Pencarian

Anak Rajawali 18

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung Bagian 18


menerima hukuman yang sama beratnya! Tapi aku hanya
memusnahkan kepandaian kalian, agar kelak kalian hidup baikbaik!"
Setelah berkata begitu, Ko Tie menarik tangan Giok Hoa, mereka
melesat lenyap dari pandangan Sam-lang-hun. Sedangkan Giok
Hoa berlari sambil menggendong gadis kecil itu, puteri Kwee Lu,
yang bernama Kwee Su. 1712 Sam-lang-hun berdiri bengong, setelah mereka merangkak
bangun, mereka tertegun tidak bisa melangkah, karena merasakan
tubuh mereka lemas. Maka mereka hanya bisa mengawasi ke arah
mana tadi Ko Tie dan Giok Hoa pergi.
Dan juga, memang terlihat jelas sekali, bahwa ke dua pemuda itu
memiliki kepandaian yang luar biasa sekali, yang baru pertama kali
mereka saksikan seumur hidup mereka.
Di dalam hati mereka berjanji, kelak untuk menuntut penghidupan
baik-baik, karena tidak ada bagusnya buat mereka, kalau memang
mereka masih berkecimpung dalam dunia kejahatan. Sebab
sekarang mereka telah memiliki harta yang cukup buat berdagang
dan hidup baik-baik?"
Angin di Kwee-san-cung dingin sekali, samar-samar terdengar
suara air terjun?" "Y" Waktu itu musim semi, pohon-pohon tampak mulai bermekaran
dengan indah dan segar. Seluruh perkampungan Bu-ciu terlihat
permai oleh bunga beraneka ragam, yang mulai bersemi dan juga
tampaknya memang seluruh kota penuh oleh keindahan yang ada,
juga wajah penduduk tampak begitu berseri-seri.
1713 Dari arah jurusan barat Bu-ciu, terlihat dua orang penunggang
kuda. Merupakan dua orang pemuda yang mirip dengan dua orang
pemuda kembar. Masing-masing mengenakan baju abu-abu.
Muka mereka sama-sama tampan, sikap mereka sangat gagah.
Hanya mereka memiliki perbedaan cuma satu, yaitu yang seorang
bertubuh langsing, Mereka tidak lain dari Ko Tie dan Giok Hoa,
yang baru tiba di daerah Bu-ciu tersebut, setelah melakukan
perjalanan setengah bulan lebih dari Kwee-san-chung.
Kwee Su telah dititipkan kepada seorang wanita setengah baya,
penduduk di kaki gunung yang bersedia merawat Kwee Su.
Dengan begitu Ko Tie dan Giok Hoa bisa melanjutkan perjalanan
mereka. Dengan gembira. Memang melakukan perjalanan di musim semi, di saat bunga
bermekaran dan juga hawa udara mulai hangat, merupakan hal
yang menyenangkan sekali. Banyak yang dibicarakan muda-mudi
ini dengan gembira sekali, terdengar tertawa mereka yang mengisi
kesunyian perjalanan mereka.
Hati mereka telah semakin terpaut dengan sekian lamanya mereka
melakukan perjalanan bersama. Ko Tie semakin mencintai si gadis
pujaan hatinya. 1714 Giok Hoa pun semakin tambah berpengalaman setelah berkelana
sekian lama dalam rimba persilatan. Kini iapun menyadari bahwa
ia membutuhkan dan mencintai sekali engko Tie nya tersebut.
Mereka merencanakan buat singgah di Bu-ciu, beristirahat
beberapa hari di sana. Tanpa Ko Tie dan Giok Hoa sadari bahwa nama mereka sudah
menggemparkan dunia persilatan, karena mereka telah melakukan
beberapa pekerjaan besar dengan menumpas para penjahat. Dan
merekapun telah membuat orang-orang rimba persilatan banyak
membicarakan mereka. Dibasminya Kwee Lu dengan anak buahnya, tersiar luas sekali.
Banyak orang rimba persilatan yang merasa heran, bahwa telah
muncul jago-jago rimba persilatan memiliki kepandaian tinggi
seperti mereka, padahal usia mereka masih muda sekali. Kematian
Jie Sian pun telah menggoncangkan rimba persilatan, karena
nenek tua itu adalah seorang tokoh rimba persilatan yang memiliki
nama sangat terkenal. Terlebih lagi seorang dari Thian-san-ngo-kui, yaitu yang bungsu
sempat meloloskan diri. Ia telah menceritakan kepada kawan-
1715 kawannya dari aliran hitam tentang kemalangan pihaknya dan
kematian Jie Sian. Tidak mengherankan, diwaktu itu banyak juga orang-orang dari
aliran hitam yang berusaha untuk mencari jejak Ko Tie dan Giok
Hoa, karena mereka hendak membalas sakit hati Kwee Lu dan Jie
Sian. Nama Ko Tie dan Giok Hoa pun semakin terkenal. Cuma saja,
disebabkan mereka hanya dikenal sebagai "Bie Siauwhiap dan Un
Siauwhiap" seperti yang mereka perkenalkan diri kepada Samlang-hun, dengan demikian dalam rimba persilatan cuma
mengenal Bie Un Ji-hiap. Tidak seorang pun yang mengetahui siapa sebenarnya mereka
berdua, pemuda luar biasa itu.
Sam-lang-hun cuma menceritakan kepada kawan-kawannya,
betapa Ko Tie dan Giok Hoa melumpuhkan Kwee-san-chung
dengan mudah sekali, mendatangkan kagum luar biasa di
kalangan kawan-kawan Sam-lang-hun.
Memang dimusnahkannya kepandaian mereka membuat Samlang-hun bersakit hati, namun mereka jeri buat menuntut balas.
Banyak kawan-kawannya yang menganjurkan agar Sam-lang-hun
1716 meminta kesediaan dari orang-orang rimba hijau untuk mencari Ko
Tie dan Giok Hoa membalaskan sakit hati mereka.
Namun usul itu telah ditolak oleh Sam-lang-hun karena mereka
yakin, kawan-kawannya itu tidak mungkin bisa menghadapi Ko Tie
dan Giok Hoa. Demikianlah, Ko Tie dari Giok Hoa yang tidak mengetahui
pergolakan yang tengah terjadi di belakang mereka, yang tengah
mencari jejak mereka dan berusaha menyelidiki siapa mereka
sebenarnya, telah melakukan perjalanan dengan gembira.
Waktu tiba di Bu-ciu, Ko Tie mengajak Giok Hoa mencari rumah
penginapan. Setelah mereka memperoleh sebuah kamar yang
memiliki dua buah pembaringan, mereka memesan makanan yang
enak-enak. Sambil bercakap-cakap dengan gembira, mereka
bersantap di dekat jendela maka dari mana mereka bisa
memandang keluar, ke jalan raya.
Menjelang malam, Giok Hoa mengajak Ko Tie untuk jalan-jalan
menyaksikan keramaian kota, dan Ko Tie tidak menolaknya.
Memang sepasang muda mudi yang tengah dilanda asmara itu
selalu saja merasa gembira dan asyik dengan percakapan yang
mesra dan juga menggembirakan, di mana merekapun 1717 membicarakan tentang hubungan, juga tentang masa depan
mereka, tentang segala macam hal.
Keadaan di kota Bu-ciu memang ramai, karena penduduk kota
tersebut padat. Di samping itu memang juga terlihat jelas penduduk
kota banyak yang berdagang sampai jauh malam, toko-toko tidak
segera tutup walaupun malam telah cukup larut.
Terlebih lagi rumah makan dan tempat pelesiran, di mana mereka
membuka semalam suntuk. Banyak orang yang berkumpul di
rumah makan di antara sahabat-sahabatnya buat bercakap-cakap,
dengan gembira. Disamping itu, banyak juga pengemis yang berkeliaran di kota,
terutama sekali di rumah-rumah makan, karena mereka mengharapkan sekali memperoleh makanan sisa.
Ko Tie dan Giok Hoa telah mengelilingi kota tersebut sampai
mendekati tengah malam. Mereka mendatangi tempat-tempat
yang memiliki pemandangan yang indah permai. Di samping itu
mereka juga telah pergi ke sebuah rumah makan, untuk bersantap
malam dengan perlahan-lahan, bercakap-cakap mesra dan juga
membicarakan segala yang serba indah.
1718 Dilihat dari sikap mereka berdua, ke duanya seperti sudah tidak
pernah dipusingkan oleh urusan rimba persilatan. Mereka tidak
mirip-miripnya sebagai orang Kang-ouw, malah lebih tidak cocok
lagi sebagai orang-orang yang baru-baru ini menggemparkan
rimba persilatan dengan sepak terjang mereka.
Waktu tengah berjalan untuk pulang ke rumah penginapan,
mereka lewat di muka sebuah rumah pelesiran. Rumah yang
diterangi oleh teng-to-leng memancarkan sinarnya yang merah itu,
dengan suara musik terdengar dari dalam, juga suara tertawa
cekikikkan dari para wanita pelesiran di dalam, genit dan centil,
membuat muka Giok Hoa jadi berobah merah dan merasa panas
sekali. "Jika kelak engkau sebagai seorang suami, tentunya engkau pun
tidak akan berbeda dengan para pria-pria lainnya, sering mengisi
waktu senggang dengan mendatangi tempat-tempat pelesiran
seperti ini" Bukankah begitu, engko Tie?"" kata Giok Hoa sambil
melirik. "Hemmmmm, itu masih belum bisa kupastikan!" menjawab Ko Tie,
tertawa. 1719 Muka Giok Hoa semakin merah, tapi sekarang terlihat sikap tidak
puasnya. "Mengapa belum bisa dipastikan" Jika demikian jelas memang
kelak engkau pun termasuk seorang laki-laki bedodoran yang tidak
punya malu! Tentu suatu saat kelak engkau pun akan datang di
rumah-rumah pelesiran ini!"
Ko Tie tertawa, dia bilang: "Adikku yang manis, engkau jangan
cepat cemburu seperti itu! Jika memang aku memperoleh seorang
isteri yang buruk sekali, yang tidak cantik, yang cerewet dan
senang sekali mengomel, mengapa aku tidak mungkin datang ke
rumah pelesiran ini buat menghibur diri" Tentu saja aku bisa
datang ke rumah-rumah pelesiran ini!
"Tapi jika andaikata aku memperoleh isteri secantik engkau,
semanis engkau, mana mungkin aku datang ke tempat-tempat
pelesiran, sedangkan isteriku itu seorang yang cantik, seorang
yang sangat manis, yang sangat kucintai! Di rumah-rumah
pelesiran seperti itu mana ada yang menang dengan kecantikan
isteriku?" Dan Ko Tie tertawa, lagi.
Muka Giok Hoa berobah merah.
1720 "Boleh aku tahu siapa calon isterimu yang cantik itu?" tanyanya
sambil mengerling. "Ya, aku sendiri belum tahu. Tapi aku pasti tidak akan datang ke
rumah-rumah pelesiran seperti ini. Jika saja aku bisa memperoleh
seorang isteri secantik engkau, misalnya!"
Pipi Giok Hoa berobah semakin merah, dia menunduk, namun
tangannya meluncur mencubit lengan Ko Tie.
"Kau laki-laki buaya!" kata Giok Hoa. "Cissss siapa yang kesudian
menjadi isterimu" Aku seorang gadis bermuka buruk, memiliki adat
yang jelek, mana mungkin cocok menjadi isterimu, seperti yang
kau idam-idamkan!" "Justeru aku mengatakannya kalau saja aku bisa memperoleh
isteri seperti engkau, betapa bahagianya aku, dan tentu tidak akan
pernah datang ke rumah-rumah pelesiran....." kata Ko Tie setelah
menjerit dan menggosok-gosok tangannya yang terasa sakit
karena cubitan si gadis. "Aku buruk dan juga tabiatku jelek. Jika aku menjadi isterimu, tentu
aku akan menderita dan juga berduka sepanjang hari!" kata Giok
Hoa, suaranya halus, ia juga bilang dengan perlahan sekali,
kepalanya tertunduk dalam-dalam.
1721 "Mengapa begitu"!"tanya Ko Tie sambil senyum lebar.
"Karena aku tidak cocok dengan idaman kau!"menyahuti Giok Hoa.
"Aku telah mendengarnya, engkau mengharapkan seorang isteri
yang cantik, yang manis yang memiliki perangai sangat baik, baru
engkau tidak akan datang ke tempat-tempat pelesiran ini.
"Tapi jika aku yang buruk dan bertabiat jelek ini menjadi isterimu,
bukankah engkau akan menjadi si pemuda bedodoran, yang setiap
malam mendatangi rumah-rumah pelesiran, sedangkan aku hanya
sepanjang malam menangis seorang diri?"!?"
Ko Tie tertawa, ia tahu-tahu memegang ke dua lengan si gadis,
kemudian ia mendekapnya. "Justeru engkau yang ku idam-idamkan. Engkau cantik seperti
seorang bidadari, engkau pun memiliki hati yang lembut dan juga
baik sekali. Aku bersedia bersumpah tidak akan pernah
menginjakkan kaki walaupun hanya setengah langkah ke tempattempat seperti itu, jika saja engkau bersedia kelak menjadi
isteriku!" Bahagia sekali Giok Hoa, ia membiarkan tangan Ko Tie mengusapusap lembut rambutnya. Malah, tangan kanan Ko Tie tahu-tahu
telah memegang dagunya, mengangkatnya, sehingga si gadis
1722 menengadah dan Ko Tie menundukkan kepalanya mencium bibir
si gadis. Untuk sementara Giok Hoa merasakan dirinya seperti melayanglayang hangat sekali. Baru pertama kali ini ia dicium oleh lawan
sejenisnya. Ia merasakan betapa nikmat dan hangat membahagiakan sekali. Tapi, mendadak sekali, seperti tersentak, Giok Hoa mempergunakan ke dua tangannya mendorong dada Ko Tie,
sampai pemuda itu terhuyung mundur ke belakang.
"Adik Hoa?"!?" Ko Tie terkejut.
"Laki-laki buaya tidak tahu malu?" Apakah engkau tidak takut
nanti jadi tontonan orang ramai" Ini tokh jalan raya?"
Kata si gadis sambil menjejakkan ke dua kakinya. Tubuhnya
melesat meninggalkan tempat itu, dan di waktu itu juga terlihat ia
tersenyum malu, tapi bahagia sekali hatinya.
Walaupun ia tadi berkata dengan sikap marah, namun hatinya
sesungguhnya bahagia bukan main. Malah ia mengharapkan lagi,


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di suatu saat kelak, ia bisa dicium seperti itu lagi oleh Ko Tie!
1723 Ko Tie tersenyum, ia mengetahui bahwa Giok Hoa sesungguhnya
tidak marah oleh perbuatannya. Ia mengejar sambil memanggilmanggil si gadis.
Akhirnya ia bisa mengejar sampai di sisi si gadis.
"Adik Hoa, kau marah"!" tanya Ko Tie kemudian, dengan suara
yang halus. Giok Hoa memperlahankan larinya, dia mengerling sambil katanya:
"Aku takut berteman dengan laki-laki buaya seperti kau!"
"Aku tidak akan melakukan perbuatan itu lagi, adik Hoa. Tentunya
engkau tidak marah bukan?" Ko Tie bilang.
"Cissss, jika lain kali engkau melakukannya lagi, aku akan
menampar mulutmu itu agar gigimu rontok!" kata si gadis dengan
pipi berobah merah. Tapi Ko Tie melihat, gadis itu memang tidak marah. Sambil
tersenyum si pemuda telah berlari terus mengikuti Giok Hoa di
sisinya! 1724 Giok Hoa telah berlari terus, kembali ke rumah penginapan. Waktu
akan tidur, tampak Ko Tie masih sempat bilang: "Selamat tidur
adikku yang manis, semoga engkau bermimpi."
"Mimpi apa?" bentak Giok Hoa sambil cemberut marah. Padahal
hatinya waktu itu senang dan bahagia sekali.
Dan Ko Tie melihat si gadis tengah cemberut seperti itu jadi
tertegun. Karena dilihatnya, di bawah cahaya api lilin, yang redupredup di dalam kamar mereka, waktu cemberut seperti itu Giok Hoa
benar-benar cantik menawan hati.
Dan jika ia tidak kuatir nanti si gadis memiliki prasangka yang tidaktidak dan salah, tentu dia akan menubruk, untuk mencium dan
menggigit bibir si gadis yang tengah cemberut itu. Dan Ko Tie cuma
menahan liurnya. "Bermimpi indah tentunya....." kata Ko Tie pada akhirnya, suaranya
serak dan perlahan hampir lenyap tidak terdengar. "Dan akupun
memohon kepada Thian, agar diberikan impian yang indah, impian
yang memberikan kesempatan kepadaku mencium..... mencium....." "Mencium apa?" bentak Giok Hoa, pipinya telah berobah merah.
1725 "Mencium gulingku!"menyahuti Ko Tie akhirnya.
Si gadis tahu, bahwa ia tengah diperolok-olok. Namun ia girang.
Walaupun mukanya sengaja semakin cemberut, sedangkan
bantalnya telah dilontarkan kepada Ko Tie, sambil makinya seperti
marah: "Cissss, laki-laki-buaya tidak tahu malu..... Jikalau bersikap kurang
ajar sekali lagi saja, untuk selamanya aku tidak mau tidur sekamar
lagi denganmu..... Biarlah aku akan pindah kamar saja."
"Ohhhhh, jangan! Tidak! Aku berjanji, aku bersumpah, tidak akan
berlaku kurang ajar lagi kepadamu..... aku akan menjadi laki-laki
yang alim, jika memang buaya, buaya yang alim dan tenang
mengapung di permukaan air?"!"
Sambil berkata begitu Ko Tie menyambuti bantal si gadis. Ia
tertawa keras! Kemudian dengan sikap yang disengaja seperti
tengah memperlihatkan sikap yang menghormat sekali, Ko Tie
mengembalikan bantal si gadis.
Pipi Giok Hoa berobah merah, tapi senang sekali hatinya. Ia
menyambuti bantal itu, namun tangan kirinya telah meluncur,
mencubit lengan Ko Tie, sampat Ko Tie berseru kesakitan.
1726 Di waktu itu, Ko Tie kembali ke pembaringannya, ia telah tertidur
dengan bibir tersenyum lebar.
Giok Hoa tidak segera tidur. Pengalamannya hari ini benar-benar
luar biasa. Ia bahagia sekali. Ia malu bukan main. Tapi ia pun mengharapkan
bisa mengalaminya satu kali lagi, Ko Tie menciumnya.
Pemuda itu memang dicintainya. Ko Tie seorang pemuda sejati. Ia
sangat dihormatinya karena sikapnya yang halus dan tidak pernah
berlaku kurang ajar. Dan Giok Hoa memang menyukainya.
Oleh karena itu, iapun telah melirik berulang kali kepada Ko Tie
yang telah tidur di pembaringan di seberangnya. Si gadis jadi
tersenyum beberapa kali dengan sendirinya.
Dilihatnya Ko Tie tertidur dengan tubuh yang merengket dan juga
muka yang berseri-seri, bibirnya tersenyum. Dilihat juga oleh Giok
Hoa, betapa kelopak mata Ko Tie yang tertutup rapat itu bergerakgerak.
Dan si gadis jadi tersenyum sendiri! Tentu Ko Tie pun sama seperti
dia, tidak bisa segera tidur pulas, hanya saja pemuda itu sengaja
menutup rapat matanya, untuk pura-pura tidur.
1727 Giok Hoa sengaja membalikkan tubuhnya ke arah
lain, memunggungi Ko Tie. Dan ia tertidur dengan bibir tersenyum
manis sekali...... Iapun memang bermimpi indah sekali, bermimpi bergurau dengan
Ko Tie, bercumbu dan berciuman. Sampai gadis itu kaget
sendirinya terbangun dari tidurnya. Karena dalam mimpinya justeru
ia yang merangsek Ko Tie, ia merangkul kuat-kuat dan geregetan,
dia yang melumat bibir pemuda itu.
Tapi waktu tersadar dari tidurnya, keadaan di dalam kamar tetap
sunyi, gelap gulita, api penerangan di dalam kamar telah
dipadamkan. Dan ketika ia melirik ke pembaringan Ko Tie,
dilihatnya pemuda itu tengah tidur nyenyak dengan mendengkur.
Gadis ini jadi tenang hatinya, walaupun pipinya berobah merah
panas, hatinya senang karena itu hanya impian belaka, yang tidak
mungkin diketahui oleh Ko Tie. Ia pun telah memejamkan matanya
lagi buat tidur..... bibirnya tersenyum bahagia.
"Y" Begitu fajar menyingsing, Giok Hoa terbangun dari tidurnya. Waktu
ia menoleh, dilihatnya Ko Tie masih tertidur nyenyak sekali.
1728 Perlahan-lahan si gadis turun dari pembaringannya. Agar tidak
menimbulkan suara, ia keluar dari kamar, memanggil pelayan, buat
mempersiapkan santapan pagi. Ia telah salin pakaian dikala ia
menantikan tibanya santapan pagi itu.
Setelah pelayan mengantarkan santapan yang dipesannya, Giok
Hoa yang mengatur sendiri di atas meja. Ia memesan cukup
banyak makanan, dan juga ia telah menyusunnya dengan rapi.
Kemudian si gadis duduk di kursi mengawasi Ko Tie yang masih
tertidur lelap Dipandangi seperti itu, walaupun semula Ko Tie tertidur nyenyak,
tiba-tiba ia seperti tersentak, perasaan halusnya telah menyatakan
bahwa ada seseorang tengah mengawasinya. Ia terbangun dari
tidurnya, dan menoleh kepada si gadis. Justeru dilihatnya Giok Hoa
tengah duduk di depan meja, dekat pembaringannya, tengah
mengawasi sambil tersenyum manis sekali.
Ko Tie jadi malu. Cepat-cepat ia mengucek-ucek matanya, katanya
sambil turun dari pembaringan: "Maafkan adik Hoa, aku tertidur
terlampau nyenyak sekali?""
Segera juga Ko Tie pergi ke kamar mandi untuk salin pakaian,
barulah kemudian setelah cuci muka ia duduk di depan si gadis.
1729 "Sudah lama kau bangun, adik Hoa?" tanya Ko Tie.
Giok Hoa mengangguk. "Ya, sudah cukup lama aku menantikan kau bangun," menyahuti si
gadis. "Mimpi apa kau tadi malam?"
Muka Ko Tie jadi berobah merah, tapi ia tertawa.
"Aku memang bermimpi, tapi jika aku memberitahukan kepadamu,
tentu engkau akan marah....." menyahuti Ko Tie.
"Ayoh beritahukan padaku mimpi itu!" desak Giok Hoa ingin
mengetahui. Ko Tie mennggeleng. "Jangan ahh, nanti engkau marah!"
"Tidak! Kau harus memberitahukannya kepadaku!" desak si gadis.
"Kau mau berjanji tidak marah jika aku menceritakan mimpiku itu?"
tanya Ko Tie sambil tetap tersenyum.
Si gadis jadi cemberut. "Kau mau memberitahukan atau tidak?"
1730 "Jika kau tidak mau berjanji bahwa engkau tidak marah mendengar
mimpiku itu, barulah aku menceritakannya!"
"Baiklah!" mengangguk Giok Hoa, "Aku berjanji tidak akan marah.
Nah, sekarang kau ceritakanlah mimpimu itu!"
"Aku semalam bermimpi?"" berkata sampai di situ Ko Tie
berhenti dulu, ia tersenyum.
"Ayo katakan!" desak Giok Hoa tak sabar.
"Aku bermimpi mencium kau adik Hoa!" menjelaskan Ko Tie pada
akhirnya. "Cisssssss! Tidak tahu malu!" berkata Giok Hoa yang mukanya
seketika berobah merah. Ko Tie tertawa. "Tapi kau berjanji tidak akan marah bukan?" kata Ko Tie kemudian.
"Justeru dalam mimpiku itu, engkau tidak marah dicium malah
minta lagi?"" Tiba-tiba tangan kanan si gadis meluncur, dia mencubit tangan Ko
Tie kuat-kuat. 1731 "Aouwwwww!" menjerit Ko Tie kesakitan tapi tertawa. "Tadi kau
berjanji tidak akan marah"!"
"Engkau laki-laki tidak tahu malu!" kata Giok Hoa dengan pipi
berobah merah. Ia jadi malu sekali.
Diam-diam dia jadi bingung juga, mengapa si pemuda bisa
bermimpi yang sama seperti yang dimimpikannya semalam. Di
mana ia yang merangsek si pemuda, yang melumat lahap bibir si
pemuda itu. Karena itu, Giok Hoa jadi malu bukan main. Dia menunduk dalamdalam, dan masih menggumam: "Selanjutnya aku tidak ingin bicara
lagi dengan kau!" "Ihhhhh, kok begitu?" kata Ko Tie cepat dan agak gugup.
"Bukankah engkau telah mendesak agar aku menceritakan
mimpiku itu"!" "Tapi engkau memiliki pikiran yang kotor!" kata Giok Hoa kemudian
cemberut. "Mengapa pikiranku kotor, bukankah mimpi datang tidak bisa
ditolak. Jika memang bisa ditolak, tapi jika mimpi bisa mencium
1732 engkau, adikku manis, tentu aku seribu kali tidak akan
menolaknya!" Tangan Giok Hoa ingin bergerak mencubit Ko Tie lagi, tapi pemuda
itu telah mendoyong tubuhnya ke belakang, bersiap-siap
menghindar. "Adikku yang manis.....!" kata pemuda itu sambil tertawa.
"Tentunya engkau..... engkau juga senang sekali jika saja kita bisa
berhubungan lebih intim. Aku sangat mencintaimu..... aku sangat
mencintaimu.....!" Pipi Giok Hoa semakin berobah merah.
"Sudah, jangan ngoceh terus!" katanya kemudian. "Aku tidak mau
bicara dengan kau!" Ko Tie tertawa. Mereka bersantap. Tapi, namun akhirnya dia
sendiri yang banyak bicara, bercerita perihal pengalamannya yang
telah dialaminya beberapa waktu yang lalu, di mana ia mengatakan
dia senang sekali bisa mencoba kepandaiannya dengan membasmi penjahat. Ko Tie juga sudah tidak menyinggung-nyinggung lagi, walaupun
Giok Hoa mengancam tidak mau bicara lagi dengan Ko Tie, dan
1733 berpikir, soal "Cium-ciuman" itu, karena ia kuatir nanti si gadis akan
marah. Karena itu, diapun tidak pernah menyinggung-nyinggung
atau menggoda si gadis lagi.
Dia telah bersantap dengan lahap sekali. Demikian juga si gadis
yang makan dengan gembira, merekapun bermaksud untuk keluar
pesiar ke tempat-tempat yang indah di Bu-ciu.
Dan Ko Tie menyetujuinya karena dengan pesiar ke tempat-tempat
yang indah, mereka jelas memiliki waktu yang cukup banyak untuk
menjalin kemesraan mereka berdua.
Begitulah, setelah berpakaian rapi, ke duanya keluar meninggalkan rumah penginapan. Di depan rumah penginapan Ko
Tie bertanya kepada seorang pelayan, tempat mana yang indah di
Bu-ciu ini. Pelayan itu mengawasi ke dua tamunya ini. Ia kagum melihat
tampannya Ko Tie dan Giok Hoa yang masih tetap menyamar
sebagai seorang pemuda. Sampai akhirnya pelayan itu bilang:
"Jika memang tuan berdua ingin mencari tempat yang indah,
kebetulan sekali hari ini Ang-kie-pay (Perkumpulan Bendera
Merah) tengah mengadakan pesta di telaga Bie-ouw, duapuluh lie
1734 dari Bu-ciu..... Hari ini di sana berkumpul kurang lebih ratusan
orang-orang rimba persilatan yang memiliki kepandaian tinggi.
"Mereka akan bertanding bermacam cara untuk memeriahkan
pesta itu. Di sana ada juga musik-musik yang akan diperdengarkan
oleh para pemain musik terkenal di Bu-ciu!
"Cuma nasibku dasar sial. Aku sebagai pelayan rumah penginapan
ini, aku tidak ijinkan oleh majikanku buat pergi menyaksikan
keramaian, karena majikanku kuatir banyak tamu yang perlu
dilayani! Hai! Hai! Jika saja memang aku bisa menyaksikan
keramaian itu?"."
Ko Tie tidak menanti sampai ocehan dari pelayan itu habis, ia telah
menarik tangan Giok Hoa, diajaknya pergi.
"Ang-kie-pay mengadakan pesta, tentu memang meriah! Perkumpulan apakah Ang-kie-pay itu" Tentunya merupakan lintah
darat dan buaya-buaya darat di kota ini".. Para jagoan kota!
"Hemmm, tampaknya, Ang-kie-pay merupakan perkumpulan yang
tidak kecil. Karena menurut pelayan itu, yang akan berkumpul di


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tempat pesta mereka itu, jumlahnya lebih dari ratusan orang-orang
rimba persilatan, yang semuanya berasal dari kalangan Kang-ouw.
1735 "Tentunya memang di sana akan ramai. Karena dari itu, ada
baiknya kita pergi ke sana untuk menyaksikan keramaian.?"!"
Giok Hoa setuju. "Ya, memang kita perlu keramaian!" katanya kemudian mengangguk beberapa kali.
"Adikku, cuma saja, ada sesuatu yang membuat aku menyesal jika
kita pergi ke sana?"!" kata Ko Tie bersungguh-sungguh.
Giok Hoa kaget. "Kenapa?" tanyanya heran.
"Karena di sana sangat ramai sekali, tentu aku tidak memiliki
kesempatan walaupun satu detik buat menciummu!" menggoda Ko
Tie, Muka si gadis berubah merah, dia malu sekali. Dia juga berkata
galak sambil mengayunkan tangannya: "Akan kutampar mulutmu,
engko Ko Tie." Tapi Ko Tie memang tahu penyakit, dia telah berlari sambil tertawa.
Si gadis mengejarnya. 1736 Namun akhirnya Ko Tie membiarkan pundaknya dipukul oleh Giok
Hoa. Tentu saja bukan pukulan yang keras, hanya pukulan yang
lunak. Ko Tie sengaja mengaduh-aduh.
"Kalau mulutmu kurang ajar lagi, aku akan memukul sampai kau
berlutut minta ampun!" mengancam si gadis dengan muka yang
berubah merah. Ko Tie merangkapkan ke dua tangannya, sambil menahan
senyum, ia bilang: "Siauw-jin akan mematuhi perintah Toa-ya."
Mau atau tidak Giok Hoa tertawa juga. Dan mereka melanjutkan
perjalanan pula dengan hati yang bahagia.
Sepanjang perjalanan, memang mereka seringkali bertemu
dengan orang-orang yang berpakaian sebagai orang Kang-ouw,
dengan berbagai senjata tajam terlihat berada di punggung dan di
pinggang mereka. Semua orang Kang-ouw yang bertemu dengan mereka, tidak
memperhatikan mereka. Karena mereka berdua adalah pemudapemuda tampan, yang tidak mirip-miripnya sebagai seorang rimba
persilatan. 1737 Tampaknya sebagai kutubuku-kutubuku belaka. Dan jika ada yang
tertarik juga memperhatikan mereka, karena ke dua pemuda itu
sangat tampan sekali. Waktu itu mereka telah tiba di dekat telaga, di mana mereka
semakin banyak bertemu dengan orang rimba persilatan.
Bermacam-macam orang rimba persilatan itu.
Ada yang tua, ada yang muda, ada yang kejam dan bengis, tapi
ada juga yang mukanya memancarkan sikap penyabar. Tapi yang
terbanyak umumnya mereka merupakan orang-orang dengan
tampang menyeramkan. Ko Tie dan Giok Hoa segera dapat menduga, bahwa Ang-kie-pay
tentunya merupakan perkumpulan dari aliran hitam. Melihat tamutamunya yang sebagian terbesar terdiri dari orang-orang Kangouw aliran hitam, tentunya Ang-kie-pay memang merupakan
perkumpulan yang tidak baik.
Karena itu, sambil menoleh kepada Giok Hoa, Ko Tie berbisik, "Jika
memang perlu, kita turun tangan. Karena tampaknya Ang-kie-pay
bukan perkumpulan manusia-manusia baik!"
Giok Hoa mengangguk mengiyakan.
1738 Di waktu itu, orang Kang-ouw yang berkumpul di tepi telaga
tersebut, ramai sekali. Mereka tengah bercakap-cakap dengan
gembira dan berisik sekali.
Di tepi telaga Bie-ouw telah ramai bukan main, di sebelah barat
telaga itu dibangun sebuah panggung yang cukup tinggi dan
mewah. Sedangkan di pinggir kiri kanannya terdapat tetarap yang
dibangun untuk menampung para tamu yang berdatangan.
Ko Tie dan Giok Hoa mengambil tempat di belakang di sebelah
kanan dari panggung. Mereka duduk dengan tenang sambil
memperhatikan keadaan di sekitar tempat itu, mengawasi semua
orang yang berkumpul di situ.
Banyak orang-orang yang bekerja sebagai pelayan Ang-kie-pay,
melayani tamu-tamu. Mereka sibuk menyediakan minuman dan
makanan. Waktu itu, di tengah telaga, terdapat sebuah kapal yang cukup
besar dan angker sekali dengan segala hiasan.
Rupanya, pemimpin-pemimpin Ang-kie-pay berada di dalam kapal
itu. Maka Ko Tie dan Giok Hoa memperhatikannya ke arah kapal
itu, yang rupanya di dalam kapal tersebut terdapat tidak sedikit
orang-orang lihay. 1739 Apa yang diduga oleh Ko Tie dan Giok Hoa memang tidak meleset,
sebab waktu itu tampak sesosok tubuh telah melayang keluar dari
kapal, dan telah menuju ke panggung. Gin-kang yang diperlihatkannya memang mahir dan tinggi.
Ko Tie yang melihat gerakan orang itu, hanya tersenyum saja. Giok
Hoa bilang dengan suara tawar: "Hemmm, mereka mulai menjual
lagak!" "Ya!" Ko Tie mengangguk.
Orang yang hinggap di atas punggung itu, ternyata seorang lelaki
tua berusia kurang lebih enampuluh tahun, dengan kumis dan
jenggot yang telah memutih dan kulit muka yang keriputan.
Matanya yang sipit itu memancarkan sinar yang sangat tajam,
seakan juga ingin menembusi semua orang yang berkumpul di situ
karena sebelum berbicara, ia telah menyapu memandang semua
orang yang berada di situ, barulah kemudian dia telah
merangkapkan sepasang tangannya, dia menjurah sambil katanya
dengan suara yang parau keras:
"Saudara-saudara sekalian, juga para Ho-han yang berkumpul di
sini, yang telah meringankan kaki hadir dalam pesta yang kami
1740 adakan! Atas nama Pang-cu, aku menyampaikan syukur dan
terima kasih kami?"!"
Setelah berkata begita orang tua tersebut menjurah tiga kali. Ia
mengawasi sekelilingnya, di mana semua orang yang hadir, di
sebelah kanan maupun sebelah kiri panggung itu bertepuk tangan
ramai sekali. Setelah keadaan meredah kembali, barulah orang tua itu
meneruskan perkataannya: "Sebenarnya, maksud kami menyelenggarakan pesta ini, hanyalah
untuk memperingati perkumpulan kami telah berusia lima tahun!
Berkat dari kesetiaan kawan-kawan Kang-ouw, kami dapat hidup
terus dengan subur dan juga dapat menancapkan kaki di dalam
kalangan Kang-ouw. "Karena itu, tidak lupa, untuk menyatakan terima kasih kami
dengan menyelenggarakan pesta ini! Dan juga di samping untuk
ucapan terima kasih, Pang-cu kami memiliki maksud satu lagi,
yaitu ingin memperkenalkan diri kepada kawan-kawan Kang-ouw
di Bu-ciu ini tentang perkumpulan kami, yaitu Ang-kie-pay!"
Setelah berkata begitu, orang tua itu mementangkan ke dua
tangannya, disambut oleh tepuk tangan yang riuh dan ramai.
1741 Sedangkan Ko Tie dan Giok Hoa segera dapat menduga, tentunya
Ang-kie-pay, memang bermaksud hendak mementangkan sayap
dan kekuasaannya di Bu-ciu ini, di mana mereka hendak
mengunjukkan gigi dan juga bermaksud hendak menanamkan
kekuasaannya di Bu-ciu. Dengan demikian, sengaja mereka membangun panggung. Jelas
Ang-kie-pay akan memajukan orang-orangnya, untuk dapat
memperlihatkan betapa anggota Ang-kie-pay memang semuanya
memiliki kepandaian yang lihay dan juga akan dapat merubuhkan
dan menghadapi jago Bu-ciu yang mana saja!
Itulah suatu maksud untuk kepentingan kekuasaan dari orangorang Ang-kie-pay belaka maka telah membuat Ko Tie dan Giok
Hoa semakin memiliki kesan tidak baik pada perkumpulan
tersebut. Sedangkan orang tua itu setelah mementangkan ke dua
tangannya, dan tepuk tangan maupun pujian meredah, mereka
semua telah berdiam diri, barulah ia berkata dengan suara yang
lebih nyaring lagi: "Untuk menambah meriah pesta kami ini, karena itu kami akan
menampilkan dua orang anggota muda kami, untuk dapat main1742
main di panggung, guna memperlihatkan kejelekan mereka?"
Harap para tamu tidak menertawainya?"!"
Menyelesaikan perkataannya itu, tampak orang tua ini telah
menepuk ke dua tangannya, di mana dia telah menepuknya
sebanyak tiga kali, dan suaranya juga sangat nyaring sekali.
Segera tampak dari kapal itu melesat dua sosok tubuh. Sama
halnya seperti yang dilakukan oleh orang tua itu, ke dua sosok
tubuh itu juga berjumpalitan di tengah udara.
Dan mereka melompat enam kali untuk dapat tiba di lantai
panggung tersebut. Ke dua orang itu adalah dua orang pemuda
berusia duapuluh tahun lebih, ke duanya memakai baju warna
merah yang singsat, dengan pedang tergemblok di tubuh masingmasing.
Mereka memberi hormat kepada orang tua itu, lalu memutar tubuh
memberi hormat kepada para tamu.
"Harap cianpwe dan juga tuan-tuan tidak mentertawai keburukan
kami.....!" kata mereka hampir berbareng. "Sekarang kami hendak
meramaikan pesta pangcu Ang-kie-pay, agar para Cianpwe dan
tuan-tuan tidak menjadi kesepian karenanya.....!"
1743 Setelah berkata begitu, dengan gesit ke dua pemuda itu
memisahkan diri. mereka telah berdiri berhadapan dan juga tangan
mereka dengan sebat telah mancabut pedang masing-masing,
yang berkilauan terkena sinar matahari pagi.
Segera juga di sekitar tempat itu ramai oleh tepuk tangan dan
suara memuji, karena orang-orang kagum dengan gerakan dan
kesebatan tangan ke dua pemuda itu.
Semangat ke dua pemuda tersebut terbangun dan mereka segera
juga melompat dengan gesit dimana mereka telah menyerang satu
dengan yang lainnya. Gerakan yang dilakukannya sebenarnya hanya merupakan
kembang ilmu pedang belaka, karena biarpun tampaknya mereka
gesit dan menyerang dengan hebat, namun tidak mungkin akan
dapat mencelakai lawan masing-masing.
Ko Tie yang menyaksikan cara bertanding ke dua pemuda itu, jadi
tidak tertarik. Demikian juga Giok Hoa. Karena ke dua pemuda itu
memang benar-benar hanya memperlihatkan permainan yang
tidak berarti, cuma hendak meramaikan pesta tersebut.
Setelah lewat duapuluh jurus, ke dua pemuda itu melompat
mundur memisahkan diri. 1744 Orang tua enampuluhan tahun yang tadi telah maju pula ke depan,
ia merangkapkan ke dua tangannya, kemudian katanya:
"Siapakah di antara tuan-tuan yang hendak memanaskan darah
untuk main-main dengan gembira di atas panggung" Mereka
merupakan anggota muda kami yang memiliki kepandaian belum
berarti, karena itu, mereka telah memperlihatkan permainan ilmu
yang kurang baik!" Setelah berkata begitu, dengan sikap mempersilakan, tampak
tangan orang tua itu telah diacungkan. Dia mempersilakan jika di
antara tamu-tamu itu ada yang bersedia uutuk maju ke atas
panggung, untuk pibu. Tiba-tiba Ko Tie dan Giok Hoa melihat, seorang pemuda berusia
hampir tigapuluh tahun telah melompat naik ke atas panggung.
Gerakan tubuhnya begitu ringan waktu ke dua kakinya hinggap di
atas panggung. Sama sekali tidak mengeluarkan suara dan juga
mereka melihat bahwa mata pemuda itu memiliki sinar tajam.
Di kala itu terlihat pemuda itu merangkapkan ke dua tangannya
memberi hormat, sambil katanya,
1745 "Maaf, boanpwe Tie Koay Cie ingin sekali main-main untuk
menambah kegembiraan. Dan siapakah di antara tuan-tuan yang
bersedia menemani"!"
Terdengar suara tertawa tawar, disusul dengan melesatnya
sesosok bayangan ke atas panggung.
"Aku yang rendah Wu Cie Lin ingin sekali main-main untuk
menambah pengalaman!"
Dan orang itu ternyata seorang pemuda berusia duapuluh lima
tahun, memakai baju di sebelah atas berwarna putih, sedangkan
celananya warna coklat. Ia membawa sepasang pedang di
punggungnya. Demikianlah, ke dua pemuda itu setelah basa-basi, segera mulai
bergerak. Semua orang menyaksikan pertempuran kali ini lebih tertarik,
karena ke dua pemuda yang tengah mengukur ilmu tersebut
merupakan orang-orang yang jauh lebih lihay dibandingkan
dengan ke dua orang anggota muda dari Ang-kie-pay.
1746 Ko Tie dari Giok Hoa yang tengah menyaksikan pertempuran itu,
tiba-tiba mendengar orang di samping mereka berkata perlahan
kepada kawannya: "Kita sudah boleh mulai bertindak!?"
"Tunggu dulu, sabar, kita tidak boleh ceroboh! Sekarang mereka
berkumpul semuanya, yang terdiri dari orang-orang yang
kepandaiannya tidak rendah! Jika kita meleset dalam perhitungan,
niscaya kita yang celaka?"!"
Ko Tie melirik. Dia melihat orang yang tengah bercakap-cakap itu
adalah dua orang laki-laki setengah baya, yang masing-masing
memiliki wajah yang kejam dan bengis. Mata mereka tengah
memandang tajam sekali ke panggung.
Pakaian orang yang satunya, yang berada di samping Ko Tie
berwarna hijau, sedangkan yang seorang lagi berwarna kuning. Di
saat itu yang berpakaian hijau telah berkata perlahan sekali:
"Walaupun bagaimana usaha kita kali ini harus berhasil. Jika gagal
berarti untuk selanjutnya tidak ada kesempatan buat kita
menancapkan kaki di Bu-ciu?"!"
Yang memakai baju warna kuning cuma mengangguk.
1747 Ko Tie jadi tertarik. Entah apa yang hendak dilakukan ke dua orang
ini. Tapi melihat cara berkata-kata mereka, tampaknya mereka


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memang bukan hendak melakukan sesuatu yang baik. Karenanya
diam-diam Ko Tie jadi memperhatikan gerak gerik mereka.
Ko Tie dan Giok Hoa memakai baju warna abu-abu sebagai anak
sekolahan. Karena itu, orang yang memakai haju hijau dan
kawannya yang memakai baju kuning, sama sekali tidak
mencurigai Ko Tie maupun Giok Hoa. Mereka bicara walaupun
bisik-bisik, tampaknya mereka leluasa sekali dan sangat berani.
Ko Tie masih memperhatikan beberapa saat, akhirnya ia
mendengar yang memakai baju warna hijau itu telah berkata
perlahan kepada kawannya: "Mari kita mulai?"!"
Kawannya cuma mendengus saja, dan ikut bangun berdiri. Mereka
meninggalkan tempat duduk mereka, untuk menyelusup ke tempat
lain. Ko Tie pesan kepada Giok Hoa, agar kawannya tetap berdiam di
situ, sedangkan dia sendiri telah mengikuti ke dua orang itu.
Giok Hoa mengangguk sambil tersenyum.
1748 Ternyata ke dua orang yang diikuti oleh Ko Tie menuju ke tepi
telaga sebelah utara di mana keadaan di situ sepi, tidak terdapat
seorang manusiapun juga. Orang-orang Ang-kie-pay pun justeru
berkumpul di sekitar panggung.
Ko Tie menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya melesat ke atas
sebatang pohon. Dia menyembunyikan diri di situ, mengawasi
gerak-gerik ke dua orang tersebut.
Orang yang memakai baju hijau telah mendekatkan tangannya
pada bibirnya, maka terdengarlah suara siulan yang nyaring dan
disusul kemudian dari tempat yang rimbun, melesat keluar
beberapa orang. Gerakan mereka sangat gesit sekali, dan telah
sampai pada ke dua orang itu, yang segera berkata:
"Kita akan gembira bekerja?" waktunya telah tiba.....!"
"Ya Tong-cu?"!" menyahuti orang-orang yang baru keluar, yang
semuanya mengenakan baju singsat dan usia mereka rata-rata
pertengahan umur. Ko Tie semakin heran, entah apa yang hendak dilakukan mereka,
karena mereka seperti juga telah merencanakan untuk melakukan
sesuatu yang diperhitungkan benar.
1749 Waktu itu orang yang memakai baju warna hijau telah berkata
dengan sikap sungguh-sungguh,
"Jika sekali ini kita gagal, maka habislah kita?" karena Ang-kiepay memang bermaksud menelan perkumpulan kita. Karena itu,
kalian harus bekerja sebaik-baiknya!"
"Ya?" kami mengerti!" menyahuti beberapa orang itu.
"Nah, pergilah kalian melaksanakan perintah!" kata orang yang
memakai baju warna kuning.
Orang-orang yang berjumlah delapan orang itu telah berlari ke tepi
telaga, lalu mereka menyelam ke dalam air, lenyap tidak terlihat
lagi. Hanya terlihat air yang bergerak perlahan. Rupanya mereka
berdelapan telah menyelam sambil berenang menghampiri kapal
besar itu. Orang yang memakai baju hijau dan kuning memperdengarkan
tertawa dingin mereka. Keduanya segera pergi ke balik sebatang
pohon untuk menempatkan diri mereka di situ.
Baru saja Ko Tie hendak berlalu, pergi ke atas kapal besar itu, guna
melihat, siapakah sebenarnya orang-orang yang berkumpul di
1750 dalam kapal itu, mendadak sekali terdengar suara orang tertawa
dingin. "Hemmm, kami tidak pernah menyangka sama sekali bahwa
Houw-sim-pay (Perkumpulan Hati Harimau) ternyata hanya terdiri
dari manusia-manusia rendah dan tidak tahu malu!"
Ko Tie melirik ke arah datangnya suara itu. Tampak seorang Tojin
tua berusia hampir tujuhpuluh tahun, melangkah keluar dengan
langkah yang ringan. Mukanya lancip seperti muka burung.
Matanya bersinar sangat tajam sekali.
Di waktu itu orang yang memakai baju hijau dan kuning kaget
bukan main. Namun mereka cepat bisa menguasai diri, karena
mereka telah melompat berdiri dan menghadapi si Tojin.
"Ohhhhh, tidak tahunya Oey Tojin!" kata yang memakai baju hijau.
"Tidak kami sangka bahwa Oey Tojin yang memiliki nama sangat
terkenal di dalam rimba persilatan, tidak hanya seorang manusia
rendah tukang mengintip dan mencuri dengar percakapan orang
lain?"" Muka Tojin itu berobah bengis. Memang mukanya sudah bengis,
sekarang dia dalam keadaan gusar, maka dia tampaknya jadi lebih
1751 bengis, sedangkan matanya juga memancarkan sinar yang sangat
tajam. "Jangan bicara sembarangan ngaco balau!" bentak Tojin itu
dengan suara mengandung kemarahan. "Siapa yang mencuri
dengar percakapan kalian" Hemmm, memang beruntung pinto
mengetahui kalian memiliki maksud buruk, maka pinto telah
menguntit kalian. "Benar saja kecurigaan kami itu memperoleh kenyataan, bahwa
kalian merupakan manusia-manusia rendah! Apa maksud kalian
untuk menghancurkan kami"
"Hemm, beruntung saja kami telah menduga sebelumnya. Kami
telah mengadakan persiapan! Nah, sekarang coba kalian
berpaling. Lihatlah! Apa yang terjadi itu.....!"
Sambil berkata begitu, Tojin tersebut memperdengarkan suara
tertawanya, tertawa mangejek.
Sedangkan orang berbaju hijau dan kuning itu telah mendatangi ke
tengah telaga. Benar saja air telaga telah berubah menjadi merah,
disusul dengan mengambangnya beberapa sosok tubuh.
1752 Tidak lain yang mengambang sosok mayat di tengah-tengah telaga
itu adalah kawan-kawan mereka. Saling susul satu demi satu telah
mengambang, akhirnya jumlahnya genap delapan orang, yang
telah mati?" mengambang menjadi mayat!"
"Hemmm!" Tojin itu mendengus mengejek, waktu melihat muka
orang berbaju hijau dan kuning itu memandang tertegun dengan
wajah yang berobah memucat. "Sekarang kalian telah menyaksikan, betapapun juga Ang-kie-pay bukanlah sebangsa
perkumpulan yang mudah untuk dipermainkannya.....!"
Dan Tojin tersebut segera memperdengarkan suara tertawanya
yang sangat nyaring sekali. Suara tertawanya itu seperti juga
menggema di sekitar tempat tersebut.
Sedangkan dari dalam telaga telah bermunculan beberapa orang
yang berpakaian serba merah. Mereka berjumlah lima orang.
Di tangan masing-masing tergenggam pedang, yang waktu itu
berkilauan, karena darah di pedang itu telah tercuci oleh air telaga.
Dan pedang-pedang itulah yang telah menghabisi jiwa dari
delapan orang anak buah orang yang memakai baju hijau dan
kuning itu. 1753 "Oey Tojin, betapa rendahnya kalian!" bentak orang yang memakai
baju hijau dengan sengit sekali. "Engkau telah memasang jaring
buat kami!" "Menghadapi manusia-manusia rendah seperti kalian, mengapa
harus sungkan"!" menyahuti Tojin itu dengan suara yang tawar.
"Hemm, bukankah kalian justeru bermaksud buruk terhadap kami"
Jika kami tidak mengadakan penjagaan yang ketat, niscaya kalian
dapat melaksanakan maksud buruk kalian?"!"
Setelah berkata begitu, Tojin tersebut telah tertawa bergelak-gelak.
Orang yang memakai baju hijau dan kuning tidak bisa menahan
kemarahan mereka lagi. Seperti juga mereka berdua telah berjanji,
dengan gesit sekali dan sangat cepat, ke duanya telah
menjejakkan kaki mereka masing-masing dan tubuh mereka telah
melesat ke depan Tojin itu.
Tangan mereka buat menghantam. Kuat sekali tenaga pukulan
mereka, yang datang dari sebelah samping kanan dan kiri Tojin itu,
karena orang yang memakai baju hijau dan kuning itu telah
memperhitungkan serangan mereka tersebut, di mana memang
mereka bermaksud buat menyerang serentak, agar Tojin itu tidak
1754 memiliki kesempatan lagi buat mengelakkan diri dari serangan
mereka. Tapi Tojin itu memang tabah dan lihay. Ia tidak gentar menghadapi
pukulan ke dua orang lawannya tersebut, karena dengan segera ia
telah mengeluarkan tertawanya yang panjang, tahu-tahu ke dua
tangannya diputar. Akibat tangannya yang diputar cepat seperti itu, menimbulkan
angin yang berkesiuran dan juga telah membuat pukulan ke dua
lawannya terbendung. Dan dikala orang yang memakai baju hijau
dan juga yang memakai baju kuning, tengah terkejut. Mereka
hendak menarik pulang tenaga mereka ketika melihat serangan
mereka gagal. Di waktu itulah dengan cepat sekali terlihat betapa Oey Tojin telah
menghantam dengan kedua tangannya lagi, maka seketika terlihat
tubuh orang yang berbaju hijau dan kuning itu terpental, sebab
mereka tidak bisa menangkis. Juga datangnya pukulan itu sangat
cepat, di samping ilmu pukulan Tojin tersebut memang merupakan
ilmu pukulan yang lihay. Ko Tie yang tengah mengintai, diam-diam, terkejut.
1755 "Telengas sekali tangan Tojin itu!" pikir Ko Tie yang segera dapat
mengenali ilmu pukulan Tojin tersebut adalah ilmu pukulan yang
dinamakan "Menghancurkan Jantung Memutuskan Otot" semacam
ilmu pukulan sesat yang sangat ganas sekali.
Sedangkan orang yang memakai baju hijau dan kuning, terpental
cukup jauh. Dan mereka berusaha untuk berdiri. Memang berhasil
mereka berdiri kembali, namun dari mulut mereka segera
memuntahkan darah segar?"!
Melihat muka orang yang memakai baju hijau dan kuning itu pucat
pias, tampak Oey Tojin tertawa bergelak-gelak.
"Hemmm, seperti delapan orang kawan kalian, maka kalian berdua
juga tidak dapat meloloskan diri dari tangan kami, Ang-kie-pay!"
Mengetahui bahwa Tojin ini sebagai anggota dari Ang-kie-pay
memiliki tangan yang begitu telengas, dan hati yang sangat kejam,
seketika Ko Tie memperoleh kesan yang pasti, bahwa Ang-kie-pay
pasti sebuah perkumpulan yang kejam dan jahat, yang termasuk
dalam golongan hitam! Di waktu itu, Oey Tojin telah melangkah setindak demi setindak
menghampiri ke dua orang lawannya. Orang yang memakai baju
hijau dan baju kuning jadi panik juga.
1756 Mereka gentar setelah mengetahui bahwa Tojin itu sangat lihay,
dan juga mereka memang bukan jadi tandingannya. Apa lagi dikala
itu mereka telah terluka di dalam yang tidak ringan.
Melihat Oey Tojin menghampiri mereka, ke dua orang ini, yang
memakai baju hijau dan kuning mundur setindak demi setindak ke
belakang. Dan mereka bermaksud untuk meloloskan diri saja.
Hanya, ke lima orang pemuda yang memakai baju berwana merah,
telah menghampiri dan mengurung mereka, berusaha buat
mencegah mereka melarikan diri. Pedang mereka telah melintang,
siap dipergunakan sembarang waktu yang diperlukan.
Orang yang memakai baju warna hijau dan kuning itu menyadari,
bahwa mereka sulit ingin meloloskan diri, maka yang memakai baju
hijau segera jadi nekad, katanya dengan suara yang bengis:
"Hemmm, Oey Tojin, jika memang engkau memiliki kepandaian
yang tinggi, bunuhlah kami! Memang kami tidak berdaya kali ini
terhadapmu, tapi kau jangan gembira dulu!
"Kami tidak takut buat mati, tapi kematian kami tidak akan sudah
sampai di sini saja. Pangcu kami tentu akan mengadakan
pembalasan yang jauh lebih hebat lagi kepada kalian."
1757 Waktu berkata begitu, muka si baju hijau yang memang telah pucat
itu, tampak bengis mengandung kekecewaan, putus asa dan
nekad. Sedangkan yang berpakaian warna kuning, juga jadi nekad.
Namun ia tidak banyak bicara, karena tahu-tahu tubuhnya telah
melesat menerjang kepada Oey Tojin.
Dia menerjang sambil mengulurkan ke dua tangannya, karena ia
bermaksud hendak mencengkeram batok kepala imam itu.
Belum lagi kakinya terpisah jauh dari tanah, orang yang memakai
baju kuning itu telah menjerit, jerit kematian. Dia kemudian rubuh
di tanah, karena dia telah ditabas oleh pedang salah seorang anak
buah Ang-kie-pay. Waktu melihat orang memakai baju kuning hendak maju, dengan
segera pedangnya itu bergerak menabas punggung orang berbaju
kuning. Dia rubuh di tanah, dan hanya menggeliat satu kali,
kemudian diam tidak herkutik lagi, karena memang napasnya telah
putus. Sedangkan kawannya yang memakai baju warna hijau, jadi berdiri
menjublek. 1758 Dia menyadari, kalau saja memang hendak melakukan pembalasan, berarti diapun akan menemui ajal seperti kawannya.
Karena memang di waktu itu diapun tengah terluka parah dan tidak
berdaya. Dengan muka yang pucat pias, dikala si imam telah tertawa
bergelak-gelak, orang yang memakai baju hijau itu bilang:
"Bunuhlah aku..... jangan harap kalian bisa menghina kami! Aku
tidak akan gentar menghadapi kematian!" Oey Tojin tertawa
mengejek. "Kau ingin mampus" Justeru aku tidak bermaksud kau mati cepatcepat. Aku menginginkan engkau berangkat ke akherat tidak
terburu-buru, perlahan-lahan. Itulah kematian yang paling menyenangkan! "Hemm, sekarang engkau harus menjelaskan dulu, apa maksudmu
datang untuk mengacaukan pesta yang diselenggarakan Ang-kiepay"!" Waktu bertanya seperti itu, muka Oey Tojin bengis bukan
main, matanya mendelik memancarkan sinar yang tajam.
Sebetulnya, Ko Tie melihat orang yang memakai baju kuning telah
dibunuh mati, hendak turun tangan, guna melindungi orang yang
memakai baju hijau. Namun, ia jadi tertarik mendengar Oey Tojin


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1759 itu menanyakan apa maksud dari orang berbaju hijau itu mengacau
di situ. Segera juga Ko Tie tersadar, walaupun bagaimana memang dia
belum lagi mengetahui, urusan apa yang sesungguhnya terjadi
antara Ang-kie-pay dengan perkumpulan dari orang berbaju hijau
itu. Maka dari itu, Ko Tie batal melompat keluar dari tempat
persembunyiannya. Dia berdiam diri saja, ingin menantikan
jawaban dari orang berbaju hijau tersebut.
Sedangkan orang berbaju hijau itu tertawa dingin,
"Jika ingin bunuh, bunuhlah! Mengapa harus banyak bicara lagi"
Tidak sepatah katapun juga aku akan memberikan keterangan
kepada kalian!" Melihat ketegasan sikap dari orang berbaju hijau itu, Oey Tojin
mengangguk-angguk dengan wajah yang bengis. Dia melangkah
dua tindak menghampiri. "Baiklah, rupanya engkau memang mencari mampus!"
Sambil berkata begitu, tangan kirinya bergerak. Tangan kanannya
membarengi menyambar. Itulah merupakan pukulan mengandung
maut, telengas sekali. 1760 Tapi, waktu orang berpakaian serba hijau itu putus asa dan
memejamkan matanya, tahu-tahu berkelebat sesosok bayangan,
yang menyampok dengan tangan kanannya buat menangkis
pukulan yang dilakukan Oey Tojin.
Tubuh Oey Tojin terhuyung sampai tiga tindak. Karena terlalu
kaget, dia sampai menjerit.
Sedangkan orang berpakaian baju hijau segera membuka
matanya. Dia jadi heran. Penolongnya adalah pemuda pelajar
yang saat itu duduk di sebelahnya, yang sebelumnya dipandang
ringan dan tidak sebelah mata olehnya.
Siapa tahu, pemuda pelajar yang semula diduganya lemah itu, kini
telah memperlihatkan bahwa ia memiliki kepandaian yang tinggi
sekali, juga dia telah menolongnya.
Belum lagi orang berbaju hijau tersebut mengucapkan terima
kasihnya, waktu itu, dengan sebat Tojin tersebut telah kaget waktu menghantam lagi kepada Ko Tie.
Rupanya Oey Tojin penasaran sekali. Dia serangannya ditangkis dan telah membuat tubuhnya sampai
terpental seperti itu. Segera juga dia mengawasi orang yang telah
menangkis serangannya tersebut.
1761 Dan dia tambah heran, karena itulah seorang pemuda remaja yang
mungkin usianya baru duapuluh tahun lebih, dan ternyata memiliki
kepandaian yang sangat tinggi. Maka segera juga tampak Oey
Tojin telah melesat dengan lincah dia menghantam kepada Ko Tie.
Pukulan yang dilakukannya jauh lebih hebat dibandingkan dengan
pukulannya yang tadi. Angin pukulan itu juga berkesiuran
menderu-deru. Ko Tie tertawa dingin, dia bilang: "Hemm, engkau mencari
mampus?"!" Dan sambil berkata begitu, segera juga ia
menangkis. Kali ini ia menangkis dengan mempergunakan
Pukulan Inti Esnya. Karena itu, begitu tangannya saling bentur dengan tangan Oey
Tojin, seketika imam itu terhuyung mundur empat langkah ke
belakang, dan mukanya pucat. Tubuhnya menggigil keras, karena
ia merasakan tubuhnya seperti juga direndam di dalam kolam es!
Ke lima orang anak buahnya yang menyaksikan keadaan Oey
Tojin seperti itu, segera juga membentak bengis. Mereka
menggerakkan pedang masing-masing.
Lima batang pedang telah menyambar berseliweran, mengancam
bagian-bagian yang mematikan di tubuh Ko Tie.
1762 Tapi Ko Tie memang sangat lihay. Dia mana memandang sebelah
mata terhadap penyerangan dari ke lima orang itu.
Sambil tertawa dingin, dia telah melesat ke sana ke mari, tahu-tahu
ke lima batang pedang itu telah pindah tangan.
Tapi ke lima orang anggota Ang-kie-pay itu benar-benar manusia
kepala batu. Setelah mereka tertegun sejenak, dan tersadar, mereka cepat
sekali melompat sambil mengayunkan ke dua tangan masingmasing, yang menyerang dengan sekuat tenaga mereka. Dengan
demikian, mereka bermaksud untuk merubuhkan pemuda yang
tidak mereka kenal ini. Ko Tie jadi mendongkol melihat kepala batu ke lima anggota Angkie-pay, terlebih lagi ia menyaksikan sendiri, betapa semua
anggota Ang-kie-pay memiliki tangan telengas.
Cepat luar biasa dia melontarkan ke lima batang pedang
rampasannya. Ke lima batang pedang itu meluncur dengan
mengeluarkan suara mendengung, karena kuatnya timpukan Ko
Tie dan ke lima pedang itu menancap serentak di batang pohon,
melesak dalam sekali. 1763 Membarengi dengan itu, tubuh Ko Tie juga berkelebat-kelebat
menangkis pukulan ke lima orang anggota Ang-kie-pay tersebut.
Tangan mereka saling bentur, disusul dengan terdengarnya suara
hancur dan patahnya tulang tangan ke lima orang itu, yang menjerit
kesakitan dan telah melompat mundur dengan muka yang pucat
dan tubuh menggigil keras.
Masing-masing ke dua tangan mereka telah hancur dan lunglai
tidak bertenaga serta sudah tidak dapat dipergunakan lagi!
Ko Tie tertawa dingin. "Hemmm, manusia bertangan telengas dan berhati kejam seperti
kalian tidak perlu diampuni?"!" dingin sekali suaranya
Waktu itu Oey Tojin tengah berusaha menahan hawa dingin yang
menyerang dirinya, dan tangan kanannya dipakai bersiul nyaring
dengan ditempelkan pada bibirnya. Suara siulan itu bergema di
sekitar tempat itu. Ko Tie tertawa, katanya: "Hemm, engkau memang hendak
memanggil kawanmu, bala bantuanmu?"
Dan dia telah berkata begitu sambil tubuhnya dengan cepat sekali
bergerak, di mana tangannya melayang menghantam lagi. Maka
1764 seketika tubuh dari orang tua itu, imam yang lanjut usia tersebut,
seperti juga daun kering yang tidak berbobot lagi, terpental dan
ambruk di tanah, dengan tubuh yang menggigil keras.
Tubuhnya juga telah dibungkus oleh selapisan salju yang tipis
sekali, di waktu mana dia menggigil keras dengan gigi yang
bercatrukan satu dengan yang lainnya. Akhirnya karena menahan
hawa dingin yang luar biasa hebatnya membuat dia pingsan tidak
sadarkan diri. Dalam keadaan seperti itulah, dia juga telah menggeletak diam
dengan napas yang tidak berhembus lagi, karena begitu ia
pingsan, begitu jantungnya tidak bekerja lagi, dan telah menutup
mata buat selama-lamanya.
Ko Tie memang telah menurunkan tangan yang keras seperti itu,
karena memang dia melihatnya betapa Oey Tojin seorang pendeta
yang bertangan telengas sekali.
Karena itu, dalam turun tangan dia tidak tanggung-tanggung. Dia
telah membunuhnya tidak mengenal kasihan lagi.
Di waktu itu juga tampak dari kejauhan berlari-lari beberapa orang.
Gerakan orang-orang itu sangat gesit sekali. Dalam waktu yang
singkat, mereka telah sampai di tempat tersebut.
1765 Mereka adalah lima orang tua yang jenggot dan juga kumisnya
telah memutih semuanya. Disamping itu, mereka semuanya
memakai jubah warna merah.
Ke lima orang tua itu kaget bukan kepalang melihat Oey Tojin
menggeletak tidak bernapas lagi, tubuhnya telah terbungkus oleh
salju yang tipis. Mereka memandang kepada Ko Tie dengat sorot mata yang tajam.
Karena di waktu itu mereka juga melihat ke lima orang anggota
Ang-kie-pay menggeletak tidak bernapas lagi.
"Tuan?"!" kata salah seorang di antara mereka sambil
merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat kepada Ko
Tie. "Sesungguhnya, apa kesalahan mereka, sehingga kau
turunkan tangan begitu keras kepada mereka"!"
Ko Tie tertawa dingin. "Mereka merupakan manusia-manusia yang tidak berperikemanusiaan! Mereka memang memiliki muka manusia,
tapi berhati binatang!"
Ke lima orang tua itu berobah mukanya jadi merah padam, dan
mereka murka bukan main. Tapi orang tua yang tadi berkata-kata
1766 itu telah bilang lagi, sambil menindih kegusarannya: "Siapakah kau
sebenarnya tuan?" "Kalian tidak berderajat buat menanyakan namaku....." kata Ko Tie
dengan suara yang dingin: "Hemmm, kalian dari Ang-kie-pay,
ternyata kalian hanya dapat menyelenggarakan pesta untuk banjir
darah dari orang-orang yang tidak berdaya!
"Berusaha menancapkan kaki di Bu-ciu, hanyalah untuk memperluas kekuasaan kalian belaka, tanpa memikirkan lagi
korban yang akan jatuh karenanya.....! Sekarang tuan mudamu
ingin melihat, sesungguhnya perkumpulan macam apakah itu yang
disebut Ang-kie-pay?"
Setelah berkata begitu, Ko Tie berdiri sambil memperlihatkan sikap
mengejek. Muka ke lima orang tua itu berobah hebat. Inilah baru pertama kali
mereka alami, seorang pemuda, yang usianya baru duapuluh
tahun lebih, telah menantang mereka dengan sikap kurang ajar
seperti itu. Seumur mereka, belum pernah mereka menghadapi sikap seperti
itu walaupun seorang tokoh rimba persilatan, mereka dihormati,
dan tidak ada yang berani bersikap kurang ajar seperti itu.
1767 Karenanya, tampak mereka telah memandang dengan sikap yang
bengis sekali, yang seorang itu telah berkata dengan suaranya
yang tawar: "Baik, engkau tidak mau menyebutkan namamu dan tidak mau
menjelaskan siapa adanya kau. Inipun tidak menjadi persoalan
buat kami! Tetapi yang jelas, memang kau yang telah membunuh
Oey Tojin dan ke lima orang anggota Ang-kie-pay kami itu bukan?"
"Benar..... memang aku yang telah mengirim mereka ke neraka!"
menyahuti Ko Tie berani sekali, bahkan sambil menyahuti seperti
itu, dia telah memperdengarkan suara tertawa mengejek, sikapnya
tidak memandang sebelah mata kepada lawan-lawannya itu.
Orang yang memakai baju hijau, yang telah ditolongi jiwanya oleh
Ko Tie, jadi memandang dengan mata terbuka lebar-lebar. Dia
telah menyaksikan sendiri betapa lihaynya pemuda ini.
Tapi, dia juga berkuatir sekali, karena ke lima orang tua itu adalah
jago-jago tertinggi dari Ang-kie-pay, yang bergelar Kim-hong-ngosian (Lima Dewa Dari Puncak Emas), di mana kepandaian mereka
sulit dijajaki dan juga memang mereka itu merupakan manusiamanusia aneh di dalam rimba persilatan.
1768 Mereka memiliki kedudukan tertinggi di Ang-kie-pay, setelah
Pangcu mereka. Dan kepandaian mereka memang menggetarkan
rimba persilatan. Karena itu, orang berbaju hijau tersebut berkuatir
kalau-kalau nanti pemuda penolongnya itu tidak sanggup
menghadapi ke lima tokoh Ang-kie-pay tersebut.
Dengan sorot mata mengandung kekuatiran yang sangat, orang
yang memakai baju hijau tersebut hanya mengawasi saja.
Sedangkan orang Ang-kie-pay, yang tadi telah menanyakan
halnya kematian Oey Tojin kepada Ko Tie, melangkah perlahanlahan, ia menghampiri Ko Tie dengan sikapnya yang mengancam.
Namun Ko Tie tetap berdiri tegak di tempatnya dengan tenang,
sama sekali dia tidak memperlihatkan perasaan gentar sedikit pun
juga. Dia telah melihatnya, betapa empat orang tua lainnya pun
telah melangkah maju serentak berlima.
Ko Tie diam-diam telah memusatkan tenaga dalamya. Dia
mengetahui, ke lima orang tokoh dari Ang-kie-pay bukanlah
sebangsa manusia baik-baik. Ilmu silat mereka walaupun ilmu silat
tersesat, namun mereka lihay sekali.
Karenanya, Ko Tie juga bermaksud ingin melihatnya, berapa tinggi
kepandaian ke lima orang itu.
1769 Sedangkan orang tua yang seorang itu telah berkata dengan suara
yang dingin menahan kemurkaannya. "Tuan, baiklah, aku ingin
sekali minta pengajaran dari kau..........!"
Dan menyusul dengan perkataannya itu, cepat bukan main dia
telah melompat dan menyerang dengan dahsyat sekali. Tenaga
pukulannya itu mengandung kekuatan yang bisa merubuhkan
sebatang pohon yang cukup besar.
Ko Tie juga memang merasakan, sambaran angin pukulan itu
memang kuat sekali, tapi dia tidak gentar. Sedangkan orang tua
itu, karena mengetahui pemuda ini yang telah membinasakan Oey
Tojin dan ke lima anak buah Ang-kie-pay lainnya.
Sedangkan kepandaian Oey Tojin sesungguhnya tinggi sekali,
maka dapat menduganya bahwa Ko Tie tentunya memiliki
kepandaian yang hebat. Maka begitu dia turun tangan, seketika dia
menyerang dengan dahsyat.
Pukulan yang dilakukannya itu disertai delapan bagian tenaga
dalamnya. Waktu itulah dia melihatnya, betapa Ko Tie sama sekali
tak menangkis pukulannya tersebut, hanya berdiri tersenyumsenyum dengan tenang.
1770 Dia jadi girang, dia yakin, begitu pemuda ini berusaha menangkis,
tentu sudah terlambat. Karena jarak pukulan itu sudah terlalu
dekat. Karena itu, dia memperhebat pukulannya, dia bermaksud
dapat merubuhkan Ko Tie dalam sekali hantam saja.
Waktu pukulan itu menyambar lebih dekat, di saat itulah tahu-tahu
tubuh Ko Tie telah lenyap dari penglihatan orang tua tersebut.


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gerakannya begitu gesit, sehingga si orang tua itupun jadi kabur
matanya, karena dia tidak bisa melihat jelas gerakan Ko Tie.
Tahu-tahu Ko Tie telah berada di belakangnya, dengan tangan
kanannya dia menepuk pundak orang tua itu. Perlahan tepukannya, tapi akibatnya memang luar biasa buat orang tua itu
Sambil menjerit keras, tubuhnya terjerunuk ke depan. Hampir saja
dia ambruk rebah di tanah, kalau saja dia tidak cepat-cepat
mengendalikan kuda-kuda ke dua kakinya.
Di saat itu ke empat orang tua lainnya, yang kaget melihat kawan
mereka telah ditepuk terjerunuk seperti itu, segera juga
menjejakkan ke dua kaki mereka, menerjang serentak. Ilmu
pukulan mereka merupakan pukulan yang telengas sekali, yang
bisa mematikan. 1771 Tubuh Ko Tie berkelebat-kelebat ke sana ke mari dengan lincah,
dan setiap pukulan lawannya dapat dihindarkan dengan mudah.
Malah, setiap kali ada kesempatan dia telah membalas
menyerang. Serangan Ko Tie bukan berupa pukulan, dia cuma
menepuk, dan selalu berhasil.
Serangan demi serangan. Ke empat orang tua itupun telah kena
ditepuk pundaknya, dan mereka telah dimusnahkan ilmu silat dan
tenaga dalam mereka, seperti orang tua yang pertama itu!
Ke lima orang tua itu berdiri dengan wajah yang pucat dan tubuh
yang menggigil. Tampak mereka berdiam diri dengan mata yang
memandang penuh dendam. Ko Tie juga telah berdiri di depan mereka sambil tertawa mengejek.
"Hanya sebegitu sajakah kepandaian dari anggota-anggota Angkie-pay?" ejeknya.
Sedangkan orang yang memakai baju hijau itu memandang
tertegun mematung. Karena dia tidak menyangka betapa hebatnya
Ko Tie. Ke lima tokoh dari Ang-kie-pay, yang diketahuinya memiliki
kepandaian yang sangat tinggi, hanya dalam beberapa gebrakan
saja. Dia telah berhasil merubuhkannya.
1772 Malah, bukan sekedar merubuhkannya, juga telah memusnahkan
kepandaian dan tenaga dalam mereka. Dengan demikian, tentu
saja membuat orang yang memakai baju hijau itu seperti juga tidak
mempercayai apa yang dilihatnya, seakan juga tidak mempercayai
apa yang disaksikannya. Semua itu seperti berada dalam dongeng saja. Dia hampir tidak
bisa mempercayainya, bahwa di dalam rimba persilatan terdapat
seorang pemuda yang memiliki kepandaian dan ilmu silat sehebat
itu. Sedangkan Ko Tie telah berkata: "Kali ini aku masih berlaku murah
hati, karena kalian belum pernah berbuat salah kepadaku! Tapi di
lain kali, jika aku bertemu dengan kalian dan masih tidak
meninggalkan dunia hitam, kalian hemmm, hemmm, hemmm, di
waktu itu sudah tidak ada tawar menawar lagi dan kalian harus
pulang ke neraka! "Sekarang kalian pergilah menggelinding dari tuan muda kalian!"
Sambil berkata begitu, Ko Tie memperlihatkan sikap yang bengis
dan juga bersungguh-sungguh angker.
1773 Ke lima jago dari Ang-kie-pay itu menghela napas dalam. Mereka
merasakan betapa sekujur tubuh mereka lemas tidak memiliki
tenaga apa-apa. "Tuan, apakah tuan adalah seorang dari ke dua pelajar yang
belakangan ini muncul di, dalam rimba persilatan?" tanya orang tua
yang seorang itu. "Yaitu pelajar she Bie dan she Un itu"!"
"Sudah kukatakan tadi bahwa kalian tidak sederajat buat
menanyakan diriku! Jika kalian tidak mau cepat-cepat angkat kaki
menggelinding meninggalkan tempat ini, tuan mudamu tidak akan
sungkan-sungkan lagi dan akan mengirim kalian ke neraka.....!"
Setelah berkata begitu, segera juga ia telah melangkah maju.
Muka ke lima orang tokoh Ang-kie-pay yang memang telah pucat
itu jadi semakin pucat, dan mereka tanpa berani menanyakan
sesuatu lagi telah memutar tubuh dan berlari.
Tapi gin-kang mereka telah lenyap, tubuh mereka tidak bisa
diringankan kembali, dengan begitu lari mereka sangat lambat
sekali. Orang yang memakai baju warna hijau tersebut berdiri tertegun
beberapa saat lamanya, sampai akhirnya ia menghampiri Ko Tie
1774 dengan merangkapkan ke dua tangannya. Dia membungkukkan
tubuhnya memberi hormat, menyatakan terima kasihnya.
"Syukur Siauw-hiap telah menolongiku, jika tidak, niscaya jiwaku
telah melayang.....!" katanya dengan penuh rasa syukur.
Melihat wajah orang, dan apa yang dilakukannya, Ko Tie
mengetahuinya, tentunya orang yang berpakaian serba hijau ini
pun bukanlah sebangsa manusia baik-baik, karena itu dia kurang
memiliki kesan baik buat orang tersebut. Walaupun demikian, ia
tersenyum tawar, katanya:
"Bangunlah, jangan terlalu banyak peradatan......! Dan dapatkah
kau menjelaskan kepadaku, mengapa kalian saling bermusuhan?"
Orang yang berpakaian baju hijau tersebut, telah menceritakannya. Ia menjelaskan bahwa ia sesungguhnya berasal
dari Hauw-sim-pay, di mana dia memang merupakan orang-orang
yang menjagoi di Bu-ciu ini, selama puluhan tahun.
Akan tetapi disebabkan memang di saat belakangan ini pihak Angkie-pay hendak mengembangkan sayap dan pengaruh di Bu-ciu,
karena itu, menyadarinya, mereka jika berusaha saja pihak menentangnya. Ang-kie-pay Mereka berhasil 1775 mengembangkan sayap dan kekuasaan di Bu-ciu, niscaya
akhirnya Hauw-sim-pay akan terdesak.
Itulah sebabnya, Pangcu Hauw-sim-pay telah perintahkan kepada
anak buahnya, untuk menggagalkan pertemuan dalam bentuk
pesta yang diselenggarakan oleh pihak Ang-kie-pay, karena
dengan menyelenggarakan pestanya itu, Ang-kie-pay memang
bermaksud hendak mengunjukkan gigi dan pengaruh.
Tapi sayangnya, orang-orang Ang-kie-pay justeru merupakan
orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi. Di samping itu juga
memang mereka telah mengadakan penjagaan yang kuat.
Dengan demikian telah membuat orang-orang Hauw-sim-pay jadi
dapat dirontokan. Maksud mereka yang semula hendak membobolkan kapal di mana terdapat para tokoh dari Ang-kie-pay,
dapat digagalkan, bahkan mereka telah dibinasakan, yang tinggal
hanyalah orang yang mangenakan baju hijau tersebut.
Beruntung saja Ko Tie telah turun tangan menolonginya. Jika tidak,
tentu diapun telah dikirim ke neraka oleh orang-orang Ang-kie-pay.
Itulah sebabnya, betapa ia sangat bersyukur sekali kepada Ko Tie
yang telah menyelamatkan dirinya.
1776 Di waktu itu Ko Tie sambil mendengarkan cerita orang berpakaian
serba hijau tersebut, juga berpikir: "Hemm, baik Ang-kie-pay
maupun Hauw-sim-pay, ke duanya merupakan perkumpulan
manusia-manusia tidak benar. Kare?na itu, aku tidak boleh berdiri
di tengah-tengah mereka membela salah satu pihak.....
"Walaupun bagaimana, memang aku justeru harus membubarkan
mereka, ke dua golongan itu. Cuma saja, Ang-kie-pay tampaknya
memiliki orang-orang yang berkepandaian tinggi dalam jumlah
tidak sedikit. Rupanya lebih sulit untuk menghancurkannya
dibandingkan dengan Hauw-sim-pay."
Sambil berpikir begitu, terlihat betapa Ko Tie telah menganggukangguk beberapa kali. Kemudian dengan sikap yang angker, dia
bilang: "Baiklah! Kau boleh pulang ke markasmu. Katakan kepada
ketuamu bahwa aku akan datang menemuinya! Aku harap kalian
membubarkan diri dan selanjutnya tidak mengunjuk gigi lagi di Buciu ini! Siapa yang membandel, hemmm, hemmm, aku tidak akan
segan-segan membasmi kalian?"!"
Sambil berkata begitu, Ko Tie berdiri tegak dengan sikap yang
angker sekali. Dengan demikian membuat orang berbaju hijau
1777 tersebut tidak berani menantang tatapannya, dia hanya menunduk
dan mengiyakan beberapa kali.
Semula orang berpakaian hijau dari Hauw-sim-pay tersebut girang
bukan main. Ia menyangka bahwa Ko Tie akan membela pihaknya.
Siapa sangka justeru pemuda itu perintahkan kepadanya agar
menyampaikan kepada ketuanya bahwa Hauw-sim-pay harus
dibubarkan, karena itu dia jadi kecele. Namun dia mengetahui
bahwa pemuda itu memang memiliki kepandaian yang tinggi dan
sangat lihay, maka ia tidak berani membantah sepatah perkataan
pun juga, biarpun ia tidak puas.
Dikala itu, dari kejauhan mendatangi tiga sosok tubuh, yang
gerakannya sangat ringan. Begitu cepat mereka mendatangi, dan
malah salah seorang di antara mereka telah membentak bengis
sekali: "Mana pemuda she Bie itu?"!"
Rupanya, ke lima orang tokoh dari Ang-kie-pay telah kembali di
tengah-tengah kawan mereka dan menceritakan apa yang mereka
alami. Juga mereka menyampaikan dugaan mereka bahwa Ko Tie
adalah salah seorang dari ke dua pemuda yang menggemparkan
rimba persilatan sebagai Bie Siauw-hiap dan Un Siauw-hiap itu.
1778 Dan dugaan jatuh bahwa Ko Tie adalah yang disebut Bie Siauwhiap itu.
Karena itu, Pangcu dari Ang-kie-pay segera mengutus tiga orang
tokoh Ang-kie-pay buat mengurus Ko Tie. Ia tidak leluasa pergi
sendiri, karena dia tengah pesta dan juga mendampingi banyak
sekali tamu-tamunya, yang terdiri dari para tokoh rimba persilatan.
Ke tiga orang itu dengan cepat sekali telah sampai di depan Ko Tie.
Orang dari Hauw-sim-pay yang belum lagi angkat kaki, jadi batal
buat pergi, karena dia sangat ingin buat menyaksikan pertempuran
antara orang-orang Ang-kie-pay dengan Ko Tie, yang pasti terjadi.
Di waktu itu Ko Tie berdiri tenang di tempatnya. Dia hanya
mengeluarkan suara mendengusnya beberapa kali: "Hemmm!
Hemmm! Hemmm!!" Dilihatnya ke tiga orang tokoh Ang-kie-pay yang baru datang
adalah tiga orang Tojin, yang berpakaian sangat rapih dan bersih.
Usia mereka telah lanjut sekali, mungkin tujuhpuluh tahun lebih.
Merekalah kakak-kakak seperguruan dari Oey Tojin.
"Hemmm jadi engkau yang telah membunuh Oey sute kami?" kata
salah seorang Tojin, yang usianya paling tua, dengan suara dan
sikap yang bengis. 1779 Dengan berani Ko Tie mengangguk.
"Apakah yang kalian maksudkan adalah tosu bau ini"!" Sambil Ko
Tie menunjuk kepada mayat Oey Tojin.
Bola mata ke tiga orang tosu itu mencilak-cilak memain tidak
hentinya, betapa murkanya mereka. Dan segera juga terlibat
bahwa salah seorang di antara mereka berkata: "Kau terlalu
tekabur, bocah busuk?""
Sambil berkata begitu, cepat sekali ke dua tangannya bergerak.
Kagum juga Ko Tie menyaksikan cepatnya gerakan tangan tosu
yang seorang mempergunakan ini, terlebih lweekang lagi yang ia menyerang dahsyat, sehingga dengan angin serangannya halus sekali, namun tajam dan kuat sekali,
berkesiuran kepada Ko Tie.
Ko Tie dengan sigap telah mengelak. Sedangkan ke dua tosu
lainnya tidak tinggal berdiam diri saja. Mereka segera juga telah
bergerak buat membantu saudara seperguruan mereka dan
mendesak Ko Tie. Benar-benar Ko Tie lihay karena biarpun dia dikepung oleh ke tiga
orang Tojin yang masing-masing memiliki kepandaian tinggi,
1780 namun dia bisa menghadapinya dengan baik. Dia telah
mengelakkan diri ke sana ke mari.
Selama itu Ko Tie tidak membalas menyerang, karena memang dia
sengaja mengelak saja untuk bisa melihat berapa tinggi
kepandaian ke tiga Tojin ini.
Setelah bergerak lima kali, melewati enam jurus dari ke tiga orang
lawannya, di waktu itulah segera Ko Tie dapat mengambil
kesimpulan bahwa kepandaian dari ke tiga orang lawannya ini
yang berada di atas Oey Tojin, karena itu tidak terlalu
mengherankan jika ke tiga orang lawan ini memang jauh lebih
hebat, dan juga jauh lebih sulit untuk dirubuhkan dalam waktu yang
singkat. Terlihat betapa ke tiga Tojin itu bernafsu sekali untuk menyerang
kepada Ko Tie. Setiap kali tangan mereka itu menyambar, maka
berkesiuran angin yang hebat sekali!
Di kala itu, Ko Tie dengan segera merobah cara bertempurnya. Dia
memutar ke dua tangannya, yang segera memancarkan angin
serangan yang mengandung hawa dingin luar biasa, yang
menyelubungi tubuhnya. 1781 Ketiga Tojin itu kaget tidak terkira, karena segera juga mereka
merasakan diri mereka menggigil kedinginan. Karena semakin
dekat dengan Ko Tie mereka merasa semakin kedinginan, seperti


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

juga memasuki kolam es. Karena itu cepat-cepat mereka mengerahkan tenaga dalam, agar
tubuh mereka hangat dan melawan hawa yang dingin itu.
Mereka berhasil, karena memang mereka memiliki lweekang
tinggi. Mereka berhasil membuat tubuh mereka menjadi hangat.
Dalam keadaan seperti itulah terlihat Ko Tie memperhebat
pukulannya. Dia menambah hawa dingin yang tersalur pada setiap
serangannya. Ke tiga Tojin itu kembali merasakan tubuh mereka menggigil
dingin. "Setan, bocah busuk ini mempergunakan ilmu siluman apa"!"
berpikir mereka bertiga yang jadi heran dan bingung sekali.
Karena mereka tidak bisa menduganya. Entah ilmu apa yang
dipergunakan oleh Ko Tie, sehingga dia bisa membuat ke tiga Tojin
itu menggigil kedinginan, sedangkan ke tiga Tojin itu melihat usia
1782 Ko Tie masih muda sekali, dan dia memiliki sin-kang yang begitu
hebat, tentunya sangat mengherankan sekali.
Dikala itu tampak Ko Tie telah melesat ke tengah udara. Dia
melambung tinggi sekali ke tengah udara, dan sekonyong-konyong
dia telah membentak dengan suara yang nyaring: "Rebahlah
kalian!" Waktu membentak begitu, cepat luar biasa ke dua tangan Ko Tie
telah berkelebat. Dan di waktu itulah terlihat betapa tubuh ke tiga
orang Tojin tersebut seperti diterjang oleh angin pukulan yang
sangat dahsyat, dan telah membuat mereka hampir terjengkang.
Beruntung sekali, mereka cepat-cepat dapat mengerahkan tenaga
dalam pada ke dua kaki mereka, memperkokoh kuda-kuda kaki
mereka masing-masing, membuat mereka tidak perlu sampai
terjungkal karena sampokan tenaga dalam Ko Tie.
Ko Tie telah meluncur turun, sedangkan ke tiga Tojin itu
memencarkan diri di tiga jurusan. Mereka telah merobah cara
mendesak dan menyerang Ko Tie, karena mereka sekarang tidak
merangsek dengan serentak seperti tadi. Mereka bergiliran.
Jika yang seorang di antara mereka tengah menyerang, maka
yang dua lagi tidak menerjang. Dan begitu yang seorang telah
1783 melompat mundur, barulah mereka menerjang maju secara
bergantian. Dengan cara seperti itu membuat Ko Tie tidak bisa sekaligus
mengerahkan tenaga Inti Es nya, karena dia tidak bisa
sembarangan hanya mencurahkan perhatiannya buat seorang
lawan saja. Dia telah bertempur dengan seru sekali. Selama itu Ko Tie
memaksa ketika Tojin itu tidak bisa datang dekat karena hawa
dingin yang luar biasa kuatnya terpancar dari tubuh Ko Tie.
Orang dari Hauw-sim-pay, yang memakai baju hijau itu, ketika
menyaksikan jalannya pertempuran itu, jadi bengong. Karena
seumur hidupnya belum pernah dia menyaksikan pertempuran
sehebat itu! Dengan demikian telah membuat orang itu tertegun mementang
matanya lebar-lebar dan mulut terbuka lebar.
Setelah lewat sepuluh jurus lagi, Ko Tie menjejakkan ke dua
kakinya, tahu-tahu tubuhnya melesat ke sana ke mari dengan
lincah sekali, seperti juga bayangan.
1784 Ke tiga orang Tojin itu jadi bingung bukan main, karena mereka
tidak bisa menerka di mana beradanya Ko Tie yang sebenarnya.
Maka dari itu, mereka tidak bisa mendesak dengan serangan
mereka yang sesungguhnya.
"Bocah setan!" teriak salah seorang di antara ke tiga Tojin itu. "Jika
memang engkau gagah, mari bertempur dengan cara berterang.
Mengapa engkau seperti main kucing-kucingan dengan kami?"
Ko Tie tertawa nyaring, dia menantang. "Jika memang kalian
memiliki kepandaian yang tinggi, ayo keluarkanlah, biarlah tuan
muda kalian melihatnya!"
Sambil berkata begitu, Ko Tie telah mengeluarkan ilmu pukulan Inti
Es nya yang jauh lebih hebat lagi. Dengan demikian memaksa ke
tiga Tojin itu mengeluarkan seruan kaget dan melompat mundur
empat tindak. Mereka merasakan tubuh mereka dingin sekali. Mereka tidak
berhasil buat mempertahankan diri agar tidak menggigil, karena di
waktu itu mereka telah menggigil sangat keras, juga merasakan
betapa jalan darah di sekujur tubuh seperti beku, membuat tangan
dan kaki mereka tidak bisa bergerak leluasa. Mereka telah mundur lagi beberapa tindak. Karena memang di
1785 waktu itu mereka menyadari, jika saja Ko Tie menyerang pula,
niscaya mereka akan tidak sanggup untuk mempertahankan diri.
Di dalam keadaan seperti itu Ko Tie sudah tidak mau membuangbuang waktu. Dikala ke tiga orang lawannya tengah mundur
menjauhi diri, maka tubuh Ko Tie berkelebat ke sana ke mari. Dia
berhasil menepuk pundak ke tiga Tojin itu bergantian, dengan
tepukan yang perlahan. Itulah tepukan yang membuat ke tiga Tojin itu jadi terjungkel rubuh
lantas tidak bertenaga, tulang-tulang di sekujur tubuh mereka
berbunyi, menunjukkan bahwa lweekang mereka telah musnah
dan ilmu silat mereka telah habis ludas. Dengan demikian
membuat mereka terduduk lemas dengan muka yang pucat pias.
Ko Tie berulang kali telah merubuhkan orang-orang Ang-kie-pay
dengan begitu mudah, benar-benar membuat orang dari Hauwsim-pay semakin tunduk dan kagum bukan main, disamping
sangat gentar. Usia Ko Tie masih begitu muda, tetapi dia bisa menyerang
lawannya dengan hebat, di dalam waktu singkat selalu dapat
merubuhkan tokoh-tokoh dari Ang-kie-pay dan ilmu silat Ko Tie
memang tinggi luar biasa.
1786 Dengan demikian telah membuat orang yang berpakaian baju hijau
ini tidak berani berdiam terlalu lama lagi di situ. Ia kuatir nanti Ko
Tie merobah pikirannya dan memusnahkan Ilmu silatnya, seperti
yang dialami oleh tokoh-tokoh dari Ang-kie-pay tersebut, membuat
orang yang berpakaian hijau itu melarikan diri meninggalkan
tempat tersebut. Dikala itu tampak Ko Tie berdiri dengan bertolak pinggang,
mengawasi ke tiga Tojin itu.
"Hemmm, kalian belum pernah berbuat salah kepadaku. Hari ini
tuan mudamu berlaku murah hati, hanya memusnahkan ilmu silat
kalian! Tapi jika memang kalian tidak mau insyaf, hemmm, dilain
waktu tentu aku akan mengirim kalian ke neraka!"
Setelah berkata begitu, Ko Tie menjejakkan kakinya, tubuhnya
ringan sekali melesat lenyap dari tempat itu.
Ke tiga Tojin itu duduk bengong, mata mereka mengeluarkan air
mata, karena mereka berduka dan penasaran bukan main.
Berduka karena mereka menyadari bahwa ilmu silat mereka telah
dimusnahkan oleh Ko Tie, berarti mereka akan menjadi manusiamanusia tidak punya guna di waktu-waktu mendatang.
1787 Penasaran, mereka dirubuhkan dengan mudah oleh pemuda itu.
Padahal si pemuda masih berusia begitu muda. Sungguh
membuat mereka penasaran tidak terkira.
Sedangkan Ko Tie telah kembali duduk di tempatnya semula, yaitu
di samping Giok Hoa. Pertandingan di atas panggung tengah
berlangsung antara dua orang pemuda yang berusia tigapuluh
tahun lebih! Mereka tidak mempergunakan senjata tajam, hanya menggerakkan kepalan tangan belaka, mengandalkan kekuatan
tenaga dalam mereka. Tampaknya mereka bertempur dengan
keras dilawan keras. Ko Tie mengerutkan alisnya waktu melibat cara bertempur ke dua
orang itu, karena mereka mempergunakan ilmu silat yang sesat
dan juga setiap pukulan mereka telengas sekali.
"Hemmm, benar dugaanku bahwa yang berkumpul di sini
umumnya terdiri dari manusia-manusia sesat yang memiliki ilmu
sesat dan juga telengas serta kejam hatinya!" pikir Ko Tie
kemudian. Dia menoleh kepadi Giok Hoa, yang waktu itu tengah menyaksikan
jalannya pertempuran dengan mata yang setengah meram dan
1788 setengah melek, tampaknya mengantuk karena pertarungan yang
tidak menarik hati itu. "Kau sudah kembali" Siapa yang telah kau hajar?"tanya Giok Hoa
waktu merasa dirinya diawasi si pemuda, dia tersenyum kecil.
Ko Tie telah menyahuti sambil tersenyum, "Nanti, engkau akan
mengetahuinya, karena memang aku telah memberikan hajaran
kepada tokoh-tokoh dari Ang-kie-pay?""
Si gadis mengangguk saja, sama sekali dia tidak mendesaknya.
Di waktu itu terlihat betapa orang-orang Ang-kie-pay jadi sibuk
sekali. Ke tiga orang Tojin itu telah kembali dan telah memberikan
laporan kepada ketuanya. Mata Pangcu, atau ketua dari Ang-kiepay menyebar orang-orangnya buat mencari jejak dari Ko Tie.
Dan memang tidak lama, segera ada beberapa orang di antara
mereka yang mengenali Ko Tie, karena salah seorang di antara
yang mengenalinya adalah ke lima tokoh Ang-kie-pay yang
sebelumnya telah dimusnahkan ilmu silatnya.
"Itu dia.....!" berteriak orang itu dengan suara yang nyaring.
1789 Semua mata menoleh dan memandang Ko Tie, sedangkan Ko Tie
tersenyum, tawar, tahu-tahu tubuhnya melesat sangat cepat
melayang di tengah udara. Dia telah hinggap di atas panggung
dengan ringan sekali tanpa mengeluarkan suara.
Dan cara hinggapnya juga luar
biasa, karena tubuhnya berjumpalitan beberapa kali di tengah udara, dan tanpa turun
terlebih dulu di tanah, dia hanya sekali saja menjejakkan kakinya,
tubuhnya telah sampai di lantai panggung.
Ke dua orang pemuda yang tengah bertempur itu tampaknya
terkejut. Mereka menghentikan gerakkan tangan mareka.
Belum lagi mereka mengetahui apa yang terjadi, di waktu Ko Tie
telah memegang lengan mereka. Sekali menghentak, maka tubuh
ke dua pemuda tersebut terlempar ke tengah udara keluar dari
panggung! Ke dua pemuda itu sesungguhnya memiliki ilmu silat yang cukup
tinggi di kalangan pendekar muda. Namun mereka begitu mudah
dicekal tangannya, tanpa berdaya buat mengelakkan.
Bahkan di waktu itu tubuh mereka telah dilontarkan begitu macam,
membuat mereka kaget tidak terkira. Sampai mereka mengeluarkan seruan nyaring, karena mereka menyadari, niscaya
1790 tubuh mereka akan terbanting di tanah dengan keras, sedikitnya
tulang lengan atau kaki mereka akan patah!
Orang-orang yang hadir di tempat tersebut juga jadi kaget tidak
terkira, karena mereka melihat tubuh ke dua pemuda itu
terlambung tinggi sekali ke tengah udara. Mereka kuatir kalaukalau pemuda-pemuda tersebut terbanting dengan hebat.
Namun Ko Tie melontarkan ke dua pemuda itu dengan penuh
perhitungan. Ia telah memperhitungkan tenaga melontar yang
benar-benar telah mahir sekali, karena tubuh ke dua pemuda itu
meluncur turun dan tahu-tahu jatuh terduduk di dua kursi! Sama
sekali mereka tidak mengalami cidera apa-apa!
Semua orang tertegun takjub dan kagum bukan main. Ko Tie
memperlihatkan betapa mahirnya tenaga dalam pemuda itu, yang
dapat melontarkan ke dua pemuda itu sedemikian baiknya.
Di waktu itu juga terlihat orang-orang dari Ang-kie-pay melompat
naik ke atas panggung, karena mereka bermaksud hendak
mengepung Ko Tie. Sedangkan Ko Tie telah berseru nyaring. Dia melompat ke tengah
panggung, sikapnya tenang sekali. Ia merangkapkan ke dua
tangannya kepada hadirin, sambil memberi hormat ia bilang:
1791 "Maaf, siauwte telah mencampuri urusan ini, dimana siauwte
lancang ingin membuat pesta yang diselenggarakan oleh pihak
Ang-kie-pay menjadi pesta yang sungguh-sungguh menggembirakan, bukannya pesta yang banjir darah, seperti yang
dikehendaki oleh Pangcu dari Ang-kie-pay!"
Setelah berkata begitu, di saat semua hadirin memperlihatkan
sikap terkejut, Ko Tie memperlihatkan sikap bersungguh-sungguh
dan mukanya berobah angker dan keren. Dia juga berkata dengan
suara yang berobah keras:
"Pangcu Ang-kie-pay, kuharap mau memperlihatkan diri, guna
mempertanggung jawabkan maksud dan rencana busuknya itu!"
Waktu itu telah melompat ke atas panggung belasan orang
anggota Ang-kie-pay, di tangan mereka semuanya siap tercekal
senjata tajam. Mereka mengepung Ko Tie. Kemudian telah melompat ke atas panggung seorang Tojin, yang
mukanya guram memancarkan kemarahan. Dia berusia lanjut
sekali, juga rambutnya telah memutih semua, kumis dan
jenggotnya yang tumbuh panjang tipis itu berwarna putih juga.
Tubuhnya kurus tinggi semampai, tapi sinar matanya yang bersinar
sangat tajam memperlihatkan bahwa ia merupakan seorang Tojin
yang memiliki kepandaian tinggi sekali.
1792 Dengan mata yang tetap memancarkan sinar yang tajam, dan
langkah kaki yang perlahan-lahan, dia

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telah melangkah menghampiri kepada Ko Tie. Diapun mengibaskan tangannya,
memberikan isyarat kepada anggota Ang-kie-pay agar mundur,
guna dia sendiri yang menghadapi Ko Tie.
Anggota-anggota Ang-kie-pay segera mundur, mereka berdiri di
pinggiran panggung, dan mereka tetap bersiap-siap penuh
kewaspadaan, karena mereka akan menerjang maju untuk
mengeroyok begitu Tojin ini terdesak.
Dengan muka yang tetap guram memancarkan kemarahan, Tojin
itu telah berkata: "Bocah, engkau yang telah melukai sute-sute
pinto, bukan"!"
Ko Tie berani sekali. "Ya!" mengangguk pemuda ini. "Masih beruntung mereka tidak
kukirim ke neraka! Manusia-mamusia jahat seperti mereka untuk
apa dibiarkan hidup..... hanya berdasarkan pertimbangan dan rasa
kasihan dari tuan mudanya belaka, mereka bisa dibiarkan hidup!"
"Mereka dengan kau tidak ada hubungan atau sangkutan apapun
juga, bocah, mengapa engkau menurunkan tangan begitu telengas
1793 dan telah memusnahkan seluruh kepandaian mereka" Bukankah
itu tindakan yang keterlaluan?"
Bengis sekali suara tojin tua, tojin tersebut. Tubuhnya yang kurus
tinggi semampai itu berdiri dengan sikap yang angker, lalu dia telah
meneruskan lagi kata-katanya: "Pinto Bian Kie Tojin, dengan ini
hendak menuntut keadilan buat mereka?"!"
Ko Tie tertawa tawar. "Baik! Baik! Memang maksud Ang-kie-pay menyelenggarakan
pesta ini buat menjagoi wilayah Bu-ciu, dan juga mengembangkan
kekuasaan dan pengaruh. Jelas ia telah memiliki banyak sekali
jago-jagonya yang bisa diandalkannya, termasuk seperti engkau!
Dan aku tentu saja tidak keberatan untuk melihat, betapa tinggi
kepandaian dari jago-jago andalan Ang-kie-pay....."
"Sebutkan namamu dan gurumu?" aku tidak akau membunuh
orang tanpa nama!" kata tojin tersebut dengan sikap yang angkuh
dan muka yang tetap guram sekali. "Pinto juga akan mempertimbangkan, apakah engkau cukup untuk dibikin bercacad
saja atau memang dibinasakan, guna menebus dosa- dosamu?"!" 1794 Setelah berkata begitu, tanpak Tojin ini menggerakkan hud-timnya,
kebutannya untuk memperlihatkan bahwa ia segera akan
menyerang. Ko Tie tidak gentar, walaupun ia melihat, Bian Kie Tojin merupakan
seorang tosu yang memiliki kepandaian tidak rendah. Dia tertawa,
katanya, "Baik! Baik! Kau mulailah! Tuan mudamu akan melayani apa
keinginanmu! Hemmm, engkau tidak berderajat untuk mengetahui
dan menanyakan nama guruku, juga kau tidak cukup berharga
buat mengetahui namaku."
Bukan kepalang marahnya Bian Kie Tojin karena itulah
penghinaan terhebat dalam seumur hidupnya. Dia seorang tosu
yang lihay sekali, di dalam rimba persilatan dia memang sangat
terkenal dan disegani oleh orang-orang rimba persilatan, baik dari
aliran hitam maupun putih, karena bertangan telengas dan berhati
kejam. Sekarang seorang pemuda seperti Ko Tie berani meremehkan
dirinya. Tentu saja ia jadi murka bukan main, sedangkan tokohtokoh rimba persilatan jika berhadapan dengannya, akan
menghormat sekali padanya.
1795 "Bocah, kau benar-benar, mencari mampus!" katanya dengan
suara dan sikap yang bengis, dibarengi dengan tubuhnya yang
melompat sangat lincah sekali, juga kebutannya telah bergerak,
akan menghantam kepala si pemuda.
Hud-tim di tangan tojin itu memang lihay, karena ia memiliki
lweekang yang tinggi sekali.
Dengan demikian dia bisa menyalurkan tenaga dalamnya itu pada hud-timnya dengan
sekehendak hati. Dia bisa membuat hud-tim itu menjadi lunak, bisa membuatnya jadi
keras seperti baja, bisa dipergunakan buat melibat senjata lawan,
tetapi juga bisa dipergunakannya sebagai palu. Dengan demikian
jelas akan membuat lawan yang berkepandaian tanggungtanggung, akan dapat dirubuhkannya dengan mudah.
Di waktu itu Ko Tie berdiri tegak di tempatnya. Sama sekali tidak
terlihat tanda-tanda bahwa ia akan berkelit dari sambaran senjata
lawan. Malah dia telah tersenyum mengejek, kemudian membarengi dengan itu, diapun telah berseru nyaring, sambil
tangannya dikibaskan. Bian Kie Tojin merasakan tangannya tergetar, dimana telapak
tangannya dirasakan sakit bukan main sampai dia hampir saja
1796 tidak bisa mencekal terus hud-timnya, yang hampir terlepas dari
cekalannya itu. Namun betapapun juga, Bian Kie Tojin merupakan seorang tosu
yang memiliki kepandaian terlatih baik. Walaupun kaget, tokh dia
tidak menjadi gugup dan gusar.
Dengan segera dia bisa memperbaiki dirinya, untuk mencekal lebih
kuat lagi hud-timnya, malah waktu itu, di saat tubuhnya akan
terdorong mundur, dia telah menarik pulang tangannya. Hudtimnya tahu-tahu ditundukkan ke bawah, menabas ke perut Ko Tie.
Gerakan yang dilakukannya itu merupakan gerakan yang sulit
diikuti oleh pandangan manusia biasa, karena jika saja kurang
awas, tentu tidak akan bisa melihat gerakan hud-tim itu. Dengan
demikian, tentu akan membuat orang yang diserangnya itu mudah
sekali akan terhantam oleh hud-tim pendeta itu.
Tapi Ko Tie, dia sama sekali tidak gentar menghadapi serangan
seperti itu. Malah, ketika hud-tim lawan hampir mencapai sasaran,
cepat sekali dia menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya tahu-tahu
telah lenyap dari pandangan mata Tojin itu.
1797 Tidak kepalang kagetnya Tojin itu, dia sampai menjerit kaget, dan
tahu-tahu Ko Tie telah berada di belakangnya. Penasaran, takjub
dan kagum, dicampuri juga dengan kemarahan yang bukan main.
Tampak tojin itu telah membalikkan tubuhnya. Dia telah
menghantam lagi, dengan hud-timnya, karena dia telah mau
memberikan kesempatan pada Ko Tie untuk balas menyerang
padanya. Namun, dia terlambat. Belum lagi hud-timnya mengenai sasarannya, Ko Tie telah lenyap pula dari pandangan matanya,
sehingga dia kehilangan sasarannya. Sedangkan Ko Tie telah
berada di belakangnya, malah Ko Tie telah mendengus "Hemmm!"
perlahan, membuat tojin itu tambah kaget tidak terkira.
Segera dia memutar tubuhnya. Berulang kali terjadi begitu, dimana
selalu pula Ko Tie lenyap dari hadapannya, dan dia tahu-tahu telah
berada di belakang dari tojin itu.
Karena kuatir Ko Tie menyerangnya jika dia tidak memutar
tubuhnya, membuat Tojin tersebut harus berputar-putar tidak
hentinya. Iapun jadi berkuatir, sebab jika bertempur terus dengan
sendirinya, disamping kehabisan tenaga, juga akan membuat dia
rubuh karena letih. Matanya juga mulai kabur berkunang-kunang.
1798 Di waktu itu tampak jelas bahwa Ko Tie memang sengaja ingin
mempermainkan tojin yang galak itu. Dia telah memperlihatkan
kelincahannya yang menakjubkan.
Tojin itu pun diam-diam di dalam hatinya mengeluh, karena dia
menyadari bahwa ia memang bukanlah tandingan Ko Tie.
Hanya saja, disebabkan telah terlanjur ia bicara besar tadi, untuk
berhenti menyerang tentu saja tidak mungkin dilakukan, pamornya
akan lenyap dan juga nama besarnya yang selama ini telah
dimilikinya akan runtuh. Karena itu ia segera mengempos seluruh
semangatnya dan mengeluarkan semua kepandaiannya, untuk
berusaha menyerang sehebat mungkin kepada Ko Tie.
Tapi tetap saja tubuh Ko Tie melesat ke sana ke mari dengan
lincah, sehingga ia berputar semakin cepat juga untuk mengikuti
gerakan Ko Tie, membuat kepala tosu itu jadi pusing sendirinya
dan matanya mulai berkunang-kunang.
Dikala itu Ko Tie sendiri merasa telah cukup mempermainkan tosu
itu. Waktu ia sekali lagi mencelat ke belakang tosu itu, ia telah
menepuk jalan darah Bi-ku-hiat, di bagian leher seketika tojin itu
lemas tidak bertenaga lagi.
1799 Tubuhnya juga ambruk di lantai panggung. Mukanya meringis
dengan kulit muka berkerut-kerut, dan matanya mendelik, dari
mulutnya mengeluarkan busa.
Semua orang yang menyaksikan apa yang terjadi itu jadi
memandang tertegun. Untuk sejenak lamanya sunyi sekali
keadaan di tempat itu. Barulah kemudian belasan orang anggota
Ang-kie-pay tersadar, mereka membentak nyaring dan senjata
mereka digerakkan serentak menyerang Ko Tie.
Ko Tie mendengus mengejek, tubuhnya melesat berkelebatkelebat ke sana ke mari, sepasang tangannya digerakkan berulang
kali, terdengar suara "tranggg, tranggg," disusul juga oleh suara
jeritan beruntun saling susul dari anggota-anggota Ang-kie-pay
tersebut, yang semuanya rubuh terguling di lantai panggung.
Mereka semuanya dalam keadaan tertotok!
Itulah kepandaian yang langka dan jarang sekali dapat disaksikan,
karena hebatnya pemuda ini.
Senjata dari belasan urang anggota Ang-kie-pay telah dapat
direbut oleh Ko Tie, yang kemudian melancarkannya. Belasan
batang golok dan pedang telah berkesiuran menyambar tiang
1800 panggung, menancap dalam sekali! Itupun cara menimpuk yang
benar-benar hebat. Sedangkan waktu itu terlihat Ko Tie merangkapkan ke dua
tangannya memberi hormat kepada hadirin, dia bilang:
"Maafkan siauwte mengambil tindakan keras ini dengan terpaksa
karena Ang-kie-pay merupakan perkumpulan dari manusiamanusia siluman yang jahat sekali! Mereka bermaksud hendak
mencelakai orang-orang gagah dari Bu-ciu.
"Dengan mengembangkan pengaruh mereka hendak menumpas
seluruh orang yang menantang mereka! Karena terpaksa siauwte
turun tangan?"!"
Hadirin berbisik-bisik, dan sejenak lamanya suasana di saat itu
terdengar tadi berisik sekali. Ko Tie membiarkan sikap dari orangorang tersebut, ia cuma berdiri dengan sikap yang gagah dan
keren. Kemudian terlihat Ko Tie juga telah berkata pula, setelah keadaan
meredah: "Dengarlah kedatangan siauwte mencampuri urusan ini,
karena siauwte menginginkan Ang-kie-pay membubar diri!"
1801 "Tidak mudah!" tiba-tiba terdengar bentakan nyaring dari dalam
kapal besar di telaga telah melesat dua sosok tubuh, gerakannya
sangat ringan sekali. Dialah seorang tua yang berusia di antara limapuluh tahun,
sedangkan yang seorangnya lagi adalah seorang pemuda berusia
tigapuluh tahun. Yang berseru begitu adalah orang tua itu. Dan
mereka hinggap di lantai panggung dengan gerakan yang indah
sekali. "Tidak mudah bocah! Kau jangan bermimpi!"
Ko Tie tersenyum. "Tentunya anda adalah Pangcu dari Ang-kie-pay, bukan"!"
tanyanya tawar. "Tidak salah! Aku adalah Mo Siang Liang?" menyahuti orang tua
itu, yang matanya melotot mengawasi bengis. "Akulah pangcu
Ang-kie-pay! Nah, sekarang aku ingin minta pengajaran dari kau si
mulut congkak dan besar!"
Rupanya orang tua yang mengaku dirinya sebagai pangcu atau
ketua dari Ang-kie-pay itu terlalu murka. Ia tidak membuang-buang
waktu lagi. 1802 Sepasang tangannya diulurkan. Hebat sekali. Pada sepuluh jari
tangannya itu terlihat kuku-kukunya yang panjang dan berwarna
hitam. Ko Tie segera dapat menduganya, tentu kuku-kuku jari tangan dari
orang itu sangat beracun dan ganas sekali. Segera dia mengelak,
di waktu itulah dengan ringan melesat ke samping.
Namun Mo Siang Liang rupanya telah dapat menduga gerakan
yang akan dilakukan Ko Tie, sebab dia sama sekali tidak menarik
pulang ke dua tangannya, dengan mendengus: "Hemmm!" dia
terus juga melesat ke samping menuju ke sasarannya.
Ko Tie kagum juga melihat kegesitan pangcu Ang-kie-pay ini.
Diam-diam dia berpikir: "Hemmmm, pantas ia memang memiliki
kepandaian yang tinggi."
Dan diapun tidak sungkan lagi, segera tangan kirinya bergerak
berputar untuk melindungi dirinya, di waktu itu tangan kanannya
menghantam dengan ilmu pukulan Inti Esnya.
Mo Siang Liang yang tengah menerjang dengan murka dan
mengerahkan tenaga dalam sepenuhnya jadi kaget. Karena ia
merasakan angin pukulan pemuda ini dingin sekali, membuat dia
menggigil. 1803 Tapi ia memang memiliki kepandaian dan sin-kang yang kuat. Ia
bisa mempertahankan dirinya tidak sampai terhuyung mundur
karenanya, malah ia cepat menutup diri.
Dia kemudian melangkah mundur dua tindak, dengan muka bengis
ia menegur: "Masih ada hubungan apa kau dengan Swat Tocu"!"
Ditanya begitu, Ko Tie terdiam juga. Ia heran pangcu dari Ang-kiepay ini mengenal gurunya. Hanya sekali gebrak saja, dan dapat


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menduga bahwa Ilmu pukulan yang dipergunakannya adalah ilmu
pukulan Inti Es. "Hemmm, tidak ada harganya kau membicarakan guruku, karena
engkau tidak berderajat untuk menanyakan dirinya!" menyahuti Ko
Tie kemudian. Di waktu itu dengan muka yang merah padam, tampak Mo Siang
Liang berkata dingin: "Hemmm, tidak tahunya murid Swat Tocu!
Bagus! Bagus! Sekarang coba kau pergunakan lagi ilmu pukulan
Inti Es itu?"!"
Setelah berkata begitu, sepasang tangan Pangcu dari Ang-kie-pay
melayang beruntun lima jurus dan merangsek hebat sekali.
1804 Ko Tie tertawa dingin, benar-benar dia mempergunakan lagi ilmu
pukulan Inti Esnya. Namun pemuda ini kali ini terkejut, karena ilmu pukulan Inti Es-nya
seperti tidak mempengaruhi apa-apa pada pangcu dari Ang-kiepay tersebut. Karena Mo Siang Liang terus juga merangsek maju.
Untung Ko Tie cepat sekali dapat merobah cara menyerangnya.
Sekali ini ia telah mengeluarkan sin-kang dan merobah cara
menyerangnya itu dengan hantaman yang kuat sekali dengan dua
jurus sekaligus. Tangan mereka saling bentur.
Keras dilawan keras, suara benturan tangan mereka terdengar
nyaring sekali. Di waktu itulah terlihat betapapun juga memang Ko
Tie bermaksud ingin mencoba kekuatan tenaga dalam dari
lawannya ini. Mo Siang Liang memang hebat dan tinggi lweekangnya. Dia tidak
mundur oleh tangkisan Ko Tie, malah ke dua tangannya bergerak
sebat sekali. Kuku-kuku jari tangannya hendak mencengkeram
tangan Ko Tie. Kuku dari jari-jari tangannya mengandung racun yang hebat, daya
kerjanya sangat cepat sekali. Sekali saja kuku-kuku itu terbenam
dalam daging Ko Tie, niscaya pemuda ini akan keracunan hebat.
1805 Ko Tie juga tidak mau jika ia harus terkena cengkeraman itu.
Dengan gerakan yang sangat manis, ia menarik pulang tangannya,
sehingga sepasang tangannya seperti juga licin, tahu-tahu telah
berhasil ditarik pulang. Dan Ko Tie mempergunakan gin-kangnya, tahu-tahu melompat ke
belakang pangcu Ang-kie-pay dan ia bermaksud hendak menepuk
pundak Pang-cu dari Ang-kie-pay tersebut.
Namun ia segera berpikir bahwa ia dengan Mo Siang Liang tidak
bermusuhan apapun juga. Ia tidak dapat menurunkan tangan
terlalu kejam padanya. Maka ia batal menepuk dan melompat ke
belakang. "Mo Siang Liang!" bentak Ko Tie dengan suara nyaring.
"Dengarkanlah dulu kata-kata ku!"
Muka Mo Siang Liang merah padam. Dia berkata bengis: "Apa
yang hendak kau katakan"!"
"Kedatanganku ke mari bukan hendak menanam permusuhan
denganmu! Karena itu, dengarlah baik-baik! Aku hanya menghendaki agar engkau membubarkan Ang-kie-pay dan
selanjutnya tidak melakukan pekerjaan busuk dan buruk lagi!"
1806 Tiba-tiba Mo Siang Liang tetawa bergelak-gelak, dia telah bilang
dengan suara yang nyaring,
"Hemmm, baik-baik! Jika aku tidak dapat merubuhkan dan
membinasakan kau, aku akan membubarkan Ang-kie-pay!" Waktu
berkata begitu, suaranya tergetar, karena ia tampaknya memang
murka bukan main. Waktu itu Ko Tie baru saja ingin berkata lagi, tapi Mo Siang Liang
telah melesat ke depannya dan menyerang pula. Karena
mengetahui bahwa Pangcu dari Ang-kie-pay ini tidak gentar
dengan pukulan Inti Es-nya, segera juga Ko Tie menghadapinya
dengan cara lain. Melihat datangnya serangan dari Mo Siang Liang begitu cepat dan
kuat, ia tidak berayal lagi, tubuhnya juga melesat ke sana ke mari.
"Kau memaksa aku menurunkan tangan keras padamu!" Sambil
berkata begitu tampak tubuh Ko Tie telah melesat ke tengah udara.
Ke dua tangan Mo Siang Liang melesat di bawah kakinya.
Dan belum lagi Mo Siang Liang bisa menarik pulang tangannya,
dikala itu Ko Tie telah turun tangan. Tahu-tahu sepasang
tangannya membarengi dengan meluncur turun tubuhnya, ia
mencengkeram. 1807 "Krakkk, krakkk!" beberapa jalan darah di tubuh Mo Siang Liang
telah berhasil ditotok, membuat pangcu dari Ang-kie-pay itu segera
meloso dan diam tidak berkutik, karena di waktu itu justeru seluruh
tulang-tulang di tubuhnya telah rontok dan patah!
Cepat sekali pemuda yang tadi mendampingi Mo Siang Liang
melesat menyerang Ko Tie dengan disertai bentakan murka.
Tapi Ko Tie kali ini tidak mau tanggung-tanggung dalam turun
tangan, karena segera juga ia telah berhasil menghantam pemuda
itu terpental, ambruk di lantai panggung dan seketika diam tidak
bergerak, karena ia pingsan dengan tulang-tulang dadanya yang
remuk!" Waktu itu, Mo Siang Liang meringis menahan sakit, dan seluruh
ilmu silatnya telah musnah. Dengan penuh dendam dia berkata:
"Baik-baik, sekarang aku rubuh di tanganmu, tapi dilain waktu aku
akan mencarimu!" "Hemmm, engkau masih bermaksud hendak menuntut balas
kepadaku" Dengan mudah aku akan menghabisi jiwamu di sini!
"Tapi yang kuinginkan kesadaranmu! Dengan dimusnahkannya
kepandaianmu, berarti Ang-kie-pay akan bubar. Siapa yang masih
1808 berani meneruskan perkumpulan itu, akan kubinasakan dengan
cara yang sama?"!"
Mo Siang Liang sesungguhnya dulu pernah dihajar oleh Swat Tocu
dengan ilmu Inti Es-nya. Dia sebagai seorang Ok-pa, dia menaruh
dendam. Mati-matian dia melatih diri. Dia berhasil menciptakan semacam
ilmu yang dapat dipergunakan menghadapi ilmu Inti Es tersebut.
Dia bermaksud mendirikan Ang-kie-pay menjadi perkumpulan
yang sangat berpengaruh. Itulah sebabnya, ia telah melebarkan
pengaruhnya ke segala propinsi. Perkumpulannya memang
berkembang dengan pesat, karena banyak tokoh-tokoh rimba
persilatan yang dirubuhkannya dan takluk bekerja buatnya.
Sehingga membuat Mo Siang Liang semakin berkepala besar. Ia
telah merencanakan setelah berhasil mendirikan Ang-kie-pay
menjadi partai perkumpulan yang sangat berpengaruh, akan
mengerahkan seluruh jago-jagonya untuk mencari Swat Tocu.
Tapi siapa tahu, justeru sekarang ia telah rubuh di tangan murid
Swat Tocu, bahkan seluruh kepandaian dan ilmunya telah musnah.
Betapa kecewanya. 1809 Waktu mendengar perkataan Ko Tie seperti itu, ia jadi menangis
menggerung-gerung, karena kecewa dan putus asa.
Sedangkan Ko Tie telah berseru nyaring kepada hadirin dengan
suara yang sangat gagah: "Siapa saja yang masih berani
menghidupkan Ang-kie-pay, aku akan mencarinya untuk menyelesaikannya! Sekarang ini, Ang-kie-pay dibubarkan!"
Semua anggota Ang-kie-pay yang melihat pangcu mereka
dirubuhkan begitu mudah, bahkan sebelumnya jago-jago Ang-kiepay yang lainnya telah dirubuhkan oleh Ko Tie begitu mudah,
membuat mereka ketakutan dan telah menekuk kaki mereka
masing-masing berlutut, dan berjanji akan meninggalkan Ang-kiepay untuk kembali ke masyarakat serta tidak melakukan perbuatan
busuk dan kejahatan lagi!
Ketika Ko Tie hendak turun dari panggung tiba-tiba berkelebat
sesosok bayangan dengan cepat dan gesit sekali, hinggap di
depannya. Dialah seorang yang berusia tujuhpuluh tahun lebih, di
tangannya tercekal hun-cwe, sambil tersenyum lebar dia bilang:
"Siauw-hiap, hebat sekali kepandaianmu, benar-benar sangat
mengagumkan sekali! Aku si orang tua, adalah Yang Ciu Kang,
1810 ingin sekali meminta pengajaran! Jika aku rubuh di tanganmu,
maka Hauw-sim-pay akan dibubarkan juga!"
Rupanya orang yang memakai baju hijau yang pernah ditolong
oleh Ko Tie, telah pulang ke markasnya buat melaporkan apa yang
telah terjadi pada pangcunya, yaitu Yang Ciu Kiang.
Betapa gusarnya pangcu itu. Ia merasa tersinggung dengan
perintah Ko Tie, agar ia membubarkan Hauw-sim-pay.
Karena itu, segera juga Yang Ciu Kang berangkat meninggalkan
tempatnya. Dia pergi ke panggung di mana tengah berlangsung
pertempuran antara Ko Tie dengan ketua dari Ang-kie-pay.
Sedangkan saat itu, dia masih sempat melihat pangcu dari Angkie-pay dirubuhkan.
Dia melihat bahwa kepandaian Ko Tie memang sangat luar biasa,
dan juga ia kagum sekali. Namun ia penasaran, maka dia segera
juga berkata dengan suara yang tawar menantang pemuda itu. Dia
bermaksud untuk mencobanya sendiri, karena ia yakin, kepandaian yang dimilikinya jarang bisa ditandingi oleh jago-jago
rimba persilatan. Ko Tie tersenyum tawar. 1811 "Apakah engkau tidak akan menyesal"!" tanyanya dengan suara
yang dingin. Yang Ciu Kang tertawa bergelak-gelak. "Walaupun harus
membuang jiwa, aku tidak akan menyesal! Hemmm, tidak mudah
orang menganjurkan agar Hauw-sim-pang dibubarkan!"
"Baik!" kata Ko Tie kemudian. "Kau boleh mulai!"
Sambil tertawa tawar, Yang Ciu Kang telah menerjang pada Ko Tie
dengan hun-cwenya, dimajukan untuk menotok.
Ko Tie tetap berdiam diri di tempatnya. Dia melihat hun-cwe
menyambar sudah dekat, barulah tangan kanannya digerakkan.
"Krakkk! Krakkk!" hun-cwe lawannya patah dua kali, menjadi tiga
potong, dan kemudian, di saat Yang Ciu Kang tengah bengong
karena kaget tidak terhingga, tangan kiri Ko Tie bergerak lagi,
menepuk pundaknya. Seketika terdengar suara kretak-kretok dan tulangnya yang patah
dan terlepas dari bonggolannya, karena disaat itu musnahlah
seluruh kepandaian orang she Yang tersebut.
1812 Dia berdiri lemas dengan mata mendelik dan mulut terbuka lebar.
Dia mengeluh dan tahu-tahu menangis!
Dalam satu gebrakan dia telah dirubuhkan, bahwa kepandaiannya
telah dimusnahkan sampai dia jadi kecewa bukan main.
"Aku hanya perintahkan kau membubarkan perkumpulanmu, tetapi
engkau malah telah berusaha untuk mencari urusan! Hemmm,
sekarang aku hendak tanya kepadamu, apakah engkau mau
membubarkan perkumpulanmu?"
Yang Ciu Kang menghapus air matanya, dia menyatakan akan
mematuhi perintah Ko Tie.
"Baiklah, aku akan datang pula jika perintahku ini tidak
dilaksanakan!" kata Ko Tie sambil menjejakkan kedua kakinya,
tubuhnya melesat ringan sekali meninggalkan panggung itu. Dia
hinggap di dekat Giok Hoa, yang sejak tadi hanya mengawasi
dengan kagum akan sepak terjang engko Tie nya itu.
"Nah?" mari kita berangkat, adik Hoa"!" kata Ko Tie sambil
tersenyum. "Urusan telah selesai!"
1813 Mereka berdua dengan gesit telah berlari meninggalkan tempat itu.
Dalam sekejap mata saja telah lenyap dari pandangan orang
banyak. Sedangkan semua orang yang berkumpul di situ, telah memandang bengong, takjub dan kagum tidak terhingga atas
kepandaian yang diperlihatkan oleh Ko Tie.
Dua orang pangcu dari dua perkumpulan yang sangat besar
pengaruhnya dan tinggi kepandaiannya telah dirubuhkan dengan
mudah, maka mereka jadi tidak mempercayai pandangan mata
mereka sendiri. Namun segalanya memang telah terjadi.
Ketika tersadar semua orang segera menceritakan tidak hentinya
tentang kegagahan Ko Tie. Dan segera juga tersiar luas sekali
tentang sepak terjang dari ke dua orang itu, yang memang
merupakan pemuda yang gagah.
Nama Ko Tie semakin tersiar luas dan terkenal bahkan
mengejutkan orang-orang rimba persilatan. Sebagai jago muda
yang baru muncul di dalam kalangan kang-ouw, namun telah
berhasil mendirikan nama yang sangat besar sekali.
Banyak orang-orang Kang-ouw yang kagum mendengar sepak
terjang dari Ko Tie dan Giok Hoa. Tetapi ada juga sebagian dari
1814 mereka yang penasaran. Dan ada beberapa tokoh rimba persilatan
Pendekar Bayangan Setan 15 Istana Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Bunga Ceplok Ungu 1
^