Pencarian

Pedang Keadilan 37

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 37


mengucapkan sepatah kata pun dia bungkukkan badan
dan menepuk dada siau-cui satu kali.
Waktu itu sebenarnya siau-cui sudah tak sadarkan diri,
tapi begitu dadanya ditabok seebun Giok-hiong, ia segera
tersadar kembali. Tidak memberi kesempatan kepada siau-cui bicara
duluan, seebun Giok-hiong menghardik marah:
"Siapa yang perintahkan kau untuk menanam bahan
peledak di sini?" "Bukankah nona mengirim perintah dengan tusuk
konde emas?" sahut siau-cui.
3100 "Dimana tusuk konde emas itu sekarang?"
"Dalam saku hamba"
Seebun Giok-hiong segera merobek pakaian siau-cui
dan mengambil tusuk konde emas yang dimaksud dari
saku gadis itu. sambil tertawa dingin Li Tiong-hui segera
menyindir. "Barang bukti sudah di depan mata, nona
mau membantah apa lagi?"
Seebun Giok-hiong sama sekali tidak menanggapi
sindiran Li Tiong-hui itu, diamatinya tusuk konde emas
itu dengan seksama, kemudian dari sakunya dia
mengeluarkan sebuah botol porselen, menuang dua butir
pil dan dicekokkan ke mulut siau-cui seraya berkata:
"Cepat telan pil itu, kau harus pertahankan nyawamu
untuk mencuci bersih nama baikku dari fitnahan ini."
Mendadak terdengar suara ujung baju terhembus
angin bergema datang, ketika semua orang berpaling,
tampak seorang perempuan setengah umur berwajah
cantik dan mengenakan baju serba putih telah muncul di
tempat itu. "ibu..." pekik Li Tiong-hui seraya berlutut. si
pendatang memang tak lain adalah nyonya Li.
Tui-im serta Po-hong serentak jatuhkan diri berlutut
pula di hadapan majikannya, Nyonya Li ulapkan tangan
kanannya sambil menukas: "Tidak usah banyak adat"
Kemudian sambil berpaling ke arah seebun Giok-hong,
terusnya: "Kau yang bernama seebun Giok-hiong?"
"Betul" Nona itu mengangguk.
3101 "Selama ini aku jarang mencampuri urusan putriku,
tapi cara yang nona pergunakan sekarang bukan hanya
ditujukan untuk putriku saja, sebaliknya justru ingin
memusnahkan seluruh perkampungan keluarga Hong-san
kami" Dengan sikap yang amat tenang seebun Giok-hiong
membenahi rambutnya yang kusut, kemudian baru
sahutnya: "Siang malam menempuh perjalanan jauh baru saja
boanpwee tiba di tempat ini, jadi aku tidak tahu sama
sekali atas peristiwa yang baru terjadi di sini, lebih baik
locianpwee jangan panik dulu, biar kuperiksa dayangku,
siapa tahu dari mulutnya bisa kita ungkap latar belakang
yang sebenarnya." Nyonya Li menengok siau-cui yang berbaring di tanah
itu sekejap. lalu menegur: "Lukanya cukup parah?"
"Tak menjadi masalah, ia telah menelan pil
mujarabku, rasanya untuk tetap hidup sih bukan soal
berat." "Bagus, kalau begitu tanyalah"
Sementara itu melihat situasi bertambah tegang dan
pertarungan setiap saat bisa berlangsung diam-diam Lim
Han-kim berpikir "Pihak nyonya Li selain ada Li Tiong-hui juga ada Tuiim
dan Po-hong, kelompok mereka berjumlah empat
terhitung sangat tangguh,sebaliknya seebun Giok-hiong
hanya seorang diri, sehebat apa pun, ilmu silatnya sulit
rasanya bagi dia untuk menangkan pertarungan ini."
3102 Sementara pemuda itu masih berpikir, seebun Giokhiong
telah berkata dengan suara dingin:
"Siau-cui, sudah sadarkan pikiranmu?"
"Saat ini pikiran budak sudah amat jernih"
"Bagus, apa yang kutanyakan kepadamu berikut ini,
jawablah dengan sejujurnya aku tidak takut dengan siapa
pun atau sengaja, ingin mencuci bersih namaku dari
peristiwa ini, aku hanya ingin buktikan kepada mereka
bahwa untuk membasmi keluarga Hong-san tak perlu
kugunakan cara serendah dan sehina ini."
"Ajukan saja semua pertanyaan nona, budak akan
menjawab secara jujur danjelas."
"Masih ingatkah kau manusia macam apa yang telah
menyampaikan perintah palsu ini kepadamu?"
"Seseorang berbaju serba hitam yang menggembel
pedang di punggungnya."
"Maksudku bagaimana macam bentuk wajahnya"
"Dia mengenakan kain kerudung berwarna hitam
hingga budak kesulitan melihat raut muka aslinya."
"Darimana datangnya begitu banyak bahan peledak
ini?" "Pemberian dari manusia berbaju hitam itu, dengan
tunjukkan tusuk konde emas itu ia mengatakan bahwa
dia diperintah nona untuk menghantar kemari bahan
peledak tersebut, budak pun diperintahkan untuk
membuat perangkap bahan peledak di daerah sini,
katanya nona berniat menghadang datang seluruh jago
persilatan dari perkampungan keluarga Hong-san ini,
3103 kemudian sampai saatnya bahan peledak ini akan disulut
agar semua yang hadir di sini mati semua."
"Bagaimana pula bentuk manusia yang membawa
bahan peledak itu sampai disini?" tanya seebun Giokhiong
lebih jauh. "Semua mengenakan pakaian warna warni, persis
seperti pasukan pengawal panca warna milik nona."
Mendengar sampai-di sini seebun- Giok-hiong pun
menghela napas panjang, katanya pelan:
"Mereka dapat selidiki segala sesuatunya secara begitu
jelas, ini membuktikan bahwa mereka sudah mempunyai
persiapan serta perencanaan yang matang..." setelah
berhenti sejenak, terusnya:
"Siau-cui, sudah banyak tahun kau ikuti diriku, masa
tak bisa kau bedakan kalau tusuk konde emas ini palsu?"
"Begitu melihat tanda perintah tusuk konde emas,
budak hanya tahu taat dan mendengarkan perintah
dengan seksama, karena menguatirkan budak tak
sanggup menyelesaikan tugas berat dari nona secara
sempurna, maka budak pun tak punya perhatian lagi
untuk membedakan apakah tanda perintah itu asli atau
palsu." seebun Giok-hiong segera berpaling ke arah
Nyonya Li ucapnya: "Nah, begitulah jalan ceritanya, begitu sederhana dan
singkat, ada orang lain yang begitu benci dengan
keluarga Hong-san kalian tapi tak berani tampil sendiri
untuk membalas dendang maka ia pun sengaja mencatut
namaku. Bagaimana" percaya tidak?"
3104 "Ehmmm, nampaknya sih tidak lagi bohong." Nyonya
Li mengangguk. seebun Giok-hiong segera bungkukkan
badan membopong siau-cui, katanya lagi:
"Aku hanya ingin mengutarakan kejadian yang
sesungguhnya, sedang mengenai apa nyonya Li mau
percaya atau tidak dengan kisah tersebut, itu tak ada
sangkut pautnya lagi dengan aku."
Kemudian sambil membalikkan badan, tambahnya:
"Sekarang minggirlah, aku harus pergi dari sini" .
"Tunggu dulu" bentak Li Tiong-hui.
Setajam sembilu sebun Giok-hiong melototi wajah Li
Tiong-hui. "Masih ingin bicara apa lagi nona?" jengeknya.
"Untuk sementara ini biar aku percayai omonganmu
tadi bahwa bahan peledak tersebut bukan nona yang
utus orang untuk menanamnya di sini, tapi satu hal
sudah jelas telah dilakukan budak kesayanganmu itu,
sebelum tiba saatnya budakmu telah menghadang orangorang
yang hendak hadir di perkampungan keluarga
Hong-san, apa tugas ini juga bukan atas perintah dari
nona?" "Memang aku yang mengutus siau-cui datang kemari."
"Apa maksudmu mengutus siau-cui datang kemari?"
Sambil berpaling ke arah Lim Han- kim dan menatap
sekejap pemuda tersebut, sahut sebun Giok-hiong:
"Aku suruh dia mengirim sepucuk surat yang ditujukan
buat saudara Lim itu, tentunya dia telah menunjukkan
surat tersebut kepada nona Li bukan?"
3105 "Kalau cuma bermaksud kirim surat untuk orang
kesayanganmu, cukuplah kirim satu orang saja, kenapa
kau suruh Siau-cui membawa serta begitu banyak jago
tangguh?" "Siau-cui pernah menyerang masuk ke dalam
perkampungan keluarga Hong-san kalian?"
"Sekalipun belum pernah menyerang lembah Bansiong-
kok, dia telah melukai beberapa orang rekan
persilatan yang ingin hadir dalam pertemuan ini."
Pelan-pelan Seebun Giok-hiong membaringkan
kembali Siau-cui ke atas tanah, katanya:
"Li Tiong-hui, kau tak usah mencari gara-gara, bila
kau anggap saat ini merupakan kesempatan terbaik
bagimu untuk membunuh Seebun Giok-hiong, cari saja
alasan yang lebih sederhana untuk turun tangan"
Li Tiong-hui berpaling memandang ibunya sekejap,
namun wajah perempuan setengah umur itu diliputi
warna dingin dan hambar yang sukar ditebak apa makna
yang sebenarnya dari sikap tersebut.
Sementara ia sedang serba salah, mendadak terlihat
Tui-im dan Po-hong telah maju bersama seraya
meloloskan senjata mereka.
"Sudah lama budak berdua mendengar akan
kehebatan ilmu silat nona Seebun, bersediakah nona
memberi petunjuk kepada kami?" katanya.
"Kalian bukan tandinganku lebih baik suruh orang lain
saja" Jelas maksudnya menantang nyonya-Li.
3106 "Seandainya budak mati ditangan nona, anggap saja
sebagai ketidak becusanku sendiri, biar harus mati pun
tak perlu disesali" desak Tui-im lebih jauh.
"Baiklah, bila kalian bersikeras ingin merasakan
kehebatanku, tak kan kukecewakan harapan kalian
berdua, ayoh... majulah bersama"
Sikapnya begitu tenang, santai dan acuh tak acuh,
seakan-akan kemampuan kedua orang musuhnya sama
sekali-tak dipandang sebelah mata pun.
Tui-im dan- Po-hong saling bertukar pandangan
sekejap, kemudian serentak mereka getarkan pedangnya
dan siap melancarkan serangan
Tampaknya kedua orang dayang ini tahu bahwa
musuh yang mereka hadapi sekarang adalah musuh
tangguh yang belum pernah dijumpainya selama ini,
karena itu mereka tak berani bertindak secara gegabah.
Seebun Giok-hiong berdiri tak bergerak. dia menunggu
sampai sepasang pedang tersebut hampir mengenai
badannya sebelum tiba-tiba maju selangkah dan secara
lincah melepaskan diri dari ancaman tersebut.
Gagal mengenai sasarannya kedua orang dayang itu
segera menarik senjatanya melindungi diri
"Tak perlu tegang," ejek seebun Giok-hiong dingin,
"Aku akan mengalah tiga jurus untuk kalian."
Baru saja kedua orang dayang itu siap melancarkan
serangan kembali, mendadak terdengar seseorang
membentak nyaring: "Tunggu dulu"
3107 Ternyata Pek Si-hiang dibopong oleh Siok-bwee dan
Hiang- kiok sedang bergerak mendekat dengan
cepatnya. Nyonya Li segera berkerut kening, dia seperti hendak
mengucapkan sesuatu tapi kemudian diurungkan.
Setibanya di sisi arena, siok-bwee dan Hiang- kiok
pelan-pelan turunkan Pek si-hiang ke tanah.
Sambil tersenyum lembut Pek si-hiang bangkit berdiri
dan maju ke depan arena, sapanya:
"Enci seebun, baik- baikkah Anda selama ini?"
BAB 45. Badai Di Bukit Hong-san
Terbayang kembali bagaimana dia melukai gadis
tersebut sewaktu di perahu tempo hari, timbul perasaan
menyesal dalam hati seebun Giok-hiong, namun dasar
wataknya keras dan selama ini enggan mengaku salah
kepada siapa pun maka sahutnya ketus: "Berpisah pun
baru berapa bulan, kenapa aku tidak baik?"
"Tapi ketika itu aku kan masih pengikut kalangan
sesat, tidak terhitung sebagai manusia."
"Dan sekarang?"
"Sekarang sudah baik kembali pada wajah asliku
sendiri, seorang gadis lemah yang banyak penyakitan,
asal cici menutukku dengan ujung jari pun jiwaku akan
tercabut." 3108 "Kelihatannya kondisi badanmu sekarang jauh lebih
buruk ketimbang ketika bertemu di kota si-ciu berapa
waktu berselang." "Memang, tapi hidupku sekarang jauh lebih gembira
daripada keadaanku dulu." seebun Giok-hiong menengok
Lim Han- kim sekejap lalu tertawa hambar, katanya:
"Aku tak habis mengerti, kenapa sih kau enggan
mempelajari ilmu sesat sembilan iblis lagi untuk
mengobati penyakitmu?".
"Enci tak akan mengerti..."
"Masa di balik kesemuanya ini masih terdapat alasan
lain yang lebih dalam artinya?" Pek si- hiang tersenyum
lembut.

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apabila cici bisa memahami arti yang sebenarnya,
badai pembunuhan yang bakal digelar di sini seketika
akan punah dan lenyap tak berbekas."
Tiba-tiba Nyonya Li menyela:
"Ajaran Buddha maha luas namun hanya menampung
mereka yang berjodoh, nak. lagi lagi kau suka
mencampuri urusan orang lain."
"Thian itu maha adil dan bijaksana," kata Pek si- hiang
tertawa, "Kenapa manusia harus berpikiran kerdil"
Nyonya..." "Tidak usah kau lanjutkan" tukas Nyonya Li ketus.
Pek si-hiang sama sekali tak marah, dengan nada
yang tetap ramah dan halus katanya: "Bila ucapanku tadi
ada kesalahan mohon nyonya sudi memaafkan."
3109 "Nyonya Li..." Mendadak seebun Giok-hiong berseru
sambil tertawa keras, "Aku pernah dengar orang
persilatan bilang bahwa nyonya adalah jago silat nomor
wahid di kolong langit saat ini, entah berita tersebut
benar atau tidak?" "Kau anggap ilmu silatmu sudah paling hebat?" jengek
Nyonya Li dingin. "Kalau harus bertarung satu lawan satu, rasanya
jarang ada orang yang bisa menandingiku"
"Kalau memang begitu mudah sekali"
Seebun Giok-hiong harus termenung beberapa saat
sebelum memahami makna dari ucapan Nyonya Li itu,
segera katanya: "Aaaah, maksud nyonya, kau suruh aku
menjajal?" Setelah melirik Li Tiong-hui sekejap kata nyonya Li:
"Sebetulnya aku enggan mencampuri urusan dunia
persilatan, sekalipun urusan itu menyangkut putriku ..."
"Tapi sekarang, kau sudah berubah ingatan bukan?"
sambung seebun Giok-hiong sambil tertawa.
"Benar, walaupun aku tak ingin terlibat karena
masalah hubungan keluarga, namun sudah menjadi
kewajibanku berbuat amal demi masyarakat orang
banyak." "Oooh, artinya kau ingin membunuh aku untuk
menentramkan dunia persilatan?"
"Sekalipun aku tak sampai membunuhmu paling
sedikit ilmu silatmu harus kumusnahkan, agar kau tak
3110 bisa mengandalkan kepandaian silatmu itu untuk
melakukan kejahatan lagi."
Sekilas rasa gusar melintas di wajah seebun Giokhiong,
tapi sesaat kemudian sudah lenyap tak berbekas,
katanya kemudian sambil tersenyum manis:
"Nyonya Li, kau harus sadar, apa yang kau inginkan
belum tentu bisa terlaksana dengan gampang."
Nyonya Li tidak banyak komentar, ia berpaling ke arah
Tui-im serta Po-hong sambil pesannya:
"Selama aku bertarung melawan nona Seebun nanti,
kalian dilarang untuk turut membantu, tahu?"
"Hmmm..." Dengan sombong seebun Giok-hiong
tertawa dingin, "Sekalipun mereka turut membantu juga
tidak apa-apa..." Nyonya Li tertawa hambar.
"Seebun Giok-hiong" katanya, "Bila kau sanggup
mengungguli diriku, rasanya kau pun bisa penuhi
harapanmu untuk merajai seluruh dunia persilatan tanpa
tandingan." "Cepat atau lambat akhirnya kita toh harus
melangsungkan juga pertarungan ini, maka yang harus
terjadi biarlah terjadi sekarang ini, nyonya seorang
wanita yang saleh, sudah sepantasnya bila aku yang
muda mengalah dua jurus dulu untukmu."
"Kau kelewat latah" dengus Nyonya Li hambar, pelanpelan
ia berjalan menghampiri gadis tersebut.
Lim Han- kim sadar, selama masih tenang maka
keadaan kedua orang ini ibarat batu karang, namun
3111 begitu pertempuran berlangsung, situasinya pasti sangat
mengerikan dan akhirnya salah seorang di antara mereka
tentu ada yang terluka atau tewas. sementara dia masih
berpikir, tiba-liba terdengar Pek si-hiang berteriak keras:
"Jangan berkelahi"
Dengan dibimbing Siok-bwee ia maju mendekap
kemudian terusnya: "Saat dan keadaan sekarang masih belum waktunya
bagi kalian untuk bertempur"
"Kenapa?" tanya seebun Giok-hiong, "Masa untuk
bertarung pun harus memilih waktu dan hari yang baik?"
"Semua orang gagah akan berkumpul di bukit Hongsan
untuk menyelenggarakan pertemuan paling akbar,
bila kalian ingin bertarung, seharusnya pertempuran ini
menjadi acara puncak pada penutupan pertemuan akbar
tersebut, bila acara menarik semacam ini sudah kalian
langsungkan sekarang, bukankah para jago yang hadir
dalam pertemuan ini bakal merasa kecewa?"
Selesai mendengar perkataan ini, seebun Giok-hiong
segera berpaling ke wajah nyonya Li sambil katanya:
"Perkataan dari Pek si- hiang ada benarnya juga,
bagaimana menurut pendapat nyonya?"
"Nak. kau kelewat suka mencampuri urusan orang
lain," keluh Nyonya Li sambil melirik Pek si- hiang
sekejap. kemudian ia balik badan dan beranjak pergi
meninggalkan tempat tersebut,
Tampaknya saja ia berjalan sangat lamban, namun
hanya dalam waktu sekejap bayangan tubuhnya sudah
lenyap tak berbekas. 3112 Sepeninggal nyonya Li, Pek si- hiang baru berpaling ke
arah Li Tiong-hui sambil ujarnya:
"Ketika aku datang kemari tadi, kudapat berita yang
mengatakan sudah banyak jago persilatan yang
berdatangan di luar lembah Ban siong-kok. cici harus
segera pulang untuk menyambut kedatangan mereka."
Li Tiong-hui berkerut kening, namun ia berlalu juga
diikuti Tui-im dan Po-hong. Lim Han- kim yang melihat
hal ini diam-diam berpikir.
"Semua orang disingkirkan Pek Si-hiang dari sini,
berarti dia ada urusan yang hendak dibicarakan dengan
seebun Giok-hiong, aku tak leluasa berdiam terus di
sini..." Berpendapat begitu maka dia pun balik badan dan
bermaksud pergi meninggalkan tempat tersebut.
"Tunggu dulu saudara Lim" seru Pek si-hiang tiba-tiba.
"Bukankah kalian hendak berbincang" Kurang leluasa
bila aku tetap tinggal di sini," Pek si-hiang tertawa.
"Bila kehidupan manusia ibarat sebuah panggung
sandiwara, kau adalah pemegang peran utama dalam
sandiwara ini, sebelum memainkan perananmu masa kau
hendak pergi?" "Nona Pek. permainan setan apa yang sedang kau
persiapkan?" tegur seebun Giok-hiong tidak habis
mengerti. "Kau pun pemegang peran utama..." sambung Pek sihiang
sambil tertawa. 3113 Seperti baru memahami akan sesuatu, seebun Giokhiong
segera tertawa terkekeh-kekeh:
"Hahahaha... bagaimana dengan kau sendiri" juga Li
Tiong-hui" Kalian termasuk juga pemegang peran
utama." "Bagaimana bisa membandingkan ikan dengan telapak
beruang yang mahal harganya" Nona Li sudah berhasil
merebut kedudukan Bu-lim Bengcu, bagi seorang gadis
berusia belasan tahun, kemampuannya untuk memimpin
seluruh dunia persilatan sudah merupakan prestasi yang
luar biasa, sedang aku" Diriku tak lebih hanya seorang
nona lemah penyakitan, hidupku di dunia pun tak terlalu
lama, posisi ku hanya tak lebih sebagai benang pembuka
jalan" Senyuman yang semula menghiasi wajah Seebun
Giok-hiong seketika hilang tak berbekas, dengan sikap
dingin dan kaku pelan-pelan ujarnya:
"Li Tiong-hui dengan kedudukannya sebagai Bu-lim
Bengcu telah mengundang datang begitu banyak jago
lihay untuk berkumpul di lembah Ban-siong-kok. untuk
mengimbangi kekuatannya yang sangat memojokkan
diriku, taksalah bila aku pun mengundang beberapa
orang jago untuk membantu posisiku, dalam satu- dua
hari mendatang mereka pasti sudah tiba di sini. Terlepas
dari dendam kesumat kematian orang tuaku, bicara dari
situasi saat ini, keadaanku tak ubahnya seperti
menunggang di punggung harimau, tak mungkin lagi
buatku untuk mengundurkan diri, jadi pertarungan
berdarah ini cepat atau lambat pasti akan terjadi juga.
Dalam keadaan semacam ini aku rasa tak cocok bila kita
3114 singgung lagi masalah muda mudi yang tak berguna..."
setelah berhenti sejenak, kembali terus-nya:
"Yang paling penting sekarang adalah kau harus
tentukan sikap sejak dini, betul aku seebun Giok-hiong
tak berani punya harapan dengan mengharapkan simpati
darimu untuk berpihak padaku, paling tidak aku hanya
berharap kau bisa berpangku tangan dan pergi
tinggalkan perkampungan ini dengan mengajak serta Lim
Han- kim, hiduplah berapa tahun dengan tenang di suatu
tempat terpencil. Yaaa, semua perkataanku ini
kuucapkan dengan setulus hati, bila kau tetap tidak
percaya yaa apa boleh buat."
"Tidak. aku tak boleh pergi." Pek si-hiang gelengkan
kepalanya. "Kenapa?" "Aku belum sempat menyelesaikan pekerjaan yang
telah kusanggupi kepada Nyonya Li untuk diselesaikan,
lagipula aku sudah ambil keputusan untuk tidak
mempelajari ilmu sesat lagi, dengan kondisi tubuhku
yang begini lemah, paling berapa bulan saja aku bisa
hidup di dunia ini, sisa hidup ini harus kunikmati sepuaspuasnya."
"Hmmm,jadi kau anggap perkampungan keluarga
Hong-san ini sangat kuat seperti benteng baja hingga
Nyonya Li mampu melindungi keselamatan jiwa kalian
semua?" tukas seebun Giok-hiong dingin. Pek si- hiang
tertawa hambar. "Dan kau berpendapat pasti dapat mengungguli
nyonya Li?" balik tanyanya.
3115 "Aku pun tahu ilmu silat yang dimiliki Nyonya Li
memang luar biasa hebatnya, bila mesti bertarung satu
lawan satu belum tentu aku sanggup mengunggulinya,
tapi dia pun jangan harap bisa mengalahkan seebun
Giok-hiong secara gampang, pada akhirnya mungkin
yang terjadi adalah pertarungan habis-habisan yang
menyebabkan tewasnya kedua belah pihak. Kecuali kau
memang berniat tetap tinggal di sini untuk
membantunya, kalau tidak turuti saja nasehatku,
tinggalkan tempat ini segera,"
"Siapa sih yang kau undang untuk membantumu"
Tampaknya kau sudah punya perhitungan pasti dapat
menangkan pertarungan ini?"
"Pertempuran yang bakal berlangsung merupakan
suatu pertarungan kekerasan yang saling mengandalkan
kepandaian, aku rasa walaupun nona Pek punya
kecerdikan yang luar biasa pun jangan harap bisa
temukan siasat bagus untuk menangkan pertarungan
ini." Pek si-hiang segera menghela napas panjang:
"Aaaai... ditinjau dari nada perkataanmu yang begitu
tegas dan meyakinkan, tampaknya bagaimanapun kau
bertekad hendak menangkan pertarungan kali ini?"
"Yaa, situasi telah berkembang jadi begini, rasanya
aku sudah tidakpunya harapan lagi untuk selesaikan
masalah ini secara baik-baik dan damai." Agak berubah
paras muka Pek si- hiang, katanya:
"Bila aku tak berdaya mencegahmu melakukan badai
pembunuhan ini, namun aku mampu mengubah
3116 kemampuan silat nyonya Li dalam semalam saja menjadi
jauh lebih tangguh "
Mula-mula seebun Giok-hiong agak tertegun,
menyusul kemudian sahutnya sambil tertawa hambar:
"Karena perkataan ini diucapkan sendiri oleh Pek sihiang,
mau tak mau aku harus mempercayainya, aaai...
kenapa harus kau utarakan keluar" Pepatah kuno
memang benar, sepandai-pandainya tupai melompat,
akhirnya toh jatuh juga."
"Kenapa" Masa kau ingin membunuhku?"
"Tepat sekali dugaanmu, setelah kau terbunuh maka
kemungkinan besar aku akan peroleh kesempatan untuk
meraih kemenangan" Seraya berkata, pelan-pelan dia angkat tangan
kanannya siap melepaskan sebuah pukulan .
"Sreeet" Dengan suatu gerakan cepat Lim Han- kim
meloloskan pedang pendeknya dan maju menghadang di
depan Pek Si-hiang, serunya:
"Apa-apaan kamu" Dia toh bermaksud baik dengan
membujukmu, mau dituruti atau tidak terserah kamu
sendiri.." seebun Giok-hiong tertawa dingin, tukas-nya:
"Lim Han-kim, kau betul-betul manusia yang tak tahu
diri, kau anggap hanya andalkan kekuatanmu seorang
sudah cukup untuk selamatkan Pek si- hiang" Biarpun
aku seebun Giok-hiong adalah wanita, tapi aku cukup
tahu bahwa sebagai manusia aku tak boleh punya pikiran
lemah seorang wanita, untuk selamatkan jiwa sendiri pun
masih tanda tanya besar, masa kau mampu selamatkan
orang lain?" 3117

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Betul, aku mengerti bahwa diriku masih bukan
tandingan nona, tapi aku Lim Han-kim masih punya
semangat tidak takut mati," ucap Lim Han-kim serius.
"Hahaha... biarpun punya semangat juga percuma,
toh tak bisa selamatkan jiwamu." seebun Giok-hiong
tertawa terkekeh. Setelah berhenti sejenak. dengan nada suara yang
berubah dingin membekukan hati tambahnya:
"Cepat kau menyingkir dari situ"
Lim Han-kim tidak menggubris, dengan pedang
disilangkan di depan dada dan hawa murni dipersiapkan,
ia tetap berdiri tak bergerak di tempat semula.
Sebaliknya paras muka Pek si- hiang berubah hebat,
sambil tertawa dingin katanya: "Seebun Giok-hiong,
masa kau nekat ingin menjajal kebolehanku?"
Mula-mula seebun Giok-hiong agak tertegun,
menyusul kemudian sahutnya sambil tertawa hambar:
"Nona Pek. tampaknya kau sudah kehabisan akal
hingga gertak sambal pun kau pergunakan?"
Tiba-tiba Pek si- hiang mendorong mundur siok-bwee
dan Hiang- kiok. lalu bisiknya pula kepada Lim Han-kim:
"Saudara Lim, coba minggirlah"
Lim Han-kim berpaling, ia saksikan paras muka Pek Sihiang
saat itu telah berubah menjadi amat serius, selapis
warna merah menyelimuti wajahnya, seakan-akan gadis
itu telah berubah menjadi seseorang yang lain
3118 Perubahan ini tentu saja sangat mencengangkan
hatinya, diam-diam ia berpikir. "Masa dia betul-betul
memiliki kepandaian yang hebat?"
Sebaliknya Seebun Giok-hiong dengan sorot matanya
yang tajam juga sedang mengawasi Pek Si-hiang dengan
tatapan tajam, seakan-akan ia berniat mencari tahu
rahasia di balik mimik mukanya itu.
Lim Han-kim segera menyingkir dari arena sambil
berpesan: "Nona Pek, kau harus lebih berhati-hati."
"Sudah kuketahui kekejian, kebengisan serta cara
kerjanya, lagipula ia pernah melukai aku satu kali, masa
akan kubiarkan dia melukai diriku untuk kedua kalinya?"
Lim Han-kim coba berpaling ke arah Siok-bwee dan
Hiang-kiok, namun wajah kedua orang dayang itu pun
diliputi kebimbangan, jelas mereka pun tidak memahami
tindakan dari majikannya itu
Terdengar Pek Si-hiang berkata lagi:
"Hey Seebun Giok-hiong, kenapa kau tak segera turun
tangan?" Saat itu Siok-bwee dan Hiang-kiok telah meloloskan
pula senjatanya sambil memperhatikan arena dengan
penuh perhatian, mereka telah siap sedia memberikan
pertolongan setiap saat. Lim Han-kim tak mau ketinggalan dia pun
mempersiapkan diri dengan baik sambil berjaga-jaga.
Paras muka seebun Giok-hiong amat serius, dengan
sorot mata yang tajam dia awasi Pek si- hiang tanpa
berkedip. 3119 Lebih kurang sepeminum teh kemudian, mendadak ia
berbungkuk membopong tubuh siau-cui sambil katanya
dingin: "Tidak kusangka nona Pek telah berhasil mempelajari
ilmu pukulan tangan berdarah."
Kemudian tanpa banyak bicara dia balik badan dan
beranjak pergi, sekejap kemudian bayangan tubuhnya
sudah lenyap tak berbekas.
Lama sekali Pek si- hiang berdiri kaku tanpa bergerak
sebelum akhirnya berbisik pelan
"Seebun Giok-hiong sudah pergi jauh?"
"Yaa, ia sudah pergi entah ke mana," sahut Lim Hankim.
"Bagus sekali..." sahut Pek si-hiang sambil mencabut
lepas sebatang jarum emas dari iganya.
Berbareng dengan tercabutnya jarum tersebut,
tubuhnya ikut roboh terjungkal ke tanah.
"Nona..." buru-buru siok-bwee dan Hiang- kiok maju
ke muka membimbing tubuh majikannya.
Sambil membuka matanya dan menghembuskan
napas panjang bisik Pek Si-hiang:
"Kita harus tinggalkan tempat ini secepat-nya, bila
dugaanku tak keliru, dalam waktu singkat seebun Giokhiong
sudah menyadari kelemahanku ini."
"Apakah nona telah menggunakan siasat untuk
menipunya?" tanya Lim Han-kim.
3120 "Di dalam dadanya penuh dengan rasa dendam
kesumat dan api amarah, andaikata ia balik kembali ke
sini pasti semua orang akan dibabatnya sampai habis
termasuk kau sendiri, yaaa... situasi saat ini amat gawat,
aku tak sempat lagi memberi penjelasan kepadamu,
pokoknya kita harus tinggalkan tempat ini secepatnya."
Siok-bwee dan Hiang-kiok tidak banyak bicara lagi,
mereka sebera menggotong tandu dan meninggalkan
tempat itu secepatnya. Lim Han-kim dengan pedang terhunus mengikuti di
belakangnya. Baru saja melewati sebuah tikungan bukit, mendadak
jalan pergi mereka terhadang oleh seorang perempuan
berambut panjang yang berwajah sangat jelek-
Sedemikian jeleknya wajah orang itu hingga boleh
dibilang jarang sekali dijumpai di kolong langit saat ini,
tak heran bila Hiang-kiok dan siok-bwee segera menjerit
tertahan. Dengan gerakan cepat Lim Han-kim mendahului tandu
dan berdiri melintang di depan Pek si-hiang, lalu
tegurnya ketus: "Seebun Giok-hiong, kau tak perlu menyamar sebagai
setan iblis untuk menakuti orang,"
Begitu tahu kalau perempuan itu adalah seebun Giokhiong,
serentak siok-bwee dan Hiang-kiok menurunkan
tandu ke tanah dan bersama-sama meloloskan
pedangnya bersiap sedia. 3121 Seebun Giok-hiong mendengus dingin, tanpa
menengok sekejap pun ke arah dua orang dayang itu
tegurnya: "Pek si-hiang, kepergianmu terlalu terburu- buru."
Pelan-pelan Pek si-hiang bangkit berdiri dari tandunya
dan menyahut: "Belalang menubruk comberet, burung nuri mengincar
dari belakang, coba tengoklah ke belakang, periksa siapa
yang telah berdiri di situ?" seebun Giok-hiong agak
tertegun, tanpa terasa ia berpaling,
Namun suasana di situ amat hening, tak nampak
sesosok bayangan manusia pun di situ. sambil tertawa
terkekeh-kekeh seebun Giok-hiong segera berkata:
"Pek si- hiang, tampaknya kehebatan serta
kemampuanmu hanya sebatas begitu saja, tak kusangka
kata-kata bohongan semacam begini pun bisa kau
gunakan untuk menipuku . . ." Kemudian setelah
berhenti sejenak. dengan nada yang dingin bagaikan es
terusnya: "Mengingat kita adalah kenalan lama, maka cukup
pantas rasanya bila kuberi kesempatan kepadamu untuk
memilih cara mati, mau bunuh diri" Ataukah aku harus
turun tangan untuk membantumu?"
"Nona seebun, tampaknya kau sudah melupakan aku
orang she Lim?" tegur Lim Han-kim tiba-tiba.
Seebun Giok-hiong tersenyum manis,
"Apa gunanya kehadiranmu di sini?" ejeknya.
3122 "Meskipun aku sadar bahwa kepandaian silatku masih
bukan tandinganmu, tapi sebelum kau dapat membunuh
nona Pek, paling tidak harus kau singkirkan dulu diriku."
"Ehmmmm, di kala masih hidup tak dapat hidup
seatap. memang paling baik pabila setelah mati bisa
dikubur dalam satu liang. Wahai Lim Han-kim Kupenuhi
harapanmu itu." "Jangan lupa dengan kami berdua.." jerit siok-bwee
dan Hiang- kiok berbareng.
"Kalian berdua?" sambung seebun Giok-hiong sambil
melirik kedua orang itu sekejap.
"Tak usah kuatir, segera kusempurnakan juga
keinginan kamu berdua..."
Sementara berbicara mendadak tubuhnya mendesak
maju ke muka, tangan kanannya segera menyambar ke
tubuh siok-bwee sementara tangan kirinya mencakar
Hiang-kiok. Buru-buru siok-bwee melompat mundur
sambil melepaskan sebuah sapuan pedang.
Hiang-kiok merasakan nadi pada pergelangan
tangannya menjadi kaku, tahu-tahu pedangnya telah
berhasil dirampas oleh seebun Giok-hiong.
Rupanya tujuan perempuan itu memang hanya
merampas pedang sehingga serangan yang ditujukan ke
arah siok-bwee itu hanya berniat memaksanya mundur
ke belakang dan tak sempat menolong rekannya.
Melihat betapa cepatnya gerak serangan tersebut,
diam-diam Lim Han-kim berpikir.
3123 "Habis sudah riwayatku, tampaknya gabungan tenaga
kami bertiga belum tentu sanggup membendung sepuuh
jurus serangannya." Sementara itu siok-bwee pun amat terkejut setelah
melihat pedang Hiang-kiok berhasil dirampas hanya
dalam satu gebrakan saja, pedangnya segera digetarkan
dan melepaskan sebuah tusukan kilat
Seebun Giok-hiong putar pedangnya menangkis
datangnya ancaman itu. "Traaaang..."
Kembali terdengar suara benturan yang amat nyaring,
siok-bwee merasa pergelangan tangannya kesemutan,
pedangnya tak sanggup lagi digenggam dalam
tangannya, tak ampun senjata tersebut terlempar ke
tengah udara... Berhasil mementalkan pedang siok-bwee dengan
getaran pedangnya, lagi-lagi seebun Giok-hiong
melepaskan satu bacokan kilat menyambar tubuh gadis
itu. Menyaksikan begitu cepat datangnya ancaman
tersebut, buru-buru siok-bwee menyusut mundur untuk
menghindar namun terlambat selangkah...
"Sreeet" Di tengah desingan angin tajam, segenggam
rambutnya rontok terpapas kutung.
Lim Han-kim membentak nyaring, sambil
menggetarkan pedangnya ia mendesak maju ke muka
dan menghadang persis di depan tubuh Pek si-hiang.
"Lim Han-kim" Dengan sangat marah seebun Giokhiong
membentak, " Tampaknya kau benar-benar sudah
bosan hidup?" 3124 Pedangnya digetarkan, seperti menusuk seperti pula
membacok ia lepaskan sebuah ancaman ke depan
Lim Han-kim merasa datangnya seranganku aneh
sekali, ia sama sekali tak dapat menduga sasaran
manakah yang sebenarnya sedang dituju, dalam
terkejutnya terpaksa ia menggerakkan pedangnya untuk
melindungi seluruh badan.
Posisi ini merupakan suatu sistim pertahanan secara
total betapa pun hebatnya serangan yang datang
mustahil bisa melukai tubuhnya,
Siapa tahu ketika ujung pedang Seebun Giok-hiong
hampir mengenai tubuhnya tiba-tiba ia tarik kembali
serangan tersebut sambil katanya dengan dingin: "Lim
Han-kim, aku ingin bertanya kepadamu dan kau harus
menjawab secara jujur"
"Soal apa?" "Kau ibarat patung lumpur yang menyeberangi sungai,
untuk menyelamatkan diri pun tak mampu, kenapa kau
masih berusaha untuk menyelamatkan Pek si- hiang?"
"Kau kuat sedang dia lemah, kau yang kuat berusaha
menghina yang lemah, tentu saja aku Lim Han-kim tak
boleh berpangku tangan."
"Hanya karena alasan itu?" seebun Giok-hiong
menegaskan "Apa alasan ini kurang cukup?"
"Yaa, kurang, jawab saja terus terang, apakah kau
sangat mencintainya?"
Agak tertegun Lim Han-kim berpikir:
3125 "Kalau mesti kujawab perempuan mana yang paling
kucintai di dunia ini, orang tersebut tak lain adalah Pek
si-hiang." Berpikir begitu, tanpa terasa ia menoleh ke arah si
nona, terlihat Pek Si-hiang sedang bersandar pada
sebatang pohon siong dengan senyum lembut menghiasi
wajahnya, tak terlintas sedikit pun rasa takut di
wajahnya. Melihat hal ini maka sahutnya kemudian sambil
busungkan dada: "Betul, aku memang mencintainya, ada apa?"
"Aaah, tidak apa-apa..." jawab seebun Giok-hiong.
Pelan-pelan dia turunkan kembali pedangnya,
kemudian melanjutkan "Kalau kau begitu mencintai dirinya, mengapa tidak
kau ajak dia untuk pergi jauh meninggalkan tempat ini"
Lim Han-kim, walaupun aku tak punya keyakinan yang
terlalu besar untuk menangkan pertarungan ini, tapi Li
hujin sesungguhnya juga telah kehilangan berapa
kesempatan untuk meraih kemenangan, bila pertarungan
ini mulai berkobar, drama berdarah ini pasti akan diakhiri
dengan banjir darah serta pemandangan yang sangat
mengerikan. Turutilah nasehatku, ajak dia dan pergi ke
tempat yang jauh, dengan selesainya pertarungan ini,
dunia persilatan akan mengalami ketenangan untuk


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jangka waktu yang lama, aku percaya dengan bimbingan
Pek si- hiang yang prima, dalam tiga sampai lima tahun
kepandaian silatmu akan maju pesat, bila kau muncul
kembali saat itu maka dunia persilatan akan menjadi
milikmu." 3126 Perkataan itu diutarakan dengan sungguh-sungguh
dan serius, dari balik matanya yang bulat besar terlihat
dua butir air mata jatuh berlinang.
Lim Han-kim melongo dan termangu-mangu, begitu
cepat seebun Giok-hiong berubah sikap ibarat datangnya
halilintar di siang hari bolong, selain munculnya tiba-tiba
juga berlangsung begitu cepat, akibatnya untuk berapa
saat dia tak tahu harus berkata apa. Pelan-pelan Pek sihiang
menanggapi: "Biarpun seebun Giok-hiong kejam hatinya dan buas,
namun perkataannya ini benar-benar diucapkan dari
lubuk hatinya." Lim Han-kim memandang Pek si- hiang sekejap lalu
berganti memandang seebun Giok-hiong, kemudian
sambil menghela napas panjang katanya:
"Walaupun nona bermaksud baik, tapi terpaksa hanya
bisa kuterima di dalam hati saja, aku tak bisa pergi dari
sini, terlebih nona Pek."
"Kenapa tak bisa pergi?" teriak seebun Giok-hiong
marah, "Dunia begitu luas, kau bisa berempat tinggal di
mana saja, kenapa bersikeras ingin tinggal di sini dan
memusuhi aku?" Mendadak Pek Si- hiang maju mendekat, selanya:
"Enci Seebun, setelah kau ketahui bahwa dunia sangat
luas, kenapa bukan kau sendiri yang mengalah dengan
mengundurkan diri dari kancah pertarungan ini" Kenapa
kau nekat ingin beradu jiwa dengan nyonya Li" Apalagi
menurut pengamatanku, keinginanmu sukar untuk
terkabul..." 3127 "Ooh, maksudmu aku masih bukan tandingannya?"
tukas seebun Giok-hiong ketus.
"Meskipun kau berbakat alam namun tenaga dalammu
masih kalah setingkat bila dibandingkan dengan nyonya
Li, terus terang saja aku katakan, dalam lima ratus jurus
nyonya Li dapat mengungguli dirimu."
"Aku tak perduli apakah tandingannya nyonya Li atau
bukan, tapi satu hal sudah pasti, tak ada manfaatnya
bagi kalian untuk tetap tinggal di sini," ucap seebun Giokhiong
dengan wajah serius. Pek si-hiang tersenyum.
"Aku harus tetap tinggal di sini untuk mengurusi akhir
dari pertarungan ini, demi kau maupun demi nyonya Li
aku tak boleh berpeluk tangan pergi dari sini,"
"Baiklah" seebun Giok-hiong tertawa dingin "sudah
kucoba untuk nasehati kalian secara baik-baik tapi kalian
tetap keras kepala dan mau tetap tinggal di sini untuk
menunggu kematian, kalau begitu jangan salahkan bila
aku berhati kejam, akan kulihat dengan cara apa kau
hendak mengurusi akhir dari pertarunganku..." Pelanpelan
ia siapkan pedangnya, lalu menambahkan:
"Aku tak percaya, dengan andalkan kecerdasan kau
seorang dapat mengubah bencana yang sudah berada di
depan mata menjadi keselamatan"
"Kusangka kau sudah tidak memiliki perasaan cinta
lagi rupanya dalam hati kecilmu masih terselip rasa cinta
yang lembut terhadapnya, ehmmm, cukup meninjau dari
soal ini aku harus tetap tinggal di sini untuk selamatkan
jiwamu." 3128 "Hmmmm Kematian sudah di ambang pintu kau masih
mencoba bersilat lidah terus..." pedangnya segera
digetarkan menciptakan dua kuntum bunga pedang yang
secara terpisah menusuk tubuh siok-bwee dan Hiangkiok.
Buru-buru kedua orang dayang itu menggerakkan
pedangnya untuk menangkis datangnya ancaman
tersebut Namun tenaga serangan yang disertakan seebun Giokhiong
dalam tusukan itu kuat sekali, begitu siok-bwee
berdua menyambut serangan itu dengan keras lawan
keras, tubuh mereka sebera tergetar keras hingga
masing-masing mundur satu langkah. sambil gelengkan
kepalanya dan menghela napas Pek si- hiang berseru:
"Enci seebun, coba berpalinglah lihat siapa yang telah
datang." "Tak usah dilihat lagi," tukas seebun Giok-hiong sambil
melancarkan sebuah bacokan lagi.
Dengan menghimpun segenap tenaga yang dimiliki
Lim Han-kim mendorong pedang di tangan kanannya ke
muka untuk menyambut serangan tadi, katanya:
"Seebun Giok-hiong, bila kau berniat membunuh kami
semua, seharusnya kau lakukan sekarang juga."
Seebun Giok-hiong tertegun, ia berpaling, tampak
nyonya Li dengan wajah serius telah berdiri dua kaki di
belakangnya. "Cepatlah pergi cici," bisik Pek Si-hiang. "Saat ini
bukan saat yang tepat untuk mengumbar napsu."
3129 Seebun Giok-hiong tidak menggubris, ditatapnya
nyonya Li lekat-lekat seraya menantang:
"Bagus sekali nyonya Li, mumpung kau sudah datang,
bagaimana kalau mencoba dulu sebuah tusukanku
sebelum pergi?" "Bagus sekali, gunakanlah seluruh kekuatanmu untuk
melancarkan tusukan, apabila tusukanmu itu berhasil
membinasakan aku, maka paling tidak kau sudah dapat
separuh kesempatan untuk meraih kemenangan dalam
pertarungan di perkampungan keluarga Hong-san nanti,
sebaliknya jika kau gagal melukaiku, kau masih
berkesempatan untuk mengundurkan diri dari kancah
pertarungan tersebut."
"Sudah lama kudengar keaneka ragaman ilmu silat
yang dimiliki perkampungan keluarga Hong-san, terlebih
Nyonya Li sebagai seorang tokoh nomor wahid dalam
dunia persilatan, maka di dalam menghadapi
pertarungan malam ini, aku yang muda sudah cukup
paham bila kemampuanku masih bukan tandinganmu"
"Lalu berapa jurus yang kau inginkan agar bisa punya
kesempatan untuk meraih kemenangan?"
"Bila kejadian ini berlangsung tiga bulan lalu, untuk
menjawab pertaruhanku dengan nyonya Li malam ini aku
tak perlu memikir terlalu banyak dan segera akan
kusanggupi, tapi kini keadaannya sudah berbeda, ibarat
anak panah sudah berada di atas busur, mau tak mau
harus dilaksanakan juga Jadi aku rasa kita tak usah
mempertaruhkan apa pun, toh pertarungan ini harus
berakhir dengan terluka atau tewasnya salah satu pihak,
sehingga pabila nyonya Li berniat mencegahku
3130 melakukan pembantaian dan menghindarkan umat
persilatan dari pertumpahan darah ini, satu-satu-nya
jalan hanyalah berusaha untuk menghabisi nyawaku."
Sembari berkata, kembali dia persiapkan pedangnya
untuk melancarkan serangan.
Sambil berdiri serius, Nyonya Li mengawasi pedang di
tangan seebun Giok-hiong itu dengan seksama, katanya:
"Aku dengar, untuk menghadapi diriku kau telah
mengundang kehadiran dua orang jago tangguh, apa
benar begitu?" "Benar, dalam pandanganku satu-satunya orang yang
sanggup bertanding habis-habisan melawanku hanyalah
Nyonya Li seorang..."
"Kau toh sudah anggap diriku sebagai tandinganmu
apa gunanya kau mengundang dua orang pembantu?"
"Hal ini disebabkan aku tak punya keyakinan untuk
bisa mengungguli dirimu nyonya Li, jadi untuk menjaga
segala sesuatunya, terpaksa aku harus sedia payung
sebelum hujan." "Terima kasih banyak kau telah menghargai
kemampuanku Nah, kau boleh turun tangan sekarang"
"Terima kasih, nyonya Li, kau harus berhati-hati"
Mendadak gadis itu menggetarkan pergelangan
tangannya, pedang baja tersebut seketika berubah jadi
sangat lembek bagaikan sebuah angkin saja, dalam
beberapa kelebatan senjata tersebut sudah menyambar
ke tubuh Nyonya Li. 3131 Dalam perkiraan Lim Han-kim semula, pertarungan
antara dua orang jago lihay ini pasti berlangsung dalam
gerak cepat lawan cepat disertai perubahan yang tak
terhingga banyaknya. Siapa tahu gerak serangan dari seebun Giok-hiong itu
justru begitu lambat bagaikan siput yang sedang berjalan
saja, jangan lagi untuk melukai Nyonya Li, rasanya untuk
menusuk seseorang yang tak mengerti ilmu silat pun
sukar sekali. Dia mencoba perhatikan nyonya Li, ternyata
perempuan setengah umur itu berdiri angker bagaikan
sebuah batu karang, sepasang matanya yang tajam
justru mengawasi ujung pedang seebun Giok-hiong
dengan serius, hati-hati dan penuh perhatian.
Tatkala ujung pedang tersebut hampir mencapai di
depan dada Nyonya Li, mendadak seebun Giok-hiong
mengubah gerakannya dari lambat menjadi cepat sekali,
di antara kilatan cahaya yang menyilaukan mata,
terbentik bunga pedang yang menyebar ke empat
penjuru. Dalam sekejap mata, sekujur tubuh Nyonya Li sudah
terkurung dalam lapisan bunga pedang itu.
Tak terlukiskan rasa kaget Lim Han-kim setelah
menyaksikan peristiwa ini, pikirnya:
"Tak nyana sama sekali serangan pedangnya begitu
ganas, mampu tidak Nyonya Li untuk meloloskan diri
tanpa cedera?" Sementara ia masih termenung, suasana dalam arena
telah terjadi perubahan, tampak bunga pedang yang
3132 dipancarkan oleh serangan seebun Giok-hiong tersebut
tiba-tiba hilang lenyap tak berbekas.
Nyonya Li masih tetap berdiri di tempat semula, hanya
paras mukanya kelihatan lebih dingin dan serius.
Seebun Giok-hiong juga masih berdiri dengan senjata
tergenggam, mereka berdua berdiri saling berhadapan
tanpa mengucapkan sepatah kata pun
Gara-gara pecah perhatiannya Lim Han-kim tak
sempat melihat secara jelas bagaimana cara Nyonya Li
memunahkan ancaman dari seebun Giok-hiong yang
demikian dahsyatnya itu, diam-diam ia merasa sayang.
Sepeminum teh lamanya kedua orang itu berdiri saling
berhadapan, akhirnya seebun Giok-hiong turunkan
pedangnya ke bawah seraya berkata pelan:
"Kesempurnaan tenaga dalam yang nyonya miliki
memang bukan nama kosong, Hari ini aku merasa puas
dengan hasil pertarungan ini."
Selesai bicara, pelan-pelan ia balik badan dan beranjak
pergi meninggalkan tempat itu.
Meskipun dia berusaha menjaga ketenangan serta
kemantapan langkahnya, namun Lim Han-kim dapat
menyaksikan bahwa langkahnya agak gontai dan enteng,
jelas isi perutnya sudah terluka parah.
Menanti sampai bayangan punggung seebun Giokhiong
sudah lenyap di balik tikungan jalan, nyonya Li
baru cepat-cepat bergerak menuju ke belakang sebuah
batu besar. 3133 Lim Han-kim menyaksikan gerak langkah perempuan
ini pun agak gontai dan mengambang, hal ini sangat
mencengangkan hatinya. "Heran" Demikian ia berpikir, "Masa nyonya Li juga
menderita luka dalam?"
Terdorong rasa ingin tahunya, tanpa terasa ia
melangkah ke depan berniat menyusul di belakangnya.
"Cepat berhenti" seru Pek Si-hiang mendadak.
Lim Han-kim menghentikan langkahnya seraya
berpaling. "Kau memanggil aku?"
Pek Si-hiang tidak menjawab, dia hanya menggapai
berulang kali, "Ada apa nona memanggilku?" tanya Lim Han- kim
sambil berjalan menghampiri
"Apa kau bermaksud menengok nyonya Li?" bisik Pek
Si-hiang. "Yaa, rasanya dia kurang beres, jangan-jangan isi
perutnya juga terluka."
"Betul." Pek Si-hiang mengangguk, "Dia memang
berluka dalam, cuma luka yang diderita Seebun Giokhiong
jauh lebih parah. Aaaai... Tampaknya aku tak
boleh berpeluk tangan.."
Mendengar itu, Lim Han-kim berpikir dengan
keheranan: "Sejak kau tinggalkan ilmu sesat sembilan iblis, kondisi
tubuhmu sudah pulih kembali seperti sedia kala, lemah,
3134 banyak penyakitan, dengan cara apa kau hendak
bertanding melawan mereka?"
Meski berpikir begitu, jawabnya juga:
"Lebih baik lagi pabila nona dapat menemukan sebuah
siasat jitu yang bisa memaksa seebun Giok-hiong
mengundurkan diri secara suka rela, dengan begitu
pertarungan berdarah ini pasti dapat terhindar"
"Seebun Giok-hiong mustahil mau mengurungkan
niatnya untuk menciptakan pertumpahan darah ini
apalagi membatalkan di tengah jalan, kau rasa selain kita
berusaha mengalahkan dirinya dalam pertarungan nanti,
satu-satunya jalan adalah menghabisi nyawanya sebelum


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertemuan terselenggara, dengan kematiannya secara
otomatis pertumpahan darah ini pun bisa dihindari..."
Kemudian setelah berhenti sejenak. lanjutnya: "Aku
yang salah menilai dirinya."
"Bagaimana kau bisa salah menilainya?"
"Dalam anggapanku, kehadiranmu mungkin bisa
selamatkan dia dari jurang kehancuran ini, siapa tahu dia
lebih suka memutuskan tali hubungan cinta ketimbang
membatalkan rencananya."
"Aaah, nona Pek hanya bergurau, dengan kepandaian
silat yang kumiliki ini rasanya sepuluh jurus pun aku tak
mampu menghadapinya."
"Yang kumaksudkan bukan ilmu silatmu, aaai . . .
bagaimana pun urusan toh sudah menemui jalan buntu,
lebih baik tak usah disinggung lagi, masalah terpenting
saat ini adalah menemukan orang yang sanggup
3135 menaklukkan Seebun Giok-hiong dalam waktu yang amat
singkat ini." "Nyonya Li terhitung jagonya nomor wahid di kolong
langit, selain dia, siapa lagi yang mampu
mengunggulinya?" "Kalau cuma menghadapi Seebun Giok-hiong seorang,
Nyonya Li sudah cukup untuk membendungnya, tapi
situasi saat ini telah berubah, para jago yang diundang
Seebun Giok-hiong untuk membantu kubunya pasti
bukan manusia sembarangan bila orang yang
diundangnya persis seperti apa yang kuduga, tampaknya
kita harus menggunakan taktik racun melawan racun
untuk menghadapinya, dengan menghalalkan segala cara
kita berusaha meraih kemenangan"
"Dengan menghalalkan sebala cara?" gumam Lim
Han- kim tidak habis mengerti.
"Yaa, seebun Giok-hiong mulai duluan menghalalkan
segala cara untuk meraih kemenangan tentu saja kita
pun tak usah sungkan-sungkan untuk mengikuti
tindakannya itu." "Maksud nona..."
Sekilas hawa napsu membunuh melintas di atas wajah
Pek si-hiang, katanya: "Dia enggan menuruti nasehatku dengan memaksakan
terus kehendaknya, terpaksa aku harus membantu
nyonya Li untuk membinasakan dirinya."
Mendengar itu Lim Han- kim hanya bisa menghela
napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
3136 BAB 46. Tiga Manusia Aneh
Pek si-hiang menggenggam tangan kiri Lim Han-kim
erat-erat, lalu ujarnya lagi:
"Saudara Lim, aku tahu kau keberatan bila kubunuh
seebun Giok-hiong, tapi situasi saat ini telah berubah
menjadi amat kritis, bila kita mundur selangkah berarti
memberi kesempatan kepadanya untuk maju selangkah,
kita bisa saja mengampuni seorang seebun Giok-hiong,
tapi sebagai gantinya banyak nyawa umat persilatan
yang akan jadi korban di ta-ngannya, lagipula dia sendiri
pun enggan lepaskan aku. sebagai seorang ksatria kita
tak boleh berhati lemah, apalagi terperangkap oleh bibitbibit
cinta." "Nona Pek, aku..."
Pek si-hiang gelengkan kepalanya berulang kali, tak
memberi kesempatan kepadanya untuk melanjutkan
pembicaraan, selanya kembali:
"Aku paham, baik seebun Giok-hiong, Li Tiong-hui
maupun aku Pek si-hiang, kami sama-sama mempunyai
bobot yang seimbang dalam hatimu, tentunya kau
merasa kesulitan bukan untuk membagi kasih secara
seimbang terhadap kami bertiga..."
"Kau jangan ngaco belo," tukas Lim Han- kim, "Nona
Li jangan kau masukkan dalam hitungan, ia sudah
menjadi istri orang."
"Aaaah, masa iya?" seru Pek si-hiang tertegun
3137 "Aku tak perlu berbohong, lagipula orang tersebut
berada di perkampungan keluarga Hong-san saat ini dan
aku pun sudah menyanggupi mereka untuk menjadi mak
comblangnya serta mengumumkan perkawinan mereka
di hadapan para jago silat seusai pertumpahan darah itu
berlangsung." Tampaknya Pek si-hiang, gadis serba tahu dan cerdas
luar biasa ini dibuat termangu juga sehabis mendengar
berita yang sama sekali tak terduga ini, setelah
termenung beberapa saat tanyanya: "siapa yang beritahu
soal ini kepadamu?" "Li Tiong-hui beritahu sendiri soal ini kepadaku,
bahkan aku pun sudah bertemu dengan calon suaminya,
orang itu benar-benar tergila-gila dengannya, bila Li
Tiong-hui bersedia menjadi istrinya, orang itu pasti akan
mencurahkan segenap rasa cintanya untuk merawat
serta menyayanginya."
"Aaai..." Pek si-hiang menghela napas panjang,
"Kendatipun begitu, belum tentu kejadian ini merupakan
suatu perkawinan yang bahagia."
"Kenapa?" "Kau bukan wanita, tentu tak paham dengan perasaan
seorang wanita, pada dasarnya wanita memang
ditakdirkan untuk melayani kaum pria, bila kejadiannya
terbalik, kaum pria yang mesti melayani istrinya, belum
tentu dia akan merasa puas dan bahagia, karena apa
yang terpikir olehnya adalah bagaimana merawat,
melayani serta menyayangi sang suami."
"Benarkah begitu?" Lim Han- kim tertegun
3138 "Yaa, paling tidak aku serta Li Tiong-hui mempunyai
pandangan serta pemikiran demikian..."
Setelah berhenti sejenak. lanjutnya:
"Bila Li Tiong-hui telah menentukan pilihannya, berarti
tinggal seebun Giok-hiong seorang yang dapat menjadi
istrimu, aaaai sayang sekali dia terlalu liar dan susah
dikendalikan, napsu membunuh pun telah menutupi
pikirannya, hal ini membuat aku jadi serba salah."
Hiang-kiok yang masih polos dan tak punya pikiran
lain tiba-tiba menimbrung:
"Nona, bagaimana dengan kau sendiri" Mengapa
bukan kau sendiri yang menikah dengan Lim siangkong?"
Merah padam selembar wajah Pek si-hiang, katanya
sambil tertawa: "Budak dungu, aku sudah hampir mampus, masa kau
suruh dia menikahi setan sebagai bininya?"
"Bukankah nona telah disembuhkan oleh Nyonya Li?"
tegur Lim Han- kim agak tertegun.
"Belum" Pek si-hiang menggeleng seraya menghela
napas panjang. "Kenapa" Apakah nyonya Li tak mampu mengobati
penyakitmu itu?" "Badai pembunuhan telah berada diambang pintu,
mana aku punya waktu untuk mengobati penyakit itu?"
"Jadi maksud nona, semestinya kau mampu
menyembuhkan penyakit itu, namun kau sengaja enggan
mengobatinya?" 3139 "Ehmmm, boleh saja kau anggap begitu, bila kuobati
penyakit tersebut hingga sembuh, lalu apa rencanamu
terhadap diriku?" setelah termenung berpikir sebentar,
sahut Lim Han- kim: "Bila kau sembuhkan penyakit itu, maka bila badai
pembunuhan ini bisa kita lampaui, kita bisa mencari
sebuah tempat yang sepi dan terpencil untuk hidup
dengan damai..." "Apa gunanya mencari tempat yang sepi dan
terpencil?" Lim Han- kim tersenyum. "Kita cari tempat yang sepi dan terpencil untuk
tinggal, kemudian kita sembuhkan dulu penyakitmu,
setelah itu aku baru akan temani kau untuk berpesiar
mengunjungi semua tempat kenamaan di dunia ini."
"Hanya berpesiar mengunjungi tempat indah?"
Dibimbing siok-bwee, Pek si-hiang maju ke depan sambil
tersenyum. Tiba-tiba Hiang-kiok menghela napas panjang,
selanya. "Nona, nona... masa kau tak paham dengan maksud
ucapannya" Bukankah Lim siangkong sudah
menerangkan sejelas-jelasnya" "
"Kenapa tidak kau suruh dia berbicara lebih jelas lagi?"
"Kau ingin aku berkata apa lagi?" tanya Lim Han- kim
sambil tersenyum jengah. Pek si-hiang ikut tertawa.
"Apa saja yang ingin kau utarakan harus diucapkan
semua, tak boleh kau rahasiakan barang sepatah pun."
3140 "Baiklah, bila badai besar ini telah berlalu, akan kuajak
dirimu berpesiar ke tempat-tempat indah, kemudian
mengajakmu pergi menjumpai ibuku" Tiba-tiba wajah
Pek si-hiang yang penuh senyuman itu berubah amat
serius, tanyanya: "Bila ibumu tak suka aku setelah melihat kondisi
badanku yang begini lemah, lalu apa yang kau lakukan?"
"Nona amat cerdik dan berjiwa besar, kenapa sih kau
menguatirkan masalah yang begitu sepele?"
Tiba-tiba Pek si-hiang tundukkan kepalanya dengan
sedih. "Kau suruh aku mengubah apa yang sebenarnya telah
kuputuskan, tentu saja banyak hal yang perlu
kurisaukan." "Masalah apa sih yang sebetulnya telah kau
putuskan?" Lim Han- kim bertanya dengan wajah
bingung. "Sekarang tak boleh kusampaikan kepadamu, biar lain
kali saja baru dibicarakan lagi." Pelan-pelan ia
menyandarkan diri di tubuh siok-bwee.
"Nona" seru Hiang-kiok cemas, "setelah terlanjur
dibicarakan, kenapa sih tidak kau bicarakan hingga
tuntas?" "Hatiku sedih sekali, cepat bimbing aku pulang ke
kamar" tukas Pek si- hiang tiba-tiba.
Ketika semua orang berpaling, terlihat butiran keringat
sebesar kacang kedele jatuh bercucuran membasahi
wajahnya. 3141 Dengan rasa terperanjat Lim Han- kim maju
menghampiri "Kenapa kau?"
Ketika tangan kirinya yang tergenggam terasa dingin
bagaikan es, pemuda itu makin tertegun dibuatnya.
Sambil menghela napas siok-bwee segera
menerangkan: "Lim siangkong tak usah kuatir, setiap kali nona kami
menghadapi masalah yang menjengkelkan mengejutkan
atau mengerikan perasaan hatinya, ia selalu tunjukkan
gejala seperti ini, dia akan baik kembali setelah
beristirahat sejenak." Kemudian sambil menoleh ke arah
Hiang- kiok, tambahnya: "Kita harus cepat-cepat
menggotong nona untuk kembali ke kamarnya." Hiangkiok
menyahut dan segera membopong nonanya ke atas
tandu. "Kalian berdua berangkatlah duluan," kata Lim Hankim
cepat, "Aku akan menunggu nyonya Li di sini."
"Mungkin Nyonya Li sudah kembali ke lembah Bansiong-
kok duluan, apa tidak berbahaya bila kau berjumpa
dengan seebun Giok-hiong nanti?"
"Tidak apa-apa, menurut nona Pek. seebun Giok-hiong
sudah terluka parah bahkan jauh lebih parah ketimbang
nyonya Li, aku rasa untuk sementara ini tak mungkin ia
bisa pulih seperti sedia kala, kalian berdua pulanglah
duluan, sebentar lagi aku baru pulang ke lembah Bansiong-
kok." "Baiklah, cuma kau harus berhati-hati..." pesan siokbwee,
kemudian bersama Hiang-kiok menggotong
majikannya dan berlalu. 3142 Lim Han- kim berjalan menuju ke belakang batu
gunung, tapi di situ sudah tak nampak lagi bayangan
tubuh nyonya Li, dengan rasa heran yang amat sangat
segera pikirnya: "Dengan jelas sekali kusaksikan nyonya Li menuju ke
belakang batu besar ini, masa dengan kondisi terluka
parah dia masih mampu mendaki ke atas tebing curam
ini...?" Dipenuhi rasa ingin tahu ia berjalan menelusuri jalan
setapak yang ada menuju ke sebuah lembah yang
sempit. Tempat itu amat terpencil dan sepi, rumput ilalang
tumbuh subur setinggi manusia, Lim Han- kim segera
meloloskan pedangnya dan melanjutkan langkahnya
memasuki rimbunnya ilalang itu.
Tanpa terasa ia sudah memasuki semak tebal itu
sejauh lima puluhan kaki. Akhirnya sebuah batu karang
yang tinggi besar menghadang jalan perginya.
Baru saja Lim Han- kim bermaksud melompat naik ke
atas batu itu untuk memeriksa keadaan, mendadak
terdengar desingan angin tajam menyambar lewat, sikut
kanannya tahu-tahu jadi kaku dan pedang yang
digenggamnya sudah terlepas dari pegangan.
Menyusul kejadian itu, dari sisi batu cadas itu berjalan
ke luar seorang pemuda baju putih yang ceking tapi
jangkung, berwajah pucat pias seperti mayat dan
bersikap mengerikan Dengan sorot matanya yang tajam dia awasi Lim Hankim
tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
3143 Setelah berhasil menenangkan pikirannya dan


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghimpun hawa murninya di Tan-tian, Lim Han- kim
menegur: "siapa kau?"
Belum selesai teguran itu bergema, lagi-lagi sikut
kirinya terasa kaku, hawa murni yang telah terhimpun di
lengan kiri itu pun mendadak lenyap tak berbekas.
Menyusul kemudian tampak pemuda jangkung itu
menggapai tangan kanannya, entah bagaimana caranya
tahu-tahu tubuh Lim Han- kim sudah berhasil
dicengkeramnya secara mudah dan diseret menuju ke
belakang batu cadas. Lim Han- kim dapat merasakan betapa kuatnya
cengkeraman kelima jari tangan orang itu pada bahunya,
bahkan tulang pundak pun secara lamat-lamat terasa
sakit, pikirnya dengan perasaan terkejut: " Hebat betul
ilmu silat orang ini."
Jarak antara dinding tebing dengan batu karang itu
paling banter hanya bisa dilalui satu orang saja, tapi
pemuda ceking itu dengan mengempit tubuh Lim Hankim
tetap memaksakan diri menerobos lewat dari celah
tersebut Di balik lorong sempit itu tampak seorang kakek
berambut putih sepanjang pinggang dengan memegang
sebuah tongkat besar berdiri menyandar pada dinding
tebing. Pemuda ceking itu sebera membanting tubuh Lim
Han- kim ke atas tanah, kemudian pelan-pelan mundur
ke belakang kakek tersebut.
3144 Lim Han- kim mencoba mengawasi keadaan di
sekelilingnya, lagi-lagi muncul seorang pemuda berbaju
hitam yang tinggi kurus melangkah ke luar dari arah kiri
dengan langkah lebar. Kecuali warna pakaian yang berbeda, kedua orang itu
mempunyai perawakan badan, bentuk serta gerak gerik
yang mirip sekali, bahkan wajahnya sama-sama dingin
dan menyeramkan. Saat itu, biarpun beberapa jalan darah Lim Han-kim
tertotok, namun kesadaran pikirannya tetap jernih,
pikirnya: "Dandanan ketiga orang ini sangat aneh, bahkan mirip
tiga sosok mayat hidup, entah berasal dari mana mereka
itu?" Sementara ia masih berpikir, orang berambut putih
yang berdiri bersandar pada dinding tebing itu telah
menegur dengan suara dingin: "Kau anggota keluarga
Hong-san?" Biarpun pertanyaan itu dapat didengar amat jelas, Lim
Han-kim berlagak pilon, ia cuma mengawasi kakek
berambut putih itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun
Rupanya watak kakek berambut putih itu kasar dan
sangat berangasan, dengan penuh rasa mendongkol ia
hentakkan tongkatnya ke tanah...
"Blummmm" Batu dan pasir segera beterbangan
mengikuti suara ledakan yang memekikkan telinga.
"Kurang ajar, dengar tidak dengan pertanyaanku
barusan?" bentaknya penuh amarah.
3145 "Hebat betul tenaga orang ini," batin Lim Han-kim,
"Tongkatnya pasti terbuat dari baja asli dan berani
bertaruh beratnya tentu di atas ratusan kati." Namun ia
tetap membungkam diri. Kakek berambut putih itu segera berpaling ke arah
pemuda berwajah pucat itu seraya menegur:
"Kalian totok jalan darahnya?"
"Benar" sahut dua orang pemuda itu dengan hormat
"Bebaskan totokannya, aku hendak bertanya
kepadanya." Pemuda berbaju putih itu mengiakan dan segera
menepuk bebas jalan darah di iga dan dadanya yang
tertotok. sekali lagi Lim Han-kim berpikir
"Biarpun ilmu silat yang dimiliki rombongan ini cukup
bagus, sayang tidak didukung pikiran yang cerdik, aku
tak boleh lawan mereka dengan kekerasan, lebih baik
dilawan dengan akal saja..."
Terdengar kakek berambut putih itu berkata lagi:
"Kini, aku telah bebaskan totokan jalan darahmu, bila
pertanyaanku enggan dijawab juga, hmmm . . . jangan
salahkan bila kau segera kuhajar dengan toya ini."
Sambil mengendorkan ototnya yang kaku sahut Lim
Han-kim: "Bila ingin bertanya sesuatu, katakan saja."
"Kau anggota perkampungan keluarga Hong-san?"
"Meskipun aku bukan anggota perkampungan
keluarga Hong-san, tapi saat ini sedang menginap di
situ." 3146 "Kau sudah bertemu dengan istrinya Li Tiong-yang?"
"Tentu saja sudah"
"Kenon berkat latihannya yang tekun selama beberapa
tahun belakangan ini, tenaga dalamnya sudah mengalami
kemajuan pesat, apa benar berita itu?"
Sebenarnya Lim Han-kim ingin menjawab tak tahu,
namun kata-kata tersebut segera ditelan kembali
sebelum terlanjur diutarakan, katanya:
"Betul sekali, tenaga dalam nyonya Li memang
mengalami kemajuan yang amat pesat selama berapa
tahun terakhir ini, bahkan sudah mencapai puncak
kesempurnaan" Kakek berambut putih itu segera
mendengus dingin: "Hmmmm sehebat-hebatnya seorang wanita, tak akan
bisa mencapai puncak kesempurnaan yang paling hebat"
"Kelihatannya orang ini takut sekali dengan nyonya
Li," pikir Lim Han-kim, "Tapi lagaknya saja seakan-akan
tak terima kalah, aku mesti panasi dulu hatinya."
Berpendapat begitu, dia pun berkata:
"Konon tenaga dalam yang dimiliki nyonya Li sudah
mencapai tingkatan yang disebut melukai orang dengan
timpukan daun, meski sudah lama ia tak muncul di dalam
dunia persilatan, namun seluruh umat persilatan telah
memandangnya sebagai jago nomor wahid di kolong
langit." Betul juga, begitu mendengar kata-kata tersebut
kakek berambut putih itu langsung naik pitam,
dihentaknya toya besi itu ke tanah hingga batu dan pasir
beterbangan pekiknya: 3147 "Aku tak percaya, aku tak percaya..."
Lim Han-kim mencoba melindungi wajahnya dari
percikan batu danpasir dengan tangan kirinya, sementara
perhatiannya mulai dialihkan ke sekeliling tempat itu,
mencari jalan untuk melarikan diri
Pekikan kakek berambut putih itu berhenti secara tibatiba,
lalu untuk berapa saat lamanya tak kedengaran
sedikit suara pun Dengan perasaan heran Lim Han-kim coba mengintip.
ternyata kakek itu masih berdiri kaku bersandar pada
dinding tebing, hanya air mata tampak jatuh bercucuran
membasahi pipinya. Dengan perasaan keheranan ia berpikir:
"Kakek ini pasti mengidap penyakit syaraf, masa tak
ada apa-apa ia menangis begitu sedih?"
Ketika mencoba memperhatikan sepasang pemuda
ceking itu, ternyata mereka berdua pun berdiri bersandar
pada dinding tebing sambil pejamkan mata, tampaknya
sedang mengatur pernapasan.
"Waaah, ini dia kesempatan baik bagiku untuk
melarikan diri," pekik Lim Han-kim di dalam hati.
Hawa murninya segera dihimpun, lalu secara tiba-tiba
ia melejit ke tengah udara dan meluncur ke atas batu
cadas. "Kurang ajar," umpat kakek itu amat gusar, "Belum
pernah ada orang berhasil menyambung nyawa dari
cengkeramanku" 3148 Belum selesai ucapan tersebut diutarakan, tiba-tiba
Lim Han-kim merasakan pinggangnya kesemutan, tahutahu
tenaganya lenyap tak berbekas dan tubuhnya roboh
terjungkal ke atas tanah.
Tatkala tubuhnya hampir mencapai permukaan tanah,
tiba-tiba pinggangnya disambar orang dan tahu-tahu
sudah diangkat seseorang.
Lim Han-kim coba melirik. ia jumpai kakek tersebut
sedang melolohnya dengan napsu membunuh
menyelimuti seluruh wajahnya, terdengar ia berkata:
"Selama hidup belum pernah kubiarkan seorang pun
lolos dari cengkeramanku dalam keadaan hidup, Hmmm
Hari ini kau beruntung bisa melihat wajahku, meski harus
mati, sepatutnya mati dengan mata meram."
Toya bajanya segera diangkat ke udara dan pelanpelan
diayunkan ke atas kepalanya.
"Habis sudah riwayatku," pekik Lim Han-kim dalam
hati, "Percuma aku bicara soal kebenaran dengan tua
bangka yang sinting dan tak waras otaknya ini..."
Di saat yang amat kritis itulah mendadak terdengar
seseorang berteriak lantang: "Jangan lukai dia"
Ketika itu, ujung toya baja tersebut sudah hampir
menghantam batok kepala Lim Han-kim, kakek gila
tersebut seketika menarik kembali ayunannya begitu
mendengar teriakan tadi. Cepat Lim Han-kim berpaling ke arah mana datangnya
teriak tadi, terlihat seebun Giok-hiong dengan tangan
kanannya memegangi dadanya sedang berjalan
mendekat dengan langkah lambat.
3149 "Orang ini jelas anggota perkampungan keluarga
Hong-san, kenapa aku tak boleh membunuhnya?" pekik
kakek berambut putih itu marah.
Seebun Giok-hiong tarik napas panjang-panjang
seraya turunkan kembali tangan kanannya yang
memegangi dada, sahutnya lembut:
"Kalau kukatakan tak boleh dibunuh, lebih baik jangan
kau bunuh," "Kurang ajar," umpat kakek itu semakin gusar,
"sengaja aku kemari untuk membantumu masa aku
harus turuti perintahmu?"
"Ular tanpa kepala tak akan bergerak, burung tanpa
sayap tak akan terbang, di antara kita berdua mesti ada
salah seorang di antaranya menjadi pimpinan."
"Lantas siapa yang menjadi pemimpin?"
"Aku yang mengundang kalian untuk membantuku
tentu saja akulah pemimpin kalian." Tiba-tiba kakek
berambut putih itu mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak: "Hahahaha... kau masih begitu muda, masa aku setua
ini harus menghormatimu sebagai pemimpin serta
menuruti semua perintahmu?"
"Tak pernah dunia persilatan bedakan siapa tua siapa
muda, yang berhasil dialah pemimpinnya, betul usiamu
sudah lanjut, tapi kau patut menuruti perintahku" Cepat
kakek berambut putih itu menggeleng.
"Bila aku mesti turuti perintah mu, bukankah seluruh
umat persilatan akan mentertawakan kebodohanku?"
3150 "Lantas apa yang kau inginkan hingga bersedia
menuruti perintahku?"
"Asal dengan ilmu silat kau mampu membuatku takluk
dan tunduk. tentu saja aku akan turuti semua
perintahmu." "ltu mah gampang, ayoh kita beradu berapa gebrakan,
dengan cepat kau akan ketahui berhak tidak ilmu silatku
memerintah kau." Lim Han-kim yang mengikuti pembicaraan tersebut
diam-diam berpikir. "Akibat pertarungannya melawan nyonya Li, tak
enteng luka dalam yang dideritanya, malahan untuk
berjalan pun ia mesti pegangi dada sendiri untuk
menahan sakit, kini dia sudah berani menantang orang
untuk berduel kembali, aaaai... sungguh jarang
menjumpai perempuan segarang dan seganas ini..."
Dalam pada itu si kakek berambut putih itu sudah
menghentakkan toyanya ke tanah sambil berseru:
"Baik, kau anggap aku takut kepadamu?"
Sembari mengerahkan tenaga dalamnya bersiap sedia,
seebun Giok-hiong menantang:
"Bagus sekali, dengan cara apa kita akan bertanding"
Bertarung secara lisan atau kekerasan?"
"Kalau namanya bertarung tentu saja harus bertarung
dengan kekerasan, mana ada pertarungan secara lisan?"
"Padahal pertarungan secara lisan lebih sederhana dan
singkat, cukup kita tentukan suatu sistim pertarungan
yang berlaku kemudian masing-masing mentaati
3151 peraturan yang ada dan kita saling meng utarakan jurus
serangan yang digunakan secara lisan, sebaliknya bila
pertarungan dengan kekerasan, kita mesti gunakan
segenap kemampuan yang dimiliki untuk saling diadukan,
baik itu ilmu pukulan, ilmu senjata maupun ilmu senjata
rahasia." Kakek berambut putih itu tertawa dingin.
"Hehehe... aku Thia sik-kong sudah hidup setua ini
rasanya belum pernah kubuat segala peraturan dan tetek
bengeknya sebelum melakukan pertarungan, lebih baik
kita bertarung secara kekerasan saja."
"Bagus sekali Kalau begitu kau boleh menyerang
duluan" Thia sik-kong segera mengayunkan toya bajanya,
dalam sekejap mata selapis bayangan toya yang
membawa hawa dingin menyelimuti angkasa dan
langsung membabat tubuh seebun Giok-hiong.
Dengan gesit dan cekatan seebun Giok-hiong
mengelak ke samping meloloskan diri di kurungan
bayang-bayang itu, ejeknya:


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lama kudengar orang bercerita, katanya ilmu toya
angin puyuhmu memiliki tenaga penghancur bak
gulungan ombak di tengah samudra, tapi setelah
kusaksikan sendiri saat ini... hmmm, ternyata
kemampuannya cuma begitu-begitu saja, mana mungkin
kepandaianmu itu bisa kau gunakan untuk menandingi
nyonya Li?" Gagal dengan serangannya yang pertama Thia Sikkong
telah siapkan serangan berikut-nya, namun ia
segera hentikan serangan tersebut begitu mendengar
ucapan dari seebun Giok-hiong, teriaknya:
3152 "Sementara waktu kita batalkan dulu pertarungan ini"
"Kenapa?" "Kehadiranku ke daratan Tionggoan kali ini bertujuan
mengadu kepandaian dengan nyonya Li, kalau harus
bertarung melawanmu, lebih baik kita lakukan setelah
selesai pertarunganku melawan nyonya Li."
"Barusan aku telah bertarung satu gebrakan melawan
nyonya Li." seebun Giok-hiong menerangkan.
"Kau berhasil melukainya?" desak Thia sik-kong agak
gelisah. Nada suaranya penuh kecemasan dan
kekuatiran. Mula-mula seebun Giok-hiong agak tertegun,
menyusul kemudian sahutnya sambil tertawa-tawa:
"Yaa, aku telah melukainya."
Tiba-tiba Thia sik-kong mengayunkan toya bajanya
dan langsung dihantamkan ke depan. Dengan cekatan
seebun Giok-hiong melejit ke samping menghindarkan
diri, sambungnya: "Tapi luka yang kuderita jauh lebih
parah ketimbang luka yang dideritanya."
Thia sik-kong menarik kembali toya bajanya dan amati
seebun Giok-hiong beberapa kejap. tegasnya:
"Maksudmu luka yang diderita Nyonya Li jauh lebih
ringan ketimbang lukamu?"
"Justru karena itulah aku baru berpendapat bahwa kau
sulit untuk mengungguli Nyonya Li."
Lim Han-kim semakin kebingungan setelah mengikuti
tanya jawab itu, pikirnya:
3153 "Siapa gerangan Thia sik-kong yang sinting dan tak
waras itu" Kenapa dia pandang nyonya Li sebagai musuh
besar yang begitu dibencinya" Anehnya, ketika
mengetahui Nyonya Li terluka lantaran duelnya melawan
seebun Giok-hiong, dia pun berniat adu jiwa dengan
nona tersebut" sebenarnya dia itu teman atau musuhnya
Nyonya Li" Aku tak habis mengerti dibuatnya..."
Sementara itu Thia sik-kong telah sandarkan diri ke
atas batu tebing sembari bergumam:
"Bila aku keok lagi di tangannya, malu rasanya aku
pulang ke negeri sayie ..."
"Hanya ada satu cara bila kau ingin mengungguli
nyonya Li," teriak seebun Giok-hiong tiba-tiba.
"Apa caramu?" "Turuti semua perintahku Aku pasti akan persiapkan
sebuah rencana yang bagus agar kau dapat berduel
melawan nyonya Li." "Baiklah," kata Thia sik-kong kemudian sambil
pejamkan matanya, "Kali ini kuturuti perintahmu"
Tanpa banyak bicara seebun Giok-hiong menarik
tangan Lim Han-kim dan diajaknya pergi meninggalkan
tempat itu. Sikap dua pemuda berbaju hitam dan putih itu tetap
kaku bagaikan patung, mereka seakan-akan tidak melihat
kehadiran dua orang tersebut, jangan lagi menghadang,
menegurpun tidak. 3154 Setelah melewati dua-tiga li dari tempat semula
seebun Giok-hiong baru menghentikan perjalanannya
sembari berkata: "Makhluk tua itu agak edan dan tak waras otaknya,
salah sedikit saja ia suka main membunuhi coba aku tak
muncul tepat pada waktunya, mungkin kau sudah terluka
parah oleh pukulan toya bajanya."
"Terima kasih banyak atas pertolongan nona."
Seebun Giok-hiong tarik napas panjang, dari sakunya
ia mengeluarkan dua butir obat dan segera ditelannya,
kemudian baru sambungnya:
"Kenapa kau tidak balik ke lembah Ban-siong-kok"
Mau apa kau datang kemari" Apa sedang menjalankan
perintah untuk memeriksa persiapanku di sini?"
"Kau kelewat percaya diri, seandainya kukatakan
bukan, belum tentu kau mau percaya, baiklah, terserah
apa tuduhanmu, akupun segan memberi penjelasan"
seebun Giok-hiong menghela napas panjang.
"Lim Han-kim," katanya lembut, "Aku ingin beritahu
kau akan beberapa masalah, harap kau bersedia
mengingatnya selalu."
"Soal apa?" tanya Lim Han-kim tersenyum.
"Sebenarnya ada sedikit perbedaan sikap bila aku
dibandingkan Li Tiong-hui maupun Pek si-hiang..."
"Tentang hal ini aku sudah lama mengerti." seebun
Giok-hiong tertawa hambar
3155 "Sekalipun sudah lama paham, tentunya kurang
menguasai bukan" Lebih baik aku terangkan sendiri
kepadamu." "Ehmmm, memang ada baiknya bila kau terangkan
sendiri" "Terus terang kuakui, sebenarnya akupun sangat
menyukaimu, tapi perasaan sukaku agak berbeda jika
dibandingkan rasa suka Pek si-hiang maupun Li Tiong-hui
terhadapmu" "Aku kurang mengerti."
"Cinta mereka kepadamu mungkin merupakan cinta
dengan sepenuh hati, sebaliknya aku menyukaimu
karena ada suatu prasyarat yang pasti."
Mendengar sampai di sini, Lim Han-kim tertawa
terbahak-bahak. "Hahahaha, kalau cinta kasih muda mudi harus
didasari suatu syarat lantas apa jadinya dengan dunia
percintaan remaja di dunia ini?"
"Oooh,jadi kau bandingkan aku sama dengan
perempuan-perempuan pelacur yang menjajakan cinta
karena mengharapkan imbalan?"
Lim Han-kim hanya tertawa dingin tanpa memberi
komentar. Setelah menghela napas sedih, seebun Giok-hiong
berkata lebih jauh: "Tiap kali aku sedang duduk melamun seorang diri,
atau terjaga dari tidurku di tengah malam buta,aku pun
selalu merindukan kau bahkan rasa rinduku amat
3156 mendalam dan menggebu-gebu, aku yakin perasaanku
saat itu tidak kalah dengan Pek si-hiang ataupun Li
Tiong-hui. Tapi begitu aku mulai bekerja, semua
belenggu cinta muda mudi akan kutinggal jauh-jauh, aku
tak ingin dibuat repot oleh masalah cinta, kendatipun kau
sesungguhnya merupakan satu-satunya pria yang paling
kucintai di dunia ini..."
Tiba-tiba paras mukanya berubah amat serius,
sepasang alis matanya melejit, sorot matanya setajam
sembilu, sepatah demi sepatah lanjutnya:
"Tapi, jika kau berniat menghalang-halangi
pekerjaanku... HHmmm, aku tetap tega untuk
membinasakan dirimu."
"Bila nona berniat membunuhku, lakukan saja saat ini,
tak perlu berputar-putar sampai ke ujung langit..."
"Sekarang, napsu membunuhku belum timbul, jadi
lebih baik secepatnya kau pulang ke lembah Ban-siongkok"
Pelan-pelan Lim Han-kim bangkit berdiri, katanya:
"Kau tak menyesal melepaskan aku dari sini?"
"Kenapa mesti menyesal?"
"Apa jadinya bila aku membantu Li Tiong-hui?"
"Sekalipun kau membantu Li Tiong-hui juga tak akan
mempengaruhi situasi secara keseluruhan.."
Mula-mula Lim Han-kim agak tertegun, menyusul
kemudian ia tertawa tergelak.
3157 Gelak tertawa yang tak terduga ini sebera
mencengangkan seebun Giok-hiong yang cerdik, ia tak
habis mengerti dibuatnya.
Sesudah termangu sesaat, tegurnya: "Apa yang kau
tertawakan?" "Nona kelewat pandang enteng kemampuan Lim Hankim,
sekalipun aku memang bukan tandingan nona,
paling tidak aku sanggup membakar perasaan Pek sihiang
agar mengambil sikap memusuhi dirimu."
"Ooh, rupanya begitu..." seebun Giok-hiong tertawa.
sesudah berhenti sejenak untuk tarik napas, lanjutnya:
"Seandainya pertarungan ini bakal berlangsung tiga
bulan kemudian, aku percaya Pek si-hiang mempunyai
kemampuan untuk selamatkan dunia persilatan dari
ancaman badai pembunuhan ini. Tapi peristiwa besar
tersebut sudah di ambang pintu sekarang, paling lama
sepuluh hari, paling cepat tujuh hari kemudian badai
pembunuhan secara besar-besaran akan segera digelar
di lembah Ban-siong-kok ini. Aku tak percaya Pek sihiang
punya kehebatan sedahsyat itu hingga mampu
mengubah situasi ini dalam sepuluh hari saja."
"Jadi maksud nona, kau pasti dapat menangkan
pertarungan besar kali ini?"
"Kau sudah berjumpa dengan Thia Sik-kong bukan"
Dialah salah seorang dari dua tokoh tangguh yang
kuundang untuk menghadapi nyonya Li, jangan lagi jagojago
biasa, bahkan aku sendiri pun belum tentu mampu
menerima kedelapan puluh delapan jurus ilmu toya angin
puyuhnya secara utuh, Betul ilmu silat Nyonya Li sangat
hebat, tapi di saat ia berhasil mengungguli Thia Sik-kong,
3158 saat itu kekuatan tubuhnya pasti sudah terkuras banyak.
Asal Nyonya Li sudah tersingkirkan, siapa lagi di dunia
persilatan saat ini yang mampu menandingi aku, Seebun
Giok-hiong?" Dengan kening berkerut Lim Han-kim
berpikir. "Jadi Seebun Giok-hiong bermaksud melakukan
pertarungan secara bergilir untuk menghadapi nyonya Li"
Betul-betul sebuah siasat yang keji dan memalukan"
Terdengar Seebun Giok-hiong berkata lebih lanjut
sambil tertawa dingin: "Aku berani beritahu soal ini kepadamu berarti tidak
kuatir kau laporkan hal tersebut kepada nyonya Li,
sekalipun kau bocorkan rahasia ini, belum tentu ia
mampu untuk mencegahnya."
Lim Han-kim tidak banyak bicara iagi, ia putar badan
dan segera beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
Memandang bayangan punggung Lim Han-kim hingga
lenyap dari pandangan, Seebun Giok-hiong menghela
napas sedih, tak kuasa dua titik air mata jatuh beriinang
membasahi pipinya. Dengan langkah cepat Lim Han-kim menelusuri jalan
setapak meninggalkan tempat tadi, sekejap kemudian
tibalah dia di lembah Ban-siong-kok.
Tatkala mencapai mulut lembah, ia saksikan ada
serombongan pendeta berjubah abu-abu dengan
mengiringi seorang pendeta tua berjubah kuning sedang
berjalan memasuki lembah.
Li Tiong-hui dengan pakaian serba hijaunya dan
sebilah pedang tersoren di punggungnya sedang sibuk
3159 menyambut kedatangan rombongan itu Memandang
pendeta tua berjubah kuning itu, dalam hati Lim Han-kim
berpikir: "Sudah pasti rombongan pendeta itu berasal dari kuil
siau-lim-si, konon perguruan siau-lim-pay merupakan
tonggaknya dunia persilatan, kalau ditinjau dari gaya
mereka, rasanya memang jauh berbeda dengan
rombongan lain." Sementara ia masih termenung, mendadak terdengar
seseorang berseru lantang: "Ketua Bu-tong-pay diiringi
delapan murid utamanya tiba"
Lim Han-kim berpaling, ia saksikan ada sembilan
orang tosu berusia pertengahan sedang bergerak
mendekat, Pendeta yang berdiri di paling depan adalah seorang
tosu bercambang lima yang berwajah keren dan
bertubuh gagah. Kembali Lim Han-kim berpikir
"Bu-tong-pay serta siau-lim-pay sama-sama disebut
sebagai tonggaknya dunia persilatan, nama besar
mereka amat termashur dalam dunia kangouw, entah
siapakah tosu gagah ini?"
Sementara itu Li Tiong-hui telah membalikkan badan
untuk menyambut kedatangan rombongan itu.
Tosu yang berjalan di paling muka itu segera
menghentikan langkahnya seraya menjura, tanyanya:
"Apakah nona adalah Li Bengcu?"
"Yaa, aku Li Tiong-hui," jawab si nona sambil
tersenyum, "Totiang adalah..."
3160 "Pinto adalah Thian Ceng-cu dari Bu-tong-pay."
"Oooh, rupanya ketua Bu-tong-pay Li Tiong-hui
merasa amat bersyukur dan terharu atas kerelaan totiang
datang kemari demi keadilan dunia persilatan-.."
"Sudah menjadi kewajibanku untuk memenuhi
panggilan Bengcu." "Silakan ciangbunjin (ketua) masuk ke dalam lembah"
Thian Ceng-cu tersenyum, "Aku pun sudah lama mendengar akan nama besar
lembah Ban-siong-kok. sungguh sangat beruntung aku
dapat mengunjunginya hari ini."


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ciangbunjin adalah seorang ketua partai, sudah
barang tentu sangat jarang melakukan perjalanan dalam
d unta persilatan. "Ucapan Bengcu kelewat serius..." setelah berhenti
sejenak, kembali katanya:
"Bagaimana situasi saat ini" Begitu menerima
panggilan Bengcu, aku telah mengutus sebagian anak
muridku untuk hadir lebih awal agar bisa membantu di
sini, apakah mereka telah hadir?"
"Sudah, malah seebun Giok-hiong pun telah mengirim
sebagian anak buahnya untuk mengacau di sini,
kemungkinan besar dalam dua-tiga hari mendatang
pertarungan bakal meledak."
"Berarti pertempuran sudah di depan mata?"
"Benar, untung saja tootiang serta jago-jago dari siaulim-
pay telah tiba di sini."
3161 "Bukankah pendeta berjubah kuning tadi adalah ketua
dari siau-lim-pay..."
"Benar, memang Po-hong taysu."
"Luar biasa, luar biasa, seingatku dalam tiga puluh
tahun terakir ini Po-hong taysu tak pernah tinggalkan
kuilnya barang selangkah pun, tak disangka ia bersedia
hadir di sini, hal ini membuktikan bahwa Beng cu punya
pamor yang besar" "Atas kesediaan totiang sekalian mau menghargai
diriku, aku merasa amat berterima kasih ..."
Ketika ia menyaksikan Lim Han-kim muncul di situ,
segera sambungnya: "Setelah menempuh perjalanan jauh tentunya lotiang
semua merasa lelah, silakan beristirahat dulu, besok
tengah hari kita baru mulai berunding membicarakan
langkah kita menghadapi musuh."
"Ada satu hal, boleh aku bertanya kepada Bengcu?"
"Silakan saja bertanya."
"Selain jago-jago dari siau-lim-pay, kawanan jago dari
perguruan mana saja yang akan hadir di sini?"
"Tentu saja sembilan partai besar. Hanya saat ini baru
pihak siau-lim-pay serta perguruan Anda yang tiba
duluan" "Kecuali sembilan partai besar?"
"Ada empat puluh delapan orang jago dari pelbagai
daerah telah hadir lebih duluan, kini mereka sedang
beristirahat dalam lembah Ban-siong-kok."
3162 "Terima kasih banyak untuk penjelasan Bengcu," kata
Thian Ceng-cu kemudian sambil memberi hormat,
kemudian dengan langkah lebar melanjutkan
perjalanannya, Dari balik lembah segera muncul dua orang dayang
berbaju hijau yang menghantar tamunya ke tempat
istirahat. Dalam pada itu Lim Tiong-hui telah berjalan
menghampiri Lim Han-kim sambil menegur: "Kau sudah
kembali?" Lim Han-kim dapat merasa bahwa hubungannya
dengan gadis itu seakan-akan bertambah asing dan
terhalang jarak yang amat jauh, setelah tertegun sesaat
dia mengangguk. "Yaa, aku sudah kembali."
"Telah bertemu lagi dengan seebun Giok-hiong?"
"Benar, Dari mana nona bisa tahu?" Li Tiong-hui
tertawa hambar. "itu sih gampang untuk ditebak, seandainya tidak
bertemu seebun Giok-hiong, seharusnya kau sudah
pulang sedari tadi."
"Oooh, rupanya begitu." Li Tiong-hui menghela napas
panjang: "Apakah dia kembali membujukmu agar meninggalkan
lembah Ban-siong-kok untuk mencari tempat yang aman
dan menjauhi urusan dunia persilatan?"
"Seebun Giok-hiong sangat percaya diri bahkan
omongannya amat besar, seakan-akan pertarungan ini
3163 pasti dimenangkan olehnya, aku rasa tak mungkin lagi
diajak damai." "Ilmu silat banyak tergantung pada perhitungan jadi
kemenangan atau kekalahan tak mungkin bisa ditentukan
oleh ucapan saja." "Yaaa... apa yang ingin seebun Giok-hiong sampaikan
kepadamu kini telah kusampaikan kepada nona, soal
mau percaya atau tidak. akupun tak bisa berbuat apaapa."
"Apakah semua perkataan itu disampaikan sendiri oleh
seebun Giok-hiong?" "Selain seebun Giok-hiong, akupun telah bertemu
dengan seseorang." "Siapa dia?" "Orang yang diundang seebun Giok-hiong untuk
membantu pihaknya." "Tahu siapa namanya?"
"Yaa, dia bernama Thia sik-kong, rambutnya sudah
memutih, panjangnya malah sepinggul, senjata toya
bajanya berbobot kurang lebih seratus kati, bukan cuma
kasar, sifatnya berangasan dan kejam, sedikit-dikit
membunuh orang." "Thia sik-kong..." Thia sik-kong..." Rasanya kenal
betul dengan nama ini... tapi kenapa tak teringat olehku
siapa dia dan pernah bertemu dimana?" gumam Li Tionghui.
"Mungkin nona hanya pernah mendengar namanya
tapi belum pernah bertemu dengan orangnya..."
3164 "Setiap umat persilatan pasti tahu bahwa
perkampungan keluarga Hong-san punya pergaulan yang
amat luas dan kenalan yang tak terhitung jumlahnya,
dari mana kau bisa tahu kalau aku tak pernah bersua
dengan Thia sik-kong itu?"
"Menurut apa yang kuketahui, rasanya sudah hampir
dua puluhan tahun Thia Sik-kong tak pernah datang ke
daratan Tionggoan, padahal umur nona belum sampai
dua puluh tahun, dari mana kau bisa bertemu muka
dengannya?" "Berarti ibuku pasti kenal dengannya."
"Benar, kedatangannya memang disebabkan ibumu,
agaknya pada masa silam dia pernah bertarung melawan
ibumu tapi nasibnya malang, dalam pertarungan tersebut
ia menderita kekalahan total, oleh sebab itu timbul
perasaan benci yang sangat mendalam terhadap ibumu,
Maksud kehadirannya ke daratan Tionggoan kali ini tak
lain ingin membalas dendam sakit hatinya dulu, rupanya
seebun Giok-hiong mengetahui hal ini dan
memanfaatkan peluang tersebut untuk membantu
pihaknya." Sambil pejamkan mata Li Tiong-hui termenung
beberapa saat, kemudian ujarnya:
"Alangkah baiknya bila kau bersedia bertemu dengan
ibuku dan menceritakan kejadian tadi secara jelas
kepadanya." "Aku memang bermaksud begitu..." setelah berhenti
sejenak, kembali lanjutnya:
3165 "Tampaknya Seebun Giok-hiong sudah bertekad
hendak menciptakan badai pembunuhan di sini, meski
aku telah berusaha membujuknya agar urungkan niat itu,
namun yang kuperoleh malah sindiran dan cemoohan
belaka..." "Oleh karena itu kau amat mendendam-nya?"
sambung Li Tiong-hui. "Gara-gara ulah Seebun Giok-hiong yang membuat
keonaran, dunia persilatan terlanda badai pembunuhan
yang mengerikan, jangankan aku, setiap umat persilatan
di dunia ini pasti akan menaruh rasa benci yang
mendalam terhadapnya." Sementara itu terdengar lagi
suara teriakan nyaring berkumandang datang: "Ketua
dari Gobi-pay tiba" Sambil menghela napas panjang Li Tiong-hui berkata:
"Harap saudara Lim memaklumi keadaanku, selama
berapa hari belakangan ini pikiran dan perasaanku
memang agak risau dan murung, sehingga tanpa disadari
ucapanku agak kasar dan tak enak didengar, bila ada
kata-kata yang menyinggung perasaanmu, harap
saudara Lim sudi memaklumi dan memaafkan."
"Nona sedang memangku jabatan tinggi dengan tugas
yang berat di atas pundakmu, Lim Han-kim tak boleh
berkecil hati..." BAB 47. Menjelang pertempuran Besar
"Aku senang bila saudara Lim tak marah kepadaku,"
kata Li Tiong-hui agak lega, "Kini nona Pek sudah pindah
3166 ke loteng Teng-siong-lo, pergilah tengok dia, aku harus
menyambut kedatangan tamu-tamu lain."
"Terima kasih nona." Lim Han-kim segera memberi
hormat dan melangkah masuk ke dalam lembah dengan
langkah lebar, Dari balik sebatang pohon siong muncul seorang
dayang berbaju hijau yang menghadang jalan perginya
sambil menegur: "Lim siangkong hendak ke mana?"
Meski belum terlalu lama Lim Han-kim menetap di
lembah Ban-siong-kok. namun sebagian besar dayangdayang
di situ mengenalinya. "Oooh, tolong hantar aku ke loteng Teng-siong-lo,"
sambut Lim Han-kim cepat. Dayang itu mengiakan dan
berjalan lebih dulu, Loteng Teng-siong-lo terletak di bawah sebuah tebing
terjal dalam lembah Ban-siong-kok. sekeliling bangunan
itu tumbuh pepohonan siong yang tinggi dan lebat.
Dayang itu mengajak Lim Han-kim menelusuri jalan
setapak yang beralas batu menuju ke balik pepohonan
siong tersebut. Beberapa saat kemudian, tibalah mereka di depan
sebuah pintu yang tertutup rapat
Belum sempat Lim Han-kim mengetuk pintu, pintu
tersebut telah membuka dengan sendirinya disusul
munculnya Hiang- kiok yang penuh senyuman di sisi
pintu tadi. Belum sempat anak muda itu mengucapkan
sesuatu, ia telah berkata duluan: "Cepat naik ke loteng,
nona sudah tak sabar menanti kedatanganmu"
3167 Sambil melangkah masuk ke dalam gedung tanya Lim
Han-kim: "Ada apa sih?"
"Entahlah, aku sendiri juga tak tahu."
Setelah mendaki sampai ke tingkat ketiga, Hiang- kiok
mengajak pemuda itu memasuki sebuah ruangan yang
sederhana tapi bersih. Pek si- hiang sedang duduk sambil selimutan,
rambutnya yang panjang dan kusut dibiarkan terurai di
bahunya. Lim Han-kim memandang ruangan itu sekejap. lalu
menuju ke sudut ruangan dan duduk di bangku yang
berada di sana. "Duduk saja dekatku" seru Pek si- hiang cepat sembari
menepuk sisi pembaringannya, "Aku tak punya tenaga
untuk bicara keras."
Dengan langkah lebar Lim Han-kim menghampiri gadis
itu dan duduk di sisinya: "Aku..."
"Ssttt" tukas Pek si- hiang sambil menggeleng,
"Dengarkan dulu perkataanku"
Lim Han-kim mendeham pelan dan menelan kembali
kata-katanya. "Kau sudah bertemu dengan seebun Giok-hiong?"
tanya Pek si- hiang kemudian, "Apakah kau dilukai
olehnya" Tidak bukan" Tapi dia pasti menyindir dan
mencemooh diriku habis-habisan bukan?"
"Darimana nona bisa tahu?" tanya Lim Han-kim sambil
membelalakkan matanya keheranan.
3168 "Bukankah dia ingin meminjam mulutmu untuk
menyampaikan isi hatinya kepadaku?"
"Salah besar," tukas Lim Han-kim, "Aku rasa dia telah
mengambil keputusan bulat untuk menciptakan badai
pembunuhan ini." "Apakah dia menyinggung soal diriku?"
"Yaa, dia bilang pertempuran paling akbar sudah di
depan mata, tak mungkin kau bisa mengubah situasi "
"Hmmm seebun Giok-hiong kelewat pandang enteng
kemampuanku" dengus Pek si- hiang dingin.
Setelah berhenti sejenak, lanjutnya:
"Lim siangkong, aku ingin memohon satu hal
kepadamu." "Asal dapat kulakukan, pasti akan kukabulkan"
"Aku mohon kepadamu untuk bertindak sebagai
pelindung ku selama lima hari, dalam lima hari ini akan
kumanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk
melatih sejenis ilmu silat yang bisa dipakai untuk
menghadapi seebun Giok-hiong, agar ia dapat saksikan
sampai dimanakah kehebatan aku Pek si hiang."
"Hanya lima hari yang begitu singkat, ilmu silat macam
apa yang dapat kau pelajari?" Pek si- hiang tersenyum
"Bukan cuma seebun Giok-hiong yang akan kubuat
kaget, bahkan nyonya Lipun akan sangat terperanjat"
"Nona Pek. tampaknya kau sedang ber-gurau, masa
kau serius?" Lim Han-kim tidak yakin.
3169 "Aku tidak bergurau, semua kata-kataku diucapkan
dengan sejujur-jujurnya."
"Baiklah, bagaimana caraku bertindak sebagai
pelindung mu?" "Berjagalah di tingkat kedua sana, siapa pun harus
dilarang untuk menaiki tingkat ketiga, termasuk nyonya
Li atau Li Tiong-hui sekalipun"
"Baik, aku akan melindungi nona selama lima hari."
"Dalam lima hari ini kau dilarang meninggalkan tingkat


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedua barang selangkah pun."
"Akan kuturuti kehendak nona."
"Dalam lima hari ini, siok-bwee serta Hiang-kiok harus
membantuku untuk berlatih ilmu, mereka tak bisa
membantumu." "Tak apa-apa, biar aku seorang sudah cukup,"
"Kalau begitu kita putuskan demikian saja. Nah,
pergilah" Dengan pandangan ragu, tak habis mengerti dan tak
yakin Lim-Han-kim memandang Pek si- hiang sekejap.
kemudian pelan-pelan membalikkan badan dan berlalu
dari situ. Hiang-kiok mengintil di belakang Lim Han-kim hingga
tiba di loteng tingkat dua, bisiknya kemudian:
"Lim siangkong, kau bersedia melindungi nona kami?"
"Tentu saja, bukankah kau sudah mendengarnya
sendiri tadi?" 3170 "Kenapa sih kau bersedia melakukan permintaannya?"
omel Hiang-kiok dengan air mata bercucuran.
"Apa tindakanku keliru?" Lim Han-kim tidak habis
mengerti "Masa kau tidak tahu, bila ia berhasil mempelajari ilmu
silat tersebut maka sebagai akibatnya jiwanya pasti
melayang." "Masa begitu?" Lim Han-kim semakin tertegun-
"Kapan aku membohongimu" Aaaai... masa ucapanku
juga tak kau percayai?"
"Kalau memang begitu akan kutolak permintaannya
tadi." sembari berkata anak muda itu balik badan naik
kembali ke tingkat atas. Buru-buru Hiang-kiok menarik tangan Lim Han-kim
sambil serunya: "jangan kau tak boleh naik."
"Kenapa?" "Bila kau tolak permintaannya sekarang, ia tentu tahu
akulah si pelapornya, nanti aku yang bakal dihajar habishabisan."
"Aaaah, masa begitu serius?"
"Kau tidak paham dengan sifat nona kami,
kelihatannya saja dia lemah seolah-olah tak punya
tenaga, padahal rasa ingin menangnya kuat sekali, bila
kau menyinggung perasaan hatinya sekarang, sudah
pasti nona tak bakal tahan"
"Lalu menurut nona bagaimana baiknya?"
3171 Belum sempat Hiang-kiok menjawab, kedengaran
suara siok-bwee berteriak dari atas: "Adik Hiang-kiok.
nona suruh kau cepat kembali."
Tak sempat lagi menjawab pertanyaan dari Lim Hankim,
Hiang-kiok segera balik badan dan berlalu dari situ.
Dengan termangu-mangu Lim Han-kim awasi
bayangan punggung Hiang-kiok hingga lenyap dari
pandangan, kemudian ia baru duduk pada anak tangga
loteng itu. Entah berapa lama sudah lewat... tiba-tiba terdengar
suara langkah kaki manusia bergema datang.
Cepat-cepat Lim Han-kim membuka matanya, ternyata
saat itu malam telah menjelang, terlihat sesosok
bayangan manusia sedang bergerak mendekat.
Sambil melompat bangun pemuda itu menegur:
"Siapa di situ?"
"Saudara Lim-kah di situ?" suara lembut seorang gadis
menyahut, "Aku Li Tiong-hui"
Menyusu ljawaban tersebut, si nona telah berdiri di
hadapannya. Buru-buru Lim Han-kim rentangkan kedua tangannya
menghalangi jalan pergi gadis itu, serunya:
"Nona Li hendak ke mana?"
"Menemui Pek si- hiang."
"Tidak bisa," tolak Lim Han-kim seraya menggeleng,
"saat ini nona Pek tak bisa menerima tamu."
3172 "Kenapa?" Li Tiong-hui tertegun, "Padahal aku ada
urusan penting yang harus kurundingkan dengan
dirinya." "Tidak bisa, sekarang ia tak boleh bertemu dengan
siapa pun." "Ada apa sih?" tanya Li Tiong-hui dengan kening
berkerut, "Apakah ada masalah yang sangat serius?"
Setelah termenung sejenak sahut Lim Han-kim:
"Nona Pek telah berpesan, di dalam lima hari ini dia
tak ingin diganggu siapa pun, dan aku telah
menyanggupinya untuk melaksanakan tugas ini, jadi
aku... yaaa, terpaksa tak dapat penuhi keinginanmu"
Berkilat sepasang mata Li Tiong-hui setelah
mendengar penjelasan itu Ditatapnya pemuda itu
sekejap, kemudian katanya:
"Mungkin saja saudara Lim dapat menghalangi diriku,
tapi... mampukah kau menghalangi ibuku?"
"Nona Pek telah berpesan, siapa pun tak dapat
bertemu dengannya, berarti termasuk juga ibumu."
"Lantas dimana siok-bwee dan Hiang-kiok sekarang?"
"Mereka berdua melayani Pek si-hiang, jadi tak bisa di
samakan dengan kita semua."
"Jadi aku tak mungkin bisa naik?"
" Kecuali nona Li berhasil membunuhku atau menotok
jalan darahku hingga aku kehilangan sama sekali
kekuatan untuk melakukan perlawanan."
"Aaah, saudara Lim tak usah kelewat serius."
3173 Sembari berkata gadis itu segera balik badan dan
berlalu dari tempat tersebut
Malam itu lewat dengan aman- ternyata Li Tiong-hui
tidak muncul lagi untuk mengganggu.
Lim Han-kim juga dengan setia melaksanakan tugas
jaganya, semalaman ia berjaga terus di mulut tangga
tanpa bergeser selangkah pun.
Ketika fajar baru menyingsing, muncul dua orang
dayang berbaju hijau menghantar sarapan.
Lim Han-kim menghalangi kedua orang dayang tadi
naik ke loteng dan memerintahkan mereka untuk
meninggalkan sarapan di sana,
Ketika dayang-dayang itu meninggalkan sarapannya di
sana dan mengundurkan diri, muncul masalah yang
mengganggu perasaan Lim Han-kim, pikirnya:
"Pek si- hiang sedang berlatih ilmu silat, berarti dia
pun butuh hidangan untuk mengisi perut, tapi bagaimana
caraku menghantarnya ke atas loteng?" sementara dia
masih termenung, mendadak terdengar suara siok-bwee
bergema datang: "Lim siangkong, apa ada orang
menghantar sarapan?"
"Yaa, sarapan telah kutahan di sini, tapi bagaimana
caraku untuk menghantar ke atas?"
"Biar budak yang mengambilnya sendiri," sahut siokbwee
sambil turun dari loteng. sambil mengangsurkan
sarapan ke tangan dayang itu, bisik Lim Han-kim lirih:
3174 "Konon nona Pek hendak melatih sejenis ilmu silat
yang bisa menaklukkan seebun Giok-hiong hanya dalam
lima hari, apa benar ada kejadian seperti ini?"
"Tentu saja ada, "jawab siok-bwee dengan wajah
serius, "Kapan sih nona kami pernah membohongi
orang?" "Hanya dalam waktu lima hari dia hendak menguasai
sejenis ilmu silat yang bisa menaklukkan seebun Giokhiong,
rasa-rasanya kejadian macam ini seperti dongeng
saja, sulit dipercayai siapa pun"
"Kecerdasan serta kemampuan nona kami memang
jauh melebihi siapa pun, tentu saja dia sanggup
menciptakan prestasi yang mengagumkan" Lim Han-kim
menghela napas panjang. "Bagaimana keadaan nona Pek saat ini?" tanyanya
kemudian "Sulit untuk kubayangkan, ia duduk setenang pendeta
tua yang sedang bersemedi, tapi rasa-rasanya juga tidak
mirip begitu." "Kenapa?" "Sudah kukatakan tadi, sulit bagiku untuk melukiskan
keadaannya saat ini, sebab di dalam ketenangannya
bersemedi terlihat pula ada gejolak besar yang melanda
tubuhnya." "Aaaah, masa ada kejadian seaneh itu" sulit untuk
dipercaya dengan nalar..."
"Pada mulanya budak mengira hanya aku seorang
yang mempunyai perasaan demikian, kemudian ketika
3175 kutanyakan kepada adik Hiang-kiok. ternyata dia pun
mempunyai perasaan yang sama, jadi kesimpulanku,
perasaan tersebut bukan sengaja kubuat- buat" setelah
berhenti sejenak, lanjutnya:
"sarapan sudah hampir dingin, budak harus mohon diri
lebih dulu." selesai bicara ia sebera berlalu.
Empat hari berlalu dengan cepat, dalam empat hari ini
Lim Han-kim berjaga-jaga terus di mulut tangga tanpa
meninggalkan tempat tersebut barang selangkah pun-
Dalam waktu-waktu ini ternyata tak ada orang yang
datang mengganggu lagi kecuali dua orang dayang yang
datang mengirim hidangan pada saat-saat tertentu.
Menjelang tengah hari kelima, Lim Han-kim mulai agak
lelah dan mengantuk. maka dia pun duduk bersila di
tengah tangga untuk mengatur pernapasan-
Dalam keheningan yang mencekam itulah, tiba-tiba ia
merasa ada langkah manusia sedang bergerak menaiki
anak tangga. Dengan sigap Lim Han-kim membuka matanya
sembari berjaga-jaga, ternyata Nyonya dengan pakaian
serba putih dan wajah sedingin es telah muncul di
hadapannya. Buru-buru Lim Han-kim melompat bangun
dan menghadang jalan pergi nyonya Li.
"Cepat menyingkir dan memberi-jalan lewati " hardik
Nyonya Li dingin. Buru-buru Lim Han-kim menggeleng.
"Tidak bisa, aku sudah menyanggupi Pek si-hiang
untuk bertindak sebagai pelindung-nya, aku akan
melarang siapa pun menaiki tangga ini serta
mengganggunya." 3176 "Kenapa menjadi pelindungnya?" tanya nyonya Li
keheranan "Nona Pek sedang berlatih sejenis ilmu silat,
latihannya baru berakhir tengah malam ini, bila nyonya
ingin bertemu dengannya, datang saja lewat tengah
malam nanti." "Bila ia betul-betul sedang berlatih sejenis ilmu silat,
kehadiranku sekarang bukan saja tak merugikan dia,
bahkan akan sangat bermanfaat baginya."
"Aku percaya Nyonya memiliki kemampuan tersebut,
tapi sebelum peroleh persetujuan di nona Pek. aku tak
bisa membiarkan nyonya melewati tempat ini."
"Hmmm, mungkin kau lupa dimana dirimu berada
sekarang?" "Keluarga Hong-san di lembah Ban-siong-kok."
"Setiap jengkal tanah di tempat ini merupakan barang
milikku, berarti tak ada yang bisa melarang aku pergi ke
manapun, lebih baik kau segera menyingkir daripada
mencari penyakit buat diri sendiri."
Lim Han-kim cukup sadar bahwa ilmu silat yang
dimiliki Nyona Li amat tinggi dan hebat, bahkan sebuah
gempurannya sudah cukup membuat dirinya keok.
karena itu katanya, "Aku sadar, kepandaianku masih
ketinggalan jauh bila dibandingkan ilmu silat nyonya, tapi
maaf, aku sedang menjalankan tugas, bila nyonya
bersikeras ingin naik ke atas loteng, silakan robohkan
diriku terlebih dulu."
Belum sempat Nyonya Li mengucapkan sesuatu,
mendadak dari kejauhan sana bergema datang tiga kali
3177 suara bunyi lonceng yang berdentang nyaring, maka ia
pun berkata: "Beritahu siok-bwee dan Hiang-kiok. bagaimana pun
juga aku harus berjumpa dengan Pek si-hiang, aku akan
balik lagi sepenanak nasi kemudian."
Belum sempat Lim Han- kim menjawab, Nyonya Li
sudah berlalu dengan gerakan amat cepat.
Tindak tanduknya kelihatan lemah gemulai, padahal
kecepatannya tak terlukis dengan kata, dalam sekejap
mata bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas.
Memandang bayangan punggung Nyonya Li yang
pergi jauh, dalam hati Lim Han-kim berpikir:
"Nyonya Li berbeda jauh dengan Li Tiong-hui, kalau
dia mengatakan akan balik sepenanak nasi lagi, sampai
waktunya dia pasti akan muncul lagi di sini, padahal ilmu
silatku mustahil bisa menandingi dirinya, jika ia sudah
muncul di sini, pasti perempuan itu akan bersikeras
untuk naik ke loteng dan aku tak akan mampu
membendungnya, waaah. harus kulaporkan kejadian ini
kepada siok-bwee serta Hiang-kiok," Berpikir sampai di
situ, dia pun berteriak keras:
"Nona siok-bwee, turunlah sejenak Ada urusan penting
harus kulaporkan kepadamu." Baru saja ia berteriak,
siok-bwee sudah lari turun sambil berbisik,
"Ada apa sih" saat ini nona sedang mencapai puncak
samadinya, bila kau berkaok-kaok macam begini, ia bisa
terkejut hingga mengakibatkan luka dalam."
"Ada urusan penting harus kulaparkan kepada nona."
3178 "Soal apa" Apa sangat serius?"
"Nyonya Li telah berkunjung kemari."
"Dan dia memaksa untuk naik?"
"Benar, untung di saat kami berdebat sengit
berdentang suara lonceng yang mengejutkan hatinya,
tapi sebelum beranjak pergi, ia beritahu kepadaku


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

katanya dia akan datang sepenanak nasi lagi, aku sadar
bahwa kepandaianku bukan tandingannya, sekalipun
kucoba menghalanginya dengan sepenuh tenaga
akhirnya toh pertahananku bakal jebol juga, maka dari
itu kejadian tersebut harus kulaporkan dulu kepada nona
agar ia membuat persiapan."
Sambil tersenyum kata siok-bwee:
"Tuan Lim, kenapa sih kau bersikap begitu sungkan
kepada kami" panggil saja aku siok-bwee, panggilan
nona, nona, membuat perasaanku sangat tersiksa."
"Maksudku aku pingin tahu bagaimana cara kita untuk
menghadapi Nyonya Li nanti," kata Lim Han-kim sambil
tertawa pula, "Semedi nona lagi mencapai puncaknya yang paling
berbahaya, meski kita tahu maksud kedatangan nyonya
Li tidak bermaksud jelek. namun kita tak boleh
membiarkannya naik." setelah memandang siok-bwee
sekejap. kata Lim Han-kim lirih:
"Apabila kekuatan kita berdua digabung, aku rasa
kemampuan kita hanya cukup untuk membendung tiga
jurus serangannya." 3179 "Tidak mengapa, aku akan menemanimu untuk
menanti kedatangannya di sini."
"Tidak usah," tampik Lim Han-kim seraya menggeleng,
"Aku rasa nyonya Li sudah mulai naik darah, bila
amarahnya sampai meledak, suatu pertarungan tak akan
bisa dihindari lagi, lebih baik kita laporkan kejadian ini
kepada nona" "Tidak bisa, saat ini dia tak boleh pecah perhatian,
bagaimana caranya untuk menjawab pertanyaan kita?"
"Lalu bagaimana baiknya?"
"Siang kong tak usah kuatir, budak percaya masih
mampu untuk mencegah niat Nyonya Li."
Betul juga, lebih kurang sepenanak nasi kemudian
Nyonya Li benar-benar muncul kembali di situ.
Dengan pandangan marah nyonya Li menyapu sekejap
Lim Han-kim serta siok-bwee, kemudian tegurnya:
"Oooh, rupanya kalian berdua mau bergabung?"
"Nyonya..." Buru-buru siok-bwee memberi hormat,
"Pek si- hiang lagi bermain setan apaan, masaaku pun
segan ditemuinya?" kata Nyonya Li lagi dingin.
"Nona sedang berlatih sejenis ilmu silat, saat ini
samadinya sedang mencapai puncak yang paling
berbahaya, ia tak bisa memecahkan perhatian untuk
terima tamu." "Ilmu apaan sih yang sedang dilatihnya?"
"Budak kurang tahu ilmu silat apa yang sedang
dipelajarinya, budak hanya tahu nona sedang berlatih
3180 sejenis ilmu silat yang akan digunakannya untuk
menghadapi seebun Giok-hiong."
"Mana mungkin di dalam waktu yang relatip singkat ia
berhasil mempelajari sejenis ilmu silat untuk menghadapi
Seebun Giok-hiong?" Nyonya Li mengerutkan dahi.
"Soal itu budak kurang paham, sebelum mulai berlatih
ilmu tersebut nona telah beritahu kepada budak bahwa
dalam lima hari ini dia tak bisa diganggu oleh siapa pun,
sebab bila terganggu bukan saja semua hasil latihan
sebelumnya akan terbengkalai keselamatan jiwa nona
pun sangat terancam, oleh sebab itulah budak ingin
memohon kepada Nyonya agar datang menjenguk nona
selewatnya tengah malam nanti."
Nyonya Li berdiri membungkam sambil peras otak
memikirkan sesuatu, dia seolah-olah tidak mendengar
sama sekali apa yang sedang dibicarakan Siok-bwee.
Beberapa saat kemudian ia baru bergumam:
"Apa benar Pek Si-hiang memiliki kemampuan yang
berlipat ganda lebih hebat dariku serta memiliki
pengetahuan yang jauh melebihi pengetahuanku?"
Lim Han-kim hanya berdiri kaku dengan perasaan
kebat kebit, sebab ia tak bisa menduga apa yang sedang
dipikirkan Nyonya Li saat itu dan apa tindakan
berikutnya" Pelan-pelan Nyonya Li menarik kembali pandangan
kosongnya untuk menengok Siok-bwee sekejap, lalu
tanyanya: "Selama beberapa hari ini apakah kau selalu berjaga di
sisinya?" 3181 "Benar." "Menurut pandanganmu apakah ia telah peroleh
sesuatu hasil?" "Yaa, menurut analisa budak, tampaknya nona telah
berhasil mencapai suatu prestasi."
"Bagus sekali, beritahu kepadanya, selewat tengah
malam nanti aku akan datang menjenguknya lagi"
"Terima kasih nyonya" seru siok-bwee kegirangan
Pelan-pelan nyonya Li mengalihkan sorot matanya ke
wajah Lim Han-kim, tanyanya: "Kau kenal dengan
nyonya Kim?" "Nyonya Kim yang mana?" Lim Han-kim kebingungan.
"Seorang sahabat karibku, semua orang persilatan
memanggilnya nona Kim." Tergerak perasaan Lim Hankim
setelah mendengar penjelasan itu, jawabnya:
"Yaa, dalam dunia persilatan aku pernah bertemu
dengan nona Kim, dimana dia sekarang?"
"Gedung Tay-sang-kek. Aku tidak mengira ia bisa
pergunakan sebuah perahu layar untuk mengarungi
lautan kehidupannya selama puluhan tahun,
dibandingkan dirinya, aaaai . . . aku masih kalah jauh."
setelah berhenti sejenak, kembali terus-nya:
"Sebelum senja menjelang tiba nanti, ketua lembah
Hong-yap- kok dari bukit utara, Tan Ceng-poo bersama
ibumu akan tiba di Lembah Ban-siong-kok."
Tiba-tiba Lim Han-kim merasakan dadanya bagaikan
dihantam orang keras-keras" teriaknya tertahan-"ibuku
ikut datang?" 3182 "Benar, ibumu akan menjadi tamu agungku di gedung
Tay-sang-kek." Lim Han-kim merasa emosinya bergolak keras, ibarat
gelombang samudra yang diamuk topan, tapi ia berusaha
meredam gejolak tersebut dan mencoba menentramkan
hatinya, kemudian baru katanya:
"Harap nyonya sudi mewakili aku yang muda untuk
sampaikan kepada ibu bahwa aku telah menyanggupi
permintaan nona Pek untuk melindunginya selama lima
hari, sebelum lewat tengah malam nanti aku tak bisa
menyambut kehadiran beliau."
Nyonya Li tarik napas panjang-panjang, katanya:
"Tindakan anak Hui kali ini memang ada baiknya juga,
agar semua budi dan dendam yang terjalin dalam dunia
persilatan selama ini bisa dibuatkan perhitungan yang
jelas dalam pertemuan besar ini."
Baru berjalan beberapa langkah, mendadak ia
berpaling dan katanya lagi:
"Nak, ada satu hal perlu kusampaikan kepadamu, aku
telah berubah pikiran untuk membunuh Thian-Hok
sangjin, malah kugunakan semua kekuatanku untuk
menolongnya, dalam tiga sampai lima hari mendatang
kesehatan tubuhnya akan pulih kembali bahkan ilmu
silatnya masih bisa dipertahankan seperti sedia kala."
"Terima kasih banyak kuucapkan atas baik budi
nyonya," seru Lim Han-kim seraya menjura dalam-dalam.
Ketika ia selesai menjura dan angkat kembali
kepalanya, nyonya Li sudah lenyap dari hadapannya.
3183 "Huuuh, sungguh berbahaya" keluh siok-bwee sambil
membesut keringat dingin, "Coba kalau budak gagal
membujuknya hingga dia nekat menerjang masuk juga,
bukan saja keselamatan jiwa kita berdua terancam,
bahkan nona pun bisa mengalami jalan api menuju
neraka," "Bila nona Pek memang sedang mencapai puncak
samadinya, lebih baik kau segera balik ke atas untuk
membantunya, serahkan saja tempat ini kepadaku
seorang." Baru beberapa langkah siok-bwee berjalan, mendadak
ia berhenti, berpaling dan katanya lagi:
"Lim siangkong, ada berapa patah kata entah pantas
tidak kusampaikan kepadamu?"
"Tidak mengapa, katakan saja"
"Bila aku salah bertanya harap siangkong jangan
marah." Badai Awan Angin 25 Jaka Lola Karya Kho Ping Hoo Kisah Para Pendekar Pulau Es 9
^