Pencarian

Lembah Nirmala 20

Lembah Nirmala Karya Khu Lung Bagian 20


yang telah binasa, lainnya berusaha menarik selisih jarak sejauh-jauhnya dengan rekan lainnya,
masing-masing berusaha menyelamatkan diri dari situ.
"Bajingan keparat berhati licik, kalian anggap dengan cara begitu bisa meloloskan diri dari
kematian?" teriak sipukulan sakti tanpa bayangan penuh kegusaran-
Ditengah bentakan keras, sepasang tangannya dirapatkan menjadi satu, kemudian diayunkan
sejajar dengan tanah. Desingan tajam menderu d iatas permukaan tanah menimbulkan pusaran angin kencang dan
pasir yang beterbangan- Mendadak terdengar kawanan jago persilatan yang berada disebelah timur dan utara menjerit
kesakitan dengan suara yang memilukan hati, disusul kemudian tubuh mereka bertumbangan
keatas tanah dan tewas seketika.
Mimpipun Kim Thi sia tidak menyangka kalau sipukulan sakti tanpa bayangan memiliki
kepandaian silat yang begitu hebat dan luar biasa, bukan saja sanggup menyergap musuhnya
yang berada dijarak jauh, bahkan sanggup menggempur musuh pada posisi yang berbeda,
perasaan hatinya benar-benar tercekat.
Kawanan jago persilatan yang berada disebelah barat dan selatan segera dibuat ketakutan oleh
kehebatannya, mereka berdiri tertegun dan sama sekali lupa untuk berusaha meloloskan diri.
Sipukulan sakti tanpa bayangan segera merentangkan sepasang lengannya sambil menyerang,
jeritan-jeritan ngeri yang memilukan hatipun bergema saling menyusul, disusul kemudian terlihat
tubuh manusia bertumbangan keatas tanah dihancurkan pukulan dahsyat tersebut.
Melihat kehebatan lawannya, tiba-tiba saja Kim Thi sia berpikir:
"Menurut keadaan ini, agaknya ilmu Tay goan sinkang pun belum tentu mampu menandingi
kehebatan ilmu pukulan sakti tanpa bayangan-"
Sementara itu sipukulan sakti tanpa barangan baru mendengus dingin dan berkata setelah
selesai membasmi musuh-musuhnya.
"Manusia- manusia keparat yang kepingin mampus, sudah kuberi kesempatan yang baik bagi
kalian untuk melanjutkan hidup kalian justru tak mau menuruti nasehatku dengan melarikan diri.
Hmmm......beginilah akibatnya bila berani membangkang perintah."
Kim Thi sia mencoba untuk memandang sekejap sekeliling tempat itu, menyaksikan mayat
bergelimpangan memenuhi seluruh permukaan tanah, timbul perasaan iba dihati kecilnya. Sambil
menggelengkan kepalanya berulang kali ia berkata: "Empek kau terlalu kejam"
Perkataan yang diucapkan tanpa maksud itu segera ditanggapi tak senang oleh sipemuda
tampan, dengan suara dingin ia menimbrung:
"Sahabat Kim, lebih baik engkau jangan mengeritik dia orang tua daripada kau sendiripun akan
mendapat celaka." "Aku toh berbicara sejujurnya" sahut Kim Thi sia tak senang hati. "Hanya karena marah, Ang
locianpwee sudah menghabisi belasan jiwa manusia, tidakkah perbuatan tersebut merupakan
tindakan keji?" Pelan-pelan sipukulan sakti tanpa bayangan mengalihkan sorot matanya yang tajam kewajah
pemuda itu, lalu bertanya:
"Perbuatan yang bagaimanakah kau anggap tak kejam" Bocah muda, coba kau terangkan"
"Yang pantas dibunuh, bunuhlah, yang tak pantas dibunuh ampunilah"
"oooh......begitu?" sipukulan sakti tanpa bayangan tertawa dingin. "Kalau begitu aku perlu
bertanya lagi, siapakah diantara mereka yang hadir sekarang pantas dibunuh dan siapa pula yang
tidak pantas dibunuh?"
Kim Thi sia memang tahu akan keanehan watak orang tua itu, diapun mengerti dalam
marahnya besar kemungkinan sikakek akan melakukan pembantaian, namun sebagai seorang
lelaki sejati, dia pantang menyerah, ia tak sudi menunjukkan sikap pengecut. Dengan suara keras
ia menjawab: "Justru persoalan inilah yang ingin kutanyakan kepada empek. sebab empek telah membunuh
mereka sekaligus. Hal ini membuat aku menjadi sulit untuk membedakan mana baik mana jahat.
Aku ingin bertanya empek diantara puluhan orang ini sebenarnya berapa banyak sih yang
mempunyai dosa yang tak terampuni lagi?"
Merah padam selembar wajah sipukulan sakti tanpa bayangan, ujarnya kemudian dengan
wajah tak senang hati: "Anak muda, lebih baik tak usah banyak bicara lagi, jangan membuat amarahku meledak
sehingga kau pun turut kubantai."
Kim Thi sia sama sekali tak gentar, dia tertawa tenang.
"Aku mengerti bila empek hendak membunuhku maka bisa kau lakukan hal ini semudah
membalikkan telapak tangan sendiri tapi kau harus melakukannya sendiri."
"Kau anggap aku tak berani?" teriak pukulan sakti tanpa bayangan teramat gusar.
Seraya berkata dia segera mengayunkan tangannya, seketika itu juga muncul segulung tenaga
pukulan yang maha dahsyat menerjang kedepan.
Kim Thi sia mendengus tertahan, dia sambut datangnya serangan dengan mengerahkan ilmu
Tay goan sinkangnya. Dalam waktu singkat, tubuh Kim Thi sia mencelat ketengah udara dan jatuh tertunduk diatas
tanah. Sebaliknya sipukulan sakti tanpa bayangan pun merasakan hatinya amat terkesiap dengan rasa
kaget dia menerjang kemuka seraya bertanya: "Anak muda, ilmu pukulan apakah yang kau
pergunakan?" Belum sempat bagi Kim Thi sia untuk berdiri tegak. tahu-tahu musuh tangguh telah muncul
didepan mata, dalam keadaan begini, tak ragu lagi dia menyerang dengan jurus "kecerdikan
menguasahi seluruh jagad" dari ilmu Tay goan sinkang.
Angin pukulan bercampur deruan guntur menggelegar diudara.
Sekali lagi sipukulan sakti tanpa bayangan merasakan hatinya tergetar keras sesudah
menyambut datangnya ancaman tersebut, sekarang bukan saja dia merasa kaget, bahkan
gusarnya bukan siang kepalang.
Tubuhnya melejit keudara seperti burung elang kemudian menerkam kebawah dengan
garangnya, diantara putaran telapak tangannya, sbeuah pukulan sakti tanpa bayangan telah
dilepaskan- Kim Thi sia tak berani bertindak gegabah, cepat-cepat dia mengerahkan pula ilmu Tay goan
sinkangnya untuk menghadapi ancaman tersebut. Sementara itu perasaan heran mencekam pula
perasaannya, dia berpikir:
"Banyak orang bilang, siapa yang terkena pukulan sakti tanpa bayangan, dia tentu akan
mampus, padahal tenaga dalamku selisih jauh bila dibandingkan dengannya. Kenapa steelah
kusambut serangannya dengan ilmu Tay goan sinkang, isi perutku sama sekali tidak menderita
luka?" Tentu saja dia tak pernah menyangka bahwa kesaktian ilmu pukulan Tay goan sinkang bukan
hanya terletak pada tenaga pukulannya saja. Sering kali dalam pertarungan tingkat tinggi
kepandaian tersebut sanggup merusak dan menghancurkan tenaga dalam musuh secara diamdiam.
Begitu pula keadaan sipukulan sakti tanpa bayangan sekarang, setiap kali terjadi bentrokan
kekerasan, secara tanpa sadar ia merasakan tenaga dalamnya menderita kerugianTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Sekalipun kejadian seperti ini yang dianggap adalah masalah kecil yang tak perlu dikuatirkan
olehnya, namun dengan tenaga dalamnya yang begitu sempurna, dimana tak mempan dengan api
maupun air. Setelah tenaga dalamnya mendapat kerugian otomatis perasaannya menjadi
terperanjat, paling tidak selama ini belum pernah dia menjumpai manusia yang sanggup
mengalahkan dirinya secara begini.
Begitulah watak manusia, semakin tak habis mengerti, semakin besar pula hasratnya untuk
menyelidiki duduk persoalan yang sebenarnya.
Didalam waktu yang amat singkat, mereka telah empat kali beradu tenaga pukulan-selisih jarak
kedua belah pihak pun makin menjauh sehingga gempuran demi gempuran harus dilancarkan
dengan mengerahkan tenaga dalam.
Akhirnya sipukulan sakti tanpa bayangan menghentikan semua gerakannya, ia betul-betul tak
habis mengerti, apa sebabnya setiap kali terjadi bentrokan kekerasan dengan musuh, tenaga
dalamnya selalu bertambah lemah sebagian"
Ia seperti merasakan munculnya suatu tenaga penghisap yang menghisap tenaga murninya.
Sebagai manusia yang cerdik dan cekatan, ia segera menyadari akan ketidak beresan itu,
karena itulah cepat-cepat dia menghentikan pertarungan dan tak berani melancarkan serangan
lagi. Ia cukup sadar, bila pertarungan dilanjutkan lagi niscaya tenaga murninya akan semakin rusak
dan hancur oleh tenaga pukulan Kim Thi sia tersebut.
sementara itu sipedang emas turut mengikuti jalannya pertarungan dengan seksama, hanya dia
seorang yang tahu bahwa ilmu Tay goan sinkang memang memiliki daya perusak yang bisa
menghancurkan tenaga dalam orang secara tak sadar.
Terbukti sekarang, ilmu pukulan sakti tanpa bayangan yang begitu lihaypun bukan
tandingannya bisa diduga sampai dimanakah taraf kehebatan yang dimiliki kepandaian tersebut.
Justru karena itulah hasratnya untuk mendapatkan ilmu tay goan sinkang semakin besar, satu
akal licikpun segera disusun sementara senyuman licik menghiasi ujung bibirnya.
Dalam pada itu sipukulan sakti tanpa bayangan telah menegur dengan gusar: " Katakan
kepadaku ilmu pukulan apakah yang telah kau pergunakan?"
"oooh, soal ini mah merupakan rahasia perguruan, maaf aku tak bisa memberitahukan
kepadamu." Sipukulan sakti tanpa bayangan benar-benar dibuat kehabisan akal, mukanya hijau membesi
saking mendongkolnya, dengan gusar dia membentak lagi: "Kau benar-benar tak bersedia untuk
berbicara?" "Tentu saja tak bersedia" sahut Kim Thi sia sambil tertawa. "Bila kau merasa berkemampuan
hebat, silahkan saja untuk memaksaku mengungkap rahasia tersebut."
Ia sudah menduga kalau sikakek ini keras diluar lembek dihati kecilnya, maka dalam
berbicarapun dia tak sungkan-sungkan, kembali katanya:
"Bila enggan bertarungpun boleh saja, toh guruku belum sampai kehilangan muka"
Mendadak....... Terdengar jeritan lengking bergema memecahkan keheningan-
Dengan wajah berubah hebat Kim Thi sia segera berpaling, ia segera menyaksikan jalan darah
putri Kim huan telah dibebaskan oleh sipedang emas, namun sebilah pedang mestika kini sudah
ditempelkan diatas tengkuknya yang halus dan putih itu.
Sbeelum ingatan kedua sempat melintas lewat, sipedang emas yang berdiri disamping gadis itu
telah berkata sambil tertawa seram:
" Dengarkan baik-baik Kim Thi sia, dia hendak meninggalkan pesan terakhirnya padamu."
"Hey pedang emas" Kim Thi sia segera berteriak keras-keras. "Jika kau berani mengganggu
seujung rambutnyapun, aku Kim Thi sia bersumpah akan menghancur lumatkan tubuhmu."
Sipedang emas merasa amat gembira, apa lagi setelah melihat kecemasan yang mencekam
wajahnya, dia sengaja mendengus dingin dan berkata lagi:
"Aku tak akan termakan oleh gertak sambalmu, aku cukup mengetahui akan kepandaian
silatmu yang terbatas Aku berani mengatakan dalam sepuluh gebrakan saja bisa memenggal
batok kepalamu." Kemudian setelah tertawa seram, terusnya:
"Hanya ada satu kesempatan bagimu untuk menyelamatkan jiwanya, terserah kau yang
memilih sendiri" "Kesempatan apa?" seru Kim Thi sia serius. "Huuuh, paling banter toh menyuruh aku
menyerahkan ilmu sakti tersebut."
"Lebih bauk lagi bila kau sudah tahu. Nah cepatlah tentukan pilihanmu, tidak banyak waktu
yang tersedia." Dalam keadaan begini, Kim Thi sia merasa dirinya seakan-akan dipaksa untuk mengambil
tindakan tegas, rasa sedih dan gusar yang meluap-luap membuat perasaan dendamnya berkobar.
Ditatapnya sipedang emas tanpa berkedip. kemudian serunya:
"Pedang emas, aku bilang terus terang. Anjing yang dipojokkan pun akan melompati pagar,
apalagi manusia. Aku bisa membunuhmu secara keji. IHmmm, bila kau mendesak terus menerus,
aku bisa berbuat nekad. Ayoh lekas bebaskan dia, aku berjanji mengampuni selembar jiwamu. "
"Manusia sombong yang tak tahu diri" sipedang emas tertawa dingin. "Untuk melindungi
keselamatan jiwa sendiripun tak sanggup, masih berani bicara sesumbar" Bila aku tidak melihat
pada ilmu saktimu itu, hmmm cukup dengan ucapanmu barusan, aku sipedang emas sudah
membunuhnya sejak tadi kemudian membunuhmu."
Sambil berkata secara diam-diam dia mengawasi terus reaksi dari lawannya, melihat pemuda
itu sangat gusar, seakan-akan ia sudah mengambil keputusan hendak mengambil tindakan tanpa
memperdulikan soal apapun, diapun sadar bila tidak dipergunakan cara yang keji dan ganas,
niscaya lawan enggan menuruti permintaannya.
Maka dengan mempergunakan ujung telunjuknya dia mengetuk tilang bahu putri Kim huan
keras-keras. Sebagai seorang gadis yang pada dasarnya bertubuh lemah, bagaimana mungkin putri Kim
huan bisa menahan ketukan jari tangan yang keras dan kuat itu"
seketika ia menjerit kesakitan dan terbungkuk- bungkuk sambil melelehkan air mata. Semakin
berkilat sepasang mata Kim Thi sia melihat kejadian tersebut, teriaknya keras-keras:
"Hey pedang emas, sebagai seorang jago persilatan kenamaan kerjamu hanya mempermainkan
dan menyiksa seorang gadis lemah" Terhitung manusia macam apa dirimu itu?"
Pedang emas sama sekali tidak menggubris, sekali lagi dia mengetuk tulang bahu putri Kim
huan keras-keras. Pucat pias selembar wajah putri Kim huan karena kesakitan, dia merasa seluruh badannya
seakan-akan mau remuk. Sambil merintih kesakitan, tiba-tiba serunya kepada Kim Thi sia:
"Engkih Thi sia, cepat balaskan dendam bagiku. Aku....... biar matipun tidak mengapa."
Kim Thi sia sangat sakit hati, perasaan sedih dan matah bercampur aduk didalam benaknya,
tanpa sadar dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya. Sambil menggertak gigi keraskeras
dia segera berseru: "Lepaskan dia, asal kau membebaskan dia semua permintaanmu kupenuhi......."
Pedang emas menurut dan mengendorkan cengkeramannya atas diri putri Kim huan, kemudian
menarik pula pedangnya yang dipulangkan diatas tengkuk gadis tersebut namun dia tetap berdiri
mendampinginya takut gadis tersebut melarikan diri secara tiba-tiba.
sementara itu sipukulan sakti tanpa bayangan hanya bisa mengawasi kedua orang itu dengan
wajah tertegun, untuk beberapa saat dia tidak mengetahui apa gerakan yang terjadi.
Tapi secara lamat-lamat diapun bisa menduga, ilmu silat yang diinginkan sipedang emas dari
Kim Thi sia bisa jadi merupakan suatu kepandaian yang luar biasa. Mendadak perasaannya
bergetar keras, pikirnya kemudian:
"Jangan-jangan ilmu sinkang yang diinginkan tak lain adalah kepandaian sakti yang barusan
dipergunakan Kim Thi sia?"
Saat itu juga timbul ambisinya untuk turut merebut kepandaian sakti itu, sebab dia sadar ilmu
tersebut merupakan satu-satunya kepandaian silat yang mampu menandingi ilmu pukulan sakti
tanpa bayangannya. Semenjak terjun kedalam dunia persilatan berapa puluh tahun berselang, sipukulan sakti tanpa
bayangan belum pernah menjumpai musuh yang berarti, sebab itu dia selalu membanggakan
kehebatan ilmu silatnya. Siapa tahu, hari ini dia telah bertemu dengan tandingannya, membuat ilmu silat yang dibanggabanggakan
selama ini kehilangan daya kemampuannya. Tak heran kalau kejadian tersebut
membuatnya sifat dan timbul keinginan jahat dalam hatinya.
Tiba-tiba dia melirik sekejap kearah Kim Thi sia, satu ingatanpun segera melintas lewat.
"Dia tahu gadis cantik yang disandera sipedang emas sekarang merupakan satu-satunya benda
yang bisa memaksa Kim Thi sia untuk tunduk dibawah perintahku tak disangkal gadis cantik itu
adalah kekasih hati Kim Thi sia, sebab kalau bukan begitu tak mungkin pemuda tersebut
menunjukkan perasaan gusar yang meluap." Diam-diam ia berpikir:
"Ilmu pukulan sakti tanpa bayanganku sama sekali tak berdaya menghadapi serangan, agaknya
untuk bisa mendapatkan ilmu sakti tersebut, aku harus dapat merampas gadis tersebut........"
Tapi sekarang, putri Kim huan dijaga oleh sipedang emas bersama saudara-saudara
seperguruannya, kecuali dia sanggup menggempur sipedang emas sekalian, mustahil gadis itu bisa
terjatuh ketangannya. Begitu mendapat gambaran yang nyata atas keadaan didepan mata, diapun sengaja berseru
kepada sipedang emas sambil tertawa dingin-
"Menang kalah diantara kami belum lagi selesai, apa maksudmu mengganggu pertarungan ini?"
"Masalah ini merupakan urusan pribadi kami sendiri, kau sebagai orang luar tak usah turut
campur." Jawabannya sangat ketus dan amat tak sedap didengar.
Kontan saja sipukulan sakti tanpa bayangan berkerut kening, serunya kemudian-
"Kalau begitu.......kau sama sekali tidak memandang sebelah mata pun terhadap aku sipukulan
sakti tanpa bayangan?"
"Hmmm^ soal itu mah sulit untuk dibicarakan-..." dengus pedang emas sinis.
Ia sama sekali tidak menyangka kalau sipukulan sakti tanpa bayangan memang bermaksud
mencari gara-gara, ketika mendengar perkataan kakek botak itu sangat angkuh, dia menjadi
mendongkol dan berhasrat memberi pelajaran yang setimpal kepadanya.
Siapa tahu tindakan tersebut justru memenuhi pengharapan sipukulan sakti tanpa bayangan-
Terdengar kakek botak itu berseru dengan lantang:
"Bagus, bagus sekali. Aku sipukulan sakti tanpa bayangan memang sudah tua, sudah tak
berguna, sampai manusia cecunguk macam dirimupun berani mencari gara-gara denganku."
Kepada sipemuda tampan yang berada disampingnya ia segera berkata:
"Berdiri baik-baik ditepi arena, sebelum mendapat perintahku jangan bertindak secara
Sembarangan. Selama aku memberi pelajaran kepada manusia cecunguk yang punya mata tak
berbiji ini, kau perhatikan baik-baik semua jurus serangan yang kugunakan-"
Sepintas lalu, orang mengira dia sedang berbicara kepada putranya, padahal dengan perkataan
tersebut dia justru bermaksud memancing kobaran hawa amarah sipedang emas agar dia bisa
melaksanakan rencananya tanpa disadari lawan-
Apa yang diduga ternyata memang benar, ketika mendengar perkataan tersebut, sipedang
emas menjadi sangat gusar. cepat-cepat dia serahkan putri Kim huan kepada adik
seperguruannya, kemudian dengan langkah lebar tampilkan diri ketengah arena.
"Pedang emas siap menerima pelajaran dari Ang locianpwee" serunya dengan suara dingin-
Pukulan sakti tanpa bayangan tertawa nyaring, tanpa mengucapkan sepatah katapun, dia maju
kedepan seraya melepaskan pukulan tanpa bayangannya.
Kali ini sipedang emas tidak menghadapi datangnya ancaman dengan kekerasan, dia
meloloskan senajta andalannya, kemudian menjejakkan kakinya keatas tanah dan melejit keudara.
Ditengah angkasa, pedangnya digerakkan membiaskan cahaya bianglala yang amat
menyilaukan mata, secepat petir serangan tersebut mengurung seluruh tubuh musuhnya.
Pukulan sakti tanpa bayangan menggetarkan tubuhnya yang gemuk berulang kali. Sungguh


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aneh, meskipun dia memiliki perawakan badan yang gemuk dengan gerak gerik yang bebal,
ternyata pertarungan berkobar, gerak geriknya menjadi lemas seakan-akan tak bertenaga dan
lincahnya bukan kepalang.
Hanya didalam berapa kali gerakan saja, dia telah menghindari tiga gerak serangan maut dari
sipedang emas. Sekali lagi pedang emas melejit keudara, cahaya bianglala memancar makin meluas. Sementara
pedangnya dialihkan ketangan kiri, rupanya dia telah mengeluarkan ilmu pedang tangan kiri yang
maha dahsyat. Ilmu pedang tangan kiri sebagai kepandaian andalan si Malaikat pedang berbaju perlente
dimasa lalu memang nyata keampuhannya, apalagi dipergunakan sipedang emas dalam keadaan
gusar. Deruan angin serangan yang dihasilkan seketika merasa sipukulan sakti tanpa bayangan
seorang tokoh persilatan yang tersohor pun menjadi kalang kabut dibuatnya.
Tapi bagaimana dalam menghadapi pertarungan seperti ini, berapa gebrakan kemudian dia
mulai bisa meraba dan menguasahi kehebatan dari ilmu pedang tangan kiri. Serunya kemudian
dengan suara lantang: "Bagus sekali, malaikat pedang berbaju perlente memang terbukti seorang tokoh dalam ilmu
pedang, ternyata ilmu pedang keluarga Tiap yang termashur dimasa lalupun sudah terjatuh pula
ketangannya, tak heran kalau setiap orang memuji kehebatannya, sayang sekali kau bicah ingusan
masih belum cukup sempurna menguasahi ilmu tersebut. Sayang. sayang sekali......."
Habis berkata dia segera mengincar gerak laju serangan lawan dengan merubah gerakan
tubuhnya, kali ini dia melayani serangan pemuda itu dengan ilmu pukulan hian thian kiu ciang
hoatnya. Ilmu pukulan sembilan bentakan ini merupakan sejenis pukulan tenaga Yang yang
mengutamakan kekerasan- Setiap pukulan dan gerakannya selalu berat, mantap dan penuh
kekuatan. Betapapun lihaynya ilmu pedang keluarga Tiap. begitu berjumpa dengan gerak serangan lawan
yang bebal dan lamban, ternyata tak satupun yang berhasil menembusi pertahanannnya. Makin
bertarung sipedang emas makin gusar, tiba-tiba bentaknya keras:
"Siluman tua, kau jangan berbangga hati lebih dulu, rasain sebuah tusukan pedang ini."
Begitu selesai berkata, tiba-tiba saja pedangnya melepaskan diri dari kurungan angin pukulan
musuh dan langsung menerobos masuk kedalam.
Kali ini dia telah menghimpun segenap kekuatan yang dimilikinya, ketika sampai ditengah jalan
dia mendengus, lalu dengan melipat gandakan tenaga serangannya dia melancarkan tusukan lebih
hebat lagi. Pukulan sakti tanpa bayangan cepat-cepat melompat kesamping untuk menghindarkan diri,
agaknya ia tak berani menyambut datangnya serangan dengan kekerasan-
Sebuah pukulan yang berkekuatan dahsyat segera menggetarkan pedang itu hingga miring
kesamping. "Huuuh, ternyata kemampuan dari Ang locianpwee hanya begitu-begitu
saja........heeeh.......heeeeh....."
Karena kuda-kudanya gempur dia mundur selangkah kebelakang, baru saja bersiap-siap akan
melepaskan serangan dengan jurus "selaksa pedang menembusi hati" yang merupakan serangan
terhebat dari ilmu pedang keluarga Tiap. tahu-tahu sipukulan sakti tanpa bayangan telah melejit
keudara dan menerjang kearah pedang tanah, pedang kayu dan pedang air.
Untuk sesaat sipedang emas tertegun, tapi ia segera menyadari apa yang terjadi, pikirnya
cepat: " Rupanya dia hanya pura-pura bukan tandingan-"
Sayang sekali keadaan sudah terlambat, terdengar sipedang tanah menjerit kesakitan dengan
suara yang memilukan hati, tubuhnya mencelat sejauh tiga kaki lebih terhajar oleh pukulan tanpa
bayangan yang maha dahsyat itu.
Sebetulnya ilmu silat yang dimiliki sipedang tanah cukup tangguh dan tak mungkin bisa
dibinasakan oleh sipukulan sakti tanpa bayangan hanya dalam satu gebrakan saja.
Sayang pemuda ini terlalu gemar bermain perempuan, semenjak melihat kecantikan putri Kim
huan yang begitu menawan bak bidadari dari kahyangan, sukmanya seraya melayang
meninggalkan raganya, timbul ambisi dalam hatinya untuk memiliki nona itu.
Maka dengan manfaatkan kesempatan disaat medapat tugas untuk menjaganya, dia mencoba
membelai dan merabai sekubur badan sinona yang cantik.
Akibat dari ulahnya itu, dia menjadi kehilangan kontrol dan kurang waspada, disaat pukulan
sakti tanpa bayangan melancarkan serangannya ia menjadi gelagapan-
Begitulah tak sempat lagi melihat raut wajah musuhnya secara jelas, tahu-tahu tulang dadanya
sudah remuk tergempur serangan musuh hingga tewas seketika.
Yaa, inilah pembalasan bagi perbuatan mesumnya selama ini dengan merusak banyak wanita.
Siapa yang jahat, dia harus menerima hukumnya.
Dengan tewasnya pedang tanah, pedang air serta pedang kayu menjadi ketakutan setengah
mati, tanpa banyak berbicara mereka membalikkan badan dan melarikan diri terbirit-birit.
Keadaan sipedang kayu terhitung paling mengenaskan, tadi ia telah melancarkan pukulan
kearah Kim Thi sia dengan mengerahkan ilmu ci yang Ceng khinya meski berhasil menghajar
lawan hingga sekarang tenaga dalamnya belum pulih kembali, sudah barang tentu dia tak berani
menghadapi serangan dari ketua Tiang pek san yang maha dahsyat itu.
Mungkin saking tergopoh-gopohnya berusaha melarikan diri, dia sampai menubruk batang
pohon, dan jatuh terjengkang keatas tanah.
Dengan perasaan gusar sipedang emas memburu kedepan, ketika dilihat tampaklah sipedang
tanah telah tewas dalam keadaan mengerikan. Sepasang matanya terpejam rapat, darah
bercucuran keluar dari lima lubang inderanya.
Tanpa terasa sinar matanya dialihkan kesekeliling arena, ketika melihat saudara-saudara
seperguruannya yang mati telah mati, yang terluka telah terluka, suasana begitu mengenaskan-
Meski dia adalah manusia berhati buas, namun setelah melihat keadaan yang begini
mengenaskan, tak urung becucuran juga air matanya.
Sementara itu sipedang pukulan sakti tanpa bayangan tak berani berayal lagi, dengan suatu
gerakan cepat dia menyambar pinggang putri Kim huan, kemudian tertawa terbahak-bahak.
Putri Kim huan yang ketimpa kemalangan lagi-lagi terjatuh ketangan majikan- yang berbeda.
Ketika Kim Thi sia menyaksikan kejadian tersebut, dengan gembira ia segera berseru: "Ang
locianpwee, terima kasih banyak atas bantuanmu."
Ia tidak mengetahui kalau sipukulan sakti tanpa bayangan pun mempunyai rencananya dengan
merampas putri Kim huan dari tangan musuh, dia masih menyangka kakek botak itu menolong
putri Kim huan dengan maksud baik.
Pukulan sakti tanpa bayangan nampak agak tertegun sesudah mendengar seruan itu. Biji
matanya segera berputar, agaknya ia sudah mengetahui maksudnya, maka sambil menarik muka
ujarnya dingin: "Tak usah berterima kasih akupun hendak mengajukan permintaan kepadamu......."
" Katakan saja terus terang?" Kim Thi sia tertawa. "Pokoknya asal aku sanggup melakukan
tentu akan kupenuhi........"
Setelah mengetahui bahwa putri Kim huan telah terlepas dari " mulut harimau", pikiran maupun
perasaan hatinya menjadi sangat lega, perasaan terima kasih yang meluap membuat ia tidak
mempertimbangkan lagi semua permintaan yang mungkin akan diajukan kakek botak itu.
Selalun daripada itu, diapun tidak menyangka kalau pukulan sakti tanpa bayangan merupakan
seorang manusia yang berambisi pula, dalam anggapannya permintaan- yang diajukan paling
banter hanya terbatas pada bantuan tenaga.
Demi kekasih hatinya, sekalipun ia harus kelelahan sampai kehabisan tenagapun dia merasa
rela. Melihat kepolosannya pemuda tersebut, tiba-tiba saka timbul perasaan yang tak tega dihati
kecil sipukulan sakti tanpa bayangan-
Tapi dengan cepat dia menguasahi gejolak perasaan tersebut, sengaja katanya dengan suara
dingin dan hambar: "Belum tentu kau bisa penuhi permintaanku itu"
Kakek ini memang sengaja menunjukkan sikap ketus dan dingin dengan maksud agar bila
terjadi "bentrokan" nanti ia bisa bersikap dan bertindak lebih gampang, paling tidak bila
permintaannya diajukan disaat Kim Thi sia sedang gusar. Hal ini akan lebih menenteramkan
hatinya. Kim Thi sia tidak menduga sampai kesitu, sambil tertawa tergelak serunya:
"Haaaah.......haaaah......haaaaah........hal ini lebih baik lagi, aku memang sangat berharap bisa
mendapat kesempatan untuk membalas budi kebalkan Ang locianpwee?"
Sipukulan sakti tanpa bayangan yang segera berkerut kening, diang-diam ia berpikir bagaimana
caranya merangsang amarah pemuda tersebut agar api kegusarannya memuncak, kemudian
"permintaan" nya baru diajukan-
Sementara itu, nona cantik berbaju putih tersebut sedang berkata kepada pemuda tampan:
"coba lihat, tugas yang kuberikan kepadamu akhirnya diselesaikan oleh ayahmu, apakah kau
tidak merasa malu?" "Aku benar-benar tak habis mengerti, kenapa sih kau memaksa aku untuk menyerempet
bahaya menolongnya" Apa maksud dan tujuanmu yang sebenarnya........?"
JILID 39 "Kita hidup sebagai manusia harus bisa membedakan antara budi dan dendam secara jelas. Kita
tak boleh menerima budi orang, tak mau pula disakiti orang lain."
"Padahal seharusnya kau selalu berdoa agar dia selalu terancam jiwanya."
"Apa maksud perkataanmu itu?"
Sang pemuda tampan tidak segera menjawab, katanya tergagap: "Aaaah, aku.......aku tidak
bermaksud apa-apa." Nona cantik berbaju putih itu segera tertawa dingin.
"Heeeh.... heeeeh...... heeeeh.......sekalipun tidak kau katakan akupun mengerti, harap kau
jangan salah menilai orang. Aku tak menaruh perasaan dengki atau iri atas hubungan mereka
yang harmonis......."
Merah padam selembar wajah pemuda tampan itu, dengan kepala tertunduk kembali bisiknya:
"Aku tidak bermaksud demikian."
Sementara itu sipukulan sakti tanpa bayangan telah muncul sambil menggandeng tangan putri
Kim huan, sembari mendekati putranya, kakek itu berpesan: "Jaga dia baik-baik, jangan beri
kesempatan kepadanya untuk melarikan diri" Lalu sambil berpaling, katanya pula kepada Kim Thi
sia yang masih kebingungan: "sekarang, dengarkan baik-baik. Aku akan mengajukan
permintaanku........"
"Apa.......apa maksudmu......cepat......cepat serahkan dia......." Kim Thi sia sangat tergagap.
Mendadak seperti memahami akan sesuatu, mendadak dia melompat kemuka dan menatap
wajah kakek botak itu lekat-lekat teriaknya lantang.
"Ang locianpwee apakah kau....... apakah kau sama seperti mereka, menghendaki ilmu Tay
goan sinkang?" Pukulan sakti tanpa bayangan tertawa terbahak-bahak.
"Haaah......haaaah......tepat sekali, kau memang pintar tanpa kuterangkanpun kau sudah
mengerti." "Ayah......." sipemuda tampan itu berteriak pula.
Perasaan kaget, bingung, gugup dan perasaan tak habis mengerti berkecamuk dibalik seruan
itu, ia benar-benar tidak menyangka kalau ayahnya akan berbuat demikian-
Belum lama dia membual tentang kebajikan serta kebijaksanaan ayahnya siapa sangka kini
telah terjadi perubahan yang begitu besar, ia tak berharap ayahnya melakukan perbuatan tidak
terpuji seperti ini, paling tidak selama berada d ihadapan sinona kekasih hatinya.
Benar juga, baru saja ingatan tersebut melintas lewat, sinona cantik berbaju putih itu telah
bertanya keherananTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Apakah ayahku bukan berniat sungguh-sungguh untuk menolongnya dari ancaman bahaya?"
Pemuda tampan itu memperhatikan sekejap wajah putri Kim huan, untuk sesaat dia tak tahu
bagaimana mesti menjawab pertanyaan dari nona cantik berbaju putih itu.
Setelah tergagap berapa saat, dia baru berkata:
"Mung kin...... mungkin ayahku mempunyai maksud lain."
"Maksud apa?" desak Hay jin lebih jauh.
Dibalik nada pertanyaannya jelas tersisip perasaan memandang hina atas kakek botak tersebut.
Pemuda tampan itu jadi pusing tujuh keliling, untuk berapa saat dia tidak berhasil menemukan
kata-kata yang tak cocok untuk menjawab pertanyaan itu, tak kuasa lagi ia berdiri tertegun-
Tiba-tiba terdengar sipukulan sakti tanpa bayangan berkata dengan suara dalam: "Setuju atau
tidak tergantung dirimu, ayoh pertimbangkan secepatnya......."
Lalu setelah berhenti sejenak dia melanjutkan-
"Atas jawabanmu tadi aku merasa amat puas, bukankah kau mengatakan asal kau sanggup
melakukannya tentu aka dipenuhi. Nah sekarang aku akan melihat sampai dimanakah katakatamu
dapat dipercaya......."
Putri Kim huan amat sedih, belum lama dia lolos dari cengkeraman iblis sipedang emas, kini dia
terjatuh pula ketangan sipukulan sakti tanpa bayangan, perasaan sedih yang luar biasa membuat
gadis itu menangis tersedu-sedu.
Sekarang Kim This ia baru tahu bahwa umat persilatan tak bisa dipercaya, siapa kuat dia bisa
berbuat semena-mena. Maka sambil mengacungkan tinjunya dia berteriak:
"Hey sipukulan sakti tanpa bayangan, kuhormat dirimu sebagai seorang Bulim cianpwee. tak
kusangka kaupun sama bajingannya dengan mereka. Ayoh maju, asal kai mampu menangkan aku
dengan kungfumu sejati, tanpa ragu akan kuserahkan ilmu Tay goan sinkang kepadamu. Kalau
tidak- biar dibunuhpun jangan harap aku bersedia mengucapkan sepatah katapun?"
Sipedang emas yang menyaksikan adegan tersebut segera menimbrung pula sambil tertawa
tergelak. "Haaaah.....haaaah......haaaah.......kau sudah mendengar belum hey simakhluk tua. Terus
terang aku bilang, adik seperguruanku ini bukan manusia yang gampang ditipu." Kim This ia yang
mendengar perkataan itu segera berpikir pula:
"Hmmm, semua gara-gara kau, coba kau tidak berbuat begitu, mustahil sipukulan sakti tanpa
tandingan akan mengincar ilmu Tay goan sinkang ku."
Berpikir demikian, hawa amarahnya segera berkobar, dengan suara keras bentaknya: "Hmmm,
siapa yang menjadi sutemu, betul-betul manusia yang tak tahu malu"
Dengan menghimpun tenaga Tay goan sinkangnya, dia melepaskan sebuah bacokan maut
kedepan. Sipedang emas sama sekali tak menyangka kalau pemuda tersebut akan bertindak begini,
diapun membentak gusar sambil menyambut datangnya serangan tersebut dengan keras melawan
" Duuuukkkk. ......"
Akibat dari bentrokan yang terjadi, kedua orang itu sama-sama tergetar mundur satu langkah.
Sipedang emas merasakan pusarnya sangat sakit bagaikan ditusuk dengan jarum tajam, tak
kuasa lagi dia berseru tertahan-"Tunggu sebentar, aku hendak berbicara dulu."
Kim Thi sia yang sudah teria njur membenci sama sekali tidak menggubris teriakannya itu,
sekali lagi dia melancarkan sebuah gempuran dengan ilmu Tay goan sinkangnya.
Dalam keadaan terkejut bercampur gugup, sipedang emas tak berani menyambut serangan
dengan keras melawan keras, buru-buru dia menghindarkan diri kesamping.
Kim Thi sia sudah nekad hendak mengajak musuhnya mengadu jiwa, tak sampai berdiri tegak.
dia maju kembali kedepan sambil melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Jurus "kekuasaan menguasahi seluruh dunia" ini merupakan jurus yang ampuh, ganas dan
amat dahsyat. seketika sipedang emas terdesak mundur lagi sejauh berapa langkah.
Dari malunya sipedang emas jadi naik darah, dia maju menyerang dengan pedangnya, tapi lagilagi
tubuhnya tergetar mundur dengan sempoyongan terhajar dengan jurus "mati atau hidup
ditangan nasib" yang dilancarkan pemuda Kim, keadaannya bertambah mengenaskan-
Melihat Kim Thi sia menyerang secara bertubi-tubi bagaikan orang kalap. sipedang emas
terperanjat sekali, dalam gugupnya dia memindahkan pedangnya ketangan kiri dan melancarkan
sebuah tusukan dengan jurus "selaksa panah menembusi hati."
Kim Thi sia bendung datangnya serangan lawan dengan tangan kirinya yang memainkan jurus "
kecerdikan mencapai tingkatan langit", sementara telapak tangan kanannya dengan jurus
"hembusan angin mencabut pohon" mencengkeram dada musuh.
Pedang emas sama sekali tak menyangka akan datangnya ancaman tersebut, seketika itu juga
dadanya kena dicengkeram oleh kelima jari tangan lawan yang kuat bagaikan jepitan besi, kontan
separuh badannya menjadi kaku dan kesemutan-
Baru saja Kim Thi sia hendak menggerakkan tenaga dalamnya untuk membunuh lawan d isaat
itu juga dia merasakan datangnya semburan cahaya pelangi yang amat menyilaukan mata.
Berada dalam keadaan begini, dia tak sempat lagi mengurusi musuhnya, buru-buru
cengkeramannya dibetot kedepan dan-..... "Braaat" pakaian yang dipakai sipedang emas sudah
tertarik hingga robek. Mendadak......
Sebuah benda hitam dari balik saku bajunya dan terjatuh ketanah, buru-buru sipedang emas
berusaha merebutnya, namun sebuah tendangan dari Kim Thi sia membuat benda tersebut
mencelat ketempat yang jauh.
cepat-ceoat sipedang emas, menengok kearah dimana benda tersebut terjatuh agaknya ia
sudah tak bersemangat lagi untuk melanjutkan pertarungan, tergopoh-gopoh sebuah bacokan
dilancarkan, setelah itu dia cepat-cepat menerjang kemuka.
Menyaksikan sikap musuhnya yang panik, satu ingatan segera melintas didalam benak Kim Thi
sia: "Benda itu pasti penting sekali artinya kalau tidak mustahil dia kelihatan begitu tegang dan
panik" Berpikir demikian, dia segera mengerahkan tenaga dalamnya dan melancarkan sebuah pukulan
dengan jurus "kelincahan menguasahi empat samudra."
Menggunakan kesempatan disaat sipedang emas tertegun karena datangnya ancaman itu, Kim
Thi sia menyerbu benda yang terjatuh tadi.
kemudian tanpa diperiksa lagi apa isinya dia masukkan bungkusan tersebut kedalam sakunya.
Pemuda itu memang berdiri tak jauh dari sipedang emas, apalagi diapun mendapat bantuan
yang amat besar dari ilmu Tay goan sinkang, karenanya ia berhasil mendapatkan benda tadi jauh
mendahului sipedang emas.
Tak terlukiskan rasa gusar sipedang emas melihat kejadian ini, dengan gemas dia melotot
sekejap kearah lawannya, lalu sambil menjulurkan tangannya kemuka dia berteriak: "Kembalikan
kepadaku" "Hmmm, tidak akan semudah itu" sahut Kim Thi sia sinis.
Raut muka sipedang emas yang jelek nampak mengejang berapa kali, tapi akhirnya dia
berusaha membujuk dengan suara yang lebih lunak.
"Benda tersebut sama sekali tak berguna bagimu, kembalikanlah kepadaku"
"Tidak bisa" sahut Kim Thi sia lantang. "Tatkala kau berhasil membekuk putri Kim huan
tadi,akupun pernah memohon kepadamu dengan sikap yang lembut dan halus, namun kau sama
sekali tak menggubris, bahkan menuntut kepadaku untuk menukarnya dengan ilmu Tay goan


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sinkang. Nah sekarang aku harus memberi pelajaran kepadamu."
"Kalau dihitung-hitung, kita masih termasuk sesama saudara seperguruan- Betapapun jeleknya
hubungan kita, toh tidak pantas bergurau sehebat ini, lagi pula........"
Baru berbicara sampai separuh jalan, tiba-tiba ia menerjang maju kedepan sambil melakukan
cengkraman kilat. Nyaris Kim Thi sia termakan sambaran itu, amarahnya semakin memuncak. tanpa
mengucapkan sepatah katapun dia menghimpun tenaga Tay goan sinkangnya hingga mencapa
delapan bagian, lalu melepaskan sebuah serangan dengan jurus " kejujuran mengalahkan batu
emas." Sejak menderita luka pada pusarnya, sipedang emas tak berani menghadapi musuhnya dengan
kekerasan, dengan perasaan apa boleh buat ia terpaksa menarik diri kebelakang. Kim Thi sia tidak
melakukan pengejaran lebih jauh, dia berdiri sambil termenung. Rupanya pada saat itulah, dia
telah merasakan suatu kejadian yang sangat aneh.
Kalau pada mulanya, setiap kali dia beradu tenaga dengan sipedang emas, pihaknya selalu
didesak mundur secara mudah, maka sekarang keadaan justru terbalik, bukan saja ia berhasil
mendesak musuh bahkan mampu membuatnya gelagapan setengah mati, lantas apa yang
sebenarnya telah terjadi"
Kalau dibilang dia berbakat kelewat bagus sehingga kemajuan yang dicapai amat cepat. Hal ini
mustahil bisa diterima dengan akal sehat, sebab kejadian satu dengan kejadian lainnya hanya
terpaut dua jam, rasanya selama seribu tahun sejarah dunia persilatan belum pernah ada kejadian
seperti ini. "Atau mungkin dialah yang mengalami kemunduran secara drastis?" ingatan ada sempat
melintas didalam benaknya.
Tapi hal inipun tak mungkin sipedang emas tidak terluka, diapun tidak kehabisan tenaga,
bagaimana mungkin ilmu silatnya bisa menderita kemunduran sebesar itu" setelah berpikir berapa
saat akhirnya ditemukan satu titik terang tentang persoalan ini.
Sebagaimana diketahui sebelum dia bertarung melawan sipukulan sakti tanpa bayangan tadi
setiap serangan yang dilepaskan olehnya selalu berhasil dipukul balik oleh pedang emas, namun
setelah berlangsung pertarungan sengit, ia justru berhasil mendesak musuhnya secara mudah,
jelas kunci dari jawaban persoalan ini terletak padadiri sipukulan sakti tanpa bayangan-
Dia masih teringat dengan jelas bagaimana situasi pada awal pertarungan, serangan demi
serangan yang dilancarkan kakek botak itu selalu dahsyat dan mematikan, kehebatannya sukar
dilukiskan dengan kata-kata, namun setelah berlangsung berapa saat, bukan saja musuhnya
bertambah lemah, bahkan diapun mulai mendapat kesempatan untuk melancarkan serangan
balasan- Ketika sipukulan sakti tanpa bayangan menemukan keadaan yang tak beres ini, dia segera
menghentikan pertarungannya .
seingatnya, peristiwa semacam ini belum pernah dialami sebelumnya. Diam-diam Kim Thi sia
berpikir: "Sudah pasti dia menderita kerugian karena ilmu Tay goan sinkangku menurut ciang sianseng,
kepandaianku ini sanggup menghancurkan tenaga dalam musuh tanpa wujud dan gejala apapun,
agaknya apa yang dia katakan memang menjadi kenyataan sekarang" Kemudian dia berpikir lebih
jauh: "Sipukulan sakti tanpa bayangan sebagai seorang tokoh sakti dari Tiang pek san nyata memiliki
ilmu silat yang luar biasa hebatnya, kini aku telah banyak menghisap tenaga murninya dengan
ilmu ciat khi mi khi, tak heran banyak manfaat yang berhasil kuperoleh sehingga sipedang
emaspun merasa tak mampu menandingiku."
Berpikir demikian, rasa percaya pada kemampuan sendiripun semakin meningkat, dengan
sangat berani dia mengambil keluar bungkusan milik sipedang emas itu serta membuka
bungkusannya . Ternyata benda itu berbentuk segi empat ketika dibuka maka dibawah sinar rembulan yang
redup tampaklah benda tadi berupa sebuah kotak besi.......
Begitu kotak tadi diamati dengan seksama, tiba-tiba saja ia berseru tertahan-"oooh, rupanya
lentera hijau." Dia masih teringat dengan jelas betapa " lentera hijau" tersebut pernah menyelamatkan
jiwanya, waktu itu dua sudah terkapar ditempat yang terpencil, bila tidak datang pertolongan
niscaya dalam berapa hari kemudian jiwanya akan melayang.
Siapa tahu d isaat yang kritis itulah dia berhasil menemukan kasiat " lentera hijau" sehingga
jiwanya terselamatakan, tak disangka setelah benda itu terlepas dari tangannya berapa saat, kini
terjatuh kembali ketangannya, inikah yang dinamakan berjodoh"
Diapun teringat kembali dengan pembicaraan antara ciang sianseng dengan Dewi Nirmala, dia
tahu benda tersebut merupakan benda mestika yang amat langka, kasiatnya selain mampu
mengobati luka juga untuk memanjangkan usia seseorang.
Lebih-lebih bagi orang persilatan yang mengalami keadaan "jalan api menuju neraka" benda ini
sanggup memulihkan kembali kekuatannya.
Tak heran kalau ciang sinseng dan Dewi Nirmala sekalian berusaha dengan segala
kemampuannya untuk mendapatkan benda ini.
Maka sambil tertawa terbahak-bahak dia membungkus kembali benda tersebut dan dimasukkan
kembali kedalam sakunya. Kini diapun telah mengambil sebuah keputusan, pikirnya:
"Rasanya untuk bisa menyelamatkan jiwa putri Kim huan tanpa kehilangan ilmu saktiku, satusatunya
jalan cuma menyerempet bahaya."
Dia amat percaya dengan kemampuan serta kasiat dari "lentera hijau", sebab benda itu pernah
menyelamatkan jiwanya, ini berarti benda ini jauh lebih bisa diandalkan daripada benda apapun-
Maka dengan nada pembicaraan yang lebih meyakinkan dia berseru kepada sipukulan sakti
tanpa bayangan dingin- "Empek Ang, bila kau ingin menggunakan keselamatan gadis tersebut untuk ditukar dengan
ilmu silatku, maka rencanamu itu pasti akan gagal total, sebab hubungan ku dengannya tal lebih
cuma teman biasa.Jadi sama sekali tiada hubungan yang istimewa, bila kau mendesakku terus
menerus, sama artinya memaksaku membuka kartu lebih awal."
"Kau betul-betul kelewat polos dan kekanak-kanakan, kau anggap dengan berkata demikian,
maka aku akan membebaskannya?"
"Aku tak perduli, pokoknya aku tak ambil pusing dengan keselamatannya toh kau pun tak
mampu berbuat apa-apa kepadaku?"
"Kau jangan sembarangan mengaco belo lagi bila amarahku sampai berkobar, akan kuhajar
sampai mampus" ancam sikakek geram. Kim Thi sia sengaja tertawa sinis sahutnya:
"Alahkan, silahkan"
"Kau mengira aku tak berani?" teriak sipukulan sakti tanpa bayangan lagi dengan gemas.
Sambil tertawa dingin jari telunjuk dan jari tangannya segera ditempelkan diatas jalan darah
Tay gi hiat ditubuh putri Kim huan- Dalam keadaan begini, asal dia mengerahkan sedikit tenaga
saja, niscaya gadis tersebut akan mampus dalam keadaan yang mengenaskan.
"Kau harus tahu" ancam slkakek lagi, "Sepanjang hidupku, aku selalu menganggap nyawa
orang bagaikan rumput, bila amarahku sudah berkobar, aku bisa membacoknya sampai mampus,
tanpa perduli siapakah dia."
Walaupun dihati kecilnya Kim Thi sia amat tegang, namun dia berniat menyerempet bahaya,
buru-buru dia unjukkan lagak "acuh tak acuh" nya, malah sambil tertawa teriaknya:
"Ang locianpwee, kau memang seorang algojo yang amat hebat,
haaaah......haaaah.....haaaah......"
Sipukulan sakti tanpa bayangan berwatak berangasan, setelah bersabar terus akhirnya dia tak
mampu lagi menahan diri pikirnya:
"Perduli amat dengan ilmu Tay goan sinkang, keparat ini amat menggemaskan, dia berani
memperolok-olok diriku, biar kubunuh gadis tersebut terlebih dulu."
Napsu membunuhnya segera memancar keluar dari balik mata, baru saja dia akan
mengerahkan tenaga dalamnya, mendadak terdengar seseorang berseru dari belakang: "Empek
harap tunggu sebentar"
Dengan wajah tertegun sipukulan sakti tanpa bayangan berpaling, setelah mengetahui siapa
orangnya, dengan wajah tertegun ia bertanya: "Keponakan perempuan, ada urusan apa?"
Ternyata orang yang berseru barusan tak lain adalah sinona cantik berbaju putih, putri dari
Dewi Nirmala. Terdengar gadis itu berkata dengan pelan:
"Empek dia toh sama sekali tak bersalah, harap kau sudi mengampuni selembar jiwanya"
Ketika Kim Thi sia mendengar perkataan tersebut, dalam hati kecilnya segera timbul perasaan
tak senang hati disamping rasa terima kasih, pikirnya cepat:
"Aku justru sengaja memaksanya berbuat demikian, siapa tahu kau malah menghalangi
perbuatannya, sungguh menjengkelkan-......."
Sementara itu sipukulan sakti tanpa bayangan telah bertanya agak keheranan:
"Maksudmu, aku harus membebaskan dirinya?"
"Yaa benar" gadis itu mengangguk.
Sambil menarik mukanya kakek botak itu berseru lagi:
"Mengapa sih kau mencampuri urusanku ini?"
"Keponakan perempuan tidak ingin menyaksikan orang yang tak bersalah......"
Sipukulan sakti tanpa bayangan segera memahami maksud dihatinya, setelah memandang
sekejap wajahnya yang cantik dan polos itu, dia berpikir:
"Gadis ini berwajah halus, lembut dan saleh, nyata sekali dia memang seorang nona yang
lembut dan berwelas kasih........"
Karena itu diapun segera memaafkan tindakannya itu, katanya pelan:
"Aku tahu, kau merasa tak tega melihat orang yang tak bersalah menemui ajalnya tapi........"
Sesudah berpikir sebentar, kembali dia melanjutkan:
"Kau tentu menganggap diriku sebagai seorang manusia yang gemar membunuh, tapi aku
benar-benar tak habis mengerti, kau adalah putri dari Dewi Nirmala, sedangkan perbuatan
maupun sepak terjang Dewi Nirmala sepanjang hidupnya justru berlipat ganda lebih kejam dan
buas ketimbang aku. Kau yang tambah dewasa dalam suasana begini, mengapa masih bisa
mempertahankan kewelas kasihanmu itu" Apakah kau belum pernah melihat semua kekejaman
dan kebuasan dilembah Nirmala" Atau mungkin gadis ini adalah sahabatmu.......?"
Air mata segera bercucuran keluar dari mata sinona ketika ia selesai mendengar perkataan itu,
dengan kepala tertunduk katanya pelan:
"Aku tak tahu kalau ibuku sangat gemar membunuh orang, dia tak pernah menyinggung
persoalan ini kepadaku. Aku........."
sementara itu, putri Kim huan yang menghadapi saat kematiannya justru dapat mengendalikan
gejolak perasaannya, dia menghela napas dengan sedih, lalu sambil memandang rembulan
diangkasa, selanya pelan:
"Adikku, aku matipun tak menjadi soaL paling-paling cuma mengurangi beban baginya. Kalau
bukan begini, dikemudian hari dia pasti akan bertambah repot karena aku."
Kim Thi sia paling suka melihat wajah gadis tersebut disaat ia sedang termenung, memandang
wajahnya yang cantik dan begitu menawan hati, hampir-hampir saja dia akan berubah pikiran-
Dalam pada itu sipukulan sakti tanpa bayangan kelihatan mulai ragu, tapi kemudian ia berkata:
"Bagaimanapun juga, aku tak kuat menahan diri melihat lagak bocah keparat tersebut."
Hay Jin, sinona cantik berbaju putih itu mengangkat kepalanya dan memandang sekejap kearah
putri Kim huan dengan sepasang matanya yang keji, sesudah menghela napas katanya: "cici, aku
tak berdaya membuat ia......."
Belum selesai perkataan itu diutarakan, air matanya telah jatuh bercucuran membasahiu
wajahnya. Dia menutupi mukanya dengan kedua belah tangan kemudian berpaling kearah lain,
agaknya dia tak tega melihat gadis tersebut mati secara mengenaskan-Kim Thi sia cepat-cepat
mengeraskan hatinya seraya membentak nyaring: "Hey sipukulan sakti tanpa bayangan, kalau
memang bernyali, cepatlah turun tangan"
Mencorong sinar tajam dari balik mata sipukulan sakti tanpa bayangan, dengan gemas dia
melotot sekejap kearahnya, lalu menegur:
"Sekali lagi aku ingin bertanya kepadamu, kau menyanggupi permintaanku atau tidak?"
"Tidak" sahut Kim Thi sia lantang.
Sipukulan sakti tanpa bayangan segera mendengus, jari tangannya disodokkan kuat-kuat
keatas jalan darah Tay gia hiatnya.
Tanpa sempat mengeluarkan sedikit suara pun, putri Kim huan segera roboh terjungkang
keatas tanah. Dengan sinar mata yang tajam Kim Thi sia memandang sekejap tubuh putri Kim huan yang
tergeletak tak berkutik diatas tanah. Perasaan gugup, tak senang, kaget dan marah bercampur
aduk didalam benaknya. Sampai berapa saat lamanya dia tak mampu mengucapkan sepatah
katapun. Tindakannya "menyerempet bahaya" telah tercapai setengah bagian, ini berarti masih ada
keadaan yang lebih berat dan lebih mengejutkan hati yang belum sempat dilaksanakan. Bila hal ini
sampai gagal berarti dia tak akan memperoleh ketentraman hidup lagi dikemudian hari.
Menghadapi pilihan yang begini kritis dan menyeramkan, sekalipun pemuda itu berjiwa luar
biasa pun tak urung juga dibuat bergidik juga hatinya.
sementara itu sipukulan sakti tanpa bayangan yang sedang mengawasi putri Kim huan dengan
wajah yang cantik jelita, telah roboh ditangannya. Betapapun gusarnya kakek tersebut tak urung
timbul juga perasaan menyesalnya.
Dengan wajah yang lesu kakek itu menggelengkan kepalanya berulang kali, sambil menghela
napas ia berbisik: "Aaaah, dia telah tewas."
Kim Thi sia melompat maju kemuka, teriaknya keras-keras:
"Yaabetul, dia memang sudah mati, tapi urusanmu denganku belum selesai."
Teriakan ini seketika melenyapkan perasaan menyesal yang muncul didalam hati sipukulan sakti
tanpa bayangan, dia berseru dingin: "Biar mampus, siapa suruh kau menolak permintaanku?"
Dengan penuh amarah Kim Thi sia menghimpun tenaga murni Tay goan sinkangnya,
sekarang tiada persoalan yang merisaukan lagi, dalam keadaan gusar dan dendam yang
meluap-luap. tenaga serangannya menjadi dua kali lipat lebih hebat.
Tergopoh-gopoh sipukulan sakti tanpa bayangan menghimpun tenaga dan melepaskan pula
sebuah pukulan untuk membendung datangnya ancaman tersebut.
Dua gulung tenaga pukulan yang sangat kuat, tanpa menimbulkan suara ataupun desing suara
segera bertumpukan satu dengan lainnya.
Akibat dari benturan tersebut, kedua belah pihak sama-sama tergetar mundur kebelalang, air
mukanya berubah menjadi merah membara.
Kim Thi sia tahu bahwa ilmu tay goan sinkang memiliki kemampuan untuk merusak ten-dalam
lawan, maka begitu tergetar mundur sekali lagi dia menubruk kemuka.
Sepasang telapak tangannya disilangkan kekiri kanan, dan secara beruntun dia melancarkan
dua buah serangan sekaligus dengan jurus "menyapu rata seluruh bumi" serta "kepercayaan
menguasahi seluruh dunia."
Untuk sementara waktu sipukulan sakti tanpa bayangan menempati posisi diatas angin, namun
dihati kecilnya dia merasa amat sedih danpedih hatinya, sebab setiap kali terjadi bentrokan
kekerasan, ia segera merasakan tenaga dalamnya makin lemah dan berkurang.
Makin bertarung pikirnya semakin risau, sepuluh gebrakan kemudian, tenaga serangannya
sudah tidak selancar awal pertarungan lagi, kenyataan tersebut kontan saja membuat hatinya
sangat terkejut. Waktu itu kentongan kelima sudah menjelang tiba, secercah fajar muncul diufuk timur.
Dibawah cahaya sang surya yang redup tampaklah dua sosok bayangan manusia sedang saling
bertarung dengan serunya, untuk beberapa saat sukar untuk diketahui siapa bakal menang dan
siapa bakal kalah. Tiba-tiba sipukulan sakti tanpa bayangan menarik diri kebelakang seraya berserur "TUnggu
sebentar" "Ada apa?" tegur Kim Thi sia sambil menghentikan pula serangannya.
Suara pembicaraannya memburu, persis seperti dengusan napasnya yang memburu dan cepat,
ditengah pagi hari yang dingin, jidatnya justru basah oleh peluh sebesar kacang kedelai.
Ternyata keadaan dari sipukulan sakti tanpa bayangan tidak jauh berbeda, sekujur badannya
telah basah oleh keringat. Dengan napas tersengkal-sengkal dia berkata: "Lebih baik pertarungan
hari ini kita tunda dulu sampai besok........."
Baru berbicara sampai disetengah jalan, mendadak teringat kembali olehnya akan kedudukan
serta pamornya dalam dunia persilatan, cepat-cepat dia menutup mulutnya kembali.
Tapi semua jago yang hadir dalam arena dapat memahami maksud dan arti dari perkataannya
itu. Kim Thi sia sama sekali tidak mengejek ataupun mencemooh dirinya, dengan suara dalam dia
berkata: "Baik, kita lanjutkan pertarungan ini besok"
Dia memang terbuuru-buru ingin menyelesaikan persoalan terakhir putri Kim huan maka
setelah mendengar usul lawannya, semangat tempurnya ikut mengendor pula.
Tampaknya sipukulan sakti tanpa bayangan tak ingin membuang waktu terlalu lama disitu, dia
segera berpaling kearah pemuda tampan itu dan berseru keras: "Ayoh berangkat"
Dari wajah ayahnya yang letih dan murung, pemuda tampan ini mengerti kalau orang tua
tersebut butuh waktu untuk beristirahat, diapun tidak menunggu terlalu lama lagi. Sambil
menggandeng tangan nona cantik berbaju putih itu, cepat-cepat mereka pergi meninggalkan
tempat tersebut. Sepeninggal ketiga orang itu, ternyata bayangan tubuh dari sipedang emas sekalianpun sudah
tak nampak lagi disitu. Kim Thi sia mencoba melakukan pencarian disekeliling tempat itu, namun sesosok bayangan
setanpun tak nampak. dengan perasaan heran ia segera berpikir: "Aaaaah, sungguh aneh, kenapa
mayat pun sudah dipindahkan semua?"
Padahal diarena pertarungan masih terdapat puluhan sosok mayat, tapi semuanya berasal dari
pihak Juan tiong supa. Sebaliknya mayat-mayat dari pihak sembilan pedang dunia persilatan, kini sudah lenyap tak
berbekas, jelas sudah semuanya ini merupakan hasil karya dari sipedang emas, pedang air dan
pedang kayu. "Beginipun ada baiknya juga, biar persoalan ini diperhitungkan kembali dikemudian hari......"
pikir pemuda itu cepat. Pelan-pelan dia berjalan menuju kearah putri Kim huan, sesuai berlangsungnya pertarungan
sengit, tiba-tiba saja dia merasakan setiap langkah kakinya sangat berat.
Setiap langkahnya seakan-akan diberi beban ribuan kati beratnya.
Dengan wajah yang teramat letih dia mendekati putri Kim huan, tampak gadis itu memejamkan
matanya bagaikan bidadari sedang tidur, hatinya tercekat, pikirnya segera:
" celaka, rupanya lentera hijau telah kehilangan kasiatnya, aku terlalu menyerempet bahaya,
kini semua telah berakhir......."
Ia mulai menyesal, menyesal telah menyerempet bahaya yang amat besar.
Dia mencoba mengulurkan tangannya untuk memayang bangun gadis tersebut siapa tahu
tenaganya seakan-akan sudah membuyar semua, tangannya lemas dan tak berkekuatan lagi,
dengan lunglai dia terduduk kembali diatas tanah.


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebagaimana diketahui, dia sudah bertarung setengah harlan lamanya tanpa berhenti, terutama
sekali pertarungan sengitnya melawan sipukulan sakti tanpa bayangan, seandainya dia tak
memiliki watak tinggi hati, niscaya sejak tadi ia sudah roboh terjungkal diatas tanah dan mampu
bangun kembali.... Sekarang, sekujur badannya terasa lemas dan sama sekali tak bertenaga, kelopak matanya
terasa berat sekali ingin terpejam tak tahan lagi gumamnya sambil menghela napas:
"Aaaa i....... mengapa keadaanku berubah selemah ini" Bila muncul musuh dalam keadaan
begini, bagaimana caraku untuk menghadapinya?"
Pelan-pelan dia merangkak kesamping tubuh putri Kum huan dan duduk bersandar diatas batu
besar, matanya buru-buru dipejamkan kemudian mengatur pernapasan untuk memulihkan kembali
kekuatannya. Tapi rasa mengantuk yang datang menyerang membuat dia tak sanggup menahan diri lagi,
akhirnya dia terduduk dan tidur nyenyak. Tak lama kemudian-....
Ditengah keheningan yang mencekam seluruh jagad, tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda
yang amat ramai berkumandang datang dari kejauhan sana.
Disusul kemudian muncullah serombongan penunggang kuda yang semuanya mengenakan
baju hijau dengan ikat kepala berwarna biru, wajah mereka nampak keren dan sorot matanya
amat tajam Jelas orang-orang itu merupakan sekawanan manusia yang berilmu tinggi.
Namun Kim Thi sia sudah tertidur nyenyak dalam keadaannya begini kendatipun ada sebuah
batu besar yang jatuh menindihi tubuhnya pun, belum tentu ia akan terjaga dari tidurnya.
Derap kuda yang amat ramai semakin mendekat, gulungan pasir dan debu memancar keempat
penjuru. Mendadak rombongan jago persilatan itu menghentikan perjalanannya dan terdengarlah
seseorang berteriak keras:
"Hey coba lihat,Juan tiong supa, empat macan kumbang dari Juan tiong telah habis ditumpas
orang" Kawanan jago itu segera berpaling kearah yang ditunjuk. bergemalah kemudian teriakan gusar
dan suara orang yang melompat turun dari kudanya memburu ketempat kejadian tersebut.
Terdengar mereka berseru keras:
"Sudah pasti peristiwa ini merupakan hasil karya dari bocah keparat itu, nyata benar kelihayan
dari keparat tersebut......."
Tak lama kemudian terlihatlah ada tiga orang lelaki kekar berjalan menuju kearah Kim Thi sia.
Rupanya mereka segera menemukan jejak anak muda tersebut, tiba-tiba mereka berhenti sambil
berbisik: "Jangan berisik, sasaran kita berada disini."
Dengan berjalan pelan ketiga orang itu menyusup maju kedepan, sementara tangan mereka
merogoh kedalam saku dan mengeluarkan sebuah tongkat tulang dan segulung tali agaknya
mereka hendak menangkap sang pembunuh dalam keadaan hidup,
Tak lama kemudian, empat arah delapan penjuru disekeliling Kim Thi sia telah berdiri puluhan
orang manusia berbaju biru yang rata-rata bersinar tajam. Mereka adalah jago-jago pilihan dari
dunia persilatan dengan ilmu silat yang luar biasa, bila orang-orang itu sampai turun tangan
bersama-sama, kemungkinan besar kekuatan mereka sanggup untuk melenyapkan kawanan jago
yang tiga kali lebih hebat daripada mereka.
Tampaknya rombongan tersebut mempunyai disiplin yang tinggi dengan pengalaman yang
hebat, mereka tidak langsung melancarkan serangan, tapi meninggalkan empat orang untuk
mengurusi kuda-kudanya. Dalam waktu singkat puluhan ekor kuda itu sudah diperintahkan berjongkok keatas tanah tanpa
menimbulkan sedikit suarapun, jelas kuda-kuda itu merupakan jenis unggul yang hebat.
Sementara puluhan orang penunggangnya dengan sorot mata yang tajam mengawasi sang
pembunuh yang masih tertidur itu tanpa berkedip.
Mereka tidak tahu kalau Kim Thi sia sudah kehabisan tenaga hingga tertidur nyenyak. Mereka
mengira musuhnya sengaja berbuat demikian untuk menjebak mereka masuk perangkapnya.
Maka semua orangpun tidak berani bergerak secara sembarangan, setiap orangpun berusaha
menjaga jaraknya sejauh tiga kaki dari Kim Thi sia, dengan begitu seandainya Kim Thi sia
melancarkan serangan secara tiba-tiba mereka tidak akan sampai dibuat kacau.
Tunggu punya tunggu, Kim Thi sia belum bergerak juga dari posisi semula, napasnya tetap
teratur, matanya tetap terpejam, sikap seperti ini persis dengan sikap yang dikata orang "biar
gunung meletuspun wajah tidak berubah", tentu saja hal mana semakin meningkatkan
kewaspadaan kawanan jago itu hingga siapapun tak berani bertindak secara sembarangan-
Mendadak salah seorang diantara mereka maju selangkah kedepan dan menegur:
"Sobat, kau benar-benar manusia luar biasa. Ditinjau dari keteranganmu ini bisa diduga bahwa
kau bukan manusia sembarangan tapi........"
Setelah tertawa dingin berulang kali, lanjutnya:
"Dalam semalam saja sobat telah membantai mereka hingga punah, tindakan semacam ini
benar-benar merupakan tindakan yang kelewat batas, kau anggap dibawah pimpinan Pek Kut
sinkun sudah tiada orang pandai lagi?"
Kim Thi sia sama sekali tidak mendengar perkataan itu, entah sedang apa bermimpi atau
mengingau, tiba-tiba ia berteriak keras: "Telur busuk. mau apa kau?"
Bentakan tersebut seketika menggemparkan semua jago yang hadir, sebagai manusia berilmu
tinggi dan tak pernah percaya dengan segala tahayul, sebetulnya mereka sudah bersiap-siap
melancarkan serangan, karena musuhnya tak bergerak sama sekali.
Siapa sangka sebelum tindakan tersebut dilakukan, sang pemuda telah membentak keras,
kontan saja orang-orang itu menjadi amat terperanjat dan segera mengurungkan niatnya untuk
menyerang. Sambil tertawa dingin orang itu berseru:
"Sobat, kaupun terhitung seorang lelaki jantan dari dunia persilatan, sepantasnya kau tahu
bahwa siapa membunuh orang dia harus membayar dengan nyawa sendiri. Apa gunanya kami
banyak bicara, haaaaah.....haaaaah........"
Suasana hening untuk berapa saat, mendadak terdengar Kim Thi sia berseru lagi: "Maknya, bila
kau berani maju lagi, jangan salahkan kalau toaya akan bertindak keji."
Mungkin dalam impiannya dia sedang mengalami kejadian yang sama, terdengar ia bergumam
lagi: "Huuuuh, apa sih hebatmu, kau tak lebih hanya seorang manusia kurcaci yang tak berguna.
Aaai....berani amat berlagak dihadapanku, apakah kau tak tahu kalau Kim Thi sia adalah manusia
paling susah dilayani."
Gumaman itu cukup keras, apalagi ditengah tanah lapang yang sepi seperti sekarang, hampir
semua orang dapat mendengar nama Kim Thi sia dengan jelas sekali. Perasaan terkejut, ngeri dan
tergetar menyelimuti mereka semua.... "Aaaah, rupanya dia adalah Kim Thi sia........"
Tampaknya lelaki bermuka kuning yang tampilkan diri kedepan itupun sudah pernah
mendengar nama besar "Kim Thi sia", ia segera berpikir:
"Orang bilang Kim Thi sia adalah manusia bernyali yang paling susah dilayani, betapapun
lihaynya ilmu silat seseorang, bila sudah berurusan dengannya pasti akan dibuat pusing
kepalanya. Tak nyana apa yang dikatakan orang memang benar, cukup dilihat dari sikapnya yang
begini tenang, hati orang sudah cukup dibuatnya menjadi keder......."
Ia mencoba memperhatikan wajah Kim Thi sia dengan seksama, tampak ia memiliki wajah yang
lebar dengan alis mata tebal, mukanya meski tak terhitung tampan namun cukup menarik hati.
"Tak heran orang lain ngeri kepadanya, ia memang memiliki wajah yang cukup keren dan
menyakinkan......" demikian dia berpikir lebih jauh.
Ketika melihbat Kim Thi sia tidak menggubris mereka lagi setelah bergumam tadi, ia semakin
tak senang hati, pikirnya lebih jauh:
"Sekalipun pamormu cukup besar, namamu cukup tersohor, tapi sikap memandang rendahmu
sangat menjengkelkan- Aku tak percaya kau benar-benar mempunyai tiga kepala enam lengan
sehingga tak takut mati......."
Sambil maju mendekat, ia menegur keras:
"Perkataan Kim tayhiap memang benar, aku tak lebih cuma seorang manusia tidak bernama
yang tak berkemampuan apa-apa. Tapi biar tak bernamapun masih terhitung seorang manusia.
Kim tayhiap. perbuatanmu membantai puluhan orang saudara kami telah menimbulkan amarah
khalayak ramai, betapapun hebatnya asal usulmu, betapa lihay ilmu silatmu, kami bertekad akan
membalaskan dendam bagi kematian saudara-saudara kami."
Suasana hening untuk sesaat, lalu terdengar Kim Thi sia menjengek sambil tertawa dingin:
"Hmm, kau benar tak tahu diri, hari ini aku bertekad akan menghancur lumatkan tubuhmu
menjadi berkeping-keping."
Lelaki bermuka kuning itu gusar sekali, mendadak dia mengayunkan telapak tangannya sambil
menyerbu kedepan, sebuah pukulan dahsyat siap dilontarkan ketubuh lawan-
Namun baru mencapai tengah jalan tiba-tiba ia buyarkan serangan sambil melompat mundur
kebelakang. Rupanya pada saat itulah Kim Thi sia telah mengayunkan pula telapak tangannya seolah-olah
hendak membendung serangannya.
Untuk sesaat lamanya lelaki berwajah kuning itu menjadi tertegun, beginikah cara Kim Thi sia
yang termashur namanya itu menghadapi serangan musuhnya"
Sekalipun ia belum pernah menyaksikan sendiri kehebatan ilmu silat Kim Thi sia namun sering
mendengar dari cerita rekan-rekannya, beginilah cara Kim Thi sia menghadapi lawannya"
Bertarung dengan sikap kemalas-malasan" Atau mungkin musuhnya memandang rendah dirinya
dan merasa tak sudi bertarung seorang lawan seorang dengannya" Sementara dia masih
kebingungan, tiba-tiba terdengar Kim Thi sia berseru lagi:
" Keparat, tak nyana kau punya ilmu simpanan juga. Haaaah......haaaah.......haaaaah........"
Gelak tertawanya penuh diliputi perasaan bangga, seakan-akan ia memiliki kemampuan cukup
untuk membasmi musuhnya. Lelaki bermuka kuning itu dibuat terperanjat sekali oleh gelak tertawa itu, rasa takut yang tibatiba
muncul membuat paras mukanya berubah hebat, tergopoh-gopoh dia melompat mundur
kebelakang. Biarpun saat ini dia didampingi oleh keempat orang rekannya yang terkenal sebagai "chin nia
su coa" atau empat ular dari tebing chin, namun bila dipertimbangkan kekuatan gabungan
mereka, jelas masih ketinggalan jauh bila dibandingkan dengan kehebatan Kim Thi sia.
Empat ulat dari tebing chin segera saling bertukar pandangan ketika melihat rekan mereka ini
menyusut mundur dengan wajah ngeri.
Agaknya mereka telah dapat menebak jalan pikiran rekannya itu, sambil mendengus marah,
serentak mereka maju mendekati Kim Thi sia, lalu teriaknya keras-keras:
"Hey Kim Thi sia, apa sih hebatmu. jangan harap kau bisa menakuti orang lain dengan
andalkan pamormu itu, kalau ingin hebat, tunjukkan dulu kepandaian silatmu yang
sebenarnya........" Sambil berkata serentak mereka meloloskan golok masing-masing.
Ucapan dari keempat orang ini kontan saja membuat lelaki bermuka kuning itu menjadi tersipusipu
malu, sekalipun dihati kecilnya dia tahu maksud dan tujuan keempat ular dari tebing chin ini,
namun tak urung timbul juga rasa tak senangnya. Tiba-tiba Kim Thi sia menggeliat, lalu berkata
dengan kemalas-malasan-"Siapa yang barusan membicarakan diriku?"
Tampaknya dia belum tersadar kembali dari tidurnya, sehingga sewaktu bertanya matanya
masih tetap terpejam. Empat ular dari tebing chin tidak mengetahui keadaan sebenarnya, bahkan mereka
menganggap pemuda tersebut berada dalam keadaan sadar selama ini, melihat lagaknya itu
kontan mereka tertawa dingin seraya menjawab:
"Kim tayhiap. orang yang membicarakan dirimu berada disisimu sekarang........"
Kim Thi sia segera mengenyitkan alis matanya yang tebal, baru sekarang dia merasakan
sesuatu yang tak beres. Dia merasa bukan lagi bermimpi maka sambil membuka matanya ia mulai
Celingukan memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu.
Dengan cepat terlihat olehnya serentak wajah-wajah asing yang belum dikenalnya selama ini.
Keempat lembar wajah yang hitam kemerah-merahan itu sedang menyeringai dan tertawa
seram, sorot matanya berkilat penuh amarah. Mimik muka yang menyeramkan ini kontan saja
mengejutkan hatinya. cepat-cepat dia melompat bangun sambil mengawasi lagi sekeliling arena, segera dilihatnya ada
sekelompok manusia yang tak dikenal telah mengepungnya ditengah arena.
Untung saja reaksinya cukup cepat, dari mimik wajah kawanan manusia itu, ia segera
mengetahunya kalau memang orang-orang itu datang dengan " maksud tak baik", dengan
perasaan terkesiap buru-buru ia membuat persiapan-
"Sobat, apa maksud kalian datang mencari aku orang she Kim?" dengan suara yang keras
tegurnya. "Kim tayhiap. apakah kau masih akan berlagak pilon?"jengek keempat ular dari tebing chin
dingin. "Apakah orang-orang yang mati mengenaskan itu bukan merupakan hasil karyamu?"
Sembari berkata mereka menuding kearah mayat-mayat yang terkapar ditanah, mati oleh
sipukulan sakti tanpa bayangan itu.
Sebelum Kim Thi sia sempat mengucapkan sesuatu, keempat ular dari tebing chin telah berkata
lagi: "Kim tayhiap. setelah membunuh orang kau masih bisa berbaring dan tiduran disini tanpa
menggubris apapun, memangnya kau anggap manusia yang terbunuh itu sama sekali tak
bernyawa?" "Telur busuk sialan" umpat Kim Thi sia dihati. "Orang lain yang membunuh sahabat kalian,
masa aku Kim Thi sia yang kena getahnya" Betul-betul sekawanan manusia bodoh." Ia tidak
langsung menanggapi perkataan terse but, sebaliknya malah bertanya: "Apakah sobat adalah
saudara-saudara mereka?"
"Betul" jawab empat ular serentak. "Kami memang sengaja datang kemari untuk mengganggu
Kim tayhiap sebentar"
Yang dimaksud " mengganggu" disini jelas adalah hendak melakukan "pembalasan dendam".
Sebagai pemuda yang tak bodoh tentu saja Kim Thi sia dapat menangkap arti dari perkataan
itu, dia segera tertawa terbahak-bahak.
"IHaaaah......haaaaah.......haaaaah.......rupanya kedatangan sobat untuk menuntut balas,
sayang kalian telah salah mencari orang....."
Dengan nada tak senang hati empat ular dari tebing chin berseru:
"Seorang lelaki sejati berani berbuat berani pula bertanggung jawab.Jawaban dari Kim tayhiap
sangat mengecewakan hati kami semua."
"Apa maksud perkataanmu itu?" Kim Thi sia segera menegur.
"Sudah lama kami mendengar akan nama besar Kim tayhiap. dalam anggapan kami Kim
tayhiap pasti seorang lelaki j antan yang berani berbuat berani pula bertanggung jawab. Siapa
tahu setelah bertemu muka sekarang, kami jumpai dirimu hanya seorang gentong nasi belaka.
Tahu begini, kamipun tak usah banyak bicara lagi." Kim Thi sia merasa kegelian setelah
mendengar perkataan itu, segera katanya:
"Sobat Jangan salah sangka, mereka semua tewas dibunuh oleh si Pukulan sakti tanpa
bayangan, ketua dari Tiang pek san" Empat ular dari tebing chin kembali mendengus:
"Hmmm, mayat belum diangkat, kenyataan masih terpampang didepan mata, tidakkah Kim
tayhiap menganggap sangkalanmu itu sungguh menggelikan hati?"
Melihat kawanan manusia itu menuduh dirinya terus menerus sedangkan dia sendiri tak mampu
memberikan penjelasan, lama kelamaan Kim Thi sia menjadi naik darah, dengan nada tak senang
hati ia berseru: "Aku sudah mengatakan yang sesungguhnya namun kalian tak mau percaya, hmmmm Tentu
saja kalian tak berani mempercayainya karena orang yang melakukan pembunuhan adalah tokoh
tersohor dari dunia persilatan- Kini kalian telah meninggalkan musuh besar yang sebenarnya
dengan mencari gara-gara kepadaku. Perbuatan kalian inilah yang benar-benar menggelikan hati"
"Ngaco belo" teriak empat ular dari tebing chin dengan wajah berubah dan nada penuh
amarah" Kim Thi sia tertawa dingin.
"Heeeeh......heeeeh......heeeeh......si pukulan sakti tanpa bayanganpun yang memang
mempunyai nama besar yang termashur, nama besarnya didengar dimanapun- sekarang kalian
tak berani pergi mencarinya, sebaliknya malah berkaok-kaok dihadapanku, memangnya kau
anggap aku adalah manusia tak berguna yang mudah dipermainkan?"
"Siapa membunuh orang, dia harus membayar dengan nyawa sendiri. Betapapun liciknya Kim
tayhiap untuk menyangkal peristiwa inijangan harap bisa mengelabuhi aku. Hmmm kenyataan
masih terpampang didepan mata, siapa yang melihat peristiwa ini pasti akan menganggap kau
sebagai pembunuhnya, tentu saja kecuali kalau orang itu adalah orang tolol.........."
sekali lagi Kim Thi sia tertawa dingin.
"Baiklah, kalau toh kalian bersikeras menuduh diriku sebagai pembunuhnya, rasanya biar aku
bicara apapun kalian tak akan percaya, sebelum kalian hendak bertindak lebih jauh, aku harap
kamu semua bersedia untuk berpikir lagi dengan kepala dingin. Sebetulnya kalian menyaksikan
dengan mata kepala sendiri atas kejadian ini ataukah ada orang lain yang memberitahukan soal ini
kepada kalian?" Sesungguhnya ia tak pernah bersikap mengalah seperti hari ini, tapi berhubung keselamatan
putri Kim huan masih menjadi tanda tanya, kedua iapun merasa terfintah, maka pemuda tersebut
berusaha untuk mengendalikan gejolak hawa amarahnya.
Untuk sesaat lamanya keempat ular dari tebing chin terbungkam dalam seribu bahasa, lama
kemudian mereka baru berkata lagi:
"Bagaimanapun juga, kematian dari saudara-saudara kami itu tak akan terlepas dari
dirimu.......siapa suruh kau berbaring ditempat ini?"
Dengan geram Kim Thi sia mengumpat dihati kecilnya:
"Hmmmm... kurang ajar betul, nampaknya manusia-manusia ini memang sengaja mencari
gara-gara dihadapanku"
Walaupun amarahnya telah berkobar, namun sikapnya tetap tenang sekali, pelan-pelan dia
berkata: "Jadi persoalan ini biar dijelaskanpun tak akan menjadi jelas?"
"Benar, sekalipun bukan perbuatanmu, namun berdasarkan kehadiranmu ditempat ini. Kau tak
mungkin bisa menjelaskan apa-apa lagi, kau hanya bisa mengatakan nasibmu lagi sial." Tak
terlukiskan rasa gusar Kim Thi sia sehabis mendengar ucapan ini, pikirnya lagi:
"Kalian betul-betul punya mata, tak berbiji, selama ini aku sudah cukup sadar dan memberi
muka kepada kalian, tak disangka kalian justru membuat gara-gara terus. HHmmm, nampaknya
kalian memang sudah bosan hidup lagi didunia ini." Berpikir sampai disitu, diapun berkata:
"Bila kalian bersikeras hendak mencari gara-gara denganku, akupun tak bisa berbuat lain
kecuali melayani kalian dengan sepasang telapak tanganku."
Tampaknya pemuda ini sadar bahwa pertarungan tak mungkin bisa dihindari lagi, maka ia
mengeluarkan "lentera hijau", membuka bungkusannya dan menempelkan lentera tersebut diatas
hidung putri Kim huan- Setelah itu dia baru berpaling kembali kearah keempat ular dari tebing chin sambil bentaknya:
"Agaknya pertarungan memang tak bisa dihindari lagi, sekarang coba sambut dulu sebuah
pukulan ini" Empat ular dari tebing chin sebagai manusia-manusia tinggi hati pada hakekatnya telah


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berhasrat untuk membunuh lawannya karena dengan berbuat demikian kemungkinan besar nama
besar mereka akan menanjak tinggi.
Karenanya, tidak sampai lawannya sempat melepaskan pukulan, serentak mereka bertindak
lebih dulu dengan melepaskan pukulan yang maha dahsyat.
Dengan bertindaknya keempat orang itu, kawanan jago persilatan lainnya berteriak pula sambil
mengayunkan senjata masing-masing dan ikut menyerbu kedepan-
Dengan sebuah pukulan yang kencang Kim Thi sia menghalau keempat ular tersebut, kemudian
katanya sambil tertawa terbahak-bahak:
"Haaaah......haaaah......haaaah......ternyata kemampuan kalian hanya begini-begini saja."
Sejak meninggalkan Lembah Nirmala, tenaga dalam yang dimilikinya hari demi hari mendapat
kemajuan yang semakin pesat. Kemampuannya saat ini boleh dibilang sudah mencapai tingkatan
yang luar biasa. Itulah sebabnya serangan dahsyat yang dilancarkan kali ini kontan menyapu hilang semua
kecongkakan dan kejumawaan empat ular dari tebing chin, baru sekarang mereka sadar bahwa
apa yang tersiar dalam dunia persilatan selama ini nyata bukan kosong belaka.
Sementara itu, lelaki berwajah kuning itu sangat berharap kematian dari keempat rekannya,
kendatipun ia mempunyai hubungan persahabatan dengan keempat ular dari tebing chin, namun
bila keempat orang rekannya tak mampus dalam pertarungan ini, berarti dia akan kehilangan
muka untuk selamanya atas sifat kepengecutannya tadi.
Pertarungan ditengah arena berlangsung makin seru, sebuah tendangan kilat dari Kim Thi sia
yang dikombinasikan dengan sebuah pukulan dahsyat langsung dilancarkan kearah lima orang
lelaki bermuka merah yang berdiri disisi kiri.
Kelima orang lelaki bermuka merah itu memiliki perawakan badan yang tinggi kekar, ketika
melihat datangnya serangan tersebut, serentak mereka sambut datangnya ancaman dengan keras
melawan keras. Dalam sekejap mata, kuda-kuda kelima orang itu menjadi tergempur, tergesa-gesa mereka
melompat mundur kesamping untuk menghindarkan diri dari ancaman maut.
Kim Thi sia sadar kini bahwa musuh yang dihadapi sekarang merupakan jagi pilihan dari dunia
persilatan, namun ia sama sekali tak gentar, serangan demi serangan yang dilancarkan olehnya
selalu memaksa musuhnya mundur dengan mandi keringat dingin.
Tak lama kemudian puluhan gebrakan telah lewat, Kim Thi sia yang harus bertarung melawan
puluhan jago lihay, bukannya bertambah lemah, sebaliknya makin bertarung ia nampak semakin
perkasa. Tiba-tiba bentaknya lantang:
"Hey, apakah kepandaian yang kalian miliki cuma bisa makan nasi saja" Ayoh keluarkan
simpanan yang lain-"
Paras muka empat ular dari tebing chin berubah hebat, sambil mendengus mereka
mengeluarkan ilmu toya menghancur bukitnya.
Bayangan toya yang berlapis-lapis meluncur keempat penjuru bagaikan amukan ombak besar
ditengah samudra, kelih ayannya sungguh mengagumkan-
Kim Thi sia tidak gentar, dia menyerobot maju kedepan sambil mencengkeram sebatang toya
yang mengancam tubuhnya, lalu membetot kebelakang kuat-kuat.
Jerit kesakitan segera bergema memecahkan keheningan, ternyata telapak tangan orang itu
pecah dan berdarah, sementara senjatanya sudah mencelat entah kemana.
Dalam keadaan begini, orang itu menjadi bergidik dan ketakutan setengah mati sambil
berteriak keras buru-buru ia melompat mundur dan melarikan diri terbirit-birit.
Kim Thi sia tertawa tergelak. dengan toya hasil rampasannya dia menghajar serangan toya
orang lain-.... "Traaaangg....."
Kembali terjadi bentrokan nyaring, orang itu menjerit tertahan, lengannya menjadi lunglai
kebawah dan ternyata tak mampu diangkat kembali.
Untuk sesaat kawanan jago itu saling berpandangan dengan perasaan ngeri, ketika semua
orang menjadi bimbang dan tak tahu apa yang mesti dilakukan, mendadak tampak seorang kakek
berjenggot pendek melompat kedepan dengan langkah lebar sambil membekuk nyaring.
"Berhenti semua!!"
JILID 40 Begitu suara bentakan bergema, serentak puluhan orang jago persilatan itu menarik kembali
senjata masing-masing sambil melompat mundur kebelakang, suasana dalam arenapun menjadi
hening, sepi dan tak kedengaran suarapun.
Menanti semua jago telah mundur teratur, kakek berjenggot pendek itu baru berkata lagi:
"Harap kalian mendengar perkataanku dulu......."
Belum selesai ucapan tersebut diutarakan, mendadak terdengar seseorang berseru sambil
tertawa merdu: "Ayoh bertarung lagi..... kenapa sih kalian menghentikan pertarungan ini?"
Begitu mendengar suara merdu tersebut, bagaikan disengat kalajengking beracun, dengan
cepat berpaling dan mengawasi sekeliling tempat itu dengan sorot matanya yang tajam, kemudian
dengan wajah kaku dan serius ia membentak: "Sungguh tak disangka Dewi Nirmalapun telah hadir
disini. Bagus, bagus sekali......."
Tiba-tiba nampak sesosok bayangan manusia meluncur datang dengan kecepatan bagaikan
sambaran petir, sedemikian cepatnya gerakan tubuh orang itu membuat bukan saja kawanan jago
itu menjadi terkejut, Kim Thi sia sendiripun amat terperanjat jadinya.
Ternyata orang itu adalah seorang perempuan berbaju ungu, begitu munculkan diri dan semua
orang dapat melihat wajahnya dengan jelas, kawanan jago persilatan itu segera berpikir dengan
perasaan kaget. "ooooh, benar-benar amat cantik......sungguh tak disangka perempuan secantik ini ternyata
memiliki kepandaian silat yang luar biasa hebatnya......."
Perempuan cantik itu memang tak lain adalah Dewi Nirmala, sambil tertawa terkekeh ia
berkata: "Wahai Kim Thi sia, aku sudah tahu kalau kau tak bakal mampus"
Kim Thi sia seperti sudah melihat panah beracun yang tersembunyi dibalik senyuman manisnya
itu, bukan saja ia tidak terpikat oleh kecantikan wajahnya, malahan dengan perasaan muak dan
sebal dia tertawa dingin.
"Heeeh..... h eeeeh...... h eeeeh.......perkataanmu memang benar. Takdir belum menentukan
Kim Thi sia harus mati, tentu saja aku tak akan mati konyol"
"Aku dengar, kau berhasil mengobrak abrikan sembilan pedang dari dunia persilatan semalam?"
kata Dewi Nirmala sambil tertawa.
"Terima kasih atas perhatianmu" dengus sang pemuda makin sebal.
"Kau memang seorang lelaki hebat, hanya didalam semalaman saja, sembilan pedang dari
dunia persilatan yang begitu termashur ternyata berhasil dikalahkan......."
Berbicara sampai disitu ia tertawa terkekeh-kekeh, kemudian baru lanjutnya lebih jauh:
"Bukan cuma begitu, konon sipedang besi, pedang tanah, dan pedang api tewas pula
ditanganmu......" "Hmm, kau tak usah gembira karena tragedi yang menimpa orang lain" dengus Kim Thi sia
sinis. "cepat atau lambat kau......"
Gelak tertawa Dewi Nirmala bertambah keras, berapa saat kemudian ia baru berkata:
"Bagaimanapun juga, aku patut berterima kasih kepadamu, sebab kau telah membantuku untuk
mengurangi banyak kerepotan."
"Masalah ini merupakan masalah budi dan dendam dari saudara seperguruanku tak usah kau
berterima kasih kepadaku. Kaupun tak usah mencampurinya......."
"Tidak!! kedatanganku hari ini adalah untuk menyampaikan rasa terima kasihku....."
Kim Thi sia mengetahui kekejaman serta kebuasan hatinya. Ketika mendengar perkataan
tersebut, tak kuasa lagi ia tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah......haaaah.......haaaaah.......kau hendak menggunakan ilmu Tay yu sinkang untuk
berterima kasih kepadaku?"
" Keliru,aku justru hendak menggunakan "darah" untuk membalas kesungguhan hatimu itu....."
"Apa kau bilang?" seru Kim Thi sia tertegun.
Sebagai seorang yang pintar, dari perkataan tersebut secara lamat-lamat ia bisa menarik
kesimpulan, kontan saja hatinya bergetar keras. Selapis awan hitam yang tidak menguntungkan
pun secara menyelimuti sekeliling tubuhnya.....
sementara itu kawanan jago persilatan lainnya telah meninggalkan tempat itu secara diamdiam,
mereka pergi sejauh-jauhnya dari tempat kejadian tersebut.
Biarpun nama "Dewi Nirmala" belum lama muncul didalam dunia persilatan, namun mereka
dapat menyadari dan memahami manusia macam apakah perempuan tersebut.
oleh sebab itulah dikala semua orang tahu bahwa perempuan yang berada dihadapannya
adalah "Dewi Nirmala", pikiran dan perasaan merekapun segera berubah.
Mereka sudah sering kali mendengar orang bercerita bahwa Dewi Nirmala adalah seorang
perempuan yang cantik rupawan namun berhati keji bagaikan ular berbisa.
Itulah sebabnya mereka segera mengambil keputusan untuk meninggalkan tempat tersebut
sejauh-jauhnya. Kemunculan Dewi Nirmala mendatangkan pula pelbagai kesulitan bagi Kim Thi sia, dengan
kehadirannya bukan saja semua rencananya selama ini mengalami kegagalan total lagi pula
memberikan ancaman yang lebih sering bagi keselamatan putri Kim huan.
Ia sengaja tidak menggubris keadaan putri Kim hUan, dengan berbuat begitu dia berharap
Dewi Nirmala tidak mengetahui akan kekuatirannya sehingga turun tangan mencelakai gadis
tersebut. Tiba-tiba Dewi Nirmala bertepuk tangan nyaring, disusul kemudian dari balik hutan tak jauh
dari situ muncul tiga orang kakek berambut putih yang kepalanya mengenakan gelang emas.
Ketiga orang itu munculkan diri dengan langkah lebar dan tegap. jelas ilmu silat yang mereka
miliki amat hebat. Kim Thi sia mengalihkan sorot matanya kearah orang yang berdiri dipaling kiri dari ketiga orang
tersebut, mendadak serunya kaget: "Aaaah......bukankah dia adalah Nirmala nomor tujuh?"
Nirmala nomor tujuh memang orang yang bersikap paling baik terhadapnya. andaikata tiada
bantuan dari orang tua ini, bisa jadi dia tak akan berhasil lolos dari Lembah Nirmala untuk
selamanya. Kini, Nirmala nomor tujuh yang tegap dan gagah sama sekali tak bergerak ditangan rekanrekannya,
jelas orang tua itu sudah mendapat celaka. Tampak Dewi Nirmala menarik kembali
senyumnya, lalu berkata dingin: "Yaa betul, dia memang Nirmala nomor tujuh."
"Kenapa dia" Kenapa ia berada ditangan-....."
Paras muka Dewi Nirmala berubah sangat cepat, terdengar ia tertawa dingin tiada hentinya
kemudian berkata: "Bila ditinjau dari kegelisahan yang mencekam wajahmu, rasanya apa yang kuduga memang
benar. Hmmm^ hmmm......ia berani berhianat dan bersekongkol dengan musuh, dosanya tak bisa
diampuni lagi" "Mengapa ia tak mampu berkutik" Sebetulnya apa yang telah kau lakukan kepadanya?" seru
Kim Thi sia semakin terkejut.
"Ia sudah mampus" jawab Dewi Nirmala singkat.
Kata-kata itu muncul dari bibirnya tanpa sesuatu reaksi, pada hakekatnya ia tak menganggap
peristiwa ini sebagai suatu kejadian yang berarti. Menyaksikan hal mana, tanpa terasa para jago
berpikir: "Apa yang diduga ternyata benar, kekejaman siluman perempuan ini melebihi ular berbisa."
Sementara itu Kim Thi sia telah berteriak keras:
"Apa" Sudah mati" Kau yang membunuhnya?"
" omong kosong, memangnya aku harus bertanya dulu kepada orang lain bila hendak
menghukum anak buahku sendiri?" jengek Dewi Nirmala sambil tertawa dingin. Kim Thi sia
semakin gusar, teriaknya:
"Siluman perempuan, kau jahat, kau kejam. Berani amat kau mencabut nyawanya....."
Sementara berteriak. titik air mata tanpa terasa jatuh berlinang membasahi wajahnya.
Dipandangnya mayat Nirmala nomor tujuh sekejap dengan pandangan tertegun, kemudian
sambil berusaha mengendalikan kobaran api dendamnya, dia bertanya: "Dosa dan kesalahan apa
yang telah diperbuatnya" coba kau terangkan kepadaku"
"Ia telah berhianat, telah bersekongkol dengan musuh" dengus Dewi Nirmala.
"Siapa yang kau maksudkan sebagai musuh?"
"Kau" "Apa?" bagaikan peluru yang dibidikkan Kim Thi sia melompat keatas, lalu teriaknya lagi. "Atas
dasar persoalan inikah kau telah membunuhnya secara keji?" Kembali Dewi Nirmala mendengus
dingin. "Hmmm, aku bukan orang tolol, terus terang sudah lama aku ini menaruh curiga kepadanya,
sejak ia gagal menemukan tubuhmu didalam kolam, kecurigaanku makin bertambah. Aku curiga
kau belum mampus dan atas bantuannya kau berhasil meloloskan diri. Hmmm kini terbukti kau
masih hidup, bukankah hal ini membuktikan bahwa dugaanku memang benar?"
"Jadi ia mati lantaran aku?"
"Boleh dibilang begitu" mencorong sinar tajam dari balik mata Dewi Nirmala yang jeli. " Nirmala
nomor tujuh telah menghianati diriku, bersahabat dengan musuh, dosanya tak bisa diampuni lagi.
Hmmm gara-gara ulahnya kau sikeparat yang meraih keuntungan-"
"Jadi ia mati lantaranaku. ...... dia mati lantaran aku.......oooh Nirmala nomor tujuh aku telah
mencelakai dirimu......" gumam Kim Thi sia amat sedih.
Mendadak api dendam dan benci membara didalam dadanya, dengan mata berapi-api pemuda
itu segera membentak keras:
"Dewi Nirmala , bila kau tak mampus hari ini, akulah yang akan tewas"
Seusai berkata, dengan menghimpun tenaga Tay goan sinkangnya sebesar sepuluh bagian, ia
lancarkan sebuah pukulan yang maha dahsyat ketubuh lawan-
Belum lama berselang, Dewi Nirmala sudah pernah bertarung melawan pemuda ini, dia cukup
mengetahui sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang dimilikinya, iapun mengerti kecuali ilmu
Tay goan sinkang, pemuda itu tidak memiliki ilmu silat lain yang patut dikuatirkan-
Atas dasar pandangan itulah, dengan suatu gerakan yang santai dia melontarkan pula sebuah
pukulan kedepan- Benturan keras yang kemudian terjadi seketika membuat perasaan kedua orang itu sama-sama
bergetar keras. Dengan sempoyongan Kim Thi sia mundur kebelakang hingga bahunya menumbuk diatas
batanga pohon, walaupun tubuhnya berhasil untuk berdiri tegak. namun menimbulkan rasa sakit
yang luar biasa. Tapi Dewi Nirmala lebih terkejut lagi, ia dapat merasakan bahwa kekuatan yang dimiliki Kim Thi
sia sekarang sudah jauh berbeda dari keadaan semula, kemajuan yang berhasil dicapainya sama
sekali diluar dugaan- Kejadian mana seketika menimbulkan perasaan ngeri yang baru pertama kali
ini timbul dalam hatinya.
Sementara itu Kim Thi sia sama sekali tidak ambil perduli dengan keadaan luka yang
dideritanya, kembali ia membentak keras:
"IHey Dewi Nirmala manusia keparat, jika bernyali ayoh sambut sekali lagi pukulanku ini" ^
sambil berkata dia menghimpun kembali tenaga dalam Tay goan sinkangnya, kemudian
melepaskan sebuah pukulan lagi.
Dewi Nirmala mendengus dingin, hawa napsu membunuh telah menyelimuti wajahnya, dia
sambut datangnya ancaman tersebut dengan keras melawan keras......
Kini, ia sudah bertekad akan melenyapkan "bocah keparat" tersebut secepatnya, sebab ia
sadar, kehadiran pemuda itu sudah menjadi sebuah ancaman yang mengerikan baginya, terutama
kemajuan ilmu silat yang berhasil dicapainya dalam waktu singkat, jelas hal ini merupakan suatu
momok baginya. Bentrokan demi bentrokan segera berlangsung susul menyusul, setiap kali bentrokan kekerasan
terjadi, diluarnya Kim Thi sia nampak tak tahan dan mundur dengan sempoyongan Padahal setiap
kali sehabis terjadi bentrokan tenaga dalam yang dimilikinya mendapat kemajuan yang lebih
hebat. Disaat bentrokan keenam selesai berlangsung, Dewi Nirmala mulai merasakan akan gejala
tersebut, mendadak ia berteriak keras: "Tunggu dulu"
"Mau apa kau?" tegur sang pemuda sambil menghentikan serangannya.
"Aku ingin bertanya kepadamu"
"Apa yang ingin kau tanyakan?" seru Kim Thi sia tak sadar. "Ayoh cepatlah sedikit, toaya tak
sabar untuk menunggu lebih lama lagi."
Untuk pertama kali ini Dewi Nirmala harus menahan sabar, sekalipun dia merasa tak terbiasa
dengan sikap tersebut, tidak urung dia harus berusaha untuk mengendalikan diri, katanya dengan
tenang: "Selain ilmu Tay goan sinkang, kepandaian apa lagi yang diwariskan Malaikat pedang berbaju
perlente kepadamu?" "Buat apa kau menanyakan tentang persoalan ini?" tanya Kim Thi sia keheranan-
"Tak usah bertanya, jawab dulu pertanyaanku itu"
"Aku tak mau menjawab"
Berubah hebat paras muka Dewi Nirmala teriaknya dengan marah:
"Bila kau tak bersedia menjawab, akan kuperintahkan orang untuk mencincang mayat Nirmala
nomor tujuh hingga hancur berkeping-keping........."
Kim Thi sia sama sekali tidak menyangka kalau perempuan tersebut akan berbuat serendah ini,
untuk sesaat dia menjadi terbelalak dengan mata melotot, untuk berapa waktu lamanya tak
sepatah katapun yang mampu diucapkan-
Melihat pemuda itu " masuk perangkap". Dewi Nirmala segera mengetahui bahwa lawannya
adalah seorang setia kawan yang tak tega melihat sobatnya mengalami keadaan tragis. Maka
sambil tertawa puas ia berkata:
"Bersedia untuk menjawab atau tidak silahkan kau pertimbangkan sendiri......."
Karena terdesak oleh keadaan, terpaksa Kim Thi sia berkata:
" Ilmu pukulan Panca Buddha"
Dewi Nirmala segera manggut-manggut.
"Yaa benar, ilmu pedang dan ilmu pukulan ini merupakan kepandaian silat yang luar biasa, batu
emaspun tak akan mampu membendungnya." Kemudian setelah berhenti sejenak. ia bertanya
lagi: "Kecuali ilmu pukulan panca Buddha, masih ada yang lain?"
"Aku rasa, hanya satu itupun sudah lebih dari cukup," cepat-cepat Dewi Nirmala menggeleng.
"Yang kumaksudkan adalah semuanya, ayoh cepat sebutkan semua ilmu yang telah diwariskan
Malaikat pedang berbaju perlente kepadamu."
"Kau kelewat memojokkan orang, aku tak sudi menjawab" seru Kim Thi sia mulai marah. Dewi
Nirmala tertawa dingin. "Heeeeh......heeeeh......heeeeh.......aku mampu untuk memaksamu agar memberi jawaban"
Ia segera mengulapkan tangannya, seorang kakek berjenggot panjang yang berdiri disisinya
segera tampilkan diri dengan langkah lebar, tanyanya dengan hormat: "Sincu ada perintah apa?"
"Turunkan nirmala nomor tujuh"
Orang yang disebelah kiri menurut dan turunkan jenasah tersebut, lalu berdiri tegap dengan
sikap yang menghormat. "Siap menunggu perintah selanjutnya dariSincu" katanya kaku.


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Loloskan pedang" hardik Dewi Nirmala.
orang yang berada disebelah kanan segera meloloskan sebilah pedang, tampak tubuh pedang
tersebut bergetar keras hingga mendengung nyaring, jelas senjata itu merupakan sebilah senjata
mestika. Dengan kaku orang itu mengangkat pedangnya, lalu berkata singkat: "Siap melaksanakan
perintah Sincu" Dewi Nirmala tertawa terkekeh-kekeh, setelah memandang sekejap kearah Kim Thi sia pelanpelan
ia berkata: "Inilah peraturan pertama dari lembah kami, cincangan pedang menembus hati"
"Aku mengerti."
Sembari berkata matanya dipejamkan, sikapnya seakan-akan tak acuh, namun butiran air mata
sempat bercucuran keluar membasahi pipinya. Terdengar pemuda itu berkata:
"Apa yang hendak kau perbuat, lakukanlah sesuka hatimu."
"Kau benar-benar tak bersedia untuk menjawab?" Kim Thi sia mengangguk.
"Aku tak berhak untuk membocorkan rahasia perguruanku"
Mendengar perkataan mana, tiba-tiba saja Dewi Nirmala tertawa dingin, serunya lantang:
"Turun tangan" Suara tertawa dinginnya yang bergema nyaring, ibarat tusukan jarum yang menembusi hati
siapapun yang mendengarnya, bukan saja seluruh badan terasa tak sedap perasaan hatinya pun
ikut bergetar keras. Ditengah gelak tertawa yang mengerikan hati itu, dua orang kakek berjenggot panjang yang
nampaknya sudah kehilangan sukma itu, tanpa perasaan mengangkat senjata masing-masing dan
siap melaksanakan hukuman "cincangan pedang penembus hati."
Ketika ujung pedang sudah tinggal tiga inci diatas jantung Nirmala nomor tujuh, tiba-tiba Kim
Thi sia merasa hatinya amat sakit, segera teriaknya keras-keras: "Berhenti.....berhenti......."
Pada saat yang hampir bersamaan, Dewi Nirmala berteriak keras: "Berhenti"
Dengan gerakan yang kaku, kakek berjenggot panjang itu menarik kembali gerakan pedangnya
dan diangkat tinggi-tinggi keatas. Wajahnya termangu- mangu, sorot matanya kaku, seakan-akan
ia sedang menunggu perintah berikutnya. Dengan suara keras Kim Thi sia berteriak lagi:
"Bila kau berani merusak tubuh Nirmala nomor tujuh, dikemudian hari pasti akan mati secara
mengenaskan-..." Dewi Nirmala tertawa dingin.
"Heeeh.....heeeeh......heeeeh...... .jangan kau anggap setelah mengatakannya keluar berarti
kau telah membocorkan rahasia perguruan, ketahuilah Malaikat pedang berbaju perlente adalah
abang seperguruanku, sedang kau masih terhitung keponakan muridku. Mengungkap keadaan
yang sebenarnya dihadapanku, boleh dibilang merupakan suatu kejadian yang lumrah?"
"Aku tidak mengakui dirimu sebagai paman guruku, kau tak usah banyak lagak lagi" seru Kim
Thi sia marah. Bukan marahi Dewi Nirmala malahan tertawa tergelak.
"Haaaah......haaaaah.......haaaaaah......kau memang tak malu disebut seorang enghiong hohan
yang berhati lurus dan jujur. Malaikat pedang berbaju perlente memang benar-benar bernasib
baik." Setelah berhenti sejenak dan menarik kembali senyumnya, dengan suara dalamnya ia berseru
lebih jauh: "Soalnya ini tak usah diperbincangkan lagi, yang penting jawab dulu kepandaian silat apa saja
yang pernah kau pelajari darinya."
"Ilmu Tay goan sinkang"
"Kau ingin mengulur waktu?" Dewi Nirmala menegur dengan nada tak senang hati. "Aku sudah
lama mengetahui kepandaian tersebut."
Kim Thi sia melirik sekejap kearah Nirmala nomor tujuh, lalu sambil mencoba menahan diri
katanya: "Ilmu sim hoat ciat khi mi khi"
Apa yang dibicarakan selama ini antara perempuan itu dengan sang pemuda, boleh dibilang
hanya diketahui mereka berdua, oleh karena itu dikala Kim Thi sia mengungkapkan ilmu sakti yang
pernah dipelajarinya dari Malaikat pedang berbaju perlente, kawanan jago lainnya hanya berdiri
melongo tanpa memahami maksudnya.
Apakah ilmu Tay goan sinkang itu" Apa pula ilmu pukulan panca Buddha serta sim hoat ciat khi
mi khi"jangan lagi memahami, mendengarpun baru pertama kali ini.
Untuk berapa saat lamanya semua orang cuma bisa saling berpandangan tanpa bicara,
sementara dihati kecilnya tambah semacam pemikiran yang sangat aneh.
Tentu saja pemikiran yang aneh itu bukan disebabkan nama-nama ilmu silat yang dilaporkan
Kim Thi sia itu, melainkan pengakuan Dewi Nirmala sebagai paman guru Kim Thi sia.
Selama ini, orang persilatan hanya tahu kalau Kim Thi sia adalah murid terakhir dari Malaikat
pedang berbaju perlente, siapapun tak pernah mendengar kalau pemuda tersebut mempunyai
hubungan yang erat dengan Dewi Nirmala, bahkan perempuan iblis itu masih terhitung paman
gurunya. Maka, dikala rahasia tersebut tersiar kedalam pendengaran para jago, semua orang merasa
tertegun dan diluar dugaan, siapapun tidak menduga kalau perempuan iblis Dewi Nirmala yang
begitu termashur namanya dalam dunia persilatan sebetulnya adalah adik seperguruan dari
Malaikat pedang berbaju perlente.
"Tak aneh kalau ilmu silat yang dimilikinya begitu hebat dan luar biasa, rupanya dia mempunyai
asal usul yang hebat" pikir para jago dengan perasaan ngeri. Sementara itu Dewi Nirmala telah
berkata lagi: "Belum pernah kudengar ilmu silat tersebut, rupanya sisetan tua berbaju perlente sengaja
merahasiakan ilmunya ini......"
Sebagai adik seperguruannya, dia memang cukup ber "hak" untuk mengatakan demikian
terhadap Malaikat pedang berbaju perlente. Mendengar ucapan mana, Kim Thi sia segera berteriak
gusar: "Hey, kalau bicara jangan mencoba menghina atau memperolok-olok guruku."
"Heeeeh......heeeeeh......kau memang seorang muridnya yang baik" jengek Dewi Nirmala
sambil tertawa dingin. Dengan sorot matanya yang tajam ia memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kawanan
jago persilatan yang bersembunyi disekeliling tempat tersebut menjadi sangat terkejut, tanpa
terasa pikirnya: "Jangan-jangan dia telah mengalihkan sasarannya kepada kami?" Ternyata Dewi Nirmala tidak
berniat untuk berbuat begitu, terdengar ia berkata lagi: " Keponakan muridku, apa sih yang
dinamakan ilmu ciat khi mi khi?"
"Meminjam kekuatan musuh untuk menyerang musuh."
"Ehmmm, jawabanmu amat berterus terang, aku sangat gembira" senyuman manis kembali
tersungging diujung bibir Dewi Nirmala. "Tapi aka sih kegunaan serta manfaatnya?"
"Soal ini. ......aku sendiripun kurang begitu jelas, aku hanya dapat merasakan, tak dapat
mengemukakan alasannya."
"Kau benar-benar aneh....." tegur Dewi Nirmala dengan perasaan mendongkol. "Baru saja
kupuji akan keterus teranganmu. sekarang kau sudah berubah pendirian-"
Sewaktu marah, kecantikan wajahnya makin menawan hati, terutama sepasang lesung pipinya
yang tampak jelas, menambah daya tarik dan pesona siapapun yang memandangnya.
Namun Kim Thi sia cukup memahami tabiatnya itu, dia tahu perempuan tersebut adalah
seorang siluman wanita yang berhati kejam karenanya hatinya sama sekali tidak tertarik. "Aku
telah berbicara secara terus terang" katanya.
"Apakah ilmu ciat khi mi khi dapat menambah tenaga dalam seseorang?" tanya Dewi Nirmala
kemudian- Tiba-tiba saja ia teringat dengan "sikap aneh" Kim Thi sia, dimana tenaga dalamnya dapat
tumbuh dengan aneh, mungkinkah hal ini dikarenakan ilmu ciat khi mi khi"
"Yaa, kepandaian tersebut mampu menghisap tenaga murni musuh untuk memperkuat tenaga
sendiri......" sahut Kim Thi sia menerangkan.
Iapun tak ingin banyak berbicara, demi keuntungan jenasah Nirmala nomor tujuh, banyak
sudah pengorbanan yang dilakukan olehnya. Ketika mendengar perkataan tersebut, tergelak hati
Dewi Nirmala, pikirnya: "Ternyata dugaanku tidak meleset, "sikap aneh" bocah keparat ini disebabkan ilmu ciat khi mi
khi nya, kalau begitu ilmu simhoat tersebut bukan kepandaian sembarangan-......"
Segera timbullah tekadnya untuk merebut kepandaian tersebut, namun diluaran ia sama sekali
tidak menunjukkan perubahan apapun- Katanya sambil tertawa terkekeh:
"Tak aneh kalau aku tidak takut menghadapi pertarungan apapun, rupanya kau memiliki
kepandaian untuk melindungi badan-"
"Sudah selesai pertanyaanmu?" tegur Kim Thi sia sambil memandang sekejap kearahnya
dengan pa ndangan dingin. "Apakah sudah tak ada yang lain?"
"Apa yang kau pelajari selama ini hanya terbatas sampai disini, tapi semua kepandaian tersebut
cukup kugunakan seumur hidupku."
"Betul" Dewi Nirmala sependapat dengan pikirannya. "Semua kepandaian yang kau pelajari
memang termasuk ilmu pilihan dari dunia persilatan, kepandaian tersebut memang cukup untuk
seumur hidupmu." Kim Thi sia mendengus dingin.
"Hmmm, sekarang kau harap mengubur jenasah Nirmala nomor tujuh dengan sebaik-baiknya.
Kau harus memberi jaminan tak akan mengusik seujung rambutnya lagi."
"ooooh, tentu saja......tentu saja" Dewi Nirmala tertawa. "Tapi setelah kau selesai
mengucapkan permintaanmu, akupun hendak mengajukan permintaan pula agar adil" Diam-diam
Kim Thi sia terkesiap. namun tanyanya juga dengan suara dingin dan berat: "Apa yang kau
inginkan?" Dewi Nirmala tersenyum. "Tidak banyak. cuma Tay goan sinkang serta sim hoat ciat khi mi khi tersebut."
Tidak sampai ia selesai berkata, Kim Thi sia sudah mendonggakkan kepalanya dan tertawa
terbahak-bahak. "Haaah.....haaaah......haaaah.......ternyata kalian memang satu komplotan.....haaah.....haaaah"
Gelak tertawa kalapnya itu mengandung suara yang amat tak sedap didengar, terselip juga
perasaan gusar yang amat tebal.
Dewi Nirmala nampak agak tertegun sejenak. lalu tanoa terasa tegurnya keras-keras:
"Apa yang kau tertawakan" Apa sih yang perlu ditertawakan?"
Kim Thi sia tertawa kalap tiada hentinya dengan suara lantang dia menyahut:
"Rupanya kalian memang berasal dari satu golongan- Haaah.....haaaah........lebih baik tak usah
kubicarakan lagi, sebab kalau dibicarakan membuat aku teringat pula dengan dua orang yang lain-
Haaah.......haaaah......merekapun mempunyai maksud yang sama denganmu, sungguh kebetulan
sekali." "Siapakah kedua orang itu?" tanya Dewi Nirmala agak tertegun.
"Yang seorang adalah sipedang emas sedangkan yang lain adalah sipukulan sakti tanpa
bayangan, sobat lama mu" Dewi Nirmala semakin tertegun.
"Apa" Sipukulan sakti tanpa bayangan pun telah turun gunung?"
"Benar" Kim Thi sia berhenti tertawa dan melanjutkan dengan lantang. "Si tua bangka itu selalu
memaksaku untuk menyerahkan Tay goan sinkang. Akhirnya dia kebentur batunya, tak disangka
kaupun demikian juga, hmmm Agaknya kalian memang sealiran dan sependirian."
Dewi Nirmala tidak menggubris soal itu, cepat dia berseru: "Kalau begitu, kaupun telah bertemu
dengan putriku Hay jin?"
Menyinggung soal Hay jin, paras muka sianak muda tersebut segera berubah hebat sambil
tertawa dingin serunya: "Tentu saja, dia mendapat perintah darimu untuk pergi bersama pemuda tersebut."
Tampaknya Dewi Nirmala rikuh sekali, buru-buru tanyanya lagi:
"Kau melihat kemanakah mereka telah pergi" Sudah lamakah kepergian mereka?"
"Tak usah terburu-buru, gampang sekali bila kau ingin mencari jejak mereka" ucap Kim Thi sia
dengan suara dalam. "Tengah malam nanti, sipukulan sakti tanpa bayangan telah berjanji
denganku untuk meneruskan pertarungan yang belum selesai semalam ditempat ini"
"Sungguh?" Dewi Nirmala sedikit agak tak percaya. "Pertarunganmu dengan sipukulan sakti
tanpa bayangan belum selesai dilaksanakan" Jadi ilmu pukulan saktinya juga tak mampu berbuat
banyak terhadap dirimu?" Kim Thi sia mendengus dingin.
"Hmmm, tua bangka itu cuma pandai mengibul, padahal kepandaian aslinya belum tentu
sangat hebat" Dari mimik wajah serta sikapnya, Dewi Nirmala dapat merasakan sikap "tidak menghormat"
pemuda tersebut terhadap sipukulan sakti tanpa bayangan, jelas ilmu silat yang dimiliki sipukulan
sakti tanpa bayangan tak mampu mengejutkan hatinya, itulah sebabnya menyinggung soal kakek
Pendekar Pengejar Nyawa 9 Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Pendekar Riang 8
^