Pencarian

Si Rajawali Sakti 9

Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 9


"Sudah bulat benarkah tekadmu itu, C.hou Kongcu?"
"Sudah, memang lebih baik mati kalau aku tidak mampu mencapai cita-citaku
menjadi Raja Kangouw!"
Cu Yin tertawa dan merangkul muda yang menjadi kekasihnya itu. " kau tidak perlu berkorban nyawa, Kon Ada aku di sini yang akan menemani mengantarmu sampai
dapat bertemu ngan Ketua Beng-kauw."
Kian Ki menjadi girang sekali dan < sudah melupakan kesedihan hati ym dideritanya tadi. Mereka* lalu melanjut' perjalanan dengan cepat menuju i gunungan Beng-san.
Pegunungann Beng-san amat luas, miliki banyak bukit besar kecil tak te hitung
banyaknya. Di antara bukit-buk itu terdapat Bukit Hek-kwi-san (Buk Setan Hitam)
yang merupakan bukit n nyeramkan yang ditakuti orang. Apal orang biasa, bahkan
pemburu binata buas yang paling gagah sekalipun mer~ ngeri dan tidak berani
mencoba unt berburu binatang di sekitar bukit i
lagi mendaki lerengnya. Sudah banyak ?ng yang terkenal gagah berani dan >gguh
mencoba untuk mendaki, Hek-H-san dan akibatnya mereka tewas )am keadaan
mengerikan. Tentu saja tidak ada setan hitam yang berada di bukit itu seperti yang
^ngengkan penduduk sekitar Pegunung-Beng-san. Akhirnya semua orang
me-,i*tahui bahwa yang menguasai bukit menyeramkan itu adalah Beng-kauw, se-
iah perkumpulan yang masih belum banyak dikenal. Beng-kauw (Agama Teng)
merupakan sebuah aliran atau ke-Irrcayaan yang sebetulnya sudah kuno ? kali yang
di dunia barat dikenal sebagai planichaeism atau Agama dari Mani. rrndirinya adalah putera seorang bangsawan bernama Mani (tahun + 200), penduduk Ekbatana (Persia
atau" Iran). Pada f.ulanya Manichaeism merupakan pencampuran dari berbagai
agama dan belut tu diperkenalkan oleh Mani, banyak |>ihak yang menentang.
Bahkan Mani wndiri akhirnya ditangkap oleh Kasta (Magians dan dibinasakan.
Pemerintah Persia pada waktu itu berusaha u( membasmi Agama Mani, namun t berhasil
sepenuhnya. Para pengikut melarikan diri dan menyebarkan aM baru ini ke pelbagai
negara, di antara menyebarkannya ke India dan Cina. Aj tetapi, setelah disebarkan di Cina, aga itu disebut Beng-kauw (Agama Tera Mula-mula memang mengandung
pelajar yang baik, karea inti pelajarannya ada.! bahwa Terang adalah Kebajikan dan C lap adalah kejahatan. Setiap anggai Beng-kauw dianggap sebagai duta Tera untuk
memerangi Gelap atau menggifi kan kebajikan untuk memerangi kejah an. Namun
karena agama ini selalu curigai dan dimusuhi para penganut a ma lain, maka timbul dendam kebenc' dan akhirnya para pemimpinnya me pelajar! pelbagai ilmu, dari
yang te golong putih sampai yang hitam. Aga ini mengalami kejayaannya tersebar I
sampai abad ke tiga belas, kemudi hancur karena seiam mendapat tentang banyak
pihak, juga berubah menjadi ali an sesat yang penuh dendam.
Ileng-kauw yang berada di Hek-kwi-m hanya merupakan sisa pengikut Beng "w
yang kecil saja. Anggautanya tidak ih dari seratus orang dan perkumpulan i bukan lagi merupakan duta terang ng memerangi kegelapan atau orang-,,n& yang
mengutamakan kebajikan entang kejahatan. Mereka merupakan i i.ng-orang aneh
yang terkadang ber-uanan dengan pendapat umum, bahkan nyak melakukan
perbuatan sesat yang ma sekali bertentangan dengan pelajar-
i Beng-kauw sendiri! Pada waktu itu, Beng-kauw telah < - ndirikan perkampungan yang cukup ah dan kuat di puncak Hek-kwi-san. ikit itu memiliki tanah yang subur dan unaman-tanamannya
diatur sedemikian i pa sehingga tampak indah. Namun di 1.1 lik keindahan ini
mengandung bahaya n.aut yang amat mengerikan kalau ada rang luar berani
memasuki daerah itu. banyak jebakan dan perangkap yang berbahaya. Akan tetapi
di dekat puncak rdapat kebun-kebun yang subur, ditanami sayur-sayuran untuk
dimakan, pohon-pohon buah, bahkan tanaman obatan. Di puncaknya didirikan per
pungan dan sebuah rumah besar be di tengah-tengah rumah-rumah yang kecil
tempat tinggal ketuanya. Ketua Beng-kauw pada waktu bernama Co Sai berjuluk Coat-befj kwi. Dia seorang
duda, berusia seki enam puluh tahun. Perawakannya sed saja namun masih tegak
dan tegap. A lagi melihat wajahnya masih belum a keriput tanda ketuaan, bersih dari kun? dan jenggot, ditambah sepasang matan yang tajam mencorong, dia tampak
ma: tampan dan lebih muda daripada usian yang enam puluh tahun. Coat-beng-k Co
Sai ini memiliki ilmu silat alir Beng-kauw yang amat hebat. Ilmu sil itupun merupakan perpaduan dari ber bagai aliran ilmu silat, diperpadukan d dikembangkan menjadi
ilmu yang ama dahsyat. Apalagi dicampur dengan ilrrf sihir dan kekuatan dari daya-daya rend yang berasal dari roh-roh sesat.
Co Sai yang sudah menduda selam beberapa tahun karena ditinggal mat
(trinya yang menderita sakit P3'3^ ^
i urut kepercayaan mereka jadi sebagai "tebusan" ilmu-ilmu miam
"g dipelajari Co Sai, ?""?Zrn*"*
?ng anak perempuan. AnaK uu
p Kim Lian, kini telah "en\a
i .mg gadis berusia delapan beiai H
Ing berwajah cantik, wataknya nar ?* '
Sak namun memiliki kecerdikan luar
lasa, juga aneh karena terkadang "n-
.1 watak yang amat baik akan tetapi
rkadang pula amat jahat. .
Ketua Beng-kauw ini dalam kfdu"*a" Iya dibantu oleh seorang mor?dn.y^u ,menggantikan gurunya meia'
dat kepada semua anggauta Ken*S
rlurid m, berusia sekitar dua pu?"h V"
jhup, bernama Cu Kian. Tubuhnya^ ?ng
I kurus, wajahnya tampan, berm^Invum
l.im dan mulutnya selalu terhias se^^b
?mis seperti orang memandang
?tau mengejek. Pemuda ini arna ._
i-inta Co Kim Lian yang menjamerestui karena ketua mengharapkan Cu Kian kelak selain | jadi mantunya, juga
akan menggarit nya memimpin Beng-kauw.
Akan tetapi agaknya cinta di hati Kian tidak mendapat sambutan Kim L Gadis ini suka kepada Gu Kian a tetapi rasa sukanya hanya rasa suka] orang adik kepada seorang
kakak. Hal yang terkadang membuat pemuda merasa kecewa sekali. Juga Co Sai \
rasa prihatin melihat betapa puteri jelas tidak memperlihatkan tanda cinta Gu Kian.
Akan tetapi guru murid ini keduanya maklum benar bah mereka tidak mungkin
dapat memaksa keinginan mereka kepada Kim Lian. dis ini memiliki kekerasan hati y tidak dapat ditundukkan oleh siapa p Sekali ia menolak, sampai mati pun tidak akan mau menerimanya. Juga r reka tidak mungkin dapat mengguna ilmu sihir atau obat
yang membuat dis itu jatuh cinta kepada Gu Kian. G dis itu sudah menguasai semua
ilmu si" dan obat serta racun sehingga kal!
ka menggunakan cara itu, Kim Lian i mengetahuinya dan akibatnya sukar yangkan.
Gadis itu tentu akan marah .ili, mungkin akan memusuhi ayah i suhengnya (kakak
seperguruannya), k., j bisa juga ia akan minggat atau m an bunuh diri! Karena itulah maka Sai dan Gu Kian bersabar sambil rngharapkan agar kelak gadis itu akan ,, ?t
jatuh cinta kepada Gu Kian. Satu uinya upaya pemuda itu, seperti diaurkan gurunya, adalah bersikap sebaik n ngkin kepada sumoinya.
Pada suatu pagi Coat-beng-kwi Co-i duduk di ruangan depan rumahnya g besar dan
cukup mewah, ditemani r h Kim Lian dan Gu Kian. Mereka r t iga membicarakan
tentang pemberon-Bkan Pangeran Chou Ban Heng yang
"Ayah, sampai sekarang aku masih .?rasa heran, mengapa ayah tidak mem-tntu
salah satu pihak, pihak pejuang ?ng setia kepada Kerajaan Chou atau iliak Kerajaan Sung?" tanya Kim Lian pada ayahnya.
"Hemmm, apa untungnya kita bantu satu pihak" Dahulu, Kerajaan tidak pernah
mengakui Beng-kauw, kini, para pendukung Kerajaan Sung lah orang-orang yang
menamakan mereka pendekar dan mereka itu juga meremehkan kita. Heheh, b saja
mereka saling gempur sampai duanya binasa!"
"Suhu, teecu (murid) mendengar ' wa Kaisar Sung Thai Cu merupakan nguasa yang bijaksana, yang dapat rima semua pihak untuk bekerja Apakah tidak baik kalau kita me~ pemerintah Sung?" tanya pula Gu kepada gurunya.
"Huh, apa artinya kebijak Kalau kita membantu Kerajaan Sung mereka baik kepada kita, itu yang namakan kebijaksanaan" Hemmm, lebih beruntung kalau tidak menca
pertentangan dan perebutan keku itu. Bagi kita, makin kacau kea masyarakat, makin baik dan mengunt kan. Biar rakyat kehilangan keperca kepada Kerajaan Sung dan
sisa peng .jaan Chou, maka mudah bagi kita ]/h mempengaruhi rakyat yang akan ?dukung
Beng-kauw!" Vmentara itu, di kaki Bukit Setan im itu, Ang-hwa Niocu Lai Cu Yin Chou Kian Ki berdiri dengan sikap i. Kian Ki hendak mendaki bukit itu,
tetapi Cu Yin melarangnya, ' angan bertindak sembarangan, Chou ?tgcu (Tuan Muda
Chou)," kata wanita . Tempat ini sungguh berbahaya, aku ndengar cerita guruku bahwa banyak ungkap dipasang dan kalau sampai luka maka luka itu mengandung
racun > dapat menewaskan."
Habis, lalu apa yang harus kita la >an" Bukit ini tampak begitu sepi, an-jangan Bengkauw telah berpindah i pat."
'Tidak mungkin. Lihat di atas itu. kankah semua tanaman demikian rapi n jelas
merupakan tempat yang diatur i gan baik" Kalau ditinggalkan (tomtu bengkalai dan
penuh tanaman liar. .tr kucoba mengirim berita ke sana eialui suara." Setelah berkata demikian,
Lai u Yin mengumpulkan seluruh naganya, dan hawa sakti yang ber dari bawah
pusarnya mendorong sua sehingga terdengan melengking dan ngandung getaran
kuat sehingga terdengar dari jauh.
"Yang mulia Locianpwe Co Sai, hon diperkenankan saya, Ang-hwa i Lai Cu Yin, murid Subo Hwa Hwa di Ang-hwa-san, menghadap Loctanpv,
Terdengar gema suara lengkingan lalu sunyi, tidak ada jawaban. Cu tidak putus asa, setelah menanti sej ia mengulangi teriakannya tadi, lalu nungga jawaban. Kemudian ia mengu lagi. Setelah permohonan itu diulang 1 kali, tiba-tiba dari arah atas melur enam batang anak panah, dua orang masing-masing diserang tiga batang a panah
yang meluncur dengan cepat J nuju tubuh mereka. Pelepas anak pa itu tentu mahir
sekali karena tiga bat anak panah yang datang meluncur bertubi itu tepat mengarah tengg ulu hati, dan pusar!
Akan tetapi dua orang muda itu
hgan mudah cepat mengelak sehingg < Mga batang anak panah Itu meluncur di
inmping tubuh mereka dan tidak mengenai sasaran.
Kemudian dari atas tampak belasan rjrang berpakaian abu-abu dipimpin $e-ang
gadis dan seorang pemuda yang (terjalan di depan.
"Kongcu, jangan melawan dengan kekerasan," bisik Cu Yin.
"Tapi mereka tadi menyerang untuk membunuh." bantak Kian Ki.
"Tidak, kurasa itu hanya menguji karena aku mengaku murid Subo Hwa Hwa Moli.
Kalau mereka nanti menawan kita, harap menyerah dan ikut saja, jangan melawan.
Percayalah, mereka tidak akan mau mencelakai murid Subo Hwa Hwa Moli."
Biarpun hatinya merasa penasaran, Kian Ki terpaksa mengangguk karena dia
memang amat membutuhkan bantuan orang sakti agar tercapai cita-citanya, yaitu
menjadi Raja Kangouw! Pemuda dan gadis yang keduanya mengenakan pakaian serba putih dengan hiasan
sulaman merah itu kini ber turun seperti terbang saja. Belasan or anggauta
Bengkauw yang berpakaian sel ba abu-abu tertinggal jauh walau mereka juga lari.
Setelah tiba di de Cu Yin dan Kian Ki, mereka berhenti dalam jarak sekitar tiga
tombak dan pasangan ini saling berpandangan deng sinar mata penuh selidik.
Yang datang memimpin anak bua Bengkauw itu adalah Go Kim Lian daa Gu Kian.
Pandang mata Kim Lian meng?| amati Kian K i penuh perhatian, sedang kan Gu Kian
memandang kepada Cu Yin Lal Cu Yin mendahului memberi hor mat, mengangkat kedua tangan depan dada
sambil tersenyum dan berkata. "Mz afkan kalau kami berdua mengganggu
ketenangan Cu-wi (Anda sekalian). Kami mohon agar diperkenankan menghadap
Locianpwe Co Sai, Ketua Bengkauw."
"Engkau yang bernama Lai Cu Yi dengan julukan Ang-hwa Niocu murid Hwa Hwa
Moli?" tanya Gu Kian.
"Benar," jawab Cu Yin sambil tersenyum manis. "Aku Lai Cu Yin murid ribo Hwa Hwa Moli, dan ini adalah Chou ain Ki, putera mendiang Pangeran Chou IVan Heng. Kami
berdua mohon agar diperkenankan menghadap Locianpwe Co Sai, Ketua Bengkauw.
Siapakah Ji-wi (Anda berdua)?"
Yang menjawab pertanyaan itu Co Kim Lian. "Aku puteri Ketua Bengkauw, lamaku Co Kim Lian. Ini murid ayah, Suheng Gh Kian, Sebetulnya, menghadap ayah bukanlah
nal yang mudah dan biasanya tanpa panggilan ayah tidak ada yang boleh
mengganggunya. Akan tetapi, aku tahu bahwa Hwa Hwa Moli adalah sahabat ayah,
maka engkau boleh menghadap sal tidak berbuat macam-macam! Dan
dia ini hemmm, benarkah engkau ini
putera Pangeran Chou Ban Heng yang baru-baru ini gagal merebut kekuasaan dari
Kaisar Sung?" Gadis itu menatap tajam wajah Kian Ki.
Kian Ki juga menentang pandang mata gadis remaja yang manis itu dan menjawab.
"Benar, aku Chou Kian Ki adalah putera mendiang Pangeran Chou Ban Heng yang
gugur dalam memperjuangka bangkitnya Kerajaan Chou dirampas oleh pengkhianat
Chou K Yin yang kini menjadi Kaisar Sung tama. Aku ingin menghadap Ketua Be
kauw, harap diberi kesempatan dan kabulkan."
"Kiam Lian menoleh kepada Gu Kian dan berkata dengan nada suara seorang atasan kepada bawahannya. "Su-heng, kurasa dua orang ini cukup memeuhi syarat umuk
dibawa meoghadap Ayah."
"Akan tetapi, Sumoi, bagaimana kalau Suhu memarahi kelancangan menghadapkan
tamu di luar kehendak Suhu?"
"Biar aku yang bertanggung jawab! Mari, Chou Kian Ki dan engkau Lai Cu Lin, kalian berjalan bersamaku dan jagah langkah kalian agar mengikuti jejakku."
Gadis itu lalu mulai mendaki bukit, ikuti oleh Kian Ki dan Cu Yin. Mereka berdua
dengan hati-hati dan teliti mengikuti jejak kaki gadis puteri Ketua Beng uw itu
karena mereka maklum bahwa salah langkah sedikit saja dapat menimbulkan
bahaya maut bagi mereka. Gu Kian dan para anak buah Bengkauw mengiringkan dari
belakang, tentu dengan maksud berjaga-jaga agar dua orang muda itu tidak
melakukan hal-hal akan merugikan Bengkauw.
Ketika mendengar bahwa tamu yang tidak diundang datang untuk menghadp
padanya, mula-mula Beng-kauw-cu (Ket Bengkauw) merasa terganggu dan marah.
Akan tetapi Kim Lian yang datang melapor bersama Cu Kian di depan ayahnya,
segera menjawab. "Harap ayah tidak menjadi mara Tadinya, aku juga menolak mereka ya ingin
menghadap ayah tanpa dipangg' akan tetapi setelah mereka menga" siapa mereka, terpaksa aku mengan mereka menghadap dan kini sudah m nunggu di luar."
"Hemmm, siapa mereka yang membuat engkau terpaksa memenuhi permintaan
merekaa?" tanya Coat beng-kwi Sai dengan suara bengis. Biarpun terkesan bengis dan berwatak aneh, namun penampilan ketua Bengkauw ini sama seka tidak
menyeramkan. Dia seorang tua berusia sekitar enam puluh tahun, mukanya bersih
tanpa jenggot kumis, dan an dengan sepasang mata yang memandang tajam.
"Ayah, yang pemuda bernama Chou Kian Ki dan dia adalah putera mendiang
Pangeran Chou Ban Heng yang memberontak terhadap Kerajaan Sung. Adapun yang
wanita bernama Ang-hwa Niocu Lai Cu Yin, murid dari Hwa Hwa Moli Ang-hwa-san."
Mendengar disebutnya Hwa Hwa Mol, h Co Sai tampak berubah cerah dan segera
berkata, 'Bawa mereka menghadap!"
Melihat ketua itu menggerakkan tangan memberi isarat kepada Kim Lian Cu Kian
untuk pergi meninggalkan ruagan itu, mereka lalu keluar dari ruangan.
Setelah tiba di luar, Kim Lian berkata kepada Kian Ki dan Cu Yin bahwa mereka
diperkenankan memasuki ruangan dimana ayahnya telah menunggu. Kemungkinan
ia sendiri mengantar mereka berdua masuk, sedangkan Cu Kian menanti di luar.
Murid ini tidak berani masuk dia tidak disuruh masuk gurunya tadi Ketua Bengkauw
telah mengisarat agar dia keluar. Akan tetapi Lian yang selalu manja dan tahu
ayahnya tidak akan marah kepada dengannya tenang mengantar kedua tamu itu
masuk. Sebelum melan ambang pintu ia berbisik kepada m agar berlutut di depan ayahnya.
Kian Ki dan Cu Yin memasuki ruangan dan oleh Kim Lian di bawa menghampiri
seorang laki-laki tua yang d..... dengan gagahnya.
"Ayah, inilah mereka, Chou Kian dan Lai Cu Yin!" kata Kim Lian u" perkenalkan. Cu Yin segera menjatu diri berlutut dan biarpun sebenarnya enggan, namun mengingat
akan kebut annya, Kian Ki juga menjatuhkan f berlutut. Kim Lian berdiri di belak
mereka. "Locianpwe, terimalah salam guru saya Hwa Hwa Mbli!" kata Cu dengan hormat.
"Heh-heh, Hwa Hwa Moli itu ip" Gurumu itu dulu adalah kekasihku, sayang ia tidak mau menikah dengan aku dan memilih menjadi perawan tua sampai sekarang.
Apakah ia baik-baik sehat?"
Subo dalam keadaan baik-baik dan hat, Locianpwe." "Locianpwe, saya Chou Kian Ki memberi hormat kepada Locianpwe."
"Hemmm, engkau putera Pangeran Chou Ban Heng yang gagal dalam
pemberontakannya terhadap Kaisar Sung" i bahkan gugur dalam usahanya itu" lu,
engkau anaknya sekarang ada maksud apa datang menghadap kami?"
"Locianpwe, maksud saya menghadap Cianpwe adalah untuk mohon belas kasihan
Locianpwe agar Locianpwe sudi memberi petunjuk dan pelajaran ilmu silat kepada
saya. Saya membutuhkan ilmu silat yang tinggi untuk dapat membalas dendam atas
kematian ayah saya."
Ketua Bengkauw mengerutkan alisnya Vilu memandang kepada Cu Yin dan bertanya.
"Dan engkau, Lai Cu Yin, apa keperluanmu ikut menghadap di sini
Apakah engkau murid Hwa Hwa juga ingin belajar ilmu dariku?"
"Saya akan berbahagia sekali Locianpwe sudi mengajarkan ilmu pada saya. Akan tetapi saya tidak berani merimanya sebelum Subo mengijinkan. Saya datang
menghadap hanya untuk mengantar Chou Kongcu menghadap cianpwe."
"Hemmm, apakah hubunganmu Cou Kian Ki ini?" tanya Coat-beng-Co Sai dengan sinar matanya yang corong seperti menembus dan menjer isi hati wanita itu.
Akan tetapi, Ang-hwa Niocu Lai Yin cukup tenang dan tangkas mengh? pertanyaan
yang tiba-tiba itu. "Saya1 membantu perjuangan i mendiang P? ran Chou Ban Heng dan sekarang menghambakan diri untuk memo] Chou Kongcu dalam usahanya
membalas dendam.". Ketua Bengkauw itu mengerul alisnya dan berpikir sejenak, agal mempertimbangkan
permintaan Kian tadi. Kian Ki dan Cu Yin menanti!
ngan jantung berdebar tegang. Mereka tahu bahwa kakek itu adalah seorang yang
selain sakti jaga memlBci watak aneh sekali, bahkan terkadang dapat bertindak
kejam. Coat-beng-kwi Co Sai menggee gka kepalanya lalu tiba-tiba dia berkata. "Wah, tidak bisa, tidak b ?a! Engkau Lai Cu Yin mengingat akfen gurumu Hwa Hwa Mol I, engkau
boleh tinggal dan bermain-main di sini asalkan tidak membuat ulah. Akan tetapi
engkau Chou Kian Ki, engkau harus pergi meninggalkan tempat ini. Aku tidak bisa
menga arkan ilmu kepadamu!"
Tentu saja Kian K menjadi kecewa dan penasaran sekali.
"Akan tetapi, Locianpwe.^.."
Kakek itu tiba-tiba menggerakkan tangan kirinya ke arah "kian Ki. t>e*MJda itu terkejut dan hampir saja dia mengerahkan tenaga saktinya untuk melindungi diri,
akan tetapi dia teringat akan pesan Cu Yin agar tidak memperlihatkan bahwa dia
telah memiliki tenaga sakti yang amat kuat berkat gemblengan mendiang Thlan
Beng Siamu. Maka dia membiark diri/iya dilanda angin pukuJan yang dahsyat
sehingga tubuhnya teri e r sampai dua tom^ dan jatuh. Jkhawatir sekali melihat bet wajah pemuda itu menjadi pucat seka dan perlahan-
lahan ada warna kel pada wajahnya.
"Sekati aku bilang pergi tidak bol dibantah lagil" kata Coat-beng-kwi Sai.
Tiba-tiba Kim Lian menghampiri aya nya dan suaranya lantang ketika ia ber seru.
"Ayah, perbuatan ayah ini sungg? keliru dan tidak adili"
Di dunia ini agaknya hanya Co Ki Lian yang berani menyalahkan Ket~ Berigkauw,
Coat-beng-kwi sendiri terkej dan seperti tercengang melihat ada oran berani
mengatakan dia tidak adil da keliru* Akan tetapi yang menyaiahkanny adalah puten
tunggal yang amat disayang nya, maka rasa marah itu hanya membuat mukanya
menjadi merah sekal perti udang direbus.
"Anak bodoh! Mengapa engkau mengi| takan aku keliru dan tidak adil?"
Kim Lian mengeluarkan sebuah boi kecil dari ikat pinggangnya, memb? tutup botol
kecil dan mengeluarkan butir pU merah, menghampiri Kian yang dipapah oleh Cu Yln
dan dibai duduk lagi di atas kursi.


Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nih, telan pil ini dan engkau tldi akan mati." Diberikan* ya pil itu Kian Ki yang menerimanya dan segei menelannya. Sebentar saja rasa nyeri dadanya mengh lang.
Setelah mniberi obat penawar raci akibat pukulan itu, Kim Lian kini beri di depan ayahnya dengan mulut cei beru t dan sikapnya menantang dan manj
"Ayah kehrju Ayah mengatakan mau berpihak dengan adanya permusuhan antara
Kerajaan Chou dan Kerajaan Sung, akan tetapi sekarang ayah memukul pu-tera dari
mendiang Pangeran Chou Ban Heng! Berarti ayah membela Kerajaan Suru*.
Bukankah hal itu bertentangan i*an perkataan ayah sendiri dan kare-iva keliru dan salah?" Coat-beng-kwi Co Sal cemberut juga, i tetapi dia lau menghela napas
pan-"Baiklah? dalam hal ini aku telah lxjru nafsu. Akan tetapi kenapa eng-i
mengatakan aku tidak adil?" "Tentu saja ayah tidak adi 1. Yang
I ng tanpa diundang ada dua orang, Itu Chou Klan KI dan UI Cu Y jan tetapi mengapa ayah hanya me-*u| Chou Kian Ki saja" Apakah ayah J*k berani memukul Lai Cu Yin
karena murid Hwa Hwa Mol " Atau barangII ayah tidak mau memukulnya karena
seorang wanita cantik?"
Diserang dengan kata-kata seperti Itu, tka ketua Bengkauw itu menjadi merah. *
marah sekali akan tetapi menghadapi terinya yang hanya satu ini, dia seperti t kutu.
Dia hanya melontarkan ke-ahannya melalui makian, "Kim Lian! Engkau anak gila.....!"
'Tentu aku mewarisinya dari ayahku" ab gadis itu berani dan tiba-tiba Ke-i Bengkauw itu tertawa bergelak seolah mendengar ucapan yang amat
HHoarha.-ha-?ha! 'Bagus, engkau mewarisi sesuatu dari ayahmu! I lah, anak tolol,
aku memukul pemi karena aku tidak mau mener manyi bagal muridku."
"Kembali engkau keliru, ayah, kekeliruanmu yang mi besar sekail.1*
"Eh-eh, berani engkau lagMag) ngatakan aku salah, anak setan?" ' nya saking marahnya, Ketua Bei yang wataknya aneh itu lupa bahwa lau Kim Llan anak setan,
maka yang menjadi setannya.
"Tentu saja aku berani karena mang ayah keliru. Ayah menga j silat kepada mur d-cnurld yang bei dari orang biasa Sekarang ada pangeran yang bercita-cita mi kembali Kerajaan Chou minta mur d, ayah malah rneaetak" kalau Chou Klan Kl menjadi
murid a] kalau kelak dia bernatal membei kembali Kerajea* Chou dan menjadi sar,
berarti ayah menjadi guru kal Bahkan kalau dia gagal menjadi Ml
nya dikenal sebagai seorang panen pejuang* Apakah ayah tidak akan gga kalau
dikenal sebagal guru ae* g pahlawan pejuang yang gagah per
oat~beng-Jtwl termenung mendengar ?pan puterinya. Seorang seperti dia itu, Um
segala hai memperhitungkan un* 'B ruginya. Setelah dia renungkan? dia pat
membayangkan bahwa kalau dia < ?rima Chou Kian Ki sebagai murid, inya. tidak ada sama sekali. Akan p untungnya sudah jelas? seperti mbarkan puterinya tadi. Dia kini mandang kepada Chou Kian Ki yang ih duduk kembali rriendengarkan per-atan
antara- ayah dan anak Itu dengan uh harapan. Diam-diam dia girang wa gadis remaja cantik itu rnembela-al Bukan hanya memberi obat penawar g manjur sehingga kini
dia tidak me* takan lagi bekas serangan hawa pukul beracun tadi, akan tetapi juga dengan : h menganjurkan ayahnya untuk me-ma dia sebagal muurjl Chou Kian Ki,
sudah bulat benarkah tekadmu untuk menjadi muridku?" beng w bertanya sambil menatap wajah pemuda
Itu. "Saya sudah bertekad untuk kepada Loc anpweJ" kata Klan Ki suara mantap.
Hei, Chou Klan Ki, kenapa e menyebut ayahku masih locianpwe" harusnya engkau
menyebut suhu k gurumu!" tiba-tiba Kim Lian menegu
Mendengar, ini Kian Ki menjadi rang sekali dan dia segera menjatu diri berlutut di depan kakek Itu, beri hormat dan berseru, "Suhu, (murid) menghaturkan hormat!"
Coat-beng-kwl mengerutkan alis andang kepada puterinya, akan t Kim LUn balas
memandang dan t nyum manis. Kakek Itu menghela panjang lalu rnernandang.
kepada Kian Ki yang masih berlutut.
"Hemmm, anak setani" kembali memaki puterinya. "Chou Kian Ki, kit dan duduklah kembali, mulai seka engkau harus menaati semua per n dan petunjukku."
"Terima kasih, Suhu." kata Klan KI arngani girang, lalu dia bangkit dan iduk kembali di atas kursi.
"Sebelum aku dapat mengajarkan ilmu kepadamu, Kian Ki, aku perlu mengetahui
lebih dulu dari siapa engkau belajar ulat dan sampai di mana tingkat fcepan-
anrmj." Kian Ki teringat akan nasehat Cu Yin agar dia" tidak mengaku telah memiliki Ilmu silat tinggi dan tenaga sakti yang amat kuat, maka dia "berkata. "Teecu pernah dilatih oleh mendiang Suhu Hong san Slansup Suhu."
"Hemmm, Hongsan Siansu Kwee Cin Lok ketua Hong san pai Ltu" Kalau begitu,
tentu'Ilmu silatmu tidak rendah dan engkau tentu sudah menguasai Thai-lek-
darinya." "Apa yang teecu pelajarl masih amat dangkal. Suhu." kata Kian KI.
Tiba-tiba Lal Cu Yln berkata. "Maaf, Locianpwe. Saya kira Chou Kong u ini
merendahkan diri saja. Saya tahu benar bahwa dia memiliki ilmu silat yang cukup
tinggi sehingga saya sendiri tldak mampu menandinginya" Hanya t saktinya yang
agaknya masih poi mendapat tambahan. Saya mende dari Subo bahwa Locianpwe
mem Ilmu simpanan yang mengangkat nu besar Locianpwe. yaitu Coat-beng T elang
(Tangan feeracun Pencabut Nya Ka au Locianpwe mengajarkan ilmu i kepada Chou
Kongcu, maka tentu d[ akan menjadi murid yang akan mer banggakan hati
Locianpwe.' Kalau orang lain yang berani usulkan dia mengajarkan ilmusim" itu, mungkifv saja
Coat-beng-kwi menjadi marah. Akan tetapi ucapan Yin itu agaknya membuat dia
gembi dan' bangga karena Hwa Hwa Moli ju mengagumi ilmunya yang dahsyat itu.
"Ha-ha-ha, engkau pintar bicara mengapa agaknya engkau amat mem dan
membantu Chou Kian K, Cu Yi Ha ha, aku tahu, dia ini putera pandan tampan, tentu
engkau sangat rrv cintanya, bukan?"
Cu Yin melihat betapa Kim L tiba-tiba menoleh dan memandang badanya dengan
sinar mata mengandung i' marahan. Sebagal seorang wanita yang I? nyak
pengalaman, tahulah ia bahwa m aknya puteri Ketua Bengkauw itu menyukai Kian Ki
sehingga ucapan ayahnya i di membuat ia merasa cemburu kepadanya.
"Locianpwe, saya hanya seorang yang t? ndukung dan membela Kerajaan Chou dan karena Chou Kongcu merupakan pewarisnya, maka tentu saja saya selalu Siap untuk
membela dan mendukungnya.**
"O, begitukah" Akan tetapi, untuk menerima pelajaran ilmu Coat-beng T k r ang sama sekali tidaklah mudah. Bahkan Kim Lian dan Gu Kian juga belum rukup kuat
untuk mempelajarinya. Kare-'ua itu, aku harus mengukur dulu sampai Mi mana
tingkat kepandaian Kian Ki, Haru akan kupertimbangkan apakah dia ukup kuat
menerima ilmu itu. Kalau tidak cukup kuat, dia boleh mempelajari Mmu-ilmuku yang
lain yang tidak seberat 1 oat-beng Tok-ciang."
"Akan tetapi kalau Locianpwe yang mengujinya dengan pukulan seperti tadi, amat berbahaya bagi keselamatan Kongcu!" bantah Cu Vln berani.
"Hem mm p tidak perlu aku sen yang mengujinya." kata Coat-beng-lalu dia berkata kepada puterinya. "K Llan, panggil Cu Kian ke sini!*1
"Ayah, biar aku saja yang Chou Suheng (Kakak seperguruan kata Kim Lia , tanpa ragu lagi bu t suheng kepada Kian Ki. Per min gadis ini wajar saja karena dalam ilmu
kepandaian silat, tingkatnya lebih rendah dar pada tingkat Cu Kian.
"Tidak, kalau engkau yang mengu] tentu kedua p hak akan merasa sung dan
pertandingan ujian Itu hanya p* pura saja " kata Coat beng-kwL "Pa/r Cu Klan ke sini!"
Kim Llan tidak membantah lagi k na ucapan- ayahnya tadi tepat se menebak isi
hatinya. Ia tertarik merasa suka sekali kepada pemuda pu ra pangeran itu sehingga kalau la y Tienguji, tentu Ia akan berpura-pura mengalih agar pemuda bangsawan
lulus ujian! Maka ia segera keluar
lama kemudian Ia kembali memasuki ft? gan tamu yang amat luas itu ber-bma Cu
Kian. Pemuda ini segera ber [t di depan gurunya, menanti per rv-
u "Cu Kian, Chou Klan Ki ini akan erima menjadi murid dan untuk me-tahul sampai di mana tingkat kepan-annya, engkau harus mengujinya. Tl-k mengapa kalau sampai
engkau metalnya, akan tetapi jangan membunuh-al"
Di dalam hatinya, sejak semula Cu ? af\ merasa tidak suka kepada Chou Klan K i
karena dia melihat betapa agaknya (molnya, yaitu Kim Llan, tertarik ke-j- >da putera pangeran Itu. Apalagi kini mendengar bahwa gurunya akan menerima pemuda itu
sebagal murid, hatinya semakin panas, penuh Iri dan cemburu. Maka, mendengar
bahwa dia diharuskan nengujl Klan Ki dan boleh melukai asalkan tidak membunuh,
dia merasa girang sekail. Dia akan menghajar dan membuat pemuda Itu jerih lalu
memilih pergi dari situl "Baik, Suhu. Kapan dan di mana cu harus mengujinya"*1
"Sekarang dan di sini juga, ini cukup luas untuk melakukan pert d ngan silat.1*
"ApakaH teecu boleh me senjata ataukah hanya dengan tan kosong, Suhu?" tanya Cu Klan.
Tiba-1 iba Klm Lian yang men ja ketus. "Gu Suheng, m engkau ini ba mana sih" Suhu menyuruh engkau me uji seorang saudara seperguruan ki bukan disuruh menyerang
seorang m Tentu saja dengan tangan kosong tidak mengg nakan senjata!"
"Ha-ha-ha, Klm Lian berkata bena Mulailah, Cu Kian dan engkau, Kian K bersiaplah engkau menghadapi seranH Cu Kian. Tentu saja engkau juga ha" melawan, ingin
kulihat apakah en0* mampu menandingi Cu Kian." kata <^ beng-kwi.
"Baik, Suhu." Cu Kian dan Klan menjawab hampir berbareng. Mereka ia melangkah ke tengah ruangan Itu, di ku pandang mata Coat-beng-kwl dan Ki
|*n. Cu Yin juga memandang dengan * m senang karena ia teiah Ikut men-trong
Coat-beng-kwl sehingga Kian KI m hasil menjadi murid ketua Bengkauw ing lihai Itu.
Ia tidak khawatir melihat a K i akan diuji Gu Klan karena ia Ikin akan kehebatan
Ilmu .kepandaian tera pangeran Itu. Gu Klan pasti tidak an mampu melukai Kian Ku
Yang ?mpu mengalahkan Kian KI mungkin nya Coat-beng-kwi saja* Tadi pun, t ka
Coat-beng-kwi menyerang dengan i ulan jarak jauh, ia tahu benar bahwa an Ki
menuruti nasehat ya dan tidak ngerahkan sin-kang untuk melindungi Iuri sehingga
dapat terluka. Kalau dia "enggunakan sln-kangnya pasti pukulan at-beng-kwl itu
dapat di tangkisnya. Ketika dua orang pemuda Itu saling t* hadapan, Kian Ki melihat betapa sinar mata Gu Kian mencorong penuh kebencian. Tahulah dia bahwa murid
utama Coat-b ng-kwl ini tidak suka, bahkan benci kepadanya. Tentu saja dia tidak me uxli takut. Dia bahkan harus waspada, maklum bahwa Cu Kian dapat menjadi se
orang musuh yang berbahaya. Seba k ket ka Cu Klan melihat betapa Kiai
memandangnya dengan mulut tersen menge ek, dia menjadi semakin ma Biarpun
aku tidak boleh membu uhn aku akan membuat dia terluka pa demikian pikirnya.
"Chou Kian Ki? sambutlah serang* Ini!" Dia membentak dan begitu mc rang* dia menggunakan jurus pilihan] engerahkan semua tenaganya sehi serangan Itu dahsyat
bukan main. angin pukulan menyambar kuat ke I Kian Ki. Akan tetapi Klan Kl de~
tenang sekali namun cepat mengelak 1 dari samping dia menggunakan te a tangan
mendorong ke arah kepala awan
"Dukkkr Gu Klan menangkis den kuat dan pertemuan kedua lengan H membuat
keduanya tergetar. Diam-dia Gu Kian terkejut karena dia mera betapa lengan
lawannya itu kuat sekali Dia maklum bahwa lawannya ternya memiliki tenaga yang
kuat. dapat mer Imbangi tenaganya sendiri. Dia menja penasaran sekali dan segera
menghu" ooOOoo Dukkk " Gu Kian menangkis dengan kuat dan pertemuan kedua lengan itu membuat keduanya tergetarkan serangan-serangan kilat yang bei kepada Kian Kl. Pemuda ini
ginya, mengelak, menangkis berbahk menyerang dengan tampai atau tendangan
sehingga terjadi perit dirigen yang seru sekail.
riga orang itu memandang kagun -Terutama 1 sekali Kim LIan. Gadis benar-benar
kagum kepada Klan Ki. ma sekali tidak pernah disangkanya wa Kian Kl benar-benar
telah mei l hatkan kegagahann a, mampu dlngl Gu Klan. Padahal, gadis itu bahwa
kepandaian Gu Kian amat setingkat dengan kepandaiannya : dan pada masa Itu,
sukar mencari yang mampu menandinginya. Akan tei ternyata Klan Kl dapat
menandingi Kian, baik dalam hal kecepatan j tenaga. Semua serangan yang i Gu Klan dapat dielakkan atau dit? nya dengan baik dan sebaliknya dia dapat membalas
dengan serangan-seran( an yang membuat Gu Kian tampak kerepotan untuk
menghindari pri atau menangkis. Bahkan sudah tiga Lfl tamparan dan tendangan Kian Ki
prnyerempet tubuhnya. TidaM meroboh^ pnnya akan tetapi cukup membuat dia
IrrhuyungI Saking kagumnya, Kim Lian decak dan memuji. Mendengar suara
prkaguman Kim Lian ini, Gu Kiah rnen-l di semakin marah dan dia mengeluar-* km
seluruh jurus simpanannya dan me-i erahkan seluruh tenaganya. Namun te-titp saja
dia tidak mampu mendesak Kian Kl.
Sebetulnya, hal ini tldakft! aneh. Kian Ki telah menerima pelajaran ilmu ?ilat dari Hongsan Siansu Kwee Cin Lok almarhum dari Kanglam Sinkiam Kwan Trr Nu dan Im
Yang Tosu, dan semua ilmu ini masih diperhebat oleh gemblengan Thian Beng
Siansu almarhum, pada waktu mana Kian Ki menyedot dan menerima pengoperan
tenaga sakti dari empat orang ktl itu. Kalau Kian Kl mau menggunakan tenaga
saktinya, agaknya dia dapat merobohkan Gu Klan dalam waktu yang tidak terlalu
lama. Akan tetapi dia mem- * batasi tenaganya sehingga pertandingan Itu
berlangsung ?eimbang sampai dari lima puluh jurus!
Coat-beng-kwi yang sejak tadi perhatikan, diam-diam merasa aer Agaknya Hongsan
5iansu audah mewa kan seluruh kepandaiannya kepada C| Kian Ki, pikirnya. Pemuda
itu bent benar hebat, bukan hanya dapat meni dingi Gu Kian. bahkan kini mulai daj mendesajcnya. Akan tetapi kalau Kian belum dapat mengalahkan Gu Kian, te saja dia belum mau mengajarkan il simpanannya Coat-beng Tok-ciang k kalau hal itu dia
lakukan, tentu menimbulkan iri dalam hati Gu Duga akan berbahaya bagi Kian K i
dtyi kalau dia belum memiliki si yang cukup kuat, lebih kuat dari kang yang dikuasai Gu Kian.
Gu Kian sudah kehabisan akal. jurus simpanan telah dia keluarkan, mua tenaga
sinkang telah dia kerahk namun tetap saja dia tidak dapat me alahkan Kian Ki.
Bahkan kini dia mu terdesak karena serangan balasan Kian Ki amat cepat dan
kuatnya. Dai daan terdesak, Gu Kian khawatir kau dia sampai roboh di tangan
pemuda igsawan itu. Dia akan malu sekaji? utama di depan Kim Lian yang ditanya
dan yang diharapkannya menjodohnya kelak. Berpikir demikian, Klan menjadi nekat.
Tiba-tiba dia angkah mundur, lalu menerjang maju gan tubuh direndahkan dan
kedua apak tangannya mendorong ke depan, r *ua lengan kanannya mengeluarkan j
nyi "krek-krek!" dan itulah tandanya ihwa dia mengerahkan ilmu pukulan Vk-in Tok-clang. Dari kedua telapak igannya mengepul uap hitam. Hek-Tok-ciang (Tangan
Beracun Awan Hl-m) ini hebat bukan main. Biarpun tidak hebat Coat-beng Tok-ciang
yang me-a tikan, pukulan ini juga mengandung ?cun berbahaya yang dapar me bu
?n luka dalam bagi lawani
"lhhhhh.....!!" Klm Lian menjerit kare-d ia sendiri juga menguasai ilmu Itu ng Ia tahu amat berbahaya bagi Kian .. Akan tetapi. Kian Kl juga menekuk dua lututnya
sehingga tubuhnya merendan, lalu dia mendorongkan kedua pak tangannya
menyambut. Dia . gunakan- ilmu Thaj-lek-jiu (Tangan tenaga Besar) yang dia pelajari dari diang Hongsan Siarau, akan tetapi saH tenaga saktinya' jauh lebih dibandingkan tenaga mendiang Ho Siahsu. Kalau dia mengerahkan selu sirifcangnya, akan
berbahayalah bagi sete'mata nyawa Gu Kian. Kian yang ingin mendapatkan ilmu
yang tinggi dari Coat ben kwi, tentu
6*ak mau mengg nak seluruh te yang akan dapat membunuh Gu Kian. membatasi
tenaganya, akan tetapi ^ lebih kuat daripada tenaga sakti Gu, yang sudah dia ukur dan kdtahui t' nya ketika tadi berulang kali me tenaga.
"Wuuuttttt..... desssssir Dua terapak tangan itu bertemu dan aki nya, tubuh Gu Kian terdorong ke be kartg sampai tujuh langkah! Akan te Kian Kl juga terdorong mundur tiga la kah. Tentu saja Kian Kl sengaja biarkan dirinya mundur tiga langkah
u maksudnya hanya agar tampak bah-' dia lebih unggul sedikit dibandingkan Kian
sehingga akan pantas menerima ajaran Coat-beng Tok-oang yang dia
ka dari Coat-beng4cwi. Wajah Gu Kian menjadi pucat* ?ha rasa terkejut, .penasa an da* *nsr?h " L Apalagi ketika dia mendengar i m Lian bertepuk tangan dan berseru.
'L ha t, ayah Chou Suheng dapat me-alahkan Gu Suheng Dia pantas mener i
pelajaran ilmu tertinggi dan ayah!" Akan tetapi watak Coat-beng kw mang aneh.
Tadinya dia yang ingin ?u apakah Kian Kl cukup tangguh dan t untuk menerima
pelajaran Unu'yang rat darinya. Kini, melihat betapa Kian K i dapat menandingi,
bahkan mengalah > n Gu Kian, muridnya yang dia bang lokan, dalam hatinya timbul penasaran! Gu Kian yang merasa malu karena kalahkan Kian Ki, kekalahan adu
telaga yang jelas tampak karena dia mundur tujuh langkah sedang Kian Ki hanya
undur tiga langkah, sudah mencabut uang-to (sepasang golok) dari punggungnya.
"Suhu, perkenankan teecu menguji dengan senjata!"
Sebelum Coat-beng-kwi menja Kim Lian mendahului bangkit dan nudingkan
telunjuknya ke arah muka Kian. "Gu Suheng, apaKah engkau malu" Engkau disuruh ayah untuk uji Ilmu silat Chou Suheng dan da pertandingan tadi sudah jela?'bahwa e kau kalah dalam segaia-ga a a K cepat, kalah tangguh, dan kalah ! tenaga dalammu.
Setelah menguji ka sepatutnya engkau melaporkan k ayah bahwa Chou Suheng
pantas nerima pelajaran tertinggi dari ayah. engkau malah menuruti kemarahan iri
hati, kini hendak menggunakan jata Begitukah sikap seorang tokoh Be kauw yang
disegani orang?" Menghadapi serangan kata-kata dari Kim Lian, Gu Kian tidak bicara, hanya
menunduk dan salah ka Kini mendengar Coat beng-kw kata.
"Kian Ki, engkau ternyata cukup
u patut menjadi muridku. Akan tetapi, menjadi penasaran melihat murid uvng
Hongsan Siansu dapat menga kan muridku. Maka, biar aku yang nguji sendiri sampai
di mara kehebatanmu. Bersiaplah!" Ketua Beagkauw itu ni bangkit dari kursinya.
Ayah, bukankah ujian yang dilakukan Suheng sudah cukup?" seru Kim Lian hawatir.
"Kim Lian, engkau anak kecil, jangan *ut?ikutln ayahnya membentak dan Kim Lian cemberut manja*
Cu Yin yang juga merasa khawatir ikan keselamatan kian Ki, segena berkata. "Maaf, Locianpwe. Chou Kongcu datang menghadap Locianpwe adalah tuk mohon diberi
pelajaran ilmu, karena kami yakin bahwa Locianpwe me? tki kesaktian yang amat
hebat. Kalau hou Kongcu merasa iebih lihai daripada Locianpwe, pasti dia tidak akan mohon imbingan Locianpwe. Locianpwe sudah menerimanya sebagai murid,
bagaietana ?-karang Locianpwe akan turun tangan sendiri" Kalau sampai dia tewac
di tangan Locianpwe, apakah har ini ti akan menodai nama besar Locian yang
terhormat?" Muka kakek itu berubah merah matanya melotot memandang Cu 'Bocah
perempuan! Kalau tidak i bahwa engkau ini murid Hwa Hwa ucapanmu Itu menjadi
alasan cukup ku untuk membunuhmu. Siapa akan bunuh Chou Kian K i yang sudah
kuter menjadi muridku" Aku hanya ingin m uji kekuatannya, apakah cukup un
menerima ilmu Coart-beng Tok-cl Kian Ki, bersiaplah engkau, sambut kulanku ini f"
Kakek itu dengan gerakan ringan cepat sekail melompat ke depan Kian lalu memukul
dengan dorongan kanannya. Angin pukulan dahsyat nyambar ke arah dada Kian Ki. P
ini cepat menyambut dan mengera sinkangnya dan menggunakan kedua ngannya
untuk menyambut dengan dor an pula.
"Syuuuttt..... desss&s.....!'!." Perte kedua tenaga itu seolah mengguncan 9 urun ruangan. Kian KI mengerahkan
iaga yang lebih kuat daripada ketika i<* menyambut pukulan yang dilontarkan u
Kian tadi. Akan tetapi tetap saja >?-mbatasi tenaganya, tidak mengerahkan t
urunnya. Akibat benturan dua tenaga kti yang amat kuai itu, t ibu Kian Ki
dorong mundur lir. . langka'1* akan h tapi dia tidak roboh. Akan tetapi Coat-
ng-kwi juga ncrasa a bei pa tubuh-iya terguncang. Hai ru n e unjukkan iS.?hwa
pemuda itu U-Uh m ki tenaga > ng cukup kuat, jawh lebih kuat dari-i-ida tenaga Gu Kian dan sudah cukup ?uat untuk mempelajari ilmu Coat-beng Tok-ciang.
Ketua Bengkauw itu mengangguk-ngguk, diam-diam dia merasa kagum dan girang
karena benar seperti yang katakan ?uterinya tadi, murid barunya m akan semakin
mengangkat nama besarnya di dunia persilatan. Dia jauh lebih dapat diandaikan
daripada Gu Kian, apa-agi dia adalah keturunan keluarga Kera-aan Chou!
"Bagus, engkau telah lulus dari ujian,
Kian Ki. Mulai sekarang, engkau kuberi pelajaran i mu4imuku yang -pa tinggi."
Kian Ki merasa girang sekail dan menjatuhkan diri berlutut di depan Coat-beng-kwl.
"Terima kasih. Suhu. T akan menaati semua petunjuk Suhul"
Cu Yin ikut gembira, apalagi ke ia diperbolehkan tinggal di perkampun Bengkauw
sebagai pengikut atau peli Chou Kian Ki. Yang merasa penasa iri hati, dan marah
yang terpendam lah Gu Kian. Dia merasa benci ' kepada Kian Ki, akan tetapi karena rurrya sudah menerima pemuda bangsa itu menjadi murid, pula karena dia tahu
bahwa Klan Ki memiliki ilmu pandaian yang tinggi, maka dia ha menyimpan dendam
kebenciannya da hati. Co Kim Lian juga merasa r _ karena dara remaja ini diam-diam t tarik kepada Chou Kian Ki. Akan te ia juga tidak senang bahwa Cu Yin perbolehkan ayahnya tinggal di situ.
Mulai hari itu, Kian Ki dlgembl oleh Coat-beng-kwi, dan karena dia te i kl dasar yarid amat kuat, bahkan ngnya tanpa diketahui Coat-be sendiri felaH1 Wncapai kekuatan
bahkan tidafc1 kalah dibandingkan gan slnkang Ketua Bengkauw itu, a dia dapat
menguasai ilmu-ilmu u itu dengan mudah.
Pagi Itu udara di puncak Bukit Cerna di Pegunungan Cin-ling-san amat ce-h.
Matahari pagi mulai memancarkan yanya yang keemasan gemilang, mem-
ngunkan alam dari tidurnya. Halimun ng semalam menyelimuti bumi perlahan-lahan
meninggalkan bumi, terbawa gin dan perlahan membubung ke atas ?"-olah disedot sinar matahari. Kedingln-* nya yang lembab meninggalkan embun r bun
bergantungan di ujung daun-daun an rerumputan. Alangkah indah dan enda tangkan
kebahagiaan menyambut hari baru dengan menikmati keindahan alam yang serba,
baru itu. Bukan kel an yang diulang-ulang dan dikenang, rena keindahan, yang
disimpan ingatan untuk diulang-ulang meo, putu
Dan jauh di bawah bukit te suara sapi menguak dan kambing embek, pertanda
bahwa fajar telah ganti pagi dan para penggembala menggiring hewan ternak
mereka ke dan kandang menuju ke padang nur Rumah-rumah di bagian bawah, di


Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dusunan yang hanya tampak genteng saja dari puncak, mulai tampak meng kan
asap, pertanda bahwa para ibu sibuk di dapur, menjerang air un membuat minuman
penghangat atau yang mempunyai persediaan, tidaknya membuat bubur untuk kel
nya. Di atas puncak Bukit Cemara itu, depan sebuah pondok sederhana r~._ bersih,
duduk Thai Kek Siansu di a' sebuah batu bundar yang lebar dan rata permukaannya.
Di situlah serin kakek itu duduk bersamadhl atau me
11 keindahan yang terbentang di de-ya, dikelilingi puncak-puncak bukit di urungan itu, dan lembah-lembah yang nifauan. Biasanya pia hanya duduk Tang diri saja,
tertera* dalam' kebesar-alam, menjadi batfian dari semua _zhan alam itu. rean
tetapi paoa hari ku, di ofc?erinya, juga di atas
buah batu yang rata permukaannya, kuduk Si Han Lin. Pemuda itu baru saja ' ang di puncak itu pada waktu fajar >di, menunggang burung rajawali yang mi bertengger di atas pondok, tampak- .
a beristirahat setelah melakukan pe-bangan jauh dan melelahkan. Sejak menghadap
gurunya pada waktu i ar tadi, setelah menjerang air dan
>- -nNjetkan air teh untuk gurunya, Han i m duduk di depan gurunya dan dia men
-makan semua pengalamannya, tentang r^mberontakan dan perang itu. Setelah < a
selesai bercerita, Thai Kek Siansu
hela napas panjang. "Ya Tuhan, betapa menyedihkan men-iengar cerita tentang
perang! Perang i r rupakan puncak kekejaman manusia apalagi perang saudara,
bunuh me dalam puncak nafsu kebencian an bangsa sendir?l Padahal, manusia ad
mahluk termulia di antara semua luk hidup, yaf)g dikaruniai hati akal kiran sehingga
^apat membedakan n yang baik can mjioa yang buruk, d kebe)basan untuk memilih.
Melihat si sifat yangn mulia dan paling baik antara segala mahluk, dapat dimenga
bahwa Yang Maha Kuasa menghendi agar manusia menjadi pemimpin dua menjadi
pengatur dunia, dan hidup se manusia menjadi pembantu kek Tuhan, menjadi
penyalur berkat dunia seisinya. Akan tetapi celaka, nal nafsu daya rendah menguasai man meracuni hati akal pikiran sehingga jadilah segala macam bentuk kejaha dan
kekejaman di antara manusia sen Betapa menyedihkan.....!1'
"Suhu, teecu juga yakin bahwa Tu menciptakan segala sesuatu di dunia tentu
mempunyai maksud yang baik."
Tentu saja. Han Lin. Tiada satu ciptaanNya yang tidak ada manfaa
Wmua yang tampak di dunia ini, hasil i taan Tuhan, semua itu bermanfaat. L ha t
saja, adakah sesuatu yang tidak da manfaatnya bagi yang lain" Bahkan tanah pun
bermanfaat secara mutlak, batu-batu, pasir dan semua barang yang disebut barang
mati tak bergerak itu ada manfaatnya. Sarnpah yang dianggap paling rendah
tingkatnya itupun bermanfaat bagal pupuk. Lalu kini yang hidup na-un tak bergerak seperti tumbuh-tumbuhan. Semua tumbuh-tumbuhan itu berguna bagi yangn lain,
bahkan ?nenghidupkanl Bayangkan saja kalau tidak ada, tumbuh-tumbuhan yang
perlu untuk dimakan manusia, dimakan ^matang, dan untuk keseimbangan alam.
Kalau ada tumbuh-tumbuhan yang pada saat sekarang ini belum diketahui
manfaatnya? hal itu hanyalah karena manusia belum menemukan manfaatnya, akan
tetapi akan datang saatnya manfaatnya ditemukan. Kemudian mahluk hidup
bergerak seperti binatang. Adakah binatang yang tidak ada manfaatnya" Sedikitnya
bermanfaat seka 1 bagi manusiai Bahkan ada yang djmanfaatkan air susunya,
kulitnya* dagingi tulangnya! Semua ada manfaatnya, na itu, alangkah menyedihkan
kalau manusia hidup yang sama sekali t h ada manfaatnya bagi manusia atau m luk
lain! Setiap orang manusia berke* jiban untuk membantu terputarnya kesejahteraan
bagi dunia seisinya. Mal perang merupakan perbuatan yang ai terkutuk dari
segolongan manusia dan su pasti sekali Tuhan tidak menghendaki^
"Suhu, mengapa banyak manusia jadi jahat" Mengapa manusia saling rebut
kekuasaan, harta, dan sebagainya'
"Karena pada umumnya kita manu! selalu mengejar kesenangan dunia, Lin. Apapun yang diperebutkan, baik kekuasaan, harta benda, wanita dan kan memperebutkan
kebenaran sekail1 semua yang diperebutkan itu kita anggai sebagal sumber
kesenangan. Kita selal Ingin memiliki semua itu, kalau semua itu untuk kita, menjadi milik klti Maka terjadilah perebutan yang menli bu I kan kekejaman dan bunuh meml karena kebencian. Kita lupa bahwa segt
suatu yang terdapat di dunia m adalah i l dc Tuhan! Bahkan diri kita masing-
ng ini pun jnilik Tuhan! Kalau Sang l ik hendak mengambil kembali ml ik-
tya, termasuk diri kita, siapa yang data* mencegahnya" Keluarga kita, isteri m anak-anak kita, semua Itu milik i han. K i ta hanya mempun y a i, hanya pengakuan saja sebagai punya kita, akan Jetapi pada hakekatnya adalah milik hah semata! Demikian pula harta ben-kedudukan, dan sebagainya. Semua u merupakan anugerah atau
pemberian ri Tuhan yag harus kita syukuri dan ta pergunakan sesuai dengan
kehendak ya, yaitu dengan jalan mempergunakan mua anugerah itu demi
kesejahteraan e sama manusia. Kita t idak boleh t er-
at dengan semua itu, karena sesungguh ya semua itu hanya dipinjamkan saja epada
kita oleh Tuhan sebagai r pemilik tunggali*1
Biarpun dulu Han Lin pernah mendengar pengertian itu, namun ucapan guru-ya itu
merupakan pupuk dalam sanubari ya, menambah kekuatan iman dan kepasrahan
hatinya kepada Tuhan Yi Maha Esa.
"Suhu, apa yang Suhu maksudkan ngan mempergunakan semua anugerah demi
kesejahteraan sesama manusia?"
"Han Lin, anugerah Tuhan kepada kl1 dapat berupa kepandaian, kedudukan tini gi.
tenaga kuat, kekayaan, dan sebagal nya. Sepatutnya kita mensyukuri sen itu dengan cara menjadi penyalur beri anugerahNya itu Yang berlebihan ke| dalan,
menyalurkannya kepada yang Dibutuhkan kepandaian, yang berkeduduk. tinggi juga
menyalurkannya demi kepe tingan mereka yang perlu dilindungi demikian pula yang
kuat menyalur' kekuatannya dengan membela yang lei... dan perlu dibela, yang
berkelebihan kt kayaan dapat menyalurkannya untuk menu bantu mereka yang
miskin dan mer butuhkannya, dan selanjutnya* Dengi demikian, maka para penyalur
berk, karunia Tuhan Itu menjadi pembanti pembantu Tuhan yang baik dan pati
menerima karunia Itu."
"Akan tetapi, Suhu. Banyak orj
? mengeluh, mengatakan bahwa apa ing dapat mereka salurkan kepada orang |in
kalau mereka sendiri tidak memiliki 11 ndalan, kedudukan, atau kekayaan, |W
mereka itu lemah, seperti misalnya rang kakek atau nenek yang miskin bodoh?"
Thal Kek Slansu tersenyum lebar ngga tampak giginya yang masih kap dan putih
bersih. Sepasang mata-i yang bersinar lembut berseri. "Pertanyaan itu memang masuk akal. tftakah hanya orang berpangkat, orang kuat, orang pandai, dan orang
kaya saja yang menjadi penyalur berkat Tuhan, arti menjadi pembantu Tuhan"
Tentu ?a tidak, Han Lin. Seorang nenek tua >*ng tidak terpelajar, lemah, dan
miskin .'?-kalipun dapat menyalurkan berkat Tu-kan, yaitu melalui sikap terhadap
sesama unusia. Sikap yang tulus, jujur dan bjfk, ramah dan manis budi, merupakan
pemberian yang jauh lebih berharga daripada emas. Apa artinya dapat memberi mas
kepada* orang lain akan tetapi pemberian itu disertai sikap yang mengejek,
marah, dan menghina" Akan tetapi taf pemberian apa pun Juga, setiap o< akan
merasa senang menerima sikap ramah dan manis budi. Sikap yang inipun
merupakan berkat Tuhan menandakan adanya sentuhan Kasihi lam hati nenek tua
itu." "Suhu, teecu mohon dijelaskan ?fl tang Kasih yang Suhu maksudkan, y% menyentuh hat i sanubari nenek misi itu. Mengapa teecu melihat bahwa Kj seperti yang Suhu
maksudkan itu j< sekali tampak berada di hati manu* Teecu melihat lebih banyak kebei menghuni hati manusia daripada Kasih.
'Sesungguhnya demikian, Han Li Kasih hanya dapat menjadi pengl batin kita kalau
kita selalu dekat den] Tuhan. Kasih itu merupakan Sinar Tuhan dan Sinar itu dapat menyinai batin kita apabila batm kita tidak U tertutup dan digelapkan oleh nafeu-nal daya rendah yang mementingkan di ?endlrU Manusia tidak mungkin dai belajar
mengasihi atau belajar baik. gala kebaikan itu adalah buah dari Kasl
au Kasih menghuni batin kita* maka Isu daya rendah tidak akan tferfcya, ari lumpuh dan Kasih itu merupakan *uk yang melahirkah pikiran, ucapan, hn perbuatan yang
sudah pasJti baik dan nar, yaitu baik dan benar. ba?i orang
nn, bukan bagi dirinya sendiri karena
k dan benar bagi diri sendiri adalah
licik dan palsu." "Suhu, bagaimana kalau ada orang m melakukan perbuatan jahat kepada
i ta yang amat menyakitkan badan dan tin kita?"
MHan Lin, satu di antara buah Kasih lah mengampuni kesalahan orang lain pada kita.
Dengan dasar Kasih, meng-rnpunl merupakan hal yang amat mudah. )an
mengampuni merupakan kewajiban nutlak dari setiap orang, karena haknya ah kita
terima* yaitu pengampunan gl kesalahan kita dari Tuhan Maha engasih. Bukankah
kita selalu mohon *ngampunan dariNya" Bagaimana Tuhan lapat mengampuni bagi
kesalahan kita kalau kita sendiri tidak mau mengampuni esa lahan orang terhadap
kita" Ini namanya mau menang sendiri dan mau sendiri dan itu merupakan
kejahatan!1* "Suhu, di dunia ini begitu terdapat orang yang menderita duka tapa dalam hidupnya.
Selama teecu lakukan perjalanan, lebih banyak menjumpai orang yang berduka dar
yang bersuka. Mengapa dalam kehi ini demikian banyak kedukaan?"
Han Lin, adanya duka karena suka, seperti adanya susah karena senang. Keduanya
yang berlawanan tidak dapat dipisahkan, seperti si tidak dapat dipisahkan dari
malam k na keduanya merupakan kembar! Senang atau susah hanya merupakan
pikiran yang dipengaruhi nafsu yang bentuk si-aku dirugikan, dia susah, na segala sesuatu itu tidak langg selalu berubah, maka timbul ah senang mempermainkan
manusia. Se perasaan Itu, susah senang, kecewa deng segala macam marah, benci, i
dengki, semua disebabkan oleh penga nafsu yang menguasai hati akal piki sehingga
membuahkan perbuatan jahat**
"Kalau begitu, jika Kasih datang dari i han, maka nafsu itu datang dari Se lan dan kita pe,riut . membuang semua Mfsu, Suhu?"
Thai Kek Sian?u tertawa Jftrpbut. "He-i? , sama sekali tidak demikian, Han Lin. Nafsu ada pada setiap orang rnanusia ak dia dilahirkan, maka nafsu juga n erupakan
pemberian dari Tuhan agar nafsu melayani kebutuhan manusia hidup ti dunia ini.
Tanpa adanya nafsu, manual a tidak dapat hidup di dunia. Nafsulah ng mendorong
manusia sehingga dapat c m buat segala sesuatu yang dibutuhkan talam kehidupan
ini. Nafsu yang membuat manusia dapat menikmati kehidupan. ' anpa adanya
kenikmatan dalam makan ang dipengaruhi nafsu dalam selera akan, manusia tidak
akan suka makan, (demikian dengan nafsu yang mempenga ruhi hal-hal lain. Akan
tetapi, juga nafsu ang mencelakakan manusia, yaitu apabila tafsu daya rendah
berbal ik menjadi ma ikan dan kita manusia menjadi pelayan ya. Kalau sudah begitu, maka manus a berpikir, berbicara, dan bertindak sesuaidengan dorongan nafsu yang
memben si-aku dan kegelapan nafsu daya menutupi jiwa sehingga Sinar Kasih nan
tidak dapat meneranginya."
"Kalau begitu, kita perlu mengend kan nafsu, Suhu?"
Thai Kek Siansu menghela napas jang. "Sulit sekali bagi kita ma untuk
mengendalikan nafsu hanya me andalkan hati akal pikiran saja, Han Li Karena hati
akal pikiran sendiri f' bergelimang nafsu. Satu-satunya kekua an yang akan mampu
mengendal i nafsu daya rendah hanyalah Kekua Tuhan semata. Dan agar Kekuasa
Tuhan dapat bekerja, satu-satunya k mungkinan adalah apabila kita mendeka kan
diri kepadaNya." "Bagaimana agar Tuhan dekat deng kita, Suhu?"
"Hanya apabila kita dekat denganNy Dekat dengan Tuhan berarti memili iman
sepenuhnya kepada Tuhan, t barulah lengkap apabila kita percaya berserah diri,
pasrah kepadaNya denga sepenuh dan selengkapnya, dengan ha
(uing sabar dan rela menerima apa pun t ng terjadi dan datang kepada kita de n
keyakinan bahwa segala yang ter-I i di luar kekuasaan kita untuk meng ' ahnya itu adalah sesuai dengan ke t?ndak Tuhan! Kepasrahan yang mutlak dah yang
mendekatkan kita dengan uhan karena Dia mengasihi orang yang - riman penuh
kepasrahan. Kalau sudah gitu, kekuasaanNya akan menyinari wa kita sehingga nafsu
daya rendah kembali bekerja sesuai dengan tugas m ereka, yaitu menjadi pelayan
kita." 'Bagaimana teecu harus menjawab alau ada yang bertanya apakah sikap pasrah itu
tidak membuat kita malas berusaha sehingga tidak akan mendapatkan kemajuan
dalam kehidupan kita?"
"Sikap demikian itu salah sama sekali! Tuhan menciptakan kita manusia lengkap dengan segala anggauta badan termasuk hati akal pikiran uan naisu-nafsunya.
Karena itu, sudah semestinya kalau kita pergunakan semua alat pelengkap ang auta
badan itu, kita pergunakan sesuai dengan fungsi masing-masing. Kekuasaan Tuhan
sendiri bekerja tiada hent? 3*1 gg seluruh alam semesta da berlungsi dengan baik.
Itulah yang sebut sejalan dengan Tao (Jalan), adalah Kekuasaan Tuhan, Kodrat T
Siapa menyalahi kodrat, dia mem dosa yang akan dipikul akibatnya. K butuh makan,
haruslah mencari mak itu, bahkan kalau sudah dapat dan ' makan, tetap saja kita
harus be^cer yaitu mengunyah dan menelan makan Sesudah makan memasuki
lambung, te saja anggauta badan kita berupa lam itu bekerja menghancurkan
makanan setiap tetes darah kita juga beker Karenanya, kita manusia harus beru::
sekuat tenaga, itu merupakan kewajiL niutlak, akan tetapi sebagai dasarnya, ki harus pasrah kepada Tuhan karena bag manapun kita berusaha, hasil akhirn berada di
Tangan Tuhan. Karena it nastl yang ditentukan Tuhan haruslah k" syukuri, besar atau kecil, manis atau p pahit. Karena segala hal yang terja telah ditentukan Tuhan dan apa pun y terjadi dengan kita, karena itu keputu
|tya, sudah pasti yang terbaik bagi kita."
Sunyi- sekali di sekitar puncak. Hening -kali. Tidak ada sedikit pun angin se-NiJir.
Daun-daun pohon tidak ada yang g yang, bahkan semua suara terhenti, i dak tampak
lagi burung terbang di i Hara. Seolah segala sesuatu ikut mendengarkan apa yang
diucapkan Thai Kek Siansu kepada muridnya itu.
Semenjak pagi itu, Han Lin tinggal rsama gurunya, memperdalam ilmumu yang
sudah dikuasainya dan memperkuat iman dan penyerahannya kepada Tuhan dengan
latihan penyerahan, ditemani oleh Thai Kek Siansu.
Setelah menjadi murid Ketua Beng-uw, Chou Kian Kl berhubungan dekat dengan Co
Kim Lian. Gadis remaja ini memang sejak pertama telah tertarik oleh ketampanan
Kian Ki, lebih-lebih etika- melihat betapa Kian Ki dapat mengalahkan Gu Kian! la tahu M diam-diam ayahnya dahulu mengharu agar ia menjadi jodoh Gu Kian mungkin
akan diangkat menjadi penj ketua. Akan tetapi setelah bertemu Kt, baru Kim Lian
menyadari bahwa tidak mencinta Gu Kian dan tidak in menjadi isterinya.' Rasa
sukanya k; Kian Ki makin bertambah melihat si Kian Ki yang baik dan sopan kepadan dengan sikapnya yang lembut dan angg seperti yang biasa menjadi sikap bangsawan.
Membandingkan Gu K' dengan Kian Ki, ia melihat seperti ekor burung gagak dengan
seekor bu merak! Mulailah Kim Lian bergaul dengan Kia Ki, bahkan setiap kali latih silat, ia selalu memilih Kian sebagai mitra tandingnya, padahal dah selalu Gu Kian yang menemaninya.
Melihat keadaan Kian Ki yang a akrab dan mesra dengan Kim Lian, Cu Yin merasa
tidak senang. Cu memang tidak pernah mencinta Kian hanya untuk teman
bersenang-sen saja menuruti hawa nafsunya, la y
L ah mulai bosan dengan Kian Ki, di-L mbah lagi melihat keakraban pemuda
Inngsawan itu dengan Kim Lian, kini merasa I k betah tinggal di perkampungan Y' gkauw. Rasa tidak betah dan tidak ng ini semakin bertambah ketika i iat-beng-kwi
memperlihatkan sikap F ayunya, bahkan sempat pernah menatakan bahwa Coat-
beng-kwi akan ? nang kalau Cu Yin suka menjadi selir-i a yang jumlahnya sudah
belasan orang mi! la ingin pergi dari perkampungan I ng-kauw, akan tetapi Coat-
beng-kwi tidak memberi ijin, juga Kian Ki tidak mbolehkannya. Biarpun kini dia mulai enjauhi Cu Yin, bagi Kian Ki, Cu Yin ?asih amat penting dan berguna. Wanita ng
banyak pengalaman dan cerdik itu atut dijadikan pembantunya yang boleh percaya.
Pula, kalau Cu Yin pergi ke udian menyebar berita bahwa dia kini berada di Hek-hwi-san, di pusat Beng-auw, mungkin Kerajaan Sung akan me girim pasukan dan orang-
orang sakti ntuk menangkap atau membunuhnya. Pada suatu malam, ketika Cu Yin
duduk termenung dalam kamarnya dei hati kesal, daun pintu kamarnya dikt, orang.
Ketika daun pintu dibukanya, melihat Coat-beng-kwi dengan mi merah dan agaknya
setengah mabuk masuki kamarnya, ta cepat mundur menjauh.
"Lai Cu Yin, malam ini aku ingin di sini." kata Coat-beng-kwi sambil nyeringai.
Cu Yin mengerutkan alisnya. "Loci; pwe, berkali-kali sudah saya katai bahwa saya tidak mau melayani keing an Locianpwe. Harap Locianpwe keli karena tidak baik
kalau dilihat orj Locianpwe memasuki kamar saya."
"Huhl Siapa berani mencegah memasuki kamar s apapun juga" AU, kubunuh dia!
Dan engkau jangan sela! menolak, manis, jangan sampai kesah anku habis!" Setelah berkata demiki; Ketua Bengkauw itu menjulurkan tanj kanannya untuk menangkap.
Cu Yin pat melompat ke belakang menghini akan tetapi alangkah kagetnya kar*
tangan itu tetap saja dapat mencei
Lrram pundaknya. Kiranya lengan itu tupat mulur (memanjang) seperti karet |n
hendak meronta, akan tetapi jari ta p^an Coat-beng-kwi menekan dan tiba ' ba
tubuhnya menjadi lemas tak ber Saya! Dengan ringan, tangan Coat-beng-kwi
mengangkat tubuh Cu Yin dan di a dekat pembaringan, lalu ditelentangkan di atas
pembaringan. Cu Yin menjadi marah sekali, la me-
ang sudah sering bergaul dengan pria, ikan tetapi belum pernah ia dipaksa atau
iperkosa. Bahkan ia yang memaksa pria
enuruti kehendaknya. Ia marah dan
hawatir, merasa dihina. "Locianpwe, kalau Locianpwe melan-utkan, kelak saya akan melapor kepada bo Hwa Hwa Moli bahwa Locianpwe memperkosa saya!"
Tiba-tiba saja pegangan Coat-beng-kwi mengendur. Dia tampak ragu-ragu,
mendengus marah, lalu memaki. "Anak setan.....!" Dan keluarlah Coat-beng-kwi dari kamar itu.
Cu Yin merasa lega, akan tetapi juga sedih, la menutupkan pintu kamarnya lalu
duduk di atas kursi dan menangis merasa sedih karena setelah ia tc membujuk Ketua Bengkauw untuk m rima Kian Ki sebagai murid, kini se' balasan Kian K i malah
menjauhinya akrab dengan Co Kim Lian. Juga ia rasa sedih dan marah karena Ketua
kauw mulai mengejar-ngejarnya. Ta masih berhasil menggertaknya untuk laporkan
kepada gurunya, akan te bagaimana kalau kemudian ketua kauw itu menjadi nekat
dan memak memperkosanya" la akan merasa te sekali. Dan semakin sedih hatinya rf
ingat bahwa tidak mungkin ia melari diri dari situ karena jalan menuruni b penuh
dengan perangkap dan jeb yang amat berbahaya dan dapat mene kannya! Teringat
akan semua ini, Cu menangis.
"Tok-tok-tok!" Tiba-tiba daun kamarnya diketok lagi dari luar. debar rasa jantung Cu Yin karena] mengira bahwa tentu Coat-beng-kwi datang lagi dan mungkin sekali ini
akan menghiraukan gertakannya dan
aksanya untuk menuruti keinginannya* t m-diam ia mencabut pedangnya <1un ?p
untuk menyerang Ketua Bengkauw u. Kini ia mulai membenci orang-orang . ng
selama ini ia kagumi dan suka. la nci Kian Ki, benci Coat-beng-kwi, dan mbenci serta menyesali kehidupannya - ng sudah-sudah, la mulai menyadari w hwa semua
perbuatan Jahat dan keji i ng selama Ini ia lakukan pada akhirnya l endatangkan
akibat yang buruk kepadanya. Biarlah, kalau perlu ia mati di tangan Coat-beng-kwi untuk menebus se-i ua dosanya J Mulai sekarang ia harus mengubah jalan hidupnya.
"Tok-tok! Cu Yin, bukakan pintunya!" Cu Yin menyimpan kembali pedangnya dan bernapas lega. Itu suara wanita dan kalau ia tidak keliru, itu suara Co Kim Lian. Mau apa gadis itu mengunjunginya"
Cu Yin membuka daun pintu dan Kini Lian melangkah masuk. Begitu :a masuk dan
memandang Cu Yin, Kim Lian ber kata. "Hemmm, engkau menangis, Cu Yin?"
Cu Yin tidak dapat menyembunyikan keadaannya. Ia mengusap air mata masih
membasahi pipinya dan berka
"Aku aku tidak betah tinggal di s'
Kim Lian. Duduklah, ada keperluan kah engkau datang ke kamar ini?"
"Aku tahu kenapa engkau menan Cu Yin. Aku melihat tadi ayahku ma ke sini dan keluar lagi dalam keada marah-marah."
Cu Yin menghela napas. "Kim L* aku..... aku sudah tidak tahan lagi. tidak betah tinggal di sini."
"Kalau begitu, kenapa engkau tid pergi saja meninggalkan Hek-kwi-san?"
"Bagaimana mungkin, Kim Lian" tidak bisa meninggalkan bukit yang pe alat rahasia jebakan yang berbahaya i Aku akan terjebak dan mati sebel dapat turun ke bawah."
Kim Lian tersenyum mengejek. "EJ kau benar ingin pergi" Meninggalk Chou Kongcu"
Bukankah engkau a setia kepadanya?"
"Aku mg n pergi, meninggalkan muanya! Dia tidak peduli lagi kepada Aku ingin pergi meninggalkan tem
akan tetapi bagaimana mungkin?" "Kalau memang ingin pergi, apa sukarnya" Aku dapat membawamu turun t t tanpa bahaya."
"Aih, benarkah, Kim Lian" Benarkah i gkau mau menolongku" Kalau begitu, ?r ari'
kita pergi, tolong aku dengan men-l*di penunjuk jalan yang aman dari je-kikan!"
"Tidak sekarang, akan tetapi nanti r, enjelang pagi. Bersiaplah, aku akan
menjemputmu menjelang pagi nanti." Setelah berkata demikian, Kim Lian


Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tersenyum dan meninggalkan kamar itu.
Malam itu Cu Yin sama sekali tidak t dur. Setelah membungkus semua pakai-ya
dengan kain ia lalu duduk melamun. Terkenanglah ia akan semua pengalaman
idupnya sejak ia meninggalkan tempat ggal gurunya, Hwa Hwa Moli, di pun-ak Ang-
hwa-san. Kenangan akan semua pengalamannya itu sungguh kini tampak emalukan
dan menyedihkan. Ia memarkan dirinya diperhamba nafsu-nafsu-ya sehingga
mencampakkan semua per-mbangan, hanya bertindak menuruti ke
inginan dirinya untuk bersenang-se** belaka. Kini timbul perasaan sesal { malu.
Tadinya ia tinggal di puncak A hwa-san bersama Hwa Hwa Moli, gu nya, dan Pek Bian Cit suci-nya seperguruannya). Saif< gurunya ma sucinya itu keduanya merupakan
wani wanita pembenci pria. Perasaan m benci kaum pria ini ditanamkan hf Hwa Moli
kepada dua orang murioV sehingga Lai Cu Yin,.seperti juga sucin
dasar hatinya membenci kaum . Kalau ia kemudian mempermainkan hal itu bukan
terdorong rasa suka a cintanya, melainkan terdorong na semata. Karena itu. setelah ia mer bosan dengan seorang pria, la tidak gan-segan untuk membunuhnya atau
ninggalkannya begitu saja! Hal ini lakukan setelah ia meninggalkan Ang-san dan
mulai merantau. Kini ia m menyadari akan semua perbuatannya l jahat dan ia mulai
merasa meny malu dan muak kepada diri sendiri.
Pada waktu menjelang pagi, sete terdengar ayam berkeruyuk, Kim L
engetuk pintu kamarnya. Cu Yin mei.g-gendong buntalan pakaiannya, lalu im
engikuti jejak kaki Kim Lian menuruni puncak sehingga ia selamat tiba di kaki
ukit Hek-kwi-san. "Kalau engkau ingin tiba di bagian kaki Pegunungan Beng-san ini engkau pergilah menuruni lereng di kaki Bukit
ek-kwi-san ini ke selatan. Bagian selatan itu merupakan bagian paling mudah
ntuk menuruni Pegunungan Beng-san," demikian Kim Lian berkata, lalu gadis
tu pergi mendaki bukit dan naik lagi ke puncak H ek-kwi-san.
Cu Yin merasa berterima kasih sekali, la lalu melanjutkan perjalanan menuju ke, arah selatan, menuruni bukit-bukit dari Pegunungan Beng-san yang luas itu. Matahari
mulai menumpahkan sinarnya yang lembut, mengusir halimun putih yang
menghalangi pandangan mata.
Akan tetapi ketika Cu Yin tiba di sebuah jalan tebing yang curam, tiba-tiba ia
mendengar teriakan orang dari arah belakangnya, la cepat menghentikan
langkahnya dan memutar tubuhnya, la melihat Kian M dan Kim Lian be cepat
menghampirnya. Hatinya ml tidak enak. Ia tahu bahwa* Kian Ki J setuju kalau ia
pergi meninggalkan I kwl-san. Bagaimana sekarang dia d mengejarnya" Ah, pasti Kim Lian *, memberitahu! Apa sih niat hati g remaja itu" Cu Yin sama sekali t' mengira bahwa Kim Lian adalah se gadis amat cerdik. Diam-diam Kim merasa tidak suka
kepada Cu Yin datang bersama Kian Ki dan ta menjadi teman akrab pemuda yang
kaguminya itu. Maka ia ingin agar Yin pergi dari Hek-kwi-san, dan seff ia sendiri yang menjadi penunjuk j sehingga Cu Yin dapat menuruni Setan Hitam dengan selamat, la
mendaki lagi dan memberitahu k Kian Ki bahwa Cu Yin telah melar diri dari situ!
Tentu saja Kian Ki kejut dan marah. Dia tidak ingin Cu pergi karena hal itu
membahayakan selamatannya. Maka, bersama Kim dia segera melakukan
pengejaran. J saja mudah bagi Kim Lian untuk
tahui ke arah mana Cu Yin pergi karena la sendiri yang menunjukkan kepada Cu Yjn
agar la lari ke arah selatan.
Setelah berhadapan dengan Cu Yin, Kian Ki berkata dengan suara ketus. "Cu Yin, engkau hendak pergi ke mana" Beraninya engkau pergi meninggalkan Hek-kwi-san
tanpa memberitahu kepadaku!"
"Chou Kongcu," kata Cu Yin dengan suara memohon. "Biarkan aku pergi. Engkau sudah berhasil mencapai keinginanmu menjadi murid Ketua Bengkauw. Aku sudah
tidak betah lagi tinggal di sana, maka biarkanlah aku pergi."
"Tidak! Engkau harus kembali ke puncak Hek-kwi-san I Engkau tidak boleh pergil"
bentak Kian Ki marah. "Suheng, kalau ia dibiarkan- pergi, ia dapat membuka rahasia Bengkauw dan
mengabarkan bahwa engkau berada di Bengkauw," kata Kim Lian.
"Cu Yin, hayo engkau ikut dengan kami, kembali ke perkampungan Bengkauw!"
sekali lagi Kian Ki membentak.
Cu Yin mengerutkan alisnya. Kini ia menyadari bahwa Kim Lian memang sengaja
mengatur agar Kian Ki ma kepadanya dan memaksanya kembali.
"Tidak, sampai mati pun aku t sudi kembali ke sana!" Cu Yin berka lantang.
"Kalau begitu terpaksa aku gunakan kekerasan kepadamu!" Kian berseru dan dia menerjang maju he menangkap lengan Cu Yin. Gadis ini j sudah marah sekali, maka
begitu menai lengannya mengelak, ia langsung mencabut pedangnya yang memakai
ro ronce merah. Melihat gadis itu menge" dan mencabut pedang hendak meta Kian K i memuncak kemarahannya. K tadi dia hanya ingin membawa kera Cu Yin karena
bagaimanapun juga masih membutuhkan Cu Yin yang cer dan juga dapat menjadi
kekasih y menyenangkan, kini dia menganggap ga itu sebagai musuh.
"Singgggg.....!" Tampak sinar hit berkilat ketika Klan Ki mencabut H kong-kiam.
"Perempuan rendahi Kau bosan hid; bentaknya dan dia segera menyer
-ngan pedang hitamnya. Cu Yin rn? F?t ngkis dan balas menyerang. Terjadi l-
rkelahian mengadu silat pedang yang trru. Kim Lian hanya menonton, dalam tutinya
merasa gembira sekali. Siasatnya V-rhasil. Ia ingin agar Kian Ki mem-nci Cu Yin dan sekarang pemuda itu kan ingin membunuh Ang-hwa Niocu al Cu Yin! Kalau Kian Ki
sudah mem-I' nuh Cu Yin berarti ia tidak mempunyai t ngan lagi untuk mendapatkan
cinta K muda putera pangeran itu.
Biarpun Cu Yin melawan mati-matian, namun kini tingkat kepandaiannya kalah ksuh
dibandingkan tingkat kepandaian " an KI. Dalam hal ilmu pedang, raung -h n ia
tidak kalah, juga dalam hal gin- ng (ilmu meringankan tubuh) yang mem-)uat ia
mampu bergerak cepat, kecepat nnnya tidak kalah banyak dibandingkan Kian Ki.
Akan tetapi ia kalah jauh da Lam hal tenaga sakti sehingga setiap kali aedang mereka bertemu di udara, pe-g Cu Yin terpental dan ia merasa telapak tangannya tergetar
dan nyeri. Namun ia tetap melawan dengan gigih dan mati-matian. Ia memang
sudah kat. Dan pada harus kembali ke Be kauw dan menjadi bahan penghin lebih
baik mati saja di tangan Chou K Ki pemuda yang tidak mengenal budi i Ia sudah
membantu perjuangan ayah K Ki mati-matian, bahkan la yang m~ usahakan agar
Kian Ki diterima men mur id Bengkauw, akan tetapi kini K Ki berusaha untuk
membunuhnya! Karena kalah jauh dalam kekua sin-kang, maka lewat tiga puluh ju saja Cu Yin mulai terdesak dan me lelah sekali karena untuk menangkis dang lawan ia harus
mengerahkan luruh tenaganya. Apalagi kini Kian menyelingi gerakan pedang di tari
kanannya dengan dorongan tangan yang mengandung hawa pukulan dahs Beberapa
kail Cu Yin terhuyong ke kang. Tanpa disadarinya, ia m mundur sampai di tepi tebing yang ram. Melihat ini, tiba-tiba Kian Ki seru nyaring dan setelah menyi pedangnya, dia merendahkan tubu dan mendorong dengan kedua tangan
tawa pukulan yang amat dahsyat nif-ambar dan mendorong tubuh Cu Yin hingga
terpental ke belakangi Cu Yin
> enjerit ketika merasa tubuhnya me ang ke bawah.
Kian Ki melompat ke tepi tebing dan enjenguk ke bawah, di kuti oieh Kim an yang
merasa girang melihat Cu Yin terjerumus jatuh ke jurang yang demi-an curamnya.
Akan tetapi ketika mereka menjenguk ke bawah, tidak tampak pa-apa saking
dalamnya jurang Itu. Mereka yakin bahwa tubuh Cu Yin pasti hancur terjatuh dari
tempat sedemikian ingginya.
Melihat Kian Ki seperti termenung, eolah menyesali tindakannya terhadap Cu Yin,
Kim Lian lalu menggandeng tangannya dan menariknya bangkit.
"Sudahlah, Chou Suheng. Gadis yang genit itu telah binasa, untuk apa dipikirkan lagi" Untung ia telah tewas karena kalau ia kembali ke Bengkauw, ia hanya akan
mendatangkan kekacauan saja. Kau tahu, dengan genitnya ia telah mencoba untuk
merayu ayahku." Kian Kl menatap tajam wajah rj Lian. "Ah. benarkah?"
"Apakah engkau tidak percaya ku, Chou Swheng" Aku melihat ketika ia mencoba
untuk merayu ayahki Kian Ki mengerutkan alisnya. "Her sungguh tak tahu malu1" katanya maral
"Sudahlah, Suhepg* Untuk apa mjkirkan orang seperti ia" Bukankah sini ada aku"
Mari kita pulang!" Kj| Lian menggandeng tangan Kian Kl mereka segera kembali mendaki Bi Setan Hitam dan tidak lagi mempeaj kan Lai Cu Yin yang mereka yakini tu sudah mati di dasar jurang.
Ong Su dan istennya menerima datangan Ong Hui Lan dengan gi namun juga
terharu. Mereka tei karena sudah mendengar akan kegagaU perjuangan Pangeran
Chou Ban untuk merebut kekuasaan dan membai
mbah Kerajaan Chou, akan tetapi me-?ka merasa girang melihat puteri merc-U
dalam keadaan selamat. Bekas Kepala Kebudayaan Kerajaan hou itu juga merasa heran melihat ,r i terinya
datang bersama seorang pe " uda yang diperkenalkannya sebagai Liu ? in, murid S
auwlimpai. Karena Hui Lan gin bicara urusan yang penting dan iwat dengan orang
tuanya, maka dengan lembut' gadis itu minta kepada* Liu Cin Agar ia mendapatkan
kesempatan bicara ?endlrl dengan orang tuanya.
"Cin-ko, silakan engkau beristirahat lan menanti di ruangan tamu. Aku ingin 1 icara dengan ayah ibuku."
Lui Cin tersenyum dan berkata. "Jangan repot-repot mengurus diriku, Lan-' noi.
Biarlah aku bermalam di rumah penginapan saja dan besok pagi aku akan datang ke
sini dan berpamit. Paman dan ibi, maafkan saya, saya mohon diri."
Ong Su dan stennya mengangguk dan tereka merasa suka melihat pemuda yang
gagah dan bersikap sopan itu. Setelah Liu Cin keluar dari rumah itu,
barulah Hui Lan merasa bebas nl bicara dengan orang tuanya.
"Ayah. dan Ibu, keadaan di kota sungguh terbalik dari apa yang bayangkan semula."
"Apa maksudmu"' tanya Ong Su.
"Pangeran Chou Ban Heng yang ti diangkat menjadi Jenderal Penasel Perang
Kerajaan itu hendak melakui pemberontakan secara keji sekali, menyuruh para
pembantunya yang ter< dari orang-orang kangouw golongan untuk membunuh
pejabat-pejabat merintah yang adil dan bijaksana, j pendukung Jenderal Chou Ban
-Heng| diri dari para penjahat besar.. Sei saya memang ingin menyesuaikan j
membantu gerakan/ Jenderal Chou' Heng, akan tetapi, malapetaka meni diriku
sehingga saya terpaksa pergi ninggalkan keluarga Chou, Ayah."
Ong Su dan isterinya bertukar dang dengan heran. "Malapetaka" maksudmu, Lan-ji (anak Lan)"1' t; ibunya khawatir.
Mendengar pertanyaan ibunya,
I m menubruk, merangkul ibunya dan t enangrs tersedu-sedu. Tentu saja ayah itan
ibunya terkejut sekali melihat
?ah puten mereka itu. Sebagal orang ua yang berpengalaman, mereka men-
amkannya dulu agar Hui Lan melam-. laskan rasa dukanya sampai reda melalui
tangisnya. Setelah tangis gadis itu me-teda, ibunya berkata lembut.
"Hui Lan, engkau adalah seorang ga-s yang memiliki kegagahan. Hentikan mgismu dan ceritakan kepada kami apa ng telah terjadi." "Ayah, Ibu..... pada suat u malam..... u Kian Ki mem..... perkosa saya....." Ong Su membelalakkan matanya dan Nyonya Ong merangkul pu terinya.
"Tapi, engkau telah mempelajari ilmu liat dari Tiong Ci Cinjin sampai ber-ahun-tahun!" Ong Su membentak. "Engkau bukan seorang gadis yang lemah dan mudah diperkosa begitu saja1 Apakah engkau tidak bisa melawan jahanam itu"1 Ong Su
marah sekail. "Ayah, jahanam itu menggunakan obat bius. Saya terbius sehingga tidak sadar," kata Hui Lan sambil menahan tangisn "Setelah saya sadar, saya segera meny rang dan hendak membunuhnya. Ak tetapi, dia memiliki ilmu kepandai silat yang lebih tinggi daripada ak Ayah. Saya tidak berdaya....."
"Keparat busuk Chou Kian Ki itu Akan tetapi, bukankah engkau telah me jadi
tunangannya, calon jodohnya" K napa dia melakukan perbuatan terku itu?"
"Karena saya menentang perbuat a kejam yang dilakukan mereka, ma* mereka
sengaja mengatur hal itu. Ten dengan harapan agar aku, setelah perkosa, terpaksa
mau membantu merek Akan tetapi aku tidak sudi, Ayah. Se telah malapetaka itu
terjadi, saya makin membenci mereka. Saya lalu larikan diri meninggalkan rumah
Keluar ga Chou. Tahukah Ayah dan Ibu i~ yang dilakukan si jahanam Chou Kian K itu"
Dia mengejar saya bersama seorang wan i t a iblis cabu 1 bernama Ang-h w J Niocu
Lai Cu Yin. Dia hendak memaksa saya kembali ke rumahnya. Sebelum mal
reka muncul, saya saya tadinya hen-
dak membunuh diri di hutan itu. Akan
tetapi lalu datang pemuda yang tadi
bersama saya, Ayah, yaitu Liu Cin me-
nyelamatkan saya dan menasehati saya
agar jangan membunuh diri. Dia menya-
darkan saya bahwa kalau saya sakit hati
dan ingin membalas dendam, saya harus
memperdalam ilmu silat. Saya menurut
dan ingin mencari guru lagi, lalu mun-
cul ah jahanam Chou Kian Ki dan wanita
cabul itu. Saya melawan, dibantu Liu
Cin. Kami kalah dan saya nyaris ter-
tawan. Akan tetapi muncul seorang pen-
dekar sakti, yaitu Si Han Lin dan dialah
vang menyelamatkan kami, mengusir
Chou Kian Ki dan Lai Cu Yin."
Ong Su dan isterinya semakin marah kepada Chou Kian Ki dan mereka minta kepada
Hui Lan untuk melanjutkan ceritanya. Hui Lan menceritakan semua oe-i galamannya
betapa bersama Liu Cin ia mempelajari ilmu berpasangan, yaitu Thian-te Im-yang
Sin-kun sehingga tingkat Kepandaian mereka memperoleh kemajuan pesat.
Kemudian ia dan Liu Cin membantu Kerajaan Sung menentang m berontakan Chou
Ban Heng yang diduk tokoh-tokoh sesat dunia kangouw sehi pemberontakan itu
dapat dihancur bahkan Chou Ban Heng tewas di pertempuran.
"Demikianlah, Ayah dan Ibu. harap Ayah dapat mengerti meng saya membantu
pemerintah Kera Sung dan menentang Chou Ban dan jahanam Chou Kian Ki itu."
Ayahnya mengangguk-angguk. "He, kalau mereka sejahat itu, memang t patut untuk dibantu. Agaknya men sudah nasib Kerajaan Chou habis ri yatnya sampai di sini. Jadi, pemuda Cin itu menjadi sahabat baikmu ya telah menolong dan membelamu. Hemir
katakan, apakah engkau suka padanya"'
Ditanya demikian, wajah Hui menjadi kemerahan. Sambil menundukk mukanya ia
menjawab. "Saya mengagu dan suka padanya. Ayah. Dia seor* yang jujur, baik budi dan murid Siau i mpaj yang gagah perkasa."
"Dan dia mencintamu?" Ong Su n jar.
Hui Lan semakin menunduk, la hanya pat menjawab dengan anggukan kepala -a.
Biarpun Liu Cin) tidak mengatakannya secara terang-terangan, akan tetapi gala
gerak-gerik, ucapan, dan pandang ata pemuda itu jelas menunjukkan bahwa
pemuda Itu mencintanya. "Hui Lan, apakah dia mengetahui
bahwa engkau telah telah..... diperkosa
rang?" tanya ibunya dengan khawatir.
Hui Lan menggelengkan kepalanya. Saya belum menceritakan hal itu, Ibu. Hanya
kepada Ayah dan Ibu saja saya
m beri tahu akan hal itu."
"Engkau tidak boleh menceritakannya, Hui Lan!" kata ibunya.
"Ini tidak benar!" Ong Su mencela terinya. "Kalau dia benar-benar mencintamu dan ingin berjodoh denganmu, dia bahkan harus tahu benar akan keadaan dirimu.
Engkau harus Derttrus-terang menceritakan hal itu kepadanya, Hui Lan. Kecuali
kalau engkau tidak ingin menjadi isterinya, jangan ceritakan!"
"Akan tetapi, kalau dia tahu anak kita bukan perawan lagi, tentu dia t mau menikah dengan Hui Lan!" bal Nyonya Ong.
"He mm, itu tandanya bahwa tidak sungguh mencinta Hui Lan. deknya* kalau
engkau juga mencint dan ingin menjadi istennya, engkau h menceritakan
keadaanmu itu, Hui Lan "Saya memang akan menceritakan Ayah. Akan tetapi hal itu akan s lakukan setelah saya dapat memb jahanam Chou Kian Ki! Saya baru 3 menikah setelah dapat
membunuhnya!" "Tidak, Hui Lan, jalan pikiranmu! tidak betul! Mengapa engkau membias dirimu diracuni dendam" Kalau ena mengejar Chou Kian Ki dan dapat nemukannya, belum
tentu engkau da^ membunuhnya, karena dia mungkin -sudah mempunyai kawan-
kawan y' lebih tangguh lagi. Engkau bahkan m bahayakan dirimu."
"Akan tetapi perbuatannya yang kutuk itu harus dihukum. Ayah!"
"Apa dia kurang mendapat hukum; Usaha pemberontakan ayahnya gagal d
' rtcur, ayahnya sendiri tewas, mungkin keluarga orang tuanya dihukum, dia sen ri menjadi pelarian dan buruan peme r intah, kawan-kawan pendukungnya bina ka.
Apakah Itu bu' an merupakan hukuman yang amat berat baginya" Dia sudah
lerhukum, Hui Lan. Engkau tidak perlu iagi memikirkannya. Sebaiknya mengatur
dirimu sendiri. Engkau sudah cukup dewasa, dan kalau ada kecocokan dengan Liu
Cin, sekaranglah saatnya engkau berterus terang kepadanya dan e'ihat bagaimana
tanggapannya. Kalau keadaan ? rimu itu tidak membuat cintanya ber--bah, aku dan
ibumu yang akan mem-i icarakan urusan perjodohan ini karena dia sudah yatim
piatu. Kalau cintanya ber->bah, berarti dia tidak berharga bagimu lan sebaiknya engkau putuskan hubunganmu dengannya!"
Setelah mempertimbangkan pendapat ayahnya dan melihat kebenarannya, Hui Lan
mengambil keputusan untuk membuat pengakuan kepada Liu Cin.
Atas permintaan Hui Lan, mereka berdua pada suatu sore keluar dari kota
Nan-king dan mendaki sebuah bukit ke Dari atas bukit itu mereka dapat i lihat kota Nan-king dari atas. Sunyi situ karena hari sudah sore. Tidak s orang lain mengganggu percakapan me ka.
"Cin-ko, engkau tentu heran meng^ aku mengajak engkau berjalan-jalan pergi ke tempat ini.1'
"Engkau agaknya hendak membic kan sesuatu yang penting, yang ti boleh didengar orang lain, Lan-moi. narkah dugaanku?"
Hui Lan mengangguk. "Benar, C ko. Ingatkah engkau betapa dulu 1 menggantung
dan hendak membunuh dir "Tentu saja aku ingat. Bagaimana dapat melupakannya" Peristiwa itu rupakan hal yang paling mengerikan y pernah kulihat sepanjang hidupku!"
"Dan ingatkah engkau betapa nekat hendak memperdalam ilmuku aku dapat
membunuh jahanam Chou Ki?"
Kembali Liu Cin mengangguk. "Dan tahukah engkau mengapa
emikian putus asa hendak bunuh-diri dan demikian besar dendamku kepada
jahanam Chou Kian Ki?"
"Hem m m, maukah engkau menceritakan hal yang dulu kau rahasiakan itu
kepadaku, Lan-moi?" "Tadinya memang hendak kurahasia-
an, aka tetapi setelah aku bicara de-
ngan ayah dan ibuku, aku mengambil
keputusan un tuk membuka rahasia itu
kepadamu, Cin-ko. Engkau tentu tahu
bahwa aku telah dltunangkan dengan
Chou Kian Ki dan oleh ayah dikirim ke
kota raja untuk membantu Chou Ban
Heng yang menurut ayah tadinya di-
anggap seorang pejuang yang hendak
membangun kembali Kerajaan Chou. Akan
tetapi setelah berada di sana dan melihat
cara-cara yang dilakukan Chou Ban Heng
yang membunuhi para pejabat yang ter-
kenal baik dan bijaksana, aku menentang
mereka. Kemudian, pada suat u malam,
aku terbius dan dalam keadaan tidak
sadar karena terbius itu aku aku te-
lah..... diperkosa oleh si jahanam Chou
Kian Ki! Nah, legalah hatiku kini. Engkau tahu bahwa tadinya aku hendak mc bunuh
Chou Kian Ki karena aku t diperkosanya, aku.?., aku bukan pera lagi, Cin-ko."
Hui Lan menahan tangisnya, la C mau tampak lemah, tidak mau disa~ minta
dikasihani oleh Liu Cin. la n nanti dengan tenang, siap mengha tanggapan
bagaimanapun dari Liu Cin.
Llu Cin tersenyum! Bukan seny mengejek seperti yang dikhawatirkan Lan, melainkan
senyum yang tulus.

Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Terus terang saja, Lan-moi. banyak memikirkan keadaanmu. Meli engkau hendak menggantung diri, bertekad membunuh Chou Kian Ki, sudah mengambil kesimpulan
bahwa kau tentu mengalami penghinaan amat hebat, yang dilakukan Chou Ki. Dan
penghinaan apakah yang I hebat bagi seorang gadis daripada perkosa7 Aku sudah
menduga bahwa kau, entah bagaimana terjadinya, t diperkosa oleh jahanam itu."
"Engkau sudah menduganya, Ci Dan engkau..... engkau tidak meman
cendah, tidak memandang kotor diriku?" Kini Hui Lan hampir tak dapat menahan angisnya.
Kembali Liu Cin tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Mengapa memandang
rendah atau memandang kotor" an-moi, apakah kau kira aku sepicik
itu" Aku..... aku menghormatimu, aku
mencintamu dan keadaan dirimu itu ter-adl karena bukan kesalahanmu. Engkau
enjadi korban kejahatan, bagaimana ungkin aku malah menghinamu" Sama kali
tidak, Lan-moi, aku mengasihani mu." Keharuan dan kelegaan hatinya membuat Hui Lan tidak mampu lagi membendung air mata yang sudah sejak tadi emenuhi pelupuk
matanya, la menangis tersedu-sedu. Liu Cin mendekati dan etika dia menaruh
tangannya dengan embut di pundak gadis itu untuk meng-iburnya, Hui Lan
menjatuhkan diri da-am pelukan Liu Cin, menangis di atas dada yang bidang itu. Ia merasa Jega dan bahagia, seolah ada batu besar yang eJama ini menghimpit dalam
dadanya ini terangkat. "Lan-moi, engkau tentu dapat mera kan betapa aku menghormati dan men hargaim karena aku cinta padamu, La moi." Liu Cin menahan agar suaran tidak terdengar sedih ketika dia mela utkan. "Akan tetapi, patutkah oran seperti aku mencintamu, Lan-moi?"
"Cin-ko.....I" Hui Lan membanta "Kenapa engkau berkata begitu" Aku yang tidak patut mendapatkan cint
'Tidak, Lan-moi. Engkau puteri orang yang terhormat, engkau mas' mempunyai ayah
dan ibu. Sedangkan ak aku seorang yatim piatu yang tidak me punyai apa-apa,
miskin dan papa....."
"Cukup, Cm-ko. Jangan bicarakan ] itu lagi. Mari, mari kita menghadap ay dan ibu.
Ayah ingin bicara dengan m Cin-ko."
"Bicara denganku" Tentang apa, L moi?" Liu .Cin bertanya, nadanya kag dan khawatir.
"Tentang kita " Hui Lan men gandeng tangan pemuda itu dan mere cepat menuruni bukit dan kembali
im kota Nan-king. Atas persetujuan Ong Su dan isteri-a, Liu Cin dijodohkan dengan Ong Hui Lan.
Karena Liu Cin merupakan seorang ?muda yatim piatu, maka Ong Su lalu
Menghubungi guru pemuda itu, ialah Ceng Im Hosiang yang kini berada di Siauw-n-
pai (Kuil Siauwlim) dan hwesio ini di-.1 ggap sebagai wali dari Liu Cin. Tentu ia a Ceng In Hosiang merestuinya dan (?rayaan pernikahan antara Liu Cin dan Hui Lan
dirayakan di rumah keluarga Ong Su dengan meriah. Tentu saja para aba t
diundangnya, di antaranya tidak ketinggalan hadir pula Si Han Lin, Bu Lng Hoat, dan Song Kui Lin.
Si Han Lin merasa semakin bei bahagia ketika dia berhasil membujuk Perwira Kwa
Siong, ayah tiri Song Kui Lin, dan ibu gadis itu, untuk menjodohkan Kui Lin dengan Bu Eng Hoat. Seperti juga ha nya Liu Cin, Bu Eng Hoat yang ' piatu diwakili oleh gurunya, Thong Losu.
Sampai di sini pengarang mengak kisah Rajawali Sakti ini dengan har mudah-
mudahan kisah ini ada man nya bagi para pembacanya. Kalau k an mengijinkan,
pengarang akan meu kai kisah di mana akan muncul t tokoh dalam kisah ini,
terutama sekali Han Lin, Chou Kian Ki dan yang lain. Sampai jumpa di lain cerita.
TAMAT Peristiwa Burung Kenari 1 Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen Panji Wulung 9
^