Pencarian

Pendekar Bloon 13

Pendekar Bloon Karya S D Liong Bagian 13


marah bukan kepalang. Iapun meronta sekuat-kuatnya.
"Eh, babi ini juga minta disembelih," kata Kakek Kerbau
Putih yang jengkel juga melihat tingkah Na Kok kong.
"Salah !" tiba2 Lo Kun berteriak, "dia bukan babi. Babi tentu
gemuk ....." "Huh, dia juga gemuk. Tuh lihat perutnya besar" seru kakek
Kerbau Putih. 'O, benar, memang perutnya gemuk. Tetapi badannya
mengapa kecil ?" seru kakek Lo Kun, "oh, dia mirip seekor
katak" "Bagus, bagus !" tiba kakek Kerbau Putih berteriak
kegirangan, "katak enak sekali dimakan Hayo. kita sembelih
katak ini." Habis berkata iapun terus menghampiri dan mencabut
golok dari pinggang Na Kok-kong.
"Jangan kakek Kerbau Putih" teriak Blo'on, "dia bukan
katak tetapi manusia"
Saat itu kakek Kerbau Putih sudah terlanjur mencekal
tengkuk Na Kok-kong dan berdiri rapat dengan orang itu.
Pada saat Blo'on berseru mencegah tiba2 Na Kok-kong
mendengkung sekuat-kuatnya dan plok ...
"Aduh ...." Kakek Kerbau Pulih menjerit kesakitan seraya mendekap
pipinya. Ternyata karena mulutnya tersumbat. Na Kok-kong
telah melancarkan ilmu tenaga-dalam Ha ma-kang,
mengantarkan segumpal ingus untuk menyemprot muka
Kerbau Putih. Walaupun hanya segumpal air ingus tetapi karena
disemburkan dengan tenaga Ha ma-kang maka berubahlah
ludah tercampur ingus itu menjadi semacam senjata yang
cukup membuat kakek Kerbau Putih meringis kesakitan sampai
mengaduh-aduh ..... "Aduh. baunya ..... !" teriak kakek Kerbau Putih sesaat ia
mengusap gumpalan ingus yang melekat pada pipinya!
Tiba2 ia maju dan mengusap pipinya ke pakaian Na Kokkong,
sret, sret ... kebetulan muka kakek Kerbau Putih itu
menggosok-gosok pada Lambung orang dan seketika itu
menggelinjang gelinjanglah tubuh Na Kok-kong karena geli. la
geli lekali tetapi tak dapat tertawa maka hanya tubuhnya yang
terkial-kial keras. "Diam !" bentak kakek Kerbau Putih seraya menerkam
lambung Na Kok-kong sekuat-kuatnya. Terkaman itu tanpa
sengaja telah mengenai jalandarah yang membuat Na Kok
kong tak dapat berkutik. Dan karena tanpa sengaja kakek
Kerbau Putih itu menggunakan tenaga-dalam dingin, maka
kakulah Na Kok-kong. "Tuh, sekarang engkau tentu tak dapat berkutik" kata kakek
Kerbau Putih. "Lho, mengapa babi gemuk ini masih meronta-ronta saja."
tiba2 kakek Lo Kun berteriak, Rupanya ia malu dengan kakek
Kerbau Putih yang dapat menundukkan Na Kok kong. Maka
iapun terus menusukkan jarinya kelambung Auyang Hok.
Hek ..... Auyang Hok menjerit tertahan dan seketika iapun
kaku seperti patung. Blo'on terkejut heran, serunya : "Kakek Lo Kun ilmu apakah
yang engkau gunakan untuk membuatnya diam itu ?"
Sambil membusungkan dada menjawablah LoKun : "Itu
namanya ilmu Tiam-hiat (menutuk jandarah). Orang yang
terkena tiam-hiat tentu akan menjadi patung yang tak dapat
bergerak" "Apa dia akan mati ?" tanya Blo'on.
"Tidak," sahut kakek Lo kun "asal diurut lagi supaya
jalandarahnya terbuka, dia tentu dapat bergerak pula".
"O, kalau begitu cobalah kakek menutuknya supaya
bergerak." "Anak bloon, masakan engkau tak percaya pada
omonganku, Nih, lihatlah, " ia terus tusukkan jarinya ke
lambung Auyang Hok. Crek, kembali lambung itu terkena
tutukan lagi sehingga tubuh Auyang Hok makin kaku.
"Celaka !" teriak Lo Kun, "aku lupa bagaimana cara
membukanya ... , " "Oh," Blo'on mengeluh kaget, "lalu bagaimana dia nanti ?"
Lo Kun garuk2 kepalanya tak dapat menjawab. Kemudian ia
berpaling ke arah kawannya.
"Hai, Kerbau Putih, apakah engkau juga dapat membuka
jalandarah si katak itu ?"serunya.
Sambil mengangkat bahu, kakek Kerbau Putih menjawab :
"Mengapa tidak bisa " Goblok engkau Lo Kun !"
Lo Kun garuk2 kepala lagi.
"Ya, Lo Kun memang goblok, eh ... tidak, aku tidak goblok
hanya lupa caranya" bantahnya seorang diri. Kemudian
berseru, "hai, Kerbau Puluh, cobalah engkau tutuk jalandarah
si katak (Na Kok-kong) supaya dapat bergerak lagi. Setelah itu
aku minta tolong supaya engkau membuka jalandarah babi
ini" ' "Buat apa membuka jalandarahnya " Bukankah lebih baik
biarkan saja mereka tak bergerak" Bukankah kalau bergerak
katak ini bisa menyemprot ingus lagi kepadaku ?" jawab kakek
Kerbau Putih. "Plak", Lo Kun menampar gundulnya sendiri.
"O, ya. ya benar" serunya "perlu apa halus membuka
jalandarahnya ?" Kemudian ia berpaling ke arah Blo'on, tegurnya marah :
"Anak blo'on, engkau memang blo'on. Mengapa engkau suruh
aku membuka jalandarah babi ini " Biarkan saja dia jadi
patung atau jadi apa saja. Nanti kawan-kawannya tentu
datang menolongnya ..."
"Hai, mana engkoh Liok tadi ?" tiba Blo'on tak menggubris
kata2 kakek Lo Kun melainkan berpaling kesamping. Demi
melihat pemuda Liok tidak berada di situ, demikian pula iblis"
tertawa To Hoan, menjeritlah Blo'on,
Lo Kun dan Kerbau Putihpun melonjak kaget. Mereka baru
mengetahui bahwa kawan mereka sipemuda Liok tadi, hilang
dari tempat itu. ''Celaka, hayo kita cari !" tanpa peduli apa2 lagi, Blo'on
terus lari kemuka. Lo Kun dan Kerbau Putih terpaksa mengikuti.
Pertama-tama yang muncul yalah burung rajawali atau si
Bagus. Kemudian muncul pula monyet si Hitam. Kedua
binatang itu rerus mengikuti Blo'on.
Sepeminum teh lamanya berlari mereka tiba di sebuah
bukit. Ketika melintasi sebuah tikungan karang, tiba2
terdengar seseorang berteriak gembira.
"Ai, ai, benar, benar, akhirnya kalian memang datang ke
sini ... " Blo'on dan kedua kakek hentikan larinya dan berpaling.
"Ah, engkau engkoh Liok!" seru Blo'on ketika melihat
seorang pemuda tengah duduk beristirahat diatas sebuah batu
karang. Pemuda itu memang pemuda she Liok. Siapa namanya
yang lengkap, ia hanya mengatakan: sebagai Liok Sin-lam.
Pemuda itu loncat turun ke tempat rombongan kawankawannya.
"Ya, memang aku," kata pemuda Liok itu sambil tertawa,"
sudah lama juga aku menunggumu di sini. Kukira kakek itu
bohong?" "Aku ?" teriak Lo Kun, "engkau mengatakan aku bohong "
Aku bohong apa kepadamu ?"
Pemuda Liok yang sudah kenal akan watak kakek limbung
itu hanya tertawa, sahutnya: "Bukan kakek engkau, tetapi lain
orang lagi." "O, engkau mendapat kakek baru lagi." Blo'on." mana
orangnya ?" "Ya, memang aku bertemu dengan seorang kakek baru
yang aneh, pemuda Liok menerargkan, pada saat aku hampir
terancam bahaya hendak dipukul lawanku tadi, aku berusaha
untuk loncat ke dalam gerumbul. Tiba2 aku seperti
membentur sebuah tangan orang dan tahu aku tak sadarkan
diri. Ketika aku membuka mata, dihadapanku tampak seorang
kakek tua berjenggot putih. Dengan tersenyum dia suruh aku
menunggu kedatangan kamu sekalian ditempat ini ....."
"Siapa dia ?" seru Blo'on.
"Waktu kutanyakan bagaimana dengan tokoh Kay-pang
bertempur dengan aku itu, dia hanya tertawa dan mengatakan
kalau sudah beres. Tokoh Kay pang itu sudah jinak dan
mengakui dosa, saat ini sudah masuk menjadi paderi gundul.
Aku percaya saja keterangannya. Tetapi ketika kutanyakan
namanya, kakek jenggot putih itu hanya tertawa dan
mengatakan ringkas bahwa namanya kakek Jenggot putih.
Aku hendak membantah tetapi dia sudah lantas loncat
pergi....." "Uh, aneh juga," gumam Blo'on, "nanti kalau ketemu
dengan seorang kakek jenggot putih kita tangkap saja."
"Mengapa ?" pemuda Liok kerutkan alis yang bagus.
"Dia harus memberi tahu namanya yang sungguh." kata
Blo'on, "masakan seorang manusia tak punya nama....."
"Ha, ha, ha." tiba2 kakek Lo Kun tertawa geli dan panjang.
Blo'on melongo, serunya: "Kakek Lo, mengapa engkau
tertawa begitu geli ?"
"Karena mendengar kata-katamu yang lucu tadi," sahut Lo
Kun, "Lucu " Apanya yang lucu ?"
"Engkau mengomeli orang yang tak punya nama, ha, ha,
tetapi engkau sendiri bagaimana ?", kata Lo Kun.
"Aku?" Blo'on menegas, "jelek2 kan aku punya nama juga?"
"Siapa ?" tanya Lo Kun.
"Blo'on !" Terdengar gelak tertawa dalam berbagai nada dan irama
dari kawan2 Blo'on. Pemuda Liok pun tertawa mengikik.
Tiba2 Blo'on terus ayun langkah berjalan pergi.
"Hai, hendak kemana engkau?" seru kakek Kerbau Putih.
"Melanjutkan perjalanan lagi," sahut Blo'on.
Terpaksa orang2 itupun mengikutinya. Setelah melintasi
bukit tiba2 mereka mendengar suara anjing menggonggong
keras. Blo"onpun berhenti.
"Hai, si Kuning !" serunya kejut2 girang.
Seekor anjing tampak berlari lari muncul dari dalam hutan.
Mulutnya menggondol sebatang pedang.
Melihat kawannya datang, si monyet Hitam-pun terus loncat
menyambut. Ia hendak menarik pedang di mulut si Kuning.
Tetapi rupanya anjing kuning tak mau melepaskannya,
Monyet Hitam berkuik-kuik ngotot hendak menarik pedang
itu tetapi anjing tetap bertahan tak mau melepaskannya.
Terjadilah tarik menarik adu kekuatan diantara kedua binatang
itu. "Hai, apa - apaan kalian itu," Blo'on menghampiri,
"mengapa saling berebut pedang " Hayo, berikan kepadaku."
Monyetpun menyisih ke samping dan si Kuning maju
kemuka Blo'on lalu lepaskan pedang dibawah kaki tuannya.
Sambil memungut pedang, Blo'on berkata : "Pedang ini
milik orang desa tadi. Baiklah kusimpannya dulu. Apabila
ketemu lagi dengan dia, tentu akan kuberikan."
"Benar," kata pemuda Liok, "tetapi simpanlah di dalam baju
jangan sampai terlihat orang! Ingat, orang2 Kay-pang tadi
tentu berusaha hendak merebut pedang itu."
Demikian mereka melanjutkan perjalanan lagi. Dan dua hari
kemudian tibalah mereka disebuah desa dekat perairan sungai
Hongho atau sungai Kuning.
Mereka mendapatkan desa itu sunyi senyap. Rumah2
penduduk kosong penghuninya. Di sebuah rumah mereka
bertemu dengan seorang nenek yang sudah tua sekali.
"Nenek tua," kata pemuda Liok dengan suara lembut, "kami
pendatang dari luar daerah yang kebetulan lalu di desa ini.
Maksud kami karena hari sudah petang, hendak minta
menginap disini." Nenek itu menghela napas : "Maaf, nak" penduduk desa
nelayan sini sedang sibuk berkumpul ditempat ketua desa. Aku
seorang nenek tua tak dapat melayani kalian."
Setelah pertanyakan letak rumah ketua desa Blo'on dan
rombongannya segera mencari tempat itu.
Ternyata di rumah kediaman ketua desa sedang
diselenggarakan sebuah pertemuan besar, diri seiuruh rakyat
desa itu. Rumah besar yang dipakai untuk maksud pertemuan
itu, penuh dengan rakyat, baik laki maupun perempuan.
Lampu yang menerangi rumah itu terang benderang sekali.
Kedatangan rombongan Blo'on sangat mengejutkan
mereka. Kepala desa, seorang lelaki berumur 50-an, bertubuh
tegap dan berkulit kehitam-hitaman, segera diiringi oleh
beberapa lelaki, keluar menyambut.
Pemuda Liok tak ingin terjadi salah faham yang
mengakibatkan suasana keruh. Ia mewajibankan diri sebagai
jurubicara dari rombongannya.
"Paman sekalian" serta merta ia memberi hormat, "kami
datang dari jauh dan kebetulan lalu di desa ini. Karena hari
sudah malam, kami hendak mohon menginap di desa ini."
Kepala desa dan beberapa lelaki kekar itu memandang
rombongan tetamu dengan seksama. Dari pemuda Liok, Blo'on
sampai pada kedua kakek Lo Kun dan Kerbau Putih tak lepas
dari pandang penelitian mereka.
Blo'on tercengang heran. Ia sibuk memandang dan meneliti
dirinya. "Eh, paman", tiba2 ia berseru "apa yang engkau pandang
pada diriku ?" "Siapa engkau ini ?" tanya kepala desa.
"Aku seorang manusia seperti engkau. Apa engkau kira aku
ini monyet " Kalau monyet, inilah macamnya," Blo'on
menunjuk pada si Hitam. "Ya, kutahu engkau seorang manusia," jawab kepala desa
itu, "kau masih muda, tetapi kenapa kepalamu gundul dan
memakai rambut seperti sepasang tanduk ?"
"Keparat !" teriak Blo'on. Kepala desa itu terkejut : "Keparat
" Siapa yang engkau maki ?"
"Orang Hoa-san-pay," sahut Blo'on, "merekalah yang
menggunduli rambutku dengan pedang pusaka sehingga tak
dapat tumbuh lagi. Hanja bagian dua samping ini yang
tumbuh". Sambil berkata Blo'on menunjuk pada kedua ikat
rambutnya. "Siapa namamu ?" tanya kepala desa itu pula. Rupanya
diam2 kepala desa itu tertarik juga perhatiannya.


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Blo'on." Kepala desa melongo, serunya : "Blo'on " itu bukan nama
tetapi semacam kata ejekan."
"Eh, pak tua" kata Bio"on "jangan engkau sembarangan
bicara. Blo'on itu namaku, mengapa engkau tak percaya. Lalu
siapa namamu ?" Tanpa menghiraukan pertanyaan Blo'on, kepala desa itu
beralih menghadap kakek Lo Kun. Melihat seorang kakek tua,
kepala desa itu mengangguk kepala selaku memberi hormat.
"Maaf, paman," katanya, "dari manakah paman ini ?"
Lo Kun deliki mata : "Sudahlah, jangan banyak bicara basa
basi. Lekas berikan kami tempat menginap dan makanan.
Sudah setengah hari aku tak menelan nasi."
Mendengar kata2 kakek Lo Kun yang kasar, seorang lelaki
yang mengiring di samping kepala desa itu, membentak :
"Kakek tua, jangan sekasar itu terhadap kepala desa kami !
Engkau tahu dengan siapa engkau berhadapan ?"
Kepala desa buru2 mencegah orangnya : "Hay-cu, jangan
cari perkara." Kemudian kepala desa itu berkata kepada kakek Kerbau
Putih : "Dari manakah paman ini?"
"Kami beramai-ramai hendak menuju ke Laut Hitam. Karena
kemalaman, kami minta menginap disini," sahut kakek Kerbau
Putih. Kepala desa itu kerutkan dahi : "Laut Hitam " Dimanakah
laut itu ?" "Lho, apakah di negeri kita ini tak ada Laut Hitam?"
Sejenak kepala desa itu kerutkan kening, lalu menjawab :
"Kami hidup sebagai nelayan di desa Hong-ke cung sini sudah
berpuluh-puluh tahun Sering kami berlayar mencari ikan jauh
sampai ke muara laut. Sepanjang pendengaran kami, di
sebelah selatan hanya terdapat sebuah Laut Kuning. Tetapi
Laut Hitam kami tak pernah mendengar"
"O," kakek Kerbau Puih garuk2 kepala, lalu menegur Blo'on,
"tuh dengarlah. Siapa yang bilang kepadamu kalau di Laut
Hitam terdapat seekor naga ?"
Blo'on menyeringai : "Sudahlah, jangan pedulikan orang ini.
Cobalah lihat binatang piaraanku ada Kuning, ada Hitam ada
Bagus. Kalau ada Laut Kuning masakan tak ada Laut Hitam "
Masakan laut kalah dengan binatang saja?"
"Hai, benar, benar," kata kakek Kerbau Putih lalu berpaling
kepada kepala desa, "ho, jangan engkau membohongi aku.
Ada Laut Kuning tentu ada Laut Hitam".
Kepala desa tertegun. Segera ia mendapat kesan bahwa ia
sedang berhadapan dengan rombongan manusia2 yang
kurang waras otaknya. Lebih baik tak perlu banyak omong
agar dapat melanjutkan pertemuan lagi.
"Baiklah," katanya, "kalian boleh bermalam di rumah ini.
Tetapi karena tempat ini sedang digunakan untuk rapat, maka
harap kalian tunggu saja".
"Boleh," seru kakek Lo kun, "tetapi kami minta makan dulu.
Sudah setengah hari, perutku kosong."
Sebenarnya kepala desa itu mendongkol tetapi ternyata dia
seorang yang memiliki kesabaran besar. Segera ia perintahkan
seorang lelaki untuk membawa rombongan tetamu itu pulang
kerumah kepala desa dulu.
Kepala desa mempunyai dua orang anak, yang besar
seorang dara berumur 15- 16 tahun. Dan yang kedua,
seorang anak lelaki berumur 10 tahun.
Karena ayahnya sedang memimpin rapat di gedung
pertemuan, maka anak lelaki kecil itu yang menemani'
tetamunya makan. Sedang tacinya atau dara itu yang
melayani. "Ho, mengapa hidangannya terdiii dari ikan laut semua ?"
seru kakek Lo Kun. "Maaf, kakek," kata Hay-po anak kecil itu, "memang kami
nelayan disini, tiap hari makannya ikan sungai."
Beberapa saat kemudian, kembali kakek Lo Kun berteriak :
"Hai, anak kecil, siapa yang masak ikan le-hi ini ?"
"Taci ku." "Mana tacimu ?"
"Itu," kata Hay-po seraya menunjuk kepada sidara.
"Hai, anak perempuan," Lo Kun berpaling, "mengapa
sebagai anak perempuan engkau tak pandai masak " Cobalah,
masakan ikan lehi rasanya begini hambar, kurang manis,
kurang asam." Pemuda Liok tak enak hati. Masakan seorang tetamu berani
mencelah hidangan dari tuan rumah. Ia hendak mencegah
kakek Lo Kun tetapi dara itu dengan tersenyum sudah
mendahului. "Ya, baiklah," katanya tertawa," akan kutambah garam dan
gula." Tak berapa lama masuk, dara itupun keluar dengan
membawa cupuk berisi garam dan gula.
"Celaka, terlalu asin !" Lo Kun menjerit lagi serelah
menambahi garam pada masakan ikan le-hi. la menyambar
gula dan terus dituangkan. Setelah mencicipi, ia berteriak,
"gila, sekarang terlalu manis ... "
Dia menambahi garam dan mencicipi : "Ai terlalu asin . , "Ia
menambahi gula, kemudian mengeluh terlalu manis. Demikian
sampai terjadi berulang kali. Gula habis, garampun habis.
"Hi, hi, hi ..... " Hay-po si anak kecil tertawa geli. Demikian
juga tacinya si dara yang bernama Hay-giok, juga tertawa
mengikik. "Kurang ajar, bocah edan" Lo Kun delik mata pada Hay-po
"mengapa engkau malah tertawa" Hay po melongo. la tak kira
kalau seorang tetamu berani memakinya. Sesaat kemudian
iapun membalas ; "Jangan bicara sembarangan, kakek sinting.
Siapa yang gila " Bukankah salahmu sendiri menambahi gula
dan garam ?" "Ya, tetapi mengapa engkau tertawa ?"
"Siapa melarang aku tertawa" Bahkan orang2 Naga
Kuningpun tak melarang aku tertawa ?"
"Naga Kuning ?" Lo Kun terkesiap, "siapa Naga Kuning ?"
Belum anak itu menjawab, tiba2 Blo'on sudah menyambar
tangan anak itu : "Adik kecil di manakah naga kuning itu " Ah,
kalau ada naga kasih tahu aku mana tempatnya. Aku hendak
menangkap naga. Nanti kuberikan kulit dan dagingnya
kepadamu Aku hanya mengambil otaknya saja".
Sudah tentu bocah itu melongo. Diberondong dengan kata
dari Blo'on yang laksana hujan mencurah itu, dia sampai tak
dapat menjawab. "Eh, engkoh gundul," sesaat kemudian baruIah anak itu
dapat berkata, "engkau hendak mencari naga ?"
"Betul adik kecil," kata Blo'on penuh harap "aku memang
butuh hendak membunuh naga. Akan kuambil otaknya untuk
mengobati otakku yang kosong."
Anak kecil itu merenung sejenak. Tiba2 ia mendapat akal.
"Ya, memang ada," katanya, "tetapi apa engkau berani
melawan naga ?" "Siapa bilang tidak berani ?" teriak Blo'on, "begitu kulihat
naga tentu akan kutampar kepala nya !" ..... brak ... tanpa
disadari karena terangsang oleh semangatnya yang menyalanyala
tangan Blo'onpun menampar meja makan. Mangkuk
yang perisi masakan ikan le-hi di depan kakek Lo Kun
mencelat dan tumpah ke pakaian kakek itu.
"Aduh ... , " teriak Lo Kun seraya menyudut mundur, brak
... karena gerakan menyurut mundur itu dilakukan dengan
tiba2, kursi yang didudukinya itupun terpelanting jatuh dan ia
terjerembablah kakek itu.
Si dara Hay-giok terkejut. Cepat2 ia menolong kakek itu
bangun. Tetapi secepat itu kakek Lo Kun menghalau tangan si
dara supaya jangan menjamah lengannya, kemudian ia
menuding Blo"on. "Bloon, engkau berani menyiram kuah panas kepadaku ?"
teriaknya seraya maju menghampiri.
Melihat kakek itu marah, pemuda Liok cepat menghadang :
"Sudahlah, kakek Lo, engko Blo'on memang tak sengaja.
Jangan marah ..." "Ya, tetapi dia harus mengganti kuah lehi itu," kakek Lo Kun
masih uring-uringan. Dara Hay-giok melangkah maju: "Jangan kuatir, kakek. Apa
engkau suka kepiting?"
Tiba2 kakek linglung itu deliki mata kepada si dara : "Ho,
bocah perempuan, kalau punya kepiting, mengapa tidak
engkau keluarkan dari tadi" Engkau tuan rumah tetapi begitu
pelit." 'Ya, tunggulah," kata si dara terus melangkah masuk.
Dalam pada itu si anak kecilpun bertanya kepada Blo'on :
"Siapa yang dimaki blo'on itu ?"
"Dia bukan memaki, melainkan memanggil namaku," kata
Blo'on. "Apakah namamu Blo'on ?"
Blo'on mengiakan : "Hebat bukan ?"
Bocah lelaki itu tertawa geli. "Jangan tertawa saja !" tiba2
Blo'on membentuk "lekas beritahukan di mana tempat naga
kuning itu ?" "Oh, itu," kata Hay po, "tetapi ada kalanya naga itu
menjelma menjadi manusia. Dia memang naga siluman."
"Tidak peduli dia akan menjelma jadi manusia atau apa
saja, aku tak takut dan tetap akan membunuhnya," kata
Blo'on. "Dan dia punya banyak anakbuah ....."
"Tidak takut!" tukas B'o'on.
"Baik," kata anak lelaki itu, "nanti engkau boleh minta izin
kepada ayahku untuk membunuh gerombolan naga kuning
itu." Belum Blo'on menyahut, tiba2 si dara Hay-giok muncul
dengan membawa sepiring kepiting rebus lalu dihidangkan di
muka kakek Lo Kun. "Inilah kepitingnya ..."
"Bagus anak perempuan, seru kakek Lo kun, "ah, kalau
dulu aku menikah dengan kekasihku, tentu sudah mempunyai
anak perempuan sebesar engkau. Anak perempuan pandai
masak dan dapat meladeni ayahnya."
"Tetapi kepitingnya masih setengah matang."
"Apa ?" tanya kakek Lo Kun.
"Ya, memang begitulah cara memasak hilangan Kepitinggoyang-
lidah itu, kakek." "Kepiting-goyang lidah ?" kakek Lo Kun mengulang, "hebat,
hebat sekali nama masakan itu. Hendak kubuktikan apakah
lidahku benar2 dapat bergoyang karena makan piting itu."
"Kalau makan, lebih baik pakai pisau supaya jangan tersapit
binatang itu," kata si dara.
Lo Kun tak mempedulikan. Segera ia menjemputkan tangan
dan terus meremas kepiting lalu dimakannya.
"Aduh ..." Sekalian orang terkejut dan berpaling.
"Mengapa ?" tegur pemuda Liok.
"Enak benar masakan anak perempuan itu" seru kakek Lo
Kun, "ya, ini baru benar2 dapat menggoyang lidah."
Cepat sekali kakek linglung itu sudah menghabiskan empat
ekor kepiting. Rupanya dia betul lupa daratan karena
menikmati masakan kepiting itu.
"Bocah perempuan'" serunya berpaling mengambil seekor
kepiting lagi, "kelak apabila pulang dari Laut Hitam, aku tentu
singgah di sini lagi. Sediakan masakan Kepiting-goyang lidah
lagi, ya !" Selesai berkata, tangannyapun mengantar kepiting ke mulut
: "Aduh ... " Karena sejak tadi mengoceh tak henti-hentinya, dan juga
mengaduh karena merasakan lezatnya masakan kepiting,
maka kali ini teriakan mengaduh dari kakek itu, tak mendapat
perhatian kawan-kawannya. Mereka sudah jemu mendengar
ocehan kakek linglung itu.
"Aduh ..... tolongng ... aduh, bibirku ..."
Namun kawan2 itu tak menghiraukan.
"Brak ... tiba2 kakek Lo Kun melonjak ke atas sehingga
kakinya membentur meja. Meja tergetar keras hidangan2 pun
tumpah ruah. Saat itu barulah pemuda Liok, kakek Kerbau
Putih, Blo'on dan Hay-po terkejut. Mereka serempak
memandang kearah kakek Lo Kun.
Setelah melonjak keatas Lo Kun mendekap mulutnya dan
lari keluar, menjerit-jerit "
Sekalian orang terkejut dan berhamburan memburu ke luar.
Tampak di halaman kakek Lo Kun melonjak lonjak tak keruan.
Lari sana, lari sini, tingkahnya seperti orang gila.
"Kakek Lo, mengapa engkau ?" seru Blo'on seraya mencekal
tubuh kakek itu. "Enyah !" tiba2 Lo Kun menendang kaki Blo'on sehingga
anakmuda itu terjungkal ketanah.
*Eh, mengapa engkau ?" kakek Kerbau Pulih pun maju.
Duk ... tiba2 kakek Lo Kun mendupak perutnya sehingga
kakek Kerbau Putihpun terpelanting jatuh.
"Ih kenapa kakek ... "
Belum selesai mengucap, kakek Lo Kun sudah menyengkelit
kaki pemuda Liok sehingga pemuda itupun rubuh.
Menyusul bocah lelaki Hay-po dan tacinya sidara Hay giok
juga diamuk Lo Kun, Serempak Blo'on dan kawan-kawannya bangun dan
menyerbu kakek Lo Kun. Blo'on memeluk tubuhnya, kakek
Kerbau Putih mencengkam tangannya dan pemuda Liok
meringkus kaki, sidara Hay-giok menyikap perut dan sibocah
lelaki Hay po merangkul leher kakek Lo Kun. Karena diringkus
oleh lima orang, Lo Kun tak dapat berkutik lagi. Ia hendak
meronta tetapi kalah kuat.
"Astaga !" teriak sidara Hay-giok, "mulut kakek ini disepit
kepiting. Aduh, sampai berlumuran darah".
Ternyata sewaktu mengantar kepiting ke mulut tadi, Lo Kun
lupa untuk meremas kepiting itu supaya mati. Kepiting yang
belum mati, dengan cepat menyepit bibir Lo Kun dengan sepit
Lo Kun menjerit kesakitan dan terus menarik kepiting itu.
Tetapi celaka..... makin ditarik bibirnya makin sakit karena ikut
tertarik menjulur. Dengan gemas Lo Kun meremas kepiting itu sampai hancur.
Tetapi sepit kepiting yang masih menyepit bibirnya tak juga
mau lepas. Sepitan itu seperti mati atau tak kena dibuka. Dia
menjerit kesakitan tetapi tiada seorang pun yang
menghiraukannya. Karena jengkel, ia melonjak dari kursi, kakinya membentur
meja, hidangan tumpah ruah, lalu terus lari keluar dan


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjerit - jerit. Ketika kuwan- kawannya memburu keluar
mereka belum mengetahui kalau bibir Lo Kun dijepit kepiting,
karena Lo Kun mendekap mulutnya dengan tangan. Baru
setelah dia dikeroyok dan ramai2 diringkus, tahulah orang
kalau bibirnya masih disepit kepiting.
"Hai, aneh, hanya tinggal sepitnya mengapa masih
menyepit bibir Kakek Lo begitu kencang?" seru Blo'on,
"apakah dia nanti terus begitu " Wah, runyam, kalau sepit
kepiting itu tak dapat lepas, kukek Lo tentu susah makan."
Kakek Kerbau Putih yang mendekap kedua tangan Lo Kun
dari belakang, tak dapat melihat bagaimana keadaan bibir Lo
Kun. Ia berseru : "Blo'on, hayo, tarik saja sepit kepiting itu
supaya lepas." Tanpa banyak pikir Blo'onpun terus melakukan perintah.
"Aduh .... bangsat engkau .... bibirku hilang nanti, aduh
,...," kakek Lo Kun menjerit-jerit seperti babi hendak
disembelih. "Lalu bagaimana ?" Blo'on lepaskan tarikannya.
"Gampang," seru dara Hay-giok lalu menyuruh adiknya.
"Hay-po, ambil semangkok air panas."
Anak itu cepat lari kedalam rumah dan tak berapa lama
muncul dengan membawa semangkuk air panas yang masih
mendidih. "Benamkan sepit kepiting kedalam air panas lalu bukalah
sepit itu," seru Hay-giok.
Hay po segera melakukan perintah lagi, tapi karena
gopohnya, ia membenam sepit kepiting sampai dengan bibir
kakek Lo Kun. "Aduh. bangsat engkau ..." kakek Lo Kun menjerit
kesakitan, ketika bibirnya direndam air mendidih itu. Dengan
sekuat tenaga ia meronta lalu menendang Hay po.
Anak itu terkejut. Cepat ia menghindar ke samping. Tetapi
karena ia bergerak, mangkuk air panas itupun tumpah ke
mulut dan dada Lo Kun. "Bangsat ... !" dengan kerahkan seluruh tenaga kakek Lo
Kun menggembor dan melemparkan orang2 yang
meringkusnya itu semua. Kemudian kakek itu mengejar Hay
po. la hendak menghajar anak lelaki itu.
Hay-po ketakutan dan lari menuju kegedung pertemuan.
Blo'on dan kawan-kawannya mengejar kakek Lo Kun.
Terkejutlah kepala desa itu ketika melihat puteranya berlarilari
masuk dan terus sembunyi di belakangnya.
"Mengapa, Hay po ?" tegurnya.
"Kakek itu hendak membunuh aku ... "
Belum sempat anak itu memberi keterangan kakek Lo
Kunpun sudah menerobos masuk dan terus menerjang kepala
desa. Beberapa lelaki yang berada di sekeliling kepala desa, cepat
maju merintangi. Tetapi mereka dihantam jungkir balik oleh
kakek Lo Kun. Gemparlah suasana dalam gedung itu. Lo Kun diserbu oleh
rakyat nelayan desa itu. Tetapi kakek linglung itu mengamuk
seperti orang gila. "Berhenti !" teriak kepala desa dengan nyaring. Dan
sekalian orangpun mentaati.
Dan pada itu masuklah rombongan Blo'on Mereka hendak
meringkus kakek Lo Kun tetapi dicegah kepala desa.
Setelah suasana tenang, kepala desa itu menegur kakek Lo
Kun : "Paman, mengapa engkau mengamuk ?"
"Engkau masih tanya ?" dengus kakek Lo masih geram,
"nih, lihatlah bibirku dan mulutku .. "
"Hai, mengapa berlumur darah dan bengkak " kepala desa
terkejut. "Inilah perbuatan anakmu yang kurang ajar itu. Aku harus
memberinya hajaran, "Lo Kun terus hendak menerjang maju.
'Nanti dulu," seru kepala desa, "kalau memang anakku
kurang ajar, hajarlah bahkan bunuhlah dia. Aku orang she
Hong takkan membelanya. Tapi akupun harus minta
keterangan dulu bagaimana duduk perkaranya "
'Bibirku disepitken kepiting lalu disiram dengan air panas.
Apakah itu bukan perbuatan kurang ajar. Engkau sebagai
seorang ayah, tak mampu menghajar anak. Tak pantas jadi
ayah. Lebih baik engkau buang dirimu kedalam laut saja",
teriak Lo Kun seraya menuding muka kepala desa.
Kepala desa tercengang. Pemuda Liok tampil ke muka lalu menuturkan apa yang
telah terjadi. "Kakek Lo ini sendiri yang makan kurang hati2 sehingga
bibirnya disepit kepiting. Tetapi dia marah2 dan mengamuk.
Harap paman maafkan Kesalahan kami," kata pemuda Liok.
Mendengar cerita itu, seketika pecahlah gelak tawa riuh
rendah dari seluruh penduduk yang ada dalam ruang gedung
itu. Ruang gedung seolah-olah bergetar "..
-ooo0dw0ooo- Jilid. 19 Gunung pusar air. "Ha, ha, ha ... " kakek Lo Kun ikut ter tawa geli.
"Mengapa engkau tertawa kakek Lo ?" tegur pemuda Liok
"Entahlah, aku hanya ikut tertawa karena mereka tertawa,"
sahut Lo Kun. "Engkau tahu apa sebab mereka tertawa ?" tanya pemuda
Liok pula. Lo Kun geleng kepala. "Mereka tertawa karena geli melihat tingkah lakumu" seru
pemuda Liok. "Kurang ajar !" tiba2 Lo Kun berteriak, ''aku bukan orang
gila, mengapa mereka menertawakan aku ?"
"Sudah tentu mereka tertawa karena bibirmu disepit
kepiting tadi" "Peduli apa mereka " Bibir bibirku sendiri, mau putus mau
sumbing, kan aku sendiri yang menderita. Mengapa mereka
menertawakan aku". Kakek Lo Kun terus bersikap hendak menyerang orang2 itu
tetapi pemuda Liokpun cepat mencegahnya : "Kakek Lo.
janganlah membuat gaduh. Kita kan tetamu, harus pegang
aturan. Masakan dia sudah memberi tempat penginapan dan
makanan kepada kita, engkau malah membalas terima kasih
dengan pukulan ?" "Ya, kakek Lo, mengapa engkau sudah begitu tidak tahu
aturan?" Blo'on ikut mendamprat.
"Sudahlah, jangan ikut2an memaki, memang! aku sudah
tahu dan sadar. Aku tak mau mengamuk lagi," kata kakek Lo
Kun lalu berseru kepada sidara Hay-giok. "Hai bocah
perempuan, kalau kasih makan jangan begitu lagi. Masakan
kepiting masih setengah hidup, suruh aku makan. Untung lah
aku sudah tua, biar bibirku sumbing, tidak jadi apa.
Bagaimana kalau aku masih muda, bukankah aku bisa diusir
isteriku ?" Orang2 itu geli tetapi mereka terpaksa menahan
tertawanya. "Kakek" seru Hay-giok "ya kuingat sekarang"
"Apa" teriak kakek Lo Kun.
"Kepiting itu betina." seru Hay-giok "maka dia tentu bukan
menggigit bibir kakek karena hendak menyakiti kakek,
melainkan karena hendak mencium ..."
"Kurang ajar, anak perempuan, mengapa kau tak malu
berkata begitu " Sekalipun sudah begini tua, tetapi bibir Lo
Kun tak mau dicium kepiting betina biar yang bagaimana
cantiknya ... " Kali ini orang2 tak dapat menahan gelinya, lagi. Mereka
tertawa dan sidara Hay-giok terus lari kemalu-maluan ... ,
"Paman Hong" sesaat kemudian pemuda Liok berkata,
"kami datang kemari hendak membicarakan suatu urusan
penting dengan paman "
"O," seru ketua desa. "mari kita masuk dan bicara"
Setelah Blo'on dan rombongan duduk berhadapan dengan
kepala desa. maka berkatalah pemuda Liok.
"Paman kami hendak mengusul suatu rencana menolong
rakyat disini" "O, silahkan kami bersedia mendengarkan"
"Paman tak perlu harus mengorbankan puteri paman jadi
korban keganasan si Naga Kuning"
"Ah, kita tiada mempunyai kekuatan untuk melawan
pengaruh Naga kuning" kata kepala desa.
"Segala akibat, kamilah yang tanggung" seru pemuda Liok
dengan tegas "Baiklan, bagaimana rencanamu ?"
"Salah seorang dari rombongan kami akan menyaru jadi
anak perempuan menggantikan puteri paman ..."
"Jangan main2" tukas kepala desa, "begitu Naga Kuning
tahu hal itu, bukan saja kalian akan dicincang, pun mereka
tentu akan membunuh seluruh rakyat desa ini"
Pemuda Liok tersenyum : "Jangan kuatir paman sudah
kukatakan bahwa kamilah yang akan menanggung semua
akibatnya. Dan kami jamin rakyat di desa ini pasti takkan
menderita malapetaka"
"Eh. bagaimana engkau dapat meyakinkan aku kalau
rencanamu itu dapat berhasil ?" kepala desa menegas.
"Nanti apabila kita sudah berhadapan dan berada dalam
kamar dengan si Naga Kuning, akan kita usahakan untuk
melolohnya dengan arak. Dalam arak itu akan kita campuri
dengan obat tidur. Setelah dia tidur, barulah kita bunuh"
"Hai," teriak kepala desa terkejut "tidak semudah itu !
Engkau dapat membunuhnya tetapi didalam markasnya masih
banyak anakbuahnya, yang sakti. Kalau mereka tahu
kepalanya dibunuh mereka tentu akan mengamuk dan
membunuhmu. Kembali pemuda Liok tertawa : '"Sudahlah, paman, jangan
merisaukan hal itu. Nanti kita tentu mempunyai rencana untuk
mengatasi mereka. Peribahasa mengatakan : "membunuh ular
harus membunuh bagian kepalanya. Menangkap gerombolan
penjahat harus meringkus pemimpinnya.
Rupanya kepala desa itu masih sangsi.
"Paman," tiba2 Blo'on buka suara, "mengapa paman diam
saja " Dalam soal menyaru jadi wanita, kita sudah mempunyai
pengalaman ketika masuk ke Lembah Melati". "
"Betul. " seru kakek Lo Kun pula. "aku juga pernah disuruh
si Blo'on ini menjadi perempuan tua, dan dia". " ia menunjuk
kearah kakek Kerbau Putih, "juga menyaru jadi perempuan"
"Sudahlah, paman" kata pemuda Liok "kita sudah bersatu
padu untuk menolong rakyat disini. Harap paman jangan
ragu2 lagi" Karena didesak oleh rombongan tetamu2 aneh itu, terpaksa
kepala desa mengalah : "Baiklah tetapi kuminta kalian harus
hati2 karena hal ini menyangkut keselamatan jiwa."
Demikian setelah tercapai persepakatan, akhirnya kepala
desa itu pulang dengan meninggalkan pesan : "Silahkan kalian
berunding. Besok apa yang kalian perlukan, kasih tahu saja.
Nanti tentu kusediakan. Besok sore, rombongan orang Naga
Kuning akan datang kemari"
Setelah kepala desa pergi maka mulailah pemuda Liok
mengajak teman-temannya berunding.
"Sekarang kita harus mengatur rencana. Siapa yang harus
menjadi nona pengantin pengganti anak perempuan kepala
desa itu. Dan siapa yang harus menjadi pengiringnya" kata
pemuda Liok. "Aku ... eh, tidak," kata kakek Lo Kun membantah
perkataannya sendiri. "lebih baik Blo'on' saja yang lebih muda
dan lebih cantik" "Apa" Aku menjadi nona pengantin " Ya.. ya, aku mau . ,
eh. apakah pengantin itu ?" tanya Blo'on.
Pemuda Liok tertawa : "Pengantin itu, sepasang pria dan
wanita yang akan menjadi suami isteri"
"Memang tolol benar Blo'on ini, masakan sudah sebesar itu
masih belum tahu apa artinya pengantin. Bukankah aku
pernah berceritera, bahwa aku pernah menjadi pengantin
dengan puteri seorang tihu ?"
"O engkau pernah jadi pengantin " Kalau begitu engkau
sajalah, kakek Lo" seru Blo'on.
"Sial dangkal", teriak kakek Lo Kun. "aku memang pernah
akan menjadi pengantin tetapi batal karena calon pengantin
perempuan dibawa lari orang. Sekarang aku tak mau jadi
pengantin lagi. Apalagi harus menjadi calon pengantin dari
seekor Naga Kuning. Engkau saja biar dapat pengalaman jadi
pengantin." Blo'on menyeringai. "Bagaimana kalau kakek Kerbau Putih saja yang jadi
pengantinnya ?" katanya.
"Aku ?" kakek Kerbau Putih deliki mata. "aku sudah tobat
menjadi perempuan di Lembah Melati tempo hari. Lebih baik
aku disuruh kerjai berat dari pada disuruh jadi perempuan
lagi" "Kalau engkau tak mau dan kakek Lo juga tak mau, habis
siapa yang jadi calon pengantin itu " Bukankah kita sudah
sanggup kepada kepala desa ini ?" kata Bloon.
"Engkau" Lo Kun dan kakek Kerbau Putih serempak bereru
setaya menuding Bio"on.
"Tidak bisa !" teriak Blo'on.
"Ai, sudahlah, jangan ribut2 tak keruan," kata pemuda Liok,
"kalau kalian tak mau semua, biarlah aku saja"
"Engkau ?" teriak Blo'on Lo Kun dan kakek Kerbau Putih
serentak. "Ya, aku sudah berjanji kepada paman kepala desa disini,
akulah yang harus melaksanakan" kata pemuda Liok.
"Jangan !" teriak Bloon, "aku saja !"
"Tidak !" pekik kakek Lo Kun.
"Aku !" "Aku !" kakek Kerbau Putih tak mau kalah.
Pemuda Liok geleng2 kepala. Geli2 mendongkol ia terhadap
tingkah laku ketiga orang aneh itu.
"Begini." katanya, "kedua kakek sudah terlalu tua dan jelek.
Engkoh Blo'on terlalu tinggi tubuhnya bagi seorang anak
perempuan Tentu mudah diketahui .....
"Apa " Engkau menghina Lo Kun ?" teriak kakek pendek itu
"jelek2 Lo Kun ini dahulu pernah jadi pemuda yang ganteng.
Biarpun sudah tua begini, banyak gadis yang jatuh hati
kepadaku Buktinya, ketika di Lembah Melati, gadis2 cantik
disana selalu mengerumuni aku saja sampai aku muak.
Mestinya kata-katamu itu tepat engkau tujukan pada si Kerbau


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Putih yang bungkuk itu."
"Kurang ajar, engkau Lo Kun !" kakek Kerbau Putih marah,
"dahulu sewaktu masih muda. akupun tidak cacat bungkuk
seperti ini. Aku seorang pemuda yang cakap, sampai2 puteri
tihu tergila-gila kepadaku."
"Sudahlah, sudah" kata pemuda Liok, "sekarang bukan
saatnya bertengkar. Yang kukatakan adalah kenyataan kalian
sekarang. Kalian sudah tua dan jelek rupa. Soal dahulu waktu
muda ganteng dan cakap, itu soal dulu."
"Benar." Blo'on garuk2 kepala, "aku sendiri memang tidak
tahu mengapa badanku tumbuh begini tinggi dan besar. Kalau
seorang nona pengantin begini tinggi seperti diriku, bukankah
pengantin laki harus lebih tinggi " Tetapi ah. benar, benar
bukankah dia seekor naga ?"
"Tidak !" bentak pemuda Liok dengan mengkal, "dia bukan
naga tetapi seorang manusia seperti kita. Hanya namanya saja
Naga Kuning" "Tak peduli dia naga atau manusia, pokoknya karena dia
disebut Naga Kuning, otaknya tetap akan kuambil untuk obat
kepalaku" kata Blo'on.
Pemuda Liok geleng2 kepala,
"Ya, ya, sudahlah." katanya "sekarang kita tetapkan saja.
Yang jadi pengantin palsu, adalah aku. Sekarang siapa yang
jadi pengiringku ?" "Pengiring lelaki atau perempuan ?" tanya kakek Lo Kun.
"Kalau lelaki tentu menimbulkan kecurigaan si Naga Kuning,
lebih baik pengiringnya juga perempuan" sahut pemuda Liok.
"Blo'on !" seru Kakek Lo Kun serentak.
"Aku ?" Blo'on menyeringai.
"Ya, engkau masih muda. Nona pengantin muda.
pengiringnya juga harus muda" kata kakek Lo Kun,
"Benar" kata pemuda Liok, tetapi janggal kalau pengiring itu
hanya seorang. Paling tidak harus tiga empat orang.
"Lalu siapa ?" tanya Lo Kun
"Kakek dan kakek Kerbau Putih"
"Tidak" seru Lo Kun, "bukankah tadi engkau mengatakan
aku seorang tua jelek rupa" Masakan si Naga Kuning mau
menerima seorang perempuan tua yang jelek begini ?"
"Ai." pemuda Liok mendesis, "engkau kan hanya jadi bujang
perempuan, bukan nona pengantinnya, masakan si Naga
Kuning mau menikah dengan bujang perempuan yang tua"
"Kurang ajar" teriak Lo Kun "engkau anggap aku ini menjadi
bujang" Suruh saja si Kerbau Putih yang jadi bujang
perempuan" "Tidak," teriak kakek Kerbau Putih. "Aku mau jadi
perempuan tetapi jangan dijadikan bujang"
"Habis, kakek minta jadi apa ?" tanya pemuda Liok.
"Jadikan aku sebagai ibumu saja"
"Auk ... auk ... " tiba2 kakek Lo Kun batuk2, "masakan
perempuan tua sejelek begitu, pantas menjadi ibu seorang
nona pengantin yang cantik Tentu tidak dipercaya"
"Lo Kun" balas kakek Kerbau Putih, "jangan terlalu
menghina diriku karera punggungku bungkuk ini. Ini karena
kecelakaan. DuIu aku tidak begini. Aku seorang pemuda yang
bagus dan ibukupun cantik sekali"
"Ha, ha, ha" Lo Kun tertawa keras, "kalau menilik anaknya
seperti engkau, pantasnya ibumu itu bangsa onta"
"Keparat, jangan menghina ibuku" kakek Kerbau Putih terus
hendak memukul tetapi pemuda Liok cepat mencegah.
"Sudahlah. kakek, jangan berkelahi," katanya, "apakah
keberatannya kalau kakek menjadi bujang perempuan ?"
"Aku malu"' jawab kakek Kerbau Putih.
"Malu " Apanya yang harus malu" Bukankah hanya pura2
saja dan tidak sungguh2 " Masakan aku berani memperbudak
engkau !" pemuda Liok memberi penjelasan.
"Begini sajalah, tiba2 Blo'on buka suara, "kalau kakek
Kerbau Putih malu jadi bujang, jadilah ibuku saja. Aku yang
jadi bujang sinona pengantin."
"Tidak sudi" teriak kakek Kerbau Putih " dari pada menjadi
ibumu, lebih baik menjadi bujang nona pengantin. Kan hanya
pura2 saja. bukan sungguh2"
"Baiklah" cepat pemuda Liok memutuskan "Sekarang kita
sudah sepakat. Aku yang menyaru jadi nona pengantin dan
kalian bertiga menyaru jadi bujang perempuan. Untuk pakaian
dan keperluan penyaruan itu, kita minta kepala desa supaya
menyediakan" "Auh ... " tiba Blo'on menguap, "aku sudah ngantuk mau
tidur" "Nanti dulu", cegah pemuda Liok seraya menarik lengan
pemuda itu. "yang selesai baru penetapan orangnya tetapi
rencana yang kedua belum selesai"
"Uh, masih ada rencana kedua apa lagi ?" Blo'on bersungutsungut.
"Untuk menghadapi si Naga Kuning kita harus
menggunakan siasat" kata pemuda Liok.
"Tak perlu" jawab Blo'on "serahkan saja dia kepadaku.
Begitu melihat begitu terus kumenabas kepalanya dan kuambil
otaknya" Pemuda Liok geleng2 kepala.
"Hai, tidak semudah itu, engkoh Bloon" katanya, "masakan
dia mau memberikan kepalanya engkau tabas " Dia tentu akan
melawan dan dia itu seorang jago yang sakti " Apakah
engkaul mampu melawannya ?"
"Hah ?" Blo'on terbeliak.
"Maka untuk menghadapinya, kita harus mengatur rencana
Sebenarnya dalam kesempatan berada berdua di dalam
kamar, aku dapat menusuknya mati. Tetapi aku belum tahu
sampai dimana kepandaian orang itu. Kalau dia memiliki ilmu
kebal Thiat poh-san, tentu tak mempan ditusuk senjata tajam"
"Thiat-pon-san " Apakah itu ?" tanya Bloon.
"Thiat-poh san artinya Baju Besi, nama dari suatu ilmu
yang dapat membuat tubuh kebal takmempan ditusuk senjata"
"Masakan tak ada senjata yang mampu menabasnya ?"
tanya Blo'on pula. "Ada" kata pemuda Liok, "tetapi harus menggunakan
pedang pusaka yang benar2 tajam sekali.
"Uh, ada. " tiba2 Blo'on berteriak. "pedang pusaka Naga
Hijau milik orang desa itu masih di titipkan kepadaku. Nih,
pakailah untuk menusuknya. Terapi jangan lupa, potonglah
leher si naga itu dan belah kepalanya lalu ambil otaknya. Aku
memerlukan sekali" Sambil berkata Blo'on terus mengeluarkan pedang pusaka
dari dalam bajunya, diserahkan kepada pemuda Liok.
"Baiklah" pemuda Liok, "tetapi pedang pusaka ini bukan
jaminan bahwa usaha kita akan berhasil. Yang penting kita,
manusia yang akan menggunakan pedang itu memiliki
kepandaian yang tinggi. Apakah engkau dapat main silat eng
koh Blo'on ?" "Main silat " Buat apa main silat " Bukankah seorang yang
pandai silat itu tentu akan cari musuh ?" balas Blo'on,
"Bukan begitu" bantah pemuda Liok "seperti halnya dengan
pedang pusaka semacam pedang Naga Hijau, tergantung
orang yang menggunakannya. Kalau dia jahat pedang ini akan
menjadi alat pembunuh yang hebat, kalau orang itu baik,
seorang pendekar ymg budiman, pedang ini akan menjadi
penolong rakyat untuk membasmi kaum penjahat. Demikian
juga halnya dengan ilmu silat. Kalau orang yang memiliki ilmu
silat orang yang jahat sombong dan suka mengagulkan diri,
dia tentu akan mengikat banyak permusuhan. Tetapi kalau dia
seorang manusia yang berbudi luhur dan berjiwa ksatrya, ilmu
silat itu banyak gunanya".
"Blo'on. mengapa engkau mengatakan tak dapat main silat
?" tegur kakek Lo Kun "bukanlah ketika menyerbu gereja Siaulim-
si dan dikeroyok oleh kawanan paderi. kuajarkan engkau
ilmu silat?" "Bukan hanya engkau, akupun memberikan pelajaran
ilmusilat kepadanya" seru kakek Kerbau Putih.
"Huh, aku tak suka dengan ilmusilat dan akupun tak mau
menerima budi kalian." kata Blo"on, "nih akan kukembalikan"
"Dikembalikan ?" kakek Lo Kun melongo. Demikian juga
kakek Kerbau Putih dan pemuda Liok.
"Ya." "Bagaimana caranya engkau hendak mengembalikan
ilmusilat itu?" tanya kakek Lo-Kun pula.
"Bagaimana caramu memberikan kepadaku dulu,
bagaimana itu pula caraku mengembalikan ilmu itu
kepadamu," sahut Blo'on.
Blo"on terus berbangkit dan memanggil Lo Kun: "Kakek Lo,
kemarilah engkau. Aku akan mengembalikan ilmusilat
pemberianmu. Dahulu engkau mengajarkan gerak2 ilmu itu
kepadaku, sekarang akupun hendak mengajarkan gerakan
ilmu itu kepadamu ?"
Kini tahulah mereka apa yang akan dilakukan Blo'on,
pemuda Liok cepat mencegah: "Sudahlah, engkoh Blo'on. Mari
kita rercanakan bagaimana membunuh Naga Kuning. Jangan
membuang2 waktu untuk hal yang tak berguna"
Kemudian pemuda Liok bertanya kepada kakek Lo Kun dan
kakek Kerbau Putih apakah mereka mempunyai rencana.
"Tidak punya" sahut Lo Kun, "aku sudah mulai ngantuk dan
tak dapat memikir apa2."
Pernyataan kakek Lo Kun didukung pula oleh Blo'on dan
kakek Kerbau Putih. Terpaksa pemuda Liok mengalah. Mereka
lalu masuk tidur. Keesokan hari datanglah kepala desa mengunjungi tempat
penginapan tetamunya. "Bagaimana dengan rencana kalian ?" tanya kepala desa...
Pemuda Liok menuturkan apa yang dibicara kan semalam.
"O, baiklah, akan kusediakan segala keperluannya" kata
kepala desa. "Paman Hong" kata pemuda Liok. "siapakah diantara
penduduk disini yang pandai berenang?"
"Rata2 kami kaum nelayan pandai berenang jawab kepala
desa. "Tetapi siapakah diantara mereka yang paling berani dan
pandai berenang" "Lima orang" "Bagus" seru Pemuda Liok "apakah mereka dapat
menyelam kedalam air sampai lama?"
Kepala desa mengangguk : "Ya, mereka dapat berada
dalam air selama sejam dua jam.
"Bagus," seru Pemuda Liok pula lalu mendekati kepala desa
dan membisikinya. Kepala desa tampak berulang kali menganggukkan kepala.
"Tetapi anakbuah Naga Kuning itu tentu juga pandai
berenaig!" tanyanya sesaat kemudian.
"Biarlah" kata pemuda Liok lalu membisiki lagi Tampak
kepala desa itu mengangguk-angguk dengan wajib cerah.
"Harap jangan memberitahukan kepada ketiga kawanku itu.
Mereka orang linglung, malah nanti dapat menggagalkan
rencana ini" pemuda Liok menitipkan pesan kepada kepala
desa. "Hai, apa2an kalian ini bisik2 seperti setan ?" teriak kakek
Lo Kun. "Ah, tak apa2" sahut pemuda Liok, "aku hanya memesan
beberapa pakaian wanita untuk kita pakai nanti. Terutama
untuk kakek Lo Kun. kumintakan yang bagus"
Demikian hari itu tampaklah kesibukan dalam desa nelayan
Hong-ke-cung. Mereka sibuk menyiapkan hidangan2 untuk
upacara sembahyangan dan penyambutan temanten. Kuil
Hong liong-bio pun dibersihkan dan dihias kain merah.
Singkatnya, menjelang tengah hari segala persiapan telah
selesai. Dan mulailah pemuda Liok, kakek Lo Kun dan kakek
Kerbau Putih didandani sebagai wanita. Pemuda Liok menolak
dihias orang, ia dapat menghias dirinya sendiri.
Kakek Lo Kun. kakek Kerbau Putih dan Blo'on selesai lebih
dulu. Mereka bukan lagi kakek dan pemuda gundul tetapi
berobah menjadi dua orang wanita tua dan seorang bujang
perempuan muda. "Ah, lelakon gila." gumam Blo'on "masakan setiap kali harus
jadi orang perenpuan"
"Uh. kita ini memang orang gila. jadi lelakonnya gila,
Sedang namamu saja sudah gila cobalah engkau cari di dunia
ini, Siapa yang punya nama Blo'on seperti engkau," desah
kakek Lo Kun. "Itulah dia" seru Blo'on, "aku memang senang memakai
nama yang tak pernah dipakai orang. Kalau nama seperti Lo
Kun. Kerbau Putih, Kerbau Hijau dan lain2, itu sudah banyak
dipakai orang ... eh, salah. Kerbau itu bukan orang tetapi
binatang. Eh, kakek mengapa engkau memakai nama binatang
" Apakah engkau sudah kehabisan nama orang ?"
Kakek Kerbau Putih menyeringai. Ia sedang, sibuk berjalan
mondar mandir untuk melemaskan gaya berjalan seorang
wanita. Ia terkejut ketika namanya diteriaki Blo'on. Ia berhenti :
"Apa katamu ?" "Mengapa engkau memakai nama Kerbau Putih " Apakah
engkau tak dapat mencari nama orang " Atau apakah
memang engkau sudah kehabisan nama ?"
"Huh" dengus kakek Kerbau Putih "memang orang itu suka
bermulut usil, Melihat punggungku bungkuk dan aku tinggal di
gunung Hok gu-san (gunung Kerbau mendekam) orang terus
memberi nama Kerbau Putih padaku. Begitu tenar nama itu
sehingga aku sampai lupa akan namaku sendiri yang aseli"
Waktu Blo'on hendak membuka mulut lagi, tiba2 ia terkejut
karena serangkum angin wangi menyambar hidungnya dan
pada lain saat dari kamar di sebelah kanan muncul seorang
nona yang aduhai ... cantiknya.
"Hah ... ?" Blo'on ternganga.
"Hoh ... ?" kakek Lo Kun melongo.
"Heh ... ?" kakek Kerbau Putih mendelik.
"Siapa engkau ?" teriak Blo'on seraya maju menghampiri.
"Ai. nona manis disayang ... " kakek Lo Kun cepat menarik
bahu Blo'on kebelakang sedang ia terus melangkah maju.
"Duhai, nona cantik ... " cepat kakek Kerbau Putihpun
menarik baju Lo Kun ke belakang, lalu ia melangkah kemuka.
Lo Kun marah. Iapun balas menarik baju, kakek Kerbau
Putih lalu berusaha untuk mendahului maju. Demikian kedua
kakek linglung itupun segera tarik menarik baju.
Melihatlah itu, Blo'on jengkel. Ia maju dan menarik kedua
baju kakek itu. braat ..... baju kakek Lo Kun dan kakek Kerbau
Putih dan orangnyapun tersurut kebelakang.


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Blo'on dengan langkah lebar terus mengham piri si nona
cantik : "Siapakah engkau ?"
Nona itu tertawa geli melihat tingkah laku ketiga orang
yang linglung itu, "Cobalah engkau terka siapa aku ini ?" nona itu tertawa
mengikik, "Otakku kosong, aku tak dapat menerka," kata Blo'on,
"bilang saja siapa engkau ini " Mengapa engkau muncul disini
?" "Apa engkau tak tahu namaku ?"
Blo'on gelengkan kepala. "Aneh" desis nona cantik itu, "pada hal aku tahu engkau ini
Bio"on dan kedua kakek itu Lo Kun dan Kerbau Putih. Hayo,
coba engkau terka, siapa aku ?"
Blo'on garuk2 kepala. "Dunia gila, lelakon gila" gerutu Blo'on. "masakan tiba2
muncul seorang nona cantik yang tahu namaku Huh ...
siapakah dia ?" "Engkoh Blo'on," kata nona itu pula "cobalah engkau hitung
berapakah jumlah kawanmu dan siapa2 nama mereka iiu ?"
"Aku Blo'on" Blo'on menuding dirinya sendiri, "lalu itu kakek
Lo Kun, kakek Kerbau Putih, si Hitam, si Kuning dan si Bagus
dan ... hai, mana si Liok ?"
Nona itu tertawa mengikik.
"Apakah engkau ini ... si Liok ?" seru Blo'on.
Nona itu geleng2 kepala : "Ah, engkoh Bloon, engkau ini
bagaimana " Masakan engkau lupa padaku, Ya. memang aku
si Liok" "Tetapi si Liok itu seorang anak lelaki, dan engkau seorang
nona. jangan main2 " teriak Blo'on.
"Siapa main2 ?" balas nona itu, "aku menyaru jadi nona
pengantin. Engkau memang blo'on benar, Masakan begitu
pelupa sekali engkau !"
"Oh, benarkah " Ah, ya benar, benar" kata Blo'on, "memang
tadi engkau masuk kedalam kamar untuk dandan. Tetapi ...
mengapa engkau benar2 menjadi seorang nona " Apakah
engkau ini sesungguhnya seorang anak perempuan ?"
Merah padam muka sinona, "Ah, jangan mempunyai pikiran yang begitu blo'on,,
katanya, "mengapa seorang anak lelaki dapat berobah
menjadi seorang nona " Aku kan hanya menyaru saja " Dan
engkau sendiri, kakek Lo Kun dan Kakek Kerbau Putin,
bukankah saat ini juga menyaru jadi wanita ?"
"Blo on, jangan ngoceh tak kernan," tiba2 kakek Lo Kun
berteriak, "nih, bajuku robek. Aku malu kalau jadi wanita yang
bajunya robek begini. Lebih baik. aku jadi Lo Kun lagi saja"
"Ya, Blo'on. mentang2 engkau hendak menyambut nona
cantik, bajuku engkau tarik sampai robek begini " seru kakek
Kerbau Putih pula. "Sudahlah, jangan ribut2" kata nona pengantin. "nanti
kumintakan baju baru kepada kepala desa"
Mereka lalu duduk berunding.
"Aku telah berunding dengan kepala desa, kata nona
pengantin atau pemuda Liok. "Bahwa kali ini kita harus
membasmi kawanan Naga Kuning"
"Setuju" teriak Blo'on dan kedua kakek dengan serempak.
"Langkah pertama" kala nona pengantin pula, "dalam
penyambutan rombongan Naga Kuning nanti, kita akan
siapkan perjamuan. Diantaranya akan dihidangkan arak wangi.
Tetapi dalam arak wangi itu akan dicampur dengan obat tidur
yang agak lambat kerjanya. Diperkirakan setelah berada di
atas perahu baru mereka akan jatuh pulas".
"Bagus," seru Blo'on.
"Maka kuminta kalian jangan ikut minum arak wangi itu.
Kalau minum tentu celaka." kata nona pengantin.
"Ya. benar." sahut Bloon.
"Dan jangan lupa, masing2 harus berganti nama. Kalau
panggil aku, sebutlah nona Hong Hay-hoa. Dan engkau,
engkoh Blo'on. kuberi nama Hong Nio. Jangan lupa." kata
nona pengantin. "Lalu apakah nama yang engkau sukai kakek dan kakek
Kerbau Putih?" tiba2 nona pengantin berseru.
Lo Kun dan Kerbau Putih gelagapan. Ternyata walaupun
diajak berunding tetapi kedua kakek linglung itu tidak
mendengarkan. Mereka hanya terlongong-longong
memandang si nona pengantin yang cantik. Kesan si nona
supaya jangan ikut minum arak. tak masuk di telinga mereka.
"Aku, ah, terserah padamu nona" kata Lo Kun manja.
"Bagaimana kalau kusebut Hong ma ?"
"Aduh manisnya nama itu, semanis yang memberikan" kata
Lo Kun dengan mata tak pernah lepas memandang si nona.
Pemuda Liok atau nona pengantin diam2 memaki : "Huh.
kakek jelek tak jahu diri. Masakan melihat orang tak kedip2
Mengapa orang sudah setua itu masih tergila-gila memandang
orang cantik ?" "Dan engkau kakek Kerbau Putih," kata nona pengantin"
bibi Hong Bwe ?" "Celaka, lagi2 pakai nama Bwe. Dulu di Lembah Melati
namaku sudah Bwe, sekarang disuruh pakai nama itu lagi.
Tidak mau. nona manis".
"Kalau begitu bibi Hong Ji saja".
Kakek Kerbau Putih mau menerima nama itu
Tak berapa lama datanglah kepala desa. Dia terkejut
melihat keadaan dalam ruang itu. Pertama, tak pernah
disangkanya bahwa nona pengantin palsu benar2 amat cantik
sekali. Bahkan lebih cantik dari anak perempuannya sendiri si
Hay-giok. "Apakah engkau benar2 pemuda Liok tadi ?" kepala desa itu
menegas, "Ah. mengapa paman lupa " Siapa lagi kalau bukan dia"
sahut nona pengantin. "Astaga" teriak kepala desa itu, "mengapa nada suaramu
juga serupa benar dengan anak perempuan " Apakah engkau
sesungguhnya seorang anak perempuan ?"
Nona itu mengikik. "Ah. beginilah cara orang menyamar yang hebat. Harus
membuat orang percaya betul bahwa aku seorang nona,
wajahku dan suaraku" jawab nona pengantin.
"Ah, tetapi engkau memang tampak cantik sekali. Mungkin
di desa ini tiada gadis vang secantik engkau" kata kepala desa
"dan Naga Kuning tentu akan tergila-gila"
"Tidak bisa" teriak kakek Lo Kun "kalau dia sungguh2
seorang nona, dia adalah milik kita, tak boleh diambil si Naga
Kuning" Kepala desa hanya tertawa.
'Eh, kepala desa," kakek Lo Kun menyusuli kata2 pula.
"apakah patung2 malaekat yang berada dalam kuil itu keramat
sekali ?" Kepala desa melongo. "Ya, memang keramat. Lalu apa maksudmu"
"Aku akan sembahyang kepada malaekat2 itu, minta supaya
si Liok ini jangan bisa kembali menjadi anak lelaki. Kuminta
biar dia tetap jadi nona cantik saja,"
"Kalau begitu akupun nanti akan bersembahyangkan juga,
meminta supaya Lo Kun jugal tetap menjadi wanita yang
bernama Hong-ma", seru Pemuda Liok.
"Tidak, tidak " teriak Lo Kun, "awas. kalau aku benar2 jadi
wanita, tentu engkaulah yang menjadi gara2. Aku tentu marah
kepadamu I" "Eh, engkau tidak adil kakek !" teriak Bio"on. "engkau
hendak sembahyang minta supaya si Liok tetap menjadi
seorang anak perempuan, mengapa engkau marah kalau dia
akan sembahyang minta supaya engkau juga tetap jadi
perempuan " Kalau begitu artinya engkau mau menang
sendiri". Sekalian orang tertawa ketika melihat kakek Lo meringis tak
dapat menjawab. "Ya, terserah saja bagaimana malaekat hendak bertindak
terhadap kita" akhirnya kakek yang pantang kalah bicara itu
menggerutu. "Bagaimana paman, apakah segala persiapan sudah beres
?" tanya nona pengantin kepada kepala desa.
Kepala desa mengangguk. "Semua sudah beres. Kalian tunggu saja di sini. Kami akan
menunggu di kuil Hong-liong-bio. Begitu rombongan orang2
Naga Kuning sudah datang, segera akan kusuruh orang untuk
menjemput kalian" katanya.
Kepala desa segera minta diri. Tetapi ketika melangkah
keluar pintu, tiba2 ia berhenti dan masuk kembali.
"Ah, tidak benar" serunya.
"Mengapa ?" nona pengantin kerutkan dahi.
"Itu" kepala desa menunjuk kepada kakek Lo Kun "masakan
seorang perempuan macam begitu" Mereka tentu akan
mengenalnya" "Mengapa dengan kakek Lo ?" tanya Blo'on karena tak
mengerti apa yang dimaksud kepala desa.
"Mengapa dia masih memelihara jenggot begitu panjang ?"
seru kepala desa. "O" seru nona pengantin "ya, benar memang tak sesuai.
Seorang wanita tidak harus memelihara jenggot. Kakek Lo,
hayo potonglah jenggotmu"
"Hah ?" Lo Kun mendelik, "tidak bisa, jenggot ini sudah ikut
aku berpuluh-puluh tahun. Masakan sekarang harus dipotong
?" "Kakek Lo Kun" seru nona pengantin "apabila hendak
menolong rakyat desa ini, terpaksa kita harus berkorban.
Bahkan kalau perlu berkorban jiwa. Masakan hanya seuntai
jenggot yang sudah putih saja engkau sayang ?"
"Tidak ... " belum kakek Lo Kun menyelesaikan katakatanya
tiba2 ia dicengkam dari belakang oleh sepasang
tangan yang kuat sehingga ia tak dapat berkutik. Dan lalu
tiba2 pula kres ... Blo'on telah memotong jenggotnya.
"Celaka ... " Lo Kun menjerit dan meronta. Tetapi walaupun
tak meronta memang orang yang mencengkamnya dari
belakang itu sudah lepaskan tangannya.
Ketika berpaling ke belakang, menjeritlah Lo Kun dengan
marah : "Keparat, engkau Kerbau Putih ..."
Dia terus hendak menyerang tetapi cepat dicegah nona
pengantin : "Sudahlah, kakek Lo,. jangan marah. Memang
setelah tak memakai jenggot, engkau lebih tampak muda"
"Benarkah, nona ?" tanya kakek Lo Kun.
Nona pengantin mengiakan.
Karena yang mengatakan itu seorang nona cantik maka
hilanglah kemarahan Lo Kun. Apalagi setelah melihat nona
cantik itu memberi isyarat supaya ia menghampiri kedekatnya.
Lo Kun girangi sekali dan buru2 mendekati seraya ajukan
telinganya. Nona pengantin membisikinya beberapa patah.
Kemudian nona pengantinpun membisiki Blo'on.
"Kakek Kerbau Putih, kemarilah juga", seru sinona
pengantin. Dengan mengangkat kepala, kakek itupun segera
menghampiri. Ketika ia ajukan kepalanya ke dekat si nona.,
sekonyong-konjoig tubuhnya dipeluk dari belakang oleh Lo
Kun dan secepat itu pula Blo'onpun terus memotong jenggot
kakek Kerbau Putih. "Jahanam besar ..... !" Kakek Kerbau Putih berputar tubuh
terus menghantam Lo Kun. Tetapi Lo Kun sudah meluncur ke
samping. 'Ei, ei, mengapa ada orang jadi pengantin malah mau
berkelahi ?" seru si nona pengantin.
"Dia ..." "Senjata makan tuan" seru nona pengantin, "engkau tadi
menyikap kakek Lo, sekarang dia membalasmu. Ah. sudahlah.
Aku senang dan berterima kasih karena kalian berdua telah
rela berkorban jenggot"
Dengan tertawa geli, kepala desapun segera melangkah
keluar. Ia masih mendengar, di dalam ruang kakek Lo Kun dan
kakek Kerbau Putih masih mengomel panjang pendek karena
kehilangan jenggot. Persiapan di kuil Hong liong bio telah dia-atur dengan rapi.
Menjelaig matahari silam, dari seberang sungai. Hong ho
muncul iring-iringan tiga buah perahu besar Terdengar tambur
riuh rendah dari perahu itu. Perahu yang dimuka, dihias
dengan lentera ting warna warni.
Ketika berlabuh di tepi sungai, maka dua puluh lelaki
berpakaian seragam, turun dan tegak berjajar jajar dikedua
samping jalan. Seorang lelaki berumur 40 an tahun, muka merah, bertubuh
gagah dan mengenakan pakaian warna merah, diiring oleh
dua lelaki yang berbadan tinggi besar, muncul dari atas
perahu besar berhias indah tadi.
Ketika turun dari perahu, sekalian lelaki yang berbaris di
daratan itu membungkukkan tubuh dengan khidmat.
Di darat telah menyambut kepala desa bersama beberapa
penduduk. "Kami haturkan selamat datang kepada Ang Liong-cu ji-ya"
demikian sambutan kepala desa kepada lelaki gagah berwajah
merah penuh brewok itu. "Hm, baik" kata lelaki muka merah yang disebut Ang Liong
cu ji-ya, "apakah semua sudah engkau sediakan ?"
"Sudah siap, silahkan Ang Liong-cu ji-ya beristirahatlah ke
kuil Hong-liong-bio." kata kepala desa.
Demikian maka iringan tetamu yang dikepalai lelaki wajah
merah beserta duapuluh anakbuahnya dibawa kepala desa
menuju ke kuil Hong li-ong-bio.
Kawanan bajak sungai Hongho (Kuning) mempunyai tiga
orang kepala. Yang pertama disebut Hong Liong-cu atau Naga
Kuning. Yang kedua dua Ang Liong-cu atau Naga Merah, dan
yang ketiga Pek Liong-cu atau Naga Pulih. Disebut demikian
karena Hong Liong cu itu bermuka kuning, Ang Liong-cu
bermuka merah dan Pek liong cu bermuka putih.
Penyambutan atas kedatangan rombongan Ang Liong-cu itu
dilakukan dengan meriah dan besar-besaran. Seluruh
penduduk desa nelayan Hong-ke cung sama ikut hadir dalam
penyambutan itu. Nelayan2 yang biasanya tiap hari selalu sibuk kelaut
menangkap ikan hari itu mereka tak menangkap ikan. Tua
muda, besar kecil sama mengenakan pakaian bagus dan
berkerumun di kuil Hong liong-bio untuk menyaksikan nona
pengantin akan dibawa oleh Naga Kuning.


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ang Liong-cu ji-ya" kata kepala desa, "maafkan apabila
dalam penyambutan ini kami tak dapat mengadakan pesta
besar dan mempersembahkan barang2 antaran yang
berharga. Kami rakyat Hong ke cung memang miskin. Hidup
kami hanya dari hasil menangkap ikan. Dan tanah disinipun
tidak menghasilkan apa2 "Hm," dengus si muka merah Ang Liong cu "lalu bagaimana
dengan persembahan gadis untuk toako-ku itu ?"
Dengan sikap agak pilu dan suara sendat, kepala desa
beikata : 'Dalam hal ini, demi mengunjuk kebaktian kami
terhadap Hong Liong cu toaya, kami akan mempersembahkan
anak perempuan kami sendiri. Hanya sukalah para toaya
sekalian memberi maaf kepada anak itu. Dia seorang gadis
desa yang kurang pendidikan"
"Ah, tak apalah, pokoknya dia cantik tidak" tanya Ang Liong
cu. "Secantik-cantiknya gadis desa, tentulah takkan melebihi
nona2 kota" kata kepala desa. "silah kan ji-ya (tuan kedua)
melihatnya sendiri" Demikian ketika tiba di kuil, maka terdengarlah seruling dan
harpa dikumandangkan dengan irama dan lagu2 kaum
nelayan. Dipintu kuil telah siap menyambut beberapa orang wanita.
"Apakah artinya itu ?" tanya Ang Liong-cu."
"Mereka hendak menyambut temanten lelaki, kata kepala
desa. "Hah ?" Ang Liong-cu menyalang mata, "aku bukan
penganten lelaki, aku hanya menjadi wakil dari toako untuk
membawa nona itu. Nona itu akan dijadikan isteri toako-ku"
"Tetapi sekalipun demikian, menurut adat istiadat di desa
ini, ji-ya harus mewakili temanten lelaki untuk dipertemukan
dengan temanten perempuan," kata kepala desa.
Ang Lioug-cu kerutkan dahi.
"Ah. kuminta ji-ya tak perlu keberatan. Kan itu hanya
upacara saja nanti akan kuumumkan bahwa ji-ya hanya
sebagai wakil dari Hong Liong-cu toaya"
Ang Liong-cu terpaksa menyetujui. Demi upacara
bertemunya temanten dilangsungkan, agak terkesiap Ang
Liong-cu ketika melibat perawakan temanten perempuan yang
langsing. Oleh karena muka temanten perempuan masih
ditutup dengan kain kerudung, maka ia tak sempat melihat.
Kedua temanten itu segera melakukan upacara
sembahyangan dimuka arca malaekat penunggu kuil. Setelah
selesai, maka temanten lelaki lalu membuka kerudung muka
temanten perempuan. "Ih . , " de?is Ang Liong-cu tertahan, ketika menyaksikan
wajah temanten perempuan itu. Diam2 ia terkejut melihat
kecantikannya. Setitikpun ia tak pernah menyangka bahwa
anak perempuan dari kepala desa ternyata seorang gadis yang
cantik sekali. "Ah, toako sungguh beruntung sekali," diam2 pula ia
membatin. Dan timbullah rasa mengiri dalam hatinya atas
rejeki toakonya si Naga Kuning.
Selesai upacara bertemu temanten, maka temanten lelaki
dan perempuan duduk dikursi yang dihias dengan kain merah.
Sedang rombongan tetamu dan beberapa penduduk desa lalu
duduk di kursi meja perjamuan yang telah disiapkan.
Hidanganpun segera disajikan tak putus-putusnya.
Walaupun kesemuanya terdiri dari masakan ikan laut, tetapi
karena tukang masaknya pandai maka dapatlah dihidangkan
berbagai masakan yang lezat rasanya.
Sebagaimana lazimnya, setiap perjamuan itu takkan meriah
apabila tiada minuman arak, maka diedarkan pulalah minuman
arak yang wangi kepada para tetamu.
Blo'on, kakek Lo Kun dan Kakek Kerbau Putihpun ikut
duduk tak jauh dari pengantin. Riuh rendah gelak tertawa
memenuhi ruang kuil. Dari ruang dalam sampai serambi dan
halaman kuil penuh dengan tetamu.
Begitu arak dihidangkan maka meneteskan air liur kakek Lo
Kun. la lupa bahwa dirinya sedang menyaru jadi seorang
wanita. Maka cepat ia mengangsurkan cawan untuk meminta
arak. Untunglah rombongan anakbuah Naga Kuning tidak
sempat memperhatikan kejanggalan itu karena mereka sibuk
mengurus kegembiraan hatinya sendiri.
Demikian pula dengan kakek Kerbau Putih. Iapun turut
minum arak wangi juga. Beberapa saat kemudian, tiba2 temanten perempuan
menjatuhkan supitnya ke lantai. Melihat itu karena
sebelumnya sudah bermufakat, maka kepala desapun lalu
berbangkit. "Saudara2 sekalian, perjamuan akan ditutup sampai disini.
Segera mempelai perempuan akan menghaturkan tiga cawan
arak kepada mempelai lelaki selaku tanda-bakti, kemudian
diminta semua tetamu bergiliran menerima arak mohon restu
dari berdua temanten"
Terdengar tepuk tangan riuh dari segenap tetamu
menyambut pengumuman kepala desa itu.
Kemudian upacarapun segera dilangsungkan. Pertamatama,
mempelai perempuan menghaturkan tiga cawan arak
kepada Ang Liong-cu. Setelah itu mereka berdiri menerima
anakbuah rombongan Ang Liong-cu yang maju untuk
menerima pemberian arak dari kedua temanten. Demikian
seluruh penduduk desa yang menghadiri upacara perkawinan
itu minum arak dari kedua temanten.
Singkatnya Ang Liong-cu dan anakbuahnya merasa puas
atas sambutan yang meriah dari penduduk desa Hong-ke
cung. Setelah perjamuan selesai maka Ang Liong-cu lalu
membawa pengantin untuk toakonya (Hong Liong cu) naik ke
dalam perahu. Saat itu hari sudah malam, rembulan remang bintangpun
masih jarang. Perahu menempuh perjalanan keselatan. Angin
tak berapa besar sehingga ketiga perahu itu berlayar dengan
tenang. Setelah mengatur anakbuahnya maka Ang Liong-cu lalu
masuk kedalam kamar pengantin.
"Nona Hong. mengapa engkau belum tidur tegurnya ketika
melihat nona itu masih duduk ranjang.
Terdengar nona itu menghela napas panjang dan rawan.
"Eh. mengapa engkau nona ?" Ang Lion cu mengulangi
pula. "Long-kun" kata si nona dengan nada sedih "mengapa
engkau tanyakan hal itu ?"
Ang Liong-cu kerutkan dahi. Terutama ketika nona itu
menyebutnya dengan panggilan Longkun atau suami.
"Nona ..." "Ah, masakan longkun hendak menyuruh ku menjelaskan
soal ini" kata nona pengantin pula, "bukankah ... bukankah
longkun lebih tahu akan kewajiban longkun pada malam
pertama kita ... " "Nona. engkau salah" seru Ang Liong-cu tegas, "aku bukan
longkun tetapi hanya mewakili toako ku untuk menjemput
nona kemarkas Hong liong-tong"
Hong-liong tong artinya goha Naga Kuning. Tempat itu
menjadi markas gerombolan perompak yang dipimpin oleh
ketiga Naga. "Ah, aku tak merasa salah sangka" kata nona pengantin,
"karena waktu bersembahyang dihadapan malaekat Hong
liong-bio, aku telah menyatakan setya sampai mati kepadamu,
longkun" Ang Liong-cu terbelalak. "Bagiku dan bagi sin-beng (malaekat) yang melangsungkan
sembahyang dihadapannya itulah yang dianggap sebagai
suami isteri" kata nona Hong-giok palsu.
"Tidak bisa !" teriak Ang Liong-cu.
"Mengapa tidak bisa", seru nona pengantin, "apakah
longkun mengira aku seorang nona yang jelek ?"
"Bukan begitu" buru2 Ang Liong-cu menjelaskan", tetapi ...
" "Longkun" tukas nona pengantin "jika longkun takut kepada
Hong Liong-cu toaya, akupun takkan memaksa. Karena
akupun malu mempunyai seorang suami penakut. Tetapi
menurut adat istiadat, agar perjalanan ini selamat, kuminta
longkun menjalankan peradatan sebagai pengartin baru"
"Ha ?" mata Ang Liong-cu makin menyalang lebar.
"Jangan kuatir, longkun" kata rona pengantin "aku tidak
akan meminta lebih jauh daripada hanya sekedar upacara
saja" "Maksudmu ?" "Biasanya dalam malam pengantin pertama, seorang
pengantin priya akan masuk ke dalam ruang pengantin
perempuan, harus membuka kerudung muka pengantinnya"
"Oh. lalu ?" "Nanti kita bicara lagi"
Ang Liong-cu merenung sejenak. Karena menganggap hal
itu tak penting maka iapun mengangguk : "Baiklah ... "
Dengan agak berdebar, Ang Liong-cu pun mulai
menyingkap kain kerudung yang menutup wajah pengantin
perempuan. "Ah ... " ia mendesis tertahan ketika menyaksikan wajah
pemuda Liok yang menyaru sebagai pengantin perempuan itu.
Diam2 ia terkejut karena berhadapan dengan seorang nona
yang cantik. "Terima kasih, longkun " kata nona pengantin dengan suara
lembut "engkau telah memberi sinar kehidupan baru
kepadaku" "Nona ... " "Silahkan longkun duduk, " cepat nona pengantin menyuruh
Ang Liong-cu duduk pada sebuah kursi. Kemudian ia berlutut
dihadapannya: "longkun, terimalah hormatku yang akan
menjadi kawan hidup dan hambamu selama lamanya"
Ang Liong-cu ternganga. "Nona Hong" katanya sesaat kemudian, "harap nona jangan
memperlakukan aku sebagai suami. Karena aku hanya wakil
saja" "Bukan halangan." sahut nona pengantin, "yang resmi atau
wakil, tetap akan mendapat pelayanan serupa "
"Ah. nona ... " Ang Liong-cu mendesah.
"Sebelum bertemu dengan Hong Liong-cu toaya, engkau
tetap kuanggap sebagai longkun"
"Hm. asal jangan melampaui batas2 yang terlarang" kata
Ang Liong-cu. "Terserah pada longkun" nona pengantin tersenyum, "aku
sebagai seorang wanita yang telah dinikahkan akan menurut
dan paserah kepada kemauan longkun. Apabila longkun takut
kepada toaya silahkan saja. Tetapi kalau longkun memang
seorang lelaki yang jantan dan mempunyai kebebasan penuh,
Iongkunpun akan mendapat pelayananku yang penuh"
"Ah." kembali Ang Liong-cu menghela napas, "bukan soal
takut atau berani, tetapi aku harus tahu diri dan menjaga janji.
Aku hanya menjadi wakil yang diutus toako untuk menjemput
pengantin. Bagaimana aku berani melanggar janji dan
merusak kepercayaan toako "
Nona pengantin tertawa lembut selembut angin yang
menghembus tangkai bunga sehingga berguncangan.
"Ah, apakah longkun percaya kalau ada kumbang yang tak
tertarik pada bunga yang sedang mekar ?"
Ang Liong-cu tertegun. "Jika kumbang itu mengatakan tak tertarik, kurasa dia
membohongi hatinya. Karena bukankah kumbang itu perlu
dengan madu sang bunga?"
"Nona Hong, janganlah mendesak dengan ucapan begitu"
seru Ang Liong-cu. "Tidak, longkun." sahut nona pengantin, "aku hanya merasa
kasihan kepada kumbang yang memperkosa suara hatinya itu.
Pada hal sesungguhnya ia ingin sekali mengisap sari madu
bunga itu tetapi dia takut, ah, kasihan kumbang yang bernyali
kecil itu" Merah muka Ang Liong-cu mendengar ucapan terakhir dari
sinona pengantin. Perkataan itu sangat mengenai hatinya.
Diam2 ia memang bergetar hatinya melihat kecantikan nona
pengantin itu. "Nona Hong. jangan membicarakan soal itu. Aku seorang
lelaki yang dapat menjaga kepercayaan saudaraku" kata Ang
Liong-cu. Nona pengantin tertawa. "Baiklah, longkun. Aku mengagumi peribadimu sebagai
seorang lelaki yang dapat dipercaya Tetapi akupun merasa iba
karena engkau membohongi suara hatimu. Sebagai rasa
hormat dan kasihanku ijinkanlah kupersembahkan kepadamu
arak temanten. Marilah kita lewatkan malam pengantin
pertama ini dengan duduk bercakap-cakap sambil menikmati
arak". Karena menganggap hal itu tidak membahayakan maka Ang
Liong-cupun menyetujui. Nona pengantin segera menghidangkan arak yang wangi.
Setelah minum beberapa cawan. Ang Liong-cu tampak berseriseri
wajahnya. "Longkun" tiba2 nona pengantin berkata, "apabila longkun
tak memandang rendah, ingin kupersembahkan sebuah
nyanyian untuk mengenangkan malam pengantin yang luar
biasa anehnya ini". "Oh, silahkan. silahkan" kata Ang Liong-cu "sesuai dengan
wajahmu, suaramu tentu amat merdu, ha, ha ... "
Nona pengantin tersenyum, Dari kata2 itu ia dapat menarik
kesimpulan bahwa Ang Liong-cu mulai tergerak hatinya.
"Ah, aku hanya seorang gadis nelayan," katanya "wajahku
jelek suara buruk maka longkun pun menolak untuk
kupersembahkan diriku"
"Ah ... " Ang Liong-cu menghela napas.
"Longkun, aku hendak menyanyi" kata nona pengantin dan
mulailah ia mengalunkan suara.
Musim semi, bunga bermekaran
Burung2 berkicau riang gembira
Langit cerah, alam indah Semi musim, semilah usia Semi pula harapan remaja Ingin meneguk sari bahagia
Bagaikan kumbang dan bunga
Impian dara dibuai asmara
Menanti belaian taruna

Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tetapi duhai kelana Mengapa kau biarkan dia Terlena dalam hampa Menanti sia-sia O, bunga, o ..... dara Hampalah impian sukma Lara, duka, derita .... "Auh ... " tiba2 terdengar Ang Liorg-cu berseru tertahan.
"Longkun. mengapa engkau" nona pengantin terkejut dan
menegur. Tetapi Ang Liong-cu telah terkulai di kursinya.
"Longkun" seru nona itu seraya mengguncang tubuh Ang
Liong-cu, tetapi kepala bajak nomor dua itu sudah tak berkutik
lagi. Dalam pada itu terdengar pekik jeritan dari anakbuah Ang
Liong-cu di atas geladak.
"Celaka, perahu bocor ... "
"Hai. perahu makin oleng, makin tenggelam ..."
Tetapi beberapa saat kemudian suara hiruk pikuk itupun
lenyap dan sunyi senyap. "Hm, mereka tentu terkulai tidur," kata nona pengantin lalu
merabah tubuh Ang Liong cu "rupanya babi ini juga sudah
pulas ..." Tiba2 sesosok bayangan menerobos masuk dan berseru :
"Celaka, adik Liok ... eh, nona Hong, Hong-ma dan Hong-ji
tidur dilantai bersama orang2 itu !"
"O, engkau Hong nio." seru nona pengantin, "rupanya arak
telah membuat mereka jatuh pulas. Hayo, kita cepat bekerja
saja" "Bekerja apa," tanya wanita muda yang disebut Hong Nio
itu. "Perahu segera akan tenggelam, kita harus lekas2
tinggalkan perahu ini. Apakah perahu mereka sudah datang ?"
kata nona pengantin. "Perahu yang mana ?" tanya Hong Nio "Sudah tentu perahu
dari nelayan2 desa Hong-ke-cung itu. Mereka akan
menyambut kita" kata nona pengantin.
"Mereka masih di desanya" sahut Hong Nio Nona pengantin
terkesiap tetapi segera ia teringat bahwa ia memang tak
menceritakan rencana itu kepada Hong Nio alias si Bloon.
Cepat2 ia lari keluar, diikuti Hong Nio.
"Celaka , . ! " teriak nona pengantin atau pemuda Liok.
"hujan ... " Ang Liong cu pemimpin kedua dari gerombolan bajak
sungai Hong-ho beserta duapuluh anakbuahnya telah
tenggelam ditelan arus sungai itu,
Mereka melentuk tidur ketika perahu mereka tenggelam.
Mereka tak menyadari mengapa tiba2 mereka merasa
diserang oleh rasa kantuk yang begitu hebat sehingga
merekapun tak sempat mengetahui apa sebab perahu mereka
tiba2 bocor. Rombongan bajak Sungai Kuning itu mati tanpa mengetahui
apa sebabnya. Tetapi nona pengantin dan Blo'onpun mengalami peristiwa
yang celaka, lebih celaka lagi kedua kakek Lo Kun dan Kerbau
Putih. Pada hal tidak demikian rencana nona pengantin alias
pemuda Liok. Dengan kepala desa ia telah mengatur suatu
rencana. Pada perjamuan di kuil Hong-liong bio hidangan arak
yang diberikan oleh pengantin perempuan kepada anakbuah
gerombolan bajak, dicampur dengan obat tidur demikian pula
dengan arak yang dihidangkan dalam perjamuan makan itu.
Untuk memastikan dan memantapkan rencananya itu berhasil,
masih pemuda Liok dalam penyamarannya sebagai nona
pengantin telah melakukan siasat merayu An Liong cu dan
memberinya minum arak yang dapat menghilangkan tenaga.
Kemudian setelah Ang Liong cu membawa sang nona
pengantin, kepala desa Hong ke-cung disuruh pemuda Liok
untuk menyiapkan beberapa orang nelayan yang pandai
berenang. Mereka disuruh menyelam kebawah perahu
anakbuah Ang Liong cu dan melubangi perahu mereka.
Rencana selanjutnya, kepala desa harus lekas mengirim
perahu untuk menolong pemuda Li ok berempat. Dengan
demikian, kepala bajak Hong Liong-cu tentu akan menyangka
bahwa perahu anakbuahnya telah tenggelam bersama nona
pengantin. Dan bebaslah rakyat serta kepala desa Hong-|ke
cung itu dari tuduhan membunuh utusan gerombolan bajak.
Karena dengan ikut sertanya anak perempuan kepala desa itu
tenggelam, tak mungkin Hong Liong cu akan mencurigai
kepala desa. Demikian rencana yang dilakukan oleh pemuda Liok
bersama kepala desa. Dan rencana itu lelah berhasil bagus
seandainya hujan tidak turun.
Memang gangguan alam sukar diperhitungkan Dan
gangguan yang tak terduga-duga itulah telah menggagalkan
rencana yang terakhir. Hujan itu telah menghambat perahu yang dikirim kepala
desa sehingga akibatnya pemuda Liok dan Blo'on tenggelam di
dalam sungai. Kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putih karena ikut minum
arak, pun jatuh pulas dan ikut tenggelam bersama anakbuah
gerombolan Ang Liong-cu. Pemuda Liok dan Blo'on tak sempat
mencari mereka karena perahu yang bocor itu makin
dipercepat tenggelamnya oleh hujan lebat.
Demikian peristiwa yang tragis di desa nelayan Hong-kecung
Dan cepat kepala desa mendapat laporan dari perahu
yang dikirim untuk memberi pertolongan itu. Dia segera
mengerahkan seluruh penduduk untuk melakukan percarian
kepada keempat orang yang telah membantu rakyat Hong-ke
cung. Tetapi usaha mereka sia2 beaka.
Kepala desa dan rakyat Hong-ke-cung merasa berhutang
budi kepada rombongan Blo'on. Mereka amat bersedih atas
musibah yang menimpa rombongan orang aneh itu.
Untuk menyatakan terima kasih kepada rombongan Blo'on
kepala desa dan rakyat. Hong ke-cung lalu mengadakan
sembahyang di tepi sungai Hong ho. Mereka memohon
kepada malaekat penunggu sungai agar mayat Blo'on dan
rombongannya diselamatkan ke tepi agar dapat dikubur. Dan
agar arwah keempat orang itu dapat naik Niiwana.
Sungai Kuning. Sungai Kuning atau Hongho, merupakan sungai besar
nomor dua dari benua Tiongkok,
Bersumber dari pegunungan Yahaltahatse sungai itu
mengaliri sepanjang propinsi2 Kansu, Mongolia dalam,
Siamsay, Sanse, Holam, Shoa-tang lalu bermuara di propinsi
Cenghay dan berlabuh ke Laut Kuning.
Sungai itu panjangnya tak kurang dari 4500 km. Daerah
sepanjang pengairan sungai itu merupakan tanah subur yang
terjadi dari tanah endapan tebal. Disitulah dahulu suku orang
Tiong hoa yang aseli pertama-tama tinggal.
Karena banyak mengeluarkan lumpur sehingga air sungai
itu berwarna kuning maka dinamakan Hongho atau Sungai
Kuning. Dunia memang penuh dengan alam, benda dan peristiwa2
yang aneh. Bila seorang manusia tenggelam dalam sungai
sebesar Sungai Kuning, tak mungkin dia dapat hidup.
Tetapi peristiwa di dunia itu memang aneh, seaneh nasib
manusia, mati hidupnya tiada orang yang dapat menentukan
dan menyangka. Demikian pula dengan anakmuda yang kita ikuti kisahnya
itu. Entah sudah berapa kali BIo'on menghadapi dan
menderita peristiwa aneh yang pada umumnya orang tentu
memastikan dia akan mati. Tetapi nyatanya Blo'on masih
bernyawa, masih dapat melanjutkan kisah petualangannya
yang blo'on. Dan kali ini dia harus menghadapi sebuah petualangan baru
didasar Sungai Kuning. Kalau belum ditakdirkan mati.
walaupun tubuhnya diikat dengan sabuk pinggang bersama
tubuh pemuda Liok atau si nona pengantin baru, tetapi Blo'on
tetap belum putus jiwanya.
Ada suatu keajaiban yang telah menyelamatkan jiwanya.
Dan keajaiban itu memang sukar dipercaya tetapi memang
nyata2 dialami Blo'on. Karena air Sungai Kuning berwarna kuning maka Blo'on
pemuda Liok tidak dapat melihat suatu apa kecuali air yang
keruh lumpur kuning. Gelap sekeliling penjuru air dan tak
berapa lama keduanyapun tak ingat apa2 lagi, Dan karena
terbenam air dibawa hanyut arus, sabuk pinggan yang
mengikat tubuh mereka berdua pun lepas sehingga keduanya
tercerai. Entah tak tahu berapa lama tubuh Blo"on yang tercerai
dengan pemuda Liok itu terhanyut di dasar sungai. Tiba2
tubuh kedua orang itu tiba pada suatu kisaran air yang
berputar-putar deras sekali. Tubuh mereka ikut berputar-putar
keras dan makin keras, makin ke tengah pusat kisaran air.
Akhirnya berlenyapanlah kedua tubuh mereka tenggelam
kedasar air. Pertama kali Blo'on menyusul pemuda Liok.
Kisaran air itu terletak hampir dekat kemuara Laut Kuning.
Merupakan suatu kisaran air yang paling ditakuti oleh kaum
nelayan dan tukang2 perahu. Sering terjadi kecelakaan dari
perahu2 yang tersedot oleh kisaran air itu dan terus dibawa
berputar-putar keras lalu ditelan ke dalam sungai.
Dan secara tak terduga-duga, Blo'on serta pemuda Liok
itupun telah di 'makan' air kisaran maut.
Entah berapa lama telah berlalu, tiba2 Blo'on membuka
mata. Ia rasakan dirinya berada dalam himpitan benda lunak
yang merah, merah warnanya.
Tubuh Blo'on terasa hangat tetapi ia heran mengapa
sekelilingnya hanya dilingkungi oleh benda2 putih dan merah.
Dan celakanya, hidungnya disengat bau yang luar biasanya
anyir dan busuk. Sedemikian anyir dan busuk sehingga ia
hendak muntah. Karena tak tahan, ia berusaha untuk menggerakkan tangan
kanannya yang tertindih di bawah perutnya. Tetapi serempak
tangannya bergerak, iapun merasa seperti dikocok naik turun,
kekanan kiri, maju mundur.
Akhirnya berhasillah ia melolos tangannya yang tertindih
perut itu lalu didekapkan kehidung. Ia benar2 tak tahan
dengan bau yang luar biasa anyirnya.
"Auup ... " sesaat tangan mendekap hidup iapun berseru
tertahan dan cepat2 ia tarik pulang tangannya lagi, huak
.....air berikut kotoran keluar dari perutnya.
Jika semula ia hanya tak kuat menahan bau yang luar biasa
anyirnya tetapi setelah tangan mendekap ke hidung, ia
rasakan bau yang luar bias busuknya. Begitu pula
mulutnyapun terasa menelan benda lunak yang luar biasa
pahitnya. "Aduh mak, minta ampun ... " ia meratap Tetapi aneh.
mengapa suaranya tak kedengaran. Apakah ia gagu "
Tetapi sebelum ia dapat menyelidiki keanehan2 itu, tiba2 ia
merasa seperti dibuai-buai keras, naik turun, kanan kiri.
Untung ia berada dalam gumpalan benda putih yang lunak
sekali sehingga ia tak menderita suatu apa.
Setelah guncangan itu agak reda, ia tak dapat menahan diri
untuk menggerakkan tangan kirinya, mengusap benda lunak
yang melumuri mulutnya. Setelah sejenak melepaskan tangannya dari himpitan benda
lunak, akhirnya ia berhasil menggerakkan tangan kirinya untuk
mengusap mulut. Cret .... "Aduh ... " kembali Blo'on menjerit dan muntah2 lagi. Air
dan kotoran berulang kali muntah keluar dari perutnya.
Ia hendak mengusap benda lunak yang rasanya luar biasa
pahit pada mulutnya itu, tetapi siapa tahu malah tambah lagi.
Tangan kirinya juga berlumuran dengan benda lunak yang luar
biasa busuk dan pahit itu.
Karena tak tahan siksaan itu maka berontaklah ia. Dengan
sekuat tenaga ia bergeliatan meronta-ronta hendak
melepaskan diri dari himpitan dinding putih yang lunak itu.
Uh ..... tiba2 ia rasakan dirinya berada di udara yang
lapang, tidak menekan seperti tadi Tetapi ia heran mengapa
dirinya masih saja melayang deras.
Cepat2 ia hendak membuka mata. Tetapi seketika itu ia
menjerit, uh ... karena pandang matanya serasa gelap sekali
dan kembali ia masuk ke dalam sebuah guha yang gelap dan
merah. Auuh ... kembali ia hendak muntah karena hidungnya
dilanda oleh bau yang anyir sekali, lebih anyir dari dinding
putih lunak tadi. Tetapi untung hanya anyir dan tidak busuk
seperti tadi. 'Hai, apa ini ... " tiba2 ia berkata seorang diri ketika
mukanya membentur segumpal rambut. Ia tak tahu dimana
saat itu ia berada dan apa yang telah membentur mukanya
itu. Tetapi jelas kalau benda itu terasa seperti seuntai rambut lebat. "Aduh ... tiba2 ia menjerit kesakitan dan kaget ketika kedua telinganya dicengkeram sepasang tangan orang dan terus ditarik sekeraskerasnya,
Karena kesakitan ia meronta hendak menyilak tangan itu.
Tetapi ketika salah sebuah tangan aneh itu tersiak, tiba2
hidungnya dicengkeram dan diremas keras.
"Adu ... hajingngng". hajingngng ?""
Salah sebuah jari tangan aneh itu telah menyusup masuk
kedalam lubang hidung Blo'on. Blo'on tak kuat menahan rasa
geli pada hidungnya dan seketika iapun berbangkis sekuatkuatnya.
Karena jarinya tersemprot ingus, tangan aneh itupun cepat
berpindah untuk meremas mulut! Blo'on.
Blo"on gemas. Ia ngangakan mulutnya lebar2! lalu
menyambar jari itu terus digigitnya.
"Huhnhh ..." Blo'on menjerit dan gelagapan ketika jari itu
tiba2 berobah menjadi semacam benda lunak. Begitu tergigit,
benda itupun pecah dan uh ..... pahit, pahit sekali rasanya.
Blo'on muntah2 tetapi air dari benda lunak yang pahit
rasanya itu terlanjur mengalir ke dalam keiongkongannya
sehingga karena luar biasa pahitnya, ia sampai mendelik.
Habis mendelik, tiba2 tangan aneh itu meraih lehernya dan
mencekik kuat2 sehingga untuk yang kedua kalinya Blo'on


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

harus mendelik lagi. Hanya kalau tadi mendelik karena
memakan cairan air yang luar biasa pahitnya kini ia mendelik
karena tak dapat bernapas.
Rasa marah dan bingung merangsang hati Blo'on dan
akhirnya iapun mengamuk. Dengan cepat ia mencengkeram
gumpalan benda semacam rambut tadi terus digaruk kuat2
dan serempak dengan itu iapun bergeliatan meluncur ke atas.
Tiba2 terjadi suatu gerakan yang luar-biasa kerasnya, jauh
lebih keras dan terasa daripada ketika Blo"on masih berada
dalam dinding benda putih lunak tadi. Ia seolah-olah
dilemparkan kian kemari, ada kalanya diangkat ke atas lalu
dibanting kebawah. Ada kalanya dibenturkan benda keras kian
kemari. Walaupun tidak langsung terkena dengan benturan2
itu, namun ia rasakan badannya sakit juga.
Dibanting dan dikocok begitu rupa, makin lama tubuh
Blo'on makin meluncur ke atas. Tiba-tiba ia melihat sebuah
benda yang aneh. Bentuknya serupa dengan hati, warnanya
merah darah. "Harum ... " hidungnyapun serentak tergiur oleh suatu bau
harum yang membaur dari benda merah itu.
Karena sejak tadi hidung dan mulutnya selalu dijejali
dengan benda2 yang busuk dan anyir maka timbullah
keinginan Blo'on untuk menelan benda merah itu.
Cepat ia lepaskan cengkeramannya pada benda yang
menyerupai rambut, lalu ia bergeliatan meraih benda merah
itu. dipetiknya. Tetapi benda itu sukar dipetik. Akhirnya karena
jengkel, Blo'on lalu menariknya kuat2.
Cresss ... , Benda merah itupun putus, terus ditelannya. Maksudnya
hanya akan dikumur dalam mulut tetapi karena saat itu tiba2
terjadi suatu kegoncangan yang luar biasa kerasnya, tanpa
sengaja benda itupun terus meluncur masuk kedalam
kerongkongan dan turun ke perut.
Tepat pada saat ia menelan benda merah itu, suatu
gelombang tenaga yang luar biasa telah mendorong tubuhnya
keatas dan seperti dilemparkan, ia 'terbang' ke udara "..
Ia hanya sempat untuk membuka mata dan melihat
keadaan diluar. Ternyata di sekeliling penjuru merupakan air
yang bening. Tetapi iapun tak kuat membuka mata karena
menempuh air itu. Terpaksa ia pejamkan mata lagi.
Sesaat kemudian ia merasakan dirinya bebas dari aliran air
maka iapun segera membuka mata. Ah ... gelap lagi.
Bluk ... tiba2 tubuhnya jatuh diatas sebuah benda datar
yang amat keras sekali. Sedemikian keras dirinya terbanting
sehingga gundulnya berdarah.
"Aduh ... " Blo'on mengeluh kesakitan sembari mengusapusap
gundulnya. Tulang-tulang kaki dan pinggangnyapun
terasa seperti patah. Untuk beberapa saat ia duduk diam dan pejamkan mata.
Pikirannya mulai bekerja.
"Eh. aneh ... " pikirnya, "mengapa otakku terasa dapat
untuk berpikir ?" Kemudian ia membuka mata. Didapatinya di sekeliling
tempat disitu gelap gulita.
"Dimanakah aku ini?"
Tetapi ada suatu hal yang melonggarkan perasaannya.
Walaupun itu tidak digenangi air, Ia dapat bernapas longgar.
Begitu pula ia tidak dihamburi dengan bau yang anyir ataupun
busuk. "Ah. mungkin malam" pikirnya. Memang walaupun sedikit2
sudah mulai dapat bekerja tetapi otaknya belum sehat betul.
"Lebih baik tidur dulu" katanya menghibur diri Iapun lalu
rebah tertelentang di atas benda keras yang datar itu.
Blo'on letih juga. Entah berapa lama ia terlempar kedalam
sungai dihanyutkan arus sungai kemudian disedot masuk
kedalam kisaran air dan masuk kedalam sebuah tempat yang
berdinding lunak kemudian berpindah pada sebuah tempat
gelap yang berdinding merah. Dan terakhir lalu meluncur ke
tempat gelap sekarang ini.
Entah berselang berapa lama ia tertidur, ketika membuka
mata. ia rasakan dirinya seperti bergerak-gerak. Walaupun
lambat tetapi jelas ia tengah menghampiri ke arah dinding
karang yang gelap. "Aneh" gumamnya seorang diri, "apakah karang yang
kududuki ini yang bergerak atau memang diriku yang
melayang-layang ?" Namun ia tak dapat menemukan jawaban. Hanya saja ia
merasa tak bergerak ataupun menggerakkan salah sebuah
anggauta badannya. Timbul pikirannya untuk merabah tempati yang didudukinya
itu. "Uh, halus benar" katanya, "tetapi keras dan licin"
Dicobanya memandang ke bawah untuk mengamati tempat
yang didudukinya itu, namun tak berhasil. Suasana yang
gelap, menghambat pandang matanya.
Karena tak dapat mengetahui apa benda yang didudukinya
itu, timbullah pikiran Blo'on untuk mencobanya.
la segera kerahkan tenaga, kepalkan tinju dan
menghantam, bluk ... "Aduh ... ia menjerit kesakitan ketika tulang jarinya serasa
patah. Namun iapun penasaran juga. Setelah rasa sakit
berkurang, ia segera ayunkan tinjunya pula, duk ...
"Ah ... " kembali ia mengerang. Tetapi kali ini agak tak
keras karena rasa sakit pada tulang tinjunyapun berkurang.
Duk ... ia menghantam lagi. Walaupun masih sakit tetapi
hanya meringis saja dan tak sampai mengerang, Rupanya rasa
sakit makin berkurang. Kemudian ia ayunkan tangan kirinya untuk menghantam,
duk ... "Aduh ... " kembali ia menjerit keras karena tangan kirinya
serasa patah. Beda dengan tangan kanannya yang sudah
beberapa kali menghamtam tadi.
"Biar, tinju kiriku ini harus menjadi seperti tinjuku yang
kanan" pikirnya, Dan iapun lalu meninjukan tangan kirinya
lagi, Duk. duk, duk , . Suatu perasaan berkurang sakit seperti tangan kanannya,
segera dirasakan oleh Blo'on. Maka berulang kali ia segera
menghujankan pukulan tangan kirinya kepada benda keras
yaog didudukinya itu. Setelah kedua tangannya lelah ia berganti dengan kaki.
Sambil berdiri, ia menghentakkan kaki kanannya ke benda
keras itu. "Duk ... aduh" ia menjerit ketika rasakan tulang kakinya
serasa remuk Namun ia ingat akan pengalamannya dengan
kedua tinjunya tadi. Diulangnya pula dua tiga sampai berpuluh
kali. Memang seperti yang dialami dengan kedua tangannya,
rasa sakit pada kakinyapun makin berkurang dan berkurang.
Setelah jemu ia berganti menghunjamkan kaki kiri. Dan apa
yang dialami, seperti dengan kaki kanannya. Pertama sakit
sekali, kemudian berangsur-angsur kurang.
Dasar Blo'on maka ia tak menyadari bahwa diwaktu ia
menghunjamkan tinju dan kaki pada, benda keras yang
didudukinya itu, benda itu ternyata bergerak-gerak maju dan
makin maju, membawanya ke muka.
Iapun tak menyadari bahwa pukulan dan injakan kaki pada
benda keras itu telah memberi suatu kesempatan yang luar
biasa. Kaki dan tangannya berobah keras sekali, tahan
menghantam benda keras seperti karang dan lain2.
"Ah. capek juga" katanya, "sekarang akan kugunakan
kepala saja" Ia terus duduk dan membungkuk lalu membenturkan
gundulnya. Duk ..... "Aduh ... kepalaku !" ia menjerit dan mendekap gundulnya
karena kuatir akan terlepas dari batang lehernya. Kepalanya
terasa berputar-putar, pusing tujuh keliling.
"Tidak peduli, hayo kepala" teriaknya, "engkau juga harus
mengikuti jejak tangan dan kaki. Tak boleh enak2"
Duk, duk, duk. duk . , . Berulang kali ia membenturkan kepalanya pada benda keras
yang didudukinya sehingga kepalanya sampai benjul2.
Setelah puas, tiba2 ia hentikan gerakan kepala dan berkata
seolah memberi perintah : "Hayo. sekarang giliranmu hidung !
Engkau juga harus menderita seperti gundul dan kaki tangan
itu" Prek ..... "Aduh mak ... !" ia menjerit dan mendekap hidungnya
ketika hidung itu hampir penyek dan mengucurkan darah.
"Wah, celaka nih," katanya, "kalau kuteruskan hidungku
bisa penyek." "Ah. tetapi paling tidak harus sampai lima kali, baru adil,"
katanya membantah keenggannya.
Iapun terus membenturkan hidungnya sampai lima kali.
Setelah itu, ia berseru : "Hai, mulut dan gigi. hayo engkaupun
harus memerima bagian. Engkau harus merasakan bagaimana
rasa sakit itu!" Krek ... , "Minta ampun, mamah". " ia menjerit dan mendekap
mulutnya yang berlumuran darah. Namun beberapa saat
kemudian, ia ulangi lagi menyiksa mulut dan giginya. Setelah
lima kali. barulah ia berhenti.
"Sekarang engkau, mata" katanya kepada mata. Tetapi
pada saat ia hendak membenturkan matanya kepada benda
keras itu, tiba2 ia terkejut! melihat sebuah lubang yang
memancarkan sinar terang.
"Hai. udara . !" teriaknya.Dan serentak pada saat itu. iapun
meluncur maju dan ... "Hai. udara terbuka ... "
Kemudian ketika ia menundukkan kepala, ia memekik kaget
: "Air ... " Herannya benar2 sukar dikata ketika ia mendapatkan
dirinya terapung di atas sebuah permukaan air yang jernih.
"Dimanakah aku ini "' serunya. Cepat2 ia memandang
kebawah untuk melihat benda apakah sebenarnya yang
diduduki itu. Tetapi baru ia menunduk sekonyong-konyong terdengar
sebuah lengking teriakan yang bernada kejut2 girang.
"Engkoh Blo'on . , . !"
-ooo0dw0oooTiraikasih website http://kangzusi.com.
Jilid 20 Cap kerajaan Blo'on berpaling dan alangkah kejutnya, ketika ia melihat
yang meneriakinya itu sinona pengantin alias pemuda Liok.
Dua macam rasa kejut yang menghinggapi hati Blo'on.
Pertama. karena melihat si nona pengantin muncul di tempat
itu. Dan kedua karena kemunculan nona itu dalam keadaan
yang luar biasa anehnya. Si Liok dengan masih mengenakan pakaian sebagai seorang
nona, tengah meluncur dipermukaan air dengan berdiri di atas
punggung seekor buaya .....
"Hai, nona pengantin, mengapa engkau disini?" teriak
Blo'on. "Entahlah, aku sendiri juga tak tahu." sahut si Liok. "dan
engkau engkoh Blo'on mengapa engkau berada disini "
Hendak kemanakah engkau?"
Blo'on menyeringai. "Aku bertanya mengapa engkau balas bertanya ia
bersungut-sungut, "aku sendiri tak tahu dan tak merasa
mengapa aku begini".
Si Liok hendak menyahut tetapi tiba2 Blo'on berseru pula :
"Hai, mengapa engkau dapat berjalan dialas air " Eh, benda
apa yang engkau na naiki itu "
"Buaya , . " "Hai !" Blo'on melorjak kaget, "engkau naik buaya " Eh,
apakah buaya itu ?" Liok mengkal tetapi tiba2 ia ingat bahwa otak Blo'on itu
memang tidak sehat. Dia kehilangan ingatan. Terpaksa ia
menerangkan apakah buaya itu.
"Jika harimau itu disebut raja hutan maka buaya adalah raja
sungai" katanya menambah keterangan.
"Bagaimana engkau dapat menguasai binatang itu ?"' tanya
Blo'on. Dalam pada bercakap-cakap itu, Liok sudah meluncur tiba
dibelakang Bio"on. Jaraknya amat dekat sehingga mereka
dapat bertukar cakap. "Ketika perahu tenggelam, aku berusaha untuk berenang.
Tetapi air Sungai Kuning begitu kotor dan kuning sehingga aku
kehilangan arah dan akhirnya aku pingsan" Liok menutur, "eh.
ketika membuka mata, tahu2 aku berada dalam sebuah
tempat yang aneh sekali"
"Dimana ?" tanya Blo'on'
"Bermula kurasa aku berada dalam sebuah guha berdinding
merah. Penuh dengan benda2 yang aneh bentuknya. Tetapi
guha itu sedemikian sempit sekali sehingga hampir
menghimpit tubuhku. Aku tak dapat bergerak. Untunglah
dinding guha itu lunak sehingga walaupun terhimpit tetapi tak
melukai tubuhku" 'O." desah Bloon. "Tiba2 terjadi getaran keras dalam guha itu. Kurasa ada
sebuah benda lagi yang masuk. Aku berusaha untuk merabahrabah
benda itu. Engkau tahu. apa yang kupegang itu ?"
"Hah masakan aku tahu ?" sahut Bloon.
"Muka seorang manusia" seru Liok. "ya. terang seorang
manusia. Tanganku merabah gundul kepalanya lalu
telinganya. Kutarik kedua telinga orang itu supaya dia
berteriak Tetapi celaka, orang itu menjambak rambutku
keras2. "Kurang ajar engkau !" teriak Blo'on seraya deliki mata.
"Mengapa ?" Liok terkejut.
"Jadi yang menarik telingaku sampai hampir putus itu
engkau ?" teriak Blo'on.
"Siapakah orang itu ?" Liok makin kaget.
"Aku !" "Engkau ?" "Bukankah setelah lepaskan telinga, engkau terus
mencengkeram cuping hidungku?" seru Blo'on.
"Astaga! Benar" sabut Liok.
"Setan, bukankah ergkau juga meremas mukaku ?"
"Aduh. benar lagi"


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kurang ajar, mengapa engkau tusukkan jarimu kedalam
lubang hidungku sehlngga aku sampai berbangkis ?" teriak
Bloon marah2. "Oh, jadi engkaukah yang masuk ke dalam guha itu ?" seru
Liok. "mengapa engkau tak tahu aku juga berada disini ?"
"Bagaimana bisa tahu ?" dengus Blo'on. "tubuhku terhimpit
dengan dinding merah, sedikitpun aku tak dapat bergeiak.
Tahu2 engkau menjiwir telinga sampai hampir putus ... "
"Maaf engkoh Blo'on" kata Liok, "akupun juga serupa
seperii engkau, tak tahu berada di nana. Lalu siapakah yang
menyebabkan goncangan luar biasa itu sehingga tubuhku
terlempar ke udara ?"
"Bagaimana aku tahu. Aku sendiri juga terlempar ke udara
?" sahut Blo"on.
"Apakah selama dalam guha merah itu engkau tak
melakukan apa2 "," tanya Liok.
"Aku sudah tak berdaya lagi" sahut Bloon "aku merasa haus
sekali waktu itu. Kebetulan dilihat ada sebuan benda merah
seperti ". Hal 9-16 tdk ada ============ Bermula Liok segan tetapi Blo'on terus menyambar tangan
Liok, suruh menggerakkan tangannya : "Hayo, pukulkanlah !"
Terpaksa Liok menurut. Plak....aa gerakkan tangan B'o'on
kemuka tetapi tahu2 tangan itu melayang kearah kepala
Blo'on. Blo'on menyeringai, menahan sakit.
Liok ulangi lagi gerakannya. Tetapi kembali kepala B'o'on
yang menjadi sasaran. Liok makin heran. Dua, tiga, empat
sampai lima kali ia gerakkan tangan Blo'on tetapi kepala
Blo'onlah yang harus menderita pukulan.
"Gila, jangan diteruskan I" teriak Blo'on seraya menarik
tangannya kuat2, "lama2 gundulku bisa pecah."
Liok tertegun. Ia memang, mulai heran atas peristiwa aneh
itu. Jelas ia yang menggerakkan tangan Blo'on ke muka tetapi
mengapa terus menerus berbalik memukul kepala Blo'on
sendiri. Rasa heran berganti penasaran, Liok memandang sosok
tubuh yang punggungnya tertutup rambut putih itu. Lalu
diayunkannyalah tangan kanannya. Karena tak mau melukai
orang itu, ia tak meninju melainkan menampar.
Plak..... "Aduh..... kurang ajar engkau !" Blo'on menjerit karena
pipinya ditampar Liok. Liok terkejut. Jelas ia menampar orang itu tapi mengapa
tiba2 menyasar ke pipi Blo'on. Dan anehnya, ia tak merasakan
suatu tenaga apapun yang mendorong tangannya.
Memang dalam dunia persilatan terdapat sebuah ilmu
tenaga dalam yang dapat mementalkan balik tenaga pukulan
orang atau yang disebut meminjam-tenaga. Dari suhunya,
Liokpun pernah mendengar keterangan itu. Tetapi apa yang
dialaminya saat itu, tidaklah demikian. Ia tak merasa didorong
oleh suatu apa. Untuk membuktikan dugaannya itu, ia ulangi lagi
menampar, plak ..... "Aduh....." teriak B'o'on. Ia deliki mata kepada Liok. "hai,
nona gila, kalau engkau terusan menampar pipiku, terpaksa
akan kugigit pipi-mu juga."
Merah wajah Liok. la malu karena tamparannya menyasar
lagi dan malu juga mendengar ucapan Blo'on itu.
"Baik, engkau menyingkir agak jauhlah," kata Liok yang
saat itupun mulai penasaran. Setelah bersiap, ia terus
layangkan tangannya. Plak....
"Ha, ha, ha .... ," tiba2 Blo'on tertawa gembira karena
melihat Liok menampar kepalanya sendiri, "hayo sekali lagi
kalau engkau masih tak percaya "
Liok tersipu-sipu merah wajahnya. Namun ia cepat dapat
menyadari bahwa yang dihadapinya itu seorang manusia yang
sakti. Ia hanya gelengkan kepala saja.
"Dia manusia atau mahluk aneh?" tanya Blo'on. Tetapi Liok
hanya diam saja. "Hai, engkau, berpalinglah kemari," seru Blo'on pula. Tetapi
orang itu diam saja. Karena jengkel, Blo'on terus melangkah maju, berjalan di
samping orang itu dan terus hendak berdiri dihadapannya.
Maksudnya ia hendak melihat tampang muka orang itu.
Tetapi baru selangkah ia ayunkan kaki, ia terdorong
mundur lagi. "Huh, apa apaan ini," ia gerakkan kakinya maju, lagi. Tetapi
untuk kedua kalinya ia terdorong mundur lagi.
"Kurang ajar, masakan orang berjalan dihalangi-halangi,"
karena penasaran Blo"on terus loncat saja.
Bum ..... Seperti dibanting kebelakang, Blo'on terlempar balik dan
jatuh ke tanah. la segera bangun dan mengelus-elus
kepalanya. "Bagaimana ini " Apakah tangan dan kakiku sudah macet "
Mengapa tangan dibuat menampar malah menampar kepalaku
sendiri. Kaki digerakkan jalan, terdorong mundur. Lompat pun
malah dibanting begini rupa."
Liok makin sadar bahwa orang aneh itu memang seorang
sakti yang luar biasa. "Sudahlah, engkoh Blo'on, jangan menggangu orang,"
katanya mencegah. Kemudian dengan nada menghormat ia
berkata : "Locianpwe kami telah kesalahan masuk kemari,
harap lo cianpwa suka maafkan."
Namun orang aneh itu tetap diam saja.
Diulangi pula oleh Liok untuk meminta maaf, tetap orang itu
tak menghiraukan. "Sudahlah, Liok," akhirnya Blo'on jengkel juga, "perlu apa
harus minta maaf kepada orang yang tuli. Ah, jangan2 dia
memang bukan manula."
Mata Blo'on beralih memandang kearah anak lelaki yang
duduk di kursi. Segera ia berseru : 'Hai, anak kecil, hayo
bangunlah !" Tetapi anak lelaki itu tetap pejamkan matanya.
"Hai. anak lelaki, engkau dengar tidak!" teriak Blo'on makin
keras. Karena teriakannya tak digubris,, Blo'on marah. Ia
menjemput sekeping batu karang kecil dan dilontarkan. Liok hendak mencegah tetapi sudah tak keburu lagi. "Aduh....., "Blo'on
menjerit dan mendekap dahinya. Batu itu balik menimpali dahinya, hingga
benjul. Mau tak mau Liok tertawa juga melihat tingkah laku Blo'on. Tetapi dalam pada itu diam-diam pun ia
heran. Mengapa disekeliling orang rambut putih dengan anak
lelaki itu seolah dipagari dengan tenaga aneh yang tak
kelihatan. "Liok, hayo, engkau timpuk bocah itu!" teriak Blo'on
Bermula Liok tak mau tetapi sesaat kemudian timbul
pikirannya untuk mencoba. la ingin membuktikan benarkah
akan terjadi seperti yang dialami Blo'on.
Menjemput sebutir batu kecil ia terus menimpuk dan habis
menimpuk iapun terus loncat ke samping. la kuatir batu itu
akan mental baik dan mengenai dirinya.
Tinggg .... "Aduh ... " kembali Blo'on menjerit ketika gundulnya
ditimpah batu lontaran Liok. "gila, setan engkau ! Mengapa
engkau menimpuk aku ?"
Kini jelasiah Liok bahwa memang sekeliling ruang tempat
anak lelaki itu terselubung oleh suatu tenaga gaib yang tak
kelihatan mata. Tiba2 ada suatu perasaan yang mencengkam pikiran Liok.
Seketika tegaklah buluromanya.
"Setan ... " serunya terus berputar tubuh dan lari keluar.
"Hai, hendak kemana engkau Liok ?" seru Blo'on seraya
mengejarnya. Pikir Liok, ia hendak menuju ke tepi sungai naik buaya lagi
pergi ke lain tempat. Tetapi alangkah kejutnya ketika buaya
itu lenyap Demikian pula kura2 raksasa.
"Hai, Liok, mengapa engkau lari seperti dikejar setan ?"
tegur Blo"on waktu tiba.
"Ya. memang," sahut Liok, "kurasa ruangan karang itu
memang menyeramkan. Orang berambut putih dan anak lelaki
itu, bukan manusia tetapi setan"
"Setan " Bagaimanakah rupa setan itu ?" tanya Bloon
"Menyeramkan sekali."
"Huh," Blo'on mendesuh, "apakah engkau pernah melihat
setan ?" "Be ... lum" Liok tergugu, "tetapi menurut kata orang
memang begitu" "Ha. ha. ha" tiba Blo'on tertawa, "jangan mudah percaya
cerita orang. Aku tak percaya setan karena aku belum pernah
melihat" Liok merah mukanya. Ia merasa malu sendiri Memang
kata2 Blo'on itu benar. Orang2 tua mengatakan setan padahal
mereka sendiripun belum pernah melihat setan. Turun
menurun cerita tentang setan itu diwariskan kepada anak cucu
sehingga sampai sekarang orang percaya akan setan
walaupun dia belum pernah melihat.
"Liok, mau kemana kita ini?" tanya Blo'on.
Liok menghela napas : "Sebenarnya lebih baik kita pergi ke
lain tempat saja. Tetapi buaya dan kura2 itu tak berada disini
lagi, Kita tak dapat tinggalkan tempat ini"
"Biarkan" seru Blo'on, "kita tak perlu pergi. Aku tak percaya
setan. Hayo, kita masuk ke dalam ruang dan menggebuk
orang itu." Habis berkata Blo'on terus kembali kedalam rumah karang,
Karena tak dapat berbuat lain terpaksa Liokpun mengikuti.
Tiba2 Blo'on berteriak-teriak : "Hai, mengapa badanku
terasa panas sekali. Aduh, panas sekali."
la melonjak-lonjak dan melompat kian ke mari, lari masuk
keluar rumah karang itu. Namun masih menjerit-jerit : "Aduh,
panas seperti dibakar rasanya!"
"Engkau kenapa engkoh Blo'on ?" Liok terkejut.
"Jangan tanya !" bentak Blo'on, "aduh, aduh tubuhku ini ...
tubuhku panas auh ... 'Coba kulihat," Liok buru2 menghampiri dan memegang
lengan Bio"on tetapi secepat itu Blo'on menyiak dan Liokpun
mencelat sampai beberapa langkah ke belakang.
Diam2 pemuda Liok itu terkejut. Mengapa tiba2 saja Blo'on
memiliki tenaga yang begitu dahsyat.
Tiba2 Blo"on lari keluar.
"Hai, engkoh Blo"on ... " Liok yang mengejar keluar segera
berteriak kaget karena melihat Blo'on loncat ke dalam sungai.
Ketika Liok tiba di tepi sungai, ia makin terkejut sekali. Saat
itu dari dasar sungai muncul keluar buaya yang membawa
Liok tadi. Bermula Liok girang dan hendak meneriaki Blo'on
tetapi secepat kilat ia menjerit kaget ketika melihat buaya itu
ngangakan mulutnya hendak mencaplok Blo"on.
"Awas, engkoh Blo'on, buaya itu hendak memakan engkau
!" teriak Liok. Blo'on ngeri juga melihat mulut buaya yang sedemikian
lebarnya, la cepat bergeliatan berenang ketepi. Buaya itu tetap
mengejar. "Aduh ... tiba2 Blo'on menjerit karena kakinya terantuk
segunduk batu karang yang berada di dasar air.
Buaya dengan deras meluncur ke arahnya seraya membuka
mulutnya. Dan Liok menjerit ngeri. Cepat ia menutup muka
dengan tangannya, la tak sampai hati melihat Blo'on dimakan
buaya. Tetapi sampai sekian saat ia tak mendengar jeritan Bloon.
Apakah buaya itu sekaligus telah menelan Blo'on "
Karena ingin tahu, Liok membuka mata dan serentak ia
menjerit kaget : "Hui , . !"
Badai Awan Angin 20 Elang Terbang Di Dataran Luas Karya Tjan Id Bagus Sajiwo 8
^