Naga Sakti Sungai Kuning 15
Naga Sakti Sungai Kuning Huang Ho Sin-liong Karya Kho Ping Hoo Bagian 15
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
perutnya kembung. Apalagi Ji Ban To Bersama sutenya, mendiang Cak Su, berberdua pernah menangkapnya dan inginmemperkosanya. Untung muncul Ban tok Mo-Ii yang membunuh Cak Su melukai Ji Ban To. Mengingat perbuatan mereka itu saja, ingin benar rasanya menghajar mereka sampai sepuas hatinya. Akan tetapi, Giok Cu masih tahu bahwa di situ hadir Hek Bin Hwesio gurunya yang telah berhasil merubah sifatnya yang tadinya ganas dan keras. Ia rasa tidak enak dan malu kepada gurunya itu kalau sampai ia bertindak terkeras terhadap dua orang pengeroyoknya itu.
"Hyaaaaattttt ...........!!" Tiba-tiba Giok Cu mengeluarkan teriakan melengking nyaring dan pedang tumpul di tangannya nyambar dengan amat cepatnya.
"Trak! Trak! Trak!" Dua orang pengeoyok itu mengeluarkan seruan kaget karena senjata mereka kini buntung dan hanya tinggal gagangnya saja. Sebelum mereka sempat menenangkan hati, tangan kiri Giok Cu telah menampar pundak mereka. Terdengar bunyi tulang patah dan dua orang itu terpelanting dan tangan kiri memegang pundak kanan yang terasa nyeri bukan main karena tulang pundak kanan mereka telah remuk oleh tamparan tangan Giok Cu tadi. Empat orang perajurit pengawal segera maju dan meringkus mereka, membelenggu tangan mereka dan membawa mereka keluar.
Melihat betapa Giok Cu telah merobohkan dua orang pengeroyoknya, Han Beng merasa tidak enak. Dia pun mengeluarkan bentakan nyaring, sabuk sutera putih di tangannya menyambar tahu-tahu telah membelit golok besar dua orang kakak beradik seperguruan dan sekali tarik, golok mereka telah terlepas dari pemiliknya. Setelah lepaskan golok-golok itu ke samping kembali sabuk itu berkelebat dua kali kini menjadi seperti tongkat dan ujungnya menotok jalan darah di dada kedua orang lawan. Siok Boan dan Poa Kian mengeluh dan roboh lemas tak mampu bergerak lagi karena telah tertotok! dengan cepat empat orang pengawal menyeret mereka keluar dari ruangan itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Kini, Giok Cu dan Han Beng berhadapan dengan Ban-tok Mo-li, Lui Seng Cu, dan Can Hong San. Giok Cu yang tak ingin kedahuluan Han Beng karena ia ingin sekali menghadapi Ban-tok Mo-li, segera melangkah maju. "Kalian bertiga adalah tokoh-tokoh utama Thian-kauw dan Thian-te-pang. Nah, sekarang aku yang maju lebih dulu. Siapa di antara kalian bertiga yang ingin melawati aku" Kutantang Ban-tok Mo-li untuk melawan aku!"
"Dan aku menantang Can Hong San untuk melawan aku!"
kata Han Beng mendahului, maklum bahwa di antara mereka bertiga, Hong San yang paling pandai.
"Kalian tidak mengandalkan pengeroyokan?" Ban-tok Mo-li bertanya dengan sikap curiga.
"Ban-tok Mo-li, kami bukanlah orang-orang berjiwa pengecut macam kalian?" Giok Cu membentak marah. "Kita bertanding satu lawan satu, tidak ada yang boleh dibantu orang lain. Di sini ada Suhuku Hek Bin Hwesio yang menjadi saksi, dan ada pula Yap Ciangkun dan para perajurit yang menjadi saksi!"
"Bagus! Kalau begitu, engkau akan mampus di tanganku!"
bentak Ban-tok Mo-Ii yang sudah menjadi nekat karena ia pun tidak melihat jalan keluar.
"Nanti dulu, Pangcu!" kata Lui Seni Cu sambil maju ke depan. "Sebelum Pangcu yang maju, biarlah aku sebagai Kauw-cu (Kepala Agama) dari Thian-te-kauw yang lebih dulu maju. Bu Giok Cu, kutantang engkau untuk bertanding melawanku kalau engkau berani!" Lui Sen Cu juga sudah putus asa melihat betapa tempat itu telah dikepung oleh pasukan apalagi di situ terdapat dua orang kakek yang sakti.
Dia tidak akan dapat melarikan diri, oleh karena itu, dia pun ingin melawan sampai akhir dan daripada melawan yang paling akhir, sendirian saja lebih baik dia maju lebih dulu selagi masih ada teman-temannya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus! Aku memang ingin sekali menghajarmu, Lui Seng Cu. Engkau dahulu adalah seorang perampok jahat kemudian engkaulah yang menyeret Ban Tok Mo-li sehingga ia ikut-ikutan dalam perkumpulan iblis Thian-te-kauw itu. Majulah!"
Lui Seng Cu maklum bahwa Giok Cu sekarang tidak boleh disamakan dengan Giok Cu dahulu ketika masih menjadi murid Ban-tok Mo-Ii. Tadi pun dia sudah melihat kelihaian gadis itu ketika merobohkan Siangkoan Tek dan Ji Ban To secara mudah, hal ini saja sudah membuktikan bahwa Giok Cu amat lihai. Namun dia mengandalkan kekuatan sihirnya sebagai kauw-cu Thian-te-kauw, mengandalan pula pengalamannya yang tentu sudah lebih luas dan banyak dibandingkan gadis itu. Dengan golok besar di tangan, ia pun maju menghadapi Giok Cu. Akan tetapi dia tidak segera menyerang, melainkan berdiri tegak, golok besarnya diacungkan ke arah Giok Cu, matanya memandang terbelalak tak pernah berkedip, dan mulutnya berkemak-kemik. Dia membaca mantera dan mengerahkan kekuatan sihirnya untuk menguasai gadis itu. Sihir ini biasa dia pergunakan untuk mempengaruhi korban-korban sembahyangan sehingga korban itu akan lupa diri dan menurut saja apa yang akan dilakukan atas dirinya.
Giok Cu yang melihat sikap Kauw cu itu, tadinya merasa geli, akan tetapi tiba-tiba ia merasa tubuhnya lemas. Pada saat itu, terdengar suara tertawa dari Hek Bin Hwesio.
"Ha-ha-ha-ha, omitohud ..........., lawanmu itu seperti anjing saja pandai menggonggong, Giok Cu. Berhati-hatilah engkau!"
Dan terjadilah keanehan yang membuat semua orang terbelalak akan tetapi juga merasa geli karena tiba-tiba saja Lui Seng Cu mengeluarkan suara dan dari mulutnya. "Hung-hung-huk-huk-huk Suara itu presis suara anjing yang marah, menggonggong dan menyalak-nyalak Giok Cu tertawa dan suara ketawa ini agaknya yang menyadarkan Lui Seng Cu.
Wajah Kauw-cu ini seketika menjadi pucat ketika dia menoleh
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
kearah Hek Bin Hwesio dan tahulah dia bahwa di depan hwesio hitam itu, dia sama sekali tidak berdaya. Kiranya hwesio tua Itu tahu bahwa dia mempergunakan ilmu bilur dan sihir itu bahkan membalik dan menghantam dirinya sendiri sehingga di luar kesadarannya dia tadi menggonggong seperti anjing.Tentu saja hal ini amat memalukan. Wajah yang pucat kini berubah menjadi kemerahan dan tanpa banyak cakap lagi, tanpa mengeluarkan peringatan, dia telah mengayun golok besarnya dan menyerang Giok Cu!
"Singgggg ..............!" Golok besar itu menyambar di atas kepala Giok Cu karena ketika golok itu membabat leher, gadis itu cepat merendahkan tubuhnya sehingga golok itu menyambar lewat di atas kepalanya. Akan tetapi, sebagai susulan, kaki Lui Seng Cu menendang dengan kuatnya ke arah bawah pusar.
"Ihhhhh!" Giok Cu marah sekali dan ia pun meloncat ke belakang untuk menghindarkan diri dari serangan yang sifatnya tidak sopan itu. Agaknya Lui Seng Cu sudah tidak mengindahkan lagi aturan, dia menyerang mati-matian dan hendak mempergunakan segala cara untuk mencari kemenangan. Kini goloknya sudah menyambar-nyambar lagi dengan ganasnya. Biarpun ia memegang sebatang pedang pusaka, yaitu pedang Seng-kan kiam yang walaupun nampak butut tumpul namun ampuh bukan main, namun ia terlalu cerdik untuk menggunakan pedangnya menangkis golok lawan. Golok itu tebal dan berat, juga tenaga Seng Cu amat besar, ilmu goloknya ganas dan dahsyat sehingga tidak percuma dia berjuluk Hok-houw Toa-to (Golok Besar Penaluk Harimau). Kalau menangkis dan mengadu tenaga, biar pedangnya tidak mungkin dapat rusak namun ada bahaya pedangnya akan terlepas dari pegangan. Untuk membuntungi golok itu pun bukan hal yang mudah mengingat golok itu tebal dan berat juga ia menduga bahwa tentu golok itu terbuat dari baja yang baik dan tidak mudah dirusakkan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Giok Cu kini mempergunakan ilmunya, meringankan tubuh, mengandalkan kelincahan gerakannya untuk menghindarkan diri dari semua sambaran golok, dan setiap ada kesempaian, pedangnya meluncur dan mengirim serangan balasan yang juga amat berbahaya bagi lawan.
Terjadilah per tandingan yang amat hebat, seru dan menegangkan hati. Karena ilmu golok Lui Seng Cu memang ganas, maka nampaknya saja dia lebih baik menyerang, menekan dan mendesak gadis itu sehingga Yap Ciangkun dan merasa pengawalnya memandang dengan alis berkerut dan hati khawatir. Namun Han Beng, Pek I Tojin dan Hek Bin Hwesio menonton dengan sikap tenang saja. Mereka bertiga maklum bahwa Giok Cu masih lebih unggul dan tidak akan kalah. Mereka mengerti bahwa gadis itu menyayangi pedangnya agar tidak sampai rusak kalau beradu dengan golok yang besar dan berat itu.
Lui Seng Cu sendiri yang merasa betapa beratnya menghadapi gadis itu. Terlalu lincah gerakan gadis itu baginya, terlalu cepat sehingga dia merasa seperti mengejar bayangannya sendiri! goloknya tak pernah dapat menyentuh lawan, padahal dia sudah mengerahkan seluruh tenaganya sehingga kini napasnya mulai memburu dan tenaganya mulai berkurang. Sebaliknya, gadis itu semakin gesit saja sehingga pandang mata mulai kabur.
ooOOoo Tiba-tiba Giok Cu mengubuh geraknya, pedangnya membuat gerakan melengkung dan pada saat golok di tangan Lui Seng Cu meluncur lewat, pedang tumpul itu menusuk ke arah lengan ya memegang golok.
"Aughhh ....!" Lui Seng Cu berseru keras dan tak mungkin dapat mempertahankan goloknya lagi karena lengan kanannya tiba-tiba kehilangan tenaga sama sekali. Pedang tumpul itu hanya membuat lengan itu lumpuh saja, karena
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Giok Cu teringat akan ucapan Hek Bin Hwesio bahwa di situ tidak akan terjadi pembunuhan. Kakinya bergerak menendang ke arah lutut dan robohlah Lui Seng Cu. Sambungan lutut kanannya terlepas dan dia tidak mampu bangkit kembali.
Empat orang pengawal segera maju dan membelenggu kedua lengannya belakang dan membawanya pergi.
"Ban-tok Mo-li, sekarang maju engkau!" Giok Cu menantang, suaranya jelas mengandung kemarahan dan dendam.
"Giok Cu, engkau mengasolah dulu, aku yang maju!" kata Han Beng yang melompat ke depan. "Can Hong San, majulah, mari kita bermain-main sejenak!"
Melihat betapa Lui Seng Cu roboh, hati Hong San sudah menjadi gentar. Akan tetapi karena tidak melihat jalan keluar, dia pun menghadapi Han Beng dengan suling dan pedangnya.
Sikapnya gagah dan dia nampak tenang saja, seolah-olah dia percaya akan kemampuan diri sendiri. Bagaimanapun juga, dia adalah putera mendiang Cui-beng Sai-kong dan memiliki kepandaian tinggi. Namun, di lubuk hatinya, dia merasa gentar menghadapi Si Han Beng. Dia sudah tahu akan kehebatan pemuda tinggi besar itu, akan tetapi tidak ada jalan lain untuk menghindari pertandingan ini.
"Lihat pedang!" bentaknya dengan sikap gagah. Pedangnya menyambar diikuti gerakan suling yang menotok ke arah dada.
"Bagus!" Han Beng berseru sambil mengelak, kagum juga karena serangan itu selain indah juga berbahaya. Akan tetapi, baru saja dia mengelak, sinar pedang dan sinar suling itu sudah menyambar-nyambar lagi. Demikian cepatnya gerakan serangan Hong San, susul-menyusul dan sambung-menyambung. Terpaksa Han Beng meloncat ke belakang untuk melepaskan diri dari desakan serangan beruntun itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Han Beng, pakailah pedangku!" Giok Cu berseru sambil melemparkan pedangnya ke arah Han Beng. Sebenarnya Han Beng tidak perlu meminjam pedang, akan tetapi karena Giok Cu telah melemparkan pedangnya kepadanya, terpaksa dia menerimanya.
"Terima kasih, Giok Cu." katanya.
Hong San mempergunakan kesempatan selagi Han Beng menyambut pedang yang dilontarkan itu, menyerang dengan sulingnya, menotok ke arah tengkuk Han Beng yang baru menoleh untuk menyambar pedang yang melayang ke arahnya.
Biarpun dia tidak melihat serangan ini, namun pendengaran Han Beng amat tajam dan dia tahu bahwa tengkuknya berancam, maka dia melempar tubuh ke samping sambil tangannya menyambar pedang lalu bergulingan dan melompat berdiri lagi dengan pedang Seng-kang-Kiam di tangan.
Hong San merasa penasaran sekali. Dia mengeluarkan suara melengking nyaring dan dia sudah menyerang lagi dengan pedang dan suling, gerakannya semakin cepat dan dahsyat. Namun kini Han Beng memutar Seng-kang-kiam dan ada sinar dingin yang menyilaukan mata melindungi tubuhnya.
"Tranggggg......!" Nampak bunga api berpijar dan Hong San cepat menarik kembali pedangnya. Untung bahwa yang dipegang juga bukan pedang murahan, melainkan pedang yang terbuat dari baja yang baik sehingga tidak sampai rusak ketika mengalami benturan sedikit tadi. Namun dia sudah menarik sulingnya dan ia pun tidak berani mengadu pedang secara langsung.
Sementara itu, ketika melibat Giok Cu meminjamkan pedangnya kepada Han Beng, Ban-tok Mo-li yang berwatak curang dan licik itu melihat kcsempatan baik baginya. Kalau
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ada rasa gentar hatinya terhadap Giok Cu, hal itu terutama sekali disebabkan pedang pusaka tumpul yang amat ampuh itu. Kini gadis itu telah meminjamkan pedangnya yang ia takuti kepada Han Beng, suatu kesempatan yang baik sekali baginya, sekali tubuhnya bergerak, ia telah melompat ke depan, ke dekat Giok Cu dengan pedang Ang-tok Po-kian di tangan kanan dan kipas di tangan kiri!
"Bu Giok Cu murid murtad! Engkau tadi menantangku, nah, kalau engkau memang bukan pengecut, majulah dan terimalah kematianmu di tanganku!" Kemudian, cepat ia menyimpan pedang dan kipasnya kembali, pedangnya ia masukkan ke sarung pedang di pinggang kipasnya ia selipkan di ikat pinggangnya lalu berkata, "Lihat, aku pun tidak menggunakan senjata. Sambutlah seranganku!" Dan ia segera menyerang dengan kukunya. Kuku jari tangan wanita itu mengandung racun yang amat jahat. Hal ini tentu saja diketahui dengan baik oleh Giok Cu, bahkan ia pernah mempelajari ilmu beracun itu. Kukunya sendiri pun dapat ia pergunakan kukunya serangan beracun, bahkan ludahnya pun dapat ia pergunakan untuk mencelakai orang. Akan tetapi semenjak menjadi murid Hek-bin Hwesio, ia tidak mau mempergunakan ilmu sesat itu. Kini bekas guru yang ternyata menjadi pembunuh ayah bundanya itu menyerangnya dengan pukulan beracun! Ia cepat bergerak mengelak dan mengandalkan kegesitannya untuk melawan Ban-tok Mo-li. la tidak menduga akan kelicikan Ban Tok Mo-li yang sengaja menyimpan senjatanya dan menyerangnya dengan tangan kosong. Hal ini untuk memancing agar Giok Cu menerima serangannya. Kalau perlu, setiap saat ia dapat mempergunakan pedang dan kipasnya, sedangkan Giok Cu tetap bertangan kosong!
Han Beng melihat betapa Giok Cu diserang secara hebat oleh Ban-tok Mo-li. Kalau Ban-tok Mo-li menyerang dengan tangan kosong, dia tidak khawatir gadis itu akan kalah. Akan tetapi Ba tok Mo-li memiliki senjata lengkap, sedangkan Giok Cu telah meminjamkan pedangnya kepadanya! Dia sendiri
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
sebenarnya tidak membutuhkan senjata untuk melawan Hong San. Maka, ketika Hong San membacokkan pedang ke arah kepalanya, dia cepat menyambut dengan Seng-kang-kiam, mengerahkan tenaga sin-kang untuk membuat kedua pedang melekat, lalu pada saat lawan menusukkan suling ke arah dadanya, dia tidak mengelak melainkan menyambut dengan tangkapan tangan kirinya. Sekali dan mengerahkan tenaga memutar pergelangan tangan, suling itu telah dapat dirampasnya dan kakinya menendang. Hong San terkejut dan cepat melompat ke belakang pada saat tendangan melayang karena dia merasa betapa pedangnya yang tadi menempel di pedang lawan dapat ditariknya lepas.
"Giok Cu, pergunakan pedangmu!" Han Beng berseru.
Mendengar ini, Giok Cu meloncat ke belakang dan menyambar pedang yang dilontarkan oleh Han Beng.
Bukan main marahnya Ban-tok Mo-Li melihat gadis itu telah memegang kembali pedangnya. Akan tetapi ia
menyembunyikan rasa jerihnya dan ia pun mencabut pedang dan kipasnya. "Bagus, Engkau hendak bertanding menggunakan senjata" Lebih cepat engkau mampus di ujung senjataku!" la pun segera menyerang. Pedangnya mengeluarkan sinar merah ketika digerakkan, namun sinar merah itu tertahan oleh sinar kehijauan dari pedang di tangan Giok Cu.
"Sit-sittttt..........!" Jarum-jarum lembut menyambar dari gagang kipas. Akan tetapi akal ini merupakan permainan kanak-kanak bagi Giok Cu yang sudah mengenal benar penggunaan jarum-jarum teracun dari kipas itu, maka dengan mudah ia mengelak ke kiri dan pedangnya sudah membalas dengan serangan kilat yang membuat Ban-tok Mo-li harus cepat melempar diri ke belakang sambil memutar pedang.
Sementara itu, kini Can Hong San yang kehilangan sulingnya, menjadi marah dan menyerang Han Beng dengan pedangnya. Hatinya agak besar melihat Han-Beng tidak lagi
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
memegang pedang tumpul ampuh itu, melainkan hanya memegang suling yang dirampas darinya. Akan tetapi, begitu Han Beng menggerak sulingnya, Hong San terkejut bukan main dan tahu-tahu suling itu telah rnenghantam punggungnya.
"Plakkk!" Dia terhuyung dan terkejut. Kiranya Han Beng dapat menarik suling itu sebagai senjata tongkat yang luar biasa anehnya. Hal ini sebetulnya tidak aneh. Han Beng telah menguasai ilmu tongkat yang dia pelajari dari Sin ciang Kai-ong, yaitu ilmu tongkat yang disebut Tongkat Dewa Mabuk.
Gerakannya aneh, akan tetapi lihai bukan main kelihatannya kacau balau akan tetapi tahu-tahu ujung suling yang dimainkan sebagai tongkat itu telah mencuri gerakan dan menyelonong ke punggungnya! Andaikata Han Beng hanya mempelajar ilmu silat dari Sin-tiauw Liu Bhok dan Sin-ciang Kai-ong saja, belum tentu akan mampu menandingi Can Hong San yang amat lihai itu. Akan tetapi, Han Beng telah digembleng oleh Pek I Tojin, seorang kakek yang sakti sehingga biar tingkat kepandaiannya masih jauh lebih tinggi dibandingkan Hong San.
Hong San merasa marah dan penahan sekali ketika punggungnya kena hantam suling. Dia membalik dan pedangnya menusuk ke arah perut lawan sedangkan tangan kirinya menyusulkan tamparan atau dorongan ke arah kepala, namun, dengan mudah Han Beng mengelak dengan menggeser kaki ke kiri, kemudian sulingnya membuat gerakan melingkar dan tubuhnya meliuk aneh, tahu-tahu ujung suling sudah menetek pinggul kiri lawan.
"Dukkk!" Hong San hampir terpelanting karena kaki kirinya terasa lumpuh, akan tetapi dia masih mampu melompat dan memutar tubuhnya, turun ke tanah dengan kaki kanan sambil mengerahkan tenaga sin-kang untuk memulihkan kaki kiri yang terasa lumpuh. Dia kini merasa kaget bukan main, juga amat marah. Kemarahan yang membuat dia menjadi nekat karena dia maklum bahwa lawannya sungguh amat lihai.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Diputarnya pedangnya sehingga nampak sinar bergulun-gulung dan dia pun menyerang dengan mengerahkan seluruh tenaganya, mengeluarkan jurus-jurus maut dan tidak begitu mempedulikan segala pertahanan. Ini serangan orang yang sudah nekat dan hendak mengadu nyawa. Baginya hanya menang atau kalah, karena maklum bahwa tingkat kepandaiannya masih kalah oleh lawan.
Menghadapi orang yang sudah nek seperti itu, Han Beng harus berhati-hati sekali. Orang yang nekat amat berbahaya karena semua daya kekuatannya ditujukan untuk menyerang.
Han Beng mengerahkan sin-kang dan memutar tongkatnya atau sulingnya menyambut sinar pedang. Begitu pedang bertemu tongkat pedang itu ikut terputar karena tenaga sinkang Hong San kalah kuat, makin lama semakin cepat berputar dan akhirnya, begitu Han Beng mengeluarkan bentakan nyaring, pedang itu terlepas dari tangan Hong San dan terlempar jauh! Hong San terkejut sekali, akan tetapi dia masih nekat, dan menerjang dengan pukulan tangan kosong, memainkan ilmu silat Koai-liong kun yang dahsyat.
Han Beng menggerakkan suling itu dan tanpa dapat dihindarkan lagi oleh Hong San, ketika tangan kirinya mencengkeram ke arah lawan, ujung suling telah mendahuluinya, menotok pergelangan tangan itu sehingga tangan kirinya lumpuh seketika.
"Aaaghhhhh!" Hong San membentak dan tangan kanannya membuat gerakan berputar, lalu menghantam kedepan.
bahwa pukulan yang dahsyat sekali, di dahului oleh uap hitam, menyambar ke arah Han Beng. Itulah pukulan Cui-beng-Ciang (Tangan Pengejar Roh) yang amat ampuh dan jahat. Jarang ada lawan yang kuat menahan pukulan yang mengandung tenaga sin-kang yang mengandung kekuatan sihir ini, bahkan uap hitam itu saja sudah cukup membuat orang pingsan karena mengandung racun.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Han Beng mengenal pukulan dahsyat, maka dia pun mengerahkan tenaganya dan menyambut pukulan itu dengan telapak tangannya sambil mengerahkan tenaga sakti yang dilatihnya dari Pek I Tojin.
"Desss ..........!" Dua tenaga sakti yang ampuh bertemu melalui telapak tangan itu dan tubuh Hong San terpental ke belakang lalu terbanting roboh. Dia pingsan seketika sedangkan Han Beng agak terengah.
Pada saat itu, Giok Cu sudah mendesak Ban-tok Mo-li dengan pedang tumpulnya. Kipas di tangan kiri iblis betina itu sudah tidak nampak lagi karena sudah patah-patah bertemu dengan Seng-kan Kiam dan kini Ban-tok Mo-li dengan matian-matian melawan dengan Ang-tok Po-kiam la telah mengerahkan semua ilmunya, Namun satu demi satu dapat dipunahkan oleh Giok Cu, bahkan kini gadis itu mulai mendesaknya dengan hebat.
"Plakkk! Ini untuk Ayah!" Tangan kiri Giok Cu menampar pipi kanan Ban-tok Mo-li. Wanita ini menjerit lirih dan terhuyung, akan tetapi tamparan itu memang diberikan untuk menghajar, bukan untuk membunuh, maka pipi yang kena tampar itu hanya matang biru dan membengkak, akan tetapi tamparan itu tidak merobohkan. Dengan kemarahan meluap yang membuat ia menjadi nekat, Ban-tok Mo-Li memutar pedangnya sehingga nampak gulungan sinar merah dari Ang-tok Po-Kiam yang menyerang dengan ganas, namun, kini Giok Cu sudah menguasai keadaan dan memang tingkat kepandaianya masih jauh lebih tinggi kalau dibandingkan bekas gurunya itu, maka dengan mudah saja gagang pedang tumpulnya membuat sinar merah itu tiba-tiba saja kehilangan daya ampuhnya.
"Trakkkkk ......... cusss! Ini untuk Ibu!" kata pula Giok Cu dan kembali Ban-tok Mo-li terhuyung dan jeritannya makin keras karena kini pedang pusakanya patah menjadi dua
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
potong dan paha kirinya disambar ujung pedang Seng-kang-kiam sehingga celananya robek dan kulit pahanya robek pula.
"Sekarang bersiaplah untuk menghadap Ayah dan Ibu!"
teriak Giok Cu, akan tetapi pada saat itu, Han Beng melompat ke depan dan sabuk sutera putihnya nyarnbar ke arah pedang yang sudah meluncur menyerang Ban-tok Mo-li.
"Giok Cu, tahan .......!" serunya ujung sabuknya melibat pedang gadis itu menahan gerakannya.
"Ihhh, engkau kenapa, Han Beng" Kenapa menghalangiku membunuh iblis betina pembunuh Ayah dan Ibuku ini?"
"Maaf, Giok Cu. Ingatlah bahwa ia pernah baik kepadamu dan puterinya............. . adalah isteri dari Kakak angkatku..
....... Memang tadi ketika melihat gadis itu hendak membunuh Ban-tok Mo-li, Han Beng teringat akan Coa Siang Lee Sim Lan Ci, puteri Ban-tok Mo-li. menjadi tidak tega dan mencegah Giok Cu membunuh iblis betina yang sudah tidak berdaya itu.
Ketika Giok Cu hendak membantah tiba-tiba terdengar suara ketawa berwibawa dan mengejutkan hati Giok Cu. "Ha-ha-ha-ha! Omitohud............ ! la jahat karena membunuh Ayah Ibumu, Giok Cu, Kalau sekarang engkau membunuhnya apa bedanya antara ia dan engkau" sama-sama pembunuh jahat!"
Pada saat itu, Giok Cu tertegun dan lalu memutar tubuh dan menghadapi Hek Bin Hwesio. "Suhu !" serunya dengan dua mata basah.
"Haiiiiittttt ............!!" Tiba-tiba, mendapatkan kesempatan baik ini, Ban-tok Mo-Li menubruk dan menyerang Giok Cu dari belakang. Kedua tangannya dengan bentuk cakar mencengkeram ke arah kepala dan punggung Giok Cu.
Serangan maut, karena semua kuku jari tangannya itu mengandung racun mematikan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Desssss ............!" Han Beng yang cukup waspada, menyambut serangan itu dari samping dengan tamparan tangannya yang mengenai pundak iblis betina itu. Ban Tok-Mo-li terpelanting dan roboh pingsan. Empat orang pengawal cepat maju dan membelenggunya lalu membawanya keluar dari ruangan itu.
"Siancai ..............!" Pek I Tojin berseru sambil merangkap kedua tangan depan dada. "Hek Bin Hwesio sungguh telah memperoleh kemajuan, dapat mencegah pembunuhan.
Memang, menyadarkan penjahat adalah perbuatan mulia, membunuh orang jahat adalah perbuatan kejam, hanya Tuhan yang berkuasa menentukan mati hidupnya setiap orang manusia'"
Yap Ciangkun mengucapkan terima kasih kepada Han Beng dan Giok Cu, dia membawa semua tawanan pergi meninggalkan tempat itu. Hek Bin Hwesio dan Pek I Tojin meninggalkan bekas sarang Thian-te-pang yang kini telah diduduki oleh pasukan pemerintah. Dengan bijaksana Yap Ciangkun menyuruh pasukan untuk memulangkan semua wanita yang menjadi korban perkumpulan agama sesat itu ke tempat asal masing-masing
Di lereng yang indah dan sunyi, bawah pohon yang rindang, siang itu mereka berempat duduk di atas akar pohon sambil bercakap-cakap.
"Han Beng," kata Pek I Tojm kepada muridnya. "Kami berdua, pinto dan Bin Hwesio, telah mengambil suatu sepakatan mengenai engkau dan Nona Giok Cu ini, sebelum kami berdua pergi kami ingin mendengar dulu pendapat kalian. Bukankah begitu, Hek Bin Hwesio?"
"Ha-ha-ha, omitohud ............. kenapa engkau begitu sungkan, Pek I Tojin" Katakan saja apa yang menjadi isi hatimu, engkau sudah tahu bahwa pin-ceng menyetujui sepenuhnya, ha-ha-ha?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Suhu, apa sih yang Suhu bicarakan dengan Lo-cian-pwe?"
tanya Giok Cu memandang kepada gurunya.
"Biar Pek I Tojin saja yang membicarakan karena dialah yang memiliki prasaran itu, prasaran yang baik sekali dan yang telah kusetujui sepenuhnya. Katakanlah, Pek I Tojin!"
Han Beng dan Giok Cu, juga Hek Bin Hwesio, kini menatap wajah tosu itu. Pek I Tojin adalah seorang kakek yang biasanya pendiam dan serius, tidak seperti Hek Bin Hwesio yang suka berkelakar dan tertawa. Akan tetapi sekali ini, Pek I Tojin nampak agak kemerahan menjawabnya, tanda bahwa apa yang akan dibicarakan mendatangkan ketegangan juga di hatinya.
Setelah berdehem dua kali, dia memandang kepada Han Beng dan Giok Cu lalu berkata, "Begini Han Beng dan Nona Bu Giok Cu, mengingat bahwa kalian berdua adalah anak-anak yatim piatu yang hidup sebatangkara di dunia ini. Oleh karena itulah, kami dua orang tua memberanikan diri mewakili kalian masing-masing sebagai guru dan juga pengganti orang tua, dan ...........eehhh .............!" Agaknya sukar bagi tosu itu untuk melanjutkan kata-katanya yang mendadak macet. Dia menoleh kepada Hek Bin Hwesio,
"Hek Bin Hwesio, kau bantulah aku!"
"Ha-ha-ha! Omitohud .............. engkau terlalu sungkan, Sahabat. Begini, Han Beng! dan Giok Cu. Pek I Tojin mewakili Si Han Beng meminang Bu Giok Cu. Dan pinceng sebagai wakilmu, Giok Cu, pinceng merasa setuju sekali!"
Han Beng tidak merasa kaget dan dia menoleh ke arah Giok Cu yang juga mengerling kepadanya. Dua orang muda ini ingat betapa tadi, dalam keadaan terancam, nyawa mereka, mereka telah saling menyatakan perasaan hati masing-masing, saling menyatakan cinta! Dan kini guru-guru mereka
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menjodohkan mereka. Tentu saja mereka tidak merasa kaget, bahkan merasa berbahagia sekali.
"Bagaimana, Han Beng" Setujukah engkau kalau kujodohkan dengan Nona Bu Giok Cu?" tanya Pek I Tojin kepada muridnya.
Han Beng memandang wajah gurunya dan dengan wajah yang cerah dan berbahagia dia mengangguk, 'Teecu setuju.
Suhu." "Ha-ha-ha-ha! Bagus sekali kalau begitu. Dan bagaimana dengan engkau, muridku" Setujukah engkau kalau pinangan Han Beng terhadap dirimu itu kuterima" Maukah engkau menjadi calon isteri Si Han Beng?"
Pada saat itu, Giok Cu merasa hatinya seperti diremas-remas, la teringat akan keadaan dirinya, teringat akan tahi lalat merah kecil di lengan kirinya, di bawah siku. Tahi lalat merah itu adalah penanaman racun yang dilakukan Ban tok Mo-li kepadanya dahulu. Kalau ia menyerahkan diri kepada seorang pria, begitu ia kehilangan keperawanannya, tanda tahi lalat merah itu pun akan lenyap, akan tetapi akibatnya, dalam waktu sebulan ia akan tewas karena racun yang amat hebat dan tidak ada obatnya akan bekerja membunuhnya! Akan tetapi, didepan dua orang kakek itu bagaimana ia dapat membuka mulut menceritakan hal yang memalukan itu kepada Han Beng. Maka, khawatir di desak suhunya yang suka berkelakar, ia pun mengangguk tanda setuju tanpa da pat mengeluarkan suara karena ia haru menekan guncangan hatinya.
"Ha-ha, kenapa mendadak engkau menjadi seorang gadis pemalu, Giok Cu Mana jawabanmu" Jawablah agar lega hati orang yang meminangmu!" kata Hek Bin Hwesio.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan muka tunduk karena tidak ingin nampak mukanya yang berduka terpaksa Giok Cu menjawab lirih, "Teecu setuju!"
"Ha-ha-ha-ha, bagus, bagus! To-yu pinceng mengucapkan selamat kepadamu!"
"Sama-sama, pinto juga mengucapkan selamat kepadamu!"
Dua orang kakek tu tersenyum dan saling memberi hormat.
"Nah, tentang upacara pernikahan-iya, kami serahkan kepada kalian berdua. Kami berdua akan berkelana dan menikmati keindahan Gunung Thai-san. Kelak kalau sudah ada ketentuan waktunya ilian boleh mencari kami ke Thai-san mtuk memberitahu." kata Pek I Tojin lan bersama Hek Bin Hwesio, dia lalu pergi meninggalkan dua orang muda itu yang segera berlutut untuk mengantar kepergian guru mereka.
Setelah dua orang kakek itu lenyap, Han Beng bangkit berdiri, juga Giok Cu. Mereka berdiri berhadapan, saling pan?dang dan Han Beng melangkah maju.
"Giok Cu ...............!"
Han Beng yang merasa berbahagia sekali, bukan saja karena ikatan perjodohan antara mereka, akan tetapi juga teringat akan ucapan gadis tadi yang menyatakan cinta kepadanya, segera merangkul.
"Han Beng ..............!" Giok Cu membenamkan mukanya di dada peniuda yang di cintainya.
"Giok Cu, kita saling mencinta, dan guru-guru kita menjodohkan kita. Betapa bahagianya rasa hatiku, Giok Cu............ bisik Han Beng di dekat telinga gadis itu. Dan tiba-tiba Giok Cu menangis tanpa mengangkat mukanya dari dada
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Han Beng. Air mata menembus baju dan membasahi dada pemuda itu.
Han Beng terkejut, akan tetapi lalu tersenyum dan tangannya membelai rambut kepala kekasihnya. Tentu kekasihnya itu menangis karena bahagia, menangis karena terharu, barangkali teringat bahwa ia tidak mempunyai orang tua lagi.
Dia menunduk dan mencium rambut itu, mencium dahi itu, lalu berbisik! "Giok Cu, jangan berduka sayang. Memang kita berdua sudah tidak mempunyai ayah ibu lagi, akan tetapi kita kini saling memiliki bukan" Biarlah aku menjadi pengganti Ayahmu dan engkau menjadi pengganti Ibuku! Dan kelak, kita pergi ke perkampungan keluarga kita, kita mencari keluarga orang tua kita yang masih ada. Bukankah berarti kita akan memiliki keluarga lagi?"
Akan tetapi, ucapan hiburan Itu bahkan membuat Giok Cu semakin tersedu-sedu. Han Beng membiarkannya sebentar, lalu perlahan-lahan dia mengangkat dagu , disitu, menatap wajah yang nampak legitu sedih. Mata itu terpejam, akan tetapi setiap kali dibuka sedikit, air matanya mengalir keluar.
Dengan hati penuh rasa haru dan sayang, akan tetapi juga khawatir, Han Beng mengecup pipi yang basah air mata itu sehingga terasa asin olehnya. Akan menyegarkan hati rasa itu andaikan hatinya tidak begitu hawatir, andaikan tangis itu tangis bahagia, bukan tangis yang demikian sedihnya.
"Giok Cu ............, Moi-moi sayang, hentikanlah tangismu dan katakan kepadaku, kenapa engkau begini sedih" Bukan ah sepatutnya kita bergembira, berbahagia" Aiiih, Giok Cu, jangan katakan bahwa engkau berduka karena dijodohkan dengan aku.........."
Tiba-tiba Giok Cu membuka matanya. Nampak kemerahan mata itu dan menggeleng kepala, mempererat rangkulannya.
"Tidak, Han Beng, tidak! Jangan salah sangka ........ ah, aku
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
........... aku berhagia sekali menjadi jodohmu ........... akan tetapi aku ........ aku .................."
"Engkau kenapa, sayang" Kenapa?"
Giok Cu menggeleng kepala dalam rangkulan pemuda itu.
"Aku tidak bisa menjadi isterimu, Han Beng. Tidak mungkin
................. uhu-hu-hu .................!"
"Ehhh?" Han Beng terkejut seper disengat lebah. "Kenapa, Giok Cu" Kenapa engkau berkata demikian?"
Giok Cu menggulung lengan baju kirinya dan melirik ke arah tanda bintik merah kecil di bawah siku kiri, lalu menangis lagi, membenamkan mukanya di dada kekasihnya. Han Beng menjadi seakin bingung. Berbagai macam dugaan timbul di dalam benaknya. Jelas bahwa kekasihnya sedih, bukan karena berjodoh dengan dia, melainkan oleh suatu sebab lain mengenai diri kekasihnya itu. Di mengerutkan alisnya. Apakah Giok hendak mengatakan bahwa ia bukan perawan lagi" Hal itu bukan tidak mungkin, mengingat bahwa gadis itu pernah menjadi murid Ban-tok Mo-li! Andaikata demikian, dia .............
dia tidak akan peduli! Han Beng mengatupkan giginya kuat-kuat. Dia mencinta Giok Cu, bukan mencinta
keperawanannya! Atau ada hal lain" Bagaimanapun juga, Giok Cu harus bicara sejujurnya. Kalau tidak, dia akan selalu merasa tersiksa oleh segala macam dugaan yang sewaktu-waktu tentu akan timbul.
Dia lalu memegang kedua pundak Giok Cu, didorongnya lembut sehingga mereka saling berpandangan, kemudian dengan suara tenang namun tegas dia berkata, Giok Cu, pandang padaku dan dengarkan kata-kataku baik-baik. Kita adalah orang-orang yang menghargai kegagahan, bukan" Kita adalah orang-orang yang siap menghadapi kesukaran apapun juga, bukan orang-orang lemah yang cengeng, bukan" Aku pun tahu bahwa engkau seorang pendekar g gagah perkasa, bukan seorang gadis yang cengeng. Nah, usirlah semua
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
perasaan sedih itu, kekasihku, sayangku, dan ceritakan kepadaku apa yang lelah terjadi maka engkau menjadi begini berduka setelah dijodohkan dengan aku."
Dengan lembut pula Giok Cu melepaskan kedua tangan, kekasihnya yang memegang kedua pundaknya, mengguraikan kedua ujung baju menyusut air matanya dan menghentikan tangisnya. Kemudian, dengan kedua mata merah, ia memandang Han Beng, mencoba untuk mengumpulkan kekuatan hatinya dan membuka mulut untuk memberi penjelasan.
"Han Beng ..........., aku ............ aku.......... aku tidak pantas menjadi isterimu.........." Ia berhenti lagi dan memejamkan mata karena tidak kuat melanjutkan.
"Lanjutkan, Giok Cu. Jelaskan mengapa" Mengapa engkau menganggap dirimu tidak pantas menjadi isteriku" Mengapa?"
Giok Cu menoleh ke kanan kiri. Para perajurit masih melakukan pembersihan dan menggeledah di semua tempat.
"Han Beng, mari kita pergi dari sini bicara di tempat yang sepi."
Han Beng mengerti, menggandeng tangan kekasihnya yang terasa dingin lalu mereka keluar meninggalkan tempat itu. Langit di ufuk timur mulai kemerahan, tanda bahwa pagi akan segera muncul menggantikan malam. Mereka terus berjalan sampai mereka tiba di lereng bukit yang sepi. Han Beng mengajak kekasihnya menghampiri sebatang pohon besar di sana burung-burung sudah mulai sibuk menyambut datangnya fajar.
"Nah, di sini sepi, Giok Cu. Keluarkanlah isi hatimu dan ceritakan segalanya kepadaku. Ingat, aku adalah orang yang kaucinta dan mencintamu, aku adalah calon suamimu, juga
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
satu-satunya orang yang dapat kaupercaya. Nah, ceritakan semuanya!"
Mereka berdiri berhadapan, dekat. Giok Cu menatap wajah kekasihnya dalam keremangan subuh. "Han Beng, aku.............. aku ............" kembali gadis itu tidak anggup melanjutkan. Ia tidak tega melihat bagaimana nanti pemuda itu me?nyambut keterangannya, la tidak tega melihat pembahan yang akan terjadi pada wajah yang dicintanya itu.
Betapa wajah itu akan diselimuti kedukaan dan kekecewaan yang amat mendalam. Kalau ia memberi penjelasan, sama saja denga menusuk jantung kekasihnya dengan batang pedang berkarat! la tidak tega!
"Han Beng, aku ................. aku tidak mampu menerangkan
................" KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 26 Kembali kedua tangan Han Beng menangkap kedua pangkal lengan kekasihnya dan mengguncangnya sedikit.
"Giok Cu engkau harus mampu! Harus! Tidak boleh engkau membiarkan ada rahasia di antara kita!"
Dia benar, pikir Giok Cu. Dia benar, akan tetapi..... "Han Beng, peluklah aku, sembunyikan mukaku agar aku dapat menceritakannya kepadamu....." Dan iapun menjadi lemas dan tentu terhuyung kalau saja Han Beng tidak cepat memeluknya. Han Beng memondong tubuh yang lemas itu dan mengajaknya duduk di atas akar pohon yang menonjol keluar dari tanah. Dia setelah memangku gadis itu yang merebahkan kepalanya di dada yang bidang,
menyembunyikan mukanya di dada itu. Kini dia tidak akan melihat perubahan pada wajah kekasihnya dan iapun mulai tenang, lalu dengan lirih, namun jelas, ia bercerita.
"Han Beng, sebelumnya kau maafkan aku. Maukah kau?"
Han Beng mencium rambut itu. "Tentu saja, bahkan tidak perlu ada maaf dariku karena apapun yang telah kau lakukan, kuanggap semua itu sudah berlalu dan tidak ada lagi. Nah, ceritakan."
"Dahulu, ketika kita saling berpisah, aku berusia sepuluh tahun!"
"Ya, ya, dan aku berusia dua belas tahun."
"Aku ditolong oleh Ban-tok Mo-li yang kemudian menjadi guruku."
"Dan aku menjadi murid Sin-tiauw Lim Bhok Ki yang dilanjutkan pula oleh Sin-ciang Kai-ong."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ketika aku dibawa pulang oleh Ban-tok Mo-li dan diambil murid, ia telah menggunakan jarum menusuk lenganku yang kiri ini. Lihat, Han Beng, kaulihat bintik merah kecil ini?" Giok Cu menggulung lengan bajunya yang kiri dan mendekatkan lengannya. Lengan yang kecil penuh dan berkulit putih halus.
Han Beng tak tahan untuk tidak menyentuh kulit dengan yang halus lembut itu dengan hidungnya.
"Lenganmu indah sekali, Giok Cu."
Giok Cu merasa betapa seluruh bulu di badannya meremang ketika lengannya dicium Han Beng, lalu menarik lengan itu. "Ihhh, Han Beng, dengarkan ceritaku dan pandanglah bintik merah bawah siku ini. Engkau melihatnya?"
"Aku melihatnya. Bintik merah itu menambah indah lenganmu."
"Hentikan rayuanmu itu dan dengar baik-baik. Bintik itu adalah akibat tusukan jarum dari Ban-tok Mo-li, jarum beracun yang jahat sekali!"
"Ehhhhh...!!" Kini seluruh kemesraan terbang dari kepala Han Beng dan dia memandang terbelalak, khawatir sekali.
"Jarum beracun" Akan tetapi..... hal itu tentu sudah terjadi belasan tahun yang lalu dan sampai sekarang engkau masih sehat kuat....."
"Racun itu baru akan bekerja kalau bintik itu lenyap, Han Beng."
"Ehhh" Dan sudah belasan tahun tidak lenyap, takut apa"
Biarkan bintik itu tidak lenyap, tidak mengurangi keindahan lenganmu."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tapi, begitu bintik itu lenyap, dalam waktu sebulan nyawaku akan melayang dan tidak ada obat di dunia ini yang akan mampu menyelamatkan aku."
"Tapi..... tapi..... bintik itu masih ada dan....."
"Ya, bintik merah itu akan lenyap kalau aku..... aku tidak perawan lagi....."
"Ahhhhh.....?"!" Han Beng memandang wajah kekasihnya dengan mata terbelalak. Baru kini dia mengerti mengapa tadi kekasihnya menangis! Kalau Giok Cu menikah dengan dia, kalau gadis itu menjadi isterinya, dalam waktu sebulan ia akan mati keracunan!
"Itulah sebabnya mengapa aku...aku tidak dapat menjadi isterimu, Han Beng....."
Tiba-tiba Han Beng meloncat berdiri dan menarik tangan gadis itu. Giok Cu juga meloncat berdiri dan memandang bingung. "Mari kita pergi sekarang juga"
"Ehhh" Ke mana?"
"Ke mana lagi" Menyusul Ban-tok Mo-li. la menjadi tawanan. Aku akan menemuinya dan memaksanya mengobatimu, memberi obat pemunah racun itu. Kalau ia menolak, akan kucabuti semua rambut di kepalanya, kucabuti semua kuku dari jari-jarinya, kucabuti semua otot-otot dari tubuhnya!" Suara Han Beng mengandung desis dan Giok Cu yang ditarik ikut pula berlari, agak bergidik karena di dalam suara kekasihnya itu mengandung ancaman yang mengerikan bagi Ban-tok Mo-li. Agaknya kemarahan telah membuat Han Beng berubah menjadi kejam dan sadis, walaupun itu baru dalam kata-kata saja.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Mereka tidak bicara lagi, berlari cepat dan Giok Cu menyerahkan segalanya kepada kekasihnya. Hatinya terasa lega karena bagaimanapun juga, rahasia itu tidak ditanggungnya sendiri, kini telah dibuka kepada Han Beng.
Bahkan calon suaminya itu yang kini mengambil alih darinya untuk mencarikan jalan keluarnya.
Hari telah siang ketika mereka tiba di benteng, disambut oleh Yap Ciangkun yang kelihatan lelah karena penyerbuan semalam. Akan tetapi ternyata kemuraman wajah Yap Ciangkun bukan hanya karena lelah, dan hal itu baru diketahui Han Beng dan Giok Cu ketika Han Beng bertanya tentang Ban-tok Mo-Ii.
"Kami harap agar Ciangkun mengijinkan kami bicara sebentar dengan Ban-tok Mo-li yang menjadi tawanan. Ada urusan pribadi yang amat penting hendak kami bicarakan dengan Ban-tok Mo-Ii. kata Han Beng.
Mendengar ini, Yap Ciangkun menggebrak meja. "Inilah!
Justeru baru saja kami memarahi para petugas, akan tetapi semua kesalahan terletak pada pundak empat orang penjaga yang sudah mati. Sungguh celaka! Sialan mereka itu!"
"Apa yang telah terjadi, Ciangkun?" tanya Giok Cu, bingung melihat ulah perwira tinggi itu.
"Semalam, Ban-tok Mo-li menjadi tawanan dan ditahan di dalam sel, dijaga oleh empat orang pengawal yang dapat dipercaya. Akan tetapi, pagi-pagi sekali tadi, sel itu terbuka, empat orang penjaga mati tanpa luka dan Ban-tok Mo-li telah lenyap dari dalam selnya."
"Ahhhhh.....!!" Wajah Han Beng menjadi berubah agak pucat saking kaget dan kecewanya. "Bagaimana hal itu dapat terjadi?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Yap Ciangkun mengepal tinju dan kelihatan marah dan penasaran sekali. "Tidak ada yang tahu bagaimana hal itu terjadi. Akan tetapi ada seorang perajurit yang malam hari itu, sebelum dia meninggalkan tugas jaga untuk bertugas di tempat lain, melihat betapa Ban-tok Mo-li bersikap manis dan akrab sekali dengan empat orang penjaga itu, nampak mesra.
Tidak ada yang tahu. Tahu-tahu mereka berempat terdapat tewas di tempat penjagaan dan Ban-tok Mo-li sudah tidak berada di dalam tahanan. Pintu kamar tahananpun tidak rusak kuncinya, bukan dibuka dengan paksa."
Han Beng mengerutkan alisnya. "Apakah tidak ada kemungkinan tawanan itu dibantu orang dari luar yang meloloskarinya?"
"Segala kemungkinan memang ada, akan tetapi penjagaan amat ketat sehingga sukarlah bagi orang luar untuk dapat masuk tanpa diketahui. Setidaknya, empat orang yang bertugas jaga itu tentu mengadakan perlawanan mati-matian dan memberi tanda bahaya. Akan tetapi sama sekali tidak ada perlawanan, sama sekali tidak terdengar teriakan atau tanda bahaya lain."
"Maaf, Ciangkun.Bagaimana matinya empat orang itu"
Adakah luka-luka atau tanda lain?"
Yap Ciangkun mengerutkan alis dan menggeleng-geleng kepala. "Memang aneh sekali. Tidak ada luka. Hanya dua diantara mereka mati dengan mulut biru menghitam....."
"Hemmm, ciuman maut.....I" kata Giok Cu, tenang akan tetapi ia pun mengerutkan alisnya karena ia sudah dapat menduga bagaimana caranya iblis betina bekas gurunya itu berhasil meloloskan diri.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dua orang yang lain tewas dengar biru menghitam di leher dan pangkal paha mereka, seperti bekas terkena gigitan....."
"Hemmm, itu bekas kuku beracun!"
"Ehhh" Apa yang kau maksudkan dengan ciuman beracun dan kuku beracun, Li-hiap?" tanya perwira itu, heran.
"Ban-tok Mo-li adalah seorang iblis betina. Nama julukannya saja sudah menyebutkan keadaan dirinya. Ban-tok Mo-li (Iblis Betina Selaksa Racun) memiliki banyak ilmu beracun, di antaranya adalah ciuman beracun dan kuku beracun. sekali cium dan sekali gores dengan kuku sudah cukup untuk membunuh orang. Agaknya iblis betina itu mempergunakan kecantikannya untuk merayu sehingga ia berhasil keluar atau dikeluarkan dari kamar tahanan oleh empat orang penjaga itu.Ia pura-pura suka diajak bermesraan, lalu membunuh mereka dengan mudah selagi bermesraan."
Kalau bukan Giok Cu, gadis lain tentu akan bermerah muka dan segan memberi keterangan seperti itu. Akan tetapi Giok Cu adalah seorang gadis yang sudah digembleng oleh keadaan yang keras dan beraneka macam kehidupan.
"Hemmm, sungguh keji seperti iblis!" kata Yap Ciangkun.
"Mari kita mengejarnya!" Han Beng yang teringat akan keadaan kekasihnya, sudah menggandeng tangan gadis itu dan keduanya meloncat pergi dengan amat cepatnya, membuat Yap Ciangkun merasa kagum bukan main. Dia lalu teringat akan tawanan yang lain. Mereka adalah orang-orang yang lihai, maka dia tidak ingin kehilangan tawanan lagi.
Diperintahkan orang-orangnya untuk membelenggu kaki tangan para tawanan itu dan mengawal mereka dengan ketat sampai mereka itu dijatuhi hukuman oleh pengadilan.
Selama tiga hari tiga malam Han Beng hampir tidak pernah mau berhenti, mengajak Giok Cu untuk menjari jejak Ban-tok
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Mo-li. Namun, semua usahanya sia-sia belaka. Mereka tidak mampu menemukan jejak iblis betina itu. Ban-tok Mo-li lenyap tak meninggalkan jejak, seperti ditelan bumi!
Pada hari ke empat, pagi-pagi setelah semalam suntuk mereka mencari di perbukitan di tepi jurang atau tebing sungai Kuning, Giok Cu telah menjadi putus asa. Ia memandang Han Beng yang duduk bersila di tepi jurang dengan hati yang pilu.
Ia merasa kasihan sekali kepada pemuda itu. Ia tahu betapa besarnya cinta Han Beng kepadanya sehingga pemuda itu seperti tidak mengenal lelah untuk dapat menemukan Ban-tok Mo-li, untuk dapat membebaskannya dari cengkeraman maut yang ditandai bintik merah di bawah siku lengan kirinya. Kalau dia membiarkan dirinya menjadi isteri Han Beng, kemudian tewas dalam waktu sebulan, tentu Han Beng akan tenggelam dalam kedukaan yang hebat.Dan sekarang, merekapun gagal untuk menemukan Ban-tok Mo-li. Andaikata mereka dapat menemukannya sekalipun, belum tentu iblis betina itu mau memberikan obat penawarnya, itupun kalau ada obat seperti itu. Ah, ia hanya menjadi beban, hanya menyusahkan Han Beng saja dengan ikatan perjodohan itu. Tidak, itu tidak boleh menyusahkan Han Beng. Ia terlalu sayang kepada pemuda itu.
Biarlah dia memperoleh jodoh gadis lain yang sehat, yang akan membahagiakannya, bukan ia yang menderita penyakit maut, yang hanya akan menyusahkannya.
Giok Cu mengerling ke arah Han Beng. Pemuda itu masih duduk bersila dan agaknya tenggelam dalam siu-lian Rambutnya kusut, pakaiannya kusut, wajahnya menunjukkan kelelahan. Hatinya seperti ditusuk-tusuk rasanya. Han Beng membuka matanya, terkejut mendengar suara angin itu. Dan dia menjadi lebih kaget ketika tidak melihat lagi Giok Cu berada di situ.
"Giok Cu.....!!" Dia berteriak memanggil sambil meloncat berdiri. Tiada jawaban.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Giok Cu, di mana engkau?" Han Beng kini mencari ke sekeliling tempat itu sambil memanggil-manggil. Ketika menjenguk ke bawah tebing, dia bergidik membayangkan Giok Cu terjatuh ke sana. Akan tetapi dia tidak melihat apa-apa di bawah sana. Lalu dia berlari menuruni bukit karang itu.
"Giok Cu.....!!!" Dia berteriak semakin keras. Suaranya melengking terbawa angin dan menimbulkan gema jauh dibawah sana.
Wajah Han Beng menjadi pucat, hatinya gelisah sekali ketika sampai di bawah bukit, dia belum juga melihat bayangan Giok Cu.
"Giok Cu.....! Kembalilah.....! Aku tak sanggup hidup sendirian tanpa engkau.....!" teriaknya berulang kali.
Dia berlari mendaki bukit di depan dan akhirnya, dia melihat gadis itu dipuncak bukit batu karang itu, di tepi tebing yang lebih curam daripada yang tadi.Gadis itu menangis tersedu-sedan, berlutut hampir menelungkup. Agaknya teriakannya yang terakhir itu, yang diulang-ulang, terdengar oleh gadis itu dan teriakan itu yang menahannya, membuat kedua kakinya lemas dan iapun menjatuhkan diri berlutut di situ dan menangis tersedu-sedu.
"Giok Cu.....!" Han Beng lari menghampiri, menubruk dan merangkul gadis itu yang menangis semakin menjadi-jadi Han Beng mendekap kepala itu ke dadanya, seolah takut kalau sampai kehilangan dan terlepaslagi. "Aih, Giok Cu kenapa engkau meninggalkan aku....Kenapa.....?"
Giok Cu terisak-isak.Ketika ia mengangkat muka memandang melalui genangan air matanya, ia melihat pemuda itu menangis! Hal ini membuat ia menjadi semakin terharu dan sedih.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Han Beng.....!" Ia menjerit dan merangkul pemuda itu.
Mereka bertangisan dan berpelukan di tepi jurang yang curam itu.
"Han Beng, lepaskan aku..... biarkan aku pergi. Aku hanya menyusahkan saja, Han Beng. Aku tidak dapat menjadi isterimu....."
"Giok Cu, jangan putus harapan. Aku akan mencarikan obat untukmu, sampai dapat. Percayalah, aku akan dapat menolongmu, jangan engkau khawatir akan keselamatan dirimu, Giok Cu....."
Gadis itu menyusut air matanya. "Han Beng, engkau salah sangka. Aku tidak takut mati. Aku rela mati setelah menjadi isterimu selama satu bulan. Aku rela dan aku tidak takut.
Hanya aku.....aku tidak tega membayangkan engkau menangisi kematianku, Han Beng. Tidak, lebih baik kita tidak menikah, engkau carilah gadis lain yang sehat....."
Naga Sakti Sungai Kuning Huang Ho Sin-liong Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Giok Cu! Kenapa engkau berkata demikian" Ucapanmu menusuk perasaanku. Hidup ini tidak ada artinya bagiku tanpa engkau di sisiku, Giok Cu."
"Tapi.....tapi.....kalau kita menikah..... hanya sebulan kita berkumpul, lalu aku harus meninggalkan engkau untuk selamanya....."
"Tidak! Kita tetap berdampingan sampai kematian memisahkan kita, Giok Cu. Dan percayalah, sebelum engkau mendapatkan obat pemunah racun terkutuk itu, aku tidak akan menggaulimu. Bagiku, melihat engkau di dekatku dalam keadaan sehat saja sudah merupakan suatu kebahagiaan besar.Giok Cu, berjanjilah, engkau tidak akan meninggalkan aku lagi.....!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar ini, Giok Cu merangkul dan mencium pipi pemuda itu dengan penuh keharuan, lalu berbisik di dekat telinganya. "Aku berjanji, Koko (Kanda). Aku berjanji selamanya tidak akan meninggalkanmu lagi dan akan mentaati semua perintahmu."
Han Beng bernapas lega, lega puas dan bahagia. Dia merangkul semakin erat. "Moi-moi (Adinda)....., terima kasih..... terima kasih....."
Sampai lama mereka duduk berdekapan di tepi tebing itu.
Ketika matahari muncul di bawah sana, muncul dari balik bukit jauh di seberang sungai, Han Beng menuding.
"Lihat, Cu-moi, betapa indahnya fajar menyingsing. Lihat, masa depan yang cerah menanti kita, seperti munculnya Sang Surya. Kita tidak boleh putus asa. Kita harus berikhtiar dan kalau kita berusaha dengan kesungguhan hati, Thian pasti akan memberi jalan kepada kita."
Giok Cu mengangkat mukanya dari dada kekasihnya dan menengok. Ia mengeluarkan seruan kagum dan mereka duduk bersanding, menyambut munculnya sang matahari sambil duduk bersila dan mengatur pernapasan. Latihan seperti ini tidak asing bagi mereka karena dalam sinar matahari yang baru muncul terkandung kekuatan dahyat yang mereka coba tampung melalui pernapasan dan meditasi.
Setelah matahari mulai menyengat kulit, barulah mereka menghentikan latihan itu.
"Ah, sekarang aku ingat. Ada jalan untuk mencari jejak Ban-tok Mo-li!" kata Han Beng.
"Bagaimana, Beng-koko" Apakah jalan itu?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku teringat akan Kakak angkatku, yaitu Coa Siang Lee dan isterinya, Sim Lan Ci."
Giok Cu memandang dengan wajah berseri, la pun baru teringat sekarang.
"Ah, Suci Sim Lan Ci adalah puteri Ban-tok Mo-li! Benar, Koko, mungkin ia tahu ke mana Ban-tok Mo-li melarikan atau menyembunyikan diri." ;
"Mari kita ke sana, Cu-moi." Han Beng bangkit berdiri sambi menggandeng tangan kekasihnya dan mereka pun menuruni bukit karang itu. Baru sekarang mereka merasa betapa tubuh mereka lelah bukan main, juga perut mereka lapar. Selama tiga hari ini mereka lupa makan lupa tidur ketika mencari-cari Ban-tok Mo-li.
"Kita cari dusun atau kota dulu, Koko. Perutku lapar sekali....."
Han Beng tersenyum dan mencium dahi kekasihnya.
"Kasihan engkau, Guan Cu. Kita sampai lupa makan. Aku lapar. Mari, kita cari dusun di bawah sana, baru melanjutkan perjalanan ke tempat tinggal Kakak angkatku Coa Sian Lee!"
Mereka menemukan dusun dan berhasil membeli makanan dan minuman sederhana. Setelah makan minum, baru mereka melanjutkan perjalanan dengan hati yang ringan dan awan kedukaan sudah lenyap dari wajah mereka.
*** "Thian Ki.....!" Han Beng memanggil ketika melihat seorang anak laki-laki berusia kurang lebih empat tahun bermain-main seorang diri di depan rumah itu. Anak itu sedang membuat boneka dari tanah liat sehingga kedua tangan, bahkan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pakaiannya, berlepotan lumpur, juga mukanya. Nampak lucu sekali.
"Thian Ki, benar engkau Thian Ki!" kata pula Han Beng sambil mendekat.
Giok Cu juga ikut menghampiri, memandang kepada anak itu dengan kagum.
Seorang anak laki-laki yang sehat, wajahnya putih kemerahan dan matanya tajam dan pandangnya lembut, juga membayangkan kecerdikan.
"Paman dan Bibisiapakah.....?" tanya anak itu dan kembali Giok Cu kagum. Suara itu demikian nyaring dan bening, akan tetapi mengandung kelembutan pula!
Han Beng tertawa. Ketika dia mengangkat saudara dengan Coa Siang Lee setahun yang lalu, anak ini baru berusia tiga tahun sehingga tentu saja tak dapat mengenalnya. Dia menggoda. "O..kau terka siapa aku ini, Coa Thian Ki
.Tahukah engkau siapa aku?"
Anak itu memicingkan kedua matanya, nampak lucu dan mungil. Sepasang alisnya berkerut dan tiba-tiba dia membelalakkan matanya sambil berkata dengan wajah berseri. "Paman tentu Paman Si Han Beng, Huang-ho Sin-liong!"
Tawa Han Beng terhenti dan dia terbelalak. Juga Giok Cu semakin kagum. Dari Han Beng ia sudah mendengar tentang peristiwa kekasihnya itu dengan keluarga ini. Ia mendengar betapa guru kekasihnya, Sin-tiauw Liu Bhok Ki yang terkenal keras hati itu, menjadi luluh kekerasan hatinya oleh sikap dan ulah Thian Ki yang baru berusia tiga tahun
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Heiiiii! Bagaimana engkau bisa tau bahwa aku adalah Pamanmu Si Han Beng?" Han Beng berseru heran.
Anak itupun tertawa senang ketika Han Beng
mengangkatnya tinggi-tinggi, tanpa mempedulikan betapa kaki, tangan dan pakaian anak itu kotor oleh lumpur.
"Ayah dan Ibu bercerita banyak-banyak tentang Paman, tentang wajah Paman sehingga aku dapat mengenal Paman.
Siapakah Bibi ini?" "Aku Bibi Bu Giok Cu, Thian Ki. Aku calon isteri Pamanmu ini." kata Giok Cu tanpa sungkan lagi. Terhadap orang dewasa saja dara ini tidak sungkan bicara, apalagi terhadap seorang anak kecil berusia empat tahun!
"Wah, Adikku Han Beng.....!" terdengar teriakan wanita dan muncullah seorang wanita cantik berusia tiga puluh tahun lebih. Pakaian wanita itu serba hitam sehingga kulitnya yang putih nampak semakin mulus, wajahnya cantik manis akan tetapi sikapnya sederhana dan lembut. Akan tetapi wanita itu menghentikan seruan dan sikapnya yang gembira ketika melihat Giok Cu, seorang gadis yang tidak dikenalnya.
"Ibu, Paman Han Beng datang bersama calon isterinya, Bibi Giok Cu.....!" teriak Thian Ki yang masih berada dipondongan Han Beng.
"Ahhhhh..... mari, mari, silakan masuk. Thian Ki, turun kau!
Lihat, engkau membikin kotor pakaian Pamanmu!"
Han Beng menurunkan Thian Ki sambil tertawa dan pada saat itu muncul Coa Siang Lee yang berseru, "Siapa bilang Han Beng datang bersama calon isterinya?"
"Aku, Ayah. Nah, ini Bibi Giok Cu, calon isteri Paman!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Mereka semua saling memberi hormat. "Aih, kalau begitu, kionghi (selamat) Adikku! Kami girang sekali dapat bertemu dengan calon Adik ipar kami!"
Coa Siang Lee yang pakaiannya serba putih, berlawanan dengan warna pakaian isterinya, menggandeng tangan Han Beng sedangkan Sim Lan Ci menggandeng tangan Giok Cu.
Mereka semua memasuki rumah, diikuti oleh Thian Ki.
Setelah mengajak tamu mereka duduk di ruangan dalam, Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci saling pandang. Hubungan antara suami isteri ini sedemikian akrabnya sehingga ada hubungan batin yang kuat di antara mereka sehingga pandang mata mereka saja sudah cukup untuk mereka saling mengutarakan isi hati mereka. Keduanya memandang kepada Thian Ki dan ayah anak itu berkata.
"Thian Ki, karena kegirangan engkau lupa memberi hormat kepada Paman dan Bibimu. Hayo beri hormat kepada mereka."
"Dan sesudah itu, pergi mencuci badanmu, dan bertukar pakaian. Boleh engkau bermain lagi di luar, akan tetapi jangan masuk di sini dulu sebelum kami panggil. Kami ingin bicara penting dengan Paman dan Bibimu." kata ibu anak itu.
Thian Ki lalu melangkah maju menghadapi Han Beng dan Giok Cu, mengangkat kedua tangan di depan dada dengan sikap hormat. "Paman Si Han Beng dan Bibi Giok Cu, terimalah hormat Coa Thian Ki!"
Han Beng dan Giok Cu saling pandang, lalu tertawa gembira Giok Cu mengangkat tubuh Thlan Ki dan menciumi kedua pipinya, lalu menurunkannya kembali. Thian Ki tersipu lalu berlari kekamarnya untuk mengambil pengganti pakaiandan pergi mandi seperti diperintahkan ibunya. Dia
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak membantah, tidak mengomel, melainkan taat dengan gembira. Sungguh seorang anak yang penuh pengertian!
"Nah, duduklah, Adik-adikku. Bagaimana kabarnya, Beng-te (Adik Beng)' Sudah lama sekali kami merindukan kunjunganmu." kata Coa Siang Lee. "Di hari ini engkau muncul bersama calon isterimu yang begini gagah dan cantik.
Sungguh kami merasa gembira dan bangga!"
"Adik Giok Cu memang cantik manis dan gagah perkasa, pantas sekali menjadi isterimu, Han Beng." kata pula Sin Lan Ci dengan akrab.
"So-so (Kakak Ipar Perempuan) tentu tidak menduga siapa Giok Cu ini, padahal ia masih Sumoi dari So-so sendiri." kata Han Beng.
"Ahhhhh.....?"" Sin Lan Ci terbelalak memandang kepada Giok Cu, kini penuh selidik. "Be..... benarkah itu.....?"
Giok Cu tersenyum dan mendekatkan kursinya dengan kursi Sim Lan Ci, lalu memegang tangan wanita itu dengan sikap lembut. "So-so, kalau diijinkan, aku lebih suka menyebut so-so daripada su-ci. Memang harus kuakui bahwa aku pernah menjadi murid Ibumu, So-so, akan tetapi hal itu telah lewat dan..."
Giok Cu tidak melanjutkan kata-katanya karena ia melihat betapa pandang mata wanita itu nampak membayangkan kepahitan.
Melihat keadaan yang tidak enak itu, Han Beng cepat berkata, "Memang Cu-moi pernah menjadi murid Ibumu, So-so, bahkan sejak usia sepuluh tahun sampai lima belas tahun.
Akan tetapi, kemudian ia menjadi murid Lo-cian-pwe Hek-bin Hwesio dan tidak berhubungan dengan Ibumu lagi....."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Lan Ci menarik napas panjang dan kini ia yang memegang tangan gadis itu.
"Aku mengerti, Adikku yang baik. Aku mengenal siapa Ibuku. Bahkan engkau beruntung sekali dapat terlepas dari tangan Ban-tok Mo-li, Ibuku yang terkenal jahat dan kejam itu....."
"Maaf, So-so, aku tidak bermaksud menyinggungmu....."
"Ha-ha, tidak ada singgung-menyinggung di sini, Adikku!"
kata Coa Sian Lee. "Kita berada di antara saudara sendiri.
Segalanya perlu dibicarakan secara terbuka dan tidak akan ada yang menyinggung karena semua ucapan keluar dari hati yang jujur. Biarpun So-somu ini puteri kandung Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu, akan tetapi ia sama sekali tidak jahat!
Sebaliknya malah, isteriku ini wanita yang paling hebat di dunia ini, paling cantik, paling lembut, paling mulia, paling....."
"Sssssttttt.....'. Di depan orang lain engkau masih mencoba untuk merayuku": bentak Lan Ci. Melihat dan mendengar ini, Han Beng dan Giok Cu tertawa geli seperti juga suami isteri itu. Buyarlah sudah suasana yang tadi dirasakan tidak enak ketika nama Ban-tok Mo-li disebut dan sekarang agaknya menyebut nama itupun tidak akan mendatangkan perasaan tidak enak lagi. Bagaimanapun juga, tetap saja Han Beng merasa sungkan dan tidak tahu bagaimana dia harus menanyakan tempat persembunyian Ban-tok Mo-li kepada Sim Lan Ci tanpa menceritakan tentang semua kejahatan yang telah dilakukan Ban-tok Mo-li terhadap diri Giok Cu!
"Nah, sekarang ceritakan semua pengalamanmu sampai engkau dapat memperoleh jodoh yang demikian hebat, Beng-te. Apa saja yang telah terjadi di dunia kang-ouw?" tanya Siang Lee dengan sikap gembira.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Toako, sesungguhnya, sejak kecil dahulu, aku sudah menjadi sahabat Giok Cu. Ketika kecil kami saling berpisah dan baru bertemu setelah dewasa. Ketika kami saling berpisah, aku ikut Suhu Liu Bhok Ki seperti telah kalian tahu, dan ia ikut dengan gurunya, Ban-tok Mo-li....." Han Beng memandang kepada kakak iparnya.
Sim Lan Ci mengangguk-angguk. "Sekarang aku ingat.Ibu mempunyai murid seorang anak perempuan ketika ia mengusir kami berdua. Jadi engkaukah murid itu, Adik Giok Cu?"
"Benar, So-so. Akan tetapi, lima tahun kemudian, karena.....
eh, tidak cocok dengan cara hidup Subo..... maka aku meninggalkannya dan kemudian bahkan.. hemmmmm....."
"Mengapa, Adikku" Lanjutkan ceritamu."
"Tidak enak rasanya, So-so, karena itu adalah Ibumu."
Lan Ci tersenyum. "Kaukira aku tidak mengenal Ibuku sendiri" Aku sudah tahu siapa Ibuku, siapa Ban-tok Mo-li, oleh karena itu, semua berita tentang kejahatannya tidak akan mengejutkan hatiku lagi, dan tidak akan menyinggung hatiku."
Han Beng berkata, "Cu-moi, memang tidak ada jalan lain kecuali menceritakan semuanya kepada So-so, baru kita boleh mengharapkan bantuannya. Ceritakanlah semuanya."
Giok Cu mengangguk dan menarik napas panjang. "Baiklah kalau begitu, So-so, aku terpaksa melarikan diri karena aku akan dibunuh oleh Subo, karena dianggap menentang Thian-te-kauw di mana Subo menjadi anggautanya, bahkan kemudian menjadi ketuanya. Aku ditolong oleh Suhu Hek-bin Hwesio. Kemudian, aku mendapat kenyataan bahwa yang membunuh Ayah dan Ibu kandungku adalah Subo Ban-tok Mo-li sendiri. Kemudian, aku dan Beng-koko menentang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Thian-te-kauw dan dengan bantuan pasukan pemerintah, kami berhasil membasminya. Para pimpinannya tertawan.Ketika Subo Ban-tok Mo-li bertanding denganku, aku berhasil merobohkannya. Akan tetapi Beng-koko mengingatkan aku akan kebaikannya yang pernah kuterima, maka aku tidak membunuhnya dan membiarkannya ia ditawan oleh pasukan pemerintah seperti para pimpinan Thian- te-kauw lainnya."
Giok Cu menghentikan ceritanya, merasa lega karena melihat betapa wajah Sim Lan Ci tenang-tenang saja mendengar akan kejahatan yang dilakukan ibu kandungnya itu.
"Sebetulnya, setelah Cu-moi mengampuni dan tidak membunuhnya, dan ia menjadi tawanan pemerintah, sudah tidak ada urusan lagi kami dengan Ban-tok Mo-li. Akan tetapi, sungguh di luar dugaanku, ternyata masih ada satu hal lagi yang amat hebat, bahkan yang menyangkut keselamatan hidup Giok Cu."
Siang Lee dan Lan Ci kelihatan terkejut sekali. "Hal apakah itu, Beng-te?" tanya Siang Lee.
Han Beng menarik napas panjang. Tiba gilirannya untuk melanjutkan cerita itu. "Dalam penyerbuan itu, kami dibantu oleh munculnya Lo-cian-pwe Hek-bin Hwesio dan Suhu Pek I Tojin. Kemudian, setelah Thian-te-kauw dapat dibasmi, kedua orang tua itu menjodohkan kami. Nah, setelah mendengar bahwa ia dijodohkan denganku, maka muncullah hal yang amat memusingkan kami ini, yaitu pengakuan Cu-moi bahwa ia tidak mungkin dapat menikah dengan aku atau dengan siapa pun juga."
"Eh, kenapa?" Giok Cu cepat menggulung lengan baju yang kiri dan memperlihatkan bintik merah di siku lengan kirinya kepada Lan Ci. "Karena inilah, So-so." Suaranya mengandung getaran sedih.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Itu..... bintik merah tanda keperawanan!" kata Sim Lan Ci yang segera mengenal tanda itu.
"Itulah, So-so." kata Han Beng. "Mengapa kami datang kesini. Pertama untuk berkunjung dan memperkenalkan calon isteriku, dan kedua untuk mohon pertolongan So-so. Sebagai puteri Ban"tok Mo-li, kami yakin So-so akan mengetahui pula obat untuk menghilangkan bintik merah itu."
"Bintik merah itu tidak mungkin dapat dihilangkan selamanya!" kata Lan Ci sambil mengerutkan alisnya, memandang dan meraba bintik merah di lengan itu.
"Maksud So-so.....?" Giok Cu terbelalak, terkejut dan heran.
"Selama engkau masih perawan, bintik merah itu tidak akan dapat lenyap atau dihilangkan dengan apa pun. Akan tetapi....." Lan Ci tersenyum lebar dan kedua pipinya yang putih halus itu berubah kemerahan. "Tanda itu akan hilang dengan sendirinya pada malam pertama pernikahan kalian, hi-hik."
Akan tetapi Giok Cu tidak tersenyum bahkan nampak berduka. "Hal itu aku sudah tahu, So-so, dan aku tahu pula bahwa sebulan kemudian setelah menikah aku akan mati dan tidak ada obat yang akan dapat menyelamatkan aku! Karena!
itu aku tidak mau menikah dengan Beng-koko. Untuk apa menikah dengan dia kalau sebulan kemudian aku harus meninggalkan dia selamanya dan membuat dia berduka?"
"Ahhh" Aku tidak pernah mendengar akan hal itu!
Setahuku, tanda keperawanan itu tidak dapat dilenyapkan, akan tetapi akan lenyap dengan sendirinya pada malam pengantin yang pertama
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Subo sendiri yang mengatakan demikian, dan ia adalah seorang ahli racun. Mungkin hal itu ia rahasiakan darimu, So-so."
"Hemmm, aku tidak yakin. Dahulu memang ia ingin memberi tanda itu dilenganku, akan tetapi aku menolaknya.
Kalau memang benar akibatnya bukan hanya lenyapnya tanda di malam pengantin, akan tetapi juga membunuh sebulan kemudian, untuk apa dahulu ia ingin memberi tanda itu kepadaku, anaknya sendiri" Tak mungkin ia ingin melihat aku mati setelah sebulan menikah."
"Tentu ia memiliki obat pemurahnya, dan akan memberikan obat itu kepadamu, So-so."
Lan Ci mengerutkan alsinya, mengangguk-angguk.
"Hemmm...... mungkin juga kalau begitu....."
"So-so," kata Han Beng. "Kalau So-so tidak mempunyai obat pemunahnya, kami ingin mohon sebuah pertolongan lagi kepada So-so, harap So-so tidak menolaknya."
Melihat sikap yang serius dari pemuda itu, Sim Lan Ci menatap wajahnya dengan penuh perhatian. "Tentu saja, Adikku. Tentu saja aku akan dengan sukahati menolong kalian kalau aku mampu melakukannya!"
"Begini, So-so. Setelah kami dijodohkan oleh dua orang guru kami kemudian aku mendengar pengakuan Giok Cu tentang bintik merah itu, kami segera mencari Ban-tok Mo-li di tempat tahanan. Akan tetapi, malam hari itu juga ia ternyata telah berhasil lolos dari tahanan dan melarikan diri. Kami sudah berusaha melakukan pengejaran dan pencarian jejaknya, namun hasilnya sia-sia belaka. Oleh karena itulah, kami mohon petunjuk So-so. Kemana kiranya kami harus mencari Ban-tok Mo-li, karena mungkin saja So-so
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mengetahui atau setidaknya dapat menduga kemana ia pergi bersembunyi.
Berkata demikian, Han Beng menatap wajah so-sonya dengan penuh perhatian. Juga Giok Cu memandang kepada wanita itu penuh harapan.
Sim Lan Ci menolehdan bertukar pandang dengan suaminya. Hanya sebentar, lalu wanita itu memandang Giok Cu.
"Adikku, andaikata aku dapat menunjukkan tempat di mana adanya Ban-tok Mo-li dan engkau pergi menemuinya, lalu apa yang akan kaulakukan?"
"Kami akan minta agar ia suka memberikan obat pemunah untuk melenyapkan bintik merah yang mengancam nyawa calon isteriku!" kata Han Beng penuh semangat.
"Andaikata ia tidak mau memberikan, lalu apa yang akan kalian lakukan?"
"Kami akan..... akan....." Han Beng menghentikan kata-katanya, lalu saling pandang dengan Giok Cu. Gadis itu menggeleng kepalanya dengan senyum sedih, dan ia yang melanjutkan ucapan Han Beng tadi. "Kami hanya akan mohon pertolongan bekas guruku itu. Ia telah membunuh Ayah Ibuku, bahkan hampir membunuhku, dan sebaliknya ketika aku mengalahkannya, aku tidak membunuhnya. Mungkin saja ia akan memberikan obat pemunah itu. Akan tetapi andaikata ia berkeras tidak mau, kami pun tidak akan dapat berbuat apa-apa. Semoga Thian mengampuni semua dosanya!" Giok Cu merangkap kedua tangan di dada, teringat akan nasihat yang seringkali diberikan Hek-bin Hwesio kepadanya.
"Benar kata Giok Cu," sambung Han Beng. "Kalau memang Thian menghendaki demikian, kami tidak akan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menikah, akan hidup bersama seperti kakak adik, tak terpisahkan lagi sampai mati. Kami berdua tidak akan menikah dengan orang lain. Itu merupakan sumpah batin kami berdua!"
Suami isteri itu memandang dengan hati terharu sekali.
Sepasang mata Sim Lan Ci menjadi basah air mata. "Adik-adikku yang budiman, aku percaya kepada kalian. Dan andaikata kalian terlupa dan sampai membunuh Ibuku sekalipun, aku tidak akan menyesal karena memang apa yang telah dilakukan Ibuku terhadap Adik Giok Cu sudah melewati batas. Nah, Adik-adikku, tak jauh dari sini terdapat nikouw yang tinggal di kuil. Mari kuantar kalian." Sim Lan Ci bangkit berdiri.
"Aku juga ikut." kata pula Coa Siang Lee. Mereka berempat lalu keluar dari rumah itu. Lan Ci mencari puteranya, akan tetapi anak itu tidaknampak di luar.
"Tentu dia bermain di rumah tetangga." kata Siang Lee.
Karena menghadapi urusan penting, mereka lalu pergi mendaki bukit yang berada di luar dusun itu. Dari bawah bukit sudah nampak tembok kuil itu. Tak lama kemudian, tibalah mereka di kuil itu, disambut oleh seorang nikouw muda.
"Beritahukan kepada Lo-nikouw yang bertapa di ruangan belakang bahwa kami ingin datang berkunjung," kata Lan Ci.
Tanpa menjawab, nikouw itu hanya mengangguk, memberi hormat dengan membungkuk lalu pergi ke dalam kuil. Tak lama kemudian ia kembali sikapnya yang lembut dan hormat.
"Lo-subo (Ibu Guru Tua) mempersilakan Cu-wi (Anda Sekalian) masuk saja. Beliau sedang berada di taman belakang."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan jantung berdebar Giok Cu dan Han Beng mengikuti suami isteri itu yang agaknya sudah mengenal baik tempat itu.
Mereka memasuki taman dan melihat seorang nikouw tua duduk diatas bangku, memangku seorang anak kecil laki-laki.
"Thian Ki! Engkau sudah berada disini?" seru Coa Siang Lee.
Anak itu melompat turun dari atas pangkuan nikouw tua, lalu berlari menghampiri ayah ibunya. "Habis, Ayah dan Ibu tidak memperkenankan aku masuk menemui tamu, maka aku lari ke sini untuk bermain dengan Bo-bo (Nenek)!"
"Mari kita keluar, Thian Ki. Biarkan Nenek bicara dengan Paman dan Bibi.' kata Siang Lee sambil memondong anaknya. Isterinya juga ikut keluar setelah mengangguk ke arah nikouw tua itu yang masih duduk dengan sikap tenang sekali.
Kini tinggal mereka bertiga di situ, di taman yang sunyi. Han Beng dan Giok Cu berdiri di depan nikouw tua yang masih duduk di atas bangku. Seorang pendeta wanita gundul yang berwajah cantik dan masih nampak manis walaupun usianya sudah mendekati enam puluh tahun! Dan sekali pandang, Han Beng dan Giok Cu mengenal wajah itu. Wajah Ban-tok Mo-li tanpa bedak dan gincu! Sungguh menggelikan, juga mengherankan melihat tokoh sesat yang baru saja menjadi ketua Thian-te-pang, kini tiba-tiba saja telah menjadi seorang pendeta wanita yang gundul, dengan sikap demikian tenang dan lembut, seolah-olah serigala itu kini benar-benar telah berubah menjadi domba!
"Ban-tok Mo-li.....!" Hampir berbareng Han Beng dan Giok Cu menyebut nama itu. Nikouw itu tersenyum dan merangkap kedua tangan di depan dadanya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Omitohud....., akhirnya kalian dapat juga menemukan pin-ni (aku). Kalau Tuhan sudah menghendaki, pin-ni juga tidak akan menghindar lagi. Akan tetapi jangan kalian memaksa pin-ni untuk menjadi orang tahanan karena hal itu akan mencemarkan agama. Kalau kalian ingin membunuh pin-ni, nah, lakukanlah. Pin-ni tidak akan melawan, bahkan akan menerimanya dengan gembira sebagai penebusan sebagian daridosa pin-ni yang lalu."
Giok Cu melangkah maju dan mem-beri hormat. "Subo....."
"Giok Cu, engkau masih suka menyebut pin-ni dengan sebutan itu?" Nikouw tua itu tersenyum, wajahnya membayangkan kelembutan hati.
"Tee-cu (Murid) tidak mau menyebut Ban-tok Mo-Ii sebagai guru, akan tetapi Su-bo adalah seorang nikouw yang telah menginsafi dosa dan hendak menebusnya dengan kehidupan yang saleh. Subo, kedatangan teecu ini hanya untuk mohon pertolongan Subo....."
Wajah itu berseri dan nampaknya gembira bukan main.
"Bagus, makin banyak yang dapat kulakukan untuk menolongrnu, makin baik, Giok Cu, karena hal itu pun berarti akan meringankan dosa-dosaku! Nah, katakanlah, apa yang dapat pin-ni lakukan untukmu?"
Giok Cu menyingsingkan lengan bajunya dan
memperlihatkan bintik merah itu kepada Ban-tok Mo-li yang kini dikenal dengan sebutan Lo Nikouw saja
"Subo, tee-cu hanya mohon agar Subo suka memberi obat pemunah untuk bintik merah ini."
Nikouw itu memandang ke arah bintik merah itu, kemudian kepada wajah Giok Cu dan ia menahan ketawanya, tersenyum lebar dan seperti orang yang merasa geli hati. "Ehhh"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Kenapa" Itu tanda keperawananmu. Kalau engkau menikah akan hilang sendiri!"
"Memang kami hendak menikah, Su-bo. Mohon doa restu Subo," kata Giok Cu.
"Omitohud.....! Kiong-hi, kiong-hi, semoga Tuhan memberkahi kalian dengan keturunan yang baik seperti Cucuku Thian Ki!"
"Tapi Subo. Bagaimana mungkin tee-cu mendapatkan keturunan kalau setelah menikah, dalam waktu sebulan teecu akan mati karena racun di lengan ini?"
"Omitohud! Siapa yang bilang begitu?"
"Subo sendiri! Dahulu ketika teecu berusia sepuluh tahun dan Subo menusukkan jarum sehingga timbul bintik merah ini, Subo mengatakan bahwa kalau keperawanan teecu hilang, maka bintik merah ini akan lenyap pula, akan tetapi akibatnya sebulan kemudian teecu akan mati dan tidak ada obat yang akan mampu menolong teecu."
"Omitohud.....semoga Sang Buddha mengampuni hambanya....." Nikouw tua itu menutupi mulut dengan lengan bajunya yang lebar untuk menyembunyikan tawanya. Ia nampaknya geli sekali. kemudian, setelah tawanya yang disembunyikan itu mereda, ia memandang pada Giok Cu dengan sinar mata lembut.
"Muridku, anak yang baik. Maafkanlah. Dosa pin-ni memang bertumpuk-tumpuk. Apa yang pin-ni katakan dahulu semuanya bohong belaka. Pin-ni memberimu tanda merah dan mengancam dengan kematian itu karena pin-ni merasa kecewa dengan perginya Suci-mu Sim Lan Ci yang menjadi isteri Coa Siang Lee. Pin-ni tidak ingin kehilangan engkau, maka pin-ni sengaja memberi tanda keperawanan itu dengan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ancaman agar engkau tidak berani menikah sebelum ada ijin dari pin-ni. Memang pi-ni jahat sekali, Giok Cu. Pin-ni menyesal sekali. Akan tetapi, mengenai ancaman kematian pada tanda keperawanan itu pin-ni hanya berbohong. Kalau engkau ingin menikah, lakukanlah dengan restu pin-ni, dan jangan khawatir. Engkau tidak akan kehilangan nyawa, hanya akan kehilangan tanda bintik merah saja!"
Bukan main lega dan girangnya rasa hati dua orang muda itu. Mereka percaya kepada keterangan ini, pertama karena tadi pun Sim Lan Ci sudah berkata demikian, dan kedua karena setelah kini Ban-tok Mo-li menjadi nikouw, sikap dan kata-katanya sangat menyakinkan.
Betapapun juga, ketika Giok Cu menatap wajah bekas gurunya itu, nenek itu melihat keraguan di pandangan mata bekas muridnya.
"Omitohud..... engkau masih ragu, Giok Cu" Apa gunanya pin-ni menggunduli rambut dan menjadi nikouw, kalau pin-ni masih suka berbohong" Tenangkan hatimu dan menikahlah kalian!"
Nikouw itu lalu merangkap kedua tangan, mulutnya berkemak-kemik membaca doa lalu meningalkan mereka yang memberi hormat dengan membungkuk. Setelah nikouw itu memasuki kuil dari pintu belakang, Han Beng merangkul kekasihnya. Giok Cu juga merangkulnya. Keduanya tidak berkata apa-apa, akan tetapi suatu kebahagiaan dan kelegaan menyusup ke dalam jantung mereka. Ketika mereka menceritakan hal itu kepada Siang Lee dan Lan Ci, suami isteri ini merasa bergembira sekali.
"Siauw-te (Adik), keluargamu hanya kami, maka kami yang wajib merayakan pernikahan kalian."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aih, Toako, kami hanya membikin repot saja.....!" bantah Han Beng.
"Tidak! Engkau harus menerimanya Beng-te. Ingat, bukankah aku ini Kakakmu, pengganti orang tuamu" Engkau harus taat!" kata Siang Lee.
"Dan engkau juga Sumoiku, Adik Giok Cu. Engkaupun sepatutnya mentaati permintaanku, yaitu kalian harus melaksanakan pernikahan di sini, dan kami yang akan merayakannya1" kata pula Sim Lan Ci.
Tentu saja Giok Cu dan Han Beng merasa gembira bukan main.Karena suami isteri itu mendesak agar pernikahan segera dilangsungkan, maka mereka tidak sempat lagi untuk memberi kabar kepada Pek I Tojin dan Hek-bin Hwesio yang merantau ke Gunung Thai-san. Mereka mengambil keputusan untuk kelak saja setelah menikah mencari guru-guru mereka untuk memberitahu dan mohon doa restu mereka.
Pernikahan dilangsungkan dengan sederhana di dusun tempat tinggal Coa Siang Lee, namun cukup meriah walaupun hanya dihadiri para tetangga. Biarpun hanya sederhana, namun sebentar saja dunia kang-ouw sudah mendengar belaka berita itu, bahwa Huang-hoSin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning) telah menikah dengan pendekar wanita Bu Giok Cu yang namanya mulai dikenali
*** Han Beng dan Giok Cu merasa berbahagia sekali ketika melihat bahwa tanda bintik merah di bawah siku lengan kiri Giok Cu benar-benar lenyap setelah malam pengantin pertama. Mereka hidup penuh kemesraan, dan Coa Siang Lee dengan isterinya sengaja menyewakan sebuah rumah mungil untuk mereka berdua agar mereka dapat
berpengantinan.tanpa ada gangguan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Sepasang pengantin itu sudah yakin akan kebenaran keterangan Lo Nikouw maka mereka tidak pernah merasa was-was. Bahkan setelah batas waktu satu bulan itu makin mendekat, mereka sama sekali tidak mempedulikan, sama sekali tidak merasa khawatir. Dan memang, ternyata setelah lewat sebulan, tidak pernah terjadi apa-apa! Kesehatan Giok Cu sama sekali tidak terganggu, bahkan! ia nampak segar dan sehat, dengan kedua pipi kemerahan dan wajah yang mengeluarkan cahaya berseri, bagaikan setangkai bunga yang sedang mekar-mekarnya!
Akan tetapi, ketika sebulan lewat beberapa hari, Giok Cu mulai merasakan suatu kelainan, la sering merasa pening!
Ketika ia memberitahukan hal ini kepada suaminya, tentu saja Han Beng menjadi pucat pasi. Jangan-jangan ancaman itu sedang berlangsung sekarang! Makin hari, keadaan Giok Cu semakin gawat. Bukan saja ia merasa pening bahkan seringkali merasa mual dan muntah-muntah! Tentu saja Han Beng menjadi semakin bingung.
Akhirnya, mereka yang tadinya masih segan dan rikuh untuk memberitahu kepada Sim Lan Ci karena khawatir kalau wanita itu tersinggung, tidak peduli lagi dan mereka pergi ke rumah Siang Lee. Mereka tidak dapat menahan lagi kekhawatiran hati mereka karena kini sudah dua hari Giok Cu tidak suka makan, setiap kali dicobanya makan selalu muntah.
Itu tanda keracunan! Siang Lee dan Lan Ci menyambut mereka dengan heran karena wajah pengantin baru itu tampak tegang dan cemas.
Padahal mereka baru hampir dua bulan menjadi pengantin.
Begitu bertemu dengan Lan Ci, Giok Cu langsung merangkulnya dan menangis.
"Eiiittt..... ada apa ini" Apakah kalian yang baru menikah dua bulan sudah bertengkar" Terlalui" Lan Ci mengomel.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Akan tetapi Giok Cu yang merangkulnya menggeleng kepala dan terus menangis.
"Sssssttt..... Beng-te. Ada apakah isterimu itu?" Siang Lee mendekati Han Beng dan berbisik.
Dengan wajah penuh kegelisahan, Han Beng menjawab.
"Celaka, Toako. Agaknya ancaman itu bukan bohong belaka Isteriku.....Giok Cu..... selama beberapa hari ini memperlihatkan gejala yang amat mengkhawatirkan.....
pusing, mual dan muntah, tanda-tanda keracunan....." ,
"Ehhhhh?" Siang Lee memandang kepada isterinya yang masih ditangisi Giok Cu. Lan Ci juga mendengar laporan Han Beng tadi, dan ia berkata kepada suaminya. "Cepat sana, panggil Cui-ma! Cepat!"
"Baik.....!" kata Siang Lee dan ia pun cepat lari keluar.
Han Beng mendekati Lan Ci. "So-so, bagaimana ini"
Isteriku....." "Tenanglah, Kakakmu sedang mengundang Cui-ma."
"Siapa itu Cui-ma (Ibu Ma)?"
"la tabib yang paling pandai untuk mengobati penyakit keracunan macam ini." kata Lan Ci sambil menahan senyum.
Han Beng mengerutkan alisnya. Kenapa kini sikap Lan Ci demikian" Seperti main-main, seolah gembira melihat ancaman maut atas diri Giok Cu! Jangan-jangan puteri Ban-tok Mo-li ini.....! Ah, hampir dia menampar muka sendiri ketika merasa betapa gilanya pikiran jahat timbul. Pada saat itu, Siang Lee sudah kembali sambil menarik lengan seorang nenek yang usianya sudah ada tujuh puluh tahun, kurus akan tetapi masih gesit. Nenek itu tertawa-tawa dengan mulut yang tak bergigi agi.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hayaaa..... apa-apaan ini orang tua diseret-seret" Siapa yang harus kuperiksa?"
"Ini, Cui-ma. Pengantin baru ini yang sakit. Cepat periksa di kamarku!" Lan Ci merangkul Giok Cu, diajak masuk ke dalam kamar, diikuti nenek itu yang jalannya terpincang-pincang. Han Beng mengerutkan alisnya. Nenek itu sama sekali tidak meyakinkan sebagai seorang tabib ampuh! Dia menunggu di luar kamar, duduk di kursi dengan alis berkerut.
Dia berterima kasih kepada Siang Lee yang tidak mengajaknya bicara karena dia enggan bicara pada saat menegangkan seperti itu. Tak lama kemudian, terdengar suara Lan Ci tertawa dan ia nampak keluar bersama Giok Cu, diikuti pula oleh nenek itu.
"Bagaimana" Bagaimana keadaannya" Parahkan?" tanya Han Beng sambil meloncat berdiri dan memegang lengan isterinya.
"Parah!" kata Lan Ci yang tertawa-tawa. "Memang benar Giok Cu telah keracunan! Keracunan cinta sehingga ia mengandung sebulan lebih!"
"Meng..... mengandung.....?"!" Han Beng berteriak dan mendengar teriakan suaminya, Giok Cu mengangkat muka.
Mereka saling pandang, lalu mereka mengeluarkan suara setengah menangis setengah tertawa, dan mereka saling rangkul dalam pelukan yang ketat. Mereka berciuman di depan Siang Lee, Lan Ci,! dan nenek itu tanpa mengenal malu lagi.
Nenek itu sampai terjongong. la sudah berpengalaman lima puluh tahun, sudah banyak melihat kegembiraan pada wajah calon ayah dan ibu yang mendengar berita baik ini, akan tetapi baru sekarang ini ia melihat calon ayah dan calon ibu demikian
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
gembiranya sampai berpelukan dan berciuman sambil menangis dan tertawa!
Nenek itu tidak tahu. Akan tetapi Siang Lee dan Lan Ci tahu. Mereka pun tertawa dengan kedua mata basah. Mereka tahu bahwa Han Beng dan Giok Cu bukan saja berbahagia mendengar bahwa mereka akan memperoleh seorang keturunan, akan tetapi juga berbahagia karena kini mereka yakin bahwa tidak ada bahaya apa pun mengancam nyawa Giok Cu! Mereka tidak sedang menghadapi bahaya maut atau bahaya apa pun,bahkan menghadapi peristiwa yang amat membahagiakan. Mereka akan menerima ganjaran yang tak ternilai harganya.
Seorang anak! Fajar kehidupan baru mulai menyingsing bagi suami isteri ini, dan tidak atau belum nampak awan hitam di angkasa!
Sampai di sini, pengarang mengakhiri kisah ini dengan harapan semoga ada manfaatnya bagi para pembaca, dan sampai jumpa di lain kisah.
Lereng Lawu, akhir Januari 1984.
TAMAT Pendekar Lembah Naga 25 Angrek Tengah Malam Seri Pendekar Harum Karya Khu Lung Elang Terbang Di Dataran Luas 8
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
perutnya kembung. Apalagi Ji Ban To Bersama sutenya, mendiang Cak Su, berberdua pernah menangkapnya dan inginmemperkosanya. Untung muncul Ban tok Mo-Ii yang membunuh Cak Su melukai Ji Ban To. Mengingat perbuatan mereka itu saja, ingin benar rasanya menghajar mereka sampai sepuas hatinya. Akan tetapi, Giok Cu masih tahu bahwa di situ hadir Hek Bin Hwesio gurunya yang telah berhasil merubah sifatnya yang tadinya ganas dan keras. Ia rasa tidak enak dan malu kepada gurunya itu kalau sampai ia bertindak terkeras terhadap dua orang pengeroyoknya itu.
"Hyaaaaattttt ...........!!" Tiba-tiba Giok Cu mengeluarkan teriakan melengking nyaring dan pedang tumpul di tangannya nyambar dengan amat cepatnya.
"Trak! Trak! Trak!" Dua orang pengeoyok itu mengeluarkan seruan kaget karena senjata mereka kini buntung dan hanya tinggal gagangnya saja. Sebelum mereka sempat menenangkan hati, tangan kiri Giok Cu telah menampar pundak mereka. Terdengar bunyi tulang patah dan dua orang itu terpelanting dan tangan kiri memegang pundak kanan yang terasa nyeri bukan main karena tulang pundak kanan mereka telah remuk oleh tamparan tangan Giok Cu tadi. Empat orang perajurit pengawal segera maju dan meringkus mereka, membelenggu tangan mereka dan membawa mereka keluar.
Melihat betapa Giok Cu telah merobohkan dua orang pengeroyoknya, Han Beng merasa tidak enak. Dia pun mengeluarkan bentakan nyaring, sabuk sutera putih di tangannya menyambar tahu-tahu telah membelit golok besar dua orang kakak beradik seperguruan dan sekali tarik, golok mereka telah terlepas dari pemiliknya. Setelah lepaskan golok-golok itu ke samping kembali sabuk itu berkelebat dua kali kini menjadi seperti tongkat dan ujungnya menotok jalan darah di dada kedua orang lawan. Siok Boan dan Poa Kian mengeluh dan roboh lemas tak mampu bergerak lagi karena telah tertotok! dengan cepat empat orang pengawal menyeret mereka keluar dari ruangan itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Kini, Giok Cu dan Han Beng berhadapan dengan Ban-tok Mo-li, Lui Seng Cu, dan Can Hong San. Giok Cu yang tak ingin kedahuluan Han Beng karena ia ingin sekali menghadapi Ban-tok Mo-li, segera melangkah maju. "Kalian bertiga adalah tokoh-tokoh utama Thian-kauw dan Thian-te-pang. Nah, sekarang aku yang maju lebih dulu. Siapa di antara kalian bertiga yang ingin melawati aku" Kutantang Ban-tok Mo-li untuk melawan aku!"
"Dan aku menantang Can Hong San untuk melawan aku!"
kata Han Beng mendahului, maklum bahwa di antara mereka bertiga, Hong San yang paling pandai.
"Kalian tidak mengandalkan pengeroyokan?" Ban-tok Mo-li bertanya dengan sikap curiga.
"Ban-tok Mo-li, kami bukanlah orang-orang berjiwa pengecut macam kalian?" Giok Cu membentak marah. "Kita bertanding satu lawan satu, tidak ada yang boleh dibantu orang lain. Di sini ada Suhuku Hek Bin Hwesio yang menjadi saksi, dan ada pula Yap Ciangkun dan para perajurit yang menjadi saksi!"
"Bagus! Kalau begitu, engkau akan mampus di tanganku!"
bentak Ban-tok Mo-Ii yang sudah menjadi nekat karena ia pun tidak melihat jalan keluar.
"Nanti dulu, Pangcu!" kata Lui Seni Cu sambil maju ke depan. "Sebelum Pangcu yang maju, biarlah aku sebagai Kauw-cu (Kepala Agama) dari Thian-te-kauw yang lebih dulu maju. Bu Giok Cu, kutantang engkau untuk bertanding melawanku kalau engkau berani!" Lui Sen Cu juga sudah putus asa melihat betapa tempat itu telah dikepung oleh pasukan apalagi di situ terdapat dua orang kakek yang sakti.
Dia tidak akan dapat melarikan diri, oleh karena itu, dia pun ingin melawan sampai akhir dan daripada melawan yang paling akhir, sendirian saja lebih baik dia maju lebih dulu selagi masih ada teman-temannya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus! Aku memang ingin sekali menghajarmu, Lui Seng Cu. Engkau dahulu adalah seorang perampok jahat kemudian engkaulah yang menyeret Ban Tok Mo-li sehingga ia ikut-ikutan dalam perkumpulan iblis Thian-te-kauw itu. Majulah!"
Lui Seng Cu maklum bahwa Giok Cu sekarang tidak boleh disamakan dengan Giok Cu dahulu ketika masih menjadi murid Ban-tok Mo-Ii. Tadi pun dia sudah melihat kelihaian gadis itu ketika merobohkan Siangkoan Tek dan Ji Ban To secara mudah, hal ini saja sudah membuktikan bahwa Giok Cu amat lihai. Namun dia mengandalkan kekuatan sihirnya sebagai kauw-cu Thian-te-kauw, mengandalan pula pengalamannya yang tentu sudah lebih luas dan banyak dibandingkan gadis itu. Dengan golok besar di tangan, ia pun maju menghadapi Giok Cu. Akan tetapi dia tidak segera menyerang, melainkan berdiri tegak, golok besarnya diacungkan ke arah Giok Cu, matanya memandang terbelalak tak pernah berkedip, dan mulutnya berkemak-kemik. Dia membaca mantera dan mengerahkan kekuatan sihirnya untuk menguasai gadis itu. Sihir ini biasa dia pergunakan untuk mempengaruhi korban-korban sembahyangan sehingga korban itu akan lupa diri dan menurut saja apa yang akan dilakukan atas dirinya.
Giok Cu yang melihat sikap Kauw cu itu, tadinya merasa geli, akan tetapi tiba-tiba ia merasa tubuhnya lemas. Pada saat itu, terdengar suara tertawa dari Hek Bin Hwesio.
"Ha-ha-ha-ha, omitohud ..........., lawanmu itu seperti anjing saja pandai menggonggong, Giok Cu. Berhati-hatilah engkau!"
Dan terjadilah keanehan yang membuat semua orang terbelalak akan tetapi juga merasa geli karena tiba-tiba saja Lui Seng Cu mengeluarkan suara dan dari mulutnya. "Hung-hung-huk-huk-huk Suara itu presis suara anjing yang marah, menggonggong dan menyalak-nyalak Giok Cu tertawa dan suara ketawa ini agaknya yang menyadarkan Lui Seng Cu.
Wajah Kauw-cu ini seketika menjadi pucat ketika dia menoleh
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
kearah Hek Bin Hwesio dan tahulah dia bahwa di depan hwesio hitam itu, dia sama sekali tidak berdaya. Kiranya hwesio tua Itu tahu bahwa dia mempergunakan ilmu bilur dan sihir itu bahkan membalik dan menghantam dirinya sendiri sehingga di luar kesadarannya dia tadi menggonggong seperti anjing.Tentu saja hal ini amat memalukan. Wajah yang pucat kini berubah menjadi kemerahan dan tanpa banyak cakap lagi, tanpa mengeluarkan peringatan, dia telah mengayun golok besarnya dan menyerang Giok Cu!
"Singgggg ..............!" Golok besar itu menyambar di atas kepala Giok Cu karena ketika golok itu membabat leher, gadis itu cepat merendahkan tubuhnya sehingga golok itu menyambar lewat di atas kepalanya. Akan tetapi, sebagai susulan, kaki Lui Seng Cu menendang dengan kuatnya ke arah bawah pusar.
"Ihhhhh!" Giok Cu marah sekali dan ia pun meloncat ke belakang untuk menghindarkan diri dari serangan yang sifatnya tidak sopan itu. Agaknya Lui Seng Cu sudah tidak mengindahkan lagi aturan, dia menyerang mati-matian dan hendak mempergunakan segala cara untuk mencari kemenangan. Kini goloknya sudah menyambar-nyambar lagi dengan ganasnya. Biarpun ia memegang sebatang pedang pusaka, yaitu pedang Seng-kan kiam yang walaupun nampak butut tumpul namun ampuh bukan main, namun ia terlalu cerdik untuk menggunakan pedangnya menangkis golok lawan. Golok itu tebal dan berat, juga tenaga Seng Cu amat besar, ilmu goloknya ganas dan dahsyat sehingga tidak percuma dia berjuluk Hok-houw Toa-to (Golok Besar Penaluk Harimau). Kalau menangkis dan mengadu tenaga, biar pedangnya tidak mungkin dapat rusak namun ada bahaya pedangnya akan terlepas dari pegangan. Untuk membuntungi golok itu pun bukan hal yang mudah mengingat golok itu tebal dan berat juga ia menduga bahwa tentu golok itu terbuat dari baja yang baik dan tidak mudah dirusakkan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Giok Cu kini mempergunakan ilmunya, meringankan tubuh, mengandalkan kelincahan gerakannya untuk menghindarkan diri dari semua sambaran golok, dan setiap ada kesempaian, pedangnya meluncur dan mengirim serangan balasan yang juga amat berbahaya bagi lawan.
Terjadilah per tandingan yang amat hebat, seru dan menegangkan hati. Karena ilmu golok Lui Seng Cu memang ganas, maka nampaknya saja dia lebih baik menyerang, menekan dan mendesak gadis itu sehingga Yap Ciangkun dan merasa pengawalnya memandang dengan alis berkerut dan hati khawatir. Namun Han Beng, Pek I Tojin dan Hek Bin Hwesio menonton dengan sikap tenang saja. Mereka bertiga maklum bahwa Giok Cu masih lebih unggul dan tidak akan kalah. Mereka mengerti bahwa gadis itu menyayangi pedangnya agar tidak sampai rusak kalau beradu dengan golok yang besar dan berat itu.
Lui Seng Cu sendiri yang merasa betapa beratnya menghadapi gadis itu. Terlalu lincah gerakan gadis itu baginya, terlalu cepat sehingga dia merasa seperti mengejar bayangannya sendiri! goloknya tak pernah dapat menyentuh lawan, padahal dia sudah mengerahkan seluruh tenaganya sehingga kini napasnya mulai memburu dan tenaganya mulai berkurang. Sebaliknya, gadis itu semakin gesit saja sehingga pandang mata mulai kabur.
ooOOoo Tiba-tiba Giok Cu mengubuh geraknya, pedangnya membuat gerakan melengkung dan pada saat golok di tangan Lui Seng Cu meluncur lewat, pedang tumpul itu menusuk ke arah lengan ya memegang golok.
"Aughhh ....!" Lui Seng Cu berseru keras dan tak mungkin dapat mempertahankan goloknya lagi karena lengan kanannya tiba-tiba kehilangan tenaga sama sekali. Pedang tumpul itu hanya membuat lengan itu lumpuh saja, karena
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Giok Cu teringat akan ucapan Hek Bin Hwesio bahwa di situ tidak akan terjadi pembunuhan. Kakinya bergerak menendang ke arah lutut dan robohlah Lui Seng Cu. Sambungan lutut kanannya terlepas dan dia tidak mampu bangkit kembali.
Empat orang pengawal segera maju dan membelenggu kedua lengannya belakang dan membawanya pergi.
"Ban-tok Mo-li, sekarang maju engkau!" Giok Cu menantang, suaranya jelas mengandung kemarahan dan dendam.
"Giok Cu, engkau mengasolah dulu, aku yang maju!" kata Han Beng yang melompat ke depan. "Can Hong San, majulah, mari kita bermain-main sejenak!"
Melihat betapa Lui Seng Cu roboh, hati Hong San sudah menjadi gentar. Akan tetapi karena tidak melihat jalan keluar, dia pun menghadapi Han Beng dengan suling dan pedangnya.
Sikapnya gagah dan dia nampak tenang saja, seolah-olah dia percaya akan kemampuan diri sendiri. Bagaimanapun juga, dia adalah putera mendiang Cui-beng Sai-kong dan memiliki kepandaian tinggi. Namun, di lubuk hatinya, dia merasa gentar menghadapi Si Han Beng. Dia sudah tahu akan kehebatan pemuda tinggi besar itu, akan tetapi tidak ada jalan lain untuk menghindari pertandingan ini.
"Lihat pedang!" bentaknya dengan sikap gagah. Pedangnya menyambar diikuti gerakan suling yang menotok ke arah dada.
"Bagus!" Han Beng berseru sambil mengelak, kagum juga karena serangan itu selain indah juga berbahaya. Akan tetapi, baru saja dia mengelak, sinar pedang dan sinar suling itu sudah menyambar-nyambar lagi. Demikian cepatnya gerakan serangan Hong San, susul-menyusul dan sambung-menyambung. Terpaksa Han Beng meloncat ke belakang untuk melepaskan diri dari desakan serangan beruntun itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Han Beng, pakailah pedangku!" Giok Cu berseru sambil melemparkan pedangnya ke arah Han Beng. Sebenarnya Han Beng tidak perlu meminjam pedang, akan tetapi karena Giok Cu telah melemparkan pedangnya kepadanya, terpaksa dia menerimanya.
"Terima kasih, Giok Cu." katanya.
Hong San mempergunakan kesempatan selagi Han Beng menyambut pedang yang dilontarkan itu, menyerang dengan sulingnya, menotok ke arah tengkuk Han Beng yang baru menoleh untuk menyambar pedang yang melayang ke arahnya.
Biarpun dia tidak melihat serangan ini, namun pendengaran Han Beng amat tajam dan dia tahu bahwa tengkuknya berancam, maka dia melempar tubuh ke samping sambil tangannya menyambar pedang lalu bergulingan dan melompat berdiri lagi dengan pedang Seng-kang-Kiam di tangan.
Hong San merasa penasaran sekali. Dia mengeluarkan suara melengking nyaring dan dia sudah menyerang lagi dengan pedang dan suling, gerakannya semakin cepat dan dahsyat. Namun kini Han Beng memutar Seng-kang-kiam dan ada sinar dingin yang menyilaukan mata melindungi tubuhnya.
"Tranggggg......!" Nampak bunga api berpijar dan Hong San cepat menarik kembali pedangnya. Untung bahwa yang dipegang juga bukan pedang murahan, melainkan pedang yang terbuat dari baja yang baik sehingga tidak sampai rusak ketika mengalami benturan sedikit tadi. Namun dia sudah menarik sulingnya dan ia pun tidak berani mengadu pedang secara langsung.
Sementara itu, ketika melibat Giok Cu meminjamkan pedangnya kepada Han Beng, Ban-tok Mo-li yang berwatak curang dan licik itu melihat kcsempatan baik baginya. Kalau
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ada rasa gentar hatinya terhadap Giok Cu, hal itu terutama sekali disebabkan pedang pusaka tumpul yang amat ampuh itu. Kini gadis itu telah meminjamkan pedangnya yang ia takuti kepada Han Beng, suatu kesempatan yang baik sekali baginya, sekali tubuhnya bergerak, ia telah melompat ke depan, ke dekat Giok Cu dengan pedang Ang-tok Po-kian di tangan kanan dan kipas di tangan kiri!
"Bu Giok Cu murid murtad! Engkau tadi menantangku, nah, kalau engkau memang bukan pengecut, majulah dan terimalah kematianmu di tanganku!" Kemudian, cepat ia menyimpan pedang dan kipasnya kembali, pedangnya ia masukkan ke sarung pedang di pinggang kipasnya ia selipkan di ikat pinggangnya lalu berkata, "Lihat, aku pun tidak menggunakan senjata. Sambutlah seranganku!" Dan ia segera menyerang dengan kukunya. Kuku jari tangan wanita itu mengandung racun yang amat jahat. Hal ini tentu saja diketahui dengan baik oleh Giok Cu, bahkan ia pernah mempelajari ilmu beracun itu. Kukunya sendiri pun dapat ia pergunakan kukunya serangan beracun, bahkan ludahnya pun dapat ia pergunakan untuk mencelakai orang. Akan tetapi semenjak menjadi murid Hek-bin Hwesio, ia tidak mau mempergunakan ilmu sesat itu. Kini bekas guru yang ternyata menjadi pembunuh ayah bundanya itu menyerangnya dengan pukulan beracun! Ia cepat bergerak mengelak dan mengandalkan kegesitannya untuk melawan Ban-tok Mo-li. la tidak menduga akan kelicikan Ban Tok Mo-li yang sengaja menyimpan senjatanya dan menyerangnya dengan tangan kosong. Hal ini untuk memancing agar Giok Cu menerima serangannya. Kalau perlu, setiap saat ia dapat mempergunakan pedang dan kipasnya, sedangkan Giok Cu tetap bertangan kosong!
Han Beng melihat betapa Giok Cu diserang secara hebat oleh Ban-tok Mo-li. Kalau Ban-tok Mo-li menyerang dengan tangan kosong, dia tidak khawatir gadis itu akan kalah. Akan tetapi Ba tok Mo-li memiliki senjata lengkap, sedangkan Giok Cu telah meminjamkan pedangnya kepadanya! Dia sendiri
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
sebenarnya tidak membutuhkan senjata untuk melawan Hong San. Maka, ketika Hong San membacokkan pedang ke arah kepalanya, dia cepat menyambut dengan Seng-kang-kiam, mengerahkan tenaga sin-kang untuk membuat kedua pedang melekat, lalu pada saat lawan menusukkan suling ke arah dadanya, dia tidak mengelak melainkan menyambut dengan tangkapan tangan kirinya. Sekali dan mengerahkan tenaga memutar pergelangan tangan, suling itu telah dapat dirampasnya dan kakinya menendang. Hong San terkejut dan cepat melompat ke belakang pada saat tendangan melayang karena dia merasa betapa pedangnya yang tadi menempel di pedang lawan dapat ditariknya lepas.
"Giok Cu, pergunakan pedangmu!" Han Beng berseru.
Mendengar ini, Giok Cu meloncat ke belakang dan menyambar pedang yang dilontarkan oleh Han Beng.
Bukan main marahnya Ban-tok Mo-Li melihat gadis itu telah memegang kembali pedangnya. Akan tetapi ia
menyembunyikan rasa jerihnya dan ia pun mencabut pedang dan kipasnya. "Bagus, Engkau hendak bertanding menggunakan senjata" Lebih cepat engkau mampus di ujung senjataku!" la pun segera menyerang. Pedangnya mengeluarkan sinar merah ketika digerakkan, namun sinar merah itu tertahan oleh sinar kehijauan dari pedang di tangan Giok Cu.
"Sit-sittttt..........!" Jarum-jarum lembut menyambar dari gagang kipas. Akan tetapi akal ini merupakan permainan kanak-kanak bagi Giok Cu yang sudah mengenal benar penggunaan jarum-jarum teracun dari kipas itu, maka dengan mudah ia mengelak ke kiri dan pedangnya sudah membalas dengan serangan kilat yang membuat Ban-tok Mo-li harus cepat melempar diri ke belakang sambil memutar pedang.
Sementara itu, kini Can Hong San yang kehilangan sulingnya, menjadi marah dan menyerang Han Beng dengan pedangnya. Hatinya agak besar melihat Han-Beng tidak lagi
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
memegang pedang tumpul ampuh itu, melainkan hanya memegang suling yang dirampas darinya. Akan tetapi, begitu Han Beng menggerak sulingnya, Hong San terkejut bukan main dan tahu-tahu suling itu telah rnenghantam punggungnya.
"Plakkk!" Dia terhuyung dan terkejut. Kiranya Han Beng dapat menarik suling itu sebagai senjata tongkat yang luar biasa anehnya. Hal ini sebetulnya tidak aneh. Han Beng telah menguasai ilmu tongkat yang dia pelajari dari Sin ciang Kai-ong, yaitu ilmu tongkat yang disebut Tongkat Dewa Mabuk.
Gerakannya aneh, akan tetapi lihai bukan main kelihatannya kacau balau akan tetapi tahu-tahu ujung suling yang dimainkan sebagai tongkat itu telah mencuri gerakan dan menyelonong ke punggungnya! Andaikata Han Beng hanya mempelajar ilmu silat dari Sin-tiauw Liu Bhok dan Sin-ciang Kai-ong saja, belum tentu akan mampu menandingi Can Hong San yang amat lihai itu. Akan tetapi, Han Beng telah digembleng oleh Pek I Tojin, seorang kakek yang sakti sehingga biar tingkat kepandaiannya masih jauh lebih tinggi dibandingkan Hong San.
Hong San merasa marah dan penahan sekali ketika punggungnya kena hantam suling. Dia membalik dan pedangnya menusuk ke arah perut lawan sedangkan tangan kirinya menyusulkan tamparan atau dorongan ke arah kepala, namun, dengan mudah Han Beng mengelak dengan menggeser kaki ke kiri, kemudian sulingnya membuat gerakan melingkar dan tubuhnya meliuk aneh, tahu-tahu ujung suling sudah menetek pinggul kiri lawan.
"Dukkk!" Hong San hampir terpelanting karena kaki kirinya terasa lumpuh, akan tetapi dia masih mampu melompat dan memutar tubuhnya, turun ke tanah dengan kaki kanan sambil mengerahkan tenaga sin-kang untuk memulihkan kaki kiri yang terasa lumpuh. Dia kini merasa kaget bukan main, juga amat marah. Kemarahan yang membuat dia menjadi nekat karena dia maklum bahwa lawannya sungguh amat lihai.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Diputarnya pedangnya sehingga nampak sinar bergulun-gulung dan dia pun menyerang dengan mengerahkan seluruh tenaganya, mengeluarkan jurus-jurus maut dan tidak begitu mempedulikan segala pertahanan. Ini serangan orang yang sudah nekat dan hendak mengadu nyawa. Baginya hanya menang atau kalah, karena maklum bahwa tingkat kepandaiannya masih kalah oleh lawan.
Menghadapi orang yang sudah nek seperti itu, Han Beng harus berhati-hati sekali. Orang yang nekat amat berbahaya karena semua daya kekuatannya ditujukan untuk menyerang.
Han Beng mengerahkan sin-kang dan memutar tongkatnya atau sulingnya menyambut sinar pedang. Begitu pedang bertemu tongkat pedang itu ikut terputar karena tenaga sinkang Hong San kalah kuat, makin lama semakin cepat berputar dan akhirnya, begitu Han Beng mengeluarkan bentakan nyaring, pedang itu terlepas dari tangan Hong San dan terlempar jauh! Hong San terkejut sekali, akan tetapi dia masih nekat, dan menerjang dengan pukulan tangan kosong, memainkan ilmu silat Koai-liong kun yang dahsyat.
Han Beng menggerakkan suling itu dan tanpa dapat dihindarkan lagi oleh Hong San, ketika tangan kirinya mencengkeram ke arah lawan, ujung suling telah mendahuluinya, menotok pergelangan tangan itu sehingga tangan kirinya lumpuh seketika.
"Aaaghhhhh!" Hong San membentak dan tangan kanannya membuat gerakan berputar, lalu menghantam kedepan.
bahwa pukulan yang dahsyat sekali, di dahului oleh uap hitam, menyambar ke arah Han Beng. Itulah pukulan Cui-beng-Ciang (Tangan Pengejar Roh) yang amat ampuh dan jahat. Jarang ada lawan yang kuat menahan pukulan yang mengandung tenaga sin-kang yang mengandung kekuatan sihir ini, bahkan uap hitam itu saja sudah cukup membuat orang pingsan karena mengandung racun.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Han Beng mengenal pukulan dahsyat, maka dia pun mengerahkan tenaganya dan menyambut pukulan itu dengan telapak tangannya sambil mengerahkan tenaga sakti yang dilatihnya dari Pek I Tojin.
"Desss ..........!" Dua tenaga sakti yang ampuh bertemu melalui telapak tangan itu dan tubuh Hong San terpental ke belakang lalu terbanting roboh. Dia pingsan seketika sedangkan Han Beng agak terengah.
Pada saat itu, Giok Cu sudah mendesak Ban-tok Mo-li dengan pedang tumpulnya. Kipas di tangan kiri iblis betina itu sudah tidak nampak lagi karena sudah patah-patah bertemu dengan Seng-kan Kiam dan kini Ban-tok Mo-li dengan matian-matian melawan dengan Ang-tok Po-kiam la telah mengerahkan semua ilmunya, Namun satu demi satu dapat dipunahkan oleh Giok Cu, bahkan kini gadis itu mulai mendesaknya dengan hebat.
"Plakkk! Ini untuk Ayah!" Tangan kiri Giok Cu menampar pipi kanan Ban-tok Mo-li. Wanita ini menjerit lirih dan terhuyung, akan tetapi tamparan itu memang diberikan untuk menghajar, bukan untuk membunuh, maka pipi yang kena tampar itu hanya matang biru dan membengkak, akan tetapi tamparan itu tidak merobohkan. Dengan kemarahan meluap yang membuat ia menjadi nekat, Ban-tok Mo-Li memutar pedangnya sehingga nampak gulungan sinar merah dari Ang-tok Po-Kiam yang menyerang dengan ganas, namun, kini Giok Cu sudah menguasai keadaan dan memang tingkat kepandaianya masih jauh lebih tinggi kalau dibandingkan bekas gurunya itu, maka dengan mudah saja gagang pedang tumpulnya membuat sinar merah itu tiba-tiba saja kehilangan daya ampuhnya.
"Trakkkkk ......... cusss! Ini untuk Ibu!" kata pula Giok Cu dan kembali Ban-tok Mo-li terhuyung dan jeritannya makin keras karena kini pedang pusakanya patah menjadi dua
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
potong dan paha kirinya disambar ujung pedang Seng-kang-kiam sehingga celananya robek dan kulit pahanya robek pula.
"Sekarang bersiaplah untuk menghadap Ayah dan Ibu!"
teriak Giok Cu, akan tetapi pada saat itu, Han Beng melompat ke depan dan sabuk sutera putihnya nyarnbar ke arah pedang yang sudah meluncur menyerang Ban-tok Mo-li.
"Giok Cu, tahan .......!" serunya ujung sabuknya melibat pedang gadis itu menahan gerakannya.
"Ihhh, engkau kenapa, Han Beng" Kenapa menghalangiku membunuh iblis betina pembunuh Ayah dan Ibuku ini?"
"Maaf, Giok Cu. Ingatlah bahwa ia pernah baik kepadamu dan puterinya............. . adalah isteri dari Kakak angkatku..
....... Memang tadi ketika melihat gadis itu hendak membunuh Ban-tok Mo-li, Han Beng teringat akan Coa Siang Lee Sim Lan Ci, puteri Ban-tok Mo-li. menjadi tidak tega dan mencegah Giok Cu membunuh iblis betina yang sudah tidak berdaya itu.
Ketika Giok Cu hendak membantah tiba-tiba terdengar suara ketawa berwibawa dan mengejutkan hati Giok Cu. "Ha-ha-ha-ha! Omitohud............ ! la jahat karena membunuh Ayah Ibumu, Giok Cu, Kalau sekarang engkau membunuhnya apa bedanya antara ia dan engkau" sama-sama pembunuh jahat!"
Pada saat itu, Giok Cu tertegun dan lalu memutar tubuh dan menghadapi Hek Bin Hwesio. "Suhu !" serunya dengan dua mata basah.
"Haiiiiittttt ............!!" Tiba-tiba, mendapatkan kesempatan baik ini, Ban-tok Mo-Li menubruk dan menyerang Giok Cu dari belakang. Kedua tangannya dengan bentuk cakar mencengkeram ke arah kepala dan punggung Giok Cu.
Serangan maut, karena semua kuku jari tangannya itu mengandung racun mematikan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Desssss ............!" Han Beng yang cukup waspada, menyambut serangan itu dari samping dengan tamparan tangannya yang mengenai pundak iblis betina itu. Ban Tok-Mo-li terpelanting dan roboh pingsan. Empat orang pengawal cepat maju dan membelenggunya lalu membawanya keluar dari ruangan itu.
"Siancai ..............!" Pek I Tojin berseru sambil merangkap kedua tangan depan dada. "Hek Bin Hwesio sungguh telah memperoleh kemajuan, dapat mencegah pembunuhan.
Memang, menyadarkan penjahat adalah perbuatan mulia, membunuh orang jahat adalah perbuatan kejam, hanya Tuhan yang berkuasa menentukan mati hidupnya setiap orang manusia'"
Yap Ciangkun mengucapkan terima kasih kepada Han Beng dan Giok Cu, dia membawa semua tawanan pergi meninggalkan tempat itu. Hek Bin Hwesio dan Pek I Tojin meninggalkan bekas sarang Thian-te-pang yang kini telah diduduki oleh pasukan pemerintah. Dengan bijaksana Yap Ciangkun menyuruh pasukan untuk memulangkan semua wanita yang menjadi korban perkumpulan agama sesat itu ke tempat asal masing-masing
Di lereng yang indah dan sunyi, bawah pohon yang rindang, siang itu mereka berempat duduk di atas akar pohon sambil bercakap-cakap.
"Han Beng," kata Pek I Tojm kepada muridnya. "Kami berdua, pinto dan Bin Hwesio, telah mengambil suatu sepakatan mengenai engkau dan Nona Giok Cu ini, sebelum kami berdua pergi kami ingin mendengar dulu pendapat kalian. Bukankah begitu, Hek Bin Hwesio?"
"Ha-ha-ha, omitohud ............. kenapa engkau begitu sungkan, Pek I Tojin" Katakan saja apa yang menjadi isi hatimu, engkau sudah tahu bahwa pin-ceng menyetujui sepenuhnya, ha-ha-ha?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Suhu, apa sih yang Suhu bicarakan dengan Lo-cian-pwe?"
tanya Giok Cu memandang kepada gurunya.
"Biar Pek I Tojin saja yang membicarakan karena dialah yang memiliki prasaran itu, prasaran yang baik sekali dan yang telah kusetujui sepenuhnya. Katakanlah, Pek I Tojin!"
Han Beng dan Giok Cu, juga Hek Bin Hwesio, kini menatap wajah tosu itu. Pek I Tojin adalah seorang kakek yang biasanya pendiam dan serius, tidak seperti Hek Bin Hwesio yang suka berkelakar dan tertawa. Akan tetapi sekali ini, Pek I Tojin nampak agak kemerahan menjawabnya, tanda bahwa apa yang akan dibicarakan mendatangkan ketegangan juga di hatinya.
Setelah berdehem dua kali, dia memandang kepada Han Beng dan Giok Cu lalu berkata, "Begini Han Beng dan Nona Bu Giok Cu, mengingat bahwa kalian berdua adalah anak-anak yatim piatu yang hidup sebatangkara di dunia ini. Oleh karena itulah, kami dua orang tua memberanikan diri mewakili kalian masing-masing sebagai guru dan juga pengganti orang tua, dan ...........eehhh .............!" Agaknya sukar bagi tosu itu untuk melanjutkan kata-katanya yang mendadak macet. Dia menoleh kepada Hek Bin Hwesio,
"Hek Bin Hwesio, kau bantulah aku!"
"Ha-ha-ha! Omitohud .............. engkau terlalu sungkan, Sahabat. Begini, Han Beng! dan Giok Cu. Pek I Tojin mewakili Si Han Beng meminang Bu Giok Cu. Dan pinceng sebagai wakilmu, Giok Cu, pinceng merasa setuju sekali!"
Han Beng tidak merasa kaget dan dia menoleh ke arah Giok Cu yang juga mengerling kepadanya. Dua orang muda ini ingat betapa tadi, dalam keadaan terancam, nyawa mereka, mereka telah saling menyatakan perasaan hati masing-masing, saling menyatakan cinta! Dan kini guru-guru mereka
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menjodohkan mereka. Tentu saja mereka tidak merasa kaget, bahkan merasa berbahagia sekali.
"Bagaimana, Han Beng" Setujukah engkau kalau kujodohkan dengan Nona Bu Giok Cu?" tanya Pek I Tojin kepada muridnya.
Han Beng memandang wajah gurunya dan dengan wajah yang cerah dan berbahagia dia mengangguk, 'Teecu setuju.
Suhu." "Ha-ha-ha-ha! Bagus sekali kalau begitu. Dan bagaimana dengan engkau, muridku" Setujukah engkau kalau pinangan Han Beng terhadap dirimu itu kuterima" Maukah engkau menjadi calon isteri Si Han Beng?"
Pada saat itu, Giok Cu merasa hatinya seperti diremas-remas, la teringat akan keadaan dirinya, teringat akan tahi lalat merah kecil di lengan kirinya, di bawah siku. Tahi lalat merah itu adalah penanaman racun yang dilakukan Ban tok Mo-li kepadanya dahulu. Kalau ia menyerahkan diri kepada seorang pria, begitu ia kehilangan keperawanannya, tanda tahi lalat merah itu pun akan lenyap, akan tetapi akibatnya, dalam waktu sebulan ia akan tewas karena racun yang amat hebat dan tidak ada obatnya akan bekerja membunuhnya! Akan tetapi, didepan dua orang kakek itu bagaimana ia dapat membuka mulut menceritakan hal yang memalukan itu kepada Han Beng. Maka, khawatir di desak suhunya yang suka berkelakar, ia pun mengangguk tanda setuju tanpa da pat mengeluarkan suara karena ia haru menekan guncangan hatinya.
"Ha-ha, kenapa mendadak engkau menjadi seorang gadis pemalu, Giok Cu Mana jawabanmu" Jawablah agar lega hati orang yang meminangmu!" kata Hek Bin Hwesio.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan muka tunduk karena tidak ingin nampak mukanya yang berduka terpaksa Giok Cu menjawab lirih, "Teecu setuju!"
"Ha-ha-ha-ha, bagus, bagus! To-yu pinceng mengucapkan selamat kepadamu!"
"Sama-sama, pinto juga mengucapkan selamat kepadamu!"
Dua orang kakek tu tersenyum dan saling memberi hormat.
"Nah, tentang upacara pernikahan-iya, kami serahkan kepada kalian berdua. Kami berdua akan berkelana dan menikmati keindahan Gunung Thai-san. Kelak kalau sudah ada ketentuan waktunya ilian boleh mencari kami ke Thai-san mtuk memberitahu." kata Pek I Tojin lan bersama Hek Bin Hwesio, dia lalu pergi meninggalkan dua orang muda itu yang segera berlutut untuk mengantar kepergian guru mereka.
Setelah dua orang kakek itu lenyap, Han Beng bangkit berdiri, juga Giok Cu. Mereka berdiri berhadapan, saling pan?dang dan Han Beng melangkah maju.
"Giok Cu ...............!"
Han Beng yang merasa berbahagia sekali, bukan saja karena ikatan perjodohan antara mereka, akan tetapi juga teringat akan ucapan gadis tadi yang menyatakan cinta kepadanya, segera merangkul.
"Han Beng ..............!" Giok Cu membenamkan mukanya di dada peniuda yang di cintainya.
"Giok Cu, kita saling mencinta, dan guru-guru kita menjodohkan kita. Betapa bahagianya rasa hatiku, Giok Cu............ bisik Han Beng di dekat telinga gadis itu. Dan tiba-tiba Giok Cu menangis tanpa mengangkat mukanya dari dada
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Han Beng. Air mata menembus baju dan membasahi dada pemuda itu.
Han Beng terkejut, akan tetapi lalu tersenyum dan tangannya membelai rambut kepala kekasihnya. Tentu kekasihnya itu menangis karena bahagia, menangis karena terharu, barangkali teringat bahwa ia tidak mempunyai orang tua lagi.
Dia menunduk dan mencium rambut itu, mencium dahi itu, lalu berbisik! "Giok Cu, jangan berduka sayang. Memang kita berdua sudah tidak mempunyai ayah ibu lagi, akan tetapi kita kini saling memiliki bukan" Biarlah aku menjadi pengganti Ayahmu dan engkau menjadi pengganti Ibuku! Dan kelak, kita pergi ke perkampungan keluarga kita, kita mencari keluarga orang tua kita yang masih ada. Bukankah berarti kita akan memiliki keluarga lagi?"
Akan tetapi, ucapan hiburan Itu bahkan membuat Giok Cu semakin tersedu-sedu. Han Beng membiarkannya sebentar, lalu perlahan-lahan dia mengangkat dagu , disitu, menatap wajah yang nampak legitu sedih. Mata itu terpejam, akan tetapi setiap kali dibuka sedikit, air matanya mengalir keluar.
Dengan hati penuh rasa haru dan sayang, akan tetapi juga khawatir, Han Beng mengecup pipi yang basah air mata itu sehingga terasa asin olehnya. Akan menyegarkan hati rasa itu andaikan hatinya tidak begitu hawatir, andaikan tangis itu tangis bahagia, bukan tangis yang demikian sedihnya.
"Giok Cu ............, Moi-moi sayang, hentikanlah tangismu dan katakan kepadaku, kenapa engkau begini sedih" Bukan ah sepatutnya kita bergembira, berbahagia" Aiiih, Giok Cu, jangan katakan bahwa engkau berduka karena dijodohkan dengan aku.........."
Tiba-tiba Giok Cu membuka matanya. Nampak kemerahan mata itu dan menggeleng kepala, mempererat rangkulannya.
"Tidak, Han Beng, tidak! Jangan salah sangka ........ ah, aku
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
........... aku berhagia sekali menjadi jodohmu ........... akan tetapi aku ........ aku .................."
"Engkau kenapa, sayang" Kenapa?"
Giok Cu menggeleng kepala dalam rangkulan pemuda itu.
"Aku tidak bisa menjadi isterimu, Han Beng. Tidak mungkin
................. uhu-hu-hu .................!"
"Ehhh?" Han Beng terkejut seper disengat lebah. "Kenapa, Giok Cu" Kenapa engkau berkata demikian?"
Giok Cu menggulung lengan baju kirinya dan melirik ke arah tanda bintik merah kecil di bawah siku kiri, lalu menangis lagi, membenamkan mukanya di dada kekasihnya. Han Beng menjadi seakin bingung. Berbagai macam dugaan timbul di dalam benaknya. Jelas bahwa kekasihnya sedih, bukan karena berjodoh dengan dia, melainkan oleh suatu sebab lain mengenai diri kekasihnya itu. Di mengerutkan alisnya. Apakah Giok hendak mengatakan bahwa ia bukan perawan lagi" Hal itu bukan tidak mungkin, mengingat bahwa gadis itu pernah menjadi murid Ban-tok Mo-li! Andaikata demikian, dia .............
dia tidak akan peduli! Han Beng mengatupkan giginya kuat-kuat. Dia mencinta Giok Cu, bukan mencinta
keperawanannya! Atau ada hal lain" Bagaimanapun juga, Giok Cu harus bicara sejujurnya. Kalau tidak, dia akan selalu merasa tersiksa oleh segala macam dugaan yang sewaktu-waktu tentu akan timbul.
Dia lalu memegang kedua pundak Giok Cu, didorongnya lembut sehingga mereka saling berpandangan, kemudian dengan suara tenang namun tegas dia berkata, Giok Cu, pandang padaku dan dengarkan kata-kataku baik-baik. Kita adalah orang-orang yang menghargai kegagahan, bukan" Kita adalah orang-orang yang siap menghadapi kesukaran apapun juga, bukan orang-orang lemah yang cengeng, bukan" Aku pun tahu bahwa engkau seorang pendekar g gagah perkasa, bukan seorang gadis yang cengeng. Nah, usirlah semua
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
perasaan sedih itu, kekasihku, sayangku, dan ceritakan kepadaku apa yang lelah terjadi maka engkau menjadi begini berduka setelah dijodohkan dengan aku."
Dengan lembut pula Giok Cu melepaskan kedua tangan, kekasihnya yang memegang kedua pundaknya, mengguraikan kedua ujung baju menyusut air matanya dan menghentikan tangisnya. Kemudian, dengan kedua mata merah, ia memandang Han Beng, mencoba untuk mengumpulkan kekuatan hatinya dan membuka mulut untuk memberi penjelasan.
"Han Beng ..........., aku ............ aku.......... aku tidak pantas menjadi isterimu.........." Ia berhenti lagi dan memejamkan mata karena tidak kuat melanjutkan.
"Lanjutkan, Giok Cu. Jelaskan mengapa" Mengapa engkau menganggap dirimu tidak pantas menjadi isteriku" Mengapa?"
Giok Cu menoleh ke kanan kiri. Para perajurit masih melakukan pembersihan dan menggeledah di semua tempat.
"Han Beng, mari kita pergi dari sini bicara di tempat yang sepi."
Han Beng mengerti, menggandeng tangan kekasihnya yang terasa dingin lalu mereka keluar meninggalkan tempat itu. Langit di ufuk timur mulai kemerahan, tanda bahwa pagi akan segera muncul menggantikan malam. Mereka terus berjalan sampai mereka tiba di lereng bukit yang sepi. Han Beng mengajak kekasihnya menghampiri sebatang pohon besar di sana burung-burung sudah mulai sibuk menyambut datangnya fajar.
"Nah, di sini sepi, Giok Cu. Keluarkanlah isi hatimu dan ceritakan segalanya kepadaku. Ingat, aku adalah orang yang kaucinta dan mencintamu, aku adalah calon suamimu, juga
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
satu-satunya orang yang dapat kaupercaya. Nah, ceritakan semuanya!"
Mereka berdiri berhadapan, dekat. Giok Cu menatap wajah kekasihnya dalam keremangan subuh. "Han Beng, aku.............. aku ............" kembali gadis itu tidak anggup melanjutkan. Ia tidak tega melihat bagaimana nanti pemuda itu me?nyambut keterangannya, la tidak tega melihat pembahan yang akan terjadi pada wajah yang dicintanya itu.
Betapa wajah itu akan diselimuti kedukaan dan kekecewaan yang amat mendalam. Kalau ia memberi penjelasan, sama saja denga menusuk jantung kekasihnya dengan batang pedang berkarat! la tidak tega!
"Han Beng, aku ................. aku tidak mampu menerangkan
................" KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 26 Kembali kedua tangan Han Beng menangkap kedua pangkal lengan kekasihnya dan mengguncangnya sedikit.
"Giok Cu engkau harus mampu! Harus! Tidak boleh engkau membiarkan ada rahasia di antara kita!"
Dia benar, pikir Giok Cu. Dia benar, akan tetapi..... "Han Beng, peluklah aku, sembunyikan mukaku agar aku dapat menceritakannya kepadamu....." Dan iapun menjadi lemas dan tentu terhuyung kalau saja Han Beng tidak cepat memeluknya. Han Beng memondong tubuh yang lemas itu dan mengajaknya duduk di atas akar pohon yang menonjol keluar dari tanah. Dia setelah memangku gadis itu yang merebahkan kepalanya di dada yang bidang,
menyembunyikan mukanya di dada itu. Kini dia tidak akan melihat perubahan pada wajah kekasihnya dan iapun mulai tenang, lalu dengan lirih, namun jelas, ia bercerita.
"Han Beng, sebelumnya kau maafkan aku. Maukah kau?"
Han Beng mencium rambut itu. "Tentu saja, bahkan tidak perlu ada maaf dariku karena apapun yang telah kau lakukan, kuanggap semua itu sudah berlalu dan tidak ada lagi. Nah, ceritakan."
"Dahulu, ketika kita saling berpisah, aku berusia sepuluh tahun!"
"Ya, ya, dan aku berusia dua belas tahun."
"Aku ditolong oleh Ban-tok Mo-li yang kemudian menjadi guruku."
"Dan aku menjadi murid Sin-tiauw Lim Bhok Ki yang dilanjutkan pula oleh Sin-ciang Kai-ong."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ketika aku dibawa pulang oleh Ban-tok Mo-li dan diambil murid, ia telah menggunakan jarum menusuk lenganku yang kiri ini. Lihat, Han Beng, kaulihat bintik merah kecil ini?" Giok Cu menggulung lengan bajunya yang kiri dan mendekatkan lengannya. Lengan yang kecil penuh dan berkulit putih halus.
Han Beng tak tahan untuk tidak menyentuh kulit dengan yang halus lembut itu dengan hidungnya.
"Lenganmu indah sekali, Giok Cu."
Giok Cu merasa betapa seluruh bulu di badannya meremang ketika lengannya dicium Han Beng, lalu menarik lengan itu. "Ihhh, Han Beng, dengarkan ceritaku dan pandanglah bintik merah bawah siku ini. Engkau melihatnya?"
"Aku melihatnya. Bintik merah itu menambah indah lenganmu."
"Hentikan rayuanmu itu dan dengar baik-baik. Bintik itu adalah akibat tusukan jarum dari Ban-tok Mo-li, jarum beracun yang jahat sekali!"
"Ehhhhh...!!" Kini seluruh kemesraan terbang dari kepala Han Beng dan dia memandang terbelalak, khawatir sekali.
"Jarum beracun" Akan tetapi..... hal itu tentu sudah terjadi belasan tahun yang lalu dan sampai sekarang engkau masih sehat kuat....."
"Racun itu baru akan bekerja kalau bintik itu lenyap, Han Beng."
"Ehhh" Dan sudah belasan tahun tidak lenyap, takut apa"
Biarkan bintik itu tidak lenyap, tidak mengurangi keindahan lenganmu."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tapi, begitu bintik itu lenyap, dalam waktu sebulan nyawaku akan melayang dan tidak ada obat di dunia ini yang akan mampu menyelamatkan aku."
"Tapi..... tapi..... bintik itu masih ada dan....."
"Ya, bintik merah itu akan lenyap kalau aku..... aku tidak perawan lagi....."
"Ahhhhh.....?"!" Han Beng memandang wajah kekasihnya dengan mata terbelalak. Baru kini dia mengerti mengapa tadi kekasihnya menangis! Kalau Giok Cu menikah dengan dia, kalau gadis itu menjadi isterinya, dalam waktu sebulan ia akan mati keracunan!
"Itulah sebabnya mengapa aku...aku tidak dapat menjadi isterimu, Han Beng....."
Tiba-tiba Han Beng meloncat berdiri dan menarik tangan gadis itu. Giok Cu juga meloncat berdiri dan memandang bingung. "Mari kita pergi sekarang juga"
"Ehhh" Ke mana?"
"Ke mana lagi" Menyusul Ban-tok Mo-li. la menjadi tawanan. Aku akan menemuinya dan memaksanya mengobatimu, memberi obat pemunah racun itu. Kalau ia menolak, akan kucabuti semua rambut di kepalanya, kucabuti semua kuku dari jari-jarinya, kucabuti semua otot-otot dari tubuhnya!" Suara Han Beng mengandung desis dan Giok Cu yang ditarik ikut pula berlari, agak bergidik karena di dalam suara kekasihnya itu mengandung ancaman yang mengerikan bagi Ban-tok Mo-li. Agaknya kemarahan telah membuat Han Beng berubah menjadi kejam dan sadis, walaupun itu baru dalam kata-kata saja.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Mereka tidak bicara lagi, berlari cepat dan Giok Cu menyerahkan segalanya kepada kekasihnya. Hatinya terasa lega karena bagaimanapun juga, rahasia itu tidak ditanggungnya sendiri, kini telah dibuka kepada Han Beng.
Bahkan calon suaminya itu yang kini mengambil alih darinya untuk mencarikan jalan keluarnya.
Hari telah siang ketika mereka tiba di benteng, disambut oleh Yap Ciangkun yang kelihatan lelah karena penyerbuan semalam. Akan tetapi ternyata kemuraman wajah Yap Ciangkun bukan hanya karena lelah, dan hal itu baru diketahui Han Beng dan Giok Cu ketika Han Beng bertanya tentang Ban-tok Mo-Ii.
"Kami harap agar Ciangkun mengijinkan kami bicara sebentar dengan Ban-tok Mo-li yang menjadi tawanan. Ada urusan pribadi yang amat penting hendak kami bicarakan dengan Ban-tok Mo-Ii. kata Han Beng.
Mendengar ini, Yap Ciangkun menggebrak meja. "Inilah!
Justeru baru saja kami memarahi para petugas, akan tetapi semua kesalahan terletak pada pundak empat orang penjaga yang sudah mati. Sungguh celaka! Sialan mereka itu!"
"Apa yang telah terjadi, Ciangkun?" tanya Giok Cu, bingung melihat ulah perwira tinggi itu.
"Semalam, Ban-tok Mo-li menjadi tawanan dan ditahan di dalam sel, dijaga oleh empat orang pengawal yang dapat dipercaya. Akan tetapi, pagi-pagi sekali tadi, sel itu terbuka, empat orang penjaga mati tanpa luka dan Ban-tok Mo-li telah lenyap dari dalam selnya."
"Ahhhhh.....!!" Wajah Han Beng menjadi berubah agak pucat saking kaget dan kecewanya. "Bagaimana hal itu dapat terjadi?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Yap Ciangkun mengepal tinju dan kelihatan marah dan penasaran sekali. "Tidak ada yang tahu bagaimana hal itu terjadi. Akan tetapi ada seorang perajurit yang malam hari itu, sebelum dia meninggalkan tugas jaga untuk bertugas di tempat lain, melihat betapa Ban-tok Mo-li bersikap manis dan akrab sekali dengan empat orang penjaga itu, nampak mesra.
Tidak ada yang tahu. Tahu-tahu mereka berempat terdapat tewas di tempat penjagaan dan Ban-tok Mo-li sudah tidak berada di dalam tahanan. Pintu kamar tahananpun tidak rusak kuncinya, bukan dibuka dengan paksa."
Han Beng mengerutkan alisnya. "Apakah tidak ada kemungkinan tawanan itu dibantu orang dari luar yang meloloskarinya?"
"Segala kemungkinan memang ada, akan tetapi penjagaan amat ketat sehingga sukarlah bagi orang luar untuk dapat masuk tanpa diketahui. Setidaknya, empat orang yang bertugas jaga itu tentu mengadakan perlawanan mati-matian dan memberi tanda bahaya. Akan tetapi sama sekali tidak ada perlawanan, sama sekali tidak terdengar teriakan atau tanda bahaya lain."
"Maaf, Ciangkun.Bagaimana matinya empat orang itu"
Adakah luka-luka atau tanda lain?"
Yap Ciangkun mengerutkan alis dan menggeleng-geleng kepala. "Memang aneh sekali. Tidak ada luka. Hanya dua diantara mereka mati dengan mulut biru menghitam....."
"Hemmm, ciuman maut.....I" kata Giok Cu, tenang akan tetapi ia pun mengerutkan alisnya karena ia sudah dapat menduga bagaimana caranya iblis betina bekas gurunya itu berhasil meloloskan diri.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dua orang yang lain tewas dengar biru menghitam di leher dan pangkal paha mereka, seperti bekas terkena gigitan....."
"Hemmm, itu bekas kuku beracun!"
"Ehhh" Apa yang kau maksudkan dengan ciuman beracun dan kuku beracun, Li-hiap?" tanya perwira itu, heran.
"Ban-tok Mo-li adalah seorang iblis betina. Nama julukannya saja sudah menyebutkan keadaan dirinya. Ban-tok Mo-li (Iblis Betina Selaksa Racun) memiliki banyak ilmu beracun, di antaranya adalah ciuman beracun dan kuku beracun. sekali cium dan sekali gores dengan kuku sudah cukup untuk membunuh orang. Agaknya iblis betina itu mempergunakan kecantikannya untuk merayu sehingga ia berhasil keluar atau dikeluarkan dari kamar tahanan oleh empat orang penjaga itu.Ia pura-pura suka diajak bermesraan, lalu membunuh mereka dengan mudah selagi bermesraan."
Kalau bukan Giok Cu, gadis lain tentu akan bermerah muka dan segan memberi keterangan seperti itu. Akan tetapi Giok Cu adalah seorang gadis yang sudah digembleng oleh keadaan yang keras dan beraneka macam kehidupan.
"Hemmm, sungguh keji seperti iblis!" kata Yap Ciangkun.
"Mari kita mengejarnya!" Han Beng yang teringat akan keadaan kekasihnya, sudah menggandeng tangan gadis itu dan keduanya meloncat pergi dengan amat cepatnya, membuat Yap Ciangkun merasa kagum bukan main. Dia lalu teringat akan tawanan yang lain. Mereka adalah orang-orang yang lihai, maka dia tidak ingin kehilangan tawanan lagi.
Diperintahkan orang-orangnya untuk membelenggu kaki tangan para tawanan itu dan mengawal mereka dengan ketat sampai mereka itu dijatuhi hukuman oleh pengadilan.
Selama tiga hari tiga malam Han Beng hampir tidak pernah mau berhenti, mengajak Giok Cu untuk menjari jejak Ban-tok
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Mo-li. Namun, semua usahanya sia-sia belaka. Mereka tidak mampu menemukan jejak iblis betina itu. Ban-tok Mo-li lenyap tak meninggalkan jejak, seperti ditelan bumi!
Pada hari ke empat, pagi-pagi setelah semalam suntuk mereka mencari di perbukitan di tepi jurang atau tebing sungai Kuning, Giok Cu telah menjadi putus asa. Ia memandang Han Beng yang duduk bersila di tepi jurang dengan hati yang pilu.
Ia merasa kasihan sekali kepada pemuda itu. Ia tahu betapa besarnya cinta Han Beng kepadanya sehingga pemuda itu seperti tidak mengenal lelah untuk dapat menemukan Ban-tok Mo-li, untuk dapat membebaskannya dari cengkeraman maut yang ditandai bintik merah di bawah siku lengan kirinya. Kalau dia membiarkan dirinya menjadi isteri Han Beng, kemudian tewas dalam waktu sebulan, tentu Han Beng akan tenggelam dalam kedukaan yang hebat.Dan sekarang, merekapun gagal untuk menemukan Ban-tok Mo-li. Andaikata mereka dapat menemukannya sekalipun, belum tentu iblis betina itu mau memberikan obat penawarnya, itupun kalau ada obat seperti itu. Ah, ia hanya menjadi beban, hanya menyusahkan Han Beng saja dengan ikatan perjodohan itu. Tidak, itu tidak boleh menyusahkan Han Beng. Ia terlalu sayang kepada pemuda itu.
Biarlah dia memperoleh jodoh gadis lain yang sehat, yang akan membahagiakannya, bukan ia yang menderita penyakit maut, yang hanya akan menyusahkannya.
Giok Cu mengerling ke arah Han Beng. Pemuda itu masih duduk bersila dan agaknya tenggelam dalam siu-lian Rambutnya kusut, pakaiannya kusut, wajahnya menunjukkan kelelahan. Hatinya seperti ditusuk-tusuk rasanya. Han Beng membuka matanya, terkejut mendengar suara angin itu. Dan dia menjadi lebih kaget ketika tidak melihat lagi Giok Cu berada di situ.
"Giok Cu.....!!" Dia berteriak memanggil sambil meloncat berdiri. Tiada jawaban.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Giok Cu, di mana engkau?" Han Beng kini mencari ke sekeliling tempat itu sambil memanggil-manggil. Ketika menjenguk ke bawah tebing, dia bergidik membayangkan Giok Cu terjatuh ke sana. Akan tetapi dia tidak melihat apa-apa di bawah sana. Lalu dia berlari menuruni bukit karang itu.
"Giok Cu.....!!!" Dia berteriak semakin keras. Suaranya melengking terbawa angin dan menimbulkan gema jauh dibawah sana.
Wajah Han Beng menjadi pucat, hatinya gelisah sekali ketika sampai di bawah bukit, dia belum juga melihat bayangan Giok Cu.
"Giok Cu.....! Kembalilah.....! Aku tak sanggup hidup sendirian tanpa engkau.....!" teriaknya berulang kali.
Dia berlari mendaki bukit di depan dan akhirnya, dia melihat gadis itu dipuncak bukit batu karang itu, di tepi tebing yang lebih curam daripada yang tadi.Gadis itu menangis tersedu-sedan, berlutut hampir menelungkup. Agaknya teriakannya yang terakhir itu, yang diulang-ulang, terdengar oleh gadis itu dan teriakan itu yang menahannya, membuat kedua kakinya lemas dan iapun menjatuhkan diri berlutut di situ dan menangis tersedu-sedu.
"Giok Cu.....!" Han Beng lari menghampiri, menubruk dan merangkul gadis itu yang menangis semakin menjadi-jadi Han Beng mendekap kepala itu ke dadanya, seolah takut kalau sampai kehilangan dan terlepaslagi. "Aih, Giok Cu kenapa engkau meninggalkan aku....Kenapa.....?"
Giok Cu terisak-isak.Ketika ia mengangkat muka memandang melalui genangan air matanya, ia melihat pemuda itu menangis! Hal ini membuat ia menjadi semakin terharu dan sedih.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Han Beng.....!" Ia menjerit dan merangkul pemuda itu.
Mereka bertangisan dan berpelukan di tepi jurang yang curam itu.
"Han Beng, lepaskan aku..... biarkan aku pergi. Aku hanya menyusahkan saja, Han Beng. Aku tidak dapat menjadi isterimu....."
"Giok Cu, jangan putus harapan. Aku akan mencarikan obat untukmu, sampai dapat. Percayalah, aku akan dapat menolongmu, jangan engkau khawatir akan keselamatan dirimu, Giok Cu....."
Gadis itu menyusut air matanya. "Han Beng, engkau salah sangka. Aku tidak takut mati. Aku rela mati setelah menjadi isterimu selama satu bulan. Aku rela dan aku tidak takut.
Hanya aku.....aku tidak tega membayangkan engkau menangisi kematianku, Han Beng. Tidak, lebih baik kita tidak menikah, engkau carilah gadis lain yang sehat....."
Naga Sakti Sungai Kuning Huang Ho Sin-liong Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Giok Cu! Kenapa engkau berkata demikian" Ucapanmu menusuk perasaanku. Hidup ini tidak ada artinya bagiku tanpa engkau di sisiku, Giok Cu."
"Tapi.....tapi.....kalau kita menikah..... hanya sebulan kita berkumpul, lalu aku harus meninggalkan engkau untuk selamanya....."
"Tidak! Kita tetap berdampingan sampai kematian memisahkan kita, Giok Cu. Dan percayalah, sebelum engkau mendapatkan obat pemunah racun terkutuk itu, aku tidak akan menggaulimu. Bagiku, melihat engkau di dekatku dalam keadaan sehat saja sudah merupakan suatu kebahagiaan besar.Giok Cu, berjanjilah, engkau tidak akan meninggalkan aku lagi.....!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar ini, Giok Cu merangkul dan mencium pipi pemuda itu dengan penuh keharuan, lalu berbisik di dekat telinganya. "Aku berjanji, Koko (Kanda). Aku berjanji selamanya tidak akan meninggalkanmu lagi dan akan mentaati semua perintahmu."
Han Beng bernapas lega, lega puas dan bahagia. Dia merangkul semakin erat. "Moi-moi (Adinda)....., terima kasih..... terima kasih....."
Sampai lama mereka duduk berdekapan di tepi tebing itu.
Ketika matahari muncul di bawah sana, muncul dari balik bukit jauh di seberang sungai, Han Beng menuding.
"Lihat, Cu-moi, betapa indahnya fajar menyingsing. Lihat, masa depan yang cerah menanti kita, seperti munculnya Sang Surya. Kita tidak boleh putus asa. Kita harus berikhtiar dan kalau kita berusaha dengan kesungguhan hati, Thian pasti akan memberi jalan kepada kita."
Giok Cu mengangkat mukanya dari dada kekasihnya dan menengok. Ia mengeluarkan seruan kagum dan mereka duduk bersanding, menyambut munculnya sang matahari sambil duduk bersila dan mengatur pernapasan. Latihan seperti ini tidak asing bagi mereka karena dalam sinar matahari yang baru muncul terkandung kekuatan dahyat yang mereka coba tampung melalui pernapasan dan meditasi.
Setelah matahari mulai menyengat kulit, barulah mereka menghentikan latihan itu.
"Ah, sekarang aku ingat. Ada jalan untuk mencari jejak Ban-tok Mo-li!" kata Han Beng.
"Bagaimana, Beng-koko" Apakah jalan itu?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku teringat akan Kakak angkatku, yaitu Coa Siang Lee dan isterinya, Sim Lan Ci."
Giok Cu memandang dengan wajah berseri, la pun baru teringat sekarang.
"Ah, Suci Sim Lan Ci adalah puteri Ban-tok Mo-li! Benar, Koko, mungkin ia tahu ke mana Ban-tok Mo-li melarikan atau menyembunyikan diri." ;
"Mari kita ke sana, Cu-moi." Han Beng bangkit berdiri sambi menggandeng tangan kekasihnya dan mereka pun menuruni bukit karang itu. Baru sekarang mereka merasa betapa tubuh mereka lelah bukan main, juga perut mereka lapar. Selama tiga hari ini mereka lupa makan lupa tidur ketika mencari-cari Ban-tok Mo-li.
"Kita cari dusun atau kota dulu, Koko. Perutku lapar sekali....."
Han Beng tersenyum dan mencium dahi kekasihnya.
"Kasihan engkau, Guan Cu. Kita sampai lupa makan. Aku lapar. Mari, kita cari dusun di bawah sana, baru melanjutkan perjalanan ke tempat tinggal Kakak angkatku Coa Sian Lee!"
Mereka menemukan dusun dan berhasil membeli makanan dan minuman sederhana. Setelah makan minum, baru mereka melanjutkan perjalanan dengan hati yang ringan dan awan kedukaan sudah lenyap dari wajah mereka.
*** "Thian Ki.....!" Han Beng memanggil ketika melihat seorang anak laki-laki berusia kurang lebih empat tahun bermain-main seorang diri di depan rumah itu. Anak itu sedang membuat boneka dari tanah liat sehingga kedua tangan, bahkan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pakaiannya, berlepotan lumpur, juga mukanya. Nampak lucu sekali.
"Thian Ki, benar engkau Thian Ki!" kata pula Han Beng sambil mendekat.
Giok Cu juga ikut menghampiri, memandang kepada anak itu dengan kagum.
Seorang anak laki-laki yang sehat, wajahnya putih kemerahan dan matanya tajam dan pandangnya lembut, juga membayangkan kecerdikan.
"Paman dan Bibisiapakah.....?" tanya anak itu dan kembali Giok Cu kagum. Suara itu demikian nyaring dan bening, akan tetapi mengandung kelembutan pula!
Han Beng tertawa. Ketika dia mengangkat saudara dengan Coa Siang Lee setahun yang lalu, anak ini baru berusia tiga tahun sehingga tentu saja tak dapat mengenalnya. Dia menggoda. "O..kau terka siapa aku ini, Coa Thian Ki
.Tahukah engkau siapa aku?"
Anak itu memicingkan kedua matanya, nampak lucu dan mungil. Sepasang alisnya berkerut dan tiba-tiba dia membelalakkan matanya sambil berkata dengan wajah berseri. "Paman tentu Paman Si Han Beng, Huang-ho Sin-liong!"
Tawa Han Beng terhenti dan dia terbelalak. Juga Giok Cu semakin kagum. Dari Han Beng ia sudah mendengar tentang peristiwa kekasihnya itu dengan keluarga ini. Ia mendengar betapa guru kekasihnya, Sin-tiauw Liu Bhok Ki yang terkenal keras hati itu, menjadi luluh kekerasan hatinya oleh sikap dan ulah Thian Ki yang baru berusia tiga tahun
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Heiiiii! Bagaimana engkau bisa tau bahwa aku adalah Pamanmu Si Han Beng?" Han Beng berseru heran.
Anak itupun tertawa senang ketika Han Beng
mengangkatnya tinggi-tinggi, tanpa mempedulikan betapa kaki, tangan dan pakaian anak itu kotor oleh lumpur.
"Ayah dan Ibu bercerita banyak-banyak tentang Paman, tentang wajah Paman sehingga aku dapat mengenal Paman.
Siapakah Bibi ini?" "Aku Bibi Bu Giok Cu, Thian Ki. Aku calon isteri Pamanmu ini." kata Giok Cu tanpa sungkan lagi. Terhadap orang dewasa saja dara ini tidak sungkan bicara, apalagi terhadap seorang anak kecil berusia empat tahun!
"Wah, Adikku Han Beng.....!" terdengar teriakan wanita dan muncullah seorang wanita cantik berusia tiga puluh tahun lebih. Pakaian wanita itu serba hitam sehingga kulitnya yang putih nampak semakin mulus, wajahnya cantik manis akan tetapi sikapnya sederhana dan lembut. Akan tetapi wanita itu menghentikan seruan dan sikapnya yang gembira ketika melihat Giok Cu, seorang gadis yang tidak dikenalnya.
"Ibu, Paman Han Beng datang bersama calon isterinya, Bibi Giok Cu.....!" teriak Thian Ki yang masih berada dipondongan Han Beng.
"Ahhhhh..... mari, mari, silakan masuk. Thian Ki, turun kau!
Lihat, engkau membikin kotor pakaian Pamanmu!"
Han Beng menurunkan Thian Ki sambil tertawa dan pada saat itu muncul Coa Siang Lee yang berseru, "Siapa bilang Han Beng datang bersama calon isterinya?"
"Aku, Ayah. Nah, ini Bibi Giok Cu, calon isteri Paman!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Mereka semua saling memberi hormat. "Aih, kalau begitu, kionghi (selamat) Adikku! Kami girang sekali dapat bertemu dengan calon Adik ipar kami!"
Coa Siang Lee yang pakaiannya serba putih, berlawanan dengan warna pakaian isterinya, menggandeng tangan Han Beng sedangkan Sim Lan Ci menggandeng tangan Giok Cu.
Mereka semua memasuki rumah, diikuti oleh Thian Ki.
Setelah mengajak tamu mereka duduk di ruangan dalam, Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci saling pandang. Hubungan antara suami isteri ini sedemikian akrabnya sehingga ada hubungan batin yang kuat di antara mereka sehingga pandang mata mereka saja sudah cukup untuk mereka saling mengutarakan isi hati mereka. Keduanya memandang kepada Thian Ki dan ayah anak itu berkata.
"Thian Ki, karena kegirangan engkau lupa memberi hormat kepada Paman dan Bibimu. Hayo beri hormat kepada mereka."
"Dan sesudah itu, pergi mencuci badanmu, dan bertukar pakaian. Boleh engkau bermain lagi di luar, akan tetapi jangan masuk di sini dulu sebelum kami panggil. Kami ingin bicara penting dengan Paman dan Bibimu." kata ibu anak itu.
Thian Ki lalu melangkah maju menghadapi Han Beng dan Giok Cu, mengangkat kedua tangan di depan dada dengan sikap hormat. "Paman Si Han Beng dan Bibi Giok Cu, terimalah hormat Coa Thian Ki!"
Han Beng dan Giok Cu saling pandang, lalu tertawa gembira Giok Cu mengangkat tubuh Thlan Ki dan menciumi kedua pipinya, lalu menurunkannya kembali. Thian Ki tersipu lalu berlari kekamarnya untuk mengambil pengganti pakaiandan pergi mandi seperti diperintahkan ibunya. Dia
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak membantah, tidak mengomel, melainkan taat dengan gembira. Sungguh seorang anak yang penuh pengertian!
"Nah, duduklah, Adik-adikku. Bagaimana kabarnya, Beng-te (Adik Beng)' Sudah lama sekali kami merindukan kunjunganmu." kata Coa Siang Lee. "Di hari ini engkau muncul bersama calon isterimu yang begini gagah dan cantik.
Sungguh kami merasa gembira dan bangga!"
"Adik Giok Cu memang cantik manis dan gagah perkasa, pantas sekali menjadi isterimu, Han Beng." kata pula Sin Lan Ci dengan akrab.
"So-so (Kakak Ipar Perempuan) tentu tidak menduga siapa Giok Cu ini, padahal ia masih Sumoi dari So-so sendiri." kata Han Beng.
"Ahhhhh.....?"" Sin Lan Ci terbelalak memandang kepada Giok Cu, kini penuh selidik. "Be..... benarkah itu.....?"
Giok Cu tersenyum dan mendekatkan kursinya dengan kursi Sim Lan Ci, lalu memegang tangan wanita itu dengan sikap lembut. "So-so, kalau diijinkan, aku lebih suka menyebut so-so daripada su-ci. Memang harus kuakui bahwa aku pernah menjadi murid Ibumu, So-so, akan tetapi hal itu telah lewat dan..."
Giok Cu tidak melanjutkan kata-katanya karena ia melihat betapa pandang mata wanita itu nampak membayangkan kepahitan.
Melihat keadaan yang tidak enak itu, Han Beng cepat berkata, "Memang Cu-moi pernah menjadi murid Ibumu, So-so, bahkan sejak usia sepuluh tahun sampai lima belas tahun.
Akan tetapi, kemudian ia menjadi murid Lo-cian-pwe Hek-bin Hwesio dan tidak berhubungan dengan Ibumu lagi....."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Lan Ci menarik napas panjang dan kini ia yang memegang tangan gadis itu.
"Aku mengerti, Adikku yang baik. Aku mengenal siapa Ibuku. Bahkan engkau beruntung sekali dapat terlepas dari tangan Ban-tok Mo-li, Ibuku yang terkenal jahat dan kejam itu....."
"Maaf, So-so, aku tidak bermaksud menyinggungmu....."
"Ha-ha, tidak ada singgung-menyinggung di sini, Adikku!"
kata Coa Sian Lee. "Kita berada di antara saudara sendiri.
Segalanya perlu dibicarakan secara terbuka dan tidak akan ada yang menyinggung karena semua ucapan keluar dari hati yang jujur. Biarpun So-somu ini puteri kandung Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu, akan tetapi ia sama sekali tidak jahat!
Sebaliknya malah, isteriku ini wanita yang paling hebat di dunia ini, paling cantik, paling lembut, paling mulia, paling....."
"Sssssttttt.....'. Di depan orang lain engkau masih mencoba untuk merayuku": bentak Lan Ci. Melihat dan mendengar ini, Han Beng dan Giok Cu tertawa geli seperti juga suami isteri itu. Buyarlah sudah suasana yang tadi dirasakan tidak enak ketika nama Ban-tok Mo-li disebut dan sekarang agaknya menyebut nama itupun tidak akan mendatangkan perasaan tidak enak lagi. Bagaimanapun juga, tetap saja Han Beng merasa sungkan dan tidak tahu bagaimana dia harus menanyakan tempat persembunyian Ban-tok Mo-li kepada Sim Lan Ci tanpa menceritakan tentang semua kejahatan yang telah dilakukan Ban-tok Mo-li terhadap diri Giok Cu!
"Nah, sekarang ceritakan semua pengalamanmu sampai engkau dapat memperoleh jodoh yang demikian hebat, Beng-te. Apa saja yang telah terjadi di dunia kang-ouw?" tanya Siang Lee dengan sikap gembira.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Toako, sesungguhnya, sejak kecil dahulu, aku sudah menjadi sahabat Giok Cu. Ketika kecil kami saling berpisah dan baru bertemu setelah dewasa. Ketika kami saling berpisah, aku ikut Suhu Liu Bhok Ki seperti telah kalian tahu, dan ia ikut dengan gurunya, Ban-tok Mo-li....." Han Beng memandang kepada kakak iparnya.
Sim Lan Ci mengangguk-angguk. "Sekarang aku ingat.Ibu mempunyai murid seorang anak perempuan ketika ia mengusir kami berdua. Jadi engkaukah murid itu, Adik Giok Cu?"
"Benar, So-so. Akan tetapi, lima tahun kemudian, karena.....
eh, tidak cocok dengan cara hidup Subo..... maka aku meninggalkannya dan kemudian bahkan.. hemmmmm....."
"Mengapa, Adikku" Lanjutkan ceritamu."
"Tidak enak rasanya, So-so, karena itu adalah Ibumu."
Lan Ci tersenyum. "Kaukira aku tidak mengenal Ibuku sendiri" Aku sudah tahu siapa Ibuku, siapa Ban-tok Mo-li, oleh karena itu, semua berita tentang kejahatannya tidak akan mengejutkan hatiku lagi, dan tidak akan menyinggung hatiku."
Han Beng berkata, "Cu-moi, memang tidak ada jalan lain kecuali menceritakan semuanya kepada So-so, baru kita boleh mengharapkan bantuannya. Ceritakanlah semuanya."
Giok Cu mengangguk dan menarik napas panjang. "Baiklah kalau begitu, So-so, aku terpaksa melarikan diri karena aku akan dibunuh oleh Subo, karena dianggap menentang Thian-te-kauw di mana Subo menjadi anggautanya, bahkan kemudian menjadi ketuanya. Aku ditolong oleh Suhu Hek-bin Hwesio. Kemudian, aku mendapat kenyataan bahwa yang membunuh Ayah dan Ibu kandungku adalah Subo Ban-tok Mo-li sendiri. Kemudian, aku dan Beng-koko menentang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Thian-te-kauw dan dengan bantuan pasukan pemerintah, kami berhasil membasminya. Para pimpinannya tertawan.Ketika Subo Ban-tok Mo-li bertanding denganku, aku berhasil merobohkannya. Akan tetapi Beng-koko mengingatkan aku akan kebaikannya yang pernah kuterima, maka aku tidak membunuhnya dan membiarkannya ia ditawan oleh pasukan pemerintah seperti para pimpinan Thian- te-kauw lainnya."
Giok Cu menghentikan ceritanya, merasa lega karena melihat betapa wajah Sim Lan Ci tenang-tenang saja mendengar akan kejahatan yang dilakukan ibu kandungnya itu.
"Sebetulnya, setelah Cu-moi mengampuni dan tidak membunuhnya, dan ia menjadi tawanan pemerintah, sudah tidak ada urusan lagi kami dengan Ban-tok Mo-li. Akan tetapi, sungguh di luar dugaanku, ternyata masih ada satu hal lagi yang amat hebat, bahkan yang menyangkut keselamatan hidup Giok Cu."
Siang Lee dan Lan Ci kelihatan terkejut sekali. "Hal apakah itu, Beng-te?" tanya Siang Lee.
Han Beng menarik napas panjang. Tiba gilirannya untuk melanjutkan cerita itu. "Dalam penyerbuan itu, kami dibantu oleh munculnya Lo-cian-pwe Hek-bin Hwesio dan Suhu Pek I Tojin. Kemudian, setelah Thian-te-kauw dapat dibasmi, kedua orang tua itu menjodohkan kami. Nah, setelah mendengar bahwa ia dijodohkan denganku, maka muncullah hal yang amat memusingkan kami ini, yaitu pengakuan Cu-moi bahwa ia tidak mungkin dapat menikah dengan aku atau dengan siapa pun juga."
"Eh, kenapa?" Giok Cu cepat menggulung lengan baju yang kiri dan memperlihatkan bintik merah di siku lengan kirinya kepada Lan Ci. "Karena inilah, So-so." Suaranya mengandung getaran sedih.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Itu..... bintik merah tanda keperawanan!" kata Sim Lan Ci yang segera mengenal tanda itu.
"Itulah, So-so." kata Han Beng. "Mengapa kami datang kesini. Pertama untuk berkunjung dan memperkenalkan calon isteriku, dan kedua untuk mohon pertolongan So-so. Sebagai puteri Ban"tok Mo-li, kami yakin So-so akan mengetahui pula obat untuk menghilangkan bintik merah itu."
"Bintik merah itu tidak mungkin dapat dihilangkan selamanya!" kata Lan Ci sambil mengerutkan alisnya, memandang dan meraba bintik merah di lengan itu.
"Maksud So-so.....?" Giok Cu terbelalak, terkejut dan heran.
"Selama engkau masih perawan, bintik merah itu tidak akan dapat lenyap atau dihilangkan dengan apa pun. Akan tetapi....." Lan Ci tersenyum lebar dan kedua pipinya yang putih halus itu berubah kemerahan. "Tanda itu akan hilang dengan sendirinya pada malam pertama pernikahan kalian, hi-hik."
Akan tetapi Giok Cu tidak tersenyum bahkan nampak berduka. "Hal itu aku sudah tahu, So-so, dan aku tahu pula bahwa sebulan kemudian setelah menikah aku akan mati dan tidak ada obat yang akan dapat menyelamatkan aku! Karena!
itu aku tidak mau menikah dengan Beng-koko. Untuk apa menikah dengan dia kalau sebulan kemudian aku harus meninggalkan dia selamanya dan membuat dia berduka?"
"Ahhh" Aku tidak pernah mendengar akan hal itu!
Setahuku, tanda keperawanan itu tidak dapat dilenyapkan, akan tetapi akan lenyap dengan sendirinya pada malam pengantin yang pertama
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Subo sendiri yang mengatakan demikian, dan ia adalah seorang ahli racun. Mungkin hal itu ia rahasiakan darimu, So-so."
"Hemmm, aku tidak yakin. Dahulu memang ia ingin memberi tanda itu dilenganku, akan tetapi aku menolaknya.
Kalau memang benar akibatnya bukan hanya lenyapnya tanda di malam pengantin, akan tetapi juga membunuh sebulan kemudian, untuk apa dahulu ia ingin memberi tanda itu kepadaku, anaknya sendiri" Tak mungkin ia ingin melihat aku mati setelah sebulan menikah."
"Tentu ia memiliki obat pemurahnya, dan akan memberikan obat itu kepadamu, So-so."
Lan Ci mengerutkan alsinya, mengangguk-angguk.
"Hemmm...... mungkin juga kalau begitu....."
"So-so," kata Han Beng. "Kalau So-so tidak mempunyai obat pemunahnya, kami ingin mohon sebuah pertolongan lagi kepada So-so, harap So-so tidak menolaknya."
Melihat sikap yang serius dari pemuda itu, Sim Lan Ci menatap wajahnya dengan penuh perhatian. "Tentu saja, Adikku. Tentu saja aku akan dengan sukahati menolong kalian kalau aku mampu melakukannya!"
"Begini, So-so. Setelah kami dijodohkan oleh dua orang guru kami kemudian aku mendengar pengakuan Giok Cu tentang bintik merah itu, kami segera mencari Ban-tok Mo-li di tempat tahanan. Akan tetapi, malam hari itu juga ia ternyata telah berhasil lolos dari tahanan dan melarikan diri. Kami sudah berusaha melakukan pengejaran dan pencarian jejaknya, namun hasilnya sia-sia belaka. Oleh karena itulah, kami mohon petunjuk So-so. Kemana kiranya kami harus mencari Ban-tok Mo-li, karena mungkin saja So-so
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mengetahui atau setidaknya dapat menduga kemana ia pergi bersembunyi.
Berkata demikian, Han Beng menatap wajah so-sonya dengan penuh perhatian. Juga Giok Cu memandang kepada wanita itu penuh harapan.
Sim Lan Ci menolehdan bertukar pandang dengan suaminya. Hanya sebentar, lalu wanita itu memandang Giok Cu.
"Adikku, andaikata aku dapat menunjukkan tempat di mana adanya Ban-tok Mo-li dan engkau pergi menemuinya, lalu apa yang akan kaulakukan?"
"Kami akan minta agar ia suka memberikan obat pemunah untuk melenyapkan bintik merah yang mengancam nyawa calon isteriku!" kata Han Beng penuh semangat.
"Andaikata ia tidak mau memberikan, lalu apa yang akan kalian lakukan?"
"Kami akan..... akan....." Han Beng menghentikan kata-katanya, lalu saling pandang dengan Giok Cu. Gadis itu menggeleng kepalanya dengan senyum sedih, dan ia yang melanjutkan ucapan Han Beng tadi. "Kami hanya akan mohon pertolongan bekas guruku itu. Ia telah membunuh Ayah Ibuku, bahkan hampir membunuhku, dan sebaliknya ketika aku mengalahkannya, aku tidak membunuhnya. Mungkin saja ia akan memberikan obat pemunah itu. Akan tetapi andaikata ia berkeras tidak mau, kami pun tidak akan dapat berbuat apa-apa. Semoga Thian mengampuni semua dosanya!" Giok Cu merangkap kedua tangan di dada, teringat akan nasihat yang seringkali diberikan Hek-bin Hwesio kepadanya.
"Benar kata Giok Cu," sambung Han Beng. "Kalau memang Thian menghendaki demikian, kami tidak akan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menikah, akan hidup bersama seperti kakak adik, tak terpisahkan lagi sampai mati. Kami berdua tidak akan menikah dengan orang lain. Itu merupakan sumpah batin kami berdua!"
Suami isteri itu memandang dengan hati terharu sekali.
Sepasang mata Sim Lan Ci menjadi basah air mata. "Adik-adikku yang budiman, aku percaya kepada kalian. Dan andaikata kalian terlupa dan sampai membunuh Ibuku sekalipun, aku tidak akan menyesal karena memang apa yang telah dilakukan Ibuku terhadap Adik Giok Cu sudah melewati batas. Nah, Adik-adikku, tak jauh dari sini terdapat nikouw yang tinggal di kuil. Mari kuantar kalian." Sim Lan Ci bangkit berdiri.
"Aku juga ikut." kata pula Coa Siang Lee. Mereka berempat lalu keluar dari rumah itu. Lan Ci mencari puteranya, akan tetapi anak itu tidaknampak di luar.
"Tentu dia bermain di rumah tetangga." kata Siang Lee.
Karena menghadapi urusan penting, mereka lalu pergi mendaki bukit yang berada di luar dusun itu. Dari bawah bukit sudah nampak tembok kuil itu. Tak lama kemudian, tibalah mereka di kuil itu, disambut oleh seorang nikouw muda.
"Beritahukan kepada Lo-nikouw yang bertapa di ruangan belakang bahwa kami ingin datang berkunjung," kata Lan Ci.
Tanpa menjawab, nikouw itu hanya mengangguk, memberi hormat dengan membungkuk lalu pergi ke dalam kuil. Tak lama kemudian ia kembali sikapnya yang lembut dan hormat.
"Lo-subo (Ibu Guru Tua) mempersilakan Cu-wi (Anda Sekalian) masuk saja. Beliau sedang berada di taman belakang."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan jantung berdebar Giok Cu dan Han Beng mengikuti suami isteri itu yang agaknya sudah mengenal baik tempat itu.
Mereka memasuki taman dan melihat seorang nikouw tua duduk diatas bangku, memangku seorang anak kecil laki-laki.
"Thian Ki! Engkau sudah berada disini?" seru Coa Siang Lee.
Anak itu melompat turun dari atas pangkuan nikouw tua, lalu berlari menghampiri ayah ibunya. "Habis, Ayah dan Ibu tidak memperkenankan aku masuk menemui tamu, maka aku lari ke sini untuk bermain dengan Bo-bo (Nenek)!"
"Mari kita keluar, Thian Ki. Biarkan Nenek bicara dengan Paman dan Bibi.' kata Siang Lee sambil memondong anaknya. Isterinya juga ikut keluar setelah mengangguk ke arah nikouw tua itu yang masih duduk dengan sikap tenang sekali.
Kini tinggal mereka bertiga di situ, di taman yang sunyi. Han Beng dan Giok Cu berdiri di depan nikouw tua yang masih duduk di atas bangku. Seorang pendeta wanita gundul yang berwajah cantik dan masih nampak manis walaupun usianya sudah mendekati enam puluh tahun! Dan sekali pandang, Han Beng dan Giok Cu mengenal wajah itu. Wajah Ban-tok Mo-li tanpa bedak dan gincu! Sungguh menggelikan, juga mengherankan melihat tokoh sesat yang baru saja menjadi ketua Thian-te-pang, kini tiba-tiba saja telah menjadi seorang pendeta wanita yang gundul, dengan sikap demikian tenang dan lembut, seolah-olah serigala itu kini benar-benar telah berubah menjadi domba!
"Ban-tok Mo-li.....!" Hampir berbareng Han Beng dan Giok Cu menyebut nama itu. Nikouw itu tersenyum dan merangkap kedua tangan di depan dadanya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Omitohud....., akhirnya kalian dapat juga menemukan pin-ni (aku). Kalau Tuhan sudah menghendaki, pin-ni juga tidak akan menghindar lagi. Akan tetapi jangan kalian memaksa pin-ni untuk menjadi orang tahanan karena hal itu akan mencemarkan agama. Kalau kalian ingin membunuh pin-ni, nah, lakukanlah. Pin-ni tidak akan melawan, bahkan akan menerimanya dengan gembira sebagai penebusan sebagian daridosa pin-ni yang lalu."
Giok Cu melangkah maju dan mem-beri hormat. "Subo....."
"Giok Cu, engkau masih suka menyebut pin-ni dengan sebutan itu?" Nikouw tua itu tersenyum, wajahnya membayangkan kelembutan hati.
"Tee-cu (Murid) tidak mau menyebut Ban-tok Mo-Ii sebagai guru, akan tetapi Su-bo adalah seorang nikouw yang telah menginsafi dosa dan hendak menebusnya dengan kehidupan yang saleh. Subo, kedatangan teecu ini hanya untuk mohon pertolongan Subo....."
Wajah itu berseri dan nampaknya gembira bukan main.
"Bagus, makin banyak yang dapat kulakukan untuk menolongrnu, makin baik, Giok Cu, karena hal itu pun berarti akan meringankan dosa-dosaku! Nah, katakanlah, apa yang dapat pin-ni lakukan untukmu?"
Giok Cu menyingsingkan lengan bajunya dan
memperlihatkan bintik merah itu kepada Ban-tok Mo-li yang kini dikenal dengan sebutan Lo Nikouw saja
"Subo, tee-cu hanya mohon agar Subo suka memberi obat pemunah untuk bintik merah ini."
Nikouw itu memandang ke arah bintik merah itu, kemudian kepada wajah Giok Cu dan ia menahan ketawanya, tersenyum lebar dan seperti orang yang merasa geli hati. "Ehhh"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Kenapa" Itu tanda keperawananmu. Kalau engkau menikah akan hilang sendiri!"
"Memang kami hendak menikah, Su-bo. Mohon doa restu Subo," kata Giok Cu.
"Omitohud.....! Kiong-hi, kiong-hi, semoga Tuhan memberkahi kalian dengan keturunan yang baik seperti Cucuku Thian Ki!"
"Tapi Subo. Bagaimana mungkin tee-cu mendapatkan keturunan kalau setelah menikah, dalam waktu sebulan teecu akan mati karena racun di lengan ini?"
"Omitohud! Siapa yang bilang begitu?"
"Subo sendiri! Dahulu ketika teecu berusia sepuluh tahun dan Subo menusukkan jarum sehingga timbul bintik merah ini, Subo mengatakan bahwa kalau keperawanan teecu hilang, maka bintik merah ini akan lenyap pula, akan tetapi akibatnya sebulan kemudian teecu akan mati dan tidak ada obat yang akan mampu menolong teecu."
"Omitohud.....semoga Sang Buddha mengampuni hambanya....." Nikouw tua itu menutupi mulut dengan lengan bajunya yang lebar untuk menyembunyikan tawanya. Ia nampaknya geli sekali. kemudian, setelah tawanya yang disembunyikan itu mereda, ia memandang pada Giok Cu dengan sinar mata lembut.
"Muridku, anak yang baik. Maafkanlah. Dosa pin-ni memang bertumpuk-tumpuk. Apa yang pin-ni katakan dahulu semuanya bohong belaka. Pin-ni memberimu tanda merah dan mengancam dengan kematian itu karena pin-ni merasa kecewa dengan perginya Suci-mu Sim Lan Ci yang menjadi isteri Coa Siang Lee. Pin-ni tidak ingin kehilangan engkau, maka pin-ni sengaja memberi tanda keperawanan itu dengan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ancaman agar engkau tidak berani menikah sebelum ada ijin dari pin-ni. Memang pi-ni jahat sekali, Giok Cu. Pin-ni menyesal sekali. Akan tetapi, mengenai ancaman kematian pada tanda keperawanan itu pin-ni hanya berbohong. Kalau engkau ingin menikah, lakukanlah dengan restu pin-ni, dan jangan khawatir. Engkau tidak akan kehilangan nyawa, hanya akan kehilangan tanda bintik merah saja!"
Bukan main lega dan girangnya rasa hati dua orang muda itu. Mereka percaya kepada keterangan ini, pertama karena tadi pun Sim Lan Ci sudah berkata demikian, dan kedua karena setelah kini Ban-tok Mo-li menjadi nikouw, sikap dan kata-katanya sangat menyakinkan.
Betapapun juga, ketika Giok Cu menatap wajah bekas gurunya itu, nenek itu melihat keraguan di pandangan mata bekas muridnya.
"Omitohud..... engkau masih ragu, Giok Cu" Apa gunanya pin-ni menggunduli rambut dan menjadi nikouw, kalau pin-ni masih suka berbohong" Tenangkan hatimu dan menikahlah kalian!"
Nikouw itu lalu merangkap kedua tangan, mulutnya berkemak-kemik membaca doa lalu meningalkan mereka yang memberi hormat dengan membungkuk. Setelah nikouw itu memasuki kuil dari pintu belakang, Han Beng merangkul kekasihnya. Giok Cu juga merangkulnya. Keduanya tidak berkata apa-apa, akan tetapi suatu kebahagiaan dan kelegaan menyusup ke dalam jantung mereka. Ketika mereka menceritakan hal itu kepada Siang Lee dan Lan Ci, suami isteri ini merasa bergembira sekali.
"Siauw-te (Adik), keluargamu hanya kami, maka kami yang wajib merayakan pernikahan kalian."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aih, Toako, kami hanya membikin repot saja.....!" bantah Han Beng.
"Tidak! Engkau harus menerimanya Beng-te. Ingat, bukankah aku ini Kakakmu, pengganti orang tuamu" Engkau harus taat!" kata Siang Lee.
"Dan engkau juga Sumoiku, Adik Giok Cu. Engkaupun sepatutnya mentaati permintaanku, yaitu kalian harus melaksanakan pernikahan di sini, dan kami yang akan merayakannya1" kata pula Sim Lan Ci.
Tentu saja Giok Cu dan Han Beng merasa gembira bukan main.Karena suami isteri itu mendesak agar pernikahan segera dilangsungkan, maka mereka tidak sempat lagi untuk memberi kabar kepada Pek I Tojin dan Hek-bin Hwesio yang merantau ke Gunung Thai-san. Mereka mengambil keputusan untuk kelak saja setelah menikah mencari guru-guru mereka untuk memberitahu dan mohon doa restu mereka.
Pernikahan dilangsungkan dengan sederhana di dusun tempat tinggal Coa Siang Lee, namun cukup meriah walaupun hanya dihadiri para tetangga. Biarpun hanya sederhana, namun sebentar saja dunia kang-ouw sudah mendengar belaka berita itu, bahwa Huang-hoSin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning) telah menikah dengan pendekar wanita Bu Giok Cu yang namanya mulai dikenali
*** Han Beng dan Giok Cu merasa berbahagia sekali ketika melihat bahwa tanda bintik merah di bawah siku lengan kiri Giok Cu benar-benar lenyap setelah malam pengantin pertama. Mereka hidup penuh kemesraan, dan Coa Siang Lee dengan isterinya sengaja menyewakan sebuah rumah mungil untuk mereka berdua agar mereka dapat
berpengantinan.tanpa ada gangguan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Sepasang pengantin itu sudah yakin akan kebenaran keterangan Lo Nikouw maka mereka tidak pernah merasa was-was. Bahkan setelah batas waktu satu bulan itu makin mendekat, mereka sama sekali tidak mempedulikan, sama sekali tidak merasa khawatir. Dan memang, ternyata setelah lewat sebulan, tidak pernah terjadi apa-apa! Kesehatan Giok Cu sama sekali tidak terganggu, bahkan! ia nampak segar dan sehat, dengan kedua pipi kemerahan dan wajah yang mengeluarkan cahaya berseri, bagaikan setangkai bunga yang sedang mekar-mekarnya!
Akan tetapi, ketika sebulan lewat beberapa hari, Giok Cu mulai merasakan suatu kelainan, la sering merasa pening!
Ketika ia memberitahukan hal ini kepada suaminya, tentu saja Han Beng menjadi pucat pasi. Jangan-jangan ancaman itu sedang berlangsung sekarang! Makin hari, keadaan Giok Cu semakin gawat. Bukan saja ia merasa pening bahkan seringkali merasa mual dan muntah-muntah! Tentu saja Han Beng menjadi semakin bingung.
Akhirnya, mereka yang tadinya masih segan dan rikuh untuk memberitahu kepada Sim Lan Ci karena khawatir kalau wanita itu tersinggung, tidak peduli lagi dan mereka pergi ke rumah Siang Lee. Mereka tidak dapat menahan lagi kekhawatiran hati mereka karena kini sudah dua hari Giok Cu tidak suka makan, setiap kali dicobanya makan selalu muntah.
Itu tanda keracunan! Siang Lee dan Lan Ci menyambut mereka dengan heran karena wajah pengantin baru itu tampak tegang dan cemas.
Padahal mereka baru hampir dua bulan menjadi pengantin.
Begitu bertemu dengan Lan Ci, Giok Cu langsung merangkulnya dan menangis.
"Eiiittt..... ada apa ini" Apakah kalian yang baru menikah dua bulan sudah bertengkar" Terlalui" Lan Ci mengomel.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Akan tetapi Giok Cu yang merangkulnya menggeleng kepala dan terus menangis.
"Sssssttt..... Beng-te. Ada apakah isterimu itu?" Siang Lee mendekati Han Beng dan berbisik.
Dengan wajah penuh kegelisahan, Han Beng menjawab.
"Celaka, Toako. Agaknya ancaman itu bukan bohong belaka Isteriku.....Giok Cu..... selama beberapa hari ini memperlihatkan gejala yang amat mengkhawatirkan.....
pusing, mual dan muntah, tanda-tanda keracunan....." ,
"Ehhhhh?" Siang Lee memandang kepada isterinya yang masih ditangisi Giok Cu. Lan Ci juga mendengar laporan Han Beng tadi, dan ia berkata kepada suaminya. "Cepat sana, panggil Cui-ma! Cepat!"
"Baik.....!" kata Siang Lee dan ia pun cepat lari keluar.
Han Beng mendekati Lan Ci. "So-so, bagaimana ini"
Isteriku....." "Tenanglah, Kakakmu sedang mengundang Cui-ma."
"Siapa itu Cui-ma (Ibu Ma)?"
"la tabib yang paling pandai untuk mengobati penyakit keracunan macam ini." kata Lan Ci sambil menahan senyum.
Han Beng mengerutkan alisnya. Kenapa kini sikap Lan Ci demikian" Seperti main-main, seolah gembira melihat ancaman maut atas diri Giok Cu! Jangan-jangan puteri Ban-tok Mo-li ini.....! Ah, hampir dia menampar muka sendiri ketika merasa betapa gilanya pikiran jahat timbul. Pada saat itu, Siang Lee sudah kembali sambil menarik lengan seorang nenek yang usianya sudah ada tujuh puluh tahun, kurus akan tetapi masih gesit. Nenek itu tertawa-tawa dengan mulut yang tak bergigi agi.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hayaaa..... apa-apaan ini orang tua diseret-seret" Siapa yang harus kuperiksa?"
"Ini, Cui-ma. Pengantin baru ini yang sakit. Cepat periksa di kamarku!" Lan Ci merangkul Giok Cu, diajak masuk ke dalam kamar, diikuti nenek itu yang jalannya terpincang-pincang. Han Beng mengerutkan alisnya. Nenek itu sama sekali tidak meyakinkan sebagai seorang tabib ampuh! Dia menunggu di luar kamar, duduk di kursi dengan alis berkerut.
Dia berterima kasih kepada Siang Lee yang tidak mengajaknya bicara karena dia enggan bicara pada saat menegangkan seperti itu. Tak lama kemudian, terdengar suara Lan Ci tertawa dan ia nampak keluar bersama Giok Cu, diikuti pula oleh nenek itu.
"Bagaimana" Bagaimana keadaannya" Parahkan?" tanya Han Beng sambil meloncat berdiri dan memegang lengan isterinya.
"Parah!" kata Lan Ci yang tertawa-tawa. "Memang benar Giok Cu telah keracunan! Keracunan cinta sehingga ia mengandung sebulan lebih!"
"Meng..... mengandung.....?"!" Han Beng berteriak dan mendengar teriakan suaminya, Giok Cu mengangkat muka.
Mereka saling pandang, lalu mereka mengeluarkan suara setengah menangis setengah tertawa, dan mereka saling rangkul dalam pelukan yang ketat. Mereka berciuman di depan Siang Lee, Lan Ci,! dan nenek itu tanpa mengenal malu lagi.
Nenek itu sampai terjongong. la sudah berpengalaman lima puluh tahun, sudah banyak melihat kegembiraan pada wajah calon ayah dan ibu yang mendengar berita baik ini, akan tetapi baru sekarang ini ia melihat calon ayah dan calon ibu demikian
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
gembiranya sampai berpelukan dan berciuman sambil menangis dan tertawa!
Nenek itu tidak tahu. Akan tetapi Siang Lee dan Lan Ci tahu. Mereka pun tertawa dengan kedua mata basah. Mereka tahu bahwa Han Beng dan Giok Cu bukan saja berbahagia mendengar bahwa mereka akan memperoleh seorang keturunan, akan tetapi juga berbahagia karena kini mereka yakin bahwa tidak ada bahaya apa pun mengancam nyawa Giok Cu! Mereka tidak sedang menghadapi bahaya maut atau bahaya apa pun,bahkan menghadapi peristiwa yang amat membahagiakan. Mereka akan menerima ganjaran yang tak ternilai harganya.
Seorang anak! Fajar kehidupan baru mulai menyingsing bagi suami isteri ini, dan tidak atau belum nampak awan hitam di angkasa!
Sampai di sini, pengarang mengakhiri kisah ini dengan harapan semoga ada manfaatnya bagi para pembaca, dan sampai jumpa di lain kisah.
Lereng Lawu, akhir Januari 1984.
TAMAT Pendekar Lembah Naga 25 Angrek Tengah Malam Seri Pendekar Harum Karya Khu Lung Elang Terbang Di Dataran Luas 8