Pencarian

Pangeran Perkasa 6

Pangeran Perkasa Pangeran Srigala Perkasa Karya Can I D Bagian 6


Kakek naga langit tertawa.
"Sebetulnya aku sudah datang semenjak tadi cuma kalian tidak mengetahuinya saja''
"Toako, kalau begitu kau sudah mendengar semua pembicaraan kami" Kau harus berusaha mencari akal untuk membekuk keledai gundul liar itu..."
"Tadi bukankah kalian mengatakan andai kata losam hadir disini maka si padri bengis itu tak akan bisa kabur" Hal ini mana bisa jadi?"
"Tapi sekarang orangnyakan tidak berada disini" Nampaknya kami harus menggantungkan diri kepadamu!" seru Ku liok lojin cepat.
Kakek naga langit tersenyum, ucapnya sambil mengelus jenggot:
"Di depan matamu sekarang sudah terdapat seseorang yang pasti akan berhasil membekuk si padri bengis Liau huan"
"Apakah losam telah datang bersamamu?" tanya Kakek bangau sakti terperanjat.
Kakek naga langit menghela napas panjang;
"Aaai, saat ini Losam sudah membenciku hingga merasuk ketulang sumsum, masih untung kalau dia tidak mengajakku untuk beradu jiwa, mana mungkin ia bersedia menempuh perjalanan bersamaku?"
"Lantas siapa yang kau maksudkan?" tanya kakek bangau sakti lagi tercengang "Dia adalah putra angkat losam, keturunan dari Kaisar Tio song si Pangeran Serigala langit Sik Tiong giok"
Mendengar perkataan tersebut, kakek bangau sakti dan Ku tiok lojin sama sama berseru kaget "Dia" Mengapa dia pun datang kemari?" Kakek naga langit mendengus.
"Hem, selamanya Sik losam adalah orang yang cerdik dengan pelbagai akal dan muslihatnya, sedang si Pangeran kecil jauh lebih pintar dan luar biasa lagi, dibawah bimbinggannya boleh dibilang dibawah bimbingan jenderal ternama tiada yang lemah, Dengan bantuan bocah ini aku yakin usaha kita tak kan gagal"
"Dimana orangnya sekarang" Bolehkah aku bertemu dengannya?"
Kakek naga langit segera berpaling dan menuding kebelakang seraya berkata. "Coba kau lihat, bukankah dia telah datang?"
Dari kejauhan sana tampak sesosok bayangan putih bergerak mendekat, kian lama kian mendekat sehingga akhirnya nampak bayangan manusia nya, lain sekejap mata kemudian ia sudah berada didepan mata.
Ternyata orang tersebut tak lain adalah seorang bocah yang baru berusia enam tujuh belas tahunan, dari sorot matanya yang tajam, bisa diketahui bahwa tenaga dalam yang di milik bocah ini benar benar sudah mencapai puncak kesempurnaan.
Begitu tiba ditempat tujuan, pertama-tama yang dilihat Sik Tiong giok lebih dulu adalah Ki Beng, ia segera menghampirinya, menggenggam tangan dan berseru sambil tertawa. "Ki toako mengapa kaupun datang kemari?" Bertemu dengan Sik Tiong gio, baru saja Ki Beng hendak memberi hormat tahu tahu lengannya sudah dicengkeram orang sehingga di sama sekali tidak mampu berkutik, terpaksa ujarnya kemudian sambil menghela napas panjang.
"Lapor Pangeran, Ki Beng adalah orang yang lahir untuk ke dua kalinya di dunia ini"
"sebenarnya apa yang telah terjadi" Ayo cepat katakan, aku sendiripun masih mempunyai kabar gembira untukmu" seru Sik Tiong giok dengan gelisah.
Secara ringkas Ki Beng segera bercerita tentang semua pengalaman yang telah dialaminya selama ini hingga pada akhirnya dia diselamatkan orang.
Selesai mendengar penuturan tersebut, dengan mata melotot besar karena gusar Sik Tiong giok segera berseru.
"Hweesio keparat, aku tidak boleh mengampuni bajingan seperti ini..."
"Bocah cilik, bagaimana hasil penguntitan mu barusan" Apakah sudah berhasil menemukan suatu titik terang?" sela Kakek naga langit dari samping.
Sik Tiong giok tertawa. "Perhitungan dari Ku locianpwee memang amat jitu, aku telah berhasil menemukan tempat persembunyian dari padri keparat itu"
"Bagus, akan kucatat jasa mu itu" puji kakek naga langit sambil tertawa.
Buru buru Sik Tiong giok berkata lagi, "Bagaimana dengan ke tiga orang yang berada di dusun tengah bukit Be bui nia itu?"
"Oooh, soal itu mah gampang, mari kuperkenalkan dulu dua orang kepadamu, mereka tentu akan sanggup menyelamatkan ke tiga orang tersebut"
Mendengar perkataan mana Sik Tiong giok segera berpaling dan memandang sekejap kearah Ku tiok lojin serta kakek bangau sakti, dari perawakan mereka yang seorang jangkung seorang ceking, ia tidak menjumpai sesuatu ke istimewaan apapun dari mereka, tapi ditinjau dari usianya yang telah lanjut segera pikirnya;
"Jangan jangan mereka adalah seorang cianpwee atau pertapa yang sudah lama hidup mengasingkan diri"
Baru berpikir sampai disitu kakek naga langit telah menuding kearah Ku tiok lojin seraya berkata;
"Dia adalah Ku tiok lojin dari Leng san sam yu, dia adalah adik seperguruan dari Siong hee lojin"
Cepat cepat Sik Tiong giok memberi hormat seraya berseru;
"Boanpwee Sik Tiong giok menjumpai locianpwee!"
Menyaksikan pemuda itu menyembah kearahnya, Ku tiok lojin tidak balas memberi hormat sebaliknya cuma memandang kearah bocah itu dengan wajah tertegun dan tidak mengucapkan sepatah katapun.
Lama kelamaan, Pangeran Serigala langit Sik Tiong giok jadi jengah sendiri wajahnya berubah menjadi merah padam.
Pada saat itulah si kakek baru berseru: "Bagus sekali mengagumkan."
Kakek naga langit yang menjumpai hal tersebut segera membentak pula sambil tertawa: "Hei kau si bambu yang kosong isinya, benar benar pantas bila dinamakan si bambu kosong, memangnya kau tak mampu berbicara?"
Ku tiok lojin tertawa tersipu sipu.
"Baik bakatnya maupun kecerdikannya bocah ini benar benar amat hebat, apa lagi yang mesti kukatakan?"
Kakek naga langit tersenyum sambil menuding kearah kakek bangau sakti kembali dia berkata.
"Bocah cilik, dia adalah ji supekmu An Ning. orang menyebutnya sebagai kakek bangau sakti, sudah kau lihat bangau tersebut itulah binatang peliharaannya merangkap kendaraan pribadinya, ayo cepat memberi hormat kepadanya"
Mendengar perkataan tersebut Sik Tiong giok segera berjalan menuju kehadapan kakek bangau sakti dan menyembah seraya berkata: "Keponakan menjumpai ji supek."
Kakek bangau sakti segera meraup tangannya kemuka sambil diam diam mengerahkan tenaga dalamnya, dia bermaksud untuk mencoba sampai dimanakah kemampuan tenaga dalam yang dimiliki Sik Tiong giok sementara diluar ia berkata sambil tertawa: ''Bangun bangun, diantar orang sendiri kau tak usah banyak adat"
Belum selesai perkataan tersebut diutarakan, tiba-tiba saja tubuhnya bergetar keras, bukannya berhasil membangunkan Sik Tiong giok, dia sendiri malah tergetar mundur sejauh dua langkah.
Menyaksikan peristiwa tersebut kakek naga sakti segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahh...haaah loji wahai loji, rupanya kau sudah salah menduga, memangnya kau tidak melihat bahwa bocah tersebut telah memperoleh seluruh tenaga dalam yang dimiliki losam....?"
"Tak heran kalau dengan usianya yang masih begitu muda ternyata memiliki kemampuan yang begini hebat" seru kakek bangau sakti kemudian dengan perasaan terkejut bercampur tercengang.
Sementara itu Sik Tiong giok telah memberi hormat dan bangkit kembali, dengan wajah gelisah segera serunya kepada kakek naga langit: "Toh supek, kau harus berusaha untuk menyelamatkan ke tiga orang itu?"
"Persoalan apa sih yang membuat Pangeran Serigala langit pun menjadi gelisah?" sela Ku tiok lojin, "Seng jiu phu hua Ki Thian bin bersama Hoa tou bertangan racun Pui Cu yu dan pertapa nelayan bertangan besi Siau Kun telah terkurung disebuah dusun dibawah tebing he hui nia yang dikuasahi iblis wanita ular sakti Pek Soh kim, aku lihat dalam persoalan ini terpaksa aku mesti merepotkan kalian berdua untuk turut mengurusinya"
Ku tiok lojin termenung dan sebelum ia sempat menjawab Ki Beng telah menimbrung: "Locianpwee sekalian, kini ayahku sedang menjumpai kesulitan, Ki Beng bersedia menjadi pembuka jalan untuk menghadapi persoalan ini, semoga cianpwee sekalian suka membantuku"
Ku tiok lojin manggut manggut.
"Baiklah dia menyetujui, aku bersedia untuk membantumu, cuma bagaimana dengan Liau huan si padri keparat itu?"
"Aku pasti akan berhasil membekuknya, sampai waktunya tentu akan kugusur orang itu ke hadapan locianpwee untuk menerima hukuman" kata Sik Tiong giok cepat.
Ku tiok lojin tertawa "Aku sih tidak harus membekuknya dalam keadaan hidup, bila dapat membunuhnya sehingga melenyapkan bibit bencana bagi umat persilatan, hal ini lebih baik lagi"
Seusai berkata dia lantas membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ.
Kakek bangau sakti melompat pula kepunggung bangaunya siap berlalu dari sana. Mendadak Ciu Siang berteriak keras: "Hei, orang tua, tunggu dulu, tunggu aku"
"Bocah dungu, mau apa kau?" tegur Ku tiok lojin.
Sambil menuding ke arah Sik Tiong giok, Ciu Siang berseru kembali.
"Aku akan berjumpa dulu dengan saudara cilik ini sebelum pergi, pokoknya aku tak bakal sampai terlambat, harap kau suka tunggu sebentar saja"
Sembari berkata ia lantas berjalan menuju kesisi Sik tiong giok dan menarik tangan pemuda itu sambil katanya dengan tertawa:
"Saudara cilik, aku dengar kau sangat hebat, mari kita bersahabat."
"Ahh, mana, mana" Sik Tiong giok tertawa, "dikemudian hari aku masih banyak membutuhkan petunjuk toako"
Belum selesai ia berkata. Ciu Siang telah mengerahkan tenaganya untuk menggencet lengan pemuda itu keras keras.
Tapi sik Tiong giok masih tetap tersenyum dengan wajah yang tenang, seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu apa pun.
Padahal Ciu Siang telah mengeluarkan ilmu Pah ong kong teng (Raja bengis mengangkat hiolo) dengan tujuan melemparkan tubuh Sik liong goan ke tengah udara hingga ia terjerembab dan mendapat malu dihadapan orang banyak. Siapa tahu, biarpun dia telah mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya dan seluruh otot sudah menonjol keluar semua, tubuh lawan masih tetap terpantek tanah dan sama sekali tak mampu berkutik....
Biarpun demikian, ia tetap tidak puas, tenaganya dikerahkan hingga mencapai dua belas bagian, kemudian ketika di tambah satu bagian lagi tiba tiba lengan kanannya berbunyi
gemerutukan, ia segera sadar bahwa dirinya sudah menggunakan tenaga melampaui batas apa bila tidak segera mengendorkan tenaganya, bisa jadi lengan sendiri yang akan patah menjadi dua.
Karenanya buru buru dia lepaskan cekalannya.
Sampai pada detik tersebut, Sik Tiong giok masih tetap tenang tenang saja seakan tak pernah terjadi sesuatupun, malah sambil menengok kearah lelaki tersebut ia tertawa.
Ciu Siang adalah seorang lelaki kasar yang polos dan terbuka, setelah mencoba sendiri, ia segera takluk seratus persen. Ujarnya kemudian sambil tertawa terbahak bahak : "Haahh..haah hah saudara cilik, aku merasa takluk kepadamu."
Selesai berkata dia membalikkan badan dan berlalu dari situ. Ki Beng segera mengikutinya, sedangkan si Kalajengking Su Cing memperhatikan Sik Tiong giok sekejap kemudian berlalu pula dari sana.
"Bocah cerdik, sekarang harus melihat kemampuan kita apabila Liau huan si padri bengis itu tak mampu kita ringkus, kita benar benar akan kehilangan muka...
"Tak usah kuatir toa supek, padri itu sudah berada dalam cengkeramanku, dia tak akan bisa lolos dari cengkeraman kita"
"Baik, hari ini supek akan mendengarkan petunjukmu akan kulihat sampai dimanakah kemampuan yang dimiliki putra angkat dari kakek serigala langit"
Sementara berbicara, mereka segera berangkat menuju ke arah selatan.
Tiga lima li kemudian, sampailah mereka disebuah kompleks tanah pekuburan yang dikelilingi pohon siong yang amat lebat, dibagian tengah terdapat sembilan buah kuburan yang berjejer jejer, tingginya mencapai berapa kaki.
Waktu itu tampak dua orang pendeta sedang menerobos keluar dari salah satu kuburan nomor tiga dari sebelah kiri dia melompat naik dulu keatas kuburan itu lalu memperhatikan sekejap sekeliling sana, kemudian setelah memeriksa sekejap seputar tanah pekuburan itu, dia baru kembali ke muka kuburan tadi sambil serunya rendah: "Suhu, cepat keluar, disini sudah tak ada orang"
Sesosok bayangan manusia segera menerobos keluar dari balik gua tersebut, dia adalah seorang hwesio yang tak lain adalah Liau huan si padri bengis itu.
"Apakah kalian sudah memeriksa secara jelas" tegurnya rendah,
"kalian mesti tahu si bangau sakti adalah seorang manusia cerdik yang banyak akal muslihatnya"
"Kami sudah memeriksa dengan jelas" sahut kedua orang hwesio itu bersama sama, "bukan saja tak nampak bayangan manusia, bayangan bangau pun tak nampak"
Liau huan taysu berpikir, lalu katanva; "Aku masih tetap kuatir, sebab tua bangka tersebut termashur karena kelicikan dan kecerdikannya, kita jangan sampai masuk perangkap."
Belum selesai dia berkata, tiba tiba dari belakang tubuhnya sudah kedengaran orang berkata dengan suara yang nyaring:
"Dugaanmu memang sangat tepat, kami telah mempersiapkan arak wangi dan membuat api unggun tinggal menunggu daging keledai gundul untuk teman minum arak, kau anggap masih bisa kabur dari sini?"
Begitu mendengar suara manusia, kedua orang pendeta itu segera berpaling mereka jumpai dibawah sebuah pohon siong berdiri seorang pemuda berusia enam tujuh belas tahunan, dalam gelisahnya serentak mereka menerjang ke muka.
Pemuda itu tak lain adalah Pangeran Serigala langit Sik Tiong giok, melihat kedua orang itu menerjang datang, ia segera mengerak ke samping dengan demikian terjangan ke dua orang hwesio itupun menemui tempat kosong.
Sementara kedua orang padri itu masih tertegun, tiba tiba tengkuknya terasa mengencang dan mereka sudah di cengkeram orang keras keras.
Terdengar orang itu mengejek lagi sambil tertawa nyaring:
"Dengan kemampuan yang kalian miliki pun ingin bertarung melawanku?"
Dalam pembicaraan mana sepasang lengannya segera
direntangkan kesamping seakan akan hendak melemparkan tubuh ke dua orang pendeta itu ke tengah udara.
Tiba tiba Liau huan taysu merogoh kedalam sakunya kemudian mengayunkan tangannya kedepan cahaya kuning segera
meluncur kedepan disertai desingan angin tajam. dua buah kencrengan telah menyambar ke depan dengan kecepatan luar biasa "Bocah keparat, kau berani mencari gara gara dengan Hud ya mu?" bentaknya. Kedua kencrengan ini dilepaskan dengan mengerahkan segenap tenaga yang dimilikinya, lagipula dilepaskan setelah memancing pihak lawan berbicara dan tidak dalam keadaan siap, didalam anggapannya pihak lawan tentu akan terluka oleh serangannya.
Siapa tahu Sik Tiong giok cukup cerdik dan sama sekali tak sudi termakan oleh perangkap tersebut sambil mengayunkan
lengannya dia menjawab: "Aku adalah Pangeran Serigala langit Sik Tiong giok"
Bersamaan dengan selesainya jawaban tersebut, terdengar dua kali jeritak ngeri yang menyayat hati berkumandang
memecahkan keheningan, percikan darah segar memancar kemana mana dan menyembur sampai sejauh berapa depa.
Ternyata kedua buah kencerengan itu sudah menancap diatas dada ke dua orang padri tadi sehingga lambungnya robek dan isi perutnya berhamburan keluar.
Dengan kening berkerut Sik Tiong giok merentangkan kembali sepasang lengannya ke dua sosok mayat itu segera dilemparkan ke depan "Ai, keledai gundul, jengeknya kemudian, bila senjata kencrenganmu itu tidak mengenal orang, jangan salahkan aku yang berhati keji."
Liau huan taysu benar benar amat gusar, matanya jadi merah sambil menggertak gigi menahan emosi bentaknya keras keras.
"Anak jadah, berani amat kau mencelakai jiwa murid muridku"
Bila aku tak berhasil mencincang tubuhmu sehingga hancur berkeping keping percuma saja aku hidup sebagai manusia"
Sik Tiong giok segera tertawa "Sesungguhnya kau memang seekor keledai bodoh, siapa bilang kau ini manusia", Ayo cepat menyeret dan menerima kalah saja, lebih baik mengaku kalah sekarang juga daripada menyesal dikemudian hari"
Dalam pembicaraan mana dia segera menjejakkan kakinya keatas tanah dan siap menerjang ke muka, tapi secara tiba tiba saja ia merasa angin tajam menyambar lewat, dengan cepat ia membalikkan badan untuk menghadapi.
Ternyata dua buah senjata kencrengan emas telah menyambar lewat dari atas kepalanya.
Ilmu melepaskan senjata kencrengan yang dimiliki Liau huan taysu memang terbukti ampuh, dalam sekejap mata sepasang tangannya sanggup melepaskan dua belas buah senjata tanpa berhenti. Disaat Sik Tiong giok sedang berkelit dari ancaman kedua buah senjata kencrengan yang pertama, suara desingan tajam telah memenuhi angkasa dan seluruh udara telah diliputi cahaya kuning yang amat menyilaukan mata.
Sik Tiong giok segera berpekik nyaring tubuhnya melesat kedepan menyambut datangnya bayangan kuning tersebut, sambil berkelit ia menerobos maju lebih ke muka.
Dalam waktu singkat dua belas senjata kencrengan itu sudah berguguran keatas tanah, tapi ujung bajunya pun sama sekali tidak robek atau cedera.
Namun ketika serangan sudah lewat, bayangan tubuh Liau huan taysu juga turut lenyap dari pandangan mata.
Pada saat itulah, Kakek naga langit yang bertugas mencegah kaburnya padri itu ternyata tak berhasil menghalangi musuhnya, terpaksa sambil menampilkan diri Katanya sambil tertawa;
"Bocah cilik, tampaknya kau sendiripun sulit untuk membekuk keledai gundul itu" "Aaah, belum tentu, sampai waktunya kau toh akan mengetahui dengan sendirinya" ujar Sik Tiong giok tersenyum.
"Sudahlah, tak usah marah marah, mana orang yang sedang kau kejar....?"
"Aku tebak disekitar tempat ini pasti terdapat lorong rahasia yang lain, dan diantara lorong rahasia tersebut tentu masih hadir pula manusia yang lain"
"Darimana kau bisa tahu?"
Sambil menunjuk senjata rahasia yang berhamburan diatas tanah, Sik Tiong giok berkata: Coba lihat, diantara kencrengan kencrengan tersebut terdapat pula panah pendek yang disambit dari jarak empat-lima kaki sudah pasti senjata rahasia itu dibidikkan oleh jago lihay, aku tak percaya kalau padri keparat itu sanggup berbuat demikian." Mendengar perkataan itu Kakek naga langit manggut manggut, lalu katanya sambil mengawasi pemuda tersebut.
"Mengapa kita tidak pergi kebelakang kuburan tersebut untuk melakukan pemeriksaan."
Mendengar itu Sik Tiong giok segera mengerdipkan matanya berulang kali, lalu sengaja teriaknya: "Supek, bukankah sudah kubilang, keledai gundul itu pasti mempunyai jalan rahasia lain untuk melarikan diri, mana mungkin kita bisa menemukannya lagi" Lebih baik kita pergi saja untuk sementara waktu, toh masa mendatang masih panjang, di kemudian hari aku pasti berhasil membekuknya"
"Baiklah terserah padamu."
Tiba tiba ia menjumpai dua sosok mayat pendeta yang tewas itu, buru-buru katanya lagi "Bocah cilik, mari, kita turun tangan menguburkan jenazah dari keledai-keledai gundul kecil itu"
Sambil tertawa Sik Tiong giok menggoyangkan tangannya berulang kali, sahutnya: "Kawanan keledai gundul itu sudah menodai tempat ibadah, berani pula membakar rumah dan membunuh orang, biar mayat mereka jadi santapan serigala, buat apa kita mesti mengotori tangan sendiri?"
Mendengar perkataan itu, kakek naga sakti tahu bahwa sik liong giok sedang mempergunakan siasat untuk menipu musuhnya, maka dia segera menyabut.
"Baik, aku akan menuruti kemauanmu, perduli mau dimakan anjing atau serigala, yang penting pokoknya ada pembalasan yang setimpal bagi mereka"
Selesai berkata mereka berdua lantas memasuki hutan.
Tak selang berapa saat kemudian, tiba-tiba batuan dimuka sebuah kuburan bergerak ke samping dan muncullah sebuah mulut gua lalu menongol sebuah kepala gundul yang ternyata bukan lain adalah Liau huan tay su.
Dia celingukan sekejap memandang sekeliling tempat itu, lalu melompat keluar, disusul kemudian seorang tosu munculkan diri pula dari balik gua.
Untuk beberapa saat lamanya Liau huan taysu memperhatikan sekeliling tempat itu kemudian baru berkata: "Sute, lindungilah aku, akan kuseret ke dua sosok mayat itu masuk kedalam gua..."
Belum lagi perkataan tersebut selesai diutarakan, mendadak dari kejauhan sana terdengar suara bentakan nyaring. "Lihat serangan!"
Mengiringi suara bentakan tersebut, terasa ada beberapa gulung desingan angin tajam yang menyergap datang dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Dalam terkejut Liau huan taysu dan tosu tersebut tidak sempat lagi untuk mengelak hindarkan diri, tahu tahu senjata rahasia sudah menyambar datang dan pipinya terasa dingin, darah segar segera bercucuran membasahi seluruh wajahnya.
Tak terlukiskan rasa terkejut dari bengis itu, sedemikian terperanjatnya sampai dia menjerit kaget.
Ternyata sebuah telinga mereka berdua telah kena terbabat sehingga kutung menjadi dua bagian apalagi setelah mengetahui senjata rahasia yang dipergunalan untuk menyerang mereka cuma dua lembar daun saja.
Ditinjau dari kemampuan lawan untuk menggunakan daun sebagai senjata rahasia, dapatlah diketahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki tentu luar biasa. Akan tetapi, kedua orang inipun sudah termashur karena kekuasaannya, sambil menahan rasa sakit yang menyayat badan, mereka berteriak berulang kali kemudian empat tangan diayunkan bersama, dua buah
kencrengan yang dilepaskan Liau huan taysu dan empat batang panah pendek yang disambitkan tosu tersebut, bersama sama menyambar keatas sebuah pohon besar suara gaduh bergema memecahkan keheningan, daun dan ranting berguguran namun tidak sesosok bayangan manusiapun yang nampak. Tiba tiba dari atas pohon yang lain bergema suara gelak tertawa seseorang yang di susul dengan seruan nyaring : "Hei... memotong telinga kalian dengan daun merupakan hasil perbuatanku apa sih salahnya dengan pohon tersebut" Benar benar kerbau dungu yang tak punya mata"
Mendengar teriakan ini, kedua orang tersebut segera berpaling, benar juga. dibawah sebatang pohon berdiri seorang pemuda yang ternyata tidak lain adalah Sik Tiong giok, dia berdiri disitu dengan senyuman dikulum.
Walau pun demikian toh terkejut juga kedua orang itu di buatnya, jangan lagi ilmu menyambit daun melukai orang yang membuktikan betapa sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki, bukankah dibelakangnya masih terdapat pula seorang kakek naga sakti"
Tanpa membuang banyak waktu lagi kedua orang itu segera membalikkan badan dan melarikan diri kembali kedalam gua.
Kedua orang ini sama sama terhitung manusia licik tidak heran kalau mereka mempunyai pikiran dan perasaan yang sama.
Mereka takut dikejar Sik Tiong giok lagipula kuatir diserang lagi dengan senjata rahasia, karena itu kedua orang tersebut sama sama menerobos kedalam gua dengan kepala masuk lebih dulu.
akibatnya kepala mereka saling beradu satu sama lainnya membuat mereka mengaduh kesakitan.
Pada saat itulah Sik Tioag giok membentak lagi dengan suara nyaring: "Lihat serangan!"
Segenggam jarum segera disambitkan kemuka dengan disertai desingan angin tajam.
Begitu hebat serangan tersebut membuat celana mereka sama sama tertembus sehingga robek, ada yang menancap diatas pantat, ada pula beberapa batang diantaranya yang menembusi lubang anus.
Bisa dibayangkan betapa sakit dan menderitanya kedua erang itu, sambil berteriak teriak kesakitan mereka melompat masuk kelubang gua dengan tergesa gesa akibatnya mereka lupa akan anak tangga hingga terjerambab ketanah.
"Blaaamm!'' Kepalanya menumbuk pinggiran anak tangga membuat kepala jadi pusing dan pandangan mata berkunang kunang...
Untuk beberapa saat lamanya mereka hanya bisa tergeletak ditanah sambil merintih kesakitan.
Sik Tiong giok sama sekali tidak manfaatkan itu untuk membekuk mereka, mereka digusurnya kedua sosok mayat tadi kemudian dilemparkan kedalam gua sambil katanya tertawa: "Hei sambut baik baik, rekan rekanmu telah datang?"
Waktu itu Liau huan taysu berdua baru saja berusaha untuk merangkak bangun, mereka tak menyangka kalau kedua sosok mayat itu bakal dilontarkan ke arah mereka.
Duk!! Tertindih oleh ke dua sosok mayat itu, sekali lagi mereka terjungkal ke atas tanah dan merintih kesakitan makin keras.
Untung saja Liau huan taysu masih cukup tabah, dia segera meronta untuk bangun dan menutup kembali pintu goanya.
Selama peristiwa tersebut berlangsung. Kakek naga sakti dapat mengikuti semua kejadian ini dengan jelas, mau tak mau dia mesti memuji juga akan kepintaran Sik Tiong giok untuk mempermainkan lawannya, cuma ada satu hal yang tidak dipahami olehnya, kedua orang musuh itu sudah jelas tinggal dibekuk, mengapa ia justru membiarkan mereka kabur kedalam goa"
Berpikir demikian diapun melompat turun dari tempat
persembunyiannya lalu berkata sambil tertawa: "Hei setan cilik, kau memang hebat, kelicikan dan kebinalanmu tidak kalah dengan ayah angkatmu dimasa lampau, cuma ada satu hal yang tidak kupahami."
"Bagian yang mana, bolehkah supek menjelaskan?"
Bila ditinjau dari kamampuan melukai musuh dengan sambitan daun, seharusnya kau mampu untuk menghabisi kedua orang itu, mengapa kau justru membiarkan mereka kabur?"
Sik Tiong giok segera tertawa. "Supek tidak tahu, padri bengis tersebut dapat di incar oleh ji supek berarti kejahatan yang telah dilakukan olehnya banyak sekali, padahal tosu itu berada sejalan dengan padri bengis itu, berarti mereka bukan orang baik baik, apakah tidak terlalu sayang apabila membiarkan mereka mati kelewat cepat?"
"Lantas apa rencanamu untuk menghadapi mereka?"
"Aku pernah melihat pemburu yang berburu serigala, diapun mengasapi gua tersebut sehingga sang serigala menyerahkan diri"
Kakek naga langit manggut manggut.
"Caramu itu memang bagus, cuma rasanya kurang leluasa untuk dipergunakan dalam tengah hari bolong begini"
"Diasapi malam nantipun boleh saja, yang penting aku harus menyiksa mereka secukupnya sebelum dibekuk"
"Waah waah. tidak kunyana kebinalanmu sudah mencapai taraf seperti ini. bila ayah angkatmu kebetulan hadir disini, dia tentu akan kagum juga kepadamu"
Sik Tiok giok tertawa "Ini namanya anak harus melebihi sang bapak, bukan begitu?"
"Kau jangan merasa bangga, bila bila kau tak berhasil mengasapi kedua rase itu sampai keluar tempat persembunyiannya, ingin kulihat bagaimanakah kau memberikan pertanggungan jawab kepada ji supek"
Sambil berbincang bincang dan bergurau mereka pun duduk disamping kuburan sambil mengawasi gerak gerik lawan, cuma suatu ketika tiba tiba Sik Tiong giok membalikkan badan dan tahu tahu tubuhnya sudah lenyap dari pandangan.
Setengah harian sudah lewat malam pun sudah mulai menjelang tiba, namun si anak muda itu belum juga nampak muncul kembali disitu.
Sekalipun Kakek naga sakti tahu kalau Sik Tiong giok sedang mengusahakan bahan untuk membuat api, tapi semestinya persiapan semacam itu tidak perlu membutuhkan waktu yang terlampau lama.
Sementara dia masih menunggu dengan gelisah, Sik Tiong giok muncul sambil membopong seikat ranting kayu, cepat cepat dia pun menegur: "Bocah cilik ke mana sih kau selama ini?"
"Perlu mengumpulkan ranting itu untuk mengasapi si kelinci liar"
"Tapi kan tak perlu membuang waktu selama itu, ayo cepat katakan apa lagi yang kau lakukan"
Sik Tiong giok tertawa "Aku aku cuma pergi ke dusun terdekat untuk mencari merica kering, agar membuat sedapnya bau asap nanti"
Kakek naga sakti segera tergelak kegelian, ia pun tidak banyak berbicara lagi, serentak kedua orang itu bekerja untuk membongkar gua tadi kemudian menjejalkan ranting kering bercampur merica kedalam mulut gua.
Begitu disulut api pun berkobar dengan amat besarnya, asap yang tebal bercampur dengan bau merica yang menusuk hidung segera menyusup kedalam mulut gua itu.
Tiba tiba kakek naga langti berkata: "Bocah cilik aku lihat cara ini kurang baik, masa mereka tak bisa memadamkan dengan
mempergunakan air?" Kembali Sik Tiong giok tertawa. "Soal ini mah sudah kupikirkan itulah sebabnya sengaja kucampuri merica agar mereka terbatuk batuk sampai mengucurkan air mata begitu mengendus baunya, untuk menghindar saja tak sempat mana mungkin mereka punya kesempatan untuk memadamkanya. Kemudian setelah berhenti sejenak, terusnya: "Menurut dugaanku, lorong gua ini pasti bukan cuma satu si keledai gundul itupun tak akan berani memadamkan api, maka satu-satunya jalan baginya adalah kabur melalui lorong lain"
Menyusul kemudian mereka berdua berbisik bisik lagi dengan suara lirih kemudian kakek naga sakti tersenyum dan manggut.
Tak lama kemudian kedua orang itu sudah keluar dari hutan dan mulai pasang mata dan telinga baik baik untuk memperhatikan keadaan disekeliling tempat itu. Lebih kurang seperempat jam kemudian dari balik sebatang pohon yang ditutupi semak belukar muncul asap yang mengepul keudara dan kian lama kian bertambah tebal. Kemudian secara tiba tiba terdengar suara orang terbatuk batuk yang ditahan dari balik semak muncul manusia yang berkepala gundul lalu disusul pula dengan seorang tosu kedua orang itu bukan lain adalah Liau huan taysu dan sito su So Tay siu.
Kedua orang itu memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian melarikan diri ke utara.
Sik Tiong giok segera memberi tanda kepada kakek naga sakti, kemudian bisiknya: "Supek ayo berangkat kita ikuti kemana perginya kedua orang itu..."
Ternyata sekembalinya ke dalam gua setelah telinga mereka dikutungi tadi. Lian huan taysu dan So Tay siu segera mengobati luka tersebut dengan obat penghenti darah, tak lama kemudian darah sudah berhenti mengalir.
Namun jarum cemara yang menembusi pantat dan lubang anus itu justru mendatangkan rasa sakit yang tak terkirakan lagi, sekalipun sebagian sudah dicabut, namun ada pula yang menembusi daging pantat dan susah tercabut, terutama yang menembusi lubang anusnya, boleh dibilang hal tersebut membatasi gerak gerik mereka, jangan lagi untuk bergerak bernapas agak keras pun tak berani.
"Suheng" keluh So Tay siu ditengah jalan, "aku sudah benar benar tak sanggup menahan diri, lebih baik kita menyerah saja"
"Mari kita coba untuk menekannya keluar dari lubang anus. siapa tahu jarum jarum terkutuk itu bisa dikeluarkan" kata Liau huan.
Maka ke dua orang itupun berjongkok dan mencoba menekan keluar jarum jarum yang menancap di dalam lubang anus tersebut. Siapa tahu ketika mereka mencoba untuk memompa perutnya, rasa sakit yang luar biasa menyerang usus mereka, sedemikian menderita dan tersiksa sehingga air mara bercucuran keluar.
"Sute" kata Liau huan kemudian, "pernah kau dengar tentang ksatria yang memotong lengan sendiri" Kita harus menahan sakit dan mencoba untuk mengeluakan jarum jarum tersebut, sebab kalau sampai masuk ke dalam usus, riwayat kita bisa habis"
"Anak jadah keparat itu benar benar bajingan" umpat So Tay siu penuh kebencian, "ia tak mau menyerang bagian lain, justru lubang anus orang yang diincarnya"
"Aaai, sebetulnya salah kita sendiri kenapa kepala kita yang masuk duluan?"
Diteror oleh rasa sakit yang luar biasa, kedua orang itu tidak banyak berbicara lagi mereka segera menggertak gigi dan mencoba dengan sepenuh tenaga.
Mendadak ke dua orang itu menjerit kesakitan...
Akhirnya beberapa batang jarum cemara itu berhasil juga dipaksa keluar dari dalam lubang anus, darah bercampur kotoran manusia segera berceceran dimana mana baunya bukan alang kepalang.
Biarpun rasa sakitnya sudah dapat diatasi namun kedua orang itu benar benar lelah dan kehabisan tenaga. Mereka saling berpandangan sekejap lalu tertawa getir, sambil menggertak gigi mereka mengobati lukanya kemudian menghembuskan napas panjang.
Pada saat itulah, Sik Tiong giok telah berhasil merobohkan batu nisan di muka kuburan.
Dengan perasaan terkejut So Tay siu segera berseru: "Suheng, aneh sekali, mengapa ada angin yang berhembus lewat...?"
Liau huan taysu segera merasakan pula keadaan yang kurang beres setelah memeriksa setiap bagian disekitar gua, tiba tiba diketahui pintu rahasia sudah bocor, maka segera serunya
"Jangan jangan si bajingan keparat itu siap menyerbu kedalam dengan kekerasan, cepat kita siapkan senjata rahasia, bila ia berani masuk, kita segera menyerangnya habis habisan"
Baru selesai dia berkata, tiba tiba terdengar So Tay siu berteriak lagi;
"Aduh celaka suheng, anak jadah itu melepaskan api"
"Tak usah kuatir" hibur Liau huan sambil tertawa. "gua ini amat luas dan lembab, dimana mana terdapat lubang angin,
memangnya api yang mereka lepaskan dapat berbuat apa terhadap kita?"
Tak Lama kemudian asap mulai memasuki ruang gua disertai bau merica yang amat menusuk penciuman, mereka mulai terbatuk batuk dan bersin berulang kali. air mata ikut pula jatuh bercucuran.
Dalam keadaan demikian, Liu huan taysu mulai mengumpat:
"Uuhuuhh... uuuhh... anak jadah..Haaajiii.... makanya... uuuh..
uuuh....Waajiii....."
Batuk dan bersin yang datang secara berulang membuat pendeta tersebut tak sanggup lagi meneruskan kata katanya: Karena ruang gua sudah tak bisa dipertahankan lagi. terpaksa mereka harus angkat kaki dari situ dan melarikan diri menuju ke sebelah utara.
Sesudah berlarian sejauh tujuh delapan li, Liau huan taysu dan So Tay siu mulai merasakan lubang anusnya kembali nyeri dan sakitnya bukan kepalang, darah mulai bercucuran pula dergan derasnya.
Begitu sakit dan tersiksanya, yang akhirnya membuat So Tay siu tak sanggup menahan diri lagi dan menjerit jerit kesakitan,
"Sute, tahanlah sejenak lagi" kata Liau huan taysu dengan nafas terengah engah, "aku sendiripun merasa kesakitan yang luar biasa, bila kita sampai dibekuk si anak jadah tersebut kau anggap nyawa kita masih dapat diselamatkan?"
Tiga lima li kembali sudah lewat, kali ini So Tay siu tak sanggup berjalan lagi, ia terjungkal ke atas tanah dan berkata dengan nafas terengah;
"Aku.. aku sudah tak sanggup lagi, jangankan seribu langkah, setengah langkahpun sudah tak kuat, suheng bubuhilah obat dilukaku"
Sambil berkata dia meloloskan kembali celana yang yang dikenakannya itu.
Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Siau huan taysu mengeluarkan obat luka dan dibubuhkan pada mulut luka sambil katanya: "Sute, masa kau tak mampu bertahan lagi. Bagaimana kalau kita berjalan beberapa li lagi?"
"Aku lebih suka mati saja, setengah langkah pun aku sudah tak sanggup untuk berjalan lagi."
Belum selesai, dia berkata, tiba tiba dari arah belakang kedengaran suara Sik Toang giok sedang berkata sambil tertawa.
"Hai keledai gundul liar, tak nyana kalau kau tidak puas hanya bermain perempuan saja lelaki pun ternyata kau gemari juga, waah...waah. kalau begitu kau termasuk orang homo, yaa, betul, memang paling enak menjadi manusia yang doyan perempuan dan laki, jadi komplit namanya ..."
Dengan cepat ke dua orang itu berpaling, mereka jumpai Sik Tiong giok sedang berdiri tujuh delapan kaki dibelakang sana dengan senyum dikulum, rasa terkejut tak terlukiskan lagi.
Tak sempat membetulkan tali Celananya lagi, So Tay Siu segera mengambil langkah seribu dengan penuh ketakutan.
Tiga empat li kembali sudah ditempuh, darah bercampur kotoran manusia telah menodai celana ke dua orang itu, setiap langkah kaki mereka menimbulkan rasa sakit yang benar benar tak terkirakan.
"Aduuh biyung," So Tay s iu mulai berteriak teriak, "dari pada kabur dalam keadaan demikian, lebih baik mati saja dibunuh orang!"
Tubuhnya kembali roboh terjengkang ke atas tanah dan tak sanggup bergerak lagi.
Sesungguhnya Liau huan taysu sendiri pun sudah tak sanggup untuk mempertahankan diri, apalagi melihat So Tay siu sudah berbaring diatas tanah ingin sekali dia berbaring pula untuk beristirahat.
Siapa tahu baru saja berhenti berjalan, sepasang kakinya menjadi lemas dan roboh terjengkang keatas tanah, dengan membuka mulutnya lebar lebar untuk membantu napasnya yang tersengkal, dia berkata.
"Uuhu.. uhuhh.. selama ini kau... . uuhh.uuuthn. kau sudah terlalu banyak tidur kini janganlah beristirahat dulu"
"Mau istirahat boleh saja, asal kalian berdoa tidak kuatir ditembusi lubangnya dengan ranting kayu," Sik Tiong giok kembali mengejek dari belakang.
Mendengar suara ejekan itu, Liau huan taysu maupun So Tay siu seketika lupa dengan rasa lelah dan sakitnya, mereka segera melompat bangun dan menoleh ke belakang.
Entah sedari kapan Sik Tiong giok sudah berdiri dibawah pohon sambil tertawa, sedangkan ditangannya memegang dua batang ranting pohon sepanjang lima enam inci yang besarnya seperti telur itik.
Menyaksikan hal tersebut, ke dua orang itu menjadi ketakutan dan segera mengambil langkah seribu.
Lebih kurang dua lie kemudian, mereka benar benar sudah tak mampu bertahan lagi, tapi perasaan takut yang mencekam perasaan ke dua orang itu membuat mereka tak berani berhenti.
Pada saat itulah tiba tiba dari hadapan mereka muncul seseorang yang menghadang jalan pergi mereka.
"Berhenti " bentak orang itu keras keras.
Mendengar bentakan tersebut, tergopoh gopoh kedua orang itu membalikkan badan dan segera melarikan diri terbirit birit. Siapa tahu saking cepatnya mereka membalikkan diri membuat kedua orang itu kehilangan keseimbanggan badannya, tak ampun lagi.
"Bloukkk!" Ke dua duanya roboh terjengkang ke atas tanah.
Terutama sekali So Tay siu yang sudah pecah nyalinya itu saking sakitnya dia sampai terkencing kencing dan bergulingan diatas tanah. keadaannya benar benar amat mengenaskan.
Liau huan taysu jauh lebih tabah, setelah terjatuh ia segera mencoba untuk bangkit kembali sambil pikirnya.
"Biarpun aku harus mati. paling tidak harus kulihat macam apakah tampang lawan?"
Berpikir begitu diapun mendongakkan kepalanya, tapi dengan cepat ia berteriak gembira.
"Paman guru. tolonglah aku!"
Mendengar itu So Tay siu ikut pula mendongakkan kepalanya ia jumpai seorang tosu tua telah berdiri dihadapannya sambil memegang sebuah budtim, Orang itu bukan Iain adalah gurunya sendiri. sikebutan baja To It cing.
"Suhu.., uuuh. nuuh... suhu..."
Menjumpai keadaan murid serta keponakan muridnya yang begitu mengenaskan. Si kebutan baja To It ciang segera naik pitam, sambil mendengus dingin tegurnya: "Kalian berdua benar benar manusia yang tak berguna, coba kalian saksikan keadaanmu itu sungguh bikin jengkel hatiku saja"
Tiba tiba senjata kebutannya ditebaskan ke depan, segulang angin pukulan yang keras segera menyambar kemuka.
Liau huan taysu dan So Tay siu segera menjerit kesakitan dan terguling sejauh tujuh delapan depa dari posisi semula.
Mendadak terdengar seseorang berseru dengan nyaring: "Sapek.
coba kau lihat sendiri, kalau yang kecil tidak digebuki mana mungkin sihidung kerbau tua ini bakal murculkan diri?"
"Bocah cilik, kau memang hebat" suara yang parau bergema kemudian, "aku tidak mengerti, kenapa kau bisa perhitungkan secara tepat kalau si hiding kerbau tua ini bakal menampilkan diri?"


Pangeran Perkasa Pangeran Srigala Perkasa Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Oooh soal itu sih baru kupelajari dari kakekku, apa kau lupa dengan undangan yang dia berikan kepadaku itu?"
"Haaaaah.. haeah.. haaa... setan cilik, rupanya kau sudah mendapat petunjuk."
Si kebutan baja To li cin yang mendengar tanya jawab tersebut segera mendongakkan kepalanya, di jumpai ada seorang kakek dan seorang pemuda berdiri tak jauh dari situ.
Sang pemuda tidak ia kenal, tapi yang tua dia kenalnya sebagai Kakek naga sakti Sin Bun. hal tersebut membuat hatinya terkesiap. Dengan kening berkerut ia segara terbahak bahak sambil katanya keras: "Haaahh.. haaah.. haah.. bagus sekali kedatanganmu. tadinya aku sedang berpikir pikir siapa gerangan yang berani melukai anak muridku, ternyata adalah kau sikakek naga sakti."
Kakek naga sakti lalu tertawa tergelak. "Haah, haahh.. haah. To it cing. sejak berpisah tiga puluh tahun sudah lewat, aku sudah menduga bahwa cepat atau lambat kau tentu akan balik kembali kedaratan Tionggoan, tapi begitu pun lebih baik. jadi aku tak usah bersusah payah pergi ke Ho lau san untuk
menyambangimu" Si Kebutan baja To It cing mendengus dingin.
"Hmm. hutangmu semenjak tiga puluh tahun berselang tak pernah ku lupakan sedetikpun. cuma aku lihat perbuatanmu yang telah mencelakai anak muridku dengan cara yang begitu keji, kelewat merendahkan derajat dirimu sendiri"
"Haah.. haah.. haah.. To It cing yang melukai anak muridmu itu orang lain, jangan kau tuduh diriku semau hatimu sendiri."
"Hmm, siapakah dia ?"
Sik Tiong giok yang berada disamping segera membusungkan dadanya dan berkata "Aku adalah Pangeran Serigala langit Sik Tiong giok, dan akulah yang telah melukai si keledai gundul yang tolol itu. Ada apa" Kau tidak puas?"
Si kebutan baja To it cing menjadi amat gusar, sambil melototkan matanya bulat bulat dia membentak keras, lalu senjatanya dikebutkan ke depan sehingga menimbulkan sambaran angin serangan yang amat kuat.
Di mana angin serangan tersebut menyambar lewat ranting dan dedaunan pada berguguran ke atas tanah, bagaikan sambaran petir serangan tersebut langsung menerjang ke arah Sik Tiong giok.
Kakek serigala langit yang menyaksikan kejadian itu segera tertawa terbahak bahak, "Haahh... haaaah.. haah... To It cing aku lihat kepandaian dan silatmu telah memperoleh kemajuan yang pesat, mari kita berdua saja yang bertarung"
Sembari berkata dia lantas menancapkan tongkat penakluk naganya ke atas tanah, kemudian sepasang tangannya diayunkan ke depan melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Ketika angin pukulan yang dilancarkan To It cing itu bertemu dengan serangan tersebut, pancaran hawa serangan segera menyebar ke empat penjuru dan hilang lenyap dengan begitu saja.
Diam diam terkejut juga kakek naga sakti setelah menyaksikan peristiwa tersebut, pikirnya "Hmm... baru berapa tahun tidak bersua nampaknya kepandaian silat yang dimiliki kakek hidung kerbau ini sudah memperoleh kemajuan yang lumayan!"
Sik Tiong giok dapat pula menyaksikan kedahsyatan dari angin serangan tersebut, tanpa terasa dia menjulurkan lidahnya dengan penuh perasaan kagum.
Sebaliknya To It cing yang menyaksikan kekuatan angin pukulan dari kakek naga sakti pun dibuat terkesiap, katanya kemudian dengan suara dalam.
"Sin Bun, mari kita perhitungkan dulu hutang hutang lama mu.
ayo cepat kau persembabkan batok kepalamu!"
Kakek naga sakti tertawa terbahak babak.
"'Haaah..haah.. haaah.. aku sudah lama mempersiapkan diri untuk menyambut pembalasanmu, ayo silahkan!"
Lalu dicabut kembali tongkat penakluk naganya dan bersiap siap akan melancarkan serangan.
Sik Tiong giok segera menyerobot maju kemuka dan berseru.
"Supek, biar tecu saja yang membereskan si hidung kerbau tua ini.."
"Bocah cilik kau benar benar tidak tahu diri" cegah Kakek naga sakti sambil merentangkan tongkat penakluk naganya ke depan,
"jelek jelek begitu orang lain sudah sudah hidup selama enam puluh tahun lamanya, mana kau sanggup menghadapinya"
Apalagi diantara kami pun masih terikat hutang lama, sudah sepantasnya bila kami manfaatkan kesempatan ini untuk menyelesaikan hutang piutang tersebut."
Seusai berkata dia lantas memutar senjata tongkatnya dan menerobos maju lagi kedepan, kemudian berhenti pada jarak satu kaki di hadapan lawan. Begitulah untuk beberapa saat lamanya kedua orang itu saling berhadapan tanpa berbicara ataupun bergerak.
Lama kelamaan SiK Tioag giok dibuat keheranan juga. segera pikirnya.
"Jangan jangan kedua orang ini sudah padam ambisinya karena dimakan usia" Megapa hingga kini belum jaga turun tangan?"
Tapi dengan cepat dia dapat merasakan juga keanehan dari situasi yang dihadapinya.
Ternyata dihadapan kedua orang itu sudah timbul segulung angin pusaran yarg amat kencang, begitu kencangnya pusaran tersebut membuat pepohonan yang berada disekelilingnya turut bergetar keras.
Ketika ia mencoba untuk mengamati lagi keadaan dari kedua orang itu, tampak Kakek naga sakti melintangkan telapak tangannya di depan dada, sementara tangan pelan pelan di dorong ke muka, sementara tangan yang lain tetap
menggenggam tongkat penakluk naga yang ditekankan ke atas tanah sehingga melesak ke dalam satu depa lebih...
Dipihak lain, To Ii cing melintang pula tangannya di dada dengan senjata kebutannya ditunjukkan kedepan, getaran keras pun muncul disekeliling tubuhnya, Sepertanak nasi sudah lewat, tapi tenaga dalam yang dimiliki ke dua orang itu masih tetap berimbang, siapa pun tak berhasil mengalahkan lawannya.
Mendadak To It cing mendengus lalu berkata.
"Sin Bun, kalau pertarungan semacam ini dilanjutkan terus, sampai kapan pertarungan ini baru selesai" Bagaimana kalau kita berganti dengan cara lain saja"
"Begitupun boleh juga, kepandaian apa yang kau miliki ayo dikeluarkan semua, tiga puluh tiga puluh tahun tak bersua, ingin kulihat kepandaian khusus apakah yang kau miliki"
"Baik, jangan menyesal nanti" To It Cing tertawa dingin, Tiba tiba dia menyelipkan kembali senjata kebutannya dibelakang tubuh, kemudian selangkah demi selangkah mendekati kakek naga sakti sambil serunya.
"Sin Bun, kau sendiri yang pingin mampus jangan kau salahkan diriku."
Kakek naga sakti menghimpun segenap kekuatan yang
dimilikinya untuk bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, tubuhnya bergetar keras. peluh sebesar kacang kedelai bercucuran membasahi keningnya, dalam keadaan demikian ia tidak sanggup menjawab barang sepatah kata pun.
Dalam waktu singkat selisih jarak diantara kedua orang itu sudah tinggal tiga depa saja, sementara sepasang kaki si kakek naga sakti sudah melesak sedalam lutut.
Liau huan taysu dan So Tay siu yang menyaksikan kejadian ini menjadi amat girang, sekalipun harus menahan rasa sakit, namun mereka beraggapan kakek naga sakti pasti akan mampus kali ini.
Berbeda dengan Sik Tiang giok, makin dipandang hatinya merasa semakin gelisah, dia sadar biarpun dia sendiri yang terjun kearah, pun belum tentu akan peroleh keuntungan apa apa. tapi dia pun tak bisa membiarkan toa supeknya terancam oleh musuh.
Sementara dia masih cemas bercampur gelisah, tiba tiba kakek naga sakti menekankan tongkatnya ke atas tanah dan melompat mundur sejauh beberapa kaki kebelakang. dengan membelakangi sebatang pohon, dia berseru sambil tertawa terbahak bahak;
"Haaahah.. haah.. haah. To it cing, ternyata kemampuanmu tak lebih cuma begitu saja, apabila aku sampai dipecundangi olehmu, harus kutaruh kemana wajahku ini?"
Tiba tiba dia membalikkan badan dan menempelkan wajahnya diatas batang pobon, seakan akan ia benar benar tak punya muka lagi untuk bertemu dengan orang.
To It cing sendiripun dibuat tercengang oleh kejadian tersebut, namun setelah ia membalikkan tubuh dan menyaksikan keadaan pobon tersebut, hatinya baru terperanjat.
Sambil mundur selangkah pikirnya kemudian.
"TaK heran kau tua bangka ini dapat menggetarkan seluruh dunia persilatan, ternyata dia memang mempunyai tenaga dalam yang sukar diukur dengan kata kata"
Rupanya dimana kakek naga sakti membenamkan wajahnya tersebut, pada dahan pohon itu segera muncul cetakan wajahnya yang persis seperti diukir saja.
Untuk beberapa saat lamanya, semua kembali dibuat tertegun dan berdiri melongo, dari sini dapatlah diduga taraf kepandaian silat yang dimiliki masing masing pihak.
Sik Tiong giok sendiripun merasa terperanjat sesudah melihat kejadian ini.
Untuk berapa saat lamanya suasana hening mencekam seluruh tempat itu, sedemikian heningnya sehingga terasa agak mengerikan.
Lama, lama kemudian, To It cing berkata lagi dengan suara lantang.
"Sin Bun, dalam hal tenaga dalam pun kita berimbang dan sukar untuk menemukan siapa yang lebih unggul diantara kita, bagaimana jika kita teruskan dengan pertarungan mati hidup saja".
Kakek naga sakti tertawa terbahak babak, "Haah.. haah... haah...
beginipun ada baiknya juga, cuma sayang aku masih ada persoalan yang belum terpenuhi, jadi berat juga kalau disuruh mati duluan"
To It cing kembali mendengus dingin.
"Sin Bun, kau tidak usah banyak ngebacot lagi, bila raja akhirat sudah menetapkan kau harus mampus pada kentongan ke dua, siapa yang sanggup menahanmu sampai kentongan ke lima ?"
Bagaikan seekor burung rajawali dia segera melompat setinggi beberapa kaki, ditengah udara kembali bentaknya.
"Manusia she Sin, ayo terima kematianmu"
Diiringi bentakan keras, senjata kebutannya bagaikan sebuah sapu besar langsung menyapa ke depan.
Kakek naga sakti berpekik keras, tongkat penakluk naganya diputar kencang kencang, seperti putaran roda saja bergetar menimbulkan deruan angin kencang. Bentrokan kekerasan terjadi berulang ulang sementara desiran angin serangan mencekam daerah seluas tiga lima kaki, mengakibatkan dedaunan yang tumbuh disekeliling tempat itu menjadi rontok dan gundul.
Mendadak suasana berubah menjadi hening sedangkan kedua sosok bayangan manusia yang sedang bertempur sengit itu hilang lenyap tak berbekas.
Sik Tiong giok menjadi sangat terperanjat buru buru dia memeriksa sekejap sekeliling tempat itu, kemudian baru diketahui bahwa kedua orang tersebut sudah berada diluar arena pertarungan.
Waktu itu senjata kebutan milik To It cing sudah gundul tinggal gagangnya yang kaku, sedangkan tongkat penakluk naga langit si kakek naga sakti mengepulkan asap putih.
Tiba tiba To It cing tertawa dingin sambil mengejek;
"Sin Bun, coba lihat, senjatamu sudah hangus, aku lihat sudah tak mungkin dapat dipergunakan lagi, lebih baik dibuang saja"
Kakek naga sakti tertawa terbahak babak: "Haah.. haaah..
haaah..To It cing. buntut kerbaumu juga sudah pada lepas tinggal tangkai tangkainya melulu, memangnya masih bisa dipakai untuk bertarung lagi?"
Merah membara sepasang mata To It cing sesudah mendengar perkataan itu, segera bentaknya;
"Siapa bilang tak bisa dipakai lagi untuk bertarung?"
Dengan mengayunkan tangkai senjatanya dia menerjang maju lagi ke muka. Kakek naga sakti mengerti bahwa serangan yang dilancarkan lawan kali ini pasti disertai dengan segenap kekuatan yang dimilikinya, ia tak berani bertindak gegabah, senjata toyanya segera disiapkan pula untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.
"Traang...!" Ketika sepasang senjata itu saling beradu, terjadilah suara bentrokan keras yang mengakibatkan ke dua orang itu sama sama tergetar mundur ke belakang.
Kakek naga sakti segera menjumpai kesempatan baik yang tak boleh disia siakan dengan begitu saja, dia pencet tombol rahasia yang berada pada toyanya itu sehingga tongkat tersebut terbelah menjadi dua dan dari dalamnya melompat keluar sebuah kepala naga yang segera menerkam senjata lawan.
To It cing sangat terkejut setelah menyaksikan kejadian ini, cepat cepat dia menarik kembali senjatanya dan melompat mundur ke belakang.
Memanfaatkan kesempatan itu. kakek naga sakti menyodokkan senjatanya kemuka dengan jurus naga sakti pulang ke samudra.
Menghadapai kejadian ini To It cing segera mengeluarkan jurus Menyingkap angkasa melihat sang surya untuk menghantam kepala naga tersebut.
"Cring!" Akibatnya tangkai senjata kebutnya itu dihisap oleh kepala naga tersebut.
Ternyata kepala naga yang dipasang kakek naga sakti pada tongkatnya itu berfungsi sebagai besi semberani yang khusus menghisap senjata lawan.
To It cing baru tertegun sesudah senjatanya terhisap lawan, sekuat tenaga dia mencoba untuk membetot, siapa tahu senjatanya bagaikan sudah tumbuh akarnya, sama sekali tak mampu ditarik kembali.
Pada detik yang bersamaan, ekor naga menyambar tiba secara mendadak dan mengancam kepala To It cing.
Didalam gugupnya secara tiba-tiba To It cing melepaskan sebuah pukulan untuk menyambut datangnya sapuan lawan, akibatnya telapak tangan yang beradu dengan ekor naga itu terasa amat sakit, seketika itu juga hawa murninya buyar, hal tersebut menyebabkan paras mukanya berubah bebat.
Kakek naga sakti tertawa dingin, ekor naga tersebut segera disodokkan ke ulu hati To It cing sambil ujarnya, dengan suara dingin: "Tiga puluh tahun berselang aku pernah minta ampuni selembar jiwamu, maka hari ini aku tak dapat mengampuni dirimu lagi" Sambil berkata ia perketat serangannya, agaknya To It cing segera akan tewas diujung senjata lawan.
Liau huan taysu dan So Tay siu yang melihat kejadian ini segera saling berpandangan sekejap, kemudian padri bengis itu berkata:
"Sute, sudah kau lihat paman guru hampir berangkat pulang ke akhirat, lebih baik kita cepat cepat kabur seja!"
So Tay siu manggut manggut kemudian pelan pelan merangkak bangun, mencoba untuk menghimpun tenaga kemudian
melarikan diri terbirit birit.
Mendadak terdengar seseorang membentak keras.
"Tunggu Dulu!" Liau huan taysu berdua jadi tertegun sesudah mendengar suara bentakan tersebut, dalam kagetnya mereka perlambat langkah kakinya. Mendadak terdengar lagi seseorang membentak dengan suara yang amat keras.
"Kalian anggap masih bisa kabur dari sini" Tinggalkan dulu nyawa kalian!"
Setelah mendengar perkataan yang terakhir ini, kedua orang tersebut baru sadar bahwa mereka harus melarikan diri secepatnya. Sayang sekali baru saja kabur sejauh tujuh langkah, tiba tiba dari arah belakang sudah terasa datangnya sambaran angin tajam yang menghembusi tubuh mereka. Ternyata Sik T?o giok telah mengayunkan dua batang senjata pendek yang persis menancap diatas pantat ke dua orang itu hingga tembus pada bagian mukanya.
Diiringi jerit kesakitan yang memilukan hati, ke dua orang tersebut segera roboh terjengkang ke atas tanah dan tidak bergerak lagi ....
Pada saat itulah dari atas sebuah batu karang telah melayang turun sesosok bayangan tubuh manusia yang langsung
mendorong senjatanya tongkat kakek naga sakti.
Begitu merasa akan datangnya serangan angin tajam, cepat cepat kakek naga sakti menarik kembali senjatanya sambil mengangkat kepala, ternyata orang itu adalah seorang nikou tua.
Nikou tersebut berwajah keren dan penuh kewibawaan, andaikata rambutnya beruban, orang pasti mengira ia baru berusia dua puluh tahunan.
Nikon tersebut langsung menghadang di hadapan Kakek naga sakti, kemudian sambil mengawasi To It cing, katanya sambil tertawa dingin;
"To It cing, sejak kapan kau kembali lagi ke daratan Tionghoaan"
Apakah kau sudah lupa dengan sumpahmu dulu ?"
Tampaknya To It ciang merasa takut sekali dengan nikou tua tersebut, buru buru dia memberi hormat berulang kali sambil katanya;
"Pinto tak berani melupakan sumpahku dimasa lalu. tapi apakah lopousat juga tidak mengijinkan kepadaku untuk pulang menengok sanak keluarga?"
"Tapi mengapa kalian jusru saling bertarung?"
"Sin Bun telah melukai anak muridku, apakah aku harus duduk sambil berpeluk tangan belaka?"
Nikou tua itu memandang sekejap ke arah kakek naga sakti, kemudian katanya pula.
"Sin sicu sudah lanjut usia. mengapa kau masih begitu mudah dipengaruhi hawa amarah" Lebih baik janganlah mencampuri urusan orang lagi"
Kakek naga sakti tertawa terbahak bahak, sebelum mengucapkan sesuatu, Sik Tiong giok telah menyela.
"Agak murid mereka telah merampas kuil dengan kekerasan, berbuat mesum di tempat suci lalu mempergunakan kuil sebagai tempat menyembunyikan perempuan, bukan cuma begitu
merekapun membunuh dan merampok, ulah mereka telah
menodai kesuci ajaran Budha, apakah perbuatan seperti inipun tak boleh dicampuri?"
Nikou tua itu segera berkerut kening, lalu ajarnya kepada kakek naga sakti: "Siapa sih siau sicu ini?"
"Daa adalah anak keturunan Tio song calon pemimpin dunia persilatan saat ini."
Sedangkan Sik Tiong giok segera menyela.
"Aku adalah Pangeran Serigala langit Sik Tiong giok!"
Paras muka nikou tua itu agak berubah sesudah mendengar perkataan tersebut, diawasinya wajah Sik lekat lekat, lama kemudian dia baru menghela napas panjang dan berkata;
'Omihtohud.. nak semoga Budha melindungi mu"
"Apakah lo pousau tidak menaruh belas kasihan terhadap bocah ini.." sela Kakek naga sakti sambil tertawa.
Sekulum senyuman yang tak pernah terkulum diwajahnya segera menghiasi ujung bibir nikou tua itu, ujarnya kemudian.
"Pinni tidak mempunyai apa apa kecuali tubuhku ini sayang aku tak dapat menghadiahkan apa apa"
"Lo pousat cukup menghadiahkan setetes air yang ada dalam botol itu saja, rasanya pemberian tersebut sudah lebih dari cukup untuk bocah ini"
Nikou tua itu kembali tersenyum dan mengangguk pelan.
Buru buru kakek naga sakti menari tangan Sik Tiong giok sambil berkata.
"Nak, cepat berlutut dan mengucapkan terima kasih, kesempatan sebaik ini tak akan kau jumpai dalam waktu lain"
Sik Tiong giok agak tertegun sejenak, tapi sesudah memandang sekejap kearah kakek naga sakti, ia berlutut seraya berseru.
"Sik Tiong giok memberi hormat buat lociapwee"
"Nak, kau seharusnya memanggil Cou koh po kepadanya" sela kakek naga sakti.
"Sudahlah" nikou tua itu menghela napas panjang, sekarang aku sudah menjadi murid Budha, aku tak ingin dibebani dengan segala adat istiadat orang awam. nak, kau cukup memanggil Gho lonie saja kepadaku"
"Begitupun baik juga" kakek naga sakti manggut manggut "cuma akan menurunkan derajat tuan putri"
"Aaai, Thian an Kuncu yang dulu sudah tewas di tangan Thio Hongnui, aku adalah aku, urusan yang sudah lewat buat apa mesti di singgung kembali?"
Berbicara sampai disitu, dia mengeluarkan sebuah gulungan dan dilemparkan ke hadapan Sik Tiong giok sambil ujarnya,
"BENDA ini merupakan bendan peninggalan Tay coa Hongtee di masa lalu, semoga kau dapat memandang benda ini sebagai warisan leluhurmu, bila menjumpai kesulitan, tiga bula kemudian kau boleh datang ke puncak Hu yong hong di bukit Hoa san untuk menjumpa diriku."
Selesai berkata dia berpaling memandang ke arah To It cing namun orang yang dicari sudah lenyap dari pandangan mata.
Karena itu ujarnya kemudian kepada Kakek naga sakti : "Kalau begitu lonie mohon diri lebih dulu."
Diapun tidak menunggu Kakek naga sakti memberi jawaban, tubuhnya sudah berkelebat sejauh satu kaki lebih, kemudian dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Sik Tiong Giok masih berlutu di atas tanah dengan wajah termangu-mangu hingga bayangan si nikou tua itu lenyap dari pandangan mata, dia baru memungut gulungan surat itu dan bangkit berdiri, katanya kemudian bimbang : "Toa supek, siapa sih nikou tua itu" Mengapa kalian nampak ketakutan
terhadapnya" Apakah dia memiliki ilmu silat yang sangat tinggi..."
Kakek naga sakti segera menghela napas panjang : "Asal dia adalah adik dari Toa tiong Hongtee dari KerajaanSong, kalau dihitung-hitung masih merupakan Cou Koh (adik Kakek) mu, berbicara soal ilmu silat diapun terhitung jagoan nomor wahid di kolong langit, tentu saja kemampuanya luar biasa, cepat kau periksa benda apakah yang diberikan kepadamu itu."
Sik Tiong Giok menurut da segera membuka gulungan kain surat tersebut, ternyata isinya adalah sejilid kitab; pada sampul depan kitab tersebut bertuliskan beberapa huruf yang berbunyi :
"Kangou Cap pwee tah, karya Tay cou"
Sementara Sik Tiong Giok masih tertegun karena tidak mengerti, sebaliknya Kakek naga sakti meloncat-loncat kegirangan, serunya dengan wajah berseri : "Bocah cilik, kau benar-benar punya rejeki bagus, dengan mengandalkan isi kitab tersebut, sudah cukup bagimu untuk menjagoi dunia persilatan."
"Toa supek, aku tidak mengerti aa sih yang disebut Kangou Cap pwee tah itu?"
"Yang dinamakan Kangou Cap pwee tah adalah sejilid kitab pusaka ilmu silat yang amat tangguh, kau tahu" Dengan mengandalkan kepandaian inilah Tay cou Hongtee pernah memukul rata seluruh kolong langit di masa lampau dan mendirikan dinasti Song."
"Benarkah ilmu silat yang tercantum di dalamnya begitu hebat dan luar biasa?"
"Tentu saja yang dimaksudkan sebagai Kangou Cap pwee tah meliputi kelebihan-kelebihan yang dimiliki berbagai aliran ilmu silat yang ada di dalam dunia persilatan saat ini, baik ilmu senjata, ilmu tangan kosong masupun tenaga dalam, hampir semuanya terkandung di dalamnya yang kemudian dipetik inti sarinya dengan tercipta menjadi delapan belas jurus, itulah sebabnya dinamakan delapan belas pukulan dunia persilatan.
Bayangkan sendiri masa tidak ampuh?"
Sik Tiong Giok menjadi gembira sekali sesudah mendengar perkataan itu, katanya kemudian sambil tertawa : "Apabila jurus-jurus silat tersebut demikian tangguhnya, bila telah berhasil mempelajarinya, bukankah aku bakal tiada tandingannya lagi di kolong langit?"
"Bila ingin menjadi seseorang yang tiada tandingannya di kolong langit maka seseorang bukan cuma harus mengandalkan
keberanian saja, tapi kecerdasan otaklah yang memegang peranan penting," kata kakek naga sakti sambil tertawa. "Nak, kau harus mengasah otakmu tajam-tajam, mengerti?"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, sepasang mata Sik Tiong Giok masih mengawasi terus Liau huan taysu dan sitosu buas yang tergeletak di tanah, lalu katanya sambil tertawa :
"Supek, aku kan tidak membohongimu, coba lihat bukankah seorang pun di antara mereka berdua tiada yang berhasil meloloskan diri?"
"Yaa, kau memang betul-betul sangat hebat!" Kakek naga sakti tertawa senang. "Bila dibandingkan dengan Kakek serigala langit di masa lampau, kau memang jauh lebih tangguh."
"Sudah sepantasnya bila mereka peroleh ganjaran demikian, masa menyalahkan aku yang keji" Dengan begitu aku dan kau bisa memberikan pertanggungan jawabku kepada ji supek?"
Menyinggung soal kakek bangau sakti, tiba-tiba melintas dalam benak kakek naga sakti, buru-buru katanya : "Bila tidak kau singgung, hampir saja aku melupakannya, ayo berangkat kita harus selekasnya menyusul ke tebing Bee Hwee nia, entah bagaimana hasil pertandaingan Ji supek mu dengan si perempuan ular tersebut?"
"Betul!" sahut Sik Tiong Giok dengan kening berkerut, "memang sudah seharusnya kita menyusul mereka."
Selesai berkata di simpan kitab pusaka itu ke dalam sakunya kemudian berangkatlah mereka berdua menuju ke depan.
Ketika tengah hari baru lewat, mereka berdua sudah tiba di tebing Bee hwee nia, tiba-tiba dari bawah tebing situ kedengaran ada suara orang sedang mengumpat.
Kakek naga sakti segera memberi tanda kepada Sik Tiong Giok, kemudian dengan langkah yang sangat berhati-hati dan bersembunyi di balik pepohonan yang rimbun mereka melongok ke bawah.
Di bawah tebing sana merupakan sebuah tanah lapang yang luasnya mencapai setengah li, lamat-lamat tampak pula sebuah rumah yang berdiri di situ, di depan rumah tadi kelihatan pula seseorang sedang bertarung melawan seekor bangau sedang di tanah lapang berdiri tiga orang.
Seseorang berpakaian sangat aneh, dia adalah Pat huang sin mo Mo siacu, sedangkan dua orang lainya adlaah kakek sakti An Ning serta Ku tiok lojin.
Bila ditinjau keadaannya, mereka sudah dibikin keok.
Tiba-tiba kakek bangau sakti berkata : "Hei, bambu kurus, bagaimana keadaanmu" Benarkah kau tak mampu menyambut ke seluruh jurus serangan dari anak iblis tersebut?"
Sesudah menghembuskan napas panjang, Ku tiok lojin menjawab
: "Itik liar, kau tak usah berkata lagi, iblis terkutuk ini memang benar-benar menjengkelkan, setiap jurus serangannya berhasil menghajar kita secara telak, sebaliknya setiap serangan yang kita lanarkan tak ada yang mengena, biar seratus jurus pun apa gunanya?"
Sementara itu Pat huang sin mo seperti sudah tak sabar menanti, tiba-tiba dia berteriak : "Sudah selesaikah kalian berunding" Bila tak mampu menyambut kesepuluh jurus seranganku, lebih baik cepat beritahu kepadaku, dimanakah Sik Tiong Giok sibocah cilik itu sekarang."
Mendengar perkataan tersebut kedua orang itu cuma bisa saling berpandangan tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Kakek bangau sakti termenung sebentar, padahal ia sudah dibuat malu bercampur marah, akhirnya sambil menggertak gigi serunya : "Baik, biar aku yang turun ke gelanggang lebih dulu."
Di tengah bentakan keras, sepasang telapak tangannya diayunkan ke depan melepaskan sebuah pukulan yang maha dahsyat.
Tetapi sekali berkelebat saja Pat Huang Sin Mo sudah menyelinap ke samping dan lenyap dari pandangan mata.
Tiba-tiba Ku tiok lojin berteriak keras : "Hei itik liar, hati-hati belakangmu!"
Kakek bangau sakti mendengus dingin.
"Hmm lihatlah seranganku yang kedua."
Di tengah pembicaraannya, dia membalikkan lengannya sambil melancarkan sebuah bacokan lagi.
Di dalam perhitungannya, dia menyangka pihak lawan pasti akan menghindarkan diri lagi dari ancaman yang kedua tersebut.
Siapa tahu ketika ia membalikkan badan sambil melepaskan serangan, bayangan tubuh Pat Huang Sin Mo kembali lenyap tak berbekas, baru saja ia merasa terkejut, tiba-tiba dari belakang tubuhnya kedengaran seseorang menjengek sambil tertawa dingin : "Orang she An, kedua buah seranganmu itu masih kurang sempurna, mengapa kau tidak mencoba untuk menerima sebuah pukulanku terlebih dulu sebagai contoh?"
Baru selesai perkataan tersebut berkumandang, tiba-tiba terdengar seseorang berseru dengan suara lantang : "Apa sih hebatnya pukulanmu itu, paling banterpun cuma kucing berkaki tiga."
Mendengar seruan mana Pat Huang Sin Mo segera membalikkan badannya, tak jauh di hadapannya berdiri seorang pria yang ternyata tak lain adalah Sik Tiong Giok yang pernah dilukaina tempo hari, tanpa terasa ia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haah, haah, haah... bocah keparan, kau belum mampus rupanya?"
"Seandainya aku sudah mampus, siapa lagi yang akan datang untuk melenyapkan iblis macam dirimu itu?" sahut Sik Tiong Giok dengan nada suara tidak kalah dinginnya.
Pat Huang Sin Mo kembali mendengus.
"Bagus, hari ini akan kulihat bagaimana kau mengorbankan selembar nyawamu itu."
Di tengah bentakan, lengannya diputar kencang dan segulung angin pukulan telah menyambar ke depan.
Sik Tiong Giok cukup mengetahui akan kemampuan tenaga dalam lawan, tentu saja ia tak berani gegaah, cepat-cepat ia mengigos ke samping sambil melepaskan sebuah pukulan balasan.
Ketika dua gulung angin pukulan saling bertemu satu sama lainnya, timbullah suara ledakan yang amat memekikkan telinga.
Bagaimanapun juga tenaga dalam yang dimiliki Sik Tiong Giok masih kalah setingkat dibandingkan dengan lawannya, kontan sja kuda-kudanya gempur dan ia mundur tiga langkah dengan sempoyongan, bahu kirinya terasa sakit sekali bagaikan ditindih dengan batu cadas seberat ratusan kati.
Biarpun dalam bentrokan tersebut si Pangeran Serigala langit Sik Tiong Giok masih kalah setingkat dibandingkand engan Pat Huang Sin Mo sehingga tubuhnya tergetar mundur, namun keadaannya masih mendingan dibandingkan tempo hari.
Sebagimana diketahui, sejak memasuki istana Cui wi kiong, selam beberapa hari belakgan ini ilmu silatnya telah memperoleh kemajuan yang aat pesat di bawah pimpinan Siong he lojin, tinggal tenaga dalamnya saja yang rada cetek.
Dia bisa menderita kerugian karena dalam serangan tersebut sikapnya kelewat berhati-hati di samping masih tersisa pula rasa jeri di dalam hati kecilnya.
Pat Huang Sin Mo yang menjumpai kejadian tersebut segera terkekeh dengan suara yang menyeramkan.
"Heeh, heeh, heeh... bocar keparat, dalam pertarungan yang lampau kau berhasil lolos dalam keadaan selamat, tapi hari ini, aku tak akan membiarkan kau hidup terus."
Sebuah pukulanyang maha dahsyat kembai dilontarkan ke depan, angin pukulan yang kuat seperti amukan ombak di tengah samudra langsung menyapu ke depan.
Sik Tiong Giok tidak mundur, sambil menghimpun tenaganya dia sambut pula serangan tersebut dengan kekerasan.
Blaammm...! Suara ledakan yang amat keras kembali bergema terdengar, Pat Huang Sin Mo menjerit kaget dan kali ini tubuhnya yang mencelat mundur sejauh satu kaki lebih.
Atas terjadinya peristiwa ini, bukan saja Pat Huang Sin Mo dibuat menjerit kaget, termasuk kakek bangau sakti Ku tiok lojin pun dibuat membelalakkan matanya lebar-lebar saking terkejutnya.
Bagaimanapun juga mereka tidak percaya kalau Sik Tiong Giok yang masih muda belia tersebut, ternyata memiliki tenaga dalam yang sempur, bahkan berhasil menghantam Pat Huang Sin Mo sampai mencelat ke belakang.
Untuk beberapa saat lamanya sorot mata mereka bersama-sama dialihkan ke wajah Sik Tiong Giok dan mengawasinya tanpa berkedip.
Sementara itu Sik Tiong Giok sendiripun menunjukkan wajah terkejut bercampur sangsi, dia sedang mengawasi telapak tangan sendiri dengan tertegun seolah-olah sedang berusaha
menemukan jawaban dari keheranan yang mencekam
perasaannya. Setelah berhasil melayang turun ke atas tanah, Pat Huang Sin Mo membelalakkan matanya lebar-lebar sambil mengawasi Sik Tiong Giok tanpa berkedip, sedang dalam hatinya dia berpikir dengan keheranan.
"Benar-benar sangat aneh, hanya beberapa hari saja tak bersua, kepana tenaga dalam yang diperoleh bocah keparat ini bisa mendapat kemajuan yang begini besar" Jangan-jangan dia memiliki ilmu sesat atau sebangsany?"
Padahal dia mana tahu kalau selama beberapa hari ini Sik Tiong Giok telah memperoleh petunjuk dari Siong he lojin dan berhasil menemukan bila dua macam kekuatan digabungkan menjadi satu maka tenaga serangan sendiri yang ditambah dengan tenaga pukulan lawan akan merupakan serangan balik yang luar biasa.
Dengan demikian, apabila tenaga serangan yang dipergunakan musuh untuk menyerangnya semakin besar semakin parah pula luka dalam yang akan terjadi di pihak musuh.
Ini semua ditambah pula dengan keberhasilan Sik Tiong Giok dalam melatih ilmu pukulan Cap ji jian jiu yang termashur karena kecepatannya serta ketepatannya, itulah sebabnya begitu serangan dilepaskan, dia berhasil menyambut serangan lawan dengan tepat.
Ketika dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat tersebut telah bertemu satu sama lainnya maka dia pun mengembalikan tenaga gabungan mana ke tubuh lawan, bayangkan saja, bagaimana mungkin tubuh Pat Huang Sin Mo tidak dibikin terpental sejauh itu"
Maish untung saja ilmu silat yang dimiliki gembong iblis ta tersebut cukup tangguh, cepat-cepat dia mengayungkan tangan kanan dan kirinya untuk menarik ke samping tenaga pukulan tersebut, sehingga dia berhasil juga lolos dari lubang jarum dengan selamat.
Sekalipun serangan dari Sik Tiong Giok ini tidak berhasil melukai iblis tua tersebut, namun cukup membuat hatinya keder dan ketakutan, kebuasan dan kesombongannya pun menjadi jauh berkurang.
Diawasinya lawan mudanya itu lekat-lekat, kemudian dia melompat ke hadapan Sik Tiong Giok dan serunya sambil tertawa dingin : "Bocah keparat, kau memang amat cerdas, sambut sekali lagi seranganku ini..."
Belum selesai dia berkata, bayangantubuh sudah berkelebat lewat, menunggu Sik Tiong Giok sadar akan ancaman bahaya dia sudah menyerang tiba dari belakang tubuh anak muda tersebut.
Sik Tiong Giok mendengus dingin, dia putar lengan sambil membalikkan badan, kemudian melepaskan sebuah pukulan ke depan, tapi ia belum juga menemukan bayangan musuhnya, sementara hatinya baru terperanjat, desiran angin tajam telah menyergap tiba.
Disinilah letak kelicikan dari gembong iblis tersebut, dia hendak memanfaatkan kelebihan sendiri untuk menyerang kelemahan lawan, dengan mempergunakan gerakan tubuhnya untuk
membingungkan musuh kemudian memancingnya masuk
perangkap. Tapi sayang dia lupa kalau Sik Tiong Giok adalah putra angkat si Kakek serigala langit yang mahir dalam ilmu kelitan serigala, ilmu tangguh yang merupakan tandingan dari gerakan tubuhnya, apalagi pemuda itu masih dibekali pula denga ilmu pukulan yang amat dahsyat tersebut.
Begitu seranganya menemui kegagalan Sik Tiong Giok segera berkelit ke samping, lalu dengan mempergunakan jurus Bintang timur bergerak samping, dia melepaskan sebuah bacokan sekali lagi.
Begitu menyaksikan gerakan tubuh yang aneh Pat Huang Sin Mo segera sadar kalau keadaaan tidak menguntungkan, buru-buru dia berganti posisi dan bersiap sedia untuk menghindar, sedang pada saat yang bersamaan ia lepaskan pula dua buah bacokan secara beruntun.
Kedua buah serangan tersebut dilancarkan dengan disertai kekuatan yang tangguh, apalagi dalam keadaan berbahaya, secara otomatis dia perkuat lagi tenaga serangannya.
Tiba-tiba terdengar lagi Pat Huang Sin Mo menjerit kaget :
"Bocah keparat..."
Menyusul kemudian terjadi dua kali ledakan keras yang memekikkan telinga, sesosok bayangan hitam segera mencelat sejauh satu kaki lima enamdepan dan Blaaamm! terbanting keras-keras di atas tanah.
Secara beruntun Sik Tiong Giok telah menyambut kedua buah serangan lawan dengan kekerasan sekalipun kedua buah pukulan itu berhasil dikembalikan ke tubuh lawan, toh lengan kanannya tergetar juga hingga kaku dan kesemutan, secara beruntun dia mundur sampai sejauh tiga langkah lebih.
Agaknya bantingan yang dialami Pat Huang Sin Mo kali cukup keras, dia harus berusaha berulang kali sebelum dapat duduk kembali, namun setelah mencoba untuk mengatur
pernapasannya, berubah hebat paras mukanya.
Ternyata dia telah measkan kalau hawa murninya telah kehilangan kontrol hingga hal ini membuatnya sedemikian mendongkolnya sampai tak mampu mengucapkan sepatah
katapun. Dia hanya dapat melototkan sepasang matanya bulat-bulat dan mengawasi Sik Tiong Giok dengan tertegun.
Kakek bangau sakti yang menyaksikan peristiwa itu segera tertawa terbahak-bahak, ejeknya : "Mo tua, bagaimana sekarang
" Katanya saja jago paling tangguh di kolong langit, kenapa untuk melawan seorang bocah cilik pun tak mampu?"
Mendengar perkataan itu, Pat Huang Sin Mo segera menyeringai dan tertawa seram : "Soal menang atau kalah adalah sesuatu yang lumrah bagi umat persilatan, apalagi kekalahan yang kualami hari inipun belum terhitung dipecundangi, baik, sementara kucatat hutang kalian ini di dalam hati, tunggu saja sampai kutagih hutang tersebut di kemudian hari."
"Boleh, boleh sja," sahut Sik Tiong Giok sambil tertawa keras.
"Sekarang kau boleh angkat kaki, setiap saat Sik Tiong Giok akan menantikan pelajaran darimu."
Pat Huang Sin Mo tidak banyak berbicara lagi, dia menjejakkan kakinya ke atas tanah dan melarikan diri terbirit-birit dalam keadaan yang mengenaskan.
Sepeninggal iblis tersebut, Kakek bangau sakti segera melotot ke arah Sik Tiong Giok sambil serunya : "Bocah cilik, kau benar-benar berjiwa besar dengan membiarkan iblis ua tersebut angkat kaki dari sini, tahukah kau hampir saja kami bertiga mampus di tangannya" Dengan tindakanmu sekarang melepaskan harimau pulang gunung bila si harimau turun gunung lagi mungkin dia akan menerkam kau si bocah serigala."
Sik Tiong Giok tertawa getir.
"Ji supe, sekalipun tidak membiarkan dia pergi, belum tentu kita sanggup untuk meringkusnya!"
"Bukankah dia sudah dibuat terluka oleh pukulanmu tadi?"
"Sekalipun demikian, aku sendiripun kena pukulannya juga, nah coba kalian lihat!"
Sambil berkata dia merobek baju sebelah kanannya, seketika itu juga nampaklah lengan kanan itu sudah berubah warnanya menjadi hijau, bahkan secara lamat-lamat terdapat pula beberapa titik bekas jari tangan berwarna merah.
Kakek bangau sakti yang menjumpai keadaan ini segera berteriak kaget : "Aduuh, kau sudah terkena ilmu pukulan beracun Kiu yu tok ciang si iblis tua itu."
Sik Tiong Giok segera tersenyum.
"Bukan terpukul, melainkan cuma tersambar saja oleh angin jari tangannya, aku rasa tak usah dikuatirkan!"
Ku tiok lojin yang mendengar jawaban tersebut segera menukas :
"Semua kepandaian silat yang dikuasai si iblis tua itu boleh dibilang amat keji dan beracun, pukulan irama iblisnya khusus membetot sukma orang. Kiu yu ciang-nya tak pernah memberi ampun terhadap korbannya, nak kau tak boleh bersikap terlalu gegabah!"
Walaupun Sik Tiong Giok berusaha keras untuk mengendalikan gejolak perasaannya, toh terkejut juga ia dibuatnya, buru-buru tanyanya kemudian : "Apakah ilmu pukulan beracun ini dapat ditandingi dengan kepandaian lainnya?"


Pangeran Perkasa Pangeran Srigala Perkasa Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan kening berkerut Ku tiok lojin termenung sejenak, lalu sahutnya : "Ilmu beracun itu dilatih olehnya dari hawa racun bangkai yang telah membusuk sehingga berbeda sekali dengan racun biasa, kalau digunakan obat penawar racun biasa mustahil malah berakibat lebih parah, rasanya di dunia ini cuma terdapat semacam benda yang dapat mengatasi racun tersebut, cuma benda itu sangat langka di dunia ini."
"Obat mestika apakah itu" Dan mengapa pula susah diperoleh?"
"Sesungguhnya bukan termasuk sejenis obat-obatan melainkan sebuah benda mestika yang disebut Laba laba langit. Benda ini berasal dari bukit Pay lau san, bila kita dapat menaklukkan laba-laba raksasa berusia seribu tahun yang mengendon disitu, maka mutiara tersebut dapat kita peroleh, cuma rasanya sulit sekali."
"Apasih sulitnya?" Sik Tiong Giok tertawa ringa, "manusia makhluk yang paling sempurna, asalkan kita tidak usah menguatirkan luka racun tersebut, bukankah urusan beres?"
"Kau harus tahu, semenjak terkena pukulan si iblis tua itu, paling cepat luka itu baru akan bekerj satu tahun kemudian, sampai saatnya seluruh tubuh akan membusuk karena menyebarnya racun ini sehingga orang akan tewas akibat membusuknya seluruh badan."
"Ooh, masih ada kesempatan selama satu tahun" Kalau begitu lebih baik tak perlu dikuatirkan lagi, aku toh masih ada kesempatan untuk mengunjungi bukit Pay lau san?"
"Namun bila kau tdak berpantang mempergunakan tenaga dalam, berarti nyawamu takakan dapat melampaui waktu tiga bulan."
"Sejak dulu hingga sekarang, siapa sih yang bisa lolos dari kematin" Asalkan dalam sejarah hidupnya dapat beramal bagi umat manusia, apa yag mesti disesalkan untuk menghadapi kematian."
Tiba-tiba kakek Bangau sakti bertepuk tangan sambil memuji :
"Benar-benar sebuah perkataan yang gagah perkasa, cuma kau si bocah muda jangan sampai terperangkap oleh tipu muslihat si bambu berinti kosong ini, sebab apa yang dikatakan belum tentu tepat, kalau bukan begitu masa dia disebut si bambu yang kosong?"
"Hei si itikliar, hati-hati kau bila berbicara, memangnya soal laba-laba langit yang kubicarakan tadi cuma isapan jempol belaka?"
"Sekalipu bukan isapan jempol namun tak akan semudah apa yang kau kautakan tadi. Benar laba-laba langit berusia seribu tahun akan munculkan diri belakangan ini namun tak sedikit golongan lurus maupun golongan sesat dalam dunia persilatan yang mengincar benda itu, tetapi kenyataannya mengapa tak seorangpun yang berani pergi menyerempet bahaya?"
"Hal ini dikarenakan makhluk beracun itu kelewat hebat, janganlagi mendekatinya, terendus baunya sja orang bisa jatuh semaput..."
Kakek bangau sakti segera mendengus : "Nah itulah dia, kalau memang makhluk tersebut amat berbahaya, mengapa kau justru menganjurkan kepada pangeran cilik untuk menyerempet bahaya
" Seandainya sampai terjadi sesuatu, bagaimanakah
pertanggungan jawabmu terhadap umat persilatan nanti ?"
Ku tiok lojin segera tertawa.
"Biarpun tempat itu sangat berbahaya, bukan berarti sama sekali tiada cara untuk mendatanginya, namun diperlukan nasib yang baik serta jodoh, bukankah segala sesuatunya dapat dilakukan lebih mudah dari pada membalik telapak tangan sendiri ?"
Sementara mereka masih berbicara, pertarungan antara manusia melawan bangau masih berlangsung seru di muka rumah gubuk itu.
"Iblis wanita ular sakti Pek Soh cing memang seorang yang mahir di dalam permainan ular serta memiliki kepandaian silat yang amat tangguh.
Sebaliknya si bangau sakti itu meski cuma seekor burung namun berhubung usinya yang sudah tua ditambah pula memperoleh pendidikan dari orang pandai, maka cakar maut serta paruh bajanya bukan semua orang dapat menandinginya.
Itulah sebabnya pertarungan yang berlangsung antara manusia melawan bangau ini boleh dibilang berlangsung amat seru.
Apalagi hal ini ditambah kebasan sayapnya yang menimbulkan suara deruan angin tajam membuat orang menjadi susah bernapas dan susah bergerak.
Dalam keadaan demikian, biarpun si iblis wanita ular sakti memiliki ilmu silat yang lebih tangguhpun, kepandainnya menjadi terdesak hebat.
Hal ini ditambah lagi dengan ular-ular hijau andalannya amat takut menjumpai burung bangau, sejak tadi ular itu sudah melingkar di atas kepala perempuan iblis itu dan sama sekali tak berani berkutik.
Burung bangau tersebut memang rada aneh, ketika mengendus bau amisnya ular tiba-tiba nafsuna berkobar biarpun dalam pertarungan yang seru, tiada hentinya dia melepaskan cakar dan paruhnya untuk memagut ular tadi.
Kejadian tersebut mengakibatkan si iblis wanita ular sakti menjadi semakin kalang kabut menghadapi serangan musuh, apalagi setelah menyaksikan Pat Huang Sin Mo melarikan diri dengan menderita kekalahan total, hatinya semakin panik lagi.
Suatu ketika mendadak dia melancarkan dua buah pukulan dahsyat yang mendesak mundur bangau tersebut kemudian dengan memanfaatkan kesempatan mana dia menjejakkan
kakinya ke atas tanah dan melarikan diri.
Sayang sekali, betapapun sempurnanya ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya, bagaimana mungkin ia dapat menandingi kecepatan gerak bangau saktinya"
Terdengar suara pekikan keras, sesosok bayangan putih terbang menembusi angkasa kemudian bagaikan batu meteor dia
menukik ke bawah dan menyambar kepala iblis wanita itu lagi.
Perempuan tersebut menjadi kaget setengah mati, bagaikan sukma melayang meninggalkan raganya ia berpikir di hati :
"Aduh celaka!" Belum habis dia berpekik, segulung desingan angin serangan yang sangat kuat telah menyambar tiba, tahu-tahutubuhnya terasa enteng dan lengannya bagaikan tertumbuk oleh benda yang sangat berat, ia segera terlempar sejauh tiga empat kaki dari posisi semula.
Masih untung saja dia tidak panik dalam bahaya, dengan menyusutkan badannya sekuat tenaga dia menerobos masuk ke dalam sebuah celah di atas batu tebing.
Celah tebing itu lebarnya hanya satu depa dan persis dilalui saja dengan demikian bangau tersebut tak mampu lagi untuk melakukan pengejaran lebih jauh.
Setelah berada di dalam celah sempit itu, Coa ci moli mendongakkan kepalanya dan memandang sekejap sinar surya di luar situ, kemudian sambil menghela napas pikirnya : "Aai, akhirnya berhasil juga kuloloskan diri dari pengejaran musuh, akankulihat dengan cara apa kau si binatang bersayap bisa mengejarku kemari. Hmm, asalkan aku Pek Soh cing dapat keluar dari wilayah Kiu nia dalam keadaan selamat, aku bersumpah akan membekuk kau si binatang dan meremas-remasnya sampai mampus."
Sementara dia masih menyumpah, tiba-tiba terasa ada angin tajam menyambar datang, sewaktu ia mendongakkan kepalanya, pucat piaslah paras muka perempuan ini.
Rupanya si bangau yang gagal mengejar musuhnya, segera mempraktekkan kebolehannya di dalam menangkap ular dengan mematuki batuan di sekitar celah tebing itu, akibatnya batu danpasir berguguran ke dalam celah tersebut dengan sangat hebatnya.
Dengan cepat Coa ci moli memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, ternata celah itu lebarnya dua depa dengan panjang tidak sampai satu kaki, bila hancuran batu berguguran tiada hentinya, biar tak sampai mati tertimpuk batu, paling tidak diapun bakal mati terkubur hidup-hidup.
Coa ci moli mulai kebingungan setengah mati, dia tak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.
Mendadak bahunya kejatuhan batu cadas yang amat besar, begitu sakit akibat kejatuhan batu itu membuat perempuan tersebut meringis sambil melelehkan air mata.
Sementara dia masih kebingungan mencari tempat
persembunyian, tiba-tiba sorot matanya menangkap semak belukar tak jauh di sampingnya, satu ingatan segera melintas lewat, pikirnya : "Mengapa aku tidak bersembunyi di balik semak belukar saja" Daripada kejatuhan batu kan enakan berada disitu?"
Dalam keadaan demikian, perempuan tersebut tidak
berkesempatan untuk berpikir lebih jauh, dengan cepat dia menerjan ke arah semak belukar itu.
Tapi sebuah batu besar kembali menjatuhi pinggulnya, kontan saja membuat perempuan itu menjerit kesakitan.
"Aduuuhh..." Tapi menyusul kemudian jeritan kaget yang memanjang,
"Aaaah..." Ternyata di balik semak tersebut terdapat sebuah lubang yang dalamnya tak terkirakan.
Serta merta dia mengambil sebuah batu dan dilemparkan ke dalamnya... "Pluuung!" kalau didengar dari suara pantulannya, gua itu seperti tidak terlalu dalam.
Padahal hujan batu telah berhamburan dengan derasnya, pada hakekatnya Coa ci moli tidak mempunyai kesempatan sama sekali untuk berpikir lebih jauh.
Maka tanpa berpikir panjang lagi dia melompat masuk ke dalam gua itu, memasang obor kemudian memperhatikan sekeliling tempat itu yang merupakan sebuah lorong panjang.
Dengan diterangi cahaya obor selangkah demi selangkah perempuan itu maju ke depan, mendadak dari arah belakang kedengaran suara gemuruh yang amat keras, tampaknya si bangau itu semakin kalap dan mematuk batuan makin gencar.
Menjumpai keadaan tersebut, dengan perasaan geli perempuan itu lantas berpikir : "Akan kulihat apa yang bisa kau lakukan terhadapku, binatang sialan, kau anggap bisa membunuh aku dengan guguran batu tersebut?"
Ketika sudah berjalan puluhan kaki jauhnya, mendadak dari arah depan sana kedengaran suara air yang amat gemuruh keras, ketika dia mencoba untuk mendongakkan kepalanya tampak setitik cahaya menyorot masuk dari situ, pancuranair tersebut membentuk sebuah air terjun yang sangat deras.
Ternyata melewati air terjun, obornya padam terkena hawa dingin dan percikan air yang keras, cuma untung saja masih ada cahaya yang menyorot ke dalam sehingga secara lamat-lamat dapat melihat keadaan di sekeliling tempat itu.
Di depan matanya sekarang terbentang sebuah gua batu karang, suara gemuruh secara lamat-lamat berkumandang dari balik gua itu, sedangkan di mulut gua berdiri sebuah tugu yang bertuliskan
: 'LUI SIN TONG !' Ketika membaca ketiga huruf tersebut, bagaikan disengat oleh ular beracun, Coa ci moli merasakan hatinya bergetar keras, tanpa berpikir panjang ia membalikkan badan kemudian melarikan diri ke depan.
Siapa tahu dalam gugupnya ia tak sempat lagi memperhatikan keadaan di sekeliling tempat itu, seharus dia melewati air terjun kemudian lari keluar gua, maka perempuan tersebut justru malah kabur ke dalam gua.
Menanti dia menyadari akan kesalahan tersebut dan bersiap-siap untuk balik kembali keluar gua, mendadak terdengar suara gemuruh yang keras sekali, kemudian dari langit-langit gua muncul sebuah batu besar yang persis menghambat jalan perginya.
Atas terjadinya peristiwa tersebut, Ciu ci moli menjadigugup bercampur gelisah, tanpa berpikir panjang lagi dia mendorong batu besar itu dengan sepenuh tenaga.
Sayang sekali tenaganya terlampau kecil, ibaratnya kecapung mendorong batu besar, jangan lagi bergeser, gemilang sedikitpun tidak...
Pada saat inilah tiba-tiba dari celah tanah gua tersebut muncul asap putih yang kian lama kian menebal, sementara suara gemuruh pun dari kecil makin lama semakin besar, akhirnya bagaikan selaksa kuda yang lari bersama, Coa ci moli dibuat pusing tujuh keliling, menyusul kemudian roboh terjengkang ke atas tanah dan tidak sadarkan diri.
Perlu diketahui, tempat ini merupakan lorong air menuju ke sungai, orang setempat menakannya Tay lui ko, setiap tengah hari lewat, dari dasar bumi akan timbul suara gemuruh yang amat memekikkan telinga dan sejak ribuan tahun berselang sudah dianggap sebagai tempat yang keramat. Itulah sebabnya tempat tersebut dinamakan Lui sin tong.
Gara-gara ingin menghindari guguran batu cadas, Coa ci moli telah salah memasuki gua Lui sin tong, akibatnya dia terkurung di dalam gua tersebut dan harus membayar semua dosa-dosa yang pernah diperbuatnya.
Di saat Coa ci moli terperangkap di dalam gua Lui sin tong, Sik Tiong Giok sekalian juga telah menyusul ke situ; sementara si bangau masih mematuk tiada hentinya.
Kakek bangau sakti segera melongok ke dalam gua itu sekejap, ketika tidak dijumpai bayangan manusia, buru-buru serunya kepada bangau tersebut.
"Hok ji, orangnya saja sudah kabur, buat apa kau mengumbar terus amarahmu?"
Bangau itu berpekik keras lalu memandang sekejap ke bawah celah, sesudah itu dia baru menggosok-gosokkan lehernya pada pangkuan kakek bangau sakti dan berlalu dari situ.
Dalam pada itu di dalam rumah gubuk itu Ki Thian bin sedang berpelukan dengan putranya diiringi isak tangis yang amat mengharukan...
Hoa tuo bertangan racun Pui Cu yu dan Pertapa nelayan bertanganbaja Siau Kun masih duduk bersila mengatur
pernapasan. Hanya si lengan baja Ciu Siang dan kajengking kecil Siu Cing masih ribut bertaruh.
Terdengar Siu Cing sedang berkata : "Aku tebak si perempuan ular itu pasti tak mampu mengungguli si bangau putih, kau berani bertaruh dengan ku ?"
"Aku tebak si bangau putih yang tak mampu menangkan perempuan ular, masa kau pernah mendengar ada burung bisa mengungguli manusia " Kenapa aku tidak berani bertaruh " Kau ingin bertaruh apa ?"
"Baik jika aku yang kalah maka aku akan mengakui dirimu sebagai guruku, bagaimana dengan kau ?"
"Jika aku yang kalah, aku pun akan mengakuimu sebagai suhu !"
Belum selesai mereka berbicara, mendadak dari belakang mereka mendengar seseorang berkata sambil tertawa : "Kalian berdua sama-sama kalah, sebab ketika Coa ci moli berhasil melukai sebuah sayap si burung bangau, dia sendiri pun kena dikejar oleh si burung hingga kabur."
Mendengar perkataan tersebut, kedua itu segera berpaling, ternya orang yang berdiri di belakang mereka adalah Pangeran Serigala Sik Tiong Giok.
Tiba-tiba saja Ciu Siang melompat sambil berteriak : "Pangeran cilik, sejak kapan kau datang kemari " Kenapa tidak memanggil Ciu Siang ?"
Teriakan tersebut dilakukan dengan suara yang amat keras sehingga mengejutkan Pu Cu yu dan Siau Kun, ketika membuka matanya dan menjumpai Pangeran Serigala Sik Tiong Giok berada di hadapannya, cepat-cepat mereka bangkit berdiri dan memberi hormat.
"Hamba menjumpai pangeran cilik !"
"Aaaah, kalian memang gemar banyak adat saja," kata Sik Tiong Giok sambil menggelengkan kepalanya dan tertawa, "bagaimana dengan luka yang kalian derita, tidak parah bukan?"
Siau Kun tertawa. "Seorang tabib sakti hadir disini, masa racun ular bisa melukai kami " Cuma saudara Ki ini, aku kuatir..."
"Mengapa " Parahkah luka yang dideritanya ?"
"Nyawanya sih tidak perlu dikuatirkan, yang kita risaukan adalah kepandaian silat yang dimilikinya."
Ketika mendengar perkataan tersebut, Ki Thian bin dengansuara yang lemah segera berseru sambil tertawa nyaring : "Ki Thian bin bisa mempertahankan selembar nyawa pun sudah merupakan suatu keberuntungan, masa berani mengharapkan yang muluk-muluk lagi ?"
Sik Tiong Giok segera berpaling ke arah Pu Cu yu, kemudian tanyanya : "Pui cianpwee, apakah kau mempunyai cara yang bisa memulihkan kembali ilmu silat yang dimilikiKi locianpwe?"
Pui Cu yu termenung sejenak, kemudian baru sahutnya : "Ada sih ada, cuma obat mustika itu yang sukar diperoleh."
"Entah obat apa saja yang dibutuhkan dan bagaimanakah sulitnya...?"
"Obat itu adalah darah kelabang seribu tahun, jengger bangau berusia ratus tahun."
"Hei, bukankah bahan obat yang kau sebutkan sangat beracun?"
"Kena sedikit saja bisa mengakibatkan kematian, mana bisa digunakan sebagai bahan obat ?" tanya Sik Tiong Giok dengan terkejut bercampur keheranan.
"Kini saudara Ki sudah keracunan hebat, dengan
dipergunakannya kedua macam bahan obat tersebut, sebenarnya aku berniat hendak mempergunakansistem racun melawan racun untuk memunahkan racun tersebut, hanya masalahnya mungkin dia pun tak akan tahan menghadapi keadaan tersebut."
Sik Tiong Giok segera termenung setelah mendengar ucapan mana, satu ingatan melintas dalam benaknya, segera pikirnya :
"Menolong diri sendiri menolong orang lain, nampaknya aku harus melakukan perjalanan menuju ke bukit Pay lau san."
Pada saat itulah tiba-tiba terdengar kakek bangau sakti berteriak keras : "Hai Pui tua, kau si tukang jualjamu jangan berbicara seenaknya dengan ngoceh tak karuan, belum pernah kudengar ada orang memakai darah kelabang untuk mengobati racun ular."
Pu Cu yu segera mengangkat kepalanya, ketika melihat kakek bangau sakti, ia segera berkata pula sambil tertawa : "Waaah, ini namanya jodoh, dengan kehadiran kau si bangau sakti maka tidak sulit kuperoleh darah bangau berusia seratus tahun, cuma kau keberatan tidak ?"
"Tidak bisa," kakek bangau sakti segera menggeleng. "Bangau tersebut sudah terluka cukup parah, lebih baik biarkan ia beristirahat dulu, masa kita akan mengambil darahnya lagi ?"
Ku tiok lojin tertawa terbahak-bahak, mendadak selanya : "Bagi orang kuno, mengorbankan selembar jiwa pun tidak keberatan masa untuk setetes darah itik liar mu pun kau keberatan, apakah tidak membuat hati orang kecewa saja ?"
Dengan wajah merah padam, cepat-cepat kakek bangau sakti berkata lagi : "Siapa bila aku tidak bersedia " Cuma saat ini masih belum bisa kupenuhi, harus menanti dua hari lagi, bila juga yang diderita bangauku telah sembuh, darah itu baru diambil, sudah mengerti...?"
"Baik, anggap saja aku memang sudah mendengar sangat jelas,"
Ku tiok lojin tertawa, "... hei Pui tua, sekarang darah bangau sudah tersedia, apa lagi yang kurang ?"
"Masih kurang darah kelabang berusia seribu tahun, aku rasa darah ini yang paling sukar diperoleh."
Mendadak Sik Tiong Giok menimbrung : "Kau tidak usah kuatir, aku dapat berusaha keras untuk mendapatkan benda tersebut.
Sekarang lebih baik kalian bawa dulu Ki locianpwee pulang ke Say leng sia, biar mereka ayah dan anak berkumpul menjadi satu, aku akan usahakan darah tersebut secepatnya."
"Tolong tanya sementara ini pangeran cilik berdiam dimana ...?"
tanya Siau Kun. Sebelum Sik Tiong Giok menjawab, tiba-tiba dari arah pintu kedengaran seseorang menjawab : "Untuk sementara waktu ia berdiam di istana Cui wi kiong, aah tentuya kalian tak usah kuatir bukan ?"
Ketika mendengar seruan tersebut semua orang segera
berpaling, ternyata orang yang muncul dari depan pintu adalah Kakek naga sakti...
Cepat-cepat Sik Tiong Giok beranya : "Toa supek, barusan kau pergi kemana ?"
"Aku telah bertemu dengan seorang sahabat karibku sehingga berbincang-bincang beberapa saat," kata kakek naga sakti sambil tertawa. "Siapa tahu keramaian disini telah selesai. Pat Huang Sin Mo kabur dengan membawa luka, tapi bagaimana dengan perempuan ular itu ?"
"Dia pun kabur setelah melukai sebuah syap bangau ku."
"Kalau begitu kau sudah tak mungkin terang lagi," ucap Kakek naga sakti tertawa, "begitupun ada baiknya, sudah banyak tahun kita tak pernah menempuh perjalanan bersama-sama, sekarang memang kita harus banyak berkumpul."
"Toa supek, kau telah bertemu siapa ?" sela Sik Tiong Giok lagi.
"Kau tak akan kenal dengan orang ini namun justru amat bermanfaat bagimu, dia adalah Tee heng ay siu (kakek cebol berjalan di tanah) Kongsun Swan."
"Eeei, kok bisa dia ?" tiba-tiba Ku tiok lojin menjerit kaget,
"nampaknya badai sudah mulai melanda dunia persilatan, sampai-sampai si tikus bawah tanah yang sudah lama
mengundurkan diri dari dunia persilatan pun muncul kembali di dalam dunia persilatan."
Kakek naga sakti tertawa : "Jangan lagi dia, Leng san sam yu pun tak akan bisa melewati hidupnya tenang, aku telah
mengundangnya untuk berjumpa di istana Cui wi kiong, ayo kita harus berangkat."
Baru saja dia hendak membalikkan badan, sorot matana segera bertemu dengan Pertapa nelayan berangan baja Siau Kun, maka sambil menghentikan langkahnya dia berkata : "Siau lote, kalian harus secepatnya kembali ke Say leng sia. Ingat, hati-hati dengan serangan, jangan bertindak ceroboh, bisa jadi Rasu serigala langit akan datang mencari gara-gara, mengerti...?"
Sik Tiong Giok menjadi tertegun, buru-buru tanyanya : "Supek, benarkah itu" Kalau begitu aku harus secepatnya pulang ke rumah."
"Saat ini sih belum sampai segawat demikian, tapi lebih berhati-hati toh ada baiknya juga. Kau masih ada urusan, pulanglah dua hari kemudian."
Sementara masih berbicara, tubuhnya sudah berada di luar pintu, Ku tiok lojin dan kakek bangau sakti segera mengikuti pula di belakangnya. Dengan demikian tinggal Sik Tiong Giok, Siau Kun, Pui Cu yu, Ciu Siang dan Siu Cing, tapi setelah berbincang sebentar mereka pun berlalu dari situ.
Memandang sehingga semua orang sudah pergi jauh, si hoa tuo bertangan racun Pui Cu yu baru berkata kepada Siau Kun :
"Saudara Siau, kita harus pergi pula dari sini, siapa tahu kalau sudah terjadi sesuatu di Say leng sia?"
Siau Kun manggut-manggut.
"Yaaa, kita memang harus secepatnya pulang, bisa jadi di tempat kita telah terjadi sesuatu."
Kedua orang tersebut berunding lagi beberapa saat, kemudian dengan Ki Beng membopong ayahnya Ki Thian bin berangkat meninggalkan hwee nia dan kembali ke Say leng sia.
Sementara itu suasana dalam istana Cui wi kiong diliputi oleh kegembiraan, apalagi segenap orang gagah dari segala penjuru dunia telah berkumpul semua disitu.
Sebagai anggota persilatan, mereka boleh dibilang tidak terlalu terikat oleh adat istiadat, oleh sebab itulah pembicaraan dan gurauan di antara mereka berlangsung bebas dan leluasa.
Setelah memperhatikan suasana di dalam istana tersebut, mendadak kakek bangau sakti menghela napas sambil memuji :
"Ku loko memang seorang arsitek yang sangat pandai, tak nyana kau bisa memilih tempat seperti ini untuk membangun sorga dunia membuat aku benar-benar terbuka matanya."
Ku tiok lojin segera mengejek sambil tertawa : "Sesungguhnya kau memang katak dalam sumur, berapa besar sih dunia yang sempat kau lihat " Belum pernah melihat perkampungan Pek im san ceng ku bukan ?"
"Haaahhh... haaahhh... biarpun aku belum pernah menyaksikan pemandangan dari perkampungan Pek im san ceng namun bisa kuduga pasti bukan gedung menterang seperti Cui wi kiong ini.
Aku kuatir jangan-jangan cuma sebuah kebun bambu saja."
Kakek naga sakti sebera menimbrung pula : "Biarpun pemandangan istana Cui wi kiong amat indah, sayangnya justru tak bisa mengisi perutku yang lapar."
Siong he lojin yang mendengar perkataan tersebut segera tertawa tergelak : "Haaaahh... haaaahh... kehadiran teman lama membuat tempat ini bertambah semarak, masa aku tidak menyiapkan perjamuan yang lezat untuk kalian."
Sekalipun da berkata begitu namun tubuhnya masih tetap duduk tak bergerak, sedangkan pelayan pun tak seorang pun yang nampak munculkan diri disitu.
Kakek bangau sakti segera melotot sekejap ke arah Ku tiok lojin, sebeliknya Ku tiok lojin cuma tersenyum sambil melengos ke arah lain. Si lengan baja Ciu Siang menelan air liurnya yang meleleh keluar dan si kalajengking kecil Siu Cing mengerdipkan matanya berulang kali.
Sementara semura orang masih keheranan dibuatnya, tiba-tiba Siong hee lojin mengulapkan tangannya.
"Traaaaang..." Tiba-tiba terdengar suara dentingan yang amat nyaring.
Menyusul suara dentingan tersebut, tiba-tiba pintu penyegat bergeser ke samping dan muncullah tujuh orang gadis berbaju hija yang berjalan mendekat sambil membawa tujuh buah baki besar berisikan arah dan hidangan.
Bagaikan berjalan di antara mega, ketujuh orang gadis itu menuruni tangga dan menghampiri mereka.
Kakek naga sakti yang menyaksikan kejadian tersebut kontan saja bersorak memuji : "Bagus, tidak kusangka kalau tua bangka ku mempunyai permainan sebagus ini."
"Ehmm, arak wangi, arak wangi!" kata Kakek bangau sakti pula dengan kening berkerut.
Sementara semua orang masih kesemsem dibuatnya, beberapa orang gadis itu sudah tiba di hadapan beberapa orang itu, berlutut dan mempersembahkan bakinya ke atas serunya berkata
: "Silahkan minum arak!"
Semenjak kemunculan beberapa orang gadis tadi, bau arah yang harum semerbak sudah memancar kemana-mana. Apalagi
setelah berada di hadapan beberapa orang itu, baunya bertambah tebal.
Kakek bangau sakti tidak dapat menahan diri lagi, ia segera mengambil cawan arak itu dan sekali teguk menghabiskan isinya, setelah itu baru teriaknya : "Ehmm... arak wangi! Arak wangi!"
Kakek naga saktipun mengangkat cawannya dan menghabiskan isinya lalu berkata sambil tertawa : "Sayang... sayang..."
"Betul meskipun araknya wangi, sayang kekurangan sesuatu..."
sambung Ku tiok lojin pula.
Ternyata arak di dalam cawan itu berwarna hijau dan kental seperti lem, lagi pula baunya harum semerbak.
Sambil minum Siong hee lojin berkata : "Arak ini sudah berusia tiga puluh tahun. Tak nyana hari ini kalian bisa berkunjung kemari, maka khusus kuhidangkan bagi kalian, yang cuma sayang tidak banyak persediannya."
Sik Tiong Giok yang mendengar perkataan itu segera menyela : Boanpwee belum pernah minum arak, bila di antara locianpwee sekalian ada yang berminat, aku bersedia menghadiahkan arak."
Sambil menjilat ujung bibirnya Ku tiok lojin segera berseru :
"Pangeran cilik, kau harus menghadiahkan arak tersebut untukku."
"Tunggu dulu," cepat kakek bangau sakti berseru, "siapa yang duluan dialah yang berhak."
Sebenarnya dia berada di sisi kakek naga sakti, sementara berbicara tubuhnya sudah bergerak ke depan dan siap
menyambar arak yang berada di hadapan Sik Tiong Giok.
"Hei itik liar, kau betul-betul kurang ajar?" dengan gugup Ku tiok lojin berseru.
Di tengah pembicaraan tubuhnya menerjang pula ke depan, siapa tahu di saat kedua orang itu saling berebut, ternyata mereka telah menyambar tempat yang kosong, karena cawan arak yang berada di baki itu sudah lenyap tak berbekas.
Kedua orang menjadi tertegun, lalu saling berpandangan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Bahkan Sik Tiong Giok serta dayang yang memegang baki itupun dibuat tertegun sampai membelalakkan matanya dengan mulut tertegun.
Sebuah cawan arak yang sudah jelas berada di atas baki dalam sekejab mata telah lenyap dengan begitu saja, bagaimana mungkin mereka tidak dibuat terkejut bercampur keherananan "
Tiba-tiba terdengar Siong he lojin berseru sambil tertawa terbahak-bahak : "Ilmu berjalan di dalam bumi memang luar biasa, terutama ilmu mencurinya sungguh menjagoi dunia persilatan, hari ini sepasang mataku benar-benar sudah terbuka lebar."
Ketika mendengar perkataan itu semua orang segera berpaling ternyata di hadapan Siong he lojin telah berdiri seorang manusia cebol yang tingginya hanya tiga depa, bentuknya persis bocah cilik, namun jenggotnya yang panjang telah memutih waktu sedang mengawasi semua orang sambil tertawa.
Yang muncul tak lain adalah Kakek cebol berjalan di bumi Kongsun Swan, rupanya dia menerobos keluar dari tanah untuk menyerobot cawan berisi arak tadi.
Sambil mendengus Kakek bangau sakti segera berseru : "Hei tikus bumi, kedatanganmu sungguh amat kebetulan !"
"Aaah, ini namanya kalau lagi rejeki, kalau dihitung-hitung sih bukan suatu kebetulan..." jawab si kakek cebol tertawa.
Baru saja dia mengangkat cawanya dan siap diteguk isina, mendadak terdengar seseorang berseru pula sambil tertawa geli :
"Kalau memang rejeki ditentukanoleh Thian maka arak tersebut tidak boleh diberikan kepada si tikus bumi macam kau, lebih buat aku saja."
Di tengah gelak tertawa tersebut dan kakek cebol masih tertegun, cawan arak yang berada di tangannya sudah melayang ke udara kemudian dari balik pintu muncul seorang manusia.
Ternyata cawan arak itu sudah berpindah ke tangan orang tadi kemudian diiringi gelak tertawa yang keras, dia sudah meneguk habis isi cawan tersebut.
Ketika semua orang berpaling ke depan pintu, ternyata orang itu adalah seorang Kakek berdandan Lam Khek sian ang, ia telah berdiri di depan pintu dengan senyum di kulum.
Si cebol Kongsun Swan kontan saja mendelik besar-besar seraya berteriak keras : "Pek soat loji, kau benar-benar tak tahu malu."
Ternyata kakek ini adalah loji dari Leng san sam-yu Pek Im loji, ketika mendengar teriakan dari si Kakek cebol dia segera tertawa tergelak sambil serunya : "Apa sih arti dari secawan arak " Kau si tikus bumi benar-benar berjiwa sempit."
"Hmm... berdasarkan perkataanmu itu aku Kongsun Swan sudah tahu kalau kalian memang merasa berat hati untuk menyuguhkan arak, jangan bilang orang pelit, bagaimana kalian sendiri?"
"Oooh, kalau begitu kau si tikus bumi baru pertama kali kemari, itu mah gampang untuk dikerjakan, biar lotoa kami yang menggotong guci arak tersebut kemari, agar kau bisa minum sepuasnya."
Siong he lojin menyambung pula : "Arak Hu leng ciu yang wangi tadi sudah tidak ada persediaan lain, terpaksa aku hanya mempersembahkan arak lain saja."
Sementara pembicaraan berlangsung, dayang telah
mempersiapkan meja perjamuan dan meletakkan hidangan di meja, tak lama kemudaian guci arak pun telah dipersiapkan.
Maka semua orang pun mengambil tempat duduk, pelayan memenuhi cawan mereka dengan arak.
Sekalipun arak yang dihidangkan tidak sekental tadi, namun harum juga baunya, jelas merupakan barang pilihan.
Sementara semua orang masih berpesta dengan riang gembira, tiba-tiba dari kejauhan sana terdengar seseorang berteriak keras
: "Hei, kalau ingin pergi ke Ciu wi kiong, kita harus lewat mana?"
Semua orang segera menghentikan pestanya setelah mendengar seruan tersebut, namun Siong he lojin masih tetap acuh tak acuh dan meneruskan minum arak.
Si kakek cebol segera menggapai ke arah si kalajengking kecil Siu Cing dan membisikkan sesuatu ke sisi telinganya, ketika mendengar bisikan mana, Siu Cing tak dapat menahan rasa gelinya sehingga tertawa cekikikan.
"Tikus bumi, kau sedang berbuat apa ?" Kakek bangau sakti menegur sambil tertawa.
Kakek cebol tertawa pula : "Rahasiaku ini tak boleh disampaikan ke lubang telinga ke enam, apalagi bukan urusanmu, lebih baik minum arak saja."
Pek Im lojin segera menimbrung : "Aku tahu persoalan ini pasti bukan suatu persoalan yang baik, coba lihat sampai muridku pun kena dididik sampai rusak.
Siong he lojin segera tertawa : "Aaaah, pokoknya yang pasti tikus bumi hanya bisa mengeluarkan ide jahat, siapa tahu kalau kau pun lagi mengatur rencana untuk mempermainkan orang ?"
"Untuk menghadapi kerbau kasar semacam ini, kurang cocok bila orang dewasa semacam kita yang pergi menghadapinya," kata si kakek cebol sambil tertawa, "maka lebih baik biar diusir oleh seorang bocah saja, dengan demikian tak akan menganggu pula kegembiraan kita minum arak."
Pendekar Pedang Sakti 9 Iblis Dan Bidadari Karya Kho Ping Hoo Penelitian Rahasia 1
^