Pencarian

Sunyaruri 3

Sunyaruri Karya Risa Saraswati Bagian 3


Aku : (Mataku terbelalak.) "Jangan sampai itu terjadi,
Hendrick! Oke, oke, memangnya ini begitu penting ya"
Sebenarnya ada acara apa, sih" Kok kau sampai harus repot
menyusulku kemari?" (Tak sengaja aku menoleh padamu, dan
aku mulai lupa bahwa aku sedang berada di sekolah.)
Kau : "Ah, aku lupa menyampaikannya sejak tadi, hihihi
Hari ini Hans ulang tahun! Dia ingin kita semua berkumpul di
loteng. Dan tentu saja, Peter sangat mendukung idenya! Ayo,
Risa! Kau mau kan, pulang ke rumah demi Hans?" (Wajahmu
mulai memperlihatkan ekspresi memohon kepadaku.)
239 RISA SARASWATI Aku : "Apa"! Hans ulang tahunnn"!" (Tanpa sengaja aku
berteriak.) Kali ini, bukan hanya teman-teman sekelasku yang menoleh ke
arahku, guru olahraga yang sedang menilai siswa peserta tes
hari ini pun ikut berpaling. Mereka semua menatapku aneh,
seolah bertanya, "Apa yang sedang kaulakukan, Sinting?"
Dan aku segera menjawab rasa penasaran mereka tanpa harus
ditanya terlebih dahulu. Aku : "Aaa maafkan saya, Pak, nggak sengaja tadi
menginj ak kecoak hehehe maaf,maaf (Kusunggingkan
senyum termanisku sambil berteriak"teriak agarguru olahragaku
bisa mendengarnya.) Pak Guru mengerenyitkan dahi, lalu kembali melanjutkan
aktivitasnya, sementara teman-temanku yang lain masih saja
menyipitkan mata ke arahku dengan sebal. Tak lama setelah itu,
tiba"tiba Pak Guru memanggilku, tiba giliranku untuk memukul
bola kasti. Dia berteriak memanggilku, tapi telingaku tak bisa
mendengar suaranya. Aku masih terdiam di tempat yang sama,
sambil tanpa henti berbicara denganmu. Kau benar aku
memangpayahjika harus melakukan dua hal secara bersamaan,
meskipun itu hanya "mendengar saat sedang berbicara
240 SUNYARURI | PEMBAWA PESAN
Aku : "Tuh kan, ini semua gara-gara kamu, Hendrick! Semua
temanku mulai yakin bahwa aku ini punya kelainan. Huhuhu
ya sudahlah, aku sudah telanjur dianggap aneh. Jadi, Hendrick,
menurutmu apa yang harus kulakukan agar bisa kabur dari sini?"
(Suaraku kembali berbisik.)
Kau : "Kau kan bisa pura-pura sakit?"
Aku : "Ah, itu sudah terlalu sering kulakukan, mereka semua
tak akan memercayaiku lagi. Aku terlalu sering izin pulang
karena sakit ." Kau : "Umm apa ya" Bilang saja ada saudaramu yang
mati?" Dari ujung sana, guru olahragaku mulai kesal dan berteriak-
teriak memanggil namaku. Semakin lama, nada suaranya
semakin marah. Aku : "Dasar gila, tidak mungkin aku berkata seperti itu aku
tak mau kualat karena berbohong tentang kematian seseorang.
Kalau itu benar-benar terj adi, bagaimana?" (Aku mulai sewot.)
Kau : "Ah, kaupikirkan sendiri saja, Risa, aku pusing!"
(Bibirmu mulai menekuk ke bawah.)
241 RISA SARASWATI Guru : "RISAAAA! ! !" (Berteriak sangat keras.)
Teriakan Pak Guru berhasil memancing perhatianku. Aku baru
sadar bahwa saat ini aku sedang menghadapi tes olahraga.
Dan dengan cepat kuposisikan tubuhku untuk segera berlari
mendekati Pak Guru, juga teman-temanku yang lain.
Aku : "Tunggu sampai aku selesai tes, ya" Aku tak mau nilai
olahragaku berwarna merah di rapor. Sebentar lagi giliranku,
kautunggu saja dulu di sini. Tapi, kau juga harus memikirkan
bagaimana caraku agar bisa pulang secepatnya!" (Aku berpaling
ke belakang, ke arahmu.) Kau : "Astaga, itu akan memakan waktu lama, aku takut
dimarahi Peter! ?" ( Wajahmu terlihat resah.)
Aku : "Tenang saja, kalau dia marah padamu, maka aku
akan balas memarahinya! Aku akan membelamu!" (Kubalikkan
badanku sambil terus berjalan mundur.)
Kulangkahkan kakiku menuju kerumunan teman sekelasku
yang sedang mengantre giliran tes memukul bola. Wajah guru
olahragaku sudah terlihat merah padam saat menatapku yang
berjalan lambat dan pura"pura merasa tak bersalah. Berkali-
kali aku memohon maafpadanya, dan dia hanya tersenyum
242 SUNYARURI | PEMBAWA PESAN
ketus menanggapiku belum lagi teman-teman sekolahku
yang terus"menerus menatap sinis kepadaku. Untunglah aku
pemain kasti yang baik. Bola itu berhasil kupukul dengan telak
dan melambung jauh hingga lawanku tak dapat menangkap
bola yang terlontar Aku berlari mengelilingi lapangan tanpa
hambatan. Bisa kupastikanjika nilai tes olahragaku sempurna.
Kulangkahkan kakiku kembali ke dekatmu, kau masih saja
terlihat resah menungguku.
Aku : (Tertawa lebar.) "Sudah beres! Sekarang bagaimana"
Kau punya ide?" Kau : (Terlihat ragu.) "Entahlah ini akan berhasil atau tidak,
tapi berbaliklah, dan tunggu saja apa yang akan kulakukan
kepadamu.?". Aku : (Aku agak kebingungan mendengar maksudmu, tapi
kulakukanjuga perintahmu.) "Aku agak khawatir, Hend .?"
Aku belum sempatmenyelesaikan kalimatku, namun tiba"tibasaja
sebuah benturan keras mengenai punggungku, membuat tubuhku
lunglai saat itu juga hingga aku tak bisa menyeimbangkan
tubuhku. Aku terjatuh ke tanah dalam keadaan setengah tidak
sadarkan diri. Entah apa yang kaulakukan kepadaku saat itu.
243 RISA SARASWATI Namun, ambruknya tubuhku membuat semua orang yang ada di
lapangan itu datang menghampiriku, termasuk guru olahragaku,
yang sejak tadi sibuk menilai tes olahraga teman-temanku yang
lain. Dan caramu untuk membawaku pulang berhasil, Hendrick,
semua orang mengira diriku memang benar"benar sakit hingga
tak kuat lagi beraktivitas. Pak Guru menyuruhku pulang, bahkan
dia menawarkan diri untuk mengantar aku sampai ke rumah.
Namun, kutolak tawaran itu karena aku lebih memilih berjalan
kaki bersamamu, meski tubuhku begitu lemas karena ulahmu.
Kau : (Tertawa puas di sebelahku.) "Hahahahaha aku
hebat, bukan"! Hahahaha, aku memang anak yang sangat
cerdas ! ?" Aku : "Huuu kau membuat punggungku sakit, dan
sekarang sekujur badanku terasa lemas. Sebenarnya, apa sih
yang kaulakukan tadi?" (Aku berjalan pelan di belakangmu.)
Kau : "Aku hanya mencoba menerobos masuk ke dalam
tubuhmu, hihihi dan aku juga yang menggulingkan tubuhmu
ke atas tanah, hihihi Aku : "Huh! Pantas saja! Sekarang, bagaimana caranya
|:) memulihkan kondisi badanku" Menyebalkan
244 SUNYARURI | PEMBAWA PESAN
Kau : "Nah, untuk yang satu itu, aku pun tidak tahu, Risa!
Hihihi ....?" (Kau berjalan lincah di depanku sambil bersiul"siul
senan g. ) Aku : "Arrrgh! Jangan sekali-kali lagi kau lakukan hal ini
kepadaku, ya!" Kau : "Hihihi tergantung, lihat saja nanti!" (Tawamu
terdengar semakin lepas.)
Pagi itu, kau berhasil membawaku pulang, dan kekesalanku
kepadamu buyar setelah sesampainya kita di rumah. Kita
bersenang"senang hari itu hingga sore menjelang, kita tertawa
dan menari-nari ceria tanpa memikirkan siapapun yang mungkin
akan curiga melihat kelakuan anehku.
Hendrick, kau adalah sahabat yang baik bagi Hans. Aku tahu,
mungkin kau enggan menjemputku ke sekolah jika bukan demi
Hans. Mungkin kau memang takut pada Peter, tapi aku yakin
motivasimu membawaku pulang hari itu adalah karena Hans.
Dan kau tersenyum bahagia hari itu melihat tawa di wajah Hans
saat semuanya lengkap berkumpul di pestanya.
Tetaplah menjadi sahabat yang baik, Hendrick, untuk Hans
untukyang lainnya juga untukku
245 RISA SARASWATI 246 SUNYARURI 247 RISA SARASWATI 248 SUNYARURI | LARUNG HARA ku mulai berpikir tentang begitu banyak alasan kenapa
Akalian tak lagi begitu peduli terhadapku. Namun,
belakangan ini, tiba-tiba saja aku tak lagi membebankan
semua kesalahan kepada kalian. Aku punya banyak kegiatan
akhir-akhir ini, termasuk mencari hantu dan menelusuri masa
lalu mereka untuk sebuah program acara televisi. Aku sedang
mengingat"ingat lagi bagaimana reaksi kalian saat pertama kali
kuceritakan kegiatan baruku ini.
Janshen, apakah kauingat saat itu" Kau tampak bersemangat
mendengar ceritaku, dan kau berkata kepadaku, "Risa!
Sepertinya pekerjaanmu kali ini menyenangkan.! Kapan-kapan,
kami semua ikut denganmu, ya"Aku akan membujukNorah agar
mengizinkan kami semua ikut denganmu.! " Lalu, kau, Hendrick,
yang begitu antusias menanggapi kata"kata Janshen, "Ya! Kali
ini aku setuju denganmu, Janshen! Pasti akan menyenangkan
bila berkeliling mencari teman baru di tempat"tempat yang
belum pernah kita datangi! " Saat itu, aku menyambut keinginan
kalian dengan sangat senang. Kupikir hal ini akan membuat
persahabatan kita akan menjadi lebih erat.
Namun, kenyataan berkata lain. Aku tak tahu, ternyata banyak
sosok penghuni tempat-tempat yang kukunjungi terlalu sensitif
dan apatis menghadapi bangsa kalian, bangsa Netherland.
Aku lupa bahwa bangsa kalian telah menjajah negeri ini begitu
249 RISA SARASWATI lama, sehingga banyak sekali yang membenci kalian. Beberapa
kali kulihat kalian semua menangis dan cemberut, menatapku
dari kejauhan, saat kuajak mendatangi lokasi-lokasi itu
kalian semua menangis, karena tak jarang sosok penghuni
lokasi itu meneriaki kalian dengan kasar, bahkan tak jarang
mereka mengacungkan beragam senjata ke arah kalian. Sedih
rasanya melihat kalian yang begitu lucu dan menggemaskan
diperlakukan seperti itu oleh mereka. Tapi, aku tak bisa banyak
berbuat, karena aku tak hidup pada zaman itu, dan aku tak juga
bisa menyalahkan mereka karena begitu membenci bangsa
kalian. Kalian sempat selalu ikut denganku, lalu kemudian mulaijarang,
dan kini bahkan tak pernah ikut sama sekali. Jika tak berpikir
jauh ke belakang, hatiku berteriak marah, karena kupikir kalian
tak lagi peduli terhadapku dan tak lagi menganggapku sahabat.
Bukankah seorang sahabat selalu ada untuk sahabatnya" Tapi,
kini aku mulai sadar, seharusnya sebagai sahabat, aku pun
memikirkan bagaimana sakitnyaperasaan kalian yang dianggap
penjahat oleh bangsaku. Padahal, kalian sama sekali tak tahu-
menahu tentang konflik masa lalu itu.
Kali ini, aku ingin sedikit saja menceritakan sebuah kisah kepada
kalian, tentang sosokpembenci bangsa Netherland yang pernah
kutemui. Aku tak terlalu menyalahkan sikapnya yang kasar
250 SUNYARURI | LARUNG HARA terhadap kalian. Itu karena sikapnya hampir mirip sikap kalian,
yang begitu benci melihat orang"orang bermata sipit karena
menganggap mereka Nippon, dan di mata kalian, Nippon adalah
bangsa palingjahat di muka bumi ini.
Percayalah, aku tak ingin membandingkan mana yang benar dan
yang salah, karena tak ada satu pun pihak yang akan didaulat
sebagai pemenang. Ini hanyalah sebuah akibat dari keegoisan
orang-orang pada masa lalu
Hidup dan lahir di negeri ini adalah salah satu anugerah Tuhan
paling besar yang kuterima. Meski gubuk tempat aku, orangtua,
dan kelima adikku tinggal tak layak untuk dihuni, namun aku
begitu beruntung karena masih dikaruniai pemandangan indah
dan hijau saat melangkahkan kaki keluar dari pintu gubuk yang
reyot. Di sekeliling tempatku tinggal terhampar sawah yang
begitu luas. Tak jauh dari situ ada sebuah pancuran yang tak henti
mengucurkan air gunung. Pagi hari adalah masa kejayaanku.
Kuanggap seperti itu, karena hampir setiap pagi aku dan adik-
adikku berjalan di pematang sawah, menghirup udara segar,
berteriak sepuasnya hanya untuk meluapkan kebahagiaan atas
hari yang begitu indah dan umur yang bertambah setiap harinya.
251 RISA SARASWATI Bapakku adalah orang hebat, ibuku adalah wanita istimewa.
Betapa pun sulitnya kondisi ekonomi keluarga ini, tak pernah
sekali pun kulihat mereka mengeluh. Sebaliknya, yang selalu
kulihat dari wajah renta mereka adalah senyum yang tak pernah
luntur. Bapak adalah buruh tani yang bekerja pada seorang tuan
tanah pemilik sawah-sawah di desa kami, sedangkan ibu adalah
pembantu rumah tangga di keluarga tuan tanah itu. Mereka
selalu bilang bahwa penghasilan mereka ditabung dan disimpan
untuk menyekolahkan kami semua hingga menjadi "orang?".
Karena itu, kami harus sabar dan kuat menahan lapar kalau
sewaktu-waktu keduanya tak mampu membeli nasi dan lauk-
pauk untuk makanan kami di rumah. Sebenarnya, aku tak begitu
yakin dengan perkataan mereka soal tabungan itu. Entahlah
aku sendiri adalah anak lelaki satu-satunya di keluarga ini, dan
kelima adikku perempuan. Aku tak bersekolah, karena Bapak bilang aku tak perlu belajar
secara formal untuk mendapatkan pekerj aan, dan sebaiknya uang
sekolahku diberikan kepada adik-adik perempuanku. Orangtuaku
berpikir mereka lebih membutuhkan uang itu daripada aku
lagi-lagi, aku tak begitu memercayai perkataan Bapak. Namun,
di luar semua ketidakyakinanku terhadap perkataan Ibu dan
Bapak, aku sangat menyayangi keluarga ini, karena tak sedetik
pun kami semua kehilangan kasih sayang orangtua. Bagiku,
keluarga adalah harta yang paling berharga.
252

Sunyaruri Karya Risa Saraswati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

SUNYARURI | LARUNG HARA "Mas, Lia mau itu Mulut mungil Lia tampak merengut
setelah mengucapkan kata-kata itu. Kulihat mata adik bungsuku
ini sedang menatap lurus ke sebuah sudut. Di sana tampak
beberapa anak kecil Belanda yang sedang bergerombol sambil
cekikikan, tangan mereka memegangi kayu-kayu panj ang kecil
dengan gula-gula berbentuk bulat di ujungnya.
"Oh, Lia mau itu" Nanti ya, Mas bilang dulu sama Ibu, siapa
tahu Ibu punya uang untuk membelikan gula-gula itu.?" Kucoba
menenangkan Lia yang kesal atas reaksiku.
"Lia maunya sekarang! Gula-gula itu rasanya seperti apa sih,
Mas?" Matanya menatap polos ke arahku.
Kugelengkan kepalaku pelan. "Mas juga nggak tau gimana
rasanya, Li. Cuma, dengar-dengar sih, rasanya sangat manis dan
bisa membuat gigi j adi keropos. Lia mau giginya bolong?" lde
itu melintas cepat di kepalaku.
Lia menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Nggak mau, Lia
nggak mau gigi Lia bolong. Lia nggak mau gula-gula itu, Mas,
nggak mau." Kuraih lengan mungilnya, kutarik pelan agar dia
mengikuti langkahku yang sedang memandunya untuk berj alan
bersamaku menuju pasar. Kami disuruh Ibu untuk membeli
garam dan terasi siang itu.
253 RISA SARASWATI Negeri yang kucintai ini sedang mengalami masa sulit. Entah
sejak kapan ini berlangsung, namun sej ak kecil, aku sudah terbiasa
melihat bangsa Belanda berlalu-lalang di negeri ini. Kata Bapak,
negeri ini sedang dijajah, dan aku sama sekali tak mengerti apa
arti penjajahan itu. Bangsa Belanda itu banyak sekali, dari yang
tua hingga anak-anak kecil. Ingin rasanya mengenal mereka lebih
dekat, namun sayang, mereka semua angkuh. Dulu, aku sempat
mencoba mengulurkan sebelah tanganku untuk mengaj ak seorang
anak Belanda berkenalan. Namun, bukan sambutan tangannya
yang kuterima, melainkan sebuah tendangan di paha. Seorang
laki-laki Belanda tinggi berseragam yang melakukan hal itu
kepadaku. Dia menendangku hanya karena aku ingin berkenalan
dengan anak laki-laki yang sedang bersamanya. Sejak saat itu,
aku beranggapan bahwa penj aj ah adalah sebuah istilah lain untuk
penj ahat, karena mereka memang jahat.
"Mas, Lina mau bilang sesuatu sama Mas, tapi tolong jangan
ceritakan dulu pada Ibu dan Bapak ya, Mas" Mas janji, ya?""
Marlina adalah adikku yang paling besar, umurku dan umurnya
hanya terpaut setahun. "Iya Lin, Mas janji Ada apa) Lin?" Tanganku masih sibuk
membetulkan topi jerami yang biasa kupakai saat bekerja
membantu Bapak memanen padi di sawah.
254 SUNYARURI | LARUNG HARA "Gini Mas, Mas kan sudah tujuh belas tahun. Bapak juga sudah
mengizinkan Mas untuk bekerja membantu Bapak di sawah, iya
kan, Mas?" Kuanggukkan kepalaku menanggapi ucapan Marlina,
namun konsentrasiku tak lepas pada topi jerami di tanganku.
"Mas, dengar aku, kan" Mas!" Rupanya Lina agak kesal atas
tanggapanku yang siang itu terkesan tak acuh padanya.
Kusimpan topi jerami itu, kuembuskan napasku dengan agak
kesal, lalu kutatap mata Lina dengan serius. "Laluu?"
Lina tersenyum kecut kepadaku. "Aku ingin bekerja, Mas,
membantu Ibu dan Bapak. Sebenarnya, Lina agak ragu soal
Bapak dan Ibu yang punya uang simpanan untuk sekolah kita.
Lina yakin, sebenarnya mereka tak punya uang sama sekali.
Aku kasihan melihat raut wajah mereka, Mas Suara Marlina
terdengar sedikit bergetar. Keningku berkerut setelah mendengar
ucapannya. Rupanya dia memang sudah dewasa, karena
pikirannya sama persis dengan yang selama ini kupikirkan.
"Kamu yakin, Lin" Mau kerja apa kamu, Lin" Memangnya ada
yang mau terima kamu kerja?" Lina kucecar dengan banyak
pertanyaan sekaligus. 255 RISA SARASWATI "Ada seorang nona Belanda yang tak sengaja bertabrakan
denganku tadi di jalan, saat aku sedang berjalan menuju
kantor kepala desa untuk bertemu Suti. Nona itu baik sekali,
dia sama sekali tak memaki aku, Mas. Malah, dia mengajakku
mengobrol. Dia banyak menanyaiku sampai akhirnya, tiba-
tiba saja dia menawariku untuk bekerja di rumahnya. Katanya,
dia membutuhkan seorang pembantu. Bagaimana menurutmu,
Mas" Rumahnya tak jauh dari kantor kepala desa, dan dia baru
saja datang dari kota. Dia bilang, aku boleh bekerja di rumahnya
tanpa harus menginap. Bagaimana, Mas?" Marlina mulai terlihat
takut menunggu jawaban dan pendapatku mengenai hal ini.
"Kau sudah besar, Lin. Kalau menurutmu nona Belanda itu
memang baik, ya sudah, terima saja pekerjaan itu. Tapi, Mas
harap kamu bisa jaga diri baik"baik. Jika ternyata keadaan
di rumah itu tak sesuai bayanganmu saat ini, sebaiknya kau
segera tinggalkan pekerj aan itu, ya?" Aku belum yakin seratus
persen dengan pendapatku ini, tapi kurasa Marlina sudah berhak
memutuskan apa yang dia anggap baik.
"Mas Toro memang kakak paling baik di dunia! Terima kasih ya,
Mas, atas restumu. Tapi, Lina harap Mas jangan ceritakan hal ini
pada Ibu, terutama Bapak, ya" Aku takut Bapak marah, kan Mas
tahu sendiri bagaimana bencinya Bapak terhadap orang-orang
Belanda. Nanti saja biar Lina yang hilang pada mereka, tapi
256 SUNYARURI | LARUNG HARA nanti, kalau Lina merasa kerasan bekerja di rumah itu!" Marlina
memeluk lenganku dengan kencang hingga terasa sakit.
"Aduh, Lina lepaskan, sakit!" Kulihat senyum Lina mengembang
begitu indah hari itu. Adikku yang satu ini memang cantik dan
baik hati. "Toro, sudah magrib begini, Lina belum pulang. lbu khawatir
kamu tahu ke mana dia pergi, Nak?" Ibu menanyaiku pada suatu
sore menjelang malam. Sudah tiga bulan lamanya Lina berhasil
mengelabui kedua orangtuaku. Hanya aku yang tahu ke mana
sebenarnya anak itu pergi, namun biasanya anak itu memang tak
pernah pergi bekerja hingga selarut ini.
"Nggak tahu Bu, tadi sih dia bilang mau ke rumah Suti," aku
berbohong. "Bisa kamu susul dia, Nak" Ibu tak bisa menyuruh Bapak
menjemputnya karena Bapak harus kerja sampai besok subuh
di rumah Pak Joko." Ibu tampak tak enak harus menyuruhku
menjemput Lina. 257 RISA SARASWATI "Iya Bu, biar aku saja yang menyusul Lina ke rumah Suti. O iya,
Bu, jangan khawatir. Lia, Ina, Susi, dan Lala sudah mandi, dan
Toro sudah menyuapi mereka makan malam, tadi sebelum Ibu
pulang. Rumah juga sudah rapi. lbu istirahat saja, ya
Mata lbu berkaca-kaca seperti biasa. "Ya ampun, Toro, kamu
baik sekali. Terima kasih ya, Nak."
Cuaca malam mulai terasa dingin, beberapa ekor nyamuk
terpaksa kutepuk hingga mati karena tak henti-hentinya
menggigiti kakiku. Jalan lewat pematang sawah ini lumayan
becek dan membuat tubuhku harus ekstrahati-hati agar tak
terj erembap jatuh ke sawah. Samar-samar kudengar suara wanita
bersenandung, dan perasaan takut menyergap diriku. Kusipitkan
mataku, mencoba mencari pemilik suara senandung itu.
"Lalalala lala lalalala lala dududu dududu du ." Seketika itu
juga, degup jantung yang tadi berdetak sangat cepat tiba-tiba saja
kembali stabil, saat kulihat Marlina berlarian riang menuju ke
arahku. Rupanya dia pemilik suara tadi.
"Lina! Kamu ini, bikin Mas takut saja! Kok kamu pulang selarut
ini sih, Lin" Kasihan Ibu, sangat mengkhawatirkanmu!" Dengan
sedikit kesal kuberondong Lina dengan beberapa pertanyaan.
258 SUNYARURI | LARUNG HARA "Adududuh, Masku ini cerewet sekali, sih, seperti anak
perempuan! Hihihi! Mas tenang saja, Lina baik"baik saja, kok.
Tadi, Lina diberi banyak kerj aan, Mas. Nona Carla meminta Lina
untuk membereskan lemari pakaiannya, Nyonya Dunot juga
memberikan tugas berat di dapur. Mmmh belum lagi Tuan
Federick, kakak Nona Carla, yang meminta Lina untuk menj ahit
beberapa celananya yang sobek. Maaf ya Mas, Lina janji nggak
akan bikin Mas dan Ibu khawatir lagi.?" Dengan manja Lina
menggelayuti lengan kiriku, hingga kekesalanku padanya tiba-
tiba saja luruh dan menghilang entah ke mana.
Kuhentikan langkahku sejenak. "Lin, kalau ada apa-apa, jangan
sungkan cerita padaku, ya" Mas nggak mau terjadi hal yang
buruk kepadamu.?" Entah dari mana asalnya kekhawatiranku
ini. Marlina menganggukkan kepalanya mantap, sambil terus
tersenyum riang. Ada yang aneh dengan tabiat adikku akhir-
akhirini. Akhirnya, kesempatanku untuk benar-benar bekerja datang
juga. Jika sebelumnya aku hanya bekerja membantu Bapak di
sawah tanpa diberi upah oleh Pak Joko, pemilik sawah-sawah
di kampung ini, sekarang berbeda. Pak Joko sudah mengizinkan
aku bekerja dan mengangkatku sebagai salah satu pekerja di
259 RISA SARASWATI sawah miliknya. Bahkan upah yang kuterima hampir sama
besarnya dengan upah yang diterima Bapak. Sekarang aku tahu,
memang benar dugaanku jika Bapak dan Ibu berbohong dan
hanya ingin membuat anak"anaknya tenang dengan mengatakan
bahwa mereka punya tabungan. Upah yang kuterima dari Pak
Joko sangat kecil, aku pun cukup kaget dengan jumlahnya saat
pertama kali kuterima. Bapak hanya menjawab kekagetan di
wajahku dengan mengangguk pelan sambil tersenyum, seolah
sedang berkata bahwa "Beginilah keadaan yang sesungguhnya."
Kebohongan Marlina terhadap kedua orangtua kami masih
belum terbongkar. Dia sangat kerasan dan bahagia bekerja di
rumah orang-orang Belanda itu, dan sampai saat ini baik Bapak
maupun Ibu tak pernah tahu apa sebenarnya yang dilakukan
Marlina. Selama ini, dia hanya berkata bahwa setiap hari dia
membantu ibu Suti, tukang jahit yang banyak menerima orderan
jahitan. Akhir-akhir ini, aku pun jarang berkomunikasi dengan
Marlina. Selama dia tak bercerita apa pun kepadaku, kuanggap
dia baik-baik saja. "Mas, Lina mau cerita Suatu ketika, Lina tiba-tiba saja
menghampiri aku yang sedang menyalakan lampu cempor di
sebelah rumah. 260 SUNYARURI | LARUNG HARA "Ya, Lin" Ada apa?"" Kutatap wajah anak itu. "Astaga, Marlina!
Kamu sakit" Kenapa wajahmu pucat sekali" Aku belum pernah
melihatmu seperti ini, Lin! Apa yang terj adi?" Dengan panik, aku
bangkit dan merengkuh pundak Marlina dengan kedua tanganku.
Lina melepaskan kedua tanganku dengan cepat, lalu menepisnya
dengankeras. "Nggak apa-apaMas,jangan berlebihanbegitu! Lina
nggak apa-apa!" Lina menj awab pertanyaan dan kekhawatiranku
dengan sangat ketus, lalu berbalik dan meninggalkanku dengan
langkah seribu. "Lin! Kamu mau cerita apa" Kamu mau ke mana, Lin?" Aku
masih panik dan cemas melihat reaksi dan sikap anak itu.
Tanpa memandangku, Lina terus berj alan menjauhiku. "Nggak
jadi, Mas!" "Mas Toro, Lala lapar" Liajuga, Susijuga katanya lapar. Cuma
Ina yang nggak lapar, soalnya dari tadi Ina udah tidur duluan,
Mas." Lala, adik keempatku, tiba-tiba mengalihkan perhatianku
dari sikap aneh Lina. "Lho, bukannya Mbak Lina tadi sudah kasih kalian makan?"
aku bertanya pada Lala yang memang terlihat sangat lapar. Anak
itu hanya menggelengkan kepalanya pelan. Kurengkuh tubuh
261 RISA SARASWATI mungilnya ke dalam gendonganku. "Ya sudah, sini, Mas bikinkan
kalian makan, ya. Tadi Mas beli tahu di pasar, Lala mau makan
tahu?" Kuciumi anak itu dengan penuh kerinduan. Rasanya
sudah lama aku tak menggendong adik-adik kecilku ini. Namun,
sekilas kurasakan cemas memikirkan Lina, karena biasanya dia
tak pernah lalai mengerj akan tugas-tugasnya di rumah.
Pagi itu, semua anggota keluargaku berkumpul di tengah rumah
sebelum pergi meninggalkan rumah untuk bekerja. Bapak
memasukkan rantang berisi bekal makan siang ke dalam tas kain
yang selalu dibawanya bekerja, mulutnya sibuk mengunyah nasi
bawang yang dimasak oleh Ibu untuk sarapan kami.
"Lin, Lina" Kamu gemukan ya, sekarang" Betah Nak, kerja di
rumah Suti?" Bapak menanyakan hal itu pada Marlina. Aku
hanya memperhatikan tubuh Lina sekilas dan mengiyakan
pendapat Bapak. Namun, Lina tertunduk resah. "Ah, masa iya, Pak sama saja
kok, tak ada perubahan." Tak biasanya anak ini begitu pemurung.
Sepertinya, Ibu juga menyadari perubahan pada diri Marlina.
"Iya, memang kamu agak gemukan sekarang> Lin. Tapi> nggak
apa-apa, kamu jadi terlihat lebih segar sekarang.?" Ibu membela
Marlina yang sej ak tadi diam dan menundukkan kepala.
262 SUNYARURI | LARUNG HARA "Bu, Pak, Lina berangkat dulu, ya. Hari ini Lina harus menj ahit
banyak orderan. Pamit ya Bu, Pak mmmh Mas Dengan
ragu Lina memanggil namaku. Entah apa yang disembunyikan
anak ini aku semakin curiga kepadanya. Lina berlari dengan
cepat keluar dari rumah, seolah tak mau lagi mendengar sepatah
kata pun dari mulut kami.
"Lin Lina" Ini, Ibu buatkan nasi bawang Lin, untuk bekalrnu
bekerja! Lina! ?" Ibu berteriak, mencoba memanggil Marlina yang
berlari secepat kilat. Namun, anak itu benar-benar seperti tuli!
Tak sedikit pun dia menoleh ke belakang.
"Sudah Bu, lebih baik buat Ina saja nasi bawangnya. Sepertinya,
Ina butuh porsi besar untuk sarapannya pagi ini. Semalam, kamu
belum makan kan, Na?" kualihkan perhatian Ibu.
lna yang sej ak tadi tampak mengantuk mengiyakan pendapatku.
"Iya Bu, Ina harus banyak makan. Kan Ina juga harus jagain
adik-adik hari ini."
Ibu tersenyum sambil menatap anak itu. "Oh iya, anak Ibu yang
satu ini makannya banyak, hehe Ibu lupa. Jaga adik-adikmu
ya, Nak. Awas, jangan berantem, kamu kan sudah besar dan
dewasa!" 263 RISA SARASWATI Ina menganggukkan kepalanya mantap. "Siap, Ibu Bos!" Sikap
Ina membuat kami semua yang berkumpul di situ tertawa dan


Sunyaruri Karya Risa Saraswati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melupakan tingkah aneh Marlina.
"Toro, adikmu belum pulang ... Bisa kaususul dia, Nak?" Lagi-
lagi untuk kesekian kalinya, Ibu memintaku untuk menyusul
Lina yang pulang terlalu larut. Seharian tadi pekerjaanku di
sawah sangat banyak, sehingga badan ini terasa remuk redam.
"Bu, Toro capek kaki Toro sakit sekali. Lina mungkin sedang
banyak orderan, Ibu nggak usah khawatir, nanti juga dia pulang,"
dengan halus aku mencoba meyakinkan Ibu bahwa Marlina baik-
baik saja. Ibu menganggukkan kepalanya.
"Baiklah kalau menurutmu begitu. lbu tidur duluan ya, kalau
bisa, tolong kamu tunggu kedatangan adikmu."
Kuiyakan permintaan Ibu. "Iya Bu, tenang saja. Ibu cepat tidur
saja ya, menyusul Bapak. Toro tahu, Ibu juga sangat lelah kan,
hari ini?"" Sebersit senyum di bibir Ibu mewarnai wajahnya
sesaat, sebelum masuk ke dalam rumah. Aku hanya berniat duduk
untuk mengistirahatkan kakiku yang memang terasa pegal-pegal
malam itu di depan rumah, sambil menunggu adikku yang belum
264 SUNYARURI | LARUNG HARA juga pulang. Balai-balai tempat menunggu ini ternyata berhasil
membuaiku untuk memejamkan mata, dan angin sepoi-sepoi
membuatku lupa pada tugas malam itu.
"Toro! Bangun! Bangun, Toro! ! !" Suara Bapak mengagetkanku.
"I iya, iya, Pak, ada apa?""
Tangan Bapak menarik sarung yang menyelimuti tubuhku.
"Coba lihat ini jam berapa" Kamu kok malah tidur" Marlina
belum pulang!" Aku menatap sekeliling dengan panik. Langit sudah cerah, udara
sudah terasa segar, kicauan burimg sudah ramai terdengar, ayam
berkokok nyaring sekali. "Ya ampun! Bapak, ampun, maafkan
Toro, Pak, Toro nggak sengaja ketiduran. Lina mana, Pak?""
Dengan gugup kutatap wajah Bapak yang terlihat sangat marah
padaku. Ibu menghampiri kami, wajahnya tampak kusut. "Mas, adikmu
belum pulang. Lekas sana, susul dia, Nak, Ibu dan Bapak sangat
khawatir." Tanpa harus menunggu aba-aba lagi dari keduanya,
kuangkat tubuhku dan segera berlari menuju desa. Jarak
rumahku ke desa memang cukup jauh, perlu berjalan beberapa
kilometer untuk tiba di sana. Kedua orangtuaku bahkan jarang
265 RISA SARASWATI sekali menyentuh wilayah itu. Karena itulah Marlina mampu
berbohong dengan sukses, tanpa dicurigai kedua orangtuaku
mengenai tempat bekerjanya. Diam-diam, hatiku merasa resah.
Aku tak tahu harus berlari ke mana, karena tak sekali pun Lina
memberitahuku mengenai lokasi kediaman keluarga Dunot.
Sudah seharian ini aku mengelilingi jalanan desa. Meski ini
hanyalah desa kecil, namun rasanya peluhku bercucuran dan
lelahku begitu bertubi-tubi. Masalahnya, aku tak tahu ke mana
harus menuju, rasanya sia-sia berjalan tanpa tujuan. Kutanyai
banyak orang mengenai rumah keluarga Dunot, namun nihil,
karena tak ada seorang pun yang mengetahui di mana letak
rumah itu. Dengan memberanikan diri, kutanyai beberapa orang
Belanda yang berpapasan denganku. Sebagian menatapku sinis,
namun ada beberapa di antara yang bermurah hati menjawab
pertanyaanku. Namun, jawaban mereka adalah "Tidak ada
keluarga bernama Dunot di sekitar desa ini.?" Marlina mulai
membuatku kesal, pasti anak perempuan itu banyak berbohong
kepadaku. Padahal, kupikir hanya Ibu dan Bapak saja yang dia
kelabui. Aku mulai kehilangan arah. Hari sudah kembali larut dan
kuputuskan untuk kembali ke rumah, siapa tahu Lina sudah
pulang sejak tadi. Dengan lunglai kulangkahkan kaki yang begitu
letih menuju rumah, melewati pematang-pematang sawah. Dari
266 SUNYARURI | LARUNG HARA kej auhan, kulihat gubuk tempat keluargaku tinggal. Kusipitkan
kedua mataku. Di depan rumah, kulihat keempat adikku yang lain
sedang duduk di tanah, sementara Ibu dan Bapak duduk di atas
balai-balai. Saat kuperhatikan lebih saksama, temyata Ibu sedang
dipeluk oleh Bapak, sementara adik-adikku memperhatikan dari
tempat mereka duduk. Entah mengapa, aku langsung tahu bahwa
keadaan di rumah belum normal, aku yakin Marlina belum
pulang ke rumah. Tanpa bicara, kubalikkan tubuhku menjauhi rumah. Entah ke
mana aku akan berjalan kini, yang pasti, aku harus kembali
mencari adikku yang tak juga pulang. Tiba-tiba saja, aku teringat
pada sosok Suti, sahabat Lina, yang selama ini rumahnya disebut
Lina sebagai tempatnya bekerj a. Setengah berlari, kulangkahkan
kakiku menuju rumah Suti, yang memang cukup jauh dari
rumahku. "Permisi permisi permisi ." Kuketuk-ketuk pintu rumah
Suti dengan keras. Seorang wanita tua keluar dari dalam.
"Ya, cari siapa, ya" Ehh Mas Toro, sini, masuk! Cari siapa,
Mas?" Wanita itu adalah ibu Suti.
"Anu maaf, saya mengganggu malam-malam, saya mau cari
Suti, Bu mau tanya-tanya soal adik saya, Marlina," dengan
gugup kujawab pertanyaan ibu Suti.
267 RISA SARASWATI "Eh Mas Toro, ada apa Mas" Bu, Ibu sholat Isya dulu, Bu
Suti sudah beres kok, sholatnya." Suti yang tiba-tiba keluar dari
dalam kamar meminta ibunya meninggalkan kami. Ibu Suti
meninggalkan kami berdua setelah sebelumnya menawariku
secangkir kopi. "Suti, Marlina belum pulang ke rumah! Ibu dan bapakku
sangat khawatir. Kamu tahu di mana dia sekarang?" Tanganku
mencengkeram tangan Suti dengan keras.
Suti meringis kesakitan sambil menarik tangannya dari
cengkeramanku. "Aku nggak tahu, Mas, sudah lama aku nggak
ketemu dia. Dia terlalu sibuk berpaca eh maaf, anu
maksudku bekerja di rumah orang Belanda itu.?"
Mataku melotot mendengar Suti yang terpeleset lidah. "Eh, apa
yang tadi kaukatakan" Berpaca- apa, maksudmu" Berpacaran"
Dia punya pacar" Ti, coba jujur kepadaku, Lina terlalu banyak
membohongi kami semua. Siapa pacarnya" Tapi, benar kan, dia
bekerja di rumah keluarga Dunot?"
Suti tampak ketakutan kini. Aku yakin, perasaan bersalah sedang
menyergapnya kini akibat bibirnya yang tak bisa mengontrol
kata-kata. "Nggak, Mas eh, anu, betul, Mas dia be be
kerja di rumah keluarga mmmh, anu, iya itu, Du du
not 268 SUNYARURI | LARUNG HARA Aku mulai kesal terhadap sikap Suti dan semua keadaan ini. Tak
terasa, air mata berlinang di wajahku. "Yang benar, Ti! Tolong,
kali ini jujurlah padaku, kasihan Ibu dan Bapak memikirkan ke
mana perginya Marlina."
Suti menatapku dengan iba, matanya melirik ke kanan dan kiri,
seolah memastikan tak ada orang lagi selain kami. Bibirnya
berbisik di telingaku. "Mas Toro, Lina tidak bekerja di keluarga
Dunot. Dia memang bekerja di rumah orang Belanda, namanya
Tuan Federick. Mas, Marlina dan Tuan Federick berpacaran ...."
Aku langsung berlari dengan marah menuju rumah Federick.
Entah siapa dia, entah bagaimana rupanya, namun aku begitu
marah mengetahui bahwa adikku rela berbohong padaku, demi
seorang penjajah yang ternyata dia cintai. Suti menjelaskan
segalanya, termasuk kecurigaannya melihat perubahan tubuh
dan sikap Marlina yang terlihat seperti wanita hamil. Emosiku
meluap-luap saat datang ke rumah itu. Ingin rasanya kubunuh
laki-laki Belanda itu ... aku tak peduli apa yang nanti akan terj adi
pada diriku karenanya. Ternyata, emosiku harus tersulut sia-sia, karena rumah Tuan
Federick yang kudatangi sudah kosong. Kutendangi setiap
269 RISA SARASWATI pintunya, namun tak ada satu pun tanda kehidupan di sana. Aku
menjerit sejadi-jadinya, memanggil-manggil nama Marlina,
berteriak marah menghuj at nama Federick, namun tak ada satu
pun respons yang kudapat. Air mataku terurai tanpa henti. Baru
kali ini aku merasa kehilangan seseorang yang amat kusayangi,
dan ternyata sakit luar biasa.
Marlina tak pernah muncul lagi, dan aku tak berani pulang
menghadapi kedua orangtuaku, yang kebingungan menunggu
anak-anaknya pulang. Aku terus berjalan menyisir jalan-jalan
yang mungkin dilewati adikku. Aku tak tahu ke mana dia pergi.
Yang kutakutkan adalah pria Belanda bejat itu membawanya
pergi entah ke mana. Sudah hampir satu minggu keberadaan Marlina tak terendus.
Dia hilang bagai ditelan bumi aku tak berani pulang ke
rumah, aku hanya akan pulang bersama Marlina .
"Mas Toro, bangun, Mas! Bangun, Mas!" Suara seorang wanita
membangunkanku yang tertidur kelelahan di halaman kantor
kepala desa. "Eh, Suti, ada apa?"" Kulihat wajah Suti dipenuhi air mata,
suaranya terdengar bergetar hebat.
270 SUNYARURI | LARUNG HARA "Mas! Lina ditemukan, Mas!" Tangisnya semakin keras.
Aku terperanjat, namun merasa senang. "Di mana, Ti" Di mana
dia, Ti?" "Mas harus ikut aku sekarang juga!" Suti menarik tanganku
kencang. Aku dibawa Suti ke sebuah semak belukar, tak jauh dari
kantor kepala desa. Semak itu dipenuhi banyak sekali orang
membuatku kebingungan melihat hal ini.
"Yang benar kamu, Til Mau dibawa ke mana aku ini?"" kutanyakan
hal itu pada Suti, namun tanpa bicara, dia terus menarik tanganku
menerobos kerumunan yang sedang mengelilingi sesuatu di
semak itu. Bau bangkai terasa menyengat hidungku saat semakin
dekat, perasaanku mulai tak enak. Aku berdiri tepat di depan
sumber bau itu, di sebelah Suti yang kini berteriak histeris.
Selama beberapa detik, mataku tak berhenti berkedip ."
Kulihat adikku terbujur kaku di sana, dengan kulit dan tubuh
yang hampir membusuk tanpa nyawa.
"LINAAAAA! ! !?" Mulutku menj erit sekeras-kerasnya, sementara
tubuhku ambruk merengkuh jasad adikku. Kini, baru kusadari
betapa buncit perutnya, saat kuangkat tubuhnya ke pelukanku.
"Linaaaaaa . . . Linaaaaaaa! ! !" Tanpa henti, mulutku meneriakkan
271 RISA SARASWATI namanya. Semua orang yang ada di sekelilingku mulai terdengar
ikut menangisi keadaan ini. Bertubi-tubi kuciumi wajah
Marlina yang terlihat pucat dan bersedih. Tanganku memegangi
tubuhnya, berusaha membangunkan Marlina, siapa tahu adikku
ini hanya tertidur. "Bangun, Lina, bangunnnn! Bapak dan Ibu
menunggumu di rumah, Dik, bangun, Linaaa!" Namun, adikku
tak juga bergerak. Aku menjerit dan menangis kencang. Tak
sedikit pun kulonggarkan dekapanku dari tubuhnya. Tanpa
sengaj a, tersentuh olehku selembar kertas kusam yang dipegangi
tangan kaku Marlina. Sepertinya ada tulisan tangan di situ.
Kuambil kertas itu sambil terus menerus memeluk Lina.
Huhh Ibu. Kafa/C. WaS 'ra/lo, dam adL/CfadL/C
Lima "MACAM maal; Kahe'vxa tak fulan Ke
AmmaA. Ama menata Au'Wxa/x Tatan adakah zam"
faith" +e/a+ tombak Lima datam L. LLMQ &?"va
wtwta maaf pada %Aam atas dosa"olosa Ama.
a+a5 se ala Kabel?" am LLMQ Paola Kaitan. Atma
+a/< KuatL MQMAQM bahaw L'vu'. SQMOUJILQM.
Liwa waw avxdma" aMaK seo/lavx" fawd'ad'a/LH
mawamga [Zede/uC/t. Lima feenca a dia adaia/x
onan" ga?" baik" wawan hewan Ka+a Bazaa/C.
seo/la'vx" few" aat QA t'et'afla/x gema"; %) a/x . dia
272 SUNYARURI | LARUNG HARA jaim" dana halak baA/e/tasaavx. DLa fe/t9L
'the"nim" alkana Lima dam anak [:)/xi.. MM+IAK
fulan" OLQ'VX 'vae'vxL/CQA de'vx9a'vx penempuam
Befa'vxda. KaSLAa"vx Ka/QQIA ama/C L" +e+af Atolu/O.
fash' dia a/Cavx +eA5L/45a.
Seruan mentari hangatkan negeri yang beku
Bergelut hadapijeritan kelu
Terjebak sendiri dalam lintasan cerita
Kemelut derita melarang hara
Telaga pun usang, memanas ku berang
Jalan telah mati, kini semakin letih
Sakit tak tertahan, kau takjua datang
Ke mana ku pergi, bila kau tak ada"
5a'Wx/aikavx Safa" Lima "ma Ima. Lala. 5u5t. OLQM
Lila. "am"am bia/L/Cam adL/CfadL/C Kesayam"aw"u
"ngan?" Atdaf sefeah' Liwa. Ibu dana Bapak
Aa/lud sehat ga Was 75/10 )u"a. 1510014" &&"a
sewxumaga dem"avx baik ga 744515
Wahktma 273 RISA SARASWATI Air mataku terus terurai, meremas surat Lina, adikku yang bodoh.
Kemarahanku terhadap orang Belanda itu mulai tersulut lagi.
Ingin rasanya kubinasakan seluruh bangsa Belanda. Kubopong
tubuh adikku, kubawa jasadnya menuju rumah Federick keparat
yang selama ini kucari. Aku masih berharap laki-laki biadab
itu masih mendekam di rumahnya. Beberapa orang menarik
lenganku, berusaha mencegah tindakanku, termasuk Suti yang
tak berhenti berteriak memanggil-manggil namaku. Aku tak
peduli, kulangkahkan kakiku menuju rumah itu sambil terus
membopong j asad Marlina.
"Federiiick! Keluar kau, keparattt!!!" aku berteriak-teriak di
depan rumah kosong itu. Beberapa orang yang mengikutiku
sejak tadi mulai berkerumun di belakangku. Tak kupedulikan bau
menyengat yang meruap dari jasad adikku. Kemarahan terlalu
menguasai diriku, memuncak hingga ke ubun-ubun, dan sebentar
lagi akan meledak, entah seperti apa.
Jasad Marlina masih dalam dekapanku. Beberapa orang,
termasuk Suti, berusaha menahanku untuk berhenti berteriak
dan marah. Sambil memeluk jasad Lina, kubungkukkan badanku
untuk mengambil benda keras apa pun yang bisa kulempar ke
arah rumah itu. Kuambil beberapa batu dengan tangan sebelah
kananku, kulemparkan sekencang-kencangnya ke jendela rumah
itu. Terdengar pecahan kaca berserakan setelah batu pertama
274 SUNYARURI | LARUNG HARA

Sunyaruri Karya Risa Saraswati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengenai jendela depan. Beberapa anak laki-laki seusiaku, yang
sejak tadi mengikutiku, ikut melakukan hal yang sama. Mereka
melempari rumah itu dengan batu-batu yang lebih besar. Suara
pecahan kaca mewarnai situasi saat itu. Aku puas karena merasa
didukung oleh orang-orang yang membantuku merusak jendela
rumah laki-laki biadab itu.
Suasana semakin memanas tatkala beberapa orang tentara
Belanda berdatangan dan berusaha menghalau orang-orang
yang melakukan kericuhan ini, termasuk aku yang masih saja
membawa jasad adikku dalam dekapanku. Mereka meneriaki
kami dengan bahasa mereka, beberapa orang mundur karenanya.
Namun, aku tetap melakukan aksiku sambil membalas teriakan
mereka dengan marah. Suti berteriak kencang. aku masih bisa mendengar apa yang
dia teriakkan saat itu kepadaku. "Mas Toro, sudah! Ikhlaskan
Marlina ayo kita pulang, kasihan bapak dan ibumu ayo
pulang, Mas Suti menarik tanganku kencang, namun kutepis
tangannya dengan kasar hingga dia terj atuh.
Aku terenyak kaget melihat Suti yang terj atuh akibat perbuatan
kasarku kepadanya. Ingin rasanya merangkulnya, sebagai
permohonan maafku, namun tanganku masih membopong
jasad Lina. "Maafkan aku, Suti, ayo kita pergi! Maafkan aku
275 RISA SARASWATI berdirilah, maaf, aku tak bisa membantumu berdiri." Suti
menganggukkan kepala ke arahku, tubuhnya yang letih mencoba
berdiri sendiri tanpa bantuan siapa pun.
Saat mulai bisa berdiri, tiba-tiba saja sebuah suara keras
mengagetkan kami. Aku masih menatap Suti yang hendak berdiri
saat itu. Dia terlihat sangat kaget hingga matanya melotot dan
terpaku. Aku masih belum menyadari apa yang terj adi pada Suti,
sebelum akhirnya kulihat bercak berwarna merah di dadanya
merembes dan melebar, membentuk sebuah peta berwarna
merah. Suti yang sejak tadi bergeming akhirnya tumbang di
hadapanku, aku yang kebingungan menatap ke arah belakang
Suti. Ya, di sana, seorang Belanda berseragam tentara masih
terpaku dalam posisi menembak, dengan sebuah senapan di
tangannya, membuat amarahku tersulut kembali.
"BAJINGAAAAN! ! !"
Sambil berlari dan membopong jasad adikku, aku berteriak untuk
menyergap tentara yang telah menembak Suti. Kulihat beberapa
laki-laki di belakangku ikut melakukan yang sama. Namun, pada
saat yang sama pula, kulihat tentara itu membombardir ke segala
arah, peluru-peluru senapannya mengenai kami semua, termasuk
aku yang akhirnya tumbang tak berdaya, hingga tak bernyawa.
276 SUNYARURI | LARUNG HARA Dalam kesendirianku kini, yang kusesali adalah kemarahanku
hari itu. Dalam kesendirianku kini, yang kusesali adalah kelengahanku
menjaga Marlina. Dalam kesendirianku kini, yang kusesali adalah
ketidakmampuanku untuk menepatijanjiku terhadap Bapak dan
Ibu Dalam kesendirianku kini, aku berjanji tak akan pernah
mengampuni bangsa biadab itu .
277 RISA SARASWATI Bederaaa orang aertanya kepadaku, " Zsa, apakan kau
Aerniat untuk memnl/mkan Auku"Aukumu" " Jku
Se/a/u mewe/engkan kepa/aka, untuk kesah" pQ/inya.
Du/u, kupikirtjika Cerita"Cerita ka/ian diangkat ke /ayar
/e15a/", mungkin ka/fan akan menjadi Semakin terkena/,
dan nasi/ penjua/an eerita"eerita ka/ian akan memAuat
impian kita Semua terwujud, yaitu aera/gkat ke
A/et/zer/and! Mimpi yang pernah kita daat aersan7a,
tentang A/etner/ana/ yang "e/u/n/aerna/t kz'tafO'ak, mungkin
akan terwujudg'ika saja kita Aisa Meiganzlorgi Aanyak
uang. Du/u, kita pernah sama"Sa/na memda/angkan
negeri itu, di mana danyak 5eka/i terdapat anak"anak
Aangsa ka/ian Kita sawa"Sama heran, Jagawana aisa
ka/ian tak pernah merginjakkan kaki di negeri ka/ian"
Sampai Saat ini pun, ka/ian akan Se/a/a keSu/itan
pergi ke Sana, kecua/I'Jl'ka ada $e5eorang yang "er5edia
mergajak kajian turut Serta. Da/a/n impian itu, kita
5efakat Aa/uua aku yang akan pergi dan mengajak ka/fan
/a/u, ka/ian Semua ikut "er5axnaku ke Sana.
A/a/nun, pikiranku ternyata .ie/apit
Da/a/n tu/isan ini, aku Meminta maafpada ka/lan yang
mungkin kesa/ akan 1'51' pikiranku itu. aJa/au kita Sama"
5an7a te";mp: tentang Met/ier/and, tapi 5e/7aru5nya
aku faham "a/lzua Me/m/isaa/fSaS/kan Cerita kajian
hanya akan mengorek /uka hati yang 5e/ama ini ka/ian
Co"a kuaur. Sealin ra5anyajka teringat dagaifnana yaaa
278 SUNYARURI ka/ian, Paya Y/ena/r/ck, Meno/ak Menta/I'Mentah ideku,
5aat 5e5eorang menawariku untuk mergangkat Cerita
ka/fan ke /ayar /e5ar. Saat itu/a/z akhirnya aku paham
mengenai perasaan ka/ian. Seaaga/ Seorang Sanaaat,
5e/7ara5nya aku tahu yang terdaik aagi para Sanaaatku
Maafkan aku, ya Pasti akan adaLja/an Aagi kita untuk dersa/na"sa/na ke
A/et/7er/and. Percaya/a/y kepadaku suatu saat, mimp;
itu fait; akan terwujud. 279 RISA SARASWATI 280 SUNYARURI 281 RISA SARASWATI 282 SUNYARURI | SEPASANG SAYAP KECIL ANNETE
1 ku sedang mengingat"ingat kapan terakhir kali kita bertemu
dan bergembira bersama"sama
O iya, aku ingat! Bagaimana dengan kalian" Itu beberapa bulan
yang lalu, saat aku dan teman-temanku membuatkan sebuah
pesta untuk kalian! Mmmh, sebenarnya tidak hanya untuk kalian
sih, tapi juga untuk para pembaca dan pendengar karya"karyaku.
Kuberi nama pesta itu "Lengkah Maddah ". Saat itu, kita sama"
sama menyiapkan tempat-tempat yang akan kita gunakan untuk
berpesta, dan kalian semua terlihat begitu antusias. Beberapa
tempat yang sering kalian datangi menjadi tujuan perjalanan
pesta ini, dan semuapesertapesta harus melewati tempat"tempat
itu pada malam hari.! Betapa khawatirnya aku, jika kalian akan
berbuat iseng pada mereka. Karena, kulihat kalian selalu saling
berpandangan dengan usil dan jahil, terutama kau, Hendrick.
Pada saat"saat menjelang pesta itu, aku merasa persahabatan
kita terasa begitu erat, sama seperti saat dulu, waktu kita
masih sering berlarian di luar stadion bola tempat kita biasa
berkumpul. Kita sangat sering berjumpa beberapa saat sebelum
acara itu berlangsung, menentukan tempat mana yang cocok
untuk dijadikan tempat berpesta. Bagi kalian itu adalah pesta,
tapi bagi pembaca dan pendengar karyaku, mungkin malam itu
akan menjadi sebuah malam mengerikan dan kalian semua
tertawa saat kuungkapkan hal itu. Kita berjalan menelusuri
283 RISA SARASWATI jalan-jalan tempat kalian bermain belakangan ini, dan aku
dikenalkan pada beberapa tempat baru. Ada sebuah taman, ada
sebuah rumah, lalu yang paling penting adalah sekolah tempat
kalian semua tinggal. Rasanya begitu bahagia! Karena, akhirnya
aku bisa mendatangi tempat tinggal kalian semua tanpa rasa
waswas karena takut dikejar satpam. Kalian membimbingku ke
tempat"tempat itu, sambil tak henti berceloteh tentang hal"hal
yang biasa kalian lakukan di sana.
Sungguh kurindukan saat itu. Seandainya saja bisa kuulangi
lagi masa-masa itu.! Namun, entahlah apakah keadaannya
akan sama atau tidak, apakah kalian akan senang, atau malah
sebaliknya. Adikku Riana yang mempersiapkan konsep pesta itu, menentukan
semua permainan yang akan digelar, dengan hal"hal yang
menurut kalian mengasyikkan, tapi tentu saja mengerikan untuk
orang-orang yang ikut sebagai peserta. Adikku itu memang
sedikit gila, banyak ide ajaib yang muncul di kepalanya, yang
bahkan membuat kalian semua bergidik Aku ingat, ada sebuah
manekin perempuan yang adikku rangkai seperti puzzle dan
dia warnai dengan cat merah seperti darah. Dan kau, Janshen,
hahaha kau yang menjerit paling keras, berteriak ketakutan
saat melihatnya. Hanya suara tawa Peter dan Marianne yang
284 SUNYARURI | SEPASANG SAYAP KECIL ANNETE
berhasil membuatmu berhenti menjerit tentu saja, karena kau
tidak mau terus diejek oleh keduanya.
Lalu, aku ingat juga perkataanmu, Norma. Kau bilang
"Tolong tanyakan pada adikmu, darah-darah itu bukan darah
betulan, kan?" Hahaha lagi-lagi aku tertawa karena sudah
beberapa kali kukatakan, kalian tak perlu khawatir terhadap
darah yang terbuat dari sirup strawberry itu.
Dan kau, Peter, kau menjerit-jerit berlarian, melihat seorang
anak teater menggunakan topeng mengerikan persis seperti
nenek"nenek jahat, hahahaha.! Sayang, malam itu hanya aku
yang melihatmu seperti itu. Seandainya yang lain menyaksikan,
mungkin mereka tidak akan memercayai ceritaku ini.
Kalian semua bukan hantu, aku merasa yakin akan hal itu.
Kalian masih seperti anak-anak kecil yang lucu di mataku
dan akan selalu seperti itu.
Menjelangpesta, banyak hal yang baru kalian beritahu padaku,
termasuk sosok"sosok baru yang sebelumnya tak pernah
kutemui. Yang paling berkesan buatku adalah saat kita sama-
sama mengunjungi sebuah rumah tua. Saat itu adalah pertama
kalinya kulihat dua sahabat baru kalian, Sonja dan Philf. Kulihat
285 RISA SARASWATI kakak"beradik itu begitu akrab denganmu, Hans, dan tentu saja
kau, Hendrick. Diam"diam, kuperhatikan wajahmu yang berseri"
seri saat berbicara dengan Sonja. Hendrick, akhir"akhir ini,
kelihatannya kau berubah menjadi anak yang mudahjatuh cinta,
ya" Mmmh waktu itu, perasaanku begitu sedih melihat Sonja dan
Philf, entahlah, apa sebabnya. Beruntung mereka masih punya
mama yang menemani keduanya hingga kini. Namun, tetap saja
perasaanku bagai teriris melihat keduanya, terutama Sonja
yang terlihat sangat pendiam. Apakah kalian tahu peristiwa
yang terjadi pada mereka, Hans" Hendrick" Saat kalian semua
sedang disibukkan oleh banyak kegiatan, aku pernah kembali ke
rumah itu, dan berbincang dengan mama mereka.
Mungkin kalian ingin tahu apa yang sebenarnya mereka alami,
agar kalian tak merasa iri pada kebersamaan mereka bertiga.
Meski sekilas, aku bisa melihat rasa iri di wajah kalian, saat
melihat mama mereka memeluk keduanya dengan penuh kasih
sayang 286 SUNYARURI | SEPASANG SAYAP KECIL ANNETE
"Aku bukan Mama mereka, Risa kau harus tahu apa yang
mereka alami tapi, sudah kuanggap mereka seperti anakku
sendiri. Mereka adalah milikku yang paling berharga, lebih dari
apa pun. Aku ada di sini untuk mereka . '
Anette, 2013 Aku hanyalah seorang pengajar biasa, bekerja mengisi
kesibukan dengan membagi ilmu di rumah-rumah orang kaya
yang menyekolahkan anak-anak mereka di rumah. Suamiku
seorang tentara Netherland. Sudah empat tahun dia bertugas di
tanah ini. Aku dan Joan, suamiku, sudah tujuh tahun menikah,
namun Tuhan belum menitipkan seorang pun anak untuk kami.
Betapa kami merindukan anugerah Tuhan yang satu itu. Tapi,
tak mengapa, kami adalah orang-orang yang menganggap setiap
hal yang terj adi pada setiap manusia merupakan hal tepat yang
Tuhan beri untuk mereka, termasuk untuk kami juga. Kami
berdua kini sudah cukup merasa bahagia. Meski hidup kami tak
berlimpah ruah dengan banyak harta, tapi kami selalu merasa
bahagia dan dipenuhi cinta. Selama ini, aku bisa mencurahkan
naluri keibuanku kepada anak"anak didikku. Dan mereka semua
adalah anak-anak orang kaya yang sopan dan taat.
Namun, ada duaorang anakyang lumayan membuatku kewalahan.
Mereka adalah anak-anak Tuan Joseph, yang bernama Sonja
287 RISA SARASWATI dan Philf. Sepertinya, mereka berdua adalah tipikal anak orang
kaya yang kurang mendapatkan kasih sayang. Menurut cerita
yang kudengar, ibu mereka meninggal saat melahirkan Sonja,
karena kehabisan banyak darah. Tak ada yang menyalahkan
Sonja atas kematian Nyonya Joseph, namun Sonja tumbuh
menjadi anak perempuan pendiam yang selalu merasa bersalah
atas kematian sang ibu. Menghadapi seorang anak seperti Sonja
harus ekstrahati-hati. Salah sedikit saja aku bicara, maka dia akan
berlari ke taman belakang rumahnya, lalu memukuli pepohonan
dengan tangannya hingga berdarah. Sementara itu, Philf adalah
anak laki-laki paling nakal yang pernah kukenal. Bagaimana
tidak hampir setiap aku datang ke rumah itu, selalu saja
terkena kejahilan Philf. Pernah suatu kali aku pulang dengan
baju berlumuran tinta, padahal baju itu adalah hadiah ulang tahun
dari suamiku. Ya, itu karena keisengan Philf yang menumpahkan
tinta pena di baj uku. "Anette, untuk apa kau bertahan mengajar di rumah itu" Aku
tidak suka melihat perlakuan anak-anak itu kepadamu!" Suatu
kali, suamiku J oan berkata seperti itu kepadaku.
Namun, kutegaskan padanya, "Dengan kasih sayang dan ilmu
yang kumiliki, aku sangat yakin mampu mengubah keduanya
menjadi anak yang baik, Joan. Percayalah."
288 SUNYARURI | SEPASANG SAYAP KECIL ANNETE
Awalnya, aku merasa lelah menghadapi anak"anak ini, namun
aku kasihan terhadap Tuan Joseph yang sebenarnya sangat
mencintai Philf dan Sonja. Tuan Joseph merasa bingung dalam
mendidik kedua anaknya. Beliau adalah salah seorang pejabat
pemerintahan Netherland di kota ini. Dia seorang pemimpin yang
cakap, dan dia adalah seorang ayah yang begitu menyayangi
anak"anaknya. Namun, sayang, dia tak tahu caranya menangani
tingkah Sonja dan Philf yang semakin tak terkendali. Berkali-


Sunyaruri Karya Risa Saraswati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kali dia memohon kepadaku agar tetap bertahan mendidik kedua
anaknya, dan tak henti-hentinya dia meminta maaf padaku, jika
aku mendapat perlakuan tak menyenangkan dari Philf. Bagiku,
ini adalah sebuah tantangan.
Awalnya aku mendidik anak"anak dari lima keluarga Netherland
kaya, tapi lama-lama, perhatianku hanya terfokus pada Sonja
dan Philf. Kedua anak ini membutuhkan perhatian lebih besar
daripada anak-anak lain. Akhirnya, kuputuskan untuk mendidik
mereka saja, dan suka atau tidak suka, mereka menerimanya.
Aku pasti datang setiap hari ke rumah mereka.
"Anette! ! Untuk apa kau sering-sering datang kemari" Kau mau
merayu Papa kami, ya" Kau ingin menggantikan Mama kami,
kan?"" Philf meneriakiku.
289 RISA SARASWATI "Apa maksudmu, Philf" Aku datang untuk mengajarimu cara
bersopan santun! Ingat itu!" Emosiku agak terpancing oleh
tuduhannya siang itu. Tiba"tiba, kudengar suara anak perempuan berteriak di
belakangku, "Benarkah itu" Tidak tidak tidak boleh!
Mamaku hanya satu, aku tidak mau Mama yang lain!" Wajah
Sonj a merah padam karena marah, dan sebentar lagi pasti tetesan
air mata akan menyempurnakan kemarahannya.
"Tunggu dulu, Sonja, Philf hanya asal bicara, Sayang .?" Aku
mulai panik melihat reaksi Sonja. Terlambat, Sonja mulai beraksi,
berlari meninggalkan ruang belajar menuju halaman belakang
rumah, tempat dia biasa memukuli pepohonan dengan tangannya.
Aku berlari mengejarnya secepat kilat. Sekilas kudengar Philf
tertawa puas di belakangku. Anak itu benar-benar keterlaluan!
"Anette, kau tidak akan menjadi mamaku, kan?" suara Sonja
terdengar parau sambil tak henti merintih kesakitan saat kubalut
tangannya yang terluka dengan perban.
"Tidak mungkin, Sayang, aku tidak mungkin melakukan hal
itu. Mamamu tetaplah Mama Irene, aku tetaplah ibu gurumu.
Bagaimana nasib Joan jika aku harus mendampingi Papa Joseph,
menggantikan mamamu" Hihi jangan dengarkan Philf,
290 SUNYARURI | SEPASANG SAYAP KECIL ANNETE
dia hanya suka bercanda Dengan sangat hati-hati aku coba
menghibur Sonja yang hari itu memang terasa lebih sensitif.
"Auw, sakit sekali, Anette apakah tanganku ini akan sembuh?"
Dengan sorot mata penuh tanya, Sonja menatapku.
"Tentu saja akan sembuh, tapi berjanjilah untuk tidak
melakukannya lagi. Kautahu, bisa saja tangan-tanganmu ini
marah kepadamu dan mereka tak mau lagi menjadi milikmu,
terus meradang hingga keduanya membusuk, lalu dokter terpaksa
harus membuangnya dari tubuhmu. Kaumau seperti itu?" Aku
coba menantang Sonja. "Tidak, tidak mau, Anette aku akan menyayangi mereka,
Anette Maafkan aku ya, Tangan-Tanganku Sonja
memandangi kedua tangannya yang terkepal dan terlilit perban.
Kupeluk tubuh mungilnya. Sebenarnya, anak ini sangat lucu dan
baik hati. Sudah sejak lama aku merasa sayang kepada Sonja,
seperti menyayangi anakku sendiri. Diam-diam, aku tahu, di
ujung ruangan ini ada Philf yang bersembunyi di balik lemari.
Dia sedang menatap kami dengan sangat marah, karena upayanya
menyulut kemarahan Sonja kepadaku hari itu telah gagal. Aku
tak peduli, tapi aku yakin suatu saat hatinya pasti akan luluh,
dan sifatnya yang menyebalkan akan segera menghilang darinya.
Yang dia butuhkan hanyalah perhatian.
291 RISA SARASWATI "Papa! Aku tak mau belajar setiap hari! Itu memuakkan! Aku
benci belajar! Aku benci Anette! Aku tidak suka dia!" Saat aku
hendak pamit, Philf sedang berteriak-teriak di depan ayahnya.
Kulihat Tuan Joseph hanya terdiam kebingungan menatap
anaknya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Aku segera melangkahkan kakiku ke arah mereka. Philf
langsung terdiam, sementara Tuan Joseph tampak kaget dengan
kedatanganku. "Tuan, aku minta izin untuk pulang. Besok, pukul
delapan pagi, aku akan datang kembali ke rumah ini." Kutatap
mata Philf sambil menyampaikan jadwalku untuk besok pada
Tuan J oseph. Mata Philf terlihat seperti akan keluar. "Apa kaubilang" Pukul
delapan"! Tidak bisa! Aku masih tidur jika kau datang sepagi itu!
Aku tidak mau! Biasanya juga kau datang pukul sebelas!"
Tuan Joseph memegang tangan Philf dengan lembut. "Kau
tidak boleh berkata seperti itu pada Anette, Philf. O iya, Anette,
kenapa kau datang sepagi itu besok?" Tuan Joseph mengalihkan
perhatiannya kepadaku. "Aku berjanji pada Sonja, akan membuatkan sarapan untuknya
besok pagi, sebelum pelaj aran dimulai. Lagipula, Sonja juga yang
292 SUNYARURI | SEPASANG SAYAP KECIL ANNETE
memintaku untuk mengajari dia lebih pagi daripada biasanya."
Sambil tersenyum, kutatap mata Philf dengan tajam.
Philf mencibirkan bibirnya kepadaku, "Huh! Bisa-bisanya saja
kau membuat alasan! Pasti kau hanya ingin menarik perhatian
Papa! Dasar wanita mu "PHILF! Hati-hati kalau bicara! Sebaiknya kau masuk ke
dalam kamarmu, dan kerjakan semua tugas yang Anette berikan
padamu! CEPAT!" Tuan Joseph membelaku sore itu, mungkin
karena sudah cukup muak mendengar celotehan Philf yang
selalu memojokkanku. Philf terlihat sangat marah, lalu pergi
meninggalkan kami sambil membanting pintu ruangan dengan
sangat kasar. Tuan Joseph kembali meminta maaf kepadaku,
namun sungguh, sedikit pun aku tak merasa sedih dan tersinggung
atas perlakuan Philf. Sebaliknya aku merasa kasihan terhadap
anak itu, dan ingin segera memperbaiki sikapnya, agar menjadi
anak yang baik seperti seharusnya.
"Anette, dadaku terasa sangat sakit. Entah apa yang terjadi
belakangan ini kepadaku, sepertinya kondisi tubuhku sedang
tidak baik," Joan berbicara kepadaku sambil tak henti mengusap
dadanya. 293 RISA SARASWATI "Iya, belakangan ini kulihat waj ahmu juga sangat pucat apa
tak sebaiknya kau memeriksakan diri ke dokter?" Aku mulai
mengkhawatirkan kondisi suamiku.
"Sudah, mereka bilang tubuhku baik"baik saja . . . tapi, kenapa aku
tidak merasa enak ya" Ah, biarlah, mungkin sebaiknya aku lebih
banyak beristirahat saj a. Omong-omong, bagaimana harimu,
Anette" Apakah kedua anak itu merepotkanmu lagi?"" Seperti
biasa, Joan selalu ingin tahu perkembanganku menghadapi Sonja
dan Philf. "Tidak ada yang aneh, masih sama seperti biasanya. Aku sudah
terbiasa dengan sikap mereka, seburuk apa pun itu. Joan,
seandainya kita diberi anak mungkin kita akan merasa lebih
bahagia, ya" Aku sangat menyukai anak kecil. Apakah Tuhan
tahu itu, Joan" Jika memang tahu, lalu kenapa Dia tak pernah
menganugerahi kita anak?" Kubaringkan tubuhku di sisi Joan
sambil memandangi langit-langit ruang tidur kami.
"Ssssh, jangan bicara seperti itu, Anette. Tuhan sedang menguji
kita, dan Dia sedang menilai apakah kita memang pantas memiliki
anak atau tidak. Mungkin saja ada hal lain yang akan terj adi di
depan sana. Percayalah, semua ini adalahjalan-Nya yang terbaik
untuk kita. Berdua saja denganmu pun sudah membuat diriku
sangat bahagia. Untuk sementara ini, kau bisa menganggap
294 SUNYARURI | SEPASANG SAYAP KECIL ANNETE
Sonja dan Philf sebagai anak"anakmu. Mungkin Tuhan sedang
mengujimu, sebelum akhirnya menganugerahkan anak"anak
yang lucu untuk kita.?" Dengan lembut, Joan mengelus kepalaku
yang bersandar di dadanya. Segurat senyum terukir di bibirku.
Aku begitu mencintai laki-laki ini.
"Astaga, Joan! Hari sudah siang! Astaga, kita sama-sama
kesiangan! Aduh, aku takut Sonja marah kepadaku!" Dengan
panik, aku beranjak dari tempat tidur kami. Malam tadi kami
berpelukan hingga terlelap tidur, dan aku terbangun oleh suara
jam dinding yang berdentang delapan kali pagi itu. Dengan
tergesa, aku bergegas mandi dan bersiap-siap pergi. Janjiku
untuk marnbuatkan sarapan untuk Sonja pagi ini tak boleh
kuingkari, karena anak itu sedang begitu rapuh dan membutuhkan
perhatianku. Aku bercermin di sebelah tempat tidur, tak menyadari
keadaan Joan yang masih tak bergerak dari tempat tidur. Saat
kulihat bayangannya di cermin, sekali lagi aku mencoba
membangunkannya. "Astaga, Joan Sayang, kau pun harus segera
ke kantor bukankah kau harus piket pagi ini" Cepat bangun,
Joan!" Kuguncang lengan Joan cukup keras namun, dia sama
sekali tak mengubrisku. "Joannnn!!! Tolonglah, bangun, Joan,
295 RISA SARASWATI ini sudah pukul setengah sembilan, lekas bangun! Joaaannn
Kuguncang lagi tubuhnya dengan sangat keras. "Jo Joan
Jangan bercanda, Sayang Aku mulai panik melihat sikap Joan pagi itu. Biasanya, dia
langsung bergegas bangun jika mendengarku berteriak. Kutarik
lengannya lebih keras, lalu aku tersadar kulitnya terasa sangat
dingin dan lebih kaku. Kepanikanku memuncak. "Joan tolong
bangun, Joan Bangun, Sayang Aku berteriak lebih
kencang, dan tak terasa air mata mulai menetes dengan deras di
kedua pipiku. Pagi itu, Joan suamiku tak lagi bergerak dan bernapas. Mereka
bilang, dia terkena serangan jantung. Dia meninggalkanku
begitu cepat meninggalkanku dengan berjuta kenangan
bersamanya yang akan selalu kuingat. Jiwaku terguncang hebat,
batinku meraung penuh duka Tuhan, kenapa harus Joan"
Kenapa tidak aku saja"
Hari ini, langit terasa lebih kelam daripada biasanya.
Sudah seminggu Joan meninggalkanku. Kuputuskan untuk
menguburnya di sini saja, di sisi orang-orang Netherland lainnya
yang wafat di negeri ini. Tugasku belum usai, perkataan Joan
malam itu tentang ujianku menaklukan Sonja dan Philf masih
296 SUNYARURI | SEPASANG SAYAP KECIL ANNETE
saja terngiang ditelingaku. Aku tidak akan pulang ke Netherland
sebelum bisa membuat kedua anak ini menjadi lebih mandiri
dari sekarang. Biarlah aku di sini dulu. Rasanya, Joan masih ada
mendampingiku saat ini dan aku ingin selalu dekat di sisinya.
Setelah mengunjungi pemakaman tempat Joan beristirahat,
kulangkahkan kaki ini menuju rumah Tuan Joseph. Semoga saja
aku masih diterima oleh keluarga itu, meski sudah satu minggu
aku mangkir dari tugasku.
"Selamat pagi "." Kumasuki pintu depan rumah besar milik
Tuan Joseph. Kulihat tiga pasang mata memandangku dengan
kaget dari ruang tamu. Ternyata Tuan Joseph, Sonja, dan Philf
yang menatapku. "Selamat pagi, Anette, bagaimana keadaanmu" Aku turut
berduka atas kepergian suamimu. Kau baik-baik saja" Apakah
kau akan pulang ke Netherland?" Tuan Joseph menghujaniku
dengan banyak pertanyaan.
"Tidak, Tuan, aku akan di sini saja, melanjutkan tugasku
mendidik Sonja dan Philf. Lagipula, suamiku dimakamkan di
negeri ini aku tak mungkin meninggalkannya." Kutundukkan
kepalaku, karena sesungguhnya aku tak kuasa mengingat Joan,
karena perasaanku masih terluka hebat.
297 RISA SARASWATI "Anetteee!" Sonja berlari ke arahku dengan sangat cepat,
kedua lengannya terbentang lebar, dan dia memelukku erat saat
tubuh kami bertabrakan. "Aku rindu padamu, Anette Sonja
membisikkan kata-kata itu di telingaku, membuatku tersenyum
dengan mata berkaca-kaca karena perlakuan tak biasa dari anak
ini kepadaku. "Aku juga sangat merindukanmu, Sonja. Tanganmu sudah
membaik?" Kuperhatikan kedua lengannya sambil terus
tersenyum. Sonja menganggukkan kepala. "Aku tak akan lagi menyakiti
mereka, Anette." Tuan J oseph ikut tersenyum melihat pemandangan pagi itu. Aku
tahu betul, di dalam hati, dia pasti setengah tidak percaya atas
perubahan sikap Sonja. "Huh! Kupikir kau tidak akan datang lagi! Sekarang
kesempatanmu untuk merebut Papa kami menjadi lebih besar!"
Philf meneriakiku sebelum berlari ke dalam kamarnya.
Tuan Joseph memandangiku dengan sedih. "Maafkan dia, Anette
.. maafkan anak itu ...." Aku hanya tersenyum padanya sambil
menganggukkan kepalaku. 298 SUNYARURI | SEPASANG SAYAP KECIL ANNETE
Aku mencoba menjalani hari-hari selanjutnya tanpa terus
mengingat-ingat J oan. Perhatianku kucurahkan untuk kedua anak
ini. Sikap Sonj a sudah sangat baik kepadaku, kami kini sudah bisa
bersahabat"bahkan dia tak segan menceritakan kerinduannya
pada sosok sang Mama yang tak pernah dikenalnya. Lain halnya
dengan Philf, yang masih saja mencemoohku. Tapi, aku tak
peduli aku tetap mengaj arkan semua pelaj aran yang kukuasai
padanya. Aku tetap mencoba bersikap baik kepadanya, meski
seringkali Philf menyakiti perasaanku dengan berbicara tentang
kematian Joan dan kekhawatiran anak itu tentang posisiku di
rumah mereka. "Anette, aku akan bertugas agak lama ke daerah lain mungkin
makan waktu beberapa minggu. Bisakah kau tinggal di rumah ini
menj aga kedua anakku selama aku pergi?" Pada suatu pagi, Tuan
Joseph mengaj akku berbicara.
"Selama itu, Tuan" Entahlah, aku harus mengurus rumahku.
Selama ini aku tak pernah meninggalkan rumahku. Kalau boleh
tahu kenapa bisa begitu lama Anda ditugaskan di tempat
lain?"" Dengan penasaran, aku mencoba menanyakan itu pada
Tuan Joseph. Mendiang suamiku juga seorang tentara, namun
dia tak pernah begitu lama meninggalkanku untuk bertugas ke
kota lain. 299 RISA SARASWATI Tuan Joseph merendahkan suaranya. "Ssst jangan sampai ini
terdengar oleh anak"anak. Situasi sedang amat genting di daerah
yang akan kudatangi. Jepang mulai masuk ke negeri ini. Bisa
saja mereka juga datang kemari. Namun, sepertinya tidak dalam
waktu dekat. Tentara kita di daerah lain sedang membutuhkan


Sunyaruri Karya Risa Saraswati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pasukanku untuk berjaga-jaga. Kau mau kan, mengorbankan
sedikit waktumu untuk menjaga Sonja dan Philf" Aku akan
memberikan bayaran ekstra untuk jasamu ini.?"
Sambil mengerutkan kening, aku kembali bertanya pada Tuan
Joseph. "Aku sama sekali tak mempermasalahkan uang.
Tapi, benarkah situasinya segawat itu?"" Perasaan takut mulai
menggerogoti pikiranku. "Begitulah yang kudengar dari rekanku yang bertugas di
sana. Mmmh Anette, bagaimana" Kau mau?" Tuan Joseph
menatapku ekspresi memohon.
"Baiklah, aku akan menjaga mereka. Anda tak usah khawatir
Masih penuh tanda tanya, aku melangkah menuju kamar Sonja,
melewati lorong-lorong luas mangan lainnya. Saat melewati
kamar Philf, tiba-tiba saja sesuatu menarik gaun yang kukenakan
hari itu. "Anette, aku mendengarnya! Anette, kau harus
membantuku melarang Papa pergi meninggalkan kami. Anette,
aku takut Suara Philf bergetar ketakutan. Dia terus menarik-
300 SUNYARURI | SEPASANG SAYAP KECIL ANNETE
narik bajuku, dan kulihat matanya basah, berwarna kemerahan.
Baru kali ini kulihat dia begitu lemah dan rapuh, jadi kurangkul
tubuhnya yang terus bergetar.
"Tenanglah, Philf, papamu akan baik-baik saja. Dia laki-laki
yang kuat, tak mungkin akan meninggalkan kalian." Dengan
berusaha bersikap manis, aku mencoba menenangkan Philf yang
semakin tak terkendali, meski aku sendiri pun terkaget-kaget
dengan perubahan sikap anak nakal ini.
"Tidak, Anette, Papa tak boleh meninggalkan kami! Aku takut
Papa tak kembali, seperti Mama yang berjanji akan keluar dari
ruang operasi saat melahirkan Sonja. Aku benci ditinggalkan,
aku benci itu, Anette! !?" Setengah berbisik, Philf terus berbicara.
Tangannya mulai mengguncang bahuku. Getaran hebat mengalir
di sekujur tubuhku, bayangan tentang Joan tiba-tiba menyergap
. _ . _Aku mulai paham kenapa Philfbegitu aneh dan menyebalkan.
Apa yang dia rasakan mungkin sama sepertiku saat kehilangan
Joan dari hidupku Namun, dia hanya anak kecil yang tak
sanggup menerima kepergian mamanya, dan dia tak tahu harus
bersikap bagaimana untuk menj alaninya.
"Baiklah, Philf> aku akan membantu membujuk papamu agar tak
pergi Semoga dia mau mengerti ya, Philf!" Kupeluk tubuh
anak malang ini dengan begitu erat.
301 RISA SARASWATI Namun, aku tak berhasil membujuk Tuan Joseph. Aku tahu
betul bagaimana seorang tentara Netherland demi negara,
mereka rela berkorban, bahkan mengorbankan keluarga mereka
sekalipun. Saat Tuan Joseph pergi, aku menggendong Sonja
yang tak berhenti menangis sambil melambaikan tangannya pada
sang Papa, sementara Philf entah berada di mana, karena batang
hidungnya sama sekali tak terlihat hari itu. Anak itu pasti begitu
menderita. Sudah dua minggu lebih Tuan Joseph pergi, dan belum terlihat
tanda-tanda kepulangannya. Sementara itu, desas-desus tentang
invasi J epangke negeri ini sudah semakin hangat di telinga, terlebih
telinga orang-orang Netherland seperti kami yang sangat resah
akan kedatangan mereka. Kamilah yang mereka incar, kamilah
orang-orang yang pertama kali akan disingkirkan oleh tentara-
tentara Jepang itu. Hampir setiap malam Sonja menanyakan
keberadaan Papanya, dan hampir setiap malam juga Philf pindah
ke kamar Sonja, tempat aku menemani Sonja tidur. Sekarang aku
tahu, Philf adalah anak yang sangat penakut apalagi terhadap
gelap dan suara petir. Jika hujan turun, dan suara petir terdengar
menggelegar, tak aneh jika Philf akan berlarian histeris, sambil
naik ke tempat tidur adiknya. Tak ada lagi kebencian di matanya
saat menatapku. Bahkan, seringkali dia memintaku memeluknya
dengan erat. Sonja pun memperlakukanku dengan sangat baik,
302 SUNYARURI | SEPASANG SAYAP KECIL ANNETE
dia semakin manja kepadaku. Ke mana pun dia pergi, Sonj a selalu
memintaku menemaninya. Aku kasihan terhadap keduanya, yang
setiap saat merasa ketakutan memikirkan kondisi papa mereka.
Tak terasa, sudah sebulan lamanya Tuan Joseph meninggalkan
rumah ini. Tak terdengar sedikit pun kabar darinya. Kondisi kota
ini sudah semakin tidak kondusif, banyak keluarga Netherland
yang memutuskan untuk pergi meninggalkan negeri ini dan
kembali ke tanah air kami. Sonja dan Philf semakin tak bisa
kulepaskan, mereka terus dihantui ketakutan akan peperangan.
"Oh, Joan seandainya kau ada di sini .?" Terkadang, alam
bawah sadarku berharap mendiang suamiku masih ada di
sisiku, setidaknya untuk sekadar menguatkan perasaanku, yang
sebenarnya sangat kalut oleh kondisi negeri ini.
Aku sangat ingat, saat itu adalah hari keempat puluh lima
kepergian Tuan Joseph. Malam begitu mencekam karena
hujan yang tak henti turun sejak tadi pagi. Petir terus-menerus
menggelegar, bagaikan sedang bereteriak"teriak kencang di
telinga kami. Aku, Sonja, dan Philf merapatkan tubuh kami di
bawah selimut hangat milik Sonja. Anak-anak itu menangis
ketakutan di sisiku, memintaku memeluk tubuh mereka yang
kedinginan. 303 RISA SARASWATI Tiba-tiba saja, kudengar teriakan perempuan dari belakang
rumah Tuan Joseph. Aku tahu betul itu adalah suara Saidah,
pembantu di rumah ini. Otomatis aku bangkit dari tempat tidur
Sonja. Namun, anak-anak itu mencengkeram tubuhku dengan
keras. "Tidak, Anette, jangan pergi dari sini, jangan tinggalkan
kami! Kami takut!" Philf mulai menangis.
"Iya, Anette, aku juga takut Sonja menimpali perkataan
kakaknya. Kuurungkan niatku mencari tahu apa yang terjadi
pada Saidah. Jantungku berdegup kencang aku tahu, sesuatu
yang buruk tengah terj adi di rumah ini.
Tak perlu menunggu lama, pintu kamar Sonja tiba-tiba saja
didobrak oleh segerombolan orang tak dikenal. Tak salah lagi,
mereka adalah orang-orang Jepang. Aku pernah melihat wajah-
wajah seperti ini sebelumnya. Sonja berteriak histeris, begitu
pun Philf yang terus-menerus berteriak memanggil papanya
sambil terus bergelayut di tubuhku. Aku berdiri, lalu berteriak
kepada mereka, "Pergi kalian dari sini! Kami tak tahu apa-apa,
pergi! Tak ada apa pun yang bisa kalian dapatkan dari rumah
ini!?" Namun, teriakanku tak mereka gubris, dan seketika sebuah
pukulan bersarang di wajahku hingga aku terpental jatuh. Sonja
dan Philf berteriak sambil merangkul tubuhku yang terguling di
lantai. Mereka terus memelukku dengan erat.
304 SUNYARURI | SEPASANG SAYAP KECIL ANNETE
Tiba-tiba saja, salah seorang prajurit Jepang itu menyirami tubuh
kami dengan cairan berbau mmmh, baunya seperti bahan
bakar! Ya tak salah lagi, cairan ini adalah bahan bakar! Belum
sempat aku bertindak, tiba-tiba saja seorang prajurit Jepang
lainnya menyulut korek api, lalu melemparnya ke arah kami.
Anak"anak ini terus memelukku, tubuh kami meliuk bersama
dalam kobaran api yang terus menerus menyiksa Dalam
liukan itu, mulut kami berteriak"teriak Di antara teriakan-
teriakan itu, samar"samar kudengar Sonja dan Philfmemanggil
"Mamaa Dengan tangan-tangan yang tak lepas dari
tubuhku, terus memegangiku.
Sejak saat itu, kami tak pernah terpisahkan
Sejak saat itu, mereka memanggilku Mama
Sejak saat itu, aku tak pernah bisa meninggalkan keduanya.
Mereka bagaikan sepasang sayap bagiku, tanpa mereka aku tak
akan pernah bisa terbang ..
Mereka yakin, suatu hari Papa mereka akan datang ....
Dan aku akan selalu ada mendampingi mereka, hingga Papa
mereka datang 305 RISA SARASWATI 4k/7irnya, ( .at/1 kemaa/i mendatargiku/Jaa/a suatu rna/a/n ,
.de/um /a/na ini. dku degitu aanagia menyamautnya datang.
A/amun, .sa/ang Futn tak pernah disa menanggapiku
dengan 5eriu5 . Seperti ":"a5a, dia hanya teru5 tertawa
menggodaku yang ter/i/iat aemAerut karenanya. Sa/nA/Y
teru5 tertawa, alfa ai/ang " Mereka kecewa padanau,
glia. " Kata"kata fut/i denar ".5enar memauatku terkejut. Jadi,
5e/ama ini ka/ian/a/y ya/g merasa kedewa kepadaku"
Benarkah itu" Dan dengan Seenaknya kajian pergi
Aegitu saja, tanpa me/nAeritanu aaa"aaa" Sungguh,
ka/ian Sangat keter/a/uan/ f(ka tidak 511552 menerima
/7a/ ini dengan /aaang dada. ?"ut/i masih tertawa"tawa
ai; 5am/a/rgku, saat tak kusadari air mataku menetes
Satu demi satu di pipi. dku menangis ma/a/n itu
di sisi (utn. Saat itu/a/y, alfa mu/ai AerAieara dengan
.sa/Bat SeriuS kepadaku. Kurasa, fut/i Mu/ai Merasa
ida fne/i/iatku, dan Saat itu you/a akhirnya aku tahu
Seaenarnya aaa ya/g terjadi di antara kita.
Menara" !" af/l , ka/x'an klin/ Sedang meraSaka/i feraAaha/v
dari da/a/n diriku. Menurutrya, kini aku aukan/a/z fisa
ya/g menyenangkan /agi di mata ka/z'an, dan yang ,ea/ing
menohok hatiku aala/a/i saat dia $i/a/g ka/ian 53rffkfr
dahaga aku tak /ag/ menyayangi diriku 5ena/iri. dyna
maksud Semua ini" dku merasa .Sz'kapku daik"aaik .sa/"a
terhadap ka/f'an, tak ada yang aeruda/i. 7'o/ongU'e/a5kan
inf kepadaku.] 306 SUNYARURI Entah dari Mana (utk] Mendapat informasi" ini, dia tak
memaeritahuku. Tapi, dia .fi/ang :'nf'ormaS/nya ka/i ini
Aenar"Aenar tepercaya, dan aku memercayainya. Kami
derdua meneAak"neaak, 5e"enarnya Sikap apa yang
ka/ian Aeng; dariku" dku dan "ut/z mu/ai Aerdiskusi
Mergenaf /7a/ ini, dan ka/f ini dia Sangat Serliaxs . Kajian
Semua mau tahu apa Saja Asi diskusi kami ma/a/n itu"
4kan kuru/nuSkan satu per satu, Semoga saja tidak
Me/endeng dari yang SeSungga/tnya terjadi.
Kajian .se/nua menjau/iiku karena
dku ter/a/u si'Auk untuk me/aaleni ka/ian
Aer/nain. Waktuku Ae/akangan ini ter/a/u
aanyak dinaaflikan untuk me/akukan pekerjaan"
pekerjaanka. 'fE/nanku kini "erta/n5a/i danyak, dan ka/ian
Semua mera5a eemAuru kepada mereka. Jika
Mema/g ini ya/g terjadi, Maka Skor kita Satu
Sama, karena saat ini aku pun meraSakan na/
Seperti. itu. Jku "eru"ah menjadi Z'Sa yang ter/a/u
em05/"ona/ da/afn menghadapi maSa/a/7 apa pun.
Ba/ikan, (utk] Aerke/akar Aa/iwa Sz'f'atku yang
satu ini' memang Sangat mengerikan, Me/nAuat
ka/ian SeMLIa enggan aercamla denganku.
dku ter/a/u danyak menceritakan kl'Sa/i tentang
ka/ian kepada aanyak orang "> tapi, aku tak
Setuju Ljika memang ini maSa/a/inya, karena
ku/i/iat ka/z'an Aegftu Aa/iagia dengan ketenaran
ka/ian de/akangan ini. 307 RISA SARASWATI dkan nanfi . A/ornor 5 ini ada/a/7 menurut "utn, katanya
aku kini ter/a/u (fanyak menge/u/i dan "er$edin.
Ka/ian aala/a/i anak"anak ya/g Sangat memAenc/
;)enge/uh, 5enarka/7 itu"
. dku Ae/um menepati Janjiku untuk memaawa
ka/ian ke A/et/Ier/and. . Jku gemuk.] Lagi /agi ini menurut (utk] -">
menyeua/kan. Ka/z'anJatu/z cinta pada manusia /ain yang daun
/eAi/7 menyenangkan daripada aku.
dku nanya Mengingat kajian Saat MeMang Sedang
memAutunkan ka/ian, Sementarav'ika aku Sedang
"er$ama feman"fe/nanku, Maka aku Seo/a/7 /u/9a
akan kederadaan ka/ian. ku/p'm/Jun /agi ;oin"yaoin feweuau derikutnya
. Semoga saja tidak Semuanya Aenar, dan Semoga
aku tidak rne/ezuatkan ha! MM yang Asta; mengerikan.
Aku hanya ingin memperaaiki Semuanya. Datang/an ke
feM/Pafku , Jika 073076073 ka/ian 07625177 "730752!"sz 5e5ua/1
keSe/n/iatan untuk memperdaikinya. Lagipu/a, aku Ljuga
DGI." dku menyampaikan Aeuerapa ke/u/7anku tentang ka/ian.
harap ini nanya/a/z Setua/z kesa/an/aa/zaman.
nrima kaSih, (.af/l, karena (:s/ah mem"eriku Sedikif
genderanan tentang SituaSI ini. 0 ya, kuharap ka/ian
Aenar"aenar .6i5a Aerte/nan /agi derganku, karena aku
.de/um menepati Ljanjiku untuk mengajak ka/ian Semua
menginjakkan kaki di tanah A/et/7er/and.
308 SUNYARURI Janji ada/a/7 Ljanji, aku ue/ajar aanyak tentara /7a/ itu
dari ka/ian! Jika Suatu Saat kita pergi ke Sana, aku
irgin tak ada /agi maSa/a/t di antara kita yang mengganja/ .
Lewat tu/i5an ini, meSki aku tak "enar"5enar yakin
Mengenai kesa/a/ianku ini, kunaraa kita ma5i/7 Aisa
.sa/ing rne/naaf'kan. dku sangat menyayangi ka/ian Semua
309 RISA SARASWATI 310 SUNYARURI kikir &lbhnging league
RISA SARASWATI 312 SUNYARURI | AKHIR PERTIKAIAN YANG BAHAGIA
at menulis bagian ini aku mulai tersenyum, wajah
Sjucumu tiba"tiba saja melintas di pikiranku, belum lagi
gigi ompongmu yang menurutku merupakan anugerah untuk
seorang Janshen. Kau adalah favoritku/ .l/ Jika ada yang berani
menertawakan gigimu sekarang, cepat bilang padaku! Aku


Sunyaruri Karya Risa Saraswati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan memukul orang itu habis"habisan untuk membelamu.
Suara tawamu adalah penyemangatku, karena jika kau tertawa,
suasana di sekeliling kami menjadi lebih berwarna. Mungkin
yang lain juga menyadari hal ini, Janshen, hanya saja mereka
terlalu gengsi untuk mengakuinya. Akan lain rasanyajika kau tak
ada di sisi kami saat berkumpul, kau sudah bagaikan pelengkap
bagi kita semua. Kau adalah sahabat pertama yang berani bercerita kepadaku
tentang segala keluhan dan rasa sedihmu, kau pula yang
mengajarkanku untuk menjadi kakak yang baik Sebelum
bertemu dirimu, aku dan Riana, adikku, selalu saja bertengkar
mempermasalahkan banyak hal. Namun, setelah mengenalmu,
aku merasa banyak mengalami perubahan, terutama mengenai
hubunganku dengan Riana. Aku selalu menganggapmu sebagai
adikku yan g paling kecil. Seandainya kau bisa berada di rumahku
setiap hari, tentu akan sangat menyenangkan. Yaah, memang
sih, terkadang aku kesal dengan permintaanmu yang macam-
macam. Di antara yang lain, kau yang paling sering minta
dibelikan ini-itu, Janshen. Seringkali, aku merasa kewalahan
313 RISA SARASWATI karena takpunya cukup uang untuk membelinya, namun seperti
biasa aku selalu menyerah pada keinginan kalian semua, dan
akhirnya aku selalu mewujudkan keinginan-keinginan kalian"
termasuk keinginanmu, Janshen.
Kini, kau jarang datang ke rumahku, Janshen. Kaubilang kau
sangat membenci kucing"kucing di rumah. Ketiga kucingku,
Nyamnyam, Tamtam, Ochan, adalah makhluk"makhluk lucu.!
Namun, kau sangat membenci mereka, hingga kau banyak
mencari alasan agar sebisa mungkin tak lagi menyentuh
rumahku. Padahal, dulu aku mau-mau saja membelikanmu
kelinci, walaupun aku tak terlalu suka, karena mereka bukan
binatang penurut yang bisa membuang kotoran di tempatnya.
Berkali-kali kaukeijai aku yang harus membersihkan kotoran
kelinci"kelincimu, tapi aku tak merasa keberatan akan hal itu.
Aku tahu, kau masih terlalu kecil untuk belajar bersikap dewasa,
tapi kadang aku mengharapkan sebuah keadilan dari situasi
ini. Pikiran gilaku selalu iri pada kalian"kenapa harus aku
saja yang tumbuh dan dituntut dewasa" Kenapa kalian tidak"
Kenapa harus aku yang kehilangan dirimu, Janshen" Kenapa
tidak kau saja yang melepaskan rasa bencimu terhadap kucing"
kucingku, demi bertemu dan bermain denganku di rumah ini"
Di luar semua pikiran-pikiran buruk ini, selalu ada kenangan
manis tentangmu, Janshen, yang membuatku akhirnya berhenti
314 SUNYARURI | AKHIR PERTIKAIAN YANG BAHAGIA
marah karena memang aku sangat takpantas marah kepadamu.
Kau adalah makhluk paling lucu yang pernah kutemui, tak
mungkin bisa aku membencimu sampai kapan pun. Kau anak
yang paling cerewet, lugu, berwajah lucu, dan kau adalah anak
yang selalu ingin dipuji oleh semua yang ada di sekelilingmu.
Aku ingat, suatu hari kau pernah mendatangiku dalam keadaan
sedih dan menangis tanpa air mata. Saat katanya mengapa kau
bersedih, kaujawab bahwa hari itu Peter, Hans, Hendrick, Will
tak mengakui bahwa kau anak yang tampan, hahaha! Aku tak
pernah bisa melupakan momen itu, Janshen!
Aku : "Hei, kenapa lagi kamu, Janshen" Sini, kemari, duduk
di tempat tidurku!" (Kurentangkan kedua lenganku untuk
menyambut kedatanganmu. )
Kau : (Kaugelengkan kepalamu.) "Tidak, tidak mau. Aku
tahu, kau juga sama saja dengan yang lainnya!"
Aku : (Aku mulai merasa kebingungan.) "Lho, apa
maksudmu" Apa sih yang sedang kaubicarakan?"
Kau : (Tiba-tiba mendudukkan diri di atas karpet kamarku.)
"Ini soal Hendrick. Dia bilang wajahku seperti kakek-kakek, tak
sesuai umurku. Lalu, Peter bilang aku ini berwajah aneh. Hans
juga menambahkan bahwa bintik-bintik di wajahku ini terlalu
315 RISA SARASWATI banyak, bahkan katanya, wajahku ini seperti dirubung semut.
William memang tidak berkata apa-apa tentangku, tapi dia tertawa
puas sekali tanpa henti. Aku sedih, Risa (Kautundukkan
kepalamu dan mulai cemberut.)
Aku : (Tiba-tiba saja tawaku terpancing.) "Hahahahahahaha
keterlaluan mereka itu! Hahahahaha, parah sekali, parah,
parah, hahahahha!" Kau : (Wajahmu menengadah, matamu melotot marah
menatapku.) "Sudah kubilang! Kau sama saja! Kau sangat puas
|:: mentertawakan aku Aku : "Aduhhh, aduhh jangan marah begitu, Janshen,
aku hanya tertawa karena cara mereka bercanda memang sudah
sangat keterlaluan (Dengan sigap kudekati dirimu yang sudah
terlihat sangat marah dan hampir beranjak meninggalkan
kamarku. ) Kau : "Bercanda" J adi mereka tidak serius, kan?"" (Kaupasang
wajah polos, gaya andalanmu.)
Aku : "Ya, tentu saja mereka bercanda! Jika kau memang
seperti yang mereka bilang, mungkin kau tidak akan mengetahui
hal itu sekarang, melainkan sej ak lama. Sekarang, aku bertanya
316 SUNYARURI | AKHIR PERTIKAIAN YANG BAHAGIA
kepadamu, apakah kau merasa penarnpilanmu seperti yang
mereka bilang?" Kau : (Kaugelengkan kepalamu dengan sangat cepat.)
"Tidak! Tentu saja tidak! Malah sebaliknya, Risa, selama ini aku
berpikir bahwa wajahku ini sangat tampan, apalagi jika gigiku
tidak ompong. Norah selalu meyakinkan jika aku ini memang
tampan dan pintar. Dia membuatku sangat percaya diri!"
Aku : (Mencoba menahan tawa.) "Ya! Memang begitulah
dirimu, tampan dan pintar. Tak ada yang meragukan itu, termasuk
aku dan yang lain! Hanya saj a, mereka ini tak terbiasa memuji,
apalagi memujimu, J anshen."
Kau : (Suaramu mulai meninggi.) "Kenapa mereka tak
jujur saja kepadaku" Kenapa mereka harus membuatku marah,
padahal mereka tahu aku ini anak yang tampan" Ini benar-benar
tidak adil!" Aku : (Sudah mulai tak kuat lagi menahan tawa.) "Hahahaha
. . . J anshen, sudahlah! Kau seperti tidak mengenal mereka. Mereka
kan memang begitu! J ahil dan sering bercanda, hahahaha!"
Kau : (Matamu kini menatapku aneh.) "Kenapa kau tertawa?"
317 RISA SARASWATI Aku : (Aku kaget mendengar pertanyaanmu dan mulai sadai;
seharusnya aku tak boleh tertawa.) "Oh, maaf, maaf, barusan aku
sedang membayangkan bagaimana wajah Peter, Hans, dan yang
lainnya saat mereka sedang mengejek, mmmh mengejek apa
pun, ya, bukan hanya mengejekmu. Hihihi memang sangat
menyebalkan dan tidak berperasaan! Huhu
Kau : "Nah, kau sendiri sadar kan, bahwa wajah mereka
memang jelek"! Aku tahu sekarang! Mereka hanya iri pada
ketarnpananku ! ?" Aku : (Lagi-lagi, aku berusaha keras menahan tawa.)
"Ya! Betul itu! Kaulah yang paling tampan di antara yang
lain. Sebenarnya mereka menyadari itu, hanya saja tak mau
mengungkapkannya." Kau : (Tertawa senang.) "Hahahaha baiklah, mulai
sekarang aku tak akan marah lagi jika mereka mengejekku. Aku
mengerti sekarang, hahahaha!!!" (Lalu, tiba"tiba kau diam dan
lan gsun g bertanya serius kepadaku.) "Risa, tapi menurutmu, aku
ini tampan atau tidak?"
Saatpertanyaanmu belum terjawab, tiba-tiba Peter dan yang lain
masuk menerobos dinding kamarku, dan mulai mengacaukan
segalanya. 318 SUNYARURI | AKHIR PERTIKAIAN YANG BAHAGIA
Peter : "Tentu saja Risa akan berpikiran sama sepertiku. Kau
berwajah bodoh, Janshen!" (Sambil mengelus"ngelus rambutmu
pelan.) Hans : "Ha! Manusia semut!"
Hendrick : "Anak kecil berwajah kakek"kakek! Hiyyy
." (Sambil menunjukkan wajahjijik kepadamu.)
Kita sama"sama tercengang atas kedatangan mereka, lalu kau
menatapku. Saat itu kulihat ekspresimu yang paling sedih,
Janshen. Aku yang semula hendak tertawa pun mengurungkan
niatku untuk ikut meledek Sungguh, wajah itu sangat
menyedihkan jika mengingatnya, aku jadi begitu khawatir
padamu, Janshen. Aku : "Hei, hei, hei! Kalianjangan seperti itu pada Janshen!
Dia tak seburuk yang kalian bilang, kok! Malah sebaliknya,
lihat anak ini! Begitu menggemaskan dan tampan!" (Kupelototi
mereka satu per satu.) Kau : "Benar katamu, Risa, aku memang menggemaskan
dan tampan! Kalian semua hanya iri kepadaku!" (Kauacungkan
kepalan tanganmu pada mereka.)
319 RISA SARASWATI Gertakanmu pada mereka hanya menciptakan suasana yang
makin heboh, karena kini, Petet; Hans, Hendrick, bahkan William
tak lagi mampu menahan tawa. Kita berdua memperhatikan
mereka dengan terbengong-bengong, dan lagi-lagi kautatap
wajahku dengan sangat sedih.
Kau : "Risa ....?" (Kau berbisik sambil mulai memegangi
tanganku. ) Aku : (Mulai merasa marah pada mereka.) "Heh! Silakan
tertawa!!! Tapi, dengarkan dulu, aku akan berbicara tentang
beberapa hal. Baiklah, pertama, Janshen memang bergigi
ompong. Tapi, ingat, Peter, tubuhmu juga pendek seperti orang
kerdil. Kau, Hendrick! Kulitmu terlalu pucat seperti mayat
hidup. Lalu ada kau, Hans! Bintik di wajahmu lebih mengerikan
dibandingkan Janshen. Dan terakhir kau, William, rambut
keritingmu jelek sekali, seperti tidak pernah disisir sejak lahir.
Kalian semua bukan anak-anak berlisik sempumal Jadi stop,
jangan lagi menghina J anshen! Aku benci mendengarnya! ! !"
Semua yang ada di situ terpaku mendengar kata"kata yang baru
saja meluncur dari mulutku. Semua tampak kaget, termasuk aku
sendiri, yang mulai menyalahkan diriku, kenapa harus berkata
seperti itu pada kalian. Kulihat kau menjauhiku. dan mulai
merapat pada Peter dan yang lain.
320 SUNYARURI | AKHIR PERTIKAIAN YANG BAHAGIA
Kau : "Kau tak hanya mengataiku, tapi kau juga mengejek
semuanya ." (Perlahan kauungkapkan kalimat ini.)
Peter : "Baru kali ini kudengar seseorang mengatakan bahwa
aku kerdil .?" (Matanya menerawang entah ke mana.)
Hans : "Mulutmu seperti ular!"
Hendrick : "Ya, jahat sekali
William: "Kau juga tahu, aku memang tak suka menyisir rambut.
Dan aku tak peduli apa pendapatmu tentangku (Sambil
melangkahkan kakinya menerobos dinding kamarku, menuju
keluar.) Satu demi satu, kalian pergi meninggalkan kamarku dengan
kepala menunduk, tanpa menoleh ke arahku lagi. Termasuk
dirimu, Janshen, yang bermaksud kubela di hadapan mereka.
Kulihat kau ikut berjalan bersama Hans, dia menggandeng
tangan kananmu . Aku sungguh kesal melihatpemandangan itu.
Aku berusaha menahan kalian dengan berulang kali memohon
maajf tapi tak ada satu pun di antara kalian yang menggubrisku.
Wajahku mulai memerah, mataku mulai panas, rasa bersalah
hinggap di kepala dan hatiku seandainya bisa kutarik lagi
kata-kata tadi, mungkin tak akan beginijadinya.
321 RISA SARASWATI Aku terus melamun lama, hingga tak sadar akan kedatangan
Norma dan Marianne yang muncul secara bersamaan. Entah
dari mana mereka. Saat mereka datang, wajahku sudah sembap
dan merah akibat menyesali kesalahanku pada kalian. Mereka
berdua duduk di kasarku, lalu bertanya tentang banyak hal
kepadaku. Anne : "Hei, waj ahmu jelek sekali!"
Norma : "Kau habis menangis, ya?""
Aku : "Tidak, aku sedang flu hidungku banyak
mengeluarkan ingus, dan mataku berair karena perih."
(Kuusapkan tisu ke hidung dan mataku.)
Anne : "Dia sedang berbohong, Norma hehehe!"
Norma : "Sepertinya sih begitu. Ayo ceritakan pada kami, apa
yang terjadi?" Aku : "Kalian jangan sok tahu, aku tidak apa-apa kok!"
Norma : "Aku manusia ikan, kau juga manusia ikan. Aku bisa
tahu kalau kau sedang sedih ." (Dari sorot matanya, Norma
terlihat sangat mengkhawatirkan aku.)
322 SUNYARURI | AKHIR PERTIKAIAN YANG BAHAGIA
Anne : "Akumanusia cantik. Tanpa harus menjadi manusia ikan
seperti kalian pun, aku bisa tahu kalau kau sedang bermasalah
dan sekarang kau sedang membohongi kami!" (Dengan ketus
Marianne mendampratku.) Aku : "Huh! Dasar kalian, anak-anak perempuan, lebih peka
dan selalu ingin tahu urusan orang lain. Baiklah, aku sedang
bersedih dan sedang dihantui rasa bersalah. Peter, Hans, Hendrick,
Will, dan Janshen sedang memusuhiku karena tadi aku tak
sengaja menghina mereka semua _" (Air mata bercucuran di
pipiku.) Anne : "Hahahaha apa yang kaukatakan pada mereka"
Hahahha!" Aku : "Kubilang Peter pendek, Hendrick berkulit pucat,
Hans berbintik, J anshen ompong, dan Will keriting tak terurus,
huhu mereka semua marah padaku, Anne, dan mereka pergi
meninggalkan kamar ini.?"
Anne : (Memelototiku dengan tak percaya.) "Apa" Kau
bilang semua itu pada mereka" Hahahahaha bagusss,
Risa!!! Akhirnya ada yang mewakiliku untuk menyampaikan
pendapatku, hahahahahaha! Aku suka ituuul"
323 RISA SARASWATI Norma : "Hushll Jangan bersikap begitu, Anne! Lihatlah, Risa
bersedih karena mereka semua marah!"
Anne : "Ah, kau tidak perlu mengkhawatirkan itu, Risa,
mereka semua anak laki-laki manja. Jangan takut pada mereka,
aku yakin sebentar lagi juga mereka akan kembali datang


Sunyaruri Karya Risa Saraswati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan memaafkanmu!" (Anne menggigiti kukunya sambil terus
mencerocos padaku.) Norma : "Kau sudah meminta maaf pada mereka, Risa?"
Aku : "Tentu saj a sudah, tapi merekatak mau mendengarkanku.
Sedih rasanya ." (Kurasakan mataku kembali terasapanas.)
Anne : "Sudah ah, jangan menangis lagi, aku tidak suka
melihatnya! ?" Norma : "Untuk yang satu itu, aku setuju pada pendapatmu,
Marianne. Jangan kausia-siakan air matamu hanya untuk
menangisi mereka, hihi tidak layak!"
Aku : "Huhuhu terima kasih ya, untung kalian datang.
Setidaknya, aku bisa berbagi cerita ini pada kalian .?" (Akhirnya
sebuah senyuman bisa muncul juga di bibirku.)
324 SUNYARURI | AKHIR PERTIKAIAN YANG BAHAGIA
Akhirnya, aku bisa tertawa"tawa lagi bersama Marianne dan
Norma, dan melupakan masalahku tadi. Aku masih ingat, ketika
sedang asyik tertawa dengan mereka berdua, Peter tiba-tiba
datang menembus tembok kamarku, disusul oleh Hendrick,
Hans, Will, lalu kau, Janshen, membuat kami bertiga kaget dan
ketakutan. Peter : "Oh, jadi kau sama sekali menyesal ya, telah
menghinaku?" Aku : "Aku kan sudah bilang menyesal sejak tadi, tapi kalian
tak hiraukan aku!" (Marianne telah berhasil memotivasiku agar
tidak takut pada Peter dan yang lain.)
Hans : "Kau sudah bisa tertawa-tawa lagi sekarang, hebat!
Sementara kau membuat kami semua marah
Hendrick : "Seharusnya kalian tidak menemani dia, Anne,
Norma ." (Hendrick berbicara pada Anne dan Norma.)
Anne : "Terserah aku dong, aku kan tidak marah padanya
dan aku tidak merasa tersinggung olehnya, kenapa aku tak boleh
berteman dengan Risa" Bodoh
Norma : "Ya, kami senang berada di sini kau jangan marah-
|:) marah padaku, Hendrick RISA SARASWATI Kulihat Hendrick sangat malu setelah Norma berbicara
kepadanya. Kini, dia hanya mengangguk pelan dan tersenyum
terszpu sambil memandang Norma.
Aku : "Kalian ini bagaimana sih, sampai sekarang masih saja
bersikap seperti ini?"" (Aku mulai berteriak kesal.)
Anne : "Hore! Aku suka yang seperti ini! Ayo, Risa!
Lanjutkan (Marianne berteriak senang setelah sebelumnya
kaget melihat dan mendengar reaksi kesalku.)
Aku : "Kau, Peter! Sejak dulu selalu saja menindas yang
lainnya, termasuk aku, yang harus mengalah pada semua
keinginanmu yang seringkali tak masuk akal! Dewasalah
sedikit!" (Kupandangi Peter dengan penuh kebencian.)
Peter : "Kau juga yang salah, sejak dulu, kenapa mau-mau saja
kuperintah" Kalau tidak mau, kan kau bisa menolaknya" Kau
yang harusnya dewasa!" (Peter sekarang angkat bicara dengan
membalas teriakanku.) Aku : "Sekarang, kalau aku tak menuruti keinginanmu,
biasanya kau marah dan memengaruhi yang lain untuk ikut
marah dan membenciku!"
326 SUNYARURI |AKHIR PERTIKAIAN YANG BAHAGIA
Peter : "Itu hanya perasaanmu saja
Will : "Dia ada benarnya, Peter (Will tersenyum,
menatapku. ) Aku : (Aku merespons tanggapan Will dengan cepat.) "Betul
kan, apa kataku"!"
Will : "Tapi, kau juga terlalu berlebihan, Risa, sering
membesar-besarkan masalah, menangis tanpa sebab yang berarti,
menganggap kami semua membencimu. Padahal tidak seperti
itu. Dalam hal ini posisiku ada di tengah, tidak membela siapa
pun, hihi ....?" (William berjalan mundur sambil mengedipkan
sebelah matanya padaku dan Peter.)
Peter : "Ah, dasar tak punya pendirian, tadi kau membelaku
. sekarang tak membela siapa-siapa! Pokoknya, sekarang
aku marah padamu, Risa! Seumur hidupku saja, hanya Papa
yang memanggilku kerdil! Aku tak terima itu!" (Peter kembali
meneriaki aku.) Anne : "Ha" Kerdil" Hahahahahaha kerdil, katamu?"
Hahahaha, Risa, aku tak tahu apa yang kaukatakan kepadanya
hingga membuatnya marah. Hahaha ternyata kerdil, ya"
Hahahahha lucu sekaliii itu!!!" (Marianne tertawa sekeras-
327 RISA SARASWATI kerasnya, membuat yang lainnya kebingungan harus bereaksi
bagaimana.) Norma : ?"Kata-kata itu memang jahat sih, tapi benar kata Anne
hihi itu sangat lucu, ihihihihil" (Sekarang, Norma ikut
menertawakan Peter.) Kau : "Memang lucu sih, hahahahaha (Dan kau mulai
ikut tertawa, seperti Anne dan Norma, sementara yang lain tak
ada yang berani ikut serta, karena saat itu juga Peter sudah
terlihat sangat marah pada semuanya.)
Peter : "KAU BERANI IKUT TERTAWA, OMPONG"!"
(Wajahnya marah saat berteriak sambil memelototimu.)
Aku : "Jangan menghinanya!" (Masih berusaha membelamu,
walaupun kau ini sangat menyebalkan.)
Anne : "Si Kerdil beraninya sama anak kecil .?" (Berbisik
pelan, namun tetap saja terdengar oleh semuanya.)
Kau : "Aku tidak takut padamu, Anak Kerdil! Jangan
mengataiku ompong kalau kau tak mau kupanggil kerdil ! ?" (Entah
dari mana datangnya keberanian itu, karena kau kini berteriak
pada Peter dengan lantang.)
328 SUNYARURI | AKHIR PERTIKAIAN YANG BAHAGIA
Aku : "Bagus, Janshen! Kau harus berani!"
Kau : "Kau juga jangan seenaknya mengatai orang, Wanita
Gemuk ! Kau sama saja ternyata, mengataiku ompong dan
menjelek"jelekan yang lain dengan kurang ajar (Kini giliran
aku yang kauteriaki.) Anne : "Hahahahha si Janshen kini jadi anak pemberani!
Hidup Janshen Kau : "Kau juga anak perempuan tapi seperti anak laki-
|:: laki, kasar dan suka berteriak"teriak! (Kini matamu menatap
Marianne dengan sangat sinis.)
Anne : "Berani-beraninya kau
Anne terlihat emosi, sementara aku dan Peter masih sama"sama
tercengang melihatmu yang berubah menjadi seperti itu. Hampir
saja Anne memukul kepalamu, namun William menghalanginya.
Will : "Kalian tahu kenapa anak ini menjadi tidak sopan pada
kita?" (Kulihat tangannya mengelus kepalamu, Janshen.)
Semua yang ada di situ menggelengkan kepala, termasuk aku,
yang masih saja tercengang karena sikapmu.
329 RISA SARASWATI Will : "Itu karena kita terlalu sering menghinanya dan
mengatainya hal-hal buruk! Dan kita menganggapnya sebagai
anak kecil yang tak punya perasaan. Mungkin kau sudah
menumpuk kekesalan ini begitu lama ya, Janshen?" (Will
bertanya kepadamu.) Kau : "Ya, lama sekali. Setiap saat, aku selalu bersedih karena
sikap kalian yang j ahat kepadaku . . . (Kautundukkan kepalamu. )
Will : "Nah, kan!" (Tersenyum menatap kita semua.)
Kau : "Aku kesal sekali kalian selalu mengatakan hal yang
menyebalkan tentang aku, menjelek"jelekkan aku, membuatku
bersedih, menertawakan aku, padahal kalian semua punya
kekurangan yang mungkin lebih parah daripada aku. Tapi, aku
tidak pernah menghina kalian, kan?"" (Kau mulai berani lagi
berbicara. ) Aku : "Kau tadi menghinaku."
Peter : "Iya, menghinaku juga."
Anne : "Termasuk aku.?"
Will : "Aku belum mendengar apa pun darimu, Janshen
Coba, kira-kira apa ledekan untukku?"
330 SUNYARURI | AKHIR PERTIKAIAN YANG BAHAGIA
Kau : "Benar kata Risa, kau laki-laki berambut aneh, hihi
maafkan aku, Will ...." (Kau tersenyum kaku sambil menatap
William.) Will : "Lalu, si Hans dan Hendrick ini apa" Bagaimana
dengan Norma" Bagaimana pendapatmu tentang mereka?""
Kau : "Hans, bintik"bintik di waj ahmu memang mengerikan!
Banyak sekaliiiii!!! Hahaha! Lalu kau, Hendrick, kau lebih
mirip hantu dibandingkan kami semua kulitmu pucat seperti
mayat hidup, kau memang hantu! Hantu! Hantu! Hahaha! Lalu
kau, Norma, mmmh kau anak perempuan cengeng lebih
cengeng daripada sahabat"sahabatku di kelas, memalukan!
Hahahha!" (Tiba-tiba saja kau tertawa senang seperti orang
gila, sementara semua yang ada di situ mulai merasa kesal
padamu, yang hari itu sangat kurang ajar.)
Anne : "Anak kecil menyebalkan!" (Dia hampir memukulmu
dengan kepalan tangannya, namun lagi-lagi Will menangkisnya.)
Will : "Eits tunggu dulu, jangan mudah emosi, Anne! Kau
harus bisa menahannya. Janshen, aku mau bertanya lagi padamu!
Di balik setiap kekurangan kami, apakah kau bisa melihat sisi
baik kami?" (Will menatap matamu lekat-lekat.)
331 RISA SARASWATI Kau : (Kau menganggukpenuh semangat.) "Ya! Tentu saja!"
Will : "Bisa kausebutkan satu per satu?"
Kau : (Wajahmu mulai kelihatan bingung.) "Mmmmh
baiklah. Kau, William, biarpun rambutmu jelek, tapi kau
adalah kakak laki-lakiku yang paling baik di dunia. Aku sudah
menganggapmu seperti kakak kandungku sendiri, dan aku selalu
merasa tenang jika kau ada di dekatku." (Dengan tersipu malu,
kautatap wajah Will.) Will : "Lalu?" Kau : "Mmmmh Peter, walau kau pendek dan kerdil, tapi
aku selalu kagum padamu, karena kau adalah anak yang sangat
pemberani. Risa, kau adalah anak manusia paling baik yang
pernah kukenal. Aku sayang padamu, meski tubuhmu kini begitu
besar dan gemuk, hihi ."
Aku : (Tersenyum lebar kepadamu.) "Terima kasih untuk
pujiannya sekaligus untuk hinaannya
Semua yang ada di situ mulai tertawa setelahnya, emosi yang
sejak tadi bergejolak di tengah-tengah kita sepertinya mulai
terkikis. 332 SUNYARURI | AKHIR PERTIKAIAN YANG BAHAGIA
Hans : "Lalu, apa lagi, Janshen?" (Hans tiba"tiba bersuara.)
Kau : "Oh, kau, Hans. Meski bintik di wajahmu sangat
banyak tapi aku suka melihatnya, menurutku bintik"bintik itu
sangat cocok di waj ahmu. Dan, aku senang berteman denganmu,
Hans, karena kau sangat pandai membuat kue dan memasak. Kau
hebat, Hans!" Hendrick : "Lalu, aku?"
Kau : "Nah, meski kau seperti hantu dan pucat pasi, tapi harus
kuakui kalau kau memang tampan, Hendrick. Dan aku percaya
bahwa dulu kau memang terkenal di sekolah dan disukai banyak
perempuan! Hendrick dan Hans terlihat sangat puas oleh pendapatmu tentang
mereka. Kini mereka mulai tersenyum sumringah dan ceria.
Kulihat di sebelah sana, Peter juga mulai ikut tersenyum ke
arahmu. Anne : "Awas saja kalau tak ada buatku!"
Kau : "Tenang, walaupun kau ini seperti anak lak-laki,
tapi kau ini sangat cantik, Anne, dan hanya kau yang mampu
menandingi keberanian Peter. Menurutku, itu sangat keren! Aku
suka perempuan sepertimu!"
333 RISA SARASWATI Norma : "Aku" Bagaimana?"
Kau : "Kau ramah dan lembut seperti Annabelle ?"
(Wajahmu tiba-tiba terlihat sedih dan tertunduk muram.)
Kami semua yang ada di situ mulai menyadari bahwa kami
tak boleh membiarkanmu bersedih, apalagi terkenang kakak
perempuanmu, Annabelle. Semuanya kompak, tanpa perlu
diperintah, saat itu juga langsung mulai berbicara dan
memujimu mencoba mengalihkan perhatianmu dari hal-hal
yang membuatmu bersedih. Aku : "Biarpun ompong, kau ini sangat tampan
menurutku, keomponganmu itu merupakan nilai tambah untuk
menyempurnakan kegantenganmu!
Norma : "Ya, betul! Kalau kau tumbuh besar, pasti banyak
wanita yang akan tergila-gila padamu!"
Anne : "Termasuk aku.?"
Ucapan Anne membuat semua yang ada di situ tertawa, termasuk
kau yang mulai mengangkat wajah dan tersenyum bersama kami.
Peter : "Aku hanya bercanda saat menyebutmu berwajah
bodoh hehehe 334 SUNYARURI | AKHIR PERTIKAIAN YANG BAHAGIA
Hans : "Aku juga kalau dilihat-lihat, kau memang tampan,
ya! Aku merasa kalah darimu."
Hendrick : "Iya, kau saingan terberatku, Janshen. Jauh-
jauh dariku ya, aku takut semua wanita tertarik kepadamu
bukan kepadaku lagi!"
Lagi"lagi, kami semua dibuat tertawa olh celotehan
Hendrick tentangmu. Kau mulai ikut terbahak-bahak senang
mendengarnya. Will : "Ya, sekarang kau tahu, Janshen, bahwa kami semua
menyayangimu. Kami hanya iri kepadamu yang begitu tampan
dan lucu. Kami juga menyayangkan jika kau mulai cengeng dan
bersedih, makanya kami tak tahan untuk meledekmu, jika kau
mulai berulah seperti itu. Mulai sekarang, jangan bersedih lagi, ya
kami semua sayang kepadamu, J anshen (Will merentangkan
kedua lengannya ke arahmu.)
Melihat kalian berpelukan membuatku merasa ingin memeluk
kalian yang lain juga. Akhirnya, kita semua tersenyum bahagia,
dan kami bergantian memeluk tubuhmu yang juga sedang dipeluk
William. Kau tertawa bahagia, aku mendengarnya dengan
sangat jelas. Ingin rasanya bisa ikut memelukmu dalam dekapan,
tapi hal ini sangat sulit kulakukan. Akhirnya, kuputuskan untuk


Sunyaruri Karya Risa Saraswati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

335 RISA SARASWATI merentangkan tanganku di belakang kalian, seolah aku juga
sedang berpelukan dengan semuanya.
Janshen, kejadian hari itu tak akan pernah bisa kulupakan.
Berkatmu, kita semua bisa berkumpul seperti itu dan
mengungkapkan kasih sayang kita masing"masing. Hari itu
menjadi hari terakhir kita semua berkumpul bahagia. Aku
berharap hari seperti itu akan datang lagi bagi kita
O ya, aku mulai ingat kata-kata William tadi, dia bilang aku
ini adalah wanita yang agak berlebihan dan suka membesar-
besarkan masalah! Semoga memang benar semua ini hanya
perasaanku, semoga kalian tidak benar"benar meninggalkanku.
Mana bisa aku tetap ceria jika tak melihat senyum indahmu,
Janshen! Kembalilah bermain denganku, aku akan bercerita
tentang banyak hal. Dan aku bahkan akan membelikanmu
banyak kelincijika memang kau masih menginginkannya.
Janshen, aku hanya ingin mengingatkanmu. Kau adalah
pelengkap kami. Tanpamu, persahabatan ini tidak akan begini
indah 336 SUNYARURI 337 RISA SARASWATI 338 SUNYARURI | PULANG k ada gunanya lagi kini kucari tahu apa yang sebenarnya
Tibetjadi. Tak ada gunanya lagi kini meratapi kesedihan
dan kesepian sepeninggal kalian. Kuakui, aku memang terlalu
larut dalam situasi ini. Sunyaruri yang kuanggap merupakan
alam baru penuh tantangan ini ternyata tak begitu kusukai.
Aku lebih suka hidupku yang dulu, bersama kalian. Dan akan
kucari ke mana perginya kehidupan menyenangkan itu. Suatu
saat, aku pasti akan menemukannya kembali, walau mungkin tak
lagi bersama kalian. Aku harus bisa mencari kebahagiaanku,
begitu pula dengan kalian. Alangkah egoisnya kita jika sama-
sama menuntut sebuah hak yang sangat ganjil, hak untuk saling
memiliki, meski terpisah oleh dunia yang berbeda.
Jika kalian pilar aku kini berbeda dari yang dulu, itu memang
benar. Tak seperti dulu, aku kini memiliki banyak sekali teman
dan keluarga baru. Namun, sungguh, tak sedetik pun terpikir
olehku untuk melupakan kalian, hanya karena kondisiku
sekarang ini. Kalau boleh aku berkata jujur, teman-teman
baruku ini berdatangan berkat kalian semua. Kalianlah yang
secara tak langsung menggabungkan kami, dan aku tak akan
pernah melupakan hal itu. Kalian tahu" Kini, tak hanya aku yang
berusaha memanusiakan kalian, tapi semua sahabat baruku pun
melakukan hal yang sama. Aku yakin kalian juga merasakan
hal ini. Dan aku tahu, kini tak ada seorang pun manusia yang
merasa takut, bahkanjijik terhadap kalian. Kalian telah menjadi
sosok anak-anak menyenangkan di mata semua orang. Kurasa
339 RISA SARASWATI aku berhasil meyakinkan mereka bahwa kalian memang anak-
anak yang layak dicintai.
Kalian ingat, kan" Saat menulis isi buku ini, aku menulis
beberapa lirik lagu yang kupersembahkan untuk kalian dan
beberapa sahabat baru yang kuceritakan pada kalian di dalam
buku ini. Kalian semua tahu, aku bukan orang yang piawai
memainkan alat musik. Karena itu, jika kalian mendengar lirik"
lirik lagu itu menjadi sebuah lagu dengan instrumen yang sangat
indah, berterima kasihlah kalian kepada sahabat-sahabatku di
"Sarasvati", yang telah berhasil meramu lirik-lirik itu menjadi
sebuah lagu yang indah. Ya, lagu-lagu itu kami persembahkan
untuk kalian semua.! Bukan untuk yang lain. Mereka semua
percaya bahwa kalian memang anak"anak yang lucu dengan
segudang kisah dan cerita, dan dengan senang hati mereka
membantuku untuk meramu lagu-lagu tentang kalian. Tolong,
jangan merasa cemburu pada pertemananku dengan mereka,
karena sekali lagi kuingatkan kami berkumpul karena kalian.
Aku yakin kalian sudah sering melihat teman-temanku ini.
Namun, tetap akan kuselipkan sebuah fotoku bersama mereka
yang kini bersahabat denganku layaknya sebuah keluarga, agar
kalian semua bisa menghafal nama mereka satu per satu, agar
kalian bisa menyapa mereka jika suatu saat kalian bertemu
dengan salah satunya. 340 Sheryta firSaj/ia (drum; MQ"
Jimtfot (kecapi .ini/ing)
. . "! "Ei" S/ziddi" (drum) _ Gigi Priadi!" (5e57uenrzer)
' -Kjura WlnitaJkeya/oard)
Zsa Sarasiuat/ (me) MarS/7e//a Sadra (Aack vega) ?"
i . t! Lagu "Story Of Peter"-lah yang menyatukan kami. Sama
seperti umumnya sebuah persahabatan, selalu ada pasang dan
surat. Begitu pula dengan persahabatanku di Sarasvati, yang
berkali"kali mengalami pasang surut itu. Namun, kini aku begitu
berharap, semoga saja orang-orang yang berkumpul di foto
itu tak lagi menghilang dari kehidupanku. Hal itu pula yang
kuharapkan dari persahabatan kita aku tak mau kalian benar-
benarpergi dari sisiku. Jika memang kalian harus pergi, kuharap hal itu terjadi karena
kalian memang telah pulang ke tempat seharusnya. Pulang
menemui segala sesuatu yang selama ini kalian cari dan
rindukan. Bisa saja aku menulis seperti ini, tapi sesungguhnya
341 RISA SARASWATI aku begitu sedih memikirkan kata "Pulang", terlebih lagi saat
kata itu menghampiri kalian.
Berarak pulang, Menanti petang
Mereka hilang, Jarak membentang
Cerita lama, Bergulir canda
Kudengar tawa, Berangsur sirna
Hening melanda resah menyiksa
Langkah terhalan g sakit meradang
Adakah tenang yang tak terlih at
Relakah jika ini berakhir
Saat menuliskan penggalan lirik lagu ini, tak terasa, lagi-lagi
air mataku terurai. Sedih rasanya mengingat kata pulang. Tapi,
tidak bisa begini! Sepertinya aku memang belum bisa merelakan
kalian untuk menghilang, bahkan untuk pulang. Masih ada
beberapa janji yang belum kutepati, masih banyak kata yang
belum tersampaikan, masih ada segudang rindu yang belum
terobati. Aku sangat ingin memutar balik waktu, mengembalikan
kehidupan kita. Aku belum membawa kalian ke dalam duniaku, padahal kalian
sering meminta itu dariku. Aku yang terlalu asyik menikmati
dunia kalian belum sempat mengajak kalian untuk masuk ke
342 SUNYARU'RI | PULANG dalam duniaku, yang selama ini kuanggap tidak menyenangkan.
Kalian pernah bilangpadaku, "Seburuk apa sih duniamu, hingga
kau takpernah berhenti meratapi nasibmu" "
Lalu, Peter suatu kali kau pernah terdengar dewasa saat
mengatakan sesuatu kepadaku. Kaubilang, "Kupikir setelah
panjang lebar bercerita kepadamu, kau akan menyadari bahwa
hidupmujauh lebih beruntung daripada hidup kami" " Maafkan
aku, Peter, tapi begitulah aku, selalu merasa segalanya tidak
adil. Sementara, kalian yang memang mendapati ketidakadilan
dalam hidup kalian pun tak pernah lagi meratapinya, bahkan
sebaliknya"kalian kini begitu mensyukurinya. Aku sangat malu
akan hal itu. Jika diizinkan, aku ingin meminta sesuatu dari kalian. Akujanji,
ini untuk yang terakhir kalinya.
Bisakah sekali lagi kalian menjadi diri kalian yang dulu" Dan
bisakah kalian memberikan satu kesempatan lagi padaku untuk
memperbaiki semua ini" Jika kalian mengizinkan, aku berjanji
akan mengubah segalanya menjadi lebih menyenangkan. Dan
aku berjanji, tak akan mengungkapkan hal ini pada siapa pun.
Hanya kita yang tahu, dan hanya kita yang merasakan bagaimana
kisah ini akan berakhir Setidaknya, berikan kesempatan itu
hingga aku berhasil mengajak kalian semua untuk memijakkan
343 RISA SARASWATI kaki di negeri Netherland, negeri yang begitu kalian rindukan.
Aku sedang bersusah payah untuk menepati janjiku yang satu
itu. Setelah itu berakhir, kuserahkan segalanya kepada kalian
Apakah kalian harus pergi" Apakah kita akan terus bersahabat"
Atau, kalian akan berdiam di sana dan benar"benar "pulang?"
Kuharap goresan-goresan karyaku ini telah sampai pada kalian
semua, karena takkan ada lagi tulisan yang kutujukan untuk
kalian. Rasanya sudah cukup menceritakan segalanya dalam
tulisan-tulisan ini. Yang kubutuhkan sekarang adalah bercerita
secara langsung pada kalian, seperti biasanya
Aku, yang begitu merindukan kalian semua
Risa Saraswati (Si Tikus yang telah berubah menjadi si Kuda Nil)
*Ps. Awas saja kalau kalian menertawakankul
344 SUNYARU'RI | PULANG RISA SARASWATI 346 SUNYARURI isa Saraswati lahir di kota Bandung, tepatnya 24 Februari
R1985. Dia adalah anak pertama dari dua bersaudara, dan
sejak kecil hidup berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnya
di Jawa Barat. Sejak kelas 5 Sekolah Dasar, Risa menetap di
kota Bandung, bersekolah di SD Pardomuan, SMPN 2 Bandung,
SMAN 2 Bandung, dan menyelesaikan bangku kuliahnya di
jurusan Teknik Sipil Universitas Parahyangan pada tahun 2008.
Saat ini, Risa bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, setelah sebelumnya
bertugas di Dinas Binamarga dan Pengairan Kabupaten
Karawang. 347 RISA SARASWATI Sejak tahun 2002, Risa aktif berkesenian sebagai seorang vokalis
band, hingga akhirnya tergabung dalam sebuah band asal kota
Bandung bernama Sarasvati, yang aktif sampai saat ini. Selain
bermusik, menulisjuga merupakan hobinya sejak kecil. Menurut
Risa, ini merupakan warisan dari kedua orangtuanya, yang selalu
mewajibkannya menulis buku harian. Pada awalnya, tulisan-
tulisan Risa hanya berupa cerita kegiatan sekolah, tapi seiring
waktu berkembang menjadi cerita-cerita fiksi pendek. Akhirnya,
ketika dunia blog mulai marak, Risa mencoba menuliskan cerita-
ceritanya di dalam blog. Tulisan-tulisan dalam blognya inilah
yang akhirnya membawa Risa Saraswati menjadi seorang penulis
novel. Terhitung sejak tahun 2011, sudah ada dua novel yang dia
tulis, Danur (2011) & Maddah (2012).
Sunyaruri merupakan buku terbaru yang Risa tulis pada tahun
2013 ini. Ini adalah pesan Risa mengenai tulisan-tulisannya
dalam ketiga buku tadi: "Semoga karya saya mampu membuka mata semua orang
yang merasa takut untuk menjadi penulis, dan bisa mengubah
ketakutan itu menjadi sebuah keyakinan bahwa siapa pun bisa
melakukan ini. Saya takpernah mempelajari sastra, saya bukan
seorang penulis yang andal. Tapi, saya yakin, jika berkarya
dengan hati pasti selalu ada jalan untuk mencapai apa pun
keinginan kita. Jika saya bisa berpikir seperti itu, kenapa kalian
348 SUNYARURI tidak" Jika saya bisa mendapatkan kesempatan ini, kenapa
kalian tidak?" www. risasaraswati. com (Qrisa_saraswati 349 RISA SARASWATI 350 Ke mana perginya mereka, sahabat"sahabat kecilku
yang lagi"lagi terlalu sibuk mencari teman"teman baru"
Sesal terasa begitu menyesakkan dadaku, tatkala kuingat
lagi bahwa semua ini karenaku, karena ulahku.
Seandainya tak usah kuceritakan bagaimana kisah kami,
seandainya tak kugambarkan sosok Peter yang jahil,
William yang bijaksana, Hans dan Hendrick yang
periang, Janshen yang menggemaskan, Norma yang
anggun, dan Marianne yang keras kepala, mungkin
kalian semua tak akan memanggil"manggil nama mereka
setiap malam sebelum terlelap tidur, dan berharap
ketujuh sahabat kecilku datang menemui kalian dalam
mimpi yang indah. ISBN 15132175557-"1 "1755132117555175 RHKBUKH
Dracula 5 Goosebumps - Jam Antik Pembawa Bencana Lauw Pang Vs Hang Ie 1
^