Pencarian

Panji Akbar Matahari Terbenam 4

Panji Akbar Matahari Terbenam Seri 3 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Bagian 4


Gong mulai bergerak-gerak, dia berpikir, "Bagaimanapun juga aku tidak akan melepaskanmu, aku akan menjepitmu sampai mati!"
Sebenarnya pada saat Shen Tai Gong terjepit, dia merasa tulang dan syaraf-syaraf seluruh tubuhnya hampir putus, apalagi beban badan Ge La Tu ada di pundaknya. Dengan cepat Shen Tai Gong lari.
Punggung Ge La Tu menghadap keluar. Dia badannya bergerak turun ke bawah. Dia berpikir kali ini dia pasti akan celaka.
Bagaimanapun juga Shen Tai Gong tidak boleh dilepas begitu saja, tapi Shen Tai Gong sudah bersalto dan membuat kepala Ge La Tu beradu dengan papan panggung dan terbanting lagi ke bawah panggung.
Di bawah panggung memang tidak ada bebatuan tapi merupakan tanah keras. Karena terjatuh, Ge La Tu terpaksa melepaskan jepitannya, dia segera pingsan, ujung kaki Shen Tai Gong menotol tubuh Ge La Tu dan naik ke panggung!
Kedua kaki Shen Tai Gong tidak mengenai tanah, dia menggunakan rubuh Ge La Tu untuk tempat berpijak dan naik kembali ke atas panggung. Bila dia bisa kembali lagi ke panggung, dia tidak dihitung kalah. Tapi sayang, Shen Tai Gong sudah sangat lelah karena dijepit oleh Ge La Tu. Dia menginjak badan Ge La Tu untuk naik, dalam jarak kurang dari 15 sentimeter dia bisa naik tapi tubuhnya malah merosot ke bawah!
Kedua tangan Shen Tai Gong langsung mencengkram sisi panggung. Dengan sekuat tenaga dia mengayunkan tubuhnya. Akhirnya dia berhasil naik ke panggung, tubuhnya tampak tidak stabil dan dia berjalan terhuyung-huyung, tapi dia tidak terbanting ke bawah. Penonton bersorak. Teriakan mereka seperti guntur, tidak berhenti dalam waktu lama! Wajah Paneran Jin berubah menjadi berwarna hijau pucat karena marah. Xia Hou Lie berdiri dan berkata, "Pak tua tadi sudah terbanting ke bawah."
Jawab Long Zhai Tian, "Tapi kakinya tidak mengenai tanah, berarti dia tidak dihitung kalah!"
Luo Tong Bei menyambung, "Tapi si keledai bodoh itu pingsan di bawah panggung, apakah matamu buta?"
Xia Hou Lie berteriak, "Kalian licik!" . Shen Tai Gong yang berada di atas panggung tertawa dan berkata, "Apakah pertarungan ini hanya beradu ilmu silat tapi tidak beradu kepintaran?"
Terdengar Shi Wen Sheng berteriak lagi, "Hasil babak keempat" Dia mendekat. Shen Tai Gong yang masih berusaha tersenyum walaupun kesakitan. Berarti dia berhasil memenangkan babak ini.
Tapi karena kaki kirinya tertembak biji tasbih, kakinya langsung terasa lemas. Dia ingin menggapai Shi Wen Sheng untuk berdiri. Shi Wen Sheng malah mengira Shen Tai Gong akan menyerangnyaa. Dan dia membalikkan tangan dan mendorong Shen Tai Gongi Shen Tai Gong tidak bisa berdiri tegak dan diapun terbanting ke bawah panggung.
Shi Wen Sheng dengan kaget berteriak, "Tetua Shen"
Shen Tai Gong terjatuh ke bawah panggung. Penonton segera mengeluarkan suara menyayangkan. Sifat Shen Tai Gong sangat terbuka. Bukan karena Shi Wen Sheng mendorongnya dia marah.
Dia memegang tiang dan berusaha bangun. Ge La Tu sudah siuman. Tubuh biksu ini benar-benar kuat. Shen Tai Gong tertawa, "Jangan -menyalahkanku, aku juga tidak menang. Kita seri. Tapi tadi pagi kau menyerangku dengan tiba-tiba, sekarang ?aku telah membantingmu seperti kura-kura. Kita impas!"
Terdengar Shi Wen Sheng dari atas panggung sudah berteriak, "Pihak Song dan pihak Jin bertarung. Dari pihak Song diwakili oleh Shen Tai Gong. Dari pihak Jin diwakili oleh Ge La Tu. Tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang, berarti babak ini seri."
Penonton ribut karena menyayangkan hasilnya.
Pangeran Jin dan Xia Hou Lie melihat Shen Tai Gong tidak menang, mereka tidak banyak berbicara lagi.
Terdengar Shi Wen Sheng berkata, "Akhir pertarungan sampai babak keempat adalah, pihak Song menang dua babak dan seri 2 babak. Jika menang satu babak lagi, maka pihak Song akan menang."
Pertarungan hanya terdiri dari 7 babak.
Bila berhasil memenangkan satu babak lagi, maka negara Song akan menang. Kelihatannya dari pihak Jin hanya tersisa
Pangeran Jin dan Xia Hou Lie. Mereka sangat tenang dan bagaimana dengan pihak Song"
Hanya ada Wo Shi Shui yang sudah terluka, Hua Hui Bu Tong, dan Luo Tong Bei.
Memikirkan hal ini, tangan Long Zhai Tian terasa dingin. Luka di dadanya semakin terasa sakit. Keringat dingin terus keluar. Terdengar Shi Wen Sheng berteriak lagi, "Pihak Song dan pihak Jin bertarung, babak kelima"
Kata-katanya belum selesai, dari kiri dan kanan panggung sudah ada 2 bayangan orang seperti awan hitam muncul di atas panggung. Pada waktu bayangan kedua itu mendarat di atas panggung, suara kelepak baju terdengar. Mereka sudah bertarung 12 jurus.
0-0-0 BAB 16 Pahlawan bertarung dengan darah
Bayangan itu berpisah. Penonton belum bisa melihat dengan jelas siapakah kedua orang yang sedang bertarung itu.
Hanya terdengar suara angin pukulan dan bayangan yang sedang bergerak lalu kemudian berhenti. Kedua laki-laki itu seperti dewa yang baru turun dari langit, sekarang saling berhadapan dan saling memandang.
Yang satu adalah orang Qi Dan, memakai baju Qi Dan. Yang satu memakai baju hitam-ketat.
Itulah Xia Hou Lie dan Wo Shi Shui. Terdengar Xia Hou Lie berkata, "Baik sekali!"
Dengan dingin Wo Shi Shui berkata, "Apa yang baik?"
"Ilmu silat, fisik, dan keberanian," jawab Xia Hou Lie.
Wo Shi Shui masih ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba dia membuka mulutnya. Darah keluar dari mulutnya. Ternyata tadi pagi, di sisi sungai Huai He, Wo Shi Shui sempat dipukul Xia Hou Lie. Pundaknyapun ditusuk oleh Qian Li Hua.
Tusukan Qiao Li Hua, untuk seorang laki-laki besi seperti Wo Shi Shui bukan apa-apa, tapi pukulan Xia Hou Lie, membuatnya terluka dalam, tidak ada seorangpun yang pernah bisa berdiri lagi setelah dipukul oleh Xia Hou Lie.
Mungkin untuk berdiripun sudah tidak sanggup.
Tapi Wo Shi Shui dalam kurun waktu 2 hari berturut-turut terkena pukulan Xia Hou Lie sebanyak 2 kali! sekarang Wo Shi Shui masih belum roboh.
Tapi pertarungan yang berlangsung seperti kilat tadi, dalam 12 jurus telah membuat luka dalam Wo Shi Shui kambuh lagi ketika dia ingin bicara, tapi yang keluar malah darah.
Sejak kecil tubuh Wo Shi Shui memang sangat kuat, berbeda dengan orang lain, dia pernah mengalami kejadian aneh dan sempat mendapatkan obat langka mengobati lukanya. Karena alasan itulah maka tubuhnya sangat kuat. Tidak semua orang biasa bisa menandinginya.
0-0-0 Sesudah Wo Shi Shui muntah darah dia menghela nafas dan berkata, "Jangan banyak bicara lagi!"
"Kau seorang laki-laki sejati. Aku akan membantumu," kataXia Hou Lie.
"Tidak perlu, aku masih bisa bertahan hidup," seru Wo Shi Shui.
"Tapi sayang, kau tidak akan bisa hidup sampai 15 menit kemudian," Xia Hou Lie menggelengkan kepala.
"Kita harus bertarung dulu baru akan tahu hasil akhirnya," Wo Shi Shui tertawa dengan dingin.
"Walaupun aku berniat membantumu, tapi sekarang sudah tidak bisa," Xia Hou Lie tiba-tiba bicara seperti itu.
"Oh ya?" Wo Shi Shui merasa aneh dengan perkataannya.
"Karena..." Xia Hou Lie menarik nafas panjang.
Wo Shi Shui masih mendengarkan. Dengan ringan Xia Hou Lie melanjutkan lagi, "Aku berniat untuk membunuhmu dan akan segera membunuhmu."
Sambil bicara seperti iut dia sudah menyerang dengan 34 jurus andalannya.
34 jurusnya adalah ilmu silat yang perubahan nya susah diduga.
Wo Shi Shui sudah. tidak sanggup menerima serangannya. Dengan kondisi tubuhnya yang sekarang, dia tidak bisa menyambut satu juruspun.
0-0-0 Wo Shi Shui berpikir dia tidak akan sanggup menyambut semua serangan Xia Hou Lie.
Kalau tidak bisa, tentu saja jangan disambut. Ini adalah prinsip Wo Shi Shui.
Wo Shi Shui memukul dengan kepalannya.
Hei Hu Tou Xin (harimau hitam mencuri hati).
Dalam ilmu silat, jurus itu adalah jurus paling umum dan paling mudah dilakukan, setiap orang pasti bisa melakukannya.
Tapi saat jurus ini dikeluarkan, tampak ada satu keistimewaannya.
Melancarkan jurus Hei Hu Tou Xin dengan sempurna, harus cepat, tepat dan ganas.
Walaupun Xia Hou Lie menyerangnya dengan jurus apapun atau dengan 34 jurus andalan menyerangnya secara bertubi-tubi, Xia Hou Lie tetap tidak akan bisa menghiraukan jurus ini.
Jurus yang paling sederhana seringkali merupakan jurus yang paling berguna.
0-0-0 Bayangan kepalan segera menghilang.
34 jurus serangannya berubah menjadi bayangan tubuh. Dengan cepat bayangan itu mundur.
Untuk mematahkan jurus Hei Hu Tou Xin, dia melakukan 34 tendangan.
Xia Hou Lie tidak bergerak. Walaupun penonton terus melihatnya, orang itupun tidak akan tahu. Dia telah menendang 34 kali tendangan yang hebat dan ganas.
Hanya Xia Hou Lie bisa memberikan jawabannya, satu kali tendangannya sama dengan menendang mati seekor kuda Qi Dan yang gagah. Apalagi bila menendang orang.
Wo Shi Shui tidak berusaha menghindar.
Dia membalikkan tangan. Dengan jurus Hai Ti Lao Yue (Dasar laut, menjaring bulan), dia mencengkram kaki Xia Hou Lie dengan tangannya.
Jurus Hai Ti Lao Yue sangat sederhana. Orang yang baru belajar ilmu silat juga dalam waktu setengah hari bisa langsung menguasainya. Tapi begitu jurus itu dilancarkan, seekor nyamuk yang lewatpun bisa ditangkap olehnya tapi tidak melukai kaki atau sayap nyamuk itu.
Jurus ini pasti dimiliki setiap perkumpulan tapi tidak ada orang yang bisa menguasainya sempurna seperti Wo Shi Shui.
Mengerti tidak akan gunanya, mengerti kapan bisa dipakai baru tahu bahwa jurus itu sangat berguna.
0-0-0 Semua bayangan tendangan tiba-tiba menghilang.
Xia Hou Lie sudah berada di belakang Wo Shi Shui.
Entah dengan cara apa Xia Hou Lie menghindar, nyatanya sekarang Xia Hou Lie sudah berada di belakang Wo Shi Shui dan sudah menyerang dengan telapak tangannya.
Wo Shi Shui seperti tahu Xia Hou Lie akan menghampiri ke belakangnya. Dia menolehkan kepalanya dan siap memukul.
Du Pi Hua Shan (Membelah Hua Shan).
Jurus Du Pi Hua Shan, semua perkumpulan di dunia persilatan pasti memiliki jurus ini. Tapi setiap kali bertarung jarang ada yang menggunakan jurus ini, karena jurus ini terlalu kuno dan sudah terlalu tua.
Tapi Wo Shi Shui mengeluarkannya sekarang ini.
Walaupun Xia Hou Lie bisa menggetarkan Wo Shi Shui hingga organ tubuhnya hancur, tapi Wo Shi Shui jamin dia bisa membelah Xia Hou Lie menjadi 2 bagian.
Tentu saja Xia Hou Lie tidak mau sama-sama berkorban jiwa.
Di antara orang-orang Qi Dan, dia yang terkenal paling pemberani. Dalam usia 9 tahun, dia sudah bergulat dengan cheetah. Usia 10 tahun bisa menangkap harimau tapi selama ini dia belum pernah bertemu orang seperti Wo Shi Shui, sama-samatidak pernah merasa takut.
Kalau dia bisa menggetarkan Wo Shi Shui sampai organ dalamnya hancur, resikonya diapun akan terbelah menjadi dua, apa gunanya semua ini"
Karena itu dia menarik kembali tangannya kemudian berputar dan mengeluarkan lagi tangan yang lain untuk menahan telapak Wo Shi Shui!
Tapi waktu itu pukulan tangan kosong Wo Shi Shui tiba-tiba berubah.
0-0-0 Berubah menjadi jurus aneh, cepat, dan sadis.
Telapaknya berubah menjadi kepalan. Jarinya mematuk kemudian dari bentuk patukan berubah menjadi kaitan. Dari bentuk kaitan menjadi cakar. "He!" Dia sudah mencengkram tangan kanan Xia Hou Lie.
Pada waktu bersamaan, ilmu silat Xia Hou Lie pun berubah. Jurus Xia Hou Lie berubah dari telapak menjadi kepalan. Dengan sangat bertenaga dan cepat, dia mengeluarkan serangan. Jurus itu juga merupakan jurus Hei HuTouXin.
BUG, kepalan itu mengenai Wo Shi Shui.
Ini adalah ketiga kalinya Wo Shi Shui terkena pukulan dari Xia Hou Lie.
Sebenarnya bukan karena Wo Shi Shui tidak melihat jurus ini, melainkan karena dia mengira dia berhasil mencengkram tangan kanan Xia Hou Lie. Tangan Xia Hou Lie yang sudah terluka, pukulannya menjadi tidak bertenaga.
Tapi Wo Shi Shui segera mengetahui keadaan ini, dia telah salah tafsir dan melakukan kesalahan besar.
Karena kekuatan tubuh Xia Hou Lie tidak seperti yang diperkirakannya.
Beberapa kali melakukan perubahan, dia merasa sangat lelah. Cakar yang menusuk ke tangan Xia Hou Lie tidak berhasil membuat Xia Hou Lie terluka, apalagi untuk mematahkan tulang dan nadi. Kepalan tangan Xia Hou Lie mengenainya tanpa ampun.
Begitu terkena kepalan itu, Wo Shi Shui tidak mampu bertahan lagi dan diapun melayang keluar.
Melayang keluar dari panggung.
Xia Hou Lie tahu bahwa Wo Shi Shui tidak bertenaga lagi, maka diapun bertahan dengan tubuh terluka supaya bisa memukul Wo Shi Shui keluar dari arena pertarungan.
Perkiraan Xia Hou Lie tidak meleset.
0-0-0 Tidak, hanya melakukan sedikit kesalahan.
Memang Wo Shi Shui dipukul hingga melayang keluar dari panggung, tapi sebelum dia melayang, dia telah melakukan sesuatu.
Sebenarnya hal ini bukan merupakan hal penting yang harus diperhitungkan. Dia hanya mengencangkan kekuatan cakarnya.
Karena cakarnya dikencangkan, berarti tangan Wo Shi Shui dan tangan Xia Hou Lie saling berpegangan. Kalau Wo Shi Shui melayang, otomatis Xia Hou Lie terbawa.
Karena Xia Hou Lie masih menyayangi tangannya, dia tidak akan diam dan membiarkan tangannya putus.
Hanya dalam waktu singkat, Xia Hou Lie bisa memikirkan cara supaya dia tidak terbawa oleh Wo Shi Shui. Tapi Wo Shi Shui melakukan satu tindakan lagi.
Dia membuka mulut dan memuntahkan darah.
Darah menyembur ke wajah Xia Hou Lie.
Ini terjadi setelah Wo Shi Shui terkena pukulan Xia Hou Lie untuk ketiga kalinya, Wo Shi Shui menyembur wajah Xia Hou Lie dengan muntahan darahnya untuk kedua kali.
Darah menyemproti wajah Xia Hou Lie. Walaupun dapat menahan dengan tenaga dalamnya tapi Xia Hou Lie tetap merasa sakit dan tidak bisa membuka matanya
Waktu itu, mereka berdua sudah melayang keluar dari panggung dan terjatuh ke tanah
Xia Hou Lie telah melukai Wo Shi Shui dan dia mengira Wo Shi Shui kalah, karena itu dia menahan sakit dicakar Wo Shi Shui. Tapi dia tidak menyangka karena cakaran ini, telah membuatnya terjatuh dari panggung
Wo Shi Shui sudah memperhitungkan semua ini. Dia memilih mengorbankan tubuhnya supaya hasil akhir babak keempat adalah seri.
Pelan-pelan Xia Hou Lie membersihkan darah di wajahnya. Dalam hati dia berdoa, supaya jangan lagi bertemu musuh seperti Wo Shi Shui selamanya.
0-0-0 Wajah Wo Shi Shui sangat pucat. Bahkan untuk berdiripun sudah tidak sanggup.
Nafasnya terengah-engah, menggeser tubuhnya juga sangat sulit.
Tidak ada orang yang bisa menahan pukulan Xia Hou Lie, tapi dia sudah 3 kali menerima pukulan Xia Hou Lie. Shen Tai Gong yang sudah terluka, tergopoh-gopoh mendatangi dan segera memapahnya.
Terdengar Wo Shi Shui sambil tertawa kecut, .berkata, "Lao... Shen.. .aku.. .tidak.. .kalah.. .kan?"
Shi Wen Sheng yang berada di atas panggung berteriak lagi, "Pihak Song dan pihak Jin bertarung, hasil babak kelima, dari pihak Song diwakili Wo Shi Shui. Dari pihak Jin diwakili Xia Hou Lie. Mereka bersama-sama jatuh keluar panggung, maka hasil akhir pertarungan babak kelima adalah seri. Sampai sekarang pihak Song telah menang 2 babak, dan seri 3 babak. Masih ada 2 babak yang belum dipertandingkan"
0-0-0 Pada saat pertarungan antara Xin Wu Er dan Xi Wu Hou, penonton terus bersorak. Pada babak pertarungan antara Bao Xian Ding dan Wan Yan Zhu, penonton bergemuruh seperti guntur, pada pertarungan antara Shen Tai Gong dan Ge La Tu, penonton menahan tawanya karena tingkah laku Shen Tai Gong yang lucu. Terakhir Shen Tai Gong turun panggung dan Ge La Tu terbanting di bawah panggung. Mereka merasa masih ingin tertawa lagi.
Tapi begitu memasuki pertarungan antara Xia Hou Lie dan Wo Shi Shui, jurus-jurus yang mereka lakukan sangat cepat. Penonton sama sekali tidak bisa beraksi melihat mereka, bagaimana cara mereka bertarung. Hanya melihat ada bayangan yang berkelebat. Jurus-jurus mereka sangat sederhana. Kemudian terlihat Wo Shi Shui muntah darah. Xia Hou Lie tertarik hingga turun dari panggung. Walaupun penonton ingin bersorak tapi tidak tahu harus dimulai dari mana.
Hanya ada beberapa orang pesilat tangguh seperti Long Zhai Tian, Hua Hui Bu Tong, dan lainnya, pada saat melihat Wo Shi Shui dan Xia Hou Lie muncul, hati Imereka seperti digantung. Nafaspun menjadi sesak.
Babak ini sangat berbahaya, aneh, dan dalam waktu sangat singkat dilalui. Ini adalah pertarungan seperti lupa pada kematian.
0-0-0 Sewaktu Shi Wen Sheng meneriakkan babak keenam, Long Zhai Tian dan Luo Tong Bei bersama-sama berdiri!
Di dalam hembusan angin, alis dan rambut putih Long Zhai Tian melayang-layang. Dia melihat Shi Hu. Luo Tong Bei.
Kata Luo Tong Bei, "Pendekar Long, aku yang akan bertarung!"
Kata Long Zhai Tian, "Aku yang bertarung!"
"Aku akan mencari tahu dulu sampai di mana kemapuan ilmu silatnya. Jika aku kalah, Pendekar bisa menjadikan ini sebagai pengalaman untuk mengalahkan Jin Zhen Ying!"
Long Zhai Tian menggelengkan kepala, "Aku pernah bertarung dengannya, aku sudah tahu sampai di mana kemampuannya. Apakah kita bisa menang, semua diatur oleh Yang Di Atas. Jika kau naik dulu, kau akan menjadi korban yang tidak perlu dikorbankan."
Luo Tong Bei dengan cepat bicara, "Aku...."
Dengan serius Long Zhai Tian berkata lagi, "Jika aku kalah, kau harus mencari cara bagaimana mengalahkannya. Saat itulah, kau
harus mengusirnya dari panggung."
Terdengar dari atas ada suara dingin, "Siapa yang siap mengantarkan kematiannya" Apakah pihak Song sudah merundingkannya?"
Yang bicara adalah Pangeran Jin. Entah sejak kapan dia sudah naik ke atas panggung, tidak ada seorangpun yang tahu.
Alis dan kumis Long Zhai Tian melayang tertiup angin. Dia membalikkan tubuh kemudian melihat Pangeran. Dengan langkah tegap dia berjalan menuju panggung.
Begitu sampai di bawah panggung, hanya dengan melakukan sedikit gerakan dia naik ke atas panggung. Dia memberi hormat kepada Pangeran. Pangeran Jin melihat sikap Long Zhai Tian, diapun memembalas memberi hormat.
Tidak ada ilmu meringankan tubuh yang sangat tinggi, tidak ada ilmu silat yang kemampuannya selangit. Yang ada hanya langkah-langkah mantap dan wibawa yang tinggi.
Dari Pendekar Huai Bei, Long Zhai Tian.
0-0-0 Pangeran Jin melihat Long Zhai Tian, tiba-tiba dia berkata, "Sangat disayangkan."
"Apa yang disayangkan?" tanya Long Zhai Tian.
"Dengan kemampuan ilmu silat, kedudukanmu, kesetiaan, dan baktimu kepada negara, pihak Song seharusnya memperhatikan mu."
Long Zhai Tian tertawa dingin, "Seorang laki-laki sejati tidak membutuhkan kedudukan dan kekayaan. Pangeran tidak perlu mengatur hidupku."
Pangeran Jin tertawa, "Bagaimana dengan lukamu" Apakah kau bisa bertarung?"
Long Zhai Tian bergetar. Pangeran tertawa dingin dan berkata lagi, "Lebih baik kau ikut saja denganku. Hari ini aku bisa saja tidak membunuhmu dan bisa memberikan jabatan tinggi kepadamu. Aku jamin seumur hidupmu, tidak akan habis dipakai."
Penonton yang berada di bawah panggung tidak bersuara. Mereka diam menunggu saat kedua pesilat tangguh ini akan bertarung.
Long Zhai Tian tiba-tiba tertawa.
Sorot mata Pangeran Jin terlihat aneh dan bertanya, "Apa yang kau tertawakan?"
Long Zhai Tian tertawa, "Jangan mimpi. Putra negara Song tidak akan mau mengalah terlebih dulu!"
Sudut mulut Pangeran Jin tampak bergerak. Terasa dia sudah mengeluarkan hawa membunuh yang sadis, membuat orang merasa gentar melihatnya.
Waktu itu, cahaya memenuhi langit, naga sudah keluar dari sarangnya. Pedang Long Zhai Tian sudah keluar dari sarungnya!
0-0-0 Long Zhai Tian sudah menusuk.
Tiba-tiba Pangeran Jin terbang. Dia bergerak seperti sehelai daun kering bisa menghindari tusukan itu. Satu kali tidak mengenai sasaran, Long Zhai Tian menusuk sekali lagi.
Anehnya gerakan menusuk itu sangat lamban. Tapi wajah Pangeran Jin tampak berubah.
Dia pelan-pelan menggeser tubuhnya.
Waktu itu, pedang Long Zhai Tian tiba-tiba bergerak cepat. Cepat seperti kilat! Tubuh Pangeran Jin juga seperti kilat meloncat menghindar. Kali inipun dia masih bisa menghindar.
Long Zhai Tian meloncat, tiba-tiba dia membalikkan tubuh. Dengan cepat menusuk lagi!
Pangeran Jin dengan cepat turun. Setiap tusukan tidak bisa mengenai sasaran.
Pedang mulai bergerak pelan.
Wajah Pangeran terlihat sangat serius. Pelan-pelan dia menggeser kakinya!
Pedang baru saja menusuk setengah, gerakan Long Zhai Tian tiba-tiba dipercepat.
Tusukan ini dilakukan dengan miring. Perubahan gerakan Pangeranpun dilakukan, tiba-tiba dengan cara berbahaya Pangeran Jin menghindari tusukan dari Long Zhai Tian.
Ilmu silat Long Zhai Tian dilakukan sekali cepat, sekali lambat. Dia mencoba memahami gerakan pangeran dan pikiran ini dipikirkan Long Zhai Tian cukup lama. Hal ini dilakukan Long Zhai Tian supaya Pangeran' Jin tidak bisa mengeluarkan jurus Qing Yan Zhang yang dasyat!
Ilmu ini seperti musik, seperti air mengalir.
Satu kali cepat, satu kali lambat. Dengan irama musik menguasai orang lain.
Walaupun illmu silat Pengaran tinggi, tapi dia seperti tidak bisa keluar dari jurus pedang yang mengikuti alunan musik.
0-0-0 BAB 17 Elang dan walet yang ganas
Tiba-tiba terdengar suara TANG. Tangan Pangeran Jin sudah memegang 2 bilah pedang.
Pedang berwarna emas, satu di kiri, dan satu di kanan. Seperti burung walet yang sedang terbang juga seperti elang yang terbang
cepat dengan marah. Pedang Long Zhai Tian seperti seekor naga bermain di atas langit. Tapi diekor naga itu menempel seseorang.
Wajah Long Zhai Tian berubah dalam kilauan cahaya.
Waktu itu, dua pedang Pangeran Jin sudah menjepit ujung pedang Long Zhai Tian, kemudian menekan bagian tengah pedang Long Zhai Tian berkali-kali. Kemudian TENG. Pedang Long Zhai Tian patah menjadi 2 bagian.
Long Zhai Tian terkejut dan mundur. Dia berteriak, "Ying Yan Shuang Sha Jian!" (Sepasang pedang pembunuh elang dan walet).
Dengan cepat dia mundur, dada kiri dan kanan Long Zhai Tian bercucuran darah!
Xi Yi Shen Ying Guo Jing Feng! (Elang sakit dari tibet, Guo Jing Feng)
Xi Yi Jin Yan Zhan Fei Shuang! (Walet emas dari tibet, Zhan Fei Shuang)
Mereka berdua yang menciptakan jurus-jurus Ying Yan Shuang Sha Jian Zhao.
0-0-0 Tiba-tiba Long Zhai Tian yang tadinya mundur berubah menjadi maju dengan cepat ke depan.
Long Zhai Tian sudah terluka. Tidak ada alasan bagi Long Zhai Tian untuk menyerah dari jurus Qing Yang Zhang!
Pangeran Jin sedikit terpaku. Long Zhai Tian sudah melesat masuk ke dalam jala pedang Pangeran Jin.
Long Zhai Tian mulai mengeluarkan jurus-jurus "andalannya. Tapi jurus-jurus Long Zhai Tian terhalang oleh Qing Yang Zhang Pangeran Jin! Mereka bertarung dengan jarak dekat, sebentar saja sudah berlangsung 18 jurus. Dua belah pihak tidak bisa maju atau mundur lagi.
Waktu itu, dua kilauan pedang tiba-tiba melipat. Long Zhai Tian mendengar ada suara yang datang dari langit. Hanya sempat memiringkan tubuhnya, terdengar suara PUSH PUSH. Kilauan itu masuk ke kiri dan kanan tulang pundak Long Zhai Tian.
Long Zhai Tian merasa sangat sakit. Pangeran Jin mengambil kesempatan itu dengan menendang Long Zhai Tian.
Diiringi suara teriakannya, Long Zhai Tian sudah melayang dan jatuh di bawah panggung.
Pangeran Jin menyusulnya. Di tengah-tengah udara dia melewati Long Zhai Tian. Dan dua pedangnya sudah dicabut dari punggung Long Zhai Tian.
Kemudian Pangeran Jin berdiri di atas panggung. Kedua tangannya memegang 2 buah pedang. Long Zhai Tian jatuh di bawah panggung dengan berlumuran darah. Sebelum mencapai tanah, Biksu Hua Hui, Pendeta Bu Tong, dan Luo Tong Bei sudah siap menjemput Long Zhai Tian. Dan Luo Tong Bei segera naik ke atas panggung sambil menunjuk pangeran, sambil marah dia berkata, "Penjahat Jin, biar aku yang bermarga Luo mengantarkan kematianmu"
Pangeran Jin tertawa dengan santai. Penonton melihat pahlawan yang mereka hormati berlumuran darah. Mereka kaget dan marah. Para penonton berteriak kesal. Luo Tong Bei mengeluarkan senjata batunya.
Penonton-penonton berteriak, "Bunuh dia!"
"Bunuh penjahat Jin itu!"
"Bunuh! Jangan kasihan kepadanya!"
"Balas dendam demi Pendekar Long!"
"Demi negara Song, basmi penjahat ini!"
Terdengar Shi Wen Sheng dengan santai berteriak, "Pihak Song dan pihak Jin bertarung. Hasil babak keenam adalah, Pangeran Jin Zhen Ying menang atas pihak Song yang diwakili oleh Long Zhai
Tian." Luo Tong Bei mengaung sehingga membuat panggung pertarungan bergetar. Shi Wen Sheng berkata lagi, "Pertarungan sebanyak 7 babak, sudah diselesaikan dalam 6 babak. 2 babak dimenangkan pihak Song, 3 seri dan 1 kalah. Sekarang memasuki babak ketujuh. Shi Hu, Luo Tong Bei dari pihak Song akan bertarung dengan Pangeran Jin Zhen Ying!"
Senjata batu yang bernama Bai Shou Shi Ren tampak diangkat dan siap memukul Pangeran Jin.
Pangeran Jin tertawa dingin menghindar. Tidak disangka angin yang dikeluarkan dari sambitan batu itu membuatnya hampir terjatuh terkena pukulan Luo Tong Bei. Sekarang dia tidak berani meremahkan lawannya, Luo Tong Bei. Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong memapah Long Zhai Tian. Xin Wu Er dan Bao Xian Ding menahan sakit datang melihat keadaan kakaknya. Shen Tai Gong memapah Wo Shi Shui. Mereka tidak mempunyai tenaga lagi untuk berdesak-desakkan. Luka Long Zhai Tian terdapat di 4 tempat. Tusukan pedang dari belakang sangat dalam, melukai tulang dan urat nadi. Tusukan di dada tidak begitu dalam tapi mengenai urat nadi penting. Apalagi tendangan di perut dan luka kemarin yang disebabkan Qing Yan Zhang membuat luka Long Zhai Tian benar-benar sangat berat.
Janggut Long Zhai Tian penuh dengan darah. Dia membuka sedikit matanya dan berkata,"...."
Tidak ada orang yang bisa mendengar perkataannya dengan jelas. Telinga Biksu Hua Hui didekatkan di mulut Long Zhai Tian. Dia baru. .bisa..mendengar, ".. .kalian.. .jangan.. .ber tarung.. .dengan.. .Pangeran. .Jin.. .bertarung.. .pu n...tidak akan...menangdarinya...."
Kata Biksu Hua Hui, "Tenanglah Pendekar Long. ShiHubisamenguasainya."
Kata Pendeta Bu Tong, "Kami akan mengantar Anda ke tabib untuk berobat!"
Pendeta Bu Tong memapahnya. Long Zhai Tian berusaha membuka mata. Tubuhnya bergerak-gerak dan dengan bersusah payah berkata,"... antar.. aku... ke.. tempat... kur siku... a ku. .ingin. ..ingin, .melihat.. .tidak, .perlu.. .mengob ati.ku lagi... aku... aku... ingin melihat...."
Pendeta Bu Tong dan Biksu Hua Hui saling melihat. Akhirnya Biksu Hua Hui berkata, "Baiklah!"
Mereka berdua memapah Long Zhai Tian kembali ke kursi yang ada di bawah panggung. Long Zhai Tian duduk dengan lemah. Kedua matanya hanya bisa terbuka sedikit dan cahaya di matanya sudah tidak terlihat. Penonton Huai Bei menangis.
"Pendekar Long...."
"Dia...." "Heehh!...." "Kurang ajar...."
Kedua mata Long Zhai Tian berusaha fokus melihat ke arah panggung.
Mana Fang Zhen Mei" Mengapa dia belum sampai juga"
0-0-0 Wo Shi Shui dengan bersusah payah baru bisa menegakkan badannya dengan benar. Dia menatap langit. Dalam hati diapun bertanya-tanya, "Fang Zhen Mei, kurang ajar kau, mengapa sampai sekarang belum juga sampai?" Shen Tai Gong memapah W6 Shi Shui. Bila dilihat lagi dengan teliti ternyata Shen Tai Gong menyandar ke tubuh Wo Shi Shui. Wo Shi Shui tertawa kecut.
Fang Zhen Mei. Fang Zhen Mei..
Mengapa kau belum sampai juga"
Ilmu silat Shi Hu, Luo Tong Bei paling paling setara dengan Xin Wu Er. Dia bisa menang dari Pangeran Jin hanya untuk sementara Karena tenaganya memang besar, ditambah pada awalnya
Pangeran Jin menganggap dia hanya sebagai musuh yang enteng. Dia disudutkan dan tidak mudah untuk berbalik menyerang. Apalagi senjata Luo Tong Bei adalah senjata yang bisa menaklukan 2 pedang milik Pangeran. Ternyata Pangeran Jin sangat menyayangi 2 pedang emasnya yang berukuran kecil itu. Pedang itu merupakan pemberian dari istri gurunya, yang bernama Xi Yi Jin Yan. Tadi sewaktu bertarung, karena menahan dengan kedua pedang itu, akhirnya pedang itu terkena sambitan batu yang beratnya puluhan kilogram, membuat pedang itu mengeluarkan percikan api. Pangeran merasa sangat menyayangkan hal itu. Sekarang dia lebih memilih kedua pedangnya disimpan. Sehingga Luo Tong Bei bisa bertahan sampai sekarang.
Senjata Luo Tong Bei beratnya sekitar 50-60 kilogram. Ge La Tu termasuk orang yang bertenaga besar. Senjatanya seberat 25 kilogram. Jika dibanding dengan senjata Luo Tong Bei, benar-benar seperti seorang dukun kecil bertemu dengan seorang dukun kuat.
Semakin berat senjata yang dipakai, maka manfaatnya semakin besar.
Tapi jika manfaatnya semakin besar, semakin tidak akan bisa bertahan lama.
Luo Tong Bei mulai merasa kelelahan.
Senjata batunya semakin lama semakin lambat dimainkan.
0-0-0 Sewaktu Luo Tong Bei mengangkat senjata batunya, Pangeran Jin sudah masuk.
Dia segera mengeluarkan kepalan dan memukul 2 kali. 2 kali pukulan Pangeran Jin mengenai pada kaki. Tulang kaki Luo Tong Bei segera remuk.
Karena hancur dan merasa sakit, Luo Tong Bei berteriak dan jurus-jurusnyapun menjadi kacau. Pangeran Jin segera mengambil kesempatan ini dan memukul lagi Luo Tong Bei.
Luo Tong Bei dengan ringan melayang keluar panggung. Begitu mendarat di bawah, dia seperti sehelai daun yang sudah menguning dan layu.
Tidak bernyawa. Ternyata terkena Qing Yan Zhang. Semakin ringan dipukul, tenaga yang dikeluarkan semakin besar.
0-0-0 Sorot mata penonton mengikuti arah jatuhnya Luo Tong Bei. Begitu mereka melihat ke atas panggung lagi, mata mereka bersinar penuh dengan kebencian dan kemarahan}.
Dengan senang Pangeran Jin meletakkan kedua tangannya di belakang punggung kemudian berdiri di atas panggung.
Terdengar teriakan Shi Wen Sheng lagi, "Pangeran Jin berturut-turut memenangkan 2 babak. Pihak Song 2 kali menang, 2 kali kalah, 3 kali seri. Pihak Jin juga begitu, karena itu pertarungan 7 babak ini dihitung seri. Menurut peraturan pertarungan harus dilakukan 7 babak lagi..."
Semua penonton ribut. Terdengar seseorang berteriak, "Bertarung lagi apa susahnya!"
Dia meloncat ke atas panggung. Ternyata dia adalah seorang laki-laki berbaju hijau. Dia adalah polisi terkenal di Huai Bei, dijuluki Cha Chi Nan Fei. (Pasang sayap sulit terbang), Peng DaZheng!
Senjata Peng Da Zheng adalah borgol untuk menangkap penjahat. Di daerah Huai Bei, dia sangat terkenal. Banyak penjahat yang tunduk di bawah borgolnya.
Tapi dia hanya terkenal sedikit karena dia adalah orang pemerintahan.


Panji Akbar Matahari Terbenam Seri 3 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jika berhubungan dengan ilmu silat, dia masih berada di bawah Chen tidak bertelinga dan dia sendiripun tidak bisa menangkap Chen.
Tapi Peng Da Zheng adalah seorang laki-laki yang darahnya cepat mendidih. Melihat situasi seperti itu, dia tidak tahan lagi dan meloncat ke atas panggung. Setelah berhadapan dengan Pangeran Jin, rantainya segera dilayangkan kepada Pangeran.
0-0-0 Karena Peng Da Zheng adalah orang pemerintahan, dan terbiasa menghadapi penjahat, Peng Da Zheng pun tidak ada bedanya dengan orang pemerintah lainnya.
Begitu dia melempar borgolnya, dia tampak marah, "Kurang ajar, cepat tundukkan kepala dan jalan ke sini!"
Wajah Pangeran Jin berubah warna.
Kedua jarinya menjepit rantai borgol itu.
Kemudian dengan cepat dia lari ke arah Peng Da Zheng. Peng Da Zheng menganga dan matanya melotot, dia belum sempat melihat dengan jelas, Pangeran Jin menyerbunya, pedang yang dipegang di tangan kanannya sudah menancap di perut Peng Da Zheng.
Air mata, ingus, air liur, serta darah terus mengalir dan Peng Da Zheng berjongkok di panggung. Pangeran Jin menendang nya ke arah kerumunan orang.
Penonton sangat terkejut. Mereka segera memapah Peng Da Zheng. Terlihat Pangeran Jin yang masih ada di atas panggung sedang membersihkan darah yang mengotori pedangnya dengan sapu tangan yang terbuat dari kain sutra. Dengan dingin dia berkata, "Mengapa darah orang itu begitu kotor?"
Di antara kerumunan orang itu terdengar ada yang meraung, "Kurang ajar! Jangan sombong kau, aku yang akan melawanmu!"
Terlihat seorang laki-laki tegap berbaju ungu terbang ke atas panggung. Dia adalah pembunuh di Huai Bei. Pembunuh itu tidak membunuh orang miskin dan lemah, dia membela keadilan dan kebenaran. Dia bernama Cao Qi.
0-0-0 Polisi dari pembunuh itu, sebenarnya adalah teman baik. Sifat Peng Da Zheng sangat keras dan Cao Qi ini sangat membela keadilan dan kebenaran.
Jenis pekerjaan mereka, yang satu mewakili hukum, sedangkan yang lainnya adalah pelanggar hukum. Tapi yang mereka lakukan adalah sama-sama membasmi kekerasan dan melindungi rakyat. Karena itu Peng Da Zheng tidak pernah mengganggu Cao Qi. Cao Qi pun tidak pernah membuat Peng Da Zheng susah. Terkadang Peng Da Zheng tahu ada yang melanggar hukum, tapi tidak ada bukti untuk menangkap penjahat itu. Terpaksa diam diam dia menyuruh Cao Qi membunuh orang itu.
Karena itu orang-orang dunia persilatan sangat menghormati polisi dan pembunuh ini. Sepasang pembunuh dan polisi ini tidak seperti penjahat dan polisi biasa yang tidak pernah akur, sebaliknya mereka malah menjadi teman karib.
Begitu Cao Qi naik ke atas panggung, tepat dia mendengar Shi Wen Sheng berkata, "Pihak Song dan pihak Jin bertarung, dua kali bertarung, babak pertama Pangeran Jin menang atas Peng Da Zheng, babak kedua"
Kemudian dia tidak mendengar apa-apa lagi.
Dan selamanya dia tidak akan mendengai apa-apa.
Karena sebelum dia turun dari panggung, Pangeran Jin sudah berubah menjadi sebuah cahaya kuning dan maju dengan cepat. Dua buah pedang berwarna kuning, yang satu berada di kiri dan yang satu berada kanan, pedang sudah menancap di kiri kanan tulang rusuknya. Dua bilah pedang itu sepertinya bertemu di tenga-tengah tubuhnya.
Karena itu Cao Qi segera roboh. Darah bermuncratan ke bawah panggung dan penonton berteriak.
Waktu itu Shi Wen Sheng langsung menyambung, "Dari pihak Jin, Pangeran berhasil mengalahkan Cao Qi. Pihak Jin secara berturut-turut memenangkan 2 babak"
Penonton marah. Mereka berdiri bersama-sama dan ingin menantang Pangeran. Tiba-tiba ada suara lantang yang berkata, "Jangan, jangan sembarangan berkorban untuk hal yang tidak penting."
Yang satu lagi berkata, "Biarkan kami berdua yang mencoba ilmu silat Pangeran Jin yang terkenal tinggi!"
Kedua orang itu begitu bersuara, segera menutupi suara para penonton. Begitu penonton melihat dengan teliti, ternyata yang muncul adalah 2 orang dengan sikap memelas. Mereka adalah Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong.
0-0-0 Matahari sudah tidak bersinar begitu panas. Matahari sudah bersembunyi di balik awan sebelah barat. Seperti kapas basah bercahaya dengan redup.
Panji kedua negara dipasang di tiang, di bawah sinar matahari tampak terus berkibar!
Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong sudah berada di atas panggung.
Hanya dalam waktu singkat, di bawah panggung menjadi sepi dan tidak ada seorangpun yang bersuara.
Tiba-tiba Biksu Hua Hui berkata, "2 tahun yang lalu, di Tong Hai kami bertemu dengan Pendekar Long dan tahu bahwa dia adalah seorang jagoan dalam ilmu pedang. Karena itu kami mengajaknya bertarung. Hasilnya pertarungan pedang itu adalah"
Pendeta Bu Tong tertawa santai, "Akhirnya kami berdua tahu, di luar langit masih ada langit, di luar orang masih ada orang lagi."
"Dalam 500 jurus, Pendekar Long sudah bisa memecahkan gabungan jurus-jurus kami."
Kata Biksu Hua Hui, "Benar, karena itu kami mengagumi ilmu pedang Pendekar Long Karena itu juga selama 2 tahun ini kami bertekad untuk memajukan ilmu pedang kami dan kamipun
menghapus 7 jurus Chang Qing Jian dan Chang Le Jian, ditambah lagi beberapa jurus, menjadi 18 jurus."
Kata Pendeta Bu Tong, "Kalau sekarang Pendekar Long ingin bertarung dengan kami, dalam 300jurus kami bisa mengalahkannya."
Long Zhai Tian yang berada di bawah panggung terus mengangguk tapi dia sudah tidak bisa berbicara lagi.
Dulu dia pernah mengalahkan Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong. Tadi dengan mata kepalanya sendiri, dia melihat kedua orang itu dalam satu jurus berhasil mengalahkan Hu Shang bersaudara. Dia tahu, ilmu silat mereka sudah maju pesat dan dia sudah tidak bisa melawan mereka lagi.
Biksu Hua Hui berpikir sejenak lalu berkata, "Kami tidak mengajak Pendekar Long untuk bertarung lagi, karena beliau berwibawa tinggi. Beliaupun membela keadilan dan kebenaran. Ilmu pedang adalah ilmu hati. Jika menggunakan ilmu hati, kami tidak akan bisa mengalahkannya, apalagi harus mengalahkan pedang yang berbentuk."
Pendeta Bu Tong mengangguk, "Karena itu kami tidak pernah mencari Pendeta Long untuk bertarung tapi kami mengikutinya dan tinggal di kiri dan kanannya. Kami belajar pedang tidak berbentuk darinya."
Tiba-tiba wajah Biksu Hua Hui berubah dan berkata, "Tapi hari ini"
Wajah Pendeta Bu Tong juga berubah dan menyambung, "Kau sudah melukai Pendekar Long"
Biksu Hua Hui berkata, "Karni harus"
Kata Pendekar Bu Tong, "Menentukan hidup dan mati denganmu."
Kata-kata mereka baru selesai, mereka berdua dengan cepat seperti kupu-kupu terbang ke kiri dan kanan.
Pada saat menyerang, satunya menggunakan sebuah pedang berwarna giok hijau, sedangkan yang satu lagi berwarna giok kuning, datang secepat kilat.
0-0-0 Pangeran dengan tangan kiri menali.m pedang kuning, tangan kanan menahan pedang hijau.
Pedang Biksu Hua Hui berputar. Pedang kuning menepis ke arah pergelangan tangan pangeran.
Pendeta Bu Tong membalikkan jurus pedangnya. Pedang hijau menusuk ibu jari Pangeran.
Pedang emas Pangeran terus berputar di antara jari dan telapak. Dia juga berusaha menyingkirkan 2 pedang yang menjarangnya.
Biksu Hua Hui mengeluarkan pedang. Menusuk kaki Pangeran Jin.
Pendeta Bu Tong menggetarkan pedangnya, menusuk ketiak Pangeran Jin.
Pangeran Jin membentak. Dua pedang terus bergerak menutupi semua celah-celah.
Tapi Biksu Hua Hui tidak peduli. Ujung pedang menyerang telinga kanan Pangeran. Pendeta Bu Tong juga membalikkan pedang membacok pergelangan kaki Pangeran.
Pangeran Jin terkejut. Dia mundur. Setiap jurus serangan lawannya selalu berbahaya. Hanya dalam waktu singkat sudah berlansung 30 jurus, tapi Pangeran Jin sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk membalas.
0-0-0 Ternyata Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong, dulu orangnya malas. Mereka jarang mengurusi apapun. Tidak mempunyai hobi apa pun, hanya, senang bermain, berjalan-jalan melihat keadaan dunia persilatan. 5 tahun yang lalu, di puncak Heng Shan mereka
melihat pertarungan antara Tian Ya Shan Jue Shou Yi Shui Han melawan Yang Mei Jian, Chu Guan Yu. Mereka merasa dalam hidup mereka hanya pernah satu kali melihat pertarungan yang begitu hebat. Ilmu pedang kedua orang itu sudah mencapai puncaknya. Semenjak itu, Hua Hui dan Bu Tong lebih rajin berlatih ilmu pedang, sampai lupa pada segalanya.
Mereka berdua sangat pintar dan cepat mengerti. Dalam 3 tahun ilmu pedang mereka sudah dijuluki dengan Chang Le dan Chang Qing.
Kecuali berlatih pedang, mereka juga memperbaiki ilmu pedang mereka yang sudah ada dan juga belajar menciptakan ilmu pedang baru, juga belajar mengenal hawa pedang. Karena itu hasil yang mereka dapatkan lebih tinggi dibandingkan orang lain. Kemajuan mereka juga lebih cepat dibandingkan orang lain.
Dua tahun yang lalu sewaktu mereka datang ke Dong Hai, mereka melihat Pendekar Huai Bei Long Zhai Tian menerangkan tentang pedang, tiba-tiba mereka berkeinginan mengajaknya bertarung demi persahabatan. Begitu kemapuan mereka diadu, karena ilmu silat Biksu Hua Hui dan Pendeka Bu Tong belum mencapai tahap yang tertinggi akhirnya mereka kalah di tangan Long Zfjai Tian yang sudah sangat berpengalaman.
Semenjak pertarungan itu, mereka bertiga malah menjadi sahabat karib. Selama 2 tahun ini mereka belum pernah meninggalkan
Huai Bei. Mereka juga sadar ilmu pedang mereka masih banyak kekurangan, karena itu merekapun belajar lebih giat lagi dan kemampuan ilmu silat merekapun terus berkembang. Mereka menambah ilmu pedang mereka menjadi 18 jurus. 18 jurus itu disebut, "Tidak sengaja, tidak apa-apa, tapi ada sebabnya menjadi 18jurus."
Keistimewaan jurus ini adalah begitu dimainkan harus sekaligus dimainkan, tidak ada kesempatan bagi orang lain untuk mengeluarkan serangan balasan. Apakah jurus ini tepat mengenai
sasaran atau tidak, atau apakah menjadi jurus yang lihai atau tidak, bila berhasil melukai musuh itulah baru jurus yang tepat.
Kalau musuh terluka, maka akan lebih mudah menghadapinya.
Jika jurus pedang ini dilancarkan, jurus pedang itu tidak akan berhenti seperti aii mengalir, lawannya tidak mempunyai kesempatan membalas.
Kalau tidak ada kesempatan membalas, hanya satu jalan untuk menghentikan semuanya yaitu kalah atau mati.
Ying Yan Shuang Sha Jian Fa milik Pangeran Jin sangat lihai juga ganas. Tapi begitu naik panggung, Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong sudah menyerang, maka Pangeranpun tidak bisa berbuat apa-apa.
Terpaksa Pangeran mengubah gerakannya menjadi bertahan. Shuang Sha Jian dari gerakan keras menjadi lembut. Dari Yang menjadi Yin. Dia tidak bisa diserang, tapi Chang Qing Jian dan Chang Le Jian tidak memilih tempat penting yang diserang, semua membuat Pangeran kalang kabut. Dia hanya bisa bertahan tapi tidak bisa menyerang.
Tampak 2 jurus Ying Fei Qian Li, Yan Jian Xi Hu tertutup dengan rapi. Tapi Hua Hui tidak menyerang urat nadi di dekat kepala malah menepis telinga. Dia tidak membacok pinggang malah menotok tangan. Membuat Pangeran terus mundur. Beberapa kali dia hampir terkena bacokan pedang mereka!
Pangeran Jin hanya menunggu Hua Hui dan Bu Tong menghabiskan jurus-jurusnya, setelah itu dia baru akan menyerang.
Tapi Hua Hui dan Bu Tong seperti sudah menduga jalan pikiran Pangeran. Begitu jurus-jurus pedang mereka hampir selesai, satu jurus menyambung dengan satu jurus lain. Membuat Pangeran terus bertahan ke kiri dan ke kanan. Jurus 18 mereka dipakai berturut-turut hingga 4 balikan, tapi masih belum bisa melukai Pangeran Jin. Pangeran Jin juga tidak bisa balik menyerang mereka dengan satu juruspun.
Pangeran mulai cemas. Kalau begitu terus, ini akan merepotkannya. Bila mereka berdua sedikit tidak kompak, dia mempunyai cara untuk balik menyerang kedua orang itu. Tapi kesempatan itu tidak ada walaupun hanya sedikit.
Tidak ada. Sebenarnya hati Hua Hui dan Bu Tong juga cemas. Mereka hampir mnyelesaikan untuk kelima kalinya 'jurus 18', tapi masih tidak bisa melukai lawan sedikitpun. Jika terus begitu, harus bagaimana mereka!
Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong mempunyai pola pikir yang sama. Jika kali ini mereka masih diberi kesempatan hidup, mereka akan merombak lagi jurus 18 ini!
0-0-0 Waktu itu, memasuki jurus ke-88.
Hua Hui menepis jari kelingking Pangeran. Bu Tong menepis jari kaki Pangeran Jin!
Jika menyerang ke tempat lain, Pangeran Jin pasti bisa menutupinya dengan rapi.
Mengapa kedua pedang ini memilih menepis jari kelingking dan jari kaki"
Terpaksa Pangeran Jin dengan jurus Ying Luo Yan Zhen (Elang dan walet tiba-tiba turun) dua menahan 2 serangan pedang ini!
Segera Hua Hui dan Bu Tong menyerang dengan jurus ke- 89!
Kali ini Hua Hui dengan pedang menepis nadi tangan Pangeran. Bu Tong dengan pedang menusuk pantat Pangeran.
Satu dilakukan dari depan dan satu dari belakang. Mereka terus menempelkan pedang mereka ke tubuh Pangeran.
Waktu itu secara tiba-tiba, terdengar suara WUSH, WUSH. Pedang pendek yang dipegang Pangeran tiba-tiba panjangnya berubah menjadi 1.7 kaki!
Hua Hui dan Bu Tong bersama-sama melenting ke belakang, tapi sudah terlambat. Kedua pedang itu telah dilemparkan dan menusuk ke punggung mereka.
Untung mereka berdua masih sempat mundur dengan cepat. Mereka hanya tertusuk dengan kedalaman luka kira-kira 2-3 centimeter, mereka masih bisa mundur dan terbang ke atas.
Begitu pangeran yang berhasil melukai lawannya. Dia segera mengejar Hua Hui dan Bu Tong!
0-0-0 BAB 18 Panji yang berkibar Perubahan itu yang terjadi secara tiba-tiba, karena perubahan itu sepasang pedang menancap di tubuh kedua orang itu.
Hua Hui dan Bu Tong dengan cepat mundur, sepasang pedang itu terbawa mereka dengan cepat.
Hua Hui dan Bu Tong berteriak di tengah-tengah udara, dan mempercepat laju mundur mereka.
Mereka tidak sempat membalikkan tubuh untuk menahan serangan pedang, karena mereka tidak ada waktu untuk melakukan hal itu. Satu-satunya cara dalam pikiran mereka untuk menghindar adalah dengan cara berlari secepatnya.
Mereka berdua melewati panggung, melewati kepala para penonton, tapi pedang emas itu masih mengikuti mereka, akhirnya mereka menabrak tiang.
Ilmu silat Bu Tong dan Hua Hui sangat tinggi, begitu menabrak tiang, tiang itu yang patah, ternyata tiang itu adalah tiang di mana terpasang kedua panji negara. Di bawah sinar matahari, kedua panji itu bersama-sama terjatuh, jatuh dengan posisi berkibar terlebih
dahulu, benar-benar pemandangan yang unik untuk dilihat!
Tampak tenaga Hua Hui dan Bu Tong sudah habis, pangeran Jin tidak mau terus mengejar kedua orang itu, tapi dia mengambil pedang yang terjatuh ketika terjadi tabrakkan dengan tiang panji, dia merasa takut kedua pedang emas ini akan jatuh ke tangan orang Song. Istri gurunya sangat menyayangi kedua pedang ini, Pangeran Jin tidak berani membuat istri gurunya marah!
Dia pernah melihat sewaktu istri gurunya marah dia tega membelah 11 tubuh orang, dan merobek tubuh orang yang masih hidup, lalu melemparkan ke dalam kobaran api.
Walaupun dia paling disayang oleh Xi Yi Jin Yan, tapi dia tetap tidak berani berbuat sembar angan.
Yang terpenting sekarang adalah dia berhasil memaksa Hua Hui dan Bu Tong turun dari panggung.
0-0-0 Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong bisa lolos dari maut, kakinya menapak tanah, darah menetes, wajah mereka pucat, mereka hampir pingsan.
Darah penonton mulai mendidih, Hua Hui berteriak, "Tidak tahu malu!"
Dengan santai Pangeran Jin dari atas panggung berkata, "Yang terpenting kalian sudah kalah!"
Terdengar Shi Wen Sheng berteriak lagi, "Pangeran Jin berturut-turut memenangkan 3 babak, kalau menang satu babak lagi, maka pertarungan kali ini akan dimenangkan oleh pihak Jin!"
Para pertarungan pertama yang menang sebenarnya adalah pihak -Song, meskipun dengan dua kali menang, dua kali kalah, dan 3 kali seri.
Pada pertarungan kedua, pihak Song sudah 3 kali kalah dalam 3 babak.
Kalau pihak Song ingin menang, harus memenangkan 4 babak secara berturut-turut. Apakah pihak Song akan kalah"
Berturut-turut memenangkan 4 babak, apakah itu mungkin" Pangeran Jin yang masih berada di atas panggung menjadi simbol tidak terkalahkan.
Sombong, gila, kejam, dingin, dan licik.
0-0-0 Xin Wu Er marah dan meraung, "Babak ini tidak bisa dihitung!"
Pangeran Jin berkata, "Kalau kau tidak terima, mereka boleh naik lagi ke atas panggung, masih ada satu babak lagi."
Dalam pikiran Hua Hui dan Bu Tong, semua ini sudah sangat jelas, sejak awal tadi mereka tidak terus menempel Pangeran Jin, mereka tidak akan bisa memaksa Pangeran Jin mundur.
Kalau kali ini mereka naik lagi, Pangeran Jin pasti sudah mempunyai persiapan matang.
Apalagi saat ini mereka semua sudah terluka.
Mereka tidak akan bisa menahan kedua pedang Pangeran Jin.
Walaupun Pangeran Jin memakai cara licik, tapi dalam satu jurus dia bisa membuat
Hua Hui dan Bu Tong terluka, ilmu pedangnya ganas dan cepat. Hua Hui dan Bu Tong tidak bisa menghadapi jurus ini.
Sebenarnya Pangeran Jin ingin membunuh mereka, sejak tadi dia telah mengeluarkan kata-kata penghinaan supaya mereka berdua naik lagi ke atas panggung, ternyata siasatnya berhasil. Pendeta Bu Tong segera berkata, "Baiklah, kami akan bertarung kembali denganmu, apa yang perlu ditakutkan?"
0-0-0 Tiba-tiba ada seseorang yang berkata, "Aku yang akan naik!"
Penonton tampak bergerak-gerak dengan gelisah, Hua Hui dan
Bu Tong melihat ke arah orang itu, ternyata dia adalah seorang pemuda berbaju hitam, pelan-pelan berjalan menuju panggung.
Hati Hua Hui dan Bu Tong bergetar, dalam hati mereka bertanya, "Wo Shi Shui?"
Mereka terkejut karena tadi sudah terlihat kalau Wo Shi Shui sudah terluka parah, sekarang dia sudah bisa berdiri dan sepertinya dia sudah pulih separuh tenaganya. Dan sekarang dia sedang berjalan menuju panggung siap bertarung dengan Pangeran Jin.
Hua Hui dan Bu Tong tahu'mereka tidak akan bisa memenangkan babak ini. Tapi bagaimana dengan Wo Shi Shui" Apakah dia mampu melakukannya"
Apalagi saat ini dia sedang terluka parah.
Apalagi kalau dia bertarung dan hasilnya dia yang kalah, artinya pihak Song akan kalah total.
Hua Hui dan Bu Tong meragukan kalau Wo Shi Shui mampu memenangkan babak ini, penonton mulai berbisik-bisik, "Pendekar Wo Shi
Shui sudah keluar, kali ini dia harus menang!"
"Pukul anjing Jin itu dan usir kembali ke negaranya!"
"Tapi Pendekar Wo terluka parah!"
"Apakah dia bisa mengalahkan Pangeran Jin?"
Kata-kata penonton yang diucapkan tadi merupakan kata-kata yang ingin diucapkan Hua Hui dan Bu Tong
0-0-0 Dengan bersusah payah Wo Shi Shui berjalan ke panggung, dia pura-pura tidak merasa lelah karena saat ini musuhnya sedang menatapnya dari atas panggung.
Entah mengapa hatinya tidak tenang, mungkin karena dia tahu walaupun Hua Hui dan Bu Tong naik, mereka akan mati, begitu juga
dengan dirinya, dia hanya mengorbankan nyawanya. Tapi untuk masalah pengorbanan nyawa tidak ada seorangpun yang sangsi kepadanya!
Dia sadar dengan kemampuan ilmu silatnya sekarang, ingin menang dari Pangeran Jin, itu hanya mimpi saja!
Dia hanya ingin membuat Pangeran Jin lengah, dan menarik Pangeran Jin turun dari panggung.
Kalau nasibnya mujur, satu nyawa akan diganti dengan nyawa lainnya.
Karena itu selangkah demi selangkah, dengan tekad dan keberanian kuat, dia melangkah dengan mantap. Tapi setiap langkahnya terasa sakit ini karena lukanya belum pulih.
Sebenarnya dia butuh istirahat"
Tapi sekarang ini negara membutuhkan pembelaannya.
0-0-0 Bila Wo Shi Shui sudah menentukan sesuatu, di dunia ini hanya ada satu orang yang bisa menghentikannya, sedangkan yang lain tidak akan ada yang bisa.
Bahkan Shen Tai Gong pun tidak akan mampu melakukannya.
Tapi saat ini hanya Shen Tai Gong lah yang bisa mengucapkan beberapa kalimat kepadanya.
Dia tidak peduli apakah Wo Shi Shui mau mendengar nasihatnya atau tidak, "Kalau kau mati, akupun tidak ingin hidup lagi."
Tentu saja Shen Tai Gong sudah melihat bahwa Wo Shi Shui tidak akan mampu melawan Pangeran Jin, diapun sudah melihat kalau luka Wo Shi Shui sangat parah, dan dia melihat rasa percaya diri Wo Shi Shui sudah hilang.
" Mengorbankan nyawa.
" Mengorbankan nyawa sendiri, bukan nyawa orang lain.
Tapi Shen Tai' Gomg tidak sanggup menghalangi niat Wo Shi Shui, dia berpikir lebih baik membiarkan Wo Shi Shui melakukan apa yang dia inginkan.
Orang yang bisa menghalangi Wo Shi Shui sampai saat ini belum tiba.
Shen Tai Gong hanya bisa menentukan satu hal.
Kalau" Wo Shi Shui bertarung dengan Pangeran Jin, dan hasilnya adalah Wo Shi Shui mati, orang berikutnya yang akan naik panggung adalah dia.
0-0-0 Pangeran Jin tertawa dalam hati, dia merasa sangat senang.
Sekali melihatpun dia sudah tahu kalau Wo Shi Shui sudah terluka parah, dan begitu dia melihat Wo Shi Shui akan naik ke atas panggung, dia sudah tahu kalau Wo Shi Shui datang untuk mengorbankan nyawanya sendiri. Di dunia ini Wo Shi Shui adalah orang nomor satu yang paling tidak peduli dengan nyawanya sendiri.
Kalau ada pesilat yang ilmunya setara dengan Wo Shi Shui, kemudian bertarung dengan Wo Shi Shui, maka orang itu pasti akan kalah.
Karena Wo Shi Shui berani mengorbankan nyawanya.
Semua ini diketahui dengan jelas oleh Pangeran Jin, dan dia bisa tenang menghadapi
Wo Shi Shui, karena ilmu silatnya tidak berada di bawah Wo Shi Shui.
Lebih-lebih karena dia mempunyai dua pedang pembunuh, tidak ada waktu bagi Wo Shi Shui untuk menyerangnya.
Dia hanya menunggu Wo Shi Shui datang mengantarkan nyawanya.
Menunggu Shi Wen Sheng meneriakkan, "Pihak Jin
memenangkan semua pertarungan ini!"
0-0-0 Matahari sudah berada di sebelah barat.
Dua tiang panji tergeletak di tanah, sinar matahari menyinari panggung pertarungan. Pangeran Jin dengan santai berdiri di atas panggung, selangkah demi selangkah Wo Shi Shui berjalan ke atas panggung----
Wo Shi Shui melihat ke atas, semua orang tahu ini akan menjadi pertarungan yang hebat. Dan pertarungan yang menentukan siapa yang kalah dan siapa yang menang----
Kalau Wo Shi Shui sudah naik ke atas panggung, ada petir menyambarpun dia tidak akan turun, kecuali bila bisa ditentukan siapa yang kalah atau menang, apakah pihak Jin atau pihak Song, baru dia akan turun.
Mata Wo Shi Shui dari Pangeran Jin beradu, seperti ada kilat yang saling beradu, Wo Shi Shui merasa tubuhnya menjadi dingin dan hatinya bergetar. Tapi dia sudah bertekad, sebelum hilang keberaniannya, dia harus sudah berdiri di atas panggung----
Segera dia terbang ke atas panggung.
Terdengar Shi Wen Sheng berteriak lagi, "Pihak Song dan pihak Jin bertarung, babak keempat juga babak penentuan. Pangeran Jin Zhen Ying akan berhadapan dengan pihak Song"
Waktu itu terdengar suara ringkikan kuda yang memotong perkataan Shi Wen Sheng, dan menghentikan langkah Wo Shi Shui ke atas panggung.
0-0-0 Ringkikan kuda terdengar panjang, datang dari luar panggung pertarungan. Orang itu membawa kegembiraan dan harapan setiap orang!
Kuda berlari dengan sangat cepat, seekor kuda dan seorang
penunggang berbaju putih tampak seperti terbang. Kuda dan penungangnya seperti menyatu menjadi sebuah garis, pada saat melewati tiang panji dengan cepat dia mencabut tiang yang sudah patah itu.
"Song." "Jin." Kedua panji itu sudah berada di tangannya. Angin kencang berhembus, orang itu seperti mempunyai sepasang sayap. Penonton dengan heran melihatnya, tapi tetap memberikan jalan.
Kuda itu membawanya ke arah panggung, setelah itu berhenti secara tiba-tiba, Kuda meringkik lagi, kakinya masih terus digerakkan. Orang yang berada di atas kuda seperti mempunyai sepasang sayap, dia membawa kedua panji itu. Sebelum Wo Shi
Shui naik ke atas panggung, dia dulu yang naik ke sana.
Melihat gerakan orang itu, wajah Pangeran Jin tampak berubah.
Pedang yang masih dipegang di kedua tangannya sudah menghilang dan telapaknya segera dikeluarkan.
"QingYanZhang."
Hanya dalam waktu singkat dia sudah melancarkan serangan 36 jurus!
Kedua panji yang berada di tangan orang itu masih tampak berkibar.
Semua kekuatan telapak Pangeran Jin diarahkan kepada kedua panji itu, panji itu dengan ringan menahan serangan Qing Yan Zhang yang dipukulkan dengan ringan, membuat jurus ini tidak bisa mengeluarkan kekuatan dasyatnya!
36 jurus sudah berlalu, Shi Wen Sheng yang berada di atas panggung berteriak dengan kaget, "FangZhen Mei!"
Begitu ketiga kata itu diucapkan, di bawah panggung langsung
berubah menjadi seperti air yang bergejolak.
Wo Shi Shui yang berada di bawah panggung berhenti melangkah, matanya kembali terlihat bersemangat.
Satu-satunya orang yang bisa menghalanginya naik ke atas panggung akhirnya sudah tiba.
0-0-0 Begitu 36 jurus sudah berlalu, kedua panji itu sudah melilit kedua tangan Pangeran Jin, ditarik, digulung, diputar, dan terakhir didorong----
Begitu tangannya ditarik, Pangeran Jin mengeluarkan hembusan nafas dan juga bersuara, tapi kakinya segera memasang kuda-kuda, biarpun ditarik dia tidak akan terseret.
Begitu tangannya tergulung, tenaganya berubah, Pangeran dengan cepat menjaga keseimbangannya, tubuhnya hanya sempat miring sedikit.
Begitu tangannya diputar, tenaga dari kedua panji itu malah mengeluarkan tenaga sebaliknya. Tapi kuda-kuda Pangeran Jin tetap kokoh, dia sama sekali tidak tergoyahkan.
Begitu panji itu melewatinya dan tenaga berputarnya menghilang, Pangeran Jin dibuat meloncat ke atas.
Pada saat dia didorong, panji yang berada di kiri terasa berat, sedangkan panji kanan terasa ringan, tenaga yang dikeluarkan sangat tepat. Pangeran Jin keluar dari panggung. Di tengah kesibukan tangannya mencengkram sana sini, dia berhasil mencengkram tangan kiri lawan. Dan lawan nya melepaskan panji itu.
Pangeran Jin membawa panji itu terbang keluar dari panggung. Di tengah udara dia bersalto 3 kali dan mendarat kembali.
Kedua panji itu dalam waktu yang singkat telah mengeluarkan 5 kekuatan yang berbeda, akhirnya berhasil membuat Pangeran Jin keluar dari panggung pertarungan!
Begitu Pangeran Jin mendarat di bawah, dia baru sadar telah memegang sesuatu, begitu dia melepaskan genggamannya, panji negara Jin telah menutupi kepalanya tanpa ada tenaga apapun.
Pangeran Jin merasa malu sekaligus marah, dia mundur 2 langkah, menghindari panji yang akan menutupi kepalanya. Dia melihat orang yang berada di atas panggung yang mengenakan baju putih, dia berlari ke kiri dan ke kanan, kemudian kedua tangannya diangkat, terdengar suara CAP, dia menancapkan panji Song di atas panggung. Di bawah sinar matahari yang akan terbenam, panji negara Song ini terlihat berkibar dengan gagahnya di atas panggung!
Baju putih orang yang masih ada di atas panggung, tampak berkibar tertiup angin, walaupun bajunya dipenuhi dengan debu karena telah melakukan perjalanan jauh, rambutnya berantakan, dan nafasnya terdengar masih terengah-engah, tapi sikapnya terlihat sangat tenang. Dia memberi hormat kepada Pangeran Jin sambil tertawa berkata, "Aku mohon maaf."
Pangeran Jin seperti baru terbangun dari mimpinya, dari balik giginya terdengar 3 kata, "Fang"Zhen"Mei?"
Orang yang berada di atas panggung tertawa, "Benar, aku adalah Fang Zhen Mei."
0-0-0 Sorakan penonton seperti suara guruh yang menggelegar, beberapa ribu mulut berbicara pada saat bersamaan, sampai tidak terdengar apa yang mereka ucapkan sendiri. Mereka hanya merasa senang dan senang!
Wajah Wo Shi Shui pun terlihat senang dan dia tertawa.
Shen Tai Gong berteriak-teriak karena senang, dia menepuk pundak Bao Xian Ding.
Bao Xian Ding yang sedang terluka karena tepukan itu membuatnya merasa sakit, karena sakit dia berteriak. Tepat saat itu dia memang ingin berteriak karena merasa senang, maka rasa sakit
dan senang bercamptir dalam teriakan.
Xia Hou Lie dan Ge La Tu tampak ketakutan, wajah Wan Yan Zhu menjadi pucat.
Fang Zhen Mei sudah 3 kali mengusirnya keluar dari wilayah negara Song, sekarang dia muncul lagi!
Tapi Fang Zhen Mei yang masih berada di atas panggung sadar dia bisa dengan begitu mudah menang karena Pangeran Jin terlalu menganggap enteng musuhnya.
Fang Zhen Mei selalu menang dalam setiap pertarungan dan tidak terkalahkan, semua ini ada hubungannya dengan sifat Fang Zhen Mei.
Dia tidak pernah menganggap enteng orang-orang yang ada di sekitarnya, apalagi terhadap musuh.
Karena itu dalam satu jurus dia bisa memaksa Pangeran Jin turun dari panggung. Ini hanya sebuah panggung belum tentu kalau berada di tempat lain.
Hal ini sama-sama diketahui oleh Pangeran Jin dan Fang Zhen Mei sendiri.
0-0-0 Shi Wen Sheng dengan suara lemah berkata, "Pihak Song dan pihak Jin bertarung, pertarungan kedua kali pada babak keempat, Fang Zhen Mei dari pihak Song menang atas Pangeran Jin."
Dengan pandangan galak Pangeran Jin melihat ke atas panggung. Shen Tai Gong segera mengambil kesempatan, dengan cepat dan singkat menjelaskan keadaan yang sudah terjadi, "Pertarungan pertama kita menang dua kali, kalah 3 kali, dan seri 3 kali, karena tidak ada yang menang dan kalah, maka diadakan pertarungan untuk kedua kalinya. Jin Zhen Ying berturut-turut telah memenangkan 3 babak tadi kau telah memenangkan satu babak, berarti posisinya sekarang adalah 3 kalah dan l menang."
Fang Zhen Mei mengangguk, dia tahu paling sedikit dia harus
menang 3 babak berturut-turut, pihak Song baru bisa menang, bila kalah dalam satu babak, pihak Song akan kalah total.
Shen Tai Gong melanjutkan lagi, "Xin Wu Er telah bertarung dengan Xi Wu Hou, sekarang Xin Wii Er sudah terluka parah, aku bertarung dengan Ge La Tu. Wo Shi Shui bertarung dengan Xia Hou Lie untuk kedua kalinya kalah dan juga terluka, Pendekar Bao sudah bertarung dengan Wan Yan Ehu, diapun terluka parah. Pendekar Long terluka karena dipukul Pangeran Jin Zhen Ying. Hua Hui dan Bu Tong juga terluka parah dan jatuh ke bawah panggung. Luo Tong Bei, Cao Qi, Peng Da Zheng dibunuh oleh Jin Zhen Ying...."
Setelah mendengar penjelasan Shen Tai Gong, Fang Zhen Mei tidak bisa tertawa lagi. Karena dia terlambat datang maka membuat banyak pendekar dan pahlawan gugur, selain itu merekapun telah meneteskan darah dan air mata!
Pangeran Jin yang berada di bawah panggung tertawa dan berkata, "Apakah kau akan membalas dendam demi mereka?"
Dengan santai Fang Zhen Mei menjawab, "Aku hanya berharap kau jangan sampai naik ke atas panggung lagi!"
"Mengapa?" "Karena sampai saat ini aku belum pernah membunuh erang."
Setelah menyelesaikan perkataannya, wajah Fang Zhen Mei penuh dengan hawa membunuh!
0-0-0 Wajah Pangeran Jin tampak berubah, tapi dia berusaha menahan diri, dengan dingin dia bertanya, "Kau habis menempuh perjalanan jauh?"
"Benar!" Mereka berdiri berhadapan dengan jarak kurang lebih 10 meter, mereka bicara seperti biasa, tapi dengan j arak begitu jauh, orang-orang bisa mendengar perkataan mereka dengan jelas.
"Kau pasti merasa lelah bukan?"
"Terima kasih, Anda sudah memperhatikan keadaanku."
"Apakah ilmu silatmu tidak akan terpengaruh?" tanya Pangeran Jin.
Fang Zhen Mei tertawa, "Aku bukan pedagang kain, tidak akan minta pengurangan."
Pangeran Jin dengan santai membalikkan badannya dan kembali ke tempat duduknya, dengan penuh rencana dia berkata, "Kalau begitu, akupun tidak perlu tergesa-gesa bertarung denganmu, kita akan bermain di babak terakhir."


Panji Akbar Matahari Terbenam Seri 3 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Negara Jin sudah berturut-turut memenangkan 3 babak, negara Song telah memenangkan 1 babak. Negara Song harus memenangkan 2 babak baru bisa seri dengan negara Jin. Kalah atau menang ditentukan dalam babak ketujuh"babak terakhir.
Kalau Pangeran Jin dengan terburu-buru main di babak kelima dan kalau dia kalah, maka babak keenam dan ketujuh pasti tidak akan ada yang bisa mengalahkan Fang Zhen Mei.
Karena itu Pangeran Jin memutuskan untuk tidak tergesa-gesa bertarung dengan Fang Zhen Mei.
Fang Zhen Mei telah melakukan perjalanan jauh dan juga merasa lelah, selain itu dia harus bertarung pada babak keempat, kelima, dan keenam, walaupun bisa memang, tapi pada babak ketujuh dia pasti akan merasa sangat lelah. Dan saat itu Pangeran Jin bisa memukul atau bahkan membunuhnya!
Tiba-tiba Fang Zhen Mei tertawa dan berkata, "Aku memang sudah menempuh perjalanan jauh."
"Aku tahu," kata Pangeran Jin.
"Apakah kau tahu _ mengapa aku melakukan perjalanan jauh" Dan ke mana tujuanku" Apakah Pangeran tahu jawabannya?" tanya Fang Zhen Mei.
"Aku ingin mendengar penjelasanmu," wajah Pangeran Jin tampak datar dan tidak ada ekspresi.
"Aku pergu ke Cai Shi dan Wu Long Shan," Fang Zhen Mei tertawa.
Wajah' Pangeran Jin segera berubah menjadi pucat.
Fang Zhen Mei berkata lagi, "Kuil Shan Shen di Wu Long Shan."
Mulut Pangeran Jin tampak bergerak-gerak, tapi tidak mengeluarkan perkataan apapun.
Fang Zhen Mei terus bicara, "Karena hari ini ada penyerangan ke kuil Shan Shen di Wu Long Shan dengan tujuan membunuh Jenderal Yu dan wakilnya Zhang Zhen Que, Pejabat Ning dengan sekuat tenaga melindungi Jenderal Yu, siapa pembunuhnya" Aku yakin Pangeran Jin pasti sudah tahu."
Pangeran Jin ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak jadi, dia hanya tertawa kecut.
Fang Zhen Mei tertawa dan bertanya lagi, "Aku yakin Pangeran pasti ingin tahu, sekarang ini mereka berada di mana bukan?" Pangeran tertawa dingin. Kata Fang Zhen Mei, "Pangeran tidak perlu merasa khawatir, sekarang Jenderal Yu sudah berada dalam lindungan Pejabat Ning dan sudah kembali ke markas di Cai Shi, sedangkan kedelapan adik seperguruan
Pangeran, 5 orang sudah melarikan diri, Qing Yan Zi dan Qing Song Zi meloncat ke dalam jurang untuk bunuh diri. Sedangkan Qing Ye Zi dan Qing Feng Zi sudah tertangkap!"
Penonton mendengar Fang Zhen Mei seperti bergurau saja pada saat mengucapkan rahasia besar ini, mereka sangat kaget.
Tapi begitu mendengar kalau Jenderal Yu selamat, mereka merasa sangat senang.
Mata Pangeran Jin tampak melotot, dia membentak, "Fang Zhen Mei, kau sudah merusak rencanaku!"
Kemudian dia bicara dengan bahasa Tibet.
Setelah selesai bicara, terdengar Ge La Tu meraung, terlihat kelebat bayangan merah, dia terbang ke atas panggung.
Pangeran Jin sudah tidak tahan lagi, dia ingin Ge La Tu bertarung lebih dulu dengan Fang Zhen Mei.
Pangeran Jin tidak menyuruh Wan Yan Zhu yang turun terlebih dulu karena dia masih terluka parah. Alasan kedua, karena Wan Yan Zhu sudah tiga kali diusir Fang Zhen Mei keluar dari Zhong Yuan, dan Wan Yan Zhu sangat takut kepada Fang Zhen Mei.
Fang Zhen Mei bicara seperti tadi karena dia ingin memancing Pangeran Jin keluar dan bertarung dengannya.
Karena Fang Zhen Mei sudah menempuh perjalanan jauh, dia membutuhkan waktu panjang untuk beristirahat. Kalau dia hanya beristirahat sebentar, dia merasa malah lebih lesu. Dan keberanian yang sudah terkumpul akan ikut menghilangjuga.
Karena itulah dia ingin membuat Pangeran Jin yang bertarung dengannya sekarang.
Walaupun Pangeran Jin tidak bertarung tapi akhirnya dia menyuruh anak buahnya naik ke atas panggung untuk menghadapinya.
"Pertarungan pihak Song dan pihak Jin, memasuki babak kelima, Fang Zhen Mei dari pihak Song akan menghadapi Budha hidup dari Tibet, GeLaTu"-"
0-0-0 BAB 19 Pertarungan yang menentukan
Begitu Ge La Tu naik ke atas panggung, dia sama sekali tidak
mirip seperti seorang Budha hidup. Dia malah terlihat sepeti seekor singa hidup.
Singa lapar yang mengincar makanan.
Begitu dia naik ke atas panggung, senjatanya yang berbentuk sekop digunakan untuk memukul Fang Zhen Mei,
Dengan cepat Fang Zhen Mei menghindar ke belakang.
Sewaktu kita kecil, kita sering melihat seekor anjing kecil mengejar seekor serangga atau kupu-kupu yang terbang ke ekornya. Anjing itu berputar-putar begitu juga dengan ekornya, akhirnya dia merasa lelah dan berhenti dengan sendirinya.
Keadaan Ge La Tu dan Fang Zhen Mei sekarang ini seperti itu.
Pastinya Ge La Tu tidak mempunyai ekor, tapi Fang Zhen Mei dari belakang terus memegangi jubahnya. Fang Zhen Mei bergerak dengan ringan seperti seekor burung walet, begitu Ge La Tu bergerak, Fang Zhen Mei akan terbawa. *"
Ge La Tu marah dan berteriak, kemudian memukul ke belakang, tapi Fang Zhen Mei masih terus berada di belakangnya.
Pernah sekopnya mengenai sesuatu, tapi yang terkena pukulannya malah tubuhnya sendiri.
Hampir saja dia berhasil mengenai Fang Zhen Mei, tapi secara tiba-tiba Fang Zhen Mei menghilang, dan Ge La Tu malah memukul pantatnya sendiri, setelah itu Fang Zhen Mei muncul kembali di belakangnya.
Ge La Tu menusuk sini, memukul sana, akhirnya dia malah kelelahan sendiri. Dia berputar-putar, gerakannya semakin lambat, tiba-tiba Fang Zhen Mei muncul di hadapannya.
Ge LaTu terkejut, tapi dia sudah memukul sekopnya ke depan.
Tiba-tiba Fang Zhen Mei menghilang lagi.
Karena Ge La Tu kehilangan keseimbangan tubuhnya, begitu melihat ada sebuah panji besar yang bertuliskan 'Song', panji itu
sudah menyapu ke arahnya.
Dia terkejut dan berniat untuk menghindar, laju tubuhnya sudah tidak bisa dihentikan lagi, kedua matanya tidak bisa melihat dengan jelas karena tertutup oleh panji 'Song' Waktu itu dia merasa kedua tangannya kaku, sekop tajam dan bergerigi telah diambil seseorang.
Sambil berteriak dia memejamkan matanya, kedua tangannya terus bergerak, diapun mundur 7-8 kaki, begitu membuka matanya, walaupun panji 'Song' tidak menutupi matanya lagi tapi pemuda berbaju putih itu sudah berdiri di depannya dan dengan ramah tertawa kepadanya, tangan kiri pemuda itu ada sekopnya.
Ujung sekop berada di bawah lehernya, kalau dimajukan sedikit lagi, di dunia tidak akan ada lagi orang yang bernama Ge La Tu.
Ge La Tu terpaku, kemudian dari mulutnya keluar bahasa Tibet yang tidak dimengerti oleh siapapun, hanya terlihat dia memejamkan mata, tidak bicara, dan menunggu maut menjemput.
Fang Zhen Mei tertawa, sekop tajam itu dikembalikannya kepada Ge La Tu.
Ternyata kata-kata Ge La Tu tadi adalah, "Kalau mau membunuhku, bunuhlah sekarang, seorang laki-laki sejati boleh dibunuh, tapi tidak boleh dihina." dia menunggu maut menj emputnya.
Tapi Fang Zhen Mei tidak membunuhnya, malah mengembalikan senjatanya, Ge La Tu terpaku.
Begitu Ge La Tu tahu bahwa Fang Zhen Mei tidak bermaksud jahat, segera dia mengambil kembali senjatanya, dan diletakkan di bawah, dia memberi hormat dengan dua tangan dikatupkan, kemudian dia bicara dengan bahasa Tibet, segera dengan cepat turun dari panggung.
Fang Zhen Mei tidak mengerti bahasa Tibet, jadi dia tidak tahu apa yang dikatakan Ge La Tu tadi.
Tapi wajah Pangera Jin terus, berubah, Xia Hou Lie dengan
langkah gagah naik ke atas panggung.
Ternyata walaupun Ge La Tu bersifat kejam, tapi dia adalah murid tertua di kuil La Sha di Tibet, di kuil La Sha, dia adalah salah satu Budha hidup berbaju merah, di antara 7
Budha hidup, ilmu silatnyalah yatigp.il u tinggi. Sifat aslinya tidak jahat, dia hanya dipengaruhi oleh orang-orang Jin sehingga dia membenci orang-orang Zhong Yuan. Dia mengikuti Pangeran Jin baru bisa masuk kc Zhong Yuan dan membunuh orang-orang Zhong Yuan.
Sekarang Fang Zhen Mei berhasil mengalahkannya tapi tidak membunuhnya, dia bersifat terbuka, segera dia mengucapkan terima kasih kepada Fang Zhen Mei, dan mengatakan tidak akan lagi bermusuhan dengan orang Zhong Yuan, semua ini dilakukannya untuk membalas budi Fang Zhen Mei karena tidak membunuhnya.
Akhir pertarungan itu membuat Pangeran Jin kehilangan muka di depan rakyat Song.
Karena itu dengan cepat Xia Hou Lie naik ke atas panggung.
0-0-0 Xia Hou Lie baru saja naik ke atas panggung, dia segera memukul kepala Fang Zhen Mei.
Begitu Fang Zhen Mei melihat Xia Hou Lie, dalam hati dia sudah berpendapat, begitu erang itu mengeluarkan jurus, jurus-jurusnya akan persis seperti Wo Shi Shui!
Fang Zhen Mei sangat berpengalaman bertarung dengan Wo Shi Shui. Pada awalnya jangan terlalu serius menghadapinya. Karena Wo Shi Shui sama sekali tidak peduli dengan nyawanya, karena itu bila serius berhadapan dengan Wo Shi Shui, malah hanya akan mengantarkan nyawa kepadanya.
Sepertinya Xia Hou Lie pun bersifat seperti itu.
Begitu Xia Hou Lie menepis ke arahnya, Fang Zhen Mei tiba-tiba menusuk dengan jarinya.
Kemudian jarinya mulai bergerak di sisi telapak tangan Xia Hou Lie, angin yang dihasilkan dari jari terus berhembus hingga ke tengah, jari-jari itu tampak kuat seperti golok!
Telapak tangan Xia Hou Lie tiba-tiba berubah, dia menepuk dengan tangan kirinya, dan Fang Zhen Mei mengeluarkan jari kirinya. Jati itu menusuk bagian tengah telapak tangan Xia Hou Lie.
Walaupun Xia Hou Lie seorang pemberani, tapi dia terus menjaga agar jangan sampai telapak tangannya tertotok. Telapaknya berubah menjadi kepalan dan terus memukul ke arah Fang Zhen Mei.
Xia Hou Lie berganti jurus dengan cepat, bersamaan saat itu juga Fang Zhen Mei mengganti jurus jarinya.
Jurus jari Fang Zhen Mei bernama Yi Zhi Feng Dian Tou (Jari burung phoenix mengangguk kepala). Dia menotok kepalan Xia Hou Lie.
Walaupun dalam satu jurus terjadi 3 kali perubahan, tapi dia masih tidak bisa menang dari jari angin Fang Zhen Mei, terpaksa dia mengeluarkan jurus kaki andalannya!
Tendangan ini seperti di depan ada dua telapak, satu kepalan adalah tipuan, sangat cepat, tepat, ganas, dan tidak berbekas!
Tapi baru saja dia mengangkat kakinya, jari Fang Zhen Mei sudah menusuk kaki kirinya.
Tapi Xia Hou Lie menendang dengan kaki kanannya!
Kaki menendang ke arah tenggorokan Fang Zhen Mei, tampak kaki Xia Hou Lie seperti akan mengenai Fang Zhen Mei, tapi tiba-tiba tenggorokan Fang Zhen Mei berubah menjadi sebuahjari!
Jari dilipat, sambungan jari kedua, memukul kaki Xia Hou Lie!
Xia Hou Lie tidak bisa merubah jurusnya lagi, tiba-tiba dia bersalto dan terbang beberapa meter. Semua jurus seperti tidak pernah dikeluarkan sebelumnya. Tapi dia baru saja bersalto belum sempat melihat apa-apa, dia sudah melihat ada sebuahjari yang siap
menotok nadi Ren Zhong (nadi yang berada di bawah hidung dan di atas mulut)!
Itulah jari Fang Zhen Mei. Karena terkejut dengan segala cara dan dengan langkah 8 dewa, dia melenting ke belakang, jarinya baru bisa meleset melewati nadi Ren Zhong!
Tapi jari itu tiba-tiba berubah menjadi tangan yang akan mengetuk sesuatu, ternyata mengetuk tulang hidungnya!
Xia Hou Lie segera memutar tubuhnya, dengan melakukan langkah kepiting mabuk, kaki naga sedang terlelap, dia meloncat keluar dari serangan Fang Zhen Mei.
Tapi jari itu ikut bergerak, jari itu berubah dan siap menotok urat nadi pahanya.
Xia Hou Lie meraung dengan melakukan langkah burung Yuan Yang di tengah-tengah udara, dia terus menendang, kemudian naik ke langit.
Begitu meloncat hingga ke tempat tinggi, tiba-tiba dia melihat jari panjang, putih, dan persendian tulang, dengan bertenaga siap menotok syaraf yang ada di tengah alis!
Xia Hou Lie membentak, dia segera turun dengan cepat!
Tapi dia sempat melihat ada sebuah jari yang siap menotok urat nadi di kakinya!
Xia Hou Lie tidak tahu sebenarnya Fang Zhen Mei memiliki berapa jari" Mengapa jari-jarinya bisa berada di mana-mana" Dan selalu menunggu untuk menyerangnya, sekarang dia hanya bisa berjaga tidak bisa menyerang.
Xia Hou Lie adalah seorang pemberani dari suku bangsa Qi Dan, dan salah satu pesilat tangguh dari suku Qi Dan. Dia bersiul panjang dan mengumpulkan nafasnya, dia masih bisa terbang ke atas lagi!
Dia terbang seperti seekor elang yang sedang marah, dia menabrak hingga pecah atap genting rumah yang tingginya 10 meter, lalu terbang ke atas panggung.
Tapi dia sama sekali tidak menyangka, begitu dia naik ke atas atap, di sana sudah ada seseorang yang sedang menunggunya sambil tertawa. Kemudian orang itu menjulurkan dua jari kepadanya, menotok kiri dan kanan tubuhnya!
Fang Zhen Mei. Sekarang Xia Hou Lie baru tahu, Jiang Nan Fang Zhen Mei benar-benar berilmu silat tinggi.
Kemampuan ilmu silat Fang Zhen Mei tidak terukur dan sama sekali tidak terbaca dia mempergunakan ilmu silat dari perkumpulan apa. Apakah itu adalah ilmu silatnya yang tertinggi atau dia masih memiliki ilmu lainnya" Tidak ada seorangpun yang tahu.
Tapi dia dengan tersenyum dan dengan mudah mengalahkan lawan-lawannya.
Xia Hou Lie pernah mendengar bahwa di Jiang Nan ada orang seperti itu, tapi dia tidak mempercayainya. Sekarang dia baru sadar kalau dia salah, dan dia telah melakukan kesalahan besar.
Karena dia sekarang telah percaya dan sangat mempercayainya.
Sekarang tenaga Xia Hou Lie sudah terkuras habis, nafasnyapun sudah habis, dia sadar dia tidak akan bisa menghindari jurus Fang Zhen Mei lagi!
Karena itu dengan terpaksa dia menyambut jurus Fang Zhen Mei.
Kedua tangan Xia Hou Lie mencengkram, dia lebih memilih telapak tangannya ditusuk oleh Fang Zhen Mei hingga berlubang sehingga merusak ilmu yang sudah puluhan tahun dipelajarinya. Tapi dia harus berhasil memutuskan jari Fang Zhen Mei!
Kelihatannya Xia Hou Lie berhasil menangkap jari telunjuk kanan Fang Zhen Mei. Tapi secara tiba-tiba telunjuk kiri dan kanan Fang Zhen Mei malah menghilang, digantikan dengari jari tengah dan menyentil urat nadi yang ada di tangan Xia Hou Lie.
Xia Hou Lie merasa tangan kiri dan kanannya mati rasa, begitu dia membuka tangannya, dua jari sudah berada di tangannya,
dengan bersahabat jari-jari itu berjabat tangan dengan tangannya.
Kemudian secara bersama-sama mereka turun dari atas!
Penonton melihat mereka berdua turun bersama-sama. Awalnya terlihat Xia Hou Lie terus menyerang, kemudian dia lari untuk menghindar akhirnya dia terbang ke atas, Xia Hou Lie terus meraung, begitu turun mereka saling berpegangan tangan. Mereka turun dengan tenang seperti bersahabat, penonton merasa aneh!
Hanya Xia Hou Lie sendiri yang tahu, kalau Fang Zhen Mei berniat membunuhnya, sejak tadi dia sudah mati 10 kali.
Bagitu turun Fang Zhen Mei masih memegang tangan Xia Hou Lie, dia sama sekali tidak bertenaga.
Tiba-tiba Fang Zhen Mei melepaskan tangan Xia Hou Lie, dan mundur 3-4 langkah dengan suara kecil dia berkata, "Maaf."
Waktu itu hampir saja Xia Hou Lie meneteskan air mata.
Semenjak dia berkecimpung di dunia persilatan, selalu bersemangat, \ pemberani, gagah, dan berilmu silat tinggi. Banyak pesilat tangguh dihina di bawah telapak dan kepalannya, merintih, memohon, dan akhirnya mati. Dia sama sekali tidak menyangka kalau suatu hari diapun akan mengalami kekalahan total!
Lebih-lebih tidak menyangka sewaktu dia mengalami kekalahan, Fang Zhen Mei malah berpura-pura telah tergetarkan olehnya dan malah mengucapkan kata 'maaf.
Dia sama sekali tidak tahu harus melakukan apa sekarang. Kalau bisa dia ingin menangis sepuasnya. Karena itu dia membalas memberi hormat kepada Fang Zhen Mei dan turun dari panggung.
Begitu Fang Zhen Mei datang, dia sudah memenangkan 3 babak berturut-turut. Penonton sampai lupa berteriak, sekarang Pangeran Jin sendiri yang naik ke atas panggung. Penonton menahan nafas menunggu pertarungan selanjutnya.
Pertarungan antara pihak Song dan pihak Jin pada pertarungan kedua. Awalnya pihak Jin telah memenangkan 3 babak, disusul oleh
pihak Song memenangkan 3 babak, sekarang tersisa babak terakhir, babak penentuan siapa yang akan menang dan siapa yang akan kalah!
Shi Wen Sheng yang berada di atas panggung hanya diam, dia tidak bersuara, sepertinya diapun terkejut dengan ilmu silat Fang Zhen Mei yang begitu tinggi.
0-0-0 Begitu Pangeran Jin naik ke atas panggung, dia seperti sebuah gunung yang tidak bergerak.
Fang Zhen Mei pun tidak bergerak.
Sinar dari matahari yang akan terbenam membuat awan-awan yang berada di langit seperti dipasang cahaya emas.
Panji yang ada di atas panggung masih tampak berkibar dengan gagah. Bayangan Pangeran Jin dan Fang Zhen Mei seperti memanjang.
Tapi mereka berdua tidak bergerak, penonton seperti kaget dan mereka hanya terdiam. Melihat sikap mereka berdua.
Semenjak kedatangan Fang Zhen Mei, Wo Shi Shui selalu berada di sisi panggung tidak pernah meninggalkan tempat itu. Diapun melihat semua kejadian itu hingga terbengong-bengong.
Tiba-tiba Pangeran Jin mulai bergerak.
0-0-0 BAB 20 Jurus pedang yang mengejutkan
Begitu Pangeran Jin bergerak dia mencabut pedangnya. Pedang berwarna emas.
Sinar matahari terbenam menyinari pedang itu, membuat pedang
ini mengeluarkan cahaya emas yang menyilaukan. Cahaya emas itu menyinari kedua mata Fang Zhen Mei. Kedua mata Fang Zhen Mei langsung dipejamkan.
Waktu itu dua pedang Pangeran Jin sudah menyerangnya.
Ying Yan Shuang Sha Jian Fa!
0-0-0 Satu pedang menusuk ke arah tenggorokan, sedangkan pedang yang lain menusuk ke dada! Terlihat pedang siap menusuk, tapi tubuh Fang Zhen Mei tiba-tiba menciut!
Dia bergerak dengan cepat seperti peluru. Lalu dengan cepat mundur! Pangeran Jin pun ikut terbang.
Pedang emas terus mengejar Fang Zhen Mei dan pedang tidak pernah jauh dari tenggorokan dan dada Fang Zhen Mei!
Fang Zhen Mei mundur secepat kilat. Pangeran Jin mengejar Fang Zhen Mei seperti guntur!
Orang-orang yang berada di bawah panggung melihat dengan mulut menganga.
Jantung mereka sepertinya setiap saat bisa meloncat keluar, tapi tidak ada yang berteriak.
Karena diserang kilauan pedang, Fang Zhen Mei kehilangan kesempatan untuk menyerang. Dia sama sekali tidak bisa mengeluarkan jurus, hanya bisa menghindar dan mundur dengan cepat.
Pangeran Jin tidak ingin kehilangan kesempatan ini. Dengan sekuat tenaga dia terus mengejar! Fang Zhen Mei semakin cepat mundur, Pangeran Jin semakin cepat mengejar!
Penonton tadinya mengira ilmu meringankan tubuh mereka hanya dalam batas mundur dan mengejar, tapi mereka melihat yang dikejar dan mengejar, kecepatannya tidak pernah berkurang, malah bertambah cepat. Terakhir hanya melihat di atas panggung ada titik
putih dan kuning. Sosok orangnya tidak terlihat.
Mereka seperti kilat berputar di atas panggung, mereka sudah berkeliling 11 putaran.
Dua pedang Pangeran Jin tetap berada dekat urat nadi penting Fang Zhen Mei, jaraknya kurang lebih 2 inchi.
Tiba-tiba Fang Zhen Mei merasa di belakangnya ada 2 suara dengan cepat memecahkan udara!
Di bawah panggung, Chen Leng si kurang telinga menembakkan 2 biao ke arah Fang Zhen Mei.
Dengan cepat tangan Fang Zhen Mei bergerak kebelakangkan dan menangkap biao yang datang. Tapi pedang emas Pangeran Jin hampir mengenai kulitnya!
Waktu itu Fang Zhen Mei tiba-tiba menggulingkan badannya dengan posisi miring.
Tadinya Pangeran Jin mengira dia pasti akan mengenai Fang Zhen Mei, tapi tiba-tiba Fang Zhen Mei menghilang. Karena laju tubuhnya tidak bisa dihentikan, dua pedang emas itu masuk dan menancap ke dalam tiang, yang tersisa hanya pegangan pedangnya!
Hati Pangeran Jin menjadi dingin. Dengan sekuat tenaga dia berusaha mencabut kedua pedang ini tapi tidak berhasil. Terlihat Fang Zhen Mei tersenyum melihatnya.
Fang Zhen Mei tidak menyerangnya.
Wajah Pangeran Jin berubah menjadi abu-abu.
Dia tahu jika Fang Zhen Mei ingin membunuhnya tadi, dia sudah mati beberapa kali.
Badan Pangeran Jin dipenuhi keringat dingin. Dia berdiri, tidak bergerak, juga tidak tergesa-gesa mencabut kedua pedang emas itu.
Fang Zhen Mei tetap tidak menyerangnya.
Tapi di bawah panggung sudah terdengar teriakan yang memilukan.
0-0-0 Fei Biao Chen Leng setelah melepaskan 2 biao, dia segera meloncat!
Pangeran Jin tidak boleh kalah dari Fang Zhen Mei, Chen Leng mengerti hal ini.
Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong sudah tahu bagaimana posisi selanjutnya. Jika Pangeran Jin kalah, diapun tidak akan bisa hidup.
Begitu dia meloncat, dia melihat orang yang bertarung di atas panggung sudah berhenti bergerak.
Dia melihat Fang Zhen Mei selalu melepaskan Pangeran Jin.
Karena itu dia segera mengubah rencananya. Dia ingin keluar dari kerumunan orang, baru saja dia lari beberapa meter, sebuah kail ikan sudah melilit pergelangan kakinya.
Pada waktu yang bersamaan banyak senjata secara bersama-sama menancap di tubuhnya.
Di antaranya ada Tian Nan Quan Pai, Jin Niu Quan dari ketua YingXiong Bao Liu Xing Cui, tusuk konde Nan Tian Yi Feng, tusukan dari Jiang Fei Fan, dan lain-lain!
Tusukan ini dilontarkan dalam keadaan marah, tidak ada ampun lagi untuk Chen Leng.
Karena itu kecuali menjerit, dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi!
Begitu Chen Leng roboh, Shen Tai Gong baru menarik kembali kail ikannya. Kemudian dia melihat Qiao Li Hua. Qiao Li Hua tampak ketakutan.
Terdengar Shen Tai Gong berkata sambil tertawa, "Kau tenang saja, aku tidak ingin bertarung dengan seorang perempuan."
0-0-0 Sinar matahari terbenam menyinari kepala penonton dan panggung, ke arah panji besar dan baju Pangeran Jin. Pangeran Jin memegang pedang emasnya. Sejak tadi dia tidak bicara.
Tiba-tiba Fang Zhen Mei bertanya, "Apakah keadaan guru Anda baik?"
"Baik!" jawab Pangeran Jin.
Fang Zhen Mei tertawa, "Ilmu pedang Pangeran Jin di antara pesilat muda boleh dikatakan nomor satu. Tapi sayang ilmu pedang guru Anda diibaratkan seperti elang memukul langit, terlihat sangat gagah. Ilmu pedang istri gurumu cepat, lincah, dan ganas, sifat Anda berada di antara keduanya. Jika Anda bisa menemukan sebuah ilmu pedang yang cocok untuk Anda, aku tidak akan bisa menanandingi Pangeran."
Beberapa kalimat ini seperti kata-kata seorang tetua dunia persilatan. Satu kalimat mengatakan tentang kekurangan ilmu silat Pangeran Jin, setelah itu mengeluarkan pendapat bagaimana cara mengatasinya. Hua Hui dan Bu Tong mendengarkan kata-kata Fang Zhen Mei. Mereka juga merasa perkataan Fang Zhen Mei sangat masuk akal.
Hati Pangeran Jin tergerak, dia mendengarkan kata-kata ini, bila dia berlatih 5 tahun lagi, mungkin dia akan menjadi pesilat muda nomor satu.
Tapi sayang Pangeran Jin malah mempunyai perasaan berbeda. Dia malu juga marah!
Ternyata dia sangat sombong. Dia lahir di lingkungan istana. Semua orang harus hormat dan menjilatnya. Sejak kapan dia akan mendengar saran orang lain" Dia cemas juga marah. Pelan-pelan dia mencabut 2 pedangnya dan berkata, "Harap memberi petunjuk untuk satu hal lagi."
Fang Zhen Mei tertawa, "Memberi petunjuk kepada Anda, aku tidak berani."
"Guruku pernah mengajarkanku satu hal," kata Pangeran Jin.
"Pasti kata-kata yang sangat bijak," kata Fang Zhen Mei.
Pelan-pelan Pangeran Jin mendekatinya dan berkata, "Guru mengajarkan kepadaku, jika dengan kedua pedang ini aku masih kalah di tangan bangsa Han, maka aku harus bunuh diri saat itu juga, dan mereka akan membalas dendam kematian muridnya!"
Fang Zhen Mei terpaku dan berkata, "Kata-kata guru Anda itu sepertinya terlalu...."
Tiba-tiba Pangeran Jin tertawa sinis dan berkata, "Kau tidak perlu merasa khawatir, aku tidak akan mati!"
Fang Zhen Mei tertawa, "Itu benar"
Pangeran Jin berkata lagi, "Karena...." Dia melihat 2 pedang yang ada di tangannya dan melanjutkan, "Karena yang akan mati adalah kau."
Kata 'mati' baru diucapkan, 2 pedang itu sudah menusuk.
Cepat seperti kilat. Tawa Fang Zhen Mei membeku.
0-0-0 7 babak pertarungan sudah berlalu. Kalah dan menang sudah dapat ditentukan. Fang Zhen Mei tidak membunuh Pangeran Jin, tapi Pangeran Jin lah yang ingin membunuh Fang Zhen Mei. Hal ini membuat geger para penonton!
Dengan cepat pedang itu menusuk!
Fang Zhen Mei tidak sempat menghindar lagi!
Ibu jari, telunjuk tangan kiri, dan tangan kanan dengan cepat menjepit ujung pedang Pangeran Jin!
Sewaktu ujung pedang telah dijepit, jarak ujung pedang dengan tenggorokan Fang Zhen Mei hanya tinggal satu inchi lagi dan jarak ujung pedang dengan pertengahan alis kurang dari 1 inchi lagi. Tapi
kedua pedang itu seperti menancap ke dalam batu, tidak bisa digerakkan. Waktu itu tiba-tiba terlihat cahaya pedang yang berkilauan. 9 titik cahaya sudah sampai di sana.
Dari mana datanganya cahaya bulat ini" Dari mana datangnya cahaya pedang ini"
Ternyata berasal dari si pembawa acara. Satu pedang dengan 9 ring, milik Shi Wen Sheng.
Cincin dan pedang terbang menyerang ke punggung Fang Zhen Mei!
0-0-0 Terkejut kemudian berteriak, berteriak, meraung, semua reaksi ini tidak bisa menolong nyawa Fang Zhen Mei.
Tiba-tiba tangan Fang Zhen Mei dilonggarkan.
Badannya seringan seperti kapas, dengan lemah dia melayang ke bawah.
Kepalanya mengenai papan panggung tapi kedua kaki masih seperti pohon dengan kokoh berdiri di atas panggung.
Ini adalah ilmu silat dari utara, Tie Ban Qiao (Jembatan papan besi).
Pedang emas milik Pangeran Jin melewatinya dari atas wajahnya dan tepat mengenai 2 cincin yang datang! Kemudian Fang Zhen Mei mencengkram ke belakang. Tangan kiri dan kanannya melingkari 3 cincin! Jumlah cincin besi ada 9 buah!
Dua tertusuk jatuh oleh pedang emas. 6 cincin disambut oleh Fang Zhen Mei.
Satu cincin lagi terdengar PUSH, cincin berputar dan memukul ke dada Fang Zhen Mei.
Ujung pedang Shi Wen Sheng hampir sampai!
Kedua tangan Fang Zhen Mei menyambut cincin besi itu, kakinya
tetap berdiri. Ujung pedang Shi Wen Sheng tidak bisa ditahan lagi, kematian sudah menunggu!
Para pendekar Huai Bei marah dan meraung, tapi tidak bisa menolong Fang Zhen Mei lagi!
0-0-0 Tapi mulut Fang Zhen Mei masih bisa berfungsi. Dia menggigit ujung pedang itu!
Waktu ini, ilmu pedang Pangeran Jin berubah menusuk ke kaki.
Fang Zhen Mei harus meladeni 2 pedang itu, dia sudah tidak sempat berbuat sesuatu lagi.
Karena pedang Pangeran Jin tiba-tiba saja memanjang.
Tadi Shen Tai Gong dengan singkat memberitahu keadaan pertarungan yang sudah terjadi kepada Fang Zhen Mei.
Tapi dia lupa memberitahu hal yang terpenting.
Pedang Pangeran Jin di dalamnya terdapat pegas yang bisa membuat pedang memanjang. Hua Hui dan Bu Tong jiga terluka karena itu.
0-0-0 Waktu itu ada cahaya pedang yang tampak berkilau datang!
Kilauan pedang sangat cepat seperti kilat.
Seperti awan yang bersembunyi dalam cahaya matahari terbenam, tiba-tiba muncul pelangi yang indah!
Seperti sungai besar tiba-tiba jatuh menjadi air terjun yang tinggi!
Pedang panjang seperti salju juga seperti giok. Dari bawah ke atas, cahaya pedang ini lebih cepat, lebih terang dari pedang-pedang lainnya 10 kali lipat!
Dibandingkan dengan sepasang pedang emas ini, pedang ini hanya seperti seorang perempuan yang berwajah penuh dengan
kosmetik sedangkan pedang itu diibaratkan dengan kecantikan asli seorang gadis.
Pedang emas jadi kehilangan kecantikannya dan menjadi tidak berharga sama sekali.
Pedang ini sangat cepat, tepat, indah, seperti langit yang ada di dalam lukisan. Semua putih seperti sebuah air terjun di dalam sebuah lukisan. Penuh tenaga yang tiada habisnya dan sangat berwibawa!
Pedang itu melewati semua pedang dan CEB, sudah menusuk ke tenggorokan Pangeran Jin!
0-0-0 Jing Tian Yi Jian (Pedang langit terkejut). Long Zhai Tian yang berada di bawah panggungmeneriakan kalimat itu. Jing Tian Yi Tian.
Wajah Hua Hui dan Bu Tong berubah.
Mereka berdua bisa berlatih pedang karena mereka pernah melihat Tian Ya Sha Jue Shou, Yi Shui Han bertarung dengan Yang Mei Jian, Chu Guan Yu. Mereka sangat iri, karena itu mereka berdua menjadi rajin berlatih pedang.
Guru dari Jian Jue, Yi Shui Han adalah Tian Lei Lao Ren. Jian Yue bisa menjadi terkenal karena tidak ada seorangpun yang bisa menerima jurusnya yang bernama Tian Lei Yi Shi.
Tian Lei Lao Ren, seumur hidup belum pernah terkalahkan. Jurusnya yang bernama Tian Lei Yi Shi tidak pernah ada yang bisa menyambutnya.
Tapi 25 tahun yang lalu, di puncak Hua Shan, dia telah bertarung dengan seorang pendekar Zhong Yuan, yang bernama Xiao Qiu
Shui. Mereka bertarung sehari semalam. Tian Lei Yi Shi akhirnya kalah di tangan Pendekar Xiao Qiu Shui, kalah satu jurus.
Jurus ini tidak pernah terlihat di dunia persilatan, tapi kabarnya sudah tersebar di mana-mana. Jurus ini bernama Jing Tian Yi Jian!
Semenjak Xiao Qiu Shui menusuk dengan jurus itu dan berhasil mengalahkan Tian Lei Lao Ren, Xiao Qiu Shui belum pernah muncul lagi di dunia persilatan.
Tapi 25 tahun kemudian di Huai Bei di kota Xia Guan, pada saat pihak Song dan pihak Jin bertanding, di saat semua orang begitu tegang, Fang Zhen Mei mengeluarkan jurus itu untuk menusuk Pangeran Jin!
Tudak ada yang tahu kalau Fang Zhen Mei bisa menggunakan pedang.
Lebih-lebih tidak ada yang tahu dia menguasai Jing Tian Yi Jian.
Tapi sekarang tiba-tiba muncul jurus ini dan Fang Zhen Mei yang memperlihatkannya. Jurus pedang ini hanya sebentar keluar setelah itu tidak terlihat lagi.
Pedang panjang seperti salju juga seperti giok, hanya sebentar singgah di leher Pangeran Jin, lalu kembali lagi ke dalam lengan baju Fang Zhen Mei, setelah itu sama sekali tidak terlihat lagi.


Panji Akbar Matahari Terbenam Seri 3 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seperti tidak pernah terjadi sesuatu. Tapi jurus seperti bintang jatuh itu dilakukan begitu cepat, dan menghangatkan dunia ini juga menghangatkan beberapa hati orang!
Dalam hati Hua Hui dan Bu Tong yang sudah melihat jurus ini, hati mereka seperti gelombang air yang bergejolak!
Pangeran Jin tidak mati. Tapi dia kehabisan tenaga.
Di tenggorokannya ada sebuah lubang kecil. Dengan jelas dia merasakan pedang seperti es salju juga seperti giok itu menyerangnya. Pedang sempurna itu menahan saluran nafasnya. Sorot matanya masih tidak percaya juga merasa sangat terkejut, yang berakhir dengan ketakutan.
Dua pedang yang sudah tidak bertenaga menancap ke bawah. Karena jika dia bergeser sedikit saja, maka pedang yang berkilau itu akan menusuk dan menyobek saluran nafasnya. Dia bisa mati.
Pedangnya belum menusuk, tapi dia sudah mati, karena itu dia tidak berani bergerak. Fang Zhen Mei segera menarik pedangnya. Pelan-pelan dari bawah dia naik kembali.
Pangeran Jin menarik nafas panjang. Jika dari posisi belakang sekali meloncat dan berdiri itu tidak sulit. Tapi pelan-pelan bangun, ada berapa orang yang sanggup melakukannya"
Pangeran Jin menarik nafas panjang karena dia tahu, tidak ada harapan lagi untuk membunuh Fang Zhen Mei. Dia merasa malu dan terhina, selama ini belum pernah di^a merasakan. Seumur hidup, dia sangat berani dan juga pintar bertarung. Lahir di lingkungan istana, hidup enak, dan belum pernah dihina. Dia tidak tahu mengapa dia bisa sangat takut kepada pedang panjang seperti salju juga seperti giok itu. Sepertinya pedang itu mewakili sesuatu dan membuatnya tidak bisa menerima begitu saja.
Pangeran Jin tidak tahan dengan penghinaan ini. Cara penyelesaiaannya seperti pendekar negara Jin lainnya
Dua pedang dibalikkan dan menusuk ke dalam perutnya. Rasa sakit yang amat sangat membuatnya berteriak kepada Wan Yan Zhu, "Kembalikan dua pedang ini kepada guruku. Biarkan dia yang membalaskan dendamku...."
Suara serak. Pangeran Jin bunuh diri. Darah menggenangi panggung.
Pangeran Jin sudah meninggal.
0-0-0 Fang Zhen Mei berdiri di atas panggung. Di sisi panji Negara Song. Lama dia tidak bicara.
Shi Wen Sheng selangkah demi selangkah mundur, tiba-tiba dia membalikkan badan dan siap melarikan diri.
Dia benar-benar terkejut karena melihat jurus pedang Fang Zhen Mei tadi. Baru saja dia mundur, dia sudah mendengar ada suara bentakan keras. Begitu dia membalikkan badan, dia melihat kepalan
besar dan berat sudah berada di depan hidungnya
Kemudian setelah itu dia tidak tahu apa-apa lagi.
Apakah dia sadar kalau kepalan itu adalah kepalan yang membuat tulang wajahnya hancur!
Dan kepalan ini berasal dari kepalan Wo Shi Shui.
"Kembalikan kedua pedang ini kepada guruku, biarkan dia yang membalaskan dendamku"
" Fang Zhen Mei masih memikirkan 2 kalimat itu.
" Pangeran Jin sudah mati. Apakah Jin Zhu Liang bisa menerimanya"
" Apakah Xi Yi Liu Ying dan Xi Yi Jin Yan akan diam begitu saja"
" Mungkin dari sekarang negara Song dan negara Jin tidak akan bisa hidup tenang.
Fang Zhen Mei melihat matahari terbenam. Matahari kuning dan redup menyinari sini dan sana. Sekarang dia kembali menyinari panji Song yang besar ini.
Kuda yang Fang Zhen Mei tunggangi untuk menempuh perjalanan jauh sekarang terdengar sedang meringkik.
"Matahari terbenam menyinari panji besar. Kuda meringkik. Angin berhembus."
Fang Zhen Mei teringat pada 2 kalimat puisi ini.
Waktu itu terdengar ada yang berteriak. Suara ini datang dari Xin Wu Er, "Da Ge, Da Ge, ada apa denganmu?"
Kedua mata Long Zhai Ti^n sedikit terpejam, bibirnya terbuka, rambut dan alisnya penuh dengan darah. Matahari terbenam dengan redup menyinari wajahnya. Dia sudah meninggal.
Begitu dia menyaksikan Jing Tian Yi Jian yang menggegerkan dunia persilatan yang muncul dengan tiba-tiba dan juga menghilang secara tiba-tiba pada saat yang begitu indah. Dia meneriakkan
'JingTian Yi Jian', kemudian diam-diam sudah meninggalkan dunia ini.
Demi menjaga wibawa Huai Bei, dia menerima pertarungan dan terluka parah. Akhirnya dia meninggal di tangan Pangeran Jin.
Tapi Pangeran Jin juga mati di panggung pertarungan itu.
Dia mati di tangannya sendiri.
0-0-0 Qiao Li Hua diam-diam berdiri. Di antara kerumunan orang yang sedang bersedih, dia ingin secara diam-diam melarikan diri. Tiba-tiba suara Shen Tai Gong berkata, "Hei cabe merah!"
Qiao Li Hua merasa kepalanya dingin sampai ke kaki.
Shen Tai Gong tertawa dingin, "Kali ini kami akan melepaskanmu. Nama baik Zhong Yuan Wan Dao Xian Shui Qing apakah akan dirusak olehmu" Kalau kau tidak berubah, Shi Wen Sheng yang di atas panggung, Chen Leng yang di bawah panggung, Cheng Qian Jin yang ada di sisi Huai He, Shi Jin Tang dari Huai He adalah contoh terbaik untukmu!"
Qiao Li Hua terdiam di tempatnya, dia tidak berani bergerak sama sekali.
Wan Yan Zhu diam-diam naik ke panggung, mencabut dua pedang emas itu kemudian diam-diam pergi.
Xia Hou Lie dan Ge La Tu berdiri di antara kerumunan orang. Mereka tidak tahu harus melakukan apa.
Xi Wu Hou masih jongkok di sana dan merintih kesakitan.
Fang Zhen Mei turun dari panggung. Tangannya dan tangan Wo Shi Shui menggenggam dengan erat.
Tiba-tiba ada sepasang tangan yang menangkup di atas tangan mereka. Ternyata tangan itu adalah tangan Shen Tai Gong yang sedang tertawa. Dia berkata, "Akhirnya kita berkumpul lagi."
Fang Zhen Mei dengan tersenyum berkata, "Akhirnya kita bersama lagi."
Wo Shi Shui melihat panji yang ada di atas panggung pertarungan. Melihat matahari terbenam pada jarak begitu jauh. Dia juga berkata, "Betul, akhirnya kita bersama lagi."
Tamat Bandung, 15 desember 2006
Salam Hormat. (See Yan Tjin Djin) Buku persembahan See Yan Tjin Djin yang telah terbit
Raja Naga Tujuh Bintang...............................284 hal
Darah Ksatria............................................274 hal
Golok Bergetar Lonceng Berdenting.................269 hal
Antara Budi Dan Cinta..................................415 hal
Jala Pedang Jaring Sutra.................................770 hal
Pedang Abadi.............................................116 hal
Bulu Merak...............................................136 hal
Gelang Perasa............................................139 hal
Kait Perpisahan..........................................155 hal
Tujuh Pembunuh.........................................178 hal
Si Pisau Terbang "Pulang"...............................96 hal
Pedang Bayangan Panji Sakti..........................494 hal
Sepasang Pedang Naga.................................277 hal
Ilmu Pedang Pengejar-Roh..............................412 hal
Pendekar Sejagat.........................................301 hal
Pedang Kekasih..........................................337 hal
Kilas Balik Merah Salju 5 Kucing Suruhan Karya S B Chandra Imbauan Pendekar 3
^