Petualangan Manusia Harimau 5
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra Bagian 5
demokratis. "Gunakan cara biasa. Kalau ketemu suruh menyerah baik-baik.
Jangan dianiaya. Jangan kita sampai dinilai sadis oleh sementara
masyarakat karena ada orang-orang yang suka ringan tangan
memukuli orang tersangka atau tahanan. Bagaimanapun beratnya
tuduhan berdasar keyakinan atas dirinya, tetap saja tidak boleh
menganiaya/' kata Brigjen Polisi Setiyadi yang suka correct dalam
melaksanakan tugas.
Dalam hati Siregar timbul berbagai rasa kecemasan. Tetapi ia
juga menyadari bahwa keadaan yang menggelisahkan dan tidak
menguntungkan ini harus diakhiri. Menjadi kewajiban penegak dan
penertib keamanan untuk melaksanakannya. Tetapi bagaimana" la
tidak ragu-ragu bahwa yang dihadapi bukan manusia biasa berakal
licik dan berhati sadis. Kalau hanya itu masih tidak terlalu sulit untuk diatasi walaupun akan meminta beberapa korban, la pun yakin,
bahwa Erwin dengan ayah dan kakeknya merasa kecewa mengapa
ia sebagai orang Tapanuli tidak dapat mengarahkan kawan-
kawannya ke cara yang sesuai.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Padu waktu itu seakan-akan terdengar oleh Siregar suatu bisikan,
agar ia tenang-tenang. Bukan salahnya Polisi akan mengambil cara
biasa. Tampak, perintahkan menyerah, atau tembak di kaki setelah
lebih dulu memberi tembakan peringatan kalau ia lari tidak mau
menyerah. Kalau masih juga tidak mau menyerah dan ada tanda-
tanda akan melawan atau membuat gerak yang bisa dikatakan
sebagai sikap yang membahayakan keselamatan sang Polisi, maka
boleh tembak. Dor, selesai. Yang bisa luput dari prosedur
penyerahan yang wajar hanya penjahat-penjahat tertentu. Yang
pakai sedan kelas mahal. Penjahat-penjahat halus namanya. Banyak
yang mampu meloloskan diri ke luar negeri. Dengan ilmu kesaktian
dari nenek moyang atau dengan ilmu yang bisa diamalkan tiap
penjahat kaya. Money, yes Sir, money! Ini duit selalu bisa
memerintah apa sana dan hampir siapa saja!
"Aku menyesal Amang. Tidak bisa berbuat banyak. Hatiku
cemas," kata Siregar kumat kamit dalam bahasa daerah seolah-olah ia benar-benar sedang bicara dengan Dja Lubuk yang ayah Erwin
si buronan. "Sudah, jangan kau risau karena itu. Tak ada manusia yang
dapat berbuat semau-maunya. Hanya si konyol yang mengira
dirinya dapat berbuat semau hatinya tanpa menyadari lagi, bahwa
sebenarnya ia hanya manusia biasa sebagaimana manusia lainnya.
Kalau mungkin, kau jangan secara langsung melibatkan diri dalam
sengketa ini. Aku hanya ingin memberitahukan kepadamu, bahwa
Erwin tidak membunuh Sabaruddin. Juga bukan dia yang
membunuh ibunya si Amalia. la juga tidak pernah membuat Amalia
sampai tergila-gila kepadanya. Kami orang miskin Regar, tetapi
masih merasa terlalu hina kalau untuk mengambil hati seorang
wanita saja harus pakai guna-guna segala. Kau tahu kan,
bagaimana sifat sebagian orang-orang kita dari sana. Lebih baik
miskin daripada ambil-ambil muka!" kata-kata Dja lubuk itu didengar Siregar jelas sekali, la ?yakin, bahwa manusia harimau yang selalu
bang krt dari kuburannya itu memberinya nasehat untuk dipatuhi.
Dan ia akan mematuhinya. Tak teringat olehnya saat itu bahwa ia
punya sekian banyak atasan dan menurut ketentuan kepolisian,
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bawahan harus tunduk kepada perintah atasan.
Dari apa yang dibisikkan kepadanya Siregar yakin, bahwa bukan
Erwin yang melakukan pembunuhan itu. Lalu siapa" Apakah calon
istri Sabaruddin yang diceritakan oleh Letnan Polisi Masduki. Yang
katanya amat cantik. Masukkah di akal seorang gadis cantik
mempunyai hidup rangkap" yang begitu mengerikan! Timbul
keinginan yang amat besar di dalam diri Kapten Siregar untuk
mengenal Sabrina. Sayang, tidak ada fotonya. Di rumah Sabaruddin
yang biasanya banyak, pun sudah tiada. Dikemasinya bersama
kepergiannya dari rumah itu. Apakah pengambilan semua foto itu
ada sangkut paut dengan keinginan hati untuk tidak mudah dikenal
orang" Ataukah untuk memperlihatkan kepada Sabaruddin bahwa ia
benar-benar tidak mau hidup bersamanya karena terlalu banyak
pertentangan di antara mereka, sebagaimana diterangkan di dalam
surat yang ditinggalkannya"
Siregar yakin, bukan Erwin membunuh. Tetapi kini dia yang akan
diuber. Sesuai dengan hukum kepolisian, ia juga harus turut
menangkapnya. Berbuat lain daripada itu akan dianggap melanggar
disiplin. Bisa meningkat sampai pada persekongkolan.
*** SABRINA pun dengan sendirinya membaca tentang bagaimana
akibat pembunuhan atas diri nyonya Juariah. Pada saat itu
kesetanan menguasai dirinya. Bukan haus darah, la juga tidak selalu
haus darah. Tetapi semacam kepuasan atas caranya berpikir dan
berbuat. Yang dinilainya amat brilyant. Dia yang membunuh, Erwin
yang dituduh dengan penuh keyakinan. Atas diri laki-laki itu bukan
hanya ditimpakan dugaan. Daripadanya bukan hanya akan dipinta
keterangan. Melainkan pengakuan. Bahwa dia yang membunuh.
Berencana lagi. Cukup kuat kesaksian Amalia untuk memastikan itu.
Kalau dia tidak mau mengaku dan dengan begitu mempersulit
jalannya pemeriksaan dan pelacakan, tahu sendiri! Tahu sendiri deh
pokoknya. Akan berkenalan dengan petugas-petugas yang dengan
suka hati mau menjalankan kewajiban tukang pukul dan injak.
Banyak orang tahu, bahwa di Kalangan Polisi ada orang-orang
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
semacam itu. Senang menyiksa tersangka. Benar, baru tersangka.
Tegap besar, kurus kering seperti cecak sudah lima hari tak makan,
tidak jadi soal. Pokoknya bisa dibantai atau digimbal (salah satu
istilah Medan) semau hati. Sepuas tangan. Sekenyang kaki. Tanpa
ada perlawanan dari yang dihantam! Itu baru seronok. Sampai si
"Penjahat" lemas, jatuh terkulai atau remuk. Orang itu akan menangis di dalam hati. Ah sayang mengapa cuma di dalam hati.
Kalau menjerit melolong tentu akan lebih sedap lagi.
Ada dua macam tangis di dalam hati. Iba Karena benar-benar
tidak bersalah. Hanya salah sangka. Katakanlah salah tangkap.
Sakit hati karena diperlakukan sebagai hewan. Dia turut bersalah
memang. Terlibat atau bahkan pelaku utama di dalam suatu
kejahatan kriminil. Tetapi bukankah ia belum divonnis. Terhadap
dirinya harus diberlakukan "praduga tak bersalah." Dia banyak mendengar bahwa tidak semua tahanan bernasib seburuk dia. Ada
yang jauh lebih jahat. Bukan terhadap perorangan. Melainkan
terhadap negara dan bangsa. Tetapi kalau nasib baik bisa di
"Layani" sebagai tamu terhormat. Perintah Kapolri untuk tidak menganiaya tidak selalu dipatuhi.
SABRINA bangga atas dirinya karena bisa membelokkan tuduhan
atas Erwin yang digilai Amalia. Kini cinta gadis itu pada Erwin sudah punah sama sekali. Tetapi apakah guna kepunahan kasih Amalia
terhadap Erwin sekarang" Orang itu jadi buronan dan pada suatu
saat akan ditangkap. Apa untungnya untuk dirinya sendiri" Hanya
kepuasan karena kesadisan jiwa" Kebengisannya menurun, akhirnya
ia diam tertunduk. Mengapa ia harus menjahili Erwin yang tidak
pernah menjahati dirinya" Bahkan telah banyak sekali menolong dan
mengalah. Yang lebih daripada itu pun dilakukannya. Membiarkan
dirinya jadi sasaran tangkapan dan barangkali pembunuhan sebelum
sampai ke depan pengadilan. Padahal dia tahu siapa yang
membunuh. Mustahil dia tidak tahu. Erwin itu cerdas. Dan dia tahu
bahwa di Jakarta ini ada satu gadis cindaku yang sudah hampir
menewaskan dua bayi tanpa dosa secuil pun. Yang lebih lagi
daripada membiarkan diri jadi buronan, Erwin sendiri dapat
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyergap dia. Membunuhnya untuk melenyapkan si makhluk yang
selalu membuat dia dalam bahaya. Mengapa Erwin tidak
melakukannya" Karena tidak tega dan disebabkan kemanusiaan
yang kuat di dalam dirinya sajalah" Apakah dia yang manusia
harimau lebih manusia dari manusia lain" Bahkan lebih manusia dari
pada manusia-manusia Pancasila yang barangkali ada beberapa
gelintir saja di negara lima sila ini" Ataukah ada sebab lain" la takut memikirkannya, tetapi kemungkinan itu bukan tidak ada sama
sekali! Bahwa Erwin diam-diam, sambil menekan seluruh perasaan,
sebenarnya masih cinta padanya dan mengharapkan pada suatu
ketika mereka berdua akan dapat berkumpul. Bercinta dan berkasih
sayang! Pada saat pikiran itu lewat di dalam benaknya, rasanya Sabrina
ingin mencari Erwin, mohon ampun padanya dengan menceritakan
seluruh dosanya. Tetapi, yang demikian hanya satu kemungkinan.
Barangkali Erwin juga benci setengah mati padanya, berlagak bodoh
sekarang. Supaya Sabrina merasa dirinya benar-benar aman dan
pada saat yang tidak diduga ia akan datang. Tiba-tiba saja, berdiri
di hadapan Sabrina dan berkata: "Telah tiba saatnya kau mengakhiri kehadiranmu di permukaan bumi Sabnnaf!" Dan ia akan tunduk,
menerima vonnis mati dijatuhkan oleh manusia harimau, dukun dan
bekas kekasih itu atas dirinya. Apakah akan berakhir begitu" Pasrah
pada nasib" Ataukah ia akan bangkit melawan dan berkata: "Kau
kira kau siapa menjatuhkan hukuman atas diriku" Karena kau punya
backing ayahmu Dja Lubuk dan ompungmu Raja Tigor?" Lalu
Sabrina akan tertawa terbahak-bahak sambil berkata, bahwa di
antara keluarga Sutan Rimbogadang tidak ada yang pernah
mengenal "menyerah untuk mati." Lalu terjadilah perang tanding antara manusia harimau Mandailing dan cindaku cindaku yang
berasal dari Kerinci.
Pada waktu pikirannya sendiri kacau balau, ia jadi tidak punya
keyakinan untuk masa depan. Yang pasti, tenang penuh
ketenteraman. Dan manakala pikirannya letih berperang,
meledaklah tangisnya. Apakah ia akan selamanya jadi petualang
sampai maut merenggut nyawanya" Apakah itu nanti yang akan
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi akhir daripada hidupnya" Atau kah ia akan hidup pula
kembali entah sebagai apa dan untuk apa. Apakah dunia ini tidak
akan ada akhir baginya, sedangkan bagi tiap manusia wajar, pasti
akan tiba titik tamat di dunia. Good-bye world, good-bye forever.
Sampai pada moment of no return.
MESKIPUN didesas-desuskan bahwa Erwin adalah pembunuh
sadis yang punya ilmu tinggi, sebagian besar anggota Polisi
bertekad menangkap dirinya. Apalagi yang punya simpanan atau
tuntutan khusus. Berhasil menangkapnya berarti kenaikan pangkat,
jadi sebutan dan yang mau, jadi rebutan! Mereka mulai mencari dan
akan mengejarnya sampai dapat. Sang dukun muda, sang manusia
harimau kembali jadi insan buruan.
*** PERBURUAN atas si manusia harimau tidak dapat dirahasiakan di
lingkungan kepolisian, hanya cara menilai dan membicarakannya
berbeda-beda. Ada yang berterus terang dan bahkan dengan nada
agak takbur. Ada yang hanya berbisik-bisik disertai rasa kuatir.
Mereka yang masih ingat peristiwa sekitar setahun yang lalu lebih
suka untuk tidak ikut-ikutan membicarakan dan berharap agar
jangan sampai turut ditugaskan dalam perburuan itu.
Erwin yang tahu dirinya dicari untuk ditangkap, merasa cemas
sekali, la dapat mengerti, bahwa umumnya anggota kepolisian
mengejar seorang tersangka karena kewajiban semata-mata. Untuk
keamanan masyarakat. Memang ada di antara para petugas itu
yang over acting, bahkan kadang-kadang yang menyalahgunakan
senjata yang ada padanya Tetapi jumlah yang brengsek begitu tidak
seberapa. Dan kalau mereka ditindak tegas oleh yang di atas maka
citra Polri bisa kembali. Bagaimanapun kepolisian kita pernah juga
punya citra. Kemudian memudar dan boleh dikata hilang oleh ulah
tingkah beberapa oknumnya.
Erwin berpikir apa yang terbaik dilakukannya. Menghadap saja ke
Polisi dan mengatakan, bahwa apa yang diceritakan di dalam surat-
surat kabar itu bukan dirinya" Apakah yang begitu bukan malahan
membuat dia jadi lebih kuat dituduh" Jangan-jangan dia ditahan
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk diperiksa. Kalau cuma diperiksa! Dan apa yang akan
dikatakannya selama pemeriksaan" Kalau kepadanya ditanyakan,
siapa kira-kira yang melakukan pembunuhan itu bagaimana" Akan
dikatakannya Sabrina, agar wanita bekas kekasihnya itu ditangkap
ialu dipaksa mengakui dosanya" Dengan demikian dia akan terlepas
dari tuduhan yang sama sekali tidak benar. Dia pun akan
menyelamatkan sejumlah orang yang barangkali masih akan jadi
mangsa Sabrina. Tetapi, bukankah suatu perbuatan pengecut,
membuka rahasia seseorang, walaupun ia pembunuh yang amat
berbahaya. Biar saja Polisi cari sendiri.
Tetapi apa yang tidak disangka Erwin akan terjadi, kiranya
menjadi suatu kenyataan yang amat mengejutkan dirinya,. Sabrina
ditangkap. Yang menangkalnya tak lain daripada Letnan Polisi
Masduki yang (Semah menerima laporan dari supir taksi dengan dua
penumpangnya yang melihat Sabrina dalam keadaan setengah
harimau di dalam mobil sedan yang dikemudikannya.
Tetapi ketika rekan-rekannya termasuk beberapa atasan melihat
wanita yang ditangkap itu, mereka jadi berbisik-bisik. Ada yang
sekedar menyatakan tidak percaya, tidak masuk akal wanita
secantik Sabrina tersangkut di dalam perkara pembunuhan. Ada
yang berkata, bahwa Masduki barangkali sudah sinting berani
menangkap dan menuduh perempuan seperti Sabrina. Mukanya saja
sudah menunjukkan kebaikan hati dan ketinggian budinya. Itu suatu
keuntungan wanita berparas cantik.
Tapi Sabrina hanya ditahan beberapa jam, kemudian dibebaskan
lagi atas perintah Kolonel Polisi Margono yang tidak percaya dengan
segala macam jadi-jadian atau cindaku-cindakuan. Manusia ada,
harimau juga ada, tetapi manusia harimau mana mungkin ada.
Erwin yang sengaja mengikuti perkembangan, mengetahui kapan
Sabrina dibebaskan kembali, bahkan melihat pula dia diantarkan
pulang ke rumah sahabatnya dengan memakai sedan Kol. Pol
Margono yang tegas tetapi baik hati itu. Perasaan lega dan senang
menjalari pikiran Erwin. Dia sendiri tidak tahu, mengapa. Masih
cintakah ia pada Sabrina"
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Marini yang sahabat Sabrina bertanya, apa sebab ia diminta
datang ke kantor Polisi. "Soal pembunuhan atas diri ibu sahabat
baikku Amalia. Kasihan dia. Beberapa waktu yang lalu ayahnya
ditimpa musibah berat, kini ibunya pula dibunuh orang. Entah
orang, entah setan. Kata dokter ia mati karena kehabisan darah.
Anehnya darah itu bukan habis secara wajar!" kata Sabrina.
"Maksudmu tidak wajar itu bagaimana?" tanya Marini.
"Pembunuh itu mengisap darahnya dari luka di leher itu '
"Kau melihat sendiri mayat itu?"
"Ya. Sedih sekali hatiku. Pucat, hampir sewarna kain putih.
Rupanya darahnya dihisap sampai kering!"
"Aku ada mendengar tentang cerita manusia harimau yang
berkeliaran. Apakah mungkin ia dibunuh makhluk gila itu?" tanya
Marini. la takut, tetapi ia ingin tahu.
"Entahlah. Boleh jadi, siapa tahu!"
"Sab, kau berasal dari Sumatera Barat sana. Apa betul cerita-
cerita tentang adanya harimau jadi-jadian di daerahmu itu?"
"Aku sendiri tidak pernah bertemu, tetapi banyak orang
mengatakan memang ada. Dan bukan jadi-jadian saja. Yang begitu
di mana-mana -ada. Di Jakarta ini juga ada. Misalnya orang mati
jadi ular, jadi babi, jadi macan, jadi tikus dan binatang lain lagi.
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Semua ini namanya jadi-jadian, tetapi yang di daerahku ini namanya
lain lagi. Cindaku. Manusia biasa, kadang-kadang jadi harimau!"
"Lalu, kalau sedang jadi harimau apakah dia lalu mengamuk
membunuhi orang?"
"O tidak. Otaknya tetap otak manusia. Bisa berpikir seperti
manusia, bahkan kadang-kadang lebih cerdik. Sebetulnya cmdaku-
cindaku itu makhluk yang bernasib buruk. Kalau dia menghari-mau
biasanya dia dalam keadaan bahaya. Kalau orang kampung
melihatnya, ia dikejar dan dibunuh beramai-ramai."
"Apakah cindaku takut sama manusia?" tanya Marini semakin
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ingin tahu. "Takut sih tidak. Tetapi siapa sih yang tidak takut kalau
dikeroyok" Tentu saja cindaku tidak menyerah begitu saja. Mereka
melawan dan sebelum dia sendiri mati, biasanya di antara
pengeroyok juga ada atau bahkan banyak yang mati!"
"Kalau si cindaku sudah mati dikeroyok, bagaimana?"
"Dia jadi manusia. Maksudku, mayatnya jadi mayat manusia. Lalu
dia dikuburkan orang. Ada yang tamat sampai di situ, tetapi banyak
yang bangkit kembali dari kuburnya karena dendam yang terus
membara!" "Sampai sesudah dia mati?"
"Ya, sampai kapan pun. Itulah sebenarnya yang dinamakan
dendam tak punya akhir."
"Aku takut, tetapi sebenarnya ingin juga melihat bagaimana
rupanya cindaku. Atau yang diceritakan bernama manusia harimau
itu. Kau percaya Sab, manusia harimau itu ada?"
"Aku percaya, keluargaku di kampung semua tahu. Sampai
sekarang di kampungku ada cindaku dan ada pula yang namanya
manusia harimau! Barangkali ibu sahabatku itu benar dibunuh
manusia harimau atau cindaku. Siapalah yang tahu!"
"Huh ngerinya. Apa saja kata Polisi?" tanya Marini.
"Kata mereka, mereka akan tangkap. Hidup atau mati!" "Apa bisa?"
"Entahlah. Tapi Polisi kan punya senjata. Re-siko tentu ada. Tikus pun kalau diuber sampai terpojok akan melawan, walaupun dia pasti
akan mati. Apalagi ini. Yang katanya bernama manusia harimau.
Jangan-jangan bisa menghilang atau tidak kelihatan. Barangkali
juga kebal peluru! Coba kita bayangkan. Misalnya sejumlah Polisi
menembaki dia dengan berbagai senjata. Yang laras pendek, yang
senapan. Peluru-peluru mengenai sasaran, tetapi si harimau
manusia atau manusia harimau berjalan terus dengan tenang
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menuju ke orang-orang yang menembakinya itu!" kata Sabrina.
"Aduh ngerinya. Dan Polisi itu satu persatu diterkamnya,
dikoyakhya!" kata Marini mengkhayalkan kemungkinan itu.
"Aaa, bukan hanya begitu. Perut orang-orang itu akan
dirobeknya, isinya dikeluarkan. Jantung, hati, usus, semua. Kau tak
mendengar peristiwa setahun yang lalu."
"Peristiwa manusia dikoyak manusia harimau?"
"Ya. Di Jakarta ini. Di kantor polisi pernah. Di Slipi juga pernah.
Aku tidak melihat, tetapi membacanya di koran."
"Apa benar-benar kejadian" Atau hanya karangan wartawan?"
"Berita tidak boleh dikarang-karang dong! Korannya bakal tidak
laku. Ada beberapa anggota Polisi menjadi korban waktu itu!" kata Sabrina. Kelihatan dia senang menceritakannya.
"Apakah kali ini juga akan ada korban?" tanya Marini.
"Mudah-mudahan tidak. Kalau dia dibiarkan, tentu tidak ada
alasan baginya untuk menyerang."
"Tapi kan tidak bisa dibiarkan. Dia pembunuh, dia akan
membunuh dan membunuh lagi," kata Marini yang doyan cerita
sensasi. Apalagi ini berita sensasi yang menjadi kenyataan.
"Kau kepingin melihat manusia harimau, kalau dia ada?" tanya Sabrina.
"Kuingin lihat, tetapi aku takut! Tapi aku mau tahu bagaimana
rupanya/' "Aku rasa memang banyak orang yang ingin tahu. Tetapi seperti
kau ini. Takut. Seumpamanya dia tertangkap, dimasukkan dalam
kerangkeng besi, boleh ditonton masyarakat untuk memperlihatkan
prestasi Polisi dalam melaksanakan tugasnya, apakah kau mau
menontonnya?" tanya Sabrina.
"Aku rasa mau. Kalau kau?"
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ya, aku juga mau melihat. Jangan cuma dengar cerita!!"
"Bagaimana kira-kira rupanya Sab. Di negerimu ada katamu."
"Kata orang yang manusia harimau itu mempunyai badan
harimau, tetapi mukanya muka manusia. Menakutkan tentu!"
"Kasian," kata Marini.
"Kau kasian?" tanya Sabrina.
"Ya, bukankah otaknya bisa berpikir seperti manusia katamu
tadi?" "Kau penuh kemanusiaan Rini! Memang mestinya dikasihani.
Tetapi dia berbahaya."
"Mengapa mereka jadi begitu" Karena nasib atau kena kutuk?"
"Kedua-duanya bisa jadi penyebab," kata Sabrina.
"Adakah wanita jadi manusia harimau?" tanya Marini lagi.
"Aku dengar ada. Ada pula yang namanya cindaku. Seperti di
daerahku."
"Tentunya wanita-wanita cindaku atau perempuan harimau itu
amat mengerikan ya!"
"Tidak. Mereka punya wajah seperti wanita biasa. Ada yang jelek, ada yang biasa-biasa, tetapi barangkali juga ada yang cantik sekali."
"Aku baru mendengar sekarang. Aku jadi tambah ingin melihat.
Bagaimana sih wanita cantik yang cindaku itu. Apa ada ciri-cirinya?"
"Kalau cindaku ada. Di bawah hidungnya tidak ada parit yang
lazim ada pada semua orang. Tetapi kalau manusia harimau tidak
berciri. Yang mengerikan adalah manusia yang cindaku sekaligus
juga manusia harimau!"
"Kau sudah pernah melihat atau bertemu?" tanya Marini.
"Belum, tapi barangkali pernah ngomong-ngo-mong dengan
wanita harimau, tetapi aku kan tidak tahu kalau dia manusia
harimau!" http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hih dahsyatnya daerahmu itu. Kalau kita kebetulan ngomong
ngomong dengan manusia harimau atau cindaku dan mendadak dia
berubah jadi harimau, bagaimana. Tentu kita dibunuhnya!"
"Kata orang yang benar-benar tahu dan punya keluarga manusia
harimau, mereka tidak selalu punya keinginan untuk membunuh.
Mereka juga bisa sedih dan pemenung, menangis atau tertawa
karena merasa amat geli akan sesuatu. Persis manusia biasa. Tetapi
memang ada saatnya datang keinginan minum darah. Kami di
Kerinci menamakannya "hawuih darah," artinya haus darah."
Marini mendengarkan dengan penuh perhatian dan keheranan.
"Kalau mereka sedang haus darah, apa yang mereka lakukan"
Membunuh lalu meminum darah korbannya?" tanya Marini.
"Tidak selalu begitu," jawab Sabrina. "Cindaku misalnya. Sesekali ia dahaga darah bayi. la akan bertandang ke rumah orang yang
baru melahirkan atau punya bayi di dalam rumahnya, la akan
bersikap ramah sekali. Sebagai orang yang sangat penyayang pada
anak-anak kenl."
"Lalu?" tanya Marini dengan keingintahuan yang kian meninggi.
"la akan memandangi bayi itu! Tidak mesti selalu pandangan
tajam. Kadang-kadang hanya dengan penglihatan yang sayu.
Setelah itu dia pergi."
"Buat apa dia pandangi anak itu?"
"Untuk mengisap darahnya?"
"Dengan mata?"
"Ya dengan kekuatan pandangan matanya itu."
"Hiih serem," kata Marini dan benar-benar bulu romanya berdiri.
Berbagai macam pikiran dan perasaan terlintas di dalam diri
Sabrina. "Kalau mungkin, kau masih juga mau bertemu dengan manusia
harimau atau cindaku Rm?" tanya Sabrina. Yang ditanya tidak
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
segera menjawab. Sejurus kemudian baru ia berkata: "Ingin aku
melihat wanita harimau. Tapi yang cantik. Barangkali tidak terlalu
menakutkan karena tubuhnya yang harimau diimbangi oleh rupanya
yang cantik. Tetapi maunya dia di dalam kerangkeng atau kandang
besi," kata Marini.
Sabrina dihinggapi perasaan sedih dan memandangi kawannya.
*** MARINI mengajukan banyak pertanyaan tentang cindaku dan
manusia harimau dan dijawab tanpa ragu ragu oleh Sabrina.
"Banyak pengetahuanmu Sab," kata Marini akhirnya. "Aku tadinya buta sama sekali tentang hal-hal yang demikian. Kini aku
pun tahu. Tinggal berjumpa saja yang belum!"
"Rin hati-hati kalau bicara tentang manusia harimau.!Kata orang, siapa yang sangat ingin bertemu dengan manusia harimau, pada
suatu saat pasti akan bertemu dengannya, la akan menampakkan
diri. Sftahun yang lalu di Jakarta ini ada manusia harimau. Masih
muda, kata orang, la pernah ditangkap ketika ia sedang seperti
manusia biasa. Atas dirinya dituduhkan kejahatan yang tidak pernah
dilakukannya. Sulit dipercaya, ayahnya yang sudah meninggal di
Tapanuli datang membantu anaknya. Beberapa Polisi melihat
manusia harimau tua itu. Kalau aku tak salah namanya Dja Lubuk!"
kata Sabrina memperingatkan sahabatnya.
"Bangkit dari kubur, lalu datang ke Jakarta?"
"Ya. Bukan hanya ayahnya. Kakeknya juga datang. Dia juga
manusia harimau."
"Bagaimana dia bisa datang, sedangkan pulau Jawa dan
Sumatera dipisahkan oleh laut?"
"Tak dapat diterangkan berdasarkan hukum akal. Tetapi mereka
datang dan menghukum orang-orang yang menyiksa anaknya!" kata
Sabrina. Tiba-tiba terdengar petir menggelegar keras sekali. Kedua
wanita itu terkejut, Teidpi Marini yang paling terperanjat. Lalu
terdengar suara keras sekali; "Jangan membicarakan kami." Marini http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
takut setengah mati.
la memeluk Sabrina seolah-olah dengan begitu ia akan aman.
"Tenangkan dirimu," kata Sabrina. "Rupanya mereka mendengar kita dan tak suka dijadikan bahan cerita." Tubuh Marini gemetar.
Sampai-sampai bibirnya turut gemetaran.
"Aku takut Sab," kata Marini, pelan sekali, bagaikan sukar keluar.
"Dia tidak akan apa-apa. Barangkali hanya menegur kita supaya
jangan membicarakan mereka." Untung bagi Marini, sekali ini Dja
Lubuk atau Raja Tigor tidak memperdengarkan auman. Kalau ia
mengaum, besar kemungkinan Marini akan mati kejang oleh
terkejut dan takut. Lebih beruntung lagi Marini, karena ia tidak tahu bahwa yang dipeluknya itu cindaku yang baru saja mengisap habis
darah dua manusia.
Setelah Marini kelihatan reda, Sabrina mohon diri dengan ucapan
terima kasih atas keramah ta-mahan sahabatnya selama ia
menginap di sana.
"Jaga dirimu baik-baik Rin," pesan Sabrina.
"Tentu. Kau juga Sab. Telepon aku kalau kau sudah tiba di
Bandung," kata Marini. "Bila kau ke Jakarta, jangan menginap di rumah kawan lain. Di sini saja!"
Sabrina melambaikan tangan ketika taksi gelap yang
ditumpanginya bergerak meninggalkan halaman rumah sahabat
baiknya itu. la amat terharu atas ketulusan Marini dan sedih sekali
pada nasib yang ditentukan baginya, terpaksa hidup bersandiwara.
Pada saat-saat pikirannya waras dan dirinya normal seperti itu ia
sangat merasakan betapa buruk nasib nya. Dan ia amat cemas, apa
lagi yang akan dialami atau menimpa dirinya pada hari-hari yang
akan datang. Sabrina tidak ke Bandung sebagaimana yang dikatakannya
kepada Marini. la mengambil sebuah kamar di hotel terkenal mewah
di Jakarta. Hanya yang berkantong padat atau punya bank account
cukup saja yang berani menginap di hotel itu. Plus bandit-bandit
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berlagak pedagang atau pejabat penting.
Kunjungan dan kehadiran Sabrina cukup menarik perhatian dan
beberapa tamu membicarakan dirinya. Penilaian mereka bermacam-
macam. Ada yang mengira dia touris domestik yang banyak duit.
Ada juga yang berani menduga bahwa dia menginap di sana untuk
tujuan "biasa." Cari mangsa. Jangan marah, di beberapa hotel berbagai kelas memang ada saja wanita-wanita cantik yang mencari
honor tinggi. Tetapi suatu kenyataan tidak jadi dugaan mereka. Bahwa wanita
cantik itu bukan manusia biasa. Bahwa dia dapat membunuh
dengan hanya mempergunakan pandangan matanya.
ERWIN yang sedang merenungkan nasib di dalam gubugnya,
tidak sadar bahwa tempat kediamannya itu sedang dikepung oleh
tak kurang dari delapan petugas hukum. Semua bersenjata, tetapi
tidak semua berpakaian seragam. Ada yang reserse dengan pakaian
preman. Dari info-info mereka akhirnya mengetahui di mana tempat
tinggal Erwin yang disangka melakukan pembunuhan atas petunjuk
Amalia yang semula jatuh hati setengah mampus pada dukun yang
manusia harimau itu.
Mereka semua sangat hati-hati. Yang dihadapi bukan buronan
biasa. Dia pasti lebih hebat daripada garong bersenjata api yang
biasanya lebih suka melawan daripada menyerah.
Anak Dja Lubuk dan cucu Raja Tigor itu sedang bingung.
Mendatangi Polisi memberi penjelasan atau lebih baik menghindari
dari Jakarta. Sama saja re-sikonya. Kalau menyerah, ia tidak akan
dipercaya dan akan ditahan dengan tuduhan membunuh Nyonya
Juariah. Mungkin juga kematian Sabaruddin akan dibebankan atas
dirinya. Tiba-tiba Erwin terkejut mendengar suara keras dengan
nada memerintah di luar.
"Erwin, menyerah sajalah! Itu yang terbaik bagi dirimu!" kata satu suara keras. "Kau telah terkepung."
Erwin tahu apa yang sedang terjadi, la dikepung untuk ditangkap
sebagai orang yang dituduh membunuh Nyonya Juariah. Yang
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengatakan begitu tentulah Amalia setelah ia mengetahui bahwa
Erwin manusia harimau. Sabrina menceritakan dan Erwin juga
membantahnya. "Keluarlah. Letakkan kedua tanganmu di kepala. Melangkah
perlahan-lahan dan jangan bikin gerak yang mencurigakan, supaya
kau tidak mati konyol!" tetapi Erwin tidak segera mematuhi
perintah, la sudah pernah ditahan dan sudah tahu bagaimana
sakitnya jadi orang tahanan. Terutama orang kecil dengan tuduhan
tindak pidana kriminil.
Perintah untuk menyerah diulang lagi. "Kami beri kau satu menit
lagi untuk keluar. Letakkan kedua tanganmu di kepala dan
melangkah pelan-pelan!"
"Aku tidak bersalah!" teriak Erwin.
"Kau harus menyerah. Salah atau tidak bukan jadi urusan kami!
Kalau kau tidak keluar kami akan menyerbu dan tubuhmu akan
hancur dirobek-robek peluru!"
Pada detik terakhir Erwin keluar. Kedua tangannya di atas kepala.
Delapan pucuk senjata diarahkan pada dirinya. Sampai di depan
pintu gubug ia berhenti memandang ke sekeliling. Keadaan menjadi
tegang. Bukan bagi Erwin. Apa yang hendak dilakukannya, tapi para
petugas hukum dalam hati masing masing. Akan mendadak
melompat dan melawan" Ataukah ia akan jadi harimau" Ada yang
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berdebar, ada yang takut dengan senjata tak mantap oleh getaran
tangan. Tetapi ada juga yang berharap agar ia membuat gerak yang
mencurigakan, sehingga ia punya alasan untuk menembak. Tugas
yang dibebankan pada ke delapan orang itu sama, yaitu menangkap
si tertuduh membunuh ganda, tetapi pikiran dan moral mereka tidak
sama. "Berjalanlah pelan-pelan," kata Komandan pasukan itu, seorang bertubuh kekar dengan pistol di tangan.
"Mengapa aku ditangkap?" tanya Erwin yang belum juga
bergerak dari tempatnya berdiri, la memandang lagi ke sekitarnya.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tugas kami hanya menangkap dan membawa kamu," kata si
badan tegap yang bernama Karnadi itu. "Di kantor nanti kamu boleh menerangkan apa pun yang kamu ingini. Berjalanlah ke mari. Ku
peringatkan sekali lagi, jangan membuat gerak yang kami tak suka.
Kami dapat perintah untuk menembakmu, kalau kamu melawan."
"Aku sudah pernah ditangkap dulu atas tuduhan yang tidak
pernah kulakukan. Aku dipukuli hampir mati. Kalian tahu?" kata
Erwin. "Banyak di antara kalian bukan mau menegakkan kebenaran
tetapi mau memperlihatkan kekuasaan."
Beberapa anggota Polisi yang memang sudah biasa memukul dan
menerjang orang tahanan merasa tersinggung dan ingin orang ini
segera sampai di rumah tahanan supaya bisa dihajar. Tetapi si
komandan pasukan merasa malu mendengar kata-kata Erwin, sebab
apa yang dikatakannya itu memang benar.
"Yang begitu tidak ada lagi sekarang," kata Karnadi. "Kapolri sendiri sudah melarang pemukulan terhadap tertuduh. Karena orang
yang dituduh belum tentu bersalah."
"Baiklah, aku akan melihat nanti. Tetapi sekali lagi kukatakan,
bahwa aku tidak punya dosa apa pun. Ingatlah itu baik baik," kata Erwin. Dia berkata tenang, namun begitu nada mengancam terasa
oleh orang-orang yang mengepungnya.
Mereka tertanya tanya di dalam hati, beginikah macamnya orang
yang manusia harimau" Tiada beda dengan orang lain. Mana
mungkin orang semacam ini bisa jadi harimau. Ada di antara
mereka yang mulai berpikir bahwa mereka salah tangkap. Tetapi
ada pula yang percaya, bahwa orang ini tentu punya sesuatu atau
banyak ilmu. Kalau tidak begitu, mustahil ia tadi mengeluarkan kata-
kata yang mengandung peringatan dan ancaman. Apakah sebentar
lagi ia akan berubah ujud" Sebentar lagi. Ketika semua anggota
Polisi sudah semakin ketat mengepungnya dan hendak mengenakan
borgol pada kedua pergelangan tangannya. Apakah di saat itu ia
akan berubah dan mengamuk, membunuhi mereka"
Kini Erwin sudah dikerumuni para pengepungnya.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tangan tetap di kepala," perintah Karnadi. Kepada dua anak buahnya ia perintahkan untuk menggeledah badan tawanan. Tidak
ada apa-apa. "Kau boleh membawa pakaian untuk pengganti," kata Karnadi.
Erwin tahu dia pasti akan ditahan, tetapi masih sempat merasa
bahwa Polisi yang seorang ini baik hati dan punya rasa
kemanusiaan. Karnadi mempunyai sesuatu dari kakeknya, yang
orang lain tidak tahu dan juga tidak punya, la merasa tubuhnya
panas. Itu suatu pertanda bahwa tawanan itu juga punya sesuatu.
Jangan sembarangan kalau tidak mau menghadapi suatu
kemungkinan yang bisa amat berbahaya.
"Kami terpaksa memborgol Anda," kata Kar nadi. Kamu
ditukarnya dengan Anda.
"Kalau mesti begitu, silakan Letnan," ujar Erwin. Dari tanda pangkat, ia tahu bahwa komandan pasukan itu berpangkat letnan
dua. la menyebutnya dengan pangkatnya, tanpa bapak. Itu sudah
cukup dan wajar.
"Maaf," kata Karnadi ketika ia sendiri meletakkan borgol pada kedua tangan yang diulurkan tawanan itu.
Erwin sakit hati mengapa ia sampai ditangkap, karena ia sama
sekali tidak bersalah, tetapi ia simpati kepada letnan yang sopan itu.
la juga terus menduga, bahwa mungkin letnan ini punya sesuatu
dan telah pula merasakan, bahwa ia berhrdapan dengan tawanan
yang juga punya sesuatu di dalam dirinya.
Bawahan Karnadi merasa heran mengapa komandan mereka
bersikap begitu ramah terhadap seorang tawanan. Bagi kebanyakan
di antara mereka, kalau orang ditangkap mesti orang jahat, apalagi
kalau sampai diborgol Terhadap orang jahat tidak perlu sikap
ramah, sebab mereka tidak pantas diramahi, begitulah pikiran cupet
mereka. Di samping Karnadi yang baik hati, beberapa anak buahnya
sudah punya niat untuk melampiaskan nafsu pukulnya atas diri
Erwin. "Nanti lu bakal rasain bekas tangan gua," kata mereka di http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dalam hati. Ada yang tidak bisa menyembunyikan kebencian mereka
terhadap Erwin. Memandang si tawanan dengan mata berapi-api.
Erwin disuruh naik pick-up yang membawa pasukan itu
menyergap si manusia harimau. Waktu dia naik ada seorang
anggota polisi yang mendorongnya sambil berkata: "Hayo lekas!"
Dorongan keras itu membuat Erwin hampir tersungkur.
Sepanjang jalan menuju kantor polisi Erwin membayangkan apa
yang akan dialaminya nanti. Kira kira seperti yang dirasakannya
setahun yang silam. Dia bertanya pada diri sendiri, apakah ia
memang tidak boleh bermukim cari nafkah di Jakarta. Selalu saja
ditimpa musibah. Perkenalan dan permusuhannya dengan Kiyai
Ampuh yang kini sudah jadi babi oleh kutukan sumpahnya sendiri
dimulai dari Jakarta. Anak dan istri tercintanya tewas di ibukota ini juga. Kemudian kisahnya dengan Sabrina yang dicintainya tetapi
akhirnya direbut oleh sahabat akrabnya Sabaruddin. Lalu sahabat
akrab ini mati dibunuh disusul oleh pembunuhan atas diri Nyonya
Juariah. la pula dituduh sebagai pelaku dari pembunuhan ganda itu.
Sial, betapa sial dia di Jakarta ini. Sekarang ia diborgol sebagai
terdakwa. Apa dosanya sampai ia bernasib begini buruk!
*** ERWIN dimasukkan ke dalam sebuah sel berjeruji besi. Seorang
diri. Pertanda dia dianggap berbahaya atau penjahat kelas berat, la
memohon di dalam hati agar ayahnya datang, tetapi kemudian ia
merasa malu sendiri. Mengapa selalu menginginkan kehadiran ayah
kalau diri sedang terjepit" Kapan ia merasa cukup tabah
menghadapi hidup ini sendiri. Walau bagaimanapun besarnya
tantangan dan cobaan.
la tidak segera tahu, bahwa Kapten Pol Sahata Siregar berdiri di
depan pintu selnya. Ketika ia sadar akan kehadiran perwira itu ia
memandangnya dengan mata bertanda tanya.
*** KAPTEN Polisi Siregar tidak kuat memandang orang tahanan itu.
Matanya menatap lantai. Sejenak kemudian barulah ia berkata:
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Semua ini bukan kehendakku Erwin. Aku masih punya atasan!"
"Aku tahu. Kapten tak usah risau. Demi Allah aku tidak tahu
menahu tentang kedua pembunuhan itu. Kadangkala orang hidup
harus menerima nasib. Seperti akli sekarang. Tanpa dosa masuk
tahanan. Yang melakukan kejahatan besar ada banyak berkeliaran,
balpkan bermandi segala kesenangan di alam bebas!" kata Erwin.
"Kau tahu, bahwa kau difitnah" Oleh anak wanita yang mati
dibunuh itu!"
"Tahu. Bukan salahnya, la punya alasan untuk menuduh diriku."
Perwira Polisi yang asal Tapanuli itu heran. Ada manusia sudah
dalam tahanan, tidak berdosa, masih juga tidak mempersalahkan
orang yang menyebabkan dia dijebloskan ke sana.
"Kau aneh sekali Erwin. Aku tak mampu menyelami jiwamu!"
"Tak mengapa. Tak perlu diselami. Jalankan saja tugasmu
dengan baik. Kalau mungkin tanpa merusak keadilan yang menjadi
milik tiap manusia. Dari yang berkedudukan paling tinggi di dunia ini sampai pada yang hina dina. Mereka semua mempunyai hak sama
dalam hal keadilan."
Kapten Sahata Siregar merasa malu. Merasa terpukul, karena apa
yang dikatakan Erwin adalah suatu kenyataan yang amat gamblang.
"Adakah sesuatu yang dapat kubuat untukmu Erwin?"
"Tidak ada. Kau punya atasan, bahkan banyak atasan. Mereka
punya wewenang lebih besar dari Kapten. Di dunia wewenang
banyak sekali artinya dan seringkali amat menentukan. Termasuk
menentukan nasib sesama manusia."
Dengan langkah lesu Kapten Sahata Siregar pergi, la dipanggil
masuk ke kamar Kolonel Pol Margono untuk berbincang-bincang.
"Sahata baru ngomong-ngomong dengan pembunuh itu, ya,"
kata Margono yang biasa menyebut bawahannya itu dengan nama.
la selalu tegas kalau yakin akan sesuatu. Seperti membebaskan
Sabrina yang katanya tidak mungkin terlibat dalam kasus
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pembunuhan itu. Dan dia menamakan Erwin pembunuh, walaupun
belum diadili, karena ia yakin bahwa laki-laki inilah yang melakukan
kejahatan itu. Cerita Amalia masuk akal, logis.
"Apa saja katanya?" tanya Kolonel Margono. "Katanya ia hanya difitnah. Tidak tahu menahu tentang pembunuhan ganda itu. la
tidak mengerti mengapa ia ditahan sedangkan di luar banyak
penjahat berkeliaran bebas atau bahkan hidup bersenang-senang,"
ujar Siregar mengulangi kata-kata Erwin.
"Biasa. Mana ada tahanan yang mengakui dosanya. Kecuali kalau
ia sendiri datang menyerahkan diri. Dia pembunuh brutal, kurang
ajar. Dia menyindir kita hah! Mengatakan banyak penjahat bebas di
luar sambil hidup bersenang-senang! Itu kan kurang ajar!" ujar
Margono. Pada waktu itu masuk Sersan Saiman. Berkata Kolonel itu
kepadanya: "Kau dengan dua kawanmu nanti memeriksa pembunuh
yang baru ditangkap itu. Orangnya bukan hanya jahat, tetapi juga
pintar. Dia bilang di luar banyak penjahat bebas, sedangkan dia
yang tidak berdosa ditangkap. Orang begitu perlu diajar adat!
Bukankah begitu Kapten Sahata?" kata perwira menengah itu
dengan nada marah. Betapa tidak, pembunuh saja kok berani
mengeritik. Sahata Siregar tidak menyahut. Margono kesal atas sikap Sahata
yang tidak menyokong pendapatnya.
"Aku mengerti. Pembunuh itu juga dari Tapa nuli," kata Margono.
"Jangan bawa bawa daerah Pak," kata Sahata yang juga jadi
jengkel mendengar sindiran atasannya. "Biar dari neraka pun kalau salah harus ditindak. Dan biar dari neraka pun kalau belum diputus
oleh Pengadilan harus berlaku praduga tidak bersalah."
"Sahata marah ya," kata Kolonel Margono mendinginkan
suasana. Dia merasa keliru menyebut-nyebut daerah tadi. Dia
seharusnya mengetahui, bahwa Kapten Sahata Siregar terkenal
correct dalam menjalankan tugas. Oleh kata-kata Margono terhadap
dirinya dan vonnisnya atas Erwin ia berharap hendaknya Margono
bertemu dengan Dja Lubuk atau ompungnya Raja Tigor. Biar dia
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
angan sok aksi mencemoohkan manusia harimau yang oleh cukup
banyak orang diketahui bukan khayalan melainkan kenyataan yang
tidak aneh bar penduduk Tapanuli Selatan dan daerah perbatasan
dengan Minangkabau.
"Sahata punya pendapat bagaimana tentang orang yang kita
tahan ini?" tanya Margono. Keyakinannya tidak akan berubah, tetapi ia mau juga mendengar apa kata bawahannya yang tadi amat
tersinggung itu.
"la seorang tersangka. Kalau Kolonel tanyakan bagaimana
keyakinan saya, terus terang saya percaya bahwa dia tidak
bersalah!"
"Sahata tentu saja bebas untuk punya pendapat. Tetapi saya
akan membuktikan bahwa dialah yang melakukan pembunuhan-
pembunuhan itu. Saya punya firasat bahwa dia bersalah," kata
Margono. "Kalau dia terbukti bersalah, dia harus mendapat hukuman yang
setimpal," kata Sahata lalu ia mohon diri.
JAM 24. 00 tengah malam Erwin diambil dari selnya, la akan
diperiksa, sebagaimana ia lebih setahun yang lalu pernah diperiksa
Polisi. Ada tiga orang petugas hukum menghadapinya, termasuk
diantaranya Sersan Saiman. Yang dua orang lainnya masing-masing
berpangkat kopral dan sersan seperti Saiman. ?
Saiman berkata kepada Erwin bahwa pemeriksaan akan singkat
saja, kalau ia secara terus terang dan jantan mengakui dosa-
dosanya. "Tidak ada gunanya berbelat belit," kata Saiman.
"Akhirnya nanti kamu akan mengaku juga. Jangan bikin aku jengkel dan marah, sebab tidak akan baik bagi dirimu sendiri!"
Erwin tidak menyahut, la mengerti apa yang tercakup di dalam
ancaman Saiman.
"Senjata apa yang kau pergunakan membunuh untuk
meninggalkan kesan, seolah-olah korban dicekik oleh binatang buas
berkuku panjang dan tajam seperti harimau?" tanya si sersan
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seolah-olah Erwin sudah mengaku bahwa dialah yang membunuh.
"Saya tidak membunuh siapa pun. Barangkali mereka memang
dibunuh oleh harimau atau manusia harimau!" jawab Erwin lantang.
Dia juga tidak mau memberi jawaban yang berputar-putar!
Saiman dan kedua orang rekannya tertawa mengejek dan satu
tinju melayang ke muka Erwin. Kemudian menyusul satu tendangan
dengan boots ke rusuk lalu satu lagi ke punggung Erwin yang sudah
terduduk di lantai oleh pukulan ke mukanya tadi. la tidak
mengaduh, tetapi ia menahan sakit. Sakit badan dan sakit hati.
Karena ia menerima saja dan tidak minta ampun, rupanya ketiga
anggota Polisi yang hendak memeras pengakuan dengan segala
cara itu, tambah marah. Jari tangan kirinya yang bertopang di lantai
diinjak dengan sepatu laars oleh Ismail yang baru kopral. Karena
Erwin menahan saja tanpa jeritan, Ismail mengangkat kaki
bersepatu berat itu lalu melantakkannya dengan sekuat tenaga
untuk menghancurkan tangan tersangka. Tetapi kali ini Erwin
mengecewakan Ismail. Tangannya sudah ditarik sebelum sepatu
membina-sakannya. Keruan saja kopral itu jadi marah sekali.
Diangkatnya Erwin sehingga berdiri lalu dipegangnya tangan dukun
itu dari belakang. Kedua kawannya sudah tahu apa yang harus
mereka perbuat. Bergantian tangan sersan Saiman dan Sersan
Maladi meninju muka dan dada Erwin.
"Nah, mana manusia harimaumu bangsat!" kata Saiman. "Kau mau menakut-nakuti orang dengan segala macam khayalan. Coba
tunjukkan, aku mau lihat," kata Saiman yang paling galak, bahkan sudah tergolong sadis. "Kalau kau tidak jadi harimau, kau akan
kutembak malam ini. Akan kukatakan bahwa kau melawan dan mau
melarikan diri!" Kedua orang temannya juga tertawa-tawa
mengatakan mau lihat bagaimana rupanya manusia harimau.
Permintaan mereka terkabul. Di dalam ruangan itu terdengar
suara mengaum keras. Ketiga pemeriksa merangkap tukang pukul
itu terkejut bukan kepalang dan jadi takut setengah mati. Hanya
suara mengaum. Tetapi tidak pelak lagi, itu suara harimau. Erwin
menggeletak di lantai, tak berdaya dengan muka rusak
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengeluarkan darah. Saiman dan kedua kawannya kebingungan.
Dan pada saat seperti itulah mendadak di ruangan itu tampil
ompung Erwin. Tubuh harimau dewasa yang besar dengan muka
orang tua penuh keriput. Raja Tigor, ayah Dja Lubuk, sahabat Datuk
nan Kuniang yang dimakamkan belasan tahun yang lalu di
Kebayoran Lama. Semua sudah meninggal. Pernah manusia semasa
hayat mereka, tetapi bangkit lagi setelah mereka meninggal. Bukan
lagi manusia, tetapi juga bukan hewan , biasa sebagaimana yang
umumnya dikenal orang/ Datuk nan Kuniang sendiri bukan manusia
harimau, la keluar dari kuburannya bila saja dikehendakinya.
Berbalutkan kain kafan yang berlumpur lumpur.
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Saiman dan kedua petugas sadis lainnya ingin minta tolong, tapi
tak dapat mengeluarkan suara. Bergerak pun tak kuasa.
"Kalian katakan tadi ingin melihat manusia harimau. Pandangilah
aku. Sepuas hatimu, supaya tak pernah kau lupakan. Namaku Raja
Tigor, tempat asal dan kediamanku di Mandailing. Yang kalian siksa
itu cucuku. Cucu kandungku yang tidak berbuat kesalahan apa pun.
Kalian kejam dan biadab," kata Raja Tigor.
Tanpa mengeluarkan kata-kata lagi, Raja Tigor mendatangi
Sersan Saiman. la memukul mukanya sehingga Saiman terjatuh.
Kedua temannya melihat tanpa dapat bersuara atau bergerak.
Dengan muka pucat, badan gemetaran Ismail dan Maladi
mempersaksikan, bagaimana Raja Tigor mengoyak perut Saiman
lalu mengeluarkan isinya. Kedua rekannya menunggu giliran.
Tiada lagi jalan lari atau mengelak. Yang amat mengherankan, tidak
ada Polisi lain masuk ke ruang pemeriksaan itu, padahal suara
harimau itu tadi begitu keras. Mereka tiada mendengarnya.
Raja Tigor membelai-belai cucu tersayangnya, mencium dahinya,
lalu mengangkatnya ke dalam sel tempat ia ditahan. Setelah itu ia
pergi. Keluar dari Kantor Polisi itu tanpa dilihat oleh siapa pun.
Padahal di sana ada para penegak hukum lain. Begitu pula beberapa
orang yang sedang melapor atau mengadu.
Raja Tigor yang semasa hayatnya mempunyai banyak ilmu,
rupanya tidak kehilangan kebolehannya itu, walaupun ia sudah mati
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan dikuburkan. Bagaimanapun aneh kedengaran, tetapi semua ini
merupakan kenyataan bagi dirinya. Yang amat ajaib ini hanya satu
dari sekian banyak kemustahilan bagi hukum akal. Kenyataan yang
harus kita terima tanpa perlu meletihkan diri memikirkan atau
memecahkan mengapa yang demikian bisa terjadi.
Setengah jam kemudian datang Letnan Karnadi, yang pada siang
hari itu mengepalai pasukan penge pung dan penangkap Erwin,
tanpa ada tugas. Sejak merasa badannya panas ketika mendekati
Erwin, ia jadi ingin tahu perkembangan setelah orang itu
dimasukkan ke dalam sel. Apakah ia akan menghilang tanpa bekas"
Ataukah ia tidak punya ilmu menghilang tetapi memiliki ilmu kebal
dan tahan pukul, la sudah mendengar bahwa yang akan memeriksa
adalah Sersan Saiman yang sudah cukup dikenal di antara para
rekannya mempunyai sifat ganas dan tak kenal ampun. Sampai
setelah Kapolri memberi peringatan agar para penegak hukum itu
jangan lagi menganiaya para tahanan, ia tidak berubah.
Kepada rekan-rekannya di ruang muka ia bertanya tentang orang
yang baru ditangkap. Mendapat jawaban bahwa pemeriksaan
sedang dilakukan. Tetapi ia pasti akan mengaku, begitu keyakinan
mereka. Karnadi masuk, langsung ke sel Erwin. la amat terkejut
melihat orang tahanan itu tergeletak dengan muka sudah tidak
keruan dan mungkin tidak sadar diri. la lalu berkata di dalam
hatinya, bahwa trwm rupanya tidak mempunyai ilmu apa-apa selain
daripada membuat orang merasa panas bila mendekatinya. Itu pun
hanya bisa dirasakan oleh orang-orang berilmu semacam Karnadi.
Kisah tentang manusia harimau yang dikaitkan dengan Erwin
rupanya hanya khayalan, la panggil-pang gil nama Erwin, kalau
kalau ia bisa mendengar untuk menunjukkan kesadaran diri. Tetapi
panggilannya tiada berjawab. Orang tahanan itu tidak bergerak.
Dari sana Karnadi pergi ke ruang pemeriksaan. Di sana baru dia
terkejut bukan kepalang. Seorang petugas dengan isi perut terburai
dan dua orang lainnya terduduk lesu tanpa berkata sepatah pun.
Kelihatan seperti orang bingung dan bodoh.
"Apa yang telah terjadi!" tanya Karnadi. Tiada jawaban, la
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bergegas keluar memanggil rekan-rekannya. Semua jadi ingin tahu
dan mengikutkannya ke ruang pemeriksaan. Tak ada seorang pun
yang tidak jadi pucat oleh rasa ngeri dan takut. Apalagi kedua polisi yang tidak dicederai oleh Raja Tigor tidak bisa menjawab
pertanyaan. "Mana tahanannya, lari?" tanya Komandan jaga yang bernama
Husin. "Di dalam selnya, pingsan," jawab Karnadi. Ramai-ramai mereka melihat Erwin yang telah babak belur. Mereka semakin heran dan
takut. Kalau begitu pasti ada orang ketiga. Tanpa orang ketiga tak
mungkin Erwin bisa berada dalam selnya. Dialah yang meletakkan
Erwin kembali di sana setelah membunuh Sersan Saiman. Dan dia
masih ada di sana tanpa bisa dilihat, atau telah pergi tanpa
kelihatan, la tidak bisa membawa Erwin keluar, karena diri tahanan
ini sendiri tidak bisa disembunyikannya dari Polisi.
Mereka semufakat untuk memberitahu Kolonel Margono yang
mengepalai pemeriksaan dan penjernihan kedua kasus pembunuhan
aneh atas diri Sabaruddin dan Nyonya Juariah. Ini bukan kejadian
biasa. Terlalu aneh dan misterius. Siapa orang ketiga itu"
KOLONEL Margono yang memang selalu bersedia bangun dari
tidurnya walau jam berapa sekali pun kalau ada kejadian serius, tak
kuasa mencegah getar tangannya yang memegang telepon setelah
mendengar bahwa Sersan Saiman telah mati dirobek perutnya selagi
melakukan pemeriksaan terhadap tersangka Erwin.
"Dan jahaman itu melarikan diri" Perintahkan kejar sampai dapat
dan langsung tembak mati kalau dia melawan atau mau terus lari!"
perintah Margono geram. Dia sadar betul bahwa menjadi tugasnya
segera melumpuhkan pembunuh yang amat berbahaya itu.
Keselamatan publik harus dinomor satukan
"Si tahanan ada di dalam selnya Pak!" kata Komandan Husin
yang melapor. "Jadi dia belum diperiksa?"
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sudah Pak, sudah setengah hancur mukanya dan dia pingsan!"
"He, kau sudah gila" Kau melapor atau main-main!" Margono
tambah geram lagi.
"Saya melapor Pak. Semua ini sudah terjadi. Letnan Karnadi juga
ada di sini. Saiman mati dengan isi perut berantakan. Ismail dan
Maladi tergugu tidak bisa ngomong."
"Maksudmu ada orang ketiga" Orang ini yang membunuh
Saiman?" "Mungkin begitu!"
"Mana bisa mungkin, tolol. Kalau Erwin dalam sel, Saiman mati,
tentu ada orang lain yang membunuh! Apakah orang ini sudah
kalian tangkap?"
"Orang ketiganya ini tidak pernah kelihatan. Tidak pernah masuk, tidak pernah keluar," kata
Husin tergugup gugup mendengar bentakan atasannya.
"Gila, gila! Kalian tidur atau buta!"
"Barangkali yang ketiga itu bukan manusia Pak!"
"Hih, betul-betul kalian dungu. Kalau sudah tidak bisa
menangkap penjahat, bilanglah orang itu bisa hilang, tidak
kelihatan, kebal, bisa jadi babi! Alasan untuk menutupi kebodohan
kalian saja! Sebentar aku datang, tanganku sendiri yang akan
mematahkan leher pembunuh itu atau peluru senjataku merobek-
robek badannya yang kau kata kebal!" Margono perwira berani,
bukan hanya pandai ngomong kosong. Dia lakukan apa yang
dikatakannya. Tak lama antaranya dia sudah siap berpakaian dinas untuk
berangkat. Disaat itu telepon berdering. Setan mana lagi ni yang
mengganggu! Dia mau lekas.
"Hallo!" kata suara empuk di ujung sana.
"Ya, siapa ini. Ada apa mau apa!" tanyanya tidak sabar.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dengan Pak Margono?" tanya si suara lembut tenang-tenang.
"Ya, masa tidak kenal suara saya." Sok juga sang kolonel. Dia rasa semua orang mestinya sudah kenal pada suaranya yang
berwibawa. "Ini siapa?"
"Sabrina Mas, yang pernah Mas tahan tiga jam!" Bapak ditukar
"Mas" kedengaran enak sekali.
"Oh, Ina. Itu hanya suatu kekeliruan, sudah saya katakan bukan.
Saya menyesal sekali kok ada bawahan saya yang begitu sembrono!
Saya mau cepat-cepat, nanti kita bicara lagi. Maafkan saya.
Beginilah tugas Polisi. Tidak tentu malam buta, kalau ada yang
gawat mesti turun sendiri."
"Gawat" Ada bahaya Mas?"
"Entah, pokoknya gawat. Tapi saya belum lihat dan belum
percaya. Masa sersan saya mati dirobek perutnya. Yang merobek
tidak kelihatan datang dan tidak kelihatan perginya."
"Sersan yang mana Mas?"
"Itu, yang memeriksa si Erwin pembunuh itu."
"O, dia sudah tertangkap?"
"Bukan tertangkap, ditangkap di gubugnya. Sedikit pun tidak
melawan." "Dia lari?"
"Lari apa! Dia tetap meringkuk dalam selnya. Agak sakit.
Barangkali melawan petugas waktu diperiksa tadi! Ina, nanti saja
satu jam lagi nelepon. Tidak ada siapa-siapa di rumah, tak usah
kuatir!" Hati senang mendengar suara Ina dicampur bimbang oleh
peristiwa gila yang belum dipersaksikannya itu berkecamuk dalam
dirinya. Kurang dari seperempat jam kemudian ia sudah berada di kantor
polisi tempat Erwin ditahan dan Saiman dirobek perutnya dengan si
terburai. http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Menghadapi kenyataan yang tadi sama sekali tidak dipercayanya,
ia terdiam. Bukan takut. Dia bukan perwira yang mudah gentar.
Tetapi aneka tanda tanya timbul di dalam hatinya. Pertama-tama
tentang apa /ang tampak oleh matanya. Apakah itu bukan sekedar
ilmu sihir murahan" Matanya disulap, sehingga melihat
pemandangan mengerikan seperti itu. Padahal semuanya hanya
khayalan. Untuk memastikan diri. ia menjongkok di hadapan mayat
Saiman. Diperhatikannya benar-benar. Kemudian dipegangnya
kepala Saiman. Terasa, jelas terasa, la bukan ditipu khayalan.
Margono berdiri. "Aneh," katanya, la tidak menyembunyikan
perasaan. "Kalian dapat menerangkan apa ini semua dan bagaimana
bisa terjadi" Kalian di sini banyak. Orang ketiga itu tentunya tampak oleh kalian. Dan kalian seharusnya dapat mencegah tatkala dia
masuk. Hanya ada satu pintu masuk dan kalian ada di ruang muka,
bukan?" tanya Margono. la tidak lagi terlalu mempersalahkan anak bua'hnya tetapi mengemukakan teorinya.
"Mestinya kelihatan Pak. Anehnya, justru ia tidak kelihatan masuk dan tidak kelihatan keluar. Suara langkah saja pun tidak ada
terdengar!" kata Komandan jaga Husin.
"Hai kalian berdua," kata Margono kepada Ismail dan Maladi.
"Bagaimana rupa orang ketiga itu" Kalian biarkan saja dia
membunuh kawan kalian?"
Tiada jawaban. Karnadi yang punya sedikit pengetahuan
memegang kepala Maladi dan Ismail bergantian sambil
membacakan mantera yang diketahuinya. Bagaimana menyadarkan
orang yang terpukau. "Mengucaplah," kata Karnadi.
Beberapa menit kemudian kedua orang itu bukan bicara, tetapi
jadi gemetaran dan saling berangkulan seolah-olah orang ketakutan
yang cari perlindungan. Karnadi memberi isyarat agar mereka
dibiarkan saja dulu. Pelan-pelan akan tenang. Dan Kolonel Margono,
entah oleh apa, menurut.
Maladi dan Ismail diberi minum air sejuk. Beberapa saat
kemudian diajak bicara. Tergugup-gugup Maladi menceritakan
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tentang pemeriksaan. Tidak mengatakan bahwa mereka
menyiksanya supaya mengaku. Tiba-tiba terdengar suara harimau
mengaum, tetapi harimaunya tidak kelihatan. Yang sangat aneh,
kepala harimau itu kepala manusia. Sudah tua, keriput. "Dia bilang tersangka pembunuh itu cucunya." Tubuh kedua pemeriksa Erwin
gemetaran lagi. Dan di antara polisi yang lain juga sudah ada yang
turut gemetaran. "Bermuka manusia, katamu?" tanya Margono.
"Biar saya jangan bisa bergerak kalau saya bohongi," kata
Maladi. "Biar saya disamber geledek Pak, kalau ada kata-kata yang
bohong," ujar Ismail menguatkan.
"Lalu bagaimana si tertuduh ada dalam sel" Aku mau lihat," kata Margono sambil bergerak ke sel Erwin.
Kolonel itu betul-betul terkejut. Erwin meringkuk setengah
lingkaran dengan kedua lututnya hampir rapat ke perut. Rupanya
menahan sakit oleh tendangan. Muka orang tahanan itu telah
bengkak-bengkak dan bahkan ada luka mengeluarkan darah. Jelas
bagi Margono bahwa ketiga anak buahnya tadi telah menyiksa
Erwin. "Siapa yang memasukkannya kembali ke dalam sel?" tanya
Margono. "Harimau bermuka manusia itu," jawab Maladi.
"Heran mengapa tak dibawanya pergi," ujar Margono.
"Mau memperlihatkan kepada Bapak barangkali, bagaimana
cucunya disiksa di sini," kata Komandan jaga.
"Aniaya memang tidak baik, tetapi ada tertuduh yang terang
bersalah, tak mau merigaku kalau tidak dianiaya. Terlalu banyak
penjahat yang memungkiri perbuatannya. Serba susah memang.
Dilemah lembuti tidak mau, disiksa melanggar kemanusiaan!" ujar
Margono. "Kolonel," kata satu suara tiba-tiba. Keras dan tegas. Bukan dari http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
salah seorang di antara mereka.
"Kolonel," kata suara itu sekali lagi. Mendengarkan. Aku ini yang bernama Raja Tigor dan ompung Erwin yang kalian tahan dengan
tuduhan membunuh. Aku yang merobek perut sersan kalian
bernama Saiman tadi! Ada di antara kalian yang keberatan?" Itu
jelas suara Raja Tigor. Tidak ada yang menyahut.
Yang hadir berharap Kolonel Margono akan buka suara. Tetapi
ternyata ia bungkem. Mau bilang apa.
"Kolonel merasa diri tegas, tetapi saya punya pendapat lain.
Kolonel kadang-kadang labiel. Terum-bang ambing. Pun tidak punya
cukup daya tahan menghadapi wanita cantik." Muka kolonel itu jadi merah padam, tetapi dia tidak marah atau menanggapi.
Bawahannya semua memandang padanya, sebab semua orang
tahu, bahwa dia memang punya kelemahan terhadap wajah ayu.
Tidak apa-apa bukan" Hampir tiap orang punya kelemahan.
Margono yang lemah terhadap wanita cantik itu kebetulan Polisi.
Jangan dikira dia lemah karena dia Polisi.
"Kolonel bebaskan saja wanita yang bernama Sabrina itu. Kolonel
merasa mustahil dia terlibat. apalagi membunuh. Barangkali
keyakinan kolonel itu benar, tetapi ada hal-hal yang kolonel tidak
tahu. Dia itu sahabat baik anak saya Erwin, pernah saling menyukai.
Mungkin dia dapat menerangkan, bahwa cucu saya Erwin tidak
mungkin terlibat dalam pembunuhan itu. Mungkin dia tahu mengapa
cucunya dif itnah." Raja Tigor tidak bicara terus terang mengenai apa yang diketahuinya.
Margono dan polisi lainnya heran, bagaimana Manusia harimau
itu mengetahui Sabrina, mengenal Margono dan lain-lain.
"Kolonel, guna sopan santun saya mau memberi-tahu kepada
Kolonel bahwa beberapa orang anggota Polri ragi akan saya ambil.
Cucu saya itu tidak berdosa Kolonel, tetapi Kolonel tentu tidak
percaya pada omongan makhluk yang setengah manusia dan
setengah harimau seperti saya, ya."
"Saya percaya pada apa saja yang benar. Biar dari siapa pun
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
datangnya," jawab Kolonel Margono bijaksana.
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sabrina itu cantik sekali Kolonel. Dia berasal dari Kerinci. Di sana banyak cerita misterius. Barangkali ada gunanya kolonel jalan-jalan
ke sana. Nanti akan mendapat banyak cerita nyata untuk
penambahan pengetahuan Kolonel mengenai adat istiadat,
kebudayaan dan hal-hal yang gaib serta ajaib di beberapa daerah.
Sudah tentu Kolonel juga bisa bertemu dengan keluarga Nona, hak
untuk jatuh cinta itu menjadi milik tiap individu, dari yang paling
rendah kedudukannya atau cara mencari nafkahnya sampai yang
tertinggi." Kata-kata Raja Tigor diucapkan tenang dan jelas sekali, sehingga semua hadirin mendengarnya. Rupanya rasa malu ini
membuat sang Kolonel jadi marah sekali dan tanpa sanggup lagi
mengendalikan emosi ia berkata: "Bangsat kau setan. Tunjukkan
rupamu kalau kau mau tahu aku siapa."
Semua yang ada di sana merasa takut oleh tantangan perwira
itu, termasuk Kapten Sahata Siregar yang sudah turut bergabung di
sana atas permintaan Komandan jaga Husin.
"Kolonel," kata Siregar berusaha menenangkan perwira
atasannya itu. "Diam kau. Aku atasanmu jangan coba-coba melawan aku. Apa
saudaramu yang pengecut itu." Bicara tanpa berani memperlihatkan diri!" bentak Kolonel Margono. Sahata Siregar diam, dia sadar benar, bahwa dia hanya bawahan.
Tetapi mendadak perwira yang sedang amat marah itu jadi
terdiam, tanpa diketahui oleh semua bawahannya apa yang jadi
penyebab. Dan mereka lihat mukanya berubah warna. Bukan merah
padam, tetapi memucat. Betapa tidak, la merasa ada dua tangan
diletakkan atas kedua bahunya. Berat. Entah tangan siapa.
Bagaimana ia bisa tahu, yang punya tangan tidak kelihatan. Tetapi
jelas terasa olehnya bahwa siapa atau apa pun yang jadi pemilik
tangan itu, ia tentu berdiri di hadapannya. Tangan itu diletakkan
begitu saja, tanpa ditekankan. Tapi toh terasa berat sekali. Tangan
manusia biasa tentu tak akan sekian daya timpanya.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kolonel itu memandang lurus ke depan, walaupun merasa amat
takut, ia sangat ingin tahu siapa atau apa yang berdiri di
hadapannya. "Siapa engkau, apa maumu?" tanya Margono, membuat semua
petugas hukum yang ada di sana tambah takut dan heran. Gilakah
atasan mereka" Mengapa dia bicara seorang diri" Hanya orang tak
waras yang omong-omong seorang diri. Beberapa orang berkeringat
dingin. Ada yang gemetar. Padahal mereka semua tak kurang dari
tujuh orang banyaknya.
"Siapa aku, tanyamu orang berpangkat" Aku adalah aku yang
datang dari jauh dan engkau adalah Kolonel Margono yang punya
cukup kekuasaan di sini V Anak buahmu menganiaya cucuku yang
sama sekali tidak berdosa. Aku tahu kalian berkewajiban menjaga
keamanan dan menegakkan hukum. Aku hargai itu. Masyarakat
perlu merasa aman dan terlindung. Itu jadi tugas kalian. Tetapi
banyak di antara kalian yang justru membikin orang tidak merasa
terlindung. Kolonel tahu maksudku! Bukan semuanya kalian begitu.
Ada banyak sekali yang baik. Tetapi cucuku benar-benar telah rusak
disiksa bawahan-bawahanmu. Yang membunuh si Saiman itu, aku.
Kau tadi hendak melihat keadaan cucuku, pergilah," kata Raja Tigor.
SEPERTI diperintah oleh atasannya yang sudah berpangkat
letnan jenderal, Margono yang pundaknya telah dibebaskan dari
tekanan tangan atau kaki depan Raja Tigor, tanpa sengaja tetapi
pasti tak terlawan olehnya, memberi hormat sambil merapatkan
kedua belah kakinya. Menyebabkan para hadirin bertambah heran,
apakah yang memasuki diri kolonel ini. Apakah yang dilihatnya atau
siapakah yang berdiri di hadapannya, yang tiada terlihat oleh
petugas-petugas keamanan lainnya. Kemudian ia langsung menuju
sel tahanan Erwin, di mana tersangka dilihatnya sedang meringkuk.
Karena mukanya menghadap ke luar, Margono dapat
mempersaksikan dengan jelas betapa rusaknya muka anak muda
yang kadangkala melakukan pekerjaan perdukunan kalau amat
diperlukan oleh siapa saja. Kapten Siregar tak dapat menahan air
mata. http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Muka Margono jadi pucat. Rasa-rasanya belum pernah ia sepucat
itu selama hidup. Adanya bawahan yang kejam, bahkan kadang-
kadang sangat ganas terhadap tahanan yang belum tentu bersalah,
sudah diketahuinya, la sendiri sesungguhnya tidak selalu menyetujui
cara-cara kekerasan, apalagi yang melim-paui batas, la tidak heran
melihat Erwin diperlakukan amat ganas. Yang begitu hampir boleh
dikatakan wajar saja. Tetapi mengetahui bahwa yang dibabak
belurkan ini tak kurang daripada cucu manusia harimau atau
setidak-tidaknya makhluk gaib, ia benar-benar jadi amat takut, la
sudah merasakan tadi bagaimana makhluk yang tidak mau
memperlihatkan diri meletakkan kedua belah tangannya di atas
bahunya. Amat berat, hampir tak terpikul olehnya. Polisi-polisi lain
yang melihat keadaan Erwin juga merasa takut tak terhingga.
Makhluk yang tiada kelihatan itu, tadi mengatakan bahwa ia masih
akan mengambil beberapa anggota Polisi. Kini mereka bertanya
dalam hati masing-masing siapa gerangan yang akan mengalami
nasib seperti Sersan Saiman.
"Kau, lihat itu, kolonel yang gagah perkasa?" tanya satu suara sambil menyindir. Bukan suara yang tadi. Ini suara lain. Dan
memang lain, yang bicara sekarang Dja Lubuk. Sang perwira tidak
menjawab. "Sudah banyak anggota masyarakat yang biasa kalian namakan
rakyat, bertanya tugas kalian itu sebenarnya apa" Melindungi
masyarakat, menegakkan keadilan ataukah jadi algojo-algojo
melampiaskan nafsu kehewanan terhadap orang-orang lemah
semacam anakku ini?" tanya Dja Lubuk.
Mendengar perkataan "anak," segenap anggota kepolisian itu jadi tambah takut. Rasanya mau lari dari sana, tetapi takut akan
dipegang atau dibinasakan oleh makhluk yang pasti ada di sana
tetapi tidak mau menampakkan dirinya. Paling sedikit sudah ada dua
makhluk amat menakutkan yang hadir bersama mereka. Melihat
cucu dan anak mereka telah diperlakukan dengan begitu kejam.
Kalau hantu atau jin atau apa pun namanya itu, mau mereka
semuanya dapat dibunuhnya seperti si manusia harimau
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengoyak-ngoyak perut Sersan Saiman.
"Mengapa diam saja kolonel?" tanya Dja Lubuk. Dan si perwira tetap juga diam, dia tidak kuasa berkata barang sepatah pun.
Sekarang dia harus betul-betul tahu bagaimana rasanya takut.
Rupanya rasa takut amat mengerikan dan orang tidak kuasa
melarikan diri dari rasa takut itu. Inilah salah satu pembalasan yang amat ampuh, la akan memburu terus, ke mana pun orang atau
mereka pergi, la jarang melepaskan buruannya sampai si buronan
berpisah dengan dunia fana ini.
Kolonel Margono yang biasanya pandai debat dan punya ribuan
dalil, itu, kali ini benar benar ketemu batunya, la terdiam.
Kapten Sahata Siregar pergi tanpa kata.
"He kolonel dan kalian yang dinamakan pengayom masyarakat,
pemelihara ketenteraman dan ketenangan, apakah kalian punya
istri" Punya anak" Sayang pada mereka" Mau berpisah dengan
mereka" Aku tahu cara yang mudah! Bahkan aku mau menolong
tanpa bayar!" Dja Lubuk berkelakar dengan kata-kata ancaman, la
mungkin merasa senang dengan permainannya, tetapi tampak
olehnya bagaimana semua anak, termasuk si Kolonel jadi lemas.
Ada yang sekedar gemetar, tetapi juga ada yang terduduk tanpa
daya, karena kaki sudah tak sanggup memikul tubuh mereka.
"Ampun, ampuni aku," kata Margono dan kini ia pun tak kuasa berdiri lagi. la teringat akan istri dan tiga orang anaknya. Semua
kesayangannya, walaupun ia senang sekali melihat Sabrina yang
dibebaskannya itu. Dan ia hanya minta ampun untuk dirinya,
walaupun ia pemimpin dari banyak bawahan. Egoisme" Ataukah
pengkhianat" Dalam keadaan sulit penuh bahaya hanya memikirkan
keselamatan diri sendiri. Yang namanya bawahan, huh. itu urusan
mereka. Kasihan juga orang-orang kecil itu. Selalu amat dibutuhkan
dan merupakan tenaga-tenaga yang menentukan, tetapi dalam hal-
hal lain tidak jarang dilupakan. Maka minta ampunlah anak buah
Kolonel Margono untuk diri masing-masing. Berlakulah istilah
populer Jakarta: "Lu lu, gue gue! Sebodo amat!"
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kemudian suasana di depan sel itu jadi sunyi senyap. Para
tahanan di sel lain yang punya ukuran lebih besar, tetapi toh jadi
sesak oleh banyaknya calon-calon yang akan dibawa ke pengadilan
atau tutup nasib di sana, mempersaksikan adegan demi
adegan'dengan penuh keheranan tanpa mengetahui apakah
sebenarnya yang sedang berlangsung. Dan mereka bersama
petugas-petugas Polisi menjadi lebih heran disertai rasa ngeri yang
amat sangat, ketika Maladi yang tadi sama-sama Saiman menyiksa
Erwin, tiba-tiba saja terbanting tanpa terlihat ada yang membanting.
Dan setelah itu ia menjerit-jerit untuk terakhir di dunia ini. Perutnya robek dan isinya dikeluarkan tanpa kelihatan siapa yang melakukan
ini semua. Dja Lubuk memenuhi janji yang diucapkan oleh ayahnya Raja
Tigor. Baru satu yang dibinasakan setelah Saiman.
Para tahanan jadi amat gelisah. Ini pasti perbuatan jin atau
hantu. Dan makhluk-makhluk halus begitu tidak pandang bulu.
Termasuk "bulu" tahanan. Mereka menjerit-jerit minta tolong, walaupun ada di antara beberapa penjahat yang mendendam pada
Maladi merasa senang atas perbuatan jin atau hantu atas diri
petugas hukum itu.
Untung, pada saat itu ada satu mobil patroli baru kembali.
Mendengar hiruk pikuk itu, mereka yang terdiri dari lima orang,
semuanya bergegas ke dalam. Mempersaksikan kenyataan yang
belum pernah mereka lihat seumur hidup, ada di antara mereka
yang jatuh pingsan.
Yang segera normal kembali ingatannya hanya Karnadi, yang
punya sedikit ilmu kebathinan. la ceritakan apa yang telah terjadi.
Bahwa Erwin yang dituduh melakukan pembunuhan ganda
mempunyai ayah dan kakek harimau. Ayah dan kakeknya itulah
yang datang membalas dendam atas perlakuan terhadap diri Erwin.
Kini tidak ada yang mengejek. Kolonel Margono menyesal atas
segala ucapan dan keangkuhannya, la ingin bicara dengan Kapten
Sahata Siregar. Tetapi orang ini sudah pergi. Setelah ia turut
melihat keadaan Erwin sehabis disiksa, ia pergi meninggalkan
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka tanpa pamit, la sangat sedih dan kecewa, la tidak turut
bersalah, tapi mungkin tidak mau terlibat dalam peristiwa-peristiwa
yang dikhawatirkannya akan menyusul. Erwin manusia harimau!
Dan pada manusia atau makhluk semacam itu lebih baik orang
jangan sok berani-beranian atau sesumbar.
Kejadian di kantor kepolisian itu ditutup rapat dengan maksud
agar jangan sampai bocor ke luar. Hanya akan menimbulkan
kepanikan dan ketidak tenangan masyarakat bekerja atau
bepergian. Jadi bukan mau disembunyikan tanpa sebab.
ATAS permintaan Kolonel Margono, keesokan harinya Kapten
Sahata Siregar datang kembali. Dilihatnya atasannya sudah
berubah. Ini bukan Margono yang biasa dihadapinya.
"Kapten tinggalkan kami kemarin malam. Mengapa?" tanya
Margono tanpa mengangkat mukanya yang menunduk menghadapi
meja. "Sayat tidak mau terlibat dalam perkara misterius ini," jawabnya singkat.
"Kapten asal sana. Kalau saya tugaskan untuk menyelidiki
sehingga akhirnya jadi jelas siapa yang * membunuh dan siapa
yang hanya terkena fitnah, bagaimana" Anda bersedia?" tanya
Kolonel Margono.
Sahata teringat akan sindirian dan ejekan atasannya itu
kepadanya. Dengan cara halus dia menolak. Margono menceritakan
apa lagi yang sudah terjadi. Kapten itu terkejut bukan kepalang,
mendengar satu polisi lagi, Maladi telah mengalami nasib seperti
Sersan Saiman dalam tempo begitu singkat telah jatuh dua korban.
Dan kedua-duanya adalah Polisi yang menyiksa Erwin.
Siregar pergi ke sel tahanan Erwin. Tersangka masih di sana
dalam keadaan yang amat mengerikan. Waktu masuk sel dia masih
utuh. Sekali lagi Kapten Siregar berlinang air mata. Entah karena
tertuduh itu berasal dari daerah yang sama dengan dia.Atau
keyakinannya akan ketidak berdosaan Erwin, tetapi toh harus
mengalami nasib yang begitu kejam dan menyakiti hati.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pada saat Siregar memandangi muka Erwin dengan perasaan
yang amat pilu, tertuduh membuka matanya pelan-pelan. Lama
dia memandang kearah Siregar, tetapi ia tidak bisa melihatnya
dengan jelas. Kabur! Dalam hati ia bertanya dengan perasaan takut,
apa lagi yang akan dilakukan atas dirinya. Kalau dipukul injak lagi,
pastilah ia akan mati. Tetapi justru pada saat itulah ia memohon
agar ia diberi kesempatan untuk pada suatu ketika melakukan
pembalasannya atas ketiga orang yang menyiksa dirinya, la belum
tahu, bahwa dua di antaranya telah disudahi oleh ompung dan
amangnya sendiri.
"Ini aku Sahata Siregar. Kau tandai aku, Erwin?" tanya Siregar.
Setelah agak lama, ia baru merasa kenal pada suara itu. Memang
Kapten Sahata Siregar. Tetapi ia tidak dapat menyahut. Mulutnya
tidak dapat digerakkan oleh bekas kena tinju petugas-petugas
berhati ganas tadi.
"Maafkan aku Erwin. Tak punya daya mencegahnya. Pangkatku
ini kecil sekali dibanding dengan mereka yang sudah kolonel ke
atas." Erwin dapat mendengar dan mengerti, la tutup matanya sebentar
lalu membukanya kembali, seolah-olah ingin mengatakan, bahwa ia
tahu. Sahata menyeka air mata. Biasa. Ada kalanya orang terkuat
bagaimanapun tak mampu menahan sedih.
Di ruangan Kol. Margono, kesedihan Sahata masih belum lenyap
dari wajahnya, la diam, yang lain pun diam.
Tetapi tiba-tiba, tanpa diduga oleh siapa pun, dia pukul meja
dengan sekuat tinjunya dan berkata: "Tidak patut kalian lakukan itu atas dirinya. Kalian lebih ganas daripada hewan. Barangkali kalian
meng ganas untuk tujuan politik. Merusak citra Polisi. Supaya Polisi
dimusuhi oleh rakyat!" Kesal, sakit hati dan penuh curiga
berkecamuk menjadi satu di dalam dirinya. Kolonel Polisi Margono
yang biasanya menyalak kalau ada bawahan yang kurang berdisiplin
apalagi bersikap kurang ajar seperti Sahata kini membiarkan. Orang
yang sedang sangat marah lebih baik dibiarkan. Pada suatu hari
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
nanti, kalau amarahnya sudah mereda atau hilang, barulah dia
diajak bicara. Amarah disebabkan oleh sedikitnya dua macam hal.
Karena emosi yang tak terkendali kan atau/karena kewajaran
belaka. Terrlgiang-ngiang di telinganya kata-kata yang diucapkan Raja
Tigor. Bahwa Sabrina yang dibebaskan Margono adalah sahabat
baik Erwin. Bahkan pernah saling menyukai. Barangkali Sabrina
dapat bercerita banyak tentang Erwin, atau membuktikan bahwa dia
tidak terlibat di dalam pembunuhan itu.
"Kita periksa kembali wanita yang pernah kita tanyai itu. Letnan,"
kata Margono kepada Karnadi yang jadi komandan pasukan
pengepung dan penangkap Erwin.
"Apakah mungkin dia terlibat Pak?" tanya Karnadi.
"Barangkali tidak. Tetapi mungkin dia bisa menolong kita.
Memberi informasi mengenai tahanan yang mendatangkan bahaya
itu!"
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Pak, boleh saya pengajukan usul?" tanya seorang kopral.
"Usul apa! Kalau baik, apa salahnya kita lakukan. Bicaralah!"
Kopral Kusumo memberanikan diri: "Tahanan ini sudah jelas
bukan manusia sembarangan. Sudah terbukti dengan kematian
Saiman dan Maladi. Selama orang ini masih kita tahan, maka kantor
dan petugas-petugas di sini tidak akan pernah aman. Makhluk itu
bisa datang tanpa kelihatan dan dengan sendirinya bisa membunuh
siapa saja yang dikehendakinya. Kakeknya sudah mengatakan
bahwa cucunya itu tidak berdosa!"
"Tapi dia dalam keadaan sekarat. Tidak kuat bangkit dan
mukanya sudah setengah binasa," kata Karnadi. "la akan ceritakan di luar apa yang dialaminya di sini. Barangkali dia ke DPR atau ke
surat-surat kabar. Mukanya yang penuh bengkak dan luka-luka itu
akan terpampang di semua harian!"
"Panggil dokter. Minta mengobati dia sampai sembuh!" perintah Margono.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jadi tetap kita tahan di sini?" tanya Kopral Kusumo.
"Ya, sampai dapat dibuktikan bahwa dia tidak mungkin terlibat.
Misalnya bahwa pada waktu kedua pembunuhan itu, dia tidak
mungkin ada di sana," kata Margono yang masih tetap bertahan
pada hukum. "Untuk itu diperlakukan saksi-saksi. Segeralah panggil kembali nona Sabrina!"
PERLAHAN-LAHAN Erwin sadar apa yang telah terjadi atas
dirinya. Dikepung, diperintah menyerah, ditangkap, lalu dimasukkan
ke dalam sel. Pada tengah malam diperiksa dan dipukuli tanpa kenal
ampun barang secuil pun. la ingat kembali, ada tiga polisi yang
memeriksa dan menghajar dirinya. Dia tak tahu tentang kedatangan
ompung, kemudian i ayahnya. Tapi dia ingat, tadi Kapten Polisi
Siregar berdiri di muka selnya dengan muka yang amat sedih.
SABRINA terkejut bukan kepalang, ketika Polisi yang
mendatanginya mengatakan bahwa ia harus ikut lagi ke kantor
Polisi. Apakah rahasianya terbongkar"
TETAPI kejut cindaku itu hanya sebentar, la tidak kehilangan
akal. Tidak mungkin Polisi akan melemparkan tuduhan atas dirinya,
karena tidak ada bukti untuk itu. Tidak ada satu saksi pun melihat ia melakukan pembunuhan. Erwin yang buka rahasianya" Juga tidak
akan merupakan bukti. Kecuali kalau ia mendadak jadi harimau di
hadapan Polisi. Ini memang mungkin, tetapi kesialan semacam itu
hanya tipis sekali.
Bertanya ia kepada Polisi yang berpakaian preman: "Siapa yang
memerintah Anda memanggil saya?"
"Pak Kolonel Margono sendiri!" jawab Rifai, si petugas.
"Kolonel Margono?" Sabrina tertawa. "Kalau begitu bukan urusan dinas. Atasan Anda itu sahabat saya! Oleh karena itu ia tahu saya
tinggal di hotel ini. Dia sering kemari!"
Rifai jadi ragu-ragu. la memang disuruh memanggil Sabrina,
tetapi bukan mustahil atasannya itu sahabat wanita ini.
"Apa sih yang terjadi di kantor Anda, sampai Kolonel jadi
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kebingungan. Sebenarnya dia bisa menelepon saja. Saya akan
datang. Jadi Anda tidak usah susah-susah kemari!"
"Kejadian gawat nona. Sukar masuk akal. Ada setan membunuh
dua orang rekan saya."
"Mana ada setan! Inilah yang ada nama tetapi tidak ada
barangnya atau makhluknya. Sama seperti hantu atau jin. Mana
ada!" kata Sabrina. la ingin Rifai menceritakan seluruh peristiwa.
"Dua rekan saya robek perutnya. Di hadapan kami, tetapi tidak
kelihatan siapa yang merobek. Apa lagi kalau bukan hantu atau
setan!" "Tetapi kalau benar ada kejadian begitu, apa yang jadi sebab?"
Rifai lalu menceritakan tentang adanya seorang tahanan
bernama Erwin yang dituduh melakukan pembunuhan ganda. Dan
semua kejadian yang diketahuinya.
"Tahanan itu masih ada?" tanya Sabrina.
"Ada, itu juga sangat mengherankan, la masih meringkuk di
dalam sel."
"Dalam keadaan wajar atau cedera karena disiksa?"
"Dia rusak berat. Tapi bukan saya yang memukul. Dua di antara
Polisi yang menyiksa dirinya itulah yang dirobek dan diobrak-abrik isi perutnya oleh makhluk yang tidak kelihatan itu! Mengakunya kakek
dan ayah orang yang ditahan itu!"
Sabrina kaget. Dia yakin cerita itu benar semua. Dja Lubuk dan
Raja Tigor datang membalas dendam atas perlakuan sadis terhadap
Erwin. Setelah berpikir sejenak, Sabrina berkata: "Saya akan telepon
Kolonel Margono. Pergilah duluan. Saya akan datang sendiri." Dan dia benar-benar menelepon Perwira Polisi yang sangat mengagumi
kecantikannya itu. Lalu disuruhnya Rifai mendengar apa kata Pak
Kolonel. Benar, dia boleh kembali ke kantor. Tidak perlu menggiring
Sabrina, karena dia orang baik. Dia tidak tahu, bahwa Sabrina
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
banyak berbohong kepada petugas keamanan itu. Sebenarnya
Margono belum pernah mengunjungi wanita itu di hotel tempat ia
menginap. Tapi kecantikan wanita memang selalu membuat orang
percaya pada apa saja yang dikatakannya.
Tak lama setelah Rifai melapor kepada Kolonel Margono, Sabrina
pun tiba. Kecantikannya membuat semua anggota Polisi
memandanginya dengan jalan pikiran atau barangkali juga khayalan
masing-masing. Dan itu hanya sesuatu yang wajar. Polisi juga
manusia sebagaimana manusia lainnya dengan sifat dan tabiat serta
selera masing-masing pula.
Ketika wanita itu masuk. Letnan Karnadi yang agak berisi
dadanya oleh bekal dari kakeknya, merasa gelisah tanpa
diketahuinya apa yang menjadi sebab. Tetapi kegelisahan
mendadak bagi dirinya selalu berarti, bahwa di sekitarnya ada
sesuatu yang tidak beres. Apakah si manusia harimau yang ayah
atau kakek Erwin kembali ke ruangan itu tanpa sudi memperlihatkan
diri" Seperti telah dilakukan mereka ketika membunuh Sersan
Saiman dan Maladi. Siapa lagi yang akan menerima giliran"
Kolonel Margono berusaha sekorek mungkin dengan
mempersilakan Sabrina duduk. Tapi ia merasakan, bahwa detak
jantungnya agak lain. Biasa, menghadapi wanita secantik itu yang
harus ditanyai. Sekaligus juga amat disenangi.
"Kami harap nona suka menolong, kalau dapat menolong!" kata Margono.
"Dengan segala senang hati," kata Sabrina. "Kewajiban bagi tiap warga yang baik untuk membantu aparat penegak keamanan dan
hukum. Tentu saja, kalau mungkin!"
"Terima kasih," ujar Margono. Dia mengajak Sabrina melihat
Erwin. Kapten Sahata Siregar juga turut, la sangat iba melihat
Erwin. Tiap perkembangan dalam perkara yang amat misterius ini
mungkin penting artinya dalam usahanya membersihkan orang
Mandailing itu dari tuduhan, la yakin betul bahwa Erwin tidak
berdosa sedikit pun dalam dua kasus pembunuhan itu.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sabrina terkejut melihat Erwin tergeletak di dalam sel
tahanannya; Masih seperti tadi, dengan muka yang sudah
divermaak, tetapi kini dengan mata yang terbuka. Tidak berkedip.
"Lihatlah dia baik-baik," kata Kolonel Margono kepada Sabrina.
Rupanya kemanusiaan dan pikiran waras sedang menang di
dalam diri wanita yang kadangkala meng-harimau itu. la tak
sanggup menahan air mata. Kemudian tak kuat menahan isak yang
membuat bahunya tergoncang goncang. Jelas bagi Kolonel Margono
dan Kapten Siregar, bahwa Sabrina memang kenal, bahkan kenal
baik dengan Erwin.
Sabrina benar-benar sangat sedih dan malu pada dirinya. Karena
dia, Erwin harus menderita separah ini. Betapa jahat, keji dan
pengecutnya dia! Mata Erwin yang terus terbuka itu bagaikan
mendakwa dirinya sebagai penjahat yang amat sadis. Tetapi
tahanan itu tidak berkata apa pun. Tak dapat atau tak sudi.
Kolonel Margono membimbing Sabrina ke sebuah ruangan
tempat membuat proses verbal. Dia tidak segera mengajukan
pertanyaan. Dia mau tunggu sampai emosi wanita itu mereda. Dia
tidak tahu apa yang sedang bergulat di dalam dada insan cantik itu.
Melihat Erwin sampai begitu menderita.
Sabrina merasa bahwa dia harus mengakui segala kejahatan
yang telah dilakukannya. Dua pembunuhan. Tetapi kedua-duanya
bukan atas kehendak hatinya. Waktu itu ia dikuasai setan harimau
yang dahaga darah, la tidak dapat melawannya. Kalau ia sewaras
sekarang, tidak mungkin ia sanggup melakukannya, la juga punya
sifat pengasih, penyayang dan rasa kasihan.
Tetapi kalau ia mengakui kedua pembunuhan itu akan tamatlah
riwayatnya. Itu tidak dikehendakinya, la masih terlalu muda, belum sempat
menikmati bagaimana indahnya hidup dunia ini. Yang telah
dilaluinya sebagian besar kepa-hit getiran. Bentrokan dengan
Sabaruddin, putus cinta dengan Erwin, nyaris diperkosa Ki Ampuh,
mengisap darah dua bayi, kemudian membunuh dua orang lagi.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Teringat pula ia sejenak pada peristiwa perzinahannya dengan
Sabaruddin yang semula amat dicintainya, kemudian dibenci dan
dibunuhnya karena ia mau kembali ke Erwin. Dan orang ini
sekarang ditahan dan disiksa tanpa punya dosa sedikit pun. Semua
oleh ulahnya. "Nona kenal pada tahanan itu?" tanya Margono.
"Bukan hanya kenal, tetapi sahabat baik," jawab Sabrina.
"Nona tahu, mengapa ia ditahan?"
Sabrina menjawab bahwa ia sama sekali tidak tahu dan bahkan
heran mengapa sahabatnya yang diketahuinya sangat baik hati itu
sampai bisa ditahan. Margono menerangkan seluruh kisah sampai
pada cerita Amalia, anak Juariah korban pembunuhan terakhir
dalam hal mana Erwin jadi tertuduh
"Tetapi mengapa mesti dia yang dituduh?" tanya Sabrina. la ingin membebaskan Erwin dari tuduhan tetapi juga tidak mau sampai
terlibat di dalam perkara ini, Apalagi disangka sebagai pembunuh.
Dalam kepanikannya melihat Erwin disiksa dan dikurung di suatu
tempat seperti kandang hewan buas, Sabrina lupa, bahwa dialah
yang mengatakan kepada Amalia dan ibunya, manusia apa dukun
yang bernama Erwin itu sebenarnya.
"Bukankah nona mengatakan bahwa Erwin ini manusia harimau.
Dan bahwa dia pada suatu hari akan membunuh Amalia dan
ibunya?" tanya Margono, membuat Sabrina sangat terkejut dan
Kapten Sahata Siregar jadi amat tertarik.
Setelah diam sejenak, bagaikan orang yang terperangkap,
Sabrina menjawab dengan tenang: "Memang benar saya berkata
begitu. Tetapi itu hanya usaha, atau boleh juga dibilang muslihat
saya untuk menjauhkan Amalia dari Erwin! Gadis itu tergila-gila
benar pada Erwin."
Margono heran. "Lha, kenapa nona mau memutuskan hubungan
mereka?" "Karena saya menghendaki Erwin, kata Sabrina berterus terang.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dia harus membuang semua rasa malu. Apalagi memang benar pula
begitu. Mendengar jawaban itu Margono merasa terpukul. Sebagai
manusia ia juga sudah jatuh hati pada Sabrina. Siapa yang tidak
merasa kecewa mendengar orang yang diminati rupanya cinta pada
orang lain. Dan yang dicintai Sabrina tak lain daripada orang yang
sedang ditahan dan sudah disiksa hampir mati.
"Cerita nona ini benar atau karena kasihan melihat dia saja?"
tanya Margono. Sebagai penegak hukum ia harus mengetahui yang
sebenarnya, tetapi sebagai manusia Margono yang tertarik dan
menaruh harapan atas Sabrina juga ingin tahu apakah benar-benar
si cantik ini tertarik pada orang yang hanya seperti Erwin.
"Saya bukan manusia yang suka berbohong," jawab Sabrina
tegas. "Apa sih pekerjaan orang tahanan itu?"
"Sepanjang tahu saya dia belum dapat pekerjaan. Tetapi dia suka
mengobati orang-orang yang membutuhkan pertolongannya."
"Dukun?" tanya Margono.
"Ya, begitulah. Dan banyak orang sakit berat telah dapat
disembuhkannya."
"Nona benar-benar mau merebutnya dari anak nyonya Juariah
yang jadi korban pembunuhan itu?" tanya Margono seakan-akan tak
percaya, bagaimana wanita sejelita Sabrina bisa jatuh cinta pada
orang yang hanya cari makan melalui perdukunan.
"Saya bukan mau merebutnya, tetapi mati mencegah saja!"
"Maksud nona?" tanya Margono yang didengarkan oleh Kapten
Siregar dengan penuh perhatian.
"Erwin sama sekali tidak jatuh cinta pada Amalia. Sebenarnya
gadis itu bertepuk sebelah tangan."
"Apakah dia cinta pada nona?" Margono ingin tahu.
Sabrina mengangkat bahu. "Saya belum tahu." "Aneh, benar-http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
benar aneh," kata Margono melepaskan apa yang dikatakan oleh
hatinya. "Saya juga merasa aneh/' kata Sabrina. "Seaneh dia, yang miskin tetapi toh tidak cari duit melalui kemampuannya menyembuhkan
orang yang tidak dapat ditolong oleh dokter."
"Tetapi cerita nona tidak berarti bahwa bukan Erwin yang
membunuh!" ujar Margono. Memang benar pendapat kolonel itu.
Sabrina menjelaskan bahwa pada hari terjadinya pembunuhan itu
Erwin selalu bersama dia.
"Di hotel?"
"di mana saja. Kebetulan pada hari-hari belakangan ini kami
selalu bersama. Bukan sebagai orang yang bercinta-cintaan, tetapi
sebagai dua orang bersahabat. Sudah saya terangkan tadi, saya
tidak pasti apakah dia mencintai saya. Tapi saya ingin memiliki dia,"
kata Sabrina berani. Dalam hati Kapten Siregar memuji keberanian
atau kepintaran perempuan ini, sementara Margono merasa heran
dan kecewa. Kolonel Margono mengajak Kapten Siregar ke ruangan lain untuk
bertukar pikiran. Dari tukar pendapat itu Margono yakin bahwa
sebenarnyalah Erwin bukan si pembunuh yang dicari. Apalagi
kakeknya yang tidak memperlihatkan sudah mengatakan. Makhluk
yang tidak tampak ini bisa menimbulkan bencana-bencana lain.
Diambillah keputusan untuk membebaskan Erwin setelah ia dirawat.
Besar sekali resikonya membebaskan dia dalam keadaan rusak
muka dan tubuh.
Keputusan pembebasan Erwin diceritakan kepada Sabrina yang
merasa senang sekali atas keberhasilan keterangannya. Kapten
Siregar mengusulkan agar berita itu langsung disampaikan kepada
Erwin. Margono setuju. Sabrina mohon turut lagi ke sel Erwin. Ingin
melihat kegembiraan Erwin dan ingin agar Erwin tahu, bahwa
pembebasannya adalah berkat jasa-jasanya.
Tetapi ketika tiba di depan sel pengurung Eiwin, ketiga orang itu
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jadi terkejut bukan kepalang. Pintu sel sudah terbuka dan Erwin
sudah tidak ada di sana. Margono dan Siregar saling berpandangan.
Agak lama juga ketiga orang itu berdiri di sana tanpa bertanya atau
berkata. Dan Margono bukan hanya terkejut heran, tetapi kemudian
dirasuki rasa takut. Erwin yang sudah tak berdaya, tak mungkin bisa
lari, apalagi membuka pintu sel yang dikun ci dari luar. Mesti ada
o/ang lain lagi. Orang itu yang membukakan pintu dan membuat
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
atau mengajak dia melarikan diri. Tetapi tak ada seorang pun di
antara anggota Polisi yang mengetahui karena tidak ada yang
melihat Erwin dan penolongnya.
"Sahata, apakah artinya semua ini?" tanya Kolonel Margono
kebingungan bercampur takut. Tidak masuk akal. Tetapi suatu
kenyataan. *** BERBEDA dengan Sahata dan Margono, gadis asai Kerinci itu
hanya sebentar tertegun tetapi sama sekali tidak heran, la sudah
mengetahui kemampuan Dja Lubuk dan Raja Tigor, ayah dan kakek
Erwin yang selalu datang membela Erwin, bila keadaan amat
membutuhkan. Sebagaimana ayahnya Sutan Rimbogadang, juga
akan datang bilamana Sabrina amat memerlukan bantuannya.
Kolonel Margono bertanya kepada para tahanan yang dijadikan
satu dalam sel di seberang tempat Erwin apakah mereka melihat
seseorang membuka pintu kurungan dukun itu. Tidak ada, tidak ada
orang datang. Dan kini baru mereka terkejut melihat dalam sel
Erwin sudah tidak ada lagi kawan senasib yang tadi tergeletak
dalam keadaan pingsan setelah melalui penganiayaan berat.
Keanehan itu jadi pem bicaraan ramai di antara mereka. Ada yang
berpendapat, bahwa Erwin tentu mempunyai ilmu menghilang,
sehingga tidak kelihatan keluar dari selnya. Yang lain bertanya,
bagaimana ia membuka sel yang dikunci dari luar.
Seorang tahanan yang sudah setengah umur berkata: "Bagi
orang yang punya ilmu tinggi, semuanya mungkin. Sampai-sampai
yang tidak masuk akal. Dia pasti mempunyai ilmu yang amat hebat."
Yang lain lagi mendebat: "Kalau dia punya ilmu, mengapa ia hampir http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mati dipukul. Mengapa dia tidak menghilang di waktu akan disiksa?"
Tahanan lain berkata: "Waktu dipukul dia biarkan. Dia mau memberi pertunjukan yang lebih hebat kepada para petugas di sini. Mungkin
ketika disiksa ia tidak gunakan ilmunya. Sehingga polisi-polisi itu
menganggap enteng padanya. Kemudian ia buktikan siapa dia
sebenarnya."
Oleh kejadian yang amat menakjubkan ini banyak di antara para
tahanan sudah berniat untuk mencari Erwin nanti bila mereka bisa
keluar dengan selamat dari sana atau dari penjara. Mau menuntut
ilmu padanya. Huh, kalau bisa menghilang, mereka akan masuk
Bank dan perusahaan atau toko-toko besar yang menyimpan banyak
duit. Masuk dan keluar tidak kelihatan. Juta juta akan diambil
dengan tenang. Tanpa ada risiko. Tidak akan pernah lagi ditangkap,
apalagi disiksa. Dia akan masuk ke gedung-gedung orang-orang
yang jadi kaya melalui penyalahgunaan kedudukan. Dia ambil
semua intan berlian dan uang yang disimpan di rumah. Semua itu
akan dilakukannya di hadapan hidung "bapak bapak" yang pencuri besar tetapi jenis "Halus" itu. Biar mereka rasain. Bukan hanya itu.
Anak anak mereka yang cantik akan diperkosa di rumahnya sendiri.
Tentu saja akan mempergunakan obat bius. Biarpun punya ilmu bisa
tidak kelihatan, tetapi si gadis yang diperkosa tentu akan menjerit,
menyangka ada jin atau hantu menggagahinya. Kalau dibius kan
siip. Kalau isterinya muda dan cantik, hasil belian dengan uang
korupsi atau komisi, maka sang nyonya juga akan digarap. Wah,
wah, dengan ilmu bisa membuat diri tidak kelihatan. Dia akan
selalu panen. Kebutuhan materi dan seks akan terpenuhi semua.
Bukan hanya itu. Orang-orang yang tidak disukainya akan dibunuh.
Kuatir apa" Toh tidak ada orang yang melihat dia menancapkan
pisau di jantung korbannya. Atau mengalungkan clurit di leher orang
itu, untuk kemudian menariknya sekuat tenaga. Kepala akan
bercerai dari tubuh, minimal setengah putus.
"APA yang harus kita lakukan Siregar?" tanya Kolonel kepada bawahannya.
"Tadi maksud Bapak kan akan membebaskannya. Dia bebas
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sudah," kata Siregar seenaknya, seolah-olah dia bukan perwira Polri dan kejadian ini hanya suatu keajaiban belaka. Tidak punya sangkut
paut dengan hukum.
Dalam keadaan wajar, pasti Kolonel Margono akan marah sekali
mendengar jawaban demikian. Yang mengucapkan tak kurang dari
seorang Kapten Polisi. Yang tentu mengetahui peraturan-peraturan
dan ketentuan dalam Kepolisian. Menangkap seseorang tersangka
harus dengan surat perintah dan membebaskannya harus pula
dengan surat resmi. Tetapi dalam keadaan sekarang ia tidak
sanggup marah, la bukan hanya menghadapi peristiwa-peristiwa
aneh, tetapi juga memikirkan keselamatan diri dan keluarganya. Di
antara tiga orang anaknya ada dua gadis. Sedang remaja dan
cantik. "Nona Sabrina, apakah nona barangkali bisa memberi keterangan
tentang apa yang nona lihat sendiri," lalu kepada Kapten Sahata
Siregar, Kolonel Margono berkata: "Kapten tahu, apa yang baru
terjadi bukannya pembebasan dari kita, tetapi tersangka melarikan
diri! Dan ini salah menurut hukum. Pelarian harus ditangkap. Kita
rupanya lagi sial. Kalau dia bersabar barang seperempat jam, tentu
dia tidak perlu lari. Kita yang membebaskannya dari sangkaan,
karena tiada bukti dan saksi yang menguatkan ketidak
terlibatannya. Kini, bukan saja dia telah membuat kesalahan, tetapi
kita menghadapi pekerjaan berat!"
"Menangkap dia kembali," kata Kapten Siregar melengkapi
kalimat Margono.
"Ya, dan Kapten saya tugaskan untuk menangkapnya. Itu
perintah!" Kolonel itu, dalam kebingungan dan takut, masih coba
mempertahankan kewajibannya sebagai seorang perwira Polri.
"Tapi dia tidak bersalah," kata Sabrina membela Erwin.
"Ya, dia tidak bersalah dalam soal pembunuhan, tetapi dia
melakukan suatu kesalahan besar dengan melarikan diri!" kata
Margono. "Belum tentu dia melarikan diri. Melihat keadaannya tadi, bangkit http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
saja dia tidak akan kuat. Walaupun dia punya ilmu, tetapi dia harus
berdiri untuk dapat membuka pintu dan keluar. Dan berdiri itu yang
dia tidak bisa. Walaupun sekiranya dia dapat membuat dirinya tidak
kelihatan," ujar Sabrina.
"Teruskan," kata Kolonel Margono. "Saya rasa dia dilarikan!"
sahut Sabrina. "Siapa yang melarikan?"
"Mungkin ayah atau kakeknya. Dua anak buah Pak Kolonel yang
dikoyak-koyak perutnya kan juga tidak kelihatan pelakunya/'
Kolonel Margono diam. Walaupun ia tidak percaya pada segala
macam ilmu tetapi ia sudah mengalami sendiri, bahwa apa yang
tidak dipercayainya itu sudah terjadi. Bahunya sendiri tadi telah
ditekan oleh dua tangan amat berat tanpa bisa dilihatnya siapa yang
empunya tangan dan bicara dengannya itu. Masih mau tidak
percaya" Margono minta Letnan Karnadi menghadap.
"Letnan membantu Kapten Siregar mencari dan menangkap
kembali Erwin yang sudah melarikan diri," perintah Margono. Letnan yang punya sedikit isi di dalam dadanya itu jadi kaget. Bagaimana
mungkin, tersangka dalam keadaan pisik gawat. Tidak mungkin tari.
Kapten Siregar menceritakannya secara singkat.
"Jadi, keluarnya dari sini tidak kelihatan?" tanya Karnadi, padahal pertanyaannya itu sebenarnya sudah terjawab oleh kenyataan yang
baru terjadi. "Saya sudah menerangkan," kata Sabrina tanpa diminta bicara,
"Dia tak mungkin lari, tetapi dilarikan oleh ayah atau kakeknya.
Tentu saja, tuan-tuan boleh percaya, boleh tidak!"
Letnan Karnadi yang sejak tadi merasa bulu-bulu romanya
berdiri, pertanda ada yang gaib atau orang halus di sekitarnya,
berkata: "Saya rasa mereka masih ada di sini. Hanya tidak kelihatan.
Mungkin mendengar pembicaraan kita. Barangkali juga
mentertawakan!"
Walaupun Karnadi tidak punya tujuan menyindir, tetapi Kolonel
Margono yang meremehkan kekuatan-kekuatan gaib, merasa
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terpukul. Kalau benar Erwin dan ayah atau kakeknya yang melarikan
dia masih ada di sana, maka dirinyalah yang ditertawakan dan
diejek. Karena tidak mampu menghadapi apa yang semula tidak
dipercayainya. Padahal sebenarnya Erwin dan yang melarikannya
sudah tidak ada di sana. Karnadi merasa kelainan pada dirinya dan
mengetahui ada sesuatu yang tidak wajar di sekitarnya sebenarnya
tiada lain daripada kehadiran Sabrina yang manusia cindaku.
Sebagaimana dirasakannya ketika Sabrina baru datang tadi Hanya
saja Karnadi tidak sampai menyangka sedikit pun bahwa wanita
cantik itu kadangkaia menjadi harimau dengan hati iblis yang tidak
bisa dikendalikan.
"Kau yakin mereka masih ada di sini Letnan?" tanya Margono.
"Saya yakin dan perasaan saya tidak pernah meleset Pak. Hanya
saja saya tidak mampu melihat mereka yang punya ilmu
membutakan mata kita terhadap mereka."
"Kalau begitu ilmu hilang betul betul ada?" tanya Margono.
"Memang ada. Kita sedang berhadapan dengan orang atau
mahluk yang punya ilmu itu," kata Karnadi. Dan Margono jadi
gelisah lagi. Tetapi untuk menjaga wibawa ia berdaya upaya dan
berhasil menyembunyikannya. Kemudian ia berkata: "Saya rasa
sudah cukup jelas. Kapten dan Letnan saya minta berhasil
menangkap pelarian itu kembali." Begitu Kolonel Margono selesai
bicara ruangan itu terasa bergoncang-goncang dan kemudian
terdengar suara auman harimau. Margono jadi pucat. Dia tJak
mampu mencegah kepucatan.
Beberapa saat lamanya tidak seorang pun dari mereka buka
mulut. Masing-masing dengan pikirannya. Tetapi semuanya
meminta dalam hati agar selamat.
Agak lama kemudian barulah Siregar memberanikan diri bicara:
"Masih akan ditangkap Pak Kolonel?"
Margono tidak menjawab, la merasa letih dan ingin istirahat.
Tetapi apakah pikirannya bisa istira hat" la minta Kapten Siregar
mengantarkan Sabrina pulang, yang segera dilaksanakan. Mendadak
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Karnadi berkata: "Pak Kolonel, mahluk halus itu telah menyebabkan kelainan perasaan pada dirinya itu adalah sang cindaku. Setelah ia
pergi bersama Siregar, hilanglah firasat buruk pada diri Karnadi.
Kolonel Margono pulang dengan berbagai pikiran dan khayalan
menghantui otaknya, la sudah menyaksikan dan mengalami sendiri,
bahwa yang gaib-gaib dan tak pernah dipercayanya dulu memang
benar-benar ada. Yang mengaum tadi. Sudah pasti harimau yang
tidak memperlihatkan dirinya. Sabrina yang begitu jelita jatuh cinta
pada seorang dukun miskin. Erwin menghilang dari kandang bertrali
besi tanpa ada yang melihat kepergiannya. Betapa gila dan ajaibnya
itu semua. Kini jantung Margono berdebar kencang dan dia semakin
takut menghadapi berbagai macam kemungkinan.
Setiba di rumah Margono bertanya kepada isterinya apakah ada
kejadian-kejadian aneh atau tamu yang tidak dikenal. Nyonya
Margono heran mendengar pertanyaan itu. Dijawabnya bahwa tidak
ada tamu dan juga tidak ada sesuatu yang aneh. Margono merasa
sedikit lega, tetapi sesaat kemudian isterinya mengatakan bahwa
kalau mau dianggap aneh hanyalah bunyi teipon yang berulang
sampai lima kali. Tiap diangkat oleh Nyonya Margono, hubungan
diputuskan. Tidak mengatakan apa-apa, bahkan menyebut "hallo"
pun tidak. Nyonya Margono menganggap itu hanya sebagai salah
sambung, yang amat banyak terjadi dalam hubungan teipon di
Jakarta. Walaupun diputar nomor yang benar, selalu nomor lain
yang menerima. Mendadak Margono ingat, bahwa ia pernah
mengatakan pada Sabrina bahwa ia boleh menelpon saja ke rumah,
karena isterinya sedang tidak ada. Tetapi kini Bu Margono sudah
kembali, baru dua jam yang lalu, ketika ia mengalami kenyataan-
kenyataan aneh di kantor tadi. Ketika isterinya ke belakang,
Margono menelpon ke hotel tempat Sabrina menginap, mengatakan
agar ia untuk sementara jangan menelpon dulu. Sabrina tidak
kecewa, karena ia memang tidak ada niat untuk menghubungi
perwira Polisi itu.
SEBAGAI biasa, ketika hari mulai gelap, lampu-lampu dinyalakan,
begitu juga di rumah Kolonel Margono. Ada oleh pembantu ada oleh
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
isteri atau anak-anaknya. Tetapi jam 19.30, ketika mereka
sekeluarga sedang makan, tiba-tiba lampu padam. Semua. Biasa.
Ada gangguan. Pembantu segera ke tempat penyimpanan lilin. Eh,
tidak ada. Habiskah" Tidak mungkin, di rumah itu tidak pernah
kehabisan persediaan lilin, mengingat kemungkinan adanya
gangguan aliran listerik yang datang tiba-tiba.
"Mana lilinnya?" tanya dan perintah nyonya Margono. Pembantu mengatakan di dalam gelap itu, lilin habis. Suaranya mengandung
rasa takut, karena ia pasti akan dimarahi, walaupun ia tidak lalai
menjaga persediaan. Dan memang Nyonya Margono mengomel.
Untung pembantu rumah tangga yang bernama Yayah mendapat
korek api, disulutnya. Nyala. Dengan gugup ia coba mendapatkan
lilin di tempat penyimpanan yang sudah terpakai sebagian. Juga
tidak ada. Korek apinya padam, karena sudah hampir memakan jari
Yayah. Dia nyalakan satu lagi lalu menuju meja makan,
menerangkan rasa herannya dengan maksud membela diri, bahwa
lilin bekas pun tidak ada. Tiba-tiba korek api yang memberi sedikit
penerangan itu padam. Bukan karena kayunya habis, tetapi seperti
ada yang meniupnya. Yayah menyalakan lagi satu, padam lagi.
Tiba-tiba ia menjerit lirih, membuat kaget seluruh keluarga Margono
yang menghadapi meja makan tanpa meneruskan makan oleh
keadaan gelap itu.
"Ada apa?" tanya Nyonya Margono.
"Ada yang memegangi tangan saya," Yayah masih sempat
menjawab dengan suara gemetar, lalu menjadi lemas dan terduduk.
Kolonel Margono yang paling terkejut karena ia sudah mengalami
sendiri kejadian-kejadian aneh dan menduga, bahwa buntut
peristiwa penangkapan dan penganiayaan atas diri Erwin tidak
hanya sampai di situ.
Tiba-tiba lampu nyala, dan mereka merasa agak lega. Tiba-tiba
piring di atas meja terangkat, kemudian diletakkan kembali. Tapi
tidak kelihatan tangan yang mengangkat atau meletakkan.
Sekeluarga Margono jadi pucat dan tak dapat bicara.
DALAM keadaan tegang dan tiap manusia di ruang makan itu
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merasa amat ketakutan, tiba-tiba lampu mati lagi. Keadaan jadi
tambah mengerikan. Kini kedengaran piring-piring beradu. Hampir
semuanya menjerit.
"Nyalakan lampu," perintah Margono yang tak kalah takutnya, tetapi sebagai kepala keluarga berusaha sedapat daya
menyembunyikan. Kalau dia sendiri pun terang-terangan
memperlihatkan ketakutan, keadaan akan tambah kacau.
Tanpa ada seorang pun yang menghidupkan lampu, tiba-tiba
semua lampu menyala kembali. Nyonya Margono kelihatan
menggigil. Dia mencapai puncak dari rasa takut. Sebelum menggigil
tadi ia sudah terkencing, tak dapat ditahannya.
Mereka semua memandang meja makan dengan suatu
kenyataan yang tambah menakutkan saja.
Tidak ada sepotong ikan atau sedikit sayur pun yang tinggal.
Semua lauk pauk sudah habis tanpa kelihatan siapa yang
mengambil atau yang memakannya.
PADA waktu itu terdengar suara mobil berhenti di depan, mesin
dimatikan. Ada orang datang. Margono merasa agak lega. Siapapun
yang datang akan merupakan keringanan bagi ketegangan yang
sedang mencekam mereka. Karena hari baru sekitar pukul setengah
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
delapan, pintu depan belum dikunci. Tidak ada rasa khawatir. Tidak
akan ada penjahat sehebat apa pun yang akan berani masuk ke
rumah seorang kolonel Polisi. Walaupun dalam kenyataan, ada
penjahat yang sudah tidak pandang mangsa, tidak peduli perwira
setinggi apa pun pangkatnya. Ataukah penjahat jenis ini sengaja
hanya memasuki rumah-rumah yang VIP untuk memamerkan
keberanian dan keunggulan mereka sambil menantang, "Lu liat, gua bisa masuk dan bawa harta benda lu mana yang gua suka. Lu mau
apa?" Yang datang itu kiranya adik kandung Nyonya Margono bersama
isterinya. Langsung saja ke ruang makan. "Wah, langkah kanan nih, kami memang lapar. Tak seorang pun menyahuti kata-katanya yang
mengandung kelakar itu.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kami senang kau datang Djon," kata Nyonya Margono sejenak
kemudian. Tetapi suaranya jelas tidak normal, terdengar
getarannya. Dan kini adik Nyonya Margono yang dipanggil Djon itu
dan isterinya baru melihat bahwa di atas meja tidak ada hidangan
apa pun. Hanya piring-piring kosong.
"Wah, semua sudah kalian habiskan sampai licin begini,, kata
Djon, masih berkelakar walaupun ia merasa aneh dengan apa yang
dilihatnya. Kini tampak oleh Djon bahwa Yayah pembantu rumah tangga
terduduk lemas di lantai. Kini baru diperhatikannya pula wajah
keluarganya satu demi satu. Semua pucat dan membayangkan
ketakutan. Dia dan isterinya pun tiba-tiba jadi agak takut, karena
tidak mengerti apakah yang sedang terjadi.
"Duduklah Djon," kata Margono. "Kami baru mengalami kejadian aneh. Dan sangat mengerikan Djon. Semua makanan lenyap tanpa
kelihatan siapa yang mengambil atau siapa yang memakan. Sudah
terang bukan kami. Kami baru saja mulai makan, tiba-tiba lampu
mati. Yayah merasa tangannya dipegangi, tapi yang memegang tak
kelihatan." Tiba-tiba lampu mati lagi. Tapi, kini hanya di ruang makan itu saja. Jadi tidak terlalu gelap, cahaya dari lampu-lampu
lain masuk ke sana. Djon suka coba menekan stop kontak gntuk
penerangan ruangan itu. Lampu menyala. "Cuma stop kontaknya.
Tuh, sudah nyala." Hanya beberapa detik, lampu ruangan itu mati
lagi. Djon coba lagi menghidupkan dan lampu nyala. Kini ia merasa
heran. Apakah stop kontak itu berubah posisi sendiri. Tadi mati,
ditekannya ke bawah, nyala lagi. Lagi mati dan ketika dia mau
menghidupkannya ternyata stop kontak itu sudah berubah posisi.
Ditekannya lagi ke bawah, nyala lagi. Semua yang duduk
mengelilingi meja makan tidak tergerak untuk bangkit, walaupun
hati mereka amat gelisah. Sekali lagi lampu ruangan itu mati. Sekali
lagi pula Djon hendak menghidupkannya. Tetapi ketika tangannya
hampir menjamah stop kontak, ia merasa tangannya dipegang dan
ditahan oleh sesuatu yang tidak kelihatan manusianya, la yakin
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tentu tangan manusia, ataukah tangan hantu.
Kalau manusia tentu kelihatan. Tangan hantu atau jin yang tidak
kelihatan. Semua memandang ke arah Djon. Tampak ia berusaha
membebaskan diri dari entah apa. "Tanganku Kak. Ada yang
menahan. Tidak bisa mencapai stop kontak," katanya tabah takut.
Nyonya Margono sudah kehabisan akal la tidak mengerti apakah
semuanya ini dan mengapa sampai terjadi begitu" Dia, seperti
suaminya sering mendengar tentang setan, jin dan hantu, tetapi
Pendekar Kembar 16 Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Pendekar Tongkat Dari Liongsan 2
demokratis. "Gunakan cara biasa. Kalau ketemu suruh menyerah baik-baik.
Jangan dianiaya. Jangan kita sampai dinilai sadis oleh sementara
masyarakat karena ada orang-orang yang suka ringan tangan
memukuli orang tersangka atau tahanan. Bagaimanapun beratnya
tuduhan berdasar keyakinan atas dirinya, tetap saja tidak boleh
menganiaya/' kata Brigjen Polisi Setiyadi yang suka correct dalam
melaksanakan tugas.
Dalam hati Siregar timbul berbagai rasa kecemasan. Tetapi ia
juga menyadari bahwa keadaan yang menggelisahkan dan tidak
menguntungkan ini harus diakhiri. Menjadi kewajiban penegak dan
penertib keamanan untuk melaksanakannya. Tetapi bagaimana" la
tidak ragu-ragu bahwa yang dihadapi bukan manusia biasa berakal
licik dan berhati sadis. Kalau hanya itu masih tidak terlalu sulit untuk diatasi walaupun akan meminta beberapa korban, la pun yakin,
bahwa Erwin dengan ayah dan kakeknya merasa kecewa mengapa
ia sebagai orang Tapanuli tidak dapat mengarahkan kawan-
kawannya ke cara yang sesuai.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Padu waktu itu seakan-akan terdengar oleh Siregar suatu bisikan,
agar ia tenang-tenang. Bukan salahnya Polisi akan mengambil cara
biasa. Tampak, perintahkan menyerah, atau tembak di kaki setelah
lebih dulu memberi tembakan peringatan kalau ia lari tidak mau
menyerah. Kalau masih juga tidak mau menyerah dan ada tanda-
tanda akan melawan atau membuat gerak yang bisa dikatakan
sebagai sikap yang membahayakan keselamatan sang Polisi, maka
boleh tembak. Dor, selesai. Yang bisa luput dari prosedur
penyerahan yang wajar hanya penjahat-penjahat tertentu. Yang
pakai sedan kelas mahal. Penjahat-penjahat halus namanya. Banyak
yang mampu meloloskan diri ke luar negeri. Dengan ilmu kesaktian
dari nenek moyang atau dengan ilmu yang bisa diamalkan tiap
penjahat kaya. Money, yes Sir, money! Ini duit selalu bisa
memerintah apa sana dan hampir siapa saja!
"Aku menyesal Amang. Tidak bisa berbuat banyak. Hatiku
cemas," kata Siregar kumat kamit dalam bahasa daerah seolah-olah ia benar-benar sedang bicara dengan Dja Lubuk yang ayah Erwin
si buronan. "Sudah, jangan kau risau karena itu. Tak ada manusia yang
dapat berbuat semau-maunya. Hanya si konyol yang mengira
dirinya dapat berbuat semau hatinya tanpa menyadari lagi, bahwa
sebenarnya ia hanya manusia biasa sebagaimana manusia lainnya.
Kalau mungkin, kau jangan secara langsung melibatkan diri dalam
sengketa ini. Aku hanya ingin memberitahukan kepadamu, bahwa
Erwin tidak membunuh Sabaruddin. Juga bukan dia yang
membunuh ibunya si Amalia. la juga tidak pernah membuat Amalia
sampai tergila-gila kepadanya. Kami orang miskin Regar, tetapi
masih merasa terlalu hina kalau untuk mengambil hati seorang
wanita saja harus pakai guna-guna segala. Kau tahu kan,
bagaimana sifat sebagian orang-orang kita dari sana. Lebih baik
miskin daripada ambil-ambil muka!" kata-kata Dja lubuk itu didengar Siregar jelas sekali, la ?yakin, bahwa manusia harimau yang selalu
bang krt dari kuburannya itu memberinya nasehat untuk dipatuhi.
Dan ia akan mematuhinya. Tak teringat olehnya saat itu bahwa ia
punya sekian banyak atasan dan menurut ketentuan kepolisian,
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bawahan harus tunduk kepada perintah atasan.
Dari apa yang dibisikkan kepadanya Siregar yakin, bahwa bukan
Erwin yang melakukan pembunuhan itu. Lalu siapa" Apakah calon
istri Sabaruddin yang diceritakan oleh Letnan Polisi Masduki. Yang
katanya amat cantik. Masukkah di akal seorang gadis cantik
mempunyai hidup rangkap" yang begitu mengerikan! Timbul
keinginan yang amat besar di dalam diri Kapten Siregar untuk
mengenal Sabrina. Sayang, tidak ada fotonya. Di rumah Sabaruddin
yang biasanya banyak, pun sudah tiada. Dikemasinya bersama
kepergiannya dari rumah itu. Apakah pengambilan semua foto itu
ada sangkut paut dengan keinginan hati untuk tidak mudah dikenal
orang" Ataukah untuk memperlihatkan kepada Sabaruddin bahwa ia
benar-benar tidak mau hidup bersamanya karena terlalu banyak
pertentangan di antara mereka, sebagaimana diterangkan di dalam
surat yang ditinggalkannya"
Siregar yakin, bukan Erwin membunuh. Tetapi kini dia yang akan
diuber. Sesuai dengan hukum kepolisian, ia juga harus turut
menangkapnya. Berbuat lain daripada itu akan dianggap melanggar
disiplin. Bisa meningkat sampai pada persekongkolan.
*** SABRINA pun dengan sendirinya membaca tentang bagaimana
akibat pembunuhan atas diri nyonya Juariah. Pada saat itu
kesetanan menguasai dirinya. Bukan haus darah, la juga tidak selalu
haus darah. Tetapi semacam kepuasan atas caranya berpikir dan
berbuat. Yang dinilainya amat brilyant. Dia yang membunuh, Erwin
yang dituduh dengan penuh keyakinan. Atas diri laki-laki itu bukan
hanya ditimpakan dugaan. Daripadanya bukan hanya akan dipinta
keterangan. Melainkan pengakuan. Bahwa dia yang membunuh.
Berencana lagi. Cukup kuat kesaksian Amalia untuk memastikan itu.
Kalau dia tidak mau mengaku dan dengan begitu mempersulit
jalannya pemeriksaan dan pelacakan, tahu sendiri! Tahu sendiri deh
pokoknya. Akan berkenalan dengan petugas-petugas yang dengan
suka hati mau menjalankan kewajiban tukang pukul dan injak.
Banyak orang tahu, bahwa di Kalangan Polisi ada orang-orang
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
semacam itu. Senang menyiksa tersangka. Benar, baru tersangka.
Tegap besar, kurus kering seperti cecak sudah lima hari tak makan,
tidak jadi soal. Pokoknya bisa dibantai atau digimbal (salah satu
istilah Medan) semau hati. Sepuas tangan. Sekenyang kaki. Tanpa
ada perlawanan dari yang dihantam! Itu baru seronok. Sampai si
"Penjahat" lemas, jatuh terkulai atau remuk. Orang itu akan menangis di dalam hati. Ah sayang mengapa cuma di dalam hati.
Kalau menjerit melolong tentu akan lebih sedap lagi.
Ada dua macam tangis di dalam hati. Iba Karena benar-benar
tidak bersalah. Hanya salah sangka. Katakanlah salah tangkap.
Sakit hati karena diperlakukan sebagai hewan. Dia turut bersalah
memang. Terlibat atau bahkan pelaku utama di dalam suatu
kejahatan kriminil. Tetapi bukankah ia belum divonnis. Terhadap
dirinya harus diberlakukan "praduga tak bersalah." Dia banyak mendengar bahwa tidak semua tahanan bernasib seburuk dia. Ada
yang jauh lebih jahat. Bukan terhadap perorangan. Melainkan
terhadap negara dan bangsa. Tetapi kalau nasib baik bisa di
"Layani" sebagai tamu terhormat. Perintah Kapolri untuk tidak menganiaya tidak selalu dipatuhi.
SABRINA bangga atas dirinya karena bisa membelokkan tuduhan
atas Erwin yang digilai Amalia. Kini cinta gadis itu pada Erwin sudah punah sama sekali. Tetapi apakah guna kepunahan kasih Amalia
terhadap Erwin sekarang" Orang itu jadi buronan dan pada suatu
saat akan ditangkap. Apa untungnya untuk dirinya sendiri" Hanya
kepuasan karena kesadisan jiwa" Kebengisannya menurun, akhirnya
ia diam tertunduk. Mengapa ia harus menjahili Erwin yang tidak
pernah menjahati dirinya" Bahkan telah banyak sekali menolong dan
mengalah. Yang lebih daripada itu pun dilakukannya. Membiarkan
dirinya jadi sasaran tangkapan dan barangkali pembunuhan sebelum
sampai ke depan pengadilan. Padahal dia tahu siapa yang
membunuh. Mustahil dia tidak tahu. Erwin itu cerdas. Dan dia tahu
bahwa di Jakarta ini ada satu gadis cindaku yang sudah hampir
menewaskan dua bayi tanpa dosa secuil pun. Yang lebih lagi
daripada membiarkan diri jadi buronan, Erwin sendiri dapat
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyergap dia. Membunuhnya untuk melenyapkan si makhluk yang
selalu membuat dia dalam bahaya. Mengapa Erwin tidak
melakukannya" Karena tidak tega dan disebabkan kemanusiaan
yang kuat di dalam dirinya sajalah" Apakah dia yang manusia
harimau lebih manusia dari manusia lain" Bahkan lebih manusia dari
pada manusia-manusia Pancasila yang barangkali ada beberapa
gelintir saja di negara lima sila ini" Ataukah ada sebab lain" la takut memikirkannya, tetapi kemungkinan itu bukan tidak ada sama
sekali! Bahwa Erwin diam-diam, sambil menekan seluruh perasaan,
sebenarnya masih cinta padanya dan mengharapkan pada suatu
ketika mereka berdua akan dapat berkumpul. Bercinta dan berkasih
sayang! Pada saat pikiran itu lewat di dalam benaknya, rasanya Sabrina
ingin mencari Erwin, mohon ampun padanya dengan menceritakan
seluruh dosanya. Tetapi, yang demikian hanya satu kemungkinan.
Barangkali Erwin juga benci setengah mati padanya, berlagak bodoh
sekarang. Supaya Sabrina merasa dirinya benar-benar aman dan
pada saat yang tidak diduga ia akan datang. Tiba-tiba saja, berdiri
di hadapan Sabrina dan berkata: "Telah tiba saatnya kau mengakhiri kehadiranmu di permukaan bumi Sabnnaf!" Dan ia akan tunduk,
menerima vonnis mati dijatuhkan oleh manusia harimau, dukun dan
bekas kekasih itu atas dirinya. Apakah akan berakhir begitu" Pasrah
pada nasib" Ataukah ia akan bangkit melawan dan berkata: "Kau
kira kau siapa menjatuhkan hukuman atas diriku" Karena kau punya
backing ayahmu Dja Lubuk dan ompungmu Raja Tigor?" Lalu
Sabrina akan tertawa terbahak-bahak sambil berkata, bahwa di
antara keluarga Sutan Rimbogadang tidak ada yang pernah
mengenal "menyerah untuk mati." Lalu terjadilah perang tanding antara manusia harimau Mandailing dan cindaku cindaku yang
berasal dari Kerinci.
Pada waktu pikirannya sendiri kacau balau, ia jadi tidak punya
keyakinan untuk masa depan. Yang pasti, tenang penuh
ketenteraman. Dan manakala pikirannya letih berperang,
meledaklah tangisnya. Apakah ia akan selamanya jadi petualang
sampai maut merenggut nyawanya" Apakah itu nanti yang akan
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi akhir daripada hidupnya" Atau kah ia akan hidup pula
kembali entah sebagai apa dan untuk apa. Apakah dunia ini tidak
akan ada akhir baginya, sedangkan bagi tiap manusia wajar, pasti
akan tiba titik tamat di dunia. Good-bye world, good-bye forever.
Sampai pada moment of no return.
MESKIPUN didesas-desuskan bahwa Erwin adalah pembunuh
sadis yang punya ilmu tinggi, sebagian besar anggota Polisi
bertekad menangkap dirinya. Apalagi yang punya simpanan atau
tuntutan khusus. Berhasil menangkapnya berarti kenaikan pangkat,
jadi sebutan dan yang mau, jadi rebutan! Mereka mulai mencari dan
akan mengejarnya sampai dapat. Sang dukun muda, sang manusia
harimau kembali jadi insan buruan.
*** PERBURUAN atas si manusia harimau tidak dapat dirahasiakan di
lingkungan kepolisian, hanya cara menilai dan membicarakannya
berbeda-beda. Ada yang berterus terang dan bahkan dengan nada
agak takbur. Ada yang hanya berbisik-bisik disertai rasa kuatir.
Mereka yang masih ingat peristiwa sekitar setahun yang lalu lebih
suka untuk tidak ikut-ikutan membicarakan dan berharap agar
jangan sampai turut ditugaskan dalam perburuan itu.
Erwin yang tahu dirinya dicari untuk ditangkap, merasa cemas
sekali, la dapat mengerti, bahwa umumnya anggota kepolisian
mengejar seorang tersangka karena kewajiban semata-mata. Untuk
keamanan masyarakat. Memang ada di antara para petugas itu
yang over acting, bahkan kadang-kadang yang menyalahgunakan
senjata yang ada padanya Tetapi jumlah yang brengsek begitu tidak
seberapa. Dan kalau mereka ditindak tegas oleh yang di atas maka
citra Polri bisa kembali. Bagaimanapun kepolisian kita pernah juga
punya citra. Kemudian memudar dan boleh dikata hilang oleh ulah
tingkah beberapa oknumnya.
Erwin berpikir apa yang terbaik dilakukannya. Menghadap saja ke
Polisi dan mengatakan, bahwa apa yang diceritakan di dalam surat-
surat kabar itu bukan dirinya" Apakah yang begitu bukan malahan
membuat dia jadi lebih kuat dituduh" Jangan-jangan dia ditahan
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk diperiksa. Kalau cuma diperiksa! Dan apa yang akan
dikatakannya selama pemeriksaan" Kalau kepadanya ditanyakan,
siapa kira-kira yang melakukan pembunuhan itu bagaimana" Akan
dikatakannya Sabrina, agar wanita bekas kekasihnya itu ditangkap
ialu dipaksa mengakui dosanya" Dengan demikian dia akan terlepas
dari tuduhan yang sama sekali tidak benar. Dia pun akan
menyelamatkan sejumlah orang yang barangkali masih akan jadi
mangsa Sabrina. Tetapi, bukankah suatu perbuatan pengecut,
membuka rahasia seseorang, walaupun ia pembunuh yang amat
berbahaya. Biar saja Polisi cari sendiri.
Tetapi apa yang tidak disangka Erwin akan terjadi, kiranya
menjadi suatu kenyataan yang amat mengejutkan dirinya,. Sabrina
ditangkap. Yang menangkalnya tak lain daripada Letnan Polisi
Masduki yang (Semah menerima laporan dari supir taksi dengan dua
penumpangnya yang melihat Sabrina dalam keadaan setengah
harimau di dalam mobil sedan yang dikemudikannya.
Tetapi ketika rekan-rekannya termasuk beberapa atasan melihat
wanita yang ditangkap itu, mereka jadi berbisik-bisik. Ada yang
sekedar menyatakan tidak percaya, tidak masuk akal wanita
secantik Sabrina tersangkut di dalam perkara pembunuhan. Ada
yang berkata, bahwa Masduki barangkali sudah sinting berani
menangkap dan menuduh perempuan seperti Sabrina. Mukanya saja
sudah menunjukkan kebaikan hati dan ketinggian budinya. Itu suatu
keuntungan wanita berparas cantik.
Tapi Sabrina hanya ditahan beberapa jam, kemudian dibebaskan
lagi atas perintah Kolonel Polisi Margono yang tidak percaya dengan
segala macam jadi-jadian atau cindaku-cindakuan. Manusia ada,
harimau juga ada, tetapi manusia harimau mana mungkin ada.
Erwin yang sengaja mengikuti perkembangan, mengetahui kapan
Sabrina dibebaskan kembali, bahkan melihat pula dia diantarkan
pulang ke rumah sahabatnya dengan memakai sedan Kol. Pol
Margono yang tegas tetapi baik hati itu. Perasaan lega dan senang
menjalari pikiran Erwin. Dia sendiri tidak tahu, mengapa. Masih
cintakah ia pada Sabrina"
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Marini yang sahabat Sabrina bertanya, apa sebab ia diminta
datang ke kantor Polisi. "Soal pembunuhan atas diri ibu sahabat
baikku Amalia. Kasihan dia. Beberapa waktu yang lalu ayahnya
ditimpa musibah berat, kini ibunya pula dibunuh orang. Entah
orang, entah setan. Kata dokter ia mati karena kehabisan darah.
Anehnya darah itu bukan habis secara wajar!" kata Sabrina.
"Maksudmu tidak wajar itu bagaimana?" tanya Marini.
"Pembunuh itu mengisap darahnya dari luka di leher itu '
"Kau melihat sendiri mayat itu?"
"Ya. Sedih sekali hatiku. Pucat, hampir sewarna kain putih.
Rupanya darahnya dihisap sampai kering!"
"Aku ada mendengar tentang cerita manusia harimau yang
berkeliaran. Apakah mungkin ia dibunuh makhluk gila itu?" tanya
Marini. la takut, tetapi ia ingin tahu.
"Entahlah. Boleh jadi, siapa tahu!"
"Sab, kau berasal dari Sumatera Barat sana. Apa betul cerita-
cerita tentang adanya harimau jadi-jadian di daerahmu itu?"
"Aku sendiri tidak pernah bertemu, tetapi banyak orang
mengatakan memang ada. Dan bukan jadi-jadian saja. Yang begitu
di mana-mana -ada. Di Jakarta ini juga ada. Misalnya orang mati
jadi ular, jadi babi, jadi macan, jadi tikus dan binatang lain lagi.
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Semua ini namanya jadi-jadian, tetapi yang di daerahku ini namanya
lain lagi. Cindaku. Manusia biasa, kadang-kadang jadi harimau!"
"Lalu, kalau sedang jadi harimau apakah dia lalu mengamuk
membunuhi orang?"
"O tidak. Otaknya tetap otak manusia. Bisa berpikir seperti
manusia, bahkan kadang-kadang lebih cerdik. Sebetulnya cmdaku-
cindaku itu makhluk yang bernasib buruk. Kalau dia menghari-mau
biasanya dia dalam keadaan bahaya. Kalau orang kampung
melihatnya, ia dikejar dan dibunuh beramai-ramai."
"Apakah cindaku takut sama manusia?" tanya Marini semakin
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ingin tahu. "Takut sih tidak. Tetapi siapa sih yang tidak takut kalau
dikeroyok" Tentu saja cindaku tidak menyerah begitu saja. Mereka
melawan dan sebelum dia sendiri mati, biasanya di antara
pengeroyok juga ada atau bahkan banyak yang mati!"
"Kalau si cindaku sudah mati dikeroyok, bagaimana?"
"Dia jadi manusia. Maksudku, mayatnya jadi mayat manusia. Lalu
dia dikuburkan orang. Ada yang tamat sampai di situ, tetapi banyak
yang bangkit kembali dari kuburnya karena dendam yang terus
membara!" "Sampai sesudah dia mati?"
"Ya, sampai kapan pun. Itulah sebenarnya yang dinamakan
dendam tak punya akhir."
"Aku takut, tetapi sebenarnya ingin juga melihat bagaimana
rupanya cindaku. Atau yang diceritakan bernama manusia harimau
itu. Kau percaya Sab, manusia harimau itu ada?"
"Aku percaya, keluargaku di kampung semua tahu. Sampai
sekarang di kampungku ada cindaku dan ada pula yang namanya
manusia harimau! Barangkali ibu sahabatku itu benar dibunuh
manusia harimau atau cindaku. Siapalah yang tahu!"
"Huh ngerinya. Apa saja kata Polisi?" tanya Marini.
"Kata mereka, mereka akan tangkap. Hidup atau mati!" "Apa bisa?"
"Entahlah. Tapi Polisi kan punya senjata. Re-siko tentu ada. Tikus pun kalau diuber sampai terpojok akan melawan, walaupun dia pasti
akan mati. Apalagi ini. Yang katanya bernama manusia harimau.
Jangan-jangan bisa menghilang atau tidak kelihatan. Barangkali
juga kebal peluru! Coba kita bayangkan. Misalnya sejumlah Polisi
menembaki dia dengan berbagai senjata. Yang laras pendek, yang
senapan. Peluru-peluru mengenai sasaran, tetapi si harimau
manusia atau manusia harimau berjalan terus dengan tenang
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menuju ke orang-orang yang menembakinya itu!" kata Sabrina.
"Aduh ngerinya. Dan Polisi itu satu persatu diterkamnya,
dikoyakhya!" kata Marini mengkhayalkan kemungkinan itu.
"Aaa, bukan hanya begitu. Perut orang-orang itu akan
dirobeknya, isinya dikeluarkan. Jantung, hati, usus, semua. Kau tak
mendengar peristiwa setahun yang lalu."
"Peristiwa manusia dikoyak manusia harimau?"
"Ya. Di Jakarta ini. Di kantor polisi pernah. Di Slipi juga pernah.
Aku tidak melihat, tetapi membacanya di koran."
"Apa benar-benar kejadian" Atau hanya karangan wartawan?"
"Berita tidak boleh dikarang-karang dong! Korannya bakal tidak
laku. Ada beberapa anggota Polisi menjadi korban waktu itu!" kata Sabrina. Kelihatan dia senang menceritakannya.
"Apakah kali ini juga akan ada korban?" tanya Marini.
"Mudah-mudahan tidak. Kalau dia dibiarkan, tentu tidak ada
alasan baginya untuk menyerang."
"Tapi kan tidak bisa dibiarkan. Dia pembunuh, dia akan
membunuh dan membunuh lagi," kata Marini yang doyan cerita
sensasi. Apalagi ini berita sensasi yang menjadi kenyataan.
"Kau kepingin melihat manusia harimau, kalau dia ada?" tanya Sabrina.
"Kuingin lihat, tetapi aku takut! Tapi aku mau tahu bagaimana
rupanya/' "Aku rasa memang banyak orang yang ingin tahu. Tetapi seperti
kau ini. Takut. Seumpamanya dia tertangkap, dimasukkan dalam
kerangkeng besi, boleh ditonton masyarakat untuk memperlihatkan
prestasi Polisi dalam melaksanakan tugasnya, apakah kau mau
menontonnya?" tanya Sabrina.
"Aku rasa mau. Kalau kau?"
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ya, aku juga mau melihat. Jangan cuma dengar cerita!!"
"Bagaimana kira-kira rupanya Sab. Di negerimu ada katamu."
"Kata orang yang manusia harimau itu mempunyai badan
harimau, tetapi mukanya muka manusia. Menakutkan tentu!"
"Kasian," kata Marini.
"Kau kasian?" tanya Sabrina.
"Ya, bukankah otaknya bisa berpikir seperti manusia katamu
tadi?" "Kau penuh kemanusiaan Rini! Memang mestinya dikasihani.
Tetapi dia berbahaya."
"Mengapa mereka jadi begitu" Karena nasib atau kena kutuk?"
"Kedua-duanya bisa jadi penyebab," kata Sabrina.
"Adakah wanita jadi manusia harimau?" tanya Marini lagi.
"Aku dengar ada. Ada pula yang namanya cindaku. Seperti di
daerahku."
"Tentunya wanita-wanita cindaku atau perempuan harimau itu
amat mengerikan ya!"
"Tidak. Mereka punya wajah seperti wanita biasa. Ada yang jelek, ada yang biasa-biasa, tetapi barangkali juga ada yang cantik sekali."
"Aku baru mendengar sekarang. Aku jadi tambah ingin melihat.
Bagaimana sih wanita cantik yang cindaku itu. Apa ada ciri-cirinya?"
"Kalau cindaku ada. Di bawah hidungnya tidak ada parit yang
lazim ada pada semua orang. Tetapi kalau manusia harimau tidak
berciri. Yang mengerikan adalah manusia yang cindaku sekaligus
juga manusia harimau!"
"Kau sudah pernah melihat atau bertemu?" tanya Marini.
"Belum, tapi barangkali pernah ngomong-ngo-mong dengan
wanita harimau, tetapi aku kan tidak tahu kalau dia manusia
harimau!" http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hih dahsyatnya daerahmu itu. Kalau kita kebetulan ngomong
ngomong dengan manusia harimau atau cindaku dan mendadak dia
berubah jadi harimau, bagaimana. Tentu kita dibunuhnya!"
"Kata orang yang benar-benar tahu dan punya keluarga manusia
harimau, mereka tidak selalu punya keinginan untuk membunuh.
Mereka juga bisa sedih dan pemenung, menangis atau tertawa
karena merasa amat geli akan sesuatu. Persis manusia biasa. Tetapi
memang ada saatnya datang keinginan minum darah. Kami di
Kerinci menamakannya "hawuih darah," artinya haus darah."
Marini mendengarkan dengan penuh perhatian dan keheranan.
"Kalau mereka sedang haus darah, apa yang mereka lakukan"
Membunuh lalu meminum darah korbannya?" tanya Marini.
"Tidak selalu begitu," jawab Sabrina. "Cindaku misalnya. Sesekali ia dahaga darah bayi. la akan bertandang ke rumah orang yang
baru melahirkan atau punya bayi di dalam rumahnya, la akan
bersikap ramah sekali. Sebagai orang yang sangat penyayang pada
anak-anak kenl."
"Lalu?" tanya Marini dengan keingintahuan yang kian meninggi.
"la akan memandangi bayi itu! Tidak mesti selalu pandangan
tajam. Kadang-kadang hanya dengan penglihatan yang sayu.
Setelah itu dia pergi."
"Buat apa dia pandangi anak itu?"
"Untuk mengisap darahnya?"
"Dengan mata?"
"Ya dengan kekuatan pandangan matanya itu."
"Hiih serem," kata Marini dan benar-benar bulu romanya berdiri.
Berbagai macam pikiran dan perasaan terlintas di dalam diri
Sabrina. "Kalau mungkin, kau masih juga mau bertemu dengan manusia
harimau atau cindaku Rm?" tanya Sabrina. Yang ditanya tidak
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
segera menjawab. Sejurus kemudian baru ia berkata: "Ingin aku
melihat wanita harimau. Tapi yang cantik. Barangkali tidak terlalu
menakutkan karena tubuhnya yang harimau diimbangi oleh rupanya
yang cantik. Tetapi maunya dia di dalam kerangkeng atau kandang
besi," kata Marini.
Sabrina dihinggapi perasaan sedih dan memandangi kawannya.
*** MARINI mengajukan banyak pertanyaan tentang cindaku dan
manusia harimau dan dijawab tanpa ragu ragu oleh Sabrina.
"Banyak pengetahuanmu Sab," kata Marini akhirnya. "Aku tadinya buta sama sekali tentang hal-hal yang demikian. Kini aku
pun tahu. Tinggal berjumpa saja yang belum!"
"Rin hati-hati kalau bicara tentang manusia harimau.!Kata orang, siapa yang sangat ingin bertemu dengan manusia harimau, pada
suatu saat pasti akan bertemu dengannya, la akan menampakkan
diri. Sftahun yang lalu di Jakarta ini ada manusia harimau. Masih
muda, kata orang, la pernah ditangkap ketika ia sedang seperti
manusia biasa. Atas dirinya dituduhkan kejahatan yang tidak pernah
dilakukannya. Sulit dipercaya, ayahnya yang sudah meninggal di
Tapanuli datang membantu anaknya. Beberapa Polisi melihat
manusia harimau tua itu. Kalau aku tak salah namanya Dja Lubuk!"
kata Sabrina memperingatkan sahabatnya.
"Bangkit dari kubur, lalu datang ke Jakarta?"
"Ya. Bukan hanya ayahnya. Kakeknya juga datang. Dia juga
manusia harimau."
"Bagaimana dia bisa datang, sedangkan pulau Jawa dan
Sumatera dipisahkan oleh laut?"
"Tak dapat diterangkan berdasarkan hukum akal. Tetapi mereka
datang dan menghukum orang-orang yang menyiksa anaknya!" kata
Sabrina. Tiba-tiba terdengar petir menggelegar keras sekali. Kedua
wanita itu terkejut, Teidpi Marini yang paling terperanjat. Lalu
terdengar suara keras sekali; "Jangan membicarakan kami." Marini http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
takut setengah mati.
la memeluk Sabrina seolah-olah dengan begitu ia akan aman.
"Tenangkan dirimu," kata Sabrina. "Rupanya mereka mendengar kita dan tak suka dijadikan bahan cerita." Tubuh Marini gemetar.
Sampai-sampai bibirnya turut gemetaran.
"Aku takut Sab," kata Marini, pelan sekali, bagaikan sukar keluar.
"Dia tidak akan apa-apa. Barangkali hanya menegur kita supaya
jangan membicarakan mereka." Untung bagi Marini, sekali ini Dja
Lubuk atau Raja Tigor tidak memperdengarkan auman. Kalau ia
mengaum, besar kemungkinan Marini akan mati kejang oleh
terkejut dan takut. Lebih beruntung lagi Marini, karena ia tidak tahu bahwa yang dipeluknya itu cindaku yang baru saja mengisap habis
darah dua manusia.
Setelah Marini kelihatan reda, Sabrina mohon diri dengan ucapan
terima kasih atas keramah ta-mahan sahabatnya selama ia
menginap di sana.
"Jaga dirimu baik-baik Rin," pesan Sabrina.
"Tentu. Kau juga Sab. Telepon aku kalau kau sudah tiba di
Bandung," kata Marini. "Bila kau ke Jakarta, jangan menginap di rumah kawan lain. Di sini saja!"
Sabrina melambaikan tangan ketika taksi gelap yang
ditumpanginya bergerak meninggalkan halaman rumah sahabat
baiknya itu. la amat terharu atas ketulusan Marini dan sedih sekali
pada nasib yang ditentukan baginya, terpaksa hidup bersandiwara.
Pada saat-saat pikirannya waras dan dirinya normal seperti itu ia
sangat merasakan betapa buruk nasib nya. Dan ia amat cemas, apa
lagi yang akan dialami atau menimpa dirinya pada hari-hari yang
akan datang. Sabrina tidak ke Bandung sebagaimana yang dikatakannya
kepada Marini. la mengambil sebuah kamar di hotel terkenal mewah
di Jakarta. Hanya yang berkantong padat atau punya bank account
cukup saja yang berani menginap di hotel itu. Plus bandit-bandit
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berlagak pedagang atau pejabat penting.
Kunjungan dan kehadiran Sabrina cukup menarik perhatian dan
beberapa tamu membicarakan dirinya. Penilaian mereka bermacam-
macam. Ada yang mengira dia touris domestik yang banyak duit.
Ada juga yang berani menduga bahwa dia menginap di sana untuk
tujuan "biasa." Cari mangsa. Jangan marah, di beberapa hotel berbagai kelas memang ada saja wanita-wanita cantik yang mencari
honor tinggi. Tetapi suatu kenyataan tidak jadi dugaan mereka. Bahwa wanita
cantik itu bukan manusia biasa. Bahwa dia dapat membunuh
dengan hanya mempergunakan pandangan matanya.
ERWIN yang sedang merenungkan nasib di dalam gubugnya,
tidak sadar bahwa tempat kediamannya itu sedang dikepung oleh
tak kurang dari delapan petugas hukum. Semua bersenjata, tetapi
tidak semua berpakaian seragam. Ada yang reserse dengan pakaian
preman. Dari info-info mereka akhirnya mengetahui di mana tempat
tinggal Erwin yang disangka melakukan pembunuhan atas petunjuk
Amalia yang semula jatuh hati setengah mampus pada dukun yang
manusia harimau itu.
Mereka semua sangat hati-hati. Yang dihadapi bukan buronan
biasa. Dia pasti lebih hebat daripada garong bersenjata api yang
biasanya lebih suka melawan daripada menyerah.
Anak Dja Lubuk dan cucu Raja Tigor itu sedang bingung.
Mendatangi Polisi memberi penjelasan atau lebih baik menghindari
dari Jakarta. Sama saja re-sikonya. Kalau menyerah, ia tidak akan
dipercaya dan akan ditahan dengan tuduhan membunuh Nyonya
Juariah. Mungkin juga kematian Sabaruddin akan dibebankan atas
dirinya. Tiba-tiba Erwin terkejut mendengar suara keras dengan
nada memerintah di luar.
"Erwin, menyerah sajalah! Itu yang terbaik bagi dirimu!" kata satu suara keras. "Kau telah terkepung."
Erwin tahu apa yang sedang terjadi, la dikepung untuk ditangkap
sebagai orang yang dituduh membunuh Nyonya Juariah. Yang
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengatakan begitu tentulah Amalia setelah ia mengetahui bahwa
Erwin manusia harimau. Sabrina menceritakan dan Erwin juga
membantahnya. "Keluarlah. Letakkan kedua tanganmu di kepala. Melangkah
perlahan-lahan dan jangan bikin gerak yang mencurigakan, supaya
kau tidak mati konyol!" tetapi Erwin tidak segera mematuhi
perintah, la sudah pernah ditahan dan sudah tahu bagaimana
sakitnya jadi orang tahanan. Terutama orang kecil dengan tuduhan
tindak pidana kriminil.
Perintah untuk menyerah diulang lagi. "Kami beri kau satu menit
lagi untuk keluar. Letakkan kedua tanganmu di kepala dan
melangkah pelan-pelan!"
"Aku tidak bersalah!" teriak Erwin.
"Kau harus menyerah. Salah atau tidak bukan jadi urusan kami!
Kalau kau tidak keluar kami akan menyerbu dan tubuhmu akan
hancur dirobek-robek peluru!"
Pada detik terakhir Erwin keluar. Kedua tangannya di atas kepala.
Delapan pucuk senjata diarahkan pada dirinya. Sampai di depan
pintu gubug ia berhenti memandang ke sekeliling. Keadaan menjadi
tegang. Bukan bagi Erwin. Apa yang hendak dilakukannya, tapi para
petugas hukum dalam hati masing masing. Akan mendadak
melompat dan melawan" Ataukah ia akan jadi harimau" Ada yang
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berdebar, ada yang takut dengan senjata tak mantap oleh getaran
tangan. Tetapi ada juga yang berharap agar ia membuat gerak yang
mencurigakan, sehingga ia punya alasan untuk menembak. Tugas
yang dibebankan pada ke delapan orang itu sama, yaitu menangkap
si tertuduh membunuh ganda, tetapi pikiran dan moral mereka tidak
sama. "Berjalanlah pelan-pelan," kata Komandan pasukan itu, seorang bertubuh kekar dengan pistol di tangan.
"Mengapa aku ditangkap?" tanya Erwin yang belum juga
bergerak dari tempatnya berdiri, la memandang lagi ke sekitarnya.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tugas kami hanya menangkap dan membawa kamu," kata si
badan tegap yang bernama Karnadi itu. "Di kantor nanti kamu boleh menerangkan apa pun yang kamu ingini. Berjalanlah ke mari. Ku
peringatkan sekali lagi, jangan membuat gerak yang kami tak suka.
Kami dapat perintah untuk menembakmu, kalau kamu melawan."
"Aku sudah pernah ditangkap dulu atas tuduhan yang tidak
pernah kulakukan. Aku dipukuli hampir mati. Kalian tahu?" kata
Erwin. "Banyak di antara kalian bukan mau menegakkan kebenaran
tetapi mau memperlihatkan kekuasaan."
Beberapa anggota Polisi yang memang sudah biasa memukul dan
menerjang orang tahanan merasa tersinggung dan ingin orang ini
segera sampai di rumah tahanan supaya bisa dihajar. Tetapi si
komandan pasukan merasa malu mendengar kata-kata Erwin, sebab
apa yang dikatakannya itu memang benar.
"Yang begitu tidak ada lagi sekarang," kata Karnadi. "Kapolri sendiri sudah melarang pemukulan terhadap tertuduh. Karena orang
yang dituduh belum tentu bersalah."
"Baiklah, aku akan melihat nanti. Tetapi sekali lagi kukatakan,
bahwa aku tidak punya dosa apa pun. Ingatlah itu baik baik," kata Erwin. Dia berkata tenang, namun begitu nada mengancam terasa
oleh orang-orang yang mengepungnya.
Mereka tertanya tanya di dalam hati, beginikah macamnya orang
yang manusia harimau" Tiada beda dengan orang lain. Mana
mungkin orang semacam ini bisa jadi harimau. Ada di antara
mereka yang mulai berpikir bahwa mereka salah tangkap. Tetapi
ada pula yang percaya, bahwa orang ini tentu punya sesuatu atau
banyak ilmu. Kalau tidak begitu, mustahil ia tadi mengeluarkan kata-
kata yang mengandung peringatan dan ancaman. Apakah sebentar
lagi ia akan berubah ujud" Sebentar lagi. Ketika semua anggota
Polisi sudah semakin ketat mengepungnya dan hendak mengenakan
borgol pada kedua pergelangan tangannya. Apakah di saat itu ia
akan berubah dan mengamuk, membunuhi mereka"
Kini Erwin sudah dikerumuni para pengepungnya.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tangan tetap di kepala," perintah Karnadi. Kepada dua anak buahnya ia perintahkan untuk menggeledah badan tawanan. Tidak
ada apa-apa. "Kau boleh membawa pakaian untuk pengganti," kata Karnadi.
Erwin tahu dia pasti akan ditahan, tetapi masih sempat merasa
bahwa Polisi yang seorang ini baik hati dan punya rasa
kemanusiaan. Karnadi mempunyai sesuatu dari kakeknya, yang
orang lain tidak tahu dan juga tidak punya, la merasa tubuhnya
panas. Itu suatu pertanda bahwa tawanan itu juga punya sesuatu.
Jangan sembarangan kalau tidak mau menghadapi suatu
kemungkinan yang bisa amat berbahaya.
"Kami terpaksa memborgol Anda," kata Kar nadi. Kamu
ditukarnya dengan Anda.
"Kalau mesti begitu, silakan Letnan," ujar Erwin. Dari tanda pangkat, ia tahu bahwa komandan pasukan itu berpangkat letnan
dua. la menyebutnya dengan pangkatnya, tanpa bapak. Itu sudah
cukup dan wajar.
"Maaf," kata Karnadi ketika ia sendiri meletakkan borgol pada kedua tangan yang diulurkan tawanan itu.
Erwin sakit hati mengapa ia sampai ditangkap, karena ia sama
sekali tidak bersalah, tetapi ia simpati kepada letnan yang sopan itu.
la juga terus menduga, bahwa mungkin letnan ini punya sesuatu
dan telah pula merasakan, bahwa ia berhrdapan dengan tawanan
yang juga punya sesuatu di dalam dirinya.
Bawahan Karnadi merasa heran mengapa komandan mereka
bersikap begitu ramah terhadap seorang tawanan. Bagi kebanyakan
di antara mereka, kalau orang ditangkap mesti orang jahat, apalagi
kalau sampai diborgol Terhadap orang jahat tidak perlu sikap
ramah, sebab mereka tidak pantas diramahi, begitulah pikiran cupet
mereka. Di samping Karnadi yang baik hati, beberapa anak buahnya
sudah punya niat untuk melampiaskan nafsu pukulnya atas diri
Erwin. "Nanti lu bakal rasain bekas tangan gua," kata mereka di http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dalam hati. Ada yang tidak bisa menyembunyikan kebencian mereka
terhadap Erwin. Memandang si tawanan dengan mata berapi-api.
Erwin disuruh naik pick-up yang membawa pasukan itu
menyergap si manusia harimau. Waktu dia naik ada seorang
anggota polisi yang mendorongnya sambil berkata: "Hayo lekas!"
Dorongan keras itu membuat Erwin hampir tersungkur.
Sepanjang jalan menuju kantor polisi Erwin membayangkan apa
yang akan dialaminya nanti. Kira kira seperti yang dirasakannya
setahun yang silam. Dia bertanya pada diri sendiri, apakah ia
memang tidak boleh bermukim cari nafkah di Jakarta. Selalu saja
ditimpa musibah. Perkenalan dan permusuhannya dengan Kiyai
Ampuh yang kini sudah jadi babi oleh kutukan sumpahnya sendiri
dimulai dari Jakarta. Anak dan istri tercintanya tewas di ibukota ini juga. Kemudian kisahnya dengan Sabrina yang dicintainya tetapi
akhirnya direbut oleh sahabat akrabnya Sabaruddin. Lalu sahabat
akrab ini mati dibunuh disusul oleh pembunuhan atas diri Nyonya
Juariah. la pula dituduh sebagai pelaku dari pembunuhan ganda itu.
Sial, betapa sial dia di Jakarta ini. Sekarang ia diborgol sebagai
terdakwa. Apa dosanya sampai ia bernasib begini buruk!
*** ERWIN dimasukkan ke dalam sebuah sel berjeruji besi. Seorang
diri. Pertanda dia dianggap berbahaya atau penjahat kelas berat, la
memohon di dalam hati agar ayahnya datang, tetapi kemudian ia
merasa malu sendiri. Mengapa selalu menginginkan kehadiran ayah
kalau diri sedang terjepit" Kapan ia merasa cukup tabah
menghadapi hidup ini sendiri. Walau bagaimanapun besarnya
tantangan dan cobaan.
la tidak segera tahu, bahwa Kapten Pol Sahata Siregar berdiri di
depan pintu selnya. Ketika ia sadar akan kehadiran perwira itu ia
memandangnya dengan mata bertanda tanya.
*** KAPTEN Polisi Siregar tidak kuat memandang orang tahanan itu.
Matanya menatap lantai. Sejenak kemudian barulah ia berkata:
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Semua ini bukan kehendakku Erwin. Aku masih punya atasan!"
"Aku tahu. Kapten tak usah risau. Demi Allah aku tidak tahu
menahu tentang kedua pembunuhan itu. Kadangkala orang hidup
harus menerima nasib. Seperti akli sekarang. Tanpa dosa masuk
tahanan. Yang melakukan kejahatan besar ada banyak berkeliaran,
balpkan bermandi segala kesenangan di alam bebas!" kata Erwin.
"Kau tahu, bahwa kau difitnah" Oleh anak wanita yang mati
dibunuh itu!"
"Tahu. Bukan salahnya, la punya alasan untuk menuduh diriku."
Perwira Polisi yang asal Tapanuli itu heran. Ada manusia sudah
dalam tahanan, tidak berdosa, masih juga tidak mempersalahkan
orang yang menyebabkan dia dijebloskan ke sana.
"Kau aneh sekali Erwin. Aku tak mampu menyelami jiwamu!"
"Tak mengapa. Tak perlu diselami. Jalankan saja tugasmu
dengan baik. Kalau mungkin tanpa merusak keadilan yang menjadi
milik tiap manusia. Dari yang berkedudukan paling tinggi di dunia ini sampai pada yang hina dina. Mereka semua mempunyai hak sama
dalam hal keadilan."
Kapten Sahata Siregar merasa malu. Merasa terpukul, karena apa
yang dikatakan Erwin adalah suatu kenyataan yang amat gamblang.
"Adakah sesuatu yang dapat kubuat untukmu Erwin?"
"Tidak ada. Kau punya atasan, bahkan banyak atasan. Mereka
punya wewenang lebih besar dari Kapten. Di dunia wewenang
banyak sekali artinya dan seringkali amat menentukan. Termasuk
menentukan nasib sesama manusia."
Dengan langkah lesu Kapten Sahata Siregar pergi, la dipanggil
masuk ke kamar Kolonel Pol Margono untuk berbincang-bincang.
"Sahata baru ngomong-ngomong dengan pembunuh itu, ya,"
kata Margono yang biasa menyebut bawahannya itu dengan nama.
la selalu tegas kalau yakin akan sesuatu. Seperti membebaskan
Sabrina yang katanya tidak mungkin terlibat dalam kasus
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pembunuhan itu. Dan dia menamakan Erwin pembunuh, walaupun
belum diadili, karena ia yakin bahwa laki-laki inilah yang melakukan
kejahatan itu. Cerita Amalia masuk akal, logis.
"Apa saja katanya?" tanya Kolonel Margono. "Katanya ia hanya difitnah. Tidak tahu menahu tentang pembunuhan ganda itu. la
tidak mengerti mengapa ia ditahan sedangkan di luar banyak
penjahat berkeliaran bebas atau bahkan hidup bersenang-senang,"
ujar Siregar mengulangi kata-kata Erwin.
"Biasa. Mana ada tahanan yang mengakui dosanya. Kecuali kalau
ia sendiri datang menyerahkan diri. Dia pembunuh brutal, kurang
ajar. Dia menyindir kita hah! Mengatakan banyak penjahat bebas di
luar sambil hidup bersenang-senang! Itu kan kurang ajar!" ujar
Margono. Pada waktu itu masuk Sersan Saiman. Berkata Kolonel itu
kepadanya: "Kau dengan dua kawanmu nanti memeriksa pembunuh
yang baru ditangkap itu. Orangnya bukan hanya jahat, tetapi juga
pintar. Dia bilang di luar banyak penjahat bebas, sedangkan dia
yang tidak berdosa ditangkap. Orang begitu perlu diajar adat!
Bukankah begitu Kapten Sahata?" kata perwira menengah itu
dengan nada marah. Betapa tidak, pembunuh saja kok berani
mengeritik. Sahata Siregar tidak menyahut. Margono kesal atas sikap Sahata
yang tidak menyokong pendapatnya.
"Aku mengerti. Pembunuh itu juga dari Tapa nuli," kata Margono.
"Jangan bawa bawa daerah Pak," kata Sahata yang juga jadi
jengkel mendengar sindiran atasannya. "Biar dari neraka pun kalau salah harus ditindak. Dan biar dari neraka pun kalau belum diputus
oleh Pengadilan harus berlaku praduga tidak bersalah."
"Sahata marah ya," kata Kolonel Margono mendinginkan
suasana. Dia merasa keliru menyebut-nyebut daerah tadi. Dia
seharusnya mengetahui, bahwa Kapten Sahata Siregar terkenal
correct dalam menjalankan tugas. Oleh kata-kata Margono terhadap
dirinya dan vonnisnya atas Erwin ia berharap hendaknya Margono
bertemu dengan Dja Lubuk atau ompungnya Raja Tigor. Biar dia
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
angan sok aksi mencemoohkan manusia harimau yang oleh cukup
banyak orang diketahui bukan khayalan melainkan kenyataan yang
tidak aneh bar penduduk Tapanuli Selatan dan daerah perbatasan
dengan Minangkabau.
"Sahata punya pendapat bagaimana tentang orang yang kita
tahan ini?" tanya Margono. Keyakinannya tidak akan berubah, tetapi ia mau juga mendengar apa kata bawahannya yang tadi amat
tersinggung itu.
"la seorang tersangka. Kalau Kolonel tanyakan bagaimana
keyakinan saya, terus terang saya percaya bahwa dia tidak
bersalah!"
"Sahata tentu saja bebas untuk punya pendapat. Tetapi saya
akan membuktikan bahwa dialah yang melakukan pembunuhan-
pembunuhan itu. Saya punya firasat bahwa dia bersalah," kata
Margono. "Kalau dia terbukti bersalah, dia harus mendapat hukuman yang
setimpal," kata Sahata lalu ia mohon diri.
JAM 24. 00 tengah malam Erwin diambil dari selnya, la akan
diperiksa, sebagaimana ia lebih setahun yang lalu pernah diperiksa
Polisi. Ada tiga orang petugas hukum menghadapinya, termasuk
diantaranya Sersan Saiman. Yang dua orang lainnya masing-masing
berpangkat kopral dan sersan seperti Saiman. ?
Saiman berkata kepada Erwin bahwa pemeriksaan akan singkat
saja, kalau ia secara terus terang dan jantan mengakui dosa-
dosanya. "Tidak ada gunanya berbelat belit," kata Saiman.
"Akhirnya nanti kamu akan mengaku juga. Jangan bikin aku jengkel dan marah, sebab tidak akan baik bagi dirimu sendiri!"
Erwin tidak menyahut, la mengerti apa yang tercakup di dalam
ancaman Saiman.
"Senjata apa yang kau pergunakan membunuh untuk
meninggalkan kesan, seolah-olah korban dicekik oleh binatang buas
berkuku panjang dan tajam seperti harimau?" tanya si sersan
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seolah-olah Erwin sudah mengaku bahwa dialah yang membunuh.
"Saya tidak membunuh siapa pun. Barangkali mereka memang
dibunuh oleh harimau atau manusia harimau!" jawab Erwin lantang.
Dia juga tidak mau memberi jawaban yang berputar-putar!
Saiman dan kedua orang rekannya tertawa mengejek dan satu
tinju melayang ke muka Erwin. Kemudian menyusul satu tendangan
dengan boots ke rusuk lalu satu lagi ke punggung Erwin yang sudah
terduduk di lantai oleh pukulan ke mukanya tadi. la tidak
mengaduh, tetapi ia menahan sakit. Sakit badan dan sakit hati.
Karena ia menerima saja dan tidak minta ampun, rupanya ketiga
anggota Polisi yang hendak memeras pengakuan dengan segala
cara itu, tambah marah. Jari tangan kirinya yang bertopang di lantai
diinjak dengan sepatu laars oleh Ismail yang baru kopral. Karena
Erwin menahan saja tanpa jeritan, Ismail mengangkat kaki
bersepatu berat itu lalu melantakkannya dengan sekuat tenaga
untuk menghancurkan tangan tersangka. Tetapi kali ini Erwin
mengecewakan Ismail. Tangannya sudah ditarik sebelum sepatu
membina-sakannya. Keruan saja kopral itu jadi marah sekali.
Diangkatnya Erwin sehingga berdiri lalu dipegangnya tangan dukun
itu dari belakang. Kedua kawannya sudah tahu apa yang harus
mereka perbuat. Bergantian tangan sersan Saiman dan Sersan
Maladi meninju muka dan dada Erwin.
"Nah, mana manusia harimaumu bangsat!" kata Saiman. "Kau mau menakut-nakuti orang dengan segala macam khayalan. Coba
tunjukkan, aku mau lihat," kata Saiman yang paling galak, bahkan sudah tergolong sadis. "Kalau kau tidak jadi harimau, kau akan
kutembak malam ini. Akan kukatakan bahwa kau melawan dan mau
melarikan diri!" Kedua orang temannya juga tertawa-tawa
mengatakan mau lihat bagaimana rupanya manusia harimau.
Permintaan mereka terkabul. Di dalam ruangan itu terdengar
suara mengaum keras. Ketiga pemeriksa merangkap tukang pukul
itu terkejut bukan kepalang dan jadi takut setengah mati. Hanya
suara mengaum. Tetapi tidak pelak lagi, itu suara harimau. Erwin
menggeletak di lantai, tak berdaya dengan muka rusak
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengeluarkan darah. Saiman dan kedua kawannya kebingungan.
Dan pada saat seperti itulah mendadak di ruangan itu tampil
ompung Erwin. Tubuh harimau dewasa yang besar dengan muka
orang tua penuh keriput. Raja Tigor, ayah Dja Lubuk, sahabat Datuk
nan Kuniang yang dimakamkan belasan tahun yang lalu di
Kebayoran Lama. Semua sudah meninggal. Pernah manusia semasa
hayat mereka, tetapi bangkit lagi setelah mereka meninggal. Bukan
lagi manusia, tetapi juga bukan hewan , biasa sebagaimana yang
umumnya dikenal orang/ Datuk nan Kuniang sendiri bukan manusia
harimau, la keluar dari kuburannya bila saja dikehendakinya.
Berbalutkan kain kafan yang berlumpur lumpur.
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Saiman dan kedua petugas sadis lainnya ingin minta tolong, tapi
tak dapat mengeluarkan suara. Bergerak pun tak kuasa.
"Kalian katakan tadi ingin melihat manusia harimau. Pandangilah
aku. Sepuas hatimu, supaya tak pernah kau lupakan. Namaku Raja
Tigor, tempat asal dan kediamanku di Mandailing. Yang kalian siksa
itu cucuku. Cucu kandungku yang tidak berbuat kesalahan apa pun.
Kalian kejam dan biadab," kata Raja Tigor.
Tanpa mengeluarkan kata-kata lagi, Raja Tigor mendatangi
Sersan Saiman. la memukul mukanya sehingga Saiman terjatuh.
Kedua temannya melihat tanpa dapat bersuara atau bergerak.
Dengan muka pucat, badan gemetaran Ismail dan Maladi
mempersaksikan, bagaimana Raja Tigor mengoyak perut Saiman
lalu mengeluarkan isinya. Kedua rekannya menunggu giliran.
Tiada lagi jalan lari atau mengelak. Yang amat mengherankan, tidak
ada Polisi lain masuk ke ruang pemeriksaan itu, padahal suara
harimau itu tadi begitu keras. Mereka tiada mendengarnya.
Raja Tigor membelai-belai cucu tersayangnya, mencium dahinya,
lalu mengangkatnya ke dalam sel tempat ia ditahan. Setelah itu ia
pergi. Keluar dari Kantor Polisi itu tanpa dilihat oleh siapa pun.
Padahal di sana ada para penegak hukum lain. Begitu pula beberapa
orang yang sedang melapor atau mengadu.
Raja Tigor yang semasa hayatnya mempunyai banyak ilmu,
rupanya tidak kehilangan kebolehannya itu, walaupun ia sudah mati
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan dikuburkan. Bagaimanapun aneh kedengaran, tetapi semua ini
merupakan kenyataan bagi dirinya. Yang amat ajaib ini hanya satu
dari sekian banyak kemustahilan bagi hukum akal. Kenyataan yang
harus kita terima tanpa perlu meletihkan diri memikirkan atau
memecahkan mengapa yang demikian bisa terjadi.
Setengah jam kemudian datang Letnan Karnadi, yang pada siang
hari itu mengepalai pasukan penge pung dan penangkap Erwin,
tanpa ada tugas. Sejak merasa badannya panas ketika mendekati
Erwin, ia jadi ingin tahu perkembangan setelah orang itu
dimasukkan ke dalam sel. Apakah ia akan menghilang tanpa bekas"
Ataukah ia tidak punya ilmu menghilang tetapi memiliki ilmu kebal
dan tahan pukul, la sudah mendengar bahwa yang akan memeriksa
adalah Sersan Saiman yang sudah cukup dikenal di antara para
rekannya mempunyai sifat ganas dan tak kenal ampun. Sampai
setelah Kapolri memberi peringatan agar para penegak hukum itu
jangan lagi menganiaya para tahanan, ia tidak berubah.
Kepada rekan-rekannya di ruang muka ia bertanya tentang orang
yang baru ditangkap. Mendapat jawaban bahwa pemeriksaan
sedang dilakukan. Tetapi ia pasti akan mengaku, begitu keyakinan
mereka. Karnadi masuk, langsung ke sel Erwin. la amat terkejut
melihat orang tahanan itu tergeletak dengan muka sudah tidak
keruan dan mungkin tidak sadar diri. la lalu berkata di dalam
hatinya, bahwa trwm rupanya tidak mempunyai ilmu apa-apa selain
daripada membuat orang merasa panas bila mendekatinya. Itu pun
hanya bisa dirasakan oleh orang-orang berilmu semacam Karnadi.
Kisah tentang manusia harimau yang dikaitkan dengan Erwin
rupanya hanya khayalan, la panggil-pang gil nama Erwin, kalau
kalau ia bisa mendengar untuk menunjukkan kesadaran diri. Tetapi
panggilannya tiada berjawab. Orang tahanan itu tidak bergerak.
Dari sana Karnadi pergi ke ruang pemeriksaan. Di sana baru dia
terkejut bukan kepalang. Seorang petugas dengan isi perut terburai
dan dua orang lainnya terduduk lesu tanpa berkata sepatah pun.
Kelihatan seperti orang bingung dan bodoh.
"Apa yang telah terjadi!" tanya Karnadi. Tiada jawaban, la
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bergegas keluar memanggil rekan-rekannya. Semua jadi ingin tahu
dan mengikutkannya ke ruang pemeriksaan. Tak ada seorang pun
yang tidak jadi pucat oleh rasa ngeri dan takut. Apalagi kedua polisi yang tidak dicederai oleh Raja Tigor tidak bisa menjawab
pertanyaan. "Mana tahanannya, lari?" tanya Komandan jaga yang bernama
Husin. "Di dalam selnya, pingsan," jawab Karnadi. Ramai-ramai mereka melihat Erwin yang telah babak belur. Mereka semakin heran dan
takut. Kalau begitu pasti ada orang ketiga. Tanpa orang ketiga tak
mungkin Erwin bisa berada dalam selnya. Dialah yang meletakkan
Erwin kembali di sana setelah membunuh Sersan Saiman. Dan dia
masih ada di sana tanpa bisa dilihat, atau telah pergi tanpa
kelihatan, la tidak bisa membawa Erwin keluar, karena diri tahanan
ini sendiri tidak bisa disembunyikannya dari Polisi.
Mereka semufakat untuk memberitahu Kolonel Margono yang
mengepalai pemeriksaan dan penjernihan kedua kasus pembunuhan
aneh atas diri Sabaruddin dan Nyonya Juariah. Ini bukan kejadian
biasa. Terlalu aneh dan misterius. Siapa orang ketiga itu"
KOLONEL Margono yang memang selalu bersedia bangun dari
tidurnya walau jam berapa sekali pun kalau ada kejadian serius, tak
kuasa mencegah getar tangannya yang memegang telepon setelah
mendengar bahwa Sersan Saiman telah mati dirobek perutnya selagi
melakukan pemeriksaan terhadap tersangka Erwin.
"Dan jahaman itu melarikan diri" Perintahkan kejar sampai dapat
dan langsung tembak mati kalau dia melawan atau mau terus lari!"
perintah Margono geram. Dia sadar betul bahwa menjadi tugasnya
segera melumpuhkan pembunuh yang amat berbahaya itu.
Keselamatan publik harus dinomor satukan
"Si tahanan ada di dalam selnya Pak!" kata Komandan Husin
yang melapor. "Jadi dia belum diperiksa?"
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sudah Pak, sudah setengah hancur mukanya dan dia pingsan!"
"He, kau sudah gila" Kau melapor atau main-main!" Margono
tambah geram lagi.
"Saya melapor Pak. Semua ini sudah terjadi. Letnan Karnadi juga
ada di sini. Saiman mati dengan isi perut berantakan. Ismail dan
Maladi tergugu tidak bisa ngomong."
"Maksudmu ada orang ketiga" Orang ini yang membunuh
Saiman?" "Mungkin begitu!"
"Mana bisa mungkin, tolol. Kalau Erwin dalam sel, Saiman mati,
tentu ada orang lain yang membunuh! Apakah orang ini sudah
kalian tangkap?"
"Orang ketiganya ini tidak pernah kelihatan. Tidak pernah masuk, tidak pernah keluar," kata
Husin tergugup gugup mendengar bentakan atasannya.
"Gila, gila! Kalian tidur atau buta!"
"Barangkali yang ketiga itu bukan manusia Pak!"
"Hih, betul-betul kalian dungu. Kalau sudah tidak bisa
menangkap penjahat, bilanglah orang itu bisa hilang, tidak
kelihatan, kebal, bisa jadi babi! Alasan untuk menutupi kebodohan
kalian saja! Sebentar aku datang, tanganku sendiri yang akan
mematahkan leher pembunuh itu atau peluru senjataku merobek-
robek badannya yang kau kata kebal!" Margono perwira berani,
bukan hanya pandai ngomong kosong. Dia lakukan apa yang
dikatakannya. Tak lama antaranya dia sudah siap berpakaian dinas untuk
berangkat. Disaat itu telepon berdering. Setan mana lagi ni yang
mengganggu! Dia mau lekas.
"Hallo!" kata suara empuk di ujung sana.
"Ya, siapa ini. Ada apa mau apa!" tanyanya tidak sabar.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dengan Pak Margono?" tanya si suara lembut tenang-tenang.
"Ya, masa tidak kenal suara saya." Sok juga sang kolonel. Dia rasa semua orang mestinya sudah kenal pada suaranya yang
berwibawa. "Ini siapa?"
"Sabrina Mas, yang pernah Mas tahan tiga jam!" Bapak ditukar
"Mas" kedengaran enak sekali.
"Oh, Ina. Itu hanya suatu kekeliruan, sudah saya katakan bukan.
Saya menyesal sekali kok ada bawahan saya yang begitu sembrono!
Saya mau cepat-cepat, nanti kita bicara lagi. Maafkan saya.
Beginilah tugas Polisi. Tidak tentu malam buta, kalau ada yang
gawat mesti turun sendiri."
"Gawat" Ada bahaya Mas?"
"Entah, pokoknya gawat. Tapi saya belum lihat dan belum
percaya. Masa sersan saya mati dirobek perutnya. Yang merobek
tidak kelihatan datang dan tidak kelihatan perginya."
"Sersan yang mana Mas?"
"Itu, yang memeriksa si Erwin pembunuh itu."
"O, dia sudah tertangkap?"
"Bukan tertangkap, ditangkap di gubugnya. Sedikit pun tidak
melawan." "Dia lari?"
"Lari apa! Dia tetap meringkuk dalam selnya. Agak sakit.
Barangkali melawan petugas waktu diperiksa tadi! Ina, nanti saja
satu jam lagi nelepon. Tidak ada siapa-siapa di rumah, tak usah
kuatir!" Hati senang mendengar suara Ina dicampur bimbang oleh
peristiwa gila yang belum dipersaksikannya itu berkecamuk dalam
dirinya. Kurang dari seperempat jam kemudian ia sudah berada di kantor
polisi tempat Erwin ditahan dan Saiman dirobek perutnya dengan si
terburai. http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Menghadapi kenyataan yang tadi sama sekali tidak dipercayanya,
ia terdiam. Bukan takut. Dia bukan perwira yang mudah gentar.
Tetapi aneka tanda tanya timbul di dalam hatinya. Pertama-tama
tentang apa /ang tampak oleh matanya. Apakah itu bukan sekedar
ilmu sihir murahan" Matanya disulap, sehingga melihat
pemandangan mengerikan seperti itu. Padahal semuanya hanya
khayalan. Untuk memastikan diri. ia menjongkok di hadapan mayat
Saiman. Diperhatikannya benar-benar. Kemudian dipegangnya
kepala Saiman. Terasa, jelas terasa, la bukan ditipu khayalan.
Margono berdiri. "Aneh," katanya, la tidak menyembunyikan
perasaan. "Kalian dapat menerangkan apa ini semua dan bagaimana
bisa terjadi" Kalian di sini banyak. Orang ketiga itu tentunya tampak oleh kalian. Dan kalian seharusnya dapat mencegah tatkala dia
masuk. Hanya ada satu pintu masuk dan kalian ada di ruang muka,
bukan?" tanya Margono. la tidak lagi terlalu mempersalahkan anak bua'hnya tetapi mengemukakan teorinya.
"Mestinya kelihatan Pak. Anehnya, justru ia tidak kelihatan masuk dan tidak kelihatan keluar. Suara langkah saja pun tidak ada
terdengar!" kata Komandan jaga Husin.
"Hai kalian berdua," kata Margono kepada Ismail dan Maladi.
"Bagaimana rupa orang ketiga itu" Kalian biarkan saja dia
membunuh kawan kalian?"
Tiada jawaban. Karnadi yang punya sedikit pengetahuan
memegang kepala Maladi dan Ismail bergantian sambil
membacakan mantera yang diketahuinya. Bagaimana menyadarkan
orang yang terpukau. "Mengucaplah," kata Karnadi.
Beberapa menit kemudian kedua orang itu bukan bicara, tetapi
jadi gemetaran dan saling berangkulan seolah-olah orang ketakutan
yang cari perlindungan. Karnadi memberi isyarat agar mereka
dibiarkan saja dulu. Pelan-pelan akan tenang. Dan Kolonel Margono,
entah oleh apa, menurut.
Maladi dan Ismail diberi minum air sejuk. Beberapa saat
kemudian diajak bicara. Tergugup-gugup Maladi menceritakan
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tentang pemeriksaan. Tidak mengatakan bahwa mereka
menyiksanya supaya mengaku. Tiba-tiba terdengar suara harimau
mengaum, tetapi harimaunya tidak kelihatan. Yang sangat aneh,
kepala harimau itu kepala manusia. Sudah tua, keriput. "Dia bilang tersangka pembunuh itu cucunya." Tubuh kedua pemeriksa Erwin
gemetaran lagi. Dan di antara polisi yang lain juga sudah ada yang
turut gemetaran. "Bermuka manusia, katamu?" tanya Margono.
"Biar saya jangan bisa bergerak kalau saya bohongi," kata
Maladi. "Biar saya disamber geledek Pak, kalau ada kata-kata yang
bohong," ujar Ismail menguatkan.
"Lalu bagaimana si tertuduh ada dalam sel" Aku mau lihat," kata Margono sambil bergerak ke sel Erwin.
Kolonel itu betul-betul terkejut. Erwin meringkuk setengah
lingkaran dengan kedua lututnya hampir rapat ke perut. Rupanya
menahan sakit oleh tendangan. Muka orang tahanan itu telah
bengkak-bengkak dan bahkan ada luka mengeluarkan darah. Jelas
bagi Margono bahwa ketiga anak buahnya tadi telah menyiksa
Erwin. "Siapa yang memasukkannya kembali ke dalam sel?" tanya
Margono. "Harimau bermuka manusia itu," jawab Maladi.
"Heran mengapa tak dibawanya pergi," ujar Margono.
"Mau memperlihatkan kepada Bapak barangkali, bagaimana
cucunya disiksa di sini," kata Komandan jaga.
"Aniaya memang tidak baik, tetapi ada tertuduh yang terang
bersalah, tak mau merigaku kalau tidak dianiaya. Terlalu banyak
penjahat yang memungkiri perbuatannya. Serba susah memang.
Dilemah lembuti tidak mau, disiksa melanggar kemanusiaan!" ujar
Margono. "Kolonel," kata satu suara tiba-tiba. Keras dan tegas. Bukan dari http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
salah seorang di antara mereka.
"Kolonel," kata suara itu sekali lagi. Mendengarkan. Aku ini yang bernama Raja Tigor dan ompung Erwin yang kalian tahan dengan
tuduhan membunuh. Aku yang merobek perut sersan kalian
bernama Saiman tadi! Ada di antara kalian yang keberatan?" Itu
jelas suara Raja Tigor. Tidak ada yang menyahut.
Yang hadir berharap Kolonel Margono akan buka suara. Tetapi
ternyata ia bungkem. Mau bilang apa.
"Kolonel merasa diri tegas, tetapi saya punya pendapat lain.
Kolonel kadang-kadang labiel. Terum-bang ambing. Pun tidak punya
cukup daya tahan menghadapi wanita cantik." Muka kolonel itu jadi merah padam, tetapi dia tidak marah atau menanggapi.
Bawahannya semua memandang padanya, sebab semua orang
tahu, bahwa dia memang punya kelemahan terhadap wajah ayu.
Tidak apa-apa bukan" Hampir tiap orang punya kelemahan.
Margono yang lemah terhadap wanita cantik itu kebetulan Polisi.
Jangan dikira dia lemah karena dia Polisi.
"Kolonel bebaskan saja wanita yang bernama Sabrina itu. Kolonel
merasa mustahil dia terlibat. apalagi membunuh. Barangkali
keyakinan kolonel itu benar, tetapi ada hal-hal yang kolonel tidak
tahu. Dia itu sahabat baik anak saya Erwin, pernah saling menyukai.
Mungkin dia dapat menerangkan, bahwa cucu saya Erwin tidak
mungkin terlibat dalam pembunuhan itu. Mungkin dia tahu mengapa
cucunya dif itnah." Raja Tigor tidak bicara terus terang mengenai apa yang diketahuinya.
Margono dan polisi lainnya heran, bagaimana Manusia harimau
itu mengetahui Sabrina, mengenal Margono dan lain-lain.
"Kolonel, guna sopan santun saya mau memberi-tahu kepada
Kolonel bahwa beberapa orang anggota Polri ragi akan saya ambil.
Cucu saya itu tidak berdosa Kolonel, tetapi Kolonel tentu tidak
percaya pada omongan makhluk yang setengah manusia dan
setengah harimau seperti saya, ya."
"Saya percaya pada apa saja yang benar. Biar dari siapa pun
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
datangnya," jawab Kolonel Margono bijaksana.
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sabrina itu cantik sekali Kolonel. Dia berasal dari Kerinci. Di sana banyak cerita misterius. Barangkali ada gunanya kolonel jalan-jalan
ke sana. Nanti akan mendapat banyak cerita nyata untuk
penambahan pengetahuan Kolonel mengenai adat istiadat,
kebudayaan dan hal-hal yang gaib serta ajaib di beberapa daerah.
Sudah tentu Kolonel juga bisa bertemu dengan keluarga Nona, hak
untuk jatuh cinta itu menjadi milik tiap individu, dari yang paling
rendah kedudukannya atau cara mencari nafkahnya sampai yang
tertinggi." Kata-kata Raja Tigor diucapkan tenang dan jelas sekali, sehingga semua hadirin mendengarnya. Rupanya rasa malu ini
membuat sang Kolonel jadi marah sekali dan tanpa sanggup lagi
mengendalikan emosi ia berkata: "Bangsat kau setan. Tunjukkan
rupamu kalau kau mau tahu aku siapa."
Semua yang ada di sana merasa takut oleh tantangan perwira
itu, termasuk Kapten Sahata Siregar yang sudah turut bergabung di
sana atas permintaan Komandan jaga Husin.
"Kolonel," kata Siregar berusaha menenangkan perwira
atasannya itu. "Diam kau. Aku atasanmu jangan coba-coba melawan aku. Apa
saudaramu yang pengecut itu." Bicara tanpa berani memperlihatkan diri!" bentak Kolonel Margono. Sahata Siregar diam, dia sadar benar, bahwa dia hanya bawahan.
Tetapi mendadak perwira yang sedang amat marah itu jadi
terdiam, tanpa diketahui oleh semua bawahannya apa yang jadi
penyebab. Dan mereka lihat mukanya berubah warna. Bukan merah
padam, tetapi memucat. Betapa tidak, la merasa ada dua tangan
diletakkan atas kedua bahunya. Berat. Entah tangan siapa.
Bagaimana ia bisa tahu, yang punya tangan tidak kelihatan. Tetapi
jelas terasa olehnya bahwa siapa atau apa pun yang jadi pemilik
tangan itu, ia tentu berdiri di hadapannya. Tangan itu diletakkan
begitu saja, tanpa ditekankan. Tapi toh terasa berat sekali. Tangan
manusia biasa tentu tak akan sekian daya timpanya.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kolonel itu memandang lurus ke depan, walaupun merasa amat
takut, ia sangat ingin tahu siapa atau apa yang berdiri di
hadapannya. "Siapa engkau, apa maumu?" tanya Margono, membuat semua
petugas hukum yang ada di sana tambah takut dan heran. Gilakah
atasan mereka" Mengapa dia bicara seorang diri" Hanya orang tak
waras yang omong-omong seorang diri. Beberapa orang berkeringat
dingin. Ada yang gemetar. Padahal mereka semua tak kurang dari
tujuh orang banyaknya.
"Siapa aku, tanyamu orang berpangkat" Aku adalah aku yang
datang dari jauh dan engkau adalah Kolonel Margono yang punya
cukup kekuasaan di sini V Anak buahmu menganiaya cucuku yang
sama sekali tidak berdosa. Aku tahu kalian berkewajiban menjaga
keamanan dan menegakkan hukum. Aku hargai itu. Masyarakat
perlu merasa aman dan terlindung. Itu jadi tugas kalian. Tetapi
banyak di antara kalian yang justru membikin orang tidak merasa
terlindung. Kolonel tahu maksudku! Bukan semuanya kalian begitu.
Ada banyak sekali yang baik. Tetapi cucuku benar-benar telah rusak
disiksa bawahan-bawahanmu. Yang membunuh si Saiman itu, aku.
Kau tadi hendak melihat keadaan cucuku, pergilah," kata Raja Tigor.
SEPERTI diperintah oleh atasannya yang sudah berpangkat
letnan jenderal, Margono yang pundaknya telah dibebaskan dari
tekanan tangan atau kaki depan Raja Tigor, tanpa sengaja tetapi
pasti tak terlawan olehnya, memberi hormat sambil merapatkan
kedua belah kakinya. Menyebabkan para hadirin bertambah heran,
apakah yang memasuki diri kolonel ini. Apakah yang dilihatnya atau
siapakah yang berdiri di hadapannya, yang tiada terlihat oleh
petugas-petugas keamanan lainnya. Kemudian ia langsung menuju
sel tahanan Erwin, di mana tersangka dilihatnya sedang meringkuk.
Karena mukanya menghadap ke luar, Margono dapat
mempersaksikan dengan jelas betapa rusaknya muka anak muda
yang kadangkala melakukan pekerjaan perdukunan kalau amat
diperlukan oleh siapa saja. Kapten Siregar tak dapat menahan air
mata. http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Muka Margono jadi pucat. Rasa-rasanya belum pernah ia sepucat
itu selama hidup. Adanya bawahan yang kejam, bahkan kadang-
kadang sangat ganas terhadap tahanan yang belum tentu bersalah,
sudah diketahuinya, la sendiri sesungguhnya tidak selalu menyetujui
cara-cara kekerasan, apalagi yang melim-paui batas, la tidak heran
melihat Erwin diperlakukan amat ganas. Yang begitu hampir boleh
dikatakan wajar saja. Tetapi mengetahui bahwa yang dibabak
belurkan ini tak kurang daripada cucu manusia harimau atau
setidak-tidaknya makhluk gaib, ia benar-benar jadi amat takut, la
sudah merasakan tadi bagaimana makhluk yang tidak mau
memperlihatkan diri meletakkan kedua belah tangannya di atas
bahunya. Amat berat, hampir tak terpikul olehnya. Polisi-polisi lain
yang melihat keadaan Erwin juga merasa takut tak terhingga.
Makhluk yang tiada kelihatan itu, tadi mengatakan bahwa ia masih
akan mengambil beberapa anggota Polisi. Kini mereka bertanya
dalam hati masing-masing siapa gerangan yang akan mengalami
nasib seperti Sersan Saiman.
"Kau, lihat itu, kolonel yang gagah perkasa?" tanya satu suara sambil menyindir. Bukan suara yang tadi. Ini suara lain. Dan
memang lain, yang bicara sekarang Dja Lubuk. Sang perwira tidak
menjawab. "Sudah banyak anggota masyarakat yang biasa kalian namakan
rakyat, bertanya tugas kalian itu sebenarnya apa" Melindungi
masyarakat, menegakkan keadilan ataukah jadi algojo-algojo
melampiaskan nafsu kehewanan terhadap orang-orang lemah
semacam anakku ini?" tanya Dja Lubuk.
Mendengar perkataan "anak," segenap anggota kepolisian itu jadi tambah takut. Rasanya mau lari dari sana, tetapi takut akan
dipegang atau dibinasakan oleh makhluk yang pasti ada di sana
tetapi tidak mau menampakkan dirinya. Paling sedikit sudah ada dua
makhluk amat menakutkan yang hadir bersama mereka. Melihat
cucu dan anak mereka telah diperlakukan dengan begitu kejam.
Kalau hantu atau jin atau apa pun namanya itu, mau mereka
semuanya dapat dibunuhnya seperti si manusia harimau
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengoyak-ngoyak perut Sersan Saiman.
"Mengapa diam saja kolonel?" tanya Dja Lubuk. Dan si perwira tetap juga diam, dia tidak kuasa berkata barang sepatah pun.
Sekarang dia harus betul-betul tahu bagaimana rasanya takut.
Rupanya rasa takut amat mengerikan dan orang tidak kuasa
melarikan diri dari rasa takut itu. Inilah salah satu pembalasan yang amat ampuh, la akan memburu terus, ke mana pun orang atau
mereka pergi, la jarang melepaskan buruannya sampai si buronan
berpisah dengan dunia fana ini.
Kolonel Margono yang biasanya pandai debat dan punya ribuan
dalil, itu, kali ini benar benar ketemu batunya, la terdiam.
Kapten Sahata Siregar pergi tanpa kata.
"He kolonel dan kalian yang dinamakan pengayom masyarakat,
pemelihara ketenteraman dan ketenangan, apakah kalian punya
istri" Punya anak" Sayang pada mereka" Mau berpisah dengan
mereka" Aku tahu cara yang mudah! Bahkan aku mau menolong
tanpa bayar!" Dja Lubuk berkelakar dengan kata-kata ancaman, la
mungkin merasa senang dengan permainannya, tetapi tampak
olehnya bagaimana semua anak, termasuk si Kolonel jadi lemas.
Ada yang sekedar gemetar, tetapi juga ada yang terduduk tanpa
daya, karena kaki sudah tak sanggup memikul tubuh mereka.
"Ampun, ampuni aku," kata Margono dan kini ia pun tak kuasa berdiri lagi. la teringat akan istri dan tiga orang anaknya. Semua
kesayangannya, walaupun ia senang sekali melihat Sabrina yang
dibebaskannya itu. Dan ia hanya minta ampun untuk dirinya,
walaupun ia pemimpin dari banyak bawahan. Egoisme" Ataukah
pengkhianat" Dalam keadaan sulit penuh bahaya hanya memikirkan
keselamatan diri sendiri. Yang namanya bawahan, huh. itu urusan
mereka. Kasihan juga orang-orang kecil itu. Selalu amat dibutuhkan
dan merupakan tenaga-tenaga yang menentukan, tetapi dalam hal-
hal lain tidak jarang dilupakan. Maka minta ampunlah anak buah
Kolonel Margono untuk diri masing-masing. Berlakulah istilah
populer Jakarta: "Lu lu, gue gue! Sebodo amat!"
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kemudian suasana di depan sel itu jadi sunyi senyap. Para
tahanan di sel lain yang punya ukuran lebih besar, tetapi toh jadi
sesak oleh banyaknya calon-calon yang akan dibawa ke pengadilan
atau tutup nasib di sana, mempersaksikan adegan demi
adegan'dengan penuh keheranan tanpa mengetahui apakah
sebenarnya yang sedang berlangsung. Dan mereka bersama
petugas-petugas Polisi menjadi lebih heran disertai rasa ngeri yang
amat sangat, ketika Maladi yang tadi sama-sama Saiman menyiksa
Erwin, tiba-tiba saja terbanting tanpa terlihat ada yang membanting.
Dan setelah itu ia menjerit-jerit untuk terakhir di dunia ini. Perutnya robek dan isinya dikeluarkan tanpa kelihatan siapa yang melakukan
ini semua. Dja Lubuk memenuhi janji yang diucapkan oleh ayahnya Raja
Tigor. Baru satu yang dibinasakan setelah Saiman.
Para tahanan jadi amat gelisah. Ini pasti perbuatan jin atau
hantu. Dan makhluk-makhluk halus begitu tidak pandang bulu.
Termasuk "bulu" tahanan. Mereka menjerit-jerit minta tolong, walaupun ada di antara beberapa penjahat yang mendendam pada
Maladi merasa senang atas perbuatan jin atau hantu atas diri
petugas hukum itu.
Untung, pada saat itu ada satu mobil patroli baru kembali.
Mendengar hiruk pikuk itu, mereka yang terdiri dari lima orang,
semuanya bergegas ke dalam. Mempersaksikan kenyataan yang
belum pernah mereka lihat seumur hidup, ada di antara mereka
yang jatuh pingsan.
Yang segera normal kembali ingatannya hanya Karnadi, yang
punya sedikit ilmu kebathinan. la ceritakan apa yang telah terjadi.
Bahwa Erwin yang dituduh melakukan pembunuhan ganda
mempunyai ayah dan kakek harimau. Ayah dan kakeknya itulah
yang datang membalas dendam atas perlakuan terhadap diri Erwin.
Kini tidak ada yang mengejek. Kolonel Margono menyesal atas
segala ucapan dan keangkuhannya, la ingin bicara dengan Kapten
Sahata Siregar. Tetapi orang ini sudah pergi. Setelah ia turut
melihat keadaan Erwin sehabis disiksa, ia pergi meninggalkan
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka tanpa pamit, la sangat sedih dan kecewa, la tidak turut
bersalah, tapi mungkin tidak mau terlibat dalam peristiwa-peristiwa
yang dikhawatirkannya akan menyusul. Erwin manusia harimau!
Dan pada manusia atau makhluk semacam itu lebih baik orang
jangan sok berani-beranian atau sesumbar.
Kejadian di kantor kepolisian itu ditutup rapat dengan maksud
agar jangan sampai bocor ke luar. Hanya akan menimbulkan
kepanikan dan ketidak tenangan masyarakat bekerja atau
bepergian. Jadi bukan mau disembunyikan tanpa sebab.
ATAS permintaan Kolonel Margono, keesokan harinya Kapten
Sahata Siregar datang kembali. Dilihatnya atasannya sudah
berubah. Ini bukan Margono yang biasa dihadapinya.
"Kapten tinggalkan kami kemarin malam. Mengapa?" tanya
Margono tanpa mengangkat mukanya yang menunduk menghadapi
meja. "Sayat tidak mau terlibat dalam perkara misterius ini," jawabnya singkat.
"Kapten asal sana. Kalau saya tugaskan untuk menyelidiki
sehingga akhirnya jadi jelas siapa yang * membunuh dan siapa
yang hanya terkena fitnah, bagaimana" Anda bersedia?" tanya
Kolonel Margono.
Sahata teringat akan sindirian dan ejekan atasannya itu
kepadanya. Dengan cara halus dia menolak. Margono menceritakan
apa lagi yang sudah terjadi. Kapten itu terkejut bukan kepalang,
mendengar satu polisi lagi, Maladi telah mengalami nasib seperti
Sersan Saiman dalam tempo begitu singkat telah jatuh dua korban.
Dan kedua-duanya adalah Polisi yang menyiksa Erwin.
Siregar pergi ke sel tahanan Erwin. Tersangka masih di sana
dalam keadaan yang amat mengerikan. Waktu masuk sel dia masih
utuh. Sekali lagi Kapten Siregar berlinang air mata. Entah karena
tertuduh itu berasal dari daerah yang sama dengan dia.Atau
keyakinannya akan ketidak berdosaan Erwin, tetapi toh harus
mengalami nasib yang begitu kejam dan menyakiti hati.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pada saat Siregar memandangi muka Erwin dengan perasaan
yang amat pilu, tertuduh membuka matanya pelan-pelan. Lama
dia memandang kearah Siregar, tetapi ia tidak bisa melihatnya
dengan jelas. Kabur! Dalam hati ia bertanya dengan perasaan takut,
apa lagi yang akan dilakukan atas dirinya. Kalau dipukul injak lagi,
pastilah ia akan mati. Tetapi justru pada saat itulah ia memohon
agar ia diberi kesempatan untuk pada suatu ketika melakukan
pembalasannya atas ketiga orang yang menyiksa dirinya, la belum
tahu, bahwa dua di antaranya telah disudahi oleh ompung dan
amangnya sendiri.
"Ini aku Sahata Siregar. Kau tandai aku, Erwin?" tanya Siregar.
Setelah agak lama, ia baru merasa kenal pada suara itu. Memang
Kapten Sahata Siregar. Tetapi ia tidak dapat menyahut. Mulutnya
tidak dapat digerakkan oleh bekas kena tinju petugas-petugas
berhati ganas tadi.
"Maafkan aku Erwin. Tak punya daya mencegahnya. Pangkatku
ini kecil sekali dibanding dengan mereka yang sudah kolonel ke
atas." Erwin dapat mendengar dan mengerti, la tutup matanya sebentar
lalu membukanya kembali, seolah-olah ingin mengatakan, bahwa ia
tahu. Sahata menyeka air mata. Biasa. Ada kalanya orang terkuat
bagaimanapun tak mampu menahan sedih.
Di ruangan Kol. Margono, kesedihan Sahata masih belum lenyap
dari wajahnya, la diam, yang lain pun diam.
Tetapi tiba-tiba, tanpa diduga oleh siapa pun, dia pukul meja
dengan sekuat tinjunya dan berkata: "Tidak patut kalian lakukan itu atas dirinya. Kalian lebih ganas daripada hewan. Barangkali kalian
meng ganas untuk tujuan politik. Merusak citra Polisi. Supaya Polisi
dimusuhi oleh rakyat!" Kesal, sakit hati dan penuh curiga
berkecamuk menjadi satu di dalam dirinya. Kolonel Polisi Margono
yang biasanya menyalak kalau ada bawahan yang kurang berdisiplin
apalagi bersikap kurang ajar seperti Sahata kini membiarkan. Orang
yang sedang sangat marah lebih baik dibiarkan. Pada suatu hari
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
nanti, kalau amarahnya sudah mereda atau hilang, barulah dia
diajak bicara. Amarah disebabkan oleh sedikitnya dua macam hal.
Karena emosi yang tak terkendali kan atau/karena kewajaran
belaka. Terrlgiang-ngiang di telinganya kata-kata yang diucapkan Raja
Tigor. Bahwa Sabrina yang dibebaskan Margono adalah sahabat
baik Erwin. Bahkan pernah saling menyukai. Barangkali Sabrina
dapat bercerita banyak tentang Erwin, atau membuktikan bahwa dia
tidak terlibat di dalam pembunuhan itu.
"Kita periksa kembali wanita yang pernah kita tanyai itu. Letnan,"
kata Margono kepada Karnadi yang jadi komandan pasukan
pengepung dan penangkap Erwin.
"Apakah mungkin dia terlibat Pak?" tanya Karnadi.
"Barangkali tidak. Tetapi mungkin dia bisa menolong kita.
Memberi informasi mengenai tahanan yang mendatangkan bahaya
itu!"
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Pak, boleh saya pengajukan usul?" tanya seorang kopral.
"Usul apa! Kalau baik, apa salahnya kita lakukan. Bicaralah!"
Kopral Kusumo memberanikan diri: "Tahanan ini sudah jelas
bukan manusia sembarangan. Sudah terbukti dengan kematian
Saiman dan Maladi. Selama orang ini masih kita tahan, maka kantor
dan petugas-petugas di sini tidak akan pernah aman. Makhluk itu
bisa datang tanpa kelihatan dan dengan sendirinya bisa membunuh
siapa saja yang dikehendakinya. Kakeknya sudah mengatakan
bahwa cucunya itu tidak berdosa!"
"Tapi dia dalam keadaan sekarat. Tidak kuat bangkit dan
mukanya sudah setengah binasa," kata Karnadi. "la akan ceritakan di luar apa yang dialaminya di sini. Barangkali dia ke DPR atau ke
surat-surat kabar. Mukanya yang penuh bengkak dan luka-luka itu
akan terpampang di semua harian!"
"Panggil dokter. Minta mengobati dia sampai sembuh!" perintah Margono.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jadi tetap kita tahan di sini?" tanya Kopral Kusumo.
"Ya, sampai dapat dibuktikan bahwa dia tidak mungkin terlibat.
Misalnya bahwa pada waktu kedua pembunuhan itu, dia tidak
mungkin ada di sana," kata Margono yang masih tetap bertahan
pada hukum. "Untuk itu diperlakukan saksi-saksi. Segeralah panggil kembali nona Sabrina!"
PERLAHAN-LAHAN Erwin sadar apa yang telah terjadi atas
dirinya. Dikepung, diperintah menyerah, ditangkap, lalu dimasukkan
ke dalam sel. Pada tengah malam diperiksa dan dipukuli tanpa kenal
ampun barang secuil pun. la ingat kembali, ada tiga polisi yang
memeriksa dan menghajar dirinya. Dia tak tahu tentang kedatangan
ompung, kemudian i ayahnya. Tapi dia ingat, tadi Kapten Polisi
Siregar berdiri di muka selnya dengan muka yang amat sedih.
SABRINA terkejut bukan kepalang, ketika Polisi yang
mendatanginya mengatakan bahwa ia harus ikut lagi ke kantor
Polisi. Apakah rahasianya terbongkar"
TETAPI kejut cindaku itu hanya sebentar, la tidak kehilangan
akal. Tidak mungkin Polisi akan melemparkan tuduhan atas dirinya,
karena tidak ada bukti untuk itu. Tidak ada satu saksi pun melihat ia melakukan pembunuhan. Erwin yang buka rahasianya" Juga tidak
akan merupakan bukti. Kecuali kalau ia mendadak jadi harimau di
hadapan Polisi. Ini memang mungkin, tetapi kesialan semacam itu
hanya tipis sekali.
Bertanya ia kepada Polisi yang berpakaian preman: "Siapa yang
memerintah Anda memanggil saya?"
"Pak Kolonel Margono sendiri!" jawab Rifai, si petugas.
"Kolonel Margono?" Sabrina tertawa. "Kalau begitu bukan urusan dinas. Atasan Anda itu sahabat saya! Oleh karena itu ia tahu saya
tinggal di hotel ini. Dia sering kemari!"
Rifai jadi ragu-ragu. la memang disuruh memanggil Sabrina,
tetapi bukan mustahil atasannya itu sahabat wanita ini.
"Apa sih yang terjadi di kantor Anda, sampai Kolonel jadi
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kebingungan. Sebenarnya dia bisa menelepon saja. Saya akan
datang. Jadi Anda tidak usah susah-susah kemari!"
"Kejadian gawat nona. Sukar masuk akal. Ada setan membunuh
dua orang rekan saya."
"Mana ada setan! Inilah yang ada nama tetapi tidak ada
barangnya atau makhluknya. Sama seperti hantu atau jin. Mana
ada!" kata Sabrina. la ingin Rifai menceritakan seluruh peristiwa.
"Dua rekan saya robek perutnya. Di hadapan kami, tetapi tidak
kelihatan siapa yang merobek. Apa lagi kalau bukan hantu atau
setan!" "Tetapi kalau benar ada kejadian begitu, apa yang jadi sebab?"
Rifai lalu menceritakan tentang adanya seorang tahanan
bernama Erwin yang dituduh melakukan pembunuhan ganda. Dan
semua kejadian yang diketahuinya.
"Tahanan itu masih ada?" tanya Sabrina.
"Ada, itu juga sangat mengherankan, la masih meringkuk di
dalam sel."
"Dalam keadaan wajar atau cedera karena disiksa?"
"Dia rusak berat. Tapi bukan saya yang memukul. Dua di antara
Polisi yang menyiksa dirinya itulah yang dirobek dan diobrak-abrik isi perutnya oleh makhluk yang tidak kelihatan itu! Mengakunya kakek
dan ayah orang yang ditahan itu!"
Sabrina kaget. Dia yakin cerita itu benar semua. Dja Lubuk dan
Raja Tigor datang membalas dendam atas perlakuan sadis terhadap
Erwin. Setelah berpikir sejenak, Sabrina berkata: "Saya akan telepon
Kolonel Margono. Pergilah duluan. Saya akan datang sendiri." Dan dia benar-benar menelepon Perwira Polisi yang sangat mengagumi
kecantikannya itu. Lalu disuruhnya Rifai mendengar apa kata Pak
Kolonel. Benar, dia boleh kembali ke kantor. Tidak perlu menggiring
Sabrina, karena dia orang baik. Dia tidak tahu, bahwa Sabrina
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
banyak berbohong kepada petugas keamanan itu. Sebenarnya
Margono belum pernah mengunjungi wanita itu di hotel tempat ia
menginap. Tapi kecantikan wanita memang selalu membuat orang
percaya pada apa saja yang dikatakannya.
Tak lama setelah Rifai melapor kepada Kolonel Margono, Sabrina
pun tiba. Kecantikannya membuat semua anggota Polisi
memandanginya dengan jalan pikiran atau barangkali juga khayalan
masing-masing. Dan itu hanya sesuatu yang wajar. Polisi juga
manusia sebagaimana manusia lainnya dengan sifat dan tabiat serta
selera masing-masing pula.
Ketika wanita itu masuk. Letnan Karnadi yang agak berisi
dadanya oleh bekal dari kakeknya, merasa gelisah tanpa
diketahuinya apa yang menjadi sebab. Tetapi kegelisahan
mendadak bagi dirinya selalu berarti, bahwa di sekitarnya ada
sesuatu yang tidak beres. Apakah si manusia harimau yang ayah
atau kakek Erwin kembali ke ruangan itu tanpa sudi memperlihatkan
diri" Seperti telah dilakukan mereka ketika membunuh Sersan
Saiman dan Maladi. Siapa lagi yang akan menerima giliran"
Kolonel Margono berusaha sekorek mungkin dengan
mempersilakan Sabrina duduk. Tapi ia merasakan, bahwa detak
jantungnya agak lain. Biasa, menghadapi wanita secantik itu yang
harus ditanyai. Sekaligus juga amat disenangi.
"Kami harap nona suka menolong, kalau dapat menolong!" kata Margono.
"Dengan segala senang hati," kata Sabrina. "Kewajiban bagi tiap warga yang baik untuk membantu aparat penegak keamanan dan
hukum. Tentu saja, kalau mungkin!"
"Terima kasih," ujar Margono. Dia mengajak Sabrina melihat
Erwin. Kapten Sahata Siregar juga turut, la sangat iba melihat
Erwin. Tiap perkembangan dalam perkara yang amat misterius ini
mungkin penting artinya dalam usahanya membersihkan orang
Mandailing itu dari tuduhan, la yakin betul bahwa Erwin tidak
berdosa sedikit pun dalam dua kasus pembunuhan itu.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sabrina terkejut melihat Erwin tergeletak di dalam sel
tahanannya; Masih seperti tadi, dengan muka yang sudah
divermaak, tetapi kini dengan mata yang terbuka. Tidak berkedip.
"Lihatlah dia baik-baik," kata Kolonel Margono kepada Sabrina.
Rupanya kemanusiaan dan pikiran waras sedang menang di
dalam diri wanita yang kadangkala meng-harimau itu. la tak
sanggup menahan air mata. Kemudian tak kuat menahan isak yang
membuat bahunya tergoncang goncang. Jelas bagi Kolonel Margono
dan Kapten Siregar, bahwa Sabrina memang kenal, bahkan kenal
baik dengan Erwin.
Sabrina benar-benar sangat sedih dan malu pada dirinya. Karena
dia, Erwin harus menderita separah ini. Betapa jahat, keji dan
pengecutnya dia! Mata Erwin yang terus terbuka itu bagaikan
mendakwa dirinya sebagai penjahat yang amat sadis. Tetapi
tahanan itu tidak berkata apa pun. Tak dapat atau tak sudi.
Kolonel Margono membimbing Sabrina ke sebuah ruangan
tempat membuat proses verbal. Dia tidak segera mengajukan
pertanyaan. Dia mau tunggu sampai emosi wanita itu mereda. Dia
tidak tahu apa yang sedang bergulat di dalam dada insan cantik itu.
Melihat Erwin sampai begitu menderita.
Sabrina merasa bahwa dia harus mengakui segala kejahatan
yang telah dilakukannya. Dua pembunuhan. Tetapi kedua-duanya
bukan atas kehendak hatinya. Waktu itu ia dikuasai setan harimau
yang dahaga darah, la tidak dapat melawannya. Kalau ia sewaras
sekarang, tidak mungkin ia sanggup melakukannya, la juga punya
sifat pengasih, penyayang dan rasa kasihan.
Tetapi kalau ia mengakui kedua pembunuhan itu akan tamatlah
riwayatnya. Itu tidak dikehendakinya, la masih terlalu muda, belum sempat
menikmati bagaimana indahnya hidup dunia ini. Yang telah
dilaluinya sebagian besar kepa-hit getiran. Bentrokan dengan
Sabaruddin, putus cinta dengan Erwin, nyaris diperkosa Ki Ampuh,
mengisap darah dua bayi, kemudian membunuh dua orang lagi.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Teringat pula ia sejenak pada peristiwa perzinahannya dengan
Sabaruddin yang semula amat dicintainya, kemudian dibenci dan
dibunuhnya karena ia mau kembali ke Erwin. Dan orang ini
sekarang ditahan dan disiksa tanpa punya dosa sedikit pun. Semua
oleh ulahnya. "Nona kenal pada tahanan itu?" tanya Margono.
"Bukan hanya kenal, tetapi sahabat baik," jawab Sabrina.
"Nona tahu, mengapa ia ditahan?"
Sabrina menjawab bahwa ia sama sekali tidak tahu dan bahkan
heran mengapa sahabatnya yang diketahuinya sangat baik hati itu
sampai bisa ditahan. Margono menerangkan seluruh kisah sampai
pada cerita Amalia, anak Juariah korban pembunuhan terakhir
dalam hal mana Erwin jadi tertuduh
"Tetapi mengapa mesti dia yang dituduh?" tanya Sabrina. la ingin membebaskan Erwin dari tuduhan tetapi juga tidak mau sampai
terlibat di dalam perkara ini, Apalagi disangka sebagai pembunuh.
Dalam kepanikannya melihat Erwin disiksa dan dikurung di suatu
tempat seperti kandang hewan buas, Sabrina lupa, bahwa dialah
yang mengatakan kepada Amalia dan ibunya, manusia apa dukun
yang bernama Erwin itu sebenarnya.
"Bukankah nona mengatakan bahwa Erwin ini manusia harimau.
Dan bahwa dia pada suatu hari akan membunuh Amalia dan
ibunya?" tanya Margono, membuat Sabrina sangat terkejut dan
Kapten Sahata Siregar jadi amat tertarik.
Setelah diam sejenak, bagaikan orang yang terperangkap,
Sabrina menjawab dengan tenang: "Memang benar saya berkata
begitu. Tetapi itu hanya usaha, atau boleh juga dibilang muslihat
saya untuk menjauhkan Amalia dari Erwin! Gadis itu tergila-gila
benar pada Erwin."
Margono heran. "Lha, kenapa nona mau memutuskan hubungan
mereka?" "Karena saya menghendaki Erwin, kata Sabrina berterus terang.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dia harus membuang semua rasa malu. Apalagi memang benar pula
begitu. Mendengar jawaban itu Margono merasa terpukul. Sebagai
manusia ia juga sudah jatuh hati pada Sabrina. Siapa yang tidak
merasa kecewa mendengar orang yang diminati rupanya cinta pada
orang lain. Dan yang dicintai Sabrina tak lain daripada orang yang
sedang ditahan dan sudah disiksa hampir mati.
"Cerita nona ini benar atau karena kasihan melihat dia saja?"
tanya Margono. Sebagai penegak hukum ia harus mengetahui yang
sebenarnya, tetapi sebagai manusia Margono yang tertarik dan
menaruh harapan atas Sabrina juga ingin tahu apakah benar-benar
si cantik ini tertarik pada orang yang hanya seperti Erwin.
"Saya bukan manusia yang suka berbohong," jawab Sabrina
tegas. "Apa sih pekerjaan orang tahanan itu?"
"Sepanjang tahu saya dia belum dapat pekerjaan. Tetapi dia suka
mengobati orang-orang yang membutuhkan pertolongannya."
"Dukun?" tanya Margono.
"Ya, begitulah. Dan banyak orang sakit berat telah dapat
disembuhkannya."
"Nona benar-benar mau merebutnya dari anak nyonya Juariah
yang jadi korban pembunuhan itu?" tanya Margono seakan-akan tak
percaya, bagaimana wanita sejelita Sabrina bisa jatuh cinta pada
orang yang hanya cari makan melalui perdukunan.
"Saya bukan mau merebutnya, tetapi mati mencegah saja!"
"Maksud nona?" tanya Margono yang didengarkan oleh Kapten
Siregar dengan penuh perhatian.
"Erwin sama sekali tidak jatuh cinta pada Amalia. Sebenarnya
gadis itu bertepuk sebelah tangan."
"Apakah dia cinta pada nona?" Margono ingin tahu.
Sabrina mengangkat bahu. "Saya belum tahu." "Aneh, benar-http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
benar aneh," kata Margono melepaskan apa yang dikatakan oleh
hatinya. "Saya juga merasa aneh/' kata Sabrina. "Seaneh dia, yang miskin tetapi toh tidak cari duit melalui kemampuannya menyembuhkan
orang yang tidak dapat ditolong oleh dokter."
"Tetapi cerita nona tidak berarti bahwa bukan Erwin yang
membunuh!" ujar Margono. Memang benar pendapat kolonel itu.
Sabrina menjelaskan bahwa pada hari terjadinya pembunuhan itu
Erwin selalu bersama dia.
"Di hotel?"
"di mana saja. Kebetulan pada hari-hari belakangan ini kami
selalu bersama. Bukan sebagai orang yang bercinta-cintaan, tetapi
sebagai dua orang bersahabat. Sudah saya terangkan tadi, saya
tidak pasti apakah dia mencintai saya. Tapi saya ingin memiliki dia,"
kata Sabrina berani. Dalam hati Kapten Siregar memuji keberanian
atau kepintaran perempuan ini, sementara Margono merasa heran
dan kecewa. Kolonel Margono mengajak Kapten Siregar ke ruangan lain untuk
bertukar pikiran. Dari tukar pendapat itu Margono yakin bahwa
sebenarnyalah Erwin bukan si pembunuh yang dicari. Apalagi
kakeknya yang tidak memperlihatkan sudah mengatakan. Makhluk
yang tidak tampak ini bisa menimbulkan bencana-bencana lain.
Diambillah keputusan untuk membebaskan Erwin setelah ia dirawat.
Besar sekali resikonya membebaskan dia dalam keadaan rusak
muka dan tubuh.
Keputusan pembebasan Erwin diceritakan kepada Sabrina yang
merasa senang sekali atas keberhasilan keterangannya. Kapten
Siregar mengusulkan agar berita itu langsung disampaikan kepada
Erwin. Margono setuju. Sabrina mohon turut lagi ke sel Erwin. Ingin
melihat kegembiraan Erwin dan ingin agar Erwin tahu, bahwa
pembebasannya adalah berkat jasa-jasanya.
Tetapi ketika tiba di depan sel pengurung Eiwin, ketiga orang itu
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jadi terkejut bukan kepalang. Pintu sel sudah terbuka dan Erwin
sudah tidak ada di sana. Margono dan Siregar saling berpandangan.
Agak lama juga ketiga orang itu berdiri di sana tanpa bertanya atau
berkata. Dan Margono bukan hanya terkejut heran, tetapi kemudian
dirasuki rasa takut. Erwin yang sudah tak berdaya, tak mungkin bisa
lari, apalagi membuka pintu sel yang dikun ci dari luar. Mesti ada
o/ang lain lagi. Orang itu yang membukakan pintu dan membuat
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
atau mengajak dia melarikan diri. Tetapi tak ada seorang pun di
antara anggota Polisi yang mengetahui karena tidak ada yang
melihat Erwin dan penolongnya.
"Sahata, apakah artinya semua ini?" tanya Kolonel Margono
kebingungan bercampur takut. Tidak masuk akal. Tetapi suatu
kenyataan. *** BERBEDA dengan Sahata dan Margono, gadis asai Kerinci itu
hanya sebentar tertegun tetapi sama sekali tidak heran, la sudah
mengetahui kemampuan Dja Lubuk dan Raja Tigor, ayah dan kakek
Erwin yang selalu datang membela Erwin, bila keadaan amat
membutuhkan. Sebagaimana ayahnya Sutan Rimbogadang, juga
akan datang bilamana Sabrina amat memerlukan bantuannya.
Kolonel Margono bertanya kepada para tahanan yang dijadikan
satu dalam sel di seberang tempat Erwin apakah mereka melihat
seseorang membuka pintu kurungan dukun itu. Tidak ada, tidak ada
orang datang. Dan kini baru mereka terkejut melihat dalam sel
Erwin sudah tidak ada lagi kawan senasib yang tadi tergeletak
dalam keadaan pingsan setelah melalui penganiayaan berat.
Keanehan itu jadi pem bicaraan ramai di antara mereka. Ada yang
berpendapat, bahwa Erwin tentu mempunyai ilmu menghilang,
sehingga tidak kelihatan keluar dari selnya. Yang lain bertanya,
bagaimana ia membuka sel yang dikunci dari luar.
Seorang tahanan yang sudah setengah umur berkata: "Bagi
orang yang punya ilmu tinggi, semuanya mungkin. Sampai-sampai
yang tidak masuk akal. Dia pasti mempunyai ilmu yang amat hebat."
Yang lain lagi mendebat: "Kalau dia punya ilmu, mengapa ia hampir http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mati dipukul. Mengapa dia tidak menghilang di waktu akan disiksa?"
Tahanan lain berkata: "Waktu dipukul dia biarkan. Dia mau memberi pertunjukan yang lebih hebat kepada para petugas di sini. Mungkin
ketika disiksa ia tidak gunakan ilmunya. Sehingga polisi-polisi itu
menganggap enteng padanya. Kemudian ia buktikan siapa dia
sebenarnya."
Oleh kejadian yang amat menakjubkan ini banyak di antara para
tahanan sudah berniat untuk mencari Erwin nanti bila mereka bisa
keluar dengan selamat dari sana atau dari penjara. Mau menuntut
ilmu padanya. Huh, kalau bisa menghilang, mereka akan masuk
Bank dan perusahaan atau toko-toko besar yang menyimpan banyak
duit. Masuk dan keluar tidak kelihatan. Juta juta akan diambil
dengan tenang. Tanpa ada risiko. Tidak akan pernah lagi ditangkap,
apalagi disiksa. Dia akan masuk ke gedung-gedung orang-orang
yang jadi kaya melalui penyalahgunaan kedudukan. Dia ambil
semua intan berlian dan uang yang disimpan di rumah. Semua itu
akan dilakukannya di hadapan hidung "bapak bapak" yang pencuri besar tetapi jenis "Halus" itu. Biar mereka rasain. Bukan hanya itu.
Anak anak mereka yang cantik akan diperkosa di rumahnya sendiri.
Tentu saja akan mempergunakan obat bius. Biarpun punya ilmu bisa
tidak kelihatan, tetapi si gadis yang diperkosa tentu akan menjerit,
menyangka ada jin atau hantu menggagahinya. Kalau dibius kan
siip. Kalau isterinya muda dan cantik, hasil belian dengan uang
korupsi atau komisi, maka sang nyonya juga akan digarap. Wah,
wah, dengan ilmu bisa membuat diri tidak kelihatan. Dia akan
selalu panen. Kebutuhan materi dan seks akan terpenuhi semua.
Bukan hanya itu. Orang-orang yang tidak disukainya akan dibunuh.
Kuatir apa" Toh tidak ada orang yang melihat dia menancapkan
pisau di jantung korbannya. Atau mengalungkan clurit di leher orang
itu, untuk kemudian menariknya sekuat tenaga. Kepala akan
bercerai dari tubuh, minimal setengah putus.
"APA yang harus kita lakukan Siregar?" tanya Kolonel kepada bawahannya.
"Tadi maksud Bapak kan akan membebaskannya. Dia bebas
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sudah," kata Siregar seenaknya, seolah-olah dia bukan perwira Polri dan kejadian ini hanya suatu keajaiban belaka. Tidak punya sangkut
paut dengan hukum.
Dalam keadaan wajar, pasti Kolonel Margono akan marah sekali
mendengar jawaban demikian. Yang mengucapkan tak kurang dari
seorang Kapten Polisi. Yang tentu mengetahui peraturan-peraturan
dan ketentuan dalam Kepolisian. Menangkap seseorang tersangka
harus dengan surat perintah dan membebaskannya harus pula
dengan surat resmi. Tetapi dalam keadaan sekarang ia tidak
sanggup marah, la bukan hanya menghadapi peristiwa-peristiwa
aneh, tetapi juga memikirkan keselamatan diri dan keluarganya. Di
antara tiga orang anaknya ada dua gadis. Sedang remaja dan
cantik. "Nona Sabrina, apakah nona barangkali bisa memberi keterangan
tentang apa yang nona lihat sendiri," lalu kepada Kapten Sahata
Siregar, Kolonel Margono berkata: "Kapten tahu, apa yang baru
terjadi bukannya pembebasan dari kita, tetapi tersangka melarikan
diri! Dan ini salah menurut hukum. Pelarian harus ditangkap. Kita
rupanya lagi sial. Kalau dia bersabar barang seperempat jam, tentu
dia tidak perlu lari. Kita yang membebaskannya dari sangkaan,
karena tiada bukti dan saksi yang menguatkan ketidak
terlibatannya. Kini, bukan saja dia telah membuat kesalahan, tetapi
kita menghadapi pekerjaan berat!"
"Menangkap dia kembali," kata Kapten Siregar melengkapi
kalimat Margono.
"Ya, dan Kapten saya tugaskan untuk menangkapnya. Itu
perintah!" Kolonel itu, dalam kebingungan dan takut, masih coba
mempertahankan kewajibannya sebagai seorang perwira Polri.
"Tapi dia tidak bersalah," kata Sabrina membela Erwin.
"Ya, dia tidak bersalah dalam soal pembunuhan, tetapi dia
melakukan suatu kesalahan besar dengan melarikan diri!" kata
Margono. "Belum tentu dia melarikan diri. Melihat keadaannya tadi, bangkit http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
saja dia tidak akan kuat. Walaupun dia punya ilmu, tetapi dia harus
berdiri untuk dapat membuka pintu dan keluar. Dan berdiri itu yang
dia tidak bisa. Walaupun sekiranya dia dapat membuat dirinya tidak
kelihatan," ujar Sabrina.
"Teruskan," kata Kolonel Margono. "Saya rasa dia dilarikan!"
sahut Sabrina. "Siapa yang melarikan?"
"Mungkin ayah atau kakeknya. Dua anak buah Pak Kolonel yang
dikoyak-koyak perutnya kan juga tidak kelihatan pelakunya/'
Kolonel Margono diam. Walaupun ia tidak percaya pada segala
macam ilmu tetapi ia sudah mengalami sendiri, bahwa apa yang
tidak dipercayainya itu sudah terjadi. Bahunya sendiri tadi telah
ditekan oleh dua tangan amat berat tanpa bisa dilihatnya siapa yang
empunya tangan dan bicara dengannya itu. Masih mau tidak
percaya" Margono minta Letnan Karnadi menghadap.
"Letnan membantu Kapten Siregar mencari dan menangkap
kembali Erwin yang sudah melarikan diri," perintah Margono. Letnan yang punya sedikit isi di dalam dadanya itu jadi kaget. Bagaimana
mungkin, tersangka dalam keadaan pisik gawat. Tidak mungkin tari.
Kapten Siregar menceritakannya secara singkat.
"Jadi, keluarnya dari sini tidak kelihatan?" tanya Karnadi, padahal pertanyaannya itu sebenarnya sudah terjawab oleh kenyataan yang
baru terjadi. "Saya sudah menerangkan," kata Sabrina tanpa diminta bicara,
"Dia tak mungkin lari, tetapi dilarikan oleh ayah atau kakeknya.
Tentu saja, tuan-tuan boleh percaya, boleh tidak!"
Letnan Karnadi yang sejak tadi merasa bulu-bulu romanya
berdiri, pertanda ada yang gaib atau orang halus di sekitarnya,
berkata: "Saya rasa mereka masih ada di sini. Hanya tidak kelihatan.
Mungkin mendengar pembicaraan kita. Barangkali juga
mentertawakan!"
Walaupun Karnadi tidak punya tujuan menyindir, tetapi Kolonel
Margono yang meremehkan kekuatan-kekuatan gaib, merasa
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terpukul. Kalau benar Erwin dan ayah atau kakeknya yang melarikan
dia masih ada di sana, maka dirinyalah yang ditertawakan dan
diejek. Karena tidak mampu menghadapi apa yang semula tidak
dipercayainya. Padahal sebenarnya Erwin dan yang melarikannya
sudah tidak ada di sana. Karnadi merasa kelainan pada dirinya dan
mengetahui ada sesuatu yang tidak wajar di sekitarnya sebenarnya
tiada lain daripada kehadiran Sabrina yang manusia cindaku.
Sebagaimana dirasakannya ketika Sabrina baru datang tadi Hanya
saja Karnadi tidak sampai menyangka sedikit pun bahwa wanita
cantik itu kadangkaia menjadi harimau dengan hati iblis yang tidak
bisa dikendalikan.
"Kau yakin mereka masih ada di sini Letnan?" tanya Margono.
"Saya yakin dan perasaan saya tidak pernah meleset Pak. Hanya
saja saya tidak mampu melihat mereka yang punya ilmu
membutakan mata kita terhadap mereka."
"Kalau begitu ilmu hilang betul betul ada?" tanya Margono.
"Memang ada. Kita sedang berhadapan dengan orang atau
mahluk yang punya ilmu itu," kata Karnadi. Dan Margono jadi
gelisah lagi. Tetapi untuk menjaga wibawa ia berdaya upaya dan
berhasil menyembunyikannya. Kemudian ia berkata: "Saya rasa
sudah cukup jelas. Kapten dan Letnan saya minta berhasil
menangkap pelarian itu kembali." Begitu Kolonel Margono selesai
bicara ruangan itu terasa bergoncang-goncang dan kemudian
terdengar suara auman harimau. Margono jadi pucat. Dia tJak
mampu mencegah kepucatan.
Beberapa saat lamanya tidak seorang pun dari mereka buka
mulut. Masing-masing dengan pikirannya. Tetapi semuanya
meminta dalam hati agar selamat.
Agak lama kemudian barulah Siregar memberanikan diri bicara:
"Masih akan ditangkap Pak Kolonel?"
Margono tidak menjawab, la merasa letih dan ingin istirahat.
Tetapi apakah pikirannya bisa istira hat" la minta Kapten Siregar
mengantarkan Sabrina pulang, yang segera dilaksanakan. Mendadak
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Karnadi berkata: "Pak Kolonel, mahluk halus itu telah menyebabkan kelainan perasaan pada dirinya itu adalah sang cindaku. Setelah ia
pergi bersama Siregar, hilanglah firasat buruk pada diri Karnadi.
Kolonel Margono pulang dengan berbagai pikiran dan khayalan
menghantui otaknya, la sudah menyaksikan dan mengalami sendiri,
bahwa yang gaib-gaib dan tak pernah dipercayanya dulu memang
benar-benar ada. Yang mengaum tadi. Sudah pasti harimau yang
tidak memperlihatkan dirinya. Sabrina yang begitu jelita jatuh cinta
pada seorang dukun miskin. Erwin menghilang dari kandang bertrali
besi tanpa ada yang melihat kepergiannya. Betapa gila dan ajaibnya
itu semua. Kini jantung Margono berdebar kencang dan dia semakin
takut menghadapi berbagai macam kemungkinan.
Setiba di rumah Margono bertanya kepada isterinya apakah ada
kejadian-kejadian aneh atau tamu yang tidak dikenal. Nyonya
Margono heran mendengar pertanyaan itu. Dijawabnya bahwa tidak
ada tamu dan juga tidak ada sesuatu yang aneh. Margono merasa
sedikit lega, tetapi sesaat kemudian isterinya mengatakan bahwa
kalau mau dianggap aneh hanyalah bunyi teipon yang berulang
sampai lima kali. Tiap diangkat oleh Nyonya Margono, hubungan
diputuskan. Tidak mengatakan apa-apa, bahkan menyebut "hallo"
pun tidak. Nyonya Margono menganggap itu hanya sebagai salah
sambung, yang amat banyak terjadi dalam hubungan teipon di
Jakarta. Walaupun diputar nomor yang benar, selalu nomor lain
yang menerima. Mendadak Margono ingat, bahwa ia pernah
mengatakan pada Sabrina bahwa ia boleh menelpon saja ke rumah,
karena isterinya sedang tidak ada. Tetapi kini Bu Margono sudah
kembali, baru dua jam yang lalu, ketika ia mengalami kenyataan-
kenyataan aneh di kantor tadi. Ketika isterinya ke belakang,
Margono menelpon ke hotel tempat Sabrina menginap, mengatakan
agar ia untuk sementara jangan menelpon dulu. Sabrina tidak
kecewa, karena ia memang tidak ada niat untuk menghubungi
perwira Polisi itu.
SEBAGAI biasa, ketika hari mulai gelap, lampu-lampu dinyalakan,
begitu juga di rumah Kolonel Margono. Ada oleh pembantu ada oleh
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
isteri atau anak-anaknya. Tetapi jam 19.30, ketika mereka
sekeluarga sedang makan, tiba-tiba lampu padam. Semua. Biasa.
Ada gangguan. Pembantu segera ke tempat penyimpanan lilin. Eh,
tidak ada. Habiskah" Tidak mungkin, di rumah itu tidak pernah
kehabisan persediaan lilin, mengingat kemungkinan adanya
gangguan aliran listerik yang datang tiba-tiba.
"Mana lilinnya?" tanya dan perintah nyonya Margono. Pembantu mengatakan di dalam gelap itu, lilin habis. Suaranya mengandung
rasa takut, karena ia pasti akan dimarahi, walaupun ia tidak lalai
menjaga persediaan. Dan memang Nyonya Margono mengomel.
Untung pembantu rumah tangga yang bernama Yayah mendapat
korek api, disulutnya. Nyala. Dengan gugup ia coba mendapatkan
lilin di tempat penyimpanan yang sudah terpakai sebagian. Juga
tidak ada. Korek apinya padam, karena sudah hampir memakan jari
Yayah. Dia nyalakan satu lagi lalu menuju meja makan,
menerangkan rasa herannya dengan maksud membela diri, bahwa
lilin bekas pun tidak ada. Tiba-tiba korek api yang memberi sedikit
penerangan itu padam. Bukan karena kayunya habis, tetapi seperti
ada yang meniupnya. Yayah menyalakan lagi satu, padam lagi.
Tiba-tiba ia menjerit lirih, membuat kaget seluruh keluarga Margono
yang menghadapi meja makan tanpa meneruskan makan oleh
keadaan gelap itu.
"Ada apa?" tanya Nyonya Margono.
"Ada yang memegangi tangan saya," Yayah masih sempat
menjawab dengan suara gemetar, lalu menjadi lemas dan terduduk.
Kolonel Margono yang paling terkejut karena ia sudah mengalami
sendiri kejadian-kejadian aneh dan menduga, bahwa buntut
peristiwa penangkapan dan penganiayaan atas diri Erwin tidak
hanya sampai di situ.
Tiba-tiba lampu nyala, dan mereka merasa agak lega. Tiba-tiba
piring di atas meja terangkat, kemudian diletakkan kembali. Tapi
tidak kelihatan tangan yang mengangkat atau meletakkan.
Sekeluarga Margono jadi pucat dan tak dapat bicara.
DALAM keadaan tegang dan tiap manusia di ruang makan itu
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merasa amat ketakutan, tiba-tiba lampu mati lagi. Keadaan jadi
tambah mengerikan. Kini kedengaran piring-piring beradu. Hampir
semuanya menjerit.
"Nyalakan lampu," perintah Margono yang tak kalah takutnya, tetapi sebagai kepala keluarga berusaha sedapat daya
menyembunyikan. Kalau dia sendiri pun terang-terangan
memperlihatkan ketakutan, keadaan akan tambah kacau.
Tanpa ada seorang pun yang menghidupkan lampu, tiba-tiba
semua lampu menyala kembali. Nyonya Margono kelihatan
menggigil. Dia mencapai puncak dari rasa takut. Sebelum menggigil
tadi ia sudah terkencing, tak dapat ditahannya.
Mereka semua memandang meja makan dengan suatu
kenyataan yang tambah menakutkan saja.
Tidak ada sepotong ikan atau sedikit sayur pun yang tinggal.
Semua lauk pauk sudah habis tanpa kelihatan siapa yang
mengambil atau yang memakannya.
PADA waktu itu terdengar suara mobil berhenti di depan, mesin
dimatikan. Ada orang datang. Margono merasa agak lega. Siapapun
yang datang akan merupakan keringanan bagi ketegangan yang
sedang mencekam mereka. Karena hari baru sekitar pukul setengah
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
delapan, pintu depan belum dikunci. Tidak ada rasa khawatir. Tidak
akan ada penjahat sehebat apa pun yang akan berani masuk ke
rumah seorang kolonel Polisi. Walaupun dalam kenyataan, ada
penjahat yang sudah tidak pandang mangsa, tidak peduli perwira
setinggi apa pun pangkatnya. Ataukah penjahat jenis ini sengaja
hanya memasuki rumah-rumah yang VIP untuk memamerkan
keberanian dan keunggulan mereka sambil menantang, "Lu liat, gua bisa masuk dan bawa harta benda lu mana yang gua suka. Lu mau
apa?" Yang datang itu kiranya adik kandung Nyonya Margono bersama
isterinya. Langsung saja ke ruang makan. "Wah, langkah kanan nih, kami memang lapar. Tak seorang pun menyahuti kata-katanya yang
mengandung kelakar itu.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kami senang kau datang Djon," kata Nyonya Margono sejenak
kemudian. Tetapi suaranya jelas tidak normal, terdengar
getarannya. Dan kini adik Nyonya Margono yang dipanggil Djon itu
dan isterinya baru melihat bahwa di atas meja tidak ada hidangan
apa pun. Hanya piring-piring kosong.
"Wah, semua sudah kalian habiskan sampai licin begini,, kata
Djon, masih berkelakar walaupun ia merasa aneh dengan apa yang
dilihatnya. Kini tampak oleh Djon bahwa Yayah pembantu rumah tangga
terduduk lemas di lantai. Kini baru diperhatikannya pula wajah
keluarganya satu demi satu. Semua pucat dan membayangkan
ketakutan. Dia dan isterinya pun tiba-tiba jadi agak takut, karena
tidak mengerti apakah yang sedang terjadi.
"Duduklah Djon," kata Margono. "Kami baru mengalami kejadian aneh. Dan sangat mengerikan Djon. Semua makanan lenyap tanpa
kelihatan siapa yang mengambil atau siapa yang memakan. Sudah
terang bukan kami. Kami baru saja mulai makan, tiba-tiba lampu
mati. Yayah merasa tangannya dipegangi, tapi yang memegang tak
kelihatan." Tiba-tiba lampu mati lagi. Tapi, kini hanya di ruang makan itu saja. Jadi tidak terlalu gelap, cahaya dari lampu-lampu
lain masuk ke sana. Djon suka coba menekan stop kontak gntuk
penerangan ruangan itu. Lampu menyala. "Cuma stop kontaknya.
Tuh, sudah nyala." Hanya beberapa detik, lampu ruangan itu mati
lagi. Djon coba lagi menghidupkan dan lampu nyala. Kini ia merasa
heran. Apakah stop kontak itu berubah posisi sendiri. Tadi mati,
ditekannya ke bawah, nyala lagi. Lagi mati dan ketika dia mau
menghidupkannya ternyata stop kontak itu sudah berubah posisi.
Ditekannya lagi ke bawah, nyala lagi. Semua yang duduk
mengelilingi meja makan tidak tergerak untuk bangkit, walaupun
hati mereka amat gelisah. Sekali lagi lampu ruangan itu mati. Sekali
lagi pula Djon hendak menghidupkannya. Tetapi ketika tangannya
hampir menjamah stop kontak, ia merasa tangannya dipegang dan
ditahan oleh sesuatu yang tidak kelihatan manusianya, la yakin
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tentu tangan manusia, ataukah tangan hantu.
Kalau manusia tentu kelihatan. Tangan hantu atau jin yang tidak
kelihatan. Semua memandang ke arah Djon. Tampak ia berusaha
membebaskan diri dari entah apa. "Tanganku Kak. Ada yang
menahan. Tidak bisa mencapai stop kontak," katanya tabah takut.
Nyonya Margono sudah kehabisan akal la tidak mengerti apakah
semuanya ini dan mengapa sampai terjadi begitu" Dia, seperti
suaminya sering mendengar tentang setan, jin dan hantu, tetapi
Pendekar Kembar 16 Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Pendekar Tongkat Dari Liongsan 2