Pencarian

Si Pisau Terbang Pulang 1

Si Pisau Terbang Pulang Karya Yang Yl Bagian 1


Si PISAU TERBANG "Pulang"
Saduran : Yang YL Persembahan SEE YAN TJIN DJIN
Saduran : LIANG Y L Kata pengantar Dahulu di jaman penuh kekerasan, jaman ketika tidak ada rasa aman; di dunia
persilatan tibatiba muncul suatu senjata yang di sebut Hui To atau Pisau Terbang.
Tidak ada yang tahu bagaimana bentuk dan modelnya, juga tidak ada orang yang
bisa melukiskan kecepatan dan kekuatannya.
Dalam hati setiap orang, senjata ini dianggap sebagai senjata yang bisa
melenyapkan kejahatan dan penindasan, sekaligus menjadi lambang kebenaran dan kehormatan. Kekuatannya
sangat besar dan berwibawa; bila dia sudah beraksi, tidak satu pun musuh bisa
menghalangi segala sepak terjangnya. Kemudian setelah kekacauan mulai mereda, pisau terbang ini seperti ikut
menghilang, seperti gelombang iaut yang menghilang di samudera luas.
Tapi siapa pun tahu, bila di dunia persilatan terjadi kekacauan kembali, pisau
terbang ini akan segera muncul kembali; dia akan membawa kepercayaan dan harapan kepada setiap
umat manusia. 0-0-0 Pendahuluan Toan Pat Hong perawakannya setinggi dua meter, tubuhnya kekar seperti terbuat
dari tulang besi dan urat baja karena selama ini dia berlatih ilmu silat Capsa Thaypo, ilmu
silatnya tidak ada seorang pun yang bisa menandinginya.
Toan Pat Hong usianya sudah 58 tahun; semenjak berusia 30 tahun, dia sudah
menjagoi Kangpak (daerah sebelah utara sungai Tiangkang). Dia memimpin tujuh perkumpulan
besar dan empatpuluhdua perkumpulan kecil, dan dia juga menjabat sebagai ketua dari empat
kantor piauwkiok. Namanya sangat terkenal di dunia persilatan, boleh dikata tidak ada
yang mampu menandinginya. Sampai sekarang pun dia masih terkenal di dunia persilatan, hanya
ada beberapa orang saja yang bisa meyaingi nama harumnya.
Tapi pada malam menjelang hari raya Imlek (tahun baru) tahun yang lalu, dia
menemukan suatu hal yang aneh. Sulit sekali dipercaya bahwa dia akan menemui peristiwa ini
malam itu. Toan Pat Hong dikejutkan oleh sehelai kertas putih yang berisi gambar sebuah pisau
kecil. Dia kaget bukan kepalang hingga dia meninggal saat itu juga.
Tiga hari sebelum malam menjelang Imlek, tanpa terasa tahun baru akan segera
tiba kembali. Pada saat seperti itu, orang-orang yang pergi merantau hanya punya satu tujuan
dalam hatinya, yaitu cepat pulang dan merayakan Imlek bersama keluarga.
Hari itu dia baru saja menyelesaikan suatu perselisihan di dunia persilatan yang
sudah berlangsung sepuluh tahun lamanya. Dia menerima ucapan terima kasih dari
tigabelas perkumpulan yang berasal dari daerah Hoay Yang. Arak yang disiapkan oleh mereka
diminumnya sampai hampir tiga kati. Diapit oleh para pengawal dan teman-teman baiknya, sekujur tubuhnya terasa
panas. Baginya, kehidupan seperti secangkir arak yang bagus, seperti arak yang sedang diminum
perlahanlahan sambil dinikmati. Tapi tiba-tiba saja dia mati.
Dapat dikatakan dia mati oleh goloknya sendiri, seperti orang yang sudah tidak
bergairah dan tidak punya semangat untuk hidup lagi.
Kejadian seperti ini bisa saja terjadi pada setiap orang seperti dia, siapa pun
tidak ada yang bisa memperhitungkannya. surat itu tidak mencantumkan untuk siapa, juga tidak
ada tanda tangan pengirimnya. Di dalam surat itu tidak tertulis satu huruf pun-ukuran kertas surat itu sangat
besar hanya terdapat sebuah gambar pisau yang dilukis dengan tinta, tak seorang pun
mengenali gambar pisau itu, baik bentuk maupun modelnya. Orang-orang hanya tahu bahwa itu adalah gambar
sebuah pisau. Surat itu diantarkan oleh seorang pemuda. Dia memberikannya di sebuah jalan yang
gelap, walaupun pada saat itu ada cahaya bulan, tapi tidak ada seorang pun yang bisa
melihat jelas bentuk wajah dan sosok pemuda itu seperti apa. Orang hanya tahu bahwa dia adalah
manusia. Pemuda itu muncul dari tempat yang gelap, tapi dia muncul dengan tenang dan
tampak sopan. Dia berjalan menghampiri Toan Pat Hong, dia pun dengan tenang dan sopan
menyerahkan surat itu kepada Toan Pat Hong.
Setelah membaca surat itu, wajah Toan Pat Hong langsung berubah, seperti ditusuk
oleh sebatang besi yang merah pijar dalam lehernya.
Ketika semua orang sedang melihat reaksinya, tiba-tiba saja Toan Pat Hong
mengeluarkan goloknya, dan dengan cepat, bersih, serta tanpa perasaan, menusukkannya ke
perutnya sendiri. Seperti sedang berhadapan dengan orang yang paling dia benci. Siapa yang bisa
menjelaskan hal ini" Bila tidak ada seorang pun yang bisa menjelaskan peristiwa ini, maka peristiwa
yang terjadi pada diri Toan Pat Hong lebih-lebih tidak ada yang bisa menjelaskan, karena
peristiwa ini sama sekali tidak terpikir dan tidak terbayangkan oleh siapa pun.
Tiga hari menjelang hari raya Imlek, Toan Pat Hong mati di tepi jalan, tapi pada
hari raya Imlek, ternyata dia masih hidup.
Dengan kata lain, toan Pat Hong bukan mati pada tiga hari menjelang Imlek itu,
tetapi mati pada hari raya Imlek, dan waktu kematiannya adalah malam hari.
Satu orang hanya mempunyai sebuah nyawa, begitu juga dengan Toan Pat Hong, tapi
mengapa dia bisa mati dua kali"
Pemuda yang mengantarkan surat itu menghilang entah ke mana. Tapi Toan Pat Hong
dengan tubuh setinggi dua meter dan berat seratus kilogram, langsung roboh bersimbah
darah. Tidak ada seorang pun yang mengerti, juga tidak ada yang bisa berkomentar.
Orang pertama yang bisa menerangkan peristiwa ini adalah orang yang terkenal
dengan ketenangan dan kelincahannya, dia adalah Touw Jiya.
"Cepat, cepat, cari tabib!" teriak Touw Jiya.
Sebenarnya dalam keadaan seperti itu sudah tidak perlu mencari tabib lagi, yang
dibutuhkan adalah sebuah peti mati. Peti mati yang berisi mayat Toan Pat Hong sudah dikirim langsung ke kampung
halamannya, dan ketika tiba ditempat hari sudah sore.
Hari raya Imlek, sore hari.
Pada hari raya Imlek, biasanya tangan para wanita penuh dengan minyak goreng,
karena mereka sedang memasak menyiapkan hidangan. Wajah anak-anak terlihat gembira,
karena ada baju baru, bunga bwee, buah-buahan, angpao, dan lainnya.
Pada hari raya Imlek orang-orang saling mengucapkan selamat, bergembira, dan
selalu tertawa. Hari raya Imlek adalah hari raya yang paling ramai dan menyenangkan, tapi di
rumah Toan Pat Hong hanya terlihat ada sebuah peti mati. Walaupun itu hanya peti mati, tapi
harganya mencapai 1.800 tail perak. Namun semahal-mahalnya peti, tetap saja sebuah peti mati.
Saat seperti ini lebih baik tidak ada peti mati.
Rumah Toan Pat Hong sangat besar dan megah, banyak sekali ruangan dan kamar.
Pintu masuk ke rumah Toan Pat Hong sangat tinggi dan besar, dan dicat dengan
warna merah tua, gelang pintu berwarna emas, di luar pintu masih terdapat patung singa yang
terbuat dari batu. Peti mati diusung melalui pintu besar ini, diusung oleh 36 orang dengan bantuan
balokbalok yang panjang. Ketigapuluhenam laki-laki itu mengenakan baju dan celana yang berwarna putih.
Itu adala seragam berduka cita, hingga ikat pinggang pun berwarna putih. Mereka mengusung
peti mati yang sudah dicat dengan warna hitam mengkilat. Kemudian mereka pun mundur
sebanyak 156 langkah, mundur hingga ke luar pintu besar.
Lalu pintu itu pun ditutup.
Kemudian ada 36 laki-laki lainnya, mengusung peti mati ke belakang rumah menuju
pekarangan. Di belakang rumah masih terdapat pekarangan.
Rumah besar itu mempunyai banyak pekarangan.
Akhirnya mereka tiba di pekarangan terakhir, pekarangan itu letaknya di
belakang, keadaan di sana sangat gelap, segelap tinta untuk menulis.
Di dalam kegelapan hanya ada sedikit cahaya lampu dan di sekeliling tempat itu
sudah dipenuhi dengan warna putih. Tempat berkabung biasanya selalu didominasi dengan warna putih, mencerminkan
rasa duka. dari sedih. Ke tigapuluh enam laki laki itu mengusung peti rnati dan meletakkannya di
hadapan janda dan anak Toan Pat liong, wajah mereka semua pucat, kemudian mereka pun mundur.
Tapi semua laki-laki itu tidak sempat mundur keluar pintu dari tangan janda yang
terlihat rapuh seperti mudah roboh ditiup angin itu, tiba-tiba muncul cahaya yang berwarna
kuning muda. Ketiga puluh enam laki-laki yang kuat seperti singa besi itu langsung roboh pada saat
itu juga. Begitu menyentuh lantai mereka sudah mati. Toan Pat Hong mempunyai seorang
istri. Tapi Toan Pat Hong masih mempunyai istri muda. dia mempunyai 29 orang istri muda.
Toan Pat Hong mempunyai anak laki-laki, anaknya ada 40 orang.
Toan Pat Hong pun memiliki anak perempuan yang berjumlah 16 orang.
Saat ini di ruangan itu, selain istri dan istri muda serta anak-anak Toan Pat
Hong yang berjumlah 86 orang, masih ada dua orang lagi.
Kedua orang itu terlihat sangat tua dan tua; mereka sepertinya sudah pernah mati
beberapa kali, wajah mereka tampak datar.
Di wajah mereka hanya terlihat bekas luka golok, tidak ada ekspresi apa pun yang
memancar dari wajah mereka. Tapi dari bekas luka golok itu seperti terlihat cahaya golok
dan bayangan pedang, dendam masa lalu mengukir kesedihan yang mendalam di atas bekas luka
itu. Beribu-ribu bahkan puluhan ribu bekas luka golok mencerminkan beribu-ribu dan
bahkan puluhan ribu ekspresi mereka. Beribu-ribu bahkan puluhan ribu ekspresi yang ada
malah mengubah wajah mereke menjadi tidak ada ekspresi.
Pekarangan yang gelap hanya sedikit disinari cahaya lampu. Cahaya yang berasai
dari lampu yang diletakkan di ruang berkabung, berwarna putih dan diletakkan di atas meja
sembahyang. Tiba-tiba terasa ada angin yang datang entah dari mana, tiupan angin ini


Si Pisau Terbang Pulang Karya Yang Yl di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memadamkan lampu, lampu satu-satunya yang berada di ruangan itu.
Begitu lampu dinyalakan kembali, peti mati sudah menghilang dari sana.
Ruangan rahasia itu terbuat dari batu yang berwarna hijau, warna hijau itu
seperti warna tulang dari orang yang sudah lama. mati.
Cahaya lampu pun berwarna hijau yang sama; kedua orang tua itu menggotong peti
mati dan masuk ke dalam ruang rahasia itu, pintu rahasia segera menutup sendiri. Kedua
orang tua itu dengan perlahan meletakkan peti mati itu, lalu mereka dengan diam menatap peti
mati itu, bekas luka golok dan kerutan di wajah mereka terlihat lebih dalam lagi. Seperti
melukiskan sebuah gambar yang sedih. Mereka terdiam lama dan masih terus menatap peti mati itu, tidak ada seorang pun
yang bisa menceritakan bagaimana perasaan mereka sebenarnya, karena itu pula tidak ada
seorang pun yang tahu apa yang sedang mereka pikirkan saat itu. dan rencana apa yang sedang
disusun oleh mereka saat itu. Mereka pun melakukan hal yang tidak dimengerti oleh orang lain.
Karena mereka menumbukkan tubuhnya ke dinding hingga mati.
Cahaya lampu berkedip-kedip seperti api setan.
Tutup peti itu bergeser dengan perlahan, kemudian dari dalam peti keluarlah
sebuah tangan, kemudian tangan itu menggeser tutup peti mati dengan perlahan, dan Toan Pat Hong
keluar dari peti mati itu. Dia melihat ke sekeliling ruang rahasia itu, wajahnya tampak berseri-seri dan
terlihat sangat puas. Dia tahu sekarang dia sudah merasa aman, sekarang ini semua orang persilatan
sudah tahu bahwa dia sudah mati di sebuah kota, tepatnya di sebuah jalan kecil, semua
kebencian dan dendam akan hilang seiring dengan kematiannya.
Sekarang tidak akan ada orang yang akan mencarinya untuk membalas dendam, karena
dia sudah mati. Seseorang yang masih hidup di dunia tapi mengaku bahwa dirinya sudah mati,
rahasianya pasti tidak akan bocor dan menyebar keluar. Karena orang yang tahu rahasianya sudah
mati semua. Tidak ada satu mulut manusia yang boleh menyimpan rahasia orang mati.
Toan Pat Hong menghembuskan nafas panjang, dia menarik gelang yang terpasang di
dinding batu itu. Ini adalah pintu rahasia yang satu lagi, tapi wajahnya langsung
berubah. Dia mengira dia bisa mendapatkan makanan, air, arak, baju, dan yang lainnya yang
memang sudah disiapkan untuknya.
Tapi dia tidak melihat semua itu.
Dia mengira dia tidak akan diketahui oleh orang yang mencarinya untuk balas
dendam Tapi saat ini dia sudah melihatnya.
Wajahnya dengan cepat berubah, tapi tubuhnya tidak bergerak sama sekali.
Ilmu silat dan kekuatan tubuhnya sedang berada dalam kondisi puncak, kapan pun
dan dalam keadaan apa. pun dia masih bisa menangkis atau menusuk. Tapi kali ini kurang
cepat, begitu dia mulai bergerak, dia sudah melihat kelebat cahaya pisau.
Pisau terbang. Dia tahu dia melihat kembali pisau terbang, dengan cara apapun dia tidak akan
bisa menghalangi gerak pisau terbang ini
Karena itu dia sangat yakin bahwa dia akan mati.
Seseorang dengan pisau yang tersimpan di balik bajunya dapat menusukkannya ke
perutnya sendiri, lalu darah akan mengalir dan seakan-akan mati. Tapi dengan keadaan
seperti itu ternyata dia belum mati. karena dalam pisau itu sudah dipasang sebuah alat per.
Tapi kali ini yang dia lihat adalah pisau terbang, benar-benar pisau terbang.
Karena itu sekali ini dia pasti mati.
Setelah itu di dunia persilatan muncul kembali pisau terbang.
0-0-0 Bab 1. Darah dan Air Mata Si Pengelana
1. Sebuah kota di sebuah pegunungan.
Kota itu terletak agak jauh berada di daerah gunung sebelah sana, gunung yang
jauhnya ribuan kilometer. Li Hoay telah kembali lagi ke kota ini. Tanah yang kering, hembusan angin dan
orangorang yang berada di sana, semua sudah lama dikenalnya.
Karena dia tumbuh besar di kota ini - dia adalah seorang pengelana, dia tidak
mempunyai asalusul - masa kecilnya hanya dihiasi dengan mimpi-mimpi buruk. Meski begitu, dalam
setiap mimpi buruknya dia tidak bisa melupakan tempat ini.
Warung yang menjual bakpao belum tentu hanya menjual bakpao. Pemilik warung
dipanggil dengan sebutan Loo Thio, dia belum tentu sudah tua meski dipanggil Loo Thio.
Tapi sekarang dia benar-benar sudah tua.
Setiap hari dengan mata tuanya itu dia menyaksikan pasir yang dihembus oleh
angin yang lewat di depannya. Dia seperti menunggu sebuah mujizat, yang bisa terjadi di
tempat ini, tempat yang dia tinggali selama puluhan tahun.
Dia tidak menyangka bahwa mukjizat ini benar-benar akan terjadi, pada hari ini
pula. Dia melihat ada seorang pemuda mengenakan baju yang sudah penuh dengan debu,
dengan perlahan dan tampak malas-malasan berjalan menuju warung bakpao yang berada di
depan toko kecil itu. Dari dalam kukusan bakpao tampak ada asap yang mengepul dan memenuhi mata tua
Loo Thio. Dia hanya melihat pemuda ini sebagai pemuda yang tampan dengan sepasang
matanya yang tajam. Pembawaan sikapnya terlihat sangat istimewa. Loo Thio tidak pernah
melihat pemuda ini, dia seperti bisa merasakan bila pemuda itu tidak pernah datang ke tempat
ini. 'Tuan," panggil Loo Thio, "sekarang toko belum buka, tapi bakpao dan sayur asin
sudah ada. Tuan ingin makan apa?"
"Aku ingin memakanmu," jawab pemuda itu dengan ramah, kalimat ini membuat Loo
Thio terkejut. "Kau ingin memakanku?" Loo Thio terkejut hingga terbengong-bengong. "Mengapa kau
ingin memakanku" Apa enaknya makan aku?"
"Kau pasti enak bila dimakan," jawab pemuda itu, "bila aku sekarang ini."
Loo Thio masih terlihat terkaget-kaget melihat pemuda itu, tiba-tiba saja Loo
Thio tertawa, dia tertawa terbahak-bahak, tawanya seperti dia sudah mendapat barang yang memang
sangat dia inginkan. "Ternyata kau, kau sangat jahat," tawa Loo Thio membuat kerutan di
wajahnya bertambah banyak. "Dulu kau setiap hari selalu memakanku, dan itu sudah berlangsung selama
beberapa tahun. Sudah berapa tahun kita tidak bertemu, apa sekarang kau ingin memakanku
kembali?" "Bila aku tidak memakanmu, lalu aku harus makan siapa?"
Pemuda itu sangat lucu, kata-katanya pun lucu, bahkan tingkah lakunya pun
terlihat sangat lucu. Dia membuka kukusan bakpao milik Loo Thio kemudian mengeluarkan beberapa bakpao
dari kukusan itu lalu semua bakpao itu dimakannya.
"Kau benar-benar telah memakannya."
"Benar, aku telah memakannya."
Loo Thio tertawa dan berkata, "Apakah kau ingat, pada saat ulang tahunmu yang
kesebelas, tengah malam kau secara sembunyi-sembunyi masuk ke warungku dan makan bakpaoku"
Tidak disangka hari ini kau makan lebih banyak dari waktu itu."
"Aku melatihnya selama ini."
Tawa pemuda itu terlihat menjadi sedih dan berkata, "Seseorang bila sudah
kelaparan selama enam bulan, dia tidak bisa berlatih hal lain, tapi mengenai soal makanan dia
tentu akan bisa melatihnya." "Makanlah!" kata Loo Thio sengaja menghela nafas dan berkata lagi: "makanlah
sepuasmu, aku sudah terbiasa dimakan olehmu."
"Kau pun terbiasa tidak menerima uangku." Kau sudah terbiasa tidak membayar jadi
aku pun terbiasa tidak menerima uangmu," tawa Loo Thio dan dia berkata lagi. "Walau
bagaimana pun aku tidak pernah menerima uangmu."
Tapi pada saat Loo Thio mengatakan kalimat ini, sikapnya tidak seperti biasanya.
Karena dia sedang melihat sesuatu yang jarang dia iihat.
Di jalanan yang berdebu ini, tiba-tiba muncul empat orang anak kecil. Keempat
anak kecil itu memiliki wajah dan mata yang bulat, tubuh mereka mengenakan jubah bulat, di
leher mereka masing-masing memakai gelang emas, tangan mereka mengenakan gelang giok yang
tampak berkilau-kilau, di telinganya memakai anting yang bulat, sedangkan sepasang
tangan mereka membawa baki yang bulat, di dalam piring penuh dengan uang, mereka sedang
berjalan menuju warung bakpao milik Loo Thio.
Melihat itu Loo Thio menjadi terbnigong-bengong. Dia tidak pernah melihat orang
semacam mereka muncul di tempat ini.
Tapi semua anak-anak itu membawa bali ke hadapannya. Loo Thio melihat uang yang
berada di atas baki itu, mata Loo Thio menjadi bulat.
"Apa artinya ini?" tanyanya kepada pemuda itu. "Apakah kau menyuruh mereka
mengantarkannya ke sini?"
"Uang" Di mana ada uang" Dari mana uang itu" Mengapa aku tidak melihat uang
itu?" "Lalu yang kau lihat itu apa?" Loo Thio sengaja bersikap galak kepada pemuda
itu. Dia bertanya lagi, "Kau tidak melihat uang, lalu yang kau lihat itu apa?"
"Yang aku lihat hanya ada bakpao," jawab pemuda itu. "Kau memberikan bakpao
untuk menolong nyawaku, dan aku membalasnya dengan memberikan bakpao untukmu, tapi
bakpaoku ini tidak bisa kau makan."
"Aku sudah mengerti maksudmu." Kali ini Loo Thio benar-benar menghela nafas.
"Kau pernah mengatakan ingin membalas budi kepadaku dan mengatakan ingin membalas beratus-
ratus bahkan ribuan kali lipat."
Kata Loo Thio lagi, "Saat itu aku percaya bahwa pada suatu hari kau akan bisa
melakukannya, tapi sekarang aku malah tidak mempercayainya."
"Mengapa?" "Karena aku tidak percaya bahwa anak kecil seperti dirimu dalam waktu yang
begitu singkat sudah bisa mendapatkan uang begitu banyak."
Pemuda tampan dengan wajah yang masih terlihat lesu dengan bajunya yang
sederhana tapi memiliki banyak uang, tiba-tiba dia tertawa, tawa yang terlihat misterius.
"Kau tidak mempercayainya?" tanya pemuda itu. "Jujur saja, kau tidak bisa


Si Pisau Terbang Pulang Karya Yang Yl di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempercayainya, bahkan aku sendiri pun tidak mempercayainya."
Wajah Loo Thio yang terlihat penuh dengan kerut itu, tiba-tiba mengeluarkan
ekspresi yang misterius, dengan suara rendah dia berkata, "Menurut kata orang-orang, di dunia
persilatan telah muncul seorang perampok, yang memiliki ilmu silat yang sangat yang sangat
tinggi. Perampok itu sangat berani, bahkan gedung uang istanapun berhasil dirampoknya.'
"Oh!" "Apakah kau tidak pernah mengetahui tentang perampok itu?"
Tidak." "Tapi sifatnya sangat mirip denganmu., aku tahu bahwa kau adalah se orang yang
sangat pemberani' Loo Thio terus menatapnya, sepasang mata tuanya terlihat sangat
misterius, "Bila aku adalah perampok yang akan ditangkap oleh pemerintah, aku pun akan lari
dan bersembunyi di tempat ini." Kata Loo Thio lagi, "Bersembunyi di tempat yang
sepi, siapa yang bisa mencarimu?" "Benar, siapa yang bisa mencariku."
Tiba-tiba seorang gadis muncul pada saat pemuda itu sedang tertawa berseri-seri.
Terus terang, bila pemuda itu sedang tertawa, tawanya sangat ielek. apalagi saat
itu dia sedang memandang gadis itu.
Si gadis tampak marah. Gadis itu tidak menunggang kuda tapi tangannya membawa sebuah pecut, pecut itu
sepertinya bukan untuk memecut kuda melainkan untuk memecut orang.
Gadis itu dengan pecut kudanya menunjuk ke hidung si pemuda dan bertanya kepada
Loo Thio, "Siapa pemuda ini?"
Loo Thio tidak membuka mulut untuk menjawab, pemuda itu sendiri yang menjawab:
"Siapa orang ini, tidak ada yang lebih tahu dibanding diriku."
Dengan dua jarinya ia menjepit pecut kuda itu dan menunjuk hidungnya sendiri
lalu berkata, "Aku bermarga Li, bernama Hoay." (Hoay = jahat)
"Kau jahat?" tanya gadis itu sambil menahan tawa dan berkata lagi: "Apakah kau
sendiri menyadari bahwa kau jahat?"
Jawab Li Hoay dengan wajah serius,"Aku bernama Li Hoay, tapi belum tentu aku
adalah orang jahat." Gadis itu merasa bahwa pemuda itu terlihat lebih aneh lagi, "Apakah namamu
benar-benar Li Hoay?" "Benar, aku memang punya nama empat huruf."
"Nama empat huruf?" gadis itu memandang Li Hoay dengan wajah terkejut.
Diteruskannya pertanyaan itu: "Apa saja empat huruf itu?"
"Namaku adalah Li Hoay Si Lo (Li Hoay sangat jahat)."
Gadis itu tertawa dan berkata: "Li Hoay, kau benar-benar Li Hoay Si Lo."
Tawa gadis itu sangat manis dan lucu.
Bila Li Hoay tertawa, tawanya adalah tawa yang paling menawan di antara laki-
laki, dan bila gadis itu tertawa, tawanya paling menawan di antara para gadis.
Li Hoay dengan bengong melihat gadis yang masih tertawa itu, dia menjadi agak
lupa diri. Pada saat itu juga pecut si gadis sudah diayunkan, dan melilit leher Li Hoay.
Dengan sebelah tangan dia menampar wajah Li Hoay, dan dengan kakinya dia menyapu ke arah kaki
Li Hoay. Sekarang tampak Li Hoay yang baru saja kembali ke kampung halamannya jatuh ke
jalan berdebu kuning seperti seekor beruang. Dan mulutnya masih dijejali dengan sebuah
bakpao. Loo Thio melihat Li Hoay yang tersungkur di bawah lalu dia tertawa terbahak-
bahak. "Kau bukan perampok itu," kata Loo Thio sambil tertawa.
"Tidak ada perampok yang terlihat begitu bodoh, hanya dengan pecut yang
diayunkan, gadis itu berhasil mengalahkanmu."
"Gadis itu sangat galak, aku tidak menertawai dia juga tidak mengganggunya,
mengapa dia memperlakukanku seperti itu?"
"Siapa bilang kau tidak mengganggunya?"
"Apakah kau sudah lupa kepadanya?" Loo Thio terlihat tertawa licik.
"Apakah kau lupa pada saat kau masih kecil, kau selalu mengganggu seorang gadis
kecil, sampai wajahnya berlumuran dengan tanah?"
Li Hoay tampak terkejut."Apakah gadis tadi adalah Ko Ko?"
"Benar, dia adalah Ko Ko."
"Tidak kusangka dia masih membenciku," kata Li Hoay sambil tertawa kecut.
Tapi tawa Loo Thio masih terlihat sangat senang, dan berkata: "Kau pasti tidak
menyangka bahwa dia bisa berubah menjadi begitu cantik bukan?"
2 a. Di dunia ini banyak orang yang bertipe sama tapi ada juga yang tidak sama. Satu
macam, satu tipe, walaupun mereka tidak berada di satu tempat yang sama, bahkan mungkin
tidak saling mengenal tapi seringkali mereka punya kemiripan jauh lebih banyak dibandingkan,
misalnya, dengan saudara kandung sendiri.
Pui Thian Ho dan Toan Pat Hong adalah salah satu contohnya.
Pui Thian Ho dan Toan Pat Hong sama-sama tinggi besar. Dan kuat, ilmu silat yang
dimiliki oleh mereka pun adalah ilmu silat yang keras, walaupun nama Pui Thian Ho tidak
terkenal seperti Toan Pat Hong dalam dunia persilatan, tapi di daerah perbatasan ini dia adalah
seorang pemimpin yang sangat dikenal oleh rakyat di sana.
Dalam hidupnya, dia sangat menyukai tiga hal yaitu, kekuasaan, nama terkenal,
dan Ko Ko, anak gadisnya. Sekarang Pui Thian Ho berada di ruang tamu yang besarnya seluas tempat pacuan
kuda, duduk di sebuah kursi yang besarnya sebesar tempat tidur, dengan suaranya yang serak
memerintah "Tulis surat undangan harus dengan kertas yang dibeli dari ibu kota, juga harus
ditulis dengan bahasa yang sopan." "Surat itu ditujukan kepada siapa" Mengapa harus menulisnya dengan bahasa yang
begitu?" tanya Siao Go. Tiba-tiba Pui Thian Ho terlihat sangat marah.
"Mengapa kita tidak boleh berbuat tidak sopan kepada orang lain" Kau kira Go Sin
Liu itu siapa" Kau kira Pui Thian Ho itu siapa" Kita berdua digabung pun masih tidak bisa
menandingi bulu tangan milik orang itu."
"Apakah benar begitu?"
"Ya, itu sudah pasti."
Kata Pui Thian Ho lagi,"Hanya dalam kurun waktu beberapa tahun dengan tangan
kosong, dia berhasil mendapatkan harta yang begitu banyak, apakah kalian semua sanggup
menandinginya?" Kepala Siao Go menunduk. Ada semacam orang yang bisa menundukkan kepada di bawah kekuasaan dan harta
benda, dan mereka dengan suka rela pun akan menunduk. Siao Go adalah orang semacam ini.
"Mengapa tidak kita tunggu beberapa hari lagi untuk mengundang dia, mengapa
harus sekarang juga?" Sekarang Pui Thian Ho benar-benar marah. "Beberapa hari lagi katamu" Kau terlalu
banyak bicara!" Pui Thian Ho melotot kepada orang yang sok tahu ini dan berkata lagi.
"Kau harus mulai belajar bagaimana cara menutup mulutmu sendiri!"
b. Hari ini adalah tanggal 15, setiap tanggal 15 pasti akan muncul bulan purnama.
Di bawah sinar bulan tampak ada air, Tjoei Goat Wan berada di dalam sinar bulan
dan air. Di sebuah kota di sebuah pegunungan di perbatasan, masih ada orang yang membuat
sebuah kolam di dalam rumahnya'. Orang yang boros seperti itu harus ditimbun di dalam
pasir gurun dan dikeringkan hingga mati. Pui Thian Ho adalah orang semacam itu.
Tjoei Goat Wan adalah tempat di mana dia sering menjamu para tamunya dan Li Hoay
(Li si Jahat) adalah tamunya pada malam ini.
Begitu Li Hoay duduk di tempat terhormat, dia tampak malu-malu layaknya seperti
seorang gadis. Gadis ataupun laki-laki tetap harus makan, dan karena datang diundang makan, ya
memang harus makan. Tapi arak dan sayur belum ada di atas meja.
Pui Wangwee nampak tidak bisa duduk dengan tenang, dia mengundang tamu datang
untuk makan, tapi di atas meja tidak dihidangkan sayur dan nasi.
Mengapa sayur dan nasi belum disajikan"
Tapi Pui Wangwee tahu mengapa bisa terjadi hal ini, hanya saja dia tidak berani
marah karena semua ini disebabkan oleh perbuatan Pui siotjia.
Karena Pui siotjia sudah menghancurkan semua sayur dan arak yang sudah siap
disajikan di atas rneja, semua ini dilakukan oleh Pui siotjia karena dia tidak suka dengan
tamu yang diundang oleh ayahnya malam ini. Dia sudah memberitahu tahu kepada pelayan yang menjadi sangat terkejut. "Ayah
bodoh sekali, dia malam ini telah mengundang tamu yang bukan seorang manusia, seorang
penjahat, mengapa kita harus mengundang makan malam seorang penjahat?"
Tapi akhirnya Li Hoay bisa juga makan dan minum, seperginya orang-orang.
Pelayan-pelayan di dapur keluarga Pui sudah terlatih untuk menyajikan makanan
dalam waktu yang singkat, mereka dengan gampang bisa menghidangkan sayur lagi dengan menu
yang lengkap. Semua sayur disajikan di dalam piring perak yang diukir, dibawa oleh delapan
orang pelayan laki-laki dan delapan orang pelayan perempuan.
Setelah meletakkan sayur di atas meja, kemudian mereka berdiri di pinggir, siap
melayani bila mereka dipanggil. Dalam hati Li Hoay mengeluh, dia merasa makan malam seperti ini sungguh tidak
menyenangkan dan tidak nyaman.
Begitu banyak orang yang berdiri di sisinya dan melihatnya makan, mana bisa dia
makan dengan nikmat. Bila dia bisa makan dengan nikmat dan nyaman, dia bukan bernama
Li Hoay. Dia harus bernama Li Ho (Li si Baik).
Untung dia tidak lama mengalami perasaan seperti itu, kalau tidak dia tidak akan
bisa makan dan minum lagi. c. Li Hoay sudah makan sayur sebanyak tiga suapan.
Dia sudah minum arak sebanyak sebelas cangkir, Pui Wangwee dan Siao Go. dua-
duanya jago minum. Di dalam ruangan cahaya lampu terlihat sangat terang seperti siang hari, orang
tertawatawa dan arak pun terasa hangat, tuan rumah sangat ramah, pelayan pun melayani dengan
telaten. Di luar jendela tampak bulan bersinar dengan indah, bulan begitu bulat, dan
cahayanya begitu terang. ingin minum langsung dari gucinya, tiba-tiba dia mendengar dari kejauhan
ada seseorang yang berteriak. Teriakan ini seperti teriakan ketakutan, sedih, terkejut dan putus asa.
Teriakan seperti ini pasti tidak akan enak didengar di telinga siapa pun.


Si Pisau Terbang Pulang Karya Yang Yl di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Begitu teriakan ini yang didengar oleh Li Hoay, teriakannya sudah bukan teriakan
biasa. Teriakan kali ini yang dia dengar seperti merobek perasaannya, apakah itu darah,
daging, tulang, hati. nadi. kuku. atau rambut yang ditarik dan dicengkram"
Karena teriakan ini sekali demi sekali, sekali demi sekali terus berlanjut.
Arak sudah mengalir keluar dari cangkir.
Kulit wajah orang-orang di sana semua berubah, menjadi seperti kulit dari
binatang yang sudah mati. Kemudian Li Hoay melihat ada delapanbelas orang pemuda, masing-masing memegang
golok di tangannya, seperti terbang t urun dari Tjoei Goat Wan, tepatnya dari jembatan
Tjoei Goat Wan, mereka seperti prajurit yang akan bertempur ke medan perang, segera mereka
mengambil posisi di jembatan. "Ada apa ini?" Wajah Li Hoay yang biasanya terlihat lembut, lucu, dan malu-malu, sekarang sudah
berubah sama sekali. "Apakah di tempat Pui siok-siok telah terjadi sesuatu" Biar aku tengok dari
pintu belakang." Pui Wangwee tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Tidak apa-apa, kau tenang saja," tawa Pui Thian Ho penuh dengan rasa percaya
diri dan dia berkata lagi. "Bila terjadi sesuatu di tempatku, tidak akan berakibat apa-apa,
walaupun langit runtuh pasti ada Paman Pui yang bisa menahannya."
Kata-katanya belum selesai, tapi tawanya sudah menghilang.
Dia melatih anak buahnya dengan ketat, Pui Thian Ho adalah orang yang sangat
percaya diri, dia percaya anak buahnya bisa menjaga jembatan itu, tidak ada sorang pun yang
bisa melewati jembatan itu. Tapi sekarang ada seseorang yang bisa melakukannya. Seseorang dengan wajah yang
hitam, mengenakan jubah yang berwarna merah seperti api, tubuhnya lebih tinggi dan
besar dari Toan Pat Hong. Dia seperti seorang pelajar yang sedang berjalan mondar-mandir di
jalan setapak yang berada di taman itu. Tapi dia tidak bergerak sama sekali.
Tapi begitu dia mulai melewati jembatan, anak buahnya yang menjaga jembatan itu,
satu per satu berteriak dengan sangat mengerikan kemudian terbang melayang ke tempat
jauh, setelah sepersekian detik baru terdengar suara tubuh mereka yang mendarat dan juga
terdengar suara tulang mereka yang patah.
Sekarang ini si jubah merah sedang duduk di ruangan Tjoei Goat Wan, lampu
bersinar sangat terang. d. Si jubah merah dengan perlahan masuk kemudian duduk. Dia mengambil posisi di
sisi tuan rumah yaitu Pui wangwee, dan berada di hadapan tamu yang sedang di undang oleh
Pui wangwee yaitu Li Hoay. Wajahnya tidak seperti wajah seorang manusia.
Wajahnya seperti memakai topeng yang terbuat dari besi, walaupun saat itu dia
sedang tertawa tidak seperti orang yang sedang tertawa, wajahnva malah membuat orang menjadi
ketakutan. Saat itu dia sedang tertawa.
Dia melihat ke arah Li Hoay, dan tertawa lagi.
'Tuan Li," panggilnya dengan nada menghina dan aneh, suaranya serak dan dia
berkata lagi, "Tuan Li, apa margamu?"
Li Hoay tertawa dan mengeluarkan giginya yang putih,
"Bila dipanggil dengan sebutan Tuan Li, marganya pasti Li," tawa Li Hoay tidak
mengandung penghinaan. Li Hoay berkata lagi, "Bila Tuan Han sendiri, bermarga apa?"
Tawa si jubah merah tidak berubah.
Tawanya seperti besi yang dapat diukir di wajahnya, kemudian dia berkata,
"Kau tahu aku bermarga Han, berarti kau sudah tahu siapa aku ini?"
"Hakim Besi, Han Jun, siapa yang tidak mengenalnya di dunia persilatan ini?"
Mata Han Jun tampak bercahaya, sekarang semua orang bisa melihat bahwa matanya
berwarna biru langit, matanya yang berwarna biru langit dan jubahnya yang
berwarna merah, seperti memberikan kesan yang misterius dan menakutkan. Dia menatap Li Hoay
dengan lama, baru berkata, "Benar, aku adalah si pembawa pedang pusaka milik raja, polisi
bagian algojo dan murid Siao Lim, Han Jun."
Wajah Pui Thian Ho yang terkejut akhirnya menghilang digantikan dengan senyum,
dengan cepat dia berdiri,'Tak disangka, orang terkenal seperti Ketua Han, malam ini
bisa mampir ke tempat ini." Dengan dingin Han Jun memotong kata-katanya, "Aku datang bukan untuk menjadi
tetuamu, juga bukan datang untuk mencarimu."
Tanya Li Hoay, "Apakah kau datang untuk mencariku?"
Han Jun menatapnya dengan lama kemudian berkata, "Apakah kau adalah Li Hoay?"
"Benar." "Dari Tiang Kee Ko, menuju tempat ini kau membutuhkan waktu berapa hari?"
"Aku tidak tahu," jawab Li Hoay, "karena aku tidak pernah menghitungnya."
Kata Han Jun "Aku tahu karena aku pernah rnenghitungnya kau menghabiskan waktu
61 hari baru bisa tiba di tempat ini."
Li Hoay menggelengkan kepalanya, tertawa kemudian berkata,
"Aku bukan orang yang terkenal dan juga bukan orang yang membawa pedang pusaka
milik raja, juga bukan kepala bagian algojo, mengapa harus ada orang yang membantuku
menghitung waktu tempuh perjalananku kemari?"
"Yang pasti kau bukan ketua bagian algojo, juga bukan seorang polisi, gaji 100
orang polisi selama 1 tahun tidak akan cukup kau pakai selama 1 hari."
Dengan tertawa dingin Han Jun bertanya lagi kepada Li Hoay,
"Apakah kau tahu dalam waktu 61 hari ini, berapa banyak uang yang sudah kau
habiskan?" "Aku tidak tahu, karena aku tidak pernah menghitungnya."
Kata Han Jun, "Aku sudah menghitungnya, total semuanya adalah 86.650 tail perak."
Li Hoay bersiul panjang dan menghembuskan nafas. "Apakah benar aku sudah
menghabiskan uang begitu banyak?"
"Benar!" Li Hoay terlihat tertawa sangat senang dan berkata: "Kalau begitu aku terlihat
seperti orang kaya?" "Benar," jawab Han Jun dengan dingin lagi, kemudian dia berkata,
"Tadinya kau adalah orang miskin, sekarang kau bisa mempunyai banyak uang,
semuanya itu berasal dari mana?" "Itu adalah urusanku, semuanya ini tidak ada hubungannya denganmu."
"Justru itu ada hubungannya."
"Di manakah hubungannya?"
" Karena mas di dalam istana ada yang menghilang, jumlah yang hilang adalah
175.000 tail perak, tidak ada yang mau bertanggung jawab, dan semua itu terpaksa ditanggung
oleh bagian algojo." Mata Han Jun seperti memaku wajah Li Hoay dan berkata: "Secara, kebetulan aku
adalah polisi bagian algojo." Li Hoay menghembuskan nafas panjang, dia menggelengkan kepala dan berkata:
"Mengapa kau bisa begitu sial?"
"Orang yang sedang sial biasanya harus mencari kambing hitam karena itu aku
berharap Tuan mau ikut denganku menuju ke bagian keamanan."
"Ikut denganmu ke bagian keamanan, untuk apa?" Li Hoay melotot dengan matanya
yang membesar dan bertanya lagi,
"Apakah kepala keamanan ingin mengundangku makan?"
Han Jun tidak bicara lagi.
Tapi wajahnya tampak lebih menghitam, dan matanya tampak lebih biru lagi.
Matanya masih terus memaku kemudian dengan perlahan dia berdiri dari posisi
duduknya. Setiap gerakannya dilakukan dengan sangat perlahan, tapi setiap gerakannya
mengandung sesuatu yang berbahaya yang tidak dapat ditebak, tapi setiap orang pasti bisa
merasakannya. e. Gerakan nafas setiap orang di sana berubah, mengikuti gerakan tubuhnya yang
besar, hanya Li Hoay yang tidak berubah. "Mengapa kau melihatku terus" Apakah kau mengira aku adalah perampok yang
merampok emas milik istana?" Li Hoay menggelengkan kepala dan berkata,
"Aku berharap aku adalah orang yang pintar, bila aku adalah orang yang pintar
tidak akan ada orang yang menghinaku seperti ini."
Han Jun tidak membuka mulut tapi dia mengeluarkan suara. Suara itu bukan berasal
dari mulutnya melainkan keluar dari tubuhnya.
Tubuh Han Jun terdiri dari 360 batang tulang, setiap sambungan sendi dan tulang
berderik mengeluarkan suara yang mengerikan.
Tangan dan kakinya seperti bertambah panjang, walaupun dia belum mengeluarkan
jurus, tapi sudah jelas terlihat bahwa dia menguasai ilmu silat Siao Lim dengan baik.
Pui Thian Ho menghela nafas, karena dia pun sering berlatih ilmu silat maka itu
dia tahu bila Han Jun menyerang, tenaga yang dikeluarkan akan sangat dahsyat, dia bisa
membayangkan tubuh Li Hoay yang jatuh tersungkur dan langsung merasa kesakitan.
Li Hoay sendiri pun terkejut, dia ingin melarikan diri, tapi sayang tempat untuk
lari pun tidak ada. Depan, belakang, kiri dan kananya hanya ada laki-laki, perempuan, tua, besar,
semuanya ada, karena dia adalah tamu yang terhormat, semua orang di sana berdiri dan siap
melayaninya. Gerakan tubuh Han Jun walaupun semakin perlahan boleh dikatakan malah seperti
akan berhenti, tapi memberi penekanan yang semakin kuat dan berat, seperti panah yang
sudah dipasang di busur, siap untuk dilepaskan.
Pui Thian Ho tidak akan mau mengurusi masalah kecil seperti ini.
Li Hoay merasa takut, tiba-tiba dia berdiri kemudian menendang meja yang berada
di hadapannya, semua sayur yang berada di atas meja, tumpah ke tubuh Han Jun.
Piring belum mendarat, kuah sayur sudah tumpah keluar.
Bila tubuh seorang hakim penuh dengan kuah tahu. apakah pemandangan seperti ini
tidak lucu" Han Jun mundur ke belakang secepat kilat, bila ada kesempatan seperti ini Li
Hoay tidak segera melarikan diri, dia jangan disebut sebagai Li Hoay lagi.
Tapi dia tetap tidak bisa melarikan diri.
Tiba-tiba tampak seperti ada angin dan cahaya yang berkilauan, tujuh buah pedang
menyerang dari tujuh arah, siap menikam Li Hoay.
Bila ada satu saja pedang yang mengenainya, tubuh Li Hoay akan bertambah satu
lubang. Untung dari ketujuh pedang ini tidak ada yang langsung menusuknya, hanya
terdengar enam kali dentingan, ketujuh pedang itu sudah menyambung menjadi satu, bergabung
menjadi sebuah rangka yang aneh, seperti sebuah kerangka besi, mengunci Li Hoay di tengah-


Si Pisau Terbang Pulang Karya Yang Yl di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tengah kerangka itu. Semua pun tahu bila sudah dikurung di dalam Tjhit Kauw Sim Kiam tidak akan ada
yang bisa melarikan diri. Siapa pun yang dikurung oleh Tjhit Kauw Sim Kiam, ibaratnya seperti seorang
gadis yang hatinya sudah dikurung oleh kekasihnya, jangan berharap bisa melarikan diri dari
sana. Ketujuh pedang mi terlihat panjang dan berat, semua bentuknya sama, tidak perlu
ditanya lagi, ketujuh pedang ini berasal dari sebuah tempat yang sama.
Ketujuh pasang tangan yang memegang pedang tidak ada seorang pun yang terlihat
sama. Persamaan mereka adalah, merekalah yang tadi mengantarkan sayur yang dihidangkan
di atas meja. Li Hoay malah tidak terlihat takut, dia sempat tertawa,
'Tidak disangka dan juga tidak terpikirkan, sejak kapan orang Tjhit Kauw Tong
Sim Kiam menjadi pelayan yang mengantarkan sayur yang dihidangkan di atas meja
Li Hoay melihat di antara ketujuh orang itu, ada satu orang yang tinggi semampai
dan di wajahnya ada beberapa jerawat, dia adalah seorang perempuan.
Kata Li Hoay: "Ouw Hoedjin, bila hoedjin senang melakukan hal seperti ini,
kapan-kapan bantulah aku untuk memasang seprai dan membereskan tempat tidurku."
Lalu dia melihat Han Jun dan berkata: "Semua ini sudah diatur oleh Tuan, apakah
masih ada yang lain lagi?" "Apakah orang-orang yang berada di sini tidak cukup untuk menghadapimu?"
"Sepertinya terlihat tidak cukup."
Wajah Han Jun tampak marah dan dia berteriak: "Kunci!"
Dalam jurus Tjhit Kauw Sim Kiam, kunci artinya adalah bunuh. Ketujuh pedang
mengunci dan akan ada nadi yang putus.
Bila pedang sudah mengunci tidak akan ada seorang pun yang bisa menolongnya.
Tapi nadinadi Li Hoay tidak ada satu pun yang putus, tangan, tubuh, dan kakinya pun tidak ada
yang putus. Yang putus adalah pedang mereka.
Yang putus adalah ketujuh pedang itu, semua pedang Tjhit Kauw Sim Kiam terputus.
Ujung pedang yang putus berada di tangan Li Hoay, tidak ada yang mengetahui
bagaimana dan dengan cara apa dia bisa melakukan hal seperti ini, yang terlihat hanyalah di
tangannya dia memegang ujung pedang yang sudah putus.
Pedang yang sudah putus tetap masih bisa membunuh orang.
Tak lama kemudian terlihat ada cahaya pedang lagi, tapi juga terlihat ada pedang
yang putus kembali. Semua pedang terputus seperti mutiara yang berserakan di sebuah piring.
Semua wajah orang di sana langsung berubah, Han Jun dengan tenaga harimaunya
meloncat dan seperti cheetah menyerang ke arah Li Hoay.
Tapi Li Hoay segera berjalan ke pinggir, kemudian membalikkan badan siap untuk
menyerang. Serangannya lebih lambat dari Han Jun, tapi telapak tangannya sudah menyerang ke
arah ketiak Han Jun yang lembut, sepertinya kepala Li Hoay bisa pecah saat itu juga.
Tapi kali ini dugaan mereka semua salah, tiba-tiba Han Jun mundur dan terus
mundur hingga lima langkah ke belakang. Setelah itu tubuhnya baru bisa seimbang kembali tapi
sudut mulutnya sudah mengeluarkan darah.
Li Hoay tertawa, tawanya terlihat lucu dan juga jahat.
Kata Li Hoay: "Selamat tinggal semuanya!"
f. Bulan masih bulan yang tadi, gelombang air masih berada di bawah jembatan,
ruangan pun masih ruangan yang tadi, hanya saja orangnya sudah bukan orang-orang yang tadi
Dengan tenang Li Hoay melewati jembatan itu, seperti saat Han Jun berjalan
melewati jembatan tadi. Semua orang hanya bisa memandanginya, tapi tidak ada yang berani menghalangi
langkahnya. Di bawah cahaya bulan dan di dalam riak air, sepertinya ada kabut yang keluar,
di dalam kabut itu seperti ada bayangan seseorang.
Tiba-tiba Li Hoay melihat bayangan ini, perasaannya seperti seorang yang buta
yang tiba-tiba bisa melihat bulan di atas langit.
Bayangan orang itu berada di dalam kabut di bawah cahaya bulan dan riak air.
Langkah Li Hoay langsung berhenti. "Siapa kau?" tanya Li Hoay kepada orang yang
memakai pakaian serba putih yang berada di dalam kabut itu.
Tapi tidak ada jawaban. Li Hoay berjalan menghampiri orang itu, dia seperti ditarik oleh tenaga
misterius dan berjalan dengan lurus menghampiri perempuan itu.
Awan tersibak, bulan terlihat, sinar bulan menyinari wajah perempuan itu.
Wajahnya pucat, sepucat bulan. "Kau bukan manusia," kata Li Hoay sambil terus menatapnya, "kau pasti datang
dari bulan." Wajah yang pucat itu tiba-tiba mengeluarkan tawa yang misterius, orang yang
berada di bawah sinar bulan itu tiba-tiba dengan suara yang juga terdengar misterius berkata:
"Benar, aku memang datang dari bulan, aku datang ke bumi ini hanya membawa satu hal."
"Apakah itu?" "Kematian!" Cahaya golok tampak seperti cahaya bulan. Cahaya bulan seperti cahaya golok.
Karena pada saat golok bercahaya, bulan di atas langit tiba-tiba mengandung hawa
pembunuhan. Membunuh pasti akan mati, hawa pembunuhan tidak menghilang.
Cahaya golok meredup, begitu juga dengan cahaya bulan. Tapi hawa pembunuhan
tetap kental seperti darah. Cahaya golok muncul, cahaya bulan berubah warna, pada saat itu pula Li Hoay
sudah mati. Kematian Li Hoay hanya dalam waktu yang singkat.
Begitu ada cahaya pisau muncul.
Itulah pisau terbang. Sewaktu kelebat cahaya pisau menghilang, Li Hoay seperti baju basah yang
teronggok di jembatan batu itu. Di jantungnya tampak sebuah pisau yang menembus yang tersisa hanya pegangannya
saja. Jantung adalah organ yang terutama bagi manusia, sekali tertusuk tidak akan bisa
tertolong lagi. Tapi masih ada satu orang yang tidak mempercayainya.
Dengan cepat Han Jun keluar untuk melihatnya sendiri, dengan kedua jarinya dia
menjepit pegangan pisau yang berwarna kuning muda itu. Kemudian Han Jun mencabutnya,
darah bercipratan dan terlihatlah wujud pisau itu.
Walaupun pisau itu sangat ramping, tapi cukup untuk menembus hingga ke dalam
jantung. "Bagaimana keadaannya?"
"Pasti dia sudah mati."
Han Jun berusaha untuk tidak memperlihatkan kegembiraannya, dia berkata: "Orang
ini sudah pasti mati." Cahaya bulan masih seperti tadi, gadis berpakaian putih di bawah sinar bulan
tampak sudah menyatu dengan cahaya bulan.
g. Hari sangat terang. Hujan salju sudah lama berhenti, cuaca terasa lebih dingin lagi; api yang
membakar kayu tampak merah seperti wajah seorang gadis yang malu-malu.
Pui wangwee sedang bersantai di atas tempat tidur. Di tengah-tengah tempat tidur
terdapat sebuah meja kecil, di atasnya ada makanan kecil, lampu, dan sebuah tombak.
Lampu itu bukan lampu untuk menerangi ruangan, tombak itu pun bukan tombak untuk
membunuh orang dengan cepat.
Tapi tombak ini tetap bisa digunakan untuk membunuh orang," hanya saja kalau
gerakan yang dikeluarkan untuk menggerakkan tombak ini lebih lambat maka orang yang dibunuh
pun akan merasa lebih sakit. Di ruang yang hangat itu, sangat padat dengan hawa jahat dan sesat.
Setiap orang pasti mempunyai titik kelemahan, karena itu kejahatan dan tindakan
sesat selalu menjadi kekuatan untuk menjerumuskan orang.
Wangi yang dikeluarkan lebih harum dibandingkan dengan bunga yang paling harum
di Kang Lam. "Ini adalah candu yang didatangkan dari luar daerah," Pui wangwee melihat Han
Jun yang baru saja memasuki ruangan yang hangat itu.
"Kau harus mencobanya, bila tidak hidupmu akan sia-sia."
Han Jun seperti tidak mendengarkan, kemudian dengan dingin dia berkata: "Apakah
orang itu mayatnya sudah dikubur?"
"Sudah." "Bagaimana dengan 4 orang anak yang dia bawa?"
"Di sebuah kandang yang rusak, akankah ada telur yang utuh?"
"Kalau begitu, artinya urusan ini sudah selesai?"
"Benar, selesai dengan sempurna, sesempurna bentuk sebuah telur "
"Akankah berbuntut yang tidak enak?"
'Tidak," jawab Pui Thian Ho dengan bangga dan berkata lagi. "Pasti tidak akan
ada." Dengan dingin Han Jun menatapnya, kemudian dia segera membalikkan badan dan
pergi, tibatiba dia menolehkan kepala dan berkata: "Lebih baik kau ingat hal ini, jangan
menghisap barang seperti ini lagi, lebih bagus lagi jangan sampai terlihat olehku, bila tidak aku
akan tetap memasukkanmu ke penjara .selama delapan atau sepuluh tahun."
Di luar ruangan sebuah pekarangan kecil, tampak ada salju yang menumpuk, di atas
salju terlihat ada bunga bwee. Sebuah pohon bwee yang tua tampak bunganya sedang mekar, sepertinya semua
kesunyian dan kesedihan tertanam di dalam akar pohon itu.
Begitu sepi. Pekarangan yang tampak kesepian, bunga bwee yang tampak kesepian, hingga
pemiliknya pun merasa kesepian. Han Jun keluar dari ruangan itu, di dalam hembusan angin yang dingin, dia
menghela nafas yang panjang kemudian menghembuskannya lagi.
Tiba-tiba nafasnya seperti berhenti.
Karena dia melihat, di antara daun-daun pohon bwee ada seraut wajah pucat yang
sedang tertawa. Han Jun sudah banyak melihat wajah orang, ada yang sedang menangis ada juga yang
sedang tertawa, tapi Han Jun belum pernah melihat ada wajah seseorang yang sedang
tertawa dan tawanya begitu mengerikan.
Di antara dedaunan pohon bunga bwee tiba-tiba muncul wajah yang sedang tertawa
kepadanya. Bila kau mengalami keadaan seperti ini, bagaimanakah perasaanmu"
Tidak sadar Han Jun mundur selangkah dan terbang ke atas, tangan kiri
disilangkan di dada untuk melindungi dirinya, tangan kanannya mengeluarkan jurus cakar elang, dia
siap menangkap wajah pucat yang tersembunyi di balik bunga bwee ini.
Tapi dia tidak segera menangkap orang itu, karena dia mengenal wajah orang itu
adalah wajah milik siapa. Di antara Tong Sin Jit Kiam , pendekar kedua adalah Lauw Wi, dia adalah seorang
lakilaki yang

Si Pisau Terbang Pulang Karya Yang Yl di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tampan dan berperawakan tinggi besar. Pada saat dia meninggal dia pun sama
seperti orang biasa, apalagi saat itu dia mati karena Qi Duan Qi Jue, Shang Xin Zhang.
Wajahnya bengkak jadi selalu nampak seperti tertawa, tapi pada saat dia tertawa,
tawanya lebih jelek dibandingkan dengan orang yang sedang menangis.
Lauw Wi adalah orang yang sudah mati karena Sang Sim Ciang (Pukulan Hati
terluka). Han Jun sudah melihat wajah Lauw Wi dan juga tahu bahwa dia adalah orang yang mati
karena Sang Sim Ciang. h. Tong Sim Jit Kiam (Tujuh pedang Bersatu Hati), tiap pedangnya sangat tajam, dan
setiap orang yang memegang pedang itu adalah ahli silat tangguh terutama Lauw Ji dan Bong
Ngo. Orang yang kedua yang mati adalah Bong Ngo. Setelah dia mati, mayatnya diantar
dengan kereta dorong. Dia pun mengalami luka yang paling parah karena Jit Toan Jit
Coat, Sang Sim Ciang. Jit Toan (Tuiuh Putus) Yang dimaksud putus di sini adalah putus nadi jantung, putus nadi darah, putus
nadi syaraf, putus nadi hati dan usus, putus tulang-tulang, putus nadi ginjal, dan putus nadi
tangan. Jit Coat (Tujuh Putus Asa).
Putus perasaan, putus hati, putus hidup dan mati, kesedihan, kerinduan, dan rasa
gairah. Jit Toan Jit Coat, melukai fisik dan juga melukai perasaan.
Ilmu silat seperti ini semakin hari semakin menghilang bahkan hampir musnah,
tidak ada seorang pun yang ingin belajar ilmu silat seperti ini, juga tidak ada orang yang
ingin menurunkan ilmu silat seperti ini kepada orang lain.
Pui Thian Ho bertanya kepada Han Jun,
Dia menanyakan tiga buah pertanyaan, pertanyaan-pertanyaan itu membuat orang
sulit menjawabnya, karena itu dia ingin bertanya kepada Han Jun, karena Han Jun adalah
seorang ahli silat tangguh yang diakui di dunia persilatan, orang seperti dia bisa dihitung
dengan jari, kecemerlangan otaknya seperti sebuah mesin yang aneh yang dibuat oleh seseorang
yang berbakat. Soal apapun, bila sudah pernah dilihat oleh matanya atau didengar oleh
telinganya, juga tersimpan di hatinya, dia tidak akan pernah melupakannya.
"Apakah Sang Sim Jit Coat sudah musnah?"
"Apakah di dunia persilatan ini masih ada yang bisa?"
"Dan siapakah mereka itu?"
"ada seseorang yang sanggup melakukannya"
"Siapakah dia?"
"Li Hoay." "Apakah dia bisa melakukannya" Mengapa dia bisa melakukannya?" tanya Pui Thian
Ho. "Karena aku mngetahui bahwa dia adaah satu-satunya. teman yang dimiliki oleh
Lauw Long Jit Toan dan Ho Nio Jit Coat."
"Tapi bukankah dia sudah mati?" tanya Pui Thian Ho lagi.
"Kau pernah mengatakan bahwa pisau dewa bulan seperti Siao Lie Hui To dulu,
tidak akan pernah meleset." Han Jun membalikkan kepalanya, dengan sepasang matanya yang dingin, dia
memandangi bulan yang terlihat dari luar jendela.
Sinar bulan tampak dingin seperti pisau.
"Benar." Suara Han Jun terdengar seperti dari tempat jauh, jauh seperti dari bulan.
"Sinar bulan seperti pisau, pisau seperti sinar bulan."
Dia berkata lagi: "Di bawah pisau dewa bulan, seperti orang yang berada di bawah
sinar bulan, tidak ada seorang pun yang bisa menghindari pisau dewa bulan."
"Apakah benar tidak ada seorang pun yang bisa menghindarinya?"
"Ya, itu sudah pasti."
"Bagaimana dengan Li Hoay?"
"Li Hoay sudah mati," jawab Han Jun, "dia jahat, karena itu dia harus mati."
Bila Li Hoay sudah mati, siapa yang bisa membunuh Tong Sim Jit Kiam"
Han Jun tidak menjawab pertanyaan ini, karena dia memang tidak bisa menjawab
pertanyaan ini. Tapi dia mendapat seutas benang, ujung sebuah benang. Tiba-tiba matanya tampak
bercahaya. Kata Han Jun: "Lima tahun yang lalu pada waktu bulan 2 tanggal 6, saat itu masih
hujan salju." Tanya Pui Thian Ho: "Pada hari itu apa yang sudah terjadi?"
"Hari itu aku sedang piket di bagian kepolisian, pada malam hari aku tidur di
kantor, tengah malam aku terbarigun karena tidak bisa tidur, dan aku melihat-lihat catatan, ada
satu catatan yang menarik perhatianku."
"Oh?" "Catatan itu keterangan mengenai adanya seseorang yang bernama Yap Seng Kong dia
mati ditusuk oleh seseorang di bagian dada sebanyak 3 tusukan, setiap tusukan
menembus hingga ke jantungnya, seharusnya dia sudah mati."
"Apakah dia tidak mati?"
Jawab Han Jun, "Dia tidak mati, sampai saat ini dia masih berada di kota Pak
khia." "Pedang yang tajam menembus hingga ke dalam jantung, sudah pasti dia tidak akan
tertolong lagi mengapa dia masih bisa hidup sampai saat ini?" tanya Pui Thian Ho.
"Karena tempat pisau menusuk, tidak ada jantungnya," jawab Han Jun. "Atau lebih
jelasnya lagi, jantungnya tidak berada di posisi yang normal."
"Aku tidak mengerti den"an kata-katamu tadi"
"Baiklah, akan kujelaskan dengan kata-kata yang paling sederhana," kata Han Jun.
"Orang yang bernama Yap Seng Kong itu, jantungnya berada di sebelah kanan."
"Jantungnya berada di sebelah kanan" Apa artinya ini?" tanya Pui Thian Ho. "
"Artinya adalah jantungnya tidak berada di sebelah kiri melainkan berada di
sebelah kanan, setiap organ tubuhnya bekerja kebalikan dari organ tubuh manusia yang normal."
Pui Thian Ho sangat terkejut.
Setelah lama baru dia bertanya,
"Apakah kau menganggap Li Hoay seperti Yap Seng Kong" Memiliki jantung di
sebelah kanan?" "Benar," jawab Han Jun, "kecuali alasan ini, tidak ada hal lain yang bisa
menjelaskannya." "Karena Li Hoay adalah orang yang memiliki jantung di sebelah kiri, dia tidak
akan mati oleh pisau dewa bulan, karena walaupun pisau dewa bulan sudah menusuk jantungnya,
tapi jantungnya tidak berada di tempatnya."
3 a. "Seseorang yang jantungnya tidak berada di tempat seharusnya, orang ini akan
merasakan apa?" "Dia akan merasa sangat senang."
"Senang" Mengapa bisa senang?"
"Karena hal ini sudah salah, dan kesalahan ini adalah sumber kesenangan."
b. Li Hoay sekarang ini merasa sangat senang.
Dia tidak mati, orang yang menginginkan kematiannya tidak akan tahu sekarang dia
berada di mana. Dia sangat menyukai keadaan seperti ini.
Perintah untuk menangkapnya sudah dikeluarkan, dan semua berkumpul.
Han Jun sudah memerintahkan: "Li Hoay harus ditangkap, dia masih berkeliaran di
daerah sini. Harus menangkap dia dengan cara apapun."
Tapi mereka tidak berhasil menemukan Li Hoay
Karena saat ini Li Hoay sedang tidur di suatu tempat yang tidak disangka sama
sekali oleh siapa pun. Li Hoay benar-benar seorang yang jahat.
c. Li Hoay tidur dengan posisi kedua kaki diangkat tinggi-tinggi ke atas meja.
Anehnya, dia adalah seorang laki-laki, laki-laki yang jantan, tapi sepasang
kakinya seperti kaki seorang perempuan, putih, bersih, dan mulus.
Menurutnya, banyak perempuan yang iri dengan bentuk kakinya ini.
Tapi kata-kata Li Hoay ini bukan harus dipercaya dan juga bukan sama sekali
tidak bisa dipercaya. Tempat ini sangat cocok untuk tidur, juga dalam melakukan sesuatu.
Tempat ini terlalu bagus dan terlalu nyaman.
Orang yang jahat seperti Li Hoay, tidak pantas berada di tempat seperti ini.
Tapi dia sudah datang, karena itu pula tidak ada seorang pun yang menyangkanya.
Tempat apakah ini" Seorang gadis tampak sedang mendorong pintu dengan perlahan lalu masuk, dan
dengan perlahan berjalan ke hadapan Li Hoay, melihat ke wajahnya, matanya, dan juga
kakinya. Li Hoay tertidur seperti orang mati tapi tiba-tiba dia bisa mengulurkan
tangannya. Orang yang tampak seperti orang mati ini sangat tidak jujur dan juga jahat.
Tangannya lebih jahat lagi, tangannya memasuki tempat yang tidak boleh dimasuki.
"Kau jahat," kata perempuan itu, "Li Hoay, kau benar-benar seorang yang jahat."
Siapakah gadis itu" Apakah dia dan Li Hoay memiliki perasaan yang khusus" Atau memiliki hubungan
khusus " Mengapa sewaktu Li Hoay berada dalam bahaya, gadis itu menemaninya" Apakah dia
bisa menjamin keamanan Li Hoay" Dan orang lain tidak bisa mencarinya ke tempat ini"
"Kau benar-benar sangat enak," kata gadis itu.
"Apakah kau tidak tahu, ayahku dan Han Jun serta semua anak buahnya ingin
menangkapmu, semua tempat di kota ini sudah digeledah dan semua jengkal tanah di kota mi
sudah digali." "Aku tahu dan aku sudah tahu sebelumnya, tapi aku tidak merasa khawatir," jawab
Li Hoay. "Mengapa?" "Karena mereka menganggap bahwa kau adalah orang yang paling membenciku di kota
ini, selain itu kau adalah putri dari Pui Thian Ho. Bila mereka mencariku hingga ke
tempat ini, mereka bukan manusia melainkan setan hidup."
Tapi kali ini Li Hoay benar-benar bertemu dengan setan hidup.
d. Orang pertama yang menemukan Li Hoay adalah Han Jun.
Sewaktu dia sedang mendorong pintu untuk masuk, Li Hoay seperti benar-benar
bertemu dengan setan hidup, setan yang masih hidup dan jatuh dari atas langit.
Dengan sorot mata yang ramah sekaligus mengasihani, Han Jun menatap orang yang
masih berada dalam keadaan terkejut ini,
"Aku tahu kau tidak akan menyangkanya ... aku sendiri pun tidak menyangkanya,"
kata Han Jun sambil menghela nafas.
Kata Han Jun lagi, "Kami mengira seumur hidup tidak akan pernah bisa bertemu
dengan wajah Tuan lagi." Wajah Li Hoay yang terlihat jahat tapi lucu ini tiba-tiba tersenyum, senyum yang
khas. "Ke mana perginya si gadis" Gadis yang cantik dan juga misterius yang jatuh dari
bulan, dan dia pun sangat senang membunuh orang."
"Apakah dia tidak datang?" tanya Li Hoay.
"Tidak." "Sebenarnya aku tahu, dia tidak akan datang lagi."
"Mengapa kau bisa mengetahuinya?"
"Mengapa aku bisa tidak tahu, cahaya bulan seperti pisau, pisau seperti cahaya
bulan, aku hampir mati oleh pisaunya, akankah aku tidak mengetahui pisau dewa bulan seperti
pisau yang dimiliki oleh Siao Li Hui To dulu kala, pisau itu selalu tepat mengenai sasaran
apakah aku tidak tahu mengenai ini" Sekali dewa bulan bergerak, berapa harganya?"
Suara Li Hoay seperti membawa suasana yang aneh.
"Yang penting aku mengetahuinya, dewa bulan dan Siao Lie Hui To dulu, membunuh


Si Pisau Terbang Pulang Karya Yang Yl di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang hanya dengan sekali tikam, walaupun meleset dia tidak akan menikam untuk kedua
kalinya" "Karena itu pula kau memastikan bahwa hari ini dia tidak akan datang lagi?"
Jawab Li Hoay: "Kau tidak bisa mengundang dia datang untuk membunuhku lagi,
karena kau sudah tidak sanggup untuk membayarnya, dia pun tidak akan mau membunuh kembali
orang yang pernah ia bunuh untuk kedua kalinya "
"Kau benar, semua pendapatmu benar, dewa bulan adalah seorang pembunuh bayaran
dengan harga yang paling tinggi, hari ini dia tidak akan datang lagi."
Li Hoay tertawa. "Kau juga harus tahu bahwa hari ini aku tidak datang seorang diri."
"Aku sudah tahu."
Li Hoay tertawa dan berkata lagi, "Kau juga pasti tidak datang seorang diri,
bila kau datang seorang diri, kau tidak akan bisa pergi dari sini."
Han Jun memandanginya dengan ramah sekaligus mengasihani. "Apakah kau tahu aku
datang ke sini bersama siapa?"
"Aku tidak tahu."
Li Hoay tidak tahu dan juga tidak terpikirkan siapa orang yang dimaksud oleh Han
Jun. Tidak ada orang yang bisa terpikir.
Tidak ada seorang pun yang menyangkanya, seorang kepala polisi yang terkenal,
dan hakim yang dijuluki dengan hakim besi, Han Jun, karena seorang pemuda biasa,
mengumpulkan banyak pesilat tangguh. Semua pesilat tangguh yang berada di pemerintahan, mereka semua bergerak,
seperti sedang bermain sulap, mereka datang dari seluruh penjuru daerah dan berkumpul di kota
di pegunungan itu. Mereka semua datang ke tempat yang dianggap aman oleh Li Hoay.
Kali ini Li Hoay benar-benar kebingungan.
Siapa pun yang berada dalam keadaan seperti ini, bertemu dengan banyak pesilat
tangguh, sudah pasti tidak akan ada jalan untuk melarikan diri, jalan untuk mati pun
sudah tidak ada. Tapi ada seseorang yang tidak ingin dia mau terlalu awal.
Hidup tidak bisa, mati pun tidak bisa.
Bila sudah seperti itu, apa yang harus dilakukan oleh Li Hoay" Bila Li Hoay
tidak memiliki cara lain, dia bukan Li Hoay. Tiba-tiba Li Hoay melakukan sesuatu yang dalam mimpi
pun tak ada yang akan menyangkanya, apalagi Ko Ko dalam mimpi buruknya sekalipun dia tidak
menyangkanya. Tiba-tiba tangan Ko Ko dipegang oleh Li Hoay. Sebenarnya tangan Ko Ko biasanya
pun sering dipegang oleh Li Hoay, bagian tubuhnya dari ujung kepada hingga ujung kaki sudah
sering dipegang oleh Li Hoay. Tapi kali ini dengan kejadian yang dulu tidak sama. Kali ini Li Hoay memegang Ko
Ko seperti itu dia sedang menyandera Ko Ko, dengan cara yang lihai memegang tangan Ko Ko.
Tangan Ko Ko seperti diborgol, tiba-tiba Ko Ko mendengar Li Hoay berkata:
"Sekarang semua orang bisa memberi selamat kepadaku, karena aku tidak akan mati lagi."
Tawa Li Hoay kali ini benar-benar terlihat jahat.
"Bila kalian tidak mau melihat Pui siotjia yang cantik dan begitu muda ini mati
begitu saja, karena itu pula aku masih bisa bertahan hidup."
Dia berkata lagi: "Bila aku mati. Nona Ko Ko pun tidak akan bisa terus hidup."
Li Hoay menghela nafas dan berkata,
"Aku percaya semua orang sudah mengerti akan hal ini."
Kata-katanya begitu memalukan, dan keluar dari mulut Li Hoay, Ko Ko tidak
percaya dengan telinganya sendiri. Ko Ko tidak percaya, terlebih lagi dengan orang lain, wajah Pui wangwee dalam
sekejap sudah berubah, berubah menjadi merah hati.
"Kau bukan manusia, kau binatang! Mengapa kau melakukan hal seperti ini?"
Pui Thian Ho sangat marah dan dia berteriak. "Putriku begitu baik kepadamu,
mengapa kau memperlakukan dia seperti itu?"
"Ini sama sekali bukan hal yang aneh," dengan tenang Li Hoay menjawab pertanyaan
Pui Thian Ho. "Aku adalah Li Hoay, orang yang jahat, bahkan sangat jahat, bila aku tidak tega
melakukan hal ini, itu baru terasa aneh."
Dengan sopan dia memberi hormat. "Aku percaya kalian pasti bisa mengerti
kelakuanku, dan aku percaya kalian akan melepaskanku pergi."
Kemudian dia berkata lagi. "Siapakah Li Hoay" Li Hoay adalah seorang yang jahat,
mana mungkin dengan nyawa Nona Ko Ko ditukar dengan nyawa orang lain yang jahat
seperti Li Hoay?" Li Hoay melanjutkan lagi. "Karena itu aku percaya saat ini aku bisa mengucapkan
selamat tinggal." Begitu Li Hoay mengatakan 'selamat tinggal' kepada para kauwsu tangguh yang
ingin menangkapnya, dia benar-benar dengan selamat keluar dari kandang harimau.
Dia sendiri pun tidak percaya dengan hal ini.
Walaupun di tangannya ada seorang sandera, walaupun Pui Thian Ho sangat sayang
kepada putrinya, seharusnya dia tidak begitu mudah melarikan diri dari sana.
Orang-orang yang datang itu pastilah pesilat tangguh, meskipun di tangannya ada
sandera, pasti ada cara untuk menghadapi dirinya, apalagi orang-orang itu tidak peduli
dengan hidup mati putri Pui Thian Ho. Mengapa mereka membiarkan Li Hoay pergi" Tidak ada seorangpun yang tahu
jawabannya. e. Kuda berlari dengan cepat, kota itu terlihat semakin menjauh, dan makin jauh.
Kota di pegunungan itu sudah jauh.
Walaupun sudah jauh tapi cahaya bulan tetap terlihat, bulan masih bulan yang dia
lihat di kota itu. Perbedaannya sekarang, cahaya bulan tidak setajam pisau, sekarang cahaya bulan
seperti air. Sinar bulan masuk melalui jendela, sinar bulan bercampur dengan udara pegunungan
yang dingin, dan masuk ke dalam rumah kecil itu.
Rumah itu berada di dalam sebuah pegunungan dan Li Hoay berada di dalam rumah
kecil itu. Dan Ko Ko pasti berada di sana juga.
Ko Ko berada di dekat sebuah tungku yang apinya sedang beikobar, api tungku yang
panas membuat wajahnya menjadi merah.
Tapi wajah Li Hoay terlihat sangat pucat, kejahatan yang tampak di wajahnya
sudah menghilang, tawa jahatnya pun sudah tidak terlihat.
Dia seperti sedang berpikir.
Karena ada hal yang tidak dia mengerti, dan dia ingin mengerti mengenai hal ini,
karena sewaktu dia melarikan diri, dia seperti melihat sesosok bayangan seseorang
dengan cepat melewatinya, seperti sinar bulan dengan cepat melewati pegunungan.
Dia benar-benar melihat bayangan orang itu karena waktu itu dia mendengar ada
seorang perempuan dengan lembut seperti sinar bulan berkata,
"Kalian semua berdiri di sini, biarkan Li Hoay pergi ..."
Li Hoay tidak bermimpi saat ilu, karena sejak kecil dia sudah tidak pernah
bermimpi. Dia benar-benar mendengar suara orang ini.
Tapi dia benar-benar tidak mengerti.
Bila di kota dia dengan mudah melarikan diri, karena saat itu dewa bulan sedang
menghalangi orang yang akan mengejarnya.
Tapi mengapa dewa bulan melakukan hal ini"
Api semakin berkobar, wajah yang merah tampak lebih merah lagi.
"Aku sudah mengambil keputusan," tiba-tiba Ko Ko berkata. "Aku sudah mengambil
keputusan." Suaranya terdengar aneh.
"Kau sudah mengambil keputusan apa?" tanya Li Hoay.
"Aku sudah mengambil keputusan akan melakukan suatu hal," jawab Ko Ko, "aku akan
melakukan suatu hal yang menyenangkanmu, dan kau akan berterima kasih kepadaku."
"Mengenai apa?"
Ko Ko memandangi laki-laki yang berada di hadapannya dengan penuh perasaan, dia
menatap dengan lama, kemudian dengan penuh perasaan dia menjawab,
"Aku tahu bila kau sudah mendengar kata-kata ini, kau akan terharu, aku harap
kau jangan menangis setelah mendengarnya."
"Kau tenang saja, aku tidak akan menangis."
"Kau akan menangis."
Kata Li Hoay: "Baiklah, apa yang akan membuatku terharu, paling sedikit kau
harus mulai mengatakannya." "Baiklah aku akan memberitahukannya kepadamu, aku memutuskan akan memaafkanmu,"
kata Ko Ko. "Apa pun yang kau lakukan terhadapku, aku akan memaafkan perbuatanmu,
karena aku tahu kau terpaksa melakukan semua ini untuk bertahan hidup."
Tiba-tiba Ko Ko berlari ke arah Li Hoay dan memeluknya.
Li Hoay tidak perlu menjelaskan alasannya.
"Aku tahu kau bukan semacam orang yang membalas air susu dengan air tuba, kau
melakukan semua ini hanya untuk bertahan hidup."
"Siapa pun yang berada di posisimu akan melakukan hal yang sama, bila seseorang
ingin bersatu dengan orang yang dia cintai, dia harus bertahan hidup. Bila kau ingin
membawaku pergi, bila tidak dengan cara seperti ini, apakah ada cara yang lebih baik?"
Ko Ko tampak semakin gembira dan berkata lagi,
"Karena itu aku tidak akan menyalahkanmu aku sudah mengerti maksudmu, kau bukan
seorang yang jahat, untungnya aku juga bukan seorang yang baik."
Tawa Ko Ko tampak lebih senang lagi, sebab kata-kata seperti ini dia paling
senang mendengarkannya. Karena itu dia tidak memperhatikan di mata Li Hoay muncul seseorang yang berbaju
serba putih. Apakah orang yang datang dari bulan itu muncul kembali " Dan sekarang
sudah muncul di hadapan Li Hoay" Tiba-tiba Li Hoay berkata,"Aku akan pergi lagi."
"Kau akan pergi lagi?" dengan terkejut Ko Ko berkata lagi,
"Kau mau ke mana?"
"Aku tidak tahu"
"Mengapa kau mau pergi ?"
"Aku tidak tahu."
"Kau sama sekali tidak tahu alasannya?"
"Benar, aku tidak tahu, aku hanya tahu bahwa aku harus dari sini," jawab Li
Hoay. Penjahat kecil dan pintar ini wajahnya seperti terbengong-bengong, begitu pula
dengan matanya - terdapat bayangan seseorang dengan pakaian serba putih seperti mimpi,
berada di matanya. Ko Ko melihat Li Hoay seperti seseorang yang tidak bisa berenang dan hampir
tenggelam ke dalam air. kemudian melihat sebatang kayu yang bisa menolong nyawanya, sayangnya
kayu itu sudah hanyut terbawa arus air.
Ko Ko dengan bengong menatap Li Hoay yang pergi dari sisinya.
Ko Ko sama sekali tidak bisa melarang kepergiannya. Di luar rumah sinar bulan
tampak seperti air. Di bawah sinar bulan ada seseorang dengan pakaian serba putih.
Orang itu hanya diam. Diamnya lebih sunyi dari sebuah desa di pedalaman sebuah pegunungan.
Dia hanya diam menatap Li Hoay.
Dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Tapi Li Hoay seperti mendengar mantera.
Dia tidak bergerak, sama sekali tidak bergerak. Li Hoay merasa seperti disedot
oleh tenaga sihir yang sangat kuat. Dia tidak menyuruh Li Hoay untuk mengikutinya. Tapi Li Hoay sudah meninggalkan
perempuan yang sangat dia cintai, dan memasuki sinar bulan yang sepi, berjalan menghampiri
orang

Si Pisau Terbang Pulang Karya Yang Yl di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu. Kali ini Li Hoay tidak terlihat jahat, dia tidak jahat, dia tampak icoih naik
dari seorang anak yang baik. Setiap penjahat di hadapan seseorang akan berubah menjadi seperti itu, mungkin
ini disebut kesedihan seorang penjahat.
f. "Aku tidak menyuruhmu datang kemari."
"Aku tahu." "Mengapa kau harus datang kemari?"
"Aku tidak tahu."
"Apa yang kau ketahui?"
"Yang aku tahu aku sudah datang kesini, aku juga tahu bila aku sudah datang
tidak akan bisa pergi lagi," jawab Li Hoay.
"Walau ini adalah tempat apa pun, kau tidak akan bisa pergi."
"Benar, aku tidak akan pergi."
"Apakah kau tidak akan merasa menyesal?"
"Aku tidak akan menyesal, hingga mati pun aku tidak akan merasa menyesal."
Karena itulah Li Hoay datang ke duma ini. Tidak pernah ada seorang pun yang
datang ke dunia ini, dunia ini bukan dunia manusia.
Dunia yang indah, jauh, dan misterius, semua yang ada di sana milik bulan.
Tidak ada seorang pun yang tahu di mana letak dunia itu, tidak ada seorang pun
yang tahu bagaimana keadaan tempat di sana.
Tidak ada seorang pun yang tahu. Karena Li Hoay tinggal di dunia manusia.
4 a. Salju sudah mulai mencair, di gunung-gunung yang tinggi, sudah ada salju yang
mencair, berubah menjadi air, kemudian mengalir ke lembah.
Tapi di balik pegunungan dan di balik awan putih, masih terdapat tumpukan salju
yang sudah ada sejak jaman dahulu, di sana masih terdapat cahaya perak.
Di dunia yang serba putih ini, jarang ada yang berubah, malah boleh dikatakan
sama sekali tidak ada perubahan. Hanya nyawa saja yang ada perubahan. Tapi di sini tidak ada kehidupan.
Sewaktu Li Hoay datang ke tempat ini, dia sudah mengetahuinya.
Tapi dia tidak peduli dengan semua ini.
Karena dia memiliki perasaan misterius yang selalu dia impikan dan yang belum
pernah dia impikan, dia bermimpi mempunyai istri dan dia akan mendapatkan kehidupan baru.
Dia pun membawa kehidupannya ke dunia ini.
Tapi pagi ini bagi Li Hoay, semua benda yang berada di bumi dan langit, semua
sudah musnah. b. Li Hoay tinggal di tempat itu selama 117 hari, 1.404 jam. Tiap hari, tiap jam,
dan tiap menit merupakan perasaan yang manis dan kental.
Bulan tidak terasa dingin.
Lembut seperti sinar bulan, orang biasanya tidak dapat merasakannya.
Li Hoay merasa dirinya sangat beruntung, dan dia pun merasa bangga karena dia
mendapatkan sesuatu yang tidak bisa didapatkan oleh orang lain.
Pedang yang berada di kanan dan kiri terlihat sangat tajam, setiap permasalahan
pun ada yang baik dan buruk dampaknya.
Mendapatkan benda yang sangat kau inginkan tetapi kehilangan benda yang kau
miliki, kau akan mendapatkan benda v.mg banyak di lain pihak kau juga akan kehilangan
semakin banyak. Di dalam kelembutan yang kental, seringkali Li Hoay merasakan ada kesedihan yang
belum pernah dia rasakan. Dia merasa takut kehilangan.
Dia takut kehilangan perempuan yang dia cintai dari kehidupannya.
Sejak awal dia sudah mengetahui dan mempunyai perasaan bahwa dia akan kehilangan
perempuan ini. Pagi ini perasaan itu benar-benar terjadi dalam hidupnya.
c. Pagi ini terasa sangat sepi, sangat dingin, tapi juga sangat indah, dengan
keseratus tujuh belas hari lainnya tidak ada perbedaan.
Yang tidak sama adalah di sisi Li Hoay sudah kosong, tidak ada seseorang yang
selalu menemaninya. Orang itu sudah pergi seperti mimpi, hilang seperti kabut dan usap.
Tidak ada kata-kata perpisahan, tidak ada satu huruf pun yang ditinggalkan, dia
pergi begitu saja. - Apakah benar dia pergi begitu saja"
Benar, semua masalah yang benar, perasaan yang benar, mimpi pun benar, semua
berkumpul menjadi suatu kebenaran. Dan artinya perpisahan ini pun benar.
- Perpisahan di mana pun membuat perasaan seseorang menjadi merana.
d. Li Hoay mulai berbuat jahat kembali.
Dia makan, minum, mencari pelacur, berjudi, dan juga mabuk-mabukan.
Dia makan tapi terasa tidak enak, dia berjudi dan selalu kalah, dia mencari
pelacur, boleh dikatakan pelacurlah yang mencarinya.
Dia hanya bisa mabuk. Bagaimana setelah dia mabuk " Dia ingin mabuk hingga tidak sadarkan diri untuk
seterusnya. Karena begitu dia terbangun dia hanya merasakan perasaan sepi dan kosong.
Pengelana yang tidak mempunyai asal usul, selalu ingin mencari asal usulnya.
Karena itu Li Hoay kembali ke kota di gunung itu, ke kota kecil itu, seperti
tumpukan salju di pegunungan yang tetap abadi
Tapi setelah Li Hoay kembali ke kota itu, semua sudah berubah total.
e. Kota di gunung itu sudah berubah.
Gunung yang berada di kejauhan masih tampak, di gunung yang jauh itu masih
terlihat batu yang berwarna hijau, begitu juga dengan pohon-pohon dan juga bunga-bunga. Tapi
kota itu sudah tidak ada. Begitu pula dengan orang-orangnya.
Dalam hati Li Hoay sejak dulu kota di gunung itu selalu ada dan terus ada,
mengapa sekarang kota itu menghilang" Kota itu sudah menjadi kota mati.
f. Seekor ayam yang sudah mati, seekor anjing yang hampir mati, sebuah jalan
berpasir yang sepi, jendela yang sudah usang terus berbunyi karena tertiup angin, tungku yang
tidak ada api, guci arak yang sudah pecah, kukusan bakpao yang terguling di bawah, dan sudah
tidak ada bakpaonya. Ada seseorang yang keadaannya seperti seekor anjing yang hampir mati. Dia
mengenali orang itu, dia pasti mengenali orang itu. .Karena dia adalah Loo Thio yang membuka
warung bakpao. "Mengapa semua bisa berubah menjadi seperti ini" Di mana orang-orang itu semua"
Apa yang sudah terjadi?" Li Hoay dengan sekuat tenaga bertanya kepada Loo Thio, tapi dia tidak
mendapatkan keterangan apa pun. Kondisi Loo Thio sama seperti anjing itu, dia kelaparan dan akan segera mati.
Li Hoay dari dalam tasnya mengeluarkan makanan dan minuman, semuanya itu dia
berikan kepada Loo Thio dan anjing itu, anjing itu sudah bisa bergerak, Loo Thio pun
sudah bisa berbicara. Tapi sayang Loo Thio hanya bisa mengatakan sebuah huruf, dia terus mengucapkan
kata ini, dia mengucapkan, "Ko."
"Ko Ko, Ko Ko, Ko Ko."
Kata ini terus dia ucapkan dan terus mengucapkannya.
Li Hoay langsung berteriak dan meloncat. Sudah lama dia tidak mendengar nama
ini, mengapa Loo Thio terus menyebut nama ini"
Kota ini sudah mati, di kota ini kecuali Loo Thio adakah manusia dan binatang
yang masih hidup" "Di mana Ko Ko" Apakah dia masih hidup?"
Loo Thio mengangkat kepalanya dan menatap Li Hoay, sepasang mata tuanya tiba-tiba
bercahaya. g. Bagian belakang rumah keluarga itu sudah ditumbuhi rumput, di balik rerumputan
itu terdapat tiga buah ruangan. Malam sudah larut.
Di pekarangan hanya terpasang sebuah lampu.
Li Hoay mengikuti Loo Thio datang ke tempat itu, dia melihat rumah kayu yang
kecil itu. Lampu berada di dalam ruangan, tampak ada seseorang yang kurus kering berada di
dekat lampu itiu. Orang itu sudah berubah sangat jauh, wajahnya tampak pucat dan
linglung. KoKo. "Li Hoay, kau jahat, benar-benar jahat."
Perempuan itu terus menerus mengucapkan kalimat ini, Intinya hancur, semua hal
yang ada di dunia ini sudah hancur seperti hati dan perasaannya, hancur dan hancur, kecuali
tiga kalimat ini, dia sudah tidak bisa berhubungan dengan hal yang lain di dunia ini.
Hatinya sudah hancur begitu pula dengan pikirannya.
Hati Li Hoay serasa hancur melihat keadaan ini, tapi wajahnya tetap masih bisa
tertawa seperti dulu, dalam keadaan seperti itu bila dia tidak tertawa, apakah harus menyuruh
dia menangis" "Ko Ko, aku Li Hoay, aku adalah Li Hoay yang jahat, begitu jahatnya diriku
hingga aku pun benci kepada diriku sendiri, aku orang yang sangat jahat, karena itu aku percaya
kau pasti masih bisa mengenaliku." Tapi Ko Ko sudah tidak mengenalinya.
Ko Ko melihatnya, tapi seperti tidak kenal dan tidak pernah bertemu dengannya.
Ko Ko menatapnya, tapi seperti bukan sedang menatap orang melainkan seperti
melihat tumpukan kotoran anjing. Kemudian Ko Ko menamparnya.
Tamparan ini benar-benar mengenai wajah Li Hoay, tapi Li Hoay malah tertawa,
tertawa dengan gembira, "Aku tahu kau pasti mengenaliku, bila tidak kau tidak akan menamparku "
"Apakah aku mengenalimu?" sikap Ko Ko masih seperti orang linglung dan dia
berkata lagi, "Apakah aku kenal denganmu?"
Li Hoay mengangguk. Begitu dia mengangguk, dia ditampar lagi oleh Ko Ko.
Li Hoay tahu dia sudah bersalah kepada Ko Ko, walaupun Ko Ko menampar dan
memukulnya sebanyak 876 kali, dia rela menerimanya.
Dia tidak menerima pukulan sebanyak 876 kali, Ko Ko hanya menamparnya sebanyak 3
kali. Nona Ko Ko yang hampir gila ini sudah menamparnya sehanyak 3 kali, tapi ibu jari
Ko Ko sudah menotok jalan darah di bawah hidung Li Hoay.
Eng Hiang Swat. Kemudian Li Hoay berbuat jahat lagi.
Rumah kuno, pekarangan yang luas, di dalam suasana yang dingin membawa rasa
hormat. Bunga bwee yang berwarna merah, rumah yang sudah usang, ada seseorang yang tua
dan merasa kesepian, duduk di pekarangan seorang diri, seperti sudah lama dia tidak
berhubungan dengan dunia ini. Bukan karena dunia ini yang ingin memisahkan dia, tapi dia sendiri yang ingin
memisahkan diri dengan dunia ini. Seseorang seperti dia, berambut putih dengan badan yang tinggi dan besar,
terlihat

Si Pisau Terbang Pulang Karya Yang Yl di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

galak, dengan langkah yang ringan seperti kucing, melewati pekarangan yang penuh dengan
salju. Di tumpukan salju hampir tidak terlihat jejak kakinya.
Pak tua yang tinggi, besar, dan galak itu begitu tiba di hadapan orang tua itu,
tibatiba berubah menjadi pendek. "Kami sudah mendapat kabar tentang Tuan Muda."
"Bawa dia pulang."
Pak tua yang kesepian, mata yang tua tiba-tiba tampak bercahaya.
"Di mana pun dia berada, dengan cara apa pun, kau harus membawanya pulang."
5 a. Kali ini Li Hoay merasa benar-benar aneh, tidak pernah terpikir olehnya dia akan
jatuh ke dalam keadaan yang begitu buruk.
Di totok oleh seorang perempuan dengan sembunyi-sembunyi, dia ditotok di bawah
hidungnya, ini adalah suatu hal yang buruk, lebih buruknya lagi, perempuan ini adalah
perempuan yang sangat dia percayai, perempuan ini masih menotok ke delapan belas titik totokan
lainnya. Karena itu Tuan Li Hoay yang lincah dan selalu banyak akal, sekarang harus duduk
dengan diam disebuah kursi yang berwarna merah, menunggu seseorang yang akan
menyiksanya. Siapakah yang akan menyiksanya" Dengan cara apakah mereka akan menyiksanya"
"Ko Ko, mengapa kau memperlakukanku seperti ini?"
"Karena aku benci kepadamu "
"Aku sudah melakukan kesalahan apa kepadamu?"
"Kau bukan manusia, kau setan hidup, karena itu pula kau menyukai setan hidup
yang datang dari bulan." Li Hoay tertawa, tawanya sangat jahat.
Dalam keadaan seperti itu dia masih bisa tertawa, benar-benar membuat orang
terkagumkagum. "Kau menertawakan apa?"
"Aku tertawa karena melihatmu cemburu."
Sebenarnya dia tidak boleh tertawa, dia harus tahu, bila seorang perempuan
sedang cemburu bukanlah hal yang lucu yang malah ditertawakan.
Kecemburuan seorang perempuan bisa berhubungan dengan mencabut nyawa seseorang.
Kali ini Li Hoay tahu bahwa nyawanya sedang terancam, karena dia sudah melihat
Pui Wangwee dan Han Jun masuk dari dalam ruangan.
b. Han Jun pun masih bisa tertawa.
Dia memiliki alasan untuk tertawa, perkara tentang hilangnya emas dari gudang
istana sudah selesai, perampok yang mencuri emas itu adalah Li Hoay, dan sekarang dia sudah
tertangkap. "Kentut! Seperti anjing yang sedang kentut!" Li Hoay sangat marah.
Dengan suara yang lembut dia berkata lagi, "Kau adalah seekor kura-kura, kau
mencuri emas, mengapa semua ini harus aku yang tanggung, aku bisa memaafkanmu, karena bila aku
menjadi dirimu, aku pun akan melakukan hal seperti ini, tapi mengapa kau mau meminta
nyawaku?" "Karena kau adalah seorang yang jahat."
Selama lima tahun, belum pernah Han Jun tertawa seperti itu, dia berkata lagi:
"Orang sejahat dirimu, bila tidak mati, bagaimana aku bisa tidur dengan nyenyak?"
Pui Wangwee pun ikut tertawa.
Li Hoay melihatnya, tiba-tiba dengan suara yang misterius dia berkata "Bila aku
menjadi dirimu, sekarang ini aku tidak akan bisatertawa."
"Mengapa?" Suara Li Hoay terdengar lebih ramah lagi dan lebih misterius, lalu dia berkata,
"Karena di dalam perut putrimu sudah ada anakku"
Tawa Pui Wangwee langsung membeku, dia langsung menampar wajah Li Hoay
Tawa Li Hoay tidak berubah.
"Kau memukulku, itu tidak apa-apa, tapi sayang selamanya kau tidak akan bisa
memukul anak yang berada di dalam kandungan putrimu."
Kata Li HOay lagi "Dia begitu membenciku, karena di dalam perutnya ada anakku, dan aku tidak
peduli kepadanya." Wajah Pui Wangwee menghijau, tiba-tiba dia membalikkan badan dan keluar dari
ruangan itu. Tawa Li Hoay tampak lebih jahat lagi, dia tahu Pui Wangwee sedang mencari
putrinya untuk membuat perhitungan, dia tahu masalah ini tidak akan pernah bersih sekalipun Ko
Ko meloncat ke laut. Seorang anak gadis secara sembunyi-sembunyi mengandung anak dari laki-laki lain,
apalagi anak seorang penjahat seperti Li Hoay, keadaannya sangat tidak menguntungkan.
Akhirnya Li Hoay bisa sedikit membalas dendam kepada Pui Thian Ho, Li Hoay
memang jahat tapi dia tidak terbiasa membalas dendam dengan cara seperti ini. Cara ini
terlalu kejam. Karena dia bukan tipe orang seperti itu.
c. Sayangnya bila seseorang sedang sial, hal sial pasti akan selalu mengikutinya.
Pui Thian Ho memang keluar dari ruangan itu, tidak disangka dia malah kembali
lagi. Dia kembali dengan cara mundur selangkah demi selangkah, seperti melihat seorang
penjahat yang sangat berbahaya. Li Hoay tidak bisa melihat keadaan di luar, tapi dia tahu di luar sudah terjadi
sesuatu yang membuat Pui Wangwee tampak begitu terkejut.
Suatu kejadian yang bisa membuat Pui Wangwee terkejut seperti itu, sudah sangat
jarang terjadi. Keingintahuan Li Hoay sekarang ini seperti seorang pemuda yang berumur 17 tahun,
semangatnya mulai timbul.
Ada apa di luar" Tempat apa ini" Li Hoay tidak pernah terpikir jawabannya, begitu pula dengan orang-orang di
sana. Mereka mulai merasa tegang. "Siapa?" bentak Han Jun, dengan cepat dia keluar dari ruangan, tangan kiri dan
kanannya siap untuk menyerang. Tidak disangka dia puri mundur beberapa langkah seperti Pui Thian Ho, dia mundur
selangkah demi selangkah, raut wajahnya penuh dengan keterkejutan dan ketakutan.
Kemudian dari luar masuk seseorang yang tua dengan perawakan yang tinggi dan
besar, rambutnya sudah memutih, dengan pelan dia sudah memasuki ruangan itu
Hati Li Hoay serasa tenggelam.
Bila ada seseorang di dunia ini yang bisa membuatnya sakit kepala, orang itu
adalah dia. d. Rambut orang tua yang berwarna putih itu seperti benang sutra perak, bajunya
berkilauan mengeluarkan cahaya perak, ikat pinggangnya pun terbuat dari perak yang dicampur
dengan emas pulih. Li Hoay tidak membantah bila dirinya adalah orang yang boros dan sangat cerewet
terhadap selera baju, makanan, dan tempat tinggal, semua ini sangat dia perhatikan dan
ingin memperoleh yang terbaik. Semua orang pun tahu bahwa ini adalah salah satu kekurangannya, tapi tidak ada
satu pun yang membantah bahwa kebaikannya bisa menutupi kekurangannya.
Yang penting dia mempunyai hak untuk menikmati apa saja yang dia sukai dan dia
inginkan. Orang tua itu berjalan masuk dengan perlahan, tangannya disilangkan di belakang
punggungnya, dia melewati ruangan tamu. Han Jun, Pui Thian Ho, dan semua orang
segera memberikan sikap hormat dan takut, mereka membungkukkan badan memberi hormat.
"Koanke, sudah 10 tahun lebih kau tidak berkelana di dunia persilatan, mengapa
hari ini kau tiba-tiba datang kemari?" tanya Put Thian Ho.
"Apakah cukong sehat?" tanya Han Jun dengan sikap sangat hormat.
Dia bertanya lagi, "Apakah penyakit tuan mudamu sudah sembuh?"
Orang tua berambut putih itu hanya icnawa, dia tidak menjawab pertanyaan mereka.
Li Hoay memotong dan berkata: "Tubuh cukong (tuan besar) semakin hari semakin
lemah, kongcu (tuan muda) sakit parah hingga akan mati, kalian bertanya kepadanya, dia
bisa menjawab apa " bahkan kentutpun dia tidak bisa "
"Kau sungguh tidak sopan dan berani." Put Thian Ho dan Han Jun bersamaan
memarahi Li Hoay, bahkan Han Jun sudah siap akan membunuhnya, sebenarnya dia ingin membunuh
Li Hoay supaya dia tutup mulut Selamanya, kesempatan ini tidak akan dia sia-siakan
begitu saja, dan dia mengeluarkan jurus yang paling kejam.
Banyak orang persilatan yang mati dengan jurus ini.
Seseorang bila sudah ditotok di 18 titik nadi, kecuali menunggu, kematian, masih
harus menunggu apa lagi. Tapi Li Hoay sudah tahu dia masih memiliki kesempatan untuk menunggu, tapi dia
harus menunggu sandiwara yang paling tidak dia sukai.
Han Jun membunuh Li Hoay karena dua alasan. Pertama, dia ingin membunuh Li Hoay
untuk menutup mulutnya, kedua, dia bisa menjilat orang tua yang sangat terkenal ini,
karena dia adalah seorang koanke (kepala pelayan).
Kali ini dia menyerang Li Hoay, dan serangannya pasti akan berhasil. Tidak
disangka begitu cahaya perak berkilau, dia sudah terdorong lalu terbang melayang ke tempat jauh,
yang lebihlebih tidak disangka, kilauan perak itu berasal dari lengan baju yang panjang milik si
kepala pelayan. Pui Thian Ho sangat terkejut.
Yang lebih mengejutkan lagi, orang yang dihormati oleh semua orang itu dimaki-
maki oleh Li Hoay, dan orang yang terkenal sebagai Koanke, sekarang berjalan menghampiri Li
Hoay, dengan sikap hormat dia membungkukkan badan memberi hormat kepada Li Hoay.
Pui Thian Ho dan Han Jun sama sekali tidak percaya dengan penglihatan mereka
sendiri bahwa di dunia ini bisa terjadi hal seperti ini.
Hal yang membuat mereka tidak percaya adalah orang tua yang tinggi, besar, dan
penuh dengan wibawa dengan seluruh tubuhnya yang berkilauan itu, bersikap amat hormat
layaknya seorang pelayan memberi hormat kepada Li Hoay.
"Jikongcu (tuan muda kedua), hamba diperintahkan oleh tuan besar untuk membawa
kongcu pulang ke rumah." Pulang" Seorang pengembara yang tidak mempunyai asal usul, seorang penjahat yang tidak
mempunyai rumah, tidak mempunyai saudara, tidak bisa makan kenyang, dia dapat
pulang kemana" Rumah yang besar ataukah rumah yang kecil, dimanakan rumahnya"
f. Tiba-tiba Ko Ko muncul di ambang pintu, dia menghalangi pak tua yang berambut
putih itu, tidak ada seorang pun yang berani
"Siapa kau" Kau adalah seseorang yang 20 tahun yang lalu nu-mbunuh orang seperti
membunuh semut, Tiat Gin I."
"Benar." "Mengapa kau mau membawa dia pergi?"
"Aku datang karena diperintah oleh seseoran "
"Diperintahkan oleh siapa?"
"Seorang pendekar jaman ini, yang dihormati oleh semua orang, cukong Li-hu
(istana Li)." "Apa alasanmu harus membawanya pergi dari sini" Aku pernah menolongnya, demi dia
aku mengorbankan kebahagiaan seumur hidupku, dan aku sedang mengandung anaknya, kali


Si Pisau Terbang Pulang Karya Yang Yl di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini dengan sudah payah aku baru berhasil menangkapnya, dengan caraku yang paling
lihai, menjadikan kota kelahiranku menjadi sebuah kota mati," karena berteriak suara Ko
Ko menjadi serak. Tanya Ko Ko,"Mengapa aku tidak boleh menyuruhnya untuk tinggal" Dengan syarat
apa Ketua Li akan membawa dia pergi?"
Tiat Gin I diam dengan lama, setelah itu kata demi kata dia bicara,
"Karena Ketua Li adalah ayahnya."
"Ayahnya?" Ko Ko tertawa seperti orang gila.
"Ayahnya pernah memberikan apa kepadanya" Dari kecil dia sudah dibuang dan tidak
mau peduli atau mengurusnya, sekarang dia mempunyai hak apa untuk membawanya
pulang?" Tawa Ko Ko mulai berubah menjadi tangisan, dengan sekuat tenaga dia menarik
lengan baju Li Hoay. "Aku tahu kau tidak akan mau pulang, dari kecil kau adalah seorang anak yang
tidak diinginkan dan tidak ada yang mau mengurusmu, mengapa sekarang kau akan pulang?"
"Aku akan pulang."
"Mengapa?" Li Hoay terdiam lama baru menjawab, 'Aku tidak tahu, karena aku benar-benar
tidak tahu alasannya." Sebenarnya dia tahu alasannya.
Setiap orang yang tidak mempunyai asal usul, selalu ingin mencari dari mana
asalnya. g. Hari ini terlihat bulan. Sekarang dalam sinar bulan tampak ada seseorang seperti Ko ko, dia sedang
meneteskan air mata, kemudian dengan dengan lengan bajunya dia menyusut air mata yang mengalir
ke wajahnya. 0-0-0 Bab 2. Kejadian Sembilan Tahun yang Lalu Bagaikan Asap
1 a. Gunung yang berada di kejauhan. Sebuah kota di sebuah pergunungan.
Pada suatu hari di hari raya Imlek di pagi hari, petasan sedang dibunyikan, dan
tampak salju yang menumpuk, ini melambangkan panen yang sukses di tahun itu, bagi semua orang
iahun ini adalah tahun yang penuh dengan kebahagiaan.
Tapi tidak untuk anak ini, tahun ini pun sama seperti tahun-tahun sebelumnya,
hanya ada penghinaan dan rasa lapar.
Di dunia ini tidak ada yang mau dekat dengannya, juga tidak ada hari tenang dan
mengenyangkan untuknya. Dia tidak memiliki apa pun.
Pada saat orang lain merasa paling senang dan paling berbahagia, itu adalah saat
yang dia rasa paling sedih dan paling merasa kesepian.
Dia sering bersembunyi seorang diri di sebuah gubuk yang seharusnya ada bunga,
buahbuahan, baju baru, petasan, daging panggang, dan uang angpao, semua itu hanya bisa
dimiliki oleh orang lain, dia tidak pernah mendapatkan semua ini, sekalipun dalam
mimpinya. Tadi ada seorang gadis kecil mengenakan baju berwarna merah, dia datang membawa
bungkusan kain yang di dalamnya berisi dua hingga tiga potong ayam, dan juga ada
kue sebanyak dua hingga tiga irisan, juga permen-permen. Gadis kecil itu dengan diam-diam
mengantarkan semua ini untuknya, tapi Li Hoay malah mengusirnya.
Dia tidak mau ada orang lain yang mengasihani dirinya, dia tidak mau menerima
sedekah dari orang lain. Akhirnya gadis kecil itu pulang dengan menangis, dia menaruh makanan itu di atas
tumpukan salju. Dia pikir setelah dia tidak ada di sana, Li Hoay akan mengambil dan
memakannya. Tapi Li Hoay tidak mengambilnya.
Walaupun dia merasa lapar bahkan hampir mati, dia tidak mau mengambilnya.
Walaupun dia akan mati karena kelaparan dia tidak akan pernah mau mengambilnya.
Sifat Li Hoay sejak kecil memang sudah seperti itu.
Di dalam tubuhnya mengalir darah seperti itu, tidak ada kompromi, tidak mau
mengakui kekalahannya, dan juga tidak bisa dipaksa.
b. Tiba-tiba seorang tua yang tinggi, besar, dan berwibawa, dengan rambut yang
sudah memutih muncul di hadapannya. Dari kejauhan dia sudah melihat anak itu dengan lama, dan
juga mengamati anak itu dengan lama.
Anak itu menatapnya dengan pandangan yang galak, kemudian bertanya kepadanya.
"Mengapa di hari raya Imlek seperti ini kau tidak berada di rumah menemani
anakmu" Mengapa kau malah di sini melihatku terus" Adakah sesuatu yang bagus yang bisa
dilihat dari diriku?" Sikap orang tua itu sangat serius, begitu seriusnya hingga malah terlihat
seperti sedang bersedih, "Apa margamu?" tanya pak tua itu.
"Aku tidak tahu."
"Kau tidak tahu" Kau tidak mengetahui margamu sendiri?"
"Mengapa aku harus tahu margaku?" anak itu malah dengan galak menjawab, dia
berkata lagi, "Aku tidak mempunyai ayah dan juga ibu, juga tidak memiliki marga, ini adalah
masalah keluargaku, tidak ada hubungannya denganmu, dengan alasan apa kau menanyakan
semua ini kepadaku?" Orang tua itu melihatnya, tampak kesedihan di matanya, "Mengapa kau tahu bahwa
semua ini tidak ada hubungannya denganku" Aku datang kemari khusus untuk mencarimu."
"Mencariku" Kau tidak mengenalku, mengapa harus mencariku?"
"Aku mengenalimu."
"Kau kenal denganku" Mengapa bisa kenal denganku," anak itu tampak sedikit
terkejut. Dia bertanya lagi, "Kau tahu siapa aku ini?"
"Aku tahu, aku pasti tahu," suara orang tua itu penuh dengan kesedihan dan juga
kesakitan, kemudian dia berkata lagi,
"Aku juga kenal ayahmu, bila tidak ada dia, sekarang ini aku tidak bisa hidup
dan juga tidak bisa mati, ini lebih menyedihkan dari keadaanmu sekarang ini."
Anak itu dengan terkejut melihatnya,
"Siapa kau?" tanya anak itu kepada pak tua itu.
"Apa margamu?" "Margaku Tiat."
"Kalau aku?" "Kau bermarga Li, namamu seharusnya Li San," jawab pak tua itu.
Tiba-tiba anak itu tertawa dan berkata,
"Namaku adalah Li San, seharusnya aku bernama Li Hoay."
(San=baik, Hoay=jahat) c. Orang tua itu membawa si anak pergi.
"Kau akan membawaku ke mana?"
"Aku akan membawamu pulang."
"Pulang" Aku harus pulang ke mana?"
"Kau memiliki rumah untuk pulang," jawab orang tua itu.
Kata orang tua itu lagi: "Aku percaya kelak kau akan bangga mempunyai keluarga
seperti itu, keluargamu pun pasti akan l?.uigga kepadamu."
"Bangga kepadaku" Apa yang bisa dibanggakan dari seorang m.ik jahat sepertiku?"
"Kau tidak jahat."
"Aku tidak jahat" Hal seperti apa baru bisa dikatakan jahat?"
"Melakukan hal yang memalukan dan juga hal yang merendahkan dirimu sendiri, itu
baru disebut jahat." Kata orang tua itu lagi: "Tapi kau tidak akan bisa melakukannya."
"Mengapa kau tahu aku tidak akan bisa melakukannya?"
"Karena kau adalah anggota keluarga Li, darah dan daging dari keluarga Li," pak
tua itu berkata lebih serius lagi, "Asal kau bisa mempertahankan kesombonganmu seperti tadi, pada saat ada gadis
kecil memberikan makanan tadi, di dunia ini tidak akan ada seorang pun yang bisa
menghinamu." d. Kemudian Li Hoay pulang ke rumahnya. Ini adalah pertama kalinya dia pulang
setelah sembilan tahun. Sekarang Li Hoay kembali ke rumahnya.
Orang masih orang yang dulu, tahun demi tahun sudah terlalu, sembilan tahun
sudah berlalu, seorang anak sudah berrubuh besar dan menjadi dewasa.
Dalam waktu sembilan tahun, dia sudah mempelajari ilmu silat yang dahsyat.
Dalam waktu sembilan tahun, sebuah harta karun sudah dia dapatkan.
Dalam waktu sembilan tahun, ada perubahan yang begitu besar.
0-0-0 Bab 3. Begitu Tarung Langsung Mati
1 a. "Kau ingin aku mengikutimu pulang, aku pasti akan ikut, tapi sebelumnya kau
harus menyetujui satu hal." "Apakah itu?" "Aku ingin minum arak, minum arak sepuasku."
"Baiklah, aku akan mentraktirmu minum," kata Tiat Gin I, "aku akan membiarkanmu
minum sepuasnya." b. Di tempat yang tinggi itu terdapat sebidang tanah yang luas, angin musim gugur
melewati tempat itu, tidak terlihat daun yang berjatuhan karena tertiup angin, karena di
tempat ini sebatang pohon pun tidak ada. Tapi dalam waktu semalam tempat ini sudah berubah, tiba-tiba di tempat itu sudah
terpasang 20 tenda bahkan lebih, tenda-tenda itu mengelilingi sebuah tenda besar.
Ini adalah sebuah kejadian yang terjadi di pagi hari.
Bila ada seorang pengembara yang datang ke tempat itu kemarin malam, begitu pagi
datang mereka akan mengira mereka sudah salah jalan.
Begitu siang tiba, mereka akan lebih terkejut lagi, tidak akan percaya dengan
penglihatan mereka sendiri. Karena di padang yang luas itu terpasang permadani merah, meja, kursi, dan
tempat tidur yang mewah. Satu per satu kereta dibawa ke tempat itu dan dibawa ke masing-masing tenda yang
berada di sana. Di tenda besar itu sudah tersedia meja makan, cawan arak yang terbuat dari emas
dan perak. Kemudian datang sebuah kereta yang besar dan lebar, dari dalam kereta turunlah
orangorang setengah baya yang berperut buncit, mereka terlihat seperti orang kaya, tapi
wajah mereka seperti yang berminyak dan tidak bisa dibersihkan.
Tidak ada yang mengenali mereka, hanya terdengar dari kejauhan ada yang
berteriak: "Koki dari Thian Hiang Lauw, koki dari Sin Jun Wan, koki dari Giok Kun Lauw, koki dari
Hok Goan Lauw, koki dari Su Hok Le, semua sudah berkumpul."
Sore hari datang lagi sekelompok orang, mereka datang satu kereta demi satu
kereta, kereta yang memiliki tempat duduk yang empuk, yang turun dari dalam kereta adalah
gadis-gadis cantik yang diapit oleh pelayan-pelayan mereka, setiap gadis memiliki daya tarik
tersendiri, dan memiliki ciri khas tersendiri. Mereka diantar menuju tenda masing-masing. Yang datang
terakhir

Si Pisau Terbang Pulang Karya Yang Yl di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

adalah Tiat Gin I dan Li Hoay. c. Sewaktu Li Hoay tiba di tempat itu, hari sudah malam, di dalam tenda sudah
dipasang lampulampu yang sangat terang I lingga seperti siang hari.
Mata Li Hoay disipitkan, kemudian dia pun tertawa, "Menurut orang-orang, Tiat
Koanke (kepala pelayan) sangat boros, tidak ada tandinganya di dunia ini, hal ini sedikit pun
tidak ada yang menyangkalnya." "Aku sudah berjanji kepadamu untuk mentraktirmu minum, bila sudah berjanji,
harus menjamu dengan baik." "Kelihatannya malam ini aku harus benar-benar mabuk."
"Mabuklah, bila itu yang kau inginkan," kata Tiat Gin I. "Kita bukan teman, tapi
malam ini aku akan menemanimu minum hingga mabuk."
"Mengapa kita bukan teman?" tanya Li Hoay.
Tiat Gin I melihatnya, kemudian dengan serius menjawab, "kau harus ingat, kau
adalah Jikongcu dari keluarga Li, dengan kedudukan dan identitasmu, di dunia ini tidak
ada yang pantas untuk menjadi temanmu."
Dia berkata lagi, "Lebih-lebih kau harus ingat ini, hari ini setelah kau minum
arak, kau tidak akan mempunyai kesempatan untuk minum seperti ini lagi."
"Mengapa?" "Karena kau adalah penerus pisau terbang yang tidak tertandingi." Kata Tiat Gin
I lagi dengan serius, "Bila kau akan menjadi orang seperti itu, harus ada pengorbanan yang lebih
menyakitkan." "Kalau begitu mengapa aku harus menjadi orang seperti ini?"
"Karena kau terlahir untuk menjadi orang seperti ini, kau tidak mempunyai
pilihan lain." "Apakah aku tidak boleh hidup dengan senang?"
"Tidak boleh." Li Hoay tertawa dan berkata,
"Aku tidak mempercayainya, aku akan mencari akal."
d. Walaupun sudah sadar dari mabuknya, seseorang akan merasa kesal dan tidak
bersemangat, tapi pada saat minum arak -idalah saat yang menggembirakan, apalagi arak yang
berada di dalam cawan begitu bagus, dan di hadapannya ada gadis-gadis i.intik.
Karena itu pula Li Hoay minum arak dengan puas, begitu juga dengan Tiat Gin I,
dia minum tidak lebih banyak dari Li Hoay.
Seorang tua yang sudah melanglang buana di dunia persilatan selama 20 tahun dan
membunuh orang seperti membunuh semut, wajahnya selalu tidak menampakkan ekspresi apapun.
Apakah di dalam hatinya ada benang kusut yang tidak bisa dibereskan" Apakah dia pun harus
dengan arak membereskan semua kekusutan ini"
Arak sudah habis, orang pun sudah mabuk, malam pun sudah semakin larut.
Di sebuah tempat yang gelap di malam itu, tiba-tiba terdengar suara yang aneh
dan juga terdengar begitu misterius, seperti seekor nyamuk yang sedang terbang, sangat
ringan, tajam, dan kecil. Walaupun suara itu datang dari tempat yang jauh, tapi terdengar
begitu jelas, seperti ada di sisi telinga. Alis Tiat Gin I yang tebal seperti dianyam oleh benang sutra itu, tampak
berkerut. Li Hoay segera bertanya kepadanya, "Ada apa?"
'Tidak ada apa-apa, kau minum saja."
Begitu dia meminum arak dari cawan yang besar, terlihat ada seseorang yang
masuk. Orang itu masuk sambil menari.
e. Pinggang orang itu seperti seekor ular yang meliuk-liuk dengan lincah dan
lembut, tidak, malah lebih lembut dari seekor ular.
Karena dia lebih mudah meliukkan tubuhnya dan kapanpun dia bisa membalikkan
tubuhnya. Caranya membalikkan badan sangat indah, aneh, dan ajaib, membawa gairah kepada
setiap orang yang melihatnya. Kulit orang itu seperti sutra, tapi tidak mengkilat.
Kulitnya sangat indah. Gerakannya ramah, tapi membawa kegairahan.
Kakinya tampak ramping dan panjang, dalam setiap gerakannya membawa irama yang
indah. Irama yang membuat setiap jantung laki-laki berdebar dengan kencang.
Dengan irama dan gerakan seperti itu, orang itu dengan indah memasuki tenda.
Jantung setiap orang bertambah cepat, nafas seperti akan berhenti, begitu pula
dengan Li Hoay. Kemudian dia memuji-muji orang itu kepada setiap teman yang ditemuinya.
"Orang itu sangat cantik, kecantikannya tidak ada yang bisa menandinginya, aku
jamin bila kau sudah melihatnya, jantungmu akan berdebar-debar dengan kencang" kata Li Hoay.
Dia berkata lagi, "Bila dia laki-laki, dia pun pasti akan berdebar-debar."
"Bagaimana dengan dirimu" Apakah kau pun demikian?"
"Tidak." "Apakah kau bukan laki-laki?"
"Aku adalah laki-laki sejati."
"Bila kau laki-laki, mengapa jantungmu tidak berdebar-debar?"
"Karena orang itu adalah laki-laki."
f. Laki-laki yang memiliki daya tarik seperti perempuan ini, menari ke hadapan Tiat
Gin I dan Li Hoay, dengan tangannya yang putih dia memberikan sebuah kotak kecil yang dihias
dengan indah dan diletakkan di meja mereka.
Kemudian dia mengedipkan matanya dengan genit.
Pinggangnya masih diliuk-liukkan.
Pinggangnya benar-benar lentur.
Li Hoay merasa mulutnya menjadi kering.
Tapi Tiat Gin I tetap dengan dingin melihat sikap orang itu, sama sekali tidak
bergeming. Dengan tertawa genit orang itu menghadapi Tiat Gin I, kemudian dia menari
seperti angin Pendekar Pengejar Nyawa 12 Pertempuran Di Lembah Bunga Hay Tong Karya Okt Pedang Keadilan 13
^