Pencarian

Tembang Tantangan 5

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja Bagian 5


Kejujurannya itu agaknya akan banyak menolongnya. Sedangkan mbokayu Wuni harus menghentikan hubungannya dengan laki-laki yang telah memerasnya itu.
Masalah yang dihadapi Wuni memang tidak sesulit masalah yang dihadapi Wiyati. Apalagi suami Wuni sudah mengetahui hubungan isterinya dengan laki-laki yang tidak tahu diri itu.
Suami Wuni tentu akan memaafkannya. Nampaknya suami
Wuni adalah laki-laki yang ruang di dadanya seluas dan sedalam samodra. Ia seorang yang sangat baik. Bahkan terlalu baik. Namun yang terlalu baik itu, jika tidak ada perubahan, akan berakibat kurang baik bagi Wuni yang selingkuh itu"
"Kakang" berkata Nyi Mina "sebaiknya kita menemui Nyi Purba. Wiyati dan Wuni suami isteri. Kehadiran kakang tentu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan banyak berarti bagi keluarga yang sedang diguncang prahara itu"
"Aku mohon paman bersedia menyisihkan waktu untuk
pergi menemui terutama ibu, paman"
"Aku mengerti. Baiklah aku akan pergi bersama bibimu menemui Nyi Purba dan kedua anak perempuannya itu"
"Jika kita pergi bersama, lalu bagaimana dengan Tanjung"
Apakah kita titipkan Tanjung kepada Wikan?"
"Tidak. Tidak" sahut Wikan dengan serta-merta "Aku ikut bersama paman dan bibi menemui ibu"
Nyi Mina dan Ki Mina tersenyum. Namun Nyi Minapun
menyahut "Baiklah. Kami tidak akan menitipkan Tanjung kepada Wikan. Tetapi bagaimana" Apakah kita akan
mengajaknya?" "Baiklah. Nanti kita akan membicarakannya. Aku juga masih belum mengatakan, hasil pembicaraanku dengan guru"
Nyi Mina mengangguk-angguk, sementara Wikan menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Nah" berkata Ki Mina kemudian "Kita dapat menghubungkan rencana kepergian kita menemui Nyi Purba dengan pesan guru"
"Apa pesan guru?" bertanya Nyi Mina.
Ketika aku sampaikan persoalan yang menyangkut Tatag, maka gurupun berpendapat, bahwa Tatag akan menjadi
seorang anak muda yang kuat di masa depan. Namun
ternyata guru ingin melihatnya dan ingin mendengar
tangisnya. Selain itu, gurupun telah membicarakan tentang masa depan perguruan kita. Wikan memang murid bungsu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagi guru. Tetapi guru tidak ingin bahwa Wikan adalah murid bungsu bagi perguruan kita"
"Maksud guru?" "Persoalan yang jelas kita hadapi sekarang, bahwa Tatag akan dapat menjadi murid di perguruan kita. Tetapi harus ada orang lain yang akan menjadi gurunya. Mungkin guru tidak akan lepas tangan begitu saja. Namun ia bukan adik
seperguruan Wikan" "Maksud kakang, guru akan mengangkat penggantinya,
pemimpin perguruan kita?"
"Ya" "Mungkin guru sudah mempunyai seorang calon yang akan diserahi memimpin perguruan kita?"
"Itulah yang menjadi persoalan bagi kita"
"Kenapa" Apakah orang yang ditunjuk guru tidak kakang setujui?"
"Aku sudah mencoba menyatakan pendapatku, bahwa
sebaiknya orang lain sajalah yang akan diserahi memimpin perguruan kita itu"
"Tetapi guru tidak sependapat?"
"Ya. Guru berkeras untuk menunjuk orang itu untuk
menggantikannya. Sementara itu, guru yang masih akan tetap berada di padepokan, akan beristirahat dari tugasnya. Bahkan mungkin guru akan berada di tempat lain yang terasing. Guru ingin menjadi seorang pertapa"
"Kakang, siapakah orang yang telah ditunjuk oleh guru itu"
Tidak banyak saudara-saudara kita seperguruan yang memiliki http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemampuan yang pantas untuk menjadi pemimpin bagi
perguruan kita itu" "Orang itu adalah aku"
"Kakang" Kakang Mina sendiri?" bertanya Nyi Mina yang terkejut mendengar jawaban itu.
"Ya" "Bagus" teriak Wikan "Aku sependapat bahwa paman yang akan menggantikan guru menjadi pemimpin perguruan kita itu. Paman adalah orang terbaik di perguruan kita"
"Tidak Wikan" jawab Ki Mina "Aku bukan orang terbaik.
Mungkin masih ada orang lain yang lebih baik dari aku"
"Tidak paman. Tidak ada orang lain yang lebih baik dari paman. Aku mengenai semua orang di perguruan kita, kecuali mereka yang meninggalkan perguruan kita sebelum aku
datang" "Wikan" berkata Nyi Mina "harus kau sadari, bahwa tugas seorang pemimpin sebuah perguruan adalah sangat berat.
Yang dituntut tidak hanya kemampuan dalam olah kanuragan.
Tetapi ia harus seorang yang memiliki kemampuan mengatur dan memimpin sejumlah orang yang berada di padepokan.
Bahkan orang-orang yang telah meninggalkan padepokanpun masih mempunyai sangkut paut dengan padepokan yang
ditinggalkannya itu"
"Aku mengerti, bibi. Tetapi paman tentu dapat mengatasi persoalan-persoalan yang timbul itu. Paman. Aku berjanji untuk membantu paman sejauh dapat aku lakukan. Aku akan tinggal di padepokan lagi, karena aku tidak ingin berada di rumahku yang telah dinodai oleh kakak-kakakku itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan bersikap seperti itu, Wikan. Seandainya kau akan tinggal di padepokan lagi, kepergianmu tentu bukan karena kedua orang kakak perempuanmu. Tetapi karena kesediaanmu mengabdi kepada perguruanmu"
Wikan menarik nafas panjang. Katanya "Maaf, paman.
Maksudku, aku akan mengabdikan diriku kepada perguruanku itu"
"Jadi, apa yang kakang katakan kepada guru?"
"Aku minta waktu. Namun selebihnya guru minta aku
membawa Tatag dan ibunya ke padepokan. Anak itu
sebaiknya berada di lingkungan yang paling aman baginya.
Tentu banyak orang yang menginginkan anak itu untuk
kepentingan yang berlainan. Tetapi yang mereka pikirkan tentu bukan kepentingan anak itu. Anak itu akan sekedar menjadi sasaran. Bukan pangkal pemikiran bagi masa
depannya sendiri agar hidupnya berarti bagi dirinya sendiri dan bagi banyak orang yang akan dapat bernaung kepadanya"
Namun tiba-tiba Wikanpun berkata "Jika paman akan pergi menghadap guru lagi, aku tidak ikut"
"Kenapa?" "Aku sangat malu kepada guru. Keluargaku adalah keluarga yang buruk. Seandainya guru mengetahui, maka akupun tentu hanya merupakan seonggok sampah di hadapannya"
"Tidak" jawab Ki Mina "Guru bukan orang yang nalarnya pendek. Guru adalah orang yang bijaksana. Ia melihat bukan sekedar dengan mata wadagnya. Tetapi guru juga melihat dengan mata hatinya. Guru tentu akan melihat, bukan sekedar yang nampak secara lahiriahnya saja"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi guru juga akan marah, karena aku pergi dari rumah Ki Tumenggung Raganiti"
"Sudah aku katakan bahwa penilaian guru tidak sekedar pada yang nampak"
Wikan termangu-mangu. Sementara Nyi Minapun berkata
"Bukankah kau berniat mengabdikan dirimu kepada perguruanmu?" Wikan menarik nafas panjang.
"Kita akan bersiap-siap. "Besok lusa kita akan pergi menghadap guru"
"Apakah kita akan meninggalkan rumah kita begitu saja, kakang?" bertanya Nyi Mina.
"Untuk sementara, kita akan meninggalkan rumah dan
pategalan ini" "Bagaimana dengan Yu Sumi" Apakah kakang akan
memberitahukan kepadanya, bahwa anak ini akan kita bawa pergi. Tentu untuk sementara Nyi Sumi benar-benar akan terpisah dari Tatag. Tetapi ada masanya mereka akan bertaut kembali. Tatag adalah anak kita. Tetapi Yu Sumi juga ingin ikut mengakunya sebagai cucunya. Ia tidak mempunyai anak, sedangkan anak perempuannya juga tidak mempunyai anak.
Apalagi anak perempuannya itu sedang menjanda"
"Mudah-mudahan ia menikah lagi"
"Perempuan itu sudah kelihatan tua. Hampir setua ibunya"
"Tetapi tentu Mulat belum terlalu tua. Jika ia mau sedikit berhias dan berdandan, tentu masih ada laki-laki yang bersedia menikahinya. Mungkin seorang duda. Jika duda itu sudah mempunyai anak, maka Yu Sumipun akan mempunyai cucu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cucu tiri" "Memang ada bedanya. Tetapi jika Yu Sumi menganggapnya sebagai cucu sendiri serta Mulat merengkuhnya sebagal anak sendiri pula, maka anak itu tentu juga akan bersikap baik sebagaimana kepada ibu dan
neneknya sendiri" "Lalu bagaimana dengan Tatag?"
"Untuk sementara kita tidak akan memberitahukan
kepadanya. Seperti kau katakan, Yu Sumi akan terpisah untuk sementara. Tetapi pada saatnya anak itu akan kita bawa untuk menemuinya. Tatag harus bersikap baik pula kepada Yu Sumi dan Mulat kelak"
Nyi Mina mengangguk-angguk. Katanya kemudian" Baiklah.
Kita akan berkemas. Besok lusa kita akan pergi. Yang akan kita bawa tentu hanya pakaian kita. Bukankah kita tidak akan membawa apa-apa?"
"Kita tidak akan membawa apa-apa"
Wikan memang tidak dapat mengelak lagi. Pamannya
setengah memaksanya agar iapun pergi menghadap guru. Ia justru harus berterus terang.
"Guru justru akan menunjukkan jalan kepadamu, bagaimana kau harus mengatasi kabut yang untuk sementara membuat isi rumahmu menjadi buram" berkata Ki Mina.
Namun dalam pada itu, dituar pengetahuan Ki Mina dan seisi rumahnya, beberapa orang laki-laki garang telah datang ke rumah Nyi Sumi. Dengan sikap yang sangat menakutkan, mereka mengancam Nyi Sumi dan Mulat dengan senjata yang berkilat-kilat.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dimana bayi itu kau sembunyikan" bertanya seorang yang bertubuh tinggi besar dan berkumis lebat.
"Aku tidak tahu. Anak itu telah di ambil oleh beberapa orang laki-laki yang garang"
"Omong kosong. Kau tentu tahu dimana anak itu sekarang.
Jika anak itu dan ibunya benar-benar hilang, kau dan anak perempuanmu itu tentu akan nampak gelisah. Bingung dan berusaha mencarinya dengan cara apapun juga"
"Kami memang ingin mencarinya., tetapi kami tidak berani, karena yang mengambil anak dan cucuku itu adalah orang-orang yang garang"
"Kau bohong perempuan tua. Kau mencoba membohongi
kami. Selama ini kami selalu mengawasi kalian. Tetapi kalian tetap saja tenang dan tanpa menunjukkan tanda-tanda bahwa kalian telah kehilangan"
"Kami sudah pasrah Ki Sanak" jawab Mulat "Karena itu, kami tidak lagi memikirkannya terlalu dalam"
"Jika kalian tidak mau mengatakan, dimana bayi itu
sekarang, maka kami akan memoerlakukan kalian seperti memperlakukan seekor binatang. Kemudian kami akan
membunuh kalian dan meletakkan mayat kalian di simpang empat itu" geram jorang yang berkumis tebal.
"Kami benar-benar tidak mengetahuinya" sahut Mulat.
Laki-laki berkumis tebal itu nampaknya sudah kehilangan kesabarannya. Tiba-tiba saja tangannya telah menarik rambut Mulat sambil membentak "Aku bunuh kau dengan caraku"
Tiba-tiba saja jari-jari yang kuat telah melekat di leher Mulat sehingga rasa-rasanya Mulat tidak dapat bernafas lagi.
"Jangan" teriak Nyi Sumi.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika demikian, katakan, dimana anak itu"
"Kami tidak tahu " Mulat masih menjawab dengan kata-kata yang tersendat.
"Perempuan celaka" geram orang berkumis lebat itu sambil menekan leher Mulat sehingga mata Mulatpun terbelalak karenanya. Nafasnya terasa terputus di lehernya.
"Jangan. Lepaskan. Aku akan mengatakannya" teriak Nyi Sumi pula.
Tangan laki-laki berkumis lebat itu memang mengendor.
Namun suaranya bagaikan guruh menggelar "Katakan, cepat"
"Anak itu ada di rumah adikku" berkata Nyi Sumi.
"Jangan ibu. Jangan katakan" Mulatlah yang berteriak sambil meronta.
Namun laki-laki yang garang itu telah memukulnya,
sehingga Mulat itupun menjadi pingsan.
"Katakan perempuan tua. Jangan sia-siakan umurmu yang masih tersisa. Jika kau tidak mau mengatakannya, maka kau dan anak perempuanmu itu akan mati"
Nyi Sumi tidak dapat berbuat lain. Ia tidak ingin anak perempuannya
itu mati. Sementara itu, ia masih berpengharapan bahwa Mina akan dapat melindungi Tatag atau menyelamatkannya dengan cara apapun juga"
Tetapi laki-laki yang datang ke rumahnya cukup banyak.
Mereka nampak sngat garang dan menakutkan.
"Cepat" bentak laki-laki berkumis lebat itu.
Nyi Sumi terkejut. Ketika ujung sebilah pedang melekat di dada Mulat yang pingsan, maka Nyi Sumipun berkata "Ya, ya.
Aku akan mengatakannya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sejak tadi kau hanya akan mengatakannya. Jika kami
sudah kehabisan kesabaran, maka kalian akan menyesal"
"Anak itu ada di rumah adikku"
"Dimana rumahnya?"
Nyi Sumi masih saja ragu-ragu. Namun laki-laki itu
membentaknya sekali lagi "Katakan. Dimana rumahnya"
Tidak ada kesempatan lain kecuali menjawab pertanyaan itu "Adikku tinggal di Tegal Anyar"
"Tegal Anyar" Rumah yang terpencil di pategalan itu Ya"
"Baik. Aku akan melihatnya. Tetapi jika kau bohong
perempuan tua, aku akan membuat kalian berdua menjadi sate suriduk. Kami akan membawa dua batang bambu yang runcing. Aku akan menusuk kalian dari ubun-ubun"
Nyi Sumi tidak menjawab. Namun mendengar ancaman itu bulu-bulunyapun telah meremang.
Beberapa orang laki-laki yang garang itupun kemudian meninggalkan rumahnya. Namun mereka masih sempat
melontarkan ancaman-ancaman kepada Nyi Sumi.
Sepeninggal sekelompok orang yang menakutkan itu, Nyi Sumipun segera berlari. Dirawatnya Mulat dengan hati-hati, sehingga perempuan itupun sadar dari pingsannya.
"Kau katakan, dimana Tatag disembunyikan ibu?" bertanya Mulat.
"Aku tidak dapat berbuat lain, Mulat. Mereka benar-benar akan membunuhmu"
"Kenapa ibu tidak membiarkan mereka membunuh aku"
Hidupku sudah tidak berarti apa-apa lagi. Tidak berarti bagi diriku sendiri, apalagi bagi banyak orang. Tetapi Tatag lain http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ibu. Meskipun aku tidak mengerti apa sebenarnya kelebihan anak itu, tetapi bahwa banyak orang yang menginginkannya itu berarti bahwa pada anak itu tersimpan kemungkinan-kemungkinan yang besar di masa datang. Kemungkinan-
kemungkinan itu akan tergantung juga, siapakah yang akan merawat dan membesarkan Tatag. Apakah ia akan menjadi orang yang berguna bagi banyak orang, atau sebaliknya ia menjadi orang yang mengguncang kedamaian hidup banyak orang tanpa dapat dicegah lagi"
"Tetapi aku tidak mau kau mati seperti itu Mulat. Kau adalah anakku. Anak kandungku yang aku lahirkan dengan mempertaruhkan nyawaku"
Mulat tidak menjawab. Tetapi air matanya mulai mengalir dari pelupuknya. Perlahan-lahan iapun. berdesis "Kasihan anak itu"
"Maafkan aku Mulat" suara ibunyapun menjadi bergetar.
"Ibu tidak bersalah. Aku tidak menyalahkan ibu. Bahkan setiap orangpun akan melakukan sebagaimana ibu lakukan"
"Apakah sebaiknya kita melaporkannya kepada Ki Jagabaya atau Ki Bekel?"
"Tidak banyak gunanya ibu. Jika kita melapokannya kepada Ki Bekel maka Ki Bekel justru akan menyalahkan kita.
Sedangkan jika kita melaporkannya kepada Ki Jagabaya, maka perasaan Nyi Jagabaya akan dapat terungkit lagi"
"Apa yang dapat kita lakukan, Mulat?"
"Kita hanya dapat pasrah, ibu. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang melindungi anak itu dari
tangan-tangan jahat yang akan menjerumuskannya kedalam kuasa kegelapan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nyi Sumi hanya dapat mengangguk-anggukkan kepalanya.
Dalam pada itu, sekelompok laki-laki yang garang telah siap untuk pergi ke Tegal Anyar untuk mengambil Tatag.
Namun orang-orang yang akan pergi ke Tegal Anyar itu menyadari, bahwa di Tegal Anyar, Tatag berada di tangan orang yang berilmu tinggi. Mereka telah berhasil merebut Tanjung dan Tatag dari tangan beberapa orang yang telah diupah oleh Ki Bekel untuk mengambil ibu dan bayinya itu.
"Kita harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya" berkata orang berkumis lebat itu " beberapa-waktu yang lalu, beberapa orang yang ditugaskan oleh Ki Bekel telah gagal.
Menurut pendapatku, ibu dan anaknya itu masih tetap berada di tangan orang yang telah merebut mereka dari tangan beberapa orang yang ditugaskan oleh Ki Bekel itu"
"Tetapi waktu itu bukan kita yang diserahi tugas oleh Ki Bekel, kakang" sahut seorang yang bertubuh gemuk. Perutnya nampak membuncit di sela-sela bajunya yang kekecilan justru dibagian perutnya itu.
"Kita jauh lebih kuat dari orang-orang yang waktu itu ditugaskan oleh Ki Bekel" sahut yang lain. Seorang yang bertubuh tinggi berdada lebar. Dadanya yang terbuka nampak ditumbuhi bulu-bulu yang lebat. Seleret bekas luka nampak menyilang didadanya yang lebar itu.
"Orang-orang yang ditugaskan Ki Bekel pada waktu itu, justru saudara-saudara seperguruan Ki Bekel sendiri"
"Sebuah perguruan yang tidak berarti apa-apa. Perguruan kecil yang dipimpin oleh seorang yang ilmunya rendah. Apa artinya perguruan seperti itu" Lihat, apa yang dapat dilakukan Ki Bekel itu sendiri. Menurut pendapatku, ilmu Jagabayanya lebih tinggi dari ilmu Ki Bekel itu sendiri"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku sependapat. Tetapi jangan membuat kita menjadi
lengah. Kita jangan terlalu berbangga kepada diri sendiri, sehingga akan dapat menenggelamkan sikap hati-hati kita"
berkata seorang yang rambutnya sudah memutih. Dari sorot matanya yang cekung, nampak bahwa orang itu memiliki kecerdasan yang tinggi. Meskipun ia bukan pemimpin
sekelompok orang yang juga telah diupah oleh Ki Bekel itu, namun agaknya ia cukup disegani oleh kawan-kawannya.
Karena itu, maka peringatannya itupun didengarkan pula oleh orang-orang yang berada di dalam kelompoknya.
"Jumlah kita cukup banyak" berkata orang berkumis itu kemudian "semuanya lima belas orang. Aku yakin bahwa kita tidak akan gagal. Kata-kataku bukan berarti mengabaikan kemampuan lawan, tetapi berdasarkan pada satu keyakinan akan keberhasilan tugas kita"
Keyakinan itu dikokohkan oleh pengakuan seorang diantara mereka yang mengaku mengetahui bahwa yang tinggal di rumah terpencil yang terletak di Tegal Anyar itu hanyalah sepasang suami isteri yang telah ubanan.
"Tetapi mereka bukan orang kebanyakan" sahut orang yang rambutnya sudah memutih yang dituakan diantara sekelompok orang upahan itu "Kita harus berhati-hati"
Demikianlah, ketika malam turun, menjelang keberangkatan Ki Mina dan keluarganya menghadap gurunya, maka
sekelompok orang telah siap untuk datang ke Tegal Anyar.
Lima belas orang menyusuri jalan bulak di kegelapan malam menuju ke Tegal Anyar, ke rumah Ki Mina yang memang
terpencil dan agak jauh dari padukuhan-padukuhan di


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekitarnya. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka berhenti beberapa puluh langkah dari regoi
halaman rumah yang berada di pategalan itu.
"Lihat, apakah ada tanda-tanda lain di rumah itu?" berkata orang berkumis lebat, yang memimpin lima belas orang upahan Ki Bekel itu kepada dua orang diantara mereka.
Keduanyapun segera mendekati regol halaman. Dengan
hati-hati mereka mendorong pintu regol yang ternyata tidak diselarak dari dalam.
Malam sudah menjadi semakin larut. Rumah terpencil itu sudah menjadi sepi. Beberapa lampu minyak sudah
dipadamkan. Hanya di ruang tengah saja yang masih nampak sinar lampu yang redup di sela-sela dinding yang berlubang.
"Mereka sudah tidur" desis seorang diantara keduanya.
"Ya. Tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan"
"Kita beritahu Ki Lurah. Sudah waktunya untuk mengetuk pintu dan mengambil anak serta ibunya"
Keduanya sempat mendekati rumah itu dan mencoba
mendengarkan apakah masih ada yang terbangun. Namun
agaknya ru mah itu telah benar-benar sepi.
"Biarlah Ki Lurah mengetuk pintu rumah itu" berkata yang seorang hampir berbisik.
"Ya. Kita tidak datang sebagai pencuri. Tetapi kita datang untuk mengambil anak itu dari tangan penghuni rumah itu"
"Marilah, kita laporkan kepada Ki Lurah"
Namun ketika keduanya bergeser menuju ke regol halaman, mereka terkejut. Tiba-tiba saja terdengar tangis bayi melengking tinggi. Suaranya bagaikan menyusup telinga dan langsung menusuk jantung didadanya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Edan" geram yang seorang "tangis itu"
"Itulah sebabnya Ki Bekel menginginkannya. Bahkan
bersama ibunya" "Untuk apa?" "Bodoh kau. Ibunya itu tentu untuk dipelihara Ki Bekel Sendiri"
"Di pelihara" Seperti seekor kuda"
"Itu adalah istilah yang paling tepat. Perempuan itu tidak berhak untuk menyatakan pendapatnya. Segala sesuatunya tinggal melakukannya sebagaimana di kehendaki oleh Ki Bekel. Bahkan seandainya kelak perempuan itu akan
dilemparkan ke kubangan atau dibunuh sekalipun"
Kawannya menarik nafas panjang. Namun kemudian iapun bertanya pula "Lalu anak itu?"
"Kau lebih bodoh dari seekor kerbau. Anak itu adalah kuasa di masa depan. Anak itu akan menjadi orang yang tidak terkalahkan. Tinggal tangan yang menggerakkannya. Jangan siapa dan untuk apa"
Kawannya mengangguk-angguk. Namun keduanyapun
segera bergeser keluar dari halaman untuk menemui orang berkumis lebat itu.
"Bagaimana?" bertanya orang berkumis lebat itu.
"Tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan.. Segalanya wajar-wajar saja. Rumah sepasang suami isteri yang terpencil dengan seorang perempuan yang mempunyai anak bayinya yang aneh"
"Aku dengar suara tangis itu. Getar tangisnya merontokkan dedaunan. Jika saja ada yang dapat memberikan dasar-dasar http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ilmu gelap ngampar, maka teriakannya akan dapat menggulung bumi" Yang lain mengangguk-angguk. Sementara itu orang
berkumis lebat itupun berkata "Marilah. Kita akan mengambil anak itu bersama ibunya"
Sekelompok orang yang dipimpin oleh orang berkumis lebat itupun segera mempersiapkan dirinya. Sejenak kemudian, maka merekapun memasuki halaman rumah Ki Mina yang
berada di tengah-tengah pategalan yang terhitung luas.
"Sombongnya orang ini" berkata orang yang perutnya
buncit. "Kenapa?" bertanya kawannya.
"Ia harus menyadari, bahwa tinggal di tempat terpencil ini sangat berbahaya baginya"
"Ia tidak mempunyai apa-apa. Kekayaannya adalah tanah pategalan ini. Jika kemudian kami datang kepadanya di malam hari, karena ada anak yang aneh bersama ibunya berada di rumahnya. Sementara itu, orang, itu merasa dirinya memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri"
"Ia akan mati malam ini"
"Kita tidak perlu membunuhnya. Jika kita sudah berhasil mengambil anak aneh dan ibunya itu, maka kita akan pergi.
Kita membiarkannya hidup sambil meratapi hilangnya bayi aneh itu dari tangannya. Kecuali jika suami isteri itu tidak mau menyadari keadaannya. Jika mereka menjadi keras kepala dan berusaha mempertahankannya, maka mungkin sekali mereka akan mati"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, orang berkumis lebat itupun tidak ingin banyak kehilangan waktu. Ia ingin tugasnya segera selesai.
Karena itu, maka iapun segera mengetuk pintu rumah itu.
Sebenarnyalah bahwa Ki Mina, Nyi Mina dan Wikan sudah terbangun. Kedua orang yang mendahului kawan-kawannya untuk melihat keadaan itu telah mereka ketahui pula. Telinga mereka yang tajam mendengar bisik-bisik di luar dinding rumahnya dan membedakannya suara itu dengan tangis
Tatag. "Kau tetap disini Wikan" pesan Ki Mina "Kau jaga anak itu.
Biarlah Tanjung dan anaknya tetap berada di sentongnya. Kau jaga bahwa tidak seorangpun yang dapat memasuki sentong itu.
"Paman dan bibi?"
"Aku akan keluar. Mungkin kami akan terikat perkelahian di luar. Agaknya mereka yang datang cukup banyak"
"Baik paman" Nyi Minalah yang kemudian menemui Tanjung. Tatag
sendiri sudah terdiam. Bahkan matanya mulai terpejam lagi.
"Jangan keluar dari sentong jni. Beberapa orang telah datang. Agaknya mereka tertarik oleh tangis Tatag"
"Ya, bibi" jawab Tanjung. Namun di wajahnya membayangkan kecemasan hatinya.
"Jangan cemas Tanjung. Aku dan pamanmu akan keluar.
Tetapi Wikan akan tetap berada di ruang dalam. Ia akan menjaga bahwa tidak seorangpun yang akan dapat memasuki sentong ini"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, karena pintunya masih belum dibuka,
terdengar sekali lagi pintu depan diketuk orang. Bahkan lebih keras.
"Siapa?" bertanya Ki Mina, sementara Nyi Mina dan Wikan mempersiapkan diri.
"Aku Ki Sanak. Bukakan pintu rumah ini supaya tidak terjadi sesuatu yang tidak kau harapkan"
"Ada apa?" "Bukalah pintunya"
Ki Minapun melangkah ke pintu. Diangkatnya selarak
pintunya sehingga pintu itupun segera terbuka.
Beberapa orang berdiri di luar pintu. Dua orang diantara mereka melangkahi tlundak pintu.
Orang berkumis lebat itupun kemudian berkata "Maaf Ki Sanak. Kami sengaja datang pada malam hari agar tidak menarik perhatian orang di sepanjang jalan yang kami lalui.
Kami datang dengan kawan-kawan kami yang agak banyak untuk meyakinkan bahwa kami akan dapat menyelesaikan tugas kami dengan baik"
"Tugas apakah yang akan kalian lakukan malam ini di
rumahku yang terpencil ini?"
"Sebaiknya kau bantu tugas kami agar cepat selesai. Kami tidak akan mengganggu kalian berdua"
"Apa yang dapat kami bantu?"
"Serahkan bayi itu bersama ibunya kepada kami. Kami akan segera pergi tanpa mengusik kalian, sehingga kalian dapat kembali tidur dengan nyenyak"
"Bayi yang mana?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah. Pertanyaan itu tidak perlu kau lontarkan. Bukankah bayi itu baru saja menangis?"
"O. Bayi yang menangis itu tadi yang kalian inginkan?"
"Ya" "Ki Sanak. Bayi itu adalah cucuku. Bagaimana mungkin aku dapat memberikan bayi itu kepada orang lain"
"Jangan omong kosong di hadapanku. Aku tahu, bayi itu anak Ki Bekel. Perempuan itu adalah perempuan simpanan Ki Bekel. Bagi seorang bangsawan, perempuan itu disebut selir.
Karena itu jangan mempersulit keadaan. Berikan mereka kepada kami. Kami akan menyerahkannya kepada Ki Bekel.
Bukankah perempuan dan anak itu kau curi dari tangan Ki Bekel"
"O "Ki Mina mengangguk-angguk "Jadi kalian juga orang upahan Ki Bekel?"
"Kami bukan orang upahan. Tetapi kami tahu kewajiban kami. Kami dengan suka rela melakukannya demi pengabdian kami"
"Luar biasa" sahut Ki Mina "masih adakah sekarang ini orang-orang yang memiliki jiwa pengabdian begitu tinggi" Aku mengucapkan selamat kepada kalian. Aku mengagumi
pengabdian kalian kepada pemimpin kalian. Tetapi agaknya Ki Bekel telah
memanfaatkan pengabdian kalian untuk kepentingan pribadinya yang buruk"
"Apa maksumu?" "Sudahlah. Kita sama-sama mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Kita tidak usah berpura-pura atau mengarang ceritera yang tidak masuk akal"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik. Baiklah. Aku akan langsung kepada persoalannya.
Serahkan bayi itu bersama ibunya kepadaku. Ki Bekel tertarik kepada perempuan cantik itu. Sedangkan bayi itu akan memberikan banyak kemungkinan di masa depan. Nah,
sekarang, kaupun harus bersikap terbuka. Kalian tidak usah mempersulit keadaan"
"Ki Sanak. Kami tidak akan memberikan kedua-duanya.
Kami sudah bertekad untuk melindungi mereka. Aku tahu, bahwa perempuan itu akan sangat tersiksa di tangan Ki Bekel, karena ia akan sekedar menjadi perempuan simpanan yang tidak mempunyai hak apapun juga. Sementara itu, anaknya yang menjadi harapan bagi masa depan, akan dapat
diperalatnya pula untuk kepentingan pribadinya, sehingga kelebihan yang ada pada anak itu, justru tidak akan berarti bagi banyak orang. Tetapi justru akan merugikan sesamanya"
"Kau tidak usah meramalkan apa yang akan terjadi.
Sekarang biarlah kami mengambil bayi itu bersama ibunya.
Minggirlah dan jangan ganggu kami"
"Jangan memaksa Ki Sanak. Kami tidak mau dipaksa-paksa"
"Mau atau tidak mau sama saja bagi kami. Kau tidak
mempunyai pilihan. Kamilah yang akan menentukan segalagalanya karena kami membawa kekuatan untuk kepentingan itu"
"Bagus. Kau sudah berbicara tentang kekerasan. Kami akan mempertahankannya yang kekerasan pula"
"Jadi kalian berdua benar-benar akan melawan kami?"
"Apaboleh buat. Kami harus mempertahankan diri"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik. Aku hormati niatmu. Kita akan bertempur di halaman rumahmu yang luas. Jika kau tetap keras kepala, maka kami akan meninggalkan mayatmu di halaman"
Orang berkumis lebat itupun kemudian melangkah keluar dan turun kehalaman. Ki Mina dan Nyi Minapun telah siap. Di lambung mereka tergantung pedang yang jarang sekali
mereka pergunakan. Tetapi karena mereka harus melawan banyak orang yang juga bersenjata, maka keduanyapun telah mempersiapkan senjata mereka pula.
Ketika mereka melangkah keluar, maka Ki Mina masih
sempat berpesan kepada Wikan yang agaknya tidak dihitung oleh orang-orang upahan itu "Hati-hatilah Wikan. Nampaknya mereka orang-orang yang berbahaya. Tentu ada diantara mereka yang menyusup kedalam rumah ini sementara yang lain bertempur melawan kita berdua. Jumlah mereka memang cukup banyak"
"Baik, Paman" Sejenak kemudian, maka Ki Mina dan Nyi Minapun segera turun ke halaman. Lima belas orang telah menunggu mereka di halaman. Tetapi Ki Mina dan Nyi Mina tahu, bahwa sebagian dari mereka tentu akan segera berlari memasuki rumahnya.
Tetapi keduanya percaya atas kemampuan Wikan, murid
bungsu Ki Margawasana yang telah menguasai ilmu
perguruannya sampai tuntas.
Sejenak kemudian, Ki Mina dan Nyi Mina telah berdiri di halaman. Orang yang berkumis tebal itupun berkata "Masih ada waktu Ki Sanak. Kami bukan sekelompok orang yang mengutamakan kekerasan. Jika segala sesuatunya dapat diselesaikan dengan baik, maka kami justru akan menghindari kekerasan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
-oo0dw0oo- Jilid 5 "AKU hargai sikapmu Ki Sanak. Tetapi sayang, bahwa
kami akan mempertahankan bayi beserta ibunya itu dengan
cara yang akan kami sesuaikan
dengan caramu" "Jika demikian, kami tidak
mempunyai pilihan lain. Kami
akan bertempur. Tetapi akibat
dari pertempuran itu bukan
tanggung jawab kami. Semuanya seutuhnya adalah tanggung jawab kalian. Jika
kemudian mayat kalian terkapar
di halaman rumahmu ini, itupun
karena salah kalian sendiri"
"Aku sudah sering mendengar seseorang memutar balikkan persoalan yang sebenarnya seperti yang kau lakukan.
Kamipun akan melakukan apa yang akan kami lakukan"
Orang berkumis lebat, yang telah menyabarkan dirinya akan bersikap seakan-akan seorang yang arif itu tidak dapat menahan diri lagi. Karena itu, maka iapun berata "Marilah anak-anak. Kita selesaikan tugas kita dengan baik. Meskipun kita tidak datang untuk membunuh, tetapi orang tua suami isteri ini berniat untuk membunuh diri. Kita justru akan mereka http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jadikan alat untuk melakukannya. Tetapi biarlah kita menolongnya untuk mempercepat kematian mereka"
Lima belas orangpun telah bergerak serentak. Namun orang berkumis lebat itupun memberikan isyarat kepada orang yang rambutnya sudah memutih itu untuk mengambil langkah-langkah tersendiri.
Ki Mina dan Nyi Minapun dapat menangkap isyarat itu.
Beberapa orang diantara mereka akan memasuki rumahnya untuk mengambil Tatag dan ibunya. Namun Wikan masih
tetap berada di ruang dalam dan menjaga agar tidak
seorangpun dapat memasuki pintu sentong yang dipergunakan oleh Tanjung dan anaknya.
Sejenak kemudian. Ki Mina dan Nyi Minapun telah bergeser, sementara orang berkumis lebat serta para pengikutnyapun telah mulai berloncatan menyerang.
"Kita tidak perlu berbasa-basi lagi Nyi" desis Ki Mina "jumlah mereka cukup banyak"
Nyi Mina mengerti maksud suaminya. Karena itu, ketika orang-orang yang datang ke rumahnya itu menyerang mereka dengan senjata di tangan, maka Ki Mina dan Nyi Minapun telah menghunus senjata mereka pula.
Sejenak kemudian pertempuranpun segera berlangsung
dengan sengitnya. Namun seperti sudah diperhitungkan oleh Ki Mina dan Nyi Mina, lima orang diantara mereka segera memisahkan diri. Merekapun segera pergi ke pintu rumah Ki Mina yang masih terbuka.
Orang yang berkumis lebat itupun dengan sengaja berkata lantang "Ambil anak dan perempuan itu. Singkirkan siapapun yang mencoba menghalangi kalian"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, Ki Lurah "jawab orang yang rambut sudah memutih itu.
Orang yang perutnya buncit itu rasa-rasanya tidak sabar lagi. Iapun segera meloncat memasuki pintu rumah Ki Mina.
Namun demikian ia meloncat masuk, maka tiba-tiba saja orang itu bagaikan hilang ditelan hantu. Tubuhnya terhisap kesamping dan tanpa sempat berdesah orang itu terguling jatuh terbaring di sebelah pintu.
Orang yang bertubuh tinggi di kurus-kurusan tidak begitu mengerti apa yang telah terjadi. Iapun segera meloncat masuk pula. Namun tiba-tiba saja ia telah terlempar dengan kerasnya. Tubuhnya menimpa tiang rumah itu sehingga rumah itu seakan-akan telah bergetar. Sedangkan orang yang bertubuh kurus itu terkapar di lantai. Pingsan.
Orang yang berambut putih itu ternyata cukup berhati-hati.
Iapun menyadari, apa yang telah terjadi dengan kedua orang kawannya. Karena itu, maka iapun mencegah orang ketiga yang akan meloncat masuk.
"Hati-hatilah. Ada orang di belakang pintu yang menunggu kalian"
Kedua orang kawannya mengurungkan niatnya. Orang
berambut putih itulah yang kemudian dengan sangat berhati-hati bergeser ke pintu. Dengan Luwuk yang besar di
tangannya, orang itupun meloncat masuk ke ruang dalam.
Wikan yang berdiri di sebelah pintu sengaja membiarkannya. Ia tahu, bahwa orang yang masuk kemudian sangat berhati-hati dan bahkan dengan senjata telanjang di tangannya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikanpun kemudian justru bergeser ke tengah. Ia harus menjaga agar tidak seorangpun diantara mereka dapat
memasuki pintu sentong yang dipergunakan oleh Tanjung dan Tatag.
Namun lawan Wikan itu telah berkurang dua orang yang terbaring pingsan.
"Anak muda" berkata orang yang rambutnya telah memulih
"ternyata kau memiliki ilmu yang tinggi. Meskipun dengan cara yang lic ik, kau telah mampu membuat kedua orang kawanku tidak berdaya"
"Apakah aku licik?" bertanya Wikan.
"Tentu. Kau serang kami yang masih belum siap. Bahkan kau telah merunduk kami dengan diam-diam"
"Jadi menurut pendapatmu aku menghadapi kalian dengan cara yang licik?"
Orang yang berambut putih itu menarik nafas panjang.
Katanya "Kau tentu akan mengatakan bahwa kamilah yang lic ik, karena kami datang dalam jumlah yang jauh lebih banyak dari jumlah kalian"
"Bukankah itu kenyataannya"
"Ya. Tetapi kami tidak menghiraukannya. Sekarang
minggirlah. Kami akan mengambil anak dan ibunya itu"
"Kau tahu bahwa aku berada disini untuk mencegahmu"
"Baik Dengan demikian, maka kami harus membunuhmu"
Wikanpun segera mempersiapkan diri. Ketiga orang itupun telah mengacukan senjata mereka pula. Sebuah luwuk yang besar, sebuah bindi dan sebuah kapak.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau akan kami lumatkan jika kau berniat melawan" Kau masih saja mengigau. Kau tahu bahwa aku akan melawan"
Sejenak kemudian, telah terjadi pertempuran yang sengit.
Di tangan Wikan telah tergenggam sebilah pedang yang panjang. Dengan pedangnya Wikan melawan ketiga orang dengan senjata mereka masing-masing.


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang yang berambut putih itu berusaha untuk menekan Wikan agar kawannya mendapat kesempatan untuk mencari bayi dan ibunya itu. Namun ternyata kesempatan itu tidak pernah diperolehnya. Meskipun di ruang yang terbatas, namun Wikan mampu berloncatan untuk mencegah lawannya
memasuki pintu sentong yang dipergunakan oleh Tanjung dan Tatag.
Namun agaknya pertempuran di ruang dalam itu telah
mengejutkan Tatag. Karena itu, maka Tatag yang baru saja memejamkan matanya itu telah terbangun lagi. Nampaknya anak itu menjadi marah, bahwa tidurnya menjadi terganggu karenanya.
Dengan demikian, maka Tatagpun segera menangis.
Tangisnya melengking tinggi. Getar suara tangis bayi itu seakan-akan telah menggetarkan jantung mereka yang
sedang bertempur di ruang dalam itu.
Wikan yang sudah terbiasa mendengar tangis Tatag, tidak begitu terpengaruh karenanya. Tetapi ketiga orang lawannya itu merasakan tangis itu telah mengguncang-guncang
dadanya, sehingga mereka tidak mampu memusatkan
perhatian mereka kepada lawan mereka. Bahkan bukan hanya mereka yang berada di ruang dalam. Tangis Tatag yang marah itu telah menggetarkan halaman pula. Orang-orang yang datang untuk mengambilnya bersama ibunya, yang
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertempur di halaman merasa sangat terganggu oleh suara tangis itu.
"Gila" teriak seorang yang berwajah pucat "sumbat mulut anak itu"
Tetapi tidak seorangpun yang dapat melakukannya. Bahkan ketiga orang yang bertempur di ruang dalampun mulai
mengalami kesulitan melawan Wikan.
Bukan saja karena tangis bayi di sentong yang melengking-lengking menggetarkan udara, tetapi lawan mereka memang seorang anak muda yang berilmu sangat tinggi.
Betapapun ketiga orang yang akan mengambil Tatag itu berusaha dengan meningkatkan kemampuan mereka sampai ke puncak, namun mereka tidak mampu segera menghentikan perlawanan Wikan.
Bahkan senjata ujung Wikanlah yang mulai menyentuh
tubuh-tubuh mereka. Seorang diantara ketiga orang itu berteriak nyaring. Kemudian mengumpat-umpat kasar ketika ujung senjata Wikan mengoyak lengannya. Darahpun mulai mengucur membasahi lantai.
Dalam pada itu, Tanjung yang berada di dalam sentong itupun
menjadi bingung karena Talag menangis berkepanjangan. Betapapun Tanjung berusaha, namun Tatag masih saja menangis melengking-lengking.
"Diam ngger, diam. Jangan menangis lagi. Jangan takut.
Kakek dan nenek Mina melindungimu. Begitu juga paman Wikan. Ia sangat baik kepadamu"
Tetapi Tatag tidak mau diam. Ia memang tidak sedang
ketakutan. Tetapi Tatag itu menjadi sangat marah karena tidurnya
terganggu. Karena itu, maka tangisnyapun http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghentak-hentak seakan-akan meruntuhkan atap rumah itu.
Pertempuran di dalam dan dituar rumah masih saja
berlangsung semakin sengit. Orang-orang yang datang untuk mengambil Tatag dan ibunya itu sudah mengerahkan segala kemampuan mereka. Namun ternyata bahwa kemampuan
mereka tidak cukup tinggi untuk menundukkan dan apalagi membunuh ketiga orang yang melakukan perlawanan di
rumah itu. Bahkan beberapa saat kemudian, seorang telah terlempar dari ruang dalam jatuh berguling keluar pintu yang terbuka.
Namun orang itu tidak segera dapat terbangun. Yang
terdengar adalah erang kesakitan. Luka yang menyilang telah tergores di dada. Bahkan seorang lagi yang bertempur melawan Wikan lelah terpelanting ketika kaki Wikan
menghentak dadanya dengan kerasnya. Kepalanya membentur tlundak pintu butulan dengan derasnya, sehingga orang itupun tidak dapat bangkit lagi. Pingsan. Darah telah mengalir dari luka di bagian belakang kepalanya yang membentur tlundak pintu.
Yang masih bertempur melawan Wikan adalah tinggal
orang yang rambutnya sudah mulai memutih. Betapapun ia mengerahkan kemampuannya, namun Wikan bukanlah
lawannya. "Sudahlah. Ki Sanak" berkata Wikan "Kau tidak perlu
memaksa diri untuk bertempur terus. Kau harus mengakui kenyataan yang kau hadapi malam ini"
"Persetan dengan kesombonganmu. Kau kira aku tidak akan dapat membunuhmu?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan berpura-pura lagi Ki Sanak. Kau tentu dapat
mengukur kemampuanmu sendiri"
"Kau terlalu sombong anak muda"
"Bukan maksudku. Tetapi aku ingin memperingatkanmu,
bahwa tidak ada gunanya kau bertempur terus. Lihat. Empat orang kawanmu sudah tidak berdaya. Bukankah kau tahu, bahwa kau seorang diri tidak akan dapat mengalahkan aku?"
"Aku akan memenggal kepalamu dan melemparkannya ke
halaman agar kedua orang yang bertempur di halaman itu menyadari keadaan yang sesungguhnya"
Wikan tertawa tertahan. Kalanya "Kau sudah mulai
mengigau karena keputus-asaan. Sudahlah. Marilah kita berhenti bertempur. Kawan-kawanmu di halaman itu tidak ada yang tahu jika kau duduk saja di amben itu. Bukankah sama saja bagimu" Dengan menguras tenagapun kau tidak akan dapat mengalahkan aku"
Orang berambut pulih itu termangu-mangu sejenak.
Dipandanginya beberapa orang kawannya yang pingsan.
Dilihatnya titik-titik darah di lantai rumah itu.
"Sekarang, akan lebih baik bagimu untuk melihat kawan-kawanmu yang terbaring itu. Apakah mereka mati atau
pingsan saja. Mungkin kau dapat menolong mereka. Di sudut itu ada gendi yang berisi air. Kau dapat menitikkan air itu dibibir kawan-kawanmu agar mereka menjadi sadar"
Orang itu masih saja termangu-mangu. Namun iapun
kemudian menarik nafas sambil berkata "Baiklah. Aku akan melihat keadaan kawan-kawanku. Kecuali seorang yang
terlempar keluar. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang berambut putih itupun menghentikan perlawanannya. Iapun kemudian berjongkok di samping
kawannya yang kepalanya terbentur tlundak pintu.
"Ia masih hidup" desisnya
"Ambil gendi itu" sahut Wikan.
Orang berambut putih itupun kemudian mengambil gendi yang berisi air bersih dan bahkan sudah di rebus hingga mendidih sebelum dituang ke dalam gendi.
Beberapa saat kemudian, dititikannya air dari dalam gendi itu kedalam mulut kawannya yang pingsan.
Ternyata sesaat kemudian, kawannya itu mulai bergerak.
Perlahan-lahan iapun telah membuka matanya.
Namun ketika ia mencoba untuk bangkit, kepalanya itupun telah terkulai lagi.
"Jangan bergerak. Nanti darahmu akan semakin banyak
mengalir" desis orang berambut putih itu.
Orang itu memang tidak bergerak lagi. Yang terdengar kemudian adalah keluhan tertahan. Kepalanya terasa bukan saja pedih, tetapi rasa-rasanya dunia itu berputaran.
Orang berambut putih itupun kemudian berusaha untuk
menolong kawan-kawannya yang lain pula.
Dalam pada itu, ketika Wikan menjenguk keluar, maka
paman dan bibinyapun sudah tidak bertempur lagi. Lawan-lawannya sudah ditundukannya. Hampir semua telah terluka.
Sedangkan ada diantara mereka yang tidak nampak luka di tubuhnya, tetapi rasa-rasanya
isi dada mereka telah diremukkan. Tulang-tulang iganya seakan-akan telah berpatahan. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bahkan sejenak kemudian, paman dan bibinya itupun telah masuk ke ruang dalam. Dengan nada berat Ki Minapun
berkata "Kita akan mempercepat kepergian kita. Kita akan berangkat malam ini. Kita tidak menunggu sampai esok pagi"
"Kita berangkat malam ini?" bertanya Wikan.
"Ya. Bukankah tidak ada bedanya" Semuanya sudah kita siapkan. Juga apa saja yang akan kita bawa"
"Tetapi bagaimana dengan binatang peliharaan kita kakang"
Siapa yang akan memberi makan
ayam-ayam kita?" desis Nyi Mina.
"Buka pintu kandangnya. Biarlah
esok mereka keluar. Mereka akan
dapat mencari makan sendiri di
pategalan ini" Nyi Mina menarik nafas panjang.
Beberapa saat kemudian, semuanyapun telah siap. Tatag tidak menangis lagi. Setelah pertempuran selesai, anak itu merasa tidak terganggu sehingga iapun telah tertidur di gendongan ibunya.
Di halaman Ki Mina berkata kepada orang-orang upahan Ki Bekel yang sudah tidak berdaya lagi untuk melawan
"Pulanglah. Jika ada kawanmu yang terbunuh, itu sama sekali bukan niat kami. Mudah-mudahan tidak ada yang mati" Ki Mina itupun berhenti sejenak. Lalu katanya pula "Sampaikan salamku sekeluarga kepada Bekelmu itu. Katakan, bahwa kami mengampuninya lagi kali ini. Tetapi kali ini adalah kali yang terakhir. Jika sekali lagi ia mencoba mengambil bayi itu dan ibunya, maka kami akan membunuhnya. Ia tidak akan dapat http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersembunyi dari penglihatan kami. Kami akan datang dan mencekik lehernya sampai mati"
Orang-orang upahan itu terdiam. Yang lain masih saja mengerang kesakitan dan bahkan masih ada yang diam sama sekali.
"Kami akan pergi malam ini. Bukan karena kami takut
menghadapi Ki Bekel dan orang-orang upahannya. Telapi kami memang akan pergi. Terserah kalian apa yang akan kalian lakukan disini. Baik atas kawan-kawan kalian maupun atas rumah dan perabot kami yang kami tinggalkan. Kami akan berterima kasih jika ada diantara kalian yang bersedia menunggui rumah kami selama kami pergi, dan memelihara binatang-binatang peliharaan kami. Aku tidak berkeberatan jika sekali-sekali kalian memotong ayam kami yang berkeliaran itu"
Tidak ada seorangpun yang menjawab.
Namun Ki Mina memang tidak menunggu jawaban.
Bersama Nyi Mina, Wikan, Tanjung yang mendukung anaknya, Ki Mina itu meninggalkan rumahnya.
Orang yang berambut putih serta orang yang dianggap
pemimpin dari sekelompok orang upahan itupun duduk
termangu-mangu di tangga rumah Ki Mina yang ditinggalkan.
Pintunya terbuka. Lampu minyak masih menyala di dalamnya.
Sementara itu, dini hari pun merabat menjelang fajar.
"Mereka pergi ke mana?" bertanya orang berambut putih.
"Entahlah" jawab pemimpin orang-orang upahan yang
terluka di lambungnya. Tetapi luka itu tidak begitu parah pada saat ia memutuskan untuk menyerah.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mereka orang-orang aneh. Mereka tidak membunuh kita meskipun kita siap membunuh mereka. Bukan sekedar
ancaman, tetapi kita benar-benar berniat membunuh mereka"
"Ya. Bahkan anak muda itu membiarkan aku merawat
kawan-kawan kita yang pingsan"
Pemimpin orang-orang upahan itupun bangkit berdiri sambil berkata "Marilah, kita lihat keadaan mereka. Kita akan membawa mereka segera pergi"
"Kenapa tergesa-gesa" Biarlah mereka beristirahat disini.
Bukankah kita mempunyai reramuan obat-yang dapat untuk menolong mereka, sementara mereka belum di tangani oleh seorang tabib yang baik"
Pemimpin orang-orang upahan itu menarik nafas panjang.
Dalam pada itu, orang berambut pulih itupun kemudian berkata "Aku tidak akan pergi. Aku akan menunggui rumah ini serta merawat perabotnya dengan baik. Aku juga akan
memelihara ternak yang ditinggalkan oleh orang yang aneh itu"
Pemimpinnya menarik nafas panjang. Katanya "Baik. Aku setuju kau bersedia menunggu dan merawat rumah ini"
"Terima kasih. Tetapi bagaimana dengan Ki Bekel?"
"Aku akan memberikan laporan sebagaimana yang telah
terjadi disini. Kali ini aku tidak ingin berbohong. Aku akan mengatakan yang sesungguhnya"
Orang yang rambutnya sudah memutih itu menarik nafas panjang. Jika saja ia berhadapan dengan orang lain yang memiliki ilmu setinggi anak muda itu, mungkin lehernya benar-benar telah ditebas hingga putus. Tetapi anak muda itu tidak http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membunuhnya. Bahkan anak muda itu memperingatkan untuk merawat kawan-kawannya yang pingsan.
"Kasihan perempuan dan anak bayinya itu. Mereka harus menempuh perjalanan di dini hari yang dingin seperti ini. Jika saja kita tidak dayang malam ini, mereka temu akan berangkat esok pagi, jika sinar matahari mulai meraba dedaunan"
Keduanyapun tidak berbicara lagi. Namun merekapun mulai mengangkat dan mengumpulkan kawan-kawan mereka. Yang masih mampu bangkit dan berjalan tertatih-tatih telah dituntun, sedangkan yang tidak mampu berjalan sendiri telah dipapah oleh mereka yang masih dapat berdiri tegak.
Dalam pada itu, Ki Mina, Nyi Mina, Wikan dan Tanjung serta Tatag telah berjalan semakin lama semakin jauh dari
rumahnya. Tetapi mereka tidak dapat berjalan terlalu cepat.
Tanjung yang mendukung Tatag tidak dapat berjalan terlalu cepat.
Di belakang Tanjung, Wikan harus membawa sebuah
keranjang yang bukan saja berisi pakaian Tanjung, tetapi juga pakaian serta peralatan makan dan minum bagi Wikan.
"Kalau kau letih, katakan Tanjung" berkata Nyi Mina "kita akan beristirahat. Kita tidak tergesa-gesa karena kita tidak dibatasi oleh waktu. Sedangkan perjalanan kita cukup panjang, sehingga kita harus menghemat tenaga kita"
"Ya, bibi" sahut Tanjung. Tetapi ia berusaha untuk tidak menjadi manja dan cengeng. Dengan tegar Tanjung berjalan disamping Nyi Mina. Sedangkan Ki Mina berjalan di paling depan dan Wikan berjalan di belakang.
Ketika matahari terbit, mereka sudah berada di jarak yang cukup jauh. Mereka berhenti sejenak, untuk mengganti popok Tatag yang basah. Namun Tatag sendiri tetap tidur nyenyak.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agaknya Tatag juga merasa letih, setelah semalam ia
menangis melengking-lengking oleh kemarahannya karena tidurnya terganggu.
Pada saat matahari menjadi semakin tinggi, maka
merekapun memasuki sebuah padukuhan yang cukup besar di padukuhan itu terdapat sebuah pasar yang ramai.
"Tanjung" berkata Nyi Mina ketika mereka sampai di pasar
"apakah kau memerlukan sesuatu bagi anakmu?"
Tanjung yang tidak sempat menyiapkan makanan bagi
Tatag itupun menyahut "Aku memerlukan nasi, bibi. Tatag nanti akan aku beri makan nasi dengan gula kelapa"
Nyi Mina mengangguk-angguk. Ia sudah sering melihat
anak-anak bahkan bayi sebesar Tatag yang diberi makan nasi yang ditumatkan dengan gula kelapa.
"Baiklah kita berhenti untuk membeli nasi bagi Tatag.
Marilah, biarlah gantian aku mendukung Tatag agar kau tidak terlalu letih"
"Tidak apa-apa bibi"
"Jangan bawa anakmu berdesakkan di pasar yang agaknya sedang hari pasaran"
Tanjung termangu-mangu. Namun kemudian di serahkannya Tatag kepada Nyi Mina, sementara Tanjung sendiri masuk ke dalam pasar untuk membeli nasi.
Ki Mina, Nyi Mina dan Wikanpun menunggu dibawah
sebatang pohon yang rindang di depan pasar yang ramai itu.
"Kenapa Tanjung tidak membeli di kedai itu saja?" bertanya Wikan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mungkin ada kebutuhan-kebutuhan lain yang akan di
belinya di pasar itu" jawab Nyi Mina. Wikan tidak bertanya lebih jauh.
Namun dalam pada itu, beberapa orangpun telah menyibak ketika dua orang laki-laki dan perempuan yang masih muda, diringi oleh dua orang laki-laki yang bertubuh tinggi tegap, mendekati pintu gerbang pasar.
"Siapakah mereka itu?" bertanya Nyi Mina.
"Entahlah" jawab Ki Mina sambil menggeleng.
Namun salah seorang dari dua orang perempuan yang
berdiri dibelakang mereka menyahut "Gadis itu adalah Rara Sumirat. Laki-laki yang berjalan bersamanya adalah bakal suaminya. Namanya Jaka Tama. Sedangkan dua orang itu adalah pengawalnya"
"O" Wikan mengangguk-angguk "kenapa mereka harus
dikawal oleh dua orang pengawal" Apakah tempat ini sering terjadi kerusuhan?"
"Gadis itu anak seorang yang sangat berpengaruh di
kademangan ini. Seorang yang sangat kaya. Bahkan wibawa Ki Demangpun kalah dengan pengaruh ayah gadis itu"
"Jadi kenapa harus dikawal?"
"Sesuai dengan pengaruh ayahnya, maka tidak ada
seorangpun yang boleh melawan kehendak gadis itu bersama calon suaminya. Apapun yang mereka kehendaki harus
terpenuhi. Calon suami Rara Sumirat itu seorang laki-laki yang keras dan kasar. Tetapi ia membawa banyak uang untuk membeli apapun yang dikehendaki calon isterinya"
"Jaka Tama itu juga anak seorang yang kaya?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Tetapi sebenarnya ia tinggal di kademangan lain.
Tetapi uang yang dibawanya itu sebagian adalah uang
pemberian ayah Rara Sumirat"
"Apakah keduanya banyak membagi-bagikan uang kepada
orang-orang yang membutuhkan?"
"Tidak. Mereka adalah orang-orang yang pelit"
"Lalu untuk apa uang yang banyak itu?"
"Untuk membeli apa saja yang mereka senangi. Nah,
betapapun pelitnya mereka, namun kadang-kadang orang-orang di pasar itu dapat memeras mereka juga. Barang-barang yang mereka senangi, harganya menjadi lebih tinggi dari harga sewajarnya"
Wikan tertawa. Ki Mina dan Nyi Mina tersenyum pula.
"Ada juga artinya bagi mereka" desis Wikan.
"Tetapi jika mereka marah, maka mereka tidak segan-segan menyakiti orang. Tidak ada yang berani menentangnya, karena kedua pengawal itu adalah orang-orang yang sakti"
Wikan mengangguk-angguk. Sementara itu, anak muda
serta gadis itu bersama kedua orang pengawalnya telah hilang di telan oleh keramaian pasar. Namun orang-orang yang mengetahui akan kehadiran mereka, telah menyibak dan memberi jalan kepada mereka. Bahkan para petugas di pasar itupun telah mengantar mereka berempat berjalan-jalan di dalam pasar, melihat-lihat berbagai macam barang yang di perdagangkan di pasar itu.
Beberapa lama Ki Mina, Nyi Mina dan Wikan menunggu.
Agaknya Tanjung masih mencari kebutuhan bagi Tatag.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun tiba-tiba pasar itu nampak gelisah. Beberapa orang berkisar dari tempatnya. Bahkan ada yang tergesa-gesa pergi ke pintu gerbang pasar dan berlari-lari kecil keluar.
"Ada apa?" bertanya seorang perempuan kepada kenalannya yang tergesa-gesa keluar dari pasar itu.
"Rara Sumirat marah kepada seorang perempuan. Bahkan Jaka Tama telah menampar perempuan itu sehingga
terpelanting. Tetapi agaknya mereka masih belum puas. Aku tidak sampai hati melihatnya"
"Kenapa?"

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tidak tahu "jawab perempuan itu.
Sebenarnyalah Rara Sumirat menjadi marah sekali ketika seorang perempuan dengan tidak sengaja menginjak
selendangnya yang terjulur di tanah.
Perempuan itu adalah Tanjung yang berjalan agak tergesa-gesa. Ketika beberapa orang menyibak, maka Tanjungpun menyibak pula. Namun ketika ia bergeser untuk keluar dari sekelompok perempuan yang berdesakkan, karena ia ingin segera menemui Tatag yang digendong oleh Nyi Mina, maka kakinya telah menginjak selendang Rara Sumirat yang terbuat dari sutera tipis berwarna kuning mengkilap, yang berjuntai sampai ke tanah.
Rara Sumirat terkejut. Dengan gerak naluriah ditariknya selendangnya.
Namun sayang sekali bahwa ujung selendangnya yang mahal itu koyak.
Rara Sumirat menjadi marah sekali. Dengan mata terbelalak perempuan itu memandang wajah Tanjung yang menjadi
pucat. "Perempuan edan. Apa yang kau lakukan, he?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ampun, aku tidak sengaja" suara Tanjung menjadi
gemetar. "Kau koyakkan selendang suteraku, he?"
"Aku mohon ampun. Bukan maksudku"
"Kau kira kau cukup dengan minta ampun" Selandangku
adalah selendang yang sangat mahal. Harga kepalamupun tidak akan semahal selendangku"
"Tetapi aku tidak sengaja.
Aku mohon ampun" Tiba-tiba
saja tanpa mengucapkan sepatah kata, Jaka Tama telah menampar pipi Tanjung,
sehingga Tanjung itu terpelanting jatuh. Tetapi agaknya Rara Sumirat masih belum puas.
Diterkamnya rambut Tanjung
dan ditariknya sekuat tenaganya, sehingga Tanjung
berteriak kesakitan. Beberapa orangpun segera berkerumun. Namun beberapa orang perempuan justru segera pergi karena mereka tidak sampai hati melihat perempuan muda itu disakiti. Bahkan dari sela-sela bibir Tanjung, telah mengalir darah karena bibirnya itu pecah.
"Aku dengar seseorang berteriak" desis Wikan.
"Ya" sahut Nyi Mina "seperti suara Tanjung. Lihatlah Wikan, apa yang telah terjadi"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikanpun segera berlari. Dengan cepat ia menyusup
diantara orang-orang yang gelisah di pasar itu.
Wikan terkejut ketika ia melihat perempuan yang disebut Rara Sumirat itu masih mencengkam rambut Tanjung.
"Kau tidak cukup dengan minta maaf perempuan gila"
"Ampun. Aku mohon ampun. Aku akan berbuat apa saja
yang harus aku lakukan"
"Merangkak dan cium kakiku" teriak Rara Sumirat.
Tanjung tidak mempunyai pilihan lain. Jika ia menolak maka ia tentu akan disakiti lagi.
Namun ketika Tanjung itu berjongkok di depan Rara
Sumirat, terdengar seseorang berkata "Kau tidak perlu melakukannya, Tanjung"
Semua orang yang mendengarnya berpaling kearah suara itu. Tanjungpun berpaling pula. Dilihatnya Wikan berdiri selangkah di belakangnya.
"Bangkitlah Tanjung" berkata Wikan sambil menarik bahu Tanjung.
"Kakang" suara Tanjung tenggelam di balik isaknya. Wikan menariknya sehingga Tanjung itu berdiri di belakangnya.
"Apapun yang terjadi, kau tidak pantas memaksanya
merangkak dan mencium kakimu" geram Wikan.
"Kau siapa, he?" bertanya Jaka Tama.
"Aku kakangnya. Perempuan ini adalah adikku. Aku tidak dapat
membiarkan kau menyakiti dan kemudian menghinakannya" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Setan kau. Apakah kau tidak tahu, siapakah aku dan
siapakah gadis ini?"
"Siapapun kalian, tetapi kalian tidak berhak melakukannya"
"Adikmu telah mengoyakkan selendangku" teriak Rara
Sumirat. "Ia tentu tidak sengaja. Dan adikku telah minta maaf.
Bahkan minta ampun" "Tetapi itu tidak cukup"
"Jadi haruskan kau menghinakannya agar adikku merangkak dan mencium kakinya?"
"Ya" "Tidak. Aku tidak akan membiarkannya"
"Kau terlalu sombong. Seharusnya kau mengenali kami
berdua. Baru kau akan menyadari, bahwa yang kau lakukan ini merupakan satu kesalahan yang besar"
"Tidak. Yang aku lakukan adalah yang terbaik bagi kami"
Dua orang pengawal Rara Sumirat dan Jaka Tama itu mulai bergeser maju. Sementara itu, orang-orang yang berada di sekitar tempat itupun sudah bergeser menjauh. Bahkan orang-orang yang berjualanpun meninggalkan jualan mereka karena mereka menjadi ketakutan"
"Aku masih memberimu waktu untuk merubah sikapmu"
geram Jaka Tama. "Tidak. Aku tidak akan merubah sikapku. Kaulah yang harus minta maaf kepada adikku, karena kau sudah menamparnya sehingga bibirnya berdarah"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang diantara kedua pengawal itupun berkata "Serahkan anak ini kepadaku, den"
"Baik" jawab Jaka Tama "buat anak itu menjadi jera, iapun harus merangkak seperti adik perempuannya dan mencium kaki Rara Sumirat"
"Lakukan itu" bentak seorang diantara kedua pengawal itu
"Jika kau tidak melakukannya, maka kau akan sangat
menyesal. Peristiwa ini akan dapat merubah jalan hidupmu"
"Jika kau berniat melakukannya, maka akupun akan
melakukannya pula" Orang itu menggeram. Perlahan-lahan ia melangkah
mendekatinya. Agaknya orang itu akan memaksa Wikan untuk merangkak.
Tetapi agaknya ia tidak merasa perlu untuk mengajak
kawannya, pengawal yang seorang lagi.
Dengan geram maka pengawal yang bergeser mendekati
Wikan itupun berkata "Sekali lagi aku perintahkan kepadamu dan kepada adik perempuanmu. Merangkak dan cium kaki Rara Sumirat"
"Kami memang berbeda dengan kau Ki Sanak. Mungkin kau melakukannya setiap pagi dan sore untuk sekedar mendapat upah. Tetapi kami tidak akan melakukannya"
Pengawal itu menjadi sangat marah. Iapun segera meloncat menyerang Wikan. Wikan mendorong Tanjung untuk bergeser surut. Sementara itu Wikan sendiri bergeser pula untuk menghindari serangan itu.
Serangan pengawal itu tidak menyentuh sasarannya.
Karena itu, maka iapun menjadi semakin marah.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Wikan telah bersiap sepenuhnya untuk menghadapinya. Karena itu, maka pertempuran diantara keduanya-pun segera berlangsung.
Tetapi pertempuran itupun segera menjadi tidak berimbang. Pengawal itu segera terpelanting jatuh. Meskipun pengawal itu segera bangkit berdiri, namun ia masih harus berdesah tertahan. Punggungnya terasa sakit sekali.
Namun pengawal itu tidak segera meyakini kenyataan yang terjadi. Ia masih mempercayai dirinya, bahwa ia akan dapat segera menyelesaikan lawannya.
Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya.
Dalam waktu yang terhitung singkat, maka pengawal itu sudah terdesak. Beberapa kali serangan Wikan menembus pertahanannya, sehingga beberapa
kali pengawal itu terdorong beberapa langkah surut. Bahkan kemudian
pengawal itu telah terlempar sekali lagi dan jatuh menimpa sebatang pohon perindang di pasar itu.
"Bodoh kau" teriak Jaka Tama "Kenapa kau tidak segera menyelesaikannya?"
Pengawal itu tidak menjawab. Tetapi iapun memberi
isyarat, kepada kawannya untuk membantunya.
Sejenak kemudian Wikanpun telah bertempur melawan
kedua orang pengawal yang menurut kata orang, mereka adalah orang-orang yang sakti. Tetapi melawan Wikan, maka keduanya harus mengerahkan segenap kemampuan mereka.
Meskipun Wikan harus bertempur melawan kedua orang
pengawal itu, namun Wikan sama sekali tidak tergetar surut.
Dengan tangkasnya ia berloncatan menghindar dan membalas http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerang. Setiap kali serangannya menyentuh sasarannya, maka terdengar lawannya itu berdesah menahan sakit.
Namun semakin lama serangan-serangan Wikan menjadi
semakin sering mengenai lawan-lawannya, sehingga keduanyapun semakin lama menjadi semakin lemah.
Dengan mengerahkan segenap tenaga dan kemampuan
mereka, maka rasa-rasanya kekuatan merekapun dengan
cepat terhisap habis. Beberapa kali kedua orang pengawal itu harus jatuh
bangun. Namun semakin lama tubuh merekapun menjadi
semakin tidak berdaya. Tulang-tulang terasa retak dimana-mana. Sendi-sendinya bahkan bagaikan saling terlepas.
Akhirnya, kedua orang pengawal yang terpelanting jatuh itu, tidak mampu, lagi bangkit untuk memberikan perlawanan.
Wajah mereka menjadi merah biru dan discluruh tubuhnyapun terdapat memar-memar yang sakitnya tidak teratasi oleh daya tahan tubuh mereka.
Wajah Jaka Tama menjadi pucat. Demikian pula Rara
Sumirat. Kedua orang pengawal yang mereka andalkan sudah tidak berdaya lagi.
Jika mereka berada di rumah, maka tidak hanya ada dua orang pengawal, tetapi sekelompok pengawal akan membantu kedua orang pengawal yang tidak berdaya itu. Tetapi di pasar, tidak ada siapa-siapa lagi yang akan dapat melindungi mereka.
Tetapi Jaka Tama itu merasa masih mempunyai senjata
yang tidak pernah dikalahkan selama ini oleh siapapun.
Bahkan oleh Ki Demang sekalipun.
Karena itu, ketika kedua pengawalnya sudah tidak berdaya, maka Jaka Tama itu, meskipun dengan jantung yang
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdebaran, melangkah mendekati Wikan. Dengan berusaha untuk menyembunyikan perasaannya yang kuncup, Jaka Tama justru berusaha untuk tetap tengadah. Sambil mengangkat dagunya Jaka Tama itupun berkata "Baik- baik, Ki Sanak. Kau sudah mengalahkan kedua orang pengawalku. Sekarang
pergilah. Ini beberapa keping uang perak yang bagimu tentu sangat berharga. Bahkan mungkin sekali kau belum pernah melihat uang sebanyak itu"
Bagi Wikan, pernyataan Jaka Tama itu terasa sangat
menyakitkan. Karena itu, ketika Jaka Tama mengulurkan beberapa keping uang perak, maka ditepisnya tangan Jaka Tama itu, sehingga beberapa keping uang perak itu jatuh berhamburan.
"Kau kira uangmu itu dapat kau pergunakan untuk membeli harga diri seseorang?"
Jantung Jaka Tama berdesir tajam. Ia tidak mengira bahwa ada orang yang menolak uangnya. Uang yang baginya selalu dapat menyelesaikan semua persoalan.
Tetapi anak muda itu telah menolak uangnya. Bahkan
beberapa keping uang perak.
"Anak muda" geram Wikan "kau tidak akan dapat membeli harga diri kami dengan uang itu. Sekarang, kau dan gadis itu harus minta maaf kepada adikku. Aku tidak akan menuntutmu untuk merangkak dan mencium kakinya. Tetapi yang aku inginkan, adalah pengakuan salahmu yang sungguh-sungguh.
Kau tentu sering melakukan hal yang sama kepada orang lain sebelumnya. Ingat itu dan sesali tingkah lakumu itu"
Jaka Tama nampak ragu-ragu meskipun wajahnya menjadi semakin pucat serta keringatnya telah membasahi pakaiannya.
Bahkan Rara Sumiratpun menjadi gemetar ketakutan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lakukan, atau aku akan memaksamu dengan cara yang
lebih buruk dari cara yang dipergunakan oleh kedua orang pengawalmu"
"Baik. Baik. Aku akan minta maaf kepada adikmu"
Wikan itupun bergeser selangkah dan menarik tangan
Tanjung untuk maju selangkah.
"Kami berdua minta maaf atas keterlanjuran kami" berkata Jaka Tama.
"Kau minta maaf untuk dirimu sendiri. Biarlah gadis itu minta maaf sendiri kepada adikku. Namanya Genduk"
"Genduk?" ulang Jaka Tama.
"Ya" sahut Wikan.
"Genduk" desis Jaka Tama "aku minta maaf atas
ketelanjuranku. Tanjung justru menjadi bingung. Namun ketika Wikan
memandanginya, Tanjung itupun kemudian mengangguk.
"Aku juga genduk" berkata Rara Sumirat perlahan sekali.
Hampir tidak terdengar. Tanjung itupun mengangguk lagi.
"Nah" berkata Wikan "adikku sudah memaafkan kalian.
Tetapi ingat. Kalian minta maaf tidak hanya kepada adikku.
Tetapi juga kepada semua orang yang pernah kau sakiti hatinya. Kau sesali perbuatanmu yang mengandalkan
pengaruh orang tuamu. Ternyata dalam keadaan yang
penting, kalian tidak dapat berbuat
apa-apa dengan kemandirian kalian sendiri"
Jaka Tama dan Rara Sumirat hanya menunduk saja.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekali lagi aku minta, sesali semua perbuatanmu itu"
Wikanpun kemudian berpaling kepada Tanjung "Marilah kita tinggalkan tempat ini"
Ketika mereka beranjak, maka mereka melihat Ki Mina dan Nyi Mina ternyata sudah ada di belakang mereka. Tatag masih saja tetap tidur di gendongan Nyi Mina.
"Marilah" berkata Ki Mina.
Namun Wikan masih berpaling kepada Jaka Tama "Berikan uang itu kepada para pedagang yang kau rugikan. Mungkin ada yang dagangannya menjadi rusak tertimpa kedua orang pengawalmu itu"
"Baik. Baik" jawab Jaka Tama dengan serta merta. Sejenak kemudian, maka Wikan, Tanjung bersama Ki Mina dan Nyi Mina yang menggendong Tatagpun telah keluar dari pasar itu.
Dengan susah payah kedua orang pengawal Jaka Tama dan Rara Sumirat itupun berusaha bangkit berdiri. Punggung mereka rasa-rasanya telah menjadi patah.
"Ambil uang yang berceceran itu" berkata Jaka Tama.
Meskipun sambil menyeringai kesakitan, namun kedua
orang pengawal itupun kemudian telah memungut uang perak yang berceceran.
Jaka Tamapun kemudian memanggil dua orang petugas
pasar yang semula mengiringinya. Kepada keduanya Jaka Tamapun berkata "Terima uang ini. Bagi kepada para
pedagang yang telah dirugikan oleh peristiwa ini"
Kedua orang petugas itu menjadi agak bingung. Namun
Jaka Tamapun berkata "Lakukan pesan anak itu. Berbuatlah yang terbaik. Jika tidak, maka pada saat ia kembali, maka kalian berdua akan menerima akibatnya. Anak muda itu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ternyata memiliki ilmu yang tidak dapat dijajagi. Dua orang pengawalku yang terbaik, sama sekali tidak berdaya
menghadapinya" "Baik, baik den" jawab petugas pasar itu.
"Marilah Rara" ajak Jaka Tama "Kita pulang. Kita dapat merenungi apa yang baru saja terjadi. Satu pengalaman baru bagi kita. Tetapi agaknya ada juga sisi baiknya. Ternyata bahwa tidak segalanya dapat kita beli dengan uang. Salah satunya, menurut anak muda itu, adalah harga diri"
Rara Sumirat sama sekali tidak menjawab. Tetapi agaknya ia mempunyai sikap yang berbeda dengan Jaka Tama. Rara Sumirat justru merasa bahwa ia telah dihinakan dihadapan banyak orang, sementara ayahnya adalah orang yang sangat berpengaruh di kademangannya.
Bahkan uang yang ditawarkan telah ditepisnya hingga berceceran.
"Betapa sombongnya" kata didalam hati.
Rara Sumirat sudah berniat bulat untuk mengadukan
penghinaan itu kepada ayahnya. Tidak hanya ada dua
pengawal di rumahnya. Sementara itu, selendangnya telah menjadi koyak. Sebenarnyalah, bahwa demikian Rara Sumirat sampai di rumahnya, maka iapun segera berlari mencari ayahnya sambil menangis. Gadis itu sengaja menangis terisak-isak sehingga nafasnyapun seakan-akan telah tersumbat di kerongkongan.
"Ada apa" Ada apa?" bertanya ayah dan ibunya hampir
berbareng. Di sela-sela isaknya yang dipaksakan Rara Sumirat telah menceritakan apa yang telah terjadi di pasar. Seorang anak muda telah menakut-nakutinya dan bahkan menghinanya di hadapan orang banyak.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa yang telah terjadi?" bertanya ayah Rara Sumirat kepada Jaka Tama.
Jaka Tamapun menceriterakan sebagaimana yang telah


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terjadi. Bahkan iapun berkata "Ada yang dapat aku teladani pada anak muda itu, ayah. Harga dirinya tidak dapat dibeli dengan uang"
Namun Rara Sumiratpun berteriak "Akupun mempunyai
harga diri. Ayah juga mempunyai harga diri. Keluarga kami tidak mau diremehkan oleh anak edan itu"
Seorang anak muda yang tiba-tiba muncul dari pintu
butulan bertanya dengan lantang " Apa yang telah terjadi mbokayu?"
"Mbokayumu dan kakangmu telah dihina orang di pasar"
"Apa yang terjadi?"
Ternyata Rara Sumirat sengaja membakar hati adik laki-lakinya yang sudah tumbuh dewasa itu serta menggelitik perasaan ayah dan ibunya.
"Bagaimana dengan kedua orang pengawal yang menyertaimu ke pasar?"
"Mereka adalah tikus-tikus yang tidak berdaya. Keduanya menjadi ketakutan oleh gertak anak muda itu sehingga mereka tidak berani melawan dengan sungguh-sungguh"
"Gila. Jadi keduanya tidak berani melawan?" anak muda itu telah beranjak dari tempatnya.
Namun Jaka Tamapun mencegahnya "Kau mau apa?"
"Pengecut itu harus mendapat hukuman"
"Tidak perlu" sahut ayahnya "sekarang, kemana anak muda itu pergi"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak tahu "jawab Rara Sumirat.
"Jadi apa yang harus aku lakukan?"
"Mempertahankan harga diri ayah, kakang Jaka Tama dan seluruh keluarga kita"
"Tetapi kemana kami harus menyusul keduanya?"
"Petugas di pasar itu akan dapat menunjukkan, kemana mereka pergi"
Tetapi Jaka Tamapun berkata "Ayah tidak perlu mencarinya. Biarlah anak itu pergi. Ia tidak berbuat sesuatu yang melampaui batas kewajaran. Anak itu mempertahankan harga dirinya. Memang tidak sepantasnya aku memerintahkan kepadanya untuk merangkak dan mencium kaki Rara Sumirat"
"Itu harus dilakukannya" teriak adik laki-laki Rara Sumirat yang baru menginjak dewasa "jika peristiwa ini dibiarkan saja, maka orang-orang kademangan ini akan terpengaruh. Wibawa ayah akan turun di mata mereka"
"Kita akan mencari mereka" teriak adik Rara Sumirat.
Namun ayahnyapun kemudian menyahut dengan lantang
pula "Perintah untuk menyediakan enam ekor kuda. Aku akan mencari anak muda itu bersama Jaka Tama dan Prakosa"
Dengan cepat Prakosa, adik Rara Sumirat yang memasuki usia dewasanya itu menyahut "Baik ayah. Aku akan membuat anak itu jera"
"Aku akan membawa dua orang pengawal terbaik dan
kakang Magenturan" "Ayah akan mengajak guru?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Mungkin anak muda itupun bersama gurunya.
Betapapun tinggi ilmu gurunya, tidak akan dapat menandingi kakang Magenturan"
"Baik, ayah. aku akan mohon kepada guru untuk pergi
bersama kita" "Kebetulan gurumu ada disini hari ini, Prakosa" Prakosa itupun segera berlari ke gandok.
Ketika keinginan ayahnya itu disampaikan kepada Ki
Magenturan, maka Ki Magenturan itupun dengan serta merta menyahut "Menyenangkan sekali mendapat kesempatan untuk mengangkat harga diri adi Wirakersa"
Sejenak kemudian enam ekor
kuda telah berlari menuju ke pasar
yang masih saja ramai. Tetapi
Wikan telah tidak ada di pasar itu.
Jaka Tama yang terpaksa ikut
bersama calon ayah mertuanya
itupun berkata "Mereka tentu sudah
jauh, ayah" "Bukankah kita berkuda" Jika kita
ketahui arah perjalanannya, maka
kita akan dapat menyusulnya"
Prakosalah yang kemudian mencari petugas pasar itu.
Mereka baru saja selesai membagi uang Jaka Tama yang berceceran kepada para pedagang yang merasa dirugikan oleh peristiwa itu.
Tetapi sebagian dari uang perak itupun telah masuk ke dalam kantong ikat pinggang kedua petugas itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun demikian, para pedagang itupun sudah merasa puas karena mereka mendapatkan uang yang balikan lebih dari nilai dagangan mereka yang rusak.
"Kemana anak muda yang telah menghina mbokayu Rara
Sumirat itu pergi" bentak Prakosa.
"Aku tidak tahu, den" jawab salah seorang diantara mereka.
"Bohong. Kau takut kepada anak muda itu?"
"Tidak den. Tetapi kami benar-benar tidak tahu, kemana ia pergi. Demikian anak muda dan adiknya itu keluar dari pasar, maka akupun segera menertibkan lingkungan yang menjadi berserakan itu"
"Jangan bohong"
"Tidak. Aku tidak bohong"
Namun Prakosa tidak puas dengan jawaban itu. Sambil
menimang sekeping uang perak iapun bertanya kepada
beberapa orang yang berjualan di pinggir jalan karena mereka tidak mendapat lagi didalam pasar.
Akhirnya seorang perempuan gemuk, yang berjualan
kreneng di depan pasar itu dapat menunjukkan arah kepergian anak muda bersama adik perempuannya.
"Bahkan mereka berjalan berempat. Selain anak muda itu bersama adik perempuannya, mereka juga berjalan bersama ayah dan ibu mereka. Ibu mereka menggendong seorang bayi yang masih kecil"
"Kau tidak berbohong" desak Prakosa.
"Orang itu sekedar mengigau" sahut Jaka Tama "Anak
muda itu hanya berdua dengan adik perempuannya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi ayah dan ibunya ternyata ada di pasar ini pula"
sahut perempuan gemuk yang berjualan kreneng itu.
"Kau tentu berkata sekenanya saja" potong Jaka Tama.
"Aku berani sumpah. Aku melihat ketika anak muda itu berkelahi di dalam pasar"
"Aku percaya kepadanya" berkata Prakosa sambil melemparkan sekeping uang perak itu.
Sejenak kemudian, maka enam ekor kuda dengan para
penunggangnya telah berlari dengan kencang ke arah
sebagaimana ditunjukkan oleh perempuan gemuk itu.
Ketika mereka sampai disebuah simpang tiga, maka
Prakosapun telah bertanya kepada seorang perempuan yang duduk di tanggul parit menunggui makanan yang berada di dalam sebuah bakul kecil. Agaknya perempuan itu datang ke sawah mengirim makan dan minum bagi suaminya yang
sedang membajak. "Kau sudah lama duduk disitu Nyi?" bertanya Prakosa.
"Belum, den" jawab perempuan itu.
"Apakah kau lihat empat orang yang lewat dijalan ini.
Seorang diantara mereka menggendong bayi?"
"Aku tidak melihatnya, den"
Namun laki-laki yang sedang membajak di sawah itulah yang justru menjawab "Aku melihat mereka. Kenapa dengan mereka?"
"Mereka baru saja datang ke rumahku. Mereka masih sanak kadangku. Tetapi mereka tidak sempat menunggu ayah.
Karena itu, demikian ayah pulang, maka ayah ingin menyusul agar dapat bertemu dengan mereka"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O" laki-laki itu berhenti membajak. Katanya "Mereka membelok ke kanan. Belum terlalu lama"
"Terima kasih" Prakosapun kemudian telah memacu kudanya. Ayahnya
mengikutinya dibelakang. Sementara yang lainpun telah melarikan kuda mereka dibelakangnya.
Ternyata tidak terlalu lama kemudian, orang-orang berkuda itu telah melihat ampat orang yang berjalan di hadapan mereka. Dua laki-laki dan dua perempuan.
"Itu mereka" berkata Prakosa sambil mempercepat lari kudanya.
Beberapa saat kemudian, maka merekapun telah berhasil menyusul keempat orang yang berjalan di depan mereka.
Prakosa sengaja mendahului mereka. Baru kemudian ia
menghentikan kudanya. Keempat orang yang berjalan iiu icrkejui. Namun ketika mereka melihat diantara keenam orang berkuda itu anak muda yang bernama Jaka Tama, maka mereka menyadari,
apa yang akan terjadi. Karena itu, maka Nyi Minapun berbisik kepada Tanjung yang sudah menggendong anaknya "Hati-hatilah Tanjung"
"Ya, bibi" Dalam pada itu, dengan lantang Prakosapun bertanya
kepada Jaka Tama "Apakah anak muda ini yang dimaksud oleh mbokayu Rara Sumirat?"
Namun jawab Jaka Tama mengejutkan. Sambil menggeleng iapun menjawab dengan tegas pula "Bukan. Aku belum pernah melihat anak muda itu. Sudah aku katakan, anak muda itu berada di pasar bersama adiknya. Tanpa orang lain.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sedangkan perempuan itu menggendong anaknya. Perempuan itu tentu bukan adik orang ini. Tetapi isterinya"
Prakosa mengumpat kasar. Dengan geram iapun bertanya
"Kau berkata sebenarnya?"
"Ya. Aku berkata sebenarnya. Buat apa aku berbohong, justru aku yang telah direndahkannya dihadapan banyak orang"
"Tetapi sejak di rumah kau sudah ragu"
"Aku meragukan arah kepergiannya. Aku berpendapat
bahwa sulit untuk menemukan mereka"
Prakosa menggeram. Namun tiba-tiba saja ia bertanya
dengan kasar "He, kalian melihat seorang anak muda yang berjalan bersama adiknya perempuan?"
Yang menjawab Ki Mina mendahului Wikan, karena Ki Mina tahu, bahwa jika Wikan yang menjawab, maka ia tentu akan mengaku, bahwa dirinyalah yang dicari. Katanya "Tidak ngger.
Kami tidak melihat seorang anak muda yang berjalan bersama adik perempuannya. Kami tidak bertemu dengan siapa-siapa"
"Setan anak itu. Jika saja aku dapat menjumpainya, aku cincang tubuhnya sampai lumat"
Gurunyalah yang kemudian berkata "Sudahlah, Prakosa.
Biarlah mereka pergi"
Prakosa menggeram. Namun kemudian iapun menggerakkan kendali kudanya sambil menggeram "Aku akan mencarinya sampai aku mendapatkan orang itu"
Prakosa yang berkuda di paling depan segera memutar
kudanya dan melarikannya kembali sambil berkata "Perempuan di pasar itu telah menipuku"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak" sahut gurunya "ia sama sekali tidak berniat menipu.
Ia tidak akan berani melakukannya. Jika ia keliru, itu tentu hanya satu kekhilafan. Bukan kesengajaan. Karena itu, tidak sepantasnya kau menyalahkannya"
Prakosa tidak menjawab. Ia memang tidak berani
membantah kata-kata gurunya. Karena itu, maka untuk
melepaskan kekesalannya iapun telah mendera kudanya dan dilarikannya pulang.
Dibelakanghya ayahnya berkata kepada Ki Magenturan
"Jadi kita tidak dapat menemukannya"
"Sudahlah" berkata Ki Magenturan "memang sulit untuk mencari seseorang yang telah pergi dengan jarak waktu yang cukup panjang. Ada delapan, bahkan enam belas arah mata angin. Sulit bagi kita untuk memilih salah satu diantaranya"
Ki Wirakersa itupun menarik nafas panjang.
Sementara itu Jaka Tama berkuda di paling belakang.
Dadanya terasa bergejolak. Tetapi ia sudah berniat untuk tidak memperpanjang persoalannya dengan anak muda yang
ditemuinya di pasar itu. Bahkan Jaka Tama menilai bahwa apa yang dikatakan oleh anak muda itu mengandung kebenaran.
Demikian orang-orang berkuda itu meninggalkannya, maka Wikanpun menggeram "Kenapa paman mengingkari kejadian di pasar itu?"
"Kau lihat ketulusan hati anak muda itu" Tentu ada
pengakuan atas kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan sebagaimana kau pesankan. Ia telah berusaha untuk tidak mendendammu. Kenapa justru kau yang harus mendendam"
Wikan menarik nafas panjang. Iapun kemudian bergumam
"Maafkan aku paman"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Berkelahi bukan satu kegemaran. Jika itu dapat dihindari, kita tentu akan menghindarinya"
"Ya, paman" "Baiklah. Marilah. Kita teruskan perjalanan kita yang sudah tertunda. Jaraknya masih cukup panjang. Mudah-mudahan kita akan sampai ke padepokan sebelum malam"
Merekapun kemudian meneruskan perjalanan. Tetapi
bersama Tanjung dan anaknya,, maka mereka sudah
memperhitungkan bahwa mereka tidak akan sampai di
padepokan sebelum malam. Tetapi mereka memang tidak
terikat oleh waktu. Dalam pada itu, maka panas mataharipun menjadi semakin terik. Tatagpun telah terbangun. Anak itu menangis beberapa saat. Untungnya Tatag menangis di bulak panjang, sehingga tidak ada orang yang mendengar. Mungkin ada satu dua orang yang sedang berada di sawah mendengarnya, tetapi mereka tidak banyak menaruh perhatian, karena mereka sedang memusatkan perhatian mereka kepada pekerjaan yang sedang mereka hadapi, sementara itu kaki merekapun sudah terbenam di dalam lumpur.
Namun Tanjungpun segera dapat menenangkannya sehingga Tatag itupun terdiam.
Tanjung melindungi anaknya dari terik matahari dengan caping bebek yang lebar, yang dibuat dari belarak.
Nyi Mina selalu saja berjalan disisinya. Sekali-sekali membantu Tanjung, jika anaknya mulai gelisah. Merekapun beberapa kali harus berhenti untuk memberi minum kepada Tatag yang kehausan oleh panasnya udara. Bahkan
Tanjungpun harus menyuapi anaknya yang merasa lapar.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan telaten Ki Mina dan Nyi Mina mengikuti saja irama perjalanan Tanjung. Namun Wikanlah yang menjadi agak kurang telaten. Tetapi ia harus menahan diri untuk tetap berada bersama dengan mereka.
Lewat tengah hari, mereka berempat sempat berhenti di sebuah kedai. Karena tidak ada kedai lain yang lebih kecil, maka merekapun terpaksa singgah di sebuah kedai yang agak besar dan ramai di kunjungi orang.
"Banyak sekali orang yang berada di kedai ini" desis Wikan..
Baru kemudian mereka mengetahui, bahwa tidak jauh dari kedai itu terdapat sebuah tempat yang dikeramatkan. Mereka yang berkunjung dan merasa permohonannya dikabulkan, merekapun datang untuk mengucakan sukur. Bahkan kedai itupun akhirnya menjadi tempat untuk melepas janjinya.
Bermacam-macam janji yang pernah di ucapkan oleh
orang-orang yang datang ke tempat itu. Ada yang karena anaknya sembuh dari sakitnya yang parah. Ada yang berhasil mencapai jenjang jabatan yang dinginkan, ada yang berhasil memperisteri seorang gadis yang diimpikannya dan masih banyak lagi yang lain. Mereka berjanji untuk datang dan makan minum di kedai itu.
"Nampaknya pemilik kedai itu cekatan berpikir" desis Wikan.
"Kenapa?" bertanya Ki Mina.
"Paman melihat anglo kecil di ajug-ajug itu" Biasanya lampu minyaklah yang diletakkan di ajug-ajug. Tetapi disini yang berada di ajug-ajug adalah anglo kecil. Ada dupa yang ditaburkan kedalamnya"
"Ya, aku juga mencium baunya. Tetapi kenapa kau sebut pemilik kedai itu cekatan berpikir?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Asap dan bau dupa ini membuat suasana menjadi lebih sesuai dengan kehadiran orang-orang itu di kedai ini. Bahkan mungkin mereka merasa masih berada di satu lingkungan dengan tempat yang dikeramatkan itu"
Nyi Mina tersenyum. Katanya "Kau benar Wikan. Pemilik kedai ini memang tangkas berpikir"
Ki Mina, Nyi Mina, Wikan dan Tanjung serta anaknya harus menunggu beberapa saat sampai datang giliran mereka di layani oleh pelayan kedai itu.
Namun selain tempat itu memang tempat yang mapan bagi sebuah kedai, ternyata masakan dari makanan dan minuman di kedai itu memang enak menurut selera keempat orang itu.
Bahkan agaknya orang-orang lain yang berada di kedai itupun merasa puas dengan masakan yang dihidangkan.
Ketika seorang pelayan menghidangkan minuman lagi bagi Wikan yang masih saja merasa haus, Wikan sempat bertanya
"Kenapa kedai ini hanya salu-satunya" Kenapa di sebelah menyebelah atau di tempat lain yang dekat tidak ada kedai lagi untuk menampung pembeli yang terasa agak terlalu banyak ini?"
"Tidak seorangpun yang berani, Ki Sanak" jawab pelayan kedai itu.
"Kenapa?" "Semula pemilik kedai inipun tidak berpikir untuk membuka sebuah kedai disini. Tetapi pemilik kedai ini bermimpi bertemu dengan Nyai Wara Kedasih. Seorang perempuan yang ujudnya sudah sangat tua, yang menunggu tempat yang dikeramatkan itu. Sebuah belik kecil tempat orang-orang yang mohon berkahnya mandi. Nyi Kedasih itulah yang memberikan isyarat agar kang Kardi membuka kedai disini. Orang lain yang tidak http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendapat petunjuk dari Nyai Wara Kedasih tidak akan berani membuka kedai di sekitar tempat ini. Ketika ada yang mencoba juga, maka tidak lebih dari sepekan, orang itupun meninggal mendadak"
Wikan mengangguk-angguk. Ketika pelayan itu pergi,
Wikanpun berbisik "Bukankah yang diceriterakan oleh pelayan itu satu kabar buruk?"
"Kenapa?" bertanya Ki Mina.
"Menurut pendapatku, tentu ada hubungannya antara
kematian orang yang membuka kedai kuda itu dengan niat pemilik kedai ini untuk tetap menjadi pemilik kedai tunggal di daerah ini"
"Kenapa kau berprasangka buruk Wikan?" bertanya Ki Mina
"meskipun hal itu mungkin saja terjadi, tetapi kau tidak dapat menetapkannya sebelum dapat dibuktikan. Sedangkan jika peristiwa itu sudah terjadi lewat waktu yang panjang, maka akan sulit untuk menelusurinya"
"Tetapi perbuatan itu tidak dapat dibiarkannya"
"Perbuatan apa" Kau tidak dapat menyatakan orang
bersalah hanya dengan berprasangka, meskipun masuk akal"
Wikan menarik nafas panjang.
"Mungkin pada kesempatan lain kau mendapat kesempatan untuk melihat kenyataan yang lerjadi. Tetapi peristiwa itu sudah terjadi lewat waktu"
Wikan mengangguk-angguk. Beberapa saat mereka berada di kedai itu sambil
beristirahat. Mereka sempat melihat Demang dan Jagabaya kademangan itu datang pula ke kedai itu. Mereka makan dan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
minum tanpa harus membayar. Nampaknya hal itu dilakukan bukan hanya sekali. Tetapi sudah merupakan kebiasaan.
"Bahkan lebih dari itu" desis Wikan tiba-tiba saja.
"Apa yang lebih daripada itu?" bertanya Nyi Mina.
"Ki Demang dan Ki Jagabaya " jawab Wikan.
Nyi Mina hanya tersenyum saja. Tetapi ia tidak menjawab.
Dalam pada itu, ketika mereka sudah bersiap-siap untuk meninggalkan kedai itu, mereka melihat dua orang yang agaknya suami isteri memasuki kedai itu.
Sejenak mereka berhenti mengamati Tatag yang berada di pangkuan ibunya. Namun Tatag itu tidak sedang tidur.
"Ini anakmu, Nyi?" bertanya perempuan itu.
Tanjung menengadahkan wajahnya. Dilihatnya perempuan itu tersenyum. Bahkan kemudian menyentuh pipi Tatag yang tiba-tiba saja tersenyum pula.
"Ramahnya anak ini" desis perempuan itu sambil


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tersenyum, bahkan diulanginya pertanyaannya "Anak ini anakmu?"
"Ya, Nyi" sahut Tanjung.
"Senangnya mempunyai anak yang sehat dan ramah seperti anakmu itu. Ternyata kau sangat beruntung. Sudah berapa tahun kau menikah?" bertanya perempuan itu sambil berpaling kepada Wikan.
Tanjung menjadi bingung. Namun Nyi Minalah yang
menjawab "Hampir dua tahun, Nyi"
"O" perempuan itu mengangguk-angguk "Kau neneknya?"
"Ya. Aku neneknya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan aku kakeknya" sahut Ki Mina sambil tersenyum pula.
"Keluarga yang bahagia. Aku sudah menikah delapan tahun.
Tetapi aku belum mempunyai anak. Karena itu, aku datang kemari untuk mengunjungi tempat keramat, tempat yang pernah dipergunakan oleh Nyi Wara Kedasih untuk bertapa.
Kami akan minta agar kami dikurniai seorang anak atau lebih"
Ki Mina dan Nyi Mina mengangguk-angguk, sementara
Tanjung menundukkan wajahnya dalam-dalam.
"Kau juga akan pergi ke petilasan Nyi Wara Kedasih?"
bertanya perempuan itu. Tanjung menggelengkan kepalanya sambil menjawab
perlahan "Tidak Nyi"
"Atau kau sudah dari petilasan itu?"
"Belum Nyi" jawab Tanjung.
"Jadi?" "Kami hanya lewat saja"
"O" perempuan itu mengangguk-angguk. Namun katanya
kemudian "kenapa kau tidak singgah sama sekali. Kau mohon agar anakmu yang lucu ini dikaruniai umur panjang,
kepandaian, ketrampilan dan kemampuan yang tinggi"
Tanjung tidak menjawab. Sementara itu, keduanyapun meninggalkan Tatag setelah sekali lagi perempuan itu mengelus pipi Tatag yang kemerah-merahan. Tatag tertawa lagi. Bahkan terdengar suaranya yang nyaring.
"Lucu sekali" desis perempuan itu. Namun perempuan
itupun kemudian mengusap matanya yang basah.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepeninggal perempuan itu, maka Tanjungpun bertanya
"Paman, apa maksud perempuan itu dengan memohon umur panjang, kepandaian dan kemampuan" Apakah permohonan semacam itu berpengaruh bagi Tatag?"
"Mohonlah kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Tanjung" "Maksud paman?"
"Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kau
tidak perlu pergi kemana-mana. Kau akan mendapatkan apa yang kau mohon kepadaNya asal kau percayaNya"
Tanjung terdiam. Meskipun tidak terlalu je las, tetapi ia tahu maksud Ki Mina.
Demikianlah, maka beberapa saat kemudian, mereka
berempatpun meninggalkan kedai yang masih saja ramai itu.
Tiga ampat orang keluar dari kedai itu, yang lainpun telah datang pula.
Ketika mereka sudah berada beberapa puluh langkah dari kedai itu, Nyi Minapun berkata "Agaknya jika kakang pergi menghadap guru, kakang tentu singgah di kedai ini"
"Aku baru sekali ini singgah Nyi, meskipun aku sudah beberapa kali melewati jalan ini. Agaknya jika aku tidak lewat bersama Tatag, akupun tidak akan singgah"
Wikan tertawa. Katanya "Masakannya memang cocok bagi seleraku"
"Aku juga" sahut Ki Mina.
"Tetapi sayang, nampaknya ada masalah yang pernah
terjadi di daerah ini. Bahkan agaknya masih akan terjadi jika ada seseorang yang berniat membuka kedai di sekitar tempat itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah Wikan. Jangan diusik ketenangan yang sudah terbina di lingkungan ini. Jika persoalan itu di ungkit lagi, maka daerah ini akan menjadi kisruh.
"Aku mengerti paman. Tctapi untuk membiarkan ketidak benaran
berlangsung tanpa diusik, rasa-rasanya perasaankulah yang menjadi terusik"
"Mungkin pada satu saat nanti, kila menemukan jalan untuk meluruskannya. Tetapi kita sendiri sedang menghadapi persoalan"
Wikan mengangguk-angguk. Dalam pada itu, mereka berempatpun telah memasuki jalan
bulak yang panjang. Untunglah
bahwa di sebelah menyebelah jalan
ditanami pohon turi sebagai pohon
digemari. Dengan mengenakan caping bebek, Tanjung menggendong Tatag berjalan dibawah rindangnya
daun turi. Angin terasa berhembus
perlahan mengusap kulit. Tatag yang seakan-akan dibuai itupun mulai memejamkan matanya.
"Biarlah ganti aku yang menggendongnya, Tanjung"
berkata Nyi Mina. "Tidak usah, bi. Aku tidak lelah"
"Tetapi pundakmu tentu merasa letih. Tatag sekarang
menjadi semakin berat. Ia menjadi semakin gemuk"
"Tidak apa-apa Nyi"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nyi Mina tidak memaksa untuk mengajak Tatag di
gendongannya. Apalagi ketika Tatag itu sudah memejamkan matanya.
"Anak itu tertidur"
"Begitu cepatnya" desis Ki Mina.
Perjalanan mereka berempat tidak menemui hambatan
yang berarti di perjalanan. Meskipun demikian beberapa kali mereka harus berhenti.
Seperti yang diperhitungkan oleh Ki Mina maka ketika senja turun, mereka masih harus berjalan beberapa lagi. Tetapi jaraknya sudah tidak terlalu jauh lagi.
Meskipun demikian, pada wayah sepi uwong, mereka baru memasuki pintu gerbang padepokan.
Namun Ki Margawasana masih belum tidur. Dua orang
cantrik yang bertugas di halaman depan, segera memberi tahukan kepada Ki Margawasana, bahwa Ki Mina dan Nyi Mina telah datang.
"Mereka datang bersama seorang perempuan yang
menggendong anaknya. Bersama mereka dalang pula adi
Wikan" Ki Margawasanapun segera menyongsong kedatangan
tamu-tamunya ke halaman. Meskipun mereka adalah murid-muridnya, namun mereka telah menjadi orang tua, sehingga sikap Ki Margawasana kepada merekapun berbeda dengan sikapnya kepada murid-muridnya yang masih lebih muda.
"Marilah" Ki Margawasana mempersilahkan "naiklah dan langsung saja masuklah ke ruang dalam"
Keempat orang itupun segera naik ke pendapa dan
langsung lewat pintu pringgitan masuk ke ruang dalam.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejenak kemudian, maka mereka berempatpun telah duduk ditemui langsung oleh Ki Margawasana.
"Apakah guru sudah libur?" bertanya Ki Mina.
"Belum Ki Mina" jawab Ki Margawasana.
"Aku masih Mina yang dulu, guru. Seperti yang aku katakan kemarin lusa, bahwa sebaiknya guru tetap saja memanggil namaku"
Ki Margawasana tersenyum. Katanya "Bukankah aku sudah menjelaskannya, Ki Mina. Kau bukan anak muda lagi.
Rambutmu sudah mulai beruban. Tentu tidak pantas jika aku panggil saja namamu?"
"Jika aku sudah mulai ubanan, maka rambut guru sudah dipenuhi dengan uban. Karena itu, sudah sepantasnya guru memanggil aku dengan menyebut namaku saja"
"Tetapi agaknya aku lebih suka memanggilmu Ki Mina dan Nyi Mina. Tentu aku akan merasa segan untuk memanggil kalian Mina dan Titis"
"Tetapi panggilan itu terasa lebih sejuk di hatiku, guru"
sahut Nyi Mina. "Tetapi di hatiku terasa gejolaknya" jawab Ki Margawasana sambil tersenyum.
Ki Mina dan Nyi Mina tidak dapat memaksa gurunya. Seperti ketika Ki Mina beberapa hari sebelumnya menghadap gurunya, ia sudah minta agar gurunya menyebut saja namanya. Tetapi agaknya gurunya berkeberatan.
Demikianlah, maka gurunyapun kemudian telah menanyakan keselamatan tamu-tamunya di perjalanan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami baik-baik saja guru. Tidak ada hambatan yang
berarti. Sehingga kami selamat sampai disini"
"Sukurlah. Aku sudah menduga bahwa kalian akan datang hari ini atau besok malam"
"Ya, guru" "Bagaimana dengan kau Wikan?" bertanya gurunya.
"Ampun guru. Seharusnya aku berada di Mataram saat ini"
"Ya. Seharusnya kau berada di Mataram"
"Tetapi aku melarikan diri dari kenyataan yang aku hadapi"
"Aku sudah mengerti apa yang terjadi atas dirimu dan keluargamu, Wikan. Aku sudah tahu bahwa kau lari dari Mataram. Tetapi kemudian kau juga lari dari rumahmu"
"Ampun guru. Dari siapa guru mengetahuinya?"
"Kakak iparmu mencarimu kemari. Tetapi kau tidak ada disini. Aku kemudian yakin, bahwa kau berada di rumah pamanmu"
"Ampun guru. Aku tidak berani menghadap guru jika paman tidak memaksaku. Aku merasa bahwa aku dan seluruh
keluargaku tidak lebih dari sampah yang sudah sepantasnya di lemparkan ke kubangan"
Tetapi gurunya tersenyum. Katanya "Kita akan membicarakannya untuk mencari jalan keluar. Tetapi aku dapat mengerti gejolak perasaanmu. Karena itu, akupun dapat mengerti sikapmu. Tetapi jika aku dapat mengerti sikapmu, itu bukan berarti bahwa aku setuju dengan sikapmu itu"
Wikan tidak menjawab. Tetapi kepalanya menjadi semakin menunduk.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi kita tidak akan berbicara apa-apa malam ini. Kalian tentu letih. Karena itu, silahkan yang akan pergi ke pakiwan, berbenah diri, kemudian makan malam. Setelah itu kalian dapat beristirahat"
Sebenarnyalah malam itu, Ki Margawasana tidak berbicara apa-apa. Baik tentang Wikan, maupun tentang Tanjung dan anaknya.
Setelah makan, maka Ki Margawasana mempersilahkan tamu-tamunya beristirahat. Dua bilik telah disiapkan bagi Ki Mina dan isterinya, serta Tanjung dan anaknya. Sementara itu Wikan sendiri dapat berada dimana-mana di padepokan itu.
Namun menjelang dini hari, Ki Margawasana telah
terbangun oleh tangis Tatag yang popoknya menjadi basah.
Tanjung cepat-cepat menggantinya dengan yang kering, kemudian mengayunnya dalam dukungannya agar anak itu segera tidur.
Tetapi Tatag tidak segera tidur. Untuk beberapa saat itupun menangis meronta-ronta.
Ki Margawasana yang duduk di bibir pembaringannya
mengangguk-angguk. Kepada dirinya sendiri iapun berkata
"Inilah suara tangis bayi itu. Aku sudah mendapat beberapa keterangan dari Ki Mina tentang tangis itu melampaui dugaanku. Pantaslah bahwa banyak orang yang menginginkan untuk merawat anak itu, yang tentu saja dengan tujuan dan kepentingan
yang berbeda-beda. Bahkan ada yang menginginkannya dengan niat yang buruk. Niat menjerumuskan masa depan anak itu ke dalam kuasa
kegelapan. Karena itu, maka Ki Margawasana itupun kemudian berdesis
"Anak itu harus diselamatkan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Ki Margawasana kemudian berbaring, matanya tidak segera dapat terpejam lagi. Ia mulai membayangkan, seorang anak muda yang perkasa. Yang memiliki banyak kelebihan dari anak muda yang lain.
"Pada saat Wikan rambutnya mulai memutih, maka anak itu akan bangkit menggantikannya. Bahkan anak itu akan
mempunyai beberapa kelebihan yang sulit dicari duanya"
Tetapi Wikan bagi Ki Margawasana adalah murid yang
bungsu. Karena itu, maka Ki Margawasana berharap, bahwa Ki Mina dan isterinya akan dapat membina anak itu yang akan menjadi kekuatan di masa depan. Kekuatan yang memberikan arti bukan saja bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi banyak orang yang memerlukan perlindungan dari ketidak adilan.
"Meskipun seseorang masih tetap dalam keterbatasannya, namun keberadaannya akan tetap mempunyai arti"
Baru kemudian, Ki Margawasana itu sempat tidur meskipun hanya sebentar. Ia harus bangun sebelum fajar sebagaimana setiap hari dilakukannya.
Ketika langit menjadi terang, padepokan itu telah
terbangun. Para cantrik telah menjadi sibuk dengan tugas mereka masing-masing. Di halaman, di kebun, di dapur dan dimana-mana. Senggot timba di sumurpun terdengar berderit-derit. Tidak hanya ada satu sumur di padepokan itu. Tetapi ada tiga.
Wikanpun telah ikut sibuk pula bersama para cantrik. Wikan telah menimba air untuk mengisi pakiwan yang berada di belakang padepokan. Sementara itu dua orang cantrik sibuk menyapu halaman belakang yang ditaburi oleh dedaunan kering yang runtuh dari pepohonan..
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang cantrik yang bertubuh sedang, tetapi nampak
kokoh dan cekatan, telah mendekati Wikan yang sedang sibuk menarik senggot timba.
"Tinggalkan senggot itu" berkata cantrik itu.
"Pakiwan yang sebelah masih belum penuh kakang" jawab Wikan.
"Kau tidak pantas menimba air untuk mengisi pakiwan.
Tempatmu di pringgitan bangunan utama padepokan ini.
Minum minuman hangat dan makan pagi yang telah disiapkan oleh kakak-kakakmu"
Wikan mengerutkan dahinya.
"Kau adalah anak manja di padepokan ini. Guru sangat mengasihimu. Jika guru melihat kau menimba air, maka canuik seluruh padepokan ini akan dihukumnya"
"Ah. Jangan begitu kakang" desis Wikan.
"Kenapa" Bukankah kau murid bungsu di padepokan ini, sehingga tidak akan ada murid baru disini" Sampai saatnya kau dapat menggantikan guru dan kaulah yang kemudian akan menerima murid-murid baru di padepokan ini"
Wikan menarik nafas panjang. Terasa di setiap tekanan kata-kata cantrik itu perasaan iri hati yang tertahan. Agaknya perasaan itu sudah demikian mendesak dan menyesakkan dadanya, sehingga terpercik pada sikapnya pula.
Wikan tahu benar, bahwa anak muda yang sedikit lebih tua dari dirinya itu memiliki kelebihan. Ia sudah banyak menyerap ilmu dari gurunya. Dengan kecerdasan otaknya, maka anak muda itu telah mengembangkan ilmu yang dikuasainya
dengan baik, juga atas tuntunan Ki Margawasana.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pergilah" berkata cantrik itu sambil melangkah maju mendekati Wikan.
Wikan datang ke padepokan itu tidak untuk bertengkar.
Karena itu, maka iapun kemudian meninggalkan sumur itu.
Tetapi baru beberapa langkah ia beranjak, terdengar cantrik itu berkata "Aku kira kau seorang laki-laki, Wikan"
Wikan berhenti. Tetapi ia hanya berpaling saja. Kemudian ia melanjutkan langkahnya meninggalkan kakak seperguruannya itu, meskipun sebenarnya Wikan tidak takut menghadapinya.
Tetapi jika pagi-pagi ia sudah bertengkar, maka gurunya tentu akan memberikan penilaian yang lain. Apalagi ia datang untuk satu keperluan yang khusus atas petunjuk pamannya.
Cantrik yang datang menemui Wikan itu termangu-
mangu.Tetapi hatinya justru terasa semakin panas. Wikan seakan-akan sama sekali tidak menghargainya.
Dalam pada itu, ketika matahari mulai merambat di langit, maka Ki Margawasana telah duduk di ruang dalam bersama Ki Mina, Nyi Mina serta Tanjung. Tatag yang sudah tidur lagi setelah dimandikan, dibaringkannya di dalam bilik.
"Dimana Wikan?" bertanya Ki Margawasana.
"Aku akan memanggilnya" sahut Ki Mina.
"Biarlah seorang cantrik saja yang memanggilnya" cegah Ki Margawasana.
Beberapa saat kemudian, maka Wikan telah duduk pula
bersama mereka di ruang tengah. Di depan mereka telah disiapkan makan pagi bagi mereka.
"Marilah kita makan pagi" berkata Ki Margamasana.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Silahkan guru" sahut Wikan "biarlah aku makan di dapur saja bersama kakak-kakak seperguruan.
"Tidak Wikan. Justru aku ingin berbicara tentang
keluargamu, maka aku minta kau makan bersama kami"
"Nanti aku akan segera datang kemari, guru. Sudah lama aku tidak makan bersama dengan kakak-kakak seperguruan"
"Baiklah, Wikan. Tetapi jangan terlalu lama. Kami
menunggumu disini" "Baik, guru" Wikanpun kemudian meninggalkan ruang tengah bangunan utama padepokannya. Iapun kemudian berada di ruangan sebelah dapur padepokan. Wikanpun kemudian makan pagi bersama dengan saudara-saudara seperguruannya yang lain.
Sambil makan, Wikan masih sempat bergurau dengan
kakak-kakak seperguruannya. Ada pula diantara mereka yang menyebutnya sebagai anak manja. Tetapi dengan gaya yang berbeda dari kakak seperguruannya yang menemuinya di dekat sumur pada saat ia mengisi pakiwan.
Dengan demikian, maka Wikanpun menanggapinya dengan
cara yang berbeda pula. Namun sebelum Wikan selesai, maka kakak seperguruannya yang menemuinya di sumur itu telah memasuki ruangan itu pula.
"Marilah kakang Murdaka" seorang cantrik memper-
silahkannya. Kakak seperguruan Wikan yang disebut Murdaka itu masih berdiri
di pintu. Dipandanginya saudara-saudara seperguruannya yang sudah ada di dalam ruangan itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau juga disini wikan?" bertanya Murdaka.
"Ya, kakang" "Kau tidak makan bersama guru dan kakang Mina di ruang dalam?"
"Aku lebih senang makan disini" jawab Wikan.
"Bukankah kau anak manja yang mempunyai kedudukan
lebih tinggi dari semua murid di padepokan ini"
Seorang cantrik yang bertubuh pendek, berwajah ke kanak-kanakan, meskipun umurnya sudah lebih tua dari Wikan, tiba-tiba bangkit. Sambil tertawa iapun menyahut "Tepat. Wikan adalah anak manja. Tetapi bukankah sepantasnya bahwa anak bungsu memang harus manja" Aku juga anak bungsu di
rumah. Aku juga menjadi manja. Jika makan, aku minta lauknya dua kali lipat dari kakak-kakakku. Dua buah rempeyek kacang dan dua bungkus botok teri"
Kawan-kawannyapun tertawa. Seorang yang agak gemuk
menyahut. "Di rumah Wikan juga bungsu. Tetapi disini ia tidak berani minta rempeyek dua dan botok teri dua bungkus.
Berapapun ia diberi, ia hanya diam saja, meskipun mungkin hatinya berontak"
Kawan-kawannya tertawa semakin keras.
Namun tiba-tiba suara tertawa mereka terputus. Cantrik yang bernama Murdaka itu tiba-tiba membentak "Diam. Diam.
Apa yang lucu" Apa yang pantas ditertawakan?"
Cantrik yang berwajah kekanak-kanakan itu termangu-
mangu sejenak. Namun iapun kemudian duduk kembali
diantara saudara-saudara seperguruannya.
"Tidak ada yang pantas kalian tertawakan. Gurauan kalian tentang Wikan akan membuatnya berbangga. Ia sama sekali http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak pantas untuk berbangga diri. Yang terjadi padanya adalah penilaian yang keliru terhadap saudara-saudara seperguruannya. Ketika guru menyatakan, bahwa Wikan
sudah tuntas, maka Wikan merasa dirinya orang yang terbaik di perguruan ini. Tetapi ia sama sekali tidak mengerti, bahwa yang dikuasainya tidak lebih dari ilmu dasar perguruan kita.
Berbeda dari kita. kita yang masih tinggal di perguruan ini sempat mengembangkan ilmu yang kita terima dari guru dengan tuntunan guru sendiri. Itu berarti bahwa kita memiliki ilmu yang lebih baik dari Wikan yang karena merasa dirinya sudah tuntas, lalu pergi meninggalkan padepokan. Apa yang kemudian didapatkannya di luar padepokan" Mungkin ia merasa bahwa di rumah ia akan dapat lebih bermanja-manja, karena ia adalah anak bungsu dan satu-satunya anak laki-laki.
Meskipun di padepokan ini ia sudah bermanja-manja, namun ia akan merasa lebih manja lagi di rumahnya"
Para cantrik itupun terdiam. Namun seorang anak muda yang kecuali lebih tua umurnya, juga keberadaannya di padepokan itu lebih lama, bangkit berdiri. Di dekatinya Murdaka sambil berkata "Sudahlah, Untuk apa kita berbicara tentang seseorang diantara kita" Bukankah lebih baik kita bergurau, bekelakar sambil tertawa-tawa" Kita tidak usah menilai, apakah ilmu Wikan lebih tinggi dari ilmu yang sudah kita serap atau justru lebih rendah. Itu tidak akan ada gunanya"
Kemelut Di Ujung Ruyung Emas 6 Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen Pendekar Riang 3
^