Pencarian

Pedang Keadilan 27

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 27


"soal ini sulit bagiku untuk mengambil keputusan, biar
kurundingkan dulu dengan nona Pek."
ia segera membalikkan badan dan berjalan masuk ke
dalam ruang perahu, Dilihatnya Lim Han-kim sedang
duduk termangu dalam ruang perahu dan memandang
ke arah dinding tanpa berkedip.
sambil menghela napas panjang seebun Giok-hiong
berbisik: "Kekasih Lim, kau sudah lihat bukan?"
Walaupun ia tidak menyinggung soal nama, namun
Lim Han-kim mengerti siapa yang dimaksud, ia
mengangguk "Ya a, aku sudah melihatnya."
"Semua perkataan Li Tiong-hui tentu juga sudah kau
dengar bukan, Apa yang dia ucapkan memang benar.
Pada saat dan keadaan seperti ini nyaris aku sudah
kehilangan semua kekuatan untuk melawan. Kalau hanya
bicara soal ilmu silat, aku memang tak perlu takut
menghadapi mereka, tapi mereka sudah persiapkan
2305 suatu serangan dengan menggunakan api. serangan ini
membuat aku kehilangan daya kemampuan untuk
melawan. Daripada aku harus tewas di tangan mereka, lebih
baik pahala yang bisa menggemparkan seluruh dunia
persilatan ini kuberikan saja kepadamu."
"Pahala apa?" "Kau bisa membunuhku atau menotok jalan darahku,
Beritahu kepada mereka, kaulah yang membunuh aku
atau menangkap hidup, hidup seebun Giok-hiong. Coba
bayangkan, bukankah peristiwa ini akan segera
menggemparkan seluruh dunia persilatan?"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Lim Han- kim.
Ditatapnya wajah gadis itu tanpa berkedip. lalu tegasnya:
"sungguhkah perkataanmu itu?"
"Tentu saja bersungguh-sungguh, Bila kau masih tak
percaya, sekarang juga akan kubuktikan di hadapanmu."
Habis berkata, ia pejamkan mata rapat-rapat.
Mengawasi wajah seebun Giok-hiong yang masih
dihiasi senyuman itu, timbul perasaan serba salah dalam
hati kecil Lim Han-kim. ia tahu, membiarkan iblis wanita
ini tetap hidup di dunia berarti hanya akan
mendatangkan banyak bencana bagi umat persilatan
sekaranglah kesempatan terbaik baginya untuk
membinasakannya. Namun ia pun berpendapat bahwa cara kerja
semacam ini bukan perbuatan seorang ksatria sejati,
pabila kejadian ini sampai tersiar luas dalam dunia
persilatan di kemudian hari, namanya tentu akan
2306 ternoda, Apalagi siapa yang mau percaya bahwa dia
sanggup menangkap seebun Giok-hiong hidup, hidup"
Terdengar seebun Giok-hiong kembali bergumam: "
Kekasih Lim, kenapa kau tidak turun tangan" Asal jari
tanganmu menyodok jalan darahku, sebentar lagi
namamu akan ter-mashur di seantero dunia persilatan."
Lim Han-kim segera berpikir "Bila aku masih tak tega
untuk segera bertindak, selanjutnya entah ada berapa
banyak umat persilatan yang bakal jadi korbannya..,?"
Berpendapat begitu, sambil menggeretak gigi ia
mengangkat tangannya siap melepaskan serangan
Namun begitu menyaksikan sikap seebun Giok-hiong
yang begitu tenang, pejamkan matanya rapat-rapat dan
mengulumkan senyuman di ujung bibirnya, jari tangan
yang sudah hampir menyentuh tubuh gadis tersebut tibatiba
terhenti. sambil menghela napas panjang katanya kemudian:
"selama ini kau selalu bertindak tegas, membunuh orang
tanpa berkedip. kenapa secara tiba-tiba watakmu
berubah jadi begitu lemah?"
seebun Giok-hiong membuka matanya kembali,
sahutnya sambil tertawa hambar: "sikap ini bukan sikap
seorang yang lemah, inilah keberanian terbesar yang
belum pernah kulakukan sebelumnya. Menyerahkan diri
bulat-bulat tanpa melakukan perlawanan merupakan
suatu tindakan yang teramat sulit bagiku."
setelah membetulkan letak rambutnya, ia melanjutkan
"Sekalipun aku sudah terpojok saat ini, tapi andaikata
aku mau melakukan perlawanan dengan sepenuh
tenaga, paling tidak setengah dari jumlah mereka akan
2307 menjadi korban pula di tanganku, sedangkan aku masih
punya kesempatan kabur sebesar tiga puluh persen-"
"Kalau memang begitu, kenapa pula kau tidak
melakukan perlawanan terakhir melawan mereka?"
"sebab kau" seebun Giok-hiong tertawa.
" Karena aku" Hmmm, ngaco belo"
Kembali seebun Giok-hiong tertawa, "Bila aku berhasil
meloloskan diri dari musibah hari ini, maka selanjutnya
perbuatan dan tindakan yang kulakukan akan menjadi
hal yang paling kau benci, betul bukan?"
Lim Han-kim termenung sambil berpikir sebentar,
kemudian ia mengangguk "Yaa, betul."
"Sebaliknya bila aku harus mati atau terluka di tangan
orang lain, hatiku sangat tak rela, berbeda jika aku harus
mati di tangan mu." "Apa bedanya?" seebun Giok-hiong tertawa sedih. "sebab dengan mati
di tanganmu, aku mempunyai perasaan seolah-olah
pengorbananku ini adalah demi cinta..."
"Aaaah, tidak seharusnya kau berpendapat begitu,
selama ini kita tak sependapat dan tak sealiran,
bagaimana mungkin bisa dibilang pengorbananmu demi
cinta?" "Aku tak perduli apa pun yang kau ucapkan, pokoknya
aku berpendapat bila aku bisa mati di tanganmu, maka
Pek si-hiang serta Li Tiong-hui bakal tertinggal selangkah
ketimbang aku, mungkin mereka bisa hidup
mendampingimu sampai tua, tapi mereka tak akan
2308 mampu menghapus kenangan pedih yang tergores dalam
hatimu gara-gara pengorbananku ini. Aaaai... selama
hidup aku tak pernah membiarkan orang lain
mendahuluiku, hanya kau ... kau seorang..."
"Kenapa aku?" tukas Lim Han-kim. "Kau mesti tahu,
aku Lim Han-kim adalah seorang lelaki sejati, sekalipun
soal ilmu silat maupun kecerdasan aku masih kalah dari
kalian semua, namun aku tak sudi diatur dan menuruti
saja semua kehendak kalian. Bagi seorang lelaki lebih
baik mati terbunuh daripada dihina..."
"soal ini tak perlu kau terangkan lagi, aku sudah tahu
sejak awal..." tukas seebun Giok-hiong tersenyum.
"Bagus sekali..." setelah berhenti sejenak. lanjutnya:
"Dalam persoalan yang terjadi hari ini, aku mengerti
bahwa aku tak berdaya untuk turut campur Aku pun
tidak berkemampuan untuk membunuhmu, sekalipun kau
tidak melawan dan aku bisa menghabisimu dengan
mudah, tapi bila urusan ini sampai tersiar luas, tak nanti
ada orang yang akan mempercayai aku ..."
"Kenapa tidak percaya" Toh kenyataan sudah di depan
mata, lagipula di sini ada empat tokoh silat yang
berbobot turut menjadi saksi mata."
Lim Han-kim gelengkan kepalanya berulang kali,
"Maksudmu biar kuterima dalam hati kecil saja, aku tak
akan melakukan perbuatan semacam ini, aku tak bisa
membantumu, juga tak ingin membantumu terlebih aku
tak ingin mencari nama dengan membohongi seluruh
umat persilatan-" 2309 "Aaaai..." seebun Giok-hiong menghela napas, "Wahai
kekasih Lim, mumpung aku belum berubah pikiran,
cepatlah turun tangan-.."
sementara itu dari luar ruang perahu terdengar suara
Li Tiong-hui berteriak: "Enci seebun, bersediakah nona
Pek bertemu dengan aku?"
"Bila kau punya keberanian, silakan menyeberang ke
perahuku." "Enci seebun, terus terang saja aku bilang,
sesungguhnya aku tetap tidak percaya bila kau telah
berhasil menawan nona Pek."
"Sekalipun tidak percaya, kau juga tak bisa apa-apa."
"Baiklah, aku akan membunyikan genderang sepuluh
kali, Bila sampai hitungan kesepuluh kau belum juga
menampilkan nona Pek ke depan geladak. aku akan
segera perintahkan orang untuk melakukan penyerbuan
kau bisa saja menganggap kesepuluh pukulan genderang
ini merupakan kesempatan terbaik bagimu untuk
memikirkan cara melarikan diri. Namun berhasil atau
tidak meloloskan diri dari sini, dalam hal ini kita harus
melihat dulu sampai di mana kemampuan yang aku
miliki." selesai berkata, bunyi genderang yang pertama segera
bergema. seebun Giok-hiong berkerut kening, segera bisiknya:
"Li Tiong-hui sudah ada niat untuk membunuhku, tapi
satu-satunya cara yang bisa mereka lakukan untuk
membunuhku hanyalah menggunakan taktik membakar
semua lautan dan perahuku ini. Bila ia betul-betul
2310 berbuat begitu berarti kau pun akan turut terbakar
habis". Belum sempat Lim Han-kim memberikan jawabannya,
bunyi genderang kedua telah bergema, ia mencoba
mengintip keluar lewat celah-celah ruang perahu, tampak
olehnya Li Tiong-hui sedang memberi petunjuk kepada
beberapa buah perahu untuk melakukan gerak
pengepungan Yang paling aneh adalah perahu milik seebun Giokhiong
yang dasarnya sudah dilubangi ini, hingga kini
ternyata perahu itu masih mengapung di atas permukaan
air tanpa menunjukkan tanda-tanda akan karam.
Dengan kening berkerut ia pun ber-kata: "Bila saat ini
kau punya dua orang pembantu, tanpa menunggu
sampai pukulan genderang kesepuluh dibunyikan, kau
sudah dapat menerjang keluar dari kepungannya."
seebun Giok-hiong segera tertawa.
"Perahu ini sudah diikat dengan rantai besi yang
dihubungkan dengan ke-empat perahu yang sudah
dipenuhi kayu bakar serta bahan mesiu itu. Kecuali
menceburkan diri ke dalam air, kita sudah tak punya
jalan lain untuk melarikan diri" Bunyi genderang keempat
kembali bergema ... Dengan perasaan cemas Lim Han-kim menegur "Masa
kau berniat menyerah begitu saja?"
seebun Giok-hiong tersenyum, ia duduk di samping
pemuda itu, jawabnya: "Aku dilahirkan di dunia ini
dengan membawa rasa benci dan dendam yang
membara, itu berarti aku tak bisa tidak harus membunuh
2311 orang daripada membuat kau bersedih hati, lebih baik
aku mati saja." Dalam hati Lim Han-kim berpikir "Agaknya dia sudah
menyadari bahwa nasibnya akan berakhir hari ini, maka
dalam keadaan apa boleh buat, ia harus menunjukkan
sikap seakan-akan tidak takut mati". sementara dia
masih berpikir, mendadak terendus bau harum yang
menusuk hidung, ternyata seebun Giok-hiong telah
menjatuhkan diri ke dalam pelukannya.
sebenarnya Lim Han-kim ingin mendorong tubuh si
nona, tapi tiba-tiba saja ia merasa gadis itu begitu sepi,
seorang diri dan menyedihkan perasaan hatinya jadi tak
tega, pikirnya: "setelah terjebak dalam situasi pelik
seperti ini, keadaan si iblis wanita ini tak ubahnya seperti
harimau yang terkurung dalam kerangkeng, patut
dikasihani Aaaai... bagaimana pun ia toh sulit terlepas
dari musibah hari ini, apa salahnya bila ia peroleh sedikit
kehangatan dariku... Waktu bergulir sangat cepat, pukulan genderang
kedelapan sudah bergema di udara, Lim Han-kim
mencoba untuk mengamati wajah gadis itu, ternyata
seebun Giok-hiong tetap amat tenang, tidak terlihat rasa
panik ataupun gundah, malahan sekulum senyuman
tersungging di ujung bibirnya, ia seperti sudah tertidur
dalam rangkulan pemuda itu.
Lim Han-kim merasa kagum sekali, pujinya: "
Ketenangan perempuan ini sungguh mengagumkan. tak
malu ia mendapat predikat sebagai pentolan pendekar
wanita." 2312 Terdengar suara Li Tiong-hui kembali berkumandang:
"Enci seebun- tinggal dua kentongan lagi sebelum
kugerakkan pasukan untuk melakukan penyerbuan sisa
waktu yang tersedia sudah tak banyak. apakah kau telah
membuat persiapan?" Baru selesai ia berkata, kentongan kesembilan sudah
bergema, Melihat itu Lim Han-kim segera berpikir "Li
Tiong-hui juga keterlaluan Kalau toh ia berniat
membunuhnya dengan mempersiapkan jebakan lautan
api untuk membakar perahunya dan tidak memberi-jalan
kabur kepadanya yaa sudahlah, kenapa masih
memanggilnya cici, cici, terus dengan suara halus" ia
betul-betul licik dan berhati busuk ..."
Perlu diketahui, Lim Han-kim sendiri sadar bila perahu
itu betul-betul dibakar, maka dia sendiripun akan turut
terbakar hidup, hidup. sekalipun-jiwanya besar, namun
menghadapi ancaman kematian yang begitu mengerikan,
tak urung timbul juga perasaan antipatinya.
Terdengar Li Tiong-hui berkata lagi sambil menghela
napas: "Enci seebun, apakah nona Pek tidak bersedia
untuk bertemu muka denganku?"
Rupanya ketenangan luar biasa yang diperlihatkan


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seebun Giok-hiong telah mendatangkan perasaan panik
dan tidak tenteram bagi Li Tiong-hui. Dia khawatir api
yang dilepas untuk membakar perahu seebun Giok-hiong
akan membinasakan Pek si- hiang juga, bila sampai
terjadi peristiwa ini dia tentu akan merasa menyesal
sepanjang masa. sementara itu suasana di permukaan telaga amat
tenang, tiada ombak tiada hembusan angin, s uatu
2313 suasana yang betul-betul mendatangkan perasaan ngeri
bagi siapa pun- Dalam keadaan begini tanpa terasa Lim
Han-kim membayangkan kembali ibunya, gurunya dan
rekan-rekan lainnya, Teringat bahwa setelah ini ia tak
akan bisa bertemu mereka lagi, tak kuasa lagi dia
menghela napas sedih. Mendadak seebun Giok-hiong membuka matanya
kembali dan memandang Lim Han-kim sekejap. bisiknya:
" Kekasih Lim, apakah kau merasa takut?"
Lim Han-kim menghela napas panjang
"Tak disangka aku Lim Han-kim akhirnya harus
terkubur di dasar telaga Tay-oh untuk temani kau."
"Kau menyesal?" tanya si nona sambil tertawa.
"semua perkataan yang telah kuucapkan tak pernah
kusesali lagi" Kembali seebun Giok-hiong tertawa.
"Kekasih Lim, Li Tiong-hui bukan seorang yang
gegabah, seandainya ia tidak keburu menyusul kemari,
mungkin kita benar-benar akan mati terbakar di sini,
Dengan kehadirannya di sini, justru kita bakal
terselamatkan dari ancaman ini."
"Kenapa?" "BetuI Li Tiong-hui adalah seorang gadis yang cerdik
dan hebat, tapi kalau dibicarakan dari usia serta
kedudukannya, ia belum pantas untuk menduduki kursi
pemimpin dunia persilatan Bayangkan saja pamor serta
nama besar dari Li Tong-yang tempo dulu, bukankah ia
jauh lebih hebat dari putrinya sekarang" Tapi
2314 kenyataannya, sulit bagi dia untuk menundukkan para
jago dari dunia persilatan dan mendukungnya menjadi
pemimpin. saat ini Li Tiong-hui bisa disanjung dan dihormati
seluruh umat persilatan hal ini tak lain disebabkan
kehadiranku seebun Giok-hiong, dalam percaturan dunia
kangouw, karena itulah apabila ia membakar mati aku di
telaga Tay-oh hari ini, berikutnya dia pun akan diturunkan
dari kursi kebesarannya sebagai Bengcu umat
persilatan. Terlebih lagi saat ini ia baru saja mulai tampilkan diri,
dasarnya belum cukup kokoh, kedudukannya masih
goyah, bila aku menjadi Li Tiong-hui,aku pun tak akan
lepaskan api untuk melenyapkan diriku."
Lim Han-kim tertegun- sebera bantahnya: "Li Tionghui
adalah seorang jago wanita yang cerdik dan berjiwa
pendekap masa dia begitu egois?" seebun Giok-hiong
sebera tertawa. " Ketika pertemuan puncak di kota si-ciu belum
diselenggarakan dia memang seorang nona yang cerdik,
pemberani dan berjiwa ksatria, tapi keadaannya
sekarang sudah jauh berbeda, Mimpi pun dia tak pernah
mengira hanya dalam berapa bulan yang singkat ternyata
ia sanggup mendaki ke puncak kariernya menjadi ketua
bengcu umat persilatan, ditambah pula ia baru saja
patah hati darimu, semua pikiran dan perasaannya kini
sudah ter-curahkan semua pada nama besar dan
kedudukan, tentu saja keadaannya kini berbeda sekali."
2315 Lim Han-kim termenung sambil berpikir sejenak.
kemudian ia menggeleng, "Aku masih tetap kurang
percaya," katanya. seebun Giok-hiong tertawa rendah, katanya:
"seharusnya kentongan kesepuluh sudah mesti
dibunyikan sejak tadi, kenapa hingga kini belum
kedengaran juga suara kentongan yang terakhir itu
dibunyikan?" Diam-diam Lim Han-kim mencoba memperhitungkan
selisih jarak antara satu kentongan dengan kentongan
yang lain. Betul juga, semestinya kentongan itu sudah
dibunyikan, tapi hingga kini kentongan yang terakhir itu
belum juga kedengaran Ia mencoba untuk mengintip dari balik jendela perahu,
segera terlihat olehnya perahu yang ditumpangi Li Tionghui
telah membalikkan haluannya dan berlayar pergi dari
situ secara diam-diam. Disusul kemudian perahu yang
ditumpangi ciu Huang, Hongo.o Tiang- hong, Thian-peng
Taysu serta Kim-Eud totiang ikut ditarik pergi
meninggalkan tempat tersebut
Perubahan yang sama sekali di luar dugaan ini kontan
saja membuat Lim Han-kim terkejut bercampur
keheranan, sambil gelengkan kepalanya berulang kali
gumamnya: "Apa yang sebenarnya terjadi?"
"soal apa?" seru seebun Giok-hiong sambil melompat
bangun. "Mereka telah menarik mundur semua
pasukannya dari sini"
Ketika seebun Giok-hiong melongok keluar, kelima
buah perahu itu sudah berada jauh sekali dari lokasi
semula, 2316 "Aaaaai... lagi-lagi kau berhasil menebaknya secara
jitu," ujar Lim Han-kim sambil menghela napas.
seebun Giok-hiong mengernyitkan alis matanya rapatrapat,
termenung dan membungkam diri, tampaknya dia
sendiri pun dibuat tak habis mengerti oleh ulah Li Tionghui
yang menarik mundur kelima buah perahunya.
Lolos dari lubang jarum membuat Lim Han-kim
merasakan sesuatu yang kosong dalam perasaan
hatinya, pelan-pelan ia duduk kembali dan berkata: "
Kelihatannya sikap Li Tiong-hui terhadap nona persis
seperti sikap nona terhadap Pek si-hiang, betapa pun
besarnya kesempatan baginya untuk meraih
kemenangan betapapun sempurna dan ketatnya ia
menyusun strategi, pada akhirnya tetap kalah juga di
tanganmu." setelah menghembuskan napas panjang, terusnya: "
Contoh yang paling gamblang adalah peristiwa yang baru
saja berlangsung, sudah jelas dia akan memperoleh
kemenangan yang gemilang, tapi ia secara tiba-tiba
menarik kembali pasukannya, Aaaai . . . Aku betul-betul
dibuat bodoh sekali, entah di mana letak alasannya
hingga dia berbuat begitu?"
seebun Giok-hiong menggeliat mengendorkan otototot
pinggangnya kemudian melangkah keluar dari ruang
perahu, menotok bebas jalan darah dayangnya,
membopongnya masuk, menjejalkan sebutir pil lagi ke
mulutnya kemudian baru berkata pelan-
"Dari kedua orang dayangku yang pegang kemudi,
satu telah tewas dan satu lagi terluka, boleh aku minta
2317 tolong kepadamu kekasih Lim untuk memegang
kemudi?" Melihat seebun Giok-hiong berusaha menghindari
pembicaraan tentang ditarik mundurnya pasukan oleh Li
Tiong-hui, Lim Han-kim pun tidak mendesak lebih jauh,
dengan langkah lebar dia keluar dari perahu dan
serunya: "Aku sama sekali tak punya pengalaman dalam
pegang kemudiperahu, bila sampai menumbuk di batu
karang, jangan salahkan aku ..."
Tampaknya seebun Giok-hiong sedang memikirkan
satu masalah yang amat pelik, pada hakekatnya ia tidak
mendengar sama sekali apa yang diucapkan pemuda itu,
ia cuma berpaling memandangnya sekejap dan tertawa.
Lim Han-kim segera berpikir, iblis wanita ini tak boleh
dibiarkan hidup. sekarang Li Tiong-hui rela melepaskan
kesempatan baiknya untuk membunuh dia, tampaknya
aku Lim Han-kim terpaksa harus turun tangan sendiri,
bukankah dia tak pandai berenang" Kenapa aku tidak
sengaja menumbukkan perahu ini ke atas batu karang
agar dia mati tenggelam?"
Berpikir begitu, dia pun memutar arah kemudinya dan
mulai mendayung, Pelan-pelan perahu itu melaju ke
depan membelah keheningan yang menyelimuti telaga
itu. seebun Giok-hiong hanya duduk termangu- mangu,
termenung dan membungkam diri jelas dia sendiri pun
dibuat tak habis mengerti oleh tingkah laku Li Tiong-hui
yang melepaskannya begitu saja.
sementara itu Lim Han-kim telah mengambil
keputusan dalam hati kecilnya untuk menumbukkan
2318 perahu itu ke atas batu karang yang dijumpai Dia
bertekad hendak membunuh seebun Giok-hiong hingga
bencana dalam dunia persilatan dapat dihindari.
sayang sekali pemuda ini sama sekali tak
berpengalaman meskipun sudah mencarinya ke sana
kemari, namun batu karang yang dimaksud belum juga
ditemukan. sementara ia masih gelisah, tiba-tiba tirai
pintu ruang tersingkap dan seebun Giok-hiong pelanpelan
munculkan diri Melihat arah perahu yang dituju, seebun Giok-hiong
segera berkerut kening, tegurnya: "Hendak ke mana
kau?" "sejauh mata memandang hanya air telaga melulu
yang terlihat, aku pikir ke manapun kita pergi adalah
sama saja." Ketika itu matahari sudah hampir tenggelam
di langit barat, cahaya senja yang kemerah-merahan
membiaskan sinar yang indah dan menawan.
sambil memandang cahaya yang mulai redup, seebun
Giok-hiong berseru sambil tertawa:
" Kekasih Lim, perahu kita kini ibarat selembar daun
yang terapung di tengah telaga yang luas, coba kau lihat
burung yang terbang berpasangan, sungguh bebas dan
penuh kegembiraan ..."
Lim Han-kim tertawa hambar.
"Bila perahu ini kita tumpukkan keatas batu karang
hingga tenggelam dan kita ikut terkubur di dasar telaga,
bukankah siang malam kita bisa selalu menikmati
keindahan alam di sekitar tempat ini?"
2319 Pelan-pelan seebun Giok-hiong berjalan ke samping
Lim Han-kim dan duduk di sisinya, tegurnya sambil
tertawa: " Kekasih Lim, tampaknya hatimu sedang
dipenuhi perasaan gusar dan mendongkol?"
" Kenapa" Kau merasa tak suka hati?"
"Dengan susah payah kita berhasil meloloskan diri dari
musibah maha besar, sepantasnya bila kita merasa
gembira, pernah kau dengar orang berkata: Mereka yang
bisa lolos dari kematian, di hari-hari selanjutnya tentu
banyak rejeki..." "Kau yang punya rejeki sedang umat persilatan bakal
sengsara seumur hidup."
" Kenapa?" "sebab dengan lolosnya kau dari bencana kematian
hari ini, semua dendam- mu pasti akan kau lampiaskan
dengan melakukan pembantaian secara besar-besaran
dalam dunia persilatan bukankah hal ini akan
menyengsarakan semua umat manusia?"
"Tapi paling tidak, kau toh bisa merasakan
kegembiraan bersamaku," Lim Han-kim tertawa dingin.
"Sekalipun kini kau bisa malang melintang lagi secara
bebas, suatu saat di kemudian hari kau pasti akan kalah
dan mati,"jengeknya.
" Kekasih Lim, bagaimana kalau kita jangan
membicarakan persoalan ini lagi?" pinta seebun Giokhiong
lembut "saat ini suasana dalam telaga amat indah,
inilah kesempatan bagi kita untuk berpesiar dan
bergembira, kau bersedia bukan?" Habis berkata ia
mengerling sekejap ke arah pemuda itu dengan manja,
2320 "Bencana besar sudah hampir menjelang tiba dalam
dunia persilatan, bagaimana mungkin aku dapat
menikmati keindahan alam dengan perasaan tenang..?"
keluh sang pemuda. Dengan penuh manja dan kelembutan seebun Giokhiong
merayu: "Kekasih Lim, apa kau tidak kelewat
serius" orang bilang, di saat dapat bergembira kita harus
gembira, ucapan ini memang tepat sekali, bagaimana
pendapatmu kekasih Lim?"
"Aku tak punya waktu untuk berpacaran."
seebun Giok-hiong tidak menjadi marah, malahan
katanya lagi dengan lembut: "Kalau memang kekasih Lim
tak punya keinginan untuk berpesiar,aku pun tak akan
memaksa, cuma aku tetap merasa tak tenteram karena
kali ini kau telah ikut menanggung derita gara-gara aku."
BAB 18. Bertemu kembali Lim Han-kim merasa muak sekali menghadapi rayuan
gombal yang dirasakan sangat menusuk
pendengarannya, ia mendengus dingin dan menjengek:
"Betulkah begitu?"
sebenarnya dia ingin sekali melajukan perahunya
untuk ditumbukkan ke atas batu karang agar seebun
Giok-hiong tercebur ke dalam telaga dan mati, tapi
melihat ketenangan yang menyelimuti permukaan telaga
itu, entah mengapa ia ragu untuk melakukannya saat
itulah mendadak terdengar seebun Giok-hiong berpekik
gembira: "Horee... mereka sudah datang... Kekasih Lim,
cepat lihat Mereka sudah datang..."
2321 Mengikuti arah yang ditunjuk Lim Han-kim berpaling.
Betul juga, dari depan sana teriihat sebaris perahu
sedang bergerak mendekat dengan kecepatan tinggi, tak


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lama kemudian perahu-perahu itu sudah semakin
mendekat hingga bisa teriihat kawanan jago yang berdiri
di tengah geladak. Seebun Glok-hiong segera memberi tanda agar perahu
itu mendekat, tak lama kemudian mereka berdua sudah
berpindah ke atas perahu tersebut Seebun Glok-hiong
pun segera turunkan perintah agar armada yang amat
besar itu berlayar menuju ke daratan-
Pelan-pelan Seebun Glok-hiong berjalan menghampiri
Lim Han-kim, dengan suara rendah katanya kemudian:
"Kekasih Lim, gara-gara aku, kau turut panik, bingung
dan kuatir Aku merasa berhutang budi padamu, mulai
saat ini aku berjanji akan melayanimu dengan lebih baik
lagi." "Maksud baik nona biar kuterima di dalam hati saja,"
jawab Lim Han-kim cepat. "Kini kau sudah disambut oleh
anak buahmu, situasi gawat pun sudah berubah jadi
aman, aku rasa sudah waktuku untuk mohon diri."
"Kau hendak ke mana?" tanya Seebun Glok-hiong
tertegun "Entahlah, dunia sangat lebar, ke mana aku berjalan
ke sanalah aku pergi"
"Tapi obat untuk menghilangkan samaran pada
wajahmu tidak berada di sakuku sekarang".
2322 "Tidak apa-apa," sela Lim Han-kim. "Selama beberapa
hari ini aku sudah terbiasa dengan wajah buruk. Nah,
sampai jumpa kembali."
selesai memberi hormat, ia membalikkan badan dan
beranjak pergi dari situ, seebun Giok-hiong
menggetarkan bibirnya seperti hendak mengatakan
sesuatu, tapi niat tersebut kemudian diurungkannya.
Baru berjalan berapa langkah, mendadak Lim Han-kim
berbalik kembali, katanya: "Ada satu urusan aku ingin
minta tolong kepada nona, apakah ..."
seebun Giok-hiong menghela napas selanya:
"Jangankan baru sebuah, sepuluh buah pun pasti akan
kusanggupi" "Lebih baik nona jangan terlalu cepat menyanggupi
urusan ini besar sekali hubungannya dengan dirimu."
"soal apa itu" Masa begitu serius?"
"Aku minta kau berjanii kepadaku untuk tidak
mendatangi pesanggrahan pengubur bunga dan
mengusik ketenangan nona Pek lagi"
seebun Giok-hiong termenung sambil berpikir sejenak.
kemudian sahutnya: " Kalau dilihat dari penyakitnya yang
begitu parah, aku pikir sembilan puluh persen ia sudah
tak punya harapan untuk hidup lagi."
"Mati atau hidupnya sama sekali tiada hubungan
dengan dirimu, aku hanya minta kau jangan pergi
mengusik ketenangannya lagi, sanggup tidak?"
Kembali seebun Giok-hiong berpikir, tapi akhirnya dia
mengangguk "Baik, aku berjanji kepadamu"
2323 "Terima kasih banyak nona karena kau sudi memberi
muka kepadaku, Lim Han-kim merasa sangat terharu."
Buru- buru pemuda itu memberi hormat, kemudian ia
membalikkan badan dan beranjak pergi dengan langkah
lebar. Dari belakang tubuhnya bergema suara helaan napas
panjang seebun Giok-hiong yang rendah dan berat:
"Kekasih Lim, tidakkah kau menyadari bahwa jarak di
antara kita rasanya semakin lama semakin jauh."
Meskipun Lim Han-kim mendengar setiap ucapan itu
dengan jelas, namun ia berlagak seolah-olah tidak
mendengar Dengan langkah lebar ia meneruskan
perjalanannya ke depan. Mengawasi bayangan punggung Lim Han-kim yang
pergi jauh, seebun Giok-hiong tak dapat melukiskan
bagaimana perasaan hatinya sekarang, setelah bayangan
punggung pemuda itu sudah lenyap dari pandangan,
baru ia membalikkan tubuh dan beranjak pergi.
Pada saat itu Lim Han-kim melakukan perjalanan
cepat tanpa berpaling lagi, la baru memperlambat
langkahnya sesudah berada puluhan li dari tempat
semula. sambil mendongakkan kepalanya memandang
rembulan yang mulai muncul di langit sebelah barat, ia
bergumam:" "Aku harus ke mana?"
Ketika melalui sebuah hutan yang lebat, mendadak ia
saksikan sesosok bayangan manusia berkelebat lewat
dan kemudian lenyap dari pandangan.
Lim Han-kim bukan anak kemarin sore, dengan
ketajaman mata yang dimilikinya ia dapat menyaksikan
bayangan manusia itu menyusup masuk ke dalam hutan,
2324 Dengan seksama dia pun melakukan pemeriksaan di
sekeliling tempat itu, namun suasana amat hening, sepi,
tak nampak sesosok manusia pun.
Sementara ia masih tercengang bercampur heran,
mendadak matanya tertuju ke arah semak yang kusut
bekas injakan kaki manusia.
Meminjam cahaya rembulan yang berwarna
keperakan, dengan seksama ia telusuri bekas kaki pada
semak tersebut Belum jauh dia berjalan, mendadak
kakinya menyentuh suatu benda keras yang terlentang di
tengah jalan, Buru-buru ia menundukkan kepalanya
melakukan pemeriksaan ternyata ada sesosok tubuh
manusia yang terluka tergolek di sana.
Tergopoh-gopoh pemuda itu membalikkan tubuh sang
korban, tapi hatinya semakin terperanjat Kiranya orang
yang terluka itu tak lain tak bukan adalah sahabat
karibnya, Hongpo Lan. Dalam kaget dan tercengangnya,
buru-buru dia mengerahkan tenaga dalamnya untuk
menyadarkan kembali rekannya itu.
sambil melompat bangun buru-buru Hongpo Lan
memberi hormat seraya berkata: "Ternyata saudara Lim
yang telah selamatkan aku, terima kasih banyak atas
pertolonganmu ini..."
"Kita adalah sesama saudara, kenal pun sudah begitu
akrab, buat apa kau masih sungkan-sungkan" Bagaimana
keadaan luka saudara Hongpo" Apa perlu beristirahat
dulu sebentar?" "Luka yang kuderita tidak terlampau parah, hanya
beberapa buah jalan darah pada nadi pentingku yang
tertotok oleh ilmu memotong nadi. Coba kalau saudara
2325 Lim tidak selamatkan aku dengan membebaskan totokan
pada nadi pentingku, lama kelamaan totokan tersebut
bisa mengakibatkan terjadinya luka yang sukar diobati."
"llmu menotok nadi" Rasa-rasanya belum pernah
kudengar orang berbicara tentang kepandaian tersebut?"
"Mari kita berangkat," ajak Hongpo Lan sambil bangkit
berdiri "Kita harus secepatnya berangkat"
"Ke mana?" " Kebun bunga keluarga Thio di gedung Lam-chonghu."
"Mau apa mengunjungi kebun bunga keluarga Thio?"
tanya Lim Han-kim ter- cengang, ia tidak habis mengerti
"semua jago lihai dari seluruh kolong langit serta
tokoh-tokoh dari sembilan partai besar telah berkumpul
semua di kebun bunga keluarga Thio untuk mengangkat
seorang bengcu dalam perjuangan menentang kelaliman
seebun Giok-hiong, pertemuan puncak semacam ini
boleh dibilang teramat langka, kita tak boleh lewatkan
kesempatan baik ini."
Lim Han-kim termenung dan berpikir sejenak.
kemudian ia berkata: "Huuuuh, lagi-lagi soal perebutan
nama dan kedudukan Maaf, sejak kecil aku dibesarkan
dalam lembah di tengah bukit yang sepi dan terpencil.
Aku sudah kelewat muak menyaksikan peristiwa
perebutan nama dan kedudukan semacam ini, jadi
maafkan kalau aku tak bisa menemanimu."
selesai bicara, dia membalikkan badan dan beranjak
pergi dengan langkah lebar. "saudara Lim" teriak Hongpo
Lan buru-buru. 2326 seraya membalikkan badannya Lim Han-kim menjura,
katanya: "Setiap orang mempunyai pendirian yang tak
sama. Aku betul-betul sudah muak menyaksikan
peristiwa tersebut, saudara Hongpo, Aku minta
pengertianmu, maafkan diriku ini. Pokoknya aku tahu
bahwa hubungan persaudaraan di antara kita tetap kekal
dan abadi, moga-moga saja kita dapat bersua lagi lain
waktu." "Saudara Lim, dengarkan dulu perkataanku" kata
Hongpo Lan sambil menghela napas panjang.
" Kecuali mengajak aku berkunjung ke kebun bunga
keluarga Thio untuk menghadiri pertemuan puncak para
jago itu, soal yang lain boleh saudara Hongpo bicarakan
denganku." "Pertemuan puncak ini terselenggara bukan semata
memperebutkan nama serta kedudukan, tapi juga
berbicara tentang keselamatan umat persilatan pada
umumnya." "Aaaah, bagiku, siapa pun yang berhasil merebut
kedudukan bengcu tersebut adalah sama saja."
"Apabila seebun Giok-hiong sengaja mengirim orang
untuk ikut memperebutkan kedudukan tersebut,
keadaannya tentu berbeda sekali."
Lim Han-kim tidak langsung menjawab, pikirnya: "Bila
Pek si-hiang sudah mati, siapa sih manusia di dunia saat
ini yang mampu menaklukkan seebun Giok-hiong"
sebaliknya bila Pek si-hiang masih hidup, berarti ia
berhasil mempelajari ilmu sesat, watak maupun tingkah
lakunya pasti berubah, menjadi baik atau jahat masih
merupakan tanda tanya besar... Aaaaai, semestinya Li
2327 Tiong-hui adalah orang pilihan terbaik, tapi demi
mengincar kedudukan bengcu, nyatanya ia rela
melepaskan seebun Giok-hiong dengan begitu saja..."
"Sementara itu, umat persilatan di seluruh dunia
menganggap seebun Giok-hiong kejam, jahat dan berhati
ular, tapi kenyataannya ia bersikap begitu baik kepada
aku, Lim Han-kim". Makin dipikir pemuda itu merasa semakin kaiut dan
kusut pikirannya, untuk sesaat ia tak dapat mengambil
suatu kesimpulan yang terbaik.
Hongpo Lan tidak tahu apa yang sedang dipikirkan
rekannya. Melihat Lim Han-kim masih termenung terus
tanpa bicara, tak tahan lagi segera tegurnya: "Saudara
Lim, apa yang sedang kaupikirkan?"
Lim Han-kim menghela napas panjang dan berkata:
"Aaaaai... pengalaman serta peristiwa yang kualami
selama beberapa bulan terakhir ini membuat aku
berpendapat bahwa orang yang punya nama serta
reputasi terbaik belum tentu ia benar-benar baik,
sebaliknya orang yang bernama dan reputasi jelek.
belum tentu orangnya benar- benar jelek."
"Apa maksud perkataanku itu?" sela Hongpo Lan
dengan wajah termangu karena tak mengerti.
"Sekalipun Li Tiong-hui berhasil menduduki kursi
bengcu, belum tentu ia dapat menciptakan kebahagiaan
serta ketenteraman dalam dunia persilatan. Belum tentu
ia bisa selamatkan umat persilatan dari bencana
pembunuhan berdarah, sebaliknya, misalnya seebun
Giok-hiong yang berhasil merebut kursi bengcu, belum
2328 tentu dia akan membuat suasana dunia persilatan
menjadi kacau balau. Kalau toh perbedaan di antara mereka tidak terlalu
jauh, buat apa pula kita mesti bersusah payah untuk
melibatkan diri dalam persoalan ini?"
Dengan wajah termangu- mangu Hongpo Lan awasi
Lim Han-kim tanpa berkedip. sampai lama kemudian ia
baru bergumam "saudara Lim, kau telah berubah...
bahkan perubahanmu teramat banyak..."
"Mungkin saja aku memang telah berubah, tapi aku
bisa berbicara demikian karena aku sudah mempunyai
pengertian yang lebih mendalam terhadap manusia serta
kejadian yang ada dalam dunia persilatan. Bila kita betulbetul
ingin menciptakan kebahagiaan bagi dunia
persilatan, maka kita harus menempuh jalan yang lain.
Hanya menggantungkan diri pada beberapa gelintir
manusia saja tak akan bermanfaat banyak terhadap
perubahan yang sama-sama kita dambakan".
"Ya a, sudahlah" akhirnya Hongpo Lan berseru. "Kalau
memang niatmu untuk tidak mencampuri urusan ini
begitu kuat, aku juga tak akan membujuk lebih jauh."
"Kau salah paham saudara Hongpo, aku tidak punya
pikiran untuk mengasingkan diri atau tidak mencampuri
urusan dunia persilatan lagi. Aku hanya berpendapat
perebutan nama serta kedudukan bengcu bukan saja
tidak akan menyelesaikan masalah bahkan akan
menambah ruwetnya suasana, jadi aku berniat..." Belum
selesai ucapan itu diutarakan, mendadak dia
membungkam 2329 Hongpo Lan juga tidak mendesak lebih jauh, sambil
memberi hormat katanya: "Kalau memang begitu aku
harus mohon diri lebih dulu, sebab aku sedang
melaksanakan tugas dari ayahku."
"Maaf kalau aku tidak bisa mengantar."
sambil melompat naik ke punggung kudanya Hongpo
Lan berpaling sambil berseru: "saudara Lim, kapan kita
dapat berjumpa kembali?"
Lim Han-kim berpikir sejenak, lalu sahutnya: "Hari
Tiong-ciu tahun depan aku akan menunggumu di rumah
makan ou-hok-lo di kota Bu-chong."
"Baik, sampai waktunya nanti aku pasti akan datang
memenuhi janji" selesai bicara dia mengeplak kudanya
berlalu dari sana.

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lim Han-kim menunggu sampai bayangan tubuh
Hongpo Lan lenyap dari pandangan baru berangkat
menuju ke tepi telaga, Kepada seorang nelayan yang
kebetulan perahunya sedang berlabuh ia berjalan
mendekat sambil menggapai
Melihat ada orang menggapai, nelayan itu segera
menjalankan perahunya mendekat Tapi setelah berada di
tepi pantai dari begitu melihat wajah Lim Han-kim yang
sangat aneh, ia menjerit kaget kemudian memutar
perahunya dan buru-buru kabur dari situ,
Lim Han-kim segera menghimpun hawa murninya,
tiba-tiba ia melejit ke udara dan melompat naik ke atas
perahu nelayan itu. si nelayan adalah seorang kakek berusia lima puluh
tahunan, ia semakin ketakutan setelah melihat Lim HanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2330 kim mampu melayang di udara untuk hinggap di geladak
perahunya, Dengan perasaan cemas bercampur ngeri,
serunya berulang kali: "Tuan, aku hanya nelayan yang
hidup miskin dan sengsara..."
Lim Han-kim merogoh sakunya mengeluarkan
sekeping emas yang beratnya paling tidak di atas lima
tahil ia berseru sambil menyodorkan emas tersebut ke
hadapan nelayan itu: "Kakek. kau tak usah takut, aku
bukan penyamun" Terbelalak sepasang mata nelayan itu melihat emas
seberat itu, tapi dia tak berani menerima pemberian itu,
hanya katanya berulang kali: "Tuan, kalau ada urusan
katakan saja, sedang uangmu itu... aku tak berani
terima..." Geli juga Lim Han-kim melihat sikap nelayan yang
jelas menginginkan uang emas tersebut, tapi tak berani
menerimanya sambil meletakkan emas tersebut ke
tangannya ia pun berkata: "Antar aku ke bukit Tong-ting
sebelah barat, sedang emas itu anggap saja sebagai
ongkos penyeberangan Aku akan beristirahat sejenak.
setelah tiba di bukit Tong-ting, panggillah aku." selesai
berkata dia masuk ke dalam ruang perahu, duduk bersila
dan mulai mengatur pernapasan
Entah berapa saat sudah lewat, tiba-tiba dari luar
ruang perahu kedengaran kakek itu berseru: "Kita sudah
sampai di bukit Tong-ting"
Buru-buru Lim Han-kim berjalan keluar dan berdiri di
ujung geladak sambil memberi petunjuk kepada nelayan
itu untuk melewati jalur masuk air menuju ke
pesanggrahan pengubur bunga.
2331 Begitu tiba di tempat tujuan, pemuda itu segera
menghimpun tenaga dalamnya sambil berseru: "Ada
orangkah di sini?" suara teriakan itu kedengarannya tidak terlampau
keras, tapi suaranya dapat bergema sampai ke tempat
yang cukup jauh. Tak selang beberapa saat kemudian dari balik
bebatuan muncullah Hiang-kiok yang berbaju hijau,
tampak wajahnya murung dan diliputi perasaan sedih
yang mendalam, Begitu mengetahui orang yang datang
adalah Lim Han-kim, dengan wajah girang ia segera
menegur: "Apakah Lim siangkong yang datang?"
"Yaa, aku memang Lim Han-kim"
"sungguh kebetulan kedatangan Lim siang-kong, ayoh
cepat naik kemari..." seru Hiang-kiok cepat
Lim Han-kim berpaling dan memandang nelayan itu
sekejap. kemudian pesannya: "setelah meninggalkan
tempat ini, jangan sekali-kali kau singgung tentang
tempat ini, mengerti?" seraya berkata, dia melompat naik
ke daratan. Nelayan itu berjanji berulang kali, kemudian memutar
perahunya dan bergerak meninggalkan tempat itu.
sambil maju menyongsong Hiang-kiok kembali
pemuda itu berseru: "Baru saja nona memanggil
namamu, sungguh beruntung kau datang tepat pada
waktunya." "Apakah penyakit nona Pek semakin parah?"
2332 "Bukan cuma parah, jiwanya sudah kritis, setiap saat
ia dapat menghembuskan napasnya yang terakhir Tak
lama setelah siangkong pergi, nona berjalan keluar dari
ruang rahasia, tapi ia segera pingsan kembali setelah
mengetahui bahwa siangkong ditangkap seebun Giokhiong,
akibatnya aku dan enci siok-bwee jadi panik dan
ketakutan setengah mati. setelah berusaha sedapat
mungkin, akhirnya nona berhasil disadarkan kembali"
"Lantas berada di mana nonamu sekarang?" tanya Lim
Han-kim dengan perasaan sedih.
"Kini dia berada di kamar tidurnya di loteng."
"Seraya berkata dia menarik ujung baju pemuda itu
dan mengajaknya berlarian menuju ke bangunan loteng.
Ketika tiba di kamar tidur Pek si-hiang, mereka
menjumpai siok-bwee sedang berlutut di depan
pembaringan sambil memegangi lengan Pek si-hiang dan
menangis tersedu-sedu. Dengan agak tertegun Hiangkiok
segera berseru: "Cici siok- bwee, nona dia..."
siok-bwee mengangkat kepalanya memandang Hiangkiok
dan Lim Han-kim sekejap. kemudian serunya
sesenggukan: "Nona ... dia ... dia ... dia ..." sesaat ia tak
sanggup melanjutkan kata-katanya karena sudah
meledak isak tangis dayang tersebut
"Apakah nona sudah putus nyawa?" bisik Hiang-kiok
dengan mata terbelalak lebar dan air mata bercucuran
membasahi pipinya. "Aku rasa nona sudah tak punya harapan-"
"Sungguh?" jerit Hiang-kiok sambil melompat dan
menubruk ke arah pembaringan^
2333 Buru-buru Lim Han-kim merentangkan tangan
kanannya menghadang jalan maju Hiang-kiok sambil
berkata mencegah: "Jangan sembarangan bertindak, kini
kondisi tubuhnya sangat lemah. jangankan sedang sakit
parah, berada dalam keadaan bugar pun dia tak bakal
tahan menerima tubrukanmu itu, apalagi kondisi-nya
sekarang sudah teramat kritis..."
Berada dalam keadaan seperti ini, sesungguhnya tak
ada perbedaan antara lelaki maupun wanita. Lim Hankim
sendiri pun merasa teramat sedih dan pilu hatinya,
cuma ia masih sanggup menjaga ketenangan.
setelah agak tertegun sejenak, Hiang-kiok manggutmanggut:
"Betul juga perkataan Lim siangkong."
Pelan-pelan Lim Han-kim berjalan menghampiri
pembaringan dan memeriksa keadaan gadis itu, tampak
para muka Pek si-hiang pucat pias seperti mayat,
matanya terpejam rapat sedang hembusan napasnya
sudah tak nampak. Terdengar siok-bwee berkata dengan sedih: "Lim
siangkong, dengus napas nona sudah berhenti kurang
lebih separuh hio lamanya ..."
Dengan sangat berhati-hati Lim Han-kim menyingkap
selimut yang menutupi tubuh Pek si-hiang, lalu dia
tempelkan telapak tangannya di atas dada gadis itu dan
mencoba memeriksa detak jan-tungnya,
setelah diperiksa dengan seksama, ternyata
dirasakannya jantung si nona masih berdetak, meski
sudah teramat lemah 2334 sesudah termenung sejenak Lim Han- kim pun
berpaling ke arah siok-bwee serta Hiang-kiok dan
berkata: "Kondisi penyakit yang diderita nona Pek sudah
mencapai taraf yang berbahaya sekali, aku rasa hanya
ada satu jaLan pintas yang dapat kita lakukan sekarang."
"Jalan pintas bagaimana?" tanya siok-bwee.
"Aku hendak menggunakan tenaga dalam untuk
membantu peredaran darah di dalam tubuhnya, Dengan
bertambah cepatnya aliran darah dalam tubuhnya,
otomatis jantung yang memompa darah akan ikut
bergerak lebih cepat, dengan begitu dia akan segera
tersadar kembali..."
"Cara ini sangat baik," sela Hiang-kiok dengan
perasaan cemas. "Tapi ada satu hal yang perlu kujelaskan lebih dulu,
Kondisi nona Pek saat ini sudah terhitung setengah mati,
setiap saat ada kemungkinan napasnya berhenti sama
sekali, tapi ada kemungkinan juga dia akan hidup terus,
sebaliknya bila menggunakan caraku ini mungkin saja dia
akan segera tersadar kembali, tapi kemungkinan besar
jantungnya segera akan berhenti berdetak dan mati."
"Bagaimana dengan perbandingan kesempatan untuk
mati dan hidup?" "Seharusnya lima puluh banding lima puluh, antara
mati dan hidup masing-masing menempati setengahnya."
Siok-bwee termenung berpikir sejenak, kemudian
katanya seraya mengangguk: "Baiklah, Lim siangkong
boleh segera turun tangan, Kini aku sudah bertekad akan
mengorbankan diri untuk menemani majikanku untuk
2335 selamanya, Bilamana nona putus napas nanti, tolong Lim
siangkong ajak adik Hiang-kiok untuk segera tinggaikan
tempat ini. Aku akan gerakkan semua peralatan rahasia
untuk mengunci pesanggrahan pengubur bunga ini dari
dalam, kemudian akan kukirim tubuh nona ke ruang
bawah tanah dan di situ aku akan menemani jasadnya
untuk selamanya ..."
"Tidak, aku tak mau pergi- tukas Hiang-kiok sambil
melelehkan air mata, "Aku akan tetap tinggal di sini
menemani arwah nona."
"Aku rasa lebih baik kalian berdua tak usah bersikeras
lantaran persoalan ini," ujar Lim Han-kim pelan, "orang
baik selalu dilindungi Thian, siapa tahu nona Pek segera
akan tersadar kembali."
Sembari berkata dia bangunkan tubuh Pek Si-hiang
dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya
langsung dihantamkan ke atas jalan darah Mia-bun-hiat
keras-keras. Tampak tubuh Pek Si-hiang yang kurus kecil itu tibatiba
saja bergetar keras, dari mulutnya menyembur
keluar segumpal riak kental.
Kebetulan sekali pada waktu itu Lim Han-kim sedang
memutar wajahnya untuk memeriksa dengus napasnya
apakah sudah berfungsi atau belum, tak ampun lagi
semburan riak kental itu persis menyembur di atas wajah
anak muda itu. padahal saat itu dia sedang mengerahkan
segenap tenaga dalamnya untuk mendesak peredaran
darah di tubuh Pek Si-hiang agar lancar kembali, dengan
sendirinya dia pun tak dapat menyeka riak kental yang
menempel di wabahnya itu.
2336 sepasang mata Pek si-hiang yang semula terpejam
rapat, pelan-pelan membuka kembali Ketika menyaksikan
wajah- Lim Han-kim dinodai oleh riak kentalnya tanpa
disadari pemuda itu, tak kuasa lagi ia tersenyum.
Tak terlukiskan rasa gembira siok-bwee serta Hiangkiok
setelah menyaksikan sekulum senyuman mulai
menghiasi wajah majikannya, tak tahan mereka menjerit
keras: "Nona telah mendusin"
Lim Han-kim menghembuskan napas panjang, pelanpelan
ia menarik kembali telapak tangannya dari atas
jalan darah Mia-bun-hiat, gumamnya: "Sungguh
beruntung usahaku berhasil"
Dengan lembut dan penuh kasih sayang Pek si- hiang
menyeka riak kental dari wajah Lim Han-kim, lalu
bisiknya: "Kau sudah kembali?"
"Yaa, aku sudah kembali."
Dari bawah bantalnya Pek si-hiang mengeluarkan
sebatang jarum emas yang segera ditusukkan ke atas
jalan darahnya, semangat dan tenaganya seketika
menjadi bugar kembali, wajahnya yang semula pucat
pias kini pun mulai dihiasi warna semu merah, embali ia
bertanya: "seebun Giok-hiong membebaskan kau?"
Lim Han-kim tidak menjawab, sebaliknya segera
menegur: " Kondisi badanmu sudah demikian lemah dan
rapuh, kekuatanmu juga belum pulih kembali, kenapa
kau gunakan lagi jarum emas itu untuk merangsang daya
tahan tubuhmu" Apakah tindakanmu ini tidak keliru
besar?" 2337 Sambil tersenyum Pek Si-hiang menggeleng, kembali
desaknya: "Cepat beritahu aku, apakah seebun Giokhiong
yang membebaskan kau?"
"Aaaai.. panjang untuk diceritakan ..."
"Tidak mengapa, aku bisa mendengarkan dengan
penuh kesabaran." Terpaksa Lim Han-kim mengisahkan
kembali pengalaman yang dialaminya secara ringka
Betul juga, Pek si-hiang mendengarkan dengan penuh
perhatian, begitu selesai kisah tersebut ia baru berkata
sambil ter-senyum: "Li Tiong-hui gagal dalam urusan
bercinta, lumrah bila dia alihkan pikiran serta
perhatiannya ke masalah nama serta kedudukan."
"Apakah dia memang berniat membebaskan seebun
Giok-hiong?" "seandainya seebun Giok-hiong tewas, maka Li Tionghui
akan kehilangan lawan tangguh. Bila begitu
keadaannya, maka tidak gampang jika dia pingin
menduduki tahta sebagai Bu-lim Bengcu."
"Kalau begitu apa yang diucapkan seebun Giok-hiong
ada benarnya juga, berarti..." Mendadak ia batal
meneruskan kembali kata-katanya.
"Berarti tiada seorang manusia pun di dunia ini yang
dapat dipercaya bukan?" sambung Pek si-hiang sambil
ter-senyum. Lim Han-kim menghela napas panjang, "Aaaaai...


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tampaknya memang tidak mudah bagi manusia untuk
melepaskan diri dari masalah nama, kedudukan serta
ambisi, berarti tidak gampang juga menjadi manusia
2338 seperti Ciu Huang, pendekar Ciu yang disegani dan
dihormati seluruh umat persilatan. "
"Benar," sahut Pek si-hiang sambil tertawa, "Memang
sulit bagi seseorang untuk melepaskan ambisi serta citacitanya,
Li Tiong-hui sengaja melepaskan seebun Giokhiong
karena dia hendak memanfaatkan kehadiran serta
keberadaannya untuk menduduki bangku sebagai Bu-lim
Bengcu, kemudian dengan posisinya tersebut ia bisa
memerintah seluruh umat persilatan untuk beradu
kekuatan dengan seebun Giok-hiong, atau dengan
perkataan lain dia hendak mengorbankan entah berapa
banyak nyawa serta darah umat persilatan untuk
memuaskan ambisinya itu."
"Aaaai... dasar pemikiran perempuan," umpat Lim
Han-kim, mendadak ia teringat Pek si- hiang juga
seorang wanita, buru-buru ia tutup mulutnya kembali.
Pek si-hiang tertawa lalu berujar:" jangan terlalu
menyalahkan Li Tiong-hui. seandainya aku menjadi dia,
akupun pasti akan lepaskan seebun Giok-hiong, ia gagal
dalam bercinta, bila semua pikiran dan perhatiannya
tidak ditujukan untuk mencari nama serta kedudukan,
bagaimana mungkin ia dapat melanjutkan hidup ini?"
Lim Han-kim menghela napas panjang, "Aaaai... nyata
sekali manusia memang egois, dalam suasana dunia
persilatan yang begini kalut, kau memang tidak harus
mati dalam usia muda."
Pek si-hiang tertawa cekikikan "Bila aku mati
sekarang, dalam bayanganmu tentulah aku seorang
gadis yang begitu cantik, begitu baik dan sempurna,
sebaliknya bila aku hidup lebih lama lagi, mungkin saja
2339 aku akan berubah sejahat seebun Giok-hiong atau Li
Tiong-hui." "Kalau harus berubah, biarlah kau berubah" pikir Lim
Han-kim di dalam hati, "Dunia persilatan memang
dipenuhi intrik dan tipu muslihat, tak seorang manusia
pun yang begitu sempurna, Mungkin saja orang yang
betul-betul baik tak mau menerjunkan diri ke dalam
dunia persilatan Aaai... kalau toh di dunia ini sudah
terdapat begitu banyak orang jahat, sekalipun kau
berubah menjadi jahatpun tak menjadi masalah, setitik
atau sebaskom air adalah sama saja..."
sementara dia masih termenung, tiba-tiba terdengar
Pek si hiang berkata dengan lembut: "saudara Lim, aku
tidak tahu sedari kapan kau tinggalkan ruang rahasia,
padahal sudah cukup lama aku mendusin Dulu, aku suka
menyendiri dalam suasana yang amat hening dan tenang
aku dapat melupakan segala masalah yang
membelenggu diriku, aku dapat melupakan kondisiku
yang setiap saat dapat mati, tapi... tapi sekarang... aku
tak dapat berperasaan seperti itu..."
Air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya yang
cantik, lanjutnya: "sekarang aku takut hidup sendiri, aku
pun takut menghadapi kematian."
"Bukankah ilmu sesat sembilan iblis dapat
membantumu untuk menyembuhkan penyakit yang kau
derita?" "Aaaai... setelah kulatih ilmu sesat sembilan iblis
tersebut, aku akan menghancurkan kenangan yang indah
dan sempurna tentang diriku, Aku akan berubah,
2340 berubah menjadi seorang gadis yang jahat... jahat
sekali..." "Kalau harus berubah, biarlah berubah"
Pek si-hiang tertegun serunya: "Kalau aku berubah
menjadi begitu jahat, apakah kau tetap akan mengawini
aku?" "Tentu saja" jawab Lim Han-kim setelah termenung
sejenak. Dengan penuh rasa sedih Pek Si-hiang menggenggam
tangan kanan Lim Han-kim erat-erat, katanya lirih: "Aku
tak ingin mempelajari ilmu sesat sembilan iblis, namun
aku pun lebih-lebih tak pingin mati, Aaaai... Ternyata
hidup dan mati merupakan dua sudut yang saling
berlawanan oooh saudara Lim, kenapa kau tidak diberi
kesempatan untuk memilih yang terbaik di antara kedua
hal itu?" Lim Han-kim tertawa lepas, katanya: " Latihlah ilmu
sesat sembilan iblis dengan perasaan lega, jangan
cemas, apa yang telah kujanjikan sampai mati pun aku
tak akan menyesal." "Aku percaya kepadamu." Pek si-hiang manggutmanggut.
"seandainya waktu itu aku betul-betul berubah
menjadi amat jahat, ingatlah baik-baik akan segala
kebaikan yang kumiliki sekarang. perubahan tersebut
bukan menjadi kehendakku yang sebenarnya..."
Agaknya dalam waktu yang amat singkat ini dia telah
membuat satu keputusan, dengan wajah penuh
kebulatan tekad sambungnya: "Akan kuingat selalu
sumpah dan janjimu hari ini, moga- moga saja aku dapat
2341 mengendalikan perubahan sifat dan sikapku setelah
berlatih ilmu sesat itu..."
"Dengan kecerdasan serta kemampuanmu sekarang,
siapa tahu sebelum terperosok lebih dalam, kau sudah
berhasil menemukan jalan keluarnya," kata Lim Han-kim
sambil menggenggam tangannya dan tertawa.
senyuman yang amat cerah dan memabukkan segera
menghiasi wajah Pek si-hiang, mendadak pintanya:
"Rangkul dan peluklah aku erat-erat" Lim Han-kim raguragu,
ia tak berani melakukan permintaan itu.
Sambil tertawa kembali Pek Si-hiang berkata:
"Bukankah aku sudah menerima pinanganmu" Kini aku
sudah menjadi istrimu, kenapa harus malu-malu?"
"Ehmm, betul juga perkataanmu" seru Lim Han-kim,
dengan cepat dia merangkul gadis itu dan memeluknya
erat-erat. siok-bwee dan Hiang-kiok saling bertukar pandangan,
sambil tertawa diam-diam mereka mengundurkan diri
dari situ. saat yang paling menggembirakan sering kali berlalu
begitu cepat, tanpa terasa sudah dua jam lebih Pek sihiang
bersandar dalam pelukan Lim Han-kim sambil
menikmati hangatnya rangkulan pemuda itu. Akhirnya ia
membuka matanya memandang cahaya matahari di luar
jendela, lalu berbisik, "Saudara Lim, sudah saatnya kau
pergi." Pelan-pelan Lim Han-kim bangkit berdiri, tanyanya
sambil menatap gadis itu dengan penuh kemesraan:
"sampai kapan aku baru boleh menjengukmu lagi?"
2342 "Tidak usah kemari menjengukku lagi, Bila latihan ilmu
sesatku telah berhasil, dalam setahun saja dasarku sudah
kuat, Aku pasti datang mencarimu sendiri Bila aku gagal
menguasai diri hingga tersesat, paling banter tiga hari
kemudian aku sudah mati, Kalau sudah begitu, meski kau
datang menjengukku juga tak ada gunanya."
"Baik, aku akan menantimu, tapi... jejakku tak
menentu, ke mana kau hendak mencari- ku?"
"Asal aku berhasil lolos dari cengkeraman elmaut, aku
pasti punya cara untuk menemukan dirimu," sahut Pek
si-hiang sambil tertawa. Dengan penuh kasih sayang Lim Han-kim
menggenggam tangan Pek si-hiang erat-erat, bisiknya:
"Kau harus baik-baik menjaga diri"
Pek si-hiang tertawa, lalu menukas: "Bila aku dapat
lolos dari kematian, kehidupanku selanjutnya merupakan
pemberianmu " Mendadak Lim Han-kim teringat kembali janjinya
dengan Hongpo Lan, segera ujarnya lagi: "Hari Tiong-ciu
tahun depan aku punya janji dengan seorang teman
untuk bertemu di rumah makan Ui-hok-lo. Bila kau
berhasil melatih ilmu sesat sembilan iblis, tak ada
salahnya datang menjumpaiku di situ."
"Mogg-moga saja aku bisa teringat dengan tanggal
tersebut serta dagang memenuhi janji..." setelah
menghela napas panjang, Pek si-hiang melanjutkan
"seandainya aku gagal melewati pintu kematian, sampai
waktunya aku pasti akan berusaha menyampaikan warta
kematianku itu kepadamu."
2343 "Moga-moga Thian selalu melindungi orang banyak,"
bisik Lim Han-kim sedih. Dengan wajah dibasahi air mata Pek si-hiang berkata
lagi sembari tertawa: " Cinta kasih saudara Lim yang
lebih dalam daripada samudra telah membantu aku
terlepas dari pintu kematian ..."
Ia berhenti sejenak. matanya yang besar berkedip
beberapa kali hingga air matanya bercucuran makin
deras, terusnya: "Semoga saudara Lim bisa jaga diri
baik-baik, dalam menghadapi segala persoalan usahakan
untuk bersabar, kau harus menanti kedatanganku."
"Baik, aku berjanji akan tetap setia menantimu, Kini
waktu amat berharga bagimu, biar aku mohon diri lebih
dulu." "siok-bwee, di mana kau?" Pek si-hiang segera
berteriak keras. siok-bwee menyahut sambil munculkan diri, "Ada
perintah apa, nona?" tanya-nya.
"Antar Lim siangkong, waktu pulang nanti gerakkan
semua alat rahasia dan tutup rapat pesanggrahan
pengubur bunga." siok-bwee mengiakan dan berjalan duluan, setelah
mengantar Lim Han-kim sampai ke daratan seberang, ia
baru berbisik "Lim siangkong, perasaan cintamu telah
mengharukan hati nona hingga muncul kembali niatnya
untuk hidup, ini sama artinya dengan kau telah
selamatkan jiwaku serta adik Hiang-kiok, Untuk itu budak
merasa sangat berterima kasih."
2344 "Kau kelewat serius, cukup asal kalian baik-baik
melayani nona kalian," sela sang pemuda cepat
siok-bwee manggut berulang kali, kemudian ia baru
memutar sampannya dan berlayar balik ke
pesanggrahannya. Perasaan dan pikiran Lim Han-kim saat ini sangat
ringan, lega dan gembira, kendatipun perjalanannya ke
pesanggrahan pengubur bunga kali ini dilakukan tergesagesa
tanpa rencana, namun ia justru telah
menyelesaikan suatu masalah yang amat besar
Ketika mengayunkan langkahnya dtngan santai
menelusurijalan setapak, mendadak ia mengendus bau
harum arak dan hidangan yang melelehkan liur, saat
itulah ia baru teringat bahwa sudah hampir sehari ia
belum mengisi perut Ketika mendongakkan kepalanya, terlihat olehnya
sebuah rumah makan dengan merek "Pek-hun-thian"
berada di hadapannya. Dengan langkah lebar ia segera memasuki rumah
makan itu dan langsung naik ke tingkat kedua.
Tempat itu merupakan sebuah kota yang terletak
persis di tepi telaga Tay-ou, meski kotanya tidak terlalu
besar namun ramainya bukan kepalang.
Ketika Lim Han-kim tiba di depan rumah makan itu,
seorang bocah berbaju serba putih segera maju
menyongsong kedatangannya seraya menyapa: "Tuan,
hendak pesan apa?" Bocah ini berwajah bersih dan halus, pakaiannya rapi,
sama sekali tak punya tampang sebagai seorang pelayan.
2345 "Coba sediakan sepoci arak wangi serta empat macam
sayur." Bocah itu mengiakan dan segera berlalu dari situ.
selang beberapa saat ke-mudian, bocah itu sudah
muncul dengan membawa arak dan hidangan yang
dipesan. Diam-diam Lim Han-kim berpikir Jika dilihat dari
gerak-geriknya, jelas orang ini tidak mirip seorang
pelayan, lalu siapa dia?" Berpikir begitu, tak tahan
ujarnya: "saudara cilik, bagaimana kalau kuundang kau untuk
menemani aku bersantap?"
"Hamba tidak berani," tampik bocah itu cepat-cepat.
"Empat samudra adalah sahabat, setiap orang adalah
tetangga, apalagi usaha rumah makan ini tidak
terlampau sibuk, kenapa tidak kau temani aku makan
ber-sama?" "Hamba tak pandai minum arak, biarlah maksud baik
tuan kuterima dalam hati." selesai memberi hormat buruburu
dia membalikkan badan dan berlalu dari situ.
"saudara cilik, harap tunggu sebentar," bisik Lim Hankim
sambil bangkit berdiri dan menghadang jalan
perginya. Bocah itu pura-pura tidak mendengar begitu
membalikkan badan ia segera kabur dari situ,
tindakannya ini justru menimbulkan rasa curiga Lim Hankim.
Tanpa banyak bicara ia ayunkan tangannya
mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan
2346 kanan bocah itu, lalu tegurnya dingin: " Kenapa sih kau
kabur?" Bocah itu nampak sangat gelisah bercampur panik, ia
berusaha meronta dengan sepenuh tenaga, sayang sekali
cengkeraman yang dilakukan Lim Han-kim ini sangat
kuat dan kokoh, bagaimana pun bocah itu mencoba
untuk meronta namun usaha itu tetap gagal, sampai


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akhirnya ia mulai menangis.
Lim Han-kim bertambah curiga, tanpa banyak bicara ia
totok jalan darah bisu bocah itu hingga tak mampu
bersuara lagi, pengalamannya selama berapa waktu
terakhir membuat anak muda ini semakin memahami
segala macam intrik dan tipu muslihat dalam dunia
persilatan, juga meningkatkan kewaspadaannya terhadap
keadaan di sekeliling tempat tersebut ia punya
pengalaman buruk dengan Cau-hua lojin yang
menyebabkan ia salah makan dan keracunan,
pengalaman pahit ini membuat dia selalu waspada.
Tingkah laku si bocah yang gugup bercampur panik,
semakin membangkitkan perasaan curiganya, Dengan
sikap ia melongok keluar tirai, Melihat di situ tak ada
orang lain, dengan cepat dibopongnya bocah itu masuk
ke dalam ruangan, kemudian bisiknya: "saudara cilik, aku
tidak bermaksud mencelakaimu, jangan takut, bila ada
sesuatu masalah yang menyusahkan dirimu katakan saja
kepadaku terus terang."
Dengan tertotoknya jalan darah bisu di tubuh bocah
itu, biar ingin berbicara pun sulit buat bocah itu untuk
bicara, hanya air matanya bercucuran dengan deras
membasahi wajahnya 2347 Dengan kening berkerut kembali Lim Han-kim berkata:
"Bisa saja kubebaskan totokan pada jalan darah bisumu
sekarang, cuma kalau kau mencoba kabur, berarti kau
hendak mencari penyakit buat diri sendiri"
selesai bicara, ia menotok bebas jalan darah pada
tubuh bocah itu. BAB 19. kejadian Aneh Di Rumah Makan
Begitu jalan darahnya dibebaskan bocah itu segera
melompat bangun dan menerjang keluar dari ruangan
itu. Dengan gerakan cepat bagaikan sambaran kilat Lim
Han-kim mengayunkan tangan kanannya mencengkeram
kembali pergelangan tangan kanan bocah lelaki itu, Pada
saat itulah dari balik pintu ruangan telah muncul seorang
gadis berbaju hijau. Gadis itu berdiri dengan wajah serius, lamat-lamat
hawa amarah menyelimuti wajahnya. Lim Han-kim sedikit
tertegun, tapi dengan cepat ia totok jalan darah bocah
itu. "Tuan" terdengar gadis berbaju hijau itu menegur
"Harap bebaskan dia ia masih muda, tak tahu urusan,
bila sudah berbuat salah dengan tuan sepantasnya bila
tuan maafkan." sekalipun hawa amarah telah menyelimuti wajahnya,
namun ia masih berbicara dengan nada lembut dan
halus. 2348 "Apa hubungannya denganmu?" tegur Lim Han-kim
kemudian. "Dia adikku" "Nona tak usah takut, sekalipun saudaramu telah
berbuat sesuatu yang salah, aku tak akan melukai
dirinya." Tiba-tiba gadis berbaju hijau itu melangkah maju ke
depan, wajahnya semakin keren dan serius.
Lim Han-kim segera menghimpun tenaga dalamnya
bersiap sedia, katanya: "Rumah makan ini milik nona?"
Gadis itu amat cantik, cuma sayang sikapnya begitu
dingin, kaku hingga mendatangkan perasaan tak sedap
bagi yang memandang, ia tersenyum lalu jawabnya:
"Bebaskan dulu adikku, kemudian kita baru bicara."
"Maaf, bicara dulu sampai selesai baru kubebaskan
adikmu," tampik Lim Han-kim sambil tertawa hambar
Gadis berbaju hijau itu mengerutkan dahinya.
"Baik" katanya kemudian setelah berpikir sejenak.
"Apa yang hendak kau bicarakan, cepat utarakan"
Banyak persoalan yang memenuhi benak Lim Han-kim
saat itu, namun ia tak tahu harus diawali dari mana,
Untuk sesaat dia cuma termenung tanpa mengajukan
satu pertanyaan pun- "Kenapa diam saja?" tegur gadis berbaju hijau itu
ketus, "Ayoh tuan, mulailah bertanya"
" Hanya kalian berdua yang mendiami rumah makan
ini?" tanya Lim Han-kim setelah mendeham pelan,
2349 "Masih ada seorang abang" sahut gadis itu sambil
tertawa dingin. "Di mana ia sekarang?"
"Sedang menangkap ikan"
Lim Han-kim terdiam sesaat, setelah berpikir sebentar
kembali tanyanya: "Dekorasi dalam rumah makan ini
amat indah dan berseni, hasil karyamu sendiri?"
"Tuan, hanya urusan tetek bengek macam ini yang
hendak kau tanyakan?"
Merah dan terasa panas sepasang pipi Lim Han-kim
memperoleh teguran itu, segera pikirnya: "Sungguh
memalukan, rasanya memang tak pantas aku
mengajukan pertanyaan semacam ini terhadap seorang
gadis..." Karena itu sambil menepuk bebas totokan jalan darah
pada bocah lelaki itu ia pun berkata: "Teguran nona
memang sangat tepat."
Begitu terbebas dari pengaruh totokan, bocah lelaki itu
segera melompat bangun, menengok gadis berbaju hijau
itu sekejap kemudian kabur dari ruangan.
sebetulnya Lim Han-kim berniat mencengkeram
kembali bocah itu, namun gadis berbaju hijau itu segera
menghadang gerak majunya dengan merentangkan
tubuhnya di tengah jalan.
sangat cepat gerak tubuh bocah itu, dalam waktu
singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan Pelan-pelan Lim Han-kim menarik kembali
tangannya, lalu berkata: "Kenapa nona halangi
2350 perbuatanku" Padahal aku tidak berniat mencelakai
jiwanya." "Adikku masih muda, tak tahu apa apa, Biarkan dia
pergi, toh di sini masih ada aku yang bertanggung
jawab." Lim Han-kim semakin dibuat tak habis mengerti,
kembali pikirnya: "sungguh aneh tingkah laku nona ini,
jelas di balik peristiwa ini ada hal-hal yang tak beres."
Meskipun pikirannya penuh diliputi kecurigaan namun
wajahnya tetap tenang seolah-olah tak pernah terjadi
sesuatu pun, sambil tertawa hambar ujarnya: "Dalam
beberapa hari belakangan ini, apakah nona..."
Karena takut maksud hatinya keburu ketahuan, dia
sengaja menarik kata terakhirnya dengan nada panjang,
Gadis berbaju hijau itu manggut-manggut, tukasnya:
"Dengan obat bius aku telah merobohkan dua orang,
Aaai... cuma sayang orang-orang itu nampaknya tak
berguna..." Kontan Lim Han-kim merasakan jantungnya berdebar
keras, pikirnya: "orang bilang dunia persilatan amat
berbahaya, nampaknya pernyataan ini memang benar.
siapa sih yang mengira dalam sebuah rumah makan kecil
yang begini sederhana dan bersih serta dikelola dua
bersaudara yang lemah lembut, ternyata merupakan
sebuah perangkap dunia persilatan yang amat berbahaya?"
sementara ia berpikir, gadis berbaju hijau itu telah
bertanya lagi: "Apakah hendak kau periksa?"
2351 "Tentu saja harus kuperiksa" jawab Lim Han-kim
cepat. Tanpa banyak bicara gadis berbaju hijau itu
membalikkan badan berjalan ke luar dari kedainya
menuju ke belakang. Dengan sangat berhati-hati Lim Han-kim mengekor di
belakang gadis itu, mereka menaiki sebuah bangunan
loteng kecil dan tiba di depan sebuah pintu yang terkunci
Begitu pintu terbuka, terlihatlah isi ruangan itu hanya
tumpukan aneka macam barang yang kotor dan berdebu,
Mengikuti arah yang ditunjuk Lim Han-kim berpaling.
Betul juga, dari depan sana teriihat sebaris perahu
sedang bergerak mendekat dengan kecepatan tinggi, tak
lama kemudian perahu-perahu itu sudah semakin
mendekat hingga bisa teriihat kawanan jago yang berdiri
di tengah geladak. Seebun Glok-hiong segera memberi tanda agar perahu
itu mendekat, tak lama kemudian mereka berdua sudah
berpindah ke atas perahu tersebut Seebun Glok-hiong
pun segera turunkan perintah agar armada yang amat
besar itu berlayar menuju ke daratan-
Pelan-pelan Seebun Glok-hiong berjalan menghampiri
Lim Han-kim, dengan suara rendah katanya kemudian:
"Kekasih Lim, gara-gara aku, kau turut panik, bingung
dan kuatir Aku merasa berhutang budi padamu, mulai
saat ini aku berjanji akan melayanimu dengan lebih baik
lagi." "Maksud baik nona biar kuterima di dalam hati saja,"
jawab Lim Han-kim cepat. "Kini kau sudah disambut oleh
2352 anak buahmu, situasi gawat pun sudah berubah jadi
aman, aku rasa sudah waktuku untuk mohon diri."
"Kau hendak ke mana?" tanya Seebun Glok-hiong
tertegun "Entahlah, dunia sangat lebar, ke mana aku berjalan
ke sanalah aku pergi"
"Tapi obat untuk menghilangkan samaran pada
wajahmu tidak berada di sakuku sekarang".
"Tidak apa-apa," sela Lim Han-kim. "Selama beberapa
hari ini aku sudah terbiasa dengan wajah buruk. Nah,
sampai jumpa kembali."
selesai memberi hormat, ia membalikkan badan dan
beranjak pergi dari situ, seebun Giok-hiong
menggetarkan bibirnya seperti hendak mengatakan
sesuatu, tapi niat tersebut kemudian diurungkannya.
Baru berjalan berapa langkah, mendadak Lim Han-kim
berbalik kembali, katanya: "Ada satu urusan aku ingin
minta tolong kepada nona, apakah ..."
seebun Giok-hiong menghela napas selanya:
"Jangankan baru sebuah, sepuluh buah pun pasti akan
kusanggupi" "Lebih baik nona jangan terlalu cepat menyanggupi
urusan ini besar sekali hubungannya dengan dirimu."
"soal apa itu" Masa begitu serius?"
"Aku minta kau berjanii kepadaku untuk tidak
mendatangi pesanggrahan pengubur bunga dan
mengusik ketenangan nona Pek lagi"
2353 seebun Giok-hiong termenung sambil berpikir sejenak.
kemudian sahutnya: " Kalau dilihat dari penyakitnya yang
begitu parah, aku pikir sembilan puluh persen ia sudah
tak punya harapan untuk hidup lagi."
"Mati atau hidupnya sama sekali tiada hubungan
dengan dirimu, aku hanya minta kau jangan pergi
mengusik ketenangannya lagi, sanggup tidak?"
Kembali seebun Giok-hiong berpikir, tapi akhirnya dia
mengangguk "Baik, aku berjanji kepadamu"
"Terima kasih banyak nona karena kau sudi memberi
muka kepadaku, Lim Han-kim merasa sangat terharu."
Buru- buru pemuda itu memberi hormat, kemudian ia
membalikkan badan dan beranjak pergi dengan langkah
lebar. Dari belakang tubuhnya bergema suara helaan napas
panjang seebun Giok-hiong yang rendah dan berat:
"Kekasih Lim, tidakkah kau menyadari bahwa jarak di
antara kita rasanya semakin lama semakin jauh."
Meskipun Lim Han-kim mendengar setiap ucapan itu
dengan jelas, namun ia berlagak seolah-olah tidak
mendengar Dengan langkah lebar ia meneruskan
perjalanannya ke depan. Mengawasi bayangan punggung Lim Han-kim yang
pergi jauh, seebun Giok-hiong tak dapat melukiskan
bagaimana perasaan hatinya sekarang, setelah bayangan
punggung pemuda itu sudah lenyap dari pandangan,
baru ia membalikkan tubuh dan beranjak pergi.
Pada saat itu Lim Han-kim melakukan perjalanan
cepat tanpa berpaling lagi, la baru memperlambat
2354 langkahnya sesudah berada puluhan li dari tempat
semula. sambil mendongakkan kepalanya memandang
rembulan yang mulai muncul di langit sebelah barat, ia
bergumam:" "Aku harus ke mana?"
Ketika melalui sebuah hutan yang lebat, mendadak ia
saksikan sesosok bayangan manusia berkelebat lewat
dan kemudian lenyap dari pandangan.
Lim Han-kim bukan anak kemarin sore, dengan
ketajaman mata yang dimilikinya ia dapat menyaksikan
bayangan manusia itu menyusup masuk ke dalam hutan,
Dengan seksama dia pun melakukan pemeriksaan di
sekeliling tempat itu, namun suasana amat hening, sepi,
tak nampak sesosok manusia pun.
Sementara ia masih tercengang bercampur heran,
mendadak matanya tertuju ke arah semak yang kusut
bekas injakan kaki manusia.
Meminjam cahaya rembulan yang berwarna
keperakan, dengan seksama ia telusuri bekas kaki pada
semak tersebut Belum jauh dia berjalan, mendadak
kakinya menyentuh suatu benda keras yang terlentang di
tengah jalan, Buru-buru ia menundukkan kepalanya
melakukan pemeriksaan ternyata ada sesosok tubuh
manusia yang terluka tergolek di sana.
Tergopoh-gopoh pemuda itu membalikkan tubuh sang
korban, tapi hatinya semakin terperanjat Kiranya orang
yang terluka itu tak lain tak bukan adalah sahabat


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

karibnya, Hongpo Lan. Dalam kaget dan tercengangnya,
buru-buru dia mengerahkan tenaga dalamnya untuk
menyadarkan kembali rekannya itu.
2355 sambil melompat bangun buru-buru Hongpo Lan
memberi hormat seraya berkata: "Ternyata saudara Lim
yang telah selamatkan aku, terima kasih banyak atas
pertolonganmu ini..."
"Kita adalah sesama saudara, kenal pun sudah begitu
akrab, buat apa kau masih sungkan-sungkan" Bagaimana
keadaan luka saudara Hongpo" Apa perlu beristirahat
dulu sebentar?" "Luka yang kuderita tidak terlampau parah, hanya
beberapa buah jalan darah pada nadi pentingku yang
tertotok oleh ilmu memotong nadi. Coba kalau saudara
Lim tidak selamatkan aku dengan membebaskan totokan
pada nadi pentingku, lama kelamaan totokan tersebut
bisa mengakibatkan terjadinya luka yang sukar diobati."
"llmu menotok nadi" Rasa-rasanya belum pernah
kudengar orang berbicara tentang kepandaian tersebut?"
"Mari kita berangkat," ajak Hongpo Lan sambil bangkit
berdiri "Kita harus secepatnya berangkat"
"Ke mana?" " Kebun bunga keluarga Thio di gedung Lam-chonghu."
"Mau apa mengunjungi kebun bunga keluarga Thio?"
tanya Lim Han-kim ter- cengang, ia tidak habis mengerti
"semua jago lihai dari seluruh kolong langit serta
tokoh-tokoh dari sembilan partai besar telah berkumpul
semua di kebun bunga keluarga Thio untuk mengangkat
seorang bengcu dalam perjuangan menentang kelaliman
seebun Giok-hiong, pertemuan puncak semacam ini
2356 boleh dibilang teramat langka, kita tak boleh lewatkan
kesempatan baik ini."
Lim Han-kim termenung dan berpikir sejenak.
kemudian ia berkata: "Huuuuh, lagi-lagi soal perebutan
nama dan kedudukan Maaf, sejak kecil aku dibesarkan
dalam lembah di tengah bukit yang sepi dan terpencil.
Aku sudah kelewat muak menyaksikan peristiwa
perebutan nama dan kedudukan semacam ini, jadi
maafkan kalau aku tak bisa menemanimu."
selesai bicara, dia membalikkan badan dan beranjak
pergi dengan langkah lebar. "saudara Lim" teriak Hongpo
Lan buru-buru. seraya membalikkan badannya Lim Han-kim menjura,
katanya: "Setiap orang mempunyai pendirian yang tak
sama. Aku betul-betul sudah muak menyaksikan
peristiwa tersebut, saudara Hongpo, Aku minta
pengertianmu, maafkan diriku ini. Pokoknya aku tahu
bahwa hubungan persaudaraan di antara kita tetap kekal
dan abadi, moga-moga saja kita dapat bersua lagi lain
waktu." "Saudara Lim, dengarkan dulu perkataanku" kata
Hongpo Lan sambil menghela napas panjang.
" Kecuali mengajak aku berkunjung ke kebun bunga
keluarga Thio untuk menghadiri pertemuan puncak para
jago itu, soal yang lain boleh saudara Hongpo bicarakan
denganku." "Pertemuan puncak ini terselenggara bukan semata
memperebutkan nama serta kedudukan, tapi juga
berbicara tentang keselamatan umat persilatan pada
umumnya." 2357 "Aaaah, bagiku, siapa pun yang berhasil merebut
kedudukan bengcu tersebut adalah sama saja."
"Apabila seebun Giok-hiong sengaja mengirim orang
untuk ikut memperebutkan kedudukan tersebut,
keadaannya tentu berbeda sekali."
Lim Han-kim tidak langsung menjawab, pikirnya: "Bila
Pek si-hiang sudah mati, siapa sih manusia di dunia saat
ini yang mampu menaklukkan seebun Giok-hiong"
sebaliknya bila Pek si-hiang masih hidup, berarti ia
berhasil mempelajari ilmu sesat, watak maupun tingkah
lakunya pasti berubah, menjadi baik atau jahat masih
merupakan tanda tanya besar... Aaaaai, semestinya Li
Tiong-hui adalah orang pilihan terbaik, tapi demi
mengincar kedudukan bengcu, nyatanya ia rela
melepaskan seebun Giok-hiong dengan begitu saja..."
"Sementara itu, umat persilatan di seluruh dunia
menganggap seebun Giok-hiong kejam, jahat dan berhati
ular, tapi kenyataannya ia bersikap begitu baik kepada
aku, Lim Han-kim". Makin dipikir pemuda itu merasa semakin kaiut dan
kusut pikirannya, untuk sesaat ia tak dapat mengambil
suatu kesimpulan yang terbaik.
Hongpo Lan tidak tahu apa yang sedang dipikirkan
rekannya. Melihat Lim Han-kim masih termenung terus
tanpa bicara, tak tahan lagi segera tegurnya: "Saudara
Lim, apa yang sedang kaupikirkan?"
Lim Han-kim menghela napas panjang dan berkata:
"Aaaaai... pengalaman serta peristiwa yang kualami
selama beberapa bulan terakhir ini membuat aku
berpendapat bahwa orang yang punya nama serta
2358 reputasi terbaik belum tentu ia benar-benar baik,
sebaliknya orang yang bernama dan reputasi jelek.
belum tentu orangnya benar- benar jelek."
"Apa maksud perkataanku itu?" sela Hongpo Lan
dengan wajah termangu karena tak mengerti.
"Sekalipun Li Tiong-hui berhasil menduduki kursi
bengcu, belum tentu ia dapat menciptakan kebahagiaan
serta ketenteraman dalam dunia persilatan. Belum tentu
ia bisa selamatkan umat persilatan dari bencana
pembunuhan berdarah, sebaliknya, misalnya seebun
Giok-hiong yang berhasil merebut kursi bengcu, belum
tentu dia akan membuat suasana dunia persilatan
menjadi kacau balau. Kalau toh perbedaan di antara mereka tidak terlalu
jauh, buat apa pula kita mesti bersusah payah untuk
melibatkan diri dalam persoalan ini?"
Dengan wajah termangu- mangu Hongpo Lan awasi
Lim Han-kim tanpa berkedip. sampai lama kemudian ia
baru bergumam "saudara Lim, kau telah berubah...
bahkan perubahanmu teramat banyak..."
"Mungkin saja aku memang telah berubah, tapi aku
bisa berbicara demikian karena aku sudah mempunyai
pengertian yang lebih mendalam terhadap manusia serta
kejadian yang ada dalam dunia persilatan. Bila kita betulbetul
ingin menciptakan kebahagiaan bagi dunia
persilatan, maka kita harus menempuh jalan yang lain.
Hanya menggantungkan diri pada beberapa gelintir
manusia saja tak akan bermanfaat banyak terhadap
perubahan yang sama-sama kita dambakan".
2359 "Ya a, sudahlah" akhirnya Hongpo Lan berseru. "Kalau
memang niatmu untuk tidak mencampuri urusan ini
begitu kuat, aku juga tak akan membujuk lebih jauh."
"Kau salah paham saudara Hongpo, aku tidak punya
pikiran untuk mengasingkan diri atau tidak mencampuri
urusan dunia persilatan lagi. Aku hanya berpendapat
perebutan nama serta kedudukan bengcu bukan saja
tidak akan menyelesaikan masalah bahkan akan
menambah ruwetnya suasana, jadi aku berniat..." Belum
selesai ucapan itu diutarakan, mendadak dia
membungkam Hongpo Lan juga tidak mendesak lebih jauh, sambil
memberi hormat katanya: "Kalau memang begitu aku
harus mohon diri lebih dulu, sebab aku sedang
melaksanakan tugas dari ayahku."
"Maaf kalau aku tidak bisa mengantar."
sambil melompat naik ke punggung kudanya Hongpo
Lan berpaling sambil berseru: "saudara Lim, kapan kita
dapat berjumpa kembali?"
Lim Han-kim berpikir sejenak, lalu sahutnya: "Hari
Tiong-ciu tahun depan aku akan menunggumu di rumah
makan ou-hok-lo di kota Bu-chong."
"Baik, sampai waktunya nanti aku pasti akan datang
memenuhi janji" selesai bicara dia mengeplak kudanya
berlalu dari sana. Lim Han-kim menunggu sampai bayangan tubuh
Hongpo Lan lenyap dari pandangan baru berangkat
menuju ke tepi telaga, Kepada seorang nelayan yang
2360 kebetulan perahunya sedang berlabuh ia berjalan
mendekat sambil menggapai
Melihat ada orang menggapai, nelayan itu segera
menjalankan perahunya mendekat Tapi setelah berada di
tepi pantai dari begitu melihat wajah Lim Han-kim yang
sangat aneh, ia menjerit kaget kemudian memutar
perahunya dan buru-buru kabur dari situ,
Lim Han-kim segera menghimpun hawa murninya,
tiba-tiba ia melejit ke udara dan melompat naik ke atas
perahu nelayan itu. si nelayan adalah seorang kakek berusia lima puluh
tahunan, ia semakin ketakutan setelah melihat Lim Hankim
mampu melayang di udara untuk hinggap di geladak
perahunya, Dengan perasaan cemas bercampur ngeri,
serunya berulang kali: "Tuan, aku hanya nelayan yang
hidup miskin dan sengsara..."
Lim Han-kim merogoh sakunya mengeluarkan
sekeping emas yang beratnya paling tidak di atas lima
tahil ia berseru sambil menyodorkan emas tersebut ke
hadapan nelayan itu: "Kakek. kau tak usah takut, aku
bukan penyamun" Terbelalak sepasang mata nelayan itu melihat emas
seberat itu, tapi dia tak berani menerima pemberian itu,
hanya katanya berulang kali: "Tuan, kalau ada urusan
katakan saja, sedang uangmu itu... aku tak berani
terima..." Geli juga Lim Han-kim melihat sikap nelayan yang
jelas menginginkan uang emas tersebut, tapi tak berani
menerimanya sambil meletakkan emas tersebut ke
tangannya ia pun berkata: "Antar aku ke bukit Tong-ting
2361 sebelah barat, sedang emas itu anggap saja sebagai
ongkos penyeberangan Aku akan beristirahat sejenak.
setelah tiba di bukit Tong-ting, panggillah aku." selesai
berkata dia masuk ke dalam ruang perahu, duduk bersila
dan mulai mengatur pernapasan
Entah berapa saat sudah lewat, tiba-tiba dari luar
ruang perahu kedengaran kakek itu berseru: "Kita sudah
sampai di bukit Tong-ting"
Buru-buru Lim Han-kim berjalan keluar dan berdiri di
ujung geladak sambil memberi petunjuk kepada nelayan
itu untuk melewati jalur masuk air menuju ke
pesanggrahan pengubur bunga.
Begitu tiba di tempat tujuan, pemuda itu segera
menghimpun tenaga dalamnya sambil berseru: "Ada
orangkah di sini?" suara teriakan itu kedengarannya tidak terlampau
keras, tapi suaranya dapat bergema sampai ke tempat
yang cukup jauh. Tak selang beberapa saat kemudian dari balik
bebatuan muncullah Hiang-kiok yang berbaju hijau,
tampak wajahnya murung dan diliputi perasaan sedih
yang mendalam, Begitu mengetahui orang yang datang
adalah Lim Han-kim, dengan wajah girang ia segera
menegur: "Apakah Lim siangkong yang datang?"
"Yaa, aku memang Lim Han-kim"
"sungguh kebetulan kedatangan Lim siang-kong, ayoh
cepat naik kemari..." seru Hiang-kiok cepat
Lim Han-kim berpaling dan memandang nelayan itu
sekejap. kemudian pesannya: "setelah meninggalkan
2362 tempat ini, jangan sekali-kali kau singgung tentang
tempat ini, mengerti?" seraya berkata, dia melompat naik
ke daratan. Nelayan itu berjanji berulang kali, kemudian memutar
perahunya dan bergerak meninggalkan tempat itu.
sambil maju menyongsong Hiang-kiok kembali
pemuda itu berseru: "Baru saja nona memanggil
namamu, sungguh beruntung kau datang tepat pada
waktunya." "Apakah penyakit nona Pek semakin parah?"
"Bukan cuma parah, jiwanya sudah kritis, setiap saat
ia dapat menghembuskan napasnya yang terakhir Tak
lama setelah siangkong pergi, nona berjalan keluar dari
ruang rahasia, tapi ia segera pingsan kembali setelah
mengetahui bahwa siangkong ditangkap seebun Giokhiong,
akibatnya aku dan enci siok-bwee jadi panik dan
ketakutan setengah mati. setelah berusaha sedapat
mungkin, akhirnya nona berhasil disadarkan kembali"
"Lantas berada di mana nonamu sekarang?" tanya Lim
Han-kim dengan perasaan sedih.
"Kini dia berada di kamar tidurnya di loteng."
"Seraya berkata dia menarik ujung baju pemuda itu
dan mengajaknya berlarian menuju ke bangunan loteng.
Ketika tiba di kamar tidur Pek si-hiang, mereka
menjumpai siok-bwee sedang berlutut di depan
pembaringan sambil memegangi lengan Pek si-hiang dan
menangis tersedu-sedu. Dengan agak tertegun Hiangkiok
segera berseru: "Cici siok- bwee, nona dia..."
2363 siok-bwee mengangkat kepalanya memandang Hiangkiok
dan Lim Han-kim sekejap. kemudian serunya
sesenggukan: "Nona ... dia ... dia ... dia ..." sesaat ia tak
sanggup melanjutkan kata-katanya karena sudah
meledak isak tangis dayang tersebut
"Apakah nona sudah putus nyawa?" bisik Hiang-kiok
dengan mata terbelalak lebar dan air mata bercucuran


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membasahi pipinya. "Aku rasa nona sudah tak punya harapan-"
"Sungguh?" jerit Hiang-kiok sambil melompat dan
menubruk ke arah pembaringan^
Buru-buru Lim Han-kim merentangkan tangan
kanannya menghadang jalan maju Hiang-kiok sambil
berkata mencegah: "Jangan sembarangan bertindak, kini
kondisi tubuhnya sangat lemah. jangankan sedang sakit
parah, berada dalam keadaan bugar pun dia tak bakal
tahan menerima tubrukanmu itu, apalagi kondisi-nya
sekarang sudah teramat kritis..."
Berada dalam keadaan seperti ini, sesungguhnya tak
ada perbedaan antara lelaki maupun wanita. Lim Hankim
sendiri pun merasa teramat sedih dan pilu hatinya,
cuma ia masih sanggup menjaga ketenangan.
setelah agak tertegun sejenak, Hiang-kiok manggutmanggut:
"Betul juga perkataan Lim siangkong."
Pelan-pelan Lim Han-kim berjalan menghampiri
pembaringan dan memeriksa keadaan gadis itu, tampak
para muka Pek si-hiang pucat pias seperti mayat,
matanya terpejam rapat sedang hembusan napasnya
sudah tak nampak. 2364 Terdengar siok-bwee berkata dengan sedih: "Lim
siangkong, dengus napas nona sudah berhenti kurang
lebih separuh hio lamanya ..."
Dengan sangat berhati-hati Lim Han-kim menyingkap
selimut yang menutupi tubuh Pek si-hiang, lalu dia
tempelkan telapak tangannya di atas dada gadis itu dan
mencoba memeriksa detak jan-tungnya,
setelah diperiksa dengan seksama, ternyata
dirasakannya jantung si nona masih berdetak, meski
sudah teramat lemah sesudah termenung sejenak Lim Han- kim pun
berpaling ke arah siok-bwee serta Hiang-kiok dan
berkata: "Kondisi penyakit yang diderita nona Pek sudah
mencapai taraf yang berbahaya sekali, aku rasa hanya
ada satu jaLan pintas yang dapat kita lakukan sekarang."
"Jalan pintas bagaimana?" tanya siok-bwee.
"Aku hendak menggunakan tenaga dalam untuk
membantu peredaran darah di dalam tubuhnya, Dengan
bertambah cepatnya aliran darah dalam tubuhnya,
otomatis jantung yang memompa darah akan ikut
bergerak lebih cepat, dengan begitu dia akan segera
tersadar kembali..."
"Cara ini sangat baik," sela Hiang-kiok dengan
perasaan cemas. "Tapi ada satu hal yang perlu kujelaskan lebih dulu,
Kondisi nona Pek saat ini sudah terhitung setengah mati,
setiap saat ada kemungkinan napasnya berhenti sama
sekali, tapi ada kemungkinan juga dia akan hidup terus,
sebaliknya bila menggunakan caraku ini mungkin saja dia
2365 akan segera tersadar kembali, tapi kemungkinan besar
jantungnya segera akan berhenti berdetak dan mati."
"Bagaimana dengan perbandingan kesempatan untuk
mati dan hidup?" "Seharusnya lima puluh banding lima puluh, antara
mati dan hidup masing-masing menempati setengahnya."
Siok-bwee termenung berpikir sejenak, kemudian
katanya seraya mengangguk: "Baiklah, Lim siangkong
boleh segera turun tangan, Kini aku sudah bertekad akan
mengorbankan diri untuk menemani majikanku untuk
selamanya, Bilamana nona putus napas nanti, tolong Lim
siangkong ajak adik Hiang-kiok untuk segera tinggaikan
tempat ini. Aku akan gerakkan semua peralatan rahasia
untuk mengunci pesanggrahan pengubur bunga ini dari
dalam, kemudian akan kukirim tubuh nona ke ruang
bawah tanah dan di situ aku akan menemani jasadnya
untuk selamanya ..."
"Tidak, aku tak mau pergi- tukas Hiang-kiok sambil
melelehkan air mata, "Aku akan tetap tinggal di sini
menemani arwah nona."
"Aku rasa lebih baik kalian berdua tak usah bersikeras
lantaran persoalan ini," ujar Lim Han-kim pelan, "orang
baik selalu dilindungi Thian, siapa tahu nona Pek segera
akan tersadar kembali."
Sembari berkata dia bangunkan tubuh Pek Si-hiang
dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya
langsung dihantamkan ke atas jalan darah Mia-bun-hiat
keras-keras. 2366 Tampak tubuh Pek Si-hiang yang kurus kecil itu tibatiba
saja bergetar keras, dari mulutnya menyembur
keluar segumpal riak kental.
Kebetulan sekali pada waktu itu Lim Han-kim sedang
memutar wajahnya untuk memeriksa dengus napasnya
apakah sudah berfungsi atau belum, tak ampun lagi
semburan riak kental itu persis menyembur di atas wajah
anak muda itu. padahal saat itu dia sedang mengerahkan
segenap tenaga dalamnya untuk mendesak peredaran
darah di tubuh Pek Si-hiang agar lancar kembali, dengan
sendirinya dia pun tak dapat menyeka riak kental yang
menempel di wabahnya itu.
sepasang mata Pek si-hiang yang semula terpejam
rapat, pelan-pelan membuka kembali Ketika menyaksikan
wajah- Lim Han-kim dinodai oleh riak kentalnya tanpa
disadari pemuda itu, tak kuasa lagi ia tersenyum.
Tak terlukiskan rasa gembira siok-bwee serta Hiangkiok
setelah menyaksikan sekulum senyuman mulai
menghiasi wajah majikannya, tak tahan mereka menjerit
keras: "Nona telah mendusin"
Lim Han-kim menghembuskan napas panjang, pelanpelan
ia menarik kembali telapak tangannya dari atas
jalan darah Mia-bun-hiat, gumamnya: "Sungguh
beruntung usahaku berhasil"
Dengan lembut dan penuh kasih sayang Pek si- hiang
menyeka riak kental dari wajah Lim Han-kim, lalu
bisiknya: "Kau sudah kembali?"
"Yaa, aku sudah kembali."
2367 Dari bawah bantalnya Pek si-hiang mengeluarkan
sebatang jarum emas yang segera ditusukkan ke atas
jalan darahnya, semangat dan tenaganya seketika
menjadi bugar kembali, wajahnya yang semula pucat
pias kini pun mulai dihiasi warna semu merah, embali ia
bertanya: "seebun Giok-hiong membebaskan kau?"
Lim Han-kim tidak menjawab, sebaliknya segera
menegur: " Kondisi badanmu sudah demikian lemah dan
rapuh, kekuatanmu juga belum pulih kembali, kenapa
kau gunakan lagi jarum emas itu untuk merangsang daya
tahan tubuhmu" Apakah tindakanmu ini tidak keliru
besar?" Sambil tersenyum Pek Si-hiang menggeleng, kembali
desaknya: "Cepat beritahu aku, apakah seebun Giokhiong
yang membebaskan kau?"
"Aaaai.. panjang untuk diceritakan ..."
"Tidak mengapa, aku bisa mendengarkan dengan
penuh kesabaran." Terpaksa Lim Han-kim mengisahkan
kembali pengalaman yang dialaminya secara ringka
Betul juga, Pek si-hiang mendengarkan dengan penuh
perhatian, begitu selesai kisah tersebut ia baru berkata
sambil ter-senyum: "Li Tiong-hui gagal dalam urusan
bercinta, lumrah bila dia alihkan pikiran serta
perhatiannya ke masalah nama serta kedudukan."
"Apakah dia memang berniat membebaskan seebun
Giok-hiong?" "seandainya seebun Giok-hiong tewas, maka Li Tionghui
akan kehilangan lawan tangguh. Bila begitu
2368 keadaannya, maka tidak gampang jika dia pingin
menduduki tahta sebagai Bu-lim Bengcu."
"Kalau begitu apa yang diucapkan seebun Giok-hiong
ada benarnya juga, berarti..." Mendadak ia batal
meneruskan kembali kata-katanya.
"Berarti tiada seorang manusia pun di dunia ini yang
dapat dipercaya bukan?" sambung Pek si-hiang sambil
ter-senyum. Lim Han-kim menghela napas panjang, "Aaaaai...
tampaknya memang tidak mudah bagi manusia untuk
melepaskan diri dari masalah nama, kedudukan serta
ambisi, berarti tidak gampang juga menjadi manusia
seperti Ciu Huang, pendekar Ciu yang disegani dan
dihormati seluruh umat persilatan. "
"Benar," sahut Pek si-hiang sambil tertawa, "Memang
sulit bagi seseorang untuk melepaskan ambisi serta citacitanya,
Li Tiong-hui sengaja melepaskan seebun Giokhiong
karena dia hendak memanfaatkan kehadiran serta
keberadaannya untuk menduduki bangku sebagai Bu-lim
Bengcu, kemudian dengan posisinya tersebut ia bisa
memerintah seluruh umat persilatan untuk beradu
kekuatan dengan seebun Giok-hiong, atau dengan
perkataan lain dia hendak mengorbankan entah berapa
banyak nyawa serta darah umat persilatan untuk
memuaskan ambisinya itu."
"Aaaai... dasar pemikiran perempuan," umpat Lim
Han-kim, mendadak ia teringat Pek si- hiang juga
seorang wanita, buru-buru ia tutup mulutnya kembali.
Pek si-hiang tertawa lalu berujar:" jangan terlalu
menyalahkan Li Tiong-hui. seandainya aku menjadi dia,
2369 akupun pasti akan lepaskan seebun Giok-hiong, ia gagal
dalam bercinta, bila semua pikiran dan perhatiannya
tidak ditujukan untuk mencari nama serta kedudukan,
bagaimana mungkin ia dapat melanjutkan hidup ini?"
Lim Han-kim menghela napas panjang, "Aaaai... nyata
sekali manusia memang egois, dalam suasana dunia
persilatan yang begini kalut, kau memang tidak harus
mati dalam usia muda."
Pek si-hiang tertawa cekikikan "Bila aku mati
sekarang, dalam bayanganmu tentulah aku seorang
gadis yang begitu cantik, begitu baik dan sempurna,
sebaliknya bila aku hidup lebih lama lagi, mungkin saja
aku akan berubah sejahat seebun Giok-hiong atau Li
Tiong-hui." "Kalau harus berubah, biarlah kau berubah" pikir Lim
Han-kim di dalam hati, "Dunia persilatan memang
dipenuhi intrik dan tipu muslihat, tak seorang manusia
pun yang begitu sempurna, Mungkin saja orang yang
betul-betul baik tak mau menerjunkan diri ke dalam
dunia persilatan Aaai... kalau toh di dunia ini sudah
terdapat begitu banyak orang jahat, sekalipun kau
berubah menjadi jahatpun tak menjadi masalah, setitik
atau sebaskom air adalah sama saja..."
sementara dia masih termenung, tiba-tiba terdengar
Pek si hiang berkata dengan lembut: "saudara Lim, aku
tidak tahu sedari kapan kau tinggalkan ruang rahasia,
padahal sudah cukup lama aku mendusin Dulu, aku suka
menyendiri dalam suasana yang amat hening dan tenang
aku dapat melupakan segala masalah yang
membelenggu diriku, aku dapat melupakan kondisiku
2370 yang setiap saat dapat mati, tapi... tapi sekarang... aku
tak dapat berperasaan seperti itu..."
Air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya yang
cantik, lanjutnya: "sekarang aku takut hidup sendiri, aku
pun takut menghadapi kematian."
"Bukankah ilmu sesat sembilan iblis dapat
membantumu untuk menyembuhkan penyakit yang kau
derita?" "Aaaai... setelah kulatih ilmu sesat sembilan iblis
tersebut, aku akan menghancurkan kenangan yang indah
dan sempurna tentang diriku, Aku akan berubah,
berubah menjadi seorang gadis yang jahat... jahat
sekali..." "Kalau harus berubah, biarlah berubah"
Pek si-hiang tertegun serunya: "Kalau aku berubah
menjadi begitu jahat, apakah kau tetap akan mengawini
aku?" "Tentu saja" jawab Lim Han-kim setelah termenung
sejenak. Dengan penuh rasa sedih Pek Si-hiang menggenggam
tangan kanan Lim Han-kim erat-erat, katanya lirih: "Aku
tak ingin mempelajari ilmu sesat sembilan iblis, namun
aku pun lebih-lebih tak pingin mati, Aaaai... Ternyata
hidup dan mati merupakan dua sudut yang saling
berlawanan oooh saudara Lim, kenapa kau tidak diberi
kesempatan untuk memilih yang terbaik di antara kedua
hal itu?" Lim Han-kim tertawa lepas, katanya: " Latihlah ilmu
sesat sembilan iblis dengan perasaan lega, jangan
2371 cemas, apa yang telah kujanjikan sampai mati pun aku
tak akan menyesal." "Aku percaya kepadamu." Pek si-hiang manggutmanggut.
"seandainya waktu itu aku betul-betul berubah
menjadi amat jahat, ingatlah baik-baik akan segala
kebaikan yang kumiliki sekarang. perubahan tersebut
bukan menjadi kehendakku yang sebenarnya..."
Agaknya dalam waktu yang amat singkat ini dia telah
membuat satu keputusan, dengan wajah penuh
kebulatan tekad sambungnya: "Akan kuingat selalu
sumpah dan janjimu hari ini, moga- moga saja aku dapat
mengendalikan perubahan sifat dan sikapku setelah
berlatih ilmu sesat itu..."
"Dengan kecerdasan serta kemampuanmu sekarang,
siapa tahu sebelum terperosok lebih dalam, kau sudah
berhasil menemukan jalan keluarnya," kata Lim Han-kim
sambil menggenggam tangannya dan tertawa.
senyuman yang amat cerah dan memabukkan segera


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghiasi wajah Pek si-hiang, mendadak pintanya:
"Rangkul dan peluklah aku erat-erat" Lim Han-kim raguragu,
ia tak berani melakukan permintaan itu.
Sambil tertawa kembali Pek Si-hiang berkata:
"Bukankah aku sudah menerima pinanganmu" Kini aku
sudah menjadi istrimu, kenapa harus malu-malu?"
"Ehmm, betul juga perkataanmu" seru Lim Han-kim,
dengan cepat dia merangkul gadis itu dan memeluknya
erat-erat. 2372 siok-bwee dan Hiang-kiok saling bertukar pandangan,
sambil tertawa diam-diam mereka mengundurkan diri
dari situ. saat yang paling menggembirakan sering kali berlalu
begitu cepat, tanpa terasa sudah dua jam lebih Pek sihiang
bersandar dalam pelukan Lim Han-kim sambil
menikmati hangatnya rangkulan pemuda itu. Akhirnya ia
membuka matanya memandang cahaya matahari di luar
jendela, lalu berbisik, "Saudara Lim, sudah saatnya kau
pergi." Pelan-pelan Lim Han-kim bangkit berdiri, tanyanya
sambil menatap gadis itu dengan penuh kemesraan:
"sampai kapan aku baru boleh menjengukmu lagi?"
"Tidak usah kemari menjengukku lagi, Bila latihan ilmu
sesatku telah berhasil, dalam setahun saja dasarku sudah
kuat, Aku pasti datang mencarimu sendiri Bila aku gagal
menguasai diri hingga tersesat, paling banter tiga hari
kemudian aku sudah mati, Kalau sudah begitu, meski kau
datang menjengukku juga tak ada gunanya."
"Baik, aku akan menantimu, tapi... jejakku tak
menentu, ke mana kau hendak mencari- ku?"
"Asal aku berhasil lolos dari cengkeraman elmaut, aku
pasti punya cara untuk menemukan dirimu," sahut Pek
si-hiang sambil tertawa. Dengan penuh kasih sayang Lim Han-kim
menggenggam tangan Pek si-hiang erat-erat, bisiknya:
"Kau harus baik-baik menjaga diri"
2373 Pek si-hiang tertawa, lalu menukas: "Bila aku dapat
lolos dari kematian, kehidupanku selanjutnya merupakan
pemberianmu " Mendadak Lim Han-kim teringat kembali janjinya
dengan Hongpo Lan, segera ujarnya lagi: "Hari Tiong-ciu
tahun depan aku punya janji dengan seorang teman
untuk bertemu di rumah makan Ui-hok-lo. Bila kau
berhasil melatih ilmu sesat sembilan iblis, tak ada
salahnya datang menjumpaiku di situ."
"Mogg-moga saja aku bisa teringat dengan tanggal
tersebut serta dagang memenuhi janji..." setelah
menghela napas panjang, Pek si-hiang melanjutkan
"seandainya aku gagal melewati pintu kematian, sampai
waktunya aku pasti akan berusaha menyampaikan warta
kematianku itu kepadamu."
"Moga-moga Thian selalu melindungi orang banyak,"
bisik Lim Han-kim sedih. Dengan wajah dibasahi air mata Pek si-hiang berkata
lagi sembari tertawa: " Cinta kasih saudara Lim yang
lebih dalam daripada samudra telah membantu aku
terlepas dari pintu kematian ..."
Ia berhenti sejenak. matanya yang besar berkedip
beberapa kali hingga air matanya bercucuran makin
deras, terusnya: "Semoga saudara Lim bisa jaga diri
baik-baik, dalam menghadapi segala persoalan usahakan
untuk bersabar, kau harus menanti kedatanganku."
"Baik, aku berjanji akan tetap setia menantimu, Kini
waktu amat berharga bagimu, biar aku mohon diri lebih
dulu." 2374 "siok-bwee, di mana kau?" Pek si-hiang segera
berteriak keras. siok-bwee menyahut sambil munculkan diri, "Ada
perintah apa, nona?" tanya-nya.
"Antar Lim siangkong, waktu pulang nanti gerakkan
semua alat rahasia dan tutup rapat pesanggrahan
pengubur bunga." siok-bwee mengiakan dan berjalan duluan, setelah
mengantar Lim Han-kim sampai ke daratan seberang, ia
baru berbisik "Lim siangkong, perasaan cintamu telah
mengharukan hati nona hingga muncul kembali niatnya
untuk hidup, ini sama artinya dengan kau telah
selamatkan jiwaku serta adik Hiang-kiok, Untuk itu budak
merasa sangat berterima kasih."
"Kau kelewat serius, cukup asal kalian baik-baik
melayani nona kalian," sela sang pemuda cepat
siok-bwee manggut berulang kali, kemudian ia baru
memutar sampannya dan berlayar balik ke
pesanggrahannya. Perasaan dan pikiran Lim Han-kim saat ini sangat
ringan, lega dan gembira, kendatipun perjalanannya ke
pesanggrahan pengubur bunga kali ini dilakukan tergesagesa
tanpa rencana, namun ia justru telah
menyelesaikan suatu masalah yang amat besar
Ketika mengayunkan langkahnya dtngan santai
menelusurijalan setapak, mendadak ia mengendus bau
harum arak dan hidangan yang melelehkan liur, saat
itulah ia baru teringat bahwa sudah hampir sehari ia
belum mengisi perut 2375 Ketika mendongakkan kepalanya, terlihat olehnya
sebuah rumah makan dengan merek "Pek-hun-thian"
berada di hadapannya. Dengan langkah lebar ia segera memasuki rumah
makan itu dan langsung naik ke tingkat kedua.
Tempat itu merupakan sebuah kota yang terletak
persis di tepi telaga Tay-ou, meski kotanya tidak terlalu
besar namun ramainya bukan kepalang.
Ketika Lim Han-kim tiba di depan rumah makan itu,
seorang bocah berbaju serba putih segera maju
menyongsong kedatangannya seraya menyapa: "Tuan,
hendak pesan apa?" Bocah ini berwajah bersih dan halus, pakaiannya rapi,
sama sekali tak punya tampang sebagai seorang pelayan.
"Coba sediakan sepoci arak wangi serta empat macam
sayur." Bocah itu mengiakan dan segera berlalu dari situ.
selang beberapa saat ke-mudian, bocah itu sudah
muncul dengan membawa arak dan hidangan yang
dipesan. Diam-diam Lim Han-kim berpikir Jika dilihat dari
gerak-geriknya, jelas orang ini tidak mirip seorang
pelayan, lalu siapa dia?" Berpikir begitu, tak tahan
ujarnya: "saudara cilik, bagaimana kalau kuundang kau untuk
menemani aku bersantap?"
"Hamba tidak berani," tampik bocah itu cepat-cepat.
2376 "Empat samudra adalah sahabat, setiap orang adalah
tetangga, apalagi usaha rumah makan ini tidak
terlampau sibuk, kenapa tidak kau temani aku makan
ber-sama?" "Hamba tak pandai minum arak, biarlah maksud baik
tuan kuterima dalam hati." selesai memberi hormat buruburu
dia membalikkan badan dan berlalu dari situ.
"saudara cilik, harap tunggu sebentar," bisik Lim Hankim
sambil bangkit berdiri dan menghadang jalan
perginya. Bocah itu pura-pura tidak mendengar begitu
membalikkan badan ia segera kabur dari situ,
tindakannya ini justru menimbulkan rasa curiga Lim Hankim.
Tanpa banyak bicara ia ayunkan tangannya
mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan
kanan bocah itu, lalu tegurnya dingin: " Kenapa sih kau
kabur?" Bocah itu nampak sangat gelisah bercampur panik, ia
berusaha meronta dengan sepenuh tenaga, sayang sekali
cengkeraman yang dilakukan Lim Han-kim ini sangat
kuat dan kokoh, bagaimana pun bocah itu mencoba
untuk meronta namun usaha itu tetap gagal, sampai
akhirnya ia mulai menangis.
Lim Han-kim bertambah curiga, tanpa banyak bicara ia
totok jalan darah bisu bocah itu hingga tak mampu
bersuara lagi, pengalamannya selama berapa waktu
terakhir membuat anak muda ini semakin memahami
segala macam intrik dan tipu muslihat dalam dunia
persilatan, juga meningkatkan kewaspadaannya terhadap
keadaan di sekeliling tempat tersebut ia punya
2377 pengalaman buruk dengan Cau-hua lojin yang
menyebabkan ia salah makan dan keracunan,
pengalaman pahit ini membuat dia selalu waspada.
Tingkah laku si bocah yang gugup bercampur panik,
semakin membangkitkan perasaan curiganya, Dengan
sikap ia melongok keluar tirai, Melihat di situ tak ada
orang lain, dengan cepat dibopongnya bocah itu masuk
ke dalam ruangan, kemudian bisiknya: "saudara cilik, aku
tidak bermaksud mencelakaimu, jangan takut, bila ada
sesuatu masalah yang menyusahkan dirimu katakan saja
kepadaku terus terang."
Dengan tertotoknya jalan darah bisu di tubuh bocah
itu, biar ingin berbicara pun sulit buat bocah itu untuk
bicara, hanya air matanya bercucuran dengan deras
membasahi wajahnya Dengan kening berkerut kembali Lim Han-kim berkata:
"Bisa saja kubebaskan totokan pada jalan darah bisumu
sekarang, cuma kalau kau mencoba kabur, berarti kau
hendak mencari penyakit buat diri sendiri"
selesai bicara, ia menotok bebas jalan darah pada
tubuh bocah itu. BAB 19. kejadian Aneh Di Rumah Makan
Begitu jalan darahnya dibebaskan bocah itu segera
melompat bangun dan menerjang keluar dari ruangan
itu. Dengan gerakan cepat bagaikan sambaran kilat Lim
Han-kim mengayunkan tangan kanannya mencengkeram
kembali pergelangan tangan kanan bocah lelaki itu, Pada
2378 saat itulah dari balik pintu ruangan telah muncul seorang
gadis berbaju hijau. Gadis itu berdiri dengan wajah serius, lamat-lamat
hawa amarah menyelimuti wajahnya. Lim Han-kim sedikit
tertegun, tapi dengan cepat ia totok jalan darah bocah
itu. "Tuan" terdengar gadis berbaju hijau itu menegur
"Harap bebaskan dia ia masih muda, tak tahu urusan,
bila sudah berbuat salah dengan tuan sepantasnya bila
tuan maafkan." sekalipun hawa amarah telah menyelimuti wajahnya,
namun ia masih berbicara dengan nada lembut dan
halus. "Apa hubungannya denganmu?" tegur Lim Han-kim
kemudian. "Dia adikku" "Nona tak usah takut, sekalipun saudaramu telah
berbuat sesuatu yang salah, aku tak akan melukai
dirinya." Tiba-tiba gadis berbaju hijau itu melangkah maju ke
depan, wajahnya semakin keren dan serius.
Lim Han-kim segera menghimpun tenaga dalamnya
bersiap sedia, katanya: "Rumah makan ini milik nona?"
Gadis itu amat cantik, cuma sayang sikapnya begitu
dingin, kaku hingga mendatangkan perasaan tak sedap
bagi yang memandang, ia tersenyum lalu jawabnya:
"Bebaskan dulu adikku, kemudian kita baru bicara."
2379 "Maaf, bicara dulu sampai selesai baru kubebaskan
adikmu," tampik Lim Han-kim sambil tertawa hambar
Gadis berbaju hijau itu mengerutkan dahinya.
"Baik" katanya kemudian setelah berpikir sejenak.
"Apa yang hendak kau bicarakan, cepat utarakan"
Banyak persoalan yang memenuhi benak Lim Han-kim
saat itu, namun ia tak tahu harus diawali dari mana,
Untuk sesaat dia cuma termenung tanpa mengajukan
satu pertanyaan pun- "Kenapa diam saja?" tegur gadis berbaju hijau itu
ketus, "Ayoh tuan, mulailah bertanya"
" Hanya kalian berdua yang mendiami rumah makan
ini?" tanya Lim Han-kim setelah mendeham pelan,
"Masih ada seorang abang" sahut gadis itu sambil
tertawa dingin. "Di mana ia sekarang?"
"Sedang menangkap ikan"
Lim Han-kim terdiam sesaat, setelah berpikir sebentar
kembali tanyanya: "Dekorasi dalam rumah makan ini
amat indah dan berseni, hasil karyamu sendiri?"
"Tuan, hanya urusan tetek bengek macam ini yang
hendak kau tanyakan?"
Merah dan terasa panas sepasang pipi Lim Han-kim
memperoleh teguran itu, segera pikirnya: "Sungguh
memalukan, rasanya memang tak pantas aku
mengajukan pertanyaan semacam ini terhadap seorang
gadis..." 2380 Karena itu sambil menepuk bebas totokan jalan darah
pada bocah lelaki itu ia pun berkata: "Teguran nona
memang sangat tepat."
Begitu terbebas dari pengaruh totokan, bocah lelaki itu
segera melompat bangun, menengok gadis berbaju hijau
itu sekejap kemudian kabur dari ruangan.
sebetulnya Lim Han-kim berniat mencengkeram
kembali bocah itu, namun gadis berbaju hijau itu segera


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghadang gerak majunya dengan merentangkan
tubuhnya di tengah jalan.
sangat cepat gerak tubuh bocah itu, dalam waktu
singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan Pelan-pelan Lim Han-kim menarik kembali
tangannya, lalu berkata: "Kenapa nona halangi
perbuatanku" Padahal aku tidak berniat mencelakai
jiwanya." "Adikku masih muda, tak tahu apa apa, Biarkan dia
pergi, toh di sini masih ada aku yang bertanggung
jawab." Lim Han-kim semakin dibuat tak habis mengerti,
kembali pikirnya: "sungguh aneh tingkah laku nona ini,
jelas di balik peristiwa ini ada hal-hal yang tak beres."
Meskipun pikirannya penuh diliputi kecurigaan namun
wajahnya tetap tenang seolah-olah tak pernah terjadi
sesuatu pun, sambil tertawa hambar ujarnya: "Dalam
beberapa hari belakangan ini, apakah nona..."
Karena takut maksud hatinya keburu ketahuan, dia
sengaja menarik kata terakhirnya dengan nada panjang,
2381 Gadis berbaju hijau itu manggut-manggut, tukasnya:
"Dengan obat bius aku telah merobohkan dua orang,
Aaai... cuma sayang orang-orang itu nampaknya tak
berguna..." Kontan Lim Han-kim merasakan jantungnya berdebar
keras, pikirnya: "orang bilang dunia persilatan amat
berbahaya, nampaknya pernyataan ini memang benar.
siapa sih yang mengira dalam sebuah rumah makan kecil
yang begini sederhana dan bersih serta dikelola dua
bersaudara yang lemah lembut, ternyata merupakan
sebuah perangkap dunia persilatan yang amat berbahaya?"
sementara ia berpikir, gadis berbaju hijau itu telah
bertanya lagi: "Apakah hendak kau periksa?"
"Tentu saja harus kuperiksa" jawab Lim Han-kim
cepat. Tanpa banyak bicara gadis berbaju hijau itu
membalikkan badan berjalan ke luar dari kedainya
menuju ke belakang. Dengan sangat berhati-hati Lim Han-kim mengekor di
belakang gadis itu, mereka menaiki sebuah bangunan
loteng kecil dan tiba di depan sebuah pintu yang terkunci
Begitu pintu terbuka, terlihatlah isi ruangan itu hanya
tumpukan aneka macam barang yang kotor dan berdebu,
Dengan cepat gadis berbaju hijau itu menyingkirkan
barang-barang tadi, Benar juga, di balik tumpukan
barang tadi tampak dua orang manusia terikat kencangkencang
di situ. 2382 orang yang ada di sebelah kiri adalah seorang kakek
ceking berjenggot kambing yang tinggal kulit
pembungkus tulang, Dia tak lain adalah si Raja monyet
ceking Han Si-kong. sedangkan orang yang ada di
sebelah kanan merupakan seorang pemuda tampan
berjubah biru, dia tak lain adalah Li Bun-yang dari
keluarga persilatan bukit Hong-san-
Lim Han-kim merasakan dadanya sakit seperti
terhantam martil besar, untuk sesaat ia cuma bisa berdiri
tertegun tanpa mengucapkan sepatah kata pun-
"Bagaimana?" tiba-tiba terdengar gadis berbaju hijau
itu menegur "Apakah dua orang ini termasuk anggota
dunia persilatan?" Untung sekali aneka warna yang menghiasi wajah Lim
Han-kim telah menutupi perasaan kaget dan paniknya, ia
berusaha keras untuk menenteramkan perasaannya.
Sambil menyeka peluh dingin yang membasahi jidatnya
ia manggut- manggut: "Ehmmm . . . kedua orang ini
bagus sekali. Kau telah membuat sebuah jasa besar"
"Hamba tidak membutuhkan apa-apa," sahut gadis itu
Pendekar Riang 2 Naga Merah Bangau Putih Karya Kho Ping Hoo Rahasia Peti Wasiat 6
^