Pencarian

Hong Lui Bun 21

Hong Lui Bun Karya Khu Lung Bagian 21


kami.' seorang laki bicara dengan nada runcing:
'Kenyataan mungkin demikian, tapi Kungfu bocah yang satu
ini memang luar biasa. berapa kali terjebak dalam keadaan
yang tidak mungkin hid up, tapi kenyataan dia masih segar
bugar sampai sekarang. Berapa jago kita yang gugur
ditangannya. Bahwa Tangkeh suruh kami ke mari pasti punya
alasannya, sebagai pelaksana perintah, kukira kita perlu
bertindak hati-hati' Keduanya lantas diam cukup lama, hanya langkah suara
mereka yang terdengar makin dekat.
Suara gembreng serak itu kembali memecah kesunyian-
"Sungguh sial, sudah susah payah semalam suntuk, kami
masih disuruh memeriksa daerah seperti ini. Eh, Coanghuhoat,
bukankah mereka sudah berangkat.'
Suara runcing menjawab: "Soal itu aku sendiri kurang jelas.
Cong- tangkeh suruh kami memeriksa daerah ini, lalu
langsung kembali kemarkas cabang di Kang pak untuk
bergabung dengan pasukan ind uk. "
Agaknya orang bersuara serak itu berangasan, katanya
uring-uringan: 'Sontoloyo, kiranya mereka sudah sekongkol
lebih dulu. celaka, kami yang disuruh bekerja berat, kami
memang harus waspada, kecuali bocah itu, orang tua kate
itujuga tidak gampang dilayani.'
Suara runcing berkata: "Kukira tidakjadi soal, kakek kate itu
masih mampu kami berdua membereskan dia. Hari sudah
terang tanah, lekas kita periksa ala kadarnya, aku kuatir kita
terlambat, menyusul mereka"
Langkah berat itu makin dekat tinggal lima tombak dari
persembunyian Liok Kiam-ping.
Waktu dia melongok keluar tampak kedua orang ini sudah
berusia tujuh puluhan, keduanya berpakaian serba hitam,
yang disebelah kiri bertubuh tinggi. tulang pipinya menonjol
tinggi kedua matanya cekung. bibir nya tipis. jelas dia seorang
culas yang banyak akalnya.
Yang sebelah kanan bertubuh lebih gemuk. perawakannya
juga tinggi, mukanya bundar, alisnya putih pendek. matanya
besar dari gaya jalannya yang kasar kelihatan dia bewatak
berangasan., Sebat sekali Liok Kiam-ping menyelinap kebelakang batu
besar. Kedua orang itu tanpa sadar gerak geriknya diintip
orang, mereka masih terus maju dengan langkah lebar.
Suasana memang hening, mimpipun mereka tidak menyangka
bahwa korban yang mereka cari ternyata sedang mengintip
mereka. Begitu kedua orang itu melewati batu besar, bagai setan
gentayangan Liok Kiam-ping melompat keluar dari batu besar
merunduk tanpa suara kebelakang mereka, berbareng kedua
lengan berputar lalu disodokkan kedepan- Dengan jurus Liongkiap-
sin-gan kedua tangannya menepuk punggung musuh.
Sergapan dilontarkan disaat musuh tidak siaga, mendengar
angin pukulan kedua orang itu tak sempat membalik atau
menangkis, terpaksa mereka melompat berpencar ke kanan
kiri. Tapi menghadapi Wi-liong ciang yang digdaya, walau cepat
mereka berkelit, tak urung pundak mereka keserempetjuga
oleh angin pukulan- "Plak, Plok" tampak kedua orang itu
tersuruk tiga langkah, sakitnya bukan main-
Mereka kaget dan tersirap darahnya karena insyaf
pembokong memiliki kungfu tinggi, mereka punya maksud
sama ingin tahu siapa pembokong nya, serempak keduanya
membalik badan serta melotot gusar. Tapi seketika mereka
menjublek. awah seperti copot dari badan kasar mereka,
jantung berdebar keras, dalam hati mereka membatin:
"Mustahil bocah ini masih hidup setelah ditelan lautan api.
Memangnya dimana dia menyembunyikan diri " Kecuali masuk
kedalam tanah..." Liok Kiam-ping mendengus sambil maju mendesak. katanya
serius: "Tempat apakah ini " Kemana Hamping leng-mo"
Bicaralah terus terang, jiwa kalian akan kuampuni."
Mendengar suara Liok Kiam-ping baru kedua orang itu
tersentak sadar dari lamunanannya yang bersuara runcing
tertawa dipaksakan, katanya: "Kami Hanya menjalankan
perintah dan baru saja tiba ditempat ini. Ke mana cong
tangkeh pergi mana kami tahu, kalau Siauhiap mendesak ingin
tahu, kami berdua tak boleh berpeluk tangan." bicaranya
kalem, tapi nadanya ketus.
"Tadi kudengar kalian baru berpisah dengan iblis tua itu,
kenapa begitu Cepat menjadi lupa " Tempat apa yang
dimaksud dengan "didepan" dalam pembicaraan kalian tadi"
Ada tujuan apa pula harus ke sana " Kuharap kalian bicara
terus terang daripada awak sendiri kesiksa, kalian akan
menderita percuma." Laki-laki tua agak gemuk itu sudah tak sabar lagi, dengan
alls tegak dia bersuara dengan suara serak: "Buat apa
Cerewet saja, memangnya dengan tenaga kami berdua tidak
mampu membereskan keparat ini."
"Kalian tidak mau mendengar nasehatku baiklah boleh maju
bersama. Menyingkat waktu dan menghemat tenaga." ujar
Liok Kiam-ping tertawa. Laki-laki tua bersuara runcing tahu gelagat tidak
menguntungkan pihaknya, diam-diam dia memberi kedipan
mata kepada kawannya, otaknya bekerja mencari akal,
sementara kedua orang ini berdiri menjublek kahabisan akal.
Liok Kiam-ping berseru kereng: 'Sudah takut kalian" Lekas
mengaku terus terang saja, kalau hilang sabarku, kalian akan
merasakan kelihayanku."
Tanpa pedulikan sikap temannya, suara serak itu berkata:
"Bocah keparat ingin mampus, lihat serangan." kedua
tangannya memukul dengan tenaga dahsyat kearah Liok
Kiam-ping. Sudah tentu langkahnya ini membuat gugup dan
kuatir laki-laki suara runcing, karena kepepet terpaksa dia
harus mengiringi serangan kawannya. Mendadak dia ikut
menyergap dari kiri. Kedua rangannya menggapai lalu
menggulung keluar dengan dorongan dahsyat, perbawa
pukulannya jelas tidak lebih asor dari serangan temannya.
Liok Kiam-ping menyeringai dingin, Ling hipou
dikembangkan, sekali berkelebat dia menyingkir tiga
tombakjauhnya. Katanya tertawa: "Biar cayhe mengalah tiga
jurus, tiga jurus kemudian kalian harus waspada."
Sudah tentu kedua lawannya gnsar karena dlolok-olok.
terutama laki laki agak gemuk itu, saking gemas giginya
sampai berkerutukan- Begitu sejurus serangannya luput, tanpa
bicara dia menubruk maju sambil melontarkan pukulan
dengan kedua tangan- Demikianpula temannya mendesak
maju sambil memukul sejurus dari kanan. orang ini ebih
Cermat dan pandai mengunakan otaknya, tahu bahwa
pukulannya takkan mengenai sasaran, maka dia tidak
mengerahkan tenaga sepenuhnya.
Liok Kiam-ping memang berkelit dengan Ling- hipou. Tapi
disaat badannya berkelebat itulah segulung tenaga tahu-tahu
menguntit gerakannya menerjang dari belakang. sebat sekali
dia kerahkan tenaga diujung kaki mengembangkan gerakan
lihay dari Ling-hi-pou beruntun dia ganti tiga posisi langkah
sambil berputar dan berhasil menyelamatkan diri. Karena
takabur hampir saja dia kecundang oleh bokongan musuh,
karuan berkobar amarahnya engeknya dingin: "Masih ada
sejurus lekas turun tangan- cayhe tidak bisa menunggu lama."
Kedua jago Ham-ping-kiong itu berdiri menjublek, sekilas
mereka beradu pandang serempak menghardik keras terus
menubruk dari kanan kiri, empat telapak tangan memukul
dengan kekuatan dahsyat menerjang kearah Liok Kiamping.
Kali ini mereka mengerahkan dua belas bagian kekuatan,
maklum kalau pukulan mereka dahsyat luar biasa.
Liok Kiam-ping tetap gunakan Ling-hi-pou, dengan gaya
santai dia melayang pergi luput darijangkauanpukulan lawan,
sekali berkelebat pula dia menyelinap diantara bayangaii
kedua musuhnya. Tujuannya membekuk mereka hidup-hidup
maka dia tidak ingin melukai lawan, kalau mau sejak tadi
kedua orang ini sudah dihantamnya mampus.
G-ak tubuhnya enteng dan lincah berlompatan kian kemari,
kedua jago Ham-ping kiong diajak mainpetak meski sudah
kerahkan seluruh tenaga dan kembangkan kemampuan, ujung
baju lawan ternyata tidak mampu disentuhnya.
Duapuluhjurus kemudian, kedua jago Ham-ping- kiong itu
makin ciut nyalinya, gerak kaki tangan makin lambat, melihat
saatnya sudah tiba Liok Kiam-ping tidak mau membuang
waktu, sekali berkelebat dia menyelinap ke belakang lakl-laki
gemuk. dengan ujung jari dia menutuk darijarakjauh. Laki laki
gemuk mengerang tertahan, "Bluk" tubuhnya roboh mencium
tanah. Karuan pecah nyali orang tua itu, lekas dia putar tubuh
hendak lari. Sudah tentu Liok Kiam-ping tidak tinggal diam,
kaki menjejak segera dia melejit jauh, baru saja langkah
pertama orang itu bergerak, Hiat-to dipunggungnya sudah
tertutuk oleh Kiamping, seketikamata gelap tubuhpun
tersungkur jatuh. Kiam-ping tahu kalau ingin tahu seluk-belukpersoalannya
harus dikompes dari keterangan orang tua ini. Maka tanpa
ayal dia memburu maju serta membuka Hiat-tonya, dengan
mengancam Bing bun hiatnya dia berkata kereng: 'Kau juga
orang ternama dalam Bulim, kenapa tidak tahu diri. Kuharap
kau suka bicara terus terang, kalau membandel biar nanti kau
rasakan Siu im cek-meh." "
Semula tersirap darah orang tua ini mendengar Siu-im-cek
meh, namun melihat usia orang masih begini muda, padahal
Siu im-cek meh, adalah ilmu tutuk ajaran tokoh silat lihay
seratus tahun yang lampau, konon sudah putus turunan,
bocah ini tak mungkin memiliki ilmu keji ini, mengira orang
hanya menggertak maka dia hanya mendengus hidung
lalupejam mata tak mau bicara.
Liok Kiam-ping mengulang pertanyaannya dua kali, orang
tetap diam tak peduli, karuan amarahnya berkobar, Dua
jarinya segera bekerja kilat menutuk belasan Hia-to ditubuh
orang terpaksa dia gamplok orang pantat orang lebih keras,
dia berdiri santai mundur beberapa langkah menanti reaksi
tutukannya. Semula orang tua itu masih tidak merasa apa-apa setelah
beberapa Hiat-tonya tertutuk. beg itu melihat Liong Kiam-ping
mundur agakjauh, merasa ada kesempatan, mendadak dia
kerahkan tenaga hendak melompat berdiri. celaka karena dia
mengerahkan tenaga, mendadak darah dalam tubuhnya
bertolak belakang sekujur badan sakit linu dan pegal seperti
diiris-iris, denyut nadinya keras, darah yang mengalir seperti
barisan semut yang ribuan.
Bukan saja sakit, tapi juga gatal, lebih celaka lagi tubuh
lemas tenaga tak mampu di kerahkan, keringat berketesketes,
namun dia masih kertak gigi sambil bergulingan. Liok
Kiamping tersenyum saja sambil mengawasi dengan sadis, kini
korbannya mulai mengejang dan kelejetan, mulutnya megapmegap.
ternyata sukar bicara, beberapa kejap lagi,
keduamatanya mendelik, kepala mengangguk kearah Liok
Kiam-ping, mulutnya yang megap megap mulai berdarah,
namun kini bisa bersuara tergagap: "To... long... buka .. dulu
Hiat... to... ku aku... mau... bicara"
Kuatir orang hanya bermain sandiwara dan berpura-pura,
usahanya bukan mustahil bisa gagal, maka dia tutuk dulu
Hiat-to pelemas tubuhnya, baru jarinya menutuk pula
beruntun membuka siu-im-cek-tek.
Mungkin tutukan yang mengakibatkan aliran darah bertolak
belakang ini teramat berat dan menderita, bila berlangsung
sedikit lama, tenaga sikorban akan terkuras terlalu besar maka
beg itu tutukan dibebaskan, orang tua itu menjadi lunglai dan
jatuh semaput malah. cukup lama kemudian baru siuman
sambil merintih-rintih begitu membukamata dia berusaha
berduduk. namun kaki tangan masih lemah tak mampu
merangkak. tahu Hiat-to pelemasnya juga dikuasai lawan,
maka dia menghela napas panjang, katanya: "Sayang setua ini
kungfuku bukan tandiganmu, setelah jatuh ditanganmu yah
aku pasrah nasib saja. Kau ingin tanya apa?"
Liok Kiam-ping bicara dengan serius:
"Untuk membalas sakit hati cayhe harus melanglang buana,
segala Cara kuhalalkan, setiap langkahku penuh bahaya,
terpaksa aku harus bertindak secara tegas, jadi bukan sengaja
aku mau menghina atau menyiksamu. Kau bertugas ditempat
ini" Ham-ping- leng- mo memancing cayhe kemari' Dimana dia
menyembunyikan diri" Muslihat apa yang telah dirancangnya"'
Setelah menghela napas, orang tua itu berkata: "Tempat ini
di namakan Eng-jiu-gay, merupakan salah satu markas
Cabang Ha mping- kiong. Sejak berhasil meyakinkan Hianping-
im-sat Ham-ping Lojin bertekad untuk membekuk dan
mengalahkan Siauhiap. Maka beliau sengaja memancing kau
kemari. Dibawah sini ada jalan rahasia dibawah tanah yang
menembus kengarai buntung dibalik gunung sana. Ham-ping
Lojin sekarang sudah masuk kota mengerahkan tenaga
meluruk keselatan- Kemana tujuannya dan apa rencananya,
cayhe tidak jelas, kemungkinan akan bergabung dengan lima
perg uruan besar hendak mengeroyok dirimu." -
Bahwa persoalan menyangkut pula kelima pergururuan
besar. membuat Liok Kiam-ping bimbang dan curiga, katanya
dengan menegakkan alisnya: "Nanti dulu, lima perguruan
besar tiada permusuhan dengan kita, kenapa bergabung
hendak mengeroyok aku " Apakah dibalik persoalan ini ada
muslihat keji orang lain "'
'Lohu hanya tahu kulitnya saja, duduk persoalan yang
sebenarnya aku tidak jelas." sahut orang tua itu.
"Ham-ping Lojin mengerahkan seluruh kekuatannya ke
selatan, apakah hendak menyerbu dan menduduki markas
besar Honglui-pang kita " "
"Apa yang kuketahui sudah kupaparkan secara jelas,
terserah bagaimana Siauhiap akan bertindak. "
"Kalau demikian, baiklah, kau boleh pergi" lalu dia buka
Hiat-to pelemas orang tua terus melangkah pergi ke ngarai di
belakang gunung. Sekali lagi Liok Kiam-ping telah bertindak gegabah dan
lalai, karena hanya ingin menepati janji tidak membunuh
orang tua ini Hampir saja dia mati dan terjebak oleh
muslihatnya. Lekas sekali dia sudah menemukan mulut gua yang
lebarnya cukup untuk masuk satu orang, karena tetumbuhan


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

disekitar mulut gua sudah terbakar hang us, maka keadaan
dalam gua terlih at jelas, menguatirkan keselamatan Aipongsut,
tanpa ragu sedikitpun Liok Kiamping lantas menyusup
kedalam gua. Dalam gua, lembab dingin dan gelap. bau gosong masih
merangsang hidung. Untung Lwekang Liok Kiam-ping tinggi,
mata kuping tajam luar biasa, mesti ditempat gelap matanya
bisa melihat jelas seperti ditempat terang, Kungf u tinggi nyali
besar, dengan langkah lebar dia menyelusuri goa panjang itu.
Melihat Liok Kiamping masuk kedalam gua, orang tua itu
seketika unjuk senyum sadis, perlahan dia berdiri, lalu
membuka tutukan hiat-to orang tua gemuk. setelah bisik-bisik,
kedua orang ini menguntit jejak Kiam-ping.
Panjang gua ini setengah li, jalan satu-satunya yang
menembus ke ngarai buntung, di ujung kedua mulut gua
dipasangi pintu rahasia yang dikendalikan dengan alat rahasia.
Setelah mengundurkan diri dari gua panjang ini, Ham-pingleng-
mo sudah menyumbat mulut guanya. Sementara alat
rahasia disebelah sini rusak karena terjadinya kebakaran, yang
ada hanyalah gua kosong serba gelap dan hangus.
Hal ini tidak diketahui oleh Liok Kiamping, dia tetap berjalan
cepat kuatir ketinggalan, kedua kakek kurus gemuk antek
Ham ping Lomo terus menguntit, menjelang sampai dimulut
gua mereka saling bisik lagi. Dari dalam bajunya kakek kurus
tua itu mengeluarkan Pi-lik-ling hwe-tam (granat geledek
berapi) sisa dari granat yang sedianya membumi Hangus kan
seluruh hutan belantara ini terus dilempar kedalam gua.
"Blaam." "ledakan keras dan gemuruh menggoncangkan
bumi, tanah dan batu diatap gua runtuh sedahsyat gugur
gunung. Waktu Liok Kiamping memburu balik dan tiba di
tempat kejadian, mulut gua sudah tersumbat dan buntu,
setitik sinarpun tidak kelihatan- Walau Lwekangnya luar biasa
tinggi, pengalaman tempur juga amat luas, kini dia betul-betul
mati kutu dan menjublek ditempatnya. Jalan mundur sudah
buntu, harapan untuk keluar hanya maju terus pantang
mundur. Setiba dimulut gua bagian ngarai buntung, Kiam-ping coba
dorong daonpintu, ternyata bergemingpun tidak. karuan
hatinya gelisah. Menyesal kenapa bertindak secara ceroboh,
mau mundur sudah buntu, betapapun tangguh Lwekang dan
gagah perwira dirinya, kalau lama terkurung disini juga
akhirnya mati kelaparan- Tapi Liok Kiam-ping pemud a yang cerdik panda i, tidak
kenal putus asa, pikirnya.:
Pintu sebesar dan seberat ini, untuk buka tutup pasti
dikendalikan dengan alat rahasia. Kalau ada tombol untuk
membuka pasti berada didalam gua ini, dengan ketekunan
dan kesabaran pasti dapat kutemukan." semangatnya
berkobar, dengan penuh perhatian dia lantas mencari dan
mencari. Walau gua ini gelap gulita, tapi bukan jadi soal bagi
Liok Kiam-ping yang dapat melihat ditempat gelap. akhirnya
ditemukanj uga dua kuntum kembang hiasan teratai yang
bagian bawahnya ada garan pegangan yang bergantung di
atas dandang sebelah kanan.
Liok Kiam-ping coba menekan kembang teratai besi itu,
rasanya seperti terpalu di atas dinding, diputar dan dipelintir
sekuat tenaga juga tidak bergeming, Tapi kembang teratai
kedua ternyata bisa dia gerakan dan diputar beberapa kali
lingkaran, namun akhirnya berhenti dan mati tak mau
bergerak pula. Terpaksa Liok Kiam-ping memutar pula kearah
terbalik. Diluar dugaan dibalik dinding terdengar suara
gemuruh seperti ada roda raksasa bergerak. seiring dengan
gemuruhnya suara itu daon pintu gua yang besardan berat itu
bergerak mundur, kekanan kiri.
Girang Liok Kiam-ping bukan main, segera dia tambah
tenaga serta menariknya lebih keras, maka daonpintu
bergerak lebih cepat dan amblas kedalam dinding gunung.
Ternyata hari sudah terang tanah, sinar pagi menyilau
mata, berdiri diatas ngarai buntung Liok Kiam-ping memicing
mata, lalu menarik napas panjang.
-ooo0dw0oooo- Dua ekor kuda tengah dilarikan kencang dari arah kota
Tong-koan kearah selatan yang menuju ke Ling po, mereka
adalah seorang pemuda gagah cakap dan seorang laki-laki tua
tambun berusia delapanpuluhantahun. Seperti diburu tugas
penting layaknya mereka membedal kuda dengan sikap
gelisah dan kuatir. Pembaca tentu sudah meraba, tua dan muda penunggang
kuda ini bukan lain adalah Liok Kiam-ping dan Aipong-sut
Thong cau. Setelah tahu Ham-ping Lomo dengan para
begundalnya meluruk keselatan hendak menyerbu markas
pusat Hong-lui-pang mereka, kedua orang ini lupa makan dan
tidur, selama beberapa hari ini menempuh perjalanan pulang
ke KuHun-ceng. Untuk menghemat waktu, mereka lewatjalan
peg unung an yang lebih dekat.
Setelah singgah di kota Lam- Jiang, mereka meneruskan ke
timur Jik-nam, menjelang magrib hari ketiga baru mereka
memasuki kota Hap-pui di Propinsi An-hwi. Bukan saja mereka
sudahpenat danpayah, kuda sudah ganti berulang kali juga
kepayahan pula. Terpaksa malam ini mereka harus menginap
di Thay-an-khekscin di kota Hap-pui.
Hap-pui adalah kota penghasil beras, perdagangan di kota
ini amat makmur, waktu itu magrib telah tiba, penduduk mulai
pasang lampu, pejalan kaki makin ramai dijalan raya, makin
gelap keadaan makin ramai.
Setelah members ihkan badan mereka keluar kamar
mencari makan- Keramaian yang meliputi seluruh kota tidak
menjadi perhatian mereka. Mereka berjalan kebarat sambil
celingukan, didepan rumah makan cui-bingkek mereka
berhenti, baru saja hendak melangkah masuk, sekilas ujung
mata Ai-pong-sut menangkap gerakan seorang yang
mencurigakan lenyap ditengah orang banyak. Terasa oleh Aipong-
sut bayangan orang seperti sudah dikenalnya, namun
sukar teringat dimana dan kapan dia pernah kenal orang tadi,
namun hal ini tidak masuk dalam perhatiannya, hal ini juga
tidak diberitahUkan kepada Liok Kiam-ping, sambil tertawatawa
mereka beranjak masuk naik keloteng serta mencari
duduk yang dekat jendela.
Beberapa hari menempuh perjalanan, perut betul-betul
sudah ketagihan, mumpung ada kesempatan maka mereka
pesan menu kesukaan mereka dan makan minum sepuasnya.
Mereka makan tanpa banyak bicarajuga tidak peduli orangorang
sekelilingnya. Padahal perhatian Liok Kiam-ping tidak pernah lepas
terhadap seorang pemuda berpakaian ringkas yang duduk
dimeja dekat undakan loteng sebelah kiri, memakai topi
beludru lebar seperti topi yang biasa dikenakan penunggang
kuda dipadang rumput, waktu makan topi ditariknya turun
hingga menutupi wajah, matanya juga sering melirik kearah
Liok Kiamping, gerak geriknya seperti takut dipergoki orang.
Pengalaman Liok Kiam-ping sebetulnya belum cukup
matang, namun melihat sikap pemuda ini, dalam hati diasudah
merasa ada sesuatu yang patut dicurigai, maka sering dia
meliriknya. Betul juga secara diam-diam pemuda itu
menggerakan kedua tangannya dengan suatu gaya aneh
sebagai pertanda rahasia dari anggota Hong-luipang mereka
bila berhadapan dengan sang Pangcu, lalu dia berdiri
membayar rekening dan turun ke bawah.
Dari gerak gerik pemuda tadi Liok Kiam-ping memperoleh
firasat bahwa Hong-lui-pang mereka agaknya memang sedang
mengalami ketegangan, bahaya sedang mengancam jiwa
mereka, kalau tidak tak mungkin mereka bertindak begitu
rahasia dan hati-hati. Maka dia berbisik kepada Ai-pong.sut,
kejap lain merekapun sudah berada dibawah loteng.
Begitu berdiri diambang pintu, Liok Kiam-ping bermata
tajam, dia melihat tanda rahasia Hong lui-pang yang memberi
petunjuk supaya menuju kearah timur. Maka Liok Kiam-ping
berdua terus berjalan menu menuju ke arah yang ditunjuk,
lekas sekali satu li sudah mereka capai, kini mereka berada
didepan sebuah hutan jauh diluar kota.
Baru saja Liok Kiam-ping hendak menyelinap kedalam
hutan, mendadak terdengar suara bentakan dari beberapa
orang yang lagi bertarung. Bergegas Kiam-ping berdua
memburu kedalam. Tampak anggota Hong-luipang yang tadi
makan minum direstoran tadi sedang dikeroyok oleh tiga
orang persilatan, topi besar pemuda tadi sudah terlempar
ditanah, ditengah samberan pukulan tiga pengeroyoknya,
pemuda itu sudah pontang panting, napas memburu. keringat
gemerobyos, langkahnya enteng dan sempoyongan, jelas
beberapa kejap lagi pasti tak kuat bertanan lagi.
Kiam-ping dan Ai-pong-sut amat benci main keroyok.
hampir meledak dada mereka saking gusar, si tua berangasan
Ai-pong-sut segera membentak: "Anggota Hong-luipang
jangan kaget dan takut, serahkan ketiga kurcaci ini kepadaku."
sebat sekali dia menyelinap terjun ke arena pertempuran,
Dimana kedua tangannya terkembang, 'Plak, Plok" dua kali
pukulan disertaijerit kesakitan, dua diantara lakl-laki
pengeroyok itu sudah terpukul terbang tiga tombak jauhnya.
Sisanya yang satu lagi menyurut mundur, usianya sekitar
empatpuluh tahun tapi Thay-yang-hiatnya menonjol tinggi,
sorot matanya juga bercahaya. jelas seorang jago Lwekang,
dari sikap dan permainannya tadi kelihatan bahwa dia dari
golongan lurus. Dengan tersenyum Ai-pong-sut Thong cau berkata: "Kalian
bertiga bukan kaum kroco, menghadapi seorang pemuda juga
tak kenal aturan Bulim, apa kalian tidak takut ditertawakan
orang." Dua laki-laki yang terpukul jatuh sudah berdiri dan
merubung maju lagi seorang yang berusia paling tua
menjengek, katanya: "Kalian tentu anggota Hong luipang juga
menghadapi manusia macam kalian, kenapa harus mematuhi
aturan Kangouw segala?"
Ai-pong-sut makin keheranan, namun sebagai jago
kawakan Kangouw otaknya lebih bisa berpikir, katanya tetap
sabar 'Sahabat, membunuh orang memang mudah bagi kalian,
api mata kalian tidak buta, otak juga berpikirjernih, tentu
kalian sadar, apa yang kalian lakukan- Lohu baru pulang dari
perjalanan jauh, keadaan Hong-lui-pang kita belum kuketahui,
apakah kalian sudi memberi keterangan?"
Seorang laki tertawa gelak-gelak. katanya: "Kalau takut
diketahui orang, lebih baik tidak berbuat. Hong lui-pang
bertindak secara keji, perbuatan kalian sudah menimbulkan
amarah masal, seluruh kaum persilatan siapa tidak ingin
mengganyang kalian, umpama tumbuh sayap juga kalian
takkan bisa lolos." "Kenapa kau berkata demikian' Ai-pong-sut bertanya
keheranan "Aku menjalankan tugas. bagaimana duduk persoalannya,
nanti kalian akan tahu, kalau tahu diri lekas bunuh diri saja,
supaya tidak tersiksa."
Serasa hampir meledak dada Ai-pong-sut, betapa tinggi
dan disegani nama besarnya di Bulim, kapan pernah dia dicaci
dan diremehkan seperti ini, desisnya dengan nada berat:
"Sahabat jangan memfitnah, kalau banyak bacot lagi, jangan
menyesal kalau orang she Thong berlaku keji kepada kaliau."
Tiga orang itu berseru bersama: "Kematian didepan mata
masih beranijual lagak, baiklah biar kami bertiga anta rjiwamu
keakhirat." Habis berkata serempak ketiga orang ini bergerak
tangkas mengepung Ai-pong-sut dari tiga jurusan- Agaknya
pukulan Ai-pong-sut tadi memang hanya menggunakan
tenaga luar saja. hingga dua orang yang dipukulnya jungkir
balik tadi tidak terluka.
Karena didesak terpaksa Ai-pong-sut bertindak. katanya
menyeringai: "Baiklah, sebelum kuhajar kalian, agaknya belum
kapok." Tiga orang itu menggertak bersama, enam telapak tangan
memukul serempak dari tiga a rah. Kekuatan pukulan mereka
ternyata lumayanjuga, tapi Ai-pong-sut tidak pandang sebelah
mata, sebelumjelas asal-usul ketiga lawannya, dia tidak akan
balas menyerang, maka dia hanya kembangkan ketangkasan
gerak tubuhnya berputar, melompat dan menyelinap diantara
samberan pukuian musuh. Tiga jurus kemudian Ai-pong-sut sudah tahu permainan
ketiga orang ini adalah Humo-ciang-hoat ajaran murni Butong-
pay. Sebagai jago silat kawakan, sudah tentu
kepandaiannya tinggi, Hu-mo ciang-hoat bukan ilmu yang
harus ditakuti olehnya, dendam Hong-lui-pang dengan Butong-
pay boleh dikata sudah terpendam sejak lama, kini ketiga
murid Bu-tong-pay ini cari gara-gara lagi, rasa sengit sudah
menjalari hati Ai-pong-sut. Tapi dia dapat berpikir panjang,
beruntun Bu-tong-pay mengalami kekalahan dan kerugian
yang fatal, tak mungkin mereka berani mencari
permusuhanpula dengan Hong-lui-pang kalau tidak yakin
menang atau sudah punya tulang punggung yang kuat pasti
takkan berani bermulut kotor dan mencari permus uh an- Pasti
ada udang dibalik batu. Atau ada sangkut pautnya dengan
perguruan lain- Tapi sejak Hong luipang berdiri, seluruh
anggota bersatu padu, seia sekata, besar tekad kita untuk
menuntut balas dendam perguruan, selama ini ta kpernah ada
sengketa dengan berbagai perguruan besar kecil manapun,
maka kejadian ini perlu diusut"
Makin dipikir makin besar rasa curiganya, maka dia berkata
mema ncing: "Agaknya saudara murid murid Bu tong-pay.
Butong-pay adalah perguruan ternama, sepak terjangnya
terus terang dan jujur, jikalau kalian tidak menjelaskan
persoalannya, jangan menyesal kalau Losiu kebacut turun
tangan-" Sayang ketiga orang itu sudah keranjingan setan, meski
ludah Ai-pong sut kering juga mereka takkanpatuh
nasehatnya, serangan malah makin gencar dan keji.
Karuan Ai-pong-sut naik pitam, bentaknya: "Kawanan
kurcaci yang tidak tahu tingginya langit tebalnya bumi, biar
kalian rasakan betapa lihaynya telapak tanganku." lenyap
suaranya melayang telapak tangannya disertai gelombang
angin deras. Dua kali pukulan telak membuat dua diantara
ketiga laki-laki itu terpental mundur lima kaki. Lengan mereka
terasa lemas dan linu, darah bergolak didada, betapa kaget
dan ngeri hati mereka setelah berdiri tegak dengan mendelong
mereka mengawasi Aipong sut.
Orang ketiga yang berada ditengah dan belum pernah


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terkena pukulan lebih cerdik, otaknya lebih encer, dia tahu
kalau mereka bertiga tidak lekas menyingkir jiwa bisa
terancam bahaya, apalagi tugas mereka hanya membuntuti
dan mengawasi gerak gerik musuh, tugas sudah terlaksana,
kalau berlama-lama di sinijiwa bisa celaka, lekas dia bersiut
tiga kali terus menimpukan segenggam Thi-lian ca (biji teratai
besi), sekali jejak tubuhnya melambung keatas menutul pucuk
pohon terus melesat jauh melarikan diri, kedua temannya
mengikuti jejaknya. Jarak kedua pihak amat dekat sergapan senjata rahasia ini
sebetulnya sukar terjaga, Tapi Ai-pong sut lebih pengalaman
begitu lawan bersiul dia sudah tahu kalau orang memberi abaaba
kepada kawannya untuk melarikan diri, maka dia sudah
siap siaga. Melihat lawan menyerang dengan timpukan
segenggam senjata rahasia, segera dia kembangkan
Ginkangnya yang tinggi, sekali berkelebat setombak lebih.
Baru saja dia berniat mengejar Liok Kiam-ping keburu
mencegahnya. Kata Liok Kiam-ping: "Marilah urusan kita rundingkan lebih
dulu." Terpaksa Ai-pong sut batalkan niatnya, mereka bertiga
segera bersimpuh ditanah rumput.
Liok Kiam-ping buka suara: "Menurut laporan Pang-yu
(anggota) ini, ternyata ada seorang yang menggunakan Wiliong-
ciang-hoat melakukan pembunuhan besar-besaran
terhadap kaum persilatan sehingga tak sedikit jatuh korbanjelas
tujuannya hendak menjebloskan Hong-lui-pang kita
kedalam lumpur kenistaan, sehingga menimbulkan kemarahan
masal kaum persilatan, sayang partai-partai besar bertindak
kurang teliti dan mud ah diadu domba, kini mereka sudah
sepakat untuk bergabung mengutus jago-ago lihay mencegat
pulang kita. "Terpaksa Jin-hong-tong Tongcu, Kim-ji tay-beng mengutus
beberapa orang keperbagai cabang untuk memberi
peringatan, beberapa orang diutus pula untuk memapak
kedatangan kita ditengah jalan, sayang perintah bocor hingga
beberapa jago kita dicegat dan dikeroyok sehingga tak sedikit
jatuh korban- "Untung Pang-yu ini cukup cerdik, tahu situasi amat
tegang, kuatir rencana gagal, sengaja dia sembunyi didalam
kota dengan menyamar, tujuannya menunggu kedatangan
kita, sayang waktu dia keluar dari restoran tadi, gerakgeriknya
sudah menimbulkan curiga ketiga orang tadi maka
dia dikuntit sampai disini, untung jiwanya selamat."
"Menurut penyelidikan, beberapa jago musuh yang
sekarang berkumpul dikota Hap-pui ada puluhan orang,
mereka sedang menunggu kedatangan kita, jelas setiap
langkah kita bakal mengalami Hambatan dan kesulitan yang
berbahaya." demikian kata Pang-yu itu.
Berdiri alis Aipong-sut. ketanya berat: "Kalau harus
bergebrak secara keras, kita tidak perlu gentar terhadap
mereka. Tapi sebelum pengganas itu tertangkap. aku tetap
akan dicap sebagai biang keladi dari kematian sekian banyak
jago-jago silat, kan penas a ran kalau aku dijadikan kambing
hitam, kalau permusuhan makin mendalam, dan memancing
kemarahan masal, akibatnya tentu amat fatal bagi kita.
Liok Kiam-ping menghela napas, katanya gegetun: 'Sayang
mereka mengagulkan diri sebagai perguruan lurus, orang baik.
ternyata bertindak tanpa menggunakanpikiran, tak malu main
keroyok lagi, jikalau mereka tak memberi muka, kitapUn tak
perlu main sembunyi lagi, lawan saja sampai titik darah
penghabisan-" Ai-pong-sut tabah dan pikirannya lebih panjang, katanya
setelah merenung: "Pangcu, menghadapi segala persoalan
harus sabar, persoalan ini besar akibatnya, kita harus
menghadapi dengan waspada dan hati-hati tempat ini bukan
untuk bicara, marilah kita pulang dulu ke kota.
Liok Kiam-ping mengangguk. maka mereka beriring keluar
dari hutan balik kekota dari arah datangnya tadi.
Baru saja mereka tiba diluar kota pintu timur, mendadak
terdengar suitan panjang dari dalam kota. Lwekang mereka
tinggi mata tajam, dari kejauhan mereka sudah melihat
bayangan orang yang bergerak dari berbagai arah meluruk
kepintu kota. Tapi langkah Kiam ping bertiga tidak berhenti,
mereka terus maju kearah kota, setelah makin dekat tampak
orang terdiri dari lima baris ada Tosu, Hwe-sio dan preman
dari berbagai perguruan menghadang jalan mereka. Liok
Kiam-ping tidak kenal takut, kapan dia pernah gentar
menghadapi keroyokan, kumpulnya banyak orang mengadang
jalannya ini justru menimbulkan rasa benci dan marah.
Setelah kedua pihak beri hadapan dengan jarak dekat, dari
barisan Hwesio, yang terdepan tampil seorang Hwesio tua
berusia tujuh puluhan denganperawakan yang tegap dan
kereng. Ai-pong-sut kenal Hwesio tua ini adalah Hoan-pun
Siansu, padri agung dari Siaulim si yang menjabat ketua Lohan-
tong, kedudukannya hanya dibawah Hong-tiang Siaulim-si
saja, pada hal jarang dia keluar dari tempat tugas nya, apalagi
keluar dari Siau-lim-si dan hari ini mereka harus beri hadapan
sebagai musuh. Setelah bersabda Hoat-pun Siansu berkata kepada Liok
Kiam-ping: "Apakah Sicu ini adalah Patpi-kim-liong Liok Kiamping
ketua Hong lui-pang yang baru- baru ini menggetarkan
dunia persilatan?" Liok Kiam-ping rangkap kedua tangan menjura, katanya:
"Tak berani cayhe mendapat pujian, julukan Pat-pi-kim-liong
adalah anugrah sesama kaum persilatan, orang she Liok cetek
pengalaman dan pergaulan mohon Lo siansu memberi
petunjuk." Wajah Hoat-pun Siansu berobah serius, katanya: "Ada
sebuah pertanyaan Lolap mohon penjelasan Sicu."
"cayhe pegang peraturan patuh pada pesan leluhur, dalam
setiap langkah dan sikap selalu mengutamakan kebajikan
kepada sesamanya. Lo-siansu ada omongan apa silakan
katakan, kalau tahu orang she Liok pasti memberi penjelasan-
" "Syukurlah, ternyata Sicu memang bajik, setulus hati lolap
mengagumimu. Mohon tanya, apakah Wi-liong-ciang-hoat
adalah ajaran yang hanya diwariskan kepada ciangbun-jin
Hong-lui-pang saja, dan selama ini belum pernah diajarkan
kepada orang lain"' Liok Kiam-ping tertawa bingar, katanya: 'Wi-liong-ciang
memang ajaran tunggal Hong-lui-pang kita Tapi dua puluh
tahun yang lalu Wi-liong-pit-kip ternyata lenyap dicuri orang
sehingga Hong-lu-pang mengalami keruntuhan total, belum
lama berselang baru kita berhasil membangun lagi warisan
leluhur dan merebut kembali Wliong-pit-kip itu, maka sejauh
mana Wi-liong-pit-kip itu jatuh ditangan musuh, apakah
pelajarannya telah- dicuri orang, sukar kita mengatakan."
Jik-ciok Tojin dari Butong yang berdiri ditengah orang
banyak tertawa dingin, tiba-tiba bertanya: "Pandai juga Sicu
menghibahkan kesalahan kepada orang lain- mohon tanya,
selama dua puluh an tahun ini adakah orang lain,yang pernah
menggunakan Wiiliong -ciang-hoat ?"
"Ya, rasanya belum pernah ada." Liok Kiam-ping
menjawab. Jik-clok Tojin gelak-gelak, katanya:
"Lha, kan sudah jelas, apa yang sicu lakukan hatimu sendiri
yang jelas, memangnya perlu tanya kepada orang ?" lalu
menoleh kearah Hoatpun Siansu. "Lo-siansu tak perlu
merenungkan persoalan ini, bukti sudah di depan mata,
kenapa harus perang mulut lagi, biarlah dia gorok leher sendiri
saja, supaya tidak membuang waktu."
Menyala sorot mata Hoat-pun Siansu, katanya tertawa:
"Harap Toyu tidak marah dan tergesa-gesa. setelah Lolap
bicara habis dan jelas, belum terlambat kita ambil keputusan-"
lalu berkata kepada Liok Kiam-ping: Selama setengah bulan
ini, di mana saja Sicu berada, apakah kau bisa memberikan
alibimu.' Waktu Liok Kiam-ping angkuh, kapan pernah didesak
seperti terdakwa, dihadapan umum lagi, namun menghadapi
padri agung Siau-lim-si, apapun dia tidak berani berlaku kasar,
katanya dengan muka serius: 'Selama setengah bulan ini kami
berada di Keng-tong san karena menepati undangan Khongtong-
koay-khek, dalam perjalanan pulang dicegat lagi oleh
Ham-ping Lomo beserta kamrat-kamratnya, sepanjang jalan
tidak sedikit perangkap dan rintangan yang kami Hadapi
Hingga terlambat sampai Hari ini. Itulah keterangan cayhe
sejujurnya, jikalau kalian tiada urusan lain, cayhe harus
menempuh perjalanan, maaf kalau tidak punya waktu untuk
bicara lebih jauh." Pek Clok Tojin tertawa dingin, jengeknya: "Sebelum
persoalan dibikin jelas, bocah keparat, tidak gampang kau
ingin pergi." Berdiri alis Liok Kiam-ping. katanya tajam: "cayhe sudah
memberi keterangan sejujurnya, kalau kalian sengaja Cari
gara-gara boleh kita tentukan siapa benar siapa salah dengan
kepandaian kalian-" Hoat-pun Siansu bersabda Budha, katanya tertawa: "Mohon
Sicu sabar, soalnya selama setengah bulan ini ada seorang
dengan Wi-liong-ciang-hoat melakukan pembunuhan atas
murid-murid lima perguruan kita. Padahal ilmu pukulan ini
adalah ajaran tunggal dari Hong-lui-pang kalian- maklum
kalau kita curiga terhadap Sicu."
Liok Kiam-ping orang cerdik, dia tahu apa maksud
perkataan Hoat-pun Siansu, katanya: "sebagai orang yang
terfitnah cayhe wajib menemukan orang yang memalsu diriku
melakukan kejahatan, mohon cayhe di beri tenggang waktu
setengah bulan untuk mengusut perkara ini, bila sudah
kubekuk durjana itu akan kugusur ke Siau-lim dan terserah
bagaimana pihak kalian akan menghukumnya, entah
bagaimana pendapat Siansu?"
"Ternyata Liok-sicu rela mengorbankan diri sendiri untuk
kepentingan umum, patut di puji dan dihargai, Lolap
mengucap banyak terima kasih, baiklah setengah bulan kami
akan menunggu Sicu di Slong-san." lalu dia menjura kearah
jago-jago silat dari empat perguruan lain, katanya: "Kalau
kalian punya pendapat, boleh diutarakan secara terbuka, maaf
Lolap mohon diri lebih dulu." habis bicara dia mengebas
lengan jubahnya lalu membawa para Hwesio Siau-lim putar
balik kedalam kota. Maksud Pek-clok hendak menghasut orang banyak dan
mengobarkan amarah mereka, sekaligus untuk membalas
sakit hati lama. melihat Hoat-pun Siansu tinggal pergi, ingin
mencegah sudah terlambat. Apa boleh buat, terpaksa dia
menggantungkan harapannya kepada tiga perguruan yang lain
untuk mengeroyok Liok Kiamping bertiga, maka dia bersuara
lantang: "Kita sudah menghabiskan banyak tenaga
mengorbankan banyak jiwa, melacak ribuan li. pembunuh
durjana ini baru kita pergokHari ini, sadar tidak dapat
meloloskan diri, dengan mulut manis hendak membuat alibi
yang tidak masuk akal, sayang sekali Hoat-pun Siansu percaya
obrolan manisnya. Pada hal bocah ini licik adan licin, ganas
dan kejam, kalau sekarang tidak mengganyangnya bersama,
kelakpasti menimbulkan bibit bencana yang lebih besar. Demi
menegakkan keadilan dan kesejahteraan umat persilaian,
sebagai kaum pendekar wajib kita menumpas kejahatan,
bagaimana pendapat kalian ?"
Kong-tong-pay baru saja mengalami musibah, rasa dendam
masih membara, tekad menuntut balas mereka amat besar,
maka mereka mendahului angkat tinju menyatakan akur.
Pihak Go-bi sejak kematian Hoat-liau Siansu, sampai sekarang
juga belum terbalas sakit hatinya, maka merekapun setuju
saja. Pihak Hoa san masih pikir-pikir, kehadiran mereka
semula hanya ingin melihat gelagat bila perlu menonton saja,
namun diantara jago-jago yang hadir semua menyatakan akur
dan bersuara bulat, terpaksa mereka juga menangguk tanpa
bersuara. Melihat hasutannya berhasil sengaja Peksclok Tojin berkata
dengan nada bengis kepada Liok Kiam-ping: "Kalau Liok-sicu
tahu Wi-liong-ciang-hoat ajaran tunggal kalian dicuri orang
dan untuk mengganas, dapatkah kau memberitahu siapa
pengganas itu ?" Liok Kiam-ping tertawa dingin, katanya:
"Baru sekarang aku tahu adanya seorang pengganas
dengan Wi liong-ciang-hoat, mana aku tahu siapa pengganas
itu. orang she Liok tidak becus, tapi aku yakin dalam setengah
bulan pasti dapat membongkar kasus ini."
Pek-clok Tojin bergelak tawa, katanya:
"Wi-liong- ciang adalah ajaran tunggal yang hanya
diwariskan kepada ciang bun, ini kenyataan yang tidak biaa
dipungkiri, kau menghibahkan kejahatanmu kepada orang lain
tidak bisa menyebut siapa duplikatmu itu, umpama lidahmu
berkembang teratai juga jangan harap menentramkan hati kita
semua." Liok Kiam-ping mulai naik pitam desisnya dengan
menegakkan alis: "Kalian mendesakku dan sengaja mencari
perkara, orang she Liok bukan penakut, katakan saja cara
bagaimana kalian ingin membereskan persoalan ini, aku tidak
akan mundur setapakpun"
Ketua Kong-tong-pay Kay-pi-tong The Hong. Sute Koantong-
koay khek Seng ih hun berjiwa sempit dan berangasan,
dendam merasuk dalam hatinya, maka dia berteriak lebih
dulu: "Bagus, kau memang pemberani, tidak malu menjadi
seorang Pangcu, hayolah kita maju bersama." lalu dia ulap
tangan hendakpimpinorang-orangnya melabrak.
Pek-liau Siansu kedua G-bi-pay mendadak angkat
kebutannya mencegah, katanya dengan tertawa: "Harap Sicu
tidak terburu nafsu babak pertama ini Harap memberi muka
kepada Pinceng untuk menuntut balas kematian Hoat-liau
Sute yang meninggal di Kwi-hun-ceng. Terima kasih atas
kemurahan The-sicu."
Kay-pi-tong The Hong bergelak tawa, katanya:" Lo-siansu
tak usah sungkan, kita harus berpadu menghadapi musuh,
sepantasnya tiada perbedaan aku dan kau, kalaupihak kalian
ingin jadi pelopor, kita semua siap menjadi ca dang an boleh
Lo-siansu silakan." Pek-liau mengangguk lalu berkata dalam kepada Liok-klamping:'
sicu tak bisa diajak kompromi, mengagulkan
kepandaian, pihak kita ada sejenis barisan, kami
memberanikan diri mohon petunjuk sicu beberapa jurus kalau


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sicu anggap kurang selera, boleh ganti dengan cara lain."
Lawan sudah menantang didepan umum sebagai Hong Luipang
Pangcu Liok Kiam-ping pantang mundur, katanya
tersenyum:" Kami adalah perguruan terkenal dan besardi
Bulim, punya nama sejak ratusan tahun. barisan yang tercipta
tentu bukan olah-olah lihainya. biar orang she Liok yang tidak
becus ini mengiringi permainan barisan Siansu," waktu bicara
bibirnya mengulum senyum sinis, mata melirik, sikapnya
menghina. Melihat betapa congkak sikap orang, berkerut alis Pek-liau
siansu, bentaknya: "Bentuk barisan-"Dua belas Hwesio segera
tampil dari belakang Pek-liu Siansu, setiap Hwesio memegang
sebatang kebut, usianya mereka rata2 empatpuluhan, ThayTiraikasih
Website yang- hiat menonjol tinggi, jelas semuanya punya latihan
Lwekang tangguh, Dua belas Hwesio berbaris dua di depan
Pek liau Siansu lalu serempak membungkuk hormat kepada
Pek-liau. sebat sekali mereka bergerak ke berbagai arah
mendudukiposisi masing-masing, Liok Kiam-ping terkepung
ditengah barisan. Apa nama barisan lawan Liok- Kiam ping tidak tahu dan
belum pernah menghadapinya meski berkepandaian tinggi,
namun dia tidak berani gegabah, segera dia
mengkonsentrasikan diri siap tempur.
Mendadak terdengar aba-aba, "Lihat serangan." dua belas
batang kebut mendadak terulur lurus keras, seperti kupu-kupu
yang beterbangan diatas kuntum kembang simpang slur
menusuk kearah Liok Kiam-ping. Hebat memang tenaga para
Hwesio itu, gerakan kebut mereka yang lurus itu laksana
potlot baja mengeluarkan desing suara yang semrawut, oukup
hebat memang perbawa serempak ini.
Liok Kiam-ping kembangkan Ling hi-pouputar kiri belok
kanan, dengan kesebatan gerak tubuhnya tetap tak kuasa
menerobos keluar dari lingkaran lawan- Mendadak dia
menggeram lirih, tenaga kaki diperbesar sehingga gerak
tubuhnya dengan Ling-hi-pou mencapai puncaknya, dengan
langkah berkisar dan badan berputar berhasil dia menerobos
beberapa rintangan dan hampir saja lolos dari kepungan.
Perlu diketahui Kiam-hoat Go-bi-pay sejak dulu sudah
terkenal di Bulim. kini mereka menggantipedang dengan
kebutan di tambah permainan Thian-kan-tin ini memang
diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, betapapun tinggi
Ginkang Liok Kiam-ping, dalam waktu Singkat sukar dia
meloloskan diri atau balas menyerang Tapi otaknya encer,
meski sukar meraba inti permainan lawan, namun untuk
menjaga dan menyelamatkanjiwa masih cukup berkelebihan
bagi dirinya. Tampak gerak tubuhnya selembut benang sutra, selincah
kelinci selulup timbul diantara samberan kebut yang
kelihatannya semrawut, namun lama kelamaan meski
permainan barisan tidak banyak perobahan, namun ruang
gerak lawan yang berputar dan melintir itu semakin sempit
sehingga gerak gerik Liok Kiam-ping makin tidak leluasa.
Sebagai pemuda angkuh, sadar bahwa dirinya seorang
ciangbun lagi, mana Kiam-ping mau terdesak dibawah angin,
otaknya terus bekerja mencari daya untuk menjebol
kepungan. Tapi sebelum dia, berbuat banyak barisan
mendadak telah berobah pula, kebut yang semrawut samber
menyamber ketengah dengan pelintiran yang ulet tadi kini
berganti gerakan berputar diluar garis.
Perobahan terjadHanya sekejap. tapi seketika itu Liok
Kiam-ping rasakan hawa di sekitar tubuhnya seperti
menggencet dari berbagai penjuru, makin Cepat dia bergerak
tekanan hawapun makin besar.
Mau tidak mau Liok Kiam-ping berpikir: "Apakah barisan ini
dilandasi permainan Bu-kek-kh-kang yang sudah terkenal
sejak lama dari G-bi-pay ?" terpaksa diapun kerahkan Kimkong-
put-hoay-sin-hoat supaya tekanan hawa kearah dirinya
tertahan mundur. Maka terjadilah gesekan hawa yang
menimbulkan desis suara yang ramai seperti ada ban gembes.
Ternyata dua belas Hwesio yang lari berputar diluar kalangan
itupun terdesak mundur satu kaki, dada merekapun terasa
sesak. Dua belas Hwesio yang bergerak menurut irama barisan ini
memang berlandaskan Bu-khek-ki kang yang dikombinasikan
dalam Thian-kan-tin ciptaan tunggal Go-bi-pay. Khikang jenis
ini penggunaannya dikendalikan dengan kekuatan Lwekang
yang bergabUng secara menyeluruh dari dua belas orang yang
bergerak seirama, betapapun tinggi Lwekang seorang takkan
kuat bertahan setengah jam dibawah tekanannya, kalau tidak
putus napas dengan muntah da rah, pasti semaput kehabisan
napas lihaynya luar biasa.
Hanya Pan yok-sin-kang dan Kim-kong-put-hoay-sin-kang
saja yang mampu menandingi. Karena terdesak satu kaki, dua
belas Hwesio itupun merasakan tekanan balik yang membuat
napas sesak dada sakit, karuan mereka mengeluh dalam hati.
Tapi mereka insaf lawan muda ini memiliki ilmu sakti yang luar
biasa, meski mereka memiliki Lwekang tangguh, dengan
kekuatan Thian-kan-tin juga belum tentu dapat mengalahkan
lawan- Pada hal lawan sudah terkepung seperti binatang buas
masukperangkap. disaat detikpenentuan kalah menang sudah
mencapai titik terakhir, apapun mereka tidak mau berhenti
sebelum ada yang roboh. Sekonyong-konyong terdengar pula sebuah bentakan abaaba.
kebut dua belas Hwesio bergerak pula serabutan
membawa deru keras yang menggetar laksana guntur,
perbawa barisan saka langit ini memang luar biasa. Dua belas
orang mengerahkan seluruh kekuatan, sehingga gerak kebut
mereka menimbulkan pusaran angin puyuh yang keras tajam
mengiris kulit, siapa yang tidak mengkirik dan pecah nyalinya
melihat perbawa barisan yang jarang ada tandingannya ini.
Merasakan tekanan makin dahsyat Liok Kiam-ping terbakar
amarahnya, ditengah lengking suitannya, mendadak lengan
kanannya meroboh kebelakang, cui-le-kiam terlolos satu
gertakan yang menimbulkan getaran sinar lembayung dua kaki
panjangnya. Kiamping kerahkan tenaga dipusar, lalu
dipusatkan kedua lengan, tangan kanan mengacungkan
pedang. Dimana sinar lembayung berkelebat "Krak. krak" dua
kebut terpapas putus. Seluruh ilmu pedangnya berhasil mematahkan senjata
lawan, bangkit semangat tempur Kiam-ping, maka gerak
pedangnya dipergencar dimana sinar pedangnya berkelebat
pergi datang, suara patahnya kebut bertambah banyak.
Untung Liok Kiam-ping, tidak ingin menumpuk dosa maka
serangan pedang nya diperhitungkan, kalau mau dua belas
jiwa musuhnya itu sudah dibabatnya habis dalam sekejap.
"Berhenti." mendadak Pek-liau-Siansu membentak. Dua
belas Hwesio Go bi itu segera berhenti serta kembali
ketempatnya semula. Pek-liau-Siarasu memberi hormat kepada Liok Kiam-ping,
katanya: "Ilmu sakti Liok sicu memang hebat, Lolap amat
kagum, kelak bila ada jodoh biar kita mohon petunjuk lagi
selama gunung menghijau, biar airpun mengalir. Selamat
bertemu Liok-sicu." lalu dia berpaling kearah Jik clok Tojin,
katanya: "Lolap tidak becus, tidak mampu mengembangkan
kejayaan perguruan, sekarang juga akan pulang gunung dan
menghukum diri menghadap dinding menebus dosa. mohon
maaf lolap akan pulang lebih dulu." tanpa menunggu reaksi
orang banyak. segera dia pimpin dua belas muridnya
meninggalkan tempat itu"
Pek clok Tojin seperti kehilangan sebelah lengan yang amat
dipercaya, sikapnya tampak gelisah dan gugup, Tampak Liok
Kiam-ping berdiri angkuh ditengah gelanggang, hakikatnya
tidak pandang sebelah mata kepadanya. Maju dua langkah
Pek-clok batuk-batuk kering lalu berbisik bisik dengan Kay-pitong
The Hong. Akhirnya kedua orang mengunjuk senyum
lebar dan sejuk. Kay-pi-tong The Hong terkial-kial, katanya sinis: "Tuan
mengagulkan kepandaian menindas orang, mau menang
dengan alasan yang tidak masuk akal, kalau malam ini kalian
tidak memberi pertanggunganjawab.jangan harap... "
Ai-pong-sut yang sudah menekan diri sejak tadi tak tahan
lagi, tanyanya tersenyum: "Jangan harap apa?"
.Kalian bertiga jangan harap bisa pergi dari sini."
Berdiri alis Liok Kiamping.jengeknya: 'Kalian yakin dapat
menahan kita?" Pek-clok Tojin menyeringai sadis. katanya: "Yakin memang
sih tidak, tapi kalau kamu sudah membakar kemarahan masal,
terpaksa... " Liok-Kiam-ping tertawa besar, jengeknya: "Kawanan
serigala, kalian maju bersama saja." sambil berkata kedua
tangannya digendong dibelakang, sikapnya congkak dan
mencemooh. Kay-pi-tong The Hong naik pitam, bentaknya beringas:
"Keparat, hayo maju." dibawah seruannya puluhan orang dari
Bu-tong dan Kong-tong serentak merubung maju mengurung
Liok Kiam-ping bertiga, mereka dihujani pukulan dari berbagai
arah yang menimbulkan gejolak udara hingga terciptalah
pusaran angin lesus yang keras..
Meminjam daya sedot angin lesus yang mumbul keatas,
Liok Kiam-ping menjejak kaki. tubuhnya melambung lima
tombak, Pukulan serempak dari puluhan orang itu menyambar lewat
dibawah kakinya, diudara Kiam-ping menekuk pinggang
dengan gerakan indah dia menukik turun sambil menggentak
kedua telapak tangan, maka jurus Liong-hwi-kiu-thianpun
dilontarkan. Wi liong ciang sejarah kuno yang sakti, sebelum tenaga
pukulan mengenai sasaran, hawa udara telah menekan sang
korban, ribuan bayangan telapak tangan bertaburan beriapislapis
Jago-jago dari kedua pay itu hanya melihat bayangan
orang berkelebat, disusul telapak tangan yang bertaburan
disaat mereka melongo, angin kencang sudah menindih dari
atas. Ditengah jeritan yang disertai suara "Plaks plok" keras
berapa tubuh orang terbang mencelat disertai Hamburan
darah yang tercecer. Rasa gusar Liok Kiam-ping agaknya tak terbendung lagi,
karena musuh mengeroyoknya, maka serangan tidak
mengenal ampunpun lagi, disaat tubuh menukik turun,
mendadak dirasakan dua jalur angin pukulan yang dahsyat
menggencet dari kiri kanan- Tak sempat melukai lawan lebih
banyak, lebih dulu Kiam-ping membela diri telapak tangan
yang terkembang mendadak ditariknya bila telapak tangan
didorong pula kekanan kiri, maka terjadilah benturan keras
"Blang bluk", Pek-clok Tojin dan The Hong terlempar mundur
tiga kaki, beg itu keras goncangan yang mereka rasakan
sehingga lengan pega l linu, darah hampir tertuang dari mulut,
dalam hati mereka mengeluh bahwa segebrak mereka Sudah
jatuh koban, mana berani maju lagi, sambil memberi tanda
lekas mereka ngacir bersama murid- muridnya .
Walau musuh dipukul mundur tapi mengingat tugas yang
diembannya semakin besar dan berat, Liok Kiam-ping betulbetul
prihatin, maka perjalanan diteruskan dengan langkah
berat. Malam itu mereka menginap dikota Happui. kentongan
kelima dini hari mereka sudah siap berangkat, Liok Kiam - ping
memberi tugas kepada Pang-yu setempat untuk menyebar
berita supaya semua kumpul danseluruh kekuatan Hong
luipang dipusatkan dimarkas besar Sepanjan jalan tak lupa dia
pun mencari tahu siapa sebetulnya pengganas yang
menggunakan Wi liong ciang.
Cuaca masih remang-remang Liok Kiam-ping berdua sudah
kembangkan Ginkang berlari bagai terbang ditengah tegalan
diluar kota mereka lewatjalan kecil untuk mempercepat
perjalanan, pegunung an makin tinggi, makin sukar ditempuh,
untung mereka memiliki kepandaian tinggi, menjelang lohor
mereka makin masuk pedalaman yang tak pernah dijelajah
manusia. Kini mereka berjalan dengan kecepatan tinggi,
bayangan mereka laksana dua burung raksasa yang melesat
kencang susah diikutipandangan mata.
Sudah enampuluh tahun, Ai-pong sut meyakinkan Ginkang,
dan yakin selama itu jarang ketemu tandingan di Kangouw,
maka dia ingin menjajal sampai di mana kekuatan lari sang
Pangcu yang masih muda ini Dia kira betapapun tinggi dan
tangguh kekuatannya, setelah diajak adu lari secepat dan
sejauh ini, orang pasti ngos-ngosan napasnya. Tapi kenyataan
meleset, dalam jangka dua jam mereka sudah menempuh
seratus li lebih, waktu Ai-pong-sut melirik kekiri, dilihatnya
Liok Kiamping masih berlari dengan santai, nafas tidak
memburu, wajah tetap segar, hanya keringat yang membasahi
jidat dan hidungnya. seolah-olah lari marathon ini tidak
memeras tenaganya sedikitpun. Dengan tertawa Ai-pong-sut
memuji: "Tenaga dalam Pangcu memang tangguh sekali Losiu
sungguh kagum sekali."
Liok Kiam-ping mengangguk kalem, katanya: "Ginkang
Tianglo juga tiada bandingan dijagat ini, Kiam-ping belum
pernah ketemu tandingan sehebat ini."
Lekas sekali mereka sudah tiba di Thio-keh-wan, sebuah
kota kecil yang terletak di utara coh-ouw. Di sini sudah banyak
orang lalu lalang, maka mereka kendorkan lari mereka dan
berjalan seperti orang biasa.
coh-ouw penghasil ikan yang subur, pen-duduknya
sebagian besar hidup dari hasil ikan, penduduk sekitarnya
hidup makmur dan sentosa. Thio keh-wan. kota kecil tapipusat
perdagangan banyak rumah makan, warung dan kedai
berjajar sepanjang lalan raya, di dermaga tidak sedikitpula
perahu-perahu pelancongan yang beri himpitan.
Liok Kiam-ping masuk kesebuah warung minuman, setelah
melepas dahaga, mereka bertanya bagaimana menempuh
perjalanan lewat air kearah selatan, lalu menyewa kapal.
Tengah mereka menikmati seca ngkir teh panas, tangga
loteng berderap. dan laki-laki setengah umur muncul dari
bawah, dari d and a nan mereka seperti orang dari golongan
hitam. Setiba diatas loteng, sekilas mereka lantas menjelajah
pandang keseluruh ruang. Seorang bersuara runcing
terdengar memanggil: "Nah Jit-ko sudah datang, kita pasti
mendapat berita gembira. Jit ko silakan duduk. "Lalu
ditariknya sebuah kursi, Seluruh tamu yang ada diatas loteng
menoleh kearah mereka.

Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Laki-laki yang jalan didepan mengunjuk rasa puas dan
bangga, katanya tertawa: "Tidak ada apa-apa, kalian jangan
sungkan." sembari bicara dan duduk dikursi yang disediakan.
Laki-laki yarg dipanggil Jit-ko ini memicing matanya lalu
melirik kepada teman yang datang bersama dirinya, lalu
berkata lirih dan hanya dapat didengar orang-orang
disebelahnya: "Kejadian ini kurasa agak ganjil.padahal belum
pernah kita bermusuhan, apalagi dengan pimpinan kita ada
sedikit hubungan . kabarnva sesepuh Kun-lun-pay Bian- ciang
Auwyang Tekspoh akan datang hari ini. Besok pasti akan ada
tontonan ramai. " "Jit-ko," laki-laki suara melengking tadi berkata "jangan jual
mahal. Ada berita apa, coba katakan dihadapan kawan-kawan
pokoknya makan minummu hari ini kami yang traktir."
Laki-laki yang dipanggil Jit-ko bergelaktawa katanya:"
Bukan Hoa-coa (ular kembang) Li Jit seperti diriku ini suka
membual, berita ini amat segar, masih baru dan belum pernah
terjadi selama seratus tahun di Bulim, dalam wilayah Thiokeh-
wan ini yakin belum ada orang kedua yang tahu akan hal
ini" sampai di sini sengaja dia berhenti mengangkat
cangkirnya minum seteguk teh.
"Sebetulnya ada peristiwa apa yang akan terjadi?" desak
laki-laki suara runcing. Hoa-coa Li Jit berkata kalem: 'Peristiwa besar. Pasti
menggemparkan seluruh wilayah cohouw kita. cau-congkoan
yang berkedudukan di Lo-san sedang pusing tujuh keliling
karena adanya kejadian ini, maka dia pergi ke Lam Jiang
mengundang Susloknya Bian Ciang Auwyang Tek-pok untuk
membantunya, apakan bencana ini dapat mereka hindari,
sekaligus menolong bencana yang akan menimpa seluruh
rakyat dalam wilayah cohouw kita, besok tengah hari baru
bisa kita ketahui" Jit-ko peristiwa besar apakah itu, kenapa harus ngelantur
panjang lebar, hayolah langsung saja katakan." Desak pula
laki-laki bersuara runcing tadi.
Hoa coa LiJit berkata lebih kalem: "Kau memang selalu
ribut. Urusan kan ada kepala dan adapula buntutnya, apa
yang kukatakan baru permulaan, selanjutnya baru mulai
kepersoalan." kembali dia meneguk air tehnya baru menarik
suara dan berkata: "Dalam setengan bulan belakangan ini
dalam kalangan Kangouw muncul seorang pernuda yang
memiliki Lwekang tinggi, jejaknya tidak menentu, dia
mengaku Sute dari Pat-pi kim-liong, dengan alasan hendak
menuntut balas sakit hati perguruan, dengan Wi liong- ciang
membunuh banyak kaum persilatan dari berbagai perguruan
sehingga menimbulkan gelombang kegemparan di Bulim.
Sebulan yang lalu dia kirim surat kepada cau- tong keh di Losan,
menantang berkelahi, kalau tidak datang penguasa di
coh-ouw akan dibabat habis, karuan cau tang- keh tak enak
ma kan tak bisa tidur. untung dia mendengar kabar bahwa
Susloknya Bianciang Auwyang Tek-pok berada di Lam ciang,
maka buru-buru dia menyusulnya kesana, konon Auwyang
Tek-pok pernah berkenalan dengan Pat-pi- kim-liong, maka
bantuannya diminta untuk mendamaikan persoalan ini,
mungkin besok slang mereka sudah kembali."
Mendengar cerita orang diam-diam Liok Kiam-ping saling
pandang dengan Ai-pong-sut disamping lega juga bersyukur
bahwa durjana itu akhirnya kepergok tanpa sengaja. Maka
mereka menginap dikota kecil ini, besok pagi akan berangkat
ke Los an melihat keadaan.
Pagi Harinya cuaca cerah. Liok Kiam-ping berdua menyewa
perahu langsung menuju Ke Losan. Losan adalah sebuah
pulau kecil yang berada ditengah danau. Perahu pesiar
biasanya berjalan lamb at, maka sehari baru bisa sampai
ketempat tujuan, namun Liok Kiamping memberi upah dua kali
lipat mendesak tukang perahu melajukan perahunya lebih
cepat. Untung cuaca baik perahu didorong angin buritan
lagHingga sebelum tepat lohor mereka sudah tiba dipinggir
pulau Losan- Losan terletak dipusat coh-ouw, sejauh mata memandang
air berpadu dengan langit. Markas Jik-coh-thi-ciang cau Hang
dari Kun-lun-pay yang berkuasa diperairan coh-ouw, selama
jadi penguasa dia memimpin secara adil, budiman dan derma
wan- Pulau kecil yang biasanya sepi Hari ini ternyata amat ramai,
terutama kaum persilatan berduyun-duyun keatas pulau ini.
Liok Kiam-ping suruh tukang perahu mendaratkan perahunya
ditempat yang agak sepi, lalu beranjak kearah tengah pulau.
Mengikuti arus orang banyak yang berbondong-bondong,
Kiam-ping tiba disebuah lapangan luas didepan sebuah
perkampungan, disebelah utara berdiri dua tiang bend era
yang besar dan tinggi, Dari kejauhan sudah kelihatan rumahrumah
gedung yang tersebar luas dengan aneka bentuknya
yang megah dan artistik. Dikanan kiri lapangan besar di bangun empat buah barak
darurat, barak itu sudah penuh sesak. yang tidak kebagian
tempat malah berdiri berdesakan dipinggir lapangan-
Menunggu setengah jam lamanya, daripintu gerbang
perkampungan yang terbentang lebar, beranjak keluar dua
laki-laki seragam ketat memasuki lapangan besar lalu berdiri
di kanan kiri barak sebelah timur.
Ditengah tampik sora kpara hadirin, berbondong keluar
pula serombongan orang-orang persilatan- Seorang yang jalan
disebelah kiri bertubuh kekar dada lebar, lengan berotot,
rambut alis.jeng got sudah beruban, wajahnya bersih dan
putih. semangatnya tampak masih menyala, usianya pasti
sudah menjelang delapan puluh. Begitu melihat kakek tua ini
Liok Kiam-ping lantas kenal, siapa lagi kalau bukan Bian-ciang
Auwyang Tek-pok yang pernah angkat saudara dengan
dirinya. Liok Kiam-ping pemuda supel dan suka bergaul, melihat
sang engkoh tua berada di sini, dia sudah siap melompat
keluar menemuinya, namun Aipong-sut telah menariknya,
katanya perlahan: "Tujuan kami kemari membekuk durjana
itu, sebelum durjana itu muncul, jangan kau unjuk dirimu
dimuka umum." Liok Kiam-ping baru sadar maksud kedatangannya, betapa
penting arti dari tindakannya hari ini, maka dia mengangguk
sambil tersenyum. Sebelah kanan Auwyang Tekspok adalah laki-laki berusia
lima puluhan, tubuhnya juga kekar namun agak pendek.
wajahnya merah, bila tertawa suaranya lantang, namun terasa
kedua alisnya selalu berkerut menandakan bahwa hatinya
dirundung rasa kuatir, melihat sikap dan tutur katanya, laki
laki inilah yang bernama cau Hong atau, cengu dari
perkampungan diatas pulau Losan ini.
Dibelakang kedua orang ini berbaris serombongan pemudapemuda
gagah sambil membusung dada, semangat mereka
tampak menyala, wajahnya menampilkan rasa penasaran,
jelas mereka adalah pembantu cau Hong yang berkuasa
diperairan coh-ouw. Rombongan ini langsung menuju kebarak
timur, mereka berduduk sesuai urutan.
Bila setangkaHlo terbakar habis, seorang pemuda pakaian
ringkas berlari kearah barat timur, sebelah lutut bertekuk
memberi hormat serta berseru: "Lapor cengcu, sekarang tepat
tengah hari." Thi-ciang cau Hong mengulap tangan lalu berdiri, sambil
menjura keempatpenjuru dia berkata lantang dengan tertawa:
"Hari ini tuan-tuan meluangkan waktu berkunjung
keperkampungan kita, sehingga pulau kecil yang biasa sepi ini
ramai dan penuh sesak. sungguh suatu kehormatan dan patut
dibuat senang, terimalah ucapan terima kasihku." Kata
sambutannya mendapat keplok ramai seluruh hadirin. Dengan
tertawa cau Hong berkata pula:
"Berkat kerja sama sesama sahabat Bulim selama ini
sehingga kami dapat mencari sesuap nasi dengan aman dan
damai di sini, seluruh anak buahku adalah nelayan yang hidup
sahaja, belum pernah melanggar atau berbuat salah atas
kepentingan orang lain, apalagi bermusuhan dengan pihak
manapun. "Kali ini seorang yang mengaku Sute Pat-pi- kim liong yang
Pangcu Hong-lui-pang mengundang orang she cau berunding,
terus terang cayhe keheranan dan tidak habis mengerti,
padahal pihak kami tidak pernah berbuat salah terhadap
Hong- lui-pang. "Sekarang waktu yang dijanjikan telah tiba. lawan belum
juga datang, kemungkinan ingkar janji, maka diharap seluruh
hadirin menjadi saksi, supaya kelak..."
Belum habis dia bicara mendadak seorang membentak dari
arah sebelah barat. "Sejak tadi tuan muda sudah berada
disini, kalian punya mata tak bisa melihat," belum habis bicara
bayangan putih berkelebat meluncur ketengah lapangan-
Betapa Cepat gerak tubuhnya menandakan bahwa Ginkangnya
tidak rendah. Kini Hadirin melihat jelas pemuda ini berusia dua puluhan,
tampan dan gagah. alisnya gombyok matanya sipit
memancarkan sinar sadis, wajahnya yang selalu tersenyum
ejek kelihatan buas dan kejam. Begitu berdiri ditengah
lapangan pemuda ini melirik kebarak timur sambil bertolak
pinggang, sikapnya angkuh seperti menunggu jawaban.
Bergegas cau Hong berdiri lalu tampil beberapa langkah.
katanya menjura kepada pemuda itu: "Apakah Siauhiap adalah
sute Pat-pi-kim-liong?".
Pemuda itu mendengus, jengeknya: "Tuan sudah tahu buat
apa tanya lagi?" cau Hong menekan amarah, tanyanya: "coba
Siauhiap terangkan maksud kedatanganmu."
Sejak berdiri ditengah lapangan pemuda itu memejam
mata. baru sekarang dia membuka mata, katanya dengan
tertawa besar: "Bagus, tidak banyak permintaan siauya, hanya satu yaitu
batok kepalamu, lalu bubarkan seluruh anggotamu. cayhe
hanya menjalankan perintah, segala pertanggungan jawab,
boleh tanya kan kepada Suhengku Pat-pi- kim-liong. cengcu,
waktu jangan dibuang percuma, bagaimana pertandingan ini
diadakan, boleh kau saja yang memilih Caranya." habis bicara
kembali dia terkial-kial, sikapnya begitu pongah seolah-olah
cau Hongpasti dapat dikalahkan dengan mudah.
Karuan cau Hong gusar mencak-mencak seperti kebakaran
jenggot, matanya melotot bundar, hadirinpun banyak yang ma
rah dan mengepal tinju, terutama Liok Kiam-ping juga
gemetar saking murka. Ingin rasanya dia lompat
kegelanggang dan pukul mampus pemuda kurang ajar ini.
sebelum dia bertindak Ai-pong-sut sudah menekan
pundaknya. Katanya: "Tonton dulu permainannya dari alira n
mana, belum terlambat nanti kau turun tangan."
Sementara itu pertandingan sudah dimulai. Thi-ciang cau
Hong menggunakan Liok-hap Ciang, dia bertahan secara
ketat, setiap serangannya bertenaga kuat dan kokoh, latihan
pukulannya memang sudah matang.
Tapi pemuda itu kembangkan Ginkangnya yang tinggi
berlompatan kian kemari, dia layani serangan cau Hong
dengan santai, seperti tidak banyak mengeluarkan tenaga,
sikapnya yang pongah sungguh menyebalkan, namun gerak
geriknya memang lincah dan sebat, meski diserang gencar
hanya main kelit saja, belum pernah balas menyerang.
Makin serang makin sengit cau Hong, ia mainkan Liok-hayciang
dengan seluruh tenaganya, yang dijotos dan digenjot
adalah Hiat-to mematikan ditubuh lawan, setiap pukulannya
membawa deru angin, tinjunya memberondong dari enam
penjuru yang menjurus kesatu titik sasaran-
"Serangan bagus." pemuda itu membentak enteng,
tubuhnya berkisar dengan gerakan gemulai, padahal Thi-ciang
cau Hong sudah menyerang sepenuh tenaga, namun ujung
pakaian lawanpun tak mampu disentuhnya Memang pernah
terjadi pemuda itu berkelit seCara kaget dan melompat
dengan gerakan gugup menghindari serangan mematikan cau
Hong. namun setiap kali dia balas menyerang, cau Hong
didesaknya mundur. Tiga puluhjurus kemudian Telapak besi cau Hong makin
Ciut nyalinya, dia tahu kalau pertempuran berlangsung lebih
lama pasti dirinya yang Celaka akhirnya, maka dia bertekad
untuk mengeluarkan pan-yok-ciang yang tidak pernah dia
mainkan kepada lawan mendadak dia menghardik: "Awas
Siauhiap lihat seranganku.' telapak tangan bergerak sebelum
mulutnya habis bicara, bayangan telapak tangan bagai Hujan
lebat memberondong dari sudut yang tak terduga oleh
sipemuda hingga berbagai Hiat-to ditubuhnya terancam."
"Nah, kan begini.' ucap sipemuda tertawa enteng. Seba
tsekali diapun merobah gerakan, dari timur mendadak dia
berkelebat ke barat, gerak geriknya secepat angin dan yang
terlihat hanya bayangan putih yang mengelilingi bayangan
telapak tangan lawan- Pan-yok- ciang adalah ajaran tunggalpelindung gunung
Kun-lun-pay, sejak lama pernah menjagoi Bulim, murid yang
tidak punya bakat dan kecerdikan luarbiasa, tak diperbolehkan
mempelajari ilmu pukulan ini, pukulan ini berlandaskan
kekuatan tenaga dalam, dalam arena setombak terlingkup
dalam kekuatan angin pukulan, bila ilmu ini diyakinkan
mencapai paling top. dengan pukulan tangan kosong sudah
mampu bikin lawan semaput karena sesak pernapasannya,
maka para murid sudah diperingatkan, kalau tidak teramat
genting dilarang menggunakan pukulan lihay ini.
Mengingat Ginkang dan permainan silat pemuda baju putih
ini amat lihay, urusan menyangkut mati hidup ratusan
penduduk pulau Los an dan ribuan rakyat dalam wilayah cohouw,
demi keselamatan jiwa raga sendiri pula, terpaksa cau
Hong keluarkan ilmu simpanan perguruannya. Namun
betapapun cau Hong merangsak sekuat tenaga dengan segala
kemampuannya, tetap tak mampu mendesak lawannya.
Disamping heran, kaget pula hati Liok Kiam-ping dan Aipong-
sut yang menonton dari pinggir lapangan, sejauh ini
mereka belum berhasil menyelami dari aliran mana permainan
silat sipemuda. Maklum karena pemuda ini jarang balas
menyerang, padahal Ginkang tinggi dimiliki oleh banyak
perguruan, kelincahan pemuda seperti mencakup kepandaian
berbagai perguruan, jadi sukar diraba asal usulnya.
Liok Kiam-ping memeras otak. lalu menepekur, akhirnya
teringat olehnya gerakan tubuh seorang mirip pemuda ini,
terutarna di kala berputar, namun kenyataan hal itu tidak
mungkin, karena jing san-biau-khek adalah murid penutup


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari Ham-ping Lomo, sejauh ini belum pernah dengar dia
punya seorang Sute. Namun jantung Liok Kiam-ping berdebardebar,
wajahnyapun mengulum senyum lebar, mulutnya
menggerutu perlahan: "Ya, pasti dia, pasti dia"
Sementara itu perobahan telah terjadi ditengah
gelanggang. Mendadak pemuda baju putih membentak: "Awas
perhatikan, cayhe akan balas menyerang."
Belum habis bicara lengan kanannya sudah berputar lalu
menegak tinggi didepan, maka terlontarlah serangan jurus
Liong-kiap-sin-gan. Tampak bayangan telapak tangan
bertaburan diudara memberondong dari berbagai jurusan
kearah cau Hong. Angin menderu, perbawa serangannya
memang hebat. Jelas tulen adalah ajaran Wi-liong-pit kip..
Cau Hong berdiri kebingungan tak tahu bayangan telapak
dari arah mana yang harus disambutnya, mendadak
didengarnya suara lantang berkata: "Sutit jangan kaget, lekas
mundur." lenyap suaranya orangnyapun tiba, segulung tenaga
sedahsyat amukan gelomban pasang menerjang kearah
pemuda baju putih. Dalam detik gawat ini terpaksa Auwyang
Tek pok turun gelanggang menolong jiwa murid
keponakannya. Meski usia sudah lanjut namun tenaga
dalamnya masih cukup tangguh, untuk menolong jiwa Sutitnya
lagi maka serangan menggunakan setaker tenaga.
Mendengar peringatan sang Susiok lekas cau Hong
menjatuhkan diri menggelundung kebelakang sejauh dua
tombak. Syukur jiwanya selamat, ramun badannya sudah
mandi keringat. "Byaar" ditengah ledakan dahsyat. Pemuda baju putih
tergentak mundur satu langkah. Sementara Auwyang Tekspok
tertahan turun dan anjlok ditanah.
Berdiri alis pemuda baju putih, mukanya bengis desisnya
menyeringai: "Membokong dan menyergap terhitung jago
macam apa, kakek tua bangka, sebutkan dulu namamu."
Auwyang Tek-pok tertawa besar, katanya: "Bergebrak di
arena, yang menang itulah yang kuat, Losiu Auwyang Tekspok
untuk menolong jiwa Sutitku, terdesak oleh keadaan, terpaksa
bcrtindak diluar garis, bahwasanya tidak bertujuan
membokong siauhiap buat apa kau ma rah- ma rah?""
Pemuda bajuputih mendengus, serunya: "oh, maaf kurang
hormat, kiranya cianpwe dari Kun lun-pay. gelagatnya
persoalan hari ini kaupun turut Campur, begitupun baik,
menambah keramaian malah. "
Tegak alis Auwyang Tek-pok, dia tahan amarahnya,
katanya serius: "Mohon tanya Siauhiap. dimana Suhengmu
Pat-pi kim-liong. Tahun lalu dikota Lam- ciang pernah bertemu
dengan Lohu, entah Siauhiap tahu tidak akan hubungan
dengan dia, kuharap kau bicara sejujurnya, supaya tidak
timbul salah paham."
Pemuda baju putih tertawa pongah, katanya dengan nada
sinis: "Suhengku sudah ke utara, belum pernah aku dengar
dia berkenalan dengan kau, Siauya hanya menunaikan tugas.
segala persoalan boleh kau tanya dan dia yang akan
bertanggung jawab bila dia kemari."
Liok Kiam-ping sudah tidas tahan lagi, untung Ai-pong-sut
masih membujuknya, maka dia hanya hanya kertak gigi sambil
menggereget saja. M enurut pandangan Ai-pong-sut, meski
pemuda baju putih berkepandaian tinggi, rasanya tidak akan
kuat melawan pukulan Auwyang Tek-pok, biar dia dihajar dan
dikalahkan, setelah orang pergi baru mencegatnya, namun
Ginkang pemuda ini cukup tinggi, jika lena celaka kalau
sampai dia meloloskan diri, kelak pasti sukar membereskan
dia. "Pongah betul kau bocah kemaren sore ini." seru Auwyang
Tek-pok tertawa gusar," terpaksa Losiu mewakili suhengmu
memberi hajaran kepadamu." '
"Apa kemampuanmu keluarkan saja, buat apa cerewet.
Masih banyak urusan yang harus Siauya selesaikan, tiada
tempo aku menunggu lama." demikian semprot si pemuda.
Sudah delapan puluh tahun usia Auwyang Tek-pok. kapan
ada orang berani kurangajar kepadanya, namun dia menahan
sabar, bentaknya: "Anak muda, lihat serangan-" kedua tangan
perlahan dia dorong kearah si pemuda, dorongan kedua
tangannya menimbulkan segulung tenaga lunak yang kuat.
Disinilah letak keistimewaan Bian-ciang, kelihatannya
tenaga pukulannya lunak atau empuk. pada hal kokoh kuat
dan ulet, jikalau lawan memukul balikpula, semakin besar
tenaganya daya lawannyapun bertambah besar malah
sambung menyambung sehingga lawan tak berkesempatan
ganti napas, lihaynya luar biasa.
Ternyata pemuda baju putih juga kenal kelihayan pukulan
lawan, maka dia tidak balas memukul, namun berkelebat
menyingkir dari daya capai pukulan lawan- Begitu kaki
menyentuh tanah secepat kilat tubuhnya berkisar, lengan
kanan melingkar lalu tegak didepan, dari samping jurus Liong
kiap sin-gan dia lontarkan.
Melihat lawan melompat menyingkir, Auwyang Tek-pok
lantas mengendorkan pukulannya, namun apapun dia tidak
menduga bahwa gerak geriknya pemuda ini bukan saja cepat
lagi tangkas, reaksinyapun cekatan- Untung dia
berpengalaman, Lwekang tinggi lagi, terutama tiga jurus
permulaan Wi-liong ciang-hoat, pernah dia memperoleh
penjelasan lisan dari Liok Kiam-ping, meski diserang
sedikitpun dia tidak gugup, serangan lawan dihadapi dengan
tabah. Namun serangan memang teramat cepat dan tangkas,
maka waktu berkelit kelihatan gerak geriknya sedikit gugup,
Sebelum dia menegakkan badan. Pemuda baju putih kembali
membentak: "Sambut lagi jurus ini."
Lenyap suaranya kakinya menjejak tanah orangnya
melambung ke udara, kali ini dia melancarkan jurus Lionghwi-
kiu-thian, seiring dengan tubuhnya yang menukik turun,
bayangan telapak bertaburan diudara mengurung beberapa
kaki disekitar tubuh Auwyang Tek-poh.
Bian-ciang Auwyang Tek-pok sadar bahaya mengancam
jiwanya, sebelum dia bersiaga bayangan telapak tangan sudah
menindih turun, dalam gugupnya masih sempat dia kerahkan
dua belas bagian tenagan balas memukul keatas. Ditengah led
akan keras, kedua kaki Auwyang Tek-poh tergetar amblas tiga
dim kedalam tanah, sekuatnya masih mampu dia
mempertahanhan dirinya, namun bulu kuduk sudah berdiri.
Pemuda baju putih berputar sekali Hinggap ditanah, namun
sekali tutul tubuhnya mencelat maju pula sambil melontarkan
jurus Liong-iau-king-thian, kali ini serangan dilontarkan tanpa
memberi peringatan. Padahal Auwyang Tek-poh tak mampu
banyak bergerak sementara angin pukulan sudah melanda
dari belakang, dia tahu bahwa dirinya takkan terhindar dari
renggutan elmaut. Sedetik lagi jiwanya kalau tidak mampus
pasti luka parah. Pada detik yang gawat itulah mendadak menggelegar
bentakan seorang: "Lo kokojangan kaget, biar Siaute
membereskan sampah persilatan ini." belum habis suara itu
bicara, segulung tenaga dahsyat telah memburu tiba dari atas
sehingga gerakan sipemuda baju putih tertahan.
Merasa pukulan dahsyat lawan, mendadak tertahan lekas
Auwyang Tek-poh melompat minggir sambil menoleh,
dilihatnya Liok- Kiam-ping adik muda nya meluncur turun dari
tengah udara Pemuda baju putih kaget terbeliak. perasaannya menjadi
dingin, batinrya: Kamu bocah keparat itu masih diutara,
kenapa bisa muncul disini, mungkin hari ini ajalku akan tamat
disini." sambil mengerut kening, benaknya sudah merancang
bagaiman dia harus melarikan diri, namun dia bersikap wajar,
katanya: "Siapa tuan, kenapa mencampuri urusan kami,
terimalah saran cay he, lekas menyingkir saja supaya kau
tidak ikut celaka. Amarah Liok Kiam ping sudah hampir meledak sejak tadi,
bentaknya: "Hong lui-pang tiada permusuhan apa dengan kau,
bukan saja menfitnah kita, kaupun menimbulkan amarah
berbagai perguruan, siapa biang keladi perbuatanmu, dari
manapula kau belajar Wi-liong-ciang bicaralah sejujurnya,
Pangcu tidak akan menarikpanjang urusan, memberikan
hukuman sepantasnya kepadamu."
Ciut nyati pemuda baju putih melihat perbawa Liok Kiamping,
namun diapun punya watak angkuh, kapan dia pernah
tunduk kepada orang lain, dihadapan umum mana dia mau
dimaki dan disalahkan. saking gusar dia lupa untung rugi dari
perbuatannya selama ini katanya sambil tertawa ding an,
"cayhe mendapat budi kebaikan leluhur Wi liong- ciang-hoat
diwariskan kepadaku, mengemban tugas perguruan cayhe
mengembara di Kangonw untuk menuntut balas deadam
perguruan, maka jabatan ciang bun sepantasnya akulah yang
menjabatnya, kau berani memalsu diri mengaku sebagai
Pangcu segala, berarti meremehkan undang-undang
perguruan kalau tahu diri lekas bunuh diri saja. sungguh tidak
tahu malu kau berani unjuk diri dihadapan umum."
Sebelum Liok Kiam ping mencercahnya, orang sudah
menuduhnya malah, karuan seperti api disiram minyak
amarah Liok Kiam-ping, bentaknya: "Bedebah tidak tahu malu,
sebelum dihajar kau takkan kapok dan mengakui kesalahan.
"Baiklah akan kubekuk kau dan dihukum sesuai perbuatanmu,
kalau kau bebas berkelana, bagaimana Hong-lui-pang bisa
tegak di Bulim, nah kurcaci serahkan nyawamu." maju
selangkah dua tangan lantas menyerang dengan jurus Liong -
kiap-sin-gan. Karena gusar serangannya sepuluh bagian
tenaga, apa lagi Liok Kiam-ping, memperoleh ajaran lebih
murni dari perguruan lwekangnya tangguh lagi, maka
serangannya ini sedahsyat gugur gunung, perbawanya jelas
berlipat ganda dari keampuhan pukulan pemuda putih tadi.
Pemuda baju putih terbeliak kaget, mana dia berani
menyambut, lekas dia kembangkan kesebatan gerak
tubuhnya. menuyingkir dari damparan angin pukulan lawan
untung dia sendiri juga menguasai pukulan ini, tahu cara
bagaimana harus menyelamatkan diri, kalau tidak jiwanya
sudah melayang. Liok Kiam-ping tahu hanya sejurus belum
mampu membekuk lawan, begitu lawan berkelebat minggir dia
susuli lagi dengan jurus Lloug-hwi-kiu-thian dan Liong-jiauking-
thian sekaligus. Kali ini serangannya dilancarkan
serempak dengan kecepatan tinggi lagi. hingga hadirin tiada
yang melihat jelas bagaimana Liok Kiam-ping melancarkan
serangannya. Ginkang pemuda baju putih memang memiliki kelihayannya
sendiri, disaat dia menyingkir meskijiwanya selamat, namun
dia juga insaf jiwanya hampir saja direnggut elmaut. Maka
setelah tiga jurus serangan Liok Kiam-ping dapat dihindarkan
dia berpikir "Wi- liong- ciang hanya tiga jurus, coba lihat masih
punya simpanan ilmu apa yang dapat kau gunakan."
Sayang sebelum pikirannya ini lenyap dalam benaknya,
kedua lengan Liok Kiam-ping sudah berputar dari kanan kiri
lalu berpadu ditengah dalam jurus Wi-liong-ting-gak. yang
jarang digunakan telah dilancarkan.
Maka terdengarlah "Blang" yang keras, bayangan putih
mencelat terbang setombak jauhnya.
Perlu diketahui bahwa ajaran tunggal suatu perguruan yang
putus turunan umumnya harus dipelajari sendiri berdasarkan
bakat dan kecerdasan penemunya. dahulu Kiu-thian-sin- liong
cianpwe dari Hong-lui bun dan Lui Giok juga hanya berhasil
menyelami tiga jurus saja, jurus keempat Wi-liong-tin-gak ini
adalah hasil ciptaan Liok Kiam-ping sendiri berdasarkan
penemuannya, selama ini jarang dia gunakan, maka kaum
Bulim umumnya mengira bahwa Wi-llon-ciang hanya terdiri
tiga jurus, tak heran kalau pemuda baju putih kecundang
disaat tidak siaga. Begitu terbanting jatuh pemuda baju putih
menghamburkan darah segar, kaki tangan kelejetan sebentar
lalu jatuh semaput. Maka Liok Kiam-ping menghampiri Auwyang Tekskok serta
memperkenalkan kepada Ai-pong-sut orang banyak merubung
maju menunggu perkembanganselanjutnya.
Sesaat kemudian baru pemuda baju putih sadar, tahu
dirinya terluka parah, untuk lolos jelas tidak mungkin, maka
matanya hanya dipicingkan uutuk memandang orang-orang
disekelilingnya, setelah menghela napas, dia pejam mata pula.
Liok Kiam-ping tidak tega, katanya dengan nada kalem:
"Siauhiap ada kesulitan apa, boleh kau terus terang saja, bila
persoalan memang masuk diakal dan patut dipertimbangkan,
kami pasti bertindak secara adil kepadamu."
Pemuda baju putih berkata rawan: "Kalian tentu masih
ingat.Jing-san biau khek?"
"Maksudmu murid Ham-ping Lomo yang paling disayang
itu" pernah apa dia dengan Siauhiap "
Kecut tawa pemuda baju putih, katanya:
"Dia adalah engkohku, waktu dia pulang membawa luka
parah dulu, sempat dia ajarkan tiga jurus Wi-liong-ciang
kepadaku, diapun berpesan supaya kelak aku menuntut balas
sakit hatinya, maka aku giat berlatih, namun sudah kekuatan
sendiri tidak mencukupi, untung bulan lalu Ham-ping-kiong
memberi petunjuk supaya dengan Wi-liong-ciang aku
membunuh murid-murid lima perguruan besar dengan
melimpahkan dosa-dosa ini kepihak Hong-lui-bun. sementara
seluruh kekuatan mereka beserta jago-jago silat yang berhasil
mereka kumpulkan langsung meluruk kemarkas besar musuh
di di Kwe Hun ceng. Sekarang cayhe tertaw n, mau bunuh
atau disembelih terserah, kalian boleh turun tangan-"
Liok Kiam-ping menghela napas, katanya: Demi mengejar
keinginan pribad isaudara tak segan melakukan kejahatan,
walau persoalan sudah jelas, namun orang orang kelima
perguruan besar masih menunggu penyelesaian, untuk ini
Hong-lui-pang kita tidak bisa membantu dirimu
menyelesaikan." lalu Kiam-ping berpaling kearah Auwyang
Tekspoh, katanya: "Karena peristiwa ini, hampir saja Siaute
bentrok dengan kelima perguruan besar itu, syukur Hoat-pun
Siansu berpikir secara obyektif. beri hati luhur dan bajik, maka
kujanjikan setengah bulan untuk membongkar perkara ini,
dalam jangka waktu yang kujanjikan itu akan memberi
pertanggungan jawabku ke Siau-lim-si. Sekarang markas
besar kita sedang terancam bahaya, aku kuatir pihak HamTiraikasih
Website ping-kiong sudah meluruk keselatan maka Siaute harus lekas
kembali ke Kwe-hun-ceng, waktu tidak mengizinkan Siaute
pergi ke Siau-lim-si, untuk ini aku mohon bantuan Lokoko
mewakili aku ke sana."


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Auwyang Tekspoh bergelak tawa katanya: "Tugas ini boleh
kau serahkan kepadaku, jangan kuatir pasti kuselesakan
dengan baik, besok juga aku akan berangkat ke Siau lim si.'
Setelah mengucap terima kasih Liok Kiam-ping menjura lalu
mohon diri bersama Ai pong-sut mereka naik perahu kembali
kekota. Ingin rasanya tumbuh sayap supaya segera terbang
kembali ke Kwi-hun-ceng, untunglah kembalinya mereka naik
kapal besar milik cau Hong, kalau datangnya setengah hari
perjalanan pulangnya hanya memerlukan duajam, Hari telah
petang malam itu mereka menginap disebuah hotel, maklum
us ia sudah lanjut, setelah hilir mudik satu hari, beg itu masuk
kamar Ai-pong-sut lantas tidur mendengkur.
Sebaliknya Liok Kiam-ping banyak pikiran, hatinya gundah
tak bisa tidur. Seolah-olah terbayang dalam benaknya Hamping
Lomo dan kamrat-kamratnya sedang menggempur
KwHun Ceng, korbantelah berjatuhan, makin dipikirperasaan
makin tak karuan. Mendadak Liok Kiam-ping melompat
bangun sambil membangunkan Ai-pong-sut, katanya:
"Hayo berangkat,"
Ai-pong-sut juga tidak banyak bicara, begitu bangun segera
dia ikuti Liok Kiam-ping melompat keluar lewat jendela setelah
meninggalkan sekeping uang diatas meja.
Jalan yang mereka tempuh tetap pegunungan yang
belukar, selama beberapa hari menempuh perjalanan tanpa
istirahat, betapapun tinggi Lwekang mereka, akhirnya merasa
payah juga. Pada sebuah kota kecil, pagHari itu mereka
mengisi perut sambil mencari berita. Sejak Hong lui-pang
berdiri, dalam wilayah ciat-kang, dikota besar kecil atau desa
desa sekitarnya iidak sedikit Liok Kiam-ping menanam
anggotanya yang dipimpin oleh kader-kader pilihan yang telah
digembleng dari markas besar, tidak heran kalau Hong- luipang
berkembang pesat dan berkenan dihati rakyat karena
mereka membela kebenaran, mendukung pihak lemah demi
kesejahteraan hid up mereka. Di mana saja dalam wilayah
ciat-kang siapa-siapa tidak unjukjempol bila membicarakan
Hong- lui-pang. Hari ini mereka tiba dikota Hing-an, kota sedang initerletak
dipersimpangan jalan antar kota, maka perdagangan di sini
Cukup ramai, penduduknya hidup makmur, di sini Hong- luipang
juga mendirikan Cabang, namun situasi sekarang agak
genting, waktu Liok Kiam-ping tanya tentang Hong- lui-pang
kepada seorang penduduk. yang di tanya ternyata
menggeleng ketakutan terus menyingkir namun Kiam-ping
tidak putus asa dia masihputar kayuh keberbagai tempat yang
strategis namun tanda rahasia Pang mereka juga tidak
ditemukan. Mereka tahu situasi telah berobah genting, bukan
mustahil seluruh anggota Hong- lui-pang telah mengundurkan
diri atau sudah mengalami bencana, sore itu mereka mengisi
perut sekedarnya, lalu cari hotel dan masuk kamar istirahat.
Menjelang kentong ketiga Ai-pong-sut kembali meletakan
sekeping perak diatas meja, bersama Liok Kiamping mereka
melesat keluar lewat jendela menuju kearah barat laut,
keduanya mengembangkan Ginkang tinggi, maka gerak tubuh
mereka seperti jalur asap yang memanjang putih, laksana kilat
meluncur kedepan. Duajam kemudian seratus li lebih telah mereka capai, saat
itu fajar sudah hampir menyingsing, kota Kim-hoa sudah
kelihatan tak jauh didepan, kota ini penduduknya padat,
perdagangan tidak kalah ramainya dari kota Hing-an yang
lebih kecil, apa lagi Hari itu hari pasaran, maka banyak
pedagang yang sepagi itu sudah siap berangkat dan
banyakpula yang sudah menjublek didepan pintu kota.
Makin dekat kota orang makin banyak, maka Kiam-ping
berdua tak berani mengembangkan Ginkang lagi, mereka
membelok ketimur lalu kembangkan Ginkang pula memutar
kota menuju keselatan lewat tanah tegalan yang belukar,
namun kecepatan jalan mereka dua lipat dari orang biasa.
Sehari ini mereka tidak istirahat atau masuk kota, menjelang
magrib mereka sudah memasuki wilayan ceng-than, semakin
dekat mereka merasa perlu mencari tahu situasi, maka
mereka masuk kota, disuatu tempat mereka tengah
Celingukan mencari tanda-tanda rahasia yang amat mereka
perlukan. Dari tempat gelap dipojok sana mendadak muncul seorang
pemuda berpakaian ketat, secara lihay dia menggerakan
tangannya memberi tanda khas kearah Liok Kiam-ping lalu
menyelinap ketempat gelap.
Liok Kiam-ping adu pandang dengan Ai-pong-sut, mereka
maklum apa arti tanda rahasia itu, dengan kalem segera
mereka menuju ketempat gelap itu. Beberapa puluh langkah
kemudianpemuda pakaian ketat itu mendadak berhenti serta
membalik tubuh terus menekuk sebelah lututnya serta
memberi hormat kepada Liok Kiam-ping, katanya dengan
suara sedih: "Hamba ong Siang, atas perintah Jin-hong-tong
Tongcu, sudah lama menunggu kedatangan Pangcu di sini."
Liok Kiam-ping tahu bahwa perobahan telah terjadi markas
besar, lekas dia tanya: "Jangan banyak adat, lekas tuturkan
kepadaku apa yang telah terjadi."
ong Siang mundur selangkah lalu berdiri tegak. katanya
dengan muka getir: "Selama beberapa minggu sejak Pangcu
berangkat keutara, keadaan aman sentosa, namun sejak
minggu lalu mendadak muncul belasan jago-jago kosen dari
golongan hitam dan aliran putih yang menyatakan akan
menumpas dan menghancurkan Hong- lui-pang kita, tanpa
memberi pernyataan resmi, mereka langsung meluruk
kemarkas besar" syukur para Tong-cu, kita berjuang matiTiraikasih
Website matian baru musuh berhasil dipukul mundur. Malam itu juga
beberapa murid kita diutus keberbagai tempat untuk memberi
kabar disamping mengirim kabarpula kepada Pangcu.
"Tiga hari yang lalu, jago-jago Ham-ping-kiong dan Lo-huto
di Lamhay meluruk bersama, situasi makin tegang dan
mendesak, berbagai cabang yang berdiri diberbagai kota,
secara berencana telah ditumpas habis oleh mereka, beritaberita
buruk susul menyusul berdatangan.
Jago-jago Ham- ping- kiong dan -Lo-hu-to amat bengis dan
kejam, mereka turun tangan secara telengas, tidak sedikit
korbanjatuh dipihak kita, pada haltenaga yang ada dimarkas
besar amat terbatas, menjaga yang ini kehilangan yang itu,
maka sebagian bangunan telah dibakar dihancurkan musuh,
tapi korban dipihak musuh juga tidak sedikit.
"Gelagatnya pemimpin besar mereka belum tiba, maka
setelah bertempur semalam suntuk, lekas sekali
mengundurkan diri, namun menyatakan dalam tiga hari
mereka pasti akan membumi Hangus seluruh markas besar
kita, anjing ayampun takkan ketinggalan hidup.
"Para Tongcu kuatir bila iblis laknat pimpinan musuh tiba,
kekuatan yang ada dipusat jelas takkan kuat melawannya,
maka dipilih beberapa anggota berani mati dlutus keluar
markas menyelundup keluar, kepungan musuh menunggu
kedatangan Pangcu. Agaknya Tecu mendapat anugrah dari
Thian Yang Maha Kuasa, syukurlah harapan kita terkabul, api
Sekarang sudah menjelang waktu yang dijanjlkan,
kemungkinan pertempuran sudah berlangsung dimarkas
pusat." Betapa murka Liok Kiam-ping mendengar laporan ong
Siang, Sambil mengertak gigi dia mendesis: "Kurcaci yang tak
habis diberantas, hayolah cepat." belum habis bicara tubuhnya
sudah mendahului meluncur ketengah udara.
Ai - pong - sut tidak mau ketinggalan, sekali jejak diapun
melesat kencang kearah Kwi-hun ceng. Hanya dalam waktu
setanakan nasi, Kw-hun-ceng sudah kelihatan di kejauhan,
suara pertempuran yang gaduh juga sudah mulai terdengar.
Liok Kiam-ping kembangkang Ginkang Eng-ih-kiu-coan,
tubuhnya melambung makin tinggi sambil berputar meluncur
dipucuk pohon terus menukik turun, melompati sungai
pelindung perkampungan, secepat kilat dalam dua tiga kali
lompatan jarak jauh dia sudah terjun keajang pertempuran.
Pertempuran berlangsung diluar perkampungan, mayat
sudah bergelimpangan, darah mengalir, jeritan demijeritan
menambah korban. Liok Kiam-ping tarik napas, tenaga murni dipusar
dikerahkan lalu menghardik: "Berhenti." Lwekangnya yang
tinggi dikerahkan, sehingga Say-cu-hong (auman singa) yang
di lancarkan laksana geledek menggelegar, seluruh hadirin
yang lagi baku hantam seperti pekak kupingnya, ternyata
semua melompat mundur dan pertarunganpun berhenti.
Melihat Liok Kiam-ping datang laksana malaikat yang terjun
dari langit, sungguh bukan kepalang girang orang-orang
Hong-lui-pang, serempak mereka bersorak menyambut:
"Pangcu." beramai mereka merubung maju.
Lekas Kim-ji-tay-bong pentang kedua tangannya
meredakan suasana haru dan girang ini, langsung dia maju
kedepan Liok Kiamping, sejak dia berdiam diri menekan
emosinya yang masih menggejolak sanubarinya, namun mata
menjadi merah, tenggorokan seperti disumbat, lidahpun kelu
tak mampu bicara. Dengan sabar dan penuh semangat Liok Kiamping tepuk
pundaknya, katanya: "Aku sudah tahu, kalian tidak perlu
bersedih, hari ini kita akan menuntut keadilan kepada mereka,
kau boleh istirahat dan tolong yang terluka."
Tersipu Kim ji-tay-tay-beng mengiakan sambil memberi
hormat lalu mengundurkan diri.
Sementara musuh yang menyerbu juga mengumpul jadi
satu diluar kampung, jumlah mereka jauh lebih banyak. kirakira
seratus orang. Agaknya kedatangan Liok Kiam-ping cukup
menggetar nyali mereka. Liok Kiam-ping mendekat dan berhenti tak jauh didepan
Ham-ping Lomo, saking murka dia dapat menekan
perasaannya malah, katanya dengan tertawa ramah:
"Sungguh tak nyana. setua ini kau dapat bertindak lebih cepat
dari cay he, mohon tanya siapakah kedua orang tua ini, siapa
nama julukannya ?" Hamping Lomo juga tertawa ramah, katanya: Siaute,
tempo hari kuampuni jiwamu, hari ini jangan harap kau dapat
meloloskan diri, dendam kesumat kita harus dibereskan hari
ini." lalu dia tuding orang tua di sebelah kiri, bertubuh gemuk
bera lis putih, "Inilah Hu-to sin-kun yang berkuasa di Hu-lo-to
di Lam hay." lalu dia tuding nenek tua bertubuh krempeng
memegang tongkat besi di sebelah ka nanny a, "inilah sumoay
Hu-losin-kun yang dijuluki Bok-bin-sin-po anak muda, boleh
kau berkenalan dengan mereka ber dua. "
Liok Kiam-ping bergelak tawa, serunya:
'Maaf cayhe kurang hormat. Agaknya kalian datang dengan
maksud tertentu. Syukurlah kedua pihak dapat kumpul hari ini,
persoalan kedua pihak harus dibereskan secara tuntas hari ini,
Sin-kun betul tidak menurut pendapatmu."'
Memicing kata orang tua gemuk. katanya dengan seringai
dingin: 'Ya, itulah maksud perjalanan Lohu beramai kemari
Anak muda, Kalau kau tahu jumlah kami lebih banyak. boleh
kau sebutkan Caranya, Losiu pasti akur saja."
"Tamu mengikuti kehendak turun rumah, namun orang she
Liok tidak akan merugikan kalian" demikian ucap Liok Kiamping,
"tapi sebelum pertarungan dimulai, ada beberapa
persoalan cayhe mohon penjelasan dari pihak Ham-pingkiong."
lalu dia menoleh kearah Ham-ping Lomo. katanya lebih
lanjut: "Pepatah ada bilang ada hutang harus dibayar, hutang
darah dibayar darah, demikianlah kehidupan insan persilatan,
untuk membereskan sakit hati dan permusuhan digunakan
cara berkelahi, kepandaian menentukan, siapa kuat dan
menang, permusuhan kita memang sudah bertumpuk maka
penyelesaian boleh dilakukan secara terbuka. Apa la cur, kau
menganjurkan adik Jing-san- biau-khek meminjam kebesaran
nama kita membunuh murid-murid lima perguruan besar
dengan tujuan mengadu domba mereka dengan kita sehingga
kaum Bulim takkan hidup dalam suasana damai, apakah
perbuatan kotor dan keji serta memalukan ini tidak
meruntuhkan pamor Hamping-kiong yang sudah puluhan
tahun?" "Adik Jing-san-biau-khek belum pernah muncul di
Kangouw. Muncul dan perbuatannya di Bulim belum diketahui
orang, apakah kedoknya sudah terbongkar dan dibekuk lawan,
kalau dia tidak mengaku mana lawan tahu rahasia ini?"
demikian batin Ham-ping Lomo dengan rasa kejut. Tapi dia
tab ah, Licik dan licin, sengaja dia terloroh loroh, katanya:
Jing-san biau-khek adalah murid penutup Lohu, setahun yang
lalu sudah kau pukul mati, dendam ini belum terbalas sampai
sekarang. Tentang adiknya aku tidak tahu juga bukan murid
kita, Siau-pwe, jangan kau memfitnah, nanti kau rasakan
betapa lihay tindakan kami."
Liok Kiam-ping menyeringai dingin, katanya: "Tua bangka
tidak tahu malu. jelas kau yang jadi biang keladi, namun
memungkir dan cuci tangan- Biarlah kuberitahu kepadamu,
pengganas yang menyamar anggota Pang kita membunuh
murid-murid lima perguruan besar itu sudah kubekuk dan
kugusur ke Slong-san, biar lima perguruan besar yang akan
menghukumnya. Iblis laknat, kukira dalam kasus itu kaupun
terlibat atau mungkin biang keladinya pula."
Betapapun licik dan tabah Ham-ping lomo kini tak kuat lagi
dia menahan amarah, mukanya memberi dilembari nafsu
membunuh. bentaknya: "Siaupe, tutup bacotmu, jangan
membual, kalau tidak..." "
"Kalau tidak kenapa ?"
"Kwi-hun-ceng akan kuratakan dengan tanah"
"He, apa mampu ?" jengek Liok Kiam-ping, "selama Honglui-
pang berdiri tak pernah terjadi onar dan permusuhan, kita
bisa hidup berdampingan secara damai dengan berbagai
golongan dan aliran2 lain- Tapi adik Jing san-biau-khek yang
pernah mencuri belajar tiga jurus Wi-liong- ciang ternyata
menteror murid-murid lima perguruan besar, sehingga
menimbulkan amarah masal, syukurlah pengganas itu sudah
berhasil kubekuk dan telah diserahkan kepada Hoat-pun
Siansu di Siau-lim-si, sudah pula kami kirim kabar kepada
perguruan lain yang bersangkutan, maka kuanjurkan kepada
pihbak-pihak yang bersangkutan di sini, kalian datang atas
perintah dan ingin menuntut balas, duduk perkaranya sudah
jelas, silakan mundur saja kepinggir."
Anjuran Liok Kiam-ping membawa reaksi yang
menguntungkan, orang-orang dari Kong-tong, Go-bi. Hoa-san


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segera mundur dari kelompok besar Ham-ping- lo- mo. Butong
pay yang dipimpin Pek-clok Tojin mundur paling akhir.
Kini yang masih bersitegang leher didepan perkampungan
hanyalah jago-jago Ham-ping-kiong dan Lo hu-to, jumlahnya
sekitar empatpuluh orang.
Maka Liok Kiam-ping menoleh kearah rombongan anak
buahnya, yang tersisa hanya belasan orang saja. kekuatan
kedua pihak jelas terpaut amat jauh, maka dia berpikir:
"Kalau terjadi pertarungan besar, pihak kita sukar
mengalahkan mereka yang berjumlah lehih banyak. lebih baik
diadakan pertandingan secara beraturan dalam beberapa
babak, tapi iblis laknat itu cukup licin, mungkin tak mudah
ketipu... " Mendadak Ham-ping Lomo membentak:
"Kurcaci ini bertangan gapah. jahat dan telengas, Hamping-
kiong bersumpah tak mau berjajar dengan kau, hayolah
kita maju bersama." dengan gerakan kilat mendadak dia
mendahului memukul satu jurus kepada Liok Kiam-ping.
Lwekangnya yang tangguh sudah diyakinkan enam puluhan
tahun, jagosilat yang masih hidup didunia ini mungkin sudah,
tiada yang kuat melawan pukulannya yang hebat. Dua
pukulan telapak tangannya menimbulklan gelombang pasang
yang hebat seperti gugur gunung.
Betapapun tinggi Lwekang Liok Kiam-ping, karena lawan
menyerang mendadak. sukar dia melayani dengan serangan
balasan terpaksa dia kembangkan Ling-hi-pou berkelebat
setombak kepinggir. begitu kaki menyentuh tanah, kontan
Kiam-ping menggerakan kedua tangan, bentaknya: "Kaupun
rasakan seranganku."
iblis tua berpengalaman, begitu serangan pertama luput,
serangan susulan sudah disiapkan- melihat Kiam-ping
mendorong kedua lengannya, diapun songsong pukulannya
dengan dorongan telapak tangan pula.
"Blam" udara seluas satu tombak seperti mendadak
bergolak menjadi angin lesus yang membumbung tinggi
keangkasa. Liok Kiam-ping tergetar keras.. hingga tubuhnya
bergontai. Sementara Ham-ping Lomo tertolak setengah
langkah. Pada hal usia iblis tua ini sudah mendekati se abad, betapa
hebat latihannya, nama besarnyapun sudah disegani puluhan
tahun, dalam adu kekutan kali ini ternyata kecundang oleh
seorang pemuda ingusan, betapa hatinya takkan kaget dan
sedih, apapun dia tidak mau terima akan kenyataan ini
Kejadin berlangsung cepat dan hanya sekejap mata saja.
Begitu kedua orang ini mulai bentrok, maka orang-orang
lainpun tak mau ketinggalan-
Baru saja Lo-hu-sin-kun menggerakan kaki, Ai-pong-sut
Thong caU sudah menghadangny serunya bergelak tawa: "Eh,
mau ke mana kau, bukankah di sini juga baik." sebelum lawan
bicara dia sudah menepukkan kedua telapak tangannya.
Lo-hu-sin-kun seorang pemimpin yang berkuasa di
daerahnya, Kungfunya jelas mempunya keistimewaannya
sendiri, Lwekangnya pun tinggi, merupakan jago kosen yang
tak pernah ketemu tandingan di Lam-hay, Hukong-king-ingpou
ciptaannya dan Lo-hu-sha-cap-lak-sek merupakan dua
ilmu tunggal yang pernah menjagoi Bulim.
Sebelum pukulan Ai-pong-sut mengenai tubuhnya Lo-hu
sin-kun sudah menjengek dang in, kakinya menggeser
kepinggir tangan menggaris bundar lurus balas menepuk. Tak
nyana serangan Ai-pong-sut ternyata gertak samber belaka,
tangan bergerak tanpa menyalurkan tenaga, begitu lawan
menyong-song pukulannya, lekas dia kembangkan gerak
tubuhnya yang aneh, sekali berkelebat bayangannya ternyata
lenyap dari pandangan muka.
Terasa pandangan kabur, ternyata bayangan lawan lenyap.
karuan Lo-hu-sin- kun melenggong dibuatnya, tiba-tiba angin
tajam menindih tiba dari arah kiri. Mendadak diapun
menghardik, segera diapun kembang-kan Hun- kong- kinging-
pou, gerak tubuhnya-pun tidak kalah lincah dan pesat
seperti samberan kilat Maka kedua orang ini adu tipu, adu ginkang, kejar
mengejar, tubruk menubruk. yang satu tendang yang lain
sepak. semua gerakan dilancarkan dengan kecepatan tinggi,
yang terlihat hanya dua bayangan yang berseliweranpergi
datang. Gaya pertarungan kedua orang ini merupakan
tontonan gratis yang menakupkan dari ajang pertempuran lain
yang terus berlangsung. Melihat sang Suheng takkan bisa menang dalam waktu
singkat, Bok-bin-sin-po yang nenek berangasan ini tidak sabar
menunggu, sudah berulang kali dia ingin terjun ke arena
membantu, maka pelan-pelan kakinya sudah bergerak
kepinggir gelanggang. Kim-ji-tay-beng masih dendam karena adiknya Gin-jaybeng
masih tersiksa dalam sakitnya oleh pukulan Ham -pinging-
sat musuh, sejak lama dia sudah bertekad menuntut balas,
melihat pertempuran sudah mulai, diapun tak mau
ketinggalan. Sebelum lawan menaantang dia sudah
membentak: "Lihat serangan." telapak tangannya sudah
berobah kuning emas, begitu bergerak langsung dia
menyerang kepada Bok-bin- sin-po.
Memangnya Bok-bin sin-p sudah gatal tangannya dan ingin
terjun ke arena, merasa pukulan yang melanda diri, seketika
dia terkekeh senang, serunya: "Serangan bagus." tubuhnya
mengendap kedepan dengan miring hingga luput dari
serangan telak, berbareng tongkat kepala burung hantu
ditonjokkan dengan jurus Kiau-liong-jut-cui mengetuk Jiankin-
hiat dipundak Kim-ji-tay-beng.
Serangan kedua tangan Kim-ji-tay-beng tidak sepenuh
tenaga, begitu tongkat lawan mengancam pundaknya lekas
dia kendorkan tenaga terus melompat tinggi keudara
mengembangkan Hwi-eng-sin-hoat, tubuhnya celentang datar
dengan kaki tangan terpentang persia seekor burung raksasa
yang pentang sayap terus menukik turun, telapak tangannya
yang menguning membawa cahaya gemilau mengepruk batok
kepala. Bok-bin-sin.p bukan lawan enteng, melihat lawan memiliki
gerakan tubuh selihay ini, dia tak berani ayal, sikapnya kini
serius, tongkatnya ditarik balik terus dirobah gerakan ou-liongjeng-
tha ujung tongkatnya yang berkepala burung itu
mematuk ke telapak tangan Kimji-tay-beng.
Grak gerik Kim-ji-tay-beng setangkas naga, kedua kaki
tertekuk lalu menjejak, tubuhnya yang terapung berputar
sehingga patukan tongkat lawan dihindarkan, kini dia
berkelebat kebelakang lawan, dengan tenaga penuh kedua
telapak tangannya menggablok dari udara. Gak tubuhnya
memang tangkas lagi lincah, kecepatannyapun
diluarperhitungan lawan- Bok-bin-sin.p memang terdesak
kaget. sukar dia mengimbangi kecepatan lawan-Apa lagi
tongkat besi itu beratnya delapanpuluh kati, untuk memutar
dan memainkan ilmu tongkatnya diperlukan landasan tenaga
dalam yang besar, padahal usianya sudah lanjut, maka dalam
setiap perobahan gerakan tongkatnya selalu membawa gerak
lamb an. Namun sejak muda dia sudah meyakinkan ilmu tongkatnya
dan sudah terkenal puluhan tahun, meski terdesak tidak
mudah dirobohkan, merasa punggung diserang lawan, lekas
dia hentikan gerak tongkatnya terus miring kan tubuh ke
sebelah kanan, begitu gablokan lawan luput dia menghardik
sengit terus putar tongkatnya dengan ilmu Lo-kong-koayhoat,
ilmu tongkatnya terdiri sembilan puluh satujurus, begitu
kencang dia memutar tongkatnya laksana kitiran, dalam waktu
singkat dia masih kuat bertahan meski sedikit terdesak,
namun belum kalah. Dalam pada itu Jian-li-tok-hengJin Hou maju beberapa
langkah dan menantang kepada Tay-bok-it-siu: "Sahabat
lama, kenapa menonton saja, hayolah mau menambah
keramaian' sambil tertawa dia pasang kudakuda siap
menunggu serangan- Tay-bok-it-siu juga jago yang sudah punya nama, meski
tahu dirinya bukan tandingan lawan, tapi ditantang didepan
umum, betapapun dia pantang menyerah dengan muka mas
am dia menjengek: "Ya, Lohu juga sudah sebal menunggu,
ternyata kau antar jiwamu, hayolah maju memangnya siapa
takut kepadamu." habis bicara langsung dia menyerang lebih
dulu. "Nah kan begitu." seru Jian-li-tok-heng tertawa riang, kaki
menggeser tubuh berkelit, sebat sekali dia membalik arah
sambil menyilang kedua tangan lalu balas membentak:
"Kaupun rasa kan pukulanku.' serangan ini menggunakan tinju
dilandasi kekuatan dalam lagi maka tinjunya sampai menderu
keras. Serangan Tay bok-it-siu belum ditarik balik, sementara
pukulan lawan sudah mengancam dirinya, untung Lwekangnya
cukup tinggi, mendadak dia berputar segesit tupai, sambil
mengendap tubuh kedua tangan menyongsong maju lawan-
"Plak" benturan menimbulkan ledka, keras Jian-li-tok-heng
bergoyang mundur. Sementara Tay-bok-it siu menangkis
dengan tergesa maka tenaganya tidak sepenuhnya, maka dia
tertolak mundur dua langkah baru berdiri tegak pula.
Sejurus berhasil memukul mundur lawan, Jian li-tok-heng
tidak memberi hati, sambil tertawa dia mengejek pula:
"Sahabat lama sudah sekian lama tidak bertemu, ternyata
tiada kemajuan sama sekali." disamping mengembangkan
kelincahan gerak tubuhnya dia pun lancarkan Sian-tian ciang
hoat (pukulan kilat). Tay-bok-it-siu pernah merasakan kelihayannya, maka
diapun melawan dengan Loh-ce-siang-hoat yang terkenaljuga.
Sesaat mereka masih beri hantam seru dan sama kuat.
Dalam pada itu dengan Ginkang yang tinggi, karena sengsi-
koan dalam tubuhnya juga sudah tembus, tenaga dalamnya
terus mengalirtakputus-putus, maka begitu melabrak maju,
dua jiwa murid Lo-hu-sin-kun dibabatnya mampus. Sekali
serangan berhasil menamatkanjiwa musuh, Suma Ling-khong
semakin kerasukan setan, dengan bekal kepandaiannya dia
ingin melabrak musuh serta membabat seluruh murid- murid
Lo-hu dan Ham-ping. Si gede siang wi selama beberapa hari ini nganggur, sejak
serangan Ham-ping- kiong tiga hari yang lalu, sifat buasnya
kambun lagi, maka hari ini diapun melabrak musuh sejadijadinya,
untung tubuhnya kebal senjata, kalau tidak mungkin
dia sudah mampus terpukul Ham-ping- ciang yang beracun
dingin, sekarang dia bisa mengumbar amarahnya dengan
membabat musuh sebanyak mungkin, dengan Suma Lingkhong
mereka sudah mengikat janji, berlomba membunuh
musuh sebanyak mungkin, melihat Suma Ling-khong sudah
membunuh beberapa jiwa musuh, segera dia tak mau
ketinggalan, serunya: "He, tunggu aku."
Menenteng tongkat besinya segera dia kembangkan Nukang-
cappwe-lak. dengan langkah lebar dia menghampiri
rombong an besar musuh. Setelah adu tiga kali pukulan dengan Ham-ping Lomo,
berkat rejeki yang selalu nomplok kepada Liok Kiam-ping,
ternyata tenaga dalamnya masih lebih unggul dari lawan-lb lis
tua yang sudah lama bersimaharaja ini dipukulnya tergetar
mundur dengan rambut dan jenggot berdiri kaku, mata
melotot mulut menyeringai. Seperti binatang buas kelaparan
yang kalau merebut mangsa, jari-jari tangannyapun
terkembang seperti cakar slap merobek mangsanya.
Sebagai tokoh bangkotan dia tahu hanya berlandas
kekuatan dalam, dirinya takkan bisa mengalahkan anak muda
ini, terpaksa dia harus mengerahkan Hiam-ping-im sat untuk
mengadu jiwa, syukur lawan dikalahkan, namanya yang sudah
diangkat selama puluhan tahun baru a kan dipertahankan-
Setelah tetap hatinya, dia menyeringai sambil kertak gigi,
kedua lengan perlahan diangkat, telapak tangannya makin
memutih bening mengeluarkan uap putih, begitu dia kerah
kan tenaga uapputih mulur makin panjang dan melesat
kencang bagai rantai menerjang Liok Kiam-ping.
Liok Kiam-ping tahu kelihayan ilmu lawan, maka dia kerah
kan Kim-kong-put hoay-sin-kang untuk melindungi badan
sambil mencari akal untuk melawan-Jalur uap putih itu
ternyata terbendang tiga kaki disekitar tubuh Liok Kia m-ping,
seperti tertahan oleh tembok kaca maka buyarlah uapputih
itu. Ham-ping Lomo makin murka, ditengah gerungannya, dia
tambah tenaga sambil melangkah maju setindak. Uap putih
itupun mendesak majusatu kaki lebih dekat. Ternyata
Kiamping hanya tersenyum saja, diapun tambah kekuatan
hingga gumpalan asap putih maju mundur dan tertahan tiga
kaki lagi, di sini mereka berkutet adu kekuatan-
Di sana mendadak terdengar ledakan keras, ajang
pertempuran mendadak berobah.
Ternyata dengan Ginkangnya yang lebih unggul Kim-ji-taybeng
melabrak Bok binsinpo, gerak geriknya selincah naga
Pendekar Muka Buruk 6 Renjana Pendekar Karya Khulung Jodoh Rajawali 10
^