Pencarian

Si Pedang Tumpul 1

Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo Bagian 1


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karya : Kho Ping Hoo (1984)
Ebook by Dewi KZ http://kangzusi.com/ atau http://dewi.0fees.net/
Jilid 1 PEGUNUNGAN yang berderet sepanjang sembilan puluh
kilometer itu memang patut dengan namanya yang diberikan
orang sejak ribuan tahun kepadanya, yaitu Gunung Api.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mentakjubkan kalau melihat pegunungan yang berkilauan
merah seperti api membara itu. Baru melihat bentuk dan
warnanya saja sudah menimbulkan perasaan panas, seperti
orang melihat gunung yang terbakar membara. Apalagi kalau
mengingat bahwa di kaki pegunungan itu sebelah selatan
adalah daerah Turfan, daerah yang dikenal sebagai daerah
yang paling panas di seluruh daratan Cina.
Daerah Turfan merupakan daerah berlekuk seperti
mangkuk yang amat rendah letaknya. Kalau para musafir
kelana atau rombongan pedagang yang melawat ke atau
datang dari See-thian (dunia barat, yang dimaksudkan India)
lewat di daerah Turfan yang mereka takuti ini dan
memandang ke utara, mereka semua selalu menganggap
bahwa hawa panas itu tentu datang dari Gunung Api itu!
Sesungguhnya tidaklah demikian. Pegunungan ini tidak
mengandung api, bukan pula gunung berapi. Akan tetapi
pegunungan ini terdiri dari batu padas yang warnanya merah
seperti api membara. Tingginya sekitar lima ratus meter dari
permukaan laut dan tidaklah begitu panas hawanya,
sungguhpun pegunungan padas itu nampak gundul karena
jarang ada tumbuh-tumbuhan yang dapat hidup di sana.
Hanya binatang unta dan kuda dari daerah itu yang
sanggup membawa rombongan kafilah melintasi daerah
Turfan. Kadang-kadang, di tengah hari hawanya demikian
panas menyengat, bahkan lebih panas dari pada hawa di
Gurun Gobi. Namun, tanpa memikirkan hal-hal yang merugikan dan
membahayakan manusia, pemandangan alam di daerah itu
memang amatlah indahnya, keindahan yang tidak bisa
didapatkan di daerah lain. Pantaslah kalau tempat ini oleh
penduduk sekitar daerah yang lebih subur di wilayah itu,
daerah Turfan dianggap sebagai tempat tinggal Dewa Api dan
keluarganya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menurut dongeng, Dewa Api telah melakukan kesalahan di
kahyangan dan oleh Yang Maha Kuasa lalu dibuang ke
Gunung Api, menjadi penunggu pegunungan itu. Indah dan
agung, pegunungan membara yang melintang tiada putusnya,
seolah menjadi benteng penghalang bagi para pedagang dari
timur dan barat. Di sepanjang jalan yang dibuat oleh kafilah, terdapat tulang
rangka manusia dan binatang berserakan, tanda bahwa sudah
banyak korban jatuh ketika melewati daerah Turfan. Maka
timbul ah kepercayaan bahwa Dewa Api telah menyuruh anak
buahnya untuk membantai orang-orang berdosa yang
kebetulan melewati daerah itu. Makin jarang kafilah melalui
daerah ini, dan kalau ada yang berani, tentu rombongan itu
dikawal oleh sepasukan pengawal yang gagah berani dan
berkepandaian tinggi. Matahari telah menggeser ke barat ketika rombongan yang
cukup besar itu memasuki daerah Turfan. Sepuluh ekor unta,
limabelas ekor kuda, membawa tujuhbelas orang dan banyak
barang dagangan. Mereka datang dari timur, hendak menuju
ke barat. Dua orang yang bertubuh gemuk dan menunggang
unta-unta terbesar, adalah dua orang pedagang berbangsa
Han. Lima belas orang berkuda adalah orang-orang Kasak
yang terkenal gagah perkasa dan pandai menunggang kuda
dan pada jaman itu, orang-orang Kasak yang terkenal jagoan
mendapat banyak keuntungan dari pekerjaan mereka sebagai
pengawal-pengawal yang boleh diandalkan.
Dua orang pedagang Bangsa Han itu berusia kurang lebih
lima puluh tahun. Mereka adalah pedagang-pedagang yang
sudah berpengalaman, akan tetapi biasanya mereka
berdagang ke Tibet, Bhutan dan Nepal. Baru sekali ini mereka
menuju ke See-thian untuk berdagang dan membawa barang
dagangan yang amat berharga, antara lain sutera dan batu-
batu mulia yang mempunyai harga tinggi di dunia barat.
Begitu memasuki Turfan, mereka disambut sengatan matahari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang membuat mereka mengeluh dan mereka beberapa kali
menoleh kepada pasukan pengawal untuk mencari tempat
teduh dan beristirahat. Kepala pasukan pengawal, seorang Kasak yang usianya
sudah lima puluh tahun lebih dan bertubuh tinggi kurus,
mengangkat tangan dan menggoyangnya sebagai tanda tidak
setuju. "Kita harus dapat melewati Turfan sebelum malam tiba!"
Dan diapun membunyikan cambuknya di belakang dua ekor
onta itu, membuat dua ekor onta itu terkejut dan melangkah
lebih cepat. Dua orang pedagang di atas punggung onta
terangguk-angguk dan tidak berani membantah karena dalam
perjalanan yang berbahaya itu, mereka harus tunduk kepada
kepala pasukan pengawal yang mengatur keamanan
perjalanan itu. Mereka hanya dapat minum air teh jeruk untuk
melarutkan ketidaksenangan hati mereka. Setelah hati mereka
sejuk kembali, dua orang saudagar itu terangguk-angguk
melenggut di atas unta, sengatan matahari membuat mereka
mengantuk. Tiba-tiba dua orang pedagang itu dikejutkan oleh suara
ribut-ribut. Ketika mereka membuka mata, mereka melihat
betapa sepuluh orang pengawal berkuda sudah mengelilingi
mereka dengan sikap siaga, sedangkan lima orang lain,
dipimpin kepala pengawal berhadapan dengan seorang laki-
laki asing yang berdiri dengan sikap angkuh.
Laki-laki itu berusia hampir enam puluh tahun, tubuhnva
tinggi tegap dengan dada yang bidang. Kedua lengan baju
yang digulung sampai siku membuat sepasang lengan itu
nampak, kekar dan dihias otot melingkar-lingkar. Rambutnya
sudah bercampur uban, diikat ke atas dan tertutup sebuah
caping lebar yang melindungi wajahnya dari sengatan
matahari. Telinganya yang lebar, bukit hidung yang tinggi,
mata sipit yang kedua ujungnya menurun, bentuk pakaiannya,
jelas menunjukkan bahwa pria itu adalah Bangsa Uigur. Suku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Uigur dan suku Kasak merupakan dua suku bangsa yang
paling banyak berada di daerah Sin-kiang atau daerah barat
ini. Dua orang saudagar itu melihat betapa kepala pengawal
marah-marah, dan mengusir orang Uigur itu, agar tidak
menghalang di jalan. Akan tetapi, orang Uigur itu banya
tertawa saja, suara ketawanya lantang dan bernada
meremehkan. Kepala pasukan makin marah dan bersama empat orang
anak buahnya, dia lalu berloncatan turun dari atas kuda
mereka dan menyerang orang Uigur tinggi besar itu dengan
golok mereka. Penghadang itu tidak bersenjata, namun
tubuhnya berkelebatan di antara sinar lima batang golok yang
menyambar-nyambar. Mengherankan dan mengagumkan
sekali melihat tubuh yang tinggi besar itu dapat bergerak
seringan itu, dengan kecepatan gerak seperti. seekor burung
walet saja. "Siapa dia dan mengapa mereka berkelahi?" Saudagar
gendut yang kepalanya botak bertanya kepada seorang
anggauta pengawal terdekat.
"Orang itu perampok."
"Ahhh ...".!" Dua orang saudagar memandang terbelalak
dan muka mereka berubah pucat sekali.
"Tidak perlu khawatir. Sebentar lagi dia tentu dapat
dibunuh," pengawal itu menghibur. Akan tetapi, melihat
betapa perampok itu belum juga dapat dirobohkan dan
gerakannya seperti seekor burung walet saja, sepuluh orang
pengawal yang bertugas melindungi dua orang pedagang itu
sudah berloncatan turun dari atas kuda dan mereka semua
telah mencabut senjata golok melengkung.
Setelah belasan jurus lewat tanpa ada sebatangpun golok
mampu menyentuhnya, perampok tinggi besar itu tertawa
bergelak, kemudian kaki tangannya bergerak cepat dan dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mulai membalas serangan para pengeroyoknya. Dia
memainkan ilmu silat yang aneh, kakinya berloncatan ke sana
sini dan kedua tangannya diputar-putar, seperti gerakan
seekor burung. Akan tetapi akibatnya bukan main!
Empat orang pengeroyok roboh berpelantingan dan tidak
mampu bangkit kembali karena di kepala mereka terdapat
luka berlubang bekas ditembusi jari tangan perampok itu!
Bahkan kepala pengawal juga hanya mampu menghindarkan
maut setelah dia melempar tubuh ke belakang dan
bergulingan menjauh. Kepala pengawal meloncat berdiri dan mukanya menjadi
merah saking marahnya. Dia menudingkan goloknya ke arah
perampok itu. "Siapakah engkau" Orang Uigur biasanya tidak
saling mengganggu dengan kami Bangsa Kasak. Kenapa
engkau hendak mengganggu pekerjaan kami?"
"Ha ha ha! Kalian orang-orang Kasak yang pelit! Aku hanya
menghendaki batu-batu giok (kemala) itu. Serahkan kepadaku
dan kalian boleh ambil semua sisa barangnya. Dua ekor babi
gemuk ini kita sembelih saja!" kata si perampok yang tinggi
besar itu. "Orang rendah! Kami adalah orang-orang Kasak yang
gagah! Kami bukan sahabat orang Han, akan tetapi sekali
kami menerima tugas dan tanggung jawab, akan kami bela
sampai mati! Jangan harap engkau akan dapat mengambil
sepotongpun benda yang kami lindungi sebelum kami
menggeletak sebagai mayat!" pimpinan pengawal Kasak itu
berteriak lantang dengan sikap gagah.
Kemudian dia menoleh ke arah anak buahnya.
"Bentuk barisan pedang bintang!"
Sepuluh orang pengawal yang telah melindungi dua orang
pedagang, kini berloncatan mengepung perampok itu bersama
kepala pasukan, dan mereka membentuk barisan pedang
bintang yang memiliki gerakan teratur, mengelilingi si
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perampok sambil berlarian dan sambil memainkan golok yang
digerak-gerakkan dari atas ke bawah, lalu diputar ke atas
kembali. Gerakan ini mendatangkan sinar berkilauan karena
tertimpa sinar matahari. Akan tetapi, perampok tinggi besar itu tidak menjadi
gentar, bahkan tertawa. Kemudian dia mendengarkan suara
melengking nyaring, menggerak-gerakkan kedua lengannya
dan semua perampok melihat betapa kedua lengan yang
berkulit kecoklatan terbakar sinar matahari itu kini berubah
menjadi merah seperti api membara! Melihat ini, kepala
pengawal terkejut bukan main,
"Kau ...... kau ...... Datuk Besar Tangan Api?" Dia tergagap.
"Bukankah engkau sudah mengundurkan diri bahkan tinggal di
daerah kami Bangsa Kasak dan diterima dengan baik?"
"Ha ha ha, matamu masih awas. Nah, serahkan kemala-
kemala itu dan aku akan mengampuni kalian!" Si Tangan Api
itu berkata. "Bukan watak kami Bangsa Kasak untuk menyerah tanpa
melawan!" kepala pengawal itu berseru. "Kami adalah orang-
orang yang setia kepada tugas sampai mati!"
"Bagus, kalau begitu kalian akan mati!" bentak Si Tangan
Api. Barisan bintang yang terdiri dari sebelas orang itupun
sudah menggerakkan golok mereka dan melakukan
penyerangan dengan serentak dan teratur. Yang mereka sebut
Barisan Pedang Bintang itu sesungguhnya adalah barisan
pedang yang teratur rapi dan mereka mempelajarinya dari
seorang perwira Bangsa Mongol ketika pasukan Mongol
menyerbu ke Barat. Akan tetapi karena mereka biasa
menggunakan senjata golok, maka mereka bukan memainkan
pedang, melainkan golok. Melihat senjata-senjata tajam itu menyambar-nyambar
dengan ganas dan teratur. Si Tangan Api bersikap tenang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja, bahkan senyumnya tak pernah meninggalkan bibir. Dia
menggunakan kedua tangannya yang telanjang sampai ke
siku, kedua lengan yang kulitnya kemerahan seperti api
membara, seperti Gunung Api yang nampak dari situ. Ketika
dia menggerakkan kedua lengan menangkis, maka terdengar
suara berdenting seolah-olah kedua lengan itu terbuat dari
pada baja! Dan setiap kali lengannya menangkis, pada saat
golok lawan terpental, secepat kilat tangan kedua menyambar.
"Bukk!" Yang terpukul berteriak, tubuhnya terjengkang dan
tak mampu bergerak lagi. Bagian tubuh yang terkena pukulan
tangan terbuka itu seperti terbakar dan ada bekas telapak
tangan di bagian itu, dan orangnya tewas seketika!
Teriakan susul menyusul dan sebelas orang pengeroyok itu
roboh satu demi satu! Si Tangan Api menyapu dengan
pandang matanya. Melihat lima belas orang Kasak itu sudah
roboh semua dan tidak ada yang bargerak lagi, diapun
mengangkat muka ke atas lalu tertawa bergelak, suara
ketawanya bergema sampai jauh.
Dua orang saudagar yang menjadi ketakutan, sudah
merosot turun dari onta mereka dan melihat seluruh pengawal
mereka tewas, mereka lalu melarikan diri. Perut mereka yang
gendut bergayutan dan karena tidak biasa bekerja keras apa
lagi lari, mereka jatuh bangun dan belum ada seratus langkah,
mereka sudah terengah-engah kehabisan napas. Melihat
mereka lari, Si Tangan Api mengangkat tangan kanan ke atas
dan dia berteriak lantang, suara?nya berpengaruh.
"Hei i ....! Kalian berdua, berhenti .....!!"
Mendadak saja dua orang yang lari terhuyung-huyung itu
berhenti, seolah kaki mereka mendadak melekat pada tanah
yang mereka injak. "Kembalilah kalian ke sini!" teriak pula Si Tangan Api.
Teriakan itu membuat mereka semakin ketakutan. Mereka
ingin melarikan diri secepatnya, ingin meninggalkan tempat itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sejauhnya. Akan tetapi sungguh aneh. Kaki mereka bukan saja
tidak mau diajak berlari, bahkan kini kaki itu membawa
mereka membalik dan berlawanan dengan kehendak mereka,
kedua kaki mereka melangkah menghampiri perampok yang
telah membunuh semua pengawal mereka.
Tentu saja kedua orang ini menggigil ketakutan ketika
berdiri di depan perampok yang memandang kepada mereka
sambil tersenyum itu. Mereka merasa bingung dan tidak tahu
apa yang harus mereka lakukan. Mereka merasa seperti dalam
mimpi dan tidak dapat menguasai lagi tubuh mereka.
"Berlututlah kalian!" teriak pula Si Tangan Api.
Kini kedua orang itu menjatuhkan diri berlutut. Bukan saja
karena kaki mereka menghendaki demikian, akan tetapi juga
karena rasa takut yang menghantui hati. Si Tangan Api
menggunakan kakinya menendang dua batang golok yang
banyak berserakan di situ, ke arah dua orang saudagar itu.
"Kalian ambil golok itu!"
Sungguh aneh. Perintah ini tak mungkin dapat dibantah.
Dua orang pedagang itu, di luar kemauan mereka,
menjulurkan tangan mengambil golok pada gagangnya.
"Nah, sekarang kalian bunuh diri dengan golok itu! Penggal
leher kalian sendiri!"
Perintah yang aneh. Tentu saja dalam hati kecil mereka,
dua orang saudagar ini menentang dan tidak mau, akan
tetapi, kekuatan yang amat besar mendorong dalam benak
mereka, dan tanpa dapat dicegah lagi, tangan yang
me?megang golok itu mengayun golok dan dua orang
pedagang itu menebas leher sendiri dengan golok di tangan
masing-masing. Mereka tak sempat mengeluarkan suara,
roboh mandi darah yang bercucuran keluar dari luka parah di
leher mereka! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha ha ha, bagus! Ilmu silatku, tenagaku, dan ilmu sihirku,
semua masih ampuh, ha ha ha!"
Sambil tertawa-tawa dia lalu memeriksa semua barang
bawaan, mengambil kantung terisi perhiasan emas permata
dan terutama sekali ukiran batu giok (kemala), memilih tiga
ekor kuda, meloncat ke atas punggung seekor kuda dan
menarik tali kendali dua ekor yang lain lalu dia melarikan kuda
meninggalkan tempat itu. Sunyi senyap di tempat pembantaian manusia itu. Sunyi
yang mencekam dan mengerikan. Tiga ekor burung semacam
rajawali terbang lalu dan mereka mengeluarkan bunyi mencicit
panjang. Agaknya tiga ekor burung itu ikut merasa ngeri dan
prihatin menyaksikan akibat ulah manusia yang dikenal
sebagai mahluk paling mulia dan paling tinggi derajatnya di
seluruh permukaan bumi. Bagi burung-burung itu, tidak ada mahluk yang lebih ganas
dari pada manusia. Manusia membunuhi mahluk lain hanya
demi mengejar kepuasan dan kese?nangan, bukan karena
kebutuhan mutlak. Hawa udara yang biasanya memang amat panas itu
menjadi semakin panas. Nafsu adalah api yang paling panas,
yang dapat membakar segala dengan liar, apabila tidak
terkendali. Bahkan matahari bersembunyi di balik segumpal
awan, seolah merasa malu melihat apa yang terjadi di daerah
Turfan itu. Hanya untuk sekantung emas permata, seorang manu?sia
tega membunuh tujuh belas orang manusia lain dengan hati
dan tangan dingin. Hanya untuk merampas sekantung benda
mati, karena benda itu dianggap akan dapat mendatangkan
kesenangan dan kepuasan bagi gairah nafsunya.
Kurang lebih sejam setelah Si Tangan Api pergi, muncul
tiga orang pria lain di daerah yang panas itu. Usia mereka
sekitar lima puluh tahun dan mereka berpakaian seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendeta atau pertapa, pakaian yang amat sederhana dari kain
kasar berwarna putih dan kuning.
Di daerah barat ini, di mana terdapat banyak pertapa yang
mengasingkan diri dari kehidupan ramai, kehadiran tiga orang
ini tentu bukan merupakan hal yang aneh lagi. Akan tetapi
kalau mereka berada di timur, dunia persilatan akan mengenal
mereka dengan baik karena mereka ini merupakan tiga orang
manusia sakti yang dijuluki Sam Sian (Tiga Dewa)!
Biarpun mereka bertiga itu tidak pernah muncul berbareng
selama ini di dunia persilatan, namun karena ketiganya
merupakan orang-orang sakti yang sukar dicari bandingnya,
maka mereka mendapat julukan Sam Sian. Mereka juga jarang
sekali muncul di dunia ramai semenjak mereka mengundurkan
diri belasan tahun yang lalu.
Ciu-sian (Dewa Arak) diberikan sebagai julukan Tong Kui
yang bermuka selalu kemerahan seperti orang mabok.
Wataknya ugal-ugalan seperti mabok, perutnya gendut
walaupun tubuhnya tidak terlalu gemuk sehingga dia nampak
seperti kanak-kanak bertubuh besar yang berpenyakit
cacingan. Pakaiannya penuh tambalan.
Dilihat sepintas lalu, tidak ada apa-apanya yang
mengesankan. Namun, orang ini memiliki ilmu kepandaian
silat tangan kosong yang sukar ditemukan keduanya, dan
diapun memiliki sin-kang (tenaga sakti) dan ginkang (ilmu
meringankan tubuh) yang dahsyat.
Orang ke dua bersama Louw Sun. Dia dijuluki Kiam-sian
(Dewa Pedang) karena memang ilmu pedangnya sukar
dikalahkan, bahkan belum pernah ada yang mampu
menandinginya selama ini. Mukanya kekuningan tubuhnya
tinggi kurus. Biarpun julukannya Dewa Pedang, namun tidak nampak dia
membawa pedang seperti para pendekar lainnya yang
menaruh pedang di punggung atau di pinggang. Selain ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedang dia juga ahli banyak macam ilmu silat, ahli pula
tentang filsafat Agama To, kepalanya dilindungi sebuah caping
lebar dan pakaiannya yang juga sederhana itu nampak bersih.
Orang ke tiga bernama Thio Ki dan dia dijuluki Pek-mau-
sian (Dewa Rambut Putih). Entah mengapa, sejak berusia
tigapuluh tahun rambutnya telah berubah putih semua.
Wajahnya tampan dan dia selalu tersenyum ramah sehingga
rambut yang kesemuanya putih itu tidak membuat dia nampak
tua. Tubuhnya kurus sedang dengan pakaian yang terbuat
dari kain sederhana akan tetapi potongannya rapi walaupun
tetap longgar seperti pakaian pendeta. Di pinggangnya terselip
sebuah kipas bergagang gading, lagak dan bicaranya
menunjukkan bahwa dia seorang sasterawan atau setidaknya
terpelajar. Penampilannya menunjukkan seorang yang lemah. Akan
tetapi justeru penampilannya ini yang menyembunyikan
kepandaian hebat. Selain ahli silat yang tingkatnya tidak di
bawah dua orang rekannya. Dewa Rambut Putih inipun
memiliki ilmu sihir yang cukup kuat!
Tiga orang sakti itu segera melibat beberapa ekor kuda
yang berlarian liar. Kuda-kuda itu masih dipasangi kendali.
Tentu saja mereka merasa penasaran, bahkan mereka dapat
menduga bahwa para penunggangnya tentu akan kehilangan.
Dan peristiwa ini membuktikan adanya kejadian yang tidak
wajar. Merekapun tanpa bicara lagi lalu menggunakan ilmu
berlari cepat, menuju ke arah dari mana datangnya kuda-kuda
itu. Tak lama kemudian mereka sudah tiba di tempat
pembantaian tadi. Mereka menghampiri dan sejenak
mengamati mayat-mayat itu dan tahu bahwa mereka itu
menjadi korban pembantaian.
"Siancai (damai) .....! Di mana-mana nafsu menguasai
manusia sehingga terjadi kejahatan keji! Sungguh
menyedihkan sekali, siancai......!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiam-sian Louw Sun menarik napas panjang.
"Pek-mau-sian, engkau pernah bilang bahwa seluruh alam
mayapada ini berputar karena keseimbangan antara Im
(negatif) dan Yang (positif). Kalau tidak ada malam, mana ada
siang" Kalau tidak ada kejahatan, mana ada kebajikan" Yang
disebut baik baru ada kalau ada keburukan. Nah, kenapa
sekarang engkau merasa bersedih?"
"Ha ha ha ha!" Ciu-sian Tong Kui tertawa sambil berjalan di antara mayat-mayat yang ber?serakan dan barang-barang
dagangan yang serba mahal juga berserakan, di antaranya
gulungan sutera-sutera indah. "Mati bukan persoalan, semua
manusia mesti mati. Hanya, cara kematian itulah yang
penting! Mereka semua ini mati konyol namanya, mati
penasaran dan roh-roh mereka menjadi setan penasaran!"
Tiba-tiba Dewa Arak itu berhenti tertawa.
"Ihhh ....! Dia ini belum mati," teriaknya.
Dua orang rekannya berkelebat cepat dan kini mereka
bertiga sudah berjongkok dekat tubuh kepala pengawal. Dia
memiliki tubuh yang lebih kuat dari pada kawan-kawannya,
maka kalau semua anak buahnya mati seketika terkena
hantaman lawan, dia roboh dan masih dapat bertahan.
Setelah tiga orang sakti itu memeriksanya sejenak, tahulah
mereka bahwa orang ini tidak mungkin dapat diselamatkan
pula. Ciu-sian Tong Kui menotok jalan darah di tengkuk dan
kedua pundak, mengurut dada dan kepala pengawal itu
mengeluh lirih, membuka kedua matanya dan memandang
tiga wajah di atasnya itu dengan mata kuyu.
"Apa yang terjadi " Siapa yang membunuh kalian?" tanya
Dewa Pedang. Si kepala pengawal memejamkan mata, mengerahkan
tenaga terakhir, membuka matanya lagi dan dengan sukar
mulutnya bergerak mengeluarkan suara yang parau setelah
dia muntah darah menghitam. "Si ...... Tangan ....... Api ....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia terkulai dan matanya terpejam. Tiga orang itu
terbelalak dan kelihatan bersemangat ketika mendengar
disebutnya nama Si Tangan Api. Melihat keadaan orang yang
terluka parah itu, Dewa Rambut Putih segera mengerahkan
kekuatan batinnya, mengusap muka dan dada orang itu. Dan,
sungguh aneh, kepala pengawal yang tadi kelihatan sudah
putus napasnya itu membuka matanya yang sudah kosong
sinar, seperti orang mimpi saja.
"Cepat katakan, di mana Si Tangan Api?" kata Dewa
Rambut Putih, suaranya tidak wajar, melengking dan penuh
getaran yang berwibawa. Kiranya orang sakti ini sedang
mempergunakan seluruh tenaga dan kekuatan sihirnya untuk
memberi dorongan semangat sehingga pada saat terakhir
orang yang sudah sekarat itu masih akan dapat memberi
keterangan yang di nginkannya.
"......... di ..... Yin-ning .... Yi-li ......" Hanya sekian orang itu dapat bicara. Dia terkulai dan tewas. Akan tetapi, disebutnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yin-ning dan Yi-li itu saja sudah cukup bagi Tiga Dewa. Sudah
berbulan-bulan mereka berkeliaran di daerah barat ini, bahkan
menjelajahi Tibet dan Sin-kiang untuk mencari satu orang
saja, yaitu Si Tangan Api! Mereka tahu bahwa Yin-ning adalah
sebuah kota yang terdapat di daerah Yi-li, daerah yang
menjadi pusat tempat tinggal orang-orang Kasak.
Siapakah Tiga Dewa dan apa hubungan mereka dengan Si
Tangan Api" Seperti telah kita ketahui, Tiga Dewa adalah tiga
orang tokoh persilatan yang memiliki ilmu kepandaian tinggi.
Akan tetapi sebetulnya sejak belasan tahun yang lalu, mereka
telah menarik diri dari dunia persilatan, tekun bertapa untuk
memajukan perkembangan jiwa mereka.
Akan tetapi, akhirnya mereka keluar juga ketika mereka
mendengar bahwa di dunia persilatan terjadi kegemparan. Di
dunia persilatan muncul ah seorang jagoan, seorang datuk
kaum sesat yang berjuluk Si Tangan Api.
Bukan saja datuk ini menguasai dunia kang-ouw (sungai
telaga atau dunia persilatan), akan tetapi juga dia
menggunakan ilmu kepandaiannya yang hebat untuk
menalukkan para pimpinan perguruan perguruan silat besar
seperti Kun-lun-pai, Bu-tong-pai, Kong-thong-pai, bahkan
berani menghina pimpinan Siauw-lim-pai! Mendengar akan hal
ini, Tiga Dewa terpaksa keluar dart tempat pertapaan mereka
dan memenuhi permintaan para pimpinan perguruan-
perguruan silat itu untuk menghadapi Si Tangan Api!
Akan tetapi, mereka terlambat. Si Tangan Api telah
melarikan diri setelah melakukan hal yang amat
menggemparkan, yaitu dia telah memasuki gudang pusaka
dari istana kaisar dan mencuri belasan buah benda pusaka!
Tentu saja Kaisar Thai-cu, yaitu kaisar pertama Dinasti Beng
menjadi amat marah dan melalui para jagoan-jagoan istana
dan penasihatnya, Kaisar Thai-cu juga minta bantuan Tiga
Dewa untuk menangkap Si Tangan Api dan merampas kembali
benda-benda pusaka itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, Tiga Dewa lalu melakukan penyelidikan dan
mereka mengikuti jejak Si Tangan Api yang memboyong
keluarganya ke barat. Akan tetapi, di barat, mereka
kehilangan jejak. Mereka mencari-cari sampai berbulan-bulan
lamanya, namun belum juga berhasil menemukan datuk sesat
yang mereka cari itu. Kalau di timur, dunia persilatan mengenal Si Tangan Api
sehingga akan mudah mencari jejaknya. Akan tetapi di daerah
barat ini, agaknya tak seorangpun mengenal namanya.
Akhirnya, tibalah mereka di Turfan, dan secara kebetulan
saja mereka melihat korban keganasan tangan Si Tangan Api
dan kebetulan pula seorang di antara para korban itu masih
sempat memberi keterangan kepada mereka sebelum mati.
Setelah mendengar keterangan dari kepala pengawal itu,
tiga orang sakti saling pandang, kemudian Ciu-sian Tong Kui
tertawa bergelak-gelak. "Ha ha ha ha, akhirnya Tuhan berkenan mengulurkan
bantuan kepada kita!"
"Hwe-siang-kwi (Iblis Tangan Api), sekali ini engkau tidak
akan lolos dari tanganku!" kata pula Kiam-sian Louw Sun
sambil meraba gagang pedang yang tak pernah meninggalkan
pinggangnya. Tidak nampak dari luar dia membawa pedang,
namun sesungguhnya, sebatang pedang yang aneh, pedang
yang lentur tipis, melilit pinggang dalam sarung pedang dari
kulit ular. Pek-mou-sian Thio Ki tersenyum lebar dan menengadah
memandang langit. "Pohon yang buruk, cepat atau lambat, pasti akan
menghasilkan buah yang buruk pula. Setiap kejahatan
membawa hukumannya sendiri, seperti setiap kebaikan


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membawa pahalanya sendiri. Tuhan Maha Adil dan Maha
Kuasa." Tiraikasih Website http://kangzusi. com/
"Bagaimana dengan mayat-mayat ini" Kita tidak mungkin dapat meninggalkan mereka begini saja," kata Dewa Arak.
"Engkau benar, Ciu-sian. Akupun tidak tega membiarkan mereka seperti itu," Dewa Pedang membenarkan. " Entah bagaimana pendapat Pek-mou-sian,"
"Tentu saja kita harus mengubur mayat-mayat itu lebih dulu." jawab Dewa Rambut Putih.
"Kenapa tidak dibakar saja, Pek-mou-sian" " tanya Ciu-sian Si Dewa Arak.
"Sama saja. Jasmani kita terdiri dari empat unsur, api, air, tanah, dan udara. Setelah jasmani ditinggalkan jiwa, dia kembali ke asalnya, empat unsur Air kembali kepada sumbernya. Dalam keadaan seperti ini, paling mudah dan tepat kalau kita mengubur mereka. Untuk membakar mereka, kita kekurangan bahan bakar dan akan makan waktu, sedangkan kita perlu segera mencari Si Tangan Api ke daerah Yi-li."
Dua orang yang lain mengangguk setuju. Di antara mereka bertiga, memang Dewa Rambut Putih yang paling pandai mengeluarkan pendapat dan mengambil keputusan. Tiga orang sakti itu lalu bekerja dengan cepat menggali lubang yang besar, menggunakan golok-golok yang berserakan di situ. Sebelum senja tiba, mereka sudah selesai mengubur tujuh belas mayat itu ke dalam sebuah lubang yang besar dan menimbuni lubang itu.
Kemudian merekapun meninggalkan tempat itu untuk melakukan pengejaran terhadap Si Tangan Api. Dewa Arak tidak lupa untuk mengambil beberapa meter sutera putih dan kuning untuk pengganti pakaian mereka kelak kalau ada kesempatan untuk membuatnya.
0oo0 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Daerah Yi-li adalah nama yang diberikan kepada daerah
subur di lembah Sungai Yi-li yang letaknya di perbatasan Cina
bagian barat laut. Lembah itu amat subur. Terbentang luas
padang yang hijau dan subur, indah permai. Padang inilah
yang disebut daerah Yi-li, termasuk daerah Sin-kiang dan di
daerah ini menjadi pusat tempat tinggal Suku Bangsa Uigur
dan Kasak. Dua suku bangsa ini merupakan penghuni yang paling
besar jumlahnya dan yang sudah turun-temurun tinggal di
daerah itu. Masih banyak lagi terdapat suku-suku bangsa yang
kecil-kecil jumlahnya, seperti Suku Mongol, Hui, Mancu,
Usbek, Tatar, Sipo, dan lain-lain. Bahkan ada pula Suku Han
yang merupakan suku terbesar dan mengaku sebagai pribumi
di Cina. Namun di daerah Yi-li, Bangsa Han merupakan kelompok
kecil saja walaupun tentu saja mereka terpandang karena
setelah kekuasaan Mongol jatuh, kini Cina kembali dikuasai
oleh kerajaan baru yang disebut Dinasti Beng (Terang),
dipimpin oleh orang-orang Han. Pada hal, kalau ditelusur
benar-benar silsilah seseorang, sukarlah dipastikan bahwa
seseorang itu benar-benar aseli!
Pernikahan antar suku sudah terjadi sejak ribuan tahun
yang lalu, apa lagi dalam sebuah negara yang daerahnya luas
dan memiliki suku yang puluhan banyaknya. Akan tetapi,
rupa-rupanya kaum peranakan, keturunan dari hasil kawin
campuran itu tetap mempertahankan kelas mereka dan
mengaku sebagai Suku Han, karena agaknya cap pribumi
mendatangkan semacam perasaan unggul dan bangga.
Mereka lupa atau sengaja lupa bahwa di dalam tubuh mereka
mengalir darah bermacam suku, hasil pernikahan nenek
moyang mereka dengan suku-suku lain, baik dari pihak nenek
moyang ayah maupun ibu. Di daerah Yi-li, yang paling kuat karena terbanyak
jumlahnya adalah Suku Kasak dan Suku Uigur. Mereka hidup
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkelompok dan berpisah, namun dalam kehidupan sehari-
hari. karena kebutuhan, mereka bergaul. Di dalam pasar
mereka bersatu, juga warung-warung teh dan rumah-rumah
makan menjadi tempat pertemuan dan pergaulan antar suku
yang tidak membeda-bedakan.
Kota Yin-ning adalah sebuah kota di daerah Yi-li yang
dihuni sebagian besar oleh orang-orang Kasak. Namun di kota
inipun tinggal banyak orang dari suku bangsa lain, terutama
Suku Bangsa Uigur yang sebagian besar beragama Islam.
Biarpun ada kemiripan pada wajah dan kulit mereka,
namun mudah membedakan mereka dari pakaian mereka,
terutama pelindung kepala. Orang-orang Uigur yang
beragama Islam yang pria hampir semua mengenakan
semacam peci berwarna putih atau hitam atau juga belang-
belang seperti kulit harimau, sedangkan wanitanya sebagian
besar berkerudung dengan warna-warni indah.
Suku Kasak ada pula yang berpeci, akan tetapi banyak
yang memakai kain pembungkus kepala. juga pakaian mereka
berbeda, dan topi para wanitanya terbuat dari bulu. Para
prianya, banyak pula yang mengenakan topi bulu domba, dan
Suku Kasak ini terkenal tangkas dan pandai menunggang
kuda. Sebaliknya Suku Uigur lebih ahli memelihara ternak
domba dan bertani. Selain kota Yin-ning, di daerah Yi-li terdapat banyak kota
lain seperti Cau-su, Capu-cai, Sui-ting dan lain-lain. Akan
tetapi kota Yin-ning terletak di lereng bukit yang indah
pemandangan alamnya dan sejuk hawanya. Pegunungan di
sana menghasilkan rumput yang baik dan padang-padang
rumput terbentang luas di lereng-lereng bukit, di antara
pohon-pohon cemara yang rimbun dan menjulang tinggi.
Sungguh merupakan tempat yang menguntungkan sekali
bagi para pemelihara ternak. Maka, terkenal ah bulu-bulu
domba yang gemuk dan halus dari daerah Yi-li, sehingga bulu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
domba merupakan hasil besar yang dikirim ke barat dan ke
timur. Juga hasil panen gandum dari sawah ladang, dan buah-
buahan dari kebun-kebun, membuat penduduk daerah Yi-li
pada umumnya dan kota Yin-ning pada khususnya, hidup
berkecukupan, bahkan boleh dibilang makmur untuk ukuran
kehidupan di daerah pegunungan.
Penghuni pegunungan tidak dikejar banyak kebutuhan.
Bagi mereka, asalkan keluarga dalam keadaan sehat cukup
makan dan pakaian, mempunyai rumah yang kokoh, mereka
merasa kecukupan. Untuk bergembira, mereka secara
berkelompok seringkali mengadakan pertemuan, menikmati
hasil panen, makan hidangan berupa masakan sendiri dan
buah-buahan dari kebun sendiri, minuman buatan sendiri, dan
mereka menari dan bernyanyi di bawah sinar bulan. Apa lagi
yang dikehendaki seseorang dalam hidupnya"
Keluarga Si Tangan Api tinggal di sudut kota Yin-ning,
memiliki pekarangan dan kebun yang luas. Si Tangan Api
datang kurang lebih setahun yang lalu, bersama seorang isteri
dan seorang anak laki-laki, dan dia membeli rumah besar
dengan pekarangan besar itu, lalu tinggal di situ sebagai
orang yang dianggap kaya. Si Tangan Api ini adalah keturunan
Uigur yang belum beragama Islam, melainkan Agama Hindu
karena sejak muda dia merantau ke India dan berguru kepada
orang-orang sakti di India.
Namanya Se Jit Kong dan setelah pulang dari India, dia
langsung mengembara ke daratan Cina sebelah timur dan
muncul sebagai seorang jagoan, seorang datuk! Dia malang
melintang di sepanjang perjalanan dari daerah barat ke timur,
bahkan namanya terkenal sampai di kota raja Nan-king.
Dia bukan saja terkenal dengan ilmu silatnya dan juga
tenaganya yang dahsyat, akan tetapi terkenal pula dengan
ilmu sihirnya. Kemenangan demi kemenangan membuat dia
tekebur dan sombong, bahkan dia mengangkat diri menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jagoan nomor satu di dunia. Dia bahkan berani mendatangi
partai-partai persilatan besar seperti Go-bi-pai, Kun-lun-pai,
Bu-tong-pai bahkan Siauw-lim-pai untuk menantang para
pimpinan perguruan silat, dan telah membunuh beberapa
orang tokoh penting di dunia persilatan.
Para pendekar menjadi marah, namun sebegitu jauh belum
ada seorangpun pendekar yang mampu menandingi Si Tangan
Api. Akhirnya, karena maklum bahwa dia dimusuhi para
pendekar dia mengambil keputusan untuk kembali ke barat.
Apa lagi dia sudah mulai tua, sudah hampir enam puluh tahun
usianya dan dia ingin hidup tenang di kampung halamannya,
yaitu di daerah Yi-li. Akan tetapi, bukan Si Tangan Api kalau dia pergi begitu
saja tanpa meninggalkan nama besar dan perbuatan yang
menggemparkan. Dia menyelundup ke dalam gudang pusaka
milik Kaisar dan mencuri belasan buah benda pusaka yang
amat berharga. Gegerlah kota raja, dan berita tentang
perbuatan Si Tangan Api ini segera terdengar di seluruh dunia
kang-ouw. Di Yin-ning, Se Jit Kong terkenal sebagai seorang hartawan,
bahkan dia segera memperlihatkan kepandaiannya dan
ditakuti orang. Nama julukannya Si Tangan Api segera dikenal orang di
seluruh Yi-li. Akan tetapi, berkat permintaan isterinya, di Yi-li
dia tidak pernah melakukan kejahatan dan hidup tenang
tenteram seperti yang diidamkannya.
Isteri Se Jit Kong adalah seorang wanita, yang jauh lebih
muda, berusia duapuluh delapan tahun dan memiliki
kecantikan yang khas Suku Uigur. Wanita Uigur memang
memiliki kecantikan yang khas, manis dan anggun.
Se Jit Kong amat sayang kepada isterinya ini, dan hal ini
nampak dalam kehidupan mereka sehari-hari. Bahkan datuk
itu memanjakan isterinya, membelikan banyak pakaian sutera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang indah-indah, juga perhiasan yang mahal-mahal. Dan
wanita itupun kelihatan mencinta suaminya, walaupun ia
pendiam dan tidak pernah mau bercerita tentang keadaan
keluarganya. Suami isteri ini mempunyai seorang anak laki-laki yang
berusia sepuluh tahun, diberi nama Sin Wan oleh ayahnya.
Datuk besar itu amat sayang kepada Sin Wan dan sejak
berusia lima tahun, anak itu telah digembleng oleh ayahnya
sehingga kini dalam usia sepuluh tahun dia telah menjadi
seorang anak yang bertubuh kuat dan pandai bersilat.
Akan tetapi sungguh jauh bedanya dengan watak ayahnya.
Kalau ayahnya seorang datuk yang keras hati dan suka
mencari musuh, ingin menonjol dan paling jagoan, sebaliknya
Sin Wan seorang anak yang pendiam dan sama sekali tidak
bengal, bahkan penurut sekali, terutama terhadap ibunya.
Mungkin dia mewarisi watak ibunya yang juga pendiam dam
lembut, wanita yang tidak pernah kelihatan marah, dan tidak
pernah pula kelihatan ribut dengan suaminya.
Tentu saja sebagai suami isteri, pernah Ju Bi Ta ribut
dengan suaminya. Hanya karena ia seorang wanita yang
sopan dan lembut, ia tidak pernah mau ribut di depan orang
lain, bahkan tidak mau ribut dengan suaminya di depan anak
mereka. Kalau sudah di kamar berdua, barulah wanita yang
lembut ini menegur dan memprotes suaminya dan kalau
sudah begitu, biasanya datuk besar yang keras hati dan keras
kepala ini selalu tunduk dan mengalah!
Setelah setahun tinggal di Yin-ning dan hidup dengan
tenteram, pada suatu hari Se Jit Kong pergi meninggalkan
rumahnya. Dia berpamit kepada isterinya bahwa dia hendak
pergi mengunjungi sahabat-sahabat lamanya di daerah
Turfan, di sekitar pegunungan Api.
"Ilmuku Tangan Api kudapatkan di pegunungan itu pula.
Aku ingin melihat apakah guruku masih berada di sana, dan
aku ingin menjenguk teman-temanku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Se Jit Kong pergi selama sebulan dan ketika dia kembali,
dia disambut oleh isteri dan puteranya dengan gembira. Akan
tetapi malam hari itu, setelah Sin Wan tidur di kamarnya
sendiri dan suami isteri itu tinggal, berdua saja di kamar
mereka, Ju Bi Ta nampak marah-marah kepada suaminya.
"Bukankah engkau sudah berjanji bahwa engkau akan cuci
tangan, tidak lagi melakukan kejahatan di sini" Lupakah
engkau akan janjimu kepadaku" Di timur engkau telah
mengganas dan terkenal sebagai seorang datuk besar, tidak
pantang melakukan segala bentuk kekejaman. Akan tetapi di
sini, kita berada di antara bangsa sendiri. Aku akan merasa
malu sekali kalau di sini aku dikenal sebagai isteri seorang
penjahat besar!" "Ah, kekasihku, isteriku yang manis. Kenapa engkau
marah-marah" Lihat, kepergianku untuk mencarikan benda-
benda yang amat indah untukmu. Lihat emas permata dan
batu-batu giok ini. Tak ternilai harganya. Semua ini
kuserahkan kepadamu, semua untukmu, sayang."
"Tidak sudi aku!"
Ju Bi Ta yang biasanya kelihatan pendiam dan lembut itu,
kini benar-benar marah, mukanya kemerahan dan matanya
bersinar-sinar menatap wajah suaminya, lalu melihat ke arah
peti hitam terbuka yang berisi emas permata dan batu kemala
itu. Ia menuding ke arah peti itu. "Dari mana engkau mencuri
atau merampok benda-benda ini" Aku seperti melihat barang-
barang itu bergelimang dan berlepotan darah! Kembalikan,
aku tidak sudi menerimanya!"
"Bi Ta, isteriku yang kucinta, jangan begitu. Sungguh mati,
aku tidak merampasnya dari orang-orang di sini. Aku sudah
memenuhi janji, tidak membikin ribut di sini. Aku
merampasnya dari kafilah orang Han di dekat Gunung Api
sana, tidak ada orang tahu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita cantik itu mengerutkan alisnya. "Tidak ada orang
tahu" Apakah engkau ini bukan orang" Iblis barangkali" Dan
bagaimanapun juga, Tuhan melihat dan mengetahuinya! Ya
Al ah! Sampai kapankah engkau akan menyadari semua
kesalahanmu" Sampai kapankah engkau akan bertaubat dan
minta ampun kepada Al ah?"
"Sudahlah, kalau engkau belum mau menerimanya,
maafkan aku, isteriku. Biar kusimpan dulu benda-benda ini,
akan tetapi jangan kau marah kepadaku. Aku hanya
merampas benda-benda ini untuk menyenangkan hatimu,
sayang," "Se Jit Kong, kalau engkau ingin menyenangkan hatiku,
jangan lakukan kejahatan lagi, bertaubatlah kepada Al ah,
bahkan pergunakan kepandaian yang kaumiliki untuk
melakukan darma bakti kepada Al ah, untuk menolong sesama
umat manusia, menderma kepada fakir miskin, menentang
yang jahat dan membela yang lemah tertindas. Kalau engkau
mau bersikap seperti itu, sungguh hatiku akan senang sekali."
"Baiklah ........ baiklah, aku berjanji. Isteriku manis, coba
kauingat saja, bukankah selama sepuluh tahun ini aku selalu
memegang janjiku terhadap dirimu" Bagaimana sikapku
terhadap dirimu, dan terhadap anak kita Sin Wan" Pernahkah
aku melanggar janji?"
Wanita itu termenung di tepi pembaringannya dan
beberapa kali ia menarik napas panjang,
"Kalau engkau tidak memegang janji, apakah kaukira aku
masih suka hidup sampai sekarang" Engkau memang
memenuhi janjimu itu, akan tetapi di luaran, engkau tiada
hentinya menggunakan kekerasan untuk memaksakan
kehendakmu. Bahkan di sinipun, biar engkau tidak melakukan
kejahatan, akan tetapi engkau memamerkan kepandaian
sehingga sebentar saja semua orang Kasak tahu belaka bahwa


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

engkau adalah Si Tangan Api yang ditakuti itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Se Jit Kong menarik napas panjang dan menyimpan
kembali peti hitam itu. Dia sendiri seringkali merasa heran
mengapa terhadap isterinya ini, dia seperti kehilangan semua
kekerasan hatinya, kehilangan semua keangkuhannya, bahkan
kehilangan semangat. Dia tahu bahwa tanpa Ju Bi Ta, hidupnya tidak ada artinya.
Bahkan dia harus mengakui dalam hati bahwa semua
perbuatan yang dia lakukan, untuk menjadi orang gagah
nomor satu di kolong langit, mengumpulkan benda-benda
pusaka dan benda berharga, semua itu dia lakukan demi
isterinya, dan menyenangkan hati isterinya!
"Baiklah, isteriku yang baik. Mulai saat ini aku akan
mentaati semua kehendakmu. Engkau lihatlah, mulai
sekarang, harimau yang ganas ini akan berubah menjadi
domba yang lemah dan jinak."
Dia menghampiri isterinya dan merangkul. Ju Bi Ta
memejamkan matanya dan seperti biasa, ia tidak pernah
menolak menerima tumpahan kasih sayang suaminya. Ia
seorang isteri yang baik, yang tidak pernah mengurangi
kewajibannya, dan biarpun baru saja ia menegur dan marah
kepada suaminya, kini ia siap melayani suaminya dengan
pasrah. Malam itu, Sin Wan asyik dengan oleh-oleh ayahnya, yaitu
sebuah kitab dongeng sejarah. Sejak kecil, oleh ibunya Sin
Wan diharuskan mempelajari ilmu sastera, sehingga dalam
usia sepuluh tahun, dia sudah pandai baca tulis.
Ketika mereka tinggal di timur, ibunya mengundang
sasterawan untuk mengajarnya. Selain itu, Ju Bi Ta juga
mengharuskan dia membaca kitab-kitab Agama Buddha, kitab-
kitab guru besar Khong Cu, juga ibu yang bijaksana ini
mengajarkan pembacaan ayat kitab Al Quran. Ibunya
mengajarkan budi pekerti, sehingga biarpun sejak kecil anak
itu digembleng ilmu silat oleh ayahnya, namun dia tetap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berwatak lembut, percaya dan memuja Tuhan Al ah, pencipta
seluruh alam mayapada berikut isinya.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali muncul belasan
orang di pekarangan rumah keluarga Se Jit Kong. Mereka
adalah belasan orang laki-laki yang berusia antara tiga puluh
sampai lima puluh tahun dan semua kelihatan gagah perkasa.
Dari sikap, pakaian dan senjata yang ada pada mereka mudah
diduga bahwa mereka adalah orang-orang yang biasa
bertualang di dunia kang-ouw (sungai telaga) orang-orang
yang sudah biasa hidup keras mengandalkan kepandaian silat,
ketebalan kulit dan kekerasan tulang.
"Hwe-ciang-kwi (Iblis Tangan Api) Se Jit Kong, keluarlah
dari tempat persembunyianmu!" teriak seorang di antara tiga
belas orang itu yang usianya sudah lima puluh tahun,
bertubuh tinggi kurus dan bermata satu karena mata kirinya
buta. Se Jit Kong masih tidur pada pagi hari itu karena dia
memang masih lelah karena habis melakukan perjalanan jauh.
Isterinya sudah sejak pagi subuh tadi bangun dan sibuk di
dapur mempersiapkan sarapan untuk suami dan anaknya,
sedangkan Sin Wan juga sudah tekun melanjutkan pembacaan
kitabnya. Mendengar teriakan yang melengking lantang sekali karena
didorong kekuatan khi-kang, baik Sin Wan maupun ibunya
terkejut bukan main. Teriakan yang melengking itu menebus
sampai ke seluruh bagian rumah itu, bahkan terdengar ke
seluruh kota Yin-ning. Ju Bi Ta berlari keluar dari dalam dapur, hampir
bertabrakan di ruangan tengah dengan puteranya kemudian
mereka berdua cepat menuju ke pintu depan. Ketika mereka
membuka pintu depan, mereka melihat tiga belas orang yang
sikapnya bengis dan mengancam itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Wan adalah seorang anak yang lembut hati dan
pendiam, akan tetapi sejak kecil oleh ibunya ditekankan
tentang susila dan sopan santun. Oleh karena itu, melihat
sikap tiga belas orang itu, dia merasa tak senang.
"Cuwi (anda sekalian) adalah orang-orang tua yang
kelihatan gagah, akan tetapi kenapa datang sebagai tamu tak
diundang yang bersikap kurang ajar! Bersikaplah sopan kalau
menjadi tamu!" Tiga belas orang itu memandang kepada Sin Wan dan
ibunya, dan tiga belas pasang mata itu memandang kepada Ju
Bi Ta dengan kagum dan pandang mata liar, dan mereka
memandang kepada Sin Wan dengan marah.
Seorang di antara mereka, yang bertubuh pendek dan
berkepala botak memaki, "Bocah setan, jaga mulutmu itu, aku
akan merobeknya!" Berbareng dengan kata terakhir, si botak pendek itu sudah
menggerakkan tangan kirinya dan meluncurlah sinar
menyilaukan sebatang hui-to (pisau terbang) ke arah mulut
Sin Wan! Kalau anak lain yang menghadapi serangan ini, tentu
pisau itu benar-benar akan merobek mulutnya.
Namun, sejak kecil Sin Wan sudah digembleng ilmu silat
oleh ayahnya. Menghadapi serangan itu, dia sama sekali tidak
menjadi gugup. Tangan kanannya bergerak dan dia telah
menangkap pisau itu diantara jari-jari tangan yang
menjepitnya kemudian tanpa banyak cakap lagi. Sin Wan
melontarkan pisau itu ke arah penyambitnya!
"Ehhh ......?" Si pendek botak terkejut, akan tetapi diapun lihai, dan dapat menangkap lagi senjata rahasianya.
Pada saat itu terdengar suara lantang dari dalam rumah.
"Anjing-anjing dari mana sudah bosan hidup dan ingin
menjadi bangkai?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Muncul ah Hwe-ciang-kwi Se Jit Kong dari dalam rumah
dengan pakaian dan rambut yang sudah rapi. Agaknya dia tadi
mendengar pula kedatangan tiga belas orang itu, akan tetapi
dia tidak tergesa-gesa dan berganti pakaian, mencuci muka
dan menyisir rambut lebih dahulu. Melihat suaminya muncul
dan mendengar suaranya yang mengancam, isteri datuk itu
segera berkata dengan nada suara yang serius.
"Berjanjilah bahwa engkau tidak akan membunuh orang!"
Sin Wan melihat ayahnya menatap wajah ibunya dan
tampak ragu- ragu, dan belum juga menjawab ucapan
isterinya itu. "Berjanjilah!" desak pula Ju Bi Ta kepada suaminya.
Datuk besar itu menghela napas lalu mengangguk.
"Baik, aku berjanji tidak akan membunuh orang. Kalau
anjing-anjing ini kurang ajar, aku hanya akan memberi ajaran
kepada mereka agar tidak berani datang mengganggu lagi."
Ju Bi Ta kelihatan lega dan iapun memegang tangan
puteranya. "Sin Wan mari kita masuk. Biar ayahmu yang menghadapi
mereka itu." Sin Wan juga mengenal ketegasan dan perintah dalam
suara ibunya yang lembut. Dia mengangguk dan mereka
berdua lalu masuk kembali ke dalam rumah. Wanita itu
melanjutkan pekerjaannya di dapur, sedangkan Sin Wan
mencoba untuk melanjutkan bacaannya, akan tetapi sia-sia
karena ingatannya melayang ke luar rumah.
Akhirnya dia tidak dapat menahan perasaan hatinya dan
diapun keluar dari ruangan itu, menuju ke depan dan
mengintai dari balik pintu depan, melihat bagaimana ayahnya
menghadapi tiga belas orang kasar dan tidak sopan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agaknya ketika dia masuk tadi, tiga belas orang itu telah
memperkenalkan diri kepada ayahnya karena kini dia melihat
ayahnya tertawa bergelak sampai perutnya terguncang dan
mukanya menengadah. Betapa gagahnya sikap ayahnya
menghadapi tiga belas orang kasar yang nampak bengis
mengancam itu. "Ha ha ha ha, kiranya kalian ini yang di daerah pantai Pohai
dikenal dengan julukan Bu-tek Cap-sha-kwi (Tiga belas Iblis
Tanpa Tanding)" Ha ha ha, sungguh tekebur,
mempergunakan julukan seperti itu. Dahulupun aku sudah
mendengar akan nama kalian, akan tetapi setelah mendengar
bahwa kalian hanyalah penjahat-penjahat kecil yang menjadi
antek para bajak laut Jepang, akupun tidak perduli. Sekarang
kalian datang mencari aku, ada urusan apakah?"
Kalau saja tidak ingat akan pesan isterinya, tentu datuk
besar ini tidak sudi banyak cakap lagi dan sejak tadi dia sudah
turun tangan membunuh mereka ini!
Seorang di antara mereka, yang tinggi kurus dan nampak
tenang, usianya lima puluh tahun lebih dan di punggungnya
terdapat sepasang pedang, melangkah maju dan agaknya
dialah pemimpin rombongan itu. Sepasang matanya tajam
mencorong, sikapnya angkuh dan dia memandang tuan rumah
itu seperti seorang atasan memandang bawahan.
"Hwe-ciang-kwi, ketika engkau merajalela di timur sana,
kami masih mendiamkan saja karena kita dari satu golongan
dan seperti kami, engkau juga memusuhi para pendekar. Kami
menganggap engkau orang segolongan maka kami tidak
mencampuri. Akan tetapi, engkau telah mencuri pusaka
istana. Engkau seorang Suku Bangsa Uigur yang liar telah
berani melarikan pusaka-pusaka istana. Hemm, kami sebagai
orang-orang Han tidak bisa membiarkan saja perbuatanmu ini.
Kembalikan pusaka-pusaka itu kepada kami"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wah ... wah, sungguh bebat. Kalau aku tidak mau
mengembalikan, kalian mau apa?" tantang Se Jit Kong sambil
tersenyum mengejek. "Terpaksa kami tidak akan memandang segolongan lagi,
dan kami akan menangkap dan menyeretmu ke istana agar
menerima hukuman sebagai pencuri!"
Kembali So Jit Kong tertawa bergelak.
"Ha ha ha, sungguh lucu sekali! Bu-tek Cap-sha-kwi sudah
biasa membantu para bajak laut Jepang, sekarang tiba-tiba
ingin menjadi pahlawan" Kamu yang berjuluk Bu-tek Kiam-mo
(Setan Pedang Tanpa Tanding) itu, dan yang memimpin
gerombolan tigabelas orang ini" Katakan saja bahwa kalian
menginginkan pusaka-pusaka itu untuk kalian sendiri, bukan
untuk dikembalikan kepada Kaisar! Bukankah begitu, Cap-sha-
kaw (tiga belas ekor anjing)?"
Sengaja datuk besar itu mengubah julukan Cap-sha-kwi
(Tiga belas Iblis) menjadi Tiga belas Anjing!
Si pendek botak yang tadi menyerang Sin Wan, menjadi
marah sekali. Dia melangkah maju dan menudingkan
telunjuknya ke arah muka Se Jit Kong,
"Iblis sombong, berani kau menghina kami" Sekarang,
bukan saja semua pusaka harus kau serahkan kepada kami,
juga wanita cantik tadi. Ia isterimu, bukan" Iapun harus
diserahkan kepadaku, sebagai hukuman atas sikapmu ini!"
Seketika wajah Se Jit Kong menjadi merah. Dia sudah biasa
mendengar ucapan kasar menghina, dan hal itu dianggap
lumrah. Akan tetapi ada suatu pantangan baginya. Siapapun
juga di dunia ini tidak boleh menghina isterinya tersayang!
Sinar matanya seperti berapi dan panas ketika dia menatap
wajah si pendek botak itu. Si botak ini memang berwatak
mata keranjang. Dia merupakan seorang di antara tiga
saudara berjuluk Bu-tek Sam-coa (Tiga Ular Tanpa Tanding)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang masuk menjadi anggauta kelompok Tiga belas Iblis
Tanpa Tanding. Semua anggauta gerombolan ini menggunakan julukan Bu
Tek (Tanpa tanding) yang menunjukkan kesombongan watak
mereka. Dan di daerah Po-yang, di sepanjang pantai laut
timur, mereka memang amat ditakuti, apalagi setelah mereka
bergabung dengan para bajak laut Jepang yang selalu
mengganggu keamanan di perairan laut timur dan di
sepanjang pantai, "Jahanam busuk, aku harus menghancurkan mulutmu,"
bentaknya dan tiba-tiba saja tubuh Se Jit Kong yang tinggi
tegap itu sudah melayang ke depan, ke arah si pendek botak.
Biarpun dia pendek, namun si botak ini terkenal dengan
kecepatan gerakannya dan juga tenaganya yang besar.
"Engkau yang akan mampus di tanganku!" bentaknya dan
diapun sudah melolos rantai yang kedua ujungnya dipasangi
pisau seperti pisau terbang yang biasa dia pergunakan sebagai
senjata rahasia. Begitu Se Jit Kong meloncat dekat, dia sudah menyambut
dengan serangan rantainya. Dua batang pisau itu menyambar-
nyambar dahsyat dan terdengar suara bersiutan nyaring.
Diam-diam Se Jit Kong menilai gerakan lawan dan tahulah
dia bahwa lawannya ini tidak boleh dipandang remeh. Apa lagi
ketika dua orang saudara si botak juga maju mengeroyoknya.
Mereka bersenjata golok besar dan gerakan merekapun
dahsyat. Se Jit Kong yang memiliki ilmu meringankan tubuh yang
sudah tinggi tingkatnya, mempergunakan kelincahan
gerakannya untuk mengelak, berloncatan menyelinap di
antara gulungan sinar rantai dan golok. Namun, dia tidak
membalas kepada dua orang yang lain, karena perhatiannya
dia tujukan kepada si botak pendek untuk melaksanakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ancamannya. Dia harus menghancurkan mulut yang telah
berani menghina isterinya itu!
Setelah lewat belasan jurus dikeroyok tiga orang yang
berjuluk Tiga Ular Tanpa Tanding itu. Se Jit Kong melihat
kesempatan baik. Ketika kedua ujung rantai yang dipasangi
pisau itu menyambar kepadanya dengan berbareng, satu dari
atas dan satu lagi dari samping, dia tidak mengelak melainkan
menyambut kedua batang pisau yang amat tajam berkilauan
itu dengan kedua tangannya.
Dia berhasil menangkap dan mencengkeram kedua batang
pisau itu, menangkap rantainya dan sebelum si botak tahu apa
yang terjadi, kedua lengannya telah terbelit rantai dan
tubuhnya terangkat dari atas tanah lalu diputar-putar
menyambut golok kedua orang saudaranya. Tentu saja dua
orang itu, terkejut dan menarik kembali golok mereka, bahkan
meloncat ke belakang karena khawatir kalau golok mereka
akan melukai saudara sendiri.
Se Jit Kong menghentikan putaran tubuh si pendek botak
yang kedua lengannya telah terbelit rantai, menurunkannya
dan sekali dia menggerakkan tangan kiri, jari-jari tangannya


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang panjang dan besar, yang kuat bagaikan baja mentah,
sudah menampar ke arah mulut si botak.
"Prakkk.....!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tubuh si botak terpelanting dan diapun roboh dengan
muka mandi darah karena mulutnya telah remuk. Tulang
rahang berikut semua giginya hancur dan biarpun dia tidak
akan tewas dengan luka itu, namun sukar dibayangkan
bagaimana dia akan mampu bicara dan bagaimana pula dia
akan mengirim makanan ke dalam perutnya!
Se Jit Kong selalu teringat akan janjinya kepada isterinya,
maka ketika tangannya menampar tadi, dia membatasi
tenaganya agar jangan membikin hancur kepala botak itu.
Melihat betapa si botak itu roboh dengan muka bagian
bawah remuk, tentu saja duabelas orang lainnya menjadi
marah sekali. Bu-tek Kiam-mo yang memimpin gerombolan itu
segera mengeluarkan bentakan dan mencabut sepasang
pedangnya, kemudian bersama rekan-rekannya dia lalu
mengepung Se Jit Kong yang berdiri dcngan tenang dan tegak
di tengah-tengah, tanpa memegang senjata apapun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun demikian, dia tetap waspada karena dia maklum
bahwa tingkat kepandaian para pengepungnya ini samasekali
tidak boleh disamakan dengan kepandaian limabelas orang
Kasak yang dibunuhnya baru-baru ini ketika dia merampas
barang berharga dari kafilah itu. Kini yang mengeroyoknya
adalah tokoh-tokoh kang-ouw yang terkenal dan rata-rata
memiliki ilmu silat yang tinggi dan tenaga yang besar.
Sin Wan yang menonton perkelahian itu, memandang
dengan hati bangga dan kagum. Biarpun dia sendiri berwatak
lembut dan ibunya selalu menekankan bahwa
mempergunakan kekerasan untuk melukai, apa lagi
membunuh orang lain, merupakan perbuatan yang jahat dan
tidak baik, namun kini melihat ayahnya dikeroyok dan ayahnya
menghadapi orang-orang yang jahat itu, dia merasa bangga.
Apa lagi ketika melihat ayahnya bergerak sedemikian cepatnya
sehingga tubuhnya tak nampak lagi. Yang nampak hanya
bayangan berkelebatan di antara sambaran banyak senjata,
kemudian terdengar teriakan-teriakan disusul robohnya para
pengeroyok seorang demi seorang.
Dalam waktu tidak lebih dari setengah jam, tigabelas orang
tokoh sesat yang terkenal di dunia kang-ouw itu telah roboh
semua. Tidak ada seorangpun di antara mereka yang tewas.
Ada yang patah tulang pundaknya, patah tulang kaki atau
lengan, ada yang bocor kepalanya, ada yang pingsan, akan
tetapi tidak ada yang tewas.
"Cap-sha-kwi, dengar baik-baik. Kalian harus berterima
kasih kepada isteriku, karena kalau tidak ada dia, kalian
sekarang sudah menjadi bangkai semua! Nah, pergilah dan
jangan injak lagi daerah ini!"
Bu-tek Kiam-mo sendiri hanya patah tulang pundak
kanannya. Dia masih dapat berjalan dan menggerakkan
lengan kiri. Karena maklum bahwa dia dan kawan-kawannya
tidak akan mampu menyerang lagi, dia lalu memimpin kawan-
kawannya untuk saling bantu dan dengan terpincang-pincang,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ada yang memapah kawan, ada pula yang menggotong teman
yang pingsan, mereka meninggalkan kota Yin-ning diikuti
sorak dan ejekan dari para penghuni Kota yang tadi sempat
menyaksikan pertempuran di pekarangan rumab Si Tangan
Api itu. Sin Wan lari ke dalam menemui ibunya di dapur. Dengan
gembira dia menceritakan kepada ibunya betapa ayahnya
dengan gagah perkasa berhasil mengusir tigabelas orang
kasar itu. "Ayah hebat sekali, ibu," kata Sin Wan. "Mereka itu rata-rata memiliki ilmu kepandaian yang hebat, dan mereka semua
bersenjata, sedangkan ayah yang dikeroyok tidak memegang
senjata. Namun, mereka semua roboh dengan luka-luka. Akan
tetapi, tidak ada seorang pun yang dibunuh ayah."
Ibunya mengangguk, akan tetapi wajahnya tidak kelihatan
gembira. Bagaimana ia akan dapat menikmati hidup tenteram
kalau setelah pindah begini jauh, masih saja suaminya
didatangi orang-orang yang memusuhinya" Semua ini adalah
akibat cara hidup suaminya yang lalu, cara hidup yang penuh
kekerasan, penuh perkelahian dan permusuhan.
"Sin Wan, kuharap kelak setelah dewasa, engkau tidak
mempunyai banyak musuh seperti ayahmu."
"Aku tidak suka bermusuhan, ibu, akan tetapi di dunia ini
banyak orang jahat. Kalau aku diserang orang, seperti tadi,
tentu aku harus membela diri. Ayah tadipun hanya membela
diri. Orang-orang itulah yang datang mencari perkara dan
menyerang ayah." Wanita itu diam-diam mengeluh dalam hatinya. Puteranya
itu tidak tahu orang apa sebenarnya ayahnya itu. Sin Wan
tidak tahu bahwa ayahnya adalah seorang datuk besar dunia
sesat yang terkenal amat kejam dan tidak pantang melakukan
kejahatan bagaimanapun juga. Dia hanya tahu bahwa
ayahnya seorang yang sakti, memiliki banyak ilmu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dahsyat, dan bahwa ayahnya amat mencinta ibunya dan amat
sayang kepadanya! "Sudahlah. Sin Wan, Aku sedang sibuk masak, dan aku
tidak ingin bicara tentang perkelahian itu."
Sin Wan meninggalkan dapur dan mencari ayahnya. Se Jit
Kong berada di kamarnya dan sedang mengagumi benda-
benda yang dikeluarkan dari dalam sebuah peti hitam besar.
Ketika Sin Wan memasuki kamar, dia menoleh dan tersenyum.
"Masuklah, dan mari kau lihat benda-benda pusaka ini, Sin
Wan. Benda-benda ini tak ternilai harganya!"
Benda-benda itu ada yang indah, ada yang aneh pula bagi
Sin Wan. Ada patung Dewi Kwan-Im yang amat indah, terbuat
dari gading terukir halus. Ada pula mainan dari batu giok yang
juga diukir indah sekali, berbentuk naga, ada pula yang seperti
bentuk burung Hong. Juga terdapat dua batang pedang. Yang
sebuah memiliki sarung dan gagang yang terbuat dari pada
mas terukir indah sekali, bahkan sarung dan gagang itu dihias
intan permata yang berkilauan. Akan tetapi ada pula sebatang
pedang yang sarungnya terbuat dari kulit yang kasar, dan
gagangnya juga sederhana sekali.
"Sudah pergikah semua orang kasar tadi, ayah?"
Sin Wan bertanya sambil duduk di kursi dekat ayahnya,
mengamati benda-benda indah dan aneh itu.
"Ha ha ha, engkau melihat mereka tadi" Dan engkau sudah
menghalau serangan hui-to (pisau terbang), ya" Bagus!
Mereka sudah kuusir pergi, pencoleng-pencoleng cilik tak tahu
diri itu. Kalau bukan ibumu yang melarangku, tentu mereka
semua itu sudah kubunuh!"
"Mengapa mereka itu datang memusuhi ayah?"
"Tikus-tikus tak tahu diri itu ingin merampas benda-benda
pusaka ini, Sin Wan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini perhatian Sin Wan tertarik kepada benda-benda itu.
Memang ada yang indah, banyak yang aneh, akan tetapi
mengapa orang-orang datang memusuhi ayahnya untuk
merampas benda-benda ini"
"Apa sih hebatnya benda-benda ini sampai mereka datang
hendak merampasnya darimu?"
"Ha ha ha ha, anak bodoh! Kau tahu, semua orang kang-
ouw siap mempertaruhkan nyawa untuk dapat memiliki
sebuah saja dari benda-benda pusaka ini!"
"Hemmm, alangkah anehnya," Sin Wan memperhatikan
benda-benda itu satu demi satu. "Memang ada yang indah
menarik, akan tetapi seperti pedang ini, apa sih bagusnya"
Sebuah pedang yang sarungnya butut, gagangnya juga kasar,
seperti pisau dapur saja. Kenapa ayah menyimpan pedang
macam ini?" "Ha ha ha ha, engkau tidak tahu, anakku. Bagiku, di antara
semua benda pusaka ini, yang paling bernilai adalah pedang
butut yang kau remehkan itul"
"Ah, benarkah itu, ayah" Boleh aku mencabut dan
melihatnya?" "Lakukanlah. Tidak banyak orang di dunia, ini yang pernah
melihatnya, dan seluruh pendekar di dunia ini ingin sekali
mendapat kesempatan untuk melihatnya."
Dengan hati tertarik sekali Sin Wan lalu menghunus pedang
yang gagangnya dan sarungnya butut itu. Dia menduga
bahwa biarpun sarung dan gagangnya butut, tentu pedang
yang dianggap sebagai pusaka amat bernilai oleh ayahnya itu
tentu merupakan pedang yang amat baik, tajam dan
berkilauan, terbuat dari pada baja terbaik. Akan tetapi, setelah
pedang itu dia hunus, Sin Wan mengerutkan alisnya dan
hatinya kecewa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pedang itu sama sekali tidak menarik, bukan saja
buatannya kasar seperti tempaan yang belum jadi, akan tetapi
juga pedang itu tidak tajam dan tidak runcing. Pedang yang
tumpul! Warnanya gelap kehijauan seperti pedang dari
semacam batu karang yang warnanya hijau saja. Dan pedang
itupun tidak panjang, merupakan pedang pendek yang tumpul
dan tidak menarik! "Aih, ayah mempermainkan aku! Pedang ini hanyalah
pedang yang belum jadi, tumpul dan jelek, bagaimana ayah
sampai memuji-mujinya seperti itu?"
"Ha ha ha ha, engkau tidak tahu, Sin Wan! Pedang ini
terbuat dari pada Batu Dewa Hijau, dan tidak ada senjata di
dunia ini yang mampu mengalahkan keampuhannya! Pedang
ini mempunyai kisah yang amat menarik, Sin Wan, dan kalau
engkau sudah tahu riwayatnya, tentu akan kau hargai pula
sebagai sebuah pusaka yang langka dan ampuh."
Sin Wan memasukkan kembali pedang itu ke dalam
sarungnya dan memasukkan ke dalam peti.
"Ayah, ceritakanlah kisah itu, aku ingin sekali tahu
riwayatnya." "Kau tahu, kurang lebih seratus tahun yang lalu, pedang ini
adalah milik Kaisar Jenghis Khan, pendiri dari Kerajaan Goan-
tiauw yang baru saja jatuh. Dan jatuhnya Dinasti Mongol
itupun sebagian gara-gara tidak menghargai pusaka ini!"
Tentu saja Sin Wan menjadi semakin tertarik. Dia memang
suka sekali membaca atau mendengar riwayat-riwayat kuno
yang menarik. "Ketika Jenghis Khan belum menjadi kaisar, dia telah
menemukan batu mustika yang disebut Batu Dewa Hijau atau
Batu Asmara, dan batu bintang itu lalu dibikin menjadi
sebatang pedang yang diberi nama Pedang Asmara. Semenjak
memiliki pedang itu, bintang nya terus menjadi terang sampai
akhirnya dia berhasil menjadi kaisar. Walaupun pedang itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernah lepas dari tangannya, terjatuh ke tangan orang jahat,
namun akhirnya dapat kembali kepadanya sehingga dinasti
Mongol menjadi semakin jaya. Akan tetapi, keturunan Jenghis
Khan tidak dapat menghargai pedang yang bernama Pedang
Asmara itu karena mereka menganggap pedang itu
melemahkan, membuat orang menjadi budak nafsu asmara.
Pedang itu lalu dibawa ke seorang pembuat pedang yang
paling ahli di seluruh daratan Cina, dan akhirnya, dengan
susah payah pedang itu dilebur lagi dan dihilangkan sarinya
yang mempunyai pengaruh berahi pada pemiliknya. Akhirnya,
sisa leburan itu dibuat lagi dan menjadi pedang ini. Tidak bisa
ditajamkan dan diruncingkan saking kerasnya. Karena buruk,
pedang ini tidak dihargai dan hanya menjadi penghuni gudang
pusaka saja. Nah, bukankah menarik sekali riwayatnya?"
Sin Wan mengangguk-angguk. Memang amat menarik dan
entah bagaimana, dia merasa kasihan dan sayang kepada
pedang yang seolah disia-siakan itu. Dia juga tidak bertanya
dari mana ayahnya memperoleh pedang yang tadinya milik
Kaisar Jenghis Khan yang amat terkenal dalam sejarah yang
pernah dibacanya itu. Baginya, ayahnya adalah seorang sakti
dan tidak aneh kalau benda-benda pusaka yang ampuh dan
amat besar nilainya itu terjatuh ke tangan ayahnya.
0ooo0 Tiga hari kemudian, pada suatu pagi yang cerah, tiga orang
pria memasuki pekarangan rumah Se Jit Kong. Mereka itu
bukan lain adalah Tiga Dewa, Ciu-sian Tong Kui, Kiam-sian
Louw Sun, dan Pek-mau-sian Thio Ki. Kemarin mereka
bertemu dengan rombongan Cap-sha-kwi dan dari rombongan
inilah mereka mendapat kepastian babwa orang yang mereka
cari, yaitu Hwe-ciang-kwi Se Jit Kong memang benar berada di
Yin-ning. Setelah memperoleh keterangan ini, Tiga Dewa
mempercepat perjalanan menuju ke kota Yin-ning dan pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pagi hari itu, mereka bertiga memasuki pekarangan rumah
datuk yang mereka cari-cari selama hampir setahun ini.
Kepada seorang pelayan yang sedang menyapu
pekarangan, mereka bertanya dengan sikap halus apakah tuan
rumah berada di rumah, dan kalau ada, mereka minta agar
pelayan itu memberitahukan majikannya tentang kedatangan
mereka. Karena sikap tiga orang itu lembut, si pelayan tidak
menaruh curiga. Sikap mereka ini tidak seperti sikap tigabelas orang yang
datang tiga hari yang lalu. Pelayan itu lalu memberi laporan ke
dalam. Akan tetapi, pada saat itu Se Jit Kong sedang
bersamadhi, maka dia memberi laporan kepada nyonya
majikannya. "Nyonya, di depan ada tiga orang tamu yang ingin bertemu
dengan tuan majikan,"kata pelayan itu.
Ju Bi Ta mengerutkan alisnya, hatinya merasa tidak enak.
"Mereka siapakah?"
Pelayan itu menggeleng kepala. "Mereka tidak
memberitahukan nama, akan tetapi mereka adalah tiga orang
laki-laki setengah tua yang bersikap ramah dan lembut, dan
pakaian mereka seperti pakaian pendeta atau pertapa."
"Tuan majikan sedang bersamadhi, aku tidak berani
mengganggunya. Biar kutemui mereka," kata Ju Bi Ta.
Sin Wan yang juga berada di situ segera bangkit dan
menemani ibunya. Ketika mereka tiba di luar, mereka melihat tiga orang
berpakaian tosu (pendeta Agama To) berdiri di luar pintu. Tiga
orang itu begitu melihat yang muncul seorang wanita cantik
dan seorang anak laki-laki, segera memberi hormat dengan


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengangkat kedua tangan depan dada dan membungkuk.
"Nyonya muda, harap maafkan kami bertiga kalau kami
mengganggu nyonya dengan kedatangan kami," kata Pek-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mau-sian Thio Ki yang menjadi juru bicara mereka karena dia
yang paling pandai bicara, juga sikapnya halus dan sopan,
tidak seperti Ciu-sian yang biarpun pandai bicara pula, namun
ugal-ugalan dan terbuka. Melihat sikap mereka yang sopan, Ju Bi Ta juga membalas
penghormatan mereka. "Tidak mengapa, akan tetapi siapakah sam-wi to-tiang
(bapak pendeta bertiga) dan ada keperluan apakah dengan
kami?" "Kami datang berkunjung untuk bertemu dengan saudara
Se Jit Kong karena kami mempunyai urusan penting untuk
dibicarakan dengan dia. Adapun saya bernama Thio Ki, dua
orang saudara ini bernama Tong Kui dan Louw Sun. Kami
datang dari jauh, dari timur, dari kota raja Nan-king." kata
pula Dewa Rambut Putih. "Hemm, apakah sam-wi (anda bertiga) datang untuk
merampas benda-benda pusaka milik ayah ?" tiba-tiba Sin
Wan bertanya dengan suara lantang dan terlambatlah ibunya
untuk mencegah dia mengajukan pertanyaan yang
dianggapnya tidak sopan itu.
"Ha ha ha ha, anak baik. Apakah engkau putera Se Jit
Kong?" "Benar, aku puteranya, namaku Sin Wan."kata anak itu
dengan tabah. "Kalau sam-wi datang untuk merampas pusaka,
lebih baik sam-wi segera pergi lagi saja, jangan sampai dihajar
oleh ayahku seperti tigabelas orang tempo hari,"
"Ha ha ha ha, sungguh hebat. Engkau jujur dan juga
lembut, menyenangkan sekali, Sin Wan. Anak baik, apakah
kaul hat kami bertiga ini seperti perampok-perampok?" kata
pula Dewa Arak sambil tersenyum lebar, perutnya yang
gendut terguncang dan mukanya menjadi semakin merah dan
cerah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Wan memandang wajah si gendut itu, juga wajahnya yang penuh tawa dan nampak gembira dan lucu. "Terus terang saja, totiang (bapak pendeta), kalau melihat totiang ini bukan seperti perampok, lebih mirip seperti seorang pemabok."
"Sin Wan ......!" ibunya menegur lagi. Heran ia mengapa puteranya yang biasanya lembut itu kini nampak seperti orang yang tidak sabaran. Hal ini ditimbulkan karena peristiwa tiga hari yang lain.
"Wah, ha ha ha! Engkau ini kecil-kecil sudah pandai melihat sampai ke dasarnya! Memang aku pemabok, memang aku tukang minum arak, ha ha!" kata pula Ciu-sian Tong Kai sambil tertawa bergelak. Suara ketawanya yang lepas itu setengah disengaja, mengandung khi-kang sehingga suaranya bergema sampai ke dalam rumah.
Akalnya ini berhasil. Suara ketawa yang amat nyaring ttu menyusup sampai ke dalam kamar dan ke dalam telinga Se Jit Kong, menggugahnya dari samadhi. Se Jit Kong mengerutkan alisnya, merasa terganggu oleh suara tawa bergelak itu dan diapun tahu bahwa kembali ada orang yang datang hendak mengganggunya. Mukanya menjadi kemerahan dan dia pun segera bangkit, berganti pakaian baru dan keluar dari dalam kamar, langsung menuju keluar.
Dan begitu melihat pria tinggi besar yang gagah perkasa itu keluar. Tiga Dewa yang belum pernah berjumpa dengan Si Tangan Api itu, segera memberi hormat kepadanya.
"Hemm, apa yang terjadi di sini ?" tanya Se Jit Kong tanpa memperdulikan penghormatan yang diberikan tiga orang tosu itu. Dia tidak membalas penghormatan mereka dan mengajukan pertanyaan yang mengandung teguran itu.
Isterinya berkata dengan nada lembut dan menyabarkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tiga orang totiang ini datang dari timur, dari Nan-king dan
mereka mempunyai urusan untuk dibicarakan denganmu.
Harap kau sambut tamu-tamu jauh ini dengan baik-baik."
Se Jit Kong mengerutkan alisnya dan mengangguk. Hatinya
masih mendongkol karena merasa terganggu, akan tetapi
diam-diam dia, terkejut juga mendengar bahwa mereka
datang dari Nan-king, dan segera dia dapat menduga bahwa
tentu kedatangan mereka ini ada hubungannya dengan
benda-benda pusaka yang dicurinya dari gedung pusaka
kaisar di Nan-king. "Aku tidak mengenal sam-wi (anda bertiga) ......." katanya
dengan setengah hati. "Ayah, mereka bilang tidak datang sebagai perampok yang
hendak merampas benda-benda pusaka milik ayah," tiba-tiba
Sin Wan berkata. "Sebaiknya kalau ada urusan dibicarakan di dalam Sam-wi
to-tiang, mari silakan masuk ke ruangan tamu," kata Ju Bi Ta
dengan sikap ramah. Tiga orang tosu itu memandang kepada tuan rumah.
"Terima kasih, nyonya, kami suka sekali kalau saja sicu (orang
gagah) Se Jit Kong memperbolehkan," kata Thio Ki ragu-ragu.
"Hemm, isteriku sudah mempersilakan kalian masuk,
kenapa masih bertanya lagi" Masuklah dan cepat ceritakan
apa maksud kedatangan kalian."
Tiga orang tosu itu mengikuti tuan dan nyonya rumah
memasuki ruangan tamu yang berada di sebelah kiri depan.
Ruangan yang cukup luas, di mana terdapat meja kursi yang
nyaman. Ji Bi Ta sengaja tidak meninggalkan suaminya sekali ini,
karena ia tidak ingin suaminya membuat ribut dan perkelahian
Iagi. Ia merasa yakin bahwa kalau ada terjadi keributan,
hanya ia seoranglah yang akan mampu mengendalikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suaminya dan mencegah terjadinya keributan. Karena ia tetap
di ruangan tamu, Sin Wan juga mendapatkan kesempatan
untuk ikut pula hadir dan mendengarkan. Dan biarpun Se Jit
Kong merasa tidak senang dengan kehadiran isteri dan
puteranya, dia tidak berani mengusir isterinya dan
kemarahannya dia tumpahkan kepada tiga orang tamunya.
"Nah, cepat bicara. Siapa kalian dan mau apa kalian
mencariku!" katanya ketus.
Sikap Se Jit Kong ini berwibawa sekali, dan biasanya para
calon lawannya sudah merasa gentar dibuatnya, seperti
wibawa seekor harimau kalau mengaum dan dengan wibawa
auman itu sudah mampu melumpuhkan korbannya. Akan
tetapi, tiga orang tosu itu nampak tenang saja.
Dewa Arak bersikap acuh, memandang ke sekeliling seperti
mengagumi keindahan hiasan ruangan Itu, lalu mengambil
guci arak yang diselipkan di gendongannya dan
mengguncangnya untuk mengetahui isinya. Diteguknya arak
dari mulut guci dan wajahnya nampak gembira sekali seperti
menikmati araknya yang sedap. Si Dewa Pedang nampak
tenang, menatap wajah tuan rumah dan diam saja, karena
seperti juga Dewa Arak, dia menyerahkan pembicaraan
kepada rekannya, yaitu Dewa Rambut Putih.
Jilid 2 PEK-MAU-SIAN THIO Ki tersenyum ramah. "Sicu (orang
gagah), maafkan kalau kunjungan kami mengganggu. Saya
bernama Thio Ki, dan kedua orang teman saya ini bernama
Tong Kui dan Louw Sun. Kami bertiga datang berkunjung
dengan dua tugas." "Aku tidak mengenal kalian, tidak mempunyai urusan
dengan kalian. Persetan dengan tugas kalian, tidak ada
sangkut pautnya dengan aku!" Se Jit Kong memotong dengan
ketus pula. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Justeru kedua tugas kami ini mempunyai hubungan erat denganmu, sicu, sebagai akibat dari apa yang telah sicu lakukan."
Sepasang mata yang seperti mata harimau itu berkilat. Tak salah dugaannya, mereka ini tentu datang karena urusan pusaka-pusaka dari istana! Marahlah dia dan kalau saja di situ tidak ada isterinya, tentu sudah diterjangnya tiga orang itu tanpa banyak peraturan lagi. Akan tetapi, ketika dia melirik ke arah isterinya, dia melihat isterinya memandang kepadanya dan dalam pandang mata itu seperti dilihatnya isterinya menggeleng kepala melarang dia membuat keributan.
"Perduli apa kalian dengan apa yang kulakukan" Cepat katakan, apa urusan itu, tidak perlu bicara berbelit-belit seperti nenek-nenek yang bawel!" bentaknya.
"Heh-heh, Dewa Rambut Putih, menghadapi seorang kasar seperti Se Jit Kong ini, percuma engkau menggunakan segala macam tata-susila. Katakan saja dengan singkat dan padat apa yang menjadi keperluan kita!" Si Dewa Arak mencela sambil tertawa.
Pek-mau-sian Thio Ki juga memperlebar senyumnya dan seperti seorang yang kegerahan, dia membuka kipasnya dan mengipasi tubuh bagian leher. Pada hal, sesungguhnya dia bukan hanya mengipas untuk mencari angin, melainkan gerakan itu disertai kekuatan batin untuk menolak sihir yang diam-diam dilancarkan oleh Se Jit Kong untuk menyerangnya.
Tuan rumah ahli silat dan ahli sihir itu ingin memaksanya bicara menurut kehendak hati Se Jit Kong yang tidak ingin mereka bicara sesukanya di depan isterinya! Se Jit Kong merasa betapa kekuatan sihirnya buyar seperti asap yang disambar angin dari kipas.
"Hayo bicara, jangan seperti kanak-kanak!" bentaknya semakin penasaran dan marah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dengarlah baik-baik, Se Jit Kong. Tugas kami yang
pertama merupakan tugas yang ka?mi terima dari Kaisar
Kerajaan Beng-tiauw, dan inilah tanda kekuasaan yang
diberikan kepada kami."
Dewa Rambut Putih mengeluarkan sebuah tek-pai (bambu
tanda kuasa) dan memperlihatkannya kepada Se Jit Kong
yang memandang sambil lalu saja.
Dewa Rambut Putih menyimpan kembali tek-pai itu di saku
bajunya. "Adapun tugas itu adalah untuk mencari dan merampas
kembali benda-benda pusaka yang hilang dari gudang pusaka
istana. Maka kami datang berkunjung dan minta kepada sicu
untuk menyerahkan benda-benda pusaka itu kepada kami."
Ju Bi Ta memandang kepada suaminya dengan kedua mata
terbelalak. "Ya Al ah! Engkau mencuri pusaka dari istana kaisar" Kalau
benar, kembalikan barang-barang haram itu!"
Se Jit Kong memandang kepada isterinya dan sungguh
aneh, ketika dia bicara, lenyap semua kekerasannya dan
suaranya terdengar lembut.
"Ju Bi Ta, harap engkau tidak mencampuri urusan ini."
Cepat dia menoleh kepada tiga orang tamunya.
"Cepat katakan, apa tugas kedua agar aku dapat segera
memberi keputusan dan jawaban!"
Si Dewa Rambut Putih Thio Ki memandang dengan wajah
cerah. Datuk besar yang amat jahat ini ternyata mempunyai
kelemahan yang sama sekali tidak disangkanya, yaitu takut
dan tunduk kepada isterinya yang muda dan cantik! Mungkin
kelemahan datuk ini akan membuat tugas mereka semakin
mudah dan ringan, kalau bisa bahkan tanpa kekerasan!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tugas kedua datang dari para ketua partai persilatan, di
antaranya dari Siauw-lim-pai, Kun-lun-pai, Go-bi-pai dan Bu-
tong-pai yang minta bantuan kepada kami untuk
mengundangmu menghadiri pertemuan yang akan mereka
adakan, di mana sicu diminta untuk mempertanggung
jawabkan kematian dan terlukanya banyak tokoh mereka."
Se Jit Kong mengepal kedua tangannya, mukanya menjadi
merah sekali dan matanya seperti memancarkan api, bahkan
kedua tangannya perlahan-lahan berubah menjadi merah
seperti baja membara dan mengepulkan uap putih! Akan
tetapi, begitu melirik kepada isterinya, kemarahannya
menurun seperti api yang tidak mendapat udara, akan tetapi
suaranya masih ketus ketika dia berkata kepada tiga orang
tamunya. "Untuk kedua urusan itu, jawabanku hanya satu. Benda-
benda pusaka itu kudapatkan dengan kepandaian. Kalau
kalian ingin mendapatkannya, kalian harus mampu
merampasnya dariku! Dan kedua, kalau kalian ingin membawa
aku ke timur, kalian harus mampu meringkusku. Pendeknya,
kalian bertiga harus dapat mengalahkan aku!"
"Heh, heh, sudah kuduga. Berurusan dengan datuk sesat
tak mungkin menggunakan cara damai," kata pula Dewa Arak
dan tiga orang tosu itu sudah bangkit berdiri. Juga Se Jit Kong
bangkit berdiri. "Aku tidak menghendaki kalian membikin ribut di dalam
rumah ini!" kata Ju Bi Ta dengan suara mengandung
kekhawatiran. Sedangkan Sin Wan hanya memandang saja. Diam-diam
dia terkejut mendengar bahwa ayahnya telah mencuri benda-
benda pusaka dari istana kaisar. Kini tahulah dia bahwa
benda-benda pusaka yang demikian dibanggakan ayahnya itu
adalah barang-barang curian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada hal, ibunya selalu mengharamkan barang curian!
Tentu hal itu dilakukan di luar tahu ibunya. Dan ayahnya telah
membunuh dan melukai para tokoh partai-parta persilatan
besar sehingga kini mereka mengutus tiga orang tosu ini
untuk menangkap ayahnya. Pek-mau-sian Thio Ki menarik napas panjang. "Tidak ada
jalan lain, Se Jit Kong. Terpaksa kami menuruti keinginanmu
dan kami akan mengalahkanmu agar engkau suka
mengembalikan pusaka-pusaka istana itu dan ikut dengan
kami menghadap para pimpinan partai persilatan. Akan tetapi,
kami menghormati isterimu dan kami tidak ingin membikin
ribut di rumah ini, bahkan tidak ingin membikin ribut di kota
ini. Kami akan menantimu di luar kota sebelah timur. Kami
percaya bahwa Si Tangan Api bukan seorang pengecut yang
melanggar janji dan melarikan diri."
Dia memberi isyarat kepada dua orang rekannya. Mereka
memberi hormat kepada tuan rumah dan isterinya, kemudian
meninggalkan ruangan itu, keluar dari rumah dan terus keluar
dari kota itu pula, berhenti menanti di luar kota sebelah timur
yang sunyi. "Biar kubereskan mereka. Aku pergi takkan lama." kata Se
Jit Kong kepada isterinya dan diapun melangkah pergi.
"Se Jit Kong, jangan bunuh mereka!" Ju Bi Ta berseru dan
suaminya berhenti, menengok dan mengangguk, kemudian
sekali berkelebat diapun lenyap.
"Ibu, aku ingin nonton pertandlngan itu," kata Sin Wan
yang ingin sekali melihat bagaimana ayahnya akan melawan
tiga orang tosu itu. "Jangan, Sin Wan. Untuk apa nonton orang berkelahi"
Berkelahi merupakan perbuatan jahat. Di antara sesama
manusia harus saling mengasihi, bukan saling bermusuhan.
Bermusuhan dan berkelahi hanya pekerjaan Iblis."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Wan merasa kecewa sekali, akan tetapi dia tidak berani
membantah ibunya. Dia selalu taat kepada ibunya, seperti
juga ayahnya. Hanya bedanya, kalau dia mentaati Ibunya
karena dia sayang dan kasihan kepada ibunya, tidak ingin
menyebabkan hati ibunya, sedangkan Se Jit Kong taat kepada
isterinya karena takut isterinya marah kepadanya.
"Ibu, kalau ibu tidak berada di sana, bagaimana kalau nanti
ayah lupa diri dan membunuh tiga orang tosu yang kelihatan
sopan dan baik itu?" tiba-tiba Sin Wan berkata.
"Ah, engkau benar juga! Mari kita melihat ke sana, aku
harus mencegah ayahmu melakukan pembunuhan lagi!"
Ju Bi Ta menggandeng tangan puteranya dan Sin Wan
diam-diam tersenyum girang. Mereka berjalan secepatnya
menuju ke timur, keluar dari kota Yin-ning.
?"" "Tosu-tosu lancang, sombong dan busuk. Apakah kalian
sudah bosan hidup" Tidak tahukah kalian siapa aku?"
Kini, setelah seorang diri saja berhadapan dengan tiga
orang tosu itu, Se Jit Kong menumpahkan seluruh
kemarahannya. Isterinya tidak ada iagi di situ untuk
mengendalikannya. "Heh ... heh ... heh, Se Jit Kong. Tentu saja kami tahu
benar siapa engkau. Engkau adalah Se Jit Kong, peranakan
Uigur yang berhasil mempelajari ilmu-ilmu yang tinggi, akan
tetapi menjadi hamba iblis dan tidak pantang melakukan
segala macam kejahatan demi mencari nama besar dan harta
kekayaan. Engkau berjuluk Si Tangan Api, Iblis Tangan Api
karena engkau memiliki ilmu yang membuat kedua tanganmu
mengandung panasnya api. Engkau telah mengacau di timur,
membunuh banyak tokoh pendekar, mengalahkan para
pimpinan partai persilatan, mengaduk-aduk dunia persilatan
dengan kekejaman dan kecongkakanmu," kata Ciu-sian Tong
Kui. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Engkaupun ahli pedang yang sukar dikalahkan. Entah berapa ratus orang roboh oleh tangan dan pedangmu. Entah berapa banyak darah yang telah diminum pedangmu. Engkau bukan manusia, melainkan ibiis sendiri, karena itu engkau harus bertanggung jawab terhadap para pimpinan partai-partai persilatan besar," kata Kiam-sian Louw Sun.
"Se Jit Kong, engkau menggunakan sihir untuk mencuri pusaka dari gudang pusaka istana. Engkau berdosa besar, bukan saja terhadap kaisar, akan tetapi juga terhadap negara dan bangsa. Baru saja Kaisar Thai-cu telah membebaskan rakyat dari cengkeraman penjajah Mongol. Sepatutnya kita berterima kasih dan bergembira. Akan tetapi engkau bahkan mengganggu dengan pencurian pusaka. Engkau memang keturunan bangsa biadab yang tidak tahu terima kasih." Pek-mau-Sian Thio Ki yang biasanya halus itupun kini mencela dengan kata-kata yang keras.
Hal ini tidaklah mengherankan. Pemimpin rakyat Cu Goan Ciang yang berasal dari rakyat petani biasa, telah berhasil memberontak terhadap pemerintah Mongol, bahkan kemudian berhasil menghancurkan dan menghalau penjajah Mongol yang telab menguasai Cina selama seratus tahun. Tentu saja Cu Goan Ciang dianggap pahlawan besar ketika dia mendirikan Kerajaan Beng-tiauw dan menjadi kaisarnya yang pertama berjuluk Kaisar Thai-cu (1368-1398).
Kini Se Jit Kong yang tertawa bergelak dan suara tawanya itu amat dahsyat, karena bukan saja mengandung tenaga khi-kang yang hebat, juga mengandung kekuatan sihir yang membuat tiga orang tosu itu harus mengerahkan sin-kang (tenaga sakti) mereka untuk melindungi diri agar tidak terpengaruh.
"Ha-ha-ha, kalian tiga orang tosu jahanam. Sudah tahu betapa semua pimpinan partai persilatan besar tidak ada yang mampu menandingiku, dan kalian tiga orang tosu tak ternama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berani mencariku sampai ke sini" Ha-ha-ha, kalau mencari
mampus, kenapa susah-susah dan jauh-jauh sampai ke sini?"
Tentu saja Se Jit Kong tidak tahu bahwa dia berhadapan
dengan tiga orang sakti yang selama puluhan tahun memang
tidak pernah muncul di dunia persilatan sehlngga ketika dia
merajalela di timur, dia tidak pernah mendengar nama
mereka. Akan tetapi, dia merasa terkejut juga ketika melihat
betapa tiga orang tosu itu tenang-tenang saja dan sama sekali
tidak terpengaruh oleh suaranya yang dahsyat tadi. Pada hal,
tidak banyak orang yang akan mampu bertahan, baik
terhadap pengaruh khi-kang maupun ilmu sihir yang
terkandung dalam tawanya tadi.
"Se Jit Kong, ketahuilah bahwa kami tidak biasa dan tidak
suka membunuh orang. Oleh karena itu, mari kita membuat
perjanjian. Kalau kami kalah bertanding denganmu, terserah
kepadamu mau diapakan kami ini. Kalau engkau hendak
membunuh kamipun terserah. Kami tahu akan resiko tugas
kami. Akan tetapi, kalau engkau yang kalah, engkau harus
menyerahkan kembali semua pusaka istana, dan engkau harus
dengan suka rela mengikuti kami untuk menghadap para
pimpinan partai persilatan." kata Pek-mau-sian Thio Ki.
"Bagus! Kalian memang sudah bosan hidup. Nah, kalian
hendak main satu demi satu atau dengan keroyokan" Bagiku
sama saja!" Ucapan ini saja sudah menunjukkan watak yang
takbur dari datuk itu, akan tetapi di balik itu juga mengandung
kecerdikan, karena ucapan itu, kalau diterima oleh orang-
orang yang merasa diri mereka memiliki ilmu kepandaian
tinggi, tentu akan mendatangkan rasa malu dan tidak enak
untuk maju bersama dan melakukan. pengeroyokan.
"Kami bukan orang-orang pengecut yang suka melakukan
pengeroyokan, Se Jit Kong," jawab Dewa Rambut Putih. "Kami
mendengar bahwa engkau memiliki tiga ilmu yang hebat.
Pertama ilmu silat tangan kosong, gin-kang dan sin-kang yang
sukar dicari bandingnya. Kedua, engkau ahli pedang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hebat pula. Dan ketiga, engkau memiliki Ilmu sihir yang kuat.
Nah, kau akan kami imbangi dengan ilmu-ilmu itu. Pertama,
engkau akan ditandingi Dewa Arak dalam ilmu silat tangan
kosong. Kedua, engkau akan dihadapi Dewa Pedang dalam
ilmu pedang, dan terakhir, aku sendiri yang akan mencoba
kekuatan sihirmu. "Bagaimana pendapatmu " Kalau dua orang di antara kita
kalah, biarlah kami mengaku kalah."
Tentu saja syarat ini amat menguntungkan bagi Se Jit
Kong. Dia tidak dikeroyok, dan kalau dapat mengalahkan dua
orang, biarpun andaikata yang seorang menang, dia tetap
keluar sebagai pemenang. "Bagus! Nah, majulah kau, tosu pemabok! Aku akan
membuat perut gendutmu menjadi kempis!" ejeknya sambil
menghadapi Ciu-sian Tong Kui.
"Heh-heh-heh, perut ini berisi hawa arak, bagaimana
engkau akan mampu membikin kempis tanpa terkena gasnya"
Heh .. heh .. heh!" Biarpun dia membadut, namun Dewa Arak
tidak pernah lengah karena dia maklum bahwa dia
berhadapan dengan seorang datuk sesat yang amat lihai dan
licik. Benar saja, belum habis dia tertawa, tubuh tinggi besar itu
telah menyerangnya secara curang dan dahsyat sekali. Kalau
saja dia lengah dan belum siap, siaga, setidaknya serangan itu
tentu akan membuat Dewa Arak kelabakan! Namun, dia telah
siap siaga dan dengan cepat kakinya bergeser secara aneh
dan cepat sekali, dan dia telah berhasil menghindarkan diri
dari terkaman lawan, bahkan sambil memutar tubuh dia
membalas dengan totokan ke arah lambung lawan.
Se Jit Kong menangkis sambil mengerahkan. sin-kang
untuk mematahkan tulang lengan lawan, juga untuk
mengukur sampai di mana kekuatan sin-kang lawannya yang
gerakannya aneh dan seperti ugal-ugalan itu. Dewa Arak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
justeru mengharapkan tangkisannya karena diapun ingin
mengadu sin-kang. Bukankah mereka berdua memang
bertanding mengadu sin-kang dan gin-kang (ilmu
meringankan tubuh ) sambil menguji pula ilmu silat tangan
kosong masing-masing"
"Dukkkk!!!" Keduanya terdorong ke belakang. Se Jit Kong terdorong
sampai tiga langkah, sedangkan Dewa Arak terdorong mundur
dua langkah. Dari akibat adu tenaga ini saja sudah dapat
diketahui bahwa Dewa Arak masih lebih kuat sedikit! Tentu
saja Se Jit Kong menjadi terkejut bukan main. Tak
disangkanya bahwa lawan yang cacingan perutnya ini memiliki
tenaga yang demikian kuatnya.
Dia tidak tahu bahwa Ciu-sian Tong Kui adalah seorang ahli
sin-kang yang telah menguasai Thian-te Sin-kang (Tenaga
Sakti Langit Bumi)! Dia mangeluarkan teriakan marah dan kini
dia mengandalkan gin-kang (ilmu meringankan tubuh) untuk
menyerang lawan. Gerakannya amat cepat sehingga tubuhnya
lenyap berubah menjadi bayangan yang menyambar-nyambar.
Namun, kembali Dewa Arak mengeluarkan suara tawanya
yang nyaring dan diapun mengimbangi dengan gerakan kaki
yang berloncatan, bergeseran dan semua serangan lawan
dapat dielakkannya. Kalau gerakan lawan amat cepat,
gerakannya sendiri amat aneh, seolah-olah setiap gerakan
kaki yang bergeser ke sana sini dan berloncatan itu seperti
sepasang kaki burung yang amat lincahnya. Dan memang si
gendut ini menguasai ilmu meringankan tubuh atau ilmu
langkah ajaib yang diberi nama Hui-niauw-poan-soan (Burung
Terbang Berputaran). Pada saat itu, Ju Bi Ta dan Sin Wan sudah berada tak jauh
dari situ, menjadi penonton pertandingan Hanya mereka
berdualah yang menjadi penonton karena tempat itu sepi dan
tidak ada orang lain yang berada disitu. Ju Bi Ta sengaja
berdiri di tempat terbuka agar suaminya dapat melihatnya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena dia ingin agar suaminya tahu akan kehadirannya
sehingga suaminya tidak akan bertindak keterlaluan, tldak
akan melakukan pembunuhan seperti yang telah dipesannya
tadi. Dan memang Se Jit Kong tentu saja sudah melihat
kehadiran isterinya dan puteranya. Hal ini membuat dia
kurang leluasa bergerak. Biasanya, kalau bertanding, apa lagi
melawan seorang yang demikian lihainya, dia akan
mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaian untuk
membunuh lawan. Akan tetapi sekarang, isterinya hadir dan
tadi isterinya berpesan agar dia tidak membunuh tiga orang
tosu itu! Hal ini membuat serangannya tidak begitu ganas. Dia
hanya ingin merobohkan dan mengalahkan lawan, tidak mau
membunuhnya karena kalau hal ini terjadi, isterinya tentu
akan marah. Sejak dia memperisteri Ju Bi Ta, dia begitu
sayang kepada isterinya. Dia merasa amat berbahagia kalau
isterinya bersikap manis kepadanya, akan tetapi sorga
berubah menjadi neraka baginya kalau isterinya marah dan
tidak menyambutnya dengan manis.
Setiap orang pria yang normal, siapapun dia, kaya atau
miskin, pandai atau bodoh, dari kaisar sampai buruh kecil,
yang sudah dewasa, pasti mempunyai suatu kerinduan akan
seorang wanita yang dapat dicintanya sepenuh hati. Seorang
wanita yang akan membangkitkan kejantanannya, yang akan
berbahagia oleh cintanya, seperti tanah subur bagi benih
cintanya yang akan bersemi dan tumbuh dengan suburnya.
Pria akan selalu merasa bangga kalau ada wanita yang
menghargai cintanya, membuat dia merasa jantan, perkasa
dan mampu membahagiakan wanita. Demikian pula dengan
Se Jit Kong. Biarpun dia seorang datuk besar kaum sesat,
diapun seorang pria normal. Sudah kerap kali dia menikah,
namun selalu pernikahannya gagal, walaupun kegagalan ini
disebabkan oleh wataknya sendiri yang kasar dan kejam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, sejak dia memperisteri Ju Bi Ta kurang lebih
sebelas tahun yang lalu, atau sepuluh tahun lebih, dia benar-
benar menemukan seorang wanita yang memenuhi segala
keinginannya. Karena itu, diapun takut akan kehilangan sikap
isterinya, dan ini membuat dia menjadi taat karena takut kalau
isterinya marah kepadanya.
Tentu saja keadaan Se Jit Kong yang demikian itu
menguntungkan Dewa Arak. Memang ilmu silat tangan
kosong, ilmu meringankan tubuh dan tenaga sakti mereka
berimbang, atau Dewa Arak lebih menang sedikit. Kini dengan
hadirnya Ju Bi Ta yang membuat Se Jit Kong tidak leluasa
bergerak, membuat Dewa Arak lebih unggul.
Akan tetapi sebaliknya, Dewa Arak juga tidak ingin
membunuh datuk besar itu. Biarpun dia seorang yang
berwatak riang gembira dan ugal-ugalan seperti orang yang
selalu mabuk arak, namun dia adalah seorang pertapa yang
sudah melepaskan nafsu-nafsunya, terutama sekali nafsu ingin
menang dan nafsu membenci dan ingin mencelakai orang lain.
Dia tidak mau membunuh, bahkan kalau bisa hanya
menangkan pertandingan itu tanpa membuat lawan terluka
parah. Limapuluh jurus telah lewat dan pertandingan tangan
kosong itu masih berlangsung semakin seru dan hebat.
Biarpun mereka berdiri agak jauh. Ju Bi Ta dan Sin Wan dapat
merasakan sambaran angin pukulan yang membuat ranting-
ranting pohon dl sekeliling tempat itu seperti diamuk angin
kuat, bahkan daun-daun kering yang berserakan di bawah
beterbangan ketika dua pasang kaki itu bergerak dan
berloncatan dengan amat cepatnya!
Sukar bagi Ju Bi Ta untuk membedakan mana suaminya
dan mana orang lain dari dua bayangan yang berkelebatan
itu. Sin Wan yang sejak berusia lima tahun sudah digembleng
ilmu oleh ayahnya, sudah dilatih siu-lian (samadhi) sehingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memiliki ketajaman pandangan, biarpun dapat mengikuti
gerakan mereka, tetap saja dia tidak dapat menilai siapa yang
mendesak dan siapa yang terdesak. Gerakan mereka terlalu
cepat. Akan tetapi diam-diam Se Jit Kong mengeluh. Kedua
lengannya sudah berubah merah seperti baja membara, dan
dia sudah mengeluarkan ilmu silatnya, namun lawannya
sungguh tangguh. Lengannya yang mengandung hawa panas
membakar itu bertemu dengan sepasang lengan yang kadang
keras, kadang lunak. akan tetapl selalu dingin dan tidak
terbakar oleh tangan apinya!
Tahulah dia bahwa kalau diianjutkan, andaikata dia tidak
kalahpun dia akan kebabisan tenaga, pada hal dia masih harus
bertanding melawan dua orang lagi yang tentu juga amat lihai
seperti Si Dewa Arak ini. Mulailah dia ragu-ragu.
Dewa Arak melihat keraguannya ini dan tidak ingin menyia-
nyiakan kesempatan. Dia mengerahkan l mu gin-kangnya dan
kakinya bergeser aneh ke depan, bahkan seolah hendak
menerima tamparan tangan kanan Se Jit Kong yang melayang
dari atas ke arah kepalanya. Namun, secepat kilat tubuhnya
menyelinap ke bawah dan tiba-tiba Se Jit Kong terhuyung ke
belakang karena lambungnya telah didorong oleh telapak
tangan Dewa Arak. Kalau Dewa Arak menghendaki, dorongan itu dapat saja
menjadi pukulan maut yang akan merusak isi perut lawan.
Akan tetapi dia hanya mendorong, membuat lawan terhuyung
untuk membuktikan bahwa dia menang dalam pertandingan
itu. Akan tetapi Se Jit Kong bukanlah orang yang mau mengaku
kalah begitu saja. Bahkan selama hidupnya, dia belum pernah
mengaku kalah! Sejak dia berguru kepada seorang pertapa
sakti di India, dia merasa dirinya tak terkalahkan, bahkan dia
tidak pernah mau percaya bahwa dia dapat dikalahkan!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kesombongan merupakan penyakit yang selalu menyeret
kita ke alam pikiran sesat. Nafsu daya rendah yang
mencengkeram hati dan akal pikiran kita mendorong kita
untuk merasa bahwa kita ini yang paling pandai, paling benar,
paling baik dan paling segala! Kalau kita pandai, kita
membanggakan pikiran kita, kalau kita kuat, kita
membanggakan tubuh kita. Kita selalu lupa bahwa kita ini
hanya alat! Seluruh tubuh dan hati akal pikiran ini hanya untuk hidup
sebagai manusia, alat yang semula dimaksudkan untuk
mengabdi kepada jiwa yang menjadi penghuni diri kita. Akan
tetapi sayang, alat-alat itu kemudian digelimangi nafsu daya
rendah sehingga kita dibawa menyeleweng.
Alat-alat yang seharusnya dipergunakan oleh jiwa, diambil
alih oleh nafsu, diperalat oleh nafsu sehingga apapun yang
dilakukan tubuh dan hati akal pikiran, selalu ditujukan untuk
memuaskan nafsu daya rendah. Nafsu daya rendah atau setan
selalu mengejar kesenangan, memperalat dan
menyelewengkan kita sehingga membawa pula kita kepada
kesombongan diri, kebencian, iri hati, ketakutan, kemurkaan,
dan sebagainya. Kalau kita melakukan sesuatu, kita menjadi bangga dan
menganggap bahwa kita yang pandai! Kita lupa bahwa
kepandaian yang berada di dalam kepala kita itu hanya alat-
alat belaka, terdiri dari sel-sel otak, darah dan syaraf. Ada
sedikit saja kerusakan pada alat itu, ada satu saja syaraf
lembut itu yang putus, maka akan sirnalah semua kepandaian
yang kita banggakan semula!
Demikianpun kekuatan pada tubuh. Kita membanggakan
tubuh kita yang kuat. Padahal, tubuhpun hanya alat dan ada
sedikit saja kerusakan pada tubuh, kekuatan yang
dibanggakan itupun sirna. Jelas bahwa kita pandai karena kita
diberi kepandaian, kita kuat karena diberi kekuatan!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kita lupa bahwa ADA yang memberi! Setan membisikkan
kesombongan kepada kita sehingga kita lupa kepada SANG


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

PEMBERI. Orang. yang sadar akan hal inl, tidak akan berani
memuji diri sendiri yang hanya alat, melainkan memuji kepada
SANG PEMBERI yang telah memberi semua itu kepada kita
sebagai alat, memuji kepada SANG PEMBERI atau Tuhan Yang
Maha Kasih, Al ah Yang Maha Esa!
Karena merasa terdesak, sebelum dia dirobohkan, Se Jit
Kong sudah meloncat lagi dan kini tangannya memegang
sebatang pedang terhunus yang mengeluarkan sinar
berkilauan. saking tajamnya. Itulah Gin-kong-pokiam (Pe-dang
Pusaka Sinar Perak), sebuah di antara benda pusaka yang
dicurinya dari gudang pusaka istana.
"Tranggg....l" Sebatang pedang lain menangkis pedang
bersinar perak yang menyambar ke arah Dewa Arak. Ternyata
Dewa Pedang telah meloncat dan menangkis pedang yang
menyambar ke arah rekannya itu. Kini, Dewa Pedang dan Se
Jit Kong berhadapan, dengan pedang di tangan. Pedang di
tangan Dewa Pedang juga mengeluarkan cahaya kekuningan.
Pedang ltupun sebuah pedang pusaka ampuh yang bernama
Jit-kong-kiam (Pedang Sinar Matahari).
"Heh .. heh .. heh, Hwe-ciang-kwi Se Jit Kong, engkau
sudah kalah dalam pertandingan pertama denganku! Lihat
saja baju lambungmu," kata Dewa Arak yang sudah meloncat
jauh ke belakang, mengambil guci araknya dan minum arak
dari gucinya beberapa teguk.
Se Jit Kong maklum akan kebenaran ucapan itu dan dia
tidak mau lagi melirik ke arah baju di lambungnya yang
berlubang sebesar telapak tangan lawan. Diapun maklum
bahwa kalau Dewa Arak menghendaki, tentu bukan hanya
bajunya yang berlubang, melainkan lambungnya dan tentu dia
telah tewas. Akan tetapi dia tidak mau bicara tentang itu, hanya diam-
diam dia merasa heran mengapa ada orang setolol itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendapat kesempatan baik tidak mau mempergunakannya!
Karena merasa kalau dalam pertandingan pertama, dia harus
mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaiannya untuk
memenangkan dua pertandingan yang lain.
Dia merasa yakin akan menang karena dia memiliki ilmu
pedang yang hebat, campuran dari ilmu pedang Bangsa Kazak
yang ahli bertempur itu, dan ilmu pedang dari India. Dia telah
mengolah ilmu-ilmu yang dikuasai itu menjadi ilmu pedang
yang ampuh sekali, yang. selama ini belum terkalahkan.
Biarpun ketika dia mengadu ilmu pedang dengan tokoh
Kun-lun-pai, kemudian tokoh Bu-tong-pai, dia tidak dapat
menang dan hanya dapat mengimbangi ilmu pedang lawan,
namun diapun tidak dikalahkan. Dan dia menang dalam
perkelahian itu dengan bantuan ilmu sihirnya dan ilmu pukulan
Tangan Api. "Hyaaaatttt ......!"
Dia mengeluarkan bentakan lantang dan pedangnya sudah
menyerang dengan dahsyatnya. Karena dia sudah kalah dalam
pertandingan pertama, kini Se Jit Kong melupakan pesan
isterinya, lupa bahwa isterinya berada tak jauh dari situ
menjadi penonton. Dia tidak perduli lagi karena kalau dia tidak
mampu menang berarti dia kalah dan dia harus menepati
janjinya. Menyerahkan kembali pusaka-pusaka itu tidak begitu besar
artinya bagi dia, akan tetapi kalau dia menyerah untuk
ditangkap dan dibawa ke timur hal, itu sungguh merupakan
penghinaan besar dan juga belum tentu para tokoh partai
persilatan itu akan suka memaafkannya. Dia pasti akan
dihukum mati oleh mereka. Oleh karena itu, dia harus
memenangkan dua pertandingan berikutnya dan dia akan
mamaksakan kemenangan itu, kalau. perlu membunuh
lawannya! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dari gerakan serangan itu tahulah Kiam-sian Louw Sun bahwa lawannya nekat dan mengirim serangan maut. Maka, diapun memutar Jit-kong"kiam untuk melindungi tubuhnya, kemudian membalas dengan tidak kalah dahsyatnya. Dua orang ahli pedang itu segera terlibat dalam pertandingan yang lebih menegangkan dari pada tadi, karena kini dua pedang itu berkelebatan, lenyap bentuknya menjadi gulungan dua sinar yang menyilaukan mata, saling belit dan merupakan kilat yang membawa maut.
Ilmu pedang yang dimainkan Se Jit Kong memang aneh sekali dan juga amat berbahaya, Akan tetapi sekali ini dia menghadapi seorang ahli pedang yang sakti, yang bahkan mempunyai julukan Dewa Pedang. Dari julukan ini saja mudah diketahui bahwa tentu Dewa Pedang memiliki ilmu pedang yang sudah mencapai tingkat yang amat tlnggi.
Apalagi pedang di tangan tosu yang sakti itupun merupakan pedang pusaka ampuh. Kalau Se Jit Kong tidak memegang pedang pusaka dari gudang istana kaisar, pedang lain tentu akan mudah patah kalau bertemu dengan Jit-kong-kiam.
l mu pedang yang dimainkan Dewa Pedang itu selain cepat, juga mengandung tenaga sin-kang yang amat kuat, dapat menekan, membelit dan menempel. Itulah Ilmu pedang Jit-kong-kiam-sut (Ilmu Pedang cahaya Matahari) yang selama ini belum terkalahkan.
Dua orang itu memang setingkat. Pedang mereka sama-sama kuat dan ampuh sebagai pedang pusaka pilihan. Ilmu pedang mereka pun dahsyat dan aneh, sedangkan ,dalam hal tenaga, merekapun seimbang. Sampai seratus jurus lebih, belum juga ada yang nampak kalah atau menang.
Mereka saling serang sambil mengerahkan segala kemampuan mereka. Sinar pedang menyambar-nyambar dengan suara berdesing-desing dan kadang bercuitan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
daun-daun pohon di dekat mereka berhamburan seperti
disayat-sayat. Sejak tadi, Ju Bi Ta dan Sin Wan melihat pertandingan
dengan hati tegang. Sin Wan mulai merasa khawatir. Tiga
orang yang menjadi lawan ayahnya itu, walaupun tidak main
keroyokan seperti belasan orang beberapa hari yang lalu,
namun masing-masing memiliki ilmu kepandaian tinggi, tidak
kalah oleh ayahnya. Tadipun ketika selesai bertanding tangan kosong dengan
tosu berperut gendut, dia melihat betapa baju ayahnya di
bagian lambung berlubang sebesar telapak tangan. Dia
mengerti bahwa hal itu menjadi pertanda bahwa ayahnya
teiah kalah, dan diapun kagum bahwa si pemenang itu tidak
membunuh ayahnya, bahkan melukainya. pun. tidak. Dan kini,
orang kedua dapat memainkan pedang sedemikian cepatnya,
mengimbangi permainan ayahnya.
Se Jit Kong mulai merasa lelah. Uap putih mengepul keluar
dari ubun-ubun kepalanya dan napasnya mulai terengah-
engah. Tentu saja daya tahannya kalah dibandingkan Dewa
Pedang. Kiam-sian Louw Sun adalah seorang pertapa yang
sejak duapuluhan tahun hidup bersih, tubuhnya tidak terlalu
diperalat nafsu sehingga tubuhnya menjadi kuat, tidak seperti
Se Jit Kong yang hidupnya bergelimang nafsu.
Karena dia merasa lelah sedangkan lawannya masih
nampak segar. Se Jlt Kong tahu bahwa kalau dilanjutkan.
akhirnya dia kalah karena kehabisan napas dan tenaga. Maka,
diam-diam dia mengerahkan kekuatan sihirnya, matanya
mencorong tajam dan tiba-tiba dia membentak dengan
suaranya yang mengandung kekuatan sihir.
"Robohlah kau .........!!"
Kiam-sian Louw Sun terkejut sekali karena tiba-tlba
tubuhnya seperti terdorong kuat dan biarpun dia sudah
mempertahankan diri, tetap saja dia terhuyung-huyung dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hampir saja terjengkang jatuh kalau saja tidak dengan
cepatnya Pek-mau-sian Thio Ki menangkap lengannya.
"Tangan Api, engkau kembali menggunakan kecurangan!
Engkau bertanding pedang dengan Dewa Pedang, bukan
bertanding sihir. Kalau engkau hendak memamerkan ilmu
sihirmu, akulah lawanmu. Dalam hal ilmu pedang, engkaupun
tadi kalah, buktinya engkau hampir putus napas dan kau
menggunakan ilmu sihir dengan curang!" tegur Dewa Rambut
Putih. Dalam keadaan terhimpit Se Jit Kong berusaha untuk
mencapai kemenangan dengan satu kali pukulan. Dia
mengerahkan seluruh tenaga ilmu sihirnya, matanya
mencorong, tubuhnya menggigil dan dia membentangkan
kedua lengan lalu berkata dengan suara yang lantang dan
menggetar, "Kalian semua belum mengenal siapa aku!
Lihatlah baik-baik, aku adalah Naga Api yang datang untuk
membasmi kalian semua!!"
Dia memekik, suara pekikannya melengking nyaring
Perjodohan Busur Kumala 8 Jaka Lola Karya Kho Ping Hoo Kisah Pedang Bersatu Padu 8
^