Pencarian

Wisma Pedang 1

Wisma Pedang Seri 4 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Bagian 1


"WISMA PEDANG Seri 4 Kesatria Baju Putih
Karya : Wen Rui Ai WISMA PEDANG Di sini adalah sebuah pekarangan yang sangat luas.
Langit mulai terlihat gelap, karena hari memang sudah sore.
Wisma itu adalah sebuah wisma tua, di sana sini banyak kayu-kayu penyangga rumah yang patah dan gentingnya juga sudah banyak yang pecah. Sebagian malah sudah terbakar menjadi abu, tapi yang utuhpun masih ada.
Dahulu wisma ini pernah berjaya dan juga terkenal, sekarang di bawah sinar matahari terbenam, wisma itu terlihat sepi dan merana.
Di dalam wisma itu ada sebuah ruangan yang sudah ambruk dan haneur, ruang tamu di wisma itu begitu luas. Di bagian atas rumah masih terpasang papan nama. Dulu papan itu dicat dengan warna terang benderang. Tapi sekarang papan itu terlihat sudah usang, malah sudah terbelah menjadi dua bagian. Sudah tertutup oleh debu dan sarang laba-laba. Tapi dari papan itu masih bisa terbaca sebuah tulisan kaligrafi yang indah dengan tulisan 'Shi Jian'. Tulisan itu terdapat di bagian papan yang terjatuh dan tertutup oleh debu, sedangkan di bagian papan yang lain tertulis 'Tian Xia' (dikolong langit).
'Shi Jian Tian Xia' memiliki makna tinggi dan juga berkesan sombong, dan begitu berjaya. Ditambah lagi dengan tulisan kaligrafi yang ditulis dengan sangat bagus dan bertenaga. Mungkin dulu para tamu dunia persilatan pada saat melihat papan itu tergantung tinggi, hati mereka akan tergetar! Tapi sekarang keempat huruf itu terbagi menjadi dua yang tampaknya terbelah dengan pukulan.
Selama 300 tahun ini, kalangan persilatan yang berani menggunakan kata 'Shi Jian Tian Xia', kecuali Shi Jian Shan Zhuang (Wisma Pedang), tidak ada yang lainnya.
---ooo0dw0ooo--- Di depan wisma itu ada sebuah batu besar, dan tampak ada dua orang yang sedang duduk di sana.
Dua orang itu berwajah biasa tapi terlihat penuh dengan kekhawatiran. Mereka adalah dua orang anak muda yang sama sekali tidak peduli dengan keadaan dunia ini.
Kedua tubuh anak muda itu dipenuhi dengan rumput kering, tanah, dan serbuk kayu. Sepertinya mereka sudah berguling-guling di rerumputan, sepertinya juga pernah tidur di tempat yang penuh dengan tanah, dan juga sepertinya pernah bergulat di tempat jcang penuh dengan serbuk gergaji.
Pemuda yang satu berperawakan tinggi dan hitam, wajahnya masih terlihat lugu, tapi juga terlihat kalau dia seorang pemberani, bisa bertahan menghadapi semua masalah hidup, tapi matanya terlihat lesu.
Sedangkan yang satu lagi penampilannya seperti seorang pelajar, hidungnya mancung, bibirnya tipis, sepertinya dia bersifat keras. Dia seperti seorang pak tua yang sudah kelelahan.
Mereka berdua duduk saling berdampingan. Mereka tidak saling pandang, dan juga tidak memperhatikan keadaan temannya. Mereka seperti tidak pernah hidup di dunia ini. Sepertinya apa yang terjadi di dunia ini tidak ada hubungannya dengan mereka.
---ooo0dw0ooo--- Mereka tampak sedang menunggu datangnya sore.
Tapi sebelum matahari terbenam, terdengar ada derap langkah kuda berlari ke arah mereka.
Dari suara derap langkah kuda itu, sepertinya kuda itu tidak berlari dengan cepat juga tidak lambat, seperti irama musik keras, tapi bercampur dengan irama lembut, irama ini begitu menggetarkan perasaan setiap orang yang mendengarnya.
Kedua orang itu mengangkat kepala untuk melihat, terlihat di Xi Shan di bawah sinar matahari yang akan tenggelam, seperti sudah dipoles dengan warna merah darah.
Pemuda pertama berkata, "Hari masih sore tapi sudah ada yang
datang." Pemuda kedua menggelengkan kepalanya, "Sepertinya itu bukan mereka."
Suara kuda terdengar sudah berada di depan wisma, langkah kuda mulai melambat, kaki kuda itu berbulu putih bersih dan terlihat sehat. Masih ada beberapa ekor kupu-kupu yang terbang di dekat kaki kuda.
Kemudian terlihat seseorang berbaju dan bersepatu putih turun dari kuda, daun yang tertiup angin melewati baju putihnya, terbang beberapa saat kemudian terjatuh lagi, tapi hal itu sama sekali tidak menganggunya.
Kedua pemuda itu saling pandang, kemudian mereka menundukkan kepala lagi. Sepertinya mereka tidak mau tahu apa yang terjadi di sekitar sana, tampak mereka sedang terkantuk-kantuk.
Orang itu turun dari kudanya, kemudian melihat sebentar ke atas, langit yang mulai gelap, dengan ramah dia bertanya, "Apakah tempat ini adalah Shi Jian Shan Zhuang yang dulu sangat terkenal?"
Kedua pemuda itu tidak bergerak, sepertinya mereka tidak mendengar ucapan orang itu.
Orang itu tidak marah, dengan ramah dia bertanya lagi.
Kedua pemuda itu mengangkat kepala dan saling pandang, tapi mereka tetap tidak menjawab.
Orang itu tampak tersenyum, mengulangi kembali pertanyaannya, dia sudah bertanya 3 kali berturut-turut.
Akhirnya pemuda yang tinggi dan besar itu menunjuk ke arah papan nama dan berkata, "Apakah kau tidak bisa melihatnya sendiri?"
Orang itu melihat sebentar ke arah yang ditunjuk, tiba-tiba dia tertawa dan berkata, "Siapakah nama dan marga kalian?"
Pemuda yang bersikap agak dingin itu berkata, "Lebih baik kau pergi dari sini, kalau tidak kau akan terbunuh di sini."
Tanya orang itu, "Apakah disini akan terjadi sesuatu?"
Pemuda tinggi besar itu marah, "Mengapa kau begitu cerewet?"
Pemuda yang tampak dingin itu malah tertawa dingin, "Apa yang akan terjadi di sini, kalau kau tahu apa yang akan terjadi di sini kau akan terkejut hingga terkencing-kencing, lalu lari terbirit-birit dari sini!"
Orang itu tertawa, "Kalau begitu ceritakanlah, mungkin kenyataannya tidak begitu menakutkan seperti yang kau kira!"
Pemuda yang tampak agak dingin itu kembali tertawa dingin, "He! He! He!"
Pemuda tinggi besar itu berkata, "Hayo, cepat pergi!"
Orang itu tampak berpikir sebentar, dia membalikkan tubuh dan berjalan ke arah kudanya yang putih, dan berkata, "Oh ternyata kalian tidak berani memberitahuku karena orang yang akan datang itu sangat lihai."
Pemuda yang terlihat dingin itu segera berdiri dan membentak, "Kau bilang apa! berdiri di tempatmu!"
Pemuda tinggi besar itu berkata, "Apa" Siapa yang bilang kami tidak berani mengatakannya! Baiklah, kalau begitu akan kuberitahu"di Jiang Nan, di kalangan persilatan golongan putih dan hitam, orang mempunyai kekuatan besar dan namanya terkenal, dan paling sulit dihadapi, adalah siapa" Apakah kau mengetahuinya?"
Orang itu tertawa, "Kalau sampai Qian Shou Wang (Raja bertangan seribu) Zuo Qian Zhen saja tidak tahu, aku tidak akan bisa bertahan hidup di dunia persilatan!"
Pemuda yang terlihat dingin itu berkata, "Tidak disangka, kau juga tahu hal ini, kalau begitu kau pasti tahu juga Zuo Shou Zhen yang tidak terkalahkan di dunia ini, ilmu silatnya berada di atas
semua pendekar, apa kau tahu apa alasannya?"
Orang itu tampak berpikir sebentar dan menjawab, "Karena dia mempunyai seorang istri yang baik dan dua orang murid yang sangat membantunya."
Pemuda tinggi besar itu tertawa dingin dan berkata, "Masih ada lagi, dia masih mempunyai 9 orang pembantu yang paling sulit diajak bicara!"
Orang itu bertanya, "Maksudmu, Jiu Da Gui (9 setan besar)?"
Pemuda dingin itu berkata, "Benar, sebentar lagi yang akan datang adalah salah satu dari Jiu Da Gui yang bernama Yi Dao Zhan Qian Jun (sebilah golok memenggal, seribu prajutir), SunTu."
Pemuda tinggi itu berkata lagij "Masih ada lagi, seorang anak buah Sun Tu yaitu Si Da Dao Mo (4 orang besar golok siluman), apakah kau tahu asal usul Si Da Dao Mo?"
Orang itu tertawa, "Mereka" Qi Qing Feng adalah keturunan dari Qi Men Jin Dao, dia adalah pengkhianat perkumpulannya. Li
Xue Hua berasal dari Xue Men Pai, murid perempuan dari Nian Dou Men, dia adalah seorang perempuan jalang. Mu Lang Shan adalah keturunan dari Lang Hua Dao Fa, dia mendapatkan ilmu silat secara langsung dari Cang Lang Lao Ren, tapi dalam hai membunuh dia senang membakar perempuan, lengkaplah semua kejahatannya. Tang Shan Jue adalah wakil ketua Di Tang Dao Fa, ilmu goloknya sangat lihai, katanya Qi Qing Feng, Li Xue Hua, Mu Lang" Shan, dan Tang Shan Jue, keempat orang ini sudah berada di bawah kekuasaan Tu Tian Mo, mereka sangat kejam, semua kejahatan sepertinya sudah pernah mereka lakukan."
Pemuda tinggi itu dengan pandangan aneh berkata, "Ternyata kau tahu sangat banyak."
Pemuda dingin itupun berkata, "Berani bicara seperti itu, berarti kau termasuk orang yang lumayan pemberani."
Orang itu tertawa, "Kalau di dunia persilatan tidak ada yang
berani marah, semua pahlawan dan pendekar akan menjadi kura-kura yang cuma bisa tinggal di dalam batoknya. Apakah di dunia persilatan ini bisa masih ada keadilan?"
Pemuda tinggi besar itu terpaku, "Kau begitu berani, tapi kau tetap bukan lawan Sun Tu dan Si Da Dao Mo, lebih baik kau segera pergi dari sini!"
Orang itu bertanya, "Tapi. .mengapa kalian masih berada di sini?"
Wajah pemuda tinggi besar itu berekspresi yang sulit dimengerti, dia duduk
kembali sambil menatap langit yang semakin gelap dan berkata, "Kami" Kami hanya tinggal menunggu kematian di sini."
Tanya orang itu, "Apakah kau sedang menunggu Sun Tu yang membawa orang-orangnya, lalu menunggu mereka membunuhmu?"
Pemuda tinggi itu menjawab, "Tiga tahun lalu, di Pin Jiang pada sebuah pertandingan silat, aku melihat dia menyerang erang yang sudah terluka dan dia ingin membunuh orang itu tanpa alasan sedikitpun, sudah tentu ini melanggar aturan dunia persilatan. Karena itu aku segera naik ke atas panggung untuk menolong." dia tertawa dingin, lalu melanjutkan ceritanya, "Tidak ada seorang juga yang mau membantuku membawa orang yang sedang terluka itu ke rumah panitia, aku sendiri yang bertarung melawan Sun Tu, kemudian Sun Tu dibantu oleh Si Da Dao Mo, mereka memukulku hingga aku terluka parah. Semua pendekar yang melihatnya, tapi tidak ada seorangpun yang berani tampil untuk membantuku, malah ada yang menghalangiku melarikan diri..akhirnya aku bisa melarikan diri. Aku juga tahu ternyata panitia malah sudah membunuh orang yang terluka itu dengan tujuan menjilat Sun Tu." Tangannya terkepal dengan erat dan urat-urat hijaunya bertonjolan.
Orang itu terdiam sebentar. Dia membalikkan kepalanya melihat pemuda dingin yang sedang berdiri dengan tegak. Dia sedang menatap langit dan orang itupun bertanya, "Bagaimana dengan dirimu?"
Pemuda dingin itu tertawa dingin, "Apa maksudmu" Aku telah mengalami banyak peristiwa yang menyedihkan, -kau ingin mendengarkan cerita yang mana?"
Orang itu hanya bisa menjawab, "Oh!" Dia berkata lagi, "Kalau begitu ceritakan kepadaku mengapa bermusuhan dengan Sun Tu?"
Pemuda dingin itu menjawab, "Heng Shan Pai adalah perkumpulan yang didirikan oleh sekelompok pemuda. Pada hari ulang tahun berdirinya perkumpulan itu, semua anggotanya perkumpulan dibunuh oleh Sun Tu. Aku mencoba melawan Sun Tu. Anggota-anggota Heng Shan Pai yang terluka parah malah mengira aku adalah teman Sun Tu. Mereka menusukku di bagian pinggang dan ditambah dengan tusukan Sun Tu, cukup untuk membuatku berbaring di tempat tidur selama 3 bulan."
Orang itu bertanya, "Mengapa kalian menunggu Sun Tu di sini?"
Pemuda dingin itu menjawab, "Sun Tu tahu kalau aku belum mati, dia menyebarkan berita jika dia tidak berhasil membunuh kami, dia tidak akan merasa puas. Dengan keadaan seperti itu, apakah kami bisa melarikan diri?"
Orang itu bertanya lagi kepada pemuda tinggi itu, "Bagaimana denganmu?"
Sambil tertawa pemuda tinggi itu menjawab, "Apakah arti sebuah kematian" Aku sudah bosan hidup di dunia ini dan akupun tidak bisa lari jauh dari Sun Tu. Tapi menurut cerita orang lain, ayah Sun Tu, yaitu Sun Qing Hong pernah kalah di bawah pedang ketua wisma ini. Ketua itu adalah Si Tu 12. Sun Tu ingin menghancurkan wisma ini untuk melampiaskan kemarahannya, karena itu kami menunggunya di sini."
"Kalau begitu, apa kalian memang menunggu kematian di sini?"
Pemuda yang tinggi itu menjawab, "Boleh dikatakan seperti itu."
Orang itu berkata lagi, "Setiap seorang pasti ingin hidup, mengapa kalian tidak melarikan diri saja?"
Pemuda dingin itu berkata, "Kalau kau bisa lolos dari kejaran Si Da Dao Mo, apakah kau bisa lolos dari Sun Tu" Kalau kau bisa lolos dari kejaran Sun Tu, apakah kau bisa lolos dari Ba Da Gui (delapan Setan besar)" Kalau kau bisa lolos dari Ba Da Gui, apakah kau bisa lolos dari Qian ShouWang?"
Orang itu bertanya, "Kalau kalian tidak bisa melarikan diri, mengapa tidak bertarung saja?"
Pemuda tinggi itu berkata, "Pertarungan tetap sebuah pertarungan, tapi jika kami menang juga apa gunanya" Dunia persilatan seperti sepiring pasir, apakah hanya dengan mengandalkan tenaga kami berdua bisa memukul seekor burung raksasa" Jika bisa mengalahkan Si Da Dao Mo, apakah kau bisa mengalahkan Sun Tu" Kalau kau berhasil mengalahkan Sun Tu, bagaimana dengan 8 setan sisanya" Apakah kau bisa menahan pukulan dari Cuo Shcu Zhen" Bertarung atau tidak hasilnya akan sama."
Orang itu sepertinya terpaku mendengar jawaban dari pemuda tinggi itu, kemudian dia mengerti dan berkata, "Oh! Ternyata seperti itu...." Kemudian dia memberi hormat lalu berniat naik ke atas kuda, tapi dia membalikkan kepalanya, menatap langit yang terlihat mulai gelap lalu menarik nafas, "Yuan Feng Jiang tetap Yuan Feng Jiang, Wang Jing Cao tetap Wang Jing Cao, kalian mati terlalu menyedihkan, terlalu menyedihkan. Di dunia persilatan tidak ada pahlawan seperti kalian...." Dia segera naik ke atas kudanya. Wajah kedua pemuda ini berubah, pemuda tinggi itu berteriak, "Apa yang kau katakan tadi?"
Pemuda dingin itu bertanya, "Siapakah dirimu sebenarnya?"
Orang itu tertawa menatap langit kemudian dengan suara lantang dia berkata. "Aku tidak salah berbicara. Yang aku katakan adalah nama 2 orang pendekar yang pernah menggegerkan dunia
persilatan. Sewaktu mereka masih hidup mereka sering membunuh yang kuat dan membantu yang lemah, nama mereka sangat terkenal. Bila mereka menganggap ada hal yang tidak adil, mereka pasti akan mengulurkan tangan mereka yang adil untuk membantu orang itu. Karena itu di dunia persilatan mereka dianggap sebagai dewa penolong. Tapi sayang, masih begitu muda mereka sudah meninggal...."
Wajah kedua pemuda itu menjadi pucat. Pemuda dingin itu berkata, "Jangan sembarangan bicara Mereka baru muncul 3 tahun lalu di dunia persilatan. Orang-orang di dunia ini sangat membenci mereka. Siapa yang menganggap mereka adalah pendekar?"
Kata-kata orang itu tajam seperti pisau, "Mereka memang baru muncul di dunia persilatan 2-3 tahun yang lalu, tapi mereka tidak mencari nama juga keuntungan. Apa yang telah merela lakukan lebih hebat dengan apa yang dilakukan oleh 10 pendekar.' Sewaktu mereka masih muda, mereka hidup sangat susah, karena itu mereka sudah terlatih untuk menjadi kuat dan juga sangat pemberani. Mereka adalah pendekar yang selama ratusan tahun ini jarang ada! Mungkin sewaktu mereka hampir mati, mereka masih belum tahu kalau di dunia ini banyak orang demi menegakkan keadilan mereka merasa hidup ini seperti sebuah jendela yang semakin lama semakin buram. Ada yang memasang lampu, perahu yang berlayar ada yang mengendalikan kemudi, gunung yang dipenuhi dengan semak-semak tiba-tiba ada yang memberi golok untuk membuka jalan.... Tapi sayang mereka mati terlalu dini. Kalau saja mereka bisa bertahan sebentar lagi, mereka bisa mengibarkan bendera penegak keadilan. Tapi sayang mereka melepaskannya terlalu dini...."
Hati pemuda tinggi itu bergejolak sehingga nafasnya menjadi terengah-engah dan berkata, "Tidak! Tidak! Mereka bukan melepaskan kesempatan itu tapi mereka sudah putus asa menghadapi orang-orang di dunia ini...."
Orang itu tertawa hingga membuat burung gagak yang hinggap di pohon sana terkejut dan terbang. "Putus asaHa, Ha, ha.... Jika
Yuan Fang Jiang masih hidup, dia pasti akan marah! Dulu di Gua Cang Shan, dia sendirian membasmi 3 orang penjahat. Di tengah perjalanan menuju Shan Xi, dia sendirian bertarung dengan 9 siluman Lei Dian. Lalu masih dengan kekuatannya sendiri, dia mendaki Gunung Lian Huan untuk menghadiri upacara kematian Cao Shan You Gui. Kapan dia pernah mengatakan atau mengucapkan kata-kata putus asa" Jika Wang Jing Cao masih hidup, dia pasti akan mematahkan batang lehermu. Siapakah dia! Huang He banjir, dengan segala cara dia beruasha" melindungi orang-orang yang terkena banjir. Orang-orang golongan hitam secara diam-diam ingin membunuhnya sampai 7 kali, tapi tidak ada satupun yang berhasil. Dalam waktu semalam dia bisa memotong ratusan batang pohon Gui untuk menutup sisi Huang He yang ambrol. Dia berhasil menolong ribuan nyawa penduduk di sana. Jika mereka bisa hidup kembali, apakah kalian masih berani berkata seperti tadi. Apakah kalian tidak takut disambar petir?"
Wajah pemuda dingin itu terlihat berubah-ubah dan berkata, "Tidak! Tidak! Mana mungkin mereka akan mengerti!"
Orang itu berkata lagi, "Kau terlalu memandang remeh kepada orang-orang didunia ini! Orang-orang di dunia ini sangat banyak, kadang-kadang tidak menemukan teman bukan berarti di dunia ini tidak ada teman..bila kau pernah melakukannya, walaupun di dunia ini tidak ada yang tahu, tapi kau bisa memegang perasaanmu sendiri. Hati nuranimu pasti tahu, langit dan bumipun pasti akan tahu. Kau akan merasa senang dan kau akan merasa matahari menyinari tubuhmu terus menerus, membuatmu merasa hangat di musim dingin, di bawah siraman hujan salju kau tetap akan merasa senang. Kehangatan dan kesenangan akan keluar dari lubuh hatimu, siapapun tidak akan bisa merebutnya darimu. Ini adalah persoalan yang paling menyenangkan. Apakah orang akan tahu atau tidak, mengapa harus dipedulikan?"
Pemuda tinggi itu berkata, "Tapi kami sudah berusaha, dan kami benar-benar sudah merasa putus asa, benar-benar putus asa...."
Orang itu dengan suara lantang berkata, "Putus asa! Qu Yuan
berusaha hingga ratusan kali karena merasa tidak ada. gunanya lagi, dia bunuh diri dengan terjun ke sungai. Apakah kau sudah berusaha hingga ratusan kali" (Qu Yuan=nama orang, adalah orang yang sering dikhianati. Dia juga sering menasehati seseorang tapi usahanya selalu gagal, akhirnya dia terjun ke sungai untuk mengakhiri nyawanya. Hari meninggalnya kita peringati sebagai hari Pei Chun. Kita juga sering melempar bacang ke sungai). Kong Hu Zhu berkunjung ke banyak negara untuk menyebarkan ajarannya. Dia sering merasa lelah dan lapar, beberapa kali hampir mati kelaparan di jalan. Dia mempunyai pengikut berjumlah 3.000 ribu orang, murid berjumlah 72 orang, mereka dengan setia membantunya, semua ini demi apa" Setelah 70 tahun berlalu sejak terjadinya pemberontakan, dia masih terus menyebarkan ajaran ini dan juga berusaha mengusir pemberontak. Dia tahu semua ini tidak akan ada gunanya.... Tapi dia tidak pernah merasa kecewa. Melihat semua contoh itu, apakah sekarang kau pantas merasa kecewa"
Jenderal Besar Ye Fei dengan gagah berani melawan pasukan yang menyerang negaranya, tapi pengkhianat menjual negaranya kepada negara lain. Dengan plakat yang berjumlah 12 buah dia diperintahkan untuk kembali ke ibukota supaya tidak perlu melawan pasukan dari luar negera. Dia tahu jika dia kembali ke ibukota, dia tidak akan diberi kesempatan hidup. Dia juga tahu kalau dia hanya akan membawa bencana kepada anak dan istrinya, tapi dia berani bertahan menghadapi semua ini karena dia tahu semua yang dilakukannya adalah suatu kebenaran!
Tapi kau, hanya persoalan begitu saja kau sudah merasa putus asa! Apa yang sudah kau lakukan" Tanah di mana kau berdiri sekarang adalah tanah milik Wisma Shi Jian. Dulu ketua Wisma Shi Jian, yaitu Si Tu 12 adalah seorang pendekar gagah berani. Beliau bisa memimpin semua perkumpulan terkuat di dunia persilatan. Beliaupun selalu membela kebenaran dan keadilan di dunia persilatan. Walaupun Ketua Si Tu sudah tua, tapi pedang panjangnya masih terus membasmi siluman-siluman dan penjahat, membuat orang jahat menjadi ketakutan. Apakah kalian ingin melihat bekas rumah tinggalnya dihancurkan oleh para penjahat itu"
Dan apakah kalian sama sekali tidak merasa bersalah!
Aku nasehati kalian, lebih baik kalian berdiri agak jauh dari wisma ini. Kalian akan mengotori nama besar Wisma Shi Jian!"
Kedua pemuda ini seperti tersambar petir, diam tidak bisa berkata-kata lagi. Orang itu menarik nafas dan berkata, :'Hhhh! Yuan Feng Jiang, Wang Jing Cao, kalian benar-benar mati terlalu dini..."
Pemuda dingin itu berteriak, "Hentikan kata-katamu! Kurang ajar! Hentikan! Mereka belum mati! Mereka tidak akan mati!"
Pemuda tinggi itu meraung dengan keras, pohon-pohon bergoyang dan tanah bergetar. Sekali memukul, angin dari kepalannya dengan kencang menyerang orang itu.
Orang itu terbang seperti seekor bangau putih, berdiri di atas pohon cemara yang tingginya puluhan meter, tapi ranting pohon cemara itu sama sekali tidak bergoyang. Sepertinya tubuh dia lebih ringan dibandingkan seekor burung kecil.
Pemuda tinggi itu meraung lagi, "Karena mereka disebut sebagai pembunuh, bertindak kejam dan tidak berperasaan maka mereka merasa kecewa dan putus asa!"
Orang itu tertawa terbahak-bahak. Suaranya membuat beberapa helai daun berjatuhan, "Seribu orang berlaku kurang ajar tidak ada artinya dengan kehadiran seorang teman. Jika kau mendengarkan kata-kata dari seribu orang yang kurang ajar, lebih baik kau menutup telingamu. Jika kau vbenar-benar seorang pendekar, mengapa harus mendengar kata-kata mereka yang tidak penting dan mengapa harus disimpan di dalam hati?"
Pemuda tinggi itu berteriak, 'Yuan Feng Jiang belum mati, Yuan Feng Jiang belum mati!"
Orang itu bertanya dengan lantang, "Kalau begitu Yuan Feng Jiang sekarang berada di mana?"
Pemuda tinggi itu masih berteriak dengan histeris, "Dia belum
mati! Belum mati!" Orang itu bertanya lagi, "Kalau begitu Wang Jing Cao ada di mana sekarang?"
Pemuda dingin itu berkata, "Tapi kau jangan lupa jika kau telah membuat Qian Shou Wan g marah, kita tidak akan bisa hidup!"
Orang itu tertawa lagi, "Untuk apa aku harus takut kepada siluman?"
Dia berhenti bicara sebentar lalu melanjutkan lagi, "Jika satu tangan tidak bisa membawa sebuah batu besar, dua tangan bisa digunakan. Dua tangan tidak bisa mengangkat batu itu, 4 tangan pasti bisa mengangkatnya."
Pemuda tinggi itu berkata, "Tapi Sun Tu hampir tiba."
Orang itu tertawa dan bertanya, "Apakah kau mengira Wang Jing Cao dan Yuan Feng Jiang benar-benar sudah mati?"
Pemuda tinggi itu membentak. Dia berlari ke depat sebuah pohon di mana orang berbaju putih itu berdiri hingga ke akar-akarnya. Dia menyapu kesana kemari dengan pohon itu, tapi orang berbaju putih itu walau dibanting kesana kemari, dia tetap berdiri dengan santai dan tidak terjatuh.
Pemuda dingin itu membentak, "Siapa kau sebenarnya?" Jarinya menyentil, pohon itu muncul 5 lubang kecil. Orang itu terbang ke atas kemudian mendarat di atas kudanya. Kuda itu meringkik dan berjalan. Terdengar suara orang itu dengan nyaring berkata, "Yuan Feng Jiang, Wang Jing Cao, jika kalian belum mati, dengan menggunakan keberanian Yuan Feng Jiang, dan kelincahan dan akal Wang Jing Cao, kalian bisa bergabung membuat Wisma Shi Jian tetap menjadi Wisma Shi Jian. Dan juga jangan lupa tanah yang kalian injak sekarang ini adalah tanah dari pahlawan kita yaitu Si Tu 12."
Suara kuda berlari semakin jauh, suara orang itupun semakin jauh. Langit terlihat gelap semua!
Mereka berdua lama tidak bicara. Mungkin karena tadi bertarung di dalam kegelapan membuat mereka merasakan kalau mereka berdua mempunyai sifat yang berbeda dengan mereka yang tadi.
Semangat dan keberanian, menggantikan kelelahan di wajah mereka.
Pemuda tinggi itu berkata, 'Ya!"
Pemuda dingin itupun berkata, "Apakah orang itu adalah dia?"
Pemuda tinggi itu tampak bengong kemudian baru berkata, "Untung kita bertemu dengannya."
Pemuda dingin itu berkata, "Benar-benar sesuai dengan perkataan orang-orang."
Pemuda tinggi itupun berkata, "Jika aku tahu kalau orang itu adalah dia, aku tidak akan menyerangnya."
"Semua kata-katanya memang benar," kata pemuda itu dingin itu.
Mereka tidak berkata apa-apa lagi. Di dalam kegelapan mereka memungut papan nama yang tertulis 'Tian Xia' yang terjatuh di bawah. Kemudian meloncat memasangkannya kembali di atas tiang. Mereka membersihkan debu yang menempel di papan itu. Setelah bersih mereka turun tanpa suara.
Di dalam kegelapan terdengar suara tawa mereka yang penuh dengan kegembiraan.
Mereka berdua saling memeluk pundak kemudian tertawa hampir kehabisan nafas. Karena tertawa keras tanpa terasa air matapun mengalir. Pemuda tinggi itu berkata, "Wang Jing Cao, kita sudah lama tidak tertawa seperti ini!"
Pemuda dingin itupun berkata, "Tak disangka, pesilat tinggi itu datang untuk memperingati kita."
Tiba-tiba dari dalam kegelapan terdengar ada suara dingin yang berkata, "Melihat kalian berdua tertawa seperti itu, apakah karena
takut tidak akan ada kesempatan untuk tertawa seperti itu lagi?"
Yuan Feng Jiang dan Wang Jing Cao tidak tertawa lagi dengan tenang mereka duduk di batu itu.
Kemudian mereka melihat dari dalam kegelapan muncul 5 orang.
Empat orang berbaju emas, yang di tengah memakai baju berwarna merah.
Persamaan dari mereka berlima adalah bahan baju mereka sangat aneh, di dalam kegelapan memantulkan cahaya dan di pinggang mereka terselip golok. Yang tidak sama adalah orang berbaju merah itu sangat tinggi dan juga besar, golok yang terselip di pinggangnya adalah galok paling panjang di antara mereka berlima.
Panjangnya adalah 7 kaki 3 inchi
Dia tidak lain adalah Sun Tu.
Nama lain Sun Tu adalah Sun Ren Tu.
Sejak 13 tahun yang lalu dia telah membunuh, setiap kali setelah membunuh satu orang, dia pasti akan meninggalkan tanda.
Katanya setelah berlangsung selama 30 tahun, jumlah orang yang dibunuhnya karena sangat banyak hingga tidak terhitung lagi.
Orang yang paling banyak dibunuhnya adalah pada saat dia merayakan ulang tahunnya ke-40. Semua orang Shen Ying Bang, dibunuhnya hingga tidak tersisa. Terakhir dia baru berhenti karena keempat pengawalnya juga ikut terbunuh, dia telah melakukan suatu kesalahan.
Dia membunuh orang dengan sangat cepat dengan menggunakan golok yang panjangnya 7 kaki 3 inci itu. Sekali menebas, bisa membunuh 11 orang.
Orang-orang persilatan sangat takut kepadanya.
Yang tidak takut kepada Sun Tu pasti tetap akan takut kepada pembantunya, Jiu Da Gui memang bukan sembarang nama.
---ooo0dw0ooo--- Tiba-tiba Sun Tu berkata, "Kalian mau bunuh diri" Atau aku yang turun tangan membunuh kalian?"
Sewaktu Sun Tu mengatakan hal ini, Yuan Feng Jiang dan Wang Jing Cao tidak bergerak tapi kepalan tangan mereka semakin mengencang.
Sun Tu tertawa, mulutnya besar seperti mulut seekor serigala yang mengeluarkan taringnya. Kemudian dia berkata pada keempat orang itu, "Mereka ingin mati dengan cara lebih tragis."
Keempar orang itu tertawa, seseorang berbadan tegap dan umurnya setengah baya melangkah keluar. Di pinggangnya terselip sebuah golok besar dan berat. Sarung golok terbuat dari kayu, tampak seperti sebuah golok biasa dan tidak terlihat ada yang aneh!
Orang itu berjalan ke sebuah pohon besar, tangan kanannya dilayangkan, pohon itu langsung roboh dan pohon itu telah terbelah menjadi dua.
Sebatang pohon hanya dalam waktu singkat telah terbagi menjadi empat, golok seperti itu, orang butapun tidak akan mengatakan kalau itu hanya sebuah golok biasa.
Yuan Feng Jiang pun melihatnya, dengan dingin dia berkata, "Qi Men Jin Dao, Qi Qing Feng!"
Wang Jing Cao tertawa dingin, "Golok bagus bukan digunakan untuk menebang pohon."
---ooo0dw0ooo--- Seorang pemuda kurus melangkah keluar, dia berjalan hingga ke depan sebuah pohon, di pinggangnya terselip sebuah golok panjang dan ramping.
Dia mulai bergerak, golok yang terselip di pinggangnya masih ada di sana, tapi sepasang tangannya terlihat ada sebuah golok tipis yang berkilau. Kemudian sosoknya tidak terlihat, yang terlihat hanya goloknya!
Cahaya golok datang bergelombang, seperti gelombang yang ada di sisi pantai, tiba-tiba cahaya pedang menghilang, dia sudah berada di belakang Sun Tu!
Empat batang pohon dalam waktu singkat sudah menjadi ratusan batang.
Dengan dingin Yuan Feng Jiang berkata, "Lang Hua Dao Fa milik Mu Lang Shan (jurus golok bergelombang)."
Wang Jing Cao tertawa dingin, "Golok yang bagus, tidak digunakan untuk memotong kayu bakar."
---ooo0dw0ooo--- Waktu itu ada dua orang yang sudah mendekat yang satu laki-laki dan yang satu lagi perempuan, mereka berjalan ke arah tumpukan kayu yang tadi telah dibelah menjadi potongan kecil. Yang laki-laki berkata, "Udara sangat dingin." Yang perempuan menanggapi, "Cocok untuk menghangatkan."
Sambil bicara diapun tertawa, mereka sudah memainkan 70-80 kali jurus golok, karena kedua golok saling beradu^ menimbulkan percikan api. Percikan api itu* jatuh ke atas tumpukan kayu yang sudah ditebang, dan apipun mulai menyala.
Yuan Feng Jiang berkata, "Xue Shen, Li Xue Hua dan Di Ting Dao, Tang San Jue."
Wang Jing Cao tertawa dingin, "Golok yang bagus tidak digunakan untuk menyalakan api."
Api sudah menyala, tapi mereka tidak terlihat ada keinginan untuk bertarung.
Yuan Feng Jiang dan Wang Jing Cao juga tidak tampak siap untuk bertarung.
Mereka sedang menunggu. Mungkin dalam keadaan biasa, mereka akan cepat marah dan melakukan semuanya dengan terburu-buru, tapi bila benar-benar
telah berhadapan dengan musuh, mereka malah sangat berhati-hati, begitu bertarung pasti tidak akan ada ampun lagi.
Sekarang ini, siapa yang tidak sabar dan berbuat ceroboh, maka dia akan mati.
---ooo0dw0ooo--- Kobaran api di dalam kegelapan seperti sedang meloncat-loncat, seperti guna-guna kuno dan berkesan misterius, membuat wajah orang-orang di sana seperti berganti-ganti.
Kelima orang itu berdiri di 5 arah mata angin, golok terselip di pinggang masing-masing, tangan diletakkan di pegangan golok. Bayangan mereka terlihat di bawah kobaran api yang bergoyang dengan cepat seiring hembusan angin malam.
Tiba-tiba Yuan Feng Jiang berkata, "Sun Tu."
Qi Qing Feng marah, "Kurang ajar, kau berani berbuat macam-macam."
Yuan Feng Jiang tertawa dingin, "Aku memang pemberani, kau yang menjadi penakut."
"Apa yang kau katakan?" tanya Sun Tu.
"Sejak kapan aku mulai menghindar darimu?" tanya Yuan Feng Jiang.
Sun Tu tertawa dingin, "Semenjak di Pin Jiang, kau telah kubacok, dan kau sudah kukejar sebanyak 14 kali, dan sudah terluka 7 kali."
Dengan tenang Yuan Feng Jiang bertanya, "Apakah kau tahu mengapa aku menghindar darimu?"
"Karena kau tidak sanggup melawanku," Sun Tu tertawa.
"Salah!" tiba-tiba Wang Jing Cao angkat bicara.
"Oh ya?" Sun Tu tampak bertanya-tanya.
"Yang kami takutkan bukan dirimu," jelas Wang Jing Cao.
"Yang kami takutkan adalah kekuatanmu," tambah Yuan Feng Jiang.
Sun Tu tampak terpaku, kemudian tertawa terbahak-bahak, "Sama saja"yang penting hari ini kalian tetap akan mati di tanganku."
"Tidak sama," jawab Wang Jing Cao. "Kami akan bergabung dan kami akan melawanmu."
Mata Sun Tu tampak menyipit lalu dia berkata, "Kalau kalian bisa melawan Si Da Dao Mo, itu sudah terhitung berani."
"Apakah kau tahu, tempat apa ini?" tanya Wang Jing Cao.
Sun Tu terpaku dia melihat tempat yang gelap itu lalu menjawab, "Wisma Shi Jian yang sudah ada sejak dulu!"
"Benar, dulu Wisma Shi Jian melambangkan kebenaran di dunia persilatan, sekarang kami akan bertarung hidup dan mati di depan wisma ini. Kami mewakili kebenaran, kami tidak takut kepadamu!" kata Yuan Feng Jiang.
"Kami mempunyai rasa percaya diri, kami tidak takut lagi kepadamu," kata Wang Jing Cao sambil membentak.
Bentakan ini membuat bagian dalam Wisma Shi Jian bergema, kobaran apipun tampak meloncat-loncat.
Wajah Sun Tu di dalam kegelapan mulai berkeringat. Apakah karena dia terlalu dekat dengan api sehingga membuatnya merasa kepanasan"
Atau udara terlalu dingin, sehingga keringat yang keluar adalah keringat dingin"
---ooo0dw0ooo--- Cahaya dari kobaran api membuat wajah setiap orang di sana menjadi terkejut dan bertanya-tanya.
Semua diam tidak ada yang bicara.
Sun Tu merasa dulu dia yang selalu mengejar kedua orang ini, semua ini karena dia merasa sangat seru dan menyenangkan mempermainkan mereka. Seperti seekor kucing sebelum memakan tikus mangsanya, kucing itu pasti akan memainkan tikus itu dulu.
Tapi malam ini dia merasa kalau mereka tidak dibunuh malam ini, kelak dia akan menjadi orang yang mereka kejar.
Dia mulai merasa tertekan.
Akhirnya dia berkata dengan dingin,
"Bunuh mereka!"
Begitu perintah membunuh diturunkan, Qi Qing Feng sudah melangkah keluar, golok sudah berada dalam genggamannya dan dia membacok ke arah kepala Wang Jing Cao.
Bacokan itu seperti guntur, Wang Jing Cao seperti sedang berkonsentrasi menghadapi bacokan itu. Tiba-tiba terlihat ada dua tenaga bercahaya dengan cepat datang, yang satu berada di atas, yang satu berada di bawah, dengan cepat menyerang Wang Jing Cao.
Xue Shan Kuai Dao, Li Xue Hua mengeluarkan jurus secara bertubi-tubi seperti hujan salju, (golok cepat gunung salju). Di Tang Ji Dao, Tang San Jue bergerak cepat seperti hujan (golok cepat marga tanah). Ilmu mereka ternyata lebih menakutkan dibandingkan dengan omongan orang-orang.
Wang Jing Cao kalang kabut menghadapi serangan itu, berjaga di bagian atas bagian bawah tidak terjaga atau sebaliknya!
Walaupun Wang Jing Cao dalam waktu bersamaan bisa menahan serangan atas dan bawah, tapi bila golok emas milik Qi Qing Feng membacok ke bagian tengah tubuhnya, dan kedua tubuhnya akan terpotong menjadi dua.
Karena itu Wang Jing Cao terpaksa mundur dengan cepat, tiba-tiba dia merasa di belakangnya ada sebuah gelombang besar menimpanya. Gelombang itu bukan gelombang air tapi gelombang
dari ilmu golok. Jurus untuk membunuh Wang Jing Cao adalah serangan yang dilancarkan oleh Mu Lang Shan.
Menyerang dalam keadaan dia tidak siap, menyerang sewaktu dia lengah, mencegat jalan mundurnya, dengan tujuan membuatnya tidak berkutik.
Orang yang sedang mundur dengan cepat, disertai dengan melawan serangan dari 3 arah, mana mungkin bisa menghindar serangan golok yang cepat dan bertubi-tubi datang dari belakangnya.
---ooo0dw0ooo--- Tiba-tiba terdengar Mu Lang Shan berteriak, membuat hati setiap orang yang mendengarnya menjadi ngilu.
Sampai menjelang kematiannyapun dia seolah tidak percaya, pada saat dia sedang merasa senang karena dia akan mencapai tujuannya, yaitu membunuh Wang Jing Cao yang sedang mundur dengan cepat.
Ilmu meringankan tubuh Wang Jing Cao sangat tinggi, jurus-jurusnya ganas dan dilancarkan dengan bertubi-tubi. Jurusnya sangat terkenal tapi Mu Lang Shan sama sekali tidak menyangka ada orang yang bisa mundur begitu cepat dan di belakang tubuhnya seperti ada sepasang mata.
Dia sudah memperhitungkan bahwa bacokannya akan membuat tubuh Wang Jing Cao terbelah menjadi dua bagian, tapi Wang
Jing Cao dengan kecepatan 10 kali lipat dari kecepatannya semula tiba-tiba berlari ke depan Mu Lang Shan, dengan bahu kanannya dia menahan tangan Mu Lang Shan, kemudian kedua tangannya dengan tenaga kuat menghantam......
Mu Lang Shan sudah tidak bisa mendengar suara siapapun, tulang-tulang seluruh tubuhnya hancur, karena teriakan memilukan inilah menutupi semua suara yang ada!
---ooo0dw0ooo--- Diiringi teriakan Mu Lang Shan, Sun Tu langsungmaju kedepan.
Dia maju satu langkah, aura membunuh terasa keluar dari tubuhnya. Api masih tampak bergoyang-goyang, api berwarna merah menyala menyinari orang tinggi besar itu. Dia terlihat begitu kejam dan menakutkan.
Tangan Sun Tu sudah berada di goloknya yang panjangnya 7 kaki 3 inchi.
Biasanya kalau tangan Sun Tu sudah memegang golok, orang-orang persilatan akan bergetar melihatnya. Pernah ada dua orang persilatan begitu melihat Sun Tu memegang pegangan golok, mereka mati karena ketakutan.
Tapi kali ini Sun Tu melihat sewaktu tangannya memegang pegangan goloknya yang panjang, seseorang dengan langkah besar malah berjalan melewati api langsung berhadapan dengannya. Sepasang mata seperti mata seekor cheetah galak, tanpa berkedip melihatnya.
Seorang pemberani pemilik kepalan besi dan disebut pahlawan besi, orang-orang menyebutnya si baja Yuan Feng Jiang:
Mata Sun Tu tampak menyipit, tangannya dengan kencang memegang pegangan goloknya.
---ooo0dw0ooo--- Setelah Mu Lang Shan mati, Ci Qing Feng membentak, golok emasnya dari atas menepis hingga ke bawah, gerakannya dilakukan dengan kekuatan penuh.
Sewaktu kedua siku Wang Jing Cao menghantam Mu Lang Shan, Mu Lang Shan tidak terbang keluar arena pertarungan, karena kedua siku Wang Jing Cao menempel rapat di dada Mu Lang Shan.
Bacokan Qi Qing Feng membuat Wang Jing Cao yang tadinya menghadapi Qi Qing Feng dengan berputar, sekarang dia berputar ke belakang tubuh Mu Lang Shan.
Putaran yang dilakukan Wang Jing Cao tepat dilakukan untuk menghindari serangan bacokan dari Qi Qing Feng. Li Xue Hua menyerang bagian atas dan Tang San Jue menyerang bagian bawah.
Karena bacokan Qi Qing Feng tidak bisa dihentikan, akhirnya dia malah membelah tubuh Mu Lang Shan menjadi dua bagian. Dan bacokan Cji Qing Feng belum berhenti, golok itu terus membelah dada Mu Lang Shan.
Qi Qing Feng sudah bertekad akan memotong Wang Jing Cao yang masih berada di belakang badan Mu Lang Shan.
Tapi saat itu juga dia merasa bagian bawah tubuhnya terasa sangat sakit.
Tapi golok Qi Qing Feng tidak dapat dicabut dari tubuh Mu Lang Shan, seperti sudah menancap sangat dalam.
Qi Qing Feng tidak akan membiarkan goloknya tertinggal di tubuh Mu Lang Shan, Qi Men Jin Dao boleh dibunuh tapi golok tidak bisa ditinggal begitu saja.
Saat dia merasa ragu sebentar, Wang Jing Cao dengan cepat lewat di antara kedua kaki Mu Lang Shan, dan sekaligus memukul alat vital Qi Qing Feng. Rasa sakit yang amat sangat membuatnya membungkuk seperti udang kering. Karena mayat Mu Lang Shan menghalangi pandangannya, membuatnya tidak bisa melihat serangan yang dilancarkan oleh Wang Jing Cao. Akhirnya diapun terkena pukulan yang mematikan.
Saat itu juga Wang Jing Cao melihat ada cahaya golok menghampirinya.
Yang satu berada di atas seperti naga yang sedang bermain, sedangkan cahaya yang berada di bagian bawah seperti angin musim gugur yang menghembus dedaunan.
Mengapa kedua cahaya golok itu datang begitu cepat"
---ooo0dw0ooo--- Sun Tu mengeluarkan suara, goloknya yang panjang dengan ukuran 7 kaki 3 inchi, seperti guntur di langit, juga seperti api yang siap membelah Yuan Feng Jiang.
Jangkauan yang bisa dicapai oleh golok panjang ini sangat luas, membuat siapapun sulit untuk menghindar.
Di belakang Yuan Feng Jiang adalah kobaran api, Sun Tu sudah memperhitungkan, Yuan Feng Jiang tidak akan bisa menghindar lagi.
Mata Yuan Feng Jiang menyipit, dia melihat semua jalannya sudah ditutup oleh Sun Tu, tapi Yuan Feng Jiang seperti sebutir kelereng yang menggelinding, dia tidak akan mundur, malah terus maju dan maju, dia maju masuk ke dalam cahaya golok.
Golok Sun Tu sangat panjang, golok itu belum sempat diturunkan, bagian dadanya ada celah lebar.


Wisma Pedang Seri 4 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Begitu melihat ada celah walaupun hanya sekejap, siapa yang berani pada saat seperti itu menyerang celah ini"
Yuan Feng Jiang ternyata bisa melakukannya.
Sewaktu dia masih berusia 10 tahun, dengan membawa pisau sayur dia bertarung dengan harimau Chang Bai Shan. Pada usia 11 tahun dia berani bertarung dengan murid Tang Men yang saat itu tidak ada seorangpun berani melakukannya. Diapun pernah mengalahkan 7 ketua di Lin Yuan, sampai dia sendiripun tidak percaya dengan apa yang telah dilakukannya. Diapun bisa hidup kembali setelah diserang oleh Sun Tu dulu. Tidak ada seorangpun yang bisa membuatnya tidak jadi melakukan hal itu.
Golok milik Sun Tu benar-benar hebat, tapi Yuan Feng Jiang masih terus maju dan maju, mungkin lebih tepat dikatakan dia menerjang maju ke arah Sun Tu.
Dua cahaya itu sangat cepat, membuat Wang Jing Cao tidak bisa menghindar lagi.
Dia setengah berjongkok, di depannya ada Qi Qing Feng yang
sedang membungkukkan tubuhnya karena kesakitan. Di belakangnya adalah Mu Lang Shan yang telah terbelah oleh Qi CjingFeng. Menghindar dengan jurus apapun dia tetap tidak akan bisa lolos dari serangan Li Xue Hua dan Tang San Jue, dia hanya bisa bertahan, tapi saat ini Wang Jing Cao sama sekali tidak memegang senjata.
Qi Qing Feng dan Mu Lang Shang dijadikan tameng oleh Wang Jing Cao.
Golok Li Xue Hua sudah menancap di tubuh Qi Qing Feng, dan golok Tang San Jue menebas mayat Mu Lang Shan.
Li Xue Hua ingin segera mencabut goloknya dari tubuh Qi Qing Feng, dia segera turun dari atas, kesempatan ini langsung diambil oleh Wang Jing Cao.
Pada saat dia berusia 9 tahun dia berani bertarung dengan perampok yang ada di Jiang Xi, dia sangat pandai memperhitungkan waktu, dan dia sanggup mengeluarkan jurus dengan cepat. Di dunia persilatan jarang ada orang yang bisa menyaingi kemampuannya, dia sendiri sadar akan bakat yang dimilikinya, maka diapun menjadi sangat percaya diri.
Dia segera melempar Ci Qing Feng dan melepaskan mayat Mu Lang Shan. Li Xue Hua adalah seorang perempuan, walaupun dia sangat galak tapi tenaganya pasti akan lebih lemah dari laki-laki.
Benar saja, terlihat bacokan yang diarahkan ke Qi Cjing Feng tidak bisa dicabut setelah menancap dengan kuat di tubuh Cji Cjing Feng.
Jurus golok Li Xue Hua bisa dilakukan dari udara, tapi bagian bawahnya menjadi lemah, sekarang dia ditabrak oleh mayat Qi Qing Feng, badannya tidak seimbang lagi, ditambah saat itu dia melihat wajah Qi Qing Feng yang sudah mati, wajah itu mengerikan. Li Xue Hua benar-benar terkejut, perasaannya menjadi kacau. Dalam keadaan seperti itu, Wang Jing Cao sudah berada di depannya.
Golok Li Xue Hua masih menancap di tubuh Qi Cjing Feng, dan
tubuh mereka berdekatan. Begitu Qi Qing Feng dipukul oleh Wang Jing Cao, dahi Qi Qing Feng mengenai hidung Li Xue Hua, dan hidungnya langsung mengeluarkan darah. Li Xue Hua sangat kaget, waktu itu juga golok yang masih dipegang oleh Qi Cjing Feng menusuk ke perut Li Xue Hua.
Dengan pelan dia roboh, sampai matipun Li Xue Hua tidak mengerti mengapa Cji Cjing Feng yang sudah mati masih bisa membunuhnya.
Semua itu karena dia tidak melihat gerakan Wang Jing Cao yang melakukan serangan.
Wang Jing Cao secara berturut-turut berhasil membunuh 3 orang pesilat tangguh, dia mulai merasa senang dan percaya diri!
Waktu itu terdengar suara angin yang dibawa golok sudah menyerangnya. Wang Jing Cao mencoba menghindar tapi sudah terlambat. Di Ting Dao yang dikuasai dengan baik oleh Tang San Jue memang sangat terkenal di dunia persilatan karena kecepatannya.
Gerak reflek Wang Jing Cao memang sangat cepat, tapi begitu mendengar suara angin dari golok, golok Tang San Jue sudah sampai di depannya.
Wang Jing Cao merasa kaki kirinya mati rasa, tubuhnya yang sedang melayang segera turun. Belum sempat dia berbalik untuk menahan serangan, kaki kanannya terasa panas, akhrinya diapun roboh.
Tang San Jue paling menguasai teknik bertarung di bawah. Begitu Wang Jing Cao roboh, cahaya golok seperti salju turun dan terus menerpa Wang Jing Cao.
---ooo0dw0ooo--- Dalam hidup Sun Tu selama ini goloknya dalam 100 kali dilayangkan, 90 orang musuhnya karena melihat keganasannya
mereka malah bengong, setelah itu berhenti menyerang. Pada saat mereka kaget, sinar kilat melewati mereka dan tanpa mereka sadari mereka telah terbelah menjadi dua, roboh dan nyawapun melayang saat itu juga. Karena itu pula Sun Tu sangat percaya pada kedasyatan ilmu goloknya.
Tapi sewaktu dia akan membacok, Yuan Feng Jiang menghilang dari hadapannya.
Yang ada di hadapannya sekarang hanyalah kobaran api.
Kobaran api terus bergerak' membuat mata menjadi silau.
Dia mengerti mengapa Yuan Feng Jiang tidak takut masuk ke dalam lingkaran goloknya, dia melewati api untuk menghadapi dirinya.
Yuan Feng Jiang tiba-tiba menghilang, hanya ada satu jalan menghilang dari sana yaitu dengan cara mendekat padanya.
Tapi begitu Sun Tu membacok, dia tidak bisa menguasai gerakannya lagi.
Semua serangan berasal dari rasa percaya dirinya.
Percaya diri yang mutlak.
Kalau rasa percaya dirinya hilang, semua persoalan tidak akan bisa dilakukan dengan sempurna.
Tapi bila terlalu percaya diri juga akan membuat suatu kesalahan yang tidak tertolong lagi.
Golok Sun Tu tetap dilayangkan, api yang jaraknya sekitar 10 kaki terbelah menjadi dua bagian dan api berubah menjadi kehijauan.
Begitu golok sudah diayunkan akan ditarik kembali untuk melindungi dirinya, semua sudah terlambat. Senjata panjang itu sulit digunakan untuk melindungi diri, sedangkan senjata pendek sulit digunakan untuk menyerang.
Begitu Yuan Feng Jiang mendekat, dia langsung mengambil
kesempatan yang ada, dia segera menyerang Sun Tu dengan memukul dadanya!
Tiba-tiba tampak cahaya golok berkilau, sebuah pisau secepat kilat menusuk dada Yuan Feng Jiang.
Sebuah pisau pendek, datang dari tangan kiri Sun Tu.
Dengan pisau inilah Sun Tu biasa membunuh orang.
Di dalam jiwa Sun Tu, ada 100 musuh, 90 orang musuhnya mati karena golok panjangnya, musuh yang benar-benar diperhatikan oleh Sun Tu bukan 90 orang itu melainkan 10 orang sisanya.
Kesepuluh orang itu selalu dibunuh Sun Tu dengan menggunakan pisau pendek yang tersimpan di lengan bajunya.
Di antara kesepuluh orang itu ada satu orang yang bisa menghindari tusukannya, berarti di antara 100 orang itu mungkin hanya ada satu orang yang bisa menghindari serangannya untuk kedua kalinya.
Tapi bisa menghindari serangan kedua, pada serangan ketiga tetap sulit untuk menghindar, paling-paling orang itu hanya bisa bertahan, kemudian golok panjang Sun Tu akan menyerangnya lagi.
Karena itu bila bertarung dengan Sun Tu, sama dengan mencari kematian.
Tidak ada seorangpun yang menyangka, Sun Tu yang terkenal dengan golok panjangnya, senjata yang benar-benar digunakan untuk membunuh adalah pisau yang tersimpan di dalam lengan bajunya, dan golok panjangnya menutupi senjata yang sebenarnya.
---ooo0dw0ooo--- Sewaktu Wang Jing Cao terkena bacokan pertama, dia merasa aneh, begitu bacokan kedua menghampirinya, dia sudah menyusun sebuah rencana. Dia segera ambruk. Dan sewaktu dia ambruk, teriakan keras dikeluarkannya.
Tusukan itu tidak membuatnya takut tapi semua itu hanya untuk
menutupi keadaan sebenarnya. Tang San Jue merasa dia sudah menang untuk kedua kalinya, hatinya merasa senang. Begitu dia mendengar teriakan Wang Jing Cao, dia terpaku hingga gerakannya melambat, saat itu Wang Jing Cao sudah menindih kedua goloknya yang tergeletak di bawah.
Tang San Jue selalu mengaku kalau jurus golok bagian bawahnya adalah nomor satu, semakin rendah jurus golok dimainkan dia semakin mempunyai cara untuk mengatasinya. Tidak disangka kali ini ada orang yang menindih goloknya ke tanah. Jurus itu tampak begitu sepele dan rendah, belum pernah terpikirkan atau dialami sebelumnya.
Karena itu dia segera menarik kembali goloknya, tapi sepasang tangan Wang Jing Cao dengan cepat melilit lehernya. Kalau Tang San Jue segera melawan saat itu juga, mungkin dia masih ada harapan untuk hidup. Tapi dia sadar kalau tidak ada sepasang goloknya, dia bukan lawan Wang Jing Cao. Karena keraguan yang sempat terlintas di kepalanya, sepasang tangan Wang Jing Cao menghancurkan jakun yang ada di leher Tang San Jue. Dengan cakar harimaunya Wang Jing Cao memutuskan nadi besar yang ada di leher Tang San Jue.
Tang San Jue sudah tidak mempunyai tenaga untuk menarik goloknya, dia menghembuskan nafas terakhirnya. Kalau Si Da Dao Mo tidak mempunyai golok, mungkin Wang Jing Cao tidak akan begitu mudah membunuh mereka. Tapi Si Da Dao Mo sangat menyayangi golok mereka seperti menyayangi nyawa mereka sendiri. Wang Jing Cao menggunakan kelemahan ini dan menggunakan kesempatan yang ada untuk membunuh mereka. Tapi kaki Wang Jing Cao pun sempat terkena dua kali bacokan, tapi dia merasa sangat senang, belum pernah dia merasa sesenang sekarang. Karena itu dengan secepat kilat dan dengan menggunakan kekuatannya sendiri membunuh Si Da Dao Mo yang selalu menggegerkan dunia persilatan.
---ooo0dw0ooo--- Sun Tu sudah memperhitungkan kalau Yuan Feng Jiang akan
menerjangnya, maka diapun menusuk Yuan Feng Jiang dengan pisaunya.
Tapi Yuan Feng Jiang pun sudah memperhitungkan kalau* Sun Tu akan melakukan hal ini. -
Semenjak 7 tahun yang lalu, Yuan Feng Jiang terjun ke dunia persilatan, dia sudah mengetahui tentang Sun Tu, kecuali dia memiliki golok panjang yang sangat menakutkan, dia masih memiliki senjata lain yang mematikan.
Kalau tidak seperti itu Sun Ren Tu bukanlah Sun Ren Tu.
Kalau membunuh, dia harus membunuh dalam posisi seperti apa"
Sewaktu golok panjang dilayangkan, siapapun pasti tidak akan bisa mundur dari jangkauan goloknya, hanya orang pemberani dan memiliki sifat teliti baru berani menerjang ke depan.
Begitu golok panjang dilayangkan, dada Sun Tu terbuka, itu adalah kelemahan yang paling besar.
Sun Tu pasti sudah memperhitungkan hal ini, dari caranya membunuh adalah pada saat musuh mendekat karena telah melihat kelemahan ini.
Yuan Feng Jiang mengetahuinya tapi dia tetap maju.
Dengan keberanian melawan keberanian, cara ini adalah cara yang biasanya dipakai oleh Yuan Feng Jiang.
Sekali Sun Tu menusuk, Yuan Feng Jiang memukul dengan kepalannya.
Kepalannya mengenai ujung golok, golok itu adalah sebuah golok bagus, bagaimana dengan kepalan Yuan Feng Jiang"
Kepalannya seperti sebuah kepalan besi! Golok malah terjatuh karena terkena pukulan golok itu, kepalan itu juga membuat golok menusuk ke sisi kiri dada Yuan Feng Jiang.
Kepalan kiri Yuan Feng Jiang tampak herdarah tapi tubuhnya
masih menerjang ke depan, kepalan kanannya menyerang Sun Tu lagi.
Wajah Sun Tu tampak berubah warna, dia tidak pernah melihat ada orang bertarung dengan cara seperti itu.
Tapi dengan cepat dia sudah mengetahui kalau dia telah melakukan kesalahan. Seharusnya dia tidak membiarkan Yuan Feng Jiang mendekat, tapi begitu dia tahu kalau dia salah, semua itu sudah terlambat. Golok panjangnya sudah tidak sempat dibalikkan, pisau pendek masih menancap di dada Yuan Feng Jiang.
Yuan Feng Jiang masih memiliki sebelah tangan lagi.
Hanya dalam waktu singkat kepalan tangan Yuan Feng Jiang sudah memukulnya, kemudian membunuh dengan kepalannya. Dengan siku, lutut, dan kaki dia menendang dan memukul Sun Tu, setelah itu baru melepaskannya.
Sewaktu Yuan Feng Jiang meninggalkan Sun Tu, dada Sun Tu tampak melesak ke dalam.
Sun Tu tampak melotot seperti tidak percaya pada apa yang terjadi pada dirinya, sebelum dia ambruk dan mati, dia masih melotot pada Yuan Feng Jiang. Wang Jing Cao yang masih berada di sanapun sudah berhasil membereskan Tang San Jue. Dia membalikkan kepala, kedua tangannya jmenyerang dan mematahkan kaki Sun Tu, akhirnya Sun Tu pun roboh.
Dan selamanya dia tidak akan bangun lagi.
---ooo0dw0ooo--- Yuan Feng Jiang dalam satu jurus berhasil membereskan Sun Tu. Wang Jing Cao dalam waktu singkat'berhasil membereskan Si Da Dao Mo yang terdiri dari Mu Lang Shan, Qi Qing Feng, Li Xue Hua, dan Tang San Jue.
Pisau masih menancap di dada Yuan Feng Jiang, karena tusukan itu agak meleset hingga tidak melukai tempat vital. Maka hal ini tidak membuat laki-laki seperti besi itu roboh. Kepalan tangannya
masih berlumuran darah, pisau Sun Ren Tu lebih tajam dari golok panjangnya. Tapi walaupun demikian, dia masih tidak mampu menghancurkan kepalan besi Yuan Feng Jiang.
Luka di kaki Wang Jing Cao pun tidak terlalu parah, pada saat pertama terkena bacokan, untung dia sudah waspada terlebih dahulu, pada saat dibacok untuk kedua kalinya, dia bisa menghindar.
Kalau tidak mana mungkin orang persilatan menyebut Wang Jing Cao sebagai 'Wang Jing Cao yang lincah'" kalau tidak begitu julukannya akan berganti menjadi 'Wang Jing Cao yang tidak mempunyai kaki'.
Walaupun mereka terluka, tapi mereka merasa sangat gembira karena mereka akhirnya bisa menang.
Api tetap terbagi menjadi dua, dan api masih menyela dengan terang.
Kedua pemuda itu di dalam kegelapam disinari oleh cahaya api. Mereka menyambung potongan papan nama yang bertuliskan 'Jian Shi' dan 'Tian Xia', dan dengan kuat mereka
memegangnya. Sepertinya apapun yang terjadi mereka tidak akan membiarkan papan yang bertuliskan huruf 'Jian Shi Tian Xia' hilang dari sana.
Api masih terus menyala dan kobarannya sangat besar. Malam masih panjang.
Habis Berlanjut ke PUTRI ES PERSEMBAHAN : SEE YAN TJIN
Pendekar Guntur 19 Misteri Elang Hitam Karya Aryani W Pendekar Kidal 9
^