Pencarian

Tugas Rahasia 5

Tugas Rahasia Karya Gan K H Bagian 5


Cia Ing-kiat melenggong. waktu dia angkat kepala, tampah wajah Lui Ang ing yang pucat dekat sekali jaraknya, sepasang matanya yang bening tajam tengah menatap dirinya. Sejat tahu Lui Ang ing adalah seorang gadis, perasaan Cia Ing kiat selalu tak karuan dan ganjil, ingin dia menyingkir dari tatapan orang, tapi jantung yang berdebar keras menyebabkan dia /
blingsatan, maka jawabannya-pun tergagap: "Tidak apa-apa .... aku sedang berpikir .... akan ke mana kapal ini?"
Lui Ang ing menghela napas perlahan, mulutnya menjengkit, seperti tertawa tidak tertawa, namun rona mukanya yang pucat itu kelihaian berobah sabar dan bersemu merah
Pada saat itulah orang aneh menjawab pertanyaan Cia Ing-kiat: "Segera juga sampai ke tujuan, tak usah gelisah."
Mumpung ada kesempatan Cia Ing-kiat alihkan pandangannya kearah orang aneh. Pada saat itu, beberapa orang dihaluan kapal terdengar berseru gembira, waktu Cia Ing-kiat menoleh, tak jauh didepan sudah kelihatan cahaya lerang. Cahaya surya menyorot masuk lewat sebuah lobang besar diatas gua, pemandangan berobah dan berbeda.
Laju kapal besar semakin lambat tak lama kemudian kapal sudah bermandikan cahaya surya.Ternyata lobang besar diatas gua itu merupakan celah gunung yang berbentuk lonjong, panjangnya ada puluhan tombak.
Diatas dinding karang terdapat ratusan undakan batu buatan manusia, tidak sedikit orang berlari turun menyusuri undakan batu karang itu, mereka terdiri laki perempuan, pakaiannya bercorak sama. tapi yang perempuan disebelah depan, dibawah cahaya matahari yang berderang, Cia Ing kiat melihat jelas, dua orang yang berlari paling depan bukan lain adalah Toa kui dan Siau-kui, dua gadis remaja yang hidup beberapa bulan di Thian-lau-hong bersama dirinya, belakangan dttengah kabut pegunungan mereka dilukai orang aneh hingga muntah darah dan lari terbirit-birit. .
Begitu melihat Toa-kui dan Siau-kui, seketika timbul rasa simpati Cia Ing-kiat teriaknya kaget: " Ha, jadi di sini adalah Hat . . . ." dari cerita Toa-kui dan Siau-kui dia tahu bahwa majikan mereka adalah pemilik Hiat-lui-kiong. /
Jilid ke : 7 Tapi baru kata 'Hiat" sempat diucapkan mendadak terasa pinggang kesemutan sekujur badan seketika lunglai, maka mulut pun mengejang tak mampu bersuara. Sekilas sempat diliriknya orang aneh tengah menarik tangannya yang menutuk pinggangnya dari jarak tertentu.
Padahal jarak jari orang aneh dengan Hiat-to pelemas dipinggangnya ada tiga kaki tapi dari jarak sekian dia menutuk, dirinya sudah tak mampu berkutik lagi.
Cia Ing-kiat tahu Kungfu orang aneh atau Lui Ang-ing beratus kali lebih tinggi dibanding dirinya, maka dia tidak merasa heran, sebelum rasa linu ditubuhnya hilang, didengarnya orang aneh berkat dengan tekanan berat: "Harus selain ingat jangan banyak mulut, ikuti saja apa yang kami lakukan, tanggung kau akan melibat tontonan ramai."
Diwaktu orang aneh bicara, terasa oleh Cia Ing kiat Lui Ang-ing juga tengah memandangnya. Maka hatinya semaki ruwet. Karena dugaannya sekarang benar, kapal ini tengah menuju Hiat-lui-kiong. Walau dia belum tahu siapa penghuni Hiat lui-kiong, tapi dia tahu bahwa Hiat-lui-kong ada hubungan yang luar biasa dengan dirinya.
Sejak kedatangan Gin-koh dan Thi-jan Lojin ke Hwi-liong keng melamar dirinya, lalu menculik dirinya secara terang-terangan selama ini pengalaman Cia Ing-kiat memang serba aneh dan ganjil, sukar di kisahkan dalam waktu singkat, namun sebab musabab dari peristiwa ini adalah pihak Hiat lui-kiong hendak mengawinkakn putrinya dengan dirinya pada hal Cia Ing kiat tidak pernah mendengar keterangan sedikitpun tentang calon istri dan keluarganya yang jelas Toa-kui dan Siau kui sering menggoda waktu dia disekap di Thian lau -hiong, maka sedikit banyak dia sudah punya gambar bahwa majikan Hiat-Iui-kiong yang memaksa dirinya kawin dengan putri. /
Dan sekaiang tanpa disadarinya, dirinya berada di Hiat-lui-kiong.
Hiat lui kiong mengundang jago jago kosen sebanyak ini, gelagatnya hendak merayakan sesuatu yang menggembirakan, kalau betul undangan ini untuk menghadiri pernikahan putrinya, padahal dirinya sebagai mempelai laki-laki menyamar jadi seorang kakek bercampur ditengah para tamu bukankah kejadian teramat lucu dan menggelikan"
Waktu Cia Ing-kiat angkat kepala, dilihatnya orang aneh tengah menatapnya juga, agaknya dia tahu jalan pikirannya, dengan menyengir lebar oraag seperti menggoda dirinya.
Dalam pada itu kapal besar itu sudah berhenti, orang-orang yang berlari turun dari undakan batu berdiri menjadi dua baris, Toa-kui dan Siau-kui sebagai pimpinan barisan, setiap orang berdiri disatu undakan demikian seterusnya makin tinggi.
Berbareng Toa-kui dan Siau-kui mengayun tangan, dari tangan mereka meluncur segulung tali beraneka warna diujung tali terikat gantolan besi meluncur kearah kapal besar,' Trak, trak" kedua gantolan itu menancap atas gladak. kembali kedua gadis itu mengayun tangan, ujung tali yang lain terikat sebuah gelang kuning kemilau, tepat memasuk kedalam tonggak batu dipinggir sana. Maka Toa-kui dan Siau-kui tarik suara bersama:" Hiat-lui kiong menyambut para tamu dengan kehormatan, persilakan para tamu mendarat.'
Kalau para tamu naik keatas kapal menyebrangi tambang, kalau sekarang mereka harus mendarat lewat tali berwarna itupun tidak perlu dibuat heran. Tanpa diminta kedua kali, berbondong para tamu keatas kapal satu persatu melesat terbang diatas tali itu orang-orang yang hadir adalah jago jago silat kosen. maka mereka pamer kemahiran sendiri-sendiri diatas tali untuk mendarat. /
Disaat pendaratan berlangsung, diatas puncak tetabuhan musik terdengar mengalun merdu.
Melihat orang aneh dan Lui Ang-ing tidak bergerak, maka Cia Ing-kiat juga diam saja belum ada setengah jam, dalam kabin kapal besar itu tinggal mereka bertiga. Tapi dari kabin tinqkat bawah, orang masih belum selesai mendarat.
Tak berselang lama, terdengar beberapa kali suara holobis kuntul baris dari kabin tingkat bawah, ternyata beberapa anggota Li-ong-bun-pang yang memikul tandu telah beranjak naik terus menyebrang juga lewat tali berwarna itu, cepat sekali mereka sudah tiba dibawah undakan batu, padahal tandu itu dipikul dari depan dan belakang, jelas takkan bisa dipikul naik keatas.
Maka Toa-kui dan Siau kui beradu pandang,serunya bersama: ' Jalan pegunungan licin dan curam, mohon Liong-bun pangcu turun dari tandu naik keatas gunung.'
Para pemikul tandu seperti tidak mendengar seruan mereka, mereka tetap maju kedepan sambil mendengus bersama, empat yang didepan langsung menaiki undakan, begitu yang didepan naik diundakan, tandu itu seperti hampir terguling saja, tapi empat orang di-belakarg serempak pegang atap tandu, delapan laki laki kekar melangkah secepat terbang, tandu dibiarkan melintang, lekas sekali mereka sudah beranjak keatas.
Kaum persilatan tahu bahwa Liong bun-pang Pangcu amat misterius, asal-usul atau indentitasnya amat dirahasia, bila tidak terpaksa pasti tak mau muncul di muka umum. Seolah-olah sudah menjadi tradisi dalam kalangan mereka, setiap Pangcu yang pernah muncul didepan umum akhirnya pasti mati tak karuan parannya, karena itu jarang ada kaum persilatan yang tahu siapa pejabat Pangcu Liong bun-pang yang sekarang, dalam keadaan seperti sekarang, orang dalam tandu tetap tidak mau keluar, hingga menambah suasana lebih seram dan menimbulkan perasaan yang tidak karuan. /
Setelah rombongan Liong hui-pang berada diatas undakan. maka muncullah Oh-sam, Siansing bersama Pak-to Suseng yang melesat berjajar kearah undakan, sikap mereka kelihatan serius dibelakang mereka muncul pula Thiam-lam-siang jan. Baru sekarang orang aneh berdiri dan berkata: "Sekarang giliran kami."
Lui Ang-ing manggut, dihadapan kedua orang ini hakikatnya Cia Ing kiat tidak punya pendirian, karena kedua orang ini berdiri, terpaksa dia ikut berdiri. Walau Kungfunya tidak terlalu baik, namun tali berwarna untuk menyebrang ini sebesar kepelan bayi, untuk menyebrang keundakan batu kukan soal sulit bagi dirinya, maka dia beranjak keatas undakkan diapit oleh orang aneh dan Lui Ang-ing.
Senyum manis Toa kui dan Siau-kui menyambut mereka, agaknya mereka tidak kenal dirnya lagi, tahu kalau dirinya bersuara mungkin bisa menimbulkan banyak urusan dengan majikan Hiat-lui-kiong, maka Cia Ing-kiat diam saja, pura-pura tidak kenal mereka juga.
Undakan batu itu ada ratusan menjurus kepuncak, makin tinggi makin benderang, lama kelamaan Cia Ing kiat melongo. Waktu tinggal di Thian-lou-hong, Cia Ing-kiat sudah merasa letak puncak itu melampaui mega, kini setiba dipuncak, lautan mega juga berada disebelah bawah, selepas mata memandang puncak-puncak gunung kelihatan seperti gundukan tanah melulu. Bila dia membalik arah, puncak gunung ini ternyata datar dan lapang, berbagai jenis kembang dan rerumputan serba aneh ditanam subur, pohon tua mencakar langit, anehnya diatas itulah dibangun sebuah istana yang megah, seluruh bangunan bewarna merah sesuai batu-batu gunung yang terdapat dipuncak itu.
Kelihatannya sebuah puncak gunung telah dikerjakan oleh tangan-tangan ahli, dipacul ditatah dan dipahat pula hingga menjadi sebuah istana besar yang kelihatan angker tak heran /
bahwa istana besar itu merupakan gugusan gunung tunggal, kalau tidak menyaksikan sendiri siapa mau percaya.
Undakan batu yang dibuat tangan-tangan ahli melingkar naik keatas puncak, para tamu sedang menyusuri undakan itu naik keatas. Cia Ing kiat bertiga berada dipaling belakang Ternyata kecuali istana megah itu, didepan istana juga terdapat sebuah lapangan luas, gunung ini agaknya memang bertanah merah, maka lapangan halus didepan isiana itupun serba merah legam. Didepan istana di tanah lapangan itu beberapa orang sibuk menyambut para tamu, bila makin dekat maka mereka melihat tak jauh didepan pintu gerbang istana di pinggir lapangan berdiri sebuah batu pilar yang lebar dan tebal, diatas batu besar inilah berukir tiga huruf "Hiat-lui-kiong" dengan gaya kuno, warna batu besar ini ternyata lebih legam dari tanah sekitarnya seperti sering disiram oleh darah.
Istana itu tampak megah dan angker, tapi juga seram membuat orang merinding, para tamu meranjak kedalam sambil menahan napas serta menunggu adegan-adegan aneh.
Mengikuti langkah orang banyak Cia Ing-kiat bertiga memasuki istana itu. akhirnya mereka tiba disebelah balairung yang besar, semua perabot yang ada di sini semua terbuat dari batu gunung setempat, maka selayang pandang pemandangan serba merah, seolah olah mereka masuk ke alam sebuah kotak raksasa yang terbuat dari darah yang sudah beku siapapun merasa risi dan tak renang.
Dalam balairung terdapat banyak batu-batu persegi yang tersebar di berbagai sudut, begitu masuk tamu tamu itu sudah lantas mencari tempat duduk sendiri-sendiri tanpa menunggu tuan rumah keluar menyilahkan mereka duduk. Orang aneh sambil tersenyum menghampiri sebuah batu lantas duduk. Orang-orang yang semula sudah duduk tak jauh disekitarnya lantas berbangkit dan pindah ternpat hingga beberapa saja kursi batu disekitar mereka kosong tanpa dihuni. Orang aneh melotot sekilas kepada Cia Ing kiat, dia hanya tersenyum getir /
saja. Lekas sekali seluruh tamu yang berada dikapal sudah masuk kedalam balairung tampak Toa-kui dan Siau-kui juga memasuki balairung langsung melangkah kesebelah dalam.
Tidak lama setelah Toa-kui dan Siau-kui masuk kedalam. maka terdengar tambur dipukul keras dari istana yang cukup jauh. namun pukulan tambur itu makin keras dan berat, sehingga hadirin merasa risi, pukulan tambur itu seperti memukul pula dalam relung hati mereka.
Tak lama kemudian Thi jan Lojin dan Gin-koh muncul dari dalam, serunya sambil merangkap tangan : "Majikan akan segera keluar, biasanya majikan jarang menemui tamu, kedatangan kalian boleh dikata merupakan kesempatan yang sukar diperoleh."
Bermacam macam reaksi para hadirin setelah mendengar sambutan Gin-koh, ada yang merasa wajar, ada pulayang merasa kurang senang. Lain pula sikap Cia Ing-kiat yang kelihatan kaget dan heran, karena tamu-tamu yang tadi dalam balairung ini seluruhnya orang kosen. tapi nada sambutan Gin koh kedengarannya seperti ditujukan kepada angkatan muda yang baru mencari pengalaman dalam percaturan Bulim
Tapi Cia Ing-kiat juga tahu bahwa Gin-koh sendiri juga bukan tokoh sembarangan. bahwa dia sudi menjadi pesuruh yang harus pergi datang melakukan perbuatan yang serba janggal, maka dapat dibayangkan bahwa majikan Hiat lui kiong pasti seorang yang luar biasa. Di saat Gin-koh bicara, suara tambur ditabuh makin gencar, seorang laki-laki baju hitam yang sejak tadi duduk dipojok bola balairung mendadak berdiri, teriaknya lantang : ,,Siapa sebetulnya majikan Hiat-lui-kiong. manfaat apa yang akan diberikan kepada kami, kenapa tidak lekas keluar, masih main teka teki segala."
Laki laki baju hitam ini pernah dilihat Cia Ing kiat dikota kecil itu. dia bukan lain adalah Thi-giam-lo Utti Ou, begal tunggal yang kenamaan jahat. /
Terangkat alis Gin-koh, katanya : "Tuan tak usah terburu nafsu, sebentar juga majikan pasti keluar."
Utti Ou mengawasi Gin-koh, katanya dengan tertawa : "Manfaat apa yang akan ddiberikan oleh majikanmu, aku tidak kepingin, aku hanya ingin .. . hanya ingin......"
Sampai di sini dia tetap menatap Gin-koh sikapnya tampak kikuk dan malu-malu. Laki-laki kekar kasar dan beringas, terkenal jabat dan kejam lagi, mendadak didepan umum menunjukan sikap yang lucu begini, sungguh merupakan kejadian yaug menggelikan. Walau merasakan tatapan Utti Ou agak ganjil, namun Gin-koh tak bisa meraba jalan pikirannya, dengan tersenyum dia berkata: "Tuan ingin omong apa boleh terus terang saja."
Seketika Utti Ou berseri kegirangan, mulutnya terpentang lebar hingga jambang bauk selebar mukanya berdiri kaku, giginya yang ptiih bagai siung serigala tampak menggiriskan, tampangnya yang jelek tak ubahnya setan dedemit ditengah kuburan.
Setelah cengar cengir dia menuding Gin-koh, lalu katanya dengan sikap serius : "Coba lihat, aku hitam legam sekujur badan, kau sebaliknya seluruh tubuh perak kemilau, apakah kami berdua bukan pasangan yang amat setimpal " Bagaimana kaiau kau menjadi isteriku."
Pernyataan gamblang ini membikin hadirin melongo. Kalau ditengah suara tambur yang gencar hadirin sedang menunggu tuan rumah keluar, sekarang perhatian mereka tertuju kearah Utti Ou lalu menoleh kearab Gin koh pula, tiada seorangpun yang bersuara ternyata hadirin tiada yang merasa geli dan tertawa. Karena mereka juga sadar bahwa pernyataan Utti Ou betul-betul serius, bukan main-main.
Bagaimana watak Gin-koh juga diketahui orang banyak, maka hadirin menduga Utti Ou bakal ditabrak dan dicaci maki, meski tinggi kepandaian Thi giam lo, bila membikin jengkel /
dan malu Gin-koh, rasakan saja siksaannya. Umpama hatinya juga naksir ke pada begal tunggal ini namun dihadapan umum betapa dia mau menerima begitu saja lamarannya"
Hadirin menunggu reaksi Gin-koh, hingga mereka tidak sabar bahwa suara tambur sudah berhenti. Alis Gin-koh tampak bertaut bibirnya bergetar, sebelum dia buka suara mendadak sebuah suara lembut welas asih dari seorang nyonya tua kumandang dari dalam: Gin-koh, masa remajamu kau sia siakan sampai sekarang masih belum menikah. Syukurlah sekarang ada orang yang melamar dirimu, sungguh menyenangkan dan patut diberi selamat " suaranya tidak keras atau bemada tinggi, namun seluruh hadirin mendengar seluruhnya
Pertama nenek tua ini menyebut nama Gin-koh kedengarannya masih jauh. namun dalam sekejap sudah dekat sekali, namun sang nenek belum juga muncul hadirin hanya melihat munculnya dua baris gadis gadis remaja yang jelita, pakaian mereka seragam putih panjang menyentuh lantai, rambut digelung di kedua sisi kepala, langkahnya lembut gemulai.
Hadirin memperhatikan suara si nenek hingga tidak memperhatikan munculnya dua baris gadis-gadis jelita itu. Hanya Cia Ing-kiat yang menaruh perhatian, dilihatnya kedua barisan gadis gadis ayu itu kembali dipimpin oleh Toa-kui dan Siau-kui, tapi dandanan mereka sudah berbeda dengan tadi.
Dua baris gadis-gadis jelita itu berjumlah dua puluh empat orang, mereka sudah berbaris dipinggir pintu, mendadak segelung angin keras mendesak tiba hingga hadirin serempak berdiri. Hanya orang aneh dan Lui-Ang-iug yang tetap duduk. Cia Ing-kiat juga hanya mengangkat pantat saja, lalu duduk pula. Saat itulah bayangan seorang berkelebat, seorang nenek perawakan tinggi lebih tinggi dari setiap laki laki yang hadir didalam balairung, rambut ubanan wajahnya bersih walas asih alispun memutih, tangannya memegang sebatang tongkat /
panjang enam kaki sebesar lengan bocah tengah beranjak keluar.
Kecuali perawakan yang tinggi, nenek ini tak ubahnya seperti nenek lainnya, hanya tongkat ditangannya itu bentuknya memang aneh, kelihatannya berwarna merah tua entah terbuat dari logam apa, kepala tongkat dihiasi kepala setan yang diukir sedemikian rupa hingga kelihatan seram.
Begitu nenek itu muncul, hadirin tertegun diam, dengan senyum ramah, nenek itu menyapu pandang keseluruh hadirin. Seluruh hadirin berdiri kecuali tiga orang yang tetap duduk tapi sedikitpun dia tidak ketarik kepada ketiga orang ini, seolah-olah tidak melihat. Lalu dengan seri tawa manis, dia berkata pula kepada Gin-koh :"Gin-koh. apa yang kau ucapkan tadi memang sesungguhnya."
Gin-koh, berdiri menjubluk, sikapnya sukar diraba. Sebaliknya Utti Ou yang berdiri tak jauh di ebelah sana seketika tertawa lebar, kelihatannya amat senang.
Nenek itu angkat kepala memandang Utti Ou, katanya tersenyum : "Agaknya kau berminat mempersunting Gin-koh, dihadapan sekian banyak kawan Bulim, kuharap kau tidak bermain-main, kenapa masih berdiri saja tanpa bicara?"
Dengan tertawa lebar seperti kera kegirangan mendapat buah Utti Ou garuk garuk kepala, lalu gosok telapak tangan, kaki tangan seperti gatal, tak tahu apa yang harus dilakukan.
Begitu muncul nenek ini lantas sibuk merangkap perjodohan Utti Ou dengan Gin-koh padahal kedua orang ini cukup punya nama dikalangan Kangauw bila kenyataan mereka terangkap mejadi suami isteri memang merupakan berita besar yang menyegarkan perasaan dalam Bulim, maka suara bisik-bisik hadirin terdengar di sana sini. Memangnya wajah Utti Ou sudah hitam seperti arang, kini wajah hitam itu bersemu merah kelihatannya menjadi amat ganjil. Sementara Gin-koh menunduk kepala tanpa bicara. Iblis perempuan yang /
sering membuat kaum persilatan pusing kepala ini. Ternyata bersikap malu-malu kucing seperti gadis remaja, memang jarang terjadi dalam kalangan Kangouw perjodohan dari dua insan yang sudah lanjut usia masih malu-malu segala.
Utti Ou masih garuk-garus kapala, tak tahu bagaimana dia harus bertindak maka diantara kerumunan hadirin seorang berteriak:" Maling hitam, kalau kau dapat mempersunting Gin-koh sebagai isteri, sungguh setimpal dan menyenangkan, hayo lekas serahkan tanda mata"
Hadirin tertawa gemuruh mendengar istilah "setimpal ' yang diucapkan orang itu. Perlu diketahui Thi-giam lo Utti Ou berilmu silat-tinggi, berangasan dan tidak tahu aturan, suka bertindak sembarangan, kaum persilatan tidak sedikit yang dibuat pusing olehnya, jikalau dia menjadi Gin-koh isteri maka sang bini akan selalu mengaturnya sehingga dia tidak bertindak sewenang-wenang lagi. hal inilah yang dinyatakan setimpal dan menyenangkan.
Ditengah gelak tawa hadirin, tampak Utti-Ou membalik mata lalu melotot, serunya lantang: "Serahkan ya serahkan, memangnya aku takut apa ?"
Mendengar ucapan yang banyol ini, Gin-koh yang tunduk kepalapun tak tertahan ikut cekikikan geli, diliatnya Utti Ou sudah meraba-raba pinggang, ditengah suara berisik Utti Ou mencopot sebatang ruyung besi tujuh puluh dua ruas, setiap ruas panjang setengah kaki.
Semula banyak hadirin mengira Utti Ou hanya berpura-pura dan mau menggoda Gin-koh atau mencari alasan untuk melabraknya karena suatu persoalan pribadi, kini setelah dia mencopot ruyung besi, maju dua langkah dengan kedua tangan dia haturkan kepada Gin-koh, baru hadirin betul-betul melongo, tiada yang curiga bahwa manusia hitam ini hanya berkelakar saja. /
Maklum ruyung besi milik Utti Ou merupakan salah satu pusaka dunia persilatan.kalau tidak dibelit dipinggangnya, mungkin sudah dirampas atau dicuri orang, maklum ruyung besi dibuat dari Hiantiat yang diperolehnya di Tian-lam, Utti Ou pandang ruyung besinya ini lebih berharga dari jiwa raga sendiri.
Kalau Hiantiat dibikin senjata tajam, tajamnya luar biasa, dibeli ribuan emas juga tidak boleh, kaum persilatan memandangnya sebagai barang pusaka, kebanyakan orang setelah mendapat besi besi murni pasti membikin golok atau pedang, tapi Utti Ou ternyata untuk bikin ruyung yang runcing tanpa tajam sisinya boleh dikata manfaat Hian-tiat yang besar telah disia-siakan. Tapi dengan ruyung lemasnya ini Utti Ou sudah malang melintang diutara dan selatan betapa banyak jago-jago kosen yang di kalahkan dan terbunuh olehnya, sering dia membanggakan senjata ampuhnya ini.
Ternyata Gin-koh juga berdiri melongo, Utti Ou berdiri didepannya. mata mereka saling nandang sejenak, namun sepatah kata-pun tak terucapkan. Disarhping kikuk merekapun malu pula. Akhirnya Gin-koh angkat tangan pelan-pelan mengelus ruyung besi itu, katanya : "Inilah senjatamu yang ampuh hingga kau terkenal, mana boleh aku menerimanya ?"
Turun naik biji leher Utti Ou, akhirnya dia ngomong secara nakal : "Seluruh tubuhku bakal menjadi milikmu, memangnya aku harus kikir mempertahankan senjataku ?"
Karuan haairin terpingkel-pingkel, wajah Gin-koh juga jengah seperti kepiting direbus tanpa bicara mendadak dia putar tubuh terus berlari masuk secepat angin. Utti Ou menggembor keras, segera dia mengudak.
Tapi hanya dua langkah, mendadak dengan tertawa si nenek melintangkan tongkatnya menghadang Utti Ou.
Dasar kasar dan dungu. Utti Ou tidak tahu kenapa mendadak Gin-koh berlari pergi karena gugup segera dia /
memburu, betapa kencang daya gerakannya, seumpama sebuah menara yang mendadak ambruk.
Tapi si nenek hanya seenaknya angkat tongkatnya melintang, tak kelihatan dia menggunakan tenaga, tampak tubuh Utti Ou seperti menumbuk dinding dan tertolak mundur, beberapa langkah.
Dasar dungu Utti Ou makin gusar dan gugup, karena dicegat hingga tertolak mundur, dia makin murka, sambil menghardik sekeras guntur, tangannya menggentak ruyung lemas di angannya diayun untuk mengepruk batok kepala si nenek.
D tengah seruan kaget para hadirin, si nenek kelihatan tetap tersenyum manis, tongkat ditangannya terangkat ke atas. "Plak" ruyung besi itu telah ditekannya, Utti Ou menarik ruyung sekuatnya hendak menyapu tak nyana mendadak mendengar suara gemerincing,ruyung besi murninya itu mendadak mencelat lepas dari cekalannya.
Perubahan terjadi mendadak dan singkat padahal hadirin menyaksikan dengan mendelong, tapi tiada satu pun yang melihat jelas bagaimana nenek tua melucuti senjata Utti Ou. Utti Ou sendiri juga bingung dan heran, hanya terasa segulung tenaga lembut yang kuat mendadak menerjang tiba tahu-tahu tangannya tergetar kesemutan maka ruyung besi itupun mencelat terbang dari cekalannya.
Anehnya setelah terlepas dari cekalan Utti Ou, ruyung panjang itu tidak meluncur keatas, namun diudara membelok selincah ular sakti terus melurcur kedalam pintu ke mana tadi Gin-koh berlari masuk, hanya sekali berkelebat lantas lenyap tak karuan parannya. Karena kehilangan senjata maka Utti Ou berdiri menjublek ditempatnya tanpa bersuara.
Terdengar nenek itu berkata dengan ter senyum : "Jargan kuatir, dihadapan sekian banyak orang, sudah tentu Gin-koh malu menerima tanda mata. sekarang aku sudah wakili dia /
menerima tanda matamu, maka perjodohan kalian boleh serahkan kepadaku."
Utti Ou masih melenggong. setelah mendengar penjelasan si nenek segera dia tertawa lebar pula. Sekali mengulap tangan, empat laki-laki pakaian ketat melangkah maju lalu mengapit Utti Ou berjalan kedalam.
Maka suasana balairung menjadi ramai lagi oleh pembicaraan hadirin. Orang aneh itu berkata periahan: "Kungfunya makin lama makin tinggi, kelihatannya sudah mencapai taraf membolak balik saluran hawa murni, tingkat yang paling sukar diyakinkan.?"
Lui Ang-ing mengangguk, katanya: Kukira demikian."
Tak tahan Cia Ing kiat bertanya :"Siapakah sebenarnya nenek tua ini?"
Lui Ang-in memandangnya, katanya:" Dia hendak memaksa kau menjadi menantunya, masa kau tidak tahu siapa dia?"
"Itulah yang dinamakan celaka dua belas." ujar Cia Ing-kiat tersenyum pahit.
Lui Ang-ing menatap Cia Ing-kiat, katanya: "Konon putri Kui bo Hun Hwi-nio cantik molek bak putri raja. tiada bandingan diseluruh negeri, bukankah rejekimu besar dapat mempersunting gadis jelita."
Lui Ang-ing bicara setengah berbisik, tapi waktu Cia Ing kiat mendengar dia menyebut "Kui bo Hun Hwi-nio" seperti mendengar guntur disiang hari kagetnya, seketika kepala pusing mata berkurang kaki tangan menjadi lemas, kalau waktu itu dia berdiri mungkin sudah roboh terkulai.
Tiga puluhan tahun yang lalu Kui bo Hun Hwi-nio sudah merajai Bulim, waktu pertama kali berkecimpung di dunia persilatan usianya baru delapan belas, namun betapa banyak kaum persilatan baku hantam lantaran memperebutkan cintanya, sampaipun tokoh-tokoh ternama yang biasa /
mengagulkan diri sebagai jago yang di senani dari aliran lurus juga tidak sedikit yang tergila-gila padanya, tidak sedikit diantara mereka rela menyerahkan segala miliknya termasuk ilmu silat perguruan yang pernah di yakinkan, maka tak heran bila Kungfunya semakin lihay, sekaligus dia menguasai belasan Kungfu, hal ini belum pernah terjadi dalam kalangan Bulim, bahwa seorang mampu meyakinkan belasan macam ilmu secara menyeluruh, meski kejadian sudah puluhan tahun berselang, tapi Cia Ing-kiat juga tahu ketenarannya.
Waktu dirinya diculik Thi jan Lojin dan Gin-koh, pernah dia menduga, siapa gerangan tokoh kosen yang mampu menundukan kedua orang ini untuk dijadikan pesuruh. Bagaimanapun dia paras keringat, tetap tak teringat pida Kui-bo Hun Hwi-nio.
Ing kiat tahu nenek ini adalah orang aneh pertama dalam Bulim. Kui-bo Hun Hwi nio, namun hatinya masih juga heran dan tak habis mengerti, tokoh setinggi Kui nio, kenapa mau menyerahkan putrinya kepadanya.
Selama setengah tahun ini pengalaman Cia Ing-kiat cukup luas, pandangan pun terbuka, dia tahu Kim-Liong ceng yang didirikan ayahnya hakikatnya tidak berarti apapun dalam percaturan Kangouw, sebagai Siau-cengcu dari Kim-liong-ceng juga tiada harganya berkecimpung di Kangouw, apalagi dibanding putri Kui-bo Hun Hwi nio. majikan Hiat lui-kiong yang disegani. Lama dia terlongong, bila dia tersentak sadar, dengan suara kering dia bertanya; "Dia .... kenapa ingin mengawinkan putrinya dengan aku?"
Perkataan Cia Ing-kiat diucapkan dengan suara perlahan, jelas bahwa pertanyaan itu dia tujukan kepada Lui Ang ing. tapi dia tidak memperoleh jawaban, waktu dia angkat kepala baru disadari bahwa keadaan balairung ini teramat sepi, tampak Kui bo Hun Hwi-nio memiringkan tubuh memandang kebelakang kerai mutiara dipintu samping, dibelakang kerai terdengan langkah lembut yang mendatangi dengan cepat. /
Kejap lain kerai tersingkap, rraka pandangan hadirin mendadak terang terbeliak, seorang nona cantik bak bidadari sudah melangkak masuk.
Nona cantik ini berusia sekitar dua puluh lima, wajahnya bukan saja rupawan juga bercahaya, begitu cantiknya hingga orang tak berani menatapnya lekat, siapapun yang melihatnya meski hanya sekilas, napas seketika sesak, demikian pula Cia Ing kiat menjublek ditempatnya.
Dibelakang gadis cantik ini muncul pula seorang perempuan, tapi perawakannya tinggi besar, kaki tangan kasar, sekali pandang Cia lng-kiat kenal, perempuan ini bukan lain adalah salah saru dari Sam-tiau-cu yang berkuasa disungai bessr, yaitu Li-pi-lik.
Berdebar jantung Cia Ing kiat, begitu melihat Li-pi-lik, rasa sesal seketika membayangi sanubarinya, rasa simpati pun timbul dalam relung hatinya. Diatas tanggul tempo hari perempuan kasar dia tinggal begitu saja, sekarang dia tidak perlu takut perempuan gede ini mengenainya, namun hampir saja dia bersuara memanggilnya.
Kedua gadis ini beranjak masuk berdampingan, namun sorot mata seluruh hadirin tertuju kcwajah sicantik jelita, hingga balairung sebenar dan dihadirin sekian puluh orang, tapi sunyi senyap. Ditengah keheningan itulah mendadak Lui Ang-ing mengeluarkan dengus hidung yang cukup keras
Dengus hidung itu sebetulnya tidak keras, namun dalam keadaan hadirin menahan napas, kedengarannya menjadi amat menyolok, Li-pi-lik menoleh lebih dulu menatap kearah sini, begitu melihat wajah Lui Ang-ing, seketika berobah air mukanya, sikapnya kelihatan gugup dan takut, mendadak dia menjerit serta berteriak: "Suhu, tolong, musuhku itu telah datang." /
Hampir saja Cia Ing-kiat tertawa geli mendengar tingkah Li-pi-lik, setelah berpisah beberapa bulan watak perempuan gede ini ternyata tetap tidak berobah.
Seluruh hadirin kaget oleh teriakan Li-pi-lik, Kui-bo Hun Hwi-nio juga menoleh arah Cia Ing-kiat bertiga, sorot matanya setajam kilat, begitu bentrok dengan pandangan orang Cia Ing-kiat seperti kena stroom, sekujur badan menjadi dingin, demikian pula rona muka Lui Ang-ing juga kelihatan lebih pucat
Hanya sekiias Kui-boHun Hwi nio menoleh lalu melengos, bentaknya: "Jangan omong kosong yang hadir dalam Hiat lui-kiong hari Ini semua adalah tamu-tamu agung dan terhormat, berani kau gembar gembor, biar kuhukum kau dibelakang
Li-pi-lik menyurut kebelakang, wajahnya masih kelihatan takut, jelas sikapnya kurang senang mendengar bentakan Kui-bo Hun Hwi-nio, dia masih ingin membantah, untung gadis juwita disampingnya lekas menarik lengan bajunya, bibirnya yang sudah bergerak tak jadi di ucapkan.
Hadirin tahu yang dituding Li-pi-lik sebagai musuhnya adalah Lui Ang-ing Waktu menyebrang tambang Lui Ang-ing pernah bikin Pak-to Suseng luka parah, gerak geriknya memang menimbulkan perhatian orang banyak, sekarang hadirin lebih prihatian lagi, karena tiada yang tahu asal usulnya, meski tinggi Kungfunya, tapi berani dia bermusuhan dengan Kui-bo Hun Hwi-nio, rneluruk kesarang musuh lagi.
Cia Ing kiat benar-benar seiba risi dan canggung, pada hal sorot mata hadirin di tujukan kepada Lui Ang-ing. tapi dia merasa dirinya menjadi sasaran, dengan sendirinya dia jadi risi bahwa samarannya tidak cukup untuk menyembunyikan wajah aslinya
Pada saat itulah, didengarnya si jelita mendekati Kui bo Hun Hwi-nio serta bertanya: "Ma, bagaimana?" /
Panggilan "Ma" berarti ibu kembali mengejutkan Cia Ing-kiat. Timbul satu umpama dalam benak Cia Ing kiat setelah tahu bahwa Kui-bo Hun Hwi nio yaag akan menarik dirinya menjadi mantu, yaitu bahwa putri Hun Hwi-nio pasti searang gadis jelek rupa dan cacad badan, karena tidak laku kawin, maka dirinya yang menjadi bulan-bulanan untuk di jadikan culikan.
Padahal dari mulut Lui Ang-ing sebelumnya dia sucah mendengar pujiannya terhadap putri Hun Hwi-nio yang dikatakan cantik molek, rejekimu besar segala. Waktu itu dia kira Lui Ang ing sengaja menyindir karena dia sudah tahu kejelekan calon istrinya. Tapi sekarang sudah kenyataan bahwa gadis ayu jelita ini adalah putri tunggal Kui-bo Hun Hwi-nio.
Gadis molek secantik bidadari, tidak mungkin tidak laku kawin lalu kenapa dia menaksir dirinya"
Ruwet pikiran Cia Ing-kiat. dengan mendelong dia awasi sicantik, dari wajahnya nan molek ingin dia menemukan jawaban. Padahal tatapannya tanpa berkedip merupakan tingkah kurang ajar, apalagi yang dipandang gadis ayu anak Kui-bo. untung sebagian besar tamu yang hadir adalah laki laki, merekapun terbelalak tak berkedip, maka orang lain takkan memperhatikan kelakuannya.
Terdengar Kui-bo Hun Hwi-nio tertawa lebar, katanya: "Tidak takut kau ditertawakan orang, kenapa terburu nafsu" Aku pasti membereskan persoalanmu."
Ternyata gadis cantik itu tidak kelihatan malu, tawanya semakin lebar dan genit, maka Kui bo berkata kearah orang banyak:"Inilah putri tunggal Hun Lian, sejak kecil tumbuh dewasa diatas gunung, tidak tahu adat kesopanan, harap hadirin maklum." /
Setelah Kui bo memperkenalkan anaknya, suasana balairung kembali menjadi sepi lengang Tanpa canggung Hun Lian mengangguk kepada hadirin sambil tertawa ramah.
Kui-bo Hun Hwi-nio berkata pula: "putriku sudah mengikat jodoh, kalian sudi memberi muka sudi berkunjung ke Hiat-lui-kiong, sudah tentu juga untuk hadir dan ikut minum arak bahagia pernikahan putriku ini. Tapi dengan siapa putriku akan menikah, yakin hadirin belum tahu."
Dihadapan sekian banyak orang Kui bo membeber soal jodohnya, tapi Hun Lian tidak kelihatan malu atau rikuh, hanya pipinya ber semu merah hingga kemolekannya lebih mempesona. Suasana ribut dan bisik-bisik dalam balairung seketika sirap pula.
"Calon menantuku adalah putra tunggal Thi-jiau kim-long (naga emas cakar besi) Cia Thian, pemilik Kim-liong-ceng yang terkenal didaerah Tionggoan. yaitu Siau Kim-liong Cia Ing-kiat."
Padahal Cia Ing kiat berada dalam balairung juga, namun dia tahu hanya Lui Ang-ing dan orang aneh dua orang saja yang tahu dirinya, orang lain hanya tahu dia adalah seorang tua bermuka kuning yang bermata sipit, tindak tanduknya kelihatan malas dan. lamban. Maka suasana menjadi ramai dan para tamu yang memberi selamat dan pujian tidak sedikit yang mengaku sebagai sahabat baik Siau-kim liong, ada pula yang mengatakan dia telah angkat saudara segala.
Waktu Cia Ing kiat melirik ke sana orang yang mengaku kenalan baik atau saudara angkat dengan dirinya paling juga hanya pernah bertemu sekali, namun dia memang punya teman baik, umpamanya Jit-gwat-kim-lun murid ketujuh dari Cin Thian si yang hadir juga disitu, tapi teman baiknya ini malah diam saja namun sikapnya kelihatan heran dan bingung. /
Sudah rentu Cia Ing-kiat segan untuk, berdebat atau mentertawakan orang-orang yang membual ini. Soalnya hatinya sedang dirundung tanda tanya besar. Kiranya sekian banyak orang sekaligus kumpul di Hiat-lui-kiong, apa benar untuk menghadiri pesta pernikahan putri Hun kwi-nio"
Bahwa Kui bo Hun Hwi nio mengundang sekian banyak jago-jago silat dari berbagai penjuru untuk menghadiri pesta pernikahan putrinya memang tidak perlu dibuat heran,, karena selama hampir tiga bulan, Cia Ing-kiat disekap diatas Thian-lau hong, kejadian selanjutnya, betapapun Kui bo tidak pernah menduga sebelumnya dari sini dapat diduga bahwa Kui bo sudah menyebar undangan jauh sebelum tiga bulan yang lalu.
Tapi setelah Toa kui dan Siau-kui pulang ke Hiat lui kiong dengan luka muntah darah terpukul orang aneh, semestinya sudah diketahui oleh Kui-bo. Kalau peristiwa telah terjadi di Thian-lau-hong dirinya sudah terbelenggu dalam cengkramannya. berarti pesta pernikahan ini tidak akan dihadiri mempelai pria, bagaimana upacara bisa berlangsung"
Sikap dan tindak tanduk Kui-bo seperti tidak atau belum tahu terjadinya perobahan, seolah-olah dengan mudah sembarang waktu dia bisa mempersilakan calon mantunya keluar, umpama Toa-kui san Siau-kui sejauh ini, masih mengelabui sang majikan, rasanya mereka tidak bernyali sebesar ini. karena hal itu tak mungkin bisa dirahasiakan lagi. Apakah Toa-kui dan Siau-kui sekongkol dengan Thi-jan Lojin an Gin-koh untuk menukar seorang lain yang dikatakan sebagai Cia-Ing-kiat"
Berbagai dugaan dan persoalan berkecamuk dalam benak Cia Ing-kiat. Waktu dia melirik kearah Hun Lian, tampak wajahnya yang cantik halus semekar kembang dimusim semi laki laki mana yang tidak berdetak jantungnya setelah melihat keayuanya. Mendadak timbul pikiran aneh dalam beriaknya, kalau orang lain sampai mempersunting gadis ayu ini sebagai bininya, selama hidup ini tak kan menyesal, maka dirinya pasti /
akan menyesal selama hidup karena mengabaikan kesempatan sebaik ini. Tanpa sadar dia sudah hampir beidiri.
Sejak jaman dulu daya tarik perempuan memang amat be ar Cia Ing kiat adalah laki-laki muda, berdarah panas adalah jamak kalau dia begitu bernafsu, waktu timbul keinginannya berdiri hakikatnya, tidak terpikir olehnya apakah Kui-bo benar-benar mau mengawinkan putrinya kepada dirinya, yang terpikir dalam benaknya hanya ingin mempersunting gadis jelita ini hidup rukun sampai tua, kesempatan baik ini jangan diabaikan.
Tak nyana baru pundak bergerak, bahwasanya belum sempat dia berdiri, kembali terasa pinggang linu kesemutan, seluruh tubuh lemas seperti terpaku diatas kursi tanpa bisa bergerak lagi.
Terasa sorot mata Lui Ang-ing yang tajam tengah meratapnya dingin hingga dia bergidik tanpa kedinginan. Walau batinnya gundah nan tak karuan, namun Cia Ing-kiat tahu, pasti orang aneh yang menutuk pinggangnya dari jarak jauh.Tubuhnya merinding dan bergidik karena dia merasakan sorot mata dingin Lui Ang-ing mengandung isi hati yang ingin dan belum sempat dinyatakan secara gamblang kepadanya.
Sesaat lng-kiat duduk mematung sambil melongo, pikirannya ruwet lagi, tak tahu bagaimana baiknya.
Didengarnya Kui-bo berkata pula:,.Sebetulnya Cia siau cengcu sudah diundang kemari oleh Thi-jan Lojin dan G n koh, selama ini menetap divilla Hiat-lui kiong kita yang berada di Thian lau-hong, namun beberapa hari yang lalu, dia diculik orang......."
Waktu memberitakan kejadian yarg kurang menyenangkan ini, wajah Kui-bo masih berseri ramah, nada suaranyapun lembut, seolah-olah cerita yang dia kisahkan tiada sangkut paut dengan dirinya. /
Berbeda adalah reaksi para hadirin waktu mendengar 'dia diculik beberapa hari yang lalu', rona muka mereka berobah, seperti tidak percaya akan berita yang mereka dengar ini. Betapa hebat kemampuan Kui-bo. ternyata ada orang berani dan mampu menculik calon mantunya, sungguh kejadian yang sukar dibayangkan.
Mendengar cerita ibunya Hun Lian yang berdiri disebelah tampak murung dan masgul Pandangan Cia Ing-kiat tetap tertuju kepadanya, tiba-tiba tergerak hatinya, mulut nya terbuka ingin berteriak, namun suaranya seperti tertelan kembali kedalam tenggorokan, sebenarnya dia ingin bilang; "Aku ada di sini, tidak diculik orang."
Tapi baru saja mulut terbuka, sekilas dilihatnya pula pandangan dingin Lui Ang-ing sedingin ujung pisau, sehingga suaranya tertelan kembali, padahal bila dia berani nekad suaranya masih keluar dari tenggorokan.
Tengah dia kebingungan dan gugup mengawasi Lui Ang-ing. suara lirih bisikan Lui Ang ing terkiang pula dalam telinganya : "Siou cengcu, apakah sudah kau pikirkan benar-benar?" Padahal bibir Lui Ang ing tidak kelihatan bergerak, jelas dia bicara lewat perutnya yang dikerahkan dengan Lwe-kang tinggi.
Tersirap hati Cia Ing-kiat, katanya melenggong :"Kenapa aku harus berpikir ?"
Jawaban inipun seperti lngauan yang lirih, kuping sendiri hampir tidak mendengarnya, tapi Lui Ang-ing mendengar cukup jelas maka terdengar jawabannya : "Memangnya kau sudah melupakan adegan dalam biara bobrok itu ?"
Bergetar perasaan Cia Ing kiat, sudah tentu dia tidak pernah melupakan kejadian dalam biara bobrok itu, tanpa diperingatkan sebelum dia berkeputusan hendak berdiri tadi, benaknya juga sudah membayangkan kejadian itu, karena itulah, hatinya tadi bergetar lantaran persoalan ini. Cuma /
sekarang Lui Ang-ing membeber kejadian itu secara langsung. Maksudnya sudah gamblang yaitu waktu Cia Ing kiat merogoh obat menjamah payudara dan badannya.
Bahwa Lui Ang-ing menyinggung persoalan lama. entah apa maksudnya" Tujuannya sudah gamblang, yaitu Lui Ang ing pandang peristiwa itu teramat penting bagi masa depannya, maka dia merasa perlu memberi peringatan kepada Cia Ing-kiat supaya tidak menikah dengan gadis lain.
Setelah paham liku-liku persoalannya, berdebar jantung Cia Ing-kiat, perlahan Lui Ang ing sudah melengos kearah lain wajahnya yang pucat seperti menampilkan perasaan hambar. Tapi dipandang dari arah samping sikapnya yang teguh dan keyakinan yang tebal, siapapun akan bergidik dibuatnya.
Hadirin masih berduduk bingung, pandangan tertuju kearah Kui-bo, semua menunggu penjelasannya lebih lanjut. Maka Kui-bo menyambung, tetap tersenyum : "Sudah tentu kalian ditang dari jauh, janji yang akan saya berikan pasti tak akan kujilat kembali"
Dalam Hiat lui-kiong terdapat Hiat lian (teratai darah) yang tumbuh seratusan tahun, siang nanti sudah akan mekar, semua yang hadir akan memperoleh bagiannya secara rata."
Sampai di sini Kui-bo merandek sejenak maka dari pojok balairung sana mendadak kumandang sebuah suara : "Bagus sekali, Cia-siaucengcu tiada di sini. lalu bagaimana upacara pernikahan ini akan berlangsung ?" suaranya rendah berat, seperti dilontarkan dari belakang sesuatu benda tebal.
Hadirin menoleh kearah datangn a suara pembicara tidak kelihatan, tapi dipojok sana menggeletak sebuah tandu besar, suara keras berat itu kumandang diri dalam tandu. Hadirin juga tahu yang berada dalam tandu besar itu bukan lain adalah Liong bun-pang Pangcu. sindikat terbesar disungai Ui-ho, asal usui ketuanya amat dirahasiakan, sepak terjangnya pun amat misterius. /
Kui-bo menoleh kearah tandu, katanya kalem : "Ucapan Pangcu memang betul. Tapi aku sudah tahu siapa yang menculik Cia-siaucengcu, malah aku juga tahu orang itu membawa Siau-cengcu putar balik ke Hiat-lui-kiong pula, sekarang juga hadir dalam balairung ini."
Bukan saja kalem, waktu melontarkan kata katanya Kui bo masih bersikap ramah tanpa diburu emosi sedikitpun. Tapi sikap hadirin justeru sebaliknya, maka terjadilah keributan dan suara kaget, atau bergesernya meja kursi. Kecuali tokob silat yang betul-betul kosen boleh dikata sebagian besar yang hadir sudah berdiri.
Bahwa Kui-bo sudah membeber persoalan ini secara terbuka, urusan boleh dikata cukup genting, maklum siapa mampu dan berani menentang Kui-bo, maka dapat dibayangkan kalau Kungfunya tentu amat tinggi, pada hal Kui-bo yang diusik tentu tidak akan memberi kelonggaran padanya, bila Kui bo bergebrak dengan dia, celaka kalau dirinya keserempet atau ketiban pulung. Karena memikirkan keselamatan sendiri maka para hadirin berdiri dan menyingkir.
Kegaduhan ini hanya sebentar, cepat sekali keadaan tenang kembali.
Cia lng-kiat tetap duduk dikursinya, pikirannya masih ruwet, diam diam mengeluh dalam hati, bahwasanya dia tidak tahu "melihat tontonan ramai" yang dimaksud oleh orang aneh adalah hadir dalam pesta pernikahan yang diadakan di Hiat-lui-kiong ini. Kini setelah tahu persoalannya, dirinya menjadi sandera dan tak mampu berbuat apa apa.
Setelah suasana tenang kembali. Kui-bo melanjutkan pidatonya dengan tersenyum : "Kalian tak usah gelisah, sebagai tamu tamu undangan Hiat-lui-kiong. tiada alasan aku mengejutkan kalian dalam urusan yang tiada sangkut pautnya " Selamanya aku tegas membedakan budi dan dendam, mungkin Cia-siaucengcu belum tahu, kenapa putriku menaksir dia dan ingin menikah dengan dia. pada hal bagaimana /
keadaan pntriku hadirin sudah melihatnya sendiri, jikalau Cia-siau cengcu berpendapat putriku tidak setimpal menjadi jodohnya, cukup asal dia bersuara sekali saja, walau pembatalan perjodohan ini menimbulkan rasa dendam, namun perhitungan boleh dilakukan dikemudian hari"
Cia Ing-kiat sudah membuka mulut hendak berteriak pula, namun Lui Ang-ing sudah menoleh serta melotot kepadanya, tatapan matanya seperti mengandung tenaga besar yang tak kelihatan menekan kata-kata Cia Ing-kiat yang sudah siap dilontarkan.
Terdengar Kui bo berkata lebih jauh : "Peduli dia rela atau menolak, diharap Cia-siaucengcu bersuara, kalau tetap diam saja sengaja menghina dan mengabaikan peringatanku, maka urusan tak berani aku menanggungnya lagi."
Saking gugup keringat dingin sudah membasahi tubuh Cia Ing-kiat, sejak melihat Hun Lian. hatinya sudah menaksirnya, kini didesak oleh Kui-bo namun dia juga takut melihat tatapan tajam Lui Ang-ing hingga sepatah katapun tak kuasa dia lontarkan, apa lagi pinggang tertutuk oleh orang aneh hingga tak mampu bergerak.
Tengah Cia Ing-kiat putus asa. terdengar sebuah suara tua serak dan kuat berkata : , Cia Ing kiat adalah putra kenalan baikku, kulihat dia tidak berada didalam balairung ini, apakah Kui bo tidak keliru?"'
Kui-bo menoleh kearah suara, yang bicara ternyara adalah Jit-gwat kim-lun (roda emas mata hari rembulan) Cin loenghiong, dengan tersenyum dia berkata: "Siau-cengcu pernah berguru didalam Tayseng-bun yang mahir merobah bentuk muka orang tujuh puluh dua macam, maka kepandaiannya menyamar boleh diagulkan, tenturya Cin-loeng-hiong juga sudah tahu, dengan kemahirannya menyamar dia pernah menyelundup ke Kim-hou po lalu melarikan diri pula, dari sini dapat dibuktikan betapa lihay samarannya. ' /
Makin kecut perasaan Cia lng-kiat mendengar Kui-bo mengorek rahasianya dimuka umum, pada hal dia mengira kejadian dirinya menyelundup kedalam Kim-bou-po serta berhasil melarikan diri tidak diketahui orang, tak nyana hal ini sudah menjadi rahasia umum.
Bahwa jejaknya akhirnya konangan dan kecandak oleh Siau-pocu yang bernama Lu Ang-ing adalah logis, karena didalam Kim-hou po Lui Ang-ing pernah melihat dirinya dan bergebrak pula, tapi Kui-bo Hui Hwi-nio tak pernah menginjak Tionggoan. letak Hiat-Ini-kiong ribuan li jauhnya, dari mana dia tahu akan peristiwa ini" Walau Li-pi-lik berada di sini, tapi perempuan gede ini jujur polos lugu lagi, mana mungkin dia tahu rahasia dirinya "
Tengah Cia Ing-kiat memutar otak. didengarnya Li-pi-lik berteriak juga: "Ciong Tay-pek, hayo berdiri dan keluar " Aku ingin bicara dengan kau,''
Seperti diketahui dalam bagian depan cerita ini, Ciong Tay-pek adalah nama samaran Cia Ing-kiat waktu dia menyelundup ke Kim hou-po. Kini Li pi-lik gembar gembor dengan suara mengguntur, semakin deras cuguran keringat dingin Cia Ing-kiat. Walau sikap Kui-bo kelihatan masih berseri tawa namun hadirin sudah melihat bayangan kabut hitam ditengah kedua alis matanya.
Hadirin insaf bila urusan tiada perkembangan yang diharap, apa yang akan terjadi di sini. Ada sementara tamu yang sudah menoleh kearah tandu dipojok balairung sana agaknya tidak sedikit yang menduga bahwa Cia Ing kiat sembunyi didalam tandu sengaja tidak mau keluar.
Kabut hitam ditengah alis Kui-bo makin tebal, seri tawanya sirna dan mukanya berganti kelam. Disaat suasa memuncak tegang itulah mendadak Lui Ahg-ing berdiri pelan-pelan, katanya kalem : ,,Siau cengcu dari Kim-liong-ceng menyelundup kedalam Kim-hou-po kita, berhasil melarikan diri pula, aku sedang mencari jejaknya, maka perlu kuanjurkan /
kepada Kui bo. pernikahan putrimu hari ini lebih baik dibatalkan saja."
Begitu Lui Ang-ing berdiri, Li-pi-lik lantas melompat mundur sembunyi kebelakang Kui-bo Hun-Hwi-nio, kedua tangannya memegang baju Kui bo, sikapnya kelihatan amat takut. Berdiri alis Kui-bo. sekenanya sebelah tangan mengebas kebelakang. Kelihatannya kebasan lengan bajunya enteng dan seenaknya saja. tapi Li-pi-lik seketika menjerit kaget menyurut setapak kebelakang.
Kejadian berlangsung dalam waktu yang sama, baru saja Li-pi lik menyurut mundur, Lui Ang-ingpun habis bicara.
Seperti tertawa tidak tertawa Kui-bo mengawasi Lui Ang-ing, sebelum dia buka suara mendadak Oa-sam Siansing yang duduk dipinggir sana tertawa dingin beberapa kali. jengeknya : "O. kiranya begitu."
Sebelum naik keatas kapal Oh-sam Siansing pernah adu kekuatan dengan Lui Ang-ing dan dikalahkan, pada hal betapa luas pengetahuannya, ternyata dia tidak tahu dan bagaimana asal usul pemuda muka pucat yang lihay ini, baru sekarang dia tahu bahwa pemuda ini dari Kim-hou-po.
Kim-hou-po sudah terkenal diseluruh jagat, pertanyaan Lui Ang-ing tadi secara langsung sudah membeber asal usul dirinva, sekaligus menyatakan bila Cia-siauccng-cu muncul, diapun akan membuat perhitungan padanya. Padahal berada didalam Hiat lui-kiong, tapi seberani ini dia menyatakan maksud kedatangannya.
Kui-bo tertawa dingin, katanya: "Perjodohan putriku sudah bukan rahasia lagi,mana boleh perjodohan ditunda atau dibatalkan segala?""
"Nona Hun secantik ini, memangnya kuatir dia tidak bisa mercari kekasih lain" "jengek Lui Ang ing. /
Kui bo menarik muka, suaranya juga tidak seramah tadi: "Apa yang tuan katakan hanya mencari onar belaka maka usulmu takkan kuterima, Menurut hematku, bukan Cia-siaucengcu menolak perjodorian ini. tapi bila dia diancam dan disiksa, maka sulit aku mengatakan." Huruf" kan" diucapkan lebih keras, mendadak tangannya terayun terus menuding kearah Cia-Ing-kiat.
Kontan Cia Ing-kiat merasa datangnya sejalur angin kencang menyampuk muka, badan yang kaku linu seketika mengendur, dia tahu Hiat to yang ditutuk orang aneh telah dituding bebas oleh tudingan Kui-bo jarak jauh. Memangnya sejak tadi dia siap berdiri, begitu Hiat to bebas segera dia berjingkrak berdiri, serunya:
"Aku........." Hanya sepatah kata yang sempat diucapkan. Mendadak Lui Ang ing membalik sebelah tangannya menekan kedadanya, telapak tangan nya tepat menekan Hoa-kay-hiat. Pada hal Hoa-kay hiat adalah salah satu Hiat-to mematikan, bila tertutuk, umpama kepandaian Cia-Ing-kiat lebih tinggi dari Lui Ang-ing juga takkan mampu berbuat apa-apa. Apalagi kepandaiannya amat terbatas, jauh dibawah Lui-Ang-ing, maka begitu Hiat to tertutuk, dia tak mampu bersuara lagi.
Pada saat itulah didengarnya Hun Lian memekik sekali, dimana tangan terbalik, hanya pergelangan tangan saja yang bergerak, " Ser" selarik benang merah laksana kilat meluncur kemuka Lui Ang-ing.
Perobahan terjadi dalam waktu singkat, begitu melihat benang merah melesat dari tangan Hun Lian. seketika Cia Ing-kiat sadar dan terang duduk persoalannya, seketika terbayang kejadian didalam Kim-hou-po.
Di bawah petunjuk perempuan misterius dalam Kim-hou-po itulah, Cia Ing-kiat berhasil menemukan Po-tiok-pit-kip yang disembunyikan dalam dinding, namun buku itu akhirnya /
terebut oleh seutas benang yang membelitnya dan dibawa kabur oleh perempuan misterius itu, karena gagal mendapatkan pusaka itu, sekias Cia Ing-kiat melarikan diri. Selama ini dia bertanya-tanya siapa perempuan yang merebut pusika bambu itu dari tangannya, baru sekarang dia tahu perempuan itu ternyata putri Kui-bo, yaitu Hun Lian yang cantik ini. Sekarang lebih jelas pula, kenapa dari ribuan li jauhnya Thi jan Lojin dan Gin-koh meluruk kerumahnya serta menculik dia karena diperintah Kui-bo.Ternyata sebab musabab dari peristiwa ini bersumber sejak pertemuan mereka didalam Kim-hou-po.
Baru saja Cta ing-kiat rasakan sekujur tubuhnya terkekang cleh tenaga lunak yang merembes dari telapak tangan Lui Ang-ing. Sementara benang merah ditangan Hun Lian sudah melesat tiba, benang merah itu amat lembut, namun daya luncurnya ternyata amat kencang, hingga mengeluarkan desing suara yang tajam.
Kedua alis Lui Ang-ing tampak berdiri, telapak tangannya menepuk kee lakang, samar-samar kelihatan ditengah telapak tangannya ada tanda gelap yang gemerdep, seperti telapak tangannya entah memegang benda apa, sayang gerakannya teramat cepat hingga hadirin tiada yang melihat jelas benda apakah yang berada ditelapak tangannya. "Plak, plak" tepukan telapak tangan Lui Ang-ing tepat menyampuk pergi luncuran benang merah. Akibat benturan keras itu. gerakan tangan Lui Ang-ing sedikit merandek, bagi yang bermata tajam bisa melihat lebih jelas bahwa ditelapak tangannya seperti menempel sebuah benda segi enam yang menyerupai batu jade bewarna hijau gelap menyerupai sebuah medali, medali ini amat tipis dan melekat ditelapak tangannya.
Begitu benang merah disampuk pergi, dari dalam tandu kumandang suara serak berat itu : "Bagus. Lok-hun sin-san ling salah satu dari tiga pusaka milik Go-tiok Taysu ternyata /
muncul pula dikalangan Kangouw, sungguh membuka pandanganku."
Yang bersuara dalam tardu sudah tentui adalah Liong-bun Pangcu, namun sebagian besar hadirin bingung dan tak tahu aoa maksud seruannva. demikian pula Cia Ing-kiat. siapa itu Go-tiok Taysu, apa pula Lok-hun-sin-san-ling segala belum pernah deagar, mungkin medali ditangan Lui Ang-ing itulah yang dimaksud, namun di mana letak keanehannya, sukar diraba.
Dalam beberapa patah seruan Liong bun Pangcu ini, kejadian terjadi perobahan. Benang merah ditangan Hun Lian memang berwarna menjolok, begitu benang merah itu ditepuk pergi oleh telapak tangan Lui Ang-ing, ujungnya seketika berobah menjadi hitam hangus, malah warna hitam hangus ini terus menjalar naik lebin panjang. Panjang benang merah itu ada dua tombak, dalam sekejap warna hitam hangus itu sudah menjalar setombak. Sebelum orang banyak tahu apa yang terjadi, mendadak Kui-bo menghardik keras, selarik sinar berkeiebat sinar yang benderang menyolok pandangan itu hanya sekali samber bagai kilat lantas lenyap.
Hadirin hanya melihat sinar terang berkelebat ditengah hardikan Kui-bo. siapapun tak tahu apa yang terjadi, mereka hanya menduga bahwa Kui-bo sudah turun tangan. "Plak" setelah sinar terang itu sirna, ujung benang ditangan Hun Lian bagian yang telah hitam putus dan jatuh diatas tanah, sementara sisanya yang masih merah telah di tarik balik oleh pemilihnya.
Bagian cambuk hitam yang jatuh kelantai itu seketika mengepulkan asap hijau. Lekas Kui bo menekan kebawah dengan telapak tangannya mereka yang duduk disebelah depan merasakan samberan angin keras, asap hijau yang mengepul keatas itu seketika tertindih turun meresap kedalam lantai lenyap tak berbekas. /
Waktu angkat kepalanya pula Kui bo Hun hwi nio mendesis tajam : "Telengas benar kau turun tangan."
Lui Ang-ing menyeringai dingin, kata-nya : ..Urat punggung Ang-soa coa ditangan putrimu itu menyentuh badan orang jiwa melayang seketika, kalau tidak menyerang dengan racun mengatasi racun, memangnya kalian harus mendapat untung?"
Memang sudah lama Kui Bo Hun Hwi-nio menetap di Biau-kiang, Ang-soa-coa adalah salah satu jenis ular yang paling jahat di pedalaman yang belukar, dengan kemampuannya Kui-bo berhasil menangkap dan membetot urat punggungnya untuk senjata putrinya.
Tapi dari jawaban Lui Ang-ing, hadirin menduga medali ditangannya itu agaknya jauh lebih lihay, hingga kadar racun diatas medalinya itu mampu merembes diurat ular warna merah itu untuk menyerang balik lawan. Untung Kui-bo bertindak secara cepat, benang merah itu diputuskan, kalau tidak Hun Lian tentu sudah celaka.
Medali itu bernama Lok-hun-sin san-ling seperti yang telah dibeber oleb Liong-bun Pangcu, katanya milik Go-tiok Taysu dari satu diantara tiga pusakanya, tapi bagaimana asal usul sebetulnya, jarang orang tahu, maka hadirin hanya menduga-duga belaka.
Hun Hwi-mo maju beberapa langkah, katanya : "Hadirin diharap menyingkir agak jauh, saudara ini datang dari Kim-hou-po, Lok hun-ling yang dipegangnya itu amat beracun, bila bergerak supaya tidak terserempet bahaya."
Bergegas hadirin berdiri lalu menyingkir mundur, Oh-san Siansing yang kosenpun tak terkecuali, setelah meja kursi juga disingkirkan, maka terbukalah sebuah arena yang cukup luas ditengah baiatrung. /
Kui bo tertawa dan berkata Cia Ing-kiat yang berada di belakang Lui Ang-Ing. "Aku tidak akan menyalahkan kau, tak usah takut. "
Cia Ing-kiat hanya menyengir getir sekilas dia melirik kepada orang aneh, dilihatnya orang ini duduk diam tidak bergerak. Perasaan Cia Ing-kiat makin tidak tenang, jelas sebentar lagi Kui bo akan bergebrak melawan Lui Ang-ing. Bila kedua jago tangguh ini berhantam pasti mengejutkan langit menggetar bumi. Tapi pihak mana yang lebib tinggi Kungfunya, sudah tentu Cia Ing kiat tak berani memastikan, tapi dia percaya bila orang aneh juga membantu, meski Kui-bo amat tangguh juga pasti bukan tandingan.
Yang jelas Cia Ing kat amat mengharap Kui-bo memperlihatkan kesaktiannya, menggebah pergi Lui Ang-ing dan orang aneh ini. Bahwa Cia Ing-kiat punya pikiran demikian adalah selaras dengan keinginannya berdiri tadi hendak mengumumkan siapa dirinya. Adalah logis kalau sekarang dia mengharap Lui-Ang ing dan orang aneh lekas pergi supaya dirinya bisa segera melangsungkan pernikahan dengan Hun Lian.
Ketegangan mencekam hadirin, siapa yang tidak ingin menyaksikan kepandaian Kui bo tokoh yang dimasukan dalam legenda oleh kaum persilatan ini apa benar memiliki kung fu sejati" Bagaimana dia akan menjatuhkan Siau-pocu dari Kim-hou-po yang terkenal juga.
Lui Ang-ing berdiri tak bergerak, rona mukanya tetap pucat, sikapnya seperti tak acuh, diam-diam Cia Ing-kiat melirik kearah orang aneh, orang inipun bersikap tak acuh duduk santai seperti tidak terjadi apa apa seperti tiada maksud ikut turun tangan.
Dengan tajam Hun hwi-mo menatap Lui Ang-ing sambil menyeringai dingin, bagi yang berkepandaian agak rendah, mendengar tawa dingin Hun Hwi-nio, hatinya amat risi dan sebal, agaknya Lui Ang-ing juga tahu menghadapi Kui bo yang /
memiliki kepandaian luar biasa tidak boleh diremehkan, meski kelihatan dia berdiri seenaknya, padahal dia sudah mempersiapkan diri. Seumpama busur yang ditarik makin tegang, demikian perasaan hadirin semua menunggu terjadinya perubahan yang menggemparkan.
Perobahan secara mendadak memang telah terjadi, namun kejadian ini berada diluar dugaan hadirin pula.
Disaat Kui-ho sudah berhadapan dengan Lui Ang ing. Angin lesus besar mendadak timbul dipojok balairung sana. sebuah benda hitam besar seketika melesat muncul keudara, hadirin yang beranjak dekat merasakan sambaran angin puyuh ini sedemikian kerasnya hingga piring mangkok diatas meja juga tersapu jatuh berantakan, benda hitam besar itu mumbul empat tombak tingginya lalu meluncur turun kearah kiri. Bukan saja besar benda hitam ini juga membawa deru angin keras, ditambah daya luncurnya yang kencang, hingga hadirin belum sempat melihat benda hitam apakah itu. Tapi tidak sedikit jaga-jago kosen yang hadir dalam balairung ini, meski kejadian secara mendadak mereka yang melibat jelas seketika berteriak kaget. Kini banyak hadirin sudah melibat jelas benda hitam besar yang mumbul ditengah sambaran angin puyuh ternyata adalah sebuah joli besar,
Jilid ke : 8 Joli ini jelas milik Liong-bun Pan cu, ternyata kedelapan pemikulnya itu sekaligus melompat tinggi keatas.. Bila hadirin melihat jelas, sementara Joli sudah meluncur turun menindih kearah sebuah meja, maka seorang telah ditungkrup didalam tandu, terdengar suara mengeluh perlahan didalam tandu. Baru orang banyak melihat jelas orang yang di-tungkrup tandu besar ini bukan lain adalah laki-laki tua yang semeja dengan Lui Ang-ing dan Hu-lo Popo. /
Harus dimaklumi bahwa hadirin tidak tahu siapa laki laki tua itu, namun pembaca tentu sudah menduga, bahwa laki-laki tua ini adalan samaran Cia Ing-kiat. Kejadian berangsung secepat itu, baru saja Cia Ing-kiat merasa angin besar menindih turun, tahu tahu pandangan gelap, tubuhnya sudah terjaring kedalam tandu, kejap lain urat nadinyapun sudah terpegang seorang.
Gerak gerik delapan pemikul tandu ternyata amat lincah dan cekatan, begitu joli berhasil menjaring Cia Ing-kiat, delapan orang satu gerakan, ditengah samberan angin puyuh, mereka langsung menerjang kearah luar. Jeritan kaget terpacu dengan bentakan gusar tampak orang aneh itu mengayun kedua tangannya. "Plak, plak" dua kali tamparan telak memukul dua kepala orang pemikul joli. Kontan batok kepala, kedua pemikul joli remuk dan melerak penyok, hingga bola matanya mencotot keluar dan bergandung di-pinggir hidung, sudah tentu keadaannya amat mengerikan, padahal jiwa mereka melayang seketika.
Delapan pemikul tandu ini empat didepan empat dibelakang setelah dua terpukul mampus pemikulnya tinggal enam orang, empat didepan dua dibelakang, tampak daya laju tandu besar ini tidak terhambat karenanya, luncurannya masih secepat anak panah, hadirin hanya melihat bayangan berkelebat tahu-tahu tandu besar itu sudah melesat keluar dari balairung.
Dua pemikul tandu yang sudah mati itu ternyata masih ikut melangkah delapan langkah kedepan, agaknya gerakan serempak delapan orang itu terlalu cepat sehingga jiwa yang melayang seketika itu masih belum menghentikan gerakan mereka, delapan langkah kemudian baru mereka terjungkal jatuh, Sekali menghardik orang aneh itu melompat terbang mengudak kedepan, disaat tubuh orang aneh terapung diatas tandu, baru kedua orang yang dipukulnya mati itu roboh. /
Kejadian hanya sesingkat kilat menyambar, tahu tahu tandu sudah meluncur keluar dikejar orang aneh.
Dari dalam balairung orang banyak masih sempat melihat dipikul enam orang, tandu itu sudah meluncur keundakan batu. Sementara orang aneh menuiuk kaki ditanah, laksana burung besar tubuhnya melambung keatas lalu menukik kebawah dengan tubrukan kilat. Betapa hebat dan lihay gerakannya sungguh jarang terlihat.
Gerakan kedua pihak teramat cepat, walau jago-jago kosen banyak terdapat dalam balairung, sampai Kui-bo Hun Hwi-nio sendiripun tidak sempat bertindak,
Dia orang aneh hampir mencapai pucuk tandu dari dalam tandu mendadak meledak bentakan nyaring, hadirin kenal betul bentakan nyaring Liong-bun Pangcu, mendadak ,.Crot" dari atas tandu menyemprot keluar sejalur panah air, begitu meluncur di-udara lantas muncrat, sehingga daya jangkaunya lebih luas, ke manapun orang aneh berkelit pasi tak luput dan semprotan air itu.
Orang banyak yang berada dalam balairung seketika mengendus bau amis busuk, jelas air yang menyemprot itu beracun jahat. Padahal orang aneh itu sedang menubruk kebawah, begitu disemprot air, terdengar dia menggerung sekali, entah bagaimana tubuhnya melenting hingga mumbul lebih tinggi lagi.
Dalam sekejap ini tandu itu sudah melesat delapan tombak jauhnya. di udara orang aneh bersalto beberapa kali, setelah semprotan air beracun itu jatuh menyentuh lantai didepan pintu baru diapun meluncur turun pula.
Semprotan air hitam itu mengeluarkan asap kelabu dan suara bakar waktu menyentuh lantai. Setelah asap kelabu itu lenyap ditiup angin, tampak lantai di mana kecipratan air itu berlobang kecil dalam. /
Orang banyak tidak mengira kalau air hitam itu beracun sejahat itu. Bila orang aneh itu hinggap diatas tanah, tandu itupun sudah meluncur kebawah lewat undakan, terdengar bentakan dan jeritan semakin jauh, orang-orang Hiat lui-kiong yang coba menghadang tiada satupun yang selamat.
Makin lama bentakan dan jeritan itu makin jauh. Mendadak Kui-bo mengeluarkan suitan panjang, serunya : ..Menerima tidak dibalas kurang hormat. Selanjutnya Liong-bun-pang kalian pun jangan harap bisa tent ram jangan menyesal akan perbuatan yang tercela hari ini."
Suara Kai-bo keras kumandang hingga terdengar sampai jauh. Maka terdengar jawaban Liong bun Pangcu dari kejauhan di-bawah sana : ..Selalu kami siap menyambut kedatangan kalian Cia-siaucengcu berada di tempatku pasti mendapat pelayanan sewajarnya."
Kedengarannya suara Liong bun Pangcu sudah belasan li jauhnya, karena orang bertindak cepat diluar dugaan lagi hingga Kui-bo tidak sempat bertindak, apalagi Cia Ing-kiat jatuh ketangan mereka, apalagi dia dapat menilai kedelapan pemikul tandu itu walau tampangnya biasa saja, tapi Ginkang mereka ternyata mirip dengan kepandaian Tay-bok-sin-eng (elang sakti dari padang pasir) Ling It cu yang menjagoi jagat dengan Thi-hun-ceng itu, hal ini membuat hatinya agak jeri, tahu dikejar juga takkan kependak, meski hati amat gusar, dia tidak berani sembarang bertindak, apalagi kalau tidak berhasil merebut balik Cia Ing-kiat diri sendiri yang akan malu.
Di bawah puncak adalah sungai, Liong-bun-pang datang dari perairan, anggotanya mahir permainan dalam air. bila mereka sudah tiba dibawab gunung, jelas dirinya takkan bisa menyandaknya lagi. maka dia hanya menggertak dengan suaranya, diluar dugaan jawaban Liong bun Pangcu menyatakan bahwa Cia Ing kiat sudah berada di-tangannya. /
Jawaban Liong bun Pangcu menimbulkan reaksi yang menghebohkan dalam balairung, sudah tentu reaksi paling keras datang dari Kui-bo Hun Hwe-nio.
Sejak muncul pertama kali tadi Kul-bo meiihat Hu-lo Popo, pada hal dia tahu orang ini bukan Hu-lo Popo asli, tapi samaran seorang yang memiliki Kungfu jauh lebih tinggi dari Hu-lo Popo, disamping diapun sudah mengenali Mau-po cu Kim-nou-po, maka terhadap laki-laki tua yang satu itupun dia juga menaruh sedikit perhatian. Tapi mimpipun tak pernah terpikir dalam benaknya bahwa laki-laki tua yang tidak menyolok ini adalah Cia Ing-kiat.
Kui-bo tidak tahu berdasar apa Liong-bun Pangcu tahu bahwa Laki-laki tua ini adalah samaran Cia Ing-kiat, maka waktu musuh bertindak, dia tidak berusaha mecegah jelas bahwa Liong bun Pangcu berpandangan lebih tajim dari dirinya.
Setelah suara Liong bun Pangcu lenyap, tampak orang-orang Hiat-lui-kiong yang bertugas diluar berlarian datang berdiri di luar pintu, sikap mereka tampak gusar dan takut. Sementara orang aneh itupun pelan-pelan berputar kembali.
Kui-bo menyeringai dingin, katanya : "Jadi kau adanya." ucapannya ditujukan kepada orang aneh.
Orang aneh angkat pundak sambil membuka kedua tangan, katanya : "Akhirnya kau kenali juga diriku."
"Dari Thian Iau-hong kau menculiknya, dua muridku kau lukai juga. Sekarang dia di gondol orang dari sampingmu pula, bagaimana kau harus memberi pertanggungan jawab?"
Nada ucapan Kui-bo meski kalem dengan tersenyum, namun orang banjak tahu, bahwa hatinya amat gusar dan penasaran. Kembali hadirin melenggong oleh perobahan yang terjadi diluar dugaan. Hu li Popo yang bicara dengan Kui-bo. kedengaran berobah suaranya menjadi orang lain. /
Setelah tertawa kering duakali. orang aneh berkata "Jangan kau memancing aku, orang diculik dari sampingku, sudah tentu kuwajibanku untuk merebutnya kembali, tapi setelah kutemukan, dia tetap berada ditanganku."
Kui-bo maju dua langkah, sorot matanya bersinar tajam, orang aneh mengangkat tubuh nya lebih tinggi, terdengar tulang-tulang tubuhnya berbunyi keretekan, mendadak perawakannya menjadi bertambah besar satu kaki. Kembali hadirin bersuara kaget, memang mereka tidak tahu siapa yang menyaru jadi Hu-lo Pnpo, tapi ilmu hebat tiada taranya dari aliran Hud yang dinamakan Lip te-seng hud, banyak yang pernah mendengarnya
Tapi sejak Tat-mo Cosu menurunkan ilmunya setelah menghadap dinding belasan tahun, hanya ada tiga orang yang berhasil meyakinkan ilmu ini. Dua orang adalah pimpinan tertinggi Siau lim-si, mereka sudah lama meninggal. Tiga puluh tabun yang lalu. dalam Siau lim-si muncul seorang jenius, belum genap empat puiuh usianya, ternyata sudah menjadi wakil pimpinan Tat-mo-wan, Kungfunya melampaui orang-orang yang lebih tinggi tingkatannya, dia pun berhasil meyakinkan Lip-te-seng hud. Namun bagaimana akhirnya dari nasib padri sakti ini, orang-orang Bulim tiada yang tidak tahu, karena dihari tuanya dia terpelet oleh seorang perempuan iblis, dalam semalam beruntun dan melanggar tujuh pantangan perguruan, akhirnya dia diusir dan dipecat dari Siau-lim-si sejak itu jejaknya tfck kelihatan.
Peristiwa ini dulu pernah menggemparkan dunia, karena peristiwa yang memalukan ini Siau lim-si pernah ditutup untuk umum dalam jangka yang tak terbatas. Siapakah sebenarnya iblis perempuan itu, seorang padri sakti yang sudah tinggi pendidikan agama-nyapun bisa terpelet oleh kecantikannya. Peristiwa ini banyak ceritanya, satu dengan lain berbeda, namun tiada orang yang benar benar tahu latar belakang /
sesungguhnya. Yang terang sejak peristiwa itu, tiada orang pernah melihat padri sakti itu,
Sekarang hadirin mendadak menyaksikan badan Hu-li Popo melar lebih tinggi, demontrasi Lwekang tinggi dari aliran Hud in sungguh mengejutkan semua orang. Tapi yang paling besar takutnya adalah Kui-bo Hun Hwi nio.
Menghadapi orang aneh yang badannya mendadak melar. Kui-bo Hun Hwi-nio seperti melihat setan yang menakutkan, mulut terbuka mata terbeliak, jari tangannya menuding orang aneh dengan gemetar, sepatah katapun tak mampu diucapkan.
Begitu tubuhnya melar bahan make-up dimuka orang aneh itupun ngelotok dan rontok, dalam sekejap pulihlah dia dalam wajah aslinya sendiri, tampak selembar mukanya berkerut keriput, karena tubuhnya melar betapa kereng dan gagah perbawanya sayang mukanya yang penuh keriput itu seperti lesu dan cemberut seolah-olah selama hidupnya selalu mengalami pahit, getir kehidupan yang luar biasa.
Jari tangan Kui bo yang menuding mungkin bergetar keras, mendadak suara melengking gemetar tercetus dari mulutnya:"Kau, ternyata kau."
Orang aneh itu menghela napas panjang tubuhnya yang melar pelan-pelan mengkeret lagi seperti semula, katanya:"Memangnya siapa kalau bukan aku?" Lalu dia membalik menggapai kepada Lui Ang-ing:."Marilah kita pergi."
Lui Ang-ing mengiakan, sebat sekali dia meluncur dari samping orang aneh, orang aneh ini.juga sudah beranjak pelan-pelan, sikap Lui Ang-ing kelihatan tegang mengintil dibelakang orang.
"Jangan pergi." mendadak Kui-bo Hun Hwi-nio menghardik dengan suara nyaring. /
Berapa keras hardikan Kui-bo, hingga hadirin merasa telinganya pekak, ada yang genderang teliannya pecah, sehingga kupingnya mendenging sekian lamanya. Tapi orang aneh itu seperti tidak mendengar, langkahnya tetap beranjak kedepan. Kui-bo bersuit panjang, kedua tangannya mendadak terayun telapak tangan yang semula putih mendadak berobah merah darah, terutama kuku jarinya berobah ungu begitu tangan terayun badan-nyapun meluncur kedepan, jari-jarinya mencengkram kepunggung orang.
Cengkraman Kui-bo Hun Hwi-nio padahal ditujukan kepunggung orang aneh, tapi orang-orang dalam balairung menjadi ribut, Kaiena serangan ini bukan lain adalah Hwi-in jiau hun salah satu dari tujuh ilmu tunggal Kui-bo yang lihay, hadirin banyak yang tahu kehebatan ilmu cengkraman ini. Betapa pun cepat gerakan lawan, umpama berhasil meluputkan diri, tapi bila kuku jari Kui-bo berhasil menggores luka kulit badanmu racun diatas kukunya itu akan bekerja dibadan musuh, berarti jiwanya tak tertolong lagi
Tadi betapa santai gerakan Lui Ang-ing waktu menyampuk benang merah Hun Lian, tapi sekarang dia tak berani ayal segera mendahului melayang keluar. Bila kesepuluh jari Kui-bo bak cakar elang itu hampir mengenai sasarannya, orang aneh itu baru putar badan berdiri tegak tak bergerak, sorot matanya memancarkan cahaya tajam mengawasi Kui-bo Hun Hwi-nio. Dalam sedikit itu, kedua tangan Hun Hwi-nio yang mencengkram tiba dengan kecepatan luar biasa itu mendadak terhenti ditengah udara. Sepuluh kuku jarinya yang panjang, terpaut satu kaki didepan muka orang aneh, tapi ujung mata dan bibir nya tampak kedutan, matapun terbelalak entah apa yang terpikir dalam benaknya.
Sekejap orang aneh menatap Kui-bo lalu memejam mata, katanya : "Kau sudah tahu siapa aku, masih berani kau hendak menyerangku " Sumpahmu dulu belum kulupakan, tak segan aku bertindak boleh kau pikir-pikir lagi." /
Apa maksud ucapan orang aneh, hakikatnya hadirin tidak ada yang tahu. Tapi Kui-bo Hun Hwi-nio amat maklum, tampak kulit mukanya semakin pucat dan mengejang ditengah pekikannya yang beringas, sepuluh jarinya mendadak mencakar turun.
Jarak sedekat itu. cakaran dilancarkan dengan pekik yang bernafsu lagi, sudah tentu serangannya hebat dan dahsyat. Tampak orang aneh tetap berdiri tak bergerak, begitu jari-jari Kai-bo menyerang tiba tubuhnya mendadak meluncur mundur beberapa kaki. Mengikuti badan lawan yang mundur makin jauh, kedua lengan Kui bo ternyata juga bisa mulur makin panjang, cakar tangannya serabutan mengincar muka orang aneh. baiu sekarang orang aneh terpaksa menggelakan tangannya.


Tugas Rahasia Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hakikatnya tiada orang melihat bagaimana orang aneh turun tangan, terdengar suara "Tas, tas, tas...'' sepuluh kati, secepat kilat tubuh Kui bo kini yang tertolak mundur sepuluh langkah, seiring dengan suara "Tas, tas,'' itu beberapa benda entah apa berjatuhan diatas lantai.
Kui-bo mundur cepat dengan kekuatan yang luar biasa, hingga dua meja kursi yang ditumbuknya hancur berantakan, untung hadirin sudah menyingkir sejak tadi, tiada satupun cidra.
Setelah Kui-bo mundur cukup jauh baru hadirin melihat jelas, jari jainya masih terkembang namun kuku-kuku jarinya sepanjang dua tiga dim diujung jarinya sudah patah semua berserakan diatas lantai. Tidak mungkin Kui-bo memutus kuku sendiri, dari hasil gebrak sejurus ini, membuktikan bahwa orang aneh berhasil menjentik putus sepuluh kuku Kui bo.
Kalau demikian kenyataannya, maka berita yang tersiar luas dikalangen Kangouw tentang Hud cam-hoa biau-ci dari aliran hud didunia barat menjadi kenyataan, dan hanya ilmu jari menjentik kembang itulah yang memiliki kesaktian yang luar biasa, seperti juga dengan Lip-te-seng-hud tadi, keduanya /
adalah Kungfu taraf tinggi dari aliran Hud-bun yang tiada bandingannya. Dari sini dapat puta disimpulkan bahwa orang aneh ini agaknya dari aliran Hud"
Mau tidak mau orang menduga bahwa orang aneh ini kemungkinan besar adaiah padri sakti yang dahulu diusir dan dipecat dari Siau-iim-si dulu. Dari nada percakapan mereka, kedengarannya orang aneh ini memang sudah lama kenal dan punya pertikaian dengan Kui-bo Hun Hwi nio. Maka orang akan menduga lebih lanjut bahwa iblis perempuan yang memelet padri sakti itu hingga dia melanggar tujuh pantangan perguruannya itu bukan lain adaiah Kui-bo Hun Hwi-nie.
Hadirin masih celingukan bingung, dalam waktu singkat sukar mereka menemukan jawaban dari perkembangan yang lebih lanjut, terdengar Hun Lian menjerit keras: " Bu. bu." sambil berteriak Hun Lian memburu kearah sang ibu serta memeluknya, Hun Hwi-nio juga balas memeluknya.
Lekas sekali orang aneh sudah membalik dan melangkah pergi. Lui Ang-ing mendekati lalu melangkah bersama keluar balairung.
Jago-jago yang hadir tiada yang merasa kaget dan jeri, mereka kabur setelah didepan umum Hun Hwt-nio kecudang, bila sifat gilanya kumat, bukan mustahil dia bertindak jahat terhadap para tamunya, maka mereka menyesal kenapa hari ini berada di sini.
Tampak Kui-bo Hun Hwi-nio masih melotot gusar, napasnya sengal sengal sambil kertak gigi, kulit mukanya masih kedutan, seringainya amat seram menakutkan. Siapa tidak giris dan merinding melihat tampang Kui-bo yang benar sesuai julukannya (induk setan).
Tapi hanya sekejap, setelah telapak tangannya menepuk tiga kali dipunggung putrinya, dia dorong Hun Lian mundur, wajahnya sudah berobah seperti semula, penuh senyum dan ramah perobaban terjadi hanya waktu singkat, keadaannya /
seperti dua orang yang berbeda. Sambil tertawa dia mengebas lengan baju, kutungan kuku jarinya yang berserakan dilantai digulungnya semua.
Lalu katanya lantang: "perobahan tak terduga terjadi atas pernikahan putri tunggalku ini, terpaksa soal jodohnya kita kesampingkan dulu."
Beberapa orang yang merasa lega seperti mndapat pengampunan saja, mumpung urusan tidak berlarut panjang, lekas mereka berdiri serta berkata : "Kalau demikian baiklah kami mohon diri saja.''
Seperti tidak terjadi apa-apa, Hun Hwi-nio berkata: "Kenapa buru-buru, bukankah pernikahan Gin-koh. dengan Thi giam ong masih bisa dilangsungkan dan dimeriahkan, demikian pula janji yang pernah kuucapkan, tetap takkan berobah. untuk ini mohon hadirin menunggu dengan sabar."
Jago-jago yang hadir saling adu pandang semua tak bisa mengimbil keputusan, maka beberapa tokoh kosen seperti Oh-sam Siansing Pak-roSuseng dan lain lain menjadi sasaran pertanyaan mereka, jelas secara tidak langsung mereka sudah terangkat menjadi pimpinan orang banyak.
Jago-jago kosen ini semua menerima kartu nndangan baru mereka mau datang ke Hiat-lui-kiong, dalam undangan dicantumkan janji oleh tuan rumah bagi yang datang akan diberi sebuah biji teratai darah yang berusia seratus tahun. Konon biji teratai darah itu hanya sebesar kacang ijo. kasiatnya dapat menambah tenaga, amat berguna bagi kaum persilatan. Pesta pernikahan ini merupakan pertemuan besar kaum persilatan yang belum pernah terjadi belasan tahun, yang hadir juga pasti jago-jago kosen.
Dia mulai berangkat naik kapal sampai didalam balairung ini, kejadian demi kejadian, perobahan terus berlangsung semakin tegang, hingga hadirin semakin tidak tentram ingin tinggal pergi tanpa hiraukan biji teratai segala, namun /
gelagatnya Hun Hwi-nio tidak akan mengidzinkan mereka pergi, maka kebanyakan orang menjadi bimbang. Mereka mengharap Oh-sam Siansing yang terpandang diantara mereka bisa memberikan keputusan mereka pasti akan mendukungnya, setelah beradu pandang dengan Pak-to Suseng, maka Oh sam Siansing berkata dengan tertawa ; "Urusan intern tuan rumah tak berani kami orang luar turut campur, apalagi harus mengganggu, sungguh tidak enak jadinya "
"Tidak jadi soal. Kejadian hari ini pasti akan kuselesaikan dengan baik, kalian tidak usah kuatir "
"Baiklah, kami terima saja kehendak tuan rumah." ucap Oh-sam Siansing.
Jago jago kosen yang lain sependapatan dengan Ob-sam Siansing, maka mereka sambut keputusan ini dengan tepuk tangan riuh, suasana yang tadi tegang kini berobah riang pula. Hanya Hun Lian yang mengerut alis, menunduk kepala sambil cemberut tanpa bersuara.
Jago-jago kosen yang hadir dalam Hiat-lui-kiong ini berpendapat. Oh sam Siansing punya kepandaian, pengalaman yang luas, kedudukannyapun diagungkan, mengikuti langkahnya pasti takkan keliru. Tapi kehidupan Bu-im memang serba jahat, culas dan telengas, liku-likunya sukar diraba, setiap orang pasti punya rasa egois, bukan mustahil demikian pula sifat Oh sam Siansing" Kungfu Oh sam Siansing memamg amat tinggi, tapi bagi seorang yang pernah meyakinkan Khi kang aliran Lwekeh, makin tinggi Lwekangnya, keinginan mencapai tahap yang lebih tinggi juga makin besar dan makin sukar. Bagi yang bakat sendiri kurang memadai, bila mencapai taraf tertentu, boleh dikata akan terhenti, meski betapapun kau giat dan rajin latihan juga takkan berguna jadi suatui mu bukan tergantung dari lati uan meiulu, meski latihan lebih kerap dan menggembleng diri /
sekalipun juga tidak akan mencapai kemajuan kalau bakatmu sendiri memang terlalu tidak becus.
Oh sam Siansing dan Pak-to Suseng selama dua tanun ini sudah giat berlatih, namun mereka merasakan, tidak mencapai kemajuan sedikitpun. sebetulnya taraf kepandaian yang sudah mereka capai cukup memuaskan, namun sifat manusia memang tidak kenal puas. sehingga sering terjadi huru-hara lantaran ingin mengejar kepuasan belaka.
Padahal betapa tinggi kepandaian dan kedudukan kedua orang ini. bahwa mereka jauh-jauh menepati undangan itu. tidak lain karena ingin mendapat biji teratai untuk bantu mencapai latihan mereka. Makin tinggi Lwekang sipemakai makin besar manfaatnya. Bila kedua orang memperoleh bentuan biji teratai, maka tidak sukar untuk menembus jalan untuk yang selama ini menghambat kemajuan mereka. Maka janji Kui-bo akan memberi biji teratai itu betul-betul merupakan daya tarik luar biasa sehingga mereka lupa daratan.
Selama ini kedua orang ini menyangka kemampuan mereka sudah jarang ketemu tandingan, umpama gagal memperoleh biji teratai juga tidak jadi soal. Sayang sekali sebelum naik keatas kapal beruntun kedua orang ini sudah kecundang, tanpa menampilkan diri Liong-bun pangcu mampu menggondol orang dari depan mata orang banyak, betapa hebat permainan Siau-pocu dari Kim-hou-po, dua kali demonstrasi ilmu aliran hud oleh orang aneh, membikin orang banyak pusing berkunang-kunang, ini menandakan bahwa diluar langit masih ada langit, orang pandai ada yang lebih pandai. Seumpama Kim-bo Hun Hwi mo menjilat ludah dan ingkar janji, mereka juga tidak akan berpeluk tangan. Ternyata Kim-bo Hun-Hwi,nio masih bersikap ramah dan menyatakan akan menepati janji, sudah tentu kedua a-rang ini merasa akur. /
Celaka adalah orang-orang gagah lain yang tidak tahu maksud pribadi kedua tokoh yang egois ini, karena mereka tidak pergi, yang lain-lain juga mengikuti jejaknya. Diluar sadar mereka, kehadiran mereka di Hiut-Lui-kiong ini akhirnya akan menimbulkan tragedi yang mengenaskan dalam kalangan bulim.
Waktu Cia lng kiat masih berada di balairung dia kira Kui-bo Hun Hwi nio sudah mengenal dirinya setelah Li-pi-lik berkaok memanggil nama samarannya, ternyata dugaannya meleset. Hal ini baru dia sadari setelah Liong bun Pangcu bertindak, tahu-tahu dirinya sudah tertutuk Hiat-to dan di gondol pergi dalam tandu.
Meski Hiat-to tertutuk namun Cia Ing-kiat masih sadar dan mata juga bisa melibat dalam tandu gelap gulita, terasa tandu sedang bergerak secepat terbang, kegaduhan terus berlangsung diluar, tapi apa yang terjadi dia tidak tabu.
Ruang tandu tidak begitu besar, terasa oleh Cia Ing kiat, Liong bun Pangcu berada di depannya. Tapi keadaan gelap, bahwasanya dia tidak bisa melihat tampang Liong-bun Pangcu, Terasa tandu meluncur makin cepat kebawah. tapi Liong bun Pangcu tenang-tenang duduk santai, katanya : "Jangan takut, apapun ditempatku ini lebih baik di banding dibawah cengkraman tua bangkotan itu dan ditangan siluman perempuan Kim-hou-po itu."
Karena Hiat to tertutuk. mengerahkan tenagapun tidak mampu, maka mulutpun tak bisa bicara. Sehabis Liong-bun Pangcu bicara tandu mendadak seperti mumbul keatas. lalu meluncur turun pula, seolah-olah para pemikul tandu melompat tinggi bersama lalu anjlok kebawah pula.
Dalam sekejap itu Cia Ing-kiat tidak tahu berapa daiam tandu itu anjlok kebawah mendadak terdengar bunyi air, maka daya luncur tdndu berhenti, menyusul suara air dikayuh. /
Kalau Cia Ing kiat berada diluar tandu pasti dibuat melongo dan kaget, sekaligus dia membuktikan kenapa Liong bun Pangcu selalu sembunyi d dalam tandunya.
Ternyata tandu besar ini serba guna, waktu menerjang keluar dari balairung tadi atap tandu bisa menyemburkan air hitam tengkorak yang beracan dari Se ek, sepanjang jalan menuruni undakan batu tak sedikit pula Am-gi yang melesat keluar merobohkan musuh. Bila pencegatnya makin besar jumlahnya, ternyata keenam pemikul tandu langsung melompat turun dari ngarai yang terjal dan tinggi.
Ngarai itu tingginya dua puluhan tombak lebih, orang-orang Hiat-lui-kiong yang melihat tandu itu melayang dari atas ngarai mereka kira mereka hendak bunuh diri. Tak nyana bila tandu itu masih terapung tiga tombak diatas air, kanan kiri tandu mendadak menjulur keluar dua papan lebar panjang hingga daya luncur kebawah banyak tertahan, akhirnya dengan ringan jatuh di permukaan air.
Sigap sekali enam pemikul tandu sudah mencelat keatas papan Lalu melolos pengayuh, bila orang orang Hiat-lui-kiong mengejar turun dan membidik dengan panah mereka sudah meluncurkan tandu itu cukup jauh tak terkejar lagi.
Di dalam tandu Cia Ing-kiat seperti di atas perahu tak lama kemudian terasa segulung tenaga menerjang dada. rasa sesak seketika longgar, segera dia menegakkan badan terdengar Liong bun Pangcu berkata ; "Jangan banyak gerak, arus sungai amat deras, kalau kecemplung ke air, tidak boleh dibuat main-main."
Cia Ing-kiat mendengus sekali, katanya; "Kalau kau kecemplung memang bukan main-main, tapi bagi diriku lebih baik dari pada kau sekap didalam sini."
Liong bun pangcu terkekeh tawa katanya ..Bukan sekali ini kau menjadi sandera orang jangan kuatir, aku pasti tidak akan menyakiti kau." /
Cia Ing-kiat menegakan badan, katanya: "Kungfuku rendah, tidak membekal rahasia besar kaum Bulim. kau berani melawan beberapa jago kosen yang lihay itu meringkusku kemari, apa tujuanmu ?"
"Sudah tentu lantaran putri Kui-bo ingin kawin dengan kau. Kau harus tahu Kui-bo hanya punya seorang putri mestika, kalau putrinya ingin memetik rembulan. Kui bo juga akan mengambilnya, kau jatuh ketanganku, boleh dikata barang bisa dipakai sesuai kebutuhan"
Membara amarah Cia Ing-kiat mendengar komentar orang, namun dia tahu mengumbar adat juga tidak berguna. maka dia menekan gejolak hatinya.
Terdengar Liong bun Pangcu berkata pula: "Kali ini Kui bo meminjam alasan menikahkan putrinya, mengundang banyak jago jago kosen ke Hiat-lui kiong dengan janji akan memberi sebutir biji teratai, padahal aku yakin dia punya maksud tertentu yang jahat, sayang mereka tidak menyadari telah tertipu"
Cia Ing-kiat hanya memikirkan posisi sendiri, bagaimana meloloskan diri, bahwasanya apa yang diusapkan oleh Liong bun Pangcu tidak didengarnya sama sekati.
Liong-bun Pangcu masih terus mengoceh: ,,Kui-bo punya ambisi besar untuk menguasai dunia, maka dapat diduga, dalam kalangan Kangouw kelak, kecuali Kim hou po dunia akan dikuasai oleh kekuatan Hiat-lui kiong. Sebagai Pangcu dari Liong hun pang betapapun aku harus memikirkan masa depan Liong-bun pang. biar kita tiga pihak saling berlomba"
Mendengar sampai sini baru mendadak Cia Ing kiat mendengus hidung, katanya: , Enak saja kau berpikir, betapa banyak kaum persilatan yang berkepandaian tinggi, terutama dari jago-jago muda aliran besar kenapa kau hanya bilang tiga pihak belaka" /
Liong-bun Pangcu terloroh-loroh, katanya: ,.Selama beberapa tahun terakhir ini, jago-jago kosen dari golongan lurus maupun aliran sesat secara mendadak telah lenyap tak karuan parannya, lalu ke mana mereka pergi?"
Tergerak hati Cia Ing kiat, segera dia teringat akan pengalamannya di Kim hou-po, katanya: "pergi .... ke Kim-hou po."
Liong-bun Pangcu tertawa lebar pula, katanya: "Kalau kukatakan, aku mempunyai daftar nama-nama jago-jago kosen dari berbagai aliran besar kecil yang berada didalam Kim hou-po, kau percaya tidak?"
Tanpa pikir Cia Ing kiat menjawab:"Tidak percaya."
"Kau tidak percaya" jengek Liong bun pangcu tertawa dingin "lantaran tiada orang bisa keluar Kim hou po dengan leluasa, apa lagi menyampaikan berita kepadaku, begitu" '
Cia Ing-kiat sadar bahwa dirinya berada ditempat gelap namun dia menganggukan kepala.
Ternyata Liong-bun Pangcu seperti melihat gerakan kepalanya, segera dia tertawa pula. katanya: "Mungkin kau hanya tahu burung dara pos dapat membantu manusia mengantar berita. Maka kau pasti tidak tahu disuatu pulau dilautan teduh sebelah timur, tanahnya hitam subur, di sana ada sejenis burung kecil sebesar ibu jari kaki kecepatan terbangnya luar biasa. Didalam Kim-hou-po ada agen yang kutanam di sana, dengan burung kumbang itulah, dia sering memberikan informasi kepadaku"
Cia Ing-kiat menarik napas panjang, dalam pendengarannya apa yang diucapkan Liong bun Pangcu seperti dengan dan hayalan belaka, setelah melenggong sesaat dia berkata "Bagaimana kau tahu adanya jenis burung kecil yang pandai membantu manusia ini?" /
"Jejakku tersebar luas diseluruh dunia. Dunia yang kalian maksud hanya dari Kun-lun-san sampai laut timur, keselatan Lam-hay, utara adalah padang pasir. Memangnya siapa tahu kecuali itu dalam jarak yang lebih jauh masih ada dunia lain."
Tersir p darah Cia Ing-kiat, serunya: "Jadi kau..."
Liong-bun Pangcu tertawa, katanya; "Memangnya kau tidak merasa bahasa Hanku agak kaku dan logatku tidak sama dengan nada ucapanmu ?"
Tanpa sadar Cia Ing-kiat mengangguk kepala, pada saat itulah pandangannya men-dadak menjadi terang, jelas tampak oleh Cia Ing kiat didepannya duduk seorang aneh. perawakannya tinggi besar luar biasa, rambutnya bewarna kuning emas dan kriting, kedua matanya cekung, hidungnya besar membetet, dagunya ditumbuhi jambang bauk yang lebat, juga kuning emas, namun kulit badannya justru putih seperti susu, lebih aneh lagi seluruh lengan hingga punggung telapak tangannya ditumbuhi bulu panjang bewarna kuning emas pula, hingga sekilas pandang apalagi dalam kegeiapan susah dibedakan dia manusia atau binatang.
Cia Ing-kiat terlengong sekian saat tak mampu buka suara.
Liong bun Pangcu malah tertawa, katanya : ,,Jangan kuatir, seperti engkau, akupun-manusia biasa bukan mahluk aneh, tapi betapa besar dunia ini, suku bangsa manusia teramat besar, pengetahuanmu sendiri yang terlalu cupat. jarang melihat maklum kalau merasa heran."
Walau hati kaget dan heran, namun melibat sikap orang ramah, maka Cia Ing-kiat coba memancing "Jadi kau......kau datang dari mana "
Liong-bun Pangcu tertawa, katanya: "Ku-jelaskanpun kau tidak akan mengerti, ketahuilah, sudah lama aku meninggalkan rumah, belajar kepandaian di Thian-tiok, yang kupelajari adalah ilmu tingkat tinggi secabang dengan aliran Tat-mo Cosu, bermukim di Tiongkok sudah puluhan tahun." /
sampai di sini cerita Liong bun Pangcu, cahaya benderang di dalam tandu mendadak sirna. Waktu cahaya mendadak benderang tadi. perhatian Cia Ing-kiat tertuju kepada bentuk Liong-bun Pangcu yang aneh dan ganjil, mata tidak sempat dia perhatikan dari mana datangnya sinar benderang itu.
Karuan hatinya serba bingung dan gundah, sesaat dia tak mampu bersuara.
Liong-bun Pangci bertanya pula: "Sekarang, yakin kau sadari percaya bahwa aku bukan membual ?"
Cia Ing kiat menarik napas, katanya:"Tapi jago iago yang ada di Kim hou-po. kukira takkan bisa menimbulkan onar lagi dikalangan kanguow"
Liong-bun Pangcu tertawa, katanya: "'Seorang bila sudah meyakinkan Kungfu, seumpama ulat didalam perutmu bagaimana juga kau takkan bisa mengabaikannya demikian saja'."
Bergetar perasaan Cia Ing kiai mendengar komentar Liong-bun Pangcu, namun bila dipikirkan secara teliti, komentarnya itu memang mengandung kebenaran. Keadaan jago-jago dalam Kim hou-po memang kurang wajar, mereka seperti terkendali dan tunduk oieh kewibawaan sang Pocu dan Siau pocu sehingga semua hidup tertekan, bila Kim hou-Pocu punya ambisi mengkoordinir jago jago lhay itu. Diam diam Cia Ing-kiat merinding, katanya: "Lalu orang macam apa sebetulnya Kim-hou Pocu, apa kau tahu?"
Liong bun Pangcu menjengek dingin. katanya : "Kau sudah tahu dan kenal putrinya, memangnya kau tidak tahu ?"
Tersirap darah Cia Ing kiat, Lui Ang-ing adalah Sau pocu dari Kim-hou po. hal ini sudah gamblang dan tak perlu disangsikan iagi, sekarang Liong-bun Pangcu berkala demikian, maka Kim-hou Pocu pasti seorang she Lui. tapi setahu Cia Ing-kiat belum pernah dia dengar ada seorang tokoh Bulim she Lui yang pernah menjagoi dunia persiiatan. /
Menilai situasi di Kim-hou-po, maka dapat dibayangkan bahwa Kungfu sang Pocu masih jauh lebih tinggi dibanding Kui-bo Hun Hwi-nio dan orang aneh itu, kalau tidak, sekian banyak jago-jago silat dari golongan hitam maupun putih, begitu masuk Kim hou-po lantas tunduk dan patuh " Maka dapatlah dibayangkan bahwa Kim hou Pocu adalah tokoh besar Bulim. sepantasnya namanya cukup menggetar dunia persilatan, namun kenapa kenyataan tak terkenal.
Maka terbayang oleh Cia Ing-kiat akan orang aneh itu, betapa tinggi Kungfu orang aneh itu, namun bagaimana asal usul dan siapa namanya, ternyata jarang orang tahu " Maka dari sini dapat disimpulkan, bahwa seseorang yang terkenal didunia persilatan belum tentu dia jago besar sejati, jago kosen tulen mungkin berdiri d hadapanmu, namun kau tidak tahu atau tidak mengenalnya.
Cia Ing-kiat menghela napas, katanya setelah merenung sekian saat : .Kungfuku rendah. Kim-hou Pocu punya ambisi apa, tiada sangkut pautnya dengan aku, lalu apa gunanya kau menculikku?"
Liong bun Pangcu gelak-gelak, katanya : "Bersama putri Kui-bo, didalam Kim hou-po kau sudah mencuri satu benda, betul tidak?"
Cia Ing-kiat tertawa getir, ujarnya : Betul tapi benda itu tak berada ditangan-ku, sudah direbut oleh nona Hun."
"Betul, karena itu maka aku menculikmu kemari, akan kutunggu Hun Lian kemari membawa benda itu, untuk barter dengan dirimu "
Cia Ing-kiat geli dan dongkol, katanya; "Benda itu dinamakan Tiok-kip-pit lo. dalam lembaran rangkaian bambu itu terdapat catatan diskusi Kungfu dan dua puluh satu jago top dunia dipuncak Kun-lun puluhan tahun yang lalu. kaum persilatan bila sempat mempelajari ilmu yang tercatat /
didalamnya kungfunya akan maju lipat ganda, mana mungkin dia membarter diriku dengan benda itu ?"
,,Kukira sulit diduga,"ucap Liong-bun Pangcu, "Seorang gadis bila mencintai seorang jejaka, dia rela berkorban jiwa apalagi hanya mengorbankan benda yang tak berarti itu."
Masgul hati Cia Ing-kiat, maka dia tutup mulut. Ternyata Liong-bun Pangcu juga tidak bersuara lagi. kira-kira satu dua jam kemudian, mendadak tunduk terasa bergetar Setelah itu berhenti sejenak, menyusul tandu ini seperti mendarat, mulai bergerak pula turun naik seperti dibawa lari diatas pikulan.
Gundah hati Cia Ing-kiat. dia tidakhabis mengerti, kenapa Hun Lian jatuh cinta kepadanya, padahal sebelum ini belum pernah terbayang olehnya bahwi Hun Lian adalah gadis secantik itu, disaat perasaannya timbul tenggelam itulah, dia hanya memikirkan satu hal. yaitu, bila dia bisa menjalin perjodohan dengan Hun Lian, suami isteri meyakin kan ilmu yang tercatat didalam Tiok-kip-pit-po, maka hidupnya ini tak perlu menyesal. Namun sekarang dirinya jatuh di-tangan Liong bun Pangcu, dari perawakan dan tampangnya yang aneh, jelas bahwa Liong-bun Pangci pasti bukan orang Tionghoa namun kepandaiannya hebat, susah dirinya loios dari belenggunya, terpaksa dia menunggu Hun Lian untuk menolong dirinya.
Cia Ing-kiat sedang berangan angan, sementara tandu terus laju kedepan, kepekatan dalam tandu menambah perasaan Cia Ing-kiat gundah gulana, saat itulah mendadak dia mencium yang harum semerbak, harum yang menyegarkan badan, namun rasa kantuk segera merangsang dirinya pula, kejap lain sekujur badan sudah lemas, lalu dia meringkel lemas dan tertidur pulas, tidak sadarkan diri lagi.
0oo0 Kini kami kembali ke Hiat lui kiong Tak lama kemudian suasana bertambah ramai dalam balairung, suara musik dan /
nyanyian menyambut keluarnya Utti Ou yang beranjak keluar dengan pakaian penganten yang baru, dipapah oleh sepasang pengapit, langsung menuju kepelaminan.
Setelah berdandan tampak Thi-giam-ong Utti Ou bersikap kikuk dan malu-malu. sikapnya seperti risi dan tak tenang duduk, namun demi mempersunting Gin Koh sebagai isterinya terpaksa dia menahan diri.
Tak lama kemudian Gin koh juga keluar, sudah tentu sudah mengenakan pakaian pengantin juga, kepalanya ditutupi selembar kain merah, dipapah keluar oieh dua gadis jelita.
Hadirin semuanya tokoh-tokoh Bulini yang berkepandaian tinggi, tiada satupun di-antara mereka yang tidak merasa geli dan lucu bahwa kedua gembong iblis berlainan jenis ini, secara kilat telah menjadi suami isteri. Sementara pelayan Hiat-lui-kiong mulai menghidangkan berbagai masakan yang enak dan luar biasa, arak harum nomor satu tidak ketinggalan, hadirin makan minum riang gembira, kejadian yang menegangkan tadi sudah dilupakan sama sekali.
Sekian jam lamanya pesta pernikahan ini berlangsung, mendadak terdengar suara tambur ditabuh gema tambur mengejutkan seluruh hadirin, baru sekarang mereka sadar bahwa Kui-bo dan putrinya entah sejak kapan meninggalkan ruang perjamuan, disaat hadirin celingukan itulah mendadak semua mengendus bau wewangian yang harum sekali, semangat mereka seketika menyala hingga semua menegakkan tempat duduknya, suasanapun bening.
Lekas sekali suara tambur berhenti, tampak Kui bo Hun Hwi-nio berdampingan dengan putrinya Hun Lian berjalan masuk. Kedua tangan Hun Lian membawa sebuah nampan dari baiu pualam sepanjang tiga kaki, dialas nampan itu terdapat dua puluhan kuntum kembaug teratai sebesartinju bewarna merah setiap kuntum teratai terdapat dua belas biji buah teratai, bau harum semerbak itu datang dari nampan pualam itu. /
Berseri cerah roman muka seluruh hadirin, agaknya Kui-bo Hun-hwi nio dapat dipercaya, dia akan menepati janji membagi biji teratai kepada tamu-tamu yang hadir.
Kui-bo Hun Hwi-nio dan Hun Lian berdiri ditengah ruangan, suasana hening lelap, maka suara Hun Hwi-nio terdengar jelas dan nyata: "Hadirin sekalian. Teratai darah hanya berbuah enam puluh tahun sekali, sekarang sudah saatnya buahnya matang, terima kasih akan kehadiian dalam pesta perjamuan ini, bersama ini setiap hadirin kuhaturi sebutir biji teratai, yakin perjamuan ini tetap meriah."
Dewi Ular 1 Sepasang Golok Mustika Karya Chin Yung Pendekar Lembah Naga 2
^