Panji Sakti 10
Panji Sakti Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung Bagian 10
"Engkau ?" Engkau harus balas ?" balas dendam kami!"
"Adik Cing! Aku ?" aku pasti balas dendam kalian," sahut Se Pit
Han berjanji. "Pasti balas dendam kalian."
"Kakak Han, aku ?" aku tidak bisa pergi ke Cai Hong To, aku
?" aku ?"" Cing Ji tidak melanjutkan ucapannya lagi, karena
nafasnya telah putus. "Adik Cing! Adik Cing! Adik Cing ?"!" Jerit Se Pit Han dan nyaris
pingsan seketika. Berselang beberapa saat kemudian, ia mulai menggali sebuah
lubang, lalu mengubur kedua jenazah itu di lubang tersebut. Setelah
itu, ia melangkah ke tepi jurang.
"Adik Liong! Tenanglah engkau di dasar jurang!" gumamnya
dengan air mata berderai. "Aku pasti membalas dendammu, dan
mulai saat ini, aku akan memakai baju hitam berkabung untukmu
?"" Se Pit Han melangkah memasuki Istana Pelangi seperti
kehilangan sukma. Se Khi, Giok Cing, Giok Ling, Pat Kiam dan kepala
pengurus istana segera mendekatinya dengan wajah cemas.
"Siau kiong cu ?"" panggil Se Khi.
499 Namun Se Pit Han diam saja, dan terus melangkah, lalu
menghempaskan dirinya ke tempat duduk.
"Nona! Nona ?"" panggil Giok Cing. "Nona kenapa?"
Se Pit Han duduk dengan mata memandang jauh ke depan,
kemudian air matanya berderai-derai.
"Sudah mati! Sudah mati ?"" gumamnya.
Betapa terkejutnya Se Khi, Giok Cing, Giok Ling dan Pat Kiam.
Sedangkan kepala pengurus istana segera pergi memanggil Siang
Sing, Si Kim Kong, Ngo Hu To dan Si Hong.
Tak seberapa lama kemudian, mereka semua sudah berkumpul
di ruang depan Istana Pelangi. Tiada seorang pun yang membuka
mulut, hanya memandang Se Pit Han dengan wajah cemas.
"Nona!" panggil Se Khi dan bertanya. "Apa gerangan yang telah
terjadi?" "Siauw Hui Ceh dan Cing Ji sudah ?" sudah mati," sahut Se Pit
Han sambil menangis sedih.
"Apa?" Betapa terkejutnya Se Khi, begitu pula yang lain,
kemudian Se Khi bertanya dengan hati berdebar-debar tegang. "Di
mana Pek Giok Liong?"
"Adik Liong ?"" Se Pit Han langsung menangis meraung-raung.
Adik Liong ?" adik ?""
"Dia ?" dia kenapa?" Wajah Se Khi mulai memucat.
"Dia ?" dia terpukul jatuh ke dalam jurang." Air mata Se Pit
Han bercucuran. "Haah ?"?" Wajah Se Khi pucat pias, begitu juga yang lainnya.
"Siapa yang membunuh Siauw Hui Ceh dan Cing Ji?" tanya Thian
Koh Sing yang tampak masih bisa tenang.
"Mereka berdua ingin melindungi adik Liong, namun mereka
berdua mati ?"" Se Pit Han memberitahukan.
"Siapa yang memukul Pek Giok Liong sampai jatuh ke dalam
jurang?" tanya Thian Kong Sing dengan kening berkerut-kerut. Ia
terkejut bukan main karena ada orang mampu memukul Pek Giok
Liong sampai jatuh ke dalam jurang. Siapa orang yang
berkepandaian begitu tinggi" Thian Kong Sing tidak habis berpikir.
"Orang itu mengaku dirinya Kiu Thian Mo Cun." Se Pit Han
memberitahukan. "Haah...?" Betapa terperanjat mereka semua ketika mendengar
nama itu disebut Se Pit Han. Thian Kong Sing tidak begitu percaya,
maka ia langsung bertanya, "Betulkah orang itu Kiu Thian Mo Cun?"
500 "Entahlah." Se Pit Han menggelengkan kepala. "Orang itu
memakai jubah bersulam iblis dan memakai kedok iblis pula."
"Itu ?" itu bagaimana mungkin?" gumam Se Khi. "Sudah
hampir dua ratus tahun, lagi pula pada masa itu Kiu Thian Mo Cun
telah terpukul jatuh ke dalam jurang oleh pendekar Hati Suci, tidak
mungkin kini dia muncul lagi!"
"Tapi orang itu berkepandaian amat tinggi, entah ilmu apa yang
digunakannya?" ujar Se Pit Han. "Ketika orang itu mau menyerang
adik Liong, sekujur badannya memancarkan cahaya hitam."
"Hah?" Se Khi tampak terkejut sekali. "Itu ilmu andalan Kiu Thian
Mo Cun!" "Apakah itu Hek Sim Sin Kang?" tanya Thian Koh Sing.
"Tidak salah, itu pasti Hek Sim Sin Kang," jawab Se Khi. "Orang
itu pasti menyerang Pek Giok Liong dengan Hek Sim Tok Ciang,
pukulan itu amat beracun."
"Kalau begitu ?"" Thian Kong Sing mengernyitkan kening.
"Benarkah orang itu Kiu Thian Mo Cun?"
"Tidak mungkin." Se Khi menggelengkan kepala. "Yang jelas
orang itu pewaris Kiu Thian Mo Cun!"
"Nona!" Tanya Thian Koh Sing. "Orang itu muncul seorang diri?"
"Dia muncul bersama Cit Ciat, Thian Sat, Thian Suan dan Ti Kie
Sin Kun." Se Pit Han memberitahukan. "Ketika aku melihat adik
Liong terluka, aku ingin mendekatinya, tapi Cit Ciat dan Thian Sat
menghalangiku!" "Kenapa mereka berdua menghalangi Nona?" tanya Se Khi.
"Entahlah." Se Pit Han menggelengkan kepala. "Tapi ?""
"Kenapa?" tanya Thian Koh Sing.
"Cit Ciat memperingkanku dengan ilmu menyampaikan suara,"
jawab Se Pit Han. "Dia memperingatkan apa?" tanya Se Khi heran.
"Agar aku tidak cari mati." Se Pit Han memberitahukan. "Siauw
Hui Ceh dan Cing Ji berpesan padaku, harus membalas dendam
mereka." "Jenazah mereka berdua sudah dikubur?" tanya Se Khi.
"Sudah." Se Pit Han mengangguk.
"Di mana kejadian itu?" tanya Se Khi lagi.
"Di Yan San," sahut Se Pit Han dan mulai menangis lagi. "Adik
Liong sudah terluka parah, bahkan jatuh ke dalam jurang yang
501 ribuan meter dalamnya, dia ?" dia bagaimana mungkin bisa hidup"
Aaakh! Adik Liong ?""
"Kini bu lim akan dilanda banjir darah lagi!" gumam Thian Koh
Sing. "Karena Kiu Thian Mo Cun telah muncul, siapa yang mampu
melawannya?" "Itu malapetaka bagi bu lim." Se Khi menggeleng-gelengkan
kepala. "Oh ya, bagaimana sekarang" Majikan dan nyonya majikan
kita tidak ada di pulau, kita harus berbuat apa?"
"Bagaimana kalau kita memberi kabar pada majikan melalui Sin
Ku Ceh (Merpati sakti), agar majikan segera pulang?"
"Ya." Se Khi mengangguk. "Merpati sakti pasti mampu mencari
majikan kita." "Setelah majikan pulang, barulah kita berunding," sambung
Thian Koh Sing dan melanjutkan, "Oh ya, mengenai Pek Giok Liong
yang jatuh ke jurang Yan San, bagaimana kalau kita pergi
mencarinya di dasar jurang itu?"
"Boleh juga." Se Khi manggut-manggut. "Kalau begitu ?""
"Kami berempat yang ke Yang San," sahut Hok Mo Kim Kong.
"Yang lain harus berada di sini menjaga Siau kiong cu."
"Baiklah." Se Khi manggut-manggut dan berpesan pada Giok
Cing dan Giok Ling. "Kalian berdua tidak boleh meninggalkan Siau
kiong cu selangkah pun!"
"Ya, Giok Cing clan Giok Ling mengangguk.
"Adik Liong ?"" gumam Se Pit Han. "Engkau tidak mati kan"
Engkau akan ke mari kan?"
"Siau kiong cu!" ujar Giok Cing. "Mari ke kamar untuk
beristirahat!" "Aku tidak mau istirahat, mau menunggu adik Liong ?"" Se Pit
Han menangis terisak-isak, sepasang matanya telah membengkak.
"Siau kiong cu!" Se Khi membelainya. "Lebih baik engkau ke
kamar untuk beristirahat!"
"Se Khi ?"" Se Pit Han memeluknya dengan air mata berderaiderai.
Kenapa nasib adik Liong begitu malang ?"?"
Bagian ke 53. Saudara Kembar
Pemandangan di Heng San sangat indah menakjubkan. Sayupsayup
terdengar suara air terjun dan suara arus sungai. Keadaan di
502 Heng San begitu tenang dan damai, tampak pula beberapa ekor
kelinci bercanda ria dan berlompat-lompatan.
Di tempat yang indah, tenang dan damai itu terdapat sebuah
gubuk berpagar garis bambu. Gubuk milik siapa itu" Di tempat yang
begitu sunyi kok ada gubuk"
Saat ini sang surya mulai merangkak ke atas. Terdengar suara
kicau burung yang amat merdu. Di halaman gubuk itu tampak
seseorang pemuda sedang berlatih ilmu pedang. Sungguh
mengherankan, wajah pemuda itu mirip wajah Pek Giok Liong,
ternyata pemuda itu Hek Siau Liong yang ditolong Swat San Lo Jin
(Orang tua gunung salju). Kini ia sudah menjadi murid orang tua
tersebut. Di teras gubuk itu, duduk seorang wanita berusia empat
puluhan. Walau sudah berusia sekian, namun wanita itu masih
tampak cantik, hanya saja di keningnya banyak terdapat garis
kerutan. Siapa wanita itu" Dia adalah ibu Hek Siau Liong bernama Hek Ai
Lan dan julukannya adalah Hek Bi Jin (Wanita cantik Hek).
Sementara Hek Siau Liong sudah selesai berlatih ilmu pedang. Ia
menghampiri Hek Ai Lan dengan wajah berseri-seri.
"Ibu, bagaimana latihan Siau Liong" Sudah ada kemajuan?"
tanya Hek Siau Liong sambil tersenyum.
"Nak!" Hek Ai Lan menarik nafas panjang.
"Kenapa Ibu menarik nafas" Apakah Ibu tidak senang melihat
Siau Liong berlatih ilmu pedang?"
"Nak ?"" Hek Ai Lan menggeleng-gelengkan kepala.
"Sebetulnya ibu tidak setuju engkau belajar ilmu silat, maka ?""
"Ibu tidak setuju?" Hek Siau Liong tertawa. "Padahal ibu sendiri
berilmu tinggi, tapi sama sekali tidak mengajar Siau Liong. Setelah
Siau Liong di tolong guru, barulah ibu mau mengajar Siau Liong ilmu
silat." "Mungkin itu sudah merupakan takdir!" Hek Ai Lan menarik nafas
panjang lagi. "Hari itu engkau pergi secara diam-diam, akhirnya
dilukai orang. Kalau tidak ditolong oleh Swat San Lo Jin, engkau
pasti sudah mati." "Betul, Bu." Hek Siau Liong mengangguk. "Oh ya, Siau Liong
masih merasa heran, kenapa wajah Siau Liong mirip sekali dengan
wajah Siau Liong itu?"
503 "Entahlah." Hek Ai Lan menggelengkan kepala, namun sekilas air
mukanya tampak berubah. "Itu ?" itu mungkin kebetulan."
"Sungguh mengherankan!" Hek Siau Liong tertawa. "Semua
orang mengira Siau Liong adalah Siau Liong itu, karena nama kami
pun sama." "Ibu sudah mengatakan, itu mungkin kebetulan."
"Ibu!" Hek Siau Liong menatapnya. "Kalau ada kesempatan, Siau
Liong ingin bertemu Siau Liong itu."
"Lho" Memangnya kenapa?"
"Siau Liong ingin bertanya padanya ?""
"Mau bertanya apa padanya?"
"Apakah di belakang telinganya juga terdapat tanda merah?"
sahut Hek Siau Liong sambil tersenyum. "Ibu kan tahu, di belakang
telinga Siau Liong terdapat tanda merah, kalau dia juga punya tanda
merah itu ?" Wah! Betul-betul aneh!"
"Nak!" Hek Ai Lan tersenyum lembut. "Bukan waktunya engkau
meninggalkan Heng San ini."
"Kapan Siau Liong boleh meninggalkan tempat ini?"
"Nak!" Hek Ai Lan menatapnya dalam-dalam. "Apakah engkau
ingin berkelana di bu lim?"
"Ya." Hek Siau Liong mengangguk.
"Nak!" Hek Ai Lan menggeleng-gelengkan kepala. "Justru itu,
sebelum engkau di tolong oleh Swat San Lo Jin, ibu sama sekali
tidak mau mengajarmu ilmu silat, karena khawatir engkau akan
pergi berkelanan di bu lim."
"Ibu! Siau Liong ingin jadi pendekar!" ujar Hek Siau Liong penuh
semangat. "Nak, ilmu silatmu masih rendah, belum waktunya pergi
berkelana." tandas Hek Ai Lan.
"Maka ?" Siau Liong terus menerus berlatih, kalau ilmu silat
Siau Liong sudah tinggi, Siau Liong ingin jadi pendekar."
"Bagus! Bagus! Engkau memang calon pendekar!" Terdengar
sahutan di sertai tawa gelak, tak lama melayang sosok bayangan.
"Guru! Guru!" Seru Hek Siau Liong girang. Ternyata yang
melayang turun itu Swat San Lo Jin, orang tua itu masih tertawa.
"Anak Liong, benarkah engkau ingin jadi pendekar?"
"Ya, Guru." 504 "Anak Liong!" Swat San Lo Jin tertawa-tawa lagi. "Engkau harus
terus belajar, sebab kepandaianmu masih rendah."
"Ya, Guru." Hek Siau Liong mengangguk. "Siau Liong memang
belajar siang dan malam, sebab ingin sekali jadi pendekar."
"Ngmm!" Swat San Lo Jin manggut-manggut, kemudian
wajahnya berubah serius. "Anak Liong, engkau terus berlatih di sini,
guru ingin bicara dengan ibumu."
"Ya." Hek Siau Liong mulai berlatih lagi. Sedangkan Swat San Lo
Jin mengajak Hek Ai Lan ke dalam gubuk. Setelah berada di dalam
gubuk, Hek Ai Lan segera menyuguhkan secangkir teh untuk Swat
San Lo Jin, lalu duduk di hadapannya.
"Ai Lan!" Swat San Lo Jin menatapnya seraya berkata. "Mungkin
tidak lama lagi, bu lim akan dilanda malapetaka."
"Bu Lim akan dilanda malapetaka?" Hek Ai Lan terkejut.
"Bukankah kini bu lim sudah aman" Kok lo cianpwee malah bilang bu
lim akan dilanda malapetaka?"
"Aaakh ?"!" Swat San Lo Jin menarik nafas panjang. "Pek Giok
Liong, ketua partai Hati Suci atau generasi kelima pemegang Jit Goat
Seng Sim Ki itu telah dipukul jatuh ke dalam jurang."
"Apa?" Wajah Hek Ai Lan berubah pucat pias. "Pek ?" Pek Giok
Liong ?"" "Ai Lan!" Swat San Lo Jin menatapnya tajam. "Kenapa wajahmu
berubah begitu pucat" Apakah Pek Giok Liong punya hubungan
dengan dirimu?" "Tidak ada." Hek Ai Lan menggelengkan kepala. "Oh ya, siapa
yang memukul jatuh Pek Giok Liong ke dalam jurang?"
"Kiu Thian Mo Cun!"
"Kiu Thian Mo Cun?" Hek Ai Lan tercengang. "Siapa Kiu Thian Mo
Cun itu?" "Dia adalah ?"" tutur Swat San Lo Jin dan menambahkan,
"Nah, bukankah bu lim akan dilanda malapetaka dengan munculnya
Kiu Thian Mo Cun?" "Dia... dia begitu tinggi kepandaiannya, sehingga mampu
memukul jatuh Pek Giok Liong?"
"Kepandaian maha iblis itu memang tinggi sekali." Swat San Lo
Panji Sakti Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jin menarik nafas panjang. "Kalau aku dan bu lim cit khi jin
bergabung melawannya, belum tentu kami mampu bertahan sampai
tiga puluh jurus!" 505 "Haah?" Hek Ai Lan terbelalak. "Kalau begitu, dia pasti bisa
menguasai bu lim!" "Tidak salah." Swat San Lo Jin mengangguk. "Aku yakin tidak
lama lagi , dia pasti menguasai bu lim."
"Seandainya Kiu Pat It Pang bergabung, apakah mampu
melawannya?" tanya Hek Ai Lan.
"Aku dan Cit Khi Jin masih tidak mampu melawannya, apa lagi
para ketua sembilan partai?"
"Kalau begitu, dia betul-betul tiada tanding di kolong langit?"
"Pek Giok Liong bisa dipukul jatuh olehnya, lalu siapa lagi yang
mampu menandinginya?"
"Bagaimana dengan Cai Hong Tocu?"
"Kepandaian Cai Hong Tocu setingkat dengan Pek Giok Liong,
jadi engkau pun mengerti."
"Seandainya Cai Hong Tocu dan para bawahannya mengeroyok
Kiu Thian Mo Cun itu, apakah pihak Cai Hong To akan menang?"
"Tetap kalah," jawab Swat San Lo Jin. "Terus terang, tiada
seorang pun yang mampu mengalahkannya, kecuali ?""
"Kecuali siapa?"
"Pendekar Hati Suci itu hidup lagi."
"Siapa pendekar Hati Suci itu?"
"Dia adalah ?"" Swat San Lo Jin memberitahukan, kemudian
menarik nafas. "Tapi dia tidak mungkin hidup kembali. Kini bu lim
betul-betul berada di ambang kehancuran!"
"Kalau begitu, kemunculan Kiu Thian Mo Cun pasti amat
menggembirakan semua orang dari golongan hitam!"
"Itu sudah pasti, maka nyawa para pendekar dari golongan putih
sudah berada di ujung tanduk." ujar Swat San Lo Jin. Mendadak
keningnya berkerut seraya memberitahukan, "Ada orang datang!"
"Siapa orang itu?" tanya Hek Ai Lan heran.
"Entahlah!" Swat San Lo Jin menggelengkan kepala. "Orang itu
memiliki kepandaian tingkat tinggi ?""
"Saudara tua, aku pengemis bau yang ke mari!" Terdengar suara
sahutan, menyusul berkelebat sosok bayangan memasuki gubuk.
Siapa orang itu" Ternyata Ouw Yang Seng Tek, tetua Kay Pang.
Biasanya ia suka tertawa, tapi kali ini wajahnya tampak murung
sekali. "Hei! Pengemis bau! Mau apa engkau ke mari?" tanya Swat San
Lo Jin. 506 "Aaakh ?"!" Ouw Yang Seng Tek menghempaskan dirinya ke
tempat duduk. "Terus terang, tadi aku menguntitmu sampai di sini.
Tapi aku tidak segera masuk, melainkan bersembunyi di balik pohon
melihat Hek Siau Liong itu berlatih ilmu pedang."
"Oooh!" Swat San Lo Jin manggut-manggut. "Tadi aku sudah
tahu ada orang menguntitku, ternyata engkau pengemis bau!"
"Heran?" ujar Ouw Yang Seng Tek bergumam. "Hek Siau Liong
itu mirip sekali dengan Pek Giok Liong seperti pinang dibelah dua!"
"Tidak salah. Kalau mereka berjalan bersama, orang lain pasti
mengira mereka adalah saudara kembar."
"Oh ya! Saudara tua, sudahkah engkau tahu apa yang menimpa
diri Pek Giok Liong?"
"Kejadian itu sangat menggemparkan bu lim, bagaimana
mungkin aku tidak tahu?"
"Aaakh! Aku telah kehilangan seorang saudara kecil ?"" ujar
Ouw Yang Seng Tek dengan mata bersimbah air. "Rasanya aku ingin
menangis ?"" "Kalau begitu, lebih baik engkau menangis!" usul Swat San Lo Jin
jang tahu akan kedukaan pengemis tua itu.
"Aku memang harus menangis," sahut Ouw Yang Seng Tek, usai
berkata begitu, ia betul-betul menangis gerung-gerungan.
"Pengemis bau!" ujar Swat San Lo Jin setelah lewat beberapa
saat kemudian. "Kukira engkau sudah boleh berhenti menangis."
"Ya." Ouw Yang Seng Tek segera berhenti menangis. "Saudara
tua, bu lim akan dilanda banjir darah."
"Betul." Swat San Lo Jin mengangguk. "Itulah yang amat
mencemaskanku." "Saudara tua, benarkah orang yang memukul Pek Giok Liong
jatuh ke jurang itu Kiu Thian Mo Cun?" tanya Ouw Yang Seng Tek
mendadak. "Itu tidak mungkin." Swat San Lo Jin menggelengkan kepala.
"Tapi aku yakin bahwa dia pewaris Kiu Thian Mo Cun!"
"Ngmm!" Ouw Yang Seng Tek manggut-manggut. "Setelah Pek
Giok Liong jatuh ke jurang, siapa lagi yang mampu mengalahkan Kiu
Thian Mo Cun?" "Sama sekali tidak ada." Swat San Lo Jin menarik nafas panjang.
"Oleh karena itu, tidak lama lagi bu lim pasti dikuasai Kiu Thian Mo
Cun." 507 "Apakah kita harus membiarkannya menguasai bu lim?"
"Tentu tidak. Biar bagaimana pun kita harus mencari jalan untuk
membasmi Kiu Thian Mo Cun itu," ujar Swat San Lo Jin. "Terus
terang, yang kukhawatirkan lagi yakni Kiu Thian Mo Cun akan
mengundang beberapa tokoh tua golongan hitam untuk
membantunya." "Kalau begitu, bagaimana mungkin kita mampu membasmi
mereka?" Ouw Yang Seng Tek menggeleng-gelengkan kepala.
"Maka kita harus bergabung dengan Cai Hong To."
"Bagaimana cara kita bergabung dengan Cai Hong To?"
"Kita harus berangkat ke Lam Hai."
"Ngmm!" Ouw Yang Seng Tek manggut-manggut, dan ia pun
teringat sesuatu. "Oh ya, aku masih merasa heran. Hek Siau Liong
yang di luar itu kok begitu mirip Pek Giok Liong?"
"Mungkin cuma kebetulan."
"Kalau pun kebetulan, tidak mungkin mereka begitu mirip seperti
saudara kembar." "Aku sendiri pun tidak habis berpikir, mungkin ?"" Swat San Lo
Jin memandang Hek Ai Lan. "Engkau bersedia menjelaskan?"
"Lo cianpwee, aku memang menyimpan suatu rahasia mengenai
Hek Siau Liong." ujar Hek Ai Lan.
"Oh?" Swat San Lo Jin menatapnya. "Kalau begitu,
beritahukanlah!" "Karena Pek Giok Liong mungkin sudah mati, maka aku pun
harus membeberkan rahasia itu." Hek Ai Lan memandang jauh ke
depan seakan sedang mengenang sesuatu. "Kira-kira depalan belas
tahun yang lalu, aku mulai berkelana dalam rimba persilatan, dan
memperoleh julukan Hek Bi Jin. Setahun kemudian aku bertemu Pek
Mang Ciu dan istrinya ?""
"Kedua orang tua Pek Giok Liong?" Ouw Yang Seng Tek
terbelalak. "Ya." Hek Ai Lan mengangguk. "Entah apa sebabnya, begitu
melihat Pek Mang Ciu, aku pun jatuh cinta padanya. Akan tetapi, dia
lelaki sejati, sama sekali tidak tertarik padaku, dan itu membuatku
amat penasaran dan mulailah aku memikatnya dengan berbagai cara
?"" "Kemudian bagaimana?" tanya Swat San Lo Jin.
"Dia tetap tidak terpikat, sehingga membuatku amat
membencinya. Setelah itu ?"" Lanjut Hek Ai Lan. "Pek Mang Ciu
508 dan istrinya bertarung melawan Pat Hiong. Suami istri itu mampu
mengalahkan mereka, bahkan Thai Nia Siang Hiong dan Lang San
Sam Kuai terpukul jatuh ke dalam jurang ?""
"Tidak salah." sambung Ouw Yang Seng Tek. "Setelah itu, Pek
tayhiap dan istrinya membangun Ciok Lau San Cung, kan?"
"Betul." Hek Ai Lan mengangguk. "Aku ke sana menemui mereka
untuk bermohon pada mereka agar aku diterima sebagai pelayan.
Namun ?" Pek Mang Ciu tetap menolak. Coba bayangkan, betapa
sakitnya hatiku!" "Kenapa engkau ingin jadi pelayan di sana?" tanya Ouw Yang
Seng Tek. "Karena aku ?" ingin berdekatan dengan Pek Mang Ciu, aku
amat mencintainya ?"" jawab Hek Ai Lan dengan wajah murung.
"Lantaran aku diusir, maka aku pun mendendam pada mereka suami
istri." "Engkau mencoba membunuh mereka?" tanya Swat San Lo Jin
mendadak. "Aku sama sekali tidak berniat begitu." Hek Ai Lan menarik nafas
panjang. "Setahun kemudian, istri Pek Mang Ciu melahirkan ?""
"Melahirkan Pek Giok Liong kan?" Ouw Yang Seng Tek
menatapnya. "Istri Pek Mang Ciu melahirkan anak lelaki kembar, kemudian
diberi nama Pek Giok Liong dan Pek Giok Houw." Hek Ai Lan
memberitahukan. "Pek Giok Liong lahir lebih dulu, menyusul adalah
Pek Giok Houw ?""
"Jadi ?"" Ouw Yang Seng Tek terbelalak. "Hek Siau Liong yang
di luar itu Pek Giok Houw?"
"Betul." Hek Ai Lan mengangguk. "Dua bulan kemudian setelah
anak kembar itu lahir, aku menyelinap ke dalam Ciok Lau San Cung
untuk mencuri salah satu bayi tersebut. Bahkan aku pun
meninggalkan sepucuk surat untuk Pek Mang Ciu dan istrinya,
menyatakan bahwa aku akan mengurus bayi yang kucuri itu."
"Heran?" ujar Ouw Yang Seng Tek sambil menggaruk-garuk
kepala. "Kenapa Pek Mang Ciu tidak menyiarkan kabar tentang itu?"
"Mungkin mereka menjaga namaku, sekaligus menjaga nama
mereka pula," ujar Hek Ai Lan.
"Kenapa engkau mencuri bayi itu?" tanya Swat San Lo Jin sambil
menatap Hek Ai Lan. 509 "Lo cianpwee, aku amat mencintai Pek Mang Ciu, maka rasanya
akan puas mengurusi anak Pek Mang Ciu."
"Kok begitu?" Ouw Yang Seng Tek menggaruk-garuk kepala.
"Itu yang disebut cinta." Swat San Lo Jin menarik nafas.
"Pengemis bau, pernahkah engkau jatuh cintai?"
"Tidak pernah." Ouw Yang Seng Tek menatapnya. "Bagaimana
dengan engkau" Pernahkah engkau jatuh cinta ketika masih muda?"
"Pernah, tapi ?"" Swat San Lo Jin menggeleng-gelengkan
kepala. "Sudahlah! Semua itu telah berlalu."
"Hek Bi Jin!" Ouw Yang Seng Tek memandangnya. "Jadi engkau
mengurusi Pek Giok Houw sampai belasan tahun?"
"Ya." Hek Ai Lan mengangguk. "Dia ikut marga Hek dan kuberi
nama Siau Liong, namun sungguh di luar dugaan ".."
"Maksudmu tentang kematian Pek tayhiap dan istrinya?" tanya
Ouw Yang Seng Tek. "Ng!" Hek Ai Lan mengangguk. "Setelah mencuri bayi itu, setiap
tahun aku selalu ke Ciok Lau San Cung secara diam-diam ?""
"Lho" Kenapa engkau masih ke sana?" tanya Ouw Yang Seng
Tek heran. "Ingin melihat Pek Mang Ciu dari jauh ?"" Hek Ai Lan
menundukkan kepala. "Kira-kira dua tahun yang lalu, aku ke sana
lagi, justru melihat belasan orang yang memakai kain penutup muka
menuju sana. Aku pun mendengar pembicaraan mereka, bahwa
ingin membunuh Pek Mang Ciu dan istrinya, bahkan juga akan
membantai semua penghuni Ciok Lau San Cung. Betapa terkejutnya
hatiku! Oleh karena itu, aku pun menutup mukaku dengan kain, lalu
menyelinap masuk ke kamar Pek Giok Liong untuk menolongnya."
"Jadi engkau yang menolong Pek Giok Liong?" Ouw Yang Seng
Tek terbelalak. "Ya." Hek Ai Lan mengangguk. "Aku menotok jalan darah
tidurnya, lalu membawanya ke suatu tempat yang aman. Aku pun
meninggalkan sepucuk surat menyuruhnya ke Lam Hai cari Pulau
Pelangi." "Engkau sudah tahu Pek Mang Ciu dan istrinya berasal dari pulau
itu?" tanya Swat San Lo Jin.
"Guruku yang memberitahukan."
"Oooh!" Swat San Lo Jin manggut-manggut. "Oh ya, kenapa
engkau tidak mau memberitahukan padaku siapa gurumu itu?"
510 "Lo cianpwee, aku tidak tahu siapa guruku itu," jawab Hek Ai
Lan. "Namun dia seorang nenek yang sudah tua. Walau aku sebagai
muridnya, selama itu dia tidak pernah memberitahukan padaku
nama maupun julukannya."
"Aneh!" Swat San Lo Jin menggeleng-gelengkan kepala. "Oh ya,
senjata apa yang dipakainya?"
"Sepasang pedang pendek."
"Apa?" Swat San Lo Jin tampak tersentak. "Sepasang pedang
pendek?" "Ya." Hek Ai Lan mengangguk.
"Gurumu tinggal di Thian San?" tanya Swat San Lo Jin dengan
suara agak bergemetar. "Kami memang tinggal di Thian San ?""
"Aaakh....!" Keluh Swat San Lo Jin. "Ternyata dia ?""
"Mantan kekasihmu kan, saudara tua?" Ouw Yang Seng Tek
tertawa gelak. "Eh" Pengemis bau!" Swat San Lo Jin melotot. "Jangan
menggodaku! Engkau ingin merasakan pukulanku ya?"
"Itu kalau terpaksa." Ouw Yang Seng Tek masih tertawa gelak.
Swat San Lo Jin diam, sepasang matanya memandang jauh ke
depan, kelihatannya sedang mengenang masa lalunya.
"Aaakh ?"" gumamnya mengeluh. "Sudah lima puluh tahun
tidak bertemu, apakah dia baik-baik saja dan ?" apakah masih
cerewet seperti dulu?"
"Lo cianpwee, aku tidak tahu, karena sudah belasan tahun aku
tidak bertemu guruku itu."
"Apakah dia berjuluk Thian San Lolo?" tanya Swat San Lo Jin.
"Ya." Hek Ai Lan mengangguk.
"Haah ?"?" Ouw Yang Seng Tek terperanjat. Ia menatap Hek Ai
Lan seraya bertanya, "Nenek galak itukah gurumu?"
"Tidak salah." "Aaakh!" Ouw Yang Seng Tek menarik nafas panjang. "Enam
puluh tahun yang lalu, gurumu amat terkenal, tapi kemudian dia
menghilang dari kang ouw. Tidak disangka dia menetap di Thian
San!" "Itu ?"" Swat San Lo Jin menggeleng-gelengkan kepala. ?""
itu gara-gara aku, maka dia mengasingkan diri di Thian San."
"Kok gara-gara lo cianpwee?" tanya Hek Ai Lan.
511 "Yaah!" Swat San Lo Jin menarik nafas. "Enam puluh tahun yang
lampau, kami masih muda dan berdarah panas. Walau kami sudah
saling mencinta, tapi justru tidak mau saling mengalah dalam hal
kepandaian. Oleh karena itu kami pun bertanding ratusan jurus, dan
akhirnya dia kalah. Sejak itulah dia menghilang entah ke mana. Aku
terus mencarinya, tapi tidak pernah ketemu, ternyata dia
mengasingkan diri di Thian San ?""
"Saudara tua!" Ouw Yang Seng Tek tertawa. "Kalau begitu,
engkau harus ke Thian San menemuinya, dan mohon padanya untuk
Panji Sakti Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bergabung dengan kita demi melawan Kiu Thian Mo Cun!"
"Aku memang punya niat begitu, namun belum tentu dia akan
memaafkanku," ujar Swat San Lo Jin sambil menggeleng-gelengkan
kepala. "Sudah sama-sama tua, tentunya tidak berdarah panas lagi. Aku
yakin dia pun merindukanmu, dan masih tetap mencintaimu. Kalau
tidak, kenapa dia tidak menikah?"
"Aaakh! Semua itu telah berlalu." Swat San Lo Jin menarik nafas.
"Oh ya, mari kita kembali pada masalah pokok!"
"Saudara tua, kini kita sudah tahu asal-usul Hek Siau Liong,
maka aku punya suatu ide."
"Ide apa?" Swat San Lo Jin menatapnya.
"Panggil Hek Siau Liong ke mari, kita beritahukan tentang asal
usulnya!" jawab Ouw Yang Seng Tek. "Setelah itu kita bawa dia ke
Cai Hong To." "Untuk apa membawanya ke Cai Hong To?" tanya Hek Ai Lan
heran. "Dia famili majikan pulau itu, wajar kalau kita membawanya ke
sana," jawab Ouw Yang Seng Tek dan menambahkan, "Sekaligus
belajar ilmu tingkat tinggi di sana."
"Percuma." Swat San Lo Jin menggelengkan kepala. "Pek Giok
Liong yang berilmu begitu tinggi, tapi masih tidak bisa melawan Kiu
Thian Mo Cun, apa lagi Hek Siau Liong?"
"Saudara tua!" Ouw Yang Seng Tek serius. "Siapa tahu di pulau
itu masih tersimpan kitab silat yang belum di pelajari oleh Pek Giok
Liong, maka kita usulkan ?""
"Aku tahu maksudmu." Swat San Lo Jin manggut-manggut, lalu
memandang Hek Ai Lan. "Engkau ke depan panggil Siau Liong ke
mari!" 512 "Ya." Hek Ai Lan segera memanggil Hek Siau Liong, dan tak lama
ia sudah kembali bersama pemuda itu.
"Apakah Guru memanggil Siau Liong?" tanya Hek Siau Liong.
"Ya." Swat San Lo Jin manggut-manggut. "Anak Liong, cepat beri
hormat pada paman pengemis!"
Hek Siau Liong menurut, lalu segera memberi hormat pada Ouw
Yang Seng Tek. Pengemis tua itu tertawa gelak. Ia menatap Hek
Siau Liong dengan penuh perhatian.
"Bagus! Bagus! Dia memiliki tulang dan bakat yang amat bagus!
Mungkin tidak akan mengecewakan harapan kita."
"Aku pun berpikir begitu." Swat San Lo Jin tersenyum, lalu
memandang Hek Siau Liong. "Anak Liong, tahukah engkau asalusulmu?"
"Siau Liong ?"" Pemuda itu melongo, kemudian memandang
Hek Ai Lan. "Ibu kenapa guru bertanya begitu pada Siau Liong?"
"Nak!" Hek Ai Lan menatapnya dalam-dalam, lalu ujarnya
perlahan. "Sebetulnya engkau bukan anakku ?""
"Apa"!" Hek Siau Liong terbelalak.
"Sesungguhnya engkau bernama Pek Giok Houw." Hek Ai Lan
memberitahukan. "Engkau adik kembar Pek Giok Liong."
"Oh" Pantas Siau Liong mirip dia!" Hek Siau Liong tertawa kecil
dan bertanya. "Kapan Siau Liong boleh bertemu dia?"
"Engkau tidak akan bertemu dia lagi ?"" Hek Ai Lan menarik
nafas. "Kenapa?" "Dia telah dipukul jatuh ke jurang oleh musuhnya."
"Oh?" Wajah Hek Siau Liong tampak berduka. "Siapa yang
memukul jatuh Kakak Siau Liong ke dalam jurang?"
"Kiu Thian Mo Cun." Hek Ai Lan memberitahukan.
"Siapa Kiu Thian Mo Cun itu?" tanya Hek Siau Liong.
"Anak Liong!" Swat San Lo Jin menatapnya, lalu menutur
mengenai pendekar Hati Suci dan Kiu Thian Mo Cun itu.
"Haah?" Hek Siau Liong terkejut. "Betapa tinggi kepandaian Kiu
Thian Mo Cun itu" Tapi ?" bagaimana mungkin dia hidup sampai
hampir dua ratus tahun?"
"Orang itu mungkin pewarisnya," sahut Ouw Yang Seng Tek.
"Oooh!" Hek Siau Liong mengangguk.
"Nak!" Hek Ai Lan menatapnya lembut. "Mulai sekarang engkau
bernama Pek Giok Houw, sebab ?"" Hek Ai Lan mulai menutur
513 tentang asal-usul pemuda itu, dan kemudian menambahkan, "Oleh
karena itu, kami ingin membawamu ke Pulau Pelangi untuk belajar
ilmu silat tingkat tinggi di sana."
"Ibu ?"" Pek Giok Houw terbelalak. ?"" jadi Siau Houw famili
majikan Cai Hong to itu?"
"Betul." Hek Ai Lan mengangguk. "Setelah engkau berhasil,
engkau harus membasmi Kiu Thian Mo Cun itu!"
"Siau Houw pasti membalas dendam Kakak Liong!" ujar Pek Giok
Houw dengan mata berapi-api.
"Lo cianpwee, kapan kita berangkat ke Pulau Pelangi?" tanya
Hek Ai Lan pada Swat San Lo Jin.
"Besok pagi," sahut Swat San Lo Jin sambil mengarah pada Ouw
Yang Seng Tek. "Pengemis bau, engkau mau ikut kan?"
"Tentu." Ouw Yang Seng Tek mengangguk.
"Baiklah." Swat San Lo Jin manggut-manggut. "Kalau begitu, kita
pastikan berangkat besok."
Bagian ke 54. Pertemuan di Pulau Pelangi
Se Ciang Cing dan istrinya telah kembali ke Pulau Pelangi.
Mereka berdua duduk di ruang depan istana dengan wajah serius
dan berduka. Se Pit Han duduk di sisi ibunya dengan mata
bersimbah air, bahkan wajahnya pun amat pucat.
Kepala pengurus istana, Se Khi, Giok Cing, Giok Ling, Thian Koh
Sing, Thian Kang Sing, Si Kim Kong, Si Hong dan Pat Kiam pun
duduk di ruang tersebut. Tiada seorang pun membuka mulut, suasana pun menjadi
hening. Berselang beberapa saat kemudian, Se Ciang Cing, majikan
Pulau Pelangi mulai membuka mulut sambil memandang putrinya.
"Jadi benarkah Siauw Hui Ceh dan Cing Ji telah mati?" tanya Se
Ciang Cing dengan suara dalam.
"Ya." Se Pit Han mengangguk.
"Apakah ketika Pek Giok Liong terpukul jatuh ke dalam jurang,
dia pun telah terkena racun?" tanya Se Ciang Cing lagi.
"Ya." Se Pit Han mulai menangis terisak-isak.
"Benarkah orang itu Kiu Thian Mo Cun?" Wajah Se Ciang Cing
tampak serius sekali. 514 "Entahlah." Se Pit Han menggelengkan kepala. "Orang itu
mengenakan jubah bersulam iblis, mukanya pun memakai kedok
iblis." "Si Kim Kong!" Se Ciang Cing menatap mereka. "Apakah kalian
berempat sudah ke Yan San?"
"Sudah," jawab Hok Mo Kim Kong dan memberitahukan, "Kami
pun sudah turun ke dasar jurang, tapi tidak menemukan mayat Pek
Giok Liong. Mungkin mayatnya telah dimangsa binatang buas."
"Aaakh ?"!" Se Ciang Cing menarik nafas panjang." Kenapa
nasib Pek Giok Liong begitu malang" Kematiannya pun begitu
mengenaskan ?""
Mendengar itu, Se Pit Han mulai menangis sedih lagi dengan air
mata berderai-derai. "Adik Liong..." gumamnya.
"Nak!" hibur Nyonya Se Ciang Cing. "Jangan berduka, karena
tidak menemukan mayat Pek Giok Liong, siapa tahu dia belum mati."
"Dia ?" dia bagaimana mungkin belum mati" Aku
menyaksikannya terpukul oleh Kiu Thian Mo Cun, mukanya pun
kehitam-hitaman ?""
"Hek Sim Tok Ciang." Se Ciang Cing menggeleng-gelengkan
kepala. "Tiada satu ilmu pun yang dapat melawan Hek Sim Tok
Ciang itu." "Bukankah kita masih menyimpan kitab Bu Kek Cin Keng" Kitab
itu berisi pelajaran lwee kang yang amat tinggi." Nyonya Se Ciang
Cing mengingatkan. "Benar." Se Ciang Cing manggut-manggut.
"Aku tidak pernah mempelajarinya, tapi menurutku, ilmu itu
masih tidak bisa menandingi Hek Sim Tok Ciang."
"Tapi masih bisa membendung ilmu itu kan?"
"Benar. Tapi ?" siapa yang akan mempelajari ilmu itu?"
"Aku," sahut Se Pit Han mendadak. "Ayah, Ibu! Aku harus
mempelajari ilmu itu demi membalas dendam adik Liong."
"Nak!" Se Ciang Cing menggeleng-gelengkan kepala. "Engkau
anak perempuan, tidak bisa mempelajari ilmu itu."
"Kenapa?" "Hanya anak lelaki yang masih perjaka, yang bisa mempelajari
ilmu tersebut." 515 "Kalau begitu, kenapa dulu ayah tidak menyuruh Pek Giok Liong
belajar ilmu itu" Kalau dia belajar ilmu itu, mungkin tidak akan mati
?"" "Kenapa?" tanya Se Pit Han heran.
"Nak!" Nyonya Se Ciang Cing berbisik di telinga putrinya. "Anak
perjaka yang belajar ilmu itu, akan jadi impoten seumur hidup. Oleh
karena itu, ibu dan ayah tidak mau menyuruhnya belajar ilmu
tersebut." "Oooh!" Se Pit Han manggut-manggut.
"Kalian dengar semua!" seru Se Ciang Cing mendadak. "Mulai
saat ini, kalian semua dilarang memasuki Tiong Goan, itu karena
kemunculan Kiu Thian Mo Cun!"
"Ya," sahut mereka semua.
"Lima pelindung pulau, kalian dengar baik-baik!" ujar Se Ciang
Cing dengan suara lantang. "Mulai besok, di seluruh pulau ini harus
dipasang jebakan!" "Ya." Sahut lima pelindung pulau serentak.
"Dan ?"" tambah Se Ciang Cing. "Mulai saat ini, kalian semua
harus giat berlatih ilmu masing-masing, demi menjaga kemunculan
pihak Kiu Thian Mo Cun!"
"Kami menerima perintah!"
Tiba-tiba seseorang berlari memasuki rang itu, lalu menjura pada
Se Ciang Cing seraya melapor.
"Ada tamu ingin bertemu tocu!"
"Apa"!" Se Ciang Cing tercengang. "Siapa tamu itu?"
"Swat San Lo Jin, Ouw Yang Seng Tek, Hek Ai Lan dan Hek Siau
Liong." Orang itu memberitahukan.
"Hek Siau Liong?" Se Ciang Cing mengernyitkan kening.
"Tocu! Hek Siau Liong itu mirip Pek Giok Liong ?"" Se Khi
memberitahukan tentang Hek Siau Liong itu.
"Oh?" Se Ciang Cing mengernyitkan kening lagi. "Kalau begitu,
cepat undang mereka masuk!"
Orang yang melapor itu segera menjura, lalu pergi mengundang
mereka masuk. Tak lama kemudian tampak Swat San Lo Jin, Ouw
Yang Seng Tek, Hek Ai Lan dan Pek Giok Houw memasuki ruang
istana. "Ha ha ha!" Ouw Yang Seng Tek tertawa gelak. "Sungguh indah
dan mewah istana Pelangi ini!"
516 "Selamat datang Swat San Lo Jin, Ouw Yang Seng Tek, Hek Bi
Jin dan ?" Hek Siau Liong!" ucap Se Ciang Cing sambil menatap
Pek Giok Houw dan membatin. Memang mirip Pek Giok Liong, kok
bisa mirip begitu" "Apa kabar, Tocu?" tanya Swat San Lo Jin.
"Baik-baik saja," sahut Se Ciang Cing. "Silakan duduk, lo
cianpwee!" Mereka duduk, sementara Se Pit Han terus-menerus menatap
Pek Giok Houw. Pemuda itu memang serupa dengan Pek Giok Liong,
hanya saja Pek Giok Liong agak tinggi.
"Maaf!" ucap Ouw Yang Seng Tek. "Kedatangan kami telah
mengganggu kalian!" "Tidak apa-apa." Se Ciang Cing tersenyum. "Kedatangan kalian
tentunya mempunyai sesuatu yang penting, kan?"
"Betul." Ouw Yang Seng Tek mengangguk. "Yakni menyangkut
Kiu Thian Mo Cun." "Jadi kalian sudah tahu peristiwa Pek Giok Liong?" tanya Se
Ciang Cing. "Justru karena itu, kami berkunjung ke mari," sahut Swat San Lo
Jin. "Di samping itu, kami juga ingin menyampaikan sesuatu yang
amat penting." sambung Ouw Yang Seng Tek.
"Oh?" Se Ciang Cing menatapnya. "Tetua Kay Pang ingin
menyampaikan apa?" "Mengenai Hek Siau Liong ini," jawab Ouw Yang Seng Tek, lalu
memandang Hek Ai Lan. "Hek Bi Jin, beritahukanlah!"
"Se tocu!" ujar Hek Ai Lan. "Nama asli Hek Siau Liong adalah Pek
Giok Houw ?"" "Apa?" Se Ciang Cing terbelalak. "Nama aslinya Pek Giok Houw"
Jadi ?" dia adalah ?""
"Adik kembar Pek Giok Liong." Hek Ai Lan memberitahukan.
"Oh?" Nyonya Se Ciang Cing menatapnya. "Tapi ?" kenapa Pek
Mang Ciu dan istrinya tidak pernah memberitahukan pada kami, lagi
pula ?" Pek Giok Liong pun tidak tahu tentang ini."
"Benar." Hek Ai Lan manggut-manggut. "Setelah istri Pek Mang
Ciu melahirkan anak kembar ?""
Hek Ai Lan menutur tentang dirinya mencuri salah satu bayi
kembar itu. Se Ciang Cing dan istrinya mendengar dengan mata
terbelalak, begitu pula Se Pit Han dan lainnya.
517 "Kalau begitu, dia ?" dia anak Pek Mang Ciu!" Se Ciang Cing
menatap Pek Giok Houw dengan penuh perhatian.
"Itu memang benar." ujar Hek Ai Lan.
"Oh ya!" Se Ciang Cing menatapnya. "Kenapa engkau menculik
salah satu anak kembar Pek Mang Ciu?"
"Karena ?" karena ?"" Hek Ai Lan menundukkan kepala.
"Hek Bi Jin sangat mencintai Pek Mang Ciu." sambung Ouw Yang
Seng Tek sambil tertawa, sekaligus menceritakan tentang itu.
"Oooh!" Se Ciang Cing manggut-manggut. "Ternyata begitu!"
"Nak!" ujar Hek Ai Lan pada Pek Giok Houw. "Cepatlah engkau
memberi hormat pada paman dan bibimu!"
"Giok Houw memberi hormat pada Paman dan Bibi!" Pek Giok
Houw segera memberi hormat.
"Anak baik!" Se Ciang Cing tertawa.
"Nak! Beri hormat pada kakak misanmu!" ujar Hek Ai Lan.
"Kak misan, terimalah hormatku!" ucap Pek Giok Houw sambil
menjura pada Se Pit Han. "Adik Houw ?"" Mata Se Pit Han bersimbah air. "Kakakmu telah
mati ?"" "Aku sudah tahu, maka aku sudah mengambil keputusan untuk
membalas dendamnya," sahut Pek Giok Houw.
"Tapi ?" kepandaiamu masih rendah." Se Pit Han menggelenggelengkan
kepala. "Se tocu!" ujar Swat San Lo Jin. "Kami antar Giok Houw ke mari
untuk bertemu kalian, sekaligus agar dia bisa belajar ilmu tingkat
tinggi di sini." "Ngmmm!" Se Ciang Cing manggut-manggut. "Itu memang
bagus, kami pasti menerimanya dengan senang hati."
Panji Sakti Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Terimakasih, Paman!" ucap Pek Giok Houw cepat sambil
memberi hormat. "Ha ha!" Se Ciang Cing tertawa gembira. "Giok Houw, engkau
juga memiliki sifat seperti Giok Liong."
"Mereka saudara kembar, tentunya sama sifat mereka," sahut
Ouw Yang Seng Tek sambil tertawa gelak, kemudian mendadak
wajahnya berubah serius. "Pek Giok Liong tidak dapat melawan Kiu
Thian Mo Cun, lalu bagaimana dengan Pek Giok Houw?"
"Sebelum kemunculan kalian, kami telah memikirkan hal ini." Se
Ciang Cing memberitahukan. "Kami masih menyimpan sebuah
kitab." 518 "Oh?" Wajah Ouw Yang Seng Tek berseri. "Kitab apa itu?"
"Bu Kek Cin Keng."
"Bu Kek Cin Keng?" Ouw Yang Seng Tek mengernyitkan kening.
"Apakah itu kitab doa?"
"Bukan." Se Ciang Cing menjelaskan. "kitab Bu Kek Cin Keng ini
memuat pelajaran ilmu lwee kang yang amat tinggi, hanya anak
perjaka yang boleh belajar tapi ?""
"Kenapa?" tanya Swat San Lo Jin.
"Perjaka mana pun yang belajar ilmu itu seumur hidup tidak
boleh kawin." Se Ciang Cing memberitahukan.
"Lho, Kenapa?" tanya Swat San Lo Jin heran.
"Karena ?" akan impoten seumur hidup."
"Haah ?"?" Swat San Lo Jin dan Ouw Yang Seng Tek saling
memandang, kemudian mereka mengarah pada Hek Ai Lan.
"Aku tidak bisa mengambil keputusan, itu tergantung pada Pek
Giok Houw." ujar Hek Ai Lan.
"Demi membalas dendam Kakak Liong, aku bersedia belajar ilmu
itu," sahut Pek Giok Houw sungguh-sungguh.
"Nak!" Hek Ai Lan menatapnya. "Tapi seumur hidup engkau tidak
bisa kawin. Maka alangkah baiknya pikirkanlah masak-masak dulu!"
"Ibu, aku cuma memikirkan dendam Kakak Liong, sama sekali
tidak memikirkan soal kawin." tegas Pek Giok Houw.
"Bagus! Bagus!" Ouw Yang Seng Tek tertawa gelak.
"Apa yang bagus?" tegur Swat San Lo Jin sambil melotot.
"Apakah Giok Houw harus menempuh jalanmu tidak kawin seumur
hidup?" "Menempuh jalan kita," sahut Ouw Yang Seng Tek. "Bukankah
saudara tua juga tidak kawin seumur hidup?"
"Paman, Bibi!" ujar Pek Giok Houw yang telah mengambil
keputusan. "Aku bersedia belajar Bu Kek Sin Kang."
"Ngmm!" Se Ciang Cing manggut-manggut.
"Oh ya!" Se Pit Han teringat sesuatu, lalu mengeluarkan sebuah
kitab dan diserahkan pada Se Ciang Cing. "Ayah, sebelum Kiu Thian
Mo Cun muncul, adik Liong memberikan kitab ini padaku, mungkin
berguna untuk Adik Houw!"
"Oh?" Se Ciang Cing terbelalak setelah melihat kitab itu, yang
ternyata 'Kitab Ajaib'. Siapa yang belajar ilmu di dalam kitab itu,
maka seumur hidup tidak boleh kawin.
"Kitab apa itu?" tanya Nyonya Se Ciang Cing.
519 "Ini 'Kitab Ajaib'," Se Ciang Cing memberitahukan. "Giok Houw
boleh belajar ilmu yang ada di dalam kitab ini."
"Se tocu! Kitab apa itu?" tanya Ouw Yang Seng Tek.
"Kitab Ajaib." Se Ciang Cing memperlihatkan kitab itu.
"Wuah!" seru Ouw Yang Seng Tek. "Kitab yang luar biasa! Giok
Houw memang berjodoh dengan kitab ajaib ini!"
"Se tocu!" Swat San Lo Jin menatapnya seraya bertanya, "Kalau
Giok Houw sudah berhasil belajar Bu Kek Sin Kang dan Kitab Ajaib
ini, apakah dia bisa mengalahkan Kiu Thian Mo Cun?"
"Entahlah." Se Clang Cing menggelengkan kepala. "Sebab kita
harus tahu, lwee kang Pek Giok Liong sudah begitu tinggi, namun
masih di bawah lwee kang Kiu Thian Mo Cun. Lagi pula Kiu Thian Mo
Cun memiliki Hek Sim Sin Kang dan Hek Sim Tok Ciang yang amat
dahsyat, bahkan juga amat beracun. Maka sulit bagi Giok Houw
mengalahkannya dengan ilmu Bu Kek Sin Kang dan ilmu yang ada di
dalam Kitab Ajaib ini."
"Kalau begitu ?"" Ouw Yang Seng Tek tampak lemas. "Percuma
juga dia belajar ?""
"Tidak percuma," sahut Se Ciang Cing. "Sebab dia masih bisa
menjaga diri dengan ilmu-ilmu itu."
"Selain ilmu-ilmu itu, dia juga boleh belajar ilmu Cai Hong To,"
tambah Nyonya Se Ciang Cing.
"Terimakasih Paman, terimakasih Bibi!" ucap Pek Giok Houw
haru dan berjanji, "Setelah aku berhasil belajar semua ilmu itu, aku
pasti pergi mencari Kiu Thian Mo Cun untuk menuntut balas
kematian Kakak Liong!"
"Bagus." Ouw Yang Seng Tek tertawa gelak. "Pokoknya pihak
Kay Pang pasti membantu dalam hal ini."
"Terimakasih, Paman pengemis!" ucap Pek Giok Houw.
"Giok Houw ?"" Ouw Yang Seng Tek menatapnya dalam-dalam.
"Engkau boleh dikatakan jelmaan Giok Liong."
"Paman pengemis, kami saudara kembar, tentunya akan saling
menjelma jadi satu." ujar Pek Giok Houw.
"Oh ya! Kalau begitu, kami mau mohon diri!" ujar Swat San Lo
Jin, lalu memandang Hek Ai Lan. "Bagaimana engkau" Mau tinggal
di sini atau kembali ke Thian San?"
"Aku ?"" Hek Ai Lan bimbang.
"Hek Bi Jin!" Nyonya Se Ciang Cing tersenyum. "Lebih baik
engkau tinggal di sini bersama Pek Giok Houw!"
520 "Terimakasih, tocu hujin!" ucap Hek Ai Lan.
"Jangan sungkan-sungkan!" Nyonya Se Ciang Cing tersenyum
lagi. "Nanti akan kusuruh kepala pengurus istana menyediakan
sebuah kamar untukmu."
"Terimakasih!" "Se tocu! Aku dan pengemis bau mau pergi. Kalau ada berita apa
pun di bu lim, kami pasti ke mari memberitahukan," ujar Swat San
Lo Jin. "Lo cianpwee! Mulai besok di seluruh pulau ini akan di pasang
jebakan, maka aku akan berikan tanda pengenal pada kallian," Kata
Se Ciang Cing, lalu memberikan mereka tanda pengenal.
"Eh?" Ouw Yang Seng Tek tercengang. "Semua orang di sini
sudah mengenal kami, kok masih harus punya tanda pengenal?"
"Demi menjaga hal-hal yang tak diinginkan." Se Ciang Cing
memberitahukan. "Siapa tahu ada orang tertentu akan menyamar
sebagai diri kalian untuk menyusup ke mari, maka kami perlu
berhati-hati." "Betul." Swat San Lo Jin manggut-manggut. "Se tocu memang
harus waspada, siapa tahu Kiu Thian Mo Cun akan mengutus
orangnya menyusup ke mari."
"Selain tanda pengenal, harus pula ada kata-kata sandi." tambah
Se Ciang Cing. "Apa kata-kata sandi itu?" tanya Ouw Yang Seng Tek.
"Jit Seng Tong Hong (Matahari terbit diufuk timur)!" Se Ciang
Cing memberitahukan. "Akan kuingat kata-kata sandi itu." Ouw Yang Seng Tek
manggut-manggut. "Memang lebih baik berhati-hati," ujar Swat San Lo Jin. "Agar
pihak Kiu Thian Mo Cun tidak bisa mengutus orangnya menyusup ke
mari. Baiklah, kami mau mohon diri!"
"Guru ?"" Pek Giok Houw merasa berat berpisah dengan Swat
San Lo Jin. "Giok Houw!" Swat San Lo Jin tersenyum. "Kita pasti berjumpa
lagi, baik-baiklah engkau belajar kepandaian tingkat tinggi di sini,
jangan mengecewakan kami!"
"Ya, Guru." Pek Giok Liong mengangguk.
"Se tocu, sampai jumpa!" ucap Swat San Lo Jin.
"Selamat jalan, lo cianpwee!" sahut Se Ciang Cing.
521 "Se tocu, aku mohon diri!" ucap Ouw Yang Seng Tek, "Sampai
berjumpa lagi kelak!"
"Selamat jalan, Ouw Yang Pang Cu!" Se Ciang Cing mengantar
mereka sampai di depan istana. Setelah mereka berdua pergi jauh,
barulah ia kembali ke dalam istana dan duduk. "Giok Houw ?""
"Ya, Paman!" "Sungguhkah engkau ingin belajar Bu Kek Sin Kang dan Kitab
Ajaib itu?" tanya Se Ciang Cing sambil menatapnya tajam.
"Sungguh, Paman." Pek Giok Houw mengangguk.
"Tentunya engkau tahu apa resikonya kan?"
"Tahu, Paman." "Engkau tidak akan menyesal?"
"Demi membalas dendam Kakak Liong, aku sama sekali tidak
akan menyesal." "Baiklah!" Se Ciang Cing manggut-manggut. "Engkau boleh mulai
belajar esok di ruang rahasia. Kalau sudah masuk ke ruang rahasia
itu, engkau tidak boleh ke luar, kecuali berhasil belajar ilmu-ilmu
itu." "Ya, Paman." "Oh ya, Hek Bi Jin!" Se Ciang Cing tersenyum. "Kepala pengurus
istana akan menyiapkan sebuah kamar untukmu, temanilah Giok
Houw malam ini!" "Terimakasih, Se tocu!" ucap Hek Ai Lan.
"Nah, sekarang kalian boleh beristirahat dulu." Kemudian Se
Ciang Cing berkata pada kepala pengurus istana. "Ajak mereka ke
dalam dan tunjukan kamar itu!"
"Ya." Kepala pengurus istana menjura, lalu mengajak Hek Ai Lan
dan Pek Giok Houw ke dalam.
"Pit Han!" panggil Se Ciang Cing.
"Ada apa, Ayah?" tanya Se Pit Han.
"Mulai besok, engkau pun harus memperdalam kepandaianmu!"
pesan Se Ciang Cing sungguh-sungguh.
"Ayah, kini adik Liong sudah tiada, untuk apa aku memperdalam
ilmu silat lagi?" Se Pit Han tampak tiada gairah terhadap apa pun.
"Nak!" ujar Nyonya Se Ciang Cing sambil tersenyum lembut, ia
tahu maksud tujuan suaminya kenapa menyuruh Se Pit Han
memperdalam ilmu silatnya. Tidak lain agar Se Pit Han tidak
terlampau memikirkan Pek Giok Liong yang sudah tiada itu. "Kalau
522 ilmumu bertambah tinggi, kelak engkau kan boleh menuntut balas
pada Kiu Thian Mo Cun?"
"Baiklah!" Se Pit Han mengangguk.
Keesokan harinya, Pek Giok Houw diantar kepala pengurus
istana ke ruang rahasia, untuk belajar Bu Kek Sin Kang dan ilmuilmu
yang terdapat di dalam Kitab Ajaib. Sedangkan Se Pit Han pun
mulai memperdalam ilmu silatnya.
Sementara itu, Kiu Thian Mo Cun pun menutup diri di sebuah
ruang rahasia dalam istananya. Ia pun mulai berlatih lagi ilmu Hek
Sim Sin Kang dan Hek Sim Tok Ciang yang maha dahsyat itu.
Lalu bagaimana nasib Pek Giok Liong yang terpukul jatuh ke
dalam jurang itu" Si Kim Kong bersusah payah turun ke dasar jurang
dengan tali, namun mereka tidak menemukan mayat Pek Giok Liong.
Betulkah mayat Pek Giok Liong telah dimangsa binatang buas"
Ternyata tidak, ketika tubuh Pek Giok Liong melayang turun ke
jurang, ia sudah pingsan terpukul Kiu Thian Mo Cun, bahkan
mukanya pun terhantam pukulan itu pula, mengakibatkan muka Pek
Giok Liong jadi rusak terkena racun.
Masih untung ia memiliki Thai Ceng Sin Kang melindungi
jantungnya, kalau tidak, ia pasti sudah mati.
Pek Giok Liong memang belum ditakdirkan mati. Tubuhnya
menyangkut di sebuah pohon yang tumbuh di tebing gunung. Dua
hari dua malam ia menyangkut di dahan pohon itu dalam keadaan
pingsan. Pada hari ketiga, mendadak turun hujan deras membuat sekujur
badannya basah kuyup, namun ia masih dalam keadaan pingsan dan
nafasnya pun mulai lemah.
Berselang beberapa saat kemudian, hujan mulai reda. Di saat itu
tampak seekor ular merayap di dahan tempat Pek Giok Liong
tersangkut. Panjang ular itu cuma setengah meter, tapi ular tersebut
sungguh aneh dan amat indah. Di kepala ular itu terdapat sebuah
tanduk kecil yang memancarkan sinar putih bergemerlapan, dan
tujuh macam warna menghiasi sisik-sisiknya.
Ular apa itu" Ternyata Cian Nian Cit Sek Tok Kak Coa (Ular tujuh
warna bertanduk satu yang telah berusia seribu tahun). Ular
tersebut sangat beracun, namun juga sangat berkhasiat bagi orang
yang punya lwee kang. 523 Akan tetapi, siapa tergigit ular itu, beberapa detik saja pasti mati
terkena racunnya. Sementara ular itu terus merayap mendekati Pek Giok Liong.
Setelah dekat, ular tersebut pun berhenti. Sepasang matanya
menatap Pek Giok Liong dengan tajam, kelihatanya ular itu tertarik
pada sesuatu yang ada di dalam tubuh Pek Giok Liong.
Sekoyong-konyong ular itu menggigit lengan Pek Giok Liong.
Sungguh mengherankan, ular itu tidak mau melepaskan gigitan.
Beberapa saat kemudian, sekujur tubuh Pek Giok Liong bergetar
seperti kena strom. Berselang sesaat, terjadi lagi hal yang aneh. Tanduk ular yang
memancarkan sinar putih gemerlapan itu tampak mulai suram,
kemudian berubah hitam. Setelah itu, barulah ular tersebut
melepaskan gigitannya, lalu merayap pergi.
Tak seberapa lama kemudian, badan Pek Giok Liong pun mulai
bergerak. Ternyata racun ular itu telah memusnahkan racun yang
ada di dalam tubuh Pek Giok Liong. Bahkan ular itu pun menyedot
racun tersebut, sehingga membuat tanduk ular itu berubah hitam.
Itu memang merupakan kejadian mujizat, sebab kini Pek Giok
Liong sudah kebal terhadap racun apa pun. Bahkan tenaga
dalamnya pun bertambah berlipat ganda.
Perlahan-lahan Pek Giok Liong membuka matanya. Ia tampak
tercengang ketika melihat tempat itu. Kemudian ia pun teringat
kembali apa yang telah terjadi atas dirinya, dan seketika juga ia
menarik nafas lega. "Aaakh ?"! Aku belum mati, tapi ?"" Tiba-tiba ia teringat pada
Siauw Hui Ceh dan Cing Ji yang terkena pukulan Kiu Thian Mo Cun
lantaran ingin melindungi dirinya. "Bagaimana keadaan mereka"
Apakah mereka sudah mati atau masih hidup ?"?"
Pek Giok Liong mulai turun. Ketika sampai di bawah, ia pun
terbelalak karena pohon itu tumbuh di tebing gunung. Ia melihat ke
bawah, betapa terperanjat hatinya, sebab jurang itu masih belum
terlihat dasarnya. Bagaimana mungkin ia turun ke bawah atau memanjat ke atas,
karena tebing itu sangat licin. Meskipun ia mengerahkan ginkangnya,
juga tidak bisa sampai ke atas.
Ia menengok ke sana ke mari, tiba-tiba matanya tertuju pada sisi
pohon. Ternyata terdapat sebuah goa kecil di situ. Segeralah ia
524 mendekati goa itu dan memandang ke dalam. Walau sangat gelap
namun ia dapat melihat dengan jelas sekali.
Panji Sakti Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Goa itu amat dalam, hanya terdapat batu karang. Kalau mau
masuk ke dalam, harus merangkak.
Pek Giok Liong berpikir sejenak, lalu merangkak ke dalam goa
itu. Sungguh tak terduga sama sekali, goa itu mirip sebuah
terowongan yang amat panjang. Pek Giok Liong terus merangkak,
entah berapa lama kemudian, ia melihat ada sinar di ujung goa.
Bukan main girangnya Pek Giok Liong, karena ia sudah
mendekati mulut goa. Tak lama kemudian, ia sudah ke luar dari
mulut goa tersebut dan sepasang matanya terbelalak lebar.
Ternyata ia melihat pemandangan alam yang amat indah,
bunga-bunga liar yang berwarnawarni tumbuh teratur di situ,
sehingga tempat tersebut tampak semarak. Terdengar pula suara air
terjun, cepat-cepat Pek Giok Liong menuju ke tempat air terjun itu
karena ingin mencuci muka.
Ia menjongkokkan badannya sepasang tangannya dijulurkan
untuk mengambil air. Namun mendadak ia menjerit kaget dengan
mata terbelalak, mulutnya pun ternganga lebar.
"Mukaku ?" mukaku ?"" Pek Giok Liong mengusap mukanya.
"Kenapa mukaku berubah begitu buruk" Aaaakh ?"!"
Pek Giok Liong jatuh duduk di situ. Berselang sesaat barulah ia
menyadari kenapa mukanya berubah begitu buruk, penuh benjolan
yang kehitam-hitaman. Itu akibat terhantam pukulan Kiu Thian Mo Cun, tapi kenapa ia
tidak mati" Tentang ini membuatnya tidak habis berpikir. Ketika ular
beracun menggigitnya, ia masih dalam keadaan pingsan.
"Aaakh ?"" Pek Giok Liong menarik nafas panjang. "Sudahlah!
Wajahku rusak begini tidak apa-apa, yang penting aku harus
membunuh Kiu Thian Mo Cun, lalu mengasingkan diri di sini. Karena
wajahku telah rusak begini, aku pun tidak akan bertemu Kak Han
lagi ?"" Pek Giok Liong bangkit berdiri, ia mengayunkan kakinya tanpa
tujuan. Namun hatinya masih terhibur, karena pemandangan di
tempat itu amat indah menakjubkan.
Ia terus melangkah, tiba-tiba matanya terbelalak karena melihat
di tempat itu terdapat meja dan tempat duduk yang terbuat dari
batu. Itu pertanda tempat tersebut pernah dihuni orang.
525 Di tempat itu juga terdapat sebuah goa yang amat besar. Ia
memandang ke dalam goa itu. Karena hatinya merasa tertarik ia pun
mamasuki goa tersebut. Ruangan goa itu terang benderang. Yang menerangi goa itu
bukan sinar matahari, melainkan sinar yang amat terang, yang
dipancarkan oleh butir-butir mutiara yang menempel di dinding goa.
Pek Giok Liong menengok ke sana ke mari. Mendadak ia tampak
terkejut karena melihat sosok bersandar pada dinding goa.
Bayangan itu ternyata tengkorak manusia yang masih utuh dengan
pakaiannya. Perlahan-lahan Pek Giok Liong mendekati rangka itu, lalu
berlutut memberi hormat. "Maafkan teecu, lo cianpwee!" ucapnya. "Teecu tidak sengaja
mendatangi tempat ini, sehingga mengganggu ketenangan lo
cianpwee!" Ketika menundukkan kepalanya dalam-dalam, Pek Giok Liong
melihat tulisan pada batu di hadapan tengkorak itu, lalu segera
membacanya. Siapa yang memasuki tempat ini, berarti berjodoh denganku.
Walau aku berhasil memukul Kiu Thian Mo Cun jatuh ke jurang,
namun aku pun terluka oleh pukulannya yang beracun. Itu adalah
pukulan Hek Sim Tok Ciang yang amat ganas dan beracun.
Beberapa partai besar sangat berterimakasih padaku karena
telah membasmi Maha Iblis Langit Sembilan itu, maka para ketua
partai besar itu bersepakat membuat sebuah panji untukku, panji itu
disebut Jit Goat Seng Sim Ki. Siapa yang berkaitan melihat panji itu,
harus bergabung dan tunduk pada pemegang panji.
Panji tersebut kuwariskan pada muridku, setelah itu aku pun
mengundurkan diri dari rimba persilatan. Tanpa sengaja aku
menemukan tempat yang amat rahasia dan indah ini. Tempat ini
berada di dalam perut Gunung Yan San, dan secara kebetulan aku
memperoleh semacam buah aneh. Khasiat buah tersebut dapat
menambah lwee kang orang, maka buah aneh itu kubikin jadi
semacam obat. Sungguh di luar dugaan, buah itu pun dapat
memunahkan berbagai macam racun ganas, kusimpan di dalam
botol porselin di sisiku. Ingat! Untuk menambah lwee kang, hanya
boleh makan satu butir. Lebih banyak dari satu butir, akan mati
526 muntah darah. Kalau terkena racun ganas, boleh makan dua butir.
Kalau lebih dari dua butir, akan mati muntah darah.
Setelah racun di dalam tubuhku punah, ilmu silaiku pun ikut
punah, itu karena racun pukulan Kiu Thian Mo Cun telah lama
mengidap di dalam tubuhku. Oleh karena itu, aku tetap tinggal di
sini. Setelah lama mengasingkan diri di sini, aku pun berfirasat bahwa
Kiu Thian Mo Cun akan muncul di bu lim lagi, tapi aku tidak tahu
kapan dia akan muncul untuk menguasai bu lim. Dikarenakan itu,
aku meninggalkan sebuah buku untuk yang berjodoh.
Itu adalah buku Jit Goat Seng Sim Pit Kip, yang memuat ilmu Jit
Goat Seng Sim Sin Kang (Tenaga sakti Hati Suci Matahari Bulan) dan
Jit Goat Seng Sim Ciang Hoat (Ilmu pukulan tangan kosong Hati Suci
Matahari Bulan). Ilmu pukulan tersebut terdiri dari tujuh jurus, dan
setiap jurus mempunyai tujuh perubahan. Ilmu ini amat dahsyat,
maka jangan sembarangan mempergunakannya.
Aku cuma sampai tingkat ketujuh, belum mencapai tingkat
kesepuluh, yakni tingkat kesempurnaan. Kalau sudah mencapai
tingkat kesepuluh, sekujur badan akan memancarkan cahaya putih.
Karena Kiu Thian Mo Cun sudah mengganas di bu lim, maka aku
terpaksa memunculkan diri untuk membasminya. Namun ilmuku
cuma mencapai tingkat ketujuh, sehingga diriku pun terluka oleh
Hek Sim Tok Ciang yang dimiliki Kiu Thian Mo Cun itu.
Oleh karena itu, siapa yang berjodoh dengan buku ini, haruslah
belajar sampai tingkat kesepuluh, barulah bisa membasmi Kiu Thian
Mo Cun. Setelah aku berhasil memukul jatuh Kiu Thian Mo Cun kejurang,
bu lim pun menjadi aman. Para ketua partai besar amat
berterimakasih padaku, dan mereka menghadiahkan kitab silat
tingkat tinggi padaku. Aku terpaksa menerimanya karena terus
mendesakku. Karena ilmu-ilmu tersebut amat tinggi dan sulit
dimengerti, maka para ketua partai cuma menyimpan saja, dan
dijadikan kitab pusaka partai masing-masing.
Aku khawatir, kitab-kitab itu akan rusak, maka kusalin dihalaman
belakang Jit Goat Seng Sim Pit Kip dengan semacam getah pohon
yang tidak akan luntur terkena air.
Aku tidak tahu siapa engkau yang berjodoh, namun engkau pun
boleh belajar ilmu-ilmu dari partai besar itu. Akan tetapi, engkau pun
harus mengembalikan dengan cara mengajar pada para ketua partai.
527 Pergunakan ilmu-ilmu ini untuk kebaikan, jangan melakukan
kejahatan, sebab engkau akan mati oleh ilmu sendiri.
Setelah engkau berhasil mencapai tingkat kesepuluh, barulah
engkau boleh meninggalkan tempat ini melalui jalan yang engkau
lalui ketika masuk itu. Dan engkau pun harus mencari panji Hati Suci
Matahari Bulan. Jit Goat Seng Sim Pit Kip berada di bawah batu yang di
hadapanku. Setelah engkau membenturkan kepalamu tiga kali di
tanah, barulah engkau boleh mengambil buku itu" Selamat belajar!
Seng Sim Tayhiap Seusai membaca tulisan itu, Pek Giok Liong merasa dirinya
dalam mimpi. Sama sekali tidak menyangka akan menemui
tengkorak kakak gurunya di goa itu. Itu membuatnya girang bukan
main. "Kakek guru, aku Pek Giok Liong cucu muridmu." ucap Pek Giok
Liong sambil memberi hormat dalam keadaan berlutut. "Panji Hati
Suci Matahari Bulan berada di tanganku. Karena aku adalah generasi
kelima pemegang panji itu. Aku bersumpah pasti membasmi Kiu
Thian Mo Cun itu. Kakek guru, terimalah sembah sujud dari cucu
muridmu!" Pek Giok Liong membenturkan kepalanya tiga kali ke tanah,
mendadak ia mendengar 'Krak', batu yang di hadapan tengkorak itu
bergerak dan tampak sebuah lubang kecil. Di dalam lubang itu
terdapat sebuah kotak besi.
"Kakek guru, cucu murid akan mengambil kotak besi itu," ucap
Pek Giok Liong sambil menjulurkan tangannya mengambil kotak besi
tersebut. Setelah itu, ia pun membuka mulut besi tersebut. Di dalamnya
berisi sebuah buku yang bertuliskan 'Jit Goat Seng Sim Pit Kip'.
"Terimakasih, Kakek guru!" ucap Pek Giok Liong dan
menyembah lagi, barulah mengambil buku itu. Tampak secarik
kertas di situ, lalu dibacanya.
Engkau memang pemuda yang baik. Aku yakin engkau pasti
berhasil mencapai sampai tingkat kesepuluh. Mengenai tulang
belulangku, engkau tidak perlu menguburnya. Selamat belajar, Nak!
528 Seng Sim Tayhiap "Aku pasti belajar sampai mencapai tingkat kesepuluh, dan tidak
akan mengecewakan Kakek guru!" ucap Pek Giok Liong, lalu mulai
membuka buku tersebut. Pada waktu bersamaan, mendadak ia
teringat sesuatu sehingga langsung berseru.
"Obat yang ada di dalam botol porselin, bukankah dapat
memunahkan berbagai macam racun" Kalau begitu ?"" Pek Giok
Liong segera mengambil botol porselin yang berisi obat tersebut.
"Aku harus makan dua butir, mudah-mudahan mukaku bisa
sembuh!" Pek Giok Liong membuka tutup botol dan menuang dua butir
obat itu, kemudian di masukkan ke dalam mulutnya. Setelah itu,
ditutupnya kembali botor porselin itu, dan dikembalikan pada
tempatnya. "Apakah mukaku akan pulih seperti semula?" gumamnya. "Kalau
tidak bisa pulih ?" ya sudahlah! Aku akan menutup mukaku dengan
kain putih." Pek Giok Liong mulai belajar Jit Goat Seng Sim Sin Kang, dan
membaca ilmu-ilmu yang tercantum di halaman belakang Jit Goat
Seng Sim Pit Kip. Setelah membaca, ia pun terkejut karena semua
ilmu itu merupakan ilmu simpanan beberapa partai besar. Yakni Siau
Lim Tat Mo Sin Kang, Tat Mo Kiam Hoat dan Tat Mo Ciang Hoat.
Butong Hian Thian Sin Kang, Hian Thian Kiam Hoat dan Hian Thian
Ciang Hoat. Hwa San Thay Yang Sin Kang, Thay Yang Kiam Hoat
dan Thay Yang Ciang Hoat. Gobi Bu Siang Sin Kang, Bu Siang Kiam
Hoat dan Bu Siang Ciang Hoat. Khong Tong Bie Lek Sin Kang, Bie
Lek Kiam Hoat dan Bie Lek Ciang Hoat. Semua ilmu itu adalah ilmu
simpanan partai-partai tersebut, namun tiada seorang pun dalam
partai-partai tersebut berhasil belajar ilmu simpanan itu.
Akan tetapi, Pek Giok Liong justru mampu dan ia pun harus
mengembalikan ilmu-ilmu itu pada para ketua partai tersebut.
Bagian ke 55. Susunan Kedudukan
Tentang kemunculan Kiu Thian Mo Cun yang telah memukul Pek
Giok Liong masuk ke jurang, itu sungguh mengejutkan beberapa
partai besar. 529 Siau Lim Pay, Butong Pay, Gobi Pay, Hwa San pay dan Khong
Tong Pay sudah bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan. Akan
tetapi, justru sungguh mengherankan, Kiu Thian Mo Cun sudah tiada
kabar beritanya lagi, entah menghilang ke mana.
Siapa pun tidak tahu, bahwa sesungguhnya Kiu Thian Mo Cun
menutup diri untuk memperdalam ilmu Hek Sim Sin Kangnya.
Sebelum menutup diri, ia pun memberi perintah pada para anak
buahnya jangan memunculkan diri dalam bu lim.
Oleh karena itu, bu lim Pun menjadi aman. Hal tersebut tentunya
sangat mengherankan para ketua partai, termasuk Swat San Lo Jin
dan Ouw Yang Seng Tek, Ketua Kay Pang.
"Heran?" gumam Ouui Yang Seng Tek yang bertemu Swat San
Lo Jin disebuah vihara tua.
"Kenapa Kiu Thian Mo Cun hilang begitu saja?"
"Memang mengherankan," sahut Swat San Lo Jin sambil
mengernyitkan kening. "Mungkinkah dia juga terluka Parah oleh
pukulan Pek Giok Liong, maka sedang mengobati dirinya, sehingga
tidak muncul?" "Itu mungkin." Ouui Yang Seng Tek mengangguk dan
menambahkan, "Tapi para anak buahnya kok ikut hilang juga?"
"Mungkin Kiu Thian Mo Cun melarang mereka menampakkan diri
di bu lim," ujar Swat San Lo Jin.
"itu memang mungkin." Ouui Yang Seng Tek manggut-manggut.
"Kini sembilan bulan telah berlalu, entah Pek Giok Houui sudah
berhasil belum di Pulau Pelangi?"
"Oh ya! Bagaimana kalau kita ke Pulau pelangi untuk
menengoknya?" tanya Swat San Lo Jin.
"Saudara tua, aku masih ada urusan lain, engkau saja yang ke
sana!" jawab Ouw Yang Seng Tek.
"Baiklah." Swat San Lo Jin mengangguk. "Aku akan segera
berangkat ke Lam Hai. Kalau ada berita penting, engkau harus
segera menyusul ke Lam Hai!"
"itu pasti." Ouui Yang Seng Tek tertawa. "Saudara tua, aku
mohon diri!" "Sampai jumpa, Pengemis bau!" sahut Swat San Lo Jin sambil
tertawa. "Ha ha!" Ouw Yang Seng Tek juga tertawa, lalu meninggalkan
vihara itu. Begitu sampai di luar, ia pun mengerahkan ginkangnya.
530 Sementara Swat San Lo Jin duduk termangu di dalam vihara tua
itu. Orang tua itu tidak habis berpikir kenapa Kiu Thian Mo Cun
menghilang begitu saja, bahkan para anak buahnyapun ikut hilang
pula- Cukup lama Swat San Lo Jin berpikir, akhirnya mengambil
keputusan untuk berangkat ke Lam Hai.
Dengan penuh kegembiraan Se Ciang Cing dan istrinya
menyambut kedatangan Swat San Lo Jin. Mereka semua duduk di
ruang depan Istana pelangi. Swat San Lo Jin segera menutur
tentang situasi bu lim setelah Pek Giok Liong di pukul jatuh ke
jurang. "Kok bisa begitu?" Se Ciang Cing merasa heran setelah
mendengar penuturan Swat San Lo Jin.
"itu memang amat mengherankan," sahut Swat San Lo Jin.
"Menurut dugaanku, mungkin Kiu Thian Mo Cun juga terluka parah
oleh pukulan Pek Giok Liong, maka dia harus mengobati lukanya."
"Itu memang masuk akal." Se Ciang Cing manggut-manggut.
"Kalau begitu, setelah lukanya sembuh, dia pasti akan muncul lagi."
"Berarti bu lim akan mengalami bencana!"
"Mungkin begitu."
"Kalau begitu, setelah aku kembali ke Tiong Goan, aku harus
memberitahukan pada beberapa ketua partai terkemuka di bu lim."
'itu agar mereka bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan-"
"Betul." Swat San Lo Jin manggut-manggut, kemudian bertanya,
"Oh ya, Se tocu! Bagaimana Pek Giok HoUui" Apakah dia akan
Panji Sakti Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berhasil mencapai tingkat tinggi dalam hal ilmu silat?"
"itu sudah pasti." Se tocu tersenyum.
"Kira-kira kapan dia akan berhasil?"
"Mungkin tiga bulan lagi."
"Syukurlah!" Swat San Lo Jin menarik nafas lega. "Lho" Kok Pit
Han tidak kelihatan?"
"Dia..aa " Se tocu menarik nafas panjang, "sejak Pek Giok Liong
mati, dia pun tiada gairah hidup lagi. Setiap hari cuma menyendiri di
dalam kamar dan berlatih ilmu silat,"
"Kasihan Pit Han!" Swat San Lo Jin menggeleng-gelengkan
kepala "Oh ya, di mana Hek Ai Lan?"
"Dia berada di dalam ruang rahasia menemani Giok Houw."
531 "Se tocu!" Swat San Lo Jin menatapnya." Mudah-mudahan Pek
Giok Houw dapat membasmi Kiu Thian Mo Cun nanti! Kalau tidak,
entah apa jadinya bu lim nanti?"
"Tentunya pihak golongan hitam yang berkuasa dalam bu lim."
sahut Se Ciang Cing. "Se tocu! Engkau tidak mau menginjak ke dalam bu lim lagi?"
tanya Swat San Lo jin mendadak.
"Lo cianpwee!" Se Ciang Cing tersenyum getir. "Aku tidak boleh
melanggar sumpah." "Kalau begitu, apakah engkau berniat mengutus Se Pit Han
menemani Pek Giok Houw pergi membasmi Kiu Thian Mo Cun
nanti?" "Itu akan dipikirkan setelah Giok Houw berhasil."
"Tentunya Se tocu tidak akan berpangku tangan kan?"
"Meskipun aku berpangku tangan, para anak buahku pasti tidak
akan tinggal diam," ujar Se Ciang Cing. "Sampai waktunya, aku pasti
mengutus orang-orangku ke Tiong Goan."
"Ngmm!" Swat San Lo Jin manggut-manggut. "pokoknya aku
pasti membantu dalam hal membasmi Kiu Thian Mo Cun!"
"Lo cianpwee bukankah masih ada beberapa tokoh tua golongan
putih" Kenapa lo cianpwee tidak mau mengundang mereka untuk
bersama membasmi Kiu Thian Mo Cun itu?"
'Aku tidak tahu mereka mengasingkan diri di mana, hanya satu
yang kutahu." "Siapa dia?"
"Thian San Lolo."
"Bukankah ia guru Hek Ai Lan?"
"Betul." Swat San Lo Jin mengangguk. "Nanti aku akan pergi
menemuinya bersama Hek Ai Lan."
"Kalau Thian San Lolo bersedia membantu, itu sungguh baik
sekali." "Oh ya!" Swat San Lo Jin teringat sesuatu. "Kalau aku yang
mengundangnya, mungkin dia akan menolak. Bagaimana kalau aku
atas nama Cai Hong To?"
"Itu tentu boleh" Se Ciang Cing mengangguk. "Se tocu! Bolehkah
aku menemui Giok Houw sebentar?" tanya Swat San Lo Jin
mendadak. "Maaf, lo cianpwee!" ucap Se Ciang Cing. "Untuk sementara ini
lebih baik jangan, sebab akan mengganggu konsentrasinya."
532 "Baiklah." Swat San Lo Jin mengangguk. "Se tocu, aku mau
mohon diri, tiga bulan kemudian aku akan ke mari lagi!"
"Lo cianpwee tidak mau tinggal beberapa hari di sini?"
"itu?" Swat San Lo Jin berpikir sejenak, lalu mengangguk.
"Baiklah! Mumpung Se tocu mengizinkan, maka aku pun bisa
menikmati keindahan Pulau Pelangi ini ?"
Pada waktu Swat San Lo Jin kembali ke Tiong Goan, ketika itu
pula Kiu Thian Mo Cunpun telah berhasil menyempurnakan ilmuilmunya.
Cit Giat Sin Kun, Thiat San, Thian Suan, Ti Kie Sin Kun, Jin Pin
Mo Kun, Ling Ming Gun Cia, Ngo Tok Geng Kun, empat pengawal
pribadi, enam pengawal khusus dan Hui Eng Cap Ji Kiam berdiri di
ruang dalam dengan sikap hormat.
Kreeek! Pintu yang di dinding terbuka. Tak lama kemudian
tampak Kiu Thian Mo Cun melangkah ke luar, ia tetap memakai
kedok iblis. "Kami mengucapkan selamat pada Mo Cun!" ucap mereka
serentak. "Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Terimakasih!
Terimakasih" Kiu Thian Mo Cun menuju ke ruang khusus, Cit Ciat Sin Kun dan
lainnya mengikuti dari belakang.
Begitu sampai di ruang itu, Kiu Thian Mo Cun langsung duduk di
kursi kebesarannya, sedangkan Cit Ciat Sin Kun dan lainnya masih
berdiri dengan sikap hormat.
"Kalian semua duduklah!" ucap Kiu Thian Mo Cun.
"Terimakasih, Mo Cun!" sahut mereka dan duduk di kursi
masing-masing. "Mulai saat ini, Bun Jiu Kiong dan Tay Tie Kiong ini dinamai Kiu
Thian Mo Kiong (Istana Iblis Langit Sembilan) saja!" ujar Kiu Thian
Mo Cun dan menambahkan, "Aku pun akan memulihkan kepandaian
Tu Cu Yen, sekaligus kuterima sebagai murid."
"Terimakasih, Mo Cun!" ucap Cit Ciat Sin Kun sambil memberi
hormat. "Cit Ciat Sin Kun!" Kiu Thian Mo Cun menatapnya tajam.
"Hamba siap menerima perintah!" sahut Cit Ciat Sin Kun sambil
menjura. "Bagaimana situasi bu lim ketika aku menutup diri untuk
menyempurnakan ilmu-ilmuku?" tanya Kiu Thian Mo Cun.
533 "Situasi bu lim tenang-tenang saja selama itu," jawab Cit Ciat Sin
Kun dan memberitahukan, "Namun lima partai besar tampak
bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan setelah Mo Cun
berhasil memukul Pek Giok Liong ke jurang."
"Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Lima partai
besar?" "Ya, Mo Cun," jawab Cit Ciat Sin Kun. "Yakni partai Siau Lim,
Butong, Gobi, Hwa San, dan Khong Tong."
"Hmm!" dengus Kiu Thian Mo Cun dingin. "Tidak lama lagi partai
besar itu akan di bawah perintah Kiu Thian Mo Ki0ng."
"Mo Cun! Kapan kita akan mulai menyerang partai-partai itu?"
tanya Cit Ciat Sin Kun. "Kini belum waktunya," sahut Kiu Thian Mo Cun. "Cit Ciat Sin
Kun, aku memberi perintah padamu!"
"Hamba siap menerima perintah." Cit Ciat Sin Kun segera
menjura. "Engkau harus segera berangkat ke Hek in San, Hong Lay San
dan Ti Sat Tong untuk mengundang Thian Ti Siang Mo (Sepasang
Iblis Langit Bumi), Ngo Kui (Lima Setan) dan Cit Ti Sat (Tujuh Algojo
Akhirat)!" "Ya." Cit Ciat Sin Kun menjura.
"Bawa lencanaku, agar mereka mau menurut!" ujar Kiu Thian Mo
Cun, lalu melempar sebuah lencana yang terbuat dari perak berukir
muka iblis, itu adalah Mo Cun Ling (Lencana Maha Iblis).
Cit Ciat Sin Kun menyambut lencana itu dengan sikap hormat,
kemudian bangkit berdiri seraya bertanya.
"Kapan hamba harus berangkat?" "Sekarang. '
"Hamba menerima perintah!" Cit Ciat Sin Kun memberi hormat,
lalu segera berangkat. "Pengawal Naga!" Panggil Kiu Thian Mo Cun.
"Hamba siap menerima perintah!" Pengawal Naga segera bangkit
berdiri. "Cepat ke ruang Mo Li (Iblis wanita), panggil Kiu Mo Li (Sembilan
wanita iblis) ke mari!"
"Ya!" Pengawal Naga menjura, lalu segera menuju ke ruang Mo
Li. Berselang beberapa saat kemudian. Pengawal Naga sudah
kembali bersama sembilan wanita cantik jelita, namun gaun mereka
sangat tipis sehingga tembus pandang.
534 "Kiu Mo Li menghadap Mo Cun!" ucap Toa Mo Li sambil memberi
hormat. "Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terbahak-bahak. "Toa Mo
Li, engkau bertambah cantik saja!"
"Terimakasih atas pujian Mo Cun!" ucap Toa Mo Li sambil
tertawa cekikikan. Suara tawanya amat merdu dan nyaring, bahkan
mengandung kekuatan. "Toa Mo Li, bagaimana ilmu Mo Li Hun Tinmu (Barisan pembetot
sukma wanita iblis)?"
"Sudah berhasil, Mo Cun!" jawab Toa Mo Li.
"Bagus! Bagus!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Lalu
bagaimana dengan Mo Li Kiam Tin (Barisan pedang wanita iblis)
mu?" "Juga sudah berhasil."
"Bagus! Bagus!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak lagi. "Mungkin
tidak lama lagi, kalian akan membetot sukma para kepala gundul
dan para hidung kerbau (Ucapan penghinaan terhadap para hweshio
dan para pendeta To)!"
"Kami memang sedang menunggu kesempatan itu," sahut Toa
Mo Li sambil tertawa genit.
"Nah! Sekarang kalian boleh kembali ke ruang kalian untuk
beristirahat, tunggu perintahku berikutnya!"
"Terimakasih, Mo Cun!" ucap Toa Mo Li, lalu segera mengajak
yang lain kembali ke ruang mereka. Ketika melangkah ke dalam,
badan mereka pun meliuk-liuk, sehingga membuat para anak buah
Kiu Thian Mo Cun melotot menyaksikannya-
"He he he!" Kiu Thian Mo Cun tertaWa terkekeh, lalu berkata,
"Setelah Cit Ciat Sin Kun pulang, aku akan menyusun kedudukan
kalian! Sekarang aku mau beristirahat, dan kalian pun boleh kembali
ke tempat masing-masing."
Kiu Thian Mo Cun telah memulihkan kepandaian Tu Cu Yen, dan
menerimanya sebagai murid, tentunya sangat menggembirakan Tu
Cu Yen "Teecu memberi hormat pada guru!" Tu Cu Yen berlutut di
hadapan Kiu Thian Mo Cun.
"Bangunlah muridku!" ujar Kiu Thian Mo Cun. "Mulai sekacang
engkau harus rajin belajar, agar engkau bisa bantu guru untuk
menguasai rimba persilatan!"
535 "Murid pasti rajin belajar, tidak akan mengecewakan Guru!" ucap
Tu Cu Yen sungguh-sungguh, kemudian bertanya, "Guru, betulkah
Pek Giok Liong telah mati?"
"Betul." Kiu Thian Mo Cun tertawa. "Dia sudah terkena
pukulanku dan masuk ke jurang, bagaimana mungkin dia bisa
hidup?" "Bagaimana dengan Siauw Hui Ceh, Cing Ji dan Se pit Han?"
"Siauw Hui Ceh dan Cing Ji telah mati, sedangkan Se Pit Han
kembali ke pulau Pelangi."
"Guru .." Tu Cu Yen menarik nafas. "Kenapa Guru membunuh
Siauw Hui Ceh?" "Sesungguhnya aku tidak membunuhnya, dia dan Cing Ji
berusaha melindungi pek Giok Liong, maka terkena pukulanku."
"Hui Ceh.." "Muridku, engkau mencintai gadis itu?"
"Ya." "Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terbahak-bahak.
"Muridku, masih banyak gadis lain yang cantik-cantik, engkau boleh
bersenang-senang dengan para gadis itu kelak."
"Guru tidak melarang?"
"Untuk apa aku melarang kesenangan murid?"
"Terimakasih, Guru!" ucap Tu Cu Yen girang. "Terimakasih.."
"Baiklah!" Kiu Thian Mo Cun menatapnya tajam seraya berkata,
"Mulai sekarang, aku akan mengajarmu ilmu-ilmu yang paling
tinggi." Maka Kiu Thian Mo Cun mulai mengajar Tu Cu Yen dengan ilmuilmu
simpanannya. Tidak mengherankan kepandaian Tu Cu Yen
bertambah tinggi dan sempurna.
Lima belas hari kemudian, Cit Ciat Sin Kun sudah kembali ke Kiu
Thian Mo Cun bersama belasan tokoh tua golongan hitam yang
berkepandaian amat tinggi.
"Lapor pada Mo Cun!" Cit Ciat Sin Kun memberi hormat. "Hamba
telah mengundang mereka ke mari."
"Bagus! Bagus!" Kiu Thian Mo Cun tertauia girang.
"Kami memberi hormat pada Mo Cun!" ucap para tokoh tua
golongan hitam itu- "Silakan duduk!" ujar Kiu Thian Mo Cun.
"Terimakasih!" ucap mereka serentak lalu duduk.
536 Para tokoh tua golongan hitam itu adalah Thian Ti Siang Mo,
Ngo Kui Yakni Toa Tauui Kui (Setan kepala besar), Kiang Si Kui
(Setan mayat), Tok Gan Kui (Setan mata satu), Tok Pie Kui (Setan
lengan tunggal), Tok Kah Kui (Setan kaki satu) dan Cit Ti Sat (Tujuh
algojo akhirat). "Thian Ti Siang Mo, Ngo Kui dan Cit Ti Sat ikut aku di Kiu Thian
Mo Kiong ini!" ujar Kiu Thian Mo Cun memberitahukan. "Cit Ciat Sin
Kun kuangkat sebagai pemimpin di ekspedisi Yang Wie. Thian Sat,
Thian Suan, Ti Kie, Jin Pin Mo Kun, |_ing Ming Cun cia, Ngo Tok
Ceng Kun dan Hui Eng Cap Ji Kiam ikut Cit Ciat Sin Kun!"
"Kami menerima perintah!" sahut mereka sambil menjura.
"Mulai sekarang ekspedisi Yang Wie di namai Yang Wie Kiong!"
ujar Kiu Thian Mo Cun, lalu memanggil Tu Cu Yen. "Muridku!"
"Ya, Guru!" Tu Cu Yen segera bangkit berdiri sambil memberi
hormat. "Murid siap menerima perintah!"
"Engkau ke Siauui Keh Cung!" Kiu Thian Mo Cun memberi
perintah Pada Tu Cu Yen. "Siauw Keh Cung harus dijadikan Siau Mo
Kiong (Istana iblis kecil), dan mulai saat ini julukanmu adalah Siau
Mo Cun (Maha iblis kecil)!"
"Terimakasih, Guru!" ucap Tu Cu Yen.
"Mo Cun, kapan kami harus berangkat ke Yang wie Kiong (Istana
Yang Wie)?" tanya Cit Ciat Sin Kun.
"Sekarang," sahut Kiu Thian Mo Cun.
"Hamba menerima perintah!" Cit Ciat Sin Kun segera melangkah
pergi, sedangkan Thian Sat Sin Kun dan lainnya langsung
mengikutinya. "Guru, kapan murid harus berangkat ke Siau Keh Cung?" tanya
Tu Cu Yen. "Sekarang," sahut Kiu Thian Mo Cun dan menambahkan, "Naga,
Harimau. Singa, Macan Tutul dan enam pengawal khusus ikut
engkau!" "Ya, Guru!" Tu Cu Yen meninggalkan ruang Kiu Thian Mo Kiong,
empat pengawal pribadi dan enam pengawal khusus mengikutinya
dari belakang. Tu Cu Yen dan lainnya sudah sampai di Siauw Keh Cung. Pintu
rumah Siauw terbuka lebar, mereka langsung melangkah ke dalam.
Dua penjaga segera menghadang, namun Tu Cu Yen
mengibaskan tangannya, dan kedua penjaga itu langsung menjerit.
537 "Aaaakh" Nyawa mereka pun melayang seketika.
Tu Cu Yen tertawa dingin dan melangkah ke dalam. Siauw Peng
Panji Sakti Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yang, Siauw Kiam Meng dan lainnya menyambut mereka dengan
senjata di tangan. "He he he!" Tu Cu Yen tertawa terkekeh, "selamat bertemu
Siauw Peng Yang!" "Engkau.." Siauw Peng Yang terbelalak, "Tu Cu Yen!"
"Siauw Peng Yang, kini kepandaianku telah pulih!" Tu Cu Yen
menatapnya dingin. "Engkau pun sudah menjadi majikan di rumah
ini, tapi riwayatmu akan tamat hari ini!"
"Tu Cu Yen!" Siauw peng Yang terkejut. "Engkau mau apa?"
"Mau apa?" Tu Cu Yen tertawa gelak- "Empat Pengawal pribadi!
Bunuh mereka semua! Pokoknya yang bermarga Siauw harus
dibantai!" "Ya," sahut keempat pengawal pribadi itu, kemudian mereka
bergerak cepat dan terdengarlah jeritan yang menyayatkan hati.
"Aaakh!" "Aaakh..!" Tak seberapa lama kemudian, Siauw Peng Yang, Siauw Kiam
Meng dan semua orang yang bermarga Siauw sudah tergeletak
menjadi mayat, masih tersisa belasan orang yang bukan marga
Siauw, mereka berdiri dengan bergemetaran.
"Kubur mayat-mayat itu dan bersihkan tempat ini!" Tu Cu Yen
memberi perintah pada mereka.
"Ya," sahut mereka serentak sambil menarik nafas lega, karena
Tu Cu Yen tidak membunuh mereka.
Tu Cu Yen duduk di ruang dalam, empat pengawal pribadi dan
enam pengawal khusus berdiri mendampinginya.
"Mulai saat ini, kalian semua harus memanggilku Siau Mo Cun,
tempat ini dinamai Siau Mo Kiong!" ujar Tu Cu Yen.
"Ya." "Kalian berempat kuangkat sebagai Si Hu Huat (Empat
pelindung) di Siau Mo Kiong ini."
"Terimakasih, Siau Mo Cun!" ucap keempat orang itu sambil
memberi hormat. "Kalian berenam kuangkat sebagai Lak Mo." ujar Tu Cu Yen pada
keenam pengawal khusus. "Terimakasih, Siau Mo Cun!" ucap mereka berenam.
"Ha ha ha!" Tu Cu Yen tertawa gelak. "Si Hu Huat!"
538 "Kami siap menerima perintah, Siau Mo Cun!" sahut keempat
orang itu sambil memberi hormat. "Undang orang-orang dari
golongan hitam, aku akan mengadakan pesta malam in!"
"Ya." Si Hu Huat menjura, lalu segera pergi.
"Lak Mo!" panggil Tu Cu Yen.
"Kami siap menerima perintah!" Lak Mo memberi hormat.
"Kalian harus mencari beberapa wanita cantik untuk
menemaniku malam ini!" Tu Cu Yen memberi perintah
"Ya." Lak Mo memberi hormat lalu pergi.
Ketika hari mulai menjelang malam, ramailah di Siau Mo Kiong.
Orang-orang dari golongan hitam hadir semua, mereka berpesta
pora di situ. Lak Mo pun telah melaksanakan tugas mereka dengan baik,
mereka membawa beberapa wanita cantik ke dalam Siau Mo Kiong
dan disekap di sebuah kamar.
Ketika pesta berlangsung dengan meriah, muncullah Tu Cu Yen
bersama Si Hu Huat dan Lak Mo.
Tu Cu Yen duduk, Si Hu Huat dan Lak M0 berdiri di sisinya. Tu
Cu Yen memandang Si Hu Huat sambil manggut-manggut memberi
isyarat, seketika juga Toa Hu Huat berseru lantang.
"Kawan-kawan, bersediakah kalian bergabung dengan kami?"
"Bersedia!" sahut orang-orang golongan hitam serentak.
Apakah kalian Pasti setia pada Siau Mo Cun?" tanya Toa Hu
Huat. "Pasti setia!" "Kalau begitu, mulai sekarang kalian semua boleh tinggal di sini!
Besok Siau Mo Cun akan menyusun kedudukan kalian!"
"Terimakasih, Siau Mo Cun!"
"Nah! Sekarang kalian boleh bersenang-senang!"
"Terimakasih!" Orang-orang golongan hitam itu minum-minum
lagi. Tu Cu Yen tersenyum-senyum, Toa Mo (Saudara tertua Lak Mo)
segera berbisik-bisik ditelinga Tu Cu Yen.
"Siau Mo Cun! Sarapan sudah disiapkan di dalam kamar!"
"Sarapan apa?" tanya Tu Cu Yen heran.
"Wanita-wanita cantik itu." Toa Mo memberitahukan.
"Oh" Ha ha ha!" Tu Cu Yen tertawa gembira. "Bagus, bagus!
Malam ini aku harus bersenang-senang bersama dengan mereka."
539 Si Hu Huat dan Lak Mo saling memandang, kemudian mereka
tersenyum, lalu ikut minum bersama orang-orang golongan hitam
itu. Sedangkan Tu Cu Yen sudah masuk ke dalam menuju ke kamar
tempat wanita-wanita cantik tersebut disekap.
Sementara itu, di Yang Wie Kiong pun sedang berlangsung pesta
minum-minum, namun cuma orang-orang Yang Wie saja
Cit Ciat Sin Kun duduk di kursi kebesarannya, sedangkan Thian
Sat dan lainnya duduk di sisi kiri kanannya
"Thian Sat, Thian Suan! Mulai sekarang kalian berdua kuangkat
sebagai pelindung di Yang Wie Kiong ini." ujar Cit Ciat Siri Kun.
"Terimakasih, Sin Kun!" Thian Sat dan Thian Suan memberi
hormat. "Ti Kie, Jin Ping, Ling Ming dan Ngo Tok kuangkat sebagai empat
pengawal." "Terimakasih, Sin Kun!" ucap mereka berempat sambil memberi
hormat. "Hui Eng Cap Ji Kiam kuangkat sebagai pemimpin orang-orang di
sini." "Terimakasih, Sin Kun|" ucap Hui Eng Cap Ji Kiam serentak.
"Sin Kun, perlukah kita menundukkan semua perguruan kecil
yang ada di daerah sini?" tanya Jin Pin Mo Kun.
"Itu tidak perlu." jawab Cit Ciat Sin Kun sambil tertawa."Mulai
besok mereka pasti ke mari untuk menyatakan takluk pada kita."
"Kok bisa begitu?" tanya Jin Pin Mo Kun heran-
"Mereka sudah tahu siapa kita, kalau mereka tidak ke mari
menyatakan takluk pada kita, tentunya kita akan menghabiskan
mereka, kan?" ujar Cit Ciat Sin Kun.
"Betul." Jin Pin Mo Kun tertawa-
"Tapi kita pun tidak boleh sembarangan bertindak." ujar Cit Ciat
Sin Kun mengingatkan "Kenapa?" tanya Ngo Tok Ceng Kun.
"Yang Wie Kiong ini masih di bawah perintah Kiu Thian Mo Cun,
maka kalau tiada perintah dari Kiu Thian Mo Cun, kita tidak boleh
sembarangan bertindak."
"Benar," sahut Thian Sat Sin Kun dan menambahkan, "Kalau kita
melanggar perintah Mo Cun, nyawa kita pasti melayang."
540 "Kalau begitu .." Ngo Tok Ceng Kun menarik nafas.
"Bukankah lebih baik kita makan tidur saja?" ujar Cit Ciat Sin Kun
sambil tertawa. "Kalau ada perintah dari Mo Cun, barulah kita bergerak."
"Betul." Ling Ming Cun Cia tertawa gelak. "Maka kita santaisantai
saja. Tapi sayang sekali ?"
"Kenapa?" tanya Cit Ciat Sin Kun.
"Di saat santai, justru tiada wanita," jawab Ling Ming Cun Cia
sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Kalau engkau masih bernafsu terhadap wanita, panggilan
beberapa wanita pelacur ke mari untuk teman tiduri" usul Cit Ciat Sin
Kun. "Sin Kun, bolehkah aku mencari wanita lain?" tanya Ling Ming
Cun Cia. "Maksudmu wanita baik-baik?" Cit Ciat Sin Kun menatapnya
tajam. "Ya." Ling Ming Cun Cia mengangguk.
"Itu tidak kuizinkan," tegas Cit Ciat Sin Kun. "Dan ingat, kalau
engkau sudah tidur dengan wanita pelacur, engkau harus bayar!"
"Ya!" Ling Ming Cun Cia mengangguk.
"Kalian ingat, siapa yang berani main dengan wanita baik-baik,
pasti kuhukum!" tegas Cit Ciat Sin Kun.
"Kami tidak berani," sahut mereka serentak.
"Nah, sekarang kalian boleh ikut minum, aku mau pergi
istirahat." Cit Ciat Sin Kun meninggalkan tempat itu
Bagian ke 56. Bencana Melanda Rimba Persilatan
Cit Ciat Sin Kun, Thian sat, Thian Suan, Ti Kie, Jin Pin Mo Kun,
Ling Cun Cia dan Ngo Tok Ceng Kun duduk di ruang dalam, tiba_tiba
masuk seseorang dan melapor
"Thian Mo (Iblis Langit) datang!"
"Cepat suruh dia masuk!" sahut Cit Ciat Sin Kun. Setelah itu ia
pun bangkit berdiri, begitu pula yang lain.
Tak lama kemudian tampak Thian Mo melangkah ke dalam, Cit
Ciat Sin Kun dan lainnyasegera memberi hormat.
"Silakan duduk, Thian M0!" Ucap Cit Ciat Sin Kun.
Thian Mo duduk, ia menatap Cit Ciat Sin Kun tajam, kemudian
ujarnya dengan suara dalam.
541 "Mo Cun mengutusku ke mari untuk menyampaikan
perintahnya." "Hamba siap menerima perintah dari Mo Cun!" ucap Cit Ciat Sin
Kun sambil memberi hormat pada Thian Mo.
"Besok kalian harus berangkat ke Siau Lim, beritahukan pada
ketua Siau Lim bahwa Mo Cun akan berkunjung ke sana tiga hari
kemudian!" Thian Mo menyampaikan perintah dari Kiu Thian Mo Cun
"Hamba mesti melaksanakan perintah Mo Cun," ucap Cit Ciat Sin
Kun sambil menjura. "Suruh ketua Siau Lim bersiap-siap menyambut kedatangan Mo
Cun!" pesan Thian Mo.
"Ya." Cit Ciat Sin Kun menjura lagi.
"Baiklah." Thian Mo bangkit berdiri. "Aku harus segera Pulang ke
Kiu Thian Mo Kiong, laksanakan tugasmu itu dengan baik!"
"Ya." Cit Ciat Sin Kun mengangguk, lalu diikuti yang lainnya
mengantar Thian Mo sampai ke depan. Setelah Thian Mo pergi,
barulah ia masuk bersama Thian Sat dan lainnya.
"Besok kalian semua ikut aku ke Siau Lim," ujar Cit Ciat Sin Kun.
"Ya," sahut Thian Sat, Thian Suan dan lainnya sambil menjura-
Keesokan harinya, berangkatlah mereka menuju ke Siau Lim.
Pihak Siau Lim tidak berani main-main, sebab mereka adalah utusan
Kiu Thian Mo Cun, maka ketua Siau Lim Pay segera menyambut
mereka, sekaligus mempersilahkan mereka duduk di ruang dalam.
"Maaf!" Ucap ketua Siau Lim. "Ada kepentingan apa kalian
berkunjung ke mari?"
"Kepala gundul!" sahut Ngo Tok Ceng Kun kasar. "Tentu penting!
Kalau tidak, bagaimana mungkin kami ke mari?"
"Kira-kira kepentingan apa?" tanya ketua Sian Lim tetap sabar.
"Begini!" Cit Ciat Sin Kun memberitahukan. "Kiu Thian Mo Cun
mengutus kami ke mari untuk menyampaikan pesannya."
"Mo Cun ada pesan apa untuk kami?" tanya ketua Siau Lim dan
tersentak dalam hati. "Tiga hari kemudian, Mo Cun akan berkunjung ke mari," jawab
Cit Ciat Sin Kun. "Kalian harus bersiap-siap menyambut
kunjungannya!" "Oh?" Ketua Siau Lim menarik nafas panjang. "Kira-kira ada
urusan apa Kiu Thian Mo Cun berkunjung ke mari?"
"Aku tidak tahu," sahut Cit Ciat Sin Kun. "Aku cuma
menyampaikan pesannya."
542 "Baiklah." Ketua Siau Lim manggut-manggut. "Kami pasti
menyambut baik kunjungan Kiu Thian Mo Cun."
"Terimakasih atas keramahan ketua!" ucap Cit Ciat Sin Kun
sambil bangkit berdiri. "Kami mau mohon diri!"
"Selamat jalan!" ucap ketua Siau Lim.
Cit Ciat Sin Kun membalikkan badannya, dan di saat itulah ia
berpesan pada ketua Siau Lim dengan ilmu menyampaikan suara.
"Ketua harus berhati-hati, Mo Cun ke mari mempunyai niat tidak
baik! Ilmunya sangat tinggi!"
"Omitohud!" Ketua Siau Lim menyebut nama kebesaran Buddha.
"Selamat jalan Sin Kun!"
"Hmm!" Cit Ciat Sin Kun pura-pura mendengus dingin, lalu
melangkah pergi. "Ketua!" ujar salah seorang pelindung Siau Lim. "Tiga hari
kemudian Kiu Thian Mo Cun akan ke mari, kita harus bagaimana?"
"Tentunya harus menyambut kedatangan mereka," jawab ketua
Siau Lim. "Tapi ..." Pelindung itu mengernyitkan kening. "Kiu Thian Mo Cun
berilmu sangat tinggi, kedatangannya pasti berniat jahat."
"Liau Khong?" Ketua Siau Lim menarik nafas panjang. "Apa
boleh buat, kita harus mempertahankan Siau Lim!"
"Ketua!" ujar Liau Khong Taysu. "Bagaimana kalau kita
berunding dengan Sam tianglo" "
"Ketiga ketua tidak akan keluar dari ruang meditasi," Ketua Siau
Lim menggeleng-gelengkan kepala.
"Tapi .." ujar Seng Khong Taysu mengingatkan. "Yang akan kita
hadapi adalah Kiu Thian Mo Cun, maka lebih baik kita melapor pada
tiga tetua itu." "Benar," sambung Hian Khong Taysu. "Mungkin tiga tetua masih
mampu melawan Kiu Thian Mo Cun."
"Ketua!" sela Ulie Khong Taysu. "Masalah ini menyangkut Siau
Lim Pay kita, oleh karena itu alangkah baiknya kalau kita
memberitahukan pada tiga tetua."
"Baiklah" Ketua Siau Lim manggut-manggut. "Kalian berempat
ikut aku ke ruang meditasi untuk menemui tiga tetua!"
Mereka berlima melangkah ke dalam menuju ruang meditasi,
yang merupakan tempat terlarang bagi murid Siau Lim.
543 Setelah berada di depan pintu ruang meditasi, ketua Siau Lim
dan keempat pelindung merapatkan kedua tangan masing-masing di
dada. "Sam uii susiok (Tiga paman guru), kami datang menghadap,"
ucap ketua Siau Lim. "Masuklah!" terdengar suara sahutan dari dalam.
Liau Khong Taysu membuka pintu ruang, ketua Siau Lim
melangkah ke dalam dan diikuti keempat pelindung itu-
"Kami memberi hormat pada susiok!" ucap ketua Siau Lim.
"Duduk!" sahut salah seorang huieshio yang sudah tua itu.
Ketua Siau Lim dan keempat pelindung segera duduk, tetua
Pertama menatap ketua Siau Lim dengan tajam.
"Engkau ke mari menemui kami, tentunya ada sesuatu penting,
kan?" tanya It tianglo.
"ya, Siau susiok (paman guru kecil)!"
"Usia kami bertiga sudah hampir seratus, kenapa engkau masih
ke mari mengganggu ketenangan kami bertiga?" tanya tetua kedua.
"Maaf, paman guru!" ucap ketua Siau Lim dan memberitahukan.
Panji Sakti Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tadi ada utusan dari Kiu Thian Mo Cun ke mari .."
"Omitohud!" Ketiga tetua Siau Lim tampak terkejut bukan main.
"Utusan Kiu Thian Mo Cun?"
"Ya, Paman guru."
"Apakah Kiu Thian Mo Cun masih hidup?" tanya tetua ketiga.
"Kami tidak tahu, tapi sepuluh bulan yang lalu, Kiu Thian Mo Cun
telah muncul dan memukul jatuh Pek Giok Liong ke jurang."
"Siapa Pek Giok Liong itu?" tanya tetua pertama.
"Pek Giok Liong adalah ketua panji Hati suci Matahari Bulan."
Ketua Siau Limmemberitahukan.
"Apa"!" Ketiga tetua Siau Lim tersentak, "pek Giok Liong adalah
pemegang Jit Goat Seng Sim Ki?"
"Betul. Tapi ..." Ketua Siau Lim menarik nafas panjang.
"Omitohud! Jadi Pek Giok Liong sudah mati?" tanya tetua kedua.
"Ya." Ketua Siau Lim mengangguk. "Bagaimana dengan pihak
Pulau Pelangi?" tanya tetua kedua mendadak.
"Belum bertindak apa-apa," jawab ketua Siau Lim. "Karena tiga
hari lagi Kiu Thian Mo Cun akan ke mari, maka ..."
"Baiklah. Sampai waktunya kami bertiga pasti muncul," ujar
tetua pertama berjanji. 544 "Terimakasih, paman guru!" Ketua Siau Lim menarik nafas lega,
karena ketiga paman gurunya bersedia membantu dalam hal ini.
Hari ini suasana vihara Siau Lim agak luar biasa, para hweshio
berbaris di undakan tangga di depan pintu vihara tersebut. Barisan
hweshio itu sampai di depan pintu masuk. Wajah mereka tampak
serius dan tegang Berselang beberapa saat kemudian, terdengarlah lonceng
berbunyi nyaring sekali, itu pertanda tamu-tamu yang ditunggu telah
datang Tung! Tung! Tung! Ketua dan empat pelindung Siau Lim segera menuju ke pintu.
Mereka berlima berdiri disitu dengan perasaan tegang, sedangkan
Cap Pwe Lo Han (Delapan belas orang gagah) berdiri di depan.
Tak seberapa lama kemudian, terdengarlah suara musik yang
amat merdu, suara suling membaur dengan suara Pipeh dan khim,
bahkan diiringi pula dengan suara nyanyian yang amat merdu
menggetarkan kalbu. Muncul barisan Kiu Mo Li yang mengenakan gaun tipis bersama
para gadis pemain musik. Begitu barisan Kiu Mo Li muncul, seketika juga para hweshio
yang berbaris melotot dengan mulut ternganga lebar.
Sementara Kiu Mo Li berjalan berlenggak-lenggok dan meliukliuk
sambil tersenyum genit pada para hweshio itu.
Tok! Tok! Tok! Tok! Mendadak dari dalam vihara mengalun ke
luar suara bokkie. Begitu mendengar suara bokkie, para hweshio
pun segera membaca doa. Berselang sesaat, muncul Cit Ti Sat, Ngo Kui, menyusul Thian Ti
Siang Mo dan Kiu Thian Mo Cun.
Kiu Mo Li berhenti, Cit Ti Sat dan Ngo Kui maju, lalu berdiri di
hadapan ketua Siau Lim. "Kiu Thian Mo Cun telah tiba!" Cit Ti Sat memberitahukan.
"Omitohud! Selamat datang!" ucap ketua Siau Lim.
Thian Ti Siang Mo melangkah ke hadapan ketua Siau Lim, lalu
berdiri di situ dengan wajah dingin.
"Tay Kak Hosiang!" ucap Kiu Thian Mo Cun sambil tertawa. "Aku
Kiu Thian Mo Cun meluangkan waktu untuk berkunjung ke mari. '
"Omitohud! Terimakasih atas kunjungan Mo Cun!" ucap Tay Kak
Hosiang, ketua Siau Lim. 545 "Silakan masuk!"
"Tay Kak!" sahut Kiu Thian Mo Cun dingin "Kami tidak perlu
masuk, cukup berdiri disini saja!"
"Kenapa?" Tay Kak Hosiang heran.
"Kami ke mari bukan untuk bertamu, melainkan untuk memberi
perintah padamu, ketua Siau Lim!"
"Omitohud!" jay Kak Hosiang merapatkan kedua tangannya di
dada. "Kami pihak Siau Lim tidak di bawah perintah Mo Cun!"
"Tay Kak!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terkekeh-kekeh "Kalau
engkau tidak menerima perintahku, berarti Siau Lim Pay akan
musnah!" "Omitohud!" Tay Kak Hosiang menarik nafas panjang. "Selama
ini kami pihak Siau Lim senantiasa hidup tenang, janganlah Mo Cun
mengganggu ketenangan kami!"
"Tay Kak! Kedatangan kami justru ingin menaklukkan Siau Lim!"
ujar Kiu Thian Mo Cun sungguh-sungguh, "perlukah banjir darah di
sini?" "Apa kehendakmu, Mo Cun?"
"Siau Lim Pay harus di bawah perintah Kiu Thian Mo Kiong!"
"Bagaimana kalau kami tidak mau?"
"Pasti banjir darah di sini!"
"Omitohud! Apakah tiada jalan lain?"
"Ada!" Kiu Thian Mo Cun tertawa. "Mari kita bertanding tiga
babak! Kalau pihakmu menang, kami pasti segera meninggalkan
tempat ini! Tapi kalau pihakmu kalah, harus takluk dan di bawah
perintah Kiu Thian Mo Kiong!"
"Omitohud!" Tay Kak Hosiang memandang Empat pelindung.
"Bagaimana menurut kalian?"
"Ketua! Keadaan amat terdesak, itu apa boleh buat!" Jawab Liau
Khong Taysu sambil menarik nafas Panjang.
"Baiklah!" ujar ketua Siau Lim Pada Kiu Thian Mo cun. "Mari kita
bertanding tiga babak!"
"Bagus!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Pihakmu siapa yang
akan maju duluan?" "Cap Pwe Lo Han!" jawab ketua Siau Lim
"Baik! Mereka akan bertanding di halaman ini!" ujar Kiu Thian Mo
Cun. "Mo Cun!" Ketua Siau Lim menatapnya. "Kenapa Mo Cun
memakai kedok iblis?"
546 "Tay Kak. Dari dulu aku sudah pakai kedok iblis, kini pun harus
Pakai kedok ini!" sahut Kiu Thian Mo Cun- "Nah, suruh Cap Pwe Lo
Han bersiap-siap!" "Cap pwe Lo Han, maju!" Ketua Siau Lim memberi perintah pada
Cap Pwe Lo Han itu. "Ya, Ketua!" Cap Pwe Lo Han itu segera menuju ke pelataran,
lalu berdiri di situ. "Kiu Mo Li, maju!" Kiu Thian Mo Cun memberi perintah pada Kiu
Mo Li itu. "Ya, Mo Cun!" sahut Kiu Mo Li serentak, mereka menuju ke
pelataran dengan badan meliuk-liuk menggiurkan.
Kiu Mo Li berdiri di situ sambil tersenyum-senyum. Cap Pwe Lo
Han langsung mengambil posisi mengepung, sekaligus membentuk
Cap Pwe Lo Han Tin (Barisan delapan belas Lo Han), barisan
tersebut amat terkenal dalam rimba persilatan, sebab selama ini
tiada seorang pun yang mampu menjebol barisan itu.
Akan tetapi, begitu melihat Kiu Mo Li itu, mata delapan belas Lo
Han itupun melotot lebar.
"Hi hi hi!" Toa Mo Li tertawa cekikikan. "Lo Han yang baik, kita
akan bertanding ya?"
"Ya," sahut salah seorang Lo Han.
"Kalau begitu, cepatlah mulai!" ujar Toa Mo Li sambil tersenyum
genit. "Lo Han yang baik, badanmu begitu kekar, pasti kuat
bertanding di ranjang!"
"Awas!" bentak Lo Han itu "Kami akan mulai menyerang!"
"Kok buru-buru amat sih" Lebih baik kami menari dulu!" ujar Toa
Mo Li sambil mengerling Lo Han itu. Kerlingan itu membuat Lo Han
tersebut jadi berdebar-debar hatinya.
"Adik! Adik!" ujar Toa Mo Li pada saudara-saudaranya. "Mari kita
menari untuk para Lo Han yang baik hati itu!"
"Baik, Kak," sahut mereka serentak sambil tersenyum genit.
Tak lama terdengarlah suara nyanyian yang amat merdu.
Sembilan wanita iblis itu mulai menari. Bukan main! Mirip tarian
strip-tease jaman sekarang. Begitu merangsang sehingga membuat
delapan belas Lo Han itu berdiri dengan mata terbelalak.
Delapan belas Lo Han itu tidak tahu, bahwa itu Mo Li Mi Hun Tin
(Barisan pembetot sukma wanita iblis).
Tarian itu lebih hot dan merangsang dari pada tarian strip-tease
jaman sekarang. Bayangkan! Sembilan wanita iblis itu menari sambil
547 menyingkap ujung gaun masing-masing, kemudian membuka kaki
mereka lebar-lebar dan bergoyang-goyang. Bahkan di antaranya ada
pula yang telentang sambil membuka lebar-lebar kakinya, sekaligus
menggoyang-goyangkan pantat
Mana tahan! Delapan belas Lo Han itu betul-betul tidak tahan,
bahkan timbul hasrat untuk memeluk Kiu Mo Li itu.
"Serang mereka!" seru Tay Kak Hosiang, ketua Siau Lim.
Delapan belas Lo Han tersentak. Mereka mulai membentuk
barisan, dan mulai menyerang.
"Hi hi hi!" Sembilan wanita iblis itu tertawa cekikikan- "Tega
amat sih kalian menyerang kami! Lo Han yang baik hati, rabalah
dadaku!" Toa M0 Li menghadapi salah seorang Lo Han, lalu mengangkat
dadanya untuk menyenggol lengan Lo Han itu.
"Ouh-ouh!" Hampir saja Lo Han itu berseru demikian. Cepatcepat
ia menjatuhkan diri menyerang Toa Mo Li dengan jurus Lo
Han tidur. Ketika Lo Han itu menjatuhkan diri, Toa Mo Li pun mengeluarkan
jurus perangsangnya, yakni mengangkat sebelah kakinya
menghadap Lo Han itu, sekaligus menyingkap gaunnya, sehingga
yang di dalam selangkangan itu terlihat semua.
Jurus tersebut membuat Lo Han itu tidak mampu berdiri lagi. Ia
terus membaringkan dirinya dalam jurus Lo Han tidur. Namun
sepasang matanya melotot mengarah pada seiangkangan itu sambil
menelan ludah, sehingga membuat Toa Mo Li tertawa cekikikan, dan
mulailah menggoyang-goyangkan pinggulnya.
Sukma Lo Han itu betul-betul terbetot ke luar, dan ia pun
bergoyang-goyang seakan sedang bermain dengan Toa Mo Li itu.
Bagaimana Lo Han yang lain" Mereka tidak beda jauh dengan Lo
Han itu. Salah seorang Lo Han menyerang Ji Mo Li (wanita iblis
kedua) dengan jurus Lo Han memukul lonceng, sepasang tangan Lo
Han itu memukul ke depan. Ji Mo Li justru pasang dada menyambut
pukulan itu. Ketika melihat sepasang payudara Ji Mo Li yang amat
montok, lweekang Lo Han yang telah disalurkan pada sepasang
tangannya pun buyar entah ke mana. Bahkan sepasang telapak
tangannya melekat pada sepasang payudara Ji Mo Li, sekaligus
meraba-rabanya. Saking asyik meraba, ia menjadi lupa diri, Ji Mo Li
langsung menotok jalan darahnya.
548 "Hi hi hi!" Ji Mo Li tertawa geli, karena melihat Lo Han itu sudah
berdiri seperti patung terkena totokannya.
Barisan delapan belas Lo Han Siau Lim yang sangat terkenal itu,
justru tak berkutik sama sekali terhadap barisan pemikat sukma
sembilan wanita iblis itu.
"Berhenti!" bentak ketua Siau Lim dengan wajah merah padam
saking merasa malu menyaksikan hal tersebut.
"Ha ha ha" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Ketua Siau Lim,
babak ini pihakmu telah kalah!"
"Omitohud!" sahut ketua Siau Lim. "Cap Pwe Lo Han Tin kami
memang telah kalah."
"Nah, sekarang kita mulai babak kedua!"
"Baiklah!" Ketua Siau Lim mengangguk. "Si Hu Huat, kalian
berempat maju!" "Ya," sahut Liau Khong Taysu.
Sementara delapan belas Lo Han itu telah bebas dari totokan,
mereka kembali ke tempat, Kiu Mo Li pun kembali ke tempat sambil
melirik delapan belas Lo Han itu sambil tersenyum genit. Wajah
delapan belas Lo Han memerah, cepat-cepat mereka menundukkan
kepala. "Ngo Kui!" panggil Kiu Thian Mo Cun. "Kalian berlima melawan
Siau Lim si Hu Huat itu!"
'Ya, Mo Cun." Toa Tauw Kui memberi hormat pada Kiu Thian Mo
Cun, lalu menghampiri empat pelindung Siau Lim.
"Kita bertanding dengan senjata atau tangan kosong?" tanya
Setan kepala Besar. "Tangan kosong saja!" sahut Liau Khong Taysu.
"Baiklah!" Setan Kepala Besar tertawa panjang. "Saudarasaudaraku,
mari kita serang keempat kepala gundul itu!"
"Baik!" sahut keempat saudara Toa Tauw Kui.
Mereka berlima langsung menyerang Siau Lim Si Hu Huat, empat
pelindung Siau Lim itu langsung berkelit.
"Omitohud!" Liau Knong Taysu menyebut kebesaran nama
Buddha. "Sungguh hebat serangan kalian!"
"Kepala gundul! Sambut lagi serangan kami!" bentak Toa Tauw
Kui sambil menyerang. Terjadilah pertarungan yang amat seru. Keempat pelindung Siau
Lim mengeluarkan ilmu andalan mereka, yakni Siau Lim Hok Mo Sin
Ciang (pukulan Sakti Penakluk Iblis).
549 Ngo Kui juga mengeluarkan ilmu andalan, yakni Ngo Kui Ciang
(Pukulan Lima Setan), dan mengurung empat pelindung Siau Lim
dengan Ngo Kui Tin (Barisan Lima Setan).
Tak seberapa lama kemudian, empat pelindung Siau Lim mulai
tampak kewalahan menghadapi Ngo Kui, akhirnya mereka berempat
mengeluarkan ilmu simpanan Siau Lim, yakni Liong Houui Sin Ciang
(Cakar Sakti Naga Harimau).
Ngo Kui terkejut, lalu segera melompat mundur beberapa
langkah. Setelah itu mereka berlima mendadak menyerang serentak
dengan ilmu Ku Lu Ciang (Pukulan Tengkorak) yang amat ganas.
Empat pelindung Siau Lim menyambut pukulan-pukulan itu dengan
Cakar Sakti Naga Harimau, terdengarlah benturan keras.
Ngo Kui termundur tiga langkah, sedangkan empat pelindung
Siau Lim terpental sejauh lima meteran dengan mulut mengeluarkan
darah segar. "Ha ha hal" Kiu Thian Mo Cun tertawa. "Ketua Siau Lim, babak
kedua dimenangkan pihak kami lagi. Perlukah bertanding lagi?"
"Memang perlu!" Terdengar sahutan tajam dari dalam vihara.
Tampak tiga hweshio tua berjalan ke luar. Mereka adalah tiga tetua
Siau Lim. "Paman guru!" Ketua Siau Lim segera memberi hormat seraya
melapor, "Pihak kita sudah kalah dua babak"
"Omitohud!" Tetua pertama menatap Kiu Thian Mo Cun dengan
tajam. "Engkau adalah Kiu Thian Mo Cun?"
"Tidak salah!" sahut Kiu Thian Mo Cun sambil tertawa. "Aku tahu
kalian bertiga masih hidup, maka aku harus ke mari!"
"Mo Cun," ujar tetua pertama dengan sabar. "Kalau engkau
benar Kiu Thian Mo Cun, lebih baik engkau pergi bertapa! Jangan
menyia-nyiakan usiamu yang hampir dua ratus itu!"
"Kepala gundui!" Kiu Thian Mo Cun tertata terkekeh-kekeh. "Hui
Beng H0siang, guru kalian itu masih tidak berani berkata demikian
Panji Sakti Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
padaku! Tahu?" "Omitohud! jadi ..." Tetua Pertama tersentak, sebab siapa pun
tidak tahu guru mereka, namun orang berkedok iblis itu justru tahu,
benarkah dia Kiu Thian Mo Cun"
"Kepala gundul, tidakkah kalian yakin bahwa aku Kiu Thian Mo
Cun?" 550 "Omitohud! Setelah engkau dipukul jatuh ke jurang oleh Seng
Sim Tayhiap, tidak mati, malah bisa hidup sekian lama, seharusnya
engkau bertobat!" "Kepala gundul! Kalian tidak perlu menasehatiku!" bentak Kiu
Thian Mo Cun gusar. "Mari kita bertanding! Kalau kalian bertiga
kalah, maka partai Siau Lim harus di bawah perintah Kiu Thian Mo
Kiong!" "Omitohud! Kenapa Mo Cun mendesak kami?"
"Sudahlah! Jangan banyak omong, mari kita bertanding!"
"Omitohud! Demi nama baik partai Siau Lim, kami bertiga
terpaksa bertanding dengan Mo Cun!"
"Bagus! Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak sambil
melangkah ke pelataran. "Omitohud!" Tiga tetua Siau Lim juga melangkah ke sana.
"Hati-hati, Paman guru!" pesan ketua Siau Lim.
"Tidak perlu cemas, segala apa pun sudah merupakan takdir,"
sahut tetua pertama "Betul!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terkekeh. "Hari ini pasti Siau
Lim ditakdirkan harus di bawah perintah Kiu Thian Mo Kiong!"
"Mo Cun, bagaimana kalau kita mengadu lweekang?" tanya tetua
pertama "Baik!" Kiu Thian Mo Cun mengangguk. "Kalian bertiga boleh
menyerangku dengan tenaga dalam!"
"Kalau begitu, berhati-hatilah!" ujar tetua pertama.
Tiga tetua Siau Lim segera menghimpun Thay Im sin Kang,
sedangkan Kiu Thian Mo Cun mengerahkan Hek Sim Sin Kang
(Tenaga Sakti Hati Hitam). Karena cuma mengerahkan tujuh bagian,
maka badannya cuma memancarkan sedikit cahaya hitam.
"Omitohud!" Tetua pertama tersentak "Hek Sim Sin Kang!"
"Betul!" Kiu Thian Mo Cun mengangguk. "Berhati-hatilah kalian
bertiga!" "Omitohud!" Tiga tetua Siau Lim menyerang serentak dengan
Thay Im sin Kang. Betapa dahsyatnya tenaga sakti mereka, namun
Kiu Thian Mo Cun malah tertawa panjang, sekaligus mengibaskan
tangannya. Bumm! Terdengar suara benturan yang memekakkan telinga.
Kiu Thian Mo CUn berdiri tak bergeming, sebaliknya tiga tetua
Siau Lim terpental beberapa meter dengan mulut mengeluarkan
darah hitam, dan wajah mereka tampak kehitam-hitaman.
551 Mereka bertiga telah terluka dalam, bahkan terkena racun
pukulan lawan. Kalau Kiu Thian Mo Cun menambah satu bagian
lweekangnya, tiga tetua Siau Lim pasti mati seketika.
"Paman guru!" Ketua Siau Lim cemas bukan main "Bagaimana
luka Paman guru bertiga?"
"Ti ... tidak aPa-apa," sahut tetua Pertama sambil memejamkan
matanya untuk mengatur pernafasannya.
"Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terbahak-bahak. "Nah!
Mulai sekarang partai Siau Lim sudah berada di bawah perintah Kiu
Hina Kelana 5 Pendekar Gelandangan - Pedang Tuan Muda Ketiga Karya Khu Lung Maling Budiman Berpedang Perak 2
"Engkau ?" Engkau harus balas ?" balas dendam kami!"
"Adik Cing! Aku ?" aku pasti balas dendam kalian," sahut Se Pit
Han berjanji. "Pasti balas dendam kalian."
"Kakak Han, aku ?" aku tidak bisa pergi ke Cai Hong To, aku
?" aku ?"" Cing Ji tidak melanjutkan ucapannya lagi, karena
nafasnya telah putus. "Adik Cing! Adik Cing! Adik Cing ?"!" Jerit Se Pit Han dan nyaris
pingsan seketika. Berselang beberapa saat kemudian, ia mulai menggali sebuah
lubang, lalu mengubur kedua jenazah itu di lubang tersebut. Setelah
itu, ia melangkah ke tepi jurang.
"Adik Liong! Tenanglah engkau di dasar jurang!" gumamnya
dengan air mata berderai. "Aku pasti membalas dendammu, dan
mulai saat ini, aku akan memakai baju hitam berkabung untukmu
?"" Se Pit Han melangkah memasuki Istana Pelangi seperti
kehilangan sukma. Se Khi, Giok Cing, Giok Ling, Pat Kiam dan kepala
pengurus istana segera mendekatinya dengan wajah cemas.
"Siau kiong cu ?"" panggil Se Khi.
499 Namun Se Pit Han diam saja, dan terus melangkah, lalu
menghempaskan dirinya ke tempat duduk.
"Nona! Nona ?"" panggil Giok Cing. "Nona kenapa?"
Se Pit Han duduk dengan mata memandang jauh ke depan,
kemudian air matanya berderai-derai.
"Sudah mati! Sudah mati ?"" gumamnya.
Betapa terkejutnya Se Khi, Giok Cing, Giok Ling dan Pat Kiam.
Sedangkan kepala pengurus istana segera pergi memanggil Siang
Sing, Si Kim Kong, Ngo Hu To dan Si Hong.
Tak seberapa lama kemudian, mereka semua sudah berkumpul
di ruang depan Istana Pelangi. Tiada seorang pun yang membuka
mulut, hanya memandang Se Pit Han dengan wajah cemas.
"Nona!" panggil Se Khi dan bertanya. "Apa gerangan yang telah
terjadi?" "Siauw Hui Ceh dan Cing Ji sudah ?" sudah mati," sahut Se Pit
Han sambil menangis sedih.
"Apa?" Betapa terkejutnya Se Khi, begitu pula yang lain,
kemudian Se Khi bertanya dengan hati berdebar-debar tegang. "Di
mana Pek Giok Liong?"
"Adik Liong ?"" Se Pit Han langsung menangis meraung-raung.
Adik Liong ?" adik ?""
"Dia ?" dia kenapa?" Wajah Se Khi mulai memucat.
"Dia ?" dia terpukul jatuh ke dalam jurang." Air mata Se Pit
Han bercucuran. "Haah ?"?" Wajah Se Khi pucat pias, begitu juga yang lainnya.
"Siapa yang membunuh Siauw Hui Ceh dan Cing Ji?" tanya Thian
Koh Sing yang tampak masih bisa tenang.
"Mereka berdua ingin melindungi adik Liong, namun mereka
berdua mati ?"" Se Pit Han memberitahukan.
"Siapa yang memukul Pek Giok Liong sampai jatuh ke dalam
jurang?" tanya Thian Kong Sing dengan kening berkerut-kerut. Ia
terkejut bukan main karena ada orang mampu memukul Pek Giok
Liong sampai jatuh ke dalam jurang. Siapa orang yang
berkepandaian begitu tinggi" Thian Kong Sing tidak habis berpikir.
"Orang itu mengaku dirinya Kiu Thian Mo Cun." Se Pit Han
memberitahukan. "Haah...?" Betapa terperanjat mereka semua ketika mendengar
nama itu disebut Se Pit Han. Thian Kong Sing tidak begitu percaya,
maka ia langsung bertanya, "Betulkah orang itu Kiu Thian Mo Cun?"
500 "Entahlah." Se Pit Han menggelengkan kepala. "Orang itu
memakai jubah bersulam iblis dan memakai kedok iblis pula."
"Itu ?" itu bagaimana mungkin?" gumam Se Khi. "Sudah
hampir dua ratus tahun, lagi pula pada masa itu Kiu Thian Mo Cun
telah terpukul jatuh ke dalam jurang oleh pendekar Hati Suci, tidak
mungkin kini dia muncul lagi!"
"Tapi orang itu berkepandaian amat tinggi, entah ilmu apa yang
digunakannya?" ujar Se Pit Han. "Ketika orang itu mau menyerang
adik Liong, sekujur badannya memancarkan cahaya hitam."
"Hah?" Se Khi tampak terkejut sekali. "Itu ilmu andalan Kiu Thian
Mo Cun!" "Apakah itu Hek Sim Sin Kang?" tanya Thian Koh Sing.
"Tidak salah, itu pasti Hek Sim Sin Kang," jawab Se Khi. "Orang
itu pasti menyerang Pek Giok Liong dengan Hek Sim Tok Ciang,
pukulan itu amat beracun."
"Kalau begitu ?"" Thian Kong Sing mengernyitkan kening.
"Benarkah orang itu Kiu Thian Mo Cun?"
"Tidak mungkin." Se Khi menggelengkan kepala. "Yang jelas
orang itu pewaris Kiu Thian Mo Cun!"
"Nona!" Tanya Thian Koh Sing. "Orang itu muncul seorang diri?"
"Dia muncul bersama Cit Ciat, Thian Sat, Thian Suan dan Ti Kie
Sin Kun." Se Pit Han memberitahukan. "Ketika aku melihat adik
Liong terluka, aku ingin mendekatinya, tapi Cit Ciat dan Thian Sat
menghalangiku!" "Kenapa mereka berdua menghalangi Nona?" tanya Se Khi.
"Entahlah." Se Pit Han menggelengkan kepala. "Tapi ?""
"Kenapa?" tanya Thian Koh Sing.
"Cit Ciat memperingkanku dengan ilmu menyampaikan suara,"
jawab Se Pit Han. "Dia memperingatkan apa?" tanya Se Khi heran.
"Agar aku tidak cari mati." Se Pit Han memberitahukan. "Siauw
Hui Ceh dan Cing Ji berpesan padaku, harus membalas dendam
mereka." "Jenazah mereka berdua sudah dikubur?" tanya Se Khi.
"Sudah." Se Pit Han mengangguk.
"Di mana kejadian itu?" tanya Se Khi lagi.
"Di Yan San," sahut Se Pit Han dan mulai menangis lagi. "Adik
Liong sudah terluka parah, bahkan jatuh ke dalam jurang yang
501 ribuan meter dalamnya, dia ?" dia bagaimana mungkin bisa hidup"
Aaakh! Adik Liong ?""
"Kini bu lim akan dilanda banjir darah lagi!" gumam Thian Koh
Sing. "Karena Kiu Thian Mo Cun telah muncul, siapa yang mampu
melawannya?" "Itu malapetaka bagi bu lim." Se Khi menggeleng-gelengkan
kepala. "Oh ya, bagaimana sekarang" Majikan dan nyonya majikan
kita tidak ada di pulau, kita harus berbuat apa?"
"Bagaimana kalau kita memberi kabar pada majikan melalui Sin
Ku Ceh (Merpati sakti), agar majikan segera pulang?"
"Ya." Se Khi mengangguk. "Merpati sakti pasti mampu mencari
majikan kita." "Setelah majikan pulang, barulah kita berunding," sambung
Thian Koh Sing dan melanjutkan, "Oh ya, mengenai Pek Giok Liong
yang jatuh ke jurang Yan San, bagaimana kalau kita pergi
mencarinya di dasar jurang itu?"
"Boleh juga." Se Khi manggut-manggut. "Kalau begitu ?""
"Kami berempat yang ke Yang San," sahut Hok Mo Kim Kong.
"Yang lain harus berada di sini menjaga Siau kiong cu."
"Baiklah." Se Khi manggut-manggut dan berpesan pada Giok
Cing dan Giok Ling. "Kalian berdua tidak boleh meninggalkan Siau
kiong cu selangkah pun!"
"Ya, Giok Cing clan Giok Ling mengangguk.
"Adik Liong ?"" gumam Se Pit Han. "Engkau tidak mati kan"
Engkau akan ke mari kan?"
"Siau kiong cu!" ujar Giok Cing. "Mari ke kamar untuk
beristirahat!" "Aku tidak mau istirahat, mau menunggu adik Liong ?"" Se Pit
Han menangis terisak-isak, sepasang matanya telah membengkak.
"Siau kiong cu!" Se Khi membelainya. "Lebih baik engkau ke
kamar untuk beristirahat!"
"Se Khi ?"" Se Pit Han memeluknya dengan air mata berderaiderai.
Kenapa nasib adik Liong begitu malang ?"?"
Bagian ke 53. Saudara Kembar
Pemandangan di Heng San sangat indah menakjubkan. Sayupsayup
terdengar suara air terjun dan suara arus sungai. Keadaan di
502 Heng San begitu tenang dan damai, tampak pula beberapa ekor
kelinci bercanda ria dan berlompat-lompatan.
Di tempat yang indah, tenang dan damai itu terdapat sebuah
gubuk berpagar garis bambu. Gubuk milik siapa itu" Di tempat yang
begitu sunyi kok ada gubuk"
Saat ini sang surya mulai merangkak ke atas. Terdengar suara
kicau burung yang amat merdu. Di halaman gubuk itu tampak
seseorang pemuda sedang berlatih ilmu pedang. Sungguh
mengherankan, wajah pemuda itu mirip wajah Pek Giok Liong,
ternyata pemuda itu Hek Siau Liong yang ditolong Swat San Lo Jin
(Orang tua gunung salju). Kini ia sudah menjadi murid orang tua
tersebut. Di teras gubuk itu, duduk seorang wanita berusia empat
puluhan. Walau sudah berusia sekian, namun wanita itu masih
tampak cantik, hanya saja di keningnya banyak terdapat garis
kerutan. Siapa wanita itu" Dia adalah ibu Hek Siau Liong bernama Hek Ai
Lan dan julukannya adalah Hek Bi Jin (Wanita cantik Hek).
Sementara Hek Siau Liong sudah selesai berlatih ilmu pedang. Ia
menghampiri Hek Ai Lan dengan wajah berseri-seri.
"Ibu, bagaimana latihan Siau Liong" Sudah ada kemajuan?"
tanya Hek Siau Liong sambil tersenyum.
"Nak!" Hek Ai Lan menarik nafas panjang.
"Kenapa Ibu menarik nafas" Apakah Ibu tidak senang melihat
Siau Liong berlatih ilmu pedang?"
"Nak ?"" Hek Ai Lan menggeleng-gelengkan kepala.
"Sebetulnya ibu tidak setuju engkau belajar ilmu silat, maka ?""
"Ibu tidak setuju?" Hek Siau Liong tertawa. "Padahal ibu sendiri
berilmu tinggi, tapi sama sekali tidak mengajar Siau Liong. Setelah
Siau Liong di tolong guru, barulah ibu mau mengajar Siau Liong ilmu
silat." "Mungkin itu sudah merupakan takdir!" Hek Ai Lan menarik nafas
panjang lagi. "Hari itu engkau pergi secara diam-diam, akhirnya
dilukai orang. Kalau tidak ditolong oleh Swat San Lo Jin, engkau
pasti sudah mati." "Betul, Bu." Hek Siau Liong mengangguk. "Oh ya, Siau Liong
masih merasa heran, kenapa wajah Siau Liong mirip sekali dengan
wajah Siau Liong itu?"
503 "Entahlah." Hek Ai Lan menggelengkan kepala, namun sekilas air
mukanya tampak berubah. "Itu ?" itu mungkin kebetulan."
"Sungguh mengherankan!" Hek Siau Liong tertawa. "Semua
orang mengira Siau Liong adalah Siau Liong itu, karena nama kami
pun sama." "Ibu sudah mengatakan, itu mungkin kebetulan."
"Ibu!" Hek Siau Liong menatapnya. "Kalau ada kesempatan, Siau
Liong ingin bertemu Siau Liong itu."
"Lho" Memangnya kenapa?"
"Siau Liong ingin bertanya padanya ?""
"Mau bertanya apa padanya?"
"Apakah di belakang telinganya juga terdapat tanda merah?"
sahut Hek Siau Liong sambil tersenyum. "Ibu kan tahu, di belakang
telinga Siau Liong terdapat tanda merah, kalau dia juga punya tanda
merah itu ?" Wah! Betul-betul aneh!"
"Nak!" Hek Ai Lan tersenyum lembut. "Bukan waktunya engkau
meninggalkan Heng San ini."
"Kapan Siau Liong boleh meninggalkan tempat ini?"
"Nak!" Hek Ai Lan menatapnya dalam-dalam. "Apakah engkau
ingin berkelana di bu lim?"
"Ya." Hek Siau Liong mengangguk.
"Nak!" Hek Ai Lan menggeleng-gelengkan kepala. "Justru itu,
sebelum engkau di tolong oleh Swat San Lo Jin, ibu sama sekali
tidak mau mengajarmu ilmu silat, karena khawatir engkau akan
pergi berkelanan di bu lim."
"Ibu! Siau Liong ingin jadi pendekar!" ujar Hek Siau Liong penuh
semangat. "Nak, ilmu silatmu masih rendah, belum waktunya pergi
berkelana." tandas Hek Ai Lan.
"Maka ?" Siau Liong terus menerus berlatih, kalau ilmu silat
Siau Liong sudah tinggi, Siau Liong ingin jadi pendekar."
"Bagus! Bagus! Engkau memang calon pendekar!" Terdengar
sahutan di sertai tawa gelak, tak lama melayang sosok bayangan.
"Guru! Guru!" Seru Hek Siau Liong girang. Ternyata yang
melayang turun itu Swat San Lo Jin, orang tua itu masih tertawa.
"Anak Liong, benarkah engkau ingin jadi pendekar?"
"Ya, Guru." 504 "Anak Liong!" Swat San Lo Jin tertawa-tawa lagi. "Engkau harus
terus belajar, sebab kepandaianmu masih rendah."
"Ya, Guru." Hek Siau Liong mengangguk. "Siau Liong memang
belajar siang dan malam, sebab ingin sekali jadi pendekar."
"Ngmm!" Swat San Lo Jin manggut-manggut, kemudian
wajahnya berubah serius. "Anak Liong, engkau terus berlatih di sini,
guru ingin bicara dengan ibumu."
"Ya." Hek Siau Liong mulai berlatih lagi. Sedangkan Swat San Lo
Jin mengajak Hek Ai Lan ke dalam gubuk. Setelah berada di dalam
gubuk, Hek Ai Lan segera menyuguhkan secangkir teh untuk Swat
San Lo Jin, lalu duduk di hadapannya.
"Ai Lan!" Swat San Lo Jin menatapnya seraya berkata. "Mungkin
tidak lama lagi, bu lim akan dilanda malapetaka."
"Bu Lim akan dilanda malapetaka?" Hek Ai Lan terkejut.
"Bukankah kini bu lim sudah aman" Kok lo cianpwee malah bilang bu
lim akan dilanda malapetaka?"
"Aaakh ?"!" Swat San Lo Jin menarik nafas panjang. "Pek Giok
Liong, ketua partai Hati Suci atau generasi kelima pemegang Jit Goat
Seng Sim Ki itu telah dipukul jatuh ke dalam jurang."
"Apa?" Wajah Hek Ai Lan berubah pucat pias. "Pek ?" Pek Giok
Liong ?"" "Ai Lan!" Swat San Lo Jin menatapnya tajam. "Kenapa wajahmu
berubah begitu pucat" Apakah Pek Giok Liong punya hubungan
dengan dirimu?" "Tidak ada." Hek Ai Lan menggelengkan kepala. "Oh ya, siapa
yang memukul jatuh Pek Giok Liong ke dalam jurang?"
"Kiu Thian Mo Cun!"
"Kiu Thian Mo Cun?" Hek Ai Lan tercengang. "Siapa Kiu Thian Mo
Cun itu?" "Dia adalah ?"" tutur Swat San Lo Jin dan menambahkan,
"Nah, bukankah bu lim akan dilanda malapetaka dengan munculnya
Kiu Thian Mo Cun?" "Dia... dia begitu tinggi kepandaiannya, sehingga mampu
memukul jatuh Pek Giok Liong?"
"Kepandaian maha iblis itu memang tinggi sekali." Swat San Lo
Panji Sakti Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jin menarik nafas panjang. "Kalau aku dan bu lim cit khi jin
bergabung melawannya, belum tentu kami mampu bertahan sampai
tiga puluh jurus!" 505 "Haah?" Hek Ai Lan terbelalak. "Kalau begitu, dia pasti bisa
menguasai bu lim!" "Tidak salah." Swat San Lo Jin mengangguk. "Aku yakin tidak
lama lagi , dia pasti menguasai bu lim."
"Seandainya Kiu Pat It Pang bergabung, apakah mampu
melawannya?" tanya Hek Ai Lan.
"Aku dan Cit Khi Jin masih tidak mampu melawannya, apa lagi
para ketua sembilan partai?"
"Kalau begitu, dia betul-betul tiada tanding di kolong langit?"
"Pek Giok Liong bisa dipukul jatuh olehnya, lalu siapa lagi yang
mampu menandinginya?"
"Bagaimana dengan Cai Hong Tocu?"
"Kepandaian Cai Hong Tocu setingkat dengan Pek Giok Liong,
jadi engkau pun mengerti."
"Seandainya Cai Hong Tocu dan para bawahannya mengeroyok
Kiu Thian Mo Cun itu, apakah pihak Cai Hong To akan menang?"
"Tetap kalah," jawab Swat San Lo Jin. "Terus terang, tiada
seorang pun yang mampu mengalahkannya, kecuali ?""
"Kecuali siapa?"
"Pendekar Hati Suci itu hidup lagi."
"Siapa pendekar Hati Suci itu?"
"Dia adalah ?"" Swat San Lo Jin memberitahukan, kemudian
menarik nafas. "Tapi dia tidak mungkin hidup kembali. Kini bu lim
betul-betul berada di ambang kehancuran!"
"Kalau begitu, kemunculan Kiu Thian Mo Cun pasti amat
menggembirakan semua orang dari golongan hitam!"
"Itu sudah pasti, maka nyawa para pendekar dari golongan putih
sudah berada di ujung tanduk." ujar Swat San Lo Jin. Mendadak
keningnya berkerut seraya memberitahukan, "Ada orang datang!"
"Siapa orang itu?" tanya Hek Ai Lan heran.
"Entahlah!" Swat San Lo Jin menggelengkan kepala. "Orang itu
memiliki kepandaian tingkat tinggi ?""
"Saudara tua, aku pengemis bau yang ke mari!" Terdengar suara
sahutan, menyusul berkelebat sosok bayangan memasuki gubuk.
Siapa orang itu" Ternyata Ouw Yang Seng Tek, tetua Kay Pang.
Biasanya ia suka tertawa, tapi kali ini wajahnya tampak murung
sekali. "Hei! Pengemis bau! Mau apa engkau ke mari?" tanya Swat San
Lo Jin. 506 "Aaakh ?"!" Ouw Yang Seng Tek menghempaskan dirinya ke
tempat duduk. "Terus terang, tadi aku menguntitmu sampai di sini.
Tapi aku tidak segera masuk, melainkan bersembunyi di balik pohon
melihat Hek Siau Liong itu berlatih ilmu pedang."
"Oooh!" Swat San Lo Jin manggut-manggut. "Tadi aku sudah
tahu ada orang menguntitku, ternyata engkau pengemis bau!"
"Heran?" ujar Ouw Yang Seng Tek bergumam. "Hek Siau Liong
itu mirip sekali dengan Pek Giok Liong seperti pinang dibelah dua!"
"Tidak salah. Kalau mereka berjalan bersama, orang lain pasti
mengira mereka adalah saudara kembar."
"Oh ya! Saudara tua, sudahkah engkau tahu apa yang menimpa
diri Pek Giok Liong?"
"Kejadian itu sangat menggemparkan bu lim, bagaimana
mungkin aku tidak tahu?"
"Aaakh! Aku telah kehilangan seorang saudara kecil ?"" ujar
Ouw Yang Seng Tek dengan mata bersimbah air. "Rasanya aku ingin
menangis ?"" "Kalau begitu, lebih baik engkau menangis!" usul Swat San Lo Jin
jang tahu akan kedukaan pengemis tua itu.
"Aku memang harus menangis," sahut Ouw Yang Seng Tek, usai
berkata begitu, ia betul-betul menangis gerung-gerungan.
"Pengemis bau!" ujar Swat San Lo Jin setelah lewat beberapa
saat kemudian. "Kukira engkau sudah boleh berhenti menangis."
"Ya." Ouw Yang Seng Tek segera berhenti menangis. "Saudara
tua, bu lim akan dilanda banjir darah."
"Betul." Swat San Lo Jin mengangguk. "Itulah yang amat
mencemaskanku." "Saudara tua, benarkah orang yang memukul Pek Giok Liong
jatuh ke jurang itu Kiu Thian Mo Cun?" tanya Ouw Yang Seng Tek
mendadak. "Itu tidak mungkin." Swat San Lo Jin menggelengkan kepala.
"Tapi aku yakin bahwa dia pewaris Kiu Thian Mo Cun!"
"Ngmm!" Ouw Yang Seng Tek manggut-manggut. "Setelah Pek
Giok Liong jatuh ke jurang, siapa lagi yang mampu mengalahkan Kiu
Thian Mo Cun?" "Sama sekali tidak ada." Swat San Lo Jin menarik nafas panjang.
"Oleh karena itu, tidak lama lagi bu lim pasti dikuasai Kiu Thian Mo
Cun." 507 "Apakah kita harus membiarkannya menguasai bu lim?"
"Tentu tidak. Biar bagaimana pun kita harus mencari jalan untuk
membasmi Kiu Thian Mo Cun itu," ujar Swat San Lo Jin. "Terus
terang, yang kukhawatirkan lagi yakni Kiu Thian Mo Cun akan
mengundang beberapa tokoh tua golongan hitam untuk
membantunya." "Kalau begitu, bagaimana mungkin kita mampu membasmi
mereka?" Ouw Yang Seng Tek menggeleng-gelengkan kepala.
"Maka kita harus bergabung dengan Cai Hong To."
"Bagaimana cara kita bergabung dengan Cai Hong To?"
"Kita harus berangkat ke Lam Hai."
"Ngmm!" Ouw Yang Seng Tek manggut-manggut, dan ia pun
teringat sesuatu. "Oh ya, aku masih merasa heran. Hek Siau Liong
yang di luar itu kok begitu mirip Pek Giok Liong?"
"Mungkin cuma kebetulan."
"Kalau pun kebetulan, tidak mungkin mereka begitu mirip seperti
saudara kembar." "Aku sendiri pun tidak habis berpikir, mungkin ?"" Swat San Lo
Jin memandang Hek Ai Lan. "Engkau bersedia menjelaskan?"
"Lo cianpwee, aku memang menyimpan suatu rahasia mengenai
Hek Siau Liong." ujar Hek Ai Lan.
"Oh?" Swat San Lo Jin menatapnya. "Kalau begitu,
beritahukanlah!" "Karena Pek Giok Liong mungkin sudah mati, maka aku pun
harus membeberkan rahasia itu." Hek Ai Lan memandang jauh ke
depan seakan sedang mengenang sesuatu. "Kira-kira depalan belas
tahun yang lalu, aku mulai berkelana dalam rimba persilatan, dan
memperoleh julukan Hek Bi Jin. Setahun kemudian aku bertemu Pek
Mang Ciu dan istrinya ?""
"Kedua orang tua Pek Giok Liong?" Ouw Yang Seng Tek
terbelalak. "Ya." Hek Ai Lan mengangguk. "Entah apa sebabnya, begitu
melihat Pek Mang Ciu, aku pun jatuh cinta padanya. Akan tetapi, dia
lelaki sejati, sama sekali tidak tertarik padaku, dan itu membuatku
amat penasaran dan mulailah aku memikatnya dengan berbagai cara
?"" "Kemudian bagaimana?" tanya Swat San Lo Jin.
"Dia tetap tidak terpikat, sehingga membuatku amat
membencinya. Setelah itu ?"" Lanjut Hek Ai Lan. "Pek Mang Ciu
508 dan istrinya bertarung melawan Pat Hiong. Suami istri itu mampu
mengalahkan mereka, bahkan Thai Nia Siang Hiong dan Lang San
Sam Kuai terpukul jatuh ke dalam jurang ?""
"Tidak salah." sambung Ouw Yang Seng Tek. "Setelah itu, Pek
tayhiap dan istrinya membangun Ciok Lau San Cung, kan?"
"Betul." Hek Ai Lan mengangguk. "Aku ke sana menemui mereka
untuk bermohon pada mereka agar aku diterima sebagai pelayan.
Namun ?" Pek Mang Ciu tetap menolak. Coba bayangkan, betapa
sakitnya hatiku!" "Kenapa engkau ingin jadi pelayan di sana?" tanya Ouw Yang
Seng Tek. "Karena aku ?" ingin berdekatan dengan Pek Mang Ciu, aku
amat mencintainya ?"" jawab Hek Ai Lan dengan wajah murung.
"Lantaran aku diusir, maka aku pun mendendam pada mereka suami
istri." "Engkau mencoba membunuh mereka?" tanya Swat San Lo Jin
mendadak. "Aku sama sekali tidak berniat begitu." Hek Ai Lan menarik nafas
panjang. "Setahun kemudian, istri Pek Mang Ciu melahirkan ?""
"Melahirkan Pek Giok Liong kan?" Ouw Yang Seng Tek
menatapnya. "Istri Pek Mang Ciu melahirkan anak lelaki kembar, kemudian
diberi nama Pek Giok Liong dan Pek Giok Houw." Hek Ai Lan
memberitahukan. "Pek Giok Liong lahir lebih dulu, menyusul adalah
Pek Giok Houw ?""
"Jadi ?"" Ouw Yang Seng Tek terbelalak. "Hek Siau Liong yang
di luar itu Pek Giok Houw?"
"Betul." Hek Ai Lan mengangguk. "Dua bulan kemudian setelah
anak kembar itu lahir, aku menyelinap ke dalam Ciok Lau San Cung
untuk mencuri salah satu bayi tersebut. Bahkan aku pun
meninggalkan sepucuk surat untuk Pek Mang Ciu dan istrinya,
menyatakan bahwa aku akan mengurus bayi yang kucuri itu."
"Heran?" ujar Ouw Yang Seng Tek sambil menggaruk-garuk
kepala. "Kenapa Pek Mang Ciu tidak menyiarkan kabar tentang itu?"
"Mungkin mereka menjaga namaku, sekaligus menjaga nama
mereka pula," ujar Hek Ai Lan.
"Kenapa engkau mencuri bayi itu?" tanya Swat San Lo Jin sambil
menatap Hek Ai Lan. 509 "Lo cianpwee, aku amat mencintai Pek Mang Ciu, maka rasanya
akan puas mengurusi anak Pek Mang Ciu."
"Kok begitu?" Ouw Yang Seng Tek menggaruk-garuk kepala.
"Itu yang disebut cinta." Swat San Lo Jin menarik nafas.
"Pengemis bau, pernahkah engkau jatuh cintai?"
"Tidak pernah." Ouw Yang Seng Tek menatapnya. "Bagaimana
dengan engkau" Pernahkah engkau jatuh cinta ketika masih muda?"
"Pernah, tapi ?"" Swat San Lo Jin menggeleng-gelengkan
kepala. "Sudahlah! Semua itu telah berlalu."
"Hek Bi Jin!" Ouw Yang Seng Tek memandangnya. "Jadi engkau
mengurusi Pek Giok Houw sampai belasan tahun?"
"Ya." Hek Ai Lan mengangguk. "Dia ikut marga Hek dan kuberi
nama Siau Liong, namun sungguh di luar dugaan ".."
"Maksudmu tentang kematian Pek tayhiap dan istrinya?" tanya
Ouw Yang Seng Tek. "Ng!" Hek Ai Lan mengangguk. "Setelah mencuri bayi itu, setiap
tahun aku selalu ke Ciok Lau San Cung secara diam-diam ?""
"Lho" Kenapa engkau masih ke sana?" tanya Ouw Yang Seng
Tek heran. "Ingin melihat Pek Mang Ciu dari jauh ?"" Hek Ai Lan
menundukkan kepala. "Kira-kira dua tahun yang lalu, aku ke sana
lagi, justru melihat belasan orang yang memakai kain penutup muka
menuju sana. Aku pun mendengar pembicaraan mereka, bahwa
ingin membunuh Pek Mang Ciu dan istrinya, bahkan juga akan
membantai semua penghuni Ciok Lau San Cung. Betapa terkejutnya
hatiku! Oleh karena itu, aku pun menutup mukaku dengan kain, lalu
menyelinap masuk ke kamar Pek Giok Liong untuk menolongnya."
"Jadi engkau yang menolong Pek Giok Liong?" Ouw Yang Seng
Tek terbelalak. "Ya." Hek Ai Lan mengangguk. "Aku menotok jalan darah
tidurnya, lalu membawanya ke suatu tempat yang aman. Aku pun
meninggalkan sepucuk surat menyuruhnya ke Lam Hai cari Pulau
Pelangi." "Engkau sudah tahu Pek Mang Ciu dan istrinya berasal dari pulau
itu?" tanya Swat San Lo Jin.
"Guruku yang memberitahukan."
"Oooh!" Swat San Lo Jin manggut-manggut. "Oh ya, kenapa
engkau tidak mau memberitahukan padaku siapa gurumu itu?"
510 "Lo cianpwee, aku tidak tahu siapa guruku itu," jawab Hek Ai
Lan. "Namun dia seorang nenek yang sudah tua. Walau aku sebagai
muridnya, selama itu dia tidak pernah memberitahukan padaku
nama maupun julukannya."
"Aneh!" Swat San Lo Jin menggeleng-gelengkan kepala. "Oh ya,
senjata apa yang dipakainya?"
"Sepasang pedang pendek."
"Apa?" Swat San Lo Jin tampak tersentak. "Sepasang pedang
pendek?" "Ya." Hek Ai Lan mengangguk.
"Gurumu tinggal di Thian San?" tanya Swat San Lo Jin dengan
suara agak bergemetar. "Kami memang tinggal di Thian San ?""
"Aaakh....!" Keluh Swat San Lo Jin. "Ternyata dia ?""
"Mantan kekasihmu kan, saudara tua?" Ouw Yang Seng Tek
tertawa gelak. "Eh" Pengemis bau!" Swat San Lo Jin melotot. "Jangan
menggodaku! Engkau ingin merasakan pukulanku ya?"
"Itu kalau terpaksa." Ouw Yang Seng Tek masih tertawa gelak.
Swat San Lo Jin diam, sepasang matanya memandang jauh ke
depan, kelihatannya sedang mengenang masa lalunya.
"Aaakh ?"" gumamnya mengeluh. "Sudah lima puluh tahun
tidak bertemu, apakah dia baik-baik saja dan ?" apakah masih
cerewet seperti dulu?"
"Lo cianpwee, aku tidak tahu, karena sudah belasan tahun aku
tidak bertemu guruku itu."
"Apakah dia berjuluk Thian San Lolo?" tanya Swat San Lo Jin.
"Ya." Hek Ai Lan mengangguk.
"Haah ?"?" Ouw Yang Seng Tek terperanjat. Ia menatap Hek Ai
Lan seraya bertanya, "Nenek galak itukah gurumu?"
"Tidak salah." "Aaakh!" Ouw Yang Seng Tek menarik nafas panjang. "Enam
puluh tahun yang lalu, gurumu amat terkenal, tapi kemudian dia
menghilang dari kang ouw. Tidak disangka dia menetap di Thian
San!" "Itu ?"" Swat San Lo Jin menggeleng-gelengkan kepala. ?""
itu gara-gara aku, maka dia mengasingkan diri di Thian San."
"Kok gara-gara lo cianpwee?" tanya Hek Ai Lan.
511 "Yaah!" Swat San Lo Jin menarik nafas. "Enam puluh tahun yang
lampau, kami masih muda dan berdarah panas. Walau kami sudah
saling mencinta, tapi justru tidak mau saling mengalah dalam hal
kepandaian. Oleh karena itu kami pun bertanding ratusan jurus, dan
akhirnya dia kalah. Sejak itulah dia menghilang entah ke mana. Aku
terus mencarinya, tapi tidak pernah ketemu, ternyata dia
mengasingkan diri di Thian San ?""
"Saudara tua!" Ouw Yang Seng Tek tertawa. "Kalau begitu,
engkau harus ke Thian San menemuinya, dan mohon padanya untuk
Panji Sakti Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bergabung dengan kita demi melawan Kiu Thian Mo Cun!"
"Aku memang punya niat begitu, namun belum tentu dia akan
memaafkanku," ujar Swat San Lo Jin sambil menggeleng-gelengkan
kepala. "Sudah sama-sama tua, tentunya tidak berdarah panas lagi. Aku
yakin dia pun merindukanmu, dan masih tetap mencintaimu. Kalau
tidak, kenapa dia tidak menikah?"
"Aaakh! Semua itu telah berlalu." Swat San Lo Jin menarik nafas.
"Oh ya, mari kita kembali pada masalah pokok!"
"Saudara tua, kini kita sudah tahu asal-usul Hek Siau Liong,
maka aku punya suatu ide."
"Ide apa?" Swat San Lo Jin menatapnya.
"Panggil Hek Siau Liong ke mari, kita beritahukan tentang asal
usulnya!" jawab Ouw Yang Seng Tek. "Setelah itu kita bawa dia ke
Cai Hong To." "Untuk apa membawanya ke Cai Hong To?" tanya Hek Ai Lan
heran. "Dia famili majikan pulau itu, wajar kalau kita membawanya ke
sana," jawab Ouw Yang Seng Tek dan menambahkan, "Sekaligus
belajar ilmu tingkat tinggi di sana."
"Percuma." Swat San Lo Jin menggelengkan kepala. "Pek Giok
Liong yang berilmu begitu tinggi, tapi masih tidak bisa melawan Kiu
Thian Mo Cun, apa lagi Hek Siau Liong?"
"Saudara tua!" Ouw Yang Seng Tek serius. "Siapa tahu di pulau
itu masih tersimpan kitab silat yang belum di pelajari oleh Pek Giok
Liong, maka kita usulkan ?""
"Aku tahu maksudmu." Swat San Lo Jin manggut-manggut, lalu
memandang Hek Ai Lan. "Engkau ke depan panggil Siau Liong ke
mari!" 512 "Ya." Hek Ai Lan segera memanggil Hek Siau Liong, dan tak lama
ia sudah kembali bersama pemuda itu.
"Apakah Guru memanggil Siau Liong?" tanya Hek Siau Liong.
"Ya." Swat San Lo Jin manggut-manggut. "Anak Liong, cepat beri
hormat pada paman pengemis!"
Hek Siau Liong menurut, lalu segera memberi hormat pada Ouw
Yang Seng Tek. Pengemis tua itu tertawa gelak. Ia menatap Hek
Siau Liong dengan penuh perhatian.
"Bagus! Bagus! Dia memiliki tulang dan bakat yang amat bagus!
Mungkin tidak akan mengecewakan harapan kita."
"Aku pun berpikir begitu." Swat San Lo Jin tersenyum, lalu
memandang Hek Siau Liong. "Anak Liong, tahukah engkau asalusulmu?"
"Siau Liong ?"" Pemuda itu melongo, kemudian memandang
Hek Ai Lan. "Ibu kenapa guru bertanya begitu pada Siau Liong?"
"Nak!" Hek Ai Lan menatapnya dalam-dalam, lalu ujarnya
perlahan. "Sebetulnya engkau bukan anakku ?""
"Apa"!" Hek Siau Liong terbelalak.
"Sesungguhnya engkau bernama Pek Giok Houw." Hek Ai Lan
memberitahukan. "Engkau adik kembar Pek Giok Liong."
"Oh" Pantas Siau Liong mirip dia!" Hek Siau Liong tertawa kecil
dan bertanya. "Kapan Siau Liong boleh bertemu dia?"
"Engkau tidak akan bertemu dia lagi ?"" Hek Ai Lan menarik
nafas. "Kenapa?" "Dia telah dipukul jatuh ke jurang oleh musuhnya."
"Oh?" Wajah Hek Siau Liong tampak berduka. "Siapa yang
memukul jatuh Kakak Siau Liong ke dalam jurang?"
"Kiu Thian Mo Cun." Hek Ai Lan memberitahukan.
"Siapa Kiu Thian Mo Cun itu?" tanya Hek Siau Liong.
"Anak Liong!" Swat San Lo Jin menatapnya, lalu menutur
mengenai pendekar Hati Suci dan Kiu Thian Mo Cun itu.
"Haah?" Hek Siau Liong terkejut. "Betapa tinggi kepandaian Kiu
Thian Mo Cun itu" Tapi ?" bagaimana mungkin dia hidup sampai
hampir dua ratus tahun?"
"Orang itu mungkin pewarisnya," sahut Ouw Yang Seng Tek.
"Oooh!" Hek Siau Liong mengangguk.
"Nak!" Hek Ai Lan menatapnya lembut. "Mulai sekarang engkau
bernama Pek Giok Houw, sebab ?"" Hek Ai Lan mulai menutur
513 tentang asal-usul pemuda itu, dan kemudian menambahkan, "Oleh
karena itu, kami ingin membawamu ke Pulau Pelangi untuk belajar
ilmu silat tingkat tinggi di sana."
"Ibu ?"" Pek Giok Houw terbelalak. ?"" jadi Siau Houw famili
majikan Cai Hong to itu?"
"Betul." Hek Ai Lan mengangguk. "Setelah engkau berhasil,
engkau harus membasmi Kiu Thian Mo Cun itu!"
"Siau Houw pasti membalas dendam Kakak Liong!" ujar Pek Giok
Houw dengan mata berapi-api.
"Lo cianpwee, kapan kita berangkat ke Pulau Pelangi?" tanya
Hek Ai Lan pada Swat San Lo Jin.
"Besok pagi," sahut Swat San Lo Jin sambil mengarah pada Ouw
Yang Seng Tek. "Pengemis bau, engkau mau ikut kan?"
"Tentu." Ouw Yang Seng Tek mengangguk.
"Baiklah." Swat San Lo Jin manggut-manggut. "Kalau begitu, kita
pastikan berangkat besok."
Bagian ke 54. Pertemuan di Pulau Pelangi
Se Ciang Cing dan istrinya telah kembali ke Pulau Pelangi.
Mereka berdua duduk di ruang depan istana dengan wajah serius
dan berduka. Se Pit Han duduk di sisi ibunya dengan mata
bersimbah air, bahkan wajahnya pun amat pucat.
Kepala pengurus istana, Se Khi, Giok Cing, Giok Ling, Thian Koh
Sing, Thian Kang Sing, Si Kim Kong, Si Hong dan Pat Kiam pun
duduk di ruang tersebut. Tiada seorang pun membuka mulut, suasana pun menjadi
hening. Berselang beberapa saat kemudian, Se Ciang Cing, majikan
Pulau Pelangi mulai membuka mulut sambil memandang putrinya.
"Jadi benarkah Siauw Hui Ceh dan Cing Ji telah mati?" tanya Se
Ciang Cing dengan suara dalam.
"Ya." Se Pit Han mengangguk.
"Apakah ketika Pek Giok Liong terpukul jatuh ke dalam jurang,
dia pun telah terkena racun?" tanya Se Ciang Cing lagi.
"Ya." Se Pit Han mulai menangis terisak-isak.
"Benarkah orang itu Kiu Thian Mo Cun?" Wajah Se Ciang Cing
tampak serius sekali. 514 "Entahlah." Se Pit Han menggelengkan kepala. "Orang itu
mengenakan jubah bersulam iblis, mukanya pun memakai kedok
iblis." "Si Kim Kong!" Se Ciang Cing menatap mereka. "Apakah kalian
berempat sudah ke Yan San?"
"Sudah," jawab Hok Mo Kim Kong dan memberitahukan, "Kami
pun sudah turun ke dasar jurang, tapi tidak menemukan mayat Pek
Giok Liong. Mungkin mayatnya telah dimangsa binatang buas."
"Aaakh ?"!" Se Ciang Cing menarik nafas panjang." Kenapa
nasib Pek Giok Liong begitu malang" Kematiannya pun begitu
mengenaskan ?""
Mendengar itu, Se Pit Han mulai menangis sedih lagi dengan air
mata berderai-derai. "Adik Liong..." gumamnya.
"Nak!" hibur Nyonya Se Ciang Cing. "Jangan berduka, karena
tidak menemukan mayat Pek Giok Liong, siapa tahu dia belum mati."
"Dia ?" dia bagaimana mungkin belum mati" Aku
menyaksikannya terpukul oleh Kiu Thian Mo Cun, mukanya pun
kehitam-hitaman ?""
"Hek Sim Tok Ciang." Se Ciang Cing menggeleng-gelengkan
kepala. "Tiada satu ilmu pun yang dapat melawan Hek Sim Tok
Ciang itu." "Bukankah kita masih menyimpan kitab Bu Kek Cin Keng" Kitab
itu berisi pelajaran lwee kang yang amat tinggi." Nyonya Se Ciang
Cing mengingatkan. "Benar." Se Ciang Cing manggut-manggut.
"Aku tidak pernah mempelajarinya, tapi menurutku, ilmu itu
masih tidak bisa menandingi Hek Sim Tok Ciang."
"Tapi masih bisa membendung ilmu itu kan?"
"Benar. Tapi ?" siapa yang akan mempelajari ilmu itu?"
"Aku," sahut Se Pit Han mendadak. "Ayah, Ibu! Aku harus
mempelajari ilmu itu demi membalas dendam adik Liong."
"Nak!" Se Ciang Cing menggeleng-gelengkan kepala. "Engkau
anak perempuan, tidak bisa mempelajari ilmu itu."
"Kenapa?" "Hanya anak lelaki yang masih perjaka, yang bisa mempelajari
ilmu tersebut." 515 "Kalau begitu, kenapa dulu ayah tidak menyuruh Pek Giok Liong
belajar ilmu itu" Kalau dia belajar ilmu itu, mungkin tidak akan mati
?"" "Kenapa?" tanya Se Pit Han heran.
"Nak!" Nyonya Se Ciang Cing berbisik di telinga putrinya. "Anak
perjaka yang belajar ilmu itu, akan jadi impoten seumur hidup. Oleh
karena itu, ibu dan ayah tidak mau menyuruhnya belajar ilmu
tersebut." "Oooh!" Se Pit Han manggut-manggut.
"Kalian dengar semua!" seru Se Ciang Cing mendadak. "Mulai
saat ini, kalian semua dilarang memasuki Tiong Goan, itu karena
kemunculan Kiu Thian Mo Cun!"
"Ya," sahut mereka semua.
"Lima pelindung pulau, kalian dengar baik-baik!" ujar Se Ciang
Cing dengan suara lantang. "Mulai besok, di seluruh pulau ini harus
dipasang jebakan!" "Ya." Sahut lima pelindung pulau serentak.
"Dan ?"" tambah Se Ciang Cing. "Mulai saat ini, kalian semua
harus giat berlatih ilmu masing-masing, demi menjaga kemunculan
pihak Kiu Thian Mo Cun!"
"Kami menerima perintah!"
Tiba-tiba seseorang berlari memasuki rang itu, lalu menjura pada
Se Ciang Cing seraya melapor.
"Ada tamu ingin bertemu tocu!"
"Apa"!" Se Ciang Cing tercengang. "Siapa tamu itu?"
"Swat San Lo Jin, Ouw Yang Seng Tek, Hek Ai Lan dan Hek Siau
Liong." Orang itu memberitahukan.
"Hek Siau Liong?" Se Ciang Cing mengernyitkan kening.
"Tocu! Hek Siau Liong itu mirip Pek Giok Liong ?"" Se Khi
memberitahukan tentang Hek Siau Liong itu.
"Oh?" Se Ciang Cing mengernyitkan kening lagi. "Kalau begitu,
cepat undang mereka masuk!"
Orang yang melapor itu segera menjura, lalu pergi mengundang
mereka masuk. Tak lama kemudian tampak Swat San Lo Jin, Ouw
Yang Seng Tek, Hek Ai Lan dan Pek Giok Houw memasuki ruang
istana. "Ha ha ha!" Ouw Yang Seng Tek tertawa gelak. "Sungguh indah
dan mewah istana Pelangi ini!"
516 "Selamat datang Swat San Lo Jin, Ouw Yang Seng Tek, Hek Bi
Jin dan ?" Hek Siau Liong!" ucap Se Ciang Cing sambil menatap
Pek Giok Houw dan membatin. Memang mirip Pek Giok Liong, kok
bisa mirip begitu" "Apa kabar, Tocu?" tanya Swat San Lo Jin.
"Baik-baik saja," sahut Se Ciang Cing. "Silakan duduk, lo
cianpwee!" Mereka duduk, sementara Se Pit Han terus-menerus menatap
Pek Giok Houw. Pemuda itu memang serupa dengan Pek Giok Liong,
hanya saja Pek Giok Liong agak tinggi.
"Maaf!" ucap Ouw Yang Seng Tek. "Kedatangan kami telah
mengganggu kalian!" "Tidak apa-apa." Se Ciang Cing tersenyum. "Kedatangan kalian
tentunya mempunyai sesuatu yang penting, kan?"
"Betul." Ouw Yang Seng Tek mengangguk. "Yakni menyangkut
Kiu Thian Mo Cun." "Jadi kalian sudah tahu peristiwa Pek Giok Liong?" tanya Se
Ciang Cing. "Justru karena itu, kami berkunjung ke mari," sahut Swat San Lo
Jin. "Di samping itu, kami juga ingin menyampaikan sesuatu yang
amat penting." sambung Ouw Yang Seng Tek.
"Oh?" Se Ciang Cing menatapnya. "Tetua Kay Pang ingin
menyampaikan apa?" "Mengenai Hek Siau Liong ini," jawab Ouw Yang Seng Tek, lalu
memandang Hek Ai Lan. "Hek Bi Jin, beritahukanlah!"
"Se tocu!" ujar Hek Ai Lan. "Nama asli Hek Siau Liong adalah Pek
Giok Houw ?"" "Apa?" Se Ciang Cing terbelalak. "Nama aslinya Pek Giok Houw"
Jadi ?" dia adalah ?""
"Adik kembar Pek Giok Liong." Hek Ai Lan memberitahukan.
"Oh?" Nyonya Se Ciang Cing menatapnya. "Tapi ?" kenapa Pek
Mang Ciu dan istrinya tidak pernah memberitahukan pada kami, lagi
pula ?" Pek Giok Liong pun tidak tahu tentang ini."
"Benar." Hek Ai Lan manggut-manggut. "Setelah istri Pek Mang
Ciu melahirkan anak kembar ?""
Hek Ai Lan menutur tentang dirinya mencuri salah satu bayi
kembar itu. Se Ciang Cing dan istrinya mendengar dengan mata
terbelalak, begitu pula Se Pit Han dan lainnya.
517 "Kalau begitu, dia ?" dia anak Pek Mang Ciu!" Se Ciang Cing
menatap Pek Giok Houw dengan penuh perhatian.
"Itu memang benar." ujar Hek Ai Lan.
"Oh ya!" Se Ciang Cing menatapnya. "Kenapa engkau menculik
salah satu anak kembar Pek Mang Ciu?"
"Karena ?" karena ?"" Hek Ai Lan menundukkan kepala.
"Hek Bi Jin sangat mencintai Pek Mang Ciu." sambung Ouw Yang
Seng Tek sambil tertawa, sekaligus menceritakan tentang itu.
"Oooh!" Se Ciang Cing manggut-manggut. "Ternyata begitu!"
"Nak!" ujar Hek Ai Lan pada Pek Giok Houw. "Cepatlah engkau
memberi hormat pada paman dan bibimu!"
"Giok Houw memberi hormat pada Paman dan Bibi!" Pek Giok
Houw segera memberi hormat.
"Anak baik!" Se Ciang Cing tertawa.
"Nak! Beri hormat pada kakak misanmu!" ujar Hek Ai Lan.
"Kak misan, terimalah hormatku!" ucap Pek Giok Houw sambil
menjura pada Se Pit Han. "Adik Houw ?"" Mata Se Pit Han bersimbah air. "Kakakmu telah
mati ?"" "Aku sudah tahu, maka aku sudah mengambil keputusan untuk
membalas dendamnya," sahut Pek Giok Houw.
"Tapi ?" kepandaiamu masih rendah." Se Pit Han menggelenggelengkan
kepala. "Se tocu!" ujar Swat San Lo Jin. "Kami antar Giok Houw ke mari
untuk bertemu kalian, sekaligus agar dia bisa belajar ilmu tingkat
tinggi di sini." "Ngmmm!" Se Ciang Cing manggut-manggut. "Itu memang
bagus, kami pasti menerimanya dengan senang hati."
Panji Sakti Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Terimakasih, Paman!" ucap Pek Giok Houw cepat sambil
memberi hormat. "Ha ha!" Se Ciang Cing tertawa gembira. "Giok Houw, engkau
juga memiliki sifat seperti Giok Liong."
"Mereka saudara kembar, tentunya sama sifat mereka," sahut
Ouw Yang Seng Tek sambil tertawa gelak, kemudian mendadak
wajahnya berubah serius. "Pek Giok Liong tidak dapat melawan Kiu
Thian Mo Cun, lalu bagaimana dengan Pek Giok Houw?"
"Sebelum kemunculan kalian, kami telah memikirkan hal ini." Se
Ciang Cing memberitahukan. "Kami masih menyimpan sebuah
kitab." 518 "Oh?" Wajah Ouw Yang Seng Tek berseri. "Kitab apa itu?"
"Bu Kek Cin Keng."
"Bu Kek Cin Keng?" Ouw Yang Seng Tek mengernyitkan kening.
"Apakah itu kitab doa?"
"Bukan." Se Ciang Cing menjelaskan. "kitab Bu Kek Cin Keng ini
memuat pelajaran ilmu lwee kang yang amat tinggi, hanya anak
perjaka yang boleh belajar tapi ?""
"Kenapa?" tanya Swat San Lo Jin.
"Perjaka mana pun yang belajar ilmu itu seumur hidup tidak
boleh kawin." Se Ciang Cing memberitahukan.
"Lho, Kenapa?" tanya Swat San Lo Jin heran.
"Karena ?" akan impoten seumur hidup."
"Haah ?"?" Swat San Lo Jin dan Ouw Yang Seng Tek saling
memandang, kemudian mereka mengarah pada Hek Ai Lan.
"Aku tidak bisa mengambil keputusan, itu tergantung pada Pek
Giok Houw." ujar Hek Ai Lan.
"Demi membalas dendam Kakak Liong, aku bersedia belajar ilmu
itu," sahut Pek Giok Houw sungguh-sungguh.
"Nak!" Hek Ai Lan menatapnya. "Tapi seumur hidup engkau tidak
bisa kawin. Maka alangkah baiknya pikirkanlah masak-masak dulu!"
"Ibu, aku cuma memikirkan dendam Kakak Liong, sama sekali
tidak memikirkan soal kawin." tegas Pek Giok Houw.
"Bagus! Bagus!" Ouw Yang Seng Tek tertawa gelak.
"Apa yang bagus?" tegur Swat San Lo Jin sambil melotot.
"Apakah Giok Houw harus menempuh jalanmu tidak kawin seumur
hidup?" "Menempuh jalan kita," sahut Ouw Yang Seng Tek. "Bukankah
saudara tua juga tidak kawin seumur hidup?"
"Paman, Bibi!" ujar Pek Giok Houw yang telah mengambil
keputusan. "Aku bersedia belajar Bu Kek Sin Kang."
"Ngmm!" Se Ciang Cing manggut-manggut.
"Oh ya!" Se Pit Han teringat sesuatu, lalu mengeluarkan sebuah
kitab dan diserahkan pada Se Ciang Cing. "Ayah, sebelum Kiu Thian
Mo Cun muncul, adik Liong memberikan kitab ini padaku, mungkin
berguna untuk Adik Houw!"
"Oh?" Se Ciang Cing terbelalak setelah melihat kitab itu, yang
ternyata 'Kitab Ajaib'. Siapa yang belajar ilmu di dalam kitab itu,
maka seumur hidup tidak boleh kawin.
"Kitab apa itu?" tanya Nyonya Se Ciang Cing.
519 "Ini 'Kitab Ajaib'," Se Ciang Cing memberitahukan. "Giok Houw
boleh belajar ilmu yang ada di dalam kitab ini."
"Se tocu! Kitab apa itu?" tanya Ouw Yang Seng Tek.
"Kitab Ajaib." Se Ciang Cing memperlihatkan kitab itu.
"Wuah!" seru Ouw Yang Seng Tek. "Kitab yang luar biasa! Giok
Houw memang berjodoh dengan kitab ajaib ini!"
"Se tocu!" Swat San Lo Jin menatapnya seraya bertanya, "Kalau
Giok Houw sudah berhasil belajar Bu Kek Sin Kang dan Kitab Ajaib
ini, apakah dia bisa mengalahkan Kiu Thian Mo Cun?"
"Entahlah." Se Clang Cing menggelengkan kepala. "Sebab kita
harus tahu, lwee kang Pek Giok Liong sudah begitu tinggi, namun
masih di bawah lwee kang Kiu Thian Mo Cun. Lagi pula Kiu Thian Mo
Cun memiliki Hek Sim Sin Kang dan Hek Sim Tok Ciang yang amat
dahsyat, bahkan juga amat beracun. Maka sulit bagi Giok Houw
mengalahkannya dengan ilmu Bu Kek Sin Kang dan ilmu yang ada di
dalam Kitab Ajaib ini."
"Kalau begitu ?"" Ouw Yang Seng Tek tampak lemas. "Percuma
juga dia belajar ?""
"Tidak percuma," sahut Se Ciang Cing. "Sebab dia masih bisa
menjaga diri dengan ilmu-ilmu itu."
"Selain ilmu-ilmu itu, dia juga boleh belajar ilmu Cai Hong To,"
tambah Nyonya Se Ciang Cing.
"Terimakasih Paman, terimakasih Bibi!" ucap Pek Giok Houw
haru dan berjanji, "Setelah aku berhasil belajar semua ilmu itu, aku
pasti pergi mencari Kiu Thian Mo Cun untuk menuntut balas
kematian Kakak Liong!"
"Bagus." Ouw Yang Seng Tek tertawa gelak. "Pokoknya pihak
Kay Pang pasti membantu dalam hal ini."
"Terimakasih, Paman pengemis!" ucap Pek Giok Houw.
"Giok Houw ?"" Ouw Yang Seng Tek menatapnya dalam-dalam.
"Engkau boleh dikatakan jelmaan Giok Liong."
"Paman pengemis, kami saudara kembar, tentunya akan saling
menjelma jadi satu." ujar Pek Giok Houw.
"Oh ya! Kalau begitu, kami mau mohon diri!" ujar Swat San Lo
Jin, lalu memandang Hek Ai Lan. "Bagaimana engkau" Mau tinggal
di sini atau kembali ke Thian San?"
"Aku ?"" Hek Ai Lan bimbang.
"Hek Bi Jin!" Nyonya Se Ciang Cing tersenyum. "Lebih baik
engkau tinggal di sini bersama Pek Giok Houw!"
520 "Terimakasih, tocu hujin!" ucap Hek Ai Lan.
"Jangan sungkan-sungkan!" Nyonya Se Ciang Cing tersenyum
lagi. "Nanti akan kusuruh kepala pengurus istana menyediakan
sebuah kamar untukmu."
"Terimakasih!" "Se tocu! Aku dan pengemis bau mau pergi. Kalau ada berita apa
pun di bu lim, kami pasti ke mari memberitahukan," ujar Swat San
Lo Jin. "Lo cianpwee! Mulai besok di seluruh pulau ini akan di pasang
jebakan, maka aku akan berikan tanda pengenal pada kallian," Kata
Se Ciang Cing, lalu memberikan mereka tanda pengenal.
"Eh?" Ouw Yang Seng Tek tercengang. "Semua orang di sini
sudah mengenal kami, kok masih harus punya tanda pengenal?"
"Demi menjaga hal-hal yang tak diinginkan." Se Ciang Cing
memberitahukan. "Siapa tahu ada orang tertentu akan menyamar
sebagai diri kalian untuk menyusup ke mari, maka kami perlu
berhati-hati." "Betul." Swat San Lo Jin manggut-manggut. "Se tocu memang
harus waspada, siapa tahu Kiu Thian Mo Cun akan mengutus
orangnya menyusup ke mari."
"Selain tanda pengenal, harus pula ada kata-kata sandi." tambah
Se Ciang Cing. "Apa kata-kata sandi itu?" tanya Ouw Yang Seng Tek.
"Jit Seng Tong Hong (Matahari terbit diufuk timur)!" Se Ciang
Cing memberitahukan. "Akan kuingat kata-kata sandi itu." Ouw Yang Seng Tek
manggut-manggut. "Memang lebih baik berhati-hati," ujar Swat San Lo Jin. "Agar
pihak Kiu Thian Mo Cun tidak bisa mengutus orangnya menyusup ke
mari. Baiklah, kami mau mohon diri!"
"Guru ?"" Pek Giok Houw merasa berat berpisah dengan Swat
San Lo Jin. "Giok Houw!" Swat San Lo Jin tersenyum. "Kita pasti berjumpa
lagi, baik-baiklah engkau belajar kepandaian tingkat tinggi di sini,
jangan mengecewakan kami!"
"Ya, Guru." Pek Giok Liong mengangguk.
"Se tocu, sampai jumpa!" ucap Swat San Lo Jin.
"Selamat jalan, lo cianpwee!" sahut Se Ciang Cing.
521 "Se tocu, aku mohon diri!" ucap Ouw Yang Seng Tek, "Sampai
berjumpa lagi kelak!"
"Selamat jalan, Ouw Yang Pang Cu!" Se Ciang Cing mengantar
mereka sampai di depan istana. Setelah mereka berdua pergi jauh,
barulah ia kembali ke dalam istana dan duduk. "Giok Houw ?""
"Ya, Paman!" "Sungguhkah engkau ingin belajar Bu Kek Sin Kang dan Kitab
Ajaib itu?" tanya Se Ciang Cing sambil menatapnya tajam.
"Sungguh, Paman." Pek Giok Houw mengangguk.
"Tentunya engkau tahu apa resikonya kan?"
"Tahu, Paman." "Engkau tidak akan menyesal?"
"Demi membalas dendam Kakak Liong, aku sama sekali tidak
akan menyesal." "Baiklah!" Se Ciang Cing manggut-manggut. "Engkau boleh mulai
belajar esok di ruang rahasia. Kalau sudah masuk ke ruang rahasia
itu, engkau tidak boleh ke luar, kecuali berhasil belajar ilmu-ilmu
itu." "Ya, Paman." "Oh ya, Hek Bi Jin!" Se Ciang Cing tersenyum. "Kepala pengurus
istana akan menyiapkan sebuah kamar untukmu, temanilah Giok
Houw malam ini!" "Terimakasih, Se tocu!" ucap Hek Ai Lan.
"Nah, sekarang kalian boleh beristirahat dulu." Kemudian Se
Ciang Cing berkata pada kepala pengurus istana. "Ajak mereka ke
dalam dan tunjukan kamar itu!"
"Ya." Kepala pengurus istana menjura, lalu mengajak Hek Ai Lan
dan Pek Giok Houw ke dalam.
"Pit Han!" panggil Se Ciang Cing.
"Ada apa, Ayah?" tanya Se Pit Han.
"Mulai besok, engkau pun harus memperdalam kepandaianmu!"
pesan Se Ciang Cing sungguh-sungguh.
"Ayah, kini adik Liong sudah tiada, untuk apa aku memperdalam
ilmu silat lagi?" Se Pit Han tampak tiada gairah terhadap apa pun.
"Nak!" ujar Nyonya Se Ciang Cing sambil tersenyum lembut, ia
tahu maksud tujuan suaminya kenapa menyuruh Se Pit Han
memperdalam ilmu silatnya. Tidak lain agar Se Pit Han tidak
terlampau memikirkan Pek Giok Liong yang sudah tiada itu. "Kalau
522 ilmumu bertambah tinggi, kelak engkau kan boleh menuntut balas
pada Kiu Thian Mo Cun?"
"Baiklah!" Se Pit Han mengangguk.
Keesokan harinya, Pek Giok Houw diantar kepala pengurus
istana ke ruang rahasia, untuk belajar Bu Kek Sin Kang dan ilmuilmu
yang terdapat di dalam Kitab Ajaib. Sedangkan Se Pit Han pun
mulai memperdalam ilmu silatnya.
Sementara itu, Kiu Thian Mo Cun pun menutup diri di sebuah
ruang rahasia dalam istananya. Ia pun mulai berlatih lagi ilmu Hek
Sim Sin Kang dan Hek Sim Tok Ciang yang maha dahsyat itu.
Lalu bagaimana nasib Pek Giok Liong yang terpukul jatuh ke
dalam jurang itu" Si Kim Kong bersusah payah turun ke dasar jurang
dengan tali, namun mereka tidak menemukan mayat Pek Giok Liong.
Betulkah mayat Pek Giok Liong telah dimangsa binatang buas"
Ternyata tidak, ketika tubuh Pek Giok Liong melayang turun ke
jurang, ia sudah pingsan terpukul Kiu Thian Mo Cun, bahkan
mukanya pun terhantam pukulan itu pula, mengakibatkan muka Pek
Giok Liong jadi rusak terkena racun.
Masih untung ia memiliki Thai Ceng Sin Kang melindungi
jantungnya, kalau tidak, ia pasti sudah mati.
Pek Giok Liong memang belum ditakdirkan mati. Tubuhnya
menyangkut di sebuah pohon yang tumbuh di tebing gunung. Dua
hari dua malam ia menyangkut di dahan pohon itu dalam keadaan
pingsan. Pada hari ketiga, mendadak turun hujan deras membuat sekujur
badannya basah kuyup, namun ia masih dalam keadaan pingsan dan
nafasnya pun mulai lemah.
Berselang beberapa saat kemudian, hujan mulai reda. Di saat itu
tampak seekor ular merayap di dahan tempat Pek Giok Liong
tersangkut. Panjang ular itu cuma setengah meter, tapi ular tersebut
sungguh aneh dan amat indah. Di kepala ular itu terdapat sebuah
tanduk kecil yang memancarkan sinar putih bergemerlapan, dan
tujuh macam warna menghiasi sisik-sisiknya.
Ular apa itu" Ternyata Cian Nian Cit Sek Tok Kak Coa (Ular tujuh
warna bertanduk satu yang telah berusia seribu tahun). Ular
tersebut sangat beracun, namun juga sangat berkhasiat bagi orang
yang punya lwee kang. 523 Akan tetapi, siapa tergigit ular itu, beberapa detik saja pasti mati
terkena racunnya. Sementara ular itu terus merayap mendekati Pek Giok Liong.
Setelah dekat, ular tersebut pun berhenti. Sepasang matanya
menatap Pek Giok Liong dengan tajam, kelihatanya ular itu tertarik
pada sesuatu yang ada di dalam tubuh Pek Giok Liong.
Sekoyong-konyong ular itu menggigit lengan Pek Giok Liong.
Sungguh mengherankan, ular itu tidak mau melepaskan gigitan.
Beberapa saat kemudian, sekujur tubuh Pek Giok Liong bergetar
seperti kena strom. Berselang sesaat, terjadi lagi hal yang aneh. Tanduk ular yang
memancarkan sinar putih gemerlapan itu tampak mulai suram,
kemudian berubah hitam. Setelah itu, barulah ular tersebut
melepaskan gigitannya, lalu merayap pergi.
Tak seberapa lama kemudian, badan Pek Giok Liong pun mulai
bergerak. Ternyata racun ular itu telah memusnahkan racun yang
ada di dalam tubuh Pek Giok Liong. Bahkan ular itu pun menyedot
racun tersebut, sehingga membuat tanduk ular itu berubah hitam.
Itu memang merupakan kejadian mujizat, sebab kini Pek Giok
Liong sudah kebal terhadap racun apa pun. Bahkan tenaga
dalamnya pun bertambah berlipat ganda.
Perlahan-lahan Pek Giok Liong membuka matanya. Ia tampak
tercengang ketika melihat tempat itu. Kemudian ia pun teringat
kembali apa yang telah terjadi atas dirinya, dan seketika juga ia
menarik nafas lega. "Aaakh ?"! Aku belum mati, tapi ?"" Tiba-tiba ia teringat pada
Siauw Hui Ceh dan Cing Ji yang terkena pukulan Kiu Thian Mo Cun
lantaran ingin melindungi dirinya. "Bagaimana keadaan mereka"
Apakah mereka sudah mati atau masih hidup ?"?"
Pek Giok Liong mulai turun. Ketika sampai di bawah, ia pun
terbelalak karena pohon itu tumbuh di tebing gunung. Ia melihat ke
bawah, betapa terperanjat hatinya, sebab jurang itu masih belum
terlihat dasarnya. Bagaimana mungkin ia turun ke bawah atau memanjat ke atas,
karena tebing itu sangat licin. Meskipun ia mengerahkan ginkangnya,
juga tidak bisa sampai ke atas.
Ia menengok ke sana ke mari, tiba-tiba matanya tertuju pada sisi
pohon. Ternyata terdapat sebuah goa kecil di situ. Segeralah ia
524 mendekati goa itu dan memandang ke dalam. Walau sangat gelap
namun ia dapat melihat dengan jelas sekali.
Panji Sakti Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Goa itu amat dalam, hanya terdapat batu karang. Kalau mau
masuk ke dalam, harus merangkak.
Pek Giok Liong berpikir sejenak, lalu merangkak ke dalam goa
itu. Sungguh tak terduga sama sekali, goa itu mirip sebuah
terowongan yang amat panjang. Pek Giok Liong terus merangkak,
entah berapa lama kemudian, ia melihat ada sinar di ujung goa.
Bukan main girangnya Pek Giok Liong, karena ia sudah
mendekati mulut goa. Tak lama kemudian, ia sudah ke luar dari
mulut goa tersebut dan sepasang matanya terbelalak lebar.
Ternyata ia melihat pemandangan alam yang amat indah,
bunga-bunga liar yang berwarnawarni tumbuh teratur di situ,
sehingga tempat tersebut tampak semarak. Terdengar pula suara air
terjun, cepat-cepat Pek Giok Liong menuju ke tempat air terjun itu
karena ingin mencuci muka.
Ia menjongkokkan badannya sepasang tangannya dijulurkan
untuk mengambil air. Namun mendadak ia menjerit kaget dengan
mata terbelalak, mulutnya pun ternganga lebar.
"Mukaku ?" mukaku ?"" Pek Giok Liong mengusap mukanya.
"Kenapa mukaku berubah begitu buruk" Aaaakh ?"!"
Pek Giok Liong jatuh duduk di situ. Berselang sesaat barulah ia
menyadari kenapa mukanya berubah begitu buruk, penuh benjolan
yang kehitam-hitaman. Itu akibat terhantam pukulan Kiu Thian Mo Cun, tapi kenapa ia
tidak mati" Tentang ini membuatnya tidak habis berpikir. Ketika ular
beracun menggigitnya, ia masih dalam keadaan pingsan.
"Aaakh ?"" Pek Giok Liong menarik nafas panjang. "Sudahlah!
Wajahku rusak begini tidak apa-apa, yang penting aku harus
membunuh Kiu Thian Mo Cun, lalu mengasingkan diri di sini. Karena
wajahku telah rusak begini, aku pun tidak akan bertemu Kak Han
lagi ?"" Pek Giok Liong bangkit berdiri, ia mengayunkan kakinya tanpa
tujuan. Namun hatinya masih terhibur, karena pemandangan di
tempat itu amat indah menakjubkan.
Ia terus melangkah, tiba-tiba matanya terbelalak karena melihat
di tempat itu terdapat meja dan tempat duduk yang terbuat dari
batu. Itu pertanda tempat tersebut pernah dihuni orang.
525 Di tempat itu juga terdapat sebuah goa yang amat besar. Ia
memandang ke dalam goa itu. Karena hatinya merasa tertarik ia pun
mamasuki goa tersebut. Ruangan goa itu terang benderang. Yang menerangi goa itu
bukan sinar matahari, melainkan sinar yang amat terang, yang
dipancarkan oleh butir-butir mutiara yang menempel di dinding goa.
Pek Giok Liong menengok ke sana ke mari. Mendadak ia tampak
terkejut karena melihat sosok bersandar pada dinding goa.
Bayangan itu ternyata tengkorak manusia yang masih utuh dengan
pakaiannya. Perlahan-lahan Pek Giok Liong mendekati rangka itu, lalu
berlutut memberi hormat. "Maafkan teecu, lo cianpwee!" ucapnya. "Teecu tidak sengaja
mendatangi tempat ini, sehingga mengganggu ketenangan lo
cianpwee!" Ketika menundukkan kepalanya dalam-dalam, Pek Giok Liong
melihat tulisan pada batu di hadapan tengkorak itu, lalu segera
membacanya. Siapa yang memasuki tempat ini, berarti berjodoh denganku.
Walau aku berhasil memukul Kiu Thian Mo Cun jatuh ke jurang,
namun aku pun terluka oleh pukulannya yang beracun. Itu adalah
pukulan Hek Sim Tok Ciang yang amat ganas dan beracun.
Beberapa partai besar sangat berterimakasih padaku karena
telah membasmi Maha Iblis Langit Sembilan itu, maka para ketua
partai besar itu bersepakat membuat sebuah panji untukku, panji itu
disebut Jit Goat Seng Sim Ki. Siapa yang berkaitan melihat panji itu,
harus bergabung dan tunduk pada pemegang panji.
Panji tersebut kuwariskan pada muridku, setelah itu aku pun
mengundurkan diri dari rimba persilatan. Tanpa sengaja aku
menemukan tempat yang amat rahasia dan indah ini. Tempat ini
berada di dalam perut Gunung Yan San, dan secara kebetulan aku
memperoleh semacam buah aneh. Khasiat buah tersebut dapat
menambah lwee kang orang, maka buah aneh itu kubikin jadi
semacam obat. Sungguh di luar dugaan, buah itu pun dapat
memunahkan berbagai macam racun ganas, kusimpan di dalam
botol porselin di sisiku. Ingat! Untuk menambah lwee kang, hanya
boleh makan satu butir. Lebih banyak dari satu butir, akan mati
526 muntah darah. Kalau terkena racun ganas, boleh makan dua butir.
Kalau lebih dari dua butir, akan mati muntah darah.
Setelah racun di dalam tubuhku punah, ilmu silaiku pun ikut
punah, itu karena racun pukulan Kiu Thian Mo Cun telah lama
mengidap di dalam tubuhku. Oleh karena itu, aku tetap tinggal di
sini. Setelah lama mengasingkan diri di sini, aku pun berfirasat bahwa
Kiu Thian Mo Cun akan muncul di bu lim lagi, tapi aku tidak tahu
kapan dia akan muncul untuk menguasai bu lim. Dikarenakan itu,
aku meninggalkan sebuah buku untuk yang berjodoh.
Itu adalah buku Jit Goat Seng Sim Pit Kip, yang memuat ilmu Jit
Goat Seng Sim Sin Kang (Tenaga sakti Hati Suci Matahari Bulan) dan
Jit Goat Seng Sim Ciang Hoat (Ilmu pukulan tangan kosong Hati Suci
Matahari Bulan). Ilmu pukulan tersebut terdiri dari tujuh jurus, dan
setiap jurus mempunyai tujuh perubahan. Ilmu ini amat dahsyat,
maka jangan sembarangan mempergunakannya.
Aku cuma sampai tingkat ketujuh, belum mencapai tingkat
kesepuluh, yakni tingkat kesempurnaan. Kalau sudah mencapai
tingkat kesepuluh, sekujur badan akan memancarkan cahaya putih.
Karena Kiu Thian Mo Cun sudah mengganas di bu lim, maka aku
terpaksa memunculkan diri untuk membasminya. Namun ilmuku
cuma mencapai tingkat ketujuh, sehingga diriku pun terluka oleh
Hek Sim Tok Ciang yang dimiliki Kiu Thian Mo Cun itu.
Oleh karena itu, siapa yang berjodoh dengan buku ini, haruslah
belajar sampai tingkat kesepuluh, barulah bisa membasmi Kiu Thian
Mo Cun. Setelah aku berhasil memukul jatuh Kiu Thian Mo Cun kejurang,
bu lim pun menjadi aman. Para ketua partai besar amat
berterimakasih padaku, dan mereka menghadiahkan kitab silat
tingkat tinggi padaku. Aku terpaksa menerimanya karena terus
mendesakku. Karena ilmu-ilmu tersebut amat tinggi dan sulit
dimengerti, maka para ketua partai cuma menyimpan saja, dan
dijadikan kitab pusaka partai masing-masing.
Aku khawatir, kitab-kitab itu akan rusak, maka kusalin dihalaman
belakang Jit Goat Seng Sim Pit Kip dengan semacam getah pohon
yang tidak akan luntur terkena air.
Aku tidak tahu siapa engkau yang berjodoh, namun engkau pun
boleh belajar ilmu-ilmu dari partai besar itu. Akan tetapi, engkau pun
harus mengembalikan dengan cara mengajar pada para ketua partai.
527 Pergunakan ilmu-ilmu ini untuk kebaikan, jangan melakukan
kejahatan, sebab engkau akan mati oleh ilmu sendiri.
Setelah engkau berhasil mencapai tingkat kesepuluh, barulah
engkau boleh meninggalkan tempat ini melalui jalan yang engkau
lalui ketika masuk itu. Dan engkau pun harus mencari panji Hati Suci
Matahari Bulan. Jit Goat Seng Sim Pit Kip berada di bawah batu yang di
hadapanku. Setelah engkau membenturkan kepalamu tiga kali di
tanah, barulah engkau boleh mengambil buku itu" Selamat belajar!
Seng Sim Tayhiap Seusai membaca tulisan itu, Pek Giok Liong merasa dirinya
dalam mimpi. Sama sekali tidak menyangka akan menemui
tengkorak kakak gurunya di goa itu. Itu membuatnya girang bukan
main. "Kakek guru, aku Pek Giok Liong cucu muridmu." ucap Pek Giok
Liong sambil memberi hormat dalam keadaan berlutut. "Panji Hati
Suci Matahari Bulan berada di tanganku. Karena aku adalah generasi
kelima pemegang panji itu. Aku bersumpah pasti membasmi Kiu
Thian Mo Cun itu. Kakek guru, terimalah sembah sujud dari cucu
muridmu!" Pek Giok Liong membenturkan kepalanya tiga kali ke tanah,
mendadak ia mendengar 'Krak', batu yang di hadapan tengkorak itu
bergerak dan tampak sebuah lubang kecil. Di dalam lubang itu
terdapat sebuah kotak besi.
"Kakek guru, cucu murid akan mengambil kotak besi itu," ucap
Pek Giok Liong sambil menjulurkan tangannya mengambil kotak besi
tersebut. Setelah itu, ia pun membuka mulut besi tersebut. Di dalamnya
berisi sebuah buku yang bertuliskan 'Jit Goat Seng Sim Pit Kip'.
"Terimakasih, Kakek guru!" ucap Pek Giok Liong dan
menyembah lagi, barulah mengambil buku itu. Tampak secarik
kertas di situ, lalu dibacanya.
Engkau memang pemuda yang baik. Aku yakin engkau pasti
berhasil mencapai sampai tingkat kesepuluh. Mengenai tulang
belulangku, engkau tidak perlu menguburnya. Selamat belajar, Nak!
528 Seng Sim Tayhiap "Aku pasti belajar sampai mencapai tingkat kesepuluh, dan tidak
akan mengecewakan Kakek guru!" ucap Pek Giok Liong, lalu mulai
membuka buku tersebut. Pada waktu bersamaan, mendadak ia
teringat sesuatu sehingga langsung berseru.
"Obat yang ada di dalam botol porselin, bukankah dapat
memunahkan berbagai macam racun" Kalau begitu ?"" Pek Giok
Liong segera mengambil botol porselin yang berisi obat tersebut.
"Aku harus makan dua butir, mudah-mudahan mukaku bisa
sembuh!" Pek Giok Liong membuka tutup botol dan menuang dua butir
obat itu, kemudian di masukkan ke dalam mulutnya. Setelah itu,
ditutupnya kembali botor porselin itu, dan dikembalikan pada
tempatnya. "Apakah mukaku akan pulih seperti semula?" gumamnya. "Kalau
tidak bisa pulih ?" ya sudahlah! Aku akan menutup mukaku dengan
kain putih." Pek Giok Liong mulai belajar Jit Goat Seng Sim Sin Kang, dan
membaca ilmu-ilmu yang tercantum di halaman belakang Jit Goat
Seng Sim Pit Kip. Setelah membaca, ia pun terkejut karena semua
ilmu itu merupakan ilmu simpanan beberapa partai besar. Yakni Siau
Lim Tat Mo Sin Kang, Tat Mo Kiam Hoat dan Tat Mo Ciang Hoat.
Butong Hian Thian Sin Kang, Hian Thian Kiam Hoat dan Hian Thian
Ciang Hoat. Hwa San Thay Yang Sin Kang, Thay Yang Kiam Hoat
dan Thay Yang Ciang Hoat. Gobi Bu Siang Sin Kang, Bu Siang Kiam
Hoat dan Bu Siang Ciang Hoat. Khong Tong Bie Lek Sin Kang, Bie
Lek Kiam Hoat dan Bie Lek Ciang Hoat. Semua ilmu itu adalah ilmu
simpanan partai-partai tersebut, namun tiada seorang pun dalam
partai-partai tersebut berhasil belajar ilmu simpanan itu.
Akan tetapi, Pek Giok Liong justru mampu dan ia pun harus
mengembalikan ilmu-ilmu itu pada para ketua partai tersebut.
Bagian ke 55. Susunan Kedudukan
Tentang kemunculan Kiu Thian Mo Cun yang telah memukul Pek
Giok Liong masuk ke jurang, itu sungguh mengejutkan beberapa
partai besar. 529 Siau Lim Pay, Butong Pay, Gobi Pay, Hwa San pay dan Khong
Tong Pay sudah bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan. Akan
tetapi, justru sungguh mengherankan, Kiu Thian Mo Cun sudah tiada
kabar beritanya lagi, entah menghilang ke mana.
Siapa pun tidak tahu, bahwa sesungguhnya Kiu Thian Mo Cun
menutup diri untuk memperdalam ilmu Hek Sim Sin Kangnya.
Sebelum menutup diri, ia pun memberi perintah pada para anak
buahnya jangan memunculkan diri dalam bu lim.
Oleh karena itu, bu lim Pun menjadi aman. Hal tersebut tentunya
sangat mengherankan para ketua partai, termasuk Swat San Lo Jin
dan Ouw Yang Seng Tek, Ketua Kay Pang.
"Heran?" gumam Ouui Yang Seng Tek yang bertemu Swat San
Lo Jin disebuah vihara tua.
"Kenapa Kiu Thian Mo Cun hilang begitu saja?"
"Memang mengherankan," sahut Swat San Lo Jin sambil
mengernyitkan kening. "Mungkinkah dia juga terluka Parah oleh
pukulan Pek Giok Liong, maka sedang mengobati dirinya, sehingga
tidak muncul?" "Itu mungkin." Ouui Yang Seng Tek mengangguk dan
menambahkan, "Tapi para anak buahnya kok ikut hilang juga?"
"Mungkin Kiu Thian Mo Cun melarang mereka menampakkan diri
di bu lim," ujar Swat San Lo Jin.
"itu memang mungkin." Ouui Yang Seng Tek manggut-manggut.
"Kini sembilan bulan telah berlalu, entah Pek Giok Houui sudah
berhasil belum di Pulau Pelangi?"
"Oh ya! Bagaimana kalau kita ke Pulau pelangi untuk
menengoknya?" tanya Swat San Lo Jin.
"Saudara tua, aku masih ada urusan lain, engkau saja yang ke
sana!" jawab Ouw Yang Seng Tek.
"Baiklah." Swat San Lo Jin mengangguk. "Aku akan segera
berangkat ke Lam Hai. Kalau ada berita penting, engkau harus
segera menyusul ke Lam Hai!"
"itu pasti." Ouui Yang Seng Tek tertawa. "Saudara tua, aku
mohon diri!" "Sampai jumpa, Pengemis bau!" sahut Swat San Lo Jin sambil
tertawa. "Ha ha!" Ouw Yang Seng Tek juga tertawa, lalu meninggalkan
vihara itu. Begitu sampai di luar, ia pun mengerahkan ginkangnya.
530 Sementara Swat San Lo Jin duduk termangu di dalam vihara tua
itu. Orang tua itu tidak habis berpikir kenapa Kiu Thian Mo Cun
menghilang begitu saja, bahkan para anak buahnyapun ikut hilang
pula- Cukup lama Swat San Lo Jin berpikir, akhirnya mengambil
keputusan untuk berangkat ke Lam Hai.
Dengan penuh kegembiraan Se Ciang Cing dan istrinya
menyambut kedatangan Swat San Lo Jin. Mereka semua duduk di
ruang depan Istana pelangi. Swat San Lo Jin segera menutur
tentang situasi bu lim setelah Pek Giok Liong di pukul jatuh ke
jurang. "Kok bisa begitu?" Se Ciang Cing merasa heran setelah
mendengar penuturan Swat San Lo Jin.
"itu memang amat mengherankan," sahut Swat San Lo Jin.
"Menurut dugaanku, mungkin Kiu Thian Mo Cun juga terluka parah
oleh pukulan Pek Giok Liong, maka dia harus mengobati lukanya."
"Itu memang masuk akal." Se Ciang Cing manggut-manggut.
"Kalau begitu, setelah lukanya sembuh, dia pasti akan muncul lagi."
"Berarti bu lim akan mengalami bencana!"
"Mungkin begitu."
"Kalau begitu, setelah aku kembali ke Tiong Goan, aku harus
memberitahukan pada beberapa ketua partai terkemuka di bu lim."
'itu agar mereka bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan-"
"Betul." Swat San Lo Jin manggut-manggut, kemudian bertanya,
"Oh ya, Se tocu! Bagaimana Pek Giok HoUui" Apakah dia akan
Panji Sakti Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berhasil mencapai tingkat tinggi dalam hal ilmu silat?"
"itu sudah pasti." Se tocu tersenyum.
"Kira-kira kapan dia akan berhasil?"
"Mungkin tiga bulan lagi."
"Syukurlah!" Swat San Lo Jin menarik nafas lega. "Lho" Kok Pit
Han tidak kelihatan?"
"Dia..aa " Se tocu menarik nafas panjang, "sejak Pek Giok Liong
mati, dia pun tiada gairah hidup lagi. Setiap hari cuma menyendiri di
dalam kamar dan berlatih ilmu silat,"
"Kasihan Pit Han!" Swat San Lo Jin menggeleng-gelengkan
kepala "Oh ya, di mana Hek Ai Lan?"
"Dia berada di dalam ruang rahasia menemani Giok Houw."
531 "Se tocu!" Swat San Lo Jin menatapnya." Mudah-mudahan Pek
Giok Houw dapat membasmi Kiu Thian Mo Cun nanti! Kalau tidak,
entah apa jadinya bu lim nanti?"
"Tentunya pihak golongan hitam yang berkuasa dalam bu lim."
sahut Se Ciang Cing. "Se tocu! Engkau tidak mau menginjak ke dalam bu lim lagi?"
tanya Swat San Lo jin mendadak.
"Lo cianpwee!" Se Ciang Cing tersenyum getir. "Aku tidak boleh
melanggar sumpah." "Kalau begitu, apakah engkau berniat mengutus Se Pit Han
menemani Pek Giok Houw pergi membasmi Kiu Thian Mo Cun
nanti?" "Itu akan dipikirkan setelah Giok Houw berhasil."
"Tentunya Se tocu tidak akan berpangku tangan kan?"
"Meskipun aku berpangku tangan, para anak buahku pasti tidak
akan tinggal diam," ujar Se Ciang Cing. "Sampai waktunya, aku pasti
mengutus orang-orangku ke Tiong Goan."
"Ngmm!" Swat San Lo Jin manggut-manggut. "pokoknya aku
pasti membantu dalam hal membasmi Kiu Thian Mo Cun!"
"Lo cianpwee bukankah masih ada beberapa tokoh tua golongan
putih" Kenapa lo cianpwee tidak mau mengundang mereka untuk
bersama membasmi Kiu Thian Mo Cun itu?"
'Aku tidak tahu mereka mengasingkan diri di mana, hanya satu
yang kutahu." "Siapa dia?"
"Thian San Lolo."
"Bukankah ia guru Hek Ai Lan?"
"Betul." Swat San Lo Jin mengangguk. "Nanti aku akan pergi
menemuinya bersama Hek Ai Lan."
"Kalau Thian San Lolo bersedia membantu, itu sungguh baik
sekali." "Oh ya!" Swat San Lo Jin teringat sesuatu. "Kalau aku yang
mengundangnya, mungkin dia akan menolak. Bagaimana kalau aku
atas nama Cai Hong To?"
"Itu tentu boleh" Se Ciang Cing mengangguk. "Se tocu! Bolehkah
aku menemui Giok Houw sebentar?" tanya Swat San Lo Jin
mendadak. "Maaf, lo cianpwee!" ucap Se Ciang Cing. "Untuk sementara ini
lebih baik jangan, sebab akan mengganggu konsentrasinya."
532 "Baiklah." Swat San Lo Jin mengangguk. "Se tocu, aku mau
mohon diri, tiga bulan kemudian aku akan ke mari lagi!"
"Lo cianpwee tidak mau tinggal beberapa hari di sini?"
"itu?" Swat San Lo Jin berpikir sejenak, lalu mengangguk.
"Baiklah! Mumpung Se tocu mengizinkan, maka aku pun bisa
menikmati keindahan Pulau Pelangi ini ?"
Pada waktu Swat San Lo Jin kembali ke Tiong Goan, ketika itu
pula Kiu Thian Mo Cunpun telah berhasil menyempurnakan ilmuilmunya.
Cit Giat Sin Kun, Thiat San, Thian Suan, Ti Kie Sin Kun, Jin Pin
Mo Kun, Ling Ming Gun Cia, Ngo Tok Geng Kun, empat pengawal
pribadi, enam pengawal khusus dan Hui Eng Cap Ji Kiam berdiri di
ruang dalam dengan sikap hormat.
Kreeek! Pintu yang di dinding terbuka. Tak lama kemudian
tampak Kiu Thian Mo Cun melangkah ke luar, ia tetap memakai
kedok iblis. "Kami mengucapkan selamat pada Mo Cun!" ucap mereka
serentak. "Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Terimakasih!
Terimakasih" Kiu Thian Mo Cun menuju ke ruang khusus, Cit Ciat Sin Kun dan
lainnya mengikuti dari belakang.
Begitu sampai di ruang itu, Kiu Thian Mo Cun langsung duduk di
kursi kebesarannya, sedangkan Cit Ciat Sin Kun dan lainnya masih
berdiri dengan sikap hormat.
"Kalian semua duduklah!" ucap Kiu Thian Mo Cun.
"Terimakasih, Mo Cun!" sahut mereka dan duduk di kursi
masing-masing. "Mulai saat ini, Bun Jiu Kiong dan Tay Tie Kiong ini dinamai Kiu
Thian Mo Kiong (Istana Iblis Langit Sembilan) saja!" ujar Kiu Thian
Mo Cun dan menambahkan, "Aku pun akan memulihkan kepandaian
Tu Cu Yen, sekaligus kuterima sebagai murid."
"Terimakasih, Mo Cun!" ucap Cit Ciat Sin Kun sambil memberi
hormat. "Cit Ciat Sin Kun!" Kiu Thian Mo Cun menatapnya tajam.
"Hamba siap menerima perintah!" sahut Cit Ciat Sin Kun sambil
menjura. "Bagaimana situasi bu lim ketika aku menutup diri untuk
menyempurnakan ilmu-ilmuku?" tanya Kiu Thian Mo Cun.
533 "Situasi bu lim tenang-tenang saja selama itu," jawab Cit Ciat Sin
Kun dan memberitahukan, "Namun lima partai besar tampak
bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan setelah Mo Cun
berhasil memukul Pek Giok Liong ke jurang."
"Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Lima partai
besar?" "Ya, Mo Cun," jawab Cit Ciat Sin Kun. "Yakni partai Siau Lim,
Butong, Gobi, Hwa San, dan Khong Tong."
"Hmm!" dengus Kiu Thian Mo Cun dingin. "Tidak lama lagi partai
besar itu akan di bawah perintah Kiu Thian Mo Ki0ng."
"Mo Cun! Kapan kita akan mulai menyerang partai-partai itu?"
tanya Cit Ciat Sin Kun. "Kini belum waktunya," sahut Kiu Thian Mo Cun. "Cit Ciat Sin
Kun, aku memberi perintah padamu!"
"Hamba siap menerima perintah." Cit Ciat Sin Kun segera
menjura. "Engkau harus segera berangkat ke Hek in San, Hong Lay San
dan Ti Sat Tong untuk mengundang Thian Ti Siang Mo (Sepasang
Iblis Langit Bumi), Ngo Kui (Lima Setan) dan Cit Ti Sat (Tujuh Algojo
Akhirat)!" "Ya." Cit Ciat Sin Kun menjura.
"Bawa lencanaku, agar mereka mau menurut!" ujar Kiu Thian Mo
Cun, lalu melempar sebuah lencana yang terbuat dari perak berukir
muka iblis, itu adalah Mo Cun Ling (Lencana Maha Iblis).
Cit Ciat Sin Kun menyambut lencana itu dengan sikap hormat,
kemudian bangkit berdiri seraya bertanya.
"Kapan hamba harus berangkat?" "Sekarang. '
"Hamba menerima perintah!" Cit Ciat Sin Kun memberi hormat,
lalu segera berangkat. "Pengawal Naga!" Panggil Kiu Thian Mo Cun.
"Hamba siap menerima perintah!" Pengawal Naga segera bangkit
berdiri. "Cepat ke ruang Mo Li (Iblis wanita), panggil Kiu Mo Li (Sembilan
wanita iblis) ke mari!"
"Ya!" Pengawal Naga menjura, lalu segera menuju ke ruang Mo
Li. Berselang beberapa saat kemudian. Pengawal Naga sudah
kembali bersama sembilan wanita cantik jelita, namun gaun mereka
sangat tipis sehingga tembus pandang.
534 "Kiu Mo Li menghadap Mo Cun!" ucap Toa Mo Li sambil memberi
hormat. "Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terbahak-bahak. "Toa Mo
Li, engkau bertambah cantik saja!"
"Terimakasih atas pujian Mo Cun!" ucap Toa Mo Li sambil
tertawa cekikikan. Suara tawanya amat merdu dan nyaring, bahkan
mengandung kekuatan. "Toa Mo Li, bagaimana ilmu Mo Li Hun Tinmu (Barisan pembetot
sukma wanita iblis)?"
"Sudah berhasil, Mo Cun!" jawab Toa Mo Li.
"Bagus! Bagus!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Lalu
bagaimana dengan Mo Li Kiam Tin (Barisan pedang wanita iblis)
mu?" "Juga sudah berhasil."
"Bagus! Bagus!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak lagi. "Mungkin
tidak lama lagi, kalian akan membetot sukma para kepala gundul
dan para hidung kerbau (Ucapan penghinaan terhadap para hweshio
dan para pendeta To)!"
"Kami memang sedang menunggu kesempatan itu," sahut Toa
Mo Li sambil tertawa genit.
"Nah! Sekarang kalian boleh kembali ke ruang kalian untuk
beristirahat, tunggu perintahku berikutnya!"
"Terimakasih, Mo Cun!" ucap Toa Mo Li, lalu segera mengajak
yang lain kembali ke ruang mereka. Ketika melangkah ke dalam,
badan mereka pun meliuk-liuk, sehingga membuat para anak buah
Kiu Thian Mo Cun melotot menyaksikannya-
"He he he!" Kiu Thian Mo Cun tertaWa terkekeh, lalu berkata,
"Setelah Cit Ciat Sin Kun pulang, aku akan menyusun kedudukan
kalian! Sekarang aku mau beristirahat, dan kalian pun boleh kembali
ke tempat masing-masing."
Kiu Thian Mo Cun telah memulihkan kepandaian Tu Cu Yen, dan
menerimanya sebagai murid, tentunya sangat menggembirakan Tu
Cu Yen "Teecu memberi hormat pada guru!" Tu Cu Yen berlutut di
hadapan Kiu Thian Mo Cun.
"Bangunlah muridku!" ujar Kiu Thian Mo Cun. "Mulai sekacang
engkau harus rajin belajar, agar engkau bisa bantu guru untuk
menguasai rimba persilatan!"
535 "Murid pasti rajin belajar, tidak akan mengecewakan Guru!" ucap
Tu Cu Yen sungguh-sungguh, kemudian bertanya, "Guru, betulkah
Pek Giok Liong telah mati?"
"Betul." Kiu Thian Mo Cun tertawa. "Dia sudah terkena
pukulanku dan masuk ke jurang, bagaimana mungkin dia bisa
hidup?" "Bagaimana dengan Siauw Hui Ceh, Cing Ji dan Se pit Han?"
"Siauw Hui Ceh dan Cing Ji telah mati, sedangkan Se Pit Han
kembali ke pulau Pelangi."
"Guru .." Tu Cu Yen menarik nafas. "Kenapa Guru membunuh
Siauw Hui Ceh?" "Sesungguhnya aku tidak membunuhnya, dia dan Cing Ji
berusaha melindungi pek Giok Liong, maka terkena pukulanku."
"Hui Ceh.." "Muridku, engkau mencintai gadis itu?"
"Ya." "Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terbahak-bahak.
"Muridku, masih banyak gadis lain yang cantik-cantik, engkau boleh
bersenang-senang dengan para gadis itu kelak."
"Guru tidak melarang?"
"Untuk apa aku melarang kesenangan murid?"
"Terimakasih, Guru!" ucap Tu Cu Yen girang. "Terimakasih.."
"Baiklah!" Kiu Thian Mo Cun menatapnya tajam seraya berkata,
"Mulai sekarang, aku akan mengajarmu ilmu-ilmu yang paling
tinggi." Maka Kiu Thian Mo Cun mulai mengajar Tu Cu Yen dengan ilmuilmu
simpanannya. Tidak mengherankan kepandaian Tu Cu Yen
bertambah tinggi dan sempurna.
Lima belas hari kemudian, Cit Ciat Sin Kun sudah kembali ke Kiu
Thian Mo Cun bersama belasan tokoh tua golongan hitam yang
berkepandaian amat tinggi.
"Lapor pada Mo Cun!" Cit Ciat Sin Kun memberi hormat. "Hamba
telah mengundang mereka ke mari."
"Bagus! Bagus!" Kiu Thian Mo Cun tertauia girang.
"Kami memberi hormat pada Mo Cun!" ucap para tokoh tua
golongan hitam itu- "Silakan duduk!" ujar Kiu Thian Mo Cun.
"Terimakasih!" ucap mereka serentak lalu duduk.
536 Para tokoh tua golongan hitam itu adalah Thian Ti Siang Mo,
Ngo Kui Yakni Toa Tauui Kui (Setan kepala besar), Kiang Si Kui
(Setan mayat), Tok Gan Kui (Setan mata satu), Tok Pie Kui (Setan
lengan tunggal), Tok Kah Kui (Setan kaki satu) dan Cit Ti Sat (Tujuh
algojo akhirat). "Thian Ti Siang Mo, Ngo Kui dan Cit Ti Sat ikut aku di Kiu Thian
Mo Kiong ini!" ujar Kiu Thian Mo Cun memberitahukan. "Cit Ciat Sin
Kun kuangkat sebagai pemimpin di ekspedisi Yang Wie. Thian Sat,
Thian Suan, Ti Kie, Jin Pin Mo Kun, |_ing Ming Cun cia, Ngo Tok
Ceng Kun dan Hui Eng Cap Ji Kiam ikut Cit Ciat Sin Kun!"
"Kami menerima perintah!" sahut mereka sambil menjura.
"Mulai sekarang ekspedisi Yang Wie di namai Yang Wie Kiong!"
ujar Kiu Thian Mo Cun, lalu memanggil Tu Cu Yen. "Muridku!"
"Ya, Guru!" Tu Cu Yen segera bangkit berdiri sambil memberi
hormat. "Murid siap menerima perintah!"
"Engkau ke Siauui Keh Cung!" Kiu Thian Mo Cun memberi
perintah Pada Tu Cu Yen. "Siauw Keh Cung harus dijadikan Siau Mo
Kiong (Istana iblis kecil), dan mulai saat ini julukanmu adalah Siau
Mo Cun (Maha iblis kecil)!"
"Terimakasih, Guru!" ucap Tu Cu Yen.
"Mo Cun, kapan kami harus berangkat ke Yang wie Kiong (Istana
Yang Wie)?" tanya Cit Ciat Sin Kun.
"Sekarang," sahut Kiu Thian Mo Cun.
"Hamba menerima perintah!" Cit Ciat Sin Kun segera melangkah
pergi, sedangkan Thian Sat Sin Kun dan lainnya langsung
mengikutinya. "Guru, kapan murid harus berangkat ke Siau Keh Cung?" tanya
Tu Cu Yen. "Sekarang," sahut Kiu Thian Mo Cun dan menambahkan, "Naga,
Harimau. Singa, Macan Tutul dan enam pengawal khusus ikut
engkau!" "Ya, Guru!" Tu Cu Yen meninggalkan ruang Kiu Thian Mo Kiong,
empat pengawal pribadi dan enam pengawal khusus mengikutinya
dari belakang. Tu Cu Yen dan lainnya sudah sampai di Siauw Keh Cung. Pintu
rumah Siauw terbuka lebar, mereka langsung melangkah ke dalam.
Dua penjaga segera menghadang, namun Tu Cu Yen
mengibaskan tangannya, dan kedua penjaga itu langsung menjerit.
537 "Aaaakh" Nyawa mereka pun melayang seketika.
Tu Cu Yen tertawa dingin dan melangkah ke dalam. Siauw Peng
Panji Sakti Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yang, Siauw Kiam Meng dan lainnya menyambut mereka dengan
senjata di tangan. "He he he!" Tu Cu Yen tertawa terkekeh, "selamat bertemu
Siauw Peng Yang!" "Engkau.." Siauw Peng Yang terbelalak, "Tu Cu Yen!"
"Siauw Peng Yang, kini kepandaianku telah pulih!" Tu Cu Yen
menatapnya dingin. "Engkau pun sudah menjadi majikan di rumah
ini, tapi riwayatmu akan tamat hari ini!"
"Tu Cu Yen!" Siauw peng Yang terkejut. "Engkau mau apa?"
"Mau apa?" Tu Cu Yen tertawa gelak- "Empat Pengawal pribadi!
Bunuh mereka semua! Pokoknya yang bermarga Siauw harus
dibantai!" "Ya," sahut keempat pengawal pribadi itu, kemudian mereka
bergerak cepat dan terdengarlah jeritan yang menyayatkan hati.
"Aaakh!" "Aaakh..!" Tak seberapa lama kemudian, Siauw Peng Yang, Siauw Kiam
Meng dan semua orang yang bermarga Siauw sudah tergeletak
menjadi mayat, masih tersisa belasan orang yang bukan marga
Siauw, mereka berdiri dengan bergemetaran.
"Kubur mayat-mayat itu dan bersihkan tempat ini!" Tu Cu Yen
memberi perintah pada mereka.
"Ya," sahut mereka serentak sambil menarik nafas lega, karena
Tu Cu Yen tidak membunuh mereka.
Tu Cu Yen duduk di ruang dalam, empat pengawal pribadi dan
enam pengawal khusus berdiri mendampinginya.
"Mulai saat ini, kalian semua harus memanggilku Siau Mo Cun,
tempat ini dinamai Siau Mo Kiong!" ujar Tu Cu Yen.
"Ya." "Kalian berempat kuangkat sebagai Si Hu Huat (Empat
pelindung) di Siau Mo Kiong ini."
"Terimakasih, Siau Mo Cun!" ucap keempat orang itu sambil
memberi hormat. "Kalian berenam kuangkat sebagai Lak Mo." ujar Tu Cu Yen pada
keenam pengawal khusus. "Terimakasih, Siau Mo Cun!" ucap mereka berenam.
"Ha ha ha!" Tu Cu Yen tertawa gelak. "Si Hu Huat!"
538 "Kami siap menerima perintah, Siau Mo Cun!" sahut keempat
orang itu sambil memberi hormat. "Undang orang-orang dari
golongan hitam, aku akan mengadakan pesta malam in!"
"Ya." Si Hu Huat menjura, lalu segera pergi.
"Lak Mo!" panggil Tu Cu Yen.
"Kami siap menerima perintah!" Lak Mo memberi hormat.
"Kalian harus mencari beberapa wanita cantik untuk
menemaniku malam ini!" Tu Cu Yen memberi perintah
"Ya." Lak Mo memberi hormat lalu pergi.
Ketika hari mulai menjelang malam, ramailah di Siau Mo Kiong.
Orang-orang dari golongan hitam hadir semua, mereka berpesta
pora di situ. Lak Mo pun telah melaksanakan tugas mereka dengan baik,
mereka membawa beberapa wanita cantik ke dalam Siau Mo Kiong
dan disekap di sebuah kamar.
Ketika pesta berlangsung dengan meriah, muncullah Tu Cu Yen
bersama Si Hu Huat dan Lak Mo.
Tu Cu Yen duduk, Si Hu Huat dan Lak M0 berdiri di sisinya. Tu
Cu Yen memandang Si Hu Huat sambil manggut-manggut memberi
isyarat, seketika juga Toa Hu Huat berseru lantang.
"Kawan-kawan, bersediakah kalian bergabung dengan kami?"
"Bersedia!" sahut orang-orang golongan hitam serentak.
Apakah kalian Pasti setia pada Siau Mo Cun?" tanya Toa Hu
Huat. "Pasti setia!" "Kalau begitu, mulai sekarang kalian semua boleh tinggal di sini!
Besok Siau Mo Cun akan menyusun kedudukan kalian!"
"Terimakasih, Siau Mo Cun!"
"Nah! Sekarang kalian boleh bersenang-senang!"
"Terimakasih!" Orang-orang golongan hitam itu minum-minum
lagi. Tu Cu Yen tersenyum-senyum, Toa Mo (Saudara tertua Lak Mo)
segera berbisik-bisik ditelinga Tu Cu Yen.
"Siau Mo Cun! Sarapan sudah disiapkan di dalam kamar!"
"Sarapan apa?" tanya Tu Cu Yen heran.
"Wanita-wanita cantik itu." Toa Mo memberitahukan.
"Oh" Ha ha ha!" Tu Cu Yen tertawa gembira. "Bagus, bagus!
Malam ini aku harus bersenang-senang bersama dengan mereka."
539 Si Hu Huat dan Lak Mo saling memandang, kemudian mereka
tersenyum, lalu ikut minum bersama orang-orang golongan hitam
itu. Sedangkan Tu Cu Yen sudah masuk ke dalam menuju ke kamar
tempat wanita-wanita cantik tersebut disekap.
Sementara itu, di Yang Wie Kiong pun sedang berlangsung pesta
minum-minum, namun cuma orang-orang Yang Wie saja
Cit Ciat Sin Kun duduk di kursi kebesarannya, sedangkan Thian
Sat dan lainnya duduk di sisi kiri kanannya
"Thian Sat, Thian Suan! Mulai sekarang kalian berdua kuangkat
sebagai pelindung di Yang Wie Kiong ini." ujar Cit Ciat Siri Kun.
"Terimakasih, Sin Kun!" Thian Sat dan Thian Suan memberi
hormat. "Ti Kie, Jin Ping, Ling Ming dan Ngo Tok kuangkat sebagai empat
pengawal." "Terimakasih, Sin Kun!" ucap mereka berempat sambil memberi
hormat. "Hui Eng Cap Ji Kiam kuangkat sebagai pemimpin orang-orang di
sini." "Terimakasih, Sin Kun|" ucap Hui Eng Cap Ji Kiam serentak.
"Sin Kun, perlukah kita menundukkan semua perguruan kecil
yang ada di daerah sini?" tanya Jin Pin Mo Kun.
"Itu tidak perlu." jawab Cit Ciat Sin Kun sambil tertawa."Mulai
besok mereka pasti ke mari untuk menyatakan takluk pada kita."
"Kok bisa begitu?" tanya Jin Pin Mo Kun heran-
"Mereka sudah tahu siapa kita, kalau mereka tidak ke mari
menyatakan takluk pada kita, tentunya kita akan menghabiskan
mereka, kan?" ujar Cit Ciat Sin Kun.
"Betul." Jin Pin Mo Kun tertawa-
"Tapi kita pun tidak boleh sembarangan bertindak." ujar Cit Ciat
Sin Kun mengingatkan "Kenapa?" tanya Ngo Tok Ceng Kun.
"Yang Wie Kiong ini masih di bawah perintah Kiu Thian Mo Cun,
maka kalau tiada perintah dari Kiu Thian Mo Cun, kita tidak boleh
sembarangan bertindak."
"Benar," sahut Thian Sat Sin Kun dan menambahkan, "Kalau kita
melanggar perintah Mo Cun, nyawa kita pasti melayang."
540 "Kalau begitu .." Ngo Tok Ceng Kun menarik nafas.
"Bukankah lebih baik kita makan tidur saja?" ujar Cit Ciat Sin Kun
sambil tertawa. "Kalau ada perintah dari Mo Cun, barulah kita bergerak."
"Betul." Ling Ming Cun Cia tertawa gelak. "Maka kita santaisantai
saja. Tapi sayang sekali ?"
"Kenapa?" tanya Cit Ciat Sin Kun.
"Di saat santai, justru tiada wanita," jawab Ling Ming Cun Cia
sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Kalau engkau masih bernafsu terhadap wanita, panggilan
beberapa wanita pelacur ke mari untuk teman tiduri" usul Cit Ciat Sin
Kun. "Sin Kun, bolehkah aku mencari wanita lain?" tanya Ling Ming
Cun Cia. "Maksudmu wanita baik-baik?" Cit Ciat Sin Kun menatapnya
tajam. "Ya." Ling Ming Cun Cia mengangguk.
"Itu tidak kuizinkan," tegas Cit Ciat Sin Kun. "Dan ingat, kalau
engkau sudah tidur dengan wanita pelacur, engkau harus bayar!"
"Ya!" Ling Ming Cun Cia mengangguk.
"Kalian ingat, siapa yang berani main dengan wanita baik-baik,
pasti kuhukum!" tegas Cit Ciat Sin Kun.
"Kami tidak berani," sahut mereka serentak.
"Nah, sekarang kalian boleh ikut minum, aku mau pergi
istirahat." Cit Ciat Sin Kun meninggalkan tempat itu
Bagian ke 56. Bencana Melanda Rimba Persilatan
Cit Ciat Sin Kun, Thian sat, Thian Suan, Ti Kie, Jin Pin Mo Kun,
Ling Cun Cia dan Ngo Tok Ceng Kun duduk di ruang dalam, tiba_tiba
masuk seseorang dan melapor
"Thian Mo (Iblis Langit) datang!"
"Cepat suruh dia masuk!" sahut Cit Ciat Sin Kun. Setelah itu ia
pun bangkit berdiri, begitu pula yang lain.
Tak lama kemudian tampak Thian Mo melangkah ke dalam, Cit
Ciat Sin Kun dan lainnyasegera memberi hormat.
"Silakan duduk, Thian M0!" Ucap Cit Ciat Sin Kun.
Thian Mo duduk, ia menatap Cit Ciat Sin Kun tajam, kemudian
ujarnya dengan suara dalam.
541 "Mo Cun mengutusku ke mari untuk menyampaikan
perintahnya." "Hamba siap menerima perintah dari Mo Cun!" ucap Cit Ciat Sin
Kun sambil memberi hormat pada Thian Mo.
"Besok kalian harus berangkat ke Siau Lim, beritahukan pada
ketua Siau Lim bahwa Mo Cun akan berkunjung ke sana tiga hari
kemudian!" Thian Mo menyampaikan perintah dari Kiu Thian Mo Cun
"Hamba mesti melaksanakan perintah Mo Cun," ucap Cit Ciat Sin
Kun sambil menjura. "Suruh ketua Siau Lim bersiap-siap menyambut kedatangan Mo
Cun!" pesan Thian Mo.
"Ya." Cit Ciat Sin Kun menjura lagi.
"Baiklah." Thian Mo bangkit berdiri. "Aku harus segera Pulang ke
Kiu Thian Mo Kiong, laksanakan tugasmu itu dengan baik!"
"Ya." Cit Ciat Sin Kun mengangguk, lalu diikuti yang lainnya
mengantar Thian Mo sampai ke depan. Setelah Thian Mo pergi,
barulah ia masuk bersama Thian Sat dan lainnya.
"Besok kalian semua ikut aku ke Siau Lim," ujar Cit Ciat Sin Kun.
"Ya," sahut Thian Sat, Thian Suan dan lainnya sambil menjura-
Keesokan harinya, berangkatlah mereka menuju ke Siau Lim.
Pihak Siau Lim tidak berani main-main, sebab mereka adalah utusan
Kiu Thian Mo Cun, maka ketua Siau Lim Pay segera menyambut
mereka, sekaligus mempersilahkan mereka duduk di ruang dalam.
"Maaf!" Ucap ketua Siau Lim. "Ada kepentingan apa kalian
berkunjung ke mari?"
"Kepala gundul!" sahut Ngo Tok Ceng Kun kasar. "Tentu penting!
Kalau tidak, bagaimana mungkin kami ke mari?"
"Kira-kira kepentingan apa?" tanya ketua Sian Lim tetap sabar.
"Begini!" Cit Ciat Sin Kun memberitahukan. "Kiu Thian Mo Cun
mengutus kami ke mari untuk menyampaikan pesannya."
"Mo Cun ada pesan apa untuk kami?" tanya ketua Siau Lim dan
tersentak dalam hati. "Tiga hari kemudian, Mo Cun akan berkunjung ke mari," jawab
Cit Ciat Sin Kun. "Kalian harus bersiap-siap menyambut
kunjungannya!" "Oh?" Ketua Siau Lim menarik nafas panjang. "Kira-kira ada
urusan apa Kiu Thian Mo Cun berkunjung ke mari?"
"Aku tidak tahu," sahut Cit Ciat Sin Kun. "Aku cuma
menyampaikan pesannya."
542 "Baiklah." Ketua Siau Lim manggut-manggut. "Kami pasti
menyambut baik kunjungan Kiu Thian Mo Cun."
"Terimakasih atas keramahan ketua!" ucap Cit Ciat Sin Kun
sambil bangkit berdiri. "Kami mau mohon diri!"
"Selamat jalan!" ucap ketua Siau Lim.
Cit Ciat Sin Kun membalikkan badannya, dan di saat itulah ia
berpesan pada ketua Siau Lim dengan ilmu menyampaikan suara.
"Ketua harus berhati-hati, Mo Cun ke mari mempunyai niat tidak
baik! Ilmunya sangat tinggi!"
"Omitohud!" Ketua Siau Lim menyebut nama kebesaran Buddha.
"Selamat jalan Sin Kun!"
"Hmm!" Cit Ciat Sin Kun pura-pura mendengus dingin, lalu
melangkah pergi. "Ketua!" ujar salah seorang pelindung Siau Lim. "Tiga hari
kemudian Kiu Thian Mo Cun akan ke mari, kita harus bagaimana?"
"Tentunya harus menyambut kedatangan mereka," jawab ketua
Siau Lim. "Tapi ..." Pelindung itu mengernyitkan kening. "Kiu Thian Mo Cun
berilmu sangat tinggi, kedatangannya pasti berniat jahat."
"Liau Khong?" Ketua Siau Lim menarik nafas panjang. "Apa
boleh buat, kita harus mempertahankan Siau Lim!"
"Ketua!" ujar Liau Khong Taysu. "Bagaimana kalau kita
berunding dengan Sam tianglo" "
"Ketiga ketua tidak akan keluar dari ruang meditasi," Ketua Siau
Lim menggeleng-gelengkan kepala.
"Tapi .." ujar Seng Khong Taysu mengingatkan. "Yang akan kita
hadapi adalah Kiu Thian Mo Cun, maka lebih baik kita melapor pada
tiga tetua itu." "Benar," sambung Hian Khong Taysu. "Mungkin tiga tetua masih
mampu melawan Kiu Thian Mo Cun."
"Ketua!" sela Ulie Khong Taysu. "Masalah ini menyangkut Siau
Lim Pay kita, oleh karena itu alangkah baiknya kalau kita
memberitahukan pada tiga tetua."
"Baiklah" Ketua Siau Lim manggut-manggut. "Kalian berempat
ikut aku ke ruang meditasi untuk menemui tiga tetua!"
Mereka berlima melangkah ke dalam menuju ruang meditasi,
yang merupakan tempat terlarang bagi murid Siau Lim.
543 Setelah berada di depan pintu ruang meditasi, ketua Siau Lim
dan keempat pelindung merapatkan kedua tangan masing-masing di
dada. "Sam uii susiok (Tiga paman guru), kami datang menghadap,"
ucap ketua Siau Lim. "Masuklah!" terdengar suara sahutan dari dalam.
Liau Khong Taysu membuka pintu ruang, ketua Siau Lim
melangkah ke dalam dan diikuti keempat pelindung itu-
"Kami memberi hormat pada susiok!" ucap ketua Siau Lim.
"Duduk!" sahut salah seorang huieshio yang sudah tua itu.
Ketua Siau Lim dan keempat pelindung segera duduk, tetua
Pertama menatap ketua Siau Lim dengan tajam.
"Engkau ke mari menemui kami, tentunya ada sesuatu penting,
kan?" tanya It tianglo.
"ya, Siau susiok (paman guru kecil)!"
"Usia kami bertiga sudah hampir seratus, kenapa engkau masih
ke mari mengganggu ketenangan kami bertiga?" tanya tetua kedua.
"Maaf, paman guru!" ucap ketua Siau Lim dan memberitahukan.
Panji Sakti Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tadi ada utusan dari Kiu Thian Mo Cun ke mari .."
"Omitohud!" Ketiga tetua Siau Lim tampak terkejut bukan main.
"Utusan Kiu Thian Mo Cun?"
"Ya, Paman guru."
"Apakah Kiu Thian Mo Cun masih hidup?" tanya tetua ketiga.
"Kami tidak tahu, tapi sepuluh bulan yang lalu, Kiu Thian Mo Cun
telah muncul dan memukul jatuh Pek Giok Liong ke jurang."
"Siapa Pek Giok Liong itu?" tanya tetua pertama.
"Pek Giok Liong adalah ketua panji Hati suci Matahari Bulan."
Ketua Siau Limmemberitahukan.
"Apa"!" Ketiga tetua Siau Lim tersentak, "pek Giok Liong adalah
pemegang Jit Goat Seng Sim Ki?"
"Betul. Tapi ..." Ketua Siau Lim menarik nafas panjang.
"Omitohud! Jadi Pek Giok Liong sudah mati?" tanya tetua kedua.
"Ya." Ketua Siau Lim mengangguk. "Bagaimana dengan pihak
Pulau Pelangi?" tanya tetua kedua mendadak.
"Belum bertindak apa-apa," jawab ketua Siau Lim. "Karena tiga
hari lagi Kiu Thian Mo Cun akan ke mari, maka ..."
"Baiklah. Sampai waktunya kami bertiga pasti muncul," ujar
tetua pertama berjanji. 544 "Terimakasih, paman guru!" Ketua Siau Lim menarik nafas lega,
karena ketiga paman gurunya bersedia membantu dalam hal ini.
Hari ini suasana vihara Siau Lim agak luar biasa, para hweshio
berbaris di undakan tangga di depan pintu vihara tersebut. Barisan
hweshio itu sampai di depan pintu masuk. Wajah mereka tampak
serius dan tegang Berselang beberapa saat kemudian, terdengarlah lonceng
berbunyi nyaring sekali, itu pertanda tamu-tamu yang ditunggu telah
datang Tung! Tung! Tung! Ketua dan empat pelindung Siau Lim segera menuju ke pintu.
Mereka berlima berdiri disitu dengan perasaan tegang, sedangkan
Cap Pwe Lo Han (Delapan belas orang gagah) berdiri di depan.
Tak seberapa lama kemudian, terdengarlah suara musik yang
amat merdu, suara suling membaur dengan suara Pipeh dan khim,
bahkan diiringi pula dengan suara nyanyian yang amat merdu
menggetarkan kalbu. Muncul barisan Kiu Mo Li yang mengenakan gaun tipis bersama
para gadis pemain musik. Begitu barisan Kiu Mo Li muncul, seketika juga para hweshio
yang berbaris melotot dengan mulut ternganga lebar.
Sementara Kiu Mo Li berjalan berlenggak-lenggok dan meliukliuk
sambil tersenyum genit pada para hweshio itu.
Tok! Tok! Tok! Tok! Mendadak dari dalam vihara mengalun ke
luar suara bokkie. Begitu mendengar suara bokkie, para hweshio
pun segera membaca doa. Berselang sesaat, muncul Cit Ti Sat, Ngo Kui, menyusul Thian Ti
Siang Mo dan Kiu Thian Mo Cun.
Kiu Mo Li berhenti, Cit Ti Sat dan Ngo Kui maju, lalu berdiri di
hadapan ketua Siau Lim. "Kiu Thian Mo Cun telah tiba!" Cit Ti Sat memberitahukan.
"Omitohud! Selamat datang!" ucap ketua Siau Lim.
Thian Ti Siang Mo melangkah ke hadapan ketua Siau Lim, lalu
berdiri di situ dengan wajah dingin.
"Tay Kak Hosiang!" ucap Kiu Thian Mo Cun sambil tertawa. "Aku
Kiu Thian Mo Cun meluangkan waktu untuk berkunjung ke mari. '
"Omitohud! Terimakasih atas kunjungan Mo Cun!" ucap Tay Kak
Hosiang, ketua Siau Lim. 545 "Silakan masuk!"
"Tay Kak!" sahut Kiu Thian Mo Cun dingin "Kami tidak perlu
masuk, cukup berdiri disini saja!"
"Kenapa?" Tay Kak Hosiang heran.
"Kami ke mari bukan untuk bertamu, melainkan untuk memberi
perintah padamu, ketua Siau Lim!"
"Omitohud!" jay Kak Hosiang merapatkan kedua tangannya di
dada. "Kami pihak Siau Lim tidak di bawah perintah Mo Cun!"
"Tay Kak!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terkekeh-kekeh "Kalau
engkau tidak menerima perintahku, berarti Siau Lim Pay akan
musnah!" "Omitohud!" Tay Kak Hosiang menarik nafas panjang. "Selama
ini kami pihak Siau Lim senantiasa hidup tenang, janganlah Mo Cun
mengganggu ketenangan kami!"
"Tay Kak! Kedatangan kami justru ingin menaklukkan Siau Lim!"
ujar Kiu Thian Mo Cun sungguh-sungguh, "perlukah banjir darah di
sini?" "Apa kehendakmu, Mo Cun?"
"Siau Lim Pay harus di bawah perintah Kiu Thian Mo Kiong!"
"Bagaimana kalau kami tidak mau?"
"Pasti banjir darah di sini!"
"Omitohud! Apakah tiada jalan lain?"
"Ada!" Kiu Thian Mo Cun tertawa. "Mari kita bertanding tiga
babak! Kalau pihakmu menang, kami pasti segera meninggalkan
tempat ini! Tapi kalau pihakmu kalah, harus takluk dan di bawah
perintah Kiu Thian Mo Kiong!"
"Omitohud!" Tay Kak Hosiang memandang Empat pelindung.
"Bagaimana menurut kalian?"
"Ketua! Keadaan amat terdesak, itu apa boleh buat!" Jawab Liau
Khong Taysu sambil menarik nafas Panjang.
"Baiklah!" ujar ketua Siau Lim Pada Kiu Thian Mo cun. "Mari kita
bertanding tiga babak!"
"Bagus!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Pihakmu siapa yang
akan maju duluan?" "Cap Pwe Lo Han!" jawab ketua Siau Lim
"Baik! Mereka akan bertanding di halaman ini!" ujar Kiu Thian Mo
Cun. "Mo Cun!" Ketua Siau Lim menatapnya. "Kenapa Mo Cun
memakai kedok iblis?"
546 "Tay Kak. Dari dulu aku sudah pakai kedok iblis, kini pun harus
Pakai kedok ini!" sahut Kiu Thian Mo Cun- "Nah, suruh Cap Pwe Lo
Han bersiap-siap!" "Cap pwe Lo Han, maju!" Ketua Siau Lim memberi perintah pada
Cap Pwe Lo Han itu. "Ya, Ketua!" Cap Pwe Lo Han itu segera menuju ke pelataran,
lalu berdiri di situ. "Kiu Mo Li, maju!" Kiu Thian Mo Cun memberi perintah pada Kiu
Mo Li itu. "Ya, Mo Cun!" sahut Kiu Mo Li serentak, mereka menuju ke
pelataran dengan badan meliuk-liuk menggiurkan.
Kiu Mo Li berdiri di situ sambil tersenyum-senyum. Cap Pwe Lo
Han langsung mengambil posisi mengepung, sekaligus membentuk
Cap Pwe Lo Han Tin (Barisan delapan belas Lo Han), barisan
tersebut amat terkenal dalam rimba persilatan, sebab selama ini
tiada seorang pun yang mampu menjebol barisan itu.
Akan tetapi, begitu melihat Kiu Mo Li itu, mata delapan belas Lo
Han itupun melotot lebar.
"Hi hi hi!" Toa Mo Li tertawa cekikikan. "Lo Han yang baik, kita
akan bertanding ya?"
"Ya," sahut salah seorang Lo Han.
"Kalau begitu, cepatlah mulai!" ujar Toa Mo Li sambil tersenyum
genit. "Lo Han yang baik, badanmu begitu kekar, pasti kuat
bertanding di ranjang!"
"Awas!" bentak Lo Han itu "Kami akan mulai menyerang!"
"Kok buru-buru amat sih" Lebih baik kami menari dulu!" ujar Toa
Mo Li sambil mengerling Lo Han itu. Kerlingan itu membuat Lo Han
tersebut jadi berdebar-debar hatinya.
"Adik! Adik!" ujar Toa Mo Li pada saudara-saudaranya. "Mari kita
menari untuk para Lo Han yang baik hati itu!"
"Baik, Kak," sahut mereka serentak sambil tersenyum genit.
Tak lama terdengarlah suara nyanyian yang amat merdu.
Sembilan wanita iblis itu mulai menari. Bukan main! Mirip tarian
strip-tease jaman sekarang. Begitu merangsang sehingga membuat
delapan belas Lo Han itu berdiri dengan mata terbelalak.
Delapan belas Lo Han itu tidak tahu, bahwa itu Mo Li Mi Hun Tin
(Barisan pembetot sukma wanita iblis).
Tarian itu lebih hot dan merangsang dari pada tarian strip-tease
jaman sekarang. Bayangkan! Sembilan wanita iblis itu menari sambil
547 menyingkap ujung gaun masing-masing, kemudian membuka kaki
mereka lebar-lebar dan bergoyang-goyang. Bahkan di antaranya ada
pula yang telentang sambil membuka lebar-lebar kakinya, sekaligus
menggoyang-goyangkan pantat
Mana tahan! Delapan belas Lo Han itu betul-betul tidak tahan,
bahkan timbul hasrat untuk memeluk Kiu Mo Li itu.
"Serang mereka!" seru Tay Kak Hosiang, ketua Siau Lim.
Delapan belas Lo Han tersentak. Mereka mulai membentuk
barisan, dan mulai menyerang.
"Hi hi hi!" Sembilan wanita iblis itu tertawa cekikikan- "Tega
amat sih kalian menyerang kami! Lo Han yang baik hati, rabalah
dadaku!" Toa M0 Li menghadapi salah seorang Lo Han, lalu mengangkat
dadanya untuk menyenggol lengan Lo Han itu.
"Ouh-ouh!" Hampir saja Lo Han itu berseru demikian. Cepatcepat
ia menjatuhkan diri menyerang Toa Mo Li dengan jurus Lo
Han tidur. Ketika Lo Han itu menjatuhkan diri, Toa Mo Li pun mengeluarkan
jurus perangsangnya, yakni mengangkat sebelah kakinya
menghadap Lo Han itu, sekaligus menyingkap gaunnya, sehingga
yang di dalam selangkangan itu terlihat semua.
Jurus tersebut membuat Lo Han itu tidak mampu berdiri lagi. Ia
terus membaringkan dirinya dalam jurus Lo Han tidur. Namun
sepasang matanya melotot mengarah pada seiangkangan itu sambil
menelan ludah, sehingga membuat Toa Mo Li tertawa cekikikan, dan
mulailah menggoyang-goyangkan pinggulnya.
Sukma Lo Han itu betul-betul terbetot ke luar, dan ia pun
bergoyang-goyang seakan sedang bermain dengan Toa Mo Li itu.
Bagaimana Lo Han yang lain" Mereka tidak beda jauh dengan Lo
Han itu. Salah seorang Lo Han menyerang Ji Mo Li (wanita iblis
kedua) dengan jurus Lo Han memukul lonceng, sepasang tangan Lo
Han itu memukul ke depan. Ji Mo Li justru pasang dada menyambut
pukulan itu. Ketika melihat sepasang payudara Ji Mo Li yang amat
montok, lweekang Lo Han yang telah disalurkan pada sepasang
tangannya pun buyar entah ke mana. Bahkan sepasang telapak
tangannya melekat pada sepasang payudara Ji Mo Li, sekaligus
meraba-rabanya. Saking asyik meraba, ia menjadi lupa diri, Ji Mo Li
langsung menotok jalan darahnya.
548 "Hi hi hi!" Ji Mo Li tertawa geli, karena melihat Lo Han itu sudah
berdiri seperti patung terkena totokannya.
Barisan delapan belas Lo Han Siau Lim yang sangat terkenal itu,
justru tak berkutik sama sekali terhadap barisan pemikat sukma
sembilan wanita iblis itu.
"Berhenti!" bentak ketua Siau Lim dengan wajah merah padam
saking merasa malu menyaksikan hal tersebut.
"Ha ha ha" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Ketua Siau Lim,
babak ini pihakmu telah kalah!"
"Omitohud!" sahut ketua Siau Lim. "Cap Pwe Lo Han Tin kami
memang telah kalah."
"Nah, sekarang kita mulai babak kedua!"
"Baiklah!" Ketua Siau Lim mengangguk. "Si Hu Huat, kalian
berempat maju!" "Ya," sahut Liau Khong Taysu.
Sementara delapan belas Lo Han itu telah bebas dari totokan,
mereka kembali ke tempat, Kiu Mo Li pun kembali ke tempat sambil
melirik delapan belas Lo Han itu sambil tersenyum genit. Wajah
delapan belas Lo Han memerah, cepat-cepat mereka menundukkan
kepala. "Ngo Kui!" panggil Kiu Thian Mo Cun. "Kalian berlima melawan
Siau Lim si Hu Huat itu!"
'Ya, Mo Cun." Toa Tauw Kui memberi hormat pada Kiu Thian Mo
Cun, lalu menghampiri empat pelindung Siau Lim.
"Kita bertanding dengan senjata atau tangan kosong?" tanya
Setan kepala Besar. "Tangan kosong saja!" sahut Liau Khong Taysu.
"Baiklah!" Setan Kepala Besar tertawa panjang. "Saudarasaudaraku,
mari kita serang keempat kepala gundul itu!"
"Baik!" sahut keempat saudara Toa Tauw Kui.
Mereka berlima langsung menyerang Siau Lim Si Hu Huat, empat
pelindung Siau Lim itu langsung berkelit.
"Omitohud!" Liau Knong Taysu menyebut kebesaran nama
Buddha. "Sungguh hebat serangan kalian!"
"Kepala gundul! Sambut lagi serangan kami!" bentak Toa Tauw
Kui sambil menyerang. Terjadilah pertarungan yang amat seru. Keempat pelindung Siau
Lim mengeluarkan ilmu andalan mereka, yakni Siau Lim Hok Mo Sin
Ciang (pukulan Sakti Penakluk Iblis).
549 Ngo Kui juga mengeluarkan ilmu andalan, yakni Ngo Kui Ciang
(Pukulan Lima Setan), dan mengurung empat pelindung Siau Lim
dengan Ngo Kui Tin (Barisan Lima Setan).
Tak seberapa lama kemudian, empat pelindung Siau Lim mulai
tampak kewalahan menghadapi Ngo Kui, akhirnya mereka berempat
mengeluarkan ilmu simpanan Siau Lim, yakni Liong Houui Sin Ciang
(Cakar Sakti Naga Harimau).
Ngo Kui terkejut, lalu segera melompat mundur beberapa
langkah. Setelah itu mereka berlima mendadak menyerang serentak
dengan ilmu Ku Lu Ciang (Pukulan Tengkorak) yang amat ganas.
Empat pelindung Siau Lim menyambut pukulan-pukulan itu dengan
Cakar Sakti Naga Harimau, terdengarlah benturan keras.
Ngo Kui termundur tiga langkah, sedangkan empat pelindung
Siau Lim terpental sejauh lima meteran dengan mulut mengeluarkan
darah segar. "Ha ha hal" Kiu Thian Mo Cun tertawa. "Ketua Siau Lim, babak
kedua dimenangkan pihak kami lagi. Perlukah bertanding lagi?"
"Memang perlu!" Terdengar sahutan tajam dari dalam vihara.
Tampak tiga hweshio tua berjalan ke luar. Mereka adalah tiga tetua
Siau Lim. "Paman guru!" Ketua Siau Lim segera memberi hormat seraya
melapor, "Pihak kita sudah kalah dua babak"
"Omitohud!" Tetua pertama menatap Kiu Thian Mo Cun dengan
tajam. "Engkau adalah Kiu Thian Mo Cun?"
"Tidak salah!" sahut Kiu Thian Mo Cun sambil tertawa. "Aku tahu
kalian bertiga masih hidup, maka aku harus ke mari!"
"Mo Cun," ujar tetua pertama dengan sabar. "Kalau engkau
benar Kiu Thian Mo Cun, lebih baik engkau pergi bertapa! Jangan
menyia-nyiakan usiamu yang hampir dua ratus itu!"
"Kepala gundui!" Kiu Thian Mo Cun tertata terkekeh-kekeh. "Hui
Beng H0siang, guru kalian itu masih tidak berani berkata demikian
Panji Sakti Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
padaku! Tahu?" "Omitohud! jadi ..." Tetua Pertama tersentak, sebab siapa pun
tidak tahu guru mereka, namun orang berkedok iblis itu justru tahu,
benarkah dia Kiu Thian Mo Cun"
"Kepala gundul, tidakkah kalian yakin bahwa aku Kiu Thian Mo
Cun?" 550 "Omitohud! Setelah engkau dipukul jatuh ke jurang oleh Seng
Sim Tayhiap, tidak mati, malah bisa hidup sekian lama, seharusnya
engkau bertobat!" "Kepala gundul! Kalian tidak perlu menasehatiku!" bentak Kiu
Thian Mo Cun gusar. "Mari kita bertanding! Kalau kalian bertiga
kalah, maka partai Siau Lim harus di bawah perintah Kiu Thian Mo
Kiong!" "Omitohud! Kenapa Mo Cun mendesak kami?"
"Sudahlah! Jangan banyak omong, mari kita bertanding!"
"Omitohud! Demi nama baik partai Siau Lim, kami bertiga
terpaksa bertanding dengan Mo Cun!"
"Bagus! Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak sambil
melangkah ke pelataran. "Omitohud!" Tiga tetua Siau Lim juga melangkah ke sana.
"Hati-hati, Paman guru!" pesan ketua Siau Lim.
"Tidak perlu cemas, segala apa pun sudah merupakan takdir,"
sahut tetua pertama "Betul!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terkekeh. "Hari ini pasti Siau
Lim ditakdirkan harus di bawah perintah Kiu Thian Mo Kiong!"
"Mo Cun, bagaimana kalau kita mengadu lweekang?" tanya tetua
pertama "Baik!" Kiu Thian Mo Cun mengangguk. "Kalian bertiga boleh
menyerangku dengan tenaga dalam!"
"Kalau begitu, berhati-hatilah!" ujar tetua pertama.
Tiga tetua Siau Lim segera menghimpun Thay Im sin Kang,
sedangkan Kiu Thian Mo Cun mengerahkan Hek Sim Sin Kang
(Tenaga Sakti Hati Hitam). Karena cuma mengerahkan tujuh bagian,
maka badannya cuma memancarkan sedikit cahaya hitam.
"Omitohud!" Tetua pertama tersentak "Hek Sim Sin Kang!"
"Betul!" Kiu Thian Mo Cun mengangguk. "Berhati-hatilah kalian
bertiga!" "Omitohud!" Tiga tetua Siau Lim menyerang serentak dengan
Thay Im sin Kang. Betapa dahsyatnya tenaga sakti mereka, namun
Kiu Thian Mo Cun malah tertawa panjang, sekaligus mengibaskan
tangannya. Bumm! Terdengar suara benturan yang memekakkan telinga.
Kiu Thian Mo CUn berdiri tak bergeming, sebaliknya tiga tetua
Siau Lim terpental beberapa meter dengan mulut mengeluarkan
darah hitam, dan wajah mereka tampak kehitam-hitaman.
551 Mereka bertiga telah terluka dalam, bahkan terkena racun
pukulan lawan. Kalau Kiu Thian Mo Cun menambah satu bagian
lweekangnya, tiga tetua Siau Lim pasti mati seketika.
"Paman guru!" Ketua Siau Lim cemas bukan main "Bagaimana
luka Paman guru bertiga?"
"Ti ... tidak aPa-apa," sahut tetua Pertama sambil memejamkan
matanya untuk mengatur pernafasannya.
"Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terbahak-bahak. "Nah!
Mulai sekarang partai Siau Lim sudah berada di bawah perintah Kiu
Hina Kelana 5 Pendekar Gelandangan - Pedang Tuan Muda Ketiga Karya Khu Lung Maling Budiman Berpedang Perak 2