Pencarian

Pedang Langit Golok Naga 27

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung Bagian 27


itu masih memikirkan keselamatan murid-muridnya.
"Dengan tidak mengimbangi tenaganya yang sangat kecil,
beberapa murid Lao Too telah pergi ke tempat Thio Kauw
Coe untuk meminta pelajaran," katanya.
"Sampai kini mereka belum pulang. Apakah Thio Kauw
Coe sudi memberi sedikit keterangan?"
Tio Beng tertawa, "Song Tay Hiap, Jie Tay Hiap, Thio
Sie Hiap, dan Boh Cit Hiap sudah berada dalam tangan
Beng Kauw." "Mereka mendapat luka enteng karena totokan dan sama
sekali tidak membahayakan jiwa mereka."
"Luka totokan mungkin berarti luka kena racun," kata
Thio Sam Hong. Tio Beng tersenyum. "Thio Cin Jin kelihatannya sangat
mengagulkan kepandaian Boe Tong Pay," katanya. "Kalau
Thio Cin Jin menduga kena racun, biarlah kita anggap
mereka kena racun." Thio Sam Hongmengenal kepandaian murid-muridnya.
Mereka adalah ahli-ahli silat kelas satu pada zaman itu.
Andaikata benar, karena berjumlah kecil mereka tak dapat
melawan musuh yang jumlahnya besar. Biar bagaimanapun
jua mesti ada beberapa orang yang bisa meloloskan diri
untuk menyampaikan berita. Jika tidak menggunakan
racun, musuh tak mungkin bisa merobohkan atau
menangkap mereka semua. Mendengar jitunya tebakan guru besar itu, Tio Beng pun
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tak mau membantah. "Dimana adanya muridku yang she In?" tanya pula Thio
Sam Hong. Si nona menghela napas, "In Liok Hiap telah dibokong
oleh orang-orang Siauw Lim Pay dan keadaannya
bersamaan dengan Jie Sam Hiap," jawabnya. "Tulang kaki
tangannya dihancurkan dengan Kim Kong Cie sehingga
biarpun tidak binasa, ia sudah menjadi seorang bercacat
yang tidak dapat bergerak pula."
Paras muka Thio Sam Hongjadi lebih pucat. Ia tahu, Tio
Beng tidak berdusta. Tiba-tiba ia memuntahkan darah.
Orang-orang itu yang berdiri di belakang si nona
kelihatan bergirang sebab muntah darah itu sebagai bukti
bahwa Kong Siang sudah berhasil dalam bokongannya.
Lawan paling berat sudah terluka berat dan mereka boleh
tak usah takut lagi. "Dengan setulus hati aku ingin memberi nasehat, hanya
aku tak tahu apakah Thio Cin Jin suka mendengarnya,"
kata Tio Beng. "Kauw Coe boleh bicara."
"Selebur bumi di kolong langit ini adalah milik kaisar,
keangkeran kaisar Mongol kami meliputi empat lautan. Jika
Thio Cin Jin suka menakluk kepada kaisar Hong Siang
tentu akan memberi anugerah dan Boe Tong Pay akan
menikmati zaman gilang gemilang. Disamping itu Song
Tay Hiap dan yang lain-lainpun bisa segera pulang dengan
selamat." Thio Sam Hongmendongak dan mengawasi genteng.
Sesudah itu, perlahan-lahan ia berkata dengan suara dingin.
Walaupun Beng Kauw banyak melakukan perbuatan yang
tidak patut, semenjak dahulu agama itu menentang penjajah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Goan. Lagi kapan Beng Kauw menakluk kepada kerajaan"
Lao Too belum pernah mendengar kejadian itu."
"Meninggalkan tempat gelap dan pergi ke tempat terang
adalah perbuatan seorang gagah sejati," kata Tio Beng.
"Siauw Boen dan Kong Tie Seng Ceng sampai pada
pendeta yang berkedudukan paling rendah sudah menunjuk
kesetiaannya kepada kerajaan. Tindakan kami adalah demi
kepentingan negara dan mengikuti tindakan segenap orang
gagah di seluruh rimba persilatan. Apa
hal itu mengharapkan Thio Cin Jin.
Kedua mata Thio Sam Hongberkeredepan bagaikan kilat
dan sorot matanya yang setajam pisau mengawasi muka si
nona. "Orang Goan kejam dan banyak mencelakai rakyat,"
katanya dengan suara gemetar. "Diwaktu ini, segenap
orang gagah di kolong langit bangkit serentak untuk
mengusir penjajah dan merampas pulang sungai dan
gunung kita. Di dalam hati setiap anak cucu Oey Tee
terdapat tekad untuk mengusir Tat Coe. Tindakan inilah
yang bisa dinamakan sebagai tindakan demi kepentingan
negara. Biarpun hanya seorang pertapaan, ". mengenal
juga peribudi luhur. Kong Boen dan Kong Tie adalah
pendeta-pendeta suci. Manabisa mereka ditundukkan
dengan kekerasan" Nona, mengapa kau bicara begitu
sembarangan?" Mendadak seorang pria tinggi besar yang berdiri di
belakang Tio Beng melompat ke luar dan membentak.
"Bangsat tua, jangan kau menggoyang lidah seenaknya saja!
Boe Tong Pay sedang menghadapi kemusnahan. Kau
sendiri tidak takut mati, tapi apakah ratusan imam yang
berada di kuil inI juga tak takut mati?" Ia bicara dengan
suara yang disertai Lweekang dan sikapnya garang sekali.
Mendengar cacian itu, Thio Sam Hongberkata dengan
suara tawar. "Semenjak dahulu, manusia mana yang tak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernah mati, aku menggunakan kesetian untuk mencatat
kitab sejarah." Kata-kata itu adalah sajak gubahan Boe
Thian Siang yang sangat dikagumi Thio Sam Hong. Selama
hidup sering kali ia rasa menyesal, bahwa waktu Boe Thian
Siang menghadapi kebinasaan, ia tidak bisa menolong
sebab ilmu silatnya belum cukup tinggi. Sekarang dalam
menghadapi kematiannya sendiri tanpa merasa ia menyebutkan sajak itu. Sesudah berdiam sejenak, ia
menambahkan, "Sebenarnya Boe Sin Siang pun terlalu
kukuh. Aku hanya ingin bersetia terhadap nusa dan bangsa.
Aku tak perduli apa yang akan ditulis dalam kitab sejarah,"
ia lirik Jie Thay Giam dan berkata di dalam hati, "aku
hanya mengharap agar Thay Kek Koen bisa diwariskan
kepada orang-orang yang hidup di zaman belakangan.
Tapi" hai! Jika aku mengharap begitu, bukankah akupun
memikirkan soal sesudah aku meninggal dunia" Bukankah
sikapku jadi bersamaan dengan sikap Boe Sin Siang" Hai,
perduli apa bisa diwariskan atau tidak! Perduli apa mati
hidupnya mati Boe Tong Pay!"
Tiba-tiba Tio Beng mengibaskan tangan kirinya dan pria
tinggi besar itu lantas saja mundur sambil membungkuk. Si
nona tersenyum dan berkata, "Thio Cin Jin ternyata
seorang kukuh, biarlah untuk sementara kita tidak bicara
lagi. Mari! Semua ikut aku!" seraya berkata begitu, ia
berbangkit. Hampir berbareng empat orang yang tadi berdiri di
belakang Tio Beng, melompat dan mengurung Thio Sam
Hong. Keempat orang itu ialah si pria tinggi besar, seorang
yang mengenakan dandanan pakaian pengemis, seorang
hwesio kurus dan seorang wanita setengah tua. Dilihat
gerak-geriknya mereka semua ahli silat kelas utama.
Boe Kie kaget, "Darimana Tio KouwNio mendapat
orang yang begitu lihai?" tanyanya di dalam hati.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keadaan sudah mendesak! Kalau Thio Sam Hongtidak
mengikut, keempat orang itu pasti akan menggunakan
kekerasan. "Jumlah musuh sangat besar dan mereka semua
kawanan manusia tidak mengenal malu, tidak dapat
dibandingkan dengan enam partai yang mengurung Kong
Beng Teng, pikir Boe Kie. "Biarpun aku dapat merobohkan
beberapa orang, yang lain pasti dan akan mengerubuti.
Sangat sukar untuk aku melindungi Thay Suhu dan Sam
Supeh. Tapi keadaan sudah jadi begini, Sudahlah! Jalan
satu-satunya ialah mengadu jiwa.
Tapi baru saja ia mau menerjang, di luar pintu mendadak
terdengar suara tertawa yang sangat nyaring, disusul
dengan berkelabatnya masuknya satu bayangan hijau.
Gerakan orang itu cepat luar biasa, laksana angin,
bagaikan kilat. Begitu berkelebat masuk, ia sudah berada di
belakang si pria tinggi besar juga cukup lihai. Tanpa
memutar badan, ia menangkis dengan sepenuh tenaga. Tapi
orang itu sudah keburu menarik pukulan-pukulannya dan
dengan berbereng tangan kirinya menepuk pundak wanita
setengah tua. Wanita itu berkelit seraya menendang, tapi ia
menendang angin, karena orang itu sudah melompat ke
samping dan menghantam si pendeta. Dalam sekejab ia
sudah mengirim empat pukulan kepada empat jago itu. Biar
semua pukulan gagal, kecepatan gerakan itu sungguh
menakjubkan. Keempat jago itu mengerti, bahwa mereka
sedang menghadapi lawan berat. Dengan serentak mereka
melompat mundur untuk melakukan serangan teratur.
Tanpa menghiraukan gerakan musuhnya, orang yang
mengenakan pakaian hijau itu sudah menghampiri Thio
Sam Hongdan sambil membungkuk, ia berkata "boanpwee
Wie It Siauw, orang sebawahan Thio Kauw Coe dari Beng
Kauw memberi hormat kepada Thio Cin Jin!" orang itu,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang bukan lain daripada Wie It Siauw yang sesudah
berhasil mengelakkan musuh, buru-buru menyusul Boe Kie.
Mendengar perkataan, orang sebawahan Thio Kauw Coe
dari Beng Kauw, Thio Sam Hong semula menganggap,
bahwa ia adalah kaki tangan Tio Beng dan serangannya
terhadap keempat jago itu hanya berpura-pura. Maka itu, ia
lantas saja berkata dengan suara tawar "Wie Sian Seng tak
usah menggunakan banyak peradatan. Sudah lama
kudengar bahwa Ceng Ek Hok Ong memiliki ilmu ringan
badan yang sangat luar biasa. Hari ini baru aku tahu, bahwa
pujian itu bukan pujian kosong!"
Wie It Siauw girang, "Thio Cin Jin adalah gunung Thay
san dari rimba persilatan," katanya. Pujian Thio Cin Jin
sungguh-sungguh membikin terang muka Boanpwee,"
sehabis berkata begitu, ia memutar tubuh dan membentak
sambil menuding Tio Beng.
"Tio Kouw Nio! Perlu apa kau merusak nama baiknya
Beng Kauw" Kalau kau laki-laki sejati, mengapa kau
menggunakan tipu yang begitu busuk?"
Si Nona tertawa geli," aku memang bukan laki-laki,"
jawabnya. "kalau aku menggunakan tipu busuk, kau mau
apa?" Ceng Ek Hok Ong tertegun. Ia insyaf bahwa ia sudah
salah omong. Sesudah kagetnya hilang, ia berkata dengan
sungguh-sungguh. "siapa sebenarnya kamu semua, lebih
dahulu menyerang Siauw Lim, kemudian membokong Boe
Tong. Kalau kamu hanya bermusuhan dengan Siauw Lim
dan Boe Tong, Beng Kauw tak perlu campur. Tapi kamu
menyuruh sebagai orang-orang Beng Kauw, aku Wie It
Siauw tidak bisa tidak campur tangan!"
Thio Sam Hong memang tidak begitu percaya, bahwa
Beng Kauw yang sudah berseteru dengan kerajaan Goan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selama hampir seratus tahun bisa gampang menekuk lutut.
Mendengar perkataan dari Wie It Siauw, ia berkata di
dalam hati. "Walaupun Mo Kauw mempunyai nama tak
baik, tapi dalam soal penting para anggotanya ternyata bisa
berpendirian secara tegas sekali."
Sementara itu, Tio Beng sudah berpaling kepada si pria
tinggi besar dan berkata, "Dengarlah, suaranya besar
sungguhan! Coba kau jajal-jajal kepandaiannya."
"Baik," jawabnya. Sesudah mengencangkan pinggang, ia
segera bertindak ke tengah ruangan, "Wie Hok Ong,"
katanya, "aku meminta pelajaran dari Han Peng Bian
Cang-mu!" Wie It Siauw terkejut, "bagaimana dia tahu aku memiliki
Han Peng Bian Ciang?" tanyanya di dalam hati. "Sesudah
tahu aku memiliki ilmu itu, dia masih berani menantang.
Dia pasti bukan lawan yang enteng." Sambil memikir
begitu, ia bertanya, "Bolehkah aku mendapat tahu nama
tuan?" "Sesudah datang menyamar orang-orang Beng Kauw,
apa mungkin kuperkenalkan namaku yang sejati?" kata
orang itu. "Wie Hok Ong, pertanyaanmu sungguh tolol!"
Wie It Siauw tertawa dingin. "Benar, pertanyaanku
pertanyaan tolol," katanya dengan suara mendongkol.
"Mengapa juga, setelah rela menjadi anjingnya kaisar Goan
dan bersedia menghamba kepada orang asing, terlebih baik
tuan tak memperkenalkan nama sendiri. Dengan demikian
sedikitnya kau merusak nama leluhurmu."
Didamprat begitu, si tinggi besar jadi malu juga dan
karena malu ia jadi gusar. Sambil membentak keras, ia
menghantam dada Wie It Siauw.
Wie Hok Ong melompat ke samping, disusul dengan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lompatan kedua di belakang lawannya sambil mengirim
satu totokan. Sebab ingin menjajal "isi" orang itu totokan
ini bukan totokan Han Peng Bian Cian. Orang itu
mengegos lalu balas menyerang. Sesudah bertempur
beberapa jurus, Wie It Siauw merasa heran lantaran ia
merasai sambaran angin panas dalam pukulan-pukulan
lawan. Tiba-tiba ia terkejut karena melihat kedua telapak
tangan orang itu merah bagaikan darah. "Apa itu Coe See
Cit Cat Siang?" tanyanya di dalam hati.
"Ilmu itu sudah lama hilang dari rimba persilatan, Siapa
dia?" Bagaimana dia bisa memiliki ilmu yang luar biasa


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu?" Kini Ceng Ek Hok Ong berkelahi dengan hati-hati. Luka
di dalam tubuhnya baru saja sembuh dan sekarang
menghadapi musuh yang berat. Ia segera menggosok kedua
telapak tangannya dan mulai bersilat dengan ilmu Han
Peng Bian ciang. Tak lama kemudian, jalam pertempuran berubah dari
cepat menjadi perlahan karena mereka mulai menguji
tenaga dalam. Sekonyong-konyong dari mulut pintu
gerbang masuk serupa benda yang sangat besar dan
menyambar ke tubuh si tinggi besar. Benda itu jauh lebih
besar daripada karung beras. Semua orang kaget, senjata
apa itu?" Si tinggi besar terkejut dan dengan sepenuh tenaga, ia
menghantam benda tersebut, yang lantas saja benda itu
terpental setombak lebih, dibarengi dengan teriakan
manusia yang menyayat hati. Ternyata benda itu sebuah
karung dan di dalam karung terdapat manusia. Dipukul
dengan Coe See Cit sat ciang, orang itu telah hancur
tulangnya. Si tinggi besar tertegun. Mendadak ia menggigil karena
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pada saat itu ia tidak berwaspada, Wie It Siauw melompat
ke belakangnya menotok Toa Toei Hoatnya, di bagian
punggung dengan Han Peng Bian Ciang. Dibokong begitu,
ia jadi kalap. Sambil memutar tubuh, ia menghantam batok
kepala Wie It Siauw dengan telapak tangannya.
Nyali Ceng Ek Hok Ong benar-benar besar. Ia tertawa
terbahak-bahak dan berdiri tegak, tidak berkelit atau
menangkis. Si tinggi besar ternyata sudah habis tenaganya.
Telapak tangannya tepat mampir di batok kepala Wie It
Siauw, tetapi Wie Hok Ong hanya seperti diusap-usap.
Melihat gilanya Wie It Siauw, semua orang menggeleng-
gelengkan kepala. Kalau si tinggi besar mempunyai ilmu
untuk bertahan terhadap pukulan Han Peng Bian Ciang,
bukankah ia akan mati konyol" Tapi memang adat Wie
Hok Ong yang otak-otakan itu. Makin besar bahaya yang
dihadapi, ia makin gembira. Ia menganggap bokongannya
sebagai perbuatan yang kurang bagus, maka itu ia
memasang kepalanya untuk menebus dosa.
Sementara itu si tokoh Kay Pang (Partai pengemis)
sudah membuka karung itu dan mengeluarkan sesosok
tubuh manusia yang berlumuran darah dan yang sudah
mati karena pukulan Coe See Cit Sat Ciang. Mayat itu yang
berpakaian compang-camping adalah mayat seorang
pengemis. Entah mengapa dia berada di dalam karung dan
menemui ajal secara mengenaskan.
Tak kepalang gusarnya si tokoh Kay Pang. Dengan mata
merah, dia berteriak, "Bangsaat?" Ia tidak dapat
meneruskan caciannya, sebab pada detik itu, selembar
karung menyambar dan mau menelungkup dirinya. Cepat-
cepat ia melompat mundur.
Di lain saat, seorang pendeta gemuk sudah berdiri di
tengah ruangan sambil tertawa haha hihi. Dia bukan lain
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
daripada Poet Tay Hweeshio Swee Poet Tek! Sesudah
karung Kian Koen It Khie Tay dipecahkan Boe Kie, ia tak
punya senjata yang tepat dan terpaksa membuat beberapa
karung biasa sebagai gantinya. Meskipun ilmu mengentengkan tubuhnya tidak selihai Wie It Siauw, tapi
karena tidak menemui rintangan, ia sudah tiba di Boe Tong
San pada saat yang tepat.
Ia menghampir Thio Sam Hong dan sambil membungkukkan, ia memperkenalkan diri, "Yoe Heng Sian
Jin Poet Tay Hweeshio Swee Poet Tek, orang sebawahan
Thio Kauwcoe dari Beng Kauw, memberi hormat kepada
Boe Tong Ciang Kauw Couw Soe Thio Cin Jin."
Guru besar itu membalas hormat dan berkata sambil
tersenyum. "Tay Soe banyak capai. Terima kasih atas
kunjunganmu." "Thio Cin Jin," kata pula Swee Poet Tek dengan suara
lantang. "Kong Beng Soe Cia, Peh Bie Kie Peh Bie Eng
Ong, empat Sian Jin, lima Kie Soe, berbagai pasukan dari
agama kami sudah mendaki Boe Tong San untuk
menghajar kawanan manusia yang tak kenal malu itu, yang
sudah menggunakan nama kami."
Boe Kie dan Wie It Siauw tertawa geli di dalam hati.
Hebat sungguh "ngibulnya" Poet Tay Hweeshio. Tapi Tio
Beng kaget dan berkuatir. Ia kira benar para pemimpin
Beng Kauw sudah tiba dengan seluruh barisan. "Cara
bagaimana mereka bisa datang begitu cepat" Siapa yang
membocorkan rahasia?" tanyanya dalam hati.
Karena bingung, tanpa merasa ia bertanya, "mana Thio
Kauw Coe mu" Suruh dia menemui aku."
"Thio Kauw Coe sudah memasang jaring untuk
menjaring kamu semua," jawab Swee Poet Tek. "Orang
yang berkedudukan begitu mulia mana boleh sembarangan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menemui manusia seperti kau." Sambil berkata begitu, ia
saling melirik dengan Wie It Siauw dengan sorot mata
menanya. Melihat datangnya bantuan, tidak kepalang girangnya
Boe Kie. Tio Beng tertawa dingin. "Yang satu kelelawar berabun,
yang lain hweesio bau hawa di sini sungguh tidak sedap."
Katanya. Mendadak di sudut timur terdapat suara tertawa yang
sangat nyaring. Swee Poet Tek, apa Yo Co Soe sudah tiba?"
tanya orang itu, yang ternyata bukan lain daripada In Thian
Ceng. Sebelum Swee Poet Tek keburu menjawab, suara
ketawa Yo Siauw sudah terdengar di sudut bara. "Eng Ong
sungguh lihai, sudah tiba lebih dahulu daripada aku."
Katanya. "Yo Co Soe jangan berlaku sungkan," kata In Thian
Ceng. "Kita berdua tiba bersamaan, tak ada yang kalah tak
ada yang menang. Mungkin sekali, karena memandang
muka Thio Kauw Co, Yo Co Soe sengaja mengalah
terhadapku." "Tidak!" kata Yo Siauw. "Boanpwee sudah menggunakan semua tenaga tapi setindakpun tidak bisa
mendului Eng Ong." Mereka berbicara begitu sebab di tengah jalan selagi
gembira mereka setuju untuk menjajal tenaga kaki. In Thian
Ceng memiliki Lweekang yang lebih kuat, tapi Yo Siauw
bisa lari lebih cepat, sehingga pada akhirnya mereka tiba
pada detik yang bersamaan dan lalu melompat turun dari
kedua ujung payon kuil. Thio Sam Hongsudah mengenal lama nama besarnya In
Thian Ceng. Mengingat bahwa jago itu juga mertua Thio
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Coei San, maka ia lantas saja maju tiga tindak dan
menyambut sambil merangkap kedua tangannya. "Thio
Sam Hong menyambut In Heng dan Yo Heng." Katanya.
Diam-diam ia merasa heran. Terang-terang In Thian Ceng
seorang Kauw Coe dari Peh Bi Kauw, tapi mengapa ia
menyebut-nyebut "karena memandang Thio Kauw Coe?"
In Thian Ceng dan Yo Siauw membalas hormat dengan
membungkuk. "Sudah lama kami dengar nama harum Thio
Cin Jin hanya menyesal sebegitu jauh kami belum
mendapat kesempatan untuk bertemu muka." Kata Peh Bie
Eng Ong. "Kami bersyukur bahwa hari ini kami bisa melihat wajah
Thio cin Jin yang mulia."
"Kalian adalah guru-guru besar pada zaman ini," kata
Thio Sam Hong. "Kunjungan kalian merupakan kehormatan untuk Boe Tong San."
Tio Beng jadi lebih jengkel dan gusar. Makin lama
jumlah tokoh Beng Kauw makin bertambah. Boe Kie
sendiri belum muncul, tapi keterangan Swee Poet Tek tak
boleh diabaikan. Memang mungkin pemuda itu sudah
mengatur siasat untuk menghancurkan segala rencananya.
Makin dipikir, ia makin mendongkol. Dengan mudah ia
berhasil melukai Thio Sam Hong. Hasil itu hasil luar biasa.
Hari ini adalah satu-satunya utnuk membasmi Boe Tong
Pay. Di lain hari kalau Thio Sam Hongsudah sembuh,
kesempatai itu tak ada lagi.
Diluar semua penghitungan Beng Kauw mengadu biru.
Yang datang pentolan-pentolannya. Apa ia akan berhasil"
Makin dipikir ia makin mendongkol. Biji matanya yang
hitam bermain beberapa kali. Tiba-tiba ia tertawa dingin
dan berkata dengan suara mengejek. "Dunia Kang Ouw
selamanya memuji Boe Tong Pay sebagai partai yang lurus
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersih. Huh huh! Mendengar tak sama dengan melihat. Tak
dinyana Boe Tong Pay bergandeng tangan dengan Mo
Kauw dan mempertahankan tenaga Mo Kauw. Huh Huh!...
Sekarang baru kutahu, ilmu silat Boe Tong Pay tiada
harganya." Swee Poet Tek tertawa nyaring. "Tio Kauw Nio,"
katanya "pemandanganmu tidak lebih panjang dari panjang
rambutmu. Kau sungguh masih kanak-kanak. Dengarlah
Thio cin Jin sudah dapat nama besar pada sebelum
kakekmu dilahirkan! Anak kecil tahu apa!"
Belasan orang yang berdiri di belakang Tio Beng
mengawasi hweesio yang gatal mulut itu dengan mata
melotot, tapi Poet Tay Hweeshio tenang-tenang saja. "Apa
aku tidak boleh bicara begitu." Tanyanya. "Aku Swee Poet
Tek, tapi bila aku bica ra, aku tetap bicara. Mau apa kamu?"
(Swee Poet Tek tak boleh dibicarakan)
Seorang Hweesio jangkung meluap darah. "Coe Jin,"
katanya, "permisikan aku membereskan Hweesio gila itu!"
(Coe Jin " Majikan) "Bagus!" kata Swee Poet Tek. "Aku hweesio gila,
kaupun hweesio gila. Yang gila ketemu dengan yang gila,
kita boleh minta Thio Cin Jin jadi juru pemisah." Seraya
berkata begitu, ia mengibaskan tangannya yang sudah
memegang selembar karung.
Tio Beng menggelengkan kepala, "Hari ini kita meminta
pelajaran Boe Tong," katanya. "Kalau yang turun anggota
Boe Tong Pay, kita boleh melayani." Berisi atau kosongnya
Boe Tong Pay akan dapat dipastikan hari ini. Perhitungan
antara kita dan Mo Kauw dapat dibereskan di hari nanti.
Kalau aku belum mencabut urat-urat setan kecil Thio
Boe Kie dan membeset kulitnya, belum puas hatiku. Tapi
hal itu boleh ditunda untuk sementara waktu."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar perkataan setan kecil Thio Boe Kie," Thio
Sam Hongjadi sangat heran. "apa Kauw Coe Beng Kauw
juga bernama Thio Boe Kie?" tanyanya di dalam hati.
Swee Poet Tek tertawa geli, "Kauw coe kami seorang
pemuda gagah yang sangat tampan," katanya. "Mungkin
usiamu lebih muda beberapa tahun daripada Kauw Coe.
Apa tak baik kau menikah saja dengan Kauw Coe kami"
Kulihat cocok benar" "
Sebelum ia habis bicara, orang-orangnya Tio Beng sudah
membentak dan mencaci. "Bangsat, tutup mulut!"
"Diam!" "Kau sungguh telah bosan hidup!"
Paras muka si nona lantas saja bersemu dadu, sehingga
ia nampaknya lebih cantik lagi. Pada paras itu terlihat tiga
bagian kegusaran dan tujuh bagian kemalu-maluan.
Seorang pemimpin yang berkuasa lantas saja berubah
menjadi seorang gadis pemalu. Tapi perubahan itu hanya
untuk sedetik dua saja. Dilain saat, paras muka mereka itu berubah dingin
seperti es. "Thio Cinjin," katanya dengan nada memandang
rendah. "Jika kau tak mau turun ke dalam gelanggang,
kamipun tak akan memaksa, asal saja kau mengakui terang-
terangan, bahwa Boe Tong Pay adalah partai yang
mendustai dunia dan mencuri nama. Sesudah kau mengaku
begitu, kami akan pergi. Kami bahkan bersedia untuk
memulangkan Song Wan Kiauw, Jie Lian Cio dan lain-lain
kawanan tikus, kepadamu."
Sesaat itu, Tiat Koat Toojin dan In Ya Ong tiba, disusul
dengan Cioe Than dan Pheng Eng Giok. Melihat
bertambahnya tenaga Beng Kauw, Tio Beng mengerti
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa dalam suatu pertempuran memutuskan, pihaknya
belum tentu menang. Dan apa yang paling dikuatiri adalah
Boe Kie dan siasatnya. Sambil menyapu pihak lawan dengan matanya yang jeli,


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

si nona berkata dalam hati. "Thio Sam Hongdibenci kaisar
karena hambanya yang sangat besar dan dianggap sebagai
thaysan atau Pak Tauw dalam rimba persilatan. Tapi dia
sudah begitu tua, berapa tahun lagi dia bisa hidup" Tak
perlu aku mengambil jiwanya. Kalau aku bisa menghina
Boe Tong Pay, jasaku sudah cukup besar," memikir begitu,
ia lantas saja berkata, "tujuan kedatangan kami ke sini
adalah untuk menjajal kepandaian Thio Cin Jin. Kalau
kami mau mengukur tenaga dengan Beng Kauw, apakah
kami tak tahu jalanan ke Kong Beng Teng" Begini saja,
sebelum menjajal, kami tidak bisa mengatakan apa ilmu
silat Boe Tong berisi atau kosong. Aku mempunyai tiga
orang pegawai rumah tangga yang sudah lama mengikuti
aku. Yang satu mengerti sedikit ilmu pukulan, yang lain
mempunyai lweekang yang cetek, yang ketiga mengenal
sedikit ilmu pedang. A Toa, A Jie, A Sam, kemar i! Asal
Thio Cin Jin bisa mengalahkan mereka, kami akan merasa
takluk dan mengakui, bahwa Boe Tong Pay benar-benar
mempunyai ilmu silat tinggi. Manakala Thio Cin Jin tidak
mau apabila dijajal atau tidak mampu melawan mereka,
maka kesimpulannya biarlah ditarik oleh orang-orang Kang
Ouw sendiri. Seraya berkata begitu, ia meneput tangan dan
tiga orang, yang berdiri di belakangnya lantas saja bertindak
ke tengah ruangan. Yang dinamakan A Toa seorang kakek kurus kering yang
kedua tangannya memegang sebatang pedang, pedang itk.
Mukanya yang berkerut-kerut diliputi paras sedih.
Yang kedua, A Jie, juga bertubuh kurus, tapi lebih tinggi
daripada A Toa. Kepala botak Tha Yang Hiatnya melesak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke dalam, kira-kira setengah dim.
A Sam yang ketiga, berbadan keras padat, sikapnya
garang anker bagaikan harimau. Pada mukanya, lengannya,
lehernya, pendek kata di bagian-bagian badannya yang
terbuka terlihat otot-otot yang menonjol keluar.
Thio Sam Hong, In Thian Ceng, Yo Siauw dan yang lain
terkejut. Ketiga orang itu bukan sembarang orang.
"Tio Kouw Nio," kata Cioe Thian, "mereka bertiga
adalah ahli-ahli silat kelas utama dalam rimba persilatan.
Melawan mereka Cioe Thian tidak unggulan. Tapi
mengapa secara tidak mengenal malu, nona memperkenalkan mereka sebagai pegawai rumah tangga"
Apa nona mau berguyon dengan Thio Cin Jin?"
"Mereka ahli silat kelas utama?" menegas Tio Beng.
"Ah! Aku sendiri tak tahu. Apa kau tahu siapa mereka"
Apa kau tahu nama mereka?"
Cioe Thian tertegun, ia diam tak dapat menjawab
pertanyaan itu. Si nona tersenyum tawa. Ia menengok kepada Thio Sam
Hongdan berkata, "Thio Cin Jin lebih dahulu, biarlah kau
mengadu pukulan dengan A Sam."
A Sam maju setindak dan sambil merangkap kedua
tangannya. Ia berkata, "Thio Cin Jin, silahkan!" berbareng
dengan tantangannya, kaki kirinya menjejak lantai. "Brak!"
tiga batu hijau persegi hancur. Orang tak heran kalau yang
hancur hanya batu yang terjejak. Yang luar biasa adalah
turut hancurnya dua batu yang lain.
Sesudah kawannya maju, A Toa dan A Jie segera
mundur sambil menundukkan kepala. Sedari masuk ke
dalam sam ceng tian, ketiga orang itu selalu mengikuti Tio
Beng dengan kepala menunduk, sehingga orang tidak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperhatikan mereka. Siapapun tak menduga bahwa
mereka adalha jago-jago yang tidak boleh dibuat gegabah.
Tapi begitu mundur, mereka memperlihatkan lagi sikap
sebangsa budak belian. Melihat lihainya A Sam, In Thian Ceng merasa kuatir
akan keselamatan Thio Sam Hong. "Thio Cin Jin sudah
terluka berat, tapi meskipun tidak terluka, dengan usianya
yang sudah begitu tinggi, bagaimana ia bisa bertanding
dengan orang itu?" pikirnya. "dilihat gerak-geriknya, orang
itu ahli dalam ilmu silat keras. Sudahlah! Biar aku saja yang
melayaninya." Memikir begitu, ia lantas saja berkata
dengan suara nyaring. "Seorang yang kedudukannya begitu
tinggi seperti Thio Cin Jin mana boleh melayani manusia
rendah semacam kau! Jangankan Thio Cin Jin, sedang
akupun, seorang she In, rasanya masih terlalu tinggi untuk
berhadapan dengan seorang budak belian seperti kau." Ia
tahu, bahwa ketiga orang itu bukan sembarangan orang,
supaya mereka panas dan diterimanya dengan baik
tantangannya itu. "A Sam," kata Tio Beng. "apa kau masih ingat namamu
yang dahulu?" cobalah beritahu mereka, supaya mereka
bisa menimbang-nimbang apa kau cukup berderajat atau
tidak untuk bertanding dengan seorang tokoh Boe Tong
Pay." Dalam pembica raan itu, ia menekankan perkataan
Boe Tong Pay. "Sedari Siauw Jin (aku yang rendah) menghadapi kepada
Coe Jin, nama yang dahulu telah tak digunakan lagi." Kata
A Sam. "Kalau diperintah, siauw jin tidak berani tak berbicara,
dahulu Siauw Jin she Oe Boen Cek."
Semua orang terkesiap. Sesaat kemudian, In Thian Ceng membentak, "Oe Boen
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cek! Pada dua puluh tahun berselang, bukankah kau yang
sumpah membinasakan lima jago she Sie Tiangan! Pada
malam itu, pembunuh yang mengenakan topeng dan baju
merah yang mengaku sebagai "Piat Pie Sin Mo Oe Boen
Cek" telah membunuh tiga belas tokoh rimba persilatan
dalam sebuah perjamuan hari ulang tahun. Bukankah kau
yang melakukan pembunuhan itu?" (Pat Pie Sin Mo Iblis
bertangan delapan) "Ingatanmu sangat kuat, aku sendiri telah lupa,"
jawabnya dengan suara dingin.
Mendengar perkataan itu, semua orang dari Beng Kauw
dan Boe Tong Pay meluap darahnya.
Lima jago She Sie adalah orang-orang yang sangat
disegani dan dihormati dalam rimba persilatan. Ia
berkepandaian tinggi, dan selalu bersedia untuk menolong
sesama manusia yang perlu ditolong. Tiba-tiba pada suatu
malam, mereka semua dibinasakan oleh seorang bertopeng
dan mengenakan baju merah. Pembunuh itu mengaku
sebagai Ang Ie Kok Oe Boen Cek. Disamping lima jago She
Sie, beberapa tokoh hsp dan gbp turut dibinasakan. Karena
orang tak bisa menyelidiki asal-usul manusia yang bernama
Oe Boen Cek itu, maka orang lantas saja menduga, bahwa
perbuatan musuh itu dilakukan oleh Beng Kauw dan Peh
Bie Kauw. Tuduhan itu sangat menjengkelkan hati In Thian Ceng,
tapi ia tak dapat jalan untuk melampiaskan rasa
penasarannya. Tidak dinyana, sesudah berselang dua puluh
tahun barulah diketahui pembunuh yang benar.
Biarpun Oe Boen Cek hanya muncul satu kali di Tiong
Goan, tapi perbuatannya itu adalah sedemikian hebat,
sehingga kalau mau diperhitungkan soal derajat yang
berdasarkan tingginya ilmu silat, maka dia memang cukup
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berderajat untuk bertanding dengan Thio Sam Hong. Di
samping itu, andaikata ia tidak menantang Thio Sam Hong,
tapi sesudah ia memperkenalkan dirinya menurut pantas
seorang tetua. Thio Sam Hong harus turun tangan untuk
menegakkan rimba persilatan. Maka itu sesudah ia
memperkenalkan diri Oe Boen Cek telah mendesak Thio
Sam Hong sedemikian rupa. Sehingga guru besar itu tak
bisa mengelakkan diri lagi dari satu pertempuran.
"Bagus!" seru In Thian Ceng. "Kalau benar kau Pat Pie
Sin Mo, biarlah aku orang she In yang menyambut
tantanganmu." Seraya berkata begitu, ia melompat masuk
ke dalam gelanggang. "In Thian Ceng," kata Oe Boen Cek, kau siluman, aku
iblis, kita berdua sama-sama bangsa jejadian. Orang sendiri
tak bertempur dengan orang sendiri. Kalau kau mau juga,
kita boleh memilih lain hari untuk berkelahi. Hari ini atas
perintah Coe Jin aku hanya ingin menjajal kosongnya ilmu
silat Boe Tong Pay." Ia menengok kepada Thio Sam Hong
dan berkata pula. "Thio Cin Jin, apabila kau tak sudi turun
gelanggang, cukuplah bila kau membuat pengakuan yang
diminta Coe Jin. Kami tak akan menggunakan kekerasan."
Thio Sam Hongtersenyum. Di dalam hati ia menimbang-
nimbang keadaan yang tengah dihadapinya. Dengan
menggunakan Thay Kek Koen, dengan ilmu "yang kosong
menjatuhkan yang berisi," belum tentu ia kalah dari lawan
itu. Apa yang sukar dihadapi ialah sesudah merobohkan as,
ia tentu harus mengadu lweekang melawan A Jie. Dan
sesudah terluka berat, ia tidak boleh mengerahkan tenaga
dalam. Inilah yang paling sulit, ia tak bisa mencari jalan
keluar. Tapi api sudah membakar alis, ia tak bisa mundur
lagi. Perlahan-lahan ia maju ke tengah ruangan dan berkata
kepada In Thian Ceng. "Untuk maksud In Heng yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat mulia, pinto merasa sangat berterima kasih. Selama
berapa tahun terakhir pinto telah menggubah mengganti
dengan semacam ilmu silat yang diberi nama Thay Kek
Koen. Ilmu ini agak berbeda dari ilmu silat yang sudah
dikenal dalam dunia. Oe Boen Sie Coe mengatakan bahwa
ia bertujuan untuk menjajal ilmu silat Boe Tong Pay.
Manakala In Heng yang merobohkannya ia tentu merasa
tidak puas. Biarlah pinto saja yang melayani berberapa jurus
dengan menggunakan Thay Kek Koen. Biarlah kita lihat
apakah pinto yang sudah begitu tua masih berharga untuk
menunjukkan kebodohan pintoo.
Mendengar perkataan itu, In Thian Ceng girang
bercampur khawatir. Ia g irang karena dari omongannya,
Thio Sam Hong ternyata penuh percaya penuh akan
kelihaian Thay Kek Koen. Tanpa pegangan kuat, guru
besar itu tentu takkan bicara sembarangan. Ia khawatir
karena ingat usia Thio Sam Hongdan luka yang
dideritanya. Tapi ia tak berani membantah lagi dan sambil
merangkap kedua tangannya ia berkata, "Boanpwee
memberi selamat kepada Thio Cin Jin untuk ilmu silat yang
luar biasa itu." Melihat Thio Sam Hongsudah turun ke gelanggang, Oe
Boen Cek jadi agak keder, tapi di lain saat ia bias
menetapkan hati, "Biarlah aku berkelahi mati-matian,
sehingga kedua belah pihak sama-sama rusak." Pikirnya. Ia
segera menarik napas dalam-dalam dan mengumpulkan
semangat, sedang kedua matanya mengincar Thio Sam
Hongtanpa berkedip. Sesaat kemudian tulang-tulangnya
berkerotokan. Mendengar itu, orang-orang Boe Tong dan Beng Kauw
saling memandang dengan rasa cemas. Itulah suatu tanda,
bahwa Oe Boen Cek sudah mencapai puncak tertinggi dari
ilmu silat Gwa Boen (ilmu silat luar) Menurut cerita di
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam dunia hanyalah ketiga pendeta suci Siauw Lim Sie
yang sudah mencapai tingkatan itu. Siapapun tak menduga,
bahwa Pat Pie Sin Mo memiliki ilmu tersebut yang dikenal
sebagai ilmu malaikat Kim Kong Hok Mo.
Thio Sam Hongpun turut merasa kaget.
"Orang itu mempunyai asal usul yang tidak kecil!"
pikirnya. "Thay Kek Koen belum tentu bisa melawannya."
Perlahan-lahan ia mengankat kedua tangannya. Tapi baru
saja ia ingin mengundang lawan untuk memulai, tiba-tiba
dari belakang Jie Thay Giam melompat keluar seorang too
tong. "Thay Soehoe," katanya. "kalau siecoe itu mau menjual
ilmu silat Boe Tong, perlu apa thay soehoe turun tangan
sendiri?" Biarlah teecoe sendiri yang melayani sejurus dua
jurus." Too tong itu, yang mukanya berlepotan tanah, bukan
lain daripada Boe Kie. In Thian Ceng, Yo Siauw dan lain-
lain jago Beng Kauw lantas saja mengenali dan mereka
kegirangan. Tapi Thio Sam Hongdan Jie Thay Giam tentu
tak dapat mengenalinya. Mereka menduga, bahwa too tong
itu Ceng Hong adanya. "Ini bukan permainan anak-anak," kata Thio Sam Hong.
"Oe Boen Cek mempunyai kim kong Hok Mo. Mungkin
sekalai mereka seorang pentolan dari Siauw Lim cabang
See Hek. Dengan sekali pukul, ia bisa menghancurkan tulang-
tulangmu. Dengan tangan kiri, Boe Kie mencekal ujung baju orang
tua itu, sedang tangan kanan memegang tangan kiri guru
besar itu. "Thay Soehoe," katanya, "Thay kek Koen yang
telah diturunkan kepada Tee Coe belum pernah digunakan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kebetulan sekali Oe Boen Sie Coe seorang ahli Gwa Kee.
Permisikanlah Tee coe untuk menjajal ilmu melawan
kekerasan dengan kelemahan, yang kosong memukul yang
berisi. Kalau Tee Coe berhasil, bukankah ada baiknya juga"
Seraya berkata begitu, ia mengerahkan Kioe Yang Sin
Kang, yang dahsyat, yang lembut dan mengirimnya ke
tubuh thay Soe Hoe, melalui telapak tangannya.
Pada detik itu, sekonyong-konyong Thio Sam Hong
merasai semacam tenaga yang hebat luar biasa menerobos
masuk dari telapak tangannya. Biarpun belum bisa


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menandingi tenaganya sendiri, tenaga itu yang murni dan
yang halus menerobos bagaikan ombak gelombang demi
gelombang. Dalam kagetnya, ia mengawasi muka Boe Kie.
Kedua mata too tong itu tidak memperlihatkan sinar
berkeredepan yang bisa dipunyai oleh seorang ahli silat
kelas satu. Tapi sayup-sayup, dalam kedua mata itu terlihat
selapis sinar kristal yang sangat lembut. Itulah suatu tandan
dari lwee kang yang sudah mencapai puncak tertinggi. Thio
Sam Hongmakin kaget, selama hidupnya dalam jangka
waktu seabad lebih, ia hanya pernah menemui satu, dua
orang yang mempunyai sinar mata begitu, misalnya
mendiang gurunya sendiri Kak Wan Tay Soe dan Tay Hiap
Kwee Ceng. Diantara ahli-ahli silat pada zaman itu,
sebegitu jauh yang diketahui ia sendiri yang sudah
mencapai tingkat tersebut.
Selama satu dua detik, macam-macam pikiran
berkelabat-kelebat dalam otak Thio Sam Hong. Sementara
itu, Boe Kie terus mengirim lwee kangnya. Dilain saat guru
besar itu sudah mengambil keputusan. Ia yakin bahwa
ditinjau dari lweekang itu yang bertujuan untuk mengobati
lukanya si too tong pasti tidak bermaksud jahat. Maka itu,
sambil tersenyum ia berkata.
"aku sudah tua dan tak punya guna. Pelajaran apa yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kudapat berikan padamu" Tapi jika kau mau juga menjual
ilmu gwa kee Oe Boen Sie Coe, kau boleh melakukan itu."
Thio Sam Hong menduga, bahwa too tong itu seorang ahli
dari partai lain yang sengaja datang untuk membantu Boe
Tong Pay. Maka itu, ia telah menggunakan kata-kata
rendah. Budi Thay Soehoe terhadap anak berat bagaikan gunung,
kata Boe Kie. Biarpun badan hancur luluh, tak dapat anak
membalas budi Thay Soehoe dan para paman, biarpun ilmu
silat Boe Tong Pay kita tidak bisa dikatakan tiada
tandingannya di dalam dunia, tapi kita pasti tak akan kalah
dari ilmu silat Siauw Lim cabang See Hek. Legakanlah hati
Thay Soehoe. Itulah jawaban yang tidak bisa disalahartikan! Jawaban
murid terhadap seorang guru, dalam suara yang agak
gemetar itu terdengar nada dari cinta yang tidak barbatas,
rasa berterima kasih yang tiada taranya dan rasa terharu
yang memuncak. Bukan main herannya Thio Sam Hong.
Apa benar dia murid Boe Tong" Tanyanya di dalam hati.
Mungkin sekali sejarah mendiang gurunya, Kak Wan Tay
Soe, terulang pula dan dia belajar secara diam-diam. Sambil
memikir begitu, ia melepaskan tangan Boe Kie dan lalu
kembali pada kursinya. Ia melirik Jie Thay Giam, tapi
dilihat dari paras mukanya, murid itupun sedang terheran-
heran. Bagi Oe Boen Cek, dipermisikan seorang too tong untuk
melayani merupakan hinaan yang sangat besar. Tapi
sebagai manusia yang beracun ia tak memperlihatkan
kegusarannya. Dengan sekali pukul, ia akan membinasakan
too tong itu dan sudah itu ia akan menantang Thio Sam
Honglagi. "Anak kecil, kau mulailah," katanya.
"Ilmu silat Thay Kek Koen adalah hasil jerih payah Thio
Cin Jin, Thay Soehoeku, selama banyak tahu," kata Boe
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kie, "boanpwee baru saja belajar silat dan sekarang belum
bisa melayani intisari daripada ilmu silat itu. Mungkin
sekali boanpwee belum dapat merobohkan kau didalam tiga
puluh jurus. Apabila benar sedemikian, maka hal itu adalah
kesalahanku dan bukan lantaran jeleknya Thay Kek Koen.
Sebelum kita bertempur, boanpwee menganggap hal ini
perlu dikemukakan terlebih dahulu. dalam gusarnya Oe
Boen Cek berbalik tertawa terbahak-bahak, "toa ko, jie ko,
lihatlah!" serunya. "Dalam dunia mana ada bocah segila
dia!" A Jie turut tertawa, tapi A Toa tajam matanya. Ia dapat
melihat bahwa Boe Kie bukan sembarang orang. "sam tee,
kau tidak boleh memandang enteng," katanya.
Oe Boen Cek maju setindak dan segera meninju dada
Boe Kie dengan tangan kanan. Tinju itu menyambar
bagaikan kilat. Diluar dugaan, sebelum tinju pertama
mampir pada sasarannya tinju kedua, yang dikirim dengan
tangan kiri menyusul. Tinju itu yang dikirim belakangan
tiba lebih dahulu dan menyambar muka Boe Kie. Itulah
pukulan yang sangat luar biasa.
Sesudah mendengar keterangan dan melihat contoh-
contoh Thio Sam Hong mengenali ilmu silat Thay Kek
Koen, selama kurang lebih satu jam diam-diam Boe Kie
mempelajari isi daripada ilmu silat itu. Melihat menyambarnya dua tinju yang saling susul, ia segera
menyambut dengan Long Ciak Bwee kaki kanannya
"berisi" kaki kiri "kosong", tapak tangan menyentuh
pergelangan tangan kiri musuh dan segera melepaskan
tenaganya dengan menggunakan teori "menempel". Tanpa
tercegah jadi tubuh Oe Boen Cek terhuyung dua tindak.
Semua orang terkejut. Demikianlah, untuk pertama kali, Thay Kek Koen dijajal
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk melawan musuh. Biarpun baru saja menerima
pelajaran itu dengan memiliki Kioe Yang Sin Kang dan
Kian Koen Tay Li Ie Sin Kang, Boe Kie sudah dapat
menggunakan ilmu yang lihai itu. Tinju Oe Boen Cek yang
bertenaga ribuan kati seolah-olah amblas di dalam lautan,
amblas tanpa berbekas bukan saja begitu, bahkan tubuhnya
kena didorong tenaganya sendiri.
Sesudah hilang kagetnya, Oe Boen Cek segera
menyerang seperti orang kalap. Tinjunya menyambar-
nyambar bagaikan hujan gerimis, berkelebat-kelebat seperti
keredengan kilat. Sehingga ia seolah-olah mempunyai
beberapa puluh tangan yang menyerang Boe Kie dengan
dahsyatnya. Kecuali Beng Goat, semua orang yang berada
dalam ruangan sam Ceng Tian rata-rata ahli silat kelas satu.
Mereka kagum melihat serangan itu. Nama besar Pat Pie
Sin Mo ternyata bukan nama kosong belaka.
Untuk mengangkat derajat Boe Tong Pay, Boe Kie
hanya menggunakan pukulan-pukulan Thay Kek Koen.
Dengan beruntung, ia mempergunakan Tan Pian disusul
dengan Tee Chioe Siang Sit. Kemudian Pek Ho Liang Chie
Dan Louw Sit Yauw Po. Selagi mengeluarkan Chioe Hie
Pie Pee (jari-jari tangan memetik pie-pee semacam
tetabuhan seperti gitar) tiba-tiba saja ia mendusin dan pada
ketika itu, ia menyelami intisari daripada Thay Kek Koen
yang pada hakekatnya mempunyai dasar yang bersamaan
dengan Kian Koen Tay Li Ie Sin Kang. Dengan demikian,
Chioe Hwie Pie Pee menyambar bagaikan mengalirnya air,
dengan keindahan yang mengagumkan.
Pada detik itu, Oe Boen Cek merasa, bahwa bagian atas
badannya sudah ditutup dengan tenaga pukulan lawan dan
dia tidak dapat berkelit lagi. Dalam menghadapi bahaya,
cepat-cepat ia mengerahkan tenaga di punggungnya untuk
menerima pukulan Boe Kie dan dengan berbareng tinju
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kanannya disabetkan. Ia mau melawan keras dengan keras,
supaya kedua belah pihak celaka bersama-sama.
Diluar dugaan, pada waktu belakangan Boe Kie
mengubah gerakannya. Ia membuat sebuah lingkaran
dengan kedua tangannya, seperti orang memeluk ". (alam
semesta). Mendadak saja dari lingaran itu keluar semacam
tenaga dahsyat, tenaga yang berputaran seperti pusar laut.
Hampir berbareng, tubuh Oe Boen Cek berputar-putar tujuh
delapan putaran laksana gangsing. Dengan ilmu Cian Kin
Toei, ia berhasil menolong diri. Paras mukanya berubah
merah padam, malu bercampur gusar.
"Sungguh lihai Thay Kek Koen dari Boe Tong Pay!"
teriak Yo Siauw. "Oe Boen Lao heng!" seru Cioe Tian sambil tertawa
nyaring. "Lebih baik jika kau dinamakan si gangsing
berlengan delapan." (gelar Oe Boen Cek Pat Pie Sin Mo "
Iblis berlengan delapan) "Apa salah orang berputaran?" menyambung In Ya Ong.
"Liang San mempunyai Hek Soan Hong (si angin puyuh
hitam). Angin puyuh mesti berputaran, bukan?"
Saling sahut, pentolan-pentolan Beng Kauw mengejek
sepuas hati. Sekarang Oe Boen Cek benar-benar kalap. Dari merah,
paras mukanya berubah hijau. Dengan mengaum seperti
harimau edan, ia menerjang. Cara menyerangnya berubah.
Tangan kirinya menghantam dengan tinju atau telapak
tangan. Tangan kanannya dengan menggunakan jari-jari
tangan, menotok atau mencengkram.
Karena belum berlatih dalam Thay Kek Koen, Boe Kie
lantas saja keteter. Beberapa saat kemudian terdengar suara
"Bret!" dan tangan baju Boe Kie robek, kesambar jari
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan yang sangat luar biasa itu. Boe Kie terpaksa
menggunakan ilmu mengentengkan badan. Oe Boen Cek
mencaci dan mengubar. Tapi mana bisa ia mengubar Boe
Kie" Sambil berlari-lari, Boe Kie berpikir, "Kalau aku terus
kabur, bukankah aku kalah" Aku belum biasa dengan Thay
Kek Koen, biarlah aku menyisipkan Kian Koen Tay Lo Ie."
Memikir begitu, ia memutar badan seraya memasang
kuda-kuda dari Ya Ma Hoen Coeng, salah satu pukulan
Thay Kek Koen, tapi tangan kirinya diam-diam bersiap-
sedia untuk mengeluarkan gerakan Kian Koen Tay Lo Ie.
Oe Boen Cek menubruk dan menusuk pundak Boe Kie
dengan satu jari. Hampir berbareng, ia mengeluarkan
kesakitan dan matanya berkunang-kunang, karena entah
bagaimana jarinya berbalik menusuk lengan kirinya,
sehingga lengan itu hampit tidak bisa diangkat lagi.
Yo Siauw tahu, bahwa Boe Kie bukan menggunakan
Thay Kek Koen, tapi ia sengaja berteriak, "Lihai sungguh
ilmu Thay Kek Koen!"
"Thay Kek Koen apa! Ilmu siluman!" teriak Oe Boen
Cek dengan mulut berbusa. Secara nekat-nekatan ia
mengirim tiga pukulan berantai, sehingga Boe Kie terpaksa
melompat mundur. Dengan mata beringas, ia melompat
mundur seraya menyodok dengan dua jari tangannya.
Sekarang Boe Kie sudah bersiap sedia dengan Kian Koen
Tay Lo Ie, bagaikan kilat ia menempel dan menarik tangan
musuh. "Tok!" kedua jari tangan Oe Boen Cek amblas di
tiang Sam Ceng Tian! http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua orang kaget tercampur geli.
Sesudah suara tertawa mereda. Mendadak terdengar
bentakan Jie Thay Giam. "Tahan! Oe Boen Cek, kau
menggunakan Kim Kong Cie dari Siauw Lim Pay, bukan?"
Boe Kie melompat mundur mendengar "Kim Kong Cie
dari Siauw Lim Pay" ia segera ingat luka Jie Thay Giam
dan In Lie Heng dan selama kurang lebih dua puluh tahun,
orang-orang Boe Tong Pay menduga bahwa perbuatan itu
dilakukan oleh orang Siauw Lim Pay. Mendengar bentakan
Jie Thay Giam terdapat kemungkinan besar, bahwa si
penyerang gelap itu adalah Pat Pie Sin Mo.
Sementara itu Oe Boen Cek sudah menjawab dengan
suara dingin. "Kalau benar Kim Kong Cie, mau apa kau"
Siapa suruh kau berkepala batu, tak mau memberitahukan
kemana perginya To Liong To" Enakkah menjadi manusia
bercacat selama dua puluh tahun?"
"Oe Boen Cek!" teriak Jie Thay Giam. "Terima kasih,
bahwa hari ini segala apa sudah menjadi terang. Kalau
begitu, aku sudah dicelakai oleh Siauw Lim Pay dari See-
Hek." Ia berhenti sejenak dan berkata pula dengan suara
parau. "Hanya sayang" Hanya sayang Ngo Tee.. " Ia tak
dapat meneruskan perkataannya, sedang air matanya
mengucur dengan deras. Sebagaimana diketahui, Thio Coei San membunuh diri
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebab Jie Thay Giam dilukai oleh In So So dengan jarum
emas. Sehingga ia tak ada muka untuk bertemu pula dengan
kakak seperguruannya itu. Tapi sesudah melukai Jie Thay
Giam, In So So telah minta bantuan Liong Boen Piauw
Kiok untuk membawa pendekar itu pulang ke Boe Tong.
Sebenarnya kalau itu hanya mendapat luka itu, luka dari
jarum emas, sesudah diobati Jie Sam Hiap akan sembuh
seluruhnya. Yang mengakibatkan kelumpuhan kaki
tangannnya adalah pijitan Tay Lek Kim Kong Cie.
Andaikata pada hari itu, orang yang berdosa dapat dicari,
suami isteri Thio Coei San tentu tidak akan membunuh diri.
Mengingat begitu dan mengingat pula penderitaannya
sendiri, Jie Thay Giam sedih bercampur gusar. Dengan
darah mendidih dan kedua mata yang seolah-olah
mengeluarkan api, ia menatap wajah musuh besarnya itu.
Mendengar perkataan pamannya, Boe Kie lantas saja
ingat cerita yang pernah dituturkan oleh mendiang
ayahnya. Dahulu dalam kuil Siauw Lim Sie terdapat
seorang Tauw Too (Hweesio yang piara rambut) yang
bekerja di dapur dan yang karena sering dianiaya oleh
pemilik dapur menjadi sakit hati dan lalu belajar silat secara
diam-diam. Belakangan Tauw Too itu membinasakan Sioe
Co (pemimpin) Tat Mo Tong, Kouw Tie Sian Soe, dan lalu
melarikan diri. Sesudah itu, di dalam Siauw Lim Sie timbul
gelombang. Pentolannya pada

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Berebut kekuasaan. Akhirnya salah seorang pemimpin, yaitu Kouw Hoei Sian
Soe pergi ke See Hek dan mendirikan lagi Siauw Lim Pay di
daerah tersebut. (baca Kisah Pembunuh Naga Jilid 2 mulai
halaman 67) http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oe Boen Sie Coe sungguh kejam," kata Thio Sam
Hong. "Kami sama sekali tidak pernah menduga, bahwa
diantara ahli waris-ahli waris Kouw Hoei Sian Soe terdapat
manusia seperti Sie Coe."
Oe Boen Cek menyeringai, "Kouw Hoei!" katanya.
"Huh huh! Manusia apa Kouw Hoei?"
Thio Sam Hong lantas saja mendusin.
Sesudah Jie Thay Giam bercacad karena Kim Kong Cie,
Boe Tong Pay lalu mengirim orang ke kuli Siauw Lim Sie
untuk menanyakan. Hong Siauw Lim Sie menolak segala
tuduhan dan menduga bahwa perbuatan itu dilakukan oleh
salah seorang anggota Siauw Lim Pay cabang See Hek.
Tetapi sesudah diselidiki dengan seksama, terdapat bukti
bahwa cabang See Hek itu sudah lemah sekali. Murid-
muridnya kebanyakan hanya mempelajari ajaran agama
Buddha dan tidak mengenal ilmu silat. Sekarang
mendengar jawaban Oe Boen Cek "manusia apa Kouw
Hoei" Thio Sam Hong segera menarik kesimpulan bahwa
dia bukan murid Siauw Lim Pay cabang See Hek, tak
mungkin dia mencaci Aoew Soe-nya sendiri.
Maka itu ia lantas saja berkata. "Tak Heran! Tak Heran!
Sie Cie tentulah ahli waris dari si Tauw Too pembantu
dapur. Sie coe bukan saja sudah mempelajari ilmu silatnya,
tapi juga sudah menelah kejamannya. Tak heran kalau
Siauw Lim Pay rusak dalam tangan Sie Coe. Siapa itu Kong
Siang" Apa dia saudara seperguruan Sie Coe?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar! Jawabnya. "Ia Soehengku, ia bukan Kong Siang,
ia bernama Kang Siang. Thio cin jin, bagaimana kalau Pan
Jiek Kim Kong Cie dari Kim Kong Boen kami
dibandingkan dengan Ciang Hoat dari Boe Tong Pay?"
"Tidak nempil!" bentak Jie Thay Giam. "Batok
kepalanya sudah dihancurkan oleh guruku."
Sambil berteriak, Oe Boen Cek menubruk. Dengan Jie
Hong Sie Pit, Boe Kie merintangi serangan terhadap Jie
Thay Giam. "Oe Boen Cek," bentaknya. "Lekas keluar Hek
Giok Toan Siok Ko!" (Koyo Giok Hitam untuk
menyambung tulang) Oe Boen Cek terkesiap. "Bagaimana dia tahu" tanyanya
di dalam hati. "Koyo penyambung tulang sangat
dirahasiakan, walau murid biasa tak mungkit tahu adanya
obat luar biasa itu."
Boe Kie mengenal nama obat itu dari kitab obat-obatan
mendiang Ouw bahwa di daerah See Hek terdapat
semacam ilmu silat Gwa Kee mungking cabang Siauw Lim
Pay yang sangat aneh. Tulang manusia yang dipatahkan
dengan ilmu itu hanya bisa diobati dengan Hek Giok Toan
si Koyo, tapi cara membuat obat itu dengan sangat
dirahasiakan dan tak diketahui oleh orang luar.
Mengingat itu, Boe Kie segera menyebutkannya untuk
menjajal benar tidaknya catatan dalam kitab itu. Benar saja
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
paras muka Oe Boen Cek segera berubah dan ia tahu bahwa
tebakannya tidak meleset.
"Anak kecil, cara bagaimana kau tahu nama obat itu?"
tanyanya. "Keluarkan!" bentak Boe Kie. Mengingat nasib kedua
orang tuanya karena gara-gara manusia itu, darah Boe Kie
mendidih dan ia tak mau banyak bicara.
Sementara itu, sesudah memikir sejenak, hati Oe Boen
Cek jadi lebih besar. Tapi bia rpun dalam gebrakan pertama,
ia mendapat sedikit kesalahan, akan tetapi sesudah ia
mengeluarkan Tay Lek Kim Kong Cie, Boe Kie tak berani
melawan lagi dan hanya berlari-lari. Maka itu asal saja ia
berhati-hati terhadap ilmu menempel dan menarik dari si
Too tong, ia pasti akan memperoleh kemenangan, pikirnya.
Memikir begitu, ia maju setindak seraya membentak.
"Binatang kecil! Aku suka mengampuni jiwamu, jika kau
berlutut tiga kali. Kalau tidak, lihatlah contoh si orang she
Jie." Alis Boe Kie berkerut. Ia bertekat untuk mendapatkan
Hek Giok Toan Siokko, tapi ia belum mendapat jalan untuk
memunahkan Tay Lek Kim Kong Cie. Kian Koen Tay Lo
Ie memang bisa melukai dia, tapi tidak bisa memaksa dia
mengeluarkan obat itu. Selagi ia mengasah otak, tiba-tiba Thio Sam Hong
menggapai seraya berkata, "anak, mari sini!"
"Baik, thay Soehoe," jawabnya sambil menghampiri.
"Anak, kau dengarlah," kata guru besar itu. "Menggunakan maksud tidak menggunakan tenaga. Thay
Kek Koen berputaran bundar tak putus-putusnya mendapat
kesempatan mendapat kedudukan baik, sehingga akarnya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawan putus sendirinya. Setiap jurus, setiap pukulan,
haruslah bersambung-sambung seperti sungai Tiang Kang,
gelombang tak habis-habisnya." Sesudah memperhatikan
cara berkelahinya Boe Kie, Thio Sam Hong sudah
mendapat intisari dari pada Thay Kek Koen, tapi karena
Boe Kie sudah memiliki ilmu yang tinggi, maka dalam
menggunakan pukulan-pukulan Thay Kek Koen, ia masih
belum bisa menyelamai maksud terpenting dari Thay Kek
Koen, yaitu Wan Coan Poet Toan (berputaran tidak habis-
habisnya) Sebagai seorang yang cerdas, beberapa perkataan itu
sudah cukup untuk menyadarkan Boe Kie.
"Cepat!" teriak Oe Boen Cek. "Sesudah masuk ke
gelanggang, mana bisa kau belajar?"
"Bisa! Kau sambutlah pukulan yang baru didapat
olehku," katanya seraya memutar tubuh. Ia membuat
sebuah lingkaran dengan tangan kanannya dan menghantam muka musuh. Itulah pukulan Ko Tam Ma
dari Thay Kek Koen. Oe Boen Cek menyambut dengan
babatan jari-jari tangannya yang berbentuk golok. Bagaikan
kilat Boe Kie mengubah gerakannya. Ia membuat lingkaran
dengan kedua tangannya dalam pukulan Song Hong Koan
Nyie. Kali ini terlihatlah lihainya ajaran Thio Sam Hong
mengenai Wan Coan Poet Toan. Begitu ia mengerahkan
tenaga, tubuh Oe Boen Cek terhuyung. Dengan saling susul
Boe Kie segera membuat lingkaran-lingkaran. Lingkaran di
kiri, lingkaran di kanan, lingkaran besar, lingkaran rata,
lingkaran berdiri, lingkaran miring" setiap lingkaran
meruapakan bola dunia. Diserang begitu, Oe Boen Cek tak bisa mempertahankan
diri lagi. Tubuhnya limbung, terhuyung kian kemari seperti
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang mabuk arak. Tiba-tiba dengan nekat dia menyodok
dengan lima jari tangannya. Boe Kie menyambut dengan Ia
Chioe (tangan awan) tangan kiri tinggi, tangan kanan lebih
rendah dan dengan sekali membuat lingkaran, ia sudah
menggulung lengan musuh dalam lingkaran itu. Hampir
berbareng, ia mengeluarkan tenaga Kioe Yang Sin Kang.
"Krek krek krek"!" tulang lengan Oe Boen Cek hancur
beberapa tempat. Mengingat kekejaman musuh dan mengingat pula nasib
kedua orang tuanya. Boe Kie turun tangan tanpa sungkan-
sungkan. Dengan saling susul ia membuat lingkaran-
lingkaran In Chioe diikuti suara patah atau hancurnya
tulang setelah lengan kanan, lengan kiri, kemudian betis kiri
dan betis kanan. Sambil mengeluarkan teriakan menyayat
hati, Oe Boen Cek terguling. Seumur hidup Boe Kie belum
pernah begitu gusar. Kalau bukan ingin mendapatkan Hek
Giok Toan Siokko, ia tentu sudah mengambil jiwa musuh
besar itu. Salah seorang pengikut Tio Beng lantas saja memburu
dan mendukung jago yang roboh itu, dibawa balik ke
barisan sendiri. Si botak A Jie melompat ke luar dan tanpa menegur lagi,
ia menghantam dada Boe Kie. Sebelum telapak tangan
musuh tiba, Boe Kie sudah merasai tindihan tenaga yang
sangat berat, maka ia buru-buru mengeluarkan pukulan Sia
Hwie Sit untuk menolaknya. Tanpa mengeluarkan sepatah
kata, A Jie menancapkan kedua kakinya di lantai dan
mengirim pukulan berantai yang disertai Lwee Kang yang
sangat dahsyat. Melihat pukulan dan usia musuh, Boe Kie
menduga bahwa dia adalah kakak seperguruan Oe Boen
Cek. Dia kalah gesit, tapi tenaganya lebih besar daripada
Oe Boen Cek. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan menggunakan Kouw Koat (teori) "menempel
dan menarik" dari Thay Kek Koen. Boe Kie coba
mendorong, tapi tenaga dalam musuh terlalu kuat. Bukan
saja ia tidak berhasil, bahkan dia sendiri kena didorong dan
terhuyung beberapa kali. Tiba-tiba semangat Boe Kie
terbangun, "biarlah aku melawan Lwee Kang dengan Lwee
Kang," katanya di dalam hati. "aku akan lihat Lwee Kang
Siauw Lim atau Kioe Yang Sin Kang yang lebih lihai."
Sesaat itu, telapak tangan si botak kembali menyambar.
Sambil mengerahkan Kioe Yang Sin Kang, Boe Kie
memapaki dengan tangannya. Itulah keras melawan keras.
Dengan mengeluarkan suara nyaring, kedua tangan
kebentrok dan tubuh kedua lawan sama-sama bergoyang.
Thio Sam Hong terkejut, "dengan cara itu, siapa lebih
kuat siapa menang dan bertentangan dengan teori Thay Kek
Koen." Pikirnya. "kakek itu memiliki Lwee Kang luar biasa
tinggi, yang jarang terlihat dalam rimba persilatan. Dalam
gebrakan tadi, anak itu mungkin sudah menderita luka."
Tapi sebelum Thio Sam Hong sempat memikir jalan
yang baik, tangan Boe Kie dan si botak sudah beradu lagi.
Kali ini si kakek bergoyang-goyang, sedang badan Boe Kie
tidak bergeming. Ia berdiri tegak dengan paras muka
tenang. Sekali lagi Thio Sam Hong kaget, tapi kaget tercampur
heran dan girang. Kioe Yang Sin Kang dan Lwee Kang Siauw Lim Pay
bersumber satu, kedua-duanya digubah oleh Tat Mo Kauw
Coe. Bila telah mencapai tingkat tinggi, kedua ilmu itu tidak
ada perbedaannya. Tapi sebagaimana diketahui, pendiri
partai Kim Kong Boen, Touw Too bagian dapur mendapat
ilmunya dengan jalan mencuri bukan didapat dari seorang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
guru. Pukulan-pukulan yang bisa dilihat dengan mata
memang mudah dicuri, tapi tenaga dalam yang harus
dilatih dengan menjalankan hawa di dalam tubuh, tidak
dapat dicuri dengan begitu saja. Maka itulah walaupun
Gwa Kang (ilmu luar) Kim Kong Boen sangat lihai dan
bersamaan dengan Gwa Kang Siauw Lim Pay yang tulen
Lwee Kangnya masih kalah jauh.
A Jie adalah seorang luar biasa dalam Kim Kong Boen.
Ia memiliki tenaga yang sangat besar, pembawa dalam
dirinya sendiri. Dengan menggunakan cara-cara sendiri, ia
berlatih dan akhirnya mendapat Lwee Kang yang sangat
kuat yang bahkan melampaui tenaga dalam Couw Soenya,
si Touw Too bagian dapur. Selama hidupnya ia jarang
menemui lawan yang bisa menyambut tiga pukulannya.
Sekarang ia ketemu batunya. Untuk pertama kali ia bertemu
dengan seorang lawan yang dapat menindih tenaga
dalamnya. Ia kaget bercampur gusar, ia segera menarik
napas dalam-dalam dan dengan kedua tangan ia
menghantam Boe Kie. Tiba-tiba Boe Kie berteriak, In Liok Siok, lihatlah! Tit Jie
akan balas sakit hati Liok siok."
Ternyata dengan diantar Yo Poet Hwi, Siauw Ciauw,
dan yang lain-lain In Lie Heng yang digotong dalam sebuah
tandu oleh dua orang anggota Beng Kauw sudah masuk ke
dalam ruangan Sam Ceng Tian. Dilain saat jago-jago Ngo
Heng Kie pun tiba saling menyusul.
Seraya berteriak begitu, Boe Kie menangkis dengan
tangan kanannya, "Dak!" si botak terhuyung tiga tindak,
matanya melotot dan darahnya bergolak.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"In Liok Siok!" teriak pula Boe Kie. "apakah diantara
penyerang terdapat manusia gundul itu?"
"Benar! Bahkan dia yang menjadi kepala." Jawabnya.
Sementara itu, si botak mengumpulkan tenaganya,
sehingga tulang-tulangnya berkeretakan.
"Sebelum dia menyeberang, seranglah di tengah sungai!"
seru Jie Thay Giam. Seruan itu berarti bahwa sebelum A Jie
selesai menjalankan pernapasannya dalam mengumpulkan
tenaga, Boe Kie harus menyerang lebih dahulu.
Boe Kie mengerti maksud sang paman. Iapun tahu,
bahwa sesudah si botak mengumpulkan tenaga, dia bisa
mengeluarkan tenaga dalam yang lebih hebat daripada tadi.
"Baik!" jawabnya. Ia maju setindak, tapi tidak menyerang.
Di dalam hati ia percaya penuh, bahwa Kioe Yang Sin


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kang tak kalah dari Lwee Kang musuh. Semangatnya
sudah terbangun dan ia bertekad untuk melayani secara
ksatria, sesudah musuh selesai mengumpulkan tenaga.
Dilain detik, A Jie menghantam dengan kedua
tangannya. Hebat sungguh tenaganya yang menindih
bagaikan gunung roboh, Boe Kie menarik napas dalam-
dalam dan Kioe Yang Sin Kang mengalir di dalam
tubuhnya. Ia mengangkat kedua tangannya, satu mendorong, satu menyambut, melawan keras dengan keras
pulan. Hampir berbareng, A Jie mengeluarkan teriakan
menyayat hati, badannya terbang bagai sebutir peluru,
menyambar tembok dan" "brak!" tembok berlubang besar
dan tubuh si botak terlempar ke luar dari lubang itu!
Semua orang tertegun, Tio Beng dan kawan-kawannya
pucat, jago-jago Boe Tong dan Beng Kauw mengawasi
dengan mata membelalak. Selama hidup belum pernah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka menyaksikan pemandangan sehebat itu.
Sekonyong-konyong dari lubang tembok masuk seorang
yang menenteng A Jie, dia lalu menaruhnya di lantai.
Orang itu kate, gemuk tubuhnya, lucu mukanya tapi gerak-
geriknya bukan lain daripada Gan Hoan. Ciang Kie Soe
Houw Touw Kie. Tulang tangan, dada, dan pundak si
botak ternyata sudah remuk, terpukul tembok. Sesudah
meletakkan A Jie, Gan Hoang menghampiri Boe Kie dan
memberi hormat dengan membungkuk dalam. Sesudah itu,
dengan gerakan menggelikan hati, ia keluar lagi dari lubang
di tembok. Sesudah si "Too Tong" merobohkan kedua jagonya. Tio
Beng bercuriga dan melihat cara memberi hormatnya Gan
Hoan, ia lantas saja mengenali Boe Kie. "Celaka sungguh!"
ia mengeluh. "aku sungguh tak pernah menyangka bahwa si
setan kecil sudah lebih dahulu berada di sini." Sesudah
menetapkan hatinya, ia berkata dengan suara lemah lembut.
"mengapa kau begitu rendah" Dengan menyamar sebagai
seorang Too Tong kau memanggil orang luar sebagai "Thay
Soehoe, apa kau tak malu?"
Melihat dirinya sudah dikenali, Boe Kie lantas saja
menjawab dengan suara lantan. "Mendiang ayahku Thio
Coei San, adalah murid kelima dari Thay Soehoe, aku
memang harus memanggil Thay Soehoe." Sehabis berkata
begitu, ia menghampir Thio Sam Hong dan berlutut. "anak
Thio Boe Kie memberi hormat pada Thay Soehoe dan Sam
SoePeh," katanya dengan suara gemetar. "Karena keadaan
anak tidak lebih dahulu memperkenalkan diri, untuk
kekurang ajaran itu, anak memohon Thay Soehoe dan Sam
SoePeh sudi mengampuni."
Perasaan Thio Sam Hong dan Jie Thay Giam tak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungkin dilukiskan dengan kalam. Girang, kaget, heran,
sedih, dan terharu mangaduk dalam dada mereka. Untuk
beberapa saat kedua orang tua itu tak dapat mengeluarkan
sepatah kata. Perlahan-lahan air mata turun dari mata
mereka. Mimpi pun mereka tak pernah mimpi, bahwa
pemuda yang telah merobohkan kedua jago Kim Kong
Boen adalah si anak kurus kering, dia yang telah
menghadapi kebinasaan. Sesudah lampiaskan perasaannya dengan air mata, Thio
Sam Hong berbangkit dan membangunkan cucu muridnya.
"Anak" kau tidak mati." Katanya dengan suara parau,
"Ah" Coei San mempunyai turunan" " ia berhenti
sejenak dan tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak. Ia
menengok kepada In Thian Ceng dan berteriak, "In Heng!
Aku memberi selamat, bahwa kau mempunyai seorang
cucu yang sangat baik."
"Thio Cinjin," jawabnya seraya tertawa lebar, "akupun
memberi selamat, bahwa kau mempunyai seorang cucu
murid yang begitu baik."
"Tua bangka bangsat!" caci Tio Beng. "Cucu baik!...
cucu murid baik" A Toa, coba jajal ilmu pedangnya!"
"Baik!" jawab kakek bermuka sial itu. Ia menghunus Ie
Thian Kiam yang mengeluarkan sinar menyilaukan mata.
"Pedang itu adalah milik Go Bie Pay," kata Boe Kie.
"Mengapa sekarang berada dalam tanganmu?"
"Setan kecil, tau apa kau?" bentak si nona. "Si tua
bangka Biat Coat telah mencuri Ie Thian Kiam dari
rumahku. Sekarang pedang itu pulang kepada majikannya
yang lama. Ada hubungan apa antara Ie Thian Kiam dan
Go Bie Pay?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Boe Kie yang tidak mengenal sejarah pedang mustika itu,
tidak dapat membuka mulut lagi. "Tio Kouw Nio,
berikanlah Hek Giok Toan Siok kepadaku," katanya
dengan menyimpang, "sesudah Sam Soepeh dan Liok
Soesiok sembuh, kita boleh bikin habis permusuhan ini."
"Bikin habis permusuhan ini?" menegas si nona dengan
suara dingin. "Bagus! Apa kau tahu dimana adanya Kong
Boen Kong Tie, Song Wan Kiauw dan yang lain-lain?"
Boe Kie menggelengkan kepala, "Tak tahu." Jawabnya.
"Bolehkah Tio Kouw Nio memberi keterangan?"
"Perlu apa aku beritahu kau?" jawabnya. "Jika aku tidak
mencincang padamu sampai menjadi berlaksa potong, tak
dapat aku melampiaskan rasa penasaran untuk segala
hinaan dalam penjara besi di Lek Lioe Chung." Sehabis
berkata begitu, paras si nona bersemu dadu.
Mendengar perkataan hinaan dalam penjara besi di Lek
Lioe Chung, paras muka Boe Kie pun lantas berubah
merah. Pada hari itu, untuk menolong jiwa para pemimpin
Boe Kie, karena terpaksa ia sudah mengitik telapak kaki Tio
Beng. Ia sama sekali tidak berniat untuk menghina seorang
wanita, tapi biar bagaimanapun jua perbuatan itu sangat
melanggar kesopanan. Ia tidak pernah memberitahukan
kejadian itu kepada siapapun jua dan kalau sampai
diketahui orang, ia malu besar. Sebab tidak bisa membela
diri di hadapan orang banyak, ia hanya berkata, "Tio Kouw
Nio, bilanglah terus terang, kau suka menyerahkan Hek
Giok Toan Siokko atau tidak?"
Biji mata Tio Beng memain dan ia berkata sambil
tersenyum, "boleh kau bisa segera mendapatkan Hek Giok
Toan Siokko apabila kau meluluskan permintaanku."
"Permintaan apa?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekarang belum dapat dipikir olehku."
"Kau tentu bakal mengajukan permintaan yang gila-gila.
Apakah aku harus meluluskan juga manakala kau minta
membunuh diri sendiri atau mengubah badan menjadi babi
dan anjing." "Aku pasti tak akan minta kau membunuh diri atau
minta kau menjadi babi dan anjing, hihihi" andaikata kau
mau, kaupun tak akan bisa melakukan itu."
"Sebutlah sekarang, apabila permintaanmu
tidak melanggar kesatriaan dalam rimba persilatan dan bisa
dilakukan olehku, aku akan meluluskannya."
Baru saja Tio Beng mau bicara lagi, tiba-tiba ia melihat
sekuntum kembang mutiara pada kundai Siauw Ciauw dan
kembang itu adalah miliknya sendiri yang dihadiahkan
kepada Boe Kie. Tiba-tiba saja darahnya meluap. Sambil
menggigit gigi, ia berpaling kepada A Toa dan berkata,
"Putuskan kedua lengan bocah she Thio itu!"
"Baik,"jawabnya. Ia maju setindak menghunus Ie Thian
Kiam dan berkata, "Thio Kauw Coe, Coe jin memerintahkan aku
memutuskan kedua lenganmu."
Alis Boe Kie berkerut. Ie Thian Kiam tajam luar biasa,
tidak bisa dilawan dengan senjata apapun jua. Jalan satu-
satunya ialah coba merampas pedang mustika itu dengan
tangan kosong dengan menggunakan ilmu Kian Koen Tay
Lo Ie. Tapi kalau musuh memiliki ilmu yang tinggi, sekali
kurang hati-hati, sekali tergores, ia bisa celaka. Maka itulah
ia jadi agak bingung dan tak tahu apa yang harus
diperbuatnya. Sekonyong-konyong Thio Sam Hong memanggil, "Boe
Kie, kau sudah paham Thay Kek Koen. Disamping ilmu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pukulan itu, akupun menggubah Thay Kek Kiam (Ilmu
Pedang Thay Kek) "Mari! Aku akan mengajar ilmu pedang
itu kepadamu supaya kau bisa melayani Sie coe itu."
"Terima kasih Thay Soe Hoe," kata Boe Kie. Ia
berpaling kepada A Toa dan berkata pula, "cianpwee, aku
tidak paham ilmu pedang, sesudah Soehoe memberi
pelajaran barulah aku melayani cianpwee."
Biarpun ia mempunyai pedang mustika, tapi sudah
melihat kelihaian Boe Kie, A Toa masih merasa keder.
Sekarang ia girang, ilmu pedang adalah serupa ilmu yang
sangat sulit. Untuk mempergunakannya secara lancer,
orang harus berlatih sepuluh dan dua puluh tahun. Begitu
belajar, begitu memperguanakannya adalah hal yang tak
mungkin. Maka itu, ia lantas saja manggutkan kepala dan
berkata: "baiklah, aku menunggu di sini. Apa dua jam
cukup?" "Aku akan menurunkan pelajaran di sini," kata Thio
Sam Hong. "Tak usah dua jam setengah jam sudah lebih
dari cukup." Kecuali Boe Kie, semua orang kaget. Mereka hampir tak
percaya kuping sendiri. Andaikata benar Thay Kek Kiam
Hoat pandai luar biasa, tetapi dengan mengajar di hadapan
orang banyak dan musuh bisa menyaksikannya, rahasia
pukulan-pukulan lihai tidak dapat dipertahankan lagi.
"Baiklah," kata A Toa. "Kalau begitu, sebaiknya aku
keluar dari ruangan ini."
"Tak usah," kata Thio Sam Hong.
"Ilmu pedangku gubahan baru. Aku sendiri tak tahu apa
dapat digunakan atau tidak. Tuan boleh turut menyaksikan
dan kuminta tuan suka memberi petunjuk pada bagian-
bagian yang kurang sempurna."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesaat itu, Yo Siauw mendadak ingat sesuatu, "Ah!"
teriaknya, "Sekarang aku ingat, tuan adalah Giok Bin Sin
Kiam tiang loo yang berkedudukan tinggi dalam Kay Pang!
Mengapa tuan rela menjadi budaknya orang?" (Giok Bin
Sin Kiam Sim " Malaikat pedang yang mukanya seperti
batu pualam, tiang loo " tetua Kay Pang partai pengemis.
Dalam Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar, Kay Pang
dipimpin oleh Kioe Cie Sin Kay Ang Cit Kong)
Mendengar itu, jago-jago Beng Kauw terkesiap,
"Bukankah kau sudah mati?" kata Cioe Tian. "Bagaimana".. bagaimana kau bisa hidup lagi?"
A Toa menghela napas. "Aku manusia sisa mati."
Katanya sambil menundukkan kepala. "Apa yang sudah
lampau perlu apa disebutkan lagi" Telah lama aku sudah
bukan tiang loo dari Kay Pang."
Orang-orang yang lebih tua mengetahui, bahwa Giok
Bin Sin Kiam Phoei Tong Peng dahulu menjadi kepala dari
keempat tetua partai pengemis. Kelihaiannya dalam ilmu
pedang telah menggetarkan dunia kang ouw dan disamping
itu, ia pun terkenal sebagai pria yang sangat tampan,
sepanjang warta, pada belasan tahun berselang, ia telah
meninggal dunia karena sakit. Tentu saja munculnya di
Sam Ceng tian sangat mengejutkan, lebih-lebih sebab
mukanya berubah dan sekarang ia menjadi kaki tangan Tio
Beng. "aku merasa sangat girang, bahwa Thay Kek Kiam Hoat
akan mendapat pelajaran dari Giok Bin Sin Kiam," kata
Thio Sam Hong. "Boe Kie, apa kau mempunyai pedang?"
Siauw Ciauw segera menghampiri dan menyerahkan Ie
Thian Kiam kayu yang diambil dari Lek Lio Chung. Thio
Sam Hong menyambut pedang itu dan berkata sambil
tersenyum: "pedang kayu" Apa kau kira aku akan menulis
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jimat atau mengusir hawa jahat?" Ia berbangkit dan
memegang senjata itu di tangan kiri, perlahan-lahan ia
membuat lingkaran. Ia mulai bersilat dengan gerakan
sangat lambat " San Hoan To Goat, toa Kwie Chee Yan
Coe Tiauw Coei, Co Lan Sauw, Yoe Lan Siauw dan
sebagainya. Boe Kie mengawasi dengan mata tidak
berkesiap tapi yang diperhatikannya bukan jurus pedang,
hanya jiwa ilmu pedang itu bersambung-sambung.
Sesudah Thio Sam Hong selesai bersilat, tak seorangpun
yang menepuk tangan. Mereka semua merasa heran.
Apakah ilmu pedang itu yang lambat gerakannya dan tak
menunjukkan keluar biasaan apapun jua dapat digunakan
untuk melawan Giok Bin Sin Kiam" Tapi ada juga yang
memikir lain. Mereka menduga, bahwa Thio Sam Hong
sudah sengaja memperlambat gerak-geriknya, supaya dilihat
oleh cucu muridnya. "Anak apa kau sudah lihat terang?" tanya Thio Sam
Hong. "Cukup terang," jawab Boe Kie.
"Kau ingat semua?"
"Sudah lupa sebagian."


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagus, aku banyak membikin susah kepadamu.
Sekarang kau harus memikiri sendiri."
Alis Boe Kie berkerut, suatu tanda ia sedang mengasah
otak. Beberapa saat kemudian, Thio Sam Hong bertanya lagi,
"Bagaimana sekarang?"
"Sudah lupa sebagian besar." Jawabnya.
"Celaka!" teriak Cioe Tian. "Makin lama makin banyak
yang dilupakan. Thio cinjin, ilmu pedangmu sangat sulit tak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat orang mengangkatnya dengan hanya sekali lihat,
coba sekali lagi." Thio Sam Hong tertawa, "Baiklah, aku akan bersilat
sekali lagi." Katanya. Seperti tadi ia bersilat pula dengan
gerakan perlahan. Sesudah beberapa jurus, semua penonton
jadi makin heran sebab jurus-jurus yang diperlihatkan kali
ini berbeda dengan jurus-jurus yang tadi.
"Gila! Betul-betul gila!" Teriak Cioe Tian.
Tapi guru besar itu tak meladeni si sembrono. Ia hanya
senyum. "Anak," katanya kepada Boe Kie. "Bagaimana
sekarang?" "Masih ada tiga jurus yang belum terlupa."
Thio Sam Hong balik kursinya, sedang Boe Kie jalan
terputar di ruangan itu. Tiba-tiba ia mengangkat kepala dan
dengan paras muka berseri-seri, ia berseru, "sekarang anak
lupa semuanya! Lupa seluruhnya."
"Bagus!" kata sang Thay Soehoe. "Sekarang kau boleh
minta petunjuk Giok Bin Sin Kiam." Seraya berkata begitu,
ia menyerahkan pedang kayu yang dipegangnya kepada
Boe Kie. Boe Kie seraya menghampiri Phoei Tong Peng dan
berkata seraya membungkuk. Phoei Cian Pwee, silahkan."
Cioe Tian menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Hatinya penuh kekuatiran.
Bagaikan seekor kera, Phoei Tong Peng melompat dan
sambil berkata, "Maaf" ia menikam. Sinar hijau berkelebat
disertai dengan suara "Srrt" hal ini membuktikan, bahwa ia
memiliki Lwee Kang yang sangat kuat, sedikitnya tak kalah
dengan A Jie. Semua orang terkejut. Dengan Lwee Kang yang sehebat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, jangankan ia menggunakan pedang mustika, sedang
pedang biasapun sudah sukar dilawan. Meskipun ia sudah
tidak memiliki G iok Bin (muka tampan seperti batu
pualam), tapi julukan Sin Kiam (pedang malaikat) sungguh
bukan nama kosong. Melihat serangan hebat itu, cepat Boe Kie membuat
setengah lingkaran, menempelkan badan pedang kayu di
badan Ie Thian Kiam, mengirim Lwee Kang, dan" Ie
Thian Kiam tertekan ke bawah.
"Bagus!" puji Phoei Tong Peng seraya membalik
pedangnya dan menusuk pundak lawan. Boe Kie memutar
senjata dan kedua lawan sama-sama melompat mundur. Ie
Thian Kiam tergetar dan mengeluarkan suara "unggg" yang
sangat nyaring. Kedua pedang itu berbeda bagaikan langit dan bumi.
Yang satu bersenjata mustika, yang lain hanya kayu belaka.
Akan tetapi, karena bentrokan terjadi pada badan pedang,
maka yang tajam tidak dapat berbuat banyak terhadap yang
tumpul. Dengan memukul badan pedang maka boleh
dikatakan Boe Kie sudah berhasil menangkap jiwa Thay
Kek Kiam Hoat. Tadi waktu memberikan pelajaran yang diturunkan Thio
Sam Hong ialah "jiwa" atau "intisari" dari Thay Kek Kiam
Hoat, tapi bukan "justru" ilmu pedang itu. Maka itulah,
sesudah Boe Kie bisa menyelami intisari daripada ilmu
pedang itu dan bisa menggunakan secara bebas, wajar
dengan segala perubahan-perubahannya yang bermacam-
macam. Dalam otak masih teringat sejuru dua dari apa
yang dilihatnya, maka kelancaran itu akan terganggu. In
Thian Ceng dan Yo Siauw mengerti prinsip tersebut, tapi
Cioe Tian yang ilmunya masih agak cetek, sudah jadi
kebingungan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara bentrokan senjata makin lama makin gencar.
Dengan jurus-jurus luar biasa, dengan Lwee Kang yang
dahsyat dan dengan senjata mustika. Phoei Tong Peng
mengirim serangan-serangan berantai bagaikan hujan dan
angina. Sinar hijau berkelebat-kelebat tak ada hentinya dan
hawa dalam Sam Ceng Tian berubah dingin. Boe Kie
melayani dengan hati-hati dan tenang. Dalam membela diri
atau balas menyerang, pedang kayunya membuat lingkaran-
lingkaran, lingkaran besar, dan kecil. Lingkara itu seolah-
olah benang sutra yang berputar-putar dan untuk
menggulung Ie Thian Kiam. Makin lama jumlah benang
sutera jadi makin banyak. Sesudah bertempur dua ratus
jurus lebih, kelincahan Ie Thian Kiam mulai berkurang.
Phoei Tong Peng merasa, bahwa berat pedang selalu
bertambah, dari lima menjadi enam kati, tujuh, delapan,"
sepuluh" dua puluh"
Si kakek sekarang bangun, ia mengeluarkan keringat
dingin. Tiga ratus jurus sudah lewat. Tapi ia belum juga
bisa merampas pedang lawan yang terbuat dari pada kayu.
Itulah kejadian yang belum pernah dialami. Pihak lawanm
seperti juga melepaskan jala raksasa yang makin lama jadi
makin kecil. Berulang kali Phoei Tong Peng menukar ilmu
pedang, tapi ita tetap tidak dapat kemajuan. Terus menerus
Boe Kie membuat lingkaran-lingkaran di antara penonton,
kecuali Thio Sam Hong seorang, tak satupun yang bisa
melihat tegas apa dia sedang menyerang atau membela diri.
Pada hakikatnya Thay Kek Kiam Hoat hanya terdiri
daripada lingkaran-lingkaran besar, kecil, miring, berdiri
rata dan sebagainya, sehingga jika orang ingin berbicara
tentang "jurus" ilmu pedang itu hanya terdiri dari satu jurus
lingkaran. Tapi dalam jurus tunggal itu terdapat perubahan-
perubahan yang tiada habisnya.
Sekonyong-konyong Phoei Tong Peng membentak keras,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kumis atau alisnya berdiri dan Ie Thian Kiam menyambar
dada Boe Kie. Itulah serangan yang disertai dengan
seantero tenaga dalam. Boe Kie membalik senjata dan coba
menangkis. Mendadak si kakek memutar sedikit pergelangan tangannya merampas dari samping. "Kres"
pedang kayu itu putus enam dim dan Ie Thian Kiam
meluncur terus ke dada Boe Kie.
Boe Kie terkesiap. Tapi dalam bahaya, ia tidak jadi
bingung. Secepat kilat, telunjuk dan jari tengah tangan
kirinya menjepit badan Ie Thian Kiam sedang tangan
kanannya membabat lengan kanan musuh dengan pedang
bunting. Biarpun kayu, tapi ia sebab membacok dengan
tenaga Kioe Yang Sin Kang sampai hati untuk menyerang
pula dan merampas pedang mustika itu.
Dengan tangan kiri mencekal Ie Thian Kiam Boe Kie
seperti juga jepitan besi. Dalam keadaan begitu, jalan satu-
satunya untuk menyelematkan lengan kanannya dari
bacokan ialah melepaskan Ie Thian Kiam dan melompat
mundur. "lepas!" bentak Boe Kie sambil menggigit gigi
dengan nekat si kakek yang bandel membetot lagi. "Kres!"
lengan itu terbabat putus dan terus meluncur jatuh!
Phoei Tong Peng lebih suka mengorbankan lengan
daripada kehilangan pedang.
Sebelum lengan yang jatuh itu menyentuh lantai, tangan
kiri si kakek menjambretnya dan mengambil pedang Ie
Thian Kiam yang masih terus dicengkram dengan jari-jari
tangan dari lengan yang putus itu.
Melihat kegagahan orang tua itu, Boe Kie kaget
bercampur kagum dan ia tak sampai hati untuk menyerang
pula dan merampas pedang mustika itu. Phoei Tong Peng
menghampir Tio Beng dan seraya berkata membungkuk,
"Coe Jin, Siauw Jin tak punya kemampuan dan rela
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menerima hukuman." "Aku suruh kau putuskan kedua tangan bocah itu."
Katanya dengan suara dingin.
Muka si kakek yang sudah pucat jadi lebih pucat lagi.
"Baiklah." Katanya. Tangan kirinya mengayun Ie Thian
Kiam yang dengan sekali berkelebat sudah memutuskan
lengan kiri si kakek. Dengan serentak semua orang mengeluarkan seruan
tertahan. Boe Kie gusar tak kepalang. Sambil menuding, ia
membentak, "Tio Kouw Nio! Sungguh kejam kau! Phoei
Sian Seng telah berbuat apa yang dia bisa. Tapi kau masih
tak bisa memaafkannya."
"Kau, bukan aku yang memutuskan tangannya." Kata si
nona dengan suara dingin. "Apa kau atau aku yang kejam?"
Boe Kie jadi kalap, "Kau". Kau" " teriaknya. Ia tidak
bisa mendapatkan kata-kata yang tepat untuk melampiaskan kemarahannya.
Tapi Tio Beng tenang-tenang saja. "Budakku, tak perlu
kau campur urusan orang lain," ia menengok kepada Thio
Sam Hong dan berkata pula. "hari ini, dengan memandang
muka Thio Kauw Coe, aku memberi ampun kepada Boe
Tong Pay," ia mengibaskan tangan kirinya dan membentak.
"Berangkat!" beberapa orang sebawahannya segera mendukung Phoei Tong Peng, A Jie, dan Oe Boen Cek dan
kemudian beramai-ramai keluar dari Sam Tian Ceng.
"Tahan!" teriak Boe Kie "sebelum kamu tinggalkan Hek
Giok Toan Siokko, jangan harap kamu bisa berlalu dari Boe
Tong San!" dengan sekali melompat, tangannya menjambret Tio Beng. Tapi sebelum tangan itu menyentuh
si nona, tiba-tiba ia merasa kesiuran angin yang menyambar
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari kiri ke kanan. Kedua serangan itu tidak ada suaranya.
Tahu-tahu sudah tiba di hadapannya. Ia terkesiap, degnan
kecepatan luar biasa ia membalik kedua tangannya dengan
tangan kanan menyambut serangan yang datang dari
sebelah kanan, tangan kiri menangkis pukulan yang
menyambar dari sebelah kir. Begitu kedua tangannya
kebentrok dengan tangan musuh, ia merasa tekanan Lwee
Kang yang sangat kuat dan lebih hebat lagi, Lwee Kang itu
dingin luar biasa. Tiba-tiba ia terkejut, hawa dingin itu
sudah dikenalnya. Aha! Hian Beng Sin Ciang yang dahulu
hampir-hampir mengambil jiwanya!
Dalam kagetnya, Boe Kie segera mengerahkan Kioe
Yang Sin Kang. Hampir berbareng, iga kiri dan kanannya
ditepuk orang sehingga ia terhuyung beberapa tindak. Yang
menepuknya adalah dua kakek yang bertubuh kurus
jangkung. Selagi sebelah tangan mereka kebentrok dengan
kedua tangan Boe Kie, sebelah tangan yang lainnya tanpa
mengeluarkan suara sudah menyambar ke iga pemuda itu.
Seraya membentak keras, Yo Siauw dan Wie It Siauw
melompat dan menyerang kakek itu. "Plak, plak!" kedua
jago Beng Kauw itu juga terhuyung beberapa tindak, dada
mereka menyesak dan hawa dingin meresap sampai ke
tulang. "Nama Beng Kauw sungguh besar, tapi kepandaiannya
hanya sebegitu!" kata si kakek di sebelah kanan. Sehabis
berkata begitu, dengan kawannya, ia melindungi Tio Beng
keluar dari Sam Ceng Tian.
Sebab kuatir akan keselamatan Kauw Coe mereka,
orang-orang Beng Kuaw tidak mengubar dan mereka lalu
mengerumuni Boe Kie yang duduk di lantai dengan dipeluk
oleh In Thian Ceng. Semua orang kelihatan bingung. Sambil tersenyum, Boe
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kie menggoyang-goyangkan tangannya supaya orang
jangan berkuatir. Perlahan-lahan ia mengerahkan Kioe
Yang Sin Kang untuk mengeluarkan racun dingin itu dari
dalam tubuhnya. Selagi hawa dingin itu terdesak ke luar,
beberapa orang yang Lwee Kangnya agak cetek,
bergemetaran badannya. Tapi karena mencintai pemimpin
mereka, tak seorangpun meninggalkan Boe Kie.
Beberapa saat kemudian, Boe Kie berkata, "Gwa kong
dan saudara-saudara sekalian. Keadaanku tak apa-apa.
Harap kalian jangan kuatir."
Mendengar Kauw Coe mereka bicara, semua orang
merasa girang dan lantas mengundurkan diri. Sementara
itu, kelihatanlah di atas kepala Boe Kie terus menerus
keluar semacam asap berwarna putih, sebagai tanda bahwa
pemuda itu sedang mengerahkan Lwee Kang yang dahsyat.
Beberapa saat kemudian, ia membuka baju dan pada
kedua iganya terlihat tapak tangan dengan warna kehitam-
hitaman. Berkat khasiat Kioe Yang Sin Kang, warna hitam
itu perlahan-lahan berubah menjadi ungu, dari ungu


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi abu-abu yang akhirnya menghilang. Demikianlah,
dalam waktu kira-kira setengah jam Boe Kie sudah berhasil
mengusir seantero racun hitam Hian Beng Sin Ciang. Ia
berbangkit dan berkata sambil tertawa, "Biarpun mesti
menghadapi bahaya, kita sekarang sudah mengenal muka
musuh." Yo Siauw dan Wie It Siauw pun tidak terluput dari racun
dingin. Tapi sebab pada waktu menangkis, mereka
mengeluarkan seluruh Lwee Kang, maka racun itu hanya
masuk sampai di pergelangan tangan dan tidak menembus
ke isi perut. Maka itu, sesudah mereka bersemedi dan
mengerahkan tenaga dalam beberapa lama, merekapun
berhasil mengusir racun tersebut.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat kemudian, Gouw Kin Co, Ciang Kie Soe
Swie Kim Kie, melaporkan bahwa semua musuh sudah
turun gunung. Jie Thay Giam lantas saja memerintahkan Tie Kek
Toojin menyediakan makanan untuk menjamu para
anggota Beng Kauw. Selagi makan minum, Boe Kie
menceritakan kepada Thay SoeHoe dan Sam SoePehnya
segala sesuatu yang terjadi atas dirinya semenjak mereka
berpisahan. Mendengar penuturan yang luar biasa itu,
semua orang merasa kagum dan heran.
"Tahun itu, di ruangan ini juga aku telah beradu tangan
dengan si kakek yang memiliki Hian Beng Sin Ciang itu,"
kata Thio Sam Hong. Pada waktu itu, ia menyamar sebagai
perwira tentara mongol. Sampai sekarang, aku masih belum
tahu dengan kakek yang mana aku beradu tangan. Kalau
dipikir-p ikir, aku harus merasa malu, karena sampai hari ini
aku masih belum mampu meraba asal-usul kedua orang itu.
"Kitapun masih belum tahu siapa adanya wanita She Tio
itu," menyambung Yo Siauw. "Dia pasti mempunyai
orang-orang Seperti Hian Beng Jie Loo (dua kakek yang
memiliki Hian Beng Sin Ciang) menakluk di bawah
perintahnya." "Kita sekarang menghadapi dua tugas yang harus segera
diselesaikan," kata Boe Kie. "Pertama kita harus merampas
Hek Goan Toan Siokko untuk mengobati luka Jie Sam
SoePeh dan In Liok Siok. Kedua, kita harus segera
menyelidiki dimana adanya Song Toa Peh dan yang lain-
lain. Untuk menunaikan kedua tugas ini, kita harus mencari
si wanita she Tio." Jie Thay Giam tertawa getir, "Aku sudah bercacad
selama kurang lebih dua puluh tahun, sehingga biarpun Hek
Goan Toan Siokko bisa dirampas, kurasa cacad ini tak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungkin disembuhkan lagi." Katanya. "Perhatian kita
sekarang harus ditujukan kepada Toako, Liok Tee dan yang
lain-lain. "Kita harus bertindak cepat," kata Boe Kie pula.
"Kuminta Yo Co Soe, Wie Hok Ong, dan Swee Poet Tek
Tay Soe mengikut aku turun gunung untuk mengejar
musuh. Dengan berpencaran, kelima Ciang Kie Hoe Soe
(wakil pemimpin) dari lima bendera harus pergi ke Go Bie,
Hwa San, Koen Loen, Khong Tong, dan Siauw Lim Sie di
Hok Kian untuk mengadakan hubungan berbagai partai dan
mengadakan penyelidikan. Gwa Kong dan Koe Koe
(Paman, In Ya Eng) pulang ke Kang Lim untuk
mempersiapkan seluruh pasukan Peh Bie Kie. Tiat Koan
Too Tiang dan Cioe Sian Seng, Pheng Thay Soe dan Ciang
Kie Soe dari Ngo Heng Kie untuk sementara waktu
berdiam di Boe Tong Pay guna memantu Thay Soehoe
Thio Cin Jin." Demikianlah, dengan sikap wajar ia mengeluarkan
perinta. Sedang In Thian Ceng, Yo Siauw, Wie It Siauw
dan yang lain-lain menerimanya sambil membungkuk.
Melihat begitu, bukan main girangnya Thio Sam Hong.
Semula guru besar itu masih bersangsi, apakah cucu
muridnya yang masih baru begitu muda bisa menguasai
jago-jago Beng Kuaw.Sekarang dengan mata kepala sendiri
ia menyaksikan bahwa In Thian Ceng dan yang lain-lain
benar-benar mengakui Boe Kie sebagai pemimpin mereka
yang mempunyai kekuasaan mutlak. "Kepandaiannya yang
tinggi dan otaknya yang cerdas biarpun harus dikagumi di
mataku tidaklah berharga terlalu besar." Kata Thio Sam
Hong di dalam hati. "Tapi bahwa ia berhasil menaklukkan
memedi-memedi Beng Kuaw dan Peh Bie Kie, hingga
mereka sekarang balik ke jalanan lurus sungguh-sungguh
satu kejadian yang menakjubkan. Ha!... Coei San ada
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
turunannya" " memikir begitu, kedua mata guru besar itu
mengembang air. Boe Kie berempat cepat-cepat makan dan sesudah
makan, mereka segera meminta diri dari Thio Sam Hong
dan segera turun gunung untuk mengejar Tio Beng. In
Thian Ceng dan para pemimpin Beng Kauw. menghantar
sampai di kaki gunung. Poet Hwi yang rupanya berat untuk
segera berpisahan dengan ayahnya mengikuti terus dan
sesudah melalui lagi kira-kira satu li, Yo Siauw berkata,
"Poet Hwi, kau baliklah, rawatlah In Liok Siok sebaik-
baiknya." "Baiklah," jawab si nona, mengawasi Boe Kie dan tiba-
tiba paras mukanya berubah merah. "Boe Kie Koko,"
katanya dengan suara perlahan. "aku ingin bicara sepatah
dua patah dengan kau."
Yo Siauw, Wie It Siauw, dan Swee Poet Tek tertawa
dalam hati. Kedua orang muda itu sahabat lama dan dalam
menghadapi perpisahan mereka mungkin ingin mengatakan
sesuatu yang tak boleh didengar orang lain. Memikir begitu,
mereka segera mempercepat tindakan dan meninggalkan
Boe Kie dan Poet Hwi. Sesudah kedua orang tua itu pergi jauh, sambil menarik
tangan Boe Kie, si nona berkata, "Boe Kie koko, kemari,"
mereka menghadapi sebuah batu besar dan lalu berduduk di
atasnya. Jantung itu memukul keras. "aku dan dia pernah sama-
sama melewati banyak bahaya besar. Perhubungan antara
aku dan dia bukan perhubungan biasa." Katanya di dalam
hati. "Tapi sesudah perpisahan lama dan bertemu lagi
sikapnya agak dingin, acuh tak acuh. Apakah yang dia
sekarang mau sampaikan kepadaku?"
Sebelum bicara, paras muka si nona sudah berubah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merah dan ia menundukkan kepala. Lama juga ia berdiam
bagaikan patung. Akhirnya ia mendongak dan berkata,
"Boe Kie koko, pada waktu ibu mau menutup mata,
bukankah ia telah meminta supaya kau melihat-lihat aku?"
"Benar," jawabnya.
"Dengan melalui perjalanan berlaksa li, dari Tepi Hwai
Ho sampai ke See Hek, kau telah berhasil menyerahkan aku
kepada ayah. Dalam perjalanan itu, berulang kali kau
mengalami penderitaan hebat dan menghadapi bahaya-
bahaya besar. Budi yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-
kata belaka. Sebegitu jauh aku hanya mengingat di dalam
hati dan tidak pernah menyebutkannya di hadapanmu."
"Itu semua tak ada harga untuk disebutkan lagi," kata
Boe Kie. "apabila aku tidak mengawani kau ke See Hek,
aku tentu tidak mengalami kejadian-kejadian yang sangat
kebetulan dan di waktu ini aku pasti sudah tidak berada di
alam dunia." "Tidak! Boe Kie koko, kau tak boleh mengatakan
begitu," kata si nona sembil menggeleng-gelengkan kepala.
"Kau seorang yang sangat mulia, dengan "restu Tuhan"
segala bahaya akan berubah menjadi keselamatan. Boe Kie
koko, sedari kecil aku sudah ditinggalkan ibu, ayah adalah
seorang yang paling dekat denganku, tapi aku tidak bisa
mengatakan kepadanya apa yang aku ingin katakana
sekarang. Kau adalah Kauw Coe kami, akan tetapi, di
dalam hati aku masih tetap memandang kau sebagai kakak
kandungku. Hari itu, ketika kau datang di Kong Beng Teng
dalam keadaan sehat, bukan main rasa girangku. Akan
tetapi, aku merasa malu hati untuk menyatakan perasaan
itu. Boe Kie koko, kau tidak gusar, bukan?"
"Tidak! Tentu saja aku tidak gusar," jawabnya.
Si nona menundukkan kepala dan berkata pula. "Terima
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kasih, kau sungguh mulia, Boe Kie koko, aku telah
memperlakukan Siauw Ciauw secara kejam dan mungkin
sekali kau mendongkol terhadap perlakuan itu. Hal itu
terjadi karena aku selalu tidak dapat melupakan kebinasaan
ibu yang sangat mengenaskan sehingga terhadap orang
jahat, aku tidak main kasihan lagi. Belakangan sesudah
melihat perlakuanmu terhadap Siauw Ciauw, aku tidak
membencinya lagi." Boe Kie tersenyum, "Siauw Ciauw beradat aneh, tapi
kurasa dia bukan seorang jahat," katanya.
Ketika itu matahari sudah mulai menyelam ke barat dan
musim rontok yang dingin mulai turun. Untuk beberapa
saat mereka tidak berkata-kata. Tiba-tiba paras muka si
nona berubah lagi, kulitnya yang putih bersemu dadu,
kedua matanya mengeluarkan sinar kecintaan, sedang
sikapnya seperti orang kemalu-maluan. "Boe Kie koko,"
katanya dengan suara hampir tidak kedengaran, bukankah
ayah dan ibu berdosa terhadap In" Liok Siok?"
"Ah! Kejadian yang sudah lampau, tak perlu disebut-
sebut lagi," kata Boe Kie.
"Tidak!" bantah si nona. "Bagi orang lain, kejadian itu
memang kejadian yang sudah lama. Aku sendiri sekarang
sudah berusia tujuh belas tahun. Tapi bagi In Liok Siok
kejadian itu bkan kejadian lama. Ia masih tidak bisa
melupakan ibu. Waktu ia terluka berat dan berada dalam
keadaan setengah sadar, sering-sering ia mencekal tanganku
dan berkata Siauw Hoe! Siauw Hoe! Jangan tinggalkan aku,
aku sudah menjadi manusia bercacat. Tapi aku memohon
jangan tinggalkan aku".. jangan tinggalkan aku," ia bicara
dengan suara parau dan kemudian air matanya mengalir
turun di kedua pipinya."
"Liok Siok mengatakan begitu, sebab ia berada dalam
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keadaan lupa ingat," kata Boe Kie dengan suara membujuk.
"Kau tidak boleh menerima perkataan itu secara sungguh."
Poet Hwi menggelengkan kepala. "Kau salah,"
bantahnya. "Bukan begitu kau tidak tahu, tapi aku tahu.
Belakangan sesudah tersadar, ia mengawasi aku dengan
sorot mata dan sikap yang tidak berbeda. Ia mau minta
supaya aku kan dia, tapi ia merasa berat untuk membuka
mulut." Boe Kie menghela napas. Ia mengenal baik adat paman
itu. Biarpun ilmu silatnya sangat tinggi, pada hakekatnya In
Lie Heng berperasaan sangat halus. Dahulu waktu masih
kecil, Boe Kie sering menyaksikan cara bagaimana paman
itu mengucurkan air mata untuk urusan-urusan kecil.
Kebinasaan Siauw Hoe merupakan pukulan sangat hebat.
Maka tidaklah heran meskipun sudah bercacat, Lie Heng
masih tidak bisa melupakan tunangannya itu.
Sesudah termangu beberapa lama, Boe Kie berkata
dengan suara serak. "Ya ".. kita tidak bisa berbuat banyak
untuk menghibur hatinya. Jalan satu-satunya aku harus
berusaha sekeras-kerasnya untuk merampas Hek Goan
Toan Siokko guna mengobati Liok Siok san Sam Soepeh."
"Makin lama melihat sikap In Liok Siok, hatiku merasa
kasihan." Kata pula Poet Hwi. "Aku tidak dapat
menghilangkan perasaan bahwa selama orang itu termasuk
ayah dan ibu telah melakukan perbuatan yang tidak pantas
terhadapnya. Boe Kie koko" " ia terdiam sejenak
kemudian meneruskan perkataannya dengan suara hampir
tak kedengaran, "aku" aku sudah berjanji dengan In Liok
Siok, bahwa aku tak perduli ia sembuh atau tak sembuh,
aku akan mengawaninya seumur hidup dan tidak akan
berpisah lagi selama-lamanya!" sehabis berkata begitu, air
mata mengucur deras, akan tetapi paras mukanya berubah
terang. Itulah paras dari seorang yang dihinggapi rasa malu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bercampur bangga. Boe Kie terkejut. Ia tak pernah mimpi, bahwa Poet Hwi
rela mengabdi kepada In Lie Heng seumur hidup. Untuk
beberapa saat, dia mengawasi si nona dengan mata
membelalak dan kemudian berkata dengan suara terputus-
putus, "kau!..... kau". . "
"Secara tegas aku sudah berjanji dengannya, bahwa
dalam penitisan ini, aku akan mengikutinya selama-
lamanya," berkata pula Poet Hwi dengan suara yang tetap.
"Walaupun seumur hidup ia bercacat, maka seumur hidup
aku akan mendampinginya, melayaninya dan coba
menghiburnya." Boe Kie menghela napas dan sambil mengawasi si nona
dengan alis berkerut, ia berkata, "tapi kau".. "
"Janjiku tak diberikan kepadanya secara tergesa-gesa,"
memutus Poet Hwi. "Di sepanjang jalan, aku merenungkan
soal itu masak-masak. Bukan saja itu tidak berpisahan
denganku, akupun tak bisa berpisahan dengannya. Kalau
lukanya tak sembuh, aku tidak bisa hidup lebih lama di
dalam dunia. Saban kali aku mendampinginya, ia selalu
mengawasiku dengan sorot mata yang tak dapat dilukiskan
pada saat itu. Boe Kie, dahulu, waktu masih kecil, aku
selalu memberikan rahasia hatiku kepadamu. Kuingat
karena tak punya uang untuk beli kembang gula, di tengah
malam buta, aku mencuri sebuah tong jin (kembang gula
yang berbentuk manusia) dan memberikannya kepadaku.
Apa kau masih ingat?"
Disebutkannya kejadian yang lampau itu mengharukan
sangat hatinya Boe Kie. Di depan matanya lantas saja


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terbayang pengalaman-pengalaman pada waktu ia bersama
Poet Hwi, dengan bergandengan tangan, merantau ke
wilayah barat. "Aku ingat," jawabnya sambil menundukkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepala. Seraya memegang tangan kakaknya, si nona berkata
pula: "tapi aku tidak tega untuk makan gula itu yang
akhirnya melumer karena hawa panas matahari. Aku
sangat berduka dan menangis terus. Kau coba membujuk
aku dan mengatakan, bahwa kau akan memberikan sebuah
lagi. Tapi biar bagaimanapun jua, kau takkan mendapatkan
tong jin yang sama seperti itu. Belakangan kau membeli
tong jin yang lebih besar dan lebih bagus, tapi sebaliknya
dari girang, aku menangis lagi. Waktu itu kau sangat
jengkel dan mencaci aku yang dikatakan tidak dengar kata.
Apa kau masih ingat?"
Boe Kie tersenyum. "Apa aku maki kau?" katanya. "Aku
sudah lupa." "adatku sangat kukuh," kata pula si nona. "In Liok Siok
adalah tong jin pertama yang disukai olehku. Aku menolak
lain kembang gula. Boe Kie koko, sering-sering di tengah
malam yang sunyi kuingat segala kebaikanmu. Beberapa
kali kau sudah menolong jiwaku. Menurut pantas, aku
harus mengabdi kepadamu seumur hidup. Akan tetapi, aku
hanya bisa menganggap kau sebagai saudara kandung."
"Di dalam hati, aku menyintai dan menghormati kau
sebagai seorang kakak. Tapi terhadap dia, aku mempunyai
rasa kasihan dan rasa cinta yang tak dapat dilukiskan
dengan kata-kata. Usianya banyak lebih tua dan
tingkatannya pun lebih tinggi daripada aku. Di samping itu,
ayah adalah seorang musuh besarnya" Kutahu bahwa
dalam hal ini kau menghadapi kesukaran-kesukaran besar.
Tapi.. tanpa memperdulikan apapun jua, aku membuka isi
hatiku kepadamu." Sehabis berkata begitu, tiba-tiba ia
berbangkit dan kabur secepatnya.
Boe Kie berdiri bagaikan patung dan dengan hati
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berduka ia mengawasi si bayangan Poet Hwi yang lalu
menghilang di lembah gunung. Lama ia berdiri di situ
dengan air mata mengalir di kedua pipinya. Sesudah
kenyang menangis, barulah ia menyusul kawan-kawannya.
Melihat tanda-tanda bekas air mata di kedua belah pipi
kauwcoe mereka, Wie It Siauw dan Swee Poet Tek melirik
Yo Siauw sambil bersenyum. Di dalam hati, mereka
menduga bahwa tak lama lagi Ko Cosoe bakal menjadi
mertua Thio Kauwcoe. Sesudah berada dikaki gunung, Yo Siauw berkata.
"Kauwcoe, menurut pendapatku, Tio Kauwnio yang
mempunyai banyak pengiring tidak akan berjalan sendiri.
Maka itu usaha mencari dia tidaklah terlalu sukar.
Sebaiknya kita sekarang mengejar dengan berpencaran, ke
arah timur, selatan, barat dan utara dan besok tengah hari,
kita berkumpul di Kok shia. Bagaimana pikiran kauwcoe?"
"Aku setuju," jawabnya. "Aku akan mengambil jalan ke
barat." Kok shia terletak di sebelah timur Boe tong san dan
dengan mengejar ke jurusan barat, ia harus menempuh
jarak lebih jauh daripada kawan-kawannya. "Hian beng Jie
lo memiliki kepandaian yang tinggi," katanya pula.
"Apabila Sam wie bertemu dengan mereka, menyingkirlah
jika masih bisa menyingkir. Tak usah Sam wie bertempur
dengan mereka." Ketiga jago itu mengiakan dan segera
mengejar ke timur, selatan dan utara.
Jalanan ke barat adalah jalanan gunung, tapi dengan
menggunakan ilmu ringan badan, Boe Kie tidak menemui
kesukaran apapun jua. Dalam waktu satu jam lebih, ia
sudah tiba di Sip yan tin. Sesudah makan semangkok mie di
sebuah warung makan, ia menanya seorang pelayan,
apakah dia pernah melihat sebuah joli dengan tirai sutera
kuning. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lihat!" jawabnya. "Di samping joli ada tiga orang sakit
yang digotong dalam tandu. Mereka lewat di sini kira-kira
satu jam yang lalu menuju ke arah Oey liong tin!"
Boe Kie girang karena rombongan itu pasti tidak bisa
berjalan cepat. Ia segera mengambil keputusan untuk
menyelidiki di waktu malam. Ia segera pergi ke tempat sepi
dan tidur di sebuah batu besar. Kira-kira tengah malam,
barulah ia menuju ke Oey liong tin.
Dengan melompati tembok ia masuk ke dalam kota.
Jalanan sepi, tapi penerangan di sebuah penginapan yang
besar kelihatan terang sekali. Ia melompat naik ke genteng
dan dengan beberapa lompatan ia sudah berada di atas
genteng sebuah rumah kecil yang berdampingan dengan
rumah penginapan itu. Dengan matanya yang sangat jeli ia
memandang ke sekitarnya. Tiba-tiba ia melihat sebuah tenda di atas lapangan, di
pinggir sungai di bagian luar kota. Di seputar tenda itu
berkelebat-kelebat bayangan-bayangan manusia suatu tanda
bahwa tenda tersebut dijaga keras. "Apa Tio Kouw nio
berada di tenda itu?" tanyanya di dalam hati. Muka dan
bicaranya nona itu tidak berbeda dengan orang Han, tapi
tempat tinggalnya dan makanannya mempunyai selera
orang Mongol." Tapi baru saja ia mau menghampiri tenda itu, dari
jendela sebuah rumah penginapan tiba-tiba terdengar suara
merintih. Boe Kie kaget. Ia melompat turun, mendekati
jendela itu dan melongok ke dalam.
Dalam kamar itu terdapat tiga ranjang dan di atas setiap
ranjang berbaring satu orang. Yang kedua tidak kelihatan
mukanya, tapi yang menghadap ke jendela bukan lain
daripada Pat pie Sin mo Oe boen Cek. Ia merintih dengan
perlahan, rintihan dari seorang yang menahan kesakitan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hebat. Sedang kedua lengan dan kedua betisnya dibalut kain
putih. Mendadak Boe Kie ingat sesuatu. "Tulang kaki
tangannya telah dihancurkan olehku dan sekarang sedang
diobati dengan Hek giok Toansiok ko," pikirnya. "Kalau
tidak merebut sekarang, mau tunggu kapan lagi?"
Memikir begitu ia segera mendorong jendela dan
melompat masuk. Seorang yang berada di dalam kamar itu
berteriak dan meninju. Dengan tangan kirinya Boe Kie
menangkap tinju yang menyambar, sedang tangan
kanannya menotok ke jalan darah itu. Ia sekarang suatu
mendapat kenyataan bahwa dua orang yang lain adalah si
kakek botak A jie dan Giok bin Sin kiam Poei Tong pek.
Orang yang ditotok olehnya mengenakan jubah panjang
warna hijau dan tangannya memegang dua batang jarum
emas. Tak bisa salah lagi dia seorang tabib yang sedang
mengobati ketiga jago itu dengan penjaruman. Di atas meja
terdapat sebuah botol yang berwarna hitam dan pinggir
botol menggeletak beberapa gulung daun hio.
Boe Kie menjemput botol itu, membuka tutupnya dan
mencium-cium. Ia mengendus bebauan yang pedas dan
tajam. Tiba-tiba Oe boen Cek berteriak, "Tolong!... ada orang
merampas obat!... Bagaikan kilat Boe Kie menotok A-hiat (hiat yang
membuat orang jadi gagu) ketiga jago itu dan kemudian
membuka balutan lengan Oe boen Cek. Ternyata lengan itu
dilabur dengan lapisan koyo yang berwarna hitam. Karena
mengenal kelicikan Tio Beng, sehingga nona itu mungkin
menaruh obat palsu di dalam botol untuk menjebaknya,
maka Boe Kie segera mengeruk koyo yang melekat di luka-
luka Oe boen Cek dan si kakek botak. Ia menganggap
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa andaikata di dalam botol itu berisi obat palsu, obat
yang dilabur kedua jago itu tak mungkin palsu.
Sementara itu karena mendengar teriakan Oe boen Cek,
orang-orang yang menjaga di luar sudah mulai menyerang.
Pintu ditendang dan beberapa orang menerjang masuk.
Tanpa menengoki Boe Kie menendang setiap musuh yang
mendekatinya. Dalam sekejap ia sudah merobohkan enam
orang. Sesaat kemudian ia sudah mengeruk habis koyo
yang melekat di luka-luka Oe boen Cek dan A jie dan
kemudian membungkusnya dengan kain pembalut.
Ia tidak berani berdiam lebih lama lagi, karena jika Hian
beng Jie lo keburu datang, ia bakal berabe sekali. Dengan
cepat ia masukkan botol hitam dan bungkusan koyo ke
dalam sakunya dan kemudian melontarkan tubuh si tabib
keluar jendela. "Plak!" tabib itu terpukul jatuh. Benar saja
di luar bersembunyi musuh. Dengan menggunakan
kesempatan itu, Boe Kie melompat keluar. Dua sinar golok
menyambar. Dengan menggunakan Kian koen Thay lo ie
Sin kang, Boe Kie menyeret dengan tangan kanannya dan
menarik dengan tangan kirinya, sehingga musuh yang di
sebelah kiri membabat yang di sebelah kanan. Sementara
itu, ia sendiri kabur secepat-cepatnya.
Ia berlari-lari dengan hati bungah. Biarpun ia tidak dapat
menyelidiki asal usul Tio Beng tapi didapatkannya Hek
giok Toan Siok ko secara begitu mudah sudah merupakan
hasil yang gilang gemilang. Ia tidak mau membuang2
waktu pergi ke Kok shia guna menemui Yo Siauw dan yang
lain-lain, tapi terus menuju ke Boe tong san. Setibanya di
kuil, ia segera memerintahkan salah seorang anggota Ang
sei kie pergi ke Kok shia untuk memberitahukan hal itu
kepada Yo Siauw dan kawan2nya.
Mendengar Hek giok Toan siok ko telah dapat dirampas,
Thio Sam Hong dan yang lain-lain tentu saja merasa sangat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
girang. Sesudah menuturkan cara bagaimana ia merebut
koyo itu, Boe Kie segera membandingkan koyo kerokan
dengan obat yang terisi di dalam botol hitam itu. Ternyata
kedua-duanya tidak berbeda, di samping itu ia pun
mendapat kenyataan bahwa botol obat dibuat daripada
sepotong batu giok hitam yang jika dipegang mengeluarkan
rasa hangat, sehingga botol itu saja mempunyai harga yang
tidak bisa ditaksir berapa besarnya.
Sekarang ia tidak bersangsi lagi. Ia segera memerintahkan orang menggotong In Lie Heng ke kamar
Jie Thay hiam dan merendengkan kedua mereka. Poet
Pendekar Pengejar Nyawa 23 Raden Banyak Sumba Seri Kesatria Hutan Larangan Karya Saini K M Golok Kumala Hijau 3
^