pun mempergunakan ilmu silat pedang yang bernama To Hoan Im Yang Ngo Heng Kiam, atau ilmu pedang "Im Yang dan Ngo Heng yang jungkir Balik".
Ilmu pedang tersebut dapat bekerja sama antara It Hui dan It Sui. Beraneka ragam juga serangannya benar2 dapat merupakan gertakan atau sebaliknya, atau yang satu menyusul yang lain. Dengan ilmu pedang mereka ini, entah sudah berapa banyak jago rimba persilatan yang mereka rubuhkan.
Kwang Tan melihat bagaimana ilmu pedang kedua lawannya itu tidak memakai aturan tertentu, ia melayani dengan langkah Hian Thian Cit Seng Poa maka sekejap saja, ia lolos dari kepungan, ia berkata nyaring: "sungguh
hebat Im Yang Siang Kiam yang kenamaan, belum apa2 sudah lantas mendesak lawan! Apakah ini dia kepandaian istimewa dari kalian."
Sedangkan didalam hati Kwang Tan berpikir, jika diperlukan, karena mengingat bahwa
bukanlah tojin baik2, maka ia ingin
Pukulan Gunturnya untuk merubuhkan
kedua tojin ini mempergunakan kedua lawannya
tersebut. Waktu itu muka It Hui dan It Sui berubah merah, mereka heran lawan dapat lolos demikian licin.
"Bu liang Siu Hud" It Hui memuji. "Karena ingin menyaksikan kepandaian tuan, maka kami sengaja lantas mengepung ! Kalau demikian, silahkan tuan menghunus senjatamu." ia telah menantang.
Kwang Tan tertawa.
"Sudah banyak tahun aku tidak mempergunakan lagi senjata, Baiklah, aku melayani kalian bermain-main dengan tangan kosong !" itulah jawaban yang diberikan Kwang Tan.
Memperoleh jawaban seperti itu, bukan hanya Im Yang Siang Kiam belaka yang jadi heran, sehingga mereka mengawasi dengan mata terbuka lebar, tetapi juga Bun Siu Ie dan yang lainnya, mereka tidak mengerti terhadap sikap sipemuda ini, yang dianggapnya sebagai sikap terlalu tekebur.
Im Yang Siang Kiam tidak berlaku ayal lagi, keduanya segera maju menyerang, bukan main penasaran hati mereka, disamping juga amat marah.
Kwang Tan juga tidak menahan harga pula, kembali ia bertindak dengan Hian Thian Ciang Pou, ia senang mempergunakan ilmu kelincahan ini, sebab tadi ia girang
menyaksikan Lin Eng dan Giok Cu mempergunakan secara baik, ia tidak mau sembarangan memperlihatkan ilmu pukulan Gunturnya.
Dari itu, ia mempergunakan jurus-jurus dari Bie Lek Sin Kang dan Hian Wan Sip Pat Kay. It Hui dan It Sui segera bertempur dengan hati yang diliputi keheranan mereka mencoba lawannya dengan mempergunakan jurus2 andalan mereka, lawan mereka selalu dapat lolos secara luar biasa sekali diluar dugaan.
yang sangat dan gentar, Sia2 belaka menikam atau membacok menabas
Kwang Tan sebaliknya beberapa kali bersuara. "Hemmm," dan bersenyum.
Dalam belasan jurus, yang berjalan cepat sekali, tidak satu kali juga Im Yang Siang Kiam berhasil menyentuh tubuh mereka. Maka setelah itu mereka merobah siasat, dari menyerang, mereka membela diri, menjadi ciut sendirinya hati mereka dan bergelisah, karena mereka menyadari jika keadaan seperti ini berlangsung terus, niscaya mereka akan bercelaka ditangan manusia yang mukanya seperti mayat hidup itu.
Setelah melayani sekian lama, sehingga ia mengerti baik cara bersilat musuh2nya itu, Kwan Tan tiba2 tertawa panjang dan tangannya dikibaskan sebat sekali. Untuk itu segera juga terdengar dua kali suara jeritan, disusul pula dengan tubuh Im Yang Siang Kiam terpental mundur
beberapa tombak, tampak juga dengan segera, muka mereka pucat pias, peluh mengucur, sebaliknya ditangan Kwang Tan tampak dua batang pedang, yang berkilauan dicahaya matahari pagi.
It Hui dan It Siu tahu-tahu merasakan tangan mereka disambar, lalu dilempar, sehingga tubuh mereka terlempar dan pedang mereka terlepas. Mereka tidak mengetahui bahwa Kwang Tan telah mempergunakan jurus "Jit-Goat Jit-Hoa" atau "Matahari dan Rembulan Berpelukan" suatu jurus yang sangat lihay dari Hian Wan Sip Pat Kay.
Juga Bun Siu Ie yang lihay tidak dapat melihat kegesitan si mayat hidup, ia cuma merasa heran bukan main. Im Yang Siang Kiam kena ditotok jalan darahnya dibagian Keng Kie, lantas kedua tangannya kaku dan tenaganya lenyap, tidak dapat mereka
mereka bergerak terasa
tulang2 mereka bertindak, asal ngilu sehingga menembus ke ulu hati dan napas mereka sesak..! Lin Eng dan Giok Cu saling mengawasi, mata mereka dibuka lebar2 saking heran dan kagum. Benar2 mereka belum pernah menyaksikan ilmu silat demikian hebat dan
lihay. Dari heran dan kagum, mereka juga jadi girang luar biasa.
Kwang Tan segera melambaikan tangannya pada Tan Hong, dan memberikan kisikan untuk minta Tan Hong pergi pada Bin Tian Ong ditetarap timur, agar Tian Ong tidak meninggalkan tempat, sebab disini ada Kwang Tan bertiga dengan kedua gadis itu.
Tan Hong menurut, ia berlalu dengan cepat, kemudian pemuda ini mengawasi Im Yang Siang Kiam, ia menegurnya dengan tertawa, tangannya tetap memegangi kedua pedang lawannya.
"Sebegitu sajakah kepandaian Im Yang Siang Kiam yang datang kemari dengan banyak lagak"!" mengejek Kwang Tan dengan suara yang dingin. Sambil berkata begitu, ia mengerahkan tenaganya, mematahkan kedua pedang itu menjadi empat potong dan dibuang !
"Siluman tua!" kemudian Kwang Tan telah menoleh kepada Bun Siu Ie, dan bentaknya.
Ia mengawasi dengan tajam sekali, "Kau menjadi pemimpin dari tiga belas kaum sesat dirimba persilatan, kau ternama dan sangat terkenal, mengapa sekarang kau membawa tingkah seperti seorang kurcaci rendah, mirip dengan kawanan tikus yang tidak tahu malu "!"
Lalu suaranya itu diperkeras, meninggi bengis: "Mengapa pagi hari demikian kau menyerbu kemari dan main melukai orang" Apakah maksudmu" Cepat kau bicara !"
Kata2 itu tajam dan keras menyakiti telinga terlebih lagi buat Bun Siu Ie. ia ternama dan angkuh, bisa dimengerti ia jadi sangat mendongkol.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ketika ia mendengar Yo Sian memuji musuh, ia tidak percaya, ia sangat menyangka Yo Sian jeri dan kapok belaka, ia penasaran, maka dari itu sengaja ia bersama Im Yang Siang Kiam datang menyerbu diwaktu pagi hari.
Dengan mudah mereka melewati berbagai penjagaan, sampai mereka dirintangi kedua gadis itu dan sekarang oleh si mayat hidup ini, yang kepandaiannya ia saksikan sendiri.
Baru sekarang ia mengakuinya, bahwa kepandaian lawan sangat hebat, hatinya gentar ia memaksakan diri berlaku sabar, matanya memperlihatkan sinar yang licik.
"Hmm, kau demikian muda, tetapi kau sudah lihay sekali. Kau tentunya memang harus dikagumi!" ia memuji, sambil tertawa dingin,
"Aku mohon tanya, siapakah gurumu" Mungkin dia salah seorang sahabatku dulu hari..!"
Kwang Tan tertawa tawar. "Siluman seperti kau ingin berendeng dengan guruku" Hemmmm!" mengejek Kwang Tan dengan sikap angkuh, "Sudahlah, jangan bicara tentang persahabatan dengan aku! Kau tidak berderajat! Bukankah kau telah mencari aku"
Nah, sekarang aku berdiri didepanmu! Kau mau turun tangan atau tidak, tinggal kau bilang saja !"
Sepasang alis Bun Siu It terbangun.
"Bocah setan, kau tidak tahu langit yang tinggi dan tebal bumi!" makinya sengit dan amat marah, "Baru kepandaian seperti itu saja kau sudah berani bertingkah" Baiklah cepatcepat kau angkat kaki meninggalkan tempat ini, mungkin masih ada waktu untuk kau nanti coba2 angkat nama didalam rimba persilatan."
Kwang Tan tertawa dingin.
"Siluman tua, kau memiliki muka atau tidak?" katanya tajam sekali, "Tidak sudi aku mendengarkan kata2mu itu" Kabarnya kau memiliki kepandaian yang lihay, sekarang boleh coba mempergunakannya kepadaku! Kita nanti lihat, kabar itu memang benar atau palsu!"
Setelah mendengar perkataan Kwang Tan seperti itu,
habislah ia kesabaran Bun Siu Ie. Segera juga ia berseru: "Bocah, kau tidak tahu gelagat!" teriaknya, terus kedua tangannya menyerang dengan pukulan hawa dinginnya yang dapat merembes ke tulang sumsum.
Ia telah mengerahkan tenaga sepenuhnya, katanya hawa dingin itu setelah meresap ke jantung tidak mungkin dapat diobati, itulah yang tersiar didalam rimba persilatan.
Dan lewat tujuh hari, maka akan menyebabkan korban pukulan tersebut membuang jiwa tanpa ampun lagi, itulah yang telah membuat nama Bun Siu Ie naik tinggi disegani didalam rimba persilatan.
Kwang Tan mengetahui baik siapa juga yang terkenal tanggguh ini, maka ia menangkis dengan Bie Lek Sin Kang, untuk keras di lawan keras.
Dengan kedua tangannya ia mempergunakan jurus "Liok Hap Sit Mie", jurus yang kedua belas. Begitu kedua pihak bentrok, Bun Siu Ie memperdengarkan seruan tertahan, begitu cepat juga tubuhnya segera terpental karena dalam kesempatan itu,
disaat tangan mereka saling bentur, Kwang Tan mempergunakan ilmu Pukulan Gunturnya jurus ketiga! Karenanya tidak terlalu mengherankan, tubuh dari lawannya terpental sejauh enam tombak, kedua tangannya
patah dan hangus, cuma
tersambung pada kulitnya, darahnya mengucur dan sebagian telah kering ditempat, ia mempertahankan diri dengan tubuh menggigil, dan mengawasi Kwang Tan dengan muka sebagian telah hangus, lalu Bun Siu Ie memutar tubuhnya, untuk melompat pergi.
"Kau ingin pergi angkat kaki begitu saja"!" Kwang Tan membentak bengis, tubuhnya melesat menyusul, ketika ia sudah dapat mengejar, tangan kirinya menghajar kebatok kepala menepuk jalan darah Gioktio.
Bun Siu Ie tidak berdaya, tidak keburu ia berkelit, begitu tertepuk, kepalanya pusing, tubuhnya terputar, terus juga ia rubuh ditanah!
Kwang Tan menepuk tangan, segera ia melambaikan Lin Eng dan Giok Cu.
Sambil tertawa kegirangan, Lin Eng dan Giok Cu lari menghampirinya.
"Tolong kalian perintahkan orang menggotong mereka bertiga kebawah panggung!" Kwang Tan berkata dan terus memesan sesuatu lagi, ia memang tidak ingin memperlihatkan diri, ia ingin kembali kekamarnya untuk menyalin pakaian dulu.
"Kemana saja kau tadi?" Lin Eng menyesali manja sekali "Kalau kau tidak keburu sampai, mungkin mayat kami sudah menggeletak ditanah ini! Apakah kau sengaja senang melihat kami berdua mati dan rubuh ditangan musuh!"
Kwang Tan hanya tertawa, kemudian katanya dengan sabar: "Nona yang baik, jika aku tidak bersembunyi diatas pohon itu, mana aku memiliki kesempatan buat menyaksikan ilmu silat kalian yang indah sekali." katanya "Kau tahu mengapa aku tidak dapat segera datang kemari?"
Kedua gadis itu mengawasi, ingin sekali mereka memperoleh keterangan dari Kwang Tan, pemuda yang mereka sangat kagumi itu,
Sebenarnya waktu tadi Kwang Tan memburu terdepan, ia segera melihat dua sosok bayangan orang melintas kearah loteng Pek Bin Kok.
Segera ia menduga penjahat hendak mencuri kedua pedang Kim Kiam dan Gin Kiam. Ia heran mengapa penjahat ini mengetahui pedang itu disimpan dibawah tangga loteng, sedang yang mengetahui
hanya beberapa orang saja bahwa sepasang pedang itu disimpan disitu, itulah orang dalam. Karena kecurigaannya ia segera mengikuti mereka.
Didepan tangga Pek Cim Kok, kedua bayangan itu berhenti untuk mengawasi dan melihat disekitarnya.
"Laoji, lekas kau bekerja!" berkata yang seorang kepada kawannya, suaranya perlahan sekali, "Kukira sekarang ini semua orang yang melakukan tugas menjaga telah dirubuhkan oleh Bun Siu Ie dan Im Yang Siang Kiam, Kalau kita terlambat, dikuatirkan mereka yang didepan
keburu datang mengetahui tentang hal ini."
Untuk kata2 kawannya itu, yang dipanggil Laoji itu segera mengeluarkan goloknya, ia jongkok di depan undakan tangga untuk mencongkelnya, sedang kawannya, dengan golok siap ditangan, memasang mata.
Mengertilah Kwang Tan bahwa orang ini mengetahui tempat penyimpanan pedang itu di sebabkan ada musuh yang menyembunyikan diri, yang bercampur aduk dengan orang dalam, ia tidak mau berayal lagi, ia mematahkan cabang pohon didekatnya, segera ia menimpuk.
Si Laoji terkejut, ia melompat. Goloknya jatuh ketanah, sampai suaranya nyaring, Kawannya pun kaget.
"Eh, Laoji, kau kenapa?" tegurnya.
"Entah mengapa, mendadak lengan kananku kaku." sahut kawannya itu, si Laoji, "Tahu-tahu aku melompat sendirinya !"
"Mungkin karena kau jeri dan bimbang!" kata kawannya itu "Kau tegang sendirinya, Kita berdua pernah menempuh badai dan gelombang, kita tidak takut apapun juga dan Bin Kie Cung ini bukannya sarang naga atau goanya harimau,
apa yang mesti di takuti" Pula kita terhitung sebagai orangorang yang terlindung sebaik2nya oleh Bun Siu Ie dan Im Yang Siang Kiam locianpwe, maka mengapa kita harus jeri" Ayo cepat bekerja?"
Kwang Tan mendengar perkataan orang itu, segera melompat kebelakangnya, tangannya menekan kepundak orang tersebut, membuatnya, terkejut tidak terkira, ia memutar tubuh, mulutnya menegur: "Siapa ?" baru saja ia berkata, mendadak tubuhnya telah rubuh!
Si Laoji terperanjat bukan main, apa lagi ketika ia telah melihat orang yang muncul memang sangat luar biasa, yang tadi malam muncul di To san cung, saking ketakutan tanpa berpikir lagi, ia lompat kesamping.
Ia bermaksud menyingkirkan diri kerumpun pohon2 bunga. ia memang gesit sekali, tapi ia masih kalah
dibandingkan dengan
kegesitan Kwang Tan yang mendahului menotok dia, maka dengan merasakan yang bukan kepalang pada tubuhnya, ia roboh terguling dengan tidak bisa mengeluarkan keluhan lagi.
Kwang Tan segera menghampiri buat menepuk bebas jalan darahnya. "Sahabat, aku mengetahui bahwa kalian orang-orang suruhan belaka!" katanya tertawa. "Kalian tidak bebas dan merdeka, kalian harus melaksanakan tugas sebaik2nya, apapun tugas itu, Maka dari itu aku tidak mau mempersulit kalian, asal kalian menyebutkan mengapa kalian mengetahui pedang disembunyikan disini dan siapa orang itu yang telah mem buka rahasia?"
Laoji takut bukan main. "Kami... kami diperintah Hu-pangcu Yo Sian." katanya tergagap dan ketakutan. "Tentang orang yang memberikan bisikan tersebut, aku tidak tahu siapa dia, tapi menurut
keterangan dia adalah Bauw Sun Lie, seorang bertubuh pendek dan kurus, yang matanya tajam bersinar kekuning2an, aku telah bicara tuan, maka tolonglah kau berlaku murah hati...!"
"Kau telah bicara, tidak nantinya aku mempersulit kalian!" kata Kwang Tan kemudian tertawa, "Hanya saja untuk dua hari ini, terpaksa kalian harus berdiam dulu disini, jika nanti telah beres semua urusan Ceng Kie Pay, maka kalian pasti akan dibebaskan!"
Setelah berkata begitu, Kwang Tan menotok lagi, maka kedua orang itu segera rebah bagaikan mayat. Setelah itu ia mengambil kedua pedang untuk disembunyikan dilain tempat.
Barulah kemudian ia memeriksa sekelilingnya, untuk menotok sadar para penjaga yang tadi dalam keadaan tertotok dirubuhkan musuh. Setelah mengembalikan Khong Su semuanya ke rumah batu, barulah ia pergi menyaksikan perlawanan Giok Cu dan Lin Eng terhadap Bun Siu Ie dan Im Yang Siangkiam.
"Sekarang nona Bin," kata Kwang Tan perlahan. "Cepat kau kembali ketetarap timur, kau minta ayahmu melihat Bauw Sun Lie, Dia masih ada atau tidak, kalau ada, cepat bekuk dia. Kau sendiri nona Siangkoan, kau tunggu sebentar. Sampai Bun Siu Ie bertiga telah dibawah panggung, disana kau lihat, pihak musuh dapat melihat gelagat atau tidak. Yang terpenting ialah memesan mereka yang melihat aku, agar mereka tidak membuka rahasia.
Sekarang aku ingin kembali
dulu kekamar, untuk mengganti pakaian "!" Begitu selesai bicara, segera tubuh Kwang Tao melesat, hanya sekejap mata saja ia telah lenyap dari pandangan mata.
Giok Cu segera juga melaksanakan perintah yang diberikan oleh Kwang Tan, ia pergi ke depan, ketetarap timur. pertandingan diatas luitai masih belum dimulai, tapi para tamu sudah memenuhi kedua tetarap, suara mereka bagaikan suara nyamuk berisiknya.
Ia segera menghampiri Khiam Lo Ang, yang berkumpul bersama dengan ayahnya dengan yang lainnya, ia membisikkan jago tua itu pesan dari Kwang Tan.
"Akhhh, kiranya binatang itu!" kata Khiam Lo Ang, alisnya berdiri, terus juga dia melompat dengan amat marah.
Bauw Sun Lie waktu itu tengah duduk di tempatnya, diapun rupanya tengah memiliki perasaan, bahwa pihak lawan telah mengetahui peranannya, karena begitu melihat Giok Cu membisikkan sesuatu kepada Khiam Lo Ang dan
melihat jago tua itu melompat berdiri dengan muka merah padam amat marah dan alis berdiri.
Ia segera juga menjejakkan kakinya, ingin pergi meninggalkan tempat tersebut. Tapi lebih cepat lagi gerakan dari Khiam Lo Ang, karena begitu tubuhnya melesat, ia sudah berada disamping Bauw Sun Lie, malah ia pun segera turun tangan.
Dengan mudah ia telah dapat membekuk Bauw Sun Lie, Kemudian dia menenteng Bauw Sun Lie kehadapan Bin Tian Ong.
Muka Bauw Sun Lie tampak pucat pias, dibekuknya dia kali ini benar2 urusan yang membuat dia gentar, sebab sebagai seorang yang telah menyusup musuh, jelas ia akan dikompres dan kedalam sarang
dipaksa untuk membuka rahasia, dengan disertai siksaan-siksaan.
Sedangkan wajah Yo Sian, Hu pangcu dari Ceng Kie Pay, berobah hebat. Hatinya tergetar, ia menyaksikan betapa Bauw Sun Lie ditangkap dan dibekuk begitu mudah oleh Khiam Lo Ang.
Ia menyadari bahwa dengan dibekuknya Bauw Sun Lie, maka jelas akan gagallah usaha mencuri pedang, Rahasianya juga akan terbuka, sebab dengan siksaan2, tidak nantinya Bauw Sun Lie tidak buka mulut.
Tetapi beberapa kali, menenangkan hatinya,
"Hemmmm, hemm!" untuk menghibur diri dan
Yo Sian telah mendengus Tidak lama kemudian muncullah Siangkoan Lin Eng, yang wajahnya berseri2, dibelakangnya mengikuti tiga orang pelayan yang masing2 membawa Bun Sun le dan Im Yang Siang Kiam, It Hui tojin dan It Siu tojin.
Ketiga orang itu tampak lemas tidak bertenaga, sehingga mereka bertiga dapat diletakkan berbaris dengan Bauw Sun Lie, Mereka berempat hanya berdiam diri tanpa berdaya dengan sepasang mata yang terpentang lebar2, mulut mereka juga terbuka lebar, dan dari mulut mereka masing2
menetes tidak hentinya air, jatuh kebaju mereka didekat dada.
Tubuh mereka sama sekali tidak bisa berkutik! Tampaknya ke-empat tokoh rimba persilatan disaat itu seperti juga manusia2 bodoh dan dungu.
Bin Tian Ong kemudian perintahkan orang nya untuk membawa Khong Su dan yang lain2 nya keluar, untuk dikumpulkan didekat Bun Siu Ie. ia sendiri terus mengawasi tajam ke arah orang2 Ceng Kie Pay di tetarap barat.
Yo Sian bingung bukan main, jelas pihaknya yang bersalah, iapun tidak mengerti mengapa Bun Siu Ie dan It Hui serta It Siu dapat dibekuk juga oleh musuh, sedangkan mereka sangat lihay sekali"!
Juga, bagaimana jika sebentar lagi Khong Su telah dibawa keluar Karena bimbangnya ia berdiam diri saja. Namun tidak lama kemudian ia melompat keluar dari tetarap, ia menghampiri Tian Ong untuk menuju berkata kasar:
-ooo0dw0ooo Jilid 30 "MEMANG, semua itu perbuatan kami kaum Ceng Kie Pay! Tapi ini disebabkan kelicikan mu! Mengapa engkau mempergunakan akal licin" Mengapa kau sengaja menolak
lamaran Kang Sun Beng Tongcu kami, apakah dengan melamar puterimu itu kami telah merendahkan kau"
Mengapa kau selalu menolak walaupun kami telah mengajukan lamaran berulang kali" Sudah begitu, mengapa sekarang kau malah membangun luitai ini" Bukankah itu
berarti engkau hendak mempersulit kami" Bukankah itu juga jelas penghinaan besar terhadap Ceng Kie Pay kami"
Mengapa kau mengadakan peraturan yaitu pertandingan harus dimenangkan demikian sulit, sampai sepuluh kali" Kau tidak adil maka kau jangan mempersalahkan kami!"
"Ohhh, begitu"!" kata Bin Tian Ong tawar, "Menurut kau, Hu Pangcu, menjadi sebab semua ini adalah seluruhnya karena aku yang tidak adil sekarang ingin sekali aku bertanya bagaimana aku harus lakukan dan berbuat baru dinamakan adil" Aku akan mencuci telingaku untuk
mendengar dengan hormat penjelasanmu!"
Ditanya begitu Yo Sian terdiam, tidak dapat ia bilang sesuatu buat menjawabnya.
Melihat Yo Sian terdiam saja, Bin Tian Ong berkata bengis: "Hu Pangcu, jika kau tidak dapat memberikan penjelasan, hari ini jangan harap kau dapat keluar dari Bin Ke-Cung."
Waktu itu beberapa orang Bin Ke Cung yang diperintahkan Cungcunya, telah kembali dengan
menggotong belasan
orang Ceng Kie Pay, dengan menimbulkan suara yang cukup berisik mereka diletakkan dilantai berdampingan dengan Bun Siu Ie berempat. Cuma Khong Su seorang yang dapat berjalan, walaupun tampaknya lesu dan langkah kakinya perlahan dan lambat.
Yo Sian sangat kuatir dan juga bercampur dengan perasaan mendongkol ia berseru: "Segala Bin Ke Cung yang sebesar telur busuk, dapatkah untuk menahan aku orang she-Yo"!"
Bin Tian Ong tidak gusar, ia sebaliknya tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika kau tidak percaya, kau boleh lihat saja nanti!" katanya, sebagai jawabannya. Waktu itu dan tetarap barat muncul seorang pemuda yang mukanya tampan dan pada punggungnya menggembol pedang, pakaiannya serba putih dan singkat, sikapnya gagah sekali.
Cuma saja pada sepasang matanya yang bersinar tajam itu memancarkan sinar yang jahat dan kelicikan ia berdiri menghadapi Bin Tian mengandung Ong, setelah
menjura memberi hormat diam2, terus ia bilang:
"Dalam urusan ini yang bersalah ialah partai kami, untuk dibuat menyesalpun sudah terlambat tapi karena dipihak Cungcu tidak menderita kerugian apa-apa, baiklah Cungcu mau membikin habis saja urusan ini.
Aku yang muda, Kang Sun Beng, mau aku mentaati peraturan bertanding diatas luitai, andaikata dalam sepuluh gebrakan aku tidak memperoleh kemenangan biarlah nanti aku mengajak kawan2ku berlalu dari sini. Aku berjanji untuk selama2 nya tidak akan mengganggu lagi pada Bin Ke Cung. Bagaimana pendapat Cungcu?"
Bin Tian Ong tidak menyangka bahwa Kang Sun Beng dapat berkata seperti itu, sehingga sejenak lamanya ia jadi berpikir.
"Oleh karena Kang Tongcu mau mengaku keliru, baiklah, akupun tidak sudi berlaku keterlaluan." sahutnya setelah lewat sekian lamanya.
"Tongcu, andaikata kau tidak memiliki urusan, silahkan kau pergi lebih dulu, Tentang pertandingan baiklah itu tidak usah dilakukan lagi. Tongcu tidak memiliki harapan untuk memperoleh kemenangan Tentang orang orang kaummu
ini, biarlah mereka ditinggal lagi beberapa hari disini, sampai Oey Tiang Su pangcu datang sendiri kemari untuk membereskan persoalan kita, diwaktu itu pasti aku akan membebaskan mereka!"
Kang Sun Beng terdiam sejenak, mukanya berubah jadi merah karena diwaktu itu ia benar2 jadi serba salah.
Yo Sian gusar bukan main, ia bilang nyaring: "Kang Laote, buat apa kau adu lidah dengan iblis tua itu" Lihat saja, ia sanggup menahan kita atau tidak!"
Bin Tian Ong tertawa bergelak-gelak, dengan mata tajam ia memandang kepada Hu-Pangcu dari Ceng Kie Pay
tersebut, kemudian ia menunjuk kepada Bun Siu Ie, terus ia bilang.
"Apakah kalian yakin bahwa kalian sanggup melawan menang mereka bertiga?" Dan iapun telah menunjuk kepada It Hui dan It Siu.
Muka Yo Sian berubah jadi pucat, seperti Kang Sun Beng, ia jadi berdiam diri saja. Syukur diwaktu itu telah datang seorang pengawal Bin Kie Cung yang memberitahukan telah datang Oey Tiam Su, Pangcu dari Ceng Kie Pay, membuat Tian Ong jadi heran,
karena tidak disangkanya ketua dari Ceng Kie Pay datang demikian cepat.
Ia segera berpikir untuk mengambil sikap kelak jika berhadapan dengan ketua dari partai Bendera Hijau itu. Dipihak Ceng Kie Pay mereka jadi sangat girang mengetahui kedatangan ketua mereka, segera juga terdengar suara tertawa dan bisik-bisik diantara mereka, rupanya mereka telah terbangun semangatnya.
Segera juga terlihat munculnya Oey Tiam Su, yang diiringkan belasan orang partainya. ia memiliki potongan muka, empat persegi dan telinganya besar, hidungnya apa yang disebut sebagai "hidung singa" dan "mulut harimau".
Demikian juga dengan sepasang matanya sangat bengis. ia memelihara kumis pendek, bajunya adalah baju hitam panjang dilapis mantel merah tua yang gedombrangan, langkah kakinya pun lebar.
Tian Ong segera menyambut, memberi hormat ia tertawa dan berkata: "Aku si orang she Bin tidak mengetahui Oey Pangcu datang, Aku tidak dapat menyambut dari jauh-jauh, harap dimaafkan!"
Oey Tiam Su segera melihat jelas menggeletaknya Bun Siu Ie beramai, mukanya seketika berobah. Tapi dengan cepat ia dapat bersenyum. Malah dengan sikap dan katakata yang manis ia bilang:
Romantika Sebilah Pedang 3 Bakti Pendekar Binal Karya Khu Lung Anak Harimau 1