Pencarian

Pendekar Bayangan Malaikat 12

Pendekar Bayangan Malaikat Lanjutan Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung Bagian 12


telapak didorong kemuka mengakibatkan bentrokan yang jauh
lebih hebat. Masing-masing pihak kena tergetar keras oleh pantulan
hawa pukulan tersebut membuat sang badan terpelanting
sejauh satu tombak lebih.
Bluuk! punggung Tan Kia-beng tertumbuk di atas sebatang
pohon besar, beruntung tidak sampai jatuh tapi telinga terasa
berdengung, darah segar hampir hampir muncrat keluar.
Sebaliknya Leng Lam Shia Sin kena ditolong oleh si Malaikat
Hitam serta si Malaikat Penyakitan. Kedua orang manusia liar
yang berhati keji ini melihat sang pemuda tersebut sudah
menunjukkan keadaan tidak tahan oleh bentrokan bentrokan
yang terjadi berulang kali, segera bersama-sama menubruk
kemuka. Satu dari kanan yang lain dari kiri dengan kumpulkan
seluruh tenaga yang dimiliki mengirim satu pukulan gencar ke
depan. Leng Lam Shia Sin yang melihat kejadian itu segera
membentak mencegah, tapi keadaan sudah terlambat satu
tindak. Terlihatlah angin pukulan dari mereka berdua sudah
mengurung empat penjuru dari sekeliling tubuh pemuda itu.
Mendadak suara bentakan keras bergema memecahkan
kesunyian, tubuh kedua orang itu bagaikan layang layang
putus terpental keudara dan mencelat balik ke belakang lalu
terbanting jatuh ke atas tanah keras keras darah segar
muncrat keluar bagaikan pancuran sehingga mengotori
seluruh permukaan tanah. Kiranya Tan Kia-beng membenci cara rendah yang
dilakukan kedua orang itu, dalam keadaan berbahaya ia sudah
mengirim satu pukulan dengan menggunakan ilmu "Jie Khek
Kun Yen Kan Kun So."
Leng Lam Shia Sin sendiri sama sekali tidak menyangka
dalam keadaan napas serangan tengah pukulan Tan Kia-beng
masih sebegitu dahsyatnya, dalam hati merasa amat
terperanjat, dengan cepat ia menubruk maju ke depan.
"Kita masih ada satu jurus serangan yang belum selesai"
bentaknya keras. Sepasang telapak dipentangkan lebar-lebar lantas dibabat
ke depan, segulung angin pukulan yang sangat hebat dengan
membawa suara desiran tajam laksana anak panah yang
terlepas dari busur menerjang jalan jalan darah penting
diseluruh tubuh Tan Kia-beng.
Waktu itu Tan Kia-beng masih bersandar di atas pohon
untuk memulihkan kembali hawa murninya yang buyar,
melihat Leng Lam shia Sin melancarkan serangan kembali,
sepasang matanya kontan dipentangkan lebar-lebar, sambil
tertawa panjang serunya, "Heee.... heee.... heee....
menggunakan nyawa dua ekor anjing untuk memulihkan
tenaga murni. Hmmm! Apakah kau tidak merasa malu?"
Dimulut berbicara begitu, tangannya sudah kumpulkan
tenaga dalam menyambut datangnya serangan tersebut
dengan jurus "Jiet Ceng Tiong Thian"
"Braaak!" sekali lagi suara ledakan keras bergema serasa
membelah bumi, diikuti robohnya dua buah benda ke atas
tanah. Masing-masing pihak kena terpukul pental sejauh tujuh,
delapan depa dan roboh terjengkang di atas tanah, tapi
dengan sebat mereka meloncat bangun lagi.
Sejak terjunkan diri ke dalam dunia kangouw, kali ini
merupakan yang ketiga bagi Tan Kia-beng di dalam
menghadapi musuh tangguh dan melakukan suatu
pertarungan mati matian, diam-diam ia merasa sangat
terperanjat, pikirnya, "Kelihatannya dalam dunia kangouw,
dimana mana terdapat orang pinter, tidak disangka seorang
manusia yang berwajah biasa pun bisa memiliki tenaga
lweekang yang sangat luar biasa.
Ia terkejut, Leng Lam Shia Sin semakin terkejut. Sidewa
sesat ini pada masa lalu sudah pernah menggetarkan dunia
kangouw, apalagi setelah ia peroleh sejilid kitab "Sam Mey Cin
keng" dari sebuah ruangan batu dan tutup pintu berlatih
selama tiga puluh tahunan, di dalam anggapannya
kemunculannya untuk kedua kali dalam dunia kangouw pasti
akan berhasil menguasahi seluruh daratan Tionggoan.
Siapa sangka di dalam dunia kangouw ternyata sudah
muncul pula seorang pemuda lawan tangguhnya setelah
masing-masing saling bentrok empat kali, siapapun tidak
berani berlaku ceroboh lagi.
Mata dipejamkan hawa murni disalurkan mengelilingi satu
kali, kurang lebih seperminum teh kemudian mereka baru
selesai bersemedi. "Tiga buah serangan sudah berlalu, sekarang seharusnya
akulah yang mengirim beberapa serangan untukmu!" teriak
Tan Kia-beng lantang. Tubuhnya berkelebat maju ke depan, ilmu pukulan Siauw
Siang Chiet Ciang dilancarkan bagaikan sambaran petir.
beruturut turut ia mengirim dua belas buah pukulan maut
Sekejap mata dua belas gulung tenaga tekanan yang maha
dahsyat dari dua belas sudut yang berlainan sama-sama
menggulung datang, hawa tekanan berat bagaikan tindihan
gunung Thay-san. Seluruh rambut serta jenggot Leng Lam Shia Sin bangun
berdiri. wajah berubah merah padam bagaikan orang mabok,
tubuhnya yang berada di dalam kepungan bayangan telapak
mengirim satu jeritan panjang yang sangat menyeramkan,
telapak raksasanya dikebas kebaskan mengirim serentetan
hawa serangan tajam menghela datangnya tekanan angin
puyuh dari empat penjuru.
Dengan demikian suatu pertarungan yang maha sengitpun
segera berlangsung ditepi hutan....
Angin pukulan menderu deru, suara bentakan bergema
saling susul menyusul menambah keseraman serta kengerian
di tengah malam buta. Sewaktu kedua orang itu sedang melangsungkan suatu
pertarungan antara mati hidup disamping hutan, dari tempat
kejauhan secara tiba-tiba melayang datang sesosok bayangan
hitam, sungguh indah gerakan badannya dan mirip dewi
rembulan yang turun dari kahyangan, sekali melesat tubuhnya
sudah berada sejauh tujuh, delapan kaki dan dalam sekejap
mata setelah berada dibelakang pohon besar, sinar matanya
dengan dingin memandang jalannya pertarungan tersebut, air
mukapun secara samar-samar terlintas suatu senyuman dingin
yang amat menyeramkan. Waktu itu sudah mendekati kentongan ketiga, sinar
rembulan menyoroti empat penjuru dengan remang remang,
angin dingin berhembus santar membuat rerumputan dan
daun bergoyang goyang dengan diiringi suara gemerisikan
yang menambah suasana dalam kalangan semakin
menyeramkan. Si malaikat wabah yang kena terpukul luka oleh Tan Kia-
beng tadi, setelah beristirahat beberapa waktu kesehatan pun
telah pulih kembali seperti sedia kala, langkahnya perlahan-
lahan mulai bergeser mendekati kalangan pertarungan.
Tapi sewaktu badannya tiba kurang lebih tiga tombak dari
sisi kalangan ia kena dipaksa mundur terus oleh deruan angin
pukulan yang menyambar nyambar di sekeliling kalangan.
Inilah suatu pertarungan sengit yang belum pernah ditemui
selama ini, masing-masing pihak dengan mengandalkan cepat
melawan cepat, sudah salingb ergebrak melampaui delapan
ratus jurus, seranganpun makin lama semakin perlahan, tapi
wajahnya jauh lebih tegang dari keadaan semula.
Satu kentongan kembali sudah lewat, jurus jurus serangan
yang dikeluarkan kedua belah pihakpun semakin lambat lagi,
setiap serangan yang hendak dikeluarkan agaknya mengalami
pemikiran dulu yang sangat matang, dan begitu jurus tersebut
dikeluarkan maka serangan serangan berantai lainpun lantas
menyusul datang. Jurus jurus serangan yang digunakan Leng Lam Shia Sin
kebanyakan merupakan serangan serangan aneh yang
dipancarkan diluar dugaan orang lain.
Sedangkan jurus jurus serangan yang digunakan Tan Kia-
beng semuanya merupakan serangan serangan jujur yang
mengutamakan sifat blak blakan, tapi dibalik kejujuran
terkandung pula banyak perubahan yang susah diduga
sebelumnya. Ketika itu hawa murni yang digunakan masing-masing pihak
sudah hampir habis dikerahkan keluar jurus jurus serangan
yang digunakan pun hampir habis dipakai, jikalau semisalnya
salah satu pihak diantara mereka berdua usulkan untuk
menunda pertandingan ini kemungkinan besar segera akan
memperoleh kesepakatan dari pihak lain, tapi mereka berdua
tak ada yang berpikiran demikian, masing-masing pihak
bertahan sampai titik darah penghabisan.
Mendadak.... "Bocah buyung, boleh dikata kau merupakan satu-satunya
musuh tangguh yang pernah loohu temui selama ini" seru
Leng Lam Shia Sin dengan suara parau.
"Haaa.... haaa.... haaa.... musuh tangguh semacam kaupun
boleh dikata merupakan musuh nomor tiga yang paling
tangguh selama ini" sambung Tan Kia-beng sambil tertawa
terbahak-bahak dengan napas terengah engah.
Beberapa patah perkataan ini agaknya kembali memancing
kemarahan dihati Leng Lam Shia Sin, ia tertawa seram.
"Bocah buyung! kau terlalu pandang tinggi dirimu! jikalau
kedua orang itu mempunyai tenaga dalam seperti aku, apakah
kau anggap kamu orang masih punya kekuatan untuk
bergebrak melawan diriku?"
"Tidak percaya ya sudahlah siapapun yang sudi pentang
bacot setinggi tingginya dengan diriku?"
Bocah buyung, kau jangan keburu bangga loohu masih
memiliki beberapa simpanan yang belum aku gunakan!"
"Haaa.... haaa.... haaa.... sama-sama.... sama...."
"Kau masih punya simpanan apa lagi yang belum kau
keluarkan" ayoh tiada halangan sekalian keluarkan biar Loohu
pun ikut mencicipi...."
"Beri tahu padamupun tiada halangan, dengan dasar
kepandaian silat yang kau miliki aku rasa seharusnya kaupun
tahu namanya itulah yang disebut sebagai 'Jie Khek Kun Yen
Kan Kun So'!" Leng Lam Shia Sin merasa amat terperanjat, ia mengetahui
untuk bisa melatih ilmu pukulan Jie Khek Kun Yen Kan Kun So
harus berlatih dulu ilmu berhawa Im serta ilmu berhawa Yang
yang berbeda satu sama lainnya, dan orang yang berhasil
memiliki kepandaian semacam ini dikolong langit amat jarang
sekali. Bocah ini berkata bahwa ia pun bisa menggunakan ilmu
macam begini bukankah sengaja ia menyombongkan diri.
Bersamaan itu pula yang dikuatirkan olehnya bukan terletak
di dalam soal ini, melainkan ilmu tersebut justru merupakan
lawan dari ilmu sakti "Lei Hwee Sin kang"nya yang
mengandalkan tenaga Sian Im Cin khie oleh sebab itu di atas
wajahnya kontan terlintas suatu perasaan kaget.
Tan Kia-beng yang melihat dia lama sekali tidak berbicara
setelah mendengar perkataan tersebut, dalam hati lantas
mengira pihak lawannya tidak kenal dengan kepandaiannya
itu, kembali teriaknya, "Kepandaianku sudah aku jelaskan dan
bagaimana dengan kepandaianmu" Kenapa tidak kau
utarakan?" Leng Lam Shia Sin kerutkan alisnya rapat rapat, selintas
hawa membunuh berkelebat di atas wajahnya.
"Kau ingin menjajal kepandaianku" nah ini terimalah!"
Mendadak tubuhnya meloncat ke tengah udara. sepasang
telapak bersama-sama dibabat keluar, jurus serangan ini
datangnya cepat, santar dan luar biasa, dalam sekejap mata
telah berada di depan dada.
Tan Kia-beng tidak menyangka ia bisa melancarkan
serangan secara membokong, dalam jarak sedemikian
dekatnya bagaimanapun juga ia tidak sempat untuk
meloloskan diri lagi, saking khekinya pemuda itu sampai
menggertak gigi kencang kencang.
Sepasang telapak segera dibalik menyambut datangnya
serangan tersebut.... Diiringi suara bentrokan keras, empat telapak menempel
jadi satu dan terjadilah suatu pertarungan adu tenaga
lweekang yang amat seru. Inilah siasat licik dari Leng Lam Shia Sin karena ia dengar
Tan Kia-beng sudah mempelajari ilmu sakti Jie Khek Kun Yen
Kan Kun So, maka ia ada maksud untuk mencari kemenangan
dengan beradu tenaga dalam, pertama, ia andalkan
kesempurnaan dari tenaga lweekangnya dan kedua dengan
andalkan tenaga sakti "Lei Hwee Sin Kang"nya maka ia
memperoleh banyak keuntungan dari pertarungan ini, karena
waktu semakin lama maka isi perut pihak lawan akan terbakar
luka oleh daya panas yang dipancarkan.
Beradu tenaga dalam macam begini baru pertama kali ini
dialami pemuda she Tan pada mulanya ia merasa agak
tertegun, menanti dirasakan adanya segulung aliran naik
melalui lengannya dan menyerang ke dalam badan, ia baru
merasa terperanjat, cepat ilmu sinkangnya disalurkan keluar
melindungi badan, akhirnya setelah mengandalkan
kesempurnaan tenaga lweekangnya ia berhasil juga
mengimbangi kekuatan lawan.
Jilid: 25 Walaupun ilmu sakti Pek Tiap Sin Kang termasuk ilmu sakti
bertenaga hawa Im, dan dengan paksa masih bisa digunakan
untuk menahan datangnya serangan tenaga lweekang pihak
lawan yang panas bagaikan baranya api tungku, tapi lama
kelamaan pemuda tersebut tidak tahan juga, seluruh tubuhnya
mulai dibasahi oleh peluh panas yang perlahan-lahan berubah
jadi uap. Leng Lam Shia Sin begitu merasakan bahwa lawanpun
menggunakan tenaga lweekang berhawa panas, dalam hati
merasa amat girang. ia mendengus dingin tenaga lwekang
"Lie Hwee Sin Kang"pun disalurkan semakin dahsyat lagi
mendesak pihak lawannya. Seketika itu juga tekanan semakin bertambah, terasa
segulung aliran panas yang membara mengalir keluar melalui
sepasang telapak tangannya menekan pemuda tersebut mati
matian. Bersamaan itu pula dari antara alisnya secara lambat


Pendekar Bayangan Malaikat Lanjutan Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lambat mengepul keluar selapis kabut tipis warna merah darah
yang segar membungkus seluruh badannya membuat
selembar wajahnya berubah semakin menyeramkan.
Berhubung pengalaman Tan Kia-beng dalam soal ini masih
begitu kurang, setelah kena dihalau oleh pihak lawan ia lantas
terperosok ke dalam keadaan yang sangat kritis, apalagi
tekanan tekanan hawa sakti Lie Hwee Sin kang begitu besar
membuat badannya kering dan panas, tak urung hawa
murninya kena terpukul juga oleh kejadian ini.
Lama kelamaan wajahnya mulai terdesak oleh tekanan Leng
Lam Sin kang sehingga berubah merah padam, keringat
mengucur keluar bagaikan curahan hujan, asalkan waktu
berlangsung sedikit lebih lama lagi dia pasti akan menemui
kekalahan. Adu tenaga lweekang semacam ini merupakan pantangan
besar bagi orang-orang Bulim, kebanyakan orang berusaha
keras untuk menghindarkan kejadian ini dan tidak ingin
melakukan suatu perbuatan menempuh bahaya, karena
mereka tahu asalkan sudah terjadi suatu duel tenaga dalam
maka satu pihak jika tidak mati tentu bakal terluka parah,
bahkan dalam saat yang amat kritis keadaan masing-masing
pihak sangat lemah. sekalipun didorong oleh seorang bocah
berusia tiga tahun pun karena kaget atau tergelak segera akan
kena terpukul hancur isi perutnya oleh pihak lawan.
Sewaktu kedua orang itu sedang saling bertahan itulah, si
malaikat wabah yang berdiri tiga tombak dari kalangan
pertarungan selangkah demi selangkah mendesak maju ke
depan. Di tengah tanah pegunungan yang sunyi dan tak
berpenghuni, watak kejinya mulai menyelimuti orang itu. Ia
tidak peduli terhadap peraturan Bulim lagi sepasang matanya
melotot lebar-lebar memperhatikan pihak lawannya, sedang
sang telapak diayunkan ke atas.
Tampak kakinya selangkah demi selangkah semakin
mendekati Tan Kia-beng, asalkan diayunkan telapak
tangannya maka pemuda tersebut tentu akan menemui
ajalnya. Mendadak.... Sesosok bayangan manusia yang tinggi besar laksana
sambaran kilat meluncur datang, melihat perbuatan rendah itu
ia segera membentak keras dengan suaranya bagaikan genta,
"Kawanan tikus, kalian berani main bokong?"
Sreet! segulung angin pukulan menggulung datang
bagaikan puyuh. dalam keadaan terperanjat si malaikat wabah
kontan putar badan sembari dorognan telapak tangannya
keluar. Suara jeritan ngeri berkumandang memenuhi angkasa,
tubuh si malaikat wabah laksana sebutir batu ketepil kena
terpukul pental oleh orang tersebut sehingga ia muntah darah
segar berulang kali, badannya bagaikan layang layang putus
mencelat sejauh dua tombak lebih.
Suara sampokan ujung baju terkena angin berkumandang
datang disusul suara dengusan berat bergema memenuhi
angkasa, orang itu sambil bertolak pinggang sudah berdiri
diantara kedua orang itu disusul ujung baju tersampok angin.
kembali sesosok bayangan ramping melayang turun ke dalam
kalangan Tadi, sewaktu si malaikat wabah menunjukkan maksud
tidak baik Tan Kia-beng pun sudah melihat dengan sangat
jelas, tapi berada dalam keadaan yang apa boleh buat
walaupun terang terang ia tahu bahwa tindakan orang itu
tidak akan mendatangkan maksud baik terhadap dirinya tapi
iapun tak sanggup untuk melepaskan diri dari kalangan.
Pada saat yang kritis mendadak dari tengah jalan muncul
bintang penolong dan membinasakan diri simalaikat wabah
menolong dirinya lolos dari mara bahaya, pada mulanya ia
masih menganggap orang yang menolong dirinya adalah
anggota Teh-leng-bun menanti matanya berhasil melirik jelas
siapakah orang itu ia baru paham.
Kiranya mereka adalah si Kong Sun Su beserta si Si Dara
Berbaju Hijau Gui Ci Cian.
Terlihatlah keadaan mereka berdua penuh diliputi
ketegangan yang seorang berdiri dengan wajah serius
sepasang mata melotot bulat bulat sedang yang lain
mengerutkan alisnya, jelas keadaan mereka sangat
menguatirkan keselamatan pemuda tersebut.
Tak terasa lagi Tan Kia-beng merasa sangat berterima kasih
tapi dalam keadaan seperti ini ia tak berani cabangkan pikiran
untuk berpikir urusan lain, buru-buru tenaga lweekangnya
disalurkan sekuat tenaga untuk bikin perlawanan yang
terakhir. Dalam keadaan demikian sekali lagi ia bertahan selama
kurang lebih seperminum teh lamanya, dan perlahan-lahan
pemuda ini mulai merasa sedikit tidak tahan, tak kuasa lagi
diam-diam ia menghela napas panjang pikirnya, "Heeei! tidak
kusangka nama besar Teh Leng Kauw akhirnya hancur
ditanganku...." Teringat akan Teh-leng-bun, suatu ingatan baikpun
berkelebat di dalam benaknya kembali ia berpikir, "Tenaga
lweekangku bukannya kalah dengan tenaga lweekang yang ia
miliki, hanya saja tenaga lweekangnya termasuk dalam
golongan panas dan sangat mempengaruhi pengarahan
tenagaku, mengapa aku tidak gunakan ilmu "Sian Im Kong
Sah" untuk coba-coba melakukan perlawanan?"
Berpikir akan persoalan tersebut buru-buru hawa murni
ditarik keluar dari pusar, sepasang telapak disusut didorong
tenaga lweekang Pek Tiap Sin kangnya langsung ditarik masuk
diikuti mengalir keluarnya serentetan tenaga lweekang
berhawa dingin menyapu bersih sisa sisa panas yang masih
tersisa di badan. Kontan saja dari atas batok kepalanya menggulung keluar
selapis kabut putih yang amat tipis menyegarkan kembali
otaknya yang sudah dibikin bingung oleh hawa panas tadi
Pemuda she Tan ini pernah menerima peninggalan hawa
lweekang dari Han Tan Loojien yang berkekuatan hampir
seratus tahun hasil latihan, dan selama ini tenaga tersebut
tiada hentinya melumer dan menggabung dengan tenaga
sendiri saat ini setelah kesadarannya pulih semangatpun
berkobar, dengan cepat ia kerahkan seluruh kekuatan yang
dimilikinya bagaikan mengamuknya ombak besar di tengah
samudra menghajar kemuka.
Leng Lam Shia Sin yang sengaja menciptakan suatu
pertarungan adu lweekang dengan pihak lawan di dalam
anggapannya ia pasti berhasil memperoleh hasil yang
diinginkan. Siapa sangka pada saat pihak lawan hampir tidak
kuat mempertahankan diri mendadak tenaga lweekangnya
dari aliran Yang berubah jadi aliran tenaga tenaga Im yang
mengutamakan dingin, tergulung hawa pukulan yang dingin
membekukan darah laksana gulungan air sungai menggulung
datang, dalam hati merasa sangat terperanjat.
Baru saja sedikit ia cabangkan pikiran pertahanan mulai
bobol dan merasa tidak kuat menahan diri lagi ia baru merasa
keadaan sangat tidak menguntungkan bagi dirinya.
Ketika itulah mendadak Tan Kia-beng kerahkan seluruh
kekuatan yang dimilikinya, ia membentak keras sepasang
lengan bersama-sama digetarkan keluar, ternyata tubuh Leng
Lam Shia Sin yang tinggi itu berhasil digetarkan ke tengah
udara setinggi dua tombak dan jatuh tak bisa bangun lagi.
Melihat musuhnya roboh Tan Kia-beng pun segera meloncat
bangun, seraya menuding tubuh Leng Lam Shia Sin yang kaku
ia tertawa tergelak. "Haaa.... haaa.... haaa.... saat ini seharusnya kau tahu
bahwa di dalam dunia persilatan didaratan Tionggoan tak ada
tempat lagi buat kalian manusia manusia iblis dari luar daerah
untuk tancap kaki...."
Belum habis ia tertawa, badannya sudah terhuyung huyung
dan akhirnya roboh ke atas tanah.
Melihat kejadian itu si Si Dara Berbaju Hijau Gui Ci Cian
menjerit sedih tubuhnya langsung menubruk ke depan dan
membimbing drinya bangun kemudian dari dalam sakunya
mengambil keluar dua lembar buah seperti buah Touw, ia
masukkan buah tersebut ke dalam mulutnya sendirinya untuk
dihancurkan kemudian tanpa perduli suhengnya Kong Sun Su
ada disana, dengan mulut menempel mulut ia masukkan
hancuran buah tersebut ke dalam mulut pemuda tersebut.
Ci Lan Pak yang melihat kejadian ini dari sisi kalangan cuma
bisa menghela napas panjang tubuhnya perlahan-lahan
berputar dan melangkah menuju keluar.
Mendadak.... dari balik pohon melayang datang sesosok
bayangan hijau kemudian disusul munculnya seorang wanita
cantik berusia setengah baya dengan wajahnya yang dingin
menggidikkan. "Su ji! bawa bangsat cilik itu kembali ke gurun pasir"
bentaknya dingin. Dalam keadaan terperanjat "Ci Lan Pak" Kong Sun Su buru-
buru bongkokkan badannya menyahut, "Turut perintah!"
Tubuhnya sekali berkelebat sudah tiba di hadapan si Dara
Berbaju Hijau itu kemudian dengan nada memberat
bentaknya, "Suhu ada perintah untuk membawa Tan heng
kembali ke gurun pasir, harap sumoay segera menyingkir
kesamping." Perlahan-lahan Gui Ci Cian membimbing bangun Tan Kia-
beng, setelah itu mendadak ia meloncat bangun.
"Apakah kau ingin turun tangan menggunakan kesempatan
sewaktu orang lain berada dalam keadaan bahaya?" tegurnya
dengan alis menjengat. Tapi sewaktu dilihatnya Majikan Isana Kelabang Emas
berdiri disana dengan wajah membesi, tak terasa lagi
kepalanya ditundukkan rendah-rendah dan tidak berani
banyak berbicara lagi. Dengan pandangan sangat dingin Liuw Lok Yen melirik
sekejap kerah gadis tersebut lalu mendengus berat.
"Bagus, bagus sekali, kiranya dalam Isana Kelabang Emas
pun ada manusia makan di dalam merangkak keluar. Hampir-
hampir saja membocorkan rahasia perguruan".
Mendadak ia membentak kembali, "Gui Ci Cian, tahukan
kau apa hukuman seseorang yang berani mengkhianati
perguruan Isana Kelabang Emas dan mengadakan hubungan
gelap dengan pihak musuh?"
"Kutungi seluruh anggota badan kemudian penggal kepala"
"Hmmm! jika kau sudah tahu itulah sangat bagus."
Mendadak entah dari mana datangnya suatu semangat
jantan, tiba-tiba Gui Ci Cian membangkang dengan suara
keras, "Tecu berani melanggar peraturan perguruan sudah
seharusnya dijatuhi hukuman, tapi terhadap seorang yang
sudah kehilangan daya tahan harap suhu suka membuka satu
jalan...." "Heee.... heee.... heee.... sungguh ringan benar
perkataanmu" dengus Majikan Isana Kelabang Emas sambil
tertawa dingin tiada hentinya. "Tahukan kau bahwa semua
rencana kami sudah hancur berantakan ditangan dia seorang"
Hmmm! terhadap orang lain mungkin masih bisa
dirundingkan, tapi terhadap dirinya kami tak akan
mengampuni." Gui Ci Cian masih ada maksud untuk memohon lebih lanjut,
tapi Liuw Lok Yen dengan gusar sudah kebaskan ujung
jubahnya. "Sudah! tidak usah banyak bicara lagi, segera ikuti aku
pergi dari sini." Kepada Kong Sun Su kembali bentaknya, "Cepat turun
tangan, totok dulu jalan darahnya kemudian tawan dia dan
bawa kembali ke gurun pasir."
Kong Sun Su menyahut, ia maju ke depan siap turun
tangan. Tiba-tiba.... Serentetan suara suitan panjang yang sangat menyeramkan
berkumandang datang hal ini membuat semua orang merasa
tergetar hatinya. Ketika itulah dua sosok bayangan manusia laksana
sambaran kilat meluncur datang ke tengah kalangan.
"Mengambil kesempatan sewaktu orang lain terluka parah
turun tangan, Hmmm terhitung perbuatan seorang Bulimkah
macam begitu" Orang yang baru saja datang bukan lain adalah si Penjagal
Selaksa Li, Hu Hong ayah beranak.
Melihat Tan Kia-beng duduk bersila dengan wajah bersemu
kuning, mereka jadi tersantap gusarnya, rambut pada berdiri
mata melotot bulat bulat, sedang Pek Ih Loo sat pun telah
mencabut keluar golok lengkungnya melindungi sisi tubuh Tan
Kia-beng. Sejak permulaan Ci Lan Pak memang tiada bermaksud
untuk mencekalai Tan Kia-beng, kena dibentak oleh Si
Penjagal Selaksa Li iapun lantas berhenti berjalan.
Liuw Lok Yen sama sekali tidak kenal Si Penjagal Selaksa Li
Hu Hong tapi dari jubah hitamnya yang dikenakan ia teringat
akan seseorang yaitu majikan kereta maut yang sangat
mengemarkan seluruh dunia kangouw sekalipun begitu ia
tidak pandang sebelah matapun terhadap orang ini, walaupun
mendengar Hu Hong berteriak tapi ia pura-pura berlagak
pilon. Mendadak sinar matanya dialih ke atas golok lengkung yang
berada ditangan Pek Ih Loo sat, seraya kemudian tegurnya
dingin. "Coba tanya pada budak itu, dari mana ia dapatkan golok
lengkung itu?" Tidak menanti Ci Lan Pak mengajukan pertanyaan, Pek Ih
Loo sat sudah menyahut dengan suara keras, "Golok ini aku
dapatkan setelah membinasakan Cui Toa Kongcu, kau mau
apa?" Air muka Liuw Lok Yen kontan berubah hebat, selintas
napsu membunuh berkelebat di atas wajahnya.
"Sekalian tangkap budak itu, bersama si she Tan seret ke
gurun pasir!" teriaknya melengkiing.
Pada saat ini Kong Sun Su tak bisa berlagak pilon lagi,
sedang Gui Ci Cian dibawah perintah gurunya mau tak mau
harus turun tangan juga. Ia melayang kehadapan Hu Siauw-cian, lalu serunya lirih,
"Harap maafkan Siauw-moay terpaksa harus mengikuti
perintah suhu." Tangannya mendadak disambar keluar mencengkeram


Pendekar Bayangan Malaikat Lanjutan Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pergelangan Pek Ih Loo sat.
Hu Siauw-cian mendengus dingin. tubuhnya menyingkir
kesebelah kiri meloloskan diri dari datangnya serangan
cengkeraman itu, golok lengkungnya lantas dimasukkan
kembali kesisi pinggang kemudian dengan sepasang telapak
tangannya berturut turut melancarkan tujuh buah serangan
sekaligus. Selamanya gadis ini belum pernah memberi kesempatan
kepada pihak musuhnya, ketujuh buah serangan tersebut
dilancarkan laksana curahan hujan deras disertai tiupan angin
puyuh, segulung demi segulung menekan datang.
Si Si Dara Berbaju Hijau Gui Ci Cian kena terdesak sehingga
mundur setengah langkah ke belakang, ujung bajunya dengan
cepat dibentangkan dengan mengikuti tiupan angin melayang
ke tengah udara kemudian dengan sebat iapun balas
melancarkan sembilan buah serangan berantai. Gerakan tubuh
dari masing-masing pihak lincah cepat dan cekatan dan kedua-
duanya menggunakan gerakan cepat untuk mengalahkan
pihak lawan di dalam sekejap mata bayangan manusia
bertumpukan sehingga sulit dibedakan lagi mana kawan mana
lawan. Pada waktu Gui Ci Cian saling bergebrak melawan Hu
Siauw-cian itulah. Ci Lan Pak Kong Sun Su pun ikut turun tangan. Mendadak
tubuhnya mencelat ke tengah udara kemudian langsung
menubruk ke arah Tan Kia-beng.
"Kau berani!" bentak Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong
dengan suara keras. Sreeet! segulung angin pukulan dengan
dahsyatnya dibabat keluar, hawa dingin serasa menusuk
tulang menggulung datang bagaikan amukan ombak di tengah
samudra. Air muka Kong Sun Su kontan berubah hebat, iapun
mengirim satu pukulan menahan datangnya serangan lawan
lawan lalu mundur sejauh lima depa lebih ke belakang. telapak
tangan disilangkan di depan dada siap-siap menghadapi
sesuatu. "Jikalau saudara berusaha menghalangi usahaku lagi,
Hmmm! jangan salahkan cayhe segera akan bertindak kurang
sopan." Si Penjagal Selaksa Li mendongakkan kepalanya tertawa
terbahak-bahak. "Haaa.... haaa.... haaa.... kalau begini urusan jadi sama
tidak suka lepas tangan dengan begini saja sebaliknya malah
memecah aku orang she Hu yang turun tangan menghadang,
apa maksud perkataanmu ini...."
Di tengah suara gelak tertawanya secara samar-samar
penuh diliputi oleh kesedihan, suaranya laksana jeritan burung
hantu dan sangat menusuk telinga.
Ci Lan Pak yang kena terdesak oleh perintah suhunya,
walaupun terang-terangan tahu bila perbuatannya ini sangat
melanggar peraturan Bulim tapi berada dalam keadaan apa
boleh buat dengan mulut membungkam sekali lagi menubruk
maju ke depan. Tangannya dengan sebat digerakkan mencengkeram tubuh
pemuda she Tan yang sedang duduk bersila.
Si Penjagal Selaksa Li mendengus dingin, ilmu pukulan "Tok
Yen Mo Ciang"nya segera disalurkan keluar mengirim satu
pukulan dahsyat ke depan.
Kali ini Kong Sun Su sudah melakukan persiapan, ia tidak
berkelit maupun menghindar tangannya yang sedang
melancarkan cengkeraman mendadak berubah jadi serangan
tabokan. "Braaak!!" dua telapak saling berbentur satu sama lainnya
disusul bergemanya suara dengusan berat memenuhi
angkasa, masing-masing pihak saling mundur dua langkah ke
belakang, dan dihati kedua orang tuapun mempunyai
perhitungan bahwa tenaga lweekang mereka berada diantara
keimbangan. Setelah Si Penjagal Selaksa Li mengirim sebuah serangan
sang tubuhpun ikut mendesak maju ke depan, ilmu Tok Yen
Mo Ciang dikerahkan keluar dan secepat kilat ia mengirim
delapan buah serangan berantai yang mengakibatkan
munculnya hawa dingin serasa menusuk tulang melanda
keluar segelombang demi segelombang.
Di dalam sekejap mata hawa tekanan tersebut sudah
berubah menjadi selapis tembok hawa murni yang menekan
keluar dengan kekuatan luar biasa.
Kong Sun Su sebagai murid tertua dari Majikan Isana
Kelabang Emas, tenaga lweekangnya sangat sempurna, jadi
orangpun berwatak jujur dan gagah, dalam keadaan terdesak
terpaksa ia gerakkan badan salurkan tenaga saling berebut
melancarkan serangan dengan Si Penjagal Selaksa Li.
Keadaan dari mereka berdua jauh berbeda dengan keadaan
dari Pek Ih Loo sat yang bergebrak mengandalkan kelincahan,
begitu melancarkan serangan mereka masing-masing
menggunakan gerakan yang paling lihay dan pukulan yang
paling dahsyat untuk merubuhkan musuh.
Angin pusing berputar, pasir debu mengepul memenuhi
seluruh angkasa bayangan manusia saling bergumul susah
dibedakan mana yang menang mana yang kalah.
Liuw Lok Yen yang dengan tenang berdiri disisi kalangan
melihat mereka berempat sudah melangsungkan suatu
pertarungan yang sengit dalam hati mengerti dalam waktu
singkat sukar bagi mereka untuk menentukan siapa menang
siapa kalah, pikiran dengan cepat berputar.
Mendadak tubuhnya meloncat keudara kemudian laksana
sambaran kilat meluncur ke arah Tan Kia-beng, kecepatannya
luar biasa laksana sambaran kilat, kelima jarinya dengan sebat
mencengkeram ke arah ulu hati pemuda tersebut.
Tindakannya ini jauh berada diluar dugaan Si Penjagal
Selaksa Li ayah beranak. jangan dikata untuk turun tangan
menolong sekalipun berpikirpun belum sempat kelima jari dari
Majikan Isana Kelabang Emas sudah hampir menempel pada
ujung baju Tan Kia-beng. Mendadak.... Pemuda she Tan itu meloncat bangun kemudian dengan
sebat menyingkir lima depa ke samping diikuti sambil
menuding Liuw Lok Yen bentaknya gusar, "Menggunakan cara
yang demikian rendah untuk hadapi seseorang, patutkah kau
disebut sebagai seorang ketua partai besar?"
Waktu itu baik Si Penjagal Selaksa Li, Hu Hong maupun Hu
Siauw-cian sama-sama sudah melepaskan lawan lawannya
dan berburu datang, melihat pemuda itu sudah bisa meloncat
bangun sang hati jadi tercengang bercampur gembira.
Dengan hati penuh rasa girang Pek Ih Loo sat berteriak
keras, "Engkoh Beng, kau sudah sembuh seperti sedia kala?"
Tubuhnya dengan cepat menubruk maju ke depan.
Pada mulanya Gui Ci Cian yang melihat secara mendadak
Liuw Lok Yen melancarkan serangan bokongan ke arah Tan
Kia-beng dalam hati merasa amat terperanjat, dan kini melihat
pemuda itu aman tenteram tak kekurangan apapun saking
girangnya iapun lupa keadaan.
"Luka dalam sudah tidak mengapa?" teriaknya keras.
Tapi begitu kata-kata meluncur keluar ia baru merasa jika
dirinya sudah salah berbicara, dengan cepat kata-kata
selanjutnya dikatakan kembali.
Melihat Tan Kia-beng secara mendadak meloncat bangun
Liuw Lok Yen sendiripun merasa urusan sedikit berada diluar
dugaan tapi ia tidak malu disebut sebagai seorang pimpinan
Bulim. keadaannya masih tetap tenang-tenang saja seperti
keadaan semula. Melihat Gui Ci Cian ikut berteriak kegirangan, dengan sinar
mata dingin diiringinya sekejap gadis itu, dalam hati majikan
Isana Kelabang Emas ia merasa sangat mendongkol sekali.
"Cian jie, kemarilah!" serunya sambil menggape.
Gui Ci Cian tidak mengerti apa sebabnya secara tiba-tiba
Liuw Lok Yen memanggil dia kesana, terpaksa dengan langkah
lambat ia melangkah juga ke depan.
"Suhu, kau memanggil Tecu ada perintah apa?" tanyanya
lirih. "Kau masih teringat punya suhu semacam diriku?"
Ujung baju mendadak dikebaskan ke depan segulung hawa
pukulan yang maha dahsyat dengan cepat menekan ke arah
depan. Sudah tentu Gui Ci Cian sama sekali tidak menduga kalau
suhunya bisa turun tangan sangat jahat kepadanya, kena
digetarkan oleh pukulan tersebut ia menjerit ngeri, tubuhnya
mencelat setinggi satu kaki lebih dan langsung terbanting
jatuh ke tengah rerumputan
Kebetulan sekali arah daya lemparan itu tepat mengarah di
mana Tan Kia-beng berdiri dengan cepat pemuda itu ulurkan
tangan menerima datangnya badan gadis itu dan dengan
halus diletakkan ke atas tanah.
Dengan kejadian ini hawa amarah dihati pemuda she Tan
inipun tak terbendung lagi alisnya melentik lalu membentak
gusar, "Liauw Lok Yen, kau tidak perlu cari gara gara lagi
dengan orang lain, ini hari kita pun harus bereskan hutang
hutang kita tempo dulu."
Liauw Lok Yen yang menghantam luka Gui Ci Cian, hawa
amarah dihatinya belum padam, secara mendadak mendengar
Tan Kia-beng menantang dirinya untuk bertempur bagaikan
api bertemu bensin tubuhnya langsung menerjang maju ke
depan. "Perkataanmu sedikitpun tidak salah" serunya dingin.
"Memang sudah seharusnya kita selesaikan hutang hutang
serta perhitungan perhitungan kita tempo dulu, kau boleh
mulai melancarkan serangan."
Tan Kia-beng dongakkan kepalanya tertawa panjang.
"Siapa lemah mati siapa menang bertahan, masing-masing
andalkan kekuatan yang dimiliki, buat apa harus bertanding
dengan pakai aturan."
"Kalau begitu nih! terimalah seranganku"
Ujung bajunya digetarkan ke depan, dengan menggunakan
jurus "Siu Liong Si Swie" atau tenaga Sakti Menyendok Air ia membabat ke arah tubuh pemuda tersebut.
Tapi, dengan mata kepala sendiri ia dapat melihat
pertarungan sengit antara Tan Kia-beng dengan Leng Lam
Shia Sin sehingga sebagian besar tenaga murninya rusak, apa
lagi pertarungan adu tenaga yang sudah dihamburkan dengan
percuma, sekalipun beruntung tidak sampai terluka dan
memperoleh bantuan dua lembar raja jimsom kemudian
beristirahat beberapa saat, tapi tenaga lweekangnya belum
pulih seperti sedia kala bukannya.
Begitu melihat Liuw Lok Yen melancarkan serangan, ia
membentak keras, telapak tangan bersama-sama digerakkan
untuk menyambut datangnya serangan tersebut.
Ia sudah lama membenci dan mendendam majikan Isana
Kelabang Emas saat ini dendam lama bercampur pula dengan
dendam baru membuat ia jadi amat gusar sehingga mendekati
kekalapan begitu melancarkan serangan seluruh kepandaian
yang terdahsyat dikeluarkan semua.
Angin pukulan menderu demi laksana mengamuknya ombak
dahsyat di tengah samudra diikuti memecahnya rentetan
angin puyuh yang memecah ketepian, setiap jurus yang diarah
adalah jalan darah pihak lawan.
Mereka berdua tanpa banyak berbicara lagi langsung
melangsungkan suatu pertarungan sengit membuat seluruh
orang yang hadir di tengah kalangan jadi tegang dibuatnya,
seluruh raut muka Si Penjagal Selaksa Li berkerut kencang,
wajahnya memberat dan melangkah demi selangkah ia
bertindak maju ke depan. Walaupun watak Pek Ih Loo sat berangasan dan kasar,
tindak tanduk panas serta tajam, bagaimanapun dia adalah
seorang gadis hatipun rada lembek jika dibandingkan anak
pria. Sekalipun Gui Ci Cian adalah musuh cintanya, tapi melihat
gadis itu disebabkan urusan Tan Kia-beng akhirnya
memperoleh hajaran yang keji dari Liuw Lok Yen tak urung
hatinya tidak tega juga. Perlahan-lahan ia membimbing dirinya bangun, lalu ambil
keluar saputangan dan mengusap kering darah pada ujung
bibirnya. "Bagaimana dengan keadaan lukamu?" tanyanya lirih.
Gui Ci Cian menghela napas ringan, ia menggeleng.
Kebetulan Ci Lan Pak pun sedang menghampiri dirinya, ia
lantas mengucapkan terima kasih kepada Hu Siauw-cian dan
berjalan menyongsong kedatangan suhengnya.
Bagaimana hubungan antara guru dan murid jauh lebih
erat, sepasang suheng moay ini dengan wajah tegang berlari
ke samping kalangan pertempuran siap-siap melancarkan
pertolongan apabila gurunya berada dalam keadaan bahaya.
Yang paling sedih menghadapi peristiwa semacam ini
adalah Gui Ci Cian kerena kedua orang yang sedang
melakukan pertarungan sengit di tengah kalangan pada saat
ini satu pihak adalah gurunya dan lain pihak adalah
kekasihnya, perduli siapapun yang terluka ia tidak ingin hal itu
sampai terjadi tapi dalam suatu pertarungan sedemikian
sengitnya mungkinkah kedua-duanya selamat"
Ketika itu masing-masing pihak sudah bergebrak sebanyak
seratus jurus lebih, tapi belum juga berhasil menentukan
urutan kemenangan. Liauw Lok Yen pernah bergebrak melawan Tan Kia-beng
dan ia pun tahu jika pemuda ini bukan manusia biasa
bersamaan itu pula pertarungan ini menyangkut pula mati
hidup serta sukses tidak nya usaha Isana Kelabang Emas
untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Oleh karena itu
serangan serangan yang dilancarkan sangat cermat dan
berhati-hati, selama ini banyak bertahan dari pada menyerang,
setiap melancarkan satu jurus serangan tentu merupakan
suatu gerakan yang ganas dan keji.
Mendadak terdengar Tan Kia-beng berteriak keras, "Akan
kupaksa kau merasakan bagaimanakah kelihayan dari ilmu
silat Teh-leng-bun!"
Badannya meloncat maju ke depan dan secara kilat
mengirim sebuah serangan dahsyat.
Liuw Lok Yen segera merasakan datangnya serangan ini
bukan totokan pula serangan babatan, anehnya luar biasa.
Kelihatannya tidak aneh padahal kecepatannya laksana kilat
dan tahu-tahu seluruh jalan darah penting dibadannya sudah
terkurung dibawah serangan serangan gencarnya, diam-diam
dalam hati merasa sangat terperanjat.


Pendekar Bayangan Malaikat Lanjutan Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sepasang ujung bajunya segera ditari tarikan dengan
gencar menciptakan berlapis lapis bayangan baju yang
melindungi seluruh jalan darah dibadan bersamaan itu pula
badannya melengkung bagaikan busur lalu dengan sekuat
tenaga meloloskan diri dari lingkungan kepungan.
Begitu Tan Kia-beng berhasil merebut posisi yang
menguntungkan segera berlangsunglah suatu penyerangan
secepat kilat seluruh kepandaian yang digunakan adalah jurus
jurus serangan yang termuat di dalam kitab pusaka Teh Leng
Cin keng ganas, telengas dan dahsyat.
Serangkai ilmu silat yang dimiliki Liauw Lok Yen kebanyakan
mendapat bimbingan dari Hu Sang Popo, sejak mendirikan
Isana Kelabang Emas ia menganggap tiada tandingan
diseluruh kolong langit. Saat ini ia baru merasa bahwa kepandaian silat yang dimiliki
pemuda ini betul-betul campur aduk tiada habis habisnya,
berkali ia kena didahului lima, enam belas jurus banyaknya
baru berhasil mengirim sebuah serangan balasan. seketika air
mukanya berubah hijau membesi, sepasang mata melotot
bulat bulat, teriaknya melengking, "Jikalau malam ini Loo nio
tidak berhasil membereskan dirimu, malu aku menjabat
sebagai Majikan Isana Kelabang Emas".
Dendam membunuh ayahku, benci membinasakan
suhengku, ini hari juga akan kubereskan, iblis bangsat
serahkan nyawamu!" Tan Kia-beng pun membentak keras.
Sreeet! Sreeet!! ilmu pukulan Siauw Sian Chiet Cian
berturut turut dipancarkan secepat kilat, dalam sekejap mata
dua puluh satu jurus puklan sudah dikerahkan semua setiap
serangan penuh disertai hawa khei kang yang luar biasa
membuat pasir dan debu mengepul memenuhi empat penjuru,
pepohonan pada patah jadi dua bagian.
Watak buas didasar hati dari datangnya serangan tersebut,
ujung baju berkibar kencang mendadak di tengah
berkelebatnya bayangan telapak suara bentrokan bergema
saling susul menyusul. ternyata dengan keras lawan keras ia
menerima datangnya kedua puluh satu buah serangan gencar
itu. "Manusia she Tan kau jangan berlahk dulu" jeritnya dengan
suara setengah melengking. "Malam ini jika bukan kau adalah
aku pokoknya salah satu harus pergi meninggalkan dunia yang
fana ini" "Haaa.... haaa.... haaa.... perkataanmu sedikitpun tidak
salah, aku orang she Tan pun bersumpah tak akan hidup
berdampingan dengan dirimu."
"Bluummm! Braaak!" mendadak masing-masing pihak
kembali beradu kekerasan mengakibatkan masing-masing
pihak terdorong mundur dua langkah ke belakang.
Berhubung waktu itu Tan Kia-beng sedang buka suara dan
perhatian sedikit bercabang ia terpukul mundur setengah
langkah lebih ke belakang baru bisa berdiri tegak, saking
khekinya alis kontan saja berkerut.
"Tiada halangan kita orang mencoba serangan yang kedua"
bentaknya keras. Telapak tangan diputar satu lingkaran, dengan
menggunakan jurus "Jiet Ceng Tiong Thian" ia mendorong
telapak tangannya ke arah dada musuh, serangan ini telah
menggunakan sembilan bagian tenaga sakti Pek Tiap Sin
kang. Liuw Lok Yen tertawa dingin.
"Aku akan mengiringi kemauanmu dengan taruhan nyawa!"
Telapak tangan didorong kemuka, segulung hawa pukulan
yang lunak tapi berhawa dingin dengan cepat meluncur
kemuka. Yang satu bertenaga keras dan yang lain bertenaga lunak
dengan cepatnya saling berbentur di tengah udara....
"Bluuuummm!!" kembali ditegah kalangan dipekikkan oleh
suara ledakan yang maha dahsyat, Liue Lok Yen ternyata kena
terdorong oleh daya pantulan yang sangat aneh itu sehingga
ujung baju berkibar kibat, sang tubuh menyusut mundur
tujuh, delapan langkah. Sedangkan Tan Kia-beng sendiripun dengan sempoyongan
mundur lima langkah lebar ke belakang.
Mendadak tubuh Liuw Lok Yen laksana kerikil mental balik,
ujung jubahnya disilangkan di depan dada, segulung kabut
warna hijau yang tebal bagaikan mengamuknya ombak
dahsyat langsung menggulung datang.
Pada saat itulah perempuan tersebut telah mengeluarkan
ilmu sakti andalannya "Hong Mong Cie Kie" untuk menguasai
pihak lawan. Ketika itu Tan Kia-beng pun sudah punya kepercayaan
seratus persen terhadap ilmu sakti Jie Khek Yen Kun Ciu Khie
nya melihat Liauw Lok Yen mengeluarkan ilmu sakti "Hong
Mong Cie Khie" dari Liuw Lok Yen, tidak disangka hanya
terpaut beberapa hari saja ilmu tersebut sudah merupakan
ilmu tandingan dari Hong Mong Cie Khie.
Kiranya tenaga murni hasil latihan seratus tahun yang
diterimanya dari Han Tan Loo jien serta butiran pil dari ular
seribu tahun tersebut setelah melewati pertarungan sengit
melawan Liuw Lok Yen, Hu Sang Popo serta Leng Lam Shia
Sin saat ini sudah terhisap semua ke dalam tubuhnya,
sekarang ia telah memilikinya dua kali enam puluh tahun hasil
latihan, oleh karena itu begitu ilmu pukulan Jie Khek Yen Kan
Kun So nya dikeluarkan, daya kehebatannya berhasil
menembusi tenaga khiekang yang melindungi sekeliling tubuh
perempuan tersebut. Cuma saja pemuda itu masih belum menyadari, menanti
serangan berhasil merubuhkan Liuw Lok Yen ia beru tertegun
dibuatnya, tapi sebentar kemudian pemuda sudah tersadar
kembali bentaknya keras, "Dendam terbunuhnya ayahku berat
bagaikan gunung Thaysan, Liuw Lok Yen serahkan nyawamu!"
Tubuhnya segera melompat dan menubruk ke arah Liuw
Lok Yen yang menggeletak di atas tanah.
Ci Lan Pak serta Gui Ci Cian yang melihat suhunya kena
dirubuhkan oleh Tan Kia-beng, tak terasa hatinya bergidik.
Kong Sun Su dengan mata melotot gusar dan diiringi suara
raungan keras segera menubruk ke arah Tan Kia-beng.
Si Penjagal Selaksa Lie tertawa dingin tiada hentinya, sang
tubuh melintang dan menghalangi perjalanannya.
Kong Sun Su yang berada dalam keadaan gusar tidak
memilih putih hijau lagi angin pukulannya dilancarkan
menderu deru dalam sekejap mata delapan buah pukulan
sudah dilancarkan keluar dan setiap serangan semuanya
menggunakan hampir mencapai sepuluh bagian tenaga,
dahsyatnya bagaikan ombak besar menghantam pantai,
sungguk luar biasa. Sekalipun Si Penjagal Selaksa Li memiliki tenaga lweekang
yang amat sempurna untuk sementara iapun kena terdesak
juga sehingga kalang kabut dan tak sanggup melancarkan
serangan balasan. Waktu itu Tan Kia-beng sudah tiba di sisi Liuw Lok Yen,
dilihatnya perempuan itu memejamkan matanya rapat rapat,
air muka berubah pucat pasi bagaikan mayat seluruh
tubuhnya berlepotan darah sedang semangatnya lesu. Gui Ci
Cian sedang memeluk badannya dan mengusap darah kering
yang mengalir keluar dari bibir. melihat Tan Kia-beng
menubruk datang dengan keadaan yang sangat ganas,
dengan cepat ia bangun berdiri.
"Apa yang hendak kau lakukan?" tegurnya dingin.
"Menuntut balas buat kematian berdarah dari ayahku
beserta kawan-kawan Bulim yang ia celakai"
"Dari kedua belas urat nadinya sudah ada lima yang
terputus, apakah kau tidak ingin melepaskan seorang manusia
yang sudah mendekati saat saat kematian?"
Bukannya cayhe telah turun tangan terlalu ganas, tapi
menghadapi manusia licik berhati ular macam begini jikalau
tidak dibasmi tentu akan mendatangkan bencana di kemudian
hari." Mendadak Gui Ci Cian menjerit melengking, "Kau anggap
dirimu sebagai seorang pendekar sejati yang mengutamakan
keadilan, tidak disangka ternyata tidak tahu diri, terus terusan
kau berkata ingin membalaskan dendam ayahmu apakah aku
Gui Ci Cian tidak boleh melindungi keselamatan guruku"
jikalau kau bulatkan tekad ingin membinasakan dirinya lebih
baik binasakan dulu aku."
Dengan adanya kejadian ini maka keadaan Tan Kia-beng
jadi serba salah, beberapa kali Gui Ci Cian turun tangan
menolong nyawanya, jikalau ia keras kepalanya ingin
membinasakan juga Liuw Lok Yen yang sudah hampir
mendekati ajalnya ini maka jelas ia akan bergebrak melawan
gadis tersebut, mana boleh peristiwa ini sampai terjadi"
Karenanya ia tertawa panjang....
"Haaa.... haaa.... haaa.... kau tidak usah menyindir diriku
dengan menggunakan kata-kata semacam ini, nona sudah
banyak meletakkan budi pertolongan kepada cahye aku orang
she Tan merasa sangat berhutang budi, malam ini dengan
memandang di atas wajah nona akan kulepaskan dirinya satu
kali, dengan demikian bisa pula cayhe sedikit membalas
kebaikan budi nona dimasa yang lalu."
Habis berkata ia menjura lalu putar badan dan berjalan ke
arah Si Penjagal Selaksa Li dengan langkah lebar.
Perkataan ini jelas mengutarakan bahwa ia hendak
menggunakan selembar nyawa dari Liuw Lok Yen untuk
melunasi hutang budi yang telah diberikan Gui Ci Cian
kepadanya selama ini. Waktu itu sidara cantik berbaju hijau ini sedang kacau
balau, ia tiada perhatian untuk meresapi kata-kata tersebut
setelah menggendong tubuh suhunya Liuw Lok Yen ia baru
berteriak keras, "Suheng tidak usah bergebrak lagi dengan
mereka, mari kita pergi!"
Golakan hatinya Ci Lan Pak pun pada saat ini sudah rada
tenang kembali, dengan cepat ia tarik kembali serangannya
lantas menjura ke atas Tan Kia-beng.
"Siauw-te sebagai murid tertua dari Isana Kelabang Emas
tidak berani menghianati perguruan karena urusan pribadi,
urusan malam ini akan cayhe bereskan tiga tahun
mendatang." Habis berkata ia menjura lalu putar badan dan mengejar
Gui Ci Cian yang sudah berangkat terlebih dahulu dengan
cepat. Angin puyuh sudah berlalu, sang suryapun memancarkan
cahayanya menerangi seluruh jagat, dalam satu malaman Tan
Kia-beng harus mengalami dua kali pertarungan sengit pada
saat ini iapun merasa sedikit lelah. dengan mengiringi angin
bagaikan sejuk ia menghembuskan napas panjang.
"Majikan Isana Kelabang Emas sudah jadi cacad aku rasa ia
tiada bertenaga lagi untuk melaksanakan suatu gerakan"
katanya seraya menoleh ke arah Si Penjagal Selaksa Li. "Harap
suheng dengan cepat balik kedusun Tau Siang Cung untuk
menyelesaikan persiapan persiapan, sedang siauwte masih
harus memasuki daerah Chuan Tiong terlebih dulu."
Si Penjagal Selaksa Li mengerti pemuda ini hendak
menyelesaikan dahulu urusan dari Mo Tan-hong karena itu ia
mengangguk dan sambil menarik tangan Pek Ih Loo sat
berlalu dari sana. Menanti Si Penjagal Selaksa Li sudah berlalu mendadak di
atas benak Tan Kia-beng terbayang kembali sikap Gui Ci Cian
si Si Dara Berbaju Hijau itu sesaat hendak pergi. wajahnya
kelihatan begitu murung sedih dan mendongkol tak terasa lagi
ia menghela napas panjang.
"Nona Gui, walaupun aku tahu kau mencintai diriku, tapi
peristiwa ini tak bisa aku hindari...."
Bagaimanapun ia masih merasa kasihan terhadap Gui Ci
Cian walaupun kali ini dikarenakan hubungannya dengan gadis
tersebut sudah mengampuni Majikan Isana Kelabang Emas
yang telah menjadi cacat tapi justru karena persoalan in
hatinya semakin tidak enak dibuatnya.
Selagi ia berpikir keras seorang diri, mendadak....
Dari tempat kejauhan berkelebat datang sesosok bayangan
manusia diiringi suara gelak tertawa yang amat keras.
"Eeei.... bocah cilik!" bentak orang itu keras. "Bibit bencana sudah berhasil dibabat putus, sekaranglah saatnya untuk
unjukkan diri sembari menyusun kembali kecemerlangan serta
kejayaan dari Han Tan Loojien. kenapa kau seorang diri berdiri
disini dengan wajah begitu murung"...."
Perlahan-lahan Tan Kia-beng mendongakkan kepalanya
memandang sekejap ke arahnya, kiranya orang itu adalah si
pengemis aneh dari Hong Jen Sam Yu, tak terasa lagi ia
menghela napas panjang. "Aku merasa kerepotan yang dialami seorang manusia
benar-benar sangat banyak" katanya.
"Haaa.... haaa.... haaa.... jikalau terhadap kau manusia
yang berbakat dan sombongpun mempunyai kerepotan, orang
lain mungkin sudah pada bosan hidup" sahut si pengemis
aneh sambil tertawa terbahak-bahak.
Melihat Tan Kia-beng tetap berdiri dengan mulut
membungkam mendadak ia tarik kembali tertawanya dan
menyambung dengan wajah serius. "Apa yang telah membuat
kau jadi kesal aku si pengemis tua sudah mengerti sangat
jelas, aku beri tahu padamu pekerjaan yang dirasakan harus
dirasakan janganlah ragu ragu untuk diselesaikan, dan
pekerjaan yang tak dapat dikerjakan lebih baik buang saja
jauh jauh dengan demikian maka kau tak bakal jadi kesal."
"Heeei! perkataanmu memang sedikitpun tidak salah tapi
ada banyak urusan yang terjadi tidak segampang seperti apa
yang kau bicarakan barusan ini."
"Baik, baik.... anggap saja perkataanmu cengli dan kini ada
suatu persoalan coba kau katakan seharusnya dilakukan atau
tidak?" "Urusan apa?" Mo Cuncu berangkat seorang diri menuju ke bawah puncak
Soat Hong untuk menggali harta karun yang ditanam Cau
Phoa menurut apa yang aku si pengemis tua ketahui
perjalanannya kali ini sangat bahaya sekali dan kau harus
cepat-cepat berangkat kesana.
"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Tan Kia-beng dengan
perasaan terperanjat. "Kemarin malam aku si pengemis tua memperoleh berita
dari mulut seorang anak muridku, sebenarnya urusan ini tak
bakal memancing perhatian banyak orang, tapi berhubung
Chuan Tiong Jie Kui secara tiba-tiba membawa sejumlah orang
dari daerah Chuan Tiong berangkat ke Siang Si bersamaan


Pendekar Bayangan Malaikat Lanjutan Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan itu pula saudara-saudara perkumpulan kami
menemukan banyak wajah wajah asing yang melakukan
penguntitan terhadap Cuncu, maka mereka lantas
mengertikan jika tujuan mereka sebetulnya bukan terletak
pada soal harta karun."
"Jika demikian adanya, keadaan gadis itu penuh diliputi
mara bahaya," habis mendengar perkataan dari si pengemis
aneh itu Tan Kia-beng merasa hatinya bergolak dan kepingin
sekali waktu itu juga berangkat menemui gadis tersebut.
Setelah melangkah beberapa tindak tiba-tiba ia berhenti
dan menoleh, "Loocianpwee kau ada maksud hendak pergi
kemana?" "Haaa.... haaa.... haaa.... selama hidup aku si pengemis tua
hanya ribut untuk urusan orang lain, kali ini sedikit banyak aku
harus menemani dirimu."
Demikianlah kedua orang itu segera berangkat melakukan
perjalanan menuju ke daerah Siang Sie.
Kita balik pada Mo Tan-hong yang ada maksud hendak
menyumbangkan seluruh harta peninggalan ayahnya untuk
modal pihak Teh Leng Kauw dalam mendirikan kembali
perkumpulan tersebut, siapa sangka mendapat penolakan
yang tegas dari Tan Kia-beng.
Dasar pikiran kaum gadis terlalu picik rasa curiga amat
banyak, ia mengira penolakan Tan Kia-beng dalam soal harta
peninggalan ayahnya ini berarti pula penolakan terhadap
cintanya. Sejak permulaan ia memang memiliki watak yang suka
murung dan berperasaan halus, dimanapun wajahnya selalu
meliputi kesedihan ia pernah melihat dengan mata kepala
sendiri antara Tan Kia-beng dengan Pek Ih Loo sat tak pernah
berpisah barang selangkahpun melihat pula cinta kasih Leng
Poo Sianci terhadap dirinya. bahkan mereka mengandalkan
kedudukan ayahnya untuk ambil keputusan, sebaliknya ia
seorang diri, keturunannya berantakan dan kepandaian silat
yang dimiliki kalah satu tingkat dengan mereka, lama
kelamaan gadis ini mulai merasa bahwa ia tak bakal sanggup
untuk mengalahkan saingan saingannya.
Karena persoalan ini maka ia ambil keputusan untuk secara
diam-diam mengundurkan diri dari lingkaran setan ini, ia
hendak melepaskan diri dari soal cinta kemudian pergi
membunuh mati Chuan Tiong Jie Kui dan akhirnya kembali
kesisi suhunya, cukur gundul jadi nikou dan membuang segala
persoalan keduniawian. Tapi ketika ia sudah meninggalkan dusun Tau Siang Cung,
mendadak hatinya kembali berputar pikirnya, "Kali ini aku
hendak memasuki daerah Chuan Tiong untuk membalaskan
dendam sakit hati ayahku. bila berhasil kubunuh kedua orang
itu keadaan masih baikan, tapi jikalau sampai mati, bukankah
harta karun itu bakal tertanam di atas tanah untuk selama
lamanya?" Berpikir akan persoalan tersebut pikiran pun segera
berubah, ia mengambil keputusan untuk menggali dulu harta
karun tersebut kemudian secara diam dikirim kedusun Tau
Siang Cung setelah itu baru berangkat mencari balas terhadap
Chuan Tiong Jie Kui. Siapa sangka segala gerak geriknya sudah terjatuh dalam
pengamatan dua rombongan manusia, rombongan pertama
adalah kuku garuda dari Chuan Tiong Jie Kui sedang golongan
yang lain adalah mata mata Isana Kelabang Emas.
Orang-orangitu sebenarnya dikirim didusun Tau Siang Cung
untuk mengawasi gerak gerik orang-orang Teh Leng Kauw,
sewaktu mereka menemukan Mo Tan-hong meninggalkan
dusun itu seorang diri mereka lantas kirim orang untuk
menguntit sekalian melaporkan kejadian ini kepada pimpinan
masing-masing. Pengalaman Mo Tan-hong dalam berkelana dikalangan
dunia kangouw sangat cetek apalagi hatinya penuh diliputi
oleh kemurungan, ia tiada perhatian sama sekali terhadap
persoalan ini dan tetap mengikuti peta yang dibawa berangkat
menuju ke gunung Soat Hong san di daerah Siang Sie.
Di tengah malam buta bulan itu juga, ia berhasil
menemukan dua peti harta karun yang ditanam oleh Cou
Phoa, ketika sang peti dibuka maka gadis itu menemukan
kecuali intan permata yang mahal harganya kebanyakan
merupakan barang-barang antik kesukaan ayahnya.
Memandang barang-barang yang ditinggalkan, Mo Tan-
hong terbayang kembali akan kenangan lama, kemudian
langsung memuncak memenuhi seluruh lubuk hatinya, sambil
memeluk peti peti tersebut ia menangis tersedu sedu.
Ia keluarkan seluruh kekesalan serta penderitaannya
selama ini, oleh karena itu suara tangisnya amat memilukan
hati. Pada saat itulah dari empat penjuru berdesir datang angin
ringan. bagaikan bayangan setan muncullah serombongan
manusia manusia aneh berwajah bengis yang mendesak maju
ke depan dengan wajah penuh hawa nafsu membunuh.
Sedangkan Mo Cuncu sendiri semakin menangis hatinya
semakin sedih, ternyata ia sama sekali tidak merasa bahwa
keadaan di sekelilingnya sudah penuh diliputi oleh tanda
bahaya, asalkan orang-orang aneh itu maju dua langkah lagi
ke depan maka dalam sekali hantaman gadis tersebut pasti
akan menemui ajalnya seketika itu juga.
Entah karena terpengaruh oleh suara tangisnya ataukah
terpengaruh oleh harta kekayaan di dalam peti, mendadak
salah seorang diantara manusia manusia bengis itu menghela
nafas panjang. Walaupun Mo Tan-hong pada saat ini penuh diliputi oleh
kesedihan dan sedang mengenang kembali kematian ayahnya
tempo dulu, tapi sepasang telinganya masih tajam.
Begitu mendengar suara helaan nafas tersebut dengan
cepat ia merasa dan melompat bangun.
Ketika dilihatnya orang-orang itu sudah berada sangat
dekat dengannya, dengan perasaan terperanjat ia cabut keluar
pedangnya dan membentak keras seraya menuding ke arah
orang-orang itu, "Siapa kalian" jika berani maju selangkah lagi jangan salahkan pedang nonamu tidak kenal ampun"
Mendadak.... Dari balik hutan berkumandang datang suara yang amat
menyeramkan menyahut ucapannya, "Chuan Tiong si wajah
riang berhati ular penguasa Go serta si setan gantung pencari
sukma penguasa Ong, sengaja datang kemari untuk mengirim
kau pulang kerumah nenekmu."
Mendengar orang yang datang adalah Chuan Tiong Jie Kui
simusuh besar pembunuh ayahnya air muka Mo Tan-hong
kontan berubah hijau membesi, alisnya berkerut dan dengan
perasaan bergolak jeritnya melengking, "Kedatangan kalian
sangat kebetulan sekali, nonamu memang lagi ada maksud
untuk bikin perhitungan dengan kalian."
Pedangnya digetarkan keras, dengan menggunakan
gerakan "Thian Way Hwie Lay" atau Tuar Tangit Terbang
Datang tubuhnya bersama-sama sang pedang langsung
menubruk masuk ke dalam hutan.
Siapa sangka ketika ia tiba ditepi hutan bayangan manusia
berkelebat lenyap dan ia sudah menubruk tempat yang
kosong. kontan saja gadis itu dibuat melengak.
Ketika itulah dari belakang tubuhnya berkumandang datang
suara gelak tertawa yang amat keras.
"Haaa.... haaa.... haaa.... budak busuk! ya-ya mu sudah
menanti disini!' Dengan cepas ia putar badan, tampaklah Co Tou Seng
bersama-sama dengan Ong Thian seorang satu kaki
menginjak di atas peti harta karun tersebut sambil tertawa
bangga. Saking kheki bercampur mendongkol seluruh tubuh Mo Tan-
hong gemetar sangat keras, ia membentak keras kemudian
sekali lagi menubruk ke depan tapi situasi tidak membiarkan
gadis itu bertingkah. Suara bentakan bergema gegap gempita, bayangan
manusia diempat penjuru sama-sama bergerak, orang-orang
aneh yang berada di empat penjuru tadi dengan cepat
menyebarkan diri membentuk barisan, masing-masing sambil
lintangkan pedang di depan dada mengawasi seluruh gerak
gerik gadis itu rapat rapat.
Sambil bergendong tangan simuka riang berhati ular
berjalan bolak balik wajah menyengir buas.
Jilid: 26 Ada pepatah mengatakan babat rumput tidak seakar
akarnya angin musim semi bertiup tumbuh kembali, karena
tepo dulu yayamu menaruh rasa iba hati kepadamu hampir
hampir saja memelihara harimau di rumah sendiri, malam ini
kau serahkan saja nyawamu" serunya keras.
Dalam keadaan terkepung oleh musuh musuhnya Mo Tan-
hong malah jadi semakin tenang, disamping secara diam-diam
salurkan hawa murninya melakukan persiapan ia pun mulai
melirik memeriksa keadaan di sekelilingnya, ketika melihat
orang yang mengepung dirinya ada dua puluh orang, dan
jangan dikata untuk menghadapi Chuan Tiong Jie Kui
sekalipun mengandalkan kedua puluh orang manusia aneh
itupun sudah cukup untuk menghadapi dirinya, ia tahu
keadaan malam ini jauh lebih banyak bahaya dari pada rejeki.
Tak terasa lagi otaknya mulai berputar, pikirnya, "Jikalau
malam ini harus mati akupun harus adu jiwa dengan Chuan
Tiong Jie Kui kalau tidak matipun aku tidak meram."
Selagi berpikir seorang diri, simuka riang berhati ular sudah
tertawa seram lagi. "Budak busuk, jikalau kau sayang pada nyawamu lebih baik
menurut saja perkataan yayamu dan berjanji tidak akan
berhianat untuk selamanya maka yayamu tanggung...."
Suara bentakan keras memotong perkataannya yang belum
selesai diucapkan, tubuh Mo Tan-hong bersama-sama dengan
pedangnya menggulung keluar bagaikan tititran pelangi.
Sreeet! Sreeet! berturut turut ia mengirim tiga buah
serangan sekaligus menghajar tubuh kedua orang setan itu.
Hawa pukulan ini telah lama dipersiapkan, begitu
dilancarkan keluar kedahsyatannya sungguh luar biasa.
Simuka riang berhati ular serta si Setan Gantung Pengikat
Sukma tiada berkesempatan untuk bercakap-cakap lagi,
mereka berdua buru-buru mengundurkan diri ke belakang.
Saat ini Mo Tan-hong sudah bulatkan tekad untuk adu jiwa.
serangan pertamameluncur keluar serangan lain menyusul
beruntun. sambil gertak gigi ia melancarkan tujuh buah
serangan sekaligus. Dalam sekejap mata cahaya hijau berkelebat memenuhi
angkasa bagaikan jaringan laba laba mengurung seluruh
tubuh kedua orang itu. Karena gegabah Chuan Tiong Jie Kui kena didesak mundur
oleh Mo Tan-hong bahkan kesempatan untuk mencabut
pedangpun tak ada. Melihat pemimpinnya terkurung, para manusia aneh yang
berada di sekeliling tempat itu secara berbareng menerjang
maju ke depan, di dalam sekejap mata kabut hitam
bergelombang memenuhi seluruh angkasa, pedang berkilat
dan menyambar datang dari empat penjuru.
Atas kejadian ini CHuan Tiong Jie Kui baru berhasil
meloloskan diri dari ceceran pihak lawan, dengan hati lega
setelah meloncat keluar dari kalangan mereka mulai mengejek
diiringi suara tertawa yang amat menyeramkan.
"Heee.... heee.... heee.... yayamu baik-baik ajak kau bicara
kau sengaja tidak mau mendengar, sekarang cobalah dulu
mencicipi bagaimana rasanya dikurung oleh barisan pedang
Ngo Kui Im Hong Kiam Tin"
Kepandaian dari Mo Tan-hong memperoleh didikan
langsung dari Sam Kuang Sin nie apalagi ia menelan pula
butiran pil peninggalan Han Tan Loojien kemudian mengikuti
Ui Liong Tootiang mempelajari isi kitab pusaka "Sian Tok Poo
Liok" kepandaian silat yang sebenarnya sudah berada di atas
kepandaian Chuan Tiong Jie Kui.
Hanya saja dikarenakan hatinya mengikuti napsu dan
melancarkan serangan dengan sepenuh tenaga apalagi
mendengar pula ejekan kata-kata kotor yang dilontarkan
Chuan Tiong Jie Ku, hal ini membuah hatinya semakin
mendongkol lagi. Karena itu kepandaiannya memperoleh pukulan yang
sangat besar, dibawah kurungan orang-orang aneh itu gadis
tersebut kelihatan mulai keteter dan terdesak mundur terus
menerus. Melihat kejadian itu Chuan Tiong Jie Kui tertawa terbahak-
bahak dengan bangganya mereka mulai mencomoti intan
permata yang ada dikedua peti tersebut.
Pada waktu itulah mendadak sesosok bayangan ramping
melayang turun dibelakang punggung kedua orang setan
tersebut kemudian langsung menegur dingin.
Perintahkan manusia setan anak buahmu segera tarik diri
dan berhenti bergebrak. Dalalm keadaan seperti itu Chuan Tiong Jie Kui benar-benar
amat terperanjat dengan kesempurnaan kepandaian silat yang
mereka berdua miliki ternyata sama sekali tidak merasa ada
orang yang muncul dibelakang punggung merekalah hal ini
membuktikan seberapa lihaynya kepandaian yang dimiliki
orang itu dengan cepat mereka putar badan
Tapi sebentar kemudian mereka berdua sudah dibuat
tertegun, karena mereka menemukan orang yang berdiri
dibelakang mereka adalah seorang wanita setengah baya
dengan pakaian dandanan keraton berwajah sangat agung. Si
wanita setengah baya itu sewaktu melihat mereka berdua
tidak melakukan apa yang diperintahkan kembali dongakkan
kepalanya menegur dingin, "Kalian tidak mendengar apa yang
aku ucapkan tadi?" Si wajah riang berhati ular Go Tou Seng serta si Setan
Gantung Pengikat Sukma Ong Thian merupakan jago-jago
kangouw kenamaan, mereka tentu saja tak akan tahan
mendengarkan perkataan macam begitu, hawa gusar langsung
meliputi seluruh badan walaupun begitu mereka tidak berani
umbar hawa amarahnya dengan sembarangan
Go Tou Seng dengan pandangan tajam memperhatikan
perempuan itu dari atas hingga ke bawah, lalu seraya menjura
sapanya, "Harap maafkan cayhe bermata tak berbiji sehingga
tidak mengenali jagoan dari manakah yang telah datang?"
"Sak Cing Hujien dari Isana Kelabang Emas."
Tempo dulu Chuan Tiong Ngo Kui pernah bersekongkol
dengan Thay Gak Cungcu dan pernah pula menjadi kaki


Pendekar Bayangan Malaikat Lanjutan Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangan Isana Kelabang Emas, hingga perkampungan Thay Gak
Cung kena tersapu bersih dan dari lima setan ada tiga yang
mati terbunuh mereka baru putus hubungan.
Sekarang, secara tiba-tiba mendengar ia mengungkap soal
Isana Kelabang Emas, hatinya jadi sangat terperanjat. diam-
diam ia melirik sekejap ke samping ketika dilihatnya
perempuan tersebut hanya seorang diri, nyalipun semakin
bertambah besar. Ia dongakkan kepalanya tertawa seram.
"Selamanya aku orang she Go tidak pernah mendengar
kalau di dalam Isana Kelabang Emas ada seseorang macam
kau, cukup mengandalkan beberapa patah perkataanmu itu
apa kau kira aku orang she Go lantas mempercayainya seratus
persen?" Air muka Sak Cing Hujien tetap tidak berubah, kembali ia
mendesak lebih lanjut dengan nada dingin, "Sebenarnya kalian
suka mendengarkan perkataan tidak?"
Si Setan Gantung Pengikat Sukma jadi orang paling buas,
saat ini ia tak bisa menahan sabar lagi, sambil meraung keras
tubuhnya meloncat maju ke depan.
"Untuk memaksa yayamu ikut perintah tidak susah, asal kau
bisa perlihatkan semacam barang kepadaku."
Sreeet! telapak tangannya dengan sejajar dada didorong ke
depan, nama busuk Chuan Tiong Ngo Kui sudah lama terkenal
dalam Bulim. serangannya ini tentu saja luar biasa
dahsyatnya. Terlihatlah segulung asap kabut hitam dengan disertai hawa
pukulan berhawa dingin bagaikan seekor naga hitam
menggulung ke arah depan.
Wajah Sak Cing Hujien masih penuh diliputi kehambaran,
tubuhnya sedikitpun tidak bergeser barang setengah
langkahpun, ketika angin pukulan berhawa dingin hampir saja
mengenai badannya, mendadak.... Seorang lelaki kekar
berdandan suku Biauw meraung keras dan munculkan dirinya
dari belakang perempuan tersebut, telapak tangannya yang
besar langsung ditekan ke depan dengan hawa murni penuh.
"Braaak!" dengan keras lawan keras kedua pulang angin
pukulan itu saling terbentur satu sama lainnya di tengah
udara. Ledakan keras laksana guntur membelah bumi bergeletar di
atas permukaan tanah si Setan Gantung Pengikat Sukma
bagaikan orang mabok berturut turut mundur tujuh delapan
langkah ke belakang dengan sempoyongan darah segarpun
muntah keluar dari ujung bibirnya.
Beruntung sekali tenaga dalam yang dia miliki amat
sempurna, badannya berhasil mempertahankan diri tidak
sampai roboh ke atas tanah.
Dengan timbulnya kejadian ini maka kontan saja simuka
riang berhati ular jadi terperanjat dan berturut turut mundur
dua langkah ke belakang. Dengan pandangan dingin Sak Cing Hujien kembali melirik
sekejap ke arahnya, lalu sambil dongakkan kepalanya ia
tertawa sombong. "Lebih baik cepat-cepat suruh mereka berhenti bergebrak,
apakah kau tidak ingin meneguk arak penghormatan dan
memilih arak hukuman?"
Saat ini dalam hati simuka riang berhati ular penuh diliputi
kesedihan, ia sebagai seorang jagoan Bulim ternyata harus
tunduk dibawah telapak kaki orang lain karena kepandaian
pihak lawan lebih tinggi. kendati hatinya sangat takut ia tidak
suka segera ikuti perintah.
Sak Cing Hujien melihat dia tidak suka mendengarkan
perintahnya, kembali sambungnya, "Yang diminta pihak Isana
Kelabang Emas adalah bocah perempuan itu dalam keadaan
hidup hidup, harta karun ini boleh kalian dapatkan semua."
Haruslah diketahui watak orang-orang kangouw
kebanyakan adalah kepala boleh putus tapi semangat tak
boleh patah, Chuan Tiong Ngo Kui sebagai jagoan suatu
daerah sudah tentu tak bakal sudi mendengarkan perintah
orang lain. Dalam keadaan kepepet tiba-tiba Sak Cing Hujien
mengajukan persyaratan yang akhirnya berhasil melindungi
muka mereka juga, dengan cepat Go Tou Seng melayang
maju ke depan. "Semuanya bubar!" bentaknya keras.
Manusia manusia aneh itu kebanyakan merupakan anak
buahnya, mendengar teriakan itu merekapun buru-buru buyar
dan mengundurkan diri kehadapannya.
Air muka Go Tou Seng pada saat ini sudah berubah
sehingga sangat jelek susah dilukiskan, dengan gemas ia
melotot sekejap ke arah Sak Cing Hujien lalu kepada manusia
manusia aneh itu bentaknya kembali, "Bereskan semua harta
karun yang ada dan segera bubar!"
Sewaktu orang-orang aneh itu melihat air muka pemimpin
mereka sangat aneh seorang pun tak ada yang berani buka
suara, buru-buru mereka masukkan seluruh harta yang ada ke
dalam peti kemudian siap-siap digotong turun bukit.
Sekonyong konyong.... Dari balik hutan berkumandang datang suara teriakan aneh
dari seseorang. Eeee.... orang she Go, jual belimu kali ini sungguh lumayan
juga hasilnya, adakah bagian untuk aku si pengemis tua?"
Go Tou Seng yang lagi menahan hawa mangkel dihatinya,
begitu melihat munculnya si pengemis aneh yang mirip orang
gila alisnya lantas berkerut, hawa gusarpun disalurkan keluar
semua. "Mengandalkan apa kau hendak paksa aku berikan satu
bagian kepadamu?" "Haaa.... haaa.... haaa.... andalkan sedikit hubunganku
dengan Mo Cun-ong tempo dulu."
Air muka Go Tou Seng langsung berubah hebat.
"Apakah kau ingin mencarikan balas buat si setan tua itu?"
"Boleh dianggap demikian"
"Hmmm! hanya mengandalkan kalian Hong Jen Sam Yu?"
Sewaktu mereka sedang bercakap-cakap itulah, Sak Cing
Hujien dengan diiringi silelaki kekar berdandan suku Biauw itu
sudah melayang kehadapan Mo Tan-hong.
Gadis ini belum pernah menemui kedua orang itu, melihat
munculnya kedua orang tersebut pedangnya langsung
disilangkan di depan dada.
"Berhenti, apa yang hendak kalian kerjakan?" bentaknya
keras. "Cuncu jangan salah paham dulu, aku tidak membawa
maksud jahat dan hanya ingin mengundang Cuncu untuk
melakukan perjalanan ke gurun pasir." sahut Sak Cing Hujien
dengan wajah ramah. "Heee.... heee.... heee.... mengandalkan apa kalian hendak
paksa aku berangkat?"
"Perjalanan kali ini akan menggantungkan Cuncu. Setelah
tiba disana sudah tentu kau akan jadi paham sendiri."
"Hmmm! perduli apa yang hendak kau ucapkan, nona tetap
tak akan pergi...." Silelaki kekar yang berdandan suku Biauw itu mendadak
maju ke depan, matanya yang aneh mendelik besar.
"Bicara baik-baik kepadamu kau tidak suka mendengar,
apakah kau paksa kami harus menggunakan kekerasan?"
teriaknya. Mo Tan-hong pun menggetarkan pedangnya keras keras.
"Kau manusia tidak mirip manusia, setan tidak mirip setan.
Apa kau anggap nonamu takuti dirimu?" berntaknya pula
gusar. Silelaki kekar berdandan suku Biauw itu langsung
menggerakkan telapaknya disilangkan di depan dada siap
melakukan terjangan tapi tindakannya ini berhasil dicegah oleh
Sak Cing Hujien. "Menasehati seorang nona ada baiknya jangan
menggunakan kekerasan, karena jika demikian adanya bakal
mendatangkan kejelekan dari pada keuntungan katanya
serius. Dengan amat gusar Mo Tan-hong menggerakkan
pedangnya siap melancarkan babatan tapi melihat Chuan
Tiong Jie Kui sedang bersitegang dengan si pengemis aneh,
suatu ingatan dengan cepat berkelebat di dalam benaknya.
"Hutang ada pemiliknya, mau adu jiwa seharusnya pergi
dulu mencari Chuan Tiong Jie Kui buat apa banyak bacot
dengan mereka?" tidak perduli desakan dari Sak Cing Hujien lagi mendadak
badannya meloncat ke depan, cahaya pedang berkilauan
langsung menubruk ke arah Chuan Tiong Jie Kui.
Melihat hal tersebut dengan suara silelaki kekar berdandan
suku Biauw itu membentak keras.
"Kau masih ingin melarikan diri" tidak segampang yang kau
pikir...." Dari sisi pinggir ia melancarkan satu babatan yang maha
hebat langsung ke arah depan.
Silelaki kekar ini dasarnya mempunyai tenaga dalam yang
mengejutkan hati, angin telapak menderu deru bagaikan angin
puyuh, dan dengan cepat berhasil menghadang badan Mo
Tan-hong untuk maju. Kejadian ini memaksa gadis tersebut tak berhasil meloncat
ke depan lagi, badannya merosot turun ke atas tanah.
Sedang Sak Cing Hujien yang ada dibelakangnya
mengambil kesempatan ini bagaikan sambaran kilat meluncur
kehadapan tubuhnya, sang tangan dengan gencar
mencengkeram pergelangan tangannya yang mencekal
pedang. Jurus serangan ini dilancarkan cepat dan gencar. baru saja
Mo Tan-hong melayang turun ke bawah serangan sudah
meluncur datang. hal ini memaksa gadis itu perduli
menggunakan cara apapun tak akan berhasil menghindar diri
dari serangan tersebut dan kelihatan ia bakal terjatuh
ketangan Sak Cing Hujien Tiba-tiba.... Sesosok bayangan manusia dengan membawa deruan
angin tajam meluncur mendatar ke depan, tangannya
langsung membabat tangan Sak Cing Hujien yang sedang
melancarkan serangan itu, jikalau wanita setengah baya ini
tidak cepat-cepat menarik kembali tangannya maka ia pasti
akan terluka ditangan pihak lawan.
Sak Cing Hujien merasa hatinya bergetar keras, buru-buru
ia buyarkan serangan tersebut lalu melayang tiga langkah
kesamping, tapi ketika dilihatnya orang itu bukan lain adalah
Tan Kia-beng air mukanya langsung saja berubah hebat, ia
tahu usahanya malam ini sudah jelas bakal memperoleh hasil
yang sia-sia. Tan Kia-beng setelah berhasil memukul mundur Sak Cing
Hujien segera tertawa dingin tiada hentinya.
"Tanpa sebab pihak Isana Kelabang Emas memerintahkan
Chuan Tiong Ngo Kui untuk membinasakan Mo Cun-ong, dan
sekarang masih merasa kurang puas apakah kalian sungguh
sungguh akan melakukan pembabatan rumput seakar
akarnya?" Dengan tiada leluasa Sak Cing Hujien tertawa terkekeh
kekeh. "Tan Sauw hiap, kau sudah salah paham maksud kami
hanya berharap Cuncu suka bersama-sama kami berangkat ke
gurun pasir dan sama sekali tiada maksud jahat untuk
mencelakai dirinya".
"Perkataan bohong yang tepatnya digunakan untuk
membohongi bocah umur tiga, mana bisa membuat aku
percaya?" jengek Mo Tan-hong sambil tertawa dingin.
"Cuncu, disini tidak membutuhkan dirimu lagi cepat kau
bantu si pengemis aneh untuk membereskan Chuan Tiong Jie
Kui bentak Tan Kia-beng dengan cepat.
Mo Tan-hong sendiripun tahu disana cukup seorang Tan
Kia-beng sudah bisa menghadapi orang-orang itu mendengar
bentakan tersebut ia segera menubruk ke arah Chuan Tiong
Jie Kui. Silelaki kekar berdandan suku Biauw itu ada maksud
hendak turun tangan mencegat tapi kena dicegah oleh
kerdipan mata Sak Cing Hujien. Setelah Tan Kia-beng usir
pergi Mo Cuncu ia baru maju ke depan seraya berseru
lantang. Pada malam ini pertama tama aku orang she Tan ingin
memberi tahukan suatu kabar kepadamu yaitu majikan Isana
Kelabang Emas Liuw Lok Yen sekarang sudah jadi cacad dan
selama hidupnya tidak punya harapan untuk membicarakan
soal Bulim lagi ini soal yang pertama, kedua. permusuhan
antara Majikan Isana Kelabang Emas dengan kawan kawan
Bulim didaratan Tionggoan walau hal ini ditimbulkan dari
bantuan yang diberikan para jago kepada Raja Muda Mo
dalam menumpas pemberontakan di daerah Biauw Cian tempo
dulu tapi kini yang mati sudah mati yang luka sudah luka,
urusan sudah dibikin beres lagi pula Mo Cuncu adalah seorang
gadis yang lemah sama sekali tidak ikut serta dalam tumpah
darah yang terjadi dalam Bulim. mengapa kau tidak suka
melepaskan dirinya" Sebenarnya Sak Cing Hujien datang kemari adalah atas
perintah Majikan Isana Kelabang Emas untuk menawan Mo
Tan-hong maksud Majikan Isana Kelabang Emas pada
mulanya adalah memakai Mo Tan-hong sebagai umpan untuk
memancing kedatangan Tan Kia-beng beserta seluruh jago-
jago yang punya hubungan dengan Mo Cun-ong ke gurun
pasir lalu sekali sikat menghancurkan semua musuhnya itu.
Kini mendengar kabar bahwa Majikan Isana Kelabang Emas
sudah jadi cacad hatinya jadi sangat terperanjat kontan saja
air mukanya berubah jadi pucat pasi bagaikan mayat dengan
sempoyongan ia mundur dua langkah ke belakang.
"Benar-benarkah perkataanmu itu?" tanyanya rada
gemetar. "Haaa.... haaa.... haaa.... selamanya aku orang she Tan
tidak pernah berbohong."
Sak Cing Hujien menghela napas panjang untuk beberapa
saat bagaikan badannya terjatuh dari suatu tempat laksaan
tombak tingginya, semangat jantannya hancur berantakan
mengikuti tersiarnya berita tersebut.
"Cayhe mengetahui jelas watakmu sangat ramah dan welas
kasih, selama ini jarang sekali melakukan perbuatan jahat.
karena itu untuk kali ini pun aku tidak ingin menyusahkan
dirimu. semoga saja sekembalinya ke gurun pasir kau bisa


Pendekar Bayangan Malaikat Lanjutan Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

instruksikan seluruh anggota Kelabang Emas jangan
mempunyai ingatan untuk menjadi seluruh Bulim lagi."
Sejak dahulu Sak Cing Hujien pun tidak setuju dengan
tindakan Majikan Isana Kelabang Emas yang begitu kejam,
bahkan beberapa kali menasehati dirinya untuk buyarkan jahat
macam begitu. kini setelah mendengar Majikan Isana
Kelabang Emas jadi cacad dan seluruh jago-jago lihaypun
banyak yang binasa, dalam hati mengerti masa kejayaan buat
mereka sudah berlalu, tak terasa lagi ia menghela napas
sedih. Tubuhnya langsung berputar dan berlalu dari sana dengan
cepat, silelaki kekar itu pun melotot sekejap ke arah Tan Kia-
beng dengan pandangan gusar kemudian mengikuti dari
belakang perempuan tersebut.
Melihat kedua orang itu berlalu Tan Kia-beng pun tidak
melakukan pengejaran. tubuhnya segera meloncat dan
langsung menubruk ke arah Chuan Tiong Jie Kui.
Waktu itu antara simuka riang berhati ular serta si
pengemis aneh sedang melangsungkan suatu pertarungan
sengit, sedang Mo Tan-hong dengan si Setan Gantung
Pengikat Sukma pun terjadi pula suatu pertarungan yang tidak
kalah serunya manusia-manusia aneh yang mengurung di
sekeliling kalangan sewaktu melihat munculnya Tan Kia-beng
disana bersama-sama segera membentak keras, masing-
masing menggerakkan pedangnya saling membabat
sekenanya. Tan Kia-beng berpekik nyaring, dengan jurus "Jiet Ceng
Tiong Thian" ia sambut datangnya tubrukan orang-orang aneh
itu. Suara jeritan ngeri berkumandang memenuhi angkasa, dua
orang lelaki yang berada dipaling depan kena terbabat oleh
angin pukulan tersenut sehingga mencelat ke tengah udara
dan terlempar bagaikan layang layang putus.
Sisanya pada berdiri tertegun bagaikan patung, Tan Kia-
beng tidak perduli tubuhnya bagaikan pusaran angin puyuh
kembali menggulung ke arah dua orang yang berjaga-jaga
disisi peti harta karun tersebut, mendadak satu tangan
mencengkeram seorang ia menangkap ujung baju kedua
orang itu dan diangkat ke tengah udara, kedua orang tersebut
belum sempat melihat jelas bayangan musuhnya tahu-tahu
bagaikan buah touw matang telah menggelinding kesamping.
Anak buah dari Chuan Tiong Ngo Kui walaupun semuanya
merupakan jago-jago keji yang tidak sayang nyawa sendiri,
tapi melihat kehebatan dari Tan Kia-beng rata rata dia berdiri
mematung juga saking kagetnya. seorangpun tak ada yang
berani maju lagi. Sedangkan waktu itu Chuan Tiong Jie Kui sedang pusatkan
seluruh perhatian untuk menghadapi musuh tangguh mereka,
terhadap peristiwa yang terjadi dikedua belah samping mereka
tidak ambil tahu. Setelah Tan Kia-beng berhasil merebut harta karun itu
dengan cepat ia menerjang kehadapan Jie Kui.
"Tahan!" bentaknya keras.
Menanti kedua orang itu sama-sama sudah berhenti,
kembali ia menegur sambil menuding Chuan Tiong Jie Kui.
"Bangsat keji, Mo Cun-ong tiada ikatan dendam dengan
kalian, ternyata kamu turun tangan jahat pula terhadap
dirinya, sekarang apa yang hendak kalian ucapkan lagi?"
Simuka riang berhati ular menyapu sekejap keempat
penjuru, sewaktu dilihatnya orang-orang Isana Kelabang Emas
sudah berlalu semua tinggal mereka sendiri tertegun disana
kontan dalam hati merasa terperanjat dan mengetahui kalau
keadaan jauh lebih banyak dari pada rejeki.
Segera ia bulatkan tekadnya dan tertawa seram.
"Bunuh orang bayar nyawa, hutang barang bayar uang, aku
orang she Go berani turun tangan membinasakan manusia she
Mo kenapa harus takut orang lain mencari gara gara dengan
diriku" "Haaa.... haaa.... haaa.... ternyata saudara jadi orang cukup
terbka, sekarang turunan dari Mo Cun-ong sudah tiba, lebih
baik kalian ambil keputusan diri sendiri dari pada harus
menanggung hutang baru lagi"
Waktu itu Chuan Tiong Jie Kui sudah ambil keputusan,
mereka berdua bersama-sama membentak keras, "Orang she
Tan kau tidak usah banyak bacot lagi, siapa yang bakal
menemui ajalnya masih susah ditentukan!"
Mereka berdua saling bertukar pandangan sekejap, sambil
getarkan pedangnya mendadak kedua orang itu sama-sama
menubruk ke arah Tan Kia-beng, pedang Sang Bun Kiam nya
dengan diikuti dua rentetan cahaya gelap berturut turut
mengirim tujuh buah serangan.
Seketika itu juga awan gelap menutupi seluruh angkasa,
suara suitan aneh bergema menusuk telinga.
Pertarungan yang sedang berlangsung kali ini benar-benar
telah menggunakan seluruh tenaga yang dimiliki kedua orang
setan tersebut, karenanya serangan yang melanda datang
betul-betul amat dahsyat.
Dibawah kurungan hawa pedang yang berlapis-lapis
mendadak Tan Kia-beng tertawa panjang, serentetan cahaya
tajam berwarna kebiru biruan tiba-tiba menembusi lapisan
kabut hitam dan langsung menembusi angkasa laksana naga
sakti yang terbang dilangit.
Terdengar suara jeritan ngeri bergema memenuhi angkasa,
lengan kanan si Setan Gantung Pengikat Sukma tahu-tahu
sudah terbabat putus menjadi dua bagian oleh sabetan cahaya
tajam tersebut, kutungan lengan bersama-sama senjatanya
mencelat ke tengah angkasa. darah segar muncrata bagaikan
hujan sang tubuhpun mundur ke belakang dengan
sempoyongan. Tapi belum sampai ia berhasil berdiri tegak serentetan
cahaya hijau sudah berkelebat datang menembusi dadanya.
Kiranya kebetulan sekali pada waktu itu Mo Tan-hong telah
menerjang datang, dengan wajah penuh air mata ia cabut
keluar pedangnya seraya berteriak sedih.
"Tia, putrimu yang tidak berbakti ini hari berhasil
membalaskan dendam sakit hatimu"
Diikuti pedangnya laksana kilat menyambar lewat, batok
kepala Ong Thian pun sudah terpenggal putus dari tempatnya
semula. Pada waktu itulah di tengah kalangan kembali
berkumandang suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati
simuka riang berhati ular pun kena terbabat putus
pinggangnya oleh serangan Tan Kia-beng.
Para manusia manusia aneh yang melihat majikan mereka
pada mati semua Buru-buru putar badan dan melarikan diri terbirit birit.
Musuh utama sudah terbunuh Tan Kia-beng pun tidak
melakukan pengejaran lebih lanjut, sebaliknya Mo Tan-hong
dengan wajah penuh diliputi napsu membunuh membentak
keras kemudian melakukan pengejaran.
Tapi usaha ini kena dihalangi oleh si pengemis aneh.
Sambil tertawa terbahak-bahak katanya.
Musuh utama sudah terbasmi, manusia manusia rendah
itupun tak akan bisa melakukan sesuatu perbuatan besar,
biarkanlah mereka berlalu.
Setelah dinasehati Mo Tan-hong baru menghentikan
langkah kakinya, ketika itulah Tan Kia-beng maju ke depan
menghibur. "Kini dendam besar sudah terbalaskan kau pun seharusnya
memilih satu hari yang bagus untuk membuka suatu
sembayangan untuk memperingati kematian ayahmu agar
sukmanya dialam baka bisa tentram."
"Soal ini tidak usah merepotkan dirimu lagi, Ui Liong Supek
sudah punya rencana yang tersendiri" kata Mo Tan-hong
dengan wajah sedih dan menghela napas panjang.
Tan Kia-beng yang terbentur batu terpaksa membungkam,
sedangkan si pengemis aneh yang ada disisinya buru-buru
menimbrung, "Malam semakin kelam, ada baiknya kita
tinggalkan dulu tempat ini".
Mendadak Mo Tan-hong berjalan kesisi kedua peti harta
tersebut, sambil disodorkan kehadapan Tan Kia-beng ujarnya,
"Berkat pertolonganmu berulang kali, siauw moay merasa
sangat berterima kasih sedikit barang peninggalan dari ayahku
ini harap suka kau terima sebagai modal untuk mendirikan
kembali kejayaan Teh Leng Kauw
Mendengar nada ucapannya berubah bahkan terasa seperti
dalam sekejap mata jarak mereka berdua sudah terpaut
sangat jauh melebihi laksaan li, dalam hati Tan Kia-beng
merasa tercengang bercampur kaget ia tidak tahu apa
sebabnya gadis tersebut bisa bersikap begitu hambar terhadap
dirinya. Setelah tertegun beberapa saat mendadak ia dongakkan
kepalanya tertawa terbahak-bahak
"Aku orang she Tan begitu menghormati ayahmu adalah
dikarenakan Beliau adalah seorang panglima perang yang
setia dan bijaksana, kau kira aku kemaruk dengan harta
kekayaan tersebut" haaa.... haaa.... haa.... kau terlalu
pandang rendah aku orang she Tan, apa lagi kaupun harus
mengurusi penguburan kembali jenasah ayahmu di tempat
yang lebih layak serta pembangungan kembali istanamu, lebih
baik ditinggalkan untuk kau gunakan sendiri saja"
Karena terdorong oleh golakan hatinya Mo Tan-hong sedikit
bicara salah mengakibatkan mendapat tanggapan yang salah
dari pemuda tersebut. sebenarnya ia ada maksud memberi
penjelasan tapi ia tidak mengerti harus mengucapkan kata-
kata yang bagaimana, akhirinya dengan nada tenang ujarnya,
"Tan heng, kau jangan salah paham, soal kuburan ayahku
siauw moay sudah atur selesai, sedangkan mengenai
pembangungan kembali istana. Heeei!!"
"Tan Hong tidak untuk dilahirkan sebagai seorang gadis,
apa perlunya melakukan pekerjaan pekerjaan macam begitu"
apalagi aku sudah ambil keputusan setelah dendamku terbalas
aku akan mengikuti suhu untuk jadi murid budha dan habiskan
sisa hidupku di dalam biara."
"Kau akan jadi nikouw?" saking terperanjatnya Tan Kia-
beng jadi menjerit tertahan, dengan cepat meloncat maju ke
depan. "Kau.... kau.... apakah kau...."
Akhirnya pemuda itu tak dapat meneruskan kata-kata
selanjutnya. Mo Tan-hong mengerti perkataan apa selanjutnya
yang hendak ia ucapkan seraya menghela napas panjang
ujarnya. Persoalan inipun bukan merupakan suatu persoalan yang
luar biasa buat apa kau merasa begitu cemas" malam semakin
kelam kitapun harusnya pergi.
Si pengemis aneh tahu bahwa hubungan mereka berdua
sangat baik saat ini saat mereka berdua hanya karena urusan
harta karun lantas timbul sedikit berselisih dalam hati lantas
tahu bila dibalik kesemuanya ini tentu ada sebab yang lain.
Karena jikalau dirinya ikut campur kemungkinan sekali
malah membuat ia semakin tidak enak, maka ia lantas
menyambar peti di atas tanah dan tertawa terbahak-bahak
Mereka bersama-sama berlaku sungkan aku si pengemis
tua tidak tahan melihat uang lebih baik barang-barang ini aku
saja yang uruskan." Ia tahu isi dari kedua peti tersebut adalah barang-barang
berharga yang tak terhingga nilainya, cukup untuk mendirikan
kembali perguruan Teh Leng Kauw maupun istana Mo Cuncu,
oleh karena itu ia memberanikan diri untuk menguruskan
harta tersebut daripada mereka berdua ngotot terus.
Baik Tan Kia-beng maupun Mo Tan-hong sama-sama
bungkam dalam seribu bahasa karena perasaan hati mereka
berdua sama-sama diliputi kemurungan dan tidak berminat
sama sekali untuk mengurusi persoalan tersebut.
Si pengemis aneh yang melihat kedua orang itu sama-sama
bungkam lantas tertawa terbahak-bahak sambil mengepit
kedua buah peti itu ia putar badan dan berlalu dari sana
Hanya dalam sekejap mata si pengemis aneh dari Hong Jen
Sam Yu ini sudah lenyap dari pandangan.
Menanti bayangan punggung dari si pengemis aneh sudah
lenyap dari pandangan Tan Kia-beng baru menghela napas
panjang ujarnya perlahan.
Hong moay kau terlalu banyak menaruh kesalah pahaman
terhadap diriku. Perkataan Tan heng terlalu berat potong Mo Tan-hong
sambil tertawa dingin tiada hentinya. Kau sudah banyak
membantu diri siauw moay untuk berterima kasihpun sudah
tidak sanggup mana berani menaruh kesalah pahaman
terhadap dirimu?" "Kalau tidak ada kesalah pahaman mengapa, kau berkata
ingin menghabiskan masa hidupmu dibiara?"
"Soal jadi nikouw atau tidak itu urusan pribadiku sendiri,
agaknya tiada sangkut paut dengan Tan heng."
Perkataan ini kontan membuat Tan Kia-beng jadi bungkam
dalam seribu bahasa bersamaan itu pula kata "Tan heng"
terasa sangat menusuk telinga.
Dasar ia memang seorang yang romantik tapi berperasaan
halus ia sama sekali tidak tahu bahwa perkataan dari Mo Tan-
hong ini justru sedang menantikan reaksi yang bakal
mempengaruhi masa depannya. pemuda ini ada maksud
menggunakan kesempatan ini hendak menyampaikan isi
hatinya. "Tempo dulu melakukan perjalanan ribuan li melindungi
bunga keutara waktu itu aku tidak mempunyai perasaan apa
apa terhadap dirinya" pikir pemuda ini di dalam hati.
"Sekarang jikalau ia sudah berubah hati, bila aku paksa lebih
lanjut malah tidak mendatangkan kebaikan, apa gunanya aku
berbuat demikian?" Ia segera tertawa terbahak-bahak.
"Perkataan dari Cuncu sedikitpun tidak salah, aku punya
kebebasanmu dan aku punya kepentinganku, perkataan yang
aku orang she Tan ucapnya kali ini memang rada terlalu
banyak, tapi rasa cinta yang aku orang she Tan tunjukan
kepadamu adalah suci bersih, aku berani bersumpah dibawah
kesaksian Thian, mau percaya atau tidak itu terserah
padamu." Habis berkata ia putar badan dan berlalu.
Tindakan dari sang pemuda ini benar-benar berada diluar
dugaan Mo Tan-hong, saking cemasnya air mata jatuh
berlinang, jeritnya lirih, "Kau.... kau kembalilah!"


Pendekar Bayangan Malaikat Lanjutan Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tan Kia-beng berhenti dan putar badan.
"Cuncu kau masih ada perintah apa lagi?"
"Kau tidak setuju kalau aku jadi nikouw?"
"Haaa.... haaa.... haaa.... itu urusan Cuncu pribadi, aku
orang she Tan mana berani mencampuri urusan orang lain?"
"Ooouw.... kiranya hatimu benar-benar sangat kejam, aku
Mo Tan-hong sudah salah **** orang" saking khekinya Mo
Tan-hong depak-depakkan kakinya ke atas tanah.
"Heee.... heee.... heee.... perkataan ini pada mulanya
adalah kau sendiri yang ucapkan, apakah aku sudah salah
berbicara?" "Kalau begitu aku mau tanya kepadamu, terang terangan
kau tahu jika Majikan Isana Kelabang Emas adalah musuh
besar ayahku, kenapa kau lepaskan dia pergi?"
"Ia sudah berubah jadi seorang cacad yang sama sekali tak
berguna, paling banter juga hanya bisa hidup tiga, lima tahun
lagi. dilepaskan atau tidak akhirnya juga sama saja, apalagi
orang-orang yang menggabungkan diri dengan pihak Isana
Kelabang Emas pun tinggal sedikit, mereka tak bakal bisa
bertahan terlalu lama lagi."
"Hmmm! aku kira urusan ini bukan" terang terangan kau
sedang jual muka buat si Dara Berbaju Hijau itu, apa kau
anggap aku tidak tahu?"
"Sekalipun benar demikian aku rasa ini pun bukan suatu
peristiwa yang luar biasa! budi seharusnya dibalas dan inipun
merupakan kebiasaan manusia, apa lagi aku orang she Tan
sudah banyak berhutang budi kepadanya."
"Baik, anggap saja perkataanmu cengli, di kemudian hari
aku akan biarkan dia memperoleh akhir yang baik."
"Kau jangan bicara sembarangan" bentak Tan Kia-beng
saking mendongkolnya. "Walaupun Majikan Isana Kelabang
Emas sudah berubah jadi seorang cacad tapi jago lihay
dibawah pimpinannya sangat banyak kau tidak boleh
menempuh bahaya sesukamu".
Karena merasa cemas sikapnya pada waktu itu rada sedikit
kasar, pada mulanya Mo Tan-hong memang sedang tidak
gembira, mendengar dirinya dibentak begitu ketus
kegusarannya semakin memuncak lagi.
Seraya putar badan jeritnya melengking, "Mau hidup atau
mati itu bukan urusanmu!"
Habis berkata dengan salurkan ilmu meringankan tubuhnya
ia berkelebat pergi dari sana dengan gerakan yang cepat.
Tan Kia-beng yang melihat gadis itu berlalu dengan
membawa gusar sebenarnya siap-siap hendak melakukan
pengejaran, tapi akhirnya ia berhenti.
Sedikit ragu ragu, bayangan dari gadis she Mo itupun sudah
lenyap dari pandangan. Pada mulanya ia anggap setelah urusan dipihak Isana
Kelabang Emas bisa dibereskan untuk sementara waktu Chuan
Tiong Jie Kui telah terbasmi dan perguruan Teh Leng Kauw
didirikan kembali, dirinya bisa kawin dengan Mo Tan-hong
untuk kemudian bersama-sama berkelana dalam dunia
persilatan. Siapa sangka karena sedikit kesalah pahaman ternyata Mo
Tan-hong sudah cek cok dengan dirinya makin lama semakin
jadi dan akhirnya berlalu dengan membawa marah.
Dalam hati semakin berpikir semakin musung, saking
gemasnya diam-diam pikirnya, "Anak perempuan sungguh
susah dikendalikan...."
Setelah tertegun beberapa saat, kemudian ia memberi
penjelasan pada diri sendiri, "Walaupun saat ini dendam sakit
hati ayahku sudah terbalas, tapi perintah terakhir dari Han Tan
Loojien belum selesai aku kerjakan buat apa karena urusan
perempuan lantas mendatangkan kemurungan buat diri
sendiri" jika ia mau pergi biarkanlah ia pergi! pada suatu hari
iapun bakal memahami keadaanku...."
Setelah mempunyai pikiran semacam ini hatipun jadi
semakin lega. segera ia berlari ke arah depan.
Karena terganggu oleh urusan tadi haripun sudah terang
tanah, ia kembali kerumah penginapan untuk beristirahat.
waktu itu suasana dalam losmen tersebut hiruk pikuk ramai
sekali. Karena dalam hatinya ada urusan Tan Kia-beng berjalan
dengan kepala tertunduk siapa nyana ketika itulah ia sudah
terbentur seseorang.... Orang itu menjerit kesakitan dan mundur ke belakang
dengan sempoyongan, matanya melotot bulat bulat siap
hendak mengumbar hawa marah.
Tapi ketika dilihatnya orang itu adalah Tan Kia-beng,
sampai rasa sakitpun lupa ia berteriak keras
"Tan Heng, kapan kau datang kemari?"
Tan Kia-beng yang tanpa sebab menerjang badan orang
lain dalam hati merasa amat menyesal kini setelah dipanggil
iapun baru menemukan jika orang itu bukan lain adalah Si
Huan. Si Ciat HUn Kiam dari partai Khong Tong Pay.
Saking girangnya dengan cepat ia meloncat bangun
mencekal baju lengannya erat-erat
"Si Heng, kiranya kau!"
Kena dicengkeram kembali Si Huan menjerit kesakitan dan
berturut turut mundur dua langkah ke belakang.
Waktu itulah Tan Kia-beng baru menemukan jika sebuah
lengannya dibalut oleh kain buru-buru ia lepas tangan seraya
bertanya dengan hati terperanjat.
"Si heng kau terluka?"
Susah dibicarakan dengan sepatah dua patah kata, mari
kita kembali dulu ke dalam kamar" Si Huan menggeleng dan
tertawa pahit. Mereka berdua bersama-sama jalan masuk ke dalam kamar,
setelah menuang dua cawan air teh Si Huan pun mulai
menceritakan kisahnya. "Tan heng, kau sudah memperoleh surat pemberitahuan
tentang akan diadakannya pertemuan puncak para jago
digunung Ui san tanya Si Huan setelah berada dalam kamar.
"Eei, aku tak tahu tentang urusan ini!"
"Waah.... kalau begitu sungguh aneh sekali" Si Huan
menggeleng berkali kali. "Orang lain tidak tahu masih bisa
dimaklumi, tapi bagaimana Tan heng bisa tidak tahu?"
Sebentar kemudian ia sudah tertawa terbahak-bahak.
"Menurut apa yang aku ketahui, di dalam pertemuan
puncak kali ini, tujuannya justru ingin memberi kesempatan
kepada Heng thay untuk merebut gelar jagoan pedang nomor
wahid dari seluruh kolong langit."
Tan Kia-beng tetap dibuat kebingungan seperti diawang
awang, maka dari itu pemuda ini tetap membungkam dalam
seribu bahasa. Sambung Si Huan lebih lanjut.
"Panitia dari pertemuan puncak para jago yang lalu Hay
Thian Sin Shu menuduh Yen Yen Thaysu dari Siauw-lim pay
serta Liok lim Sin Cie dengan meminjam nama pertemuan
puncak ternyata mengadakan pertarungan mati-matian
melawan pihak Isana Kelabang Emas telah merusak nama
baiknya sebagai panitita penyelenggara, pada beberapa waktu
ini ia sudah mengunjungi mereka dan memutuskan hendak
mengundang lagi semua jago untuk mengulangi pertemuan
puncak ini dalam menghasilkan jagoan pedang nomor wahid
dari kolong langit, waktu yang ditentukan bulan ketiga
sebentar lagi bakal tiba, kemungkinan sekali surat undangan
buat Tan heng telah dikirimkan ke dusun Tau Siang Cung."
Waktu itu Tan Kia-beng jadi paham kembali ia tertawa
hambar. "Nama kosong semacam ini siauw-te benar-benar tak ada
minat untuk ikut merebutnya bersamaan itu pula aku merasa
tidak punya pegangan untuk menangkan pertandingan ini.
"Jikalau Tan heng sendiripun mengatakan tak ada
pegangan, apa lagi orang lain lebih lebih tak usah dibicarakan
lagi." "Lebih baik kita kesampingkan dulu urusan pertemuan para
jago, Si heng!! coba kau ceritakan dulu bagaimana kau bisa
terluka?" "Hal yang benar urusan ini ada sangkut pautnya dengan
pertemuan puncak kali ini bahkan sedikit banyak ada sangkut
pautnya dengan Tan heng."
"Eeei.... bagaimana mungkin urusan ini ada sangkut
pautnya dengan diriku?"
"Setelah siauw-te meninggalkan Khong-tong Pay, selama
perjalanan menuju keselatan di tengah perjalanan banyak
dengar orang Bulim membicarakan bahwa gelar jagoan
pedang nomor wahid kali ini pasti berhasil direbut oleh Tan-
heng, siapa sangka sewaktu tiba di kota Kiem Long ternyata
aku sudah berjumpa dengan seorang sastrawan setengah
baya yang bernama Fei Tie, dalam rumah makan itu ternyata
ia sudah maki maki Heng thay dengan kata-kata yang kotor
bahkan sumbar katanya kali ini ia pasti berhasil merebut gelar
jagoan pedang nomor wahid hanya dalam sekali gerak saja.
"Siauw-te yang mendengar perkataan tersebut dalam hati
merasa sangat tidak senang, dan tantang dia untuk adu
kepandaian diluar kota. Heeei....! Jika dibicarakan benar-benar
sangat memalukan, ternyata Siauwte berhasil dibabat luka
lengan kirinya oleh suatu serangan yang sangat aneh dari
orang itu dalam jurus yang ketiga ratus, sebelum pergi ia
mengejek diriku bahkan memesan untuk disampaikan kepada
Tan-heng, katanya jikalau kau tidak berani munculkan diri
dalam pertemuan kali ini lebih baik nama perguruan Teh Leng
Kauw disimpan kembali dan sejak ini hari jangan coba-coba
munculkan diri dalam dunia kangouw."
Habis mendengar kisah tersebut dengan hati gusar Tan Kia-
beng meloncat bangun serunya keras, "Sekarang orang itu
ada dimana" saat ini juga Siauwte akan pergi mencari dirinya."
Buru-buru Si Huan goyangkan tangannya mencegah.
"Heng thay! jangan terlalu mengikuti napsu. dalam
pertemuan puncak para jago di gunung Ui san kau pasti bisa
berjumpa dengan orang ini."
"Hmmm! memaki Siauwte sih tak kupikir dalam hati." teriak
Tan Kia-beng gemas. "Tapi dendam satu tusukan pada tubuh
Heng thay harus kutuntut balas."
"Jikalau demikian adanya, Heng thay sudah pastikan diri
akan menghadiri pertemuan kali ini bukan?"
"Sebenarnya Siauwte tiada bernapsu untuk ikut, tapi
setelah terjadi peristiwa macam begini, jikalau tidak pergi ia
tentu mengira aku betul-betul takut."
Melihat hasutannya berhasil dengan hati girang Si Huan
bangun berdiri. "Siauwte masih ada sedikit urusan harus diselesaikan,
biarlah kita berpisah dulu di sini dan berjumpa kembali
digunung Ui san Ia menjura lalu berlalu dari kamar itu dengan langkah lebar.
Setelah Si Huan pergi, Tan Kia-beng pun mulai murung
kembali. sebenarnya ia tidak bernapsu untuk ikut hadir
merebutkan gelar tersebut tapi dengan adanya kejadian ini
mau tak mau ia harus hadir juga, tapi sewaktu teringat
persoalan yang menyangkut Mo Tan-hong hatinya mulai
merasa tidak tenteram, beberapa kali ia coba untuk
menghilangkan pikiran tersebut dari dalam benak tapi
selembar wajahnya yang cantik serta sepasang matanya yang
lembut memancarkan cahaya cinta bercampur kesah selalu
terbayang dalam benaknya.
Mo Tan-hong adalah gadis pertama yang dicintai, susah
derita selama satu bulan lebih dijalan raya menuju keibu kota
telah banyak menanamkan bibit cinta diantara mereka berdua.
ciuman panjang sewaktu menyaru sebagai majikan kereta
maut cukup membuktikan rasa cinta suci mereka.
Siapa sangka tidak lama kemudian ternyata cinta mereka
berdua sudah tiba saat kehancurannya, bahkan karena apa ia
sendiri pun tidak tahu. Semakin dipikir ia merasa semakin tidak tenteram, akhirnya
pemuda ini meloncat bangun.
"Tidak bisa jadi, aku harus pergi mengejar dirinya"
teriaknya keras. "Jikalau dalam keadaan susah ia betul-betul
berangkat ke gurun pasir bukankah persoalan akan semakin
berat. Walaupun kepandaian silat dari Majikan Isana Kelabang
Emas sudah punah tapi sisa jago-jago lihay masih banyak bila
ia berangkat kesana dengan menempuh bahaya bukankah
sama hanya menerjunkan diri ke dalam jebakan musuh?"
Akhirnya dengan langkah cepat ia menerjang keluar kamar.
Baru saja kakinya selangkah keluar dari rumah penginapan
itu mendadak.... Seorang dara manis menubruk datang amat cepatnya
seraya berteriak kegirangan, "Engkoh Beng, kiranya kau
berada disini aku susah payah pergi mencari dirimu kemana
mana...." Belum sempat Tan Kia-beng melihat wajahnya, terasa
segulung bau wangi menerjang masuk ke dalam pelukannya,
waktu itulah ia baru menemukan jika orang itu bukan lain
adalah "Leng Poo Sianci" Cha Giok Yong.
Dengan cepat ia dorong badannya ke belakang, lalu
tegurnya, "Eeei.... apa maksudmu mencari diriku?"
"Apakah kau sungguh sungguh tidak tahu?" tanya Leng Poo
Sianci dengan membelalakkan sepasang matanya.
Dengan aras arasan Tan Kia-beng menggeleng.
"Agar bisa memberi kesempatan kepadamu sehingga
berhasil merebut gelar jago pedang nomor wahid dari kolong
langit, ayahku telah memperoleh kemajuan dari empat orang
panitia penyelenggara lainnya untuk membuka kembali
pertemuan puncak digunung Ui san pada bulan tiga tanggal
satu yang akan datang...."
"Ehmmm! soal ini sih aku sudah tahu tapi saat ini aku ada
urusan penting dan harus segera pergi mengejar seseorang."
"Tidak bisa jadi, waktu tinggal beberapa hari lagi kau harus
segera mengikuti aku berangkat kesana."
Tidak perduli bagaimana reaksi dari pemuda itu lagi, ia tarik
tarik tangan Tan Kia-beng untuk diajak pergi.
"Eeei.... bagaimana boleh jadi?" seru sang pemuda semakin
cemas lagi. "Kau pergilah dulu, sampai waktunya aku pasti
akan datang menghadiri."
Mendadak ia meronta melepaskan diri dari cekalan lalu
mencelat ke tengah udara dan melayang pergi dengan
salurkan ilmu meringankan tubuhnya yang paling lihay.
Kejadian ini kontan saja membuat Leng Poo Sianci jadi
gemas sampai depak depakkan kakinya ke atas tanah.


Pendekar Bayangan Malaikat Lanjutan Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hmm! Tindak tandukmu seperti mengejar setan saja. tentu
sedang pergi mengejar gadis itu lagi.
Walaupun dimulut ia memaki dalam hati merasa
kegirangan, ia tahu bagaimanakah watak dari Tan Kia-beng,
setelah menyetujui ia pasti datang.
Bersamaan itu pula iapun tahu maksud ayah membuka
kembali pertemuan puncak para jago digunung Ui san kali ini
tidak lain ingin mempamerkan kepandaian silat yang dimiliki
Tan Kia-beng disamping suatu tujuan lain yang lebih
mendalam artinya dan hanya diketahui ayahnya serta dia
sendiri. Menanti bayangan punggung dari Tan Kia-beng sudah
lenyap dari pandangan. Ia baru putar badan yang berangkat
menuju ke gunung Ui san. Musim semi telah datang, bunga-bunga memancarkan bau
dan harum menambah kesemarakan suasana.
Puncak Si Sim Ong digunung Ui san yang banyak
bertumpukan tulang belulang saat ini pulih kembali seperti
sedia kala.... Tiga lima rombongan jago-jago Bulim dari arah yang
berlainan sama-sama berangkat kepuncak gunung untuk ikut
menghadiri pertemuan puncak para jago yang diadakan setiap
lima tahun sekali dan segera akan dibuka siang hari itu juga.
Terburu-buru Leng Poo Sianci berlari menuju kepuncak
sebelah depan, persoalan pertama yang penting baginya
adalah mencari tahu apakah Tan Kia-beng sudah tiba atau
belum. Dilihatnya di tempat yang disediakan untuk kalian orang
panitia penyelenggara sudah ada empat orang yang terisi,
mereka adalah Thian Liong Tootiang, Yen Yen Thaysu, Liok
Lim Sin Ci serta ayahnya Hay Thian Sin Shu, tempat kalian
yang kosong adalah tempat yang disediakan untuk jagoan
pedang nomor wahid tempo dulu, si Cu Swie Tiang Cing.
Di panggung sebelah kiri duduklah ketujuh orang
ciangbunjin dari tujuh partai besar serta jago-jago lihay dari
tujuh partai lain disamping mereka adalah pihak Kay-pang.
Gadis itu tahu jika engkoh Beng nya tentu tak akan duduk
bersama-sama tujuh partai besar, sinar matanya kembali
beralih kesebelah kanan yang ditempati oleh orang-orang Teh-
leng-bun. yaitu Si Penjagal Selaksa Li ayah beranak, tapi
bayangan dari Tan Kia-beng masih belum kelihatan juga,
saking cemasnya mendadak ia meloncat kehadapan Pek Ih
Loo sat seraya menegur. "Heeei! kau tidak berjumpa dengan dirinya?"
"Siapa"...." tanya Pek Ih Loo sat tercengang.
Tapi sebentar kemudian ia sudah jadi sadar kembali, sambil
mendongakkan kepala sahutnya dingin.
"Bagaimana aku bisa tahu?"
Leng Poo Sianci yang kesenggot batunya merasa tidak enak
untuk mengumbar hawa amarah saking khekinya ia putar
badan dan langsung meluncur ke arah barak dimana duduk
para panitia penyelenggara.
"Tia sungguh menjengkelkan engkoh Beng belum juga
datang." "Yong jie! kenapa kau begitu tidak sampai aturan"
ayoh cepat mundur!" Sekalipun diluaran ia menegur padahal di dalam hatipun
ikut cemas. Tanpa sebab Leng Poo Sianci kena ditegur oleh
ayahnya ia segera cibirkan bibirnya dan putar badan meloncat
turun dari panggung. Saat ini waktu diadakannya pertemuan puncak sudah tiba
tapi Tan Kia-beng belum juga kelihatan munculkan diri saking
cemasnya ia putar badan lari kembali kemulut gunung ia
percaya engkoh bengnya pasti tak akan mengingkari janji.
Siapa sangka serombongan manusia demi serombongan
melayang masuk ke atas puncak tapi belum juga kelihatan Tan
Kia-beng munculkan diri selagi gadis itu akan putar badan
kembali kepunggung mendadak dilihatnya seseorang jago
pedang yang masih muda dengan tangan terbalut kain berlari
masuk ke atas puncak dengan sikap kuatir. ia kenal orang itu
adalah kawan dari engkoh Bengnya Si Ciat Hun Kiam Si Huan,
buru-buru disongsongnya kedatangan pemuda tersebut.
"Eeei! apakah engkoh Beng datang bersama dirimu?"
Si Huan rada tertegun, tapi sebentar kemudian ia tersadar
kembali dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaa.... haaa.... haaa.... nona, kau jangan cemas dahulu,
siauwte jamin ia pasti datang."
Leng Poo Sianci masih ingin mendesak lebih lanjut tapi dari
panggung mulai kedengaran suara tabuhan musik serta
letusan mercon, ia tahu pertemuan sudah dimulai buru ia
putar badan seraya berseru, "Pertemuan puncak sudah
dimulai, mari kita cepat kembali kemungkinan sekali ia sudah
tiba." Kedua orang itu bersama-sama lari ke depan panggung,
pertemuan ternyata benar-benar sudah dibuka dan acara
pertandinganpun sama halnya dengan dahulu yaitu dari
masing-masing partai mengirim seorang sebagai wakil untuk
saling bertanding sehingga akhirnya muncul urutan kesatu
kedua dan ketiga. Di atas panggung berdirilah seorang sastrawan berusia
setengah baya berwajah putih bersih dengan menggembol
sebilah pedang pada punggung dan sebuah seruling emas
pada pinggangnya sikap maupun gerak geriknya amat
jumawa. Lawannya adalah seorang jago pedang muda yang
berwajah tampan dan berperawakan kekar. Si Huan yang
melihat orang itu tak terasa lagi langsung berteriak, "Aaakh!
dialah orangnya" "Siapa dia" Leng Poo Sianci tidak mengerti apa yang
dimaksudkan," ia bertanya.
"Orang ini she Fei bernama Tie bergelar Kiem Tie suseng
Pendekar Pedang Sakti 22 Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Bende Mataram 14
^