Pencarian

Rahasia Kampung Garuda 8

Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung Bagian 8


juga sudah tertiup kering sendiri.
"Cianpwee, sekarang harap cianpwee beritahukan
dimana jejak keponakanmu!" demikian ia berkata.
"Ia datang kemarin dengan membawa orang kawan
wanita, minta obat dariku. Karena aku menolak, ia lantas
berlalu menuju kebarat!" jawab Hoa chiu Hwa tho sambil menghela napas.
Dalam hati Ho Hay Kong merasa cemas tanyanya
pula: "Mendengar cianpwe tidak mau memberi pertolongan
kepada keponakanmu?"
"Dalam melakukan ilmu tabibku, selama ini tidak
pernah aku melanggar tradisiku sendiri. Karena
keponakanku itu tidak membawa barang pusaka sebagai
upah dan lagi pula orang yang dibawanya berobat adalah
orang perempuan, yang aku tidak boleh mengobatinya,
maka aku tobat." "Pendirian cianpwee yang demikian kukuhnya,
sehingga melihat orang yang sudah hampir mati juga
tidak mau menolong, benar-benar sangat
mengagumkan!" kata Ho Hay Hong tidak senang.
"Bocah kau jangan mengejek aku, sekarang aku ingin
tahu apa sebabnya kau masuk dalam air dingin tidak
terluka?" "Baik, aku hendak majukan suatu permintaan!"
"Katakanlah." "Boanpwee ingin tanya dulu, luka luka perempuan itu
cianpwee pernah melihatnya betul tidak?"
"Kau benar-benar terlalu menghina aku si orang tua,
kau harus tahu bahwa aku sudah mendapat gelar Hoa
chiu Hwa tho, bagaimanapun hebatnya penyakit atau
luka itu, jelas tidak lolos dari sepasang mataku,
jangankan hanya luka kecil yang tidak berarti itu!"
Ho Hay Hong diam-diam merasa girang, tetapi ia tidak
unjukan diluar dan masih menanya terus:
"Apakah cianpwee sudah tahu dengan obat apa untuk
menyembuhkan luka-lukanya?"
"Itu soal sepele, perlu apa kau tanyakan?"
"Inilah permintaan boanpwee. Boanpwe bersedia
memberitahukan rahasianya dan apa sebabnya
boanpwee tidak terluka meskipun merendam sekian lama
dalam air dingin. Tetapi cianpwee juga harus
membuatkan obatnya untuk menyembuhkan luka luka
perempuan itu!" Hoa chiu Hwa tho berpikir sejenak baru berkata:
"Dia pernah apa dengan kau?"
"Cianpwee jangan tanya soal ini, harap jawab mau
atau tidak, sudah cukup!"
Hoa ciu Hwa tho yang ingin sekali mengetahui sebabsebab
dari rahasia diri Ho Hay Hong yang tahan dengan
air dingin, lalu berpikir: "dengan tidak langsung aku mengobati lukanya, ini tidak berarti aku melanggar
tradisiku sendiri." Oleh karena itu maka ia lantas berkata:
"Baiklah kau boleh ceritakan rahasianya!"
"Tapi cianpwee harus berjanji tidak akan...."
Hoa-ciu Hwa tho mengerti maksudnya, mendadak
membentak dengan suara keras:
"Apa artinya ini" Apakah namaku diluaran tidak cukup
sebagai jaminan, supaya kau percaya ?"
"Maaf, karena boanpwee harus berlaku hati-hati, maka
hendak minta ketegasan cianpwee, harap cianpwee
maafkan kesalahanku!"
Dari dalam sakunya Ho Hay Hong mengeluarkan batu
pusakanya. Hoa cin Hwa-tho yang seumur hidupnya belum pernah
melihat batu pusaka demikian besar seketika itu matanya
terbuka lebar. Lama ia baru bisa bertanya:
"Itu benda apa ?"
"Batu wasiat tahan hawa dingin, boanpwee berendam
dalam air dingin tidak terluka itu adalah karena
khasiatnya batu ini."
Hoa-ciu Hwa tho menggumam sendiri. "Batu ini
memang merupakan barang yang luar biasa, koleksiku
benda-benda pusaka-pusaka dan barang wasiat cukup
banyak, tetapi tidak ada satu yang dapat dibandingkan
dengan ini Aih! Aku benar-benar seperti kodok didalam
sumur" "Harap cianpwee berikan resep obat seperti apa yang
cianpwee sudah janjikan." kata Ho Hay Hong.
Hwa ciu Hwa tho membalikan badan, masuk kedalam
kamar, tak lama kemudian balik kembali dengan
membawa sebungkus obat dan diberikan kepada Ho Hay
Hong seraya berkata: "Obat ini sifatnya keras, satu hari makan satu kali
sudah cukup. dalam waktu tiga hari lukanya akan
sembuh." Ho Hay Hong menerima bungkusan obat dari tangan
tabib aneh itu, setelah mengucapkan terima kasih, lantas
lari menuju ke barat. 0odwo0 Malam itu, rembulan terang, cahaya ungu yang
bersinar diatas gunung Suan giam-san, saat itu
mendadak lenyap, Ho Hay Hong terperanjat, diam-diam
mendoakan agar pasukan Angin puyuh tidak mendapat
halangan satu apa. Tak lama kemudian, mendadak ia merasakan ada
orang mengikuti jejaknya. Ketika ia melalui jalan
tikungan, matanya melirik, tampak olehnya orang yang
mengikuti jejaknya itu ternyata seorang berpakaian
pendek ringkas, gerakkannya gesit, bagaikan kucing
hendak menerkam tikus. Karena bentuk potongan orang itu mirip dengan Hoa
ciu Hwa tho, kalau benar dia mungkin tertarik benda
pusakanya hingga timbul maksud jahat.
Ia mempercepat gerak kakinya tiba-tiba tampak
sesosok bayangan orang berkelebat dihadapannya.
Dengan cepat ia memburu. Jalan raya yang dilalui itu luas tanpa rintangan
dikedua sisi juga tidak terdapat pohon maka matanya
dengan mudah bisa lihat kearah jauh. Ia telah
menampak dengan tegas bahwa bayangan orang itu
adalah seorang tinggi besar, bentuknya agak aneh
agaknya mirip dengan manusia.
Tiba-tiba terlintas suatu pikiran dalam ot aknya,
mungkinkah bayangan orang itu adalah bayangan orang
yang sedang memondong tubuh seorang lagi hingga
bentuknya agak aneh. Seketika itu semangatnya
terbangun, segera mengerahkan ilmunya lari pesat untuk
mengejar bayangan itu. Dibelakangnya tiba-tiba terdengar suara orang berkata
dengan nada suara dingin: "Kau berani lari ?"
Mendengar suara itu, bukan kepalang terkejutnya Ho
Hay Hong bukankah itu suaranya Hoa ciu Hwa tho"
Ho Hay Hong merandek dan menoleh kebelakang, ia
lihat orang itu memiliki potongan badan sangat gagah,
alisnya keren, matanya tajam, ternyata asing baginya
maka lantas menegur: "Saudara ada keperluan apa?" Orang itu dengan satu tangan memegang gagang pedang dipinggangnya,
matanya menatap wajah Ho Hay Hong, lama baru
berkata "Apakah kau bukan dia"."
Sementara itu, bayangan orang yang didepannya itu
kini telah lenyap. Ho Hay Hong yang terhalang oleh
orang tidak dikenal itu dalam hati merasa kurang senang,
maka dengan sangat mendongkol ia balas, menanya:
"Dia siapa yang kau maksudkan?"
"Aku benar-benar telah kesalahan!" berkata orang itu sambil meminta maaf, "aku yang rendah adalah anggota
perkumpulan Ceng gie hwee yang sedang bertugas
meronda, tadi aku melihat ada orang lari sambil
memondong tubuh seseorang, orang dalam
pondongannya itu adalah seorang wanita muda maka
siautee anggap orang itu pasti orang jahat, hingga lantas
mengejarnya. Tak kusangka ilmu meringankan tubuh
orang itu sangat mahir sekali, lagi pula juga sangat
cerdik. Mungkin ia tahu ada orang mengejar, maka
dengan menggunakan jalan yang berliku-liku sebentar
sudah menghilang, Siaot ee merasa penasaran dan terus
mengejarnya, tetapi kesalahan anggap saudara sebagai
penjahat maka siao tee harap saudara suka maafkan
kekeliruanku ini!" Mendengar kata-katanya yang sangat merendah.
amarah Ho Hay Hong agak reda. Katanya:
"Aku sudah dengar bahwa perkumpulan Ceng gie
hwee itu adalah perkumpulan orang-orang dari golongan
baik baik. Terus terang, aku juga sedang mencari orang
yang saudara maksudkan tadi itu. Marilah kita sekarang
mencari secara berpencaran. saudara boleh mencari
menuju kearah timur!"
Sehabis berkata demikian dengan satu gerakan
burung bangau melesat keudara, sekali bergerak setinggi
tiga tombak, kemudian melayang kearah barat.
Ketika kakinya menginjak tanah, baru saja hendak
melanjutkan perjalanannya, telinganya mendadak
menangkap suara halus yang timbul dari timpukan batu,
yang terpisah tidak jauh dengannya. Ia buru-buru
merandek dan memandang kearah tersebut.
Tempat itu banyak tumpukan batu besar-besar,
sekitarnya kosong. Dari tempat itu dapat memandang
keadaan disekitarnya kira-kira sepuluh tombak, Ho Hay
Hong tertarik oleh situasi tempat itu. pikirnya: "kecuali
dibelakang tumpukan batu itu yang mungkin dapat
digunakan untuk sembunyikan diri, tempat kosong yang
sangat luas itu tidak mungkin dapat digunakan untuk
sembunyikan diri. Mungkinkah orang itu sembunyi
dibelakang batu itu?"
Dengan perasaan bimbang ia berjalan menghampiri
tempat itu dengan sangat hati-hati.
Tiba-tiba dari belakang tumpukan batu itu melesat
keluar bayangan seseorang yang lalu menegur dirinya:
"Lotee apa perlunya seorang diri kau datang kemari?"
Mendengar teguran itu Ho Hay Hong marah. Apa yang
diduganya ternyata benar, walaupun demikian, diluar ia
masih tidak menunjukan sikap marah. Dengan sabar dan
sambil tertawa ia berkata.
"Siaotee tadi baru dengar kata orang bahwa nona itu
bukanlah kekasihmu loko, kalau begitu loko sudah
membohongi siaotee. benar-benar pandai bergurau, ha
ha!" "Apa artinya perkataanmu ini?" tanya laki itu dengan perasaan tak senang.
Ia sudah tidak keburu mencegah, hingga Ho Hay Hong
sudah mengetahui semua, gadis baju ungu itu masih
menyender ditengah batu besar dalam keadaan pingsan,
pakaian bagian dadanya yang montok, juga tertampak
samar-samar. Ho Hay Hong yang menyaksikan pemandangan itu,
darahnya bergolak, ia berkata sambil tertawa mengejek:
"Loko benar-benar sangat pintar."
Lelaki itu menunjukkan muka tidak senang, katanya.
"Hiantee, kau jangan mengurusin urusan orang lain,
jikalau tidak aku nanti."
"Loko. siaotee tidak menyalahkan, tetapi dalam hal ini loko agaknya terburu napsu sedikit. Nona ini sedang
terluka parah, apabila ada apa-apa bukankah itu berarti
loko yang mencelakakan dirinya?"
"Hiantee tidak usah mengurusi urusan orang lain, kau
dengar atau tidak?" kata lelaki itu marah.
Ho Hay Hong tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.
"Apakah lantaran satu perempuan loko lantas
meretakkan perhubungan dengan siautee?"
"Aku tidak ada itu maksud, hanya mengharap kau
jangan coba merintangi urusanku."
"Setiap orang harus mempunyai perasaan
prikemanusian. Meskipun siaotee adalah orang dari
golongan hitam, tetapi masih mengerti mana yang lurus
dan mana yang bengkok. Perbuatan loko ini, bukan saja
melanggar prikemanusian tetapi juga terlalu tidak tahu
malu, tidak ubahnya dengan perbuatan binatang."
Laki-laki itu ketika mendengar ucapan Ho Hay Hong
seketika marah besar, tanpa banyak bicara lagi, lantas
menyerang dengan tinjunya.
Ho Hay Hong tahu bahwa lelaki itu adalah anak lelaki
Kay see Kim kong, yang terkenal dengan tinjunya yang
keras. Sebagai anak, sudah tentu mendapat warisan
kepandaian ilmu silat ayahnya, Maka ia tak berani
berlaku gegabah. Dengan mengerahkan seluruh kekuatan tenaganya, ia
menyambuti serangan laki-laki itu.
Dua-duanya sama-sama menggunakan tenaga penuh,
maka ketika kekuatan kedua pihak saling beradu, segera
timbul suara hebat. Kesudahannya lelaki itu terpental mundur tiga
langkah, mulutnya banyak mengeluarkan darah.
Ia sebetulnya memiliki kepandaian cukup tinggi dan
kekuatan tenaga dalamnya juga sudah cukup sempurna.
Tetapi oleh dan karena tenggelam dalam air kata-kata
pipi licin, hingga percuma saja ia mendapat latihan
kepandaian ayahnya, sebetulnya hanya merupakan satu
macan kertas saja. Maka ketika mengadu kekuatan dengan Ho Hay Hong
dalam tubuhnya terluka oleh serangan Ho Hay Hong,
seketika itu juga tidak sanggup memberi perlawanan lagi.
"Dengan satu tinju siaotee saja loko masih tidak
tahan, bagaimana masih hendak omong besar" Lekaslah
berlalu dari sini, jangan sampai aku turun tangan lagi!"
kata Ho Hay Hong. "Baik baik hiantee demikian caranya perlakukan d iriku, dilain waktu pasti ada waktu aku membalasnya, sampai
ketemu kembali dilain waktu." berkata lelaki itu gemas.
Setelah itu, ia berlalu dengan tindakan sempoyongan.
Ho Hay Hong mengawasi berlalunya kawan, itu,
kemudian berkata sambil tertawa dingin:
"Kalau bukan karena aku pernah anggap kau sebagai
toako, bagaimana aku dapat membiarkan kau berlalu
dengan tenang!"

Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia menghampiri dan berjongkok di samping gadis baju
ungu, yang ternyata masih belum ingat orang. Mendadak
ia sadar dan berkata kepada diri sendiri!
"Pantas tadi ia seperti tidur pulas dalam pelukan lakilaki itu, kiranya ditotok jalan darahnya."
Dengan cepat ia membuka totokannya, gadis itu
benar-benar saja lantas mendusin. dengan membuka
sepasang matanya yang di ikuti oleh berbagai
pertanyaan, ia bertanya kepada Ho Hay Hong:
"Ho koko, kita berada dimana ini?" Hati Ho Hay Hong sangat terharu, Ia tidak tahu bagaimana harus
menjawab. Ketika pandangan matanya tertuju kebagian dada
gadis itu, jantungnya berdebar keras untung ia bukan
bangsa Don Juan. Maka tak sampai terganggu perhatiannya. Dengan
cepat ia ulur tangannya membereskan baju gadis itu,
kemudian ia duduk disebuah batu, matanya memandang
kearah jauh. Dengan perasaan bingung gadis itu mengawasinya,
kemudian memandang keadaannya sendiri. Perasaan
malu mendadak timbul serta merta ia menangis.
Ho Hay Hong memandang dengan sinar hambar,
kemudian berkata padanya.
"Aku sudah memintakan obat untukmu." ia tidak dapat melanjutkan lagi, pikirannya terganggu. Meskipun dalam
hati ingin menghiburi, tetapi ia tidak dapat menunjukkan
sikapnya dengan terus terang, terpaksa berkata.
"Kau istirahatlah baik-baik, jangan banyak memikir."
Gadis itu tahu bahwa Ho Hay Hong kesalahan paham,
lantas ia berkata. "Aku aku tidak pikirkan apa apa Ho. koko."
Pikiran Ho Hay Hong merasa sangat kalut, ia sendiri
juga tidak mengerti apa sebabnya.
Gadis itu yang tidak mendapat jawaban Ho Hay Hong,
semakin malu, menangisnya semakin menjadi-jadi. Kalau
diwaktu biasa, keadaan menyedihkan gadis itu,
bagaimana keras hati Ho Hay Hong, juga akan tergerak.
Tetapi kini keadaan berlainan. Ia mendadak merasa
bahwa sikap kebingungannya itu tidak ada gunanya,
sikapnya mendadak berubah, dengan suara agak keras ia
berkata: "Jangan menangis lagi, lekas minum obat ini."
Ia membuka bungkusannya. Obat bubuk dimasukkan
kedalam mulut gadis itu, kemudian berkata:
"Ini adalah obat buatan tangan Hoa chiu wa tho
sendiri, pasti manjur, legakanlah hatimu."
Tapi pada saat itu matanya mendadak melihat secarik
kertas putih dimana terdapat tulisan yang berbunyi.
"Tulisan ini ditujukan kepada bocah, obat ini terbuat dari getahnya ular berbisa yang usianya sudah ribuan tahun,
barang siapa yang memakannya, tidak akan tertolong
jiwanya. Kuberi waktu padamu tiga jam, lekas kau bawa
orang yang sakit itu kepadaku. Kalau sampai lewat batas
waktunya dan ada kejadian apa-apa atas diri perempuan
itu, ini adalah salahmu sendiri, aku tidak mau menerima
lagi!" Dibawah terdapat tanda tangan Hoa chiu Hwa-tho.
Sehabis membaca Ho Hay Hong mendadak berseru
dan melompat tinggi, kemudian berkata dengan nada
suara gusar: "Tua bangka kau benar benar berhati kejam, aku Ho
Hay Hong akan adu jiwa denganmu."
Gadis itu mengambil kertas yang dilemparkannya itu.
Setelah dibacanya sebentar, wajahnya berubah, tetapi
sedikitpun tidak menunjukkan rasa takut. Katanya sedih:
"Aku mati tidak apa, Ho koko, harus di jaga baik-baik dirimu sendiri!"
Mendengar perkataan itu Ho Hay Hong merasa sangat
terharu, tetapi sebentar kemudian ia sudah bisa berlaku
tenang lagi. Ia pikir Hoa chiu Hwa tho itu hanya
menginginkan batu wasiatnya lain tidak. Asal batu itu
diberikan padanya, semuanya tentu beres!
Kembali ia berpikir: "jiwanya sekarang dalam keadaan
berbahaya, dan tokh masih berkata demikian, apakah ia
benar-benar telah jatuh cinta padaku?"
Pikiran semacam itu ia sebetulnya tidak berani
membayangkan, tetapi saat itu ketika menyaksikan
keadaan menyedihkan gadis itu, hatinya tergerak juga.
Ia menyesal atas kelakuan hambar yang ditunjukkan
tadi. Dengan perasaan terharu ia berkata:
"Waktu dengan cepat akan berlalu, mari kita lekas cari dia!"
Sehabis berkata tanpa menunggu jawaban sinona, ia
sudah menyambar tubuhnya dan dipondongnya,
kemudian dibawa lari menuju kearah timur.
Dengan menyandarkan kepalanya didada Ho Hay
Hong, gadis itu berkata: "Ho koko. andai kata Hoa chiu Hwa tho tidak mau
menerima bagaimana?"
"Kalau ia tidak mau menyembuhkan kau, aku akan
bunuh mati dia!" jawab Hay Hong dengan hati panas,
hingga wajahnya nampak sangat menakutkan.
"Dia adalah seorang tamak, ia tentu ngincar batu
wasiatmu, sehingga menggunakan akal keji demikian, Ho
koko sekali-kali jangan terbit onar dengannya."
"Aku tidak pentingkan batu wasiatku, asal kau
sembuh, hatiku merasa lega!"
"Berkali-kali kau demikian membela diriku, hatiku
merasa sangat tidak enak!"
"Jangan begitu, itu adalah suatu hal yang sudah
seharusnya!" Saat itu dasar hatinya sudah tergerak oleh sikap lemah
lembut dan sungguh-sungguh dari gadis itu, beberapa
kali ia hendak mengutarakan isi hatinya, tetapi selalu
terganggu oleh bayangan wajah gadis kaki telanjang
yang sebentar terbang sebentar menghilang.
Ia tidak dapat menimbang mana satu yang lebih berat
diantara dua jelita ini, yang menempati hatinya. Ia masih
selalu merasa bahwa gadis kaki telanjang itu menantikan
kabarnya dalam kesepian ditempat kediamannya
didaerah selatan. Kalau ia mengalihkan cintanya, didaerah selatan
kepada gadis lain ini berarti suatu penghianatan terhadap
cinta gadis itu. Diam-diam ia menarik napas panjang. Dengan
menindas perasaannya sendiri, ia kaburkan diri sambil
menundukkan kepala. Tidak lama kemudian, deretan rumpun bambu yang
teratur rapi itu sudah tampak dihadapan matanya, Ho
Hay Hong sangat marah dengan kepalan tinjunya ia
menggedor pintu dan berkata dengan suara keras:
"Hoa chiu Hwa tho, orang yang kau hendak ketemui
sudah datang!" Karena tidak mendapat jawaban dari dalam, ia
mendorong pintu dengan sekuat tenaga sehingga rumah
yang terdiri dari bambu itu tergetar. Pintu yang
terdorong kuat telah terbuka, Hoa chiu Hwa tho dengan
muka berseri-seri mengawasinya seraya berkata!
"Oh, kiranya kau. Aku siorang tua sudah lama
menunggu, silahkan masuk!"
Ho Hay Hong melangkah masuk dengan langkah lebar.
Setelah meletakkan gadis baja ungu diatas sebuah kursi
bambu, ia berkata: "Akal cianpwee sangat bagus, boanpwe sangat
kagum. Sungguh tak kusangka kau adalah seorang yang
semacam itu!" Hwa chiu Hwa tho tidak menghiraukan ejekan itu. Ia
berkata dengan tenang: "Kau ada urusan minta pertolongan dari ku, sebaiknya
sedikit sabar, jangan kau mengumbar napsumu, nanti
kalau aku sudah naik pitam, batu wasiatmu itu aku juga
tidak inginkan lagi!"
Ho Hay Hong dapat mengerti maksud ucapan orang
tua itu, dalam hatinya berpikir: "bagiku sendiri
kehilangan batu wasiat adalah urusan kecil, tetapi
apabila tua bangka ini nanti marah dan tidak suka
berunding dengan ku, bagaimana nasibnya gadis ini?"
Dengan cepat ia dapat mempertimbangkan urusan
besar itu, untuk sementara ia terpaksa mengalah,
dengan menindas perasaan sendiri ia berkata.
"Baiklah, kau sembuhkan dia, aku akan menyerahkan
batu wasiatku!" "Tidak bisa, kau yang minta tolong dariku, harus lebih dulu menyerahkan batu wasiatmu," kata Hoa chiu Hwa
tho sambil menggelengkan kepala.
"Jikalau cianpwee melanggar janji lagi, bukankah
berarti aku akan kehilangan orang dan barang keduaduanya?"
kata Ho Hay Hong marah. "Kalau begitu kau boleh keluar, aku tidak sudi dengan barangmu lagi."
Mendengar perkataan itu Ho Hay Hong segera naik
pitam. "Kau berani berbuat begitu, aku akan hancur leburkan
seisi rumah tanggamu."
Hoa chiu Hwa tho memandang padanya dengan sinar
mata dingin, lantas berlalu sambil berkata: "Terserah."
Dilihat dari sikap orang tua itu jelas sekali bahwa
sedikitpun ia tidak takut dengan ancaman Ho Hay Hong,
hingga terpaksa berlaku sabar lagi, dengan nada suara
lunak ia berkata: "Begini saja, aku akan meletakkan batu wasiatku ini
diatas meja dan cianpwee menyembuhkan lukanya,
setelah ia sembuh, batu wasiat itu kau boleh ambil!"
Hoa chiu Hwa tho yang mendengar tawaran itu,
sejenak nampak berpikir, kemudian menerima baik.
Ho Hay Hong mengeluarkan batu wasiatnya dari
dalam sakunya, lalu diletakkan di atas meja, dari atas
meja itu ia mengambil sebilah belati tajam yang ada
disitu, kemudian mengundurkan diri kesamping sambil
berkata: "Sekarang waktunya tidak bisa diundur lagi, harap
cianpwee lekas turun tangan."
"Untuk apa kau mengambil belati itu?" Ho chiu Hwa tho sambil tertawa dingin.
"Cianpwee jangan anggap boanpwee hendak
menggunakan benda ini untuk menghadapimu,
boanpwee tahu benar bahwa kekuatan tenaga dalammu
sudah sangat sempurna sehingga sudah kebal dari
senjata tajam, tidak akan aku berbuat begitu gila.
Dengan terus-terang aku hanya khawatir cianpwee nanti
melanggar janji lagi, maka aku harus waspada, jikalau
terjadi apa apa, aku akan menggunakan belati ini untuk
menghancurkan batu wasiat ini supaya kedua pihak tidak
mendapatkan apa-apa."
-ooo0dw0ooo- Bersambung Jilid 17 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 17 "SEANDAINYA aku berhasil menyembuhkan lukalukanya,
dan kau karena rasa bencimu yang sangat
dalam mungkin kau menggunakan kesempatan merusak
batu wasiat itu, dengan demikian bukankah berarti aku
repot tanpa mendapat hasil apa-apa?"
"Cianpwee menghendaki cara bagaimana?"
"Mungkin aku terlalu khawatir, dengan sebetulnya
nona ini setelah sembuh lukanya namun nyawanya masih
tetap berada ditanganku, dengan satu pukulan tangan
kosong saja sudah cukup aku mengirim dia kelain dunia."
Ho Hay Hong semakin curiga, ia tidak mengerti
maksud dan tujuan dari ucapan orang tua itu. Tetapi
sebentar kemudian mendadak sadar, orang tua itu
sengaja menakut-nakuti dengan perkataan, tentunya
dengan maksud supaya ia menurut perintahnya.
"Jangan khawatir, aku bukanlah orang yang suka
melanggar janji, cianpwee boleh turun tangan!" demikian ia berkata.
Hoa chiu Hwa tho berjalan menghampiri lemari, dari
dalam mengeluarkan sebuah peti kayu, dalam peti itu
penuh obat-obatan. Ia mengambil beberapa rupa obat
ramuan hingga sebentar kemudian dihadapannya sudah
penuh tumpukan obat ramuan.
Obat ramuan itu dihancurkan olehnya sehingga
menjadi bubuk, kemudian dari dalam ia mengambil
sebuah perapian, obat itu dimasaknya.
Tidak lama kemudian, bau obat sudah memenuhi
ruangan rumah itu, Ho Hay Hong kepalanya mendadak
merasa puyeng, Hampir saja dia pingsan, dalam
terkejutnya, ia buru-buru menutup jalan pernapasannya
dan menggunakan kekuatan tenaga dalam mengusir
keluar bau obat dari dalam tubuhnya
Hoa chiu Hwa tho dengan sinar mata dingin
memandang padanya, kemudian berkata: "Bocah,
kekuatan tenaga dalammu boleh juga, kalau orang lain,
hm hanya bau obat itu saja sudah cukup membuatnya
menyerah !" Kembali dari dalam peti obat ia mengambil beberapa
rupa obat-obatan dimasukkan kedalam panci obat yang
sedang dimasaknya sebentar kemudian bau obat yang
tebal itu telah lenyap. Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "setan tua ini benarbenar
banyak akalnya, untung aku tadi sadar dengan
cepat kalau tidak pasti sudah rubuh ditangannya."
Kini ia lebih berhati-hati menilik gerak-geriknya,
karena ia khawatir orang tua itu akan menggunakan
kesempatan untuk mencelakakan dirinya.
Sementara itu gadis berbaju ungu itu sudah tidak
ingat orang sama sekali, nampaknya seperti sedang tidur
nyenyak. Ho Hay Hong yang menyaksikan Ho chiu Hwa tho
repot masak obatnya, agaknya tidak menghiraukan orang
yang sakit, hatinya merasa cemas, maka lalu bertanya:
"Cianpwee bolehkah aku numpang tanya, kapan
kiranya obat itu bisa dimakan?"
"Tidak dapat ditentukan waktunya, mungkin sebentar
lagi sudah masak, mungkin juga masih memerlukan
waktu tiga jam lebih!" jawabnya hambar.
"Mana boleh jikalau racunnya bekerja sebelum obat


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

datang, bukankah sangat berbahaya?"
"Tidak usah kau cemas, apakah aku Hoa chiu Hwa tho
harus dipersulitkan oleh obat racun buatanku sendiri?"
Orang tua itu meniup-niup asap yang mengepul diatas
panci obat. Lalu memeriksa obat yang dimasaknya, tibatiba
mengambil kotak jarum emas jarum itu dimasukan
ke dalam obat yang sedang dimasaknya lalu diangkatnya
dan secepat kilat ditusukan kebeberapa bagian jalan
darah diperut gadis itu. Gadis itu seolah-olah tidak merasakan sama sekali,
hampir seluruh jalan darah di sekujur badannya ditusuk
oleh jarumnya, namun ia tetap masih dalam keadaan
pingsan, tidak lama kemudian, Hoa-chiu Hwa tho berkata
sambil menarik napas: "Tindakan pertama sudah selesai, harus melalui dua
kali perawatan saja sudah tidak menjadi soal."
Setelah itu tangannya mengambil beberapa ramuan
obat lalu diborehkan diatas dada si gadis.
Beberapa saat lamanya Hoa chiu Hwa tho menguruturut
tubuh gadis itu, jari tangannya dengan mendadak
menotok salah satu bagian jalan darah diatas dada gadis
itu. Gadis itu menjerit dan tersadar, matanya tiba-tiba
berlinang-linang, mulutnya berkata.
"Ho koko, aku tidak berbuat perbuatan itu, kau jangan salah paham!"
Mendengar ucapan itu, Ho Hay Hong terkejut, ia heran
mengapa gadis itu mengucapkan perkataan demikian"
Ketika mata gadis itu beradu dengan matanya sendiri,
tiba-tiba ia merasa bahwa ia seperti dalam kebingungan,
sehingga merasa malu sendiri.
Ho Hay Hong menduga gadis itu pasti sedang
mengigau maka lantas berkata:
"Kau jangan bicara yang bukan-bukan, Hoa chiu Hwa
tho cianpwee segera akan menyembuhkan lukamu."
Hoa chiu Hwa tho memperlihatkan jarum mas
ditangannya kepada gadis itu seraya berkata.
"Tutup matamu!"
Gadis itu memejamkan matanya, Hoa hiu Hwa tho
kembali menusukkan jarumnya diatas tubuh gadis itu,
Gadis itu rupanya merasakan sakit, beberapa kali
merintih, Ho Hay Hong tidak tega menyaksikan keadaan
demikian, ia menundukan kepala dan mengalihkan
pandangan matanya kebawah.
Dibagian yang bekas ditusuk oleh jarum itu nampak
mengeluarkan asap hitam yang mengepul keluar dan
buyar tertiup angin. Keadaan demikian itu berlangsung
beberapa saat lamanya, wajah gadis itu perlahan-lahan
tampak warna merah. Hoa chiu Hwa tho mencabuti jarum-jarum yang
berada ditubuh gadis itu kemudian berkata sambil
menunjuk tanda hitam yang terdapat diujung jarum.
"Ini adalah racunnya ular berbisa yang usianya sudah
ribuan tahun, racun semacam ini sedikit saja sudah
cukup untuk membinasakan binatang buas seperti singa,
harimau, banteng dan lain lainnya!"
"Apakah ia sudah sembuh sama sekali." bertanya Ho Hay Hong.
"Benar, sebentar lagi ia bisa bergerak dengan bebas!"
jawab Hoa chiu Hwa tho, sambil berkata tangannya
mengambil batu wasiat diatas meja.
Ho Hay Hong dengan cepat membalik belati
ditangannya dan berkata dengan suara keras:
"Tunggu dulu, aku hendak menyaksikan dengan mata
kepala sendiri keadaan setelah ia sembuh sama sekali."
Hoa chin Hwa tho dengan cepat menutuk jalan darah
dileher gadis itu dan berkata dengan bingung:
"Bocah, apakah kau hendak melanggar janjinya?"
"Aku tidak percaya sepenuhnya padamu, harap tunggu
sebentar, biar ia yang mengatakan sendiri."
Tidak lama kemudian gadis baju ungu itu melompat
bangun, dengan bersemangat ia berkata kepada Ho Hay
Hong: "Ho koko, Ia benar-benar sudah menyembuhkan
penyakitku!" "Hoa chiu Hwa tho, batu wasiat ini sekarang menjadi
milikmu, aku harap dalam hidupku ini tidak akan bertemu
lagi denganmu!" berkata Ho Hay Hong. Ia lemparkan
belati diatas meja, lalu bersama gadis berbaju ungu
meninggalkan rumah bambu itu.
Hoa chin Hwa tho sambil memegangi batu wasiat
bertanya kepada Ho Hay Hong:
"Dimana keponakanku sekarang?"
Gadis baju ungu yang mendengar pertanyaan itu tibatiba
marah, Ho Hay Hong buru-buru menjawab:
"Keponakanmu yang rendah daripada binatang itu
sudah kupukul dan mungkin sudah terluka parah,
barangkali tidak lama lagi pasti akan datang minta
pertolonganmu, nanti setelah bertemu muka kalian boleh
bicara sendiri." Sambil menarik ujung baju gadis baju ungu, Ho Hay
Hong berkata padanya: "Kau boleh coba lagi, benar atau tidak Hoa chiu Hwa
tho sudah memenuhi janjinya."
Gadis baju ungu itu menganggukkan kepala sambil
tersenyum, kemudian lompat melesat setinggi tiga
tombak dan lari, Ho Hay Hong mengikuti dibelakangnya,
dalam waktu sekejap mata dua muda-mudi itu sudah lari
sejauh sepuluh pal lebih.
"Ho koko, aku benar-benar harus berterima kasih
padamu oleh karena aku bukan saja kau sudah
kehilangan barang wasiatmu bahkan turut bersusah
hati!" berkata gadis itu.
Ho Hay Hong diam saja tidak menjawab, sedang
pikirannya melayang kediri gadis kaki telanjang, entah
bagaimana keadaannya. Mengingat gadis kaki telanjang,
ia benar-benar merasa tidak enak lagi.
Dua orang lari dengan berdampingan, dengan waktu
singkat sudah tiba dihadapan sebuah kelenteng tua yang
sudah rusak keadaannya. Saat itu mereka sudah merasa
lelah, haripun sudah malam pula. tempat itu yang tadi
dijadikan tempat untuk mengadakan pertemuan orang
orang dan tokoh tokoh rimba hijau, kini ternyata sudah
sepi sunyi, tidak tertampak bayangan seorangpun juga.
Selagi Ho Hay Hong berdiri tertegun, pintu kelenteng
mendadak terbuka dari dalam, tampak bayangan orang,
hingga dua orang terkejut.
Orang itu setelah berada dihadapan mereka lantas
berkata sambil tertawa dingin:
"Bocah, sudah lama aku menunggu, tak kusangka
sampai sekarang kau baru tiba.
Gadis baju ungu itu mendadak berseru.
"Kau Tee soan hong Tok Bu Gouw?"
"Benar, kau heran?" jawab orang itu.
Ho Hay Hong bertanya dengan suara tenang:
"Tuan, ada keperluan apa?"
"Kalau kau pulang, kau beritahukan kepada It Jie Hui
kam, Kay see Kim kong Hoa Hiong telah mengambil
keputusan, tiga hari kemudian, akan memimpin anak
buahnya menyerbu rumahnya." berkata Tee soan hong.
Ho Hay Hong terperanjat, sedangkan gadis baju ungu
itu wajahnya pucat seketika, ia bertanya dengan
perasaan terkejut: "Benarkah ucapanmu ini?"
"Seumur hidupmu aku belum pernah ngibul, percaya
atau tidak terserah padamu sendiri, biar bagaimana aku
sudah menunaikan tugasku untuk memberitahukan apa
yang aku dengar dan aku rela membantu untuk kabarkan
It Jie Hai kiam. Aku hanya mengharap agar It Jie Hui
kiam tergerak hati nuraninya, supaya aku tidak
menderita bathin seumur hidup." berkata Tee soan hong.
Sinar matanya yang bercahaya mendadak berkaca,
dua butir airmata menetes turun.
Ho Hay Hong merasa tertarik oleh kejadian itu, ia
maju menghampiri dan berkata:
"Katakanlah terus terang, kau dan dia siorang tua itu sebetulnya masih ada hubungan apa, mengapa kau
berlaku demikian baik hati terhadapnya ?"
"Aku berlaku baik hati?" berkata Tee-soan hong sambil tertawa, "ha, ha, ha, kau tahu apa. Lekas pulang dan
beritahukan kabar ini kepadanya, supaya lekas
mengadakan persiapan." Dari pinggangnya ia membuka
sebilah pedang panjang dan berkata pula: "Ujung
pedang ini ada tanda dari darahku, tetapi aku bukanlah
orang yang mudah dan sembarang an menuntut balas,
dengan memandang muka It Jie Hui kiam, aku ampuni
kau satu kali ini, Nah. ambillah."
Ho Hay Hong mengulurkan tangannya menyambuti
pedang dari tangan Tee soan hong, ia masih mengenali
bahwa pedang itu adalah pedang yang ia dapat pinjam
dari tangan gadis baju ungu, yang kemudian digunakan
untuk menyerang orang itu.
"Bagaimana kau tahu pedang ini kutitipkan kepada
mereka?" demikian ia bertanya dengan heran.
"Mengapa aku tidak tahu" Hem, jangan banyak tanya
lagi, pulanglah!" Setelah berkata demikian, Tee soan hong lantas
berlalu. Ho Hay Hong yang tidak mendapat jawaban orang
aneh. Oleh karena saat itu pikirannya merasa khawatir
keselamatan It Jie-hui kiam, maka ia tidak bisa berlaku
ayal, buru-buru mengajak gadis baju ungu pulang.
Pada saat itu, hari sudah menjelang pagi, ufuk timur
sudah mulai terang. Ketika Ho Hay Hong tiba didepan
rumah, sinar lampu didalam ternyata masih menyala,
hingga menimbulkan keheranannya, ia bertanya-tanya
kepada diri sendiri: "Apakah sudah terjadi apa-apa ?"
Dengan cepat dia maju dan menggedor pintu, tetapi
pintu itu ternyata tidak terkunci hingga lantas terbuka.
Apa yang dilihatnya didalam ruangan membuatnya
terkejut, seketika ia berdiri tertegun.
Delapan anggota dari pasukan angin puyuh yang
namanya menggemparkan daerah utara, masing-masing
dalam keadaan lesu. sambil menundukkan kepala mereka
duduk diatas kursi tanpa berkata apa-apa.
Sedang pakaian semua orang sudah robek tidak
karuan macamnya, kecuali terdapat banyak kotoran
tanah juga masih terdapat banyak tanda darah yang
masih basah. Beberapa diantaranya sudah di balut bagian kepala
bahu. Lengan tangan atau paha, hampir tiada
seorangpun yang utuh badannya. Dilihat sepintas lalu,
orang sudah pasti menduga bahwa mereka habis
melakukan pertempuran hebat dan mengalami kekalahan
hebat pula. It Jie Hui kiam duduk diantara mereka, wajahnya yang
sudah keriputan yang biasanya ramah tamah nampak
sedih, alisnya yang panjang dikerutkan, agaknya sedang
berpikir keras. Sedangkan Hud sim Totiang yang juga terdapat
diantara mereka, dalam keadaan lesu jaga, hingga dalam
ruangan yang luas itu tidak terdengar suara apa-apa.
Mata Ho Hay Hong mengawasi wajah set iap orang
yang ada disitu, ketika pandangan matanya jatuh
kewajah orang tua kurus kering, diam-diam ia merasa
mendongkol. Ia teringat apa yang terjadi dalam
pertemuan orang-orang rimba persilatan dimuka
pekarangan kelenteng tua, ia merasa gemas ingin sekali
segera mengumumkan rahasia orang tua itu, yang
menjadi penghianat didalam tubuh golongan angin
puyuh. Tetapi sebelum membuka mulut pikirannya mendadak
berubah, sebab bagaimanapun juga masih banyak waktu
lagi hingga tidak perlu tergesa-gesa supaya tidak akan
timbul kejadian yang tidak diingini.
Dibelakang orang tua kurus kering itu berdiri
serombongan anak muda. Seperti juga yang lainnya,
sikap mereka nampak tertawa. Tidak satupun yang
membuka suara, hanya menganggukkan badan saja.
Ho Hay Hong tidak sabar lagi, ia segera membuka
mulut bertanya: "Apakah sebetulnya yang telah terjadi. Kepala Toako
pasukan angin puyuh mengapa demikian lesu
keadaannya, itu perbuatan siapa ?"
"Ai, panjang ceritanya" berkata Hud-tim Totiang
sambil menghela napas panjang mendadak berubah
nadanya, "Kalian berdua pergi kemana " Mengapa hingga sekarang hampir pagi hari baru pulang " Tahukah kamu
kakek kamu lantaran ini sampai sangat gelisah ?"
Ho Hay Hong memandang kepada It ji Hui kiam,
dalam hati merasa malu. Khong Lio, salah satu anggota pasukan angin puyuh,
bangkit dan berkata sambil tertawa getir:
"Belum lama berselang, muncul seorang tua aneh
dengan tangan membawa sepasang kuali. Thian lam
Lojin mendadak dipukul olehnya sehingga hancur tulang
bahunya, dua kawan kita maju hendak menolong juga
dipukul terluka olehnya. Orang tua aneh itu tinggi sekali
kepandaian ilmu silatnya. Sifatnya sangat aneh.
mengambil jiwa manusia mudah seperti memites semut,
kita semua orang tidak satu yang sanggup melawan
dirinya, dan akhirnya."
Orang itu berhenti dan menarik napas, selagi hendak
melanjutkan keterangannya, telah didahului oleh Hud sim
Totiang: "Sudah, sudah, kau harus beristirahat dulu sebentar,
nanti boleh cerita lagi."
Sekali berkata matanya tajam menatap wajah Kong
lip, orang itu ditatap demikian rupa menundukkan
kepala, t idak berani membuka mulut lagi.
Ho Hay Hong mendadak mendapat firasat bahwa
tatapan Hud sim Totiang itu ada mengandung maksud
dalam, seolah-olah tidak ingin dirinya mengetahui sampai
jelas urusan yang telah terjadi itu, Diam diam ia merasa
tidak senang karena perbuatan itu berarti memandang
rendah dirinya.

Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Perasaan tidak senang itu lantas bergolak dalam
hatinya, darah mudanya kembali menguasai dirinya,
maka lantas berkata dengan suara nyaring:
"Dalam keadaan aman, bagaimana seperti siluman
dan iblis dibiarkan berbuat seenaknya" Rasanya siapa
pun ada hak untuk mengetahui urusan ini, jikalau Hud
sim Totiang takut boanpwee mengetahui urusan
tersebut, itu tidak apa. Boanpwee sanggup dengan
mengandalkan kekuatan tenaga sendiri untuk menyelidiki
jejak orang Itu, boanpwe bersedia dengan seorang diri
dan tenaga kekuatan sendiri untuk menyelidiki jejak
orang itu!" "Apa sebetulnya yang telah terjadi mengapa para
toako dari pasukan angin puyuh nampaknya semua
kehilangan semangat" Perbuatan siapakah ini
sebetulnya?" "Hai, hal ini sangat panjang ceritanya." berkata Hud sim tot iang sambil menghela napas panjang, dengan
tiba-tiba nadanya berubah:
"Kalian berdua pergi kemana saja" Mengapa hampir
pagi hari baru pulang, sehingga lo enghiong sangat
gelisah, hampir semalam suntuk tak bisa tidur!"
Kata-katanya itu diucapkan dengan semangat
menyala-nyala sehingga menarik perhatian semua orang
yang ada disitu. Gadis baju ungu juga tak dapat mengendalikan
perasaannya, ia bertanya kepada It Jie Hui kiam:
"Kong kong, apalah sebetulnya telah terjadi, sehingga para toako kita berubah demikian rupa?"
"Anak-anak sebaiknya jangan mencampuri urusan
orang tua." berkata It Jie Hui kiam sambil menghela
napas. "Kongkong benarkah kau masih anggap aku sebagai
anak-anak" Andaikata aku tahu, apakah itu salah?" kata gadis baju ungu.
Ho Hay Hong teringat suara siulan yang panjang dan
halus digunung Soat nian san. lalu bertanya.
"Mahluk tua yang aneh itu entah siapa namanya,
menurut kabar yang tersiar dikalangan Kangouw agaknya
sudah lama meninggal, Tak disangka ia masih hidup!"
Diam-diam ia perhatikan muka set iap orang yang ada
disitu. Benar saja tampak olehnya wajah Hud sim Totiang
agak berubah, maka ia sengaja berkata dengan nada
suara gemas: "Aku kira para toako dari pasukan angin puyuh pasti
terjungkal ditangan mahluk aneh itu. Aku Ho Hay Hong
bersumpah selama masih ada nyawa aku akan
membersihkan kehinaan ini sekedar untuk menyumbang
tenaga bagi rimba persilatan daerah utara."
Gadis berbaju ungu yang mendengar perkataan itu
lantas berkata sambil tertawa.
"Ho koko benar-benar seorang gagah berani yang
patut dibuat teladan!"
It-jie Hui kiam berkata dengan nada suara kurang
senang: "Hay Hong aku tidak suka kau mencampuri urusan ini.
Aku khawatir kau masih terlalu muda dan berdarah
panas, nanti menimbulkan akibat yang tidak baik."
Gadis baju ungu membantah: "Kongkong aku anggap
seorang lelaki sudah semestinya bercita-cita besar, Ho
koko justru menunjukan cita-citanya seorang lelaki
jantan, apakah Kongkong ingin pendam cita-citanya
sehingga untuk selamanya tidak unjuk muka?"
Kata-katanya itu diucapkan dengan nada suara lemah
lembut yang sangat menarik sehingga menggerakkan
hati Ho Hay Hong. It Jie Hui kiam dengan perasaan tidak tenang menatap
wajahnya sejenak, kebetulan beradu dengan sinar mata
Ho Hay Hong yan menyala-nyala, sehingga dalam hati
diam-diam terkejut. Mau tidak mau ia dipaksa menurut
kehendaknya, maka lalu berkata sambil menghela napas:
"Baiklah, aku tak akan menghalangi kau mengetahui
urusan ini, tetapi segala perbuatan harus dipikir dulu
masak masak baru dilakukan,sehingga tidak sampai ada
kesalahan!" Hud sim Totiang diam-diam memberi isyarat
pandangan mata kepada Khong Lip, maka Khong Lip lalu
berkata: "Benda pusaka itu adalah sebilah pedang pusaka yang
terbuat dari emas murni. Oleh karena lama terpendam
oleh salju diatas gunung, sehingga memancarkan
sinarnya yang berkilauan, kita ketika menyaksikan
pedang itu, rasanya agak mirip dengan pedang Kim mo
Sin kiam yang pada seratus tahun berselang membuat
Kim mo Taysu mendapat nama di kalangan Kangouw.
"Maka aku pesan kepada saudara sekalian supaya
beramai-ramai mengambil benda wasiat itu, diluar
dugaan kita Orang tua aneh itu tanpa berkata apa-apa
lantas menyerang kita. ia memiliki kekuatan tenaga
dalam yang sudah mencapai tingkat tertinggi, meskipun
kita lawan dengan tenaga beramai, tetapi belum sepuluh
jurus sudah jatuh ditangannya.
"Orang tua aneh itu sangat ganas dengan senjatanya
ia mengobrak-abrik barisan yang dibentuk oleh orang
dari perkumpulan Ceng gee-hwee, kemudian
mengejarnya sehingga orang orang itu kucar-kacir.
"Setelah itu orang tua aneh itu dengan ilmunya
menyedot dengan telapak tangannya telah berhasil
memiliki pedang pusaka itu. Dengan demikian semua
orang yang datang kegunung itu hendak mencari benda
pusaka tersebut, terpaksa pulang dengan tangan hampa.
"Semua orang merasa heran, jelas bahwa orang tua
itu mempunyai kepandaian dan kekuatan untuk
membinasakan semua orang yang datang kesitu, tetapi
ia tidak berbuat demikian, ia hanya menyerang dan
membuat kucar-kacir semua orang lalu suruh orangorang
itu pulang." Hud sim Tot iang memandang Ho Hay Hong sejenak
lalu berkata. "Dia adalah Engsiu, pada enam puluh tahun berselang
sudah menjagoi rimba persilatan daerah utara, Menurut
apa yang ku ketahui ia keturunan seorang rendah,
kepandaian ilmu silatnya didapatkan dari seorang aneh
dari gunung Tiang pek san, kecuali pernah kalah
ditangan kakek penjinak garuda, aku belum pernah
dengar ada orang yang bisa mengalahkan padanya!"
"Kalau begitu Thian tie Lojin yang merupakan kepala
dari lima orang kuat, juga bukan tandingannya?"
bertanya gadis berbaju ungu.
"Memang tidak semuanya benar, kita harus tahu
bahwa usia Eng siu jauh lebih tua beberapa puluh tahun
daripada Thian tie Lojin. Waktu Eng sui namanya sudah
terkenal dikalangan Kang ouw, dia masih merupakan
satu anak kecil, sudah tentu tidak dapat disamakan
dengannya!" Orang yang mendengar jawaban itu sebagian besar
merasa kurang puas, sebab mereka tidak dapat
memastikan siapa yang lebih unggul dan lebih kuat
diantara dua orang itu. Sementara itu gadis baju ungu
bertanya pula: "Apakah mereka berdua belum pernah mengadu
kekuatan?" "Tentang, ini kurang jelas bagiku. Aku hanya dengar
berita bahwa Eng sui pernah kalah di tangan kakek
penjinak garuda." It Jie Hui Kiam tiba-tiba berkata: "Eng-siu dilahirkan dengan bentuknya yang aneh, tinggi badannya hanya
delapan kaki, tetapi mulutnya lebar kepalanya besar,
kumisnya seperti sapu lidi, sehingga mirip dengan Cho Po
Ong, di jaman dahulu yang menitis lagi. Oleh karena kulit
mukanya putih halus, maka orang-orang yang
melihatnya, semua orang memberikan nama julukan
padanya Eng siu! Permusuhan antara ia dengan kakek
penjinak garuda aku mengetahui sangat jelas. Jikalau
kalian ingin dengar, aku boleh ceritakan dari asalusulnya?"
"Kongkong kau benar-benar pandai memutar lidah,
lekaslah ceritakan!" berkata gadis baju ungu sambil
tersenyum. "Eng siu mempunyai sepasang saudara kandung, satu
sama lain wajahnya sangat mirip sehingga tidak dapat
dibedakan satu dengan lainnya. Dahulu mereka bertiga
berkelana didunia kang ouw sebelah utara, dalam waktu
singkat namanya dapat menanjak. Sehingga orang-orang
dunia kangouw memberikan julukan mereka tiga
serangkai keluarga Ing."
"Oleh karena nama julukan itu dalam sebutan agak
mirip dengan julukan kakek penjinak garuda, bagi orang
biasa sering menyebut keliru. Hal itu membuat kakek
penjinak garuda merasa tidak senang, dari daerah
selatan ia memerlukan datang ke utara untuk mencari
Eng siu, dan minta supaya merubah nama julukannya."
"Pada waktu itu justru nama "Eng Siu" sudah sangat
terkenal didalam rimba persilatan, sudah tentu tidak
menerima permintaannya itu. Dalam keadaan marah
keduanya lantas bertempur diatas gunung Tiang Pek
San. Seratus jurus kemudian akhirnya kakek penjinak
garuda dapat mengalahkan Eng-siu !"
"Nama baik yang dipupuk selama itu oleh Eng siu,
dalam waktu sekejap telah runtuh. Dia adalah seorang
yang keras kepala, sudah tentu tidak mau menyerah
begitu saja, ia lalu pergi mengasingkan diri kesuatu
gunung yang sepi sunyi."
"Disana dengan tekun ia mempelajari ilmu kepandaian
perguruannya yang terampuh. Beberapa tahun kemudian
ia turun gunung mencari jejak kakek penjinak garuda."
"Antara dua musuh itu timbul pertempuran lagi,
akhirnya ia masih dikalahkan oleh kakek penjinak garuda.
Dalam marah dan malunya Eng siu hampir menyeburkan
diri kedalam sumur."
"Akhirnya sepasang saudara kandung itu telah
mengambil keputusan mengorbankan jiwa mereka untuk
membantu saudara tuanya melawan kakak penjinak
Garuda." "Semula saudara yang kedua telah memusatkan
seluruh kekuatan tenaganya ditelapak tangannya di
salurkan kedalam tubuh Eng siu lalu ia sendiri
menghabiskan jiwanya."
"Bersamaan dengan itu saudara yang termuda juga
membunuh diri setelah menyalurkan seluruh kekuatan
tenaganya kepada saudara yang tertua. Dengan
demikian dalam waktu satu hari kekuatan tenaga Eng siu
berarti bertambah tiga kali lipat."
Berkata sampai disitu It Jie Hui kiam menunjukkan
perasaan kagum, begitupun semua orang yang
mendengarkan juga tergerak hatinya oleh pengorbanan
dua saudara Eng-siu itu. It Jie Hui kiam melanjutkan ceritanya.
"Eng siu setelah mengubur jenazah dua saudaranya,
tidak lama kemudian dengan terang-terangan menantang
kakek penjinak Garuda. "Dua musuh lama itu bertempur satu hari satu malam,
sehingga tenaga mereka hampir habis, barulah Eng siu
dikalahkan lagi oleh ilmu silat garuda sakti kakek
penjinak garuda. "Eng siu sangat sedih maka lantas membuang
senjatanya dan berlalu. Tak disangka kalau Eng siu telah
muncul lagi. Ai, rimba persilatan daerah utara
nampaknya benar-benar akan menghadapi bencana
besar, aku It Jie Hui kiam mungkin juga tidak dapat
mempertahankan kedudukanku lagi."
Ho Hay Hong yang mendengar ucapan itu bukan
kepalang terkejut, ia buru-buru berkata:
"Kongkong harap jangan menempuh bahaya, aku."
Suatu pikiran yang terlintas dalam ot aknya, ia lalu
bertanya : "Kongkong bukankah pernah mengatakan hanya ilmu
silat garuda sakti yang dapat menundukkan orang tua
itu?" "Benar, untuk apa kau menanyakan soal ini?"
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "Aku ada membawa
salinan kitab ilmu garuda sakti itu apakah memuat ilmu
garuda sakti, jikalau benar ada memuat ilmu silat itu,
segala persoalan akan menjadi beres."
Diluarnya ia masih tenang-tenang saja tidak berani
menunjukkan sikap apa-apa, jawabnya:
"Tidak apa-apa, aku hanya menanyakan saja."
"Saudara tulang-tulangku yang sudah tua ini kalau
tidak patah juga akan karatan, aku mati tidak apa apa
hanya kamu semua yang masih muda belia, yang masih
mempunyai hari depan yang cerah, bagaimana boleh
terlibat dalam pertikaian ini?" berkata It-jie Hui kiam sambil menghela napas panjang.
Pada waktu itu perasaan semua orang telah
terpengaruh oleh ucapan It Jie Hui kiam terutama gadis
baju ungu yang menampak kongkongnya demikian sedih,
air matanya mengalir keluar.
Ho Hay Hong tidak berani melaporkan lagi tentang
maksud Kay see Kim kong yang hendak menggempur
pasukan angin puyuh, lebih-lebih kalau ia menceritakan
itu semua, itu berarti memberi pukulan hebat kepada
bathin orang tua itu. Tetapi kalau hal itu tidak dilaporkan apabila Kay see
Kim kong datang menyerbu serumah tangga It Jie Hui
kiam pasti terancam, Ho Hay Hong mengerti bahwa
dengan kekuatan tenaganya sendiri tidak sanggup
menahan serangan musuh, maka saat it ia menjadi
sangat bingung. Dilain pihak orang tua kurus kering yang sejak tadi
duduk diam itu telah membuka mulut:
"Lo enghiong tidak perlu terlalu gelisah. Eng-siu
adalah orang yang jujur, kalau orang tidak mengganggu
dirinya sudah tentu ia tidak akan mengganggu kita !"
"Ini bukan suatu saran yang baik, aku It Jie Hui kiam adalah seorang pemimpin, yang oleh semua orang sudah
dianggap sebagai ketua dari golongan persilatan yang
menegakkan kebenaran, yang tujuannya membasmi


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kejahatan membantu rakyat yang lemah."
"Jikalau lantaran omongan Eng-siu lalu merobah citacitaku, bukankah kau akan menjadi tertawaan orang
banyak?" berkata It Jie Hui kiam sambil menggelengkan kepala.
"Eng sin muncul lagi, pasti akan menimbulkan
kekacauan. kita tidak boleh tinggal diam." berkata Hud sim Totiang.
Orang tua kurus kering itu berkata pula: "Totiang
jangan anggap siaotee seorang penakut. Sebetulnya
orang-orang dari perkumpulan Ceng gie hwee dan
pasukan angin puyuh sudah mengalami sendiri, kita
melawan juga tidak ada gunanya."
Ho Hay Hong yang mendengarkan lantas naik pitam.
Dengan pandangan matanya yang merah membara ia
menatap wajah orang tua itu lalu berkata dangan suara
keras: "Musuh datang harus kita lawan, sudah seharusnya,
Eng siu belum tentu merupakan orang yang mempunyai
tiga Kepala dan enam tangan, mengapa kita harus takut
padanya?" Gadis berbaju ungu segera menunjang pendapat Ho
Hay Hong, ia berkata: "Betul, ucapan Ho koko sedikitpun tidak salah, kita
tidak perlu takuti" It Jie Hui kiam lantas berkata:
"Hay Hong, dengarlah kata-kataku, jangan terlalu
mengandalkan kegagahanmu sendiri!"
Ho Hay Hong mengerti perasaan orang tua itu. ia
berjalan menuju kedalam sambil menundukan kepala.
It Jie Hui kiam tiba-tiba merasa bahwa pemuda itu
keras kepala, tidak mudah dielus, mirip sekali dengan
ayahnya Didalam kamarnya ia memasang pelita, dari dalam
sakunya mengeluarkan salinan kitabnya Ilmu silat garuda
sakti. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, ia buruburu menyimpannya lagi kitabnya kedalam saku, baru
berkata: "Masuk!" Gadis berbaju ungu mendorong pintu kamar dan
melangkah masuk. Katanya dengan suara sedih:
"Kau marah terhadapku?"
Ho Hay Hong terkejut, "Aku tidak ada itu maksud."
"Kalau begitu mengapa dengan mendadak kau
meninggalkan aku dan masuk ke kamar?"
Ho Hay Hong baru hendak menjawab: "Ini ada
hubungan apa denganmu?" tetapi belum lagi diucapkan
mendadak melihat mata gadis itu sudah basah dengan
air mata sikapnya sangat menyedihkan.
Seketika itu dipertahankan sekuat tenaga, tangan
gadis itu ditariknya dan dipeluk erat-erat.
Ia merasakan bahwa tangan gadis dalam pelukannya
itu gemetaran, jantungnya berdebaran.
Gadis baju ungu itu mandah dipeluk, airmata
kegirangan mengalir keluar, tapi ia tidak berkata apaapa.
Ho Hay Hong merasa menyesal atas tindakannya yang
sudah meninggalkan gadis itu sendirian, maka ia berkata
sambil menundukkan kepala:
"Maafkan aku, aku sangat menyesal atas
perbuatanku." Tanpa berkata apa-apa, gadis baju ungu memutar
tabuh dan lari keluar dari kamar.
Tinggal Ho Hay Hong duduk seorang diri menghadapi
pelita, pikirannya melayang jauh.
Ia mulai tidak berani menghadapi kenyataan, ia
sesalkan dirinya sendiri bahwa dahulu sudah jatuh cinta
kepada gadis kaki telanjang, sehingga kini ia tidak berani menyatakan cintanya dengan terus terang kepada gadis
dihadapan matanya. Ia tertawa masam, membiarkan perasaan kasihnya
terpendam dalam lubuk hatinya.
Ia mengeluarkan lagi kitab dari dalam sakunya mulai
dibuka lembarannya. Lembaran pertama terdapat tulisan
dengan kata-kata: "Barang siapa yang hendak masuk menjadi
golonganku, lebih dahulu harus melakukan upacara
hikmad. berlutut menghadap arwah Hay thian Kow yan
Couwsu." Sebagai seorang jujur, Ia lantas menghadap kearah
timur dan berlutut. Dengan sangat hormat sekali ia
memanggutkan kepalanya sampai tiga kali, setelah itu, ia
baru bangkit dan membuka lagi lembaran yang kedua.
Dalam lembaran yang kedua itu terdapat tulisan yang
berbunyi : "Haythian Kow-yan dengan sifat-sifatnya yang kasar
dan bodoh, tulang-tulangnya yang buruk, belajar ilmu
silat: Orang banyak pada mengatakan padanya: kayu
rapuh bukanlah bahan yang baik untuk diukir. Tetapi
akhirnya ia berhasil ! Kepandaian ilmu silatnya yang luar
biasa, telah menggemparkan dunia rimba persilatan.
Apakah ini suatu kemujijatan" Bukan, melainkan rajin
dan tekun belajar!" Ho Hay Hong mengangguk-anggukkan kepala dan
berkata sendiri. "Benar, kalau rajin segalanya akan
tercapai!" Lembar ketiga ditulis : "Orang yang mempelajari ilmu silat, hingga lupa
makan dan lupa tidur, rajin belajar seumur hidup, apa
benar ada hasilnya. Kataku tidak, pada akhirnya tulangtulangpun tiada, yang ada hanya semangatnya."
Lembar keempat ditulis: "Ketika aku mengarungi lautan Timur, aku lihat
sebuah tumbuhan rumput aneh yang tumbuh diatas
gunung yang tinggi kira-kira ratusan tombak. Menurut
orang-orang daerah situ, rumput it namanya Hee lang,
tetapi nama sebenarnya adalah Chiu oey. Maka itulah,
apa yang benar dan apa yang salah dalam rimba
persilatan kalau orang yang mengatakan benar ya benar,
orang mengatakan salah ya salah. Apa yang dikatakan
benar sebetulnya salah. Manusia terutama harus bisa
menghargai dirinya sendiri."
Tulisan-tulisan yang terdapat dalam lembaranlembaran
selanjutnya, juga merupakan kata-kata
mutiara, yang mungkin cuplikan dari sana sini.
Ho Hay Hong merasa agak kecewa, apa lagi setelah
membaca sekian banyak, masih tidak menemukan
pelajaran ilmu silat yang sedang dicari. Maka ia mulai
putus asa. Dengan tangan gemetaran ia membaca selembar demi
selembar, sementara itu pikirannya teras diliputi olah
kekhawatirannya. Ketika membaca sampai di bagian hampir penghabisan
diri kitab itu matanya tiba-tiba menemukan tulisan
dengan kata-kata: "Lima Gerakan ilmu Garuda Sakti."
Wajahnya berubah seketika dalam kegirangannya, ia
segera bangkit dan dengan bersemangat ia baca berkalikali
kalimat itu, seolah-olah takut akan menghilang dari
depan matanya. Lama sekali ia baru membuka lembaran berikutnya,
lalu lembaran itu hanya terdapat lukisan lima orang.
Dengan penuh perhatian ia memperhatikan lukisan
dari bentuk gerak-gerik orang dalam berbagai rupa,
disamping set iap lukisan terdapat sebaris tulisan huruf
kecil, yang merupakan penjelasan dari gerak gerik tipu
silat itu. Ia tidak sempat membaca dengan teliti diluar pintu
terdengar suara tindakan kaki orang, buru-buru ia
menyimpan kitabnya dan membuka pintu kamar. Orang
yang datang itu adalah It-jie Hui kiam.
"Kau masih belum tidur?" tanya It ji Hui kiam.
"Pikiranku sedang kalut, hingga tidak bisa tidur!?"
jawab Ho Hay Hong. It Jie Hui kiam mengulurkan tangannya mengusap
usap rambut kepalanya dan berkata dengan suara lemah
lembut! "Ho Hay Hong aku suruh kau jangan sok berlagak
gagah-gagahan, karena ini semata-mata hanya untuk
kepentinganmu dikemudian hari, mengertikah kau
maksudku?" "Aku tahu Kongkong sangat memperhatikan diriku,
tapi...." It Jie Hut kiam menggelengkan kepala dan memotong
ucapannya. "Tidak perlu kau menjelaskan, aku telah mengambil
keputusan besok suruh kau pergi ke daerah selatan
untuk mengungsi sementara waktu!"
"Aku tidak ingin pergi, aku hendak berdiam disini
mengawani Kongkong!" berkata Ho Hay Hong cemas.
"Anak kau jangan menuruti kemauanmu sendiri,
benarkah kau hendak mengorbankan hari depanmu yang
gilang gemilang?" "Tidak aku kira ini justru waktunya unjuk diri!"
It Jie Hui kiam kala itu yang menyaksikan sikap Ho
Hay Hong yang demikian teguh, perasaannya mendadak
mendelu, ia berkata: "Dalam rumahku ini hanya kau seorang anak laki-laki,
sekalipun kau tidak memikirkan dirimu sendiri, set idaktidaknya juga harus memikirkan keluargaku?"
"Kongkong, teras terang aku beritahukan padamu, kau
masih ada seorang cucu lain laki-laki yang masih hidup,
dia adalah murid kepala Lam kiang Tay bong Tang siang
Sucu!" Menyebut diri Tang siang Sucu, dalam hatinya lantas
timbul pertentangan sendiri, karena perbuatan dan sepak
terjang Tang siang Sucu. Ia seharusnya tidak boleh
mengakui sebagai saudaranya sendiri, tetapi dilain pihak
perasaan lain mencegahnya ia berlaku demikian.
It Jie Hui kiam membelalakkan matanya dan bertanya
dengan suara kaget: "Benarkah" Lam kiang Tay bong selamanya tak akur
dengan kakek penjinak garuda, mengapa ia mau pungut
Tang siang Sucu sebagai murid?"
"Mungkin ia hendak menggunakan itu untuk memaksa
kakek penjinak garuda, Dari mulut Chim kian Sianseng
aku dapat tahu tentang itu, Lamkiang Tay-bong dahulu
adalah Lam kie Gwat cu."
Wajah It Jie Hui kiam nampak guram, agaknya sedang
memikirkan apa apa lama tidak bisa bicara.
Ho Hay Hong yang telah mengetahui bahwa dalam
kitab yang ia bawa ada memuat pelajaran ilmu silat
garuda sakti, maka nyalinya semakin besar, tanpa raguragu
sedikitpun juga ia berkata.
"Kongkong, masih ada suatu hal aku belum
beritahukan padamu, aku dengar Tee soan hong, Tok Bu
Gouw kata, Kay see Kim kong tiga hari kemudian hendak
pimpin anak buahnya untuk datang menyatroni kemari?"
Wajah It Jie Hui kiam berubah seketika, lama baru
bisa berkata: "Apa" Ucapan itu keluar dari mulut Tee-soan hong?"
Menggunakan kesempatan itu Ho Hay Hong bertanya:
"Kongkong, siapakah sebetulnya dia itu?"
"Kau jangan tanya aku, dikemudian hari kau jangan
perhubungan dengannya mengerti?"
Perasaan curiga Ho Hay Hong semakin tebal, namun ia
tidak berani bertanya langsung, maka lalu berkata:
"Dia minta kepada Kongkong mempunyai belas
kasihan, supaya lekas memberitahukan padanya dimana
jejak anaknya sendiri, agar ia tidak menderita hatin
seumur hidup. Kong kong kau tahu jejak anaknya tetapi
mengapa tidak mau memberitahukan padanya" Aku
melihat orang itu meskipun luarnya seperti buas dan
tidak aturan tetapi sifatnya baik. Jikalau tidak ia tentu
tidak akan memberitahukan padamu tentang maksud
Kaysee Kim-kong yang hendak datang menyerbu!"
"Hay Hong. kau jangan coba membela dirinya lagi
orang itu adalah seorang rendah yang tidak tahu malu,
segala kejahatan ia b isa lakukan, maka kau jangan dekat
dengannya!" Karena matanya tajam menatap Ho Hay Hong
demikian rupa, maka Ho Hay Hong terpaksa menurut
namun dalam hati tetap tidak mengerti mengapa orang
tua yang sabar dan baik hati itu begitu membenci kepada
Tee soan hong. Ia tidak ingin kakek luarnya itu tidak senang dan
marah, maka lantas mengalihkan pembicaraannya ke lain
soal: "Aku lihat orang tua kurus kering itu bukanlah seorang yang baik orang itu luarnya sudah menunjukkan sifatnya
yang licik. Kongkong harus berhati hati sedikit
terhadapnya, jangan sampai terjebak akal muslihatnya."
It Jie Hui kiam kaget, "Ho Hay Hong, apakah
sebetulnya yang telah kau lihat?"
Dengan suara sangat perlahan Ho Hay Hong
menceritakan semua apa yang telah disaksikannya
dihadapan kelenteng tua itu kepada kakeknya, It Jie Hui
kiam lantas berkata sambil tertawa:
"Hay Hong kau pasti salah lihat!"
"Tidak, orang itu benar adalah dia, sedikitpun aku
tidak salah lihat!" "Aku tahu adatmu keras, kau pasti tidak mau mengaku
salah kau harus tahu bahwa Kong locianpweemu itu
sudah mengikuti aku banyak tahun, belum pernah terjadi
sesuatu dengan dirinya, tidak mungkin karena
kedatanganmu ini lantas begitu kebetulan ia berubah.
kau jangan anggap lantaran diluarnya kelihatannya
seperti orang licik, kau lantas menganggap keliru
terhadap sifatnya !"
Karena melihat kakeknya itu tetap tidak mau percaya,
maka ia tidak mau berkata apa apa lagi.
"Kau tidurlah! Kongkongmu juga perlu beristirahat."
berkata It Jie Hui kiam. Ho Hay Hong mengantar keluar kakeknya, kemudian
balik lagi kedalam kamarnya dan mengeluarkan lagi
kitabnya. Dibawah sinar pelita, ia mulai mempelajari
dengan tekun ilmu silat yang sudah lama menjadi
idamannya itu. Semalam suntuk ia tidak mendapat kesempatan untuk


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengaso, meskipun merasa agak letih, tetapi karena
bahaya sudah berada didepan matanya, ia
menggertakkan gigi, untuk menelan rasa kantuknya.
Waktu matahari pagi muncul, ia tidak melihat lagi
gadis baju ungu, entah kemana ia pergi.
Ia telah mengambil keputusan tidak akan
meninggalkan rumah itu setapakpun juga. karena rumah
tangga keluarga kakeknya sedang menghadapi ancaman
bahaya, maka siang malam ia terus mempelajari ilmu
silat garuda sakti tanpa mengaso.
Disamping itu ia diam-diam juga mengawasi gerakgerik
orang tua kurus kering itu, tetapi penghianat yang
sangat licin itu: Gerakkannya tetap seperti biasa,
sedikitpun tidak menunjukkan tanda-tanda yang
mencurigakan, betul-betul merupakan seorang Kang-ouw
kawakan yang sangat berbahaya.
Dalam waktu satu hari satu malam, ia sudah berhasil
memahami dua rupa gerakan, lalu mulai mengadakan
latihan diruangan kamar dalamnya.
Pada hari berikutnya, ketika ia berada diluar, ia telah
menyaksikan adanya perubahan yang tidak wajar.
Orang-orang yang berada didepan rumahnya yang
dahulu biasanya adalah pedagang pedagang biasa, kini
mendadak datang rombongan orang-orang kasar seperti
dari kawanan penjahat. Orang-orang itu berjalan sambil menundukkan kepala,
walaupun demikian, tokh tidak merobah sifatnya, air
mukanya yang buas dan kejam tidak dapat ditutupi.
Ho Hay Hong dalam hati berpikir: "Orang-orang ini
pasti rombongan yang dikirim oleh Kay-see Kim kong
untuk menyelidiki keadaan rumah kakeknya."
Dilain fihak, It-jie Hui kiam juga mengundang banyak
kawan-kawannya yang masih asing bagi Ho Hay Hong,
orang-orang itu yang melihat Ho Hay Hong masih muda
belia, ketika ia sedang melatih ilmu silat dengan
membuka baju luarnya, tiada satupun yang ambil
perhatian dirinya. Ho Hay Hong sedikitpun tidak ambil pusing, ia masih
tetap bertekun melatih ilmu silatnya garuda sakti.
Karena beberapa malam ia tidak pernah tidur, maka
matanya agak merah. It Jie Hui kiam yang menyaksikan
itu segera menitahkan padanya supaya menghentikan
latihannya. Ho Hay Hong meskipun menerima baik perintah
kakeknya, tetapi ketika berada di kamarnya, ia masih
terus melanjutkan latihannya.
Gerak tipu yang ketiga berhati! dipahami diwaktu
lohor bukan kepalang capainya, hingga sore itu juga ia
melanjutkan pelajarannya digerak tipu ke empat.
Ilmu silat garuda sakti itu nampaknya sangat
sederhana, hanya terdiri dari lima macam gerak tipu,
tetapi setiap gerak ada mengandung perobahan gerak
tipu yang sangat luas sedikit kesalahan juga membawa
kegagalan total, inilah yang membuat Ho Hay Hong yang
pintar dan cerdas itu merasa sulit.
Gerak tipu keempat berhasil juga dipecahkan setelah
memikir hampir setengah malam, dalam keterangannya
ia berlatih didalam kamarnya hingga meja kursi dalam
kamarnya banyak yang hancur berantakan oleh
pukulannya. Hari ketiga pagi-pagi sekali, ia sudah merasa terlalu
letih maka ketika duduk di atas pembaringan ia lantas
tertidur. Entah beberapa lama ia tertidur telinganya tiba-tiba
mendengar suara orang memanggil:
"Hokoko, Hokoko, kau lekas bangun!" Dengan pikiran masih belum sadar betul-betul ia membuka matanya dan
bertanya: "Ada urusan apa?"
Orang yang memanggil padanya itu bukan lain
daripada gadis berbaju ungu yang selama beberapa hari
itu ia belum pernah melihatnya.
Ketika Ho Hay Hong melihatnya lalu bertanya.
"Selama beberapa hari ini kemana kau pergi?"
Gadis itu tiba-tiba saja berseru kaget: "Ah. bukan saja matamu begitu merah, suaranya juga tidak berubah."
Ho Hay Hong waktu itu tidak melihat bahwa udara
sudah gelap, maka dalam hatinya berpikir. "Waktu aku
tertidur, aku ingat hari masih pagi sekali, apakah aku
sudah tidur satu hari lamanya?"
"Kongkong suruh aku pergi kedaerah selatan untuk
mengungsi, aku dipaksa sehingga tidak berdaya sama
sekali, tetapi." berkata gadis itu, wajahnya mendadak menjadi merah. "Tetapi aku ingat kau masih berada di
sini, aku merasa berat maka aku memaksa pulang."
Mendengar ucapan itu hati Ho Hay Hong sangat
tergerak. Lama tak dapat ia berkata apa-apa.
Semula ia mengira gadis itu marah dan menjauhkan
diri dari padanya, tak disangka gadis itu bukan saja tidak menyesalkan perbuatannya yang tidak sopan sebaliknya
menunjukkan cinta kasihnya sedemikian dalam, dengan
berani ia datang mengunjungi meski pun tahu bahwa
dirinya sedang menghadapi bahaya. Cinta kasih yang
ditunjukkan oleh gadis itu sesungguhnya sangat
mengharukan. "Apakah Kongkong mu tahu kalau kau kembali?"
demikian ia bertanya. "Aku masuk dari pintu belakang, kecuali kau, aku kira tidak ada orang lain yang tahu! Kongkong mengira pasti
aku sudah pergi jauh ke daerah selatan, ia tentu tidak
menyangka aku sekarang ini masih berada disini, Kalau
ia tahu, entah bagaimana marahnya!"
"Aku pikir hendak sembunyikan dulu, tetapi dimana
harus kusembunyikan supaya jangan sampai ketahuan
orang luar?" "Aku pikir gudang belakang itu paling baik. asal pesan yang menjaga pintu jangan berkata apa-apa, siapa pun
tidak bisa tahu!" "Baiklah kau berdiam disana untuk beberapa hari,
setelah urusan selesai, aku nanti datang menjemput
kau!" Gadis itu menganggukkan kepala dan tersenyum,
setelah itu dengan sekali enjot ia sudah melesat melalui
lobang jendela. Ho Hay Hong dengan semangat yang baru mulai
mempelajari gerak tipu kelima.
Baru saja lewat jam tiga malam, ia sudah berhasil
memahami seluruhnya. Dengan semangat menyala-nyala
ia mengadakan latihan di tengah lapangan.
Latihan itu menimbulkan perasaan takjub dan kaget
baginya, karena setiap gerak kaki dan tangannya, selalu
menimbulkan hembusan angin demikian hebat, sehingga
tempat disekitar lima tombak, pasir-pasir dan batu-batu
pada berhamburan dan beterbangan.
Esok tengah hari. It Jie Hui kiam telah mengutus
orang untuk panggil padanya. Ia menemui kakeknya
diruangan tamu, disitu sudah berkumpul tujuh atau
delapan orang-orang rimba persilatan yang masih asing
baginya. Mereka itu menunjukkan sikap sangat serius,
tiada sepatah kata keluar dari mulut masing-masing.
Dari keadaan dan sikap orang-orang itu, ia telah
menduga bahwa bahaya telah mengancam, maka ia juga
tidak berani membuka mulut. Menurut perintah
kakeknya, ia duduk disisinya.
Saat itu ia baru melihat bahwa diatas meja persegi,
terletak sebuah sampul merah yang dikirim oleh Kay see
Kim kong. dibawah nama Kay see Kim-kong masih
terdapat beberapa nama yang ditulis dengan huruf kecil,
hingga tidak dapat dilihat olehnya.
Hud sim Totiang mulai memecahkan kesunyian itu
dengan kata-katanya: "Ucapan Ho siauwhiap pada beberapa hari berselang,
kini telah menjadi kenyataan. Tadi Kay see Kim kong
telah mengutus anak buahnya untuk mengirim surat
tantangan, tidak lama lagi barangkali akan disusul oleh
pasukan perangnya. Pinto minta supaya saudara saudara
tetap berlaku tenang, kita lihat dahulu kekuatan musuh,
barulah mengambil keputusan!"
Pada waktu itu orang tua kurus kering itu keluar dari
dalam ruangan membawa minuman teh. Dengan
sikapnya yang sopan ia menganggukkan kepala kepada
set iap tamunya, kemudian memberikan set iap tamunya
secangkir teh. Ho Hay Hong yang selalu waspada dan
memperhatikan segala gerak-gerik orang tua itu, ketika
itu, dapat melihat bahwa sinar mata orang tua itu
mengandung napsu membunuh, maka tergeraklah
hatinya, ia khawatir bahwa dalam teh itu ada racunnya.
Pikiran itu hanya sepintas lalu terlintas dalam otaknya,
tatkala melihat It Jie Hui kiam mengangkat cangkir
mempersilahkan para tetamunya minum, tangannya
segera bergerak menyampok cangkirnya hingga jatuh
ketanah. Perbuatan Ho Hay Hong itu menimbulkan kericuhan
dengan sorot mata terheran-heran semua orang
memandangnya. Sedang It-jie Hui kiam tidak menyangka
bahwa cucunya berani melakukan perbuatan yang
memalukan dirinya, maka seketika itu ia lantas marah
dan katanya: "Ho Hay Hong, apa maksudnya perbuatanmu ini ?"
"Dalam air teh ini ada racunnya, tidak boleh diminum!"
jawab Ho Hay Hong. Jawaban ini kembali mengejutkan dan mengherankan
semua orang sementara orang tua kurus kering itu lantas
berkata dengan nada suara dingin:
"Apa maksudnya ini" Kau harus tanggung jawab
dengan ucapanmu ini!"
"Kau masih hendak menyangkal" Hari ini aku akan
membuka kedokmu dihadapan orang banyak, tahu!" Kata
Ho Hay Hong. Orang tua itu masih tetap berlaku tenang, ia berkata
kepada It-jie Hai kiam sambil tertawa sinis:
"It Jie Hui kiam lo enghiong, apakah ini adalah
perintahmu?" It-jie Hui kiam membentak kepada Ho Hay Hong
dengan suara keras: "Hay Hong mengapa kau mengacau di sini" Lekas
keluar!" Ho Hay Hong sudah bertekad hendak membuka kedok
orang tua itu, maka ketika mendengar perintah kakeknya
ia tidak keluar, sebaliknya malah berjalan menghampiri
orang tua kurus kering, lalu berkata padanya dengan
nada suara dingin: "Manusia licik yang sangat rendah martabatnya, kau
benar-benar sungguh pandai main sandiwara, jikalau
perbuatanmu yang kau unjukkan dihadapan kelenteng
tua, benar-benar juga akan kau kelabui Sekarang tidak
perlu banyak bicara, aku tanya padamu, beranikah kau
mengeluarkan apa yang kau simpan dalam sakumu,
untuk diperlihatkan kepada orang banyak!"
Orang tua itu marah, ia berkata kepada It Jie Hui
kiam: "It Jie Hui kiam, sudah bertahun-tahun aku mengabdi
kepadamu, aku anggap selama itu sudah cukup berlaku
set ia membela dirimu, tak disangka cucumu ini demikian
kasar perlakukan diriku, apakah ini peraturan dalam
rumah tanggamu?" Dengan wajah merah padam It Jie Hui-kiam
memerintahkan anak buahnya supaya menangkap Ho
Hay Hong dan dihukum rotan lima puluh kali.
Delapan pasukan Angin puyuh segera bergerak
hendak menangkap Ho Hay Hong, tetapi Ho Hay Hong
menyapu dengan dua tangannya, seraya berkata dengan
suara keras. "Tunggu dulu!" -ooo0d-w0ooo- Bersambung Jilid 18 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 18 KARENA gerakan tangan Ho Hay Hong itu
mengandung hembusan angin demikian hebat, delapan
orang dari pasukan angin puyuh yang setiap orang sudah
merupakan orang-orang yang banyak pengetahuan dan
pengalaman, tidak berani mendekati anak muda itu,
semua lompat mundur dan membatalkan maksudnya
hendak menangkap. Ho Hay Hong dengan hawa amarah yang sudah
meluap, telah berkata dengan suara keras sambil
menuding orang tua kurus kering:
"Kau sebetulnya berani mengeluarkan benda dalam
sakumu untuk diperlihatkan pada orang banyak atau
tidak?" "Jikalau barang yang kukeluarkan dari dalam sakuku
tidak cukup untuk membuktikan kesalahanku, bocah, kau
mau apa lagi." berkata orang tua kurus kering itu sambil tertawa dingin.
"Kalau memang begitu, aku akan mengutungi kedua
tanganku sendiri sebagai hukuman rumah tangga!"
Tindakan dari perkataan Ho Hay Hong itu, sangat
menarik semua perhatian orang, It Jie Hui kiam berkata
dengar suara gusar: "Hay Hong, apakah kau sudah gila?"
Hud sim Totiang lantas bangkit dan berkata:
"Hay Hong berani berbuat dan mengeluarkan
perkataan demikian, pasti mengetahui benar sebab
musababnya, aku bersedia menjadi wasit antara kalian
berdua!" Orang tua kurus kering itu lantas berkata:
"Baik, begitulah kita tetapkan."
Sehabis berkata, ia lalu mengeluarkan semua isi
barang dalam sakunya, diletakkan diatas meja.
Pada waktu itu, semua orang pada berdiri dengan
mata ditujukan keatas meja, barang-barang itu hanya
terdiri dari barang yang tak berarti, antaranya sepotong
sapu tangan, tiga tail uang perak recehan, sebuah cermin
kecil dan sebungkus obat bubuk tetapi tidak ada tanda


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perintah Ngo jiauw leng. Ho Hay Hong yang menyaksikan itu agak terkejut, ia
bertanya kepada diri sendiri apakah tanda perintah itu
sudah disembunyikan"
Hudsim Tot iang yang bertindak sebagai wasit, saat itu
juga mengulurkan tangannya merogoh kedalam saku
orang tua itu, kemudian berkata sambil menggelengkan
kepala: "Kecuali barang-barang ini, sudah tidak ada
barang lain. Hay Hong coba kau ceritakan apa yang telah
kau lihat!" Orang tua kurus kering itu berkata: "Sekarang
katakanlah, barang yang mana yang kau anggap
merupakan bukti kesalahanku" Jikalau kau tidak
menjelaskan duduk perkaranya, kau harus menepati
janjimu mengutungi sepasang lenganmu sendiri!"
Pada waktu itu, keadaan mendadak berubah besar, Ho
Hay Hong yang menganggap akan dapat membuktikan
kesalahan orang tua itu, sekarang berbalik tidak
menguntungkan pihaknya sendiri, sebagai tanda perintah
Ngojiauw ling tidak terdapat dalam saku orang tua itu.
Maka ia lantas berpikir: "Apakah Kay see Kim kong belum mengembalikan
padanya" Tidak mungkin, aku telah menyaksikan sendiri
Kay see Kim kong diam-diam sudah mengembalikan
tanda itu. tetapi mengapa sekarang tidak ada?"
It Jie Hui kiam agaknya dapat memahami maksud Ho
Hay Hong, diam-diam ia merasa sedih, karena satusatunya
cucu yang diharapkan akan mengangkat nama
baiknya, sekarang telah menghadapi kesulitan, sebentar
lagi akan kehilangan dua tangannya.
Orang-orang rimba penilaian selalu menghargai dan
menjunjung tinggi kepercayaan, setiap ucapan yang
sudah dikeluarkan tidak boleh ditarik kembali, baikpun ia
seorang yang berkedudukan tinggi, juga tidak boleh
membela keluarganya yang salah dihadapan orang
banyak. Sementara itu orang tua kurus kering itu terus
mendesak dengan kata-katanya:
"Lekas jawab, jikalau tidak kau harus lekas buntungi
lengan tanganmu sendiri!"
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "Jika aku melanggar
janji, pasti akan membuat nama baik kakekku tercemar."
Oleh karena berpikir demikian maka ia lantas berkata
dengan tegas. "Baik, hari ini aku jatuh ditanganmu, hitung-hitung
nasibku yang sial, tetapi kau juga jangan merata bangga
lebih dulu, kau harus tahu bahwa kalau kau
menghendaki orang lain tidak tahu perbuatanmu,
janganlah kau berbuat. Mengenai kedokmu cepat atau
lambat pasti akan terbuka!"
Ho Hay Hong sudah menghunus pedangnya, pedang
itu sudah akan digunakan untuk menebas lehernya
sendiri, dengan tiba tiba, salah seorang dari tiga kakek
tua mendadak mengeluarkan suara jeritan, kemudian
jatuh roboh ditanah. Ketika semua mata orang-orang yang disitu dengan
heran dialihkan kepadanya, orang itu ternyata sudah
binasa dengan mengeluarkan banyak darah dari lubang
telinga, hidung dan mulut.
Kejadian itu menggemparkan semua tamu It Jie Hui
kiam, mereka tidak tahu apa sebabnya orang itu mati
mendadak dengan mengeluarkan banyak darah"
Ho Hay Hong berseru dengan suara keras:
"Itu adalah akibat dari racun dalam teh."
Mendengar perkataan itu, wajah semua orang
berubah, air teh dalam cangkir yang di pegangnya
dilemparkan kelantai, Hud sim To tiang dengan cepat
bergerak berada diambang pintu seraya berkata:
"Lotee, benarkah kau sudah menaruh racun didalam
teh?" Pada saat itu salah seorang yang berdiri didekat
dinding tembok sebelah timur juga jatuh binasa dalam
keadaan serupa, kejadian itu telah disusul lagi oleh yang
lainnya. Serentetan kejadian itu sudah cukup jelas untuk
membuktikan kejahatan orang tua kurus kering itu,
karena orang-orang yang berada disitu adalah orangorang
dari tokoh rimba persilatan yang masing-masing
mempunyai nama baik, sudah tentu sangat marah maka
dengan serta merta menatap orang tua itu.
Orang tua itu sedikitpun tidak takut, bahkan masih
berani berkata sambil tertawa dingin:
"Kay see Kim kong sebentar akan datang kalian semua
sudah seperti ikan dalam jala, mengapa perlu banyak
mulut menanya kepadaku"
Ho Hay Hong sangat marah, dengan cepat tangannya
bergerak menyerang padanya.
It-jie Hui kiam takut cucunya tidak sanggup melawan
orang tua itu, maka lantas berkata:
"Ho Hay Hong jangan gegabah, biarlah pasukan angin
puyuh yang turun tangan!"
Khong Lip yang menjadi ketua barisan Angin puyuh
lantas bergerak, dengan beruntun ia mengirim dua kali
serangan dengan tinjunya, orang tua kurus kering itu
memperdengarkan suara dihidung tangannya yang kurus
di tekuk sedikit, kemudian menangkis serangan itu, dilain
pihak Khong Lip mendadak mundur dua langkah.
Orang tua kurus kering itu berdiri di tengah-tengah
kurungan orang banyak, tetapi sikapnya tidak berubah, ia
berkata dengan nada suara dingin:
"Siapa yang berlaku tidak sopan lebih dulu
terhadapku, Kay see Kim kong akan mengambil jiwanya
lebih dulu!" It Jie Hui kiam sangat marah, ia berkata: "Kong Cie,
aku selalu anggap kau sebagai orang yang jujur dan
set ia, tidak kusangka kau adalah seorang penghianat!"
"Tua bangka kau boleh sesalkan matamu sendiri yang
sudah lamur, tidak set ajam si anjing kecil itu!" berkata orang tua itu sambil tertawa dingin.
Mendadak dibelakang dirinya terdengar suara siulan,
orang tua kurus kering itu wajahnya berubah seketika,
ketika kepalanya menoleh kebelakang, tampak olehnya
mata Ho Hay Hong berapi-api, membuat suatu posisi
yang agak aneh bentaknya.
Ho Hay Hong dalam keadaan marah sudah timbul
nafsunya hendak membunuh orang tua itu posisi kuda
kuda yang dipertunjukkan itu merupakan pembukaan
dari gerak tipu ilmu silat garuda sakti. Dalam gerak tipu
garuda sakti yang terdiri dari lima macam perubahan,
hanya gerak tipu yang pertama yang memperagakan
bentuk kuda-kuda yang berdiri di atas tanah menghadapi
musuhnya. Empat gerak tipu yang lainnya, semua dilakukan
dengan tubuh melayang ditengah udara, menyerang
sambil menukik. Oleh karena itu orang tua kurus kering
itu sama sekali belum tahu bahaya maut sudah berada
dihadapan matanya, ia masih berani buka mulut besar.
"Anjing kecil yang tidak tahu diri, aku aku akan suruh kau lebih dulu merasakan tanganku !"
Dengan mendadak Ia mengulurkan tangannya, tapi
disetengah jalan dua jari tangan mendadak menyentil
keatas menotok jalan darah penting Ho Hay Hong!
Ho Hay Hong sedikitpun tidak bergerak, ia menunggu
sampai jari tangan itu tiba dibadannya tinggal jarak tiga
dim saja, tangannya melingkar dengan tiba-tiba. Gerakan
tangan itu menimbulkan serangan yang sangat hebat,
hingga mengejutkan orang tua itu.
Sebab gerak tipu pembalasan yang nampaknya sangat
sederhana itu, bukan saja sudah berhasil menutup
serangannya sendiri, tetapi juga membuat dirinya tidak
bisa menarik kembali serangannya lagi.
Ini berarti sudah meletakkan dia kesuatu sudut dan
yang tidak berapa. Walaupun sudah beberapa puluh
tahun ia hidup didunia Kangouw dan pengalaman dalam
pertempuran, tetapi masih merasa tidak sanggup
memecahkan serangan yang aneh itu.
Dalam keadaan tidak berdaya maka siulan itu
terdengar pula, tetapi kali ini agak nyaring melengking
ditengah udara, ia masih belum tahu apa sebetulnya
yang telah terjadi, dan tidak tahu bagaimana lawannya
yang masih sangat muda itu bergerak, badannya sudah
merasa sakit, dan kemudian jatuh menggeletak di tanah.
Ho Hay Hong maju selangkah, dengan jari tangannya
ia menotok jalan darah kematian diatas tubuhnya, orang
tua kurus kering itu hanya mengeluarkan suara keluhan
tertahan, jiwanya sudah melayang.
Hud sim Totiang hendak mencegah tetapi sudah tidak
keburu, ia hanya bisa menghela napas panjang saja.
Kepala pasukan Angin puyuh Khong Lip,
mengundurkan diri dengan perasaan malu, sebab ia
belum berhasil mendekati musuhnya, tapi musuh itu
sudah binasa di tangan Ho Hay Hong.
Dengan kepandaian yang dimainkan oleh Ho Hay
Hong itu, semua orang dengan cepat berubah
pandangan terhadap dirinya. Ia tidak lagi dianggap
sebagai satu anak muda yang tidak tahu apa-apa.
Sementara itu It Jie Hui kiam sendiri juga terheranheran,
orang tidak tahu bagaimana perasaan orang tua
pada saat itu, karena sekian lama ia tidak bisa berkata
apa-apa. Ho Hay Hong lalu berkata:
"Dia adalah salah seorang kepercayaan Bengcu rimba
hijau enam propinsi daerah utara yang dahulu, sebab
Bengcu yang dahulu sudah jatuh ditangan tuan-tuan
sehingga kehilangan kedudukannya ia lalu menggunakan
cara yang licik dan rendah hendak membasmi tuantuan."
Setelah itu mendadak ia ingat tanda perintah Ngo
jiauw leng, maka lalu mengadakan penggeledahan
dibadan orang tua itu, kosong tidak terdapat barang apaapa lagi.
Ia semula mencurigakan diri Hud sim Totiang,
dianggapnya membantu pihak orang tua itu, tetapi
setelah digeledahnya sendiri, baru tahu bahwa dugaan
sendiri itu keliru. Ia memeriksa lagi dengan sangat hati-hati, dibagian
pinggangnya ia meraba benda yang sangat keras, maka
diam-diam merasa girang, karena barang itu ternyata
disembunyikan didalam lapisan baju.
Selagi hendak mengeluarkan benda itu, tiba-tiba
terdengar suara orang tertawa nyaring, suara itu
mengejutkan semua yang ada disitu tak lama kemudian,
terdengar pula suara kata-katanya. "Bengcu rimba hijau daerah utara, Kay see Kim kong bersama anak buahnya
telah datang untuk menjumpai It Jie Hui kiam
locianpwee!" It Jie Hui kiam bangkit dari tempat duduknya dan
berkata sambil tertawa terbahak-bahak:
"Siapa yang datang adalah tetamu, tuan-tuan mari
lekas keluar menyambut padanya!"
Setiap orang dengan wajah serius berjalan keluar.
Kay see Kim kong memberi hormat dan berkata sambil
tertawa: "Mari, mari, aku perkenalkan kepada tuan-tuan
sekalian, saudara ini adalah Ciang-cin Thian cing."
Tangannya menunjuk seorang tua berbaju kuning
yang hidungnya bengkok dan sinar matanya tajam.
Orang tua berbaju kuning itu lantas berkata sambil
memberi hormat: "Sudah lama aku mendengar nama besar It Jie Hui
kiam, hari ini setelah bertemu muka, benar saja
keadaanmu masih tak ubah semasa mudamu."
Kay see Kim kong berkata pula sambil menunjuk
seorang tua yang alisnya tajam dan jidanya lebar.
"Saudara ini adalah pembantuku yang penting,
sahabat-sahabatnya memberikan nama gelar padanya
Bambu hijau." Kemudian ia perkenalkan si Bambu hijau kepada It Jie
Hui kiam. Bambu hijau memberi hormat dengan kata katanya
yang memuji kepada It Jie Hui kiam.
Kay see Kim kong menunjuk lagi kepada beberapa
orang seraya berkata. "Saudara ini adalah Koan lok Sie gee, ini adalah Sutee Ciang thian Oh Gwat Seng, ini adalah Ciok bing sianseng,
ini adalah Cee pek Ong jin, ini adalah si jago Pemabokan
dia pun, ini adalah tiga serangkai dari keluarga Sin ini
adalah Ban jin Siusu, ini adalah Toat hun Sie seng. setiap kali tangannya menunjuk satu orang, orang yang
ditunjuk itu mengangkat tangan memberi hormat.
Meskipun dua pihak merupakan musuh, tetapi saat itu
diluarnya masih menunjukan sikap sangat menghormat
dan ramah tamah. Orang-orang dari pihak It Jie Hui kiam sangat terkejut
mendengar nama-nama yang disebut oleh Kay see Kim
kong, karena orang-orang itu semuanya merupakan
orang-orang yang namanya sudah terkenal dalam
golongan hitam didaerah utara.
Orang-orang itu diwaktu biasa sangat susah untuk
dijumpai, tetapi kini telah muncul semuanya, jelaslah
sudah bahwa Kay-see Kim kong sudah bertekad hendak
membasmi pengaruh It Jie Hui kiam.
Tidak kecewa It Jie Hui kiam sebagai seorang jago
kenamaan dan seorang pemimpin dari satu perkumpulan
yang berpengaruh di daerah utara, meskipun dikitari oleh
musuh-musuh yang sangat tangguh, ia masih berlaku
tenang. Setelah Kay see Kim kong selesai memperkenalkan
orang-orangnya, ia lalu balas memperkenalkan orangorang
dipihaknya sendiri. Pertama ia menunjuk imam yang berdiri disisinya dan
berkata: "Ini adalah Hud sim Tot iang dari Ceng shia-pay, ini
adalah si kepalan besi Ciam Sie, ini adalah murid kepala
Oey touw Lo hud Pek ie Mo lek, ini adalah murid ketua
Khong tong pay Cian hoa jin, ini adalah pemimpin rumah
perguruan Eng hiong koan di Ho siok Kim Ciang Tayhiap,


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini adalah Ciok tee Ko sim poei Touw, ini adalah
anggauta pasukan Angin puyuh, ini adalah muridku yang
tidak berguna, dan ini..."
Ketika matanya melihat Ho Hay Hong yang berdiri
dibelakang orang banyak sambil memondong mayat
orang tua kurus kering wajahnya berubah seketika. Dan
katanya: "Dia adalah cucu luarku, namanya Ho Hay Hong!"
Kay see Kim kong baru hendak membuka mulut,
ketika menampak mayat orang tua kurus kering dalam
pondongan Ho Hay Hong, sikapnya mendadak berubah ia
berkata sambil menunjuk Ho Hay Hong.
"Dia adalah cucu luar enghiong?"
"Benar, ada keperluan apa dengannya?" kata It Jie Hui kiam.
"Orang yang berada dalam pondongannya?"
"Dia adalah penghianat dalam rumahku, dan
menggunakan kesempatan selagi semua orang sibuk
diam-diam telah meracuni persaudaraan keluarga Teng
dan Co siang hui bertiga, hingga aku hukum mati
padanya!" Ho Hay Hong berkata dengan suara keras:
"Ho Hay Hong, seorang lelaki berani berbuat juga
berani tanggung jawab. Kau harus berani mengakui
bahwa perbuatan itu adalah atas perintahmu."
Hud sim Totiang juga berkata.
"Tuan datang dengan demikian banyak pembantu,
apakah hendak mencari kerewelan dengan Lo
enghiong?" "Tindakan Lo enghiong yang sewenang-wenang, telah
membuat kita tidak berdaya melanjutkan kehidupan kita.
Maka aku Hong-Lan Hiang terpaksa turun tangan
mencampuri urusan ini!" jawab Kay see Kimkong sambil
tertawa dingin. "Kalau begitu tidak perlu banyak bicara, kau sebutkan saja cara penyelesaiannya." berkata It Jie Hui kiam.
Dari rombongan Kay see Kim kong, Ciang ci thian ceng
Baju menghampiri seraya berkata:
"Aku yang rendah seorang yang tidak berguna, ingin
minta pelajaran ilmu kepandaian Lo enghiong yang tidak
diwariskan kepada siapa pun juga."
Kepala rombongan pasukan Angin puyuh Khong Lip
dari belakang dirinya mengambil sebuah perisai perak
dan sebilah pedang panjang berkilauan, dengan sikap
sangat hormat diberikan kepada It Jie Hui kiam.
Tetapi It Jie Hui Kiam sebagai seorang pemimpin yang
tidak mau menurunkan gengsinya, lantas bertanya
kepada orang-orang pihaknya sendiri:
"Siapakah diantara saudara yang sudi melayani Ciangcin Thianceng main-main beberapa jurus saja?"
Pek ie Mo lek segera maju keluar dan berkata sambil
memberi hormat: "Sudah lama aku mendengar nama besar tuan, boan
seng yang tidak berguna dengan memberanikan diri
untuk menemani tuan main-main beberapa jurus saja!"
Kepandaian ilmu silat murid Oey touw Lo hud ini
sebetulnya sudah mencapai taraf yang tertinggi,
terutama ilmunya Pek hui lee Sin keng, sudah amat
sangat terkenal dalam rimba persilatan daerah utara.
Ciang cin Thian ceng tidak berani berlaku gegabah, ia
telah melakukan gerakan sedikit, dengan mendadak
tangannya melancarkan satu serangan, sedang dari
mulutnya tercetus satu bentakan keras: "Tayhiap awas
aku mulai lebih dulu?"
Dengan tangan kiri Pek ie Mo lek menutup serangan
itu, lalu di susul oleh serangan dengan dari kakinya.
Ciang cin Thian ceng diam-diam terkejut, babak
pertama lawannya sudah menyerang bagian bawah,
apakah ia sudah tahu bahwa bagian bawah Ciang cin
Thian ceng merupakan bagian yang paling lemah"
Dalam keadaan terheran-heran. Ciang-cin Thian ceng
lompat melesat setinggi satu tombak lebih,
menghindarkan serangan kaki itu, Sebagai seorang tokoh
persilatan yang terkenal dengan serangan tangan
geledek, kembali menggunakan tangan kosong
menyerang musuhnya. Tetapi serangannya kali ini juga dapat lelakon oleh Pek
ie Mo-lek dengan gaya yang sangat tegas.
Selanjutnya, dua lawan itu bertempur sengit dalam
ruangan yang luas. Kay see Kim kong melirik kepada para pembantunya,
Suat Cee Ciang thiam dan Ciok beng Sianseng lantas
lompat keluar dan berkata dengan suara keras:
"Siapa yang hendak bertanding dengan kita berdua ?"
Sikepalan sakti Ciam Sie keluar dari rombongannya
menghampiri dua orang yang jumawa itu seraya berkata:
"Aku Ciam Sie sudah lama tidak berlatih, tulang
tulangku rasanya sudah pada karatan, jika kalian tidak
keberatan, salah satu diantara kalian boleh main-main
denganku!" Sebelum pihak lawannya menjawab, Kim ciang
Tayhiap sudah lompat keluar dan berkata:
"Saudara Ciam jangan terburu napsu, mari kita bagi,
seorang lawan satu !"
Suat tee Ciang thian maju menghampiri Ciam Sie,
sedangkan Ciok beng Sianseng tanpa banyak bicara,
sudah menyerang Kim-ciang Tayhiap dengan senjata
kipasnya. Dua pasang musuh itu segera bertempur sengit.
Kay see Kim kong mengandalkan jumlah orangnya
yang banyak, kembali memberi isyarat dengan lirikan
mata kepada Cee pak Ong jin dan si Pemabukan Tiat
Pun. Dua orang itu mengerti, dengan beruntun lompat
kedalam kalangan dan menantang kepada musuhnya.
Murid dari partay Khong tong pay Cian hoa jin segera
keluar dan berkata pada si Pemabuk sambil tertawa
dingin: "Pemabukan Tiat Pun, apakah kau masih kenali
diriku?" Si Pemabukan memandang Cian hoa jin sejenak,
wajahnya mendadak berubah, katanya dengan suara
gemas: "Oh, kiranya kau sibocah ini juga ada disini, heh heh!
Sungguh kebetulan, tuan besarmu hendak menagih
hutang serangan pecutmu pada tahun yang lalu!"
Sehabis berkata, dengan secara kalap menyerang
Ciam hoa jin. Dengan cepat Ciam hoa jin sudah mengeluarkan
senjata pecutnya yang lemas, diputar keatas, sehingga
mengeluarkan suara tar, tar yang amat nyaring.
Si Pemabukan terkejut dan merandak ia agaknya
masih ingat kekalahannya pada tahun yang lalu,
pikirannya mulai goncang.
Kay see Kim kong mengerti bahwa si Pemabukan itu
merasa jeri, maka lantas membentak padanya dengan
suara keras: "Tiat Pun kau berani mencemarkan nama baikku,
hah?" Tiat Pun ketakutan, dengan secara nekad dan tidak
menghiraukan jiwanya sendiri, melakukan serangan
membabi buta kepada lawannya.
Cian hoa-jin perdengarkan beberapa kali suara dingin,
pecutnya dikedut berulang-ulang sehingga Tiat Pun harus
berputaran bagaikan gasing untuk mengelakkan
serangan pecut yang hebat itu.
Ciok tee Kouw sim menghampiri Cee pak Ong jin
dengan tindakan lebar, dua musuh itu masih
menggunakan tata tertib kesopanan lebih dulu saling
memberi hormat dengan menyoja, barulah saling
menyerang. Sementara itu, Kay see Kim kong sudah berkata lalu
kepada Koan lok Sie gee "Koan lok Sie gee. kalian berempat sudah mengikuti
aku banyak tahun, selama itu belum pernah mendirikan
pahala apa-apa, sekarang ini adalah saatnya bagi kalian
untuk mengeluarkan semua kepandaian kalian!"
Koan lok Sie gee menganggukkan kepala, berempat
menghampiri It Jie Hui-kiam.
Empat orang itu adanya sombong, seolah-olah sudah
tidak ada orang yang lebih kuat lagi. Mereka hendak
mendirikan pahala besar, maka menghampiri It Jie Hui
kiam. Dalam hati mereka, apabila berhasil menangkap hidup
atau membinasakan It Jie Hui kiam, yang menjadi
pemimpin dari pasukan Angin puyuh, jasa itu lebih besar
dari pada merubuhkan satu diantara pembantunya.
Tetapi mereka sudah lupa bahwa lawannya itu adalah
orang tingkatan tua yang namanya sudah terkenal
didaerah utara, jadi bukan seorang lawan sembarangan.
Bagi It Jie Hui kiam yang harus pertahankan
gengsinya, sudah tentu tidak mau meladeni segala
manusia rendah begituan, maka lantas memberi isyarat
kepada empat muridnya untuk melawan.
Tiga serangkai dari pihaknya Kay see Kim kong, yang
sudah tahu tidak dapat menghindarkan diri dalam
pertempuran hebat itu, juga lantas lompat keluar dan
bersuara dengan suara keras:
"Siapa sudi melayani kita bertiga saudara ?"
It Jie Hui kiam melihat bahwa dipihak musuhnya
masih ada Bun ciu Siu an, Toat-hun Sie seng dan sepuluh
lebih tokoh-tokoh rimba hijau yang belum keluar,
sedangkan dipihaknya sendiri kecuali delapan pasukan
Angin puyuh, Hudsim Totiang, Ho Hay Hong dan ia
sendiri, sudah tidak ada orang lain lagi.
Maka saat itu ia tidak bisa lantas mengambil putusan
untuk memilih orangnya yang harus melawan tiga
serangkai itu. Dengan tidak bicara apa-apa Hud sim Tot iang
bertindak keluar dan berkata:
"Mari, mari. aku merasa tidak enak berdiri
menganggur saja biarlah menemani kalian main-main
beberapa jurus!" Tiga serangkai keluarga Sin meskipun sudah tahu
bahwa imam tua itu adalah tokoh senior satu dari partay
Ceng shia pay, sekali pun dipihaknya sendiri ada tiga
orang yang akan maju berbareng, juga belum tentu bisa
mendapat kemenangan. Tetapi mereka sudah terlanjur menantang, sudah
tentu tidak bisa mundur begitu saja, terpaksa dengan
mengeraskan kepala, masing-masing menghunus senjata
yang membuat mereka terkenal, maju menyerang.
Kay see Kim kong sementara itu sudah mengeluarkan
perintah kepada dua belas pelindung pribadinya, supaya
mengepung delapan pasukan Angin puyuh.
Dua belas laki-laki tegap yang berdiri dibelakang
dirinya, dengan serentak bertindak keluar menghampiri
delapan pasukan Angin puyuh.
Delapan pasukan angin puyuh itu tanpa menunggu
perintah pemimpinnya, sudah menghunus senjata
masing-masing dan menyerang dua belas orang itu
sehingga terjadilah pertempuran sengit delapan lawan
dua belas! Ho Hay Hong merasa bahwa dirinya seperti dianak
tirikan, maka lantas maju dan menantang. "Siapa yang
berani melawan aku?"
It Jie Hui kiam buru-buru membentak. "Hay Hong,
kembali !" Tapi pada saat itu, dari pihak musuhnya sudah maju
menghampiri empat laki-laki berbaju ungu, maka Ho Hay
Hong lalu menjawab kakeknya:
"Biarlah aku turut menyumbangkan sedikit tenaga."
Nampak sikapnya yang sungguh-sungguh, sang kakek
terpaksa meluluskan keinginannya seraya berkata:
"Kau harus berlaku hati-hati, mereka semua adalah
orang-orang yang ganas dan kejam."
Ho Hay Hong mengangguk dan berkata.
"Harap kongkong jangan khawatir. Ho Hay Hong tidak
akan mengecewakan kau!"
Dengan tiba-tiba ia menggerakkan kepalan tangannya,
dengan menggunakan salah satu gerak tipu dari ilmu
Khun-hap Sam-kay yang dinamakan langsung menyerbu
ke lawan menyerang orang yang menjadi kepala dari
rombongan empat orang itu.
Kekuatan tenaga dalamnya yang sudah mendapat
kemajuan sangat pesat, ditambah lagi dengan pengaruh
ilmu silat garuda sakti, hingga kekuatan itu semakin
sempurna. Tidaklah mengherankan kalau musuhnya itu
menangkis dengan kepalan tangannya, tiba-tiba terpental
mundur. Bukanlah kepalang terkejutnya Kay see Kim kong yang
menyaksikan kejadian itu, dalam hatinya berpikir: "bocah ini usianya masih mula belia, nampaknya juga sangat
sederhana, mengapa memiliki kekuatan tenaga demikian
hebat, apakah ia sudah mendapat warisan tua bangka
itu" Saat itu, Ho Hay Hong kembali sudah menggerakkan
tangannya, menyerang empat musuhnya secara
berbareng dengan kekuatan yang lebih hebat.
Pandangan Kay see Kim kong terhadap Ho Hay Hong
sesaat lantas berubah, pikirnya: "bocah ini usianya paling banter baru dua-puluh tahun, tetapi kekuatan tenaga
dalamnya seperti seorang yang sudah mempunyai latihan
beberapa puluh tahun, benarkah tua bangka itu
berkepandaian sedemikian tinggi, sehingga dapat
mendidik cucunya demikian rupa."
Ia sebetulnya sudah akan turun ke gelanggang untuk
melakukan pertempuran yang menentukan dengan It Jie
Hui kiam, tetapi kini setelah menyaksikan pertempuran
itu, perasaannya mulai bimbang, ia tidak berani berlaku
gegabah lagi. Dengan penuh perhatian yang menyaksikan jalannya
pertempuran, terutama terhadap kepandaian Ho Hay
Hong. Mendadak Ho Hay Hong merubah gerak tipunya lagi,


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

satu lengannya menekan bahu orang yang menjadi
kepala dari empat orang itu, orang itu seketika juga
lantas mengeluarkan jeritan ngeri, dengan badan
sempoyongan ia mundur dan kemudian rubuh di tanah.
Kay see Kim kong benar-benar hampir tidak percaya
kepada matanya sendiri, sebab orang itu terkenal dengan
ilmu silatnya dari golongan keras, biasanya sudah kebal
dengan senjata tajam, mengapa demikian mudah rubuh
ditangan pemuda itu "
Dengan cepat dihampirinya dan diperiksa lukalukanya,
ternyata tulang-tulang bagian bahu sudah
remuk, hingga ia semakin terkejut dan terheran-heran.
Ditilik dari keadaan ini, jelaslah sudah bahwa bocah ini
sudah memiliki kekuatan tenaga dari golongan orang
kuat kelas satu, tapi mengapa ia belum pernah dengar
namanya jago muda ini "
Dipandangnya dengan penuh perhatian muka Ho Hay
Hong, mendadak ia seperti pernah kenal dengan muka
itu. agaknya sudah pernah bertemu muka dengannya,
tapi entah di mana" Ia sudah tidak ingat lagi.
Sementara itu Ho Hay Hong sudah melancarkan satu
serangan lagi kembali satu korban telah jatuh, kali ini
orang yang kena diserang sudah hancur bagian
dalamnya dan mati seketika itu juga.
Kaysee Kim kong kini tiba-tiba ingat bahwa bocah itu
adalah sahabat anaknya sendiri, yang malah pertemuan
itu pernah dilihatnya sedang bercakap-cakap dengan
mesra bersama anaknya sendiri, ia tidak menduga sama
sekali bahwa sahabat anaknya itu adalah cucu luar It Jie
Hui kiam. Mengingat akan itu, hawa amarahnya meluap,
dadanya dirasakan mau meledak!
Bun jiu Sinsin yang menyaksikan dalam waktu sekejap
Ho Hay Hong sudah merubuhkan dua lawannya dengan
lantas lompat maju dan membentak dengan suara keras:
"Bocah, kau jangan bangga, aku hendak mengambil
jiwamu!" Tanpa banyak bicara, Ho Hay Hong menyambutnya
dengan serangan telapak tangan yang menghembuskan
sambaran angin hebat. Dada Bu jin Siu sin seperti digenjot dengan palu besar,
tanpa disadari sudah mengeluarkan seruan tertahan,
mulutnya menyemburkan darah segar.
Ho Hay Hong maju tiga langkah dan berkata sambil
menuding hidungnya: "Mari, mari ! Berapa tinggi kepandaianmu, berani
membentur aku?" Bun jiu Siu sin mimpipun tidak menduga bahwa bocah
ini memiliki kekuatan demikian hebat, dalam keadaan
kaget dan ketakutan dan menahan rasa sakit di dadanya,
ia tarik mundur dirinya. Toat hun Sia su sebetulnya juga hendak menggunakan
kesempatan itu untuk membinasakan Ho Hay Hang.
tetapi setelah menampak Bu jin Sio su keadaannya
demikian mengenaskan terpaksa membatalkan
maksudnya, tidak berani buka suara lagi.
Dua lawan Ho Hay Hong yang masih hidup, sudah
ketakutan setengah mati, buru-buru lompat mundur
kebelakang Kay see Kim-kong.
Kay see Kim kong tidak memberi peringatan lebih
dulu, tiba-tiba mengangkat tangannya menyerang Ho
Hay Hong. Kay see Kim kong yang bertenaga kuat dari
pembawaan alam, selama berkelana di dunia Kang ouw,
barang siapa yang terpukul olehnya, setidak-tidaknya
pasti terluka parah. Ho Hay Hong yang tidak menduga sama sekali akan
diserang secara pengecut, dalam keadaan tergesa-gesa
menangkis dengan tangannya, tetapi tidak urung masih
terpental mundur beberapa langkah.
"Kau adalah seorang Kang ouw yang sudah kesohor
namanya. sungguh tak kusangka perbuatanmu demikian
rendah. Heh. aku Ho Hay Hong tidak percaya, sekalipun
orang-orang pada sohorkan kau mempunyai ilmu gaib,
tetapi aku hendak mencobanya!"
It Jie Hui kiam lompat maju dengan pedang terhunus
di tangan, ia berkata kepada Ho Hay Hong:
"Hay Hong lekas mundur, disini tidak ada urusanmu!"
Kemudian ia berkata kepada Kay see Kim kong:
"Kay see Kiam kong kau berani datang mengganggu
rumah tanggaku, tentunya mengandalkan kepandaianmu
yang tinggi, mari, mari, tulang-tulangku yang sudah tua
ini biarlah kujajal padamu!"
Suara jeritan mengerikan mendadak terdengar
sehingga memutuskan pembicaraan tadi. Ternyata Suat
tee Ciang thiam sudah rubuh terlentang dengan mulut
menyemburkan darah, sedangkan lawannya, Ciam Sie
berdiri dengan muka pucat lesu dan tangan menekan
berat, jelas bahwa pertempuran antara mereka telah
berkesudahan seri, dua-duanya dalam keadaan terluka !
Ho Hay Hong yang masih penasaran, tidak
menghiraukan perintah kakeknya, dengan satu tangan
mendorong kakeknya, hingga It Jie Hui Kiam yang tidak
terjaga juga lantas mundur selangkah.
Sementara itu Ho Hay Hong lantas berkata padanya
dengan suara perlahan . "Kongkong, kau sudah tua, beristirahatlah."
Tetapi It Jie Hui kiam yang terdorong mundur olehnya,
disamping terkejut, ia lantas marah, bentaknya:
"Hay Hong, apakah artinya ini?"
"Usia Kongkong sudah terlalu lanjut, permainan yang
sangat berbahaya ini harus cucumu yang melakukan.
beristirahatlah dulu."
Dengan alis berdiri It Jie Hui kiam berkata dengan
suara bengis: "Haha, orang datang menghina, apakah aku It Jie Hai
kiam harus menyerah mentah-mentah " Kau anak-anak
tahu apa " Lekas mundur!"
Dengan langkah lebar Kay see Kim kong maju
menghampiri dan berkata padanya:
"It Jie Hui kiam, tidak kecewa kau menjadi jago
didaerah utara, dengan ucapanmu tadi, sudah cukup
untuk menundukkan aku. Mari. mari! Marilah kita
melakukan pertempuran yang memutuskan!"
Sebelum It Jie Hui kiam menjawab, Ho Hay Hong
dengan satu gerakan manis yang dilakukan secara tiba-
tiba, telah merebut perisai dan pedang dari tangan
kakeknya, kemudian berkata kepada Kay see Kim kong
dengan suara keras: "Hong Lan Hiong, dengar! Aku adalah cucu luar, yang
juga merupakan keturunan It Jie Hui kiam. kalau kau
mempunyai kepandaian, kau boleh coba-coba bertanding
dengan aku dulu!" Kay see Kim kang tertawa terbahak-bahak dan
berkata: "Aku Kay see Kim kong mendapat nama dengan cara
yang tidak mudah, bagaimana aku sudi terusak
dibadanmu " Haha, apalagi, aku menangkan kau juga
berarti menghina satu anak anak, cuma cuma menjadi
buah tertawaan orang saja. Bocah, sekalipun kau mem
punyai nyali cukup besar. tetapi sayang cita citamu tidak
akan terlaksana, lebih baik kau minggir saja!"
Sementara itu, It Jie Hui kiam semakin marah,
katanya: "Hay Hong, kau mau dengar perintahku atau tidak"
Lekas jawab!" Jago tua ini sudah marah benar-benar, ia sudah
hendak menggunakan pengaruhnya untuk menundukan
cucunya, tetapi semua anak buahnya termasuk delapan
pasukan Angin puyuh sedang repot menghadapi musuh
masing-masing, hingga tidak bisa berbuat apa-apa.
Ho Hay Hong tidak menghiraukan kemarahan
kakeknya, dengan pedangnya menyerang Kay see
Kimkong. Kay see Kimkong perdengarkan suara di hidung,
dengan membalikan badan ia mengibaskan serangan
pedang itu, kemudian balas menyerang dengan tinjunya.
Ho Hay Hong terdorong oleh kekuatan hebat, hingga
mundur tiga langkah, ia diam-diam memuji kekuatan
tenaga dalam yang sangat hebat dari lawannya.
Kini ia tidak mau mengadu kekuatan lagi, sebaliknya
lompat melesat setinggi lima enam tombak sambil
mengeluarkan siulan panjang, kemudian melayang turun.
Kay see Kimkong merasa gemas karena diganggu
teras menerus, kembali melancarkan satu serangan
tangan yang lebih hebat. Tetapi, dalam waktu sangat cepat, Ho Hay Hong yang
berada ditengah udara sudah melakukan perubahan
gerakan sampai tiga kali, gerak tipu yang terakhir
merupakan satu serangan yang ditujukan kepada bahu
lawannya. Kaysee Kimkong terkejut dan terheran-heran, ia pikir
serangannya itu mengandung kekuatan ratusan kati
beratnya, hembusan angin yang keluar dari tangannya,
cukup untuk menangkis serangan yang betapapun
hebatnya. Tetapi, mengapa pemuda itu berhasil menembusi
hembusan angin hebat itu, dan menyerang dirinya"
Ia masih belum mengerti apa sebabnya sementara itu
Ho Hay Hong sudah melayang lebih tinggi lagi, kemudian
menyambitkan pedang panjangnya.
Sinar putih bagaikan sinar geledek menyambar kearah
kepala Kay see Kimkong, pemimpin golongan rimba hijau
ini yang belum mengerti maksud Ho Hay Hong, buruburu
menundukkan kepalanya dan ketika sinar putih itu
menyambar, hanya terpaut sedikit saja. kepalanya
hampir terpisah dengan tubuhnya.
Kay see Kimkong tidak menduga bahwa Ho Hay Hong
pandai menggunakan ilmu pedang terbang, maka ia tidak
berani memandang ringan lagi. Sambil mengeluarkan
suara bentakan keras, ia maju menyerang lagi.
Dilain pihak, Ho Hay Hong tiba-tiba mengeluarkan
suara dari hidung sampai dua kali.
Pedang yang meluncur kearah Kay see Kim kong,
ketika tidak mengenakan sasarannya, seolah-olah
mendapat perintah, dengan cepat memutar balik, tetapi
kali ini tidak lagi menyerang Kay see Kimkong, sebaliknya
meluncur kearah Giok beng sianseng yang berada
disebelah kiri. Kejadian itu menimbulkan kecurigaan Kay see
Kimkong, ia menghentikan gerakannya dan matanya
ditujukan kepada Giok beng-sianseng.
Waktu itu. Kim ciang Tayhiap yang menjadi lawan
Giok beng Sianseng. Wajahnya nampak pucat pasi
tangannya menekan perut dalam keadaan tengkurep
sedang sikutnya digunakan untuk menunjang badannya,
agaknya terluka parah bagian dalamnya. Sedangkan Giok
beng sianseng berdiri disamping sambil perlihatkan
tertawa iblis, tangannya sudah akan bergerak untuk
menamatkan jiwa lawannya:
Justeru pada saat itulah, sinar perak berkelebat, mata
Kay see Kimkong belum melihat tegas, pedang terbang
itu sudah meluncur kebelakang punggung Giok beng
Sianseng. Ciok beng Sianseng yang sedang memusatkan
perhatiannya hendak menamatkan jiwa lawannya sendiri.
Kay see Kim kong yang mengetahui bahaya mengancam
orangnya, baru saja hendak memberi peringatan, tetapi
sudah tidak keburu dengan disaksikan oleh matanya
sendiri pahlawannya yang menjadi tangan kanannya itu
sudah mengeluarkan suara jeritan ngeri dan jatuh rubuh
di tanah. Kay see Kim kong kesima, ia berdiri tertegun sambil
berpikir: "dia masih begitu muda, darimana kepandaian
yang luar biasa itu?"
Dengan kecepatan luar biasa, Ho Hay Hong
Wanita Iblis 18 Bara Dendam Menuntut Balas Seri Kesatria Hutan Larangan Karya Saini K M Kemelut Di Ujung Ruyung Emas 12
^