Pencarian

Golok Bulan Sabit 10

Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung Bagian 10


"Menyembunyikan diri?" Liu Yok siong tertegun.
"Benar, bersembunyi di suatu tempat yang tak bisa ditemukan orang, dengan demikian bila
pihak lawan ingin membunuhmu, aku dapat menggunakan alasan tidak ditemukan untuk
menampik permintaan tersebut, tapi
bila pihak lawan bisa membantuku untuk menemukan kau, anggap saja nasibmu memang
kelewat jelek sampai waktunya kau jangan menyalahkan aku bertindak kejam lagi"
Dengan membawa perasaan bimbangnya, Liu Yok siong berlalu dari situ.
Walaupun tiada orang yang mengejarnya, namun dia kabur terbirit-birit seperti ada lima atau
enam ekor anjing galak yang sedang mengejarnya.
ooo0ooo SIAU HIANG memperhatikan bayangan punggung Liu Yok siong sehingga lenyap dari
pandangan, wajahnya segera menunjukkan perasaan muak dan benci, katanya:
"Kongcu, orang ini seharusnya pantas mampus sedari dulu, mengapa kau membiarkan dia
tetap hidup?" "Kehidupannya di dunia ini masih banyak kegunaannya" jawab Ting Peng sambil tertawa.
"Dia bermaksud jahat, tampaknya rasa bencinya kepada kongcu sudah mendalam sekali"
"Aku tahu, tiada manusia yang berbeda di dunia ini, bila dia diinjak-injak apalagi dijatuhkan dari
tempat yang tinggi, sudah pasti ia akan mendendam dan membencinya hingga merasuk ke tulang
sumsum" "Tapi dia pasti akan bersekongkol dengan banyak orang untuk mencelakai kongcu, siapa tahu
orang yang membekuk nona sekarang juga merupakan komplotannya?"
"Bisa jadi demikian"
"Dia tahu kalau kongcu tak akan memenuhi tuntutan orang dengan membunuhnya, maka dia
mencantumkan namanya di urutan yang pertama?"
"Seandainya dia benar-benar berbuat demikian, diapun tahu kalau untuk kedua kalinya aku
bakal membunuhnya, maka perintahkan kepadanya untuk pergi keluar merupakan sebuah
percobaan pula, bila dia tidak bersekongkol dengan orang-orang tersebut. . ."
"Begitu besarkah kemampuan yang dimilikinya?"
"Dia adalah seorang siaujin, mempunyai cara yang dimiliki siaujin, dalam hal ini kau tak boleh
memandang enteng dirinya"
"Seandainya ia tak berhasil menemukan-nya?"
"Dia pasti akan menyembunyikan diri, bersembunyi serapat-rapatnya dan tak berani
menjumpai diriku lagi, dengan cara inilah aku justru akan mengusirnya pergi"
Siau Hiang termenung beberapa saat lamanya, kemudian baru berkata lagi:
"Kongcu, percayakah kau nona sekalian telah disekap orang?"
"Benar, anting-antingnya dapat membuktikan hal ini, anting-anting tersebut pemberian dari
kakeknya, diberikan kepadanya sebagai kenang-kenangan, seandainya tiada suatu perubahan
yang istimewa, tak mungkin benda itu bisa terlepas dari tubuhnya"
"Apakah kita perlu menunggu kabar berita dari Liok Yok siong?"
"Aku rasa tidak perlu, dia dan Siau Im adalah rase, rase mempunyai kemampuan yang luar
biasa, aku percaya dia pasti mempunyai cara untuk memberi kabar kepadaku dimanakah mereka
berada?" Paras muka Siau Hiang agak bergetar, serunya cepat:
"Benar! Jika kongcu tidak bilang akupun hampir saja melupakannya, nona memang sudah
melepaskan tanda bahaya"
"Benarkah itu. Dimanakah ia sekarang?" tanya Ting Peng sama sekali tidak merasa tegang.
"Budak tidak tahu, tapi setiap saat budak dapat melepaskan tanda bahaya dan menemukan
tempat tinggalnya." Sambil berkata dia mengambil anting-anting dari Siau Im dan dimasukkan ke dalam sakunya:
"Kongcu, suruh Ah Ku menyiapkan kereta, kita segera berangkat"
"Baik" Ting Peng manggut-manggut, "pergilah memberi perintah, sebentar kita berangkat."
Sikapnya sangat tenang, sama sekali tidak gelisah, seolah-olah hubungan perasaannya
dengan Cing-cing begitu tipis sehingga hampir mendekati tiada hubungan.
Tentu saja dalam gedung itu masih terdapat orang lain, mereka sama-sama menunjukkan
sikap tidak habis mengerti.
Terutama sekali ketika Ting Peng menitahkan orang untuk menyiapkan peti mati dan
memasukkan jenasah lelaki itu ke dalam peti, semua orang semakin kebingungan dibuatnya,
karena Ting Peng telah memesan kayu macam apakah untuk peti mati itu, pakaian apa yang
harus dipakai dan bagaimana cara penguburannya, seakan-akan kematian lelaki tersebut telah
memancing perhatiannya yang lebih besar.
Kereta kuda itu bergerak ke depan, Ting Peng yang berada dalam kereta memejamkan mata
rapat-rapat, Siau Hiang bersandar di atas lututnya seperti seekor kucing.
Ada kalanya Ting Peng membelai rambutnya atau mengelus pipinya yang halus, dan dia pun
mengulumkan sekulum senyuman genit kepada Ting Peng...
Pemandangan semacam ini sungguh menggetarkan hati orang, membuat hati orang merasa
kagum. Walau dilihat sepintas lalu pemandangan tersebut menggetarkan sukma, tapi benarkah
perasaan mereka pun sedemikian tenangnya"
Soal ini hanya mereka sendiri yang tahu, paling tidak dari wajah Ting Peng mereka tidak
berhasil menemukan sesuatu yang aneh. Kereta kuda bergelinding melalui sebuah jalan bukit,
mendadak Siau Hiang bangun dan duduk, lalu mengetuk pintu kereta.
Ah Ku yang menjadi kusir di depan segera menarik tali lesnya dan menghentikan kereta
tersebut. Siau Hiang melongok ke luar, kemudian bertanya.
"Apakah, kita sudah melalui jalanan kecil itu"
Ah Ku manggut-manggut sambil memberi kode tangan.
Siau Hiang lantas berkata lagi:
"Lumayan kalau begitu! menurut perhitunganku seharusnya tinggal empat puluh kaki lagi kita
belok ke jalan kecil tersebut"
Ah Ku memberi kode tangan lagi.
Terdengar Siau Hiang berkata:
"Kongcu, jalanan tersebut kelewat sempit, kereta kita tak bisa masuk, kita harus beralih
menunggang kuda" "Kau tak bakal salah bukan?" tanya Ting Peng tertawa.
"Tak bakal salah, anting-anting yang di kirim Siau Im adalah anting-anting harum seribu li,
anting-anting tersebut mempunyai semacam bau khas, dimana tempat tersebut dia lewati, dalam
setengah bulan baunya tak akan luntur, cuma hanya orang kita saja yang bisa membedakannya"
"Maksudmu anting-anting yang dikirim kepada kita itu?"
"Bukan! Anting-anting ini meski membawa bau tersebut, namun bau itu karena tertempel pada
anting-anting yang lain, sedang bau yang sebenarnya terletak pada anting-anting yang satunya"
"Masa di atas sebuah anting-anting bisa menyiarkan sejenis bau khas tertentu!"
Siau Hiang tertawa. "Soal ini merupakan rahasia kami, sebetulnya anting-anting itu sendiri tidak mempunyai bau
apa-apa, bau khas tersebut terbungkus didalam mutiara dari anting-anting itu. jika menemui
bahaya maut maka mutiaranya dipukul hancur sehingga menyiarkan bau khas, bau tersebut akan
tertinggal di tempat-tempat yang dilaluinya, sewaktu Siau Im tertawan, ia telah berbuat demikian
maka dari itu anting-anting yang dikirim datang hanya tertempel sedikit bau harum itu, dengan
mengikuti asal bau tersebutlah aku bisa meraba arahnya secara garis besar, tapi setelah sampai
di depan situ, baunya makin lama semakin keras"
"Kalau begitu kau sudah dapat menentukan dimanakah mereka berada sekarang?"
"Benar! asal nona dan Siau Im belum berpisah, kita pasti dapat menemukan jejaknya, paling
tidak kita dapat menemukan dimanakah Siau Im berada sekarang"
"Baik! Kalau begitu kita tak usah menunggang kuda, kita lanjutkan perjalanan sambil berjalan
kaki saja" "Budak kuatir tak sanggup berjalan sejauh itu"
"Tak menjadi soal, biar aku dan Ah Ku secara bergilir membopong tubuhmu nanti"
Ah Ku kembali memberi kode tangan menanyakan bagaimana dengan kereta mereka.
Sambil tertawa Ting Peng berkata:
"Beri saja sebuah cambukan agar mereka berjalan turun ke bawah sana mengikuti jalanan, toh
kereta tersebut sudah terlanjur ternama sekali dalam dunia persilatan, tak usah kuatir bila ia nanti
hilang. Ah Ku, sebenarnya aku hendak menyuruh kau melanjutkan kereta itu menuju ke depan
sana agar bisa memencarkan perhatian orang, tapi aku pun berpikir lain, pihak lawan bisa
menangkap Cing Cing berdua, berarti mereka bukan terdiri dari seorang saja, lagi pula pasti hebat
sekali, kemungkinan besar aku membutuhkan pembantu, itulah sebabnya aku menyuruh kau turut
serta dalam perjalanan ini"
Tampaknya Ah Ku sangat gembira karena Ting Peng memandang tinggi kemampuannya,
buru-buru dia melompat turun dari keretanya dan memayang turun Siau Hang, setelah itu memberi
sebuah cambukan membiarkan kudanya lari ke depan.
Sementara mereka bertiga segera memutar badan dan masuk ke jalanan kecil tersebut.
ooo0ooo PERKAMPUNGAN LIAN IM SAN CENG
TEMPAT itu merupakan sebuah perkampungan yang sangat besar, terhitung pula sebuah
bangunan yang terpencil sekali letaknya.
Siau Im dan Cing disekap dalam sebuah kamar, tubuh mereka tidak diikat atau dibelenggu,
jendela dan pintupun tidak diberi terali besi. . .
Tapi mereka tak dapat melarikan diri dari situ, sebab tubuh mereka dalam keadaan telanjang
bulat, Giok Bu sia memang kurang ajar, ternyata mereka telah ditelanjangi, perabot dalam ruangan
itu diatur sangat rapi, cuma tiada secuwil bendapun yang bisa digunakan untuk menutupi tubuh
mereka. Pintu dibuka, Giok Bu sia masuk sambil membawa sebuah anglo tempat pemanasan, ujarnya
sambil tertawa: "Aku kuatir, kalian kedinginan, maka sengaja kuambilkan tempat pemanasan untuk
menghangatkan tubuh kalian"
Ketika ia berada di depan pintu tadi, Cing Cing sudah mendengar kehadirannya, dia segera
menyelinap ke belakang pintu dan bermaksud untuk menotok roboh dirinya. Tapi tangannya yang
diayunkan itu segera terhenti ditengah jalan, sebab Giok Bu sia sendiripun tidak berbusana,
seperti mereka dan pun berada dalam keadaan telanjang bulat.
Memandang tangan Cing Cing yang ditarik kembali, Giok Bu sia tertawa tergelak, ujarnya:
"Ting hujin, agar kalian jangan kuatir dan merasa murung, aku sengaja melepaskan pula
pakaianku agar kalian dapat membuktikan sendiri kalau aku pun seorang perempuan, seorang
perempuan tulen?" Dia meletakkan tempat pemanasan
*************************
Halaman 31 s/d 36 hilang *************************
"Terhadap aku tak mungkin" Giok Bu sia tertawa, "sebab sewaktu datang dulu mereka keluar
berenam, ke empat orang lainnya justru termakan jarum terbangku karena sikap kurang begitu
bersahabat . . ." "Aku rasa jarum itu pasti sudah diberi racun?"
"Benar, racun itu adalah sejenis racun yang sangat aneh, tidak sakit tidak kaku, tapi
mendatangkan perasaan gatal bahkan rasa gatalnya keluar dari badan menuju keluar, maka
setelah termakan bidikan jarumku bukan saja seluruh tubuh mereka sendiri dicakar robek, sampai
akhirnya mereka malah menggunakan pisau untuk memotongi kulit badan sendiri, memotong terus
sampai tak sanggup memotong lagi, ada seorang diantaranya cukup tangguh, ternyata dia
sanggup mengorek sampai isi perutnya keluar semua, akhirnya dia baru mampus setelah
jantungnya sendiri di potong keluar.."
Siau Im merasakan seluruh bulu kuduknya pada bangun berdiri, dia ngeri sekali oleh cerita
orang. Tapi Cing-cing tidak dibikin ketakutan oleh perkataan mana bahkan paras mukanya sama
sekali tidak menunjukkan perubahan apa-apa.
Dengan nada sedikit kurang percaya, Giok Bu sia bertanya:
"Adakah Ting hujin kurang percaya dengan perkataan tadi?"
"Tidak! aku percaya, meskipun kau bukan seorang perempuan yang jujur namun selagi
seseorang berada dalam keadaan telanjang bulat dia jarang sekali berbohong"
"Tapi sikap serta mimik wajahmu menunjukkan seolah-olah tidak percaya dengan ucapanku
itu" "Aku tahu kalau kau berbicara sesungguhnya, cuma aku tidak sampai dibuat ketakutan saja,
tahukah kau aku bukan manusia, aku adalah rase?"
Giok Bu sia tertawa. "Setiap orang lelaki memang selalu mengatakan kita orang perempuan Sebagai siluman rase"
katanya. "Tapi yang kuyakini berbeda dengan kalian, yang kuyakini adalah aliran rase langit, yang
diutamakan adalah bentuk hati yang bersih, oleh karena itu aku sudah tak akan terpengaruh lagi
oleh persoalan-persoalan keduniawian lagi."
"Tidak kusangka latihan batin Ting hujin telah mencapai tingkatan yang begini sempurna,
entah persoalan keduniawian apa lagi yang sanggup menggerakkan hatimu?"
"Ada sih ada" Ujar Cing-cing menghela napas, "andaikata benar-benar bisa terlepas dari
semua persoalan keduniawian niscaya hatiku sudah sebersih cermin dan tingkat kedudukanku
tentu akan setingkat lebih tinggi lagi."
"Entah persoalan apakah yang masih sanggup menggerakkan hati Ting hujin. . . ?"
Setelah pertanyaan itu diutarakan, dia baru merasakan kebodohan sendiri, jelas hal itu
merupakan rahasia seseorang, seperti juga seorang berlatih ilmu tenaga dalam, tentu saja dia tak
akan memberitahukan rahasianya kepada orang lain.
Namun Cing-cing segera menjawab pertanyaan itu:
"Suamiku!" Giok Bu sia tertegun, tanyanya curiga:
"Suamimu?" "Benar suamiku Ting Peng, apakah nona Giok sudah memperoleh kabar darinya?"
"Sialan, maknya, bangsat keparat setan!"
Siapapun tak akan percaya kalau perkataan semacam itu bisa muntah keluar dari mulut
seorang gadis cantik jelita seperti Giok Bu sia, bahkan dia memaki sampai dua kali.
Pertama kali dia mencaci maki kata tersebut ketika Cing-cing bertanya apakah sudah
mendapat khabar tentang Ting Peng, ternyata ucapan itu menyentuh hawa amarahnya, begitu
meletakkan nampan nasi dia membalikkan badan dan kabur keluar.
Seperti menembus angin dia menerjang keluar, sampai pintupun lupa ditutup kembali.
Ketika Cing-cing bangkit berdiri untuk menutup pintu, dia menyaksikan bayangan tubuhnya
yang indah sudah menuruni loteng dan kabur jauh sekali. . . .
Menanti ia menyaksikan ada bayangan dua orang lelaki mendekat, ia baru cepat-cepat
menutup pintu. Tapi ia telah berhasil membuktikan beberapa hal, Giok Bu sia memang benar-benar berani
berjalan kian kemari di depan rekan-rekan prianya dalam keadaan telanjang bulat, karena dua
orang lelaki itu nampak seperti amat takut terhadap Giok Bu sia.
Sewaktu gadis itu menerjang lewat
*************************
Halaman 41 s/d 44 hilang *************************
"Lo Ma, kau telah kembali?"
"Bee. . . benar, aku sudah kembali" sahut lo-ma dengan keadaan yang patut dikasihani.
"Kemana Lo Chin" Kenapa tidak pulang bersamamu?"
Lo Ma menundukkan kepalanya semakin rendah, dengan suara agak takut bercampur ngeri
katanya: "Ia telah dibacok oleh Ting Peng, sekali bacok terbelah menjadi dua, benar-benar sebilah
golok yang amat menakutkan"
Bukan marah Giok Bu sia malah tertawa, katanya:
"Dia hanya membacok seorang saja masih terhitung sungkan, mungkin lantaran kaulah yang
membawanya kemari, maka dia tak jadi membacok mati dirimu"
Lo Ma tidak berani berbicara, dia membungkam dalam seribu bahasa. . . .
Agaknya Giok Bu sia tahu kalau perkataan semacam itu terlampau awal untuk diucapkan,
maka ia segera berkata lagi:
"Mana Ting Peng" Apakah dia telah membunuh Liu Yok siong?"
"Ti. . . tidak, setelah membaca surat itu dia meloloskan goloknya, kami mengira dia akan
membunuh Liu Yok siong, siapa tahu Lo Chin lah yang dibacok menjadi dua"
Giok Bu sia nampak seperti gembira sekali, kembali ujarnya:
"Apakah kalian tidak berbicara hingga jelas?"
"Tidak, tidak! Kami sudah berbicara cukup jelas, sepatah katapun tidak kurang".
Giok Bu sia makin tertarik lagi dengan gembira dia berseru:
"Jadi maksudnya dia lebih suka mengorbankan bininya daripada membinasakan Liu Yok
siong"." "Tidak!" kembali Lo Ma berseru cepat, "diapun tidak berkata demikian...."
Sekarang Giok Bu sia baru menarik muka sambil menegur:
"Sebenarnya apa yang dia katakan?"
"Dia bilang dia tak bisa membacok kepala manusia, dia hanya bisa membelah orang jadi dua,
dia suruh kami berubah cara saja bila lain kali menginginkan dia membunuh orang"
"Dia cuma berkata sepatah kata ini saja"
"Dia masih mengucapkan banyak perkataan, tapi semuanya itu kalau ditarik kesimpulan maka
isinya hanya menandakan kalau dia tak akan sudi menerima tekanan kita"
"Sekalipun dengan menggunakan jiwa bininya pun tak sanggup?"
"Yaa, dengan nyawa bininya pun percuma, dia bilang kita boleh saja membunuh bininya tapi
perbuatan itu harus ditebus dengan suatu nilai yang besar sekali"
"Kemudian dia pun melepaskan kau pulang kemari?"
Lo Ma manggut-manggut, dia tak berani mengatakan kalau ilmu silat yang dimilikinya sudah
punah, sebab hal itu sama artinya dengan mengumumkan kematian sendiri.
Dengan gusar Giok Bu sia segera mendamprat:
"Kau memang seorang telur busuk yang amat bodoh, apakah kau tak tahu kalau hal ini
merupakan siasat liciknya" Dia hendak menyuruh kau membawa jalan baginya agar dia ikut
kemari?" Buru-buru Lo Ma menerangkan:
"Tentu saja aku pun bisa berpikir sampai ke situ maka sepanjang jalan aku memperhatikannya
secara seksama, bahkan telah memberitahukan ke tujuh belas pos penjagaan agar mereka


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memperhatikan belakang tubuhku, tapi alhasil dibuktikannya bahwa dia tidak ikut aku datang
sampai di sini" "0ooh, peristiwa ini benar-benar sukar diterima dengan akal sehat, mungkinkah ia sama sekali
tidak menaruh perhatian khusus terhadap keselamatan jiwa bininya?"
"Itupun, tidak, ia bilang tentu saja dia mempunyai cara untuk menemukan istrinya, karena
diantara mereka berdua sudah mempunyai hubungan kontak batin yang mendalam dan erat
sekali, sekalipun bininya berada jauh di suatu tempat yang ribuan li letaknya, dengan cepat dia
akan berhasil menemukan tempat tersebut"
"Sialan, maknya, setan kepala gede."
Untuk kedua kalinya Giok Bu sia mengutarakan kata makiannya yang kotor dan kasar.
ooo0ooo *************************
Halaman 49 - 50 hilang *************************
paling belakang pun sudah hampir setahun berada bersama-samanya.
Lian Im cap si sat seng (empat belas bintang malaikat bengis) hanya melambangkan suatu
nama, suatu nama dari sebuah organisasi yang aneh, bukan dimaksudkan hanya empat belas
orang saja. Hanya saja setiap kali mereka hendak melakukan suatu pekerjaan, selalu empat belas orang
bersama-sama, karena setiap perbuatan yang diperintahkan Giok Bu sia tak boleh meleset barang
sekali pun dan untuk melakukan suatu pekerjaan secara sempurna paling tidak membutuhkan
tenaga dari empat belas orang.
Lian im cap si sat seng bukan sebuah organisasi yang ternama, akan tetapi merupakan
sebuah organisasi yang nyata, mereka berani menerima tugas yang bagaimanapun sulitnya,
bahkan langganan mereka merupakan perguruan-perguruan besar yang termasyhur dalam dunia
persilatan, sedang tugas yang harus mereka lakukan pun sering kali merupakan pekerjaan yang
tak mungkin bisa mereka lakukan atau mereka selesaikan sendiri.
Tentu saja, mereka pantang bekerja bagi orang tanpa imbalan, yang mereka terima biasanya
selalu bernilai tinggi. Suatu pekerjaan dengan imbalan yang tinggi, sudah barang tentu merupakan suatu pekerjaan
yang sulit sekali. Pekerjaan dengan imbalan tinggipun bukan pekerjaan yang seringkali mereka jumpai, itulah
sebabnya mereka seringkali menganggur.
Tapi setiap kali mereka dapat menyelesaikan sebuah tugas maka mereka pun bisa hidup
makmur, hidup gembira, kaya raya dan berlimpah-limpah selama berapa tahun.
Belakangan ini merekapun sudah melakukan beberapa buah pekerjaan, itulah sebabnya
mereka semua kaya raya. Cuma saja dalam peristiwa penculikan terhadap Cing-cing, boleh dibilang mereka telah
bertindak kurang cerdik, sebab hingga sekarang mereka masih belum berhasil meraih keuntungan
sepeserpun, bahkan malah harus mengeluarkan ganti rugi, suatu jumlah ganti rugi yang cukup
besar. Disaat Giok Bu sia menjumpai bahwa dia jauh lebih menarik disaat mengenakan busana
daripada bertelanjang bulat inilah Ting Peng telah datang. . . .
Ting Peng datang tanpa mengeluarkan suara atau menimbulkan suara apa saja, sebab untuk
mendekati perkampungan Lian Im san ceng tanpa menimbulkan suara pada hakekatnya
merupakan suatu pekerjaan yang mustahil.
Akan tetapi semua pekerjaan yang sudah terjatuh ke tangan Ting Peng, tampaknya tiada kata
tak mungkin lagi. ooo0ooo SECARA beruntun Ting Peng telah berhasil melampaui tujuh belas buah pos penjagaan dan
melewati empat buah markas tanpa menimbulkan suara barang sedikitpun jua.
Akan tetapi sewaktu ia berdiri di depan pintu gerbang perkampungan Lian Im san ceng, ia
justru menitahkan kepada Ah Ku untuk menendang pintu gerbang yang besar, tebal lagi berat itu.
Pintu gerbang tersebut tidak lebih tipis daripada pintu gerbang kota, tidak pula lebih enteng,
apalagi dari atas sampai ke bawah masih dipantek dengan lima buah pantekan kayu besar, namun
Ah Ku cuma menggunakan sebuah tendangan saja.
Pintu itu bukan tertendang hingga terbuka, melainkan ditendang hingga roboh.
Walaupun mereka sudah membuat pintu itu sedemikian kokoh dan kuatnya, namun mereka
lupa memasang engsel pintu yang sama kokoh dan kuatnya, oleh sebab itu tendangan mana
seketika itu juga mematahkan sontekan dan engsel pintu yang kuat, lalu kedua belah pintu
gerbang itu pun roboh ke tanah dengan menimbulkan suara keras bagaikan geledek, tanahpun
ikut bergetar keras seperti dilanda gempa bumi.
Tak usah memeriksa keluar, Giok Bu sia sudah tahu kalau Ting Peng telah datang, dia hanya
menurunkan perintah yang paling singkat:
"Keluar, gunakan segenap tenaga untuk bertahan, bunuh semua pendatang... !"
Bunuh semua pendatang semestinya dimaksudkan untuk membendung datangnya pendatang
itu. Giok Bu sia cukup mengerti, kendatipun orang-orang itu terhitung jagoan kelas satu dalam
dunia persilatan, namun mereka tak akan mampu membunuh Ting Peng.
Hanya saja kawanan manusia itu masih belum tahu, bahkan mereka tidak percaya.
Orang yang mempunyai sedikit kepandaian memang seringkali sukar untuk mempercayai
kemampuan orang lain, apalagi kalau kepandaian orang sangat luar biasa, apalagi kalau kawanan
manusia tersebut adalah manusia-manusia sombong yang sudah terbiasa mengagulkan diri.
Seandainya Giok Bu sia mengatakan agar semua orang menggunakan segenap kemampuan
yang ada untuk menghadang kedatangan pendatang tersebut, kemungkinan besar ada dua tiga
orang diantaranya yang lebih pintar bisa berpikir kalau ilmu silat orang itu tentu amat lihay hingga
timbul perasaan takut dalam hatinya.
Sekalipun mereka selalu mengunggulkan diri, akan tetapi mereka amat mempercayai ucapan
Giok Bu sia. Bukan saja Giok Bu sia memahami keadaan lawan, diapun cukup memahami diri sendiri.
Mereka sudah pernah menjumpai musuh yang sangat tangguh, akan tetapi di bawah susunan
rencana Giok Bu sia yang sempurna akhirnya toh musuh tangguh itu berhasil dirobohkan.
Oleh karena itu ketika Giok Bu sia mengatakan agar mereka mengerahkan segenap
kekuatannya untuk membunuh pendatang, hal ini menandakan kalau kekuatan mereka masih
sanggup untuk membunuh pendatang tersebut.
Kepercayaan mereka terhadap Giok Bu sia tak pernah goyah atau luntur, sekalipun mereka
sendiripun tahu bahwa sebagai lelaki mereka tak boleh kelewat percaya dengan kaum wanita"
Namun dalam pandangan mereka, pada hakekatnya Giok Bu sia bukan seorang perempuan.
Dia adalah pemimpin mereka., malaikat mereka.
Cuma saja mereka telah melupakan satu hal, hari ini Giok Bu sia telah munculkan diri di
hadapan mereka dengan memakai pakaian perempuan.
Tingkah lakunya yang lemah gemulai membuat pandangan mata mereka terperana.
Dikala Giok Bu sia melepaskan busananya dia mirip iblis, sedang kalau mengenakan
dandanan pria seperti malaikat.
Oleh karena itu mereka tidak menyangka kalau Giok Bu sia akan nampak sedemikian
menariknya sewaktu berdandan seperti seorang perempuan..
Disaat mereka menyaksikan kalau Giok Bu sia adalah seorang perempuan yang begini cantik,
otomatis merekapun melupakan kata-kata nasehat kuno yang menyatakan bahwa "perempuan
adalah manusia yang tak boleh dipercaya. . . ."
Ini memang merupakan suatu kesalahan besar.
Dalam kehidupan manusia di dunia ini banyak sudah kesalahan yang dibuat tapi kali ini sudah
pasti merupakan yang terbesar, biasanya yang terakhir kalinya itulah merupakan kali yang tak bisa
terampuni. Sebab setelah melakukan kesalahan besar itu, kadangkala mereka sudah tidak ada waktu
untuk memaafkan diri. Oleh karena itulah, merekapun tidak mempunyai cukup waktu untuk kelewat merasa
menyesal. ooo0ooo PERTAMA-TAMA yang menyerang keluar lebih dulu adalah sepasang manusia banci itu.
Mereka tak lain adalah dua orang kuil yang dimaksudkan oleh Giok Bu sia tadi.
Penyakit mereka memang tak salah amat membenci kaum wanita oleh sebab itu sewaktu
mereka saksikan Giok Bu sia mengenakan dandanan perempuan rasa bencipun segera tumbuh
didalam hati kecil mereka.
Biasanya disaat-saat seperti inilah mereka ingin membunuh orang, tentu saja mereka tak
dapat membunuh Giok Bu sia.
Kebetulan sekali pada saat seperti inilah Giok Bu sia menurunkan perintah untuk membunuh
orang maka mereka segera bertindak seakan-akan kuatir kalau sampai kedahuluan orang lain.
Dengan cepat mereka menyaksikan tiga orang.
Ting Peng berdiri dengan tangan kosong, golok bulan sabitnya tersoren dipinggang, sebilah
senjata yang tidak terlalu menyolok, justru yang menyolok adalah Ah Ku yang berada di sisinya.
Dia mirip seorang raksasa yang datang dari daerah liar.
Namun mereka tidak takut dengan manusia raksasa, mereka tahu orang itu hanya
berperawakan lebih subur daripada orang lain, biasanya manusia seperti ini berotak sederhana
dan gerak-geriknya sedikit agak bebal dan lamban.
Apalagi dalam pandangan yang pertama sasaran yang paling menyolok bagi mereka tetap
adalah Siau Hiang, karena dia perempuan, seorang perempuan yang menarik hati, lemah lembut,
menarik persis seperti para dayang keraton yang sering kali mereka jumpai dalam istana raja dulu,
ditambah pula di bawah hembusan angin mereka seperti mengendus bau harum semerbak dari
Siau Hiang, hal mana makin merangsang mereka untuk berbuat kalap, memancing berkobarnya
hawa napsu berahi didalam tubuh mereka .....
Semacam berahi untuk mencabik-cabik tubuh lawan menjadi berkeping-keping, maka sasaran
pertama yang mereka tuju adalah Siau Hiang.
Kecepatan bertindak yang dilakukan kedua orang inipun sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Badan baru berkelebat, mereka sudah berada dikedua belah sisi Siau Hiang, kemudian hampir
pada saat yang bersama mereka lancarkan serangan untuk mencengkeram tubuh Siau Hiang.
Segenap kepandaian mereka terletak di atas sepasang tangannya ini, sekalipun manusia yang
terbuat dari batupun niscaya akan tercengkeram sampai hancur berantakan.
Dalam dunia persilatan pernah berlaku kitab urutan senjata karya Pek Siau-seng, tentu saja
kejadian ini sudah berlangsung banyak tahun berselang, pahlawan-pahlawan yang tercantum
dalam kitab tersebut kini sudah tiada semua.
Di bawah Pek Siau-seng, tak pernah ada orang membuat kitab susunan senjata lagi, kalau
tidak, niscaya orang akan mencantumkan pula kepandaian dari sepasang tangan kedua orang ini
ke dalam daftar. Andaikata mereka dilahirkan pada jamannya Pek Siau-seng dulu, merekapun dapat
memasukkan kepandaian sepasang tangan mereka ke dalam daftar kitab senjata, bahkan urutan
namanya tidak akan berada di bawah Ang mo-jiu serta Cing mo-jiu.
Itulah sebabnya seandainya kedua belah tangan tersebut sampai mampir di tubuh Siau Hiang,
sudah pasti akan mengerikan sekali jadinya, karena tubuh Siau Hiang yang kecil mungil itu tak
akan tahan menghadapi cengkeraman tersebut.
Namun dengan kecepatan gerak mereka berdua, rasanya sulit juga untuk meloloskan diri dari
cengkeramannya itu, karena Siau Hiang berdiri di samping Ah Ku.
Cuma saja Ah Ku adalah seorang manusia raksasa yang berperawakan satu kaki dua depa.
Manusia raksasa tidak menakutkan, merekapun pernah membunuh manusia raksasa yang
berperawakan hampir sama dengan tinggi badan Ah Ku, hanya saja orang yang mereka jumpai
kali ini adalah Ah Ku, bukan orang lain.
Walaupun Ah Ku mempunyai perawakan tubuh yang tinggi besar, akan tetapi gerak-geriknya
tidak bebal atau lamban, kecepatan gerakpun tidak jauh lebih lamban daripada mereka.
Ah Ku tidak menyerang mereka, hanya saja tangannya seorang satu mencengkeram di
punggung mereka lalu mengangkatnya tinggi-tinggi.
Perawakan tubuh mereka memang tidak tinggi, hampir sebanding dengan tubuh Siau Hiang.
Ah Ku cukup mengangkat dengan tenaga sedikit, tahu-tahu tubuh mereka sudah terangkat
setengah lebih tinggi daripada tubuh Siau Hiang, tangan mereka masih tetap mencakar ke luar,
mencakar dengan telak. Kemudian kedengaran pula suara hancurnya tulang, seperti ada suatu benda tajam
menembusi tubuh manusia, akan tetapi tidak kedengaran suara rintihan atau dengusan tertahan.
Orang yang kena mereka cengkeram itu tak berkesempatan lagi untuk menjerit kesakitan,
telah saling cengkeram mencengkeram dengan dahsyatnya.
Darah segar menyembur keluar membasahi seluruh badan Ah Ku, namun Ah Ku tidak perduli,
dia lantas mengendorkan tangannya dan melemparkan kedua sosok mayat itu ke tanah.
Siau Hiang yang berada di sisinya justru tak tahan melihat adegan seperti itu, dia ingin tumpah,
tubuhnya sama sekali tidak ternoda darah, cuma saja sewaktu tubuh kedua orang itu terangkat,
separuh tubuh mereka bagian bawah kebetulan bergelantungan di hadapan Siau Hiang, tiba-tiba
saja tersiar bau busuk yang amat menusuk hidung.
Selama ini Ting Peng seakan-akan tidak melihat sesuatu apapun, dia masih saja melanjutkan
perjalanannya ke depan. Ketika kedua orang manusia itu menerjang tiba, ia tak berkedip mata, tapi dua orang itu tahutahu
sudah berubah menjadi mayat, sedang dia sendiri sama sekali tak berpaling.
Ia berjalan terus ke depan sampai berpapasan dengan rombongan kedua sebelum berhenti.
Rombongan kedua ini terdiri dari enam orang yang berdiri berjajar menghadang jalan majunya,
mereka semua menggenggam senjata.
"Lian Im cap si sat seng?" Ting Peng menegur.
"Benar!" salah seorang menjawab.
"Aku adalah Ting Peng, kalianlah yang menangkap istriku?"
"Benar" Jawabannya selalu singkat dan tak pernah lebih dari empat kata, sebab golok Ting Peng
sudah diloloskan dari sarungnya.
Dikala Ting Peng sudah mengambil keputusan untuk membunuh orang, dia malas untuk
banyak-banyak berbicara, sebaliknya bila dia berbicara dengan orang secara samar, hal ini
menandakan kalau dalam hati kecilnya tidak berhasrat untuk membunuh orang, kecuali kalau
orang kelewat mengganggunya, atau pihak lawan sudah benar-benar bosan hidup.
Disaat ia telah mengambil keputusan untuk membunuh orang, dia pun tak pernah membuang
waktu dengan percuma, terutama sekali setelah dia berhasil melatih ilmu golok bulan sabit
tersebut. Cahaya golok berkelebat lewat dari kiri ke kanan, tiada orang melihat jelas bagaimana dia
turun tangan, hanya nampak dia menyarungkan kembali goloknya ke dalam sarung.
Namun ke enam orang itu telah terbelah menjadi dua belah bagian dan rontok ke tanah,
terbelah dari kepala sampai ke bawah.
(Bersambung ke Jilid 20) Jilid : 20 DIKALA membunuh rombongan yang ketiga, dia tak usah membuang banyak waktu serta
tenaga, karena dikala Ting Peng membunuh ke enam orang itu, akhirnya hal ini membuat mereka
menyaksikan dengan jelas betapa hebatnya kemampuan golok bulan sabit tersebut dan kejadian
ini membuat nyali mereka hampir copot karena ketakutan.
Mereka lebih-lebih menyadari kalau kali ini mereka sudah mengusik sebuah sarang lebah yang
amat besar. Setiap orang mempunyai keberanian untuk beradu jiwa, tapi hal ini hanya terjadi di suatu saat
dimana mereka dapat beradu jiwa bila mereka sudah berada disaat tak mampu melakukan
perlawanan lagi, biasanya hanya ada dua pilihan bagi mereka.
Menyerah dengan pasrah atau melarikan diri.
Rombongan ke tiga ini terdiri dari delapan orang, sekarang ada tiga orang dibikin tertegun
karena kaget dan lima orang kabur karena ketakutan.
Ting Peng tidak turun tangan, dia cuma meninggalkan pesan:
"Ayam dan anjingpun tak boleh dibiarkan hidup"
Asal ada sepatah kata itu saja maka segala sesuatunya sudah cukup, tubuh Ah Ku yang tinggi
besar pun segera melambung tinggi ke angkasa, lalu seperti seekor burung alap-alap, dia
menyambar anak-anak ayam yang sedang melarikan diri.
Bukan suatu pekerjaan yang gampang untuk mengejar dan menghabisi nyawa lima orang jago
persilatan yang melarikan diri terpencar-pencar, tapi Ah Ku bisa menyelesaikan tugas tersebut
dengan sebaik-baiknya. Cuma saja yang paling akhir dia harus mengejar sampai di luar perkampungan dan melewati
suatu pertarungan singkat sebanyak empat gebrakan sebelum menyelesaikan tugas tersebut.
Dikala ia teringat kalau di dalam masih ada tiga orang manusia sedang berdiri tertegun karena
ketakutan, kemudian memburu ke dalam siap membunuhnya, Siau Hiang telah berdiri di samping
mayat-mayat mereka sambil berdiri tertegun.
Ah Ku tidak pandai berbicara, dia mengira Siau Hiang telah membantunya menyelesaikan
tugas itu maka dia manggut-manggut sebagai tanda rasa terima kasihnya.
Siau Hiang seperti ingin mengucapkan sesuatu, belum sempat berbicara, ia telah menyaksikan
Ting Peng membawa Cing Cing dan Siau Im turun dari loteng.
Kisah lolos dari bahaya tersebut kalau dibicarakan amat datar dan biasa, maka setelah
mendengar penuturan tersebut Ting Peng tertawa terbahak-bahak.
"Long kun, apa yang membuatmu geli?" Cing Cing segera menegur.
Sambil tertawa Ting Peng menjawab:
"Aku tertawa geli untuk kebodohan kalian, maka Giok Bu sia hanya menelanjangi kalian, maka
kalian sudah kena disekap di dalam loteng tersebut ...."
"Benar, kalau aku disuruh menampakkan diri dalam keadaan demikian di depan orang lelaki,
bagiku lebih baik mati saja"
Ting Peng menghela napas panjang, kembali ujarnya:
"Apakah kau tak pernah mendengar ucapan yang berbunyi: Bila keadaan terdesak sungai pun
di lompati?" "Tidak boleh, hal ini menyangkut harga diri serta kesucian dari seorang wanita, aku tak boleh
bertindak seperti ini.."
"Kau toh mengerti, berada dalam keadaan seperti itu aku tak bakal menuduhmu tidak suci
lagi".." "Aku tahu, tapi aku sendiri akan merasa kalau diriku tak suci lagi bila aku berbuat demikian"
"Pentingkah perasaan semacam itu bagimu?"
"Benar, penting sekali"
"Adakah suatu kekuatan yang bisa merubah perasaan semacam itu?"
"Apa dalam suatu keadaan aku bisa tidak memperdulikan segala macam persoalan seperti itu"
"Berada dalam keadaan seperti apa?"
"Disaat kau berada dalam keadaan bahaya dan aku bisa menolongmu dari bahaya, bila aku


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berbuat begitu, sekalipun aku diharuskan menyerahkan tubuhku kepada lelaki lainpun, niscaya
akan kulakukan dengan segera."
Ting Peng merasa amat terharu, dipeluknya perempuan itu kencang-kencang dan katanya
dengan lembut: "Cing-cing, daripada menyuruh kau melakukan hal-hal semacam itu, aku lebih suka mati saja"
Cing-cing tertawa bahagia, dibelainya pipi suaminya dengan lembut, kemudian berbisik:
"Untung saja kesempatan bagiku berbuat demikian kelewat kecil"
"Apakah dikarenakan kemungkinan bagiku untuk menjumpai mara bahaya sudah tidak ada
lagi?" "Tidak! Semakin tinggi ilmu silatmu, semakin banyak pula mara bahaya yang kau hadapi."
Semakin tinggi ilmu silat seseorang, semakin banyak pula mara bahaya yang dihadapi.
Ucapan itu seperti saling bertentangan, padahal besar sekali kebenarannya.
Makin tinggi ilmu silat seseorang berarti semakin ternama orang itu, otomatis akan
menimbulkan perasaan iri pula dari banyak orang, kemudian akan timbul banyak orang yang ingin
mencelakainya, semakin keji dan berbahaya pula cara yang mereka pergunakan.
Teori semacam ini cukup dipahami Ting Peng, tapi dia tidak memahami ucapan lain dari Cingcing.
"Kalau toh lebih banyak terancam bahaya, mengapa kau semakin kecil kemungkinannya
berbuat demikian?" Cing-cing menghela napas panjang.
"Karena orang yang bisa memperosokkan dirimu ke dalam keadaan yang berbahaya pasti
merupakan suatu rencana yang sangat lihay pula, suatu rencana keji yang telah disusun orang
dengan segala kemampuan yang dimiliki, tujuan mereka adalah membunuhmu, bukan
mendapatkan aku, karena itu sekalipun aku bersedia menyerahkan tubuhku kepada orang demi
menyelamatkan jiwamu, hal inipun mustahil bisa terlaksana karena itu aku baru mengatakan kalau
hal ini tak mungkin."
Sambil menghela napas Ting Peng menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya:
"Tidak, Cing-cing, kau keliru"
"Aku keliru?" "Benar, bukan cuma keliru bahkan kekeliruanmu besar sekali, sekarang aku cukup memahami
situasi yang sedang kuhadapi, mungkin saja ada suatu rencana keji yang bisa memperosokkan
diriku ke dalam keadaan berbahaya, tapi tak mungkin mereka bisa membunuh aku, cuma bila kau
menganggap aku sudah terperosok ke dalam keadaan berbahaya dan berbuat demikian,
tindakanmu itulah yang sesungguhnya akan merenggut nyawaku"
"Apakah kau siap membunuh dirimu sendiri karena hal ini?"
"Tidak, aku kuatir kau tak ingin hidup lebih jauh sehingga kehilangan dirimu, sebab hal itulah
yang akan menyebabkan aku benar-benar tak ingin hidup lebih jauh."
"Tidak Long kun, kau pun keliru" Cing Cing tertawa.
"Aku pun keliru?"
"Benar seandainya aku benar-benar kehilangan tubuhku di tangan lelaki lain demi
menyelamatkan jiwamu, aku tak akan merasa bahwa aku tak suci lagi, apalagi disebabkan hal itu
menyebabkan aku mengambil keputusan pendek, sebaliknya aku malah akan hidup lebih berarti,
hidup lebih berbahagia lagi."
"Hidup lebih berbahagia?"
"Benar, karena aku akan menemukan bahwa diriku ini sebenarnya mempunyai kegunaan yang
amat besar bagimu, aku bisa memberikan banyak pengorbanan bagi dirimu, hal tersebut akan
menyebabkan aku hidup lebih bergairah lagi."
Ting Peng berpikir sebentar, kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh... haaahh... haaahhh... ucapanmu memang benar, aku memang salah, kau salah satu
kali dan akupun salah satu kali, kita sama-sama seri."
"Benar Long kun, kita memang seri, kita mengira sudah amat memahami perasaan lawannya,
siapa tahu masih terdapat banyak pandangan yang sebenarnya merupakan suatu kesalahan
besar." Biasanya semula hal ini akan tumbuh lebih dewasa setelah melalui suatu masa percobaan,
demikian pula halnya dengan soal cinta.
Mereka telah menemukan suatu kesalahan yang sebelumnya tak pernah mereka perhatikan,
untung saja kesalahan tersebut bisa ditemukan lebih awal sebelum kesalahan mana berubah lebih
parah dan lebih mengerikan.
Oleh karena itulah mereka merasa amat berlega hati, dikala mereka sedang berlega hati, tak
pernah mereka pikirkan soal hal-hal yang sepele, maka kedua orang itupun saling berpelukan
saling berlompatan, tertawa, berteriak, persis seperti dua orang manusia gila.
Siau Hiang sedang tertawa, Siau Im sedang tertawa, Ah Ku juga tertawa, mereka semua
tertawa gembira. Tapi ada seorang yang melelehkan air mata dibalik kegelapan sana.
Bukan karena bersedih hati, juga bukan karena pilu hatinya, melainkan karena masalah
mendongkol. . . . Sepasang giginya menggigit bibirnya kencang-kencang, menggigitnya sampai berdarah,
sementara air matanya jatuh bercucuran dengan derasnya. . . .
Tiba-tiba Siau Im bertanya:
"Yaa, mana Giok Bu sia" Perempuan busuk itu sudah kabur kemana" Apakah kau telah
membinasakannya?" Semua mayat bertumpukan di situ, Siau Im mendekat sambil memeriksa, ternyata tidak
nampak tubuh Giok Bu sia.
ooo0ooo UPACARA API KEMANA perginya Giok Bu sia" Perempuan yang menjadi biang keladi dari semua peristiwa
ini". Tujuannya melarikan Cing-cing adalah ingin memancing kedatangan Ting Peng di situ, tapi
dikala Ting Peng benar-benar sudah datang, ia justru menyembunyikan diri.
Sebenarnya apa maksud dari kesemuanya ini" Apakah dia tidak tahu akan kelihaian golok
bulan sabit milik Ting Peng" Atau karena dia mengira rekan-rekannya sudah sanggup untuk
menahan serbuan Ting Peng"
Atau mungkin dia menganggap dengan membekuk Cing Cing berarti ia dapat mengendalikan
Ting Peng dan menjadikan jagoan tersebut sebagai alat pembunuhnya untuk membunuhi orangorang
yang tak disukai olehnya"
Tampaknya kedua buah teori tersebut seperti amat cocok dengan keadaan, tapi bila
diperhatikan dengan seksama, semua tak bisa berdiri sendiri.
Orang lain mungkin tidak terlalu memahami kekuatan yang dimiliki Lian Im cap si sat seng
dalam menghadapi Ting Peng, tapi ia mengetahui cukup jelas.
Sekarang dia sedang berada didalam ruang rahasia di bawah tanah, di bawah penerangan
sinar lentera yang redup, sedang menulis bahan tentang Ting Peng di atas secarik kertas.
Diatas gulungan kertas itu sudah penuh berisikan tulisan, sejak dari Bwe ang kek di kota Hang
Ciu..... Menyaksikan Ting Peng mengayunkan goloknya terhadap Thi yan Siang hui suami istri,
dimana ayunan goloknya mendatangkan kekuatan yang luar biasa.
Menyaksikan Ting Peng mengalahkan Lim Yok peng, gerakan tubuhnya enteng dan lembut,
seakan-akan di dalam goloknya tersekap suatu kekuatan suci yang hebat.
Sekarang dia sedang menulis kisah pengalamannya yang belum lama berselang baru dialami.
Menyaksikan Ting Peng membelah enam malaikat bengis, golok berkelebat tubuh berpisah,
sedemikian hebatnya kekuatan serangan itu sehingga mesti dilihat dengan mata kepala sendiri
namun sukar untuk dipercaya dalam hati.
Seolah-olah beberapa kali pertarungan penting yang dilaksanakan Ting Peng serta beberapa
kali membunuh orang, ia selalu hadir di arena bahkan menyaksikan dengan mata kepala sendiri.
Sebab bila ia tidak hadir, di atas catatan tersebut selalu tercantum tanda yang amat istimewa,
seperti: "Bulan. . . . tanggal. . . menurut cerita. . . Ting Peng dan Liu Yok siong saling berhadapan,
sekali goloknya berkelebat, ada nyawa melayang.
Tulisan itu dapat dibaca secarik kertas kecil yang berada di halaman paling muka.
Pokoknya dia termasuk seorang yang mendalami dan amat memahami soal Ting Peng, tentu
saja dia lebih memahami lagi terhadap kemampuan dari rekan-rekannya it.
Diapun tahu, dengan menghimpun segenap kekuatan yang dimiliki rekan-rekannya, untuk
menghadapi Thi yan siang hui sepasang suami istripun belum tentu menang apalagi menyuruh
mereka menghadapi Ting Peng, tentu saja mereka pada mampus. . . .
Sedang mengenai menggunakan Cing-cing sebagai sandera untuk memaksa Ting Peng
menuruti perkataannya, iapun sudah tahu kalau harapannya lenyap tak berbekas lagi.
Lantas mengapa dia masih menyuruh anak buahnya untuk menghantar kematian..."
Sesungguhnya hal mana merupakan suatu teka-teki yang sukar untuk dipahami oleh orang
lain. Namun dengan cepatnya dia telah menggunakan pelbagai gerak-geriknya untuk menjawab
teka-teki tersebut. Itulah sejilid kitab tipis, ketika kitab itu dibalik maka isinya adalah pelbagai catatan lengkap
dengan tanggal dan tahun.
Di urutan yang terdepan adalah namanya.
Nomor dua Siang Hoa jiang, disebut juga penjagal manusia dari Gi-tang, tahun Pia-wu bulan
enam masuk menjadi anggota.
Tahun Pia-wu bulan sembilan mendapat undangan dari Mo Su hou perkampungan Lam si
ceng untuk membunuh Lau Tiong kiat, mendapat imbalan sepuluh laksa tahil perak, imbalan yang
harus dibagi satu laksa lima ribu tahil perak.
Tahun Ting-wei bulan dua, malam-malam menyerang perkampungan Bwe hoa san ceng,
mendapat intan permata berjumlah delapan laksa tahil, setelah dipotong komisi tiga laksa tahil,
sisa uang enam laksa tahil...
Rupanya kitab tersebut merupakan kitab yang mencatat segala kegiatan dari Lian Im cap si
sat, yang dicatat adalah pemasukan tiap orang, order membunuh orang, imbalan yang diperoleh
serta jumlah hasil rampokan yang berhasil dikumpulkan.
Atas nama Siang Hoa jiang yang bernomor urut dua ini, dalam empat tahun ia berhasil
mengumpulkan dua puluh empat lima ribu tahil perak.
Sedang beaya yang dikeluarkan tiga laksa delapan ribu tahil.
Di dalam empat tahun hanya menghabiskan uang tiga laksa delapan ribu tahil, tampaknya
orang ini seorang yang berhemat.
Dia mengambil kitab itu dan berjalan ke depan sebuah almari kecil, membuka laci didalamnya
dan mengambil setumpuk uang yang tersimpan di situ, ketika dihitung jumlahnya ternyata persis
seperti apa yang tercantum dalam buku.
Setelah tertawa dia masukkan tumpukan uang itu ke dalam sakunya, lalu membuka halaman
yang kedua, membuka laci kedua dan memasukkan tumpukan uang kedua ke dalam saku.
Hingga pada laci yag kelima belas, ia baru bergumam dengan penuh rasa mendongkol:
"Sialan benar bajingan ini, tempo hari ia berani membohongi aku sewaktu menyetor uang
kepadaku, sudah pasti kelima ribu tahil perak yang disisihkan itu habis dipakai untuk berfoya-foya
dengan dua orang pelacur tersebut, hmm, tidak bisa jadi, hutang ini harus kutagih kembali dari
tangan kedua orang pelacur itu."
Akhirnya dia membuka laci terakhir yang mencantumkan nama Giok Bu sia dan mengambil
tumpukan uang yang tersimpan di situ.
Sekalipun tanpa dihitung namun dapat terlihat kalau jumlahnya berapa kali lipat lebih banyak
daripada jumlah yang dimiliki belasan orang itu, dari sana bisa diketahui kalau ia memperoleh
bagian yang paling besar namun paling sedikit mengeluarkan uang.
Dia adalah Lotoa, biasanya lotoa selalu mendapat bagian yang dua kali lebih banyak, tentu
saja anak buahnya tak pernah menggerutu, namun dia sebagai seorang lotoa tak pernah puas.
Sebab sampai akhirnya seluruh uang itu toh terjatuh di tangannya semua, kini senyuman puas
baru menghiasi wajahnya, kini segala sesuatunya sudah menjadi miliknya.
Dia tak mau menerima lipat dua saja, dia ingin melalap semua yang ada. . . .
Ia membungkus semua uang itu ke dalam kantongan dan diikat pada punggungnya, kemudian
mengambil kitab catatan tersebut dan membakar di atas lantai.
Dia membakar dengan seksama, sampai menjadi abupun masih di porak porandakan sampai
rata. Akhirnya dia baru menggunakan obor untuk membakar kain panjang yang telah dibasahi
dengan minyak. Bukan saja kain tersebut sudah direndam ke dalam minyak, lagi pula dibungkus dengan bahan
yang mudah terbakar, itulah sebabnya dengan cepat api telah berkobar.
Sumbu tersebut ditarik hingga ke dalam tumpukan kayu kering yang berada disekitar gedung,
dalam waktu singkat tumpukan kayu itu sudah terbakar dengan hebatnya, lalu diapun menyulut
sumbu yang lain. Dia tidak menggunakan bahan mesiu, sebab kelewat berbahaya, meski demikian hampir
semua bagian dari perkampungan Lian Im san ceng ini sudah dihubungkan dengan sumbu-sumbu
yang menghubungkan pula dengan tumpukan barang yang mudah terbakar.
Tak heran kalau tak selang berapa saat kemudian seluruh perkampungan Lin Im san ceng
telah berada dalam lautan api, masih untung di situ tak ada lagi manusia hidup.
Pemusnahan total, cara semacam ini memang merupakan suatu cara pemusnahan total yang
paling sempurna. Api memang merupakan alat pembuat dosa yang paling ideal dan kini perkampungan Lian Im
san ceng yang penuh dosa sedang melakukan upacara api, menggunakan api untuk
membersihkan seluruh dosa-dosanya.
Tapi Giok Bu sia, apakah diapun harus membayar mahal atas dosa yang telah dilakukannya"
Dikala api mulai merobohkan bangunan dan menyumbat mulut masuk menuju ke lorong
bawah tanah, seorang perempuan baru saja menerobos keluar dari bawah lorong tanah itu.
Memandang kobaran api yang membara dan memusnahkan seluruh bangunan, terdengar ia
bergumam: "Selamat tinggal perkampungan Lian Im san ceng, selamat tinggal Lian Im cap si sat seng,
Selamat tinggal Giok Bu sia!"
Kadangkala arti kata selamat tinggal adalah selamanya tak akan berjumpa lagi, segala
sesuatunya akan lenyap bersama kobaran api yang menjulang ke angkasa itu.
Tapi, mengapa pula dia mengatakan "Selamat tinggal kepada Giok Bu sia?"
Giok Bu sia belum mati, bukankah dia masih hidup segar bugar dalam dunia ini"
Cuma, ada sementara orang memang tidak membutuhkan kematian, tanpa kematian pun ia
bisa lenyap dan musnah dari dunia ini.
Tentu saja ada sementara orang-orang yang ternama, sekalipun sudah mati, mereka tak akan
bisa lenyap dari dunia ini.
Seperti para cianpwe angkatan tua, misalnya Siau li tham hoa Li Sin huan, si jago pedang
terbang. Seperti pula pencuri budiman Coh Liu hiang, si kupu-kupu bunga Oh Thi hoa.
Yang lebih muda lagi seperti Seng Long seperti Ong Leng hoa.
Atau yang lebih tua lagi seperti Yak Kay, seperti Poh Hong soat.
Seperti pula Siau Hi ji dan Hoa Bu koat.
Waktu sudah berlalu hampir ratusan tahun namun tindak tanduk mereka masih tetap hidup
dalam hati setiap orang, dari mulut ke mulut kegagahan mereka selalu diwariskan.
Tapi Giok Bu sia jelas tak ingin menjadi manusia seperti ini, dia lebih suka melenyapkan diri
dari dunia ini tanpa menimbulkan suara apapun. . . .
Mengikuti Lian Im cap si sat seng, mengikuti perkampungan Lin Im san ceng semuanya lenyap
dan musnah di tengah lautan api.
Perempuan yang baru muncul dari bawah tanah itu tampaknya seperti sama sekali bukan Giok
Bu sia, sekalipun berjumpa dengan wajahnya, belum tentu orang akan mengenalinya sebagai Giok
Bu sia. Karena Lian Im cap si sat seng bukan suatu organisasi yang ternama, Giok Bu sia juga bukan
seorang manusia yang ternama, hanya segelintir manusia yang mengetahui tentang mereka.
Tak bisa disangkal lagi, perempuan ini adalah seorang perempuan yang punya nama
Bagaimanapun juga dia tak akan menjajarkan dirinya dengan Lian Im cap si sat seng.
Sekalipun orang-orang yang pernah berhubungan dengan Lian Im cap si sat seng tak akan
menganggap dia mempunyai hubungan atau sangkut paut dengan kelompok pembunuh itu.
Giok Bu sia memang sudah lenyap semenjak itu, karena dia adalah lotoa dari Lian im cap si
sat seng, dialah yang menciptakan empat belas pembunuh keji itu, tapi dia juga yang telah
memusnahkan ke empat belas pembunuh keji itu.
Jika tak ada Giok Bu sia, mungkin saja tak mungkin ada Lian im cap si sat seng.
Tapi bila tiada Lian Im cap si sat seng tentu saja tak mungkin bakal ada Giok Bu sia.
Memandang kobaran api yang menjilat semua benda yang dijumpainya, ia memeluk tumpukan
uang itu erat-erat, dan iapun mengucapkan sepatah kata yang aneh:
"Terima kasih banyak Ting Peng."
Mengapa dia harus berterima kasih kepada Ting Peng" Ting Peng telah membunuh rekannya,
memusnahkan pekerjaannya, mengapa dia malah berterima kasih kepada Ting Peng"
Apakah disinilah letak tujuannya menculik Cing-cing dan memancing kedatangan Ting Peng"
Dilihat dari perubahan mimik wajahnya, tak bisa disangka; lagi kalau memang demikian
keadaannya. Kalau begitu, jelas hal ini merupakan suatu rencana hitam makan hitam yang amat sempurna,
kendatipun rencana ini terhitung agak kejam, namun tak bisa disangkal rencana tersebut benarbenar
amat sempurna. Seandainya tidak muncul seorang manusia banyak urusan yang menjemukan, mungkin
rahasia tersebut tak pernah akan diketahui oleh siapapun untuk selamanya.
Tapi orang yang sangat menjemukan itu jusru munculkan diri pada saat seperti ini.
Tiba-tiba saja dia mendengar suara langkah kaki manusia berkumandang datang dari arah
belakang, buru-buru dia berpaling, tampak olehnya, manusia yang paling menjemukan, paling
memuakkan hari itu sudah berdiri tak jauh dari sana sambil tertawa cengar-cengir.
"Oooh, kau" Liu Yok siong?" dia bertanya.
"Yaa, aku! Liu Yok siong!" jawab yang ditanya.
ooo0ooo ORANG YANG PALING MEMUAKKAN
JARANG sekali ada perempuan yang tidak menjadi gugup dan gelagapan lantaran kaget
menginjak seekor ular berbisa, tapi keadaannya sewaktu berjumpa Liu Yok siong sekarang jauh
lebih mengenaskan daripada ia menginjak seekor ular besar.
Namun dengan cepat dia dapat menguasai perasaannya, dengan sikap yang lebih tenang ia
berkata hambar: "Mengapa kau kemari"
Liu Yok siong tertawa amat gembira, seakan-akan pengemis yang menemukan uang emas
saja, tertawa hingga setiap kerutan wajahnya nampak amat jelas.
"Kau menginginkan batok kepalaku, mengapa aku tak boleh datang kemari. . . . ?"


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan amat tenang perempuan itu tertawa.
"Aaah, itu mah Cuma suatu gurauan yang tidak merugikan siapapun, kau sendiri toh mengerti,
Ting Peng tak bakal membunuhmu"
Kembali Liu Yok siong tertawa.
"Kedudukanku di dalam hatinya masih belum sepenting apa yang kau bayangkan selama ini."
Liu Yok siong, kau terlalu memandang rendah dirimu sendiri", kata perempuan itu sambil
menggeleng, bukan dikarenakan kau amat penting baginya maka ia tidak membunuhmu,
melainkan karena kau masih tak berkemampuan apa-apa sehingga dia tak sudi membunuhmu,
seperti ibaratnya sesosok bangkai anjing di tepi jalan, setiap orang yang lewat di sana boleh saja
menendangnya, tapi jarang sekali ada orang yang bersedia untuk melakukan hal itu, karena orang
takut mengotori kaki sendiri"
Liu Yok siong segera menarik kembali senyumannya, walaupun dia tahu kalau kejadian
tersebut merupakan kenyataan, namun kenyataan mana merupakan suatu pukulan batin yang
sangat berat baginya. "Kau berani mengucapkan perkataan semacam itu kepadaku" Akhirnya dia menegur dengan
marah. Perempuan itu segera tertawa.
"Mengapa tidak berani" Toh hal tersebut merupakan suatu kenyataan" Dalam pandanganku
atau pandangan siapa saja, kau adalah manusia semacam itu. . . .?"
Liu Yok siong dibikin naik darah oleh perkataan itu, sambil menarik muka serunya:
"Sungguh tidak beruntung, aku justru kena digigit oleh bangkai anjing yang menggeletak di tepi
jalan itu." Si perempuan itu segera tertawa terbahak-bahak, suara tertawanya lantang dan leluasa,
seakan-akan sama sekali tidak ambil perduli terhadap ancaman Liu Yok siong.
"Kau mengira kau telah berhasil menangkap titik kelemahanku. . . . ?"
Liu Yok siong tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . apakah masih belum mau mengaku?"
Perempuan itu tersenyum. "Tentu saja aku bisa jadi tidak mengaku, karena bobotmu dalam pandangan sementara orang
sekarang sudah begitu rendahnya, aku yakin kau tentu mengerti, kentut orang lainpun masih lebih
harum daripada ucapanmu, apakah masih ada orang yang mau percaya kepadamu?"
Kembali Liu Yok siong tertawa terbahak-bahak. .
"Haaaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . kalau begitu tak ada salahnya bagimu untuk mencoba,
mungkin saja perkataan aku orang she Liu jauh lebih busuk daripada kentut, tapi asal aku orang
sne Liu menyiarkan berita ini keluar, sudah pasti ada orang yang akan mendengarkan, sekalipun
mungkin akan mereka terima sebagai gurauan saja, tapi sedikit banyak toh pasti akan
berpengaruh juga bagimu"
Mendadak perempuan itu menggerakan tangannya, setitik cahaya tajam berkelebat lewat dan
menusuk ke tenggorokan Liu Yok siong, pedang tersebut tersembunyi dibalik ujung bajunya,
sebilah pedang lemas. Serangan itu benar-benar merupakan suatu serangan yang cepat dan ganas, sebelum
penyerangan, tidak nampak gejala apa-apa ditambah pula dilancarkan selagi orang lain berbicara,
semestinya ancaman semacam ini tak bakal meleset.
Tapi Liu Yok siong justru memperhatikan sampai ke situ, dia tidak berkelit pun tidak muncul,
hanya menggunakan kedua jari tangannya menjepit pelan, tahu-tahu mata pedang lawan telah
terjepit olehnya. Mata pedang itu hanya berselisih setengah inci dari tenggorokannya, tapi sisa setengah inci
tersebut tak mampu dilanjutkan olehnya.
Dengan sepenuh tenaga perempuan itu mendorong pedangnya lebih ke depan, sayang
digunakan adalah sebilah pedang lemas, dia harus mengerahkan tenaga dalam lebih dulu
sebelum dapat mengeraskan dan menegangkan senjata itu.
Sebenarnya tenaga dalam yang dimiliki perempuan itu tidak lemah, sayang Liu Yok siong tidak
lemah juga, maka pedang itu kena digetarkan sampai meliuk-liuk, jangankan maju setengah inci
lagi, bergerakpun tak bisa.
Sambil tertawa Liu Yok siong berkata:
"Aku orang she Liu bukan orang baik, bukan seorang Kuncu, lagipula seorang siaujin yang
banyak curiga, oleh sebab itulah aku orang she Liu tidak gampang dicelakai orang lain.
ooo0ooo SEORANG Kuncu memang lebih gampang dicelakai daripada orang lain.
Bila ingin mencelakai seorang siaujin yang setiap hari kerjanya justru hendak mencelakai
orang lain, hal ini benar-benar merupakan suatu pekerjaan yang sulit, karena dia kerjanya hanya
mencelakai orang lain maka dia harus dapat menjaga diri seteliti mungkin, sebab dia tahu orang
lain pun setiap saat berniat mencelakai dirinya.
Sambil tertawa Liu Yok siong berkata:
"Ilmu silat aku orang she Liu memang tak bernilai sepeserpun dibandingkan permainan golok
Ting Peng, tapi bagi sementara umat persilatan, paling tidak aku masih terhitung seorang jago
lihay, walaupun belum tentu bisa menangkan dirimu, tapi kaupun jangan harap bisa membunuhku
secara mudah. . ." Setelah termenung sebentar, mendadak perempuan itu menarik kembali pedangnya dan
berkata sambil tertawa: "Buat apa aku harus membunuhmu" Untuk membunuhmupun buat apa aku mesti turun tangan
sendiri?" "Aku tahu kau dapat menggerakkan anak buahmu untuk menghadapiku, tapi cukupkah bobot
mereka untuk melawan diriku?" kata Liu Yok siong lagi sambil tertawa.
Perempuan itu tertawa. "Liu Yok siong, kau kelewat memandang rendah diriku, aku tak usah menggerakkan anak
buah yang berada di rumah, cukup menggapaikan tangan, salah seorang yang datangpun sudah
cukup membuat badanmu menjadi penyok!"
Mendengar perkataan itu, Liu Yok siong segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . aku orang she Liu bukan manusia yang terbuat dari
jerami, dalam dunia persilatan dewasa ini, kecuali Ting Peng seorang, aku orang she Liu masih
belum memandang sebelah matapun terhadap orang lain"
"Aku tak ingin menakut-nakuti dirimu" perempuan itu tertawa makin genit, cuma akupun tak
ingin membohongi dirimu, mulai sekarang aku akan maju sebanyak tujuh langkah, kuharap kau
lupakan saja semua peristiwa yang barusan terjadi di sini, kalau tidak kau bakal menyesal"
Selesai berkata dia membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ.
Tentu saja Liu Yok siong tidak percaya dengan semua perkataannya itu, namun dia pun tidak
menyusul ke depan. Bagaimana dia merasa tak percaya, iapun ingin melihat setelah perempuan itu berjalan sejauh
tujuh langkah. Peristiwa aneh apakah yang bakal terjadi.
Apalagi Liu Yok siong merasa yakin sekali dengan kemampuan ilmu meringankan tubuh yang
dimilikinya, sekalipun membiarkan perempuan itu berjalan tujuh puluh langkah lebih dulu pun, dia
masih mempunyai keyakinan untuk menyusulnya dalam seratus langkah.
Padahal tempat itu merupakan sebuah tanah lapang yang sangat luas, sekalipun ia berjalan
sejauh tujuh ratus langkahpun masih tak akan lolos dari pandangan matanya.
Betul juga perempuan itu hanya berjalan sejauh tujuh langkah, tujuh langkah yang sangat
indah, sejak kematian bininya sebenarnya, Liu Yok siong sudah kehilangan napsunya terhadap
kaum wanita. Tapi memandang bayangan punggungnya yang begitu indah, ia tak bisa mencegah pikirannya
untuk melamunkan hal-hal yang tak beres.
Cuma saja hal ini bukan menjadi alasan bagi Liu Yok siong untuk mundur dari situ.
Dahulu Liu Yok siong adalah seorang serigala perempuan, tapi sekarang sudah bukan.
Dahulu Liu Yok siong terpikat oleh kecantikan perempuan, tapi sekarang hal ini tak mungkin.
Penderitaan dan siksaan batin, terutama penghinaan dan cemoohan yang diterimanya selama
ini membuat dia lebih tangguh, lebih sanggup mempertahankan diri, menguasahi diri dan tak
gampang terpengaruh oleh emosi.
Tapi Liu Yok siong justu merasakan hatinya bergetar keras sekali setelah menyaksikan reaksi
yang timbul setelah perempuan itu mundur sejauh tujuh langkah.
Suatu peristiwa aneh benar-benar terjadi bahkan kejadiannya sukar membuat orang menjadi
percaya. Kemunculannya begitu tiba-tiba, Liu Yok siong merasakan dua gulung hawa pembunuhan
yang mengerikan dan menyesakkan napas tahu-tahu muncul dari kiri dan kanan langsung
menggencet dirinya. Menyusul kemudian muncul dua sosok manusia, itulah dua orang kakek.
Orang tua bukan sesuatu yang menakutkan, tapi kedua orang kakek itu cukup membuat Liu
Yok siong berdiri kaku bagaikan patung, dalam keadaan seperti ini dia hanya bisa menyalahkan
nasibnya yang terlalu jelek, hingga setiap kali dia merasa akan berhasil selalu akan muncul pula
hal-hal yang akan membuatnya menjadi sial.
Terutama kali ini, dia merasa benar-benar sial delapan keturunan......
ooo0ooo SINGA EMAS NAGA PERAK SEANDAINYA Liu Yok siong merupakan pemuda yang baru terjun ke dunia persilatan, dia tak
akan takut, harimau yang belum pernah turun gunung tak akan takut kepada siapa pun, dia pasti
akan menganggap mereka sebagai dua orang tua belaka.
Sayang, Liu Yok siong justru merupakan seorang yang berpengetahuan luas, tidak sedikit
jagoan kenamaan dalam dunia persilatan yang dikenal olehnya.
Tentu saja diapun kenal dengan kedua orang kakek ini, tapi dia lebih suka tidak mengenalnya.
Sekarang, dia hanya mengharapkan satu hal saja, yaitu kedatangan kedua orang kakek itu
bukan dikarenakan dia, melainkan karena perempuan tersebut.
Paling tidak, ia berharap mereka tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan perempuan
tersebut. Tapi kejadiannya justru tidak seperti apa yang diharapkan, ternyata perempuan itu mempunyai
hubungan yang mendalam sekali dengan kedua orang kakek tersebut, bukan cuma begitu,
agaknya sikap kedua orang kakek itu kepadanya begitu sungkan dan hormat, bukan perempuan
itu yang memberi hormat kepada mereka, sebaliknya merekalah yang menghormati perempuan
tersebut. "Empek berdua, baik baikkah kalian" Sudah lama kita tak pernah bersua .... "
Kakek berbaju emas berambut panjang berwarna kuning yang berada di sebelah kiri itu segera
tertawa, sahutnya: "Baik-baikkah nona" Entah ada urusan apa nona mengundang kami?"
"Empek kelewat sungkan, keponakan cuma menghadapi suatu kesulitan yang amat kecil
hingga terpaksa memanggil kehadiran kalian, tak tahunya empek berdua benar-benar datang.
Kejadian ini sungguh membuat titli merasa tak enak"
"Aaaah, hanya secara kebetulan kami berdua berada disekitar sini" Kakek berbaju perak di
kanan menjawab sambil tertawa, "ketika mendapat tanda bahaya, kami mengira nona telah
menghadapi kesulitan besar, itulah sebabnya kami lantas memburu kemari"
"Padahal tidak terhitung seberapa, cuma orang she Liu ini mendadak muncul di sini, bahkan
tampaknya dia jauh lebih hebat daripada apa yang kubayangkan semula"
Kakek berbaju emas itu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaahh.... haaaah.. haaahh... itulah gampang sekali, serahkan saja kepada kami, apa yang
nona kehendaki?" Andaikata ia minta kepada Liu Yok siong untuk berlutut di hadapannya sambil memanggilnya
ibu, kemudian nyawanya baru diampuni, niscaya Liu Yok siong bersedia untuk melakukan.
Cuma diapun tahu sekalipun dia berlutut sambil memanggilnya Coh nay-nay hal inipun
percuma, perempuan itu bukan Ting Peng, bila ia hendak membunuh orang, tak mungkin hatinya
akan melembek dan mengurungkan niat dengan begitu saja.
Untung Coh nay-nay ini tidak berniat membunuh orang, dia hanya berkata sambil tertawa:
"Walaupun bajingan ini menjemukan, tapi lebih untung dibiarkan hidup daripada mampus,
Cuma sayang dia masih belum mengerti tentang bagaimana caranya hidup sehingga terpaksa
kalian berdua harus memberi sedikit petunjuknya."
"Tak usah khawatir nona." Kakek berbaju perak itu tertawa, "lohu berdua akan melaksanakan
dengan sebaik-baiknya"
"Asal empek berdua mau membantuku, titli pun merasa berlega hati, kebetulan aku mesti
cepat-cepat pulang, terpaksa merepotkan kalian dulu. . . "
"Silahkan nona" dua orang kakek itu menjura dengan hormat.
Perempuan itu mengangguk sambil membalikkan badan, mendadak ia berpaling sambil
berkata lagi: "Aaah, benar, Ada satu hal aku ingin minta bantuan dari lopek pula, tempo hari aku telah
menyalahi Thi yan sianghui berdua lantaran aku tak tahu kalau mereka."
"Tak usah kuatir nona" kakek berbaju emas itu berkata, "tempo hari nona kaget lantaran
keteledoran lohu, untung nona selamat, di kemudian hari mereka tak akan berani mencari
kesulitan lagi bagimu."
"Tapi aku merasa salah kepada mereka."
"Aaah, tak menjadi soal." Kembali kakek berbaju perak itu tertawa, "terhadap orang yang
sudah kutung tangannya, kami ogah banyak bicara, apalagi perasaan mereka menjadi gampang
tersinggung, oleh karenanya kami telah menyuruh mereka berdua berangkat ke suatu tempat dan
beristirahat di sana."
Suruh dua orang yang gampang tersinggung beristirahat di suatu tempat, maksudnya sudah
jelas sekali, yakni mereka dilenyapkan untuk selamanya dari muka bumi.
Walaupun Liu Yok siong tahu kalau nyawanya bakal selamat, tak urung kedua kakinya
menggigil juga setelah mendengar pembicaraan mereka.
Ia sudah mengetahui identitas kedua orang kakek ini, tentu saja tahu pula bahwa mereka ada
hubungannya dengan Thi yan sianghui.
Singa emas, naga perak, unta tembaga, walet besi.
Nama-nama tersebut cukup termasyhur sebagai empat tianglo perkumpulan Mo kau dimasa
lalu. . Waktu itu pengaruh maupun nama besar Mo kau ibaratnya matahari ditengah hari, jarang
sekali orang bisa bertemu dengan ketua Mo kau, hanya ke empat orang tianglo itulah yang sering
muncul di depan orang. Mo kau sudah banyak membunuh orang di daratan Tionggoan, sebab mereka adalah
organisasi yang datang dari luar, ingin menancapkan pengaruhnya di daratan Tionggoan, tentu
saja usaha mereka mendapat tentangan yang kuat, apalagi tujuan serta cara kerja orang-orang
Mo kau sangat bertentangan dengan prinsip prang Tionggoan.
Waktu itu Liu Yok siong masih muda, masih terhitung baru dalam dunia persilatan, sudah
barang tentu masalah besar dalam dunia persilatan masih belum terpikir kepadanya.
Untung saja ia belum mendapat giliran, kalau tidak, mungkin sekarang sudah tiada Liu Yok
siong lagi sebab untuk membendung gerak maju orang-orang Mo kau, banyak keluarga persilatan
yang harus mengorbankan nyawanya.
Kekuatan maupun pengaruh Mo kau memang kelewat kuat, betapa pun besarnya korban yang
telah berjatuhan, belum ada orang yang mampu membendung serbuan mereka.
Untung kejadian ini telah mengejutkan pihak Sin kiam san ceng yang amat termasyhur itu.
Di bawah desakan dan permintaan lima perguruan besar, akhirnya Cia sam sauya Cia Siau
hong yang tiada tandingannya di kolong langit ikut serta dalam operasi pembasmian terhadap
musuh-musuh Tionggoan. Hanya pedang saktinya yang mampu menahan bacokan golok maut dari ketua Mo kau.
Para ketua dari lima partai besar atas anjuran dari Cia Siau hong melangsungkan pula
pertempuran habis-habisan melawan orang Mo kau di puncak bukit Cia lian san.
Pertempuran yang amat seru itu tak sempat ditonton oleh Liu Yok siong, dia hanya mendengar
orang lain bercerita, banyak orang yang bercerita dengan cerita yang berbeda pula.
Setiap perguruan selalu mengunggulkan ketua sendiri dalam pertarungan tersebut.
Masih untung semua membawa sepatah kata yang sama, yakni ilmu golok dari ketua Mo kau
lihay sekali, andaikata Cia Siau hong tidak muncul tepat pada waktunya niscaya mereka semua
sudah tewas di tangannya.
Jadi kalau dilihat dari balik cerita tersebut, tidak sulit bagi orang lain untuk mengambil
kesimpulan bahwa kunci dari kemenangan dalam pertarungan ini bukan kegagahan dari para
ciangbunjin tersebut, melainkan pedang sakti dari Cia Siau hong.
Tapi akhir cerita dari semua orang sama semua, ketua Mo kau akhirnya terjatuh ke dalam
jurang yang dalamnya mencapai ribuan kaki dibukit Ci lian san dalam pertarungan tersebut.
Barang siapa terjatuh dari tempat yang demikian tingginya, siapapun tidak percaya kalau dia
masih dapat hidup lebih jauh.
Sejak itu Mo kau punah dari dunia persilatan, namun ke lima ketua partai tidak ada yang
merasa lega, sebab istri kaucu dari Mo kau dengan membawa putranya dan menantunya telah
menyembunyikan diri disaat mereka melakukan pembersihan terhadap istana iblis, kedua orang
perempuan itu tak berhasil ditemukan.
Operasi pembersihan terhadap istana iblis dilancarkan bersamaan waktunya, singa emas,
naga perak dan walet besi dari istana iblis menderita luka yang amat parah dalam pertarungan
berdarah tersebut, ia berhasil kabur kemudian karena diselamatkan oleh unta tembaga, satusatunya
tianglo yang masih setia kepada Mo kau.
Selama tiga hari tiga malam semua orang melakukan pengejaran dan penggeledahan yang
seksama di seluruh bukit, sayang bukit Ci lian san kelewat besar sedang kemampuan si Unta
tembaga pun melebihi siapapun, akhirnya mereka kehilangan jejak Unta tembaga tersebut.
Namun semua orang tidak terlalu terlampau tegang, karena pada hari yang terakhir mereka
telah menemukan majikan dari istana iblis yang semula diikat di punggung Unta tembaga,
ditemukan dalam keadaan putus nyawa.
Selama banyak tahun belakangan ini, semua orang hampir melupakan soal istana iblis, tapi
tiga orang tianglo yang berkhianat terhadap istana iblis masih tetap merasa kuatir.
Ada dua hal yang dikuatirkan mereka yakni:
Pertama, ketua Mo kau ternyata masih hidup bahkan ilmu silat yang dimilikinya sudah
mencapai tingkatan yang luar biasa, malah ada berapa macam sim-hoat tenaga dalam dari Mo
kau, termasuk ilmu bangkit dari hidup yang paling rahasia pun berhasil dipelajari.
Dalam dunia persilatan waktu itu masih tersiar sepatah kata yang berbunyi demikian, barang
siapa berani memusuhi Mo kau, kecuali kau memenggal batok kepalanya. kalau tidak jangan
harap kau bisa berharap ia lolos dari kematian.
Yang mereka kuatirkan sekarang adalah kemunculan dari kaucu mereka setelah lolos dari
kematian. Kedua, berhubung istri kaucu tak berhasil ditangkap, sedang dari pihak Mo kau pun masih ada
sebagian anggota yang tetap setia dan turut lenyap tak berbekas, besar kemungkinan mereka
akan muncul kembali dalam dunia persilatan.
Oleh sebab itu, selama banyak tahun para jago dari lima partai besar dan tiga orang tianglo
dari Mo kau selalu berusaha untuk mencari sisa-sisa anggota Mo kau dan mencoba untuk


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membunuhnya. ooo0ooo PERISTIWA itu berlangsung pada dua puluh tahun berselang, waktu itu Liu Yok siong tidak
turut serta dalam usaha pembasmian mana, tapi paling tidak dia kenali kedua orang kakek ini
sebagai si Singa emas dan naga perak.
Tentu saja sebelum itu ketika berada di pagoda Ang Bwe kek, merekapun menjumpai Thi yan
sianghui suami istri dan menyaksikan kelihaian ilmu golok mereka, menjadi dua bagian sehingga
dari Sui han sam yu tinggal dia Cing Siong seorang yang tetap hidup.
Cuma sayang si pohon siong hijau sekarang sudah tak mampu apa-apa lagi, bahkan sepucuk
rumputpun tak akan memadahi.
Dari pembicaraan tadi, Liu Yok siong telah mendengar nasib yang menimpa walet besi suami
istri, dia masih ingat dengan kata sesumbar mereka ketika masih berada di pagoda Ang Bwe khek
dulu. Setelah sebuah lengannya terpapas, mereka masih sempat mengancam semua jago yang
hadir dalam ruangan, mereka masih mempunyai sebuah lengan yang masih bisa digunakan untuk
membunuh semua tamu yang hadir di situ.
Sayang sekarang, untuk membunuh seorangpun mereka sudah tak mampu lagi.
ooo0ooo Thi yan siang hui adalah rekan mereka, sahabat senasib seperjuangan mereka dalam
melepaskan diri dari belenggu Mo kau.
Tapi karena mereka sudah kehilangan sebuah lengannya.
Kehilangan sebuah lengan bukan berarti sudah cacad seluruhnya, mereka masih mempunyai
sebuah lengan lagi dan nama mereka masih tercantum sebagai sepuluh tokoh paling top dalam
dunia persilatan dewasa ini.
Tapi mereka toh akhirnya harus menerima hukuman yang setimpal.
Alasan hukuman tersebut bukan dikarenakan ilmu silat mereka tidak becus, yang paling
penting lagi adalah perselisihan mereka dengan nona tersebut.
Singa emas maupun naga perak memiliki kedudukan yang tidak berada di bawah kedudukan
ciangbunjin dari perguruan manapun dewasa ini, tapi. . . apa sebabnya mereka bersikap begitu
menghormat terhadap perempuan tersebut. . . . "
Tentu saja, asal usul keluarga perempuan itupun cukup dibanggakan, sedemikian tingginya
hingga dia tidak memandang sebelah matapun terhadap lima partai lainnya.
Tapi Liu Yok siongpun tahu, mereka dapat bersikap begitu menghormat kepada mereka, hal
mana bukan cuma disebabkan asal usul keluarga belaka, diantara mereka tampaknya terdapat
semacam hubungan yang luar biasa, demi menyelamatkan nona itu, mereka baru menghukum
mati walet besi suami istri.
Terhadap orang sendiripun sikap mereka sudah begitu keji, apa lagi terhadap orang lain yang
sama sekali tiada hubungan apa-apa dengan diri mereka.
Liu Yok siong lebih-lebih tak berani membayangkan.
Liu Yok siong, konon kau adalah seorang yang pintar?" tegur singa emas hambar.
Berapa tahun belakangan ini, Liu Yok siong sudah terbiasa hidup rendah diri, apa lagi dalam
suasana begini dia lebih merasa lagi, sambil membungkukkan badan dan menjura dalam-dalam
katanya: "Tidak! Aku adalah seorang yang benar-benar sangat bodoh, biasanya hanya mengerjakan
pekerjaan yang bodoh"
Naga perak tersenyum, katanya pula:
Orang yang mengetahui kebodohan sendiri masih belum terhitung kelewat bodoh, manusia
semacam ini masih bisa diobati, apakah kau kenal siapakah kami?"
"Boanpwe tidak kenal"
"Tentunya kaupun tidak kenal dengan nona bukan?" Naga perak tertawa hambar.
"Nona" nona yang mana" Boanpwe tak pernah bersua dengan nona manapun..."
"Bagus!" ucap naga perak dengan puas, "daya ingatan orang bodoh kurang baik, sering kali
apa yang pernah terlihat segera terlupakan kembali, tapi apa yang lohu ucapkan sekarang harus
kau ingat dengan sebaik-baiknya?"
"Baik! Boanpwe pasti akan mengingatnya baik-baik" buru-buru Liu Yok siong pelan.
Naga perak manggut-manggut.
?"Baik! Ucapan lohu sederhana sekali, mudah diingat, kau tak pernah kemari, ke dua kau tak
pernah bertemu orang, tiga enyah dari sini"
Tanpa berani berkentut barang sekalipun Liu Yok siong membalikkan badan dan segera
berlalu dari situ. Namun baru berjalan berapa langkah, kembali ia dibentak oleh serentetan suara bentakan
yang amat nyaring: "Berhenti, kembali!" bentak singa emas menggelegar.
Dengan amat penurut sekali Liu Yok siong balik kembali ke tempat semula, tanyanya:
"Cianpwe masih ada petunjuk apa lagi?"
"Bagaimana caramu sampai di sini?"
Liu Yok siong agak sangsi sejenak, kemudian baru sahutnya:
"Beberapa orang temanku mempunyai hubungan yang cukup akrab dengan empat belas
pembunuh, maka boanpwe pergi mencari mereka."
Singa emas tertawa dingin.
"Heeehhh..... heehh.... heehh.... nasibmu benar-benar kelewat baik, karena sejak kini dalam
dunia persilatan sudah tidak terdapat Lian im cap si sat lagi, maka kau masih bisa hidup lebih jauh,
selanjutnya paling baik kalau kau kurangi bergaul dengan teman semacam ia, sebab ada kalanya
teman yang kelewat banyak bisa mendatangkan kesialan bagi diri sendiri"
Liu Yok siong hanya bisa mengiakan berulang kali.
Kembali singa emas berkata:
"Tetapi ada dua orang teman yang tak boleh kau lepaskan, kau harus sering kali berada
bersama mereka, tahukah kau siapakah kedua orang itu?"
Liu Yok siong ingin sekali berlagak bodoh, tapi dia tahu tak ada gunanya, bila menunggu
sampai pihak lawan yang mengingatkan, bisa jadi dia akan ketimpa sial, maka dari itu dengan
sejujurnya dia menjawab: "Boanpwe tahu" "Siapakah kedua orang itu?" Tampaknya pihak lawan masih merasa kuatir dan tidak senang.
"Mereka adalah dua orang sahabat karib yang dihadiahkan subo kepadaku ......
Singa emas segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaahhh. . . haahhh. . . haahhh. . . kau memang cerdik sekali, tak heran kalau nona
berpesan agar mengampuni selembar jiwamu, benar, dua orang sahabat itulah yang
kumaksudkan, cuma Liu Yok siong Kedatanganmu kali ini justru meninggalkan mereka, sudah
pasti mereka akan merasa tak senang hati, sekembalinya nanti banyak kesulitan yang bakal kau
hadapi" Suatu perasaan pedih dan menderita segera terlintas di atas wajah Liu Yok siong, sebenarnya
ia seperti sudah melupakan pertanyaan itu, tapi setelah disinggung kembali, keadaannya ibarat
anjing yang di ikat mulutnya terpijak pada ekornya, meski kesakitan tak mampu mengeluarkan
sedikit suara pun. Sambil tertawa kembali Singa emas berkata:
"Kalau kulihat raut wajahmu, sudah kuketahui kalau kau adalah seorang yang cukup
bersahabat, hubunganmu dengan kedua orang sahabat tersebut pasti erat sekali"
Kalau bisa, ingin sekali Liu Yok siong menghajar hidung si singa emas dengan bogem
mentahnya, namun diluaran dia tak berani bersikap demikian, malah ujarnya dengan sikap yang
sangat menghormat: "Budi kebaikan cianpwe berdua tak akan kulupakan untuk selamanya"
"Baik!" si Singa emas manggut-manggut "untuk kali ini lohu bersedia menanggung dirimu,
sudah pasti kedua orang sahabatmu tak akan mendesakmu untuk menjawab kepergianmu tanpa
pamit itu, cuma lain kali, bila kau berani melanggar sekali lagi, sudah pasti mereka tak akan
mengampuni dirimu dengan begitu saja, apalagi bila penampilanmu cukup baik, bisa jadi mereka
akan sangat menuruti perkataanmu, mengertikah kau akan ucapanku ini?"
Saat ini Liu Yok siong benar-benar merasa berterima kasih sekali, dia ingin maju dan
memeluknya, lalu menciumi wajahnya yang berkeriput sebagai pernyataan rasa terima kasih.
Oleh sebab itu sahutnya cepat-cepat dengan amat menghormat:
"Terima kasih banyak cianpwe"
Siapa pun dapat mendengar, bahwa ucapannya kali ini diutarakan dengan perasaan terima
kasih yang tulus. ooo0ooo Alasan apakah yang membuat Liu Yok siong merasa begitu berterima kasih"
Kalau dibicarakan sesungguhnya sulit membuat orang percaya, dua orang sahabat yang
dimaksudkan adalah Cun hoa dan Ciu gwat, dua orang gadis yang sanggup memeras lelaki
hingga habis-habisan. Ketika Liu Yok siong baru sampai di rumah, mereka sudah meluruk datang bagaikan segulung
angin, memeluknya dengan mesrah dan menciumi wajahnya dengan hangat.
Kemudian yang satu membantunya melepaskan pakaian, sedang yang lain berbisik mesrah di
telinganya: "Orang mati, kemana sih selama beberapa hari ini" Mengapa tidak meninggalkan pesan apaapa
hingga membuat kami kelabakan setengah mati?"
Kali ini, Liu Yok siong berani menjawab sambil membusungkan dada, katanya.
"Jangan ribut dulu, jangan ribut dulu, aku baru saja melakukan perjalanan selama seharian
penuh, ambil sebaskom air hangat, aku mau mandi dulu, kemudian menyingkirlah kalian jauh-jauh,
jangan merecoki aku terus, beri kesempatan kepadaku untuk tidur dengan nyenyak"
Dua orang gadis itu nampak tertegun, ke empat tangan mereka yang sudah diulurkan ke
depan segera mencengkeram jalan darah Kwan ciat hiat di tubuh Liu Yok siong.
Bagaimana matangnya persiapan Liu Yok siong, toh tak urung jalan darahnya kena
dicengkeram juga, dalam hal ini dia harus mengakui bahwa dua orang gadis tersebut memang
mempunyai kemampuan yang hebat dalam menaklukkan kaum lelaki.
Buru-buru dia lantas berseru:
"Eeeh..... tunggu dulu, dalam sakuku terdapat sedikit oleh-oleh, ambillah oleh-oleh tersebut
untuk kalian " "Ooh, hitung-hitung kau masih punya liang sim juga, masih ingat dengan kami berdua" kata
Cun Hoa tertawa. Dia lantas merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah singa kecil yang terbuat dari
emas dan sebuah bulatan berwarna putih.
Bulatan putih sebesar kacang itu terbuat dari lilin, sekali pencet hancurlah lilinnya, dalam
bungkusan lilin terdapat secarik kertas yang berisi beberapa tulisan.
Ketika selesai membaca tulisan itu, ia segera berseru sambil tertawa dingin.
"Heehh... heeeehh... heeeehh... hitung-hitung nasibmu masih mujur kali ini, tak kusangka kau
akan dibelai oleh dia orang tua"
Seraya tertawa diapun melepaskan cengkeramannya dari tubuh lelaki tersebut:
Sambil membusungkan dada Lin Yok siong segera berseru:
"Dia bilang, sejak hari ini kalian mesti menurut semua perkataanku ...."
Ciu Gwat tertawa. "Kau adalah tuan rumah untuk rumah ini, sau hujin pun telah menghadiahkan kami kepadamu,
bukankah selama ini kami selalu menuruti perkataanmu?"
"Tapi yang dimaksudkan dia orang tua bukan dalam hal ini, dia suruh kalian menuruti semua
perkataanku" Dia berpesan begitu?" tanya Cun Hoa sambil tertawa lebar.
"Tentu saja, kalau kurang percaya tanyalah sendiri kepadanya"
Tak usah ditanya lagi, dalam suratnya dia orang tua sudah menjelaskan amat terang, tapi
agaknya tidak seperti apa yang kau katakan sekarang ...."
"Lantas apa yang ditulis dalam suratnya?" buru-buru Liu Yok siong bertanya.
"Dia bilang kami hanya mesti menuruti satu perkataanmu, yakni bila kau tak ingin ada orang
menemaninya tidur, kami tak boleh memaksamu"
"Hanya sepatah kata saja?"
Cun Hoa segera menarik wajah seraya berseru:
"Meski-hanya sepatah kata, namun kau harus berterima kasih kepada langit dan bumi, kalau
tidak, hmmm, hari ini kami akan menghajarmu habis-habisan. ingat, sejak kini kaupun hanya
mempunyai hak tersebut saja. tapi kaupun mesti mengingat baik-baik, dalam hal lain kau tetap
harus menuruti kami, bila berani membangkang, akan mengenaskan sekali pembalasannya"
"Aku hanya mempunyai hak ini saja?" hampir saja Liu Yok siong tidak percaya dengan apa
yang didengar. Kembali Ciu Gwat menyahut ketus:
"Tentu saja, kedudukan si tua bangka itu tidak lebih tinggi dari pada kami, atas hak apakah dia
berani memerintah kami" Dia sendiri hanya berhak untuk hal semacam itu saja"
Sebenarnya Liu Yok siong tidak percaya tapi ketika hal mana diteliti lebih mendalam, maka dia
pun tidak merasa keheranan lagi.
Kalau gadis yang menjadi Giok Bu sia pun bisa membuat kedua orang tua bangka tersebut
bersikap begitu menghormat, maka kalau kedua gadis ini mengatakan kalau kedudukan mereka
setaraf dengan kedudukan singa emas dan Naga perak, ucapan tersebut bukan suatu yang
kelewat aneh. Sudah pasti diantara mereka terdapat sebuah tali tanpa wujud yang menghubungkan satu
dengan lainnya hingga terwujud dalam suatu rangkaian hubungan yang misterius.
Mendadak Liu Yok siong merasakan ingin tahunya berkobar, dia ingin menyelidiki hubungan
misterius tersebut, bila ia berhasil menemukan rahasia mana, sudah pasti rahasia tersebut
merupakan suatu rahasia besar yang akan menggetarkan seluruh kolong langit.
Untuk menyelidiki rahasia tersebut, tentu saja Cun Hoa dan Ciu Gwat merupakan titik terang
yang paling baik untuk memulai penyelidikan tersebut, kedudukan mereka seimbang dengan
kedudukan Sings emas dan naga perak, hal ini menandakan kalau kedudukan mereka penting
sekali. Betul juga, Cun Hoa dan Ciu Gwat segera menyiapkan air panas dan mempersilahkan lelaki itu
mandi sepuasnya, kemudian setelah mengenakan pakaian yang longgar secara diam-diam diapun
menelan dua butir pil penambah tenaga yang disimpannya selama ini.
Obat mestika itu diperolehnya dari saku seorang Jay hoa cat (penjahat pemetik bunga),
kendatipun merugikan badan namun sangat bermanfaat .....
Menurut pengalaman-pengalamannya di masa lampau, dia tahu orang hanya akan
mengungkapkan rahasianya secara jujur bila mana mereka berada dalam keadaan paling
gembira. Untuk membuat mereka gembira, hal mana benar-benar merupakan suatu pekerjaan yang
sangat membuang tenaga, tapi untuk mendapatkan rahasia tersebut, dia tidak ambil perduli lagi
atas resiko yang harus di hadapinya nanti.
Ketika daya kerja obat perangsang itu mulai memperlihatkan kekuatannya, diapun berteriak:
Cun Hoa, Ciu Gwat masuklah kalian!"
Due orang gadis itu masuk bersama ke dalam, walaupun Liu Yok siong sedang duduk di atas
pembaringan namun dia jelas berada dalam posisi dan kondisi macam apa.
"Naiklah, buat apa kalian mesti berlagak pilon?" seru Liu Yok siong kemudian sambil tertawa.
Diwaktu biasa, sekalipun ia tak berbicara mereka sudah akan menubruk ke atas ranjang, tapi
hari ini keadaan mereka sangat aneh, kedua orang perempuan itu seperti telah berubah menjadi
orang lain, sama sekali tidak terpengaruh oleh keadaan yang berada di hadapannya.
"Maaf Liu toaya, kami tak dapat melayanimu" ucap Ciu Gwat dengan nada ketus.
Hampir tidak percaya Liu Yok siong dengan pendengaran sendiri.
Cun Hoa berkata pula sambil tertawa dingin.
"Walaupun kau mempunyai hak untuk menampik permintaan kami, sayang kau tidak berhak
menyuruh kami naik ke ranjang untuk melayani keinginanmu."
Perkataan dari Ciu Gwat berubah semakin dingin dan tak sedap didengar, lanjutnya:
"Dahulu kami memandang dirimu, maka kau bisa meraih keuntungan, siapa tahu lagakmu
menjadi bertambah sok, kau anggap kami benar-benar membutuhkan pelayanan-mu?"
"Liu Yok song" seru Cun Hoa sambil menuding ujung hidungnya. "kalau dilihat tindak
tandukmu selama ini, koh nay-nay bersedia memberi muka kepadamu sudah merupakan suatu
kemujuran yang luar biasa untukmu tak tahunya kau malah berani sok, hmmm "Dengan kelebihan
yang dimiliki koh nay-nay, kami tak akan kuatir kekurangan lelaki, bagus sekali, sejak kini soal
dinas kita berbicara dalam hal dinas, soal pribadi tak usah dipusingkan masing-masing pihak dan
kitapun tidak usah saling mengusik pihak yang lain!"
Liu Yok siong tidak menyangka kalau mereka akan berbalik muka secepat itu, bahkan ucapan
yang diutarakan mana blak-blakan, tajamnya melebihi pisau silet, kontan ia dibikin tertegun.
Selesai mendamprat, kedua orang perempuan itu membalikkan badan dan segera berlalu dari
situ. Liu Yok siong tak mampu menahan diri lagi, dia melompat turun dari pembaringan dan
langsung menubruk ke belakang tubuh kedua orang perempuan itu.
Ilmu silat yang dimilikinya cukup tangguh bahkan karena posisinya yang kurang
menguntungkan, berulang kali dia harus menahan diri karena dipermainkan orang.
Kalau di hadapan Ting Peng atau Cing Cing, dia masih bisa menerima cemoohan dengan
begitu saja. Di hadapan singa emas dan Naga perak, dia pun masih dapat berusaha keras menahan diri.
Tapi berada di hadapan kedua orang perempuan ini, dia tak tahan kalau mesti menerima
cemoohan dengan begitu saja, apa lagi Liu toaya bukan seorang lelaki yang mandah dihina
dengan begitu saja. (Bersambung ke Jilid 21) Jilid : 21 GERAK geriknya selincah kelinci, caranya turun tangan seganas serigala, siapa tahu kedua
orang perempuan itupun bukan manusia sembarangan, dikala ia menerjang tiba, sekali jumpalitan
tahu-tahu mereka sudah berkelit dari terjangan orang.
Tanpa menggunakan banyak tenaga, tak lebih cuma memanfaatkan tenaga terkamannya,
tahu-tahu Liu Yok siong sudah di bikin berubah posisi badannya dan jatuh, terjerembab diatas
tanah. Apa lacur pantatnya yang menghajar lantai terlebih dulu, kontan saja tubuh Liu Yok siong
melengkung jadi satu dan bercucuran air matanya karena kesakitan.
Dalam keadaan seperti ini, rasa bencinya terhadap orang yang menghadiahkan obat
perangsang tersebut kepadanya boleh dibilang telah mendarah daging, kalau bisa dia ingin
mencincang tubuh bajingan tersebut menjadi berkeping-keping sebelum rasa mangkelnya dapat
diatasi. Dia benci karena obat tersebut demikian manjurnya, hingga sebelum pelampiasan terjadi, daya
rangsang obatnya tak akan berakhir.
Kalau berada dihari-hari biasa, sekalipun terbanting ke tanahpun tak menjadi soal, tapi berada
dalam situasi yang "kritis" seperti saat ini, sekalipun ada benda berat yang dijatuhkan ke tubuhnya


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pun akan berakibat kesakitan hebat, apalagi terbanting dalam keadaan sekeras itu .......
Liu Yok siong tidak sampai gila, tapi pada detik-detik tersebut akibatnya membuat dia seperti
kehilangan nama. Setelah diulas dan dipijit-pijit sekian lama, dengan susah payah akhirnya dia berhasil juga
menghilangkan rasa sakit tersebut, tapi seluruh tenaganya seperti lenyap tak berbekas, dia hanya
bisa berbaring ditanah seperti anjing yang sedang ngos-ngosan.
Wajahnya telah dinodai oleh ingus dan air mata, namun dia tak mampu lagi menggunakan
tenaganya untuk menyeka. Tapi yang paling mengenaskan adalah daya kerja obat perangsang itu belum meluntur, hal ini
membuat tubuhnya tetap panas dan dipergaruhi oleh napsu birahi.
lebih celaka lagi adalah kedua orang perempuan itu, mereka sama sekali tak memandang lagi
ke arahnya kendati pun tubuhnya terbanting keras-keras ke tanah, bahkan mereka malah kembali
ke kamarnya. Kamar mereka terletak disebelah, begitu masuk ke dalam kamar mereka tidak menutup
pintunya hingga Liu Yok siong masih dapat melihat mereka dengan jelas.
Tampak ke dua orang perempuan itu melepaskan semua pakaiannya, lalu saling berpelukan,
setelah melakukan berapa adegan lesbian, katanya sambil tertawa jalang:
"Apa sih hebatnya lelaki" Hmmm, tanpa lelaki pun koh nay-nay masih tetap menemukan
kegembiraan dan kepuasan"
Liu Yok siong merasakan suatu dorongan napsu yang amat besar membuat dia lantas
menghimpun seluruh kekuatan yang dimilikinya, mengepal tinjunya keras-keras dan menghantam
keras-keras ke bawah bagian "fital" nya yang dihantam keras-keras.
Pukulan mana nampaknya berat sekali dengan kekuatan yang amat luar biasa.
Kontan ia melolong kesakitan, sebegitu hebatnya rasa sakit tersebut membuat ia terbungkukbungkuk
sambil memancarkan segenap isi perutnya .....
Pukulan mana benar-benar merupakan suatu pukulan yang sadis lagi brutal.
Liu Yok siong merasakan matanya berkunang-kunang lalu pingsan.
Ketika sadar kembali, dia menjumpai tubuhnya berbaring diranjang, badannya telah bersih,
bagian yang lecet dan terluka pun telah dibalut.
Cun Hoa dan Ciu Gwat berada didepan pembaringan, Cun Hoa membawa sebuah cawan kecil
sedang Ciu Gwat memayangnya bangun sambil berkata:
"Liu ya bangunlah, baru saja kami buatkan secawan jinsom, mumpung masih panas, ayolah
diminum dulu!" "Tak usah repot-repot, aku tak berani menerima pelayanan kalian berdua" tampik Liu Yok
siong dingin. Cun Hoa mengambil sesendok kuah dan dihembus dulu agar dingin, lalu sambil di suapkan ke
mulutnya, dia berkata sambil tertawa:
"Liu ya, maaf, kami hanya bergurau saja denganmu, sebentar bila kau telah sembuh, kami
pasti akan menuruti semua perkataanmu, apapun yang kau kehendaki pasti akan kami sanggupi"
"Perintah siapa yang baru kalian terima?"
"Tak ada siapa-siapa, kami hanya berbicara menurut suara hati sanubari kami sendiri, kami
telah mengetahui bahwa kau sesungguhnya adalah seorang manusia luar biasa"
?"Kau bilang aku adalah seorang manusia yang amat luar biasa?" Liu Yok siong menegaskan.
"Benar! Orang yang mampu bertindak keji sadis dan brutal terhadap diri sendiri, dia lah
seorang manusia yang luar biasa"
Hampir saja Liu Yok Siong mengucurkan air matanya karena merasa amat terharu.
Hanya Thian yang tahu, untuk mendapatkan predikat "luar biasa" tersebut, entah berapa
banyak pengorbanan yang telah di keluarkan olehnya.
Hanya untuk mencapai tujuan tersebut, berulang kali dia harus menerima hinaan, cemoohan,
cercaan bahkan penyiksaan lahir dan batin.
Tapi kesemuanya itu hanya dirasakan dan dipahami oleh dia seorang, orang lain tak akan
mengetahui akan pengorbanannya itu.
Padahal apa yang dicari dengan semua pengorbanannya itu"
Apa pula di peroleh dengan semua pengorbanan yang telah dibayar kontan olehnya itu" Tak
lebih cuma predikat "luar biasa"
Benarkah dia seorang yang luar biasa"
ooo0ooo PENYELIDIKAN SEBENARNYA Giok Bu sia itu seorang perempuan macam apa?"
Pertanyaan tersebut diajukan oleh Ting Peng.
Sekarang mereka malah berada diatas kereta, Cing Cing berbaring disisinya, sedang Siau
Hiang dan Siau im duduk dihadapan mereka.
Ketika selesai mendengarkan penuturan Cing-Cing tentang pengalaman yang baru saja
menimpa mereka, Ting Peng mengajukan pertanyaan tersebut.
Cing Cing tertawa, kemudian sahutnya:
"Dia adalah memang perempuan yang menarik, kau tak akan pernah menyangka kalau di
dunia ini terdapat perempuan sedemikian menariknya, terutama sekali badannya"
"Lebih indah dari pada tubuhmu?"
*************************
Halaman 11 - 12 hilang *************************
hanya mungkin saja kedua orang itu kebetulan memiliki tahi lalat yang sama"
"Tentu saja hal ini mungkin cuma suatu kebetulan belaka" Ting Peng tertawa, "tapi
kesempatan untuk suatu kejadian yang kebetulanpun tidak terlampau banyak"
"Kau menganggap dia adalah Giok Bu sia"
"Aku tidak mengatakan demikian, tapi aku rasa kemungkinan besar dia adalah Giok Bu sia"
"Sudah pasti tak mungkin" Cing-Cing segera menggeleng.
"Mengapa?" "Karena dia jauh lebih cantik daripadaku."
Kembali Ting Peng tertawa.
"Cing-Cing, itu menurut penilaianmu, bukan penilaianku, di dalam benakku kau adalah jelmaan
dari kecantikan dan kemuliaan, tiada orang kedua yang akan sanggup melebihi dirimu"
Agak memerah wajah Cing-Cing karena jengah, katanya kemudian.
"Long kun, kau hanya berbicara agar hatiku senang"
Ting Peng segera memeluknya dengan mesrah, kemudian diciumnya hangat, katanya tertawa:
"Cing-Cing, mungkin saja aku akan melakukan suatu perbuatan yang menyalahi dirimu, tapi
tak akan membohongi dirimu, aku tidak tahu apakah perempuan itu adalah Giok Bu sia atau
bukan, tapi sekali pun telah kujumpai Giok Bu sia, belum tentu aku akan menganggap dia lebih
hebat daripada dirimu"
"Kalau sampai demikian, berarti sepasang matamu ada yang tak beres"
"Sekarang mataku beres dan normal, justru sepasang matamulah yang ada persoalannya"
"Sepasang mataku ada persoalan?"
Benar, cantik buruknya penilaianmu hanya berdasarkan pengamatanmu atas lahiriahnya saja,
sedang aku hanya menilai dari isi hatinya, bila hati seorang perempuan amat jelek, kendatipun dia
berwajah cantik, aku hanya akan melihat kejelekannya belaka.
Dengan perasaan berterima kasih Cing-Cing semakin merapatkan tubuhnya dengan
*************************
Halaman 15 - 16 hilang *************************
Cing Cing menghela napas panjang.
"Aaaai, tampaknya aku tak akan berhasil mengurungkan niatmu itu .....?"
"Benar, aku harus pergi melakukan penyelidikan, lalu membuktikannya .....!
Kembali Cing Cing termenung berapa saat lamanya, kemudian dia baru berkata:
"Long kun, kendatipun kau berhasil membuktikan, kuharap kau jangan melukainya."
"Demi peristiwa penculikan terhadap dirimu aku tak akan mencelakainya, sebab Giok Bu sia
juga tidak mencelakai dirimu namun seandainya aku berhasil menemukan kalau dia sudah
melakukan kejahatan lainnya, aku tak akan mengampuninya dengan begitu saja"
?"Bagaimanapun juga, dia hanya seorang gadis muda, tak mungkin dia sudah banyak
melakukan kejahatan"
"Hal itu mah harus bisa diputuskan setelah diketahui perbuatan apa saja yang telah dilakukau
olehnya" "Dia sendiri toh punya bapak?" .
"Kalau begitu, dia lebih-lebih harus diberi hukuman, setelah mempunyai ayah seperti ini,
segala tindak tanduknya harus berhati-hati, salah sedikit saja sudah pantas dijatuhi hukuman yang
setimpal. ooo0ooo KERETA kuda itu berhenti ditengah sebuah persimpangan jalan.
Cing-Cing dan Siau Im turun dari kereta sedang Siau Hiang tetap tinggal diatas kereta.
Sambil melongokkan badannya dari balik kereta, Ting Peng berseru:
"Cing Cing, dari sini kalian boleh berangkat pulang, dan aku rasa tak mungkin ada mara
bahaya lagi" "Aku mengerti, akupun bukan seseorang yang mudah dipermainkan orang, tempo hari aku
sudah teledor, maka selanjutnya aku pasti akan bertindak lebih berhati-hati"
Ting Peng segera manggut-manggut, kembali ujarnya:
"Cing Cing, aku harus minta maaf karena tak bisa melindungimu sepanjang hari, bahkan
sebaliknya aku telah mendatangkan banyak ancaman bahaya bagimu"
Soal ini tak bisa menyalahkan kau, dalam kenyataan justru akulah yang telah memancing
datangnya kesulitan untukmu karena golokmu ....."
"Dahulu, memang disebabkan golok ini, tapi sekarang disebabkan diriku, semua kesulitan
yang ada sekarang semuanya terjadi dan ditujukan hanya padaku seorang"
Meski golok itu menakutkan, tapi bagaimanapun juga golok itu milikku.
Golok itu baru akan menakutkan bila dia berada ditangan seseorang yang menakutkan pula.
Walaupun golok bulan sabit adalah sebilah golok iblis yang mengerikan, tapi senjata tersebut
baru akan memperlihatkan kekuatan yang luar biasa bila benda tersebut berada ditangan Ting
Peng. Kini Ting Peng sudah jauh melampaui kehebatan dari golok tersebut.
Bukan hanya Cing Cing yang tahu, setiap orang yang pernah merasakan kerugian
Di ujung golok bulan sabit pada tahu, banyak orang merasa tidak tentram, mereka selalu
mencari jejak dari golok iblis tersebut, tapi ketika Ting Peng muncul dengan membawa golok
tersebut, mereka sudah melupakan goloknya, seluruh perhatian mereka terpaksa harus
dipusatkan pada orang yang memegang golok tersebut.
Dahulu mereka selalu berusaha dan berdaya upaya untuk menghancurkan golok tersebut,
sekarang mereka berdaya upaya untuk memusnahkan manusianya.
Sayang sekali, Ting Peng bukan seorang manusia yang mudah dipunahkan dengan begitu
saja. Sebab dia terlalu menyendiri, tiada orang yang dapat mengikat tali perhubungan dengannya,
tiada orang yang sanggup mendekatinya.
Bila orang tak dapat mendekatinya, berarti banyak sekali rencana busuk yang tak sanggup
digunakan. Orang yang paling berbahaya seringkali akan muncul justru disisi tubuhnya, itu namanya
musuh dalam selimut. Ting Peng cukup memahami akan teori tersebut, maka dari itu dia hanya membawa Siau
Hiang dan Ah ku berdua untuk mendampinginya.
Kedua orang itu semuanya merupakan orang-orang yang paling dipercayai olehnya.
Bila orang tak bisa mendekatinya dan mencelakainya, maka terpaksa mereka harus mengatur
perangkap atau jebakan untuk mencelakainya, tapi inipun terlampau sukar, jebakan yang macam
apapun tak akan sanggup menahan sebuah bacokan golok saktinya. Ting Peng cukup memahami
akan hal ini, orang lain lebih-lebih memahami akan hal tersebut.
Oleh sebab itu hingga kini, tiada orang yang berani mencoba-coba.
Memandang hingga Cing Cing dan Siau Im pergi jauh, Ting Peng baru berkata kepada Ah ku
dengan suara tandas: Sin kiam san ceng!" Ah ku adalah seorang rekan yang baik, dia tak pernah berbicara, diapun tak akan bertanya,
begitu perintah diturunkan, dia hanya tahu untuk melaksanakannya.
Tapi Siau Hiang merasa terperanjat sekali.
Kereta berjalan kencang membuat ruang seluruh kereta bergoncang keras, tak tahan dia
bertanya: "Kongcu, rupanya kau curiga kalau Giok Bu sia adalab Cia Siau giok dari perkam pungan Sin
kiam san ceng, tapi bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?" Ting Peng hanya tertawa tanpa
menjawab, terpaksa Siau Hiang harus membungkan kembali.
Sebenarnya dia adalah seorang anak gadis yang menyenangkan, dia tahu kalau lelaki paling
benci dengan perempuan yang banyak cingcong, walaupun sesungguhnya dia ingin sekali
mengucapkan beberapa patah kata ........
ooo0ooo KERETA kuda yang megah dan mewah itu akhirnya berhenti di tepi sungai didepan
perkampungan Sin kiam San ceng..
Berhubung kemunculannya sangat tiba-tiba, pihak perkampungan tak sempat melakukan
persiapan apapun, maka kereta yang mewah itupun tak sempat dikirim ke tepi seberang"
Ting Peng tidak terlampau tergesa-gesa Ah Ku pun tidak kelewat terburu napsu, apalagi Siau
Hiang, tentu saja ia tidak perlu gelisah, maka mereka pun menanti di dermaga dengan sikap yang
amat tenang. Agaknya mereka amat penyabar, tapi orang-orang dalam perkampungan Sin kiam san-ceng
justru sudah kehilangan kesabarannya terutama sekali Cia Siau giok.
Untung saja dia tidak terlalu lama merasa gelisah, secara diam-diam Cia sian seng telah
mendekatinya, lalu membisikan sesuatu ke sisi telinganya.
Raut wajah Cia Siau giok segera berubah agak lega, dia melangkah masuk ke dalam sebuah
ruang rahasia, di dalam sana sudah menanti dua orang kakek.
Walaupun dibagian luar mereka kenakan jubah berwarna hitam, tapi secara lamat-lamat masih
dapat menyaksikan pakaian berwarna emas atau perak dibaliknya..
Begitu Cia Siau giok masuk, dua orang kakek itu segera bangkit berdiri sambil menyapa:
"Nona, baik-baik kau"
"Empek Kim, Empek Gin, sewaktu datang tadi apakah kalian telah melihat kereta milik Ting
Peng?" Singa emas manggut-manggut.
"Yaa, sudah kulihat, padahal kami memang datang karena hal ini, ketika kami dengar kereta
Ting Peng dilarikan ke arah sini, kamipun buru-buru menyusul kemari."
"Mungkinkah kemunculan Ting Peng secara tiba-tiba ini ada hubungannya dengan masalah
Giok Bu sia?" Cia Siau giok bertanya dengan kening berkerut.
Naga Perak tertawa getir.
"Siapa yang tahu" Tapi kemungkinan kesitu memang besar sekali, karena belum lagi pulang
ke rumah, ditengah jalan dia telah berpisah dengan Cing Cing dan langsung berangkat ke mari."
"Lantas darimana dia bisa tahu" Liu Yok siong memang pantas untuk mampus, tidak
seharusnya kita biarkan dia tetap hidup didunia ini ........"
"Sudah pasti bukan Liu Yok siong yang membocorkan, sewaktu ia meninggalkan kami, ia
selalu berada dalam pengawasan yang ketat, belum pernah ia berhubungan dengan orang luar"
"Lantas siapa yang bilang" Kecuali dia, tiada orang yang akan mengetahui akan rahasiaku
ini?" Bagaimanakah rahasia ini bisa bocor, lohu tidak tahu, tapi sudah pasti bukan Liu Yok siong,
rasa bencinya terhadap Ting Peng jauh lebih mendalam dari pada siapa pun, tak mungkin dia
akan memberi tahukan rahasia tersebut kepada Ting Peng"
Cia Siau giok menghela napas panjang.
"Tapi Ting Peng toh sudah datang!" keluhnya.
Naga perak berpikir sebentar, kemudian katanya:
"Apa maksud kedatanganya masih merupakan sebuah tanda tanya untuk kita, mungkin juga
dia datang bukan dikarenakan persoalan dari Giok Bu sia."
Kecuali soal itu, dia tidak beralasan datang kemari" bantah Cia Siau giok.
Kedua orang kakek itu kembali terjerumus dalam lamunan masing-masing, selang berapa saat
kemudian, si Naga perak baru berkata:
Kalau begitu, biar aku keluar dulu untuk mencari tahu maksud kedatangannya"
"Apa" Empek Gin, kau hendak pergi menjumpainya?" "
Benar, aku hendak pergi mencari tahu maksud tujuannya, akupun ingin mencoba permainan
goloknya, aku ingin tahu benarkah dia mempunyai kemampuan yang tiada tandingannya di dunia
ini" Buru buru Singa emas berseru:
"Loji, tindakan tersebut kelewat bahaya?"
Tidak menjadi soal" Naga perak tertawa: ?"aku dengar, dia amat ampuh dan berhasil
melampaui setan tua di masa lampau, jika aku tidak pergi mencobanya, aku benar-benar merasa
sukar untuk mempercayainya`
"Soal itu tak perlu dicurigai lagi, buktinya Thi yan berdua toh kehilangan lengan mereka dalam
sekali ayunan golok" Banyak orang yang membuktikan sendiri"
Naga perak segera tertawa dingin.
"Bukan aku mengibul, kalau cuma untuk mengutungi lengan Thi yan berdua mah kita berdua
pun sanggup melakukannya"
"Empek Gin!" Cia Siau giok segera berkata pula, "sekalipun kau ingin berjumpa dengannya,
toh tak usah memilih waktu seperti saat ini dan tempat semacam ini!"
Kala ini Naga perak tertawa.
"Justru dalam keadaan dan saat seperti inilah pertemuan lohu dengannya baru akan terasa
bermanfaat, bila mana perlu serahkan saja semua tanggung jawab tersebut diatas tubuh lohu,
untung saja hubungan lohu dengan nona tidak diketahui orang lain"
"Loji, bila kau bersikeras hendak ke sana akupun tidak bermaksud untuk menghalangi mu, tapi
kau harus berhati-hati", pesan Singa emas kemudian.
"Aku tahu, orang yang kita kuatirkan bukanlah Ting Peng, melainkan kabar berita tentang
setan tua itu, apalagi antara Ting Peng dengan kita tak punya dendam sakit hati apa-apa, agaknya
dia masih belum tahu tentang persoalan si setan tua itu" Selama ini dia selalu percaya kalau dia
telah mengawini seorang istri rase"
Naga perak segera tertawa.
"Kalau begitu biarkanlah dia mempertahankan pendapatnya itu, kita pun tak usah membongkar
rahasia tersebut, toh hal ini ada keuntungan tiada kerugian apa-apa, tempo hari dia tidak
membunuh Thi yan suami istri, aku rasa hari inipun dia tak akan membunuhku, sebab orang yang
paling dibenci oleh si setan tua itu adalah mereka berdua"


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?"Loji, pokoknya lebih baik kalau pertimbangkan lebih berhati-hati" ucap Singa emas cepat,
"bila kau rasakan musuh kelewat tangguh dan kau tak sanggup menghadapinya, lebih baik angkat
kaki saja secepat-cepatnya"
Naga perak manggut-manggut dan berlalu, Singa emas berkata lagi:
"Aku pun harus pergi, aku ingin turut menyaksikan sampai dimanakah kehebatan permainan
golok Ting Peng yang dikatakan tiada tandingannya itu"
"Empek Kim! ucap Cia Siau giok tertawa, "tampaknya kau memperhatikan keselamatan empek
Gin?" "Yaa, kami adalah sahabat lama, tentu saja aku sangat menguatirkan keselamatannya"
Sebenarnya Cia Siau giok hendak berkata begini."
"Kalian dengan Thi yan suami istri pun merupakan sahabat lama, mengapa kalian begini tega
Naga Kemala Putih 5 Pertempuran Di Lembah Bunga Hay Tong Karya Okt Pendekar Pemetik Harpa 25
^