Pencarian

Seruling Sakti 12

Seruling Sakti Karya Didit S Andrianto Bagian 12


"Bunuh diri?" tanya Ki Benggala.
"Pada saat saya menciptakan olah langkah, yang terpikir oleh saya adalah, menghindari serangan sehebat apapun tanpa membalas. Tentu saja itulah kelemahan olah langkah itu, tidak mungkin saya menyerang lelaki itu hanya untuk bunuh diri. Sebab celah yang terlihat akan sangat jelas."
"Tapi itu hanya terlihat oleh mereka yang berpengetahuan tinggi, begitu tentunya?" ujar Ayunda.
"Mungkin, aku tidak tahu hal itu. Yang jelas kami bertarung, tepatnya saya menghindarinya sampai lima ratus jurus. Di awal jurus lima ratus lima, lelaki itu berteriak keras sekali, begitu lengkingannya hilang, wanita yang sejak tadi melihat kami saling serang, turut mengeroyok. Hh?" Jaka menghela nafas panjang.
"Ada apa?" tanya sang guru.
"Saya tidak menyayangkan kekalahan saya.."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalah?" seru gurunya.
"Ya, saya sama sekali tidak menyayangkan kekalahan saya, yang saya sayangkan adalah, mengapa mereka menyerang saya, padahal kami sudah bercakap-cakap"
walau hanya sebentar, tapi saya sangat menyukai mereka.
Sayang sekali?" "Cara bagaimana kau kalah?"
"Tentu saja karena Racun Getah Biru itu." Jawab pemuda ini sambil menurunkan lengan bajunya.
"Kau tahu bagaimana bentuk pedang yang menyerangmu?"
tanya kakak Kinanti. Kurasa dia mengujiku, pikir Jaka. "Kalau di bayangkan, rasanya agak mustahil. Saya pikir mereka tidak membawa senjata apa-apa, tetapi mendadak saja ada senjata di tangan mereka. Panjang pedang itu.."
"Tunggu dulu!" potong Ki Banaran. "Kau bilang senjata ditangan mereka" Apa ada dua buah pedang?"
Jaka mengangguk. "Benar, pedang itu berwarna biru dan merah. Keduanya tidak lazim disebut pedang, panjangnya sama seperti tombak, tapi bentuknya tipis. Di sisi kanan kiri pedang itu memancar hawa racun sangat kuat. Sepanjang pertengahan badan pedang terlihat garis putih mengkilat terang."
"Ah.. sepasang Pedang Baja sudah ditemukan, mereka sudah muncul!" desis Ki Banaran dengan wajah miris.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mudah-mudahan tidak sejahat yang pernah dikabarkan orang." Gumam Ki Lukita.
Jaka melegak sesaat. "Saya yakin mereka bukan orang jahat."
"Bagaimana bisa kau mengatakan kalau orang yang menyerangmu bukan orang jahat, jelas-jelas dia berniat membunuhmu!" tandas Diah.
"Pendapatmu benar, tapi kalau memang ingin
membunuhku kan tak perlu bertarung sampai ratusan jurus, cukup dia keluarkan pedang itu.. matilah aku. Tapi entah kenapa dia tidak melakukannya."
"Kau benar," sahut Diah setelah terdiam beberapa saat.
"Yang jelas begitu pedang mereka dikeluarkan, saya hanya bisa bertahan dua puluh jurus, setelah itu masing-masing pedang menggores lengan. Saya pikir, disitulah akhir hidup saya, tubuh ini tak bisa bergerak. Kepala saya serasa meleleh, tak bisa berpikir apapun, tapi kesadaran saya masih utuh, telinga saya masih bisa mendengar. Mereka membicarakan saya,
" "Diatas langit masih ada langit, jika kau adalah pohon maka kami adalah gunung, tapi masih ada awan diatas kami dan mendung diatas kepalamu, sebelum engkau bisa menatap langit. Jika beruntung engkau akan hidup, jika tidak maka jiwamu lenyap.. semuanya sirna, tiada harapan, tiada kegalauan lagi, karena semua sudah menjadi sebuah ketakutan. Lama, ketakutan yang sangat lama" sebelum muncul?" " kalimat selanjutnya tak bisa saya dengarkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena kepala saya mendadak pusing. Tapi ucapannya yang terakhir menyentak kesadaran saya.
" "Kau adalah kau, tidak lebih dari seorang manusia. Jika kau bisa lolos dari semua ini, maka kau pantas hidup.
Harapan ada padamu, semuanya ada padamu, semuanya kuserakan padamu.." "
"Lelaki itu mengulang-ulang ucapannya. Kepala saya terasa berat, saat sang wanita mengusap kepala saya, saya tak ingat apapun."
"Setelah itu apa yang terjadi?" tanya Ki Benggala.
"Saya sadar dan andika sekalian percaya apa yang kurasakan" Saya merasa seolah tubuh ini tanpa tangan dan kaki, untuk bernafas sepelan apapun membuat dada sakit.
Beruntung saya menguasai pernafasan Melawat Hawa Langit, maka racun itu tak sampai menyebar keseluruh tubuh."
"Eh, bukannya pernafasan Sembilan Putaran Nadi?" tanya Ki Gunadarma menimpali.
"Itu kan karangan saya paman." Sahut Jaka sambil nyengir.
"Lalu yang tadi?"
"Karangan juga,"
"Apa bedanya." "Tidak ada, cuma nama saja yang membedakan.
Hakikatnya sama seperti yang saya jelaskan waktu di kuil ireng."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itulah kali pertama saya bertarung serius, kali pertama merasakan racun terganas dan kali pertama saya terkapar tiga hari tiga malam tanpa ada siapapun yang bisa kumintai pertolongan. Beruntung tempat dimana saya terkapar adalah padang rumput, nampaknya mereka meletakkan saya tepat dibawah pohon yang rindang."
"Sungguh ceroboh." Kata Ki Lukita.
"Sepintas memang begitu guru, andai kita tidur dibawah pohon besar dalam keadaan biasa"sehat, mungkin akan keracunan, setidaknya merasakan pusing. Tapi saat itu saya sedang keracunan parah, jadi tindakan mereka tepat sekali.
Jalannya racun bisa dihambat walau sedikit. Dan kelihatannya selain pernafasaan saya, bantuan pohon rindang itu juga faktor penentu. Oh.. saya hampir terlupa, pohon rindang itu adalah Pohon Dewandaru Hitam, guru pasti tahu kalau racun yang ada di pohon itu bisa membunuh makhluk hidup yang ada di sekitarnya."
Sang guru mengangguk paham. "Oh,jadi begitu."
Karena tidak ada penjelasan ilmiah pada masa itu, penjelasan Jaka sudah masuk akal. Mereka tahu atau yang dimaksudkan Jaka, yakni; kalau pada malam hari pohon besar akan menyerap Oksigen hampir 70%, jadi jika ada manusia yang tidur dibawahnya, udara dalam paru-parunya bisa tersedot habis, atau dia bakal keracunan, karena unsur karbondioksida yang dilepaskan tumbuhan akan terserap kedalam darah, itulah yang bisa membuat tubuh keracunan, sebab senyawa karbon bisa mengikat nitrogen dalam darah, jika terlalu banyak nitrogen di darah, hal pertama yang terjadi adalah keracunan dengan tubuh bengkak. Jadi, karena dalam saraf, terdapat oksigen yang berlebih, dan tekanan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karbondioksida, maka selain keracunan, saraf juga akan pecah" mati.
Tapi keadaan Jaka berlainan, racun yang didalam tubuh sangat dahsyat, dalam keadaan lemah seperti itu, ia mendapat racun halus dari hawa pohon Dewandaru yang bergerak lambat, tapi dorongannya tak terhentikan. Karena ada racun lain yang bergerak mendesak, peredaaran Racun Getah Biru terhambat.
Memang, jika ingin dibuat perbandingan, racun pohon Dewandaru Hitam dengan Getah Biru, ibarat bumi dengan langit. Racun Getah Biru jauh lebih dahsyat dari racun pohon itu. Tapi yang membuat racun jadi seimbang justru karena kondisi Jaka yang sangat lemah, peredaran darahnyapun melambat, sehingga Jaka bisa memanfaatkan kedua racun itu dengan olah nafasnya, untuk menyelamatkan jiwa.
"Lalu bagaimana, kau katakan tadi kau beruntung ada di sebuah padang rumput."
"Benar, pagi hari keempat, ada seseorang yang menggembala sapinya. Dari pertolongan beliaulah saya dapat hidup, beliau memberikan susu sapinya sebanyak yang saya butuhkan.."
"Beliau?" tanya sang guru.
"Ya, kakek penggembala sapi. Dan baru kali ini saya sadari kalau dia bernama hampir sama dengan guru, hanya nama belakang saja yang beda. Namanya Sasro Ludira."
"Di rumah beliau pula saya bisa beristirahat, memulihkan tenaga dan menghilangkan racun."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menghilangkan racun" Tidak mungkin.. bukankah tadi darahmu bisa membunuh ayam?" tanya kakang seperguruan Jaka.
"Memang benar, saya bisa menekan seluruh racun dan di kumpulkan pada tempat dimana asal racun itu"dilengan saya, karenanya terlihatlah guratan warna biru dan merah di lengan ini. Seluruh tubuh saya bersih dari racun, tapi tidak dengan bagian lengan kiri saya. Racun itu tidak akan hilang sampai ada sebuah benda yang kekuatan racunnya juga sama, mengenai saya."
"Kalau begitu keselamatanmu senantiasa terancam?" tanya Diah, nadanya datar, tapi siapapun tahu kalau gadis itu mengkhawatirkan Jaka.
49 - Menebar Takut Berbalut Lisan
"Tidak, racun itu sudah menjadi bagian dariku, tidak akan meracuni diriku. Bahkan bisa membantuku."
"Membantu?" "Jika aku mau, maka racun ini bisa disebarkan keseluruh tubuh, dan jadilah aku manusia racun, apa yang kusentuh apa yang terkena hembusan nafasku, bisa teracuni."
"Wah?" banyak orang berdecak ngeri juga kagum.
"Jadi saat kau menghadapi lima racun itu.."
"Jangan salah sangka paman Gunadarma, itu tidak ada hubungannya, kalau saya mengalirkan racun ini untuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menahan kelima racun itu, bisa-bisa kadar racun di lengan saya bertambah besar dan tak mungkin terobati."
"Oh.. jadi kau sendiri belum bisa mengobati?"
"Sebenarnya bisa, tapi seperti yang saya bilang, harus ada racun yang kekuatannya setara dengan racun ini. Lagi pula harus dengan teknik khusus melakukannya, tapi saya kira kalau memang ingin menghilangkannya, toh tinggal mencari racun yang sebanding, lagi pula, rasanya sayang harus berpisah dari racun ini... bagaimanapun juga racun ini tak berbahaya bagi saya, lama kelamaan racun ini akan hilang sendiri dan menyatu dengan darah, dengan sendirinya"
apabila sudah menyatu dengan darah saya, racun apapun yang berkekuatan dibawah racun ini, tidak akan sanggup mencederai saya."
"Hebat." Puji Ayunda.
"Tapi, semua itu butuh waktu, proses pembauran racun dalam darah, mungkin sebentar, tapi mungkin juga lama.
Siapa tahu sesudah aku punya cucu, baru bisa menyatu."
"Hi-hi, punya cucu"! Umurmu saja masih seumurku!" kata Andini terkikik. "Tapi apa penyatuan itu sama sekali tidak beresiko?" sambungnya bertanya.
"Tidak. Juga tidak berbahaya bagi istri dan keturunanku kelak." Penjelasan Jaka di mengerti mereka semua, memang bagi mereka yang bermasalah dengan darahnya, bisa mengakibatkan keturunan dan istrinya tertular. Dan mereka mengerti akan hal itu.
"Nah, berhubung aku bebas racun.. siapa yang berminat?"
tentu saja ucapan Jaka kali ini mendapat reaksi, ada yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertawa ada pula yang diam-diam memaki. Sebab dengan perkataan yang sebelumnya, artinya Jaka mengatakan siapa yang mau jadi istriku.
"Ih.. omongan macam apa itu." Seru Diah dengan wajah merah padam. Kalau saja ada yang tahu bahwa dalam hatinya gadis ini menjawab ucapan Jaka dengan "aku berminat?"
penuh antusias, pasti mereka tak percaya.
"Ah-Ha" aku hanya bercanda kok." Kata pemuda ini sambil menggaruk kepalanya. "Biar tidak terlalu tegang."
Orang tertawa melihat keadaan wajah pemuda ini yang runyam, sebentar merah sebentar meringis seperti orang salah makan.
Ki Lukita juga tertawa geli, tapi ia segera meneruskan percakapan tadi. "Tak kusangka pengembaraanmu begitu hebat. Lalu semua itu apa ada hubungannya dengan jawabanmu yang terakhir tadi?"
Jaka seperti tertolong, sikap pemuda ini kembali seperti biasa. Sungguh hadirin jadi heran melihat sikap pemuda ini yang gampang berubah, sekejap seperti orang ketahuan ngupil, tapi berikutnya saat serius, seperti orang yang menghadapi persoalan yang amat gawat.
"Seperti yang saya bilang, kalau ada kekuatan yang lebih kuat lagi yang sanggup membuat "sesuatu" itu mau tunduk.
Mungkin suami-istri yang saya temui waktu itu juga salah satu dari kekuatan tersembunyi. Karenanya, saya bisa mengambil kesimpulan kalau apapun yang membuat mereka
menghentikan tindakannya karena ada orang yang jauh lebih menakutkan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jadi kau mau mengatakan kalau ada kendali di atas kendali?"
"Benar, semuanya memang begitu. Tapi itu tak usah dibahas lebih lanjut. Akan saya jelaskan jawaban kelima saya, yakni kemungkinan hilangnya sebuah tanda kekuasaan.
Waktu itu saya dan beberapa orang sahabat, menghadapi persoalan yang sama. Ada beberapa kelompok yang menyerang para pedagang besar, pejabat, merampok perguruan-perguruan kecil, dan banyak hal yang sama dengan motif sama. Mereka mencari sesuatu, atau mungkin mengumpulkan sesuatu. Kejanggalan itu kami temukan pada tiap-tiap pencurian yang juga dilakukan pada pedagang-pedagang miskin. Mereka juga mengambil barang yang paling berharga.."
"Semua maling kan memang begitu." Celetuk Wiratama.
"Memang begitu, tapi apa tidak aneh, kalau kain jarit, barang-barang tidak berharga, dan tak terpakai lainnya juga ikut diambil. Mereka mencari sesuatu tapi menutupinya dengan pencurian lain. Kegiatan itu tidak mencurigakan, sampai akhirnya saya menemukan bukti. Dan itu membuat saya berkesimpulan demikian."
"Kemudian, alasan jawaban keempat.."
"Tunggu dulu, apa buktinya?" tanya Ki Alit sangkir.
"Maaf, tak bisa saya katakan, bukan saya tak percaya, tapi semua ini semata-mata untuk menjaga keefisienan kerja saya dan juga teman-teman yang lain." Sahut pemuda ini tegas, lalu ia meneruskan penjelasannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Untuk alasan jawaban keempat, saya kira sumber dana mereka hilang. Ada banyak hal, pertama; seluruh bandar judi dan rumah-rumah judi di kerajaan Rakahayu, Singgarmala, Kencana Urip, Rayicakya, dan banyak kerajaan lainnya, tutup."
"Eh, kenapa kau tahu itu." Tanya gurunya.
"Guru juga tahu?"
"Ya, agak aneh memang. Sebab disini juga rumah-rumah judi lenyap. Kami heran, cara bagaimana bandar judi yang begitu kayanya, mau mengungsi hanya dengan pakaian yang melekat dibadannya."
"Kasihan." Sahut Jaka tertawa. "Seharusnya guru juga menempatkan orang-orang perkumpulan ini di tempat tak beres seperti itu."
"Sudah, tapi kekalahan besar itu tak kami ketahui. Yang kutahu, mereka gulung tikar itu saja."
Jaka manggut-manggut. "Saya rasa guru harus berterima kasih pada kami." Kata pemuda dengan roman tertawa tak tertawa.
"Kau?" "Benar, kami mengadakan perjanjian dengan bandar-bandar besar dengan taruhan besar. Kami meminjam harta dari pejabat korup dan kami menang taruhan."
"Begitu mudah" Tanpa gelombang" Tanpa reaksi?" tanya gurunya heran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf, bukan bermaksud merebut penyelidikan dan meremehkan kerja perguruan ini. Tapi kami bekerja cukup efisien."
"Seefisien apa?" tanya Ki Benggala menimpali, orang inilah yang sangat penasaran, sebab seluruh keamanan dan kejadian seluruh kota baik yang terang-terangan atau rahasia, tanggung jawab berada dipundaknya, bagaimana mungkin ia tak mengetahui kalau ada kejadian sebesar itu"
"Untuk membuat siapapun tak berani berkutik, adalah dengan memegang kelemahannya, itu hal yang jamak. Kami semua mempunyai catatan buruk para bandar yang mereka lakukan secara diam-diam, tentu saja jika tersiar, akan membuat malu. Bisa dipastikan mereka akan dihukum baik oleh aparat atau perkumpulan.... apapun namanya."
"Jadi begitu?" "Ya, kami bekerja tanpa terdengar, tanpa reaksi, tanpa terlihat. Maaf, bukan saya menyombongkan diri, tapi memang itulah yang kami lakukan. Kami datang, kami bereskan, dan kami pergi dengan banyak uang, selesai."
"Tak ada keributan, dan mereka lenyap, hebat... lalu berapa yang kau kumpulkan dari tempat judi di kota-kota besar, termasuk kota ini?"
"Tak banyak, menurut perhitungan terakhir dua juta keping emas dan seratus ribu keping perak."
"Fiuuw.. bisa membuat perkampungan besar." Gumam Ki Gunadarma.
"Benar paman." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau bandar judi di kota ini, mereka punya kekayaan sampai berapa?"
"Entahlah paman, saya tak menghitungnya. Mungkin sekitar dua ratus ribu keping emas."
"Aneh, bagaimana bisa sebuah bandar di kota Pagaruyung memiliki harta begitu banyak?"
"Itu yang seharusnya dicurigai, bahkan kalau mungkin para orang kaya"yang menurut wajar, seharusnya ia tak memiliki harta sebanyak itu."
"Kalian kerja begitu rapi, apa sudah membentuk jaringan tersendiri?"
"Sudah, ehm" dan saya rasa akan segera terbentuk lebih baik. Niat kami, mengimbangi kelompok rahasia dengan perkumpulan rahasia pula. Mereka mengirim mata-mata, kami juga mengirim mata-mata."
"Bagaimana cara kalian menentukan kalau satu perkumpulan sudah disusupi atau seorang pejabat yang menjadi kaki tangan perkumpulan rahasia?"
"Wah.. itu rahasia paman, selain penyelidikan, kecermatan dan keyakinan, yang berperan penting disini adalah naluri.
Cuma itu yang bisa saya beri tahu."
Ki Gunadarma memaklumi jawaban Jaka, ia kembali bertanya mengenai persoalan tadi. "Kalau begitu hasil yang kalian capai untuk mengurus seluruh bandar judi sangat besar?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tak tahulah. Sejauh ini menurut saya, cukup besar. Kami terpaksa mengelompokkan sampai tujuh belas peti besar, masing-masing peti ada delapan juta keping emas dan setengah juta keping perak."
Mereka terpekur, untuk sesaat menghitung nilai nominalnya. Gila, jumlah yang sangat besar! Satu peti saja bisa membeli tiga kota semacam kota Ganyu. Hebat, bisa membuat kerajaan sendiri.
"Banyak sekali..." desah Pratiwi tak percaya.
"Memang banyak, belum lagi kalau digabung dengan harta benda yang kami sita dengan paksa."
"Sita paksa?" beberapa orang bertanya sama.
"Benar, seperti lintah darat, pejabat korup"seperti yang saya katakan tadi, atau kami memeras raja-raja muda yang memiliki rencana untuk berkhianat atau menyembunyikan rahasia besar yang memalukan. Dan satu hal yang harus dicatat, jalan operasi kami sama dengan jalannya operasi perkumpulan rahasia pada umumnya. Mereka memeras dengan rahasia, kami juga. Kami memeras tidak tanggung-tanggung seperti mereka. Harta itu hampir mencapai dua kalinya, dari hasil mengeruk bandar judi."
"Ih.. gila!" hampir semua orang terpekik kaget.
"Apa itu bukan bualanmu?" tanya Wiratama.
Jaka tertawa. "Kalau tidak percaya anggap saja bualan, habis perkara." Jawabnya, membuat orang tak mengerti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu bagaimana maksudmu dengan. Memeras tidak tanggung-tanggung?"
"Oh, untuk yang satu itu harus dilihat dari sudut pandang permasalahan yang dihadapi. Perkumpulan yang memeras beberapa raja muda, selalu meminta upeti perbulan sebanyak seratus ribu keping emas tiap bulan. Tapi kami tidak, karena kami tidak mungkin pergi bolak-balik terus menerus, dengan sendirinya, kami meminta uang sebatas seluruh kekayaan yang dimiliki orang itu."
"Jika mereka menolak?"
"Ya, kami biarkan.. tetapi entah kenapa keesokan harinya seluruh penghuni rumah"kecuali orang yang pernah kami mintai uang, keracunan." Kata Jaka sambil mengangkat bahunya dengan nada apa boleh buat.
"Kau yang membuat mereka begitu?"
"Yah.. mau bagaimana lagi" Korban juga harus dipilih-pilih, kira-kira yang sudah cukup umur, yang jelas dia bukan orang baik."
"Masa kau bisa menentukan takdir orang?" tanya sang guru dengan kening berkerut.
"Bukannya begitu, tapi hanya membuat mereka berubah dan kalau bisa bertobat, dengan sedikit ancaman. Paling tidak racun yang saya buat, bisa berguna."
"Dengan kejadian itu mereka menerima permintaan kalian?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Syukurlah mereka tidak keras kepala.. lagi pula kami katakan, maksud kami memeras mereka adalah untuk membantu mereka sendiri."
"Dari mana kau dapat dalil meminta semua duit orang untuk membantu?" tanya Ki Glagah geli.
"Memang agak aneh, tapi jika di kupas lebih lanjut, semua itu masuk akal. Karena kami cukup mengatakan" "semua ini demi keselamatan kalian, dari pemeras yang lain. Mereka tidak akan memeras lagi kalau kau sudah tak punya harta."
Agaknya mereka paham dengan maksud saya." Tutur pemuda ini dengan wajah polos.
Ki Lukita dan tetua yang lain menggeleng, benak mereka berpikir. Kukira anak satu ini lugu dan polos, nyatanya keluguan dan kepolosannya sangat berduri. Sungguh tak nyana, tiap kebenaran yang dikatakan bocah ini punya lika-liku yang rumit. Sungguh berbahaya kalau ingin bermain api dengannya...
"Semua pemerasan yang kalian lakukan dengan modus yang sama?"
"Benar, tapi juga ada yang tidak sama. Pernah kami salah memeras, maksudnya, pejabat korup yang kami peras itu tidak pernah diperas oleh pihak perkumpulan manapun."
"Kau tetap memerasnya?"
"Tentu saja, sebab saya kawatir kalau tidak begitu dia akan terus merongrong rakyat dan pemerintah. Semua harta, kecuali apa yang ia dapat dari gajinya, kami angkut. Hm, kalau diingat wajahnya waktu itu, sungguh kasihan, tapi jika Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengingat wajah-wajah rakyat yang kelaparan, mau tak mau saya harus tega."
"Bagus juga perbuatanmu, tapi uang sebanyak itu mau kau kemanakan, mau kau gunakan untuk apa?"
"Tentu saja banyak hal yang sudah saya gunakan, saya yakin paman sudah bisa memikirkan kemana arahnya, tapi prinsip kami adalah; mendahulukan rakyat baru mengurus kepentingan lain."
"Memang benar" Kalau boleh kami tahu seberapa banyak anggota perkumpulan kalian dan siapa ketuanya?"
Jaka berpikir sejenak. "Sebenarnya saya tidak boleh memberitahukan ini, tapi karena saya juga menjadi anggota perkumpulan ini, tidak ada salahnya saya beri tahu sedikit...
seperti juga kelompok ini, kami membagi diri menjadi tujuh belas kelompok. Tiap kelompok memiliki tugas tersendiri, mereka punya keistimewaan tersendiri pula.
"Ada banyak hal lain yang tak terduga dari kelompok-kelompok yang kami bentuk"mungkin seperti yang andika sekalian duga, mereka bisa saja pengemis, pelayan, pemilik rumah makan atau penginapan, dan mungkin juga menyamar sebagai, maaf" pelacur, atau bahkan sebagai ketua perkumpulan. Tujuh belas kelompok itu diketuai oleh teman-teman saya."
"Oh, kau yang menjadi ketua mereka?" tanya sang guru.
"Itu semua berkat kecintaan sahabat-sahabat, sehingga mereka mau dipimpin manusia macam saya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pilihan tepat, walau aku tak tahu macam apa mereka, kuyakin dari apa yang sudah dikerjakan mereka"lewat penuturanmu tadi, pemimpin mereka lebih berbahaya."
"Ah, guru jangan mengatakan saya berbahaya, saya toh tidak menggigit, tidak pernah menggonggong.."
"Bukan itu maksudku.." ujar gurunya tertawa. "Rasanya, kau memimpin mereka dengan cukup baik. Lalu berapa jumlah anggotamu seluruhnya?"
"Saya tak tahu pasti, catatan yang terbaru belum dibuat.
Tapi catatan satu tahun yang lalu, masih berjumlah kurang lebih delapan ratus orang."
"Gila, itu sudah sangat banyak." Seru Ki Gunadarma.
"Bagaimana kau menarik mereka sebagai anggota?"
"Tak banyak yang saya katakan, saya hanya memberi contoh kepada mereka dengan kelakuan saya. Dan dengan pengertian, itu saja."
"Dan mereka menjadi anggota?"
"Sebenarnya bukan anggota, tapi sebagai teman sebagai sahabat yang saling mengingatkan jika salah satu dari kami melenceng. Entah berapa banyak kata seperti itu kami ucapkan, sehingga tak terasa juga teman kami makin banyak."
"Kalau salah pilih bagaimana" Maksudku, orang yang kau ajak itu mata-mata dari perkumpulan lain atau bahkan telik sandi Kwancasakya.."
"Kami tidak perlu kawatir, justru kami malah ingin menjaring orang-orang seperti mereka, dan kalau bisa kami arahkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menjadi manusia seutuhnya. Dengan sendirinya, kami juga mengetahui banyak hal dari mereka."
Suasana hening seketika, mereka memandang kedepan..
aura ruangan jadi sedikit berubah, seorang pimpinan perkumpulan yang tidak kalah rahasianya dengan perkumpulan mereka sendiri, kini menjadi anggota mereka, bahkan anggota terendah! Sungguh tak bisa disangka ada kejadian macam ini.
"Berapa banyak mata-mata yang terjaring?"
"Tak terhitung dan mereka terdiri dari banyak golongan..
kami tidak pernah palah-pilih untuk menentukan siapa yang menjadi teman, selama dia manusia yang masih bisa diajak kejalan yang benar."
"Lalu mereka insyaf?"
"Bukan insyaf, tapi menyadari tindakannnya keliru, sesudah itu baru insyaf. Dan mereka menceritakan semua yang pernah mereka lakukan. Dari situlah lahir ide-ide untuk mengimbangi perkumpulan rahasia. Lalu kami berkembang" dan berkembang makin besar."
"Kalian tak kawatir kalau perkumpulan kalian diketahui pihak lain?"
"Kami tidak perlu kawatir, sebab kami dikatakan menjadi perkumpulan rahasia oleh orang yang mengetahui keberadaannya. Kami hanyalah kumpulan orang-orang yang bertujuan sama. Tindakan kami juga terorganisir, jika kami mengadakan pertemuan, banyak orang yang tahu keberadaan kami, jadi menurut saya, kelompok kami itu bukan perkumpulan rahasia."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi, sepanjang penyelidikan kami, belum pernah melihat gerakan seperti perkumpulanmu."
Jaka tertawa. "Mungkin belum sempat bertemu."
Mereka saling pandang, jawaban Jaka bisa berarti banyak.
Bisa saja Jaka meragukan cara kerja mereka, atau memang kelompok Jaka benar-benar rahasia, atau lebih parah lagi, memang tidak ada.
"Lalu tindakan kalian saat melakukan satu rencana?" tanya gurunya.
"Kami tidak pernah melakukan hal-hal merusak, kami hanya bertukar informasi dan mengambil tindakan yang dirasa perlu. Misalnya saja saat ini" saya datang kemari dan mendapatkan informasi dari guru, bukankah pada mulanya kita tidak saling kenal" Begitu juga antara saya dengan anggota lain.."
"Oh, jadi hubungan yang terjalin diantara kalian begitu lepas" Begitu bebas dan mudah, tanpa syarat tertentu"!"
"Benar." Jawab pemuda ini. Tentu saja tak perlu kusebut lika-likunya, sambungnya dihati.
"Tapi kau bilang dua tahun yang lalu?"
"Ehm" benar."
"Kau bilang, selama dalam perantauan sejak keluar rumah lebih suka menghabiskan waktu dengan menikmati pemandangan alam." Ujar gurunya merasa tak enak, kalau begitu selama ini penuturan Jaka adalah bohong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya tahu maksud guru, dan bukan maksud saya berdusta. Tapi memang benar apa yang saya katakan itu, tapi saya kan bisa mengurus segala sesuatunya sambil lalu, tidak harus berada disatu tempat tertentu. Saya rasa hanya kamilah"perkumpulan yang tidak punya markas, kami seperti angin, berhembus kemana saja, disitulah perkumpulan kami."
"Begitu, jadi bagaimana kalau ada anggota ingin menyampaikan informasi" Sedangkan ketuanya keluyuran terus?"
"Mereka bisa menemukan saya." Jawab pemuda ini singkat.
"Bagaimana caranya?"
"Ya, begitulah?" pemuda ini tak ingin menjelaskan yang sesungguhnya. "Mungkin caranya seperti yang aki pikirkan.
Begitulah mereka bisa menyampaikan informasi pada saya."
Wah, tak nyana anak ini begitu cermat menyusun segala sesuatunya. Puji Ki Gunadarma dalam hati merasa kagum.
"Jadi keberadaanmu disini.."
"Jangan kawatir Tiwi, aku kan bukan orang yang tanpa pertimbangan. Aku juga punya kode etik tersendiri.
Keberadaan-ku disini tidak ada yang tahu selama aku tidak menginginkannya."
"O?" gadis ini paham. "Jadi engkau mengendalikan anggotamu, sesuka hati."
"Bukan sesuka hati, tapi bisa saling mengatur. Mereka manusia seperti kita, punya keinginan, punya kewajiban. Ada Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saatnya mereka harus menunaikan kewajiban, tapi kuyakin lebih banyak waktu mereka untuk keluarga atau bersantai"
sampai saat itu." "Sampai saat itu?"
"Ya, sampai pada batas keadaan yang kritis. Kita tahu sendiri, kapan terakhir ada pergolakan yang mencurigakan, maka itulah batas waktu kami bersantai."
"Kalau begitu sembilan bulan yang lalu?" tebak gadis ini.
Jaka tak menjawab, "Kini tugas kami makin banyak."
Gumam Jaka, dan itu adalah jawaban untuk Pertiwi.
"Tentu sudah banyak memakan tenaga dan pikiran untuk melakukan hal-hal besar seperti menguras harta tak halal seperti yang kau dapatkan dari bandar judi." Ki Alit Sangkir menegas.
"Benar, kami lelah dan muak dengan rencana kami sendiri, tapi itu harus kami lakukan demi masa yang lebih baik."
"Lalu harta yang begitu banyaknya kau simpan dimana?"
tanya Ki Alit Sangkir. "Tapi maaf.. aku bertanya bukan untuk mencari tahu."
"Saya paham.. tentu saja harta itu kami simpan di sebuah tempat yang aman. Ada sebagian yang sudah kami bagi-bagikan dalam bentuk barang, atau bahan makanan, untuk membantu korban bencana alam, banjir.., bukan saya mau menonjolkan ini, tapi memang itulah kewajiban yang kami pandang harus dilakukan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hh... sayangnya harta begitu banyak, tapi banyak pula upaya dan daya yang kami keluarkan untuk menebus semua itu, sungguh tidak sebanding, sungguh tidak sebanding?" ujar pemuda ini menghela nafas panjang, seperti gusar.
"Kenapa kau katakan begitu?" tanya Ki Lukita.
"Sebab, banyak teman saya tewas! Padahal saya yakin benar dengan tingkat kepandaian mereka, tapi bagaimana bisa mereka mati dengan begitu mudahnya" Tidak ada racun, tidak ada trik lain, saya yakin mereka didatangi lawan yang mengerikan, lalu empat orang itu dibunuh tanpa bisa melawan. Hh.. mengerikan, tapi dengan kejadian itu kami jadi makin berhati-hati bergerak. Karena boleh jadi Telik Sandi Kwancasakya mengintai tiap pergerakan kami."
"Oh.. begitu, jadi dari kegiatan itu kau tahu adanya telik sandi itu?"
"Benar." "Kalau begitu tinggal tiga belas kelompok?" tanya Ayunda tiba-tiba nyeletuk.
"Tidak, tetap tujuh belas kelompok.. wakil dari ketua yang tewas menggantikan kedudukan sementara, sampai pada saatnya nanti, kalau perlu akan kurombak."
Baru saja pembicaraan hendak dilajutkan, tiba-tiba saja terdengar suara melengking nyaring.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
50 - Persiapan Melatih Ilmu Dasar
"Sudah waktunya?" seru Jaka merasa lega, sudah capai mulutnya bercerita kesana kemari, ia kawatir banyak rahasia yang keluar. Pemuda ini bergegas masuk kedalam kamar.
Sebagian dari mereka yang ingin menyaksikan hasil pengobatan Jaka, juga ikut masuk. Sebagian lagi tetap duduk di ruangan tadi sambil membicarakan masalah tadi, mereka tak menyangka kalau pemuda semacam Jaka sudah memiliki jaringan demikian rumitnya.
Tampak oleh mereka tubuh Rubah Api yang menggembung besar sudah kempis, pisau-pisau yang menancap di tubuhnya yang sebelumnya memang sudah mencelat jatuh
dipembaringan, kini berserak dilantai. Nafas orang itu terlihat memburu.
"Apakah sudah pulih?" tanya Ki Benggala.
"Saya rasa begitu," sahut Jaka sambil mengambili jarum, pisau dan tujuh belas bambu kecil yang tak memiliki ruas.
Setelah semuanya terkumpul, Jaka merendam benda-benda itu kedalam air panas yang sudah disediakan. Sudah jelas, tentu agar alat-alatnya steril.
Jaka segera memeriksa nadi di pergelangan tangan dan dileher. "Proses pemulihan sedang berjalan," gumamnya. Lalu ia menoleh pada gurunya.
"Guru, sekarang kondisi Rubah Api sudah lima puluh persen membaik. Akan lebih baik lagi jika direndam air hangat.


Seruling Sakti Karya Didit S Andrianto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sore nanti, bisa saya pastikan kondisinya sudah pulih, dan untuk proses penyembuhan, paling tidak memakan waktu sebulan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ooh," desah Ki Lukita terbengong.
"Jika guru ingin menanyakan apa-apa saja yang perlu ditanyakan, saya pikir jangan terlalu cepat. Dia masih terkejut dengan keadaannya."
Sang Guru mengangguk, lalu ia memerintahkan pada Ayunda untuk memanggil dua lelaki gundul yang merawat Rubah Api. Tak berapa lama kemudian, mereka datang dari pintu rahasia. Dengan tindakan cermat, keduanya mengangkat Rubah Api. Tentu saja sebelumnya mereka harus menyelimuti tubuh Rubah Api, karena sebelumnya Rubah Api memang tak mengenakan baju, hanya auratnya saja yang ditutup.
Orang-orang menatap kepergian Rubah Api yang dipondong dua lelaki gundul.
"Nanti sore?" gumam Ki Benggala setengah tak percaya.
"Benar paman, mungkin dia bisa siuman lebih cepat lagi.
Dan jangan heran kalau bekal makanan di dalam sini bakal habis?" Kata Jaka sambil tersenyum.
"Dia penyebabnya?"
"Benar, bagi orang yang sudah lama dalam kondisi seperti orang mati, begitu sadar, yang diperlukan adalah pemupukan tenaga jasmani, tentu saja hal yang diperlukan olehnya adalah makan dan minum sebanyak-banyaknya."
Mereka bercakap-cakap sambil keluar dari kamar tempat Rubah Api dirawat. "Setelah kondisinya pulih nanti, saya harap guru sekalian, segera menanyakan hal-hal penting. Kita harus Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat memperoleh semua keterangan yang ada pada Rubah Api."
"Dengan memaksanya?" tukas Ki Glagah dengan alis terangkat.
"Tentu saja tidak." Sahut Jaka sambil tersenyum kecil.
"Rubah Api pasti sadar dengan kondisi terakhirnya, apalagi guru pernah bilang kalau Rubah Api masih ada hubungan dengan sahabat guru sekalian. Jadi mudah saja bukan"
Apalagi dia berhutang budi pada Aki sekalian. Jadi tidak ada alasan untuk tidak memberikan keterangan pada kita. Apalagi keinginan kita sesuai dengan keinginannya, yakni menghancurkan."
Mereka manggut-manggut paham, "Kau sendiri bagaimana?" tanya gurunya.
"Lebih baik saya bertanya setelah semua keterangan yang diperlukan oleh Aki sekalian terpenuhi. Lagi pula, saat ini saya ingin sekali mempelajari ilmu dasar perkumpulan."
Semuanya paham, "Tapi bagaimana dengan keteranganmu tadi?"
"Akan saya lanjutkan kapan-kapan, lagi pula dari semua fakta yang saya utarakan tadi tetua sekalian pasti bisa mengambil kesimpulan sendiri untuk menentukan penyelidikan lebih lanjut. Saya juga akan melanjutkan penyelidikan saya sendiri."
"Jadi, sekarang juga kau ingin mempelajari gerak dasar perkumpulan ini?" tanya Ki Banaran, membelokkan percakapan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau tak keberatan?" ujar pemuda ini lega, ia merasa sudah terlalu banyak bicara, walau rahasia besar masih aman.
"Tentu saja tidak. Kalau memang ingin cepat-cepat, kau bisa minta pada siapa saja untuk mengajarimu. Tak terbatas pada empat anggotamu."
"Terima kasih Ki," sahut Jaka cepat-cepat.
"Dan kau harus berhati-hati?" pesan kakek ini.
"Ya, eh... apa maksudnya?" tanya Jaka bingung.
"Tak ada penjelasan untuk itu." Kata gurunya meniru ucapan Jaka tadi, ia tersenyum sambil menepuk bahu Jaka.
Lalu mereka keluar dari ruangan bawah tanah itu. Tetapi, Jaka dan beberapa orang lainnya tidak, mereka hanya pindah ruangan saja, sebab ia ingin mempelajari ilmu silat mereka.
Ki Lukita dan beberapa tetua lainnya menatap punggung pemuda itu yang menghilang di belokan ruangan.
"Anak apa yang kudapat" Andai kata semua orang tahu kalau dia itu adalah segunung intan"sangat bernilai"
bagaimana kondisi dunia persilatan kelak?" gumam kakek ini.
"Adi, kita cuma bisa berharap, agar kita bisa waspada."
Kata Ki Glagah menepuk pundak adiknya. "Kau ingat, apa yang di lakukan pemuda ini apa yang dikatakan selalu punya maksud sendiri. Kenapa ia ceritakan semuanya pada kita"
pada ketiga puluh orang anggota perkumpulan kita ini"
Kuyakin dia punya tujuan sendiri, dan percayalah.. itu tujuan baik."
"Aku selalu mengharapkan begitu kakang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku sepedapat. Jadi jangan kawatir kakang," sahut Ki Banaran. "Kalau aku yang menjadi dia, tak akan kuceritakan apa yang ada di benakku, karena keadaanku ibarat orang telanjang, rugi! Tapi Jaka melakukannya, aku yakin ada maksudnya menceritakan semua itu."
"Kita semua yakin akan hal itu." Gumam Ki Benggala mengurut dagunya. "Kalau kuingat ucapannya tadi, seharusnya aku merasa sakit hati." Ujarnya sambil tertawa.
"Ucapan yang mana?" Tanya Ki Glagah.
"Waktu dia bilang dia menghadapi tujuh orang dari Macan Lingga dengan bersungguh hati, tapi entah kesungguhan hati macam apa. Kakang sekalian tentu paham artinya bukan"
Artinya dia tidak pernah benar-benar menggunakan tenaganya. Entah macam apa tenaganya itu."
Semua terlihat terpekur. "Kau benar, jika sebelumnya aku bisa mengukur tingkat ketangguhan seseorang dari tenaganya, kali ini aku tak sanggup." Ujar Ki Gunadarma.
Yang lain terdiam. "Ah?" tiba-tiba saja Ki Lukita terhenyak kaget.
"Ada apa?" Ki Lukita memandang Ki Glagah, lalu Ki Benggala. "Aku paham" aku paham."
"Kau paham apa kakang?" Ki Benggala bertanya penasaran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Lukita menepuk-nepuk bahu Ki Benggala, tapi tak menjawab. Kakek itu hanya mengangguk-angguk. Lalu berlalu dari situ.
"Ada apa dengannya?" Tanya lelaki ini terheran-heran.
"Kenapa tangannya gemetar?"
Ki Glagah menghela nafas panjang. "Dia sangat terkejut."
"Sangat terkejut?" keenam rekannya bertanya serentak.
"Kalian tahu apa yang artinya, bersungguh hati yang dimaksudkan Jaka tadi?"
Mereka menggeleng. "Tak lain adalah, semacam ilmu seperti milikmu adi."
"Punyaku?" gumam Ki Benggala.
"Kau tahu, kenapa Jaka mengharuskan kita mengingat kembali pertandingan denganmu?"
Ki Benggala terdiam. "Oh" aku paham! Tapi, tapi... itu tidak mungkin!"
"Lalu, kenapa dia sama sekali tidak terpengaruh Hawa Mayat Tanpa Batas?"
Ki Benggala tak menjawab, kini dia sudah tahu sebabnya.
"Kenapa?" Tanya Ki Banaran.
"Karena dia memiliki hawa membunuh lebih besar dari Adi Benggala."
"Tidak mungkin!" seru kakek itu terperanjat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa tidak mungkin" Biar kutunjukan faktanya padamu" pertama; Jaka mengharuskan kita mengingat pertarungannya dengan adi Benggala. Kedua; sehebat apa ilmu mustika Hawa Mayat Tanpa Batas, kita sudah tahu!
Kitapun tak sanggup menghadapi ilmu adi Benggala secara langsung! Jadi, sehebat apapun orang yang menghadapi ilmu itu, sedikit banyak, pasti terpengaruh. Tapi kenapa Jaka tidak"
Kesimpulannya hanya satu, dia memiliki apa yang dimiliki adi Benggala."
Semuanya terpana. "Oh, begitu rupanya. Pantas dia tidak mau gamblang menjelaskannya." Gumam Ki Alit Sangkir.
"Dia tak ingin disebut sombong, juga tak ingin menyinggung perasaanku, yah... walau kupikir dia sudah menyinggungnya sekali." Ujar Ki Benggala menanggapi dengan tertawa, tapi mereka tahu kalau tawa itu bukan karena lucu, tapi prihatin.
"Aku masih sulit mempercayainya." Ujar Ki Banaran.
"Kalau saja kau melihat dia saat menahan racun, di kuil ireng. Bagiku, sekarang jelas sudah..." sambung Ki Gunadarma.
"Belum lagi Tenaga Semu." Ki Wisesa yang dari tadi diam, ikut bicara.
Kali ini, mereka merasa kesimpulannya masuk akal.
Tenaga murni yang entah sampai mana kehandalannya, hawa membunuh yang belum diketahui sebatas apa kengeriannya.
Lalu kecerdikan, kebijakan, juga kelicikan, dan, pribadi yang sulit ditebak. Sungguh komplet, namun terasa mengerikan, jika hanya melihat satu sikapnya, tanpa melihat sisi yang lain.
"Anak macam apa dia?" gumam Ki Wisesa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kurasa namanya memang tepat, anak itu adalah badai.
Tak ada yang bisa mengikat badai, tapi tak mustahil untuk mengarahkannya. Agar badai itu tak merusak." Ki Benggala menjawab ucapan kakangnya.
Semua tetua setuju dengan pendapat rekannya, mereka segera meninggalkan ruangan dalam tanah, dan kembali keatas, dengan dibebani berbagai persoalan baru yang dikemukakan Jaka.
51 - Berlatih Ilmu Dasar Senja sudah dijelang satu jam lalu. Jaka dan orang-orang yang berkepentingan, sudah berada di dalam sebuah ruangan luas sebagai tempat latihan silat.
Ruang latihan silat yang ada di bawah tanah itu benar-benar luas, untuk latihan sendiri atau berpasangan, bisa muat sampai dua puluh pasang. Jaka tak habis pikir entah bagaimana cara membangun tempat rahasia seperti ini tanpa diketahui orang" Tapi Jaka tak mau ambil pusing, sebab banyak yang ia pikirkan bayak hal yang ingin ia ketahui. Tentu saja untuk saat ini ia sama sekali tak ingin memikirkan masalah sepele.
Jaka sengaja memintanya pengajaran pada yang masih muda. Sebab jika ia meminta pada orang yang sudah sangat matang dalam penguasaan, inti sari ilmu yang ia dapatkan akan memakan waktu, tapi tidak demikian jika orang-orang muda"walau dia sudah berkemampuan sempurna. Mereka memiliki keluwesan yang kurang dari yang dimiliki oleh para guru atau para senior mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Faktor seperti itu disebabkan karena usia yang masih muda. Dan sebelumnya, Jaka sudah meminta pada empat gadis yang menjadikan dirinya ketua kelompok, tapi beberapa orang seperti Wiratama, Pranayasa, Adiguna, Palada, dan Nawang Sari"gadis itu merupakan saudara sepupu Nawang Tresni, tak keberatan memberi pelajaran ilmu dasar padanya, tentu saja Jaka sangat berterima kasih karena kesudian mereka.
Sedikit banyak, kemauan mereka memberikan dasar ilmu masing-masing pada Jaka karena rasa ketertarikan pada pemuda bernama Jaka. Sebab guru-guru mereka sudah memberi isyarat, bahwa pemuda berbakat aneh itu akan banyak membawa hal-hal menarik juga aneh, siapa tahu mereka dapat menarik manfaat besar. Begitu pesan guru mereka.
Jadi saat ini diruangan itu sudah ada sepuluh"sebelas orang dengan dirinya. Sebenarnya Jaka merasa sungkan kalau melihat begitu banyak orang, tetapi tak mungkin dirinya mengusir mereka yang ingin melihat latihan.
Baru saja permulaan latihan hendak dimulai, Jaka sudah membuat orang-orang merasa keheranan. Karena pemuda ini meminta banyak kertas dan tinta. Mereka mendiamkannya, karena tak tahu apa yang dilakukan Jaka.
"Sebelumnya, saya ucapakan terima kasih atas kesediaannya, untuk mengajar saya." Kata pemuda ini agak sungkan. Memang tiap anggota perkumpulan itu berwibawa besar. Walau masih muda, kemampuan mereka rata-rata sudah begitu hebat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bersikap sungkan" itulah salah satu sifat baik-buruknya Jaka. Dia merasa orang lain selalu lebih hebat darinya, dengan demikian ia tidak pernah bersikap sombong, ia selalu bersikap wajar dan sebagaimana biasa, bahkan kadang terlalu merendahkan diri. Sifat buruknya adalah; Jaka tak menyadari potensi dirinya. Dia cenderung tak perdui pandangan orang lain terhadapnya.
Boleh jadi para anggota Perkumpulan Garis memiliki wibawa besar, tapi mereka yang berwibawa itu ternyata masih bisa sungkan terhadap Jaka. Hanya saja, pemuda ini selalu bertindak menurut kehendak hatinya, tanpa melihat pertimbangan, atau pandangan orang lain. Mungkin kalau dalam keadaan serius, Jaka adalah pengamat yang sangat cerdik dengan akal dan siasat jitu, tetapi dalam keadaan seperti ini"keadaan yang tidak ada resiko, pemuda ini cenderung seperti kebanyakan orang bodoh. Karena hal itulah"yang tidak disadarinya, maka orang jadi sungkan padanya.
"Siapa yang akan memulainya?" tanyanya sopan.
"Aku," sahut seseorang. Ternyata yang maju lebih dulu adalah Pranayasa, dia kakak Ayunda. Pemuda ini sifatnya hampir sama dengan Wiratama, angkuh, agak sombong, dan ingin menangnya sendiri.
"Berapa ilmu dasar yang dikuasai?" tanya Jaka.
"Dua." Jawabnya singkat dan kaku.
"Apa saja?" "Angin Tanpa Arah dan Langkah Tujuh Raja." Jawabnya singkat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah tahu nama ilmu dasarnya, Jaka segera menuliskan nama dua ilmu itu pada dua kertas berbeda.
Andai saja Jaka orang yang luas pengalaman, tentu dia akan terkejut, sebab dua ilmu dasar itu adalah ilmu tingkat tinggi dari Perguruan Awan Putih dan Perguruan Angin Tanpa Gerak. Tapi karena Jaka tak tahu"atau pura-pura tak tahu"
Dengan sendirinya pemuda ini tak menampilkan perubahan wajah apapun.
Pranayasa heran, tapi menurutnya, mungkin saja Jaka sudah tahu sebelumnya. Sang guru"kakeknya sendiri, sudah memberi tahu lebih dulu.
"Silahkan, kalau boleh saya ingin lebih dulu mencermati ilmu Langkah Tujuh Raja."
Pranayasa mengangguk. Ia segera berjalan ketengah ruang latihan. Tindakan kakinya mantap penuh percaya diri, orang yang ahli melihat gerak-gerik seseorang untuk menentukan sifat, dapat segera memberikan penilaian, bahwa Pranayasa adalah pemuda tangguh yang berpegang teguh pada pendiriannya.
Untuk sesaat ia terlihat menarik nafas panjang, setelah itu kedua tangan bergerak menyamping dipinggang. Kakinya melangkah satu jangkauan kedepan dengan gerakan amat cepat, ia memukul kedepan, pukulan itu terlihat biasa, begitu sederhana, namun Jaka tahu saat memukul, sudah ada tujuh perubahan gerak yang terdapat pada kaki kanan dan tangan kiri yang tadi memukul. Perubahan gerak itulah yang disebut sebagai Tujuh Raja karena begitu orang menghindar kesamping, maka pukulan itupun akan mengarah kesamping, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jika orang mundur, maka perubahan kaki kanan akan segera maja dan memberikan gerakan menendang.
Tentu saja jurus-jurus seperti itu tidak mudah dikuasai, sebab orang yang dapat melakukan jurus rumit itu harus dapat bereaksi secepat kilat. Jika lawan menghindar kesamping, maka dengan cepat pula ia harus membelokkan serangannya kesamping, dan harus dengan cepat pula ia menyimpan cadangan tenaga, siapa tahu lawannya menghindar lagi, dan iapun harus membelokkan serangannya lagi. Jadi singkatnya jurus itu bagaikan anak panah bermata yang mengejar kemanapun sasarannya. Tentu saja ada keterbatasan pada jurus ini, yakni perubahan serangan hanya bisa dilakukan sebanyak tujuh kali. Jika lebih dari itu, tenaga yang menyertainya tak lebih dari pukulan anak-anak. Sebab makin lama bergerak, makin menyusut tenaganya. Sepintas ilmu ini berada ditingkatan "bodoh", tak layak untuk dipelajari, lagipula gerakannya tidak efesien"karena harus lebih cepat dari lawan, berulang tujuh kali pula. Lebih memeras tenaga.
Tentu saja orang yang mencipta jurus ini sudah mengambil langkah antisipasi, tak mungkin dirinya menciptakan jurus selemah itu sebagai andalan. Si pencipta ilmu memakai dalil
'penambahan tenaga adalah penyusutan seketika'. Dalam prakteknya, jika perubahan pertama tidak kena, maka pada perubahan serangan kedua, tenaga yang menyertainya akan bertambah satu bagian, demikian seterusnya sampai perubahan ketujuh. Pada perubahan kedelapan, terjadilah dalil penyusutan seketika, karena pada gerakan kedelapan itulah tenaga yang terkumpul hilang, membuyar membentuk perlindungan badan. Siapa tahu lawan akan balik menyerang.
Jika tetap ngotot melakukan gerak perubahan serangan kedelapan, akan ada dua kerugian yang dialaminya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertama; Jika pukulan itu mengena, efek tenaganya yang mengenainya maksimal, sehingga sanggup membuat musuh mati seketika, tapi dia sendiri kehabisan tenaga, dan harus beristirahat beberapa lama untuk pemulihan. Kedua; Jika gerak perubahan kedelapan tak mengena, maka selain dia lemas kehabisan bertenaga, serangan lawan dengan mudah akan masuk menghantam. Karena tidak ada pertahanan, serangan lawan dapat membuatnya mati seketika.
Terlihat sederhana penguraiannya, tetapi sampai sejauh ini, belum pernah ada yang sanggup memaksanya sampai mengeluarkan perubahan tujuh gerakan. Paling banter empat, itupun harus segera ditangkis.
Jaka takjub melihatnya, ia memperhatikan dengan sungguh-sungguh, menurut pandangannya cara kerja jurus itu hampir sama dengan teknik serangan Ki Benggala, yakni tambahan tenaga berkesinambungan. Hanya saja, teknik olahan Ki Benggala lebih unggul segalanya dari ilmu Langkah Tujuh Raja.
Jurus kedua Langkah Tujuh Raja, tergelar, kali ini bukan tangan yang melakukan gerakan, namun kedua kaki bergerak melingkar memutar dan kesamping kanan-kiri dalam kecepatan luar biasa. Jika orang awam melihat, maka ia hanya melihat gerakan melingkar Pranayasa, istilahnya seperti balik kanan dua kali.
Tentu saja Jaka tahu perubahan itu berguna untuk menghindar sekaligus menyerang, tangan yang diam disamping bukan berarti tak melakukan gerakan apapun, jika ada kesempatan, maka tangan itu akan menyerang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jurus ketiga sampai jurus ketujuh bergerak cepat dengan membuat pecahan gerakan sampai enam belas, kalau dihitung-hitung, dari jurus pertama sampai ketujuh, sudah ada pecahan gerak sebanyak; tujuh, empat, dua belas, enam belas, enam belas, lima, dan enam belas. Berarti keseluruhan ada perubahan variasi sampai 76 gerakan.
Jaka bertepuk tangan, "Luar biasa, hebat!" katanya memuji kagum. "Kali ini bisakah memainkannya dengan satu tangan?"
"Maksudmu?" "Tapak tanganmu yang satu harus bersentuhan dengan tapakku. Hanya satu jurus saja.."
"Baik." Jaka segera maju dan rentangkan tangannya, tapak tangan keduanya saling bersentuhan, dalam sekejap jurus pertama tergelar, lalu selesai. Jaka manggut-manggut sambil tesenyum.
"Terima kasih banyak." Katanya, lalu ia berjalan ketempatnya semula, diwajahnya terlihat kerut sesaat. Begitu duduk dilantai, tangan Jaka langsung mengambil pena dan membuat coretan-coretan garis pada kertas yang ia beri judul Langkah Tujuh Raja.
Orang-orang yang kebetulan berdiri didekat Jaka, terheran-heran melihat kelakukan Jaka. Karena apa yang tertuang dalam kertas hanyalah coretan garis lurus, melengkung, tegak lurus, lingkaran dan lukisan poros. Pokoknya gambar itu tidak dipahami oleh mereka yang melihat. Tampak Jaka mengangguk puas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Silahkan ilmu kedua,"
Pranayasa mengangguk, tetapi ia agak bingung, sebab ilmu Angin Tanpa Arah harus dimainkan berpasangan, artinya ilmu itu hanya bisa dikeluarkan jika ia diserang.
Jaka mana tahu apa yang dibingungkan Pranayasa.
Harusnya mudah saja Pranayasa mengatakan bahwa ia harus memiliki lawan, tetapi pemuda angkuh seperti itu pasti mengatakan tak butuh siapa-pun. Beruntung, adiknya cepat tanggap.
"Biar aku menemanimu berlatih." Kata Ayunda seraya maju.
Jaka tak keberatan, sebenarnya ia malah lebih suka kalau orang-orang mengeluarkan ilmunya saat berlatih tanding.
Tetapi mana berani ia mengatakan permintaannya itu.
Pemuda ini menyadari, dirinya adalah anggota baru. Kalau banyak ini-itu malah membuat orang tak suka. Padahal pandangan orang tidak demikian.
"Yunda, ilmu apa yang kau gunakan?"
"Aku hanya memiliki satu ilmu dasar saja, Kuncup Seri Teratai Salju."
Jaka segera menuliskan nama jurus itu pada kertas lain.
"Maaf membuat kalian harus bertanding."
"Tidak apa-apa, sebenarnya yang seperti ini yang lebih menyenangkan." Kata Pranayasa.
"Eh, benar?" Dua orang itu mengangguk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu untuk selanjutnya apa boleh dengan cara berlatih tanding saja?" tanya pemuda ini penuh harap. Yang lain terlihat mengangguk setuju. Tentu saja Jaka girang, sebab bagaimanapun meminta sesuatu pada mereka yang belum dikenalnya, bagaimanapun dia sendiri ragu"juga sungkan.
"Kalau begitu silahkan dimulai."
Begitu aba-aba keluar, Ayunda langsung menyerang kakaknya dengan gesit dan sangat cepat. Gerakan gadis itu begitu bertenaga, tapi luwes, penempatan serangannyapun sangat akurat. Jaka berulang kali berseru kagum, memang ilmu Ayunda lebih unggul dua-tiga tingkat dari ilmu Mahesa Ageng, Seta Angling. Padahal dua pemuda kenalan Jaka itu sudah begitu tangguh.
Sesuai dengan namanya, ilmu Kuncup Seri Teratai Salju, menekankan pada gerakan yang dinamis dan tanpa putus.
Tentu saja yang dinamakan tanpa putus disini, jika 'Teratai Salju' belum mekar. Gerakan tangan Ayunda selalu saling bertautan dengan tangan sebelahnya. Cara menyerangnya-pun sangat unik dan indah, kedua tangan yang ditakupkan seperti menyembah, disorongkan kemuka. Jika serangan dua tangan menyembah itu tak berhasil, tangan yang tertakup itu membuka kekiri dan kanan dengan gerakan menggunting.
Saat bisa dihindari, secepat kilat badannya membalik, dan melayangkan tendangan tinggi setengah lingkaran, sebagai perlindungan serangan balasan. Indah sekali... begitu gemulai dan pas! Kelihatannya jurus itu kusus untuk kaum hawa, sebab selain mengandalkan keluwesan gerak, dan keringanan tubuh, gerak gemulai bak penari juga merupakan bagian darinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perubahan gerakan jurus Ayunda sulit ditebak, banyak ragam cara memuka kembangan jurus serangan. Jika tangannya bergerak menggunting, tetapi luput, secara tak terduga tangan itu kembali menakup dan membuka kembali kekanan dan kiri dengan gerakan biasa, bukan menggunting.
Memang sederhana, tetapi karena gerakannya sangat cepat dan lentur, jika lawan terkena, paling sedikit bisa patah tulang.
Sebab yang menjadi dasar serangan ilmu Ayunda adalah telapak tangan yang menampar dan jari-jemari yang menotok.
Sesaat gadis itu terlihat hendak menampar, tetapi jarinya meliuk dan menotok bahu sang kakak. Memang gerakannya sulit diduga, orang yang menghadapi kembangan jurus seperti itu harus pandai menduga serangan lawan, apakah tamparan atau totokan" Untung saja kembangan jurus Ayunda hanya dikerahkan dua tingkat saja, jika seluruhnya ia keluarkan"
sampai enam tingkat, maka sang kakak pasti kewalahan.
Sebab dia harus menebak anggota tubuh mana yang akan menyerang. Karena selain telapak tangan dan jari, lutut, siku, tendangan dan rambut juga ikut menyerang. Pada tingkatan tertinggi, ilmu dasar Ayunda dapat membuat lawan terkapar cukup dengan satu jurus. Sebab dalam satu jurus dia dapat melakukan enam perubahan gerakan dengan enam anggota badan berbeda, dan dapat dilakukan berulang-ulang dengan sasaran berbeda. Misalnya pada gerak perubahan pertama, sasaran totokan adalah ubun-ubun, pada gerak perubahan ketujuh"yakni gerakan pertama yang kembali diulang untuk kedua kalinya, totokan tidak mengarah ubun-ubun lagi, mungkin saja ke mata, ulu hati atau tempat vital lainnya.
Ilmu seperti itu hanya dapat dilakukan dengan sempurna oleh kaum wanita, sebab keunggulan wanita terletak pada kelenturan tubuh, peringan tubuh, dan gerakan badan yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dinamis tanpa putus. Tentu saja pria juga dapat, tetapi perbandingannya itu mungkin diantara seribu orang pria hanya satu yang dapat bergerak seperti wanita.
Meski serangan adiknya begitu gencar dan tanpa putus, Pranayasa dapat menghadapi dengan tenang. Sebab kalau Pranayasa kalah dari adiknya, maka ia tak pantas sebagai penyandang ilmu mustika, karena orang yang memiliki ilmu mustika kecerdasan dan perhitungannya pasti diatas kebanyakan orang.
Ciri ilmu Angin Tanpa Arah yang dimainkan Pranayasa adalah, bergerak sesuai dengan arah serangan lawan. Hampir mirip dengan ilmu langkah milik Jaka, cuma yang membedakannya adalah; ilmu langkah Jaka dapat bergerak mendahului serangan lawan dan selalu mengikuti serangan lawan tepat dibelakangnya. Dengan kata lain, bergerak dengan membaca lebih dulu arah serangan lawan. Dan ilmu yang dimiliki Pranayasa walupun bersifat sama, namun jika kalah cepat dari lawan, maka resiko terkena serangan juga tak dapat dihindari. Sebab ilmu itu hanya berkisar pada pergerakan kaki dan tangan, sangat sulit untuk mengantisipasi serangan mendadak yang memiliki perubahan seperti Langkah Tujuh Raja.
Tentu saja keunggulan jurus ini juga ada, selain dapat bergerak menurut serangan, ilmu ini juga bisa membuat seseorang menyerang tanpa berpikir. Jadi bereaksi lebih dulu tanpa memperhitungkan serangan lawan. Atau dengan kata lain, begitu serangan lawan selesai, serangan ilmu Angin Tanpa Arah ini segera bergerak, mencapai sasaran lebih dulu.
Dalil yang dipakai sederhana, yakni ada aksi maka reaksi-pun timbul.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serangan Ayunda selalu hampir masuk, jika tamparannya hendak menyentuh bagian tubuh Pranayasa, maka tubuh pemuda ini bergeser satu langkah lebih jauh dari serangan, maka serangan Ayunda sia-sia. Begitu serangan Ayunda selesai, maka giliran Pranayasa yang melakukan serangan, cepat dan sangat mematikan. Hakikatnya tidak mirip dengan latihan tanding lagi.
Jaka berdebar-debar melihat tarung sedahsyat itu, apalagi mengingat kalau keduanya adalah kakak beradik. Serangan Pranayasa begitu mematikan dan sangat bertenaga, tepat mengarah telinga kiri adiknya, jika Ayunda terkena serangan tersebut, saat itu juga ia pasti geger otak, mungkin tuli sebelah.
Tetapi ilmu Kuncup Seri Teratai Salju tidak semurah dugaan Jaka, begitu datang serangan susulan kakaknya, Ayunda segera bergerak dengan tipu Mengembangkan Kuncup Teratai. Tangan kirinya bergerak menangkis dan tangan satunya bergerak menangkap tangan kanan sang kakak. Cepat dan sangat akurat.
Tap! Kena... tapi saat itu juga Pranayasa memperlihatkan kehebatan ilmu Angin Tanpa Arah, begitu tangannya tertangkap, detik itu juga, tenaga serangan yang semula hendak diarahkan ke telinga kiri, sontak menjadi tenaga pelindung. Tangan Ayunda yang hendak menangkap tangan kakaknya, tergetar sesaat, dan kesempatan itu sudah cukup bagi Pranayasa untuk mundur.
Serangan dan pertahanan tingkat tinggi terus bergerak dinamis, sampai akhirnya semua jurus dan seluruh variasi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gerakan tergelar habis. Keduanya melompat kebelakang dengan menghembuskan nafas panjang-panjang.
"Terima kasih, benar-benar pertandingan hebat, sangat bagus." Seru Jaka bertepuk tangan, yang lain juga ikut bertepuk tangan. Sebab pertandingan itu selain berteknik tinggi, juga karena hampir segenap kemampuan dikerahkan.
Kakak beradik itu merasa girang melihat tanggapan pemirsa.
"Bagaimana denganmu Jaka" Karena statusmu kali ini adalah pelajar, sebagai pengajar aku wajib menanyakan kepahamanmu tentang gerakan tadi." Kata Pranayasa serius.
Jaka mengangguk mafhum, "Untuk saat ini aku rasa masih bisa memahaminya."
"Jangan cuma berkata begitu, kalau bisa aku hendak melihat hasilnya. Ingat, statusku kali ini ada pengajar!" katanya dengan muka keren.
"Aku paham..." sahut Jaka sambil tertawa kecil. "Tapi beri aku waktu beberapa saat,"
"Untuk apa?" tanya Ayunda.
"Tentu saja memahami lebih lanjut. Aku harap kalian tak kecewa, apa yang diajarkan kurang sesuai dengan yang seharusnya."
Jika orang lain yang mengatakannya, mereka pasti mengira, dia tak bisa menangkap intinya. Tapi, kalau Jaka yang mengatakannya, sudah pasti bukan karena dia tak memahaminya. Pasti ada hal lain yang ingin dia "katakan".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
52 - Bertukar Ilmu- Siapa Berlatih, Siapa Melatih"
Seandaianya Jaka belum memperlihatkan kelihayannya dihadapan mereka, tentu mereka mengira pemahaman Jaka terhadap ilmu silat, seperti; ketika sang guru memukul lurus dengan kembangan tersembunyi, dia hanya memukul lurus tanpa kembangan apapun, tidak sesuai contoh. Jika seperti itu kasusnya, berarti dia baru dalam tahap "mengamati". Andai bisa melakukan gerakan dengan baik"mirip contoh, dia masih dalam tahap "meniru". Kalau contoh sang guru bisa dilakukan dengan sempurna, dia dalam tahap "mempelajari dengan baik". Tapi" jika dia sudah "berani merubah contoh'
yang diberikan sang guru"dengan hasil yang sama, maka dia dalam tahapan "pemahaman sempurna". Mungkinkah itu yang ingin dikatakan Jaka" Bahwa dia sudah memahaminya hanya dari melihat saja"
Pranayasa tidak berkomentar apapun. Dia tak ingin berprasangka buruk, atau baik, mengenai jawaban Jaka tadi.
"Kalau begitu tak masalah. Tapi, kuminta ciri dan inti masing-masing ilmu dasar harus tetap ada."
"Oh?" Jaka mengumam seolah tak paham.
"Jika ciri itu hilang, maka apa yang kuajarkan sia-sia. Aku ingin ilmu perguruanku juga turut menjadi dasarmu."
Tukasnya. Jaka tersenyum melihat tanggapan Pranayasa yang serius.
"Akan kuusahakan. Cuma, kuminta engkau tidak kecewa dengan hasil ajaranmu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya?" "Tentu kau paham, meskipun engkau ingin agar ciri gerakan dapat terlihat, tapi menurutku itu tak sepenuhnya bisa dilakukan. Karena ilmu dasar ini berasal dari perguruan terkemuka, dengan sendirinya aku tidak boleh sembarang menggunakan. Aku bukan murid mereka."
Pranayasa mengerti maksud Jaka. "Tapi, bukankah kau berniat menguasainya, karena hanya memiliki ilmu mustika yang tak boleh digunakan sebelum ada ijin" Bagaimana mungkin kau tak akan menggunakan ilmu ajaranku pula" Lalu apa gunanya latihan ini?"
Jaka tersenyum. "Pasti ada gunanya. Maksudku, mungkin setelah engkau ajarkan ilmu itu padaku, kau sendiri tidak akan mengenalinya."
Pranayasa paham dengan maksud Jaka, tapi ia tidak percaya. Menyerap pelajaran"gerakan silat"dari menyaksikan pertandingan, dia sendiri bisa. Tapi mengubahnya saat itu juga" Rasanya jarang" bukan jarang, tapi tidak ada! Tidak ada orang yang sanggup melakukannya!
Dengan perasaan kurang senang, karena menganggap Jaka bermaksud menggodanya, wajah pemuda ini mengeras.
"Aku tidak perduli dengan apa yang akan kau lakukan, yang jelas kewajibanku untuk mengajari-mu sudah kulakukan. Dan hasil yang harus kau perlihatkanpun tidak boleh mengecewakanku!"
"Baik!" sahut Jaka sungguh-sungguh. Sikap pemuda ini sedikit mengikis kegusaran Pranayasa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaka membalikkan tubuhnya dan hendak kembali duduk, tapi mendadak ia membalikan tubuh lagi.
"Ehm, aku ada usul bagus.." ujar pemuda ini.
"Usul apa?" Pranyasa menanggapi dengan acuh tak acuh, tapi Jaka tak marah, karena Ayunda menanggapinya dengan wajah berseri.
"Begini, setelah semua ini selesai, aku ingin memberi penawaran. Kupikir ini ide bagus, saling menguntungkan."
"Ada apa sih, langsung saja bicara." Seru Nawang Sari penasaran.
"Kita bertukar ilmu."
"Bertukar ilmu?" ujar semuanya heran. "Eh, bukankah kau cuma memiliki tiga ilmu mustika saja" Itu yang akan kau tukarkan?" tanya Pertiwi.
"Tidak mungkin!" sambung Andini. "Sekalipun kami ingin, para tetua pasti melarangnya. Lagi pula tak semudah itu dapat kami pahami."
Jaka menggeleng sambil tertawa, "Maksudku bukan seperti itu, aku hanya ingin memperbanyak "koleksi" jurus kalian.
Katakanlah, ada bagian yang kurang jika belum kutambahkan satu-dua gerakan baru. Tentu saja aku juga memohon pada kalian, selain memperlihatkan ilmu dasar, kalau boleh perlihatkan pula satu jurus serangan, atau pukulan, atau apa saja, yang menurut kalian hebat, dapat dijadikan pegangan untuk bertarung."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka agak tercengang mendengar bahasa Jaka, yang mengatakan "perlihatkan", bukannya "mengajarkan".
"Oh, kalau masalah itu, seharusnya kau tidak perlu mengusulkan barter segala. Kau cukup meminta pada kami saja, bukannya menyombong sih, rasanya kita tidak perlu bertukaran ilmu segala." Kata Palada ramah.
Jaka memandang orang itu dengan tatapan mata terima kasih. Dia paham, bagi seorang pesilat, ilmu-ilmunya"
katakanlah ilmu pamungkas"adalah nyawa kedua. Jika itu diajarkan pada orang lain, bukankah sama dengan membuka celah fatal pada diri sendiri" Tapi dengan entengnya Palada mengatakan ?"cukup meminta pada kami saja".
Jaka yakin pemuda itu bukanlah orang yang suka menyombongkan diri. Mungkin dia dapat berkata demikian karena rendah hati, atau karena punya pegangan yang cukup membuatnya percaya diri.
"Aku tahu, tapi sebagai tanda terima kasihku, tentu saja tak akan kubiarkan kalian memberi cuma-cuma. Apalagi kalian tidak tahu ketrampilan apa yang akan kutukarkan, bukan"
Kuharap kalian bisa menunggu sejenak,"
"Ada apa sih?" potong Andini penasaran.
"Kau akan segera tahu," jawab Jaka membingungkan.
Andini cemberut, tapi hanya sesaat saja, sebab dia sadar Jaka memiliki maksud tertentu. Dan yang pasti bakal mengejutkan mereka, berpikir seperti itu, si gadis tak lagi merasa kesal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaka duduk bersila dilantai, pemuda ini terlihat sedang menekuni tiga lembar kertas yang penuh coretan. Sesekali dia menopang dagu"berpikir"dan kembali mencoret lagi. Muda-mudi lainnya yang melihat tingkah Jaka menggeleng penuh tanya.
"Sedang apa dia?" begitu pikir mereka.
Mereka bisa menduga apa yang sedang ditekuni Jaka, karena pada tiga lembar kertas itu tertulis, dua ilmu dasar Pranayasa, dan satu ilmu dasar Ayunda. Waktu terasa berjalan sangat lambat, tak terasa setengah jam sudah berlalu. Jaka berdiri.
"Selesai sudah." Ujar pemuda ini sambil menggeliat.
"Apanya yang sudah selesai?" tanya Pranayasa.
"Pelajaran darimu. Memang kurang sesempurna yang seharusnya, tapi aku bisa memahaminya." Kata Jaka sambil melambaikan tiga kertas tadi.
"Maksudmu dari hasil perenungan coretan tak karuan itu?"
tanya Pranayasa mengerutkan kening.
Jaka tertawa. "Benar, dan ini kuberikan padamu, anggap saja sebagai barter." Jaka menyerahkan kertas yang penuh coretan garis dengan judul Langkah Tujuh Raja dan Angin Tanpa Arah.
"Apa ini?" seru Pranayasa tak mengerti. "Kau main-main?"
katanya tak senang, ia melempar kertas itu jatuh tepat didepan Jaka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak." Jawab Jaka kalem, ia memungut kembali catatan coretan itu, lalu dilipat dan disimpan dalam bajunya. "Kalau ingin jawabannya kauharus menyerang aku dulu."
"Hgm...." pemuda berpendirian keras ini menggeram sebal.
"Kalau kau jadi muridku, aku bisa mati saking jengkelnya."
"Sebelum mati, tentu saja akan kuobati lebih dulu."
Tanggap Jaka. Semua hadirin tersenyum, hanya Diah yang tidak. Dia memperhatikan Jaka dengan seksama, sepertinya ada kenangan yang di ingat dari pemuda ini, tapi entah apa"
apakah mereka pernah berjumpa" Tidak tahulah, dia sendiri bingung memikirnya.
"Bersiaplah! Aku akan menyerangmu dengan Langkah Tujuh Raja!"
"Silahkan." Jaka berdiri membelakangi Pranayasa. "Maaf aku bukannya meremehkan engkau, tapi sebentar lagi kau juga akan tahu."
"Baik!" geram Pranayasa dengan geraham beradu, agaknya pemuda ini jengkel benar dengan tingkah Jaka.
Tanpa melangkah dari tempatnya, Pranayasa menendang Jaka. Padahal jaraknya ada satu setengah tombak, mana bisa tendangan itu sampai. Tendangan itu hanya menjangkau setengah tombak. Tapi mendadak saja, tendangan memutar kesamping itu membuat tubuh Pranayasa berputar seperti gasing, seolah tendangan pertama itu untuk mencari pijakan dari angin! Dan jarak satu tombak terlampaui. Dalam sekejap saja tendangan kedua sudah mengarah kepala Jaka.


Seruling Sakti Karya Didit S Andrianto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Luar biasa, jurus pertama!" seru Jaka, pemuda ini membungkukkan badan, sedangkan kakinya melangkah kedepan, berputar setengah lingkaran. Tendangan Pranayasa lewat begitu saja. Tapi jika serangan tadi hanya segampang itu, tidaklah pantas menggolongkan Pranayasa dalam daftar pemuda berbakat besar.
Tendangan itu memang lewat diatas kepala Jaka, tapi secepat kilat kaki itu membalik kebawah. Jaka masih bersikap tenang, tangannya diangkat keatas hendak menangkis.
"Kena kau!" seru Pranayasa dalam hati. Tapi hatinya mencelos, karena sekejap ia hanya bisa melihat bayangan tangan Jaka saja, tubuhnya entah kemana. Melihat pola gerakan Jaka yang aneh, Pranayasa segera mengembangkan Langkah Tujuh Raja yang kedua. Begitu tendangan gagal, kakinya segera menutul tanah, tubuh Pranayasa kembali berputar, dan ia melihat Jaka berada tepat diatas kepalanya.
Rupanya saat menghindar tadi, Jaka melompat keatas dan bersalto, sehingga kakinya memancal langit-langit, secepat itu pula, jari Jaka menyarangkan totokan di bahu Pranayasa yang sedang berputar.
Pemuda bertampang dingin ini terkesip, tapi dengan cekatan ia segera mengibaskan tangan menangkis totokan Jaka, tapi tidak kena! Ternyata totokan itu hanya tipuan, karena serangan sebenarnya adalah kaki. Diudara kaki Jaka menendang seperti gerakan kalajengking, tepat mengarah sasarannya, kepala!
Biarpun bertampang, dingin namun Pranayasa adalah orang yang lurus dan jujur. "Bagus!" pujinya seraya melompat menghindar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau diceritakan serangan itu sepertinya lambat, tapi sesungguhnya kejadian itu cepat sekali. Kalau dihitung dari awal gebrakan, hanya memakan waktu empat detik, dan tiga jurus tingkat tinggi sudah tergelar!
Begitu serangannya tidak kena. Jaka bersalto dan menjejak tanah kembali, namun serangan Pranayasa sudah menanti.
Pusaran angin dari gerakan melingkarnya, sudah menerpa Jaka.
"Hebat, tapi jangan senang!" teriak Jaka juga bergerak menghindar. Gerakan keduanya sangat cepat, namun jika diteliti lebih lanjut, bengonglah hadirin yang menonton. Sebab gerakan Jaka dan Pranayasa begitu serasi, begitu indah dan klop. Gerakan serangan Pranayasa itu bukan lagi gerakan menyerang, tapi gerakan yang mencoba mengimbangi langkah dan tiap jurus yang dikembangkan Jaka. Orang-orang merasa kalau Pranayasa sedang didikte. Jika diteliti lebih lanjut, hakikatnya kedua orang itu bukan sedang bertarung tetapi sedang menari.
Dalam sepersekian detik Pranayasa sadar, kalau Jaka mendikte semua serangannya. "Gila, masa Langkah Tujuh Raja demikian mudah diredamnya" Aku bahkan sudah menggunakan jurus delapan besar langkah bolak balik, kenapa dia sama sekali tak terpengaruh" Serangankupun tak kunjung kena!"
"Perhatikan!" tiba-tiba saja Jaka berseru. "Tiga..." berkata begitu, gerakan Jaka memutar dan lurus kedepan, mendekati Pranayasa, seolah hendak menabrak, karuan saja pemuda itu terkejut, tapi mendadak Jaka melejit kesamping.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tujuh..." begitu mengatakan tujuh, dari kelitan berubah menjadi tendangan berantai, yang melingkupi tubuhnya dan menghajar sekujur tubuh Pranayasa, tentu saja pemuda ini tidak mau jadi bulan-bulanan. Tanpa sungkan ia langsung mengerahkan Langkah ke tujuh"langkah tertinggi dari ilmu dasarnya.
Tapi lagi-lagi ia harus segera kembali ke langkah delapan"
yakni merubah tenaga serangan jadi perlindungan, karena tendangan Jaka hanya kamuflase.
"Satu..." hanya suaranya yang terdengar, tapi entah dimana Jaka berada. "Pendek, pendek, panjang, panjang, panjang, lengkung, lenting jauh, tanah, jatuh!" kali ini suara Jaka terdengar lagi, dan orangnya masih tidak kelihatan.
Pranayasa terpengaruh dengan ucapan Jaka, ia bergerak sesuai serangan dan instruksi Jaka, tapi setelah sekian lama ia bergerak dan memutar lehernya kesekeliling penjuru, juga keatas, Jaka tidak kelihatan.
"Jangan terpancing suara." Seru Jaka dan pemuda ini muncul tepat didepan Pranayasa.
"Ih.." tentu saja Pranayasa berjingkat kaget.
Wajah Jaka terlihat seperti tidak ada kejadian apa-apa.
"Bagaimana menurutmu?"
"Bagaimana apanya?"
"Gerakan tadi?"
Pranayasa tertegun, sekalipun dia tinggi hati dan tak mau kalah, tapi kenyataan tadi membuatnya mengakui kalau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gerakan Jaka lebih hebat darinya. "Kenapa kau tak terlihat?"
tanyanya, tanpa menanggapi pertanyaan Jaka tadi.
Jaka maklum dengan perasaan Pranayasa. "Aku tetap terlihat, hanya aku mengindar dari sudut pandangmu."
"Bagaimana bisa"!" tanyanya tanpa sadar.
Jaka tersenyum. "Tentu bisa, dan kau, pasti bisa melakukannya juga, bahkan lebih baik dariku."
"Eh?" serunya tanpa sadar. Sebagai pemuda yang cenderung melakukan segala sesuatunya tanpa bantuan orang lain"Pranayasa sangat jarang bertanya atau terkejut"
tapi kali ini, dia menyadarinya kalau perasaan itu timbul spontan, tanpa bisa dicegah.
"Maksudmu?" "Inilah harga yang kutawarkan untuk barter ilmu, aku sangat berterima kasih padamu dan kalian semua yang dengan tulus, mau memberikan bimbingan padaku. Tapi aku juga tidak ingin jadi orang yang tidak tahu balas budi. Karena itu apa yang akan kuberikan pada kalian ibarat sarung pedang dan batu pengasah. Kalian sudah memiliki pedang hanya tinggal mempertajamnya dan melindunginya..."
"Maksudnya, engkau?"
"Benar, aku tahu maksudmu." Kata Jaka memotong ucapan Pertiwi, karuan gadis ini dongkol. "Orang membawa pedang telanjang, suatu saat"seberapa pun lihaynya dia, pedang itu bisa melukai dirinya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maksudmu... maksudmu, semua gerakan tadi kau ambil dari Langkah Tujuh Raja?" tanya Pranayasa dengan keheranan membucah.
"Benar." Jawab pemuda ini sambil mengangsurkan kembali coretan kertas yang tadi dibuang Pranayasa, dan pemuda itu menerimanya dengan perasaan campur aduk. "Dan aku ingin kau menerimanya, menjadikannya sebagai satu bagian dengan ilmumu. Bukan aku berkata sombong, tapi aku yakin jika jurus tambahan tadi sudah melebur dengan ilmu aslinya, orang yang menciptakan ilmu inipun bakal kewalahan."
"Masa?" seru Pranayasa tak percaya.
"Tak perlu aku jawab. Tapi kau bisa merasakan sendiri bukan" Menurutmu bagaimana rasanya saat kita bertanding tadi" Aku mohon engkau mau menjawab secara jujur."
Pranayasa termenung sesaat. "Aku merasa didikte."
Katanya singkat. "Kau benar, tapi juga salah."
"Kenapa?" "Seharusnya lebih tepat lagi engkau berusaha mengiringi, bukan didikte, kau mencoba mengiringi gerakanku, mencoba mengimbangi, bukan untuk menyerang. Mungkin bisa dimisalkan" kau ingin mengatakan sesuatu maksud hatimu, tapi tak bisa mengutarakannya dengan kata-kata. Dan begitu melihat gerakanku, kau baru bisa temukan kata-kata itu."
"Jelasnya, apa yang ingin dikatakan kakak selalu didahului engkau, begitu bukan?" timbrung Ayunda.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bisa juga begitu." Jaka.
"Jaka, Eyang Lukita penah bercerita padaku, kalau engkau adalah orang yang menguasai barisan kuno jaman dulu, apakah benar?" tanya Nawang Tresni.
Jaka membenarkan. "Lalu semua ilmu langkah itu kau dapat dari mana?"
Jaka sulit menjawabnya, bukan karena hal lain, tapi disebabkan jika ia menjawab yang sebenarnya, orang bisa menilai dirinya sombong. "Aku?"
"Kau menciptanya sendiri kan?" potong Pertiwi menuntaskan rasa dongkolnya.
"Ya, kurasa memang demikian." Jaka mengiyakan serba salah.
Hadirin terkesip, mereka hendak tidak percaya, tapi bukti didepan mereka tadi membuat mereka harus percaya.
Membuat ilmu yang berkualitas bukanlah pekerjaan gampang.
Biasanya hanya cikal bakal pendiri perguruan besar saja yang sanggup berbuat seperti itu.
"Bagaimana caramu menciptakannya?" tanya Pranayasa.
Benar-benar keajaiban kalau pemuda ini mau bertanya, Ayunda melirik kakaknya dengan perasaan heran campur senang. Diam-diam semua orang menghela nafas gegetun.
Entah daya magis apa yang dibawa Jaka, orang yang paling sulit bergaul pun dengan mudah ia bawa dalam percakapannya. Aih"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, sebenarnya semua orang juga bisa menciptakan apapun. Tinggal mengolahnya dari bahan yang sudah ada.
Tapi, kadang kala kita perlu kunci yang tepat untuk membuka gerbang yang tepat pula. Kebetulan kunci itu sudah ada padaku. Bukannya aku tak mau menjelaskan. Hanya saja penciptaan suatu ilmu itu timbul dari pikiran, hati, budi pekerti, keadaan, dan tentu saja bahan yang ada. Semua tergantung diri kita masing-masing."
"Kalau begitu kau ini bisa dikatakan spesialis pencipta ilmu?" tanya Pranayasa kagum, kekagumannya tak ia sembunyikan.
Jaka jadi sungkan. "Wah, julukan yang kau beri itu terlalu besar untukku. Tapi memang tidak aku pungkiri untuk membuat sejenis olah langkah, mudah bagiku. Tentu saja karena keterbatasan waktu, apa yang kuberikan padamu tadi masih kurang, tapi itu sudah lebih dari cukup jika didalami lebih lanjut, mungkin lain waktu kita bisa
menyempurnakannya." Pranayasa paham, ia melihat kertas penuh coretan tadi.
"Lalu bagaimana aku mempelajari ini?"
"Ingat yang aku katakan saat kita berlatih tadi?" tanya Jaka.
Pemuda itu mengangguk. "Nah, gunakan itu, lalu dengan sendirinya kau akan menemukan kuncinya. Tentunya jika semua itu bisa dikuasai, dapat pula dikembangkan lebih lanjut. Kau bisa lebih maju menguasainya dengan pemahamanmu sendiri, dari pada meniru apa yang kulakukan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda ini mendehem, tanda ia mengerti. "Dan kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan dari pertandingan tadi?"
"Kurasa sudah?" Jawab Jaka.
"Tentu saja dia sudah menguasainya!" celetuk Pertiwi.
"Kalau tidak, bagaimana dia bisa membuat coretan tak karuan itu."
Jaka nyengir serba salah. Dia tahu gadis itu agak dongkol padanya. Jadi ia memakluminya, jika ada waktu dimana Pertiwi bisa membuatnya kesal, pasti akan dilakukan saat itu juga.
Pranayasa tak menanggapi, ia sedang mengamati coretan itu dengan kening berkerut. "Ah?" tiba-tiba wajahnya cerah.
"Aku tahu!" Serunya.
"Syukurlah, dan ini, untuk ilmu yang kedua." Jaka mengangsurkan kertas berjudul Angin Tanpa Arah.
Pranayasa segera menerimanya. "Terima kasih."
"Sama-sama." Jawab Jaka.
"Apakah caranya juga sama dengan mempelajari Langkah Tujuh Raja?"
Jaka menggeleng. "Tidak sama, perhatikan baik-baik, nanti kau akan tahu sendiri."
"Kalau begitu, jika aku paham dan mulai mempelajarinya, tentu tidak sama dengan yang kau kuasai, bukan?"
"Benar! Ibarat aku menyerahkan uang padamu, aku bermaksud membelikanmu pakaian, tapi kau sudah punya, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan kau ingin membeli yang lain. Jadi ilmu yang akan kau dapat, sesuai dengan pribadimu, kehendak hatimu, keinginanmu yang tak pernah terwujud" bisa engkau wujudkan dalam olah langkahmu sendiri. Seperti yang kukatakan, aku hanya menunjukkan jalannya. Kau yang punya kunci, masuklah kedalamnya, dan itu milikmu?"
Pranayasa kembali menekuni coretan Jaka. "Ah!" serunya terkejut, dia menatap Jaka dengan kaget. "Ini" bagaimana bisa?"
Jaka tersenyum. "Tiap pikiran orang berbeda, apa yang aku maksudkan sudah tentu berbeda dengan apa yang engkau pahami. Tapi aku bisa memahami kekagetanmu. Sikap ksatriamu, dapat menjelaskan semuanya. Kurasa, olah langkah yang baru kau dapat bisa mengantisipasi serangan licik lawan, seperti serangan mendadak, atau lontaran senjata rahasia tak terduga. Apa benar begitu?"
"Bagaimana kau bisa tahu?" seru Pranayasa makin heran.
"Tentu saja aku tahu, kan aku yang membuat coretan tak karuan itu." Sahut Jaka tertawa.
Wajah pemuda itu yang biasanya dingin memerah sekejap.
"Maaf, tadi aku menghinanya, sebab aku tak tahu apa yang ada dalam gambar yang kau buat."
"Aku bercanda" tentu saja aku hanya menebak. Prilakumu yang ksatria, yang mengisaratkan bahwa kau selalu maju tanpa mencari jalan belakang! Isyarat itulah yang menyatakan bahwa engkau menemukan sesuatu!"
Pranayasa termangu, ucapan Jaka kali ini benar-benar tepat mengenai hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaka menepuk bahu pemuda itu. "Kita sama-sama mendapatkan keuntungan dalam hal ini. Aku berterima kasih padamu. Satu pesanku, meski coretan itu hanya kau yang mengetahui maknanya, jagalah baik-baik, jangan sampai hilang. Tentu saja kecuali engkau mengingat tiap detilnya."
Pranayasa mengangguk sambil mengucapkan terima kasih, lalu dia tidak mengacuhkan situasi lagi. Pranayasa berjalan ketepi arena latihan dan duduk bersila sambil merenungi dua kertas itu, wajahnya berubah-ubah. Kadang terlihat girang, kadang berkerut tak paham.
"Dan berikutnya, milikmu?" kata Jaka mengangsurkan kertas berjudul Kuncup Seri Teratai Salju pada Ayunda. Dan gadis itu menerimanya dengan hati berdebar girang.
"Apakah dengan menguasai olah langkah ini, aku bisa seperti engkau?" tanya gadis itu pada Jaka.
Jaka bingung sesaat, lalu katanya. "Bagaimana aku menjawabnya ya" Mungkin saja bisa begitu, tapi semua tergantung padamu. Ingat, aku memiliki latar pengetahuan berbagai formasi barisan lebih banyak dari yang lain, karena itu pengembangan olah langkah yang kumiliki tak bisa terhafal olehku, semuanya sudah menyatu dan terlahir begitu saja, saat aku ingin bergerak menghindar. Tapi jika pertanyaanmu dilatar belakangi ilmu dasarmu sendiri, maka olah langkah itupun terbatas pada ilmu dasarnya. Ini juga berlaku untuk yang lain."
"Memangnya kenapa?"
"Kalian pasti tahu banyak tentang formasi barisan, alangkah baiknya, jika sudah mempelajari apa yang kuberikan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini, kalian mencoba untuk menelaahnya dan membandingkan dengan formasi-formasi yang kalian ketahui, pasti akan dapat manfaat tersendiri. Tapi kusarankan, sebelum mempelajari coretanku dengan sempurna, jangan sekali-kali mencoba membandingkan, apa lagi sampai menambahnya."
"Kenapa?" "Apa yang kubuat, boleh dibilang sistematis dan hanya satu arah. Jika ada tambahan dari luar, dengan sendirinya perubahan akan bertambah banyak. Olah langkah itu akan rancau dan kacau, dan itu bisa mempengaruhi sistim serangan dalam jurus dasar kalian. Syukur kalau pengaruhnya baik, tapi kalau jelek" Mungkin malah memperlihatkan gerakan terbuka dan menunjukkan kelemahan" bagaimana jadinya?"
"Oh?" Ayunda kelihatannya paham, namun ia masih memandangi Jaka dengan sorot penuh pertanyaan.
"Kuberi satu contoh, misal saja ilmu dasarmu jika sudah mencapai tingkat sempurna, memiliki tandingan seimbang ilmu "anu".. karena seimbang, tentunya tidak ada yang menang dan yang kalah. Tapi dengan olah langkah yang kau dapatkan dari ilmu itu sendiri, maka engkau akan lebih unggul dari ilmu
"anu" tadi. Jika gerak tambahan itu belum sempurna dipelajari, tapi sudah diuji dengan membandingkan dengan"misalnya dengan formasi Lima Langit Menjaring Bumi, maka kelemahan jurus dasar kalian akan lebih jelas terlihat, dan jangan bermimpi untuk menang dari ilmu "anu" itu."
Kali ini Ayunda paham benar, tapi wajahnya merah menahan tawa. Sungguh sembarangan orang ini mencari nama. Seenaknya saja dia bilang lawan ilmuku adalah ilmu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anu.. memangnya itu anumu" Berpikir begitu wajah Ayunda makin jengah.
"Kenapa?" tanya Jaka heran, melihat gadis itu mesam-mesem dengan wajah merah.
"Eh, ti..tid-dak.." sahut gadis ini tergagap. Lalu ia membalikkan badan dan mengambil tempat duduk disamping kakaknya. Kelihatannya gadis ini akan segera mendalami olah langkah yang baru saja diberikan padanya, tapi jika melihat mulutnya yang masih tersenyum-senyum kecil itu, Jaka meragukan dugaannya sendiri.
Aih dasar wanita, entah apa yang kau pikirkan. Gerutunya penasaran.
Suasana hening sekejap, mereka menganggap barter yang di usulkan Jaka benar-benar menarik.
"Aku ingin tahu apakah kau sudah menguasai ketiga ilmu dasar tadi?" tiba-tiba saja Diah Prawesti memecah keheningan.
Jaka memandang gadis itu beberapa saat, sungguh harus diakui olehnya kalau gadis berwajah dingin ini benar-benar cantik. Ayunda dan yang lain memang sama cantiknya, tapi wajah cantik yang beku itu seolah-olah nilai plus yang dimiliki Diah.
Gadis itu mana tahu apa yang ada dibenak Jaka, wajahnya yang sudah kebal dipandang begitu rupa, tiba-tiba saja merasa merah terbakar. Terasa olehnya sorot mata Jaka seolah mengelus wajahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hei.." seru Nawang Tresni sambil terkikik. "Kalian sedang apa" Mau bertanding atau mau bikin janji" Kok pelotot-pelototan begitu?"
"Ah tidak, aku hanya sedang mencari jawaban yang tepat."
Sahut Jaka keripuhan. "Memang sudah kukuasai, dan seperti yang kukatakan, bentuknya berbeda."
"Cuma dari melihat begitu saja?" tanya Palada.
"Ya, tapi tidak hanya dengan melihat saja beres, pengamatan, penjiwaan dan konsentrasi, kan perlu juga."
Semua orang juga begitu. Gerutu Palada dalam hati. Tapi kan tidak secepat anak ini, sambungnya lagi.
"Eh, aku hampir lupa!" seru Pranayasa sambil berdiri. "Aku belum melihat sampai dimana kau menguasai ilmu-ilmu tadi."
"Benar," sahut Ayunda menimpali.
"Kelihatannya semua menagih." Ujar pemuda ini sambil menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal. "Baiklah?"
Jaka melangkah ketengah, ia berdiri disitu dengan memejamkan matanya, satu menit, dua, tiga.. empat menit berlalu.
"Lho.. jurus apa itu, hanya berdiri saja" Mana inti sari yang kau dapatkan?" seru Ayunda heran.
Jaka membuka matanya. "Lho, bukankah aku harus diserang?" tanya pemuda ini juga heran.
Melihat kondisi yang salah wesel itu, mereka tertawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biar aku yang mengujimu." Mendadak saja Diah maju.
Jaka setuju saja, "Sebaiknya tidak satu orang, tapi tiga orang."
Wajah Diah agak kelam mendengar ucapan Jaka.
"Eh-eh, jangan marah dulu?" seru Jaka buru-buru. "bukan maksudku merendahkanmu, tapi semua itu karena, tiga ilmu dasar tadi kusatukan dengan olah langkah. Jadi bukannya aku meremehkanmu Diah, kau harus maklum, olah langkahku ini bisa dimatikan gerakannya kalau memiliki lawan lebih dari dua orang yang kekuatannya sama. Dengan demikian ilmu dasar yang kupelajari tadi bisa di perlihatkan."
Mendengar penjelasan Jaka, emosi gadis itu agak mereda.
"Kenapa kau katakan harus tiga orang, baru bisa mematikan gerakan" Dengan demikian olah langkah yang akan kau berikan pada kami tiada gunanya." Kata gadis ini tandas.
"Agar kau tidak penasaran, boleh menyerangku lebih dulu.
Sekali lagi, bukan aku bermaksud meremehkanmu."
"Baik!" selesai berucap, serangan Diah segera tergelar.
Gadis ini memiliki pola serangan yang sangat aneh.
Gerakannya kadang terpatah-patah, tapi kadang luwes sekali.
Serangannya meliuk-liuk, jarinya membentuk paruh bangau.
"Hebat!" Puji Jaka di sela-sela serangan gadis itu. "Ingat, aku hanya menggunakan olah langkah ilmu dasar Angin Tanpa Arah milik Pranayasa."
Serangan yang gencar Diah, sama sekali tak bisa menyentuh Jaka. Padahal gadis ini sudah mengerahkan seluruh daya upaya. "Inilah yang kumaksudkan "sampai Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mematikan langkah?" serangan satu-dua orang masih bisa dihindari dengan sempura oleh jurus olah langkah ini tanpa perlu menyerang, tapi jika tiga orang yang maju, olah langkah tak begitu leluasa menghindar tanpa membalas, dan akan kembali leluasa menghindar, jika balas menyerang." Jelas Jaka disela-sela serangan Diah.
Gempuran gadis ini selalu berjarak satu jengkal dari tiap sasaran yang ditujunya. Jika Diah mengarahkan tutukan jarinya ke ubun-ubun dengan sendirinya kepala Jaka merendah satu jengkal dari serangan, tapi karena Diah sudah tahu tipikal gerakan Jaka, kakinya segera menendang perut Jaka, padahal tubuh pemuda ini sedang merendah"setengah jongkok, sangat sulit untuk menghindar diposisi itu.
Tapi tiba-tiba saja badan Jaka mundur kebelakang satu jengkal lagi, tubuhnya agak cekung kebelakang tanpa mengubah posisi kaki. Agaknya Diah sudah menduga gerakan itu, secepat kilat ia memutar badannya"juga setengah jongkok, lalu kakinya menyapu kaki Jaka.
Lagi-lagi Jaka bisa menghindar, begitu sapuan kaki gadis itu hampir kena, tubuh Jaka melambung satu jengkal dari tanah. Rasa frustasi menghinggapi Diah, karena sapuannya tak kena, kedua tangannya segera menjojoh kedepan sekuat tenaga, mengarah dada Jaka.
Ciit..! Pukulan itu sampai mengeluarkan suara mendecit. Kali ini jika pukulan tak kena, maka angin pukulan akan meneruskan menghajar dada Jaka, tapi begitu pukulan Diah menerpa, dada Jaka menjauh satu jengkal, dan saat angin pukulan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghempas datang, tubuh Jaka berputar dua kali kesamping.
Mereka yang melihat pertarungan itu terpesona, gerakan tubuh Jaka nyaris serupa dengan gerakan Angin Tanpa Arah, serupa tapi tak sama. Terkadang mirip, terkadang gerakanya adalah kebalikan dari gerakan semula, aneh! Kelincahan, dan keluwesan gerakan Jaka membuat Pranayasa terbelalak kagum.
"Luar biasa, pantas.. tiap jurusku bisa didiktenya.
Gerakannya klop sekali, jurus itu seperti kebalikan ilmu Angin Tanpa Arah, tapi juga seiring dan sejalan. Aneh, kenapa begitu" Kenapa gerakan itu terasa seperti saling membimbing?" pemuda ini bertanya-tanya dalam hati. Tapi konsentrasinya masih pada pertarungan itu.
Diah berhenti menyerang, ia menatap Jaka sesaat. Ia benar-benar penasaran, sebab sudah seluruh jurus dalam ilmu dasarnya"seluruhnya 78 jurus"ia keluarkan semua, tapi masih tersisa satu, semula dia bimbang mengerahkannya, tapi keadaan kali ini memukul egonya! Dan ia berniat mengeluarkannya.
"Terima ini!" bentak Diah dipuncak kekesalannya, tangannya ditarik sejajar pinggang, dengan satu kaki berlulut ditanah, agaknya dia hendak melepaskan jurus pamungkas ilmu dasar.
Jaka melihat gelagat buruk, secepat kilat, pemuda ini sudah ada didekat Diah dan menangkap kedua tangan gadis itu.
"Jangan melakukan itu Diah, kita hanya bertanding, bukan bertarung mati-matian. Aku tak ingin kau terluka" apa yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kulakukan tadi bukan untuk menghinamu, tapi memberimu penjelasan."
Gadis itu memandang Jaka, ia berdiri dan Jaka juga ikut berdiri, wajah gadis itu terlihat merah membara, entah karena marah, atau malu" atau malah senang" Tiada yang tahu selain gadis itu sendiri.
"Sampai kapan kau pegang tanganku?" katanya dengan nada datar, wajahnya sudah menjadi dingin seperti semula, tapi matanya memancaran kehangatan.
"Sampai kau tidak marah lagi dan kau menjadi anak manis seperti tadi." Jawab Jaka tersenyum menggoda.
53 - Berselisih Pendapat Gadis ini cemberut dan mengipatkan tangannya. Wajahnya terlihat lebih merah, ucapan Jaka yang terakhir, bisa saja berarti kalau selamanya Diah adalah gadis yang manis.
"Baiklah, aku percaya padamu." Katanya gemas.
Jaka mengacungkan jarinya, "Tunggu sebentar." Ucapnya pada gadis ini. Jaka mengambil kertas dan ia duduk dilantai.
"Ilmu dasar apa yang kau keluarkan tadi?"
Diah mengerti maksud Jaka, hatinya yang terbiasa sunyi dan beku, kembali terasa hangat. "Samudera Melintas Awan."
Jawabnya singkat. "Kenapa namanya terbalik" Apa bukannya Awan Melintas Samudera?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memang dari sananya." Sahut gadis ini kaku.
"Ya sudah, tapi, lho... kalau tak salah itu salah satu ilmu dasar dari Perguruan Elang Laut?"
"Kau tahu?" Jaka mengangkat bahunya, "Kebetulan saja aku pernah berkunjung kesana."
"Berkunjung" Kapan?" cecar Diah antusias, agaknya apa yang mengganjal hatinya bisa ia temukan.
"Ah... kapan-kapan saja kukasih tahu, sekarang aku sibuk."
Jaka menjawab sambil menulis coretan-coretan seperti tadi, hanya saja coraknya berbeda.
"Hh?" dengus Diah kecewa, tapi ia tak marah, toh untuk masa yang akan datang, mereka"bersama tiga saudaranya yang lain, akan selalu dekat dengan Jaka" Berpikir seperti itu wajahnya jadi jengah"tapi hanya sesaat.
Hanya Ayunda yang melihat perubahan wajah Diah, sudah tahu apa yang bergolak dalam hatinya. Ia mendekati Diah.
"Sebaiknya jangan kau ganggu dia?" katanya sambil merangkul Diah. Gadis ini mengangguk kecil, bibirnya membentuk sebaris senyum tipis.
"Ai.. Jaka-Jaka, entah apa yang kau buat pada kami"
Kenapa bisa jadi begini?" pikir Ayunda, iapun berperasaan sama dengan Diah. Benar-benar dilema yang sulit.
Jauh didasar hatinya Ayunda sama sekali tidak menyalahkan Jaka, sebab pemuda ini sama sekali tidak merayu mereka atau melakukan tindakan untuk menarik perhatian, tapi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kehadiran pemuda itu saja sudah menarik perhatian baik para tetua ataupun anggota, konon lagi gadis-gadis muda ini.
Tak berapa lama, Jaka sudah menyelesaikan coretannya.
"Nah... ini dia." Ia mendekati Diah yang berdiri berdampingan dengan Ayunda, Andini dan Pertiwi.
Diah menerimanya, "Cara bagaimana aku mempelajari ini?"
tanya gadis ini sambil menerima kertas itu.
"Sama seperti penjelasanku tadi, coba lihat garis ini?"
Jaka menunjuk dengan jarinya. "lalu engkau kaitkan dengan jurusmu, kemudian kau sambungkan dengan baris dan lengkungan yang berdekatan,dan seterusnya."
Gadis ini paham, tapi mendadak ia teringat sesuatu. "Kau memberikan ini padaku, tapi aku belum memberikan apa-apa padamu."
"Salah, kau sudah memberikannya."
"Tadi" Lewat pertarungan kita?" tanya gadis itu tak percaya.
Dan bukan hanya dia yang tidak percaya, semua orang juga begitu. Mereka berpikir sama, "jika tiap pertarungan sedemikian mudahnya dia menyadap jurus-jurus lawan, bukankah seharusnya dia sudah tidak memerlukan ilmu-imu ini lagi?"
"Masa begitu?" Diah bertanya meyakinkan.
"Benar kok, aku tidak bohong, hanya saja aku kurang jelas mengenali..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku bersedia mengulanginya." Sahut gadis ini cepat-cepat.
Tapi mendadak ia sadar dengan jawabannya yang terlalu cepat, wajahnya merona sekejap. Namun dengan jawaban itu kini orang tahu, perubahan apa yang terjadi didalam dirinya.
"Bukan itu maksudku" maksudku aku hanya kurang jelas, dengan jenis tenaga yang kau gunakan. Kalau kau bersedia, coba pukul telapakku."
Jaka menyorongkan telapak kanannya kedepan.
"Pukul?" "Benar, dengan pukulan tadi yang kau urungkan."
Tanpa basa-basi, Diah memukul tapak Jaka dengan tenaga dua bagian.
Deesh! Tangan Jaka terpental, rupanya pemuda ini sama sekali tidak menggunakan tenaga dalam untuk menahannya, karuan tulangnya ngilu bukan main.
"Aduh... dasar aku yang bodoh. Aku lupa mengatakan kalau kau cukup memukul tanpa tenaga murni." Katanya sambil mengibas-kibaskan tangannya.
Melihat Jaka kesakitan seperti itu, reflek Diah maju menghampirinya dan menggenggam tangan Jaka.
"Sakitkah?" tanya si gadis dengan suara penuh khawatir...
dan juga lembut. Rasanya iapun tak mengenal suaranya sendiri, kenapa bisa begitu lembut"
"Wah, minta ampun sakitnya.."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah Diah agak pias sesaat, "Maaf.." katanya lirih.
"Bisa kau pijit?" goda Jaka.
"Ih.." pekik Diah kaget karena memegangi tangan Jaka, beberapa saat.
"Terima kasih, pijitanmu manjur benar, tanganku sudah tak sakit." Kata pemuda ini mengibas-kibaskan tangannya sambil tertawa mengoda. Beberapa gadis yang melihat adegan tadi cemberut, jelas mereka tak suka, atau iri... atau cemburu"
"Nah, sekarang siapa yang akan mengujiku?"
"Sebentar Jaka?" tiba-tiba saja Palada berseru.
"Ya?" "Aku ingin bertanya padamu satu hal mendasar..."
"Silahkan." "Maaf bila aku terlalu blak-blakan,"
"Tak apa, aku malah senang."
"Begini, kulihat dengan mudahnya engkau menyadap jurus-jurus yang diberikan oleh beberapa saudara kami, aku sangat kagum. Tapi hal itu membuatku berfikir, bukankah"menurut ceritamu"kau pernah bertarung dengan orang yang melukaimu dengan Racun Getah Biru, menurutmu bukankah ilmunya sangat hebat, apakah kau juga juga menyadap ilmunya?"
Jaka tersenyum mendengar pertanyaan Palada, dia sadar apa yang akan dipertanyakan, tetapi pemuda itu harus Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memutar dulu mencari cara untuk membuat suasana tidak tegang, benar-benar pemuda baik.
"Aku tahu apa maksudmu, dan memang aku sudah menyadap ilmunya."
"Ah.. hebat sekali." Desis Palada. "Kau berkata kalau tingkat kepandaian orang itu diatas delapan tetua, bukan?"
"Benar." "Dengan sendirinya ilmu yang kau sadap darinya lebih hebat dari ilmu dasar yang akan kami berikan."
"Benar." Jaka menjawab sembari tersenyum.
"Kalau begitu, kenapa kau harus mempelajari ilmu dasar kami?"
Orang-orang saling berpandangan, apa yang dikemukakan Palada masuk akal juga, dan semuanya ingin penjelasan.
Jaka menghela nafas panjang. "Kalian ingin jawaban panjang atau pendek?"
"Hah, ucapan macam apa itu, tentu saja kami ingin jawaban sebenarnya." Tukas Wiratama.
"Baik, sebelumnya aku ingin meminta maaf kalau jawabanku ada yang tidak berkenan. Pertama; yang harus kau sadari bahwa aku ingin belajar ilmu dasar adalah dari keempat anggotaku, bukan yang lain."
Wajah mereka tampak berubah mendengar ucapan Jaka yang menurut mereka terkesan melecehkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa maksud ucapanmu?" tukas Adiguna tersinggung.
"Sebentar, aku belum selesai menjelaskan." Jaka berkata tegas. "Jujur saja, pada awalnya kalian hanya ingin melihat seberapa jauh aku bisa membuat hal-hal aneh bukan" Jangan potong dulu.." tukas Jaka tegas melihat Adiguna hendak bicara.
"Aku tak ingin jawaban kalian, karena apa yang kutunjukan saat awal masuk kesini sudah cukup untuk menjelaskannya.
Dan mungkin kalian berharap ada yang bisa dimanfaatkan dariku."
"Kau?" seru Adiguna tak bisa meneruskan lagi.


Seruling Sakti Karya Didit S Andrianto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalian tidak perlu tersinggung, karena hal seperti itu sudah banyak sekali kualami! Dan mungkin kalian juga akan mengalaminya. Dulu... banyak orang-orang yang pernah kutemui, hampir seluruhnya hanya selalu ingin mengambil, memanfaatkan" istilah kasarnya "memeras", dan jika sudah selesai, dibuanglah ia." Jaka berbicara dengan nada pahit.
"Aku sudah tidak terkejut lagi dengan apa yang akan terjadi."
Gumamnya. "Ah?" orang-orang mendesah terkejut, juga gusar. Mereka tahu kalau Jaka sama saja dengan menyatakan, "bahwa mereka tak lebih dari orang-orang yang pernah ditemui Jaka"
juga dari ucapan sebelumnya Jaka seolah berkata "ilmu yang kumiliki lebih tinggi dari kalian", dan memang kenyataan itu benar, tetapi mereka tak menyangka Jaka akan segamblang itu.
"Alasan kedua; kenapa aku ingin mempelajari ilmu dasar keempat anggotaku, karena memang aku harus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melakukannya, cuma itu!" Jaka sengaja menekankan kata keempat anggota, yang artinya dia tidak meminta siapapun selain anggotanya, dan itu sudah cukup jelas.
"Jadi kau sama sekali tidak menghendaki ilmu dasar kami?"
potong Wiratama tajam. "Hh?" Jaka mendesah serba salah. "Siapa yang mengatakan begitu" Apa aku pernah berkata begitu" Kalian tahu kenapa aku mengajukan syarat pertukaran ilmu" Kalau dipikir-pikir aku yang rugi, bukannya kalian."
"Kau?" "Tunggu dulu." Mendadak Diah menyela ucapan Wiratama.
Semua orang berpaling kearahnya. Kali ini mereka tidak lagi terkejut melihat ke-aktif-an Diah.
"Ada apa?" tanya Wiratama dengan nada lembut"tapi raut mukanya berkerut tak senang, sudah jelas kalau pemuda ini cemburu pada Jaka, sebab Jaka-lah yang membuat Diah
"hidup" kembali, bukan dirinya.
"Aku rasa percakapan ini tidak perlu dilanjutkan lagi."
"Kenapa kau berkata begitu?" tanya Nawang Tresni.
"Karena ini menyangkut prinsip! Dan diantara kita tak satupun yang ingin direndahkan, bukankah begitu" Kalian pikir Jaka sudah berkata jujur" Dia sengaja berbicara keras pada kita demi melihat ego kita terlalu tinggi, ia ingin menyampaikan bahwa urusan ini tak usah diperpanjang, tak sadarkan kalian kalau dia sengaja mengulur jawaban?"
Tidak ada yang menanggapi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah Diah, tak perlu kau..."
"Kau diam saja." Tukas Diah memotong ucapan Jaka sambil melotot, kelihatannya marah, tapi Jaka tahu, si gadis membela dirinya..
Jaka mengangkat bahunya, artinya "ya, terserah kau saja".
"Dia pasti punya alasan kenapa harus belajar pada kita.
Jujur saja, diantara kita siapa yang sanggup menandingi Paman Benggala?" Diah memandang saudara-saudaranya, tidak ada tanggapan. "Tidak ada! Dan kalian lihat" Jaka sanggup mengalahkan paman Benggala."
Kembali tidak ada tanggapan, memang kalau orang pendiam berbicara, biasanya ucapannya tajam"hampir-hampir nyelekit, penuh sarkasme.
"Kami, anggota-anggotanya, memahami mengapa dia harus belajar ilmu dasar."
"Tapi Diah, seperti yang dikatakan Adiguna, bukankah ilmu sadapannya lebih bagus dari pada ilmu yang akan kita ajarkan?" akhirnya Nawang Sari memberi komentar.
"Dia pasti punya alasan sendiri." Jawab Diah mantap, dan pasti. Lalu ia menoleh Jaka.
Jaka tahu apa arti pandangan gadis itu, dia ingin dirinya membuktikan kalau ucapannya benar.
Terdengar Jaka menghela nafas panjang, raut mukanya yang biasa bersinar terang dan wajah senyum tak senyum itu menghilang" tapi hanya sesaat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah" seperti yang kukatakan sebelumnya, aku tidak bermaksud menyombong, aku punya alasan sendiri, dan kalian akan tahu kenapa aku harus berbuat begini. Sayangnya alasanku tak bisa dikatakan."
Lalu Jaka melangkah ketengah arena latihan. "Aku ingin beberapa dari kalian maju mengujiku."
Tanpa menunggu sedetikpun, Palada, Adiguna, Wiratama, Nawang Sari, Nawang Tresni dan... Pranayasa, kecuali anggota Jaka"semuanya maju.
"Ini tidak adil!" hampir bersamaan, semua anggota Jaka berseru membela.
"Tak perlu gusar begitu," ujar Jaka menyabarkan dengan lembut. "Kalau belum lega, kesalah-pahaman tidak akan hilang."
"Tapi?" Ayunda membantah.
"Aku tahu, tidak ada yang perlu dicemaskan."
"Huh, siapa yang cemas?" gerutu gadis ini lirih, tapi toh dia tetap saja khawatir.
Senyap menggigit. Inilah pemandangan hebat" keenam orang yang hendak menguji Jaka menguasai ilmu mustika.
Dalam dunia persilatan, keenam orang itu termasuk bintangnya para bintang pesilat muda, mereka adalah generasi terbaik yang pernah dimiliki dunia persilatan.
Siapapun pasti berpikir seratus kali kalau ingin bertarung dengan keenam orang itu, bahkan Delapan tetua sekalipun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pernah, beberapa tahun yang lalu"saat keenamnya belum memiliki ilmu mustika, salah seorang delapan tetua, bertarung melawan mereka. Dan hasilnya tetua itu bisa didesak, walau akhirnya mereka kalah, kalah pengalaman saja. Kalau saat itu saja sudah begitu hebat, bagaimana dengan saat ini"
Dan lawannya bukan salah satu dari tetua, tetapi Jaka"
pemuda misterius, yang entah memiliki kepandaian apa.
------ Beberapa saat sebelumnya, di waktu yang sama"
Delapan tetua duduk di satu meja. Mereka membincangkan banyak hal. Kemudian menyinggung masalah Jaka.
"Kalau kupikir-pikir, rasanya agak mustahil, orang semuda Jaka bisa menguasai sejenis Hawa Mayat Tanpa Batas." Ujar Ki Sugita.
"Benar, menurut catatan kepemilikian ilmu mustika, yang bisa menguasai ilmu ini hanya orang berusia rata-rata tiga puluh lima tahunan. Boleh jadi aku yang termuda, tapi rasanya mustahil untuk hal prinsip seperti itu, Jaka bisa melampauiku."
Sambung Ki Benggala. "Menurutmu, apa yang membuat Jaka bersungguh-sungguh jika ia bertarung?"
"Kenapa kakang bertanya begitu?" Tanya Ki Wisesa pada Ki Lukita.
"Jawab saja." "Mungkin karena terdesak?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, itupun sudah kupikirkan, selama pengujian ilmu mustika, apa yang bisa mendesak Jaka?" Semuanya terdiam mendengar komentar Ki Lukita.
"Aku jadi teringat waktu perbincangan pertama dan pelantikan anggota tadi." Gumam Ki Banaran.
"Benar, benar!" tiba-tiba saja Ki Sugita melonjak berdiri.
Tapi kembali duduk. "Dari tadi, sebenarnya aku berpikir satu hal, tapi entah apa yang kupikirkan aku sendiri lupa, kuingat-ingat terus, dan kini aku tahu..."
"Apa yang kau ingat?"
"Saat pelantikan anggota, kenapa Jaka begitu gusar?"
"Ada yang tak berkenan dihatinya?"
"Tepat sekali! Sesuatu yang tak sesuai dengan pemikirannya bisa membuat dirinya marah. Ingat saat dia hendak balas menyerang Dwiyana" Dalam sekejap aku merasakan hawa membunuh begitu tebal. Tapi hanya sekejap, dan hilang. Itulah yang kucoba mengingatnya dari tadi."
"Ah?" Ki Lukita mendesah pelan.
"Kalian ingat ucapannya" Bahwa dia harus sabar"itu yang diceritakan dirinya, tentang nasehat si kakek baik hati"
sekarang aku tahu alasannya, kenapa orang itu mengharuskan Jaka melatih kesabaran."
Gelang Kemala 2 Pendekar Remaja Karya Kho Ping Hoo Tiga Mutiara Mustika 5
^