Pencarian

Pedang Langit Golok Naga 42

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung Bagian 42


mempunyai nama besar, akupun mempunyai sedikit nama.
Kalau kita bertanding sekarang dan Taysoe mendapat
kemenangan, orang gatal mulut lantas saja berkata bahwa
Taysoe menarik keuntungan karena berada di sarang
sendiri. Andaikata aku yang menang, manusia-manusia
rendah bisa menambah bumbu yang tidak tidak, yang
merugikan Siauw lim sie. Maka itulah, kalau Taysoe
merasa tidak puas, di bawah terangnya rembulan Pengwee
Tiong cioe tahun ini, aku akan tunggu kau di menara Ban
hoat sie untuk minta pelajaran." (Pengwee Tiong cie: bulan
delapan tanggal lima belas, perayaan pertengahan musim
rontok denganmakan kue Tiong cioe phia).
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kong tie tahu, bahwa Hoan Yauw memiliki kepandaian
tinggi. Di samping itu ia sedang berduka sebab terjadinya
suatu perubahan hebat dalam Siauw lim sie dan ia tidak
punya kegembiraan untuk bertempur dengan tokoh Beng
Kauw itu. Sebab itu ia lantas mengangguk dan berkata,
"Baiklah, pada hari Pengwee Tiong Cioe aku akan datang
di Ban hoat sie." Hoan Yauw menyoja dan lalu kembali ke gubuk Beng
kauw. Tapi baru berjalan tujuh delapan tindak, ia dengar
Kong tie berkata dengan suara perlahan. "Hoan Sie coe,
hari ini karena mau menolong Kim mo say ong, kau tidak
mau bertempur dengan aku. Bukankah begitu?"
Hoan Yauw terkejut. Ia menghentikan tindakannya dan
berkata dalam hatinya, "Pendeta itu sudah bisa menebak
dengan jitu." Ia seorang yang beradat terbuka, ia lantas
tertawa besar dan berkata, "Aku tidak punya pegangan
bahwa aku akan menang."
Kong tie tersenyum, "Loolap juga tidak punya pegangan
bahwa Loolap akan bisa mengalahkan Sie coe," katanya.
Dalam Rimba Persilatan, ahli-ahli yang sudah mencapai
tingkatan tinggi, saling menghargai kata orang eng hiong
menyayang eng hiong. Sambil mengawasi Hoan Yauw
yang kembali ke gubuk Beng kauw, Kong tie menghela
nafas. Beberapa saat kemudian si Pendeta memotong perkataan
dengan suara nyaring. "Sekarang kita boleh mulai dengan
peraturan yang sudah ditetapkan. Senjata dan kaki tangan
tidak punya mata. Siapa yang terluka atau binasa harus
menerima nasib secara rela. Orang yang berkepandaian
paling tinggi akan memiliki Cia Soen dan To liong to."
Boe Kie mendongkol bukan main. "Pandai betul dia
mengadu domba," pikirnya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa jago lantas masuk ke lapangan dan mengajukan tantangan. Di lain saat enam orang sudah
mulai bertempur dalam tiga rombongan. Tak lama
kemudian dua orang kalah dan dua orang lain maju dan
menggantikan. Pertandingan berlangsung terus dengan
saban-saban roboh dengan kaki luka berat atau enteng.
Boe Kie menyaksikan itu semua dengan rasa menyesal
dan berduka. Ia tahu bahwa permusuhan dalam Rimba
Persilatan tidak dapat dielakkan lagi.
Beberapa lama kemudian dengan pedang seorang tosu
Koen loen pay melukai lawannya dari Kie keng pang dan
Cie hong Tiangloo berhasil memukul tetua Hwa san pay
yang bertubuh katai, sehingga tetua itu muntah darah.
Melihat kakak seperguruannya terluka tetua Hwa san
pay yang jangkung lantas saja mencaci, "Pengemis bau!"
Seraya memaki, ia melompat masuk ke lapangan.
Si katai buru-buru mencekal tangan si jangkung.
"Soetee," bisiknya, "Kau tak akan bisa menang. Biarlah aku
menelan hinaan ini." Si jangkung tidak mau mengerti, tapi
dia lantas diseret kakak seperguruannya."
Sesudah itu, Ciehoat Tiangloo berhasil merobohkan
Tiang boen jin Bwe hoato dan sesudah menang dua kali
beruntun, ia segera mundur untuk beristirahat.
Sesudah pertandingan berlangsung dua jam lebih,
matahari mulai mendoyong ke sebelah barat dan ilmu silat
orang-orang yang turun ke gelanggang makin lama jadi
makin tinggi. Banyak yang semula ingin memperlihatkan
kepandaiannya mundur kembali sesudah melihat kepandaian orang-orang itu.
Pada waktu sin sie (antara jam tiga dan lima sore), Ciang
poen Liong touw dari Kay pang telah menendang roboh
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pheng Sie Nio, seorang tokoh Kay pang dari Ouwlam
barat. Sesudah menjatuhkan jago betina itu sambil
mengawasi rombongan Go bie pay ia berkata, "Perempuan
bisa apa" Kalau bukan mengandal kepada jumlah yang
besar, mereka tentu berpegangan kepada senjata rahasia
beracun. Wanita yang berkepandaian seperti Pheng Sie Nio
sudah jarang terdapat."
Mendengar ejekan itu, Cie Jiak segera bicara bisik-bisik
kepada Song Ceng Soe yang sesudah mengangguk lantas
saja berbangkit dan menghampiri Ciang poen Liong tauw.
"Liong tauw Toako," katanya sambil menyoja. "Aku ingin
meminta pelajaran." Melihat pemuda itu, darang Ciang poen Liang tauw
meluap. "Manusia she Song!" bentaknya. "Secara tak
menganal malu kau menyusup ke dalam Kay pang.
Mungkin sekali kau juga turut mencelakai Soe pangcoe
kami, dan kau masih ada muka untuk menemui aku?"
Song Ceng Soe tertawa dingin. "Dalam dunia Kang
ouw, berusaha menyelidiki rahasia musuh adalah kejadian
lumrah," katanya. "Kau harus sesali dirimu sendiri yang
tidak punya mata dan tidak bisa lihat siapa sebenarnya
Song toaya." "Binatang!" teriak Ciang poen Liong tauw. "Partai
sendiri dikhianati olehmu. Terhadap ayah kau tidak
berbakti. Kau pasti akan mengkhianati juga isterimu sendiri.
Go bie pay bakal hancur dalam tanganmu."
Muka Song Ceng Soe sebentar pucat, sebentar merah.
"Tutup bacotmu!" bentaknya dengan suara gemetar.
Ciang poen Liong tauw tidak mencaci lagi. Sambil
menggeram ia menghantam dengan telapak tangannya.
Song Ceng Soe berkelit dan balas menyerang dengan Kim
teng Bian ciang (pukulan kapas) dari Go bie pay.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena gusar, jago Kay pang itu menyerang mati-matian
dan mengirim pukulan-pukulan yang membinasakan.
Diserang begitu, Song Ceng Soe lantas saja jatuh di bawah
angin. Sebelum menjadi anggota Kay pang, Ciang poen
Liong tauw sudah mendapat nama besar dan dalam Partai
Pengemis, kedudukannya hanya berada di sebelah bawah
Pangcoe, Coan kang dan Cie hoat Tiangloo.
Di lain pihak Song Ceng Soe adalah murid Boe tong
turunan ketiga, dan ia baru saja mempelajari pukulan Kim
teng Biau ciang. Sebab belum cukup berlatih, ia belum bisa
mempergunakan ilmu silat itu sebaik-baiknya. Demikianlah
saban-saban terdesak, secara wajar ia membela diri dengan
Bian ciang dari Boe tong pay yang sudah dipelajari olehnya
sedari kecil. Antara Kim teng Bian ciang dan Bian ciang
Boe tong pay memang banyak persamaannya, sehingga
orang luar bisa keliru. Makin lama perut In Lie Heng jadi makin panas. "Song
Ceng Soe!" ia akhirnya membentak. "Mukamu sungguh2
tebal! Kau mengkhianati Boe tong pay, tapi kau gunakan
ilmu silat Boe tong pay untuk menolong jiwamu. Kau
membelakangi ayahmu, tapi kau masih ada muka untuk
menggunakan ilmu silat yang diturunkan oleh ayahmu!"
Muka Ceng Soe berubah merah. "Apa jempolnya ilmu
silat Boe tong pay?" teriaknya. "Kau lihatlah!" Seraya
berkata begitu, ia mengibaskan tangan kirinya di depan
mata Ciang poen Liong touw dan sesudah membuat tujuh
delapan gerakan kilat, lima jari tangan kanannya mendadak
menyambar dan menancap di kepala pemimpin Kay pang
itu. Semua orang terkesiap. Di lain detik Song Ceng Soe
mencabut jari-jari tangannya yang berlumuran darah dan
Ciang poen Liong touw roboh tanpa bernyawa lagi.
"Apa Boe tong pay mempunyai ilmu silat begini?" tanya
Ceng Soe dengan suara dingin.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di antara ribut suara orang, tujuh delapan anggota Kay
pang melompat masuk ke lapangan. Sebagian menggotong
jenazah pemimpin mereka dan sebagian pula menerjang
Song Ceng Soe! Seorang hweeshio gemuk yang berduduk di belakang
Kong tie lantas saja berteriak, "Hei, tahan! Kay Pang tidak
boleh langgar peraturan!"
"Mundur!" bentak Cie hoat Tiangloo. "Biar aku yang
membalas sakit hatinya Ciang poen Liong touw."
Murid-murid Kaypang tidak berani membantah. Mereka
kembali ke gubuk sambil mengawasi Song Ceng Soe dengan
sorot mata gusar. Banyak orang turut merasa gusar, mereka
berpendapat pemuda she Song itu terlalu kejam.
Bagi Boe Kie, kebinasaan Ciang poen Liong touw lantas
saja mengingatkan dia kepada luka di pundak Tio Beng dan
kebinasaan mengenaskan dari suami isteri Tauw. "Yo
Cosoe, mengapa Go bie pay menggunakan ilmu silat yang
sesat itu?" tanyanya dengan suara gemetar.
Yo Siauw menggelengkan kepala. "Akupun belum
pernah lihat ilmu silat semacam itu," jawabnya. "Tapi
Kwee liehiap, pendiri Go bie pay dijuluki sebagai "Siauw
tong sia". Maka itu kita boleh tak usah heran kalau ilmu
silat Go bie pay mengandung sesuatu yang sesat." (siauw
tong sia: si sesat kecil dari timur).
Sementara itu, Song Ceng Soe sudah mulai bertempur
dengan Cie hoat Tiangloo. Jago Kaypang itu, yang
bertubuh kurus kecil, sangat gesit geraknya. Dengan
mementang sepuluh jari tangannya, ia menyerang dalam
ilmu Eng jauw kang (silat cakar elang) dan berusaha
menancapkan jari-jari tangannya itu di kepala Song Ceng
Soe. Sesudah bertempur puluhan jurus, tiba-tiba ia
membentak, "Terimalah kebinasaanmu, anjing!" Hampir
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbareng, lima jari tangan kirinya sudah menyentuh kepala
Song Ceng Soe. Tapi baru saja ia mengerahkan Lweekang
untuk menancapkannya, si orang she Song mendahului "
bagaikan kilat jari-jari tangannya amblas di tenggorokan Cie
hoat Tiangloo! Tanpa bersuara lagi, tetua Partai Pengemis
itu roboh di tanah. Begitu lekas Cie hoat terguling, Cioe Cie Jiak
menggerakkan tangannya dan delapan murid Go bie pay
melompat masuk ke lapangan dengan pedang terhunus.
Mereka terpecah jadi empat rombongan dan berdiri di
sekitar Song Ceng Soe dengan saling membelakangi, siap
sedia untuk menyambut serangan Kay pang.
"Tiga puluh enam murid Lo han tong, bersiaplah!" teriak
seorang pendeta To mo tong, sambil menepuk tangan tiga
kali. Hampir berbareng, tiga puluh enam pendeta yang
mengenakan jubah pertapaan warna kuning melompat
keluar. Separuh dari mereka bersenjata sian thung dan
separung lagi memegang golok. Setibanya di lapangan,
mereka berpencaran dan berdiri di tempat-tempat tertentu.
"Murid-murid Lo han tong, dengarlah!" teriak pula si
pendeta To mo tong. "Atas perintah Kong tie Soesiok tiga
puluh enam murid Lo han tong harus mempertahankan
peraturan-peraturan dalam pertemuan ini. Dalam pertandingan apa, bila ada yang berani mengerubuti atau
membokong dari luar gelanggang, maka murid-murid Lo
han tong harus segera mencegah. Sebagai tuan rumah,
Siauw lim sie harus berlaku adil. Sia pa yang membantah
boleh dibinasakan!" Rombongan murid Lo han tong itu lantas saja
mengiakan. Demikianlah karena sudah ada penjagaan keras, orang-
orang Kay pang tidak berani bergerak, mereka hanya
mencaci dan berteriak-teriak dan kemudian menggotong
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jenazah Cie hoat Tiang loo keluar dari lapangan.
"Kauw Taysoe, aku tak nyana Go bie pay masih punya
ilmu yang begitu hebat," bisik Tio Beng. "Di Ban hoat sie,
biarpun harus mati, Biat coat Soethay menolak untuk
bertanding! Mungkin sekali inilah sebab musababnya."
Hoan Yauw hanya menggelengkan kepala. Ia tak mau
bicara sebab sedang mengasah otak untuk mencoba
memecahkan ilmu silat itu. Selang beberapa saat mendadak
ia berkata, "Kauwcoe, aku ingin meminta pelajaran."
Sehabis berkata begitu ia menggerak-gerakan jari-jari
tangannya di atas meja. "Kauwcoe lihatlah!" bisiknya.
"Dengan cara ini kedua tanganku membuat serangan
berantai. Aku akan berusaha untuk menangkap lengan
bangsat kecil itu dan mencopotkan sambungan-sambungan
tulang lengannya. Kalau sambungan lengannya sudah
copot, biarpun lihay, jari-jari tangannya tidak bisa
digunakan lagi!" Boe Kie juga menggerakkan beberapa jari tangannya.


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau harus berhati-hati," katanya. "Jagalah jangan sampai
jari-jari tangannya menyentuh lenganmu."
Hoan Yauw mengangguk. "Aku akan tangkap lengannya
dengan Ki na choe dan menendang bagian bawah tubuhnya
dengan Wan yo Lian-hoe to," katanya.
"Kalau serang dengan delapan puluh satu pukulan
berantai supaya dia tidak bisa bernafas," kata Boe Kie.
Sambil membisik-bisik, mereka melanjutkan latihan silat
itu dengan kecepatan luar biasa. Tiba-tiba Hoan Yauw
tersenyum dan berkata, "Kauwcoe, beberapa seranganmu
itu terlampau hebat. Kecuali jari tangannya, ilmu silat
bangsat kecil itu tidak seberapa tinggi. Dan pasti tidak bisa
menyerang dengan pukulan-pukulan yang sehebat itu."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Boe Kie turut tersenyum. "Kalau benar, kaulah yang
akan memperoleh kemenangan," katanya.
Tiba-tiba jari tangan kirinya membuat dua lingkaran dan
jari tangan kanannya menerobos dari lingkaran itu dan
menggaet jari tangan Hoan Yauw, akan kemudian
tersenyum dan mengawasi orang sebawahan itu tanpa
mengeluarkan sepatah kata.
Sesudah hilang kagetnya, Hoan Yauw berkata dengan
suara girang. "Terima kasih atas petunjuk Kauwcoe. Aku
takluk. Empat pukulan itu sangat luar biasa dan membuka
pikiranku yang gelap. Aku merasa menyesal, bahwa aku
tidak bisa mengangkat Kauwcoe sebagai guru."
"Pukulan itu adalah Lian hoat koat, pukulan yang terdiri
dari lingkaran-lingkaran Thay kek Koen hoat, gubahan
Thay soehoe," kata Boe Kie. "Yang terpenting ialah
lingkaran-lingkaran yang dibuat dengan tangan kiri.
Biarpun she Song itu keluar Boe tong, kurasa ia belum bisa
menyelami pukulan ini."
Hoan Yauw adalah orang yang sangat cerdas dan
berkepandaian tinggi. Begitu mendapat petunjuk, ia lantas
punya pegangan untuk merobohkan Song Ceng Soe. Tapi
sesudah menang dua kali beruntun, menurut peraturan
Song Ceng Soe harus beristirahat, maka itu ia tidak bisa
berbuat lain dari untuk kedua kalinya.
Sementara itu dengan paras muka berseri-seri Tio Beng
mengawasi Boe Kie. "Beng moay, mengapa kau kelihatannya begitu
bergirang?" tanya Boe Kie.
"Kau mengajar Hoan Yoesoe beberapa jurus hanya
itulah untuk mematahkan lengan," kata si nona. "Mengapa
kau tidak menyuruh dia untuk ambil saja jiwa manusia she
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Song itu?" "Biarpun dia menyeleweng, Song Ceng Soe putera Toa
soepeh. Toa soepeh lah yang harus menghukum dia. Jika
aku memerintahkan Hoan Yoesoe mengambil jiwanya, aku
berlaku tak pantas terhadap Toa soepeh."
"Tapi apabila dia mati, Cioe ciecie akan jadi janda dan
kau akan mendapat kesempatan untuk menikah dengannya.
Bukankah baik begitu?"
Boe Kie mencekal tangan Tio Beng erat-erat dan
bertanya sambil tertawa, "Apa kau suka mempermisikan
aku berbuat begitu?"
"Tentu! Sesudah menikah hatimu akan bercabang lagi
dan Cioe ciecie pasti akan melubangkan dadamu dengan
jari-jari tangannya."
Selagi kedua orang muda itu bergurau, dengan
dilindungi oleh delapan murid wanita Go bie pay, Song
Ceng Soe sudah kembali ke gubuk Go bie pay untuk
beristirahat. Kekejaman Song Ceng Soe dalam membinasakan kedua
tokoh Kay pang sudah mengejutkan semua orang. Seluruh
lapangan menjadi sunyi dan para hadirin menunggu
perkembangan selanjutnya dengan hati berdebar-debar.
Sesudah mengaso sebentar, Song Ceng Soe maju lagi ke
gelanggang. "Aku sudah beristirahat," katanya sambil
merangkap kedua tangannya. "Siapa lagi yang mau
memberi pelajaran kepadaku?"
"Aku!" teriak Hoan Yauw. "Aku ingin berkenalan
dengan ilmu silat Go bie pay."
Tapi baru saja ia mau melompat keluar, satu bayangan
manusia mendadak berkelebat dan tahu-tahu sudah berdiri
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di depan Song Ceng Soe. "Hoan sianseng, biarlah aku yang
maju lebih dulu," katanya. Orang yang bicara dengan suara
menyeramkan itu adalah Boe tong Jie hiap Jie Lian Cioe.
Sedari kecil Ceng Soe takuti pamannya itu. Melihat
paras muka sang paman ia tahu, bahwa ia sekarang
menghadapi satu pertempuran mati hidup dan hatinya jadi
gentar. Jie Lian Cioe menyoja dan berkata, "Song Siauwhiap,
mulailah!" Kata-kata itu membuktikan bahwa ia tidak
memandang rendah lawannya dan juga tidak lagi
menganggap Song Ceng Soe sebagai orang separtai. Song
Ceng Soe tidak menjawab, ia hanya membungkuk untuk
membalas hormat dan Jie Lian Cioe lantas saja menyerang.
Boe tong Jie hiap sudah mendapat nama besar selama
tiga puluh tahun lebih, tapi dalam Rimba Persilatan hanya
beberapa orang yang pernah menyaksikan kepandaiannya.
Orang-orang Kangouw mengenal ilmu silat Boe tong pay
sebagai ilmu yang dengan "kelembekan" melawan
"kekerasan" dan pukulan2nya yang perlahan mengandung
aneka perubahan beraneka warna. Di luar dugaan,
serangan2 yang dikirim Jie Lian Cioe cepat bagaikan kilat
dan dalam beberapa saat saja, pinggang dan lutut Song
Ceng Soe sudah kena terpukul.
Tak kepalang kagetnya Song Ceng Soe. "Thay soehoe
dan Thia thia ingin mengangkat aku menjadi Ciang boenjin
Boe tong pay turunan ketiga, sehingga tak mungkin mereka
merahasiakan apapun juga," pikirnya. "Tapi serangan Jie
jiesiok, biarpun dia menggunakan ilmu silat Boe tong, tapi
sangat berbeda dari kebiasaan." Dia mau menguba cara
berkelahinya dengan ilmu yang diturunkan Cioe Cie Jiak,
tapi Jie Lian Cioe tidak memberi kesempatan dan terus
mengirim serangan-serangan berantai.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Para hadirin menyaksikan pertandingan itu sambil
menahan napas. Biarpun Jiehiap sudah berada di atas
angin, mereka merasa kuatir sebab tadi kedua pimpinan
Kay pang yang sudah dibinasakan juga lebih dahulu berada
di atas angin. Makin lama serangan Jie Jiehiap jadi makin cepat, tapi
setiap pukulannya dapat dilihat dengan nyata sekali, seperti
juga setiap kata kata penyanyi kenamaan masih bisa
didengar tegas walaupun dia menyanyi dengan tempo yang
ama cepat. Di antara orang-orang gagah yang berduduk di
bagian belakang, banyak yang berdiri di kursi atau meja.
Semua orang kagum dan mengakui bahwa nama besar Boe
tong Jiehiap bukan nama kosong.
Untung juga Song Ceng Soe sudah mempelajari intisari
daripada ilmu silat Boe tong pay, sehingga sedikitnya untuk
sementara waktu ia masih dapat mempertahankan diri.
Begitu hebat pertempuran itu, sehingga debu mengepul ke
atas dan tubuh kedua jago itu seolah-olah dikurung dengan
awan yang berwarna kuning.
Tiba-tiba terdengar "plak!" suara beradunya tangan dan
kedua lawan melompat ke belakang dengan berbareng. Baru
kakinya menginjak bumi, tubuh Jie Lian Cioe sudah
melesat lagi ke depan dan mengirim pukulan dahsyat.
Karena kuatir akan keselamatan kakak seperguruannya,
In Lie Heng maju sampai ke perbatasan lapangan. Dengan
tangan memegang gagang pedang, ia terus memperhatikan
jalannya pertempuran tersebut. Sebagai murid Boe tong, ia
tahu bahwa setiap pukulan adalah pukulan yang
membinasakan dan ketegangan yang dirasakannya lebih
hebat daripada yang dirasakan orang lain. Untung juga Jie
Lian Cioe sekarang sudah banyak lebih unggul daripada
lawannya. In Lie Heng mengerti, bahwa apabila sang kakak
tidak berjaga-jaga terhadap totokan lima jari yang sangat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lihay, siang-siang Song Ceng Soe sudah dapat dibinasakan.
Boe Kie pun tidak kurang kuatirnya. Diam-diam ia
mencekal dua "seng hwee leng". Kalau Jie Lian Cioe
menghadapi bahaya, tanpa memperdulikan segala peraturan, ia pasti akan membantu.
Sesudah lewat sekian jurus lagi, sekonyong-konyong
Song Ceng Soe mementang lima jari tangannya dan coba
mencengkeram pundak lawannya. Inilah pukulan yang
ditunggu-tunggu Jie Lian Cioe. Waktu Song Ceng Soe
membinasakan kedua tetua Kay pang, pukulan itu telah
diperhatikan sungguh-sungguh oleh Jiehiap. Manakala
belum ada contoh, andaikata tidak mati, Jie Lian Cioe
sedikitnya terluka hebat. Tapi sekarang ia sudah bersiap
sedia dan sudah menghitung-hitung cara bagaiman untuk
menghadapinya. Di lain pihak, sebab berlatih belum lama,
Song Ceng Soe belum berhasil menyelami inti sari daripada
pukulan itu dan gerak-gerakannya tidak banyak berbeda
dari gerak-gerakan dalam dua pukulan yang dikeluarkannya
waktu mengambil jiwa kedua pemimpin Kay pang.
Demikianlah begitu lima jari tangan Song Ceng Soe
menyambar, Jie Jiehiap mengegos ke samping dan tangan
kirinya membuat beberapa lingkaran di tengah udara.
"Ih!" Hoan Yauw mengeluarkan seruan tertahan. Itulah
gerakan Lian hoan koat! Ia tahu pemuda she Song itu
tengah menghadapi bencana.
Sekonyong-konyong Song Ceng Soe menyodok tenggorokan Jie Lian Cioe dengan lima jari tangan
kanannya. Boe Kie gusar bukan main. "Memang kurang ajar!"
cacinya dengan suara perlahan. Sodokan itu adalah
sodokan yang digunakan untuk mengambil jiwa Cie hoat
Tiangloo. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hampir berbareng, kedua tangan Jie Lian Cioe membuat
dua lingkaran dan mengeluarkan dua macam tenaga dari
ilmu Liok hap kin. Tak ampun lagi kedua lengan Song
Ceng Soe terkurung oleh lingkaran itu, dan "krek..krek.."
sambungan tulang lengannya patah. Begitu berhasil, Jie
Lian Cioe mengirim Song hong koan nie (dua angin
menerobos kuping) dengan memukul kedua kuping Song
Ceng Soe dengan kedua tinjunya. Tanpa mengeluarkan
suara, anak durhaka itu roboh.
Sebelum tubuh Song Ceng Soe roboh, Jie Lian Cioe
sudah mengangkat kaki untuk menendangnya dan
menghabiskan jiwanya. Tapi tiba-tiba satu bayangan hijau
berkelebat dan ujung cambuk menyambar mukanya,
secepat kilat Jie Jiehiap melompat ke belakang dengan
dikejar oleh beberapa sabetan. Orang yang menyerang
bukan lain daripada Ciang boenjin Go bie pay, Cioe Cie
Jiak. Pukulan-pukulan cambuk itu luar biasa. Dalam tiga
pukulan saja, tubuh Jie Lian Cioe sudah terkurung.
Mendadak cambuk ditarik pulang dan Cie Jiak berkata
dengan suara dingin. "Kalau aku ambil jiwamu sekarang,
kau tentu penasaran. Ambil senjatamu!"
In Lie Heng menghunus pedangnya. Ia maju dan
berkata, "Biarlah aku yang melayani Kouwnio," katanya.
Cie Jiak mendelik dan lalu menghampiri suaminya.
Kepala Song Ceng Soe pecah, matanya melotot, darah
keluar dari lubang-lubang anggota badannya dan sepuluh-
sembilan ia tak dapat hidup lagi. Tiga murid lelaki sudah
masuk ke lapangan dan menggotongnya.
Cie Jiak memutar tubuh. Ia menuding Jie Lian Cioe dan
membentak, "Sesudah binasakan kau, aku baru ambil jiwa
manusia she In itu!"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serangan Cioe Cie Jiak sangat mengejutkan Jie Lian
Cioe. Dengan rasa cintanya yang sangat besar terhadap si
adik, ia berpikir. "Biarlah aku yang maju lebih dahulu.
Andaikata aku mati, Lak tee sedikitnya bisa memperhatikan
ilmu silatnya dan mungkin sekali ia akan bisa meloloskan
diri dari kebinasaan." Ia segera mendekati In Lie Heng
untuk mengambil pedangnya.
Tapi rasa cinta In Lie Heng pun tak kalah dari kakaknya.
Merasa bahwa meskipun mengerubuti, mereka belum
tentu bisa menjatuhkan Cioe Cie Jiak. Seperti soehengnya,
ia rela berkorban supaya sang kakak bisa memperhatikan
ilmu silat cambuk itu dan dengan demikian, masih ada
kemungkinan bahwa Jie Lian Cioe bisa menolong diri.
Memikir begitu, ia tidak menyerahkan pedangnya dan
berkata, "Soeko, biarlah aku yang maju lebih dahulu."
Jie Jie hiap mengawasi sang adik. Selama puluhan tahun
mereka belajar bersama-sama mereka seperti hubungan
tangan dan kaki. Tiba-tiba saja darah Jie Lian Cioe
bergolak-golak dan rasa terharu datang seperti gelombang.
Ia ingat bahwa Jie Thay Giam bercacat. Thio Coei san
bunuh diri, Bo Seng koh dibinasakan orang sehingga Boe
tong Cithiap hanya ketinggalan empat orang saja. Dan hari
ini dua diantaranya, untuk beberapa saat, ia mengawasi
muka si adik. "Kalau aku mati lebih dahulu, Laktee pasti tak akan bisa


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membalas sakit hatiku," pikirnya. "Tapi ia pasti tak akan
lari dan kami berdua akan mengorbankan jiwa bersama
sama, tanpa mampu membalas. Kalau dia mati lebih
dahulu mungkin sekali dengan memperhatikan silat wanita
itu, aku masih bisa binasa dengan mengambil juga jiwanya
musuh. "Memikir begitu ia segera mengangguk dan berkata.
"Lak-tee pertahankan dirimu sedapat mungkin."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mengingat isterinya Yo Pit Hwie sedang hamil, tanpa
merasa In-Liok hiap mengawasi Yo-Siauw dan Boe Kie.
Tapi ia merasa jengah sendiri. Ia tahu. andaikata ia mati,
isteri dan anaknya pasti tak akan terlantar. Perlu apa ia
bersikap seperti seorang perempuan yang berhati lemah.
Dilain saat ia sudah mengangkat pedang dan dengan
kedua mata mengawasi ujung pedang, ia memusatkan
semangat dan pikiran. "Ciangboen jin, silahkan!" ia
mengundang. Ia berusia banyak dan lebih tua daripada Cie
Jiak, tap i karena nyonya itu seorang Ciang boen jin, maka
ia menjalankan tata kehormatan itu.
Melihat si adik seperguruan memasang kuda-kuda Thay
kek kiam, sambil menghela napas Jie-Jiehiap mundur.
"Kau mulailah," kata Cie Jiak.
Mengingat gerakan nyonya itu cepat bagaikan kilat,
sehingga kalau dia menyerang lebih dahulu dia mendapat
banyak lagi keuntungan, maka dari itu tanpa sungkan-
sungkan lagi In Lie Heng lalu menggeser kaki kirinya dan
menikam dengan pukulan Sam hoau To goat ( Tiga
lingkaran memeluk rembulan).
Waktu menikam ujung pedang menggetar dan mengeluarkan suara, suatu tanda, bahwa tikaman itu
disertai dengan Lweekang yang sangat tinggi, sehingga para
hadirin menyambutnya dengan tepukan tangan. Cie Jiak
berkelit dan In Lie Heng mengirim lagi serangan berantai
Bintang Tay hwie chee dan Yan coe Tiauw soen (Anak
walet terbang diatas air). Dengan egosan yang indah Cie
Jiak memunahkan kedua serangan itu. "In Liok hiap, aku
mengalah dalam tiga jurus untuk membalas budi
kecintaanmu waktu aku berada di Boe tong pai," katanya.
Hampir berbareng, ujung cambuk menyambar dada In Lie
Heng. Pendekar Boe tong itu melompat ke samping dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membabat dengan pedang dalam pukulan Hong Ho yap (
Angin menyapu daun teratai ). "Tak!" cambuk dan pedang
kebenterok dan In Lie Heng merasa telapak tangannya
seperti terbeset, sehingga pedangnya hampir-hampir
terlepas. Ia kaget. Ia tak menyana bahwa Cie Jiak memiliki Lweekang yang
begitu kuat. Buru-buru ia mengempos semangat dan
menyerang pula dengan memusatkan seantero pikirannya.
Cambuk Cie Jiek seolah-olah selembar benang sutera,
sedang tubuhnya berkelebat-kelebat dan terputar-putar tak
henti-hentinya. Gerakan-gerakan itu baik cambuk maupun
manusianya seperti juga bukan gerakan manusia biasa.
Tiba-tiba HoanYauw berbisik. "Dia setan! Dia bukan
manusia!" Mendengar perkataan itu Boe Kie menggigil. Kalau
waktu itu ia bukan berada ditengah tengah ribuan orang.ia
mungkin akan merasa bahwa yang dilihatnya adalah roh
Cioe Cie Jiak. Ia mengenal dan pernah melihat macam-
macam ilmu silat, tapi belum pernah menyaksikan ilmu
yang seaneh itu. "Apa dia memiliki ilmu siluman?" tanya
didalam hati. Tapi biarpun Cioe Cie Jiak lihay, Thay kek Kiam hoat
yang digubah oleh Thio Sam Hong dapat dikatakan suatu
ilmu pedang tertinggi di dalam dunia. Maka itu, meskipun
tak bisa melukai lawan, sedikitnya untuk sementara waktu
In Lie Heng masih dapat mempertahankan diri. Hanya
banyak orang sudah lihat, bahwa pendekar Boe tong itu
akan kalah, apa ia kalah dengan masih hidup atau kalah
membuang jiwa adalah suatu yang masih belum bisa
diramalkan. Tiba tiba terdengar teriakan nyaring. "Celaka! Song Ceng
soe hampir putus jiwa. Cioe Toa ciangboen ! Kalau kau tak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menemani lakimu waktu putus jiwa kau bakal jadi janda
yang kurang terhormat."
Semua orang menengok kearah suara itu, Yang teriak
bukan lain dari pada Cioe Tian. Ia tahu bahwa berkat
latihannya seorang jago Boe tong-pay sangat pandai dalam
mempertahankan pemusatan pikirannya, hingga andaikan
gunung Tay san roboh, paras mukanya bisa tak berubah.
Melihat In Lie Heng jatuh dibawah angin ia coba
membantu pendekar Boe tong itu dengan mengacaukan
pemusatan pikiran Cioe Cie Jiak Tapi nyonya muda itu
tenang2 saja dan terus bertempur tanpa memperdulikan
teriakan itu. "Hai! Cioe Kauwnio dari Go bie pay !" teriak pula Cioe
tian. "Lakimu sudah hampir putus jiwa. Dia mau memberi
pesanan kepadamu. Dia kata, dia punya tiga kali tujuh dua
puluh satu anak diluaran. Sesudah dia mati, dia minta
kurawat anak2 itu supaya dia bisa mati dengan mata
meram. Cioe Kauwnio! Apa kausuka meluluskan permintaan lakimu itu?"
Mendcagar ocehan itu, banyak orang tertawa terpingkal-
pingkal tapi Cioe Jiak tetap tak menghiraukan.
"Aha!" Cioe Tian teriak pula. "Biat coat Soet hay! Sudah
lama kita tak pernah bertemu. Apa kau baik?"
Mendadak tanpa memutar tubuh Cie Jiak melompat
kebelakang beberapa tombak jauhnya dan dengan berbareng
menyabetkan cambuknya yang bagaikan seekor naga
menyambar kemuka Cioe Tian. Si semberono yang sama
sekali tak duga bakal diserang secara begitu, kaget tak
kepalang dan dalam kagetnya ia berdiri terpaksa sebab
ujung cambuk tahu-tahu sudah hampir menyentuh
mukanya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untung juga, Yo Siauw yang berdiri didekat Cioe Tian
dan yang selalu berwaspada, keburu mengangkat sebuah
meja dan melontarkannya, "Plak! plak!" meja itu terbelah
karena terpukul cambuk. Sesudah itu Cie Jiak lantas saja molompat balik dan
menyerang In Lie heng lagi.
Sesudah memperhatikan beberapa lama, Jie lian Cioe
masih juga belum bisa menangkap intisari daripada silat
cambuk itu, "Andai kata aku yang maju, aku tak akan bisa
mengeluarkan Tay kek Kiam hoat yang lebih baik dari
Laktee." pikirnya. "Dalam pertandingan jangka panjang
perempuan itu mungkin akan kecapaian dan Lak
tee mungkin akan memperoleh kemenangan." Melihat
kelihayan Thay kek Kiam hoat, ia merasa bangga dan ia
percaya, bahwa adiknya tak akan kalah.
Perubahan-perubahan paras muka Jie Lian Coe yang
sebentar jengkel, sebentar girang tidak terlepas dari mata
Cioe Cie Jiak, "Jie jiesiok kau jangan bergirang dulu!"
katanya dengan mendadak. Aku sengaja mengalah dalam
dua ratus dan sesudah duaratus jurus, barulah kuambil
jiwanya supaya nama besarnya tak hancur lebur. Sebentar
jika kau yang maju, dalam tiga puluh jurus aku akan ambil
jiwamu!" Tiba-tiba cambuk bergemetar dan membuat
lingkaran-lingkaran besar dan kecil yang lantas saja
mengurung In Lie Heng. Sebagaimana diketahui, gerakan
Tay kek koen dan Tay kek Kiam hoat juga berdasarkan
lingkaran-lingkaran. Perbedaannya ialah, lingkaran yang
dibuat Cioe Cie jiak puluhan kali lebih cepat daripada
lingkaran In Lie Heng. sebab tenaga pedang kena ditarik,
tanpa merasa tubuh In Lie Heng berputar beberapa kali dan
.... pedang itu mendadak terlepas dari tangannya.
Bagaikan ular ujung cambuk menyambar batok kepala In
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lie Heng, Jie Lian Cioe mencelos hatinya. Tanpa
menghiraukan jiwa sendiri, ia melompat dan coba
menangkap senjata musuh. Cie jiak menendang dan
tendangan itu mampir tepat dipinggang Jie Jiehiap.
Pada detik yang sangat berbahaya, satu bayangan
manusia berkelebat dan menangkis sabetan cambuk. Orang
yang menolong adalah Boe Kie. Dengan Kian koen Tay
loie. ia memindahkan tenaga cambuk. Tapi perubahan Cie
Jiak aneh dan cepat. Mendadak ia melepaskan cambuknya
dan dengan dua telapak tangan ia memukul dada Boe Kie.
Kalau Boe Kie memindahkan tenaga pukulan itu dengan
Kian koen Tay lo ie, maka tenaga itu akan jatuh di muka In
Lie Heng, sebab tangan kanannya masih dilibat ujung
cambuk, maka ia segera mengangkat tangan kirinya dan
menyambut dengan keras juga.
Diluar dugaan begitu lekas tiga telapak tangan
kebentrok, Boe Kie mendapat kenyataan bahwa kedua
telapak tangan Cie Jiak tidak berisikan Lweekang.
"Celaka!" ia mengeluh. "Sesudah melawan In liok siok
duaratus jurus lebih Lweekangnya habis, jika aku
meneruskan pukulan ini jiwanya mesti melayang". Sebab
tahu, kelihayan Cie jiak, maka waktu menyambut pukulan
itu, ia telah menggunakan seantero tenaga Lweekangnya.
Untuk menolong jiwa Cie Jiak ia harus secara menarik
pulang tenaga itu. Hal ini bertentangan dengan peraturan
ilmu silat. Jika seorang menarik pulang Lweekang yang ba
ru saja dikeluarkan, maka itu berarti bahwa tenaga dalam
tersebut akan menghantam dirinya sendiri.
Tapi Lweekang Boe Kie sudah mencapai tingkat
tertinggi, sehingga tenaga yang memukul balik itu paling
banyak akan membuat dadanya sesat. Tapi alangkah
kagetnya, baru saja ia menarik pulang tenaga itu, tiba-tiba ia
merasakan serangan tenaga Cie Jiak yang menghantam
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagaikan "gelombang dahsyat." Dak!" kedua telapak tangan
Cie Jiak mampir tepat di dadanya. Dengam demikian ia
seperti juga menerima pukulan berbareng dari dua musuh.
Biarpun kuat, Kioe yang Sin kang tidak cukup kuat untuk
melindungi tubuhnya dari serangan itu. Apa pula pukulan
Cie Jiak tiba pada detik yang "kosong," yaitu pada detik
tenaganya baru saja digunakan dan tenaga baru belum
keburu dikerahkan. Tak ampun lagi Boe Kie terjengkang,
matanya gelap dan ia muntah darah. Cie Jiak tahu, bahwa
dalam pertandingan biasa ia bukan tandingan Boe Kie.
Maka itu begitu berhasil dengan bokongannya ia segera
mementang jari-jari tangan kirinya dan coba mencengkeram
dada Boe Kie. Untung sungguh meskipun terluka berat, pikirannya
anak ini tidak menjadi kalut. Melihat sambaran tangan,
mati-matian ia menggeser tubuhnya. "Bret!" bajunya
dibagian dada robek semakin membesar. Cie jiak lantas saja
mementang jari-jari tangan kanannya dan bergerak untuk
menancapkannya didada itu.
Pada saat itu, Boe Kie sudah tidak bisa ditolong atau
menolong diri. Jie Lian Cioe tertendang hiatnya dibagian
lutut dan tidak bisa bergerak, sedang ln Lie Heng tidak
keburu menolong lagi. Tangan Cie Jiak terangkat - . - tapi tangan itu mendadak
berhenti ditengah udara. Mengapa" Sebab matanya melihat
bekas luka didada itu dan dalam otaknya lantas berkelebat
peristiwa diatas Kong beng teng, waktu ia melukai Boe Kie
dengan Ie thian kiam. Mengingat itu, rasa kemanusiaannya
mendadak muncul dan gerakan tangannya terhenti.
Dilain detik In Lie Heng, Wie It Siauw, Yo Siauw dan
Hoan Yauw menubruk dengan berbareng. Wie It Siauw
menghadang didepan pemimpinnya, Yo Siauw dan Hoan
Yauw menyerang Cie Jiak dari kiri dan kanan, sedang In
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lie Heng lalu mendukung Boe Kie dan membawanya ke
luar lapangan. Keadaan jadi kalut. Murid murid Go bie dan pendeta2
Siauw lim berteriak-teriak dan menyerbu dengan senjata
terhunus. Melihat Boe Kie sudah disingkirkan, Yo Siauw
dan Hoan Yauw lantas mengundurkan diri. Wie It Siauw
lalu mendukung Jie Lian Cioe dan kembali ke gubuk Beng
kauw. Muka dan pakaian Boe Kie berlumuran darah. Orang
yang paling kaget adalah Tio Beng, sehingga mukanya
berubah pucat pasi. Boe Kie tersenyum dan berkata dengan
suara perlahan, "Tak apa-apa," ia segera bersila dilantai dan
perlahan-lahan mengerahkan Kioe yang Cin khie untuk
mengobati lukanya. "Siapa lagi yang mau memberi pelajaran kepadaku?"
teriak Cie Jiak. Hoan Yauw segera mengencangkan ikatan pinggangnya
dan bertindak keluar gubuk. "Hoan Yoe soe!" seru Boe Kie.
"Aku memerintahmu - . - kau tidak boleh bertanding. Kita -
- - kita menyerah kalah," Sehabis berkata begitu ia muntah
darah lagi. Hoan Yauw tidak berani membantah. Jika ia keluar juga,
luka sang Kauwcoe pasti akan bertambah berat. Apapula
satu pertandingan melawan Cie Jiak hanya berarti
kebinasaannya. Beberapa kali Cie Jiak menantang tanpa mendapat
jawaban. Bahwa Boe Kie terluka sebab menarik pulang
tenaganya sendiri, tidak diketahui oleh orang lain. Para
hadirin hanya menganggap bahwa nyonya itu lebih tinggi
ilmunya dan bahwa dia sudah mengampuni jiwa Boe Kie.
Apa yang diketahui orang hanyalah, bahwa Cie Jiak sudah
merobohkan tiga tokoh kelas utama dalam Rimba


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
persilatan, sehingga oleh karenanya orang2 yang semula
masih ingin mengukur tenaga sudah mengurungkan
niatnya. Sesudah Cie Jiak menunggu beberapa lama lagi si
pendeta tua dari Tat mo tong maju ke depan dan berkata
seraya merangkap kedua tangannya. "Song Hoejin, Ciang
boen jin Go bie pay memiliki ilmu silat nomor satu
dikolong langit. Siapa yang tidak mufakat?" Ia mengajukan
pertanyaan itu tiga kali beruntun, tanpa mendapat
tantangan. "Kalau begitu," kata si pendeta akhirnya.
"Sesuai dengan persetujuan yang sudah dicapai, Kim mo
Say ong Cia Soen diserahkan kepada pertimbangan Song
Hujin. Selain itu, siapapun juga yang sekarang memegang
To liong to harus menyerahkan kepada Song Hujin. Hal ini
sudah disetujui oleh segenap orang gagah dan tidak dapat
dibantah lagi." Ketika sipendeta bicara, Boe Kie sedang mengerahkan
Kioe yang Cin kie dan seantero semangat pikirannya berada
dalam suatu "kekosongan." Mendadak kupingnya menangkap kata-kata Kim mo Say ong Cia Soen diserahkan
kepada pertimbangan Song Hoejin. Ia terkejut hampir ia
muntah darah lagi. Tio Beng yang terus berwaspada lihat
perubahan pada paras muka pemuda itu dan ia mengerti
sebab musababnya. "Kita boleh merasa girang apa bila
Giehoe diserahkan kepada pertimbangan Cioe Cie
cie. Ia tak tega membinasakan kau dan ini membuktikan
bahwa ia masih mencintai kau. Ia masih mengharap
pemulihan hubungan dengan kau dan ia pasti tidak akan
mencelakai Giehoe. Legakanlah hatimu," Boe Kie
menyetujui pendapat itu dan ketenangannya pulih.
Sementara itu matahari sudah menyelam kebarat dan
seluruh lapangan mulai diliputi dengan kegelapan malam.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kim mo say ong Cia soen dipenjarakan di belakang
gunung," kata pula sipendeta Tatmo tong. "Lantaran
sekarang sudah malam dan kalian sudah lapar, maka besok
tengah hari saja kita berkumpul lagi disini dan loolap akan
mengantar Song Hojein kepenjara untuk melepaskan Cia
Soen. Besok kita akan menyaksikan ilmu silat Song Hoejin
yang tiada tandingannya dikolong langit.
Boe Kie,Yo Siauw dan Hoan Yauw mengawasi Tio
Beng. Didalam hati, mereka memuji tebakan si nona yang
sangat jitu. Serombongan pendeta Siauw lim itu ternyata
sudah menetapkan tipu untuk mencelakai jago-jago nomer
satu. Biarpun berkepandaian tinggi, Cie Jiak tentu tak bisa
melawan Touw ok bertiga. Mungkin sekali nyonya muda
itu akan membuang jiwa dalam pertempuran.
Sementara itu Cie Jiak kembali ke gubuk Go bie pay dan
menengok suaminya. Sesudah berdiam sejenak, sipendeta berkata lagi. "Para
enghiong, dengarlah! Kalian datang berkunjung dikuil kami
dan kalian adalah tamu kami yang terhormat. Jika diantara
kalian terdapat ganjelan, maka kami harap dengan
memandang muka kami yang tipis, janganlah kalian coba
membereskan ganjelan itu ditempat ini, Sesudah makan
malam, kalian boleh berjalan-jalan disegala tempat, kecuali
ditempat untuk menyimpan kitab-kitab yang terletak
dibelakang kuil kami. Sesudah itu semuta orang bubar dari lapangan dan
kembali ketempat peristirahatan. Boe Kie didukung Hoan
Youw dan rombongm Beng kauw pulang kepesanggrahan
mereka. Boe Kie terluka berat, tetapi sesudah menelan
sembilan butir pil buatannya sendiri dan sesudah
mengerahkan hawa Kioe yang, kira-kira tengah malam,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehabis memuntahkan darah hitam, lukanya sudah sembuh
seluruhnya. Yo Siauw, Hoan Yauw, Jie Lian Cioe, In Lie
Heng dan lain-lain semuanya kaget tercampur girang.
Mereka memuji Lweekang Boe Kie yang sangat luar biasa.
Kalau orang lain yang terluka begitu berat dia sedikitnya
harus beristirahat satu dua bulan, biarpun diobati oleh tabib
yang paling pandai- Sehabis makan dua mangkok nasi dan mengaso lagi, Boe
Kie berbangkit dan berkata, "Aku mau keluar sebentar." Ia
seorang Kauwcoe dan meskipun ia tidak memberitahukan
maksudnya, tak seorangpun berani menanya.
"Kau baru sembuh, harus berhati hati," kata In Lie
Heng. Boe Kie mengaagguk. Melihat paras muka Tio beng
yang mengunjuk kekuatiran besar ia tersenyum, seperti juga
ia mau mengatakan, "Jangan kuatir!"
Ia keluar dari pesanggrahan dan menengadah. Rembulan
memancarkan sinarnya yang gilang gemilang dan langit
terang dengan bintang-bintang. Diluar kuil ia bertemu
dengan seorang tie kekeong. "Aku ingin bertemu dengan
Ciang soe jia Go bi pay," katanya. Kumohon Taysoe suka
mengantar." Melihat orang yang bicara adalah Kauwcoe dari Beng
kauw, pendeta itu membungkuk dan mengiakan. Ia lalu
berjalan kearah barat dan sesudah melalui kira-kira satu li,
ia menuding serentengan gubuk seraya berkata, "Itulah
tempat Go bie pay. Lelaki dan perempuan tidak boleh
bertemu sembarangan, Siauw Ceng hanya bisa mengantar
sampai disini." Sebenarnya apa yang dtakuti olehnya adalah
pertempuran aotara Boe Kie dan Cie Jiak. Kalau terjadi
begitu, ia bisa terbawa-bawa.
"Jika kau memberitahukan hal ini kepada orang lain,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak orang bakal jadi kaget," kata Boe Kie sambil
tersenyum. Bagaimana kalau aku totok jalan darahmu
supaya kau menunggu aku disini."
"Siauwceng akan menutup mulut," kata si pendeta
tergesa-gesa. "Kauwcoe tak usah kuatir." Ia memutar tubuh
dan lalu berjalan cepat-cepat.
Boe Kie mendekati gubuk-gubuk itu. Mendadak dua
bayangan berkelebat dan dua pendeta wanita mencekal
pedang terhunus, menghadang didcpannya. "Siapa?" bentak
salah seorang. "Beng Kauw Thio Boe Kie." jawabnya. "Aku minta
bertemu dengan Song Hoejin."
Kedua nikouw itu terkesiap. "Thio... Thio Kauwcoe
tunggu ... aku akan melaporkan," kata yang satu dengan
suara gemetar. Ia memutar tubuh dan sesudah berjalan
beberapa tindak, ia meniup suitan bambu.
Hari ini adalah hari kegemilangan Go bie pay, dihidapan
ribuan enghiong, ciang bun jin Go bie pay telah
megalahkan tiga tokoh terutama pada jaman ini. Sejmenjak
Go bie pay didirikan, inilah suatu kejadian yang pertama
kali. Ta pi, sesudah membunuh dua pemimpin Kay pang,
menjatuhkan dua pendekar Boe tong dan melukai Kauwcoe
dari Beng kauw, Go bie pay mendapat banyak musuh. Lagi
pula sesudah merebut gelar jago silat aomor satu di kolong
langit, Cie Jiak dibuat iri hati oleh entah berapa banyak
orang. Maka itulah, malam ini Go bie pay membuat penjagaan
yang sangat keras. Hampir berbareng dengan tanda pendeta
wanita itu dari empat penjuru muncul empat puluh orang
lebih yang mencekal pedang terhunus. Boe Kie tenang-
tenang saja. Dengan menaruh kedua tangannya di
belakang, ia berdiri tegak.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pendeta wanita yang meniup suitan segera masuk
kedalam untuk memberi laporan. Beberapa saat kemudian,
ia keluar lagi dan berkata. "Ciang boen jin kami
mengatakan, bahwa karena lelaki dan perumpuan tidak
boleh bertemu dengan begitu saja ditengah malam buta,
maka Ciang boen jin kami mempersilahkani Thio Kauwcoe
balik kembali." "Aku mengerti ilmu ketabiban dan aku coba mengobati
Song Ceng Soe Siauw hiap" kata Boe Kie. "Aku tidak
mengandung lain maksud."
Pendeta itu kelihatannya kaget. Ia masuk lagi. Sesudah
agak lama, baru dia keluar lagi. "Ciang boen jin undang
Thio Kauwcoe masuk." katanya.
Sesudah menepuk-nepuk pinggangnya untuk memperlihatkan, bahwa ia tidak membawa senjata, Boe Kie
segera mengikut pendeta wanita itu masuk kedalam.
Setibanya diruangan tengah, ia lihat Cie Jiak sedang duduk
termenung sambil menopang dagu. Mendengar tindakan
kaki, nyonya itu tidak menengok atau berkisar. Sehabis
menuang teh dan menaruh cangkir di depan Boe Kie,
pendeta wanita itu lalu meninggalkan ruangan tersebut.
Dibawah sinar lilin, untuk beberapa saat Boe Kie
mengawasi bekas tunangannya yang mengenakan baju
warna hijau. Diantara kesunyian suasana diliputi dengan
peringatan-peringatan masa yang lampau, dan sewaktu Boe
Kie merasa sangat berduka. "Bagaimana dengan luka Song
Soeko?" tanyanya. "Boleh aku menengoknya?"
Cie Jiak tetap tidak menengok. "Tulang kepalanya
hancur," jawabnya dengan suara dingin. "Lukanya sangat
berat. Rasanya tak bisa hidup lagi. Entahlah apa dia bisa
melewati malam ini."
"Kau tahu bahwa ilmu ketabibanku tidak terlalu jelek.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku bersedia untuk menolongnya sedapat mungkin."
"Mengapa kau mau menolong dia?"
Boe Kie terkejut. Beberapa saat kemudian barulah ia
menjawab. "Aku bersalah terhadap mu dan aku merasa
sangat malu. Apalagi hari ini kau sudah menaruh belas
kasihan dan mengampuni jiwaku. Adalah sepantasnya saja
jika aku pun berusaha untuk menolong Song Soeko."
"Kaulah yang lebih dahulu mengampuni jiwaku. Apa
kau kira aku tak tahu" Jika kau berhasil menolong Song
Toako balasan budi apa yang di pinta olehmu?"
"Satu jiwa ditukar dengan satu jiwa. Aku datang untuk
minta kau menolong Gie hoe."
Cie Jiak menuding kedalam. "Ia berada disitu," katanya.
Ketika Boe Kie menolak kamar, kamar itu gelap gulita.
Ia segara mengambil ciak tay, tempat menancap lilin. Cie
Jiak tetap tak bergerak. Boe Kie membuka kelambu. Ia lihat Song Ceng Soe
berada dalam keadaan pingsan, napasnya lemah, kedua
matanya melotot dan paras mukanya menakutkan. Ia lalu
memeriksa nadi. Ketukan nadinya kalut, sebentar cepat
sebentar perlahan kulit tubuhnya dingin dan memang juga,
kalau tidak keburu ditolong, dia sukar melewati malam itu.
Perlahan-lahan ia meraba-raba batok kepala Ceng Soe. Ia
mendapat kenyataan bahwa pada bagian depan dan bagian
belakang kepala ada empat potong tulang yang hancur.
Pukulan song hong Koan nyie yang dikirim Jie Lian Cioe
yang disertai dengan sepuluh bagian tenaga dalam dan
kalau Song Ceng Soe sendiri tidak memiliki Lweekang yang
kuat, ia siang2 sudah binasa.
Boe Kie lalu menutup kelambu, menaruh ciak tay dimeja
dan duduk dikursi bambu sambil mengasah otak untuk
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencari jalan guna mengobatinya. Sebagai murid tiap kok
ie sian, kepandaiannya dalam ilmu ketabiban sudah jarang
ada tandingannya. Tapi luka Ceng Soe terlampau berat,
sehingga ia sama sekah tak punya pegangan.
Sesudah duduk disitu kira2 semakanan nasi, ia berjalan
keluar dan berkata: "Song Hoe-jin, aku tak bisa mengatakan
apa aku akan berhasil dalam usaha mengobati Song-soeko.
Apakah kau suka mempermisikan untuk aku mencoba-
coba." "Kalau kau tak bisa menolong, didalam dunia tak ada
orang lain yang akan bisa menolong."
"Andaikata aku berhasil, muka dan ilmu silatnya
mungkin tak bisa pulih seperti kala.
"Kau bukan dewa. Kutahu kau akan berusaha sedapat
mungkin untuk menolong jiwanya
supaya kau bisa menjadi koenma dengan tidak usah
malu sendiri." ( Koen-ma - suami seorang puteri raja muda
). Jantung Boe Kie memukul keras. Ia sama sekali tak
mempunyai maksud begitu, tapi merasa tak enak untuk
bertempur dengan tunangannya itu. Ia lalu kembali
kekamar Ceng-soe, mem buka selimut dan menotok
delapan "hiat" pada tubuh pemuda itu. Kemudian, dengan
tangan yang hampir tulang-tulangnya patah atau hancur
dan akhirnya melabur tulang-tulang itu dengan semacam
koyo hitam yang dikoreknya dari sebuah kotak emas. Koyo
itu bukan lain dari pada Hek giok Toan siok ko-Koyo untuk
mengobati tulang patah dari Siauw lim boen di See-hek.
Sebagaimana diketahui, Koyo itu diberikan oleh Tio Beng
untuk mengobati Jie Thay Giam dan In Lie Heng dan
masih ada lebihnya: Sesudah itu, ia dengan secepat
mungkin segera mengerahkan Kioe yang Cin khie dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengirim hawa yang hangat kedalam otak Song Ceng Soe.
Sesudah tulang2nya disambung dan kepalanya dilabur
obat, paras muka Song Ceng soe
tak berubah jadi lebih jelek, Boe Kie girang di dalam


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hatinya timbul harapan besar. Sebab ia sendiri baru saja
terluka, maka sehabis mengerahkan Lweekang, napasnya
lantas saja ter-sengal2. Untuk beberapa lama ia berdiri
didepan ranjang dan menenteramkan jalan pernapasannya.
Sesudah itu ia meninggalkan Song Ceng soe dan
menaruh ciak tay diatas meja. Dari sinar lilin ia melihat
muka Cie Jiak yang pucat pasi. Diluar lapat2 terdengar
suara tindakan kaki. Ia tahu, bahwa itulah suara tindakan
murid2 Go-bie pay yang jaga malam.
"Song soeko mungkin sekali bisa ditolong," kata Boe
Kie. "Legakanlah hatimu."
"Kau tak punya pegangan pasti dalam menolong dia,
akupun tak pumya pegangan pasti dalam menolong Cia
Tayhiap," kata Cie Jiak.
Boe Kie tahu bahwa yang dikatakan Cie Jiak memang
sebenarnya. Biarpun dibantu oleh dua jago Go bie pay Cie
Jiak belum tentu berhasil. Bahkan mungkin dia membuang
jiwa. "Apa kau tahu dimana Giehoe dipenjarakan dan
bagaimana penjagaannya ?" tanyanya.
"Tidak" jawabnya. "Penjagaan apa yang diatur Siauw lim
pay?" Boe Kie segera menceritakan apa yang ia tahu dan segala
pengalamannya dalam pertempuran melawan tiga pendeta
Siauw lim. "Kalau kau tidak berhasil akupun lebih tak kan berhasil,"
kata Cie Jiak sesudah Boe Kie selesai menutur.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cie Jiak," kata Boe Kie dengan bernafsu, "apabila kita
berdua bekerja sama kita pasti berhasil. Dengan tenaga
Soen yang (keras) aku melibat cambuk ketiga pendeta itu
sedang kau sendiri bisa menerjang dengan tenaga Im-Jioe
(lembek). Begitu kau menerobos masuk ke dalam Kim kong
Hok mo coan, kita menyerang dari dalam dan dari luar dan
kita pasti akan berhasil."
Cie Jiak tertawa dingin. "Dahulu, kita pernah memadu
janji untuk menjadi suami isteri," katanya, "Kini jiwa
suamiku berada dalam bahaya- Hari ini aku mengampuni
jiwamu. Orang luar tentu akan bilang bahwa aku berbuat
begitu sebab aku sukar melupakan kecintaan. Tapi apabila
kau meminta bantuan dalam memukul Kim kong Hok mo
can, orang-orang gagah dikolong langit tentu akan mencaci
aku sebagai perempuan yang tak tahu malu."
"Perduli apa omongan orang luar?" kata Boe Kie. "Kita
hanya perlu menanya hati sendiri, apakah kita ada yang
berbuat sesuatu yang memalukan atau tidak."
"Bagaimana kalau aku menanya dalam hati sendiri, aku
merasa, bahwa aku telah berbuat sesuatu yang memalukan?" kata Cie Jiak.
Boe Kie tertegun. "Kau... kau..." katanya.
"Thio Kauwcoe," memutus Cie Jiak. "Bahwa kita berdua
berada bersama-sama ditengah malam buta, sudah sangat
tak pantas. Thio Kauwcoe kau pergilah !"
Boe Kie menyoja sambil membungkuk, "Song Hoejin,
sedari kecil kau berlaku sangat baik kepadaku," katanya.
"Kumohon kali ini kau suka berbuat baik lagi kepadaku.
Selama Thio Boe Kie masih hidup, dia takkan melupakan
budimu yang sangat besar."
Cie Jiak membungkam. Ia tidak menjawab "ya" atau
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"tidak". Iapun tidak pernah menengok, sehingga Boe Kie
tidak bisa lihat paras mukanya. Baru saja Boe Kie mau
memohon lagi, nyonya muda itu tiba-tiba berteriak, "Ceng
hoei Soe cie, antarkanlah tamu kita."
Pintu terbuka dan Ceng hoei Soethay berdiri diambang
pintu dengan mencekal pedang terhunus. Dengan mata
berapi pendeta wanita itu mengawasi Boe Kie.
Mendadak Boe Kie menekuk kedua lututnya dan
berlutut. Ia menyampingkan segala perasaan malu sebab
mati hidupnya sang ayah angkat tergantung atas kemauan
Cie Jiak untuk memberi pertolongan. Sesudah memanggutkan kepala empat kali ia berkata, "Song-hoejin,
memohon belas kasihanmu."
Cie Jiak tetap duduk bagaikan patung.
"Thio Boe Kie, Ciang boenjin menyuruh kau pergi!"
bentak Ceng hoei. Kalau kau masih rewel, kau benar-benar
manusia rendah yang tak mengenal malu!" Ia mencaci
begitu karena menduga Boe Kie minta menikah dengan Cie
Jiak sesudah Song Ceng Soe mati.
Boe Kie menghela napas. Ia bangkit dan terus berjalan
keluar. Setibanya digubuk Beng kauw, Tio beng menyambutnya
dengan berkata. "Song Ceng soe dapat ditolong bukan" Kau
jadi orang mulia dengan menggunakan Hek hiok Toan siok
koku." "Beng moay, kau sungguh pintar! Tapi aku tidak bisa
katakan, apa dia bisa ditolong atau tidak."
"Hmm... Kau coba menolong Song ceng soe untuk
ditukar dengan Cia Tay hiap. Boe Kie ko ko makin lama
otakmu makin tidak beres!"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa begitu" Aku tak mengerti maksud mu."
"Dengan seantero kepandaianmu, kau berusaha untuk
menolong Song ceng soe. Itu berarti bahwa kau sedikitpun
tak ingat lagi kecintaan Cioe Ciecie. Coba pikir, bagaimana
dia tidak jadi mendongkol?"
Boe Kie terkejut. Tak dapat ia menjawab perkataan si
nona. Tak bisa jadi Cie Jiak merasa senang kalau suaminya
binasa. Tapi ia ingat perkataan nyonya itu. "Kutahu, kau
akan berusaha sedapat mungkin untuk menoloug jiwanya,
supaya kau bisa menjadi koenma dengan tak usah merasa
malu sendiri" Perkataan itu mengunjuk bahwa didalam hati
Cie Jiak merasa mendongkol.
Melihat Boe Kie membungkam, Tio beng berkata pula.
"Apakah kau merasa menyesal sesudah menolong jiwa
Song ceng soe?" Sehabis bertanya begitu, tanpa menunggu
jawaban ia masuk kedalam. Boe Kie duduk diatas batu.
Sambil mengawasi rembulan, pikirannya melayang kemasa
lampau. Ia ingat bahwa sebelum setahun sesudah
meninggalkan Peng hwee to, kedua orang tuanya
meninggal dunia. Semenjak itu ia hampir diliputi kedukaan.
Banyak kali ia coba berbuat, tapi akibatnya jadi sebaliknya.
"Ah... kalau tahu bakal begini lebih baik berdiam terus di
Peng hwee to dan hidup tenteram bersama ayah ibu dan
Giehoe," katanya didalam hati.
Pada keesokan paginya para enghiong kembali berkumpul dilapangan yang kemarin, kali ini si pendeta Tat
mo tong yang berlaku sebagai juru bicara tanpa minta
permisi dari Kong tie. "Para enghiong dengarlah,"
teriaknya. "Dalam pie boe kemarin Song hoejin dari Go bie
pay telah memperoleh kemenangan terakhir, sehingga
sebagai mana sudah disetujui, hari ini kami mengundang ia
untuk pergi kebelakang gunung guna melepaskan Kim mo
Say ong Cia Soen. Mari." Sehabis berkata begitu ia berjalan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lebih dahulu sebagai penunjuk jalan, diikuti oleh
rombongan Go bie pay dan lain-lain. Melihat Cie Jiak tidak
mengenakan pakaian berkabung Boe Kie tahu, bahwa jiwa
Song Ceng Soe dapat dikatakan sudah tertolong.
Setibanya dipuncak bukit, sipendeta Tat mo tong segera
berkata. "Ini penjara dibawah tanah diantara ketiga pohon
siong itu. Penjaga penjara ialah ketiga tetua dari partai
kami. Sesudah mengalahkan ketiga tetua kami itu, Song
Hoejin boleh lantas mengambil Cia Soen.
Melihat paras muka Boe Kie yang penuh kebingungan
Yo Siauw berbisik. "Kauwcoe tak usah kuatir, Wie Hok
kiong dan Swe Poet Tek sudah mempersiapkan Ngo heng
kie dikaki bu-kit2. Apabila Go bie pay tidak mau
menyerahkan Cia Soen, kita boleh segera mengunakan
kekerasan." Alis Boe Kie berkerut. "Tindakan itu melanggar
persetujuan dan kita akan kehilangan kepercayaan,"
katanya. "Untuk menolong Cia Say ong, kita tidak bisa terlalu
memperhatikan hal yang sedemikian," kata Yo Siauw.
"Musuh Cia Tayhiap terlalu banyak," sela Tio Beng.
"Kita harus menjaga juga senjata gelap."
"Benar," kata Boe Kie. "Hoan Yoesoe Tiat koen Too
tiang, Cioe heng, Pheng Tay Soe, kuminta kalian berdiri
ditempat sudut dan menjaga serangan gelap."
"Boe Kie Koko," bisik nona Tio, "kuingin ajukan sebuah
usul. Jika ada orang menggunakan senjata rahasia, kita
boleh segera menggunakan itu untuk merampas Cia
Thayhiap. Dengan demikian, tidak seorang pun bisa
mengatakan, bahwa kita melanggar janji. Kalau tidak ada
yang membokong, sebaiknya Yo Cosoe memerintahkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
salah seorang untuk melepaskan senjata rahasia, supaya
didalam kekalutan kita bisa turun tangan.
Yo Siauw tertawa. "Bagus! tipu itu sungguh lihay."
katanya. Ia segera berlalu untuk mengatur persiapaan.
Boe Kie merasa, bahwa siasat itu bukan cara seorang
ksatria. Tapi untuk menolong jiwa ayah angkatnya, ia tidak
bisa terlalu menghiraukan soal itu lagi. Diam-diam ia
merasa sangat berterima kasih terhadap Tio Beng. "Beng
moay dan Yo Cosoe adalah orang-orang pandai pada jaman
ini," katanya didalam hati. Sungguh untung aku bisa
mendapat bantuan mereka."
Sementara itu Cioe Cie Jiak sudah maju menghampiri
ketiga pohon siong dan berkata sambil membungkuk. "Sam
wie adaiah tetua Siauw-lim pay yang memiliki kepandaian
sangat tinggi! Jika dengan sendirian aku melawan Sam wie,
aku bukan saja berlaku tidak adil, tapi juga tidak
menghormat kalian." "Song Hoejin boleh mengambil pembantu," si pendeta
Tat mo tong. "Karena mengalahnya para enghiong, secara kebetulan
aku merebut kemenangan," kata Cie Jiak. Dalam
memperoleh kemenangan itu, aku mengandalkan ilmu silat
mendiang guruku, Biat coat Soethay. Jika tiga lawan tiga
biarpun menang, kemenangan itu belumlah cukup untuk
memperlihatkan hasil yang jerih payah mendiang guruku
dalam mengajar aku. Kalau satu lawan tiga, aku jadi
berlaku kurang hormat terhadap tuan rumah. Begini saja.
Aku akan meminta bantuannya seorang Bocah yang
kemarin jatuh di-dalam tanganku dan yang lukanya sampai
sekarang belum sembuh betul, Bocah itu dahulu pernah
muntah-muntah darah karena dipukul Siansoe (mendiang
guruku). Kejadian ini diketahui oleh semua orang. Dengan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meminta bantuannya aku tidak merugikan nama baik Sian
soe." Mendengar perkataan itu, Boe Kie jadi girang sekali.
"Benar saja dia meloloskan permohonanku," katanya
didalam hati. Sementara itu Cie Jiak sudah berseru. Thio Boe Kie kau
keluarlah!" Kecuali Yo Siauw dan beberapa pemimpin lain, para
anggauta Beng Kauw tidak tahu mau Kauwcoe mereka,
mereka merasa sangat gusar. Tapi diluar dugaan, sang
Kauwcoe kelihatan girang dan menghampiri dengan paras
muka berseri-seri. Sambil menyoja, ia berkata. "Terima
kasih atas belas kasihan Song Hoejin yang kemarin sudah
meagampuni jiwaku." Untuk menebus dosa dahulu hari dan
demi keselamatan ayah angkatnya, ia sudah mengambil
keputusan untuk menelan segala hinaan.
"Sebab lukamu belum sembuh, akupun bukan sungguh2
mengharapkan bantuanmu," kata Cie Jiak.
"Aku hanya menanti perintah," jawab Boe Kie.
Dengan sekali menggerakkan tangan kanannya, Cie Jiak
membuat belasan lingkaran besar dan kecil dengan
cambuknya. Hampir berbareng ia membalik tangan kirinya
dan tahu2 ia sudah memegang sebilah golok pendek yang
bersinar hijau. Para orang gagah yang kemarin sudah
menyaksilcan kelihayan cambuk tak pernah menduga
bahwa jago betina itu akan menggunakan juga lain snnjata.
Kedua senjata itu sangat berlainan sifatnya, yang satu
panjang yang lain pendek, yang satu lemas yang lain keras.
Bahwa Cie Jiak dapat menggunakan kedua senjata itu
dengan berbareng, merupakan bukti bahwa ia benar2
memiliki kepandaian tinggi. Para enghiong lantas saja
terbangun semangatnya dan merasa pasti bahwa mereka
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan menyaksikan pertempuran yang luar biasa.
Boe Kie segera merogoh saku dan mengeluarkan dua
batang Seng hwee leng. Ia maju ke gelanggang. Tiba-tiba
tindakannya limbung dan ia sengaja batuk-batuk seperti
orang yang masih menderita luka berat. Ia bertekad untuk
menyerahkan semua jasa pada Cie Jiak.


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Perlahan-lahan Touw ok bertiga mengangkat tambang
mereka, siap sedia untuk menyambut serangan lawan.
Cie Jiak mendekati Boe Kie dan berbisik, "Kau pernah
bersumpah untuk membalas sakit hati piauw moaymu.
Kalau si pembunuh ayah angkatmu, apakah kau masih mau
menolong dia." Boe Kie terkejut, "Kadang-kadang Giehoe, dia terserang
penyakit kalap dan ia bisa melakukan perbuatan yang
sebenarnya tidak diinginkan olehnya" jawabnya.
Sesaat itu dilereng bukit sekonyong-konyong terdengar
suara khim dan seruling. Boe Kie girang, Dilain saat dengan
diiringi oleh tiga suara tali khim empat nona yang
mengenakan baju putih dan masing-masing memegang satu
khim muncul dipuncak bukit. Beberapa detik kemudian
dengan iringan suara seruling, empat gadis baju hitam yang
masing-masing membawa sebatang seruling, memperlihatkan diri. Delapan wanita muda itu lantas saja
berdiri didelapan penjuru dan mulai memperdengarkan
sebuah lagu yang sangat merdu. Diantara iringan lagu itu
seorang gadis cantik yang menggunakan baju warna kuning
muda perlahan-lahan mendaki puncak bukit. Benar saja
wanita itu bukan lain daripada si nona baju kuning yang
pernah ditemui Boe Kie diantara orang-orang
di Kay pang di Louw liong.
Begitu melihat, Pangcoe Kay pang Soe Kong Sek lantas
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja memburu dan menubrukdan memeluk sibaju kuning,
"Yo Ciecie!" teriaknya. "Tetua dan Liong tauw kami
dibinasakan orang. Ia menuding Cie Jiak dan berteriak
pula, "Dari Go bie pay dan Siauw lim pay yang turun
tangan jahat." Si baju kuning manggut-manggut. "Aku sudah tahu,"
katanya. Hmm.. Kioe im pek koet jiauw belum tentu
merupakan ilmu yang paling tinggi." ( Kioe im Pek koet
jiauw - cengkeraman tulang putih dari kitap Kioe im Cin-
keng ). Munculnya si baju kuning sudah menarik perhatian
semua orang dan perkataan itu didengar oleh semua
kuping. Para enghiong yang berusia lanjut dan berpengalaman terkejut di dalam hari. Mereka bertanya-
tanya, "Kioe im pek koet jiauw" Apakah Kioe im pek koet
jiauw yang pada seabad yang lalu dikenal sebagai ilmu silat
sangat jahat dan yang belakangan hilang dari Rimba
persilatan" Sementara itu dengan bergandengan tangan si baju
kuning dan Soe hong Sek menuju ke rombongan Kay pang,
Nona aneh itu kemudian duduk disebuah batu besar.
"Siapa wanita itu?" tanya Cie Jiak. "Aku baru pernah
ketemu sekali," jawab Boe Kie. Aku tahu nama dan asal
usulnya". "Dia she Yo!" "Kau tak salah."
Cie Jiak mengeluarkan suara dihidung. "Mulailah!"
katanya seraya mengedut cambuknya yang lantas saja
meayambar Touw ok dan dengan menuruti gerakan itu
tubuhnya melesat keatas, akan kemudian, hinggap diantara
tiga pohon siong. Serangan dan lompatan itu yang sangat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat dan indah mengagumkan semua orang. Dilain saat,
cambuknya sudah beradu dengan tambang Touw lan. Touw
ok dan Touw ciat buru-buru mengangkat senjata mereka
dan menyerang dari kiri kanan. Boe Kie segera melompat
untuk menolong, tapi begitu lekas kakinya hinggap ditanah
tubuhnya terhuyung, Banyak orang mengeluarkan seruan
tertahan. Mereka menduga pemuda itu sudah tak punya
tenaga untuk berkelahi. Mereka tak tahu, bahwa Boe Kie sedang menggunakan
ilmu Seng hwee leng yang sangat aneh. Selagi terhuyung
Seng hwee leng menghantam dada Touw lan yang "terikat"
dengan cambuk Cie Jiak dan sukar main bela diri. Melihat
bahaya Touw ok dan Touw ciat lantas saja merubah arah
serangannya terhadap Cie jiak dan kedua tambang
menyambar Boe Kie seperti dua ekor naga. Sekali lagi
semua orang terkesiap. Pada detik yang sangat berbahaya,
Boe Kie menggulingkan diri kearah Touw ok yang
menyambutnya dengan totokan jari kepundak. Dengan
Kian koen Tay lo ie, Boe Kie memunahkan totokan dan
hampir berbarengan tubuhnya bergulingan kejurusan Touw
ciat. Demikianlah Boe Kie terus menggunakan ilmu Seng
hwee leng yang aneh. Ia bergulingan kesana-sini. Ia
kelihatannya bingung, repot dan terdesak. Tapi pada detik
terakhir serangan2 berbahaya, ia selalu dapat meloloskan
diri dari bencana. Sesudah lewat puluhan jurus, orang-orang gagah yang
berpengalaman mulai merasa bahwa Boe Kie sedang
menggunakan ilmu silat luar biasa, misalnya sebangsa ilmu
Coei pat-sian (Delapan dewa mabuk ). Tapi ilmu itu banyak
lebih sukar dan mengandung perubahan-perubahan yang
lebih sulit daripada segala ilmu yang dikenal dalam wilayah
Tionggoan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada hakekatnya silat Persia kuno itu digunakan untuk
melawan hanya seorang dari ketiga tetua Siauw lim, dengan
mudah Boe Kie bisa memperoleh kemenangan. Kekuatan
ketiga ketua itu terletak pada kerja sama mereka yang
sangat erat. Sesudah mempelajari Kim kong Hok-mo coan
bersama-sama selama puluhan tahun, pikiran mereka sudah
terjalin menjadi satu. Kalau yang satu menghadapi bahaya,
dua yang lain segera membantu secara wajar. Maka itulah,
sesudah bertempur kira-kira duapuluh jurus, Boe Kie belum
juga bisa mendapat kemajuan.
Pada dasarnya sebagian kecil silat Seng hwee leng
termasuk di jalanan sesat sedang Kim kong Hok mo coan
berdasarkan ilmu Sang Buddha menaklukan segala apa
yang sesat. Dengan demikian sesudah bertempur beberapa lama lagi,
sifat iblis dari ilmu Seng hwee leng itu mulai mempengaruhi
Boe Kie. Dibawah tekanan ilmu yang bersih suci, pikiran
Boe Kie mulai kalut. Tanpa diketahui oleh para hadirin ia
menghadapi bencana. Andaikata tidak terpukul dalam
seratus jurus lagi ia bakal roboh sendiri. Bahwa Beng kauw
sering dinamakan orang sebagai "Agama iblis" ( Mo kauw ),
bukan sama sekali tidak beralasan, sedang ilmu silat Seng
hwee leng adalan gubahan "si Orang tua dari Pegunungan,"
"si raja iblis yang bisa membunuh manusia tanpa berkedip.
Pada waktu meyakinkan ilmu itu, Boe Kie tidak melihat
dan tidak merasakan apapun juga. Tapi sekarang dalam
menghadapi musuh besar yang menggunakan ilmu lurus
bersih, bagian yang berbabaya dari ilmu tersebut
menonjolkan diri. Tiba tiba ia tertawa-tertawa berkakakan yang bernada
"iblis" dan membangunkan bulu roma. Mendadak, sehabis
tertawa itu, dari dalam tanah diantara ketiga pohon siong
terdengar suara orang menghafalkan kitab-Budha. Boe Kie
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kaget dan mengenali, bahwa yang menghafalkan kitab
bukan lain dari pada ayah angkatnya. Ia mengerti, bahwa
sedari dipenjarakan, setiap hari orangtua itu mendengari
penghafalan kitab suci yang dilakukan oleh ketiga pendeta
Siauw-lim. Sang ayah angkat pernah menolak untuk
melarikan diri karena ia merasa mempunyai alasan dosanya
terlalu besar: "Apakah sesudah mendengari pembacaan
kitab suci selama beberapa bulan, Giehoe mendusin?" tanya
Boe Kie didalam hati. Sementara itu, tekanan tambang ketiga pendeta itu mulai
berkurang. Cia Soen menghafal terus.
Boe Kie belum menyelami intisari dari pada pelajaran
Budha. Tapi kata-kata yang diucapkan oleh Cia Soen
dimengerti olehnya dan kira-kira berarti begini: Segala
sesuatu didalam dunia merupakan kekosongan. Aku sama
sekali tidak memikiri badanku atau badan orang lain. Kalau
ada orang membunuh aku atau menyembelih aku, akupun
tak merasa gusar, karena aku tak menganggap tubuhku
sebagai milik sendiri."
"Apakah sesudah berdiam disini beberapa bulan Giehoe
benar-benar sudah mencapai tingkat yang bebas dari rasa
kaget, rasa takut dan kuatir?" tanya Boe Kie didalam hati.
"Apakah memang benar-benar ingin menasehati supaya
tidak memikiri lagi keselamatannya tidak usah menolong
lagi jiwanya?" Ilmu Kim kong Hok mo coan bersumber dan digubah
dari kitab suci Kim kong beng. Pada tingkat yang paling
tinggi, kitab itu tidak membedakan lagi antara kau dan aku
antara hidup dan mati, sedang segala apa dialami ini di
pandang sebagai suatu khayal atau kekosongan. Biarpun
ilmunya tinggi. Pada waktu berhadapan dengan lawan,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketiga pendeta Siauw lim itu masih mempunyai keinginan
untuk menindih lawan dan memperoleh kemenangan.
Mereka bisa melupakan soal mati atau hidup, tapi belum
bisa membedakan perbedaan antara kau dan aku. Itulah
sebabnya mengapa mereka belum mencapai puncak
tertinggi dari Kim kong Hok mo coan dan kekuatan
Lingkaran (Coan) itu belum mempunyai tenaga yang
sebesar-besarnya. Apa yang selama beberapa bulan
didengar Cia Soen bukan lain dari hafalan Kim kong keng.
Sementara itu sambil bertempur Boe Kie memikiri
hafalan ayah angkatnya dan sedikit banyak ia dapat
menangkap arti Kim kong keng. Karena maksudnya
pengaruh pelajaran Buddha perlahan-lahan pengaruh iblis
dalam alam pikirannya jadi kurang. Dengan kekurangan
pengaruh iblis itu, kelancaran silat Seng hwee-leng juga
turut berkurang. Tiba-tiba pundaknya tersabet tambang.
Tanpa terasa BoeKie mengerahkan Kian lioen Tay lo ie Sin
kang dan Kioe yang Sin kang untuk memunahkan pukulan
itu. "Hm! .... sesudah aku tidak berhasil dengan ilmu Seng
hwee leng, mengapa aku tidak mau mencoba Kian koen
dan Kioe yang?" pikirnya. Ia melirik dan mendapat
kenyataan bahwa Cie Jiak memperlihatkan gejala kalah.
"Sudahlah!" ia mengambil keputusan. Kalau sekarang aku
tidak mengeluarkan semua tenaga, begitu lekas Cie Jiak
kalah, Giehoe tidak akan dapat ditolong.
Memikir begitu sambil membentak keras, ia segera
menyerang dengan Kian koen Tay lo ie. Namun Cia Soen
masih terus menghafal Kim kong keng, tapi ia tidak bisa
memperhatikan lagi sebab seluruh semangatnya di tumplek
kepada Kian koen Tay lo ie. Dengan gerakan2 kilat ia
menyambut dan menerima pukulan-pukulan ketiga lawan,
supaya Cie Jiak mendapat kesempatan untuk menerobos
masuk ke dalam lingkaran.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena adanya serangan yang hebat itu yang disertai
Lweekang yang dahyat. ketiga ketua Siauw lim juga lantas
menambah Lweekang mereka untuk melawannya.
Semua orang lihat perubahan itu, makin lama
pertempuran jadi makin hebat. Perlahan-lahan diatas kepala
ketiga pendeta muncul uap putih, satu tanda mereka sudah
mengerahkan tenaga dalam yang sebesar-besarnya. Diatas
kepala Boe Kie juga terlihat uap air, tapi uap itu halus dan
tidak buyar, seolah-olah selembar benang. Inilah bukti
bahwa Lweekang Boe Kie lebih tinggi dari pada tenaga
dalam ketiga lawannya. Para enghiong menyaksikan kejadian itu dengan
perasaan kagum. Kemaren Boe Kie terluka berat. Siapa
nyana, dalam waktu semalaman saja, ia sudah sembuh
seluruhnya! Lweekang pemuda itu sungguh-sungguh sudah
tiba di tingkat yang tak dapat diukur lagi. Sekarang semua
orang tahu bahwa tadi ia hanya berlagak payah.
Selama pertempuran itu, Cie Jiak belum pernah benar2
mengadu tenaga. Ia hanya berkelahi dari luar lingkaran
tambang. Ia baru menerjang kalau terdapat lowongan dan
baru ia buru-buru melompat mundur jika mendapat
serangan balasan. Cara berkelahi itu segara memperlihatkan
perbedaan antara kepandaiannya dan kepandaian Boe Kie.
Para hadirin lantas saja saling mengutarakan pendapat.
"Kata orang ilmu silat kauwcoe dari Beng kauw tiada
tandingannya di dunia ini! Sekarang aku mengakui, bahwa
nama besar itu bukan nama kosong!"
Kemarin ia sengaja mengalah terhadap Song Hoe jin.
Inilah yang dinamakan laki-laki sejati sungkan berkelahi
melawan wanita." "Bukan begitu! Dahulu Song Hoe jin tunangan Thio
Kauwcoe! Apa kau tak tahu" Ini yang dinamakan golok tua
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih ingat kecintaan lama."
Dan banyak lagi pendapat lainnya.
Sesudah bertempur kira-kira setengah jam lagi, paras
muka ketiga pendeta Siauw lim berubah merah dan jubah
pertapaan mereka jadi melembung, seperti di tiup angin dari
sebelah dalam. Dilain pihak pakaian Boe Kie masih tetap
seperti biasa. Pada waktu itu, Kioe yang Cin khie dalam tubuh Boe


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kie sudah banyak lebih kuat dari pada beberapa waktu
berselang. Kekuatan itu di tambah lagi dengan latihan
pernapasan Thay kek koen yang diturunkan oleh Thio Sam
Hong. Dengan demikian, Boe Kie mempunyai keuletan
luar biasa. Ia masih bisa bertanding satu atau dua jam lagi
tanpa merasa lelah. Inilah keuntungan yang mau digunakan
olehnya. Ia mengambil keputusan untuk bertempur dalam
jangka panjang sampai ketiga lawannya kecapaian.
Ketiga pendeta itu juga tahu kenyataan tersebut. Mereka
mengerti bahwa kelelahan yang lama akan merugikan
pihaknya. Maka itu beberapa saat kemudian, seraya
membentak keras mereka memperhebat serangan! Ketiga
tambang berkelebat seperti kilat dalam macam-macam
serangan dan tenaga. Boe Kie kaget. Ia mengempos semangat dan menyambut
setiap serangan. "Biarpun ilmu silat Cie Jiak luar biasa, ia
belum berlatih cukup sehingga kerja sama dengan dia tidak
bisa menyamai kerja sama dengan Gwa-kong dan Yo Co
soe," pikirnya. Dengan sendirian aku tak akan bisa
mempertahankan diri. Rasanya aku bakal kalah lagi dan
hari ini tidak akan bisa menolong Gie hoe. Hai ! ...
Bagaimana baiknya?" Sebab pikirannya bingung tenaganya lantas saja
berkurang. Ketiga pendeta sungkan menyia-nyiakan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesempatan itu. Mereka menyerang dengan hebatnya. Tiba-
tiba satu ingatan berkelebat dalam otaknya Boe Kie. Ia
ingat kecintaan ayah angkatnya di Pheng hwee to. Ia ingat
bahwa demi kepentingan dirinya orang tua itu rela
menceburkan diri kedalam dunia Kang ouw dan
menghadapi rupa-rupa bahaya. Didetik itu juga ia
mengambil keputusan bahwa apabila sang Giehoe tidak
dapat ditolong, ia sendiri sungkan hidup sendirian didunia
ini. Selagi otaknya bekerja tahu-tahu tambang Touw lan
menyambar punggungnya. Mendadak saja ia mengeluarkan
pukulan aneh. Ia mengangkat tangan kiri, membiarkan
tambang memukul lengan dan memunahkan tenaga
pukulannya itu dengan Kian koen Tay lo ie, berbareng
dengan itu ia menangkis tambang Touw ok dan Touw-ciat
dengan Seng hwee leng yang dicekal dalam tangan
kanannya. Tiba-tiba, bagaikan seekor burung, tubuhnya
melesat keatas dan dengan sekali memutar ditengah udara
ia sudah melibat tambang Touw lan dipohon siong yang
diduduki itu. Itulah perbuatan yang tidak pernah diduga orang.
Sesudah melibat, Boe Kie menarik
tambang itu erat-erat. Tak kepalang kagetnya Touw lan
yang lantas saja menarik tambangnya dengan sekuat tenaga.
Sebagaimana diketahui, batang pohon siong itu telah
dilubangkan oleh ketiga pendeta untuk digunakan sebagai
berduduk. Oleh karena itu biarpun besar, kekuatannya
kurang. Maka itulah begitu ditarik oleh Boe-Kie dan Touw
lan dengan satu suara "krekek," batang itu patah dan
pohonnya roboh. Boe Kie menggunakan kesempatan itu sebaik-baiknya.
Selagi Touw ok dan Touw ciat tertegun, kedua tangannya
mendorong pohon yang diduduki Touw ok, dengan seluruh
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenaganya. Pohon itu kalah kuat dan lantas patah. Dengan
suara ribut kedua pohon itu jatuh menimpa pohon yang
diduduki Touwciat, dan menendang pohon ketiga itu yang
sudah bergoyang-goyang lantas turut roboh.
Keadaan berubah gempar suara dengan robohnya pohon
dicampur teriakan-teriakan para hadirin.
Secepat kilat Boe Kie menimpuk Touw ok dan Touw ciat
dengan kedua Seng hwee leng.
Biarpun kepandaian tinggi, kedua pendeta itu jadi
bingung karena harus menyelamatkan diri dari tindihan
batang pohon dan dari sambaran Seng hwee leng. Dilain
detik Boe Kie menggulingkan diri dan masuk kedalam
lingkaran Kim kong Hok mo coan. Dengan lewat dikolong
batang pohon yang sedang roboh. Dengan sekali
mendorong, ia sudah mengisarkan batu yang menutup
lobang penjara. "Giehoe lekas keluar!" teriaknya. Sebab kuatir ayah
angkatnya menolak, tanpa menunggu jawaban, tangannya
mencengkeram baju orang tua itu dan mengangkatnya
keatas. Pada detik itu, tambang Touw ok dan Touw ciat sudah
menyambar. Buru-buru Boe Kie melepaskan ayah angkatnya, mengambil dua Seng hwee leng dari sakunya
dan menimpuk. Begitu menimpuk, kedua tangannya
menangkap ujung tambang yang menyambar. Baru saja
kedua pendeta itu mau mengerahkan Lweekang untuk
membetot tambang mereka, kedua Seng hwee leng sudah
hampir menyentuh muka. Karena terpaksa, mereka
melepaskan tambang dan melonpat mundur untuk
menyelamatkan jiwa dari timpukan itu.Hampir berbareng
dengan mundurnya Touw ok dan Touw ciat, Touw lan
sudah menerjang dan tangan kirinya menghantam dada Boe
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kie. "Cie Jiak, tahan dia!" teriak Boe kie sambil melompat
kesamping dengan mendukung Cia Soen.
Kalau ia bisa membawa keluar ayah angkatnya dari
kalangan ketiga pohon siong, ia sudah berhasil dalam
usahanya. Cie Jiak kelihatan bersangsi.
"Anakku Boe Kie," kata Cia Soen, "dosaku sangat besar
dan ditempat ini dengan mempelajari kitab suci, hatiku
tenang. Guna apa kau menolong aku?" Sehabis berkata ia
coba memberontak. Boe Kie tahu ayah angkatnya berkepandaian tinggi dan
kalau orang tua itu tak mau pergi ia sukar membantah.
Maka itu ia lantas saja berkata. "Giehoe, anak
mohon.maaf!" Hampir berbareng jari tangannya menotok
beberapa "hiat" hingga Kim mo Say ong tak bisa bergerak
lagi. Karena kelambatan sedetik dua itu, ketiga pendeta sudah
keburu datang dan menyerang. "Lepaskan dia!" bentak
Touw ok. Pukulan ketiga pendeta itu hebat bukan main. Sebelum
pukulannya sampai, tekanan angin sudah menindih dari
empat penjuru. Boe Kie terpaksa melepaskan lagi ayah
angkatnya dan menangkis pukulan itu, "Cie Jiak, lekas
bawa Gi hoe!" serunya. Dengan meng-gerak2kan kedua
tangannya kian kemari, Boe Kie menahan pukulan ketiga
lawannya. Itulah ilmu Kian koen Tay lo ie yang paling
tinggi. Lweekang pemuda itu bergerak-gerak kian kemari
dengan berbareng menahan dan menyedot tenaga pukulan
ketiga pendeta. Dalam menggunakan ilmu itu, Boe Kie
harus mengerahkan seluruh tenaga dalamnya, karena aduan
tenaga ini banyak lebih berat dari pada adu Lweekang satu
lawan satu. Sebab tangkisan itu ketiga pendeta "terikat" dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tak bisa memperhatikan Cia Soen lagi.
Boe Kie tahu bahwa ia tak bisa mempertahankan diri
dalam waktu lama. Tapi ia pun tak memerlukan waktu
yang lama. Begitu lekas Cie Jiak sudah membawa ayah
angkatnya ketempat yang selamat ia bisa berusaha untuk
meloloskan diri. Sekarang Cie Jiak tak bersangsi lagi. Ia melompat
mendekati Cia Soen. "Fui... perempuan hina!..." bentak Kim-mo Say ong. Ia
tak bisa melanjutkan perkataan sebab keburu ditotok "hiat"
dagunya. "Manusia she Cia!" Cie Jiak balas membentak. "Aku
mau menolong, mengapa kau mencaci aku. Dosamu sangat
besar dan jiwamu sekarang berada di tanganku. Apa kau
rasa aku tak bisa ambil jiwamu?" Sehabis berkata begitu ia
mengangkat tangan kanannya, mementang lima jari dan
bergerak untuk menepuk batok kepala Cia Soen.
"Cie Jiak! Jangan...!" teriak Boe Kie dengan suara parau.
Ketiga pendeta Siauw lim sedikitpun tak punya niatan
untuk mencelakai Boe Kie. Tapi pertandingan itu adalah
aduan tenaga mati atau hidup. Kedua belah pihak
menggunakan koat (teori) "menempel" dan sebelum ada
yang kalah, masing-masing sukar melepaskan "tempelan"
itu. Begitu lekas Boe Kie berteriak dengan hati mencelos,
hawa tulennya lantas saja berkurang dan ia lantas saja
merasakan tindihan tenaga lawan yang menyerang
bagaikan gelombang. Cepat-cepat ia mengempos serangan
untuk mempertahankan diri.
Tapi Cie Jiak tidak lantas turunkan tangan. Sambil
melirik Boe Kie ia tertawa dingin. "Thio Boe Kie," katanya.
"Hari itu waktu di kota Hauw coe kau telah meninggalkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku dari upacara pernikahan, apakah kau pernah memikir,
bahwa kau akan menemui kejadian di hari ini ?"
Boe Kie bingung dan karena kebingungan itu, ia
menghadapi bencana. Keringat mengucur dari tubuhnya.
Melihat keadaan Boe Kie, To Siauw, Hoan Yauw, Wie
It Siauw, Hwee Poet Tek, Jie Lian Cioe, In Lie Hong dan
yang lain2 kaget tak kepalang. Mereka adalah orang2 yg
memiliki "gie khie" (rasa persahabatan) yang sangat tinggi.
Untuk menolong Boe Kie mereka rela mengorbankan jiwa.
Tapi mereka tahu, bahwa lweekang mereka kalah jauh dari
orang2 yg sedang bertanding itu. Kalau mereka menyerang,
dengan mudah ketiga pendeta itu menyerang, dengan
mudah ketiga pendeta itu bisa mengalihkan tenaga serangan
ketubuh Boe Kie, sehingga sebaliknya dari membantu
mereka berbalik menekan pemuda itu.
Tong Boen Lian, Cong Wie Hiap dan Siang Keng Cie
dari Khong tong Ngoolo yang pernah ditolong Boe Kie juga
turut bingung. Sekonyong2 diantara kesunyian yang penuh ketegangan,
terdengar seruan Kong tie, "Son-wie Susiok, Thio
Kauwcoe, pernah melepas budi kepada partai kita. Melukai
dia adalah poet-gie melupakan persahabatan. Mohon Sam-
wie Susiok menaruh belas kasihan."
Mendengar seruan itu, orang2 Beng Kauw merasa sangat
berterima kasih. Pada hakekatnya seruan kong tie tidak
berguna dan tidak perlu karena kedua belah pihak tidak bisa
menangkapnya dan karena kedua belah pihat memang
berniat saling mencelakai. Tapi dalam aduan tenaga itu,
mereka seolah2 menunggang harimau dan suka untuk turun
lagi. Tiba2 Wie It Siauw melompat dan tahu2 ia sudah
berhadapan dengan Cioe Cie Jiak. Tapi dalam jarak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setombak ia berdiri terpaku. Jari2 tangan Cie Jiak sudah
hampir menyentuh balok kepala Cia Soen, sehingga kalau
ia bergerak, jari2 tangan itu tentu akan menobloskan batok
kepala. Dan apabila Cia Soen binasa, Boe Kie juga akan
menemui ajalnya. Pada detik itu, seluruh lapangan sunyi senyap bagaikan
kuburan dan semua manusia seperti juga patung batu.
Tiba2 kesunyian dipecahkan oleh suara tertawanya Cioe
Tan yang sambil tertawa berjalan mendekati gelanggang
pertandingan. Yo Siauw terkejut. "Cioe-heng, jangan sembrono!"
teriaknya. Tapi si sembrono tidak meladeni dan berjalan
terus. "Sam-wie Taysoe," katanya seraya tertawa ha ha hi hi
sesudah berhadapan dengan ketiga pendeta itu. "Apa kau
sudah makan daging anjing?" Ia merogoh saku,
mengeluarkan sepotong lutut anjing yang memang sudah
dimasak dan menggoyang2kannya didepan muka Touw
Ok, Cioe Tian adalah seorang yang sangat doyan arak dan
daging. Selama berdiam beberapa lama di Siauw Lim, ia
terpaksa makan makanan cia cay (tidak berjiwa). Kemarin
diam2 ia menangkap seekor anjing dan memasak
dagingnya. Sepotong lutut anjing yang tidak habis, masih
disimpan dalam sakunya. Karena terpaksa ia sekarang
menggunakan lutut anjing untuk memecahkan pemusatan
semangat tiga pendeta itu. Kalau pendeta itu bergusar, Boe
Kie akan mendapat kemenangan. Melihat begitu Yo Siauw
dan kawan2nya jadi girang sekali.
Tapi ketiga tetua Siauw Lim itu tidak menggubris.
Cioe Tian segera memasukkan lutut itu kedalam
mulutnya. "Aduh wangi betul!" katanya. "Samwie Touwee
shio apa kalian tidak mau turut mencoba?" Ia mencabut
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lutut itu dari mulutnya dan lalu menyodorkannya kemulut
Touw Ok. Beberapa orang lantas berteriak2, "Hei! Gila! Mundur
kau"!" Tapi baru saja lutut anjing menyentuh bibir Tauw Ok,
lengan Cioe Tian, begemetar separuh tubuhnya kesemutan
dan makanan itu jatuh ke tanah. Ternyata seluruh badan
Touw Ok diliputi lweekang yg bisa memukul balik setiap
tenaga yang dtg dari luar.
"Aduh! Aduh! Sungguh hebat!" teriak Cioe Tian, "Kalau
kau tak mau makan daging anjing yah sudah saja! Perlu apa
kau melontarkannya sehingga menjadi kotor! Ganti! Hayo
aku minta ganti!" Ia berteriak2 sambil mementang2 tangan.
Tapi ketiga pendeta itu benar2 tinggi ilmunya. Mereka
tetap tak dapat diganggu.
Mendadak si sembrono menghunus golok pendek, "Hei!
Kau dengarlah!" teriaknya. "Apabila kau tetap tak mau


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

makan daging anjing akan mengadu jiwa denganmu."
Seraya berkata begitu ia menggores mukanya sendiri lantas
saja mengucur darah. Semua orang terkesiap tapi ketiga pendeta itu seperti juga
berada di dunia lain. "Sudahlah," teriak pula Cioe Tian dengan suara parau
"Toa hweeshio, jika kau tidak mau ganti daging anjingku
biarlah aku binasa dihadapanmu." Ia mengangkat tangan
dan mengacungkan golok di ulu hatinya.
Itulah Cioe Tian! Seorang gila2an yang berjiwa "tiong
gie" (Setia kepada raja dan sahabat). Untuk menolong
Kauwcoenya, ia reala membunuh diri guna mengacaukan
pemusatan pikiran ketiga pendeta itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada detik terakhir satu bayangan kuning, bayangan
manusia yang menyambar bagaikan kilat berkelebat dan
merampas golok Cioe Tian. Sehabis menolong si sembrono
tubuh orang itu melesat lagi, mementang lima jari tangan
kanan yang lalu ditancapkan kekepala Cie Jiak. Dalam
serangan itu ia menggunakan gerakan yang menyerupai
gerakan Song Ceng Soe, pada waktu pemuda itu
membinasakan tetua kaypang. Waktu diserang jari2 tangan
Cie Jiak hanya terpisah kira2 satu kaki dari batik kepala Cia
Soen. Tapi sebab serangan itu ia datang dengan kecepatan
luar biasa, ia tidak keburu lagi turun tangan jahat terhadap
Cia Soen dna untuk menolong jiwa sendiri, ia terpaksa
lantas saja menangkis. Kekuatan lweekang Boe Kie tidak kalah dari ketiga
lawannya. Ia hanya kalah dalam ilmu, "melupakan segala
apa". Ia belum bisa menulikan kuping dan membutakan
mata terhadap segala sesuatu. Maka itu, ancaman Cie Jiak
terhadap Cia Soen dan gangguan Cioe Tian terhadap ketiga
pendeta telah memecahkan pemusatan pikirannya. Ia sudah
pusing dan beberapa detik lagi ia akan muntah darah.
Syukur beribu syukur pada saat yang sangat berbahaya,
bayangan kuning itu bukan lain daripada nona baju kuning
menolong Cioe Tian dan Cia Soen.
Begitu lekas hatinya mantap, lweekang Boe Kie lantas
saja bertambah, sehingga pertandingan sekali lagi jadi
berimbang. Bertambahnya lweekang Boe Kie tapi sesudah
lweekangnya bertambah, Boe Kie tidak balas menyerang
dan hanya mempertahankan diri. Itulah kesempatan yang
paling baik untuk menyudahi keadaan, "menunggang
harimau" dari kedua belah pihak. Dengan perkataan lain,
perubahan tenaga dalam itu merupakan kesempatan untuk
masing2 menarik pulang lweekang dan menghentikan
pertandingan. Ketiga pendeta itu yang perasaannya dapat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dihubungkan satu sama lain tanpa bicara (secara telepati)
lantas saja menarik pulang sebagian tenaga2 mereka. Boe
Kie girang dan segera menarik pulang sebagian lweekangnya. Demikianlah, sebagian demi sebagian kedua
belah pihak memperkurang tenaga dalam mereka dan kira2
seminuman teh, pertandingan sudah dapat dihentikan.
Keempat jago itu tertawa terbahak2. Boe Kie menyoja
sampai kedua tangannya menyentuh bumi dan ketiga
pendeta itu membalas hormat dengan merangkap kedua
tangan mereka. Ketika itu si baju kuning sudah bertempur hebat dengan
Cioe Cie Jiak. Meskipun Cie Jiak menggunakan dua senjata
dan lawannya bertangan kosong, ia kelihatan keteter. Ilmu
silat si baju kuning menyerupai ilmunya Cie Jia.
Perbedaannya hanya terletak pada cara bergeraknya si baju
kuning lurus bersih, sedang Cie Jiak "sesat bernada iblis".
Kalau mau diperumpamakan, yang satu bagaikan dewi,
yang lain bagaikan memedi. Dengan sekali lirik saja Boe
Kie sudah tahu bahwa si baju kuning lebih unggul dan ayah
angkatanya berada dalam keselamatan. Dalam pertempuran
itu, si baju kuning tidak lantas turunkan pukulan yang
memutuskan dan ia seoalh2 mau mengunjuk kepada
lawannya, bahwa kepandaian lawan itu masih terlalu cetek.
Kalau mau, dalam beberapa gebrakan saja, ia sudah bisa
merobohkan Cie Jiak. "Thio Kauwcoe," kata Touw Ok. "Meskipun kau tidak
bisa mengkan kami bertiga, kami juga tidak bisa
menangkan kau. Cia Kiesoe sekarang kau boleh pergi
kemana suka!" sehabis berkata begitu, ia membuka jalan
darah Cia Soen yang tertotok. "Cia Kie Soe," katanya pula.
"Letakkanlah golokmu dan jadilah manusia yang baik.
Pintu agama Budha terbuka lebar. Didalam dunia tidak ada
manusia yang tidak bisa disebrangkan. Banyak hari kau dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku berdiam bersama2 dipuncak bukit ini. Hal ini juga
merupakan suatu jodoh."
Cia Soen bangun berdiri, "Sang Budha welas asih,"
katanya. "Cia Soen sangat berterima kasih kepada sam wie
taysoe yang sudah memberi petunjuk kejalan terang."
Sekonyong2 terdengar bentakan nyaring dan tahu2 si
baju kuning sudah merampas cambuk Cie Jiak. Sesudah itu
ia menyikut dada lawan yang lanta saja tidak bisa bergerak
lagi. Sambil mementang jari tangan kanannya diatas kepala
Cie Jiak ia membentak, "Aoakah kau ingin rasakan
enaknya Kioe Im Pek Koet Jiauw?"
Cie Jiak meram dan menunggu kebinasaan.
Biarpun kedua matanya buta, Cia Soen tahu apa yang
telah terjadi. Ia maju beberapa tindak dan berkata sambil
menyoja, "Nona sudah menolong jiwa kami ayah dan anak
dan kami merasa berhutang budi. Apabila Cioe Kouw nio
tidak mendusin dan terus melakukan perbuatan2 yg tidak
pantas, ia tentu akan mendapat pembalasan yang setimpal.
Tapi sekarang aku mohon nona suka mengampuninya."
"Kim mo Say ong bisa berubah cepat sekali," kata si baju
kuning sambil melompat mundur.
Boe Kie menghampiri dan mencekal tangan ayah
angkatnya. Baru saja ia mengajak orang tua itu berlalu,
mendadak Cia Soen berkata, "Tahan dulu!" Sehabis berkata
begitu ia menudin salah soerang pendeta tua dari
rombongan Siauw Lim Pay, "Hoek Goen pek lek chioe
Seng Koen, keluar kau!" bentaknya. "Biarlah dihadapan
enghiong kita membuat satu perhitungan!"
Semua orang terkejut dan menengok kearah yang di
tuding Cia Soen. Pendeta itu yang mukanya jelek dan
bongkok punggungnya menggenakan jubah compang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
camping dan sedikitpun tidak menyerupai Seng Koen. Baru
saja Boe Kie mau memberitahukan hal itu kepada ayah
angkatnya, Cia Soen sudah berkata: "Seng Koen, kau bisa
mengubah muka, tapi kau tak bisa mengubah suara. Begitu
mendengar batukmu, aku lantas tahu kau siapa?"
Si tua menyeringai, "Manusia buta, kau jangan bicara
sembarangan!" katanya.
Begitu mendengar suaranya, Boe Kie lantas saja
mengenali bahwa dia itu memang benar Seng Koen. Waktu
berada didalam karung diatas Kong Beng Teng, ia pernah
mendengar pembicaraan manusia jahat itu. Ia lantas saja
melompat dan mencegat jalan mundur musuh besar itu,
"Goan tin Tay soe, Seng Koen Cianpwee," katanya.
"Seorang laki2 harus berani berterus terang. Mengapa kau
menyembunyikan mukamu dri orang banyak?"
Dengan menyamar, banyak tahun Seng Koen bersembunyi di Siauw Lim Sie. Banyak tahun ia mengatur
siasat dan mengumpulkan kaki tangan untuk merebut
kekuasaan. Menurut rencananya, hari ini ia akan mengadu
domba para orang gagah, mencari tahu dimana adanya To
Liong To, membinasakan Cia Soen dan akhirnya merampas
kedudukan Hong thio Siauw Lim Sie, sesudah membunuh
Kong beon dan Kong tie Seng ceng. Tapi diluar semua
perhitungannya, muncullah si baju kuning. Waktu nona she
Yo itu merobohkan Cie Jiak, hatinya mencelos dan tanpa
merasa, ia batuk2 sewajarnya. Apa mau suara batuk itu
didengar dan dikenali Cia Soen.
Melihat Cia Soen memotong jalanan mundurnya, ia tahu
semua rencananya telah hancur. "Para pendeta Siauw Lim
dengarlah!" teriaknya. "Mo Kauw mengacau tempat yang
suci ini dan menghina partai kita. Hajar mereka! Bunuh
mereka!" Kaki tangan Seng Koen lantas saja menghunus
senjata dan bergerak untuk menyerang.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selama beberapa hari Kong tie menahan sabar dan
berduka sangat, sambil memikiri keselamatan suhengnya
yang sudah jatuh kedalam tangan kaum pemberontak.
Sekarang begitu mendengar perintah Seng Koen ia tahu,
bahwa banyak orang akan mengorbankan jiwa. Ia
menganggap, bahwa keselamatan Kong Boen seorang
adalah soal kecil, jika dibandingkan dengan keselamatan
ribuan manusia. Maka itu ia lantas saja berteriak, "Tahan!
Murid2 Siauw lim tidak boleh bergerak. Dengarlah! Kong
boen Hong thio sudah jatuh kedalam tangan pengkhianat
Coan tin. Bekuk dia! Sesudah itu barulah kita menolong
Hong Thio." Dalam sekejap keadaan berubah kalut.
Kaki tangan Seng Koen ciut nyalinya.
Diantara kekalutan, Boe Kie lihat Cie Jiak tetap
berduduk di tanah sambil menundukkan kepala. Ia merasa
tak tega dan lalu menghampiri, akan kemudian coba
membangunkannya. Tapi Cie Jiak mengibaskan tangannya
dan buru2 kembali ke rombongan Go bie pay.
Sementar itu Cia Soen sudah bicara dengan nyaring,
"Segala kejadian yang terjadi di hari ini adalah gara2 Seng
Koen dan aku. Segala urusan, segala hutang piutang
haruslah dibereskan oleh kami berdua, suhu, semua
kepandaianku diberikan suhu, Seng Koen, seluruh
keluargaku dibinasakan olehmu. Kau adalah guruku dan
musuhku. Hari ini kita perhitungan."
Melihat usahanya untuk menjadi Hong thio Siauw Lim
sie sudah gagal, didalam hati Seng Koen lantas saja muncul
lain tipu daya. "Cia Soen banyak dosanya, sehingga jita
tidak bisa mengalahkannya, aku bisa menumplek semua
kedosaan diatas kepadalnya," pikirnya. "Semua kepandaiannya didapat dari aku dan kedua matanya buta.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mustahil aku tidak bisa merobohkannya." Memikir begitu
ia segera membentak, "Cia Soen banyak orang gagah binasa
dalam tanganmu. Hari ini, bersama iblis2 Mo Kauw dan
coba mengacau tempat suci ini. Biar bagaimanapun juga
aku berkewajiban membersihkan rumah tangga itu sendiri
dan menghukum murid durjana," dengan tindakan lebar, ia
lalu menghampiri Cia Soen.
"Para enghiong, dengarlah perkataanku!" teriak Cia
Soen. "Ilmu silat Cia Soen memang didapat dari Seng
Koen. Tapi sebab maksudnya untuk memperkosa istriku
tidak ada kesempatan, Seng Koen sudah membunuh ayah,
ibu, istri dan anakku. Sekarang aku mau tanya, apakah
pantas atau tidak pantas, jika aku mencari dia untuk
membalas sakit hati?"
Pertanyaan itu disambut dengan teriakan bergemuruh,
"Pantas! Pantas!"
Diantara teriakan2 itu Seng Koen, mengirim pukulan
kekepala Cia Soen, Cia Soen mengengos dan "plak!"
pukulan itu jatuh dipundaknya. "Seng Koen," katanya
dahulu, waktu kau mengajar pukulan Tiang Hong Keng
thian (Bianglala membentang langit), kau menggunakan
Hoen Goan It khie kang untuk melukai musuh. Mengapa
kau tidak mengerahkan lweekang itu. Apakah lantaran kau
sudah terlalu tua dan tidak bisa mengeluarkan tenaga itu
lagi?" Memang Seng Koen tidak mengeluarkan Hoan Goan It
khie kang dan sebabnya begini, dia tahu Cia Soen memiliki
kepandaian tinggi, sehingga pukulan pertama itu lebih
banyak pukulan gertakan untuk menjajal2. Diluar dugaan
Cia Soen tidak berkelit. Sebab ia tidak menggunakan
lweekang Cia Soen tidak terluka.
Tanpa mengeluarkan sepatah kata Seng Koen mengirim
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pukulan kedua. Cia Soen hanya mengengos, ia masih
belum membalas. Begitu lekas tangannya memukul angin,
Seng Koen mengirim tendangan berantai yang mampir
tepat dibawah iga. Tendangan itu disertai tenaga dalam yang hebat,
sehingga tubuh Cia Soen bergoyan2 dan muntah darah.
"Gie Hoe, balaslah! Mengapa Gie Hoe tidak mau
membalas?" teriak Boe Kie.
Cia Soen tertawa getir, "Dia guruku," jawabnya.
"Sebagai murid aku pantas menerima satu pukulan dan dua
tendangan." Tiba2 ia mengirim pukulan geledek.
Mereka lantas saja bertempur mati2an. Cia Soen tidak
bisa melihat, tapi bertempur melawan Seng Koen, ia tak
usah menggunakan matanya. Sebagai murid ia paham
semua ilmu silat gurunya. Sesudah pukulan ini, ia tahu
persis pukulan apa yang bakal menyusul. Perbedaan
diantara mereka banyak terletak di tenaga dalam. Cia Soen


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lebih muda belasan tahun sehingga dalam tenaga ia lebih
kuat dan lebih ulet. Diamping itu ia pernah melatih diri di
pulau Peng hwee to yang sangat dingin. Latihan dihawa
yang dingin itu banyak manfaatnya. Maka itulah, sesudah
bertanding kira2 seratus jurus, ia belum jatuh dibawah
angin. Sesudah pertempuran mencapai dua ratus jurus lebih,
sekonyong2 Cia Soen berteriak keras dan mengirim
tinjunya. "Cia siong koen!" seru Siang Cie, tetua Khong tong pay.
Melihat pukulan2 Cia Soen, semua tetua Khong tong
pay kaget tercampur heran. Cit siang dicuri dari Khong tong
pay. Tapi sekarang pukulan2 yang dikeluarkan Cia Soen
banyak lebih dahsyat dari apa yang dapat dikeluarkan oleh
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
para tetua Kong Thong pay sendiri. Begitu lekas Cia Soen
menggunakan Cit siang koen, Seng Koen mundur
berulang2 sehingga saban2 terdengar sorak sorai gegap
gempita. Permusuhan antara guru dan murid itu dan
perbuatan Seng Koen banyak diketahui orang. Maka itu
biarpun Cia Soen banyak dosa nya dan sering membunuh
orang simpati para hadirin masih tetap diberikan kepada
dirinya dan semua mengharap ia bisa mendapat
kemenangan. Sedang orang lain bergirang, Boe Koe kaget dan
berkuatir. "Celaka," ia mengeluh. "Seng Koen menggunakan Siauw Lim Kioe yang kang yang didapatinya
sesudah berguru dengan Kong kian Seng ceng. Gie Hoe
belum mengenal ilmu itu."
Dalam melatih Cit Siang koen tergesa2 Cia Soen
memang sudah mendapat luka didalam. Hal ini diketahui
oleh Seng Koen. Ia berlagak keteter dengan saban2
mengeluarkan Siauw Liom Kioe yang kang. Acap kali Cia
Soen memukul, ia segera menangkis.
Dengan Kioe yang kang, ia memunahkan tujuh bagian
tenaga pukulan itu dan memulangkan yang tiga bagian
ketubuh Cia Soen. Demikianlah, diluar Cia Soen
kelihatannya berada diatas angin, tapi sebenarnya makin
lama lukanya jadi makin hebat.
Bukan main bingungnya Boe Kie. Kesempatan membalas sakit hati sudah dicari2 ayah angkatnya selama
puluhan tahun. Tapi sekarang sesudah mendapat kesempatan itu, sang Giehoe berbalik menghadapi maut. Ia
tahu bahwa dalam puluhan gebrakan lagi, sang ayah angkat
akan muntah darah dan binasa.
"Goan tin," kata Kong tie denga suara dingin. "Apakah
suhengku mengajar Kioe yang kang kepadamu supaya kau
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggunakannya untuk mencelakai manusia?"
Seng Koen tertawa dingin. "In soe binasa dibawah
pukulan Cit sing koen," jawabnya. "Hari ini aku akan
membalas sakit hati In soe!"
"Binatang Seng Koen!" mendadak Tio Beng berteriak.
"Kioe yang kang Kong kian Seng ceng banyak lebih kuat
dari yang dimiliki oleh mu. Mengapa dia tidak bisa tertahan
terhadap cit siang koen" Kong kian Tay soe sudah dicelakai
olehmu. Kaulah yang menipu ia membujuk supaya ia suka
mendamaikan permusuhanmu dengan Cia Tayhiap. Kau
sudah menipu ia, supaya ia suka menerima pukulan2 tanpa
lantas. Huh huh" Lihat! Lihat! Siapa yang berdiri
dibelakangmu dengan muka berlumuran darah. Kong kian
Seng ceng! Ya memang Kong kian Seng ceng yg berdiri
dibelakangmu." Seng Koen tahu bahwa Tio Beng berdusta. Tapi sebab ia
memang berdosa, perkataan2 itu sudah membangunkan
bulu romanya. Tiba2 pukulan menyambar ia menangkis
dan membalas. Tubuhnya bergoyang dan sekali ini ia tidak
mundur. Ternyata dalam rasa seramnya karena mendengar
perkataan nona Tio, ia tidak bisa menggunakan Siauw Lim
Kioe yang kang. Ia merasa darah didadanya bergolak2
buru2 ia menggunakan taktik berlari2 diseputar Cia Soen
sambil menentramkan jalannya pernapasannya.
"Kong kian sengceng, jangan lepaskan dia," teriak pula
nona Tio. "Tiup belakang lehernya. Benar! Kau mati
ditagnan murid, dia juga harus mampus ditangan
muridnya. Ini hal yang dinamakan membayar hutang.
Langit ada matanya."
Jantung Seng Koen berdenyut lebih keras. Tiba2 ia
merasa lehernya ditiup angin. Dipuncak itu memang
banyak angin tapi bagi Seng Koen usapan angin itu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyeramkan hatinya. Melihat perubahan pada sikap Seng Koen, Tio Beng
lantas saja berteriak, "Ha,ha"! Seng Koen, coba kau
menengok dan liaht siapa dibelakangmu! Kau tidak berani"
Lihatlah bayangan hitam diatas bumi. Mengapa diatas
bumi terdapat tiga bayangan manusia sedang yang
berkelahi hanya dua orang."
Mendadak tinju Cia Soen menyambar. Seng Koen tidak
keburu mengerahkan Kioe yankang ia menangkis dengan
lweekang biasa. Begitu kedua tangan kebentrok, tubuh
ketua lawan bergoyang2 dan masing2 terhuyung beberapa
tindak. Sekarang Seng Koen baru mendapat lihat bahwa,
"bayangan manusia" yang ketiga sebenarnya bayangan
batang pohon siong yang patah.
Melihat lihainya si murid, makin lama Seng Koen jadi
makin bingung. Menurut pendapatnya jika ia mau
meloloskan diri, jalan satu2nya ialah menjatuhkan Cia
Soen. Tiba2 bayangan batang pohon memberi ilham
kepadanya. Dengan tindakan tidak bersuara, ia mundur dua
tindak ke arah batang pohon itu. Cia Soen merangsek, dia
mundur lagi. Ia ingin memancing lawan ke pohon itu.
"Giehoe, hati2 dibawah kaki!" teriak Boe Kie.
Cia Soen terkejut buru2 ia melompat kesamping. Tapi
karena keterlambatan itu Seng Koen, mendapat kesempatan
baik. Ia segera mengirim pukulan yang tak bersuara kedada
dan begitu lekas telapak tangannya menyentuh dada, ia
mengeluarkan lweekang yang sehebat2nya hingga tanpa
ampun lagi Cia Soen robih terjengkang!
Dengan girang Seng Koen melompat dan menendang
kepala muridnya. Pada detik terakhir Cia Soen menggulingkan diri dan kemudian melompat bangun.
Mulutnya mengeluarkan darah dan mukanya menakutkan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil berdiri tegak perlahan2 Seng Koen mengirim
pukulannya. Sebagaimana diketahui, Cia Soen menangkis
setiap pukulan dengan menggunakan kupingnya, dengan
mendengari sambaran angin dari pukulan musuh. Serangan
Seng Koen mengirim pukulan yang tak bersuara dan ia tak
berdaya. Sekali lagi ia kena dipukul pundaknya. Ia
menghadapi bencana. Banyak berteriak terian mencaci.
Seng Koen yang licik, tapi manusia itu tidak meladeni.
Pakaian Boe Kie basah dengan keringat. Ia mencekal
tangan Tio Beng dan berkata dengan suara gemetar. "Beng
moay, tolong lekas jalan apa?"
"Asal kau setuju menggunakan senjata rahasia untuk
membutakan kedua mata manusia itu?" tanya nona Tio.
Boe Kie menggelengkan kepala. "Biarpun mesti mati,
Giehoe pasti tak suak aku melakukan perbuatan itu,"
jawabnya. Sementara itu, perlahan2 cuaca berubah gelap.
Tiba2 terdengar teriakan, "Thian kauw makan matahari.
Thian kauw makan matahari."
Boe Kie menengadah. Ia lihat matahari sompelak
separoh. Itulah gerhana matahari. Keadaan berubah kalut
sebagian orang mendongak keatas, sebagian terus menonton pertempuran dan sebagian pula berlutut kearah
matahari sambil manggut2 kepala.
"Bangsat! Seng Koen!" caci Tio Beng. "Kau terlalu jahat,
sehingga Lou hian ya (langit) esndiri tidak bisa
mengampuni kau lagi. Lihatlah! Langit mengunjuk
keangkerannya untuk menumpas kau. Hari ini kau harus
mampus, rohmu akan dilemparkan kegunung golok dan
digodok dalam kuali minyak mendidih dan sepanjang masa
kau tidak akan bisa dilahirkan lagi didalam dunia!"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat perubahan dilangint itu dan makin lama cuaca
makin gelap Seng Koen yang memang sudah goncang
hatinya jadi ketakutan. Ia menyerang mati2an dengan
maksud mencari lowongan untuk kabur kebawah gunung.
Tapi Cia Soen yang bertekad untuk membalas sakit hatinya,
tidak memperdulikan apapun juga dan terus mendesak
sehebat2nya, sehingga ia tak mendapat kesempatan untuk
meloloskan diri. Sekonyong2 terdengar berkokoknya ayam jago dibukit
dan beberapa saat kemudian, seluruh permukaan matahari
sudah ditutup oleh bayangan rembulan. Keadaan berubah
jadi gelap gulita. Ditempat jauh terdengar geram pekik dan
jeritan macam2 binatang buas, di campur dengan
menyalaknya kawanan anjing. Keadaan benar2 menyeramkan. Orang2 yang berada disitu adalah jago2
rimba persilatan, tapi tak urung bulu roma mereka bangun
semua. Gerhana matahari sekali ini memang luar biasa,
langit gelap gulita seperti malam.
Dengan adanya perubahan alam ini Seng Koen yang
matanya terang jadi gelap seperti buta. Dengan hati keder ia
menggunakan siasat mundur, tapi Cia Soen tidka memberi
hati kepadanya. Beberapa saat kemudian ia berteriak
"Aduh!", sebab dadanya kena pukulan Cit siang koen yang
hebat. Tapi memang dia bukan manusia bodoh. Sesudah
kena pukulan hebat, ia mundur dengan mengubah cara
berkelahi. Ia sekarang mengugnakan Siauw kin hanchioe
Siluman Goa Tengkorak 1 Pedang Keadilan Karya Tjan I D Golok Yanci Pedang Pelangi 8
^