Pencarian

Pedang Langit Golok Naga 30

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung Bagian 30


menetapkan tanggal keberangkatan, aku akan segera
memberitahu kau." Belum habis ia bicara, dari jendela mendadak terlihat
sinar api yang kemerah-merahan diikuti dengan teriak-
teriakan di tempat jauh. Tio Beng melongok keluar. "Celaka!" ia mengeluh.
"Menara Ban hoat sie kebakaran! Kouw Tay-soe! Kouw
tay-soe!" ia berteriak berulang-ulang tapi Kouw Tauw-too
tak muncul. Ia pergi ke ruang depan ternyata pendeta itu
sudah tidak kelihatan lagi baying-bayangnya. Menurut
keterangan pengurus rumah makan, Kouw Tauw-too sudah
pergi lama sudah kira-kira dua jam. Bukan main rasa
herannya si nona tapi ia masih belum menduga bahwa si
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendeta telah mengkhianatinya.
Sementara itu, melihat sinar api yang berkobar-kobar di
atas menara. Boe kIe jadi kuatir akan keselamatan paman-
pamannya dan tokoh lain yang baru saja kembali Lweekang
mereka. "Tio Kauwnio, aku tak bisa menemani lebih lama
lagi," katanya. Seraya berkata begitu, ia melompat ke luar
jendela. "Tunggu! Aku ikut!" seru si nona. Tapi ketika ia keluar
dari jendela, Boe Kie sudah hilang dari pandangan.
Sekarang marilah kita lihat Lok Thung Kek yang
sesudah Koen-coe dan Kouw Tauw-too berlalu, dengan hati
lega ia merangkul Han-kie ke kamar Yoe liong coe, yang
terletak di tengah-tengah lantai ketujuh. "Kau tunggu di
luar, tak seorangpun boleh masuk ke sini," kata si kakek
kepada muridnya. Begitu Yoe liong coe keluar, ia segera
membuka bungkusan dan mengeluarkan Han-kie yang
paras mukanya pucat dan sinar matanya menunjukkan
duka besar. "Sesudah berada di sini, kau tak usah takut,"
bujuk si kakek. "Aku tentu akan memperlakukan kau baik-
baik." Ia belum berani membuka jalan darah si cantik sebab
kuatir dia berteriak. Sesudah menaruh Han-kie di ranjang
Yoe liong coe, ia menurunkan kelambu dan kemudian
mengambil satu kasur yang lalu dibungkus dengan sprei
yang tadi membungkus tubuh si cantik. Ia menaruh
bungkusan itu di samping ranjang.
Lok Thung Kek adalah orang yang sangat berhati-hati.
Buru-buru ia keluar dari kamar itu dan memesan Yoe liong
coe bahwa tak seorangpun boleh masuk ke dalam kamar. Ia
tahu muridnya sangat taat kepadanya dan pesan itu pasti
takkan dilanggar. Sesudah beres menyembunyikan Han-kie, ia lalu
memikirkan tindakan selanjutnya. "Bila aku mau Kouw
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tauw-too menutup mulut, aku harus membalas budi
kepadanya," pikirnya. "Jalan satu-satunya adalah melepaskan si nenek kecintaannya dan anak perempuannya. Untung juga Kauwcoe Mo-kauw telah
mengacau di sini dan pengacau itu ada sangkut pautnya
dengan Cioe Kauwnio. Sesudah menolong, aku bisa
mengatakan bahwa kedua orang itu ditolong oleh si
Kauwcoe Mo-kauw. Koen-coe pasti takkan curiga dan tak
akan menyalahkanku sebab Kauwcoe memang mempunyai
kepandaian yang sangat tinggi." Sesudah mengambil
keputusan, ia segera pergi ke kamar tahanan Biat Coat
Soethay. Semua murid wanita Goe bie-pay ditahan di lantai empat
sedang Biat Coat sendiri mengingat kedudukannya sebagai
seorang ciang boen jin, ditahan sendirian di dalam sebuah
kamar. Lok Thung Kek memerintahkan penjaga membuka pintu
dan ia lantas masuk ke dalam. Pendeta wanita itu ternyata
sedang bersemedi seraya memejamkan matanya. "Biat Coat
Soethay, apa kau baik?" tegur si kakek.
Perlahan-lahan Biat Coat membuka kedua matanya.
"Baik apa?" katanya dengan suara dongkol.
"Kau sangat keras kepala," kata Lok Thung Kek. "Coe
jin mengatakan bahwa tak guna kau diberi hidup lebih lama
lagi dan ia sudah memerintahkan aku untuk mengirim kau
ke dunia baka." "Baiklah," kata si nenek dengan suara tawar. "Tapi tak
perlu tuan turun tangan sendiri. Aku hanya ingin
meminjam sebatang pedang pendek. Di samping itu,
sebagai keinginanku terakhir kuminta tuan sudi memanggil
muridku Cioe Cie Jiak. Aku ingin bicara dengannya."
Lok Thung Kek mengiyakan. Ia keluar dan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memerintahkan seorang penjaga untuk membawa nona
Cioe. "Cinta ibu dan anak memang tak sama dengan cinta
lain," pikirnya. Beberapa saat kemudian, Cie Jiak sudah datang. "Lok
Sianseng," kata Biat Coat. "Kumohon kau keluar dulu.
Pembicaraan kami tidak memakan waktu yang lama."
Sesudah si kakek berlalu, Cie Jiak merapatkan pintu lalu
menubruk gurunya. Ia menangis sesegukan. Biarpun Biat
Coat berhati besi tapi pada saat itu, pada detik-detik
perpisahan untuk selama-lamanya hatinya seperti disayat
sembilu. Ia mengusap-usap rambut muridnya.
Nona Cioe tahu bahwa gurunya takkan bicara panjang-
panjang. Maka itu, lebih dulu ia menceritakan bagaimana
caranya ia sudah ditolong Boe Kie dan kedua kawannya.
Alis si nenek berkerut. Selang beberapa saat ia berkata,
"Mengapa ia hanya menolong kau, tidak menolong yang
lain?" Muka si nona berubah merah, "Entahlah," jawabnya.
"Hmm! Bocah itu terlalu jahat," kata sang guru dengan
suara gusar. "Dia kepala siluman dari kawanan siluman
Mo-kauw. Tak mungkin dia mempunyai hati yang baik.
Dia memasang jaring untuk menjaring kau."
"Dia"dia memasang jaring apa?" tanya si nona dengan
suara heran. "Kita adalah musuh kawanan Mo-kauw," terang sang
guru. "Dengan Ie thian kiam aku telah membunuh banyak
sekali siluman. Mereka sangat membenci Go bie-pay. Mana
bisa jadi mereka benar-benar mau menolong" Siluman she
Thio itu jatuh hati kepadamu, diam-diam dia menyuruh
orang menangkap kita dan kemudian untuk mengambil
hati, dia sendiri yang menolong kau."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi Soehoe," kata si nona dengan suara lemah lembut.
"Kulihat"ia tidak berpura-pura."
Si nenek lantas naik darah. "Apa kau kata?" bentaknya,
"Rupanya kau telah mengikuti contoh si binatang Kie
Siauw Hoe dan sudah jatuh cinta kepada siluman itu. Kalau
aku masih bertenaga, dengan sekali hantam aku sudah
mengambil jiwamu." Cie Jiak ketakutan, dengan tubuh gemetar ia berkata,
"Murid tak berani."
"Apa sungguh-sungguh tidak berani atau kau hanya
mencoba memperdaya gurumu?"
"Murid sungguh-sungguh tak berani melanggar ajaran
Soehoe." "Kalau begitu, kau berlututlah dan bersumpah."
Nona Cioe segera menekuk kedua lututnya tapi ia tak
tahu sumpah apa yang harus diucapkan olehnya.
Kata Biat Coat, "Kau harus bersumpah begini. Aku, Cie
Jiak bersumpah kepada Langit bahwa kalau di kemudian
hari aku jatuh cinta kepada Kauwcoe Mo-kauw Thio Boe
Kie dan menjadi suami istri dengan dia, maka roh kedua
orang tuaku yang sekarang berada di alam baka akan
merasa tidak aman. Sedang guruku Biat Coat Soethay akan
menjadi setan yang jahat dan akan mengganggu aku
seumur hidup. Apabila dari perkawinan itu terlahir anak
maka semua anak lelaki akan menjadi budak, anak
perempuan akan menjadi pelacur."
Tak kepalang kagetnya nona Cioe. Ia orang yang
berwatak lemah lembut dan di dalam lubuk hatinya
terdapat kasih sayang terhadap sesama umat manusia.
Tapi sekarang ia harus mengucapkan sumpah yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
begitu hebat. Sumpah yang menyebut roh kedua orang
tuanya, sumpah yang menyeret juga anak-anaknya yang
belum lahir. Tapi melihat sinar mata gurunya yang berkilat-
kilat, ia tidak berani membantah. Dengan kepala puyeng
dan dengan suara parau, ia mengucapkan kata-kata yang
diucapkan Biat Coat. Sesudah muridnya itu bersumpah begitu berat, paras si
nenek berubah lunak, "kau bangunlah, katanya.
Dengan air mata bercucuran, Cie Jiak lantas bangun
berdiri. Sesaat kemudian, Biat Coat berkata pula dengan suara
halus bercampur rasa terharu yang sangat besar. "Cie Jiak,
aku bukan sengaja menekan kau. Setiap tindakanku adalah
untuk kebaikanmu sendiri. Kau masih berusia muda dan
mulai dari sekarang, gurumu tidak bisa memilik kau lagi.
Apabila kau mengikuti contoh Kie Soecimu, maka di alam
baka, gurumu tak akan merasa senang. Disamping itu, ada
sesuatu yang sangat penting. Apapula gurumu sekarang
ingin menyerahkan tanggung jawab yang sangat berat di
atas pundakmu, sehingga kau sedikitpun tak bisa berlaku
sembarangan. Seraya berkata begitu, ia mencabut sebuah
cincin besi dari telunjuk kirinya dan berdiri tegak, "Murid
wanita Go Bie Pay, Cioe Cie Jiak, kau berlututlah untuk
menerima amanat! katanya dengan suara angker.
Cie Jiak terkejut dan segera menekuk lututnya.
Sambil mengangkat cincin besi itu tinggi-tinggi, Biat
Coat Soethay berkata pula.
"Ciang Boen Jin Go Bie Pay turunan ketiga pendeta
wanita Biat Coat, dengan ini menyerahkan kedudukan
Ciang Boen Jin kepada murid wanita turunan keempat,
Cioe Cie Jiak. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak kepalang kagetnya nona Cioe. Sedang kepalanya
masih pusing sebagai akibat pengucapan sumpah yang berat
itu, ia mendapat lain kekagetan hebat. Ia hanya mengawasi
sang guru dengan mulut ternganga dan mata membelalak.
"Cioe Cie Jiak, keluarkan tangan kirimu untuk
menerima cincin besi sebagai tanda Ciang Boen Jin dari
partai kita, kata pula si nenek.
Bagaikan seorang linglung, si nona menyodorkan tangan
kirinya dan sang guru segera memasukkan cincin itu ke
telunjuknya. Sekarang baru Cie Jiak bisa membuka suara, "soehoe
katanya dengan suara bergemetar, teecoe masih sangat
muda dan belum lama belajar ilmu, cara bagaimana teecoe
bisa memikul beban yang begitu berat" Soehoe jangan
berkata begitu, dengan sesungguhnya teecoe tak dapat" "
ia tak dapat meneruskan perkataannya dan sambil menangis
ia memeluk kedua betis gurunya.
Mendengar suara tangisan, Lok Thung Kek yang sudah
sangat tidak sabaran, lantas saja mengetuk pintu, "Hei! Apa
belum beres" teriaknya.
"Jangan rewel! bentak Biat Coat. Ia mengawasi si murid
dan berkata dengan suara menyeramkan, "Cie Jiak, apakah
kau membantah perintah gurumu" tanpa menunggu
jawaban, ia segera menyebutkan peraturan dan larangan
bagi seorang Ciang Boen Jin Go Bie Pay dan menyuruh
murid itu menghafal larangan tersebut.
Nona Cioe jadi makin bingung. Dengan air mata
bercucuran, ia berkata, "soehoe, teecoe". Sungguh-
sungguh". Tak". Sanggup" "
"Cie Jiak!" bentak si nenek dengan gusar. "Apa benar-
benar kau mau membantah perintahku" Seorang murid
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang melawan kemauan guru adalah murid yang menghina
guru, tapi meskipun suaranya keras hatinya sedih seperti
tersayat pisau. Ia merasa kasihan terhadap muridnya itu. Ia
bakal segera meninggalkan dunia ini dan secara mendadak
ia menaruh beban seberat itu di atas bahu seorang wanita
muda yang lemah. Memang mungkin sekali Cie Jiak tidak
menunaikan tugasnya secara memuaskan. Akan tetapi ia
tahu, bahwa diantara murid-murid Go Bie Pay, nona Cioe-
lah yang paling cerdas otaknya. Demi kepentingan dan
kemakmuran Go Bie Pay, hanyalah dia seorang yang
pantas menjadi Ciang Boen Jin. Ia dapat membayangkan,
bahwa sesudah ia pulang ke alam baka, murid kecil itu akan
menghadapi macam-macam kesukaran dan penderitaan.
Mengingat begitu, bukan main rasa dukanya. Dengan
kedua tangan ia membangunkan Cie Jiak yang lalu
dipeluknya. "Cie Jiak, katanya dengan suara lembut. "kau
dengarlah, bahwa aku sudah menyerahkan kedudukan
Ciang Boen Jin kepadamu dan bukan salah seorang dari
para kakak seperguruanmu adalah bukan karena aku
memilih kasih. Sebab musababnya ialah seorang Ciang


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Boen Jin partai kita harus memiliki ilmu silat yang sangat
tinggi yang dapat bersaing dengan lain-lain partai.
"tapi soehoe, kata Cie Jiak. "ilmu silat teecoe kalah jauh
dari para suci. Biat Coat tersenyum, "kepandaian mereka sangat
terbatas, katanya. "Sesudah mencapai batas tertentu,
mereka sukar bisa maju lebih jauh. Inilah soal bakat yang
tak dapat diubah dengan tenaga manusia. Biarpun sekarang
ilmu silatmu masih kalah jauh dari para sucimu, tapi di hari
kemudian kepandaian yang bakal dimiliki olehmu tak dapat
diukur bagaimana tingginya, Hm" tak dapat diukur
bagaimana tingginya. Dalam bingungnya. walaupun mendengar, Cie Jiak tak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bisa menangkap maksud perkataan sang guru.
Sesaat kemudian Biat Coat mendekati muridnya dan
berbisik di kuping si nona. "kau sekarang Ciang Boen Jin
partai kita dan adalah kewajibanku untuk memberitahukan
suatu rahasia besar kepadamu. Couwsoe pendiri partai kita
ialah Kwee Liehiap, puteri kedua Tay Hiap Kwee Ceng.
Pada waktu tentara goan merampas kota Siang Yang,
dalam peperangan yang sangat hebat, Kwee Tayhiap gugur
untuk nusa dan bangsa. Sebelum melepaskan napasnya
yang penghabisan, ia memberitahukan rahasia besar ini
kepada Couwsoe Kwee Liehiap. Pada jaman itu, nama
Kwee Tayhiap menggetarkan seluruh dunia. Ia memiliki
dua rupa ilmu yang sangat istimewa, pertama ilmu perang
dan kedua ilmu silat. Isteri Kwee Tayhiap adalah Oey
Yong, Oey Liehiap seorang wanita yang pintar luar biasa.
Siang-siang ia sudah menduga, bahwa kota Siang Yang
pasti akan dirampas oleh tentara goan yang sangat kuat.
Kedua suami isteri itu telah mengambil keputusan untuk
membalas budi negara dengan mengorbankan jiwa. Inilah
keputusan yang biasa diambil oleh kesatria-kesatria yang
bersetia kepada negara. Tapi bukankah sayang sekali
apabila dua rupa ilmu Kwee Tayhiap turut menjadi
musnah" Apapun Oey Liehiap sudah menduga, bahwa
orang mongol akan menguasai Tiongkok dan hal itu pasti
akan menimbulkan rasa penasaran dalam hati segenap
bangsa Han. Disatu waktu bangsa Han tentu akan
memberontak untuk menggulingkan pemerintah penjajahan. Pemberontakan itu akan merupakan peperangan hebat. Manakala saatnya tiba, maka kedua ilmu
Kwee Tayhiap akan berguna besar, Oey Liehiap
merundingkan hal ini dengan suaminya. Akhirnya mereka
mengambil suatu keputusan. Ia mengundang tukang yang
pandai betul dalam pembuatan senjata. Tukang itu melebur
Hian Tiat Kiam, milik Yo Ko Tay Hiap, dan dengan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menambahkannya dengan emas murni dari daerah barat, ia
membuat Ie Thian Kiam. Cie Jiak terkejut, ia mengenal Ie Thian Kiam dan sudah
lama ia mendengar nama To Liong To. Tapi baru sekarang
ia mengetahui sejarah kedua senjata mustika itu.
Biat Coat melanjutkan penuturannya. "Dengan menggunakan waktu sebulan, Oey Liehiap dan Kwee
Tayhiap menulis ilmu perang dan ilmu silat yang kemudian
disembunyikan dalam pedang dan golok itu. Yang
disembunyikan di dalam To Liong To adalah ilmu perang.
Golok itu dinamakan To Liong. Nama itu mengandung arti
bahwa di kemudian hari, orang bisa mendapatkan kitab
ilmu perang di dalam golok tersebut harus mengusir Tat
Coe dan membunuh kaisar Tat Coe. Yang disembunyikan
di dalam Ie Thian Kiam ialah kitab ilmu silat, antaranya
yang paling berharga adalah Kioe Im Cin Keng dan Hang
Liong Sip Pat Ciang. Kedua suami isteri mengharap,
supaya di belakang hari, orang yang mendapatkannya bisa
berbuat kebaikan terhadap sesama manusia, bisa menumpas
kejahatan dan menolong rakyat.
"Sesudah pembuatan pedang dan golok mustika itu
selesai. Oey Liehiap menyerahkan To Liong To kepada
Kwee Kong (paduka Kwee) Poh Louw dan Ie Thian Kiam
kepada Kwee Couw Soe. Tak usah dikatakan lagi, Kwee
Couw Soe telah mendapat pelajaran ilmu silat dari ayah
dan ibunya, sedang Kwee Kong Poh Louw mendapat
pelajaran ilmu pedang dari kedua orang tuanya. Tapi Kwee
Kong Poh Louw gugur bersama-sama ayah dan ibunya.
Bakat Kwee Couw Soe tidak sesuai dengan pelajaran ilmu
silat dari ayahandanya. Maka itulah sebabnya mengapa
ilmu silat partai kita berbeda dari ilmu silat Kwee Tayhiap.
Dari para kakek seperguruannya, Cie Jiak memang
sudah mendengar cara bagaimana berbagai pa rtai persilatan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berebut To Liong To, sehingga belakang mereka naik ke
Boe Tong dan sebagai akibatnya, kedua orang tua Boe Kie
sampai membunuh diri. Sekarang baru ia tahu, bahwa
pedang dan golok itu mempunyai sangkut paut yang sangat
rapat dengan Go Bie Pay. Sementara itu, Biat Coat Soethay melanjutkan penuturannya. "selama kurang lebih seratus tahun, di
dalam rimba persilatan timbul gelombang hebat. Beberapa
kali, pedang dan golok itu menukar majikan. Belakangan
orang hanya tahu, bahwa To Liong To adalah "Boe Lim
Cie Coen (yang termulia dalam rimba persilatan) dan yang
dapat menandinginya hanyalah Ie Thian Kiam, tap i orang
tak tahu mengapa golok itu dipandang sebagai "Boe Lim
Cie Coen Kwee Kong Poh Louw mati muda. Ia tak punya
keturunan dan tak punya murid yang bisa mewarisi
kepandaiannya dan rahasia besar itu. Maka itulah, hanya
Couw Soe seorang yang tahu rahasia itu. Selama hidupnya,
Couw Soe telah beruasaha sekuat tenaga untuk mencari To
Liong To, tapi semua usahanya tinggal sia-sia.
Pada waktu mau meninggal dan CouwSoe telah
memberitahukan rahasia ini kepada Insoe (guruku yang
besar badannya) It Ceng SoeThay. Insoe adalah seorang
yang sangat mulia dan lemas hatinya. Ia mempunyai
seorang murid durhaka. Belakangan bukan saja To Liong
To tidak dicari, bahkan Ie Thian Kiam dicuri oleh soecieku
itu yang mempersembahkannya kepada kaisar Goan. Insoe
sangat berduka dan mati mereras. Sebelum menutup mata,
ia juga memerintahkan supaya aku mengambil pulang
kedua senjata mustika itu.
"Ah, kalau begitu teecoe mempunyai seorang soepeh
yang kurang baik. Kata Cie Jiak.
Paras muka Biat Coat lantas saja berubah dingin
bagaikan es. "Kau masih memanggil Soepeh kepada
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
manusia pengkhianat itu" katanya dengan suara gusar.
Si nona menundukkan kepalanya dan tidak berani
menjawab. "Akhirnya murid pengkhianat itu tidak terlolos dari
tanganku. Kata pula Biat Coat. "Karena hatinya jahat, ilmu
silatnya tak terlalu tinggi. Kau boleh merasa bangga bahwa
gurumu tak menyia-nyiakan pesan Soecouw-mu. Pada
akhirnya aku berhasil membersihkan rumah tangga kita.
(membersihkan rumah tangga kita berarti menyingkirkan
kejahatan dalam kalangan sendiri)
"Membersihkan rumah tangga kita" menegas si nona.
Paras muka Biat Coat berkelebat sinar kebanggaan dan
kekejaman. "Benar, katanya dengan suara angkuh. "Di kaki
gunung Gak Louw San, di daerah kota Tiang See, aku
menyandak manusia durhaka itu dan dengan pukulan Pwee
Hoa Pwee Yan (bukan bunga, bukan asap) aku menikam
jantungnya. Dahulu, dialah orang yang mengajarkan
pukulan itu. Dia pernah mengejek diriku dengan
mengatakan, bahwa seumur hidup, aku tidak akan bisa
menggunakan pukulan tersebut. Pada malam itu, di bawah
sinar rembulan, aku sebenarnya sudah bisa mengambil
jiwanya dalam dua ratus jurus.
Tapi sebab aku bertekad untuk membinasakannya
dengan Pwee Hoa Pwee Yan, maka sesudah bertempur
kurang lebih tiga ratus jurus, barulah aku berhasil. Huh!
Huh!... itulah kejadian dua puluh tahun berselang.
Cie Jiak bergidik. Entah mengapa, di dalam lubuk
hatinya muncul perasaan kasihan terhadap soepeh yang
berkhianat itu. Tiba-tiba Lok Thung Kek memukul-mukul pintu. "Hei!
Sudah beres belum" teriaknya. "aku tidak bisa menunggu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lagi. "Tak lama lagi," sahut Biat Coat. "kau tunggulah.
Sesudah itu, ia berkata lagi di kuping muridnya. "Waktu
sudah mendesak, kita tak dapat membicarakan lagi hal yang
penting. Belakangan, Ie Thian Kiam dihadiahkan kepada
Jie Lam Ong oleh kaisar Goan. Aku berhasil mencurinya
dari gedung raja muda itu. Hanya sungguh sayang, aku
terjebak dan pedang itu jatuh ke tangan Mo Kauw.
"Bukan, membantah si murid. "Ie Thian Kiam dirampas
oleh Tio Kouw Nio. Biat Coat mendelik. Sambil mengeluarkan suara di
hidung, ia berkata. "Apa kau tidak tahu bahwa perempuan
she Tio itu adalah kawannya si Kauw Coe Mo Kauw" Apa
sampai pada detik ini kau masih tidak percaya perkataan
gurumu" Nona Cioe memang tidak percaya, tapi ia tidak berani
membantah lagi. "Cie Jiak, kau dengarlah, kata pula sang guru. "Dalam
memilih kau sebagai Ciang Boen Jin, gurumu mempunyai
suatu maksud yang dalam. Aku jatuh ke dalam tangan
orang jahat, sehingga nama besarku yang didapat selama
puluhan tahun musnah laksana disapu air. Aku sendiri
memang tak sudi keluar dari menara ini dengan masih
bernapas, penjahat cabul she Thio itu punya niatan tidak
baik atas dirimu. Tapi menurut pendapatku, dia tidak akan
mengambil jiwamu. Sekarang aku memerintahkan kau
untuk berlagak membalas cintanya dan kemudian begitu
mendapat kesempatan, kau rampas pedang Ie Thian Kiam.
Golok To Liong To ada di tangan Cia Soen, ayah angkat
penjahat she Thio itu. Biar bagaimana jua pun, bocah itu
tidak akan membuka rahasia dimana adanya Cia Soen.
Tapi di dalam dunia terdapat manusia yang bisa memaksa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia mengambil golok tersebut."
Cie Jiak tahu, bahwa seorang manusai itu dimaksudkan
dirinya sendiri. Ia kaget bercampur malu, girang bercampur
takut. "Orang itu adalah kau sendiri," kata pula sang guru. Aku
memerintahkan kau mengambil pulang pedang dan golok
mustika itu dengan menggunakan kecantikanmu. Aku tahu,
tindakan ini memang bukan tindakan seorang kesatria.
Akan tetapi dalam usaha besar, orang tak perlu
menghiraukan soal-soal remeh. Cobalah kau pikir, Ie Thian
Kiam berada dalam tangan si perempuan She Tio, sedang
To Liong To jatuh ke dalam tangan bangsat Cia Soen. Jahat
bertemu dengan jahat, pedang bertemu dengan golok.
Apabila mereka berhasil mengambil ilmu perang dan ilmu
silat Kwee Tayhiap, betapa besar penderitaan umat
manusia di kolong langit ini. Disamping itu usaha mengusir
penjahat Tat Coe pun akan menjadi lebih sukar lagi. Cie
Jiak, kutahu, bahwa beban yang ditaruh di atas pundakmu
terlampau berat. Sebenar-benarnya aku merasa tak tega
untuk memerintahkan kau memikul yang berat itu. Tapi
apakah adanya maksud tujuan orang-orang seperti kita
dalam mempelajari ilmu silat" Cie Jiak, demi kepentingan
rakyat di seluruh negeri, aku memohon kepada kau." Seraya
berkata begitu, ia berlutut di hadapan muridnya.
Tak kepalang kagetnya nona Cioe. Buru-buru iapun
menekuk kedua lututnya dan berseru dengan suara parau,
"soehoe!... " "Ssst! Perlahan sedikit, jangan sampai penjahat di luar
mendengarkan pembicaraan kita. Apa kau sudi meluluskan
permintaanku" Sebelum kau meng-iya-kan aku, aku tidak
akan bangun." Cie Jiak merasa kepalanya puyeng. Dalam waktu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sependek itu, gurunya telah mengeluarkan tiga perintah
sulit. Pertama, ia diperintah untuk mengangkat sumpah
berat, bahwa ia tidak akan mencintai Boe Kie. Kedua, ia
diperintah menerima kedudukan Ciang Boen Jin dari Go
Bie Pay. Akhirnya ia diperintah memancing Boe Kie
dengan kecantikannya untuk merampas pulang To Liong
To dan Ie Thian Kiam. Sebagai seorang wanita muda belia
yang berarti sangat lemah, ia sungguh-sungguh tak tahu apa
yang harus diperbuatnya. Kepalanya berrputar, matanya
berkunang-kunang, ia hampir pingsan. Cepat-cepat ia
memejamkan kedua matanya dan menggigit bibir untuk
coba mempertahankan diri.
Tiba-tiba ia merasa bibirnya sakit dan ia membuka kedua
matanya. Sang guru masih terus berlutut. "Soehoe"


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bangunlah!" katanya sambil menangis.
"Apakah kau sudi meluluskan permintaanku?" tanya Biat
Coat pula. Dengan air mata mengucur, si nona menggut-
manggutkan kepalanya. Biat Coat mencekal pergelangan tangan muridnya erat-
erat dan berbisik. "Sesudah merampas pulang To Liong To
dan Ie Thian Kiam, kau harus segera pergi ke tempat sepi,
ke tempat yang tak ada manusianya. Dengan sebelah
tangan mencekal golok dan sebelah tangan memegang
pedang, kau harus mengerahkan tenaga dalam dan saling
membacokkan kedua senjata itu. Bacokan itu akan
mematahkan atau memutuskan golok dan pedang dengan
berbareng. Sesudah itu, barulah kau bisa mengambil pit-kip
(kitab) yang disembunyikan di dalam kedua senjata itu. Cie
Jiak, inilah cara satu-satunya untuk mengambil kedua kitab
yang berharga itu. Sampai disitu tamatlah riwayat To Liong
To dan Ie Thian Kiam. Apa kau ingat pesananku?"
walaupun berbicara dengan suara berbisik-bisik, paras muka
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biat Coat angker dan kereng.
Si murid mengangguk. "Cara itu, cara yang diambil kedua pit-kit merupakan
rahasia terbesar dari partai kita." Kata pula sang guru.
"Semenjak Oey Liehiap mewariskan tentang rahasia kitab
ini kepada Kwee SoeCouw, hanyalah Ciang Boen Jin dari
partai kita yang mengetahuinya. To Liong To dan Ie Thian
Kiam adalah senjata mustika. Andaikata seseorang bisa
memiliki kedua senjata itu dengan berbareng, ia pasti tak
akan berlaku begitu gila untuk merusakkan kedua-duanya.
Sesudah memiliki kitab ilmu perang, kau harus mencari
seorang pecinta negeri yang berhati mulia untuk mewarisi
kitab tersebut. Sebelum menyerahkannya, kau harus
menyuruh dia bersumpah, bahwa dengan segala usaha dan
kepandaiannya, dia akan mencoba untuk mengusir kaum
penjajah. Kitab ilmu silat harus dipelajari olehmu sendiri.
Dalam seluruh penghidupannya, gurumu mempunyai dua
angan-angan, yang pertama adalah mengusir Tat Coe dan
merampas pulang negara kita. Yang kedua adalah
mengangkat derajat Go Bie Pay sedemikian rupa sehingga
partai kita berada di sebelah atas Siauw Lim , Boe Tong dan
lain partai. Sehingga partai kita menjadi partai yang paling
terutama dalam rimba persilatan. Kedua angan itu memang
sukar tercapai. Tapi sekarang kita sudah melihat satu
jalanan. Apabila kau mentaati pesan gurumu, belum tentu
kau tidak akan berhasil, di alam baka gurumu akan merasa
sangat berterima kasih terhadapmu.
Baru ia sampai di situ, pintu sudah digedor oleh Lok
Thung Kek. "Masuklah! kata Biat Coat.
Pintu terbuka, tapi yang masuk bukan Lok Thung Kek.
Yang masuk adalah Kouw Touwtoo. Biat Coat tidak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi heran. Baginya Lok Thung Kek atau Kouw
Touwtoo tidak berbeda, "Bawa anak itu keluar, katanya
sambil mengibaskan tangan. Ia tidak mau muridnya
menyaksikan waktu ia membunuh diri. Karena khawatir si
murid tidak dapat mempertahankan diri.
Namun diluar dugaan Kouw Touwtoo mendekati dan
berbisik: "telanlah obat pemunah ini. Sebentar, kalau di luar
suara ribut, kau harus turut menerjang keluar.
Biat Coat heran dan bingung. "Siapa tuan" tanyanya.
"Mengapa tuan menyerahkan obat pemunah kepadaku"
"Aku dari Kong Beng Yoe Soe dari Beng Kauw dan aku
bernama Hoan Yauw. Aku berhasil mencuri obat ini dan
aku sengaja datang untuk menolong Soe Thay, jawabnya.
Darah si nenek lantas saja meluap. "Penjahat Mo Kauw!
bentaknya. "Sampai saat ini kau masih coba mempermainkan aku" Hoan Yauw tertawa, "Baiklah! katanya. "Aku tak
membantah anggapanmu. Apa kau mempunyai nyali untuk
menelannya" Begitu masuk di perut, racun ini akan
memutuskan isi perutmu. Tanpa mengeluarkan sepatah kata, si nenek menyambut
bubuk yang diangsurkan kepadanya, membuka mulut dan
lalu menelannya. "Soehoe" soehoe!... teriak Cie Jiak.
"Jangan ribut! bentak Hoan Yauw. "Kaupun harus
menelan racun ini. Si nona terkejut, tapi ia tak berdaya karena badannya
sudah dipeluk dan mulutnya dibuka. Dengan cepat, Hoan
Yauw memasukkan bubuk obat dan menuang air ke dalam
mulut si nona sehingga obat pemunah itu lantas saja masuk
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke dalam perut. Tak kepalang gusarnya Biat Coat. Matinya Cie Jiak
berarti musnahnya segala harapan. Dengan kalap, ia
menubruk Hoan Yauw, tapi sebab tak punya tenaga dalam,
ia segera kena dirobohkan.
"Semua pendeta Siauw Lim dan jago-jago Boe Tong
sudah menelan racunku itu. Kata Hoan Yauw sambil
menyeringai. "Apa orang Beng Kauw manusia jahat atau
manusia baik, kau segera akan mengetahui. Seraya berkata
begitu, ia melompat keluar dan mengunci pintu.
Ajakan Tio Beng untuk mencari Boe Kie sangat
membingungkan Hoan Yauw. Bagaimana ia dapat
menunaikan tugas untuk merampas obat pemunah" Maka
itu, setelah mendapat permisi dari Tio Beng untuk minum
arak di ruangan depan, ia segera kabur ke Ban Hoat Sie.
Tanpa membuang waktu, ia mendaki menara sampai ke
lantai paling atas, dimana ia bertemu dengan Yoe Liong
Coe yang sedang menjaga di luar kamar sendiri.
Melihat Hoan Yauw, Yoe Liong Coe menyambut
dengan hormat, "Kouw Touwtoo, katanya sambil
membungkuk. Hoan Yauw manggut-manggutkan kepalanya. "Kurang
ajar si tua bangka," katanya di dalam hati. "Muridnya
disuruh menjaga di luar, sedang dia sendiri bercinta-cintaan
dengan selir Ong Ya. Aku tidak boleh menyia-nyiakan
kesempatan yang baik ini.
Ia melangkah berjalan melewati Yoe Liong Coe dan tiba-
tiba, secepat kilat, jari tangannya menotok jalan darah di
kempungan murid kepala Lok Thung Kek. Jangankan Yoe
Liong Coe tidak berwaspada, sekalipun siap sedia, belum
tentu ia bisa meloloskan diri dari totokan Hoan Yauw.
Begitu tertotok, badannya tak bisa bergerak lagi dan ia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengawasi si pendeta dengan mata membelalak. Kedosaan
apa yang sudah diperbuatnya" Apakah ia berlaku kurang
hormat" Hoan Yauw segera mendobrak pintu dan melompat ke
dalam. Sebelum kakinya hinggap di lantai, tangannya
menghantam tubuh yang berbaring di ranjang. Ia tahu,
bahwa Lok Thung Kek berkepandaian tinggi dan kalau ia
tidak membokong dengan pukulan yang membinasakan, ia
harus melakukan pertempuran lama dan belum tentu ia bisa
menang. Maka itu, dalam pukulan itu, ia menggunakan
seantero tenaganya. "Buk! kasur pecah dan kapas berhamburan. Tapi waktu
membuka kasur, ia kaget, sebab ia hanya melihat sesosok
tubuh, yaitu Han Kie yang sudah binasa dengan
mengeluarkan darah dari hidung dan mulutnya. Lok Thung
Kek sendiri tak kelihatan bayangan-bayangannya. Setelah
memikir sejenak, buru-buru Hoan Yauw keluar dan
menyeret masuk Yoe Liong Coe yang kemudian
digulingkan masuk ke kolong ranjang. Sesudah itu, ia
merapatkan pintu dan menunggu.
Beberapa saat kemudian, ia mendengar teriakan Lok
Thung Kek. "Liong Jie! Liong Jie! panggilnya dengan suara
gusar. "Kemana kau" Sebagaimana diketahui, si kakek telah dijemur Biat Coat.
Dengan mendongkol, ia menunggu di luar kamar. Karena
tak tahu sampai kapan si nenek baru selesai bicara dengan
muridnya, ia segera mengambil keputusan untuk menengok
Han Kie dan sebentar kembali lagi. Setibanya di depan
kamar Yoe Liong Coe, ia marah besar karena murid itu tak
mentaati perintahnya. Ia menolak pintu. Hatinya agak lega
karena di dlam kamar tak terjadi perubahan dan si cantik
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih berbaring di ranjang dengan tubuh tertutup kasur.
Setelah menapal pintu, ia berkata sambil tertawa, "Nona
cantik, aku akan membuka jalan darahmu. Tapi aku
mengharap kau tak mengeluarkan suara. Seraya berkata
begitu, ia memasukkan tangannya ke bawah kasur untuk
menotok punggung Han Kie.
Mendadak, mendadak saja, ia merasa pergelangan
tangannya dicengkeram dengan jari-jari tangan yang keras
bagaikan besi dan berbareng tenaganya habis. Kasur
tersingkap dan dari bawah kasur keluar seorang pendeta
rambut panjang, Kouw Touwtoo!
Dengan tangan kanan mencekal pergelangan tangan si
kakek, Hoan Yauw segera menotok sembilan belas hiat
utama sekujur badan Lok Thung Kek, sehingga jago itu
benar-benar tidak berdaya lagi dan hanya bisa mengawasi
musuh dengan mata melotot.
Sambil menuding hidung si kakek, Hoan Yauw berkata,
"tua bangka! Aku tak pernah mengubah she atau menukar
nama. Aku adalah Kong Beng Yoe Soe dari Beng Kauw,
Hoan Yauw namaku. Kau sudah kena ditipu olehku dan
Cuma-Cuma saja kau selalu membanggakan diri sebagai
manusia yang pintar dan cerdas. Sebetulnya kau tak lebih
dan tak kurang daripada manusia goblok. Kalau kini aku
akan membunuhmu, aku mengampuni jiwamu, jika kau
mempunyai nyali, di belakang hari kau boleh mencari Hoan
Yauw untuk membalas sakit hatimu. Sebab kuatir Lok
Thung Kek berhasil membuka jalan darahnya dengan jalan
menggunakan Lweekang sendiri. Sesudah berkata begitu, ia
menghantam kaki tangan si kakek sehingga tulang-
tulangnya patah. Hoan Yauw adalah seorang anggota Beng
Kauw yang masih memiliki Sia Khie (sifat-sifat sesat)
Sesudah mematahkan tulang si kakek, ia masih belum
merasa puas. Sambil menyeringai, ia membuka pakaian
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lok Thung Kek dan merendengkannya dengan mayat Han
Kie kemudian menggulung dua sosok tubuh itu. Satu
manusia hidup, dan satu mayat dengan satu kasur. Sesudah
itu, barulah ia mengambil kedua tongkat Lok Thung Kek,
membuka salah sebuah cabang tanduk menjangan dan
menuang semua obat pemunah. Dengan hati gembira, dia
segera pergi ke berbagai kamar tahanan dan membagi obat
kepada Kong Boen Taysoe, Song Wan Kiauw, Jie Lian
Cioe, dan yang lain-lain. Dalam memberi pertolongan,
beberapa kali ia harus menerangkan secara panjang lebar
kepada orang-orang yang bersangsi, sehingga ia harus
menggunakan waktu banyak sekali. Kamar yang paling
akhir dikunjungi ialah kamar Biat Coat Soethay. Melihat
sikap si nenek, ia sengaja mengeluarkan kata-kata yang
membangkitkan hawa amarah. Dengan berbuat begitu,
hatinya senang, sebab pada hakikatnya ia membenci
pemimpin Go Bie Pay itu yang pernah membinasakan
banyak anggota Beng Kauw.
Tapi baru saja tugasnya selesai dan hatinya tergirang-
girang, sekonyong-konyong di kaki menara terdengar
teriakan-teriakan ramai. Dengan kaget, ia mamasang
kuping. Diantara suara ramai-ramai itu, ia menangkap
teriakan Ho Pit Ong. "Kouw Touwtoo mata-mata musuh!
Tangkap! Tangkap dia!"
Hoan Yauw mengeluh. "Celaka! Siapa yang menolong
bangsat itu?" ia menengok ke bawah dan melihat, bahwa
menara itu sudah dikurung oleh Ho Pit Ong dan sejumlah
besar boesoe. Hampir berbareng, dua batang anak panah
yang dilepaskan oleh Soem Sam Hwie dan Lie Sie Coei
menyambar dirinya. "Bangsat! Hebat sungguh kau
menyiksa kami!" caci Soem Sam Hwie.
Siapa yang menolong ketiga orang itu" Dengan totokan
Hoan Yauw, tanpa ditolong tak gampang mereka bisa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menolong diri sendiri. Yang menolong adalah rombongan
boesoe (pengawal) yang mencari Han Kie. Sebagaimana
diketahui, rombongan itu telah menanyakan Lok Thung
Kek, tapi diusir oleh si kakek. Sesudah mencari di seluruh
Ban Hoat Sie usaha mereka tetap sia-sia. Beberapa orang
mencurigai Lok Thung Kek yang dikenal sebagai seorang
yang gemar akan paras cantik.
Tapi semua orang merasa jeri terhadap si kakek. Siapa
yang berani menepuk kepala harimau" Belakangan sebab
kuatir dimarahi Ong Ya. Pemimpin rombongan yang
bernama Ali Chewa mendapat satu tipu. Ia memerintahkan
seorang boesoe yang berkedudukan rendah untuk mengetuk
kamar Lok Thung Kek. Ia menganggap bahwa orang yang
berkedudukan tinggi akan berlaku kejam terhadap orang
yang bukan tandingannya. Dengan memberanikan hati,
boesoe itu mengetuk pintu. Diluar dugaan, sesudah diketuk
beberapa kali dari dalam tak ada jawaban. Sesudah
menunggu beberapa lama, Ali Chewa jadi nekat dan
mendobrak pintu. Begitu pintu terbuka, ia terkesiap karena


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melihat tiga sosok tubuh Ho Pit Ong, Soem Sam Hwie, dan
Lie Sie Coei yang tergeletak di lantai. Ketika itu, Ho Pit
Ong sudah hampir membuka jalan Darahnya sendiri.
Dengan bantuan Ali Chewa, jalan darah yang tertotok
segera terbuka. Sesudah Soem Sam Hwie dan Lie Sie Coei
tertolong, dengan kegusaran yang meluap-luap Ho Pit Ong
segera mengajak rombongan boesoe itu pergi ke menara
dan mengurungnya. Dari bawah, ia berteriak-teriak
menantang Kouw Touwtoo untuk bertempur sampai ada
yang binasa. "Bangsat tua! Apa kau kira Hoan Yauw takut
terhadapmu?" Hoan Yauw balas mencaci. Didalam hati ia
merasa bingung. Rahasianya sudah terbuka, tapi ia tak akan
bisa melawan musuh yang jumlahnya begitu besar, sedang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anggota keenam partai yang baru saja menelan obat dan
belum pulih tenaga dalamnya. Untuk sementara waktu
belum bisa memberikan bantuannya.
"Tauw Too jahanam! Kalau kau tidak mau turun, akulah
yang akan naik ke atas!" teriak pula Ho Pit Ong.
Tiba-tiba Hoan Yauw mendapat akal. Ia masuk ke kamar
Yoe Liong Coe dan keluar pula dengan membungkus tubuh
Han Kie dan Lok Thung Kek. Sambil mengangkat kasur itu
tinggi-tinggi, ia berteriak, "Tua bangka, begitu kau
bertindak masuk pintu menara, begitu aku melemparkan
tubuh lelaki dan perempuan cabul ini!
Para boesoe mengangkat obor dan lapat-lapat mereka
bisa melihat muka Lok Thung Kek dan Han Kie. Bukan
main kagetnya Ho Pit Ong. "Soeko! Soeko! Bagaimana
kau" teriaknya. Lok Thung Kek tidak menyahut. Hati Ho
Pit Ong mencelos. Ia menduga, bahwa kakak seperguruannya telah dibinasakan Hoan Yauw. "Tauw Too
bangsat! teriaknya bagaikan kalap. "Kau sudah membinasakan kakakku, aku bersumpah tak akan hidup
bersama-sama dengan kau di dunia ini.
Mendengar itu, Hoan Yauw segera membuka ah-hiat
(jalan darah yang mengakibatkan gagu) si kakek yang lantas
saja mencaci. "Tauw Too bangsat! Aku bersumpah
mencincang badanmu seperti perkedel!... " Baru mencaci
sampai di situ, ah-hiat sudah ditotok lagi.
Sesudah mendapat bukti bahwa soeheng-nya belum
mati. Ho Pit Ong merasa lega dan demi keselematan jiwa
sang kakak. Ia tidak berani maju lebih jauh.
Untuk beberapa lama, Ho Pit Ong dan rombongan
boesoe tidak berani bergerak. Hoan Yauw sendiri tentus
saja sebiswa mungkin ingin mempertahankan keadaan itu.
Ia perlu mendapat waktu supaya tokoh-tokoh keenam
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
partai yang baru mendapat obat keburu pulih tenaga
dalamnya. Sambil tertawa terbahak-bahak, ia berteriak.
"tua bangka she Ho! Sungguh besar nyali soehengmu.
Dia berani menculik selir Ong Ya. Aku sudah menangkap
kedua-duanya. Tua bangka! Apa kau berani melindungi
soehengmu yang kotor itu" Ali Chewa Cong Koan,
mengapa kau tak lantas membekuk tua bangka itu" Dia dan
kakaknya berdosa besar dan harus mendapat hukuman
mati. Dengan membekuk dia, kau akan mendapat hadiah
besar. Ali Chewa melirik Ho Pit Ong. Ia niat turun tangan, tapi
ia merasa jeri kepada jago tua yang berkepandaian tinggi
itu. Di dalam hati, ia merasa heran Kouw Touwtoo tiba-
tiba bisa bicara. Ia tahu, bahwa kejadian itu mesti ada latar
belakangnya. Tapi iapun tidak dapat mengabaikan bukti
yang nyata dan dengan mata kepala sendiri ia telah melihat
Lok Thung Kek dan Han Kie di dalam selembar kasur.
Sesudah memikir sejenak, ia berseru, "Kauw Tay Soe, kau
turunlah! Mari kita pergi kepada Ong Ya supaya bisa
memutuskan siapa yang salah siapa yang benar. Kalian
bertiga adalah Cianpwee yang berkedudukan tinggi.
Terhadap siapapun SiauwJin tidak berani bertindak.
Hoan Yauw adalah seorang pemberani. Ia segera
menghitung-hitung untung ruginya usul Ali Chewa. Ia
merasa bahwa dengan menghadap Jie Lam Ong, ia bisa
mengulur waktu sampai tenaga dalam tokoh-tokoh keenam
partai pulih kembali. Maka itu, ia lantas saja berteriak,
"Bagus! Bagus! Aku justru ingin minta hadiah, dari Ong
Ya. Ali Cong Koan, tahanlah tua bangka she Ho itu, jangan
sampai dia kabur. Tapi baru saja Hoan Yauw habis bicara, sekonyong-
konyong terdengar suara tindakan kuda yang sangat ramai
dilain saat. Sejumlah penunggang kuda menerobos masuk
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke pekarangan kelenteng dan terus menghampiri menara.
Para boesoe serentak membungkuk dan berseru, "Siauw
Ong Ya! (Siauw Ong Ya " Raja Muda Kecil berarti putera
Jie Lam Ong) Hoan Yauw mengawasi ke bawah. Ia mendapat
kenyataan bahwa yang mengepalai rombongan itu adalah
seorang pemuda yang mengenakan jubah sangat indah
dengan topi emas dan menunggang seekor kuda bulu putih
yang kelihatannya sangat garang. Ia mengenali bahwa
pemuda itu bukan lain daripada kkt, alias Ong Po Po,
putera Jie Lam Ong. "Mana Han Kie" bentak pangeran muda "Hoe Ong
marah besar, beliau memerintahkan aku menyelidi sendiri.
Ali Chewa segera menerangkan bahwa Han Kie diculik
Lok Thung Kek yang sekarang sudah dibekuk Kouw
Touwtoo. "Dusta! teriak Ho Pit Ong. "siauw ong ya, Kouw
Touwtoo mata-mata musuh dan dia telah mencelakai
soehengku". " Alis Ong Po Po berkerut, "Sudahlah, katanya, "Semua
orang turun dan kita bisa bicara dengan perlahan.
Sebagai seorang yang sudah berdiam lama di gedung raja
muda. Hoan Yauw mengenal Ong Po Po sebagai seorang
yang cerdik dan pandai. Kepandaian pemuda itu bahkan
melebihi ayahnya sendiri. Ia bisa mendustai orang lain, tapi
tak mungkin mengelabui tuan muda itu. Kalau ia turun,
hampir boleh dipastikan rahasianya terbuka dan begitu
lekas topengnya tercopot, ia pasti akan dikepung. Satu Ho
Pit Ong saja sudah sukar dilayani, apalagi begitu banyak
orang" Selain begitu, tokoh-tokoh keenam paratai juga
sukar bisa ditolong lagi.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesudah memikir beberapa saat, ia lantas saja berteriak,
"Siauw Ong Ya, Ho Pit Ong sangat membenci aku, sebab
aku sudah membekuk soehengnya. Kalau aku turun, dia
tentu akan membunuhku. "Kau turunlah, aku tanggung Ho Sianseng tidak akan
menyerang kau, kata Ong Po Po.
Hoan Yauw menggeleng-gelengkan kepalanya. "Disini
lebih selamat, katanya. "Siauw Ong Ya, selama hidup
Kouw Touwtoo tidak pernah bicara. Hari ini karena
terpaksa, aku membuka mulut untuk membalas budi Ong
Ya yang sangat besar dan untuk memperhatikan
kesetiaanku. Kalau kau tidak percaya, lebih baik aku
melompat dari sini dan membenturkan kepala di tanah
supaya Siauw Ong Ya bisa membuktikan kesetiaanku.
Mendengar perkataan yang mencurigakan itu, Ong Po
Po segera dapat menebak, bahwa si pendeta sedang
menjalankan siasat mengulur waktu, "Ali Cong Koan,
bisiknya. "Kurasa ia sedang menjalankan tipu dan mencoba
untuk mengulur waktu. Apa kau tahu, siapa lagi yang
ditunggu olehnya" "siauwjin tak tahu. Jawabnya.
"Siauw Ong Ya, penjahat itu telah merampas obat
pemunah dari tangan soehengku, kata Ho Pit Ong. "Ia mau
menolong kaum pemberontak yang ditahan di menara.
Ong Po Po lantas saja tersadar. "Kouw Touwtoo!"
teriaknya, "aku tahu kau sangat berjasa, turunlah! Aku akan
memberi hadiah besar untukmu.
"Siauw Ong Ya,aku tidak bisa jalan. "aku kena
ditendang Lok Thung Kek dan kedua tulang betisku patah.
Tunggulah sebentar, aku akan mengerahkan lweekang
untuk mengobati lukaku. Begitu lekas aku bisa berjalan, aku
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pasti akan segera turun. "Ali Cong Koan! bentak pangeran itu. "Kirim seseorang
naik ke atas untuk memapah Kouw Tay soe.
"Tidak bisa!" teriak Hoan Yauw. "Kalau badanku
bergerak, kedua kakiku tak akan bisa digunakan lagi.
Sekarang Ong Po Po tidak bersangsi lagi. Ia menarik
kesimpulan, bahwa pendeta itu seorang musuh yang
berselimut. Sesudah Han Kie dan Lok Thung Kek berada
dalam satu kasuran. Andaikata mereka tidak main gila,
ayahnya tentu tak akan menerima selir itu. Maka itu, ia
lantas saja berkata dengan suara perlahan, "Ali Cong Koan,
bakar menara itu dan siapkan sepasukan pemanah.
Binasakan setiap orang yang melompat turun.
Ali Chewa membungkuk dan segera menjalankan
perintah itu. Dalam sekejab, menara itu sudah dikurung
oleh para boesoe yang bersenjata gendewa dan anak panah,
sedang sejumlah boesoe lainnya mengambil rumput kering,
kayu serta bahan api. Ho Pit Ong kaget tak kepalang, "Siauw Ong Ya, katanya
dengan suara bingung. "Kakakku berada di atas.
Tauw Too itu tidak bisa dibiarkan berdiam di atas
selama-lamanya." Kata Ong Po Po dengan suara tawar.
"Begitu lekas kaki menara dibakar, ia akan turun sendiri.
"bagaimana kalau dia melemparkan Soehengku ke
bawah" tanya Ho Pit Ong. "Siauw Ong Ya, janganlah
membakar. Ong Po Po hanya mengeluarkan suara di hidung dan
tidak meladeninya. Tak lama kemudian para boesoe sudah menumpuk
rumput dan kayu kering di seputar menara dan lalu mulai
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyulutnya. Ho Pit Ong adalah seorang ternama besar dalam rimba
persilatan. Dengan mendapat undangan yang disertai segala
kehormatan ia bekerja kepada Jie Lam Ong dan selama
banyak tahun ia dihormati oleh majikan dan rekan-
rekannya. Siapa duga hari ini, ia bukan saja ditipu oleh
Kouw Touwtoo, tapi juga sudah tidak dipandang sebelah
mata oleh Ong Po Po" Karena kakaknya sedang
menghadapi bahaya, ia menjadi kalap. Tanpa memperdulikan suatu apa lagi, sambil mengangkat kedua
pitnya yang berbentuk patuk burung ho, ia melompat dan
menendang dua orang boesoe yang tengah menyulut
tumpukan kayu. Hampir berbareng, kedua boesoe itu
terpental dan roboh di tanah.
"Ho Sianseng!" Bentak Ong Po Po. "apa kau mau
mengacau?" "Aku takkan mengacau, jika kau tak membakar menara,"
jawabnya. "Bakar! teriak Ong Po Po dengan gusar. Seraya
membentak, ia mengibaskan tangan kirinya. Hampir
berbareng dari belakang pangeran muda itu melompat
keluar lima orang Hoan ceng yang mengenakan baju
merah. Mereka mengambil obor dari lima boesoe dan lalu
menyulut tumpukan kayu. Perlahan-lahan api berkobar-
kobar. Ho Pit Ong bingung bukan main. Dari tangan seorang
boesoe, ia merampas sebatang tombak yang lalu digunakan
untuk memukul-mukul api. Ong Po Po naik darah, "Tangkap! bentaknya.
Kelima Hoan Ceng baju merah itu lantas saja
menghunus golok dan mengurung. Ho Pit Ong http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melemparkan tombaknya dan coba merampas golok hoan
Ceng yang berdiri di sudut kiri. Tapi pendeta itu bukan
sembarang orang. Dengan sekali membalik tangan, ia
mengegos sambaran tangan Ho Pit Ong dan terus
membacok. Baru saja Ho Pit Ong berkelit, dua golok sudah
menyambar pula punggungnya.
Kelima Hoan Ceng (pendeta asing) itu adalah orang-
orang kepercayaan Ong Po Po dan mereka termasuk di
dalam Thian Liong Sip Pat Po (delapan belas jago Thian
Liong) Pemuda itu suka sekali pesiar seorang diri dengan
menunggang kuda. Tapi kemanapun ia pergi, dari sebelah
kejauhan ia selalu diikuti oleh delapan pengawal
pribadinya. Thian Liong Sip Pat Po terdiri dari Ngo To,
Ngo Kiam, Sie Thung, dan Sie Poa (lima golok, lima


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pedang, empat tongkat, dan empat cecer) Lima Hoan ceng
yang bersenjata adalah Ngo To Sin (malaikat lima golok)
biarpun lihai kalau satu lawan satu, mereka bukan
tandingan Ho Pit Ong. Tapi dengan bekerja sama, mereka
telah membuat Ho Pit Ong jadi ripu sekali. Tapi keteternya
si tua sebagian disebabkan oleh rasa bingungnya dalam
memikirkan nasib kakak seperguruannya.
Sesudah Ho Pit Ong dirintangi oleh kelima Hoan Ceng,
sejumlah boesoe segera bantu menyalakan api yang makin
lama jadi makin besar. Melihat musuh menggunakan api, Hoan Yauw bingung
bercampur kuatir. Sesudah menaruh kasur yang membungkus Lok Thung Kek dan hk di lantai, buru-buru ia
masuk ke beberapa kamar tahanan. "Tat Coe membakar
menara!" teriaknya, "apa lweekang kalian sudah pulih
kembali?" Tapi teriakannya tidak mendapat jawaban. Ia mendapat
kenyataan bahwa Song Wan Kiauw, Jie Lian Cioe, dan
yang lain-lain sedang bersemedi. Mereka semua http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memejamkan mata dan tidak memberi jawaban. Hoan
Yauw tahu bahwa mereka berada pada detik yang sangat
penting yaitu detik menjelang pulihnya tenaga dalam
mereka. Sementara sejumlah boesoe yang menjaga di beberapa
lantai telah dirobohkan dan dilontarkan ke bawah oleh
Hoan Yauw sehingga mereka binasa seketika. Juga ada
penjaga yang melompat turun sendiri.
Tak lama kemudian api sudah membakar lantai ketiga.
Yang dikurung di lantai ini adalah rombongan Hwa San
Pay yang terpaksa lari ke lantai empat. Api terus membakar
keras. Orang-orang Khong Tong Pay yang ditahan di lantai
keempat juga terpaksa naik ke lantai lima bersama-sama
rombongan Hwa San Pay. Makin lama Hoan Yauw jadi makin bingung.
Sekonyong-konyong mereka mendengar teriakan seseorang.
"Hoan Yoe Soe! Sambutlah!
Hoan Yauw girang. Itulah teriakan Wie It Siauw yang
berdiri di atas wuwungan gedung belakang Ban Hoat Sie.
Dengan sekali menghuyun tangan, terbanglah seutas
tambang yang lalu disambut Hoan Yauw. "Ikatlah
dilainkan supaya menjadi jembatan tambang!" teriak pula
Wie Hok Ong. Tapi baru saja Hoan Yauw mengikat tambang itu, Tio It
Siang salah seorang dari Sin Cian Pat Hiong sudah
memutuskannya dengan anak panah. Wie It Siauw dan
Hoan Yauw mencaci kalang kabut, tapi mereka tahu,
bahwa tak guna mencobanya lagi. "Bangsat! Kau sungguh
sudah bosan hidup! teriak Wie It Siauw seraya menghunus
senjata dan melompat turun. Ia menggunakan sepasang
gaetan berbentuk kepala harimau yang jarang sekali
digunakan kecuali dalam detik-detik berbahaya. Begitu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakinya hinggap di bumi. Lima Hoan Ceng yang berbaju
hijau dan bersenjata pedang lantas saja mengepungnya.
Kelima pendeta asing itu ialah Ngo Kiam Ceng dari Thian
Liong Sip Pat Po. Sedang api terus berkobar-kobar, dengan rasa bingung
Ho Pit Ong bertempur mati-matian. "Siauw Ong ya!
teriaknya. "Kalau kau tak mau memadamkan api, aku
takkan berlaku sungkan lagi terhadapmu.
Ong Po Po tidak meladeninya. Empat Hoan yang
bersenjata tongkat lantas berdiri di seputar majikan mereka
untuk menjaga serangan di luar dugaan. Ho Pit Ong jadi
nekat. Tiba-tiba dengan kedua pit, ia membabat dengan
pukulan Hoang Siauw Cian Koen(menyapu ribuan tentara)
karena serangan itu hebat luar biasa, tiga hoan ceng
terpaksa melompat mundur. Dengan menggunakan
kesempatan itu, Ho Pit Ong melompat tinggi dan bagaikan
seekor elang, kedua kakinya hinggap di payon lantai
menara tinggi yang pertama itu. Melihat api yang berkobar-
kobar, kelima pendeta asing itu tidak berani mengejar.
Sambil mengempos semangat, Ho Pit Ong naik ke atas.
Waktu ia tiba di lantai keempat, Hoan Yauw yang berdiri di
lantai ke tujuh, mengangkat kasur tinggi-tinggi sambil
berteriak, "tua bangka she Ho, berhenti kau! Kalau kau
maju setindak lagi, badan soehengmu akan hancur bagaikan
perkedel. Diancam begitu, benar-benar Ho Pit Ong memberhentikan semua tindakannya. "Kouw Thay Soe!
teriaknya dengan suara memohon. "Soehengku belum
pernah berbuat kedosaan terhadapmu dan kita belum
pernah bermusuhan, mengapa kau begitu kejam" Kalau kau
mau menolong kecintaan Biat Coat Soethay, dan puterimu
Cioe Kouw Nio, kau boleh menolong. Kami pasti takkan
menghalang-halangi."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekarang marilah kita menengok Biat Coat Soethay.
Setelah menelan bubuk yang diberikan Hoan Yauw, ia
menduga bahwa ia akan segera mati. Ia tidak takut mati.
Yang membuat perasaannya berduka ialah turut matinya
Cioe Cie Jiak. Dengan matinya murid itu, habislah
harapannya. Selagi berada dalam kedukaan besar,
sekonyong-konyong ia mendengar suara ribut-ribut di kaki
menara disusul dengan caci mencaci antara Kouw Touwtoo
dan Ho Pit Ong. Sesudah itu, Ong Po Po memerintahkan
dibakarnya menara. Semua kejadian itu didengar jelas
olehnya. Ia merasa heran dan berkata di dalam hati. "apa
tak bisa jadi touwtoo bangsat itu benar-benar menolong
aku" sambil memikir begitu, ia mencoba mengerahkan
tenaga dalamnya. Sekonyong-konyong ia merasakan
naiknya seperti hawa hangat dari bagian tan-tian (pusar). Ia
terkesiap. Inilah tanda bahwa tenaga dalamnya mulai pulih.
Dengan wataknya yang sangat keras. Biat Coat menolak
untuk memperlihatkan kepandaiannya di hadapat Tio Beng
dan telah mogok makan enam tujuh hari sehingga perutnya
kosong. Karena perut kosong, obat pemunah bisa bekerja
lebih cepat. Berkat lweekangnya yang sangat kuat maka
racun Sip Hian Joan Kin san segera terdorong ke luar.
Inilah sebabnya mengapa begitu lekas ia mengerahkan
tenaga dalam, hawa hangat lantas saja naik ke atas. Tak
kepalang girangnya si nenek. Cepat-cepat ia bersila dan
mengatur jalan napasnya. Belum cukup setengah jam, kira-
kira separuh lweekangnya sudah pulih kembali.
Sambil bersemedi, ia terus memasang kuping. Mendadak
ia mendengar perkataan Ho Pit Ong yang tajam bagaikan
pisau, ?" kalau kau menolong kecintaanmu, Biat Coat
Soethay, dan puterimu, Cioe Kouw Nio, kau boleh
menolong". " Biat Coat adalah gadis yang putih bersih. Di waktu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih muda ia bahkan tidak pernah menemui orang lelaki.
Dengan demikian dapatlah dibayangkan betapa besar
kegusarannya. Dengan mata merah, ia berbangkit dan
menghampiri lankan. "Bangsat! Apa kau kata" teriaknya.
"Toosoethay, Ho Pit Ong berkata dengan suara
memohon. "bujuknya" sahabatmu. Lepaskanlah soehengku. Aku tanggung keluargamu yang terdiri dari tiga
orang akan bisa keluar dari kelenteng ini dengan selamat.
Hian Beng Jie Loo tidak pernah menjilat ludah sendiri.
"Apa itu keluarga dari tiga orang" teriak pula Biat Coat .
Walaupun tengah menghadapi bencana Hoan Yauw
tertawa terbahak-bahak. "Loo Soethay!" teriaknya, "dia
mengatakan bahwa aku adalah kecintaanmu dan Cioe
Kouw Nio adalah puteri kita berdua.
Paras muka si nenek berubah merah padam. Dengan
disoroti sinar api, muka itu sungguh menakuti. "penjahat
she Ho! bentaknya. "Naik kau! Mari kita bertempur sampai
ada yang mampus! Di waktu biasa, Ho Pit Ong pasti akan segera
menyambut tantangan itu. Sedikitpun aku tidak merasa
takut terhadap Ciang Boen Jin Go Bie Pay. Tapi sekarang
kakaknya berada dalam tangan musuh dan ia tidak berani
mengubar napsu amarahnya.
"Kouw Touwtoo, itulah keterangan yang diberikan
olehmu sendiri," katanya.
Hoan Yauw kembali tertawa besar. Baru saja ingin
mengejek si nenek, di kaki menara terdengar suara ribut
yang sangat hebat. Cepat-cepat ia melongok ke bawah.
Diantara musuh diringi suara gemerencengnya senjata-
senjata yang jatuh di tanah. Orang itu Kauw Coe Thio Boe
Kie. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu lekas Boe Kie turun tangan, lima batang pedang
dari kelima hc yang mengurung Wie It Siauw lantas saja
terpental ke tengah udara. Wie Hok Ong girang tak
kepalang. Dengan sekali melompat, ia sudah berada di
samping Boe Kie dan berbisik, "Kauw Coe, aku mau pergi
ke gedung Jie Lam Ong untuk melepas api. Boe Kie
mengerti maksudnya dan segera mengangguk. Ia tahu,
bahwa dengan beberapa orang kalau pihaknya tidak
berhasil dalam waktu cepat, musuh segera mengirim bala
bantuan maka usaha menolong tokoh-tokoh keenam paratai
bisa gagal semua. Didalam hati, ia memuji siasat Ceng Ek
Hok Ong yang sangat lihai. Begitu lekas Ong Hoe
kebakaran, para boesoe pasti akan buru-buru pulang untuk
melindungi keluarga raja muda itu. Dilain saat, dengan
sekali berkelabat, Wie Hok Ong sudah berada di atas
tembok kelenteng yang tinggi.
Sesudah Wie It Siauw berlalu. Boe Kie menengadah dan
berteriak, "Hoan Yoe Soe, bagaimana kau"
"Celaka besar! jawabnya, "Jalanan turun terputus, aku
tidak dapat meloloskan diri lagi!
Sesaat itu, empat belas anggota Thian Liong Sip Pat Po
serentak menerjang dan mengepung Boe Kie dari berbagai
jurusan. Melihat jumlah musuh yang sangat besar, pemuda
itu berpendapat bahwa jalan satu-satunya adalah membekuk pemimpin rombongan yang memakai topi emas
untuk memaksa dia memadamkan api. Dengan sekali
melompat, ia sudah menoblos dari kepungan bagaikan
gerakan seekor ikan. Dilain saat dia sudah berhadapan
dengan Ong Po Po. Tapi sebelum ia sempat bergerak,
sebatang pedang menyambar dadanya. "Thio Kauw Coe,
jangan lukai kakakku!" kata orang yang menikam yang
bukan lain daripada Tio Beng. Sambaran pedang itu disertai
dengan hawa yang sangat dingin dan Boe Kie tahu, bahwa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia berhadapan dengan Ie Thian Kiam. Bagaikan kilat, ia
berkelit ke samping. "Lekas kau perintah orang memadamkan api dan
melepaskan semua tahanan, kata Boe Kie. "Kalau tidak,
aku tak akan berlaku sungkan lagi."
"Thian Liong Sip Pat Po! teriak Tio Beng. "Orang itu
berkepandaian sangat tinggi. Kepung dia dengan barisan
Thian Liong Tin! Tanpa diberitahukan, kedelapan belas hc itu sudah tahu
kelihaian Boe Kie. Mereka lantas saja bergerak dan
merupakan semacam tembok manusia di antara Boe Kie
dan kedua majikan mereka. Melihat cara bertindak yang
sangat aneh dari kedelapan belas lawan itu, Boe Kie tahu
bahwa Thian Liong Tin tidak boleh dipandang enteng.
Tiba-tiba saja kegembiraannya muncul dan ia mengambil
keputusan sebelum ia bergerak. Sekonyong-konyong
terdengar suara gedubrakan dan sepotong balok yang
apinya berkobar-kobar jatuh ke bawah.
Boe Kie mengawas ke atas. Api sudah membakar lantai
ke enam dan di antara sayap ia melihat dua orang yang
sedang bertempur mati-matian. Mereka itu adalah Biat Coat
Soethay dan Ho Pit Ong. Lantai jatuh yaitu lantai yang
tertinggi penuh dengan manusia tokoh-tokoh keenam
paratai. Lweekang mereka belum pulih semua, tapi biarpun
dalam keadaan sehat, mereka tidak akan bisa melompat
dengan selamat dari tempat itu yang tingginya beberapa
puluh tombak. Jika mereka melompat juga, mereka pasti
celaka. Kalau tidak binasa, sedikitnya patah tulang.
Dalam waktu beberapa detik, Boe Kie mengasah otak.
"kalau aku mencoba untuk memecahkan Thian Liong Tin,
usaha itu meminta waktu, pikirnya. "Apapula andaikata
Thian Liong Tin pecah, lain-lain jago pasti akan turun
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengepung. Tak gampang untuk aku membekuk pangeran
itu, Biat Coat Soethay dan Ho Pit Ong sudah bertempur
lama juga dan belum ada yang kalah. Tenaga dalam si
nenek sudah pulih kembali. Dengan demikian lweekang
toasupeh dan lain-lain cianpwee-pun sudah pulih. Kalau
belum semua sedikitnya sebagian besar. Hanya sayang
menara itu terlampau tinggi dan kalau melompat mereka
pasti celaka. Tiba-tiba ia mendapat satu ingatan baik dan ia
segera mengambil keputusan apa yang harus diperbuatnya.
Sambil membentak keras, ia lari berputar-putar. Kedua
belah tangannya bekerja bagaikan kilat. Dalam sekejab, Sin
Cian Pat Hiong roboh dan gendewa mereka dirampas atau
dipatahkan. Lain-lain boesoe yang bersenjata gendewa dan
anak panah pun diserang. Ada yang senjatanya dipatahkan,
ada yang dipukul roboh dan adapula yang ditotok jalan
darahnya. Sesudah pasukan anak panah tidak berdaya, Boe
Kie mendongak pula dan berteriak, "Para cianpwee yang
berada di atas! Lompatlah! Aku akan menyambut kalian.
Mendengar teriakan itu, orang-orang yang di atas
terkejut. Anjuran pemuda itu tak mungkin dilaksanakan.
Dengan melompat dari tempat atas menara yang sangat
tinggi, tenaga jatuh hebat bukan main. Sedikitnya ribuan
kati. Bagaimana dia bisa menyambutnya" Beberapa orang
Khong Tong dan Koen Loen lantas saja berteriak-teriak
menolak anjuran itu. "Tak bisa! Terlalu tinggi!
"Jangan kena diakali oleh bocah itu!
"Kalau kita menurut, badan kita akan hancur luluh!
Dengan hati berdebar-debar, Boe Kie mengawasi ke atas.
Api sudah mulai menjilat lantai ke tujuh. Waktu sudah
mendesak. Ia jadi semakin bingung. "Boh Cit Siok!"
Teriaknya dengan suara memohon. "budimu besar
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagaikan gunung. Apa mungkin Siauw Tit mencelakai
citsiok! Citsiok, kau lompatlah lebih dulu!
Boh Seng Kok adalah seorang yang bernyali sangat
besar. Dengan segera ia mengambil keputusan. Daripada
mati terbakar, memang lebih baik mati terjatuh. "baiklah!
Teriaknya seraya melompat ke bawah.
Boe Kie mengawasi dengan mata tajam. Pada detik
tubuh Boh Cit Hiap terpisah kira-kira empat kaki dari bumi,
dengan menggunakan tenaga dan gerakan Kian Koen Tay
Lo Sin Kang paling tinggi, ia menepuk pinggang sang
paman. Begitu "dimuntahkan sin kang memunahkan tenaga
jatuhnya cit hiap dan mendorongnya ke atas, sehingga
tubuh pendekar itu mengapung ke atas kira-kira setombak
tingginya. Tenaga dalam Boh Seng Kok sudah pulih sebagian.
Berbareng dengan mengapungnya, ia mengerahkan
lweekang dan mengeluarkan ilmu ringan badan, sehingga di
lain saat ia melayang ke bawah dan kedua kakinya hinggap
di tanah dengan selamat. Tiba-tiba seorang boesoe
menyerang. Dengan sekali menghantam, Boh Seng Kok
sudah merobohkan pembokong itu. "toasoeko, jiesoeko,
siesoeko! teriaknya dengan girang, "Lekas lompat!
Berhasilnya Boh Seng Kok disambut dengan sorak sorai
oleh semua jago yang sedang dikepung api. Sebagai seorang
ayah yang sangat mencintai anaknya, Song Wan Kiauw
berkata, "Ceng Soe, kau lompatlah lebih dahulu! sedari
keluar dari kamar tahanan, Song Ceng Soe terus
mendampingi Cioe Cie Jiak. Mendengar anjuran ayahnya,
ia segera berkata kepada si nona, "Cioe Kouw Nio, kau
lebih dahulu. Cie Jiak menggelengkan kepala, "aku tunggu soehoe,
katanya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, satu demi satu tokoh-tokoh keenam partai
melompat turun dengan disambut Boe Kie. Sebagai ahli-
ahli silat kelas utama, biarpun tenaga dalam mereka baru
pulih sebagian, mereka sudah bukan tandingan boesoe
biasa. Boh Seng Kok dan yang lain-lain segera merampas
senjata dan mereka berdiri di seputar Boe Kie untuk
melindungi pemuda itu dalam menyambut orang-orang
yang melompat turun. Kaki tangan Ong Po Po yang coba
menyerang Boe Kie dengan mudah dipukul mundur. Setiap
orang melompat turun berarti penambahan tenaga bagi
pihak Boe Kie. Sedari ditangkap, dikurung, dan dihina
bahkan ada beberapa orang yang diputuskan jari-jari
tangannya. Sakit hati mereka bertumpuk-tumpuk. Sekarang
mereka mendapat kesempatan untuk melampiaskan sakit
hati itu. Mereka berkelahi bagaikan harimau edan dan
dalam sekejab, berpuluh-puluh boesoe sudah menggeletak
tanpa bernyawa. Melihat bahaya, Ong Po Po segera berkata, "panggil
pasukan anak panah yang menjadi pengawal pribadiku!
Tapi sebelum Ali Chewa berlaku untuk menjalankan
perintah itu, sekonyong-konyong di sebelah tenggara
terlihat api yang berkobar-kobar. Ali Chewa terkejut,
"Siauw Ong Ya!" katanya, "Ong Hoe kebakaran! Kita harus
melindungi Ong Ya. Ong Po Po mengangguk, "adikku, katanya kepada Tio
Beng. "Aku pulang lebih dulu. Kau harus berhati-hati.
Tanpa menunggu jawaban, ia mengedut les kuda dan segera
berangkat dengan dilindungi oleh sejumlah pengiring.
Berlalunya Ong Po Po berarti berlalunya Thian Hoan Sip
Pat Po dan sejumlah boesoe. Melihat kebakaran di gedung
Ong Hoe, boesoe lainnya yang masih bertempur juga tidak
bisa berkelahi dengan hati tenang.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan cepat, terutama setelah turunnya tokoh-tokoh
Siauw Lim Sie, keadaan jadi berubah. Pihak Boe Kie jadi
lebih kuat. Tio Beng tahu, jika ia bertahan lebih lama lagi,
ia sendiri bisa menjadi orang tawanan. Maka itu, ia lantas
saja berseru, "Semua orang keluar dari Ban Hoat Sie!
Ia lalu menengok kepada Boe Kie dan berkata pula
sambil tersenyum, "besok magrib aku mengundang lagi kau
minum arak. Boe Kie terkejut, sebelum ia sempat menjawab, si nona
sudah berlalu dan mundur ke bagian belakang Ban Hoat
Sie. Sekonyong-konyong di atas menara terdengar teriakan
Hoan Yauw, "Cioe Kouw Nio, lekas lompat! Api akan
segera membakar alismu, apa kau mau menjadi gadis tanpa
alis?" "Aku ingin menemani soehoe, jawabnya.
Ketika itu, Biat Coat dan Ho Pit Ong tengah melakukan
pertempuran mati-matian. Tenaga dalam si nenek belum
pulih semua, tapi ia sudah tak memikir hidup. Dengan
kalap, ia menyerang tanpa memperdulikan pembelaan diri.
Di lain pihak, sebab memikiri keselamatan soeheng-nya, Ho
Pit Ong tidak bisa berkelahi dengan hati mantap. Selain
begitu, sesudah kena racun Boe Kie, tenaga dan gerak-
geriknya pun tak seperti biasa lagi. Maka itulah, sesudah
bertempur beberapa lama, keadaan kedua belah pihak
masih berimbang. Mendengar perkataan muridnya, Biat Coat berkata, "Cie
Jiak, lekas turun, jangan perdulikan aku! Penjahat ini terlalu
mengejek aku. Tak bisa aku mengampuni jiwanya."
Ho Pit Ong mengeluh. Ia ingin menolong soehengnya
dan di luar dugaan, si nenek menyerang secara nekat-
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nekatan. "Biat coat Soethay!" teriaknya. "Omongan itu
berasal dari Kouw Touwtoo, bukan karanganku."
Sambil menghantam Ho Pit Ong dengan telapak tangan,
Biat Coat menengok dan bertanya, "Touwtoo bangsat, apa
benar kau yang mengeluarkan omongan gila-gila itu?"
"Omongan apa?" Hoan Yauw balas menanya. Dengan
menanya begitu, ia ingin si nenek mengulangi ejekannya,
bahwa ia dan Biat Coat adalah kecintaan dan bahwa Cie
Jiak adalah anak mereka. Tapi si nenek tentu saja tidak
dapat mengulangi kata-kata itu. Mendengar nada suara Ho
Pit Ong, ia tahu bahwa musuh itu tidak berdusta. Darahnya
bergemetaran. Sesaat itu, selagi Biat Coat menengok kepada Hoan
Yauw, segulung asap tiba-tiba menyambar. Ho Pit Ong
sungkan menyia-nyiakan kesempatan baik. Sambil melompat menerjang ia menghantam punggung si nenek.
"Soeboe, hati hati!" teriak Cie Jiak.
"Niekouw tua, hati hati!" seru Hoan Yauw.
Bagaikan kilat Biat Coat berbalik dan menangkis.
Tangan kirinya menyambut tangan kiri Ho Pit Ong, tapi ia
tidak keburu menangkis tangan kanan musuh yang
memukul dengan Hian beng Sin Ciang. Begitu punggungnya terpukul, badan si nenek bergoyang-goyang,
hampir-hampir ia jatuh terguling. Cie Jiak terkesiap, ia
melompat dan memeluk gurunya.
"Manusia licik!" bentak Hoan Yauw dengan gusar. "Tak
bisa kau dan kakakmu diberi hidup lebih lama lagi," seraya
berkata begitu, ia melemparkan ke bawah kasur yang
menggulung tubuh Lok Thung Kek dan Han kie. Hati Ho
Pit Ong mencelos. Tanpa memikir lagi, ia turut melompat
tapi kasur itu sudah melayang agak jauh dan ia hanya bisa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjambret ujungnya. Dengan kecepatan luar biasa, ia pun
turut melayang ke bawah. Karena teraling asap dan api, Boe Kie tak tahu apa yang
terjadi di puncak menara. Tiba-tiba ia melihat jatuhnya
serupa benda dan seorang manusia. Ia tak tahu apa adanya
benda itu, tapi ia segera mengenali, bahwa manusia itu
adalah Ho Pit Ong. Kakek itu adalah musuh besar yang
sudah menyebabkan banyak penderitaannya. Bahkan
kebinasaan kedua orang tuanya pun adalah gara-gara Hiam
beng Jie lo. Tapi ia seorang berhati mulia yang tak bisa
mengawasi kebinasaan dengan berpeluk tangan. Pada detik
itu, dengan melupakan sakit hatinya, ia melompat ke atas
dan menepuk dengan kedua tangannya, sehingga kasur dan
Ho Pit Ong terpental ke kiri-kanan kurang lebih tiga tombak
jauhnya. Sesudah berjungkir balik, kedua kaki Ho Pit Ong
hinggap di tanah. "Hah! Sungguh berbahaya" katanya. Ia
tak pernah mimpi, bahwa Boe Kie akan membalas
kejahatan dengan kebaikan. Tapi ia tidak sempat memikir
lain dan segera menengok ke sana sini untuk mencari
soehengnya. Tiba-tiba ia terkejut, karena kakak itu
menggeletak di tumpukan api. Dalam usaha untuk
menolong, kali ini Boe Kie harus menggunakan kedua
tangannya. Menggunakan kedua tangan tentu saja lebih
berat daripada menggunakan sebelah tangan. Apa pula
karena di dalam kasur itu terdapat dua manusia, maka
tenaga jatuh kasur itu pun jadi lebih hebat. Oleh karena itu
waktu menepuk kasur, ia tidak bisa memperdulikan lagi
arahnya. Begitu tertepuk kasur terbuka dan dua sosok tubuh
manusia ambruk di tumpukan api. Karena jalan darahnya
tertotok, Lok Thung kek tak bisa bergerak dan rambutnya
lantas saja terbakar. "Soeko!" teriak Ho Pit Ong seraya menubruk dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memeluk tubuh kakaknya. Selagi ia melompat keluar dari
api yang berkobar-kobar waktu kedua kakinya belum keluar
dan menginjak bumi. Jie Lian Cioe memapaki dengan
pukulan pada pundaknya. "Sambutlah!" bentak pendekar
Boe tong itu. Ho Pit Ong tidak dapat menangkis dan coba
berkelit dengan miringkan pundaknya, tapi telapak tangan
Jie Lian Cioe menyusul ke bawah. "Plak!" badan si kakek
she Ho bergemetaran dan keringat dingin keluar dari
dahinya. Sambil menggigit gigi ia melompat ke atas
tembok. Sesaat itu sebatang balok yang berkobar2 jatuh dan
menimpa tubuh Han kie yang lantas saja terbakar.
Sementara itu semua orang yang sudah berada di bawah
mendongak mengawasi ke atas sambil berteriak-teriak.
"Turun! Hayo, lekas!"
"Lompat! Lompat!"
Di antara api dan asap Hoan Yauw kelihatan melompat
kesana sini untuk meloloskan diri dari kobaran api. Satu
demi satu balok balok jatuh ke bawah diiringi meluruknya
genteng dan bata. Puncak menara mulai goyang-goyang.
"Cie Jiak lompatlah!" bentak Biat coat.
"Soeboe, sesudah kau, baru aku," jawabnya.
Sekonyong-konyong si nenek melompat dan menghantam pundak Hoan Yauw. "Bangsat Mo kauw
mampus kau!" teriaknya.
Sambil tertawa nyaring Hoan Yauw berkelit dan
menerjun ke bawah. Boe Kie segera menyambutnya dengan
tepukan Kian kun tay lo ie Sin kang. "Hoan Yoesoe, kau
telah berhasil dan kami menghaturkan terima kasih," kata
Thio Kauwcoe. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ini

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semua bukan jasaku," jawabnya dengan merendahkan diri. "Kalau Kauwcoe tak menolong dengan
sin kang, semua orang akan menjadi babi panggang di
puncak menara." Melihat Hoan Yauw sudah melompat ke bawah, sambil
menghela napas Biat coat memeluk pinggang muridnya dan
segera meninggalkan puncak menara yang hampir roboh.
Waktu terpisah kira-kira setombak dari bumi, mendadak ia
mendorong dengan kedua tangannya, sehingga tubuh nona
Cioe mengapung ke atas kurang lebih setombak, sedang
tenaga jatuh si nenek sendiri jadi makin hebat.
Sambil mengawasi dengan mata tajam, Boe kie menepuk
pinggang Biat coat dengan Kian koen tay loe ie sin kang. Di
luar dugaan, Biat coat yang telah mengambil keputusan
untuk mati dan sungkan menerima budinya Beng kauw,
sekonyong-konyong menghantam dengan seantero sisa
tenaganya. Dengan bentroknya kedua tangan Sin kang
terdorong ke lain arah dan "bruk" si nenek ambruk di tanah
dengan patah beberapa tulangnya, Boe kie sendiri merasa
dadanya menyesak dan ia terhuyung beberapa tindak. Ia
sungguh tidak mengerti sikap si nenek, karena pukulannya
itu berarti membunuh diri sendiri.
Cie Jiak menubruk dan memluk tubuh gurunya,
"Soeboe" soeboe".", jeritnya dengan suara menyayat
hati. Para murid Go bie segera mengerumuni sang guru.
Perlahan lahan Biat coat Soethay membuka kedua mata.
"Cie Jiak," katanya dengan suara lemah, "mulai hari ini kau
menjadi Ciang boenjin dari partai kita. Apakah kau masih
mau berjanji untuk menaati perintahku?"
"Ya" soeboe?"
Si nenek tersenyum. "Kalau begitu", bisiknya, "aku bisa
mati dengan mata meram?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesaat itu Boe Kie menghampiri dan memegang nadi si
nenek untuk melihat apa orang tua itu masih bisa ditolong.
Tiba tiba Biat coat membalik tangannya dan mencengkeram
pergelangan Boe Kie. "Murid cabul Mo kauw!" bentaknya.
"Jika kau menodai kesucian muridku, biarpun sudah
menjadi setan aku tak akan mengampuni?" Ia tak bisa
meneruskan perkataannya dan segera menghembuskan
napas yang penghabisan, tapi jari-jari tangannya masih
tetap mencekal pergelangan tangan Boe Kie.
Mendadak terdengar teriakan Hoan Yauw, "Semua
orang ikut aku! Kita keluar dari pintu kota sebelah barat.
Kalau terlambat tentara musuh bangsat itu akan
mengepung kita." Sambil mendukung jenazah Biat coat, Boe Kie berkata,
"Baiklah kita berangkat sekarang." Cie Jiak menyodorkan
kedua tangannya dan menyambut jenazah gurunya dari
tangan Boe Kie. Sesudah itu tanpa mengeluarkan sepatah
kata ia bertindak keluar dari Ban hoat sie.
Sementara itu, orang2 Koen loen, Khong tong dan Hwa
san pay sudah keluar lebih dahulu. Yang terus berdiam
menemani Boe kie adalah Kong boen dan Kong tie. Setelah
rombongan lain lain partai berangkat semua, sambil
merangkap kedua tangannya menghaturkan terima kasih
kepada Boe Kie yang menjawabnya dengan kata kata
merendahkan diri. Akhirnya bersama pendekar2 Boe tong
dan Boe kie, Kong boen dan Kong tie juga turut
meninggalkan Ban hoat sie.
Berjalan belum beberapa jauh, Boe Kie ternyata telah
terlalu lelah, karena dalam menolong rombongan keenam
partai, ia sudah terlalu banyak mengeluarkan tenaga dan
bentrokan dengan Biat coat juga telah melukai bagian
dalam dari tubuhnya. Boh Seng Kok segera menggendong
keponakannya yang sambil digendong, perlahan-lahan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerahkan Kioe yang sin kang untuk memulihkan tenaga
dalamnya. Waktu fajar menyingsing rombongan itu tiba di pintu
kota sebelah barat. Dengan tak banyak sukar, mereka
mengusir tentara yang menjaga pintu. Di tempat yang
jauhnya beberapa li dari pintu kota, Yo Siauw telah
menunggu dengan kuda kuda dan kereta. Sambil tertawa ia
memberi selamat kepada orang2 yang baru saja terlolos dari
lubang jarum. "Tanpa pertolongan Thio Kauwcoe dan anggota2 Beng
kauw, rombongan keenam partai pasti menemui kebinasaan," kata Kong boen Taysoe. "Untuk budi yang
besar itu, kami hanya bisa menghaturkan banyak terima
kasih. Kini kita harus memikiri tindakan selanjutnya dan
kuharap Thio Kauwcoe suka memutuskannya."
"Aku yang rendah berpengetahuan sangat cetek," kata
Boe Kie. "Dalam hal ini, aku mohon perintah Hong thio."
Tapi, biarpun dipaksa, Kong boen Taysoe menolak
untuk memegang pimpinan. "Tempat ini tak jauh dari kota raja," kata Thio Siong kee.
Sesudah kita mengacau hebat, raja muda pasti tidak akan
menyudahi saja. Dia pasti akan segera mengirim tentara
yang kuat untuk mengejar kita. Biar bagaimana pun jua kita
tak boleh berdiam lama lama di sini dan harus pergi ke
tempat lain." "Paling baik bila raja muda bangsat itu mengirim
tentaranya," kata Ho Thay ciong. "Kita bisa menghajar
mereka sepuas hati."
Thio Siong kee menggelengkan kepala. "Aku tidak
setuju," katanya. "Lweekang kita belum pulih seanteronya
dan pada hakekatnya kita masih mempunyai banyak waktu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menghajar Tat coe. Pada saat ini, jalan yang paling
baik ialah menyingkirkan diri".
"Thio Shiehiap benar," kata Kong boen. "Kalau
bertempur, biarpun kita bisa membinasakan banyak Tat
coe, pihak kitapun pasti akan menderita kerusakan besar.
Memang sebaiknya kita menyingkir untuk sementara saat.
Sesudah Kong boen menyatakan pendapatnya, yang lain
tak berani membantah lagi.
"Thio Siehiap, menurut pendapatmu, kemana kita harus
pergi?" tanya Kong boen.
"Tat coe tentu menduga, bahwa kita pergi ke selatan atau
ke tenggara," jawabnya. "Untuk menyelesaikannya, kita
menyingkir ke tempat yang tidak diduga mereka. Sebaiknya
kita pergi ke Monggolia. Bagaimana pendapat kalian?"
Semua orang kaget. Monggolia adalah negeri Tat coe.
Cara bagaimana mereka mau diajak masuk ke sarang
musuh" Tapi Yo Siauw menepuk nepuk tangan dan berkata
sambil tertawa. "Tepat benar pendapat Thio Siehiap.
Monggolia sedikit penduduknya dan digurun pasir yang
luas, dengan mudah kita mencari tempat sembunyi. Tat coe
tentu menganggap kita bakal kembali ke T iong goan.
Mereka tak akan mimpi, bahwa kita berbalik menyatroni
sarang mereka." Sekarang semua orang tersadar. Diam diam mereka
memuji kecerdasan Thio Siog Kee. Semua orang lalu
menunggang kuda atau naik kereta dan segera berangkat ke
arah utara. Sesudah melalui kira kira lima puluh li, rombongan itu
berhenti di sebuah selat gunung. Yo Siauw segera
mengeluarkan makanan kering dan arak yang memang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah disediakannya. Sambil beromong omong, tokoh
keenam partai menyatakan rasa terima kasihnya terhadap
Boe Kie dan Hoan Yauw yang sudah menolong jiwa
mereka. Sementara itu, Cioe Cie Jiak dan murid murid Go bie
lainnya menggali lubang dan menguburkan jenazah guru
mereka. Kong boen, Kong tie, Sen Wan Kiauw, Boe Kie
dan yang lain2 bersembahyang dan memberi hormat
terakhir kepada si nenek. Biat coat soethay adalah salah
seorang pendekar kenamaan pada jaman itu. Biarpun
adatnya aneh, ia seorang jujur dan selama hidupnya banyak
menolong sesama manusia, sehingga segenap Rimba
Persilatan menghormatinya. Waktu bersembahyang para
murid Go bie menangis sedu sedan, sedang jago jago
keenam partai turut merasa sedih.
"Orang yang mati tak bisa hidup kembali," kata Kong
boen taysoe dengan suara nyaring. "Para pendekar Go bie
janganlah terlalu berduka. Asal kalian bisa penuhi
mendiang gurumu, maka biarpun Soethay sudah meninggal
dunia, ia seperti juga masih hidup di dalam dunia. Kali ini
musuh menggunakan racun dan kita semua sama sama
menderita. Kong seng Soetee dari partai kami juga binasa
dalam tangan Tat coe. Sakit hati ini pasti mesti dibalas.
Cara bagaimana kita harus membalasnya, kita sekarang
harus berunding masak masak."
"Benar," menyambung Kong tie. "Dalam waktu yang
lampau enam partai bermusuhan keras dengan Beng kauw.
Tak dinyana Thio Kauwcoe membalas kejahatan dengan
kebaikan dan sudah menolong kita semua. Mulai dari
sekarang kedua belah pihak meniadakan permusuhan dan
melupakan segala apa yang sudah terjadi. Hari ini dengan
meminjam kesempatan dari kumpulnya semua partai,
loolap ingin mengajukan sebuah usul. Usul itu ialah kita
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beramai ramai mengangkat Thio Kauwcoe sebagai Beng
coe (kepala perserikatan) dari perserikatan partai2 Rimba
Persilatan di wilayah Tiong goan. Dengan berserikat dan
bekerja sama dan bersatu padu, kita berusaha untuk
mengusir Tat coe dari tanah air kita."
Usul itu disambut dengan sorak sorai gegap gempita oleh
para hadirin. Hanya Cioe Cie Jiak seorang yang tidak
mengeluarkan sepatah kata. Ia menunduk dan memikirkan
janji yang telah diberikannya kepada sang guru.
Boe Kie kaget. Ia menggoyang goyangkan kedua
tangannya dan menggeleng gelengkan kepala. "Tidak bisa!
Tidak bisa!" katanya dengan suara gugup. "Dalam Rimba
Persilatan, sejak dulu Siauw lim pay selalu dianggap sebagai
tetua. Dan mengenai perseorangan yang paling tua dan
paling dihormati dapat dikatakan ialah Thay soehoeku,
Thio Cinjin. Disamping itu, Boe Kie Coe hiap (para
pendekar Boe tong) adalah paman pamanku. Biar
bagaimanapun juga, tak dapat aku si bocah menduduki
kursi Bengcu secara melampaui orang orang tua yang
berkedudukan banyak lebih tinggi daripada aku."
"Boe Kie," kata Song Wan Kiauw. "Bahwa hari ini kita
beramai ramai mengangkat kau sebagai Bengcoe, memang
juga sebagian disebabkan oleh pertolonganmu. Tapi selain
itu, pengangkatan ini adalah demi kepentingan umat
manusia di kolong langit. Dengan pengangkatan ini kita
semua mengharap supaya berbagai partai bisa bekerja sama
tidak saling bermusuhan dan lagi bersatu padu dalam
menghadapi kaum penjajah. Kalau Rimba persilatan Tiong
goan tak punya pemimpin umum, mungkin sekali usaha
mengusir Tat coe tak gampang diwujudkan."
"Boe Kie, usul kedua Sen ceng Siauw lim pay keluar dari
hati yang sejujurnya," Siong Kee turut membujuk. "Thay
soehoemu sudah berusia begitu lanjut. Apakah kau ingin
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beliau memikul beban yang berat itu?"
Berganti ganti lain lain tokoh partai coba membujuk, tapi
Boe Kie tetap menolak. "Aku masih terlalu muda dan
berpengetahuan terlalu cetek," katanya. "Apa yang aku
mempunyai hanyalah ilmu silat. Tanggung jawab seorang
Bengcoe yang sangat berat hanya dapat dipikul oleh orang
orang seperti Hong thio Seng ceng dari Siauw lim pay atau
Song soepeh." "Kauwcoe," kata Yo Siauw, "kalau kesempatan ini lewat
dengan cuma cuma, kita tidak akan mendapatkan lagi.
Adalah maunya Tuhan, bahwa hari ini tokoh tokoh Rimba
Persilatan berkumpul disini dan semua bersamaan
pendapat. Apabila Kauwcoe tetap menolak kedudukan
Bengcoe, maka tiada orang lain yang bisa disetujui dengan
suara bulat oleh segenap orang orang gagah. Kalau mereka
sudah berpencaran, adalah sangat sukar untuk mengumpulkannya kembali. Hari itu, di atas Kong beng
teng, Kauwcoe menghendaki supaya kita mengakhiri
permusuhan dengan keenam partai dan bekerja sama
dengan satu hati. Apakah Kauwcoe sudah melupakan itu."
"Kauwcoe!" teriak Hoan Yauw dengan suara tak
sabaran. "Menjadi Bengcoe bukan menjadi kaisar. Kami
bukan ingin menjual lagak dan mengunjuk keangkeranmu.
Kami mengangkat kau demi kepentingan nusa dan bangsa.
Kami ingin kau memikul beban penderitaan rakyat. Apa
kau bukan seorang lelaki" Mengapa kau terus menolak
untuk memikul beban yang berat itu" Dengan menganggap
kau sebagai seorang gagah, Hoan Yauw rela mengabdi di
bawah perintahmu. Sungguh tak nyana, dalam menghadapi
tugasmu, kau menyembunyikan kepala dan buntut!"
Mendengar teguran pedas itu, muka Boe Kie berubah


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merah. Sambil merangkap kedua tangannya dan membungkuk, ia berkata. "Hoan Yoesoe benar. Aku
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghaturkan terima kasih untuk teguran itu. Memang
juga seorang lelaki yang hidup di antara langit dan bumi
tidak melarikan diri dari kesukaran dan penderitaan."
Seraya menyoja semua orang, ia berkata. "Aku tak menolak
lagi kecintaan Coe wie (tuan tuan). Semoga usaha kita akan
berhasil dan cita cita kita akan tercapai dalam waktu yang
sesingkat2nya." Sorak sorai dan tepuk tangan yang menyambut
pernyataan Boe Kie itu, menggetarkan seluruh selat.
Yo Siauw segera mengambil sebuah kantong kulit yang
berisikan arak, menggores jari tangannya dan meneteskan
darahnya ke dalam arak. Satu persatu, para tokoh persilatan
menuruti contoh itu dan kemudian menceguk arak yang
tercampur darah. Upacara tersebut merupakan suatu
sumpah, bahwa mulai hari itu mereka bersepakat, bersatu
padu dan bekerja sama untuk mengusir penjajah dari bumi
Tiong kok. Boe Kie girang bercampur kuatir. Ia berkuatir karena
bebannya sungguh sungguh berat. Tapi mengingat
perkataan Hoan Yauw, hatinya menjadi tenang. Seorang
laki laki tidak boleh melarikan diri dari tugasnya. Seorang
manusia hanya bisa berusaha sekuat kuatnya dengan
seantero tenaga. Apa usaha itu akan berhasil atau tidak,
terserah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Selama beberapa bulan, Boe Kie telah menghadapi
macam2 gelombang. Hari ini, waktu menerima kedudukan
Bengcoe, di dalam hati ia merasa terlebih tenang daripada
waktu menerima kedudukan Kauwcoe dari Bengkauw. Hari
ini, ia menjadi Bengcoe dengan tujuan yang nyata dan
tekad yang bulat. Hari itu, ia rasa bimbang sebab ia
mengenal Bengkauw sebagai agama yang lurus tercampur
jahat. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesudah selesai upacara membentuk perserikatan, Boe
Kie berkata. "Sekarang dunia berada dalam ketakutan. Para
anggota Bengkauw telah disebar keempat penjuru untuk
menunggu ketika yang baik guna memulai usaha kita. Aku
mengharap para tetua berbagai partai menturuti tindakan
murid murid Bengkauw dalam membentuk pasukan
pasukan sukarela. Aku mengharap supaya semua
menyampingkan kepentingan pribadi dan menyingkirkan
setiap kemungkinan yang bisa mengakibatkan permusuhan
antara kawan sendiri. Jika terjadi suatu perselisihan, orang
yang tersangkut harus melaporkan kepada Ciang boen jin
dari partainya. Maka soal itu tidak dapat dibereskan oleh
Ciangboen tersebut, maka dengan bantuan para tetua
partai, aku sendiri yang akan coba membereskannya.
Semua orang mengiakan permintaan Bengcoe.
"Sesudah urusan ini mendapat keberesan, aku perlu
kembali ke kota raja guna sebuah urusan pribadi," kata pula
Boe Kie. "Di sini saja aku meminta diri. Dalam beberapa
tahun bakal datang dengan bahu membahu, kita harus
melakukan pertempuran mati hidup melawan Tat coe."
Dengan sorak sorai seluruh rombongan mengantarkan
Bengcoe sampai di luar selat. Waktu mau berpisahan Yo
Siauw berkata, "Kauwcoe! Kau adalah harapan orang
orang gagah di seluruh negeri. Kuharap kau bisa menjaga
diri." "Aku akan perhatikan pesanan saudara," kata Boe Kie
sambil mencambuk kudanya yang segera lari ke arah
selatan. Waktu sudah dekat dengan kota raja, Boe Kie ingat
bahwa sesudah terjadinya pertempuran di Ban hoat sie, ia
tentu dikenali oleh banyak kaki tangan Jie lam ong. Jika
bertemu dengan mereka mungkin
sekali ia akan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghadapi banyak kesukaran. Mengingat begitu, ia segera
mampir di rumah seorang petani, membeli seperangkat
pakaian petani, memakai tudung dan memoles mukanya
dengan tanah liat. Sesudah itu ia barulah masuk ke dalam
kota. Setibanya di depan rumah penginapan di See shia,
sesudah mengamat amati keadaan barulah ia masuk ke
kamarnya. Siauw Ciauw kelihatan berduduk di samping
jendela. Ia sedang menjahit. Melihat masuknya seorang
muka coklat, si nona terkejut dan sesaat kemudian barulah
ia mengenali Boe Kie. Dengan paras berseri-seri, ia
berkata," Kauwcoe, kau membuat aku kaget sekali. Kukira
seorang petani tolol kesalahan masuk ke kamar ini."
"Kau jahit apa?" tanya Boe Kie.
Paras muka si nona berubah merah, buru-buru ia
menyembunyikan pakaian yang sedang dijahitnya dibelakangnya. "Tak apa-apa," jawabnya serta menyelipkan
pakaian itu di bawah bantal. Ia lalu menuang teh untuk Boe
Kie dan berkata sambil tertawa, "Apa Kongcoe mau cuci
muka?" "Tidak," sahutnya sambil mengangkat cangkir teh.
Sambil meneguk teh ia berpikir, "Tio Kauwnio ingin aku
menemaninya untuk meminjam To liong-to. Aku tidak bisa
menolak. Pertama, sebagai laki laki aku tidak bisa menarik
pulang janji dan kedua aku memang ingin menyambut Gie
hoe pulang ke Tiong goan. Gie hoe mempunyai musuh dan
sesudah kedua matanya buta, ia pasti tak akan bisa
membela dirinya sendiri. Tapi sekarang sesudah berserikatnya berbagai partai, semua permusuhan lama
sudah disingkirkan. Asal aku berada sama2 orang pasti tak
akan mengganggu Gie hoe. Tapi pelayaran sangat
berbahaya. Siauw Ciauw tidak boleh mengikut. Bagaimana
baiknya" Hmm.. ya begini saja. Aku akan minta bantuan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tio Kauwnio supaya Siauw Ciauw bisa dititipkan di Ong
hoe untuk sementara waktu. Dengan berdiam di gedung
raja muda keselamatannya lebih terjamin daripada di
tempat lain." Memikir begitu, ia tersenyum.
"Kongcoe, mengapa kau tertawa" Kau lagi pikir apa?"
tanya si nona. "Aku mau pergi ke sebuah tempat yang sangat jauh,"
jawabnya. "Tak bisa aku membawa kau. Aku telah memikir
sebuah tempat, dimana kau bisa berdiam sementara waktu."
Paras muka Siauw Ciauw lantas saja berubah.
"Kongcoe, kemanapun kau pergi aku mau mengikut,"
katanya. "Siauw Ciauw sudah biasa melayani kau setiap
hari. Aku tidak mau berdiam di tempat orang yang belum
dikenal." "Aku mengambil keputusan itu untuk kebaikanmu
sendiri," Boe Kie membujuk. "Tempat itu sangat jauh dan
perjalanan penuh dengan bahaya. Aku sendiri tak tahu,
sampai kapankah aku kembali."
"Kongcoe, waktu berada di gua di Kong beng teng,
Siauw Ciauw telah mengambil keputusan untuk terus
mengikuti kau, kemana juga kau pergi. Kau hanya bisa
menolak tekadku dengan membunuh aku. Kongcoe, apakah
kau merasa sebal terhadapku dan tidak mau aku terus
mengikuti?" "Tidak! Kau tahu, bahwa aku sangat menyayang kau
dan aku hanya tidak mau kau menempuh bahaya yang
sebenarnya tidak perlu ditempuh. Begitu lekas kembali, aku
akan mencarimu." Si nona menggeleng-gelengkan kepala. "Aku bersedia
untuk menghadapi bahaya apapun jua," katanya dengan
suara mantap. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Boe Kie terharu. Sambil memegang tangan si nona, ia
berkata dengan suara lemah lembut. "Siauw Ciauw, aku
tidak mau mendustai kau. Aku telah meluluskan
permintaan Tio Kouwnio untuk mengawani dia dalam
menyeberangi lautan. Kau tahu, pelayaran penuh bahaya.
Tapi aku mesti pergi juga. Aku sungguh tak mau kau turut
menghadapi bahaya." Paras muka Siauw Ciauw bersemu merah. "Kalau kau
pergi bersama2 Tio Beng, lebih-lebih aku mesti mengikut,"
katanya. Sesudah berkata begitu, ia kelihatan kemalu-
maluan dan air mata berlinang-linang di kedua matanya.
"Mengapa kau lebih2 mau mengikut?"
"Karena Tio Kouwnio seorang yang hatinya beracun.
Kita tidak bisa menaksir apa yang akan diperbuatnya
terhadapmu. Dengan berada bersama-sama, aku bisa turut
mengamat-amati keselamatanmu."
Tiba-tiba jantung Boe Kie melonjak. "Ah! Apa Siauw
Ciauw jatuh cinta kepadaku?" tanyanya di dalam hati.
Sesudah memikir beberapa saat, ia berkata sambil tertawa.
"Baiklah, kau boleh ikut. Tapi kau tak boleh menyesal."
Tak kepalang girangnya si nona. "Kalau aku menyusahi
kau dengan pernyataan menyesal, kau boleh melemparkan
diriku ke lautan supaya aku dimakan ikan besar," katanya
sambil tersenyum. Boe Kie tertawa nyaring. "Bagaimana kau tega
berpisahan dengan kau?" katanya.
Persahabatan antara Boe Kie dan Siauw Ciauw sudah
berjalan lama. Di dalam perjalanan, kalau rumah
penginapan kekurangan kamar, kadang-kadang mereka
terpaksa tidur dalam satu kamar. Tapi belum pernah
mereka berbicara atau melakukan sesuatu yang melampaui
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
batas2 kepantasan. Siauw Ciauw selalu menempatkan
dirinya sebagai pelayan, sedang Boe Kie yang bersikap
sebagai seorang kakak, belum pernah mengeluarkan
perkataan yang tidak pantas. Sekarang, begitu perkataan
"bagaimana aku tega berpisahan dengan kau" keluar dari
mulutnya, begitu ia merasa bahwa ia telah kesalahan
omong. Mukanya berubah merah dan buru-buru ia
memalingkan muka ke jurusan lain.
Siauw Ciauw menghela napas.
"Mengapa kau menghela napas?" tanya Boe Kie.
"Ada banyak orang yang tak tega kau berpisahan. Cioe
Kouwnio dari Go bie pay. Tio Kouwnio dari gedung Jie
lam ong dan di hari kemudian, entah masih ada berapa
banyak orang lagi. Di dalam hatimu, mana bisa jadi kau
memikiri seorang pelayan kecil seperti aku?"
"Siauw Ciauw, kau selalu berlaku sangat baik
terhadapku. Apa aku kira aku tak tahu" Apakah aku
seorang manusia yang tak ingat budinya orang?" Waktu
bicara begitu, suara Boe Kie mengunjuk, bahwa ia berbicara
dari lubuk hatinya yang putih bersih.
Si nona malu bercampur girang. Sambil menundukkan
kepala, ia berkata dengan suara perlahan. "Aku belum
pernah melakukan sesuatu yang berharga untukmu. Asal
saja kau mempermisikan aku untuk melayani selama-
lamanya, asal aku bisa menjadi pelayanmu seterusnya,
hatiku sudah merasa puas. Kongcoe, semalam suntuk kau
tak tidur. Kau tentu capai. Pergilah tidur." Sehabis berkata
begitu, ia membuka kasur. Boe Kie merebahkan diri, maka
ia sendiri menjahit di bawah jendela. Tak lama kemudian
Boe Kie tertidur. Sampai magrib, Boe Kie baru tersadar dari pulasnya.
Sesudah makan semangkok mie, ia berkata, "Siauw Ciauw,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku mau ajak kau pergi menemui Tio Kouwnio untuk
meminjam Ie thian kiam guna memutuskan rantai yang
mengikat kaki tanganmu."
Di tengah jalan, mereka bertemu dengan banyak tentara
Mongol dan penjagaan sangat ketat. Boe Kie tahu, bahwa
diperketatnya penjagaan adalah akibat kekacauan semalam.
Tak lama kemudian mereka tiba di rumah makan kecil
yang semalam. Setelah masuk, Tio Beng sudah berada di
situ. Ia sedang minum arak sendirian. Ia berbangkit dan
berkata sambil tertawa, "Thio Kongcoe, kau seorang yang
boleh dipercaya. Boe Kie mengawasi nona Tio. Ia mendapat kenyataan,
bahwa paras si nona tenang tenang saja, sedikitpun tak
mengunjuk rasa gusar. Dengan meja sudah tersusun dua
pasang sumpit. Sesudah membungkuk Boe Kie segera
duduk di sebuah kursi dan Siauw Ciauw sendiri berdiri
menunggu di tempat yang agak jauh.
Sambil menyoja Boe Kie berkata, "Tio Kouwnio, dalam
kejadian semalam, aku telah berdosa terhadapmu dan
kuharap kau suka memaafkan."
"Aku merasa sangat sebal melihat Hankie yang seperti
siluman," kata si nona. "Bahwa kau sudah menyuruh orang
untuk membunuhnya, aku sebenarnya harus menghaturkan
terima kasih. Ibu memuji kau sebagai pemuda pintar."
Boe Kie terkejut. Nona Tio tersenyum dan berkata pula, "Bahwa kau
sudah menolong orang-orang itu, pada hakekatnya kau tak


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merasa keberatan. Mereka tak suka menakluk. Perlu apa
aku menahan lama-lama. Sesudah kau menolong mereka,
mereka tentu merasa sangat berterima kasih terhadapmu.
Di dalam Rimba Persilatan kau sekarang menjadi orang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gagah yang terutama. Semua orang merasa berhutang budi
terhadapmu. Thio Kongcoe, untuk itu aku memberi selamat
dengan secawan arak," ia tertawa dan mengangkat
cawannya. Sesaat itu tiba2 berkelebat bayangan manusia dan Hoan
Yauw bertindak masuk. Lebih dulu ia memberi hormat
kepada Boe Kie dan kemudian berlutut di hadapan Tio
Beng. "Kongcoe," katanya, "Kouw Tauwtoo mohon
meminta diri." Tio Beng tak membalas pemberian hormat itu. "Kouw
Taysoe," katanya dengan suara dingin. "Hebat sungguh kau
mendustai aku." Hoan Yauw bangun berdiri dan berkata sambil
membungkuk. "Kouw Tauwtoo she Hoan bersama Yauw
Kong beng Yoeseo dari Bengkauw. Karena kerajaan
memusuhi Beng kauw, maka waktu masuk ke gedung Jia
lam ong, aku terpaksa menyamar. Koen Coe telah
memperlakukan aku secara baik sekali, sehingga oleh
karenanya, aku sekarang menghadap Koencoe untuk
berpamitan. "Kau mau pergi boleh pergi," kata Tio Beng. "Tak usah
kau unjuk banyak peradatan."
"Seorang lelaki harus berlaku terus terang," kata Hoan
Yauw. "Mulai dari sekarang, aku yang rendah merupakan
seorang musuh dari Koencoe. Kalau aku tidak bisa
memberitahukan secara terang terangan, hatiku merasa tak
enak dan aku berbuat tak pantas terhadap Koencoe yang
sudah memperlakukan aku secara pantas."
Tio Beng menengok pada Boe Kie dan berkata, "Ilmu
apa yang dimiliki olehmu, sehingga orang-orangmu semua
rela membela kau dengan jiwa mereka?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami bekerja untuk negara, untuk rakyat, untuk
menolong sesama manusia dan untuk mempertahankan gie
khie (semangat persahabatan yang paling tinggi). Hoan
Yoesoe dan aku belum kenal satu sama lain. Tapi begitu
bertemu, kita lantas menjadi sahabat karib. Kita mempunyai pendapat dan tujuan yang sama. Dengan
demikian usaha kita untuk mempertahankan gie kie dan
kawan kawan sendiri, tidaklah tersia-sia."
Hoan Yauw tertawa terbahak-bahak. "Kauwcoe,"
katanya, "perkataanmu memang cocok sungguh dengan
apa yang dipikir olehku. Kauwcoe, kuharap kau menjaga
diri baik-baik. Nona ini sangat lihay. Dia bukan wanita
biasa. Kuharap Kauwcoe suka berwaspada."
Tio Beng tertawa. "Terima kasih untuk pujian Kouw
Taysoe," katanya. Sesudah mengangguk, Hoan Yauw segera berlalu.
Waktu lewat di depan Siauw Ciauw, ia kelihatan terkejut,
paras mukanya berubah pucat dan seolah-olah ia melihat
sesuatu yang sangat menakutkan. "Kau" kau!?" katanya.
"Mengapa aku?" tanya Siauw Ciauw.
Hoan Yauw mengawasi dengan mata membelalak.
Selanjutnya ia menggeleng gelengkan kepala dan berkata,
"Bukan" bukan" aku" aku salah lihat." Ia menolak pintu
dan berjalan keluar, sedang mulutnya berkata, "Sungguh
sama" sungguh sama?"
Tio Beng dan Boe Kie saling mengawasi. Mereka merasa
heran dan tak tahu siapa yang dimaksudkan oleh Hoan
Yauw. Sekonyong konyong di tempat jauh terdengar suara dan
teriakan tiga kali panjang, dua kali pendek. Suara itu
nyaring dan tajam, seperti seseorang memanggil kawan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Boe Kie terkejut. Ia ingat, bahwa teriakan itu
tanda rahasia Go bie pay dalam mengumpulkan kawan.
Waktu bertemu dengan rombongan Biat coat Soethay di
See hek, beberapa kali ia pernah mendengar tanda rahasia
itu untuk menghadapi Beng kauw. "Mengapa Go bie pay
kembali lagi di kota raja?" tanyanya di dalam hati. "Apa
mereka bertemu dengan musuh?"
Sebelum ia mengambil keputusan apa yang harus
diperbuatnya, Tio Beng sudah berkata, "Ah, itulah tanda
Go bie pay. Mereka rupa2nya sedang menghadapi
persoalan yang sangat mendesak. Mari kita menyelidiki.
Apa kau setuju?" "Bagaimana kau tahu teriakan itu tanda rahasia Go bie
pay?" tanya Boe Kie.
"Mengapa aku tak tahu?" kata si nona sambil tersenyum.
"Di See hek, sebelum mendapat kesempatan untuk turun
tangan, empat hari dan empat malam, dengan orang-
orangku aku menguntit mereka."
"Baiklah, aku setuju untuk menyelidiki," kata Boe Kie.
"Tapi Tio Kouwnio lebih dahulu aku ingin meminta pinjam
Ie thian kiam." Si nona tertawa. "Sungguh jempol ilmu hitungmu.
Sebelum aku meminjam To liong to, kau sudah mendahului
meminjam Ie thian kiam," katanya seraya membuka tali
ikatan pedang dan menyodorkannya kepada Boe Kie.
Sambil menghunus senjata mustika itu, Boe Kie berkata,
"Siauw Cie Coe kemari!"
Siauw Ciauw menghampiri dan dengan beberapa kali
membabat semua rantai yang mengikat kaki tangannya
sudah terputus. Ia berlutut dan berkata, "Terima kasih
Kongcoe, terima kasih Koencoe."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Boe Kie segera memasukkan Ie thian kiam ke dalam
sarung dan memulangkannya kepada Tio Beng. Ketika itu
teriakan-teriakan Go bie pay makin menghebat.
"Mari kita pergi!" kata Boe Kie.
Tio Beng mengeluarkan sepotong emas dan melemparkannya di atas meja, bersama Boe Kie dan Siauw
Ciauw ia segera berjalan keluar dengan tindakan lebar.
Karena kuatir ilmu mengentengkan badan Siauw Ciauw
masih terlalu cetek dengan tangan kanan Boe Kie menarik
tangan si nona sedang tangan kirinya mendorong pinggang.
Sambil memberi bantuan itu, ia mengikuti di belakang Tio
Beng. Sesudah berlari lari beberapa puluh tombak, ia
merasa bahwa badan Siauw Ciauw sangat enteng dan
tindakannyapun sangat cepat. Ia heran dan menarik pulang
bantuannya. Tapi biarpun sudah tidak dibantu, nona itu
masih terus dapat merendenginya. Walaupun waktu itu Boe
Kie menggunakan ilmu ringan badan yang paling tinggi,
tindakannya sudah cukup cepat. Bahwa Siauw Ciauw dapat
mengikutinya merupakan bukti bahwa kepandaian si nona
tidak dapat dipandang rendah.
Tak lama kemudian sesudah melewati beberapa jalanan
kecil mereka tiba di luar sebuah tembok tua yang sudah
runtuh disana sini. Tiba-tiba Boe Kie mendengar
pertengkaran antara beberapa orang wanita dan ia tahu,
bahwa murid-murid Go bie berada di dalam tembok itu.
Sambil menarik tangan Siauw Ciauw ia melompati tembok
dan hinggap di antara rumput alang-alang. Ia mendapat
kenyataan, bahwa mereka berada di dalam sebuah taman
yang sudah lama tidak terurus. Di lain saat, Tio Beng
menyusul dan mereka bertiga lalu bersembunyi di antara
rumput tinggi. Di sebelah utara taman terdapat sebuah pendopo rusak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dimana terlihat bayangan beberapa belas orang. Sekonyong-
konyong terdengar suara seorang wanita. "Kau adalah
murid termuda dalam partai kita. Baik dalam nama atau
kepandaian, tak pantas kau jadi Ciangboenjin dari partai
kita?" Boe Kie segera mengenali bahwa yang berbicara adalah
Teng Bin Koen. Dengan merangkak ia maju mendekati
pendopo itu dan menyembunyikan diri pada jarak beberapa
tombak. Malam itu malam tak berbulan dan di langit hanya
terdapat bintang-bintang yang berkelap kelip. Tapi mata
Boe Kie sangat awas. Sayup2 ia melihat murid-murid Go
bie pay ada kepala Biat coat soethay. Di samping murid
kepala itu berdiri seorang wanita yang bertubuh agak
jangkung dan mengenakan baju warna hijau. Orang itu
adalah Cioe Cie Jiak. Teng Bing kun terus mendesak dengan suara menyeramkan. "Coba kau bilang" Bilang, lekas bilang!?"
"Apa yang dikatakan Teng soecie memang tak salah,"
kata nona Cioe. "Siauw moay adalah murid termuda dari
partai kita. Baik dalam nama, maupun dalam ilmu silat,
kepandaian, kecerdasan dan kemuliaan siauwmoay tidak
pantas untuk menjadi Ciangboenjin. Pada waktu Siansoe
(mendiang guru) menyerahkan beban yang berat ini,
siauwmoay telah menolak sekeras-kerasnya. Tapi siansoe
marah besar. Beliau memaksa supaya siauwmoay bersumpah berat untuk tidak melanggar kemauannya."
"Memang benar," kata seorang wanita yang mengenakan
pakaian pendeta. "Memang benar, ketika siansoe mau
berangkat pulang ke alam baka beliau telah mengatakan
bahwa Cioe Soemoay harus menjadi Ciangboenjin dari
partai kita. Pesanan itu telah didengar oleh kita semua.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bahkan para orang gagah dari Siauw lim, Boe tong, Koen
loen, dan Khong tong pun bisa menjadi saksi."
"Siansoe adalah seorang yang sangat cerdas dan
berpemandangan jauh," menyambung seorang murid pria
yang berusia setengah tua. "Dengan menghendaki bahwa
Cioe soemoay menjadi pemimpin kita, beliau tentu
mempunyai maksud yang mendalam. Kita semua telah
menerima budi Siansoe yang sangat besar dan adalah
selayaknya jika mentaati pesanan siansoe. Kita harus
menunjang Cioe soemay dalam usaha menaikkan derajat
partai kita." Teng Bin Koen tertawa dingin. "Pang soeko mengatakan, bahwa Siansoe pasti mempunyai maksud yang
mendalam," katanya dengan nada mengejek. "Kata-kata
itu, siansoe pasti mempunyai maksud yang mendalam
adalah tepat sekali. Bukankah semua orang, baik yang di
atas maupun di bawah menara telah mendengar perkataan
Kouw Tauwtoo dan Ho Pit Ong" Siapa ayah dan ibunya
Cioe soemoay" Mengapa siansoe memilih kasih" Apakah
kita semua masih mengerti?"
Sebagaimana diketahui, sebagai guyon guyon Hoan
Yauw telah mengatakan bahwa Biat coat soethay adalah
kecintaannya dan bahwa Cioe Jiak adalah anak mereka.
Hoan Yauw memang gila-gilaan dan masih memiliki sie
khie (sifat2 yang sesat). Tapi perkataan Ho Pit Ong telah
terdengar oleh banyak orang. Biar bagaimanapun jua,
mendengar itu, banyak orang jadi bersangsi, karena
percintaan lelaki dan perempuan, tak peduli siapa adanya
mereka, adalah kejadian yang lumrah di dalam dunia.
Dengan demikian, tuduhan Teng Bin Koen, bahwa Biat
coat memilih kasih sebab Cie Jiak adalah anaknya sendiri,
memang kedengarannya beralasan juga. Maka itulah,
sehabis perempuan itu melepaskan racunnya, murid2 Go
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bie pay membungkam semua.
Tak kepalang gusarnya nona Cioe. Dengan suara
bergemetaran, ia berkata. "Teng Soecie! Jika kau tak setuju
siauwmoay menjadi Ciangboenjin, kau boleh mengatakan
terang2an. Tapi dengan menjatuhkan fitnah membabi buta
kepada Siansoe dan merusak nama Siansoe yang putih
bersih, kau berdosa besar. Mendiang ayah she Cioe
bernama Coe Ong, sedang mendiang ibuku seorang she Sie.
Atas pertolongan Cinjin dari Boe tong pay, siauwmoay
berguru kepada Siansoe. Sebelum itu, siauwmoay belum
pernah mengenal siansoe. Teng Soecie! Kau telah
menerima budi Siansoe, tapi hari ini sedang tulang
belulangnya Siansoe belum menjadi dingin, kau sudah
berani melontarkan tuduhan yang sangat keji itu?" Ia tak
meneruskan perkatatannya dan air matanya mulai
mengucur. Teng Bin Koen tertawa dingin. "Siapapun juga tahu,
bahwa kau sangat mengilar untuk menjadi Ciangboenjin,"
katanya. "Tapi sebelum disetujui saudara2 kita, kau telah
coba2 mengunjuk keangkeranmu dan menjual lagak galak.
Merusak nama Siansoe! Berdosa sangat besar! Kau ingin
menghukum aku bukan" Kini aku ingin mengajukan sebuah
pertanyaan; "Sesudah menerima pesan Siansoe untuk menjadi
Ciangboenjin, kau sebenarnya harus segera pulang ke Go


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bie guna mengurus urusan2 partai. Tapi mengapa kau
kembali ke kota raja" Sesudah Siansoe meninggal dunia di
dalam partati terdapat banyak sekali urusan yang harus
segera diurus. Aku tanya, mengapa kau balik ke kota raja?"
"Siauwmoay kembali ke kota raja untuk menunaikan
tugas berat yang diberikan Siansoe," jawabnya.
"Tugas apa?" mendadak si perempuan she Teng
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertanya. "Kita berada di antara saudara saudara sendiri,
Pusaka Negeri Tayli 13 Maling Romantis Seri 1 Pendekar Harum Karya Khu Lung Persekutuan Pedang Sakti 8
^