Pencarian

Harimau Kemala Putih 14

Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung Bagian 14


menunggu, bahkan diapun seorang teman karibnya.
SUATU KESALAHAN Bangunan loteng kecil ini tak bisa dianggap terlampau kecil, di atas loteng ternyata terdiri dari
empat buah kamar, keempat buah kamar itupun tak bisa dianggap kecil.
Tong Koat mengajak Bu ki masuk ke kamar nomor satu di sebelah kiri, lalu tanyanya:
"Bocah, kau lihat kamar ini, boleh tidak?"
Di dalam kamar terdapat sebuah pembaringan yang besar, lebar dan empuk, di atas ranjang
terdapat seprei yang bersih, di luar jendela terbentang hutang yang hijau, udara kering tapi
segar. "Bagus sekali" kata Bu ki.
752 "Inginkah kau tinggal di sini?" kembali Tong Koat bertanya.
"Ingin!" "Akupun ingin sekali mempersilahkan kau berdiam di sini, berapa lama pula kau boleh
tinggal di tempat ini....!"
"Bagus sekali!"
"Cuma sayang, ada satu hal yang tidak terlalu bagus"
"Hal yang mana?"
Tong Koat tidak menjawab, sebaliknya malah bertanya:
"Di kala kau berdian di rumah penginapan selalu akan bertanya dulu siapa she dan apa
namamu" Datang dari mana" Mau kemana" Datang kemari ada urusan apa?"
"Benar!" "Pernahkah aku bertanya kepadamu?"
"Tidak pernah" "Tahukah kau mengapa aku tidak menanyakan soal itu?"
"Kenapa?" "Karena aku tak dapat memberi kesempatan kepadamu untuk melatihnya...."
"Melatih apa?" "Melatih berbohong!"
Kembali sepasang matanya dipicingkan kemudian lanjutnya,
"Bila terlampau sering berbohong, diri sendiri saja tidak percaya, apalagi orang lain"
"Yaa, masuk diakal"
"Oleh karena itu ada sementara persoalan kami cuma akan bertanya satu kali, entah kau
sedang berbohong tidak, kami dapat mengetahuinya"
"Kalian?" 753 "Kami maksudnya selain aku masih ada orang-orang yang lain"
"Siapakah orang-orang yang lain itu?"
"Mereka yang dapat mengetahui apakah kau sedang berbohong atau tidak dalam sekilas
pandangan saja" Dengan sepasang tangannya yang putih dan gemuk menggenggam sepasang tangan Bu ki
kemudian terusnya, "Padahal aku tahu, kau tak akan berbicara bohong, tapi kaupun harus melewati pemeriksaan
tersebut kemudian baru boleh tinggal disini dengan aman sentausa"
"Kalian bermaksud hendak menanyainya mulai kapan?"
"Sekarang!" Begitu ucapan tersebut diucapkan, dia telah menotok jalan darah ditubuh Bu ki.
Bu ki membiarkan tangannya digenggam karena dia memang bertujuan agar jalan darahnya
bisa ditotok. Bu ki harus memberi kesan kapada Tong Koat bahwa dia sama sekali mempercayainya, dan
seratus persen percaya kepadanya.
Seseorang yang dalam hati kecilnya tak punya tujuan dan maksud-maksud tertentu baru akan
percaya seratus persen kepada orang lain.
Dia harus memberi kesan kepada Tong Koat bahwa hatinya benar-benar jujur dan terbuka.
Bila kau menginginkan orang lain mempercayai dirimu, maka kau harus membuat orang lain
beranggapan bahwa kaupun mempercayainya.
Dia harus membuat Tong Koat percaya kepadanya, kalau tidak pada hakekatnya tak mungkin
baginya untuk hidup disana.
Cahaya lampu yang sangat kuat menyoroti diatas wajah Bu ki.
Suasana di empat penjuru sekeliling tempat itu terasa gelap gulita.
Apapun tidak terlihat olehnya, dia hanya bisa mendengar suara napas yang lirih dibalik
kegelapan itu, bahkan suara napas itu bukan hanya suara napas seorang saja.
754 Dia tidak tahu siapa-siapa sajakah orang-orang itu, dia juga tak tahu Tong Koat telah
membawanya kemana. Diapun tak tahu dengan cara apakah orang-orang itu hendak memeriksa dan menanyai
dirinya. Dari balik kegelapan kembali terdengar suara langkah manusia, kembali ada beberapa orang
yang berjalan masuk dari luar.
Diantaranya ada seseorang yang mengucapkan beberapa patah kata lalu duduk.
"Aku datang terlambat!"
Ia sama sekali tak bermaksud memberi penjelasan atas keterlambatannya. lebih-lebih tak
bermaksud untuk meminta maaf.
Dia seakan-akan beranggapan bahwa orang lain harus memahaminya. Bila ia sampai
terlambat, sudah pasti ada alasan yang cukup kuat.
Dia seperti menganggap orang lain sudah sepantasnya menunggu akan kehadirannya.
Suara orang itu rendah, berat, dingin, hambar dan penuh rasa percaya pada diri sendiri,
bahkan masih membawa juga sikap angkuh yang tak terlukiskan dengan kata-kata.
Mendengar suara orang itu, Bu ki merasakan darah yang mengalir disekujur badannya seolaholah
mendidih dengan kerasnya.
Tentu saja dia mengenali suara orang itu.
Sekalipun ia dijebloskan ke dalam neraka tingkat delapan belas, sekalipun tubuhnya dicincang
menjadi hancur berkeping-keping dibakar sampai tinggal abunya dia tak akan melupakan
orang ini. Sangkoan Jin! Orang ini bukan lain adalah Sangkoan Jin.
Akhirnya Sangkoan Jin telah menampakkan diri.
Walaupun Bu-ki masih belum dapat melihatnya, tapi ia sudah dapat mendengar dengusan
napasnya. 755 Dendam kesumat yang lebih dalam dari samudra, air mata darah yang selamanya meleleh
membasahi wajahnya, tak seorang manusiapun bisa membayangkan betapa penderitaannya
dan tersiksanya dia selama ini....
Sekarang, musuh besarnya sudah bernapas dalam sebuah ruangan yang sama, tapi ia justru
hanya bisa duduk dalam ruangan itu bagaikan mayat hidup. Badannya sama sekali tak mampu
berkutik. Bagaimanapun juga, ia tak boleh berkutik.
Dia harus mempergunakan seluruh kekuatan yang dimilikinya untuk berusaha mengendalikan
diri. Sekarang saatnya belum tiba, bila sekarang dia bergerak, maka ia akan mati tanpa liang kubur.
Mati memang tak perlu dipikirkan.
Tapi bila dia harus mati sedang musuh besarnya masih hidup, bagaimana mungkin dia bisa
menghadap arwah ayahnya dialam baka"
Dalam keadaan begini, bahkan perubahan mimik wajah yang anehpun sama sekali tidak
terlihat diatas wajahnya.
Tak seorang manusiapun yang bisa memahami betapa menderita dan tersiksanya seseorang
yang menahan sabar dan mengendalikan gejolak emosi didalam hatinya.
Tapi dia harus bersabar! Dalam hatinya seakan-akan terdapat sebilah pisau tajam. Sekujur badannya seakan-akan
hendak disayat-sayat menjadi berkeping-keping kecil.....
Tapi dia harus bersabar dan bersabar terus.
Sangkoan Jin telah duduk.
Empat buah sinar lampu yang dibuat secara khusus dan mempunyai daya pancar yang kuat
hampir seluruhnya ditujukan keatas wajah Bu ki yang pucat.
Peluh sebesar kacang telah membasahi seluruh wajah si anak muda itu.....
Walaupun ia tak dapat melihat Sangkoan Jin, tapi Sangkoan Jin sudah pasti dapat melihat
kearahnya. Melihat dengan jelas sekali.
756 Tak pernah dia sangka kalau ia akan berjumpa dengan Sangkoan Jin dalam keadaan seperti
ini. Ia percaya paras mukanya sudah banyak mengalami perubahan, bahkan kadang kala ia
sendiripun hampir tidak mengenali dirinya sendiri bila berhadapan dengan cermin.
Akan tetapi, dia tidak mempunyai keyakinan yang bisa diandalkan bahwa Sangkoan Jin tak
akan mengenalinya lagi. Andaikata Sangkoan Jin sampai mengenalinya, maka akibatnya tak akan bisa dibayangkan
lagi. Bangku yang didudukinya meski besar dan lebar tapi sekarang, dia merasa seakan-akan
sedang duduk diatas sebuah bangku yang berjarum.
Peluh dingin telah jatuh bercucuran membasahi seluruh bajunya.
***** Akhirnya terdengar juga suara yang berkumandang, ternyata bukan suara dari Sangkoan Jin,
ternyata Sangkoan Jin belum mengenali dirinya lagi.
"Siapa namamu?" dari kegelapan terdengar suara menegur.
"Li Giok Thong!"
"Darimana dusunmu?"
"Wan lam, Sit si, desa Sit tau cung"
"Orang tuamu?" "Li Im tam, Li Kwik si!"
Pertanyaan-pertanyaan itu datangnya sangat cepat. Tiada kesempatan buat Bu ki untuk
berpikir. Dia harus menjawab dengan lancar dan cepat pula.
Sebab setiap pertanyaan yang kemungkinan besar akan ditanya oleh lawan entah sudah
beberapa kali dia menanyai dirinya sendiri.
Dia percaya sekalipun pertanyaan-pertanyaan itu diajukan oleh seorang petugas pengadilan
yang berpengalamanpun, belum tentu bisa mengetahui apakah ia sedang berbicara sejujurnya
atau tidak. 757 Tentu saja bukan jawaban sesungguhnya yang dia berikan, juga bukan semuanya bohong.
Andaikata kau hendak membohongi orang, paling tidak dari sepuluh patah kata bohong ada
tiga patah yang bohong tapi tujuh bagian yang jujur, dengan begitu orang lain baru
mempercayainya. Ia tak pernah lupa dengan nasehat ini.
Tempat yang diucapkan olehnya tadi memang benar-benar ada, di situlah letak desa kelahiran
dari inang pengasuhnya, bahkan dia masih bisa berbicara dengan dialek daerah tersebut.
Tempat itu sangat jauh sekali letaknya, sekalipun mereka bakal mengirim orang untuk
melakukan penyelidikan, paling tidak pulang pergi membutuhkan waktu hampir dua puluh
hari lamanya. Untuk menyelidiki seseorang yang sebenarnya tidak pernah ada wujudnya, tentu saja jauh
lebih membuang wakti lagi, menanti mereka berhasil mendapat tahu duduk persoalan yang
sebenarnya, paling tidak kejadian itu akan berlangsung pada satu bulan kemudian, selama satu
bulan yang tersedia, dia masih bisa melakukan banyak pekerjaan.
Dia harus berusaha keras untuk berlomba dengan waktu.
Dia bilang ayahnya adalah seorang siucay rudin yang gagal dalam ujian, sewaktu ia masih
kecil, kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.
Oleh karena itu ia berkelana dalam dunia persilatan, bertemu dengan seorang manusia aneh
dalam sebuah peti mati dan ia diajak pulang ke dalam sebuah gua yang mirip kuburan dan
memperoleh warisan ilmu silat serta ilmu pedang selama satu tahun lebih.
Tokoh aneh dalam peti mati itu menderita keracunan hebat dalam tubuhnya yang tidak
memperkenankan dia tinggal terlalu lama di situ, maka terpaksa dia harus berkelana kembali
di dalam dunia persilatan.....
Berulang kali manusia aneh itu berpesan kepadanya agar jangan mempergunakan ilmu
pedangnya untuk mencari nama besar dalam dunia persilatan, maka diapun terpaksa menjadi
seorang pembunuh tak ternama.
Seseorang yang memilih membunuh orang sebagai pekerjaannya, maka dia harus
mengesampingkan soal nama, keluarga maupun perasaan.
Dia dan Tong Giok bisa berkawan akrab, karena mereka berdua sama-sama adalah manusia
yang tak berperasaan. 758 Belakangan ini dia bertemu lagi dengan Tong Giok dalam hutan Say-cu lim, mereka
berduapun melakukan perjalanan bersama menuju ke sebuah kota kecil di tepi perbatasan
propinsi Szuchwan. Suatu malam Tong Giok pergi memenuhi suatu janji, tapi lama sekali belum kembali, ketika
ia pergi mencarinya, ternyata Tong Giok telah menjadi seorang cacat yang mati tidak
hiduppun tidak. Ia bertekad menghantar Tong Giok pulang, lantaran selain mereka adalah bersahabat, juga
karena dia hendak mencari tempat untuk menghindarkan diri dari kejaran musuh-musuhnya.
Ia percaya sekalipun musuhnya tahu kalau dia berada dalam benteng keluarga Tong, tak nanti
ia berani datang mencarinya.
Semua perkataan itu ada yang kenyataan dan ada pula yang bohong, tapi semua merupakan
suatu rangkaian cerita yang enak sekali didengar dan dinikmati.
Ketika ia menyinggung soal tokoh aneh di dalam peti mati itu terdengar olehnya dengusan
napas setiap orang yang berada dalam kegelapan itu seakan-akan berubah menjadi lebih berat
dan kasar. Tak bisa disangsikan lagi, merekapun pernah juga mendengar kisah cerita tentang orang itu.
Tapi mereka tak banyak bertanya mengenai masalah yang menyangkut orang itu seakan-akan
tak seorangpun yang bersedia menyinggung masalah itu seakan-akan masalah itu merupakan
penyakit menular yang menakutkan.
Merekapun tidak menanyakan lagi soal kota kecil di tepi perbatasan serta pertemuan yang
dilakukan Tong Giok waktu itu sehingga mengakibatkan kelumpuhan itu.
Tak bisa disangkal lagi Tong Koat sudah pasti telah menyelidiki persoalan itu dengan sejelasjelasnya,
itu semua persiapan yang dilakukan Bu ki dalam pertemuan tempo hari
sesungguhnya sama sekali tidak sia-sia belaka.
Yang mereka ributkan sekarang adalah haruskah mereka memberi ijin kepada seseorang yang
banyak mempunyai persoalan tetap tinggal di situ.
Dari balik kegelapan mendadak terdengar suara deheman pelan, semua perdebatanpun segera
terhenti sama sekali. Serentetan suara yang tua, lemah dan parau pelan-pelan mengemukakan kesimpulannya.
"Entah siapakah orang ini, bagaimanapun juga dia adalah teman Tong Giok, entah kenapa dia
menghantar Tong Giok pulang, yang pasti ia telah menghantar Tong Giok sampai di sini"
759 "Oleh karena itu, dia boleh tetap tinggal di sini, berapa lama ia suka berada di sini, berapa
lama pula dia boleh tinggal di tempat ini"
Maka Bu ki pun tinggal di situ.
Malam semakin kelam, Daun jendela dalam ruangan setengah terbuka, angin malam berhembus lewat dan membawa
udara yang kering tapi segar.
Tong Koat telah pergi, sesaat sebelum pergi, sambil memicingkan matanya dia berkata
kepada Bu ki: "Kesan nenek moyang terhadapmu baik sekali, bahkan menganggap semua ucapanmu itu
jujur, maka ia mengijinkan dirimu untuk tetap tinggal di sini"
Untuk mengelabuhi Sangkoan Jin, lebih-lebih tidak gampang lagi.
Mungkin saja hal ini disebabkan karena mimpipun mereka tak menyangka kalau Tio Bu ki
berani mendatangi benteng keluarga Tong, mungkin juga karena suara, wajah maupun
potongan badan Bu ki telah banyak mengalami perubahan.
Bu ki cuma bisa berpikir demikian.
Karena dia tak percaya kalau kejadian ini merupakan kemujurannya, lebih tak mungkin
baginya untuk menemukan alasan lainnya.
Dia ingin sekali melihat apakah Sangkoan Jin juga mengalami banyak perubahan, sayang
apapun tidak berhasil dia lihat.
Dia hanya merasakan tempat itu adalah sebuah ruangan yang besar sekali, selain Tong Koat
dan Sangkoan Jin, paling tidak di tempat itu masih terdapat belasan orang lagi.
Tak bisa disangkal lagi belasan orang yang hadir di ruangan itu sebagian besar tentunya
merupakan pentolan-pentoaln dari benteng keluarga Tong, dan tempat tersebut tak bisa
disangkal lagi pastilah di dalam "kebun bunga", kemungkinan besar tempat itu merupakan
pusat keluarga Tong dari mana perintah-perintah harian biasanya dikeluarkan....
Sewaktu berangkat, jalan darah tidurnya telah ditotok oleh Tong Koat, bahkan cara Tong Koat
menotok jalan darahpun sangat tepat dan berat, apapun tidak dirasakan olehnya.
760 Tapi sewaktu kembali, sikap Tong Koat jauh lebih sungkan, dia hanya menutup matanya
dengan secarik kain hitam, lagi pula menggotongnya dengan mempergunakan sebuah
usungan. Sekalipun dia tidak dapat melihat jalan masuk dan keluar di tempat itu, tapi dia dapat merasa
bahwa perjalanan dari tempat dimana ia tinggal sampai di ruang tersebut, semuanya terdiri
dari seribu tujuh ratus delapan puluh tiga langkah.
Setiap langkah yang ada, semuanya telah diperhitungkan dengan teliti dan seksama.
Pulang dari tempat itu, jalan yang ditempuh adalah jalan menurun, semuanya ada tiga tempat
yang berundak-undakan, jumlah undak-undakannya mencapai sembilan puluh sembilah buah,
melewati sebuah kebun bunga, sebuah hitan dan sebuah sumber mata air.
Ia dapat mengendus bau harumnya bunga, apeknya daun dan kayu, juga mendengar suara
mengalirnya air.

Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika melalui sumber mata air tersebut dia malah mengendus bau belerang yang amat
menusuk penciuman, kemungkinan besar sumber mata air itu adalah air mata air panas.
Cuaca di propinsi Szhechwan amat hangat. Di sana sini banyak terdapat mata air panas yang
mengandung belerang. Sekarang ia cukup mendorong daun jendela, maka tampaklah hutan yang telah dilaluinya tadi.
Setelah keluar dari hutan dan berbelok ke sebelah kanan, mereka akan melalui sebuah undakundakan
batu yang terdiri dari tiga puluh delapan tingkat, kemudian berbelok melalui sebuah
kebun bunga dan sesaat kemudian akan tiba di sumber mata air panas itu.
Bila sudah tiba di sumber air panas, itu berarti jaraknya dengan tempat yang dituju sudah tak
jauh lagi. Ia percaya dirinya sudah pasti dapat menemukan kembali tempat itu.
Tentu saja sepanjang jalan pasti akan menjumpai penjagaan yang ketat, tapi sekarang malam
sudah semakin larut, penjagaan ditempat itupun sudah pasti akan jauh lebih mengendor.
Apalagi hari ini dia baru tiba, sekalipun orang lain menaruh curiga kepadanya, juga tak akan
menyangka kalau malam ini juga ia sudah melakukan suatu pergerakan.
Dia menganggap inilah kesempatan yang terbaik baginya, di kemudian hari belum tentu dia
akan menjumpai kesempatan sebaik ini.
Ia bertekad untuk mulai melakukan pergerakan..
761 Daun jendela masih terpentang lebar, di luar jendela adalah hutan yang dimaksud, jendela itu
tak sampai tiga kaki tingginya dari atas permukaan tanah.
Tapi ia sama sekali tidak melompat turun melalui jendela.
Bila ada orang sedang mengawasinya, yang paling diperhatikan sudah tentu adalah daun
jendela tersebut. Maka ia lebih suka melalui pintu gerbang melalui anak tangga daripada lewat jendela, sebab
sekalipun ketahuan orang, iapun masih bisa memberikan penjelasan.
"Berganti dengan pembaringan baru rasanya kurang terbiasa, maka aku tak bisa tidur dan
ingin keluar rumah untuk berjalan-jalan"
Ia telah mempelajari banyak hal, dalam melakukan perbuatan apapun, ia selalu menyiapkan
jalan mundurnya terlebih dahulu.
Di luar pintu terdapat sebuah jalan orang, selain itu masih ada lagi tiga buah ruangan yang
semua pintunya tertutup rapat, entahkah ada seseorang yang berada di sana.
Rupanya tempat itu adalah tempat yang khusus dipakai untuk menyambut kedatangan tamu
agung dari benteng keluarga Tong, kemungkinan besar Kwik Ciok ji tinggal pula di sana.
Tapi Bu ki sama sekali tidak berhasrat untuk mencarinya.
Dia tidak boleh melakukan sesuatu tindakan yang bisa menaruh kesan kepada orang-orang
keluarga Tong, bahwa mereka sesungguhnya adalah sahabat karib.
Inipun merupakan salah satu jalan mundur yang telah dipersiapkannya lebih dulu.
Ternyata di dalam maupun di luar loteng tiada penjaganya. Dalam hutan itupun tidak nampak
adanya penjagaan. Belakangan ini, sudah tiada jago persilatan yang berani mendatangi benteng keluarga Tong
untuk mencari gara-gara, kehidupan mereka dilalui dengan aman tenteram, hal mana sedikit
banyak membuat penjagaanpun menjadi lebih teledor, apalagi tempat itu sudah makin
mendekati pusat kekuasaaan dari keluarga Tong, pada hakekatnya tak mungkin orang lain
bisa memasuki wilayah tersebut.
Tapi Bu ki masih tetap bertindak sangat berhati-hati.
Hutan itu luas sekali menurut perhitungannya, paling tidak dia harus berjalan sejauh empat
ratus tiga belas langkah untuk menembusinya sampai keluar.
762 Dia percaya perhitungannya itu pasti tepat sekali.
Sekalipun langkah tiap manusia berbeda mesti ada yang langkahnya lebar, ada pula yang
langkahnya pendek, tapi dia yakin sekalipun ada selisihnya, selisih tersebut tidak akan beda
tiga puluh langkah. Setelah menentukan arahnya yang tepat, dia telah berjalan sejauh empat ratus tiga belas
langkah. Di dalam sana masih tampak sebuah hutan yang lebat sekali dengan pepohonan yang rimbun.
Karena itu, dia berjalan maju lagi sejauh tiga puluh langkah lebih.....
Tapi apa yang dijumpai"
Kembali ada sebuah hutan yang lebat dengan pepohonan yang rimbun membentang di depan
mata. Untuk kesekian kalinya Bu ki melanjutkan perjalanannya maju lima puluh langkah lagi ke
depan. Tapi sebuat hutan dengan pepohonan yang lebat kembali membentang di depan matanya.
Peluh dingin sudah mulai bercucuran membasahi sekujur badan Bu ki.
Hutan tersebut seolah-olah telah berubah menjadi suatu lautan hutan yang tak bertepian, dia
seakan-akan tak pernah bisa keluar lagi dari cengkeraman hutan belantara itu.
Mungkinkah di dalam hutan belantara itu telah dipersiapkan semacam ilmu barisan yang
sangat lihay" Ia tak bisa menemukannya.
Dedaunan yang rimbun dan lebat telah menghalangi sinar rembulan di malam itu, bahkan
cahaya bintangpun tak nampak sama sekali.
Ia bertekad untuk naik ke atas dahan pohon dan menengok dari atas.
Tapi keputusan tersebut justru keliru besar.
Berada dalam keadaan seperti ini, bagaimanapun kecilnya kesalahan yang dibuat, semuanya
bisa mengakibatkan kematian yang mengerikan.
763 TEMAN KEDUA Seandainya dalam hutan itu tiada penjagaan, maka di atas puncak pohon lebih lebih tak
mungkin ada. Sesungguhnya inilah suatu jalan pemikiran yang amat serasi, kebanyakan orang tentu
berpendapat demikian, sayang sekali pemikiran semacam ini justru salah besar.
Begitu Bu ki melompat naik ke atas dahan pohon, dia segera sadar kalau jalan pikirannya
keliru besar, sayang keadaan sudah terlampau lambat.
Mendadak tampak cahaya api berkilauan dan percikan bunga api memancar ke empat penjuru,
sebatang panah berapi yang memancarkan cahaya tajam dengan cepatnya melesat ke tengah
angkasa yang gelap. Pada saat yang bersamaan, dua baris anak panah yang gencar berhamburan datang dari manamana.
Dia bisa saja melompat turun dari dahan pohon dan mundur melalui jalan semula.
Tapi ia tidak berbuat demikian.
Dia percaya, setelah jejaknya ketahuan maka semua persiapan yang ada di sekitar tempat itu
telah bergerak seluruhnya, hutan yang sesungguhnya aman tenteram kini telah berubah
menjadi suatu hutan belantara yang penuh dengan hawa pembunuhan yang mengerikan, bila
hutan ini dapat ditinggalkan mungkin keamanannya malahan terjamin.
Ia bertekad untuk menyusup keluar lewat batang pohon tersebut.
Itulah keputusan yang diambilnya pada kesempatan terakhir, ia sendiripun tidak tahu apakah
keputusan yang diambilnya itu benar atau tidak.
Ujung kakinya telah menemukan sebatang dahan pohon yang jauh lebih kuat dan keras,
dengan meminjam daya pantul dari dahan pohon tersebut, ia melesat ke depan.
Desingan angin yang tajam dan mengerikan menyambar lewat dari belakang tubuhnya.
Ia tidak berpaling untuk menengok desingan angin tajam itu.
Sekarang posisinya sudah berada dalam keadaan yang amat kritis, asal ia berpaling maka
besar kemungkinan jiwanya akan melayang meninggalkan raganya.
764 Setiap kekuatan dan setiap tenaga yang dimilikinya tak boleh dihambur-hamburkan dengan
begitu saja, tubuhnya juga berubah bagaikan sebatang anak panah yang melesat ke muka
dengan menyerempet di atas dahan pohon.
Kembali ada dua buah baris hujan panah yang meluncur datang dan menyambar lewat dari
atas kepalanya. Ia belum menangkap suara bentakan, juga belum melihat kemunculannya sesosok bayangan
manusia, tapi setiap jengkal tanah di sekililing tempat itu telah diliputi hawa pembunuhan
yang mengerikan sekali. Kehidupan yang tenang dan aman tenteram sama sekali tidak mengendorkan penjagaan dalam
benteng keluarga Tong, nama besar keluarga Tong yang tersohor turun temurun juga bukan
diperoleh dengan begitu saja.
Memandang dari atas dahan pohon, tampaklah hutan tersebut bukanlah sebuah hutang yang
tak bisa ditembusi untuk selama-lamanya.
Di depan hutan sana terdapat sebuah lapangan kosong, dua puluh kaki kemudian baru terdapat
tempat untuk menyembunyikan diri.
Barang siapa ingin melalui tanah kosong seluas dua puluh kaki itu, maka jejaknya sudah pasti
akan ketahuan lawan. Asal jejaknya sudah ketahuan lawan, maka ia segera akan menjadi sasaran dari hujan panah
tersebut. Dengan begitu, bukan saja Bu ki tak bisa mundur juga tak bisa maju ke depan.
Pada saat itulah tiba-tiba ia menyaksikan ada sesosok bayangan manusia sedang melesat ke
depan dengan kecepatan luar biasa.
Gerakan orang itu tampaknya jauh lebih cepat dari pada gerakan Bu ki sendiri.
Di mana hujan panah itu menyambar datang, hanya dalam sekali tebasan saja anak panah
tersebut sudah rontok ke tanah, sementara tubuhnya juga telah melesat sejauh sepuluh kaki
lebih ke depan. Siapakah orang itu" Ia sengaja menampakkan diri, sudah pasti tujuannya adalah membantu Bu ki untuk
memancing perginya jebakan-jebakan tersebut.
Tentu saja orang itu adalah temannya Bu ki.
765 Orang pertama yang diingat Bu ki adalah Kwik Ciok-ji, selain Kwik Ciok-ji tak mungkin ada
orang lain. Ia tidak berpikir lebih jauh, buru-buru tubuhnya tenggelam ke bawah, lalu secara beruntun
mempergunakan gerakan Peng sah lok ing (manyar menukik menyambar pasir), Yan cu sam
cau sui (burung lewat tiga kali menutul air) dan Hui nio to lim (burung terbang melintasi
hutan), dengan menggunakan tiga kali perubahan tubuh, ia sudah menembusi tanah lapang
dan menyusup ke dalam kebun.
Bersembunyi di bawah pepohonan, ia mendengar ada suatu langkah kaki yang ramai bergema
lewat dari hadapannya. Sekalipun penjaga di sekitar tempat itu sudah terpancing pergi oleh bayangan manusia tadi,
tapi jelas kebun bunga itu bukan suatu tempat yang aman ditinggali terlalu lama.
Dia harus pergi kemana"
Ia tak berani mengambil keputusan secara gegabah lagi, sebab kemanapun dia akan pergi, ia
tidak yakin bisa meloloskan diri dari tempat tersebut.
Pada saat itulah, mendadak ia menemukan suatu kejadian yang aneh sekali.
Bintang bertaburan di angkasa.
Tiba-tiba ia menyaksikan ada sekuntum bunga sedang bergerak-gerak, bukan daunnya yang
bergerak melainkan tangkai berikut akarnya yang bergerak.
Akar berikut tanah tiba-tiba bergerak meninggalkan permukaan, seakan-akan
ada sebuah tangan yang tidak tampak sedang mencabut bunga itu berikut akarnya.
Dari atas tanah muncul sebuah gua, dari dalam gua tiba-tiba muncul sebuah kepala.
Bukan kepala tikus juga bukan kepala kelinci, melainkan kepala manusia....., kepala manusia
dengan rambutnya yang kusut serta beruban semua.
Bu ki merasa amat terkejut belum sempat ia melihat jelas raut wajahnya, tiba-tiba orang itu
bertanya. "Apakah kau hendak ditangkap oleh orang-orang keluarga Tong.....?"
Bu ki mau tak mau harus mengakuinya.
766 "Masuk, masuk, cepat masuk kemari!", kembali orang itu berseru.
Selesai berkata, kepalanya segera ditarik masuk kembali kedalam gua tersebut,
Siapakah orang ini" mengapa secara tiba-tiba muncul dari bawah tanah"
Kenapa ia minta kepada Bu ki untuk masuk kedalam guanya" Rahasia apa yang terdapat
didalam gua. Bu ki tidak habis mengerti juga tak punya waktu untuk memikirkannya....
Ia mendengar ada suara langkah manusia bergema datang, kali ini ternyata menuju kearah
dimana ia berada. Dari balik kebun seakan-akan tampak cahaya api yang sedang berkedip-kedip.
Dalam keadaan demikian, dia tidak punya pilihan lain lagi kecuali menyembunyikan diri
kedalam gua tersebut. Sebab ia sudah mendengar teriakan dari Tong Koat....
Dalam gua tersebut terdapat lorong bawah tanah yang dalam sekali.
Ketika Bu ki menerobos masuk kedalam, orang itu segera menutup kembali mulut gua dengan
pohon bunga tadi. Suasana dalam gua seketika berubah menjadi gelap gulita, bahkan kelima
jari tangan sendiripun sukar dilihat,
Suara langkah manusia diatas kedengaran makin keras dan makin banya, lewat lama sekali ia
baru mendengar orang itu berbisik dengan suara amat lirih:
"Ikutlah aku!".
Bu ki terpaksa harus merangkak menelusuri lorong bawah tanah itu sambil meraba kesanakemari,
lorong tersebut amat sempit dan lagi kecil, hanya seorang saja yang bisa
menerobosnya sambil meliuk-liukkan badannya seperti ular.
Orang yang berada didepan itu merangkak dengan pelan sekali.
Mau tak mau dia musti bertindak berhati-hati, sebab bila dia merangkak lebih cepatan maka
Bu ki segera akan mendengar suara bunyi gemerincingnya rantai yang saling beradu.
Akhirnya Bu ki baru tahu kalau kaki dan tangan orang itu telah diborgol dengan rantai baja,
rantai baja yang sedemikian kerasnya hingga bacokan golokpun tidak mempan.
767 Benarkah dia anggota keluarga Tong.
Andaikata dia adalah anggota keluarga Tong, kenapa kaki dan tangannya diborgol dengan
rantai dan disekap didasar tanah".
Kalau dia bukan anggota keluarga Tong, lantas siapakah dia" Kenapa bisa sampai disitu/.
Lorong bawah tanah itu dalam sekali, entah berapa dalamnya, terasa panjangnya bukan
kepalang tapi tidak diketahui pula seberapa panjangnya.
Bu ki hanya merasakan lorong bawah tanah yang sebelumnya dingin dan lembab, kini kian
lama kian bertambah panas dan menyengat badan, malah lamat-lamat dia mendengar suara air
yang mengalir, maka dia lantas menduga kalau tempat itu letaknya persis dibawah sumber air
panas tersebut. Kemudian ia mendenar kakek itu berseru:
"Kita sudah sampai ditempat tujuan!".
Sampai dimanakah mereka?"
Disitu tiada lampu juga tiada cahaya api Bu ki belum bisa melihat apa-apa.
Tapi ia dapat bangkit berdiri, lagipula dia merasa tempat itu lebar dan luas.
Kembali ia dengar kakek itu berkata:
"Inilah rumahku!".
Tempat itu letaknya masih berada dibawah tanah, kenapa rumah sikakek itu berada dibawah
tanah" Apakah ia tak bisa bertemu dengan orang" Ataukah tidak ingin bertemu dengan orang"
Ataukah orang lain yang tidak memperkenankan dia berjumpa dengan orang...."
Tempat ini letakknya masih berada dalam komplek benteng keluarga Tong, seandainya dia
bukan anggota keluarga Tong, mengapa rumahnya bisa berada dalam komplek benteng
keluarga Tong". Seandainya dia adalah anggota keluarga Tong, mengapa pula dia berdiam dibawah tanah"
Suara kakek itu kedengaran sangat rendah, berat dan parau, seolah-olah penuh dengan
penderitaan, suatu penderitaan yang tak dapat diutarakan keluar.
768 Bu ki merasa mempunyai banyak pertanyaan yang hendak diajukan kepadanya tapi sebelum
pemuda itu sempat buka suara, dia telah bertanya lebih dahulu.
"Apakah kau membawa korek api?".
"Tidak" "Juga tidak membawa batu api?"
"Tidak!" Tiada api berarti tiada cahaya, tanpa cahaya berarti ia tak bisa melihat apa-apa.
Hidup didalam kegelapan uang melihat kelima jari sendiripun tak dapat, sesungguhnya
merupakan suatu penderitaan yang luar biasa,
"Tempat ini adalah rumahmu, seharusnya kau memiliku benda untuk membuat api", kata Bu
ki. Buat apa aku mempunyai benda untuk membuat api".
"untuk memasang lentera!".
"Kenapa aku harus memasang lentera?".
"Kau tak pernah memasang lentera?".
Selamanya aku tidak memasang lentera, disinipun tak boleh memasang lentera?".
Bu ki menjadi tertegun. Ia tidak habis berpikir, kenapa orang ini bisa hidup sepanjang tahun didalam sebuah tanah
yang tak pernah ada sinarnya?".
Terdengar kakek itu bertanya lagi:.
"Siapakah kau" Mengapa bisa sampai disini, Kau mencari keluarga Tong apakah dikarenakan
ada suatu dendam kesumat?".
Secara beruntun dia mengajukan tiga buah pertanyaan, tapi tak sebuah pertanyaanpun dijawab
oleh Bu ki. Bahkan sepatah katapun tidak diucapkan olehnya.
769 "Mengapa kau tidak berbicara?" tanya kakek itu lagi.
"Sebab aku tak dapat melihatmu, aku tak akan berbicara dengan seorang yang tidak kulihat
wajahnya". "Seandainya aku tak dapat melihatmu, aku tak akan berbicara dengan seseorang yang tidak
kulihat wajahnya". "Seandainya kau tidak terlampau bodoh, sekarang tentunya kau sudah bisa menduga bukan
bahwa aku adalah seorang yang buta".


Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bu ki memang telah berpikir sampai kesitu.
"Kau tidak dapat melihatku, akupun tak dapat melihatmu, bukankan hal ini sangat adil?". lagilagi
kakek itu berkata. Bu ki tidak berkata apa-apa lagi.
Tampaknya ia sudah mengambil keputusan, dia tak akan berbicara dengan seseorang yang tak
dapat dilihat wajahnya. Kakek itupun tidak berbicara pula.
Seorang anak muda, dibawa masuk kedalam sebuah tempat semacam ini oleh seorang kakek
yang aneh dan misterius mungkinkah ia bisa menahan rasa ingin tahunya dan membungkam
terus. Ia yakin cepat atau lambat Bu ki pasti tak dapat mengendalikan emosinya, ta tak menyangka
kalau pemuda bernama Bu ki ini sesungguhnya jauh berbeda dengan orang lain.
Bu ki sangat pandai mengendalikan diri.
Entah berapa lama sudah lewat, kakek itu masih tak sanggup menahan diri lagi, tiba-tiba ia
berseru: "Aku merasa kagum sekali kepadamu, kau memang benar-benar seorang pemuda yang hebat.
Bu ki tetap membungkam, "Kau pasti ada dendam dengan keluarga Tong, tapi kau berani menyusup kedalam benteng
keluarga Tong, apalagi bernyali untuk melakukan penyelidikan terhadap daerah terlarang
benteng keluarga Tong berdasarkan hal ini, sudah terbukti sudah kalau kau memang seorang
manusia luar biasa".
770 Bu ki tidak berbicara lagi.
"Setelah berada dalam keadaan begini dan berada ditempat seperti ini, ternyata kau masih bisa
menahan diri, seakan-akan sudah kau duga kalau tempat ini terdapat lampu dan kalau kau
bersikeras tidak bersuara, maka aku bakal memasangkan lampu bagimu".
Setela menghela napas terusnya:.
"Bocah muda semacam kau ini tidak banyak lagi jumlahnya, sesungguhnya aku merasa butuk
sekali seorang teman semacam kau".
Bu ki masih saja belum berbicara.
Entah apapun yang dikatakan kakek itu dia sama sekali tidak memberikan reaksi apa-apa.
Pada saat itulah, cahaya lentera menerangi seluruh ruangan.
Cahaya lentera itu muncul dari sebuah lentera kaca, walau berada dalam kejadian apapun
walau ada angin yang bagaimana kencangnya, jangan harap bisa menggoncangkan cahaya api
dalam lentera tersebut. Terhadap cahaya ini, dia musti berhati-hati dan selalu waspada, sebab disekeliling tempat ini
penuh berserakan belerang, opotas dan bahan mesiu, bisla bertindak kurang berhati-hati maka
akibatnya sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Kakek itu duduk dibelakang sebuah meja yang sangat besar, diatas meja penuh berserakan
alat-alat yang belum pernah dilihat Bu ki, ada benda yang mirip jarum, ada yang mirip pipa,
ada yang mirip tabung kosong, ada yang bengkok-bengkok, adapula yang meliuk-liuk seperti
tusuk konde. Suasana dalam ruangan bawah tanah itu gelap lagi lembab, selain sebuah meja disudut sana
masih terdapat sebuah pembaringan.
Kakek itu hidup dalam gua bagaikan hidup seekor tikus, tangan maupun kakinya diborgol
orang dengan rantai yang sangat besar, mukanya yang pucat piat sudah tumbuh panu sebesar
mata uang karena udara yang lembab, sehingga mukanya bagakan mengenakan topeng sebuah
topeng saja. Bau busuk yang sangat menusuk hidung memancar keluar dari tubuhnya, paling tidak sudah
ada setahun lamanya ia tak pernah mandi.
Pakaian yang dikenakan itu sudah kumal dan robek-robek sehingga andaikata pengemis yang
melihatnyapun akan mencemooh.
771 Kehidupan orang itu pada hakekatnya jauh lebih tersiksa dari pada kehidupan seekor anjing.
Tapi sikapnya, gerak-geriknya justru membawa hawa keangkuhan yang tak terlukiskan
dengan kata-kata. Manusia semacam dia itu, masih mempunyai keangkuhan apa lagi yang dapat diperlihatkan"
Bu ki sedang memperhatikan tangannya.
Seluruh badannya bau lagi dekil, tapi anehnya sepasang tangannya putih bersih dan lagi halus,
mana mantap lagi. Yaaa, suatu kemantapan yang luar biasa.
Sekalipun ia buta seperti seekor kelelawae kehidupannya lebih jelek daripada kehidupan
seekor anjing, tapi sepasang tangannya itu terawat sangat baik.
Sepasang tangannya itu diletakkan diatas meja, entah tujannya demi menjaga kebersihan
antaukah untuk dipamerkan kepada orang lain.
Mau tak mau seluruh perhatian Bu ki tertuju juga diatas sepasang lengannya itu.
Mimpipun tak pernah ia sangka kalau orang itu bisa mempunyai sepasang tangan yang begitu
indah lagi bersih. Cahaya api dalam lentera kaca memancarkan sinar terang.
"Sekarang, tentunya kau sudah melihat diriku bukan?", kata sikakek tersebut.
"Ehmmm......!".
Sekarang, tentunya kau sudah bersedia untuk berbicara bukan?".
Siapa kau?". Sebenarnya sudah lama dia ingin mengajukan pertanyaan itu tapi ia selalu bersabar diri untuk
menahan pertanyaan itu didalam hati, karena suatu jalan pemikirannya yang sangat aneh
secata tiba-tiba muncul didalam hatinya.
Bukan cuma suatu pemikiran yang aneh, menakutkan lagi.
Tampaknya kakek itu seperti dibuat terkejut pleh pertanyaan itu, segera gumamnya.
772 "Siapakah aku", Siapa aku...."
Betul wajahnya masih tanpa emosi, tapi suaranya membawa semacam penderitaan dan
sindiran yang sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Mendadak ia menghela napas panjang lalu berkata.
"Selama hidup jangan harap kau bisa menyangka siapakah diriku, sebab aku sendiripun
hampir melupakan siapakah diriku sebenarnya".
Kembali Bu ki memperhatikan tangannya, semacam jalan pemikiran yang aneh tapi
menakutkan kembali melintas didalam hatinya.
Suatu jalan pemikiran yang ia sendiripun tak berani mempercayainya justru tak tahan muncul
dan berkecamuk didalam benaknya.
Karena sikap angkuh itu, karena sepsang tangannya yang mantap dan aneh, juga karena Mi
Ci, Mengapa dia bersikeras akan mendatangi benteng keluarga Tong.
Mengapa Tong Koat, bertekat untuk menghabisi nyawanya.
Tiba-tiba Bu ki berkata, "Aku tahu siapakah kau".
"Kau tahu?", jengek kakek itu sambil tertawa dingin,
"Yaa, kau she Lui!".
Ditatapnya wajah kakek itu tajam-tajam, betul juga, paras muka kakek itu berubah hebat,
berubah menjadi menakutkan sekali.
Bu ki tak berani memperhatikan wajahnya lagi ia lantas berseru dengan lantang.
"Kau adalah Lui Ceng thian!".
Mendadak sekujur bafan kakek itu mengejang keras, bagaikan secara tiba-tiba ada sebatang
jarum yang menusuk tulang punggungnya.
Lewat lama, lama sekali bagaikan sekujur badannya meledak, sepatah demi sepatah dia
menjawab: 773 "Betul, akulah Lui Ceng thian!".
Keluarga Lui dari Kanglam tersohot dan menjadi kaya raya dalam dunia persilatan karena
senjata rahasia mesiunya, hingga kini sudah bersejarah dua ratus tahun.
Sepanjang sejarah dua ratus tahun, banyak perubahan sudah terjadi didalam dunia persilatan,
tapi nama serta kedudukan mereka didalam dunia persilatan tak akan pernah pudar.
Jilid 27________ Pek Lek Tong dari Kanglam selain sudah menggetarkan seluruh dunia persilatan,
pengaruhnya amat luas, lagipula mereka adalah orang kaya termashur didalam dunia
persilatan, kemana anak keturuna keluarga Lui pergi, semua orang tentu, menyambutnya
dengan segala kehormatan.
Terutama sekali Tongcu dari Pek lek tong generasi yang sekarang ini, selain Bun bu siang cu
(menguasai ilmu silat maupun sastra) berambisi besar, juga termasuk lelaki tampan yang
kenamaan didalam dunia persilatan.
Betulkah manusia yang buta bagaikan kelelawar dan dekil melebihi anjing budukan ini
sesungguhnya adalah pemilik perkumpulan Pek lek tong dari Kanglam, Lui Ceng Thian yang
amat tersohor namanya dalam dunia persilatan.
Siapa yang mau percaya dengan ucapan tersebut" Dan siapa pula yang berani
mempercayainya" Buki percaya. Sedari tadi ia sudah berpikir sampai kesitu, tapi mau tak mau toh dia merasa kaget bercampur
tercengang juga, tanpa terasa ia lantas bertanya:
"Mengapa kau bisa berubah menjadi begini rupa" Apakah keluarga Tong telah menghianati
dirimu?" Padaha tak usah ditanyapun, ia juga tahu kalau hal ini merupakan tindakan dari keluarga
Tong. Walaupun ia juga telah menduga bahwa perkawinan antara pihak Pek lek tong dengan
keluarga Tong bakal mengakibatkan peristiwa tragis semacam ini.
Tapi diapun tahun, harta kekayaan dan kekuasaan Pek lek tong tidak nanti akan dibagibagikan
kepada orang lain. 774 Sekarang, kekayaaan maupun kekuasaan Pek lek tong sudah menjadi barang saku dari
keluarga Tong, tentu saja Lui Ceng Thian menjadi kehilangan nilainya untuk dipergunakan.
Sekaran walaupun kehidupannya lebih buruk dari kehidupan seekor anjing, tapi ia hidup
sudah merupakan suatu kejadian yang luar biasa.
Kembali Buki bertanya: "Mengapa mereka belum membunuhmu?"
"Sebab aku masih mempunyai sepasang tangan"
Lui Ceng Thian menjulurkan sepasang tangannya, tangan itu masih kelihatan tenang, mantap,
lincah dan bertenaga. Sambil membusungkan dada dan bersikap angkuh terusnya:
"Selama akau masih mempunyai sepasang tangan, mereka tak akan bisa membunuhku juga
tak akan berani membunuhku"
"Kenapa tidak berani?"
"Sebab bila aku sampai mati, maka San hoa thian li (bidadari menyebar bunga) merekapun
akan turut mati" "San hoa thian li" Siapakah San hoa thian li itu?"
"San hoa thian li bukan seorang manusia, melainkan semacam senjata rahasia"
Pelan-pelan dia melanjutkan:
"Semacam senjata rahasia yang dulu tak pernah ada dan dikemudian hari tak ada keduanya,
bila senjata rahasia semacam ini sudah muncul didalam dunia persilatan, maka semua senjata
rahasia yang ada didunia ini akan berubah seperti permainan kanak-kanak"
Benarkah didunia ini terdapat senjata rahasia yang begini menakutkan"
Siapa yang akan mempercayainya"
Buki percaya Ia jadi teringat kembali dengan senjata rahasia Tong Giok yang berada di atas koceknya.
775 Walaupun kedua biji senjata rahasia itu belum sampai mencelakai orang, sebaliknya malah
mencelakai diri sendiri, tapi daya kekuatan yang dimilikinya dapat disaksikan oleh setiap
orang. Padahal ujung jari Tong Giok hanya terobek sedikit sekali, tapi akibatnya ia menjadi orang
cacad, ketika senjata rahasia itu dilemparkan sekenanya, seluruh bangunan kuil itu kena
diledakan. Dalam senjata rahasia tersebut selain ada racun yang jahat dari keluarga Tong, juga terdapat
bahan peledak dari Pek lek tong.
Jika dua macam senjata rahasia mengunggal dari dua keluarga yang sudah lama termashur
namanya dalam dunia persilatan dipersatukan, siapa lagi manusia didunia ini yang sanggup
untuk melawannya. Telapak tangan Bu Ki sudah basah oleh keringat dingin.
"Sudah sedari dulu keluarga Tong berambisi untuk merajai seluruh kolong langit, asal senjata
rahasia ini berhasil diproduksi, maka itulah saat mereka untuk menjagoi seluruh dunia"
"Apakah sekarang belum sampai waktunya?" tanya Bu Ki
"Belum!" Kemudian dengan angkuh dia melanjutkan:
"Tanpa aku, tak mungkin ada San hoa thian li, justru karena sampai sekarang senjata rahasia
tersebut belum selesai dibuat, maka mereka tak berani mengusik diriku"
"Seandainya mereka berhasil memproduksi benda itu?"
"Bila ada San hoa thian li, berarti tiada aku Lui Ceng Thian"
"Oleh karena itu kau tak akan membiarka mereka berhasil dengan cepat....?"
"Sudah pasti tidak!"
Akhirnya Bu Ki menghembuskan napas lega.
Kembali Lui Ceng Thian berkata:
"Ada sementara orang tentu beranggapa bahwa lebih baik mati saja daripada hidup sengsara
seperti aku sekarang, tapi aku masih belum ingin mati"
776 "Andaikata aku menjadi kau, akupun tak akan mati, asal kau masih sanggup untuk hidup lebih
jauh, aku pasti akan hidup terus, sekalipun bisa hidup sehari lagi, aku juga akan hidpu sehari
lebih lama!" "oya?" "Sebab aku masih harus menunggu datangnya kesempatan untuk membalas dendam, setiap
saat kesempatan akan datang, asal orang masih hidup berarti kesempatan akan datang setiap
saat" "Betul!" Mendadak suaranya berubah menjadi gembira sekali, lanjutnya:
"Ternyata memang aku tidak salah melihat, ternyata kau memang benar-benar adalah orang
yang sedang kucari" "Bu Ki masih belum dapat memahami ucapannya, dia menunggu orang itu menyelesaikan
kata-katanya. "Sekarang, mataku susah menjadi buta. Disekap pula ditempat ini seperti anjing liar,
sekalipun ada kesempatan, belum tentu aku bisa memanfaatkannya, maka akau sangat
membutuhkan bantuan seorang teman"
Dia meraba tangan Bu ki dan menggenggamnya kencang-kencang setelah itu lanjutnya:
"Kau benar-benar adalah teman yang sangat kubutuhkan, aku butuh sekali seorang teman
seperti dirimu itu, kau harus menjadi temanku!"
Sepasang tangan Bu ki berubah menjadi dingin dan kaku.
Ia tak menyangka kalau pemimpin Pek lek tong bisa mohon bersahabat dengannya. Tak tahan
dia lantas bertanya: "Tahukah kau, siapa aku ini?"
"Peduli siapa kau, semuanya adalah sama saja!"
"Dari mana kau tahu kalau aku bakal menjadi sahabatmu?"
"Aku tidak tahu, tapi aku tahu bahwa orang-orang keluarga Tong hanya mempunyai dua
pendapat" "Pendapat apa?"
777 "Kalau bukan sahabatnya adalah musuhnya!"
"Yaa, aku pernah mendengar perkataan ini"
"Aku pun mempunyai suatu pendapat, asal kau bukan teman keluarga Tong, kau adalah
temanku" Kemudian dia bertanya pada Bu ki:
"Apakah kau adalah temannya keluarga Tong?"
"Bukan" "Kalau begitu, kau adalah temanku."
PERSOALAN PELIK Sinar lentera menyoroti wajah Lui Ceng Thian, wajahnya penuh memancarkan sinar
pengharapan dan permohonan.
Dia sangat berharp bisa mendapat seorang teman semacam ini, ia memohon orang itu bersedia
menjadi temannya. Tapi siapakah orang inipun belum diketahui olehnya.
Akhirnya Bu ki menghela napas panjang, katanya.
"Benar, kalau aku bukan teman keluarga Tong, tentu saja adalah sahabatmu"
Ia lebih lebih tidak menyangka kalau dirinya bakal memenuhi permintaan LUi Ceng Thian,
pemimpin dari Pek lek tong ini untuk menjadi sahabatnya.
Ia meluluskan permintaan, karena Lui Ceng Thian yang sekarang sudah bukan LUi Ceng
Thian yang dulu, dia tak lebih hanya seorang kakek buta yang sudah kenyang menderita dan
tersiksa, sudah banyak dihina, dicemooh dan dianiaya.
Ia benar-benar sudah tidak tega untuk menganggap kakek yang menggenaskan ini sebagai
musuh besarnya. Ia meluluskan, karena dia tahu sekarang mereka berada dalam satu tujuan yang sama, bila
mereka bersahabat maka hal mana akan mendatangkan banyak kebaikan dan manfaat bagi
kedua belah pihak. 778 Sekarang Tio Bu Ki sudah bukan seorang pemuda yang berangasan lagi, sekalipun ia belum
sampai mempelajari cara untuk memperalat orang lain, paling tidak ia telah mampu untuk
membedakan mana yang berbahaya dan mana yang menguntungkan, dia pun tahu bagaimana
harus berbuat agar menguntungkan pihaknya.


Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sebab hal itu merupakan suatu hal yang maha penting.
Pekerjaan yang menguntungkan diri sendiri tanpa merugikan orang lain pasti akan ditampik
oleh orang yang berakal budi.
Sekarang Lui Ceng Thian telah melepaskan genggamannya, ia kelihatan gembira sekali,
gumamnya: "Kau tak akan menyesal, setelah bersahabat dengan seorang teman seperti aku, kujamin kau
pasti tak akan merasa menyesal"
"Aku pikir, saat ini kau pasti merasa menyesal sekali" kata Bu ki dengan hambar.
"Apa yang kusesalkan?"
"Menyesal kau telah bersahabat dengan orang-orang semacam keluarga Tong!"
Paras muka Lui Ceng Thian segera berubah menjadi gelap dan murung, ujarnya dengan sedih:
Tapi aku sama sekali tidak menyalahkan mereka, aku hanya membenci diriku sendiri.
"Kenapa?" "Sebab aku terlalu menilai rendah kemampuan mereka"
Sambil mengepal sepasang tinjunya kencang kencang, sepatah demi sepatah dia melanjutkan.
"Barang siapa yang terlalu memandang rendah musuhnya, hal ini merupakan suatu kesalahan
yang tak dapat dimaafkan lagi, kesalahan itu tak pantas untuk dikasihani"
Inilah nasehat yang berhasil diciptakan olehnya setelah mengalami suatu pengalaman yang
pahit dan penuh percobaan serta penderitaan.
"Ucapanmu itu pasti akan kuingat terus untuk selamanya" kata Bu-ki.
"Kalau toh kau sudah mengetahui tentang diriku, tentunya kau juga pernah mendengat tentang
masalahku bukan?" tanya Lui Ceng Thian.
Bu-ki mengakuinya. 779 Bila kau beranggapan bahwa aku menerima syarat perkawinan itu karena tertarik oleh
kecantikan Tong Kian-kian, maka dugaanmu itu keliru besar sekali kata Lui Ceng Thian lebih
lanjut; Sekarang Bu-ki baru tahu kalau perempuan yang matanya sipit menjadi satu garis bila sedang
tertawa itu bernama Kian-kian.
Kian-kian memang seorang perempuan yang amat cantik bukan cuma cantik saja, bahkan
memiliki semacam daya tarik yang bisa membuat kaum lelaki menjadi terpikat.
Terhadap perempuan semacam ini, sekalipun ada lelaki yang mengorbankan diri demi dirinya,
Bu-ki juga tak akan merasa keheranan.
"Benarkah kau bukan lantaran dia?" tanga Bu-ki.
Lui Ceng Thian tertawa dingin.
"Heeehh........heeehh......heeehh.....aku bukanlah seorang lelaki yang belum pernah melihat
kecantikan seorang wanita, istriku juga seorang perempuan yang cantik jelita"
Istrinya yang dulu adalah Mi Ci.
Kecantikan Mi Ci daya tarik Mi Ci, semuanya sudah pernah dirasakan oleh Bu-ki.
Lui Ceng-thian berkata lebih jauh:
"Tapi sekarang aku telah meninggalkan dirinya, aku tahu dia pasti tak akan memaafkan
diriku, karena aku sendiripun tak dapat memaafkan diriku sendiri"
Dengan sedih dia melanjutkan;
"Tak sedikit peristiwa semacam ini yang banyak terjadi didunia ini, dikala kau telah
kehilangan, saat itulah baru kau rasakan betapa berharganya dia"
Lagi lagi suatu nasehat yang diberikan setelah mengalami suatu penderitaan dan siksaan yang
berat. "Mengapa kau tinggalkan isterimu itu" Kenapa kau meluluskan permintaan ini?" tanya Bu-ki
"Karena aku mempunyai ambisi!"
"Ambisi untuk menguasai seluruh kolong langit?"
780 "Keluarga Tong ini menggunakan diriku untuk menguasahi seluruh kolong langgit,
sebaliknya akupun sama juga ingin memperalat mereka, cuma sayang.........."
"Cuma sayang aku terlampau memandang rendah mereka, orang orang keluarga Tong
ternyata jauh lebih lihay daripada apa yang kau perhitungkan semula" sambung Bu-ki.
Lui Ceng-thian segera mengakuinya.
"Itulah sebabnya mataku menjadi buta akupun dirantai orang disini bagaikan seekor anjing
budukan" Digenggamnya tangan Bu-ki kencang-kencang, maka katanya kembali;
"Itulah sebabnya kau harus membantu diriku!"
"Apa yang bisa kulakukan untukmu?"
"Aku masih punya teman, Pek lek tong masih punya anak buah, seandainya mereka tahu
keadaanku sekarang, sudah pasti mereka akan berusaha mencari akal untuk menoong diriku"
"Taukah mereka akan keadaanmu sekarang?"
"Mereka sama sekali tidak tahu, mereka mengira aku berada didalam pelukan hangat wanita
cantik" Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan;
"Keluarga Tong telah memisahkan aku dengan orang lain, dalam sepuluh bulan belakangan
ini, kau adalah orang hidup pertama yang pernah kujumpai"
Selama sepuluh bulan belakangan ini, apa yang bisa dilihat olehnya sebagai satu satunya
barang yang bisa bergerak adalah sebuah keranjang bambu.
Keranjang itulah yang mengirim kebutuhan makan dan minumnya setiap hari dari atas,
kemudian menaikkan senjata mesiu yang berhasil dibuatnya dalam sehari itu.
Bila satu hari tiada senjata mesiu yang dibuat, maka keesokan harinya terpaksa ia musti
menahan lapar. Jadi boleh dibilang, barter tersebut merupakan suatu barter yang dibayar secara kontan.
Tindak tanduk pihak keluarga Tong selalu mengutamakan kenyataan, oleh karena itu tindakan
mereka selalu amat manjur......
781 Dalam sepuluh bulan terakhir ini, satu satunya pekerjaan yang berhasil ia buat dan cukup
memuaskan hatinya adalah menggali sebuah terowongan bawah tanah
Sesungguhnya dia tidak bermaksud untuk menggali sebuah terowongan agar melarikan diri
dari benten keluarga Tong, sebab dia tahu hal itu merupakan sesuatu yang mustahil
Ia menggali terowongan itu tak lebih agar memberi sedikit pekerjaan baginya, agar timbul
setitik harapan dalam hatinya.
Jika seseirang sudah tiada setitik harapan lagi, bagaimana mungkin ia masih bisa hidup lebih
jauh. Kembali Lui Ceng-thian berkata:
Aku sudah bekerja keras selama sepuluh bulan lebih, meski masih jauh selisihnya dari sasaran
yang kuincar, meski terowongan jalan bawah tanah ini hanya bisa kugali sampai dalam kebun
bunga, tapi justru pekerjaan ini telah mendatangkan hasil.
"Kau telah menyelamatkan diriku"
"Justru karena itu juga, aku berhasil menemukan seorang teman"
Bu-ki menghela napas panjang, katanya pula:
"Cuma sayang temanmu itu sudah tidak dapat hidup lebih jauh lagi"
"Kenapa?" "Tentunya kau tahu, bukan suatu pekerjaan yang gampang untuk menyusup masuk kedalam
benteng keluarga Tong"
"Yaa, memang bukan sesuatu yang amat gampang"
"Aku bukan menyusup masuk kemari, aku adalah tamunya keluarga Tong,
Tong Kuat lah yang mengajakku kemari, tempat yang kudiami pun merupakan kamar tamu
keluarga Tong yang khusus untuk menerima tamu agung"
"Kepandaianmu tentunya luar biasa sekali"
"Andaikata Tong Kuat menjumpai tamunya secara tiba tiba lenyap tak berbekas, coba
bayangkan apakah aku masih bisa hidup lebih jauh lagi..............."
"Dia tak akan menemukan hal ini"
782 "Kenapa?" "Sebab sebelum dia menemukan kau tidak berada didalam kamar, aku telah menghantarmu
pulang" Bu-ki segera tertawa getir.
"Dengan cara apa kau hendak menghantarku pulang" Mencekoki obat pelenyap bada
kepadaku" Atau merubahku menjadi seekor lalat?"
Sesungguhnya persoalan ini memang merupakan sesuatu persoalan yang sangat pelik.
Agaknya Lui Ceng-thian seudah mempunyai rencana yang cukup matang didalam persoalan
ini, segera katanya"
"Mula mula aku akan menghantarmu menuju ke kebun bunga diujung terowongan sana"
"Kemudian?" "Kemudian aku akan menerjang keluar lebih dulu dari tempat itu" Kata Lui Ceng-thian.
Sesudah berhenti sebentar, dia menerangkan:
"Jika para penjaga disekitar tempat itu menjumpai diriku, maka mereka pasti akan
mengerahkan segenap kekuatan yang ada untuk berusaha menangkap diriku"
"Dengan perbuatanmu itu, kau pasti akan tersusul dan ditangkap kembali oleh mereka"
"Itu mah bukan persoalan, sekarang San hoa thian li belum berhasil dibuat, sekalipun mereka
berhasil menangkap diriku, paling banter cuma menghantarku kembali dan paling paling
cuma menambahi dua buah borgol lagi diatas badanku"
"Mereka pasti akan bertanya kepadamu,
dengan cara apa kau berhasil melarikan diri?"
"Aku toh bisa saja membungkam diri"
Dengan angkuh dia melanjutkan:
"Aku adalah Lui Ceng-thian, mereka seharusnya juga tahu Lui Ceng-thian bukan manusia
yang tak becus, seandainya aku benar benar ingin melarikan diri dari gua ini, hal tersebut
bukannya tak bisa kulakukan"
783 Mau tak mau Bu-ki harus mempercayai juga, bagaimana juga Lui Ceng-thian boleh dibilang
merupakan jagoan kelas satu didalam dunia persilatan dewasa ini.
"Perduli apapun juga yang bakal terjadi aku tak akan mengatakan soal terowongan bawah
tanah ini kepadanya" kata Lui Ceng-thian lagi dengan cepat.
"Kenapa?" "Sebab aku masih ingin menggunakan terowongan bawah tanah ini untuk mengadakan kontak
denganmu" Setelah berhenti sejenak, terusnya:
"Pokoknya asal kau sudah mendapatkan kabar, carilah suatu akal untuk memberitahukannya
kepadaku" "Andaikata aku melupakan dirimu?"
"Kau tak akan melupakannya, karena akupun tak akan melupakan dirimu........."
Kalau toh aku belum melupakan dirimu, berarti setiap saat akupun masih bisa memberi
tahukan rahasia ini kepada Tong Koat.
Kata kata semacam ini tidak dia ucapkan juga tidak perlu dia katakan.
Bu ki bukan seorang pemuda yang tolol, tentu saja dia dapat memahami arti dari pada
perkataan itu. Terdengar Lui Ceng Thian berkata lagi:
"Dikala mereka mengejar diriku nanti, kau dapat menggunakan kesempatan itu untuk
menerobos masuk kedalam kebun itu.
"Sekalipun bisa sampai didalam hutan itu, belum tentu aku bisa balik kerumah"
"Kenapa?" "Sebab dalam hutan itu telah diatur semacam ilmu barisan yang sangat hebat"
"Asal kau ingat selalu maju tiga mundur satu, kiri tiga kanan
satu maka hutan belantara itu dapat kau tembusi dengan gampang sekali........"
784 "Masa segampang itu?"
"Didunia ini memang banyak terdapat kejadian yang sepintas lalu tampaknya sangat kacau
dan rumit sekali, padahal setelah diungkapkan semuanya gampang dan sederhana sekali"
Inipun merupakan suatu nasehat yang baik sekali.
Jika seseorang sudah terlalu sering mengalami pukulan serta percobaan maka sering sekali dia
akan berubah menjadi lebih cerdik.
"Menurut pendapatmu berapa besar kesempatan yang kau miliki?" tanya Bu-ki kemudian.
"Paling tidak juga ada tujuh bagian"
Walaupun Bu-ki bukan seorang penjudi ulung tapi baginya, asal kesempatan ada tujuh bagian,
hal mana sesungguhnya sudah lebih dari cukup baginya.
Lui Ceng-thian segera bertanya.
"Sekarang, persoalan apa lagi uang hendak kau ajukan?"
"Masih ada satu lagi"
"Tanyalah!" "Apakah terowongan bawah tanah ini digali oleh kau seorang?"
"Selain aku masih ada siapa lagi?"
"Kecuali kau seharusnya masih ada seseorang lain"
"Siapakah orang itu?"
"Seseorang yang membantumu mengangkut pergi pasir pasir yang telah digali itu?"
Setelah berhenti sebentar, pelan-pelan dia melanjutkan:
"Untuk membuat terowongan sebesar dan sepanjang ini, sudah pasti pasir yang berhasil digali
tak terhitung jumlahnya, andaikata tiada orang yang mengangkutnya pergi, memangnya
kemana kaburnya pasir tersebut" Masa sudah kau telan semuanya kedalam perut?"
Masalah tersebut bukan saja merupakan suatu persoalan yang pelik lagipula juga merupakan
kunci yang paling penting didalam peristiwa ini....
785 Sepasang kepalan Bu-ki telah mengepal kencang-kencang.
Andaikata Lui Ceng thian tak dapat menjawab pertanyaan itu, hal mana menunjukkan
kalau apa yang telah diucapkan selama ini adalah kata kata bohong belaka.
Maka sepasang kepalan Bu ki yang sudah terkepal itupun segera akan menghajar tempat
mematikan diatas tenggorokannya.
Cukup dengan sebuah jotosan, nyawanya pasti akan melayang meninggalkan raganya/
Sambil tertawa Lui Ceng thian segera berkata:
"Pertanyaan yang kau ajukan ini sebenarnya merupakan suatu pertanyaan yang bagus sekali"
Dengan suara bangga, dia melanjutkan:
"Padahal aku sendiripun sudah lama sekali memikirkan persoalan ini, jika masalah itu tak
dapat perselesaikan, maka pada hakekatnya tak mungkin bagiku untuk membuat terowongan
ini. karena bagaimanapun juga aku toh belum ingin tertelan oleh tanah dan pasir yang kugali
ini" "Bukan sesuatu masalah yang gampang untuk menyelesaikan persoalan pelik itu"
"Yaa, memang bukan sesuatu yang gampang"
"Apakah kau telah menyelesaikannya?"
"Kalau dahulu kau pernah datang kemari, dan seandainya kau pernah mengukur luasnya gua
ini, maka kau akan menemukan bahwa ruangan gua ini kian hari kian bertambah sempit dan
kecil, sekarang, paling tidak ruangan gua ini sudah menyempit sejauh beberapa depa"
Mendengar perkataan itu, Bu ki segera menjadi paham sendiri.
"Apakah kau maksudkan keempat dinding gua ini makin lama semakin menebal?"
Lui Ceng thian segera tersenyum.
"Tampaknya kau tidak terlampau bodoh"
Jika pasir hasil galian dicampur dengan air lalu ditempelkan ke gua itu, otomatis pasir itu
bakal menempel seterusnya.
786 Apalagi gua tersebut adalah sebuah gua lumpur, keempat dinsingnya memang berdinding
lumpur sedari awal, tentu saja tak mungkin ada orang yang secara khusus datang ke dalam
gua itu hanya bermaksud untuk mengukur luasnya gua itu saja.
Siapapun tak mungkin bisa berpikir sampai kesitu.
Perlu dibicarakan sesungguhnya
cara itu sederhana sekali, tapi seandainya orang itu tidak cerdik sekali, tak nanti cara tersebut
dapat ditemukan. Mendadak Bu-ki merasa bahwa Lui Ceng thian sesungguhnya jauh lebih cerdas dan hebat dari
pada apa yang dibayangkan semula.
Tapi sekarang ia sudah disekap oleh orang orang keluarga Tong bagaikan seekor anjing liar
ditempat itu, bukankah hal tersebut menunjukkan kalau orang orang keluarga Tong jauh lebih
menakutkan" Sekarang apakah Tong Koat sudah mengetahui kalau Bu-ki sudah tidak berada didalam kamar
tamunya" Andaikata ia sudah mengetahuinya, dan kini Bu-ki pulang kembali kesitu, bukankah hal ini
sama artinya dengan menghantar diri menuju ke mulut macan"
Tapi bagaimanapun juga mau tak mau Bu-ki harus kembali juga ketempat itu.
Ia tak dapat meniru cara Lui Ceng thian dengan sepanjang tahun menyembunyikan diri dalam
gua yang tak tmapak langit dan tiada bersinar itu, tapi diapun tidak mempunyai cara lain lagi
yang bisa ditempuh. Karenanya terpaksa dia harus menyerempet bahaya.
Sekali demi sekali dia harus menyerempet bahaya. Setiap waktu setiap saat selalu
menyerempet bahaya, besar kemungkinan akan menjadi petualangan yang paling akhir.
Entah kepada siapapun itu orangna, daya tekanan semacam ini sesungguhnya boleh dibilang
terlampau besar. Apa yang diperhitungkan oleh Lui Ceng thian memang sangat tepat dan sempurna.
Begitu dia melompat keluar dari bawah tanah, serentak semua penjaga maupun jago jago
yang dipersiapkan disekeliling tempat mencurahkan semua perhatian kepadanya. Pengejaran
secara besar besaran segera dilakukan untuk mengikuti jejaknya.
787 Berbicara bagi pihak keluarga Tong, Lui Ceng thian memang betul betul terlalu
penting, jauh lebih penting dari siapapun dan benda apapun yang ada didunia ini.
Bagaimana juga dan apapun yang bakal terjadi, mereka tak akan membiarkan datangnya mara
bahaya akibat dari kaburnya orang maha penting tersebut.
Itulah sebabnya, Bu-ki memiliki kesempatan yang baik sekali untuk pergi meninggalkan
tempat itu. Dan nyatanya dia memang manfaatkan kesempatan yang sedikit itu dengan sebaik baiknya.
Dengan cepat dia menerobosi tanah lapang yang kosong itu dan menyusup masuk ke dalam


Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hutan itu. Maju tiga mundur satu, kiri tiga langkah ke kanan satu langkah.
Cara tersebut sudah pasti bisa dipercaya dan tepat sekali sebagaimana sebenarnya.
Fajar sudah mulai menyingsing diufuk timur, kabut putih yang tebal juga mulai menyelimuti
seluruh hutan...... Sambil menghitung dahan pohon disitu Bu-ki masih tiada hentinya menghitung...... maju tiga
mundur satu, kiri tiga kanan satu.....
Mendadak terdengar seorang berkata dengan dingin:
"Kalau begitu caramu untuk menembusi hutan ini, sampai tua juga jangan harap bisa lolos
dari situ" PUTRI AYU Bulan empat tanggal dua puluh tiga udara cerah.
Pagi itu kabut sangat tebal. Fajar yang diliputi kabut tebal.
Dari balik kabut tebal berwarna putih, muncul sesosok bayangan manusia berwarna putih,
sehingga kelihatannya seperti sesosok sukma gentayangan.
Seandainya bayangan itu benar benar adalah sukma gentayangan. Bu ki malah tidak takut.
Tapi yang dia lihat adalah seorang manusia.
dia adalah perempuan yang sangat cantik, cantik sekali.
788 Menyaksikan Bu ki kaget, ia malah tertawa, sewaktu tertawa sepasang matanya berubah
menjadi satu garis, sebuah garis lengkung yang indah yang sanggup merontokkan hati pria
manapun. bu ki pernah bertemu dengannya, bertemu sewaktu ada diluar toko penjual gincu, lagipula
pernah mendengar Lui Ceng thian menyinggung namanya.
Perempuan itu adalah ong Kian kian.
Istri baru dari Lui Cong thian, Tong Kian kian.
suaminya diborgol orang dalam gua bawah tanah seperti anjing liar, sedang dia berdiri disitu
sambil tertawa seperti bidadari.
Perasaan Bu ki bagaikan tenggelam ke dasar laut.
Dia tahu, walaupun ada sementara perempuan kelihatannya seperti bidadari, tapi selalu
membawa kaum pria masuk neraka.
Untung saja dengan cepat ia dapat memulihkan ketenangannya, sekulum senyuman yang
gembira dengan cepat tersungging diujung bibirnya.
"Selamat pagi!" sapanya.
"Sekarang memang masih pagi, kebanyakan orang belum lagi bangun dari tidurnya, kenapa
kau sudah bangun?" "Tampaknya kau juga belum naik tempat tidur, kau seperti sudah bangun sekarang" sahut Bu
ki Tong Kian kian segera memutar biji matanya lalu berkata
"Aku bangun lantaran suamiku tak ada, aku tak biasa tidur sendirian......"
"Bila aku punya seorang istri semacam kau, sekalipun ada orang menghajar tubuhku dengan
pecut, aku tak akan membiarkan kau tidur seorang diri dirumah"
Tiba tiba Tong Kian-kian menarik muka kemudian menegur.
"Besar amat nyalimu, dengan jelas kau sudah tahu siapakah aku, berani betul memperolok
diriku?" "Aaah, mengolok sih tidak, aku tak lebih hanya menyampaikan suara hatiku saja, bicara terus
terang toh bukan suatu perbuatan yang berdosa........?"
789 Tong Kian kian segera melototkan sepasang matanya bulat bulat, sambil menatapnya lekat
lekat dia berseru "Dalam hatimu masih terdapat perkataan apa lagi yang hendak kau utarakan?"
"Kau benar-benar menyuruhku berbicara?"
"Katakan!" "Andaikata aku tidak tahu siapakah kau, kalau tempat ini bukan benteng keluarga Tong, aku
pasti............" "Kau pasti kenapa" Hayo teruskan" seru Tong Kian-kian sambil menggigit bibir.
"Aku pasti akan menyuruh kau untuk menemani aku naik tempat tidur........" sahut Bu ki
sambil tertawa. Tiba tiba Tong Kian kian menyerbu kemuka dan sebuah tempelengan langsung diayunkan
keatas wajah Bu ki. Akan tetapi gerakan tubuh dari Bu ki jauh lebih cepat daripadanya sekali cengkeram tahu tahu
tangannya sudah kena ditangkap dan ditelikung ke belakang punggung.
Mendadak sekujur badan Tong Kian kian menjadi lemas, bibirnya setengah merekah dan
pelan pelan menghembuskan napas panjang.
Tampaknya ia telah bersiap sedia untuk menerima tindakan selanjutnya dari Bu ki.
Kalau dilihat dari sikapnya, jelas dia tak akan menampik perbuatan apapun yang bakal
dilakukan Bu ki terhadap dirinya
Cuma sayang dia telah salah tafsir.
Lagi lagi Bu ki sedang menyerempet bahaya.
Ia tidak lupa perasaan apakah yang sedang dipegangnya sekarang, diapun percaya tak bakal
salah melihat manusia macam apakah Tong Kian kian itu.
Terhadap manusia macam apa, sepantasnya melakukan pekerjaan semacam apa.
Namun ia masih belum berani melakukan perbuatan yang agak kelewat batas, sekarang dia
telah melepaskan tangannya.
790 Bukan saja Tong Kian kian tidak merasa berterima kasih, dia malahan tertawa dingin tiada
hentinya. "Huuuh, kalau toh berani berbicara, kenapa tak berani melakukan?"
"Sebab tempat ini adalah benteng keluarga Tong, sebab aku tak berani mengusik Lui Ceng
thian" Tong Kian kian kembali tertawa dingin.
"Heeehhh....heeehhh...heeehhh....tentu saja kau tak berani mengusik Lui Ceng thian, siapapun
tak berani mengusik Lui Ceng thian"
"Itulah sebabnya sekarang aku hanya ingin mengucapkan dua patah kata kepadamu"
"Dua patah yang mana?"
"Selamat tinggal!"
Sehabis mengucapkan dua patah kata itu, dia lantas membalikkan badan dan berlalu dari situ,
dia benar benar tak ingin banyak ribut lagi dengan nyonya muda tersebut.
Sayang Tong Kian kian justru tidak membiarkan dia kabur dengan begitu saja.
Pinggangnya yang ramping dan lembut itu hanya bergoyang pelan, tahu tahu ia sudah
menghadang jalan pergi Bu ki sembari ujarnya dengan suara dingin:
"Sudah kukatakan, kalau begitu caramu berjalan, sampai tuapun jangan harap bisa keluar dari
hutan ini" "Kalau begitu biar aku berjalan jalan didalam hutan ini, mumpung udara segar, kabutpun
makin menipis. Inilah saat yang paling tepat untuk berolah raga pagi"
Menggunakan kesempatan tersebut, dia memberi penjelasan:
"Aku memang berjuang untuk jalan jalan sambil menghirup udara pagi....."
"Betulkah kedatanganmu kemari hanya untuk berjalan jalan sambil menghirup udara?" jengek
Tong Kian dingin: "Tentu saja benar"
"Tahukah kau, semalam ditempat ini telah kedatangan mata mata?"
791 Bu ki segera tertawa "Aku jadi orang mempunyai suatu penyakit yakni paling mudah mempercayai perkataan
orang lain, terutama dari kata kata seorang gadis yang cantik jelita, entah apa saja yang dia
katakan, aku mempercayainya penuh"
Kemudian secara tiba tiba dia menarik muka, lalu terusnya:
"Cuma sayang apa yang kau katakan itu tak sepatah katapun yang kupercayai"
"Kenapa tidak percaya?"
"Masa dalam benteng keluarga Tong bisa kedatangan mata mata" Siapa yang begitu berani
mendatangi benteng keluarga Tong sebagai mata mata,........."
Tong Kian kian melotot sekejap kearahnya, lalu menjawab:
"Sekalipun kau bukan mata mata, jika kena ditangkap dan dianggap sebagai mata - mata, kan
penasaran namanya" Setelah berhenti sebentar, lanjutnya.
"Jika kau sudah mengetahui apa yang bakal dilakukan orang orang benteng keluarga Tong
bila berhasil menangkap seorang mata mata, sudah pasti kau akan memohon kepadaku"
"Memohon apa kepadamu?"
"Memohon kepadaku untuk membawa kau balik kedalam kamar dan memohon aku untuk
menghantarmu naik ranjang"
"Kalau begitu, aku harus menggunakan cara apa untuk memohon kepadamu?"
"Pasti sudah tahu bukan"
Kembali ia menggigit bibirnya kencang-kencang.
Sepasang matanya sekali lagi berubah menjadi satu garis yang melengkung keatas
Bu ki juga sedang memandang kearahnya, mempergunakan semacam sinar mata yang tidak
begitu sopan memperhatikan dirinya, setelah memperhatikan sekian lama, tiba tiba ia
menghela napas panjang. "Aaai.... sayang!"
792 "Apanya yang sayang?"
"Sayang aku masih belum berani untuk mengusik Lui Ceng thian"
"Seandainya Lui Ceng thian secara tiba-tiba mati?" tanya Tong Kian kian sambil memutar
lagi sepasang biji matanya.
"Dia mengidap penyakit?"
"Tidak" "Dia terluka?" "Juga tidak" "Kalau memang tidak mengidap penyakit atau menderita luka, kenapa bisa mati?"
"Andaikata ada orang menusuk tenggorokannya dengan sebuah tusukan pedang dia sudah
pasti akan mampus!" "Tapi siapa yang berani menusuh tenggorokannya dengan sebuah tusukan pedang?"
"Kau" "Aku?" Bu-ki seperti amat terperanjat
"Kau tak usah mengelabuhi aku" ujar Tong Kian kian dengan suara dingin, " kaupun tak usah
berlagak pilon dihadapanku, aku tahu apa yang menjadi pekerjaanmu"
"Apa yang menjadi pekerjaanku?"
"Kau adalah seorang pembunuh. Bila ada orang membayar sepuluh laksa tahil perak, manusia
macam apapun bersedia kau bunuh"
"Tapi.... tentunya kau tak akan menyuruh aku untuk pergi membunuh suamimu bukan?"
"Aaah, belum tentu"
Dengan terkejut Bu-ki memandang kearahnya.
"Kau......." "Walaupun aku tak mampu mengeluarkan uang sebesar sepuluh laksa tahil perak dalam
waktu singkat. Namun akupun tak akan membiarkan kau membunuh orang dengan sia sia"
793 Dia telah menempelkan badannya ke atas tubuh sang pemuda lalu merangkul tengkuk Bu-ki
dengan sepasang tangannya.
"Asal kau bersedia menuruti perkataanku, akupun bersedia melakukan apa saja untukmu"
bisiknya lirih. Harum semerbak dengusan napasnya.
Badannya juga lembut, empuk dan hangat.
Dia benar benar seseorang perempuan yang amat menarik, dan cukup membuat lelaki
manapun tak kuasa menahan diri.
Bu-ki tampak seperti tak tahan juga, tiba tiba ia roboh ketanah, roboh diatas tanah lumpur
yang becek. Tiba tiba pula ia teringat dengan lumpur yang penuhi menodai badan sertai bajunya.
Entah siapapun itu orangnya, setelah merangkak masuk dan merangkak keluar melalui lorong
tanah yang panjang tak urung badannya pasti akan kotor oleh lumpur.
Betul kabut pagi amat tebal, meski Tong Kian kian belum memperhatikannya, tapi cepat atau
lambat pasti ada orang yang akan memperhatikannya.
Sekarang dia sudah berbaring diatas tanah becek yang berlumpur, badannya sudah bergerak
kian kemari disitu, dengan begitu diapun mempunyai alasan yang kuat untuk menerangkan
darimana datangnya lumpur yang memenuhi badannya.
Tentu saja Tong Kian kian tidak akan menyangka rencana apakah yang sedang diatur dalam
hatinya. Dia mengira pemuda itu sedang mengatur sesuatu maksud yang lain, seakan akan merasa
terkejut, tapi juga gembira.
"Kau.......... apakah kau ingin melakukannya disini?"
"Tak mungkin disini"
"Yaa, tentu saja tak mungkin disini, karena......"
Ia tidak melanjutkan kata katanya, sebab ada orang telah melanjutkan kata katanya itu:
794 "Karena perbuatan semacam ini tentunya tak boleh dilakukan disuatu tempat yang mungkin
bisa disaksikan orang ketiga"
Tong Koat telah datang Tong Kian-kian pun angkat kaki.
Perduli bagaimana galaknya dia, perduli bagaimana tebalnya kulit muka perempuan ini, toh ia
tetap merasa rada rikuh. Bu-ki sudah bangun berdiri, ia sedang membersihkan noda lumpur diatas badannya.
Tiba-tiba Tong Koat menghela napas panjang, katanya:
"Perempuan ini adalah seorang perempuan jalang"
"Kau tidak sepantasnya berkata demikian" ucap Bu-ki.
"Kenapa?" "Karena perempuan ini adalah adikmu!"
"Betul, aku memang tidak seharusnya berkata demikian, aku harus bilang adikku adalah
seorang perempuan jalang"
Bu-ki ingin tertawa namun ia tak mampu tertawa.
Sebab paras muka Tong Kuat benar-benar tak sedap dipandang, sambil menarik muka katanya
lagi: "Asal sudah melihat lelaki yang berparas lumayan, dia selalu ingin menjajalnya, lelaki dari
benteng keluarga Tong tak berani disentuh, diapun pergi mencari orang orang yang datang
dari luar daerah" "Aku datang dari luar daerah, tampangku termasuk lumayan!"
Tidak menunggu Tong Kuat berkata, ia sudah mengucapkannya terlebih dahulu.
Mendengar kata kata tersebut, Tong Koat malahan tertawa.
"Sesungguhnya aku sama sekali tidak menolak maksudmu, cuma saja.........."
"Cuma saja secara kebetulan kau hadir disamping, dan kebetulan pula perbuatan tersebut tak
boleh ditonton orang lain"
795 "Haaaahhh......haaahhhh......haahhhh..... tepat, tepat sekali, memang sangat tepat" Tong Koat
tertawa terbahak bahak. Mendadak dia merendahkan suara tertawanya, kemudian melanjutkan:
"Tapi, laen kali kau harus bertindak lebih berhati hati lagi"
"Kenapa" "Sebab walaupun aku tidak keberatan dengan hubungan kalian, tapi pasti ada orang yang
merasa keberatan" "Kau maksudkan Lui Ceng thian?"
Tong Koat segera tertawa.
"Andaikata kau adalah moay hu ku, keberatatan tidak kau andaikata menyaksikan adikku
pergi mencari lelaki lain?"
"Aku yakin tak seorang lelakipun di dunia ini yang suka memakai topi hijau (maksudnya
melihat istrinya nyeleweng dengan lelaki lain)!"
"Itulan sebabnya, andaikata yang datang barusan bukan aku, melainkan Lui Ceng thian...."
Dia menghela napas panjang, kemudian katanya lagi:
"Maka apabila aku ingin bertemu denganmu sekarang, mungkin aku terpaksa harus bekerja
keras untuk mengumpulkan dulu kepingan-kepingan badannmu lantas menyambungnya lebih
dulu" Bu ki juga turut menghela napas panjang.
"Aaaai.. aku juga tahu akan kelihayan dari Pek lek cu tersebut, tapi ada satu hal yang tidak
kupahami" "Soal apa?" "Mereka belum lagi kawin lama, atau boleh dibilang masih terhitung pengantin baru,
mengapa ia sudah membiarkan istrinya yang cantik dan menawan hati ini tidur seorang diri di
dalam kamarnya?" "Teori ini sebetulnya sederhana sekali, semestinya kau juga dapat memikirkannya"
796 "Kenapa?" "Karena dia sudah mempunyai pandangan baru!"
Bu ki sengaja menunjukkan wajah terperanjat, serunya tertahan:
"Aaaah! Maksudmu, dia sudah mempunyai perempuan lain?"
"Ia sudah merasakan pahit getirnya perempuan, mana mungkin dia akan mencari perempuan
lagi?" "Kalau bukan perempuan yang dicari, memangnya dia mencari orang lelaki....."
Tong Koat segera tersenyum.
"Andaikata kau juga mempunyai banyak pengalaman seperti dia, maka kau akan segera
mengerti bahwa orang lelaki sebenarnya jauh lebih menyenangkan daripada orang
perempuan" Ketika tertawa sepasang matanya juga berubah menjadi sebuah garis lengkung, persis seperti
sorot mata adiknya ketika memperhatikan wajah Bu ki.
Tiba-tiba saja Bu ki merasa perutnya mual dan ingin tumpah.


Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendadak ia teringat diri "Siao-poo", mendadak terbayang hubungan antara Tong Koat
dengan Siau Poo. Untung saja ia tidak sampai muntah, walaupun hal itu harus diatasinya dengan bersusah
payah. Ternyata Tong Koat memegang tangannya lalu menariknya sembari berkata lagi:
"Masih ada satu hal lagi, kaupun musti bertindak sangat berhati-hati"
Bu ki berusaha keras untuk menahan diri, untung saja tangan itu tak sampai terbetot putus.
Terpaksa dia bertanya: "Persoalan apakah itu?"
"Lebih baik selama beberapa hari ini kau jangan sembarangan berjalan kesana kemari"
"Kenapa?" 797 "Sebab semalam tempat kami ini telah kedatangan mata-mata"
"Sungguh?" "Masa aku membohongimu?"
"Siapa yang begitu bernyali, berani mendatangi benteng keluarga Tong sebagai mata-mata?"
"Tentu saja orang-orang yang tidak takut mati"
"Tahukah kau siapa orangnya?"
"Sekarang kami masih belum berhasil menemukannya, sebab itu semua tamu asing yang
kebetulan menginap dalam benteng keluarga Tong semalam, termasuk orang-orang yang
dicurigai" "Kalau begitu tentu saja aku juga termasuk orang yang dicurigai bukan?"
"Tidak, cuma kau seorang yang terkecuali"
"Kenapa?" "Sebab semalam aku telah pergi menengokmu, aku melihat kau tertidur seperti anak kecil
bahkan masih mengigau lagi"
Kemudian sambil menepuk tangan Bu ki terus seraya tersenyum.
"Aku tahu, kau pasti selalu merasa kuatir bila diusir oleh kami, sampai-sampai waktu
mengigaupun kau memohon kepadaku, padahal kaupun tak usah kuatir, selama aku berada di
sini, tak akan ada orang berani menyuruh kau pergi.
Bu ki tidak bermimpi, diapun tidak mengigau.
Bahkan semalam, pada hakekatnya ia tak pernah tidur.
Tapi siapakah yang tidur di ranjangnya" Siapakah yang mewakilinya untuk mengucapkan
kata-kata igauan. Orang pertama yang dipikirkan adalah Kwik Ciok ji, tapi andaikata Kwik Ciok ji yang tidur di
atas ranjangnya, siapa pula orang yang menolongnya dengan mengalihkan perhatian para jago
yang sedang menjaga sekitar hutan itu?"
Bu ki benar-benar tidak habis mengerti.
798 Namun wajahnya sama sekali tidak menunjukkan perubahan apa-apa, cuma tanyanya dengan
hambar. "Apakah kau tidak pernah memikirkan tentang si burung kecil itu....?"
"Kau maksudkan Kwik Ciok Ji?" tanya Tong Koat.
"Selain dia, siapa lagi?"
"Juga bukan dia"
"Dari mana kau bisa tahu kalau bukan dia?"
"Sebab aku telah menyuruhnya untuk melakukan suatu persoalan, hari belum lagi gelap dia
sudah pergi" Ternyata bayangan manusia yang membantu Bu ki untuk memancing pergi jago-jago dari
benteng keluarga Tong bukan Kwik Ciok ji, orang yang tidur di ranjang Bu ki dan
mengucapkan kata-kata igauan, sudah terang juga bukan Kwik Ciok ji, karena waktu itu dia
sama sekali tidak berada di dalam benteng keluarga Tong.
Bu ki tidak berbicara. Waktu ia masih dapat menjaga ketenangan hatinya, tapi untuk sesaat lamanya dia benar-benar
tak sanggung mengucapkan sepatah katapun.
Tong Koat lagi menatapnya dengan sepasang matanya yang sipit seperti garis lengkung,
kemudian katanya: "Tampaknya kau sangat berharap kalau dialah mata-mata tersebut...."
"Aku cuma berharap kalian bisa selekasnya menundukkan mata-mata tersebut...." sahut Bu ki
hambar. "Tak usah kuatir, entah siapakah orang itu dan entah berapa besarkah kepandaian silatnya,
jangan harap dia bisa meninggalkan benteng keluarga Tong dengan selamat"
Sikapnya seolah-olah berubah menjadi amat sedih, bagaikan ia sudah menyaksikan sang
algojo mengayunkan kampaknya, asal kampak itu diayunkan ke bawah, niscaya batok kepala
mata-mata itu akan terpenggal sampai kutung.
Tampaknya dia memiliki keyakinan yang besar sekali.
Tak tahan Bu ki bertanya lagi:
799 "Apakah kau sudah menemukan titik terang?"
"Sekalipun saat ini belum kujumpai titik terang apapun, aku yakin titik terang tersebut sudah
pasti dapat ditemukan"
"Oya?" "Setiap orang yang kemarin malam seharusnya tidur di dalam kamar, namun tidak ditemukan
berada di dalam kamarnya semuanya amat mencurigakan, inilah merupakan sebuah titik
terang yang sangat baik"
"Kau sudah menemukan berapa orang?"
"Sampai sekarang sudah kuketemukan tujuh delapan orang"
"Tapi mata-matanya toh cuma satu"
Tong Koat segera tertawa dingin, katanya:
"Lebih baik salah membunuh seribu, daripada melepaskan seorang...."
Suara tertawanya persis seperti bocah cilik, serunya:
"Apalagi sekalipun salah membunuh tujuh delapan orang, juga tak bisa dibilang terlalu
banyak" Bu ki memahami maksud hatinya itu.
Andaikata mata-mata yang sebenarnya tidak diketemukan, maka ketujuh delapan orang itu
sudah pasti akan mati ditangannya.
Sebab mereka sama sekali tidak takut bila sampai salah membunuh orang....
"Kendatipun ketujuh delapan orang itu bukan mata-mata semua, mata-mata yang
sesungguhnya juga tak akan mampu untuk meloloskan diri" kata Tong Koat lebih jauh.
"Sedetik sesudah mata-mata itu menampakkan diri, aku telah menurunkan perintah untuk
melarang siapa saja yang berada di dalam benteng keluarga Tong untuk meninggalkan tempat
ini sebelum mata-mata tersebut tertangkap"
"Aku dengar pintu gerbang keluarga Tong tak pernah ditutup, benteng kalian selalu
mengijinkan orang baru datang kemari"
800 "Benar" "Itu berarti semalam pasti ada pula saudagar dan pelancong yang kebetulan berada di dalam
benteng keluarga Tong"
"Ya, jumlah mereka seluruhnya ada dua puluh sembilan orang"
"Jadi sebelum perintahmu itu kau cabut, sampai merekapun tidak boleh pergi dari sini?"
"Sudah kukatakan, entah siapapun orangnya, bila ia berani meninggalkan benteng keluarga
Tong barang satu langkahpun, maka orang itu harus dibunuh tanpa ampun"
Kemudian dengan tangannya yang kecil, gemuk dan putih dia menggenggam tangan Bu ki
erat-erat, kemudian lanjutnya:
"Kau harus percaya kepadaku, sebab semua perintah yang kuucapkan selamanya amat jujur"
Bu ki tidak berbicara lagi.
Tong Koat segera berkata kembali:
"Aku pikir kau pasti lapar sekali sekarang, saat ini adalah waktu untuk sarapan pagi,
belakangan ini walaupun napsu makanku kurang baik, sedikit banyak aku harus menemanimu
untuk makan sedikit"
Suara tertawanya semakin riang lagi, terusnya:
"Akupun dapat memberi jaminan kepadamu: Bakmi ikan dan Bakpau daging buatan tempat
ini tidak akan kalah bila dibandingkan dengan buatan rumah makan Kui goan koan di kota
Hongciu" Seseorang yang pandai sekali berbohong, bila berada dalam keadaan yang penting, dia tidak
akan bicara bohong. Apa yang dikatakan oleh Tong Koat tadi ternyata memang tiada yang bohong.
Bakmi dan bakpao yang ada di situ memang rasanya tidak kalah dengan buatan rumah makan
Kui goan koan di kota Hongciu.
Ranjang Bu ki juga benar-benar pernah ditiduri orang.
Caranya tidur sangat baik, walaupun semalam dia telah tiduran sebentar di atas ranjang, tapi
sebelum pergi, seperti di situ telah diatur kembali dengan rapi.
801 Tapi sekarang keadaannya acak-acakan tidak karuan, seperti ada orang telah bermimpi jelek
di tempat itu. Lantas siapakah orang itu"
Kecuali Kwik Ciok ji, tiba-tiba Bu ki teringat kembali akan diri seseorang, See si.
Sesungguhnya hal ini adalah rahasianya.
Rahasia tersebut selalu ia sembunyikan di dasar hatinya, bahkan untuk dipikirkan saja tidak
berani, sebab dia kuatir tindak tanduknya akan menunjukkan jejak, dan dia kuatir hal tersebut
diketahui oleh Tong Koat dengan sepasang matanya yang tajam bagaikan sepasang jarum itu.
Tay hong tong pernah mengutus beberapa orang pasukan "berani mati" untuk menyelundup
ke dalam wilayah musuh dan menjadi pencari info di situ.
Bukan saja mereka telah bersiap sedia mengorbankan jiwanya demi kepercayaan dan
keperkumpulannya, lagipula mereka tidak segan untuk mengorbankan segala apapun, yang
lelaki tak segan - segan mengorbankan kesucian tubuhnya.
Tapi sebagian besar dari orang-orang itu mengalami kegagalan total, hanya salah seorang di
antaranya yang berhasil menyelundup masuk sampai ke dalam benteng keluarga Tong. Orang ini adalah satu-satunya
pion yang ditanamkan pihak Tay hong tong di dalam benteng keluarga Tong.
Lelaki atau perempuankah orang itu" Siapakah namanya"
Bu ki sama sekali tidak tahu.
Sebab hal ini merupakan rahasia yang paling besar bagi perkumpulan Tay hong tong mereka.
Pelaksanaan dari tugas rahasia tersebut dipimpin langsung oleh Sugong Siau-hong, orang
itupun langsung mendapat perintah dari Sugong Siau-hong.
Semua rahasia yang menyangkut tentang orang ini, selain Sugong Siau hong, tak ada orang
kedua yang mengetahuinya.
Bu-ki cuma mengetahui tanda atau kode rahasia yang dipergunakan orang itu bila ingin
mengadakan hubungan kontak dengan Sugong Siau hong.
Kode itu adalah..... See-si.
802 Dari dulu sampai sekarang, mata-mata yang paling berhasil adalah See si, tapi pengorbanan
terbesar yang harus dibayar juga See si.
Sebab bukan saja dia telah mengorbankan nama dan kebahagiaan, juga mengorbankan
perasaan dan kegadisannya, mengorbankan segala sesuatu yang paling berharga dari seorang
wanita. Tapi, bagaimana pula dengan "See-si" dari Tay hong tong"
***** SAHABAT KETIGA Siapakah See si" Bu ki selalu berusaha untuk menjauhkan pikirannya dari pertanyaan itu, dia berusaha untuk
menghindari persoalan itu, bahkan kendatipun ada orang yang bersedia memberitahukan
kepadanyapun, dia akan menampik untuk mendengarkannya.
Pada hakekatnya, dia tak ingin mengetahui rahasia tersebut.
Sebab rahasia ini mempunyai pengaruh yang terlampau besar, setelah tahu akan hal ini, tak
urung akan muncul pula semacam tanggung jawab atau beban di dalam hatinya.
Ia lebih tak ingin membiarkan orang itu tersiksa atau menderita hanya disebabkan gara-gara
ulahnya. Tapi sekarang, "See si" tampaknya sudah menampakkan diri bahkan dia menampakkan diri
demi menyelamatkan selembar jiwanya.
Seandainya bukan "See si" yang memancing perginya jago-jago tersembunyi sekarang, besar
kemungkinan dia sudah tewas di dalam hutan tersebut.....
Seandainya bukan "See-si" yang tidur di ranjangnya untuk melindungi dirinya, sekarang
sudah pasti dia akan menjadi orang yang paling dicurigai, malah besar kemungkinannya Tong
Koat malah turun tangan terhadap dirinya.
Tapi "See-si" hanya ada seorang.
Padahal yang memancing perginya jago-jago dari persembunyian dan orang yang tidur di
ranjang jelas adalah dua orang yang berbeda, siapa pula orang yang satu itu"
Pikiran Bu-ki kembali merasa kacau dan kalut.
803 Bukan cuma kalut saja, dia mulai menyesal, menyesal kemarin malam tidak seharusnya dia
pergi menyerempet bahaya.
Tindakan yang dilakukan secara gegabah bukan saja membuat "See-si" menjadi terseret,
bahkan terseret tanpa berhasil mendapatkan apa-apa.....
Andaikata Tong Koat hendak membunuh orang dalam keluarga Tong, berapa saja yang akan
dibunuhnya, dia tidak akan merasa sedih atau murung.
Tapi jika kedua puluh sembilan orang saudagar dan pelancong itu sampai mati karena dia.....
Dia tak ingin berpikir lebih jauh.
Dia bersumpah, mulai hari ini dia tak akan melakukan sesuatu tindakan yang tidak yakin
menghasilkan. Tapi, kesempatan yang "meyakinkan" tersebut sampai kapan baru akan tiba" Dia harus
mempergunakan cara apa untuk bisa mendekati Sangkoan Jin" Sekalipun ada kesempatan
seperti itu, dapatkah dia memanfaatkan sebaik-baiknya untuk membinasakan diri Sangkoan
Jin" Ia masih belum ada keyakinan, sama sekali tiada pegangan.
Sekarang, walaupun dia telah berada dalam benteng keluarga Tong, namum selisihnya dengan
sasaran yang hendak dicapai masih terlampau jauh.....
Di depan matanya masih terbentang sebuah perjalanan yang sangat panjang, panjang sekali,
tak bisa disangkal lagi perjalanan yang harus dilaluinya itu jauh lebih sukar dan jauh lebih
berbahaya. Dapatkah dia menyeberangi jalan itu"
Mendadak Bu ki merasa sangat kecapaian, sedemikian capainya sampai dia ingin membuang
segala sesuatunya jauh-jauh, sedemikan lelahnya sampai dia ingin menangis tersedu-sedu.
Ia tak dapat membuang segala sesuatunya, diapun tak dapat menangis.....
Tapi, paling tidak ia bisa pergi tidur sebentar.
Sepasang matanya dipejamkan, dia merasa sekujur badannya semakin tenggelam ke bawah,
pelan sekali tenggelamnya makin lama semakin dalam, semakin dalam.....
***** 804 Dua jendela itu setengah terbuka.
Pepohonan yang hijau dan rindang terbentang di luar jendela, udara terasa kering tapi segar.
Tiba-tiba sesesosok bayangan manusia berkelebat melewati pepohonan dan hijau dan
menyusup naik masuk ke dalam ruangan lewat daun jendela, cepat dan gesit sekali gerakan
tubuhnya, persis seperti seekor burung walet....
Orang itu berparas tampan, memakai pakaian ringkas yang perlente, gerak-geriknya sangat
enteng, lincah dan cekatan, jauh lebih cepat daripada gerakan tubuhnya di waktu-waktu biasa.
Di tangannya dia menggenggam sebilah pisau.
Sekali melompat dia langsung menerjang masuk ke dalam ruangan dan menerkan ranjang Bu
ki, mata pisaunya yang tajam langsung ditujukan ke atas tenggorokan Bu ki.
Jilid 28________ Sang surya baru memancarkan sinarnya dari luar jendela, mata pisau itu membiaskan sinar
tajam yang amat menyilaukan mata. Namun tusukan pisau itu tidak dilanjutkan.
Bu ki juga tidak bergerak. Dia belum lagi tertidur, begitu orang itu masuk ke dalam ia telah
mengetahuinya. Diapun lagi keheranan.
Dengan gerakan tubuhnya yang begitu gesit, lincah dan cepat seperti apa yang dilakukan
sekarang, tidak seharusnya sodokan tinjunya tadi bersarang telak diatas batang hidungnya
Sodokan tinjunya itu tepat bersarang diatas hidungnya, hidungnya sudah kena dijotos sampai
hancur dan bengkak-bengkak tidak karuan lagi bentuknya.
Mengapa dia harus menerima sodokan tinjunya itu" Apakah dia sengaja berbuat demikian
agar Bu-ki memandang rendah dirinya, kemudian dia baru mendapat kesempatan untuk
melakukan pembunuhan"
Bu-ki memang memandang dirinya. Mungkin sebagian besar orang sama-sama memandang
rendah dirinya, menganggap "Siau poo" tidak lebih cuma seorang teman Tong Koat yang
sama sekali tak ada gunanya......mungkin berguna bagi Tong Koat, tapi bagi orang sama
sekali tak ada gunanya. Tapi sekarang, orang yang sama sekali tak berguna itu telah menampilkan kelincahan,
ketenangan serta kemampuan yang sama sekali diluar dugaan siapapun juga.
805 Tangannya yang menggenggam pisau tampak sangat mantap, tiada butiran keringat yang
membasahi wajahnya. Saat itulah Bu-ki membuka matanya dan memandang ke arahnya
dengan pandangan dingin; "Oooh.....rupanya kau...."
"Tentu saja aku!"
Suara Siau poo sama tenangnya: "Aku toh sudah bilang, aku pasti akan membunuh dirimu!"
"Aku masih ingat!" Bu-ki manggut-manggut.
"Sekarang aku telah datang untuk membunuhmu, sebab membunuh orang di siang hari jauh
lebih gampang dari pada di malam hari"
"Oooo...." "Sebab siapapun pasti akan lebih teledor penjagaannya di siang hari, tapi bila malam telah
tiba. kewaspadaannya malah semakin meningkat..."


Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ehmm, ucapanmu memang masuk diakal"
"Oleh sebab itu bila sekarang ada orang datang kemari, ada orang telah menemukan aku.
maka aku adalah datang untuk membunuhnmu" perkataan itu kedengarannya sangat aneh.
Tak tahan lagi Bu-ki lantas berkata: Seandainya tiada orang yang mengetahui akan
kedatanganmu, juga tak ada orang yang datang kemari?"
Tiba tiba Siau Poo tertawa sahutnya. "Bila aku sungguh sunnguh ingin membunuh kau,
kenapa sampai sekarang belum juga turun tangan?"
Tertawanya kelihatan aneh sekali, juga amat misterius, tiba tiba sambil merendahkan suaranya
dia berbisik: "Taukah kau ada berapa orang dalam benteng keluarga Tong ini yang
menginginkan batok kepalmu?"
Bu-ki jga tertawa katanya: "Buat apa mereka menginginkan batok kepakalu ini?"
Suara tertawa Siau Poo semakin aneh, suaranya juga semakin rendah kemabali tanyanya;
"Taukah kau berapa pasaran untuk batok kepala Tio-Bu-Ki pada saat ini?"
Paras muka Bu-ki sama sekali tidak berubah, ia sudah melatih dirinya secara baik-baik,
melatih dirinya sehingga tidak mengalami perubahan apapun dalam menghadapi keadaan
seperti apapun. 806 Namun kelopak matanya toh berkerut juga. "Sesungguhnya siapakah kau?"
"Kau seharusnya tahu tentang aku...."
Sepatah demi sepatah Siau Poo melanjutkan: "Akulah See-si!"
Bu-ki tidak menunjukkan perubahan sikap apa apa. Walaupun delapan puluh persen dia sudah
percaya kalu Siau Poo adalah See-si, tapi ia sudah terbiasa dengan sikap menyembunyikan
segala macam perubahan perasaannya itu di dalam hati.
"Kemarin malam. aku telah datang kemari" kata Siau Poo,
"Oooo..."!"
"Waktu aku kemari, kau kebetulan lagi pergi!"
"Oooo...." "Aku melihat kau masuk ke hutan, tapi aku tahu kau pasti tak mampu keluar dari situ, sebab
untuk melalui hutan itu juga harus mengetahui kode rahasianya"
Kode rahasia yang dikatakanpun berbunyi: "Maju tiga mundur satu, kiri tiga kanan satu"
Sekarang, Bu-ki baru tahu mengapa pagi tadi ia tak mampu berjalan keluar dari hutan, sebab
kode rahasia yang diketahuinya adalah kode rahasia bila kau ingin masuk hutan dari loteng
kecil itu, jika ingin keluar dari hutan, maka kode rahasia yang harus digunakan pun
merupakan kebalikannya. Dalam tergesa gesanya Lui Ceng Thian telah membuat keteledoran, tapi gara gara
keteledorannnya itu hampir saja selembar nyawanya ikut melayang.....
Walau bagaimanapun kecilnya suatu keteledoran; kemungkinan besar dapat berubah menjadi
suatu kesalahan yang fatal, suatu kesalahan yang mematikan.
Pelajaran inipun berhasil diraihnya di dalam pengalaman yang pahit dan penuh
penderitaan.Kata Siau Poo lagi:
"Waktu itu kau sudah pergi amat jauh, baru aku akan memberitahukan hal itu kepadamu, kau
sudah melompat naik ke atas dahan pohon. aku tahu asal kau sudah naik ke atas, maka
jejakmu dengan cepat akan ketahuan............."
"Oleh sebab itu kaupun turut menyusup ke atas dengan maksud untuk membantuku
memancing perginya jago jago tersembunyi?" "Sebenarnya aku ingin berbuat demikian tapi
sudah ada orang yang bertindak selangkah lebih cepat dari padakau!"
807 "Jadi orang itu bukan kau?"
"Bukan!" Ia jelas merasa kaget bercampur tercengang. "Masa kau juga tidak tahu siapakah orang itu?"
Bu-ki tertawa getir dan menggelengkan kepalanya berulang kali. Siau Poo termenung, lewat
lama sekali dia baru melanjutkan:
"Akupun tahu, begitu jejakmu ketahuan pasti ada orang yang akan segera memeriksa
kamarmu serta meyakinkan apakah kau tetap berada di kamar atau tidak"
"Maka kaupun mewakili aku untuk tidur di atas ranjang tersebut?"
"Kugunakan selimut untuk menutupi kepala dan berpura pura tertidur sangat pulas, betul juga,
tak lama kemudian benar benar ada orang yang datang melakukan pemeriksaan"
"Tapi kau toh tidak harus mengucapkan kata kata igauan?"
"Akupun tahu bahwa tidak harus mengigau, cuma kebetelun saja aku mempunyai kepandaian
yang istimewa dalam bidang ini.
"Kepandaian apa?"
"Aku dapat menirukan suara orang lain; entah suara siapapun; aku dapat menirukannya secara
persis dan tepat." Kemudian ia menambahkan "Dari serombongan orang yang diutus bersamaku, semuanya
telah mendapat pendidikan khusus di dalam bidang ini"
"Taukah kau siapa yang telah datang melakukan pemeriksaan di dalam kamarku?"
"Aku tidak melihat, juga tak berani melihat, tapi aku tebak besar kemungkinannya adalah
Tong Koat." Kemudian ia menambahkan lagi: "Sebab penjagaan serta keamanan di dalam benteng
keluarga Tong merupakan tugas dan tanggung jawabnya"
"Kalau begitu kau juga seharusnya dapat berpikir, kemungkinan besar dia akan pergi ke
kamarmu serta memeriksa apakah kau ada di dalam kamar atau tidak"
"Dia tak akan mencurigai diriku!" kata Siau Poo.
808 "Kenapa?" Siau Poo segara tertawa. "Kau seharusnya juga dapat melihat hubunganku dengannya adalah
hubungan yang istimewa......!"
Dia sedang tertawa, tapi dibalik senyuman itu penuh dengan kesedihan dan kepedihan.
Demi sumpah setianya kepada tujuan dan kepercayaan; meski dia rela mengorbankan segala
sesuatunya; tapi pengorbanan itu entah terhadap siapapun merupakan suatu pengorbanan yang
teramat besar. Terbayang kembali hubungan mesranya yang tidak normal dengan Tong Koat, teringat pula
akan kata "See-si" yang dipakai sebagai kata sandi serta makna sebenarnya yang terkandung
dibalik nama itu, tentu saja Bu-ki dapat merasakan pula sampai dimanakah penderitaan,
penghinaan, serta siksaan batin yang telah dialaminya selama ini.
Tak tahan lagi Bu ki menghela nafas panjang di dalam hati, kemudian berkata: "Entah
bagaimanapun juga, tidak seharusnya kau menampakkan diri, juga tidak seharusnya
mengadakan kontak dengan diriku, pengorbanan yang kau berikan kepada kami selam ini
sudah terlampau besar, kau tidak seharusnya menyerempet bahaya lagi"
Siau Poo segera tertawa lebar, katanya: "Namun, pengorbanan yang telah kau berikan selama
ini juga tidak kecil, bagaimana mungkin aku tega menyaksikan rahasia dan jejakmu ketehuan
musuh?" Dengan sorot mata tertegun Bu ki memperhatikannya beberapa saat, dia merasa menyesal,
merasa terharu, merasa berterima kasih dan bercampur rasa kagum.
Hingga sekarang dia baru benar benar percaya, kalau di dunia ini masih terdapat orang lain
yang rela mengorbankan diri demi kepentingan orang lain.
Justru karena di dunia masih terdapat manusia semacam ini maka keadilan dan kebenaran
baru bisa selalu ditegakkan. Sebab itu pula manusiapun masih bisa selalu hidup di dunia ini.
Siau Poo tersenyum katanya: "Apalagi dia sekarang sudah mempunyai kedudukan bagus yang
melindungi identitas kita yang sebenarnya, orang lain mengira kalau rasa benciku kepadamu
sudah merasuk sumsum, setiap saat setiap detik selalu ingin mencabut nyawamu, mana
mungkin mereka akan menduga kalau kita berdua sesungguhnya adalah sahabat?"
"Aku sendiripun tidak menyangka kalau di tempat seperti ini, aku masih mempunyai seorang
teman seperti kau!" Sekarang, di tempat ini dia sudah mempunyai tiga orang teman. Sikap Siau Poo secara tiba
tiba berubah menjadi amat keren dan serius, katanya.
809 "Ada beberapa persoalan aku harus memberitahukan kepadamu dan aku harap kau untuk
memperhatikannya dengan serius dan seksama, sebab hal ini penting sekali artinya bagimu"
Setelah berhenti sebentar dia melanjutkan "Kerja sama antara benteng keluarga Tong dengan
Pek lek tong lebih tepat kalau dikatakan sebagai suatu perhubungan yang saling
membutuhkan dan memanfaatkan, dan kini hubungan mereka tampaknya sudah berubah
menjadi suatu hubungan yang sangat buruk sekali, bahkan besar kemungkinannya Lui Ceng
thian sudah ditahan oleh mereka"
"inilah suatu kesempatan yang baik sekali buat kita. Jika kita dapat memanfaatkan
kesemaptan ini dengan sebaik-baiknya, sehingga membiarkan mereka saling bunuh
membunuh. maka dari tengah kita bisa meraih suatu keuntungan yang sangat besar sekali"
Ditahannya Lui Ceng thian jelas masih merupakan suatu rahasia beasr bagi orang orang
benteng keluarga Tong, buktinya sampai Siau Poo pun tidak tahu menahu tentang hal ini.
Sungguh tak disangka justru Bu ki telah mengetahuinya lebih jelas bahkan telah bertemu
sendiri dengan orangnya. Kembali Siau Poo berkata: "Sekarang, walaupun anggota Pek lek tong sudah dibikin porak
poranda, ada yang sudah mati terbunuh, ada pula yang dikejar kejar terus oleh orang orang
Bentemg keluarga Tong. tapi aku percaya mereka pasti masih ada sisa sisa orang yang
bersembunyi di dalam benteng keluarga Tong ini serta menanti kesempatan untuk melakukan
gerakan lagi" "Dalam soal ini, aku pasti akan memperhatikannya dengan lebih seksama lagi!"
"Racun yang diindap Tong Giok sudah terlampau dalam, tak mungkin dia dapat sembuh
dalam waktu singkat, dalam soal ini kau tak perlu meresa kwatir"
"Bagaimana dengan Mi Ci?" tak tahan Bu ki bertanya.
"Mi Ci?" "Mi Ci adalah perempuan yang digotong pulang bersama peti mati yang berisi Tong Giok
itu!" "Apakah istri pertama dari Lui Ceng thian?" tanya Siau Poo.
Bu ki mengangguk, tanyanya lagi: "apakah dia sudah tertimpa musibah?"
"Dia belum mati, tapi jejaknya tidak begitu kuketahui"
810 Tentu saja persoalan semacam ini tak akan diperhatikan olehnya dengan seksama.
Tentu saja diapun tak akan menyangka akan hubungan dari istri pertama Lui Ceng thian
dengan Bu ki. Kembali Siau Poo berkata: "aku tahu, maksud kedatanganmu kemari adalah bertujuan untuk
membunuh Sangkoan Jin serta membalaskan dendam bagi kematian ayahmu"
Bu ki mengakuinya. Maka Siau Poo berkata lebih lanjut: "Entah kau akan berhasil atau tidak,
di dalam tujuh mendatang, kau harus sudah pergi meninggalkan benteng keluarga Tong"
"Kenapa?" "Sebab semalam mereka telah mengutus orang menuju ke dusun Si tou cun untuk
membuktikan apakah di dalam dusunn tersebut benar benar terdapat seorang manusia macam
kau" Agak tergerak hati Bu ki setelah mendengar perkataan itu, ujarnya: "Menurut anggapanmu,
orang yang mereka utus ke dusun Si tou ceng bisa balik kemari di dalam sepuluh hari?"
"Walaupun orangnya belum tentu bisa balik kemari, tapi si burung merpati sudah pasti dapat
samapi di sini dalam waktunya"
Burung merpati. Dengan cepat Bu ki teringat kembali dengan rombongan burung merpati
yang dikirim pulang di kala Tong Ou berhasil memenangkan pertarungannya.....
Dengan cepat hatinya serasa tenggelam ke dasar lautan........ "Aku juga tahu betapa berbahaya
dan sulitnya gerakanmu kali ini" ucap Siau Poo,
"Apalagi untuk menyelesaikan semua urusan dalam tujuh hari, boleh dibilang hal ini
merupakan sesuatu yang mustahil, tapi, kau sudah tiada pilihan lainnya lagi"
Setelah berpikir sebentar, kembali katanya: "Atau tugasnya saja; paling aman kalau batas
waktu bagimu untuk berdiam di sini jangan sampai melampaui tujuh hari"
"menurut pendapatmu, berapa harikah yang merupakan saat yang paling aman bagiku?" tanya
Bu ki. Setelah menghitungnya sebentar, dia berkata:
"Hari ini adalah tanggal dua puluh tiga sebelum fajar menyingsing tanggal dua puluh delapan,
kau sudah harus pergi meninggalkan benteng keluarga Tong!"
"Akan kuingat sekali!"
811 "Meski waktunya teramat singkat, tapi kau masih tak boleh terlalu bertindak gegabah, apalagi
mengambil tindakan yang terlalu besar resikonya"
Dengan paras muka yang berubah menjadi serius, dia menambahkan:
"Kalau cuma nyawamu sendiri yang hilang, sekalipun mati juga tak perlu disesalkan, tapi
kalau gara gara kejadian ini sehingga mempengaruhi situasi yang lebih besar, waah, kalau
sampai begitu, mati seratus kalipunbelum tentu bisa menebus dosa tersebut"
"Kenapa tindak tandukku bisa mempengaruhi keadaan, situasi pada umumnya?"
"Sebab keluarga Tong sudah mempunyai ambisi untuk menyerang Tay hong tong. itulah
sebabnya mereka bersekongkol dengan Sangkoan Jin agar Sangkoan Jin lah yang menjadi
penunjuk jalan untuk mereka"
"Soal ini aku bisa menduganya!"
"Sekarang, walaupun mereka merasa kalau saatnya belum matang. tapi menurut
pengamatanku, dengan kemampuan yang mereka miliki sekarang, bukan suatu pekerjaan
yang sulit bagi mereka untuk membasmi Tay hong tong dari muka bumi"
Kemudian dengan sepatah demi sepatah dia melanjutkan:
"Menurut penilaianku, paling banter dalam tiga bulan mendatang, mereka sudah
berkemampuan untuk membasmi Tay hong tong!"
Tangan dan tubuh Bu ki telah basah oleh keringat dingin. berita ini memang cukup
menggetarkan perasaannya. Siau Poo berkata lebih lanjut:
"Bila kau berani bertindak secara gegabah menggusarkan mereka akibatnya besar
kemungkinan kalau mereka akan mempercepat rencana untuk menyerang Tang hong tong,
jika samapai begitu...?"
Dia tidak melanjutkan kata katanya. diapun tak perlu melanjutkan katanya.
Peluh dingin telah membasahi sekujur badan Bu ki perkataan tersebut telah membikin hatinya
tercekat. Siau Poo termenung sebentar tiba tiba katanya lagi.
"Masih ada satu hal hendak kukatakan kepadamu!"
"Soal apa?" 812 "Kecuali aku, aku percaya pasti masih ada seseorang lagi yang diselundupkan ke dalam
benteng keluarga Tong!"
"Dari mana kau bisa tahu?"
"Sebab beberapa kali aku menjumpai kesulitan. tapi secara diam diam orang itu telah
membantuku untuk menyelesaikan kesulitan itu"
Setelah berhenti sebentar dia melanjutkan. "Sebenarnya aku masih belum berani memastikan
akan kebenaran dari persoalan ini sampai kemarin malam, aku baru percaya kalu dugaanku
memang tidak salah" "Maksud hal ini disebabkam karena selain kau, ternyata masih ada orang lain yang secara
diam diam melindungiku serta membantuku untuk memancing perginya jago jago
tersembunyi itu?" Siau Poo tidak menjawab, sebaliknya malah bertanya:
"Apakah kau sempat melihat jelas macam apakah bentuk wajah orang itu...?"
Bu ki segera menggeleng. "Aku hanya melihat kalau orang itu memiliki ilmu silat yang sangat lihay, gerakan tubuhnya
cepat sekali!" "Dia itu seorang lelaki ataukah seorang perempuan?"
"Kemungkinan besar adalah seorang lelaki!"
Ia berpikir sebentar, kemudian katanya lagi sambil, menggeleng:
"Tapi kemungkinan juga dia itu seorang perempuan, cuman perawakannya saja tinggi besar"
Siau Poo kembali termenung, mukanya tampak aneh sekali.
"Apakah sudak kau temukan mungkin siapakah dia?" tanya Bu ki. Siau Poo mengangguk,
kemudian menggeleng lagi, gumannya:
"Aku tak berani mengatakannya, tapi bila dugaanku tak salah..." Ia tidak melanjutkan kata
katanya. Dari anak tangga di luar sana seperti terdengar suara langkah manusia. dengan cepat Siau Poo
menyusup keluar lewat jendela.
813 Sebelum pergi ia sempat berpesan lagi:
"hati hati dan jaga diri baik baik. ingat sebelum tanggal dua puluh delapan kau sudah harus
pergi" Sekarang sudah tanggal dua puluh tiga tengah hari, itu berarti batas waktu Bu ki tinggal empat
hari lebih. Ia cuma mempunyai sebilah pedang dan tiga orang teman. Tapi orang yang harus dihadapi
entah berapa banyak jumlahnya.
***** MENYELIDIK Tengah hari, itulah saatnya bersantap siang, Tong Koat munculkan diri untuk mengajak Bu ki
bersantap. Asal dia itu manusia, dia harus bersantap. Oleh sebab itu. meski napsu makan Tong Koat
belakangan ini kurang baik, dia toh memaksakan diri untuk bersantap sedikit
Karena belakangan ini dia memang terlampau kurus. Bu ki juga tak dapat mengatakan dia itu
gemuk, apabila dibandingkan dengan sementara binatang dia memang tak bisa dikatakan
gemuk. Paling tidak dia lebih kurus kalau dibandingkan dengan kuda nil, lingkaran pinggangnya juga
lebih kecil satu dua inci dari pada lingkaran perut si kuda nil.
Untuk menutupi kekurangannya itu, tengaah hari tersebut terpaksa dia harus memaksakan diri
untuk makan sedikit, Sayang sekali napsu makannya memang kurang baik, maka dia cuma makan empat potong Ti
tee (kaki babi), dua mangkuk bakmi, tiga ekor ayam dan seekor itik panggang yang hampir
saja kurusnya dengan badannya itu.....
Kemudian tentu saja diapun makan sedikit hidanngan yang manis manis, kalau tidak, mana
mungkin santapan tersebut bisa dianggap sebagai suatu santapan siang"
Maka diapun makan dua belas biji bakpao isi Tausa, enam lapis kueh lapis dan tiga potong


Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kueh serabi, Selesai bersantap tentu saja harus makan buah buahan sebagai pencuci mulut, dia cuma
makan tujuh belas biji pisang, empat puluh biji buah apel dan lima biji semangka.
814 Mau tak mau Bu ki memang harus kagum kepadanya,
Ia benar benar tak bisa membayangkan, andaikata napsu makan orang ini lagi baik, berapa
banyak makanan yang bakal ditelan olehnya"
Napsu makan sendiri selamanya baik, tapi semua makanan yang telah dimakannya selama
setengah bulan terakhir ini jika dijumlahkan, ternyata masih kalah banyak dibandingkan
dengan hidangan yang dimakan Tong Koat dalam sekali makan.
Tong koat kelihatan murung sekali, dia murung karena masih ada beberapa biji semangka
yang belum habis dimakan.
Sambil menggelengkan kepala dan menghela napas panjang, gumannya berulang kali
"Bagaimana ini" Aku sudah tak mampu untuk memakannya lagi, aai......bagaimana ini?"
"Aku punya sebuah akal bagus" seru Bu ki.
"Apa akalmu itu" cepat katakan!"
"Bila tak bisa dimakan lagi, lebih baik jangan dimakan!"
Tong Koat berpikir sebentar kemudian sambil bertepuk tangan ia tertawa tergelak.
Pendekar Sejagat 2 Kisah Si Pedang Terbang Karya Kho Ping Hoo Suling Emas Dan Naga Siluman 18
^