Pencarian

Tembang Tantangan 22

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja Bagian 22


"Tentu Ki Sangga Geni" sahut Ki Margawasana "lingkungan seperti ini dapat dibuat dimana saja. Lingkungan Ki Sangga Geni kelak akan dapat mencerminkan nafas kehidupan jiwani Ki Sangga Geni serta para muridnya.
"Doakan saja Ki Margawasana. Semoga aku tidak akan
terjerumus kembali ke dalam duniaku"
"Ki Sangga Geni akan dapat menjaga diri. Maksudku, bukan sekedar unsur kewadagan, tetapi juga unsur kajiwan.
Seandainya orang-orang yang masih berpegang pada ilmu-Sangga Geni jangan kehilangan lagi kepribadian Ki Sangga Geni yang sudah kau ketemukan itu"
"Aku mengerti maksudmu, Ki Margawasana. Orang-orang
yang setahun yang lalu datang bersamaku ke padepokanmu, yang masih mendapat kesempatan hidup, tidak akan pernah melupakannya. Memang mungkin sekali mereka datang
kepadaku, termasuk Alap-alap Perak. Tetapi doakan saja, agar aku tetap tegar memegang sikapku seperti yang sekarang ini"
"Aku percaya kepadamu, Ki Sangga Geni"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, maka akhirnya Ki Sangga Genipun telah
meninggalkan bukit kecil yang tenang dan tentram itu bersama kedua muridnya. Di sepanjang jalan Ki Sangga Genipun selalu membicarakan tentang sikapnya bersama kedua orang muridnya.
"Apakah kau kecewa terhadap sikapmu itu" Sikap guru
sebuah perguruan yang tidak runtut, karena tiba-tiba saja telah menggagalkan sebuah janji yang pernah diucapkan?"
"Tidak, guru. Kami justru mensukuri sikap seorang guru yang tidak meninggalkan kenyataan yang dihadapinya"
"Mungkin kau tahu, apa yang telah terjadi di Ngadireja.
Kematian Kiai Pentog, perang tanding yang hampir saja membunuhku melawan Kiai Surya Wisesa. Kemudian perang tanding antara Ki Margawasana melawan Kiai Surya Wasesa.
Tetapi bagaimana dengan mereka yang tidak melihat
kenyataan yang dapat merubah sikap dan pandangan hidup mereka"
"Guru dan kami berdua akan dapat memberikan kesaksian kita guru"
"Tetapi akan sangat berbeda dengan mereka yang melihat kenyataan itu sendiri sebagaimana kalian berdua.
"Memang guru. Tetapi lambat laun, meraka akan dapat
mengerti. Semantara itu, mereka yang tidak mau mengerti, maka mereka akan dapat meninggalkan padepokan kita di kaki Gunung Sumbing itu"
Ki Sangga Geni mengangguk-angguk. Namun untuk
beberapa lama mereka sempat merenungi beberapa kemungkinan yang akan terjadi di padepokan mereka.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, sepeninggal Ki Sangga Geni Ki
Margawasana mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk membuka pintu nalar budi kedua muridnya untuk merambah ke laku terakhir pada tataran tertinggi ilmu yang dikuasinya. Di sanggar tertutup, bahkan di sanggar terbuka, Ki Margawasana telah memberikan beberapa petunjuk agar kedua muridnya itu menjadi lebih cepat menguasai ilmu pada tataran tertinggi itu.
"Jika kalian kembali ke padepokan, bawa kitab itu. Tetapi kalian
berdua harus menjadi sangat berhati-hati menyimpannya. Orang yang menguasai ilmu dari kitab itu pada tataran tertinggi, akan memiliki ilmu yang jarang ada duanya, meskipun aku tetap berpendapat bahwa yang
betapapun tingginya masih saja ada yang lebih tinggi atau masih tetap saja mempunyai kelemahan-kelemahannya yang akan memungkinkan orang itu dapat dikalahkan. Bahkan oleh mereka yang dianggap lemah sekalipun"
"Kami mengerti guru"
"Jika ilmu yang tercakup didalam kitab itu pada tataran tertinggi
dapat dikuasai oleh seorang yang tidak bertanggungjawab, maka ilmu itu justru akan dapat
mendatangkan bencana"
"Ya, guru" "Karena itu, sekali lagi aku pesan, kalian harus berhati-hati sekali. Kelak, jika kalian ingin mewariskan ilmu itu, kalian harus memilih dengan sangat teliti. Kalian tidak perlu tergesa-gesa, karena ilmu kalian pada dasarnya sudah dapat
diandalkan. Ilmu puncak pada tataran tertinggi itu hanya diperlukan pada saat yang paling gawat"
Demikianlah, maka beberapa hari kemudian, Ki Udayana dan Wikanpun telah minta diri. Ki Margawasana tidak
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menahan mereka lebih lama lagi, karena padepokan mereka tentu sangat memerlukan keberadaan Ki Udayana dan Wikan.
Karena itulah, maka di hari berikutnya, pagi-pagi sekali, Ki Udayana dan Wikanpun telah mempersiapkan diri untuk
meninggalkan bukit kecil itu, kembali ke padepokan.
Seperti yang dikatakan oleh Ki Margawasana, maka kitab yang sangat berharga, yang memuat ilmu pada tataran
terakhir dari perguruan yang dipimpin oleh Ki Udayana itu telah diserahkan kepada Ki Udayana.
"Jaga kitab ini baik-baik. Bukan sekedar ujud kewadagan kitab ini. Tetapi juga isi serta makna yang terkandung didalamnya. Kitab ini bukan sekedar ujud yang aku serahkan kepadamu. Buka pula sekedar ilmu yang sangat tinggi yang dapat kalian capai dengan laku yang berat. Tatapi juga arti dari penguasaan ilmu itu bagi sesama"
"Ya, guru. Kami mengerti"
"Meskipun kau kuasai ilmu itu dengan sangat baik, tetapi ilmu tidak akan banyak berarti jika tidak kau amalkan terhitung muda, yang mungkin darahnya masih lebih panas daripada pamanmu Udayana. Namun kemu-daanmu akan
memberikan kesempatan kepadamu lebih luas daripada
pamanmu untuk mengamalkan ilmu itu. Selebihnya, penguasaan ilmu itu tidak akan dapat terpisah dari kedekatan kalian Sang Maha Pencipta"
Keduanyapun mendengarkannya dengan sungguh-sungguh
serta berjanji di dalam hati untuk sejauh mungkin dapat melakukan pesan-pesan gurunya itu.
Ketika kemudian langit menjadi semakin cerah, maka
keduanyapun telah siap untuk berangkat.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah minum minuman hangat serta makan ketela pohon rebus yang masih mengepul, maka keduanyapun telah
meninggalkan bukit kecil itu.
Sejenak kemudian, ketika mereka telah berada di bulak yang panjang dan masih sepi, maka merekapun telah
melarikan kuda mereka lebih kencang. Tetapi demikian mereka memasuki jalan yang lebih ramai, maka merekapun sedikit memperlambat lari kuda mereka. Bahkan Ki
Demikianlah, maka akhirnya Ki Sangga Genipun telah
meninggalkan bukit kecil yang tenang dan tenteram itu bersama kedua muridnya. Di sepanjang jalan Ki Sangga Genipun selalu membicarakan tentang sikapnya bersama kedua orang muridnya.
Udyana dan Wikan sempat memperhatikan hamparan
sawah yang luas sekali. Sementara padinya yang mulai menguning bergoyang disentuh angin pagi yang lembut, sehingga nampak seperti gelombang kecil yang mengalir dari tepi sampai ke tepi.
"Di musim panen, padi akan melimpah di daerah ini" guman Ki Udyana.
"Ya" Wikan mengangguk-angguk "Jika saja para petani
tidak dipengaruhi oleh orang-orang yang sangat mementingkan diri sendiri, maka para petani itu tidak akan kekurangan di masa peceklik sekalipun"
Tetapi kadang-kadang para petani itu sering terjebak kedalam bujukan-bujukan yang sangat merugikan mereka.
Para tengkulak hasil bumi kadang-kadang dengan licik telah menaburkan uang pinjaman sebelum padi itu dipetik.
Pinjaman dengan bunga yang tinggi atau para petani harus mengembalikan dengan hasil sawah. Bahkan kadang-kadang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pinjaman itu berujud barang-barang yang tidak banyak berarti bagi mereka kecuali sekedar sebagai satu kebanggaan. Tetapi mereka tidak mengingat bahwa barang-barang yang dapat memberikan kebanggaan itu pada akhirnya akan menjerat mereka jika musim paceklik tiba.
Para petani itu harus menjual kembali barang-barang itu dengan harga yang jauh lebih murah daripada saat mereka membelinya, Justru kepada orang-orang yang telah membujuk mereka membeli barang-barang itu.
Beberapa lama Ki Udyana dan Wikan berkuda menyusuri
jalan bulak yang luas itu. Angin yang segar berhembus mengusap kulit mereka. Sementara langitpun menjadi semakin terang.
Ketika cahaya matahari pagi mulai mengusap kulit mereka, maka terasa darah merekapun menjadi hangat. Keringat mulai mengembun di tubuh mereka.
Kuda merekapun berlari terus. Jalan yang mereka laluipun, menjadi semakin ramai, Perempuan-perempuan yang pergi ke pasar berjalan cepat-cepat beriringan. Ada diantara mereka yang membawa hasil bumi mereka untuk dijual dan kemudian uangnya mereka belikan kebutuhan mereka sehari-hari seperti garam atau bahkan untuk membeli sepotong kain lurik atau selendang.
Beberapa saat kemudian, Ki Udyana dan Wikan harus
mengekang kudanya agar berjalan lebih berhati-hati ketika mereka melewati jalan yang melintas di depan sebuah pasar yang ramai.
"Nampaknya hari pasaran sekarang di pasar ini, paman"
berkata Wikan. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Udyana mengangguk-angguk. Katanya "Ya. Agaknya hari ini memang hari pasaran. Banyak penjual hasil bumi yang tidak mendapat tempat didalam pasar sehingga mereka
berjualan di pinggir jalan didepan pasar"
"Kita melihat-lihat sebentar paman"
"Apa yang akan kau lihat?"
"Aku kadang-kadang tertarik melihat-lihat keadaan didalam pasar. Hanya melihat-lihat. Aku mendengar suara pande besi, Tentu ada pande besi di dalam pasar ini"
Ki Udyana tersenyum. Kemanakannya ini memang banyak
ingin tahu. Bahkan sejak kecil.
"Baiklah. Tetapi tidak terlalu lama" Keduanyapun kemudian menitipkan kuda-kuda mereka di penitipan kuda yang terdapat di samping pasar itu, sementara Ki Udyana dan Wikanpun kemudian masuk ke dalamnya. Wikan yang berjalan di depan langsung menuju ke tempat pande besi yang membuka
tempat kerjanya di sudut pasar itu.
Di pasar itu terdapat tiga tempat bengkel pande besi yang sedang sibuk melayani beberapa orang pemesannya. Mereka membuat alat-alat pertanian, seperti cangkul, parang, dan bahkan kejen bajak dan lain-lain.
"Semuanya sedang sibuk" berkata Wikan.
"Ya. Mereka sedang sibuk. Apa kau mempunyai keperluan dengan mereka?"
"Tidak, paman. Aku hanya ingin melihat-lihat saja. Aku ingin membuat perbandingan dengan kerja para cantrik di
padepokan kita" Orang-orang itu mempunyai pengalaman yang luas, Wikan.
Yang pernah mereka kerjakanpun lebih banyak macamnya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Para cantrik di padepokan hanya melayani kebutuhan
padepokan kita sendiri,s ementara pande besi itu melayani berbagai macam kebutuhan"
"Mereka juga membuat senjata, paman. Lihat seorang
pande besi muda itu agaknya sedang membuat pedang.
Ternyata orang itu terhitung cermat paman. Ia tidak bekerja sebagaimana pande besi kebanyakan"
"Ya, Agaknya pedang yang dihasilkan termasuk pedang
yang baik" Wikanpun kemudian bergeser agak mendekat. Iapun
kemudian berjongkok disamping beberapa orang lain yang juga sedang memperhatikan pande besi muda itu membuat pedang.
"Tidak sekedar dibuat seperti membuat parang pembelah kayu bakar" berkata Ki Udyana.
"Ya. Pedang itu tentu pedang pesanan"
Wikan menganguk-angguk ketika ia melihat besi yang
sudah ditempat memanjang itu seakan-akan telah di lipat kembali. Kemudian di tempat kembali, sehingga besi bajanya menjadi semakin padat.
"Wikan" berkata Ki Udyana "pande besi di sebelah juga ada yang membuat pedang seperti pedang yang dibuat oleh pande besi yang muda itu. Bahkan disebelahnya terdapat pedang contoh yang harus ditiru ujudnya, sehingga pedang yang dihasilkan nanti ujudnya akan sama"
Wikanpun kemudian bergeser ke pande besi di sebelah.
Diantara mereka ada juga yang sedang membuat pedang.
Seperti pedang yang dibuat oleh pande besi muda itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pedang itu terhitung pedang yang besar dan panjang, paman. Apalagi tempaannya keras sekali, sehingga pedang itu tentu akan menjadi pedang yang berat"
"Ya. Pedang yang berat" Ki Udyana mengangguk-angguk.
Adalah diluar sadarnya, ketika Wikan kemudian bergeser mendekati pande besi yang sedang membuat pedang itu.
Seakan-akan tanpa disengaja mulutnya bertanya "Apakah pedang ini pedang pesanan, Ki Sanak"
Pande besi itu berpaling. Sambil mengangguk iapun
menjawab "Ya, pedang ini adalah pesanan.
"Pedang yang disebelah itu contohnya?"
"Ya" Wikan mengangguk-angguk. Bahkan kemudian iapun
berkata "Apa aku boleh melihatnya?"
"Silahklan, Ki Sanak. Asal tidak kau bawa pergi"
Wikan tertawa. Katanya "Mungkin aku akan membeli
pedang seperti ini jika sudah ada yang siap"
Wikanpun kemudian menimang contoh pedang yang
terhitung besar dan panjang itu.
"Sayang Ki Sanak" jawab pande besi itu "belum ada yang siap. Kami mendapat pesanan tiga belas pedang sejenis ini.
Kami baru mulai sejak tiga hari yang lalu. Kami bersama beberapa orang kawan kami, mencoba membuat pedang yang baik, yang kuat dan kokoh seperti contohnya ini"
Namuan tiba-tiba saja seorang yang bertubuh tinggi dan besar telah menarik baju Wikan sambil menggeram "Apa yang kau lakukah atas pedangku itu?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O" Wikan terkejut. Iapun segera berpaling "maaf Ki Sanak.
Aku hanya melihat-lihat saja. Pedang ini adalah pedang yang sangat baik. Ki Sanak pande besi ini mengatakan, bahwa ia juga akan berusaha membuat pedang yang baik seperti
pedang ini" "Letakkan pedang itu. Kau tidak berhak mengurusi pesanan kami. Berapapun kami memesan dan untuk keperluan apapun"
"Baik, baik. Aku mengerti Ki Sanak. Sebenarnyalah bahwa aku hanya tertarik kepada ujud pedangmu itu. Terus terang, aku ingin memiliki pedang seperti itu"
"Tidak. Hanya kami bersaudaralah yang boleh memiliki pedang seperti itu. Meskipun kami tahu, bahwa buatan pande besi di pasar ini, betapapun baiknya, tidak akan dapat menyamai pedangku itu. Tetapi setidak-tidaknya ujudnya akan mirip. Bahkan jika mereka membuat dengan sungguh-sungguh, akan menghasilkan pedang yang cukup baik pula"
"Baiklah" berkata Wikan sambil meletakkan pedang itu "Aku tidak akan membuat pedang Serupa itu baik pula"
"Tetapi bahwa kau memperhatikan pedangku dan bahkan
ingin memilikinya itupun telah sangat menarik perhatianku.
Apakah kau ingin menyombongkan dirimu, bahwa kau adalah seorang yang memiliki ilmu pedang yang sangat tinggi?"
"Tidak. Tidak Ki Sanak. Sudah aku katakan, aku tertarik dan ingin memiliki pedang seperti itu. Tetapi aku bukan seorang yang memiliki ilmu pedang. Jangankan ilmu yang tinggi, sedangkan ilmu yang rendahpun aku tidak mempunyainya"
"Jadi untuk apa kau menginginkan pedang seperti itu"
"Aku hanya tertarik saja. Ujudnya, ukurannya dan hulunya yang tidak seperti kebanyakan pedang yang kita lihat"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba saja orang itu telah menarik lengan Wikan dan membawanya ke pintu gerbang pasar, menyusup diantara orang-orang yang menjadi semakin ramai di pasar itu. Bahkan beberapa orang yang menjadi semakin ramai di pasar itu.
Bahkan beberapa orang sempat memperhatikan, seorang yang masih terhitung muda ditarik oleh seorang yang berwajah garang, berbadan tinggi dan besar.
Ki Udyana tidak berbuat apa-apa. Tetapi ia mengikuti saja Wikan yang ditarik ke pintu gerbang dengan menyibakkan orang-orang yang semakin berdesakkan di pasar itu.
"Apa yang kau lakukan ini, Ki Sanak?" bertanya Wikan.
"Keluarlah dari pasar ini dan kemudian pergilah jauh-jauh"
"Nanti dulu. Aku masih ingin membeli nasi megana dan dawet cendol"
"Pergilah sebelum aku melemparkan ke dalam parit di
depan pasar ini" Wikan tidak melawan. Iapun kemudian didorong keluar
pintu gerbang pasar. Namun Wikan termangu-mangu sejenak ketika ia me lihat beberapa orang yang juga bertubuh tinggi besar sebagaimana orang yang menyeretnya itu.
Seorang diantara merekapun bertanya "Kenapa dengan
anak itu sehingga kau harus menyeretnya keluar dari pasar?"
"Anak ini sangat mencurigakan. Ia telah melihat-lihat contoh pedang yang kita pesan kepada pande besi itu"
Orang yang bertanya itu mengangguk-angguk. Sementara itu seorang yang lain, yang di dadanya di tumbuhi bulu dengan lebatnya melangkah mendekati Wikan sambil bertanya
"Apa kepentinganmu dengan pedang pesanan kami itu?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak apa-apa Ki Sanak. Tadi sudah aku katakan kepada Ki Sanak itu, bahwa aku hanya sekedar tertarik melihat pedang yang bagus itu. Bahkan yang hulunya agak lain dari
kebanyakan pedang yang kita lihat. Selain itu, jarang sekali kita melihat pedang yang lurus dan tajam di kedua sisinya seperti sebilah keris"
"Apakah pedang itu akan kau curi?"
"Tidak. Tidak sama sekali. Aku hanya ingin melihat-lihat"
"Anak ini mau membelinya jika sudah ada yang jadi"
berkata orang yang menyeret Wikan itu.
"Ya. Justru karena aku tertarik kepada ujudnya" Beberapa orang yang bertubuh tinggi besar seperti raksasa itu saling berdiam diri sejenak. Namun kemudian seorang diantara mereka berkata "Pergilan. Jangan kembali lagi"
"Baik, Ki Sanak. Aku akan pergi"
Wikanpun kemudian melangkah surut. Tetapi tiba-tiba saja Wikan tidak dapat menahan ingin tahunya sehingga iapun bertanya "menurut pande besi itu, kalian memesan tiga belas pedang sejenis dengan contohnya itu. Apakah kelompok kalian terdiri dari tiga belas raksasa"
Orang -orang itu berpandangan sejenak. Namun kemudian merekapun tertawa. Seorang diantara mereka bertanya
"Kenapa kau sebut tiga belas orang raksasa?"
"Bukankah ujud kalian lebih tinggi dan lebih besar dari ukuran rata-rata. Seperti aku, dan orang-orang yang ada di pasar itu"
Orang itu masih saja tertawa. Sambil tertawa iapun
menjawab "Ya. Kami adalah kelompok raksasa yang berjumlah empat belas orang. Kami memesan tiga belas pedang
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sementara itu kami sudah mempunyai sebilah yang kami jadikan contoh itu"
Wikan mengangguk-angguki. Tetapi ia masih bertanya
"Kalian itu siapa yang apakah nama serta kegiatan kelompok kalian?"
"Kenapa kau bertanya-tanya?"
"Tidak. Tidak. Aku hanya ingin tahu. Kelompok kalian tentu sangat menarik perhatian. empat belas orang raksasa yang berkumpul dalam satu kelompok. Apakah kalian tinggal di satu padukuhan atau satu kademangan?"
"Pergi. Pergilah" geram seorang diantara mereka. Wikan itupun melangkah surut sambil menyahut dengan serta rnerta
"Baik, baik. Aku akan pergi"
Wikanpun kemudian meninggalkan sekelompok orang yang bertubuh raksasa itu. Tetapi yang berdiri di depan pasar itu jumlahnya tidak lebih dari enam orang. Tentu masih ada kelompok yang lain, sehingga jumlah mereka menjadi empat belas. Tetapi mungkin yang lain hari itu tidak berada di pasar ini.
Ki Udyanapun kemudian mendapatkan Wikan yang sedang
mencarinya. Ketika Ki Udyana menggamit lengannya, Wikan memang terkejut, sehingga dengan serta-merta iapuna
berpaling. "Paman" desis Wikan sambil tersenyum.
"Aku mengikutimu. Aku juga mendengarkan pembicaraanmu dengan raksasa-raksasa itu"
"Ya, paman. Nampaknya mereka bukan raksasa yang
garang" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Agaknya mereka raksasa yang bersolah tingkah wajar-wajar saja. Tetapi bahwa mereka memesan tiga belas pedang tentu ada maksudnya"
"Agaknya mereka hanya ingin menyamakan diri yang satu dengan yang lain. Paman lihat, pakaian mereka juga hampir sama.
Cara mereka mengenakan ikat kepala

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

serta kelengkapan pakaian mereka yang lain. Agaknya mereka ingin mengenakan pakaian seragam diantara mereka sebagai
prajurit. Bahkah pedang merekapun harus sama pula"
Ki Udyana mengangguk-angguk.
Sementara itu, tiba-tiba saja seorang anak muda datang mendekati Wikan dan Ki Udyana. Anakmuda itupun kemudian berdesis "kalian berbicara dengan raksasa-raksasa itu"
"Ya. Aku hanya ingin tahu, siapakah mereka"
"Mereka sekelompok raksasa yang tinggal di sebuah
padepokan. Mereka berguru kepada seorang raksasa pula. Di perguruan itu tidak ada murid yang lain selain empat belas raksasa itu"
"Darimana kau tahu?" bertanya Wikan
"Aku tinggal di padukuhan dekat padepokan mereka"
"Apakah mereka tidak menakut-nakuti rakyat padukuhanmu" "Tidak. Mereka adalah orang-orang baik. Nampaknya
mereka memang kasar. Tetapi mereka tidak apa-apa. Bahkan kadang-kadang
mereka justru membantu orang-orang padukuhan" "Sukurlah kalau mereka orang-orang baik. Ujudnya sangat menakutkan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi mereka tidak apa-apa"
"Apakah nama perguruan mereka.?"
"Nama perguruannya adalah Gajah Tengara" Wikan
tersenyum. Katanya "Murid-murid perguruannya adalah orang orang yang besarnya segajah"
"Tetapi akhir-akhir ini, perguruan itu sedang berperang"
"Berperang?" "Ya. Ada perguruan jahat yang ingin memiliki padepokan perguruan Gajah Tengara itu, kairena padepokan itu adalah padepokan yang mempunyai lahan pendukung yang luas dan subur. Sebuah perguruan jahat telah berusaha mengusir raksasa-raksasa itu dari padepokannya, sehingga raksasaraksasa itu harus bertahan, j Karena itu pula, maka raksasaraksasa itu telah memesian pedang yang baik sebanyak jumlah raksasa yang ada di perguruan itu"
Wikanpun mengangguk-angguk.
Ketika perguruan yang jahat itu datang menyerang dengan jumlah yang jauh lebih banyak, raksasa-raksasa itu telah berjuang mempertahankan hak mereka, sehingga akhirnya perguruan jahat
yang menyerangnya itu terusir dari
padepokan Gajah Tengara. Meskipun tidak ada korban yang meninggal, tetapi beberapa orang diantara raksasa-raksasa itu telah terluka. Sementara itu orang-orang perguruan jahat itu telah meninggalkan beberapa orang korban"
"Jadi ada kemungkinan perguruan jahat itu datang lagi untuk membalas dendam?"
"Nampaknya akan terjadi seperti itu. Bahkan raksasa-
raksasa itu sekarang berkumpul di pasar ini untuk menjaga pesanan mereka, karena mereka mendengar berita yang
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belum tentu kebenarannya, bahwa lawan mereka itu akan datang mengambil pedang-pedang yang dipesan oleh raksasaraksasa itu"
Wikan mengangguk-angguk. Katanya "Itulah sebabnya,
maka aku telah diusir dari tempat pande besi itu. Mungkin aku dikira salah seorang diantara mereka dari perguruan jahat itu"
"Mungkin sekali"
"Jika demikian, ada kemungkinan akan terjadi kerusuhan di pasar ini. Jika orang-orang dari perguruan jahat itu datang, maka akan timbul pertengkaran dan bahkan mungkin
pertempuran. Sementara itu, raksasa-raksasa itu jumlahnya tidak lengkap.
"Jumlah mereka lengkap Ki Sanak. Tetapi mereka
berpencar. Mereka tidak berada di satu tempat. Namun mereka telah menghubungi petugas pasar yang menjaga
ketertiban dan kebersihan pasar ini"
"Lalu apa yang dapat diperbuat oleh petugas pasar itu?"
"Petugas pasar itu akan menutup pasar sebelum tengah hari"
"Apakah orang-orang perguruan jahat itu akan datang
setelah lewat tengah hari"
"Kabarnya memang begitu"
"Darimana kau tahu persoalan raksasa-raksasa itu begitu terperinci?"
Anak muda itu tersenyum sambil berkata "Aku adalah anak Bekel di Mangunan. Sebuah padukuhan di dekat padepokan Gajah Tengara. Hampir setiap hari aku bermain di padepokan itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan mengangguk-angguk. Namun kemudian iapun
berdesis hampir di luar sadarnya " Jadi perguruan jahat itu akan datang setelah tengah hari"
"Ya" anak muda itu menyahut.
"Apakah mereka mengatakan begitu?"
"Orang-orang padepokan Gajah Tengara itulah yang
mengatakannya. Seorang dari mereka mendengar ancaman itu langsung diucapkannya oleh beberapa orang dari perguruan jahat itu ketika mereka bertemu di pasar beberapa hari yang lalu. Orang-orang dari perguruan jahat itu berkata bahwa dihari pasaran ini, lewat tengah hari, mereka akan datang mengambil pedang yang dipesan di sini. Dipasang pada pande-pande besi yang membuka bengkelnya di pasar ini"
"Pedang-pedang itu baru saja dipesan sejak tiga hari yang lalu"
"Ya. Tetapi orang-orang dari perguruan yang jahat itu selain
datang untuk membalas dendam, merekapun menginginkan bahan-bahan yang sedang dibuat pedang itu.
Besi dan bajanya adalah besi dan baja yang khusus. Sehingga jika pedang-pedang itu jadi kelak, maka pedang-pedang itu adalah pedang-pedang pilihan"
Wikan mengangguk-angguk. Katanya kepada anak muda itu
"Terima kasih. Sekarang kau sendiri akan berbuat apa"
Apakah kau akan menunggu sampai lewat tengah hari"
"Aku akan berada disini. Aku ingin melihat apa yang terjadi dengan para murid dari perguruan Gajah Tengara itu. Bahkan guru merekapun tentu akan hadir di pasar ini"
Wikanpun mengangguk-angguk.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun tiba-tiba anak muda itu menjadi tegang. Dengan nada dalam iapun bertanya "Tetapi bukankah kalian bukan orang-orang dari perguruan yang jahat itu"
"Tidak. Jangan cemas. Aku hanya orang lewat. Aku tidak tahu apa-apa"
Anak muda itu mengangguk-angguk. Dengan melihat ujud Wikan dan Ki Udyana maka anak muda itu menjadi tidak curiga lagi. Keduanya nampaknya bukan orang jahat yang akan datang untuk membalas dendam itu.
"Sudahlah" berkata anak muda itu "sebaiknya kalian pergi saja. Nanti sebelum tegnah hari, orang-orang yang ada di pasar inipun akan diminta untuk meninggalkan pasar ini. Jika benar terjadi sesuatu, hendaknya tidak akan jatuh korban dari mereka yang tidak tahu menahu dan bersangkut paut dengan kedua perguruan yang sedang berselisih itu"
"Bukankah masih agak lama. Masih ada waktu untuk
duduk-duduk sambil melihat-lihat keadaan pasat ini, mumpung para petugas masih belum mempersilahkan orang-orang di pasar ini untuk pergi"
Anak muda itu termangu-mangu sejenak. Dengan kerut di dahi iapun berkata "Kalian berdua nampaknya tenang-tenang saja. Apakah kalian tidak menjadi gelisah dan cemas" Kenapa kalian tidak dengan tergesa-gesa menjauhi tempat ini?"
"Kau lihat bahwa perempuan dan anak-anakpun masih
berdesakan didalam pasar. Bahkan masih ada yang duduk sambil minum dawet cendol" dan makanan nasi megana.
Bukankah aku akan dapat lari lebih cepat dari mereka"
Terserahlah kepada kalian berdua. Aku sudah mencoba
memeringatkanmu" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih atas perhatian Ki Sanak"
Tetapi sebelum anak muda itu menjawab, dua orang
raksasa mendekati mereka. Kepada anak muda itu raksasa itupun bertanya "Kenapa kau masih berada di sini. Pergilah"
"Aku sedang mengajak kedua orang ini pergi"
"Kenapa kalian juga belum pergi?" bertanya salah seorang raksasa itu.
"Aku akan pergi bersamaan dengan perempuan dan anak-
anak yang ada di pasar itu. Bukankah masih ada waktu?"
"Terserahlah kepada kalian" gumam raksasa itu. Namun kemudian kepada anak muda yang mengaku anak Ki Bekel itu.
Namun kemudian kepada anak muda yang mengaku anak Ki Bekel itu, raksasa itupun berkata "Sebaiknya kau pulang. Nanti ayahmu mencarimu. Jika terjadi sesuatu dengan kau disini, maka kamilah yang akan dituduh mengajakmu sehingga
ayahmu akan membebankan tanggung-jawab itu kepada kami.
Itu jika kami masih ada yang hidup.
Tetapi jika kami semuanya sudah terbunuh, maka ayahmu tentu tidak dapat lagi menyalahkan kami"
"Tidak. Ayah tidak akan menyalahkan kalian. Aku sudah dewasa, sehingga aku harus mempertanggung-jawabkan
tingkah lakuku sendiri"
Raksasa itu menarik nafas panjang. Kemudian iapun
berkata "Hantu betina itu sangat bengis. Para pengikutnyapun menjadi bengis pula"
"Hantu betina?" bertanya Wikan.
"Ya. Mungkin kau sudah pernah mendengar nama Wora-
wari Bang. Hantu betina yang selalu memakai pakaian yang serba merah. Ia adalah hantu betina yang sangat ditakuti.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, pergilah. Kalian yang muda-muda itu akan dapat ditangkapnya dan dijadikan budaknya"
Wikan mengangguk-angguk. Sementara sambil melangkah
pergi raksasa itupun berkata "Sebaiknya kalian mendengarkan kata-kataku"
Tetapi anak muda itupun berkata kepada diri sendiri "Aku akan melihat apa yang akan terjadi"
"Kau kan membantu mereka?"
"Aku tidak dapat berbuat apa-apa. Aku hanya dapat
menonton dan kemudian menjadi saksi atas peristiwa yang bakal terjadi itu"
"Kalau Hantu Betina itu menangkapmu?"
"Aku tidak akan mendekat"
"Baiklah. Aku juga akan melakukan sebagaimana kau
lakukan" "Kau tidak mempunyai kepentingan apa-apa. Pergilah.
Bukankah kau sendiri sudah berjanji akan pergi bersama perempuan dan anak-anak?"
"Ya" "Nah, sekarang aku akan mencari termpat terbaik untuk menyaksikan apa yang bakal terjadi. Bagaimanapun juga aku mempunyai sangkut paut dengan raksasa-raksasa itu. Aku sudah terlanjur terbiasa bergaul dengan mereka. Karena itu, rasa-rasanya aku tidak dapat pergi tanpa menyaksikan apa yang bakal terjadi dengan mereka"
Demikian anak muda itu pergi, maka Ki Udyanapun berbisik
"Ternyata ruang gerak Wora Wari Bang itu sampai ke tempat ini. Rasa-rasanya ia ikut datang ke padepokan setahun yang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu. Ia sempat meninggalkan arena. Ternyata jika kita menginginkannya, kita mempunyi kesempatan untuk berjumpa lagi dengan Iblis Betina itu"
"Bagaima jika kita menunggu sampai tengah hari, paman"
"Baik. Tetapi kita tidak akan langsung melibatkan diri. Kita akan menyaksikan pertempuran itu dari tempat yang agak jauh sebagaimana anak Ki Bekel itu"
"Kuda-kuda kita?"
"Kita ambil sekarang dan kita ikat di tempat yang
tersembunyi" Wikan itupun mengangguk. Keduanyapun kemudian telah meninggalkan pasar itu.
Mereka mengambil kuda-kuda mereka. Setelah memberikan uang sepantasnya, maka keduanya telah membawa kudanya pergi.
Tetapi mereka tidak pergi jauh. Mereka hanya sekedar melingkar untuk mengikat kuda-kuda mereka di pepohonan perdu yang agak tersembunyi.
Kemudian, merekapun telah meninggalkan kuda-kuda
mereka dan berjalan mendekati pasar itu kembali. Namun mereka berhenti di tempat yang agak jauh.
Dalam pada itu, mataharipun telah bergerak semakin tinggi.
Menjelang matahari sampai di puncak langit, maka para petugas di pasar telah mulai memberi-tahukan kepada orang-orang yang berada di pasar untuk membenahi dagangan
mereka. Sementara itu, pasar memang sudah mulai menjadi
semakin sepi. Orang-orang. yang berbelanjapun telah pulang, sementara itu beberapa pedagang memang sudah mengemasi http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dagangan mereka yang tersisa. Sementara beberapa orang diantaranya justru telah pergi.
Ketika petugas di pasar itu memberitahukan, agar para pedagang yang masih berada di pasar itu meninggalkan pasar, maka masih terjadi sedikit kegelisahan pula. Tetapi sudah tidak terlalu kacau lagi sebagaimana seandainya pasar itu ditutup lebih awal.
Demikian matahari sampai di puncak, maka pasar itu
memang sudah sepi. Kedai-kedai di depan pasarpun sudah ditutup. Sementara para pande besi yang membuka bengkel di pasar itupun telah menutup bengkel-bengkel mereka serta menyimpan alat dan bahan-bahan yang akan dikerjakan esok.
Demikian pula bahan-bahan yang akan dikerjakan menjadi tiga belas pedang sebagaimana di pesan oleh para raksasa itu.
Sementara itu, yang tertua diantara para raksasa itu telah mengambil contoh pedang yang ditinggalkannya di bengkel pande besi itu.
"Besok, jika aku msih hidup, akan aku serahkan kembali.
Mungkin kami masih tetap membutuhkan tiga-belas pedang.
Tetapi mungkin kami justru hanya membutuhkan lebih sedikit atau bahkan tidak sama sekali"
Pande Besi itu tahu apa yang dimaksud oleh raksasa-
raksasa itu. Namun pemimpin pande besi itu mengatakan kepada raksasa yang tertua itu "Ki Sanak. Aku sudah
menerima penyerahan bahan-bahan pedang itu. Karena itu, maka bahan-bahan itu telah berada dibawah tanggung-jawabku. Karena itu, maka aku dan kawan-kawanku akan berusaha mempertahankan besi dan baja pilihan itu. Tegasnya aku akan berdiri di pihak kalian"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan mempersulit diri sendiri, Ki Sanak. Sebaiknya kalian pulang. Para pengikut Wora-wari Bang rasa-rasanya sudah bukan manusia lagi. Tetapi mereka adalah iblis-iblis yang kejam yang mempunyai ujud kewadagan sebagai manusia"
"Ki Sanak. Kami, para pande besi tidak saja terbiasa menempa besi dan baja. Tetapi kamipun telah menempa
kemampuan kami sendiri. Kami, yang membuka bengkel di sini adalah murid-murid dari sebuah perguruan"
"Perguruan apa?" bertanya salah seorang raksasa itu.
"Guru kami menyebut perguruan kami Perguruan Tapak
Waja. Kami akui, bahwa perguruan kami adalah sebuah
perguruan kecil dengan kemampuan yang sangat terbatas.
Meskipun demikian, guru mengajarkan agar kami selalu merambah jalan yang bersih. Guru mengharapkan bahwa kami akan menjadi orang yang mampu berpijak pada kaki sendiri, menghormati nilai-nilai baik dan buruk sebagai ujud dari ketakwaan kami kepada Sumber Hidup kami serta tanggung jawab atas segala perbuatan dan tingkah laku kami. Karena itu, bahwa kali ini kami berpihak pada kalian, termasuk dalam pilihan kami karena kami harus mempertanggung-jawabkan bahan-bahan pedang yang sudah kalian serahkan kepada kami"
"Ki Sanak. Kami memang sudah mengira, bahwa kalian
yang membuka bengkel pande besi di sudut pasar itu berasal dari sebuah perguruan"
"Ya. Kami ingin menggelar kemampuan yang kami pelajari di padepokan kami agar berarti bagi banyak orang. Sementara itu, kami mendapat penghasilan yang dapat membantu
perkembangan padepokan kami"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami sangat menghargai sikap Ki Sanak. Tetapi sekali lagi aku ingin memperingatkan, bahwa Wora-wari Bang benar-benar orang yang tidak berjantung. Ia ajarkan sikap bengisnya kepada para pengikutnya"
"Kami sudah pernah mendengar namanya, Ki Sanak.
Kamipun pernah mendengar bahwa Wora-wari Bang itu
memang pantas di sebut iblis betina"
"Maaf Ki Sanak" bertanya raksasa itu "berapa jumlah
saudara-saudara seperguruan Ki Sanak yang ikut bekerja di pasar ini?"
"Semuanya berjumlah sebelas orang, Ki Sanak. Tetapi
kebetulan ada seorang kakak seperguruan kami yang berada diantara kami sekarang. Sebenarnya kakak seperguruan kami hanya ingin melihat-lihat kerja kami. Tetapi ia berniat untuk tinggal bersama kami mempertahankan bahan-bahan pedang yang sudah kami terima dan menjadi tanggung jawab kami itu"
"Terima kasih Ki Sanak. Ternyata jumlah kalian hampir sama dengan jumlah kami. Jumlah kami hanya empat belas orang. Bersama guru jumlah kami semua lima-belas orang.
Sebuah perguruan kecil, yang lebih kecil dari perguruan Tapak Waja. Jika kalian yang berada di pasar ini saja sudah berjumlah dua belas orang, maka jumlah penghuni padepokan Ki Sanak tentu jauh lebih banyak dari jumlah penghuni padepokanku"
"Mungkin kami menang jika dihitung jumlah. Tetapi
nampaknya dan mungkin justru karena itu, secara pribadi, kalian lebih baik dari kami"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Belum tentu Ki Sanak. Mungkin ujud kami memang
memberikan kesan seperti itu. Tetapi lebih dari ujud kewadagan kami, kami tidak mempunyai kelebihan apa-apa"
Sementara itu, rasa-rasanya langitpun menjadi semakin panas. Matahari merayap semakin tinggi, sehingga hampir sampai ke puncak.
Suasana di pasar itupun menjadi semakin tegang. Raksasaraksasa itu telah minta agar para petugas di pasar itupun pergi.
"Kalian tidak usah melibatkan diri. Wora-wari Bang adalah pendendam. Jika kalian nampak ada diantara kami, maka esok kalian tentu sudah kehilangan kepala kalian"
"Terima kasih atas kesempatan ini, Ki Sanak. Seharusnya kami tidak meninggalkan tugas kami. Apapun yang terjadi.
Tetapi kali ini, kami lebih senang mendengarkan nasehat Ki Sanak"
Raksasa yang menemui petugas pasar itu tertawa. Katanya
"Bagus. Dengarlah nasehat kami itu"
Para petugas itupun kemudian segera meninggalkan pasar.
Mereka tidak ingin menjadi korban dari persengketaan yang tidak mereka ketahui persoalannya. Merekapun merasa bahwa mereka tentu tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka memang garang terhadap copet-copet kecil yang sering berada di pasar itu. Tetapi demikian meraka dengar nama Wora-wari Bang, maka jantung merekapun segera menjadi kuncup.
Dengan demikian, maka pasar itupun telah menjadi kosong.
Yang ada tinggal empat belas orang murid perguruan Gajah Tengara bersama seorang gurunya, yang rambutnya sudah mulai memutih. Tetapi justru karena itu, maka ia nampak lebih http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berwibawa. Tubuhnya yang besar, tinggi dan kekar itu, seakan-akan telah menyiratkan kelebihan dari orang lain.
Sementara itu, di sekitar bengkel pande besi itu, dua belas orang masih tetap berjaga-jaga. Ada diantara mereka yang duduk, yang berdiri dan bahkan ada yang berjalan hilir mudik.
Pada saat matahari mencapai puncak langit, maka orang-orang yang masih berada dipasar itu menjadi bertambah tegang ketika mereka mendengar derap kaki kuda yang berlari kencang menuju ke pasar itu.
Sejenak kemudian, tiga orang yang bertubuh tinggi besar, yang berdiri di sudut pasar itupun telah menyongsong tiga orang berkuda yang menghentikan kudanya di sudut pasar itu pula.
Demikian ketiga orang raksasa itu mendekat, maka orang yang duduk dipunggung kudanya itu tanpa meloncat turun, bertanya "Apakah kalian para murid dari perguruan Gajah Tengara?"
"Ya" jawab salah seorang dari raksasa-raksasa itu.
"Kalian memang mudah dikenali"
"Apa yang kau kehendaki dari kami?" bertanya raksasa itu.
"Kau tentu sudah tahu. Salah seorang dari kami tentu sudah mengatakan kepada kalian, bahwa hari ini, lewat tengah hari, kami akan datang menemui kalian. Lewat tengah hari, pasar ini tentu sudah menjadi sepi, sehingga tidak akan banyak orang yang akan terlibat kedalam persoalan diantara kita"
"Ya. Sekarang pasar memang sudah sepi. Sangat sepi"
"Agaknya kalian telah mengusir orang-orang yang masih tersisa menjelang tengah hari"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Seperti yang kau katakan. Persoalannya adalah
persoalan antara kita"
"Bagus" "Katakan, apa yang kau kehendaki dari kita?"
"Persoalannya tentu sudah kau ketahui. Persoalan pokok diantara kita adalah tanah padepokan yang kalian pergunakan itu. Kami menginginkan tanah itu. Karena itu pergilah
"sebelum raksasa dari perguruan Gajah Tengara itu
menjawab, orang berkuda itu telah melanjutkan kata-katanya
-Tetapi persoalan kita kali ini akan kita batasi. Sebelum kalian sempat pergi dari padepokan, maka kalian masih dapat mempergunakan padepokan itu dengan perjanjian tersendiri.
Itu dapat kita bicarakan pada kesempatan lain. Adapun sekarang, kami datang untuk mengambil besi baja yang ada di tangan para pande besi itu. Besi baja itu sangat baik, sehingga kamipun memerlukannya. Karena itu, jangan cegah kami mengambil besi baja yang kamia inginkan itu"
"Aku tidak dapat membedakan persoalan tanah padepokan itu dengan persoalan besi baja yang akan kami buat menjadi pedang itu. Kedua-duanya menyangkut hak dan harga diri"
Orang berkuda itu tertawa. Katanya "Jangan merasa diri kalian terlalu besar. Mungkin tubuh kalian besarnya
melampaui tubuh orang kebanyakan. Tetapi itu tidak
mencerminkan kebesaran perguruan kalian"
"Kami tidak pernah mengaku, bahwa perguruan kami
adalah perguruan yang besar. Jika kami sebut perguruan kami Gajah Tengara itu sekedar menandai bahwa murid-murid perguruan itu adalaha orang-orang yang besar tubuhnya seperti seekor gajah diantara binatang-binatang yang lain"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang berkuda itu tertawa. Katanya "Baiklah. Sekarang, aku akan langsung saja ke persoalan diantara kita. Berikan besi baja yang akan kalian buat menjadi tiga belas pedang itu kepada kami. Kami akan membuat pedang pula dari bahan besi baja itu. Persoalan tanah yang kalian pergunakan untuk mendirikan padepokan itu, dapat kita bicarakan pada
kesempatan lain" "Sudah aku katakan Ki Sanak. Persoalan besi baja itu dengan persoalan tanah padepokan kami, sama saja. Baik besi baja itu, maupun padepokan kami itu adalah hak kami. Kami memerlukannya, sehingga karena itu, maka kami tidak akan dapat memberikan kepada kalian"
"Jangan keras kepala. Kau tahu siapa kami. Kami adalah para murid dari padepokan Wora-wari Bang. Tidak ada orang yang dapat menentang kemauan kami"
"Seandainya benar demikian, maka kau akan menjadi
semakin sewenang-wenang terhadap orang lain. Karena itu, maka harus ada orang yanga berani menentang kalian"
"Persetan. Kau terlalu sombong. Kau akan mengandalkan tubuhmu yang tinggi dan besar seperti seekor gajah itu"
Ingat, bahwa yang kau hadapi adalah Wora-wari Bang"
"Sudahlah. Lakukan apa yang akan kau lakukan. Kami
sudah siap melindungi hak kami. Siapapun yang kami hadapi"
"Kau dan perguruan Gajah Tengara akan hancur hari ini"


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pergilah sebelum kami meremukkan kepalamu. Bukankah kau sekedar ditugaskan untuk menjajagi suasana" Pergilah.
Kami menunggu kedatangan Wora-wari Bang itu sendiri"
Orang-oranga berkuda itu menggeram. Wajah mereka
menjadi merah. Namun merekapun kemudian memutar
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kudanya. Sejenak kemudian, maka para penunggang kuda itupun segera melarikan kuda mereka.
Sepeninggal orang-orang berkuda itu, maka raksasa-
raksasa dari perguruan Gajah Tengara itupun segera
mempersiapkan diri. Merekapun berkumpul didalam pasar yang sudah kosong. empat belas orang cantrik perguruan Gajah
Tengara beserta seorang guru mereka telah mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Karena pedang mereka masih belum siap, maka merekapun masih mempergunakan senjata yang berbeda-beda.
Di belakang mereka, para pande besi itupun telah bersiap pula. Meskipun tubuh mereka tidak sebesar para cantrik dari perguruan Gajah Tengara, namun para cantrik dari perguruan Tapak Waja yang sehari-hari bekerja sebagai pande besi di pasar itu, tubuhnya nampak kokoh.
Beberapa saat para cantrik dari perguruan Gajah Tengara dan perguruan Tapak Waja itu menunggu. Orang-orang
berkuda dari perguruan Wora-wari Bang itu agaknya baru melaporkan pengamatan mereka terhadap raksasa-raksasa dari perguruan Gajah Tengara.
"Sebentar lagi mereka akan segera datang" gumam Ki
Gajah Tengara, guru dari perguruan Gajah Tengara itu.
"Ya, guru. Tetapi kami sudah siap menerima kedatangan mereka" jawab salah seorang muridnya.
"Mereka tentu akan datang dengan kekuatan yang lebih besar. Mereka tidak mau gagal sekali lagi"
"Tetapi dengan tidak kita duga, saudara-saudara kita dari perguruan Tapak Waja itu menyatakan kesediaan mereka untuk membantu kita. Meskipun mereka terdorong oleh tanggung-jawab mereka atas bahan-bahan pedang yang sudah http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kita serahkan kepada mereka, serta sudah mereka terima, maka mereka harus menjaga agar bahan-bahan pedang itu tidak terlepas dari tangan mereka"
"Kami sangat berterima kasih kepada mereka. Jumlah
mereka. Jumlah mereka bahkan hampir sama dengan jumlah kita seluruhnya. Bahkan menurut
penglihatanku, ilmu merekapun tentu memadainya pula. Sementara itu tubuh merekapun sangat terlatih untuk mengayunkan alat penempa besi baja itu setiap hari, sehingga tubuh merekapun menjadi sangat kokoh, serta tangan merekapun menjadi sangat kuat"
"Ya, guru. Jika kita berhasil dengan selamat keluar dari kemelut ini, maka agaknya kita akan dapat memberikan besi baja serupa dengan bahan-bahan pedang kita untuk beberapa macam senjata kepada mereka"
Ki Gajah Tengara itupun mengangguk-angguk mengiakan.
Demikianlah, setelah menunggu beberapa saat, maka para murid dari perguruan Gajah Tengara yang berdiri di luar pasar untuk mengamati keadaan, melihat iring-iringan di kejauhan .
Beberapa orang berkuda, sementara yang lain berjalan mengikutinya.
Seorang diantara mereka yang berkuda adalah seorang
perempuan yang mengenakan pakaian serba merah. Orang itulah Wora wari Bang yang sangat ditakuti.
Di belakang gerumbul perdu liar, agak jauh dari jalan yang dilewati iring-iringan itu, Wikan dan Ki Udyana memperhatikan iringan-iringan itu dengan saksama. Namun mereka menjadi berdebar-debar ketika mereka melihat di samping Wora-wari Bang itu seseorang yang rambutnya terurai mencuat dibawah ikat kepalanya, berwarna putih perak.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gila. Ternyata Wora-wari Bang itu datang bersama dengan Winenang"
"Ya, paman. Orang itu adalah Alap-alap Perak. Agaknya mereka telah bekerja sama untuk melebarkan sayap mereka sebelum pada suatu saat mereka akan kembali ke padepokan kita sebagaimana dikatakannya. Bukankah orang itu berjanji akan datang kembali?"
"Ya. Orang itu memang pernah berjanji untuk datang
kembali. Sedangkan kita sama sekali tidak dapat berharap, bahwa Alap-alap Perak itu akan datang berubah sebagaimana Ki Sangga Geni"
"Pertarungan akan menjadi sangat seru, paman. Aku
merasa beruntung bahwa kita menunggu sampai mereka
datang" "Kenapa?" Wikan menarik nafas panjang. Katanya "Mereka tidak perlu merusak padepokan kita. Kita temui saja mereka disini. Kita berdiri di pihak para cantrik dari padepokan Gajah Tengara itu"
Ki Udyana menarik nafas panjang. Katanya "Apakah itu cukup adil?"
"Tentu paman. Katakanlah bahwa kita membantu para
cantrik dari padepokan Gajah Tengara itu"
"Bukankah dengan demikian juga berarti bahwa kita justru memanfaatkan murid-murid perguruan Gajah Tengara untuk kepentingan kita"
"Jika kita datang untuk membantunya, bukankah artinya akan berbeda?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Udyana termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
iapun berkata "Jumlah mereka yang datang ke pasar cukup banyak. Para murid dari perguruan Gajah Tengara itu akan mengalami kesulitan. Apalagi diantara mereka terdapat Worawari Bang serta Alap-alap Perak"
"Apakah kau sudah siap menghadapi salah seorang
keduanya Wikan?" "Sudah paman. Mudah-mudahan peningkatan ilmuku
selama ini tidak ketinggalan dengan peningkatan ilmu Alap-alap Perak atau Wora-wari Bang"
"Aku yakin akan kemampuanmu, Wikan. Bahkan sebelum
kita pelajari tataran terakhir dari ilmu perguruan kita yang tercantum didalam kitab itu"
"Jika demikian, kita akan melibatkan diri paman" Ki Udyana mengangguk-angguk. Yang ada di hadapan mereka memang satu kesempatan yang baik untuk menghadapi Wora-wari Bang serta Alap-alap Perak. Mereka tidak usah menunggu keduanya serta para pengikutnya mendatangi padepokannya.
Jika itu terjadi, mau tidak mau akan jatuh korban diantara para cantrik di padepokan Ki Udyana itu.
Dalam pada itu, maka Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak sudah semakin mendekati pasar yang lengang itu. Ki Gajah Tengara telah berdiri di regol pasar sambil mengamati orang-orang yang mendatanginya.
"Gila" geram Ki Gajah Tengara "bersama Wora-wari Bang telah datang pula Alap-alap Perak"
"Alap-alap Perak" bertanya salah seorang muridnya yang masih berada didalam pasar. Iapun kemudian dengan tergesa-gesa melangkah ke regol untuk melihat siapa saja yang telah datang.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa orang murid Ki Gajah Tengara yang melihat
kedatangan iring-iringan itu menjadi berdebar-debar. Untuk menghadapi
Wora-wari Bang, mereka sudah harus mengerahkan segenap kekuatan yang ada. Apalagi jika Worawari Bang itu datang bersama Alap-alap Perak.
Karena itu, maka Ki Gajah Tengarapun kemudian
memerintahkan seorang muridnya menemui para pande besi untuk memberitahukan, bahwa yang datang Wora-wari Bang bersama Alap-alap Perak.
"Sebaiknya mereka meninggalkan pasar ini selagi sempat.
Sulit bagi kita untuk melawan Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak yang datang bersamaan dengan para cantrik mereka"
"Baik, guru" jawab muridnya itu sambil beranjak dari tempatnya.
Cantrik dari perguruan Gajah Tengara itupun segera
menghubungi para cantrik dari Tapak Waja yang membuka bengkel pande besi di pasar itu. Cantrik dari Gajah Tengara itu telah memberitahukan, bahwa yang datang bukan hanya
Wora-wari Bang. Tetapi juga Alap-alap Perak.
"Guru mempersilahkan kalian meninggalkan pasar. Sulit bagi kita untuk membendung mereka. Guru tidak ingin ada diantara kalian yang menjadi korban"
Tetapi orang tertua diantara merekapun berkata "Kami berkewajiban untuk menjaga milik kami atau barang-barang, alat-alat serta bahan-bahan yang ada didalam bengkel kami"
"Relakan saja semuanya itu. Nyawa kalian jauh lebih
berharga dari semuanya yang terdapat didalam bengkel kalian.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami dapat saja merelakan apa saja yang berada didalam bengkel kami. Tetapi kami tidak akan dapat merelakan harga diri kami"
Murid perguruan Gajah Tengara itu tidak dapat lagi
membantah. Para murid dari perguruan Tambak Waja itu telah siap bertempur untuk mempertahankan keyakinan serta harga diri mereka.
Ketika hal itu disampaikan kepada Ki Gajah Tengara, maka Ki Gajah Tengara hanya dapat mengusap dadanya.
"Aku bangga terhadap mereka. Sayang, bahwa mereka hari ini membentur kekuatan yang sulit untuk di lawan"
Demikianlah, maka sejenak kemudian, Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak telah berada di depan pasar. Mereka
menghentikan kuda-kuda mereka beberapa langkah di
hadapan Ki Gajah Tengara.
"Selamat siang, Ki Gajah Tengara " sapa Wora-wari Bang sambil tersenyum "Aku memang sangat berharap dapat
bertemu dengan Ki Gajah Tengara"
"Kita sudah bertemu sekarang Wora-wari Bang"
"Akulah yang tidak mengira, bahwa aku akan bertemu lagi dengan Ki Gajah Tengara" berkata Alap-alap Perak sambil tertawa.
"Kau pernah bertemu dengan Ki Gajah Tengara?"
"Pernah. Tetapi sudah lama. Waktu itu Gajah Tengara
belum memimpin sebuah padepokan seperti sekarang ini.
Tetapi Gajah Tengara adalah seorang yang licik. Ia melarikan diri dari arena pertempuran, bersembunyi diantara kesibukan orang-orang yang berada di pasar, maka ia berhasil
menyelamatkan dirinya dari kematian. Waktu itu ia tidak http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
peduli, orang-orang sepasar yang menjadi kacau balau.
Bahkan ada yang terinjak-injak dan bahkan mungkin ada yang mati. Mungkin perempuan dan mungkin anak-anak"
"Aku tidak ingkar, bahwa aku pernah lari dari medan
pertempuran waktu itu, Alap-alap Perak. Akupun mengakui bahwa aku telah lari masuk ke dalam pasar. Tetapi tentang kematian di pasar itu hanyalah dugaanmu saja"
"Sekarang kita bertemu lagi. Justru ketika aku sudah mencapai puncak kemampuanku. Agaknya kali ini kau tidak akan dapat lepas dari tanganku. Aku sudah berusaha agar pasar ini dikosongkan. Aku tidak mau, bahwa calon-calon korbanku itu lari masuk ke dalam gejolak yang terjadi di pasar"
"Kaukah yang memilih waktu untuk datang ke pasar ini setelah tengah hari?" bertanya Ki Gajah Tengara.
"Ya. Sekarang cobalah lari masuk ke dalam pasar" Alap-alap Perak itupun tertawa.
Ki Gajah Tengara menarik nafas panjang. Ia sudah tidak mempunyai harapan lagi untuk dapat mempertahankan diri.
Bahkan mungkin murid-muridnyapun akan dibantai oleh Worawari Bang dan Alap-alap Perak serta anak buahnya yang sangat menakutkan itu.
Meskipun demikian, maka Ki Gajah Tengara tidak akan
mengorbankan harga dirinya lagi.
"Apapun yang terjadi sekarang, Wora-wari Bang serta Alap-alap Perak, aku tidak akan melarikan diri. Aku dan murid-muridku akan mempertahankan diri sejauh dapat kami
lakukan. Jika kami harus mati, maka kami tidak akan mati sendirian. Kami akan mati bersama kalian"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Alap-alap Perak itu tertawa berkepanjangan. Katanya
"Bagaimana mungkin kau bermimpi untuk mati sampyuh
dalam pertarungan diantara kita. Bukankah pertarungan kita bagaikan mentimun melawan durian"
Wora-wari Bang pun tertawa pula. Katanya "Jangan kotori tanganmu dengan darah cecurut itu, Alap-alap Perak. Biarlah aku mengajaknya bermain-main sebentar. Melihat bentuk tubuhnya, aku memang tertarik. Tetapi nampaknya orang itu agak dungu"
"Ia memang seorang yang dungu. Aku heran, kenapa orang dungu itu telah mendirikan sebuah perguruan, sementara itu ada orang-orang yang mau menyatakan diri menjadi murid-muridnya"
"Yang menyatakan menjadi muridnya itu tentu juga orang-orang dungu. Bahkan lebih dungu dari Gajah Tengara sendiri"
Ki Gadjah Tengara masih tetap berdiri di tempatnya.
Wajahnya sama sekali tidak nampak bergejolak. Bahkan wajah Ki Gajah Tengara itu masih tetap dingin.
Namun Wora-wari Bang itupun berkata "Kau lihat wajahnya, Alap-alap perak. Orang itu sudah jauh terbenam kedalam perasaan putus asa, sehingga ia tidak dapat berbuat apa-apa "
Wora-wari Bang itupun tertawa pula "Baiklah. Aku jadi kasihan memandang wajahnya. Sekarang biarlah aku langsung saja menyampaikan niat kedatangan kami. Kau tentu sudah tahu.
Aku ingin mendapatkan besi baja yang akan kau pergunakan untuk membuat tiga belas pedang yang sama bentuknya.
Bahan pedang itu ternyata besi baja yang sangat baik. Yang jarang dicari duanya di tlatah Mataram ini. Karena itu, maka aku menginginkannya. Serahkan besi baja itu kepada kami.
Jika itu kau lakukan, maka kami tidak akan menyakitimu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kamipun tidak akan segera berbicara tentang padepokan yang. sekarang kau pergunakan itu"
Ki Gajah Tengara itu termangu-mangu sejenak. Namun
kemudian iapun berkata "Kalian tentu sudah tahu jawabku Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak. Betapapun kau
meremehkan diriku, tetapi kami tidak akan merendahkan diri kami sendiri. Besi baja itu adalah milik kami sebagaimana padepokan itu. Ketika pengikutmu tadi datang untuk menjajagi sikap kami, maka sudah jelas. Kami tidak akan merelakan sejengkal tanahpun atau sepotong besi bajapun kepada kalian"
"Bagus. Dengan demikian, maka kerja kamipun menjadi
lebih mudah" Ki Gajah Tengarapun termangu-mangu sejenak. Sementara itu Wora-wari Bangpun berteriak "Singa Pecut. Ambil besi baja itu di bengkel kerja para pande besi di sudut pasar ini "Lalu iapun berteriak pula " Sura Dengkek. Tangkap Gajah Tengara.
Kemudian ikat di belakang kudaku"
"Baik Nyi" jawab Singa Pecut dan Sura Dengkek hampir berbareng.
Keduanyapun kemudian bergerak serentak bersama beberapa orang pengikut Wora-wari Bang. Murid-murid Alap-alap Perakpun kemudian telah mulai bergerak pula.
Ki Gajah Tengara merasa betapa Wora-wari Bang itu
meremehkankannya, sehingga Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak itu masih tetap saja duduk di punggung kuda mereka.
Tetapi sebaliknya, Ki Gajah Tengara tidak ingin meremehkan lawannya. Siapapun yang dihadapinya, maka ia akan melawannya dengan sungguh-sungguh.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mungkin yang disebut Sura Dengkek itu memang seorang yang memiliki ilmu setinggi Wora-wari Bang sendiri" berkata Ki Gajah Tengara didalam hatinya.
Demikianlah, maka sejenak kemudian Ki Gajah Tengara
telah berhadapan dengan orang yang disebut Sura Dengkek itu. Menilik ujudnya Sura Dengkek agaknya memang seorang yang pantas diandalkan. Karena itu, maka Ki Gajah
Tengarapun segera mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
"Sudahlah. Menyerah sajalah Ki Sanak" berkata Sura
Dengkek. Suaranya agak parau dengan nada yang tinggi.
Ki Gajah Tengara menarik nafas panjang. Katanya "Kau jangan terlalu merendahkan kami, Ki Sanak. Mungkin kau seorang yang berilmu tinggi, kepercayaan perempuan iblis itu.
Tetapi kau tentu tahu, bahwa aku tidak akan menyerah.
Bahkan kepada perempuan iblis itu atau kepada Ala-alap liar itu"
"Bungkam mulutnya, Sura Dengkek. Jangan kau ajak orang itu bicara. Mulutnya akan menaburkan umpatan kasar yang tidak pantas didengar"
Sura Dengkek memang tidak berbicara lagi. Iapun segera bersiap untuk menyerang.
Dengan demikian, maka para pengikut Wora-wari Bang dan para pengikut Alap-alap Perakpun telah bersiaga pula. Ketika Sura Dengkek itu meloncat menyerang, maka para pengikut Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak yang lainpun berloncatan menyerang pula.
Dengan demikian, maka pertempuranpun segera terjadi.
Sura Dengkek menyerang dengan garangnya. Demikian pula kawan-kawannya yang lain.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun para murid dari perguruan Gajah Tengara itupun telah siap pula. Merekapun segera bergerak pula. Tubuh mereka yang tinggi dan besar itu mempunyai pengaruh atas tenaga dan kekuatan mereka. Karena itu, ketika benturan-benturan terjadi antara para cantrik dari perguruan Gajah Tengara dengan para pengikut Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak, maka raksasa-raksasa itupun menunjukkan kelebihan mereka.
Ternyata raksasa-raksasa itu tidak sekedar mengandalkan tenaga dan kekuatan mereka. Tetapi sebagai murid dari sebuah perguruan, maka merekapun memiliki landasan ilmu kanuragan.
Karena itu, maka kemampuan mereka dalam ilmu ka-
nuragan, serta tenaga dan kekuatan raksasa mereka, telah membuat lawan-lawan mereka menjadi berdebar-debar.
Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak memperhatikan
pertempuran itu dengan saksama. Meskipun para cantrik dari perguruan Gajah Tengara itu memiliki kelebihan dari para pengikut mereka, tetapi jumlah pengikut mereka jauh lebih banyak dari para cantrik dari perguruan Gajah Tengara itu.
Karena itu, maka pertempuran itupun segera menjadi
semakin sengit. Kedua belah pihak telah berusaha dengan segenap kemampuan mereka untuk mendesak lawan-lawan
mereka. Wora-wari Bang dan Ala-alap Perak sekali-sekali terkejut melihat
para pengikutnya yang dilemparkan oleh raksasaraksasa itu seperti seekor pelanduk yang dilemparkan oleh seekor gajah dengan belalainya.
Namun para pengikut Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak itupun cukup berpengalaman pula. Merekapun mempunyai http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
daya tahan tubuh yang cukup, sehingga demikian mereka terpelanting jatuh, maka merekapun segera bangkit kembali.
Dalam pada itu, perhatian Wora-wari Bang serta Alap-alap Perak itu lebih banyak tertuju kepada pertempuran yang terjadi antara parapengikut mereka dengan para murid dari perguruan
Gajah Tengara. Dengan demikian, maka merekapun tidak terlalu memperhatikan Singa Pecut dan kawan-kawannya yang pergi ke sudut pasar dibagian agak kebelakang, yang sedang menjalankan perintah untuk
mengambil besi dan baja, bahan untuk membuat pedang yang diserahkan oleh para murid dari perguruan Gajah Tengtara kepada para pande besi yang terjadi adalah murid-murid dari perguruan Tamabak Waja.
Singa Pecut yang diserahi memimpin kawan-kawannyapun telah pergi menemui para pande besi yang berkumpul di depan bengkel mereka yang sudah ditutup dan diselarak dengan kokoh.
"Siapakah yang menjadi pemimpin kalian?" bertanya Singa Pecut.
"Aku" jawab murid tertua dari perguruan Tambak Waja itu.
"Aku datang atas perintah Wora-wari Bang untuk
mengambil besi baja yang telah diserahkan oleh para cantrik dari perguruan Gajah Tengara kepada kalian untuk dibuat pedang"
"Apakah hak Wora-wari Bang sehingga ia memerintahkan Ki Sanak untuk mengambil besi baja itu?"
"Kalian mempertanyakan hak Wora-wari Bang?"
"Ya" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hak Wora-wari Bang berada di ujung senjata. Sebaiknya kalian tidak berbuat macam-macam. Serahkan sajak besi baja itu.Kemudian kami ,akan segera pergi. Kami tidak akan mengusik kalian. Kami akan mengambil besi dan bajak-milikkalian. Yang akan kami ambil adalah besi baja yang diserahkan oleh para cantrik dari perguruan Gajah Tengara untuk dibuat pedang. Besi baja itu sebenarnya adalah milik kami.
Mereka mencurinya dan kemudian mereka membawanya kepada kalian. Sekarang kami datang mengambil milik kami" "Omong kosong. Aku tahu benar sifat orang-orang dari perguruan Gajah Tengara. Mereka tidak akan mencuri besi baja atau mencuri apapun. Justru kalianlah pembohong besar itu. Seluruh pengikut Wora-wari Bang dan Alap-ala Perak adalah pembohong besar"
"Jadi tegasnya kalian berani menolak keinginan Wora-wari Bang serta Ki Alap-alap Perak"
"Ya. Kami harus melindungi bahan-bahan pedang yang
sudah diserahkan kepada kami.Itu adalah tanggung-jawab kami. Kami tidak akan menyerahkan kepada siapapun juga.
Kami hanya akan menyerahkan kepada para cantrik dari perguruan Gajah Tengara. Mereka sudah memberkan pula uang panjar kepada kami untuk membuat besi dan baja itu menjadi pedang. Sekarang besi baja itu sudah kami blabari menjadi tiga belas batang pedang".
"Besi baja yang sudah di bentuk menjadi kalian membawa mayat kami saja daripada kalian harus membawa besi baja itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami tidak akan memberikannya. Lebih baik kalian
membawa mayat kami saja daripada kalian harus membawa besi baja itu"
"Persetan. Jika demikian, bersiaplah untuk mati. Aku percaya bahwa kalian adalah para pende besi yang
mempunyai tenaga yang besar karena setiap hari kalian bekerja keras dengan mempergunakan tenaga kalian. Tetapi untuk memasuki arena pertempuran, tenaga saja sama sekali tidak cukup. Bahkan dengan tenaga yang kecil, kami akan memusnahkan kalian"
Murid perguruan Tambak Waja yang tertua itu tidak
menjawab. Tetapi ia telah memberikan isyarat kepada
saudara-saudara seperguruannya untuk bersiap.


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sing Pecut itupun kemudian berteriak kepada kawan-
kawannya " Ambil besi baja yang ada di dalam bengkel itu.
Pecahkan gubug-gubug reot itu. Siapa yang mencoba
menghalangi, singkirkan saja. Tikam sampai ke jantung atau penggal saja kepalanya"
Kawan-kawan Singa Pecut itupun segera bergerak. Tetapi tanpa diduga, maka para pande besi itupun dengan
tangkasnya telah menyerang mereka.
Singa Pecut dan kawan-kawannya terkejut. Para pande besi itu ternyata tidak saja mengandalkan tenaga mereka. Tetapi merekapun ternyata juga berbekal ilmu kanuragan yang memadai.
Demikianlah, maka di sekitar bengkel pande besi itupun telah terjadi pertempuran pula. Para pengikut Wora-wari Bang dan Alap-alap perak ternyata salah duga. Karena itu, maka demikian mereka mulai terlibat dalam pertempuran, orang-http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang yang terlalu meremehkan lawannya segera terpelanting dari arena.
Sambil mengumpat merekapun berloncatan bangkit.
Dengan cepat merekapun kembali memasuki arena pertempuran. Namun ada diantara mereka yang tulang
belakangnya terasa sakit. Atau tulang-tulang iganya yang terkena serangan kaki lawannya dengan tiba-tiba itu, terasa bagaikan menjadi retak.
Ternyata para pande besi itu benar-benar telah membingungkan kawan-kawan Singa Pecut. Namun kawan-
kawan Singa Pecut yang memiliki pengalaman yang luas dalam petualangan mereka di dunia olah kanuragan, maka merekapun segera dapat menempatkan diri.
Meskipun demikian, tetapi para pande besi itu merupakan satu
kekuatan yang harus mereka hadapi dengan mengerahkan segenap kamampuan mereka.
Dengan demikian, maka pertempuran yang terjadi di mulut pasar serta di sudut belakang pasar itupun semakin lama menjadi semakin sengit. Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak yang amsih dudu di punggung kudanya mulai menjadi gelisah.
Meskipun para pengikut mereka jumlahnya lebih banyak, tetapi mereka tidak segera mampu menguasai lawan-lawan mereka. Bahkan para pengikut mereka yang mereka
perintahkan untuk mengambil besi baja itu mash juga
bertempur di bagian belakang pasar itu.
"Kenapa mereka tidak membunuh saja para pande besi
yang berusaha untuk menghalangi" berkata Wora-wari Bang.
Alap-alap Perakpun menggeram. Namun mereka tidak
segera pergi ke bagian belakang pasar itu, karena
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertempuran yang sengit masih saja terjadi pintu gerbang pasar dan sekitarnya
Semakin lama pertempuran itupun menjadi semakin sengit.
Para pengikut Wora-wari Bang serta para pengikut Alap-alap Perak, semakin menyadari pula, bahwa mereka tidak akan dapat meremehkan lawan-lawan mereka lagi. Apalagi ketika sudah ada diantara para pengikut Wora-wari Bang serta Alap-alap Perak itu yang terpelanting jatah dan tidak mampu untuk bangkit dan meneruskan pertempuran karena tulang-tulang mereka benar-benar telah patah.
Dalam para itu, Sura Dengkek tidak lagi dapat bersadar menghadapi raksasa-raksasa yang mengamuk itu. Seorang diantara kawan Sura Dengkek itu terlempar dengan kekuatan yang besar sekali sehingga terjatuh di seberang jalan membentur sebatang pohon pelindung yang sudah tua
sehingga batangnya menjadi sangat besar.
Orang itupun kemudian terkapar tanpa dapat bangkit lagi.
Sura Dengkek yang marahpun kemudian telah mengerahkan tenaga dan kemampuannya. Bahkan kemudian Sura Dengkek itu telah menggenggam sebilah golok yang besar.
Namun ia berhadapan dengan Ki Gajah Tengara sendiri. Ki Gajah Tengarapun kemudian telah memegang sebilah pedang.
Meskipun pedangnya bukan pedang yang dikerjakan oleh pande besi dari perguruan Tapak Waja, namun pedang Ki Gajah Tengara adalah pedang yang sangat baik. Bahkan lebih baik dari pedang yang dipergunakan sebagai contoh untuk membuat tiga belas batang pedang.
Dengan pedang ditangan, maka Ki Gajah Tengarapun
bertempur semakin garang melawan Sura Dengkek yang
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersenjata golok. Tetapi karena keduanya kemudian bersenjata, maka Sura Dengkekpun justru menjadi semakin terdesak.
Tetapi karena jumlah para pengikut Wora-Wari Bang ser"ta Alap-alap Perak itu lebih banyak, maka Sura Dengkek dapat memerintahkan dua orang untuk membantunya.
Meskipun kemudian Ki Gajah Tengara harus bertempur
melawan tiga orang, namun Ki Gajah Tengara itu tidak segera dapat dikuasai oleh lawan-lawannya.
Sementara itu, di depan bengkel pande besi yang terdiri dari para murid perguruan Tapak Waja, pertempuranpun menjadi semakin sengit pula. Murid dari perguruan Tapak Waja yang tertua, yang kebetulan sedang berada di pasar itu, telah bertempur melawan Singa Pecut. Betapapun garangnya Singa Pecut, namun menghadapi murid dari perguruan Tapak Waja itu, Singa Pecut harus memeras segenap tenaga dan kemampuannya.
Meskipun demikian, murid dari Tapak Waja itu msih saja mampu mengimbanginya.
Dengan demikian maka pertempuran yang terjadi di depan bengkel para pande besi dari perguruan Tapak Waja itu menjadi semakin sengit. Para pengikut Wora-wari Bang serta Alap-alap Perak bertempur semakin lama semakin garang dan bahkan semakin kasar.
Tetapi murid-murid dari perguruan Tapak Waja yang
bertempur dengan mapan itu masih mampu mengimbangi
mereka. Wora-waru Bang serta Alap-alap Perak itu menjadi semakin tidak telaten. Wora-wari Bang itupun kemudian berteriak "Sura Dengkek. Kau mampu atau tidak menangkap Gajah Tengara http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mengikatnya di belakang kudaku. Aku ingin membawanya dengan mengalungkan dadung dari sabut kelapa di lehernya.
Jika ia berkeberatan, maka aku akan menyeretnya sampai semua kulitnya terkelupas seperti pisang yang sudah dikuliti"
Sura Dengkek itupun berteriak pula "Aku akan menangkapnya" Bersama dua orang kawannya, Sura Dengkekpun mempercepat tatanan geraknya. Bertiga mereka menyerang Ki Gajah Tengara dari tiga arah yang berbeda. Masing-masing bergerak semakin cepat susul menyusul seperti gelombang di lautan.
Tetapi Ki Gajah Tengara tetap saja mampu mempertahankan diri. Bahkan dengan kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya, Ki Gajah Tengara semakin mempersulit keadaan Sura Dengkek. Apalagi jika ia mengikat perintah Nyi Wora-wari Bang. Jika ia tidak berhasil, maka nasibnya akan menjadi sangat buruk. Bahkan tidak mustahil bahwa jika ia tidak berhasil menangkap dan mengikat Ki Gajah Tengara
di belakang kudanya, maka dirinya akan menggantikannya. Diseret di belakang kuda Nyi Wora-wari Bang.
Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak memang tidak yakin, bahwa Sura Dengkek bersama kedua orang kawannya akan dapat menangkap Ki Gajah Tengara.
Karena itu, maka Wora-wari Bang itupun kemudian berkata
"Aku tidak sabar lagi. Biarlah aku membunuh Gajah Tengara.
Jika Gajah Tengara itu mati, maka yang lainpun akan segera mengalami nasib yang sama. Aku ingin membunuh setiap orang dari kelima belas raksasa itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukankah kau akan mengikat Gajah Tengara itu di
belakang kudamu?" "Aku sekarang justru ingin membunuhnya dan membunuh
yang lain" "Lalu apa yang harus aku laakukan" Apakah aku akan tetap saja menjadi penonton?"
"Jika kau ingin juga membunuh, maka lakukan agar kerja kita cepat selesai"
"Bagus. Jika kau tidak berkeberatan, aku justru ingin membunuh Gajah Tengara. Beberapa tahun yang lalu, aku telah gagal melakukannya, karena ia lari masuk ke dalam pasar. Nah, sekarang aku mendapat kesempatan lagi"
Wora-wari Bang itu termangu-mangu sejenak. Namun
kemudian iapun menarik nafas panjang sambil berkata
"Terserahlah kepadamu. Jika kau ingin melepaskan dendamu, lakukan. Aku akan membunuh yang lain. Agaknya senang sekali membunuh raksasa-raksasa dungu itu. Aku kemudian akan mendapat gelar Pembunuh Raksasa"
"Terimakasih" Alap-alap Perakpun tertawa sambil berkata
"Ternyata aku tidak akan pernah mendapat permainan yang menyenangkan seperti kali ini"
Kedua orang itupun segera berloncatan turun dari kuda mereka dan menambatkan kuda mereka pada sebatang pohon perdu di pinggir jalan.
Setapak-setapak keduanya melangkah mendekati arena
pertempuran. Dari jarak yang agak jauh mereka sempat memperhatikan pertempuran yang terjadi di depan bengkel para pande besi itu. Ternyata para pengikut Wora-wari Bang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan Alap-alap Perak itu juga tidak segera dapat menguasai lawan-lawan mereka.
"Iblis laknat" geram Wora-wari Bang "anak-anak, di bagian belakang pasar itu juga memerlukan perhatian"
"Baik. Kita akan menyelesaikan raksasa-raksasa
ini secepatnya. Kemudian kita akan membunuh para pande besi yang sombong itu"
Dengan geram Wora-wari Bang yang bengis itupun
kemudian segera memasuki arena pertempuran, sementara Alap-alap Perakpun menyusup dan menyibak mereka yang sedang bertempur itu.
Sejenak kemudian, maka Alap-alap Perakpun sudah
berhadapan dengan Ki Gajah Tengara.
"Sudah waktunya sekarang, Gajah Tengara" berkata Alap-alap Perak.
"Waktunya apa?" bertanya Gajah Tengara.
"Waktunya mayatmu dilemparkan ke jalan di depan pasar ini untuk menjadi makanan burung-burung bangkai yang berterbangan itu"
"Aku harus mengakui kelebihanmu waktu itu, Alap-alap Perak. Tetapi sudah tentu bahwa aku tidak akan begitu saja menyerahkan kepalaku. Jika kau memaksakan pertempuran sekarang, maka aku akan berusaha untuk membunuhmu"
Alap-alap Perak itu tertawa berkepanjangan. Namun
demikian Alap-alap Perak berhenti tertawa, orang-orang itu masih juga mendengar suara tertawa yang lain.
Mereka yang sempat, segera berpaling. Mareka melihat dua orang berdiri tidak jauh dari arena pertempuran. Pada saat Alap-alap Perak itu berhenti tertawa, maka keduanyapun http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertawa berbareng. Seorang diantara merekapun justru melangkah mendekati arena sambil berkata "Aku tidak
mengira, bahwa kita akan bertemu disisi, Alap-alap Perak"
"Mina" geram Alap-alap Perak. Jantungnyapun kemudian menjadi berdebar-debar.
"Bukankah perjumpaan kita terakhir terjadi setahun yang lalu, para saat kau datang ke padepokanku" Kalau tidak keliru waktu itu, kau juga datang berwana iblis betina itu. Nah, sekarang kita bertemu disini"
"Setan kau Mina. Seharusnya kau tidak usah turut campur"
"Aku tidak akan turut campur. Aku datang untuk mem-
peringatkanmu, bahwa kita masih akan berjumpa lagi. Nah, tiba-tiba saja kita berjumpa lagi sekarang"
"Belum saatnya aku menjumpaimu Mina. Nanti, jika saatnya tiba, aku akan datang ke
padepokanmu. Aku akan membunuhmu dan membunuh semua penghuni padepokanmu. Aku akan memiliki harta karun yang tertanam di bawah padepokanmu itu. Akupun akan menguasai benda keramat yang dapat menjadikan semua benda yang lain
menjadi emas itu" "Jika demikian, sekarang pergilah. Kau dan Wora-wari Bang itu jangan mengganggu ketenangan hidup orang lain. Biarlah para cantrik dari perguruan-perguruan, yang lain menikmati kehidupan damai mereka?"
"Kau tidak berhak mencampuri persoalanku dengan
perguruan Gajah Tengara"
"Kau berbicara tentang hak" Apakah yang kau lakukan itu juga berdasarkan atas hak?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Persetan. Pergilah. Jika kau tidak mau pergi, maka kaulah yang pertama-tama akan aku bunuh"
"Kenapa tidak kau lakukan jika kau mampu" Alap-alap
Perak. Sekali lagi aku katakan, pergilah atau kau akan berhadapan dengan aku sekarang. Aku tidak akan sabar menunggu kedatanganmu di padepokanku setelah setahun lamanya. Adalah kebetulan bahwa kita telah bertemu disini.
Nah, apalagi yang kita tunggu?"
"Ki Sanak "Ki Gajah Tengara itupun menyela "persoalan ini memang persoalanku dengan Alap-alap Perak yang ingin merampas bukan saja besi baja, bahan yang akan kami
jadikan senjata, tetapi mereka juga akan merampas tanah dan padepokan kami"
"Aku hargai sikapmu, Ki Gajah Tengara. Tetapi persoalan antara aku dan Alap-alap Perak itu sudah berlangsung sejak setahun yang lalu. Bahkan lebih dari itu. Karena itu, maka aku akan menyelesaikannya lebih dahulu. Jika aku gagal, maka terserah kepadamu. Selesaikan persoalanmu dengan Alap-alap Perak menurut caramu"
"Alap-alap Perak" terdengar suara Wora-wari Bang
melengking. Lengking suaranya itu merupakan ciri bahwa kemarahannya sudah merambah sampai ke ubun-ubun
"bunuh saja Mina itu lebih dahulu. Aku akan membantumu"
"Kau tidak akan dapat membantunya Wora-wari Bang. Aku membawa kawan bermain bagimu sebelum kau mendapat
gelar Pembunuh Raksasa. Murid Bungsu Ki Margawasana akan menghadapimu. Jika kalian berdua tidak mau pergi, maka kami berdua akan menghadapimu. Sementara itu, orang-orangmu ternyata tidak mampu mengalahkan para murid Ki Gajah Tengara"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jahanam kau Mina. Apakah para pande besi itu orang-
orangmu sehingga berani melawan kami?"
"Bukan. Tetapi agaknya kau telah salah hitung. Kau kira bahwa tidak ada orang yang berani melawanmu. Ternyata para pande besi itu telah menempatkan diri di pihak
perguruan Gajah Tengara. Dengan demikian, maka kalian telah mengalami kesulitan sehingga kalian berdua tergesa-gesa untuk tampil di arena"
"Cukup. Aku akan membunuhmu"
Tiba-tiba saja Alap-alap Perak itu telah menyerang Ki Udyana. Namun Ki Udyanapun telah siap menghadapinya.
Karena itu, maka iapun segera meloncat mengelak sambil berkata lantang "Ki Gajah Tengara. Hancurkan para pengikut Alap-alap Perak serta Wora-wari Bang. Biarlah orang berambut putih ini aku hadapi, sedang iblis betina yang liar itu akan dihadapi oleh murid bungsu Ki Margawasana"
Ki Gajah Tengara tidak menjawab. Iapun segera bersiap untuk kembali menghadapi Sura Dengkek yang sempat
beristirahat sejenak. Bersama dengan dua orang kawannya. Sura Dengkek tidak menunggu lebih lama lagi. Ia segera tanggap akan keadaan.
Alap-alap Perak itu tidak jadi turun berhadapan dengan Ki Gajah Tengara. Tetapi Alap-alap Perak itu akan berhadapan dengan orang yang disebutnya Mina itu.
Dalam pada itu, sambil bertempur, Ki Gajah Tengara
sempat berkata kepada dirinya sendiri "Jadi orang-orang ini adalah murid-murid Ki Margawasana"
Sementara itu raksasa yang telah menyeret Wikan dari bengkel para pande besi dan melemparkannya keluar regol pasarpun telah menyesali perbuatannya. Ia sama sekali tidak http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu, bahwa murid Ki Margawasana telah berjongkok di depan bengkel pande besi itu. Justru pada saat para pengikut Worawari Bang dan Alap-alap Perak mengancam akan mengambil besi baja perguruannya.
Pada saat Alap-alap Perak mulai bertempur melawan Ki Mina, maka Wikanpun telah mendekati Wora-wari Bang sambil berkata "Sebaiknya kau batalkan saja niatmu yang jahat itu.
Kenapa kau demikian serakah untuk mengambil hak orang lain"
Kemarahan Wora-wari Bang telah membuat wajahnyapun
menjadi merah seperti pakaiannya. Dengan geram iapun berkata "Kau anak kemarin sore sudah berani menantangku.
Bukankah kau sudah pernah mendengar namaku?"
"Bukan hanya namamu. Setahun yang lalu kaupun pernah datang
ke padepokanku. Tetapi kau tidak berdaya menghadapi bibi. Sekarang kau tidak lagi berhadapan dengan bibi, tetapi berhadapan dengan aku"
"Kematianmu sudah diambang pintu. Sebutlah nama ayah dan ibumu. Mereka akan segera kehilangan anak laki-lakinya yang mungkin mereka sayangi"
"Kau sendiri akan menyebut nama siapa" Nama Alap-alap Perak atau siapa" Atau menyebut nama Ajag Wereng yang telah terbunuh setahun yang lalu?"
"Tutup mulutmu cah edan. Aku akan melumatkanmu"
Wikan tidak menjawab lagi. Ia sadar bahwa Wora-wari
Bang adalah seorang perempuan yang bengis, licik tetapi juga berilmu tinggi. Karena itu, maka Wikan harus berhati-hati menghadapinya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, maka sejenak kemudian, Wikan dan Wora-
wari Bang itupun sudah terlibat dalam pertempuran yang sengit. Wora-wari Bang ingin dengan cepat menyelesaikan lawannya yang masih terlalu muda itu.
Namun, meskipun Wikan masih terlalu muda, tetapi ia
benar-benar sudah cukup matang menguasai ilmunya. Karena itu, maka ketika Wora-wari Bang itu menyerangnya,
Wikanpun telah siap menghadapinya.
Sejenak kemudian, maka Wikan dan Wora-wari Bang itupun telah meningkatkan ilmu mereka. Keduanya saling menyerang dengan kemampuan mereka yang semakin tinggi.
Namun Wora-wari Bang itu akhirnya harus mengakui
kenyataan yang dihadapinya. Wikan adalah anak muda yang berilmu tinggi.
Sebenarnya Wora-wari Bang sejak semula mengetahui
bahwa anak muda itu berilmu tinggi. Tetapi kenyataan yang dihadapinya justru membuat jantungnya semakin berdebar-debar. Wikan memiliki ilmu yang lebih tinggi dari dugaannya.
Sementara itu Alap-alap Perakpun mengumpat sejadi-jadi ketika serangan Ki Udyana mulai menyeruak pertahanannya.
Ketika tangan Ki Udyana mulai menyentuh dadanya, maka Alap-alap Perakpun semakin menyadari, bahwa Ki Udyana adalah orang yang berilmu sangat tinggi.
"Jika saja kami datang bersama Ki Sangga Geni" berkata Alap-alap Perak kepada diri sendiri.
Demikianlah pertempuran itu semakin lama menjadi
semakin sengit. Di depan bengkel para pande besi itupun pertempuran menjadi semakin memuncak pula. Ternyata para pande besi, yang ternyata murid-murid dari perguruan Tapak Waja itu, semula tidak diperhitungkan oleh Wora-Wari Bang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan Alap-alap Perak. Namun ternyata bahwa keberadaan mereka di bengkel mereka untuk mempertahankan besi dan baja, bahan yang akan dibuat pedang itu, telah sangat mengganggu. Bahkan para pengikut Wora-wari Bang dan
Alap-alap Perak itu mengalami kesulitan untuk menembus pertahanan murid-murid dari perguruan Tapak Waja itu.
Sedangkan Sura Dengkek dan kedua orang kawannyapun
merasa sangat sulit untuk menguasai Ki Gajah Tengara.
Raksasa yang rambutnya sudah diwarnai dengan beberapa lembar uban itu, ternyata masih merupakan seorang yang sangat garang.
Sedangkan raksasa-raksasa yang lainpun bertempur dengan garangnya pula. Tenaga dan kemampuan mereka sangat


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyulitkan lawan-lawan mereka untuk mengatasinya.
Raksasa-raksasa itu meskipun tubuhnya besar dan bahkan ada yang agak gemuk, namun mereka mampu bergerak dengan
cepat. Dengan demikian, maka para pengikut Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak itu tidak segera menemukan lubang-lubang yang dapat ditembus. Bahkan semakin lama, raksasa-raksasa itu justru semakin mendesaknya.
-ooo0dw0ooo- http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 21 SEBENARNYALAH harapan mereka semula bertumpu pada Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak. Jika mereka berada di tengah-tengah para pengikutnya, maka mereka tentu tidak akan membutuhkan waktu terlalu lama. Mereka akan dengan cepat menghancurkan lawan-lawan mereka. Wora-wari Bangpun akan segera dapat mempergunakan sebutan Pembunuh Raksasa. Tetapi yang terjadi kemudian, Wora-wari Bang telah
tersangkut pada perlawanan murid bungsu Ki Margawasana.
Dengan semakin meningkatkan ilmunya, Wora-wari Bang
berusaha untuk mendesak Wikan. Serangan-serangan kakinyalah yang kemudian menjadi semakin cepat dan
berbahaya. Namun Wikanpun mampu bergerak secepat lawannya.
Setiap kali Wikan masih juga berhasil menghindar.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun ketika terjadi benturan yang tidak dapat dihindari karena serangan Wora-wari Bang yang cepat dan tiba-tiba, sehingga Wikan tidak sempat menghindar, sehingga Wikan harus menangkisnya, maka Wora-wari Bangpun terkejut.
Benturan itu justru telah menggetarkannya, sehingga ia terdorong surut selangkah. Sementara itu Wikan masih tetap saja berdiri di tempatnya dengan satu kakinya yang ditariknya ke belakang serta merendah pada lututnya.
"Ternyata untuk melawan anak ini aku harus mengerahkan segenap kemampuanku"
Ketika kemudian mereka kembali bertempur, Wora-wari
Bang benar-benar telah meningkatkan ilmunya semakin tinggi.
Sementara itu Alap-alap Perakpun harus mengakui
kenyataan yang dihadapinya. Ki Udyana adalah seorang yang pilih tanding.
Meskipun demikian, Alap-alap Perak itu masih berusaha membesarkan hatinya.
"Mungkin setahun yang lalu, aku masih belum mampu
mengalahkan Ki Mina. Tetapi sekarang tentu berbeda. Ilmuku tentu sudah menjadi semakin tinggi sehingga dalam waktu singkat
aku tentu akan dapat mengalahkannya dan membunuhnya. Sedangkan Wora-wari Bang itupun akan
segera melumatkan orang yang disebut murid bungsu Ki Margawasana"
Setelah membunuh murid bungsu Ki Margawasana, Alap-
alap Perak berharap Wora-wari Bang itu akan segera
bergabung bersamanya. Tetapi jangankan membunuh murid bungsu Ki Marga-
sawana. Untuk menembus pertahanannya dan menyentuh
kulitnyapun Wora-wari Bang mengalami kesulitan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, semakin lama Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak itu semakin merasakan tekanan yang bertambah-tambah berat. Betapapun mereka meningkatkan ilmu mereka, namun mereka tidak akan mampu mengatasi kedua orang
murid Ki Margawasana itu. Sedangkan para pengikut Worawari Bang dan para pengikut Alap-alap Perak itupun
mengalami kegagalan pula untuk menguasai orang-orang dari perguruan Gajah Tengara. Raksasa-raksasa itu meskipun jumlahnya lebih sedikit dari lawan-lawan mereka, tetapi mereka memiliki kelebihan. Selain tubuh mereka yang tinggi besar, serta tenaga dan kekuatan mereka yang sangat besar, merekapun menjadi berbesar hati dengan kehadiran dua orang yang semula tidak mereka kenal. Yang semula mereka curigai dan bahkan mereka dorong keluar dari pasar itu.
Namun ternyata keduanya adalah orang yang berilmu
sangat tinggi. Keduanya mampu mengimbangi Wora-wari
Bang serta Alap-alap Perak.
Sementara itu, di sudut pasar, para murid dari perguruan Tapak Waja telah mendesak lawan-lawan mereka ketengah-tengah pasar. Para pengikut Wora-wari Bang dan para
pengikut Alap-alap Perak itu akhirnya harus mengikuti, bahwa orang-orang yang bekerja di bengkel pande besi itu adalah orang-orang yang berilmu pula, sehingga mereka tidak dapat begitu saja memaksakan kehendak mereka.
Meskipun kemarahan Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak seakan-akan telah membakar ubun-ubun mereka, namun
mereka tidak dapat mengingkari kenyataan, bahwa mereka berhadapan dengan lawan yang tidak akan dapat mereka kalahkan. Demikian para pengikut mereka. Para pengikut merekapun akan sangat sulit untuk dapat mengalahkan murid-murid dari perguruan Gajah Tengara serta murid-murid dari perguruan Tapak Waja.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, tiba-tiba saja Wora-wari Bang itupun telah memberikan satu isyarat kepada seorang penghubungnya.
Tiba-tiba saja penghubungnya itu telah meneriakkan aba-aba yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain kecuali oleh para pengikutnya serta para pengikut Alap-alap Perak yang menyertainya itu.
"Aba-aba sandi" desis Ki Udyana.
Tetapi mereka tidak mempunyai kesempatan untuk
memecahkan isyarat sandi itu.
Tiba-tiba arena pertempuran itupun bergejolak. Beberapa orang pengikut Wora-wari Bang serta Alap-alap Perak tiba-tiba saja telah menyerang Ki Udyana dan Wikan. Beberapa ujung senjata terjulur dari segala arah.
Gerakan itu memang agak mengejutkan Ki Udyana dan
wikan. Sementara itu, Wora-wari Bang dan Alap-alap Perakpun telah menghentakkan ilmunya pula.
Ki Udyana dan Wikan yang cerkejut itupun terdesak
beberapa langkah surut. Namun merekapun segera menemukan landasan perlawanan mereka yang mapan.
Apalagi ketika para murid dari Gajah Tengara yang
ditinggalkan lawan-lawannya, telah menyusul mereka.
Namun untuk beberapa saat, arena pertempuran itupun
bagaikan diaduk. Para pengikut Wora-wari Bang serta parapengikut Alap-alap Perak itu telah membuat gerakan-gerakan yang tidak sewajarnya.
Ki Udyana dan Wikanpun menjadi curiga. Tetapi sebelum mereka menemukan jawab dari gejolak yang terjadi, maka Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak itu telah melompat meninggalkan arena pertempuran.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Udyana dan Wikanpun terlambat sekejap. Namun yang sekejab itu telah dipergunakan oleh Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak dengan sebaik-baiknya.
Ternyata waktu yang sekejap itu telah membuat jarak yang panjang. Meskipun Ki Udyana dan Wikan memiliki kemampuan serta tenaga dalam yang tinggi, namun ternyata Ki Udyana telah memberi isyarat kepada Wikan, agar mereka tidak usah mengejar Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak.
Wikanpun telah mengekang diri. Meskipun ia yakin akan dapat mengejar Wora-wari Bang, tetapi karena Ki Udyana telah memberikan isyarat, sehingga pertempuran tidak melakukannya.
Sementara itu, pertempuran yang kacau itupun menjadi semakin kacau ketika para pengikut Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak berlari-larian meninggalkan arena. Mereka berlari bercerai berai ke arah yang berbeda-beda.
Ternyata Ki Gajah Tengarapun telah memberikan isyarat kepada para muridnya untuk tidak memburu lawan-lawan mereka.
"Berbahaya bagi kalian. Jika kalian berusaha mengejar mereka, maka kalian akan dapat bertemu dengan Wora-wari Bang atau Alap-alap Perak yang tiba-tiba saja muncul.
Wikan menarik nafas panjang. Jika saja ia mengejar Worawari Bang, maka para murid Gajah Tengara itu tidak akan khawatir untuk mengejar para pengikutnya. Tetapi paman-nyalah yang mencegahnya.
Sementara itu, para pengikut Wora-wari Bang dan para pengikut Alap-alap Perak yang bertempur melawan para murid dari perguruan tambak Wajapun semuanya telah melarikan diri pula.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena para murid Ki Gajah Tengara tidak memburu lawan-lawan mereka, maka para murid dari perguruan Tambak Waja itupun tidak mengejar lawan-lawan mereka pula.
Beberapa saat kemudian, maka para murid Ki Gajah
Tengara dan para murid dari perguruan Tambak Waja itupun sudah berkumpul didalam pasar. Ternyata ada pula diantara mereka yang terluka. Bahkan parah. Tiga orang raksasa dan dua orang pande besi tidak dapat bangkit sehingga mereka memerlukan
pertolongan saudara-saudara seperguruan mereka. Lima orang yang lain terluka pula dibeberapa bagian dari tubuhnya. Meskipun luka mereka terhitung agak parah, tetapi mereka masih dapat menolong diri mereka sendiri.
Sedangkan murid-murid yang lain, hampir semuanya telah terluka.
Namun mereka tidak dapat meninggalkan begitu saja para pengikut Wora-wari Bang dan pengikut Alap-alap Perak yang tertinggal. Tujuh orang terluka sangat parah. Bahkan seorang diantara mereka sama sekali sudah tidak dapat bergerak, bahkan tidak lagi dapat mengerti apa yang terjadi disekitamya.
Lebih dari sepuluh orang diantara mereka yang tidak sempat meninggalkan arena. Bahkan seorang yang hanya terluka oleh goresan-goresan kecil tidak berusaha melarikan diri, karena adiknya terluka sangat parah. Adiknya itu pulalah yang seakan-akan tidak lagi mempunyai harapan untuk hidup.
Ki Gajah Tengaralah yang kemudian bertanya kepada orang yang hanya tergores kulitnya itu "Kenapa kau tidak melarikan diri seperti kawan-kawanmu itu?"
"Aku tidak dapat meninggalkan adikku. Ketika aku
membawanya, ibuku berpesan kepadaku agar aku menjaganya dengan baik"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibumu tahu. bahwa kau telah bergabung dengan
gerombolan Wora-wari Bang dan gerombolan Alap-alap
Perak?" "Tidak. Ibu tidak tahu. Yang ibu tahu, aku telah membawa adikku untuk mencari ilmu yang dapat menjadi bekal hidupnya dimasa datang"
"Kenapa kau bawa adikmu ke dalam gerombolan itu"
Bukankah lebih baik jika kau tidak membawanya sama sekali?"
"Aku sangat menyesali apa yang telah aku lakukan Karena itu, sekarang aku tidak akan pergi"
"Kau tahu, bahwa kami dapat membunuhmu Membunuh
semua orang yang dapat kami tangkap dalam pertempuran ini"
"Aku tahu. Seandainya aku harus mati, aku mempunyai
satu permintaan. Jika mungkin tolonglah adikku. Biarlah ia tetap hidup. Aku masih berpengharapan, bahwa ia akan menjadi orang yang baik. Adikku itu bukan aku. Sifat kita memang jauh berbeda. Bahkan bertolak belakang"
Ki Gajah Tengara itupun menarik nafas panjang. Namun kemudian katanya "Aku akan membawa kawan-kawanmu
yang terluka itu ke padepokanku. Aku akan berusaha
mengobati mereka. Aku tidak tahu, apa yang akan mereka lakukan jika mereka berkesempatan sembuh. Mungkin mereka akan dapat menilai semua perbuatan mereka dengan
pertimbangan baik dan buruk. Tetapi sebaliknya mereka dapat pula mendendam sehingga mereka mencari kesempatan untuk membunuhku atau murid-muridku"
"Betapa rapuhnya hati kami, tetapi kami tentu masih
mempunyai sepeletik sinar di dalam hati kami"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ternyata sepeletik sinar yang kecil sekalipun tidak ada dihati Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak. Tetapi aku tidak bermaksud mengatakan, bahwa kalian semua adalah orang-orang yang tidak mempunyai perasaan"
Demikianlah, Ki Gajah Tengara serta para muridnya dan para murid dari perguruan Tambak Waja itupun segera
merawat saudara-saudara mereka yang terluka. Lebih-lebih yang terluka parah. Bahkan merekapun telah berusaha
merawat para pengikut Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak itu pula. Tetapi dua orang yang terluka parah diantara para pengikut Wora-wari
Bang tidak sempat mendapat perawatan. Karena luka
mereka yang parah, maka keduanyapun telah meninggal.
Ki Gajah Tengara akhirnya minta bantuan petugas pasar itu yang baru berani mendekat setelah pertempuran selesai.
"Tetapi aku tidak dapat melakukannya sendiri" berkata petugas pasar itu"
"Bukankah kau orang padukuhan ini" Kau tentu dapat minta bantuan kepada tetangga-tetanggamu"
"Tetapi sekarang sudah bukan lagi masanya untuk minta bantuan begitu saja"
"Maksudmu?" "Sekarang, hampir semua kerja diperhitungkan dengan
uang" Ki Gajah Tengara menarik nafas panjang. Ki Udyanalah yang kemudian mengeluarkan beberapa keping uang dari kantong bajunya sambil berkata "Baik. Inilah. Bagi dengan semua kawan-kawanmu. Tetapi dengan begitu aku tahu,
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa di sini, kepedulian terhadap sesamanya sudah hampir tidak berbekas"
"Ah, jangan begitu. Baik. Baik. Aku tidak minta apa-apa.
Biarlah nanti tetangga-tetanggaku membantuku"
"Penolakanmu itu sudah tidak akan menghapus sifat dan watakmu yang sebenarnya. Karena itu, terimalah dan
pergunakan sebaik-baiknya. Jika kau tidak mau menerimanya, maka aku akan memberikan kepada orang lain"
Petugas di pasar itu termangu-mangu. Namun ketika Ki Udyana
mengulurkan tangannya, maka
orang itupun menerimanya pula. "Nah, sekarang pergilah. Cari kawan. Ada dua orang yang harus kau kuburkan. Kemudian aku masih akan minta
bantuanmu. Aku ingin meminjam pedati. Tetapi agaknya menurut pendapatmu. sudah tidak ada lagi orang yang
bersedia meminjamkan pedatinya untuk kepentingan kemanusiaan sekalipun. Karena itu, aku akan menyewa tiga buah pedati untuk membawa orang-orang yang terluka ini kepa-depokan Gajah Tengara dan satu untuk dibawa ke
perguruan Tambak Waja"
Petugas di pasar itupun termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun berkata "Aku akan mencoba untuk
mencarinya" Sementara itu sambil menunggu, maka Ki Gajah Tengara telah mengobati murid-muridnya serta murid-murid dari perguruan Tapak Waja yang terluka. Bahkan kemudian Ki Gajah Tengara juga mengobati para pengikut Wora-wari Bang dan pengikut Alap-alap Perak yang parah. Orang yang diaku sebagai adiknya dari orang yang hanya terluka goresan-http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
goresan senjata di tubuhnya itu termasuk orang yang terluka sangat parah. Tetapi ia masih tetap bertahan hidup.
Baru beberapa saat kemudian, ada empat pedati yang
datang ke pasar itu. Ki Udyana yang tidak mau terjadi perselisihan kemudian tentang sewa pedati itu, telah bertanya kepada seorang diantara para saisnya " Berapa kami harus menyewa pedati itu?"
"Menyewa?" "Bukankahaku tadi minta petugas di pasar ini untuk mencari pedati yang dapat disewa" Kami akan mengusung saudara-saudara kami yang terluka dalam perkelahian yang terjadi tadi"
"Kami tidak berbicara tentang sewa-menyewa Ki Sanak.
Kami tahu bahwa Ki Sanak. Kami tahu bahwa Ki Sanak
memerlukan pertolongan. Sedang kami mempunyai sesuatu yang dapat menolong serba sedikit. Karena itu, kami akan mengantarkan Ki Sanak tanpa berbicara tentang uang sewa"
Ki Udyana menarik nafas panjang.
"Maaf Ki Sanak. Perasaanku agak kehilangan keseimbangan setelah pertempuran tadi. Juga karena sikap petugas pasar itu. Menurut petugas pasar itu, sekarang hampir semua kerja diperhitungkan dengan uang"
"O" sais yang ternyata juga pemilik pedati itu mengangguk-angguk "karena itulah agaknya Ki Sanak menganggap bahwa semua orang di sekitar pasar itu bersikap sama seperti petugas di pasar itu"
"Aku minta maaf" desis ki Udyana.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang itu memang orang aneh, Ki Sanak. Ada beberapa orang petugas di pasar ini. Tetapi yang seorang itu memang lain dengan kawan-kawannya"
Namun segala sesuatunyapun kemudian diserahkan kepada Ki Gajah Tengara. Ki Udyana dan Wikan tidak dapat
melibatkan diri terlalu dalam, sehingga ia akan tertahan lebih lama lagi.
Karena itu, maka Ki Udyana dan Wikan itupun kemudian minta diri.
"Kami serahkan segala sesuatunya kepada Ki Gajah
Tengara serta para murid dari perguruan Tambak Waja.
Namun sebaiknya kalian juga membicarakannya lebih
mendalam tentang kemungkinan-kemungkinan yang dapat
terjadi" "Ya, Ki Sanak " jawab Ki Gajah Tengara.
"Wora-wari Bang dan Alap-alap Perak ternyata tidak dapat kita singkirkan untuk selmanya. Karena itu, ada kemungkinan mereka datang kembali menemui kalian. Jika kalian tidak pagi-pagi menyusun kekuatan, maka kalian akan dapat dengan mudah dihancurkan oleh Wora-wari Bang serta Alap-alap Perak itu"
"Kami akan membicarakannya nanti, Ki Sanak. Selebihnya, kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan Ki Sanak.
Jika saja Ki Sanak tidak kebetulan berada disini, maka kami tentu sudah menjadi ndeg pangamun-amun, dibantu oleh para pengikut Wora-wari Bang dan pengikut Alap-alap Jalatunda"
"Baiklah Ki Sanak" berkata Witaraga kemudian "aku akan meneruskan perjalanan kami. Mudah-mudahan kalian tidak mengalami bencana yang lebih besar. Mungkiri dua
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perguruan, yaitu perguruan Gajah Tengara dan Perguruan Tapak Waja, harus menggabungkan kekuatan mereka"
"Ya, Ki Sanak" Demikianlah, maka Ki Udyana dan Wikanpun kemudian
meninggalkan pasar itu. Merekapun mengambil kuda-kuda mereka. Kemudian kuda-kuda itupun berderap berlari kencang di tengah-tengah bulak panjang.
Demikianlah, maka kedua orang itupun telah menempuh
perjalanan mereka yang panjang. Ternyata karena mereka telah terhambat di perjalanan cukup lama, maka mereka telah kemalaman di perjalanan.
"Kita selesaikan perjalanan kita yang tinggal sedikit" berkata Ki Udyana. "Tetapi kita akan beristirahat sebentar disini. Kuda-kuda kita tentu merasa letih"
Merekapun beristirahat sejenak. Namun meskipun kemudian malam turun, merekapun melanjutkan perjalanan mereka sampai di padepokan.
Kedatangan Ki Udyana dan Wikan itupun disambut gembira oleh para penghuni padepokan. Bahkan ada diantara mereka yang telah menjadi cemas, bahwa sesuatu telah terjadi.
Namun ternyata kemu-kemudian keduanya telah pulang
dengan selamat. Malam itu, padepokan Ki Udyana menjadi malam yang
ceria. Yang sudah tidurpun telah terbangun pula. Mereka menyambut kedatangan Ki Udyana dan Wikan. Beberapa
orang cantrikpun segera pergi ke dapur. Namun padepokan itupun kemudian dikejutkan oleh kotek ayam di kandang.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika seorang cantrik berusaha menangkap seekor ayam, tiba-tiba ayam sekandangpun telah terbangun. Mereka


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berteriak-teriak sambil berterbangan didalam kandang.
"Jangan sembelih ayam" berkata Wikan "Aku tahu, bahwa di dapur beberapa orang mentrik akan menyiapkan makan bagi kami berdua. Tetapi malam-malam begini tidak perlu menyembelih ayam. Beritahukan cantrik yang sedang
menangkap ayam itu. Bukankah di petarangan terdapat
beberapa butir telur?"
Malam itu, Wikan telah menyelamatkan jiwa seekotf ayam yang seharusnya di sembelih untuk melengkapi lauk makan malamnya.
Ki Udyanapun agaknya sependapat dengan Wikan. Sambil tersenyum Ki Udyanapun berkata "Bukankah terung di kebun belakang itu berbuah?"
Nyi Udyana tertawa. Katanya "Baiklah. Apa saja yang
disiapkan oleh para Mentrik"
Dalam pada itu, dari ruang dalam terdengar suara anak-anak yang memanggil-manggil "Ayah, ayah"
Wikanpun segera menyongsongnya. Tatag berlari-lari
mendekap ayahnya yang mengembangkan tangannya.
Tetapi Wikan yang tidak mengira bahwa tenaga Tatag yang mendekapnya itu akan mendorongnya, telah bergeser surut.
"Anak ini" berkata Wikan yang kemudian mengangkat
anaknya kedalam gendongannya "Kau menjadi berat sekali Tatag. Kau tentu terlalu banyak makan"
Tatag tertawa. Tetapi ia justru bertanya "Ayah pergi lama sekali"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lama sekali" Bukkankah hanya beberapa hari" Tanjung memandangi anaknya sambil tersenyum-senyum.
Dengan nada datar Tanjungpun berkata "Kemarin Tatag
berkelahi dengan anak lembu"
"Anak lembu?" ulang Wikan.
"Ya. Maksudnya tentu bergurau. Tetapi anak lembu itu menjadi kesakitan"
"Kau masih saja nakal Tatag?" berkata Wikan.
"Nanti aku berkelahi dengan ayah"
Wikanpun tertawa. Demikianlah, setelah Ki Udyana dan Wikan bergantian
mandi dan berbenah diri, maka merekapun duduk di ruang dalam bersama Nyi Udyana. Tanjung dan para pemimpin
padepokan yang lain. "Jika kakang tidak terlalu letih, kami ingin segera
mendengar kisah perjalanan kakang dan Wikan selama ini.
Lalu bagaimana pula kabar tentang guru serta keluarga di Gebang" bertanya Nyi Udyana kemudian.
Ki Udyana menarik nafas panjang. Sambil memandang
Wikan, Ki Udyana itupun berkata "Bukankah kita masih sempat untuk bercerita serba sedikit.
"Masih terlalu sore untuk tidur, paman"
"Baiklah. Kita akan bercerita tentangt perjalanan kita"
Sementara itu, Tatag yang berbaring serta meletakkan kepalanya di pangkuan ibunya, ternyata sudah tertidur lelap.
"Apakah anak itu tidak kau letakkan di pembaringan
dahulu?" bertanya Wikan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Nyi Udyana menyahut "Biar saja ia tidur di pangkuan ibunya. Ia tidak akan terbangun mendengar kau menirukan suara gajah sekalipun.
Wikan tersenyum. Agaknya Nyi Udyana ingin segera
mendengar pamannya berceritera.
Sebenarnyalah Ki Udyanapun segera berceritera dengan singkat, apa yang telah dialaminya bersama Wikan selama mereka ikut bersama gurunya, Ki Margawasana.
"Jadi guru tidak mengalami sesuatu?"
"Ya. Guru tidak mengalami sesuatu. Sampai saat ini guru berada dalam keadaan baik"
"Sukurlah. Sebenarnya aku melihat kegelisahan guru pada saat guru datang kemari. Aku tidak pernah melihat hal itu sebelumnya"
"Guru memang mengalami kegelisahan. Bukan karena guru menganggap lawannya berilmu sangat tinggi, sehingga tidak dapat dimbanginya. Tetapi bahwa seseorang sudah mulai berusaha untuk menjadi orang yang tidak terkalahkan itulah yang menggelisahkannya. Bahkan diluar kehendaknya, gurupun telah terlibat, sehingga guru harus bertanding dalam satu perang tanding untuk menentukan orang yang terbaik dan tidak terkalahkan"
Nyi Udyana mengangguk-angguk.
"Yang terjadi itu sebenarnya bertentangan dengan Iandasan sikap guru. Tetapi guru tidak dapat ingkar, sehingga guru memang harus tampil di Ngadireja"
Orang-orang yang mendengarkan ceritera Ki Udyana itupun mengangguk-angguk.
Mereka merasakan, betapa Ki Margawasana harus melakukan sesuatu yang bertentangan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan sikap batinnya. Tetapi Ki Margawasana tidak dapat menghindarinya, karena Ki Margawasana telah dihadapkan pada satu langkah tanpa pilihan.
Namun Ki Udyana dan Wikanpun telah berceritera pula
tentang Ki Sangga Geni. Nampaknya Ki Sangga Geni telah mengalami gejolak jiwani, sehingga menurut penglihatan Ki Udyana dan Wikan, Ki Sangga Geni telah berubah.
Nyi Udyana itupun mengangguk-angguk. Katanya "Sukurlah. Jika Ki Sangga Geni masih mendendam, maka ia akan merupakan ancaman yang gawat bagi padepokan ini"
"Memang Nyi" sahut Ki Udyana "namun yang penting,
nampaknya Ki Sangga Geni akan berhasil menyelamatkan jiwanya, sehingga ia tidak lagi mengabdi kepada iblis.
Namun seisi padepokan itupun masih juga harus berhati-hati menghadapi Alap-alap Perak dan Wora-wari Bang. Jika Alap-alap Perak berhasil membujuk lagi Ki Sar Geni, maka keseimbanganpun akan segera berubah pula"
"Tidak" berkata Wikan kemudian dengan penuh keyakinan
"Ki Sangga Geni tidak akan berubah lagi. Siapapun tidak akan dapat membujuknya. Bahkan iblispun tidak lagi. Ki Sangga Geni telah menghancurkan sendiri iblis yang ada di kepalanya itu?"
Namun Ki Udyana dan Wikan masih belum berceritera
tentang kitab yang diberikan oleh Ki Margawasana kepada mereka. Baru setelah pertemuan itu selesai, sehingga yang tinggal hanyalah Nyi Udyana dan Tanjung serta Tatag yang tidur di pangkuannya. Ki Udyana dan Wikanpun menceriterakan, bahwa Ki Margawasana telah membuka kemungkinan bagi keduanya untuk memasuki tataran tertinggi sebagaimana Ki Margawasana sendiri.
Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 10 Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen Pedang Angin Berbisik 15
^