Pencarian

Pendekar Penyebar Maut 20

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 20


dia sedang bercerita tentang dirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh"! Maafkan aku.......!" katanya kemudian dengan kikuk.
Lalu perlahan-lahan dilanjutkannya ceritanya. "Aku hampir tak pernah mau makan dan minum. Yang kuinginkan setiap saat
hanyalah kedatangan Giam-lo-ong untuk menjemput nyawaku.
Beberapa kali aku mencoba mengakhiri hidupku, tapi Put-
ceng-li Lo-jin selalu mencegahnya. Bagaikan seekor anjing
penjaga yang setia orang tua itu tak pernah lekang dari
sampingku".." Chu Bwee Hong menghentikan sebentar ceritanya.
Wajahnya semakin menunduk.
"sambil menjaga segala gerak-gerik dan keselamatanku,
Put-ceng-li Lo-jin selalu membesarkan dan menasehati hatiku.
Dapat saja orang tua itu mengalihkan perhatianku, baik
dengan tingkah lakunya yang konyol maupun dengan cerita-
ceritanya yang mengasyikkan. Kadang-kadang ia bercerita
tentang kejadian-kejadian di dunia kang-ouw, kadang-kadang juga bercerita tentang keluarganya yang telah mati
meninggalkan dirinya. Setiap hari ada saja yang diperbuatnya untuk menghibur kemurunganku. Malahan ia sempat pula
menciptakan sebuah ilmu silat yang aneh dan menggelikan
untukku"." "Ilmu silat?" Kwa Siok Eng menyela dengan heran.
Chu Bwee Hong melirik ke arah calon iparnya itu, lalu
mengangguk. "Ya! Ilmu silat itu ia namakan Bidadari Bersedih.
Aneh sekali, bukan" Tapi justru ilmu silat itulah yang dapat menggugah hatiku. Timbul semangatku untuk
mempelajarinya. Maka ketika Put-ceng-li Lo-jin mengajakku
untuk mempelajarinya, aku tidak menolaknya. Begitu
bersemangatnya aku sehingga aku bisa melupakan
kesedihanku"." Chu Bwee Hong menghentikan lagi ceritanya. Dihelanya
napasnya dalam-dalam sambil memandang kawan-kawannya.
Lalu wajahnya kembali menunduk lagi dengan sedihnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kemudian tibalah saatnya aku harus melahirkan bayi
terkutuk itu. Ingin rasanya aku mencekik anak itu ! Ohh........!
Ternyata aku tak tega melakukannya. Anak itu begitu
mungilnya! Begitu tampan dan menyenangkan sehingga Put-
ceng-li Lo jin sendiri sampai jatuh hati terhadapnya. Anak itu digendongnya, disayangnya bagai cucu atau anaknya
sendiri"." Chu Bwee Hong terdiam kembali. Matanya yang bulat
bening itu tampak berkaca-kaca.
"Tapi di mana aku harus menyembunyikan mukaku"
Masakan seorang gadis yang belum kawin seperti aku telah
mempunyai anak" Bagaimana kalau aku berjumpa dengan
keluarga, sahabat atau handai-taulan nanti" Apa kata mereka terhadapku?" Chu Bwee Hong melanjutkan kisahnya lagi.
"Maka ketika Put-ceng-li Lo-jin menyarankan agar aku kawin saja dengan dia untuk menolong muka dan nasib anak haram
itu, aku segera menyetujuinya. Apalagi di dalam hati aku telah bertekad untuk tidak kembali lagi ke dunia ramai. Aku ingin hidup mengasingkan diri di tempat sunyi itu."
"Cici".." Souw Lian Cu menengadahkan mukanya dengan
sedih. Sedih sekali. Chu Bwee Hong segera menunduk. Diraihnya kepala gadis
itu dan dibelainya bagai anaknya sendiri. "Begitulah.
Semuanya telah terjadi. Aku kini telah menjadi isteri ketua Aliran Bing-kauw".." wanita ayu itu mengakhiri kisahnya.
Kamar itu menjadi sunyi. Tak seorangpun mengeluarkan
suara. Semuanya bagaikan terbius oleh kisah pengalaman Chu Bwee Hong dan ikut menjadi sedih dan pilu pula karenanya.
Ho Pek Lian dan Kwa Siok Eng beberapa kali tampak
mengusap air matanya yang mengalir di atas pipi mereka
masing-masing. Sementara Chu Seng Kun tampak menatap
wajah adiknya dengan hati tak karuan pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa kali pemuda itu tampak menghela napas
panjang. Wajahnyapun juga selalu tampak berubah-ubah.
Sesaat tampak seperti orang yang amat menyesal dan sedih,
tapi di lain saat berubah seperti orang yang sedang pepat, marah dan penasaran!
"Hek-eng-cu"..Hek-eng-cu ! Iblis terkutuk kau!" akhirnya
pemuda itu menggeram penuh dendam.
Semuanya tersentak dari lamunan masing-masing. Mereka
menoleh ke arah Chu Seng Kun dengan hati berdebar. Wajah
pemuda itu tampak gelap dan kelam.
"Moi-moi, sudahlah....! Sekarang kita telah bersatu kembali, maka kau tak perlu terlalu bersedih lagi." Kwa Siok Eng cepat-cepat menghampiri Chu Bwee Hong dan membujuk untuk
mengalihkan suasana yang kaku itu.
"Benar, Hong-cici........ Marilah kau kami antar pulang
kembali ke rumah. Nanti kita merundingkan bersama-sama,
cara bagaimana mencari manusia keparat itu!" Ho Pek Lian
ikut membujuk pula. Chu Seng Kun bangkit dari tempat duduknya. "Ya! Bwee
Hong, sebaiknya kita memang pulang saja dahulu. Nanti kita pikirkan bersama cara yang lebih baik untuk membalas
dendam kepada iblis itu," katanya berat.
Tapi Chu Bwee Hong cepat-cepat menggelengkan
kepalanya. Wajahnya yang ayu itu tampak sedih luar biasa. Air matanya turun membasahi pipinya yang pucat.
"Maaf, cici....... ko-ko. Sekarang adikmu terpaksa tidak
dapat mengikutimu lagi........." bisiknya pilu dengan kepala tertunduk.
"Huh" Kenapa......?" Chu Seng Kun dan Kwa Siok Eng
berseru kaget. Wajah yang pucat itu tertunduk semakin dalam. Suaranya
hampir tak terdengar ketika menjawab," Maafkan aku,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
koko".aku kini sudah bukan seorang gadis yang masih
merdeka lagi. Aku kini telah menjadi isteri orang. Oleh karena itu aku harus kembali ke tempat suamiku".."
"Kau gila! Jangan"..! kau tidak boleh kembali ke tempat
Put-ceng-li Lo-jin! Perkawinan itu tidak sah! Bukankah engkau tidak mempunyai perasaan cinta sama sekali terhadap orang
tua itu" Bukankah perkawinan itu terjadi karena terpaksa oleh keadaan saja" Bukankah perkawinan kalian itu Cuma untuk
menolongmu dari kecemaran saja?" Chu Seng Kun melompat
dan berteriak keras sekali. Sepuluh jari-jarinya mencengkeram lengan adiknya dengan sangat penasaran. Pemuda itu benar-benar tidak rela adiknya kawin dengan ketua Aliran Bing-kauw yang telah tua itu.
Hampir saja Chu Bwee Hong terjengkang. Wanita ayu itu
tidak bisa menjawab. Sekejap dia menatap kakaknya lalu
tertunduk kembali. Diraihnya kepala Souw Lian Cu yang
berada diatas pangkuannya. Air matanya semakin deras
mengalir di atas pipinya yang putih pucat.
"Cici.....!" gadis remaja itu ikut pula menangis, sehingga kedua-duanya lalu bertangis-tangisan dengan sedihnya.
Chu Seng Kun sadar. Saking kaget, bingung dan tegangnya
ia sampai berteriak-teriak demikian kerasnya. Tentu saja gadis yang sedang dirundung malang itu malah semakin bertambah
kacau pikirannya. Seharusnya ia bertindak lebih tenang
meskipun hatinya sedang gelisah sehingga adiknya itu tidak menjadi semakin kaget dan bingung!
Maka Chu Seng Kun segera melepaskan tangannya dan
perlahan-lahan duduk di samping adiknya. "Maafkan aku,
Bwee Hong...... Tapi aku benar-benar tidak rela kalau kau
kawin dengan orang tua itu......." bisiknya dengan sedih dan penasaran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chu Bwee Hong semakin terisak-isak. "Sekarang........
sekarang persoalannya bukan tentang soal rela atau".. atau tidak rela," gadis itu berkata di antara sedu-sedannya.
".......Dan juga bukan tentang cinta atau tidak cinta.
Persoalan yang kuhadapi adalah soal nasib dan membalas
budi ! Agaknya nasib telah menggariskan demikian, sebab
tanpa kehadiran orang tua itu, aku tak mungkin bisa hidup
sampai sekarang. Oleh karena jasa orang tua itu saja kini
adikmu bisa bertemu dengan ko-ko dan sahabat-sahabat
semua......" "Yah.....orang tua itu memang besar sekali jasanya. Tapi
hal itu bukan berarti engkau harus berkorban sebesar itu."
Chu Seng Kun cepat-cepat menukas perkataan adiknya.
"Kau jangan lekas-lekas terjebak dalam persoalan nasib
dan membalas budi itu! Coba kaupikirkan dengan seksama
lebih dahulu".! Benarkah Thian telah menggariskan nasibmu
seperti itu" Dan apakah pertolongan yang diberikan oleh
orang tua itu mesti harus dianggap sebagai sebuah budi yang harus dibayar" Hmm".semuanya itu belum tentu, adikku. Kita harus mengkajinya terlebih dahulu sebelum kita
menganggapnya demikian".."
Kwa Siok Eng memegang lengan calon iparnya. "Apa yang
dikatakan oleh kakakmu itu memang betul, Hong-moi"..
Pikirkanlah lagi dengan baik! Jangan gegabah dan
sembarangan"..!"
Chu Seng Kun melanjutkan perkataannya, "Bagi kita orang
Han, perkawinan itu benar-benar suci dan agung. Perkawinan bukan hal yang remeh dan sepele, sehingga dapat dilakukan
begitu saja tanpa dipikirkan masak-masak terlebih dahulu.
Perkawinan adalah hal yang sangat besar, yang akan kaujalani hampir sepanjang hidupmu. Di dalam perkawinan itu pula
engkau akan mempertaruhkan seluruh kebahagiaanmu nanti.
Oleh karena itu perkawinan itu harus dipikirkan dengan
matang sebelumnya. Masing-masing harus dilandasi cinta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kasih yang benar-benar tulus dan suci! Bukan hanya sekedar karena terpaksa atau membalas budi saja! Jikalau dasar dari perkawinan itu tidak kokoh, hemm........ apakah gunanya
hidup itu" Kelihatannya saja kau selamat dari kematian, tapi jiwa dan perasaanmu sebenarnya tak bedanya dengan orang
mati. Apa gunanya itu " Semakin menambah penderitaan dan
kesengsaraan, bukan?"
Chu Bwee Hong semakin tenggelam dalam kesedihannya.
Kini gadis itu tidak bisa menahan tangisnya. Sambil memeluk kepala Souw Lian Cu dia menangis tersedu-sedu. Terlihat
benar betapa pilu dan sengsara hatinya.
"Ko-ko....... kau........ kau belum mengetahui se........
seluruhnya, uh-huuu.......kau salah sangka
terhadap.....terhadap Put-ceng-li Lo-jin. Kau tidak........ tidak akan berkata demikian bila telah mengetahui yang...... yang sebenarnya. Put-ceng-li Lo-jin benar-benar orang yang mulia.
Sungguh mulia. Dia tidak sejelek yang kausangka. Dia hanya betul-betul ingin menolongku. Dia hanya ingin menganggap
anak haram itu sebagai anaknya. Sebenarnya tidak ada
niatnya untuk mengawini aku......uh-huuuu!"
"Lalu.....apa sebabnya kau ingin pulang kepadanya?" Chu
Seng Kun berseru tak mengerti.
"Ooooh......!" Chu Bwee Hong berdesah tak bisa menjawab.
Tiba-tiba terdengar suara langkah tergesa-gesa di luar
pintu, kemudian terdengar pintu kamar tersebut diketok
orang. "Ci-ci......Hong ci-ci !" terdengar suara Put-sia Nio-cu di luar pintu.
Chu Bwee Hong terkejut. Cepat-cepat dia berdiri dan
membersihkan air mata yang membasahi pipinya. Otomatis
semuanya kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.
"Ci-ci?"! Cepat bukakan pintunya! Su-hu datang"..!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua yang berada di dalam kamar itu tersentak kaget.
Wajah mereka menjadi tegang, terutama Chu Seng Kun!
Pemuda itu bagaikan seekor jago yang hendak dipertemukan
dengan lawannya! Setelah berhasil membenahi dirinya Chu Bwee Hong
bergegas melangkah untuk membuka pintu, "Siau Put-sia,
bersabarlah"..!" katanya seraya membuka pintu.
Murid bungsu Put-ceng-li Lo-jin itu memandang Chu Bwee
Hong dan orang-orang yang berada di dalam kamar dengan
pandangan aneh. Gadis itu seperti melihat sesuatu yang aneh pada wajah dan sinar mata mereka, sehingga gadis yang
berpembawaan lincah dan gesit itu mendadak terdiam tak bisa berkata-kata.
"Put-sia, apa katamu" Su-humu datang kemari" Dimana
dia?" Chu Bwee Hong menepuk pundak gadis itu.
"anu....eh, anu.....su-hu berada di belakang rumah, sedang bertengkar dengan Put....Put-ming-mo su-heng !" Put-sia Nio-cu menjawab dengan gagap.
"Hei, apa-apaan itu" Ayoh kita lerai mereka!"
Chu Bwee Hong mengangguk ke arah kakak dan sahabat-
sahabatnya, lalu bergegas pergi mengikuti Put-sia Nio-cu. Chu Seng Kun dan kawan-kawannya menghela napas dan tak bisa
berbuat apa-apa. Apa mau dikata, gadis itu telah memilih jalan hidupnya sendiri!
Belum juga hilang suatu langkah kaki Chu Bwee Hong di
belakang, tiba-tiba dari kamar depan terdengar pula suara
langkah kaki seseorang menuju kamar itu. Chu Seng Kun
cepat melangkah keluar, tapi di depan pintu hampir saja ia bertabrakan dengan Hong-lui-kun dan adiknya Yap Tai-ciangkun.
"Ah, saudara Yap......ada apa?" Chu Seng Kun menyapa
lebih dahulu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saudara Chu, marilah cepat,.......! Hong-siang terluka!"
Yap Kiong Lee berseru seraya menarik lengan Chu Seng Kun.
"Heh" Hong-siang terluka" Di..., di mana"..?"
"Benar ! Sekarang ada di kamar depan ditunggui Pek-i
Liong-ong dan saudara Yang Kun."
"Yang Kun........?"
"Ya ! Saudara Yang Kun tadi datang dengan membawa
tubuh Hong-siang yang terluka."
"Ohhh !" Seng Kun bergegas mengikuti kedua orang bersaudara itu,
meninggalkan Kwa Siok Eng, Ho Pek Lian dan Souw Lian Cu di dalam kamar. Mereka melangkah dengan tergesa-gesa
bagaikan dikejar setan. Peristiwa itu benar-benar amat
mengejutkan mereka. Hong-siang terluka di tempat yang
begini terpencil, tanpa sepengetahuan pengawal maupun
pasukannya. Bagaimana hal itu bisa terjadi"
Didepan pintu telah berderet-deret para perwira dan para
anggota sha-cap-mi-wi, Chin Yang Kun yang telah dikenal oleh Chu Seng Kun itu telah berdiri pula diantara mereka. Pemuda sakti itu tampak kurus badannya, tapi sinar matanya tampak semakin mencorong menakutkan.
Chu Seng Kun mengangguk kepada Chin Yang Kun.
"Selamat bertemu kembali, saudara Yang Kun......." sapanya ketika melewati pemuda sakti tersebut.
Kaisar Han duduk bersandar di kursi panjang dikelilingi oleh beberapa orang anggota Sha-cap-mi-wi dan Gui Goan-swe.
Mukanya yang penuh cambang dan jenggot iiu tampak pucat.
Meskipun begitu ketika melihat kedatangan Chu Seng Kun
mulutnya tertawa gembira seperti tidak ada terjadi apa-apa pada dirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hahaha........ selamat berjumpa lagi, saudara Chu! Apa
khabar?" "Baik sekali, Hong-siang. Terima kasih ......! Dan.......
bagaimana dengan kesehatan Hong-siang?"
"Hahah.... jangan khawatir! Aku tidak apa-apa. Cuma luka
sedikit saja, hahaha.,..."
"Eh.....bolehkah hamba memeriksanya sebentar ?" dengan
hati-hati Chu Seng Kun menghampiri Kaisar Han.
"Hah.......?" Kaisar Han mengerutkan keningnya, lalu
katanya, "....... Ah, kalian ini memang suka sekali merepotkan diri. Aku benar-benar tidak apa-apa. Tapi kalau saudara Chu ingin memeriksa juga....... silahkan !"
Chu Seng Kun membungkuk dan menyatakan terima
kasihnya, lalu bergegas menyingsingkan lengan baju Kaisar
Han dan memeriksa urat nadinya. Setelah itu dibukanya baju di bagian dada untuk memeriksa denyut jantung dan
pernapasan baginda. Setelah itu dengan sangat teliti Chu Seng Kun memeriksa seluruh bagian tubuh lainnya.
"Bagaimana Saudara Chu " Ada sesuatu yang tidak beres di
dalam tubuhku ?" Kaisar Han bertanya dengan mulut
tersenyum. Chu Seng Kun tersenyum pula seraya membenahi kembali
pakaian Kaisar Han. "Yah, memang Cuma luka kecil saja di
dalam dada akibat pukulan Iwee-kang tinggi," jawab pemuda
itu memberi keterangan. "Dalam beberapa hari luka itu akan sembuh dengan sendirinya."
"Nah ! Apa kataku......." Tidak apa-apa, bukan" Kalian
semua ini memang terlalu berprasangka saja.......!" Kaisar Han menggerutu sambil memandang ke arah para perwira dan
para pengawal yang mengelilinginya.
"Maaf, Hong-siang........ luka itu memang tidak akan
berbahaya bagi kesehatan Hong-siang karena dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekuatan Iwee-kang Hong-siang sendiri luka itu akan segera sembuh. Tapi untuk menyingkat waktu, sebaiknya Hong-siang
minum obat yang akan hamba buat nanti............" Chu Seng Kun cepat-cepat memotong perkataan Kaisar Han.
"Apa........" hahaha...... baiklah! Baiklah! Ternyata
engkaupun masih mengkhawatirkan luka kecil itu pula."
Chu Seng Kun tersenyum dengan muka tertunduk, lalu
bergegas meminta diri untuk membuat obat yang ia janjikan
itu. Di luar pintu pemuda itu telah dinantikan oleh Chin Yang Kun, Yap Kiong Lee dan para perwira lainnya. Dengan
tergesa-gesa mereka menanyakan keadaan kesehatan
baginda. Tentu saja Chu Seng Kun menjawab pula seperti apa yang telah ia ucapkan di depan Kaisar Han tadi. Tetapi ketika ia tinggal bertiga saja dengan Chin Yang Kun dan Yap Kiong Lee, Chu Seng Kun mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Kelihatannya luka itu memang tidak berbahaya. Tapi kalau
kita tidak lekas-lekas mengobatinya, luka itu setiap saat akan dapat membunuhnya.....!" pemuda itu berkata serius.


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hah?" Yap Kiong Lee dan Chin Yang Kun tersentak kaget.
"Ya! Agaknya Hong-siang telah berkelahi dengan seseorang
yang amat lihai dan terkena pukulan pada dadanya. Pukulan
yang mengandung lwee-kang tinggi itu memang seperti tidak
berakibat apa-apa. Apalagi bekas pukulan itu juga tidak
tampak pada dada baginda. Tetapi luka itu sebenarnya sangat berbahaya. Sewaktu-waktu dapat membunuh baginda. Sebab
jaringan daging di bawah kulit, yaitu di dekat jantung baginda, telah rusak dan membusuk !"
Yap Kiong Lee meloncat dan menerkam lengan Chu Seng
Kun. "Jadi.........?" bisiknya dengan suara gemetar.
"Jangan khawatir! Masih belum terlambat! Aku akan
berusaha menyembuhkannya?""
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh, terima kasih. Saudara Chu... Untunglah kau berada di
sini, kalau tidak........apa jadinya dengan Hong-siang itu." Yap Kiong Lee bernapas lega.
-oo0dewikz-hendra0oo- Bagaimana Chin Yang Kun tiba-tiba berada di tempat yang
terpencil itu bersama Kaisar Han" Apakah sebenarnya yang
terjadi" Siapakah yang melukai Kaisar Han" Dan bagaimana
mereka berdua bisa bertemu dan sampai di tempat tersebut"
Untuk mengetahui kisahnya, marilah kita mundur kembali
mengikuti perjalanan Chin Yang Kun setelah pertemuannya
dengan Keh-sim Siau-hiap di rumah Pendekar Li beberapa hari yang lalu.
Seperti telah kita ketahui, malam itu Chin Yang Kun
bergegas pergi ke kota Sin-yang untuk mencari Thio Lung.
Pemuda itu ingin bertanya kepada orang itu tentang kejadian sebenarnya yang terjadi di rumah bergenting merah pada
malam naas itu. Kota Sin-yang kira-kira ada limaratus li jauhnya dari Ho-ma-cun. Untuk mencapai tempat itu Chin Yang Kun harus mendaki pinggiran bukit Tai-hang-san dan melalui kota-kota kecil
seperti Poh-yang, Ko-tien dan Yu-tai. Kalau malam ini Chin Yang Kun bisa melintasi bukit Tai-hang-san itu, pagi hari
besok dia dapat makan pagi di kota Poh-yang. Dan apabila di kota kecil itu ia bisa mendapatkan seekor kuda, maka sore
harinya ia akan bisa mencapai kota Sin-yang. Tapi kalau dia tidak bisa memperoleh kuda di kota Poh-yang, ia harus
berjalan kaki lagi sejauh seratus lie untuk mencapai kota
berikutnya, Ko-tien. Kota ini agak lebih besar dari pada kota Poh-yang, sehingga kesempatan untuk mendapatkan kuda
juga akan lebih besar pula. Cuma dengan begitu
kedatangannya di Sin-yang akan terlambat pula.
Karena ingin lekas-lekas sampai di tempat tujuannya, maka
Chin Yang Kun sengaja tidak beristirahat malam itu. Dia ingin Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segera berada di kota Poh-yang keesokan harinya. Lebih baik ia mengaso dan beristirahat di kota tersebut sambil mencari kuda tunggangan di sana.
Tetapi tiba-tiba Chin Yang Kun teringat bahwa ia tak
membawa uang sepeserpun. Jangankan untuk membeli kuda,
untuk membeli semangkuk bubur buat sarapan pagi besokpun
ia tak punya. Chin Yang Kun mengendorkan langkahnya lalu berjalan
seenaknya. Mulutnya tersenyum kecut memikirkan
keadaannya. Sungguh celaka benar nasibnya, seorang cucu
bekas Kaisar Chin yang kaya-raya sampai jatuh miskin
demikian sengsaranya. Masakan membeli buburpun sudah tak
bisa lagi! Embun malam semakin pekat menyelimuti bumi, membuat
Chin Yang Kun sebentar-sebentar harus membetulkan letak
bajunya. Dinginnya bukan kepalang! Ketika memandang ke
arah timur Chin Yang Kun melihat Bintang Pagi telah
memancarkan sinarnya yang gilang gemilang. Beberapa saat
lagi fajar akan segera tiba.
"Ah, hari telah menjelang pagi"..dan aku masih berada
disini. Padahal aku masih harus mendaki punggung bukit Tai-hang-san." Pemuda itu berkata di dalam hati. Lalu dengan
sedikit berat pemuda itu berlari kembali. Bukit yang
merupakan bagian dari Pegunungan Tai-hang-san yang amat
panjang dan luas itu telah tampak di depan matanya.
Untunglah tempat yang dilalui oleh Chin Yang Kun itu
merupakan sebuah tanah tinggi yang hanya terdiri dari tanah berbatu dan rumput-rumput ilalang di sana-sini, sehingga
dengan mudah ia bisa mencari jalan lintas yang lebih dekat.
Beberapa kali tampak pemuda itu melompati jurang dan
tebing bagaikan seekor burung garuda mementang sayap.
Maka tidak heran kalau dalam waktu sekejap saja pemuda itu telah berada di kaki bukit yang dituju.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bukit itu juga tidak begitu terjal dan sukar, sehingga
dengan mudah Chin Yang Kun dapat mendakinya sambil
berlari-lari kecil. Meskipun demikian ketika pemuda itu sampai di atas, langit telah mulai memerah oleh sinar matahari yang akan muncul. Sungguh suatu pemandangan yang amat
menakjubkan ! Chin Yang Kun berhenti beberapa saat lamanya di puncak
bukit. Dinikmatinya pemandangan indah yang terhampar di
bawah kakinya. Lembah yang dalam dikelilingi bukit-bukit,
dengan tebing-tebing tinggi yang ujungnya tampak memerah.
Jurang-jurang kecil yang berkelok-kelok kegelapan, sementara lereng-lerengnya tampak berkilauan menerima pantulan sinar mentari pagi.
Jauh di bawah, di tengah-tengah lembah tampak
bangunan-bangunan kecil yang berkelompok di tanah datar
yang luas. Itulah kota Poh-yang. Kota kecil yang berpenduduk padat.
Selain beternak, penduduk kota Poh-yang rata-rata mencari
penghasilan dengan berdagang. Itulah sebabnya meskipun
masih pagi sekali, Chin Yang Kun telah melihat kesibukan yang luar biasa di dalam kota itu.
Beberapa orang tampak telah mengeluarkan domba-domba
mereka dari kandangnya, dan membawa binatang-binatang itu
ke padang-padang rumput di kaki bukit. Pedagang-pedagang
sayur juga telah keluar membawa dagangannya. Mereka
mengangkat dagangannya di atas pedati-pedati kecil atau di atas punggung-punggung keledai mereka.
Lalu tiba-tiba Chin Yang Kun teringat pada sebuah lembah
pula, tempat di mana dia dan seluruh keluarganya
menyembunyikan diri selama ini. Lembah itu juga sangat
indah pula seperti ini. Setiap pagi ia juga naik ke atas bukit bersama paman bungsunya untuk berlatih silat dan melihat
panorama pagi. Kadang-kadang sampai siang dia dan paman
bungsunya baru pulang. Kalau mereka pulang tidak terlalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siang, sering kali ia dan paman bungsunya ikut membantu
ayahnya, memberi latihan silat kepada para pelayan keluarga mereka. Atau kadang-kadang ia biarkan saja paman
bungsunya membantu ayahnya sendirian, sementara ia sendiri pergi ke belakang menolong ibunya menyiapkan makan
mereka. Chin Yang Kun tiba-tiba menundukkan kepalanya dengan
sedih. Kini semua orang yang dicintainya itu telah tiada. Satu-persatu mereka meninggalkan dirinya sehingga kini ia menjadi sebatangkara di dunia ini.
Tiba-tiba rindu sekali rasanya hati Chin Yang Kun pada
lembah yang menjadi tempat tinggalnya itu. Ingin sekali
rasanya dia melihat kembali dan mengenangkan masa-masa
bahagianya bersama keluarga dan paman bungsunya.
"Baiklah, setelah menyelesaikan semua urusan di Sin-yang, aku akan singgah sebentar di lembah itu. Toh aku juga akan melewatinya pula kalau aku pergi ke pantai timur nanti....."
pemuda itu berdesah perlahan tatkala dia teringat pula akan janjinya kepada Souw Lian Cu untuk datang ke Pulau Meng-to pada tanggal lima nanti.
Teringat akan gadis itu Chin Yang Kun segera menjadi
bersemangat kembali. Entah mengapa wajah gadis cantik
berlengan buntung itu selalu melekat di pelupuk matanya.
Wajahnya yang selalu tampak sedih dan pilu itu rasa-rasanya selalu mengundang perasaan simpatinya saja, seolah-olah dia dan gadis itu memang telah ditakdirkan untuk sama-sama
menderita di dunia ini. Sekali lagi Chin Yang Kun berdesah perlahan, lalu
selangkah demi selangkah kakinya mulai menuruni bukit yang terjal itu ke kota Poh-yang. Di kaki bukit dia berpapasan
dengan beberapa orang penggembala yang berangkat menuju
ke padang rumput bersama-sama dengan ternak mereka.
Orang-orang itu menatap Chin Yang Kun dengan pandang
mata asing dan curiga. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi Chin Yang Kun tidak mempedulikannya. Perlahan-
lahan pemuda itu tetap melangkahkan kakinya menuju kota
Poh-yang. Semakin dekat dengan kota Poh-yang semakin
banyak pula orang yang dijumpainya. Malahan ketika ia telah menginjakkan kakinya di jalan besar yang menuju ke arah
kota, disana telah banyak para pejalan kaki yang lalu lalang keluar masuk kota. Mereka melangkah dengan tergesa-gesa
membawa dagangan atau hendak mengurus keperluan
mereka masing-masing. Chin Yang Kun segera membaurkan diri di antara orang-
orang itu. Ia berjalan di belakang dua orang penunggang kuda yang menuju ke arah kota. Kedua orang itu membiarkan
kudanya berjalan perlahan-lahan di antara para pejalan kaki yang banyak itu. Sebentar-sebentar mereka membunyikan
cambuk mereka untuk mencari jalan.
Matahari pagi tampak mulai memancarkan sinar sepenuh-
penuhnya, sehingga dari belakang Chin Yang Kun bisa lebih
jelas melihat potongan kedua orang penunggang kuda
tersebut. Mereka menutupi badan mereka dengan mantel
lebar untuk menahan hawa dingin. Agaknya mereka baru saja
datang dari perjalanan yang jauh.
"Semalam suntuk kita berada di punggung kuda. Hampir
patah rasanya pinggangku ini," tiba-tiba salah seorang di
antara kedua penunggang kuda itu berkata sambil meliukkan
badannya ke kiri dan ke kanan.
"Yah, kalau tidak karena panggilan burung merpati itu akupun enggan datang pula ke kota ini. Hmm, ada apa
rupanya....." mungkinkah waktunya telah tiba?" yang lain
menyahut dengan suara bersungguh-sungguh.
"Entahlah. Kelihatannya memang demikian. Rasanya bosan
juga kalau mesti menunggu terus-menerus. Bisa rusak
semangat anak buah kita nanti....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka tiba di sebuah perempatan jalan. Tiba-tiba dari arah kanan meluncur tiga orang penunggang kuda pula, yang
dengan tergesa-gesa membelokkan kuda mereka ke arah
kota. Debu mengepul tinggi, membuat para pejalan kaki
lainnya buru-buru menyingkir dengan mulut mengumpat-
umpat! "Hei.....bukankah orang itu.....Keng Si Yu?" penunggang
kuda yang berada di depan Chin Yang Kun itu berdesah agak
keras. "Kelihatannya memang Keng Si Yu dari kota Lok-yang dan
anak buahnya," kawannya mengangguk-angguk mengiyakan.
"Ah, tampaknya semua pimpinan memang dipanggil
kemari." Chin Yang Kun berjalan dengan kening berkerut.
Perasaannya membisikkan bahwa pasti ada sesuatu yang akan
terjadi di kota Poh-yang. Tetapi dia tak bisa menebaknya,
apakah sesuatu yang akan terjadi itu.....
Mendadak mereka dikagetkan lagi oleh suara telapak kaki
kuda di belakang mereka. Lima orang penunggang kuda
berbondong-bondong mendahului mereka. Rata-rata wajah
mereka tampak kusut dan lelah pula. Mereka tidak tampak
tergesa-gesa seperti ketiga penunggang kuda tadi, tapi karena kuda mereka melangkah dengan cepat maka sebentar saja
telah jauh meninggalkan tempat itu pula.
"Bukankah orang yang berpakaian biru tadi adalah
pemimpin dari Kang-lam" Masih ingatkah kau padanya?" sekali lagi Chin Yang Kun mendengar orang yang berada di
depannya itu berbisik ke arah kawannya.
"Ya, aku masih ingat. Dan yang berada di sebelahnya tadi
kalau tak salah adalah pemimpin dari daerah Nam-keng."
Chin Yang Kun semakin berdebar-debar hatinya. Pasti ada
pertemuan besar di kota Poh-yang. Pertemuan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melibatkan orang-orang penting dari seluruh pelosok negeri.
Mungkin pertemuan yang diadakan oleh orang-orang
persilatan, menilik yang datang itu adalah orang-orang yang menyandang senjata semua.
Memperoleh dugaan demikian Chin Yang Kun menjadi
sangat tertarik. Sebagai orang yang sangat menyukai ilmu
silat dia ingin juga mengetahui apa yang akan dikerjakan oleh orang-orang itu. Maka dengan hati-hati ia mengikuti terus
kedua penunggang kuda di depannya.
Mereka masuk kota Poh-yang. Sebuah kota kecil yang
bukan main ramainya. Sepagi ini di jalan raya telah sibuk
dengan pedagang dan orang-orang yang lalu-lalang di
atasnya. Para pedagang itu menawarkan dagangannya
dengan suaranya yang keras, kadang-kadang disertai bunyi-
bunyian untuk menarik para pembeli sehingga suara-suara
mereka terdengar ribut sekali.
Kedua orang penunggang kuda itu meminggirkan kuda
mereka, kemudian berhenti di muka sebuah warung atau
restoran kecil sehingga Chin Yang Kun buru-buru menepi pula sambil berpura-pura membetulkan letak tali sepatunya. Ketika pemuda itu melirik dilihatnya dua orang penunggang kuda itu menambatkan kudanya dan masuk ke dalam restoran.
Sebentar kemudian tercium bau masakan yang sedap ke
dalam hidung Chin Yang Kun, membuat pemuda itu merasa
lapar dengan mendadak. "Busyet ! Aku tak mempunyai uang sama sekali. Bagaimana aku bisa makan di restoran?" sungutnya dengan mulut
meringis. "Hmm, engkau tak mempunyai uang untuk makan hari ini"
Mengapa engkau tak mau bekerja keras untuk
mendapatkannya?" tiba-tiba Chin Yang Kun dikejutkan oleh suara orang di belakangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun menoleh dengan cepat. Dilihatnya seorang
pemuda tampan dan halus berdiri tak jauh di belakangnya.
Pemuda tampan ini berdiri di samping sebuah pedati kecil
yang bermuatkan sebuah kotak kayu besar persegi empat.
Begitu tergesa-gesanya ia tadi sehingga ia tidak begitu
memperhatikan kalau ia berada di dekat pedati tersebut.
Tentu saja si pemuda tampan yang sejak semula memang
telah berada di tempat tersebut tahu belaka semua gerak-
gerik yang dilakukannya. "Maksud.......eh, apakah maksud saudara ?" Chin Yang Kun tersipu-sipu seperti seorang gadis yang ketahuan rahasianya.
Apalagi dilihatnya pemuda tampan di depannya itu berpakaian indah gemerlapan.
(Halaman 34 " 35 tidak ada neh..)
"Eh".aku" Ehm, namaku.... Yang Kun!" Chin Yang Kun
menjawab gagap. "Yang Kun ?" pemuda tampan itu mengulang. "Kau tentu
bukan orang sembarangan sebenarnya....kulihat sinar matamu sangat tajam, sikapmu juga halus.....kau seperti seorang
pendekar dari dunia persilatan. Mengapa kau mau menarik
pedatiku?" Chin Yang Kun tersentak kaget. Hampir saja kakinya
terantuk batu. Otomatis ia menghentikan langkahnya, lalu
dengan wajah bingung ia menoleh. "Aa.....apa maksudmu"
Mengapa.....bertanya seaneh ini?"
"Ohh, maaf.....maaf! jangan melotot begitu!" pemuda
tampan itu buru-buru mengangkat tangannya ke depan.
"Aku....aku hanya menduga-duga saja. Kau jangan
marah.....!" "Hmmh......!" Chin Yang Kun berdesah dan mengendorkan
otot-ototnya kembali. Lalu diambilnya tangkai pedatinya dan ditariknya lagi. Sambil berjalan ia bertanya, "Mengapa saudara berprasangka begitu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda tampan itu mempercepat langkahnya dan berjalan
di samping Chin Yang Kun. "Maafkanlah aku, saudara
Yang".." bisiknya perlahan. "Jelek-jelek aku ini pernah
juga".. mendalami ilmu silat. Oleh karena itu sedikit-sedikit aku dapat juga melihat dan membedakan kepandaian orang.
Menurut aku".kau demikian tenang dan percaya pada diri
sendiri. Gerak-gerikmu juga amat lemas dan tangkas, apalagi sinar matamu demikian terang dan tajam. Maka aku lantas
menduga bahwa kau tentu bukan orang sembarangan. Paling
tidak kepandaian silatmu tentu tinggi sekali....."
Chin Yang Kun tertawa perlahan. Pemuda ini demikian
polos dan menyenangkan, membuat hatinya yang kaku itu
sedikit mencair. "Kau ini ada-ada saja, saudara......ah,
siapakah nama saudara ini?" tanyanya kepada pemuda
tampan itu. Pemuda tampan itu tidak segera menjawab, sambil
menghela napas panjang pemuda itu mendongakkan
kepalanya ke langit. Dipandangnya burung-burung yang
beterbangan di udara. "Ahh.....apalah artinya sebuah nama. Sudah lama aku tak
mengingatnya lagi," katanya seperti berpantun. "Yang kuingat sekarang hanyalah nama pemberian orang-orang kang-ouw
kepadaku, yaitu.....Toat-beng-jin!!"
"Grobyaaaag!"

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kali ini kaki Chin Yang Kun benar-benar terantuk batu
saking kagetnya. Pegangannya lepas sehingga ia hampir
terjatuh dan pedatinya hampir terjungkal.
(halaman 38 " 39 nggak ada juga neh)
Chin Yang Kun menghembuskan napasnya kuat-kuat,
seakan-akan ingin memuntahkan seluruh kekesalan hatinya
seketika itu juga. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah! Kita tak usah berdebat tentang ini! Aku ini cuma seorang pengembara yang sedang mencari upah karena
kehabisan bekal. Jadi tak ada gunanya kau bersitegang
denganku, membuang-buang waktu saja....."
"Tapi......" pemuda tampan itu masih penasaran.
"Aah, sudahlah! Lihatlah itu kuilnya telah kelihatan....!"
Chin Yang Kun cepat-cepat memotong.
"Wah !" pemuda tampan itu bersungut-sungut.
"Lhoh ... Kenapa jadi kau kini yang marah?" Chin Yang Kun menegur.
"Habis, engkau sih..... !"
Bagaikan seorang perawan yang sedang merajuk pemuda
tampan itu berjalan mendahului Chin Yang Kun. Mulutnya
masih mengoceh meskipun tak jelas.
"Pemuda ini sungguh aneh dan mencurigakan. Aku harus
berhati-hati menghadapinya." Chin Yang Kun berkata di dalam hatinya. "Pemuda ini tampaknya telah mengenal aku dan kini sedang berusaha memancing-mancing sesuatu dariku".."
Chin Yang Kun membelokkan pedatinya ke halaman kuil.
Tempat itu sangat sepi, seperti tiada penghuninya sama
sekali. Halamannya tampak kotor dan kurang terawat. Pohon-
pohonnya yang rindang menyebarkan daun-daunnya yang
kering kemana-mana, memenuhi halaman, genting dan
pendapa yang terbuka itu.
"Nah, sudah sampai".." Chin Yang Kun berdesah sambil
menaruh pedatinya di depan pendapa. Dikebut-kebutkannya
lengan bajunya sambil menanti upahnya. Rasa kikuk dan malu kembali menggoda hatinya, tapi ditahan-tahannya juga.
Celakanya, pemuda tampan itu tidak segera membayar
upah yang telah dijanjikannya, tapi malah naik ke atas
pendapa dan duduk di kursi yang tersedia di sana. Tentu saja Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun menjadi kelabakan. Mau menagih malu, tapi
kalau diam saja, berapa lama ia harus menanti lagi" Padahal ia tak ingin kehilangan jejak kedua orang penunggang kuda
itu. Chin Yang Kun menjadi serba salah. Hatinya mendongkol.
Ketika sekali lagi diliriknya pemuda itu tetap belum beranjak dari kursinya, maka ia segera berbalik dan berjalan
meninggalkan tempat itu. Dibuangnya jauh-jauh bayangan
tentang upah itu dari benaknya!
Harga dirinya tersinggung dan ia menjadi sangat menyesal
sekali telah menerima tawaran pekerjaan itu. Hanya karena
ingin membeli makan saja ia harus merendahkan dirinya
sampai begitu rupa! "Eeeee......mau kemana kau" Tunggu sebentar.....!"
pemuda tampan yang mengaku sebagai Toat-beng-jin itu
berteriak dan meloncat turun dari atas pendapa. Tergesa-gesa pemuda itu mengejar Chin Yang Kun.
Tapi hati Yang Kun sudah terlanjur panas sehingga teriakan itu tak diacuhkan sama sekali olehnya. Dan ketika pemuda
tampan itu mendahului dan menghadang jalannya, barulah
Chin Yang Kun menghentikan langkahnya.
"Apakah yang kaukehendaki lagi dariku?" Chin Yang Kun bertanya ketus.
Wajah pemuda tampan itu tiba-tiba tampak gelisah dan
ketakutan. "Maaf, Saudara Yang........! Kau bersabarlah
dahulu.......! Kau jangan cepat-cepat marah! Dengarkanlah
dahulu perkataanku! Aku.................."
"Sudahlah! Aku telah menolongmu menarik pedati sampai di sini. Sekarang......."
Tiba-tiba Chin Yang Kun menghentikan kata-katanya.
Matanya dengan tajam mengawasi tiga orang penunggang
kuda yang datang memasuki halaman kuil itu. Tiga orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penunggang kuda yang tadi dilihatnya mengendarai kuda
mereka di perempatan jalan dengan kecepatan tinggi. "Keng
Si Yu dari kota Lok-yang?"" Chin Yang Kun bergumam di
dalam hati, ingat pada nama yang disebutkan oleh dua orang penunggang kuda di luar kota tadi.
Sementara itu si pemuda tampan ternyata mendengar pula
suara telapak kaki kuda mereka. Pemuda itu cepat berbalik
dan bergeser mundur ke samping Chin Yang Kun. Matanya
menatap orang-orang itu dengan tajamnya, seolah-olah ia
mau mengenali salah seorang dari mereka. Tapi setelah
ternyata tak seorangpun yang dikenalnya, ia
berseru,"Siapakah kalian?"
Ketiga orang penunggang kuda itu saling pandang satu
sama lain, kemudian menghentikan kuda mereka di depan
anak-anak muda itu. Tak seorangpun dari mereka yang mau
turun dari punggung kudanya. Mereka mengawasi Chin Yang
Kun dan si pemuda tampan dengan seksama. Beberapa waktu
lamanya mereka berdiam diri saja.
"Kurang ajar! Siapakah kalian" Apakah kalian tuli"'' pemuda tampan yang mengaku sebagai Toat-beng-jin itu berteriak
mendongkol. "Akulah yang seharusnya bertanya kepadamu, anak
muda........ Siapakah kalian ini" Dan apakah keperluan kalian di tempat ini?" salah seorang diantara orang-orang itu
menjawab dengan sebuah pertanyaan pula.
"Bangsat ! Jawab dulu pertanyaanku, baru nanti aku jawab pertanyaanmu.......!"
Orang itu terperangah, perasaannya tersinggung. Selama
hidupnya yang empatpuluh tahun ini rasa-rasanya belum
pernah dia dibentak-bentak orang begitu rupa.
"Gila! Tampaknya anak ini belum pernah dihajar orang
selama ini.......!" orang itu menggeram sambil menoleh ke arah kawan-kawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teman-temannya mengangguk. "Apakah twa-ko ingin
melihat kami menghajarnya?" kedua orang itu bertanya.
"Apa" Kalian mau menghajar aku" Kurang ajar......!
Kubunuh kalian!" pekik pemuda tampan itu marah sekali.
Tangan kanannya mencabut sesuatu dari balik bajunya,
kemudian"..wuuuut! dua buah benda mengkilat yang mirip
dengan pisau, melesat bagai kilat menghantam dada binatang tunggangan mereka.
Serangan mendadak itu benar-benar di luar dugaan kedua
orang itu. Begitu terkejutnya mereka sehingga hampir-hampir keduanya tak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan
kuda tunggangan mereka. Dengan sekuat tenaga mereka
menyepak perut kuda masing-masing seraya mengayunkan
ujung cambuk mereka untuk menangkis pisau terbang itu.
Tapi..... tetap sia-sia! Senjata rahasia yang mirip pisau itu tetap saja menghunjam ke dada binatang tunggangan
mereka. Tepat pada jantung binatang itu! Dengan meringkik
keras dua ekor kuda itu mengangkat kaki depannya tinggi-
tinggi ke atas, lalu terbanting keras ke tanah. Mati !
Kedua orang penunggang kuda itu cepat-cepat melompat
menyelamatkan diri sebelum tubuh mereka tergencet oleh
binatang tersebut. Dengan air muka merah padam kedua
orang itu mencabut golok mereka, sementara kawan mereka
yang mereka panggil twa-ko tadi juga cepat-cepat turun dari atas kudanya dan bersiap-siap pula. Ketiga-tiganya berputar mengepung Chin Yang Kun dan si pemuda tampan.
Tapi sebelum mereka menyerang, tiba-tiba dari luar masuk
lima orang penunggang kuda lagi ke halaman kuil itu. Dan
Chin Yang Kun segera mengenal juga siapakah mereka itu,
karena orang-orang itu tidak lain adalah lima orang
penunggang kuda yang mendahului dia di luar kota tadi.
"Hai....Keng si-cu, kalian sudah tiba lebih dahulu" Ada apa ini"..?" begitu datang salah seorang yang berjenggot lebat menegur orang yang dipanggil twa-ko tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keng Si Yu meloncat mundur, lalu menyalami orang
berjenggot lebat itu. "Hai, selamat bertemu Pouw-heng
(Saudara Pouw).... ini dia, ada pengacau yang hendak
merusak pertemuan kita!"
"Anak-anak muda ini" Mau mengacau pertemuan kita?"
orang she Pouw yang berjenggot lebat itu menegaskan.
Matanya yang bulat besar itu melotot mengawasi Chin Yang
Kun dan si pemuda tampan dan bangkai-bangkai kuda itu
berganti-ganti. Sementara itu Chin Yang Kun telah mulai menyadari
keadaannya. Ternyata dia telah masuk ke dalam perangkap
pemuda tampan itu untuk membantu menghadapi musuh-
musuhnya, yaitu para penunggang kuda itu. Dan sekarang ia
tak mungkin bisa mundur lagi sebab orang-orang itu telah
men-cap dia sebagai kawan si pemuda tampan itu dan
dianggap sebagai perusuh yang hendak mengacaukan
pertemuan mereka. Alasan apapun yang dia berikan tentu
tidak akan mereka terima.
Dengan perasaan gemas dan mendongkol Chin Yang Kun
melirik ke arah kawannya itu. Tampak olehnya pemuda itu
juga mengawasi dirinya dengan mulut tersenyum seolah-olah
tak bersalah. Ingin sekali rasanya Chin Yang Kun menghajar mulut yang pringas-pringis itu.
"Kurang ajar! Awas kau nanti......!" ancamnya di dalam
hati. Kelima orang penunggang kuda yang baru datang itu telah
turun pula dari punggung kuda masing-masing. Bersama-sama
dengan rombongan Keng Si Yu mereka mengepung Chin Yang
Kun dan si pemuda tampan di tengah-tengah.
"Nah! Lekaslah kalian memilih! Menyerah untuk kami ikat
atau......melawan untuk kami bunuh! Cepat!" orang she Pouw itu membentak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, repot-repot amat! Bunuh saja! Habis perkara.....!"
salah seorang dari kelima pendatang baru itu, yaitu yang
mengenakan baju biru, berteriak pula dengan kerasnya.
"Benar! Bunuh saja! Sangat berbahaya bagi kita kalau kita
lepaskan.....!" lainnya ikut berseru pula.
Chin Yang Kun menjadi tegang, demikian pula dengan
pemuda tampan itu! Tanpa disadari pemuda tampan itu
semakin merapat pada Chin Yang Kun, sehingga lengan
mereka saling bersinggungan. Pemuda itu menoleh, lalu
meringis kecut, sehingga Chin Yang Kun rasanya ingin
mengumpat-umpat saja! "Nah, bagaimana kalau sudah begini" Apa yang hendak
kaulakukan" Mengupah seseorang untuk melindungimu?" Chin
Yang Kun berkata dongkol.
Pemuda tampan itu meringis lagi. "Maafkanlah aku,
Saudara Yang.....! aku memang jahat.....tapi ....tapi, apakah engkau tidak kasihan kepadaku" Aku....eh, aku memang
bermaksud meminta pertolonganmu tadi, tapi bukan untuk
melawan mereka." "Lalu .....melawan siapa?" Chin Yang Kun mengeryitkan
keningnya. "Orang yang jauh lebih lihai daripada orang-orang ini!
Kalau cecunguk-cecunguk ini sih.....mudah! aku tak perlu
harus mengundangmu. Aku sendiri bisa membabat mereka."
"Hah" Kau jangan takabur......!" Chin Yang Kun tertegun.
"Sungguh! Aku tidak main-main!" pemuda tampan itu
menjawab mantap. Dapat dibayangkan bagaimana marahnya orang-orang itu.
Saking marah dan bencinya mereka, melihat kecongkakan
anak muda itu mereka sampai lupa untuk lekas-lekas
melabraknya! Baru setelah pemuda itu mengeluarkan pisau-
pisaunya, Keng Si Yu berteriak menggeledek.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Awas senjata pisau terbangnya !!!"
Seperti mendapatkan sebuah komando, delapan orang
penunggang kuda itu maju menyerang si pemuda tampan.
Masing-masing mempergunakan senjata andalan mereka. Ada
yang menggunakan pedang, golok, ruyung, tombak dan lain-
lain. Mereka bersama-sama saling berebut untuk menghajar
pemuda itu! Sambil menghindar pemuda tampan itu masih bisa
menyombongkan dirinya lagi. "Saudara Yang, kau minggirlah
dulu! Lihatlah sepak-terjangku.....! nanti pada saatnya ganti aku yang akan menonton sepak-terjangmu....."
Karena ingin membuktikan sendiri kehebatan pemuda
congkak itu, maka Chin Yang Kun menurut saja ketika disuruh minggir. Dan hal itu mudah saja dilakukan oleh ahli waris
keluarga Chin itu. Hanya dengan melangkah ke samping
ketika orang yang berada di belakangnya menyerang,
kemudian dengan sebat menikam perut orang itu dengan
sikunya selagi dia kebingungan, maka Chin Yang Kun sudah
bisa meloloskan diri dari kepungan mereka!
"Huaaaak !" Orang yang tersodok siku perutnya itu muntah-muntah.
Untunglah Chin Yang Kun tidak bermaksud membunuhnya.
Coba kalau pemuda itu mengerahkan sedikit saja tenaga
dalamnya, niscaya orang itu takkan bisa hidup lagi. Paling tidak isi perutnya tentu akan hancur berantakan !
"Tapi"..siapakah lawanku nanti?" dari luar arena Chin Yang Kun masih sempat berteriak.
"Tunggulah ! Sebentar juga ia akan datang karena aku dan dia telah berjanji untuk bertemu di tempat ini !" dengan enaknya si pemuda tampan itu menjawab di antara hujan
senjata yang menimpanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata pemuda tampan itu memang tidak hanya
membual. Sepak terjangnya memang hebat bukan main.
Gerakannya cepat dan tangkas, sementara ilmu silatnya yang bersifat kasar dan ganas itu benar-benar mengerikan.
Beberapa buah pisau kecil yang ada di tangannya itu kadang-kadang dilontarkan, tapi kadang-kadang juga untuk senjata
menangkis dan menyerang lawan-lawannya.
Hebatnya lagi, pemuda itu kadang-kadang sengaja
membiarkan dirinya ditabas atau dihujam senjata lawan
apabila tidak ada kesempatan untuk mengelakkannya lagi.
Dan semuanya itu seperti tak dirasakannya sama sekali! Tentu saja lawan-lawannya menjadi heran dan mulai gemetar di
dalam hati. "Ah, sungguh hebat juga lwee-kang anak ini! Sudah berani
menangkis senjata tajam tanpa terluka"." Chin Yang Kun
berdesah kagum. ''Tak heran dia berani omong besar. Tapi
apa sebabnya ia masih ketakutan melawan orang yang
dijanjikannya itu " Hmm, jangan-jangan orang yang akan
diadu denganku itu"..benar-benar hebat bukan kepalang."
Sebenarnya bisa saja Chin Yang Kun meninggalkan tempat
itu sekarang. Tak ada orang yang akan menghalang-halangi
jalannya. Semuanya telah terlibat dalam pertempuran yang
seru dan dahsyat. Tapi Chin Yang Kun tidak bermaksud untuk meninggalkan
tempat itu lagi. Selain ia tak ingin dianggap penakut oleh pemuda tampan itu, ternyata tanpa sengaja dia telah
menemukan tempat pertemuan para penunggang kuda itu,
sehingga ia tak usah lagi memata-matai dua orang
penunggang kuda yang ada di restoran itu. Kedua orang
itupun nanti akan datang pula ke tempat ini.
Pikiran Chin Yang Kun menjadi tenang. Ketika sekali lagi
dilihatnya pemuda tampan itu terus berada di atas angin dan selalu mencecar lawan-lawannya, maka ia segera berjalan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjauhi mereka. Dicobanya untuk menyelidiki tempat itu,
tempat yang suasananya sangat aneh menurut penilaiannya.
Masakan kuil yang masih tampak terpelihara, meskipun
agak kotor itu tak ada penghuninya sama sekali"
Chin Yang Kun naik ke atas pendapa yang ada itu.
Dilihatnya semua perabot ruangan masih tampak utuh.
Sampai pada hiasan-hiasan dan gambar-gambarpun masih
terletak ditempatnya masing-masing. Beberapa buah kursi
malah kelihatan bekas diduduki orang.
Chin Yang Kun semakin merasa aneh hatinya. Bergegas dia
menuju ke pintu tengah yang menghubungkan pendapa
tersebut dengan ruangan dalam. Pintu itu tidak terkunci.
Perlahan-lahan Chin Yang Kun mendorongnya!
Gumpalan asap berbau wangi menerjang keluar bersamaan


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan terbukanya pintu itu. Begitu banyaknya asap tersebut sehingga seolah-olah ada kebakaran hebat di dalam ruangan
itu. Untunglah Chin Yang Kun cepat-cepat meloncat surut,
sehingga hembusan asap yang berbau wangi itu tidak sampai
menerjangnya. Meskipun demikian tak urung ia tersedak juga hingga terbatuk-batuk.
Chin Yang Kun meningkatkan kewaspadaannya, hatinya
semakin bertambah yakin bahwa tentu ada sesuatu yang tidak beres di dalam kuil itu. Tak mungkin rasanya kuil yang besar dan terpelihara itu kosong tiada penghuninya. Mereka tentu ada di dalam. Hanya masalahnya sekarang adalah mengapa
mereka tidak keluar mendengar suara-suara ribut di depan
pendapa mereka" Apakah telinga mereka tuli semuanya "
Rasanya tentu tidak. Kalau demikian kemana saja mereka itu"
Hati Chin Yang Kun semakin tergelitik untuk menyelidiki
semua itu. Apalagi sekarang pemuda itu menemui sesuatu
yang aneh dan mencurigakan di ruang tengah kuil itu.
Ruangan itu penuh asap yang amat mencurigakan. Menilik
dari baunya, asap tersebut tentulah asap hio atau dupa wangi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang biasa digunakan untuk sembahyang. Hanya anehnya
mengapa asap itu sedemikian banyaknya sehingga bergulung-
gulung memadati kamar atau ruangan itu"
Apakah memang benar-benar ada kebakaran di dalam "
Rasanya juga tidak! Tidak terlihat sama sekali sinar api atau nyala api di dalam ruangan itu. Misalkan terjadi kebakaran di dalam ruangan itu, hawa panasnya tentu telah menjalar
kemana-mana pula. Padahal Chin Yang Kun tidak
merasakannya sama sekali.
Chin Yang Kun menjadi ragu-ragu. Terus masuk ke dalam
ruangan yang penuh asap itu atau menunggu sampai asap
tersebut habis tertiup angin "
Sekejap pemuda itu menjadi bingung juga. Kalau dia masuk
sekarang dan di dalam ternyata ada orang jahat, hal itu
sungguh sangat berbahaya. Tapi kalau harus menunggu
habisnya asap itu, sampai kapan dia harus menantinya"
Sungguh serba merepotkan !
Sekali lagi Chin Yang Kun menatap ruangan yang pengap
dan gelap itu. Tiba-tiba wajahnya tampak bersinar gembira.
Sekilas pemuda itu teringat pada kamar gelap di rumah Liu
twakonya dulu, yaitu ketika dia dirawat selama sebulan lebih akibat racun yang mengeram di tubuhnya.
Tanpa sengaja di rumah itu ia mampu mengembangkan
daya konsentrasinya secara mentakjubkan, sehingga dia bisa membaca seluruh keadaan di sekelilingnya tanpa harus
mempergunakan matanya. Atau dengan perkataan lain, dia
bisa melihat dan mengetahui apa yang ada di sekelilingnya
hanya dengan perasaan hatinya saja. Oleh Liu twakonya
kemampuannya itu disebut-sebut sebagai ilmu yang mirip
dengan Lin-cui Sui-hoat, yaitu semacam ilmu meramal yang
biasa dipelajari oleh para pertapa tingkat tinggi, untuk
mengetahui hal-hal yang tak bisa dijangkau oleh pandang
matanya atau hal-hal yang belum terjadi di dunia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini mendadak saja Chin Yang Kun ingin mengulangi atau
mencoba lagi kemampuannya tersebut. Sebelum dia masuk ke
dalam ruangan yang gelap penuh asap itu dia ingin
mengetahui atau menduga-duga lebih dahulu apa yang ada di
dalamnya, sehingga selanjutnya dia bisa bersiap-siap terlebih dahulu.
Chin Yang Kun segera berkonsentrasi seperti yang pernah
dia lakukan di tempat twakonya dulu itu. Perlahan-lahan sinar matanya yang mencorong seperti mata harimau atau mata
naga itu meredup. Dan sekejap kemudian pemuda itu sudah
tidak bisa melihat apa-apa, meskipun matanya tetap
terbelalak. Telinganya yang sangat terlatih, yang telah mampu membedakan suara desing senjata pun perlahan-lahan juga
tak bisa mendengarkan apa-apa lagi.
Tapi sebaliknya sejalan dengan itu hati dan perasaannya
tumbuh dan berkembang semakin hidup, sehingga rasa-
rasanya semua kegelapan dan kesunyian yang melingkupi
dirinya itu perlahan-lahan berubah kembali menjadi terang
benderang. Begitu terangnya sehingga rasa-rasanya tiada
batasan yang mampu mencegah atau menutupi jangkauan
mata batinnya. Semuanya tampak terang dan jelas dari
tempatnya berdiri. Begitu pula keadaan di dalam ruangan
yang gelap oleh asap itu. Ruangan itu rasa-rasanya menjadi terang benderang pula seperti keadaan di luar, sehingga dia bisa melihatnya dengan jelas.
Yang mula-mula tampak terbayang di matanya adalah
sesosok mayat yang tergeletak di dekat pintu. Mayat itu
tergeletak di lantai dengan mulut terbuka, lehernya terdapat bekas luka melintang yang amat lebar. Darah berceceran di
sekitarnya. Kemudian agak ke dalam lagi dilihatnya tiga sosok mayat
bersandar pada tiang penyangga langit-langit. Mayat-mayat
itu bersandar dalam posisi berdesak-desakan, sementara pada leher masing-masing juga terdapat luka pula seperti pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mayat pertama. Disinipun darah yang telah mengental tampak berceceran dimana-mana.
Gambaran-gambaran yang diperoleh Chin Yang Kun itu
benar-benar amat mengejutkan pemuda itu sendiri.
Konsentrasinya buyar sehingga bayangan-bayangan itu
menjadi lenyap dan ruangan tersebut tampak gelap kembali
seperti sediakala. Chin Yang Kun berdesah dengan air muka berubah pucat.
Benarkah apa yang dia lihat dalam bayangan tadi" Jangan-
jangan semuanya itu hanya bayangan yang tersembul dari
dalam alam bawah sadarnya saja. Jangan-jangan semua
gambaran tadi hanya timbul dari hatinya yang penuh dendam
akibat kematian ayah, ibu dan seluruh keluarganya saja,
sehingga otak yang penuh dendam itu selalu menciptakan
bayangan kengerian atau mayat-mayat yang berserakan.
Chin Yang Kun termangu-mangu. "Ah, aku akan masuk dan membuktikannya......!" akhirnya pemuda itu menggeram.
Chin Yang Kun melangkah masuk. Tapi sebelumnya ia
menoleh ke arah pertempuran lebih dahulu. Ketika dilihatnya pemuda tampan itu terus mendesak para pengeroyoknya,
hatinya menjadi semakin tenteram. Dia segera masuk ke
ruangan gelap itu dengan hati-hati.
Dan........ hampir saja Chin Yang Kun meloncat keluar
kembali ketika tiba-tiba kakinya menyentuh mayat ! Apalagi ketika dia memperhatikannya terlebih teliti lagi ternyata
keadaan mayat tersebut persis sekali dengan bayangan yang
ia dapatkan tadi. Lehernya koyak dan darah kental berceceran di sekitarnya.
"Gila ! Masakan bayangan yang kudapatkan itu memang
betul adanya ?" hatinya berseru. "Baik! Akan kulihat......!"
Chin Yang Kun mengerahkan Iwee-kangnya, sehingga
matanya semakin bersinar, seolah-olah dapat menembus
gelapnya asap yang menyelubungi ruangan itu. Kakinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melangkah lagi ke depan, ke tengah-tengah ruangan.
Napasnya yang sesak oleh asap itu tak dihiraukannya.
Ketika dilihatnya sebuah tiang di mukanya Chin Yang Kun
berhenti. Perlahan-lahan matanya menatap ke bawah dan".
benarlah ! Di sana tampak tiga buah mayat bersandar saling berdesakan. Darah menggenang di bawah mereka !
"Oohh....!" Chin Yang Kun berseru sambil menutupi
mukanya. Bayangan ayah, ibu dan paman-pamannya tiba-tiba
kembali menghantui jiwanya.
Chin Yang Kun bergegas membalikkan tubuhnya dan
bermaksud meloncat keluar kembali. Tetapi sebelum ia
sempat menjejakkan kakinya, tiba-tiba terdengar suara dingin menyeramkan di dekat telinganya. Nada suara itu terasa asing dan mengerikan, seakan-akan suara hantu yang sedang
bangkit dari kuburnya. Meremang bulu kuduk Chin Yang Kun
suara itu seolah-olah mengandung daya magis yang
menakutkan ! "Bangkitlah".! Bangkitlah kalian dari". dari kematian !
Basahilah dirimu dengan darah".darah yang masih hangat!"
Hampir pingsan rasanya Chin Yang Kun ketika mayat yang
berada di dekat pintu itu tiba-tiba bangkit dan melangkah
tertatih-tatih ke arahnya. Luka yang sangat lebar dan dalam pada leher mayat itu menyebabkan mayat itu tidak bisa
mengangkat kepalanya. Kepala itu tergolek di atas pundaknya seperti buah kelapa yang patah tangkainya.
Otomatis Chin Yang Kun melangkah mundur dengan
tergesa-gesa. Air mukanya tidak kalah pucatnya dengan wajah mayat itu. Tapi langkahnya segera terhenti pula dengan
mendadak ketika di belakangnya juga terdengar suara desis
yang mendirikan bulu roma. Tubuhnya yang jangkung itu
segera melesat ke samping, lalu menoleh. Dan kembali
matanya terbelalak ngeri !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di depannya telah berdiri pula tiga sosok mayat yang tadi
bersandar di tiang rumah. Ketiga sosok mayat itu melangkah terseok-seok dan terhuyung-huyung mendekatinya.
Gumpalan-gumpalan darah beku yang menempel pada
pakaian mereka tampak berjatuhan di atas lantai yang dilewati oleh mereka.
Pemandangan itu benar-benar menggoncangkan batin Chin
Yang Kun. Pemuda pemberani dan berkepandaian tinggi itu
kini terpaksa gemetar juga melihat kejadian yang aneh dan
mengerikan itu. Belum pernah selama hidupnya Chin Yang
Kun mendengar dan melihat kejadian yang menyeramkan
seperti ini. Mayat yang sudah kaku dan rusak bisa bangkit dan bergerak lagi, bagaimana hal seperti itu bisa terjadi" Apakah dunia ini sudah mau kiamat"
Chin Yang Kun mundur terus karena selalu didesak oleh
empat sosok mayat itu, sehingga akhirnya punggungnya
menempel pada dinding ruangan dan tak bisa mundur lagi.
Pemuda itu menjadi ketakutan setengah mati, matanya melirik kekiri dan kekanan, mencari jalan untuk melarikan diri.
Pemuda itu melihat sebuah pintu tertutup di sebelah
kirinya. Tampaknya pintu itu adalah pintu masuk ke sebuah
kamar. Chin Yang Kun cepat berlari ke sana. Lalu dengan
tergesa-gesa membuka pintu itu. Tapi untuk yang kedua
kalinya Chin Yang Kun tersentak mundur dengan wajah ngeri!
Ternyata di balik pintu tersebut telah menanti delapan atau sepuluh sosok mayat pula! Dengan keadaan tubuh yang
sangat mengerikan mayat-mayat itu berdesakan dan
menggapai-gapaikan tangannya ke arah Chin Yang Kun!
Saking kagetnya pemuda itu seolah-olah telah menjadi
lumpuh. Tubuhnya seakan-akan menjadi dingin dan kaku
sehingga berat sekali untuk digerakkan. Maka ketika empat
sosok mayat yang mengejar di belakangnya itu datang, Chin
Yang Kun tak bisa menghindar lagi. Empat pasang lengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan kuat meringkusnya dari belakang. Baunya jangan
ditanya lagi! Busuk dan amis bukan main!
Rasa takut dan ngeri membuat Chin Yang Kun berontak
untuk meloloskan diri. Otomatis tenaga dalamnya bergerak
keluar! "Hhuah!" Empat sosok mayat yang memeluk Chin Yang Kun
terpelanting kekanan dan kekiri, saking keras dan kuatnya
tenaga yang dikeluarkan oleh Chin Yang Kun, mengakibatkan
beberapa buah lengan mayat itu copot dan beterbangan
kemana-mana. Meskipun begitu ketika pemuda itu telah
berdiri tegak kembali, dilihatnya mayat-mayat itu juga telah bangkit berdiri pula lagi. Seperti tidak merasakan kesakitan sedikitpun mayat-mayat yang kehilangan lengan itu berjalan tertatih-tatih ke arahnya.
Sebenarnya hati Chin Yang Kun masih merasa ngeri bukan
main. Tapi melihat kenyataan yang baru saja terjadi, dimana mayat-mayat tersebut tidak kebal dan berbahaya seperti
layaknya hantu atau setan, maka keberaniannya mulai timbul kembali. Toh kenyataannya mayat-mayat yang sangat
mengerikan itu dapat ia hancurkan dengan ilmu pukulannya.
Maka ketika mayat-mayat itu kembali mendekatinya, Chin
Yang Kun segera mempersiapkan Liong-cu-i-kangnya.
"Ayoh! Jangan takut"..! Bunuh pemuda itu! Makan
dagingnya"..isaplah darahnya! Kalian akan memperoleh
kenikmatan yang luar biasa".." tiba-tiba suara yang
mempunyai daya magis itu terdengar lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 28 CHIN YANG KUN menoleh. Di antara remang-remang
gumpalan asap, dilihatnya seorang lelaki muda duduk di atas meja sembahyang. Pemuda itu mengenakan kain serba putih.
Rambutnya yang panjang dibiarkan terurai lepas menutupi
bahu dan punggungnya. Belasan atau bahkan puluhan ikat
dupa wangi tampak memenuhi meja yang didudukinya,
sehingga kepulan asapnya hampir menyelimuti seluruh
tubuhnya. Lelaki itu duduk dalam sikap bersamadhi. Kedua kakinya
ditekuk dalam posisi bersila, sedang tangannya disilangkan di depan dada. Matanya tampak berkilat-kilat mengerikan,
sementara bibirnya selalu berkomat-kamit seperti sedang
mengucapkan mantra. Tetapi bukanlah keadaan orang itu yang menggoncangkan
hati Chin Yang Kun, sebab bagi seorang pemuda seperti dia
pemandangan seperti itu telah terbiasa untuknya. Hal-hal
yang lebih seram dan menakutkan telah sering ia jumpai
dalam pengembaraannya. Yang sangat menggetarkan hati dan perasaan Chin Yang
Kun adalah pengaruh aneh orang itu terhadap mayat-mayat
yang kini berada di sekelilingnya. Kata-kata yang keluar dari mulut orang itu seolah-olah merupakan aba-aba atau perintah yang akan diturut dan diikuti oleh mayat-mayat tersebut.
Mendengar suara aba-aba dari lelaki itu mayat-mayat yang
mengepung Chin Yang Kun tersebut semakin tampak beringas
! Tubuh yang telah rusak itu tampak bergetaran bagai terkena aliran listrik. Semuanya tampak bergegas mendekati Chin
Yang Kun. Kali ini Chin Yang Kun tak memberi ampun lagi. Dalam
kengeriannya pemuda itu mengerahkan segala
kemampuannya dengan tidak tanggung-tanggung lagi. Sambil
mengeluarkan suara desis dari sela-sela bibirnya, tangannya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terayun ke depan ke arah empat sosok mayat yang mendekati
dirinya. "Bhuumm !!" Empat sosok mayat itu terlempar beterbangan bagaikan
dihempas badai, lalu hancur berantakan ketika menghantam
dinding ruangan. Terdengar suara gemuruh ketika sebuah dari dinding runtuh akibat terlalu keras pukulan Chin Yang Kun.
Tapi Chin Yang Kun menjadi terkejut sekali ketika dari
lobang dinding yang runtuh itu tiba-tiba menerobos belasan sosok mayat lagi ke dalam ruangan tersebut! Kiranya dibalik dinding itu adalah kamar untuk menyimpan mayat pula!
Rasa ngeri membuat Chin Yang Kun tidak bisa berpikir
panjang lagi. Keinginannya hanya satu, yaitu lekas-lekas
memusnahkan mayat-mayat yang mengerikan itu. Maka
serangan yang dilontarkannyapun benar-benar dahsyat bukan
main! Sepasang tangan dan kakinya dengan dilandasi tenaga
sakti Liong-cu-i-kang tampak berserabutan menghantam
kesana kemari. Terdengar suara gaduh dan hiruk-pikuk ketika puluhan sosok mayat itu terlempar berjatuhan ke segala
penjuru. Mayat-mayat itu jatuh menimpa apa saja peralatan
yang berada di dalam ruangan sembahyang itu! Semuanya
hancur porak-poranda dengan mengeluarkan suara yang
memekakkan telinga. "Hihihihi.....mayat yang telah mati takkan mungkin bisa
mati untuk kedua kalinya. Sekali mereka bangkit dari tidurnya, mereka takkan berhenti bergerak meskipun tinggal sepotong
kepalanya saja.....! hihihi....ayoh, bangkitlah! Bangkitlah lagi!"
lelaki baju putih itu berseru menyeramkan.
Benar juga. Mayat-mayat yang telah lintang-pukang dan
sebagian malah telah hancur terpotong-potong badannya itu
telah perlahan-lahan tampak bangkit lagi dari puing-puing
reruntuhan itu. Ada yang terseok-seok jalannya karena
kakinya tinggal sebelah. Ada yang merangkak karena kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakinya telah hilang. Malah ada pula yang bergulung-gulung di atas lantai karena seluruh anggota tubuhnya telah tiada lagi!
Mereka semua beringsut dan tertatih-tatih ke arah Chin Yang Kun!
Chin Yang Kun mengobral kekuatannya sehingga ruangan
itu semakin hancur terkena tubuh-tubuh mayat yang
beterbangan kesana kemari. Segala kotoran, debu dan pasir
berhamburan kemana-mana, bercampur dengan asap,
membuat ruangan itu bertambah gelap dan menyesakkan
napas. Selesai mengenyahkan semua mayat-mayat yang
mengancam dirinya Chin Yang Kun lantas mundur ke arah
dinding, menghindari kepulan asap, debu dan pasir yang
beterbangan. Dengan wajah yang masih diliputi kengerian
pemuda itu mengawasi seluruh ruangan. Diantara kegelapan
yang masih menyelimuti tempat itu tampak potongan-


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

potongan mayat yang sangat menyedihkan berceceran dengan
reruntuhan-reruntuhan yang porak-poranda.
Chin Yang Kun menghela napas lega. Sedikit demi sedikit
hatinya menjadi tenang kembali. Tapi ketika matanya
menatap ke tengah-tengah ruangan, tiba-tiba matanya
terbelalak kaget! Meja sembahyang itu ternyata masih tetap berdiri di tempatnya!
Potongan-potongan mayat yang bercampur dengan segala
macam reruntuhan tampak menggunung di sekeliling meja itu, tapi meja itu sendiri ternyata masih tampak bersih dan teratur.
Puluhan ikat dupa wangi yang memenuhi meja itu masih tetap berdiri di tempatnya. Ujung-ujungnya yang terbakar itu masih tetap mengepulkan asapnya pula. Dan ditengah-tengah meja
tersebut juga masih terlihat lelaki muda yang bisa
mengendalikan puluhan mayat itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekejap Chin Yang Kun mengawasi orang yang sedang
duduk bersamadhi itu. Ketika kemudian orang itu membuka
matanya dan menatap kepadanya, tiba-tiba Chin Yang Kun
segera mengenalnya. "Kurang ajar! Bukankah orang ini adalah pembantu Hek eng-cu yang bergelar Song-bun-kwi (Hantu
Berkabung) itu ". ?" desahnya di dalam hati.
Dendam yang tersekap di dalam hati Chin Yang Kun
bagaikan terbakar kembali. Bayangan siksaan yang pernah
dilakukan oleh orang itu kepadanya di gedung Si Ciang-kun
beberapa tahun yang lalu kembali terbayang di depan
matanya. Apalagi ketika diingat orang itu juga termasuk dalam daftar orang-orang yang ia curigai membunuh keluarganya.
"Hihihi....... kau hebat juga, anak muda! Tetapi meskipun demikian kau jangan lekas-lekas berbesar hati karenanya.
Seperti telah kujelaskan tadi, orang....... eh, mayat-mayat itu takkan bisa mati untuk yang kedua kalinya. Mereka tetap akan hidup meski hanya dengan tubuh atau kepalanya saja.
Lihatlah.......!" "Hah?"?" Hampir saja Chin Yang Kun terlonjak dan menjerit. Sebuah
kepala mayat yang telah terpisah dari tubuhnya, yang sejak tadi berada di dekat kakinya, tanpa disangka-sangka
menggelundung mendekati dia dan tiba-tiba menggigit
celananya! Saking kaget dan ngerinya Chin Yang Kun otomatis
meloncat ke atas, lalu dengan perasaan jijik ia mengayunkan kakinya ke arah dinding. Praaak! Potongan kepala itu pecah berantakan!
Tapi bersamaan dengan itu Chin Yang Kun melihat mayat-
mayat yang lain bangkit dari tempatnya. Mereka bangkit dari reruntuhan-reruntuhan dengan keadaan tidak kalah seramnya.
Ada yang sudah hancur tubuhnya. Ada pula yang sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terbuka perutnya, sehingga ususnya berceceran keluar!
Baunya jangan ditanya lagi.
"Gila! Ilmu macam apa pula ini...... ?" Chin Yang Kun berdesah dengan wajah pucat. Ingin benar rasanya dia
melarikan diri dari tempat yang menyeramkan itu.
Tapi sebelum tubuhnya bergerak, lelaki berbaju putih yang
tidak lain adalah Song-bun-kwi itu berteriak. Tampaknya Ielaki itu dapat meraba maksud hati Chin Yang Kun tersebut.
"Jangan pergi! Tidak ada gunanya! Apakah engkau ingin
agar mayat itu mengejar-ngejarmu di tengah-tengah kota"
Bagaimanakah jadinya kota ini kalau mayat-mayat itu
berkeliaran di dalamnya" Hihihihi".."
"Ohh!" Tiba-tiba Chin Yang Kun seperti diingatkan tentang sesuatu hal. Mayat-mayat itu bangkit karena mendapatkan perintah
dari orang itu. Nah, selama orang itu masih hidup, ia mampu memberi perintah kepada mayat-mayat itu, maka mayat-mayat tersebut tetap takkan bisa mati. Satu-satunya cara
untuk menghentikan mayat-mayat tersebut hanyalah dengan
membungkam mulut orang yang menghidupkannya.
Setelah mendapatkan keputusan demikian maka Chin Yang
Kun lalu mempersiapkan dirinya. Mayat-mayat yang semula
sangat merisaukan hatinya itu kini tak dihiraukannya lagi.
Hatinya sudah bulat untuk menghancurkan pusat
penggeraknya, yaitu Song-bun-kwi Kwa Sun Tek!
Dengan berteriak nyaring Chin Yang Kun meloncat tinggi ke
atas, melampaui kepala-kepala mayat yang tersaruk-saruk
mendekati dirinya lalu meluncur ke arah Song-bun-kwi yang
duduk bersamadhi di meja sembahyang itu. Kedua belah
telapak tangan pemuda itu terjulur ke depan, mengarah ke
atas kepala dan dada lawannya. Sementara itu kedua kakinya ditekuk ke belakang untuk sewaktu-waktu dapat digunakan
sebagai senjata menyapu lawan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat serangan tersebut Song-bun-kwi tertawa
menyeramkan. "Hihihahaha"..ternyata engkau mempunyai
otak juga, anak muda.....! Marilah......kita bermain-main
sejenak!" Mendadak tokoh dari Tai-bong-pai berdiri di atas mejanya,
lalu dengan tergesa meloncat turun untuk menghindari
serangan Chin Yang Kun. Ternyata tokoh Tai-bong-pai yang
mahir ilmu hitam itu tidak berani mengadu tenaga dengan
Chin Yang Kun. Kehebatan tenaga dalam yang telah
diperlihatkan oleh Chin Yang Kun ketika melawan mayat-
mayat tadi benar-benar menggetarkan hati tokoh hitam itu.
"Dhuaaar!" Meja sembahyang yang penuh dengan saji-sajian dan dupa
wangi itu hancur berantakan. Ratusan batang hio yang
menyala itu bertaburan di dalam gelap, sehingga dari jauh
kelihatan seperti kembang api yang memercik kemana-mana.
Meja yang kokoh kuat itu pecah berkeping-keping dihajar Chin Yang Kun!
Song-bun-kwi menepiskan beberapa potong kayu yang
melayang ke arahnya, kemudian melesat mendekati Chin Yang
Kun. Dan selagi pemuda itu sibuk dengan batang-batang hio
yang bertebaran di sekelilingnya Song-bun-kwi menyergapnya dari belakang.
"Wusss! Plak! Plak! Wuuus!"
Dengan jari-jari renggang dan ditekuk seperti kuku harimau Song-bun-kwi menyerang pusar dan pinggang Chin Yang Kun.
Geraknya tampak kaku dan canggung, namun pengaruhnya
ternyata bukan main hebatnya, dalam juga serangan itu
menyentuh kulit Chin Yang Kun. Chin Yang Kun telah
merasakan sengatnya yang menyakitkan! Kulit yang menjadi
sasaran serangan tersebut seolah-olah telah mengelupas
sebelum disentuh jari lawan!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Otomatis Chin Yang Kun mengelak dan menangkis,
sehingga dua tiga kali telapak tangan kedua orang itu
berbenturan di udara. Masing-masing mengerahkan seluruh
tenaganya. Akibatnya Song-bun-kwi tergetar mundur
beberapa langkah, sementara Chin Yang Kun yang berada
dalam posisi bertahan juga terdorong mundur dan hampir
terjatuh. Dua-duanya terperanjat. Chin Yang Kun tidak menyangka sama sekali bahwa
lawannya yang mahir ilmu hitam itu ternyata juga mempunyai tenaga dalam yang sangat tinggi. Rasa-rasanya tenaga dalam orang itu tidak kalah hebatnya dengan lwee-kang Keh-sim
Siauw-hiap. Untunglah sejak semula dia telah mengerahkan
Liong-cu-i-kangnya. Coba ayal sedikit saja jiwanya mungkin sudah tak tertolong lagi.
Sebaliknya Song-bun-kwi juga tidak kalah kagetnya. Sejak
semula, begitu iblis itu mengenali siapa yang berada di
hadapannya, ia pun langsung mengerahkan ilmu puncak pula.
Meskipun dahulu ia pernah merasakan betapa hebatnya ilmu
pemuda itu, tapi sekarang setelah dia sendiri juga telah
menyempurnakan ilmunya, ia percaya bahwa pemuda itu
takkan sanggup mengelakkan serangan beruntunnya tadi.
Tapi kenyataannya malah lain. Pemuda itu ternyata tangkas
bukan main. Kecepatan geraknya ternyata sangat
menakjubkan. Tangkisan tangannya malah mampu
menggoyahkan kuda-kudanya.
Keduanya segera bersiap-siap kembali. Mereka berdiri
berhadapan dalam jarak dua tombak, berselimutkan asap hio
yang masih pekat menyelubungi ruangan itu. Kini mereka
benar-benar mempersiapkan seluruh kesaktian mereka.
Beberapa gebrakan yang mereka lakukan tadi sudah cukup
bagi mereka masing-masing untuk menilai kekuatan lawannya.
Sampai bergetar rasanya tubuh Song-bun-kwi ketika
mengerahkan Hio-yen Sin-kangnya yang ampuh. Hawa dingin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyesakkan terasa menebar ke sekeliling tubuhnya sejalan
dengan hembusan napas yang keluar dari hidungnya. Asap hio yang menyelimuti tubuh tokoh Tai-bong-pai itu seolah-olah
juga tampak semakin menebal, sementara bau wangi yang
tersebar di dalam ruangan itu juga terasa semakin menyengat hidung. Secara keseluruhan jago muda dari perguruan Tai-bong-pai itu telah mempersiapkan ilmu andalannya, yaitu ilmu silat Mayat Mabuk! Sementara itu Ilmu Memanggil Roh yang ia gunakan untuk menguasai mayat-mayat itu juga belum ia
lepaskan pula! Di pihak lain Chin Yang Kun juga tidak ingin berlaku
sungkan-sungkan lagi. Pemuda itu tidak mau mengambil
resiko termakan oleh keganjilan ilmu lawan sebelum dia nanti sempat mengembangkan ilmu puncaknya sendiri. Oleh karena
itu begitu melihat musuhnya mempersiapkan diri, iapun
segera bersiap-siap pula dengan ilmu pamungkasnya, Liong-
cu-i-kang dan Kim-coa-i-hoat!
"Hiyaaaat !!!" Tiba-tiba Song-bun-kwi menerjang ke arah Chin Yang Kun!
Tubuhnya yang lurus kaku seperti mayat itu meluncur ke
depan bagaikan sebatang tongkat yang melesat di udara,
kepalanya yang berambut riap-riapan itu meluncur lebih
dahulu bagaikan anak panah ke arah dada Chin Yang Kun!
Cepatnya bukan kepalang! Jurus yang dipergunakan oleh Song-bun-kwi tersebut
adalah jurus ke sembilan dari Ilmu Silat Mayat Mabuk, yang dinamakan jurus Membentur Bong-pai Menanyakan Jalan !
Sepintas lalu jurus itu seperti tidak ada keistimewaannya.
Begitu kaku, canggung dan sangat sederhana ! Padahal jurus itu selain amat sulit sebenarnya sangat kaya akan variasi dan kejutan! Kedua lengan yang terlipat diatas dada itu setiap saat dapat bergerak mencari kelemahan lawan, sementara kedua
belah kaki yang terbujur kaku itu setiap saat juga bisa
merenggut nyawa ! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untunglah Chin Yang Kun pernah melihat kedahsyatan ilmu
tersebut ketika tokoh Tai-bong-pai itu bertempur dengan Chu Seng Kun tempo hari. Maka dari itu untuk menghadapinya
Chin Yang Kun bertempur dengan sangat hati-hati sekali.
Pemuda itu tidak ingin hanya karena kesalahan atau
keteledoran kecil membuat dirinya terjeblos ke dalam lobang kesukaran.
Oleh sebab itu serangan yang tertuju ke arah dadanya itu
tidak dilayani oleh Chin Yang Kun. Dengan jurus Ular Emas Meninggalkan Sarang pemuda itu menggeliat ke samping lalu
melangkah tiga tindak ke depan. Dengan gerakannya ini Chin Yang Kun menghindari serbuan lawannya. Otomatis serangan
Song-bun-kwi menemui tempat kosong, sementara Chin Yang
Kun sekarang justru berada di belakangnya malah.
Tapi telah dikatakan tadi bahwa jurus-jurus ilmu Silat Mayat Mabuk itu sebenarnya tidak sesederhana dan secanggung
penampilannya. Tampaknya saja amat kaku dan jelek
gerakannya, tapi sesungguhnya mengandung berbagai macam
tipuan dan serangan yang berbahaya. Itulah sebabnya ilmu ini sangat disegani kawan dan ditakuti lawan !
Buktinya gerakan Chin Yang Kun itu ternyata juga telah
diperhitungkan pula oleh Song-bun-kwi. Begitu lawannya
mengelak kesamping dan kini justru berada di belakangnya,
jago muda dari Tai-bong-pai itu segera mengurai tangan dan kakinya. Gerakannya membuat tubuhnya jungkir balik dan
kehilangan daya luncurnya. Dan bersamaan dengan jatuhnya
kaki di atas lantai tokoh muda yang mahir ilmu hitam tersebut cepat-cepat berbalik dan menghantam Chin Yang Kun dengan
kedua belah telapak tangannya. Gerakannya ini dia lakukan
sambil menjatuhkan tubuhnya ke lantai, seakan-akan seperti sesosok mayat yang terhuyung-huyung jatuh karena tak tahan berdiri terlalu lama. Dalam Ilmu Silat Mayat Mabuk jurus ini dinamakan Mendorong Giam-lo-ong Memasuki Peti Mati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu Chin Yang Kun juga segera melepaskan
serangannya. Sambil membalikkan badannya pemuda itu
mengayunkan kaki kanannya ke belakang, ke arah kepala
lawan. Dari bawah kakinya berputar setengah lingkaran ke
atas dalam jurus Ular Emas Menyabetkan Ekornya. Suaranya
berdesing saking kuatnya dan batang kaki itu seperti
bertambah sejengkal panjangnya !
Maka tak dapat dicegah lagi kedua telapak tangan Song-
bun-kwi berbenturan dengan kaki kanan Chin Yang Kun! Oleh
karena masing-masing telah melandasi serangannya dengan
kekuatan penuh maka benturan tersebut menimbulkan
getaran yang maha hebat dan mengeluarkan suara berdentam
bagai petir menyambar ! Dan akibatnya sungguh hebat!
Sepatu dan kain celana Chin Yang Kun sebelah kanan
hancur bertebaran ditiup angin, sementara pemuda itu sendiri tetap bertahan untuk tidak terdorong jatuh. Meskipun
demikian karena kedudukan kakinya memang tidak begitu
kokoh, apalagi hanya bertumpu pada satu kaki, maka tubuh pemuda itu terpaksa terhuyung-huyung juga menabrak tiang !
Sedangkan di pihak lain, akibat dari benturan tenaga itu
benar-benar hebat bagi Song-bun-kwi ! Tokoh Tai-bong-pai
yang sejak semula begitu mengagungkan kehebatan ilmunya
sendiri itu kini terpaksa harus melihat bahwa di dunia ini ternyata masih ada ilmu lain yang lebih dahsyat dari pada
ilmunya. Meskipun telah mengerahkan segala kemampuannya
ternyata benturan tenaga itu membuat tokoh ilmu hitam
tersebut terlempar dan berguling-guling menabrak dinding.
Dari mulutnya menetes darah segar, sementara kedua belah
lengannya serasa berpatahan tulang-belulangnya !
Menyadari bahwa ilmunya tak mungkin bisa mengatasi
lawannya, Song-bun-kwi segera mencari jalan untuk
meninggalkan ruangan itu.
Mula-mula dia beringsut kembali ke tengah ruangan untuk
berlindung di tengah-tengah gumpalan asap hio yang masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat tebal di sana. Kemudian dari tempat itu ia berusaha mencegah kejaran Chin Yang Kun dengan ilmu hitamnya.
Chin Yang Kun bersandar pada tiang yang ditabraknya.
Dengan mata sedikit nanar dicarinya Song-bun-kwi yang
terlempar oleh pukulannya tadi. Tetapi kepulan asap hio yang amat tebal itu benar-benar sangat mengganggu
pandangannya. Tiba-tiba sepasang lengan yang licin dan dingin menyergap
pemuda itu dari belakang. Begitu licinnya kulit itu sehingga rasa-rasanya ada lendir yang mengucur dari pori-porinya.
Malah sesaat kemudian bagian punggung pemuda itu terasa
basah oleh lendir atau keringat orang yang menyergapnya.
Baunya jangan dikata lagi! Busuk dan amis!
Tetapi bukan lendir ataupun bau busuk yang mengejutkan
Chin Yang Kun ! Yang sangat mengagetkan pemuda itu adalah
gerakan yang dilakukan oleh penyergapnya tersebut. Dengan
Liong-cu-i-kangnya yang sangat hebat ternyata dia tidak bisa menangkap gerak atau langkah kaki penyergapnya itu, tahu-tahu orang itu telah memeluknya dari belakang.
Chin Yang Kun meronta. Tumitnya menghantam ke
belakang, ke arah lutut penyergapnya kemudian kedua
sikunya bergantian menghajar perut dan dada lawan !
Gerakan pemuda itu dilakukan dengan amat cepat dan penuh
tenaga, dengan maksud agar pelukan itu segera dilepaskan.
Tapi penyergapnya yang Iihai itu tampaknya tidak mau
mengelak ataupun melepaskan pelukannya. Dengan nekad
penyergap itu menerima hantaman dan hajaran tumit dan siku Chin Yang Kun. Terdengar suara gedebas gedebus seperti
batang pisang busuk ketika siku Chin Yang Kun mengenai
perut dan dada lawannya. Saking kuatnya pukulan itu
membuat perut serta dada itu hancur bertaburan isinya !
Cairan hijau dan kuning muncrat membasahi pakaian Chin
Yang Kun. Baunya jangan ditanya lagi !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun meloncat ke depan dengan cepat, lalu
membalikkan tubuhnya. Dan".. pemuda itu tersedak mau
muntah ! Di hadapannya tampak sesosok mayat dengan perut
dan dada hancur bersandar pada tiang ! Tak ada perubahan
pada muka yang telah menjadi kaku dan beku itu. Malah
sesaat kemudian mayat itu melangkahkan kakinya, terseok-
seok menyeret gulungan-gulungan usus yang tercecer di atas lantai.
"Gila! Dunia benar-benar sudah gila!" Chin Yang Kun
mengumpat-umpat dengan perasaan jijik. Baju yang
berlepotan darah busuk itu segera dilepaskan, kemudian
dibuang jauh-jauh. Mulutnya meludah tak henti-hentinya.
Peristiwa itu sungguh amat mencengkam hati Chin Yang
Kun sehingga untuk sesaat pemuda itu sampai lupa kepada
musuhnya. Tentu saja Song-bun-kwi yang selalu mengintai
dari balik asap itu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan
tersebut. Dengan sebat kedua tangan tokoh Tai-bong-pai itu berkelebat melemparkan senjata rahasianya. Setelah itu


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan telapak tangan terbuka iblis tersebut melancarkan
pukulan jarak jauhnya. Senjata rahasia yang terdiri dari batang-batang hio itu
benar-benar sangat mengejutkan Chin Yang Kun ! Pemuda itu
jungkir balik menghindarinya, sehingga waktu pukulan jarak jauh itu datang, ia tak mempunyai kesempatan untuk
mengelak lagi. "Dheees !" Dengan telak pukulan tersebut mengenai punggung Chin
Yang Kun. Pemuda itu terhuyung-huyung menahan sakit.
Kemudian sambil bersandar di atas pecahan meja pemuda itu
mengawasi sekitarnya. Dicarinya iblis Tai-bong-pai yang licik itu, tapi tidak ketemu.
Gumpalan asap hio yang masih amat tebal itu menghalangi
pandangannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba pemuda itu mengumpat lagi dengan keras. Sambil
mengumpat pemuda itu bergegas meloncat tinggi ke atas.
Kakinya terayun keras ke arah dinding dan......sesosok mayat yang menggigit kakinya melayang membentur tembok!
Terdengar suara gemeretak ketika kepala mayat-mayat itu
hancur berantakan. "Bangsat menjijikkan! Song-bun-kwi, dimana kau" Ayoh,
keluarlah! Jangan bersembunyi kau".!" Chin Yang Kun
berteriak marah. Sambil berteriak pemuda itu mengawasi
dengan waspada ke sekelilingnya, jangan-jangan ada mayat
lagi di dekatnya. Tapi ternyata Song-bun-kwi sudah kapok untuk
meneruskan pertempuran itu. Kenyataan yang dilihatnya
membuat tokoh itu sangat yakin bahwa ia tak mungkin bisa
mengalahkan Chin Yang Kun. Oleh karena itu saat asap yang
menguntungkan dirinya itu terlanjur habis dan ia tak bisa
menyembunyikan diri lagi, maka dia lekas-lekas keluar dan
meloloskan diri. Sepeninggalnya tentu saja mayat-mayat yang berada di ruangan itu kembali tergeletak tak berdaya seperti keadaannya semula.
Beberapa saat lamanya Chin Yang Kun mencari lawannya di
antara asap dan puing-puing yang berserakan di tempat itu.
Tetapi sampai seluruh asap yang memenuhi ruangan itu hilang ditiup angin Song-bun-kwi tetap tidak diketemukannya. Iblis mengerikan itu telah pergi meninggalkan ruangan itu.
Yang sekarang tertinggal di tempat itu hanyalah mayat-
mayat yang tadi mengeroyok dia. Dan dalam keadaan terang
kini dapat dilihat bahwa mayat-mayat tersebut adalah mayat para pendeta yang tinggal di kuil itu. Hal itu kuat diduga melalui pakaian yang mereka kenakan. Semua mayat itu
mengenakan pakaian pendeta yang amat sederhana dan
dibuat dari kain kasar. "Uhh?"! Uhhhh! Uhh!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba telinga Chin Yang Kun dikejutkan oleh suara
keluhan orang di atas kepalanya. Ketika pemuda itu
mendongak ke atas, matanya terbelalak kaget. Di atas
penglari ruangan itu terlihat empat orang pendeta meringkuk dengan tubuh diikat erat-erat menjadi satu.
"Saudara, tolonglah kami....." salah seorang dari pendeta
itu merintih. "Hah" Mengapa kalian berada disitu" Dan....mengapa pula
dengan pendeta-pendeta itu?" Chin Yang Kun menunjuk
mayat-mayat pendeta yang bergelimpangan itu.
"Mereka"..mereka dibunuh oleh pemuda berbaju putih itu!
Saudara, tolonglah"..nanti kuceritakan semua yang telah
terjadi di kuil ini".." pendeta itu merintih lagi.
Chin Yang Kun mengerahkan gin-kangnya. Tubuhnya yang
jangkung itu melenting tinggi kemudian hinggap di atas kayu penglari dimana empat orang pendeta itu diikat. Dan dengan cekatan jari-jarinya melepaskan ikatan mereka.
"Apakah kalian bisa ilmu silat?" Chin Yang Kun bertanya.
Empat orang pendeta itu saling pandang kemudian dengan
ragu-ragu mereka mengangguk. "Ya, sedikit"." Bisik mereka
perlahan. "Kalau begitu marilah kita turun dan berbicara di bawah!"
Chin Yang Kun berkata. Mereka lalu turun bersama-sama. Seorang pendeta itu
dengan sedih melihat mayat-mayat yang berserakan. Mayat-
mayat kawan mereka yang secara tidak sengaja
dihancurleburkan oleh Chin Yang Kun.
"Nah, kalian tunggu disini sebentar, aku akan mencari iblis keji itu dahulu".." Chin Yang Kun berseru kepada para
pendeta itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Iblis berbaju putih itu" Ah, saudara sudah terlambat"..
Iblis itu telah meloloskan diri dari pintu belakang sejak tadi.
Dari tadi kami melihatnya".." salah seorang dari pendeta itu memberi tahu kepada Chin Yang Kun.
"Meloloskan diri melalui pintu belakang?" Chin Yang Kun
berteriak, lalu meloncat dan berlari ke arah pintu belakang.
Pintu itu memang telah terbuka. Chin Yang Kun menerobos
keluar, kemudian berlari-lari ke halaman belakang, mencari iblis itu di antara bangunan-bangunan yang banyak terdapat di sana.
Tapi iblis itu benar-benar telah menghilang. Semua
bangunan yang ada di halaman belakang itu sunyi sepi. Tak
seorangpun kelihatan, apalagi Song-bun-kwi yang dicari oleh pemuda itu. Yang terdapat di tempat tersebut hanyalah
binatang piaraan seperti ayam dan kambing.
Tiba-tiba Chin Yang Kun teringat kepada kawannya, si
Pemuda Tampan yang berada di halaman depan. Hati Chin
Yang Kun menjadi berdebar-debar, telinganya seperti tidak
mendengar sama sekali suara pertempuran mereka. Jangan-
jangan telah terjadi sesuatu dengan temannya itu. Jangan-
jangan musuhnya yang lihai itu telah datang selagi ia berada di dalam kuil.
Chin Yang Kun cepat berlari ke depan melalui halaman
samping. Dan kekhawatirannya benar juga!
Tempat itu telah sepi. Kawannya sudah tidak ada di tempat
itu, begitu pula dengan musuh-musuhnya. Hanya bekas-bekas
pertempuran mereka saja yang kelihatan di sana.
"Kemana bocah bengal itu" Dan".kemana pula orang-
orang itu bersama dengannya?" Chin Yang Kun bertanya
dengan gelisah. "Mungkinkah mereka memasuki kuil selagi
aku berada di halaman belakang?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun bergegas meloncati tangga, lalu berlari
cepat melintasi lantai pendapa. Untuk kedua kalinya pemuda itu memasuki ruangan sembahyang dari pintu depan. Matanya
nanar mengawasi ruangan yang kini telah terang benderang
itu. Lagi-lagi ia tak menemukan kawannya disana.
Pemuda itu hanya menjumpai keempat pendeta yang tadi
ditolongnya itu. Para pendeta itu telah mengumpulkan mayat kawan-kawan mereka dan berdiri menyambut kedatangannya.
Wajah mereka tampak lesu dan pucat.
"Saudara bisa menemukan iblis itu?"
Chin Yang Kun tidak menjawab, kepalanya menggeleng,
sementara mulutnya balik bertanya kepada mereka. "Apakah
kalian melihat seorang pemuda tampan memasuki ruangan ini
sepeninggalku tadi?"
"Pemuda tampan"..?" empat orang pendeta itu berdesah
hampir berbareng. "Tidak ! kami tidak melihat pemuda itu.
Tak seorangpun memasuki ruang sembahyang ini sepeninggal
saudara tadi...." Entah mengapa tiba-tiba Chin Yang Kun amat
mengkhawatirkan nasib kawannya itu. Jangan-jangan pemuda
bengal yang berwatak polos dan usianya masih sangat muda
itu telah terperangkap oleh jebakan atau tipu muslihat para penunggang kuda tadi.
"Ohh.....!" Chin Yang Kun mengeluh dengan hati gelisah.
Perasaannya seperti telah mencium bahaya yang mengancam
kawannya. Bagaikan orang yang sedang bingung Chin Yang
Kun membalikkan tubuhnya, lalu melesat ke luar ruangan lagi.
Dari atas pendapa kuil pemuda itu sekali lagi mengawasi
halaman depan yang sepi. Tak ada petunjuk sama sekali
kemana perginya kawannya itu.
Tiba-tiba wajah yang kusut itu tampak bersinar-sinar penuh harapan kembali. Mata yang sayu itu tampak bergairah dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersemangat lagi. "Ah, roda pedati itu....!" bisiknya penuh harapan.
Sekali berkelebat Chin Yang Kun telah berada di halaman.
Dengan mata nanar pemuda itu meneliti bekas roda pedati
yang ditarik menuju ke jalan raya. Alas dari roda pedati itu terbuat dari besi baja, oleh karena itu bekas yang ditinggalkan di atas tanah sungguh jelas sekali.
Tanpa berpamitan lebih dahulu kepada empat orang
pendeta yang menantinya di dalam kuil Chin Yang Kun pergi
meninggalkan tempat itu. Kakinya melangkah dengan cepat
mengikuti jejak roda pedati. Untunglah hari belum terlalu
siang sehingga jalan itu belum banyak dilalui orang, dan bekas pedati itu masih tetap jelas serta belum terganggu dengan
jejak kaki yang lain. Ternyata jejak itu berbelok ke arah jalan menuju ke luar
kota. Tapi di jalan besar menuju pintu gerbang kota sebelah timur Chin Yang Kun kehilangan jejak roda itu. Di tempat itu lalu lintas sangat ramai sehingga Chin Yang Kun tak bisa
membedakan lagi dengan bekas-bekas jejak roda yang lain.
Pemuda itu melangkah lebih cepat dengan harapan bisa
menyusul dan melihat yang diburunya. Tapi sampai di pos
penjaga pintu gerbang kota, pedati itu tetap tak ditemukannya juga. Pedati itu seolah-olah lenyap begitu saja dari jalan raya.
"Hmm, jangan-jangan pedati itu menuju ke jalan kecil......."
pemuda itu berpikir dalam hati.
Seraya melihat ke sekelilingnya Chin Yang Kun berjalan
perlahan-lahan ke pintu gerbang. Dari jauh pemuda itu
melihat dua orang perajurit penjaga berdiri di bawah pintu gerbang. Kedua orang perajurit tersebut tampak bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas mereka. Dengan tombak
panjang di tangan masing-masing mereka mengawasi orang-
orang yang lewat di depan mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah aku bertanya kepada perajurit itu," akhirnya Chin Yang Kun memutuskan di dalam hati.
Kemudian pemuda itu bergegas mendekati kedua orang
penjaga tersebut. Lalu dengan hati-hati dia bertanya. "Maaf, saya sedang mencari sebuah pedati dengan muatan sebuah
kotak persegi besar dari kayu....... Eh, apakah tuan melihatnya
?" "Pedati.....?" salah seorang dari penjaga itu mengerutkan dahinya, kemudian lanjutnya, "Saudara maksudkan sebuah
pedati kecil yang dibawa oleh sepuluh atau sebelas orang
berkuda?" "Sepuluh atau sebelas orang berkuda" Eh, banyak
benar........!" Chin Yang Kun ragu.
"Ya, sebelas orang berkuda......! Kalau pedati itu yang
saudara maksudkan, mereka membawanya ke luar kota,"
penjaga pintu ini memberi keterangan sambil menatap wajah
Chin Yang Kun lekat-Iekat. "Ehm.... apakah engkau kehilangan pedati itu?"
"Oh, tidak! Tidak!" Chin Yang Kun cepat-cepat menjawab.
"Mengapa tuan bisa berprasangka demikian"..?"
Kedua orang perajurit itu saling memandang dengan muka
cemberut. Nada suaranya terdengar penasaran ketika
memberi jawaban. "Kesebelas orang berkuda itu tampaknya
bukan orang baik- baik. Tingkah laku mereka seperti
perampok. Huh, mereka sampai berani pula mempermainkan
petugas negara"."
"Mempermainkan seorang petugas Negara" Apakah
maksud tuan .......?" Chin Yang Kun bertanya tak mengerti.
"Hmh, lihat........!" penjaga itu menggerutu seraya
memperlihatkan pakaian seragam yang kotor kepada Chin
Yang Kun. "Secara licik orang-orang itu memperdayakan kami, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga aku terjatuh ditertawakan orang padahal aku hanya bertanya tentang pedati yang mereka bawa?""
"Hei" Seorang pemuda tampan yang kelihatan masih amat
muda" Pakaiannya bagus, mulutnya ceriwis?" Chin Yang Kun
tersentak kaget. Kaget bercampur gembira karena merasa
bahwa pemuda yang dimaksudkan penjaga itu tentulah
kawannya yang Bengal itu. Begitu gembiranya pemuda itu
sehingga ia lupa bahwa ia sedang berada di jalan raya.
Tentu saja tingkah laku pemuda itu tak luput dari perhatian kedua penjaga tersebut. Dengan pandang mata bingung
mereka mengawasi Chin Yang Kun. "Apakah saudara
mengenal pemuda tampan yang dibawa oleh para
penunggang kuda itu" Siapakah mereka?" penjaga itu balik
bertanya kepada Chin Yang Kun.
Chin Yang Kun tergagap. "Anu....eh, yaa.....ya! pemuda itu memang saudaraku. Dia......dia telah diculik dan dibawa pergi oleh orang-orang jahat itu," Chin Yang Kun terpaksa
berbohong. "Oh"! Jadi....... saudara ini sedang mengejar mereka?"
Penjaga itu menegaskan. "Benar!" "Hmm,kalau begitu......lekaslah! mereka baru saja lewat.
Mungkin belum ada lima lie dari sini. Tapi....hati-hatilah!
Tampaknya orang-orang jahat itu mempunyai kepandaian
yang tinggi." "Yaa.... ya, terima kasih........! Kalau begitu saya akan berangkat saja sekarang."
Chin Yang Kun menganggukkan kepalanya lalu melesat
keluar pintu gerbang, menuju ke jembatan gantung yang
melintang di atas parit kota, yaitu parit dalam dan lebar yang mengelilingi tembok kota. Gerakannya lincah dan cepat bukan main, membuat dua orang penjaga pintu tersebut terlongong-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
longong kagum. Dan kekaguman mereka semakin bertambah
lagi ketika menyaksikan Yang Kun mendemonstrasikan gin-
kangnya di atas kereta, gerobak dan pedati, yang pada saat itu secara kebetulan berjejal di atas jembatan.
Tanpa mempedulikan keheranan atau kekaguman orang-
orang yang melihatnya Chin Yang Kun berlari bagai dikejar
setan. Kedua buah kakinya yang melangkah dengan cepat
sekali itu seperti tidak menyentuh tanah saking cepatnya.
Sepintas lalu pemuda itu seperti seekor burung besar yang
terbang rendah di atas tanah.
Satu lie....... dua lie...... akhirnya lima lie telah dilalui oleh Chin Yang Kun! Tapi pemuda itu tetap tidak menjumpai iring-iringan para penunggang kuda yang menyandera kawannya
itu. Chin Yang Kun telah mulai gelisah kembali, meskipun
demikian pemuda itu tetap berlari terus mencari orang-orang itu. Dan ketika akhirnya pemuda itu telah mencapai jarak kira-kira sepuluh lie dari kota Sin-yang hatinya mulai ragu.
Bagaimanapun cepatnya mengendarai kuda, tak mungkin
rasanya dalam waktu singkat bisa mencapai jarak sedemikian jauhnya. Apalagi tidak mungkin berjalan dengan cepat karena harus menyeret pedati pula.
"Mungkin mereka telah meninggalkan pedati itu di suatu
tempat dan kemudian meneruskan perjalanan mereka melalui
jalan kecil yang tak biasa dilewati umum," pemuda itu membatin.
Chin Yang Kun menghentikan langkahnya. Hari telah siang,
tapi oleh karena langit mendung maka suasana masih tetap
redup dan lembab. Dan tampaknya hari itu hujan akan turun.
Beberapa orang petani kelihatan pulang membawa
pacuInya. Mereka melangkah dengan tergesa-gesa seakan-
akan takut hujan akan segera turun. Ketika lewat di dekat
Chin Yang Kun para petani itu menoleh dan mengerutkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keningnya. Keadaan tubuh Chin Yang Kun yang sangat aneh
itu sungguh amat menarik perhatian mereka. Mereka
menyangka Chin Yang Kun yang hanya memakai celana
compang-camping dan sepatu sebelah itu adalah seorang
pemuda kampung yang tidak waras otaknya.
"Ah, agaknya perang besar beberapa tahun yang lalu telah
memusnahkan seluruh keluarganya, sehingga anak itu
menjadi sinting dan menderita hidupnya........" salah seorang dari petani itu berbisik kepada rekannya.
"Kasihan....... Padahal wajahnya demikian tampan dan
bersih." yang Iain menyahut.
Para petani itu berjalan terus, meninggalkan Chin Yang Kun yang merah padam mendengar kata-kata mereka. Tetapi kata-kata petani itu sekaligus juga menyadarkan Chin Yang Kun,
bahwa pakaian yang melekat di badannya memang sungguh
tidak pantas. Masa di tempat umum begini tidak memakai
baju. Dan celana yang ia kenakan lebih tidak pantas lagi. Pipa celananya tinggal sebelah karena yang sebelah telah hancur dipukul Song-bun-kwi. Sementara sepatu yang melekat di
kakinyapun juga tinggal sebelah saja.
"Hmm, pakaianku memang tidak pantas. Wajar kalau
orang-orang menganggapku gila atau sinting. Aku harus lekas-lekas mencari pakaian yang baik......tapi kemana lagi, aku toh tidak mempunyai uang sama sekali, sungguh repot......!"
pemuda itu bergumam dengan hati yang bingung.
Tiba-tiba terdengar derap kaki kuda mendatangi tempat itu
dari arah kota. Chin Yang Kun buru-buru menepi. Hatinya
berdebar-debar. Kedua tangannya terkepal erat-erat, siap
untuk menghajar apabila yang datang ini benar-benar para
penunggang kuda yang menyandera kawannya.
Debu mengepul tinggi ke udara ketika sebuah kereta


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penumpang datang berpacu ke tempat itu. Di antara kepulan
debu yang beterbangan di belakang kereta itu tampak empat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang penunggang kuda membuntuti. Mereka berpacu seolah
saling berkejaran atau takut akan turunnya hujan di tengah jalan.
Chin Yang Kun tidak dapat segera mengenali kusir kereta
ataupun para penunggang kuda yang mengikutinya. Sukar
benar rasanya mengenali orang yang bergoncang di atas
kereta atau kuda yang sedang berpacu dengan cepat. Apalagi debu selalu berhamburan menutupi sebagian besar dari tubuh mereka. Yang mampu ditangkap oleh mata Chin Yang Kun
hanyalah perawakan dan dandanan mereka saja.
Chin Yang Kun tak ingin kehilangan orang yang dicarinya,
maka dengan tangkas tubuhnya melesat ke tengah-tengah
jalan dan berteriak menghentikannya. Pemuda itu berpikir,
lebih baik dia nanti meminta maaf bila perlu dari pada harus kehilangan buruannya.
"Berhenti !!!" Kuda itu meringkik dengan kuatnya dan tarikan kendalinya
membuat kuda itu melonjak ke atas bagaikan mau berdiri di
atas kaki belakangnya. Otomatis kereta itu berhenti dengan suara derit yang gaduh. Dan suara itu makin bertambah ribut ketika empat orang penunggang kuda lainnya ikut
menghentakkan kendali kudanya.
"Hei! Ada apa ini........" Mengapa saudara berdiri di tengah jalan menghentikan kereta kami ?" empat orang penunggang
kuda itu maju mengepung Chin Yang Kun. Salah seorang di
antaranya yang berbadan tinggi tegap dan berkumis tebal
berteriak ke arah Chin Yang Kun. Suaranya Iantang dan keras, suatu tanda bahwa tenaga dalamnya sangat tinggi.
Chin Yang Kun tidak segera menjawab pertanyaan itu.
Lebih dahulu pemuda itu menatap para penunggang kuda itu
satu-persatu, kalau-kalau dia bisa mengenali salah seorang di antaranya. Tapi tak seorangpun dari ke-empat orang itu yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wajahnya mirip dengan penunggang kuda yang menyandera
kawannya itu. Sementara itu sejak menghentikan keretanya, si kusir yang
bertubuh besar dan berjenggot lebat itu tampak menatap
wajah Chin Yang Kun dengan mata terbelalak. Beberapa kali
orang itu mengusap-usap matanya seolah-olah tidak percaya
pada apa yang dilihatnya. Baru setelah Chin Yang Kun
menoleh ke kereta dan mereka saling berpandangan sejenak,
pengendara kereta itu tiba-tiba berteriak dan meloncat turun !
"Yang hian-te.......! Kaukah ini?"
"Hah" Liu-twa-ko......."'' Chin Yang Kun berteriak pula dengan kagetnya.
Pemuda itu menghambur ke arah pengendara kereta yang
tidak lain adalah penyamaran dari Baginda Kaisar Han itu !
Mereka berpelukan dengan erat, seakan-akan mereka betul-
betul saudara kandung yang telah lama tak berjumpa.
Tentu saja peristiwa yang tak disangka-sangka ini sangat
mengejutkan para pengawal Kaisar Han! Empat orang
penunggang kuda dan seorang lagi yang duduk di dalam
kereta, turun dari kendaraan mereka dengan mulut
terlongong-longong. Semuanya sibuk menduga-duga,
siapakah sebenarnya pemuda yang berpakaian seperti
gelandangan itu" Mengapa junjungan mereka yang kini
sedang menyaru sebagai kusir kereta itu tiba-tiba berpelukan dengan pemuda tersebut "
"Ah, Yang hian-te........ aku sungguh tak percaya bisa bertemu lagi denganmu. Ternyata kau masih hidup.
Bagaimana hal ini bisa terjadi " Kata para perajurit istana itu kau jatuh ke dalam telaga di belakang istana dan kemudian
tenggelam tak timbul lagi. Lalu........lalu apa sebenarnya yang terjadi padamu ?" dengan nada ingin tahu Kaisar Han
bertanya kepada Chin Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua sahabat itu saling melepaskan pelukan mereka
masing-masing. Kaisar Han meletakkan tangan kanannya di
pundak Chin Yang Kun, sementara pemuda itu sendiri tampak
malu-malu mengawasi pakaiannya yang compang-camping.
"Wah, kalau diceritakan....... sungguh panjang sekali. Bisa sehari semalam kita berdiri di sini......." Chin Yang Kun menjawab.
"Ahaa....... kau benar, Yang hian-te. Kalau begitu, marilah sekarang kau ikut aku saja ! Pengalamanmu tentu hebat
sekali. Lihat, kau sampai berpakaian begini rupa.......!
Hahahaa....... kakakmu ini sungguh ingin sekali mendengar
ceritamu." Chin Yang Kun terpaksa tertawa juga meskipun agak malu-
malu. Tapi sekejap kemudian wajah pemuda itu berubah
menjadi lesu kembali. "Ah, sungguh sayang sekali twa-ko. Kali ini adikmu belum bisa memenuhi undanganmu. Masih banyak
urusan yang harus kuselesaikan."
"Ahhh......!" Kaisar Han tiba-tiba berdesah dengan kecewa sekali. "Sungguh sayang sekali ...... Tapi apa sebenarnya urusanmu itu" Bolehkah twa-komu ini membantu
menyelesaikannya ?" "Terima kasih, twa-ko.......! Tidak usah ! Aku bisa
menyelesaikannya sendiri. Percayalah.....Dan begitu urusan itu selesai....... aku tentu akan lekas-lekas mengunjungimu.
Bukankah twa-ko masih tinggal di istana Kaisar Han?"
Kaisar Han tergagap. Wajahnya tampak kikuk, apalagi
ketika beradu pandang dengan para pengawalnya yang
semakin tampak bingung mendengarkan percakapan mereka.
"Yaa....... yaa, tentu saja. Aku masih tinggal.... tinggal di komplek istana seperti dulu. Cuma....... cuma, kalau engkau hendak mengunjungi aku........ ha .... harap kau memberi tahu aku lebih dahulu." Sukar benar rasanya bagi Kaisar Han untuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbicara tentang dirinya kepada Chin Yang Kun karena sejak semula baginda telah terlanjur berbohong kepada pemuda itu.
Chin Yang Kun menatap Kaisar Han sesaat, kemudian
mengangguk-anggukkan kepalanya dengan pandang mata
mengerti. "Tentu saja, twa-ko. Aku tahu kau sangat sibuk dan jarang sekali berada di rumah, karena kau adalah perwira
kepercayaan baginda Kaisar Han yang sering diutus ke luar
daerah." "Ya....... ya......... ya!" Kaisar Han mengangguk-angguk pula dengan mulut meringis.
"Lalu hari ini kau mendapat tugas ke mana, twa-ko"
Menyelidiki pemberontak-pemberontak itu?"
"Pemberontak-pemberontak " Eh, kau tahu pula tentang
para pemberontak itu ?" Kaisar Han berseru kaget. Otomatis jari-jari baginda yang berada di atas pundak Chin Yang Kun itu mencengkeram dengan kuatnya.
Pemuda itu meringis sehingga Kaisar Han menjadi sadar.
"Eh-oh, maafkan.......!" baginda meminta maaf.
Chin Yang Kun tersenyum maklum. "Twa-ko, sebenarnya
akupun tidak tahu menahu pula tentang para pemberontak
itu. Aku hanya mendengar berita itu dari Chu Twa-ko dan dari Yap Siauw-hiap..."
"Dari Chu Seng Kun dan Yap Kiong Lee maksudmu ?"
"Ya !" "Ohh !" Kaisar Han menghembuskan napasnya kuat-kuat.
Lalu, "Begini, adikku, perjalananku ini selain untuk keperluan pribadiku sendiri, aku memang bermaksud untuk
membuktikan sendiri kebenaran laporan Hong lui kun Yap
Kiong Lee tentang para pemberontak itu."
"Laporan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee" Eh, twa-ko..,,
apakah kedudukanmu itu lebih" lebih tinggi dari pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendekar ternama itu di istana ?" dengan sinar mata polos Chin Yang Kun memandang kagum ke arah Liu twa-konya.
"Ehh-ooh-eeh"..yaa......ya!" Kaisar Han yang hampir saja kelepasan omong itu tergagap hampir tersedak.
"Ohh, lalu urusan pribadi apakah yang hendak
kauselesaikan selain urusan para pemberontak itu?" Chin Yang Kun bertanya lagi.
"Ah, cuma urusan kecil saja. Aku ingin mengunjungi desaku lagi. Telah lama aku meninggalkannya, yaitu sejak aku
berangkat ke kota raja dan menjadi perwira di istana. Aku
kepingin melihat desaku dan mengenangkan kembali masa-
masa kecilku di sana..........."
"Desa yang pernah kauceritakan kepadaku itu, twa-ko" Ah, kau bohong......! Aku tahu kau bukannya mau melihat desamu kembali, tapi kau sebenarnya hanya mau meIihat bekas anak
kepala desa itu, bukan " Twa-ko masih penasaran karena
lamaranmu dahulu ditolak oleh ayahnya. Kini setelah twa-ko memperoleh jabatan tinggi, twa-ko mau kembali ke desa itu
untuk membalas dendam kepada orang-orang yang pernah
menggagalkan pernikahanmu itu. Bukankah begitu, twa-ko?"
dengan tersenyum Chin Yang Kun menggoda Kaisar Han.
"Wah, mana aku berani........" Kaisar Han tersipu-sipu malu, apalagi di hadapan para pengawalnya yang tak tahu menahu
tentang cerita itu. "Hahaha..... twa-ko, kalau begitu"..silahkan ! Adikmu tidak berani menahanmu lebih lama lagi. Twa-ko tentu sudah tidak tahan lagi untuk lekas-lekas.... melihat desa itu.
Hahahah.........!" Chin Yang Kun meneruskan godaannya seraya meloncat minggir.
"Ah, kau........!" Kaisar Han terpaksa mengumpat.
Chin Yang Kun tertawa lepas. "Sudahlah, twa-ko...... aku pergi dulu. Besok saja kalau aku berkunjung ke tempatmu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kau harus bercerita tentang perjalananmu ini kepadaku ! Aku benar-benar ingin mendengarnya..."
"Hei, nanti dulu! Dimanakah pakaianmu" Apakah engkau
memang tidak mempunyai pakaian yang lain lagi ?" Kaisar
Han buru-buru berteriak ketika Chin Yang Kun mulai beranjak untuk meninggalkan tempat itu.
Chin Yang Kun tidak jadi melangkahkan kakinya. Tiba-tiba
pemuda itu menjadi ingat akan keadaannya. Sesaat kemudian
hatinya menjadi ragu-ragu. Ingin benar mulutnya berkata
tentang kantongnya yang kosong, perutnya yang lapar dan
lain sebagainya. Tapi ketika matanya memandang para
pengawal twa-konya, keinginan itu segera menjadi surut
kembali. Tapi keragu-raguan Chin Yang Kun itu tampaknya dapat
dirasakan juga oleh Kaisar Han. Orang tua itu seperti tahu akan keseganan hati sahabat mudanya. "Yang-hian-te,
terimalah ini untukmu! Dan jangan lupa janjimu untuk
mengunjungi aku besok...... Awas kalau kau lupa !" Kaisar Han berteriak sambil melemparkan sebuah pundi-pundi uang
kepada Chin Yang Kun. Dan sekejap kemudian Kaisar Han
telah meloncat ke atas keretanya dan mengajak para
pengawalnya pergi. Chin Yang Kun justru menjadi termangu-mangu malah.
Beberapa saat lamanya pemuda itu hanya bisa mengawasi
kepergian Liu twa-konya. Baru beberapa saat kemudian
pemuda itu tersadar. Segera dibukanya pundi-pundi
pemberian twa-konya tadi.
"Hai.......?"" pemuda itu berseru tanpa terasa. "Banyak benar" Untuk apa uang sebanyak ini bagiku " Masakan aku
harus memborong semua pakaian yang ada di dalam toko ?"
Pemuda itu ingin berteriak lagi untuk memanggil Liu-
twakonya, tapi mereka telah jauh meninggalkan jalan itu. "Ah, biarlah........! Besok juga uang kelebihannya akan
Bara Dendam Menuntut Balas 3 Pendekar Gunung Lawu Karya Kho Ping Hoo Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang 7
^