Pencarian

Tiga Naga Sakti 15

Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 15


"Mereka bertiga, kakak Gan Beng Han, Tan Bun Hong dan
Kui Eng merupakan tiga orang kakak beradik murid Lui Sian
Lojin dan terkenal sebagai tiga orang pendekar yang gagah
perkasa, bahkan dikenal sebagai Tiga Naga yang mengamuk
seakan-akan baru turun dari angkasa, menggegerkan kota
raja dalam usaha mereka menentang pembesar pembesar
lalim," demikian antara lain ibunya bercerita. Dan diapun
sudah mendengar bahwa sute dari pamannya itu, Tan Bun
Hong, menikah dengan puteri pangeran, akan tetapi karena
dia pernah mengamuk di kota raja bersama dua orang
saudara seperguruannya itu, akhirnya dia ketahuan dan
keluarga isterinya terbasmi semua, dia sendiri gugur dengan
gagahnya. Dan Tan Sian Lun, pemuda yang kini berjalan
dengan kepala tunduk di sampingnya adalah putera dari
pendekar Tan Bun Hong itu!
"Tan-suheng, engkau tentu pandai ilmu silat."
"Ah, sama sekali tidak, adik Wan Cu."
"Hemm, sejak tadi engkau menyebutku moi-moi (adik),
mengapa tidak sumoi (adik seperguruan)?" Wan Cu menoleh
dan menatap wajah itu sambil memandang dengan sinar mata
penasaran. Sian Lun berhenti melangkah dan mereka berdiri saling
berhadapan "Wan Cu moi-moi, maafkan aku kalau aku tidak
berani menyebutmu sumoi, karena sesungguhnya perguruan
kita bersumber lain. Bukankah guru dari ayahmu adalah
Tiong-san Lo-kai tokoh Bu-tong-pai sedangkan guru dari
ibumu adalah Pek I Nikouw tokoh Thai-san-pai " Sedangkan
mendiang paman dan bibi guruku, juga mendiang ayahku
adalah murid murid dari Lui Sian Lojin, bukan dari partai
manapun. Jadi antara perguruan kita tidak ada hubungan,
moi-moi." Yap Wan Cu tersenyum. "Ah, mengapa kau membikinnya
menjadi demikian ruwet" Engkau adalah murid keponakan dari
paman tuaku, jadi untuk mudahnya aku menyebutmu suheng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menyebut kakak seperguruan atau kakak biasa apa sih
bedanya?" Sian Lun juga tersenyum. Gadis ini keras hati dan
pemberani, namun selain ramah dan lincah, juga wataknya
sederhana. "Sebetulnya sih tidak ada bedanya, hanya aku.......
ah, mana aku berani kausebut suheng, padahal engkau
memiliki kepandaian silat yang demikian lihai?"
"Kakak Sian Lun, jangan engkau merendahkan diri.
Menurut penuturan ayah ibuku, di waktu engkau lenyap
sepuluh tahun yang lalu, kabarnya engkau dibawa pergi
seorang sakti. Engkau diajar apa sajakah selama sepuluh
tahun ini ?" "Aku diajar hidup sebagai petani dan sebagai nelayan."
"Ehh ?" Dara itu memandang heran dan mengangkat kedua
alisnya yang kecil hitam dan panjang sehingga Sian Lun
melongo karena terpesona oleh kecantikan wajah dara itu.
"Untuk apakah pelajaran bertani dan menangkap ikan?"
Kini Sian Lun memandang dengan sinar muta tajam dan
sikapnya sungguh - sungguh ketika dia menjawab, "Cu - moi,
menurut kenyataannya, belajar bertani dan belajar
menangkap ikan jauh lebih bermanfaat bagi kehidupan
manusia dari pada belajar ilmu silat! Lihatlah hasil karya dari
para petani dan nelayan! Hasil karya mereka merupakan
kebutuhan hidup dari banyak orang, bukan kebutuhan mereka
sendiri. Betapa semenjak lahir kita telah berhutang budi
kepada para petani dan nelayan. Akan tetapi, apakah hasil
karya dari para ahli silat" Tak lain hanya kekerasan,
permusuhan dan saling bunuh!"
Dara itu mengerutkan alisnya, berpikir keras karena dia
merasa tidak setuju sepenuhnya dengan ucapan pemuda itu.
"Akan tetapi, Lun-ko, kalau semua orang yang jujur dan baik
menjadi petani dm nelayan sedangkan semua orang yang
jahat menjadi ahli silat, habis siapakah yang akan menentang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penindasan dan kejahatan yang dilakukan oleh para penjahat
itu terhadap para rakyat yang lemah" Kalau tidak ada para
pendekar yang ahli silat untuk menghadapi mereka yang
jahat, akan bagaimana jadinya dengan kehidupan ini?"
Sian Lun menarik napas panjang. "Demikianlah
kenyataanya, moi-moi. Betapa banyaknya orang yang
mempergunakan ilmu silat atau kekuatan atau kekuasaan
untuk menindas orang lain sehingga orang-orang yang tidak
suka akan kekerasanpun terpaksa harus mempelajari silat
untuk membela kaum lemah yang tertindas. Memang benar
ucapanmu, ilmu silat, seperti juga ilmu bertani dan mencari
ikan, hanyalah ilmu yang semuanya berguna, tidak baik
maupun buruk sifatnya, karena baik atau buruknya itu
tergantung kepada si manusia yang memiliki ilmu itu. Ilmu
macam apapun di dunia ini, kalau dipergunakan untuk
menyenangkan diri sendiri dan mencelakakan orang lain,
menjadi ilmu jahat dan sebaliknya kalau dipergunakan untuk
menolong orang lain, adalah ilmu yang baik."
Dara itu tertawa dan memandang kepada Sian Lun dengan
girang. "Nah, begitu baru aku setuju, koko ! Jadi, engkau
hanya belajar bertani dan menangkap ikan dari orang sakti
yang membawamu itu" Apakah engkau tidak diberi pelajaran
ilmu silat oleh gurumu" Apakah engkau tidak mempelajari
silat, Lun ko ?" Sian Lun tersenyum. Dia mengangguk dan menjawab
sederhana, "Ada sedikit aku mempelajari ilmu silat, akan tetapi
hanya sedikit, moi - moi."
"Ah, engkau tentu pandai !"
"Tidak bisa dibandingkan denganmu."
"Ah, aku tidak percaya. Lain kali aku akan minta
petunjukmu, koko Sekarang mari kita cepat-cepat pergi ke
Kwan im bio." Setelah berkata demikian, tubuh dara itu
melesat cepat sekali karena dia sudah mempergunakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ginkang untuk berlari cepat ke depan. Sian Lun tersenyum.
Dara itu memang cerdik sekali, dia harus berhati-hati agar
tidak sembarangan mengeluarkan kepandaian kalau tidak
terpaksa sekali, sesuai dengan ajaran dan sikap mendiang
gurunya. Maka begitu melihat Wan Cu berlari cepat yang dia
tahu adalah akal dara itu untuk menguji kepandaiannya, atau
setidaknya menguji ginkangnya, diapun berlari cepat akan
tetapi tanpa mempergunakan ilmunya, hanya lari cepat biasa
saja mengandalkan kekuatan kedua kakinya. Tentu saja dia
tertinggal jauh sekali oleh dara yang larinya seperti kijang
cepatnya itu! Sebentar saja tubuh dara itu telah berkelebat
dan lenyap di sebuah tikungan jalan.
Ketika Sian Lun tiba di tikungan itu, dia tidak melihat Wan
Cu, akan tetapi dia menahan senyum ketika tiba tiba tubuh
dara itu berkelebat dari atas pohon, menyambar turun ke
depannya seperti seekor burung garuda! Dara itu memang
lincah dan memiliki ginkang yang lumayan dan agaknya kini
sedang memamerkan kepandaiannya kepadanya.
"Ah, engkau membuat aku kaget saja, moi-moi ! Larimu
cepat sekali !" Wajah cantik itu berseri gembira, matanya bersinar sinar,
akan tetapi mulut yang manis itu tersenyum dan berkata
merendah, "Ah, larimu juga cepat, koko." Kini mereka berjalan
berdampingan dan Wan Cu tidak lagi mempergunakan ilmu
lari cepat, juga tidak lagi bertanya tentang ilmu silat karena
dia merasa sudah cukup menguji tadi. Pemuda ini mungkin
hanya mempelajari sedikit saja ilmu silat !
Akhirnya tibalah mereka di Kuil Kwan-im-bio yang sunyi
letaknya di luar kota itu. Akan tetapi dari jauh saja Sian Lun
sudah memandang dengan hati tegang. Jantungnya berdebar
ketika dia mengenal beberapa orang berada di depan kuil itu.
"Ah, agaknya nenek guru sedang menghadapi tamu !" Wan
Cu berseru dan tiba-tiba dia merasa lengannya dipegang
orang dan ketika dia menoleh, terheranlah dia melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketegangan membayang di wajah pemuda yang biasanya
tenang itu, "Ada apakah, Lun ko ?"
"Mereka........ mereka adalah orang-orang yang kuceritakan
itu, dari kuil rusak itu......."
"Ah, jadi mereka telah tiba di sini" Bagus, mari kita cepat
membantu nenek......."
Sian Lun hendak mencegah, akan tetapi dara itu sudah
cepat meloncat ke depan dan berlari cepat sehingga terpaksa
Sian Lun juga mengikutinya dari belakang.
Memang benar dugaan Sian Lun, Nampak Tai-lek Hoat-ong
atau Tayatonga, tokoh Khitan raksasa bongkok itu telah
berada di situ, bersama Sin Beng Lama dari Tibet, dan dua
orang tokoh Beng-kauw, yaitu Ui bin Sai-kong dan Hek bin
Sai-kong ! Dan di fihak Kuil Kwan- im-bio nampak seorang
nikouw tua dan seorang kakek pengemis bersama beberapa
orang nikouw Kwan-im-bio yang memandang dengan alis
berkerut. Sian Lun dapat menduga bahwa nikouw tua itu tentulah
Pek I Nikouw, karena selain sudah tua juga pakaiannya serba
putih, sesuai dengan julukannya, yailu Pek I Nikouw ( Peudeta Wanita Baju Pulih) Sedangkan kakek berpakaian
pengemis itu agaknya adalah Tiong-san Lo-kai!
Pada saat Wan Cu dan Sian Lun tiba di situ, terdengar Hekbin Sai kong yang mukanya hitam penuh brewok berkata
nyaring, "Bagus sekali, Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai!
Ayah bunda gadis itu adalah murid kalian ! Kami adalah orangorang yang tahu aturan, maka kami tidak mau berurusan
dengan mereka, melainkan langsung mendatangi kalian untuk
minta pertanggungan jawab kalian. Gadis cucu murid kalian
itu telah menghina kami, menghina Beng - kauw, oleh karena
itu Beng kauw minta pertanggungan jawab kalian! "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebelum Pek I Nikouw atau Tiong san Lo-kai menjawab,
terdengar Wan Cu yang sempat mendengar ucapan tokoh
Beng-kauw itu sudah berseru nyaring sekali. "Memang aku
yang berbuat dan aku yang bertanggung jawab! Aku yang
menghajar tiga orang kurang ajar itu, dan kalau ada orang
lain hendak membela penjahat-penjahat hina itu, majulah, aku
Yap Wan Cu tidak takut menghadapinya !"
"Wan Cu, apa yang telah kaulakukan?" Hampir berbareng
kakek dan nenek itu menegur.
"Harap ji-wi tidak menanggapi omongan mereka ini, teecu
telah menghajar tiga orang laki-laki hina yang telah berani
bersikap kurang ajar kepada teecu di depan Kuil Hok Tek Ceng
Sien di depan banyak orang. Teecu tidak tahu mereka itu
murid-murid Beng-kauw atau murid dari neraka, yang teecu
ketahui hanya bahwa mereka itu hendak kurang ajar kepada
teecu, maka teecu menghajar mereka. Masih baik teecu tidak
membunuh mereka. Kalau sekarang ada antek antek mereka,
atau guru-guru mereka, datang hendak membela, teecu akan
menghadapinya!" "Bagus! Bocah sombong, kau majulah!" Hek-bin Sai-kong
sudah meloncat ke depan dan begitu kedua tangannya
bergerak, terdengar suara berkerotokan!
''Siapa takut padamu !" Wan Cu juga meloncat ke depan.
"Wan Cu, mundur kau !" Pek I Nikouw membentak, akan
tetapi dasar dara itu luar biasa tabahnya, dia meloncat sambil
menyerang dengan pukulan keras ke arah muka Hek-bin Saikong!
"Plak-plak!" Tubuh dara itu terlempar ke belakang dan dia
tentu sudah roboh terjengkang kalau saja tidak secara
kebetulan dia terlempar ke arah Sian Lun dan menabrak
pemuda ini yang sudah cepat menangkap lengannya.
"Dia lihai sekali, Cu moi........." Sian Lun berbisik, akan
tetapi dara itu memang keras kepala. Dengan marah sekali dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencabut pedangnya dan tanpa memperdulikan bujukan Sian
Lun dan teguran Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai, dia
sudah menerjang ke depan, menyerang Hek-bin Sai-kong
dengan pedangnya. Kedua tangan pendeta muka hitam itu bergerak dan tahutahu nampak dua sinar berkelebat. Kiranya dia sudah
mencabut keluar sepasang pedangnya dan dua kali pedang itu
berkelebat, terdengar suara berdencing nyaring dibarengi
teriakan Wan Cu karena kalau dia tidak membuang tubuh ke
belakang, hampir saja ujung pedang lawan menggores
mukanya!. Wajah dara itu menjadi pucat sekali dan pada saat
itu Pek I Nikouw sudah meloncat ke depan dan menarik
lengan Wan Cu, lalu mendorongnya ke belakang. "Apakah
engkau sudah bosan hidup" Mundurlah dan jangan ikut
campur !" Wan Cu tidak membantah lagi karena maklumlah dia
bahwa fihak lawan terlalu lihai sehingga bukan lawannya,
maka dia lalu mundur dan berdiri di dekat Sian Lun sambil
menyimpan pedangnya. "Benar, dia lihai sekali ......" bisiknya
kepada pemuda itu, tidak tahu betapa pemuda itu masih
berdebar tegang dan betapa pemuda itu tadi sudah siap siap,
menegang seluruh urat syarafnya karena siap untuk
menyelamatkannya apa bila saikong itu menurunkan tangan
kejam ! "Omitohud, agaknya anda benar-benar mendesak kami!"
Pek I Nikouw berkata sambil melangkah maju menghadapi
Hek-bin Sai-kong. "Sebenarnya, apakah yang kalian kehendaki
?" "Pek I Nikouw, cucu muridmu adalah cucu dari Yap taijin,
dan sudah berani menghina murid kami yang bernama Ma
Siok, bahkan tadi telah berani menyerangku pula. Kalau tidak
ingat bahwa dia itu seorang anak-anak, apakah dia masih
dapat bernapas sekarang" " Hek-bin Sai-kong berkata. "Bukan
hanya urusan pribadi yang membuat kami ditang, melainkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena penghinaan itu berarti penghinaan terhadap Bengkauw oleh seorang cucu pembesar dan cucu muridmu. Oleh
karena itu, maka aku dan teman-teman datang untuk
menantang engkau dan Tiong-san Lo-kai sebagai kakek guru
dan nenek guru dara itu !"
"Ha-ha ha, bagus sekali, sejak kapankah orang orang Bengkauw menarik bantuan seorang pendeta Lama dari Tibet dan
seorang tokoh Khitan" Apakah sejak tersiar desas desus
bahwa Beng-kauw bersama orang-orang Tibet dan Khitan
sedang bergerak hendak memperebutkan kedudukan" " Tiba
tiba Tiong-san Lo-kai yang sejak tadi diam saja berkata
dengan tertawa dan menir|ck.
Dengan alis berkerut Tai-lek Hoat-ong bertanya kepada
Hek-bin Saikong, "Hek-bin Sai-kong, siapakah jembel tua ini ?"
"Hemm, Tai-lek Hoat-ong, namamu sudah kukenal karena
selamu beberapa tahun ini engkau sudah banyak melakukan


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hal-hal yang menggemparkan. Engkau mau mengenal jembel
tua bangka ini" Aku adalah Tiong-san Lo-kai."
"Aha, inikah orangnya" " Hanya demikian Tai-lek Hoat-ong
berkata, sikapnya menghina sekali.
"Terserah apa yang kalian katakan, Pek I Nikouw din Tiongsan Lo-kai ! Kami datang berempat dan kalau kalian merasa
takut, hayo cspat ajak cucu murid kalian itu berlutut dan minta
ampun kepada kami, juga memenuhi syaratku seperti kalau
kalian kalah dalam pertandingan melawan kami."
"Hemm, kalau kami takut atau kalah, apakah syaratmu?"
Pek I Nikouw bertanya, suaranya masih halus karena nikouw
ini memang sabar sekali. "Syaratnya, adalah pengikatan kekeluargaan. Nona ini
harus menjadi isteri muridku yang jatuh cinta kepadanya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jahanam busuk ! Lebih baik aku mampus!" Wan Cu sudah
menjerit dan tangan kanannya bergerak. Sinar kecil dari
jarum-jarum halus menyambar ke arah Hek bin Sai kong
Itulah jarum-jarum amat terkenal dari Pek I Nikouw yang telah
dipelajari dara itu dari ibunya, yaitu jarum-jarum Cai-li Toat
beng ciam, semacam jarum pencabut nyawa yang luar biasa
ampuhnya. "Huhh.......!" Hek - bin Sai - kong cepat menggerakkan
tangannya dan lengan baju yang lebar itu menyampok, akan
tetapi dengan terkejut dia terpaksa menarik tubuh atas ke
belakang karena masih ada jarum yang lewat dan mengancam
mukanya. Dia terkejut sekali dan marahlah saikong ini. Akan
tetapi sebelum dia dapat menyerang Wan Cu, Pek I Nikouw
telah meloncat ke depannya sambil menghadang dan
membelakangi cucu muridnya.
"Hek-bin Saikong, pinni (aku) terima tantanganmu! " kata
Pek I Nikouw dengan sikap tenang. "Akan tetapi, kalian tidak
boleh membawa-bawa nona ini! Biarlah kalau pinni dan Tiongsan Lo-kai kalah, kalian boleh melakukan apa saja terhadap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami, sebaliknya kalau kalian kalah, kalian harus cepat pergi
dan tidak boleh mengganggu wilayah An kian lagi.
Bagaimana?" "Bagus, terima saja, Hek-bin Sai-kong," terdengar Tai-lek
Hoat-ong berkata dan Hek-hin Sai-kong mengangguk.
"Baik, Pek I Nikouw, kami menerima taruhanmu!"
Dari jawaban ini dan sikap saikong itu, tahulah Pek I
Nikouw dan Tiong-san Lo-kai bahwa yang sesungguhnya
menjadi pemimpin dari empat orang itu adalah orang Khitan
ini. "Nikouw tua, biarkan aku yang maju menghadapi mereka!"
Tiong-san Lo-kai yang diam-diam merasa penasaran itu
berseru. "Tidak, Lo kai. Pinni adalah penghuni kuil ini dan menjadi
nyonya rumah, engkau adalah tamu, sungguhpun kita berdua
yang ditantang, akan tetapi pinni biarkan maju dulu. Kalau
pinni kalah barulah engkau yang maju!" bantah Pek I Nikouw.
Memang pada waktu itu, secara kebetulan saja Tiong-san Lokai berkunjung ke Kuil Kwan-im-bio dalam perjalanannya
menuju ke An-kian untuk menengok muridnya, yaitu Yap Yu
Tek. Dan ucapan nikouw tua itupun bukan tanpa alasan,
karena dia maklum bahwa ilmu kepandaian kakek pengemis
itu masih lebih tinggi setingkat dibandingkan dengan
kepandaiannya, maka sebaiknya dia yang maju lebih dulu dan
kalau dia terdesak oleh lawan, baru kakek pengemis itu yang
turun tangan. Pada saat itu, Sian Lun sudah melangkah maju dan
memberi hormat kepada Pek I Ni-kouw dan Tiong-san Lo-kai
sambil berkata, "Ji-wi locianpwe, harap ji-wi suka mengijinkan
teecu untuk mewakili ji-wi menghadapi mereka ini."
Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai memandang dengan
heran kepada pemuda itu Mereka tadipun sudah melihat
bahwa cucu murid mereka datang bersama pemuda asing ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan kini mendengai bahwa pemuda itu minta persetujuan
mereka untuk mewakili mereka menghadapi empat oiang
lawan yang amat tangguh itu, mereka tentu saja terkejut dan
terheran. "Siapakah tuan muda ini?" tanya Pek I Nikouw kepada Wan
Cu. Wan Cu sendiri terkejut mendengar permintaan Sian Lun
dan hatinya terasa hangat karena kagum dan senang
mendengar pemuda itu membela nenek dan kakek gurunya.
Sikap pemuda itu dianggapnya gagah berani dan ini amat
mengagumkan hatinya, walaupun dia merasa lucu betapa
seorang seperti Sian Lun ini berani menghadapi orang-orang
yang demikian lihainya sehingga dia sendiri saja sama sekali
tidak berdaya menghadapi saikong itu, apa lagi yang lain,
yang kelihatan juga amat aneh dan tentu lihai sekali. Sikap
Sian Lun itu membuatnya bangga, maka tanpa ragu-ragu dia
lalu berkata, menjawab pertanyaan Pek I Nikouw
memperkenalkan, "Dia adalah Tan Sian Lun suheng!"
Jawaban ini membuat empat orang lawan itu diam-diam
memandang rendah. Apa artinya pemuda itu kalau hanya
suheng dari nona muda ini, pikir mereka. Ditambah sepuluh
orang lagi seperti pemuda itupun mereka tidak akan takut.
Akan tetapi Pek I Nikouw dan Tiong-sin Lo-kai memandang
dengan alis berkerut dain tentu saja mereka tidak dapat
meluluskan permintaan itu.
"Suhengmu dari mana......?" Pek I Nikouw bertanya lagi
karena kalau cucu muridnya ini mempunyai seorang suheng,
tentu dia mengenalnya, akan tetapi dia merasa tidak pernah
jumpa dengan pemuda ini. "Dia adalah murid keponakan dari mendiang paman Gan
Beng Han." "Omitohud........ dia yang dulu dibawa pergi oleh seorang
locianpwe........?" Pek I Nikouw memandang kepada Sian Lun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang hanya mengangguk lalu menundukkan mukanya karena
dia tidak ingin bicara tentang gurunya.
Akan tetapi, melihat bahwa Sian Lun masih amat muda, di
dalam hatinya Pek I Nikouw dan Tiong san Lo-kai tentu saja
sangsi apakah orang semuda ini boleh diandalkan untuk
menghadapi lawan-lawan yang mereka tahu amat lihai. Dan
urusan ini sama sekali tidak menyangkut diri pemuda itu,
maka tentu saja mereka tidak mau membiarkan pemuda itu
terancam bahaya. Apa lagi pemuda itu bukan merupakan
murid segolongan, maka amat tidak baik menyeretnya ke
dalam bahaya sehingga melibatkan perguruan atau partai lain
ke dalam urusan pribadi. "Terima kasih atas kesediaanmu, sicu, akan tetapi biarlah
pinni dan Lo kai yang akan menghadapi mereka, tua sama
tua," kata Pek I Nikouw yang kemudian menghadapi empat
orang kakek itu dan berkata, "Nah, siapakah yang akan
memberi petunjuk kepada pinni ?"
Agaknya di antara empat orang penantang itu sudah ada
persepakatan, karena tiba-tiba pendeta Lama itu sudah
melangkah maju menghadapi Pek I Nikouw dan mengangkat
kedua tangan memberi hormat. "Siancai, pinceng mendapat
kehormatan untuk melayani Pek I Nikouw, ketua Kwan-im-bio
yang terkenal itu! Karena di fihak kalian ada dua orang yang
maju, maka fihak kamipun akan maju dua orang, yaitu
pinceng sendiri dan Tai lek Hoat-ong."
Pek I Nikouw memandang calon lawan ini dengan penuh
perhatian. Dia hanya pernah mendengar nama Sin Beng
Lama, satu di antara para pendeta Lama dari Tibet yang
berkeliaran di daratan besar, dan yang namanya terkenal di
dunia kang-ouw sebagai seorang yang berilmu tinggi, dan
kabarnya Sin Beng Lama ini adalah murid kepercayaan dari
tokoh besar Tibet yang berjuluk Ba Mou Lama, yaitu ketua
Lama Jubah Merah. Pendeta ini usianya lima-puluh lebih,
bertubuh tinggi kurus dan nampaknya masih kuat, pakaiannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sederhana dan jubahnya berwarna merah, sepatunya berlapis
baja dan di pinggangnya sebelah kiri terselip sebatang tongkat
kuningan yang kecil dan tidak begitu panjang, hanya
sepanjang sebatang pedang biasa. Melihat sepatu itu, Pek I
Nikouw menduga bahwa lawan ini agaknya seorang ahli
tendangan, maka dia mencatat dugaan ini di dalam hatinya.
"Baik, majulah, Sin Beng Lama!" Pek I Nikouw berkata
halus dan nenek tua ini sudah memasang kuda kuda setelah
dia membalas penghormatan Lama itu.
"Lihat serangan!" Sin Beng Lama berseru keras dan dia
mulai menyerang dengan pukulan menyilang. Dua orang ini
kelihatan sungkan sungkan Karena mereka berdua adalah
pendeta-pendeta yang berjubah pendeta pula, biarpun bukan
segolongan namun setidaknya mempunyai aliran yang sama.
Pek I Nikouw adalah seorang nenek yang sudah tua, tidak
kurang dari tujuhpuluh tahun, usianya dan pada dasarnya
nikouw ini tidak menyukai kekerasan sungguhpun dia
merupakan seorang tokoh Thai-sin pai tingkat dua yang
berilmu tinggi. Sudah bertahun-tahun dia tidak pernah
bertempur, bahkan dia lebih tekun memperhatikan persoalan
batin dari pada ilmu silat, maka boleh dibilang dia kurang
latihan. Selain itu, juga tenaganya sudah banyak berkurang,
maka kini sekali bertanding menghadapi seorang lawan yang
lihai, maka tahulah dia bahwa dia menghadapi bahaya. Melihat
cara lawan menyerang dengan ganas, tak tertahankan lagi dia
berseru sedih, "Omitohud........!" dan meloncat ke belakang
untuk menghindarkan diri. Hatinya bersedih mengingat bahwa
dia harus berkelahi melawan seorang pendeta pula !
Memang sesungguhnya amat menyedihkan melihat
kenyataan betapa kekerasan tak pernah meninggalkan
manusia, atau lebih tepat lagi manusia tak pernah dapat
terbebas dari kekerasan, biarpun dia telah memiliki
pengetahuan bertumpuk-tumpuk dan telah mengusahakan
sedapat mungkin untuk menjadi orang baik, menjadi pendeta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau bahkan pertapa! Jelaslah bahwa kebersihan manusia
tidak dapat diukur dari kedudukan, usia, bangsa, agama
ataupun kepercayaan. Apa lagi diukur dari pakaian yang
membeda-bedakan manusia sebagai karyawan, usahawan,
seniman, sarjana, pendeta dan sebagainya lagi itu. Yang
menentukan adalah tindakan yang merupakan pelaksanaan
dari pada keadaan batin setiap orang, dan keadaan batin ini
hanya diketahui oleh diri sendiri masing-masing ! Oleh karena
itu, yang dapat membersihkan batin, membebaskan batin,
hanyalah diri sendiri belaka ! Dan pembersihan ini baru
mungkin terjadi apa bila kita masing-masing mengenal diri
sendiri, mengenal diri sendiri yang penuh dengan keinginan,
ingin senang, ingin baik, ingin berhasil, ingin "maju", ingin
melebihi orang lain dalam segala-galanya, dan seribu satu
macam keinginan lagi, mengenal diri sendiri yang penuh
dengan kemunafikan, kepalsuan, kebencian, iri hati,
permusuhan, rasa takut, dan sebagainya. Kitalah yang dapat
mengenal diri sendiri, dengan mengamatinya Setiap saat,
mengamati gerak-gerik jasmani kita, mengamati gerak-gerik
hati dan pikiran kita. Tanpa mengenal kekotoran yang melekat
pada diri sendiri, mana mungkin timbul pembersihan" Kita
selalu menganggap bahwa kita adalah orang yang paling
bersih, paling baik, dan dengan demikian kita tenggelam ke
dalamkepalsuan ini dan yang kotor menjadi tetap kotor,
bahkan menjadi semakin kotor !
Demikian pula dengan halnya Pek I Nikouw. Dia berduka
melihat orang lain menggunakan kekerasan, tanpa menyadari
bahwa tanggapannya terhadap kekerasan orang lainitupun
merupakan kekerasan yang tidak ada bedanya! Mungkin,
seperti yang kita lakukan kalau kita menghadapi kekerasan
orang lain dengan ke kerasan pula, Pek I Nikouw akan
beranggapan bahwa dia mempergunakan kekerasan demi
membela kebenaran! Inilah senjata kita yang selalu kita
pergunakan untuk membela diri sendiri, untuk mcmbenarkan
diri sendiri, untuk mencarialasan mengapa kita melawan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengapa kita menggunakan kekerasan. Kita selalu
beranggapan bahwa kita marah, kita keras, karena kita
membela kebenaran! Kita sama sekali tidak mau memandang
diri sendiri sehingga nampak jelas bahwa MARAH, BENCI,
BERKERAS itu sendiri sudah TIDAK BENAR! Namun kita pakai
untuk membela kebenaran! Kebenaran siapa"Tentu saja
kebenaran kita sendiri yang boleh saja kita selimuti dengan
umum kebenaran agama, bangsa, golongan dan lain-lain lagi
yang hanya merupakan pengluasan saja dari pada kebenaran
UNTUK AKU. Kita lupa bahwa kalau kita sudah menentukan
suatu kebenaran untuk diri sendiri sendiri, maka sudah tentu
fihak lawan kitapun memiliki ketentuan suatu kebenaran untuk
dirinya sendiri. Maka terjadilah perang kebenaran, perebutan
kebenaran dan sudah jelas dapat kita lihat bersama bahwa
kebenaran yang diperebutkan itu sesungguhnya BUKANLAH
KEBENARAN ADANYA. Semenjak sejarah dicatat manusia, selalu manusia
berenang dalam lautan kekerasan. Kita menyamakan diri
dengan hal-hal yang kita anggap lebih tinggi dari pada kita.
Melihat diri kita sendiri yang tidak berarti, yang tidak abadi,
maka kita suka melekatkan diri kepada yang kita anggap lebih
besar, seperti bangsa, agama, partai, golongan, keluarga, dan
lain-lain di mana kita mengharapkan akan dapat
"membonceng" untuk mengisi kekosongan dan kedangkalan
diri kita sendiri. Maka terjadilah perpindahan kekerasan. Kalau
tadinya kita memberatkan "aku" masing masing dan menjadi
marah, membenci dan sebagainya kalau aku diganggu, maka
kini terjadi perpindahan atau bahkan pengluasan si "aku" yang
menjadi "negaraku, bangsaku, agamaku, partaiku, golonganku" sehingga marahlah kita kalau semua itu
diganggu. Bahkan ada yang mengesampingkan dirinya sendiri,
seperti para pendeta dan pertapa, tidak akan marah kalau
dirinya diganggu, akan tetapi awas, jangan mengganggu
agamanya atau golongannya, karena kalau itu diganggu, dia
akan marah dan menggunakan kekerasan ! Padahal,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
golonganku, partai ku, bangsaku dan sebagainya itu hanya
merupakan pengluasan dari pada si aku itu juga!
Dapatkah kita hidup bebas dari segala ikatan, segala
pelekatan, segala penyamaan diri bebas dari si aku dengan


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segala bentuknja dan pengluasannya yang penuh dengan
pengajaran kesenangan sehingga menimbulkan kebenaran
sendiri-sendiri dan akibatnya menimbulkan konflik dan
pertentangan" Karena terus diserang dan didesak oleh lawannya, akhirnya
Pek I Nikouw juga membalas serangan serangan lawan
dengan serangan-serangan maut dan pukulan-pukulannya
yang kelihatannya lemah lembut namun sesungguhnya
mengandung tenaga sinkang yang murni dan masih kuat di
samping ketepatan sasaran yang disambar oleh jari - jari
tangannya yang kecil, yaitu bagian bagian yang mematikan.
Tiba-tiba terdengar Sin Beng Lama mengeluarkan bentakan
nyaring dan terus-menerus. Kiranya dia telah mempergunakan
ilmu tendangannya dan kedua kaki yang terbungkus sepatu
berlapis baja itu sudah menyambar bertubi-tubi dan saling
susul kiri dan kanan- Hebat sekali tendangan - tendangan itu
karena selain cepat dan kuat, juga datangnya secara tidak
terduga duga. Agaknya kedua kaki pendeta Lama ini dapat
melancarkan tendangan diri segala macam posisi. Agak repot
juga Pek I Nikouw menghadapi serangkaian tendangan ini.
Akan tetapi setelah terancam bahaya, nikouw tua ketua Kwanim-bio yang memang memiliki dasar ilmu silat murni dari Thaisan-pai ini, mendapatkan kembali ketenangannya dan pulih
kembali kelincahannya yang dahulu, secara otomatis tubuhnya
bergerak dan mengulur langkah-langkah Thai-san sin-po
sehingga akhirnya lawannya sendiri yang terengah-rngah
kehabisan tenaga karena melakukan tendangan lebih
membutuhkan dan menghamburkan tenaga dari pada pukulan
tangan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lihat senjata!" Tiba-tiba pendeta Tibet itu berseru dan
nampak sinar kuning berkelebat. Kiranya dia telah mencabut
tongkat kuningan dan menggunakan senjata ini untuk
melakukan totokan ke arah leher lawan.
Terkejutlah Pek l Nikouw karena nyaris di terkena totokan
maut itu. Cepat dia membuang tubuhnya yang tua ke
belakang dan karena dia meragukan kelincahan tubuhnya
yang sudah tua, dia tidak berani berjungkir balik seperti ketika
masih muda, melainkan terus menjatuhkan diri ke belakang
lalu bergulingan menyelamatkan diri dari pengejaran tongkat.
Ketika dia meloncat berdiri, seorang nikouw yang membawa
pedangnya telah melemparkan pedang itu ke arah Pek I
Nikouw yang cepat menyambar gagang pedangnya. Timbul
kembali semangat Pek I Nikouw setelah merasakan gagang
pedangnya di tangan. Melihat lawan sudah menerjang lagi, dia
memutar pedangnya dan segera pedang itu lenyap bentuknya,
berobah menjadi gulungan sinar yang indah sekali karena
nenek ini telah mainkan ilmu pedang Thai san-pai yang sudah
terkenal keindahannya, yaitu Ngo-lian Kiam-hoat (Ilmu Pedang
Lima Teratai). Berkali-kali terdengar suara berdencing nyaring
kalau pedang bertemu dengan tongkat kuningan dan yang
nampak hanya dua gulungan sinar putih dan kuning, diseling
muncratnya bunga api yang berpijar.
Diam - diam Wan Cu merasa khawatir dan terkejut sekali.
Baru sekarang dia melihat betapa sikapnya tadi amat lucu dan
memalukan. Sedangkan nenek gurunya saja agaknya tidak
mudah mengalahkan seorang lawan, apa lagi dia sebagai cucu
murid Pek I Nikouw" Dan dia tadi membuka mulut besar
menantang mereka! Dan Sian Lun juga menawarkan diri untuk
mewakili nenek dan kakek sakti itu untuk menghadapi lawan!
Wan Cu mengerling ke samping dan melihat betapa wajah
pemuda itu tetap biasa dan tenang saja, sungguhpun pandang
mata pemuda itu mengikuti jalannya pertandingan dengan
penuh perhatian. Huh, mana kau bisa tahu bagaimana
jalannya pertandingan, pikir Wan Cu. Dia sendiri tidak dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat jelas bagaimana jalannya pertandingan antara nenek
gurunya dan lawannya, karena gerakan pedang dan tongkat
itu begitu cepat sehingga gulungan sinar putih dan kuning itu
menjadi satu dan menyilaukan mata.
"Lun - ko, untung engkau tadi tidak diperbolehkan
mewakili, kalau engkau jadi maju, sungguh berbahaya
bagimu. Lama itu terlalu lihai!" bisik Wan Cu untuk
membuyarkan perhatian Sian Lun karena dia merasa
penasaran melihat pemuda itu pura-pura tertarik melihat
pertempuran yang terlampau cepat sehingga sukar diikuti
pandang mata itu. "Hemm" Oh, ya, dia lihai sekali........" jawab Sian Lun yang
hanya menengok sebentar 1alu memandang lagi ke depan.
"Uh, jangan pura - pura pandai kau," pikir Wan Cu,
mendongkol juga karena pemuda itu seolah-olah tidak
memperhatikan dia, agaknya lebih tertarik menonton
pertandingan yang tak mungkin dapat diikutinya itu dari pada
memandang kepadanya. "Kalau engkau yang maju, apakah kau mampu melawannya
dan dapat bertahan lebih dari duapuluh jurus?" tanyanya lagi
memancing, maksudnya untuk membikin pemuda itu malu
karena dia makin mendongkol.
"Ahh......... " Mungkin........ tidak mampu akan tetapi yang
jelas, Pek I Nikouw akan menang....... "
"Apa ........ " Bagaimana kau tahu........" "
Akan tetapi pada saat itu terdengar suara berdencing
nyaring, disusul suara pendeta Tibet itu memekik kesakitan,
tongkatnya terlepas dan dia meloncat ke belakang, tangan
kanan yang tadi memegang tongkat berdarah karena tergores
pedang. Biarpun pendeta ini tidak tcrluka parah, namun jelas
bahwa dia sudah tidak mungkin bertanding lagi karena tangan
kanannya tidak dapat memainkan senjata dengan baik.
Melihat lawannya mundur dan memandang tongkat yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terlempar ke atas tanah dengan muka pucat, Pek l Nikouw
cepat melemparkan pedangnya kepada seorang nikouw, lalu
mengambil tongkat itu dan menyerahkan kepada Sin Beng
Lama. "Terima kasih bahwa Sin Beng Lama suka mengalah
terhadap pinni," katanya halus. Sin Beng Lana menyambar
tongkatnya dengan tangan kiri, lalu membalikkan tubuh dan
kembali kepada rombongannya. Pada saat itu menyambar
angin keras dan tubuh Tai-lek Hoat ong yang tinggi besar dan
bongkok itu sudah meloncat ke depan Pek I Nikouw.
"Kepandaian Pek I Nikouw sungguh hebat, ingin sekali saya
belajar kenal dengan kehebatan ilmu Thai san-pai !" kata
kakek bongkok yang tinggi besar itu dan sebelum Pek I
Nikouw menjawab, dia sudah menggerakkan kedua tangannya
ke depan dengan gerakan mendorong secara bergantian.
Ketika menyambar angin yang hebat, Pek I Nikouw terkejut
sekali dan cepat diapun mendorongkan kedua telapak tangan
ke depan karena maklumlah dia bahwa kakek Khitan itu sudah
menyerangnya dengan pukulan jarak jauh mengandalkan
sinkang! Dua tenaga yang tidak nampak bertemu dan akibatnya Pek
I Nikouw terdorong ke belakang, dan hampir saja terjengkang
kalau dia tidak cepat meloncat ke samping, Tai-lek Hoat-ong
tertawa dan dengan beberapa langkah saja dia sudah
mengejar, lalu menyerang dengan tamparan-tamparan kedua
tangannya yang besar. Kelihatannya perlahan saja dia
menampar, akan tetapi ternyata tamparan itu membawa hawa
pukulan yang amat kuat. Karena Pek I Nikouw tidak sempat
mengelak, dia terpaksa menangkis.
"Plakk!" Tubuh Pek I Nikouw terguling Tiong-san Lo kai
cepat meloncat ke depan sedangkan Pek I Nikouw segera
ditolong oleh para nikouw. Nikouw tua itu bangkit dengan
muka pucat, dia tidak sampai terluka hebat akan tetapi lengan
kanannya seperti lumpuh rasanya. Tahulah dia bahwa tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
percuma tokoh Khitan itu memakai sebutan Tai-lek yang
berarti Tenaga Besar. Melihat majunya kakek pengemis itu, Tai lek Hoat-ong
tertawa. "Ha-ha-ha, kiranya tidak berapa hebat kepandaian
tokoh Thai-san-pai dan ingin aku mencoba kepandaian Tiongsan Lo-kai sebagai tokoh Bu tong pai."
Tiong-san Lo-kai tadi sudah menyaksikari kelihaian kakek
tinggi besar bongkok ini dan tahulah dia bahwa lawannya ini
memiliki tenaga besar, sesuai dengan julukannya, oleh karena
itu sebagai seorang tokoh tua yang cerdik dan
banyakpengalamannya di dumi kang otw, dia tentu saja tidak
berniat untuk mengadu tenaga dengan tokoh Khitan itu.
Sambil tersenyum dia memegang tongkatnya melintang di
depan dada seperti orang memegang sebatang pedang, dia
berkata, "Tai-lek Hoat-ong, kiranya engkau hanya seorang tua
Bangka sombong. Mari kita main main sebentar !"
Tai lek Hoat-ong atau Tayatonga juga maklum bahwa
senjata tongkat lawan itu adalah senjata yang berbahaya
karena ulet dan lemas, tidak terbuat dari logam keras yang
dapat dipatahkan dengan tenaganya yang besar, melainkan
terbuat dari kayu yang lemas. Di samping ini, juga tongkat itu
dapat dipergunakan untuk menotok jalan darah dan beberapa
bagian jalan darah yang berbahaya dan lemah tidak mungkin
dilindunginya dengan kekebalan. Akan tetapi karena dia
merasa yakin bahwa kepandaiannya masih beberapa tingkat
lebih tinggi dari pada tingkat lawan, dia tersenyum lebar.
"Baik, baik, kau majulah, jembel tua!"
Mulutnya berkata demikian seolah-olah dia mengalah dan
mempersiapkan lawan untuk mulai menyerang, akan tetapi
ternyata kedua langannya sudah bergerak lebih dulu, yang kiri
mencengkeram ke arah tongkat di tangan inan lawan,
sedangkan yang kanan menampar dengan kekuatan dahsyat
ke arah kepala lawan. Sekali bergerak, tokoh Khitan ini selain
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hendak merampas tongkat, juga hendak membikin pecah
kepala lawan dengan tamparannya yang hebat itu !
Tiong-san Lo-kai cepat menarik tongkatnya ke belakang
dan sambil mengelak dari tamparan itu, tongkatnya berkelebat
menotok ke arah pergelangan tangan kanan yang tadi
menimparnya, kemudian dengan membalikkan tongkat pada
saat lawan menarik kembali tangannya, dia sudah menotok ke
arah tiga jalan darah penting di leher, pundak dan ulu hati
secara susul-menyusuli "Bagus!" terdengar Tai-lek Hoat-ong berseru keras dan
tiba-tiba kedua tangannya bergerak ke depan dan kini Tiongsan Lo-kai menahan seruannya karena terkejut bukan main
ketika dari tangan kiri lawan itu menyambar hawa pukulan
yang sekaligus menolak atau mendorong kembali tongkatnya
dan tangan kanan lawan itu kembali sudah mencengkeram ke
arah lambungnya! Tiong-san Lo-kai cepat memutar tongkatnya membentuk
perisai melindungi lambungnya dan dia lalu cepat mainkan
Ilmu Tiong-san-tung-hoat (Ilmu Tongkat dari Tiong-san) yang
sesungguhnya dia ciptakan dari sumber ilmu pedang Bu-tong
Kiam - hoat. Sejak tadi Sian Lun tidak pernah lengah memperhatikan
jalannya pertempuran dan dari semula juga dia maklum
bahwa seperti juga Pek I Nikouw, tingkat ilmu kepandaian
Tiong-san Lo - kai, apa lagi tenaga sinkangnya, sama sekali
bukanlah lawan kakek Khitan itu yang benar-benar amat lihai
sekali. Biarpun harus diakuinya bahwa ilmu tongkat yang
dimainkan oleh kakek pengemis itu hebat, namun tidak cukup
kuat untuk melindungi Tai-lek Hoat-ong yang dengan
kekuatan sinkangnya dapat menolak semua serangan tongkat
sebelum tongkat itu dapat mendekati tubuhnya, sebaliknya,
dengan pukulan-pukulan jarak jauh dia sudah dapat membuat
Tiong- san Lo - kai kewalahan dan beberapa kali kakek
pengemis mi terhuyung ke belakang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiong-san Lo-kai juga terkejut bukan main dan diapun
maklum bahwa dia bukanlah lawan kakek yang amat sakti ini.
Timbullah rasa khawatir di dalam hatinya, bukan
mengkhawatirkan dirinya sendiri. Dia sudah tua dan
tenaganya memang sudah banyak berkurang dan dia sama
sekali tidak takut mati. Akan tetapi ia mengkhawatirkan cucu
muridnya, juga mengkhawatirkan muridnya, dan keluarga
muridnya yang tentu akan terancam bahaya dari persekutuan
itu kalau sampai dia kalah oleh Tai-lek Hoat-ong. Diapun tahu
bahwa Pek I Nikouw juga tidak berdaya menghadapi mereka
dan siapakah akan mampu melindungi keluarga Yap Yu Tek,
muridnya yang terkasih" Karena kekhawatiran ini, timbul
kenekatan di dalam hati Tiong-san Lo-kai. Dia harus dapat
merobohkan Tai-lek Hoat-ong, kalau perlu dia akan mengadu
nyawanya. Tiba-tiba kakek pengemis itu mengeluarkan suara bentakan
nyaring sekali karena bentakan ini dilakukan dengan
pengerahan khikang kemudian tongkatnya menyambar
dahsyat sekali karena dia telah menggunakan seluruh tenaga
dan perhatiannya, dipusatkan kepada serangannya itu tanpa
memperdulikan lagi segi pertahanan. Melihat ini, Pek I Nikouw
terkejut bukan main, juga Sian Lun menahan napas karena
maklum bahwa kakek pengemis itu tentu akan celaka.
Tai-lek Hoat-ong juga terkejut melihat serangan tongkat
yang demikian ganas dan dahsyatnya. Biarpun dia sudah
mengelak lalu menangkis, tetap saja kulit lengannya dekat
siku terobek sedikit, akan tetapi pada lain saat, dengan tangan
kanan dia berhasil menangkap kedua tangan lawan pada
pergelangannya dan mengerahkan tenaganya sehingga Tiongsan Lo-kai tak mampu bergerak lagi, tongkatnya patah-patah
dan kedua pergelangan tangannya telah "terbelenggu" oleh
jari-jari tangan kanan Tai-lek Hoat ong yang mengandung
tenaga amat kuatnya itu. Sambil tertawa mengejek Tai-lek
Hoat-ong mengerahkan tenaga lebih keras lagi dan kakek
pengemis itu memejamkan mata dan menggigit bibir menahan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rasa nyeri yang hebat karena tulang-tulang pergelangan
tangannya serasa akan patah terhimpit jari-jari yang amat
kuat itu. Akan tetapi sedikitpun tidak terdengar keluhan dari
mulutnya dan dia memang sudah siap untuk menerima
kematian kalau serangan nekatnya gagal.
Tiba tiba terdengar bentakan Wan Cu, "Lepaskan sukong
(kakek guru)!" Dara itu dengan nekat telah menerjang ke
depan dan menggerakkan tangan untuk menyerang Tai-lek
Hoat-ong. Akan tetapi dengan tenang saja kakek raksasa
bongkok itu menggerakkan kakinya dan tubuh Wan Cu
terlempar ke belakang ! 'Omitohud, engkau sungguh kejam........ !"
Pek I Nikouw berseru dan nenek inipun sudah menerjang
ke depan untuk menolong temannya, akan tetapi tangan kiri
Tai-lek Hoat-ong bergerak mendorong ke depan dan nikouw


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tua itu terpaksa mundur kembali terdorong oleh tenaga yang
amat kuat sampai dia terhuyung-huyung.
"Ha-ha-ha, orang-orang macam kalian berani memusuhi
Beng-kauw dan kami?" Tai-lek Hoat-ong berseru mengejek
dan memperkuat cengkeramannya pada kedua pergelangan
tangan Tiong-san Lo-kai. "Krekkk !" Tulang pergelangan tangan kiri kakek pengemis
itu patah dan kakek itu menggigit bibirnya sendiri sampai
berdarah, namun sama sekali tidak mengeluarkan keluhan.
"Aha, kiranya Tai-lek Hoat-ong yang namanya disohorkan
orang sebagai datuk orang Khitan yang memiliki kepandaian
tinggi, ternyata hanya seorang sombong yang suka melanggar
janjinya sendiri dan hanya mampu menghina lawan yang
sudah tidak berdaya." Tiba-tiba Sian Lun berkata, suaranya
nyaring dan penuh wibawa sehingga Tai-lek Hoat-ong terkejut
lalu menoleh, memandang kepada pemuda itu dengan alis
berkerut dan mata bersinar penuh amarah,
"Orang muda, apa maksudmu dengan kata kata itu ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah bunyi perjanjian antara kedua fihak sebelum
bertanding tadi" Bukankah kalian boleh memperlakukan kami
sesuka hati kalian kalau kami sudah kalah?" kata pula Sian
Lun. "Ha-ha, memang benar. Dan kalian sudah kalah. Bukankah
Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo kai sudah kalah olehku
sehingga aku boleh memperlakukan mereka sesuka hatiku
kecuali....... kecuali kalau nona ini mau menjadi isteri murid
Beng-kauw?" Tai-lek Hoat ong melihat bahwa keuntungannya
akan lebih besar kalau cucu Yap-taijin dapat menjadi isteri
murid Hek bin Saikong karena dengan demikian pembesar itu
menjadi keluarga dan tentu akan menyokong gerakan mereka.
"Siapa bilang sudah kalah" Di antara kami berempat, masih
ada aku yang belum maju bertanding. Hayo cepat lepaskan
Tiong-san Lokai dan kalahkan aku dulu kalau engkau dan
kawan-kawanmu tidak mau disebut pengecut pengecut tak
tahu malu!" Mendengar ini, tentu saja Tai-lek Hoat-ong menjadi marah
dan sekali mendorong, tubuh Tiong-san Lo-kai terlempar ke
belakang dan kakek ini tentu roboh kalau tidak cepat disambar
oleh Pek I Nikouw yang cepat menolongnya dan
mengobatinya dengan obat penyambung tulang. Sementara
itu, Wan Cu memandang kepada Sian Lun dengan hati penuh
khawatir. Dia tahu bahwa pemuda itu menghinakan kata-kata
yang mengandung akal hanya untuk menyelamatkan kakek
gurunya dan sekarang pemuda itu tentu akan celaka karena
akal apa lagi yang dapat dipergunakannya untuk menghadapi
empat orang yang amat lihai itu"
Di fihak Tai-lek Hoat-ong, Hek-bin Saikong sudah marah
sekali. Tentu saja dia memandang rendah kepada pemuda ini.
Bukankah tadi Yap Wan Cu mengaku pemuda ini sebagai
suhengnya" Apa sih kepandaian suheng dari nona itu"
Sedangkan kakek guru dan nenek gurunya saja sudah kalah,
masa sekarang kakak seperguruannya yang hendak maju"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biarlah aku saja yang menghadapi pemuda ingusan ini !"
Hek bin Sai-kong membentak dan Tai-lek Hoat-ong
mengangguk. Tokoh Khitan ini tentu saja merasa terlalu tinggi
untuk melayani seorang pemuda yang menjadi cucu murid
kakek dan nenek yang baru saja dikalahkannya itu dan menilik
dari tingkatnya, tentu Hek-bin Sai-kong sudah lebih dari cukup
untuk mengalahkan pemuda ini.
"Kau tamatkan saja riwayat pemuda bermulut lancang ini!"
kata Tai-lek Hoat-ong dan Hek-bin Sai-kong menyeringai
sambil maju mcnghadapi Sian Lun. Memang sudah menjadi
niat hatinya untuk membunuh pemuda ini. Pemuda ini
kelihatan halus dan tampan, maka di menduga bahwa tentu
ada "hubungan" antar pemuda ini dan nona itu. Kalau nona itu
akan menjadi mantu muridnya, maka pemuda ini harus
dilenyapkan lebih dulu, pikirnya.
"Bocah sombong bosan hidup, coba kau terima ini!"
Ucapan Hek-bin Sai-kong itu diikuti oleh serangan dahsyat.
Kedua tangan kakek itu menyambar dari kanan kiri dan dia
merasa yakin pemuda itu tidak akan mampu mengelak karena
semua jalan keluar sudah ditutupnya dengan gerakan kedua
tangan itu. Melihat ini Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai
mengerutkan alisnya penuh kekhawatiran sedangkan Wan Cu
memandang dengan muka pucat dan mata terbelalak,
membayangkan betapa pemuda yang baru saja dijumpainya
itu tentu akan roboh dan tewas dalam beberapa gebrakan
saja. Namun mereka bertiga tentu saja tidak mampu
menolong karena kalau mereka bergerak, tentu tiga orang
lawan lainnya yang lebih lihai itu akan menghalangi mereka,
dan pula, pertandingan dilakukan satu lawan satu, sebagai
orang-orang gagah merekapun malu untuk melakukan
pengeroyokan. "Wuuut...... wuuuttt......!!" Hebat memang serangan yang
dilakukan Hek-bin Sai-kong itu. Hati Wan Cu sampai merasa
ngeri melihat kedua tangan yang besar itu terbuka dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencengkeram ke arah tubuh Sian Lun dari kanan kiri. Dia
ingin memejamkan matanya, akan tetapi dipaksanya matanya
terbuka karena dia hendak melihat bagaimana pemuda itu
dapat menyelamatkan diri dari serangan sedemikian
dahsyatnya. "Plak-plakk!" Wan Cu terbelalak, juga Pek I Nikouw, Tiongsan Lo-kai, dan tiga orang lain fihak lawan melongo saking
herannya melihat tubuh Hek-bin Sai-kong tiba-tiba "terbang"
ke atas dan terbanting di atas genteng sehingga menimbulkan
suara hiruk-pikuk karena beberapa buah genteng yang keras
itu pecah-pecah ditimpa tubuh kakek bermuka hitam penuh
brewok itu! Mereka tadi hanya melihat pemuda itu
menggerakkan kedua tangan menangkis dan tahu-tahu tubuh
tokoh Beng-kauw itu telah terlempar seperti terbang ke atas!
Kalau semua orang bengong memandang ke atas genteng,
adalah Hek-bin Sai-kong sendiri yang juga kelihatan kaget,
matanya terbelalak, mulutnya mengeluarkan suara ah ah uh
uh dan mukanya pucat sekali.
"Sute, mengapa kau di sana" Lekas turun!" Ui-bin Sai-kong
menghardik karena merasa malu melihat peristiwa yang masih
belum dapat dipercaya sepenuhnya itu dan dia bahkan
menyangka sutenya main main.
"Aughhh....... tidak bisa, suheng..... kakiku....... agaknya
teikilir........." Dengan gerakan ringan, Ui bin Sai-kong sudah melayang
naik ke atas genteng dan langsung dia memeriksa kaki
sutenya. Memang benar mata kaki sutenya yang kanan
bengkak dan biru. Dia lalu mengempit tubuh sutenya, dibawa
meloncat turun dan dia mengomel, "Siapa suruh kau main
main dan meloncat ke atas genteng?"
"Aku " Main-main " Meloncat ke atas genteng " Siapa yang
meloncat ?" Hek-bin Sai kong mengulang pertanyaan
pertanyaan itu sambil bersungut-sungut karena mendongkol.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia merasa diejek oleh suhengnya itu, padahal Ui-bin Sai-kong
benar benar tidak tahu bahwa sutenya itu bukan "meloncat"
melainkan dilontarkan oleh lawannya yang muda itu.
Akan tetapi Ui-bin Sai-kong sudah terlalu marah untuk
memperhatikan sutenya, maka setelah menurunkan sutenya
dia lalu meloncat ke depan Sian Lun yang masih berdiri
dengan sikap tenang. Ui-bin Sai kong adalah murid pertama
dari para ketua Beng kauw, tingkat kepandaiannya tentu saja
paling tinggi di antara murid-murid yang lain, Karena sekali ini
Ui - bin Saikong hendak menebus rasa malu oleh tingkah
sutenya tadi, maka dia maju sambil memegang sepasang
kongce, yaitu senjatanya yang amat diandalkan. Pendeta
muka kuning ini memandang kepada Sian Lun dengan sikap
bengis dan dia sudah menantang, "Orang muda, hayo
sebutkan namamu sebelum engkau menjadi mayat dan tidak
akan mampu mengaku lagi siapa namamu."
"Namaku adalah Tan Sian Lun," jawab Sian Lun sederhana.
"Tan Sian Lun, benarkah engkau mewakili fihak Pek I
Nikouw untuk menghadapi kami?" tanya pula Ui-bin Sai-kong
karena dia masih tidak percaya bahwa pemuda ini yang
kedudukannya hanya sebagai suheng gadis itu, berarti hanya
cucu muid pula dari Pek I Nikouw, akan dapat mengalahkan
sutenya atau dia. Betapapun, dia tidak mau bersikap kepalang
tanggung, maka dia telah mengeluarkan senjatanva.
"Benar," jawab pula Sian Lun singkat.
"Bagus! Sumoimu, kakek dan nenek gurumu semua sudah
kalah, agaknya engkau sudah bosan hidup. Nah, keluarkanlah
senjatamu orang muda !" bentaknya.
Tiba-tiba Wan Cu melangkah maju mendekati Sian Lun.
"Suheng, kaupakailah pedangku ini!" Dia menyerahkan
sebatang pedang kepada pemuda itu, akan tetapi Sian Lun
tersenyum, menggeleng kepala dan mengisyaratkan dengan
pandang mata dan gerakan tangannya agar dara itu minggir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian dia menghadapi Ui-bin Sai-kong dan berkala
lantang, "Sai-kong, orang yang membawa senjata hanya orang yang
memang sudah mempunyai iktikad untuk menyerang orang
lain. Aku tidak bermaksud menyerang siapapun, maka aku
tidak membawa senjata. Kalau engkau hendak menggunakan
sepasang kongce itu untuk membunuhku, silakan !"
Ucapan ini sederhana saja, akan tetapi oleh Ui-bin Sai-kong
dianggap sebagai tantangan dan penghinaan besar. Tentu
saja ucapan itu akan membuatnya malu untuk maju dengan
senjata di tangan melawan seorang pemuda bertangan
kosong, akan tetapi pendeta ini lebih cerdik dari pada sutenya.
Dia menduga bahwa kalau berani menghadapi dia yang
bersenjata, hal ini berarti bahwa tentu pemuda itu memiliki
sesuatu yang diandalkan "Bagus! Semua orang di fihakmu dan fihakku
mendengarkan sebagai saksi bahwa engkau akan menghadapi
sepasang kongceku dengan tangan kosong!"
"Phuhh! Sudah tua bangka dan pendeta pula, masih
bersikap curang dan licik sekali ! Tak tahu malu melawan
orang muda bertangan kosong dengan senjata !" tiba - tiba
Wan Cu memaki. "Biarlah, Wan Cu. Sepasang senjatanya itu hanya pantas
untuk menakut-nakuti anak kecil saja, aku tidak takut," kata
Sian Lun. Tadinya ejekan Wan Cu itu sudah membuat wajah Ui-bin
Sai-kong yang biasanya warna kuning itu menjadi agak merah,
akan tetapi jawaban Sian Lun kembali menikam perasaan
hatinya dan dia merasa dihina, maka dengan kemarahan
meluap-luap yang mengatasi perasaan sungkan dan malunya,
dia sudah menggerakkan sepasang senjatanya itu dan
menerjang Sian Lun tanpa banyak cakap lagi, serangan
sepasang kongce ini dahsyat bukan kain dan sama sekali tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
boleh disamakan dengan penyerangan Hek-bin Sai- kong tadi,
sungguhpun tingkat kepandaian kedua orang saikong ini
memang tidak banyak selisihnya. Perbedaannya adalah tadi
Hek bin Sai kong hanya menyerang dengan kedua tangan
kosong yang dilakukan dengan sikap memandang ringan
sehingga pendeta pertama itu tidak mencurahkan seluruh
tenaga dan kepandaiannya kini Ui-bin Sai-kong menyerang
dengan senjata kongce yang menjadi andalannya, dan
serangannya dilakukan sepenuh tenaga dan dia sudah
mengeluarkan jurus pilihannya ketika dua batang senjata itu
berobah menjadi dua gulungan sinar yang menyambar seperti
halilintar ke arah tubuh Sian Lun.
Apa lagi Wan Cu, bahkan Pek I Nikouw dan Tiong-san Lokai sendiri mengerutkan ali mereka dengan hati khawatir. Dua
orang tua ini menganggap bahwa Sian Lun terlalu
merendahkan lawan dan kini berada dalam bahaya tanpa
mereka berdua mampu untuk mem bantunya.
Akan tetapi, serangan bertubi-tubi yang dilakukan Ui-bin
Sai-kong hanya dielakkan dengan mudah saja oleh Sian Lun
dan pemuda ini menggerakkan tubuhnya secara aneh, ke dua
kakinya melakukan langkah-langkah yang teratur maju
mundur dan ke kanan kiri, seperti orang menari saja, akan
tetapi anehnya gulungan sinar sepasang kongce yang
menyambar-nyambar itu tidak pernah menyentuh ujung
bajunya, apalagi mengenai tubuhnya !
Melihat langkah-langkah ini. Pek I Nikouw dan Tiong-san
Lo-kai makin terheran-heran karena mereka seperti mengenal
dasar-dasar gerakan kaki dari ilmu silat yang dimiliki oleh Lui
Sian Lojin, guru dari mendiang tiga pendekar Naga Sakti, yaitu
Gan Beng Han, Tan Bun Hong dan Kui Eng ! Agaknya pemuda
ini telah mewarisi pula kepandaian pendekar-pendekar itu, dan
kalau memang benar demikian, kepandaiannya tentu tidak
akan melebihi tingkat tiga orang pendekar yang sudah
meninggal itu ! Dan sudah jelas tingkat itu tidak akan lebih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggi dari tingkat Pek I Nikouw atau Tiong-san Lo-kai! Mana
mungkin dapat diandalkan untuk menghadapi lawan berat
seperti Sin Beng Lama tokoh Tibet itu, apa lagi lawan Tai - lek
Hoat - ong, kakek raksasa Khitan yang sakti itu"
Betapapun juga, dua orang tua ini dapat mengikuti
jalannya perkelahian itu dengan seksama dan mereka maklum
batwa setidaknya pemuda itu akan mampu mengatasi
lawannya yang sekarang menyerangnya dengan sepasang
kongce sehingga mereka tidak perlu mengkhawatirkan akibat
dari pertempuran ini. Tidak demikian dengan Yap Wan Cu.
Dara ini sejak tadi sudah merasa khawatir sekali. Semenjak
jumpa dengan Sian Lun memang ada perasaan aneh
menyelinap di dalam hatinya, akan tetapi perasaan itu tertutup
oleh perasaan memandang rendah kepada pemuda yang
dianggapnya lemah itu. Maka, begitu melihat Sian Lun berani
maju mewakili dua orang locianpwe untuk menghadapi lawanlawan yang demikian saktinya, dia merasa heran, terkejut dan
juga senang sekali. Dia kagum bukan main danmenganggap
Sian Lun seorang pemuda yang berjiwa pendekar, gagah
perkasa dan tidak mengenal takut sehingga berani menentang
lawan-lawan yang telah mengalahkan nenek dan kakek
gurunya! Dan ketika dia melihat Sian Lun secara aneh sekali
berhasil membuat Hek-bin Sai-kong terlempar ke atas
genteng, kekagumannya membuat dia harus mengaku dalam
hatinya bahwa dia suka kepada pemuda ini. Hatinya menjadi
makin gelisah ketika Sian Lun menolak pemberian pedangnya
dan kini, melihat pemuda itu mengelak secan aneh, seolaholah terdesak oleh sepasang kongce yang dahsyat itu, tanpa


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkesempatan untul membalas, hatinya makin bingung dan
khawalir. Dia tidak dapat menahan perasaan gelisah nya lagi
ketika melihat sinar senjata pendeta itu makin hebat
mengurung Sian Lun, dan melompatlah dia ke depan dengan
pedang ditangannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pendeta pengecut!" bentaknya dan pedangnya sudah
menerjang dengan ganasnya kepada Ui-bin Sai-kong untuk
menolong Sian Lun. "Wan Cu, jangan ........!" Pek I Nikouw yang maklum bahwa
pemuda itu sama sekali tidak membutuhkan bantuan sudah
berteriak, juga Tiong-san Lo-kai berseru mencegah dara itu
bertindak lancang, namun terlambat karena gerakan Wan Cu
sama sekali tidak tersangka-sangka oleh siapapun juga.
Sian Lun sendiri terkejut bukan main ketika melihat Wan Cu
dengan nekat telah menyerbu dan menusukkan pedangnya ke
arah dada Ui-bin Saikong. Saikong itu menggerakkan kongce
di tangan kiri untuk menangkis serangan Wan Cu sepenuh
tenaga, dan menggunakan kongce kanan untuk menyerang
leher Sian Lun. "Trangg !" Pedang di tangan Wan Cu terlempar jauh dan
kongce itu masih terus menyambar ke dada Wan Cu. Ternyata
tokoh Beng-kauw ini terlalu kuat bagi Wan Cu sehingga selain
pedang dara itu terlempar, juga kini nyawanya terancam
maut! Akan tetapi, tiba-tiba pendeta itu tidak melanjutkan
serangannya kepada Wan Cu karena lengan kirinya merasa
lumpuh, tak dapat digerakkan untuk beberapa detik lamanya.
Tanpa diketahui oleh pendeta itu sendiri, ternyata tadi Sian
Lun telah menyelinap dari bawah kongce yang menyambar
lehernya, dan melihat Wan Cu terancam bahaya, dia cepat
menggerakkan jari tangannya dan menyentuh bawah siku
kanan pendeta itu sehingga kongcenya tidak dapat dilanjutkan
menyerang Wan Cu. Sian Lun lalu menyentuh pundak Wan Cu
dan menggunakan sedikit tenaga untuk mendorong dara itu
ke pinggir. Akan tetapi Wan Cu sudah merasa seperti
dilontarkan maka dia terkejut sekali dan tubuhnya sudah
melayang ke dekat Pek I Nikouw!
"Cu-moi, harap jangan membantuku!" kata Sian Lun sambil
tersenyum kepadanya dan dara itu memandang dengan kedua
pipi berobah merah dan jantung berdebar aneh. Kini dia tahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
betapa lihainya pemuda itu dan betapa lucu dan
mentertawakan tindakannya tadi yang hendak membantu si
pemuda! Sementara itu, Ui bin Sai kong yang beluu sadar bahwa
lumpuhnya lengan kirinya untuk beberapa detik sehingga
menggagalkan serangannya terhadap Wan Cu tadi adalah
perbuatan pemuda yang menjadi lawannya, kini menjadi
marah bukan main. "Gadis liar, kautunggu, kubunuh dulu dia
ini, baru engkau!" Setelah berkata demikian, dia memutar
sepasang kongce itu seperii kitiran angin cepatnya menyambar
nyambar ke arah kepala dan tubuh Sian Lun Akan tetapi Sian
Lun tidak mau membuang banyak waktu lagi kini. Tadi sudah
cukup baginya untuk terus mengelak sambil mempelajari sifat
gerakan sepasang kongce itu. Kini dia sudah mengenal
dasarnya dan begitu sepasang kongce itu bergerak, dia sudah
mendahului dengan kedua tangannya, menyambar dari dalam
karena sepasang kongce itu mempunyai gerakan menyambar
dari luar dan sebelum Ui-bin Sai-kong tahu apa yang terjadi,
jari-jari tangannya sudah dicengkeram, nyeri bukan main
rasanya sehingga terpaksa jari-jari tangannya itu melepas
gagang sepasang senjatanya yang terampas dan dengan satu
gerakan cepat Sian Lun membalikkan ujung kedua senjata itu
ke arah lengan pemiliknya.
"Aduhhh .......!" Ui-bin Sai-kong berteriak keras dan
meloncat ke belakang, lalu dengan mata terbelalak
memandang dua batang tombaknya yang sudah menancap di
kedua lengannya dekat siku, menembus daging lengannya!
Dengan kaki terpincang-pincang Hek-bin Sai-long cepat
menolong suhengnya, mencabut sepasang kongce yang
menancap di kedua lengan itu. Untung senjata itu tidak
menembus atau mematahkan tulang, hanya menembus kulit
daging saja, maka cepat Hek bin Sai-kong menaruh obat di
atas luka-luka di kedua lengan suhengnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Beng Lama berseru heran, "Omitohud...l" Dia meloncat
ke depan, menghadapi Sian Lun dengan sepasang mata
memandang penuh selidik dan mulutnya berkemak-kemik
membaca jampi jampi penolak bahaya! Akan tetapi Sian Lun
tenang saja menentang pandang mata pendeta Lama dari
Tibet itu, maklum bahwa pendeta itu memiliki kekuatan luar
biasa yang dapat mempengaruhi orang dengan sihirnya. Akan
tetapi Sian Lun adalah seorang pemuda gemblengan kakek
sakti Siangkoan Lojin dan tentu saja sudah dibekali ilmu untuk
menghadapi pengaruh ilmu sihir atau ilmu hitam. Dengan
kekuatan sinkangnya yang hebat, Sian Lun menatap pandang
mata lawan itu dengan tabah dan getaran yang mengandung
hawa aneh sama sekali tidak mempengaruhinya !
Sin Beng Lama juga merasakan adanya penolakan kuat ini,
maka jantungnya sendiri terguncang dan dia cepat
menghentikan serangan ilmu hitamnya. "Omitohud ......, orang
muda yang aneh, engkau sungguh berani menentang kami.
Setelah engkau dapat mengalahkan kedua saikong, mari mainmain dengan aku sebentar Pendeta Lama itu mengibaskan
lengan bajunya yang lebar dan nampaklah tongkatnya yang
pendek, sebuah tongkat kuningan yang panjangnya hanya
seperti pedang biasa Biarpun tadi kakek ini sudah terluka
tangannya oleh pedang Pek I Nikouw, akan tetapi berkat
pertolongan Tai-lek Hoat-ong, luka itu telah mengering dan
tidak terasa nyeri lagi, dan karena kini yang dihadapi adalah
seorang pemuda, maka dia merasa yakin akan dapat
memenangkannya. Kembali hati Pek I Nikouw dan Tiong-san I Lo-kai berdebar
tegang melihat Sian Lun menghadapi Sin Beng Lama yang
amat lihai itu dengan tangan kosong saja. Pek l Nikouw sudah
merasakan kelihaian pendeta Tibet itu yang memiliki tingkat
hampir sama dengan dia, maka tentu saja dia merasa amat
khawatir kalau pemuda itu hanya menghadapinya dengan
tangan kosong. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tan-sicu, kaupakailah pedang pinni !" Berkata demikian,
nikouw tua itu melontarkan pedangnya yang meluncur cepat
ke arah Sian Lun. Sian Lun menengok, tersenyum dan
menggeleng kepala. "Terima kasih, locianpwe, teecu tidak biasa mempergunakan senjata," katanya dan dengan jari
telunjuknya dia menyentil pedang yang meluncur ke arahnya
itu. Terdengar suara berdencing nyaring dan pedang itu telah,
membalik dan terbang ke arah pemiliknya! Pek I Nikouw
menerima pedangnya dan menarik napas panjang, lalu
berbisik kepada Tiong-san Lo-kai, "Entah bagaimana Lui Sian
Lojin dapat mempunyai murid sepandai ini !"
"Tak mungkin dia murid Lui Sian Lojin tua bangka di Kwihoa-san itu, kulihat ilmu kepandaiannya tidak kalah oleh kakek
itu," bisik Tiong-san Lo-kai penuh kagum.
Kini Sian Lun menghadapi Sin Beng Lama dan dengan
tenang dia berkata, "Bukankah kedatangan kalian ini memang
bermaksud untuk menyebar maut" Hanya pada lahirnya saja
kalian mengatakan hendak mengadu ilmu, akan tetapi
sesungguhnya kalian memang sengaja hendak membunuh
orang. Persekutuan busuk kalian di dalam kuil tua di hutan itu,
siapakah yang tidak tahu?"
Mendengar ini, Sin Beng Lama dan Tai-Lek Hoat-ong
terkejut bukan main dan pendeta Tibet itu sudah menerjang
tanpa banyak cakap lagi, memutar tongkat kuningannya dan
menyerang dengan totokan-totokan bertubi-tubi yang
kesemuanya mengarah jalan darahkematian
"Hemm, kalau semua orang jahat dan kejam berjubah
pendeta, akan bagaimana jadinya dengan dunia ini?" Sian Lun
membentak dan kini diapun tidak mau memberi hati lagi. Di
sudah mengerahkan tenaganya dan dengan tangan kosong
dia menangkis tongkat itu. Pertemuan antara lengan dan
tongkat kuningan itu membuat Sin Beng Lama tergetar dan
terhuyung ke belakang. Dapat dibayangkan betapa kaget rasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hati pendeta itu, dan kembali di menerjang dengan lebih
dahsyat. Namun, Sian Lun kini menyambut keras lawan keras
dan sambil menangkis tongkat kuningan dengan tangan
kanan, tangan kirinya mengirim tamparan yang disertai
pengerahan tenaga sinkang. Begitu tangannya akan bertemu
tongkat, tangan itu bcrobah menjadi cengkeraman seperti
kuku naga sakti dan tak dapat dielakkan lagi oleh Sin Beng
Lama, tongkat kuningan itu telah kena dicengkeram,
sedangkan tangan kiri pemuda itu masih terus menampar ke
arah pelipis. Sin Beng Lama terkejut sekali karena merasa betapa dia
tidak mampu menarik kembali tongkatnya yang dicengkeram
lawan, maka dia mengeluarkan suara melengking dan dari
ujung tongkat itu menyambar sinar hitam ke arah dada Sian
Lun. Melihat ini, baik Pek I Nikouw maupun Tiong-san Lo-kai
mengeluarkan seruan tertahan, dan Wan Cu memandang
dengan muka pucat dan mata terbelalak.
"Krekkk !" Tongkat itu hancur dalam cengkeraman Sian Lun
dan secepat kilat tangan kanan yang mencengkeram hancur
tongkat itu kini ditarik ke depan dada. Pemuda itu tak sempat
mengelak dari sambaran sinar hitam mg muncul dari ujung
tongkat tadi, dari jarak sedemikian dekatnya, maka jalan satu
satunya baginya hanya menerima sinar hitam itu dengan
tangannya, sedangkan tangan kirinya masih tetap melanjutkan
tamparan tadi. "Trikkkkk !" Paku-paku halus yang meluncur dari ujung
tongkat tadi bertemu dengan telapak tangan Sian Lun yang
penuh dengan hancuran kuningan, dan paku paku itu runtuh
semua ke atas tanah. Sin Beng Lama kaget sekali dan dia
sudah miringkan tubuhnya dan menangkis tamparan dengan
lengan kiri dari samping.
"Dukkk ! !" Dan tubuh pendeta Lama itu terguling !
Tentu saja semua orang yang menonton pertandingan itu
hampir tidak percaya melihat pendeta Lama dari Tibet yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sakti itu akan terguling hanya dalam beberapa kali gebrakan
saja ! Bahkan Sin Beng Lama sendiripun merasa penasaran
bukan main dan biarpun tubuhnya sudah terguling, dia malah
bergulingan cepat dan tiba-tiba saja sisa tongkat di tangannya
meluncur dari bawah menyambar ke arah tenggorokan Sian
Lun seperti anak panah, kernudian serangan itu disusul oleh
tubuhnya yang sudah meloncat dan seperti seekor harimau
menubruk kambing ! Jilid XXII "AWAS....!" Wan Cu tak
tertahan lagi menjerit menyaksikan serangan yang
nekat itu. Akan tetapi dengan
sikap tenang sekali Bian Lun
menggunakan lagi jari telunjuknya untuk menyentil
tongkat kuningan yang meluncur ke arah lehernya itu
sehingga terdengar suara nyaring dan tidak seperti
pedang Pek-I-Nikouw yang tadi
diterbangkannya kembali pada
pemiliknya, kini sisa tongkat
yang disentil itu meluncur ke
bawah dan amblas ke dalam tanah sampai tidak kelihatan lagi.
Dan ketika tubuh Sin Beng Lama menyusul dengan
serangannya yang dahsyat, dengan dua pasang kaki dan
tangannya menubruk, Sian Lun memapakinya dengan
dorongan kedua tangannya, sebelum tubuh lawan itu dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyentuhnya tubuh pendeta itu sudah dipapaki hawa
pukulan dahsyat yang membuatnya kembali terjengkang dan
terbanting sedemikian kerasnya sampai Lama itu menjadi
pingsan seketika ! Tiba-tiba terdengar teriakan keras seperti teriakan seekor
biruang marah dan tubuh tinggi besar agak bongkok dari
Tayatonga atau Tai-lek Hoat-ong sudah melayang ke depan
dan berhadapan dengan Sian Lun. Sepasang mata raksasa
peranakan Khitan ini menatap wajah Sian Lun dengan tajam,
kemudian pandang matanya menggerayangi tubuh pemuda itu
penuh selidik, seolah-olah dia tidak mau percaya kepada
pandang matanya sendiri. "Orang muda, murid siapakah engkau?" tanyanya dengan
suara dalam karena kakek itu sudah menahan kemarahannya
yang timbul melihat betapa tiga orang temannya telah kalah
semua melawan pemuda ini.
Sian Lun juga membalas pandang mata tajam itu,
kemudian penuda ini menarik napas panjang. Teringat dia
akan cerita dari Ong Gi atau Ong ciangkun tentang keadaan
negara di mana terdapat tiga kelompok yang saling
bertentangan. Dia tahu bahwa kakek ini mewakili Khitan
dalam kelompok persekut Khitan, Tibet, dan Beng-kauw.
"Tai - lek Hoat - ong, siapa adanya guruku tidik ada
sangkut-pautnya sama sekali denganmu. Aku tahu siapa
adanya engkau, seorang tokoh Khitan, seorang asing di negeri
ini. Mengapa engkau hendak melakukan kekacauan di sini"
Lebih baik engkau kembali saja ke negerimu sendiri dan
mengajak pergi teman temanmu ini."
Muka raksasa berpakaian pendeta itu menjadi merah dan


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

matanya melotot ketika dia mendengar ucapan itu. Kembali
terdengar suara menggereng dari tenggorokannya, seperti
singa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemmm, bocah masih ingusan sudah sombong bukan
main! Kau anak kecil lahu apu tentang kami orang - orang
Khitan" Huh, bocah sombong, kalau tidak ada bangsa kami
orang orang Khitan, tentu kerajaan sudah hancur oleh
pemberontak! Kami adalah bangsa penolong kerajaan ini dari
tangan pemberontak, dan engkau anuk kecil berani menuduh
kami mengacau?" Bantahan itu merupakan lagu lama bagi Sian Lun yang
sebetulnya telah mendengar penuturan Ong - ciangkun
tentang keadaan kerajaan, maka tentu saja dia tersenyum
mendengar bantahan itu. Maka diapun tidak mau berbantahan
tentang kedudukan orang-orang Khitan di negeri ini. hanya
langsung membicarakan tentang urusan perorangan.
"Tai - lek Hoat-ong, aku tidak sembarangan menuduh
melainkan bicara menurut kenyataan. Kalau engkau tidak
mengacau. mengapa engkau berada di sini dan menantang
para locianpwe di sini, bahkan engkau membela orang Bengkauw yang hendak kurang ajar terhadap nona ini" "
"Bocah lancang mulut! Engkau sendiri bukankah juga
membela mereka" Bela membela antara sahabat sudah
menjadi kebiasaan orang orang gagah! Memang aku membela
dua orang saudara dari Beng-kauw ini dan sekarang tak perlu
banyak cakap, kalau engkau mewakili mereka, akupun
mewakili fihak kami. Hayo, majulah dan keluarkan semua
kepandaianmu! " Kakek raksasa Khitan yang berusia enam. puluh tahun lebih
itu telah melolos sabuknya yang ternyata merupakan sebatang
rantai terbuat dari pada emas dan ujung rantai itu terdapat
kaitannya yang berbentuk mata kail. Kaitan ini dipakai untuk
menggunakan rantai emas itu sebagai sabuk, akan tetapi
setelah dilepas, maka kaitan itu merupakan senjata yang
mengerikan sekali. Dengan memegang gagang rantai di
tangan kanan dan jari-jari tangan kirinya memainkan ujung
rantai yang berbentuk kaitan, kakek itu memandang lawannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan sinar mata beringas dan seperti seekor kucing
memandang seekor tikus yang hendak dipermainkannya lebih
dulu sebelum dibunuh dan diganyangnya.
"Hoat-ong, sudah kukatakan bahwa aku tidak biasa
membawa-bawa senjata untuk menakut - nakuti orang, maka
kalau kau memaksaku untuk bertanding, aku akan
menghadapimu dengan alat yang ada padaku semenjak lahir
ini !" Sian Lun melonjorkan kedua lengan dan kakinya.
Jawaban dan sikap pemuda ini sama sekali bukan muncul dari
kesombongannya, juga merupakan sikap yang sembrono
karena Sian Lun bukan seorang pemuda bodoh yang suka
menyombongkan diri. Kalau dia berani menantang akan
menghadapi lawan yang bersenjata itu dengan tangan kosong
adalah karena dia sudah mengukur dan sudah dapat menilai
sampai di mana tingkat kepandaian kakek Khitan ini ketika
Tai-lek Hoat ong tadi bertanding melawan Pek I Nikouw dan
Tiong-san Lo-kai. Dia sudah memperhitungkan dan tahu benar
bahwa dengan kedua tangan kosong dia tidak akan kalah oleh
kakek ini, maka diapun berani bersikap seperti itu.
Biarpui kini Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai sudah
percaya benar bahwa pemuda ini sungguh memiliki
kepandaian yang hebat, akan tetapi mereka merasa khawatir
juga melihat pemuda itu hendak melawan jagoan Khitan itu
dengan tangan kosong, karena mereka maklum bahwa Tai-lek
Hoat-ong sama sekali tidak boleh disamakan dengan Sin Beng
Lama, apa lagi dengan dua orang tokoh Beng kuuw itu.
"Ha-ha, sungguh tontonan yang amat menarik di mana
tokoh utama Khitan, seorang kakek gagah perkasa yang
berkedudukan tinggi, dengan senjata lengkap di tangan,
melawan seorang pemuda yang belum ada nama, yang akan
melawannya dengan tangan kosong. Sungguh lucu dan
menarik!" Jelas bahwa ucapan kakek berpakaian pengemis ini
bermaksud untuk mengejek dan agar orang Khitan mau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi malu dan tidak akan menggunakan senjatanya yang
aneh itu. Akan tetapi, Tai-lek Hoat-ong juga tahu akan
maksud ucapan itu. Dia sudah melihat kelihaian Sian Lun.
maka untuk merasa yakin bahwa dia akan berhasil
merobohkan pemuda itu, dia harus mempergunakan
senjatanya. Maka, karena dia tidak pandai menjawab ejekan
yang tepat itu, dia hanya melotot dan membentak, "Gembel
tua, kautunggu saja giliranmu, kalau bocah ini sudah mampus,
engkaupun akan segera menyusulnya !" Setelah berkata
demikian, tiba tiba dia sudah menerjang dengan dahsyat
kepada Sian Lun tanpa memberi peringatan lagi. Sinar emas
menyilaukan mata menyambar ketika kakek Khitan ini
menggerakkan rantai emasnya ke arah kepala Sian Lun.
Sian Lun maklum bahwa biarpun dia sudah dapat menilai
sampai di mana tingkat kepandaian kakek ini, dia tidak boleh
bersikap lengah karena memang rantai emas itu rnerupakan
senjata yang amat berbahaya dan sesuai dengan julukannya,
kakek ini memiliki tenaga gajah yang amat kuat! Maka begitu
sinar emas itu menyambar, dia menggerakkan tubuhnya
membiarkan sinar itu lewat. Akan tetapi, cepat sekali bagaikan
petir menyambar, sinar yang luput nengenai dirinya itu telah
menyambar balik, kini menuju ke arah lambungnya dari atas!
Kembali Sian Lun mengelak dan sampai belasan jurus dia
dikejar-kejar sinar emas itu dan dia menghindarkan dirinya
dengan jalan mengelak amat cepatnya. Kemudian, setelah dia
mulai dapat mengikuti perkembangan gulungan sinar emas
senjata lawan, mulailah pemuda ini membalas dan sekali dia
membalas, dia telah menggunakan Sin liong jiauw-kang yang
ampuh. Kedua tangannya membentuk cakar naga dan
tubuhnya juga meluncur seperti naga terbang di angkasa,
sekali membalas kedua tangannya itu berputar secara aneh,
lalu mencengkeram dari atas dan dari bawah dengan tenaga
yang berlawanan, yaitu yang dari atas menyambar secara
kasar dan dari bawah menyambar secara halus. Menghadapi
serangan kaligus yang bertentangan ini, kakek Khitan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berseru kaget dan menjadi bingung, akan tetapi
mengandalkan tenaganya yang besar, dia mengangkat lengan
kiri menangkis dengan tenaga yang sama kerasnya ke arah
lengan kanan lawan yang datang dari atas, sedangkan untuk
menghadapi serangan dengan tenaga halus dari bawah itu,
dia menggerakkan rantainya untuk melibat tangan kiri lawan
atau untuk mengaitnya dengan mata kail yang runcing itu.
Akan tetapi, betapa kagetnya ketika lengannya bertemu
dengan lengan kanan lawan yang tadi menyambar dengan
lebih dulu mengeluarkan hawa pukulan keras, lengannya itu
seperti bertemu dengan agar agar yang amal lunak dan
tenaga keras dari lengan kirinya yang menangkis itu seperti
terserap oleh sesuatu yang lunak sehingga tenaganya lenyap
sepert lemparan batu mengenai air yang dalam! Di sebaliknya,
tangkisannya menggunakan rantai emas itu malah kini akan
dicengkeram oleh tangan kiri lawan yang tiba tiba berubah
menjadi sumber tenaga yang panas dan keras. Kiranya
pemuda itu telah dapat merobah-robah tenaga di kedua
tangannya secara mendadak, hal yang sesungguhnya amatlah
sukar untuk dilakukan! Akan tetapi, Tai-lek Hoat-ong adalah seorang tokoh banyak
pengalamannya, maka begitu melihat keganjilan ini, dia
maklum dirinya berada dalam bahaya dan akan celakalah
kalau dia melanjutkan kedua tangkisannya itu maka dia
menyimpan kembali tenaganya dan melernpar diri kebelakang
sambil memutar rantai membentuk gulungan sinar untuk
melindungi tubuhnya. Dan dia berhasil lolos dari lubang jarum!
Biarpun pakaiannya menjadi kotor terkena debu ketika dia
melempar tubuh ke belakang lalu bergulingan ke atas tanah,
namun dia terlepas dari serangan balasan Sian Lun, dan kakek
raksasa itu meloncat bangun dengan muka berobah agak
pucat dan tahulah dia bahwa lawannya ini biarpun masih
muda akan tetapi benar-benar memiliki kepandaian yang amat
luar biasa! Dia merasa penasaran sekali, dan juga agak malu
karena dalam segebrakan saja dia hampir celaka! Kenyataan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini sungguh sukar untuk dipercaya karena dia adalah tokoh
utama dari golongan Khitan yang berada di Tiongkok. Rasa
malu dan penasaran membuat kemarahannya makin berkobar
dan dia lalu mengeluarkan teriakan yang amat nyaring,
teriakan yang menggetarkan jantung dan memekakkan telinga
sehingga Wan Cu cepat menutupi kedua telinganya dengan
tangan. Dengan teriakan masih menggema, kakek itu kini
menerjang ke depan dan mengirim serangan yang lebih cepat
dan lebih kuat lagi, rantai emasnya tidak hanya berobah
menjadi sinar emas bergulung-gulung, akan tetapi juga
mengeluarkan suara bercuitan dan berdesingan !
Sian Lun maklum akan kelihaian lawan,! maka dia bersikap
hati-hati sekali, menggunakan kecepatan gerakan dan
kekebalan kedua lengan untuk mengelak dan menangkis,
kemudian kadang-kadang dia membalas dengan tamparan
tamparan atau cengkeraman cengkeraman kedua tangannya
yang memainkan ilmu Cakar Naga Sakti (Sin hong-jiauw kang)
yang amal hebat itu! Biarpun kakek itu kelihatannya lebih
banyak menyerang, namun sesungguhnya dialah yang
terdesak dan terancam karena setiap serangan balasan dari
Sian Lun selalu, membuat dia kewalahan dan nyaris terkena
tangan ampuh pemuda itu, sedangkan semua serangan rantai
emasnya itu hanya lebih condong kepada perlindungan diri
belaka untuk mencegah pemuda itu dapat membalas dengari
serangannya yang luar biasa.
Betapapun juga sudah dua kali Tai-lek Hoat-ong terpental
ketika ujung-ujung jari tangan Sian Lun berhasil mencium
ujung pundak dan pinggiran pinggulnya. Tubuh kakek itu
tergetar dan rasa nyeri menembus ke tulang sungsum, akan
tetapi dia tidak mau menyerah karena merasa malu dan
bahkan menyerang terus, sungguhpun hatinya sudah merasa
kecut dan gentar karena makin yakin dia kini akan kelihaian
lawan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai menonton dengan mata
terbelalak. Baru sekarang mereka juga tahu benar bahwa
pemuda itu memiliki tingkat yang amat hebat, jauh lebih tinggi
dari pada tingkat mereka, bahkan agaknya masih jauh lebih
tinggi dari pada tingkat kepandaian kakek Khitan itu! Sungguh
luar biasa dan sukar untuk dapat dipercaya! Sedangkan Wan
Cu yang juga terus mengikuti jalannya pertempuran dengan
mata silau dan kepala agak pening karena baginya jalannya
pertandingan itu terlalu cepat, kini merasa makin kagum
kepada pemuda itu. Dan dia merasa makin malu kepada diri
sendiri mengapa tadinya dia berani memandang ringan pada
Sian Lun, bahkan diajaknya pemuda itu berlumba lari,
dianggapnya seperti seorang pemuda yang tingkat kepandaian
silatnya masih rendah saja. Kiranya kini mampu menandingi
lawan seperti Tai-lek Hoat-ong yang telah mengalahkan nenek
guru dan kakek gurunya! Tiba-tiba terdengar Tai-lek Hoat-ong mengeluarkan suara
bentakan nyaring dan rantai emasnya menyambar ke arah
kepala Sian Lun, dibirengi dengan hantaman tangan kirinya ke
arah lambung. Sian Lun menyambutnya dengan tenang, akan
tetapi juga diam diam mengerahkan tenaganya. Tangan
kirinya menangkis lalu mencengkeram, sedangkan tangan
kanannya memapaki hantaman tangan kiri lawan yang menuju
lambung. "Desss! Krekkk!" Tubuh Tai-lek Hoat-ong terlempar dan
terjengkang, rantai emasnya patah dan sebagian tertinggal
dalam cengkeraman Sian Lun. Kakek raksasa Khitan itu
meloncat dan siap untuk menerjang lagi, akan tetapi pada
saat itu nampak debu mengebul dibarengi suara derap kaki
kuda. Ada pasukan yang datang ke tempat itu dan melihat ini
Tai-lek Hoat-ong dan teman-temannya segera meninggalkan
tempat itu tanpa pamit lagi!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heii, pengecut-pengecut, hendak lari ke mana kalian ?"
Wan Cu berteriak, akan tetapi ketika dia hendak mengejar,
Sian Lun mencegahnya. "Sudahlah, moi moi, biarkan mereka pergi! "
Wan Cu memandang kepada pemuda itu dengan wajah
berseri dan sinar mata penuh kagum. "Aihh, suheng. engkau
benar-benar nakal ! Engkau memiliki kepandaian demikian
tinggi dan lihai, akan tetapi kau pura-pura bodoh dan lemah
sampai aku sendiri kena kau kelabuhi!"
Sian-Lun hanya tersenyum dan pada saat itu, pasukan
sudah tiba di situ. Ternyata itu adalah pasukan keamanan
yang dipimpin sendiri oleh Yap Yu Tek yang mengkhawatirkan
keselamatan puterinya dan juga untuk membantu kalau ada
musub menyerbu Kuil Kwan im- bio seperti yang diberitakan
oleh Tan Sian Lun. Ketika Yap Yu Tek mendengar akan
pertempuran yang terjadi di situ, diceritakan secara lancar dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lincah oleh puterinya, dia merasa kagum bukan main kepada
Sian Lu. Mereka lalu masuk ke dalam kuil dan di situ Pek I
Nikouw memandang kepada Sian Lun dengan sinar mata
penuh selidik. "Tan-taihiap memiliki kepandaian yang demikian hebatnya,
dan kalau tidak salah pinni melihat dasar-dasar ilmu silat dari
Lui Sian Lojin. Mengingat bahwa mendiang ayah taihiap, juga
mendiang paman dan bibi gurumu yang mendidik taihiap
adalah murid murid dari Lui Sian Lojin, maka ilmu silat yang
taihiap miliki itu tidaklah aneh. Akan tetap tingkat kepandaian
taihiap sedemikian luar biasa! Puteri mendiang Gan-taihiap
ketika masih kecil diajak pergi oleh Lui Sian Lojin dan agaknya
dididik oleh kakek gurunya itu apakah taihiap juga dididik oleh
Lui Sian Lojin" Apakah pertapa di Kwi-hoa-san itu yang
menjadi guru taihiap?"
Sian Lun merasa bingung. Sebenarnya dia tidak ingin
bercerita tentang dirinya, tentang mendiang gurunya. Akan
tetapi menghadapi pertanyaan yang diajukan oleh Pek I
Nikouw itu, yang didukung oleh pandang mata dari Yap Yu
Tek, Yap Wan Cu, dan juga Tiong-san Lo-kai yang agaknya
ingin sekali mendengar jawabannya, dia tidak melihat jalan


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lain untuk mengelak. "Sebenarnya....... suheng........" saya bukan murid Lui San Lojin "Suheng.......?" Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai berseru
hampir berbareng karena mereka terheran-heran mendengar
pemuda itu menyebut "suheng" kepada kakek gurunya! Lui
Sian Lojin adalah guru dari tiga orang pendekar naga sakti,
guru dari ayah, paman dan bibi pemuda ini, jadi berarti kakek
guru pemuda ini. Bagaimana mungkin pemuda ini
menyebutnya suheng" "Lun-ko, bukankah kakek sakti itu adalah kakek gurumu,
bagaimana koko menyebutnya suheng?" Wan Cu bertanya
secara langsung, dan terus terang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya..... eh, ketika terjadi keributan....... "
"Kabarnya engkau dibawa pergi oleh seorang sakti........ "
sambung pula Wan Cu. "Siapakah locianpwe sakti itu, taihiap?" tanya Pek I Nikouw
dan Sian Lun merasa makin canggung dan jengah karena
disebut taihiap (pendekar besar) oleh nikouw tua ini.
"Beliau adalah paman guru dari suheng Lui Sian Lojin. dan
mendiang suhu telah pesan agar saya tidak menyebut-nyebut
namanya......" "Hmmmm." Tiong-san Lo-kai mengelus jenggotnya dengan
tangan kaku karena pergelangan tangannya sedang dalam
pengobatan dan masih dibalut karena dipatahkan oleh Tai-lek
Hoat-ong tadi "Kalau aku tidak salah, guru dari Lui Sian Lojin
adalah Bu Eng Lojin dan saudara seperguruan dari kukek sakti
ini pernah dikenal sebagai seorang kakek aneh bernama
Siangkoan Lojin....... Akan tetapi dua orang tua itu hanya
tinggal nama saja, tidak pernah muncul lagi di dunia
ramai........apakah engkau hendak mengatakan bahwa
seorang di antara mereka adalah suhumu, taihiap ?"
Sian Lun mengangguk. "Mendiang suhu memang she
Siangkoan........." "Omitohud......! Pantas saja taihiap demikian lihai, kiranya
murid seorang sakti dan taihiap masih terhitung sute dari Lui
Sian Lojin !" Pek I Nikouw berseru penuh kagum.
"Dan kalau begitu, mana pantas aku menyebut suheng"
Engkau, kalau dihitung dari tingkat pantas kusebut........susiok
kong (paman kakek guru)!" kata Wan Cu.
Sian Lun hanya tersenyum kepada dara itu, dan mereka
lalu bercakap cakap. Dengan penuh perhatian Sian Lun
mendengarkan penjelasan Yap Yu Tek tentang keadaan
negara dan sebagian besar dari penjelasan itu sudah di
dengarnya dari Ong-ciangkun. Akan tetapi penuturan tentang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adanya babaya yang mengancam pemerintah, bahkan kini
bahaya itu sudah dirasakannya sendiri dengan adanya
penyerbuan orang Khitan, Tibet dan Beng-kauw, mendorongnya untuk membantu pemerintah. Dia merasa
yakin bahwa kalau ayahnya masih hidup, atau paman dan
bibinya masih hidup, tiga orang pendekar perkasa itu tentu
tidak akan mendiamkan saja negara terancam oleh para
pemberontak yang dibantu oleh orang oraug asing itu.
Sian Lun menceritakan kepada mereka tentang
pertemuannya dengan Ong ciangkun dan tentang cerita
panglima itu. "Ah, negara sedang kalut dan ketenteraman sedang
terancam bahaya," kata Yap Yu Tek. "kalau dibiarkan saja,
akhirnya orang-orang macam mereka yang menyerbu ke sini
tadi tentu akan makin menyusun kekuatan dan merajalela,
dan kalau pemberontakan sampai pecah lagi, kembali rakyat
jelata yang akan menderita hebat."
"Saya akan berangkat menyusul Ong-ciangkun di kota raja
dan saya akan membantu pemerintah untuk menentang para
pemberontak itu" kata Sian Lun yang tergugah semangatnya
melihat sikap orang-orang tua yang masih bersemangat itu.
"Bagus !" Yap Yu Tek berseru girang. "Memang orangorang muda seperti engkau inilah yang amat dibutuhkan oleh
negara untuk menyelamatkan negara !"
Kemudian Yap Yu Tek mengajak Sian Lun untuk singgah ke
rumahnya. Tadinya Sian Lun hendak berpamit dan hendak
langsung melanjutkan perjalanan, akan tetapi Yap Yu Tek
menahannya, dan setelah Wan Cu juga ikut menahannya, dan
mempersilakan dia untuk singgah, terpaksa Sian Lun ikut
bersama rombongan itu, kembali ke kota.
Gan Beng Lian, ibu dari Wan Cu merasa kagum bukan main
mendengarkan penuturan Wan Cu betapa pemuda sederhana
itu telah menghalau semua musuh dan betapa pemuda itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memiliki tingkat kepandaian yang lebih hebat dari pada Pek I
Nikouw atau Tiong-san Lo-kai. Maka timbullah suatu keinginan
di dalam hatinya. Mereka mempersilakan Sian Lun untuk
bermalam di rumah mereka untuk sedikitnya satu malam, dan
malam itu suami isteri Yap ini saling bersepakat untuk menarik
pemuda itu sebagai mantu mereka!
"Ayahnya adalah seorang pendekar sakti yang amat gagah
perkasa, adik seperguruan kakakku Beng Han," antara lain
nyonya membujuk suaminya. "Dan ibunya adalah orang puteri
pangeran. Sekarang, dia memiliki kepandaian hebat, dan juga
wataknya amat baik, pendiam, sederhana dan tidak sombong.
Dia amat pantas menjadi suami anak tunggal kita."
Yap Yu Tek mengangguk-angguk, akan tetapi alisnya agak
berkerut. "Engkau tentu mengerti betapa senang rasa hatiku
kalau saja aku bisa mendapatkan seorang mantu seperti
pemuda itu, isteriku. Akan tetapi, akupun teringat bahwa
syarat utama bagi suatu perjodohan adalah perasaan cinta
kasih antara dua orang muda yang akan dijodohkan. Tanpa
adanya cinta kasih, aku tidak akan memaksa puteriku......... "
"Akan tetapi aku sudah melihat tanda tanda bahwa anak
kita itu amat kagun dan suka kepada Sian Lun. Lihat saja sinar
matanya kalau dia memandang pemuda itu, dan seri wajahnya
ketika dia menceritakan kegagahan pemuda itu, seolah-olah
dia ingin sekali menonjolkan jasa pemuda itu kepada kita."
Yap Yu Tek tersenyum dan merangkul isterinya. "Mungkin
engkau benar karena aku percaya engkau memiliki perasaan
halus dan mudah menangkap gejala-gejala seperti itu. Baiklah,
besok kita bicarakan dengan Sian Lun."
"Dan malam ini aku akan menjajagi isi hati Wan Cu," kata
Gan Beng Lian dengan hati senang dan penuh harapan.
Ketika malam hari itu Gan Beng Lian mengajukan persoalan
perjodohan itu kepada Wan Cu, dara yang biasanya gagah
perkasa dan tak pernah mengenal takut ini menundukkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mukanya yang menjadi merah sekali dan sama sekali tidak
berani menentang pandang mata ibunya! Ibunya tersenyum
dan sudah maklum akan isi hati puterinya. Kalau seorang
gadis tidak menyetujui suatu usul perjodohan, tentu dia akan
langsung saja menolak, marah-marah dan menangis. Akan
tetapi, kalau perawan itu menundukkan muka yang menjadi
merah, menahan senyum dan tidak berani menentang
pandang mata, hanya jari-jari tangannya saja yang
memainkan ujung baju untuk melawan ketegangan hati yang
penuh rasa malu, berarti bahwa gadis itu menerimanya!
"Wan Cu, ibumu tahu akan perasaan hatimu terhadap Sian
Lun. Memang dia seorang pemuda yang patut dikagumi dan
patut dicinta, akan tetapi kami, ayah ibumu, tidak akan
memaksamu kalau engkau tidak setuju. Oleh karena itu,
setujukah engkau kalau besok ayah ibumu membicarakan
perjodohan ini dengan Sian Lun" Kalau engkau tidak setuju,
jawablah, kalau setuju, cukup engkau mengangguk."
Jari-jari tangan yang memainkan ujung baju itu gemetar,
sejenak Wan Cu mengangkat muka, akan tetapi begitu
bertemu dengan pandang mata ibunya, dia menunduk kembali
dan ada titik air mata jatuh di atas kedua pipinya walaupun
bibirnya menahan senyum! Lalu dia mengangguk perlahan,
menahan isak, dan gadis itu meloncat terus lari keluar dari
kamar ibunya ! Gan Beng Lian tersenyum, akan tetapi tanpa disadari lagi
air matanya bercucuran karena haru. Dia cepat memberi tahu
suaminya bahwa puteri mereka telah menyalakan "lampu
hijau". "Sian Lun, sebenarnya apa yang hendak kami bicarakan
denganmu ini menurut patut haruslah melalui perantara dan
walimu," demikian pada keesokan harinya setelah makan pagi.
Yap Yu Tek yang didampingi oleh isterinya itu mulai membuka
percakapan yang didengarkan oleh Sian Lun dengan penuh
perhatian akan tetapi juga penuh keheranan karena pemuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu belum tahu ke mana arah percakapan yang dimulai oleh
tuan rumah itu. "Akan tetapi, mengingat bahwa ayah bundamu telah tiada,
juga pamanmu Gan Beng Han dan bibimu telah meninggal
dunia, bahkan gurumu Siangkoan Lojin telah meninggal dunia
pula sehingga engkau hidup sebatangkara dan tanpa wali,
maka terpaksa kami tidak dapat menghubungi seorang
walimu." Sampai di sini, Sian Lun masih juga tidak mengerti,
maka dia hanya mengangguk tanpa mengganggu lanjutan
ucapan pendekar itu. "Selain itu," tiba - tiba Gan Beng Lian menyambung, "Kami
sudah mengenalmu sejak kecil, dan mengingat bahwa engkau
adalah putera sute dari kakakku Gan Beng Han, bahkan
kemudian seperti putera sendiri dari mendiang Han-koko,
maka boleh dikata bahwa engkau adalah orang atau keluarga
sendiri." Yap Yu Tek mengangguk. "Benar ucapan bibimu ini, Sian
Lun. Maka kamipun tidak merasa ragu-ragu lagi untuk secara
langsung bicara denganmu mengenai urusan ini."
Makin lama makin memuncak keinginan tahu Sian Lun
karena belum juga dia dapat meraba, apa lagi mengerti, akan
maksud dari ucapan-ucapan suami isteri itu "Urusan apakah
gerangan yang paman dan bibi maksudkan?"
"Urusan perjodohanmu, Sian Lun," kat Gan Beng Lian
cepat-cepat. Sepasang mata pemuda itu terbelalak lebar menatap wajah
bibinya ini, kemudian menengok dan menatap wajah
pamannya yang tersenyum saja. Sepasang pendekar itu
memandangnya dengan tersenyum dan Sian Lun menjadi
makin bingung. "Urusan per....... perjodohanku
mengulang dengan gagap. ... ?" akhirnya dia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, perjodohanmu dengan puteri kami Sian Lun. Kami
mengambil keputusan untuk menjodohkan Wan Cu
denganmu, tentu saja kalau engkau tidak keberatan," kata
Yap Yu Tek dengan sikap halus, sedangkan Gan Beng Lian
menatap wajah pemuda itu dengan mata berseri-seri. Senang
sekali rasa hati nyonya itu melihat wajah pemuda yang
tampan sederhana itu tiba-tiba berubah merah sekali dan
matanya sejenak terbelalak, akan tetapi wajah itu lalu
menunduk dan pemuda itu menjadi gugup.
"Paman........ dan bibi........ ini....... ini..." Pemuda itu tidak
mampu melanjutkan kata-katanya karena pemberitahuan itu
datangnya sama sekali tak disangkanya dan benar-benar amat
mengejutkan hatinya. "Kami tahu bahwa engkau tentu terkejut dan bingung, dan
tentu tidak dapat mengambil keputusan ini secara mendadak,
Sian Lun. Akan tetapi pikirkanlah baik-baik. Kalau menurut
perhitunganku, usiamu tentu sudah cukup dewasa, lebih tua
dua tiga tahun dibandingkan dengan Wan Cu," kata nyonya
itu. "Berapakah usiamu tahun ini ?"
"Duapuluh tahun, bibi," Sian Lun menjawab sambil masih
menundukkan mukanya. "Nah, duapuluh tahun! Sudah cukup dewasa dan adikmu
Wan Cu berusia tujuhbelas tahun. Mengingat akan hubungan
antara orang tuamu dengan keluarga kami, maka kami
anggap amatlah tepat kalau Wan Cu menjadi calon isterimu.
Puteri kami itu begitu bertemu denganmu telah merasa suka
dan kagum sekali." Melihat Sian Lun menunduk dan kelihatan
bingung, dan merasa betapa isierinya terlalui mendesak, Yap
Yu Tek lalu berkata dengan tenang dan lembut, "Sian Lun,
tentu saja kamipun tidak ingin mendesakmu, betapapun
senang hati kami kalau engkau tidak menolak niat kami yang
baik ini. Biarlah kami memberi waktu kepadamu selama
setengah tahun untuk menentukan jawabanmu. Ingatlah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa sementara itu, kami menganggap Wan Cu adalah calon
isterimu, harap engkau tidak melupakan hal ini."
Sian Lun adalah seorang pemuda yang semenjak kecil
ditinggal oleh kedua orang tuanya, kemudian dipelihara oleh
Gan Ben Han dan isterinya, menganggap mereka sebagai
pengganti orang tua akan tetapi segera dia dipisahkan lagi
dari suami isteri ini, bahkan begitu dia kembali kepada
mereka, dia hanya mendapatkan makam mereka. Oleh
kesengsaraan hidup yang bertubi-tubi ini dia menjadi perasa
sekali, maka mendengar ucapan suami isteri ini merasakan
betapa baiknya mereka kepadanya, apalagi dia telah dipilih
sebagai calon mantu, suatu kepercayaan dan budi yang
melimpah ruah kepadanya, dia tidak dapat menahan keharuan
hatinya dan segera dia menjatuhkan diri berlutut di depan
mereka. Suami isteri itu tercengang melihat ini.
"Paman Yap Yu Tek dan bibi, sungguh paman berdua telah
melimpahkan budi yang teramat besar kepada saya yang
sebatangkara, miskin dan papa ini, melimpahkan kepercayaan
yang luar biasa sehingga akan menjadi manusia tak kenal


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

budilah kalau saya menolak usul paman berdua. Akan tetapi,
apa yang paman berdua kemukakan itu adalah hal yang sama
sekali tidak pernah terpikir oleh saya, tidak pernah saya
sangka-sangka sehingga saya masih bingung, tidak tahu
harus, menjawab bagaimana karena memang sedikitpun tidak
pernah terpikir oleh saya tentang perjodohan. Oleh karena itu,
mohon paman berdua sudi mengampunkan saya yang tidak
mengenal budi ini, dan terima kasih atas kelonggaran yang
paman berikan kepada saya. Demi langit dan bumi, saya tentu
akan menyampaikan jawaban saya sebelum setengah tahun
ini." Yap Yu Tek saling pandang dengan isterinya kemudian
mereka membangunkan pemuda itu dan menyuruhnya duduk
kembali. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sian Lun, aku yakin sekali bahwa arwah mendiang ayah
bundamu, juga arwah mendiang Han - koko dan isterinya
pasti akan merasa berbahagia kalau engkau dapat berjodoh
dengan Wan Cu. Maka, kuharap saja engkau kelak tidak akan
mengecewakan kami, mengecewakan mereka, dan akan
menerima tali perjodohan ini dengan resmi," kata Beng Lian
dan Sian Lun hanya mengangguk.
Tak lama kemudian Sian Lun berpami untuk melanjutkan
perjalanan ke kota raja, karena sudah bulat tekadnya untuk
mencari Ong ciangkun dan membantu pemerintah
menghadapi golongan-golongan yang menentang pemerintah
dan yang mempunyai kecondongan untuk memberontak atau
membantu pemberontak. Selama dia bercakap-cakap dengan
suami isteri itu. Wan Cu tidak pernah muncul. Sian Lun juga
tidak berani bertanya, karena setelah pernyataan tentang
perjodohan itu oleh Yap Yu Tek berdua, maka nama gadis itu
saja tak berani dia menyebutnya, bahkan teringat akan Wan
Cu saja sudah cukup membuat jantungnya berdebar dan
mukanya menjadi merah. Akan tetapi pemuda ini dapat
menduga bahwa tentu gadis itu sudah tahu akan kehendak
ayah bundanya maka tentu merasa malu untuk bertemu muka
dengan dia. Oleh karena itu, setelah berpamit kepada suami
isteri itu, Sian Lun lalu pergi pada pagi hari itu meninggalkan
kota An-kian, tanpa berani menanyakan Wan Cu sehingga dia
pergi tanpa pamit kepada gadis itu. Akan tetapi, ketika dia
keluar dari kota An-kian dan tiba di tikungan jalan yang sunyi,
terdengar suara halus memanggilnya, "Lun-koko.....!"
Sian Lun berhenti dan menoleh. Kiranya Wan Cu sudah
berada di situ, di tepi jalan dan agaknya memang sudah sejak
tadi menantinya! Jantungnya berdebar dan mukanya menjadi
merah sekali ketika dia melangkah menghampiri dara itu yang
berdiri dengan kepala menunduk. Dara itu memakai pakaian
baru dan kelihatan cantik sekali, akan tetapi pada saat itu Wan
Cu menundukkan mukanya dan hanya mengerling dari bawah
dengan sikap yang malu-malu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adik Wan Cu........kau .......... di sini.....?" Sian Lun
berkata, suaranya lirih sekali, seperti berbisik, bahkan hampir
tidak dapat keluar dari mulutnya dan kerongkongan lehernya
terasa kering. Dia sendiri merasa heran mengapa dia menjadi
seperti orang ketakutan dan bingung macam ini !
Wan Cu mengangguk. "Aku....... sejak tadi menantimu di
sini, koko." Melihat sikap dara itu yang malu-malu, mengertilah Sian
Lun bahwa memang gadis ini sudah tahu akan ikatan jodoh
antara merela yang diusulkan oleh orang tua gadis itu, maka
dia menjadi makin canggung dan malu. Sejenak mereka
berdua diam saja, dan keduanya berdiri berhadapan dengan
kepala ditundukkan, masing-masing tidak berani mengangkat
muka untuk saling memandang! Sungguh lucu sekali keadaan
dua orang muda ini, serba canggung dan serba sungkan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
malu. Terasa benar kesunyian mencekam hati dan membuat
keduanya makin merasa canggung dan gugup. Akan tetapi
akhirnya Sian Lun dapat menguasai ketegangan hatinya
setelah beberapa kali dia menarik napas dalam,
"Cu moi, aku tidak tahu mengapa engkau menantiku di sini,
akan tetapi maafkanlah aku bahwa aku pergi tanpa pamit
darimu karena....... karena....... setelah orang tuamu bicara
tentang....... eh, perjodohan itu...... entah mengapa, aku
merasa malu untuk menanyakanmu .....maka aku pergi tanpa
pamit." Wan Cu tersenyum malu-malu akan tetapi melihat pemuda
itu sudah dapat bicara lancar diapun dapat menenangkan
hatinya, dia mengangkat mukanya dan sejenak keduanya
saling pandang, Wan Cu adalah seorang gadis yang biasanya
lincah jenaka dan tak kenal takut, akan tetapi sekarang dia
mengalami hal aneh yang membuatnya malu-malu dan
merasa canggung sekali. "Koko, akupun......malu bertemu muka denganmu di
hadapan orang lain....... maka ketika mendengar bahwa
engkau akan ke kota, aku sengaja menanti di sini."
Setelah saling menceritakan perasaan hati mereka yang
sama sama malu, aneh sekali bagi kedua orang muda itu,
perasaan canggung dan malu itu malah lenyap! Mereka berani
saling pandang dengan terbuka.
"Cu-moi, aku senang kita dapat saling jumpa di sini dan aku
mendapatkan kesempatan untuk pamit kepadamu. Aku
hendak pergi ke kota raja, moi-moi, dan aku berterima kasih
atas semua kebaikanmu dan kebaikan keluargamu terhadap
diriku." Sian Lun menjura dan segera dibalas oleh Wan Cu.
"Aih! yang seharusnya berterima kasih adalah aku, Lunkoko. Engkau telah menolongku, bahkan menolong keluargaku
Aku sengaja menghadangmu di sini untuk mengucapkan
terima kasih dan selamat jalan kepadamu..... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, engkau baik sekali, Cu-moi."
"Dan selain itu, aku.......aku.. ." Tiba- tiba dara itu menjadi
gugup kembali dan kini dengan kedua tangan gemetar dia
meraba-raba ke arah lehernya di balik bajunya.
"Ada apakah, moi-moi ?" Sian Lun bertanya, memandang
tajam dan agak khawatir. Kini kedua tangan yang gugup dan gemetar tadi sudah
berhenti meraba-raba leher, dan sudah turun lagi dan di
tangan kanan itu tergantung seuntai kalung emas dengan
hiasan mata batu giok hijau.
"........ ini........ aku
kepadamu, koko........ "
ingin memberikan kalungku ini "Ehh" Kalung begitu indah dan tentu mahal, untuk apa
kauberikan kepadaku, moi-moi " Aku seorang laki-laki, tidak
biasa memakai perhiasan ....." Pemuda yang masih hijau ini
bertanya dengan jujur karena memang dia merasa bingung
dan tidak mengerti mengapa dara itu memberikan kalungnya
kepadanya ! Wan Cu adalah seorang gadis kota, tentu saja dia sudah
sering mendengar dan tahu akan arti pemberian benda-benda
berharga antara tunangan atau pacar. Akan tetapi, mendengar
pertanyaan ini dia tidak merasa tersinggung atau marah. Dia
juga tahu bahwa pemuda ini sejak kecil pergi bersama orang
sakti dan pemuda ini amat jujur, benar-benar tidak mengerti
akan pemberian antara muda-mudi itu. Justeru karena ketidak
mengertian pemuda itu, rasa canggung dan malunya meluntur
dan ia tersenyum. "Koko, terimalah pemberianku ini untuk
tanda mata untuk tanda terima kasihku kepadamu. Tanda
mata ini boleh saja kaupakui, atau boleh kau simpan sebagai
kenang-kenangan, koko." Gadis itu menyerahkan kalungnya
dan diterima olehSian Lun dengan jantung berdebar karena
biarpun dia tidak mengerti, akan tetapi ada sesuatu yang
menggerakkan perasaannya dalam pemberian ini, pemberian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebuah kalung yang biasanya menempel di leher dan dada
gadis itu! Ketika menerima kalung, tanpa disengaja jari jari
tangan mereka saling bersentuhan dan ini menimbulkan
getaran yang sedemikian hebatnya sehingga terasa oleh
keduanya sampat ke ujung kaki !
"Terima kasih, moi moi, akan tetapi...... pemberianmu
begini berharga, sedangkan aku ....... aku tidak mempunyai
apa apa untuk diberikan kepadamu. "
Wan Cu menoleh ke kanan kiri
tersenyum dan berkata, "Biarpun
sehelai daun, atau sepotong batu
berharga bagiku asal engkau yang
ko." dan ke bawah, lalu dia hanya setangkai bunga, akan merupakan barang memberi kepadaku Lun- "Bunga........" Batu.......?" Sian Lun menengok ke kanan
kiri. Tidak ada bunga di situ dan biarpun ada pohon di tepi
jalan, kalau hanya memberi daun rasanya amat tidak patut
mending kalau ada bunga, Dan batu! Banyak batu berserakan
di jalan, dan teringatlah dia ketika dia baru melatih, sinkang di
bawan bimbingan Siangkoan Lojin, dia sering membuat
mainan - mainan dari batu dengan kedua tangannya. Sian Lun
lalu memungut sepotong batu sebesar kepalan tangan,
kemudian dia mengerahkan sinkangnya dan menggosok gosok
batu itu dengan tangan. Nampak debu mengepul dan batu itu
telah digosoknya sampai menjadi semacam bola yang amat
halus permukaannya! "Aku tidak memiliki apa-apa, moi-moi, nah, biarlah benda
ini, sepotong batu biasa, kuberikan kepadamu."
Wan Cu terbelalak, matanya bersinar-sinar, wajahnya
berseri dan kedua pipinya meniadi kemerahan, hatinya girang
bukan main. Dia menerima batu itu. "Ah, terima kasih, koko,
aku akan menyimpan benda ini selama hidup" Dan kembali
jari-jari tangan mereka saling sentuh. Anehnya, mereka
berdua tidak segera menarik tangan dan jari-jari tangan itu
sampai agak lama saling bersentuhan, dan dari jari-jari tangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka itu keluar getaran hangat yang langsung menyerbu
jantung. "Nah, sekarang aku akan melanjutkan perjalananku,
Cu-moi. Selamat tinggal."
"Selamat jalan, koko, sampai jumpa lagi."
"Sampai jumpa lagi........" Sian Lun mulai melangkah pergi.
"Koko.......!" Sian Lun menahan langkahnya dan memutar tubuhnya.
Dara itu telah mengikutinya dan kini memandang kepadanya
dengan sinar mata aneh dan lembut, setengah terpejam dan
bulu matanya bergerak-gerak.
"Ada apakah, Cu-moi?"
"Koko, engkau tentu ....... akan cepat datang ke sini, bukan
?" Sian Lun tersenyum. "Begitu ada kesempatan, aku akan
mengunjungi keluargamu. "
"Sebelum enam bulan?" Suara dara itu mengandung
desakan dan Sian Lun segera teringat akan janjinya terhadap
orang tua dara ini untuk memberi keputusan tentang
perjodohan itu sebelum enam bulan. Teringat akan itu, tibatiba mukanya berobah merah. Tadinya ada perasaan mesra di
hatinya terhadap dara ini sebagai saudara, atau sebagai
sahabat baik sekali, akan tetapi begitu teringat akan
perjodohan, pemuda ini menjadi gugup dan bingung lagi. Dia
tidak menjawab, hanya mengangguk saja.
Wajah Wan Cu berseri, "Koko, selamat jalan dan
aku.......aku akan menantimu siang malam dengan penuh
harapan...... ". Dan mendekapkan batu itu ke dadanya dan
melihat ini Sian Lun cepat, mengangguk sebagai
penghormatan terakhir dan cepat pergi meninggalkan dara itu.
Setelah melalui sebuah tikungan, baru Sian Lun berani
menengok dan tidak melihat lagi adanya gadis itu, dan barulah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia berjalan perlahan-lahan dan tenggelam dalam lamunan.
Dia merasa heran sekali mengenangkan sikap Wan Cu yang
demikian baik dan mesra terhadap dirinya. Dan dia sendiripun
tidak tahu perasaan apa yang terkandung di hatinya terhadap
dara itu. Dia suka dan kasihan kepada Wan Cu, akan tetapi dia
tidak tahu apakah dia akan suka menjadi suami dara itu
ataukah tidak. Sama sekali dia belum pernah memikirkan
tentang perjodohan, dan pernyataan orang tua gadis itu
sungguh membuat dia bingung. Akan tetapi, mereka telah
demikian baik kepadanya, dan gadis itu sendiri sedemikian
ramah dan baiknya. Orang tua gadis itu adalah pendekarpendekar gagah perkasa, dan gadis itu seorang yang cantik
dan gagah pula, berbudi baik, keturunan pembesar dan kaya
raya. Apalagi yang kurang" la harus mengakui bahwa orang
yatim piatu miskin seperti dia, seolah-olah menerima ganjaran
yang luar biasa besarnya kalau sampai dapat menjadi suami
Wan Cu! Mana mungkin dia dapat menolak mereka" Apa yang
akan dijadikan alasan untuk menolak Wan Cu" Akan tetapi,
waktunya masih lama dan kini urusan besar dan penting
menantinya, yaitu pertemuan dengan Ong-ciangkun dan
menawarkan tenaganya untuk membantu pemerintah
menentang pemberontakan, mempertahankan ketenteraman
rakyat sesuai dengan yang dipesankan oleh mendiang
gurunya. Perjodohan" Siapa yang memikirkan hal itu dalam keadaan
sebatangkara seperti dia ini" Tidak ada orang yang dekat
dengannya. Dan setelah kematian Gan Beng Han dan isterinya
maka orang yang terdekat dengan dia adalah, Ling Ling atau
Gan Ai Ling puteri pamannya itu dan barangkali juga Coa Gin
San, murid mendiang paman dan bibinya. Ah, kalau saja ada
mereka berdua, tentu dia dapat memperbincangkan urusan
perjodohan yang diajukan oleh orang tua Wan Cu itu dengan
mereka. Dan biasanya. Gin San amat cerdik dalam
menghadapi soal - soal yang sulit, tentu sahabatnya atau juga
sutenya itu akan menemukan jalan bagaimana baiknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dimanakah mereka berdua" Teringat akan Gin San yang nakal
dan Ling Ling yang lincah jenaka, wajah pemudi itu berseri
gembira, akan tetapi segera menjadi muram ketika dia
teringat bahwa dua orang itu masih belum diketahuinya
berada di mana. ~0-dwkz~bds~234-0~ Kakek itu sudah tua sekali, tentu sudah mendekati seratus


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tahun usianya. Dia berdiri di depan guha yang besar itu, dan
biarpun wajahnya penuh keriput usia tua, namun tubuhnya
masih dapat berdiri tegak dengan punggung lurus, dan kedua
kakinya terpentang lebar. Pada wajah yang keriputan itu tidak
terbayang perasaan apapun, namun pandang matanya berseri
ketika dia memandang kepada seorang dara yang berlutut di
depannya. Dara itu berusia delapanbelas tahun, berpakaian
sederhana berwarna hijau. Wajahnya manis sekali, dan
Pukulan Si Kuda Binal 3 Wisma Pedang Seri 4 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Pecut Sakti Bajrakirana 4
^