Pencarian

Pendekar Pemanah Rajawali 19

Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong Bagian 19


"Di jaman ini cuma kau satu orang yang mengetahui seluruh isi kitab," ia berkata bengis, "Maka lekaslah kau tulis semua ittu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Anak muda itu menggeleng kepala.
Auwyang Kongcu tertawa. "Kau tahu," katanya, "Sayur dan arak yang tadi kau gegares bersama si pengemis tua telah dicampuri racun, jikalau kamu tidak makan obat pemunah
istimewa buatan kami, dalam tempo duabelas jam diwaktu mana racunnya bekerja, kamu akan mampus seperti itu ikan-ikan hiu di dalam laut! Asal kau sudah menulis, jiwa kamu berdua bakal diberi ampun"."
Kwee Ceng kaget. "Baiknya suhu cerdik, kalau tidak, tentulah kita celaka!" pikirnya.
Menampak orang berdiam saja, kemabali Auwyang Hong tertawa dingin.
"Kau telah mengingat baik bunyinya kitab, kau tulislah, untukmu tidak ada ruginya sedikit juga," ia membujuk.
"Apa lagi yang kau sangsikan?"
Mendadak kwee Ceng memberikan penyahutannya
yang berani: "Kau sudah membikin celaka kakak angkatku, denganmu aku mendendam sakit hati
dalamnya seperti lautan! Jikalau kau hendak bunuh, kau bunuhlah! Untuk memikir aku sudi menyerah, itulah pikiran yang tidak-tidak!"
"Hm, bocah yang baik!" kata Auwyang Hong dingin.
"Kau benar bersemangat! kau tidak takut, baik, tetapi apakah kau juga tidak hendak menolongi jiwa
gurumu?" Belum lagi Kwee Ceng memberikan jawabannya, pintu perahu bagian belakang itu bersuara sangat nyaring, lalu daun pintunya ambruk dan pecah berantakan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang mana disusul sama sambarannya air yang
mengarah ke mukanya Auwyang Hong.
See Tok terkejut tetapi ia telah dapat menduga, itulah mestinya perbuatannya Ang Cit Kong, kapan ia sudah mengangkat kepalanya, ia nampak Pak Kay muncul di ambang pintu dengan masing-masing tangannya
menentang setahang air. Ia menginsyafi lihaynya si Pengemis dari Utara itu, bahwa tenaga banjuran air itu hebat, bahwa kalau ia kena dibanjur, meski ia tidak terluka parah, luka sedikit itulah mesti. Maka itu sebat luar biasa ia menjejak dengan kedua kakinya,
berlompat ke kiri. Sambil berlompat, ia pun menenteng tubuhnya si anak muda. Ia tidak mau melepaskan cekalannya yang kuat itu.
Hebat banjuran itu, air muncrat ke segala penjuru.
Auwyang Konngcu tak sesebat pamannya, sedangnya ia kaget, ia sudah kena dicekuk leher bajunya oelh Ang Cit Kong, yang sambil memanjur sambil lompat maju, hingga ia pun kena ditenteng tanpa berdaya.
Segera si pengemis tua mengasih dengar tertawanya yang panjang.
"Makhluk beracun bangkotan!" katanya, "Dengan segala daya kau hendak mencelakai aku, syukur Thian tidak mengijinkannya!"
Benar-benar licik si Bisa dari Barat ini. Begitu ia melihat keponakannya tertawan, ia lantas tertawa.
"Saudara Cit," katanya, "Apakah kau hendak menguji juga kepandaianku" Kalau benar, nanti saja di darat kita mengukur tenaga, temponya masih belum kasep."
Ang Cit Kong juga tertawa, sedikit pun ia tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menunjuki kegusarannya. "Kau demikian baik sekali dengan muridku, hingga kau mencekal erat-erat padanya dan tidak hendak
melepaskan tanganmu!" katanya.
Auwyang Hong tidak sudi mengadu bicara, ia merasa keteter.
"Aku telah bertaruh dengan Loo Boan Tong, aku telah menang, bukan?" ia menanya, menyingkir dari saling ejek. "Bukankah kau saksiknya" Loo Boan Tong menyalahi janji, maka sekarang terpaksa aku mesti menanyakan kepadamu, bukankah?"
Cit Kong mengangguk berulang-ulang.
"Tidak salah," sahutnya. "Mana Loo Boan Tong?"
Kwee Ceng tidak dapat menahan diri.
"Ciu Toako dipaksa dia hingga terjun mati ke laut!" ia memotong.
Cit Kong kaget, dengan menenteng Auwyang Kongcu ia pergi ke luar. Ia melihat ke laut di sekitarnya. Ia tidak lihat Pek Thong, di sana hanya tampak sang ombak.
Sambil menuntun Kwee Ceng, Auwyang Hong pun
turut keluar, sampai di luar, ia kendorkan cekalannya.
"Kwee Sieheng," katanya, "Kepandaianmu belum terlatih mahir! Kau lihat, secara begini kau dituntun orang, kau mengikuti saja. Pergi kau ikuti pula gurumu, akan belajar lagi sepuluh tahun, sesudah itu baru kau merantau."
Kwee Ceng sangat memikirkan Pek Thong, tidak sudi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ia melayani bicara. Ia terus merayap naik ke tiang layar, untuk dari sana memandang ke sekelilingnya.
Cit Kong mencekuk belakang lehernya Auwyang
Kongcu, lalu ia melemparkan keponakan orang itu kepada sang paman, sembari berbuat begitu, ia berkata dengan membentak: "Makhluk beracun bangkotan, kau memaksakan kematiannya Loo Boan Tong, buat itu nanti ada orang-orang Coan Cin Kauw yang membuat perhitungan denganmu! Kau harus
ketahui, biarnya kau sangat lihay, kau berdua dengan keponakanmu tidak nanti sanggup melayani
pengurungannya Coan Cin Cit Cu!"
Auwyang Kongcu tidak menanti tubuhnya terlempar jatuh atau membentur pamannya, ia mengulur
tangannya untuk menekan lantai, maka dilain saat ia sudah bangun berdiri. Di dalam hatinya ia mencaci:
"Pengemis bau, tak uash sampai duabelas jam, kau bakal bertekuk lutut di hadapanku untuk memohon ampun".!"
Auwyang Hong pun tersenyum. Katanya, "Sampai itu waktu, sebagai saksi kau bakal tidak dapat meloloskan diri!"
Kembali Ang Cit Kong tertawa.
"Baiklah!" jawabnya. "Sampai itu waktu aku nanti mencoba-coba lagi denganmu!"
Itu waktu Kwee Ceng sudah lompat turun. Sekian lama ia memandangi laut tanpa ada hasilnya. Sekarang ia tuturkan kepada gurunya bagaimana barusan
Auwyang Hong menawan dia dengan memencet
nadinya memaksa ia menulis bunyinya Kiu Im Cin-keng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ang Cit Kong mengangguk-angguk, ia tidak membilang suatu apa. Ia malah masgul di dalam hati, karena pikirnya: "Mahkluk berbisa bangkotan ini biasa tak melepaskan kehendaknya sebelum itu terpenuhi, maka juga sebelum ia memperoleh kitab, tidak nanti ia mau sudah. Ini artinya muridku bakal dilibat terus olehnya?"
"Mari," ia mengajak muridnya, untuk masuk ke dalam perahu. Ia tahu kenderaan itu lagi menuju ke barat, tak usah sampai dua hari, mereka bakal tiba di darat, dari itu tak sudi ia memperdulikan Auwyang Hong. Ia pergi ke belakang untuk mengambil nasi tanpa meminta lagi, ia ajak Kwee Ceng berdahar dengan kenyang. Ia tidak meminta sayur atau lauk pauk lainnya, yang ia khawatir dicampuri racun. Habis menangsal perut, ia ajak muridnya merebahkan diri untuk beristirahat.
Auwyang Hong dan keponakannya menanti sampai
besoknya lohor, itu artinya sudah lewat empat - atau limabelas jam semenjak mereka meracuni Ang Cit Kong dan Kwee Ceng, sampai itu waktu, si pengemis dan muridnya masih tidak kurang suatu apa. Mereka menjadi heran dan bercuriga. See Tok sendiri
berkhawatir, kalau mereka itu nanti mati keracunan, ia jadi tidak dapat meminta atau memaksa Kwee Ceng menulis kitab yang ia kehendaki itu".
Kemudian si Racun dari Barat itu pergi mengintai di sela-sela bilik perahunya. Ia mendapat lihat Cit Kong dan Kwee Ceng lagi duduk memasang omong. Ia
menjadi lebih heran lagi.
"Jikalau bukannya si pengemis licik hingga mereka tidak kena makan racun, tentulah mereka mempunyai obat pemunah racun," pikirnya. Karena ini ia jadi memikir lain cara yang terlebih kejam pula".
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ang Cit Kong berbicara dengan muridnya dengan menuturkan aturan Kay Pang, partainya dalam hal memilih ahli waris atau pangcu yang baru andaikata Pangcu yang lama sudah waktunya mengundurkan
diri. "Sayang kau tidak suka menjadi pengemis," berkata guru ini, "Kalau tidak, kau sungguh tepat. Di dalam partai kita tidak ada orang yang berbakat lebih baik daripadamu. Asal aku menyerahkan tongkatku ini peranti mementung anjing, maka kecuali aku si pengemis tua, cuma kamulah yang paling besar
kekuasaannya!" Ang Cit Kong menyebutkan tongkatnya sebagai Pa-kauw-pang, yaitu tongkat peranti pengemplang anjing.
Tepat mereka bicara sampai di situ, kuping mereka mendadak mendengar suara dakdak-dukduk sebagai orang tengah mengampak kayu.
Cit Kong kaget hingga ia lompat berjingkrak.
"Celaka!" serunya. "Si bangsat tua hendak menenggelamkan perahu ini!" Ia berseru kepada Kwee Ceng: "Lekas kau rampas perahu kecil di belakang!"
Belum berhenti suaranya pengemis ini, papan perahu telah kena dibikin bobol dengan gempuran martil, maka berbareng dengan itu, segera terdengar suara sasss-sussssus, lalu tertampak, bukannya air yang menerobos masuk hanya puluhan ekor ular.
Cit Kong tertawa tetapi dia berseru: " Si makhluk tua yang berbisa menyerang dengan ularnya!" Sambil berseru, tangannya pun bekerja, menimpuk dengan puluhan batang jarumnya, hingga binatang-binatang merayap itu pada tertancap perutnya dan mengasih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengar suara kesakitan. Menyaksikan ilmu menimpuk jarum gurunya itu, Kwee Ceng kagum bukan main.
"Yong-jie sudah lihay tetapi ia masih kalah dengan guruku ini," pikirnya.
Selagi anak muda ini berpikir, terlihat pula masuknya puluhan ular lainnya, dan Ang Cit Kong segera menyambutnya dengan jarumnya lagi, hingga semua ular itu menjadi korban seperti rombongan yang pertama, berisik suara kesakitannya. Hanya
celakanya, habis itu, muncul pula yang lainnya.
"Bagus betul!" berseru Ang Cit Kong. "Si tua bangka beracun memberikan aku sasaran untuk melatih diri!"
Ia lantas merogoh sakunya. Tempo tanganya
mengenai isi sakunya itu, ia kaget sendirinya. Ia mendapat kenyataan jarumnya itu tinggal hanya tujuh atau delapan puluh batang. Inilah berbahaya sedang ular itu seperti tidak ada habisnya. Tengah ia berdiam, tiba-tiba terdengar suara menjeblak ke dalam disusul sama sambaran angin yang keras ke punggung.
Kwee Ceng berada di belakang gurunya, ia merasakan sambaran yang hebat itu, lekas-lekas ia bergerak untuk menangkis. Ia merangkap kedua tangannya.
Masih ia merasakan tolakan yang hebat karena mana ia mesti kerahkan semua tenaganya. Dengan begitu baru ia dapat mempertahankan diri, mencegah
gurunya dibebokong. Penyerang gelap itu Auwyang Hong adanya. Ia heran hingga ia menyerukan suara "Ih!" perlahan, sebab pemuda itu sanggu menahan serangannya yang
dahsyat itu. Dengan lantas ia maju satu tindak dengan diputar balik, tangannya dipakai menyerang pula.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng melihat cara jago tua itu menyerang, ia mengerti bahwa ia tak bakal sanggup menangkis secara langsung, dari itu sambil menangkis dengan tangan kirinya, dengan tangan kanan ia membalas menyerang. Ia mengarah rusuk kanan dari See Tok. Di dalam keadaan seperti itu, tak gentar ia menghadapi musuh lihay ini.
Auwyang Hong tidak berani meneruskan serangannya itu. Ia menarik pulang tangannya itu dengan cepat, lalu dengan cepat juga ia pakai menyerang pula, dari atas turun ke bawah, merupakan bacokan.
Kwee Ceng mengerti ancaman bahaya bagi dia dan gurunya. Kalau Auwyang Hong dapat menguasai pintu itu, tentulah sang ular tak dapat dibendung lagi. Maka itu dengan terpaksa ia membuat perlawanan terus.
Dengan tangan kiri ia menangkis serangan, dengan tangan kanan ia menyerang, membalas. Terus
menerus ia menggunai siasatnya ini. Karena ia sangat lincah, sedang ilmu silat semacam itu belum pernah Auwyang Hong melihatnya, See Tok menjadi heran, hingga ketika ia tercengang, ia berbalik kena terdesak.
Dalam keadaan wajar, biarnya ia bergerak dengan dua tangan yang berlainan gerak-geriknya, hingga ia menjadi dua melawan satu, Kwee Ceng bukannya
tandingan dari Auwyang Hong, hanya karena anehnya ilmu silatnya ini, See Tok terdesak tanpa dia menginsyafinya.
Walau bagaimana, si Bisa dari Barat adalah satu jago kawakan. Cuma sebentar ia terdesak, segera ia bisa memperbaiki diri. Ia lantas menyerang dengan dua tangan berbareng. Tentu saja satu penyerangan yang hebat. Tidak dapat Kwee Ceng menangkis serangan itu dengan hanya sebelah tangan kirinya itu. Sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
begitu, disaat ia bakal terdesak, rombongan ular itu menggeleser di arah belakangnya.
"Bagus, bagus sekali, mahkluk berbisa bangkotan!"
berseru Ang Cit Kong dengan ejekannya. "Sekalipun muridku, kau tidak sanggup melayaninya, maka mana dapat kau menyebut dirimu enghiong, seorang gagah perkasa?"
Pak Kay bukan melainkan mengejek, berbareng ia menggeraki tubuhnya. Ia mengenjot tubuhnya dengan kedua kaki, lantas tubuh itu meleset tinggi, melewati Kwee Ceng dan Auwyang Hong, akan tiba di lain bagian di mana dengan satu tendangan ia terus merobohkan Auwyang Kongcu, hingga orang jungkir balik, setelah mana ia menyusuli dengan sikutnya, hingga tubuh pemuda itu terpental terlebih jauh ke arah pamannya.
Mau atau tidak mau, Auwyang Hong mesti berkelit, supaya ia terhindar dari benturan dengan tubuh keponakannya itu. Karena berkelit ini, dengan sendirinya ia seperti menarik pulang serangannya, dengan begitu Kwee Ceng jadi diperingan ancaman bahaya untuknya itu.
Pemuda ini berkelahi dengan berbesar hati. Ia telah memikirnya: "Dia ini seimbang dengan guruku, sekarang keponakannya bukan lagi tandinganku, bahkan si keponakan sedang terluka, dari itu dua lawan dua, mestinya pihakku yang menang." Maka dengan itu ia menyerang Auwyang Hong secara hebat sekali. Tadi ia dibokong, dengan gampang ia tercekuk, sekarang ia waspada.
Ang Cit Kong berkelahi dengan mata dipentang ke empat penjuru, dari itu ia melihat belasan ular lagi mendekati muridnya. Celakan kalau muridnya itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diterjang binatang berbisa itu dan kena dipagut.
"Anak Ceng, lekas keluar!" ia berteriak dan sambil berteriak ia merangsak Auwyang Hong, guna memberi kebebasan kepada muridnya.
Auwyang Hong merasakan sulitnya diserang dari depan dan belakang, atas rangsakannya itu Pak Kay, terpaksa ia berkelit, dengan begitu, Kwee Ceng jadi terlepas dan bisa lompat ke luar gubuk perahu. Ia sekarang melayani Cit Kong seorang.
Sementara itu sang ular, jumlahnya ratusan lebih, mulai mendekati.
"Sungguh tak punya muka!" mengejek Cit Kong. "Satu laki-laki berkelahi mesti dibantui segala binatang!"
Di mulut pengemis ini menegur, di hati ia berkhawatir juga. Ia mainkan tongkatnya hebat sekali, dengan begitu selain melayani Auwyang Hong, dapat juga ie mengemplang mampus belasan ular, setelah mana ia berlompat untuk terus mengajak Kwee Ceng lari ke tiang layar.
Auwyang Hong terkejut. Ia mengerti, kalau musuh sampai dapat memanjat layar, untuk sementara tak dapat ia berbuat sesuatu terhadap mereka itu. Maka itu ia berlompat pesat sekali, dengan maksud untuk menghalangi.
Ang Cit Kong dapat menerka maksud orang, ia
menyerang dengan kedua tangannya. Hebat
serangannya itu, hingga Auwyang Hong mesti
menyambuti. Kwee Ceng hendak membantu gurunya ketika si guru teriaki padanya: "Lekas naik ke atas tiang layar!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hendak aku membikin mampus keponakannya untuk membalaskan sakit hatinya Ciu Toako!" berkata Kwee Ceng.
Tapi Cit Kong tidak memperdulikannya. "Ular! Ular!"
teriaknya memperingatkan.
Kwee Ceng pun melihat mendekatinya binatang-
binatang merayap yang berbisa itu, maka itu setelah ia menanggapi sebatang Hui-yan ginso yang ditimpuki Auwyang Kongcu kepadanya, ia berlompat ke tiang layar yang terpisah darinya setombak lebih.
Ia menyambar tiang dengan tangan kirinya. Justru itu ada sambaran angin dan senjata rahasia, ia menimpuk dengan torak musuh yang berada di dalam
cekalannya, maka sebagai kesudahan dari itu kedua torak bentrok keras mental ke kiri dan kanan
menyemplung ke laut. Dengan kedua tangannya merdeka, Kwee Ceng terus memanjat. Dengan cepat sekali ia telah sampai di tengah-tengah tiang.
Ang Cit Kong sebaliknya tidak berhasil menyampaikan tiang layar itu. Ia dirintangi sangat oleh Auwyang Hong yang merangsak dengan serangan-serangan bertubi-tubi.
Kwee Ceng melihat tegas kesulitan gurunya, sedang ular datang semakin dekat. Tiba-tiba saja ia berseru, tubuhnya merosot turun, tangannya tetap memeluki tiang. Berbareng dengan itu, Cit Kong menjejak dengan kaki kirinya, untuk mengapungi tubuhnya, sementara kaki kanannya sekalian dipakai menedang musuhnya. Sambil berlompat menyerang itu,
tongkatnya diulur ke depan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Inilah yang Kwee Ceng harap. Pemuda ini mengulur sebelah tangannya, menyambar tongkat gurunya, setelah dapat mencekal, ia menarik dengan keras.
Justri Ang Cit Kong tengah mengapungkan tubuhnya, tubuhnya itu terus tertarik terangkat naik oleh muridnya itu.
Pak Kay lantas saja tertawa ponjang. Tengah
tubuhnya terangkat, tangan kirinya menyambar layar, maka dilain saat, ia seperti sudah tergantung di tengah udara, berada di sebelah atas dari muridnya.
Sampai itu waktu, guru dan murid itu telah berada di atas tiang layar, di atasan dari kedua lawan mereka.
Dengan begitu mereka jadi menang di atas angin.
Auwyang Hong tidak berani lompat naik ke tiang layar, guna menyusul. Ia tahu kedudukannya yang lebih tak menguntungkan.
"Baiklah!" ia berseru, bersiasat. "Mari kita bersiap!
Putar haluan ke timur!"
Benar saja, hanya dalam tempo sedetik, arah perahu telah berputar. Sementara itu di kaki tiang layar, kawanan ular sudah berkumpul.
Ang Cit Kong duduk bercokol, agaknya ia gembira sekali, karena ia sudah lantas menyanyikan lagu "Lian Hoa Lok", atau "Bunga teratai rontok", nyanyian istimewa untuk bangsa pengemis. Sebenarnya di dalam hati, ia sangat masgul. Ia menginsyafi bahwa mereka terus terancam bahaya.
"Berapa lama aku dapat berdiam di sini" Bagaimana kalau si mahluk beracun menebang tiang ini?"
Demikian pikirnya. "Kalau ular itu tak mau bubar, mana
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bisa aku turun dari sini" Mereka itu boleh dahar dan tidur enak, kita berdua mesti makan angin".."
Mendadak ia ingat suatu apa.
"Anak Ceng, kasih mereka minum air kencing!" tiba-tiba ia serukan muridnya seraya ia sendiri lantas mengendorkan ikat celananya.
Dasar masih kekanak-kanakan, Kwee Ceng turut itu anjuran
"Nah, silahkan minum! Silahkan minum!" serunya.
Maka berdua mereka menyiram ke bawah!
"Lekas singkirkan ular!" teriak Auwyang Hong kaget. Ia sendiri segera berlompat mundur beberapa tindak, hingga ia tak usah kena tersiram air harum itu.
Auwyang Kongcu heran atas seruan pamannya, ia tercengang. Justru itu, air kencing mengenai mukanya!
Ia menjadi sangat mendongkol dan gusar sekali. Ia memangnya satu pemuda yang resik. Berbareng
dengan itu, ia pun ingat bahwa ularnya takut air kencing.
Segera terdengar suaranya seruling kayu, atas mana rombongan ular di kaki tiang lantas bergerak, untuk merayap pergi, meski begitu, beberapa puluh ekor ular itu basah kuyup basah, terus mereka bergulingan dan mulut mereka dipentang, untuk menggigit satu pada lain, hingga mereka jadi kacau sekali.
Ular itu semua ada ular yang Auwyang Hong kumpul dari lembah ular di gunung Pek To San, gunung Unta Putih, di See Hek, Wilayah Barat. Semua ular beracun,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tetapi ada pula kelemahannya yaitu jeri terhadap kotoran atau kencingnya orang atau binatang kaki empat. Inilah sebabnya mereka menjadi korban dan kacau itu.
Ang Cit Kong dan Kwee Ceng menyaksikan sepak
terjang kawanan ular itu, mereka tertawa lebar.
"Jikalau Ciu Toako ada di sini, dia tentu sangat bergembira," berpikir Kwee Ceng, yang ingat kakak angkatnya. "Ah, sayang ia terjun ke laut yang luas ini, ia tentulah menghadapi lebih banyak bencana
daripada keselamatan"."
Auwyang Hong pun pandai menguasai diri. Ia tidak mengambil mumat lawannya kegirangan. Ia
membiarkan tempo lewat kira dua jam, selagi cuaca mulai gelap, ia menitah orangnya menyiapkan barang hidangan serta araknya, sengaja ia berdahar di tempat terbuka, bukan di dalam gubuk perahu, dengan begitu, ia menyebabkan harumnya arak dan wangi lezat dari barang hidangan itu terbawa angin, melulahan hingga ke atas tiang layar, menyampok hidungnya kedua orang di atas tiang itu.
Cit Kong seorang yang gemar minum dan dahar,
napsu makannya segera kena juga dipancing, maka itu ia sudah lantas mengambil cupu-cupunya, untuk menenggak araknya hingga cupu-cupu menjadi kering seketika.
Untuk menjaga diri, Pak Kay bergilir dengan Kwee Ceng, akan tidur atau beristirahat bergantian. Akan tetapi di bawah, beberapa orang memasang obor terang-terang dan rombongan ular diatur mengurung kaki tiang, hingga tak ada jalan untuk turun dari tiang layar itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Auwyang Hong menempatkan diri di dalam gubuknya, ia tidak mengambil peduli Ang Cit Kong mencoba membangkitkan hawa marahnya dengan mencaci ia kalang kabutan, dengan mengangkat juga leluhurnya beberapa turunan!
Ang Cit Kong mengoceh sampai ia letih sendirinya dan mulutnya kering, lalu ia tertidur sendirinya.
Kapan sang malam telah lewat, Auwyang Hong
menitahkan orangnya berteriak-teriak di bawah tiang layar: "Ang Pangcu! Kwee Siauwya! Auwyang Looya sudah menyajikan hidangan yang terpilih serta arak yang wangi, silahkan pangcu dan siauwya turun untuk bersantap!"
"Kau suruh Auwyang Hong keluar, kami mengundang ia minum air kencing!" Kwee Ceng menyahuti.
Jawaban ini tidak dipedulikan, hanya sebentar kemudian di kaki tiang itu orang mengatur meja serta barang-barang hidangannya, sayurnya masih
mengepul-ngepul asapnya, hingga wangi lezat sayur, serta harumnya arak, menghembus naik tinggi. Kursi disediakan hanya dua, diperuntukan khusus buat Ang Cit Kong dan Kwee Ceng berdua saja"..
Dalam panasnya hati, Cit Kong mencaci pula dengan menyebut-nyebut "biang bangsat" dan anjing.
Dihari ketiga Cit Kong dan murid merasakan kepala mereka pusing saking mereka menahan lapar dan dahaga.
"Coba murid wanitaku ada di sini," berkata Ang Cit Kong, "Dia sangat cerdik, pasti dia dapat mencari akal untuk menghadapi si racun tua ini. Kita berdua cuma bisa membuka mata dan mengeluarkan ilar"."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng menghela napas, ia memandang ke
sekitarnya. Di tiga penjuru ia tak nampak apa juga kecuali laut tetapi di barat, di sana terlihat dua titik putih yang bergerak, mulanya samar seperti gumpalan mega kecil, ketika ia mendapatkan dua titik itu makin tegas, ia menjadi girang sekali. Itulah dua ekor rajawali putih, yang lekas juga datang dekat hingga suaranya terdengar.
Tanpa ayal sedetik jua, Kwee Ceng masuki jari tangan kirinya ke dalam mulutnya, untuk memperdengarkan satu suara nyaring dan panjang. Atas itu kedua burung itu terbang berputaran, lalu menukik, menceklok di pundak si anak muda.
Merekalah dua ekor rajawali, yang Kwee Ceng
pelihara dari kecil di gurun pasir.
"Suhu!" berseru Kwee Ceng girang. "Mungkin Yong-jie mendatangi dengan naik perahu!".
"Itulah bagus!" seru Ang Cit Kong. "Kita terkurung dan tidak berdaya, biar dia datang menolongi kita!"
Kwee Ceng mencabut pisau belatinya, ia memotong dua helai kain layar, di atas itu ia mencoret dua huruf
"dalam bahaya", serta gambar cupu-cupu, terus ia ikat itu di kakinya kedua burung itu, setelah mana ia berkata: "Lekas kamu terbang pula, kamu ajak Nona Yong ke mari!"
Dua ekor burung itu mengerti, keduanya berbunyi nyaring, terus mereka terbang pergi, sesudah
berputaran di atasan kepala, mereka menuju ke barat, dari arah mana mereka datang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bab 41. Pergulatan di tengah laut
Belum ada satu jam sejak berlalunya kedua ekor rajawali, Auwyang Hong kembali mengatur meja
perjamuan makan di muka perahu di bawah tiang layar. Untuk ke sekian kalinya ia memancing supaya Ang Cit Kong dan Kwee Ceng tidak dapat menahan lapar dan nanti terpaksa turun untuk dahar pula.
Menyaksikan layagk orang itu, Cit Kong tertawa.
"Di antara empat yaitu arak, paras elok, harta dan napsu, aku si pengemis tua cuma menyukai satu ialah arak!" ia berkata. "Dan kau justru menguji aku dengan arak! Di dalam hal ini, latihanku menenangkan diri ada sedikit kelemahannya". Anak Ceng, mari kita turun untuk menghajar mereka kalang kabutan. Setujukah kau?"
"Baiklah sabar, suhu," Kwee Ceng menyahuti. "Burung rajawali sudah membawa surat kita, sebentar mesti ada kabarnya, sebentar pasti bakal terjadi suatu perubahan."
Cit Kong tertawa. Ia nyata suka bersabar.
"Eh, anak Ceng!" ia berkata, "Di kolong langit ini ada suatu barang yang sari atau rasanya paling tidak enak, kau tahu apakah itu?"
"Aku tidak tahu, suhu. Apakah itu?" sahut sang murid sambil balik menanya.
"Satu kali aku pergi ke Utara," berkata sang guru, memberi keterangan, "Di sana di antara hujan salju besar, aku kelaparan hingga delapan hari. Jangan kata bajing, sekalipun babakan kayu, tak aku dapatkan di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sana. Dengan terpaksa aku menggali sana dan
menggali sini di dalam salju, akhirnya aku dapat menggali juga lima makhluk berjiwa. Syukur aku si pengemis tua berhasil mendapatkan makhluk itu, dengan begitu jadi ketolongan untuk satu hari itu. Di hari kedua, aku beruntung mendapatkan seekor
serigala hingga aku dapat gegares kenyang."
"Apakah lima makhluk bernyawa itu, suhu?"
"Itulah cianglong dan gemuk-gemuk pula!"
Mendengar disebutkannya nama binatang itu, Kwee Ceng belenak sendirinya, hingga hendak ia muntah-muntah. Cit Kong sebaliknya tertawa terbahak-bahak.
Karena sengaja ia menyebutkan binatang paling kotor dan paling bau itu untuk melawan napsu dahar yang merangsak-rangsak mereka yang disebabkan harum wangi arak dan lezat yang tersajikan di kaki tiang layar itu.
"Anak Ceng," berkata pula Cit Kong, "Kalau sekarang ada cianglong di sini, hendak aku memakannya pula.
Cuma ada serupa barang yang paling kotor dan paling bau hingga aku segan memakannya, aku si pengemis tua lebih suka makan kaki sendiri daripada memakan itu! Tahukah kau, barang apa itu?"
Kwee Ceng menggeleng-geleng kepalanya, atau
mendadak ia tertawa dan menyahuti: "aku tahu sekarang! Itulah najis!"
Tetapi sang guru menggoyangkan kepalanya.
"Ada lagi yang terlebih bau!" katanya.
Kwee Ceng mengawasi. Ia menyebut beberapa rupa barang, ia masih salah menerka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Akhirnya Ang Cit Kong tertawa.
"Nanti aku memberitahukan kepadamu!" katanya keras-keras. "Barang yang paling kotor dan bau di kolong langit ini ialah See Tok Auwyang Hong!"
Mengertilah Kwee Ceng maka ia pun tertawa
berkakakan. "Akur! Akur!" serunya berulang-ulang.
Maka cocok benarlah guru dan murid itu, hingga mereka membuatnya See Tok menjadi sangat
mengeluh. Ketika itu hawa udara kebetulan memepatkan pikiran, di empat penjuru angin meniup perlahan. Memangny aperahu menggeleser perlahan, dengan berhentinya sang angin, akhirnya kendaraan air itu menjadi berhenti sendirinya. Semua orang di atas perahu pada mengeluarkan peluh. Di muka air pun kadang-kadang tertampak ikan meletik naik, suatu tanda air laut juga panas. hawanya.
Cit Kong memandang ke sekelilingnya. Ia tidak menampak awan, langit bagaikan kosong. Maka
heranlah ia. Ia menggeleng kepala.
"Suasana aneh sekali," katanya perlahan.
Berselang sekian lama, ketika Cit Kong tengah memandang ke arah tenggara, ia menampak ada
mega hitam yang mendatangi dengan sangat cepat.
Melihat itu, ia menjadi keget hingga ia mengeluarkan seruan tertahan.
"Ada apakah, suhu?" tanya Kwee Ceng terperanjat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ada angin aneh!" menyahut Cit Kong. "Tidak aman kita berdiam di tiang ini" Di bawah ada demikian banyak ular".Bagaimana sekarang?" Ia menjadi seperti menggerutu ketika ia berkata lebih jauh perlahan sekali: "Biar umpama kata kita bekerja sama mati-matian, masih belum tentu kita bisa lolos dari ancaman ini, apapula jikalau kita melanjuti
pertempuran?" Ketika itu ada angin yang menyambar ke muka. Cit Kong lantas merasa segar. Ia pun merasa dadung layar bergerak sedikit.
"Anak Ceng," ia lalu berkata, "Kalau sebentar tiang patah, kau merosotlah turun. Jaga supaya kau tidak terjatuh ke laut?"
Kwee Ceng heran. Di matanya, cuaca sekarang
bagus, mustahil bencana bakal datang" Tetapi ia biasa sangat mempercayai gurunya itu, ia mengangguk.
Belum lama, mendadak terlihat mega hitam bergumpal bagaikan tembok tebal melayang menghamprkan,
datangnya dari arah tenggara itu, bergerak sangat cepat. Sebab segera juga mereka terdampar, di antara satu suara nyaring, tiang layar benar-benar patah pinggang, karena mana, tubuh perahu bergerak


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagaikan terbalik. Kwee Ceng memeluk erat-erat kepala tiang, ia
menahan napas. Tanpa berbuat begitu, angin dapat membawa ia terbang entah ke mana. Ketika kemudian ia membuka matanya, sekarang ia melihat air bergerak bagaikan tembok, air muncrat tinggi sekali.
"Anak Ceng, merosot turun!" terdengar teriakannya Cit Kong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng menurut, dengan mengendorkan
pelukannya, tubuhnya lansung merosot turun. Ia menahan diri setelah merosot kira-kira dua tombak. Ia mendapat kenyataan, layar berikut tiangnya sebelah atas, yang patah, setahu dibawa kemana oleh sang gelombang. Di lantai tidak terlihat lagi ular, rupanya semua binatang berbisa itu telah disapu sang badai dan gelombang. Si tukang kemudi rebah dengan
kepala pecah, jiwanya sudah melayang pergi. Perahu sendiri terputar-putar di tengah laut itu, miring ke kiri dan ke kanan bergantian. Lainnya barang di muka perahu pun tersapu habis ke laut.
"Anak Ceng, kendalikan perahu!" kembali terdengar suaranya sang guru.
Memang kenderaan itu terancam untuk terbalik dan karam.
Kwee Ceng lompat turun ke buntut perahu, untuk memegang kemudi. Ia disambar sepotong kayu yang terbawa angin, ia berkelit. Untuk mempertahankan diri, ia lantas menyambar rantai. Ia orang Utara, belum pernah ia mengemudikan perahu, tetapi karena ia bertenaga besar, bisa juga ia menguasai perahu itu, untuk mencegah bergoncang keras. Ia mendengar suara angin dahsyat, ia melihat perahunya berlayar pesat atas dorongan sang angin.
Tiang layar bagian atas telah patah, ada layar yang diterbangkan angin dahsyat itu, tetapi di antaranya, masih ada layar yang utuh. Cit Kong berdaya untuk menurunkan layar itu. Sudah ada dadung yang ia berhasil memutuskannya. Tengah ia berkutat, tiba-tiba kupingnya mendengar suara menantang: "Saudara Cit, mari Pak Kay dan See Tok sama-sama mengeluarkan kepandaiannya!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Di sebelah sana Auwyang Hong mencekali keras ujung ynag lain dari layar itu.
"Turun!" Cit Kong berseru sambil ia mengerahkan tenaganya, ia menarik dengan keras.
Di pihak Auwyang Hong, See Tok pun menggunai
tenaganya. Hebat tenaganya kedua jago itu, layar kena ditarik roboh. Dengan begitu, sampokan angin menjadi
berkurang, tubuh perahu tidak lagi bergoncang keras seperti tadi, hingga lenyaplah ancaman bahaya perahu itu karam.
Sebagai ganti badai, sekarang turun hujan lebat, butir-butirnya besar, menimpa muka, rasanya sakit. Hanya syukur, mendekati cuaca gelap, angin dan hujan itu mulai reda.
"Saudara Cit!" berkata pula Auwyang Hong tertawa.
"Jikalau tidak ada muridmu yang lihay itu, pastilah kita sudah mati masuk ke dalam perut ikan! Maka itu marilah kita sama-sama mengeringkan satu cawan, guna melepaskan hawa dingin! Jangan kau takut, jikalau aku hendak meracunimu, biarlah aku Auwyang Hong menjadi buyutmu turunan ke delapanbelas!"
Ang Cit Kong turut tertawa. Kali ini mau percaya See Tok sebab sebagai ketua sebuah partai besar di jamannya nitu, satu kali dia mengeluarkan kata-kata, dia mesti pegang itu.
"Mari!" ia berkata kepada Kwee Ceng, yang ia suruh digantikan seorang anak buah guna mengendalikan kemudi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan begitu mereka masuk ke dalam gubuk perahu untuk dahar dan minum.
Pak Kay minum dan dahar sampai kenyang, habis itu ia dan muridnya kembali ke kamar mereka untuk tidur.
Tapi tengah malam ia mendusin. Ia mendengar suara ular sar-ser tak hentinya.
"Celaka!" ia berseu.
Kwee Ceng pun sudah lantas sadar. Maka keduanya berlompat bangun, sama-sama mereka membuka
pintu untuk melihat ke luar. Sekarang perahu itu sudah terjaga rapi oleh rombangan-rombongan ular, yang memenuhi bagian depan dan belakang. Auwyang
Kongcu, dengan kipas di tangan, berdiri di tengah-tengah ularnya itu. Ia memperlihatkan wajah
tersungging senyuman. "Paman Ang, saudara Kwee!" ia berkata. "Pamanku cuma hendak meminjam lihat Kiu Im Cin-keng sekali saja, ia tidak mengharap yang lainnya!"
"Dasar bangsat, dia tidak mengandung maksud baik!"
mendamprat Cit Kong, perlahan. Tiba-tiba ia mendapat suatu pikiran, tetapi pada parasnya ia tidak kentarakan sesuatu perasaan.
"Hai, bangsat cilik!" ia mengasih dengar suaranya,
"Nyata aku si tua kena diperdayakan akal busuk paman anjingmu itu. Baiklah, sekarang aku mengaku kalah. Lekas kau siapkan dulu barang hidangan dan arak, untuk kami dahar dulu, urusan boleh dibicarakan besok pagi!"
Nampaknya Auwyang Kongcu girang, ia tertawa,
sesudah mana ia benar-benar menyuruh orang
menyajikan barang hidangan, yang emsti dibawakan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepada kedua musuhnya itu.
Cit Kong mengunci pintu, ia terus dahar dan minum. Ia menggerogoti paha ayam.
"Apakah kali ini pun tidak ada racunnya?" Kwee Ceng menanya berbisik.
"Anak tolol!" sang guru menyahuti. "Jahanam itu hendak menitahkan kau menulis kitab, mana bisa mereka mencelakai jiwamu" Mari dahar sampai
kenyang, nanti kita memikirkan daya upaya pula!"
Kwee Ceng percaya gurunya benar, ia pun lantas bersantap dengan bernapsu. Ia menghabiskan empat mangkok nasi.
Ang Cit Kong menyusuti bibirnya yang minyakan, lalu ia berbisik di kuping muridnya.
"Si bisa bangkotan menghendaki ynag tulen, kau tulis yang palsu," demikian ajarannya.
"Yang palsu?" murid itu menegasi, heran.
"Ya, yang palsu! Di jaman ini melainkan kau seorang yang ketahui kitab yang tulen, dari itu apa pun yang kau kehendaki, kau boleh tulis! Siapa yang akan ketahui itulah kitab yang tulen atau yang palsu" Kau menulis jungkir balik bunyinya kitab, biar ia mempelajarinya menurut bunyi kitab yang palsu itu, dengan begitu kendati pun sampai seratus tahun, ia tak akan berhasil menyakinkan sekalipun satu
jarus".!" Girang Kwee Ceng mendengar ajaran itu.
"Kali ini benar-benar si bisa bangkotan kena batunya!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pikirnya. Tapi sesaat kemudian ia berkata: "Auwyang Hong sangat mahir ilmu suratnya, kalau teecu menulis sembarangan, lantas ia ketahui, bagimana nantinya?"
"Kau harus menggunai siasat halus," Cit Kong mengajari. "Tulis tiga baris yang benar lalu selipkan sebaris yang ngaco. Di bagian latihannya, kau boleh tambahkan dan kurangi, umpama kitab menyebut
delapanbelas kali, kau tulis duabelas kali atau duapuluh empat kali, biarnya si bisa bangkotan sangat cerdik, tidak nanti ia dapat melihatnya. Biarnya aku tidak gegares dan minum tujuh hari tujuh malam, suka aku menonton si bisa bankotan itu mempelajari kitab palsu itu!"
Habis berkata, Cit Kong tertawa sendirinya, hingga muridnya turut tertawa juga.
"Jikalau ia menyakinkan kitab yang palsu," kata Kwee Ceng kemudian, "Bukan saja dia akan menyia-nyiakan ketika akan bercapai lelah tidak puasnya, ada kemungkinan dia nanti mendapat celaka karenanya."
Cit Kong tertawa pula. "Sekarang bersiaplah kau untuk memikirannya!" ia menganjurkan. "Kalau sampai ia bercuriga, itulah gagal artinya"."
Kwee Ceng menurut, ia lantas kerjakan otaknya. Ia menghapal Kiu Im Cin-keng, ia pikirkan tambalannya untuk menghambat dan mengacau. Ketika ia sudah memikir puas, ia menghela napas sendirinya.
"Inilah cara mempermainkan orang, Yong-jie dan Ciu Toako paling menggemarinya," pikirnya. "Sayang yang satu berpisah hidup, yang lainnya berpisah mati".
Kapan aku bisa bertemu pula dengan mereka, supaya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
aku bisa menuturkan bagaimana aku mempermainkan si bisa bangkotan ini?""
Besoknya pagi-pagi, begitu ia mendusin Ang Cit Kong pantang bacotnya kepada Auwyang Kongcu. Katanya:
"Aku si pengemis tua, ilmu silatku telah menjadi satu partai tersendiri, maka juga tidak aku termahai Kiu Im Cin-keng, umpama kata kitab itu dibeber di depan mukaku, tak nanti aku meliriknya! Cuma mereka yang tidak punya guna, yang ilmu silatnya sendiri tidak karuan, dia ingin sekali mencurinya! Sekarang kau kasih tahu paman anjingmu, Kiu Im Cin.keng bakal ditulis untuknya, biar ia menutup pintu, mengeram diri, untuk memahamlannya! Nanti, sepuluh tahun
kemudian, biar ia muncul pula untuk mencoba
menempur pula aku si pengemis tua! Kitab itu memang kitab bagus tetapi aku si pengemis tidak
menghiraukannya! Lihat saja sesudah dia
mendapatkan kitab itu, apa dia bisa bikin terhadap aku si pengemis tua!"
Auwyang Hong berdiri diam di samping pintu, ia dengar semua ocehannya si pengemis. Ia menjadi girang sekali. Pikirnya: "Kiranya si pengemis bangkotan sangat jumawa, dia sangat mengandalkan kepandaiannya, hingga ia suka menyerahkan kitab padaku, kalau tidak, ia tidak dapat dipaksa?"
Akan tetapi Auwyang Kongcu menyangkal.
"Paman Ang, kata-katamu barusan keliru sekali!"
demikian bantahnya. "Ilmu kepandaian pamanku sudah sampai dipuncaknya kemahiran! Paman boleh pandai tetapi paman tidak nanti nempil dengannya!
Perlu apakah dia mempelajari Kiu Im Cin-keng" Sering pamanku itu mengatakan kepadaku, ia percaya Kui Im Cin-keng kitab kosong belaka, melulu untuk
mendustakan orang, maka hendak ia melihatnya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk ditunjuki bagian yang ngaco belo itu, supaya semua ahli silat di kolong langit ini dapat mengetahui kekosongannya! Tidakkah pembeberan itu ada
faedahnya untuk kaum Rimba Persilatan?"
Ang Cit Kong menyambutnya dengan tertawa
terbahak. "Ha, kau tengah meniup kulit kerbau apa?"
senggapnya. "Anak Ceng, kau tulislah Kiu Im Cin-keng dan kau serahkan pada mereka ini! Jikalau si bisa bangkotan dapat menemui kekeliruan-kekeliruan dari kitab itu, nanti aku si pengemis tua berlutut dan mengangguk-angguk di depannya!"
Kwee Ceng menyahuti sambil ia muncul, maka
Auwyang Kongcu lantas ajak ia ke dalam gubuk besar, kemudian ia mengeluarkan pit dan kertas, bahkan dia sendiri yang menggosok bak, untuk membikin siap sedia segala apa untuk penulisan kitab mujizat itu.
Kwee Ceng belajar surat tak banyak tahun, tulisannya sangat jelek, sekarang pun ia mesti mengubah
bunyinya kitab asli, menulisnya jadi sangat perlahan.
Ada kalanya ia pun tidak dapat menulis sebuah huruf, ia minta Auwyang Kongcu yang menuliskannya.
Sampai tengah hari, tempo bersantap, kitab bagian atas baru tercatat separuhnya. Selama itu Auwyang Hong sendiri tidak pernah muncul untuk menyaksikan orang bekerja, hanya setaip lembar yang telah ditulis rampung, Auwyang Kongcu lantas membawanya itu kepadanya di lain ruang dari perahu mereka itu.
Saban ia menerima sehelai tulisan, Auwyang Hong memeriksanya dengan seksama. Ia tidak dapat
membaca mengerti, tetapi memperhatikan bunyinya, ia tidak bercuriga. Ia bahkan menduga, itulah huruf-huruf yang dalam artinya. Maka ia telah berpikir, nanti
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sekembalinya ke See Hek, handak ia
memahamkannya dengan ketekunan. Ia percaya akan otaknya yang cerdas akan dapat menguasai isi kitab itu, hingga akan terwujudlah cita-citanya beberapa puluh tahun akan mendapatkan pelajaran Kiu Im Cin-keng itu. Ia tidak mengambil mumat tulisan Kwee Ceng yang tidak karuan macam itu, ia hanya menerka orang tidak dapat menulis dengan bagus, sama sekali tidak pernah ia menyangka, Kwee Ceng tengah
menjalankan ajaran gurunya untuk membikin kitab Kiu Im Cin-keng jungkir balik".!
Kwee Ceng menulis terus dengan keuletannya, maka ketika cuaca mulai gelap, ia berhasil menulis hingga separuhnya lebih bagian bawah dari Kiu Im Cin-keng itu.
Auwyang Hong tidak menghendaki anak muda itu balik ke gubuk perahunya akan berkumpul sama Ang Cit Kong, dia khawatir si pengemis merubah ingatannya dan menyulitkan padanya. Masih ada kira separuh kitab berarti ia masih dapat dipersukar. Maka ia lantas perintah orangnya menyajikan barang hidangan untuk si anak muda, agar ia berdiam terus tanpa bersantap bersama gurunya.
Ang Cit Kong menanti sampai jam sepuluh, ia
mendapatkan muridnya belum kembali, ia merasakan hatinya tak tentram. Ia pun berkhawatir muridnya itu mendapat susah apabila Auwyang Hong bercuriga.
Maka diam-diam ia keluar dari gubuknya. Ia dapat keluar karena sekarang tidak ada lagi penjagaan ular.
Hanya tak jauh dari pintu ada dua orang berpakaian serba putih tengah berjaga sebagai penunggu pintu.
Tidak sulit baginya untuk melewati dua orang itu.
Dengan tangan kiri ia menyerang ke arah layar, layar itu menerbitkan suara hingga mereka itu berpaling, di waktu mana ia melompat ke arah kanan, maka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lewatlah dia. Dari jendela perahu terlihat molosnya sinar terang, Cit Kong menghampirkan jendela itu, untuk mengintai ke dalam. Ia melihat Kwee Ceng asyik duduk menulis.
Dua nona dengan pakaian putih berdiri di sampingnya, untuk melayani memasang dupa, menuangi air teh serta menggosok bak. Jadi muridnya itu dilayani dengan baik. Hal ini membuat hatinya lega.
Tiba-tiba pengemis ini merasakan hidungnya disampk bau arak yang harum sekali. Ia lantas mengawasi. Ia mendapatkan arak ditaruh di depan muridnya.
"Si bisa bangkotan sangat pandai menjilat!" pikirnya.
"Muridku menulis kitab untuknya, ia menyuguhkan arak jempolan, tetapi untuk aku si pengemis tua, ia menyediakan arak yang tawar seperti air!" Ia jadi ingin mendapatkan arak itu. Ia berpikir pula: "Mestinya si bisa bangkotan menyimpan araknya di dasar perahu, baik aku meminumnya hingga puas, habis itu
tahangnya aku isi dengan air kencingku, biar nanti ia mencicipinya!"
Pengemis tua ini tersenyum. Ia merasa puas. Untuk pekerjaan mencuri arak, ia ada sangat pandai. Dulu hari pun di Lim-an, di dalam dapur istana kaisar, ia dapat menyekap diri hingga tiga bulan, semua arak dan batang santapan untuk kaisar ia dapat
mencicipinya terlebih dahulu! Penjagaan di istana rapat sekali tetapi ia dapat berdiam di situ dengan leluasa, ia dapat datang dan pergi dengan merdeka.
Demikian denga berindap-indap ia pergi ke belakang.
Ia tidak melihat siapa juga di situ. Dengan hati-hati ia membongkar papan lantai. Dengan menggunai
hidungnya yang tajam, tahulah ia di mana arak disimpan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ruang perahu itu gelap petang tetapi tidak
menghalangi pengemis yang lihay ini. Hidungnya dapat membaui barang masakan dan arak. Ia
bertindak dengan berhati-hati. Untuk melihat tegas, ia menyalakan api tekesannya. Di pojok ia melihat tujuh tahang arak, girangnya bukan kepalang. Segera ia mencari sebuah mangkok sempoak. Ia padamkan
apinya, ia simpan itu di dalam sakunya, terus ia menghampirkan tahang.
Dengan menggoyang tahang, ia mendapat tahu
tahang yang pertama kosong. Yang kedua ialah ada isinya. Ketika ia mengulur tangan kirinya, untuk membuka tutup tahang, mendadak ia mendengar
tindakan kaki dari dua orang. Enteng sekali tindakan itu, hingga ia menduga kepada Auwyang Hong dan keponakannya. Ia lantas menduga mungkin paman dan keponakan itu hendak melalukan sesuatu yang licik. Kalau tidak, perlu apa malam-malam mereka pergi ke belakang" Maka ia lantas bersembunyi di belakang tahang.
Kapan pintu gubuk telah dibuka, terlihatlah sinar api.
Dua orang tadi pun bertindak masuk, berdiri di depan tahang. Cit Kong tidak dapat melihat akan tetapi kupingnya dapat mendengar. Kembali ia menduga-duga: "Mungkinkah mereka hendak minum arak" Tapi kenapa mereka tidak menitahkan orangnya?"
Lalu terdengar suaranya Auwyang Hong; "Apakah semua minyak dan belerang di semua ruang perahu ini sudah siap sedia?"
Atas itu terdengar tertawanya Auwyang Kongcu, yang terus menjawab: "Semua sudah siap! Asal api dipakai menyulut, kapal besar ini akan segera menjadi abu, hingga si pengemis tua bangka itu pun bakal mampus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ketambus!" Cit Kong kaget. "Ah, mereka hendak membakar perahu?" katanya dalam hatinya.
Lalu terdengar pula suaranya Auwyang Hong: "Pergi kau kumpuli semua gundik yang paling disayangi di dalam ruang. Sebentar kalo si bocah Kwee sudah tidur pulas, kau ajak semua ke perahu kecil, aku sendiri yang nanti pergi kemari untuk menyalakan api."
"Ular kita dan mereka yang merawatnya bagaimana?"
Auwyang Kongcu menanya. Auwyang Hong menjawab dengan dingin: "Si pengemis busuk ada jago silat kenamaan, kepala dari suatu partai, pantas ada orang-orang yang berkorban untuknya"."
Habis itu keduanya bekerja membuka sumpalan
tahang, atas mana Ang Cit Kong dapat mencium bau minyak. Dari dalam peti-peti kayu, paman dan
keponakan itu mengeluarkan banyak bungkusan terisi belerang. Ketika minyak telah dituang melulahan, tatal atau hancuran kayu disebar di atasnya. Di atas itu ada palangan-palangan peranti meletaki bungkusan
belerang. Selesai kerja, keduanya pergi ke luar.
Masih Cit Kong mendengar suaranya Auwyang
Kongcu, yang berbicara sambil tertawa: "Paman, lagi satu jam maka bocah she Kwee itu bakal dikubur di dasar laut, setelah mana di dalam dunia ini tinggallah kau seorang yang mengetahui isinya kitab Kiu Im Cin-keng!"
"Tidak, ada dua!" sahut sang paman. "Mustahilkah aku tidak mewariskannya kepadamu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Auwyang Kongcu girang dan tangannya menutup
pintu. Ang Cit Kong gusar berbareng kaget.
"Kalau tidak malaikat menyuruh aku mencuri arak, mana aku ketahui aka keji dua orang ini?" pikirnya.
"Kalau api dilepas, bagaimana kami bisa menyingkir?"
Ia menanti sampai tindakan kaki kedua orang itu sudah jauh, diam-diam ia keluar dari tempatnya bersembunyi.
Ia lantas kembali ke gubuk perahunya, di mana ia mendapatkan Kwee Ceng sudah tidur pulas. Hendak ia mengasih bangun muridnya itu tatkala ia mendengar satu suara di luar pintu. Ia menduga Auwyang Hong tengah mengawasi, lantas ia bersuara nyaring
berulang-ulang: "Arak yang wangi, arak yang wangi!
Mari lagi sepuluh poci!"
Auwyang Hong, orang di luar kamar itu, tercengang.
"Ah, dia masih saja minum!" pikirnya.
Lalu ia mendengar pula suaranya si pengemis; "Tua bangka yang berbisa, mari kita bertempur pula sampai seribu jurus, untuk memastikan siapa tinggi, siapa rendah! Oh, oh, bocah yang baik, akur, akur!"
Mendengar sampai di situ, Auwyang Hong ketahui orang sebenarnya lagi mengigau atau ngelindur di dalam tidurnya.
"Lihat si pengemis bau, tinggal mampusnya saja masih dia ngaco belo!" katanya.
Cit Kong pura-pura ngigau tetapi kupingnya dipasang.
Auwyang Hong boleh lihay ringan tubuhnya tetapi tindakan kakinya yang sangat perlahan masih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terdengar si raja pengemis, yang mengetahui orang pergi ke kiri. Lekas-lekas ia menghampirkan muridnya, akan pasang mulutnya di kuping orang, yang pun ia bentur pundaknya dengan perlahan. Terus ia
memanggil: "Anak Ceng!"
Kwee Ceng mendusin seketika, agaknya ia terkejut.
"Kau bertindak menuruti aku!" Cit Kong berbisik singkat. "Jangan menanyakan sebabnya! Jalan dengan hati-hati, supaya jangan ada yang dapat melihat!"
Kwee Ceng merayap bangun, sedangn gurunya
menolak pintu, lalu menarik tangan bajunya. Mereka menuju ke kanan. Mereka pun berjalan sambil
melapai. Auwyang Hong lihay, mereka khawatir
mereka nanti terdengar si racun dari Barat itu.
Kwee Ceng heran tetapi ia mengikuti tanpa membuka mulutnya. Lekas juga mereka berada di luar.
Ang Cit Kong menggunai kepandaiannya "Cecak memain di tembok", untuk bergerak turun, matanya mengwasi muridnya. Ia berkhawatir juga sebab papan perahu licin. Kalau tangan mereka terlepas, pasti mereka bakal tercebur ke laut dan mengasih dengar suara berisik.
Ilmu "Cecak memain di tembok" itu mungkin tepat di tembok kasar, tetapi dinding perahu ini dicat mengkilap dan licin, basah pula, maka tak gampang untuk merayap di situ, apapula perahu tengah dipermainkan ombak. Syukur untuk Kwee Ceng, Ma Giok telah
melatih sempurna padanya selama mereka berada di gurun di mana dia diwajibkan naik turun jurang.
Ang Cit Kong merayap terus, separuh tubuhnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berada di dalam air. Muridnya itu tetap mengikutinya.
Tiba di belakang, di tempat kemudi, Cit Kong melihat di situ ada ditambah sebuah perahu kecil. Ia menjadi girang sekali.
"Mari kita naiki perahu itu!" ia mengajak muridnya, segera bertindak. Ia mengenjot tubuhnya, untuk menyambar perahu kecil itu, ketika ia dapat
memegang pinggarannya, ia jumpalitan untuk naik ke dalamnya. Ia tidak mengasih dengar suara apa juga.
Begitupun Kwee Ceng, yang menyusul gurunya.
"Lekas putuskan dadungnya!" Ang Cit Kong menitah.
Kwee Ceng menurut, dengan cepat ia menggunai
pisau belatinya. Maka dilain saat, perahu kecil itu sudah terombang-ambing dipermainkan sang ombak.
Cit Kong menggunai pengayuhnya untuk membikin perahu tak goncang hebat.
Dengan lewatnya sang tempo, perahu besar lenyap dari pandangan mata. Hanya dilain saat, di sana terlihat api lentera yang dicekal Auwyang Hong, bahkan See Tok terus menjerit keras sebab ia
mendapatkan perahu kecilnya lenyap. Kemudian
jeritan itu disusuli dengan kutukan, tanda dari kemurkaan hebat.
Ang Cit Kong mengumpulkan tenaga dalamnya, lalu ia tertawa keras dan panjang.
Mendadak itu waktu, di arah kanan ada sebuah perahu enteng menerjang gelombang, menuju cepat ke arah perahu besar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Heran Ang Cit Kong, hingga ia menanya dirinya sendiri: "Eh, perahu apakah itu?"
Hampir itu waktu terlihat berkelebatnya dua burung rajawali putih, yang terbang berputaran di atasan layar besar. Dari dalam perahu itu pun berlompat satu tubuh dengan pakaian putih mulus, berlompat ke perahu besar itu. Samar-samar terlihat berkilauannya gelang rambut emas di kepala orang itu.
"Yong-jie!" Kwee Ceng berseru perlahan.
Memang orang itu Oey Yong adanya. Ketika ia melihat kuda merah, ia ingat sepasang rajawali. Di laut kuda tidak diperlukan, lain dengan burung. Maka ia lantas bersuit keras memanggil dua burung piaran Kwee Ceng itu. Bersama burung itu, ia layarkan perahunya.
Kalau burung itu, yang matanya tajam, sudah lantas melihat perahu besar, maka keduanya lantas terbang pergi. Dengan begitu bertemulah mereka dengan tuan mereka, hingga Kwee Ceng bisa mengirim warta
kepada si nona, untuk mengabarkan mereka berada dalam bahaya. Oey Yong lantas melayarkan
perahunya dengan cepat sekali. Akan tetapi ia masih terlambat, Cit Kong dan Kwee Ceng keburu naik perahu kecil kepunyaannya Auwyang Hong itu.
Keras Oey Yong mengingat keselamatan Kwee Ceng, maka itu begitu lekas ia melihat burungnya terbang berputaran di atas layar, ia lantas lompat dari perahunya itu naik ke perahu besar. Ia telah
menyiapkan jarum dan tempulingnya ketika ia
berlompat itu. Justru itu di perahunya, Auwyang Kongcu lagi
kelabakan seperti semut di atas kuali panas.
"Mana Kwee Sieheng"!" tanya si nona. "Aku bikin apa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terhadapnya?" Auwyang ong sendiri tengah mengeluh. Dia telah membawa api, menyulut minyak, tatkala ia mengetahui lenyapnya perahu kecilnya, perahu yang hendak ia pakai untuk menyingkirkan diri. Dalam keadaannya seperti itu, kupingnya mendapat dengar tertawanya Ang Cit Kong dari tengah laut. Maka mengertilah ia bahwa dia telah gagal mencelakai orang dan berbalik mencelakai diri sendiri. Tentu sekali ia menjadi sangat menyesal dan bingung, mendongkol dan berkhawatir.
Tapi justru itu, dia melihat datangnya Oey Yong.
Sekejab itu juga timbul harapannya - di otaknya muncul pikiran yang sesat. Dia berlompat sambil berseru: "Lekas naik ke perahu itu!" Dia maksudkan perahunya Oey Yong.
Akan tetapi perahu itu ada perahu yang dikemudikan oleh anak buah yang gagu. Dia itu tidak dapat bicara tetapi dapat berpikir. Pula dia memang ada bangsa licik. Selama berada dengan Oey Yong, dia takut, dia menurut saj atitah si nona. Begitu lekas nona itu lompat ke perahu besar, ia memutar perahunya, untuk dikayuh dengan segera, untuk dipasang layarnya.
Maka dilain saat, dia sudah terpisah jauh dari perahu besar itu.
Cit Kong dan Kwee Ceng dapat melihat Oey Yong berlompat ke perahu besar, diwaktu mana dari arah belakang perahu terlihat asap mengepul naik disusul sama berkobarnya api. Mereka kaget karena mereka insyaf bahwa Auwyang Hong sudah bekerja.
"Api! Api!" berteriak-teriak anak muda ini dalam kagetnya.
"Si bisa bangkotan sudah membakar perahunya!" Ang Cit Kong pun berteriak. "Dengan caranya itu ia hendak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membakar kita!" "Lekas tolongi Oey Yong!" Kwee Ceng berteriak pula.
"Dekati perahu!" Cit Kong menyuruh.
Kwee Ceng menggunai tenaganya, untuk mengayuh.
Perahu besar kecil itu pun bergerak menyusul perahu besar, untuk mendekati. Di atas perahu besar sendiri keadaan kacau disebabkan semua pengikutnya
Auwyang Hong - laki-laki dan perempuan lari
serabutan karena takut api, suara teriakan atau jeritan mereka riuh sekali.
"Yong-jie!" terdengar teriakannya Cit Kong. "Bersama Ceng-jie aku berada di sini! Mari lekas berenang!
Lekas berenang ke mari!"
Langit gelap, laut pun bergelombang, tetapi Cit Kong perdengarkan teriakannya itu oleh karena ia ketahui baik si nona pandai berenang. Pula di saat sepereti itu tidak dapat mereka tidak berlaku nekat untuk
menolong diri. Oey Yong dapat mendengar suara gurunya itu, ia girang. Tentu saja tidak sudi ia memperdulikan pula Auwyang ong dan keponakannya itu, bahkan tanpa bersangsi lagi ia bertindak ke tepi perahu, untuk segera mengenjot tubuhnya guna terjun ke laut!
Sekonyong-konyong nona Oey merasakan lengannya ada yang cekal dengan keras sekali. Tubuhnya sudah mencelat tapi karena cekalan itu, ia tidak dapat terjun terus, ia kena ditarik kembali ke perahu. Ia terkejut sekali ketika ia menoleh akan mendapatkan, orang yang mencekal padanya adalah Auwyang Hong, si Bisa dari Barat yang lihay dan ganas itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lepas!" ia berteriak seraya dengan tangan kirinya ia meninju.
Hebat sekali Auwyang Hong, tangannya bergerak bagaikan kilat, maka tahu-tahu si nona telah tercekal pula tangan kirinya.
Sementara itu See Tok melihat perahu kecil sudah pergi jauh hingga tidak ada lagi harapan untuk menyusulnya. Sebaliknya perahunya sendiri mulai terbakar hebat. Api telah melulahan menyambar tiang layar yang lantas patah karenanya. Di muka perahu, kekacauan berjalan terus. Agaknya perahu bakal segera karam, maka pertolongan untuk mereka
tinggallah perahu yang diduduki Kwee Ceng dan Cit Kong itu.
"Pengemis busuk, Nona Oey ada di sini!" See Tok berseru. "Kau lihat tidak"!"
Ia mengerahkan tenaganya, kedua tangannya di
angkat naik, dengan begitu tubuh Oey Yong pun turut terangkat tinggi. Dengan begitu ia hendak mengasih lihat tubuh nona itu.
Ketika itu api telah berkobar besar dan mendatangkan sinar terang maka Ang Cit Kong dan Kwee Ceng dapat melihat tegas Oey Yong berada di tangannya si Bisa dari Barat yang jahat itu.
Ang Cit Kong menjadi gusar sekali.
"Dengan menggunai Oey Yong, dia hendak memaksa kita!" katanya sengit. "Dia ingin naik ke perahu kita!
Nanti aku merampas Yong-jie!"
"Aku turut, suhu!" berkata Kwee Ceng, Ia berkhawatir melihat api.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tidak!" mencegah si guru. "Kau melindungi perahu ini supaya tidak sampai kena dirampas si tua bangka yang berbisa itu!"
"Baiklah," sahut Kwee Ceng, yang terus mengayuh pula, untuk mendekati perahu besar itu, yang sekarang sudah tidak bergerak lagi.
Lekas juga perahu kecil itu mendekati perahu besar, begitu lekas Ang Cit Kong merasa ia dapat
melompatinya, ia lantas menggeraki tubuhnya untuk berlompat sambil mengapungkan diri. Ia berlompat seperti tengkurap, maka tempo ia tiba di perahu, tangannya yang sampai terlebih dulu. Ia menggunai tangan kiri dengan kelima jarinya yang kuat, untuk dipakai mencengkeram tepian perahu, habis mana, dengan mengerahkan tenaga di tangannya itu, ia membuatnya tubuhnya tiba di atas perahu itu.
Auwyang Hong masih mencekali Oey Yong. Ia
menyeringai.

Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pengemis bangkotan busuk, kau hendak apa!" dia menanya, menantang.
"Mari,mari!" Cit Kong juga menantang. "Mari kita bertempur pula seribu jurus!"
Jawaban itu dibarengi sama serangan kedua tangan saling susul.
Auwyang Hong berlaku licik, bukannya ia berkelit, ia menangkis dengan mengajukan tubuh Oey Yong
sebagai tameng. mau tidak mau, Cit Kong mesti batalkan penyerangannya itu.
Ketika itu dipakai oleh Auwyang Hong untuk segera
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menotok jalan darah si nona, maka sesaat itu juga, lemaslah tubuh Oey Yong, tak dapat ia berkutik.
"Letaki dia di perahu!" Cit Kong menantang pula.
"Marilah kita bertempur untuk memastikan menang atau kalah!"
Auwyang Hong ada terlalu licik untuk meletaki tubuh nona itu. Ia pun melihat keponakannya lagi didesak sambaran-sambaran api hingga ia mesti main mundur.
Tiba-tiba ia mendapat akal. Mendadak ia lemparkan Oey Yong kepada keponakannya itu.
"Pergi kamu lebih dulu ke perahu kecil!"
memerintahnya. Auwyang Kongcu menyambuti tubuh yang tak dapat bergerak itu. Ia melihat Kwee Ceng di perahu kecil. Ia mengerti, kalau ia melompat bersama si nona,
mungkin perahu kecil itu akan karam karenanya. Maka ia menarik sehelai dadung, ia ikat itu di kaki tiang layar, habis itu dengan tangann kiri memeluki Oey Yong, dengan tangan kanan ia menarik dadung itu, untuk meluncur ke perahu kecil itu. Maka terayunlah tubuh mereka, turun menghampirkan perahu.
Kwee Ceng melihat Oey Yong tiba di perahunya, ia girang bukan main. Tentu sekali ia tidak mengetahui yang kekasihnya itu sudah kena orang totok hingga menjadi tidak berdaya. Ia lebih memerlukan
mengawasi gurunya yang lagi bertempur sama
Auwyang Hong. Biar bagaimana, ia bergelisah untuk gurunya itu.
Dengan api berkobar-kobar, tertampak nyata kedua jago tua itu lagi mengadu jiwa.
Mendadak saja terdengar suara nyaring seperti guntur,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lalu tertampak perahu besar terbelah dua, sebab tulang punggungnya dimakan api dan pecah
karenanya. Menyusul itu kelihatan bagian perahu yang belakang mulai tenggelam, perlahan-lahan karam ke dalam air.
Ang Cit Kong dan Auwyang Hong bertempur terus.
Kadang-kadang mereka mesti berkelit dari
runtuhannya tulang layar atau dadungnya, yang jatuh termakan api.
Dalam pertempuran sengit ini, Ang Cit Kong lebih menang sedikit, dalam arti kata ia tidak merasakan hawa panas seperti lawannya. Itulah sebab
pakaiannya basah bekas tadi merendam di air. Karena ini juga, dapat ia mendesak See Tok, yang sebaliknya mesti berkelahi sambil mundur perlahan-lahan.
Pernah Auwyang Hong memikir untuk terjun ke laut, ia hanya menyesal, pikirannya itu tidak dapat ia segera mewujudkannya. Ia didesak terlalu hebat, kalau ia memaksa terjun, itu artinya ia tidak dapat membela diri, mungkin nanti ia kena diserang lawannya yang lihay itu. Ada kemungkinan juga ia nanti terluka parah.
Saking terpaksa, ia melayani terus dengan otaknya dikasih bekerja tak hentrinya untuk mencari jalan lolos".
Ang Cit Kong menyerang dengan hatinya terasakan puas. Bukankah ia terus mendesak" Tengah ia
merangsak, tiba-tiba ia teringat sesuatu.
"Kalau aku desak dia hingga dia terbakar, kalau ia sampai mengantar jiwanya, itu tak menarik hati,"
demikian pikirannya yang menyandinginya itu. "Dia telah mendapatkan salinan kitab dari Ceng-jie, jikalau dia tidak mendapat kesempatan untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mempelajarinya, bila nanti ia mampus, pastilah ia mampus tak puas! Tidak dapat tidak, dia mestinya dibikin kena batunya"!"
Karena ini Pak Kay lantas tertawa terbahak-bahak.
"Bisa bangkotan, hari ini aku memberi ampun padamu!" ia berseru. "Kau naiklah ke perahu kecil itu!"
Kedua matanya Auwyang Hong mencelik, lantas ia terjun ke laut. Cit Kong hendak menyusul tatkala ia dengar teriakannya See Tok.
"Tahan dulu!" demikian si Bisa dari Barat itu berteriak.
"Sekarang tubuhku pun basah, maka marilah kita berdua bertempur pula. Sekarang barulah adil, sama rata sama rasa!"
Suara itu disusul sama berkelebatnya satu tubuh, maka di lain detik, Auwyang Hong telah berdiri pula di atas perahu besar, di depan lawannya.
Sekejap Ang Cit Kong melengak, lalu ia tertawa lebar.
"Bagus, bagus!" serunya. "Seumur hidupnya si pengemis bangkotan, ini hari barulah ia bertempur paling memuaskan!"
Kembali dua orang itu bertarung dengan hebat.
Dengan tubuh basah kuyup, agaknya See Tok menjadi segar sekali.
"Yong-jie," berkata Kwee Ceng kepada kekasihnya.
"Kau lihat See Tok ganas sekali!"
Oey Yong tengah ditotok, ia tak dapat bersuara.
"Apakah tidak baik aku minta suhu turun ke mari?"
Kwee Ceng berkata pula menanyai si nona. "Perahu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
besar itu bakal lekas tenggelam"."
Oey Yong tetap tidak menyahuti.
Kwee Ceng heran, maka lekas ia berpaling. Semenjak tadi ia terus mengawasi ke gelanggang pertarungan.
Maka gusarlah ia untuk menyaksikan Auwyang
Kongcu lagi meringkus kedua tangan orang.
"Lepas!" ia lantas berteriak.
Auwyang Kongcu tertawa. "Jangan kau bergerak!" dia berseru. "Asal kau bergerak, satu kali saja, akan aku hajar hancur kepalanya!" Dan dia mengancam.
Kwee Ceng tidak menggubris ancaman itu, bahkan seperti tanpa berpikir sejenak juga, ia menyerang.
Auwyang Kongcu berlaku sebat, ia berkelit sambil mendak.
Kwee Ceng penasaran, ia menyerang pula ke muka orang. Ia seperti merabu tanpa jurus tipu silat.
Auwyang Kongcu bingung juga. Perahu kecil, tidak merdeka untuk ia terus main berkelit. Tapi ia mesti melawan. Maka ia membalas menyerang.
Kwee Ceng menangkis, dengan begitu kedua tangan bentrok. Auwyang Kongcu licik, sambil menyerang ia terus memutar kepalannya, menyerang pula, maka
"Plak!" pipinya si anak muda kena terhajar.
Serangan itu keras, mata Kwee Ceng berkunang-
kunang. Tapi ia mengerti bahaya, ia membuka
matanya. Justru itu datang serangan yang kedua kali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kembali ia menangkis. Auwyang Kongcu menggunai tipu silat seperti tadi. Ia memutar balik kepalannya, untuk mengulangi
serangan susulan. Tapi kali ini Kwee Ceng melenggaki kepalanya, tangan kanannya berbareng dipakai
menolak ke depan. Menurut aturan, sambil berlenggak tidak dapat orang pun menyerang. Tapi Kwee Ceng adalah lain daripada yang lain. Ia sudah dapat mewariskan kepandaiannya Ciu Pek Tong, ia bisa berkelahi dengan dua tangannya seperti tangan dua orang, kedua tangannya dapat digeraki menurut rasa hatinya. Maka itu celakalah keponakannya Auwyang Hong, yang tidak mengetahui kebiasaan orang itu. Tangan kanannya itu, yang dipakai menyerang ke muka, kena ditangkis hebat, sedetik itu juga tangan itu patah!
Dalam ilmu silat, Auwyang Kongcu tidak ada
dibawahan Ma Giok, Ong Cie It atau See Thong Thian atau lainnya lagi, maka itu dibandingkan sama Kwee Ceng, ia menang segala-galanya, hanya kali ini ia kebentur sama ilmu silat yang istimewa, yang asing untuknya, dari itu robohlah dia!
Selagi lawannya itu roboh, hingga Oey Yong terlepas dari pelukan tangan kirinya, Kwee Ceng pun tidak menggubris, pemuda ini lebih memerlukan berlompat kepada pacarnya, yang rebah tak bergeming.
Sekarang ia mengerti si nona kena tertotok, lantas saja ia menotok untuk membebaskannya.
Syukur Auwyang Kongcu menggunai totokan yang
umum, dengan begitu Kwee Ceng dapat menyadarkan nona itu.
"Lekas bantu suhu!" berteriak Oey Yong yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sesadarnya dia. Kwee Ceng sudah lantas berpaling kepada gurunya. Ia melihat gurunya itu dan Auwyang Hong tengah
berkelahi mati-matian. Suara beletak-beletok dari bekerjanya api seperti menambah serunya
pertarungan itu. Yang hebat ialah terlihatnya badan perahu mulai karam.
Maka itu juga Kwee Ceng menyambar pengayuh,
untuk memajukan perahunya datang dekat ke perahu besar itu.
Di dalam pertempuran itu, suasana menjadi terbalik.
Sudah lama sejak Ang Cit Kong kerendam air,
sekarang pakaiannya sudah kering semua, pakaian itu gampang tersambar api dan terbakar, hawa api pun membikin tubuh panas. Di pihak lain, tubuhnya Auwyang Hong basah kuyup, ia tidak takut api, bahkan bekas nyebur, ia menjadi seperti mendapat tambahan tenaga dan semangat. Tapi hebat si Pak Kay,
Pengemis dari Utara itu, walaupun ia terdesak, ia memaksakan diri untuk bertahan.
Mendadak sebatang tiang layar jatuh dengan apinya yang berkobar, jatuh di tengah-tengah kedua jago itu.
Mau atau tidak, mereka itu sama-sama berlompat mundur, hingga selanjutnya mereka terpisahkan kayu menyala-nyala itu.
Auwyang Hong penasaran, dengan tongkat ular-
ularannya dia menyerang pula.
Ang Cit Kong tidak diam saja, ia mencabut tongkatnya dari pinggangnya, guna menangkis.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kalau tadi mereka bertarung dengan tangan kosong, sekarang mereka menggunai genggaman. Tentu
sekali, sekarang ini mereka berkelahi semakin hebat.
Kwee Ceng terus mengayuh perahunya. Ia terus
bergelisah untuk gurunya. Hanya ketika ia
menyaksikan pertempuran dua orang itu, perhatiannya jadi tertarik, ia menghela napas saking kagumnya.
Di dalam kalangan persilatan ada kata-kata, "Belajar golok seratus hari, belajar tombak seratus hari, belajar pedang selaksa hari". Itulah bukti yang ilmu silat pedang paling sukar dipelajarinya. Demikian pada duapuluh tahun yang lalu, dalam pertempuran di Hoa San terlihat nyata sempurnanya tetapi pun sulitnya ilmu pedang, maka juga dua-dua Ang Cit Kong dan Auwyang Hong masih menukar senjata mereka. Ang Cit Kong memakai tongkatnya yang ia senantiasa bawa-bawa, ialah tongkat warisan Kay Pang atau tanda tertua dari Partai Pengemis itu. Tongkat itu lebih panjang satu kaki daripada pedang sebatang dan sifatnya lemas, tetapi di tangan Cit Kong, satu ahli luar, gwa kee, tongkat itu menjadi tegar sekali.
Tongkat ular-ularan dari Auwyang Hong pun suatu senjata istimewa. Dan See Tok menggunainya itu dengan campuran gerak-gerik toya dan tongkat. Di ujung kepala tongkat ada ukiran kepala orang yang mulutnya terbuka tertawa, yang kedua baris giginya terpentang dengan semua giginya tajam serta gigi itu dipakaikan racun ular, maka diwaktu dipakai bersilat, kepala orang-orangan itu bergerak-gerak bagaikan hantu mengangga. Pula, asal pesawat rahasianya dikasih bergerak, dari dalam mulut itu bakal
tersemburkan senjata rahasia yang beracun juga.
Yang lebih lihay lagi ialah itu dua ekor ular yang melilit di batang tongkat, yang bisa memagut orang secara tiba-tiba".
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hebat pertempuran ini karena mereka sama-sama lihaynya. Tongkat Auwyang Hong terlebih unggul, tetapi Cit Kong adalah kepala Pengemis di seluruh Tionggoan dan sebagai kepala pengemis, dialah penakluk ular yang nomor satu. Demikian tongkatnya bergerak-gerak, bukan cuma menyerang lawan tetapi juga menghamtam kedua ular berbisa itu. Hanya dengan kelicikannya, Auwyang Hong saban-saban dapat menolongi ularnya itu. Ia menjadi sengit, diam-diam ia mengutuk pangcu dari Kay Pang itu, yang kelihayannya mesti ia akui.
Kwee Ceng menonton dengan pikirannya bingung.
Mau ia membantu gurunya tetapi ia tidak
mempunyakan kesanggupannya. Bukankah musuh itu sangat lihay" Mana dapat ia menyelak di antara mereka berdua.
Tapi juga Auwyang Hong insyaf untuk bahaya yang mengancam. Perlahan-lahan ia merasakan tubuhnya berhawa panas. Yang hebat hanya ia merasakan
badan perahu, yang tinggal sebelah itu, mulai tenggelam. Penyerangan lawan dahsyat sekali, kalau ia tidak keluarkan kepandaiannya, bisa-bia ia terbinasa di tangan si pengemis tua ini. Maka ia lantas menukar siasat. Tangan kanannya, yang memegang tongkat, ia tarik, dann tangan kirinya dipakai menyapu.
Dengan tongkatnya Ang Cit Kong mengejar tongkat lawan, dengan tangan kirinya ia menangkis sapuan tangan kiri lawannya itu. Atau mendadak tangan kiri Auwyang Hong dikelitkan, diputar, untuk secepat kilat dipakai menyerang pula ke arah pelipis kanan dari musuhnya!
See Tok menggunai tipu silat Kim Coa Kun atau Kuntauw Ular Emas. Itulah siasat ilmu silatnya yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
istimewa. Bahkan ia hendak mengandalkan ini ilmu pada pertemuan yang kedua kali nanti di Hoa San, untuk menunduki semua lawannya. Keistimewaannya ialah selagi dipakai menyerang, tangannya dapat diputar balik, untuk dipakai menyerang pula secara dahsyat diluar dugaan lawan. Begitulah, ia menggunai tipu silatnya ini terhadap Pak Kay. Ia percaya si pengemis tidak kenal ilmu silatnya itu.
Memang, mulanya Ang Cit Kong tidak kenal Kim Coa Kun, ia pun melihatnya secara kebetulan, yaitu di Poo-eng, Auwyang Kongcu menggunai itu terhadap Kwee Ceng. Sebabnya Cit Kong tidak menghadari pestanya Lee Seng beramai itulah karena ia lagi memikir keras tipu silat untuk memecahkan ilmu Kim Coa Kun itu.
Maka, kali ini, melihat Auwyang Hong menggunai tipu ilmu silat ini lagi, Cit Kong sudah siap sedia. Dengan menggunai tipu silat Kim-na-ciu, menangkap tangan, ia mengulur tangannya untuk menjambret.
Inilah Auwyang Hong tidak sangka, ia terkejut sambil berlompat mundur. Justru itu ada jatuh segumpal api, yang menyambar kepadanya.
Cit Kong juga terkejut, dia terus melompat mundur.
Sekarang dia dapat melihat tegas, yang jatuh itu adalah kain layar yang termakan api.
Di dalam keadaan biasa, tidak nanti Auwyang Hong kena ketungkup, tetapi barusan ia sedang kaget dan heran sebab ilmu silatnya kena dipecahkan lawan, ia juga baru menaruh kaki, sedang jatuhnya layar secara tiba-tiba, maka tidak berdayalah ia untuk menyingkir.
Dalam kagetnya itu, Auwyang Hong tidak menjadi gugup atau bingung. Ia lantas menggunai tongkatnya, akan menyingkap kain layar itu. Lacur untuknya, tongkatnya itu terhalang tiang layar, tidak dapat ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
geraki. Baru setelah itu ia menghela napas dan mengeluh: "Habis sudah, hari ini aku mesti pulang ke langit?"
Sekonyong-konyong ia menampak sinar terang.
Tadinya ia berada dalam gelap gulita. Ketika ia awasi, ia melihat Ang Cit Kong tengah menggunai tongkatbya menyontek menyingkap layar.
Pak Kay adalah seorang yang berperangai halus dan murah hati, walaupun ia sangat benci See Tok untuk kelicikan dan keganasannya, ia masih tidak tega menonton orang mampus terbakar. Maka tanpa
banyak pikir, ia memberikan pertolongan itu.
Auwyang Hong telah terbakar pakaiannya, rambutnya dan alisnya. Ia berlompat, terus ia menjatuhkan diri, bergulingan di lantai perahu. Dengan caranya ini ia hendak membikin api padam. Selagi ia bergulingan itu, mendadak perahu miring, lalu rantai jankar jatuh menimpa ke arahnya.
Cit Kong kaget hingga ia menjerit, terus ia berlompat akan menyambar jangkar itu. Celaka untuknya, jangkar itu merah marong bekas terbakar, ketika kena
terpegang, kontan tangannya terbakar hangus dengan mengeluarkan suara terbakarnya, tetapi ia masih sempat melemparkannya ke laut. Hanya, selagi
menolong ini dan hendak lompat ke laut, mendadak ia merasakan punggungnya berikut pundaknya menjadi kaku. Untuk sesaat ia melengak, tak tahu ia apa sebabnya itu. Atau tiba-tiba ia ingat suatu apa, yang berkelebat di otaknya. Segera ia menoleh ke belakang.
Di dalam hatinya ia berkata: "Aku telah tolongi See Tok, mustahilkah ia menggunai tongkat ularnya mencelakai aku?" Ia berpaling, justru tongkat bambu berkelebat di depan matanya, kedua mulutnya ular penuh darah hidup, kepalanya sedang digoyang-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
goyang. Bukan main murkanya Ang Cit Kong, kedua tangannya segera melayang ke arah Auwyang Hong.
See Tok dapat berkelit, maka itu, sebatang tiang layar dibelakangnya terhajar keras, menjadi patah dan roboh karenanya.
Cit Kong tidak berhenti sampai di situ, ia menyerang terus.
Auwyang Hong melihat orang seperti kalap, ia tidak mau melawan berkelahi, ia lebih banyak berkelit sambil berlompatan.
"Suhu! Suhu!" Kwee Ceng berteriak-teriak melihat kelakuan gurunya itu. Ia pun merayap naik ke perahu besar.
Adalah di saat itu, Ang Cit Kong terhuyung-huyung. Ia merasakan kepalanya pusing, hingga ia tak ingat suatu apa.
Auwyang Hong berlompat maju, dengan sebelah
tangannya ia menghajar punggung si raja pengemis.
Hebat serangannya ini. Dalam keadaanya seperti itu, Ang Cit Kong tidak bisa mempertahankan dirinya. Ia lantas saja roboh sambil muntahkan darah hidup.
Kiu Cie Sin Kay Ang Cit Kong sangat kesohor
kegagahannya, Auwyang Hong ketahui dengan baik, hajarannya ini tidak dapat segera menghabiskan jiwa orang, dan ia ketahui juga, kalau nanti Ang Cit Kong sembuh dari lukanya ini, pembalasannya tak akan ada habisnya, maka itu, sudah kepalang, ia mengambil sikap: "Berkasihan tidak menurunkan tangan, menurunkan tangan tidak berkasihan". Ia lantas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berlompat maju, dengan kakinya ia menjejak
punggung orang! Kwee Ceng baru saja naik dari perahunya ketika ia menyaksikan keganasan See Tok terhadap gurunya itu, tidak sempat ia maju lebih jauh untuk menolongi, karena tidak ada jalan lain, ia menyerang dengan kedua tangannya dengan pukulan "Sepasang naga mengambil air". Ia menyerang ke punggung bagian pinggang.
Auwyang Hong tahu si bocah lihay, ia tidak
memandang hebat. Ia geraki tangan kiri untuk
menangkis, dengan tangan kanannya ia membalas menyerang. Di sebelah itu, kakinya terus menginjak Ang Cit Kong!
Kwee Ceng kaget hingga ia melupakan segala apa, ia berlompat menubruk Auwyang Hong, batang leher siapa ia rangkul. Tapi justru ini, ia membuat dirinya kosong, maka enak saja rusuknya kena dihajar si Bisa dari Barat.
Dalam keadaan rapat seperti ini, tidak leluasa Auwyang Hong menyerang, tetapi dasar ia lihay, serangan itu hebat, hanya syukur untuk Kwee Ceng, tenaga dalamnya telah mempunyakan dasar, maka ia tidak segera roboh, dia cuma merasakan sakit sekali dan separuh tubuhnya hampir kaku. Karena ini dia menjadi nekat, ia perkeras rangkulannya, untuk mencekik leher orang.
Oleh karena perlawannan Kwee Ceng ini, tendangan Auwyang Hong kepada Ang Cit Kong menjadi batal, sebab untuk membela diri, ia mesti segera menarik pulang kakinya itu. Tapi ia tidak sanggup
menggunakan kuntauw Kodok atau Ular Emas, untuk itu mereka ada terlalu rapat, maka ia cuma dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyerang muka orang. Kwee Ceng berkelit setiap kali ia dipukul. Untuk menangkis, ia tidak mampu, lantaran kedua tangannya lagi digunakan dengan sekuat tenaganya. Ia bisa berkelit di atas kepalanya -
tidak bisa ia dibawah - yaitu rusuknya. Maka lagi-lagi See Tok menyikut.
Kwee Ceng mesti berkelit ke kanan, dengan begitu ia terpaksa melepaskan tangan kirinya, tetapi ia tidak berhenti berdaya, dengan lekas ia menggunai ilmu gulat bangsa Mongolia. Tangannya itu ditelesupkan ke antara iga dan lengan musuh, diulur untuk
membangkol batang leher. Auwyang Hong lihay tetapi sekarang ia pun merasakan sakit. Ia mengerti si anak muda menggunai tiou silat apa, hanya celakanya untuk dia, ia tidak mengerti caranya untuk menolongi diri, dari itu ia cuma bisa menggunai kepalan tangannya meninju ke belakang.
Melihat ini Kwee Ceng menjadi sangat girang. Segera ia melepaskan cekikannya, dengan tangan kanan itu, tangan ditelesupkan seperti tangan kiri taidi - kalau tadi di sebelah kiri, sekarang di sebelah kanan. Kembali ia membangko leher orang, berbareng dengan mana ia berseru mengerahkan tenaganya. Dengan menggunai dua tangan berbareng, ia menjadi berbahaya sekali. Ini dia yang dinamakan tipu "Menjirat mematahkan gunung". Dalam halnya Auwyang Hong, dia terancam patah leher".
Cerdik sekali Auwyang Hong. Ia pun bertindak dengan sebat. Ia mengasih turun kepalanya, untuk nelusup ke selangkangan si anak muda sembari berbuat begitu ia juga meninju dengan kepalan kiri. Ia tidak mau mengasih ketika orang sempat mengerahkan
tenaganya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sebelum ia kena ditinju, Kwee Ceng telah menyambar tangan kiri si jago yang berbisa itu. Ia tetap merapatkan tubuhnya kepada tubuh musuh, ia
mencoba terus menggunai ilmu gulatnya. Ia
menginsyafi, satu kali mereka renggang, ia bisa susah.
Pula, dengan berkelahi rapat, ia dapat mencegah musuh mencelaki gurunya.
Oey Yong bingung sekali. Di satu pihak ia tampak Ang Cit Kong rebah di pinggir perahu, separuh tubuhnya berada di luar perahu, di lain pihak terlihat Kwee Ceng lagi bergulat mati-matian terhadap Auwyang Hong, keduanya bergulingan, tubuh mereka sudah tererap api. Karena ini dengan pengayuh ia mengahajar Auwyang Kongcu.
Walaupun dia telah terluka tangan kirinya, pemuda she Auwyang ini tetap kosen. Ia berkelit ke kiri, sambil berkelit, tangannya menyambar lengan si nona.
Oey Yong berkelit sambil menekan perahu, hingga perahu itu menjadi miring.
Auwyang Kongcu tidak bisa berenang, miringnya perahu membikin tubuhnya terhuyung. Untuk
menetapkan diri, ia batal menyerang terus kepada si nona.
Menggunai saat perahu miring itu, Oey Yong terjun ke air. Ia pandai berenang, ia tidak takut. Hanya dengan beberapa kali menggunakan tangannya, tubuhnya sudah nyelosor ke perahu besar. Perahu itu tinggal separuh, sekarang separuh tubuh itu sudah kelam separuhnya lagi. Dengan gampang si nona naik ke parhu besar itu. Di situ ada sebuah tempuling, ia sambar itu hendak ia membantu Kwee Ceng.
Auwyang Hong dan si anak muda masih berkutat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bergulingan, bergantian di bawah dan di atas, akan kemudian, karena ia terlebih hilay, Auwyang Hong terus berada di sebelah atas. Dalam keadaan seperti itu, Kwee Ceng terus mengendalikan kedua tangan musuh, supaya musuh tidak dapat menyerang
kepadanya. Adalah di saat itu, Oey Yong berlompat maju sambil menikam.
Hebat Auwyang Hong. Ia mendapat tahu ada serangan di belakangnya, ia berkelit seraya mengerahkan tenaganya mengangkat tinggi tubuh Kwee Ceng,
memakai si anak muda sebagai tameng.
Oey Yong mengubah serangannya, kali ini kepala See Tok.
Jago tua itu bisa berkelit, bahkan terus-terusan ia mengegos ke kiri dan ke kanan, menyingkir dari ujung tempuling.
Tiga kali oey Yong menikam dengan sia-sia, yang keempat kalinya, tempulingnya nancap di lantai perahu, hingga abunya mengepul naik mengenai
matanya, hingga ia kelilipan dan matanya
mengeluarkan air. Ia mengucak matanya itu. Justru itu ia merasakan kakinya sakit, tubuhnya limbung, malah terus ia roboh. Sebab Auwyang Hong telah sapu kakinya selagi ia tidak melihat.
Si nona roboh untuk terus menggulingkan diri, buat berlompat bangun. Karena robohnya itu, rambutnya kena kesambar api. Ia maju pula, untuk mengulangi serangannya. Atau mendadak Kwee Ceng berseru-seru: "Tolongi suhu dulu! Tolongi suhu dulu!"
Oey Yong mengerti tugasnya, ia lantas lari kepada Ang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cit Kong, ia tubruk tubuh orang, untuk dipeluk, setelah mana ia terjun ke air. Dengan menyeburkan diri, ia lantas merasakan tubuhnya adem, tak sepanasnya lagi seperti tadi. Ia berenang sambil menggendong
gurunya, ia menuju ke perahu kecil.
Auwyang Kongcu berdiri di atas perahu kecil itu, sebelah tangannya mengangkat pengayuh.
"Lepaskan si pengemis tua! Cuma kau sendiri yang boleh naik!" demikian teriaknya dengan mengancam.
Sebelah tangan Oey Yong masih memegangi
tempulingnya. "Baiklah, mari kita bertempur di dalam air!" ia pun berseru, menjawab ancaman itu. Ia menyambar
pinggiran perahu, ia menggoyangnya.
Auwyang Kongcu kaget dan ketakutan melihat perahu tergoncang keras. Kalau perahu itu terbalik dan karam, celakalah dia.
"Jangan, jangann goncang!" ia berteriak-teriak seraya keras memegangi perahu. "Nanti perahu ini karam?"
Oey Yong tertawa. "Lekas tarik guruku naik!" ia menitah. "Hati-hati! Jikalau kau main gila, aku nanti lelapkan kau di dalam air selama tiga jam!"
Auwyang Kongcu tidak berdaya, terpaksa ia
memegang bebokongnya Ang Cit Kong, untuk
mengangkatnya naik ke perahu.
"Nah, beginilah baru anak manis!" berkata Oey Yong tertawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sebenarnya Oey Yong hendak kembali ke perahu
besar, untuk menolongi Kwee Ceng, atau mendadak ia mendengar satu suara nyaring sekali, lalu melihat gelombang besar dan tinggi medampar ke arahnya. Ia lantas memutar tubuhnya, habis itu ia berbalik pula, rambutnya di depan mukanya tersingkap ke belakang.
Ia berdiri tercengang kapan ia sudah memandang ke depan.
Gelombang barusan berputar seperti usar-usaran air, di situ tidak terlihat lgi perahu besar yang tinggal separuh tadi, dengan begitu, lenyap juga Kwee Ceng dan Auwyang Hong yang tengah bergulat itu.
Oey Yong baru sadar ketika air asin menyambar masuk ke dalam mulutnya. Tadinya ia seperti lupa akan dirinya sebab hatinya mencelos mendapatkan pemuda pujaannya lenyap, lenyap dibawa air. Ia lantas melihat ke sekelilingnya. Di situ ia tidak nampak apa juga kecuali si perahu kecil. Rupanya semuanya sudah ditelan sang laut?"?"?"".
Bab 42. Di pulau terpencil
Oey Yong selulup, ia berenang ke arah air berputar itu. Ia tidak jeri untuk tenaga besar dari usar-usaran air itu, ia dapat mempertahankan diri dari sedotan yang keras. Di situ ia selulup ubak-ubakan, untuk mencari Kwee Ceng. Lama ia berputaran, Kwee Ceng tidak nampak, Auwyang Hong pun tidak ada. Maka maulah ia menduga, kedua orang itu telah kena terbawa perahu sampai di dasar laut............
Lama-lama lelah juga Oey Yong. Tapi ia masih belum putus asa, ia bahkan penasaran. Maka ia mencari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terus. Sangat ia mengharap-harapkan nanti dapat menemukan si anak muda. Diam-diam ia mengharapi bantuan Thian, mengasihani dia. Tapi masih sia-sia belaka usahanya itu. Saking letih, ia muncul ke muka air. Ia berenang ke perahu kecil. Di dalam hatinya ia berjanji, sebentar ia akan selulup pula, untuk mencari terlebih jauh.
Auwyang Kongcu melihat si nona menghampirkan, ia mengulur tangannya untuk membantui dia naik ke perahu. Ia pun sangat berkhawatir atas lenyapnya pamannya itu.
"Apakah kau melihat pamanku" Apakah kau melihat pamanku?" demikian pertanyaannya berulang-ulang.
Oey Yong tidak menyahuti, bahkan ia tak sadarkan diri sebab begitu lekas juga ia merasai matanya gelap".
Beberapa lama si nona pingsan, inilah ia tidak ketahui.
Ketika ia mendusin, ia merasakan tubuhnya enteng, bagaikan melayang-layang di antara mega, kupingnya pun mendengar suara angin mendesir-desir. Lekas-lekas ia memusatkan pikirannya, kemudian ia
menggeraki tubuhnya, untuk berduduk. Maka sekarang bisalah ia melihat ke sekitarnya.
Ia masih berada di atas perahu kecil, perahu itu hanyut mengikuti lairan gelombang. Auwyang Kongcu tidak mengerti urusan mengemudikan perahu, maka itu ia membiarkan perahunya berlayar sendirinya".
Pula, entah berapa jauh sudah terpisahnya perahu dengan tempat karamnya perahu besar itu.
Bukan main berduka dan sakitnya hati Oey Yong. Ia percaya ia tidak bakal bertemu pula dengan Kwee Ceng. Mendadak saja ia pingsan lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Auwyang Kongcu duduk diam dengan sebelah
tangannya keras-keras memegangi perahu, yang
terombang-ambing itu. Lewat sekian lama, Oey Yong sadar sendirinya. Ia benar-benar putus asa, hingga tawar untuk hidup lebih lama pula. Ketika ia menoleh kepada Auwyang Kongcu timbullah rasa muak dan bencinya. Pemuda itu lagi memperlihatkan roman ketakutan.
"Mana bisa aku mati bersama-sama binatang ini?" pikir si nona sesaat kemudian. Maka ia segera berlompat bangun.
"Lekas lompat ke laut!" ia membentak bengis.
Auwyang Kongcu kaget bukan main.
"Apa"!" dia menanya.
"Lompat ke laut!" sahut Oey Yong dengan bentakannya. "Kau tidak mau lompat" Baik! Akan aku terbaliki perahu ini!"
Lantas si nona lompat ke kanannya, maka kontan perahu itu miring ke kanan, dari situ ia lompat pula ke kiri, membuatnya perahu turut miring ke kiri itu, bahkan miringnya terlebih hebat.
Auwyang Kongcu ketakutan, ia menjerit keras.
Senang Oey Yong mendengar teriakan itu, sengaja ia menggoncang pula kenderaan itu lagi.
Dalam takutnya itu, Auwyang Kongcu masih dapat berpikir. Biar bagaimana, ia pun seorang lihay.
Terpaksa ia mengambil tindakan. Setiap kali si nona
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lompat ke kanan, ia lompat ke kiri, demikian
sebaliknya. Ia senantiasa mengimbangi nona itu.
Oey Yong kewalahan, tidak dapat ia menggoda
terlebih jauh. "Baik!" katanya kemudian. "Hendak aku membocorkan perahu, ingin aku lihat, kau bisa bikin apa!" Ia menghunus pisau belatinya, ia lompat ke tengah-tengah perahu itu.
Justru itu, Oey Yong melihat Ang Cit Kong lagi rebah tengkurup tanpa bergerak. Ia menjadi kaget sekali.
Baru sekarang ia ingat pula akan gurunya itu. Segera ia mendekati, akan memasang kupingnya. Ia
mendengar suara napas perlahan, hatinya menjadi sedikit lega. Ia lantas mengangkat bangun tubuh orang, untuk dibalik, hingga ia dapat melihat wajah gurunya itu.
Mukanya Cit Kong sangat pucat, dadanya bergerak turun naik perlahan-lahan, jantungnya berdenyutan perlahan juga, tanda dari kelemahannya.
Keras keinginan si nona untuk menolongi gurunya, ia tak pedulikan lagi Auwyang Kongcu. Ia lantas
membukai baju gurunya, untuk memeriksa lukanya.
Tiba-tiba saja perahu itu bergerak keras.
"Tepian! Tepian!" Auwyang Kongcu pun berseru-seru kegirangan.
Oey Yong segera menoleh. Ia melihat pepohonan yang lebat. Perahunya sudah berhenti bergerak.
Kenderaan air kandas di tepian pulau yang berpasir.
Masih jauh akan tiba di darat, tetapi air ke arah sana dangkal sekali, dasarnya tampak. Mungkin dalamnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
air tak sebatas dada. Dalam girangnya Auwyang Kongcu lompat turun dari perahu. Ia lantas jalan beberapa tindak. Tiba-tiba ia berpaling kepada Oey Yong, terus ia berjalan kembali.
Oey Yong melihat pada tulang belikat kanan dari gurunya ada tapak tangan yang hitam, tapak itu dalam membekas di daging, seperti bekas dibakar. Di sekitar itu ada tanda hangus. Ia kaget sekali.
"Kenapa sehebat ini tangannya See Tok?" ia menanya di dalam hatinya.
Ia melihat punggung sebelah kanan dan leher, di sana ada dua lubang kecil sekali, hampir tak terlihat. Ia meraba dengan jari tangannya, ia merasakan sakit seperti terkena hawa panas, lekas-lekas ia menarik pulang tangannya itu.
"Suhu, bagaimana?" ia menanya.
Ang Cit Kong bersuara, "Hm!" perlahan, ia tidak menyahuti.
"Eh, mari keluarkan obat pemunahmu!" Oey Yong tegur Auwyang Kongcu.
Pemuda itu menggeraki kedua tangannya, tanda putus asa.
"Semua obat ada di tangan pamanku," sahutnya.
"Aku tidak percaya!" berkata si noa.
"Kau geledah saja!" Auwyang Kongcu menyerah. Ia buka bajunya, ia keluarkan semua isi sakunya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong mengawasi dengan melongo.
"Nah, mari bantu aku mengangkat guruku ke darat!" ia berkata kemudian.
Auwyang Kongcu menurut. Maka Ang Cit Kong lantas dikasih bangun, untuk dapat didukung. Kedua muda-mudi itu memasang pundak masing-masing, untuk menahan si orang tua. Kemudian Oey Yong
memegang tangan kirinya Auwyang Kongcu untuk
tangan mereka saling disilang, hingga si orang tua dapat duduk di tangan mereka yang terpalang
melintang. Hati Oey Yong cemas sekali. Ia merasakan tubuh gurunya gemetar.
Auwyang Kongcu sebaliknya girang. Ia merasakan tangan yang halus dan empuk memegang erat-erat tangannya. Ini ada kejadian yang sekalipun di dalam mimpinya ia tidak berani mengharapkannya. Maka ia amat menyesal yang cepat sekali mereka sudah tiba di darat.
Sambil berdongko dan membungkuk, Oey Yong
menurunkan gurunya. "Lekas ambil papan perahu!" ia menitahkan Auwyang Kongcu. "Jaga jangan basah!"
Habis menurunkan Ang Cit Kong, Auwyang Kongcu membawa tangannya ke bibirnya, ia berdiri menjublak.
Itulah bagian tangan yang sejak tadi dipegang erat-erat oleh tangan yang halus dan empuk dari si nona.
Karena itu, ia seperti tidak mendengar perkataan si nona. Syukur untuknya, Oey Yong tidak menyangka jelek terhadapnya, cuma sambil mendelik si nona mengulangi perintahnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan cepat Auwyang Kongcu mengambil papan. Itu waktu Oey Yong telah tengkurapkan tubuh gurunya di rumput yang empuk, ia mencoba akan meringankan sakitnya. Maka diam-diam pemuda ini dapat lari ke tanjakan yang tinggi. Sembari lari ia menanya dirinya sendiri: "Tempat apakah ini?" Ketika ia sudah melihat ke sekelilingnya, ia kaget berbareng girang. Itulah sebuah pulau kecil, yang lebat dengan pepohonan, hingga ia tidak tahu, pulau itu ada penghuninya atau tidak. Ia kaget kapan ia mengingat, kalau pulau itu kosong, darimana mereka dapat makanan dan
pakaian, dimana mereka bisa bernaung" Ia girang tempo ia ingat bahwa ia berada berduaan sama si nona manis, sedang si pengemis tua, ia percaya sukar dapat ditolongi lagi.
"Sama si cantik aku berdiam di sini, pulau kosong pun bagaikan sorga!" pikirnya. "Kalau toh aku mesti mati dalam sehari atau semalam, aku puas?"
Seking girangnya, ia berjingkrakan seperti orang menari. Hanya ia kaget tatkala ia angkat tangan kanannya. Baru sekarang ia ingat lengannya itu telah patah. Karena ini lekas-lekas ia menggunai lengan kirinya mematahkan dua cabang pohon, ia pun
merobek ujung bajunya. Maka dilain saat ia sudah dapat menggantung tangannya itu.
Oey Yong sendiri telah memencet keluar darah hitam dari luka gurunya. Itulah darah bercampur racun. Habis itu, ia tidak tahu harus berbuat apalagi. Di situ tidak ada obat. Ia cuma bisa pindahkan gurunya ke tempat di mana ada dua potong batu besar, untuk gurunya beristirahat.
"Coba kau lihat tempat ini tempat apa!" kemudian si nona teriaki Auwyang Kongcu. "Coba cari tahu kalau-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kalau dekat sini ada rumah orang atau pondokan?"
"Inilah sebuah pulau," menyahut Auwyang Kongcu sambil tertawa. "Terang sadah disini tidak ada pondokan. Tentang rumah orang, lihat saja
peruntungan kita?" Oey Yong terperanjat. "Pergilah kau periksa!" ia menitah pula.
Senang si anak muda menerima titah si nona manis, ia lantas pergi. Ia masih dapat menggunai ilmunya ringan tubuh walaupun tangannya sakit. Mulanya ia lari ke timur di mana temapt lebat dengan pepohonan dan oyot berduri. Ia tidak mendapatkan apa-apa, maka ia putar ke utara. Di sini pun ia tidak melihat rumah orang atau gubuk, hanya dengan menggunai batu ia berhasil menimpuk roboh dua ekor kelinci, yang ia lantas bawa kembali.
"Benar-benar sebuah pulau kosong!" katanya.
Oey Yong melihat orang tersenyum, ia mendongkol.
"Pulau kosong" Habis, apanya yang lucu"!" ia menegur.
Pemuda itu mengulur lidahnya, ia tidak berani banyak omong, terus ia mengeset kulit kelinci, setelah mana, ia menyerahkannya kepada si nona.
Oey Yong merogoh sakunya, mengeluarkan
terkesannya. Syukur ia menyimpannya dengan
dibungkus dengan kertas minyak, alat penyala api itu tidak basah, maka dilain saat, ia sudah menyalakan api dengan apa dua ekor kelinci itu dipanggang.
Sesudah matang, yang seekor ia lemparkan itu kepada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
si anak muda, yang seekor lagi ia beset sebelah pahanya, untuk diberikan kepada gurunya.
Ang Cit Kong terluka parah, ia masih belum sadar betul, tetapi begitu ia memcium bau daging, segera terbangun napsu daharnya. Memangnya ia penggemar gegares. Segera juga ia sudah mulai mengerogoti dan mengunyah daging kelinci itu. Habis sepaha, ia menunjuk sikap masih ingin pula, maka muridnya, yang hatinya girang, memberikan pula ia sepaha yang lain.
Setelah makan habis dua paha, Cit Kong menjadi lemah, malah dilain saat ia terus tidur pulas.
Oey Yong melihat cuaca mulai remang-remang,
tandanya sang malam sudah tiba, dari itu lekas-lekas ia pergi mencari lubang gua, untuk memernahkan gurunya itu.
Auwyang Kongcu membantui tanpa diperintah atau diminta. Ia mencari rumput kering guna diampar sebagai kasur. Ia pun membantu memodong orang tua itu. Kemudian ia mencari rumput lagi, guna
mengampar dua tempat, buat dia sendiri dan si nona.
Selama itu Oey Yong melainkan melirik saja, ia tidak ambil peduli pemuda itu, hanya disaat orang telah selesai bekerja dan lagi mengulet, untuk merebahkan diri, mendadak ia menghunus pisau belatinya.
"Pergi keluar!" ia mengusir.
Pemuda itu tertawa. "Aku tidur disini toh tidak mengganggumu?" katanya.
"Kenapa kau begini galak?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau pergi atau tidak"!" si nona menegaskan, alisnya bangkit.
"Akan aku tidur baik-baik, kau jangan takut," berkata pula si anak muda tersenyum.
Oey Yong habis sabar, ia berbangkit untuk mengambil puntung api, ia bawa itu ke tempat si anak muda, ia bakar orang punya rumput amparan, maka sebentar saja habislah itu menjadi abu.
Auwyang Kongcu menyeringai, dengan terpaksa ia mengeloyor keluar dari gua itu. Di pulau seperti itu ia tidak takut ada binatang beracun atau buas, ia berlompat naik ke atas sebuah pohon di mana ia mencari cabang untuk memernahkan tubuhnya. Tapi tak gampang untuk tidur pulas, ia bergelisah, maka belasan kali ia naik turun, di pohon itu. Saban-saban ia menoleh ke arah gua di mana ada cahaya tabunan. Ia telah memikir untuk menyerbu ke dalam gua,
senantiasa ia gagal, hingga ia mengatakan dirinya, kenapa ia demikian bernyali kecil. Biasanya pekerjaan mencuri, atau memaksa kesenangan seperti itu, sudah umum baginya, hanya terhadap nona ini, ia segan-segan. Sebenarnya, walaupun hanya dengan sebelah tangan, dapat ia melawan nona itu. Bukankah tak ada halangannya Ang Cit Kong berada bersama sebab si raja pengemis sudah tidak berdaya" Entah
bagaimana, ia jerih sendirinya".
Dengan mata mendoleng, Auwyang Kongcu
mengawasi Oey Yong merebahkan diri. Cahaya
tabunan membuatnya ia dapat melihat. Ia cuma
memandang, lain tidak. Oey Yong sendiri rebah dengan mata meram tetapi tidak pernah ia pulas. Ia tidak mempercayai
keponakannya Auwyang Hong itu, yang ia khawatir
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
nanti menyerbu selagi ia tidur. Ia juga keras memikirkan lukanya Ang Cit Kong, yang belum tentu bisa diobati. Maka lega hatinya ketika sang pagi muncul. Baru sekarang ia berani tidur hingga lamanya satu jam. Ia mendusin ketika ia bermimpi gurunya itu merintih.
"Suhu, bagaimana?" ia menanya seraya ia melompat bangun, untuk berduduk.
Cit Kong mengangkat tangannya, menunjuki mulutnya, yang pun berkelemak-kelemik.
Si nona mengerti gurunya lapar, ia lantas memberika sisa daging semalam.
Habis dahar, agaknya Cit Kong memperoleh tenaga. Ia bisa bergerak untuk duduk, maka itu terus ia
bersemadhi, akan membikin lurus jalan napasnya.
Oey Yong mengawasi. Ia tidak berani membuka mulut, khawatir mengganggu pemusatan pikiran gurunya itu.
Beberapa kali ia melihat sinar dadu di muka yang pucat dari sang guru, lalu itu terganti dengan pucat pasi pula. Perubahan itu terjadi berulangkali. Itulah tandanya bekerjanya pemusatan pikiran. kemudian embun-embun si jago tua mengeluarkan hawa seperti asap, disusul sama mengucurnya peluh dingin di dahinya. Banyak peluh yang ekluar itu. Diakhirnya tubuh orang tua ini bergemetaran seperti menggigil.
Disaat itu di mulut gua terlihat berkelebatnya satu bayangan orang. Itulah Auwyang Kongcu, yang
melongok untuk masuk ke dalam.
Oey Yong mengerti saat penting dari gurunya, kalau ia kena dibikin kaget, mungkin gagal pemusatan
pikirannya itu, maka ia lantas membentak perlahan:
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lekas pergi!" Pemuda itu tertawa. "Aku ingin berdamai sama kau, bagaimana kita harus melewati hari di pulau kosong ini," katanya. Ia tidak lantas menyingkir, hanya bertindak maju.
Ang Cit Kong membuka matanya. Ia rupanya dapat mendengar perkataan orang.
"Pulau kosong apa ini?" ia menanya.
"Kau berlatih terus, suhu!" Oey Yong memegat.
"Jangan pedulikan dia!" Ia berpaling kepada si anak muda sambil ia berbangkit. "Mari turut aku, kita pergi keluar!" katanya.
Auwyang Kongcu menjadi girang, ia turut pergi.
Pagi itu cuaca terang sekali. Oey Yong memandang ke sekitarnya, ia mendapatkan laut biru, langit seperti nempel dengan air itu. Ia melihat beberapa gumpal awan putih bagaikan tergantung di udara. Sama sekali tak nampak daratan lainnya.
Ia bertindak ke tempat di mana kemarin mereka mendarat. Mendadak ia terjaga.
"Mana perahu kita"!" ia menanya sambil berseru.
"Ah ya, ke mana perginya, ya?" balik tanya si pemuda.
"Ah, tentu juga kena didampar air pasang?""."
Oey Yong mengawasi muka orang, yang tak kaget dan merasa aneh seperti dia, maka maulah ia menduga, tentulah tadi malam pemuda ini yang emndorong perahu itu untuk dibikin hanya terbawa gelombang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan begitu si anak muda hendak membikin mereka tidak dapat berlalu dari pulau kosong ini.
"Sungguh dia jahat!" katanya dalam hatinya. Ia menjadi tidak takut. Ia memang sudah memikir sulit untuk kembali dengan masih bernyawa. Laginya
perahu kecil itu tak mungkin dapat membawa orang ke darat. Hanya sekarang ia memikirkan gurunya, yang tentunya pun tak dapat pulang lagi ke Tionggoan"
Kembali si nona mengawasi Auwyang Kongcu dengan bersikap tenang. Ia tidak mengentarakan sesuatu.
Pemuda itu tidak berani bentrok sama sinar mata si nona, lekas-lekas ia tunduk.
Oey Yong lompat naik ke atas sebuah batu tinggi, di situ ia bercokol sambil memeluk dengkul, matanya memandang jauh ke depan.
Auwyang Kongcu mengawasi, hatinya bekerja.
"Kalau tidak sekarang aku mencoba membaiki dia, hendak aku menanti sampai kapan lagi?" pikirnya.
Maka ia pun berlompat naik ke batu itu, untuk berduduk dekat si nona.
Oey Yong berdiam saja, ia tidak gusar, ia pun tidak menggeser tubuhnya.
Menampak demikian, si anak muda menjadi mendapat hati. Diam-diam ia memindahkan tubuhnya, untuk datang lebih dekat kepada si nona.
"Adikku," katanya, perlahan. "Kita berdua bakal hidup bersama di sini hingga di hari tua, hidup sebagai dewa-dewi. Aku tidak tahu, di penitisan yang sudah, kebaikan apa itu yang telah aku lakukan?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong tidak gusar, sebaliknya, ia tertawa geli.
"Di pulau ini, bersama guruku kita cuma bertiga.
Tidakkah itu sepi?" Lega hatinya si anak muda melihat orang tertawa.
"Ada aku yang menemani kau, mana bisa sepi?"
katanya. "Laginya, kalau kemudian kita mendapat anak, bukankah itu menjadi lebih-lebih tak sepi?"
"Siapa toh yang melahirkan anak?" si nona tanya, tertawa. "Aku sendiri tak bisa?"
Auwyang Kongcu tertawa. "Nanti aku ajari kau!" katanya. Ia lantas mengulur tangannya yang kiri, untuk merangkul si nona.
Tiba-tiba ia merasakan hawa yang hangat di
tangannya. Sebab, tahu-tahu si nona sudah
menyodorkan tangannya sendiri, untuk mencekal tangannya itu. Tanpa merasa, hatinya jadi
berlompatan. Inilah ia tak sangka, hingga ia lupa akan dirinya.
Oey Yong menyenderkan tubuhnya di dada orang, sembari berbuat begitu tangannya yang kiri berkisar ke nada orang itu.
"Ada yang bilang," katanya perlahan, "Kehormatannya enci Bok Liam Cu dirusak kau, benarkah itu?"
Pemuda itu tertawa lebar.
"Perempuan she Bok itu tak tahu diri!" sahutnya. "Dia tidak sudi ikut padaku. Aku Auwyang Kongcu, kau tahu aku orang macam apa" Mustahil aku sudi memaksa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dia?" Si nona menghela napas. "Kalau begitu, nyata orang keliru mempersalahkan kau," katanya.
"Anak itu terlalu besar kepalanya, sayang, sayang!"
Auwyang Kongcu bilang. Mendadak Oey Yong berpaling ke laut, tangannya menunjuk.
"Eh, apakah itu"!" katanya, agak terperanjat.
Auwyang Kongcu memandang ke arah yang ditunjuk itu, ia tidak melihat apa juga, maka ia berpaling lagi, untuk menanya, atau mendadak ia rasakan tangannya tercekal keras dan sakit, sampai ia tidak dapat berkutik. Ia justru mengandalkan tangan kirinya itu.
Tangan Oey Yong yang sebelah lagi memegang
tempuling, ia ayunkan itu ke belakang, untuk menikam perut si anak muda.
Mereka berada sangat dekat satu dengan lain, si anak muda pun tercengang, sedang tangan kanannya mati, tentu saja ia tidak dapat menangkis, bahkan untuk berkelitpun susah. Tapi ialah murid seorang pandai, tak percuma ia berlatih silat duapuluh tahun di Pek To San, maka di saat seujung rambut itu, ia masih ingat untuk membela diri. Bukan ia menangkis atua berkelit, justru dengan dadanya ia membentur punggungnya si nona.
Oey Yong tidak menyangka, maka begitu kena
dibentur, tubuhnya terpelanting jatuh dari atas batu.
Saking kagetnya, cekalan kepada tangan orang telah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terlepas. Tikamannya juga melesat, cuma tidak sampai kosong. Sebagai ganti perutnya, tempuling nyempret di paha kanan si anak muda.
Auwyang Kongcu sudah lantas lompat turun juga dari batu itu, ketika menghadapi si nona, ia dapatkan nona itu lagi berdiri mengawasi ia sambil tertawa haha-hihi, tangannya tetap memegang tempulingnya. Ia pun lantas merasakan sakit pada dadanya yang dipakai membentur itu. Ia lantas mengerti, walaupun berusan ia lolos dari bahaya maut, ia tidak bebas dari durinya baju lapis joan-kwie-kah dari nona itu.
"Kau aneh!" nona itu menegur. "Selagi enak-enak kita bicara, kenapa kau membentur aku" Sudah masa
bodoh!" Dan dia memutar tubuhnya untuk mengangkat kaki.
Auwyang Kongcu berdiri bengong. Ia mendongkol berbareng ketarik hatinya kepada si nona, ia kaget berbareng girang. Ia tidak dapat menyelami hati non aitu. Sampai sekian lama, masih ia menjublak saja.
Oey Yong balik ke gua, ia menyesal bukan main. Ia menyesal yang ilmu silatnya belum sempurna.
Bukankah ia telah membikin hilang satu ketika yang sangat baik" Ia tiba di dalam akan mendapatkan gurunya lagi rebah dengan disampingnya melulahan darah bekas muntah. Ia menjadi sangat kaget.
"Suhu!" ia memanggil seraya ia berdongko. "Kau kenapa suhu" Apa kau merasa baikan?"
Guru itu menghela napas perlahan.
"Aku ingin minum arak?" sahutnya.
Sakit Oey Yong merasakan hatinya. Di mana bisa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendapatkan arak di pulau kosong ini" Terpaksa ia mesti menghibur gurunya itu. Maka ia menyahuti:
"Nanti aku dayakan suhu. Bagaimana kau rasakan lukamu, apakah tidak ada halangannya?" Tanpa merasa ia mengucurkan air mata.
Menghadapi kemalangan lebih besar, belum pernah Oey Yong menangis, tetapi sekarang ia bersedih bukan main. Ia mendekam di dada gurunya itu, ia menangis menggerung-gerung.
Cit Kong mengusap-usap rambut orang serta
punggungnya juga, I apun bingung. Ia lah seorang tua, sudah puluhan tahun ia malang melintang dalam dunia kangouw, segala macam bahaya pernah ia
Suling Naga 22 Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu Pendekar Lembah Naga 24
^