Pencarian

Misteri Dewi Pembalasan 3

Dewi Ular Misteri Dewi Pembalasan Bagian 3


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemarahan. Bob meman dang Gizma sambil cengar-
cengir, lalu berkata mengambang,
"Lu... lu cakep banget deh! Mendingan lu jadi bini gue. Nggak bakalan gue kasi
pakaian lu! Ih, cakep
banget..!"
Bob menyentuh dagu Gizma. Kontan ia menjerit,
"Aaaow...!"
Dan semua mata memandang Bob. Ranu dan Citra
merasa heran sekali.
Jari-jari Bob yang dipakai menyentuh dagu Gizma
menjadi terbakar. Pendek dan ujungnya membara.
Jari itu seperti karet yang disentuhkan ke dalam bara yang amat panas, langsung
mengkerut, lumer. Tapi
mengeras lagi dalam keadaan telah cacat begitu.
Mata Ranu mengerjap, sepertinya tidak percaya
dengan apa yang dilihatnya. Sisa asap masih
mengepul dari jari telunjuk Bob, menguarkan bau
daging terbakar. Bob sendiri menjerit-jerit histeris dengan tangan segera
diguyur air oleh temannya.
Sedangkan Gizma tenang-tenang saja. Seakan tidak
melihat kejadian itu. Ia bahkan berkata kepada Citra,
"Kita pulang yuk..."!"
Ranu dan Citra seperti mengalami masa shock yang
cukup lama. Waktu mereka melangkah melintasi
tempat parkir Pujasera, mereka sama-sama tetap
terbungkam. Hanya hati dan pikiran mereka yang
saling berkecamuk sendiri-sendiri, memikirkan
keajaiban yang terjadi di depan mata mereka. Nyata
dan jelas. Gizma memanggil taksi, lalu mereka bertiga pulang
naik taksi tersebut. Gizma duduk di samping sopir,
sedangkan Ranu dan Citra ada di jok belakang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jantung Ranu masih berdebar-debar karena peristiwa
tadi, sehingga ia masih saja membungkam mulut,
sekalipun Gizma dan Citra sudah terjalin pembicaraan tentang rumah kontrakan
Citra. "Kapan kau datang ke rumahku, Giz?"
"Mungkin lusa. Lusa aku...," Gizma berhenti bicara.
Ia Justru berbisik kepada sopir taksi, "Pelan-pelan, Bang...!"
Taksi berjalan pelan, agak ke pinggir. Citra dan
Ranu menjadi heran. Apalagi Gizma segera menyuruh
taksi berhenti, Citra pun segera bertanya
'Ada apa, Giz?"
'Kita turun di sini saja, Tra. Nanti gampang
disambung pakai taksi lain."
Sekalipun merasa tidak paham dengan maksud
Gizma, tetapi Citra dan Ranu turun juga dari taksi itu.
Mereka bertiga berdiri di pinggir jalan, bawah
jembatan penyeberangan.
"Aneh. Maumu sebenarnya apa sih, Giz" Kok kita
turun di sini?"
"Lihat pemuda yang berdiri di seberang jalan itu,"
bisik Gizma. Ranu mendengar bisikan itu, kemudian menyahut,
"Hei, kalau nggak salah mereka itu anak-anak yang suka nongkrong di depan plaza
kita ya, Tra?"
"O, iya! Benar. Maksudmu... mereka yang ada di
halte seberang jalan itu, kan?"
"Perhatikan mereka," sahut Gizma. "Mungkinkah mereka menunggu bis kota pada
malam seperti ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena Citra dan Ranu tidak memberi jawaban,
maka Gizma pun berkata lagi,
'Tiga pemuda itu pasti mencari mangsa yang akan
dijadikan pemuas nafsunya."
"Hei, Giz... yang pakai baju hijau Itu... itu yang namanya Sam! Ya, aku ingat..!
Dia waktu itu juga
ada, Giz."
Ranu tak perlu bertanya, ia sudah mengerti maksud
Citra. Pasti yang dimaksud adalah preman-preman
yang berhasil memperkosa-nya itu. Ranu baru tahu
kalau pemuda berbaju hijau itu juga termasuk satu
pemuda yang merusak kesucian Citra. Padahal Ranu
kenal dengan anak itu. Sam, nama panggilannya.
Nama aslinya Samingun. Tetangga belakang rumah
Ranu. Dia memang dikenal paling brengsek di
kampungnya, sebab itu Ranu berlagak tidak mengenal
Samingun. "Terserah kau, Tra. Apakah dia yang ingin kau
lenyapkan, atau bersama-sama kedua temannya itu?"
bisik Gizma. Citra belum sempat memberi keputusan. Ia telah
melihat ketiga pemuda Itu bergerak menaiki jembatan
penyeberangan. Gawat Mereka pasti akan tiba di
tempat Citra, Ranu dan Gizma berdiri. Mungkinkah
mereka sengaja mendekati Citra"
"Gawat, Giz. Mereka...."
Citra menghempaskan napas lagi, sebab kali ini
Gizma telah hilang. Dan, badan Citra menjadi dingin
lagi. Dingin sekali sampai kedua tangan Citra terlipat di dada.
"Mereka kemari, Tra. Lekas lari pergi," bisik Ranu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapa, Citra diam saja. Matanya mulai memandang
tajam, memperhatikan langkah kaki mereka bertiga.
Ranu tak tahu kalau di dalam dada Citra mulai
bergemuruh karena teringat kelakukan Sam saat
memperlakukan Citra seperti binatang betina saja.
Dendam itu makin membara, mata itu makin tajam
memandang. Ranu memperhatikan Citra, memandang
mereka di jembatan, mem-, perhatikan Citra lagi.
Memandang mereka lagi. Ranu kelihatan bingung, tapi
juga penasaran, ingin mengetahui apa yang dilakukan
Citra saat itu.
Tiba-tiba, Sam yang berjalan sambil tangannya
memegangi besi pengaman di jembatan itu, menjerit
seketika. "Haaah... hah... aaah...!" suara Sam menggema.
Suara gaduh tinggal sisanya. Lantai jembatan itu
keropos dan Sam terjeblos ke dalamnya. Tubuhnya
melayang, karena temannya gagal menangkap tangan
Samingun. Pada saat itu, ada sebuah mobil sedan yang sedang
dikejar mobil patroli polisi. Mobil itu melintas di bawah jembatan penyeberangan
tepat pada saat itu tubuh
Sam terjeblos ke bawah. Mobil itu tak sempat
menghindar. Tubuh Sam pun menjadi sasaran telak,
dihantam dalam kecepatan tinggi.
"Saaammm...!" teriak temannya yang masih di atas jembatan.
Tubuh Sam terlempar, melayang ke depan mobil
dalam keadaan berlumur darah. Begitu jatuh di aspal, ban mobil menggilas
perutnya. Dari mulut Sam
terlihat menyemburkan darah, cairan dan makanan
yang menjadi isi perutnya. Mobil itu tetap melesat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ngebut tanpa peduli tubuh Sam yang kejet kejetan di
aspal. Sedangkan mobil polisi yang mengejar mobil
sedan tadi juga tak sempat menghindari tubuh
Samingun.. Pletokkk...! Terdengar suara sesuatu yang pecah. Mobil polisi
berhenti dengan suara rem menjerit Kedua teman
Sam berlarian dari atas jembatan sambil berteriak-
teriak. Ranu lari ke atas jembatan untuk melihat
keadaan Sam di aspal. Ia berseru kepada Citra,
"Kepalanya pecah...!"
Sam tak berkutik lagi. Darah menghambur ke
mana-mana. Kepalanya remuk. Pecah dilindas mobil
polisi. Seandainya tak ada mobil lain, Sam tetap saja meregang mati karena dua
kali dihantam dan diliiridas mobil sedan curian itu.
Citra menghempaskan napas lega. Satu lagi
dendamnya teleilh pudar. Ia tersenyum melihat
kematian Sam yang begitu tragis. Kini tinggal Yon dan Tom yang tersisa.
"Tinggal dua, Citra?" bisik Gizma yang tahu-tahu ada di belakang Citra.
Badan Citra piun menjadi panas. Hangat seperti
sedia kala. Citra mulai curiga dengan perubahan-
perubahan yang ia rasakan setiap menjelang kematian
musuh-musuhnya. Badan dingin, Gizma pergi!, dan Ia
mampu mencelakai korban sesuai denjjan kehendak
hatinya. "Jangan lupa, malam ini juga kuminta hadiahnya, Citra."
"Giz, malam-malam begini mana bisa aku mencari
lelaki untukmu! Bagaimana kalau besok?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, Citra. Harus sekarang. Malam Ini juga! Dan, aku yakin... kau pasti
bisa." "Giz... kau tahu sediri..kan... aku...."
"Ssst.., Ranu datang," bisik Gizma.
"Tap... oh, tidak...! Aku tidak bisa mengorbankan Ranu, Giz."
"Kau bebas memilih, dan aku bebas menagih," bisik Gizma sambil tersenyum. "Kalau
sampai nanti pagi kau belum membayar upahku, maka kau harus
melunasi dengan nyawamu. Eh, ini sesuai perjanjian
kita lho...."
Gizma. Kalau sampai besok, berarti Gizma akan
mengamuk dan membunuh Citra, karena dianggap
Citra membohonginya. Sedangkan malam itu, adalah
malam yang sepi dan Citra melihat di jalanan itu tak begitu banyak lelaki.
Bahkan tak ada satu pun yang
pantas diberikan kepada Gizma. Hanya Ranu yang
paling pentas. Karena itu, Citra pun segera berkata
kepada Ranu, "Bagaimana kalau malam ini kau pulang ke
rumahku, Ran" Tidur sana saja deh!"
Ranu memandang Citra dalam kebimbangan pilihan.
-ooo0dw0ooo- PUKUL satu malam kurang beberapa menit, Citra
tiba di rumah. Sendirian. Ranu menolak tawaran Citra untuk bermalam di rumahnya,
karena saat itu Ranu
lebih mementingkan mengantar Gizma pulang ke
rumah. Citra jadi gelisah memikirkan upah buat
Gizma. Baru saja ia membuka pintu, tiba-tiba sebuah mobil
berhenti di depan rumahnya. Oom Piet turun dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mobil. Sendirian. Perasaan Citra tambah gelisah.
Cemas. Ia ingat pesan yang dititipkan Nico tadi sore tentang Kensi yang diopname
di rumah sakit. Oh,
pasti telah terjadi sesuatu pada diri Kensi, pikir Citra.
Karenanya, ia segera menyambut kedatangan Oom
Piet dengan sedikit tegang
"Bagaimana Kensi, Oom?"
Oom Piet tidak langsung menjawab. Menurut Citra,
wajah Oom Piet sengaja dibuat tegang, mungkin
dengan maksud supaya tidak mengundang kecemasan
bagj Citra. Karena itu, Citra mengambilkan segelas air putih buat Oom Piet
"Ada Derita apa, Oom" O, ya... maaf, aku belum
bisa menjenguk Kensi di rumah sakit Aku... aku sibuk sekali, Oom."
"Tak apa," jawab Oom Piet "Kensi besok sudah pulang. Cuma menjalani operasi
kecil." "Sakit apa sih?"
"Amandelnya dibuang "
"Ooo...!"
Citra melegakan napas. Pada saat ia melegakan
napas, tubuhnya kembali merasa dingin. Pintu pun
ditutup oleh Citra, supaya udara dingin tidak terlalu masuk ke dalam rumah.
Namun, nyatanya tubuh Citra
masih tetap merasa dingin, la sempat meremas-remas
lengan dan pundaknya sendiri. Ia duduk di meubel
dengan Oom Piet.
"Jadi, ada keperluan apa Oom Piet datang kemari malam-malam begini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lelaki setengah baya itu tersenyum nakal. Mulai
genit Ada kemuakan di hati Citra, tapi rasa muak Itu bagal terpojok. Tak terlalu
menonjol. "Mau pinjam duit buat nebus Kensi" Ah, kurasa...
aku nggak punya tabungan lagi, Oom."
"Aku sudah siapkan biaya buat Kensi. Tak perlu
pinjam duit sama kamu, Citra."
"Lalu, maksud Oom kemari mau apa?"
"Aku nggak bisa tidur."
"Sakit?"
Oom Piet menggeleng dengan matanya mulai sayu
memandang Citra.
"Aku... aku terlalu banyak memikirkan kamu, Citra.
Maltanya aku nekat datang kemari."
Citra tersenyum malu. Hati kecilnya merasa heran
sendiri, kenapa ia tersenyum. Biasanya Ia benci
dengan cara Oom Piet memandangnya begitu. Citra
Ingin mendobrak keinginan batinnya yang
mendesirkan hati sejak tadi, tapi Ia tidak bisa berbuat banyak. Justru ia
menjadi sering merinding karena
desiran-de-siran lembut di hati yang menjalar ke
bagian-bagian tubuh yang sensitif.
"Kupikir, memang ada benarnya juga kamu pindah
kemari, Tra," kata Oom Piet
"Mengurangi anggaran makan di rumah,
maksudnya?"
"Mengurangi bahaya di rumah," jawab Oom Piet sambil tersenyum nakal. Citra
mendesah malu. "Sebentar, ya Oom. Aku baru saja datang, belum
ganti baju...I"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Citra membersihkan diri ke kamar mandi, lalu ke
kamar tidur mengganti pakaiannya di kamar. Ia
hendak mengenakan gaun tidur yang lembut dan enak
dipakainya. Tapi, pada saat ia hendak mengenakan
pakaian tidur itu, Oom Piet rupanya menyusul masuk
ke kamarnya.

Dewi Ular Misteri Dewi Pembalasan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ada yang bisa kubantu, Tra?" sapa Oom Piet sebagai alasan ia datang ke kamar
Citra. "Ah, Oom... di luar dulu. Aku mau ganti baju...,"
Citra menyeringai malu, menutup badannya dengan
gaun yang hanya ditempelkan saja. Belum dikenakan.
Oom Piet nekat Ia justru berkata sambil mendekat,
"Mari kubantu mengenakannya...." Gaun itu diambil Oom Piet. Anehnya, Citra
melepaskan gaun itu sambil
tersenyum-se-nyum. Padahal biasanya la pasti
meronta dan mencak-mencak Jika didekati Oom Piet
"Tapi, kurasa kau lebih indah jika tidur tanpa gaun ini, Citra. Gerakanmu bisa
bebas, tidak terganggu kain gaun."
"Masa sih..."!"
Oom Piet mengangguk. "Kau tidur sama siapa di
sini?" bisiknya sambil menggeraikan rambut Citra.
"Sendirian. Memangnya kenapa?"
"Aku temani, ya?"
'Tante bagaimana?"
"Di menunggu Kensi di rumah sakit... Kutemani kau satu malam ini saja, ya?"
"Ahhh...," Citra hanya mendesah, karena saat itu Oom Piet mulai mengecup pundak
Citra. Kecupan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merayap ke tempat-tempat lainnya. Citra tidak
melarang, dan juga tidak mengelak.
Malam yang mencapai dini memberi kesempatan
Citra untuk merasakan kemesraan oomnya sendiri.
Dalam jiwanya terjadi pergolakan antara setuju dan
tidak. Tetapi la telah kehilangan akal sehatnya.
Sedangkan tulang-tulangnya dan persendian Oom Piet
mulai terasa kaku. Seperti mau kram. Oom Piet
mengejang dan mengerang. Citra buru-buru
melepaskan diri, karena sadar dengan apa yang akan
terjadi pada diri Oom Piet.
Tubuh Citra tak bisa menghindar dari rasa
merinding. Semua bulu di tubuhnya jadi meremang
ketika ia melihat perubahan Oom Piet menjadi patung
batu. Dalam hati ia tak tega melihat nasib Oom Piet.
Ia ingin mencegah segalanya, namun ia tak kuasa.
Akhirnya, sesuatu yang dari dulu dihindarinya, kini
terjadi juga. Oom Piet menikmati tubuhnya yang sintal dan hangat itu dengan
risiko menjadi patung batu. Air mata Citra mengalir ke pipi. Ia duduk di salah
satu kursi sambil terisak-isak melihat Oom Piet telentang di ranjang dalam keadaan
menjadi patung batu.
"Lumayan juga dia, Citra...," suara itu tak lain dari Gizma yang tahu-tahu
muncul di kamar dalam
keadaan berkeringat, mengenakan gaun tipis, rambut
dilepas terurai panjang. Tubuh Citra tidak lagi dingin, dan kini ia memperoleh
kembali kesadarannya,
sebagai Citra yang sebenarnya.
"Sudahlah, jangan dibiasakan menangis. Memang
inilah risiko yang harus mereka tanggung," kata Gizma.
'Tap... tapi, dia adalah oomku sendiri, Gizma! Dia
dulu pernah menanggung biaya kuliahku, sewaktu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
papaku meninggal. Ohhh, kenapa aku lakukan hal ini"
Kenapa aku bercumbu dengan oomku sendiri" Padahal
aku sudah menduga bahwa ia akan menjadi patung
batu. Tapi aku tidak bisa menolak keinginannya, dan
tak bisa mengekang diriku sendiri...! Ini semua gara-garamu, Giz! Semua karena
kamu!" "Sudahlah, semuanya toh sudah terjadi dan sudah kita sepakati... I" kata Gizma.
Memang. Sudah terjadi. Sudah disepakati. Citra
sendiri sudah bertekad untuk membalas sakit hatinya
dengan cara apa pun. Mengapa harus disesali"
Citra meredakan tangis sewaktu Gizma mengusap-
usap rambutnya. Matanya sesekali masih melirik
patung yang terbujur di ranjangnya. Harinya trenyuh, gelisahnya menghadirkan
resah. "Aku tak tahu harus bagaimana menghadapi
tanteku" Bagaimana jika ada yang tahu bahwa oomku
datang kemari dan tak pernah keluar lagi?"
"Itu soal mudah. Itu urusanku. Semuanya sudah
kuatur supaya kau tidak semakin ditumpuki masalah,"
hibur Gizma. "Mengapa kau yang mengaturnya. Siapa kau
sebenarnya, Gizma?"
Wanita cantik berhidung mancung itu masih
kelihatan tenang, la duduk di tepi ranjang, mengamati patung Oom Piet sambil
bicara dengan penuh wibawa.
"Aku adalah orang yang sangat dibutuhkan oleh
para penderita sakit hati. Aku dicari oleh orang yang mempunyai dendam, seperti
halnya kamu."
Citra segera mendekati Gizma, duduk di ranjang,
dekat patung oomnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jelaskan bagaimana, Gizma?"
"Seperti kau ketahui, namaku: Gizma. Aku Dewi
Pembalasan. Siapa yang mau bersahabat denganku,
maka semua dendamnya bisa terlampiaskan. Tugasku
mencari dan menemukan jalan untuk mencapai
pembalasan sahabat-sahabatku. Jelas?"
Citra terbengong dengan jantung berdebar-debar
mendengar pengakuan Gizma. Sama sekali tak pernah
terpikirkan olehnya, bahwa selama ini ia telah
bersahabat dengan sosok makhluk cantik yang
bertindak sebagai Demi Pembalasan. Pantas kalau
Citra pernah gagal mencari Gizma, sebab kamar itu
sebenarnya adalah tempat yang tak mudah terlihat
oleh mata manusia biasa, kecuali atas seizin Gizma.
Pantas kalau selama ini Gizma selalu muncul dan
menghilang secara misterius, karena ia punya kuasa
untuk menampakkan diri atau pun pergi dari sahabat-
sahabatnya. Citra nyaris menjadi kelu lidahnya sejak ia menyadari, bahwa dirinya
berhadapan dengan Dewi
Pembalasan. "Kalau kau bisa mempunyai kekuatan pada
matamu, bisa mengendalikan otak manusia, bisa
mewujudkan kemarahanmu, karena aku ada di dalam
ragamu, Citra. Melalui ragamu juga aku dapat
merasakan hadiah-hadiah manis yang selama ini
kaupilihkan untukku...," Gizma tersenyum. Citra masih tertegun bengong
Tangan Gizma mengusap lengan Citra perlahan-
lahan, bagai merupakan usapan penuh kasih sayang
terhadap seorang sahabat Katanya lagi,
"Aku telah menolongmu, dan kau pun telah
menolongku. Tanpa kamu, aku tidak bisa merasakan
manisnya cinta, hangatnya asmara. Tanpa orang-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang macam kamu, Citra, yang kurasakan hanya
gemuruhnya api dendam yang membara di seiuruh
jagad raya ini. Tapi percayalah, kau tak perlu
khawatir, semasa kita tetap bersahabat, aku selalu
melindungi sahabat-sahabatku. Aku selalu
menghindarkan masalah yang akan menyerang
sahabat-sahabatku. Kau tak perlu cemas dengan
persahabatan "Bagaimana dengan Ranu?"
Tiba-tiba Citra ingat tentang diri Ranu yang terpaut pada Gizma. Pertanyaan itu
pun terlontar setelah Citra bungkam beberapa waktu lamanya.
"Ranu..." Ah, dia pemuda yang baik menurut
pandanganku," jawab Gizma.
"Ranu mencintaimu, Gizma."
Senyum Gizma mekar dan ceria, tapi tetap
kelihatan anggun dan wibawa.
"Dia tidak akan memperoleh apa-apa dariku."
"Dia sungguh-sungguh mencintaimu. Dia sangat
mengagumimu, Gizma."
"Katakan padanya, jangan biarkan hidupnya
diracuni oleh cintanya sendiri. Dia akan kecewa nanti."
"Kasihan dia, Giz. Apakah kau tak boleh bercinta dengan manusia seperti dia?"
"Boleh. Tapi apakah dia bisa?" Gizma ganti bertanya. Sambil mengeringkan air
mata di wajah Citra, Gizma berkata lagi, "Kau ingat pemuda
pemabuk yang menyentuh daguku?"
"Ya. Tangannya terbakar seketika."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Seperti itulah yang akan diperoleh Ranu jika ia mencintaiku. Maksudku, boleh
saja ia mencintaiku,
tapi la tidak akan memperoleh apa-apa dariku. Dia
tidak akan bisa bercumbu denganku, tidak akan bisa
memeluk tubuhku, karena setiap lelaki yang
menyentuh tubuhku dia akan terbakar seketika. Itulah sebabnya aku tidak bisa
merasakan manisnya cinta,
hangatnya asmara, jika tidak lebih dulu menyatu
dengan dirimu. Melalui tubuh yang padat dan indah
inilah, aku bisa merasakan debaran-debar-an saat
birahiku tiba."
Tangan Gizma masih mengusap pelan tubuh Citra,
seakan ia membersihkan keringat-keringat yang
membekas di tubuh itu. Citra ha nya diam saja,
tertegun dalam terawangnya tentang Dewi
Pembalasan. Pantas kalau selama ini Gizma selalu
muncul dengan berkeringat jika Citra selesai
bercumbu dengan pasangannya, karena sebenarnya
pada saat Citra .bercumbu dan bergairah mesra itu
Gizma turut merasakan kenikmatannya. Birahi yang
selama lini sering muncul dalam diri Citra,
sesungguhnya adalah birahi Gizma, bukan birahi dari
jati diri Citra yang sebenarnya.
"Nah, kau sudah jelas siapa aku, bukan?" Gizma tersenyum manis. "Sekarang
pejamkan matamu,
Sayang...," katanya dengan lembut
"Kenapa aku harus...."
"Pejamkan matamu, Citra Manis...," sahut Gizma dengan penuh kesabaran.
Maka Citra pun memejamkan mata sesuai perintah
Gizma. Tak ada pesan dan tak ada , suara apa pun
dari Gizma. Yang ada hanya . kesunyian menembus
waktu-waktu pagi yang hampir tiba. Beberapa saat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemudian, Citra ingin tahu apa yang terjadi jika ia
membuka natanya. Kalau biasanya, jika ia
memejamkan mata dari suatu tempat, ia akan
membuka mata kembali dalam keadaan sudah berada
di kamarnya. Sekarang dia berada di kamarnya
memejamkan mata, apakah ia akan terlempar di suatu
tempat" Di manakah kira-kira ia akan berada"
Oh, ternyata Citra masih tetap berada di kamarnya.
Seperti posisi semula. Tak ada yang berubah pada
dirinya. Yang berubah hanya Gizma dan patung Oom
Piet. Mereka hilang. Tak ada bekasnya sama sekali.
Ranjang pun kelihatan tetap rapi, tidak acak-acakan
seperti tadi. Kamar pun berbau wangi, tidak berbau
darah kejantanan lelaki yang langu. Tapi bagaimana
dengan mobil Oom Piet" Setidaknya orang akan tahu
kalau di depan rumah Citra ada mobil tamu yang sejak saat ini hilang dan tak
akan kembali lagi"
Citra buru-buru ke ruang depan. Menguak gorden
sedikit Oh, ternyata mobil Oom Piet juga sudah tidak ada. Entah dicuri orang
atau ikut dibawa pergi oleh
Gizma, yang jelas semuanya mempunyai kesan,
seolah-olah Oom Piet tidak pernah datang kepada
Citra, dan tidak pernah terjadi pergumulan hangat
yang menabah Oom Piet menjadi sebuah patung batu.
Barangkali inilah yang dimaksud dengan
Gizma, bahwa semuanya sudah diatur olehnya,
supaya sahabatnya tidak ditambahi beban masalah
apa pun dalam bekerja sama dengannya.
-ooo0dw0ooo- Tempat kerjanya, Citra terkejut sewaktu ditarik
Ranu ke suatu tempat dan Ranu berbisik kepadanya,
"Payah temanmu itu, Tra!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
'Teman yang mana" Maksudmu, Gizma?"
"Ho-oh! Semalam aku ingin mengantarnya ke
rumah, sekalian ingin mengetahui di mana ia tinggal.
Dia sudah oke. Dia bilang nggak masalah, dia bilang
malahan senang jika aku mau datang ke rumahnya.
Eh... tahu-tahu taksinya berhenti di depan rumahku,
Tra." 'Terus..." Terus kau turun dari taksi?"
"Enggak!" Ranu bersemangat "Kusuruh Jalan lagi taksinya. Pokoknya, aku harus
antarkan Gizma dulu
sebelum aku kembali ke rumah. Gizma menyuruh
sopir taksi menuju alamat yang ia sebutkan. Sopir
taksi bilang, dia udah tahu. Udah sering ke jalan yang dimaksud Gizma. Setelah
beberapa saat, taksi itu
berhenti, ehhh... di depan rumah gue lagi! Gila
nggak"!"
"Kembali ke rumahmu lagi?"
"He-eh! Itu sampai tiga kali lho, Tra! Tiga kali muter-muter, ehhh... nongolnya
di depan rumah gue
lagi! Brengsek, kan?"
"Akhirnya...?"
"Yah, mau nggak mau aku turun Juga sih. Jadinya, bukan aku yang nganterin dia,
tapi dia yang nganterin aku sampai depan rumah. Sial! Kenapa Jadi kebalik
begitu, ya"!"
Citra tertawa ngikik, Ranu jadi tersipu-sipu. Di
wajah Ranu terlihat rona kecewa yang tertahan. Citra kasihan sebenarnya, tapi
tak diu-jutkan dalam sikap, la hanya berkata,
"Ada yang perlu kita bicarakan tentang Gizma,
Ran." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O, ya..."! Mari kita bicarakan di caffetaria bawah."
'Tidak sekarang. Nanti saja di rumahku."
Ranu tak sabar. Ingin segera mengetahui apa yang
akan dibicarakan Citra tentang Gizma. Pukul tiga sore, Ranu sudah memburu-buru
Citra agar lekas pulang.
Hari itu, Citra tugas dari pagi sampai siang, jadi bisa pulang pukul 13 sore.
Tetapi, giliran Citra sudah beres dan siap pulang, Ranu ada sedikit masalah


Dewi Ular Misteri Dewi Pembalasan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan bagian stock barang, sehingga ia minta supaya Citra
menunggunya sesaat.
"Kutunggu di bawah aja, ya, Ran?" Kata Citra.
Ranu mengangguk. Lalu, Citra pun turun ke lantai
bawah. Ketika ia tiba di pintu utama plaza tersebut, hatinya berdesir. Ia
melihat Nico duduk di atas Vespa-nya, di bawah pohon.
Oh, hati Citra jadi berdesir indah. Ternyata Nico
masih mau menjemputnya sekalipun ia kemarin
kelihatan memendam kemarahan. Citra yang
sebenarnya sangat merindukan Nico, segera berlari
menghampiri Nico sambil ter-senyum-senyum ceria.
"Nggak sangka kalau kamu masih mau
menjemputku, Nico! Eh, sudah lama?"
"Lumayan," jawab Nico dingin. Citra sempat salah tingkah dipandang Nico dengan
tatapan mata yang
dingin. Ia buru-buru ingin menjelaskan semuanya
pada Nico. Buru-buru ingin membawa Nico pulang dan
mengadukan nasibnya selama ini.
"Yuk..."!"
Citra mengajak pulang dan hendak naik ke
bocengan Vespa. Tetapi, tiba-tiba terdengar suara
Sarah berseru, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Citra...! Dompetmu ketinggalan di counter nih!"
"Astaga...! Aku sampai lupa dengan dompet sendiri.
Hi, hi, hi...!" Citra menyongsong Sarah dan menerima dompetnya. "Makasih ya,
Rah...!" "Lain kali kalau mau pulang periksa barang masing-masing...! Jangan sampai
barang kita tertinggal, ntar dicomot orang bisa bunting mendadak lho. Eh, aku
duluan ya, Tra...!"
"He-eh...!" mulut Citra segera terbengong setelah menjawab begitu. Matanya
terbelalak melihat Sarah
naik di boncengan Vespa, dan Nico pun segera
membawanya pergi, tanpa bilang ini-itu lagi kepada
Citra. Rupanya Nico sengaja menjemput Sarah, bukan
Citra. Hal Itu membuat Citra nyaris pingsan, antara
sedih, malu dan benci. Ia ingin menjerit. Ingin
menangis meraung-raung, tapi ia masih sadar akan
situasi ramai di sekelilingnya. Ia menahan tangis dan kemarahannya, sampai
akhirnya ia Jadi pusing. Pusing sekali. Pandangan matanya gelap dan ia
terhuyung-huyung.
"Citra...!" pekik Ranu dengan cemas. Ia berlari dan menangkap tubuh Citra yang
hampir Jatuh pingsan.
Segera diberhentikannya taksi dan Citra pun dibawa
pulang oleh Ranu memakai taksi tersebut.
Di rumah, Citra baru bisa menangis meratap-ratap.
Hatinya sakit sekali menghadapi kenyataan tadi. Ia
sama sekali tak menyangka, bahwa belakangan ini
ternyata cintanya telah diambil alih oleh Sarah. Nico dikuasai Sarah, sehingga
tadi siang Nico
menampakkan kesetiaannya kepada Sarah,
kekasihnya yang baru itu. Di depan mata Citra yang
masih mencintai Nico, pemuda itu tega memamerkan
kesetiaannya dengan menjemput Sarah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ranu sibuk membujuk Citra supaya berhenti
menangis. Tapi sakit hati Citra tak mampu membekap
mulut dan air matanya. Ranu tersendat haru pada saat Citra mengadukan sakit
hatinya sambil menangis
terisak-isak. Ia memeluk Ranu, seakan ingin
membenamkan dukanya ke dalam hati Ranu. Seakan
Citra ingin agar duka yang amat pedih itu ditanggung pula oleh Ranu.
"Aku nggak kuat, Ranu...! Aku nggak kuat
menanggung duka ini...."
"Citra...!" Ranu memeluknya erat, penuh kasih sayang seorang sahabat. Ia pun
berbisik kepada Citra,
"Biarkan aku menanggung dukamu, Citra. Biarkan
aku menghadapi Nico dan membuat satu perhitungan
sendiri...!"
"Jangan...!" Citra menggeleng-geleng dalam tangisnya. "Jangan kau apa-apakan
Nico. Semua ini memang salahku!"
"Bukan salahmu. Semua ini kepicikan Nico...!"
"Tidak! Nico tidak picik!" teriak Citra. "Dia sangat baik, Ranu...," seraya
Citra kembali memeluk Ranu, menghamburkan tangisnya di sana.
Sejak saat Itu, Citra menjadi lemah. Ia jatuh sakit
dan tak bisa masuk kerja selama dua hari Ranu selalu datang untuk menghibur
Citra. Kadang, sebelum
berangkat kerja ia menyempatkan diri singgah ke
rumah Citra. Kadang dia juga yang memasakkan air
untuk Citra nanti, atau memasakkan bubur sebagai
pengisi perut Citra. Andani dan Ninung juga
mengunjungi Gtra. Mereka berdua ikut terharu
mendengar cerita Ranu tentang Nico dan Sarah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bahkan, Ninung sempat berkata dalam geram di
depan Citra, "Sarah memang perlu diberi pelajaran. Kurasa
selama Nico jauh darimu, dia banyak memberi
hasutan dan ngomong yang nggak-nggak sama Nico.
Akhirnya Nico benci sama kamu, dan berbalik
mencintai Sarah Kurang ajar anak itu, memang."
"Kita kerjain aja besok, yuk...," ajak Andani. Tetapi, Citra segera mencegah
niat mereka. "Jangan. Biarkan mereka bahagia dengan caranya
sendiri." Andani dan Ninung tidak bisa bilang apa-apa kecuali
menghela napas panjang-panjang. Ranu membuatkan
kopi susu hangat buat Citra. Ia menjadi mirip sorang pelayan di rumah itu.
Malahan ia juga membuatkan
minuman buat Andani dan Ninung.
"Nanti malam aku tidur di sini deh. Buat nemenin kamu," kata Andani kepada
Citra. "Boleh aja. Tapi, apakah papa dan mama-mu
mengizinkan kamu tidur di sini?"
"Ah, itu soal gampang."
Malam ini, Andani tidur di rumah Citra. Sebelum
Ranu pulang, Andani sempat berbisik kepada Ranu,
"Kayaknya dia agak parah, Ran. Badannya panas
sekali. Bagaimana kalau kau panggil dokter?"
Ranu mengangguk. Dan, ia pun pergi memanggil
dokter tanpa setahu Citra. Panas badan Citra memang
cukup tinggi. Citra sendiri sempat terharu ketika
seorang dokter datang dan memeriksanya. Tak
disangka perhatian Ranu dan Andani cukup besar,
sampai-sampai Citra sendiri tidak mengetahui ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anak manusia yang masih mau memperhatikan dirinya
yang telah kotor dan hina itu.
"Bagaimana, Dokter?" tanya Ranu dengan cemas.
"Hem... apakah... apakah dia sudah bersuami?"
"Belum! Kenapa, Dok?" desak Andani.
"Tidak. Tidak apa-apa. Cuma, kasihan saja
keadaannya. Hm... o, ya... besok pagi saya akan
melakukan pemeriksaan lebih intensif lagi. Kira-kira pukul 7 pagi saya akan
datang, sebelum saya
berangkat kerja."
"Kalau Itu hal yang terbaik bagi dokter, silakan saja."
Pagi-pagi sekali, pukul 6 kurang seperempat, Ranu
sudah datang ke rumah Citra. Semalam, Andani tidur
menemani Citra. Dan, ketika Ranu tiba siap dengan
pakaian kerja, karena ia masuk pagi, Andani pulang.
Ia juga butuh mempersiapkan diri untuk berangkat
kerja. Dokter Siswara datang pada saat Andani belum
kembali ke rumah Citra. Pemeriksaan dilakukan
beberapa saat dengan peralatan yang lebih lengkap
dari kemarin malam. Kemudian, di depan Citra, Dokter Siswara bertanya kepada
Ranu, "Anda kakak dari Nona Citra?"
"O, bukan. Saya... hm...."
"Pacarnya?" tebak Dokter Siswara. Ranu nyengir. Ia berkata,
"Baru calon. Calon pacar. Eh, calon suami, ehhh...!"
Dokter Siswara tertawa pendek, Citra tersenyum
kaku dan Ranu garuk-garuk kepala.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana hasil pemeriksaan Anda, Dok. Boleh
saya tahu?"
Dokter itu diam beberapa saat. Citra dan
Ranu memandangnya dengan heran. Kemudian,
Dokter Slswara pun berkata dengan pelan tapi jelas,
"Dia... hamil!"
"Hahhh..."!" Ranu mendelik bersamaan dengan Citra.
"Tidak...!" teriak Citra. Ranu jadi panik. "Aku tidak hamil! Tidak! Dokter
bohong! Bo-hooong...!"
-ooo0dw0ooo- Malam masih saja mengalunkan sepi yang makin
menikam hati. Ranu sengaja tidak pulang. Ia tahu
Citra dalam keadaan terguncang. Salah-salah, Citra
bisa ambil jalan sesat jika ditinggal sendirian di rumah itu. Biarlah kali ini
Ranu tidur di situ, terserah apa kata orang jika memang ada yang melihat dan mau
memberi komentar Ranu tidak peduli lagi.
"Sudah jam berapa, Ranu...?" tanya Citra dengan lemah. Matanya bengkak akibat
tangannya tadi berkepanjangan.
"Hampir pukul sepuluh. Kenapa?" Ranu melayani Citra dengan sabar.
Citra hanya mendesah. Memalingkan wajah ke arah
lain. Ranu duduk di kursi dekat ranjang. Ia
menempelkan tangannya di kening Citra. Oh, panas
badannya sudah menurun. Tapi, Citra masih kelihatan
pucat. "Mau telur setengah matang, Tra" Kubi-kinkan, ya?"
Citra menggeleng. Kemudian, suaranya yang parau
terdengar, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Besok, tolong carikan dukun pijat."
"Untuk apa" Maksudku, kalau kau merasa capek,
pegal, biar kupijat saja."
Lama sekali tidak menjawab. Setelah beberapa saat
baru Citra berkata,
"Aku ingin menggugurkan bayi dalam
kandunganku."
Ranu mengeluh. "Apakah itu jalan yang terbaik" Apakah tak ada
yang lebih baik lagj dari abortus?"
Kepala Citra menggeleng. Tapi, ia segera berpaling
pelan memandang Ranu. Cukup mengharukan
kesetiaan Ranu dalam menemani dan melayani Citra.
Hati Citra sendiri sempat trenyuh melihat wajah Ranu mulai kuyu. Agaknya la
dilanda kecapekan juga, hanya saja tak dirasa.
"Bayi itu harus digugurkan! Bayi ini bayi haram.
Bayi setan!"
"Hush! Nggak baik ngomong gjtu, Tra."
"Memang benar kok! Bayi ini pasti akibat
pemerkosaan mereka. Entah, benih siapa yang Jadi.
Lelaki mana yang berhak menjadi ayah bayi ini.
Mungkin Juga yang mati digencet mobil, mungkin Juga
yang mati jatuh dari lantai lima, mungkin... yang mati dihancurkan kepalanya
dengan rantai. Ah, aku sendiri tak tahu yang mana ayah dari bayi yang
kukandung."
"Untuk sementara, Jangan berpikir begitu sebelum kau bisa mengendalikan emosimu,
Citra." "Aku tak bisa tenang lagi. Aku benci pada mereka, bahkan pada oomku sendiri...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hahhh..."! Jadi, Oom Piet itu juga... juga...."
Ranu tak tega melanjutkannya.
"Aku juga benci kepada Alex, yang pernah ketemu kita di halte bis itu. Aku benci
pada Yammar, Oom
Harllan, ohhh... semuanya kubenci. Bahkan aku benci
pada diriku sendiri, Ranu!"
Napas Ranu terasa berat dihela, namun ia tetap
menjadi kestabilan Jiwa. Beberapa kali la menghela
napas dan menampakkan ketenangannya, supaya
Citra terpengaruh dan menjadi teriang Juga.
'Tra... boleh aku tahu, siapa itu Yammar" Atau...
siapa itu Oom Harllan?"
Setelah merenung sejenak, Citra menjawab,
"Mereka adalah hadiah...! Hadiah yang kuberikan kepada Dewi Pembalasan."
"Maksudmu... maksudmu, Gizma"!"
Citra mengangguk. "Dia bukan manusia."
"Hahhh..."!" Ranu melebarkan mata.
"Kau tak mungkin bisa mencintainya, Ranu. Dia tak bisa menikmati pelukanmu, juga
tak akan mampu menikmati ciuman hangatmu. Karena setiap lelaki
yang menyentuhnya akan terbakar, seperti saat kita di Pujasera itu. Ingat kau
tentang pemabuk yang
menyentuh dagu Gizma?"
Ranu termenung beberapa saat lamanya.
Kekecewaan dan penyesalan sepertinya begitu
melekat di permukaan wajahnya. Ranu sama sekali
tak membayangkan keadaan Gizma seperti itu. Kali ini ia hanya bisa terperangah,
sambil sesekali mengusap
tengkuk kepalanya yang merinding.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu, untuk apa kau memberi hadiah beberapa
lelaki kepadanya" Bukankah dia tidak bisa bercinta
dengan lelaki manapun?"
"Memang. Tapi, dia menggunakan ragaku. Dia
masuk dalam ragaku dan menguasai segala emosi dan
naluriku. Dengan cara begitu, dia bisa menikmati
manisnya cinta dan hangatnya kemesraan. Itulah
sebabnya... mengapa aku mau bercumbu dengan
Yammar dan yang lainnya. Bukan semata-mata
karena aku perempuan Jalang yang brutal, tetapi
karena di dalam diriku terdapat emosi lain yang tak
bisa kuken-dalikan. Itu sudah merupakan perjanjianku dengan Gizma yang
membantuku membunuh Sam
dan kawan-kawannya. Tapi aku tidak mengerti kalau
cara memberikan hadlah kepadanya seperti yang
kualami ini...!"


Dewi Ular Misteri Dewi Pembalasan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemudian, Citra menceritakan semuanya tentang
Gizma dan lelaki-lelaki yang menjadi persembahan
baginya. Ranu bergidik beberapa kali ketika Citra
menceritakan patung-patung batu yang entah ke
mana berada pada saat ini.
"Terlalu fantastis," gumam Ranu dalam hati.
Ia menjadi sangsi terhadap cerita yang dituturkan
Citra. Ada dugaan, jangan-jangan Citra hanya
mengarang serangkaian kisah fiktif untuk menutupi
kelemahannya dalam bercinta.
Ah, sungguh meresahkan semua itu. Ranu jadi tak
bisa tidur sejak mendengar serangkaian kisah tentang Gizma. Di sofa depan, Ranu
mendesah beberapa kali.
Sebentar-sebentar ia membuka pintu kamar Citra,
sekadar melakukan pengawasan ringan saja.
Di sofa depan itu, Ranu sering dibuat merinding.
Hawa dingin sesekali masuk lewat sela-sela jendela
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau pintu. Seharusnya ia tidur di dalam kamar yang
satunya lagi, sebab rumah itu mempunyai tiga kamar
tidur. Tetapi, ia memilih tidur di sofa, dekat dengan pintu kamar Citra. Ia bisa
mengontrol suara yang ada di dalam kamar Citra, karena pintu kamar itu tidak
ditutup dengan rapat Sewaktu-waktu Citra
memanggilnya, ia dapat mendengar dan segera
datang. Tetapi, tidur di sofa cukup menjengkelkan juga
bagai Ranu. Karena beberapa kali la merasa tubuhnya
merinding. Ada rasa takut yang mencekam jiwanya,
karena ia memang penakut. Dan justru rasa takut
ituiah yang membuat Ranu semakin sudah tidur.
Lampu ruangan itu dimatikan. Suasananya geiap.
Hanya mendapat biasan dari lampu teras. Itu pun
terhalang gorden dan jendela kaca. Karena beberapa
kali ia bergidik merinding, maka lampu pun
dinyalakan. Barangkali dalam keadaan lampu terang,
segala rasa takutnya bisa hilang. Klikkk...!
Ruangan menjadi terang, dan Ranu terhenyak
kaget. Di kursi depan sofa tempatnya berbaring tadi, ternyata terdapat sesosok
tubuh yang duduk dengan
santai. Hampir saja Ranu memekik kaget. Jantungnya
nyaris copot. Untung ia segera mengenali wajah orang yang duduk di situ dengan
tenang. "Gizma...!"
Ranu menyebut nama itu dengan nada mendesah
tegang. Perempuan cantik yang kali ini hadir dengan
mengenakan gaun tipis warna merah pink Itu
tersenyum manis kepada Ranu. Senyuman Itu
membuat jantung Ranu yang berdetak-detak menjadi
gemetar. Berdesir hatinya, bukan lantaran takut,
melainkan karena merasa girang. Indah sekali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
senyuman itu. Serasi betul dengan kecantikan yang
ada pada Gizma, sehingga Ranu pun berani mendekat
dengan hati-hati. Ia duduk di sofa semula sambil
matanya tak berkedip memandangi Gizma.
"Kau sukar tidur kelihatannya, Ranu," ucap Gizma pelan. Lembut sekali.
Ranu nyengir. Salah tingkah sejenak. "Ya... hm...
memang susah tidur...!"
"Kenapa" Kau punya masalah?"
"Bet... bet... bet...."
"Betot...?"
"Anu, betul! Aku punya masalah," katanya dengan gagap.
"Aku mau membantumu jika kau tidak
berkeberatan. Apa masalahmu?"
"Hm... banyak. Satu di antaranya... pikiranku tidak bisa tenang."
"Apa yang kau pikirkan?" desah Gizma.
"Hm. Ya, aku memikirkan... memikirkanmu."
"Aku..." Ohhh...!" Gizma tertawa pelan tapi enak didengarnya. Sepertinya membuat
hati Ranu menjadi
tenteram. "Kenapa kau memikirkan aku" Apakah tak ada gadis lain yang patut kau
pikirkan?"
"Hm... yah, anu... soalnya...!" Ranu clingak-clinguk.
Bingung sendiri. "Soalnya... aku... aku suka sama kamu, Giz! Suka sekali!
Sumpah!" Senyum Gizma makin mekar. Menyejukkan hati
yang cemas. Ranu memberanikan diri berkata lagi,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku... aku nggak tahu, kenapa aku jatuh cinta
sama kamu. Tapi, aku... aku...."
"Sudahlah. Lupakan soal cintamu yang jatuh itu,"
sahut Gizma. "Kita tidak bisa saling jatuh cinta secara nyata, Ranu. Kita
berbeda jasad."
Ranu merinding lagi. Kali ini malah merasa tidak
bisa bernapas. Tapi, ia berusaha mengendalikan
emosinya. Berusaha menelan ludahnya beberapa kali,
dan berhasil. "Apakah Citra belum menceritakannya kepadamu
tentang aku"!"
"Sud... sudah. Tapi... tapi aku nggak percaya, Giz.
Aku tetap menaruh hati padamu."
"Taruhlah yang benar," tukas Gizma. "Bukan padaku kau harus menaruh hati, tapi
pada gadis lain
yang saat ini sedang membutuhkan hatimu
seutuhnya, Ranu."
"Nggak. Aku nggak mau! Aku ingin mencintaimu,
Giz. Aku nggak mau mencintai siapa-siapa selain
kamu." Tiba-tiba terdengar suara Citra dari dalam kamar.
"Ran...! Ranuuu...!"
"Oh, itu suara Citra. Mungkin dia mengigau.
Sebentar, Giz...! Jangan pergi, ya! Sebentar!"
Ranu menampakkan kekhawatirannya. Ia segera
membuka pintu kamar Citra. Saat itu Citra terjaga dari tidurnya. Dengan mata me-
ngerjap-ngerjap ia
bertanya, "Kau bicara pada siapa sih" Kok serius amat?"
"Gizma! Dia datang kemari, Tra."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gizma"!" desah Citra. Kemudian, Citra berseru,
"Giiizzz...! Gizma...!"
Perempuan cantik yang punya bibir mungil, seperti
kuncup mawar yang segar itu, berjalan biasa
mendekati Citra. Senyumannya mekar dengan manis
seperti biasanya.
"Kenapa kau, Sayang...?" tanyanya sambil
mengusap rambut di kening Citra. Kedua mata Citra
mulai berkaca-kaca. Ia mengadukan dukanya pada
Gizma. "Aku sakit...! Aku... oh, aku ditinggal Nico. Dia pergi sama Sarah, dan... oh,
Giz...!" Citra memeluk tangan Gizma, ditempelkan pada pipinya. "Aku kehilangan
Nico, Giz. Dia ambil Sarah...!"
"Tenanglah harimu, Citra. Jangan pikirkan Nico dan Sarah. Kapan kau ingin
membalas sakit harimu
kepada mereka" Aku siap membantumu."
"Oh, tidak! Aku tidak ingin mencelakakan Nico!
Jangan! Jangan ganggu dia dengan cara apa pun,
Gizma." "Mungkin kau perlu melampiaskan sakit hatimu
pada Sarah" Itu bisa kuatur, Citra."
"Tidak. Aku tidak ingin mencelakakan Sarah. Biarlah dia menikmati kasihku yang
kutitipkan pada Nico Dia
tidak tahu, bahwa dia akan mencumbu kasihku jika ia
berpelukan dengan Nico. Tapi, Giz... aku... aku hamil!"
Gizma menghela napas. Citra makin mengisak. "Aku nggak mau, Giz! Aku nggak mau
punya bayi haram
akibat perbuatan mereka!"
"Giz, tolonglah dia...," kata Ranu di sisi lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gizma diam saja Wajahnya kelihatan lebih wibawa
dan lebih anggun lagi. Ia duduk di tepi ranjang dan
mengusap-usap perut Citra. Ia berbicara bagai
berbisik, "Jangan cemas, Citra. Kau sahabatku. Aku tak ingin menambah beban
penderitaanmu...!"
"Tapi nyatanya aku hamil menurut keterangan
dokter!" "Tidak. Kau tidak hamil."
"Dokter telah memeriksanya, Giz."
"Ya, dokter telah memeriksanya," tambah Ranu.
"Biarkan dia memeriksa kandunganmu sekali lagi.
Maka ia akan tercengang, bahwa kamu tidak
mengandung janin seperti perkiraannya semula."
Citra memandang Gizma dengan dahi berkerut.
Sebelum Citra mengucapkan sepatah kata, Gizma
sudah lebih dulu Mang,
"Percayalah! Kandunganmu telah kuambil saat ini juga...! Tak ada bayi dalam
rahimmu, Citra!"
Ajaib sekali. Ucapan itu menjadi kenyataan. Ranu
yang penasaran, kembali memanggil dokter yang
tempo hari memeriksa Citra. Dan, dokter tersebut
menjadi terbengong.
"Apakah Anda mengalami keguguran, Nona?"
'Tidak," jawab Citra. "Ajaib sekali. Kandungan bayi Nona hilang. Tak ada
bekasnya sama sekali."
-ooo0dw0ooo- Dua hari sejak Citra dinyatakan tidak hamil lagi, ia menjadi sehat. Kondisi
badannya mulai pulih. Memang
masih memerlukan baju hangat jika pergi ke tempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerja, tapi ia sudah kelihatan cerah ceria. Ranu
merasa lega. Gembira sekali melihat keadaan Citra
pulih seperti semula. Ranu menyarankan agar Citra
tidak memikirkan masa lalunya supaya kondisi jiwanya tidak terguncang lagi.
Memang, tujuan Citra mau begitu. Tetapi ketika ia
melihat Yon turun dari lantai enam plaza itu, dadanya kembali bergemuruh. Ia
masih benci melihat tampang
Yon yang berkulit hitam dan bermata belok itu. Citra buru-buru melangkah
meninggalkan counter-nya.
"Mau ke mana, Tra"!" panggil Andani, tapi Citra tidak menyahut.
Tubuh Citra mulai dingin. Ia bahkan sempat
menggigil sejenak. Ia tahu bahwa saat itu pasti roh
Dewi Pembalasan telah merasuk dalam dirinya.
Kebencian Citra pun jadi berkobar melihat Yon
menuruni tangga eskalator dengan santai. Ia bersama
dua orang temannya yang berjalan di belakangnya.
Agak jauh. Citra makin menggeram benci melihat dua
teman Yon itu. Citra ingat, pemuda berambut panjang
yang di belakang Yon itu adalah Tom, orang yang
pertama kali merobek kesuciannya.
Citra berhenti di pagar pengaman lantai tiga.
Matanya tajam memandang Tom dan Yon. Pada waktu
itu, Yon tiba-tiba menangkap pandangan mata Citra.
Spontan ia berseru kepada Tom sambil menuding
Citra. "Tom...! Itu dia cewek setan!"
"Cepat kita samperin dia!" teriak Tom sambil berlari menuruni tangga yang sedang
jalan. Yon juga berlari
untuk segera mencapai lantai tiga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Citra diam saja. Bahkan ketika Ranu melihatnya,
Ranu memanggil Citra sambil berlari.
"Citra! Cepat lari...! Hindari mereka!"
Citra tidak peduli seruan apa pun. Mulutnya
bungkam, wajahnya dingin. Matanya memandang
tajam. Ketika Yon dan Tom menuruni tangan lantai empat,
Citra segera memandang ke atas, pada langit-langit
gedung yang terbuat dari lempengan kaca. Dan, tiba-
tiba, salah satu lempengan kaca itu terlepas dari
tempatnya. Melayang-layang turun ke bawah, tepat di
atas kepala Tom dan Yon. Beberapa orang di lantai
atas menjerit. Tom segera mendongak dan berhenti
melangkah. Ia terkejut melihat lempengan kaca itu
melayang ke arah kepala Yon.
"Awas kaca, Yooon...!" teriak Tom sambil mundur.
Ia jatuh. Sepatunya lepas. Lalu secara refleks
sepatu itu diambil dan dilemparkan pada lempengan
kaca yang beberapa senti lagi menjatuhi kepala Yon.
Prangngng...! Kaca itu pecah terhantam hak sepatu Tom. Tetapi,
Yon sendiri menjadi panik. Ia terjatuh. Pecahan kaca menjatuhi dirinya.
Jrubbb...! Jrubbb...!
Dua pecahan kaca sebesar papan nama sebuah
jalan membentuk ujung yang runcing. Ujung pecahan
kaca itu menancap di ulu hati Yon. Yang satu
menancap di leher Yon dengan mantap.
Orang-orang berteriak panik dan ngeri. Tom sendiri
segera terguling karena ada pecahan kaca yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memercik ke arahnya. Tapi hanya menggores pipinya
hingga terluka.
Yon tak bisa berteriak lagu Matanya mendelik
darahnya mengucur dari kedua luka yang ditembus
kaca runcing itu. Lantai pun jadi bersimbah darah.
Tom sendiri memekik keras-keras ketika Yon
berkelojotan beberapa kali, kemudian
menghembuskan napas yang terakhir.
Citra tersenyum lega. Ranu segera membawanya ke
dalam counter. "Kenapa kau lakukan itu, Citra?" bisiknya.
Citra tertegun sejenak, lalu berkata pelan sekali,
"Aku tak tahu. Aku tak mengharapkan hal Itu
terjadi lagi. Tapi... dendamku membakar darah dan
tak bisa dikendalikan lagi. Aku harus membalas
perlakuan mereka. Tak bisa dihindari lagi, Ran!
Ohhh...! Ini pertanda aku harus memberi hadiah lagi
kepada Gizma! Pasti dia yang telah bekerja di dalam
diriku dan memberi kekuatan untuk membalas
dendamku...! Oh, celaka ini! Aku harus mencari lelaki dan... dan pasti birahiku
akan mengamuk, tak bisa


Dewi Ular Misteri Dewi Pembalasan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dihindari lagi, Ran!"
"Ranu sendiri menjadi sangat cemas. Ia belum
menemukan akal untuk mengendalikan kekuatan yang
akan masuk ke dalam diri Citra. Salah satu ide yang
ada hanyalah menghubungi seorang dukun.
Rencana itu harus segera dilaksanakan. Ranu tak
ingin segalanya jadi terlambat. Maka, ketika pulang
dari kerja, Ranu langsung pergi ke tempat seorang
dukun yang pernah dibicarakan para tetangganya itu.
Citra sendiri langsung pulang ke rumah dengan
keadaan masih Bermangu-mangu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
-ooo0dw0oo- Sore masih terang. Citra terperanjat ketika bel
tamunya berbunyi, dan ternyata Nico yang muncul di
depannya. Wajah Citra menjadi pukat, gemetar
tubuhnya, berdebar hatinya. Ia lak bisa bicara untuk beberapa saat. Badannya
Jadi dingin menghadapi Nico
yang berdiri di pepan pintu dengan senyum yang
mengagumkan. "Boleh aku masuk?"
Suara Nico makin membuat air mata Citra mulai
tersumbul dari balik kelopak mata. Citra mundur
beberapa langkah, Nico pun masuk dengan tenang.
Pintu tertutup kembali dan Citra masih terpaku di
depan pintu, sukar bicara.
"Rumah ini, seperti yang pemah kucita-citakan
dulu. Ternyata kau sudah menempatinya lebih dulu,
Citra. "Kauuu... kau tidak salah datang kemari?"
"Apakah aku tak boleh menengok masa laluku?"
"Oh, Nicooo...!"
Citra menghamburkan tangis dalam pelukan Nico.
Tangan Nico pun memeluknya erat-erat. Dalam isak
tangisnya, Citra menjadi semakin menggigil diguncang keharuan dan cinta yang
tempo hari gersang. Kini
cinta itu menjadi basah, segar dan menggairahkan.
Citra menciumi Nico bertubi-tubi. Membelai dan
memeluknya erat-erat, seakan tak ingin kehilangan
Nico lagi. Sedangkan saat itu, Nico menjadi terharu.
Bukan sekadar terharu karena rindu, tapi kecupan-
kecupan rindu Citra memberikan sentuhan lembut
yang menggetarkan kejantanannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nico...! Oh, jangan pergi lagi, Sayang. Pekiklah aku...! Peluklah...!"
Nico memeluk Citra, dan sempat berbisik,
"Kenapa kau tak lebih hangat dari Sarah!
Hangatkanlah aku seperti waktu Sarah
menghangatkan asmaraku, Citra...!"
"Oh, tentu! Tentu, Nico...! Mari...!"
Citra menarik tangan Nico untuk masuk ke kamar.
"Nico... aku rindu padamu...! Ohhh...!"
Emosi bercintanya membuat Citra lupa pada kondisi
dirinya sebenarnya. Ia begitu berapi-api mendayung
bahtera cintanya yang berlayar dengan indah.
Beberapa saat kemudian Citra berteriak histeris,
baru ia sadari bahwa yang membakar gejolaknya tadi
adalah hawa dingin dari roh Dewi Pembalasan. Karena
pada saat itu. Nico telah berubah menjadi patung
batu, sama seperti korban-korban yang lainnya.
Jeritan itu tiba-tiba menghilang, karena Gizma muncul di senja yang kelabu.
Sepatah kata-katanya menjadi
kenyataan. "Diam. Jangan menangis lagi."
Benar. Citra tidak menangis lagi. Citra terbungkam
sekalipun hatinya meratap karena melihat Nico telah
menjadi patung batu. Kalau saja la tadi sadar, bahwa ia habis membunuh Yon
dengan kaca di plaza,
tentunya ia akan menghindari amukan birahinya
kepada Nico. Ia tak mau memberikan kemesraan yang
seperti itu. Tapi karena semua pikirannya dikuasai
oleh rindunya kepada Nico. Maka, Citra pun tak sadar bahwa saat itu adalah saat
terakhir ia memberikan
kemesraan kepada Nico.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan sedih hatimu, Citra. Lelaki ini datang bukan untuk kembali kepadamu.
Hatinya punya rencana
busuk. Ia hanya ingin menikmati tubuhmu sepuas-
puasnya, sebelum ia menikah dengan Sarah, bulan
depan." Citra tertegun memandang Gizma. Perempuan
cantik itu berkata lagi,
"Nico tak rela melepaskan kau dalam pelukan lelaki lain tanpa syarat. Maka ia
harus menikmati
kehangatanmu sampai la merasa kenyang, baru ia
akan rela melepaskan kau jatuh ke tangan lelaki lain, dan Ia sendiri akan
memperoleh sesuatu yang baru
dari Sarah. Itulah jiwa licik dari pemuda yang
kaucintai."
"Ohhh... begitu kejamnya dia sebenarnya, Gizma."
"Benar. Lebih kejam lagi Sarah. Saat ini ia sedang menghubungi Tom dan
memberikan alamat rumah
ini." "Tom..."! Dia kenal dengan Tom?" Citra terkejut bukan main.
"Tom adalah saudara Sarah, lain ibu. Sejak dulu Sarah mengincar Nico dan ingin
menyingkirkan kau
dari hati Nico. Maka, ia meminta bantuan Tom. Lalu,
terjadilah kekejian Tom dan kawan-kawannya itu.
Rusaklah hubunganmu dengan Nico. Kau
menghadapinya sendiri, bukan" Itulah jiwa kerdil
temanmu Sarah."
Hampir-hampir Citra tidak mempercayai ta-kata
Gizma. Sarah sama sekali tidak etlhatan bersikap
bermusuhan dengannya. Selama ini Citra hanya
menganggap hubungan Sarah dan Nico hanya satu hal
yang kebetulan. Bukan perencanaan yang matang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Citra menganggap kepergian Nico kepada Sarah hanya
Satu kompensasi. Pelarian dari cinta yang
dikecewakan oleh Citra, karena Citra tidak berani
berterus terang kepada Nico. Ternyata semua
anggapannya itu tidak benar.
"Citra, pejamkan matamu...! Lawanlah Tom, dan
untuk kali ini aku tidak akan mengambil hadiahku.
Kuberikan hadiahku nanti untukmu selamanya,
Citra...! Nah, pejamkan mata, Sayang...!"
Citra memejamkan mata. Ketika ia mejn-buka
matanya lagi. Gizma sudah tak ada bersama patung
Nico. Citra menghela napas, membuang dukanya. Ia
pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Ketika la selesai mandi, hanya mengenakan daster
bercorak bunga-bunga biru, ia melihat sebuah mobil
berhenti di depan rumah. Mobil Jeep dengan kap
terbuka, berhenti tepat di depan pintu pagar. Tom
turun dari mobil itu, sedangkan Sarah mengenakan
kacamata hitam dan topi bundar, masih duduk di jok
samping tempat sopir.
Gemetar tubuh Citra melihat kenyataan itu. Kata-
kata Gizma terbukti. Sarah berdiri di balik semua
peristiwa yang menimpa hidup Citra. Gigi Citra
menggemeletuk, menahan kemarahannya kepada
Sarah. Tetapi, kali ini yang utama adalah Tom. Orang yang pertama kali merobek
selaput darahnya dan
hidup Citra menjadi berantakan.
Brakkk...! Pintu pagar ditendang oleh Tom. Sebuah parang
tajam tergenggam di tangan kanan Tom. Rambut Tom
yang panjang diikat ke belakang, hingga ia tampak
sadis dan mengerikan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Citra jadi tegang dan merasa takut melihat parang
panjang digenggam Tom. la menutup pintu ruang
tamu. Mengancingnya dengan gugup. Tetapi,
Prangngng...! Tom memecahkan kaca jendela dengan parangnya,
la masuk melalui jendela itu dengan wajah sangar dan bengis. Citra gemetar. Ia
tak bisa lari karena Tom
sudah sangat dekat dengannya.
"Gizmaaa...! Tolooong...!" teriak Citra.
Teriakan itu membuat Tom berhenti. Seperti
terkesima sejenak. Citra punya waktu untuk melarikan diri lewat pintu samping.
Tapi, Tom segera sadar, dan mengejarnya lewat pintu samping juga.
"Gizmaaa...!"
Citra berlarian ketakutan, dan akhirnya jatuh
tersunggkur. Pada waktu ia jatuh, badannya merasa dingin
sekali. Ia tahu, Gizma telah masuk dalam raganya.
Kemudian, keberaniannya pun tumbuh. Bahkan ia
berdiri dengan sikap menunggu kedatangan Tom.
Langkah Tom berhenti. Mata Citra memandang
tajam tak berkedip. Suara Sarah terdengar,
"Habisi dia, Tom!"
Tetapi, parang yang telah diangkat oleh Tom Itu
segera berkelebat menghantam tangan kirinya sendiri.
Prasss...! Lengan Tom putus seketika. Tom bagai robot
bernyawa. Ia dipandang terus oleh Citra. Perlahan-
lahan, Tom melangkah menuju ke mobilnya.
"Tom...! Sadar, Tom...!" teriak Sarah ketakutan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Parang itu dikibaskan ke mukanya sendiri.
Crokkk...! Wajah Tom jadi berdarah. Retak. Tom tidak
menjerit. Kemudian, ia naik ke mobil, dan dengan
cepat menebaskan parang tajamnya ke punggung
Sarah yang hendak turun dari mobil.
"Aaahhh...! Tooom... kau melukaiku...!"
Citra masih memandang tak berkedip. Tom
menghantamkan parangnya ke pundak kiri, lalu
dengan cepat ia justru merajang wajahnya sendiri
dengan parang itu, sampai akhirnya ia jatuh terkulai bermandi darah dengan luka
amat parah. "Tooom...! Ohhh, Tooommm...!" teriak Sarah, tegang.
Sarah menangis menjerit-jerit Beberapa tetangga
yang tadi menyaksikan secara sembunyi-sembunyi,
kini berlarian mengerumuni mobil Jeep itu. Tom
terkulai di jok sopir, dan dia situlah ia
menghembuskan napas yang terakhir.
"Citra...! Citra, apa yang terjadi..."!" Ranu Wrlari-lari dengan tegang dan
cemas. Citra segera memeluk Ranu dan menangis "rlsak-
isak. "Dia hampir membunuhku Ranu...! Ohhh,
mengerikan sekali...!" lirih Citra, nneri.
'Tenang, Citra...! Tenang. Semuanya telah herakhir.
Sayang...!"
Semua orang tahu, Tom melukai dirinya sendiri
hingga ia mati. Tapi tak ada yang tahu, bahwa
perbuatan Tom itu karena pengaruh kekuatan yang
ada pada Citra. Kekuatan itu adalah milik Gizma, Dewi Pembalasan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini, dendam itu pun tuntas. Padam. Citra tak mau
lagi menaruh dendam kepada siapa pun, karena hanya
akan menghadirkan maut bagi dirinya. Ranu sendiri
setuju dengan pendapat Citra. Ia bahkan berkata
pelan, "Jangan ada dendam lagi, Citra. Lebih baik sebutir kasih dengan cinta, daripada
segunung dendam
dengan maut."
"Aku telah kehilangan kesucianku, Ranu. Cintaku, Nico-ku, hilang juga...!"
"Tapi aku belum hilang dari hatimu, bukan"!"
"Ranu..."!" desah Citra. Matanya menatap sayu.
Lalu airmata pun menitik ketika Ranu mencium
pipinya dengan mesra.
"Citra, itu hadiah untukku atas kematian Tom. Tapi ambillah...! Amblliah Ranu,
karena dia tulus
mencintaiku...!"
"Gizma...! Gizma di mana kamu"!" Citra mencari suara Gizma.
"Aku ada di dalam dirimu, Citra. Peluklah dia.
Bahagialah sepanjang masa...!" suara Itu terdengar Jelas sekali, dan Citra pun
segera memeluk Ranu
dalam buaian kasih seputih sutra.
SELESAI Pendekar Gila 5 Rajawali Lembah Huai Karya Kho Ping Hoo Anak Pendekar 26
^