Pencarian

Bangau Sakti 1

Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung Bagian 1


KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Bangau Sakti Karya Chin Tung Judul Asli : Sin Hok Sin Cin
Upload by l4g1b3t3 Di http://indozone.net
Pdf Ebook oleh : Dewi KZ dan di upload di http://cerita-
silat.co.ce/ Di antara kebun raya To Hoa Goan di sebelah Utara
propinsi Hunan, ketika bunga-bunga Bwee sedang mekar nya,
tiba-tiba keluarlah dari hutan pohon-pohon Bwee tersebut
seorang gadis yang berpakaian merah dan memegang seikat
bunga-bunga Bwee di tangan kirinya. Gerakannya sangat
lincah ketika ia berjalan dari hutan pohon-pohon Bwee itu
menuju ke tepi sungai Gadis itu berparas cantik, dan
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
pakaiannya yang dari sutera merah itu menyebabkan lebih
cantik lagi kelihatannya,
Setelah ia tiba di tepi sungai dipetiknya beberapa tangkai
bunga-bunga Bwee yang sedang dipegangnya dengan tangan
kirinya dan dilemparkannya ke dalam sungai yang mengalir
dengan sangat derasnya itu. Pada saat itu dari hulu sungai
datanglah sebuah perahu dengan laju sekali karena didorong
oleh arus air yang deras itu.
Di atas perahu itu berdiri seorang pendeta yang berusia
enam puluh tahun lebih, berjubah abu-abu, dengan wajah
yang menampakkan kemurahan hatinya, setelah melihat
pendeta itu, dengan tegas gadis itu berseru dengan suara
yang nyaring: "Suhu (guru)..." lalu melemparkan seikat bungabunga Bwee ke dalam sungai ia menghantamkan ujung jari
kakinya ke tanah, dan secepat kilat meloncatlah ia ke atas
perahu itu setelah menyentuh terlebih dahulu dengan ujung
jari kakinya, ikatan bunga-bunga yang terapung di atas sungai
ia meloncat dari tepi sungai ke samping pendeta itu dengan
gesit sekali pendeta tua itu tertawa dan berkata: "Gadis
berusia tujuh belas tahun, mengapa demikian nakalnya!" Lalu
diambilnya jangkar besi dan dilemparkannya ke tepi sungai.
Tenaga pendeta tua itu betul-betul amat menakjubkan,
karena baru saja gadis itu berada di sampingnya, jangkar besi
itu telah dilemparkannya ke tepi sungai dan terpancang di
dalam tanah di tepi sungai itu, Lalu dengan mengibaskan
lengan bajunya, pendeta tua itu meloncat ke tepi, walaupun
jarak dari perahu ke tepi sungai itu masih lima depa lagi
jauhnya. Setelah berada di tepi sungai, pendeta tua itu melihat
bahwa gadis itu juga ingin meloncat ke tepi sungai, Rupanya
gadis itu kurang cukup mengeluarkan tenaganya Agaknya ia
akan kecemplung ke dalam sungai, akan tetapi lekas
dibentangkannya kedua lengannya ke atas, dan ia pun
melonjak ke atas lalu mendarat di samping pendeta tua itu!
Sambil tertawa ia berkata: "Suhu, bagaimana pendapat Suhu
tentang ilmu burung walet terbang di udara?" pendeta tua itu
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
menyahut sambil tersenyum: "Kau telah peroleh kemajuan
Tetapi tenaga yang kau curahkan masih kurang, Jika kau
berada di dalam kepungan musuh, loncatan serupa tadi itu tak
akan berhasil untuk membebaskan dirimu dari kepungan
Mendengar celaan itu gadis tersebut rupa-rupanya tidak
gembira, dan ia diam tidak bicara lagi Si pendeta tua
mengerutkan keningnya, dan berpikir "Aku tak dapat
memanjakannya terus-menerus, Ada baiknya aku cela ia pada
kesempatan ini agar ia dapat mengerti maksud baik dari
celaan itu, Jika sifat kepala batunya telah dapat dibasmi, maka
mudahlah bagiku untuk mengajarnya Jika aku melihat
parasnya yang cantik dan sikapnya yang menawan hati, aku
teringat akan ibunya pada tiga puluh tahun yang lalu dan aku
menjadi sedih, Tak sampai hatiku mencelanya lagi" Dan
dengan tak disadarinya, berkatalah ia dengan suara rendah:
"Loan Jie, mari sini!"
Gadis yang sedang menahan kemarahannya itu menoleh
ke arah pendeta tua itu ketika mendengar teguran itu, ia
melihat mata pendeta tua itu berlinang-linang. Terkejutlah ia
dan cepat-cepat ia berlutut di hadapannya Sambil menangis ia
berkata: "Suhu, jangan marah, Loan Jie tak akan bersikap
angkuh lagi terhadap Suhu, Mohon Suhu sudi memaafkan."
Pendeta tua itu lalu mengangkatnya sampai berdiri dan
berkata sambil tersenyum: "Hian Ceng Totiang dari kuil San
Ceng Koan adalah salah seorang dari ketiga guru-guru partai
Kun Lun. ilmu silat pedang Hun Kong Kiam Hoatnya tak ada
taranya di kolong langit Untuk melatih ilmu silatmu, aku telah
berjanji dengan dia untuk tukar menukar mengajar mu-ridmurid masing-masing. ialah yang akan berhasil mempelajari
ilmu silat pedang tersebut agar kau sendiri dapat membalas
dendam ibu-bapakmu...." ia berhenti, mengerutkan keningnya,
dan tak bicara lagi ia terkenang lagi pada kisah yang lampau.
Si gadis merasa cemas melihat Suhunya tidak berbicara
lagi Dipegangnya tangan pendeta tua itu, dan dengan suara
yang ramah ia menghibur "Suhu, jangan bersedih hati lagi
Loan Jie telah berjanji tak akan menyedihkan Suhu lagi." ia
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
teringat suatu soal, dan bertanya: "Suhu, baru saja Suhu
berbicara tentang ibu-bapakku, Soal itu selalu menjadi buah
pikiranku, tetapi Suhu tidak sudi menceritakan tentang
kelahiranku Aku tak ingat sedikit pun tentang ibu-bapakku, jika
Suhu tidak menceritakannya, Loan Jie betul-betul merasa
sedih." Air matanya pun mengucur keluar dari kedua matanya.
Wajah pendeta tua itu menjadi sedih. Diusap-usapnya
rambut gadis itu dan berkata: "Soal itu akan kuceritakan juga
kelak kepadamu, Hanya waktunya belum tepat, Aku
menghendaki agar kau mempelajari ilmu pedang Hun Kong
Kiam Sut dulu dari paman gurumu Hian Ceng Totiang...."
Ketika pembicaraan mereka sampai di situ, pendeta tua itu
melihat seorang pemuda bertubuh tegap, berwajah tampan
dan berpakaian hijau berjalan keluar dari kebun pohon-pohon
Bwee, Dihampirinya pendeta tua itu, lalu sambil
membungkukkan tubuh memberi hormat, berkatalah ia:
"Guruku mengetahui bahwa Ngo KongSu Pek akan datang
menyambut Teecu tidak menduga Su Pek telah tiba."
Si pendeta tua berkata sambil tertawa: "Selama tiga bulan
Loan Jie mungkin telah berbuat kenakalan dan mengganggu
gurumu Ceng Siu." Cepat-cepat pemuda itu menggoyangkan tangannya dan
menyahut: "Ceng Loan Sumoy sangat pintar dan cerdas, ia
telah mempelajari ilmu silat dari Ngo Kong Su Z Pek. Guruku
sering berkata bahwa kemajuannya di kemudian hari tak akan
terhingga, Teecu ini bodoh. Selama tiga bulan telah berlatih
silat bersama-sama Ceng Loan Sumoay, dan Teecu
memperoleh banyak manfaat dari-padanya, Bagaimanakah
dapat dikatakan ia mengganggu?" Si gadis mendengar ia
dipuji merasa gembira, dan wajahnya yang sedih tadi lenyap,
berubah menjadi berseri-seri. ia mengawasi pemuda itu, yang
tak berani mengawasinya kembali
Melihat sikap pemuda dan pemudi itu, pendeta tua itu
menarik napas dan berpikir "Setelah Loan Jie berjumpa
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
dengan pemuda ini, ia sering-sering mengajak aku datang ke
kuil San Ceng Koan dengan alasan memetik bunga-bunga
Bwee. Aku insyaf bahwa Loan Jie telah jatuh cinta pada
pemuda ini, jika aku ingat akan masa muda ku, aku pun
pernah menghebohkan karena asmara, Tetapi aku beruntung
dapat menjumpai seorang sakti, guna mempelajari ilmu silat
yang luar biasa. Ya... kisah-kisah yang lampau laksana
impian, Selama dua puluh tahun aku menjadi pendeta dan
sembahyang di hadapan Hut-cu, Tapi aku tak dapat
menghilangkan kenang-kenangan itu. Hampir tiap-tiap malam
aku berjumpa dengannya di dalam mimpi. Kini ia telah
meninggal dunia karena dicelakakan orang. Ketika ia hendak
menarik napas yang penghabisan ia mengatakan bahwa Loan
Jie adalah puterinya, Aku harus menjaga Loan Jie baik-baik
demi untuk kenang-kenangan...." Ketika itu keringat keluar dari
seluruh tubuhnya, Matahari pun sudah condong ke sebelah
Barat, dan melalui hutan pohon-pohon Bwee menyorot muka
Ceng Loan yang masih mengawasi pemuda itu. pendeta tua
itu pun mengawasi pemuda itu dan berpikir "Hian Ceng telah
pilih pemuda ini sebagai murid, sebetulnya pemuda ini luar
biasa. Hati Loan Jie yang cantik jelita telah tertawan padanya,
akan tetapi ia seakan-akaa tak tertarik pada Loan Jie!"
Pada saat itu pemuda berpakaian hijau itu
membungkukkan tubuhnya memberikan hormat lagi, dan
berkata: "Guruku telah menanti Su Pek (paman guru) di
kamarnya. Mohon Su Pek datang ke kuil." Si pendeta tua
menganggukkan kepalanya dan mereka bersama-sama
menuju ke kuil San Ceng Koan dengan jalan melalui hutan
pohon-pohon Bwee, Ketiga orang itu baru saja berjalan beberapa tindak, tetapi
sekonyong-konyong terdengar oleh mereka suara jeritan yang
nyaring seperti juga seekor burung terluka dan menjerit-jerit
karena sakit dan sedih sehingga menyebabkan bulu roma
berdiri Ngo Kong Toa-su mengerutkan keningnya, dan Ceng
Loan beserta pemuda berpakaian hijau itu juga telah berhenti
dan berdiri tegak, jeritan itu kedengaran makin lama makin
dekat. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Ketika suara jeritan tersebut berhenti, terdengar oleh
mereka suara senjata yang saling beradu seakan-akan dua
orang sedang bertarung dengan menggunakan senjata tajam.
Pemuda yang berpakaian hijau mengerutkan kening dan
berpikir: "Tempat di luar kuil San Ceng Koan maupun di tepi
sungai Goan Kang senantiasa aman dan tenang, Suara itu
rupanya dari tepi sungai Masa perampok-perampok berani
datang ke sini dan merampok para saudagar yang kebetulan
lewat di sini Aku harus pergi menyelidiki Lalu ia lari ke tepi
sungai Ceng Loan masih saja dimabuk asmara, dan setelah
melihat pemuda itu lari ke tepi sungai, ia pun tak dapat
menahan diri ia berseru-seru: "Bee Suheng, tunggu aku! Kita
pergi bersama-sama!"
Si pemuda berhenti sejenak menunggu Ceng Loan yang
berseri-seri wajahnya Tepat pada saat itu, di jalan hutan
pohon-pohon Bwee lari keluar seorang yang bertubuh besar
dengan berlumuran darah, ia memegang sebuah golok besar,
dan di belakangnya mengejar dua orang, Ketiga orang itu
pesat sekali larinya, dan sudah hampir mendekati Ceng Loan
dan pemuda berpakaian hijau itu.
Orang yang mengejar paling depan mengeluarkan pisau
perak dan melemparkannya ke punggung orang yang
dikejarnya itu. Meskipun sudah luka dan kena senjata rahasia,
orang yang dikejar itu masih berusaha lari secepat-cepatnya.
Ketika melihat si gadis dan si pemuda, orang yang dikejar itu
berteriak: "Lekas-lekas panggil kepala kuil San Ceng Koan!"
Pada saat itu ia berteriak, ia telah tertangkap, dan dipukul
oleh kedua orang yang mengejarnya, Orang yang bertubuh
besar itu tak dapat bertahan lagi ia jatuh ke tanah, dan darah
mengalir keluar dari mulutnya,
Pemuda berpakaian hijau yang menyaksikan dahsyatnya
tinju-tinju kedua orang yang mengejar itu, juga terkejut ia telah
mendengar orang yang jatuh itu menyuruhnya lekas-lekas
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
memanggil kepala kuil San Ceng Koan, gurunya, ia menduga
bahwa orang itu ada hubungannya dengan gurunya.
Dengan tidak memikirkan akan akibatnya, ia meloncat dan
berdiri di hadapan orang-orang yang sedang memukul orang
yang bertubuh besar itu, Kedua pengejar-pengejar itu telah
melihat bahwa orang yang bertubuh besar itu telah kena jarum
Liong Si Cin (kumis naga) dan tinju Pai San Cong
(menggempur gunung), dan yakin orang itu tak akan dapat
melarikan diri lagi Mereka berhenti memukul dan menghadapi
pemuda itu. Pemuda yang berpakaian hijau bernama Bee Kun Bu. ia
adalah murid kesayangan Hian Ceng Totiang dari kuil San
Ceng Koan, dan Hian Ceng Totiang adalah salah seorang dari
ketiga guru-guru partai Kun Lun yang termasyhur dengan ilmu
pedang Hun Kong Kiam (memancarkan sinar) dan ilmu silat
tinju Tian Kang Cong (meninju bintang-bintang di langit) di
kalangan Bu Lim, Bee Kun Bu telah tinggal bersama gurunya,
Hian Ceng Totiang selama dua belas tahun dan telah
mempelajari hampir semua ilmu silat partai Kun Lun.
Dengan berdiri tegak Bee Kun Bu mencegah kedua orang
itu. Ketika ia mengawasi wajah kedua orang. itu, ia pun
terkejut ia melihat bahwa kedua orang itu berusia lebih dari
lima puluh tahun, Yang seorang mempunyai alis mata yang
merupakan huruf M, matanya berbentuk segi tiga, mukanya
hitam di sebelah kiri dan putih di sebelah kanan, dan
rambutnya hanya tiga dini panjangnya.
Yang seorang lagi, mukanya agak putih, akan tetapi pucat
pasi seperti mayat dan berkumis kuning, Keduanya berjubah
kain goni dan bersandal kain goni pula, Pada umumnya rupa
keduanya membangkitkan perasaan seram!
Ceng Loan melihat Bee Kun Bu maju seorang diri, merasa
khawatir kalau-kalau ia tak dapat meladeni kedua orang itu. ia
meloncat maju, tetapi ketika melihat rupa kedua orang itu, ia
pun merasa seram! KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Lalu orang yang bermuka belang itu bertanya dengan
mengejek: "Kamu ini, pemuda dan pemudi, apakah
hubunganmu dengan kuil San Ceng Koan" Ayo! Lekas-lekas
enyah! jangan merintangi kami!"
Bee Kun Bu sangat waspada, karena ia tadi telah
menyaksikan betapa dahsyatnya tinju kedua orang itu, ia
menduga, bahwa kedua orang ini, jika bukan perampokperampok besar, tentunya jago-jago silat Sebelum ia
memperoleh sesuatu keterangan ia pun tidak ingin mencari
kerusuhan, Apalagi kedua orang itu bukan musuhnya. ia
bermaksud merintangi perbuatan kejam dari kedua orang itu
dengan jalan memberi peringatan, sambit mengulur waktu
sampai gurunya datang. Lalu dengan suara rendah ia berbisik pada Ceng Loan:
"Loan Sumoay, kau lekas-lekas pergi minta Su Pek datang."
Ceng Loan menganggukkan kepalanya, lalu lari memanggil
Suhunya, Kemudian sambil membungkukkan tubuh, dengan
ramah Bee Kun Bu berkata kepada kedua orang yang ganjil
itu: "Hamba adalah murid dari San Ceng Koan, Hamba ingin
mengetahui nama-nama kedua Bapak ini, agar hamba dapat
menyampaikan kepada guru hamba, bahwa ada tamu-tamu


Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

datang." Kedua orang ganjil itu telah menerka maksud Bee Kun Bu,
dan dengan tertawa si muka belang mengejek: "Kau ini
banyak akal. Apakah kau kira dengan menggunakan nama
Hian Ceng Totiang kau dapat menakut-nakuti kita"!" Belum
lagi selesai ia bicara, si muka pucat meneruskan: "Lote,
mengapa kau banyak bicara." Lalu ia menerkam orang yang
bertubuh besar yang menggeletak di tanah, Bee Kun Bu tak
dapat menyabarkan dirinya.
Dengan menggunakan ilmu tenaga dalamnya,
dirintanginya si penerkam dengan ilmu Heng Kang Cai Tou
atau melangkah lebar untuk mengambil bintang, "Buk!"
terdengar suara dari dua tenaga yang beradu! Tubuhnya Bee
Kun Bu terdorong mundur lima atau enam kaki, dan tubuhnya
si muka pucat, yang tidak menduga lihaynya Bee Kun Bu, juga
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
terdorong mundur tiga atau empat kaki, Bee Kun Bu merasa
kepalanya pusing, akan tetapi ia masih dapat melihat bahwa
orang yang telah terluka dan menggeletak di tanah itu
terguling-guling tujuh atau delapan kaki jauhnya, Dengan
kedua matanya terbelalak, dan darah mengalir keluar dari
hidung dan mulutnya Kedua orang-orang ganjil itu menyerang
lagi dari kiri dan kanan, dan si muka belang membentak: "Kau
ini mau mati! jangan menyalahkan kami kejam!" Baru saja Bee
Kun Bu dapat merasakan, bahwa ia tak dapat melawan si
muka pucat, bagaimanakah sekarang ia dapat melawan
mereka berdua" ia bertekad untuk melawan terus, karena ia
ingin mengetahui barang apakah yang hendak mereka ambil,
dan ia menduga bahwa barang itu tentu ada hubungannya
dengan gurunya, Maka ketika ia diserang oleh kedua orang
itu, dibentangkannya kedua lengannya dan menangkis dengan
sekuat tenaga, Baru saja ia mementangkan kedua lengannya,
terdengar olehnya suara orang berseru: "Kun Bu! Lekas
mundur! Apakah kau tidak sayang dengan jiwamu"!"
Mendengar seruan itu, Bee Kun Bu buru-buru menarik kembali
kedua lengannya, dan dengan ilmu Yan Ceng Cap Pwee
Hoan atau "Burung walet melakukan delapan belas putaran",
ia meloncat terbang ke atas membebaskan diri dari seranganserangan dahsyat lawannya! ia membaui hawa yang harum
dan punggungnya terdorong ke depan!
Sebetulnya, ketika Bee Kun Bu diserang oleh kedua orang
yang ganjil itu, meloncatlah dari udara seorang pendeta dan
seorang rahib yang menangkis serangan-serangan kedua
orang yang ganjil itu, Tangkisan tersebut dilakukan dengan
menggunakan ilmu Pik Kong Cong Lit atau tinju
menumbangkan tembok besi sehingga kedua perampok itu
terpelanting jauh sekali Hian Ceng Totiang lalu menghampiri murid
kesayangannya dan mengetahui bahwa muridnya telah terluka
enteng, Dengan kedua mata terbelalak Hian Ceng Totiang
membentak: "Hei! siluman dari sebelah Selatan sungai!
Mengapa kamu mengganggu daerah San Ceng Koan lagi!
Mengapa kamu melukai murid-muridku" Aku, meskipun
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
memegang pedang bertahun-tahun, tak pernah mengganggu
orang-orang dari kalangan Kang Ouw, Kamu telah menghina
dan melukai murid-muridku, apakah kamu ingin memaksa aku
untuk menggunakan pedang"!"
Kedua perampok itu belum menyahut, tetapi orang yang
menggeletak dan berlumuran darah di seluruh tubuhnya tibatiba berusaha bangkit dan sambil menunjuk dadanya ia
menjerit "Suhu! Peti surat rahasia Kui Goan...." Sayang
ucapan itu belum habis, si muka pucat melemparkan Huitonya (senjata tajam yang pendek) ke tubuh orang yang
terluka itu. Hian Ceng Totiang tidak menduga, bahwa siluman
itu sedemikian benar kejamnya, ia tak sempat menolong, Huito itu terpancang di dada orang yang terluka itu. ia telah kena
Liong Si Cin (senjata rahasia kumis naga), dan meskipun ia
berusaha menahan dengan tenaga dalamnya, ia pun tak
dapat menahan lagi, ia menjerit keras, menarik napas
panjang, dan jatuh lagi untuk menarik napas yang
penghabisan! Hian Ceng Totiang mengenali bahwa orang
yang terbunuh itu adalah Sim Cong, muridnya sendiri yang
telah di usir nya dua puluh tahun yang lampau, karena
perbuatannya yang rendah, Meskipun demikian, ia merasa
sedih menyaksikan kematiannya. ia menjadi gusar sekali, dan
menghadapi kedua perampok itu. Tetapi si muka belang telah
secepat kilat meloncat menerkam dada Sim Cong yang telah
menjadi mayat! Kali ini, Hian Ceng to Tiang telah siap, ia tidak memberi
kesempatan lagi, Sambil menjerit, dengan jurus Hong Lui
Kauw Kit atau "Geledek Menyambar di Waktu Badai" ia
mendorong dengan kedua telapakan tangannya ke depan ke
arah tubuh si muka belang! Ngo Kong Toa-su yang telah
menyaksikan dengan mata kepala sendiri betapa kejamnya
kedua siluman tersebut menyerang orang yang telah terluka,
juga bukan main marahnya Dengan lengan bajunya
dikipaskannya muka si muka pucat dengan ilmu Liu Eng Bu
Kong atau "Kunang-kunang Mencari di Angkasa",
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Hian Ceng Totiang adalah yang sangat ditakuti di kalangan
Bu Lim pada dewasa itu, dan dorongan tersebut betul-betul
hebat seperti petir. Si muka belang yang sedang menerkam
mayat Sim Cong merasakan angin serangan itu, tetapi tak
sempat mengelak Dengan tinju kanannya dicoba nya
menangkis, Tapi lengannya segera patah dan ia terlempar
tujuh atau delapan kaki jauhnya membentur sebuah pohon!
Ngo Kong Toa-su juga menyerang si muka pucat dengan
seluruh tenaga, Kebutan lengan baju itu ditahan oleh si muka
pucat dengan kedua tinjunya disertai dengan tenaga dalam,
Tubuhnya tergetar, dan ia buru-buru menarik kembali tinjunya,
akan tetapi terlambat ia merasa seakan-akan dadanya di
timpa palu yang beratnya seribu kilo, ia jatuh tertelentang di
tanah, dan darah mengalir keluar dari hidung dan mulutnya,
Kedua siluman itu telah menderita luka-luka yang hebat sekali
di dalam tubuhnya, akan tetapi karena ilmu silat yang sangat
tinggi, mereka tidak segera mati, Si muka belang
menggunakan ilmu tenaga dalamnya, lalu ia berdiri lagi,
Dengan tertawa sebagai orang gila ia berkata: "Hian Ceng
Totiang, Ngo Kong Toa-su, serangan-serangan itu hebat
sekali, dan kita tak akan lupa, Begitu lama kita masih
bernapas, kita pasti datang membalas dendam ini!" Ketika itu
si muka pucat juga telah bangkit setelah menahan
mengalirnya darah dengan ilmu tenaga dalamnya, Lalu
bersama-sama si muka belang, ia lari ke dalam hutan
menjerit-jerit seperti setan-setan menangis, dan dalam
sekejap mata saja mereka tak kelihatan lagi,
Lalu Hian Ceng Totiang menghampiri Bee Kun Bu yang
menderita sedikit luka, dan Ngo Kong Toa-su yang bermurah
hati, juga tak mengejar kedua jahanam yang lari ke dalam
hutan, Setelah yakin bahwa Bee Kun Bu tidak menderita
hebat, Hian Ceng Totiang menghampiri
Hian Ceng Totiang menampak bahwa di atas kain sutera
itu ada lukisan pemandangan gunung, sungai dan sebagainya
mayat Sim Cong yang penuh dengan tusukan senjata tajam,
dan seluruh pakaiannya basah kuyup oleh darah. ia
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
mengucurkan air mata ketika mengingat bahwa Sim Cong itu
adalah bekas muridnya. Lalu diperiksanya dada mayat itu,
karena ia ingat bahwa ketika Sim Cong hendak menarik napas
yang penghabisan, ia telah mengatakan tentang suatu di
dadanya, Betul saja Hian Ceng Totiang menemukan sebuah
kotak kecil, yang terbuat dari batu Giok. Kotak itu dibukanya,
dan tampaklah sehelai sutera putih yang luasnya lebih kurang
satu kaki persegi, dan di atas kain sutera itu ada lukisan
pemandangan gunung, sungai dan sebagainya,
Lukisan tersebut memperlihatkan tiga puncak gunung yang
berdiri tegak merupakan segi tiga karena sebuah puncak
berada di belakang dua puncak yang berdampingan Air terjun
mengalir dari puncak yang di belakang dan di tengah.
Hian Ceng Totiang tak dapat menafsirkan arti daripada
lukisan di atas kain sutera itu. ia membalikkan kain sutera itu,
dan melihat bahwa kain sutera itu terdiri dari dua lapis yang
dijahit menjadi selapis, Dibukanya lapisan itu dan diperiksanya
di dalamnya, Segera ia merasa seolah-olah jantungnya
tertusuk, dan air matanya mengalir keluar!
Agak lama juga mayat Sim Cong diawasinya, Sambil
menarik napas panjang ia berkata: "Dengan kesetiaanmu kau
telah menunaikan tugasmu, Meskipun kau telah tewas, namun
kau tewas sebagai seorang murid partai Kun Lun yang
setia...." perbuatan Hian Ceng Totiang membikin Ngo Kong
Toa-su berdiri terpesona,
Bee Kun Bu karena hendak merintangi perbuatan yang
kejam dari kedua siluman itu, telah menderita luka di dalam
tubuhnya, Beruntung sekali Hian Ceng Totiang cepat tiba
untuk menolong, dan ia terluput dari tinju yang maha dahsyat
dari kedua siluman tadi, Dan ketika ia terpental ke udara
karena angin yang timbul dari tinju yang maha dahsyat itu,
Ceng Loan cepat tiba menangkap tubuhnya dan menolong
membebaskan jalan darahnya.
Betul Bee Kun Bu telah menggunakan tenaga dalamnya
menahan tinju kedua siluman itu, akan tetapi jalan darahnya
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
harus dibebaskan agar ia tidak pingsan. Ketika ia membuka
matanya dilihatnya bahwa ia berada dalam pelukan Ceng
Loan. Mukanya merah karena malu dan ia cepat-cepat berdiri
Melihat Bee Kun Bu telah dapat berdiri, Ceng Loan menjadi
gembira dan bertanya: "Bee Suheng, apakah engkau luka?"
Bee Kun Bu menganggukkan kepalanya dan menyahut: "Baru
saja aku merasa sukar bernapas. Tapi sekarang aku merasa
lega, berkat pertolongan Sumoay, Terima kasih." Sambil
tersenyum Ceng Loan berkata lagi: "Jika demikian halnya, aku
merasa puas." Lalu mereka menghampiri Hian Ceng Totiang yang sedang
mencoba mengangkat mayat Sim Cong, Bee Kun Bu
bertanya: "Suhu, siapakah ia" Biarlah Teecu yang
mengangkat Hian Ceng Totiang melihat, bahwa ia sudah
segar kembali juga merasa gembira, dan berkat a: "Orang ini
adalah Suhengmu, Ayo beri hormat kepada jenazah -nya!"
Bee Kun Bu terkejut, karena disangkanya Hian Ceng
Totiang hanya mempunyai seorang murid - yakni ia sendiri
dan gurunya belum pernah memberitahukan bahwa ia
mempunyai murid-murid lain, Mengapa sekarang secara tibatiba saja datang seorang murid yang telah menjadi mayat"
Melihat wajah gurunya yang muram, ia pun tak berani
menanyakan hal itu lebih lanjut ia memberi hormat dengan
membungkukkan tubuh di hadapan mayat itu, lalu dengan
kedua lengannya diterimanya mayat itu dari tangan gurunya.
Ngo Kong Toa-su yang juga mendengar ucapan Hian
Ceng Totiang itu tak ingin pula menanyakan Bersama-sama
Ceng Loan ia berjalan melalui hutan pohon-pohon Bwee ke
kuil San Ceng Koan, setibanya di kuil, Hian Ceng Totiang
membakar mayat Sim Cong, lalu abunya dimasukkan ke
dalam sebuah guci kecil dari porselin untuk dikuburkan di
pekarangan belakang kuil itu. Di depan kuburannya
ditegakkan sebuah batu dengan tu-lisan: "Kuburan murid
partai Kun Lun, Sim Cong."
Pekerjaan mengurus jenazah Sim Cong telah berlangsung
sampai senja, Malam itu kebetulan terang bulan, Untuk
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
menghilangkan perasaan sedihnya, Hian Ceng Totiang keluar
berjalan-jalan di sekitar kuil, disertai oleh muridnya Bee Kun
Bu. ia mengenangkan kisah yang terjadi pada beberapa puluh
tahun yang lampau, dan dengan tak sadar ia berkata: "Hai!
Muridku, Suhengmu karena tabiatnya yang berangasan telah
bersalah karena melukai orang-orang dari partai silat Siauw
Lim, dan hampir-hampir merenggangkan kedua partai silat itu.
Karena perbuatannya yang rendah itu, aku terpaksa
mengusirnya. Tapi... ia kemudian menyesal dan insyaf akan
kesalahannya, dan berusaha memperbaiki dirinya. Dengan
susah payah ia telah kembali dan minta ampun kepadaku.
Tiga kali ia datang, tetapi ketiga-tiga kalinya aku menolak
menerimanya kembali menjadi murid. Pada ketiga kalinya, ia
bersumpah di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa ia
akan menunaikan tugas apapun yang diberikan kepadanya
asal saja ia dapat diterima kembali olehku, Ketika itu aku
mengatakan kepadanya "Cari peta asli dari barang-barang
simpanan berharga dari kalangan Bu Lim. Jika kau gagal
memperoleh peta asli itu, jangan pikirkan hendak kembali
pada ku ! Dengan tekun ia berusaha menunaikan tugas itu,
dan selama dua puluh tahun ia telah berusaha mencari peta
asli itu, ia berhasil, dan dalam perjalanannya kembali ke kuil
ini, sebagaimana telah kau saksikan, ia telah dikejar oleh
kedua siluman yang kejam dari sebelah selatan sungai, dan ia
telah terbunuh di luar kuil San Ceng Koan. Dikemudian hari,
setelah kau memahami betul-betul ilmu silat yang kuajarkan
kepadamu, kau tak boleh berlaku kejam terhadap orang yang
baik, akan tetapi orang-orang yang jahat di kalangan Kang
Ouw, harus kau basmi dengan sesungguh hati!"
Bee Kun Bu yang mengikuti gurunya dari belakang hanya
mengangguk dan menyatakan akan memperhatikan pesan
gurunya itu. Lalu mereka kembali ke kuil Ngo Kong Toa-su
sedang menunggu di kamar, dan ingin berbicara dengan Hian
Ceng Totiang, Tapi melihat wajahnya yang masih muram,
tidak ingin ia memusingkan kawannya itu dengan banyak
pertanyaan ia hanya berdiri mengawasi perubahan sikap
kawan karibnya itu! KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Setelah masuk ke dalam sebuah kamar, Hian Ceng lotiang
membuka laci sebuah meja dan mengeluarkan sebuah kotak
kayu yang berwarna merah. Kotak merah itu ditaruhnya di
atas meja, lalu ia berlutut dan memberi hormat Dibukanya
kotak itu, dan diambilnya sehelai kain sutera untuk
dipancarkan di atas tembok di belakang meja itu, Bee Kun Bu
mengawasi lukisan di atas kain sutera itu.
Di atas kain sutera yang berwarna kuning itu tersulam
dengan benang putih gambar seorang tua yang mengenakan
jubah. Dari punggungnya menonjol keluar sebatang pedang,
Setelah melihat gambar itu Bee Kun Bu terpesona dan tibatiba dibentak oleh Hian Ceng Totiang: "Kun Bu! Ayo beri
hormat kepada nenek laki-laki dari partai silat Kun Lun yang
menciptakan ilmu silat pedang Tin San Kiam Hoat (ilmu silat
pedang yang dapat menumbangkan gunung)!"
Ngo Kong Toa-su yang menyaksikan itu, setelah
mendengar ucapan kawan karibnya, buru-buru maju ke depan
meja itu dan membungkukkan diri memberikan hormat kepada


Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gambar di atas tembok itu! Kemudian ditariknya lengan Ceng
Loan, keluar dari kamar itu.
Setelah Bee Kun Bu memberi hormat dengan berlutut di
depan gambar itu dan membungkukkan tubuh sehingga
kepalanya menyentuh lantai tiga kali, Hian Ceng Totiang
menyimpan kembali gambar itu baik-baik di dalam laci.
Dengan khidmat ia berkata, "Di kalangan Bu Lim banyak
orang salah anggap bahwa ilmu silat pedang Kun Lun Hun
Kong Kiam Hoat (memancarkan sinar) hanya ada sembilan
puluh enam rupa, Anggapan itu keliru! Hun Kong Kiam Hoat
adalah seratus delapan rupa dengan seratus delapan jurus, Di
antara seratus delapan jurus itu, ada dua belas jurus yang
paling dahsyat dan yang paling sukar dipahami, dan dua belas
jurus ini mempunyai nama istimewa ialah: "Cui Hun Ciap Ji
Kiam atau Dua belas Jurus Mengusir Setan"! Aku telah
berjanji dengan Su Pekmu (paman Guru), jika tidak dapat
persetujuannya ketiga guru-guru dari partai Kun Lun, aku tak
dapat menurunkan ilmu silat ini kepada murid yang manapun,
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Malam ini aku telah minta izin dari nenek laki-laki partai silat
Kun Lun kita untuk melanggar janji itu dan mengajarkan dua
belas jurus tersebut kepadamu, Nah... mulai besok, kuajarkan
kepadamu satu jurus tiap-tiap hari...."
Lalu ia diam sejenak Kemudian diperintahkannya Bee Kun
Bu: "Sekarang kau keluar dan panggil Ngo Kong Su Pek,
Malam ini adalah malam terang bulan, kau dapat berjalanjalan dengan Ceng Loan, atau berlatih silat dengan dia. Jika
aku tidak memanggilmu, kamu tidak boleh masuk ke kamar
ini." -ooo0oooPertempuran dahsyat di atas puncak
Bee Kun Bu tak berani bertanya lagi meskipun ia
mengetahui bahwa kematian Sim Cong bukanlah urusan
remeh. ia membungkukkan tubuh memberi hormat, lalu keluar
dari kamar itu. Ngo Kong Toa-su berada di pekarangan
belakang sedang memberi petunjuk-petunjuk kepada Ceng
Loan tentang cara berlatih ilmu silat Bee Kun Bu
menyampaikan pesan gurunya kepada Ngo Kong Toa-su.
Kemudian diusulkannya pada Lie Ceng Loan untuk berlatih
ilmu silat bersama-sama, Usul tersebut diterima dengan
gembira oleh si gadis. Ngo Kong Toa-su masuk ke kamar di mana Hian Ceng
Tetiang masih memperhatikan kotak yang berisi gambar peta.
Ketika Ngo Kong Toa-su menghampiri ia pun terkejut Lalu
kemudian bersama-sama mereka mempelajari peta itu. Di
atas kain sutera putih tertulis tiga huruf yang berbunyi: "Peta
asli simpanan barang-barang yang berharga" dan di bawah
tiga huruf tersebut tertulis pula suatu sajak yang berarti:
"Kembali dengan rahasia dari perjalanan Pedang sakti
selalu membawa jasa baru Pohon cemara menyaring sinar
bulan Air bening mengalir di atas batu."
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Di bawah sajak tersebut ada lukisan tiga puncak gunung
yang mengapit sebuah lembah curam, di mana jalannya
berliku-liku dan pohon-pohon cemara tumbuh dengan sangat
suburnya, Tampak pula sebuah pohon cemara yang lebih
tinggi dari pohon-pohon yang lain, dan daunnya yang rindang
merupakan payung. Sinar bulan memancar melalui daun-daun
pohon itu ke atas sebuah sungai yang mengalir di bawah
pohon itu. Meskipun sungai itu tidak luas, tapi dalam, Sambil
mengawasi Ngo Kong Toa-su, Hian Ceng Totiang berkata:
"Peta asli simpanan barang-barang berharga ini adalah suatu
mustika di kalangan Bu Lim. Untuk mencari peta asli ini,
banyak jago-jago silat telah tewas selama seratus tahun ini.
Tapi tanpa banyak kesukaran, aku telah memperolehnya,.,." ia
teringat lagi akan tewasnya Sim Gong, dan ia merasa sedih
kembali Tentang sajak yang tertulis di dalam peta asli itu, telah pula
kudengar sedikit Tapi tafsirannya beraneka warna," kata Ngo
Kong Toa-su, "Partai silat Kun Lun telah menjagoi di kalangan
Kang Ouw beberapa puluh tahun, dan mempunyai banyak
pengalaman Aku minta saudara menceritakannya."
Hian Ceng Totiang tersenyum, lalu berkata: Tentang arti
garis pertama: Kembali dengan rahasia dari perjalanan kita
harus menceritakan kisah yang terjadi pada tiga ratus tahun
yang lalu mengenai seorang yang luar biasa dan seorang Shin
Ni (rahib perempuan), kedua orang tersebut mempunyai ilmu
silat yang luar biasa tingginya, dan dapat dikatakan tak ada
lawannya, karena ilmu silat luar maupun dalamnya telah
mencapai tingkat yang tertinggi Pada zaman itu terdapat
banyak partai-partai silat, tapi partai silat Siauw Lim dan Bu
Tong adalah yang terkenal, dan murid-muridnya terbanyak.
Lalu partai-partai silat Hua San, Kun Lun, Tiam Cong,
Tong Kong, Ceng Sia, Tiang Uong, Ngo Bie menduduki urutan
kedua, Partai-partai silat yang lain-lainnya, meskipun banyak
jumlahnya, dan mempunyai keistimewaan sendiri-sendiri, tak
dapat juga menandingi ke sembilan partai silat tersebut Lagi
pula tiap-tiap partai silat yang terkenal itu mempunyai jago-
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
jago silat yang lihay sekali, dan zaman itu boleh dikatakan
zaman emasnya kalangan Bu Lim.
Tiap-tiap partai silat yang terkenal itu, karena ingin
menjagoi di kalangan Bu Lim, telah berjanji mengadu silat
pedang di atas puncak gunung Sao Sit Hong, dan janji
tersebut telah menarik banyak jago-jago silat untuk
memperlihatkan kelihayannya, Dengan demikian daerah di
sekitar puncak gunung Sao Sit Hong itu telah menjadi tempat
berkumpul para jago-jago silat.
Masing-masing partai dari ke sembilan partai silat yang
terkenal itu mengirimkan tiga orang jago-jago silat untuk
bertempur silat pedang dengan bergiliran melawan saingansaingan dari partai silat lain selama tujuh hari. Jago-jago silat
dari ke sembilan partai silat itu banyak yang luka dan tewas,
Partai-partai silat Hua San, Tiam Cong, Tong Kong, Hua San
telah dikalahkan, dan partai-partai silat Siauw Lim, Bu Tong,
Kun Lun, Ceng Sia dan Ngo Bie masuk dalam pertempuran
yang menentukan Sudah pasti jago-jago silat yang harus
bertempur adalah jago-jago silat yang luar biasa dari yang luar
biasa kelihayannya. Tewasnya seorang jago silat, berarti
hilangnya kepandaian silat yang harusnya diwariskan kepada
angka tan-angkatan muda.." ia menarik napas panjang, dan
tidak meneruskan pereakapannya,
Ngo Kong Toa-su yang ingin mendengar seterusnya,
mendesak: "Bagaimanakah hasil pertempuran silat pedang
itu" partai silat yang manakah yang keluar sebagai
pemenang?" Hian Ceng Totiang terpaksa meneruskan "Jika
pertempuran-pertempuran ketika itu dapat menentukan
sehingga dapat pula menetapkan urutan-urutan dari partaipartai silat, mungkin dapat menciptakan keamanan di
kalangan Bu Lim walaupun akan banyak memakan korban
justru pada ketika para jago itu ingin bertempur, Giok liong Cin
Jin buru-buru datang ke puncak Sao Sit Hong dan membujuk
supaya pertempuran itu dihentikan saja, Tapi para jago silat
dari kelima partai itu, yang dalam beberapa ratus tahun telah
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
dipusingkan mengenai urutan-urutan tentang ketangkasan dan
kelihayan silatnya masing-masing, tidak mudah dibujuk, dan
tidak ingin menghentikan pertempuran yang menentukan itu,
Giok Liok Cin Jin yang telah berusaha membujuk, dan melihat
bahwa bujukannya itu sia-sia belaka, menjadi murka, dan
dengan kedua tinjunya dilawannya jago-jago silat dari kelima
partai silat Siauw, Lim, Bu Tong, Kun Lun, Ngo Bie dan Ceng
Sia itu, Jago-jago silat kelima partai itu pun merasa terhina,
dan bersama-sama mereka menggempurnya, Tapi... dengan
ilmu silat yang tak ada taranya, Giok Liong Cin Jin dengan
kedua tinjunya telah mengalahkan semua jago-jago silat dari
kelima partai itu hanya dalam lebih kurang lima ratus jurus,
Mereka harus mengakui bahwa Giok Liong Cin Jin mempunyai
ilmu silat yang nomor satu! Dan perebutan kedudukan oleh
kelima partai silat itu lenyap dengan sendirinya!"
Ngo Kong Toa-su menganggukkan kepalanya dan berkata:
"Giok Liong Cin Jin sebetulnya bermaksud baik, ia
menghendaki semua jago-jago silat dari kelima partai yang
terkenal di kalangan Bu Lim itu memelihara dan memperbaiki
ilmu silatnya masing-masing, Buktinya" Bukankah ilmu silat di
kalangan Bu Lim pada dewasa ini sangat terkenal?"
"Giok Liong Cin Jin telah membubarkan pertempuran yang
menentukan urutan masing-masing partai di puncak Sao Sit
Hong," Hian Ceng Totiang meneruskan.
Tapi untuk penetapan urutan itu, kelima partai silat tidak
tinggal diam, Dengan segala jalan mereka berusaha
mengirimkan mu rid-murid nya masuk ke dalam partai silat lain
agar dapat mencuri ilmu silat dari lawan-lawannya sebagai
persiapan pertempuran yang kedua kalinya, Oleh sebab itu,
masing-masing partai silat sangat berhati-hati menerima
murid, Disamping memperhatikan watak dan ketangkasan
seorang calon murid, riwayat si calon murid tersebut sangat
diperhatikan sekali untuk mencegah supaya orang dari partai
lawan tidak masuk pertempuran terang-terangan dan
penyelundupan calon-calon murid ke partai lain untuk mencuri
ilmu silat telah berlangsung selama beberapa ratus tahun
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
sehingga guru dari tiap-tiap partai khawatir mengajarkan ilmu
silat yang istimewa kepada tiap-tiap murid. Namun ilmu silat
dari masing-masing partai makin hari makin maju, berkat
hasrat hendak menjagoi di kalangan Kang Ouw.
Sangat disesalkan bahwa masih ada dua atau tiga guru
silat yang mahir sekali silatnya, segan-segan mengajarkan
kepandaiannya kepada murid-muridnya, Misalnya bila seorang
murid telah terpilih dan beruntung akan memperoleh , ilmu
silat yang luar biasa dari seorang guru, maka murid tersebut
harus bersumpah setia kepada partainya, partai partai silat
maju tampaknya, akan tetapi jumlah dari jago-jago silat yang
telah memahami ilmu-ilmu silat istimewa dari guru masingmasing makin hari makin berkurang!"
"Karena ingin memperoleh nama dan kedudukan, maka
partai-partai silat dengan tak terasa telah membuat rintanganrintangan untuk seorang guru mewariskan kepandaiannya
kepada seseorang murid!" Ngo Kong Toa-su berkata sambil
menepuk tangan, Hian Ceng Totiang menarik napas panjang, lalu
meneruskan: "Sekarang kita bereerita tentang partai silat Kun
Lun! Setelah mengadu silat pedang di puncak gunung Sao Sit
Hong pada waktu itu, jago-jago silat dari angkatan tua lalu
dengan tekun menciptakan ilmu silat pedang Hun Kong Kiam
Hoat (memancarkan sinar) dan Tian Kang Cong Hoat (meninju
bintang-bintang di La-ngit), Tapi jurus Hun Kong Kiam Hoat
yang dinamakan Cui Hun Cap Ji Kiam tak dapat diturunkan
kepada m u rid-murid nya. Pada dewasa ini, disamping aku
dan Sutee dan Sumoay semua orang di kalangan Bu Lim
mengira bahwa Hun Kong Kiam Hoat dari partai Kun Lun
hanya mempunyai sembilan puluh enam jurus, sebetulnya ada
seratus delapan jurus, Dua belas jurus yang tak dapat
diajarkan kepada murid-murid, merupakan kelihayan daripada
seluruh ilmu pedang Hun Kong Kiam Hoatl Aku, Sutee dan
Sumoyku telah berjanji bahwa pada seseorang murid pilihan
dapat diajarkan setelah ketiga orang setuju Kini aku telah
merubah pikirau Aku melanggar janji kami bertiga itu, dan
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
mengambil keputusan mengajarkan Cui Hun Cap Ji Kiam ini
kepada Bee Kun Bu. Anak itu cerdas dan wataknya baik
sekali, Tapi ia sangat pemurah hati. ia telah belajar padaku
selama dua belas tahun, dan jika telah kuajarkan Cui Hun Cap
Ji Kiam padanya, tak dapat lagi aku mengajarnya ilmu yang
lain." Hian Ceng Totiang tertawa keras, dan suara tertawa itu
mirip seperti bunyi seekor naga atau raung seekor macan
sehingga api dari kedua lilin yang di atas meja itu tergetar Ngo
Kong Toa-su menjadi heran dengan suara tertawa yang ganjil
itu, dan ia terus mengawasi sikap rekannya.
"Kunci daripada semua urusan ini ada di dalam peta asli
ini!" Hian Ceng Totiang berkata sambil tertawa.
"Pertandingan silat pedang di atas puncak Sao Sit Hong
oleh kelima partai telah gagal, dan urutan dari kelima partai
silat itu belum lagi ditetapkan, dan meskipun para jago silat
dari kelima partai tersebut belum merasa puas, akan tetapi
Giok Liong Cin Jin meninggalkan suatu peringatan ia berkata
bahwa ilmu silat dari partai manapun sama baiknya, dan para
jago-jago silat harus seperti saudara jangan berebut nama
atau kedudukan ia pun berkata bahwa ia tak akan tinggal diam
jika masih ada jago-jago silat yang bertempur untuk merebut
kedudukan atau nama, Tapi maksudnya yang baik itu telah
memusingkan dirinya senti iri!"
Tapi dengan ilmu silat yang demikian lihaynya, mengapa ia
bisa menjadi pusing?" bertanya Ngo Kong Toa-su.
"Dunia ini luas," sahut Hian Ceng Totiang, "Kadang"
kadang kita menyaksikan hal-hal yang luar biasa, Betul Giok
Liong Cin Jin mempunyai ilmu silat yang demikian lihay,
sehingga dengan seorang diri ia dapat menaklukkan para jago
silat dari kelima partai silat yang terkenal tetapi ia tetap
manusia, ia dapat meninggal dunia jika tiba saatnya, Menurut
cerita sarang ilmu silatnya itu didapat-nya dari sebuah buku,
bukan dari seseorang guru. Ten-tang riwayatnya, orang pun
tidak mengetahui Sebelum sembilan partai silat pergi ke
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
puncak Sao Sit Hong mengadu silat, semua orang di kalangan
Kang Ouw belum pernah mendengar namanya, Tapi setelah
ia tiba di puncak itu dan menaklukkan para jago silat,
namanya segera terkenal di seluruh kalangan Kang Ouw, dan
ia dipuja sebagai jago silat nomor satu dan ia dipanggil Tian
Sia Bu Kong Tee It Giok Liong Cin Jin."
Tapi mengapa kedudukan nomor satu itu
mencelakakannya?" tanya Ngo Kong Toa-su.
Sambil menggoyang-goyangkan kepalanya Hian Ceng
Totiang menyahut: "Di kalangan Bu Lim, meskipun kita
mempunyai ilmu silat yang luar biasa, dan memandang harta
benda hanya sebagai rumput, namun sifat manusia tak
banyak berbeda Giok Liong Cin Jin dengan kedua tinjunya
telah menaklukkan para jago silat, sehingga ia dapat julukan
Tian Sia Bu Kong Tee It (jago silat nomor satu di kolong
langit). Nama ini telah menimbulkan iri hati seorang yang
bertabiat ganjil, Orang itu bukan saja seorang wanita tapi juga
seorang rahib. Pada tahun ketiga setelah Giok Liong Cin Jin menaklukkan
para jago silat di puncak Sao Sit Hong, rahib wanita itu, yang


Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bernama Sa Im Shin Ni dengan tidak menghiraukan jarak
yang jauh telah datang dari pegunungan Altai di sebelah Barat
ke Timur, ia datang ke desa Ceng Yun Giam di kaki
pegunungan Koat Cong San di propinsi Cek-kiang untuk
mengadu silat dengan Giok Liong Cin Jin.
Mulailah suatu pertempuran yang maha dahsyat di desa
Ceng Yun Giam itu, pertempuran itu berlangsung selama tiga
hari tiga malam, dan telah lebih dari lima ribu jurus yang
dijalankan! Namun demikian belum ada juga tampak siapayang kalah dan siapa yang menang! Pada hari ke empat,
masing-masing menggunakan seluruh tenaga dalamnya, dan
demikian dahsyatnya pertarungan tersebut sehingga keduaduanya luka parah dan kedua-duanya kalah.
Masing-masing mengetahui bahwa mereka tak akan lama
lagi hidup dan dalam keadaan payah itu, kedua-duanya jadi
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
berkawan, Mereka tidak mempunyai murid, Bersama-sama
mereka mengarang kemahiran dan kepandaian silatnya dan
menjadikannya tiga jilid buku, yang mereka simpan di dalam
sebuah gua batu di pegunungan Koat Cong San, dan bukubuku tersebut mereka namakan Kui Goan Pit Cik yang artinya
sebagai berikut: "Semua ilmu silat dari segala jurusan mengalir ke satu
tempat, dan tak dapat menyimpang dari tujuannya Setelah
selesai menyusun tiga buku tersebut, mereka menggambar
sebuah peta yang bernama peta asli simpanan barang-barang
berharga atau Cong Cin To, dan yang memberi petunjuk
tempat tersimpannya barang-barang berharga itu. Cong Cin
To itu ditaruh di dalam sebuah kotak dari batu Giok, dan
disembunyikan di antara dua jurang.
Kemudian kedua orang-orang yang aneh itu meninggal
dunia di pegunungan Koat Cong San. Kisah tersebut telah
turun temurun sehingga sekarang selama tiga ratus tahun
lebih, Semua partai silat di kalangan Bu Lim selalu
mencurahkan perhatiannya dan berusaha memperoleh peta
aslinya untuk mendapatkan buku-buku ilmu silat itu.
Disamping jago-jago silat, juga orang-orang sakti yang telah
bertapa, perampok- perampok yang kejam, semuanya dengan
segala jerih payah berusaha mendapatkan peta tersebut, dan
kemudian buku-buku itu. Pada seratus tahun yang lewat peta itu telah didapat oleh
seorang perampok besar. Tapi ia terlampau kejam dan
dengan sendirinya banyak musurmya. Ditambah pula dengan
amat banyaknya jago-jago silat yang menghendaki peta asli
ini. Betapapun juga tingginya ilmu silatnya, setelah ketahuan
ia yang mendapat peta asli itu, ia segera dikejar-kejar dan tak
dapat lagi ia menghindarkan diri dari penganiayaan atau
keroyokan orang lain yang menghendaki peta ini.
Kemudian peta asli ini berpindah-pindah tangan entah
beberapa kali, dan entah berapa pula jiwa yang telah
melayang karenanya, Tapi belum terdengar bahwa buku-buku
Kui Goan Pit Cik tersebut telah didapat orang, Aku pun tak
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
mengetahui bagaimana caranya Sim Cong memperoleh peta
asli Cong Cin To ini. Kedua siluman dari sebelah selatan
sungai telah mengejar dan membunuh mati Sim Cong karena
ingin merebut Cong Cin To ini!" ia menarik napas panjang
dengan wajah terharu! Ngo Kong Toa-su bertanya lagi: "Peta asli Cong Cin To
telah jatuh di tanganmu.... Apakah yang hendak kau lakukan"
Apakah kau ingin mencari buku-buku Kui Goan Pit Cik?"
Hian Ceng Totiang menganggukkan kepalanya dan
menyahut: "Setelah kuajarkan Cui Hun Cap Ji Kiam kepada
muridku Bee Kun Bu, aku siap membawa tubuhku yang sudah
tua ini untuk dikuburkan di pegunungan Koat Cong San. Coba
pikir, selama tiga ratus tahun lebih semua partai-partai silat
berusaha mempertahankan perdamaian. sebetulnya mereka
mencurahkan semua tenaga mencari Kui Goan Pit Cik itu.
Dalam seratus tahun ini, partai silat Hua San rupanya yang
menjagoi di kalangan Bu Lim. Dan semenjak gurunya Tu Wee
Seng, yang dikatakan mempunyai delapan lengan karena
jurus silatnya yang cepat bagaikan kilat itu, menerima muridmurid, maka banyak sekali jago-jago silat f berkecimpung di
kalangan Bu Lim. peristiwa yang memalukan di puncak Sao
Sit Hong, tak dapat dilupakan oleh semua partai-partai silat
Misalnya partai silat Tian Liong yang tiba-tiba timbul di propinsi
Kwi-ciu. Hanya dalam jangka waktu dua puluh tahun,
pengaruhnya telah menjalar hampir di seluruh daerah sebelah
Selatan sungai Kepala dari partai silat Tian Liong itu, Souw
Peng Hai, bersama-sama dengan partai-partai cabangnya
yang menggunakan bendera-bendera merah, kuning, biru,
putih dan hitam telah mengumpulkan semua jago-jago silat
yang tak berpartai dengan maksud mendirikan sebuah partai
silat yang besar disamping ke sembilan partai silat yang
terkenal itu. Pada dewasa ini, keadaan di kalangan Kang Ouw
tampaknya tenteram saja, Tapi, keadaan yang sebenarnya
sangat tegang, Aku kira pertarungan yang kedua kalinya untuk
menetapkan urutan kedudukan di kalangan Kang Ouw tidak
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
lama lagi terjadi!" ia berhenti sejenak, lalu meneruskan: "Bukubuku Kui Goan Pit Cik rupanya akan mempunyai hubungan
yang erat dengan nasib partai-partai silat kalangan Kang 0uw.
Jika buku-buku tersebut jatuh ke tangan orang-orang yang
jahat, tak dapat kita bayangkan betapa hebat akibatnya.
Untuk mencegah itu, aku harus pergi ke pegunungan Koat
Cong San. Tetapi urusan itu tak dapat dilaksanakan oleh satu
orang. Jika kau mempunyai hasrat untuk turut dengan aku,.,
tapi kau adalah seorang pendeta yang selalu bertindak
bijaksana, dan mungkin tidak sudi mengambil resiko, Ya... jika
kau tidak sudi turut, aku pun tak dapat memaksa kau. Aku
harus mengajari Bee Kun Bu ilmu silat Cui Hun Cap Ji Kiam,
Diwaktu aku hendak berangkat, aku akan mengajak kau lagi."
Ngo Kong Toa-su menundukkan kepalanya yang penuh
dengan berbagai-bagai pikiran. Tiba-tiba ia mengangkat
kembali kepalanya dan berkata dengan khidmat: "Urusan ini
besar sekali hubungannya dengan nasib kalangan Bu Lim.
Aku si tua bangka tidak dapat menolak Lagi pula usiaku sudah
lanjut Mati atau hidup tak ada artinya lagi bagiku, Aku hanya
khawatir tentang Ceng Loan, karena ia seorang anak piatu,
dan ia mempunyai tugas untuk membalas dendam...." Belum
lagi habis pembicaraan itu, Hian Ceng Totiang berkata sambil
ter-senyum: "Urusan Loan Jie, telah kuatur, Jika kau sudi dan
memperkenankan ia masuk partai silat Kun Lun, aku dapat
menulis surat kepada Sumoayku (saudari seperguruan) Giok
Cin dan Loan Jie dapat bernaung di bawah penjagaannya,
Kedua siluman dari sebelah Selatan sungai telah kabur, dan
telah mengetahui tentang peta asli Cong Cin To ini. Kuil San
Ceng Koan ini tak dapat dipertahankan lebih lama lagi. Tidak
sampai sebulan, pasti ada orang yang datang menyerbu. Oleh
karena itu, sebelum aku berangkai aku harus memindahkan
kedua anak-anak itu ke tempat yang aman."
Sambil tertawa Ngo Kong Toa-su menyahut: "Jika ia dapat
diterima masuk partai silat Kun Lun, ia akan memperoleh
banyak i1mu. Aku si tua bangka rela mati di pegunungan Koat
Cong San. Hanya ia memikul beban untuk membalas dendam,
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Ketika ibunya hendak menarik napas penghabisan ia
berpesan kepadaku agar ia bila sudah besar membalas
dendam dan membunuh mati musuh orang tuanya, Urusan ini
harus kuberitahukan kepadanya, Dan pembalasan dendam itu
harus dilaksana-kannya, Apakah pembalasan dendam itu
tidak akan memusingkan partai silat Kun Lun" Ya... aku harus
berterus-terang, supaya jangan sampai menjadi penyesalan,"
Dengan wajah yang khidmat, Hian Ceng Totiang berkata "
Apakah Ceng Loan Bukan puterinya Li Kwi Cee?"
Si pendeta itu segera berubah wajahnya dan ia bertanya
kembali: "Bagaimana... bagaimana kau mengetahui urusan
ini"!" Sambil menarik napas Hian Ceng Totiang menceritakan
kisahnya: "Kira-kira lima belas tahun yang lampau, suami isteri
Li Kwi Cee, ketika melewati sebuah gunung, telah menjumpai
kecelakaan, peristiwa tersebut telah diketahui oleh banyak
orang-orang di kalangan Kang Ouw, Tapi aku mohon supaya
kau tidak memberitahukan riwayatnya ini pada Ceng Loan,
karena yang membunuh kedua suami isteri Li Kwi Gee itu
adalah Ouw Lam Peng, si kaki terbang, dan ia telah masuk
partai silat Tian Liong dan menjadi kepala cabang bendera
merah dari partai tersebut Soal pembalasan dendam itu
sebaiknya ditunggu sampai ada ketika yang baik, dan tak
dapat dilakukan dengan sembrono, jika kau beritahukan Ceng
Lian sekarang, sama juga artinya dengan kau
mencelakakannya." Ngo Kong Toa-su membuka matanya
lebar-lebar dan dengan tubuh gemetar ia berseru: "Jika
demikian halnya, aku si tua bangka ini yang harus gempur
Ouw Lam Peng!" Hian Ceng lotiang tersenyum, dan berkata: "Jika kau
gempur Ouw Lam Peng, aku yakin kau akan menang,
Soalnya... ialah orang-orang partai Tian Liong amat banyak
Lagi pula kepala dari partai Tian Liong itu, Souw Peng Hai,
adalah seorang jago silat yang lihay sekali pada dewasa ini.
Mungkin kau pernah mendengar bagaimana ia seorang diri
menaklukkan empat orang musuh-musuhnya! Empat jahanam
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
itu di propinsi Su-coan dan Hupeh telah berbuat sewenangwenang, dan meskipun jago-jago silat dari partai-partai Bu
Tong, Ngo Bie, Ceng Sia telah berusaha mengepung mereka,
tetapi mereka dapat memukul kocar-kacir lawan-lawannya,
dan orang-orang dari ketiga partai silat itu telah menderita
luka-luka. Ketika Souw Peng Hai melalui sebuah jalan di propinsi
Hupeh, pada suatu ketika berjumpa dengan keempat
jahanam-jahanam itu, dan hanya dalam semalam saja telah
dapat keempat-empatnya ditaklukkannya kemudian diterima
mereka sebagai anggota partai Tian Liong, peristiwa ini telah
tersiar di kalangan Bu Lim selama tiga tahun yang lampau.
Pada dewasa ini partai Tian Liong dengan semua cabangcabangnya rupanya menjagoi diantara ke sembilan partai
yang telah terkenal jika aku tak salah meramalkan, di dalam
jangka waktu sepuluh tahun ini akan timbul perubahan besar,
mungkin juga banyak jago-jago silat akan binasa dalam
pertarungan-pertarungan yang hebat Urusan pembalasan
dendam dari Lie Ceng Loan, harus kita lakukan dengan hatihati. jika ia telah masuk partai Kun Lun, ia pasti dijaga dan
dilindungi oleh kami dari partai Kun Lun."
Ngo Kong Toa-su menarik napas panjang, lalu berkata:
"Aku sebetulnya sudah tidak hendak memusingkan kepala lagi
mengenai urusan di dunia ini. Tapi urusan Ceng Loan ini
senantiasa melekat di pikiranku Orang tak dapat berlaku acuh
tak acuh terhadap kejadian-kejadian di sekitarnya selama ia
masih bernapas Baiklah, aku pulang dahulu ke kuil Hua Lim
Si. Aku si tua bangka ini yang ingin mati di pegunungan Koat
Cong San harus lebih dahulu menyerahkan urusan kuil Hua
Lim Si ke-. pada orang lain. Nanti tiga hari lagi, aku datang
kembali ke sini untuk mengajarkan ilmu silat tinju Cap pwee Lo
Han Cong kepada muridmu." Lalu ia berdiri, Setelah ia berada
di luar kamar, dengan mengipaskan lengan baju-nya, ia telah
menghilang dengan cepat, menuju ke kuil Hua Lim Si.
Setelah lewat tiga hari Ngo Kong Toa-su betul-betul
kembali ke kuil San Ceng Koan, Kali ini ia membawa sebuah
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
toya, Lalu dalam jangka waktu setengah bulan kedua orang
sakti itu masing-masing mengajarkan ilmu silat pedang Cui
Hun Cap Ji Kiam dan ilmu silat tinju Cap Pwee Lo Han Cong
kepada Bee Kun Bu. Jurus Cui Hun Cap Ji Kiam itu adalah jurus yang lihay
sekali dari partai Kun Lun. Lie Ceng Loan belum masuk partai
Kun Lun maka Hian Ceng To Tiang tidak dapat mengajarkan
jurus itu kepadanya, Jurus Cap Pwee Lo Han Cong telah dipahami oleh Lie
Ceng Loan, maka dalam setengah bulan itu, Bee Kun Bu
sangat sibuknya, sebab siang hari ia harus mempelajari ilmu
tinju dan malam hari ilmu silat pedang, apalagi jurus Cui Hun
Cap li Kiam itu sangat sulit Dalam setengah bulan Bee Kun Bu
telah paham seluk beluk ilmu itu, akan tetapi ia belum mahir
menggunakannya. Hian Ceng Totiang yang harus lekas-lekas pergi ke
pegunungan Koat Cong San tidak sempat melatih muridnya
sampai mahir betul Pada suatu hari, dipanggilnya Lie Ceng
Loan dan Bee Kun Bu masuk ke dalam kamar ia mengambil
dua pucuk surat, dan diberikannya kepada Bee Kun Bu sambil
berkata: "Kau telah mengikuti aku selama dua belas tahun,
dan kau harus pulang menjelang ibu bapakmu, Setelah kau
menemui mereka, kau tak usah kembali ke kuil San Ceng
Koan ini untuk mencari aku, tapi kau harus membawa kedua
surat ini ke kuil San Goan Kong di atas puncak Kim Teng
Hong dari pegunungan Kun Lun dan berikan kepada kedua
paman gurumu di sana."
Bee Kun Bu menerima kedua surat itu, Mengingat bahwa
ia telah mengikuti gurunya selama dua belas tahun,
sedangkan kini harus pula berpisah, ia terharu sekali, ia
berlutut di hadapan gurunya dan mengucurkan air mata,
"Di kolong langit tak ada pesta yang tak bubar jangan
nangis, lekas bangun!" demikianlah perintah Hian Ceng
Totiang. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Ngo Kong Toa-su mengusap-usap rambut Ceng Loan, ia
berkata: "Paman gurumu, Hian Ceng Totiang, merasa kasihan
padamu yang sebatang kara, dan ia telah menerima kau
masuk partai Kun Lun. Sekarang kau pergi ke puncak Kim
Teng Hong di pegunungan Kun Lun untuk memberi hormat
kepada guru-gurumu, dan kau harus sungguh-sungguh
belajar." Tak dapat ia menahan air matanya yang mengucur
keluar Mendengar ucapan tersebut, kedua mata Ceng Loan
terbelalak, lalu dengan sedih dan sambil mengucurkan air
mata ia bertanya: "Mengapa" Apakah Suhu tidak suka
menjaga Loan Jie lagi.,.?"
Dengan tertawa yang dipaksa-paksa Ngo Kong Toa-su
berkata: "Aku menyerahkanmu di bawah perlindungan partai
Kun Lun, hal mana amat bermanfaat bagimu sendiri, Masa
anak sebesar kau ini tidak mengerti" Kau pergi ke
pegunungan Kun Lun bersama-sama Suhengmu, Bee Kun
Bu!" Ucapan terakhir itu menggembirakan Lie Ceng Loan,
karena ia akan banyak mendapat kesempatan berdampingan
dengan Bee Kun Bu. Lalu Hian Ceng Totiang menerima sebuah bungkusan kecil


Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari kain putih dari Ngo Kong Toa-su dan menyerahkannya
kepada Bee Kun Bu sambil berkata: "Bungkusan ini kau
serahkan sendiri kepada Sam susiokmu!" Bee Kun Bu
menerima bungkusan itu, lalu gurunya berkata: "Kau boleh
tinggal di rumah selama sebulan, baru menjaga Sumoaymu
Lie Ceng Loan baik-baik!" Bee Kun Bu membungkukkan
badannya memberi hormat dan menerima semua pesanpesan, dan segera didesak oleh Hian Ceng Totiang agar
mereka pagi itu juga meninggalkan kuil San Ceng Koan,
Tidak lama setelah Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan
meninggalkan kuil itu, Hian Ceng Totiang memanggil pendetapendeta yang tinggal di dalam kuil itu berkumpul untuk
memberitahukan bahwa ia akan meninggalkan kuil itu dan
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
menyerahkan semua urusan kuil kepada pendeta yang tertua.
Lalu bersama-sama Ngo Kong Toa-su, ia pun meninggalkan
kuil San Ceng Koan menuju ke pegunungan Koat Cong San di
propinsi Cek-kiang. Dieeritakan bahwa setelah Bee Kun dan Lie Ceng Loan
berpisah dari Hian Ceng Totiang dan Ngo Kong Toa-su di kuil
tersebut, mereka naik perahu menuju ke rumah orang tua nya.
Karena air sungai itu sangat deras, perahu itu pun berlayar
dengan lajunya, Di atas perahu itu Lie Ceng Loan duduk di
samping Bee Kun Bu. Tiba-tiba ia bertanya: "Bee Suheng,
apakah kau pernah pergi ke pegunungan Kun Lun?"
Bee Kun Bu menggeleng dan menyahut: "Selama dua
belas tahun, selainnya aku dibawa guru pulang ke rumah
untuk menengok ibu bapakku dua kali, aku belum pernah
menanggalkan kuil San Ceng Koan."
Sambil menempelkan badannya ke badan Bee Kun Bu, Lie
Ceng Loan berkata: "Aku masih kecil sekali dibawa oleh
guruku ke kuil Hua Lim Si, Selama sepuluh tahun lebih, selain
di kuil Hua Lim Si dan ke kuil San Ceng Koan, aku juga belum
pernah pergi ke tempat lain. Guruku belum pernah
menceritakan tentang riwayatku. Aku mengira bahwa ibu
bapakku tidak sayang padaku, dan tidak ingin menerimaku
Jika tidak, mengapa selama sepuluh tahun lebih ini, mereka
tidak datang menengok aku!" ia tak dapat menahan
kesedihannya, dan air matanya pun bereucuran di kedua
pipinya! Bee Kun Bu juga ikut bersedih hati, dan ia berusaha
menghibur dengan sikap yang canggung. "Aku tak mengetahui
cara bagaimanakah aku harus meredakan sedih hatimu...."
Mereka tiba di telaga Tung Ting Ouw waktu lohor Di tepi
telaga yang luas itu tampak oleh Lie Ceng Loan perahuperahu para nelayan, Untuk bermalam, mereka harus
mendarat dan mencari rumah penginapan Lalu perahunya
ditujukan ke tepi. Pada saat itu, perahu mereka telah ditubruk
oleh sebuah perahu yang datang dari jurusan lain. Lie Ceng
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Loan menjadi gusar, dan hendak menegur Tapi Bee Kun Bu
menasehatkan supaya ia bersabar dan berkata: "Aku ingat
akan pesan guruku, Di kalangan Kang Ouw, seringkali
menemui peristiwa-peristiwa yang luar biasa. Terhadap
kejadian yang remeh lebih baik kita sabar."
Setelah mereka mendarat, Lie Ceng Loan bertanya:
"Kakak Kun Bu, kemanakah kita pergi?"
Bee Kun Bu yang telah jatuh cinta terhadap gadis yang
cantik jelita itu menyahut dengan suara rendah: "Kita ke Timur
untuk mencari rumah penginapan." Mereka mencari rumah
penginapan tanpa hasil Bee Kun Bu lalu mengusulkan naik
perahu kembali untuk meneruskan perjalanan "Jika kita
berlayar dengan cepat dan tanpa rintangan besok kita akan
tiba di rumahku," katanya.
Di atas perahu itu Lie Ceng Loan bertanya: "Kakak Kun
Bu, siapakah yang berada di rumah, Apakah ibumu dapat
merasa gembira melihat aku" Aku telah dimanjakan oleh Ngo
Kong Toa-su sehingga menjadi sangat nakal."
"Ibuku sangat ramah, ia pasti menyukaimu," sahut Bee
Kun Bu. Sambil tertawa Lie Ceng Loan berkata: "Jika demikian
aku akan berlaku alim agar ia tidak gusar." Telaga Tong Ting
Ouw itu sangat luas, dan panjangnya tiga ratus lie lebih, airnya
bening, seperti kaca. Angin yang berhembus demikian
halusnya sehingga menyebabkan pemuda dan pemudi itu
gembira sekali Di sepanjang jalan perahu mereka telah
melewati banyak perahu-perahu nelayan, pada suatu ketika
tampak oleh mereka sebuah perahu layar yang besar berlayar
dengan sangat pesatnya seakan-akan mengejar perahunya,
Perahu layar yang besar itu diikuti oleh empat buah perahuperahu yang lebih kecil, Untuk menjaga diri, Lie Ceng Loan
mengambil pedangnya dan memberikan pula sebuah kepada
Bee Kun Bu sambil berkata: "Kakak Kun Bu, rupanya perahu
yang menubruk kita tadi sedang mengejar kita!"
Baru saja ucapannya selesai ke empat perahu-perahu
yang kecil itu telah berada di depan perahu mereka, dan di
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
depan tiap-tiap perahu berdiri seorang yang bertubuh besar,
Dengan pedang terhunus, Bee Kun Bu lalu menegur "Aku
sebetulnya tidak kenal kalian, Kita juga bukannya saudagar
yang kaya. Kalian telah merintangi perahu kita, apakah
sebabnya?" Orang yang berdiri di atas perahu di sebelah kiri dan yang
berusia lebih kurang empat puluh tahun, Menyahut: "Jika
kamu saudagar-saudagar, kaya, kita tidak menghiraukan Kita
ingin bertanya, apakah hubunganmu dengan Hian Ceng
Totiang dari kuil San Ceng Koan?"
"Hian Ceng Totiang adalah Suhuku, mau apa"!" sahut Bee
Kun Bu dengan gusar Orang itu berkata lagi: "Hian Ceng Totiang telah
menggemparkan kalangan Kang Ouw, Guru kita yang telah
mendengar bahwa ilmu silat pedang dari partai Kun Lun yang
tak ada taranya di kolong langit, ingin mengambil kesempatan
untuk belajar kenal dengan kedua muridnya!"
Dengan sahutan yang ramah itu, Bee Kun Bu menjadi
agak reda. ia berkata lagi: "Aku baru keluar dari rumah dan
baru berpisah dari guruku, oleh sebab itu aku tak mengerti
peraturan dari kalangan Kang Ouw, jika guru saudara ingin
menjumpai kami, bukankah lebih baik jika kami yang datang
memberikan hormat kepada nya ?"
Orang itu menyahut:" Tapi guru kita telah datang."
Orang tua itu mengangkat kedua tangannya memberi
hormat dan sambil tersenyum berkata: "Kami dengan tak
sengaja telah melanggar perahu saudara, aku menghaturkan
maaf." Lalu ia menunjuk ke arah perahu layar yang besar Bee
Kun Bu menengok ke arah perahu yang besar itu, yang sangat
terang karena amat banyaknya lilin dipasang orang. Di atas
sebuah kursi yang ditutupi dengan kulit macan duduk
seseorang yang berusia lima puluh tahun lebih, tapi seluruh
rambut dan jenggotnya berwarna putih, Di kiri dan kanannya
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
berdiri dua orang yang bertubuh tegap dan memegang golok
besar Setelah perahunya berdempetan dengan perahu Bee
Kun Bu, orang tua itu bangun dari kursi nya. ia mengangkat
kedua tangannya memberi hormat, dan berkata sambil
tertawa: "Kami dengan tak sengaja telah melanggar perahu
saudara, aku menghaturkan maaf!"
Bee Kun Bu berbisik pada Lie Ceng Loan: "Kita harus
waspada. Mari kita pergi ke perahunya." Lalu dengan sekali
meloncat, mereka telah berdiri di hadapan orang tua itu,
Orang tua itu melihat kepada orang-orangnya yang berada
di ke empat perahu-perahu kecil dan berkata: "periksalah
apakah perahu tamu kita mendapat kerusakan karena
bentrokan tadi, Jika ada kerusakan, harus kamu perbaiki
dengan segera," Semua orang-orangnya serentak
mengangkat lengan kiri dan menekan dada, lalu
membungkukkan tubuh memberi hormat, Mereka segera
memeriksa perahu Bee Kun Bu. Dengan menghadapi Bee
Kun Bu dan Lie Ceng Loan orang tua itu berkata sambil
tertawa: "Aku ini kurang hati-hati, Jika perahu saudara
menderita kerusakan, aku minta maaf Mari kita minum arak
dulu." Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan membungkukkan tubuh
memberi hormat, lalu Bee Kun Bu berkata: "Kami baru
berpisah dari guru kami, dan tidak mengenal peraturan Mohon
dimaafkan Apakah kami dapat kehormatan mengenal tuan
dari angkatan tua?" Orang tua tersebut tertawa dan menyahut: "Pada dua
puluh tahun berselang aku telah bertempur melawan Hian
Ceng Totiang, dan karena ia baik hati, aku dapat hidup lagi
beberapa puluh tahun Mari kita minum arak dulu. Ada banyak
hal-hal yang hendak kutanyakan." Lalu ia mengajak pemuda
dan pemudi itu masuk ke dalam kabin Empat orang yang
memegang golok besar di depan kabin itu membungkukkan
tubuh memberi hormat kepada mereka. Di dalam kabin itu
terang benderang karena sinar lilin yang amat banyak dan
dihias dengan indah sekali Di atas meja persegi delapan telah
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
tersedia beberapa cangkir teh dan sebuah teko, Dua orang
anak yang berbaju hijau menjadi pelayan Setelah mereka
duduk, orang tua itu berkata:" Apakah Siocia ini juga dari
partai silat Kun Lun?"
"Betul, Aku dan kakak Kun Bu tidak minum arak, Kau ada
urusan apa" Ayo lekas-lekas bilang, Kami tak banyak
mempunyai waktu, Kami harus lekas-lekas meneruskan
perjalanan!" sahut Lie Ceng Loan dengan tidak sabar, Bee
Kun Bu mengerutkan kening mendengar jawaban yang agak
kasar itu, tapi orang tua itu hanya tertawa, "Baiklah, Siocia,"
katanya, "Kemanakah kamu hendak pergi" Aku dapat
mengikuti agar kamu tak terlambat, dan kita dapat bereakapcakap sambil perahu-perahu kita berlayar ke tempat yang kau
tuju." Bee Kun Bu menjawab: "Kita bermaksud mendarat di kota
Gak Yo, dan kita tidak ingin menyusahkan".
Orang tua itu menggelengkan kepalanya dan berkata:
"Tidak susah, kita dapat bereakap-cakap sambil berlayar."
Lalu diperintahkannya orang-orangnya memasang layarlayar besar agar perahu itu dapat berlayar pesat menuju kota
Gak Yo. Diperintahkannya kedua anak kecil yang menjadi
pelayan menyuguhkan teh dan menyiapkan makanan untuk
kedua tamunya, Sambil makan dan mi-num, mereka
melanjutkan pembicaraan "Gurumu telah menanam budi yang besar padaku, ia telah
menolong jiwaku, Aku merasa malu tak dapat membalas
budinya selama dua puluh tahun ini," memulai orang tua itu,
"Kemarin dulu aku mendapat kabar, bahwa ia telah
memperoleh peta asli Cong Cin To. Kabar itu telah
menyebabkan banyak jago-jago silat dari kalangan Kang Ouw
berkumpul di propinsi Hupeh. Aku khawatir dalam beberapa
hari ini akan terjadi pertempuran-pertempuran dahsyat untuk
merebut peta asli Cong Cin To itu. Untuk Cong Cin To itu,
selama seratus tahun belakangan ini telah tewas banyak jagojago silat Kamu adalah dari partai Kun Lun, dan kamu tak
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
akan luput dari bokongan-bokongan dari partai silat lain. Aku
tidak berani memastikan, bagaimana akibatnya, Aku pun
datang dan menjumpai kamu atas perintah orang lain, karena
peta asli Cong Cin To itu, Aku yakin dengan ilmu silat yang
kamu pelajari dari Hian Ceng Totiang, kamu dapat menjaga
dfri, Tapi gerak-gerik atau tindak-tanduk kamu berdua harus
dirahasiakan jika ketahuan bahwa kamu dari partai Kun Lun
dari Hian Ceng Totiang, kamu segera diintai oleh banyak jagojago silat Tipu muslihat dan siasat di kalangan Kang Ouw
seribu satu macam, dan untuk mencapai maksud nya, mereka
akan menjadi kejam dan buas, peringatan inilah yang ingin
kuberikan sebagai tanda membalas budi Hian Ceng Totiang
yang telah menolong jiwaku, Hari ini beruntung sekali kamu
berjumpa dengan kami... jika tidak, mungkin kamu harus
melawan dan bertempur dengan susah payah!"
Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan mendengarkan
keterangan-keterangan itu dengan sikap gelisah, "Kita telah
berpisah dari guru, dan lebih daripada setengah bulan telah
lewat semenjak suhengku Sim Cong dibunuh mati selagi
membawa suatu benda..." pikir Bee Kun Bu, dan lalu
memandang Lie Ceng Loan yang kini telah menjadi bebannya
pula. Tiba-tiba ia berseru: "Aku telah memperoleh perhatian
tuan dari angkatan tua, dan aku mengucapkan banyak-banyak
terima kasih, Apakah guruku telah memperoleh peta asli Cong
Cin To atau belum, aku tidak tahu dengan pasti Jika para jago
silat telah berkumpul di Hupeh untuk bertempur melawan
guruku dan mungkin juga melawan tuan dari angkatan tua,
kami pun sebagai murid-murid partai Kun Lun tidak takut mati,
Tuan dari angkatan tua telah datang ke sini atas perintah
untuk mencari peta asli itu, kami pun tidak ingin merintangi
lagi, dan kami segera minta diri!" Setelah mengucapkan
perkataan itu, Bee Kun Bu mengajak Lie Ceng Loan keluar
dari kabin. Tapi orang tua itu tertawa terbahak-bahak dan
berkata dengan suara keras: "Tidak salah jika Hian Ceng
Totiang seorang satria, Coba lihat muridnya, orang-orang dari
partai Kun Lun betul-betul tidak dapat dianggap remeh, Aku
sangat memuji mereka. Ayo kembali, besok pagi kita mungkin
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
sudah tiba di Gak Yo. Kesempatan ini sukar didapat Ayo kita
bereakap-cakap lagi. Siapa tahu di kemudian hari aku harus
mohon Siotee mengajarkan kepadaku ilmu silat pedang Hun
Kong Kiam Hoat" Bee Kun Bu tak dapat menolak ia yakin bahwa orang tua
itu merasa girang dapat membalas sedikit budi guru-nya, dan
juga merasa canggung karena ia harus merebut peta asli
Cong Cin To dari tangan gurunya itu, ia duduk kembali di
dalam kabin dan berkata: "Kita betul-betul berterima kasih atas
kebaikan tuan dari angkatan tua, sebetulnya aku tak tahu pasti
apakah peta asli Cong Cin To itu telah jatuh di tangan guruku."
"Aku pun tidak mengetahui dengan pasti, Tapi atas
perintah orang lain, aku harus merebut peta asli itu. Aku hanya
ingin memperingatkan kamu lagi, bila berada di daerah ini,
yaitu daerah partai Tian Liong, kamu harus bertindak hati-hati
sekali, karena jaring dari partai Tian Liong itu sangat rapat,
dan orang-orangnya banyak," berkata si orang tua, lalu
meneguk secangkir arak, Seterusnya mereka tidak
mempereakapkan lagi soal peta Cong Cin To, melainkan
hanya menceritakan segala sesuatu yang luar biasa di
kalangan Kang Ouw, Perahu layar itu berlayar dengan laju sekali, dan ketika
fajar menyingsing, mereka telah tiba di kota Gak Yo. Mereka
mendarat, dan melihat bahwa ke empat perahu yang kecil
disertai perahu Bee Kun Bu telah tiba juga. Lalu Bee Kun Bu
dan Lie Ceng Loan meloncat ke atas perahu kecilnya setelah


Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

minta diri dari orang tua itu. Bee Kun Bu lalu memeriksa
barang-barangnya di dalam perahu dan ternyata tidak ada
barang yang diganggu, perahunya berlayar sedikit lagi, lalu
mereka mendarat Ketika itu suasana belum terang, karena matahari belum
terbit juga tidak kelihatan orang berkeliaran di jalan. Dengan
ilmu meringankan tubuh mereka berjalan dengan pesat sekali
dan dalam sekejap saja mereka telah menempuh jarak dua
puluh lie lebih, Di depan mereka tampak dari jauh sebuah
desa yang dilingkari gunung-gunung. Suara air mengalir dari
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
sebuah sungai terdengar dengan nyata, Di sebelah Barat desa
itu terletak sebuah rumah bergenteng merah. Sambil
menunjuk ke arah rumah itu Bee Kun Bu berkata: "Rumah itu
adalah rumahku, Ayahku telah menetap di desa Tiong An ini
sejak dua puluh tahun ini."
Sambil tersenyum Lie Ceng Loan berkata: "Desa ini indah
sekali, Kita dapat menangkap ikan di dalam sungai diwaktu
senggang." Ucapan ini menyebabkan Bee Kun Bu terkenang
akan masa kanak-kanaknya, ketika ia ber-sama-sama
saudara sepupu perempuannya, Ling Sio Cien, menangkap
ikan di dalam sungai, Ling Sio Cien, lebih tua tiga tahun
daripadanya, dan menjadi yatim piatu ketika masih kecil.
Lalu ia dipelihara oleh ibunya, dan Bee Kun Bu
menganggapnya sebagai kakaknya sendiri, Ling Sio Cien pun
yang pintar dan cerdas, juga amat sayang padanya, Ketika
Bee Kun Bu berusia delapan tahun dan dibawa oleh Hian
Ceng Totiang, bukan main sedih hatinya. Mereka telah
berpisah selama dua belas tahun. Betul ia pernah
mengunjungi ibu bapaknya dua kali, akan tetapi ia tidak tinggal
lama-lama. Ia hanya menginap dua hari, lalu kembali lagi ke kuil San
Ceng Koan, Ketika ia kembali untuk kedua kalinya, ia telah
berusia delapan belas tahun, dan Ling Sio Cien dua puluh
satu tahun. Mereka telah menjadi jejaka dan gadis, dan
masing-masing merasa canggung untuk bereakap-cakap lagi,
Ling Sio Cien hanya bisa menasehatkan supaya ia belajar silat
dengan tekun, "Hian Ceng Totiang adalah seorang yang luar
biasa, Kau beruntung menemuinya dan diterima sebagai
muridnya." demikian nasehatnya, Bee Kun Bu yang cerdik
segera mengerti maksudnya itu. Kini ia kembali dengan
mengajak Lie Ceng Loan, Apakah ia akan menimbulkan salah
paham" ia berhenti berjalan ketika pikiran itu datang,
Melihat ia terpesona, Lie Ceng Loan menegur "Kakak Kun
Bu, apakah yang kau pikiri?" Bee Kun Bu terkejut dan
menyahut: "Aku memikirkan Suhu...." Lalu ia berjalan lagi
menuju ke rumah yang bergenteng merah itu.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Setelah mereka menyeberangi sungai kecil dan melalui
padang rumput dan hutan bambu, mereka tiba di depan pintu
rumah itu, yang memakai papan nama "Sui Goan San Cong"
(rumah pegunungan terang bulan"), Seorang bujang tua yang
berusia lima puluh tahun lebih yang berada di pekarangan
depan melihat mereka datang berseru: "Majikan muda telah
datang, Kemarin majikan tua telah berbicara tentang majikan
muda, karena besok adalah hari ulang tahun wafat nya Ling
Sio Cien Siocia...." Belum lagi ucapan itu selesai, Bee Kun Bu
merasa ngeri dan terkejut! ia bertanya dengan bernafsu: "A
Luk! Apakah katamu"! Kakak sepupuku meninggal"!" Dengan
menarik napas panjang bujang tua itu menyahut."Tuhan tak
bermata.... Ling Sio Cien yang cantik jelita meninggal lebih
dulu daripada aku si tua bangka ini...."
Dengan mencengkeram kedua pundak bujang tua itu Bee
Kun Bu bertanya lagi: "Bagaimanakah matinya"!" Sedih sekali
hatinya, seakan-akan ditusuk-tusuk dengan belati! Bujang tua
itu mengucurkan air mata, dan tak dapat segera menjawab Lie
Ceng Loan yang melihat adegan menyedihkan itu juga
terharu, tetapi ia masih hijau dan tak dapat menghibur Ketika
itu dari dalam rumah berjalan keluar seorang tua yang sudah
putih rambutnya dan berpakaian congsam (baju panjang). ia
memberitak, "Kun Bu, lepaskan cengkeraman itu, Apakah kau
sudah gila" pundak itu bisa remuk!"
Bentakan itu menyadarkan Bee Kun Bu. Dilepaskannya
cengkeraman nya. ia menoleh ke rumah, dan melihat ayahnya
berjalan keluar ia berlari mendatangi dan berlutut di hadapan
ayahnya sambil berkata: "Ananda telah pulang." Ayah Bee
Kun Bu lalu bertanya pada bujang tua itu, apakah ia terluka,
Bujang tersebut menyahut sambil meringis: "Tidak apa-apa.
Hanya sakit sedikit! Tapi hebat betul cengkeramannya!"
"Kau seperti anak kecil! Jika aku datang terlambat sedikit,
mungkin pundaknya A Luk sudah remuk!" demikian ayahnya
memarahi Kun Bu. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Anda minta maaf, ananda telah lupa karena mendengar
kabar buruk tentang meninggalnya kakak Ling Sio Cien!"
sahut Bee Kun Bu. "Cien Ji masih muda, Sayang sekali ia meninggal dalam
usia sedemikian muda, Aku dan ibumu telah berusaha
sedapat-dapatnya, tapi manusia berusaha, Tuhan berkuasa!"
ia berkata sambil menarik napas panjang, Ketika ia melihat Lie
Ceng Loan ia bertanya: "Siapakah gadis berbaju merah ini?"
Bee Kun Bu bangkit dan berkata: "lni adalah Sumoayku
bernama Lie Ceng Loan. Atas perintah Suhu, ananda harus
membawanya ke pegunungan Kun Lun." Ketika itu Lie Ceng
Loan mendekati Bee Kun Bu, dan sambil membungkukkan
tubuhnya memberi hormat ia berseru: "Paman!"
Ayah Bee Kun Bu bernama Bee Liong, ia pernah menjadi
kepala kampung, akan tetapi karena ia di geser oleh orang
atasannya Lauw Khin, ia telah diberhentikan dan kembali ke
kampung halamannya, ia tinggal di rumahnya menjalani hari
tuanya sambil mempelajari kesusasteraan. Ketika Bee Kun Bu
berusia empat tahun dan sedang bermain-main dengan Ling
Sio Cien di padang rumput, kebetulan Hian Ceng Totiang
lewat, dan melihatnya, Dengan matanya yang awas, Hian
Ceng Totiang segera mengetahui bahwa anak itu luar biasa,
dan segera timbul hasratnya untuk mengambilnya sebagai
murid. Bee Liong yang mengetahui bahwa Hian Ceng Totiang
itu bukan orang sembarangan lalu mengundangnya masuk
rumah, pertemuan itu telah menyebabkan keduanya mengikat
tali persahabatan. Dan seterusnya tiap tahun Hian Ceng Totiang pasti datang
ke rumah Bee Liong. Ketika Bee Kun Bu berusia delapan
tahun, Hian Ceng Totiang memberitahukan pada Bee Liong
bahwa pu-teranya adalah anak yang luar biasa dan berbakat
Bee Liong menyahut "Aku ini orang desa, dan aku tidak
mempunyai harapan bahwa puteraku akan menjadi terkenal
Jika saudara sudi menerimanya sebagai murid, aku rela
menyerahkan." jawaban itulah justru yang diharap-harap oleh
Hian Ceng Totiang, ia segera menyanggupi untuk menerima
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Bee Kun Bu sebagai muridnya, dan berjanji akan mengajarkan
segala ilmu silat partai Kun Lun, dan merawatnya seperti
anaknya sendiri. Demikianlah Bee Kun Bu dibawa ke kuil San
Ceng Koan, dan telah diajari ilmu silat selama dua belas tahun
sehingga ia menjadi seorang jago silat yang luar biasa dari
yang luar biasa di kalangan Kang Ouw,
Bersama-sama mereka masuk ke dalam ruangan tamu,
Setelah duduk, Bee Liong bertanya: "Apakah gurumu baikbaik saja" Kapankah kau kembali lagi ke kuil San Ceng
Koan?" Bee Kun Bu menyahut: "Suhu telah memerintahkan
ananda menengok ibu dan ayah dulu, Setelah lewat sebulan,
ananda harus mengantar Lie Sumoy pergi ke pegunungan
Kun Lun menemui paman-paman guru, dan tak akan kembali
lagi ke kuil San Ceng Koan."
"Kau adalah murid partai silat Kun Lun, dan harus menaati
segala perintah gurumu, Aku dan ibumu sudah berusia lanjut,
dan kami tak menghiraukan lagi segala urusan dunia,
semenjak kakakmu Sio Cien meninggal, ibumu sangat
bersedih hati, dan tiap-tiap hari ia membaca kitab suci, Jika ia
sedang membaca, siapapun tak boleh mengganggu
sebetulnya ibumu seorang sakti, ia telah dapat meramalkan
bahwa Sio Cien tak dapat hidup sampai umur dua puluh lima
tahun, Betul juga ia meninggal setahun yang lewat karena
menderita sakit cacar, Pamanmu, ketika menjadi wedana,
pernah berbuat banyak perbuatan yang bukan-bukan, dan ia
telah memperoleh balasan yang setimpal, bahkan dosanya
telah menimpa puterinya, Sio Cien itu. sebentar jika ibumu
telah selesai dengan membaca kitab suci, kau dapat
menjumpainya Besok kau harus pergi sembahyang di
hadapan kuburan Sio Cien, Apa yang hendak kau lakukan di
kemudian hari, aku tidak menghiraukan karena gurumu tentu
lebih mengetahui jalan apakah yang harus kau tempuh, Ya...
aku sudah tua, mungkin tak dapat bertemu muka lagi."
Lalu ia menganggukkan kepalanya kepada Lie Ceng Loan
dan keluar dari ruang tamu itu.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Bee Kun Bu mendengarkan uraian ayahnya dengan kedua
mata terbelalak seperti sebuah patung. ia mengawasi ayahnya
yang berjalan keluar tanpa menoleh-noleh lagi ke belakang. ia
tak mengetahui bahwa ayahnya telah menjadi seorang suci
yang tak menghiraukan harta dunia atau kesenangan dunia,
dan yang tak mau dipusingkan oleh apa saja yang akan
datang, Ya... ia telah bertapa di rumah itu selama dua puluh
tahun dengan tenteram, aman dan tenang, Orang semacam
itu tidak lagi membedakan mati atau hidup.
Dengan tak disadarinya, air matanya mengucur Lie Ceng
Loan menghibur "Kakak Kun Bu, sudahlah, jangan bersedih
hati!" Bee Kun Bu lekas-lekas menyusut air matanya, dan
dengan senyum paksaan ia mengajak Lie Ceng Loan
menemui ibunya. Setelah berjalan melalui sebuah taman
bunga, mereka tiba di sebuah kamar di mana tampak seorang
wanita yang berusia setengah abad, berparas cantik, sedang
memejamkan mata menyanyikan sajak dari kitab suci yang
terletak di pinggir meja kayu cemara dan berbentuk delapan
persegi Bee Kun Bu menghampiri ibunya, lalu berlutut di
hadapannya sambil berkata: "lbu, ananda telah pulang!"
Lalu Bee Hujin membuka matanya, ia mengusap-usap
kepala puteranya, dan berkata: "Kau telah pulang, Kebetulan
sekali! Besok adalah hari ulang tahun meninggalnya kakakmu,
Sebelum ia menutup mata, ia telah menyebut-nyebut
namamu, Besok kita pergi ke kuburannya, ia dikuburkan di
kaki gunung di sebelah Barat, dimana kamu suka bermainmain ketika masih kecil."
Dengan mata yang berlinang-linang Bee Kun Bu
menyahut: "Sayang ananda tak dapat bertemu dengan ia
ketika ia meninggal!"
Dengan wajah seorang ibu yang mencintai anaknya, Bee
Hujin berkata lagi sambil menarik napas: "Sio Cien pintar dan
cerdas, Sayang umurnya pendek. ia meninggal karena dosa
ayahnya, Hai, siapakah gadis ini?"
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Lie Ceng Loan yang juga turut berlutut, ketika ditegur,
segera menyahut: "Bibi, aku Lie Ceng Loan, bersama-sama
kakak Kun Bu adalah murid dari partai Kun Lun." Bee Hujin
lekas-lekas mengangkatnya, dan mengawasi paras mukanya,
"O! Kau Sumoynya Kun Bu, berapa usiamu tahun ini?"
"Tahun ini aku berusia tujuh belas tahun," sahut Lie Ceng
Loan, "Kau berasal dari mana" siapakah ibu bapakmu?"
pertanyaan itu menusuk hati si gadis. ia ingat bahwa ia dari
kecil telah dipelihara oleh Ngo Kong Toa-su yang
mencintainya seperti puteri kandungnya, ia merasa sedih
karena belum pernah menikmati kasih sayang seorang ibu
dan ia pun tak mengetahui siapakah ibu bapaknya.
Pertanyaan tersebut menyebabkan ia menangis, lalu
menjawab: "Loan Jie anak piatu semenjak bayi, Ngo Kong
Toa-su mengatakan bahwa aku bernama Lie Ceng Loan, akan
tetapi tak mengetahui siapakah ibu bapakku...." Tiap-tiap
perkataan yang diucapkan memilukan hati. Bee Hujin
mengusap-usap rambutnya seperti seorang ibu yang
menghibur puterinya. "Sudahlah, jangan bersedih hati lagi!"
Setelah menyusut air matanya, ia bertanya: "Bibi apakah
aku akan bernasib seperti kakak Sio Cien, berumur pendek
juga?" Pertanyaan itu hanya dijawab dengan senyuman seorang
ibu. -ooo0oooBersumpah di depan kuburan
Lalu untuk meredakan Bee Hujin berkata: "Anak, kau
beruntung, kau tidak senasib dengan Sio Cien," Kemu-dian
sambil menghadapi puteranya ia berkata: "Anak, ayahmu telah
berubah, ia telah berkeras hati bertapa di rumah di desa yang
terpencil ini. Aku meskipun telah mempelajari kitab-kitab suci
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
dari Buddha, hatiku tidak sekeras hati ayahmu, Aku
senantiasa memikirkan kau. Aku yakin kau berwatak ksatria,
dan aku ingin kau selalu begitu, jangan sekali-kali melupakan
budi orang." Lalu Bee Hujin memejamkan mata kembali untuk
menyanyikan sajak dari kitab suci. Bee Kun Bu juga tidak ingin
lagi mengganggu ia mengajak Lie Ceng Loan keluar dari
kamar itu. Bujang tua sudah menyiapkan kamar untuk majikan
mudanya, dan juga untuk Lie Ceng Loan.
Keesokan harinya ia telah menyiapkan keperluankeperluan untuk sembahyang, dan menunjukkan jalan ke
kuburan Ling Sio Cien, setibanya di kuburan itu, Bee Kun Bu
berkata: "A Luk, pulanglah kau, tinggalkan aku seorang diri di
sini." A Luk berkata sebelum pergi: "Orang yang sudah mati
tak akan hidup kembali Majikan muda tak usah terlampau
bersedih hati, Aku akan datang sebentar lagi."
Setelah A Luk pergi, Bee Kun Bu tak tahan lagi, Air
matanya mengucur, dan karena amat sedihnya ia terjatuh di
depan kuburan itu! A Luk yang belum pergi jauh, setelah
melihat ini, lekas-lekas datang, dan berusaha menyadarkan
majikannya, tetapi tak berhasil ia lekas-lekas lari
memberitahukan kepada Lie Ceng Loan yang kebetulan
berdiri di depan rumah, Dengan ilmu meringankan tubuh, gadis itu telah tiba di
kuburan dan menyaksikan Bee Kun Bu jatuh bertiarap di
depan kuburan, ia terkejut dan menubruk sambil berteriak:
"Kakak Kun Bu,., kakak Kun Bu... kakak Kun Bu...." Tapi Bee
Kun Bu tidak bergerak. Dirangkulnya tubuh Bee Kun Bu dan
menangis keras-keras, ia berseru: "Kakak Kun Bu, jika kau


Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mati, aku pun tidak mau hidup lagi." " Tiba-tiba ia merasa
hembusan angin dan mendengar suara orang yang telah
dikenalnya, "Sobat! Apakah kau tidak ingin ia hidup"!" membentak
suara itu. Lie Ceng Loan segera berdiri dan mencari orang
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
yang membentak itu. Si jenggot putih yang dijumpainya di
telaga Tong Ting Ouw berdiri di depan nya. Si jenggot putih
tak menunggu Lie Ceng Loan berbicara, lalu menjelaskan
"Karena terlampau bersedih hati ia telah merintangi jalan
napasnya, Jika kau rangkul ia sekeras itu, hawa di dalam
tubuhnya sukar keluar, dan ia akan menderita Iuka-luka di
dalam tubuh, Dan... ia bisa mati atau menjadi orang cacad."
Sambil menangis tersedu-sedu ia berkata: "Cara
bagaimanakah kita harus menolongnya.,." Jika ia mati, aku
pun tidak sudi hidup...."
Si jenggot Putih menghampiri tubuh Bee Kun Bu, Lalu
dengan tinju kanannya dipukul nya jalan darah di
punggungnya, dan dengan jari-jari tangan kirinya, ia
membebaskan jalan-jalan darah di dada dan paru-parunya.
Sejenak kemudian, Bee Kun Bu menjerit dan
menghembuskan napas dari lubang hidung dan mulutnya, ia
sadar, dan segera berdiri kembali Lie Ceng Loan
menghaturkan terima kasih kepada si jenggot putih lalu
memeluk Bee Kun Bu sambil bertanya: "Kakak Kun Bu,
mengapa kau tadi?" Bee Kun Bu tidak menyahut, tapi ia
menghaturkan terima kasih kepada si jenggot putih yang
berkata: "sebetulnya Sumoaymu juga dapat menolong kau,
Hanya ia kurang berpengalaman dan tidak tahu yang harus
diperbuatnya apa dalam kebingungan tadi"
"Tuan dari angkatan tua telah memberi peringatan kepada
kami ketika di atas perahu, Kini telah menolong jiwaku lagi,
Budi tersebut tak akan dapat kulupakan," sahut Bee Kun Bu,
Sambil tertawa si jenggot putih berkata lagi "Bee Siotee
telah bicara dengan cepat sebetulnya partai Tian Liong kami
dan partai Kun Lun tidak bermusuhan Tapi peta asli Cong Cin
To itu merupakan suatu mustika yang sedang diperebutkan
oleh berbagai-bagai partai silat Ketika di atas perahu,
bukankah aku pernah mengatakan bahwa kita berjumpa lagi,
mungkin aku minta Siotee mengajarku ilmu silat pedang Hun
Kong Kiam Hoat?" KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Tuan dari angkatan tua telah datang ke sini dengan
maksud mengejar peta asli Cong Cin To, Sesungguhnya, Con
Cin To itu tidak berada di tanganku," berkata Bee Kun Bu
sambil tersenyum "Jika demikian halnya, aku minta Siotee menemui
pemimpin partai Tian Liong kami," kata si jenggot putih.
Bee Kun Bu berpikir sejenak, lalu menyahut: "Dari
pembicaraan itu, rupa-rupa nya tuan dari angkatan tua ingin
menangkap aku hidup-hidup, bukan ?"
Si jenggot putih mengurut-urut jenggotnya dan ber-kata:
"Peraturan partai ku sangat keras. Aku si tua bangka tak dapat
mengambil keputusan sendiri Aku terpaksa membawa kau
menemui pemimpin partaiku."
Dengan berdiri tegap, Bee Kun Bu menjawab: "Kita dari
partai Kun Lun tidak mudah digertak Lagi pula menangkap aku
hidup-hidup tidak mudah!"
Pada saat itu, si jenggot putih mengejek: "Gurumu betul
terkenal sekali, dan kau sendiri mungkin lihay, Tapi aku ingin
mencoba ilmu silatmu dalam beberapa jurus! Kemudian baru
kita berbicara lagi!"
Dengan merendah Bee Kun Bu berkata: "Siotee tak
berpengalaman, ilmu silat yang telah dipelajaripun tidak lihay.
Tapi Siotee merasa beruntung dapat kesempatan menguji silat
melawan tuan dari angkatan tua dan dengan demikian
mungkin banyak mendapat manfaatnya, Tapi kita telah
bertemu dua kali, dan sampai sekarang aku belum mengenal
siapa sebetulnya tuan dari angkatan tua ini."
"Aku ini pemimpin cabang daerah sungai Yang Tsu dari
partai Tian Liong bernama Tee Ju Liong, alias Naga Sakti dari
Sungai Yang Tsu," ia menjelaskan sambil tertawa, "Nah,
Siotee! jaga serangan ini!" peringatan itu diiringi dengan
cengkeraman tangan kanan secepat kilat ke muka Bee Kun
Bu, yang buru-buru mengelak Lie Ceng Loan tak tinggal diam.
ia membalas menyerang dengan kedua tangannya yang putih
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
halus dengan ilmu Ouw Tiap Hui Bu atau kupu-kupu menarinari di sinar matahari yang memaksa Tee Ju Liong mundur
untuk menghindarkan serangan cakaran yang bertubi-tubi itu!
Lie Ceng Loan membentak: "Kau telah menolong kakakku,
aku berterima kasih. Tapi jika kau menyerang ia, aku pasti
membalas!" Dengan wajah yang seram Tee Ju Liong menyahut: "Siocia
lihay betul silatnya, Tapi aku Tee Ju Liong tidak sudi
bertempur melawan anak perempuan Siocia diminta berdiri di
pinggir Aku hanya ingin bertarung melawan kakakmu!"
"Ha! Ha! Kakakku lebih lihay daripadaku Bagaimanakah
kau dapat melawannya"!"
Ejekan itu menyebabkan Tee Ju Liong gusar sekali, "Jika
kau tidak mengerti maksud baik ini, kau harus mencoba
serangan-seranganku!" bentaknya,
"ltu baru betul! jika aku kalah, kau baru menggempur
kakakku!" sahut Lie Ceng Loan. ia tersenyum kepada Bee Kun
Bu, lalu dikipaskannya lengan baju merahnya, dan dengan
kedua tangannya ia menyodok mata lawannya, Sambil tertawa
Tee Ju Liong mencoba mencekal tangan kanan lawannya
dengan tangan kirinya dengan maksud hendak memijit jalan
darah di tangan kanan lawannya, dan tinju kanannya dikirim
ke bahu lawannya secepat kilat Si gadis tidak menunggu
sampai serangan itu tiba, melainkan lekas-lekas mengubah
serangannya. Dengan tinju kiri ditotoknya lengan kanan lawannya
dengan ilmu Peh Hok Tiam Ko atau bangau putih mematok
gabah, Tee Ju Liong tidak menduga bahwa serangan itu
demikian pesat nya. ia merasa kena ditotok, karena lengan
kanannya menjadi lemas, ia gusar, dan menyerang lawannya
kembali dengan kedua tinjunya delapan jurus sekaligus,
Serangan yang gencar itu tak tiapat ditahan oleh Lie Ceng
Loan. ia buru-buru mundur beberapa langkah, dan menanti
sampai jurus-jurus lawannya selesai, untuk menendang
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
kemaluan lawannya dengan kaki kanannya, Tee Ju Liong
terkejut dan meloncat mundur cepat-cepat.
Bee Kun Bu yang menyaksikan pertempuran itu merasa
khawatir Sumoynya tak dapat melawan. ia ingin membantu,
tapi tendangan maut yang baru saja dilepas menyebabkan ia
ingat kepada Ngo Kong Toa-su dengan ilmu silat tinju Cap
pwee Lo Han Congnya, Betul saja tendangan itu diiringi
dengan tinju keras ke arah kepalanya Tee Ju Liong! Tee Ju
Liong mengelak: pertempuran berlangsung lebih kurang lima
puluh jurus, dan masih belum ada yang kalah.
Si gadis dengan silat tinjunya yang gencar dan cepat dapat
melawan si jenggot putih yang silat dan tenaganya lebih baik,
"Aku sebagai kepala dari cabang partai Tian Liong, jika kalah
melawan gadis ini, tentu akan malu sekali menemui pemimpin
partai Tian Liong," pikirnya sambil bertempur.
Lalu ia mengubah jurus serangannya, Dengan satu tinju
yang dibarengi dengan satu tendangan ia mendesak si gadis,
Serangan itu dilakukan dengan tenaga dalam yang besar
sekali sehingga Lie Ceng Loan yang kalah tenaga harus
lekas-lekas meloncat seperti seekor bajing, ia terkejut dan
tubuhnya mengeluarkan keringat dingin! Bee Kun Bu cemas
melihatnya, dan menjadi gusar mengapa si tua bangka terlalu
kejam menyerang seorang gadis, ia hendak membantu, tapi si
gadis sudah mengubah lagi jurus-jurus serangannya.
Rupanya ia menggunakan ilmu silat tinju Cap pwee Lo Han
Cong dengan sedikit perbedaan sebetulnya ilmu silat tinju Cap
Pwee Lo Han Cong yang telah diajarkan Ngo Kong Toa-su
kepada Lie Ceng Loan dapat melawan musuh yang manapun
juga, Tapi harus dilakukan oleh orang laki-laki yang besar
tenaganya, Lie Ceng Loan seorang gadis, dan betapa besar
pun tenaganya, ia tidak akan dapat menandingi tenaga
seorang jago silat laki-Iaki.
Oleh karena itu Ngo Kong Tao-su telah mengajarkan pula
ilmu silat tinju Liu Yun Cong atau Tinju Awan Terapung yang
cocok sekali bagi si gadis yang gesit dan lincah itu, Seperti
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
awan terapung tubuh gadis itu ber!ari-Iari kian kemari
sehingga lawannya tak dapat mengirim jotosan yang jitu,
tetapi ia dapat sebentar-sebentar mengirim jotosan-jotosan ke
tubuh Iawannya. Karena Tee Ju Liong kuat sekali, ia masih
dapat bertahan.-Tapi jika tinjunya mengenai sasaran, gadis itu
pasti tewas atau luka parah!
Bee Kun Bu insyaf bahwa pertempuran itu akan
berlangsung lama, ia mengangkat kedua lengannya, lalu
menerjang masuk di antara kedua orang itu dengan ilmu Hun
Lang Toan Li atau memecah arusnya dua ombak.
Kedua lengannya mendorong ke arah kedua orang itu dan
berkata sambil tertawa: "Kedua-duanya tak mempunyai
dendam, mengapa bertempur mati-matian" Tuan dari
angkatan tua besar tenaganya, jika bertempur terus, Lie
Sumoay pasti kalah, Lebih baik berhenti bertempur!"
Tee Ju Liong mengerti bahwa perkataan itu adalah untuk
merendahkan diri, ia insyaf bahwa ia tak dapat mengalahkan
gadis itu, Mendengar ucapan tersebut, ia menyahut: "Silat
partai Kun Lun tidak dapat diremehkan, Jika hari ini aku betulbetul mengadu silat melawan Sumoaymu, aku mengaku
kalah." "Yang satu lihay tenaganya dan yang lain lincah gerakgeriknya. Jika tuan dari angkatan tua sudi berhenti bertempur
sampai di sini saja," kata Bee Kun Bu. "Nanti aku, Bee Kun
Bu, setelah menunaikan tugas pergi ke Barat, pasti datang
menjumpai tuan dari angkatan tua dan pemimpin partai Tian
Liong untuk menjelaskan kesalah-pahaman karena peta asli
Cong Cin To itu, dan bersedia pula mencegah timbulnya
perselisihan antara kedua partai kita. Tapi jika tuan dari
angkatan tua ingin juga meneruskan, aku tidak dapat tinggal
diam, aku harus membela nama partai kami, Harap tuan dari
angkatan tua berpikir masak-masak."
Tee Ju Liong si Naga Sakti dari Sungai Yang Tsu
mengawasi wajah Bee Kun Bu sejenak, lalu ia
menganggukkan kepalanya dan berkata: "Bee Lotee betul
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
omongan nya. Akupun tahu kami bukan musuh, Tapi aku
datang atas perintah Harap Bee Lotee memberi maaf."
"Ha! jadinya kita harus bertempur lagi"!" kata Bee Kun Bu
dengan heran, Belum lagi perkataannya selesai, terdengar
suara siulan, Empat orang datang berlari-lari ke tempat itu.
Empat orang itu dikenal oleh Bee Kun Bu, Mereka adalah
orang-orang Tee Ju Liong yang masing-masing berdiri di
muka perahu di telaga Tong Ting Ouw, Mereka berlari
mendatangi dengan golok terhunus!
Bee Kun Bu mengawasi ke empat orang-orang itu, lalu
dengan menghadapi Tee Ju Liong ia membentak: "Rupanya
tuan dari angkatan tua telah merencanakan bokongan ini"!"
Tapi Tee Ju Liong tidak menjawab. ia bertanya pada salah
seorang dari keempat orang-orang-nya: "Apakah orang-orang
dari pusat sudah datang"!" Orang yang ditanya
membungkukkan tubuh dan menyahut: "Kepala cabang
bendera merah Ci dan kepala cabang bendera hitam Ko telah
bersama-sama memimpin orang-orangnya pergi ke kuil San
Ceng Koan. Souw Hiang Cu dari pusat juga telah tiba di telaga
Tong Ting Ouw, Mungkin ia kelak datang ke sini."
Tee Ju Liong mengerutkan keningnya dan berkata:
"Mengapa sampai puteri pemimpin juga datang?" Orang itu
menyahut: "Menurut pemimpin sendiri, mungkin beliau sendiri
akan datang karena urusan ini amat pentingnya,"
Pereakapan tersebut didengar oleh Bee Kun Bu dengan
jelas dengan wajah tidak berubah, Tee Ju Liong menarik
napas panjang, karena ia merasa malu jika mengingat budi
Hian Ceng Totiang. Karena Tee Ju Liong tidak menyerang, Bee Kun Bu
mengajak Lie Ceng Loan pergi, Ke empat orang-orang-nya
Tee Ju Liong mencoba menahan, tapi Tee Ju Liong melarang
mereka. Setelah kedua pemuda dan pemudi itu pergi jauh,
Tee Ju Liong berkata kepada empat orang-orangnya "Jika kita
lawan mereka sekarang, tidak ada gunanya, Setelah kita
mendapat bantuan, tidaklah terlambat kalau kita menyerang
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
mereka lagi sekarang kita bersembunyi di sekitar rumahnya
dan mengintai gerak-gerik mereka." Salah satu dari empat
orang-orangnya bertanya: "Apakah perlu minta Souw Hiang
Cu lekas-lekas datang ke sini?"
Tee Ju Liong menganggukkan kepalanya, dan orang itu
segera pergi. Tee Ju Liong dan ketiga orang-orangnya lalu
menuju ke rumah Bee Kun Bu. Baru saja mereka berjalan
beberapa langkah, dari hutan terdengar suara ejekan,
Tee Ju Liong menoleh ke belakang, dan di atas sebuah
gundukan tanah di pinggir hutan tadi berdiri seorang tua yang
kurus kering. Rupanya kulitnya tertutup dengan bulu ayam dan
bulu bangau, rambutnya putih laksana perak, mengenakan
Cong Sam (baju kurung panjang) yang hitam ia mirip seorang
hweesio atau pendeta, memegang sebuah tongkat yang hitam
mengkilat dan ujung tongkat tersebut berbentuk kepala ular ia
berdiri di atas gundukan tanah itu dengan tak bergerak-gerak,
Orang tua itu tidak seram kelihatannya.
Hanya pakaiannya yang ganjil dan tongkat hitam berujung
kepala ular itu menyebabkan orang seram melihatnya Tee Ju
Liong sudah lama berkecimpung di kalangan Kang Ouw,
Tentang orang yang ganjil itu rupanya telah pernah ia
mendengar Hanya pada saat itu tak dapat mengingatnya,
Dengan suara rendah ia perintahkan orang-orangnya: "Jangan
hiraukan, Kita jalan terus." Mereka berjalan terus, Ketika
mereka menoleh lagi, orang tua itu telah hilang entah ke
mana, "Bukan main cepatnya," Tee Ju Liong berpikir,
"Rupanya rumah Bee Kun Bu telah didatangi orang banyak,
dan Bee Kun Bu sudah dikurung oleh musuh-musuh. Partaiku
ingin menangkap Bee Kun Bu untuk dijadikan jaminan, dan
pasti akan banyak menjumpai rintangan-rintangan, dan harus
bertempur melawan saingan yang tak sedikit Ai! Peta asli
Cong Cin To itu betul-betul banyak mencelakakan orang."
Ketika sudah dekat rumah Bee Kun Bu yang bernama "Sui


Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Goat San Cong", mereka bersembunyi di belakang semak
belukar KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Pada saat Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan tiba di rumah,
ayahnya Bee Liong sedang berada di ruang tamu membaca
buku, Melihat anaknya dan Lie Ceng Loan kembali, ia
menegur "Kamu baru kembali dari kuburan Ling Sio Cien?"
"BetuI," sahut Bee Kun Bu. "Ananda pikir, lebih baik kami
lekas-lekas pergi ke pegunungan Kun Lun."
"Baik," sahut ayahnya, "Aku pun telah suruh A Luk
menyiapkan keperluanmu lihat bungkusan itu di atas meja." ia
menunjuk sesuatu ransel besar berikut pedang Bee Kun Bu
dan pedang Lie Ceng Loan. Rupanya ayahnya ingin supaya
mereka lekas-lekas berangkat Bee Kun Bu terpaksa lekaslekas pergi, karena semakin lama mereka berangkat, semakin
berbahaya bagi mereka, bahkan bagi ibu bapaknya.
Setelah berlutut di hadapan ibu dan ayahnya untuk minta
diri, mereka keluar dari rumah itu menuju ke pegunungan Kun
Lun. Di sepanjang jalan Bee Kun Bu selalu termenung ia
mengenang-ngenangkan bahwa ia harus lekas-lekas
berangkat meskipun baru saja dua hari sampai di rumah,
Dengan meninggal nya kakak sepupunya Ling Sio Cien yang
cantik jelita dan berbudi, ibu bapaknya tak menghiraukan lagi
kesenangan dunia, Dan peta asli Cong Cin Toyang
diperebutkan oleh para jago-jago silat sehingga merupakan
sumber maut Lie Ceng Loan menegur: "Kakak Kun Bu, apa
yang direnungkan?" "O!" sahutnya sambil tersenyum. "Apakah kau mengetahui
bahwa banyak jago-jago silat di kalangan Kang Ouw
mengintai-intai kita" Kita harus lekas-lekas keluar dari daerah
ini untuk luput dari kurungan mereka."
"Dengan berada di samping kakak, apapun juga tidak
kutakuti?" sahut si gadis dengan penuh tekad "Kakak suka
aku terus mengikuti?"
"Aku akan menjaga kau sebagai adik kandungku," kata
Bee Kun Bu, KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Setelah lewat sejam, mereka sudah kembali lagi ke jalan
yang menuju ke kota Gak Yo. Di jalan itu tampak tiga ekor
kuda yang sedang dipacu ke arah mereka. Kuda yang
terdepan ditunggangi oleh seorang gadis berbaju hijau, dan
gagang pedang terlihat keluar punggungnya.
Sedang kuda yang lain ditunggangi oleh dua orang laki-laki
yang tinggi besar tubuhnya, Kemudian tampak lagi seorang
laki-laki yang disuruh memanggil orang oleh Tee Ju Liong,
ketika Lie Ceng Loan bertempur melawan si Naga Sakti
Sungai Yang Tsu di depan kuburannya Ling Sio Cien. Begitu
sampai di depan Bee Kun Bu, gadis berbaju hijau itu menahan
kudanya, Orang yang paling belakang lalu berseru: "Souw
Hiang Cu! itu mereka!" Souw Hiang Cu menghentikan
kudanya, ia mengawasi Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan, Lalu
bertanya sambil tertawa: "Apakah kedua saudara ini dari partai
Kun Lun?" "Betul," sahut Bee Kun Bu. "Siocia ada urusan apakah
maka menanya kami?" Si gadis berbaju hijau itu segera turun dari kudanya, lalu
berkata: "Partai Kun Lun dengan ilmu silat pedang Hun Kong
Kiam Hoat dan ilmu tinju Tian Kong Cong telah terkenal di
kalangan Bu Lim, Aku tak berani merintangi saudara berdua,
Aku hanya ingin mengurus sesuatu hal dengan cara damai."
Bee Kun Bu menaksir gadis itu berusia dua puluh dua
tahun, Kedua pipinya merah jambu, kedua alisnya
melengkung kedua bibirnya berbentuk buah lengkak,
hidungnya bangir dan air mukanya cantik molele Hanya dari
sorot matanya kelihatannya ia gagah perkasa dan kejam.
Sambil bertindak mundur Bee Kun Bu berkata: "Siocia ada
urusan apakah" Sebutlah!"
"Tapi jika kau tak setuju...?" tanya si gadis,
Ucapan itu seperti ancaman, dan Bee Kun Bu menjadi naik
darah, "Setuju atau tidak itu urusanku, Kau tak dapat
memaksaku!" KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Sambil tersenyum si gadis mengejek "Rupanya kau ini
kepala batu! Aku akan memaksamu jika kau tak setujui
Terhadap gurumu juga aku akan menuntut begini!"
"Ha! siapakah kau! Mulutmu terlampau besar!" bentak Bee
Kun Bu. "Apakah peta asli Cong Cin To bukannya di tangan partai
Kun Lun"! Jika berada di tanganmu, lekas-lekaslah serahkan
kepadaku untuk menghindarkan hal-hal yang tak diingini!"
Dengan cepat tusukan itu ditangkis oleh si gadis berbaju
hijau, kedua pedang segera bentrok dan Bee Kun Bu merasa
lengan kanannya tergetar seakan-akan pedangnya akan
terlepas dari pegangannya.
Dengan suara mengejek, Bee Kun Bu menyahut:
"Misalnya peta itu ada di tanganku, dan aku tidak mau
menyerahkan, kau mau apa"!
"O begitu" Kamu berdua tak dapat keluar dari jalan ini."
Mengancam si gadis berbaju hijau,
Bee Kun Bu tak dapat bersabar lagi, ia berbisik pada Lie
Ceng Loan supaya menerjang bersama-sama. Lalu secepat
kilat mereka mencabut pedangnya dan meloncat sedepa lebih
ke belakang untuk mengambil posisi Tapi secepat kilat pula si
gadis baju hijau dengan pedang terhunus sudah berada di
hadapan Bee Kun Bu untuk merintanginya maju. "Pikir lagi,
apakah kau ingin aku menggunakan kekerasan"!"
Mengancam si gadis berbaju hijau itu,
Sambil menusuk dengan pedangnya, Bee Kun Bu
berteriak: "Kau ini keterlaluan! jaga tusukan ini!" Dengan cepat
tusukan itu ditangkis oleh si gadis berbaju hijau, dan kedua
pedang itu beradu, dan Bee Kun Bu merasa lengan kanannya
tergetar seakan-akan pedangnya akan terlepas dari
pegangannya, Pada saat itu ia melihat wajah lawannya juga
berubah menjadi pucat! Dilain pihak Lie Ceng Loan sibuk
bertempur melawan tiga orang lain-lain yang bertubuh besar
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Lie Ceng Loan tidak sabar seperti Bee Kun Bu. ia ingin
segera menaklukkan lawan-lawannya dengan ilmu pedang
Hun Kong Kiam Hoatnya, ia menyerang ke kiri dan ke kanan
seakan-akan naga menari-nari di lautan. sebetulnya ilmu silat
pedang Kun Lun itu tak ada taranya di kalangan Bu Lim,
karena serangan-serangannya maupun kelitan-kelitannya
beraneka warna dan secepat kilat Hanya dalam sepuluh jurus
saja tiga orang laki-laki yang bertubuh besar itu sudah berada
di pinggir jurang kematian!
Bee Kun Bu yang hanya ingin luput dari kepungan agar
dapat lekas-lekas tiba di pegunungan Kun Lun, setelah
bertempur sepuluh jurus, segera insyaf bahwa gadis lawannya
itu bukan lawan yang enteng, ia tak dapat berlalai-lalai. Lalu
digunakannya ilmu Cui Hun Cap Ji Kiam atau ilmu mengusir
roh. Dengan jurus Kie Hong Teng Kiauw (burung Hong
mematok naga), jurus Ni Hong Bong Siauw (angin taufan
menderu-deru) dan jurus Bu Hiam Yun Siu (pedut meliputi
awan bergumul) si gadis terdesak mundur untuk meluputkan
diri dari tusukan-tusukan atau tebasan-tebasan maut! Setelah
mendesak mundur lawannya, ia meloncat ke samping Lie
Ceng Loan, dan menebas putus tangan lawan Lie Ceng Loan,
sambil berbisik: Turut aku menerjang keluar!"
Lalu sambil tersenyum Lie Ceng Loan mengeluarkan jurus
Hun Hua Hut Hut, (bunga berhamburan diembus angin)
pedangnya menusuk lawan-lawannya sehingga mereka harus
kocar-kacir jika tidak ingin dikirim ke akhirat!
kemudian dengan ilmu meringankan tubuh, Bee Kun Bu
dan Lie Ceng Loan meloncat keluar dari kepungan itu, dan
dalam sekejap saja sudah menghilang,
Souw Hiang Cu masih juga belum hilang dari terkejut nya.
ia berdiri terpesona Lalu diperintahkannya salah seorang
pengiringnya: "Kau laporkan kepada pemimpin partai bahwa
mereka sudah luput dari kepungan Beritahukan supaya beliau
menunggu di tepi telaga Tong Ting Ouw untuk sementara
waktu!" KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Setelah itu, dipacunya kudanya, dan seorang diri berusaha
mengejar Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan,
Diceritakannya bahwa setelah Bee Kun Bu dan Lie Ceng
Loan merasa aman dari pengejaran, mereka mengambil jalan
yang melalui hutan. Diwaktu lohor, tiba-tiba langit menjadi
gelap, Hujan akan segera turun, Untuk berlindung dari hujan,
mereka harus mencari sebuah pohon besar Betul juga hujan
turun dengan derasnya, Tapi mereka masih kebasahan, Bee
Kun Bu memanjat pohon itu dan mencoba mencari tempat
berlindung yang lebih baik, Dari jauh tampak olehnya sebuah
rumah kecil ia turun dan bersama-sama Sumoynya menuju ke
rumah kecil itu, Rumah kecil itu adalah sebuah kuil tua yang
telah ditinggalkan Ruang tengahnya masih utuh dan patungpatung yang besar-besar masih berdiri di belakang sebuah
meja sembahyang, Mereka merasa aman di dalam ruangan
itu, sedang di luar hujan turun dengan lebatnya dan angin
menderu-deru. Selagi mereka duduk di lantai di ruangan itu, tiba-tiba Lie
Ceng Loan bertanya: "Kakak Kun Bu, apakah peta Cong Cin
To berada di tanganmu?"
"Tidak," sahut Bee Kun Bu sambil menggelengkan
kepalanya, "Mereka itu tak mengenal aturan, Kau tidak memegang
peta itu, mengapa kau yang dikejar-kejar"!"
"Mereka ingin menangkap aku untuk dijadikan jaminan
guna memaksa Suhuku memberikan peta asli Cong Cin To
itu!" Bee Kun Bu menjelaskan
"Jika demikian peta asli Cong Cin To itu berada di tangan
Hian Ceng Totiang?" menanya si gadis.
"Aku pun belum mengetahuinya soal itu," sahut Bee Kun
Bu. Lalu mereka merebahkan diri di lantai untuk beristirahat
pemuda itu tertarik sekali oleh cantik jelita-nya si gadis, akan
tetapi ia adalah seorang pemuda yang agung, dan
dipandangnya gadis itu sebagai adik kandungnya!
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Dihalaukannya semua pikiran-pikiran atau maksud-maksud
yang keji! Di dalam gemuruh hujan yang lebat itu, ketika hari sudah
mulai malam, terdengar oleh mereka suara siulan yang
panjang, Bee Kun Bu menendang Lie Ceng Loan, lalu mereka
berdiri Di luar kuil itu mereka dengar orang berkata sambil
tertawa: "Hujan ini tak lekas-lekas berhenti Coba kau naik ke
atas atap kuil dan mengadakan penyelidikan Aku ingin masuk
ke dalam dulu." Bee Kun Bu menarik tangan Lie Ceng Loan untuk
bersembunyi di belakang patung-patung yang besar
Kemudian mereka lihat dua orang masuk berturut-turut Yang
pertama adalah seorang pendeta berjubah hitam, bertubuh
tinggi besar, matanya besar, alisnya berdiri, brewokan dan
berusia lima puluh tahun lebih, Di pundaknya kelihatan sebuah
pedang, dan tangannya memegang senjata gaitan,
Yang kedua adalah seorang pelajar berwajah putih dan
berusia lebih kurang empat puluh tahun, ia berpakaian baju
biru dan di pinggangnya terselip senjata, Setelah mereka
masuk ke dalam, mereka menyusut air hujan dari pakaiannya,
lalu duduk berhadap-hadapan di lantai, Si pelajar berkata:
"Pemimpih kuil San Ceng Koan bukannya jago silat picisan,
Untuk merebut peta Cong Cin To, pertarungan dahsyat tak
dapat dihindarkan. Menurut pendapatku selama dua hari ini, banyak jago-jago
silat yang telah mengetahui itu, Tapi jumlah orang-orang yang
terbanyak adalah dari partai Tian Liong, Hua San dan Kong
Tong, Partai-partai lain misalnya partai-partai Bu Tong, Siauw
Lim, Ngo Bie, Ceng Sia hanya mengirim murid-muridnya.
Pemimpin-pemimpinnya belum datang, dan kita tak usah
khawatir Yang kita takuti ialah orang-orang partai Tian Liong
dan partai Hua San, Aku mendapat kabar bahwa partai Hua
San dipimpin sendiri oleh pemimpinnya Tu Wee Seng, si
lengan delapan, partai Tian Liong, meskipun pemimpinnya
Souw Peng Hai tidak datang, akan tetapi kepala-kepa!a
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
cabang bendera hitam, bendera putih dan bendera merah
sudah datang ke propinsi Hunan.
Siapa yang datang dari partai Kong Tong, belum kudapat
kabar." ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan. "Suheng kita
(saudara seperguruan) belum datang, Bila hanya kita berdua
saja, tak dapat kita melawan orang-orang partai Hua San dan
Tian Liong," Si pendeta menganggukkan kepalanya dan
berkata: "San-tee (adik ke tiga) terlampau cemas, Tapi cara
kita bertindak berlainan Betul orang-orang partai Tian Liong
dan partai Hua San banyak jumlahnya, akan tetapi orangorangnya yang penting-penting berkumpul di sekitar kuil San
Ceng Koan. Lagi pula ilmu silat Hian Ceng Totiang tidak dibawah ilmu
silat Tu Wee Seng si lengan delapan Dengan orang sebegitu
banyak mungkin mereka dapat mengalahkan Hian Ceng
Totiang, tapi untuk menangkapnya hidup-hidup... pasti tak
mungkin! Kita harus menangkap muridnya dulu, Lalu kita pergi
ke kuil San Ceng Koan menemui Hian Ceng Totiang, Muridnya itu adalah jaminan kita untuk membujuknya supaya
ditukar dengan peta Cong Cin To."
Baru saja ucapannya selesai dari luar kuil terdengar suara
orang tertawa terbahak-bahak, dan seterusnya di ambang
pintu berdiri orang tua yang kulitnya berbulu bangau, berjubah
abu-abu, berambut putih, dan memegang sebatang tongkat
bambu, ia masuk tanpa menyusut air hujan di atas
pakaiannya, Kedua matanya bersinar dan sambil mengawasi
pendeta dan si pelajar itu ia menegur "Kamu berdua bukan
main gembiranya bereakap-cakap di dalam kuil tua ini.
Apakah Suhengmu tidak datang?"
Mereka mengawasi orang tua itu, dan segera
mengenalinya bahwa ia adalah pemimpin partai Hua San, Tu
Wee Seng, si lengan delapan, Mereka terkejut, dan buru-buru
mengangkat tangan memberi hormat, sambil serentak
menyahut: "Suheng kami sibuk mengurus urusan partai, dan
jarang turun gunung, Kami selalu berkelana di kalangan Kang
Ouw, dan merasa beruntung dapat menjumpai saudara Tu."
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Tu Wee Seng berkata: "Partai Tiam Cong semenjak
dipimpin oleh Suhengmu telah tampak banyak kemajuan-nya.
Tapi kamu berdua juga banyak membantunya, dan berjasa
terhadap partai, Aku pun merasa gembira dapat berjumpa


Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

denganmu!" Pendeta berjubah hitam itu menyahut sambil tersenyum:
"Saudara Tu memimpin partai Hua San, dan terkenal sebagai
pendekar yang lihay. Apakah ada urusan penting, maka kali ini
datang ke propinsi Hunan?"
Dengan kedua matanya dia menyapu si pendeta dan si
pelajar, lalu menyindir Tertanyaanmu itu lucu sekali, Apakah
urusanmu yang penting, sehingga kamu datang ke propinsi
Hunan?" Si pelajar berusaha menyimpang dan berkata: "Lebih
baik kita berbicara tentang urusan lain, Untuk apa kita
berselisih?" Tu Wee Seng membentak: "O! Jadi kamu ingin mencari
gara-gara"!" Si pelajar juga melotot dan berkata: "Saudara Tu kau
dengan biji emasmu mungkin ditakuti orang-orang di kalangan
Bu Lim, tapi kami sepasang belibis dari partai Tiam Cong tidak
gentar menghadapi itu!"
Tu Wee Seng si lengan delapan tertawa terbahak-bahak,
dan suaranya seperti seekor naga meraung sehingga atap kuil
itu bergetar! Setelah berhenti tertawa berkatalah ia: "Ketigatiga belibis dari partai Tiam Cong betuI-betuI besar nyalinya,
Sayang Suhengmu tidak datang!"
Si pendeta membentak: "Untuk melawan kau, tidak usah
Suheng kami ikut pula!"
"Ha! Ha! Ha! Baiklah, aku akan menguji silat kedua belibis
ini!" mengejek Tu Wee Seng,
Tapi," memotong si pelajar, "Kalau kita sekarang
bertanding, tak kan ada gunanya, Kesempatan kita untuk
mendapatkan peta Cong Cin To. Tapi sekarang kita berjumpa
kembali masih banyak, Kita datang untuk sudah saling bunuh-
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
membunuh, sedangkan hasilnya orang lain yang akan
memperoleh Bukankah bodoh perbuatan kita itu?"
Tu Wee Seng menganggukkan kepalanya dan berkata:
"Betul, jumlah orang-orang dari partai Tian Liong banyak
seka!i... kita harus,.,." Belum lagi selesai per-cakapannya,
terdengarlah dari luar kuil suatu jeritan yang keras sekali Tu
Wee Seng berlari keluar untuk menyelidiki. ia bersiul
menyambut jeritan itu. Dua orang laki-Iaki yang bertubuh
besar datang seakan-akan jatuh dari langit dan berdiri di
depan Tu Wee Seng, Keduanya lalu berbisik di telinga Tu
Wee Seng, Kemudian ketiga-tiganya meninggalkan kuil itu,
meskipun hujan masih sangat lebat.
Si pelajar berkata kepada si pendeta berjubah hitam: "Tu
Wee Seng itu pasti menerima laporan murid-mu-ridnya, Ayo
kita selidiki!" Si pendeta menganggukkan kepalanya, lalu
bersama-sama mereka keluar dari kuil itu untuk mengejar Tu
Wee Seng. Segala sesuatu yang telah terjadi dan telah diucapkan oleh
ketiga orang tadi di dalam kuil itu telah dilihat dan didengar
oleh Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan yang bersembunyi di
belakang patung-patung, "Ketiga orang itu sedang mencari kita, Jika kita menjumpai
mereka, pertarungan tak dapat dihindarkan lagi, bukan?"
bertanya Lie Ceng Loan. Bee Kun Bu tak segera menyahut. ia sedang memikirkan
betapa berbahayanya kedudukan mereka, Yang ingin
menangkapnya bukan orang-orang sembarangan semuanya
jago-jago silat yang luar biasa, Dengan hanya dibantu oleh Lie
Ceng Loan saja, ia yakin bahwa semua rintangan itu tak akan
teratasi Dengan wajah yang menyatakan kecemasan, ia
menyahut: "Betul, Oleh karena itu kita harus menghindarkan
segala pertempuran sebentar lagi jika hujan sudah agak reda,
dalam suasana gelap gulita, kita harus berlalu dari kuil ini, dan
lekas-lekas menuju ke utara, Jika kita sudah di luar propinsi
Hunan ini, aku yakin kita baru merasa aman."
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Lie Ceng Loan selalu menuruti kehendak Bee Kun Bu. ia
duduk diam di belakang patung menanti hujan berhenti Hujan
berhenti pada tengah malam, lalu dengan waspada mereka
keluar dari kuil itu menuju ke utara,
Pada waktu fajar mereka telah berada dekat jalan raya,
tetapi mereka berjalan terus. Mereka tidak mengetahui bahwa
di belakang ada orang yang mengikuti itu menegur: "Rupanya
kamu berdua sedang riang gembira!"
Bee Kun Bu menoleh ke belakang, dan kiranya orang yang
menegur itu adalah gadis yang pernah merintangi mereka
kemarin pagi, hanya kali ini ia mengenakan baju hitam ia
bersenjata pedang dan pada ikat pinggangnya yang terbuat
dari sutera putih tergantung sebuah kantong piauw (senjata
seperti kepala lembing), Dengan sabar Bee Kun Bu menegur:
"Mengapa Siocia selalu ingin merintangi kami" Kau dan kami
tidak bermusuh, bukan?" "Siapakah gadis itu?" bertanya si
gadis baju hitam "la Sumoyku, jika kau masih saja merintangi
kami, aku, Bee Kun Bu tidak takut melawan mu!" sahut Bee
Kun Bu, yang telah mulai murka.
"Mengapa kau menjadi beringas" ilmu silat pedang Hun
Kong Kiam Hoat telah kusaksikan Jika kau betu!-betuI
bertarung mati-matian, aku pun belum tentu kalah, Hai!
Sumoymu cantik Aku senang melihatnya," kata si gadis baju
hitam Bee Kun Bu tidak ingin meladeninya lagi, Diajaknya Lie
Ceng Loan berjalan 4erus. Tapi dengan ilmu Pwee Pu Kan
San atau delapan langkah mengejar jangkrik, si gadis baju
hitam telah melompat dan berdiri di hadapan mereka, "Daerah
seluas seratus lie ini dijaga oleh orang-orangku, Kau akan
sukar melewatinya!" Mengancam si gadis baju hitam itu.
Bee Kun Bu membentak: Tak usah kau turut campur
dalam urusan ini! Jika kau masih saja berkepala batu, aku
terpaksa menggunakan kekerasan!"
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Hai Apakah kau kira aku takut" Apakah yang pernah
ditakuti oleh Bo Ing Li Hiap, Souw Hui Hong alias Souw Hiong
Cu" Aku telah memperingatimu dengan baik jhati, tapi kamu
masih saja berkepala batu!" kata si gadis baju hitam
Bee Kun Bu yang hanya ingin menghindarkan segala
pertempuran lalu menjawab dengan ramah: "Maaf, jika aku
telah menyinggung, Siocia, Kini baru aku mengetahui bahwa
Siocia adalah puteri dari pemimpin partai silat Tian Uong."
Souw Hui Hong terkejut "Mengapa ia mengenal aku?"
pikimya, sebetulnya Bee Kun Bu juga hanya menerka saja,
Soal itu pernah didengarnya dari per-cakapan si naga sungai
Yang Tsu. "Souw Siocia telah terkenal sekali di kalangan Kang
Ouw, dan aku Bee Kvfh Bu sangat mengagumi ilmu silat
Siocia yang lihay, KaU ini kami minta diri, Sampai bertemu
lagi," katanya sambil menarik tangan Lie Ceng Loan
Dengan pujian yang muluk itu Souw Hui Hong menjadi
terharu, ia tidak merintangi lagi, dan hanya melihat saja
mereka berdua pergi. sebetulnya ia juga telah tertarik oleh
wajah yang tampan dan sikap yang gagah dari Bee Kun Bu,
oleh sebab itu ia pun menjadi iri hati terhadap Lie Ceng Loan.
ia menarik napas panjang, lalu dengan menghantamkan
kedua ujung jari kakinya ia melompat terbang mengejar Bee
Kun Bu dan Lie Ceng Loan kembali
Ketika Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan harus melalui
sebuah hutan pohon-pohonan, mereka berjalan perla-hanlahan dengan sikap yang waspada. Baru saja mereka keluar
dari hutan itu, muncullah di hadapan mereka seorang orang
tua yang kurus kering, berjenggot putih, berbaju hitam dan
memegang tongkat bergagang menyerupai kepala ular Bukan
main terkejut mereka melihat orang tua yang ganjil itu!
Mereka berhenti sejenak Lalu Bee Kun Bu menarik tangan
Lie Ceng Loan berjalan ke samping orang tua itu, Tapi orang
tua itu mengejek: "Aku tak ingin menyerang kamu, Kamu
hanya harus bicara terus-terang. Di mana peta asli Cong Cin
To" Jika kamu beritahukan padaku, akan kuantarkan kamu
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
keluar dari daerah ini dengan selamat Aku telah menotok jalan
darah semua orang-orang partai Tian Liong yang mengurung
rumah ayahmu, sehingga mereka tak berdaya lagi. Tapi di
daerah seluas seratus lie dari kota Gak Yo, telah banyak jagojago silat yang amat lihay menantikanmu, dan kamu berdua
tak akan dapat melawan mereka. Nah! sekarang kamu pilih.
Kamu beritahukan kepadaku, kau akan keluar dengan selamat
dari daerah ini. Tidak mau memberitahukan kamu pasti
menjumpai bahaya maut!"
Bee Kun Bu mengawasi orang tua itu, dan memperhatikan
juga bahwa gagang tongkat yang berbentuk kepala ular itu
dibuat dari baja, ia menjawab dengan tenang: "Bagaimana
bentuknya peta asli Cong Cin To tak kuketahui karena aku
belum pernah melihatnya, Ba-gaimanakah aku dapat
memberitahukan kepada bapak?"
"Kau belum pernah melihat peta asli itu" Mungkin kau
mengatakan dengan sejujurnya, Tapi,., jika peta itu berada di
tangan Suhumu Hian Ceng Totiang, masa kau tak
diberitahukannya"!" kata orang tua itu lagi, lalu dihampirinya
Bee Kun Bu. "Ya, aku harus menangkap kamu berdua untuk
dijadikan jaminan, Kemudian akan kutukarkan kamu dengan
peta itu kepada Suhumu!"
Bee Kun Bu mundur selangkah, lalu membentak:
"Siapakah kau yang berani bertindak sewenang-wenang!"
Orang tua itu tidak menyahut Dari jauh terdengar siulan
panjang, Segera juga tiga orang meloncat turun di hadapan
orang tua itu. Ketika itu Bee Kun Bu segera mengenali bahwa
yang datang adalah Tu Wee Seng, si lengan delapan,
bersama-sama dua orang-orangnya,
Tu Wee Seng yang memegang tongkat bambu lalu melihat
orang tua yang memegang tongkat bergagang kepala ular, ia
berkata sambil tersenyum: Tan Heng betul-betul panjang
umurmu, Kau betul-betul belum mati!"
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Orang tua yang kurus kering menyahut Terima kasih, Aku
masih segar bugar! Beruntung sekali kita dapat berjumpa di
sini!" Lalu Tu Wee Seng bertanya kepada Bee Kun Bu dan Lie
Ceng Loan: "Hai! Kamu berdua dari partai Kun Lun?"
Bee Kun Bu yang telah mendengar pereakapan mereka di
dalam kuil dan mengenalinya sebagai pemimpin partai Hua
San, lalu mengangkat kedua tangannya memberi hormat
sambil menyahut: "Kami dari angkatan muda betul dari partai
Kun Lun. Apakah tuan dari angkatan tua pemimpin dari partai
Hua San?" Tu Wee Seng terkejut "Mengapa mereka mengenal aku?"
pikirnya, Lalu ia menganggukkan kepalanya dan berkata:
"Betul! Aku ini Tu Wee Seng. Mengapa kamu mengenal aku?"
siasat yang sedang dilaksanakan oleh Bee Kun Bu itu ialah
untuk melunakkan lawan. Sambil tersenyum ia berkata: "Aku
sering mendengar dari guruku tentang partai dari bapak Tu,
dan guruku sangat menghargai bapak karena ilmu silat bapak
yang amat tinggi itu."
Tu Wee Seng tertawa terbahak-bahak karena gembira, lalu
berkata: "SebetuInya aku dan gurumu telah sering berjumpa,
partai Kun Lun dan partai Hua San adalah partai silat yang
terpenting di kalangan Bu Lim.... Tapi... apakah gurumu telah
memperoleh peta Cong Cin To?"
Bee Kun Bu pikir, bahwa jika ia mengatakan tak tahu,
mungkin mengakibatkan si tua bangka marah, ia menyahut:
"Menurut pandanganku, guruku telah memperoleh sebuah
kotak yang indah, Tapi, apakah isinya peta Cong Cin To atau
bukan, aku tak mengetahuinya." "Suhumu telah meninggalkan
kuil San Ceng Koan. Ke mana ia pergi?" tanya Tu Wee Seng.
Belum sampai Bee Kun Bu menjawab, orang tua yang
kurus kering membentak: "Hm! Kau menipu aku. Akan kuhajar
kamu du!u!" Lalu ia menyerang dengan tongkat gagang kepala
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
ular nya dengan ilmu Hui Pu Liu Coan atau air terjun menimpa
mata air, Tapi serangan itu ditangkis oleh Tu Wee Seng
dengan ilmu Lan Kang Cai To atau merinta
Seruling Perak Sepasang Walet 11 Mayat Kesurupan Roh Karya Khu Lung Senopati Pamungkas 8
^