Pencarian

Hong Lui Bun 10

Hong Lui Bun Karya Khu Lung Bagian 10


(engkoh tua) ?" karena kagum orang tua ini ingin mengangkat
pemuda ini menjadi saudara ciliknya.
Llok Kiam-ping cerdik pandai, sudah tentu dia maklum
maksud orang, lekas dia menjura seraya berseru: "Mohon Lokoko
suka memaafkan sikap kasarku barusan."
Ouwyang Tekspoh b erg elak tawa. serunya: "Adik cilik,
jangan begitu. Selama hidup engkoh tua ini hanya kagum dan
tunduk kepadamu." Ibarat kencangnya luncuran anak panah, itulah keinginan
Llok Kiam-ping sekarang untuk selekasnya pulang kemarkas
Hong-luibun di Kwi- hun-ceng, maka segera dia minta diri
untuk berangkat, namun apapun ouw-yang Tek-poh tidak
mengidzinkan, mengingat hubungan sudah terjalin, sungkan
menolak maksud baik orang banyak pula, terpaksa Llok Kiamping
menunda perjalanan semalam, hari ketiga pagi baru dia
pamit dan menempuh perjalanan-
Sementara Thi-ci-kim-hoatJi Thian-siu setelah menimbang
terimakan urusan-urusan piauklok yang belum selesai kepada
Tin- wan Piauklok^ hari itujuga dia berangkat bersama istrinya
pulang ke Ko-yang di Shoa- tang.
Kini mari kita ikuti perjalanan Llok Kiam-ping dan lain-lain
setelah meninggalkan kota Lam-jang, Siang malam mereka
menempuh perjalanan menuju ke Un-ciu pulang kemarkas
pusat di Kwi-hun-ceng, sampai hari itu mereka sudah
menempuh perjalanan tiga hari tiga malam, sedikit istirahat
namun makan kenyang, namun manusia mana tidak akan
lelah, kalau mereka masih kuat menempuh perjalanan sehari,
namun kuda tunggangan mereka sudah tidak tahan lagi.
Untunglah saat itu mereka tiba disebuah kota kecil, memilih
warung arak merekapun beristirahat di sana. Hay-bun-gau
adalah sebuah desa besar yang terletak dipersimpangan jalan
yang menembus keberbagai arah kota besar, perdagangan di
sini cukup ramai kaum pedagang, atau pelancongan banyak
yang liwat desa ini, saat itu tiba saatnya pasaran, maka
warung arak itu penuh sesak ramainya luar biasa.
Setelah memilih tempat Llok Kiam-ping beramai sibuk
makan dan minum. Sekilas matanya melirik dilihatnya dipojok
dinding sebelah kanan duduk seorang pemuda, berpakaian
petani, caping rumput yang lebar di atas kepala ditarik turun
menutupi alis, makan seorang diri dengan lahap tanpa
berbicara, sambil mengunyah makanan sering dia melirik
kearah rombongan Llok Kiam-ping Tampak alisnya sering
berkerut dan mimik mukanya terasa aneh.
Thi-pi-kim-to sudah setengah umur berkelana di Kangouw,
pengalaman dan pandangan matanya cukup luas dan tajam,
secara diam-diam d iapun perhatikan gerak gerik pemuda
yang mencurigakan ini, dalam hati dia menggerutu, karena
sorot mata si pemuda tidak bermaksud jahat, sikapnyapun
kelihatan prihatin- Setelah makan kenyang dan puas minum Tan Kian-thaypun
membayar rekening, beramai orang banyak menempuh
perjalanan pula. Sejam kemudian waktu mereka membelok
kearah kanan dan memutar dari samping bukit, terdengar
seekor kuda dibedal kencang dari belakang, dalam sekejap
kuda itu sudah memburu dekat. orang banyak berpaling
kebelakang, semua memandang heran dan mendelong,
ternyata yang membedal kuda dari belakang bukan lain adalah
pemuda yang tadi makan minum sendiri dalam warung arak
itu, caping bambunya sudah terangkat diatas kepala,
dandanannya juga tetap seperti petani.
Dikala orang banyak curiga dan menghentikan kuda serta
memutar balik, pemuda itu bersama kudanya juga sudah
memburu dekat sejauh tiga tombak. mendadak dia menarik
tali kekang, seketika kuda itu menghentikan larinya terus
berjingkrak berdiri dengan kaki belakang sambrl meringkik.
setelah kudanya berdiri tega r pemuda petani itu lamas
menjura, katanya dengan tertawa:
"Mohon kalian sudi berhenti sejenak. mohon tanya apakah
kalian maupergi ke Un-ciu"'
Serius wajah Llok Kiam-ping, dia tampil bertanya: "Tuan
siapa, sudi menjelaskan maksud kedatanganmu ?"
Sesaat pemuda itu diam sambil mengamati, lalu berseru:
"Kau adalah ciang..."
Tiba-tiba dia celingukan seperti kuatir didengar orang, lalu
menyambung dengan suara lirih, "ciangbunjin, sungguh kau
membuat kami menunggu dengan gelisah. Aku yang rendah
mendapat perintah Yu-huhoat untuk menyambut
kedatanganmu." Llok Kiam-ping tahu urusan cukup genting, maka dia
bertanya: "Bagaimann keadaan Yu-huhoat" Dimana dia
sekarang ?" "Tempat ini tidak cocok untuk bicara silakan ikut cayhe."
"lalu pemuda itu putar kudanya menerobos semak
dipinggirjalan dicongklang kearah selatan-
Karena si pemuda adalah orang sendiri lantas Llok Kiamping
memberi tanda kepada rombongannya terus mendahului
bedal kudanya memasuki semak-semak pula. Pemuda itu
bawa mereka kesebuah hutan lebat, baru melompat turun
serta menekuk lutut menyembah kepada Llok Kiam-ping,
serunya: "Aku yang rendah Thlo Ping, menyampaikan sembah
hormat kepada ciang bun."
Sebelah tapgan Llok Kiam-ping menariknya berdiri,
katanya: "Sembahmu kuterima. lekas jelaskan bagaimana
keadaan di sini ?" Sejak ciangbun dan coh-huhoat berangkat, belum ada satu
bulan, suatu hari Ha m-ping-lo-mo membawa anak buah
Tang-ling dan IHwe-hun-bun mengadakan serbuan secara
mendadak. Yu-huhoat dan sigede Siang Wi berjuang matimatian,
namun musuh terlalu banyak dan kuat, kekuatannya
kita terpencar lagi, walau musuh berhasil ditumpas namun Yuhuhoat
juga terpukul luka parah oleh Lo-mo, terpaksa dia
mengundurkan diri dan buru-buru membawa nona Siau Hong
yang terluka bersama Ki-ling-sin Siang Wi mundur ke San-sinblo
kira-kira sepuluh li diselatan Kwi-hun-ceng... "
"Apa nona Siau Hongjuga terluka ?"
"Iya, terluka oleh Ham-ping-ciang, lukanya cukup parah.
Seratus li disekitar kota Un-ciu, anak buah dan mata-mata
musuh tersebar luas, terpaksa aku yang rendah menyamar
dan bergerak disekitar daerah ini menunggu kedatangan
ciangbun, kami kuatir ciangbun terjebak kedalam perangkap
mereka. sekarang waktu sudah mendesak, kita harus cepatTiraikasih
Website cepat sampai ditempat tujuan.' lalu dia mendahului cemplak
kepung g ung kuda di larikan kedalam hutan-
Dialas belukar perjalananjelas lebih susah, maka mereka
harus putar kayuh cukup lama baru tiba didataran rendah
yang lapang sebuah sungai lebar dua tombak mencegat
perjalanan mereka, mereka menyusuri sungai kearah hulu,
yang ditempuh daerah pesisir berpasir batu lalu menembus
hutan lebat pula, hakikatnya "bukan jalan aman yang mereka
tempuh. Kalau tiada orang yang menunjukjalan, apapun
mereka takkan bisa berada dihutan belantara ini.
Mereka terus maju kira-kira dua jam lagi, baru darijauh
kelihatan diantara lebat nya hutan ditengah pegunungan sana,
berdiri sebuah kuil kecil. Pada saat itu sang dewi sudah
menongol dari sembunyiannya, mereka masih berada ditengah
hutan, yang terdengar hanya lolong binatang dan pekik kera,
rasanya seram menakutkan.
Akhirnya mereka tiba didepan kuil kecil, pintu tertutup
rapat, Thlo Ping bawa mereka mutar kebelakang, terlebih dulu
dia melempar tiga batu secara beruntun, baru orang banyak
diajak turun dari punggung kuda melompati ragar tembok
masuk kedalam kuil. Kecuali sebuah ruang pemujaan, kuil kecil ini hanya punya
dua kamar kecil, dari kamar sebelah kanan keluar dua pemuda
berpakaian ringkas, mendadak melihat kedatangan Llok Kiamping
dan lain-lain, semula mereka terperanjat dan
melenggong, akhirnya mereka berjingkrak girang dan
menyambut dengan terisak: 'ciangbunjin, akhirnya kau
pulang." buru-buru mereka berlutut.
Lekas Llok Kiam-ping papah mereka bangun terus beranjak
ke dalam kamar. Dilihatnya Ginji^tay-beng duduk miring
membelakangi dinding diatas ranjang, kedua matanya
terpejam, dadanya tampak turun naik dengan keras, wajahnya
yang kurus pucat tampak kuyu, deru napas yang tersengal
diselingi rintih a n, jelas lukanya teramat parah, untung
Lwekangnya cukup tangguh, sekuatnya dia masih bisa
menjaga Hiat-to penting diatas tubuh sehingga luka-luka tidak
tambah parah jantungpun terlindung, walau sekarang sudah
merasa tak tahan lagi, namun otaknya masih sadar,
mendengar suara keributan diluar, mendadak dia membuka
mata. begitu membentur wajah Llok Kiam-ping, sekujur badan
mendadak mengejang, mulutnyapun melengking: "ciangbun...
' orang nyapun roboh keringat sebesar kacang bertetesan.
Luka dalam Gin-j^ay-beag memang teramat parah.
napasnya jug a tinggal satu-satu kini melihat Llok Kiam-ping
mendadak muncul seperti jatuh dari langit, saking kaget dan
girang, hawa murni yang ditahan-tahan selama inipun buyar
seketika, kontan dia jatuh pingsan-
Llok Kiam-ping memburu keping gir ranjang, dengan
kencang dia pegang kedua tangan Ginjutay-beng yang kurus
kering, katanya berlinang: "Yu-huhoat, kenapa kau " Tak usah
sedih, semua terjadi karena kecerobohanku, sehingga markas
kosong membuat kau dan orang banyak menderita"
Kedua tangannya segera bekerja cepat dan telaki jarinya
menutuk beberapa Hiat-to ditubuh Giniji-tay-beng, sesaat
kemudian dia mulai mengurut dan memijat, pengobatan yang
dilakukan berlangsung selama sebatang dupa terbakar habis,
barulah Giniji-tay-beng mulai bergerak dan siuman, matanya
berlinang air mata menatap Llok Kiam-ping, katanya setelah
menghela napas: "Aku memang tidak becus, sehingga markas
jatuh ke tangan musuh, aku malu terhadap ciangbun dan para
kawan-.. " suaranya makin lirih akhirnya dia tertidur pulas.
Kebetulan si gede Siang Wi sedang melangkah masuk dari
luar, matanya kelihatan masih ng antuk, berjalan masuk
sambil kucek- kucek. mendadak melihat d id a la m kamar
banyak orang, seketika dia terbelalak. bila melihatjelas
kehadiran Llok Kiam-ping, seperti ketiban rejeki saja
mendadak dia berjingkrak seraya menubruk kedepan ranjang
dengan kedua lengan yang kekar dia memeluk Kiam-ping
serta berteriak girang: "Bocah cilik, akhirnya kutemukan kau
lagi, Marilah, cepat kau beri aku makan, selama beberapa hari
ini aku sudah kelaparan " lalu dia pegang tangan Llok Kiamping
diseret keluar. Kiam-ping kewalahan terhadap bocah gede yang goblok ini,
setelah mengeringkan mulutnya baru dia berhasil membujuk si
gede. Kedua pemuda itupun ikut masuk serta memberi
penjelasan keadaan di sini selama ini. Ternyara setelah pindah
kekuil ditengah hutan ini. karena harus merahasiakan, maka
siapapun tidak boleh sembarang a n keluar, hanya Tho Ping
seorang yang ditugaskan keluar dengan menyamar untuk
menyirapi berita dan menunggu kedatangan Llok Kiam-ping
yang lain setapakpun tak boleh keluar pintu. Makanan
merekapun hanya binatang buruan, buah buah atau burung
yang dipanggang, jadi mengalami kehidupan seperti manusia
purba. Sungguh bukan kepalang perih hati Llok Kiam-ping, lakas
dia keluarkan dua kelopak Soat-lian, masing-masing untuk
Giniji-tay-beng dan Siau Hong. Kiam-ping angkat Ginjutaybeng
serta dibalik tidur tengkurap. sambil kerahkan hawa
murni dike dua lengan beruntun dia menutukpula puluhan
Hiat-to disekujur badan Gin-j^ay beng^ Terakhir dia menarik
napas panjang menghimpun hawa murni serta meng
konsentrasikan pikiran, ke dua telapak tangan menekanBingbun-
hiat Ginju^ay-beng, serangkum hawa murni merembes
kebawah orang tua itu. Setanakan nasi kemudian wajah Ginij.^ay-beng yang putih
mulai semu merah, napasnya juga mendesau berat, mulutnya
merintih. Llok Kiam-ping juga menarik napas lega, sekujur
tubuhnya basah kuyup oleh keringat, segera dia duduk samadi
memulihkan tenaga, beberapa kejap lagi dia membuka mata
lalu beranjak turun masuk kekamar sebelah, dlmana Siau Honjuga
sedang rebhah diatas ranjang.
Waktu pandangannya membentur tubuh Siau Hong
seketika hatinya mencelos, sesaat lamanya dia berdiri
melenggong didepan ranjang.
Lekas Thi-pi-kim-to Tan Kian-tay bertanya: "Kenapa
ciangbun, Bagaimana keadaan nona siau Hong, apakah masih
bisa ditolong ?" Sedih suara Kiam-ping: "semula luka-lukanya tidak berat,
namun karena tak tahu cara menyalurkan tenaga
menyembuhkan luka, ketambah tertunda terlalu lama, hawa
racun dinc sudah merasuk ke isi perut, Soat-lian memang
berkhasiat dapat meng hidupkan jiwa orang yang hampir mati,
tapi karena terdesak oleh hawa beracun sehingga khasiatnya
tidak bisa bekerja. Sekarang dia perlu ditolong oleh seorang
dengan tenaga luar, mendesak keluar hawa beracun sekaligus
mendorong khasiat Soat-lian bekerja lebih tuntas cuma... "
sampai d is ini tampak dia bimbang dan tak berani
meneruskan- Thi-pi-kim-to Tan Khian-that" cukup tahu dan maklum,
mendengar penjelasan Kiam-ping dia sudah tahu kesulitan si
pemuda, maka dengan tertawa dia berkata: "Kita adalah kaum
persilatan yang berkecimpung di Kangouw. segala sesuatu
hanya dituntut dengan kewajaran dan pengertian yang
mendalam, cukup asal dalam hati berpikir bersih dan
perbuatan gena h, lebih penting menolong orang daripada
persoalan tetek bengek, untuk ini harap ciangbunjin bisa
kesampingkan rasa malu, pikiran cabul segala.^ lalu dia suruh
orang banyak keluar pintu.
Kiam-ping berpikir sejenak, akhirnya dia barkeputusan.
Perlahan dia melucuti pakaian Siau Hong serta
merebahkannya telentang, waktu dia ulur tangan dan hampir
menyentuh dadanya, seketika dia merandek^ jari-jarinya
tampak gemetar. Lekas dia pejam mata tenangkan diri,
setelah perasaan tentram kembali dia turunkan kedua telapak
tangannya, tapi begitu tanganya memegang payudara siau
Hong, gejolak jantungnya bertambah keras pula.
Maklum sebesar ini usianya kapan pernah bersentuhan kulit


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuh dengan lawan jenisnya, meski Siau Hong adalah teman
baiknya sejak kecil, tapi selama ini dia menganggapnya
sebagai adik saja, hubungan selama ini cukap wajar dibatasi
norma-norma susila cinta kasih seorang kakak terhadap adik
perempuannya, belum pernah terpikir soal cinta, apalagi
kepersoalan se^. Keadaan sekarang berbeda. untuk membuka beberapa
Hiat-to ditubuhnya yang buntu serta menyalurkan tenaga
dalam sendiri kebadan orang, terpaksa dia harus menyentuh
malah menjamah tubuh Siau Hong yang montok kenyal ini,
kalau terlambat sejenak lagi jiwa siau Hong mungkin tak bisa
ditolong lagi. Terbayang betapa lincah danjenakanya S:au
Hong diwaktu kecil, timbul rasa kasih sayangnya yang tebal,
maka dia tenangkan pikiran, namun jantungnya masih
berdebar. Maklum kulit badan yang halus putih sebersih
batujade dengan sepas ana buah dada yang kenyal dan
menantang, tercium pula bau perawan, karuan Kiam-ping
seperti mabuk dibuatnya. Akhirnya Kiam-piang gigit bibir dan menarik napas panjang,
setelah tenaga terhimpun, dia salurkan tenaga murni dari
pusar ketelapak tangan, mulai dia menutuk tiga puluh enam
hiat-to ditubuh siau Hong, lalu dimulai pijat dan urut pula,
gerakan kedua tangannya makin lama makin cepat, sekujur
badan Siau Hong mulai gemetar seiring dengan gerakan kedua
tangannya. Sesulutan dupa kemudian, kepala Kiamping sudah
terbungkus uap putih, keringat gemerobyos,jelas dalam usaha
menolong jiwa Siau Hong ini dia terlalu makan tenaga,
Beberapa kejap lagi tampak uap hitam yang bau amis mulai
merembes keluar dari pori-pori kulit Siau Hong lambat laun
warna hitam berobah hijau lalu menjadiputih. Di sinilah
kelihatan usaha karya Llok Kiam-ping ternyata tidak kepalang
tanggung. Untuk membalas luhur budi sahabat diwaktu
kecilnya ini, tanpa segan-segan dia rela mengorbankan tenaga
murni sendiri untuk menjebol Ki-keng-pat-meh ditubuh Siau
Hong sehingga jalan darah dan urat nadi yang buntu terjebol
seluruhnya. Siau Hong sendiri mimpi juga takpernan terpikir, karena
kecelakaan kali ini dia memperoleh rejekipula, disamping
memperoleh bantuan khasiat Soat-lia n, saluran tenaga Kiamping
menembus Ki-kong-pat-meh nya, sehingga tenaga
dalamnya maju berlipat ganda.
Kira-kira sejam kemudian, paras Siau Hong sudah teratur,
matanya mulai bergerak ternyata dia sudah siuman-
Yang terasa pertama kali adalah sekujur badan dingin,
waktu dia membuka mata ternyata pakaian sendiri sudah
dilucuti, sepasang telapak tangan ternyata sedang menekan
kedua payudaranya, hawa hangat terasa tersalur dari telapak
tangan orang karuan kagetnya bukan kepalang, seketika
matanya mendelik. Seketika rasa malu dan gusar merangsang hatinya, sekujur
badan seketika mengigil, namun setelah dia melihat jelas
pemuda yang berusaha menolong jiwanya ternyata adalah
sang perjaka yang selama ini dirindukan, legalah hatinya,
namunjantung berdebar lebih keras. Selebar mukanya merah
jengah, dengan perasaan malu dia melirik kearah Llok Kiamping
lalu memejam mata pula. Saluran tenaga murni Kiam-ping saat itu sudah mencapai
saat-saat yang paling kritis, kuatir konsentrasi buyar,
usahanya bukan saja gagaljiwa si nonapun mungkin bisa
amblas maka dia lebih giat salurkan tenaganya, uap putih
diatas kepalanya seperti bergolak turun naik, jelas dia sendiri
sudah teramat payah. Hawa beracun dingin dalam tubuh Siau Hong sudah
merembes keluar seluruhnya, sekujur badan terasa segar dan
enteng, pikiran jernih pula. Dia maklum pujaan hatinya sedang
salurkan tenaga murni sendiri membantupenyemhuhan
badannya yang keracunan, disamping diapun rasakan Ki-kengpat-
meh dalam tubuhnya sudah tembus. Karuan rasa senang
bukan kepalang, hatipun manis mesra pula.
Bila dia melihat wajah Kiam-ping tampak pucat dengan
keringat bertetesan, sepasang bola matanya yang bundar jeli
seketika berkaca-keca air mata, saking haru dia sampai
menangis. Saat itulah Kiam-ping sudah menarik kedua tangannya
serta menarik napas panjang, beberapa kejap lagi dia duduk s
a mad i, akhirnya diapun membuka mata dan berdiri.
"Ping-ko," panggil Siau Hong lirih dan mesra. Langsung dia
menjatuhkan diri kedalam pelukan Kiam-ping sambil
sesenggukan- Maklum tubuhnya yang masih perawan, suci bersih telah
terjamah oleh lelaki pujaan hatinya ini, maka selama hidup ini
dia tidak akan menikah dengan orang lain-
Rasa rindu dan cintanya yang terbenam selama beberapa
hari ini, sekarang meledak tertuang dalam isak tangisnya,
pelukannya semakin kencang, raut wajahnya yang kurus pucat
terbenam d id a la m dada Llok Kiam-ping.
Llok Kiam-ping sendirijuga tidak kuasa membendung
perasaan, tiba-tiba dia tarik dagu Siau Hong hingga tengadah
bibir orang terus dilumatnya dengan bernafsu, Siau Hong
mengeluh perlahan penuh kenikmatan, diapun balas
merangkul lehernya, begitulah kedua muda mud i ini sama
melepas rindu selama ini dalam peluk cium yang manis mesra.
Untunglah Kiam-ping masih kuat menguasai diri, mendadak
dia tersentak sadar, tanyanya perlahan dengan napas
memburu" "Siau Hong, bagaimana perasaanmu sekarang ?"
Mata Siau Hong setengah terpejam seperti masih
menikmati sisa-sisa kemesraan barusan, segera dia
mengangguk. setelah menarik napas panjang baru dia bicara:
"Pingko, sekali pergi selama itu kau tidak pulang, aku
menunggumu d elna n tersiksa, hampir gila rasanya. Kwi-hunceng
sudah jatuh ketangan kawanan iblis, selanjutnya aku tak
puny a rumah lagi. Ping-ko selanjutnya mau hidup diujung
langit atau berkelana di Kangouw^ hanya kaulah tulang
punggungku, kemana kaupergi aku akan selalu berada
disampingmu .. -. "terbayang akan nasibnya, seketika dia
terisak sedih. Kiam-ping merasa iba, maka dia memeluknya pula serta
menciumi rambut, mata, hidung lalu dilumatnya pula bibir Siau
Hong. cukup lama mereka tenggelam dalamperpaduan cinta
murni, akhirnya Kiampingpula mengakhiri ciumanpanjang itu,
katanya: "ceritanya amatpanjang, nanti kuceritakan, kau baru
sembuh, badan masih lemah, perasaan tidak boleh diburu
nafsu, selanjutnya kau harus melegakan hati, Siau Hong asal
kau...", selanjutnya tidak kuasa dia melanjutkan-
Perasaannya sekarang serba kontras, dengan Le Bun dia
sudah sumpah setia sehidup semati, mana boleh dia
mengabaikan cintanya terhadap Le Bun " Tapi keadaan
memaksa d la berbuat drm.ikian apalagi Siau Hong disamping
harus dikasih ani. jug a amat mencintai dirinya, jiwanya yang
polos dan suci serta agung pula, kini hidup sebatang kara. lalu
bagaimana dirinya harus mengatur persoalan ini" Soal cinta,
tokoh besar siapapun memang akan merasa pelik bila
menghadapi soal asmara. Setelah bimbang beberapa saat, akhirnya Llok Kiam-ping
bekeputusan secara diam-diam. soal ini sementara biar
ditunda dan dikesampingkan sampai d is ini, biar bagaimana
perkembangan selanjutnya. Setelah dibujuk rayu dengan kataTiraikasih
Website kata manis, baru Siau Hong menghentikan isak tangisnya dan
tertawa manis. Diluar pintu terdengar langkah orang mendatangi, lekas dia
mendorong Llok Kiam-ping terus mengenakan pakaian- Kejap
lain mereka sudah membuka pintu melangkah keluar kamar.
Ditengah ruang pemujaan kuil kecil ini, duduk berkeliling
belasan orang. laki perempuan- tua muda bercampur, mereka
duduk bersila tanpa bersuara, wajah mereka tampak prihatin
seolah-olah perasaan mereka tertekan dan memikul suatu
kekuatiran yang tidak kepalang tanggung. Mereka bukan lain
adalah ciangbUnjin Hong-lu^-bun Llok Kiam-ping dan lain-lain
sedang berunding cara bagaimana selanjutnya mereka akan
menghadapi musuh. Dengan suara berat tertekan Llok Kiam-ping buka suara:
"Yang hadir di sini semua adalah insan persilatan yang gagah
berani, menempuh perjalanan jauh drm.i berjuang untuk
kepentingan Hong-lui-bun kita, beberapa dlantaranya belum
menjadi anggota secara formil, tapi bolehlah kuanggap
sebagai salah satu tenaga militan dari orang kita sendiri."
sampai di sini dia berhenti menyapu pandang hadirin lalu
melanjutkan, "Aku sendiri masih hijau dan kurang becus
hingga kita disergap musuh, anggota kita banyak yang
menjadi korban atau melarikan diri untuk ini aku sungguh
merasa malu dan menyesal. Kini musuh sedang melebarkan
sayapnya dengan seluruh kekuatannya sedang mencarijejak
kita, bila perlu kita akan diganyang habis dengan keaka rakarnya.
Maka aku berpendapat daripada kita duduk di sini
menunggu kematian, lebih baik kita menempuh jalan bahaya,
kemungkinan masih ada kesempatan merebut posisi yang
lebih baik. Tapi kekuatan musuh amat besar, kurang
menguntungkan kalau kita melawan secara kekerasan, maka
kita harus mencari akal yang sempurna, kita harus bersatu
pada siap bertempur sampai titik darah terakhir. Yakin kita
akan berhasil mengusir penjajah dari markas pusat kita di KwiTiraikasih
Website hun-ceng. Dikalangan Kaugouw pengalaman kalian cukup
luas, yakin pasti dapat ikut menyumbangkan pikiran untuk
memecahkan kesulitan ini, sehingga kita berhasil merebut
situasi," Tan Kian-thay angkat bicara: "Kekuatan musuh tersebar
rata, pertama kita harus mencari tahu keadaan musuh lebih
dulu, baru kita bersiap menyergapnya, secara bergerilya,
lambat tapi pasti usaha kita akan membawa pengaruh dan
hasil yang besar, tahu kekuatan lawan baru bisa mengukur
kekuatan sendiri. setiap bertempur pasti menang."
Gin-jintay-beng ikut buka suara: "Menurut laporan yang
diperoleh belakangan ini, Ham-ping-klong sudah kerahkan
seluruh kekuatannya hijrah ke selatan, disamping mereka
menggaruk pula tidak sedikit jago-jago kosenBulim didaerah
ini, tujuannya jelas hendak bersimaharaja di sini. Dalam arena
seluas beberapa li disekitar Un-ciu tersebar mata-mata
mereka. Tapi sejauh ini Ha m-ping-lo-mo sendiri belum pernah
terlihat Jikalau musuh terlalu tangguh, sepantasnya kita juga
mencari bala bantuan." demikian usul Tan Thian-thay.
Tapi urusan sudah mendesak, Llok Kiam-ping sudah tidak
bisa mengulur waktu lagi, katanya dengan mengerut alis:
"Markas pusat tidak boleh lama diduduki kawanan tikus
sayang coh-huhoat, Lo-kokoJian-li-teksheng dan Suma
Samtejuga belum datang, jikalau tidak tahu keadaan di sini
mereka menyerempet bahaya menyerbu kemarkas dan kena
sergap. bukankah pengorbanan mereka sia-sia" oleh karena
itu aku berpendapat selekasnya kita harus bergerak lebih
menguntungkan- Pi-lik-jiu ciu Khay memang berangasan, sudah setengah
hari dia diam dengan rasa sebal, sekarang dia angkat bicara:
"Betul, urusan tidak boleh ditunda, meski kita harus
mengorbankan jiwa juga harus merebut kembali Kwi- hung-
Ceng." Mulut si gede Siang Wijuga tidak mau menganggur,
serunya: 'Marilah kau menjadi pelopor bersamaku. Terus
terang kulit badanku tebal, tidak takut ditutuk atau dipukul, Ha
m-ping- elang iblis tua itupun kuat kuhadapi beberapa kali."
pada hal di luar tahunya bahwa dia hanya keserempetsaja
oleh Ha m-ping- elang iblis tua, kalau tidak Gin-jintayhengjuga
tidak akanterluka separah itu, jika la u pukulan orang telak
mengenai tubuhnya. jiwanya pasti sudah melayang. Dasar
orang jujur, dalam hati ingin melakukan, setelah dikatakan
maka kita segera menarik lengan ciu Khay terus diseretnya
keluar. Lekas Kiam-ping mencegah, katanya:
'Kalian begini gagah bersemangat membantu kepentingan
kita, cayhe sungguh kagum dan haru, namun urusan ini
betapapun tidak boleh diurus secara gegabah, harap
persoalan dirundingkan dulu, setelah ada putusan konkrit baru
kita bertindak." Gin-jintay-berg tidak sabar lagi, kata nya penuh kebencian:
"ciangbun, bahwa Kwi-hun-Ceng jatuh ketangan musuh
lantaran aku tidak becus mempertahankannya, umpama d is
ana ada gunung golokjuga akan kupertaruhkanjiwa tuaku ini
untuk merebutnya kembali."
Melihat betapa besar semangat juang para hadirin, sukar
dilukiskan dengan kata-kata, saking haru air matanya
bercucuran, tapi segera dia menyentak semangat dan berkata
dengan tertawa: "Kalian begini gagah berani, ini merupakan
keberuntungan Hong-lui-bun kita, namun urusan memang
tidak boleh ditunda, padahal mata- mara musuh tersebar luas,
maka kalian harus bergerak secara rahasia dan hati-hati.
MenurutpendapatkuTan-losu dan lain-lain yang belum pernah
muncul dipihak Hong-lui-bun kita masih dapat bergerak bebas,
Thi Ping boleh memimpin kalian berangkat langsung ke Un-ciu
lewatjalan raya, sepanjang jalan harus perhatikan jejak cohTiraikasih
Website huhoat danJian-li-tok-heng, bila perlu segera mengadakan
kontak dengan mereka. Sementara cayhe bersama Yu-huhoat
dan lain-lain akan berputar lewatjalan pegunungan langsung
menuju ke Kui-hun-ceng." lalu dia mohon perdapat hadirin
yang lain- Ternyata hadirin setuju akan rencananya secara
mutlak. "Begitupun baik," ucap Tan Kian-thay, tapi sebelum masuk
perkampungan sebaiknya kita menjanjikan suatu tempat lebih
dulu untuk mengumpulkan kekuatan, supaya kekuatan tidak
terpencar.' "Baiklah drmikian. kita akan kumpu1 di hutan buah pir
diluarpintu timur kota Un-ciu." kembali Llok Kiam-ping
memberikan putusan. Setelah rapat usai dan orang banyak bubaran, Thlo Ping
bersama Tan Kian-thay bertiga masuk kekamar
mempersiapkan diri dandan dengan s a mara n bentuk lain,
mengingat kuda tunggangan bisa menarik perhatian, maka
mereka pun berjalan kaki, langsung menuju ke ceng-dian lebih


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dulu. Sementara itu Llok Kiam-ping juga sudah mempersiapkan
diri, tengah malam nanti merekapun akan berangkat, Semula
dia kuatirkan kesehatan Siau Hong maka dia membujuknya
supaya tinggal disini merawat kesehatan, tapi Siau Hong
sudah bertekad untuk ikut, apapun dia tidak mau tinggal. Apa
boleh buat terpaksa Kiam-ping membawanya.
Marilah kita ikuti d ulu perjalanan Tan Kian-thay berempat
yang berjalan kaki, kira-kira menjelang magrib hari kedua,
mereka sudah memasuki keresidenan ceng-dian-Begitu masuk
kota lantas mereka dapatkan pada setiap sudut atau tempattempat
gelap pasti terdapat beberapa lelaki kekar berwajah
bengis, dengan pandangan^ melotot mereka awasi setiap
orang yang berlalu lalang didepannya.
Sebagai kawakan Kangouw sudah tentu Tan Kian-thay tahu
akan situasi yang genting ini, diam-diam dia memberi lirikan
mata kepada ketiga temannya, dengan kalem mereka terus
maju kedepan tanpa hiraukan keadaan sekelilingnya.
Disebuah ujung jalan sekilas dia melirik. dilihatnya
agakjauh dibelakang dua bayangan sedang menguntit.
Batinnya: "Kawanan tikus ini berani menguntit terangterangan,
biarlah nanti akan kuberi tanda mata diatas
tubuhnya." Diam-diam dia memberi kisikan kepada ketiga temannya
untuk tahan dan bertindak menurut gelagat, dengan tenangtenang
mereka terus maju kedepan, namun langkah
dipercepat, tujuannya keluar kota.
Lekas sekali mereka berada ditempat yang sepi dan
sekelilingnya adalah tanah tega la n yang penuh semak
belukar, Tan Kian-thay saling berbisik dengan Pi-lik-jiu,
mendadak dia menyelinap sembunyi d .bela kang sebuah
pohon, sementara tiga orang yang lain terus jalan kedepan-
Sekali lompat pula dia menyelinap masuk hutan-
Kebetulan jalan disana lurus setelah tiba di ujung belokan,
kedua orang dibela kang itu mempercepat langkah hingga
jarak menjadi lebih dekat, karuan mereka heran dan berteriak
kaget: "Eh, memangnya kita lihat setan, tadi jelas empat
orang. kenapa dalam sekejap ini hanya tinggal tiga,
memangnya yang satu menyembunyikan diri ?"
"Kurasa dia tidak akan larijauh, Lo-llok, lekas kau kejar
kearah sini, biar aku berputar ke sana menempuh j a la n
pendek mencegat disebelah d-pan," Tapi sebelum mereka
bergerak tiba-tiba sebuah tawa dingin disusul seorang
berkata: "Kenapa harus putar kayun membuang tenaga. Tuan
bersama sudah menunggu kedatangan kalian-" .
Dengan kaget kedua orang itu membalik, tampak dua
tombak dibawah pohon sana berdiri seorang lelaki berpakaian
petani, dengan tersenyum ramah mengawasi mereka, seketika
mengkirik bulu kuduk mereka, tapi dengan bengis dia
membentak: "Agakn,ya saudara pandai menyembunyikan diri.
Tapi kau harus tahu daerah iri sudah termasuk kekuasaan Ha
m-ping- klong, kau datang dari mana mau kemana, jawablah
terus terang supaya tidak menyesal."
Thi-pi kim-toTan Kian-thay-laki-laki yang menyamar petani
b erg elak tawa, katanya "Jalan raya besar milik umum,
siapapun boleh mondar-mandir di sini. memangnya Ha mping-
klong kalian berani melanggar undangundang kerajaan"
Sebaliknya kalian berdua menguntit sejak dari kota, apa
maksud tujuan kalian, tolong jawab dan beri keadilan."
Tatapan matanya yang tajam membuat kedua orang itu
lebih mengkirik lagi. tapi mengingat nama besar Ha m-pingklong,
dengan memberanikan diri salah satu berkata
"Pertanyaanmu boleh kau ajukan kepada Tongcu kami, nah
sahabat, kalau berani mari ikut aku menghadap beliau" habis
bicaca serempak mereka putar badan terus angkat langkah
seribu. Tapi baru beberapa langkah, mendadak bayangan orang
menubruk dari atas. ternyata Pi-lik-jiu ciu Khay dan coh-sianghwi
Tiau-Kong sudah menyergap dari atas pohon dan berhasil
membekuk mereka, sekali telikung keduanya lantas meringis
kesakitan-Tan Kian-thay tertawa dingin, katanya:
"Saudara, kalian jual apa " Dan kami minum apa " Kita
sama-sama tahu, asal kalian maujelaskan gerakan pihak Ha
m-ping-klong belakangan ini, kami tidak akan membunuh
kalian-" Kedua orang itu meringis kasihan, kata seorang: "Kami
berkedudukan rendah, apa yang diketahuijuga terbatas, kami
hanya menjalankan tugas. Tiga hari yang lalu kedatangan dua
kakek yang mencari tahu letak kedudukan markas pusat
Hong-lu^-bun, akhirnya bentrok dengan Tok-kak-kiau cin
Kong seorang Hiangcu kami yang berkedudukan d is ini,
ternyata kedua kakek itu memiliki Kungfu tinggi, orang kita
banyakjatuh korban. Tongcu sudah memberi laporan kilat ke
markas pusat, maka sudah dijanjikan untuk membuat
perhitungan mala n ini didepan Gickshud-si yang terletak d iba
rat kota. Maka kami ditugaskan untuk menguntit orang-orang
yang patut dicurigai. Hanya drm.ikiansaja yang bisa
kuterangkan, kalian boleh silahkan melanjutkan perjalanan-"
Thi-pi-kim-to Tan Kian-thay menduga kedua orang itu pasti
punya sangkut paut erat dengan Hong- lui- bun, maka dia
tutuk Hiat-to kedua orang serta disembunyikan dalam hutan-
Sore itu mereka berempat mampir di sebuah warung yang
berada d id es a yang jauh dari kota setelah makan malam,
mereka berputar kearah barat lalu membelok menuju ke kota
barat. Kira-kira kentongan kedua mereka sudah berada
ditegalan di luar kota barat.
Kuil itu berdiri tunggal ditanah tegalan yang belukar, seperti
orang tua sebatang kara yang sedang sakit lumpuh tak
mampu bangun lagi, demikianlah keadaan kuil bobrok itu,
pintunya sudah hampir ambruk, demikianpula temboknya
sudah berlobang, jelas kuil ini sudah lama tidak dihuni dan
diurus oleh manusia. Kedatangan mereka terlalu dini, masih lama untuk
menunggu waktu yang dijanjikan maka dengan leluasa
mereka dapat mencari tempat sembunyi.
Kira-kira beberapa jam kemudian, dari arah kota tampak
mendatangi beberapa bayangan orang. Langsung mereka
menuju ke arah Kuil ini dan berdiri ditanah lapang di depan
kuil. Dua orang yang menjadi pimpinan rombongan orang ini
berperawakan ting g i, jeng got panjang menyentuh dada.
sorot mata merekapun tajam berkilat, jelas Lwekangnya sudah
tinggi, lima orang bertubuh besar berdirijajar dibela kang
mereka. Terdengar kakek disebelah kiri berkata setelah memeriksa
keadaan sekitarnya: "Waktu yang dijanjikan sudah hampir
tiba, pihak lawan masih belum kelihatan bayangannya, cinhiangcu,
apa kau tidak salah menentukan tempatnya ?"
Seorang diantara lima lelaki kekar dibelakangnya segera
menjawabnya sambil membungkuk badan: 'Lapor Tongcu,
waktu dan tempat yang dijanjikan memang betul disini,
kemungkinan setelah mendengar nama besar Ham-ping-klong
kita, pihak lawan ketakutan dan pecah nyalinya tidak berani
menepati janji." "Memangnya, pihak mereka hanya dua orang. berani
mereka mencari perkara dengan pihak Ham-ping-klong kita,
kalau mereka ngacir tidak berani menepatijanji, aku harus puji
mereka tahu gelagat malah," demikian ujar kakek berjenggot
hitam disebelah kanan, sikapnya tampakjumawa dan bangga.
"Jite, persoalan tidak boleh dianggap enteng, kabarnya
lawanjuga cukup tangguh, biasanya orang bilang kalau bukan
naga takkan berani menyebrangi sungai, jikalau mereka tidak
yakin pasti menang, tentu takkan berani menantang dan
membuat janji, biarlah kita tunggu saja dengan sabar."
Dari hutan sebelah kiri mendadak kumandang gelak tawa
keras seorang seperti auman singa katanya: "Pengalaman Yulotoa
memang patut dipuji, sejak tadi Lohu berdua sudah
menunggu kalian disini.' Belum lenyap suaranya tampak
bayangan dua orang berkelebat melucur turun ditengah
lapangan- Melihat gerakkan pendatang ini cukup gesit dan enteng.
berbareng kedua orang tua itu menyurut setengah langkah
baru sekarang mereka melihat jelas kedua lawan- Maka orang
tua disebelah kiri terloroh tawa, serunya: "Kukira slapa
bernyali besar berani mencari setori denganpihak Ham-ping
klong kiranya kau tua bangkaJian-li-tok-heng. Lalu siapa
sahabat ini, kalau teman lama s ila h ka n perkenalkan
kepada Lohu berdua." Yang datang memang betul adalahJianli-
tok-hengJinBou. Thi-pi-kim-to Tan Kian-thay berempat yang sembunyi
dalam hutan diam-diam bersorak girang, syukurlah perjalanan
mereka kemari tidak sia-sia. TampakJin Hou terkial-kial,
katanya: "Bagus, bagus, sungguh tidak nyanaJongsan-siang-hong
(Sepasang ganas dariJongsan) ternyata sudi menjadi antek
Ham-ping-klong. Yu-lo-toa, sejak berpisah diBwe-nia dulu
sepuluh tahun tak pernah bertemu, jejakmu juga lenyap tak
karuan para n, sungguh tak kuduga sekarang kau sudah
menjadi Toa tongcu dari Ham-ping-klong, sungguh patut
dipuji dan harus diberi selamat. Mari kupekenaikan inilah
saudara angkatku tertua dari K^bun-siang-kiam It-cu-kiam
Koan Yong, selanjutnya harap Yu-toa-tong-cu sudi memberi
petunjuk." nadanya sinis dan menyindir.
Ternyata kedua kakek ini adalahJongsan-siang-hong, yang
tua bernama Yu In-hwi adiknya Pek Ing, mereka adalah
saudara seperguruan, ilmu silat mereka agak serong,
menjurus kealiran sesat, namun tidak diketahui dari perguruan
mana, sepak terjang merekapun terkenal kejam dan jahat
setiap korban tiada yang diberi ampun, maka julukannyapun
sepasang ganas. Sepuluh tahun yang ^alu mereka mengganas
diBwe-nia merampok barang kawalan sebuah piauklok,
kebetulan kepergokJian-li-tok-heng, dalam adu kekuatan
Lotoa Yu In-hwi terkena sekalipukulanJian-li-tok-heng, dengan
luka parah di^a melarikan diri, selanjutnya menyepi di atas
gunung memperdalam ilmu, dalam jangka sepulua tahun ini
dia sudah berhasil meyakinkan Thay-im-ciang yang terlalu keji
dan beracun pula, timbul niat mereka turun gunung membalas
sakit hati lama, kebetulan pihak Ham-ping-klong sedang
menggaruk jago-jago silat dari golongan sesat didaerah
Kanglam, maka merekapun diundang serta diberi jabatan
sebagai Su-tong Tongcu. Kebetulan hari ini bersua dengan musuh lama,Jian-li-tokheng
malah menyinggung kejadian lama karuan terbakar
amarahnya, serunya murka: Jian-li-tok-koay,jangan membacot
melulu, hari ini Lohu akan menagih hutang kepadamu,
menarik balik modal menuntut rentenya sekalian."
"Ah sesama kawan lama kenapa harus buru-buru. Sebentar
pasti akan kula y animu sampai puas, soalnya Lohu selama ini
tidak pernah bermusuhan denganpihak Ham-ping-klong, tapi
baru aku datang kalian sudah main sergap dan menverang
secara licik dan main keroyok lagi. Pada hal kau juga punya
nama di kalangan Kangouw, kurasa kau berani terangterangan
bertindak serta memberi penjelasan latar belakang
dari aksi kalian ini."
Yu- In- hwi terkekeh lebar, katanya: "Lohujuga sedang
pikirkan persoalan ini, Jian-li-lo-koay, kau sendiri sebetulnya
punya sangkut kaut apa dengan Hong-lu^bun "' '
"Hubungan memang ada sedikit, lalu pula apa pula
persoalan kalian denganpihak Hong-lu^-bun " "
"Baiklah kujelaskan- Markas pusat Hong-lui-bun yang baru
saja didirikan, kini sudah runtuh danjatuh, setiap insan
persilatan yang mempunyai hubungan dengan Hong-lul^-bun,
pihak Ham-ping-klong pasti tidak akan membiarkannya pergi
dari daerah ciat-kang, tentu kau sudah maklum. Nah sekarang
kau bersiaplah untuk terima kematian-
Diam-diam berCekat hatiJian-li-tok-heng, dari nada
perkataan lawan dia menduga Jite (maksudnya Llok Kiamping)
kemungkinan masih ditenguh perjalanan, namun lega
juga hatinya, syukur dia seorang tua, berpengalaman dan
penuh perhitungan, perasaan hatinya tidak terbayang dimimik
mukanya, katanya dengan nada berat: "Apa tidak terlalu pagi
kau bilang demikian- Dulu dengan rasa bajik aku
mengampunijiwamu hari ini meminjam kekuatan Ham-pingklong
kau menuntut balas kepadaku, memangnya kau kira
Lohu takut, kepadamu, boleh silakan kau perlihatkan
kepadaku." Bahwa lawan menggorek boroknya dulu keruan Yu in-hwi
naik pitam, maju selangkah kedua tangan memeluk dada,
telapak tangannya mendekuk kedalam, bentaknya: "Lihat
pukulan-" Mendadak dia dorong telapak tangannya kedepan.
Tampak segulung tenaga lunak dingin menerjang kearahJianli-
tok-heng. Jangan kira angin pukulan itu seperti lunak dan menerjang
pelan, tapi semakin dekat sasarannya, ternyata damparan
kekuatannya tidak kalah dahsyat dari terjangan ombak besar,
badan seperti ditindih benda berat.
Jian-li-tok-heng sendirijuga tidak menduga, setelah sepuluh
tahun berpisah, lawan sudah meyakinkah ilmu pukulan lihay
dan dahsyat, maka dia, tidak berani gegabah. sedikit
menyingkir kesamping, berbareng kedua tangan menggelak
kedepan- G-^akan kedua tangannya menimbulkan angin ribut
laksana amukan badai, "Bung" begitu dua arus kekuatan angin pukulan beradu,
kedua pihak tergetar mundur.
DikalaJian-li-tok-heng terhenyak. Kembali Y in-hwi telah
menggerakkan kedua tangannya pula, deru angin kencang
kembali menindih tiba. kali iniJian-li-tok-heng tidak ayal lagi,
segera dia paaang kuda-kuda mengerahkan tenaga, kedua
tangan terayun menggempur kepada lawan- "Pyaar." kembali
terjadi ledakan keras begitu tenaga kedua pihak saling, bentur
terjadilah pusaran angin les us yang membumbung tinggi
keangkasa, kedua orang yang berlaga tergetar tiga kaki
kebelakang. Tapi tubuh Yu In-hwi kelihatan agak terjengkang
kebelakang, jelas dia masih kalah kuat.
KiniJian-li-tok-heng tidak memberi peluang kepada lawan,
segera dia kembangkan Sian-tian-ciang-hoat (ilmu pukulan
kilat meny amber), sekaligus dia menyerang dua belas jurus.
Tapi Yu In-hwi sekarang sudah membekal kepandaian
tinggi, dia kira setelah menggembleng diri selama sepuluh


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tahun, sekali pukul dia yakin dapat mengalahkan lawan, tak
tahunya dua gebrak permulaan adu tenaga ini, sekuatnya
dirinya masih mampu bertahan
Kini melihat lawan merobah permainan, serangan gencar
merabu datang, lekas dia memusatkan pikiran dan
mengerahkan tenaga pula, d eng a n permainan pukulan yang
aneh diapun balas memy erang sepuluh jurus Dalam sekejap
mereka saling serang tiga puluh jurus.
Dalam pada ituJi-hong Pek Ing yang berdiri dipinggir
gelanggang berkata kepada It-cu-kiam "Saudara Koan, apa
kau senang menganggur melihat tontonan saja " Sudah lama
kudengar ilmu pedangmu penuh keistimewaaannya, marilah
turun gelanggang, orang she Pek mohon pengajaran
kepadamu. " TernyataJi-hong jauh lebih teleng as dari saudara tuanya,
dia pandai melihat situasi. ilmuJian-li-tok-heng kelihatan
tangguh, kalau Lotoa mau mengalahkan musuh jelas harus
banyak makan tenaga dan menggunakan akal busuk. namun
dia yakin pihak sendirijauh lebih banyak. lawan hanya dua
orang, bila terdesak oleh keadaan, mereka bisa main keroyok,
kemenangan akhirnya pasti berada dipihaknya.
It-cu-kiam Koan Yong cukup cerdik, pihak fawan lebih
banyak. sekarang dirinya ditantang, maka dia menegak alis
dan menjengek dingin: "Kalau tuan ingin melemaskan otot,
orang she Koan boleh saja kehendakmu". dia tahu manusia
jahat berhati culas ini hakikatnya berani melakukan
kecurangan busuk apapun, maka tanpa banyak kata ingin
segera dia keluarkan pedang, berdiri tebak menunggu dan
siaga. Ji-hong Pek Ing juga tidak ragu-ragu, "Awas serangan."
bentaknya pendek lalu menerjang lebih dulu. Telapak
tangannya mengincar Hoa-kay-hiat didepan dada It-cu-kiam,
pukulannya membawa deru angin keras gerakannya jua
berbed.a dengan pukulan umum.
It-cu-kiam tidak menyingkir atau berkelit, bila angin
pukulan lawan hampir menyentuh badan, sebat sekali dia
menggeliat menghindarkan pukulan telak, berbareng pedang
ditang a n kanan menunuk dengan jurus Tok-coa-jut-tong
(ular beracun keluar lobang) ya:tg diincar adalah Wok-chiathiat.
Melihat s erang a n pedang lawan mantap dan telak. diamdiam
terkejut juga hati Pek Ing, namun urusan sudah kebacut,
jerijua tidak berguna, lekas dia kembangkan ilmu pukulan
perguruannya yang aneh dan lihay, kedua tangannya
membundar dan melingkar-lingkar terus ditepukkan secara
beruntun pula kedepan, dia berusaha merangsak lawan
sehingga mereka tak sempat balas menyerang,
Tapi It-cu-kiam Loan Yong cukup tabah, dan kalem saja
menghadapi serangannya yang menggebu, pedangnya masih
bergetar hebat mematahkan serangan lawan sambil balas
menyerang. Tampak ditengah taburan telapak tangan,
sinarpedangpun berkelebat menyamber kian kemari, makin
sengitlah pertarungan mereka.
Sementara ituJian-li-tok-heng sudah saling labrak dua ratus
jurus lebih dengan Yu In-hwi, keringat sudah membahasi
badan mereka, terutama Yu In-hwi, napasnya sudah mulai
menggeros, seperti babi yang mau disembelih. Gerak
serangan merekapun semakin lambat dan berat, setiap j urus
serangan disertai langkah kaki yang berat berdentam d ita
nah, jelas kedua pihak sudah kerahkan tenaga dalam.
Suatu ketika Pek Ing merasa mendapat peluang baik,
disertai bentakan keras, mendadak dia pergencar serangan
tangannva. Ternyata dirabu oleh serangan mendadak yang
lihay ini, It-cu-kiam kena terdesak dan mundur berulang kali.
Ternyata bentakan khusus dariJi-bong itu merupakan aba-aba
pula bagi lima lelaki yang berdiri jajar diluar arena, kelima
anggota Ham-ping klong itu serempak meraung maju
ketengah gelanggang. Disaat mereka hendak main keroyok itulah, mendadak
terdengar bentakan-bentakan keras lain dari hutan kanan,
beberapa bayangan melompat keluar menghadang kelima
orang Ham-ping- klong. Situasi berobah seketika ditengah
arena pertempuran. Siang- bong tidak tahu pihak lawan datang berapa banyak
bala bantuan- disaat mereka bingung, pada hal pertarungan
jago silat kelas tinggi. kalah menang hanya ditentukan dalam
beberapa detik -saja. hanya sekilas bimbang itulahJian-li-tok
heng dan It-cu-kiam sudah merebut kesempatan balas
merabu lawan dengan gencar.
TerutamaJian-li-tok-heng, pengalamannya lebih luas, kalau
lawan sudah berniat main keroyok. maka pertempuran ini
harus cepat dibereskan supaya pihak sendiri gampang
meloloskan diri bila situasi cukup genting, apalagi pendatang
baru itu semua asing dan tidak dikenalnya, entah kawan atau
lawan, di saat Toa-hong, bimbang itulah mendadak dia
lancarkan sejurus serangan, berbareng tangan yang lain
merogoh keluar segenggam Thi-lian-cu denganBoan-thianhoa-
thi (hujan kembang diudara ) biji-biji teratainya itu dia
timpukkan kearah kawanan Ham-ping-klong.
Sekilas melegak itu mendadak Toa-hong rasakan angin
kencang menerjang tiba, betapapun dia tidak menduga
bahwaJian-li-tok-heng dapat memanfaatkan kesempatan
sedetik itu sebaik ini, apalagijarak teramat dekat, meski dia
sudah berkelit dengan ketangkasan gerak badannya, tak
urung pundak kirinya terkena sebutir biji teratai besi melesak
kedalam tulang pundak^ saking kesakitan dan targetar oleh
tenaga serangan lawan- dia mundur tiga langkah, namunjuga
hampir terjungkal jatuh. Darah meleleh membasahi lengan,
seketika pucat lesi selebar mukanya menahan sakit.
Diantara kelima orang itu, dua orang tersambit Hiat-to
penting ditubuhnya, mereka terguling jatuh empat kaki sambil
merintih- rintih, tiga yang lainjuga terluka lecet berdarah.
Meski gusar tapi pihak sendiri sudah kalah, maka Yu In-hwi
meny ering as i sedih, katanya: "Lokoay. hari ini anggaplah
Lohu salah perhitungan, sehingga jatuh dalam tipu dayamu.
Tapi biarlah perhitungan ini kita bereskanjuga dilain
kesempatan-" Lalu dia memberi tanda kepada anak buahnya
terus berlompat pergi lenyap ditelan malam.
Melihat musuh sudah pergi lekasJian-li-tok-heng menjura
kepada Thi-pi-kiam-to Tan Kian-thay. katanya: "Berkat
bantuan kalian hari ini kami lolos dari kesulitan, terimalah
terima kasih Los lu, mohon tanya siapakah nama besar kalian
yang mulai ?" Tersipu Tan Kian-thay belas menjura, kalanya: "cianpwej
angan sungkan, kita orang sendiii." Lalu dia ceritakan
bagaimana mereka masuk menjadi anggota Hong- lui- bun,
serta bagaimana mereka berhasil menyelidiki keadaan awan
sepanjang jalan ini. MakaJian-li-tok-heng berdua baru mengerti duduk
persoalannya, sejenak dia berpikir, lalu berkata: "Kalau
ciangbunjin dan lain-lain sudah berangkat lewatjalan tembus,
kurasa sekarang sudah sampai di Kwi-hun-ceng, marilah lekas
kita susul.' 'Tapi jejak kita sudah diketahui musuh, jikalau menempuh
jalan besar, apakah tidak membuat waktu malah ?"
Thlo Ping segera menimbrung: 'Daerah pegunungan d is ini
aku hapal sekali, bila perlu kita tempuh j a la n pegunungan,
mungkin bisa mempersingkat waktu setengah hari.'
Saat itu kentongan keempat sudah hampir tiba, maka
orang banyak masuk kuil untuk beristirahat sekedarnya, begitu
fajar menyingsing, mereka terus menempuh perjalanan. Thlo
Ping menunjukjalan menembus hutan belukar menuju ke Unciu...
Sekarang marilah kita ikuti perjalanan Llok Kiam-ping dan
Gin-ji tay-beng yang maju ke Kwi-hun-ceng lewat jalan
tembus. Kalau dilihat kecepatan jalan mereka, dalam sehari
semalam mereka sudah akan tiba di tempat tujuan, namun
karena Ginkang Siau Hong masih terbatas, selalu ketinggalan
jauh dibelakang, sehingga perjalanan mereka terlambat cukup
lama. Hingga magrib hari ketiga baru mereka tiba di Tho-lintun,
tidak jauhnya dari Kwi-hun-ceng. Disini mereka
menemukan gua lalu menetap di situ melepas lelah.
Setelah kentongan kedua Llok Kiam-ping mempersiapkan
apa-apa yang diperlukan, lalu minta diri mengembangkan
ringan tubuh berlalu secepat meteor menuju kearah Kwi-hun
ceng. Ling-hi-pou-hoat memang menjagoi bulim danjarang
ada tandingan, kini dia kerahkan tenaga mengembang gerak
tubuh itu mencapai taraf yang paling tinggi. kakinya cukup
menyentuh daun pohon, tubuhnya sudah melesat terbang
seperti berlari kencang ditanah datar, begitu pesat gerak
badannya hingga tak mampu diikuti oleh mata telanjang,
dalam sekedipan mata sudah meluncur puluhan tombak
jauhnya. Jarak tiga li hanya ditempuh beberapa kejap saja, Kwi-hunceng
sudah terlihat tak jauh disebelah depan- Kembali
ketempat asalnya, membuat Llok Kiam-ping terbayang akan
kepedihan hidupnya di masa kecil, rasa benci menggelitik
sanubarinya, dengan enteng dia enjot kaki tubuhnya
melompati sung a i pelindung perkampungan, baru saja dia
hendak lanjukan lompat kearah pintu gerbang. mendadak dari
rumpun pohon sebelah kiri terdengar suara percakapan orang
yang lirih, untung pendengarannya amat tajam, pelan-pelan
dia menggeremet kearah datangnya suara, tapi tidak berani
terlalu dekat. Didengarnya seorang berkata: "cong-tongcu kita memang
keterlaluan, padahal pihak musuh tidak menunjukkan gerakan
apa apa, tapi kami harus tegak berdiri terus d is ini,
memangnya beberapa kurcaci Hong- lui- bun itu berani
berbuat apa, datang satu bunuh satu, datang dua ganyang
sepasang, sia-sia mereka mengantar jiwa kemari,"
Menurut cerita Tang-ling-sin kun, Pat-pi kim- liong bocah
keparat itu tenyata memang boleh juga, sampaipun conghuhoat
kita juga kewalahan terhadapnya, untung beliau
banyak akal dan penuh perhitungan, seka rang j a ring sudah
terpasang, bila bocah itu berani datang, coba saja
kalaujiwanya tidak melayang percuma." demikian ujar seorang
lain- Berdiri alis Llok Kiamping, hanya sekali melejit dengan
enteng dia turun dibelakang kedua orang itu, kedua
tangannya menepuk serta meremas pundak mereka, saking
kesakitan kedua orang itu sudah buka mulut hendak berteriak.
Lekas Llok Kiamping mengancam: "Jangan bersuara
perangkap lihay apa yang direncanakan Tang- ling- lo-koa y.
Di mana pula sekarang Ham-ping- lo-mo berada" Lekas
jawab.' Waktu mereka menoleh seketika serasa terbang arwah
mereka, badan juga gemetar, kata mereka berbareng: "Kau
inilah Pat-pi- kim- liong "'
Sedikit mengangguk Kiam-ping perkeras remasannya,
karuan kedua orang itu gemetar saking kesakitan, namun
tidak berani bersuara, hingga gigi mereka yang berkerutuk.
Kiam-ping jadi gemas, bentaknya lirih:
"Baiklah, akan kugunakan cara membetot urat mencopot
sendi tulang, selama tujuh hari kalian akan tersiksa setengah
mati, setelah itu baru jiwa akan melayang dengan
mengenaskan', demikian ancamnya.
Karuan seperti disamber gledek kejut mereka, lekas mereka
meratap minta ampun: 'Kami berdua hanya bertugas juga dipos gelap ini, jagojago
tangguh banyak didalam Kwi-hun-ceng, Semua tersebar
ditempat-tempat strategis, setiap langkah menghadapi
bahaya, tentang bagaimana rancangan perangkap itu, kami
berkedudukan rendah, terus terang kami tidak pernah
dengar." Llok Kiam-ping juga maklum pengakuan mereka memang
jujur, maka dengan tersenyum dia tepuk dua kali, tanpa
bersuara kedua orang itu roboh, dengan sekali berkelebat
laksana burung bangau dia menjulang tinggi keatas berkelebat
masuk ked a la m perkampungan.
Tidak ada perobahan sejak mula dalam perkampungan ini
Llok Kiam-ping dibesarkan dalam perkampungan ini, dia hapal
segala seluk beluk di sini. dengan ketangkasan gerak
tubuhnya dengan mudah dia terus menyelinap lebih jauh,
langsung dia menuju kependopo. sekarang diluar pendopo
tepat menghadang pintu berdiri sebuah papan batu besar,
tinggi setombak lebih, empat huruf besar terukir diatas papan
batu ini, bunyinya Ngo-bu-wi-yang (Kungfuku melanglang
buana) empat huruf dalam goresan kuno dan kuat.
Dalam hati Kiam-ping membatin: 'Agaknya Kwi-hun-ceng
hendak dijadikan pangkalan Ham-ping-klong untuk merajai
Bulim didaerah Tlonggoan ini, tujuan mereka memang cukup
besar, aku harus menghadapinya secara serius."
Pendopo tampak terang benderang percakapan orang
dengan suara keras berisi sering kumandang dari dalam.
Selincah tupai seenteng bangau melompat Kiam-ping terus
menyelinap maju mendekam dipojok tembok sekali lompat
seringan kucing dia mendekap diatas payon, lalu mengintip
kesebelah dalam. Tampak sebuah meja panjang menjurus kearah pintu dan
diujung dalam sana duduk tujuh orang tua, semuanya
memiliki sorot mata tajam, Thay-yang-hiatjuga tampak
menonjol, jelas Lwekang mereka rata-rata sudah mencapai
taraf yang tinggi. Diantara tujuh orang ini termasuk Tang-lingsin-
kun, Tay-bok-it-siu, kecuali itu lima orang yang lain masih
asing bagi Llok Kiam-ping.
Disebelah bawah duduk dua belas lelaki kekar berseragam
sama, kemungkinan mereka itulah cap-ji-sat-sing dari Hamping-
klong yang terkenal kejam itu.
Lelaki tua berwajah burung hantu bermata elang yang
duduk ditengah itu sedang berkata: "Sungguh tidak nyana,
bangkotan tua sepertiJian-li-tok-heng yang pongah itu juga
mau digaruk kedalam Hong- lui- bun perjalanan Yu-tongcu ke
ceng-thian kemaren tidak berhasil membereskan bangkotan
tua itu, paling tidak kita sudah berhasil meraba seluk beluk
mereka. Ling-kun, menurut pendapatmu, apakah Pat-pi- kimliong
sendiri sekarang sudah berada di Un-elu ?"
"Menurut laporan splon kita digaris depan, dua orang
tampak menempuh perjalanan kearah timur, tapi entah
mengapa setelah keluar dari Siang-tham, bangkotan tua itu
mendadak menghilang jejaknya. Kini tiba-tiba muncul
sendirian bersama It-cu kiam Koan
Yong, salah satu dari Llong-bun-siang-kiam di ceng-dian,


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

urusan memang akan memb ing ung ka n. '
MendengurJian-li-tok-heng sudah ditengah jalan, pasti akan
tiba tepat pada saat nya, diam-diam Llok Kiam-ping yang
mengintip diluar merasa girang. Dengan sikap hormatJongsan-
toa-hong Yu in hwi berkata: "Lebih diluar dugaan lagi, Hucongpiauthau
dari Hong-jang piauklok Thi-pi-kim-to Tan Kianthay
dan lain-lain tiba-tiba muncul memberi bantuan Jian-litok-
heng berdua d is a at mereka sudah kepepet hampir
kalah. Padahal menurut laporan yang masuk. mereka tidak
sehaluan dan tidak seperjalanan-"
Tang- ling-sin-kun buka suara: "Dari sini dapat dinilai
bahwa bantuan yang mereka kerahkan agaknya tidak sedikit.
Bukan mustahil sekarang sudah ada yang menyelundup ked a
la m perkampungan ini." Lelaki tua ditengah itu berkata pula:
"Kurasa belum tentu, namun lebih hati-hati dan waspada
juga baik. Yu-tongcu, kamar rahasia dibela kang itu,
merupakan tempat penting untuk menyimpan barang-barang
berharga dari IHong-lui bun, maka penjagaan harus diperketat
dan diperkuat. "Benar, untuk itu kami sudah menambah Tan dan ^h dua
Thocu untuk ikut bantu menjaga." '
Mendengar tempat penyimpanan tanda kebesaran dan
barang-barang penting Hong-lui-bun sekilas Llok Kiam-ping
melengak tanpa ayal segera tampak bayanganputih
berkelebat, dengan enteng orangnya sudah melambung
kebelakang. Karena sudah hapal tempat ini, dia menyelinap
ketempat gelap terus menyelinap kesana lalu melayang turun
didepan sebuah kamar besar, sejenak berhenti baru saja dia
hendak menubruk kesana, mendadak sebuah bayangan besar
menubruk datang, gaya tubrukannya yang keras dengan
gayanya yang luar biasa, belum pernah dia melihatnya.
Sambil menunduk dia menyelinap maju seraya merogoh
tangan "Bluk" bayangan hitam itu terlempar lima tombak
jauhnya, setelah mendengus- dengus beberapa kali terus
rebah tak berkutik lagi. Ternyata itulah anjing ajak dari
Mongol, anjing buas dan galak sebesar anak kerbau.
Kiam-ping tahu jatuhnya anjing besar dengan suara keras
itu pasti membuat kaget beberapa pos penjagaan yang
tersembunyi di sekitar ini, lekas dia melambung keatas meraih
dahan pohon terus menyelinap diataspohon besar.
Dugaannya memang betul, pintu kamar besar itu segera
terbuka, beberapa bayangan orang berlompatan memburu
kearah datangnya suara. G-^ak g erik beberapa orang itu
tangkas, langkahnya enteng, jelas mereka jago-jago lihay.
Seorang memeriksa luka anjing itu, katanya dengan kaget:
"Lwekang penyatron itu sedemikian tangguh, kelihatannya
tanpa mengalami pergulatan sama sekali, sekali pukul lantas
tamat riwayatnya.J a rang aku temukan lawan setangguh ini
Lwekangnya. Urusan malam ini tidak boleh gegabah" Tiba-tiba
seorang berkata dengan tertawa:
"Aku yakin dia tidak akan mampu meloloskan diri dari Kwihun-
ceng." Dari dalam kamar besar kembali melesat keluar sesosok
bayangan besar, sekali bersuit rendah, dia undang lima ekor
anjing lainnya, secepat angin mereka memburu kebawah
pohon- Seketika Kiam-ping Merasakan gelagat tidak
menguntungkan, penciuman anjing teramat tajam, bila tempat
persembunyiannya konangan, untuk meloloskan diri tentu
memakan banyak kesulitan- Lekas dia kembangkan Ling-hipou-
hoat tubuhnya melompat tinggi secepat kilat bila daya
luncurnya hampir mencapai titik terakhir, kedua tangan
menekan kebawah sambil mengerahkan hawa murni dari
pusar, berbareng kedua kaki memancal, orang nyapun
melayang naik pula, Secara beruntun sembilan kali tubuhnya
jumpalitan diudara, akhirnya melayang turun di ujung payon
kamar besar itu. Rumah ini terletak tiga puluhan tombak dari pohon besar
itu, kecuali Llok Kiam-ping yang sudah dibekali ilmu sakti,
siapapun takkan mampu melakukannya. Pada saat itulah
kelima anjing itu menyalak-nyalak dan mengitari pohon besar
itu. Terdengar sebuah suara keras berisi berkata dengan
tertawa: "Sahabat, d is ini bukan tempat persembunyianmu.
"Belum habis bicara tubuhnya mendadak sudah melejit keatas,
kedua tangan terayun kearah pohon besar, segumpal angin
besar laksana amukan ombak dahsyat menyapu ranting kecil
dan daon-daonpohon, begitu dahsyat daya pukulannya
sungguh mengejutkan- Llok Kiam-ping yang sembunyi ditempat gelap mau tidak
mau memuji dalam hati, pikirnya: Tenaga pukulan orang ini
agaknya lebih unggul seurat dibanding Tay-bok-it-su." Waktu
dia menegasi ternyata lelaki tua yang barusan duduk ditengah
itu, seketika timbul rasa heran dan curiganya, 'Siapakah orang
ini " 'demikian dia bertanya-tanya dalam hati.
Begitu hinggap dipucuk pohon, orang tua itu celingukan,
segera dia bersuara heran, lekas dia melompat turun pula
ketanah, katanya: " Kungfu penyatron memang hebat
penciuman anjing teramat tajam, pasti tidak salah tadi dia
sembunyi di sini, namun dalam sekejap ini tahu-tahu sudah
lenyap tanpa bekas."
"Apa tidak mungkin dia pindah keatap wuwungan sana. ?"
kata seseorang. Tampak orang itu tertawa g elak- g elak. katanya: Jangan
berkelakar Liang-tongcu pohon ini berjarak tiga puluhan
tombak dari pendopo. terus terang aku Hong kiatjuga tidak
punya kemampuan setinggi itu, hayolah kita menyebar
keberbagai penjuru, penyatron itu pasti belum pergi." segera
dia pimpin beberapa orang menuju kebelakang.
Setelah orang tua itu menyebut nama dirinya baru Llok
Kiam-ping tahu siapa dia, ternyata Kim-kong-ci Hong kiat
sudah ditakuti sejak empatpuluh tahun yang lalu, golongan
hitam maupun aliran putih bila mendengar julukkannya, siapa
tidak pecah nyalinya, diam-diam timbul rasa kuatir dalam
benaknya. Menurut ceritaJian-li-tok-heng, bukan saja Kungfu
orang tua ini amat tinggi.terutama kedua jari telunjuk dan
tengahnya meyakinkan Kim-kong-ci, tiada benda keras apapun
didunia ini yang mampu menahan tonjokannya, apalagi badan
manusia sekali tuding daging bolong tulang remuk. bukan saja
lihay juga berbisa dan jahat.
Dengan adanya keributan ini seluruh jago-jago yang berada
d id a la m perkampungan lantas dikerahkan, semua pelosok
dijaga ketat, dengan sabar mereka menunggu penyatron itu
masuk perangkap. Sementara Kim-tong-ci bersama
rombongannya hilir- mudik menggeledah sana periksa sini,
suasana menjadi amat tegang.
Llok Kiam-ping tahu kalau urusan berkelanjutan begini-juga
akhirnya tidak menguntungkan dirinya, maka timbul hasratnya
kalau tidak berani masuk sarang harimau mana dapat
menangkap anak harimau, tampak sekali berkelebat dia
melejit kedepan terus melorot turun mepet tembok setangkas
kucing dia menerobos masuk kesebelah dalam.
Setelah melewati sebuah lorong, didepan adalah lima deret
kamar berbentuk kotak. Kamar ditengah terbuka pintunya,
suara gerokanorang tidur pulas terdengar nyata, maka
seorang berkata: "Li-losu, kau terlalu banyak minum arak
hingga mabuk. Cong-tongcu sudah berpesan malam ini kita
harus lebih waspada, jikalau musuh menyelinap kemari, celaka
bila barang-barang berharga milik Hong-lu^bun yang
tersimpan di sini tercuri orang, jiwa ragamu belum setimpal
untuk menebus dosa besar ini. Hayolah bangun, setelah larut
malam boleh kau tidur lagi."
Diam-diam Llok Kiam-ping girang, agaknya dirinya bakal
ketib a n rejeki, tanpa ayal segera dia menerobos masuk
kamar. Seorang lelaki kekar berperawakan pendek sedang
duduk didepan meja, sebelah tangannya sibuk menggoncang
tubuh kawannya yang menggeros diatas ranjang.
Kamar ini gelap gulita, namun pandangan Llok Kiam-ping
seperti berada ditengah hari, tanpa mengeluarkan suara dia
sudah tiba didekat meja, agaknya lelaki pendek itu tahu ada
sesuatu didekatnya, lekas dia membalik badan, tahu-tahu
bayangan putih berkelebat didepannya, kontan lengan
kanannya lemas lunglai, seluruh tenaganyapun lenyap.
Llok Kiam-ping membentak lirik: "Lekas katakan, di mana
barang - barang penting Hong- lui- bun disimpan ?" lalu
jarinya meremas lebih kencang, karuan laki-laki pendek itu
kesakitan, sahutnya dengan suara gemetar
"Itulah berada didalam almari." Kontan Kiamping menutuk
IHiat-topelemasnya, lalu merebahkannya dilantai.
Dengan ketajaman kedua matanya Kiamping melompat
kedepan almari serta membukanya, dari dalam almari dia
keluarkan berbagai tanda kebesaran dan benda-benda penting
Hong-lui-bun lainnya, semua dia masukkan kedalam kantong
bajunya, baru saja dia bergerak hendak mundur keluar pintu.
Mendadak didengarnya suara jepretan keras.
Sebuah papan besi baja telah anjlok menulup rapat pintu.
Disaat melenggong, mendadak angin ribut menyambar dari
sebelah depan, puluhan batang Am-gi sekaligus
memberondong kearahnya, semua senjata rahasia beracun.
ternyata didinding dipasangi alat-alas rahasia, jadi bukan
sambitan manusia. Lekas Kiam-ping kerahkan Kim-kong-put-hoay-sin-kang,
pasang kuda-kuda mengendak pundak. kedua lengan bajunya
terayun kedepan, Damparan angin kencang merontokkan
semua senjata rahasia itu, suara gemerincing darijatuhnya
Am-gi itu terdengar ramai menyentuh lantai,
Sekilas Kiam ping periksa dinding kamar ini, ternyata empat
penjuru terbuat dari papan baja, meski ditempat gelap
ternyata kelihatan mengkilap.
Meski sudah terkurung berada ditempat berbahaya
sedikitpun Llok Kiam-ping tidak gugup, tiba-tiba timbul
akalnya, lekas dia melolos cui le - kia m, pedang berat yang
tumpul ini dia sodokkan kelobang dindin, dari mana tadi
senjata rahasia melesat keluar, cui-le-kiam adalah pedang
sakti darijaman dahulu, tajamnya luar biasa, mengiris besi
seperti merajang sayur, maka terdengarlah suara kerikan
tajam yang memekak telinga, pedang itu amblas sedalam
setengah kaki begitu tenaga dikerahkan, sekali perg elang a n
tangan menggentak dan berputar, papan baja itu berhasil
dipotongnya membundar selebar satu kaki setengah.
Sekali kaki menutul, tubuhnya segera menerobos lobang
meluncur keluar. Waktu itu dari empat penjuru beberapa
bayangan orang memburu kearah sini, demikian pula anjinganjing
ajak itu menyalak-nyalak buas.
Kiam-ping mendengus ejek. segera dia kerahkan tenaga
diujung kaki mengembangkan
Ling-hi-pou-hoat, tubuhnya melesat tinggi belasan tombak,
hanya beberapa kali mengganti gaya, tubuhnya sudah
meluncur turun di luar sungai pelincung perkampungan
beberapa kali lompatan pula bayangannya lenyap dari
pandangan mata. Kapan jago-jago Ham-ping-klong itu pernah menyaksikan
kepandaian sehebat itu, Ginkang dapat dikembangkan dalam
jarak jauh dengan gaya tubuh yang berganti pula, karuan
semua berdiri melenggong hingga lupa akan tugas yang harus
dikerjakan, bila mereka menjerit kaget. bayangan penyatron
itupUn sudah lenyap. Dengan selamat Llok Kiam-ping meninggaikan Kwi-hunceng,
sepanjang jalan dia tempuh dengan kecepatan kilat
langsung pulang ke Tho-lin-tun. Waktu itu kokok a yam sudah
bersahutan, hari menjelang terang tanah, di kala orang
banyak menunggu gelisah, syukur Llok Kiam-ping tanpa
kurang suatu. apapun, karuan mereka bersorak
menyambutnya. Siau Hong pertama menyambut dengan riang: "Ping-ko,
kenapa sampai sekarang bau pulang " Kita menunggu dengan
rasa dag dig dug. "Kalian harus maklum Kwi - hun - ceng sekarang dijaga
ketat, setiap langkah mungkin bisa menghadapi bahaya,
jikalau bukan kebetulan, susah aku turun tangan mencapai
hasil." lalu Llok Kiam-ping keluarkan buntalan kain kuning dari
sakunya. Terbelik mata Gin-juay-beng melihat barang-barang dalam
buntalan itu, katanya dengan berlinang air mata: "Semua ini
gara-gara aku yang tidak becus ini, sehingga Hong-lui-bun kita
mengalami bencana yang memalukan ini, sekali ini aku
bersumpah untuk menjagal musuh sebanyak mungkin, untuk
melampiaskan sakit hatijatuhnya markas kita.
Melihat betapa benci dan dendam Gin juay-beng kepada
musuh, lekas Kiam-ping menghiburnya: "Setiap orang yang
memusuhi Hong-lui-bun adalah musuh kita bersama. Yuhuhoat
kau sudah berjuang gigih demi Hong-lu^-bun kita,
luka-lukamujuga baru sembuh, kesehatanmu belum sembuh
seluruhnya, maka kau perlu hati-hati, bila tiba saatnya boleh
kau membantai mereka sesuka hatimu." sejenak dia pandang
seluruh hadirin lalu menambahkan, Tenaga kita masih belum
mencukupi untuk sementara belum boleh bergerak, menurut
laporan yang diperoleh mata-mata musuh,Jian-li Lokoko dan
lain-lain, dalam dua hari ini pasti dapat menyusul sampai di
sini. Sekarang sudah hampir terang tanah, lekaslah kalian
beristirahat" Mereka terns menunggu dengan sabar ditempat
persembunyian hingga hari menjelang magrib, seorang murid
yang ditugaskanjuga diluar tampak berlari masuk dengan
langkah gopoh, katanya sambil menjura kepada Llok Kiamping:
'Lapor ciangbunjin diatas bukit sebrang tampak
beberapa titik bayangan, agaknya sedang berlaju kearah sini.'
Lekas Llok Kiam-ping pimpin orang banyak keluar pintu
kuil. Lekas sekali bayangan yang dimaksud sudah melesat
makin dekat, semua ada enam orang, tiga orang didepan
tampak bergerak enteng dan gesit, kelihatannya ttdak
menggunakan banyak tenaga, yang terakhir keting g a la n
puluh a n tomb a k. kelihatan kerahkan seluruh tenaga untuk
menyusul orang-orang disebelah depan.
Mata Llok Kiam-ping lebih tajam dari orang banyak. dari
kejauhan dia sudah melihat ^rang yang terdepan adalah
saudara tuaJian-li-tok-hengjin Hou, lega hatinya, dengan riang
segera dia enjot tubuh melompat kepucuk pohon, dari
kejauhan dia sudah menggembor mema ng g ilny a .


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lekas sekaliJian-li-tok-heng meluncur kearah datangnya
suara, begitu rombongan itu tiba dipinggir hutan Llok Kiamping
melompat turun sudah tentu bukan kepalang girang hati
mereka atas pertemuan ini, Llok Kiam-ping ajak orang banyak
masuk kedalam kuil serta duduk berkeliling diatas lantai,
mereka berunding cara menghadapi musuh, rapat itu
memutuskan Thlo Ping bersama empat rekannya tetap tinggal
di kuil ini menjaga Siau Hong, yang lain malam ini ikut
bergerak menyerbu Kwi-hun-ceng.
Kentongan kedua Llok Kiam-ping bersama orang banyak.
mengikutijalan yang kemaren dia tempuh menuju ke Kwi hunceng.
Dalam jangka s emas akan air, sungai pelindung
perkampungan sudah tampak disebelah depan, Waktu mereka
tiba dibawah pohon besar tak jauh darijembatan,
perkampungan besar itu dalam suasana sepi gelap keheningan
yang mencekam. Tengah meraka celingukan dan main selidik, mendadak
tampak tiga bayangan orang laksana tupai segesit burung
elang melesat lewat sungai terus lenyap ditempat gelap.
Giniji-tay-berg bersuara dalam mulut, katanyu lirih: 'Melihat
gerak gerik bayangan tadi kelihatannya adalah orang pihak.
kita, mungkinkah Toako sudah kembali ?"
Kiam-ping juga merasa kenal akan bayangan itu, segera dia
berpesan: 'Tak usah peduli apa betul bayangan itu cohhuhoat,
tapi tak usah diragukan bahwa dia orang kita, setelah
ketemu di sini lekas kita berpencar untuk menyambut mereka
bertiga didalam. Lokoko bersama Yu-huhoat silakan masuk
dari arah kiri berputar darijalan kecil, maksudku untuk
membingungkan musuh, namun maksudnya untuk
menggencet musuh dari dua arah. Sementara yang lain-lain
tetap ikut cayhe." Habis bicara dia mendahului melesat ke
udara, langsung menyerang ke pintu gerbang perkampungan.
Terdengar bentakan gusar beberapa orang, anak buah
Ham-ping-klong yang sembunyi dibalikpohon, d is emak
rumput berlompatan keluar menghadang, pemimpinnya
adalah seorang tua jubah panjang berwajah celurut, sambil
tertawa kering dia berkata: "Kawanan tikus berani mengusik
harimau, agaknya kalian ingin mengantarjiwa dil Ham-pingklong,
lekas sebut nama kalian, menyerah -saja, hukumannya
pasti ringan." Llok Kiam-ping hanya mengejek hina, tanpa bersuara dia
sambut orang-orang itu dengan pukulan kedua telapak
tangannya, Kiam-ping menyerang dengan gusar, maka dapat
dibayangkan betapa dahsyat tenaga pukulannya, Lelakijubah
panjang berwajah celurut itu adalah salah satu Tongcu dari
Ham-ping-klong, ilmu silatnya tidak lemah. tapi dibanding Llok
Kiam-ping jelas terpaut amatjauh melihat Kiam-ping masin
muda, dia terlalu gegabah dan memandang rendah, apalagi
Kiam-ping menyerang lebih dulu, baru saja dia angkat tangan,
damparan tenaga pukulan lawan sudah menerpa tiba, kontan
dada seperti ditumbuk benda berat, mulutnya setengah
memekik, tahu-tahu tubuhnya sudah terlempar lima tombak,
rubuh untuk tidak bangun lagi.
'Hayo serbu.' 'Kiam-ping memberi aba-aba. Bayangan orang
segera saling tubruk, jeritan demijeritan, satu- satu orang
Ham-ping-klong dirobohkan- Dalam sekejap penjagaan diluar
pintu gerbang telah disikat habis.
Dari luar tampak cahaya lampu terang benderang d id a la
m perkampungan, sayup,sayup terdengar pula suara
pertempuran sengit Kiam-ping tahu tiga orang yang
mendahului masuk kedalam sudah bergebrak dengan musuh.
Beberapa kali lompatan dia sudah turun didepan pintu
gerbang, kontan dia pukul dengan kedua telapak tangan.
"Blam' daun pintu gerbang setebal beberapa dim itu telah
dipukulnya bolong, sekali pukul lagi daun pintu pun semplak
dan roboh kedalam. Bagai air bah orang banyak segera menyerbu masuk. Tujuh
orang kekar mendadak menerobos keluar menghadang, yang
pimpin rombongan orang itu dua orang, seorang kakek
berwajah bersih dan seorang Hweslo gendut.
Melihat yang membobol pintu gerbang Llok Kiam-ping, Taybok-
it-siu menggerutu dalam hati: "cepat juga kedatangan
bocah ini, kekuatanku sekarang mungkin bukan lagi
tandingannya, situasi amat mendesak, apapun aku tidak boleh
mundur dari medan laga untung jumlah kita lebih banyak
sedapat mungkin mengulur waktu, bila bantuan telah datang,
segala persoalan pasti dapat dibereskan.' Segera dia terkekeh
tawa, serunya, "Llong- ciangbun, selamat bertemu, beruntung
kau dapat meloloskan diri di Giok tong-bo, hari ini kau
antarjiwa mu ke Kwi-hun-ceng, mati hidupmu bakal ditentukan
d is ini. Sekali ini kau tidak terampun lagi."
Mata Llok Kiam-ping memandang langit sikapnya tak acuh
dan menghina, katanya tersenyum: Jago yang sudah keok,
sukmamu pernah lolos dari tanganku, masih berani takabur
menjual lagak. anjing kurap macam dirimu yang terima
menjadi antek orang hari ini takkan kuampuni jiwa." Kontan
dia gerakkan kedua tangannya menepuk kearah Tay bok-itsiu.
Betapa dahsyat kekuatan tepukan Llok Kiamping, Tay-bokit-
siu tidak berani menyambut dia, menyingkir lima langkah
terus mengembangkan pukulan tangan, pertarungan
sengitpun berlangsung. Kedua orang bergerak cepat, dalam
sekejap sudah dua puluh jurus saling serang.
Bocah gede Siang Wi tampil kedepan, bentaknya kepada
Hweslo gendut Hot-pun Hosiang: "Kepala gundul, kulihat
gaman di tanganmu cukup gede dan berat, tentu tenagamu
amat besar, marilah kau layani pentungan ku ini, buktikan
tenaga siapa lebih besar"' tanpa menunggu jawaban pentung
besarnya itu sudah mengemplang kepala gundul Hoat-pun
Hosiang. Sudah tentu kepala gundul bergelar Hoat-pun Siansu ini
tidak menduga si gedepikun ini tidak menghiraukan aturan
Kangouw, datang-datang lantas menyerang, tengah melengak
pentung lawan sudah mengemplang kepalanya, lekas dia
angkat Hong-pian-jan sebesar telur angsa itu menangkis
keatas. Dua senjata berat beradu, "Trang" kerasnya seperti genta
raksasa dipalu godam, keduanya merasa pekak telinga,
kembang apipun berpijar. Hoat-pun Siansu mundur tiga
langkah, kedua lengannya terasa pegal linu. Hatinya kaget
bukan main, bocah gede ini ternyata memiliki tenaga raksasa.
Si gede Siang Wijuga menyurut mundur setindak, sambil
mang gut dia memuji: "Bagus, Hweslo gundul memang berisi,
nah sambut lagi pentungku." Pentung besar itu menderu pula
dari atas, mengemplang kepala, senjata serangan pentung kali
inijauh lebih kuat dan keras.
Tadi Hoat-pun merasa dirugikan karena tanpa siaga harus
menyambut serangan mendadak. kini setelah ia tahu lawan
bertenaga raksasa, dia tidak melawan secara keras, lekas dia
berkelit minggir hingga s a mb e ran pentung lewat didepan
mukanya. Segera dia kembangkan ciang-mo-jan hoat ajaran
perguruannya dengan enam puluh empat j urus serangan, la
ngka h nyapun tangkas berputar mengelilingi si gede dengan
permainan pentungnya yang gencar, setiap peluang tidak
disia-siakan untuk menyelinap sambil menyodok dan balas
meyerampang.Jangan kira badannya gendut, ternyata
ginkangnya cukup tinggi, gerak geriknya gesit, permainan
tongkat Hweslonya juga lincah. Maka kedua lawan seta nding
ini, bertempur dengan seru.
Tay-bok it-siu yang menempur Llok Kiam-ping kian merasa
payah, pihak lawan masih ada empat orang, sementara pihak
sendiri kedatangan bala bantuan dua belas orang, menurut
perhitungan jumlah orang, pihaknya pasti akan menang, dasar
culas dan banyak akalnya, dia tahu untuk mengakhir
pertempuran hari ini, demi mencapai kemenangan, tak perlu
dia hiraukan aturan Kangouw segala.
Segera dia bersiul tiga kali memberi tanda kepada anak
buahnya untuk terjun kearena pertempuran- Maka cap-ji-satsing
dari Ham-ping-klong segera angkat senjata melabrak
musuh, enam orang langsung meluruk kearah Llok Kiam-ping.
Berkepandaian tinggi besar nyali Kiam-ping, keroyokan
lawan tidak menjadikan dia jeri malah menambah
kebenciannya, lebih banyak lawan meluruk kebetulanjuga
malah supaya musuh lebih banyak diganyang dan
pertempuran lekas usai, dengan gelak tawa Kiam-ping
berkata: "Lebih banyak kalian datang lebih menguntungkan,
supaya menyingkat waktu menghemat tenaga." Lenyap
perkataannya, pancaran cahaya benderangpun menyilaukan,
Liat-jit-kiam sudah dilolosnya keluar.
Disertai bentakan menggeledek, tubuh Kiam-ping
melambung keudara, jurus Jit-lun-jut-sengpun dilancarkan-
Seketika orang banyak disilaukan oleh terbitnya bola matahari
besar yang mencorong cemerlang, bergegas mereka
berlompatan mundur, padahal cap-ji-sat-sing dari Ham-pingklong
memiliki kepandaian yang cukup tinggi, namun dibawah
ancaman Liat-jit-kiam yang sakti, susah mereka terhindar dari
renggutan elmaut, disertai jeritan mengerikan dua orang
roboh binasa. Kiam-ping kebacut benci setengah mati, maka gerakan
tidak berhenti sampai di situ, di udara badannya berputar,
sementara tangan kiri melancarkan j urus Llong-kiap-sin-gan,
badannya meluncur serong kembali semburan darah
berceceran diatas tanah. Llok Kiam-ping bergerak selincah
naga menari diudara, tangan dan pedang bergerak bersama,
di mana bayangannya menerjang, serangan mematikanpun
menentukan jiwa para musuhnya, kembali jeritan-jeritan
saling susul. Mimpipun Tay- bok-it-siu tidak pernah sangka bahwa lawan
mampu melancarkan serangan pedang dan pukulan telapak
tangan bersama, perbawanyapUn hebat luar biasa, susah
dilawan apalagi ditahan, Melihat anak buahnya berguguran,
saking ngeri merasa merinding bulu kuduknya, untung dia
masih yakin bala bantuan tangguh masih ada dibela kang,
meski harus pertaruhan jiwa raga juga dia akan bertahan
mati-matian, sambil meraung gusar kedua telapak tangan
menggenjot dan menjotos enam j urus, sekuatnya berhasil dia
membendung rangsakan gencar Llok Kiam-ping.
Padahal Llok Kiam-ping juga ingin selekasnya
membereskan pertempuran di sini untuk menerjang masuk
lebih jauh, makajurus kedua Liat-jit-yam-yam segera
dikenbangkanjuga. Dua jeritan lagi, dua orang Ham-pingklong
binasa. Sekilas dilihatnya Tan Kian-thay sedang bertempur dengan
dua orang dari cap-ji-sat-sing, perlawanannya tampak makan
tenaga, jelas kemampuannya memang tidak lebih unggul dari
kedua lawannya, gerak geriknya sudah kelihatan lamban.
Dengan mendelik gusar segera dia membentak: "Tan- los u,
jangan gelisah, cayhe datang membantu." Lenyap suaranya
orang nyapun tiba, d is a at badannya menukik ditengah udara
berputar laksana damparan angin lesus, tampak sinar pedang
berkelebat, kepala seorang terpenggal mencelat keudara,
satujiwa telah ditamatkan lagi.
Memangnya Tan Kian-thay sudah merasa payah,
mendengar seruan Llok Kiam-ping seketika berkobar
semangat tempurnya, sekuat tenaga segera dia balas
menyerang dengan nekad maka posisinya kinijauh lebih
mending. Dalam sekejap itu pula Llok Kiam-ping telah
mengerjakan pedangnya menghabisi jiwa seorang lawannya
Disaat dia hendak melabrak musuh lebih lanjut, mendadak
dirasakan angin kencang menindih dari belakang dia tahu Taybok-
it-siu menyergap dengan serangan dahsyat sebat sekali
dia berputar sambil melayangkan telapak tangan kiri, angin
deraspun melanda. Setelah terjadi benturan kerass kedua
orang inipun berkutat dengan sengit.
Dalam pada itu, lt- cu- kim Koan Yong sedang melancarkan
cui -hong-kiam-hoat, dengan ketangkasan gerak tubuhnya dia
berputar dan berlompatan kian kemari membingungkan kedua
lawan yang mengeroyoknya, rangsakan kedua lawan dilayani
secara mantap dan santai, setiap serangan musuh dia
patahkan dengan serangan balasan-
Disebelah pinggir Pi-lik-jiujuga sedang melawan seorang
dari cap-jit-sat-sing dengan kekuatan pukulannya yang hebat,
setiap j urus serangannya selalu d ib reng i dengan bentakan
mengguntur, secara langsung lawan dibuat gentarjuga oleh
suaranya. Sementara coh-siang hwi ih Tiau-hlong sesuai nama
julukannya, dia kembangkan ginkang terbang diatas rumput,
tubuhnya bergerak bebas pergi datang berseliweran diantara
rangsakan telapak tangan musuh, ternyata lawan tidak
mampu menyentuh u^ung bajunya, lama kelamaan merasa
pusing. dan kabur pandangan.
Nu-kang-cap-pwe-bak yang dilancarkan Ki ling-sin Siang
Wijuga hampir selesai, namun lawannya yang berbadan
gendut ternyata bergerak selincah kupu menari mengitari
dirinya. si gede yang dikata bodoh ini ternyata segera dapat
merobah strategi perangnya, kini dia rob a h permainan
pentungnya dengan Liu-bun-hwi-bu, itulah ilmu pentung yang
mengutamakan gerak lincah dan enteng.
Permainan pentung yang cepat mengatasi cepat ini
ternyata membawa hasil dan bermanfaat besar bagi dirinya,
hanya beberapa gebrak Hoat-pun Siansu sudah dicecernya
kerepotan- Mau tak mau kepala gundul ini berpikir, Badan
segede dan berat ini, kasar seperti kerbau lagi, ternyata
mampu me lancarkan permainan tongkat setang kas dan
lincah ini, sungguh aneh bin ajaib," Dua puluh jurus kemudian,
Hoat-pun sudah terdesak dibawah angin, tidak mampu balas
menyerang pula. Mendadak Ki- ling-sin siang WI melancarkan j urus cai-bungoat-
hun ( mengudak mega menyingkap kabut ), pentungnya
menyapu pinggang Hoat-pun Siansu, serangan ini bukan saja
cepat, tak terduga juga telak.
Padahal baru saja Hoat-pun meluputkan diri dari samberan
berbahaya pentung lawan, sebelum dia sempat berputar dan
menegakkan posisinya, angin kencang dari samberan pentung
lawan sudah menindih tiba, lekas dia berusaha menjatuhkan
tubuhnya kearah kanan reaksinya boleh dikata cukup cepat
dan secara reftek, namun gerakannya sudah terlambat,
pentung besar Siang Wi telah membentur lengan kirinya.
"Pletak" terdengar tulang lengan kirinya patah, saking
kesakitan dia menjerit sejadi-jadinya, sambil kertak gigi lekas
dia lempar dirinya mengikuti dorongan angin pentung keluar


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kalangan terus lari keluar perkampung an-
Lucu adalah Ki-ling sin Siang Wi malah berdiri menjublek
mengawasi punggung f Hoat-pun yang mencawat ekor, sesaat
kemudian baru dia tersentak sadar oleh gerung a n suara
marah dua orang yang lagi berhantam tak jauh disampingnya.
sambil menentang pentung besarnya segera dia menerjang
masuk kedalam perkampungan.
Kini mari kita ikutiperjalananJian-litok-heng bersama
Ginijiay-beng yang disuruh menyerbu dari sayap kiri, setelah
meninggalkan orang banyak. mereka mengembangkan
Ginkang melompati sung a i pelindung kampung, lewat jalan
kecil langsung mereka menuju kebukit kecil yang berada
dibela kang perkampungan, Ginkang mereka sama-sama
tinggi, begitu dikembangkan, kecepatan lari mereka seperti
anak panah seenteng asap mengambang. Dalam jangka
setengah jam, mereka sudah tiba dihutan dibela kang
perkampungan. Di sini angin malam menghembus santer,
sinar bintang-bintang dilangit membuat keadaan remangremang,
menambah suasana seram. Ternyata penjagaan
dalam hutan tidak seketat d ibagian depan, di sini hanya
dijaga lima orang, dua sedang mendengkur, tiga orang
mondar mandir. PadahalJian-li-tok-heng dan Gin-ji-ay-beng sudah
menyelinap kedalam hutan, jejak mereka ternyata tidak
diketahui. Setelah saling memberi tanda kedua orang
melompat bersama, empat tangan bekerja seperti berlomba,
bayangan orang seperti bola mencelat terbang keatas kecantol
diatas pohon, ditengah jeritan ngeri darahpun muncrat kian
kemari. Dalam sekejap lima jiwa telah dihabisi, demikiampula
penjagaan selanjutnya dibereskan dengan mudah, kalau tidak
melayang jiwanya pasti ditutuk Hiat-tonya.
Dengan tangkas kedua orang ini merebut jembatan
gantung, baru saja mereka hendak melompat masuk kebalik
tembok dari tempat gelap mendadak menerkam tiga bayangan
hitam. celakanya tiga bayangan besar menerkam bersama
tanpa mengeluarkan suara, tahu-tahu sedah mengancam
leher. Mata Ginijiay-beng lebih tajam ditempat gelap. begitu dekat
dia sudah melihat yang menubruk datang adalah anjing ajak
Mongol yang buas, lekas dia berseru memberi peringatan:
"Awas, anjing buas, jangan sampai mereka mendekat.'
Jian-li-tok-heng segera menghentikan langkah siaga, begitu
bayangan itu menubruk sejauh lima kaki, kontan dia sambut
dengan pukulan kedua telapak tangan, "Bluk" bayangan besar
itu dipukulnya terpental balik delapan kaki terus bergulingan
ditanah, Tapi anjing ajak ini agaknya berkulit tebal, pukulan biasa
ternyata tak mampu melukai, setelah bergulingan dua kali,
mendadak meraung buas terus menerkam balik lagi,
tubrukannya jauh lebih keras malah,
Agaknya Ginijay-beng lebih berpengalaman menahan
anjing, dia menunggu begitu
cakar anjing hampir mengenai tubuhnya, mendadak dia
berkelit kesamping, berbareng dia menutul kaki, tubuhnya
melejit lima kaki, begitu menggeliat pinggang kelima j arinya
terkembang terus menepuk kebatok kepala anjing itu.
Anjing ajak yang diserangnya itu ternyata cukup cerdik,
begitu terkamannya lupus, angin tekananpun menindih
kepala, lekas dia membalik badan menggelundung lima kaki.
Sementara meminjam tepukan telapak tangannya itu, kembali
Gin-j.^ay-beng melambung lebih tinggi, dimana kedua kakinya
menyendal, tubuhnya menubruk ke arah anjing yang
menggelundung. Kedua telapak tangannya ditepukkanpula
dengan tenaga lebih besar.
Anjing ajak itu baru saja berdiri dan hendak membalik
badan, tahu-tahu angin pukulan telah menindih kepalanya
pula, untung dia cepat mengenjot kaki belakangnya hingga
tubuhnya memberosot kedepan, serangan mematikan
dikepalanya dapat dihindarkan, namun ^ak urung punggung
kaki depannya terkena pukulan telak, Ditengah lolong
suaranya, badannya ambruk tidak mampu berdiri lagi.
Sementara itu Jian-li-tok-heng juga secang kerahkan
seluruh kekuatannya memukul seekor anjing ajak lima
kakijauhnya, Mendadak dari samping kanan, tubrukan
bayangan besar sederas anak panah menyambar^ Secara
gopoh dia ayun sebelah tangannya menampar kesamping
.jikalau dia harus kerahkan tenaga melancarkan pukulan
dahsyat secara beruntun, betapapun tangguh Lwekangnya,
jelas dia takkan mampu bertahan lama, setelah beruntun
melancarkan dua puluh jurus pukulan, keringat sudah
bercucuran, napaspun mulai memburu.
Melihat keadaan kawannya, lekas Ginijiay-beng melompat
datang, langsung dia menerkam kearah kanan mengincar
seekor anjing ajak yang lain- Ternyata anjing ajak yang satu
ini lebih cerdik, Melihat Gin-jiay-beng melejit keudara melesat
kearannya, lekas dia mendekam ditanah tidak bergerak. bola
matanya mendelik liar. Jian-li-tok-heng sempat ganti napas, rasa gemas
merangsang hati, kekijuga dia berhadapan dengan kawanan
anjing buas ini, segera dia rogoh dua butir teratai besi. Bila
anjing itu menubruk datang pula, kontan dia ayun tangan
menimpukkan biji teratai besi yang sudah dia siapkan, yang
diincar adalah bola matanya.
Mungkin karena jaraknya terlalu dekat, gerak gerik anjing
sebesar itu diudara kurang tangkas, tak mampu dia
meluputkan diri, kedua bola matanya seketika terbidik buta,
biji teratai besi itu malah amblas kedalam lobang matanya.
Terdengar anjing itu meraung kesakitan, badannya masih
terus menubruk maju kedua cakarnya amblas kedalam tanah,
saking kesakita . cakarnya mengaruk dan mencakar membabi
buta sehingga tanah berhamburan.
Disaat kedua orang ini kerja sama mengganyang kawanan
anjing ajak itulah, mendadak sebuah suitan keras kumandang
dari arah pintu perkampungan- Maka muncullah dua bayangan
orang menukik turun didepan mereka. Yang datang
ternyataJong-san-siang-hong, sebetulnya mereka meronda
dibela kang perkampungan, kebetulan mendengar pekik
anjing kesakitan, maka mereka memburu datang.
Jian-li-tok-heng sambut dengan gelak tawa: "Sahabat lama,
dua kali kau lolos dari telapak tanganku, gagahjuga malam ini
karena kau dibantu oleh kawanan anjing ini.' kembali dia sindir
bebuyutan ini. Saking murka Yu fn-hwi bergelak tawa, serunya: "Mahluk
keparat, jangan membual, malam ini j angan kau kira tumbuh
sayap dapat lolos dari tangan kita."
"Selamat bertemu, selamat bertemu, itulah yang
dinamakan orang hidup kemanapun bisa bertemu, sebentar
boleh kau boyong seluruh kemampuan yang kau yakinkan
selama sepuluh tahun ini, bisa terbuka mata Lohu.Jangan
seperti yang terdahulu, hanya membersihkan telapak kaki
terus ngacir lebih dulu, sebal aku jadinya. Nah kemarilah,
waktunya masih pagi, supaya tidak terlambat kau
mendaftarkan namamu kepada raja akhirat kalau terlambat,
aku akan ikut gelisah didunia ini." f Habis bicara segera
pasang kuda-kuda membuat gaya siap menghadapi
pertempuran seru. Walau Lwekangnya tangguh, biasa suka
berkelakar, sifat humornya itu takkan lenyap meski
menghadapi bahaya, tapi keadaan malam ini berbeda, kalau
tidak berani masuk sarang harimau, bagaimana dapat
merobohkan musuh yang dibantu anjing ajak buas, maka dia
tidak berani gegabah. KuatirJian-li-tok-heng kecundang oleh kawanan anjing buas
itu, lekas Ginij.^aybeng melompat datang disampingnya,
setelah membisiki beberapa patah- kata, segera dia mundur
kembali ketempatnya. Toa-hong seperti mendadak teringat sesuatu, dengan nada
sinis dia bertanya: "Mahluk tua, sebetulnya apa hubunganmu dengan f Honglui-
bun sampai kau sudi menjual jiwa untuk mereka " Berani
mencampuri urusan ini ?"
"Soal itu boleh nanti kau tanyakan kepada raja akhirat.
Sekarang Lohu tidak sempat perang lidah dengan kau."
KaruanJong-san-sian-hlong mencak-mencak gusar seperti
kebakaranjenggot. Tapi mereka tahu diri, dengan bekal
kemampuan mereka sekarang pihak s end iri jelas tidak
mampu mengalahkan kedua lawannya, untung anjing buas
berada disamping bisa membantu dengan aba-abanya,
betapapun tinggi kepandaian lawan yakin malam ini mereka
takkan lolos dari renggutan maut.
Setelah menilai situasi dan gelagat lebih menguntungkan,
maka mereka memperlihatkan sikap takabur, dengan suatu
gerakan khusus mereka memberi tanda kepada anjing ajak
disertai bentakan-bentakan aneh, kedua saudara itupun ikut
menerjang Empat telapak tangan menari, disertai s a mb eran
angin dingin mereka memecah diri menyerang kedua musuh.
Tanpa berjanjiJian-li-tok-heng dan Gin-iay-beng melompat
tinggi keudara, dua gulung tenaga angin pukulan lawan
menyamber dibawah kaki mereka, dari atas mereka menukik
balas menyerang dengan telapak tangan begitu meluncur
turun badan berputar hinggap dibela kang kawanan anjing.
Perawakan anjing itu gede dan kekar, daya tubrukan
mereka sungguh teramat kencang tapi untuk bergerak
membalik ternyata agak lamban. Begitu kaki menyentuh bumi
jian-li-tok-heng dan Gin-jiay-beng berlomba menarikan empat
tangan mereka, dua jalur angin dahsyat berpencar menerjang
ke arah s elang kang a n belakang anjing ajak. Walau anjing
itu cukup cerdik meneruskan terj angannya kedepan, tapi
begitu kedua kakinya harus memancal kebelakang, dikala
tubuhnya hampir melenting hedepan itulah, kedua kaki
belakangnya sudah terkena pukulan. "Krak" tulang kaki
belakang patah dan remuk. saking, kesakitan anjing itu
melengking keras, hanya kedua kaki depannya saja
menggaruk tanah berusaha melarikan diri.
Jong-can-siang-hong tidak sempat menyelamatkan anjing
itu, karuan mata mereka menyala gusar, rona f muka nyapun
semakin bengis dan seram. Sekali pukul berhasil merobohkan
seekor anjing, berkobar semangat Jian-l^tok-heng dan
Ginju^ay-beng, melihat mimik muka Siang-hong, sengaja dia
bergelaktawa dan mengolok pula: "Yu-ciangkun sekarang
berobah menjadi keroco yang tanpa daksa, memangnya kalian
antek penjahat ini juga tidak akan mampu berbuat apa lagi.
Hayolah, maju, biar Loh u tamatkan pula riwayat kalian-"
Kedua manusia ganas ini terkenal jahat dan culas, sekarang
mereka kecundang dan dipermainkan olehJian-li-tok-heng,
saking marah mereka hanya bisa melotot gusar tanpa bisa
balas mencaci. Mendapat anginJian-li-tok-heng ternyata tidak memberi
ampun, kembali dia mencemooh dengan nada iba: "Loh,
kenapa " Sudah jeri " Peduli takut atau tidak- malam ini kalian
tidak boleh diberi ampun lagi," sebelum habis bicara, dia
sudah menyerang lebih dulu.
Kedua tangannya menyerang dengan delapan bagian
kekuatannya, begitu didorong kemuka, s eg ulung angin
kencang menerjang kearah Toa-hong.
Toa-hong Yu fn-hwi tahu bahwa lwekang lawan
bebuyutannya ini amat tangguh, melawan dengan kekerasan
jelas dirinya tidak akan untung, namun diburu emosi,
mendadak diserang pula, karena terdesak dengan kertak gigi
dia balas memukul sekali. Dengan gusar dia memukul maka
dia kerahkan seluruh tenaganya, perbawanya memang
mengejutkan- "Daaar", mereka tertolak mundur selangkah.Jian-li-tokheng
segera menghardik: "Lumayan, nah sambut pukulanku
pula." kali ini dia kerahkan setaker tenaganya.
Tadi Toa-hong Yu In-hwi sudah memukul dengan seluruh
kekuatannya, kedua pihak mundur setapak^ melihatJian-litok-
heng tidak memperoleh keuntungan, hatinya amat girang,
dia kira Lwekang sendiri setanding dengan lawan, maka timbul
keberaniannya, lekas dia himpun seluruh sisa kekuatannya
menyongsong pukulan lawan d eng a n pukulan telak.
Tak nyana kali ini dia salah perhitungan, kerugian yang
diderita lebih besar. Begitu pukulan kebacut dilontarkan,
seketika dia merasa damparan tenaga lawan laksana
gelombang samudra yang bergulung-gulung, tahu gelagat
jelek. tak sempat lagi dia menyingkir atau berkelit " Begitu
dua tenaga pukulan beradu, badannya terpental delapan kaki,
kedua mata berkunang-kunang, darah dirongga dadanya juga
bergolak, kaki lemas danjatuh terduduk sambil tumpah darah,
jelas luka-lukanya tidak ringan-
Ji-hong melompat maju hendak menolong tapi Giniji-taybeng
telah mencegatnya. Lwekang Pek Ing setingkat lebih rendah dari saudaranya,
namunjiwanya lebih sempit, culas dan picik pula, melihat
telapak tangan Glnju^ay-beng mengeluarkan sinar perak
mengkilap. pukulannya juga keras, tak berani dia melawan
dengan keras. Lekas dia mengegos minggir, mengembangkan
kelincahan tubuhnya, selulup timbul diantara samberan angin
pukulan lawan- Walau sudah terluka Lwekang Toa-hong cukup tangguh,
lekas dia kerahkan tenaga dalam untuk menahan lukalukanya,
disamping merogoh keluar dua biji pil obat terus
dikunyah, setelah itu dia duduk bersimpuh samadi. Hanya
sekejap luka-lukanya berhasil disumbat hingga darah tidak
mengalir terlalu banyak. lekas sekali dia sudah berdiri, jian-litok-
heng tidak memberi kesempatan pula, cepat dia menubruk
maju dengan kedua tinjunya menjotos. Toa-hong berkelit
kepinggir, kini diapun mengembangkan kelincahan tubuhnya,
dalam waktu singkat masih mampu dia bertahan.
Kalau lawan dibiarkan bertarung secara berputar begini,
kapan pertempuran akan berakhir, celaka kalau bala bantuan
lawan datang, urusan tentu lebih sukar dibereskan, berkerut
alis Ginij.^ay-beng, sekilas berhasil dia mendapat akal.
Mendadak dia melejit keudara setombak ditengah udara
menekuk pinggang serta menukik turun, kedua lengan
membundar kekanan kiri, laksana seekor burung rajawali,
menerkam dari tengah udara. Aksi Gin-jitay-beng ternyata
membuat Pek Ing tertegun karena lawan terapung diudara,
maka kelincahan tubuhnya sukar dikembangkan. Melihat
musuh menerkam dari udara, tenaga pukulannyapun
mendesis kencang, lekas dia kembangkan pula kelincahan


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

langkahnya untuk menyelamatkan diri.
Diluar tahunya keistimewaan kepandaian Gin-j^aybengjustru
adalah Ginkang, ditengah udara dia bisa bebas
melancarkan pukulannya, apalagi Gini-^a-ciang adalah ilmu
tunggal yang tiada taranya. Pukulan ini dapat dilontarkan
hanya dengan sekali sedotan napas yang dilandasi tenaga
murni,jadi tidak usah ganti napas mengerahkan tenaga pula,
meminjam daya putaran tubuhnya itu tenaga pukulannya bisa
dikembangkan secara beruntun
Karena itu dikala Pek Ing berhasil meluputkan diri dari
hantaman pertama, Ginjutay-beng meminjam tenaga tekanan
kebawah itu untuk mencelat mumbulpula dengan putaran
sekali lagi, begitulah secara beruntun dia melontarkan
pukulannya dari udara. Maka terdengarJi-hong menggerung
pendek seperti sapi disembelih, badannya mencelat terbang
tiga tombak. Untung dia pandai melihat keadaan, lompatannya kedepan
sekaligus didorong tenaga pukulan lawan hingga luka-lukanya
tidak begitu parah, begitu kaki menyentuh tanah sekalian dia
menjejak bumi hingga tubuhnya melesat pula kedepan, hanya
beberapa kali lompatan pula bayangannya sudah lenyap
ditelan gerombolan pohon.
Ginjutay-beng tidak menduga bahwa lawan melicin itu,
demi melarikan diri, saudara sendirijuga tidak dihiraukan,
malah ngacir tanpa memberita h u kepada saudaranya. Dikala
dia menyeringai hina dan geleng geleng menghadapi
perbuatan rendahJi-hong yang tidak tahu malu ini. Mendadak
didengarnya jeritan keras yang mengerikan dari arena
pertarungan sebelah sana. Waktu dia menoleh kebetulan
dilihatnya badan Toa hong yang tinggi besar itu mencelat dua
tombak jauhnya, darah menyembur dari mulutnya.
Ternyata begitu Ginju^ay-beng, hinggap dimuka bumi, di
sanaJian-li-tok-heng juga mencelat keudara. Ginkangnya
memang tidak lebih unggul dibanding Gin-ji-tay.beng, namun
mempunyai keistimewaannya sendiri pula. Tampak selincah
naga dia kembangkan kedua tangannya memukul beruntun
dengan gencar. Memang sudah terluka, tenaga makin lemah, meski lukaluka
sudah diobati dan darah tersumbat keluar, namun dalam
keadaan kepepet lagi, gerak geriknya sudahjauh lebih lamban-
Dengan kertak gigi sekuatnya dia berhasil mengegos diri dari
empat j urus serangan lawan, namun punggungnya kembali
termakan jotosan keras, hingga tubuhnya ambruk tak bangun
lagi. Tanpa hiraukan korbannyaJian-li-tok-heng memberi tanda
ulapan tangan kepada Gin-ji^tay-beng terus melesat masuk
kedalampintu dibelakang perkampunganTiraikasih
Website Sementara itu Liok Kiam-ping masih melabrak Tay-bok-itsiu
yang dibantu tiga jago kosen Ha m-ping-kiong
denganpedang danpermainan telapak tangannya, walau
permainannya cukup kuat dan mantap. tapi Lohsing-cianghoatTay-
bok^it-siujuga kepandaian tunggal yang sudah
terkenal kelihayannya bila dikembangkan sampai puncaknya,
perbawanya juga amat mengejutkan-
Mau tidak mau Liok Kiam-ping membatin, kalau jalan
pertempuran bertahan begini saja, kapan berakhir, terpaksa
harus melancarkan serangan total dengan jurus tunggal, kalau
tidak perlu dua ratus j urus baru dia mampu merobohkan para
lawannya. Keinginan timbul tenaga dalampun serta merta dikerahkan,
gaya pedang ditang a n kanan menyontek, dia bergerak
denganjurus Sip-yang-say-loh. Berbareng telapak tangan kiri
mertggempur lebih dahsyat lagi denganjurus Liong-jiau-kingthian-
Tampak sinar pedang berkelebat diseling telapak
tangan yang berlapis-lapis, laksana hujan badai, ke empat
lawannya dirabu dan dilabraknya.
Walau harus tumplek seluruh perhatian dan kerahkan
segala kemampuan, sedikit banyak Ta y- bok-it-siu sudah
meraba sampai dimana kehebatan permainan Liat-jit-kiamhoat
dan Wi- liong- ciang Llok Kiam-ping, karena itu sejak
mula dia sudah waspada dan bersiaga. Setiap j urus
permainan diperhitungkan supaya tidak kebacut terperangkap
oleh pancingan lawan- Melihat pancaran cahaya surya dari pedang lawan tampak
lebih benderang menyilaukan mata. dia tahu jurus kali inijauh
lebih ampuh dari dua jurus terdahulu, sudah tentu dia tidak
berani ayal, secepatnya dia mengegos sambil melompat
mundur, syukur berhasil menyelamatkan diri. Tapi belum
sempat dia membalik tubuh, didengarnya suara keras diseling
dua kalijeritan ngeri. Dua orang pengeroyok dari cap-ji-sat-sing tampak
terlempar dua tombak tak bangun lagi, darah masih terus
menyembur dari mulut mereka.
Liat-jit-kiam-hoat memang ilmu sakti warisan jaman kuno,
kapan hadirin pernah melihat kehebatan ilmu pedang sepetti
itu, Disaat mereka tersirap kaget dan melongo, sebelum
menyadari apa yang telah terjadi. sebuah lengking suara
suitan keras mendadak berkumandang dari dalam
perkampungan, menyusul sesosok bayangan orang laksana
kilat meluncur datang, dalam sekejap sudah meluncur turun
hinggap ditengah arena. Waktu Kiam-ping angkat kepala, dilihatnya pendatang
adalah seorang lelaki tua, berambut, jenggot dan alis uban,
perawakannya kekar tegap. wajahnya merah kereng, kedua
matanya merem melek memancarkan sinar cemerlang.
Menyusul terdengar bentakan-bentakan sekeras guntur dari
dalam perkampungan, maka terjadilah hujan panah yang tidak
terhitung banyaknya memberondong keluar secepat kilat.
Ki-ling-sin Siang Wi berada paling depan, meski dia
memiliki ilmu kebal badan, badan tidak mempan senjata,
namun d iba wah hujan panah begini, karena dia menerjang
terlalu bernafsu, maka tak berani dia biarkan anak panah
mengenai tubuh, sambil putar kencang pentungnya dia
menyurut mundur, mungkin terlalu gugup dia berkelit, tak
urung dua panah menancap dipantatnya, untung kulit
badannya tebal, dagingnya kokoh kuat lagi, rasanya juga
hanya seperti digigit semut saja, anak panah mencelat jatuh
ditanah. Namun hal ini sudah memancing amarahnya, ia
membentak gusar: 'Anak kura-kura, kalau berani h ayo keluar,
main sembunyi lelaki gagah macam apa ?"
Tapipembidikspembidik yang sembunyi dibalikpintu apapun
tidak berani keluar, biar pecah tenggorokannya, caci makinya
tidak dihiraukan- Apa boleh buat terpaksa Ki-ling-sin seret
pentungnya putar balik ke arena disebelah luar.
Begitu Ki-ling-sin mundur dari dalam pintu baru memburu
keluar puluhan anak buah Ham-ping-klong yang semuanya
berseragam hitam, semua membawa busur danpanah, cepat
sekali mereka memencar keempat penjuru, orang-orang
Hong- lui- bun telah di kepung.
Dengan sikap gagah dan congkak laki-laki tua bertubuh
kekar itu bertolak pinggang, pandangannya tampak
meremehkan- jeng ekny a: 'Anak muda, kau inikah Pat-pikimliong,
tunas muda yang baru angkat nama ?"
Kiam-ping menarik muka, katanya dingin: "Sebagai kaum
kroco tak bernama di Kangouw, malu aku menyebut gelar
segala, kukira tuan seorang yang cukup tenar, boleh aku tahu
gelaranmu "' "Bagus, Lohu adalah Peksbi-sian-ang (Ki dewa alis putih)
Tanghong ^ Sute Ham-ping Lojin- Kabarnya kau memukul
mampus cengsan-biau-khek, menusuk mati G-^hu-cu,
menggetar luka parah Hwi khong Tianglo dariBu-tong,
perbawamu menggetar nyali Tang- ling, Hwe-hun-cun-ciapun
kaujagal, betapa kejam dan culas perbuatanmu, kejahatanmu
yang busuk telah tersiar luas di Kangouw. Lohu ingin tanya
kepadamu, ada permusuhan apa mereka dengan kau, berani
kau turun tangan sekeji itu "'
Mau tidak mau Kiam-ping melenggong, pikirnya: 'Menurut
Lo-koko, jauh pada empat puluhan tahun yang lampau Peksbisian-
ang sudah menggetarkan daerah perbatasan utara.
kungfunya tinggi, setaraf dengan Ham-ping Lojin Suhengnya.
Tapi sifatnya angkuh. dalam menyelesaikan urusan selalu
membawa adatnya sendiri, maka segala lapisan persilatan, jeri
bila berhadapan dengannya, namun selama hidupnya tak
pernah dia melakukan kejahatan.'
Mengorek persoalan lama membakar dendam Llok Kiamping,
mendadak Llok Kiamping terloroh-loroh, katanya:
'Sepuluh tahun yang lalu, untuk merebut Wi-llong-pit-kip dan
Hiat-loong-po-glok, enamperguruan diTay-pa-san mengeroyok
ciang-kiam-kim-liong, tentang peristiwa ini yakin tua n pernah
mendengarnya jug a. Tiga tahun yang lalu secara licik cengsan-
biau-khek menyergap Lui G^-ok. tentu hal inijuga sudah
kau selidiki, ibunda ku gugur lantaran polah orang-orang B utong
yang katanya welas asih dan berhati bajik. ayahku mati
ditangan IHwe-hun, apakah itutidakpatut kutuntut balas. Kini
dikala cayhe keluar pintu, markas kosong pihak Ham-pingklong
menyerbu dan menduduki Kwi-hun-ceng dan merebut
tanda kebesaran dan barang barang berharga perguruan kita,
anak murid kami tak terhitung yang jadi korban, betapa culas
dan jahat perbuatan mereka, tolong tuan memberikan
keadilan kepada kami."
Pidato Kiam-ping yang berapi-api penuh tuduhan membuat
Peksbi-sian ang kehilangan muka dihadapan anak buah
sendiri, namun dasar wataknya angkuh, dari malu dia menjadi
gusar, betapapun dia pantang dibikin malu dimuka umum,
dengan mendengus segera dia mendebat: "Semua itu perlu
diselidiki kebenarannya, tapi semua korban ini jelas adalah
hasil perbuatanmu?" tangannya menuding mayat-mayat anak
buah Ham-ping-klong yang menggeletak ditanah. Berdiri alis
Llok Kiam-ping, jeng ekny a:
"Kawanan tikus, kalau tidak dibunuh memangnya dibiarkan
mengganas ?". "Anak muda, perbuatanmu memang kejam, bukti didepan
mata, terpaksa Lohu memberi hajaran setimpal kepadamu."
"Dihajar terus terang aku tidak berani terima, namun kalau
tuan ada minat, boleh kau tunjukkan beberapa jurus
permainan kaki tanganmu, biar cayhe nanti menilainya apakah
kau patut dilayani."
"Bocah menyenangkanjuga menghadapi kesombonganmu,
dalam usiamu yang masih muda begini, memangnya berani
kau melawan beberapa jurus pukulanku."
Karena disebut "bocah" Kiam-ping menjadi gusar, jeng
ekny a: "Kalau tidak perca y a, boleh silahkan mencobanya.'
"Baik, Lohu ingin menimbang berapa sih kemampuanmu."
Lalu melangkah maju tiga tindak. seraya meng konsentrasikan
diri, siap menyambut serangan- Ditunggu sesaat lamanya.
dilihatnya Kiam-ping berdiri santai tidak bergerak.
memandangnya dengan senyum dikulum malah, segera dia
menantang . "Bocah, h ayolah serang."
Llok Kiamping tersenyum, ujarnya:
"cayhe selamanya tidak pernah turun tangan lebih dulu."
Karuan berkobar amarahnya, seketika alis putihnya
bergetar, rambutpun menegak sambil menggeram gusar,
kedua tangan menggunakan setengah tenaga menekan dan
menggentak keluar, berbareng mulut membentak
"Lihat serangan-" jangan kira kedua tangan itu hanya
menekan perlahan, namun damparan angin dingin yang keluar
ternyata dari lamban semakin kencang, sambung
menyambung seperti damparan gelombang samudra
menerjang kearah Llok Kiam-ping, Sebelum tenaga pukulan
tiba, hawa dingin sudah merangsang badan.
Llok Kiam-ping tahu betapa hebat Ha mping-ciang, tiada
orang yang bisa ditolong bila terkena pukulan dingin, lekas dia
kerahkan Kim -kcng-put-hoay-sin-kang, tiga kaki sekitar
tubuhnya dibungkus tabir hawa yang kokoh tak tertembus
oleh apa pun- Disamping itu dia kerahkan tenaga dikedua
lengan, sekali sendai, dengan lima bagian tenaga diapun
menepuk sekali. Pertemuan dua kekuatan menimbulkan
pergolakan hawa sehingga beberaga tombak sekitar
gelanggang seperti diserang angin les us.
Setelah ledakan keras mereda, tampak Pek-bi-sin-ang
tertolak mundur setapak, sementara Llok Kiam-ping hanya
menyurut setengah tindak. Karuan Pek-bi-sian-ang kaget dan
melengak. dia kira lawan mudanya ini, barusan sudah
kerahkan seluruh kekuatannya, dirinya rugi karena
memandang enteng lawan, lekas dia menggerakkan kedua
tangan, pelan-pelan kedua lengan terkembang lalu menggaris
bundar ketengah, sambil membentak: 'Sambut sekali lagi
serangan Lohu.' sekarang dia kerahkan delapan bagian
tenaganya, sudah tentu kekuatan pukulannya jauh lebih lebih
Panji Tengkorak Darah 7 Sebilah Pedang Mustika Karya Liang Ie Shen Pendekar Riang 1
^