Pencarian

Pendekar Patung Emas 25

Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong Bagian 25


tampak tiga orang pelayan tua mulai menurunkan peti-peti buku
yang ada didalam loteng penyimpan kiiab itu.
Agaknya Wie Ci To merasa kekurangan tenaga, kepada Ti Then
lantas ujarnya; "Coba kau panggil Loo-cia kemari untuk membantu."
"Kenapa tidak suruh pendekar pedang hitam saja ?"
"Tidak, beberapa orang tua itu sudah ada sangat lama mengikuti
loohu, cuma mereka saja yang tahu bagaimana caranya
membereskan barang-barang tersebut."
"Ooow . ." seru Ti Then, setelah itu dia berjalan ke ruangan
tengah untuk mencari datang Loo cia.
"Loo-cia, poocu perintah kau membantu mengangkati barang,"
serunya. "Mengangkati barang apa ?" tanya Loo-cia dengan sinar mata
ragu-ragu. "Membongkar kitab-kitab serta lukisan2 yang ada didalam loteng
penyimpan kitab, Poocu mau berikan tempat itu untuk dijadikan
kamar pengantenku" "Apa maksudmu ?" tanya Loo-cia dengan air muka berubah
sangat hebat. "Ini adalah atas perintah dari Wie Lian In, dia bilang mau pindah
kamar dan Wie Ci To setuju, maksudnya yang lain adalah agar
semua orang paham kalau didalam loteng penyimpan kitab itu
sebetulnya tidak ada barang pusaka apapun."
"Lalu alat-alat rahasia didalam loteng itu apakah sudah dibuang?"
"Tidak," jawab Ti Then perlahan. "Wie Ci To bilang alat-alat
rahasia itu tidak bisa dibongkar, tetapi dia hendak memberi
penjelasan kepada kami bagaimana caranya menggunakan alat-alat
rahasia tersebut." "Kalau begitu sangat bagus sekali !!" Teriak Loo-cia dengan hati girang.
"Aku tahu setelah mendengar berita ini kau pasti akan merasa
girang, tapi bilamana kau bermaksud untuk mendapatkan semacam
barang dari Wie Ci To saat ini merupakan satu kesempatan yang
baik, kau boleh menggunakan kesempatan sewaktu menggotongi
buku2 serta lukisan2 itu untuk mencari dapat barang itu".
"Soal itu tidak mungkin bisa terjadi !" ujar Loo-cia sambil
gelengkan kepalanya. "Kenapa ?" Loo-cia tersenyum, dengan suara yang amat lirih ujarnya;
"Barang yang aku maui itu sudah disimpan oleh Wie Ci To
dengan amat rahasia, barang itu baru bisa diperoleh bilamana kau
benar2 sudah memahami seluk beluk dari alat2 rahasia yang
menyelubungi loteng penyimpan kitab itu".
"Jadi maksudmu, barang yang kau inginkan itu tidak mungkin
dipindahkan oleh Wie Ci To keluar dari loteng penyimpan kitab
tersebut ?". "Benar". "Besarkah barang itu?".
"Tidak besar yaa tidak kecil!" sahut Loo-cia sambil tcrtawa
misterius. "Kau rasa setelah aku bisa menggunakan alat2 rahasia itu lalu
bisa bantu dirimu untuk mendapatkan barang tersebut?"
"Tidak salah" "Kalau begitu ada kemungkinan sebelum tiba saatnya aku kawin
dengan Wie Lian In barang itu sudah dapat aku dapatkan?".
"Ada kemungkinan memang begitu".
"Bilamana aku bisa memperoleh barang itu sebelum hari
perkawinanku, apakah kau hendak memaksa aku tetap kawin
dengan Wie Lian Ini?"
"Tidak!" seru Loo-cia, "Waktu itu kau boleh ambil keputusan sendiri, bilamana suka kawin dengan dirinya kau boleh tetap tinggal
disini. bilamana tidak suka yaa boleh meninggalkan benteng Pek
Kiam Poo" Mendengar perkataan itu Ti Then jadi amat girang.
"Kalau begitu sekarang juga kau boleh beritahukan kepadaku
barang macam apakah yang kau kehendaki itu, akupun bisa segera
melaksanakan tugas tersebut, karena ada kemungkinan sebentar
lagi Wie Ci To bakal memberitahukan kepadaku cara2 kegunaan dari
alat2 rahasia tersebut".
Loo-cia termenung berpikir sebentar, akhirnya dia
menggelengkan kepalanya. "Tidak, sekarang masih belum bisa, menanti setelah kau benar2
mengerti jelas cara-cara dari alat rahasia itu . . hmm. hmmm"
benar, apakah Wie Ci To ayah beranak pernah mengajukan
permintaan untuk tunjuk aku lagi untuk melayani dirimu?"
"Tidak." "Ada kesempatan kau boleh katakan soal ini dengan Wie Ci To,
katakan saja kau suka padaku dan mengharapkan aku bisa
melanjutkan pekerjaannya melayani dirimun di loteng penyimpan
kitab tersebut" Dalam hati Ti Then tahu pihak lawan berkata demikian dengan
tujuan ingin mencari barang, memang cara itulah yang terbaik,
karenanya dia lantas mengangguk.
"Baiklah, bilamana Wie Ci To tidak setuju, aku tidak punya cara
lhoo," katanya. "Asalkan kau tidak membocorkan rahasiaku maka dia tidak akan
menaruh curiga terhadap diriku, bilamana dia tidak menaruh curiga
terhadap diriku maka permintaanmu itu pasti akan dikabulkan."
"Semoga saja demikian, sekarang kau boleh pergi bekerja."
Loo-cia segera mengangguk dan berjalan menuju ke Loteng
Penyimpan kitab itu. Ti Then pun mengikuti dari belakangnya berjalan menuju kearah
Loteng penyimpan kitab. Wie Ci To yang melihat munculnya Loo-cia dia lantas berseru.
"Loo-cia, dahulu kau pernah membantu loohu aturkan buku2 dan
lukisan2 coba kau masuklah kedalam dan membantu"
Dengan hormatnya Loo-cia menyahut dan dengan langkah cepat
masuk kedalam loteng penyimpan kitab untuk membantu
membongkari buku2 serta lukisan tersebut.
XxxdwxxX WIE CI TO segera menoleh kearah Ti Then dan tertawa.
"Loo-Cia orang ini tidak jelek, dia sudah mengikuti puluhan tahun
lamanya dengan Loohu, selamanya belum pernah ribut maupun
mengomel, dia adalah seorang yang rajin . . . . "
"Benar !" sahut Ti Then mengangguk. "Sebelum dia mengikuti
Gak-hu apa kerjanya?"
"Seorang kuli di dusun, ada satu kali karena miuum arak dan
mabok dia sudah membuat gara2 sehingga diusir oleh majikannya.
Loohu yang melihat dia orang amat jujur lantas menerimanya
sebagai pembantu, kaiau di-hitung2 boleh dikata dia sudah ada
empat puluh tahun lamanya mengikuti Loohu."
"Apakah dia pernah belajar ilmu silat?".
"Pernah belajar beberapa waktu lamanya, karena bakatnya tidak
ada kemudian dia tidak berlatih lagi".
Sewaktu mereka ber-cakap2 terlihatlah Loo-cia dengan
menggotong sebuah peti buku berjalan keluar dari Loteng
penyimpan kitab itu dan berhenti dihadapan mereka, kepada Wio Ci
To sambil tertawa tanyanya :
"Peti ini berisikan tulisan tangan dari para sejarah Wan, Poocu
punya maksud untuk menyimpannya dikamar yang mana?"
"Taruh saja disebelah kiri dari kamar baca".
Loo-cia segera menyahut dan sambil menggotong peti tersebut
berjalan menuju ke kamar baca.
"Loo-cia" tiba2 terdengar Wie Lian In menegur sambil tertawa
perlahan. "Tenagamu sungguh tidak kecil !",
Sembari berjalan Loo-cia menjawab :
"Peti buku ini tidak lebih cuma enam tujuh puluh kati beratnya,
bilamana budakmu tidak kuat untuk mengangkat bukankah hanya
memalukan orang2 benteng Pek Kiam Poo saja".
"Loo-cia bekerja amat gesit, p?rkataannya pun amat lincah,
siauw-say berharap lain kali dia bisa meneruskan untuk melayani
aku " ujar Ti Then sengaja mengambil kesempatan ini.
"Tapi aku tidak suka padanya, dia sering menggoda aku!" sela
Wie Lian In amat kesal. "Kan tidak mengapa bukan kalau cuma berguyon ?""
"Lain kali ada Cun Lan seorang sudah cukup buat apa ditambahi
dengan dirinya?" "Tetapi apakah Cun Lan bisa mengerjakan pekerjaan besar?"
"Tidak salah" sela Wie Ci To sambil tertawa. "Walaupun usia dari Loo-cia sudah tidak kecil tetapi untuk melakukan pekerjaan kasar
aku lihat masih bisa, lebih baik biar dia ikut dengan kalian lagi."
Wie Lian In tersenyum dan tidak membantsh lagi.
Empat orang pelayan tua itu setelah repot setengah harian
akhirnya buku2 serta lukisan2 yang ada didalam loteng penyimpan
kilab itupun sudah berhasil dibereskan Wie Ci To lantas perintah
mereka untuk membersihkannya, kepada Ti Then serta putrinya dia
memberi pesan: "Kemungkinan sekali besok pagi barang2 rumah tangga sudah
bisa dibawa masuk, sekarang kalian ikutlah loohu menuju ke kamar
baca, Loohu hendak menjelaskan dulu keadaan dari alat rahasia
itu." xxxdwxxx Magrib itu juga Loo-cia berempat sudah menyelesaikan
pekerjaannya untuk membereskan Loteng Penyimpan kitab itu, Wie
Ci To pun dengan mengambil kesempatan sebelum alat2 rumah
tangganya diatur didalam ruangan tersebut dengan mengajak Ti
Then serta putrinya memasuki loteng penyimpan kitab dan
menjelaskan cara2 menutup serta membuka alat2 rahasia itu
beserta perubahannya. Dengan telitinya Ti Then mengingat semua keterangan itu di hati,
diam2 dia merasa terperanjat juga karena ini harilah dia baru
benar2 mengetahui kalau Loteng penyimpan kitab itu benar2
merupakan satu tempat yang sukar ditembusi oleh orang asing.
Alat rahasia yang dipasang didalam ruangan itu ada delapan
belas macam jumlahnya bahkan cara untuk menggerakkan alat
rahasia itupun bisa diubah sesukanya sehingga memaksa pihak
musuh tidak dapat memecahkannya untuk selamanya.
Diam2 pikirnya dihati: "Tidak aneh kalau Loo-cia hendak menggunakan aku untuk
mencuri barang tersebut, bilamana tidak mendengarkan penjelasan
dari Wie Ci To ini hari siapapun tidak bakal bisa keluar lagi dari sini
dalam keadaan hidup2 setelah tiba disini!".
Setelah Wie Ci To selesai menjelaskau rahasia itu mendadak dia
menggerakkan suatu alat rahasia sehingga membuat dinding
tembok itu memutar dengan sendirinya, ujarnya sambil tertawa:
"Tempo hari Loohu pun pernah membuka dinding rahasia ini
untuk melihat lukisan dari Shu Sin Mey ....".
Sedang sekarang lukisan dari Shu Sin Mey yang ada disana sudah
tidak kelihatan lagi! "Dimanakah lukisan itu sekarang berada" tanya Wie Lian In
keheranan. "Loohu sudah simpan lukisan kedalam ruaogan rahasia tersebut,
sebetulnya Loohu bermaksud untuk membawanya keluar dari loteng
penyimpanan kitab ini tetapi dikarenakan semasa hidupnya dia
paling suka ketenangan maka loohu rasa lebih baik biarkan dirinya
tinggal didalam loteng saja".
"Apakah disebelah sana masih ada sebuah kamar rahasia?" tanya
Wie Lian In lagi. "Ada! disebelah dalam!" sahut Wie Ci To sambil mengangguk.
Dari samping dinding kembali dia menekan sebuah tombol. Kraak
. . . kraak . . dengan menimbulkan suara yang nyaring dari balik
dinding rahasia itu kembali terbuka sebuah ruangan rahasia yang
amat gelap dan cuma kelihatan anak tangganya saja.
Anak tangga yang terbuat dari batu itu menghubungkan ke
tempat yang lebih dalam lagi, kemana tujuannya" tiada yang tahu.
Wie Ci To segera menuju kedalam ruangan tersebut.
"Dari sini menuju kebawah akan tiba disuatu tempat yang amat
rahasia, ruangan itu letaknya ada tiga kaki dalamnya dari atas
permukaan tanah" ujarnya.
"Bagaimana kalau aku masuk untuk melihat?".
"Tidak!" cegah Wie Ci To denpan wajah keren.
"Ada yang penting?" tanya Wie Lian In kaget.
"Loohu tidak ingin ada orang yang mengganggu dirinya, sejak ini
hari ssluruh ruangan Loteng Penyimpan kitab ini loohu serahkan
kepada kalian suami istri, cuma satu2nya ruangan rahasia ini saja
loohu harap kalian suka tinggalkan buat dirinya."
"Jadi maksud Tia apa mungkin sukmanya masih ada didalam
loteng penyimpan kitab ini?" tanya Wie Lian In tiba2 sambil tertawa.
"Benar, walaupun dia sudah meninggal amat lama tapi loohu
selalu merasa bahwa sukmanya tidak bakal pergi dari tempat ini!"
Dia berhenti sebentar, kemudian dengan menggunakan sepasang
matanya yang amat tajam memperhatikan diri Ti Then serta Wie
Lian In sekejap, dan ujarnya dengan suara keren:
"Loohu tidak akan menggunakan kekerasan untuk memaksa
kalian pergi menghormat dirinya, tapi bilamana kalian suka
menghormati loohu maka harap janganlah kalian pergi mengganggu
dirinya!" "Baik!" sahut Wie Lian In dengan amat hormatnya. "Putrimu pasti
tidak akan menginjak ruangan rahasia ini barang selangkah pun!"
"Gak-hu harap berlega hati!" ujar Ti Then dengan muka yang
serius, "Siauw-say akan menganggap di dalam loteng penyimpan
kitab ini sama sekali tidak ada lorong rahasia ini dan tidak pula
ruangan bawah sekali."
"Kalau begitu sangat bagus sekali!" sahut Wie Lian In dengan
hati girang. "Apakah didalam ruangan itu tidak dipasangi alat rahasia ?".
"Tidak ada, maka itu loohu mengajukan permintaan ini kepada
kalian. karena loohu takut secara sembunyi2 kalian hendak
mengintip masuk". "Tidak mungkin terjadi" Seru Wie Lian In sungguh2. "Bilamana Tia tidak berkata ada kemungkinan putrimu akan masuk ke dalam,
sekarang Tia sudah memberi pesan demikian sudah tentu putrimu
tidak akan berani masuk lagi".
Wie Ci To yang mendengar perkataan dari putrinya itu amat
tegas diapun lantas menekan kembali tombol rahasianya sehingga
dinding rahasia itu menutup kembali.
"Mari kita turun kebawah!" ujarnya.
Malam itu setelah Ti Then menemui para tetamu untuk bersantap
malam dia kembali kekamarnya sendiri.
"Loo-cia ambil teh!" teriaknya dengan keras,
"Sebentar!" seru Loo-cia dari kamar samping kemudian tampak
dia berjalan datang dengan membawa secawan teh.
Setelah dilihatnya dia meletakkan air itu keatas meja sekali lagi
dengan kasar Ti Then memberi perintah:
"Loo-cia, pergi masak segentong air panas, aku mau mandi !"
"Baik . . . baik . . . sebentar lagi datang! " sahut Loo-cia sambil bungkuk2 badannya.
Selesai berkata dia lantas mengundurkan dirinya.
Ti Then yang melihat dia orang sama sekali tidak dibuat
mendongkol oleh sikapnya yang kasar itu dalam hati merasa amat
kagum sekali atas kesabaran hatinya.
Setelah membersihkan badan Loo-cia membantu dia orang
membuang air kotor itu, membereskan pakaian kotor lalu ujarnya


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sambil tertawa: "Bangsat cilik, selama beberapa bulan ini walaupun kau
menerima perintahku tetapt aku pun sudah membantu kau untuk
melakukan berbagai macam pekerjaan, maka itu seharusnya kau
sudah merasa puas." "Tidak salah! " sahut Ti Then tersenyum lalu meneguk air teh itu satu tegukan. "Di dalam melayani majikan kau memang sangat
pandai sekali". Setelah menutup pintu kamar Loo-cia segera duduk disamping
badannya, dan ujarnya dengan menggunakan ilmu untuk
menyampaikan suara: "Tetapi hari inipun tidak bisa terlalu lama !".
"Wie Ci To sudah menjelaskan seluruh rahasia dari alat rahasia
didalam loteng penyimpan kitab dengan jelas, aku pikir sekarang
kau sudah boleh memberitahukan barang apa yang sebetulnya kau
inginkan" "Apa kau sudah memeriksa seluruh rahasia didalam Loteng
penyimpan kitab itu ?"
"Kecuali sebuah ruangan rahasia aku tidak memeriksanya . . . "
Air muka Loo-cia segera memperlihatkan kegirangan, tanyanya
dengan cemas, "Ruangan rahasia yang ada didalam Loteng penyimpan kitab itu
terletak di sebelah mana?"
"Mulut pintu ada di loteng tingkat dua, sedang ruangan rahasia
itu terletak pada tiga kaki dibawah tanah.
"Kalian dilarang untuk mssuk memeriksa apakah hal ini
disebabkan oleh larangan dari Wie Ci To ?" tanya Loo-cia lagi
dengan cemas. "Benar," sahut Ti Then sambil mengangguk, "Dia bilang lukisan
dari Shu Sin Mey ada didalam ruangan rahasia itu, dia minta kami
jangan mengganggunya."
"Bagus sekali" seru Loo-cia lagi sambil tertawa dingin.
"Aku rasa barang yang kau inginkan tentunya terletak didalam
ruangan rahasia itu bukan ?"
"Tidak salah" sahut Loo-cia mengangguk,
"Wie Ci To bilang dalam ruangan rahasia itu tidak dipasang alat
rahasia, bilamana hendak mengambil barang itu bukankah sangat
mudah sekali ?" "Hmm aku tidak percaya kalau didalam ruangan rahasia itu tidak
dipasangi alat rahasia" ujar Loo-cia sambil gelengkan kepalanya.
"Tetapi perkataan ini dia katakan kepada putrinya sendiri,
bilamana dia berbohong dan ada kemungkinan Wie Lian In karena
rasa ingin tahu secara diam-diam memasuki ruangan tersebut
bukankah hal ini sama saja dengan mencelakai putrinya sendiri?"
Agaknya Loo-cia merasa perkataannya ini sedikitpun tidak salah,
alisnya segera dikerutkan rapat-rapat,
"Ehmm . . . tidak salah, bilamana didalam ruangan rahasia itu
benar-benar ada alat rahasianya dia seharusnya bisa memikirkannya
sampai disini tetapi . . . aku benar-benar merasa tidak percaya kalau
didalam ruangan rahasia itu tidak dipasangi alat rahasia . . "
"Apa aku pergi masuk kedalam untuk mengadakan
pemeriksaan?" Dengan amat tajamnya Loo-cia memperhatikan lalu tertawa
mengejek. "Hmm, bagaimana sekarang kau begitu bersemangat ?"
tanyanya. "Aku sangat mengharapkan perintah dan tugasmu itu bisa aku
selesaikan sebelum hari pernikahanku dengan Wie Lian In, karena
aku tidak ingin menipu dirinya."
"Kau punya rencana untuk meninggalkan benteng Pek Kiam Poo
setelah menyelesaikan tugas ini ?"
"Benar," sahut Ti Then mengangguk,
Dengan cepat Loo-cia lantas gelengkan kepalanya.
"Aku rasa hal ini tidak mungkin."
"Apa maksudmu ?"
"Kau tidak mungkin bisa menyelesaikan tugasmu sebelum kawin
dengan Wie Lian In ... ."
"Karena sukar ?"
"Tidak, soal ini sangat mudah tetapi kau pasti tidak akan bantu
aku untuk menyelesaikannya."
"Bilamana barang yang hendak kau curi itu adalah sebuah barang
tidak berharga dan tidak mendatangkan bencana buat keselamatan
dari Wie Ci To ayah beranak, demi keselamatan dari Wie Ci To ayah
beranak serta Yuan Loocianpwee aku suka pergi menyelesaikan
pekerjaan ini." "Tetapi keadaan pada saat ini sudah berubah kembali, aku
sudah ambil keputusan untuk mengerjakannya sendiri" kata Loo-cia
sambil tertawa seram. Dengan pandangan melongo dan kebingungan Ti Then
memperhatikan dirinya, tak sepatah katapun diucapkan kembali.
"Semula aku memang benar2 ingin menggunakan dirimu untuk
mencuri suatu benda, tetapi sekarang barang itu sudah aku
dapatkan" ujar Loo-cia lagi.
Ti Then jadi melengak- "Aku sudah bantu dirimu untuk mencurinya ?".
"Benar" sahut Loo-cia mengangguk, "Barang yang aku inginkan
adalah keterangan dari alat2 rahasia yang dipasang di Loteng
Penyimpan Kitab tersebut, sekarang aku sudah bisa bebas
memasuki loteng itu maka itu tidak membutuhkan buku keterangan
lagi." "Apa gunanya kau menginginkan buku keterangan mengenai
alat-alat rahasia di loteng penyimpan kitab itu ?"
"Tujuannya hanyalah ingin memasuki loteng penyimpan kitab
tersebut." "Apa tujuanmu untuk memasuki loteng penyimpan kitab itu ?"
"Membunuh seseorang."
Mendengar jawaban itu Ti Then jadi amat terperanjat, dengan
terburu-buru dia meloncat bangun.
"Apa " kau mau membunuh orang" siapa yang hendak kau
bunuh ?" tanyanya. Loo-cia segera mengulapkan tangaanya agar dia jangan terlalu
terburu napsu, setelah itu dengan menggunakan ilmu untuk
menyampaikan suara jawabnya;
"Aku mau membunuh mati seorang musuh besarku."
"Musuh besarmu .... dia bersembunyi dida1am loteng penyimpan
kitab tersebut?" tanya Ti Then dengan terperanjat.
Dengan dinginnya Loo-cia mengangguk dan katanya.
"Benar, dia bersembunyi didalam loteng penyimpan kitab itu
sudah ada puluhan tahun lamanya."
Ti Then segera merasakan hatinya berdebar-debar dengan amat
kerasnya. "Siapakah orangnya?" tanyanya kaget.
"Seorang manusia yang tidak termasuk anggota benteng Pek
Kiam Poo, selama beberapa tahun ini dia selalu menerima lindungan
dari Wie Ci To " Sahut Loo-cia sepatah demi sepatah.
Air muka Ti Then masih tetap dipenuhi oleh rasa terkejut,
desaknya lebih lanjut. "Siapakah namanya" Lelaki atau perempuan?"
"Sekarang aku tidak bisa memberitahukan dulu soal ini
kepadamu." "Apa mungkin Shu Sin Mey?"
"Sejak dulu aku sudah bilang perempuan yang disebut sebagai
Shu Sin Mey sebetulnya tidak ada, kesemuanya ini cuma omong
kosong dari Wie Ci To saja."
"Lalu kenapa Wie Ci To suka melindungi dirinya?"
"Karena dia sudah memberi banyak kebaikan untuk Wie Ci To."
"Apa kau betul-betul yakin kalau dia bersembunyi didalam loteng
penyimpan kitab?" "Tidak salah!" "Kalau begitu tentu bersembunyi didalam ruangan rahasia
tersebut?" "Ada kemungkinan memang begitu."
"Tetapi kalau memangnya didalam loteng penyimpan kitab itu
sudah bersembunyi seseorang kenapa Wie Ci To suka menyerahkan
ruangan dari loteng penyimpan kitab itu kepada kami untuk
dijadikan kamar pengantin?"
"Alasannya ada dua, pertama: Sengaja dia berbuat demikian
untuk menjebak aku didalam loteng penyimpan kitab tersebut,
kedua: dia sudah menaruh kepercayaan terhadap dirimu dan ingin
menggunakan kepandaian silatmu untuk menakut-nakuti aku yang
hendak menerjang masuk."
"Jikalau demikian adanya hal ini membuktikan kalau Wie Ci To
sudah mengetahui kalau kau hendak membunuhh orang itu."
"Benar." "Kalau memang demikian adanya, bagaimana dia suka
membiarkan kau tetap tinggal di dalam Benteng ?"
"Karena dia tidak tahu kalau aku sudah menyelinap ke dalam
bentengnya." "Aaah . . . kiranya kau bukanlah Loo-cia yang sungguh-
sungguh?" "Benar, Loo-cia yang sebenarnya sudah mati."
"Kau yang membunuh dirinya ?"
"Ehmm, aku bunuh mati dirinya lalu menyayat seluruh kulit
wajahnya serta rambutnya dengan melalui sesuatu pembuatan yang
amat teliti akhirnya kulit tersebut berhasil aku buat menjadi sebuah
topeng." "Hmm, cukup ditinjau dari hal ini saja sudah membuktikan kalau
hatimu kejam tanganmu telengas"
"Kesemuanya ini untuk lancarkan memberi petunjuk dan
mengawasi dirimu, aku mau tidak mau harus berbuat demikian"
kata Loo-cia. "Sebenarnya orang itu sudah mengikat permusuhan apakah
sehingga kau hendak membinasakan dirinya ?"
"Dendam sedalam lautan, karena dia . , tuuggu dulu, ada orang
datang" Baru saja Loo-cia selesai berbicara terdengarlah suara ketukan
pintu bergema datang. "Ti Kiauw-tauw, kau sudah tidur belum?" tanya Shia Pek Tha dari
luar. "Belum. Shia-heng silahkan masuk."
Loo-cia pun segera bangun berdiri dan memperlihatkan sikapnya
lagi melayani. Sambil mendorong pintu masuk kedalam ujar Shia Pek Tha ;
"Saudara yang dikirim Poocu tempo hari untuk pergi ke gunuog
Cing Shia sudah kembali."
Terang2an Ti Then mengetahui kalau saudara itu pasti tidak akan
menemukan Yuan Siauw Ko tetapi dengan nada amat kuatir
tanyanya; "Apa sudah ketemu ?"
"Belum" "Hal itu sungguh aneh sekali," seru TI Then sambil mengerutkan
alisnya rapat2. "Apa mungkin dia meninggalkan surat yang mengatakan dia
orang hendak pergi ke gunung Cing Shia adalah bohong belaka ?"
"Ada kemungkinan memang begitu" jawab Shia Pek Tha
tersenyum. "Hal ini sungguh membuat orang lain jadi kebingungan".
"Tetapi Ti Kiauw-tauw tidak usah kuatir, bukankah dia sudah
meninggalkan pesan bahwa pada waktu perkawinanmu dia bakal
ikut merayakannya?" "Dia bilang semoga bisa datang, kata2 semoga inilah
membuktikan kalau belum tentu dia bisa datang".
"Tetapi dengan kepandaian silat yang dimiliki Yuan Cong Piauw-
tauw, aku rasa sukar baginya untuk memperoleh musuh tangguh,
seharusnya dia tidak menemui kesulitan".
"Benar, semoga saja begitu".
"Aku mau pergi laporkan urusan ini kepada Poocu, maaf sudah
mengganggu diri Kiauw-tauw".
Selesai berkata dia lantas menjura dan berlalu dari sana.
Loo-cia menghantar dirinya sampai keluar dari kamar, setelah
dilihatnya bayangan tubuh Shia Pek Tha lenyap dari pandangan dia
baru balik lagi ke dalam kamar.
"Dia sudah pergi" ujarnya dengan menggunakan ilmu untuk
menyampaikan suara. "Mari kita melanjutkan kembali dengan percakapan kita tadi, kau
bilang orang itu mempunyai dendam sedalam lautan dengan orang
itu, sebetulnya bagaimana toh kejadiannya?"
"Dia sudah bunuh mati istriku." jawab Loo-cia sambil berjalan
kembali ke kursinya semula.
"Kenapa dia harus membunuh mati istrimu?"
"Hmmm, hendak memperkosa tapi gagal, dia lantas bunuh mati
dirinya" seru Loo-cia dengan benci.
"Kepandaian silatmu amat tinggi tak terhingga, ada siapa yang
berani mengganggu istrimu ?"
"Waktu itu kepandaian silatku tidak setinggi seperti sekarang ini."
"Omong terus terang saja, aku tidak terlalu percaya dengan
omonganmu, karena aku tidak percaya Wie Ci To suka melindungi
orang semacam itu" Mendengar perkataan itu Loo-cia segera tertawa dingin.
"Bilamana orang itu mempunyai hubungan persaudaraan yang
amat erat sekali?" tanyanya.
"Sekali pun saudara kandung sendiri, bilamana dia salah Wie Ci
To tidak bakal mau melindungi dirinya."
"Hmmm, kau terlalu memandang agung diri Wie Ci To."
"Benar, aku merasa dialah seorang pendekar pedang yang
berhati baja dan selalu berada di keadilan."
"Malam ini aku tidak punya maksud untuk beribut soal pribadi
dari Wie Ci To ini."
"Kau bilang orang itu sudah bersembunyi selama sepuluh tahun
lamanya didalam loteng penyimpan kitab itu, aku merasa rada
kurang percaya." "Hmm, urusan yang tidak akan kau percaya masih sangat banyak
sekaii" "Sering kali aku melihat Wie Ci To masuk kedalam loteng
penyimpan kitab itu dengan tangan kosong, bilamana didalam sana
ada seorang manusia hidup maka ada seharusnya dia masuk
kedalam dengan membawa bahan makanan."
"Dari kamar bacanya ada sebuah jalan rahasia yang langsung
menembus loteng penyimpan kitab itu, dia bisa menghantarkan
bahan makanan serta minuman dengan melalui lorong rahasia itu."
"Apakah kau benar2 merasa yakin kalau dari dalam kamar
bacanya ada sebuah lorong rahasia yang menghubungkan tempat
itu dengan loteng penyimpan kitabnya ?" tanya Ti Then ragu2.
"Tidak salah! dengan meminjam kesempatan sewaktu Wie Ci To
tak ada didalam benteng beberapa kali aku memasuki lorong
rahasia itu untuk menuju kedalam loteng penyimpanan kitab
tersebut, tetapi akhirnya hasil yang aku dapat adalah nihil karena
pada ujung lorong rahasia itu sudah dipasangi dengan alat rahasia"
"Sekarang kau punya rencana kapan hendak masuk kedalam
ruangan rahasia itu?"
"Setelah lewat tiga hari komudian" sahut Loo-cia setelah berpikir


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sejenak, "Pokoknya sehari atau dua hari sebelum hari
perkawinanmu, yang jelas kau harus turun tangan?"
Ti Then jadi terperanjat.
Dengan liciknya Loo-cia lantas tertawa menyengir.
"Wie Ci To bilang didalam ruangan dibawah tanah itu tidak
dipasangi alat rahasia aku merasa rada tidak percaya!".
"Hmmm! Hee"hee..kiranya kau kepingin aku jadi setan
gentayangan yang mewakili dirimu?" seru Ti Then sambil tertawa
dingin. Loo-cia cuma angkat pundaknya saja,
"Perkataanmu jangan kau ucapkun begitu tidak enak didengar,
aku rasa bilamana didalam ruangan itu benar2 ada alat rahasianya
maka tidak tentu harus mencabut nyawamu !" katanya.
"Kau kira nyawaku jauh lebih panjang daripada nyawa orang lain
?" "Tidak !" bantah Loo-cia sambil tertawa. "Caraku melihat: bilamana didalam ruangan rahasia itu dipasang alat rahasia maka
kiranya tidak akan sampai menimbulkan kematian seperti alat2
rahasia yang di pasang disekeliling loteng penyimpan kitab tersebut,
maka itu aku rasa bilamana sampai kau menggerakkan alat rahasia
maka paling2 juga cuma terluka ringan atau tertangkap basah".
"Kalau memangnya begitu, kenapa kau tidak pergi sendiri?"
"Aku tidak bisa kalau sampai tertawan, bilamana aku sampai
tertawan oleh alat rahasia yang dipasang didalam ruangan tersebut
ada kemungkinan Wie Ci To segera turun tangun menghukum mati
diriku !" "Bilamana aku yang tertangkap, apakah Wie Ci To akan
melepaskan diriku dari hukuman mati?" Teriak Ti Then jengkel.
Dengan kalemnya Loo-cia mengangguk.
"Sedikitpun tidak salah, karena dia adalah mertuamu dan lusa
bakal kawin dengan putrinya, bilamana dia menghukum mati dirimu
maka bagaimanakah dia orang hendak bertanggung jawab kepada
putrinya serta para undangan yang sudah pada berdatangan?".
Dia berhenti sebentar, kemudian sambungnya lagi:
"Pokoknya, inilah tugas yang terakhir bagimu, bilamana kau bisa
melakukan tugas itu dengan lancar maka aku menyanggupi pula
untuk bebaskan janji kita sebelum waktunya agar kaupun bisa cepat
bebas dari ikatan." "Bilamana hasil dari latihan itu membuktikan kalau didalam
ruangan rahasia itu tidak dipasangi alat rahasia, apakah kau segera
akan turun tangan membinasakan orang itu ?"
"Benar," sahut Loo-cia mengangguk.
Kembali Ti Then termenung beberapa saat lamanya, setelah itu
sambil mengangguk ujarnya:
"Baiklah, aku menyanggupi untuk pergi mengadakan
pemeriksaan, tetapi perkataan harus kita ucapkan dari semula,
bilamana aku tidak sengaja menyenggol alat rahasia sehingga mati
atau tertangkap maka kau tidak diperkenankan turun tangan
membinasakau Wie Ci To ayah beranak."
"Baik, aku menyanggupi."
"Besok Wie Lian In akan kirim orang untuk memindahkan alat2
rumah tangga kedalam loteng penyimpan kitab itu, sampai
waktunya aku bisa berkata kepadanya mengijinkan aku untuk
tinggali tempat itu terlebih dahulu. bilamana dia menyanggupinya
maka ditengah malam buta , . ."
"Tidak." Potong Loo-cia dengan cepat, "Lebih baik dilakukan
siang hari saja karena sering-sering di tengah malam buta Wie Ci To
memasuki kamar rahasia itu untuk menjenguk orang tersebut."
"Bilamana memilih siang hari maka besok pagi aku rasa tidak
mungkin bisa kita lakukan karena Wie Ci To sudah pesankan amat
banyak alat-alat rumah tangga, besok siang belum tentu bisa diatur
semuanya didalam ruangan loteng penyimpan kitab itu"
"Kalau begitu lusa siang saja" seru Loo-cia kemudian, "Sewaktu
bersantap siang maka kau boleh berkata pura-pura mau tidur siang
sebentar lalu masuk kedalam loteng penyimpan kitab itu, aku bisa
mengikuti dari belakang dan secara diam2 jagalah keselamatanmu
dari luar" "Baiklah, kalau begitu kita kerjakan demikian saja"
Mereka berdua setelah berunding beberapa waktu lamanya Loo-
cia baru kembali ke kamarnya sedang Ti Then naik keatas
pembaringan untuk beristirahat.
Sudah tentu dia tidak dapat langsung tertidur, karena pernyataan
yang diutarakan oleh Majikan patung emas secara tiba2 ini
membuat hatinya amat kaget, dia sama sekali tidak menyangka
kalau dia orang bermaksud untuk membunuh seseorang yang
bersembunyi didalam loteng penyimpan kitab tersebut.
Hal ini benar2 amat merangsang pikirannya, dia mimpipun tidak
pernah berpikir kalau didalam Loteng penyimpan kitab bisa
bersembunyi seseorang, sedang apa yang dicari oleh Majikan
patung emas pun benar2 merupakan sebuah barang yang sama
sekali tidak berharga buat orang2 Benteng Pek Kiam Poo.
Tetapi hal yang membuat hatinya rada terhibur adalah Majikan
patung emas hendak turun tangan sendiri untuk bunuh mati orang
itu dan bukannya memerintahkan dirinya untuk melakukan!
Tetapi siapakah orang itu"
Kenapa dengan susah payah Wie Ci To berusaha untuk
melindungi dirinya" dan apakah tujuannya dengan membangun
loteng penyimpan kilab yang demikian angkernya hanya bermaksud
uatuk melindungi seseorang yang sama sekali tidak punya sangkut
paut dengan dirinya".
XXXdwXXX Keesokan harinya dengan dipimpin sendiri oleh Wie Lian In dia
mengatur perabot rumah tangga kedalam ruangan.
Perabotnya sungguh luar biasa sekali banyaknya termasuk
barang2 buat ruangan tamu serta kamar pengantin, para pelayan
harus bekerja setengah harian penuh baru dikata selesai.
Setelah semuanya selesai Wie Lian In baru mengontrolnya satu
kali, kemudian kepada Ti Then tanyanya sambil tertawa;
"Diatur dan disusun secara begini apa kau merasa senang ?"
"Sungguh bagus sekali" puji Ti Then sambil tertawa. "Aku sama sekali tidak pernah menyangka bakal bisa mendiami sebuah kamar
yang demikian mewah dan menterengnya."
"Kalau begitu malam ini kau boleh pindah kemari saja " seru Wie Lian In dengan pandangan mesra.
Ti Then yang mendengar dia begitu dalam hati benar2 merasa
kebetulan, dia rada melengak dibuatnya.
"Aaaach . , . aku boleh pindah dulu kemari ?"
"Bukannya boleh saja tapi harus!" sahut Wie Lian In sambil
mengangguk. Untuk kedua kalinya Ti Then dibuat melengak lagi.
"Bagamiana bisa dimaksudkan pasti ?" tanyanya keheranan.
"Ooooh . . . itu cuma adat saja. kamar pengantin yang baru saja
diatur malam harinya tidak boleh kosong tetapi harus tetap diisi
dengan orang". "Oooh . . . kiranya begitu !" seru Ti Then tertawa.
"Sekarang coba kau perintah Loo-cia si pelayan tua itu untuk
mengangkuti barang2 itu kemari!!".
xxxdwxxx Satu hari kembali menjelang . , . !
Suasana didalam Benteng Pek Kiam Poo-pun semakin ramai lagi,
para tamu yang pada berdatangan dari tempat kejauhan sudah
pada berkumpul sehingga membawa rasa yang amat ramai didalam
Benteng Pek Kiam Poo. Semua orang pada menantikan munculnya keesokan harinya,
besok pagi adalah saat Ti Then serta Wie Lian In bersembahyang
didepan arwah para leluhur.
Sebaliknya Ti Then yang bakal jadi pengantin malah merasa
kesepian, depannya kesepian, sebaliknya hatinya berdebar2 dengan
amat kerasnya. Apalagi saat ini hatinya terasa berdebar semakin keras, karena
dia siap2 pergi ke loteng penyimpan kitab untuk "tidur siang".
Hidup selanjutnya serta kematian yang bakal diterima
kesemuanya ditentukan pada saat ini juga!
Tadi setelah dia menemani para tetamu bersantap siang dengan
alasan kepalanya rada sakit dia kembali kekamar untuk berbaring
sebentar. Wie Ci To yang menganggap dia terlalu tegang sehingga jadi
pusing lantas tertawa dan suruh dia mengundurkan diri dari ruangan
perjamuan dan kembali ke loteng penyimpan kitabnya untuk
beristirahat. Scwaktu tiba di bawah loteng penyimpan kitab itu dia
menemukan Kiem Cong Loojien itu ciangbunjien dari Kun-lun pay
sedang menghalangi perjalanannya,
"Ti Kiauw-tauw, bagaimana kalau loolap mengalah tiga biji dan
kita main stu babak?"
"Mengalah tiga biji?" seru Ti Then sambil tertawa serak.
"Tidak salah, ini hari loolap akan mengalah tiga biji kopadamu,
aku punya pegangan untuk sikat kau sampai habis"
"Sungguh maaf boanpwee tidak dapat melayani karena kepalaku
terasa rada pusing" seru Ti Then menolak.
"Haaa.. . . haa. . sejak ladi loolap sudah menduga kalau kau
orang tak bakal berani menyambut datangnya tantanganku ini . . ha
..ha.." Dengan bangganya dia tertawa dan meninggalkan tempat
tersebut. Demikianlah Ti Then lantas masuk ke dalam loteng penyimpan
kilab dan naik ke atas tingkat kedua untuk kemudian duduk
disamping pembaringan yang bersulamkan bunga merah.
Matanya dengan perlahan menyapu sekejap memperhatikan
keadaan di sekeliling tempat itu kemudian dengan sedihnya
menghela napas panjang. Semuanya itu bakal jadi miliknya .... tetapi sedikit dia salah
bertindak maka. . . "Tok . , . tok . . tok . . . !."
Dari luar terdengar suara tiga kali ketokan pintu.
"Siapa ?" tanya Ti Then dengan kaget.
"Hamba !". Tidak salah lagi, d:a adalah majikan patung emas!
"Masuk!" seru Ti Then lawar.
Loo-cia mendorong pintu kamar dan berjalan masuk sambil
membawa air teh. Dia meletakkan terlebih dahulu cawan teh itu ke atas meja
sedang matanya dengan sangat tajam memperhatikan keadaan di
sekeliling tempat itu kemudian dengan mengerahkan ilmu untuk
menyampaikan suara tanyanya:
"Dimana letaknya mulut lorong rahasia tersebut?"
Ti Then segera menuding kearah kamar dinding di hadapannya.
"Itu dibalik tembok tersebut"
Loo-cia segera menoleh dan memperhatikan sekejap keadaan
dari ruangan tamu yang ada disana.
"Baiklah, kau boleh masuk kedalam.", perintahnya kemudian,
"Aku akan berjaga-jaga didepan pintu!"
Sehabis berkata dia mengundurkan diri ke samping pintu.
Ti Then dengan perlahan bangkit berdiri, air mukanya sudah
berubah jadi amat tegang sekali,
"Aku mau bicara sekali lagi. Aku suka melakukan pekerjaan ini
dengan hati sungguh2 asalkan bilamana misalnya aku tertangkap
atau mati oleh alat rahasia didalam ruangan tersebut kau tidak lagi
pergi mencelakai Wie Ci To ayah beranak serta Yuan Piauw-tauw!"
"Hati manusia dibuat dari daging, bukankah dahulu aku sudah
pernah berkata kepadamu, asalkan kau suka melakukan pekerjaan
bagiku dengan seluruh perhatian dan seluruh tenaga sekalipun
gagal misalnya aku tidak akan menyalahkan dirimu, semakin tidak
akan mencari gara2 dengan orang lain, soal ini kau boleh berlega
hati" "Aku masih ada satu permintaan lagi" ujar Ti Then kemudian.
"Tapi kau pun bisa menolak permintaanku ini, bilamana kau sudah
menyanggupi maka pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan
sungguh hati". "Apa itu permintaanmu ?" Tanya Loo-cia dengan sinar mata yang
amat tajam. "Aku pernah bersumpah hendak menemukan kembali si Hong
Liuw Kiam Khek Ih Peng Siuw dan merebut kembali harta kekayaan
dari Yuan Cong Piauw-tauw, nanti semisalnya aku mati karena
terkena alat rahasia sudah tentu niatku ini pun tidak bisa aku
penuhi, entah maukah kau orang membantu aku untuk mencari
dapat si Ih Peng Siuw itu dan rebut kembali harta kekayaan itu
untuk diserahkan kembali kepada Yuan Cong Piauw-tauw ?"
"Aku kabulkan pcrmintaanmu !".
Mendengar dia orang sudah menyanggupi Ti Then merasakan
hatinya rada terhibur, dia tersenyum.
"Kalau begitu aku ucapkan banyak terima kasih terlebih dahulu
kepadamu". "Kau tidak usah sungkan2 lagi" jawab Loo-cia tcrtawa pula.
Demikianlah dengan per-lahan2 Ti Then berjalan mendekati
dinding tembok dihadapannya dan menekan tombol.
Dinding itu mulai bergerak dan memutar kedepan sehingga
muncul kembali sebuah tombol rahasia yang lain.
Ti Then tanpa ragu2 lagi segera menekan tombol yang ada
disebelah dalam itu. "Kraak . . . Kraak . . . " . dengan menimbulkan suara yang
nyaring dinding rahasia itu membuka menjadi dua bagian dan
muncullah sebuah lorong rahasia yang amat gelap sekali.
Loo-cia yang berdiri di samping pintu menjaga gerak-gerik diluar
loteng Penyimpan kitab matanya dengan amat teliti sekali
memperhatikan cara Ti Then membuka dinding rahasia tersebut,
sewaktu dilihatnya dinding itu membuka ke samping hatinya benar2
merasa amat kegirangan. "Apakah itu pintu masuk ke dalam ruangan rahasia?" tanyanya
dengan mengerahkan ilmu untuk menyampaikan suara.
"Sedikitpun tidak salah, dibawah pintu mulut rahasia ini adalah
tangga2 batu yang panjang, suasana didalamnya amat gelap
sekali." "Apa kau menemukan sesuatu ?" tanya Loo-cia lagi.
"Aku cuma bisa melihat tangga2 batu yang lurus kebawah,
keadaan disekitar tiga kaki amat gelap sekali dan tidak dapat
melihat suatu apapun !"
"Kalau begitu kau lekas turun kebawah!" desak Loo-cia kemudian dengan hati ber-debar2.
Ti Then ragu2 sebentar, akhirnya dia melangkah juga mwmasuki
lorong rahasia tersebut. Inilah merupakan satu tugas yang maha berat dan sudah
dipikirkan sejak dahulu kala, dia tahu ada satu hari dia bakal
mendapatkan perintah paksaan yang bisa mengakibatkan
kematiannya karena itu dia tidak begitu merasa tegang, dia cuma
merasa menyesal dan sedih.
Menyesal terhadap diri Wie Ci To serta Wie Lian In.
Dan sedih atas nasibnya yang buruk !!
Kesemuanya ini hanya dikarenakan dia kepingin mempelajari ilmu
silat yang lebih tinggi sehingga bisa mengalahkan Ih Peng Siuw
mengakibatkan dirinya terseret kedalam keadaan yang salah besar
.... Dia menjadi patung emas dari orang lain, menerima perintah
orang lain, dan melakukan berbagai pekerjaan yang menyalahi hati


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nalurinya .... Untung saja Majikan Patung Emas sudah menyanggupi untuk
tidak melukai Wie Ci To ayah beranak serta Yuan Siauw Ko maka itu
dirinya boleh menemui ajalnya dengan hati yang tenang ...
Sembari berpikir dia berjalan menuruni tangga2 batu yang gelap
itu, mendadak dia merasa hatinyo sangat mengharapkan bisa
menggerakkan alat rahasia sehingga didalam sekejap saja dirinya
sudah mati, bilamana dirinya mati maka semua kekesalan serta
kemurungan yang mencenkam di hatinya bakal musnah dan lenyap
dengan begitu saja. Tetapi walaupun dia sudah menuruni kurang lebih lima puluhan
tangga batu tersebut keadaan masih tetap tenang2 saja tak terjadi
sedikit urusan pun. Sedang kini dihadapannya sudah muncul sebuah lorong rahasia
yang sangat datar. Luas lorong itu sama besarnya dengan luas tangga2 batu tadi
cuma bisa dilalui oleh dua orang yang berjalan bersama-sama.
Dikarenakan tempat itu jauh memasuki tanah maka sinar yang
menerangi tempat itupun tak ada sehingga keadaannya amat gelap
gulita, benda yang ada pada jarak lima depa tak dapat dilihat lebih
terang. Dia rada menghentikan langkahnya, dalam hati diam2 pikirnya:
"Jika dilihat keadaan disini maka ruangan rahasia itu pasti ada di
ujung dari lorong ini, tetapi apakah di dalam ruangan rahasia itu
benar2 sudah bersembunyi musuh besar dari majikan patung emas"
Bilamana sungguh2 maka orang itu yang bersembunji selama
puluhan tahun lamanya dibawah ruangan rahasia yang tak terkena
sinar matahari ini sungguh merupakan satu siksaan yang luar biasa
sekali!. Bahkan . . . bilamana didalam ruangan rahasia itu benar2 sudah
bersembunyi seseorang maka dia percaya orang itu pastilah sanak
famili dari Wie Ci To dan dia pun akan percaya kalau orang itulah
musuh besar pembunuh istri dari majikan Patung emas, kalau tidak
Majikan patung emas tidak bakal menyusun seluruh rencana dengan peras keringat
untuk mencabut nyawanya sedangkan Wie Ci To pun tidak bakal
bersusah payah mendirikan Loteng penyimpan kitab yang demikian
kuatnya untuk melindungi dirinya. Orang yang berhali jujur dan adil
seperti Wie Ci To tidak disangka diapun mempunyai pikiran yang
tidak genah. Diam2 Ti Then menghela napas panjang dan melanjutkan
kembali langkahnya memasuki lorong tersebut.
-oooOdwOooo SETIAP KALI dia berjalan maju setindak maka dalam hati dia
sudah ber-siap2 menerima datangnya elmaut .... dia bersiap sedia
menerima datangnya sambaran anak panah yang menembusi ulu
hatinya .... dia bersiap sedia menerima jatuhan batu besar yang
akan menggencet dirinya jadi rata ....
Tetapi akhirnya semua itu bisa dilewati dengan selamat tanpa
kekurangan sasuatu apa pun.
Kini dihadapannya sudah terhalang kembali dengan sebuah pintu
kayu yang besar. Pintu kayu itu cuma sedikit dirapatkan saja, dari dalam ruangan
memancarkan keluar sinar yang redup2 . .
Jelas dibalik pintu kayu itu adalah ruangan yang dikatakan
"Kamar rahasia!"
Sekali pandang saja Ti Then dapat tahu kalau didalam ruangan
rahasia itu ada orangnya, karena itu dengan memperingan
langkahnya dengan perlahan dia mendekati pintu pasang telinga
dan memperhatikan dengan taliti.
Sedikitpun tidak salah dari dalam ruangan itu berkumandang
keluar suara dengkuran dari seseorang yang keras.
Jelas orang yang ada didalam ruangan rahasia itu sedang tidur
siang! Ti Then ingin sekali membuka pintu kayu itu untuk melihat
siapakah orang yang ada didalam ruangan itu.
Tetapi akhirnya dia membatalkan kembali rasa ingin tahu yang
mencekam dihatinya iiu, dia merasa tugas bagi dirinya sudah selesai
dan tidak usah pergi menempuh bahaya lagi.
Urusan selanjutnya adalah tugas dari Majikan Patung emas
sendiri! Maka itu dia cuma memperhatikan sebentar dari samping pintu
kemudisn dengan perlahan-lahan mengundurkan diri dari sana dan
dengan langkah lebar berjalan kembali keatas ruangan loteng
penyimpan kitab. Hanya didalam sekejap saja dia sudah tiba didalam lorong
rahasia dan berjalan keluar dari tempat tersebut.
Loo-cia masih tetap berdiri di samping pintu berjaga-jaga,
sewaktu dilihatnya Ti Then meloncat keluar dari lorong rahasia itu
air mukanya segera berubah amat girang bercampur tegang.
"Bagaimana?" tanya Loo-cia dengan hati rada berdebar-debar.
"Perkataan dari Wie Ci To sedikitpun tidak salah, didalam
ruangan itu benar-benar tidak dipasangi alat rahasia."
"Coca kau katakan lebih jelas lagi!"
"Dari sini masuk kedalam semuanya ada lima puluh buah tangga
batu," ujar Ti Then sambil menuding kearah mulut pintu rahasia
tersebut. "Setelah itu melalui sebuah lorong rahasia yang panjangnya ada
tiga puluh langkah, di ujung lorong muncullah sebuah pintu kayu
dan dibalik pintu kayu itu adalah ruangan rahasia, saat itu pintu itu
cuma dirapatkan saja sedang orang yang ada didalam ruangan itu
pun lagi tidur nyenyak, cepat kau turun ke bawah."
Loo-cia dengan tergesa-gesa menutup rapat pintu itu dan
berjalan ke sisi Ti Then.
"Kau sudah melihat orang itu?" tanyanya sambil melongok
kedalam lorong rahasia tersebut.
"Tidak!" jawab Ti Then sambil menggelengkan kepalanya.
"Kalau tidak melihat orangnya bagaimana kau bisa tahu kalau
orang itu lagi tidur?"
"Aku bisa mendengar suaranya."
"Kau bilang pintu kamar rahasia itu cuma dirapatkan saja?"
"Benar!" "Kenapa tidak dikunci sekalian?"
-ooo0dw0ooo- Jilid 39 "AKU TIDAK tahu" sahut Ti Then. "Mungkin biar hawa segar bisa
lancar masuk kedalam ruangan !".
"Kalau memangnya kamar itu tidak dikunci, kenapa kau tidak
secara diam2 mencuri masuk untuk melihat keadaan yang
sebenarnya ?"".
"Aku takut sudah mengganggu orang itu sehingga sudah
merusak pekerjaanmu".
Dengan amat tenangnya Loo-cia memperhatikan dirinya, agaknya
dia mau melihat apakah didalam perkataannya itu ada siasat atau
tidak. Setelah termenung beberapa saat lamanya terakhir dia baru
berkata: "Baiklah, aku mau pergi kebawah untuk melihat-lihat, kau
berbaringlah untuk sementara diatas pembaringan".
Ditengah suara percakapannya dengan cepat bagaikan kilat jari
tangannya melancarkan satu totokan menghajar jalan darah kaku
dari Ti Then, setelah itu dia baru membopoog tubuhnya keatas
pembaringan. "Bilamana ada orang datang aku harus berbuat bagaimana ?"
tanya Ti Then dengan suara perlahan.
"Kau boleh berkata kapadanya lagi sakit dan tidak ingin keluar
kembali" Mendengar perkataan itu Ti Then tertawa pahit.
"Terhadap para pendekar pedang dari Benteng Pek Kiam Poo aku
bisa menolak untuk membuka pintu tetapi terhadap Wie Ci To serta
beberapa orang ciangbunjien, apakah aku bisa menolak ?" katanya.
"Urusan tidak bakal begitu kebetulan, bahkan aku pun dengan
cepatnya akan keluar kembali!".
Sehabis berkata dengan cepatnya dia menerobos masuk kedalam
lorong rahasia tersebut. Diam2 Ti Then menghela napas panjang, dia sendiripun pernah
berpikir hendak menggunakan kesempatan sewaktu dia orang
masuk kedalam lorong rahasia itu dia hendak menggerakkan tombol
untuk menutup kembali jalan rahasia tersebut sehingga pihak lawan
terkurung didalam bawah tanah.
Setelah itu dia akan melaporkan hal ini kepada Wie Ci To untuk
menawan dirinya. Siapa tahu baru saja pikiran tersebut berkelebat didalam
benaknya pihak lawan sudah turun tangan menotok jalan darah
kakunya. "Sungguh licik sekali rase tua itu!"
Sejak dia dipaksa menjadi patung emasnya Ti Then selalu
mencari kesempatan untuk memberikan perlawanan, dia sangat
mengharapkan bisa mendapatkan satu kesempatan untuk balas
menguasai majikan patung emas tetapi kssempatan itu tiada
kunjung datang. Sedang kini tujuan dari Majikan patung emas sudah hampir
tercapai tetapi dirinya sudah dibuat tak berdaya oleh akal liciknya.
Kalau memangnya dirinya sudah menemui kekalahan dan dirinya
tidak bakal bisa mendapatkan kebahagiaan dengan Wie Lian In
didalam pcrkawinan ini maka saat ini dia cuma mengharapkan
Majikan patung emas bisa cepat2 memperoleh hasil agar dia cepat2
meninggalkan benteng Pek Kiam Poo dan memberi kesempatan
buat dirinya untuk menghindarkan diri dari perkawinan ini..,
"Sreeet . . ,!"
Sewaktu dia lagi memejamkan mata dan berpikir tidak karuan
itulah mendadak terasa adanya ujung baju yang tersampok angin
berkumandang dari luar jendela loteng sebelah kanan dari
pembaringannya. Mendengar suara tersebut dia lantas tahu kalau ada orang yang
melayang datang dari loteng sebelah depan.
Gerak gerik dari orang itu yang diluar kebiasaan seketika itu juga
membuat hatinya merasa kaget dan tergetar amat keras.
Ketika dia membuka matanya . . air mukanya segera berubah
sangat hebat!! Coba terka siapa yang sudah datang?"
Dia bukan lain adalah Wie Ci To.
Air muka Ti Then berubah jadi pucat pasi bagaikan mayat,
matanya terbelalak lebar2 sedang mulutnya melongo . . dia benar2
dibuat tertegun !!! Dengan air muka amat keren tetapi tersungging satu senyuman
ramah ujar Wie Ci To dengan suara perlahan:
"Bilamana dugaan Loohu tidak salah maka ada kemungkinan kau
sudah tertotok jalan darahnya oleh Majikan patung emas bukan?"".
Sepasang mata Ti Then melotot semakin lebar lagi, dia benar2
merasa amat terperanjat. "Gak-hu, kau , . semuanya kau . . kau sudah tahu ?"?".
Sambil tersenyum Wie Ci To mengangguk dengan perlahan.
"Cepat tutup ruangan rahasia tersebut!" seru Ti Then kemudian
dengan cemas, "Tidak perlu lagi, dia tidak bakal bisa lolos !"
"Didalam ruangan rahasia itu sudah dipasangi alat2 rahasia ?""
tanya Ti Then terkejut bercampur girang.
"Tidak salah !".
Ti Then segera teringat kembali dengan Phoa Loo Tek si
pendekar pedang merah. "Kalau begitu masih harus menangkap seorang lagi! dia adalah ."
"Bukankah Phoa Loo Tek?"" sambung Wie Ci To cepat.
Mendengar disebutnya nama itu Ti Then jadi semakin melengak.
"Pek Tha-heng yang melaporkan urusan ini kepada Gak-hu?"
tanyanya. "Tidak . . . ".
Dia berjalan maju kedepan menekan tombol rahasia itu untuk
menutup kembali dinding tersebut setelah itu menekan tombol yang
lain untuk menutup kembali dinding paling luar setelah itu dia baru
mendekati pembaringan dan membebaskan jalan darah dari Ti Then
yang tertotok itu. Dengan cepat Ti Then meloncat bangun dari atas pembaringan.
"Gak-hu bagaimana kau bisa mengetahui seluruh urusan ini?"
tanyanya dengan terharu. "Selama ini kau selalu menutup-nutupi urusan Majikan patung
emas ini dengan Loohu, sekarang loohu pun mau jual mahal
terhadap dirimu . . mari ikutlah loohu turun loteng!" ujar Wie Ci To sambil tersenyum.
Sehabis berkata dia berjalan keluar dari pintu itu dan menuruni
ruangan loteng penyimpan kitab.
Ti Then pun mangikuti dari belakangnya, mimpipun dia tidak
pernah menyangka kalau urusan ini bisa berakhir dengan begini
mudah. Berakhirnya urusan ini benar2 membuat hatinya jadi kaget
bercampur heran, tetapi membuat hatinya merasa girang juga!! dia
kepingin sekali mencak2 dan berteriak2 kegirangan sehingga semua
kemurungan di hatinya bisa terlempar keluar dari dalam dadanya.
Dia boleh dikata tidak bisa mempercayai akan kenyataan ini ... .
dia sama sekali tidak menyangka kalau Wie Ci To bisa menyusun
jebakan secara diam2 dan memancing Majikan patung emas untuk
masuk kedalam pancingannya.
Bagaimana Wie Ci To bisa mengetahui rencana busuk dari
Majikan patung emas ini ?""
Masih ada lagi, mengapa dia sama sekali tidak menyalahkan
dirinya " Sewaktu beberapa persoalan yang mencurigakan hatinya itu
berkelebat didalam benaknya itulah dia bersama-sama dengan Wie
Ci To sudah keluar dari loteng penyimpan kitab tersebut.
Sekeluarnya dari loteng penyimpan kitab itu Ti Then segera
merasakan suasana ditempat itu rada berubah.
Benteng Pek Kiam Poo yang semula diliputi oleh rasa kegirangan
saat ini sudah berubah jadi tenang dan serius sekali:
Ciangbunjin dari Siauw-Lim Pay, Bu Tong Pay, Kun-lun Pay serta
Tiang Pek Pay berdiri berdiri berjajar didepan loteng, air mukanya
mereka amat tegang jelas merekapun mengetahui urusan yang
sebenarnya. Air muka Ti Then berubah jadi merah padam hingga menjalar
sampai ditelinganya, kepalanya ditundukkan rendah2 karena dalam
hati benar2 dia merasa menyesal.
Ti Then benar2 merasa takut kalau Wie Lian In pun hadir disana
.... tetapi untung tak tampak dia orang muncul dikalangan.
Wie Ci To segera kirim satu senyuman kearah keempat orang
ciangbunjien itu dan ajaknya :
"Mari kita pergi melihat Phoa Loo Tek dahulu !".
Demikianlah beberapa orang itu segera berjalan ber-sama2
kehalaman depan. Sesampainya dikamar istirahat dari para pendekar pedang merah
terlihatlah olehnya didepan kamar tidur dari Phoa Loo Tek sudah
berkerumun beberapa puluh orang pendekar pedang merah.
Agaknya mereka belum mengerti urusan apa yang sudah terjadi,
saat ini masing2 lagi berbisik-bisik dan membicarakan persoalan


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tersebut. Ketika dilihatnya Poocu mereka berjalan mendatang, semua
orang pada menyingkir kesamping memberi jalan lewat buat Wie Ci
To sekalian untuk masuk kedalam.
Ti Then pun mengikuti dari belakang Wie Ci To berjalan masuk
kedalam ruangan beristirahat tersebut, terlihat olehnya Phoa Loo
Tek dengan diikat kencang2 lagi berbaring dibawah kaki Shia Pek
Tha, Kie Tiong Hong beberapa orang pendekar pedang merah.
Menanti setelah keempat orang ciangbunjien itu sudah masuk
semua kedalam ruangan Wie Ci To baru menoleh kearah Ti Then
dan tertawa. "Yang inipun baru saja berhasil ditawan, dikarenakan dia orang
tidak mengetahui terlebih dahulu bakal terjadi urusan ini maka tak
ada kesempatan buat dirinya untuk melawan.
Ti Then berdiam diri tidak menjawab, karena dia sendiripun tidak
tahu harus menjawab secara bagaimana.
Sekali lagi Wie Ci To tertawa.
"Bilamana kau dapat menebak tahu siapakah dia orang maka
didalam hati kau tentu akan merasa terkejut" katanya.
"Apakah dia bukan Phoa Loo Tek yang sungguh2 ?" tanya Ti
Then tertegun. Senyuman yang semula menghiasi bibir Wie Ci To pun segera
lenyap tak berbekas diganti dengan rasa sedih:
"Sudah tentu bukan !" sahutnya. "Phoa Loo Tek yang
sesungguhnya sudah menemui bencana .. dia cuma memakai kulit
wajah dari Phoa Loo Tek saja !.
"Lalu siapakah dia orang?" tanya Ti Then dengan terperanjat.
"Temanmu !". "Temanku ?"".
"Bilamana kau tidak percaya boleh sobek kulit mukanya !".
Ti Then menurut dan maju satu langkah kedepan untuk
kemudian berjongkok disamping badan Phoa Loo Tek, dengan
kerasnya dia tarik rambutnya sehingga seluruh kulit wajahnya
terobek lepas, Sewaktu dia dapat melihat wajah yang sesungguhnya dari orang
itu tidak kuasa lagi saking kagetnya dia menjerit keras.
"Aaaach .... Thian ! Kiranya kau adalah si "Hong Liuw Kiam Khek"
Ih Peng Siauw" Sedikitpun tidak salah, orang itu adalah si "Hong Liuw Kiam
Khek" Ih Peng Siauw yang setiap hari dipikirkan dan berharap bisa
merebut kcmbali harta pusaka yang direbut olehnya,
Soal ini dia sama sekali tidak pernah menduga, dia tidak pernah
berpikir kalau anak buah dari Majikan Patung emas sebenarnya
adalah Hong Liuw Kiam Khek Ih Peng Siauw.
Jika ditinjau dari hal ini maka jelas rencana Majikan patung emas
hendak menurunkan ilmu silat kepadanya dan minta dia menjadi
patung emasnya selama setahun sudah disusun sejak dua tahun
sebelumnya. Dalam hati Ti Then benar2 merasa amat gusar, saking marahnya
seluruh tubuhnya sudah gemetar amat keras.
"Tadi dia sudah mengakui kalau dia bersama-sama dengan
Majikan patung emas sengaja kerja sama uniuk memancing dirimu
terjerumus pula kedalam lingkungan ini, kelihatannya dia sengaja
merampok barang kawalanmu dengan tujuan agar kau pergi
mencari seorang guru dan tujuannya yang di-cita2kan bisa
tercapai." Dengan cepatnya Ti Then mencengkeram baju dibagian dada Ih
Peng Siauw dan menariknya duduk.
"Sebetulnya terjadi urusan apa?" Bentaknya dengan keras.
Si "Hong Liuw Kiam Khek" Ih Peng Siauw yang jalan darah
kakunya tertotok seluruh tubuhnya tak dapat bergerak, tetapi dia
masih bisa berkata. Dari wajahnya yang tampan segera tersungginglah satu
senyuman mengejek. "Tidak salah !" sahutnya. "Selama beberapa tahun ini kami sudah menipu dirimu mentah2 sungguh maaf sekali!"
Ti Then betul2 merasa amat gusar, tangannya dengan cepat
diayun kirim satu tamparan keras menggaplok wajahnya.
"Kalian sengaja mengatur siasat untuk memancing aku apakah
tujuannya hendak mengunakan diriku sebagai patung emasmu?"
bentaknya kembali. Si "Hong Liuw Kiam Khek" Ih Peng Siauw yang wajahnya kena
digaplok air mukanya segera berubah sangat hebat.
"Urusan sudah menjadi begini, aku suka menceritakan seluruh
kejadian ini kepadamu, tetapi bilamana kau main kasar lagi maka
sekalipun mati aku tidak akan menjawab pertanyaanmu!".
"Cepat katakan!".
"Terhadap barang2 kawalan yang kami rampas itu aku orang
tidak menaruh rasa tertarik, saat ini kesemuanya kami titipkan
disebuah gudang uang, kami punya maksud setelah urusan ini
dibikin beres maka uang itu akan kami ambil kembali untuk
diserahkan kepadamu".
"Dititipkan di gudang uang yang mana?" desak Ti Then.
"Kiem San Cian Cung dikota Go-bie"
Mendengar perkataan itu dalam hati Ti Then merasa amat
girang. "Lalu apa hubunganmu dengan majikan patung emas?".
"Dahulu aku adalah kacung bukunya, achirnya dia menerima aku
sebagai murid!" "Dia sudah mempunyai murid seperti kau, lalu buat apa mencari
diriku untuk dijadikan patung emasnya?".
"Soalnya bakatku tidak baik sehingga tidak dapat mempelajari
seluruh kepandaiannya, bilamana aku yang datang kemari belum
tentu Wie Poocu suka menghargai diriku".
"Hmmm! kau tahu tidak aku benar2 benci diri kalian guru
bermurid hingga merasuk ketulang sumsum!" Teriak Ti Then sambil
menggigit kencang bibirnya.
"Sudah tentu tahu, ini urusan sudah mengalami kegagalan, aku
pun tidak berani minta diampuni dari kematian, Bilamana kau orang
merasa aku adalah seorang lelaki sejati maka janganlah memberi
siksaan kepadaku melainkan berilah satu kematian yang cepat buat
diriku." "Heee . . . heec . . . bilamana kau ingin mati dengan sempurna
lebih baik jawab lagi satu pertanyaanku ini !"
"Silahkan bertanya, mulai sekarang asalkan ada pertanyaan pasti
akan kujawab, kecuali urusan yang aku sama sekali tidak tahu
menahu ..." "Aku rasa suhumu sudah menguruog Yuan Cong Piauw-tauw
disuatu tempat, sekarang Yong Cong Piauw-tauw ada dimana ?"
"Maaf, soal ini suhu tidak pernah memberitahukan kepadaku,
sehingga aku sendiripun tidak tahu."
"Omong kosong!" teriak Ti Then gusar.
"Yuan Cong Piauw-tauw dikurung disebuah gua diatas puncak
Hud Ting, loohu sudah kirim orang uutuk pergi menolongnya, ada
kemungkinan aebentar lagi bakal kembaii" timbruug Wie Ci To.
"Gak-hu bagaimana bisa tahu?" tanya Ti Then melengak.
Wie Ci To tersenyum. "Urusan sebcnarnya adalah begini:. sewaktu malam itu kau pergi
menjenguk Yuan Cong Piauw-tauw didalam gua Loei Tong Peng
tengah malam itu Loohu terjaga dari tidur dan entah bagaimana tak
bisa tidur ksmbali, karenanya lantas masuk kedalam Loteng
Pcnyimpan kitab untuk melihat buku, tetapi tidak lama kemudian
hatiku merasa murung sehingga berdiri didekat jendela loteng.
Pada saat itulah mendadak Loohu menemukan dari dalam
kamarmu ada sesosok bayangan manusia berkelebat dengan
cepatnya. . ." Berbicara sampai disitu mendadak dia berhenti sebentar, setelah
tukar napas, sambungnya lagi sambil tersenyum.
"Bayangan manusia itu adalah Loo-cia, waktu itu Loohu tidak bisa
melihat jelas kalau dia orang adalah Loo-cia, didalam anggapanku
ada orang asing yang menyelinap masuk kedalam benteng,
karenanya aku lantas meloncat keluar dari Loteng Penyimpan kitab
dan mengadakan pengejaran.
Sesampainya dibawah tembok banteng Loohu baru bisa melihat
jelas kalau orang itu adalah Loocia, melihat tangannya membawa
lampu lentera sedang gerak=geriknya amat mencurigakan bahkan
amat gesit dan lihay sekali dalam hati Loohu segera menaruh rasa
curiga, demikianlah diam2 lantas aku menguntil dari belakanggnya.
Demikianlah Loohu menguntil terus sampai di gua Loei Tong
Ping, melihat dia meloncat pula cuma saja aku tidak ikut masuk
kedalam gua, karena waktu itu Loo-cia sudah pasang lampu
bilamana aku ikut masuk bukankah jejakku segera akan di ketahui "
karena itu Loohu cuma bersembunyi ditenpat luaran saja
mendengarkan seluruh pembicaraaan kalian, waktu itulah Loohu
baru tahu kalau dia bukanlah Loo-cia yang sebenarnya sedang
kaupun adalah patung emasnya yang sengaja menerima perintah
untuk menyelinap masuk kedalam Benteng."
Dengan muka menyesal Ti Then menundukkan kepalanya tidak
berkata. "Tetapi " ujar Wie Ci To lagi sambil tertawa. "Dari pembicaraan diantara kalian berdua Loohu bisa tahu walaupun kau jadi patung
emas yang menerima perintah darinya tetapi tidak ber-sunggguh2
ada di pihaknya, bahkan rasa sayangmu terhadap Loohu ayah
beranak membuat hatiku merasa amat terharu."
Saat itulah Ti Then baru tahu kenapa dia orang sama sekali tidak
menyalahkan dirinya, dalam hati dia lantas merasa amat girang.
"Akhirnya" sambung Wie Ci To lebih lanjut. "Loohu melihat kau berjalan keluar dari gua itu dan meloncat naik dari Loei Tong Ping.
Tidak lama kemudian Majikan patung emas dengan membawa Yuan
Cong Piauw-tauw berjalan keluar pula dari dalam gua tersebut,
karena itu dari tempat kejauhan Loohu lantas menguntitnya terus,
akhirnya sewaktu tiba didekat puncak Ban Hud Ting dia membawa
Yuan Cong Piauw-tauw masuk kedalam sebuah gua, Loohu menanti
beberapa saat lamanya diluar gua . . . kurang lebih sepertanak nasi
kemudian baru melihat dia berjalan keluar dari gua tersebut dan
meninggalkan tempat itu. Menanti dia sudah pergi jauh Loohu baru masuk ke dalam gua
untuk menemui Yuan Cong Piauw-tauw, waktu itu dia sudah
ditindihi dengan b?berapa buah batu cadas ..."
"Aaakh . . . Yuan Loocianpwee tidak terluka?" tanya Ti Then
dengan terperanjat setelah mendengar sampai disitu.
"Tidak, Yuan Cong Piauw-tauw terkurung diantara sela2 batu2
cadas itu, dia cuma tak dapat keluar sedang badannya tidak sampai
tertindih . ." Waktu itulah Ti Then baru bisa menghembuskan napas lega
tetapi disusul pula dengan helaan napas sedih.
"Dikarenkan Yuan Loo-cianpwee mengetahui seluruh rahasia ini
maka dia sudah ditawan dan dipunahkan seluruh kepandaian
silatnya." "Sewaktu dia melihat Loohu muncul di sana benar2 merasa amat
giraog sekali, dia lantas menceritakan aeluruh hubunganmu dengan
majikan patung emas, Sebetulnya Loohu ingin menolongnya keluar
tetapi dia bilang menawan majikan patung emas dan menolong
orang lebih penting; Loohu merasa perkataannya tidak salah maka
itu lantas berangkat pulang kedalam benteng dan mengadakan
perundingan rahasia dengan Pek Tha serta Lian In, akhirnya kami
ambil keputusan untuk mengubah loteng penyimpanan kitab itu
sebagai kamar pengantin dan pancing majikan patung emas untuk
masuk kedalam jebakan!".
"Bilamana bukannnya Gak-hu menemukan jejaknya aecara
mondadak, siauw-say entah harus berbuat bagaimana baiknya?"
ujar Ti Then dengan terharu.
Sehabis berkata dia melelehkan air mata kegirangan.
"Lalu sekarang dia sudah terkena alat rahasia apa?" tanya Yuan Kuang Thaysu dari Siauw-Lim pay secara tiba2.
"Terkurung didalam kurungan besi".
"Sebenarnya siapakah dia orang?"" tanya Leng Cing Ceng-jien
pula. "Apa tujuannya menggunakan Ti siauw-sicu unluk menyelinap
kedalam Benteng ?""',
Wie Ci To segera tertawa dingin.
"Dia memerintahkan Ti Then untuk menyelinap masuk kedalam
Benteng sebetulnya hendak mencuri buku keterangan mengenai alat
rahasia loteng penyimpan kitab itu setelah itu masuk kedalam loteng
penyimpan itu untuk membunuh seseorang yang menerima
lindungan dari aku orang she-Wie".
"Aaakh .. siapakah orang itu?" tanya Leng Cing Ceng-jien dengan kaget.
"Aku orang she Wie sudah atur dia orang untuk bersembunyi
didalam kamar gudang kayu, mari silahkan saudara2 sekalian
mengikuti aku orang she-Wie untuk menemui dirinya !!".
Sehabis berkata dia lantas berjalan keluar dari kamar.
Ti Then, Yuan Kuang Thaysu, Leng Cing Ceng-jien, Kiem Cong
Loojien, Mong Yong Sian Kauw serta ber-puluh2 orang pendekar
pedang merah lantas ber- sama2 mengikuti dari belakangnya.
Saat ini para tetamu yang datang untuk memberi selamat pun
sudah pada mengetahui sudah terjadi urusan, oleh karena itu
sewaktu tiba di depan gudang kayu tersebut orang yang mengikuti
datang ada tiga ratus banyaknya.
Wie Ci To mempersilahkan para tetamu untuk menunggu didepan
pintu sedang dia sendiri berjalan kedalam, sebentar saja dia sudah
berjalan keluar kembali dengan membawa seorang manusia "Aneh"!
Sewaktu semua hadirin melihat munculnya orang aneh itu tidak
terasa pada bergidik semuanya, bulu kuduk pada berdiri.
Sedikitpun tidak salah, wajah dan bentuk orang aneh itu amat
menakutkan. Jikalau ditinjau dari rambutnya yang sudah memutih kira2
usianya ada enam puluh tahunan, wajahnya amat jelek sehingga
sukar untuk dilukiskan. Kulitnya kering dan hangus seperti bekas terbakar tempo dahulu
seluruh wajahnya berwarna darah dengan mata, hidung serta mulut
yang bengkok tidak keruan, sungguh menyeramkan.
Disamping itu sepasang tangannya sudah lenyap hingga
pundaknya, ternyata diapun merupakan seorang cacad.
Melihat kejadian itu Ti Then segera merasakan hidungnya jadi
kecut, hatinya benar2 terharu.
"Orang yang sudah cacad seperti begini pun majikan patung
emas masih mau membunuh dirinya, orang itu sungguh amat
kejam!". Dengan dibawah bimbingan Wie Ci To orang aneh itu berdiri
didepan pintu gudang kayu.
"Saudara2 sekalian coba lihatlah" ujarnya dengan keras. "Inilah orang yang hendak dibunuh oleh majikan patung emas!"
Semua orang dengan hati terperanjat berdiri ter-mangu2, tak
sepatah katapun bisa diucapkan keluar.
Wie Ci To kembali menuding keatas wajah orang aneh itu,
teriaknya lagi dengan keras, "Pada sepuluh tahun yang lalu dia
dibakar oleh majikan patung emas, bahkan memotong lidahnya dan
sepasang tangannya, Sang Kwan-heng coba kau bukalah mulutmu
agar bisa dilihat orang!".
Untung telinga orang aneh itu masih baik, mendengar perkataan
tersebut dia lantas membuka mulutnya lebar2.
Sedikitpun tidak salah didalam mulutnya memang benar2 tidak
terdapat lidah lagi! Yuan Kuang Thaysu yang tidak tega melihat kekejaman itu lantas
memejamkan mata memuji keagungan Buddha.


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sedangkan Kiem Cong Loojien dengan suara yang berat dan hati
khe-ki berteriak. "Sebenarnya ada dendam sakit hati apakah antara dirinya
dengan majikan patung emas sehingga dia turun tangan begitu
kejam terhadap dirinya ?"
"Hee . . . heee . . . sedikitpun tidak ada dendam apa-apa, bahkan
mereka berdua adalah suheng-te. Majikan patung emas adalah
suheng sedang dia adalah sute-nya!"
"Kalau memangnya tak ada dendam sakit hati bahkan saudara
seperguruan pula, kenapa majikan patung emas hendak menyiksa
dirinya?" tanya Kiem Cong Loojien keheranan.
"Semuanya hanya dikarenakan sejilid kitab pusaka ilmu silat!"
jawab Wie Ci To dengan wajah adem, "Orang ini she Sang-kwan,
bernama Jien. Pada tiga puluh tahun yang lalu dengan majikan
patung emas bersama-sama belajar ilmu silat dengan seorang
jagoan Bu-lim, akhirnya setelah tamat belajar dan turun gunung,
dengan amat cepatnya Majikan patung emas berhasil memperoleh
nama didalam Bu-lim, sebaliknya Sang-kwan Jien karena berhati
tawar dan tidak suka mencari nama maka tidak lama setelah turun
gunung lantas berpesiar ke daerah Si Ih.
"Berturut2 dia berdiam selama delapan belas tahun lamanya
didaerah Si Ih, pada saat dia hendak kembali kedaerah Tionggoan
itulah dari seorang hweesio Si Ih dia memperoleb sejiiid kiiab
pusaka ilmu silat. Sekembalinya kedaerah Tionggoan dia lantas
membawa kitab puiaka itu pergi mencari suhengnya Majikan patung
emas, untuk diajak belajar bersama-sama.
"Siapa tahu Majikan patung emas sudah timbul hati serakah,
diam2 dia memasukkan racun kedalam arak yang diminum oleh
Sang Kwan Jien, memotong pula lidah serta sepasang tangannya
membuat dia jadi seorang cacad yang tak dapat menulis mau pun
berkata. "Akhirnya dia mengurung dirinya dalam sebuah gua, tetapi tak
lama kemudian dia berhasil melarikan diri dan datang ketempat aku
orang she Wie. Dengan menggunakan kakinya dia menulis seluruh
kejadiannya dan minta bantuan aku orang she Wie untuk membalas
dendam ini. aku orang she Wie yang merasa bukanlah tandingan
dari suhengnya terpaksa melindungi dirinya didalam loteng
penyimpan kitab dan berharap dengan menggunakan alat rahasia
yang ada disana untuk menangkap suheng-nya, karena cuma
dengan loteng penyimpan kitab ini saja bisa menawan dirinya,
setelah menanti selama puluhan tahun lamanya akhirnya aku orang
she Wie berhasil pula mendapatkan kesempatan ini."
Air muka Sang-kwan Jien sedikit pun tidak berubah, dia tetap
berdiri tak bergerak di tempat semula cuma saja dari sepasang
matanya menetes keluar titik-titik air mata.
Terdengar Leng Cing Cengjien menghela napas panjang.
"Heee...Sang-kwan sicu ini sudah mau berlatih bersama-sama
dengan dirinya kenapa dia masih merasa tidak puas?" ujarnya.
"Karena pada waktu itu dia sudah merasa dirinya adalah seorang
jagoan yang tak terkalahkan, dia sudah menerima penghormatan
dari para jago Bu-lim, dia tidak ingin membagikan kecemerlangan ini
kepada orang lain...karena itu dia melakukan pekerjaan ini!"
Dia berhenti sebentar untuk kemudian sambungnya lagi.
"Bilamana diantara saudara=saudara sekalian ada yang merasa
ragu-raagu terhadap perkataan dari aku orang she Wie maka nanti
bilamana bertemu dengan Majikan Patung emas boleh
menanyakannya sendiri, asalkan saudara-saudara sekalian dapat
melihat wajahnya yang sesungguhnya maka waktu itulah kalian
bakal mengetahui kalau perkataan dari aku orang she Wie
sedikitpun tidak salah"
"Siapakah dia orang?"
"Bilamana Sian-kauw melihat orang itu maka waktu itulah bakal
mengetahui siapakah dia orang, sekaraog mari saudara2 ikuti aku
menuju ke lapangan latihan silat, aku orang she Wie akan suruh
orang membawa dirinya datang untuk bertemu muka dengan
saudara2 sekalian!" Demikianlah semua orang lantas bergerak menuju ke lapangan
latihan silat dengan bersama-sama.
Sedangkan Wie Ci To dengan membawa Shia Pek Tha serta Kie
Tong Hong berjalan masuk kedalam Loteng Penyimpan kitab itu,
Ti Then yang melihat di sekeliling tempat itu tidak kelihatan
munculnya Wie Lian In dalam hati merasa amat tidak tenang.
Diam2 dia menghela napas panjang dan serunya :
"Heei . . .dia tentu sedang menangis didalam kamarnya, dia
merasa gemas karena aku sudah menipu dirinya . . .
Dia kepingin sekali pergi menemui dirinya dan minta maaf
kepadanya, tetapi teringat kalau sebentar lagi dia bakal menemui
majikan patung emas terpaksa pikiran ini untuk sementara waktu
dihapuskan dari hatinya, dengan mengikuii orang lain ber-sama2
berjalan menuju lapangan latihan silat.
Sesampainya di tengah lapangan latihan silat, tiba-tiba..
"Aaach . . Yuan Cong Piauw-tauw sudah kembali, Yuan Cong
Piauw-tauw sudah kembali !!"
Terdengar suara teriakan dengan riuh rendah.
Dengan cepat Ti Then menoleh kearah sana, sedikitpun tidak
salah, terlihatlah si tangan sakti Yuan Siauw Ko dengan dibimbing
oleh dua orang pendekar pedang merah berjalan masuk kedalam
benteng, hatinya hadi amat girang.
Dengan cepat dia berlari mendekat sambil teriaknya dengan amat
gembira: "Yuan Loocianpwee, kau sudah kembali!"
Yuan Siauw Ko mengangguk, tetapi sewaktu dilihatnya ditengah
lapangan latihan silat sudah berkumpul beratus-ratus orang dia jadi
rada terkejut. "Orang2 itu lagi berbuat apa ?" apakah majikan patung emas
sudah kena ditawan?" tanyanya.
"Sudah .... sudah berhasil ditawan !" sahut Ti Then sambi!
Tersenyum. "Dia sudah menggerakkan alat rahasia yang dipasang didalam
lorong rahasia dibawah loteng penyimpan kitab, saat ini Wie Poocu
sedang masuk kedalam loteng penyimpan kitab untuk membawanya
keluar, orang2 ini lagi menanti untuk melihat wajahnya".
"Apa sudah tahu siapakah dia orang?" tanya Yuan Siamv Ko
dengan girang pula. "Masih belum tahu, Wie Poocu jual mahal, katanya setelah
melihat wajah aslinya tentu bakal ada orang yang tahu dengan
sendirinya." Saat ini para tamu yang kenal dengan Yuan Siauw Ko sudah pada
berdatangan untuk menyapa. Yuan Siauw Ko pun lantas menjura
membalas hormatnya. Kepada Ti Then ujarnya lagi:
"Wie Poocu apakah sudah menjelaskan kisahnya kisahnya malam
itu menguntit Loo-cia?"
"Benar!" Sahut Ti Then mengangguk, "Boanpwee sama sekali
tidak menyangka bisa berakhir dengan demikian . . ."
"Bukankah berakhir secara begini mendapatkan kebaikan buat
dirimu ?". "Sudah tentu!!".
"Masih ada Phoa Loo Tek apakah sudah ditangkap sekalian ?".
"Benar! Loocianpwee tentu tidak menyangka siapakah dia orang
!!". "Siapa?" "Hong Liuw Kiam Khek, Ih Peng Siauw!"
"Aaah, bagaimana bisa dia orang?" tanya Yuan Siauw Ko
melengak. "Kiranya dia merampok barang kawalanku tempo hari karena
mendapat petunjuk dari Majikan patung emas, sedang tujuan
mereka guru bermurid merampok kawalan itu pun hanya bertujuan
untuk memancing keinginan boanpwee untuk mencari guru belajar
silat, sstelah dengan menggunakan cara itu pula memaksa
boanpwee untuk menjadi patung emasnya dan mengerjakan
rencananya yang sudah disusun."
"Kalau begitu kesemuanya ini hanya merupakan satu siasat yang
licik saja?" tanya Yuan Siauw Ko terperanjat.
"Sedikit pun tidak salah!"
"Apakah Ih Peng Siauw mengakui dimana barang2 pusaka itu
disimpan olehnya?" "Benar! dia bilang barang itu tetap seperti sedia kala dan
disimpan didalam sebuah gudang uang didalam kota Go bie, lain kali
biarlah aku pargi kekota untuk megambilnya kembali."
Baru saja perkataan itu selesai diucapkan terdengarlah suara
yang hiruk pikuk bergema datang.
"Ach . . , sudah datang, sudah datang!" teriaknya,
Tidak salah, Shia Pek Tha serta Kie Tong Hong dengan
menggotong sebuah kurungan besi berjalan masuk kedalam
lapangan latihan silat. Kurungan baja itu tidak besar cuma ada enam depa tingginya
dengan tiga depa tebalnya, saat ini di-sekeliling kurungan itu
tertutup dengan secarik kain sehingga tidak dapat melihat jelas
wajah majikan patung emas yang ada didalam kurungan,
Semua hadirin pada berkerumun maju untuk saling rebut melihat
wajahnya. Dibawah perintah Wie Ci To, Shia Pek Tha serta Kie Tong Hong
segera meletakkan kurungan itu ketengah kalangan.
Semua orang yang melihat kurungan itu tertutup oleh secarik
kain sedang dari dalam kurungan tak terlihat adanya gerakan
apapun dari majikan patung emas pada merasa terkejut bercampur
ke-heran2an. Kiem Cong Loojien dari Kun-lun Pay tidak dapat menahan ssbar
lagi, tak tertahan segera tanyanya.
"Apakah dia sudah mambunuh diri?".
"Belum!" jawab Wie Ci To tertawa.
"Kalau belum, kenapa tidak meronta?"
"Kurungan besi itu amat kuat sekali, dia tahu sekalipun meronta
juga tak berguna maka terpaksa dia harus berbaring didalam
kurungan dengan tenang !".
Berbicara sampai disini dia lantas menoleh ke arah Shia Pek Tha
dan perintahnya: "Pek Tha, coba buka kain penutup itu!"
Dengan amat hormatnya Shia Pek Tha menyahut dan menarik
kain penutup tersebut. Dengan begitu maka Loo-cia (majikan patung emas) itu dapat
dilihat keseluruhan tubuhnya oleh semua orang.
Keadaannya amat mengenaskan sekali sehingga mirip dengan
seekor tikus, tetapi buas pula seperti seekor binatang, wajahnya
menyengir kejam sedang dari sepasang matanya memancarkan
senar kejam yang membuat orang bergidik.
Ti Then adalah orang yang paling mengetahui jelas kedahsyatan
ilmu silatnya, melihat seluruh wajahnya sudah diliputi oleh napsu
membunuh dan siap2 menerjang keluar dari kurungan hatinya
merasa bergidik. Dengan cepat dia menggeserkan badannya mendekati Wie Ci To,
lalu tanyanya dengan suara yang amat lirih.
"Apakah kurungan itu benar2 sangat kuat?",
"Sedikitpun tidak ada parsoalan!" sahut Wic Ci To mengangguk.
"Ada kemungkinan dia bisa membobol kurungan itu untuk
keluar?" "Aaakh . . . tidak mungkin bisa terjadi".
Waktu itu Leng Cing Ceng-jien yang berdir di dekat mereka
sudah membuka mulut, "Wie Poocu tadi bilang pada wajahnya memakai topeng,
sekarang apakah kau bisa melepaskan topeng tersebut agar pinto
bisa melihat jelas wajahnya?"
"Sudah tentu boleh saja" sahut Wie Ci To sambil mengangguk,
"tetapi kepandaian silat orang iui amat lihay sekali, bilamana
kepandaian silatnya tidak dimusahkan terlebih dahulu siapapun
jangan harap bisa mendekati dirinya, biarlah sekarang aku orang
she-Wie mausnahkan dulu tenaga dalamnya"
Sambil berkata dia mengambil sebilah psdang dari seorang
jagoan pedang merah dan berjalan maju kedepan.
Mendadak Ti Than teringat kembali dengan kata2 dari majikan
patung emas yang mengatakan dia punya cara untuk memulihkan
kembali tenaga murni dari Yuan Siauw Ko, melihat Wie Ci To
berjaIan maju kedepan diapun lantas menyusul.
"Gak-hu tunggu sebentar!" serunya.
"Ada urusan aps ?" tanya Wie Ci To sambil menoleh.
Ti Then lantas menuding kearah Yuan Siauw Ko yang berdiri
diantra para jagoan lainnya.
"Yuan Loocianpwee sudah kembali, sedang kepandaian silainya
sudah dipunahkan oieh majikan patung etnas, tetapi dia bilang dia
orang punya cara untuk memulihkan kembali ilmu silatnya . . . ".
"Ehmm . . Loohu paham !".
Dia maju tiga langkah kedepan dan berdiri didepan kurungan
besi tersebut, kepada majikan patung emas yang ada didalam
kurungan itu lantas teriaknya:
"Loo-heng!! perbuatanmu jauh lebih kejam dari perbuatan Cuo It
Sian, maka itu kau tidak bisa diampuni lagi, tetapi bilamana kau
suka menjelaskan cara untuk memulihkan kembali ilmu silat dari
Yuan Cong Piauw-tauw, Loohu bisa pergi memintakan keringanan
dari sute-mu agar kau bisa mati lebih tenang, bagaimana ?".
"Hee . . . heee . . . kau bersiap sedia hendak menghukum loohu
dengan cara bagaimana ?" tanya majikan patung emas sambil
tcrtawa dingin. "Menggunakan api membakar wajahmu lalu memotong lidah dan
sepasang tanganmu.' Mendengar perkataan tersebut majikan patung amas segera
tertawa ter-bahak2. "Haaa , . . . haaa . , . bagus . . . bagus sekali, inilah yang
dinamakan adil . . dahulu aku menyiksa dia dengan cara begitu dan
sekarang diapun hendak menggunakan cara yang sama untuk
menyiksa aku . . haaa . . . bagus, bagus sekali !"
"Bilamana mengikuti keputusan dari sute-mu maka walaupun kau
bisa hidup didunia tetapi jauh lebih tersiksa dari pada mati, maka itu
menurut pendapat loohu lebih baik kau memilih mati sempurna saja
bagaimana ?". "Tidak ! haaa - - haaa ..." Teriak majikan patung emas sambil
tertawa ter-bahak2 " Loohu bilamana hidup malah tersiksa lebih
baik aku terima saja keputusanmu itu!".
"Kalau begitu kau tidak ingin memulihkan kembali ilmu silat dari
Yuan Siauw Ko ?". "Tidak !". "Seorang lelaki sejati bisa membedakan dendam dan budi, dia
tidak ada sakit hati apa pun dengan dirimu buat apa kau menyiksa
dirinya?". "Heee . . . hee . . . Loohu tidak akan punya hati welas kasih,
terus terang aku beritahu padamu, loohu masih ingin membunuh
beberapa orang untuk main-main!".
"Sudah besar sekali omonganmu, apakah kau punya tenaga
untuk membunuh orang?" ejek Wie Ci To sambil tertawa dingin.
"Sedikitpun tidak salah, kalau kau tidak percaya lihatlah sendiri!".


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Berbicara sampai disini mendadak dia dongakkan kepalanya dan
memandang ke arah Ti Then dengan buas.
"Bangsat cilik, kau kemarilah!" bentaknya.
Ti Then segera merasakan seluruh bulu kuduknya pada berdiri,
dengan paksakan diri dia berjalan maju juga.
"Kau ada perkataan apa lagi?".
"Aku mau tanya padamu, sewaktu kau menyanggupi untuk
menjadi patung emas ku apa yang pernah kau katakan?" tanya
majikan patung emas dengan amat gusar.
"Aku bilang setelah menyanggupi perknataanmu tidak akau
menyesal kembali ". "Dan akhirnya ?" tanya Majikan patung emas sambil tertawa
dingin. "Akhirnya aku selalu merasa menyesal, tetapi masih untung
perbuatanku tidak sampai melanggar janji kita".
Sepasang mata Majikan patung emas melotot semakin bulat lagi.
"Kau tidak melanggar janji ?" tanyanya sepatah demi sepatah.
"Bonar, tidak !".
Agaknya saking bencinya majikan patung emas kepingin menelan
diri Ti Then didalam satu kali terkaman.
"Lalu siapa yang sudah mengkhianati diriku ?" bentaknya dengan
keras. "Aku sama sekali tidak mengkhianati dirimu, tertawannya dirimu
adalah siasat yang diatur oleh Wie Poocu sendiri, aku sama sekali
tidak tahu menahu". "Omong kosong !" bentak majikan patung emas dengan gusar.
Wie Ci To tertawa dingin.
"Saat ini walaupun saudara mempunyai sayap juga jangan harap
bisa meloloskan diri dari sini, buat apa kami berbohong?" dia benar2
tidak mengkhianati dirimu, rahasiamu berhasil loohu bongkar
sendiri!." Sudah tentu majikan patung emas tak mau percaya akan
perkataannya itu. Dia segera mendengus dengan amat dinginnya.
"Ooooh begitu?"
"Tidak salah, ditengah malam buta tempo hari karena Loohu
tidak bisa tidur maka sudah naik keatas loteng penyimpan kitab,
waktu itu secara tidak sengaja aku sudah menemukan jejakmu lalu
menguntit sampai diluar gua Loei Tong Peng, karenanya rahasiamu
bisa aku ketahui semuanya."
"Apa benar2 begitu?" tanya majikan patung emas sambil
memandanng tajam wajahnya.
"Sedikitpun tidak salah"
Dari air muka majikan patung emas segera tersungginglah
senyuman dingin yang mengerikan.
"Wie Ci To! kau paling auka ikut campur didalam urusan orang
lain," ujarnju perlahan. "Kau ikut campur didalam urusan Cuo It Sian masih boleh2 saja tetapi kau berani juga menyinggung kepala loohu
. . Hmm! Sungguh tidak tahu kekuatan sendiri!"
"Loohu memang rada tidak mengetahui kekuatan sendiri, tapi
loohu punya kesabaran untuk memancing ikan kakap, selama
sepuluh tahun tiada sedikitpun loohu lelah menanti kedatanganmu,
dan akhirnya cita-cita loohu itu terjadi pula.
"Hmm! apa kau kira bisa membereskan loohu ?"
"Benar! kecuali kau punya tenaga untuk menghancurkan
kurungan baja ini!" seru Wie Ci To sambil mengangguk.
"Baik, Loohu akan mendemontrasikan kepandaian silatku!"
Begitu perkataan terakhir diucapkan keluar mendadak
terdengarlah suara yang amat keras berkumandaug memenuhi
seluruh angkasa .... "Braak . . . !" kurungan baja itu sudah terpental hancur sebagian besar oleh tenaga pukulannya sehingga terbang sejauh lima depa.
Dia benar2 berhasil menghancurkan kurungan besi tersebut.
Dengan menggunakan sepasang telapak tangannya dia
menghancurkan tutup kurungan besi yang amat kuat, dari hal ini
saja sudah jelas menunjukkan kalau tenaga pukulannya benar2
sangat dahsyat sekali. Tak ada seorangpun yang pernah menyangka kalau dia bisa
menghancurkan tutup kurungan besi yang begitu kuat, untuk
beberapa saat lamanya mereka dibuat termangu.
Tampaklah olehnya setelah sepasang telapak tangannya berhasil
menghancurkan penutup kurungan tersebut tubuhnya pun
mengikuti gerakan tersebut melayang keluar dan mololoskan diri
dari kurungan itu. Melihat kejadian itu Wie Ci To jadi merasa sangat terperanjat.
"Saudara2 sekalian cepat mundur!" serunya.
Ditengah suara bentakannya yang amat keras tubuhnya pun
bagaikan kilat cepatnya menerjang ketergah udara dan kirim satu
tusukan dahsyat kwtubuh Majikan patung emas,
Majikan patung emas segera tertawa ter-bahak2, telapak kirinya
menekan kebawah balas menghantam tubuh pedang dari Wie Ci To
sehingga tusukan tarsebut berubah arah, bersamaan pula dua jari
tangannya dengan gaya "Jie Liong Ciang Cu" aiau dua naga berebui mutiara menotok ke arah sepasang mata Wie Ci To.
Gerakannya amat cepat dan dahsyat laksana malaikat yang turun
dari kahyangan. Wie Ci To yang tubuhnya masih ada di tengah udara tidak
sempat untuk berubah jurus, dia dipaksa untuk berjungkir balik dan
melayang turun kembali keatas tanah.
Bagaikan kilat cepatnya majikan patung emas segera menerjang
kearah gerombolan para hadirin, sepasang telapak tangannya
bagaikau kilat cepatnya sudah melancarkan cangkeraman
menghajar seorang pendekar pedang putih.
"Braaak ! Braaak ! Braaak !" dengan menimbulkan tiga kali suara yang amat nyaring, tiga orang pandekar pedang putih sudah kena
dihajar sehingga otaknya berceceran memenuhi seluruh permukaan
tanah, Melihat kejadian itu Wie Ci To jadi amat gusar, sepasang
matanya melotot lebar-lebar dengan disertai suara bentakan yang
amat keras dia manubruk kedepan melancarkan satu tusukan kilat.
Ti Then yang melihat Majikan patung emas berhasil meloloskan
diri dari kurungan tersebut dalam hati sudah mengerti kalau urusan
bakal celaka. dengan cepat dia merebut sebilah pedang dari seoraug
peadekar pedang merah dan siap2 menghadapi musuh,
Saat ini melihat dia orang didalam sekali kelebatan berhasil
membinasakan tiga orang pendekar pedang putih, dia semakin tidak
berani berayal lagi. Tubuhnya dengan cepat menubruk kearah depan melancangi
tubuh Wie Ci To yang lagi menubruk kedepan pula, pedangnya
dengan cepat membabat pinggangnya.
Hanya didalam sekejap saja diantara mereka bertiga sudah
terjadi suatu pertempuran yang amat sengit.
Beberapa orang ciangbunjien serta be-ratus2 tetamu yang
melihat pertempuran diantara mereka bertiga sudah mencapai pada
ketegangannya pada dibuat merasa bergidik.
Kiranya Majikan patung emas yang baru menghadapi dua orang
musuh ternyata sudah menggunakan tangan kosong untuk melawan
serangan2 pedang dari Wie Ci To serta Ti Then, semakin bertempur
semakin bersemangat dan semakin lihay bahkan berhasil menduduki
diatas angin. Semua orang tahu bahwa kepandaian silat dari Wie Ci To ada
sedikit dibawah kepandaian silat dari si kakek pemalas Kay Kong
Beng, dengan kedahsyatan ilmu silatnya ditambah lagi dengan si
pendekar baju hitam Ti Then ternyata tidak berhasil pula untuk
menahan serangan2 dari Majikan patung emas, hal ini benar2
merupakan satu peristiwa yang tak pernah diduga sebelumnya.
Kiem Cong Loo-jien yang melihat pertempuran itu dalam hati
benar2 merasakan hatinya bee-debar2, gumamnya:
"Loohu berlatih ilmu silat selama hidupku, ini hari boleh dikata
terbuka sepasang mataku . . . "
Yuan Kuang Thaysu yang melihat kejadian itupun lantas
mengerutkan alisnya rapat2 dan mulai bergeser mendekati diri Leng
Cing Ceng-jien. "Jika ditinjau situasi saat ini agaknya Wie Poocu serta Ti kiauw
sicu tidak bakal kuat bertahan lebih lama lagi," ujarnya dengan
suara perlahan. "Apakah ciangbunjien sekalian punya maksud untuk
maju memberi bantuan ?"
"Kepandaian silat majikan patung emas memang benar amat
dahsyat sekali dan seharusnya kita maju membantu" ujar Leng Cing
Cengjien agak ragu2. "Tetapi . . . walaupun kepandaian silat
majikan patung emas amat tinggi tatapi kita masing2 adalah
seorang ketua dari suatu partay besar bilamana kita pun harus
harus bekeja sama untuk mengerubuti seseorang bukankah hal ini
mendapatkan tertawaan dari orang lain . . ."
"Walau pun perkataan dari Ciang kauw sedikit tidak salah" Sahut
Yuan Kuang Thaysu perlahan. "Tetapi jikalau kiia tidat maju
membantu sehingga Wie Poo cu serta Ti siauw-sicu menemui
kekalahan bukankah keadaan malah semakin bertambah runyam ?"
Leng Cing Cengjien termenung beberapa saat lamanya, akhirnya
dia mengangguk. "Baiklah.,mari kita maju"
Tetapi pada saat mereka hendak maju kedepan itulah mendadak
menang kalah sudah bisa ditentukan.
"Plak." dengan disertai suara yang amat nyaring Wie Ci To sudah
terkena pukulan dengan amat tepat sehingga tubuhnya terjengkang
kebelakang. Majikan patung emas segera tertawa terbahak-bahak, dengan
meminjam kesempatan ini dia mengejar lebih jauh sedang
serangannya pun semakin gencar menghajar perut Wie Ci To.
Ti Then membentak keras tidak perduli keselamatan dirinya
sendiri dia lantas maju dua langkah kedepan pedangnya dengan
disertai sambaran angin tajam membabat telapak kanan dari
majikan patung emas, Serangannya kali ini sudah menggunakan seluruh tenaga yang
dimiiikinya sehingga gerakannya amat tajam dan ganas.
Majikan patung emas terdesak dan terpaksa dia menarik kembali
tangan kanannya, kakinya dengan cepat kirim satu tendangan kilat
menghajar pergelangan tangan kanan dari Ti Then.
"Bangsat cilik, Loohu jagal dirimu dulu!" makinya dengan gusar.
Sepasang tangan Ti Then kembali berputar dari gerakan
membabat berubah jadi gerakan menghadang menancam
pinggangnya. Tetapi baru saja bergerak sebanyak tiga jurus dia sudah terpukul
pundaknya oleh serangan yang umat aneh dari majikan patung
emas sehingga terjungkir balik dan jatuh terlentang diatas tanah.
Wie Ci To yang melihat akan hal ini segera meloncat bangun dari
atas tanah, pedangnya dengan gaya "Coan Sin Si Ing" atau putar
badan memanah elang menusuk jalan darah "Thay Yang Hiat" pada
pelipis kiri majikan patung emas,
Waktu itu majikan patung emas sedang mengangkat telapak
tangannya untuk membereskan nyawa Ti Then, kini melihat
datangnya serangan pedang yang amat ganas terpaksa dia
bubarkan serangan semula untuk meuolong diri, kakinya bergeser
badannya berputar menghindarkan diri dari tusukan tersebut,
bersamaan pula kaki kanannya menyapu kedepan menghajar
sepasang kaki dari Wie Ci To.
Dengan mengambil kesempatan itulah Ti Then cepat2 meloncat
bangun lalu kirim satu tusukan.
Tua muda dua orang dengan bekerja sama amat erat ber-sama2
menerjang diri majikan patung emas.
Semula mereka masih bisa bertahan tetapi lama kelamaan
keadaan mulai barubah setelah dengan susah payah mereka
menerima sepuluh jurus akhirnya mereka berdua cuma bisa
menangkis saja tanpa dapat menyerang barang sejuruspun.
Yuan Kuang Thaysu serta Leng Cing Ceng-jien tidak berani
berayal lagi mereka segera kirim kerdipan mata lalu ber-sama2
menubruk kedepan. Yang satu dengan menggunakan senjata toya sedang yang lain
menggunakan senjata Hud-tim dari kiri serta kanan menggencet
pihak musuh. Wajah majikan patung emas segera berubali amat dahsyat, dia
dongakkan kepalanya tertawa ter-habak2,
"Bagus . , bagus sekali!" teriaknya: "haaa ... haa . . . ayoh maju beberapa orang lagi, dari pada banyak buang waktu ayoh berbareng
saja pada maju semua!"
Sekali lagi suatu pertempuran yang amat sengit kembali
berlangsung! Dengan terjunnya Yuan Kuang Thaysu serta Leng Cing Cin-jien
maka situasi pertempuranpun lantas berubah seimbang, untuk
beberapa saat lamanya mereka bertempur semakin sengit.
Tampaklah tubuh mereka berlima bagaikan kilat cepatnya saling
menyambar. angin pukulan menyambar tiada hentinya diselingi
babatan hawa pedang yang menggigilkan serta sambaran toya serta
hud-tim yang setiap saat mengancam jiwa . . .
Enam puluh jurus berlalu dengan amat cepatnya tetapi keadaan
masih seimbang, Kiem Cong Loojien yang melihat kejadian itu segera garuk2
kepalanya, mendadak dia bergeser kesisi Mong Yong Sian Kauw itu
Ciangbunjien dari Tiang Pek Pay dan ujarnya sambil tertawa:
"Mong Yong ciangbunjien, aku lihat kita pun harus segera maju!"
"Aku rasa tunggu sebentar lagi" jawab Mong Yong Sian Kauw
tawar. "Apa kau kira mereka berempat bisa mempcroleh kemenangan?"
"Sedikit-dikitnya tidak sampai dikalahkan"
"Aku lihat tidak bisa jadi"." Seru Kiem Cong Loojien sambil
gelengkan kepalanya. "Lebih baik kita maju sekalian untuk membantu mereka."
Agaknya Mong Yong Sian Kauw merasa keberatan atas usul
tersebut. "Bilamana kitapun ikut maju" ujarnya, "Hal ini berarti bahwa dari
Benteng Pek Kiam Poo sudah bekerja sama dengan Siauw Lim, Bu-
tong, Kun-lun serta Tiang-Pek lima partay besar untuk mengerubuti
seseorang bilamana berita ini sampai tersiar dalam Bu-lim bukankah
rada tidak enak?" "Haa..haa..Siauw-Lim serta Bu-tong merupakan gunung Thay-san
dari Bu-lim, mereka berdua pun tidak takut ditertawakan bagaimana
kita harus takut?" Mong Yong Sian Kauw termenung tidak menjawab.
"Eeeii aku mau tanya kepadamu, besok pagi kau kepingin minum
arak kegirangan tidak?" desak Kiem Cong Loojien lagi.
"Sudah . . . sudahlah, mari kita pun maju" seru Mong Yong Sian
Kauw kemudian sambil tertawa.
Demikianlah mereka berdua pun segera menerjang pula kedepan
untuk mengerubut diri majikan patung emas.
Dengan demikian keadaan dari majikan patun& emas semakin
teedessk lagi, dia dibuat agak repot oleh kerubutan ini.
Walaupun dia crang memiliki kepandaian silat yang amat tinggi
tetapi seorang manusia tidak bakal berhasil menangkan kerubutan
enam pasang tangan, apalagi keenam orang itu pun merupakan
jago2 nomor wahid didalam Bu-lim pada saat ini dan memiliki
kepandaian silat yang amat tinggi sudah tentu dia rada kedesak.
Wie Ci To yang melihat keempat orang ciangbunjien itu turun
tangao dengan tanpa belas kasihan dan setiap serangannya tentu
mengancam tempat yang berbahaya, dengan gugup lantas serunya
: "Harap saudara2 sekalian suka turun tangan lebih ringan, jangan
sampai membinasakan dirinya,"


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Keempat orang ciangbunjien sendiri pun tahu kalau ilmu silat dari
Yuan Siauw Ko belum pulih dan tak dapat membinasakan dirinya
karena itu serangannya mulai mengendor,
Mendadak Majikan Patung Emas melayang setinggi empat kaki
jauhnya dan meloloskan diri dari kurungan enam orang untuk
kemudian menerjang kearah sebelah luar.
Tujuannya bukan lain adalah gerombolan dimana para tamu lagi
berdiri. Wie Ci To yang melihat dia bermaksud hendak bunuh orang
secara sembarangan hatinya jadi merasa amat terkejut, dengan
diiringi suara bentakan yang keras tubuhnya segera menubruk
kedepan. Ti Then pun bersamaan waktunya mengejar dari bslakang, per-
tama2 dialah yang tiba terlebih dahulu dibelakang tubuh majikan
patung emas. Tetapi pada saat yang bersamaan pula majikan patung emas
berhasil menangkap sepasang kaki dari seorang tetamu, dia lantas
mengangkat tubuh tetamu itu dan diputar keatas kepala untuk
kemudian dihajarkan kearah Ti Then.
Dengan cepat Ti Then membungkkukan badannya menghindar
pedangnya dengan disertai desiran tajam menusuk kakinya
sehingga mengucurkan darah segar.
Majikan patung emas segera menjerit keras, sepasang tangannya
dipentangkan lebar2, tubuh dari tamu yang berhasil dicengkeram
sudah kena disobek sehingga robek jadi dua bagian, setelah itu
lengannya lalu diayunkan kedepan.
Separuh badan yang masih dibasahi oleh darah segar lalu
disambitkan kearah Wie Ci To sekalian yang mengejar datang
sedangkan separuh lainnya dengan mengerahkan tenaga murninya
yang dahsyat disambitkan ketubuh Ti Then.
Dengan cepat Ti Then meloncat empat depa kesamping, dengan
mengikuti getakan itu tubuhnya berputar satu lingkaran besar
pedangnya dengan menggunakan jurus Liuw Seng Kun Gwat" atau
bintang meluncur mengejar rembulan menusuk kedepan dengan
datar. Tetapi pada saat itulah mendadak dia sudah kehilangan
bayangan dari Majikan patung emas.
"Aduuh . . ." Suara teriakan ngeri berkumandang datang dari tiga kaki dari
tempat tersebut ! Kiranya Majikan patung emas sudah berhasil menerjang
ketengah gerombolan para tamu, dengan menggunakan ilmu Ing
Jiauw Kang dia menghajar wajah tetamu itu sehigga hancur dan
binasa seketika itu juga.
Melihat kejadian itu Wie Ci To benar2 amat gusar, sepasang
matanya ber-api2, dengan mencekal pedangnya kencang2 dia
mengejar kearah depan. "Bunuh dia! bunuh dia! tidak usah sungkan2 lagi" teriaknya
dengan keras. Ti Then, Yuan Kuang Thaysu, Leng Cing Ceng-jien, Kim Cong
Loo-jien serta Mong Yong Sian Kauw bagaikan sambaran kilat
cepatnya segera menerjang kedepan dan mengerubuti kembali diri
Majikan patung emas. Walaupun untuk melawan serangan enam orang musuh sekaligus
Majikan patung emas menemui kesukaran tetapi untuk meloloskan
diri dari kurungan sangatlah mudah sekali, kembali dia melancarkan
serangan dahsyat mendesak mundur keenam orang itu kemudian
bagaikan seekor burung dengan cepatnya menerjang keluar dari
kurungan. Kali ini Ti Then tidak memberi kesempatan buatnya untuk
melarikan diri lagi, tubuhnya dengan cepat ikut mengejar ke tengah
udara dan kirim satu tusukan.
"Turun!" bentaknya keras.
Tubuh majikan patung emas yang meloncat ke tengah udara
mendadak berhenti bergerak, tubuhnya membalik dan kirim satu
pukulan dahsyat ke depan.
"Coba kau rasakan pukulanku ini!" teriaknya sambil tertawa aneh.
Ti Then sama sekali tidak menyangka dia bisa menghentikan
tubuhnya di tengah udara untuk sesaat lamanya dia tak sempat
menarik tubuhnya kembali sehingga dengan amat tepatnya pukulan
tersebut bersarang didadanya,
" Braaak . . . !" dadanya kena dihantam sehingga tubuhnya
terjatuh kembali dari tengah udara.
Tetapi satu peristiwa yang diluar dugaan pun sudah terjadi pada
saat itu pula. Sewaktu tubuh Ti Then terkena serangan itu hingga jatuh keatas
tanah kelihatannya dia tentu akan terluka parah atau mati, siapa
tahu pada saat itulah mendadak pedangnya diangkat, dengan jurus
"Gien Liong Jut Hay" atau naga perak keluar dari lautan mengirim satu tusukan kedepan. Tusukan ini datangnya jauh berada di luar
dugaan dari majikan patung emas !
Dia mimpi pun tidak mengira kalau Ti Then mnsih bertenaga
untuk kirim satu tusukan kearahnya, tadi dia melancarkan serangan
kearah Ti Then dengan menggunakan seluruh tenaga, barang
siapakah yang terkena serangan itu maka seketika itu juga akan
binasa atau se-dikit2nya jatuh tidak sadarkan diri, karena itu dia
tidak pernah berpikir kalau Ti Then masih bisa melancarkan
serangan kearahnya. Baru saja hatinya mcrasa kaget tusukan pedang yang amat cepat
dari Ti Then itu dengan amat tepatnya sudah menembus
lambungnya hingga tembus kebelakang.
"Aaaach . . ." Seketika itu juga seluruh kalangan jadi gaduh dan ramai oleh
suara teriakan terkejut bercampur girang. Tubuh majikan patung
emas yang terjatuh dari atas tidak sampai rubuh ke atas tanah, dia
tetap berdiri tegak dengan gagahnya.
Dengan perlahan kepalanya ditundukkan melihat sekejap kearah
pedang yang menusuk lambungnya itu kemudian dengan wajah
penuh rasa terperanjat memandang diri Ti Then dengan melotot.
"Kau . . . kau tidak terluka?" gumamnya.
Terhadap diri Ti Then yang tidak terluka oleh pukulan dia merasa
amat terkejut, bahkan jaun lebih terkejut dari pada tusukan pedang
yang berhasil menembus lambungnya itu.
Ti Then sendiri pun sama sekali tidak menyangka kalau didalam
keadaan gugup pedangnya berhasil menembus lambungnya hingga
tembus kebelakang punggung, walaupun saat ini dia sudah jauh
dari kematian tetapi hatinya masih merasa takut, dengan ter-buru2
dia mundur satu langkah kebelakang.
"Selamanya aku tidak bermaksud untuk membinasakan dirimu,
tetapi perbuatanmu terlalu kejam . . ."
Air muka majikan patung emas berubah jadi amat keren,
bentaknya lagi: "Cepat katakan, kenapa kau tidak terganggu oleh pukulan Loohu
tadi?". "Dapatkah kau beritahukan dulu kepadaku bagaimana caranya
untuk nemulihkan kembali ilmu silat dari Yuan Cong Piauw-tauw?".
Dari atas wajah majikan patung emas segera tersungginglah rasa
kesakitan yang luar biasa, bibirnya bergerak dengan gemetar.
"Asalkan dia bisa mempelajari sim hoat dari tenaga dalamku
maka tiga bulan kemudian dia bisa pulih kembali seperti keadaan
semula" katanya. "Tetapi. . heee-. . . heee . . . tahukah kau bilamana waktu ini aku sudah tak ada waktu lagi untuk memberi pelajaran Sim-hoat
tersebut kepadanya!".
"Lalu apakah Sang Koan Loocianpwee dia orang mengerti Sim-
hoat tersebut?" Dengan perlahan majikan patung emas menundukkan kepalanya.
"Aaaa . . aku . . aku tidak tahu . , . kau boleh . . boleh taa . . tanya sendiri . . . keee . . kepada . . . kepadanya . . ".
Tubuhnya mulai sempoyongan, mendadak dia angkat kepalanya
dan membentak keras : "Cepat katakan, bagaimana kau tidak terluka oleh serangan dari
Loohu?"". "Karena aku memakai pakaian luar tameng landak !".
"Aaaach . . . darimana kau mendapatkan pakaian luar tameng
landak tersebut?" tanya majikan patung emas dengan terperanjat,
"Nyio Loo cung-cu dari perkampungan Thiat Kiam San Cung yang
hadiahkan kepadaku".
"Bagus . . bangsat . . bangsat cilik . , nasibmu sungguh mujur!"
serunya sambil menundukkan kepalanya dengan perlahan.
Baru saja dia selesai berkata mendadak tubuhnya bergerak maju
kedepan, bagaikan kilat cepatnya dia menerjang kedepan tangan
kirinya mencengkeram dada Ti Then sedang telapak kanannya
dengan beratnya menghajar keningnya.
"Aduuuh . . . !".
Semua orang yang melihat kejadian itu pada berteriak terkejut.
Tetapi pada saat itulah . . .
"Bruuk!" tubuh majikan patung emas sudah keburu dipukul dulu
hingga terpental sejauh tiga kaki dan jatuh terlentang diatas tanah.
Bersamaan waktunya pula serentetan darah segar muncrat keluar
dari lambungnya! Kiranya pada saat Ti Then melancarkan serangan menggetarkan
tubuhnya kebelakang itulah tangannya yang lain sudah mencabut
keluar pedangnya yang tertancap pada lambungnya itu. Darah segar
memancur amat tinggi, semakin lama semakin rendah dan akhirnya
suasana menjadi amat tenang. Akhirnya majikan patung emas mati
juga. Ti Then merasa amat terkejut bercampur girang, lama sekali dia
berdiri mematung disana. Suasana di seluruh kalanganpun jadi sunyi
senyap, lama sekali baru terlihatlah Wie Ci To beserta keempat
orang ciangbunjien berjalan mendekat. Sang Kwan Jien pun
dibawah bimbingan dua orang pendekar pedang merah berjalan
mendekati mayat dari majikan patung emas. Wajahnya masih tetap
dingin tak berperasan tetapi sinar matanya memancar keluar cahaya
kegirangan, disamping rasa sedih, girang bercampur pula rasa
kasihan. Setelah berdiam diri beberapa saat lamanya akhirnya Wie Ci To
berjongkok dan tangannya mulai meraba leher majikan patung
emas . . , lama sekali dia meraba terakhir tampaklah dengan
perlahan dia melepaskan selapis topeng kulit dari dagunya, mulut . .
hidung . . . mata . . . Mendadak terdengar keempat orang ciangbunjien itu pada
berteriak kaget. Para tetamu yang ada diempat penjuru pun tak
tertahan lagi pada berkerumun ke depan untuk melihat wajah yang
sesungguhnya dari majikan patung emas.
Sewaktu semua orang bisa melihat jelas wajah asli dari majikan
patung emas itulah tak ada seorangpun yang tidak menjerit kaget,
karena didalam hati mereka sama sekali tidak menyangka kalau
majikan patung emas sebenarnya adalah seorang jagoan yang
paling dihormati oleh orang2 Bu-lim selama puluhan tahun ini!
"Oooh Thian, bukankah dia adalah si "KAKEK PEMALAS KAY
KONG BENG" "Huuus jangan sembarangan bicara, dia bukan si kakek pemalas
Kay Kong Beng, cuma wajahnya saja mirip dengan si kakek pemalas
Kay Kong Beng!". Dengan perlahan Wie Ci To bangkit berdiri, wajahnya amat
dingin sekali. "Tidak!" serunya. "Dia benar2 adalah si KAKEK PEMALAS KAY
KONG BENG". Kenyataan ini seketika itu juga membuat semua orang berdiri ter-
mangu2 untuk beberapa saat lamanya. Ti Then yang berkenalan
paling lama dengan majikan patung emas, kini setelah mengetahui
dia ornng bukan lain adalah si kakek pemalas Kay Kong Beng dibuat
tertegun juga untuk beberapa saat lamanya.
Teringat kembali olehnya keadaan sewaktu dia naik kegunung
Kiem Teng san untuk mohon diterima sabagai muridnya, waktu itu
dia tetap duduk tak bergerak bahkan melihat pun tidak terhadap
perbuatannya itu. Tidak disangka dibalik kesemuanya itu dia sudah mengambil
tindakan yang luar biasa . . . secara diam2 dia sudah menyamar
sebagai majikan patung emas dan memancing dirinya untuk pergi
ke gua Hu Lu Tong diatas gunung Loo Cun san . . .
Somakin berpikir dia merasa hatinya makin bergidik.
Saat itulah terdengar Yuan Kuang Thay-su dari Siauw-lim pay
sudah berkata. "Omintohud . . omintohud . . ! Tidak disangka majikan patung
emas sebetulnya adalah samaran dari Kay Loo sicu !".
"Kalau memangnya Wie sicu sudah tahu atas perbuatannya yang
mencelakai saudara perguruan kenapa tidak sejak dahulu siarkan
dosanya ini ?" sambung Leng Cing Cin-jien.
Dengan perlahan Wie Ci To meletakkan tangannya keatas
pundak Sang Kwan Jien setelah itu menghela napas panjang.
"Waktu itu orang yang mengetahui kalau Sang Kwan Jien adalah
sute dari Kay Kong Beng tidak banyak, apa lagi dia tidak bisa
berbicara mau pun menulis, wajah aslinya pun sudah dihancurkan,
bilamana aku orang she- Wie siarkan dosanya ini ada siapa yang
suka mempercayainya " siapa yang suka percaya kalau dia adalah
sute dari Kay Kong Beng ?".
"Soal ini memang kenyataan". sahut Leng Cing Cin-jien
membenarkan. "Bilamana bukannya ini hari Pinto melihai dengan mata-kepala
sendiri kalau majikan patung emas adalah hasil penyamaran dari
Kay Kong Beng, Pinto memang benar2 tidak akan percaya kalau dia
adalah seorang manusia yang begitu",
"Maka itu sebelum berhasil menawan dirinya aku orang she-Wie
terpaksa harus menyimpan baik2 rahasia ini, bilamana aku ceritakan
hal ini dia malah bisa balik menuduh aku orang sengaja memfitnah
dirinya. Dia orang seharusnya dibeginikan seperti ini hari baru bisa
mengaku terus terang."
"Aaah . . kiranya inipun termasuk sebab2 mengapa Wie Poocu
mendirikan loteng penyimpan kitab yang dilengkapi dengan alat2
rahasia" seru Kiem Cong Loojien sambil mengangguk. "Terus terang
saja aku katakan sebelum kejadian ini loohu selalu menganggap
kalau didalam loteng penyimpan buku itu sudah disimpan sebuah
benda pusaka yang berharga sekali !"
"Aku orang she Wie merasa hanya membiarkan dia datang
sendiri baru bisa semua orang percaya " ujar Wie Ci To sambil
senyum. "maka sengaja aku dirikan sebuah loteng penyimpan kitab,
sengaja aku orang she Wie kirim berita pula kepadanya kalau Sang
Kwan Jien sebenarnya ada didalam Benteng aku orang she Wie,
setelah menunggu selama sepuluh tahun lamanya dia tidak datang2
juga, aku orang she Wie malah mengira dia sudah tidak mempunyai
niat." "Omitohud ! kejahatan akan memperoleh balasan. Kay Loo sicu
tidak tahu budi bahkan membalas kebaikan dengan kejahatan
sutenya, dia memang harus menerima ganjaran !" ujar Yuan Kuang
Thaysu dengan serius. "Aku orang she Wie cuma merasa sayang, sebenarnya dia tidak
boleh melakukan pekerjaan seperti ini."
Tiba2 terdengar Mong Yong Sian Kauw tertawa geli.
"Wie Poocu, menantumu hilang!" serunya.
Mendengar perkataan tersebut Wie Ci To jadi kaget, dengan
gugup dia menoleh dan memeriksa keadaan disekeliling tempat itu,


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bocah ini kemana perginya ?" pikirnya di hati.
"Jangan cemas . . . jangan cemas !" Seru Mong Yong Sian Kauw
lagi sambil tertawa. "Dia masih belum jauh meninggalkan pintu benteng."
Semua orang dengan cepat menoleh ke arah luar, terlihatlah
pada saat itu Ti Then lagi berjalan meninggalkan pintu, agaknya dia
bermaksud meninggalkan tempat itu tanpa pamit.
Dengan cepat Wie Ci To mengejar dari belakangnya sambil
berseru : "Eeei Ti Then, kau kembali."
Mendengar teriakan Ti Then menghentikan langkahnya dan
tundukkan kepalanya. Dia benar2 ingin pergi meninggalkan tempat,
karena dia merasa walaupun hatinya merasa cinta terhadap Wie
Lian In tapi tidak bakal bisa menjelaskan urusan ini hingga benar2
terang karena itu jauh lebih baik dia cepat2 meninggalkan Benteng
Pek Kiam Poo. Tetapi maksud hatinya itu ternyata sudah diketahui
oleh seseorang . . . si sekuntum bunga bwee Mong Yong Sian Kauw,
Dengan cepatnya Wie Ci To mengejar sampai dibelakang
tubuhnya. "Ti Then, kau hendak kemana?"" tanyanya dengan terharu.
"Siauw-say sudah tidak punya muka untuk tetap tinggal di
Benteng lebih lama maka ... ".
"Omong kosong!!" potong Wie Ci To dengan cepat.
"Bagaimanakah sifatmu loohu sudah mengetahuinya amat jelas,
Loohu sama sekali tidak marah kepadamu dan kau pun tidak punya
alasan untuk meninggalkan Benteng !".
Ti Then cuma menggerakkan bibirnya tanpa mengucapkan
sepatah katapun. "Sifatmu Loohu mengerti amat jelas" ujar Wie Ci To lagi. "Dan kini kau sudah membinasakan dirinya, hal ini membuktikan kalau
pikiranmu adalah jujur kau sudah merasa menyesal terhadap
perbuatan tersebut, Loohu percaya tak seorang pun yang bakal
mengatakan bahwa perbuatanmu itu salah !!".
Saking terharunya air mata mulai mengucur keluar membasahi
seluruh wajahnya, dia benar2 merasa berterima kasih sekali atas
kebaikan hati Wie Ci To. "Perhatian dari Gak-hu yang ber-lebih2an ini membuat siauw-say
Pendekar Budiman Hwa I Eng-hiong 6 Nona Berbunga Hijau ( Kun Lun Hiap Kek ) Karya Kho Ping Hoo Pendekar Penyebar Maut 16
^