Pencarian

Pendekar Penyebar Maut 1

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 1


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya : Sriwidjono Sumber djvu : Dimhader Ebook oleh : Hendra & Dewi KZ
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ & http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Daftar Isi Pendekar Penyebar Maut Daftar Isi Jilid 1 Jilid 2 Jilid 3 Jilid 4 Jilid 5 Jilid 6 Jilid 7 Jilid 8 Jilid 9 Jilid 10 Jilid 11 Jilid 12 Jilid 13 Jilid 14 Jilid 15 Jilid 16 Jilid 17 Jilid 18 Jilid 19 Jilid 20 Jilid 21 Jilid 22 Jilid 23 Jilid 24 Jilid 25 Jilid 26 Jilid 27 Jilid 28 Jilid 29 Jilid 30 Jilid 31 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 32 Jilid 33 Jilid 34 Jilid 35 Jilid 36 Jilid 37 Jilid 38 Jilid 39 Jilid 40 Jilid 41 Jilid 42 Jilid 43 Jilid 44 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 1 MALAM telah sangat larut, bulan yang pucat dan tinggal
sepotong itu sudah jauh pula condong kearah barat. Titik-titik embun sudah bertebaran pula turun ke bumi. Menebar seperti gumpalan awan yang melayang-layang dari langit, mengendap
perlahan-lahan ke bawah, menjadi kabut yang menyelimuti
segala makhluk serta benda yang berada di atas bumi,
sehingga segalanya menjadi kabur dan kelihatan samar-
samar. Dinginnya bukan alang-kepalang!
Dingin dan sunyi. Apalagi jika sekali datang angin berhembus. Biar sangat
lemah sekali pun, ternyata sudah cukup untuk menggerakkan
beberapa pucuk daun cemara yang paling tinggi. Sehingga
beberapa di antaranya terpaksa melepaskan butiran-butiran
air embun yang telah terkumpul pada setiap ujungnya.
Berjatuhan ke bawah, menimpa pucuk pucuk daun yang lain,
menyebabkan pucuk-pucuk yang lain itu tak kuasa pula
menahan muatan mereka sendiri.
Dan untuk beberapa saat bagaikan runtuhnya gunung
mutiara yang digoyang gempa, ribuan butir embun itu jatuh
bertaburan ke bawah. Dingin gemerlapan. Memercik, kesana-
kemari. Sebagian membasahi rumput, sebagian lagi langsung
berjatuhan ke bumi dan lenyap terhisap oleh tanah yang
basah. Suasana malam itu memang benar-benar dingin dan sunyi.
Terlebih-lebih suasana di dalam hutan lebat yang tumbuh di sebelah utara kota Tie-kwan itu. Tak sebuah makhlukpun yang tampak hidup di tempat itu. Biar seekor binatang malam yang paling kecil sekalipun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hutan itu tumbuh dengan lebat di lereng lereng Bukit Ular.
Yaitu sebuah rangkaian dari beberapa buah bukit yang
letaknya membujur sepanjang sepuluh lie di tepi Sungai
Huang-ho, persis di sebelah utara kota Tie-kwan, di Propinsi Shan-tung. Selain lebat hutan tersebut tumbuh di atas tanah yang terjal serta berbukit-bukit, sehingga tempat tersebut sangat licin dan berbahaya sekali. Maka dari itu biarpun
letaknya berada di tepi arus lalu lintas sungai serta berada tidak jauh dari perkampungan penduduk, tidak seorangpun
selama ini yang pernah menginjakkan kakinya di tempat
tersebut. Apalagi dalam suasana malam yang dingin seperti
itu. Tetapi ............... Tetapi ternyata suasana malam itu agak lain dari biasanya.
Dalam pekatnya kabul yang dingin mencekam itu, samar-
samar terlihat beberapa sosok tubuh yang berdiri tegak tak bergerak di antara gelapnya bayang-bayang pohon. Semuanya
diam tak bergerak. Sehingga sekilas pandang bagaikan
sekumpulan hantu yang sedang bangkit dari kuburnya.
Senyap dan mengerikan! Mereka berjumlah empatbelas orang, berdiri berkumpul
ditempat yang sedikit lapang dan rata. Berdiri mengelilingi empat buah tandu yang berisi wanita dan anak-anak. Dan
dilihat dari gerak-gerik mereka dengan mudah dapat diduga
bahwa mereka terdiri dari satu rombongan.
Delapan orang di antaranya, yang agaknya juga bertugas
merangkap sebagai pemikul tandu, tampak berdiri tegak di
sekitar barang bawaan mereka itu. Dua orang yang lain, yang bertampang lebih garang, berdiri agak terpisah dari kedelapan orang itu.
Di bawah pohon siong itu yang tumbuh tidak jauh dari
tempat tersebut berdiri seorang laki-laki separuh baya.
Usianya sekitar empat puluh lima tahun. Berpakaian bersih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan rapi. Jenggot serta kumisnya yang lebat itu juga terawat rapi. Matanya bersinar tajam dan selalu waspada melirik ke kanan dan ke kiri, seperti mata harimau betina yang sedang menjaga anak-anaknya. Tangannya yang tertutup oleh lengan
baju yang longgar itu tampak selalu siap di atas gagang golok besar yang tergantung di pinggangnya. Dan dilihat dari
sikapnya yang berwibawa, bisa diduga bahwa dialah yang
memimpin rombongan kecil tersebut.
Di belakang orang itu, tampak seorang yang berwajah
sangat mirip dengan dia. berdiri bersandar pada pohon siong tersebut. Umurnya sekitar lima tahun lebih muda. Mukanya
dicukur bersih, sehingga tampak lebih tampan. Sebuah golok besar juga tergantung diatas pinggangnya.
Beberapa langkah dari pohon tersebut, yaitu di atas pohon
pek yang telah tumbang, terlihat dua orang lagi dari anggauta rombongan itu. Seorang pemuda yang bertubuh tinggi kurus,
berusia delapanbelas tahun dan seorang kakek tua yang
kelihatan sedang menderita sakit.
Hawa malam yang kelewat dingin itu agaknya membuat
kakek tersebut semakin menderita. Berkali-kali tangannya
mengurut dada dan tenggorokannya yang terasa gatal dan
nyeri. Kadang-kadang tampak dengan susah payah ia
menahan diri agar mulutnya tidak mengeluarkan batuk. la
kelihatan takut apabila suara batuknya akan menggangggu
suasana tegang yang kini sedang berlangsung di tempat itu.
"Twako, embun pagi telah menyelimuti kita semua. Kenapa utusan yang kita kirim itu belum juga kembali" Hampir
semalam penuh kita menunggu dia."
Orang berjenggot lebat itu menggeram mendengar
perkataan adiknya, yaitu laki-laki yang berwajah mirip dia itu.
la tak menjawab sepatahpun! Tampak tangannya mengepal-
ngepal dengan tegang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu pemuda tinggi kurus yang sedari tadi selalu
memperhatikan kakek tua yang sedang sakit itu, merasa
kasihan dan khawatir sekali.
"Apakah engkau merasa kedinginan, kek?" pemuda itu berbisik pelan sekali.
Orang tua yang tampak semakin sukar menahan rasa nyeri
dan gatal pada tenggorokannya dan menggeleng dengan
cepat. Tetapi tiba-tiba batuknya tak bisa ditahan lagi.
Suaranya melengking memecahkan kesunyian malam.
Membuat kaget orang orang yang berada di tempat itu. Dan
sekali telah terbatuk, batuk itu tidak bisa dibendung lagi.
Suaranya sambung-menyambung tak habis-habisnya.
"Diam! Hentikan suara itu!"
Laki-laki berjenggot lebat itu menghardik dengan suara
berat. Kakek tua itu dengan ketakutan cepat membungkam
mulutnya erat-erat, sehingga suara batuk itu berhenti dengan mendadak. Tetapi akibatnya, muka yang semula pucat itu kini menjadi merah membara. Matanya melotot kemerahan
menahan sakit. Pundaknya berguncang dengan keras karena
menahan batuk. Peluhnya bercucuran membasahi dahi dan
lehernya. Pemuda yang berada di sampingnya itu cepat
mencengkeram pundaknya. "Kek, apakah engkau sakit" Apakah penyakit dadamu
kambuh lagi?" Tetapi kakek itu tak bisa menjawab. Ia masih sibuk
mendekap mulutnya dengan ketakutan. Oleh karena itu si
pemuda tidak bertanya lebih lanjut. Cepat ia merogoh kantong orang tua itu dan mengeluarkan sebuah pipa tembakau
beserta bumbu-bumbunya. Dengan cekatan pemuda itu
meracik beberapa macam serbuk obat lalu memasukkannya ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam pipa bersama tembakaunya. Agaknya ia telah terbiasa
dan hafal betul, apa yang harus diperbuat untuk mengobati
orang tua itu apabila penyakitnya kambuh.
Tetapi begitu pemuda tersebut menyalakan api,
"Yang ji! Padamkan api itu!"
Pemuda yang dipanggil dengan nama "Yang" itu menoleh ke arah laki-laki berjenggot yang berada dibawah pohon siong itu. Alisnya berkerut, mulutnya terkatup rapat. Matanya
menatap dengan bingung dan penasaran.
"Ayah" Aku ..........Kenapa aku tidak boleh mengobatinya"
Kenapa engkau melarang aku merawatnya" Bukankah selama
ini aku selalu dirawat olehnya" Kenapa.......?"
"Jangan banyak bicara! Sekali kukatakan tidak boleh
menyalakan api, ya tidak boleh! Apakah engkau ingin
memberitahukan tempat kita ini kepada para musuh kita"
Apakah engkau ingin agar mereka datang ke sini untuk
menumpas keluarga kita?"
"Tapi siapakah musuh kita itu" Ayah tak pernah
mengatakannya kepadaku! Kenapa kita yang selama ini selalu hidup tenteram mengasingkan diri mesti dimusuhi" Kalau toh kita akan ditumpas, kenapa tidak kita hadapi saja secara
jantan" Kenapa kita mesti melarikan diri sampai sedemikian jauhnya seperti sekawanan orang pengecut?"
"Apa katamu" Kau berani membantah" Apakah kau mau
melawan ayahmu?" Oreng tua itu berdiri tegak dengan marahnya. Tetapi
pemuda itu juga tak mau mengalah. Agaknya ia benar-benar
merasa penasaran atas sikap ayahnya kali ini.
Dengan sinar mata penuh rasa penasaran pemuda itu juga
berdiri tegak menghadapi ayahnya. Tentu saja sikapnya itu
semakin membuat ayahnya bertambah marah. Untunglah laki-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
laki yang sedari tadi berdiri di belakang sang ayah cepat
menengahi mereka. "Sabarlah, twa-ko! Puteramu masih sangat muda. Dia
belum menyadari sepenuhnya apa yang terjadi. Biarlah aku
yang menasehati dia!"
"Tuan muda, oh?". tuan muda! Apakah yang telah
terjadi" Kenapa tuan muda berani bersikap demikian terhadap ayahandamu?" tiba-tiba kakek tua yang sakit itupun berseru sambil menarik lengan si pemuda. Agaknya penyakit yang
dideritanya telah sedikit mereda.
Pemuda itu cepat menoleh. Tangannya meraih lengan
orang tua itu. Begitu melihat kakek tersebut tidak kurang
suatu apa, hatinya tampak lega bukan main. Biarpun di dalam hati ia masih juga merasa penasaran atas sikap ayahnya,
tetapi ia tidak ingin berbantah lebih lanjut.
Maka dari itu ketika terdengar suara langkah kaki orang
yang menghampiri tempatnya, ia segera menundukkan
mukanya. Ia tahu pamannya yang sedari tadi berada di
belakang ayahnya, kini telah berada didepannya. Ia juga tahu bahwa semua orang tentu sedang mengawasi dirinya.
Termasuk juga Siang-hui-houw (Sepasang Harimau Terbang)
kepercayaan ayahnya, yang hadir berdampingan di dekat para pemikul tandu itu.
"Yang Kun! Kau tidak boleh bersikap demikian kepada
ayahmu. Kau belum memahami benar masalah besar yang kini
sedang dihadapi oleh ayahmu dan oleh seluruh keluarga kita.
Ayahmu sebagai saudara tertua sudah tentu harus
bertanggung jawab atas keselamatan kita semua. Beliau tentu sudah berpikir dengan matang tentang apa-apa yang
dirasakan baik buat kita. Soalnya masalah besar yang kita
hadapi ini tidak boleh kita hadapi dengan hati panas dan
pikiran pendek, apalagi dengan membabi buta tanpa
pemikiran yang matang. Kita harus memperhitungkan untung
ruginya. Kita harus memperhitungkan segala sesuatunya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan cermat sampai kepada hal yang sekecil-kecilnya, agar hal yang kita anggap kecil itu tidak sampai merugikan rencana kita nantinya."
"Tapi......... aku tidak mengerti, paman. Masalah berarti apakah sebenarnya yang kini sedang kita hadapi" Masalah
apakah itu sehingga ayah sampai membawa kita semua
melarikan diri meninggalkan rumah, harta benda serta milik kita " Sehingga aku sangat kecewa karenanya" Lalu apa
gunanya kita berlatih silat setiap hari, jikalau setiap ada musuh datang kita lari menyembunyikan diri. Bukankah ayah
dan paman selalu mengatakan kepadaku bagaimana menjadi
seorang ksatria dan pendekar?"
Pemuda itu diam sejenak setelah memuntahkan rasa
penasaran serta kekecewaan hatinya di hadapan sang paman.
Ia menatap dengan penuh harap, agar pamannya tersebut
memberi keterangan yang jelas, sehingga hatinya menjadi
lega. Orang tua yang telah banyak makan asam garam
kehidupan itu mengelus pundak keponakannya. Wajahnya
tampak berseri-seri. "Yang Kun, maafkan pamanmu. Aku kini belum bisa
membeberkan masalah besar itu kepadamu. Pada saatnya,
kau tentu akan mengetahuinya sendiri nanti. Adapun tentang musuh yang kita hadapi saat ini, pamanmu juga belum dapat
menyebutkannya. Selain musuh keluarga kita itu sangat
banyak, kita juga belum tahu dengan pasti siapakah yang kini datang memusuhi kita........".
"........... tetapi kami benar-benar sangat gembira melihat semangatmu yang besar. Engkau memang menjadi tumpuan
harapan kita di masa mendatang, apabila ternyata kami
orang-orang tua ini tidak bisa melanjutkan cita-cita kita. Itulah sebabnya dengan tidak mengenal lelah kami menggembleng
dirimu siang dan malam. Dan kukira jerih payah kami itu
tidaklah sia-sia. Engkau telah dapat menguasai dengan baik Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semua ilmu silat keluarga kita. Tetapi meskipun begitu,
engkau tidak boleh terlalu membanggakan dirimu. Apalagi
menjadi sombong. Seperti yang telah kita ketahui bersama,
ternyata musuh yang datang juga bukan orang sembarangan


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pula. Terbukti dengan terbunuhnya pamanmu yang bungsu,
orang terlihai di antara keluarga kita."
"Tetapi musuh paman bungsu itu tentu tidak hanya
seorang. Mereka tentu secara beramai-ramai mengeroyok
paman bungsu. Tak seorangpun di dunia ini yang mampu
melawan beban sendirian saja." Yang Kun membela mendiang pamannya. Orang yang paling banyak memberi pelajaran silat kepadanya!
Orang tua itu tersenyum penuh arti. Dengan menggeleng-
gelengkan kepalanya ia memandang ke arah Siang-hui-houw
yang berdiri diam tak bergerak sejak tadi.
"Tuan muda Yang Kun ini memang sangat membanggakan
paman bungsunya," kata salah seorang di antara mereka.
Sang paman itu mengangguk, ia sendiri juga sangat
bangga terhadap mendiang adik bungsunya itu. Sayang
umurnya terlalu pendek. Untunglah keponakannya ini agaknya telah mewarisi bakat serta kepandaian adiknya tersebut.
"Yang Kun sudahlah! Mungkin juga pamanmu itu memang
dikeroyok oleh banyak orang seperti dugaanmu, tetapi
mungkin juga tidak. Soalnya tak seorangpun yang
menyaksikan ketika dia melawan musuhnya. Dan pada saat
tubuhnya yang terluka itu kita temukan, dia hanya sempat
mengeluarkan dua buah perkataan saja. Yaitu perkataan
"larilah" dan perkataan "benda itu!"
"Lalu.......... apakah maksud perkataan beliau itu?" Yang Kun mendesak.
Orang tua itu menatap keponakannya dengan tajam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itulah! Biarpun hanya dua buah perkataan saja tetapi kamu bisa menduga apa yang dimaksudkannya ! Yaitu yang
berhubungan dengan masalah besar yang sedang kita hadapi!
Itulah sebabnya, biarpun kita kehilangan seorang keluarga
yang kita cintai, kita harus tetap berpikiran dingin. Kita tidak boleh menurutkan hati dan perasaan. Kita harus mengingat
kepentingan keluarga kita yang lebih besar."
Lagi-lagi masalah besar dan kepentingan keluarga, Yang
Kun menggerutu di dalam hati. Ia sungguh merasa sangat
penasaran sekali. "Lalu...... kenapa kita mesti berlari-lari serta bersembunyi?"
Orang tua itu menghela napas panjang.
"Hmmm ......... sudah kukatakan sejak tadi bahwa pada saatnya nanti engkau akan mengerti dan memaklumi sendiri
masalah ini. Yang terang, apabila seorang pendekar besar
seperti paman bungsumu saja menganjurkan kita lari,
persoalannya tentulah tidak main-main."
Sekali lagi orang tua itu mengawasi dengan tajam. Sepintas lalu dapat ia rasakan betapa keponakannya tersebut belum
merasa puas hatinya. Tetapi agar persoalan itu tidak menjadi berkepanjangan, ia segera memotong saja pembicaraannya.
"Sudahlah, nak! Kaurawatlah dahulu kakek pengasuhmu
itu. Jangan terlalu kau risaukan masalah ini, biarlah kami orang-orang tua saja yang menyelesaikannya."
Kemudian setelah sekali lagi menepuk pundak
keponakannya, orang tua itu melangkah kembali ke tempat
semula, di samping kakaknya.
"Twa-ko! Sungguh aneh, kenapa Hek-mou-sai (Singa
Berbulu Hitam) hingga sekarang belum juga kembali" Dia
sendiri yang memberi batas waktu sampai tengah malam.
Padahal kini sudah fajar.........."
"Entahlah! Aku juga hampir gila memikirkan dia."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku khawatir kalau-kalau dia mendapatkan kesukaran di jalan. Seperti ada firasat yang tidak baik. .."
"Aku juga mempunyai firasat demikian. Lalu apa sebaiknya yang akan kita lakukan ?"
"Terserah twa-ko saja! Aku selalu menurut perintahmu!"
"Baiklah! Karena Hek-mou-sai sendiri yang berkata bahwa
dia akan kembali sebelum tengah malam, maka kita bebas
untuk berlalu sekarang juga."
"Tetapi bagaimana kalau dia nanti kembali kesini?"
"Biarlah Siang hui-houw memberi suatu tanda di tempat ini, yang menyatakan bahwa kita telah berangkat." Kata kakaknya sambil memberi tanda ke arah Siang-hui-houw agar
mendekat. "Tuan memanggil kami berdua?" kedua harimau itu
bertanya. "Kita akan berangkat sekarang. Berilah tanda di ditempat ini, agar Hek-mou-sai mengetahui kalau kita telah berangkat.
Kemudian ajaklah para pemikul tandu untuk membawa para
wanita itu turun dari bukit ini. Kita menuju ke pinggir Sungai Huang-ho!"
"Baik, tuan." Kedua jagoan pengawal itu mengangguk hormat, lalu
kembali ke tempat semula. Mereka menyiapkan tanda yang
akan mereka tinggalkan untuk teman seperjalanan mereka
yang bertugas sebagai penyelidik, yang sampai saat itu belum kembali. Hek-mou-sai bertugas menyelidiki jalan-jalan yang akan dilalui oleh rombongan kecil tersebut.
"Apakah kita akan berangkat sekarang?" salah seorang
pemikul tandu bertanya kepada mereka.
"Benar! Ajaklah teman-teman kita yang lain untuk bersiap-
siap ! Tuan Chin memberi perintah agar berangkat sekarang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kabut dingin makin tebal menyelimuti mereka. Dinginnya
sampai mengigit tulang. Membuat para pemikul tandu
tersebut sebenarnya sangat enggan untuk bergerak dan
tempatnya. Tapi apa boleh buat, tuan Chin, majikan mereka, memerintahkan mereka untuk berangkat sekarang juga.
Terpaksa dengan perasaan enggan mereka mengangkat
tangkai tandu masing-masing.
Sementara itu melihat ayah dan pamannya telah berkemas-
kemas pula untuk berangkat, Yang Kun membuka baju
luarnya yang lebar dan memberikan kepada kakek
pengasuhnya. "Kita akan berjalan lagi, kek. Kaupakailah bajuku ini biar tubuhmu merasa lebih hangat."
"Terima kasih, Tuan muda.. Tuan muda baik sekali.......
aku..........". Belum juga kakek itu selesai berbicara, tiba-tiba mereka
dikagetkan oleh suara teriakan seorang pemikul tandu yang
diikuti oleh pemikul tandu yang lain.
"Hah "!?" "Ohh "!?" "Ehh !"!" Semua orang cepat menoleh ke arah para pemikul tandu
dan .... untuk beberapa saat lamanya mereka berdiri
mematung! Di hadapan mereka, didepan para pemikul tandu,
tampak beberapa sosok tubuh wanita dan anak-anak,
tersungkur mencium tanah yang becek berlumut. Agaknya
mereka tadi terjatuh, ketika para pemikul tandu tersebut mulai mengangkat tangkai tandu yang mereka tumpangi.
Dan sekejap kemudian, seperti mendapatkan suatu
komando saja, ketiga orang ayah, paman dan anak itu
meloncat bagai terbang cepatnya kearah keluarga mereka
tersebut. Ketiga-tiganya sampai di tempat dalam waktu yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hampir bersamaan. Dengan gaya dan jurus yang bersamaan
pula, yaitu jurus burung walet Terbang ke Sarang!
Ayah Yang Kun, yang terdahulu sampai di tempat itu
segera mengulurkan tangan ke arah ibu Yang Kun, wanita
cantik yang tergolek dengan separuh badan masih berada di
dalam tandu. "Twa-ko!! Jangan sentuh dia!" adiknya berteriak
memperingatkan. "Ibuuuu,......!" Yang Kun yang berada di belakang kedua orang tua itu bergegas mau menubruk tubuh ibunya tetapi
pamannya cepat menahan lengannya dengan erat.
"Lepaskan! Lepaskan, paman! Aku akan melihat ibuku!"
Yang Kun berteriak sambil berusaha melepaskan pegangan
tangan pamannya. Tetapi sedikitpun tak mau sang paman itu
mengendorkan pegangannya. Beberapa kali pemuda itu
berusaha membebaskan lengannya dengan berbagai macam
cara, tetapi karena tenaga dalamnya masih berada dibawah
tenaga dalam pamannya, maka usahanya selalu sia-sia.
Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara teriakan ayahnya
yang mengerikan. Otomatis keduanya menghentikan
pergulatan mereka. Dengan mata melotot Yang Kun melihat
ayahnya mundur terhuyung-huyung menjauhi tubuh ibunya.
Darah segar tampak menyembur-nyembur dari lengan
kanannya yang buntung. Buntung sebatas siku.!
"Ayahhhh............ "!"
"Twa-ko.. " Kau......... kau kenapa"''
Paman Yang Kun bergegas menyambut tubuh kakaknya
yang terhuyung-huyung. Kemudian dengan cekatan ia
menotok beberapa kali di sekitar bahu dan pundak, sehingga darah yang mengucur keluar itu berhenti dengan segera.
Salah seorang dari Siang-hui houw cepat membentangkan
selembar kain untuk membaringkannya di tanah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalian semua jangan terlalu dekat dengan............"
"Aduuuhh..........."
Belum juga paman Yang Kun selesai berteriak untuk
memperingatkan mereka, salah seorang pemikul tandu telah
mengaduh dan terjerembab di samping tandunya.
"Awas racun ganas! Wanita dan anak-anak itu telah mati!
Aku terlambat menyadari peringatanmu tadi. Untung aku
cepat memotong lenganku ka........ kalau tidak, nyawaku tentu sudah melayang mengikuti mereka." ayah Yang Kun yang
berada di dalam pelukan adiknya itu merintih lemah karena
banyak kehilangan darah. "Jauhilah tandu itu! Cepat!" paman Yang Kun sekali lagi berteriak.
Tetapi terlambat sudah! Para pemikul tandu yang lainpun
satu persatu jatuh ke tanah, terkulai mati tanpa mereka
menyadari apa yang telah terjadi.
Kejadian yang mengerikan itu berlangsung secara berturut-
turut di depan Yang Kun dengan cepatnya. Sejak tergulingnya para wanita dan anak-anak dari tandu mereka sampai
terbuntungnya lengan ayahnya lalu yang terakhir adalah
meninggalnya para pemikul tandu, semua terjadi dalam
sekejap mata. Dia terpaku bagaikan sebuah patung batu. Dia hampir tak percaya atas apa yang terjadi di depan matanya
tersebut. Tetapi begitu terpandang sekali lagi mayat ibunya, ia berteriak kaget bagai terbangun dari sebuah mimpi buruk.
"Ibuuuu..............!"
Yang Kun menghambur ke arah tubuh ibunya yang tergolek
di depan tandunya. Untunglah sang paman selalu waspada.
Melihat keponakannya lari mendekati mayat ibunya, la cepat meloncat menyambar lengan si pemuda dan menariknya
kembali. Pemuda itu meronta dengan hebat tetapi pamannya
juga tidak mau melepaskan pegangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang Kun, sadarlah! Apakah engkau ingin bunuh diri"
Lihatlah! Semua mati terkena racun hanya karena mereka
menyentuh tandu saja. Apakah engkau ingin menyusul
mereka" Cobalah engkau berpikir dengan baik, jangan kau
turutkan perasaanmu yang sedang kacau itu!"
Yang Kun tertegun mendengar perkataan pamannya
tersebut. Sama sekali ia memang tidak menduga bahwa
orang-orang itu, ibunya, bibi serta adik-adiknya telah mati, apalagi mati karena terkena racun! Tadi sore ibunya masih
mengajak bicara dengan dia. Malahan ketika dia makan
malam bersama yang lain, ibunyalah yang mengambilkan nasi
buat dia. Sedangkan adik-adik sepupunya seakan juga baru
saja bergurau dengan dia sebelum berangkat tidur tadi.
Perlahan-lahan Yang Kun melepaskan diri dari pegangan
sang paman dan menoleh ke arah tubuh ibunya yang
terbaring diam itu. Wajah yang biarpun sudah mulai berkerut tetapi masih kelihatan cantik itu seperti tersenyum kepadanya.
Di dalam keremangan sinar bulan yang pucat tak terlihat
sedikitpun bahwa tubuh itu telah menjadi mayat. Dengan
susah payah Yang Kung menahan sedu-sedan yang
menyesakkan isi dadanya. "Paman, bagaimana dengan ibuku" Siapakah orang yang
telah berbuat begitu kejam?" ujarnya lemah setelah bisa sedikit menguasai perasaannya.
"Entahlah, nak. Aku juga belum dapat menduganya.
Marilah kita periksa bersama-sama." Orang tua itu menjadi lega melihat Yang Kun sudah dapat menguasai hatinya
kembali. Sebenarnyalah bahwa dia sendiripun tidak kalah
sedihnya. lsteri serta kedua puteranya yang masih kecil-kecil, turut pula menjadi korban di antara mereka! Hanya karena
usianya yang telah tua dan jiwanya yang telah matanglah dia bisa menguasainya. Tetapi begitu suasana telah dapat diatasi, iapun teringat kembali kepada keluarganya sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimanapun ia adalah seorang ayah yang sangat mencintai
anak-anaknya! "Siang-hui houw! Berilah bubuk obat luka pada lengan tuan Chin, lalu balutlah agar darahnya lekas mengering," orang tua itu berusaha mengalihkan kedukaan hatinya. Lalu ia
menggandeng lengan keponakannya.
"Marilah kita periksa korban-korban itu, tetapi jangan mengurangi kewaspadaan! Racun apakah yang mempunyai
sifat begitu ganas?"
Mereka menyulut obor agar bisa melihat pada korban lebih
jelas lagi. Mereka tidak peduli apabila musuh menemukan
tempat tersebut. Toh korban telah berjatuhan! Siapa tahu
pihak musuh justeru telah berada di sekeliling mereka" Maka lebih baik menghadapi musuh di tempat terang daripada harus bertempur dengan banyak lawan di tempat gelap.
Dengan sebuah ranting kayu paman Yang Kun
membalikkan tubuh kakak iparnya serta yang lain-lainnya.
Semuanya telah mati! Mati dalam keadaan yang aneh! Wajah
dari pada para korban itu berwarna kehijau-hijauan dan
semuanya dalam keadaan tersenyum simpul sehingga dilihat
sepintas lalu mayat-mayat itu seperti masih bernyawa. Tentu saja hal itu membuat Yang Kun serta pamannya tadi tertegun keheranan. Untuk sekejap Yang Kun seperti hampir tidak bisa mengendalikan perasaannya kembali, tetapi sebuah tepukan
halus sang paman di pundaknya memperkuat hatinya lagi.
"Racun apakah itu, paman" Kenapa mempunyai pengaruh
sedemikian anehnya" Dan ........... siapakah menurut pendapat paman yang melakukannya?"
Orang tua itu tidak segera menjawab. Dengan tajam
matanya menebar ke sekeliling tempat itu kemudian
menunduk lagi ke arah mayat-mayat itu dengan ragu-ragu.
Ada sedikit tersimpul perasaan kuatir dan ngeri pada
mukanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paman menemukan sesuatu?" Yang Kun bertanya.
Pamannya tidak menjawab, tetapi orang tua itu justru
berdiri tegak dengan kepala tengadah Tangannya siap di atas gagang golok yang tergantung pada pinggangnya.
"Jika saudara masih berada di sini, silahkan keluar untuk
menemui kami," orang tua itu pun berkata perlahan. Tetapi karena didorong oleh khi-kang yang tinggi, suaranya
berkumandang jelas. Menembus rimbunnya daun-daun di
sekitar tempat tersebut. Beberapa saat telah berlalu, tetapi tak seorang yang
muncul atau menjawab perkataannya. Yang Kun menjadi
tegang melihat sikap pamannya, Agaknya sang paman itu
mengira bahwa musuh masih berada di sekitar tempat itu.
Beberapa kali orang tua itu mengulangi tantangannya, tapi
suasana tetap sepi, sehingga Siang-hui-houw yang berdiri
tegang di samping ayah Yang Kun yang terluka menjadi tidak sabar pula. Tetapi sebelum keduanya turut ambil suara,
pamannya, Yang Kun sudah duduk kembali.
"Agaknya mereka telah meninggalkan tempat ini," katanya.
"Siapakah mereka paman" Kenapa mereka tidak
menampakkan diri jika mereka memang sedang mencari kita?"
Yang Kun bertanya. "Adik Kong, apakah ada orang di sekitar kita ini?" ayah Yang Kun yang masih terbaring itu juga bertanya lemah.
"Tidak Twa-ko, adikmu hanya menduga-duga saja.
Mungkin orang yang meracuni para wanita dan anak-anak itu
masih berada di sekitar tempat ini. Ternyata tidak. Melihat keadaan para korban itu, agaknya mereka telah meninggal
pada waktu sore sebelum kita sampai di sini kemarin. Hanya karena keteledoran kitalah sampai hal tersebut tidak kita
ketahui sejak semula. Mungkin pihak lawan bergerak tanpa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kita ketahui pada saat para wanita dan anak-anak itu
berangkat tidur." "Ya......... benar! Seharusnya aku sudah curiga pada
keadaan kakak iparmu ketika dia diam saja melihat aku
berbantah dengan Yang Kun tadi. Dia selalu menegur atau
menyabarkan aku apabila aku sedang marah."
"Lalu siapakah menurut pendapat paman musuh yang
berbuat sekeji ini" Kenapa mereka cuma membunuh keluarga
kita saja" Kenapa tidak kita para laki-laki ini sekalian, jikalau mereka itu memang ingin membunuhi kita semua?" Yang Kun menyela dengan tidak sabar.
"Hal ini............"


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hai! Nyonya besar ini seperti menggenggam sesuatu!"
kakek tua pengasuh Yang Kun yang turut meneliti sejak tadi tiba-tiba berseru kaget.
Yang Kun beserta pamannya cepat mengikuti arah telunjuk
kakek tua itu. Tampak oleh mereka telapak tangan kanan ibu pemuda itu menggenggam secarik kertas kecil. Dengan hati-hati paman Yang Kun menotok pergelangan tangan mayat itu
agak keras, sehingga untuk sesaat jari-jari itu mengembang.
Tapi yang sesaat itu sudah cukup bagi orang tua itu untuk
menggerakkan ranting yang ia pakai untuk menotok tadi
secara kilat mengambil kertas tersebut.
Dengan hati tegang tapi tanpa mengurangi kewaspadaan,
paman Yang Kun membentangkan gulungan kertas tersebut
dengan ranting yang dibawanya diatas tanah. Semua orang
yang tinggal yaitu paman Yang Kun, Yang Kun dan kakek
pengasuhnya serta Siang-hui-houw yang menggandeng tuan
Chin, berkumpul mengelilingi.
Ternyata kertas itu hanya berisi beberapa huruf saja. Tanpa alamat maupun nama si pengirim dan isinya merupakan
sebuah peringatan : Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Turunlah kalian dari bukit ini kearah sungai, kemudian,
berbeloklah ke arah kanan melalui jalan setapak di tepi sungai itu sejauh satu lie! Di sana akan kalian dapati sebuah gubuk kecil beratapkan daun ilalang dan .............. tinggalkan BENDA itu disana! Jika kalian membangkang seperti keluarga kalian, inilah akibatnya!"
Tulisan tersebut ditulis dengan huruf yang pencang-
penceng, menandakan bahwa penulisnya adalah seorang yang
tidak begitu mahir di dalam hal kesusasteraan.
"Kurang ajar! Pengecut yang hanya dapat membokong
orang dengan racun!" Yang Kun memaki dengan marah.
"Keluarlah dan hadapi kami secara jantan!"
Pemuda itu bertolak pinggang sambil memandang dengan
mata melotot ke segala penjuru. Hatinya yang pepat dan sedih karena kematian ibunya yang sangat ia cintai itu membuat dia ingin mengamuk serta menghadapi semua musuh
keluarganya. Tetapi seperti yang terjadi pada beberapa saat yang lalu, tak seorangpun yang menjawab tantangannya,
apalagi keluar menemui dia.
"Yang Kun, sudahlah! Tak ada gunanya engkau marah-
marah dengan seseorang yang sudah pergi. Marilah urus
jenazah ibu serta bibimu. Siang-hui-houw, lekaslah kalian
membuat liang untuk mengubur mereka!"
Tanpa mengeluarkan perkataan sepatahpun Yang Kun ikut
mengubur ibu serta keluarganya yang lain. Ia sudah tidak
menangis lagi, tetapi ada terjadi sesuatu perubahan pada raut wajah serta sinar matanya apabila dibandingkan dengan
beberapa saat yang lalu. Tampangnya yang semula kelihatan
bersinar, mencerminkan hati yang keras, namun tenang itu
kini berubah menjadi pucat dingin menakutkan! Sinar matanya yang semula bening penuh rasa belas kasih itu kini berubah menjadi ganas dan mengandung sinar dendam yang tiada
tara! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paman," katanya kaku setelah semua upacara penguburan
itu selesai, "Siapakah sebenarnya musuh kita" Siapakah orang yang meracuni keluarga kita ini" Siapakah yang mengeroyok
dan membunuh paman bungsu" Kenapa kita tidak
menghadapinya saja secara jantan" Benda apakah yang
mereka kehendaki itu" Kenapa aku agaknya tidak boleh
mengetahui" Aku kini benar-benar sangat penasaran paman"
Kalau selama ini aku selalu menurut serta mengikuti kehendak ayah dan paman di dalam perjalanan ini hanyalah disebabkan oleh rasa segan dan hormatku kepada ibu. Sekarang ibu
sudah tidak ada lagi, maka aku juga tidak mengikuti
perjalanan ini. Aku akan pergi mencari orang-orang yang
mengeroyok paman bungsu dan yang meracuni ibuku!"
Pemuda itu diam sebentar menanti reaksi ayah dan
pamannya, tetapi ketika kedua orang tua itu juga diam saja, tidak berusaha untuk menanggapi perkataannya, pemuda itu
segera beranjak untuk pergi meninggalkan tempat tersebut.
"Baiklah! Agaknya aku memang harus mencari langsung
kepada para pembunuh itu!" katanya tegas.
Tentu saja ayah serta pamannya menjadi kelabakan.
Keluarga Chin tinggal mereka bertiga saja, itupun salah
seorang di antaranya telah cacat, sehingga hanya pada si
pemuda itulah tumpuan harapan mereka.
"Yang Kun, tunggu!" ayahnya berseru, tetapi agaknya pemuda itu sudah tidak bisa ditahan lagi, sudah bulat
maksudnya untuk mencari musuh-musuhnya.
"Siang-hui houw! Tahan anak itu!" akhirnya orang tua itu
memberi perintah kepada pengawal kepercayaannya.
Bagai terbang cepatnya kedua harimau itu meluncur ke
hadapan si pemuda. Gesit bukan main. Tak heran, kalau
mereka mendapat julukan seperti itu !
"Tuan muda, harap berhenti dahulu! Ayahmu ingin
berbicara sebentar!" mereka berseru sambil menjura di depan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang Kun. Kedua orang itu berdiri berjajar berdampingan,
menutupi jalan yang akan dilalui oleh pemuda itu. Tetapi Yang Kun sudah tidak mau lagi untuk berhenti, apalagi kembali
kehadapan ayahnya. Dengan mengerahkan tenaga ia terus
menerjang ke depan, mendorong kedua harimau itu ke
samping. la mengerahkan lebih dari separuh kekuatannya
karena ia maklum bahwa kedua orang kepercayaan ayahnya
itu mempunyai kepandaian yang tidak lebih rendah daripada
dirinya, apalagi ilmu silat gabungan mereka.
Melihat tuan muda mereka tidak mau berhenti tapi malahan
menyerang mereka berdua, kedua orang itu juga tidak mau
menyingkir untuk memberi jalan. Setelah saling memberi
isyarat, keduanya mengulurkan kedua belah lengan mereka
untuk memapak ke depan, sehingga ketiga pasang lengan itu
bertemu di udara, menimbulkan suara berdentam yang hebat.
Yang Kun terdorong ke belakang beberapa langkah
sementara kedua harimau itupun tergempur kuda-kuda
mereka. Agaknya kedua orang pengawal kepercayaan
ayahnya tersebut juga tidak mau mengeluarkan seluruh
tenaga mereka. "Yang Kun! Jangan pergi!" sekali lagi ayahnya berteriak.
Tapi pemuda itu sudah tidak peduli lagi. Sudah bulat benar tekadnya untuk mencari para pembunuh keluarganya.
Dikerahkan seluruh tenaga dalamnya dan bersiap-siap untuk
menerjang kembali. Kali ini dengan seluruh kekuatannya!
"Harap paman berdua menyingkir dan jangan halangi aku!
Atau aku akan terpaksa mengadu nyawa dengan paman
berdua!" geram pemuda yang sedang diliputi dendam itu kepada Siang hui-houw. Buku buku tangannya gemeretak
dengan keras saking kuatnya ia mengepalkan jari-jari tangan yang telah disaluri oleh tenaga dalamnya yang hebat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang Kun ......... kau.......... kau kembalilah!" ayahnya tertatih-tatih menghampiri sambil mendekap sebelah
lengannya yang buntung. "Yang Kun!!" paman pemuda itupun akhirnya ikut campur pula. Tubuhnya yang kokoh kuat itu melesat ke hadapan Yang Kun, seperti burung walet menukik ke atas batu karang. "Kau tidak boleh gegabah menurutkan isi hatimu tanpa
mempergunakan akal pikiran yang sehat! Kau mengira mereka
hanyalah para penjahat kecil yang mudah ditundukkan dengan satu dua pukulan" Begitukah?"
Yang Kun mundur selangkah, tetapi bukan mau
mengurungkan maksudnya untuk pergi dari tempat itu!
Dengan tangkas tangannya mencabut golok pusaka, tapi
bukan untuk menghadapi sang paman yang terkejut melihat
perbuatannya tersebut, tetapi justru ditempelkan pada
lehernya sendiri. "Maaf. Paman! Kali ini keponakanmu terpaksa tidak mau menuruti nasehatmu! Sudah bulat kemauanku untuk pergi
mencari mereka, apapun yang akan terjadi. Lebih baik aku
mati sekarang juga apabila paman tetap memaksa aku untuk
mengurungkannya! Aku........ Berhenti!!" Tiba tiba pemuda itu berteriak keras ketika dilihatnya sang paman mau melangkah ke depan. Mata golok yang menempel di lehernya sedikit ia
tekan sehingga tiba-tiba darah merembes keluar membasahi
golok yang putih mengkilap itu!
"Kong-te (adik Kong)! Jangan .........." ayah Yang Kun berteriak ke arah adiknya. Bagaimanapun juga ayah Yang Kun tak ingin putera satu-satunya tersebut mati membunuh diri
karena dipaksa untuk mengurungkan niatnya!
"Biarlah ia pergi !"
"Tapi itu juga sama dengan membunuh diri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biarlah! Biarlah nasib yang akan menentukannya! Kalau
toh ia akan mati di tangan musuh, itupun lebih baik dari pada ia mati membunuh diri di sini."
Yang Kun mengangguk kaku ke arah ayahnya, pelan pelan
ia bergeser surut serta melepaskan mata golok dari lehernya.
Tampak luka yang memanjang dan agak lebar, melintang
pada lehernya! Darah segar makin deras merembes keluar
sehingga membasahi baju yang menempel di dadanya. Lalu
sekali ia menghentakkan kakinya ke atas tanah, tubuhnya
melesat turun dari bukit itu dengan cepat sekali!
"Tuan Mudaaaaaa........," kakek pengasuhnya yang tua itu
berseru, tapi si pemuda telah lenyap masuk hutan.
ooOOoo Fajar telah menyingsing. Di ufuk timur matahari
memancarkan sinarnya yang hangat dan berwarna kemerah-
merahan. Sinarnya menerobos rimbunnya daun dan ranting
yang berselimutkan kabut tebal, seakan ingin menjenguk
setiap lorong yang gelap dan tersembunyi di dalam hutan itu.
Sehingga terciptalah pemandangan yang sangat indah
mempesonakan! Sinar hangat yang menerobos di sela-sela daun tersebut
terlihat seperti berpuluh puluh sinar lampu yang menyorot di tempat gelap, menciptakan garis-garis lurus yang menerjang pekatnya kabut serta tetesan-tetesan air embun yang
berjatuhan dari atas. Cahaya gemerlapan di antara kepulan
asap tipis yang berwarna-warni itu membuat isi hutan itu
bagaikan sebuah taman dewata!
Tetapi suasana pagi yang indah segar itu ternyata tidak
menarik sama sekali bagi Yang Kun, pada saat itu ia lebih suka merenung sambil berjalan di jalan setapak yang membujur di sepanjang sungai besar itu. Setiap kali matanya dengan liar mengawasi keadaan di sekitarnya, seakan mencari sesuatu di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
antara bongkahan batu dan daun ilalang yang memadati
tepian sungai itu. "Dalam surat itu dikatakan bahwa aku harus melalui jalan setapak ini untuk mencapai gubug yang mereka maksudkan,"
pemuda itu bergumam di antara langkahnya. "............ dan pembunuh-pembunuh itu tentu telah menanti di sana. Tapi
aku tidak takut!" Pemuda itu menjadi tegang begitu terlihat sebuah gubug
kecil di kelokan sungai. Gubug yang dibangun di pinggir
sungai dengan atap daun ilalang serta dinding dari papan. Dari jauh tempak sepi dan tak terawat. Beberapa bagian dari
atapnya telah hilang, begitu pula dindingnya.
Yang Kun melangkah mendekat dengan hati-hati. la tahu
bahwa pembunuh-pembunuh itu bukan orang sembarangan,
maka ia benar-benar mengerahkan seluruh kepandaian yang
ia miliki agar tidak terjatuh di tangan mereka. Beberapa
langkah dari bangunan tersebut ia berhenti lalu meloloskan golok pusaka pemberian paman bungsunya.
"Aku datang mewakili seluruh keluarga Chin. Nah, cepatlah kalian keluar menemui aku!'' katanya lantang. Suaranya
nyaring menggetarkan udara pagi karena ditunjang oleh
tenaga dalam yang kuat, sehingga mengejutkan beberapa
ekor burung yang pada saat itu sedang sibuk mencari makan
di tempat itu. Karena beberapa kali pemuda itu berseru tidak seorangpun
menjawab, maka dengan nekad ia masuk ke dalam bangunan
rusak tersebut, la tidak memperdulikan lagi apakah musuh
memasang jebakan atau tidak di dalamnya. Dengan golok
yang selalu siap di depan dada ia menendang daun pintu
sehingga ambruk. Matanya nanar mencari ke segala sudut, di manakah gerangan musuhnya itu berada.
Yang Kun melihat sebuah bayangan berkelebat di kamar
sebelah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Berhenti!" Sambil berteriak pemuda itu mengayunkan tanganya. Tiga
buah peluru dari baja berbentuk bulat meluncur menghantam
ke arah bayangan itu. Satu menuju ke arah kepala, sedangkan yang dua lagi menyerang ke arah pinggang. Tampak olehnya
bayangan itu meliukkan tubuh dengan amat manis untuk
menghindari serangannya, tetapi oleh karena tidak disokong dengan tenaga yarg kuat ternyata gerakan menghindar dari
bayangan itu tidak secepat peluru-peluru yang datang!
Terdengar suara mengeluh pelahan ketika dua di antara ketiga peluru tersebut menyerempet pinggang orang itu.
Bayangan itu jatuh menggelepar di atas lantai dan sebelum
ia tegak kembali, Yang Kun telah memburunya dengan golok
terhunus! Pemuda itu tidak mau kehilangan waktu atau
kesempatan karena ia tahu bahwa musuhnya sangat banyak
serta berkepandaian tinggi pula. Sebelum ia sendiri jatuh ia harus telah membunuh lawan sebanyak-banyaknya!
Golaknya berkelebat ke bawah dalam jurus Menatap Lantai
Menyembah Raja, jurus ke sebelas dari ilmu silat keluarga
Chin yang hebat! Dalam keadaan terbanting tentu saja sangat sukar bagi orang itu untuk mengelakkannya. Tetapi sekali lagi Yang Kun dibuat kagum oleh gerakan Iawan yang tampak
olehnya kaki orang itu bergantian menjejak lantai seperti
layaknya kaki seekor angsa berenang dan tubuh yang sedang
terlentang itu bergeser ke samping dengan manisnya. Lalu
bersamaan dengan jatuhnya golok yang menghantam lantai,
orang itu telah meloncat berdiri kembali. Tetapi Yang Kun
menjadi heran ketika orang itu seperti tidak bisa menguasai gerakan tubuhnya dengan baik. Orang itu seperti seorang
yang menguasai ilmu silat tinggi tetapi tidak mempunyai
tenaga yang cukup untuk mengatur gerakannya! Loncatan
orang itu seperti kekurangan tenaga, sehingga biarpun bisa berdiri kembali tetapi tubuhnya tampak bergoyang-goyang
mau jatuh. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmm, mungkin ia sudah terluka peluru bajaku tadi." pikir Yang Kun " ...... aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini!"
Maka pemuda itu cepat membalik dan menyerang kembali
dengan lebih ganas. Jurus-jurus sakti dari ilmu silat
keluarganya yang jarang terlihat di dunia dunia persilatan ia keluarkan dengan sangat bernafsu. Goloknya berkelebat
seperti sinar perak yang menyambar di sekeliling lawannya.
Tapi lagi-lagi pemuda itu dikejutkan oleh gaya dan gerak-gerik lawan yang aneh dan membingungkan!
Orang itu tampak kerepotan serta kalang kabut melayani
gempuran Yang Kun yang hebat. Apalagi kelihatannya orang
itu tidak berani menangkisnya ataupun adu tenaga dengan si pemuda. Kalau toh sesekali tangan mereka saling
bersentuhan, tampak orang itu seperti terpelanting menahan sakit. Tapi oleh karena orang itu mempunyai ilmu silat yang yang aneh serta menakjubkan, maka biarpun telah berapa kali ujung golok Yang Kun melukai kulitnya, orang itu masih selalu bisa menyelamatkan diri, sehingga tentu saja membuat si
pemuda makin penasaran! Belasan jurus telah berlalu dan Yang Kun semakin terheran-
heran dalam menghadapi lawannya. Ternyata perkelahian
antara mereka itu benar-benar suatu pertempuran yang
sangat aneh! Jika dibuat perbandingan, sebenarnya orang itu mempunyai ilmu silat yang hebat serta lebih tinggi dari
daripada ilmu silatnya. Tetapi anehnya, ilmu silat yang hebat itu ternyata tidak disertai atau ditunjang oleh Iweekang yang hebat pula, sehingga seperti seekor singa ompong saja,
perbawanya sangat menakutkan tapi ternyata tidak berbahaya sama sekali! Beberapa kali orang itu berada diatas angin,
tetapi karena keadaannya itu tentu saja kemenangan tersebut tidak ada gunanya! Beberapa kali pukulannya mengenai Yang
Kun, tetapi tidak ada pengaruhnya sama sekali. Justeru dia sendiri yang terpelanting karena pengaruh tenaga dalam si
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda. Malahan orang sendirilah yang akhirnya menjadi
repot dan kewalahan menahan serangan Yang Kun! Pakaian
yang dikenakannya telah hancur compang camping, tubuhnya
telah arang keranjang penuh luka pula. Untunglah luka
tersebut cuma luka diatas kulit saja, karena dengan ilmu
silatnya yang tinggi, pukulan maupun goresan golok Yang Kun tidak pernah dengan telak mengenai tubuhnya. Tetapi hal itu tentu saja tidak akan bertahan lama, lama kelamaan akhirnya dia akan lengah juga. Dan keadaan ini tampaknya disadari
oleh Yang Kun, maka pemuda itu semakin bernafsu untuk
segera menyelesaikan pertempuran tersebut, sebelum yang
lainnya datang. Yang kun menyerang semakin hebat, ia sudah tidak
memperdulikan pertahanan dirinya lagi, toh pukulan lawan tak membahayakan tubuhnya. Tentu saja orang itu semakin repot
dan terpojok. Ketika untuk kesekian kalinya si pemuda mengayunkan
goloknya mendatar dalam jurus panglima yi po mengatur
barisan, yaitu jurus tujuh belas dari ilmu silat keluarganya.
Lawannya sudah tidak mungkin bisa mengelak lagi! Sabetan
mendatar kearah kaki selagi lawan meloncat turun itu benar-benar sangat sukar untuk dielakkan, jalan satu-satunya yang terbaik hanyalah menangkis atau mengadu tenaga ! Padahal
itu terang tidak mungkin sebab selain orang itu tidak
bersenjata tenaga dalamnya pun sangat lemah sekali. Maka
untuk kali ini orang tersebut tentu akan termakan oleh jurus yang kun yang hebat itu.
Tetapi yang kun menjadi melongo ketika goloknya yang
hampir menebas kaki lawannya itu tiba-tiba menemui tempat
kosong! Ternyata di dalam keadaan terpepet, yang bagi orang lain tentu sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain
mengadu jiwa itu ternyata tidak berlaku buat orang aneh
seperti lawan si pemuda tersebut. Orang itu menekuk kakinya keatas, lalu menggeliatkan badannya sehingga sepintas lalu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti orang yang terlentang di udara. Dengan gerakannya
tersebut berarti untuk waktu sedetik orang itu seperti
menunda daya luncur tubuhnya! Tetapi waktu yang cuma satu
detik itu ternyata telah menyelamatkan nyawanya dari tebasan golok si pemuda ! Maka sekali lagi orang itu membuktikan
betapa hebat sebenarnya ilmu silatnya.


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hanya sekejap saja Yang Kun dibuat terpana oleh gerakan
lawan yang manis itu, tetapi ketika tubuh lawannya
berdentum jatuh kesampingnya ia tersadar kembali. Dan ia
tidak menyia-nyiakan kesempatan itu! Tetapi karena tak
sempat lagi untuk mempergunakan goloknya, Yang Kun
menghantamkan siku tangan kanannya yang memegang golok
ke bawah ke arah ulu hati! Orang itu berusaha menghindar
tetapi sudah tidak keburu lagi, ia cuma bisa menggeser sedikit arah serangan si pemuda.
Dukkk!! Siku tangan Yang Kun tidak jadi mengenai ulu hati tetapi
justru tepat mengenai jalan darah ang lu-hiat di dekat pundak, akibatnya separuh badan orang itu menjadi lumpuh! Dengan
gembira Yang Kun menyusuli serangannya dengan sabetan
golok ke arah leher lawan yang sudah tidak berdaya lagi.
Tetapi sekali lagi mata si pemuda menjadi melotot!
Goloknya menghantam lantai dan ....... orang itu telah berdiri dengan kaki sebelah didepannya. Kaki serta tangan kanannya yang lumpuh itu tampak bergantung disamping tubuhnya.
Anehnya, orang itu berdiri dalam sikap tempur dan sikap
kuda-kuda yang sangat aneh! Hati Yang Kun mulai tergetar!
Agaknya ia bertempur dengan hantu, bukan dengan manusia
biasa! Ketika orang itu meloncat ke belakang, Yang Kun memburu
lagi dengan goloknya sehingga pertempuran yang aneh itu
berlangsung lagi dengan serunya! Dan sebuah ilmu silat yang aneh dan belum pernah dilihat oleh Yang Kun kembali
diperagakan oleh orang itu di depannya. Separuh dari anggota Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
badannya yang lumpuh itu ternyata sedikitpun tidak
menghalang-halangi gerakannya. Gerakan tubuhnya masih
tetap aneh dan luwes! Kaki dan tangannya yang lumpuh
tampak bergelantungan ke sana ke mari apabila sedang
bergerak, tetapi sedikitpun tidak tampak jelek atau kaku.
Justru sepintas lalu bagaikan sebuah alat untuk keseimbangan gerak dari anggota tubuhnya yang normal. Dan yang
membuat Yang Kun penasaran adalah bahwa ternyata
kelumpuhan orang itu menjadi berkurang! Orang tersebut
masih tetap sangat sukar ditundukkan!
Sambil bertempur Yang Kun berpikir dengan keras, jalan
apakah yang harus ia kerjakan agar supaya lawan cepat bisa ia tundukkan. Tiba-tiba ia teringat peluru bajanya! Pada
serangannya yang pertama tadi ternyata mampu melukai
lawannya, kenapa sekarang tidak ia coba lagi" Maka tangan
kirinya merogoh kantong dan mempersiapkan tiga buah
peluru. Begitu orang tersebut meloncat ke kiri untuk menghindari
sabetan goloknya, Yang Kun memapakinya dengan taburan
peluru bajanya. Orang itu berusaha mengelak tetapi karena
kurang gesit sebuah di antaranya tetap masih mengenai
tengkuknya! Tubuh lawan yang tinggi besar itu jatuh
berdebam ke lantai dalam keadaan pingsan. Agaknya peluru si pemuda tepat mengenai jalan darah terpenting di sekitar
tulang punggungnya. Yang Kun sekali lagi mengayunkan goloknya untuk
menabas leher lawannya. Tetapi belum ada separuh gerakan
tiba-tiba ia berubah pikiran! Sekian lama mereka berdua
bertempur, kenapa yang lain tidak juga keluar" Mungkinkah
lawan yang datang kali ini cuma seorang ini saja" Mungkinkah pihak lawan sudah percaya sepenuhnya bahwa orang ini tentu akan dapat membereskan segalanya" Apabila demikian halnya
orang ini tentu merupakan orang penting di dalam kelompok
penjahat-penjahat yang memusuhi keluarganya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka goloknya yang hampir menebas leher itu ia hentikan
dengan mendadak, hanya satu dim saja dari sasarannya! Ia
tidak ingin membunuh orang itu sekarang, lebih baik ia
membawa orang ini kehadapan ayah dan pamannya untuk
mengorek keterangan dari mulutnya mengenai kawan-
kawannya yang lain. Dengan kakinya Yang Kun membalikkan tubuh lawan yang
tertelungkup di atas lantai dan di pandanginya dengan
seksama wajah yang tampan gagah itu untuk beberapa lama.
Ia benar-benar tidak menyangka bahwa lawannya begini
gagah dan tampan, biarpun dilihat dari garis-garis wajahnya umurnya tentu telah lebih dari pada tiga puluh tahun.
Walaupun belum setua mendiang paman bungsunya yang
berusia tigapuluh tahun itu.
Sambil mengeluarkan gulungan tali Yang Kun
mengkerotokan giginya kuat-kuat. Bagaimana pun juga orang
ini adalah salah satu dari para pembunuh keluarganya, ia tidak sudi memberi ampun apalagi memanggul atau menggendong
orang itu ke hadapan ayahnya. Maka setelah menotok di
beberapa tempat, dengan kasar ia mengikat tubuh orang itu
serta menyeretnya begitu saja di atas tanah! Kembali ke arah huma, melalui jalan setapak yang dilaluinya tadi.
Jalan yang berbatu-batu dan banyak akar-akar yang
menonjol itu membuat orang itu siuman dari pingsannya,
tetapi oleh karena badannya terikat dengan kuat, apalagi jalan darahnya telah ditotok di beberapa tempat, maka sedikitpun ia tidak bisa berkutik. Pakaian yang dikenakannya semakin
menjadi compang-camping tersangkut akar-akar pohon.
Tempat dimana keluarganya berkemah semalam kini telah
kosong. Ayah dan pamannya telah meninggalkan tempat itu.
Disana tinggal bekas-bekasnya saja, yaitu tandu-tandu
beracun serta gundukan tanah dimana ibu dan bibinya
dikuburkan. Melihat kuburan itu hati Yang Kun seperti menyala kembali. Disentakkannya tali yang mengikat tawanannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan keras sehingga orang itu terlempar menabrak pohon.
Hampir saja pemuda itu membunuhnya, untunglah ia teringat
bahwa orang tersebut sangat berguna bagi penyelidikannya.
Matahari sudah naik semakin tinggi. Sinarnya yang panas
telah mulai menyengat punggung. Yang Kun menyeret
kembali tawanannya turun ke arah lereng yang lain. Ia
teringat bahwa ayah beserta pamannya bermaksud menuju ke
Kota Tie-Kwan untuk menghindari kejaran para musuhnya.
Semakin mendekati kaki bukit pohon-pohon pun semakin
jarang. Dan begitu keduanya keluar dari hutan, ternyata tanah datar yang ditumbuhi perdu serta ilalang telah membentang di hadapan mereka. Yang kun menyeret tawanannya ke tanah
yang agak tinggi untuk melepaskan lelah sejenak. Ia tidak
peduli atas penderitaan tawanannya yang ia seret di
sepanjang jalan tadi. Kira-kira satu Lie dari tempat mereka beristirahat, Yang Kun melihat sepetak rumah dengan genting merah, terpencil
sendirian di tengah-tengah padang yang luas tersebut.
Agaknya dihuni oleh seorang pencari kayu hutan atau seorang pemburu yang senang menyendiri di tempat sepi.
"Ayoh berangkat!"
Yang Kun untuk pertama kali sejak mereka berkelahi
mengajak bicara dengan lawannya, biarpun sebenarnya lebih
tepat dikatakan sebagai bentakan dari pada ajakan untuk
bicara. Dendam yang berkobar-kobar di dalam dadanya
agaknya membuat dia tak sudi berbicara sedikitpun dengan
musuhnya. Sebaliknya musuhnya itu ternyata juga seorang
yang tidak banyak bicara. Hal ini terbukti bahwa sejak mereka bertempur sehingga ia diseret dan ditawan oleh si pemuda,
sedikitpun ia tidak mengeluh maupun berbicara, apa lagi
mengeluarkan perkataan yang panjang lebar.
Pintu depan rumah itu tertutup rapat. Yang Kun
mengetuknya beberapa kali, lalu berdiri menanti. Matanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengawasi halaman rumah bersih dan terawat rapi itu.
Pemilik rumah itu tentu seorang yang rajin dan suka akan
kebersihan, pikirnya. Dia akan menanyakan apakah
rombongan ayahnya tadi lewat di tempat ini atau tidak.
Ataukah mereka justru masih berada di tempat ini "
Tetapi pintu itu tidak juga dibuka orang. Di dalam rumah
tetap sepi, sedikitpun tidak terdengar gerakan manusia.
Pemuda itu menjadi berdebar-debar. Hatinya merasakan
adanya sesuatu yang aneh dan tidak wajar. Maka dengan
waspada dan hati-hati ia mendorong pintu itu pelan-pelan
sehingga terbuka. Tiba tiba matanya terbelalak, mulutnya
ternganga ............. Di halaman depan ia melihat beberapa buah mayat
menggeletak dengan darah yang membeku berceceran
dimana-mana. Berbagai macam senjata pedang, golok,
tombak, tampak berserakan pula diantara mereka. Agaknya
telah terjadi pertempuran sengit di tempat ini beberapa saat yang lalu. Tetapi semua itu sebenarnya belum begitu
mengagetkan Yang Kun! Yang membikin mata pemuda itu terbelalak diatas tangga
pendapa rumah, karena mayat itu adalah mayat .............
Siang-hui-houw! Dada serta punggung mereka tampak
hangus, sedangkan pakaian mereka tampak seperti habis
dimakan api. Yang Kun berlari meninggalkan tawanannya. Matanya
nanar mencari ayah dan pamannya diantara mayat-mayat itu.
Hatinya sedikit lega ketika tubuh mereka tidak terdapat
diantara gelimpangan mayat tersebut. Tetapi hatinya belum
lega. Mungkin mereka berada di dalam rumah! Bagaikan
dikejar setan pemuda itu berlari meloncati tangga dan masuk ke dalam rumah. Disana ada beberapa sosok mayat lagi.
Mayat wanita dan anak-anak! Agaknya mereka korban
kebiadaban dari orang-orang yang saling bertempur ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu berlari ke ruangan samping. Di mana dari sana
terdapat lorong menuju ke belakang. Jantungnya yang
bergemuruh seperti berhenti berdetak secara tiba-tiba ketika dilihatnya mayat pamannya yang ia hormati itu tertelungkup di atas lantai lorong tersebut. Darah kental mengalir membasahi lantai di sekitarnya.
Sekejap Yang Kun hanya berjongkok saja di samping mayat
pamannya, tak tahu apa yang harus ia kerjakan. Lalu dengan beralaskan selembar saputangan ia membalik tubuh sang
paman hingga telentang. Tapi untuk yang kedua kalinya ia
menjadi terkejut sekali ketika melihat wajah pamannya
tersebut telah remuk dan tidak dapat dikenali lagi. Ususnya telah terburai keluar! Betapa mengerikan!
Mungkin kalau pada saat itu ada musuh yang
menyerangnya, sedikitpun pemuda itu tentu tidak dapat
mengerakkan kaki tangannya untuk membela diri lagi. Otot
dan urat-urat di tubuhnya seperti lumpuh dan tak berdaya
sama sekali. Peristiwa itu seperti menggoncang dan
merontokkan segala kekuatannya.
Baru setelah ingat akan ayahnya, pemuda itu seperti
tersadar dari keadaannya. Bagai terbang ia meninggalkan
tempat itu untuk mencari sang ayah. Ia menerobos halaman
tengah, menuju ke arah kamar-kamar yang berderet-deret di
samping. Hatinya semakin rusuh ketika ia melihat ceceran
darah menuju ke halaman belakang. Sambil lewat Yang Kun
menjenguk setiap kamar dengan hati penuh was-was.
Pintu yang menghubungkan ruangan tengah dan ruangan
belakang ia tendang sehingga jebol dan ......... sesuatu yang sangat dikhawatirkannya sejak semula ternyata kini benar-benar terjadi. Ayahnya tampak terkulai berlumuran darah,
bersandar di tiang pendapa belakang. Beberapa buah luka
tampak menganga pada tubuhnya!
"Ayahhhhhhh ..............!" Yang Kun berteriak memilukan.
Betapapun tidak sukanya dia kepada orang tua itu tetapi toh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia tetap ayahnya, yang mengasuh dan membesarkan dia
selama ini. Pemuda itu menubruk mayat ayahnya tanpa menghiraukan
apakah tubuh ayahnya beracun atau tidak. Dipeluknya dada
yang bidang tapi penuh berlumuran darah itu dengan erat,
sehingga muka serta bajunya yang semula telah kotor oleh
darahnya sendiri ketika ia akan membunuh diri itu kini
semakin kotor oleh lepotan darah sang ayah.
Tiba tiba telinga Yang Kun yang menempel di dada sang
ayah itu seperti mendengar suatu gerakan yang lemah pada
tubuh yang dipeluknya itu. Sepercik harapan tumbuh di dada Yang Kun. maka diguncangnya tubuh itu dengan
bersemangat. "Ayah! Ayah! Lihatlah anakmu telah datang! Lihatlah!"
Tetapi tubuh itu tetap diam tak bergerak, sehingga pemuda
itu semakin penasaran dan mengguncangnya terlebih keras.
Baru setelah pemuda itu berhenti karena telah putus harapan, mayat itu tampak dengan susah payah membuka matanya.
Girang bukan main hati Yang Kun malihat hal itu.
"Ayah! Ayah, inilah aku! Anakmu Yang Kun yang datang!"
katanya penuh semangat. Mata ayahnya yang redup itu tampak mengecil, seperti
biasanya kalau dia selama ini berusaha mengingat-ingat
sesuatu. Lalu mata itu tampak bersinar sekejap.
".......Yang ............ Kun .......... Anakku. Ya, Tuhan
............ Engkau benar .......... benar ............. bermurah hati.
Kau kirim .......... anak ............. ku kemari ........... te ....... pat pada waktunya ........" bibir yang pucat dan berlepotan darah itu menggumam menyebut nama Tuhan.
Yang Kun menggenggam lengan ayahnya yang tinggal
sebuah itu dengan erat, seakan mau membantu memberi
kekuatan kepada ayahnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kuatkanlah sedikit, ayah! Akan kubawa ke kota untuk
mencari tabib. Biarlah luka-luka ini mendapat
pengobatan................."
Tetapi kepala itu menggeleng dengan keras.
"Ti............ dak perlu, Nak! Sudah tak ada guna lagi...........
Aku sudah merasa.... .....bahwa hari kematianku telah
tiba............. Kaudekatkan telingamu kesini. Akan kuceritakan tentang masalah besar kepadamu. ....... Su ..... dah tiba
masanya engkau.......... engkau mengetahuinya pula. Hanya
engkaulah satu-satunya keturunan keluarga Chin yang.......
yang masih hidup!" dengan tersendat-sendat orang tua itu berkata.
Bukan main pedihnya perasaan pemuda itu. Bagaimanapun
bengis dan keras sang ayah itu padanya, tetapi menghadapi
saat-saat terakhir orang yang selama ini selalu mengasuhnya, batinnya merasa pilu juga!
"Sudahlah, yah ..........! Anakmu sudah tidak ingin
mengganggumu lagi mengenai urusan itu. Maafkan aku kalau
selama ini selalu membuatmu marah ............," Yang Kun
memotong perkataan ayahnya dengan mata berkaca-kaca.
Tetapi tangan orang tua itu justru mencengkeram tangan
anaknya dengan kuat, alisnya tampak berkerut.
"Tidak ........ tidak ! Yang Kun ...... Kini justru engkau ........
engkau harus ............. mengetahuinya! Engkau tidak boleh lari dari masalah ini ............! Justru engkaulah ....... orang satu-satunya yang ......... yang harus meneruskan cita-cita ini
.......... Nah ......... oleh karena itu cepatlah ......... tempelkan telingamu kesini ........ ayah akan bercerita sedapat-dapatnya
......... sebelum kekuatanku habis ............."
Dan ketika dilihatnya anak itu masih mau membantah,
orang tua itu segera menarik lengan puteranya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ce .......... cepatlah ......... kau ja ........... jangan membantah ...........!"
Terpaksa dengan hati berat pemuda itu menuruti
permintaan ayahnya. Telinga kanannya ia tempelkan pada
bibir ayahnya yang pucat gemetar itu.
"Anakku ......... mungkin aku hanya akan bercerita .........
yang ........ yang penting-penting sa .......... saja ........ ka
........ kalau kau ingin lebih jelas la ........ lagi, kau ........... kau selidiki sendiri ......... nanti!"
"Baiklah, Ayah ! Sebenarnya .........."
"Diamlah! Kau dengarkan saja ........ kata-kataku! Kita
keluarga Chin langsung dari .......... kaisar lama, yaitu Kaisar Chin Si Hong-te! Sedangkan mendiang kaisar muda, yang
digulingkan oleh kaisar Han yang bertahta sekarang ini yang dahulu ......... Cuma ........ Cuma bertahta selama ........ empat puluh hari menggantikan ......... mendiang ayah baginda kaisar
...... kaisar Chin Si Hong-te, adalah .......... adalah kakak
......... ku!" orang tua itu berhenti sebentar untuk
mengumpulkan kekuatannya kembali. Beberapa saat
kemudian ia meneruskan kisahnya lagi.
"Kakakku itu terbunuh oleh sa......... salah seorang teman
... . teman dari kaisar Han yang bernama Souw Thian Hai!
Sebelum terbunuh beliau meninggalkan pesan ke........
kepadaku ........... bah ........ bahwa mempunyai ...........
bahwa beliau mempunyai ........... pusaka warisan yang...........
yang harus dijaga dengan baik apabila beliau meninggal
nanti.......! Pusaka dapat dipergunakan un ....... untuk ...........
meraih singgasana kembali! Dan benda inilah yang ..........
yang sedang di ...... diincar oleh pembunuh-pembunuh itu
......... Tapi......... tapi nak, sebenarnyalah ......... aku tidak tahu di mana ben........... da.......... benda itu disimpan Kakakku hanya ........... hanya berpesan bahwa harus............


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

harus berdoa di dalam goa harimau tepat di waktu tengah
malam pada saat bulan purnama berada di atas kepala
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
............. begitulah pesan ......... pesannya ............. apabi
.......... la aku ingin menda ........... patkan ben ........... benda itu!" Orang itu berhenti lagi, tetapi ketika sampai beberapa lama dia tidak berbicara lagi Yang Kun menjadi curiga.
Ternyata ketika pemuda tersebut memeriksa lebih lanjut,
orang tua itu sudah tidak bernyawa lagi!
Hampir saja Yang Kun menangis sejadi-jadinya. Tetapi
peristiwa yang beberapa kali menimpa dirinya selama ini
ternyata telah membuat pemuda itu lebih dewasa serta tidak mudah hanyut oleh perasaannya. Cepat ia mengurus mayat
ayah dan pamannya dan menguburnya di halaman belakang
dari rumah itu. Tanpa adanya air mata yang mengalir dari
pelupuk matanya! Baru sesudah semuanya telah selesai. Yang Kun menyesali
keadaannya. Biarpun telah mendapat sedikit keterangan
tentang masalah yang dihadapi keluarganya tetapi keterangan yang ia dapatkan itu belumlah memuaskan hatinya. Yang ia
butuhkan sekarang sebenarnya hanyalah keterangan
mengenai siapa sebenarnya yang menumpas seluruh
keluarganya itu" Segalanya masih gelap baginya! Siapakah
yang membunuh paman bungsunya" Siapakah yang meracuni
ibu serta keluarganya yang lain-lain itu" Siapakah yang
membantai ayah dan pamannya di tempat ini"
Tiba-tiba bagai disengat lebah Yang Kun melompat dari
tempatnya. Cepat ia berlari ke depan! Baru teringat dia
sekarang, bukankah salah seorang diantara pembunuh itu kini telah ia tangkap"
Yang Kun berlari melewati ruang tengah pendapa lalu turun
melangkahi mayat-mayat yang masih bergelimpangan di
halaman depan, menerobos pintu depan yang masih terbuka
lebar-lebar itu. Matanya nyalang ke arah di mana dia tadi
meninggalkan tawanannya, tapi betapa kagetnya hatinya
ketika tempat tersebut telah kosong ......... Orang itu telah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lenyap! Tinggal tali bekas untuk mengikat orang itu yang
tertinggal di sana. "Bangsat!" Yang Kun berlari sambil mengumpat-umpat ke arah kota, untuk mencari tawanannya yang lolos. Orang itu
tentu menuju ke Kota untuk mengobati luka-lukanya.
Sementara itu sepeninggal Yang Kun, tiba-tiba salah
sebuah mayat yang bergelimpangan di halaman depan tadi
tampak bergerak, lalu perlahan-lahan duduk. Baju lebar yang ia pakai untuk menyamar ia buka dan jadilah orang itu sebagai tawanan yang dicari oleh si pemuda tadi. Tertatih-tatih orang itu berdiri dan keluar dari tempat tersebut ke arah hutan untuk menghindari Yang Kun yang pergi ke arah kota.
"Hmmm, Souw Thian Hai ........ Souw Thian hai. Engkau
benar-benar sial dalam beberapa hari ini. Hampir saja engkau yang telah terkenal dan disegani orang ini mati secara
mengecewakan di tangan seorang bocah ingusan yang baru
lepas dari pelukan ibunya .........!" orang itu bergumam
kepada diri sendiri. Tempat itu sepi kembali. Sepi yang mengerikan, karena
tempat yang semula bersih dan rapih itu kini penuh dengan
mayat yang berserakan! ooOOoo Siapakah orang yang bernama Souw Thian hai itu" Yang
oleh ayah si pemuda juga disebut pula sebagai pembunuh dari kaisar muda pengganti kaisar tua Chin Si Hong te itu" Orang yang secara kebetulan tanpa disadari oleh Yang Kun sendiri telah ia ikat dan ia seret kesana kemari itu" Bagi Para
pembaca yang telah mengikuti cerita Darah Pendekar karya
Asmaraman S. Kho Ping Hoo, tentu telah mengenalnya
dengan baik. Dia adalah seorang pendekar muda yang pernah menderita
sakit ingatan, yang menyebabkan ia lupa akan dirinya sendiri.
Padahal ia mempunyai kesaktian yang tidak terlawan oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siapapun juga. Kesaktiannya itu pernah pula dimanfaatkan
oleh Kaisar Han yang bertahta sekarang ini, semasa baginda memimpin barisan para pendekar dalam merobohkan
kekuasaan Kaisar Chin. Tetapi apabila lelaki gagah itu memang benar-benar
Pendekar Souw Thian Hai yang maha Sakti, kenapa demikian
mudahnya dikalahkan oleh pemuda yang belum
berpengalaman seperti Chin Yang Kun" Apalagi sampai
sedemikian tidak berdaya sehingga tubuhnya diikat, diseret dan dihina seperti itu" Benarkah dia Pendekar Souw Thian Hai yang asli, yang tidak terkalahkan yang mampu membunuh
Kaisar Chin terakhir padahal kaisar tersebut ternyata adalah juga seorang jago silat maha sakti pula"
Baiklah, untuk sementara kita tinggalkan dahulu "misteri"
tentang lelaki yang mengaku pendekar sakti Souw Thian Hai
ini. Marilah kita mengikuti terlebih dahulu perjalanan Chin Yang Kun yang sedang menuju ke kota Tie-kwan untuk
mencari tawanannya yang ia duga telah membunuh
keluarganya! ooOOoo Pemuda itu berlari bagai dikejar setan, melintasi padang
ilalang, menuju ke arah kotaTie-kwan. Ia tak sempat
memikirkan keadaan tubuhnya yang "aneh". Pakaian kolor
penuh bercak-bercak darah ayahnya, yang menempel ketika ia memeluk tubuh orang tua itu, wajah dan rambut yang kusut
itu seperti seekor jago yang habis berlaga di arena sabung ayam!
Maka tidaklah heran ketika berpapasan dengan tiga orang
lelaki, mereka menjadi curiga dan menghentikan langkah
pemuda itu. "Berhenti!" Yang Kun terpaksa berhenti karena ketiga orang itu
menghadang serta berdiri menghadang jalannya. Dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penuh kewaspadaan pemuda memperhatikan para
penghadang tersebut. Salah seorang di antaranya, yang
berdiri di tengah, tampak membawa sebuah buntalan di
tangannya. Sedangkan yang lain tampak menjaga di samping
kiri dan kanannya. Mereka berusia antara tigapuluh lima
sampai empatpuluh tahun, dengan wajah yang kasar dan
kejam! "Sute anak ini sangat mencurigakan! Dia datang dari arah
rumah pendekar Lim yang kita cari. Tubuh serta pakaian anak ini kelihaian kusut dan penuh noda darah, agaknya ada
sesuatu yang tidak beres di rumah itu. Coba kautengok
sebentar tempat itu. biar aku dan Pang-sute menahannya
disini." orang yang membawa buntalan itu menengok ke arah
adik seperguruannya yang bercambang lebat sambil menunjuk
ke rumah maut yang baru saja ditinggalkan oleh Yang Kun.
"Baik !" Adik seperguruannya mengangguk lalu badannya melesat ke depan meninggalkan tempat itu dengan cepat
sekali, menuju ke rumah pendekar Lim yang masih kelihatan
dari tempat tersebut. Gin-kang orang itu sangat hebat! Tentu yang lainpun tidak
boleh dipandang enteng, pikir Yang Kun di dalam hati. Aku
tidak boleh lengah sedikitpun, siapa tahu mereka ini juga
termasuk salah seorang dari pada para pembunuh yang
menumpas keluarganya! Teringat kembali akan nasib keluarganya, pemuda itu
menjadi beringas lagi, melotot ke arah lawannya.
"Siapakah kalian" Kenapa menghadang serta menghalang-
halangi jalanku''" tanyanya kasar, ia pikir tak ada gunanya bermanis muka atau berlaku sopan terhadap orang-orang
kasar seperti mereka. Orang yang membawa buntalan itu mencibirkan mulutnya
yang ditumbuhi kumis dan jenggot pendek kaku secara sangat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghina sekali. Agaknya dia tak memandang sebelah mata
terhadap seorang bocah ingusan seperti Yang Kun itu.
"Huh! Kurang ajar benar! Pang-sute, lihatlah anak ini
benar-benar tidak tahu bahaya sama sekali. Berani berlaku tak sopan dihadapan kita!"
"Haha............. Mo suheng harap jangan marah dahulu!
Lihatlah keadaannya! Siapa tahu dia kurang waras pikirannya sehingga dia tidak mengenal kita dan telah lari terbirit-birit sejak tadi. Di daarah pantai Timur siapa yang belum pernah mendengar nama Tung Hai Sam-mo" Kecuali kalau anak ini
memang telah bosan hidup tentunya ........." adik
seperguruannya yang dipanggil dengan nama Pang-Sute itu
menjawab dengan nada takabur.
"Manusia sombong! lekas minggir! Jangan salahkan aku
kalau aku sampai membunuh orang!" teriak Yang Kun sambil
memukul ke depan. Hatinya yang telah menjadi buram karena
diliputi dendam itu tak dapat dikendalikan lagi melihat
kesombongan mereka. Kedua orang itu meloncat ke samping menghindarkan diri,
sehingga angin pukulan Yang Kun yang kuat itu hanya
menyerempet baju mereka. Suaranya tajam bersuitan!
"Mo Suheng, bocah ini agaknya punya isi juga, biarlah aku
memberi pelajaran kepadanya!"
"Baiklah, tetapi hati-hatilah! Engkau nanti jangan sampai
salah tangan membunuhnya, siapa tahu anak ini memang
gila" Beri saja beberapa pukulan pada mulutnya biar tahu
sedikit sopan-santun, sementara kita menunggu kedatangan
Lim sute!" Yang Kun semakin tidak bisa mengendalikan dirinya. Kata-
kata mereka amat menyakitkan hati dan terlalu memandang
rendah dirinya. Maka ia tidak mau sungkan-sungkan lagi, ilmu silat keluarga Chin yang selama ini sangat dibanggakannya ia keluarkan dengan sepenuh tenaga! Suara angin yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengikuti gerakan tangan dan kakinya terdengar bersuitan
seperti suara topan yang bertiup diantara celah-celah
perbukitan! Kedua orang itu, terutama Pang-Sute yang kini sedang
berhadapan langsung dengan pemuda tersebut, menjadi kaget
setengah mati! Mereka tidak menyangka sama sekali bahwa
bocah ingusan itu mempunyai ilmu demikian hebatnya.
Mereka menjadi sibuk menduga-duga, siapakah sebenarnya
anak muda yang kini sedang berada di hadapan mereka itu"
Kalau apa yang dikatakan oleh mendiang ayah Yang Kun
beberapa saat sebelum meninggal itu adalah benar, yaitu
bahwa keluarga mereka adalah keturunan langsung dari kaisar Chin, maka tidaklah mengherankan kalau ilmu silat pemuda itu begitu hebatnya. Dalam sejarah juga disebutkan bahwa raja-raja Chin yang bertakhta, turun-temurun dari awal sampai
kaisar Chin yang terakhir (yang telah digulingkan oleh kaisar Han yang bertakhta saat ini), adalah merupakan jago-jago
silat yang tangguh pula! Secara turun-temurun pula mereka
mempelajari ilmu silat keluarga Chin, yang diciptakan oleh Raja Chin yang pertama yaitu seorang raja yang sangat sakti dan dikenal sebagai manusia setengah dewa pada zamannya.
Sepuluh jurus telah berlalu dan kedua orang itu masih
bertempur dengan sengitnya. Tetapi semakin lama makin
kelihatan betapa orang she Pang itu mulai kerepotan. Setiap pertemuan tangan tampak ia tergetar mundur dan meringis
kesakitan. Malahan ketika Yang Kun dengan telapak tangan
mau miring menebas ke arah lehernya dalam jurus Panglima
Yi Po mengatur barisan (jurus yang seharusnya dilakukan
dengan memegang golok), dia tidak dapat mengelak lagi.
Terpaksa ia mengerahkan tenaga, menangkis serangan itu.
Akibatnya kedua tangannya terasa lumpuh! Sehingga ketika
sekali lagi pemuda itu menyerang di dalam jurus Raja Chin
Miu mematahkan kimpai, yang tertuju ke arah mukanya, ia tak bisa mengelak maupun menangkis lagi. Dengan telak pukulan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda itu mengenai mulutnya sehingga dua buah giginya
tanggal. Sakitnya bukan main!
"Nah, kalian lihat sekarang! Siapa yang otaknya miring,
sehingga perlu mendapat sedikit pelajaran sopan-santun
dengan beberapa buah pukulan pada mulutnya?" Yang Kun
berteriak mengejek. "Bangsat! Jahanam! Anjing?" orang she Pang itu
menyumpah-nyumpah," ...... kubunuh engkau!"
Orang itu mengerahkan tenaga untuk menghilangkan rasa
kaku pada lengannya, lalu mencabut sebilah pedang yang
bergerigi pada kedua belah sisinya sehingga menyerupai
moncong ikan cucut! Dengan mata berapi-api ia mengayunkan pedangnya yang
aneh ke arah leher si pemuda. Ia mengerahkan seluruh
tenaganya agar bisa menebas leher itu sekali tebasan. Ia
segera ingin menebus rasa malunya dengan cara menjatuhkan
lawannya tersebut dan mencincangnya sampai lumat.
Tapi Yang Kun tak ingin kehilangan kesempatan pula.
Tangannya menarik golok yang tergantung diatas
pinggangnya dengan cepat dan melambaikannya beberapa
kali di depan tubuhnya dalam jurus Mengayun Tangkai
Bendera Menghadapi Panah Lo Biauw! Yaitu jurus yang
diciptakan oleh salah seorang Raja Chin pada zaman dahulu
ketika berperang menghadapi raja dari suku Biaw di daerah
selatan. Bunga api memercik ketika kedua buah senjata tersebut
beradu di udara. Yang kun merasakan getaran yang kuat pada lengannya, sementara lawannya tampak terdorong mundur
dua langkah ke belakang. Masing-masing memeriksa senjata
yang dibawanya. Yang kun tersenyum puas melihat goloknya
tak kurang suatu apa. Sebaliknya orang she pang itu nampak berubah air mukanya demi melihat pedang cucutnya
mengalami kerusakan pada beberapa giginya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang she mo, orang tertua dari tung hai sam-mo
melangkah ke depan, memegang bahu adik seperguruannya
yang telah bersiap-siap untuk menyerang lawannya. Buntalan kecil yang sejak tadi tidak pernah berpisah dari tubuhnya
diserahkan kepada adik seperguruannya tersebut.
"Pang-sute, kauperiksa sebentar. Apakah sute telah
kelihatan datang" lama benar dia. Biarlah bocah ini
kauserahkan dahulu kepadaku, nanti kukembalikan
kepadamu!" katanya menolong muka adik seperguruannya
yang kerepotan itu. Ia tidak menginginkan nama tung Hai
sam-mo yang besar dan disegani di daerah pantai Timur
selama ini jatuh di tangan seorang "bocah" yang tidak punya nama, hanya karena salah seorang di antara mereka telah
dikalahkan oleh anak ini.
Biarpun dadanya hampir meledak karena kemarahannya
yang meluap-luap, orang she pang ternyata tahu diri juga,
oleh karena itu dalam hati ia sangat berterima kasih atas
majunya sang kakak tersebut. Kali ini ternyata ia salah menilai orang. Ternyata dalam hal tenaga dan ilmu silat, pemuda itu mempunyai kemampuan yang lebih dari pada dia. Hanya
dalam hal pengalaman mungkin ia masih menang. Tetapi
tentu saja kemenangan di dalam hal pengalaman ini tidak
berarti banyak apabila selisih kepandaian ternyata sangat
banyak! Sambil pura-pura bersungut-sungut orang she Pang itu
mengiyakan perintah kakak seperguruannya, tangannya
menyambar buntalan yang diberikan oleh sang kakak, lalu
pergi meninggalkan tempat tersebut untuk menengok apakah
kakak seperguruannya yang lain telah datang.
Sementara itu Yang Kun yang kini harus bertempur
melayani orang tertua dari tung-hai sam-mo, ternyata kini
harus lebih memeras tenaganya pula! sebagai saudara tertua dari tiga serangkai itu, ternyata ilmu silatnya juga lebih hebat dari saudara-saudaranya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebaliknya orang she mo itu menjadi berdebar-debar pula
hatinya, ia tidak menyangka bahwa anak muda ini mempunyai
kemampuan yang jauh di luar dugaannya. Justru dialah yang
setiap kali harus berhati-hati apabila mereka terpaksa beradu tenaga tenaga dalam. Bocah itu ternyata selapis lebih kuat dari pada tenaga dalamnya sendiri sehingga akhirnya secara perlahan lahan iapun menjadi terdesak seperti adik
seperguruannya tadi. "gila! Setan mana yang masuk di dalam tubuhmu!"
umpatnya sambil berusaha sekuat tenaga menahan desakan
lawannya. "jangan mengumpat-umpat terus, tidak baik untuk
kesehatanmu! Lebih baik engkau cepat-cepat mengeluarkan
kemahiranmu uniuk memberi sedikit pelajaran sopan-santun
kepadaku, seperti yang tadi kau perintahkan kepada temanmu yang lari ke hutan itu !" yang kun yang merasa di atas angin selalu membakar hati musuhnya.
"gilaaa! sungguh gilaa............!!"
"haha............. Engkau memang sudah gila. Sekarang engkau baru mengakui sendiri bahwa engkau tidak waras,
sehingga tidak mengenal bahaya yang berada di hadapanmu!"
Jilid 2 "TUTUP mulutmu, anak setaaannn...........!"
"Mo-suheng! Mo-Suheng! Awas, jangan sampai terlepas!
Dia telah membantai seluruh keluarga pendekar Li. Ringkus
saja bocah ingusan itu!" tiba-tiba dari jauh berkelebat datang dua orang saudara seperguruannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bocah ingusan...........nenekmu!! Huh!! Kalian betul-betul buta! Ayoh..........kita tangkap bocah ini bersama-sama!"


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

teriak suhengnya di antara desah napasnya yang memburu.
Sejenak kedua orang yang baru tiba itu tampak bingung
dan heran melihat keadaan suhengnya yang terdesak oleh
serangan si anak ingusan tersebut! Tetapi serentak mereka
melihat suheng mereka hampir saja terkelupas kulit kepalanya akibat sambaran golok lawannya, mereka segera menyadari
apa yang telah terjadi. Mereka mencabut pedang cucut
mereka masing-masing dan seperti yang diperintahkan oleh
kakak seperguruan mereka segera menerjunkan diri
mengeroyok Yang Kun. Sekarang keadaan menjadi berbalik. Yang Kun yang semula
berada di atas angin kini harus melawan tiga buah pedang
cucut sekaligus. Apalagi mereka bertiga agaknya telah biasa bermain pedang secara berpasangan, sehingga pemuda itu
terpaksa harus mengerahkan seluruh kepandaiannya.
Untunglah, ilmu silat keluarga Chin yang terdiri dari tiga puluh enam jurus itu benar-benar hebat dan sukar diduga
perkembangannya. Kelihatannya sangat sederhana, tetapi
ternyata mengandung berbagai macam variasi yang sulit
ditebak oleh lawan. Sehingga biarpun pada permulaannya
pemuda tersebut bisa didesak oleh ketiga lawannya, tetapi
lambat laun akhirnya dapat juga mengimbangi permainan
mereka. Hal itu tentu saja membuat Tung-hai Sam-mo menjadi
heran dan tak habis mengerti. Anak muda yang semula
mereka anggap sebagai bocah ingusan yang belum hilang bau
pupuknya itu, ternyata mampu mengimbangi Tung hai Sam
mo, tokoh yang telah ternama dan ditakuti orang. Dan
sedikitpun mereka tidak bisa menebak dari aliran manakah
atau murid siapakah anak muda ini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oleh karena itu setelah sekian lamanya mereka tidak dapat
menundukkan pemuda itu, akhirnya orang she mo itu
memberi isyarat kepada dua orang sutenya agar mundur.
"Sute, siapkan ang-cin lu-tin (barisan cucut merah)!"
"Baik!" kedua orang sutenya menjawab berbareng.
Yang kun melihat ketiga lawannya tersebut berdiri berderet seperti anak kecil main sepur-sepuran, orang she mo sebagai saudara tertua berdiri di depan, lalu diikuti dua orang
saudaranya yang lain. Masing-masing masih tetap memegang
pedang cucutnya, cuma bedanya kini orang she lim yang
berdiri di tengah tampak mengeluarkan lagi sebuah pedang,
yang dipegang dengan tangan kirinya.
"Hah!" Orang tertua dari Tung-hai Sam-mo membentak sambil
meloncat menyerang lawannya dan seperti lengket saja,
kedua saudaranya mengikuti di belakangnya.
"Traang!" Yang Kun menangkis dengan goloknya dan sungguh heran
kini goloknya terdorong mundur dengan kuatnya. Padahal ia
tahu bahwa tenaga dalam dari orang pertama Tung-hai Sam
mo tersebut masih di bawah dirinya! Dan kekagetan pemuda
ini atas kejadian tersebut benar-benar dimanfaatkan oleh
ketiga orang lawannya. Sebelum ia sempat memperbaiki
kedudukan kakinya yang tergoyah, tiba-tiba orang ketiga dari Tung-hai Sam-mo yang berdiri di belakang kedua kakaknya
tampak membalikkan tubuh serta menyerang dia dengan
pedang cucutnya. Dalam gugupnya Yang Kun mengangkat goloknya ke atas
untuk menangkis ujung pedang lawan, tetapi lagi-lagi ia
terkecoh! Serangan itu ternyata berhenti di tengah jalan dan sebagai gantinya pedang si orang she Mo kembali menebas ke Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
depan, ke arah perutnya. Kelihatannya serangan ini sukar
untuk dielakkan lagi. Maka dari itu secara untung-untungan Yang Kun melempar
tubuhnya ke belakang dalam posisi terlentang, sebuah
gerakan yang sangat sulit dari jurus Jendral Yin Tu Terjatuh dari Punggung Hung-ma. Jurus ini amat sukar dipelajari dan Yang Kun hampir tak pernah mempergunakannya!
Tubuh pemuda tersebut jatuh ke atas tanah dengan
punggung lebih dahulu, lalu dengan cepat berguling ke kiri.
Gerakan itu dilakukan dengan manis dan cepat, tapi toh masih terasa sebuah goresan yang pedih pada kulit perutnya! Dan
ketika ia meloncat berdiri serta memeriksa perutnya, tampak ditempat itu dua lapis bajunya telah menganga bagai diiris pisau tajam. Darah juga kelihatan menetes dari kulit perutnya yang turut tergores!
Mereka berdiri berhadapan kembali. Masing-masing tak
berani memandang rendah lagi. Yang Kun tidak berani pula
mengejek seperti tadi, apa lagi ia masih dikejutkan oleh
kenyataan tentang menjadi berlipatgandanya kekuatan
masing-masing orang itu setelah memainkan Ang-cio hi tin !
Pertempuran selanjutnya adalah pertempuran yang sangat
berat bagi Yang Kun. Dia yang miskin akan pengalaman
bertempur itu dibuat bingung dan tak berkutik oleh cara
bertempur mereka yang aneh tapi ampuh tersebut! Secara
perseorangan sebenarnya ia jauh lebih kuat dari pada
kepandaian setiap orang dari mereka itu, tetapi setelah
mereka memainkan ilmu silat berpasangan mereka, dia benar-
benar repot dan mati kutu! Darah mulai mengalir dari luka-
luka yang diakibatkan oleh pedang cucut mereka! Celakanya
luka tersebut semakin lama semakin terasa gatal sehingga
mengganggu gerakannya. Beberapa kali ia kepingin
menggaruknya ! "Ha-ha-ha........... anak muda, agaknya engkau belum
mengenal keistimewaan pedang kami ini. Ketahuilah, pedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami ini memang sengaja kami olesi racun dan lendir ubur-
ubur laut yang hidup di daerah kami. Racun itu memang
bukan racun yang mematikan, tetapi akibatnya dapat kau
rasakan nanti seumur hidupmu, ha-haa.............." sekarang ganti mereka yang mengejek Yang Kun.
"Penjahat kejam!"
"Kejam" Ha-ha ........... jangan asal omong. Siapa yang lebih kejam di antara kita" Engkau atau kami" Siapa yang
membantai seluruh keluarga pendekar Li di sana itu?" orang ke dua dari Tung hai Sam-mo turut berbicara.
"Aku tidak membunuh mereka!" teriak pemuda itu sambil menghindari serangan lawan yang tertuju ke arah lututnya.
"Ho-ho, mana ada seorang pencuri mengakui
perbuatannya............"
"Bangsat kurang ajar. ........ aduhhh!" tiba-tiba Yang Kun memekik kesakitan. Pedang bergerigi dari orang she Mo
menancap dalam pada paha kirinya dan darah mengalir
dengan deras dari luka yang semakin melebar akibat ulah
pedang yang seperti gergaji itu. Rasanya juga gatal sekali!
Tentu saja keadaan itu membuat Yang Kun semakin lemah
daya perlawanannya, sehingga akhirnya sebuah tusukan lagi
pada kakinya yang lain membuat pemuda tersebut jatuh
terduduk tak berdaya. Dan beberapa buah luka lagi pada
tubuhnya membuat pemuda itu hanya bisa melotot marah
kepada lawannya. "Jangan dibunuh ..............!" seru orang she Mo kepada sutenya yang termuda, ketika yang terakhir ini mau
mengayunkan pedangnya ke arah leher Yang Kun. "Kita bawa dia ke rumah pendekar Li kembali ............... Kita adili dia di sana!"
"Wah, bagaimana cara kita membawa dia" Aku tak mau
kalau harus memanggulnya." kata sutenya bersungut-sungut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmm, kenapa repot-repot, seret saja habis
perkara...........!"
Langit biru bersih, hampir tak ada segumpal awanpun yang
tampak lewat, sehingga matahari yang telah mulai bergulir ke arah barat itu dengan hebat melemparkan panasnya yang
terik ke tempat tersebut. Semuanya telah berangkat menuju
ke rumah pendekar Li, di mana telah terjadi pembantaian
yang mengerikan oleh orang orang yang belum diketahui oleh mereka.
Perjalanan ke tempat itu sebenarnya tidak begitu jauh,
tetapi bagi Yang Kun yang diseret dalam keadaan terluka agak parah serta mengalami siksaan rasa gatal yang tak
tertahankan tersebut, memang merupakan suatu penderitaan
yang hebat sekali. Apalagi ketika beberapa kali tubuhnya
membentur batu ataupun tongguk-tonggak pohon yang
runcing, rasa-rasanya luka-luka itu semakin bertambah parah saja. Dalam hati ia mengumpat-umpat ketiga orang yang
berbuat kejam kepadanya itu. Tetapi sekilas ia teringat akan perbuatannya sendiri yang juga menyeret seseorang dari
pinggir Sungai Huang-ho ke tempat tersebut pagi hari tadi.
Tidakkah perbuatannya itu juga sangat kejam" Tapi kenapa
sedikitpun ia tidak merasakannya pada saat itu" Padahal
orang yang diseretnya pagi tadi tubuhnya juga penuh luka
akibat goresan-goresan goloknya! Tapi orang itu layak
menerima perlakuan seperti itu, karena dia adalah salah satu dari para pembunuh ibunya, ia membela dirinya.
Itulah manusia. Jarang yang dapat melihat noda-noda pada
dirinya sendiri, apalagi mengakuinya dengan sportip. Kalau toh kadangkala merasakannya juga, tentulah akan cepat-cepat
mencari seribu satu macam alasan untuk menghapus atau
menguranginya. Mereka tiba di rumah bergenting merah tersebut tidak lama
kemudian. Belasan ekor burung pemakan bangkai tampak
terbang berputar-putar di atas genting, menanti saat yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tepat untuk berpesta pora di antara bangkai yang berserakan di bawahnya.
Yang Kun diseret masuk melalui pintu halaman yang
terbuka, lalu dilemparkan begitu saja di dekat pintu. Tubuhnya membentur patung singa-singaan dan jatuh tertelungkup di
atas kaki salah sebuah mayat yang berada di sana. Karena
masih dalam keadaan tertotok maka ia tidak bisa berkutik
sama sekali. Jangankan untuk bergeser dari mayat yang
dihadapannya, sedang untuk menggaruk siksaan rasa gatal
pada tubuhnya saja ia tidak mampu. Maka dengan sangat
terpaksa ia menahan rasa mual pada perutnya akibat bau
mayat yang sudah mulai membusuk tersebut.
Sementara itu sebelum melemparkan Yang Kun di dekat
pintu, Tung-hai Sam-mo bergegas menaiki tangga pendapa
dengan hati-hati. "Apakah engkau tadi telah masuk dan menyelidiki keadaan di dalam sana?" tanya orang she Mo kepada adik
seperguruannya yang ke dua.
"Sudah. Tapi aku tidak menyelidikinya dengan teliti di semua tempat. Aku khawatir suheng menungguku terlalu
lama." "Baiklah, mari kita sekarang menyelidikinya bersama-sama!
Tapi apakah semua mayat ?ni adalah keluarga pendekar Li
semuanya" Kudengar keluarganya cuma terdiri dari sepuluh
orang saja, kenapa sedemikian banyaknya mayat yang
bergelimpangan di sini?"
"Mungkin beberapa di antaranya adalah mayat pihak lawan y?ng mati terbunuh disini," adik seperguruannya menjawab
lagi. "Atau orang yang mati ini sebenarnya dipersiapkan oleh pendekar Li untuk menghadapi pertemuannya dengan kita ?"
sutenya yang termuda ikut berbicara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"..... dan mereka ternyata telah dibantai oleh pihak ke tiga sebelum kita keburu datang, begitukah maksudmu?"
Suhengnya meneruskan. "Benar! Dan pihak ke tiga itu mungkin telah merampas peta wasiat yang selama ini dibawa oleh pendekar Li."
"Kau benar! Kalau begitu mari kita geledah anak itu terlebih dahulu!" bergegas suhengnya turun kembali ke halaman
diikuti kedua orang sutenya menuju ke tempat di mana Yang
Kun tergeletak. Tetapi ....................
"Hah ?"" Di mana anak itu?" orang itu berteriak hampir
berbareng. Tempat itu telah kosong. Pemuda itu telah lenyap.
Bagai kilat ketiga orang itu meloncat menerobos pintu
keluar lalu berpencar mencari di sekitar tempat itu. Tetapi sampai bosan mereka berputar-putar, pemuda itu tetap tidak mereka ketemukan. Sambil menyumpah-nyumpah ketiga
orang itu kembali memasuki halaman rumah.
"Bangsat! Anak setan! Kenapa kita sampai terkecoh
olehnya" Seharusnya kita tidak boleh terlalu meremehkan
dia!" Mereka menaiki tangga pendapa kembali.
"Apa yang mesti kita kerjakan sekarang suheng" Kita
kehilangan jejak tentang separuh dari peta itu lagi." orang termuda dari ketiga bersaudara seperguruan itu mengeluh.
"Jangan cepat berputus asa. Bagaimanapun juga separuh
peta itu telah ada pada kita, maka siapapun yang telah
merampas separuh peta yang lainnya tentu akan mencari kita pula akhirnya," kata suhengnya sambil menepuk-nepuk
buntalan yang sedari tadi selalu dibawanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu apa yang harus kita kerjakan sekarang" Tetap
menunggu di sini ataukah kita cari lagi bocah setan itu?" tanya adiknya lagi.
"Kita jangan sembrono lagi sekarang. Kita harus teliti dalam segala hal agar tidak mengalami peristiwa-peristiwa yang
membuat kita menyesal seperti tadi. Sekarang kita geledah
seluruh rumah ini, siapa tahu peta yang separuh itu masih
tersembunyi di sini! Cari mayat pendekar Li dan para anggauta keluarganya! Geledah tubuhnya, siapa tahu bocah itu juga
belum mendapatkannya."
"Baik, suheng!"
Mulailah ketiga iblis dari laut timur itu mengobrak-abrik
tempat tersebut untuk mencari separuh dari peta wasiat yang semula berada di tangan orang yang mereka sebut sebagai
pendekar Li. Semua mayat yang berada di tempat itu mereka
bolak-balik dan mereka geledah seluruh tubuhnya. Mereka
bekerja sampai matahari mau terbenam tanpa mengenal
Ielah, tetapi benda yang mereka cari tetap tidak ketemu.
"Hei, kenapa kita tidak menemukan mayat dari pendekar Li!
Adakah ia masih hidup dan lolos dari tempat ini?" orang pertama dari tiga sekawan itu keheranan. "Wah, repot juga
kalau benar demikian." tambahnya lagi.
"Memang repot juga," adik seperguruannya yang ke dua
menyambung, "......... paling tidak kita harus mencari pula orang itu disamping tugas kita mencari bocah setan itu."
"Twa suheng! Ji-suheng! Di halaman belakang ada
beberapa buah gunduk tanah bekas galian baru! Agaknya baru saja untuk menanam sesuatu?" tiba-tiba dari tanah belakang rumah terdengar seruan dari saudara mereka yang termuda.
"Tunggu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bergegas kedua orang itu berlari ke belakang menghampiri
saudara mereka yang berjongkok di antara beberapa buah
gundukan tanah di bawah rumpun pohon bambu.
"'Hemm, seperti sebuah kuburan baru."
"Aku juga berpikir demikian. Suheng, apakah kita perlu
.........." "Tentu. Kita tidak boleh teledor. Kalau kita pergi dari sini, itu berarti bahwa kita sudah yakin benda tersebut memang
sudah dibawa pergi dari tempat ini. Nah, bongkar saja
kuburan ini!" Dengan harapan untuk memperoleh barang yang mereka
cari selama ini, mereka menggali gundukan tanah tersebut
dengan cepat. "Heh! Benar-benar sebuah kuburan!" mereka berdesah begitu pacul mereka mengenai tubuh mayat yang masih baru.
"Keluarkan mayat-mayat itu!" orang pertama dari Tung-hai sam-mo memberi perintah kepada adik seperguruannya.
"Hai ............., suheng! Benar! Mayat pendekar Li ada
disini! Tapi tak ada apa-apa di tubuhnya! Eh. ......... kenapa wajahnya menjadi hancur begini?"
"Uh, ususnya telah keluar pula dari perutnya!" tiba tiba iblis yang termuda berseru sehingga kedua kakaknya buru buru
menghampiri. "He ........... pendekar Li" Benarkah" Ah.........., bukan !
Benarkah mayat itu mayat dari pendekar Li" Badan serta
potongan tubuhnya memang seperti pendekar Li, tapi........
bukankah kepala dari pendekar Li telah dipenuhi uban "
Kenapa rambut ini masih hitam ?"
"Ah ...... suheng, bukankah kabarnya pendekar Li sudah kawin lagi dengan seorang gadis yang masih muda " Siapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu rambutnya sudah dicat lagi menjadi hitam agar supaya
kelihatan lebih muda " haahaa ......................"
Kakak seperguruannya tersenyum. "Engkau ini ada-ada
saja. Kenapa dia mesti repot-repot bersolek kalau cuma ingin mempersunting seorang gadis saja" Tapi bukan itu yang aku
maksudkan. Maksudku, jikalau mayat ini benar mayat dari
pendekar Li, lalu siapakah yang menguburkannya disini "
Kenapa dia dikubur sendirian di sini sementara anggauta
keluarganya yang lain tetap dibiarkan bergelimpangan di
sana" Dan ketiga mayat lainnya ini mayat siapa" Kenapa
justru mayat-mayat yang bukan keluarganya ini yang turut
dikuburkan di sini " Bukankah hal ini sangat aneh ?"
Kedua saudara seperguruannya mengangguk-angguk
membenarkan. Baru terbuka pikiran mereka sekarang, betapa
aneh sebenarnya keadaan tersebut bagi mereka !


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar ! Memang sungguh aneh! Kenapa hanya empat
buah mayat saja di antara belasan mayat itu yang dikuburkan di sini " Siapakah sebenarnya orang yang menguburkannya ?"
iblis yang termuda berkata perlahan.
'"Mungkinkah anak muda itu yang menguburkannya" Dia
tentu datang ke tempat ini bersama-sama dengan teman-
temannya untuk merampas peta wasiat itu dari tangan
pendekar Li. Kebetulan justru pendekar Li sedang bersiap-siap pula menghadapi kita. Nah, kedua kekuatan itu tentu
bertempur dengan sengit, di mana akhirnya pihak pendekar Li kalah dan terbunuh semua, termasuk para wanita dan anak-anak. Sementara di pihak anak muda itu hanya tinggal dia
sendiri yang hidup. Jadi kuburan itu adalah kuburan teman-
temannya!" orang ke dua dari ketiga iblis itu mengutarakan pendapatnya.
"Tapi kenapa anak muda tersebut bersusah-susah
mengubur pendekar Li pula apabila mereka baru saja saling
membunuh?" kakaknya keberatan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh..........,, iya! Lalu siapakah menurut pendapat suheng?"
"Entahlah, akupun menjadi bingung pula. Bila kedua-
duanya bukan yang mengubur mereka, lalu siapa lagi" Apakah ada orang luar yang lewat dan tidak tega melihat mayat
bergelimpangan di sini " Tapi kenapa hanya empat sosok
mayat saja yang dikuburkannya" Kenapa tidak semuanya?"
Ketiga orang itu berusaha memeras otaknya, tetapi mereka
tetap tidak dapat menebak apa yang telah terjadi di tempat itu beberapa saat yang lalu. Mereka hanya dapat menduga bahwa
di tempat itu telah terjadi bentrokan hebat antara dua buah kekuatan besar yang sama kuat sehingga kedua-duanya
mengalami kehancuran. Hanya mereka bertiga tidak bisa
menduga kekuatan dari manakah yang datang menyerang ke
tempat pendekar Li ini. Satu-satunya orang yang mereka duga sebagai salah seorang anggauta dari pihak penyerang tersebut kini telah lepas dan tangan mereka.
Ketiga iblis dari laut timur itu berdiri dengan lesu. Jerih payah mereka selama bertahun-tahun untuk mendapatkan
separuh bagian dari peta wasiat itu kini menjadi musnah
kembali. Sejak merampas sebuah peta wasiat dari seorang
kepala perampok, mereka mengembara dari barat sampai ke
timur, naik turun gunung, mencari separuh bagian lainnya dari peta wasiat hasil rampasannya tersebut. Akhirnya jerih payah mereka itu berbuah juga. Beberapa hari yang lalu mereka
memperoleh kabar bahwa separuh dari peta wasiat itu kini
telah jatuh ke tangan seorang pendekar dari Gunung Bu-tong yang telah mengasingkan diri di dekat kota Tie-kwan ! Maka dengan gembira mereka menghubungi pendekar itu dengan
diam-diam serta mengajaknya untuk bekerjasama dalam
mengambil isi dari peta wasiat itu. Hari ini adalah hari yang mereka tentukan bagi mereka untuk saling bertemu dan
berunding. Tapi ternyata keadaan telah berubah. Ada lagi
pihak ke tiga yang agaknya telah turut campur dengan
merampas peta yang berada di tangan Pendekar Li.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Celakanya, siapa yang telah datang dan merampas benda
tersebut dari tangan pendekar Li, mereka bertiga tidak dapat menduganya, sehingga otomatis urusan tentang peta wasiat
tersebut menjadi gelap bagi mereka. Sebuah perjalanan yang panjang dan lama kembali terbayang di depan mata mereka.
"Satu-satunya kemungkinan untuk mendapatkan peta yang hilang itu adalah bila kita dapat menangkap kembali bocah
setan itu. Aku yakin anak muda itu tentu tahu di mana adanya peta tersebut," orang tertua dari ketiga iblis itu berkata pelan.
"Tapi untuk mencari bocah itu kembali kurasa juga bukan hal yang mudah............."
Langit sudah semakin menjadi gelap. Satu dua buah
bintang sudah mulai kelihatan di atas langit. Ketiga orang itu telah pergi meninggalkan tempat yang mengerikan tersebut.
Mereka biarkan begitu saja mayat-mayat yang telah mereka
gali tadi, sehingga suasana di tempat itu benar-benar amat mengerikan !
ooOOoo Kemanakah Yang Kun sebenarnya" Benarkah ia dapat
meloloskan diri dari tempat itu " Lalu di mana ia sekarang "
Sesungguhnyalah, pemuda itu memang mempunyai bakat
serta tulang yang baik untuk belajar ilmu silat. Maka tidaklah mengherankan kalau di antara keturunan keluarga Chin
selama ini, hanya dialah satu-satunya orang yang mampu
mempelajari ilmu silat keluarga mereka dengan sempurna
dalam usia yang masih sangat muda. Padahal rata-rata para
kakek dan neneknya, termasuk pula ayah serta para
pamannya, baru dapat memahami ilmu silat tersebut dalam
usia pertengahan. Mungkin hanya dalam hal tenaga dalam
saja pemuda itu harus banyak berlatih, sebab untuk mencapai tingkat kesempurnaan dalam ilmu itu harus secara bertahap.
Mengenai soal bertulang baik dan berbakat di dalam ilmu
silat, pemuda itu pernah diberi tahu oleh paman bungsunya, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa selama keluarga Chin berkuasa, dari dahulu hingga
sekarang, telah ada dua orang yang mempunyai bakat serta
bertulang baik seperti dia. Yang pertama adalah Chin Hoa,
hidup pada zaman Raja Chin Bun, lebih kurang seratus tahun yang lalu. Orang ini dapat mempelajari ilmu silat keluarganya secara sempurna dalam usia limabelas tahun. Sayang ketika
terjadi malapetaka gempa bumi yang melanda di seluruh
negeri, orang itu tewas terkubur di ruang semadhinya.
Yang ke dua ternyata masih terhitung keluarga dekat
dengan Yang Kun sendiri, karena orang itu adalah kakak
kandung dari ayah serta paman bungsunya. Orang inilah yang disebut-sebut sebagai kaisar terakhir dari Dinasti Chin oleh mendiang ayah Yang Kun. Orang itu menjabat sebagai kaisar
hanya dalam waktu sampai empat puluh hari saja, karena
pemberontak yang dipimpin oleh Liu Pang (kaisar sekarang)
keburu masuk ke kota raja dan memaksanya untuk
meninggalkan singgasana kerajaan. Orang ini pulalah yang
memberi pesan wasiat kepada ayah Yang Kun agar
menyimpan benda yang diperebutkan itu secara baik-baik.
Tetapi, apabila benar apa yang dikatakan oleh paman Yang
Kun bahwa pada usianya yang baru delapan belas tahun
tersebut Yang Kun telah mampu meyakinkan ilmu silat
keluarganya dengan sempurna, mengapa anak muda itu harus
mengalami kekalahan ketika melawan Tung hai Sam-mo"
Apakah yang menyebabkannya" Apakah karena mutu ilmu
silat keluarga Chin tersebut masih di bawah mutu ilmu silat keluarga ketiga iblis itu" Sehingga biarpun sudah
mempelajarinya secara sempurna toh tetap masih kalah kuat "
Sebenarnya tidaklah demikian halnya. Bagaimanapun juga
ilmu silat keluarga Chin tersebut adalah ciptaan dari Raja Chin yang pertama, yang hidup pada zaman purba dahulu. Yaitu
sebuah zaman, di mana hanya seorang yang benar-benar kuat
dan sakti sajalah yang mampu bertahta di singgasana
kerajaan untuk memimpin negara dan rakyat yang berjuta juta Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyaknya! Oleh sebab itu, apabila dalam penampilannya
yang pertama itu Yang Kun mengalami kekalahan, hal
tersebut bukannya disebabkan karena mutu ilmu silat
keluarganya yang terlalu rendah, akan tetapi karena
disebabkan oleh kosongnya pengalaman pemuda itu sendiri di dalam hal menghadapi keanehan dari ilmu silat golongan lain.
Coba kalau pemuda itu mendapat kesempatan sedikit saja
untuk berpikir tentang keanehan dari ilmu silat lawan yang diberi nama Ang-cio hi-tin itu, tidak mustahil kalau ia bisa menguasai lawan-lawannya pula.
Hal itu sebenarnya telah terbukti ketika pemuda tersebut
ditotok dan diseret ke rumah pendekar Li oleh lawan-lawannya itu. Kekerasan hatinya membuat ia seperti tidak merasakan
rasa sakit dan penderitaannya ketika diseret oleh lawannya tetapi pikirannya justru disibukkan oleh rasa penasaran di hatinya karena dikalahkan oleh ketiga orang itu. Padahal ia merasa dengan pasti bahwa ilmu silatnya jauh lebih unggul
dari pada ilmu silat mereka.
Sebentar saja otaknya yang encer dan cerdas itu segera
dapat meraba rahasia ilmu silat berpasangan mereka tersebut.
Ketiga orang yang berdiri berderet seperti orang main sepur-sepuran itu tentu bermaksud membentuk diri mereka sebagai
seekor ikan cucut besar. Di mana orang she Mo sebagai
saudara tertua berada di depan sendiri dan bertindak sebagai kepala ikan. Pedang bergerigi yang dibawanya merupakan
ujung tombak dari ikan cucut tersebut. Sedang orang she Lim, adik seperguruannya yang ke dua, yang berdiri di tengah,
bertindak sebagai tubuh ikan itu. Kedua bilah pedang yang
dipegangnya, ia mainkan sebagai sirip dari ikan cucut
tersebut. Sementara adik seperguruan mereka yang termuda,
berdiri paling belakang sebagai ekor ikan cucut. Pedang yang dibawanya ia mainkan sebagai sirip dari ikan tersebut yang terkenal tajam dan berbahaya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti halnya ikan cucut asli, di mana moncong dan sirip
ekornya adalah bagian yang sangat berbahaya bagi lawan,
begitu pula Ang-cio-hi-tin tersebut! Orang pertama serta orang ketigalah yang bertugas sebagai pihak penyerang, sementara orang ke dua hanya bertindak sebagai benteng pertahanan
saja bagi keselamatan dari ikan cucut itu. Dan karena mereka itu bergabung sehingga seolah-olah menjadi satu ekor ikan
besar, maka otomatis tenaga merekapun selalu bergabung
menjadi satu kekuatan pula! Itulah sebabnya kenapa tenaga
mereka seolah-olah menjadi bertambah besar.
Dan seperti menghadapi ikan cucut yang hidup bebas di
lautan, maka sangatlah berbahaya pula menghadapi Ang cio-
hi-tin tersebut dari arah depan ataupun belakang. Tempat
satu-satunya yang paling aman adalah di samping tubuh ikan, persis di dekat siripnya. Maka asal pihak lawan selalu bisa berusaha berdiri di tempat itu bagaimanapun ikan tersebut
menggerakkan tubuhnya, lalu menyerangnya dan tempat itu
pula, niscaya ilmu silat tersebut akan mati kutu. Biarpun
takkan mudah pula untuk berbuat seperti itu.
Betapa gembiranya Yang Kun bisa memecahkan rahasia
ilmu silat lawan itu. Semangatnya menjadi meluap-luap, ingin rasanya ia melepaskan diri dari ikatan yang membelit
tubuhnya dan menantang mereka kembali untuk bertanding
silat. Tapi karena tubuhnya tertotok maka niat itu belum dapat ia laksanakan.
Maka ketika tubuhnya dibanting di atas mayat orang
setelah mereka tiba di rumah pendekar Li, pemuda itu mulai berusaha memunahkan pengaruh totokan lawan terlebih
dahulu. Apalagi ketika ketiga iblis itu pergi meninggalkan dia di halaman, kesempatan yang diperolehnya menjadi
bertambah besar. Cepat pemuda itu memusatkan pikirannya untuk
berkonsentrasi, lalu disedotnya udara sebanyak-banyaknya
melalui hidung. Semuanya ia kumpulkan di pusarnya (tan-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tian). Baru setelah itu ia pecah menjadi dua bagian. Setelah berputar-putar sejenak, bagian pertama dia dorong ke bawah melalui wa pu hiat terus ke si kang-hiat dan menerobos lu-poh tung-hiat di bawah lutut. Setelah berputar-putar sebentar di ujung jempol (Ibu jari) kaki, hawa murni itu didorong kembali ke atas melalui tung-to hiat, go-lo hiat dan Khong ho-hiat, terus kembali ke tan tian. Semuanya berjalan lancar, tak
sebuahpun jalan darah dilaluinya mengalami hambatan
sehingga sebentar kemudian kedua buah kakinya dapat ia
gerakkan kembali. Sementara itu hawa-murni yang sebagian lagi ia tekan ke
Rahasia Ciok Kwan Im 7 Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin Memanah Burung Rajawali 11
^