Pencarian

Hijaunya Lembah Hijaunya 30

01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja Bagian 30


meninggalkan Kediri. Sementara Mahisa Bungalan masih
selalu berhubungan dengan perwira dari petugas sandi yang
ikut mendengarkan laporan Mahisa Murti dan Mahisa
Pukat. Ketika Mahisa Bungalan lewat Panglima prajurit
Singasari menyampaikan hal itu kepada Sri Maharaja,
maka perintah Sri Maharaja di Singasari tidak berbeda
dengan apa yang dikatakan oleh Mahisa Bungalan. Bahkan
kemudian Mahisa Bungalanlah yang mendapat perintah
untuk mempersiapkan sepasukan prajurit yang kuat di
daerah perbatasan. "Jangan menarik perhatian orang-orang Kediri" pesan
Panglima prajurit Singasari.
Dengan demikian, maka Mahisa Bungalanpun segera
mempersiapkan sepasukan prajurit yang kuat. Tidak lagi
sekelompok kecil untuk mengawal Mahisa Agni dan Witantra
ke Kediri. Tetapi pasukan yang kemudian itu, jika perlu
akan memasuki Kediri bagaikan bendungan yang pecah.
Arus banjir bandang akan melanda Kediri dan menyapu
pemberontakan Pangeran Kuda Permati tanpa ampun.
Tetapi dalam pada itu, Sri Baginda . di Kediri justru
bersama Pangeran Singa Narpada sedang dengan susah
berusaha untuk menyelesaikan perang itu dengan cara yang
lebih baik daripada saling berbunuhan.
Sri Baginda semula memang agak curiga dengan sikap
Pangeran Singa Narpada yang disangkanya hanya sekedar
berpura-pura. Namun ternyata Pangeran Singa Narpada
telah berbuat dengan sungguh-sungguh untuk meyakinkan
Purnadewi bahwa pertempuran yang tidak berkesudahan
akan membuat Kediri semakin lemah, sehingga mungkin
pada suatu saat Kediri akan terhapus dari jajaran susunan
pemerintahan dibawah panji-panji persatuan Singasari.
Untuk memberikan tekanan kepada keteranganketerangannya,
maka Pangeran Singa Narpada telah
membawa Purnadewi ke daerah yang menjadi ajang
pertempuran. Di bekas arena itu Purnadewi menyaksikan
korban yang terbujur lintang dari kedua belah pihak. Baik
prajurit Kediri yang setia kepada Sri Baginda, maupun
prajurit yang berpihak kepada Pangeran.Kuda Permati.
"Diajeng" berkata Pangeran Singa Narpada "jika perang
ini akan berkelanjutan, kau dapat membayangkan,
sementara aku berbicara tentang cara lain yang mungkin
dapat ditempuh, maka pasukanku masih bergerak dengan
garang dimedan-medan perang. Mereka membunuh
sebagaimana kawan-kawan mereka dibunuh. Bahkan
mungkin orang-orang yang tidak bersalah, karena kedua
belah pihak salah menilai, maka yang terjadi adalah
kematian yang menyedihkan justru tanpa arti apa-apa.
Mungkin seseorang akan dibunuh ditangan siapapun ia
jatuh" Purnadewi hanya dapat menundukkan kepalanya.
Semuanya itumemang membuatnya ngeri. Bukan saja
orang-orang didaerah perang selalu dibayangi oleh
ketakutan, sebagaimana para prajurit menjadi semakin
keras . dan kasar karena kehidupan mereka di medan, tetapi
orang-orang yang tinggal di Kota Rajapun selalu dicengkam
oleh ketegangan. Orang-orang di Kota Raja selalu merasa takut, bahwa
pada satu saat Kota Raja itu diserang dan apalagi jatuh ke
tangan pasukan Pangeran Kuda Permati. Para pengikut
Pangeran Kuda Permati tentu akan melakukan tindakan
yang dapat mendirikan bulu-bulu tengkuk.
Demikian kerasnya pertempuran diantara saudara sendiri
di Kediri, sehingga sulit dibayangkan, apa yang akan terjadi
kelak. Mungkin Kediri akan benar-benar hancur sampai
orang yang terakhir dalam benturan kekerasan dan saling
membunuh. Berbagai macam peristiwa telah didengar oleh
Purnadewi. Bahkan sekali-sekali air matanya tidak dapat
ditahannya lagi jika ia mendengar ceritera yang pedih dan
sangat menyakitkan hati. Purnadewipun juga mendengar kisah sepasang
penganten baru yang melarikan diri dari tangan pasukan
Pangeran Kuda Permati yang garang di medan perang.
Mereka ditangkap dan hampir saja terjadi peristiwa yang
sangat menyakitkan hati. Namun keduanya berhasil
melarikan diri dengan menggali lubang dimalam hari,
menyusup dibawah dinding sebuah bilik yang dipergunakan
untuk menyimpan mereka, sebelum pada pagi harinya, lakilaki
dari sepasang penganten itu akan di bunuh, sementara
isterinya akan tetap berada ditangan prajurit-prajurit yang
menjadi buas. Namun ternyata bahwa perempuan yang
malang itu tidak sempat menikmati kebebasannya Ketika
keduanya dikejar oleh para prajurit Pangeran Kuda
Permati, maka perempuan itu terluka parah oleh anak
panah di lambungnya. Meskipun keduanya berhasil
menyembunyikan diri, tetapi luka parah itu tidak dapat
diobati lagi. Perempuan itu meninggal dipelukan suaminya.
Sementara itu, setelah menguburkan isterinya di tepian
sungai yang berpasir, maka laki-laki itu berusaha untuk
menuju ke Kota Raja. Tetapi malang baginya. Ditempat ia
mendekati Kota Raja telah terjadi pertempuran yang sengit
antara pasukan Pangeran Kuda Permati dan pasukan Kediri
didaerah perbatasan. Dalam pertempuran itu, laki-laki yang
malang itu terbunuh oleh prajurit Kediri yang marah karena
sergapan pasukan Pangeran Kuda Permati yang tiba-tiba. .
Dalam kemarahan mereka memburu pasukan Pangeran
Kuda Permati yang menarik diri. Sekelompok prajurit
menemukan laki-laki yang kehilangan isterinya itu
bersembunyi. Namun laki-laki itu tiba-tiba menjadi
ketakutan dan- melarikan diri. Tetapi ujung anak panah
telah menembus punggungnya. Pasa saat terakhir sebelum
ia menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia sempat
menceriterakan peristiwa yang pahit dari dirinya itu.
Prajurit-prajurit Kediri menyesalkan. Tetapi orang itu
kemudian sudah mati. Dalam keharuan itu, Purnadewi mendengar Pangerar
Singa Narpada berkata "Diajeng. Ada satu cara yang
mungkin dapat ditempuh. Mungkin akan berhasil tetapi
mungkin juga tidak. Tetapi mudah-mudahan usaha ini
dapat berarti bagi ketenangan hidup rakyat Kediri"
Tiba-tiba saja Purnadewi menangis. Dalam isaknya ia
berkata "Aku mengerti yang kakangmas maksudkan.
Kakangmas ingin mengirim aku kepada suamiku agar aku
membujuknya untuk menghentikan perlawanan"
Pangeran Singa Narpada menarik nafas dalam-dalam.
Dengan nada datar ia berkata "Panggraitamu tajam sekali.
Kemudian terserah kepadamu. Apakah kau bersedia
ataujtidak. Jika kau bersedia, maka kami akan sangat
berterima kasih. Apalagi jika kemudian Pangeran Kuda
Permati benar-benar menghentikan perlawanannya"
Wajah Purnadewi masih basah. Sementara ia bertanya
"Jika kakangmas Kuda Permati menyerah, apa yang akan
dilakukan oleh Sri Baginda atasnya"
"Aku akan mohon agar hukuman yang dijatuhkan
atasnya menjadi ringan. Jika Pangeran Kuda Permati
bersedia menghentikan perlawanan maka itu berarti bahwa
Pangeran Kuda Permati telah ikut menciptakan ketenangan
di Kediri" jawab Pangeran Singa Narpada.
Purnadewi termenung sejenak. Ia teringat kepada
Pangeran Lembu Sabdata yang masih menjadi tawanan.
Iapun menyadari bahwa Pangeran Singa Narpada sendiri
pernah ditawan. Memang kadang-kadang timbul pertanyaan, apakah
langkah Pangeran Singa Narpada itu bukan sekedar cara
yang licik untuk mertangkap suaminya dan kemudian
membalas dendam dengan cara yang kasar"
Namun menilik kesungguhan sikapnya, maka Pangeran
Kuda Narpada, seorang Senapati yang paling garang di
peperangan itu berkata sebenarnya.
"Diajeng" berkata Pangeran Singa Narpada kemu
"untuk memperkuat landasan Diajeng, maka aku akan
membawa Diajeng menghadap Sri Baginda. Bukan sekedar
atas perintahku.Dengan landasan perintah Sri Baginda,
maka segalanya akan menjadi jelas. Masa depan Pangeran
Kuda Permatipur. akan dapat dipertanggung jawabkan
berdasarkan sabda Sri Baginda. Jika sekedar janji yang
akanfeerikan, namun kemudian tidak berkenan dihati Sri
Baginda, maka janjiku itu masih akan dapat terlepas ka rena
nilainya lebih rendah dari titah Sri Baginda. Tetapi jika Sri
Baginda sendiri yang berjanji, maka janji itu akan
merupakan sabda Raja yang tidak akan berubah"
Purnadewi masih ragu-ragu. Namun ia merasakan
kesungguhan usaha para pemimpin di Kediri.
Untuk beberapa saat Purnadewi masih tetap berdiam
diri. Satu pergolakan yang sengit telah terjadi didalam
dirinya. Sementara itu, Pangeran Singa Narpada masih berkata
selanjutnya "Diajeng. Segala sesuatunya memang terserah
kepadamu. Namun aku selalu teringat akan kata-katamu,
bahwa kesetiaanmu kepada suamimu adalah kata
nuranimu. Satu pertanyaan yang barangkali tidak usah kau
jawab, bagaimanakah kesetiaanmu kepada Kediri. Tanah
Kelahiranmu" Isaknya yang sudah mereka tiba-tiba telah menyesak lagi.
Tetapi Purnadewi sama sekali tidak menjawab.
"Baiklah Diajeng" berkata Pangeran Singa Narpada aku
tidak menunggu jawabmu sekarang. Terserah kepadamu,
kapan saja kau akan memberikan jawabanmu. Tetapi yang
perlu kau ingat, bahwa setiap hari berapa orang Kediri
terbunuh dipeperangan. Semakin lama aku harus
menunggu, maka kematian itu akan bertambah-tambah"
Tangis Purnadewi menjadi semakin meninggi. Diselasela
isaknya terdengar suaranya "Kau telah menyudutkan
aku kakangmas" Tidak" jawab Pangeran Singa Narpada dengan serta
merta "Aku tidak bermaksud demikian. Segala sesuatunya
terserah kepada pertimbanganmu"
Isak Purnadewi tiba-tiba saja menurun. Perlahan-lahan ia
mengangkat wajannya. Suaranya yang masih terputus-putus
oleh isaknya telah berubah pula. Tegas dan pendek "Bawa
aku menghadapi Sri Baginda"
Pangeran Singa Narpada termangu-mangu sejenak.
Dipandanginya wajah Purnadewi yang tidak lagi
menunduk. Namun agaknya tatapan matanya memberikan
keyakinan kepada Pangeran Singa Narpada bahwa
Purnadewi berkata dengan sungguh-sungguh.
Demikianlah, maka Pangeran Singa Narpadapun telah
membawa Purnadewi menghadap Sri Baginda. Dengan
tulus hati Purnadewi itu berkata "Sri Baginda.
Perkenankanlah hamba mencari suami hamba. Hamba
akan berusaha untuk memberikan kesadaran baru pada
sikapnya. Mudah-mudahan ada gunanya, karena
sebenarnyalah ia sangat mencintai Kediri. Tetapi ternyata ia
mempunyai cara tersendiri untuk menyatakan cintanya
kepada Kediri itu" Sri Baginda menarik nafas dalam-dalam. Dengan suara
lembut ia berkata "Aku mengerti Purnadewi. Kuda Permati
memang sangat mencintai Kediri. Tetapi ia tidak mengingat
kepentingan yang lebih besar dari sikapnya sendiri untuk
menyatakan cintanya kepada Kediri. Karena itu, meskipun
aku pernah gagal membujuknya, maka aku berharap
mudah-mudahan kau berhasil melakukannya. Aku berjanji
bahwa pengorbananmu dan pengorbanannya dengan
melepaskan keyakinannya yang keliru akan aku
pertimbangkan sebaik-baiknya. Karena aku yakin, jika
Pangeran Kuda Permati bersedia menghentikan
perlawanannya, maka pertempuran yang terjadi di manamana
inipun akan segera susut dan akhirnya padam sama
sekali" "Hamba mohon restu" berkata Purnadewi kemudian
"Tetapi ada sesuatu yang hamba tidak tahu, dimanakah
suami hamba sekarang berada. Dan hambapun meragukan,
apakah hamba dapat melintasi perjalanan yang berbahaya
ini" "Hal ini akan dapat dipecahkan oleh Pangeran Singa
Narpada" berkata Sri Baginda kemudian.
"Hamba akan berusaha untuk mendapat keterangan
tentang gerak pasukan Pangeran Kuda Permati. Dengan
demikian maka kami akan dapat menempatkan Diajeng
Purnadewi sehingga ia akan diketemukan oleh pasukan
Pangeran Kuda Permati" berkata Pangeran Singa Narpada.
"Aku sendiri?" bertanya Purnadewi.
"Kami akan mengantar Diajeng sampai satu lingkungan
yang akan didatangi oleh pasukan yang menjadi pengikut
Pangeran Kuda Permati. Bukankah dengan demikian
Diajeng akan dengan segera dibawa menghadap Pangeran
Kuda Permati?" berkata Pangeran Singa Narpada.
"Maaf kakangmas" jawab Purnadewi "Aku tidak berani
melakukannya. Jika aku berada diantara para prajurit
pengikut kakangmas Kuda Permati, maka ada beberapa
kemungkinan yang dapat terjadi. Jika mereka tidak percaya
bahwa aku adalah Purnadewi, isteri Pangeran Kuda
Permati, maka nasibku akan menjadi sangat buruk. Aku
akan dapat mengalami satu penderitaan yang paling pahit
melampaui mati itu sendiri"
Pangeran Singa Narpada menarik nafas dalam-dalam.
Yang disebut oleh Purnadewi itupun merupakan salah satu
akibat peperangan yang tidak berkesudahan.
Karena itu, maka Pangeran Singa Narpadapun harus
menemukan satu cara untuk melepaskan Purnadewi tetapi
tidak terjerumus kedalam tangan orang-orang buas
meskipun itu adalah orang-orang yang menjadi pengikut
Pangeran Kuda Permati yang setia.
"Carilah satu jalan yang paling baik" berkata Sri Baginda
kepada Pangeran Singa Narpada.
"Hamba akan memikirkannya Sri Baginda" jawab
Pangeran Singa Narpada. "Aku akan selalu berdoa bagi keselamatanmu dan


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keselamatan Pangeran Kuda Permati" berkata Sri Baginda
"mudah-mudahan nalarnya menjadi terang sehingga
usahamu akan berhasil. Jika demikian maka Kediri akan
bersorak dan memandangmu sebagai seorang perempuan
yang paling berjasa bagi kedamaian tanah tercinta ini.
Sementara hal itu belum terwujud, maka disudut-sudut
tanah ini masih akan terjadi pembantaian yang tidak
mengenal perikemanusiaan"
Purnadewi mengusap air matanya. Namun wajahnya
menjadi tengadah sambil menjawab "Hamba mohon doa
restu Sri Baginda. Semoga usaha hamba akan berhasil,
sehingga peperangan akan berhenti dan kematian tidak
akan bertambah-tambah".
"Pergilah" berkata Sri Baginda kemudian. Purnadewipun
kemudian minta diri bersama Pangeran Singa Narpada.
Mereka masih harus mencari jalan untuk mengirimkan
Purnadewi sehingga ia benar-benar akan sampai kepada
Pangeran Kuda Permati. Dengan dua orang perwira kepercayaannya, Pangeran
Singa Narpada telah membicarakan kemungkinankemungkinan
yang dapat ditempuh oleh Purnadewi.
Mereka menimbang kesulitan dan mungkin rintanganrintangan
yang akan dapat menggagalkan usaha Purnadewi.
"Usahanya tidak boleh gagal sebelum dimulainya"
berkata Pangeran Singa Narpada "jika terjadi maka petaka
atas Diajeng Purnadewi sehingga ia tidak dapat mencapai
Pangeran Kuda Permati, maka itu berarti bahwa ia telah
gagal sebelum ia dapat mulai dengan tugas besarnya"
Para perwira itu mengangguk-angguk. Berbagai pikiran
telah mereka kemukakan. Mereka telah melihat berbagai
kemungkinan yang dapat terjadi, sehingga akhirnya mereka
memiliki salah satu cara yang mempunyai kemungkinan
buruk paling kecil. Mungkin cara ini dapat dicoba" berkata Pangeran Singa
Narpada "Tetapi kita tetap bertanggung jawab atas
keselamatan Diajeng Purnadewi"
Dengan demikian, maka Pangeran Singa Narpada telah
mengerahkan kemampuan pasukan sandinya untuk
mengetahui dimanakah pasukan Pangeran Kuda Permati
berada. Disaat terjadi pertempuran dalam beberapa hari
berturut-turut, Pangeran Singa Narpada dapat mengikuti
gerak pasukan Pangeran Kuda Permati. Dari satu daerah
pertempuran ke daerah pertempuran berikutnya
memberikan gambaran, kemanakah gerak pasukan itu
berikutnya. Dari pasukan sandinya Pangeran Singa Narpadapun
mendapat laporan bahwa pasukan Pangeran Kuda Permati
nampak di luar daerah perbatasan sebelah Barat Kota Raja.
"Kita kirim Diajeng Purnadewi ke daerah itu" berkata
Pangeran Singa Narpada "Tetapi kita harus mengamati
perjalanannya sampai kita yakin, bahwa ia akan sampai ke
daerah yang kini menjadi landasan pasukan Pangeran Kuda
Permati disisi Barat"
Setelah mereka menemukan satu cara yang dianggap
paling baik, maka Pangeran Singa Narpada itupun segera
memanggil Purnadewi untuk memberitahukan, apa
Purnadewi setuju dengan cara itu.
Purnadewi merenungi cara itu untuk beberapa saat.
Tetapi ternyata baginya cara itulah yang paling baik.
Memang masih ada kemungkinan-kemungkinan pahit yang
dapat terjadi. Tetapi tidak ada usaha yang tidak mengalami
hambatan apapun juga. Karena itu, maka Purnadewipun kemudian berkata
"Baiklah kakangmas. Beri aku kesempatan. Aku akan
mencoba melakukannya"
Pangeran Singa Narpada menarik nafas dalam-dalam.
Dengan nada dalam ia berkata "Diajeng. Ternyata kau
memiliki keberanian melampaui keberanian seorang
prajurit. Lakukanlah. Jika kau berhasil, maka kau benarbenar
seorang pahlawan. Kediri benar-benar memerlukan
kedamaian" Dengan demikian maka rencana untuk melepaskan
Purnadewi itupun dilakukan dengan sangat berhati-hati dan
rahasia. Pada saatnya, ketika Kota Raja sedang dicengkam oleh
kesepian di malam hari, maka sesosok tubuh telah
mengendap-endap meninggalkan halaman istana Pangeran
Singa Narpada. Dengan sangat hati-hati orang itu telah
berusaha diselimuti oleh kesenyapan. Hanya beberapa
orang petugas sajalah yang masih tetap berjaga-jaga.
untuk mendekati sebuah barak prajurit Kediri yang
sedang beberapa saat lamanya orang itu menunggu.
Kemudian dengan penuh kewaspadaan orang itu
menelusuri jalan sempit diluar dinding barak itu. Namun
ternyata segalanya berjalan dengan lancar. Ketika orang itu
sampai kepintu butul-an, ternyata bahwa pintu butulan
sama sekali tidak dise-larak, sehingga orang itu perlahanlahan
telah mendorong pintu butulan itu sehingga terbuka.
Sejenak orang itu mengamati keadaan disekelilingnya.
Namun kemudian iapun telah menyusup masuk kedalam
lingkungan barak prajurit Kediri.
Halaman barak itu memang sepi. Yang berjaga-jaga di
gardu di halaman depan nampaknya agak segan-segan
untuk berkeliling. Beberapa orang diantara para penjaga itu
sudah duduk terkantuk-kantuk, sehingga tidak seorangpun
diantara para penjaga itu yang melihat, apa yang dilakukan
oleh sesosok tubuh yang memasuki halaman itu dari pintu
butulan. Dengan cekatan, orang yang berhasil memasuki halaman
barak prajurit Kediri itu berusaha menemukan sebuah ruang
yang dijaga secara khusus. Namun ternyata bahwa dua
orang penjaga ruang yang khusus itu duduk sambil
mendekur. Tombaknya tersandar pada dinding.
Nampaknya para penjaga terlalu percaya bahwa orang yang
ada di dalamnya itu tidak akan mampu berbuat sesuatu,
karena dinding itu memang dibuat secara kusus.
Di dekat kedua penjaga itu terdapat dua buah bumbung
yang nampaknya baru saja mereka pergunakan untuk
minum. Ternyata bahwa minuman merekalah yang telah
membuat keduanya menjadi mabuk, karena didalam
minuman itu terdapat biji kecubung.
Dengan sangat berhati-hati orang yang memasuki
halaman itu dengan diam-diam telah membuka sebuah selarak
pintu yang besar yang terbuka dari papan yang tebal.
Demikian pintu itu terbuka, maka orang itupun dengan
serta merta telah meloncat masuk.
Hampir saja terjadi salah paham dengan orang-orang
yang berada didalam bilik itu. Tiga orang bersama-sama
telah meloncat mendekatinya dengan kesiagaan yang tinggi.
Untunglah bahwa ketiga orang itu belum menyerangnya.
"Tunggu" terdengar suara seorang perempuan. Ketiga
orang di dalam bilik itu termangu-mangu. Cahaya lampu
minyak yang kecil didalam bilik itu telah menerangi wajah
orang yang dengan diam-diam memasuki bilik itu.
"Puteri" terdengar salah seorang dari ketiga orang itu
berdesis. "Ya Aku" jawab orang yang memasuki bilik itu. Ketiga
orang yang ada didalam bilik itu termangu-mangu. Baru
sejenak kemudian salah seorang diantara mereka bertanya
"Bagaimana puteri dapat sampai di bilik ini?"
"Satu ceritera yang panjang" jawab orang yang
memasuki bilik itu "sekarang, marilah. Kita keluar dari bilik
ini dan berusaha meninggalkan Kota Raja. Aku harus
segera menemukan kakangmas Kuda Permati"
Ketiga orang itu saling berpandangan. Namun mereka
tidak membantah. Ketika orang yang memasuki bilik itu
memberikan isyarat, maka tiga orang itupun segera
mengikutinya. Dimuka bilik itu mereka melihat dua orang penjaga yang
mendengkur. Dengan serta merta dua orang diantara
mereka telah mengambil tombak yang tersandar didinding,
sementara yang seorang lagi telah mengambil pedang salah
seorang dari kedua orang yang tidur itu.
Namun ketika salah seorang diantara mereka telah
mengacukan tombaknya untuk membunuh kedua penjaga
yang tidur itu, maka orang yang datang kemudian itupun
mencegahnya "Biarlah mereka tidur sampai esok. Mereka
tengah mabuk karena didalam minuman mereka terdapat
biji kecubung" Orang yang akan membunuh keduanya itupun telah
mengurungkan niatnya. Sementara itu, maka merekapun
telah bergeser meninggalkan tempat itu.
Sebagaimana saat orang itu memasuki halaman lewat
pintu butulan, maka merekapun telah keluar lewat pintu itu
pula. Diluar j^ntu mereka menelusuri jalan sempit menjauhi
tempat itu. Beberapa puluh langkah kemudian mereka
berhenti. Setelah mereka yakin, bahwa mereka tidak dikejar
oleh para prajurit yang bertugas, maka orang yang telah
membebaskan mereka itupun berkata "Kita akan segera
mencari Pangeran Kuda Permati. Aku akan ikut bersama
kalian" "Tetapi bagaimana puteri dapat melakukan semua ini?"
bertanya salah seorang dari ketiga orang itu.
"Sebenarnya aku juga telah ditangkap oleh kakangmas
Singa Narpada ketika Pangeran Kuda Permati
meninggalkan landasan utama perjuangan kita. Tetapi
ternyata bahwa didalam tawanan aku dapat berhubungan
dengan petugas sandi kakangmas Kuda Permati yang
berhasil menyusup ke-dalam lingkungan prajurit Kediri.
Aku ternyata telah dilepaskan, bahkan orang itu, bersama
beberapa orang yang lain telah mengatur apa yang berhasil
aku lakukan malam ini"
"Luar biasa" desis salah seorang dari ketiga orang itu.
"Kita tidak mempunyai banyak waktu. Kita harus segera
keluar dari Kota Raja sebelum semua pintu gerbang dan
dinding Kota Raja dijaga pada setiap jengkalnya" berkata
orang yang telah membebaskan ketiga orang itu " jika para
prajurit Kediri menyadari bahwa mereka telah kehi-langana
kita, maka kita akan sulit sekali mencari jalan keluar"
Ketiga orang itu tidak menjawab. Mereka berusaha
untuk tidak terlalu banyak bertanya.
Sejenak kemudian maka ketiga orang bersama-sama aengan
orang yang membebaskannya itu telan berusana
untuK dapat keluar dari dinding Kota Raja. Mereka tidak
dapat menembus lewat pintu gerbang yang dijaga ketat.
Namun agaknya mereka tidak kekurangan akal. Mereka
dapat memanjat dinding ditempat yang sepi, atau mereka
dapat menempuh jalan lain. Keluar lewat urung-urung air.
Untuk beberapa saat mereka berbincang. Namun
akhirnya mereka memutuskan untuk keluar lewat urungurung.
Karena itu, maka merekapun telah menyelusuri sebuah
sungai kecil yang melintasi Kota Raja. Dengan sangat
berhati-hati maka mereka telah menyusup lewat urungurung
dan keluar dengan selamat dari lingkungan Kota
Raja. "Kita akan pergi kemana?" bertanya salah seorang dari
ketiga orang itu. Orang yang membebaskannya itupun memberikan
beberapa keterangan tentang kemungkinan-kemungkinan
yang dilakukan oleh Pangeran Kuda Permati pada saat
berakhir. Sehingga akhirnya ia berkata "Kita akan mencarinya di
perbatasan sebelah Barat. Kita akan menempuh perjalanan
yang rumit. Tetapi kita harus menemukannya. -
Ketiga orang yang telah dibebaskannya itupun kemudian
berkata "Apapun yang kita hadapi, kita akan
melakukannya. Langkah ini adalah satu-satunya langkah
yang paling baik yang dapat kita tempuh. Aku lebih senang
mati terkapar di medan daripada meringkuk didalam bilik
sempit sebagai tawanan"
"Bagus" sahut orang yang membebaskannya "marilah.
Kita akan segera meneruskan perjalanan"
Dengan demikian maka mereka berempatpun kemudian
meneruskan perjalanan mereka. Mereka mengendap-endap
lewat jalan-jalan sempit menghindari kemungkinan bertemu
dengan peronda dari Kediri.
Betapapun sulitnya perjalanan mereka, namun mereka
dengan tekad yang teguh telah menembus berbagai macam
kesulitan. Dengan sangat berhati-hati mereka melintasi
sebuah bulak yang tidak begitu luas. Kemudian menerobos
hutan kecil yang merupakan daerah berburu didalam
keadaan yang tenang, sehingga di hutan itu masih terdapat
binatang-binatang buruan yang buas. Tetapi mereka sama
sekali tidak takut. Mereka lebih mementingkan keselamatan
mereka dari kemungkinan tertangkap oleh para prajurit
Kediri daripada kemungkinan untuk bertemu dengan
binatang buas. Orang perempuan yang telah membebaskan mereka
itulah yang seakan-akan menuntun ketiga orang yang telah
dibebaskan itu. Perempuan itu seakan-akan telah mengenal
ialan-ialan sempit itu dengan baik.
Ketika mereka kemudian keluar dari hutan itu, maka dihadapan
mereka terbentang sebuah pategalan yang
memanjang sepanjang jalan menuju kekejauhan, seakanakan
jalan itu menusuk langsung kejantung gelapnya
malam. "Kita sudah cukup jauh dari Kota Raja" berkata orang
itu "agaknya kita sudah terlepas dari kemungkinan
terperangkap ketangan para penjilat. Jika kita menempuh
jalan lurus itu, maka kita akan sampai kesatu daerah yang
berada dibawah pengaruh kakangmas Pangeran Kuda Permati"
Sementara itu, orang berjambang lebat itu berkata sambil
tertawa "Nah, apa yang akan kalian lakukan sekarang"
Kalian tidak akan dapat menipu kami. Kau sangka dengan
menyebut nama Puteri Purnadewi, maka segala sesuatunya
akan dapat berjalan sebagaimana kau inginkan?"
"Apakah puteri yakin?" bertanya salah seorang dari
ketiga orang itu. "Aku sudah berbicara langsung dengan petugas sandi


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang mengatur perjalanan ini. Aku pasti, jika kita sudah
sampai kejalan ini, maka perjalanan kita akan segera
sampai, meskipun jarak perjalanan yang akan kita tempuh
masih cukup panjang" berkata orang yang membebaskan
ketiga orang itu. Ketiga orang itu nampaknya masih ragu-ragu. Namun
kemudian merekapun mengikuti perempuan yang berjalan
dipaling depan. Nampaknya tekad yang menyala didalam
dadanya membuatnya sama sekali tidak menjadi letih.
Sejenak kemudian maka merekapun telah memasuki
jalan yang panjang. Sebagaimana dikatakan oleh perempuan itu, maka jalan
itu memang menuju kedaerah yang sedang menjadi sasaran
kekuatan Pangeran Kuda Permati. Dalam beberapa hari
terakhir, pasukan Pangeran Kuda Permati nampak di
sekitar perbukitan diujung jalan itu. Beberapa padukuhan
telah dilintasinya sehingga berdasarkan atas perhitungan
dan pengamatan dari para petugas sandi, maka
diperhitungkan pasukan Pangeran Kuda Permati berada
diarah perjalanan mereka.
Karena itu, maka keempat orang itu telah mempercepat
perjalanan mereka. Mereka berharap agar mereka dapat
mencapai daerah yang mereka tuju itu sebelum fajar.
Tetapi jika mereka harus kesiangan, maka mereka tidak
akan melangkah surut. Jika mereka bertemu dengan
sekelompok pasukan yang mereka., kenal ujud dan
keadaannya, maka mereka akan dapat menyatakan diri
kepada mereka, bahwa mereka berempat sedang mencari
Pangeran Kuda Permati. Namun sementara itu, ternyata bahwa mereka tidak usah
berjalan sampai ke ujung jalan diperbukitan. Ketika mereka
sampai ditengah-tengah bulak panjang dipinggir pa-tegalan
itu, tiba-tiba saja langkah mereka terhenti. Beberapa orang
berloncatan ketengah jalan dengan senjata teracu.
"Berhenti" salah seorang diantara orang-orang itu berkata
lantang "siapa kalian dan kalian akan pergi ke mana?"
Keempat orang itupun berhenti. Disekitarnya kemudian
telah menebar sepuluh orang dengan senjata telanjang.
Orang yang membebaskan ketiga orang pengikut
Pangeran Kuda Permati itu bergeser surut. Kedatangan
orang-orang itu sangat, mengejutkannya. Bagaimanapun
juga, terasa bulu tengkuknya telah berdiri. Kegarangannya..
sebagai seorang yang telah membebaskan ketiga orang
pengikut Pangeran Kuda Permati menjadi susut. Bahkan
kemudian iapun telah berada diantara ketiga orang yang
telah dibebaskannya itu. "Kami adalah para peronda dari Kediri" jawab salah
seorang diantara ketiga orang yang telah dibebaskannya itu.
"Prajurit Kediri?" bertanya beberapa orang hampir
berbareng. "Ya" jawab orang itu.
Wajah perempuan yang membebaskannya menjadi
tegang. Ia tidak mengerti, kenapa orang itu mengaku bahwa
mereka adalah para peronda dari Kediri.
Tiba-tiba saja terdengar beberapa orang diantara mereka
yang menghentikan perjalanan keempat orang itu tertawa.
Salah seorang diantara mereka berkata "Nasib kalian
memang buruk sekali. Jika kalian peronda dari Kediri,
maka kita adalah sama-sama prajurit Kediri. Tetapi
agaknya ! kalian telah menjadi penjilat kaki-kaki orang
Singasari. Tetapi kami tidak. Kami adalah orang-orang
Kediri sejati" Orang-orang yang baru keluar dari Kota Raja itu
termangu-mangu sejenak. Sementara itu, mereka telah
benar-benar dikepung oleh orang-orang yang menghentikan
perjalanan mereka. Dalam pada itu, salah seorang diantara mereka yang
menghentikan perjalanan itu berkata lantang "Menyerahlah,
agar kami dapat membuat pertimbangan yang baik bagi
nasib kalian" Keempat orang itu benar-benar telah dikelilingi ujung
senjata, sehingga tidak akan ada kesempatan bagi mereka
untuk lolos. Namun orang yang mengaku prajurit Kediri yang sedang
meronda itu sama sekali tidak gelisah. Bahkan dengan nada
datar ia bertanya "Jadi kalian pengikut Pangeran Kuda
Permati?" "Ya" jawab salah seorang dari mereka "Aku tidak akan
ingkar. Kami adalah pengikut Pangeran Kuda Permati.
Orang yang mengaku peronda dari Kediri itu menarik
nafas dalam-dalam. Kemudian katanya kepada perempuan
yang telah membebaskannya "Kita sudah menemukan
kelompok yang benar. Menilik pakaian, sikap dan
pengakuan mereka, aku percaya bahwa mereka adalah
pengikut Pangeran Kuda Permati"
Perempuan itu mengangguk. Tetapi nampak keraguraguan
mambayang diwajahnya. "Ki Sanak" berkata orang yang mengaku peronda dari
Kediri itu "Apa yang akan. kalian lakukan jika kami
menyerah?" "Kami akan menentukan kemudian, setelah kalian kami
bawa ke barak kami" jawab salah seorang dari mereka.
"Baiklah. Kami menyerah" jawab orang yang mengaku
peronda dari Kediri itu "Tetapi ketahuilah, bahwa
sebenarnya kami bukan peronda dari Kediri. Kami adalah
pengikut Pangeran Kuda Permati sebagaimana kalian"
"Omong kosong" teriak seorang diantara mereka sambil
melangkah mendekat " jangan menipu kami. Kau sangka
dengan cara itu kau akan selamat"
"Kami tidak akan menipu kalian" jawab orang itu
"ketahuilah, bahwa kami sedang dalam tugas khusus. Kami
sedang mengantarkan puteri Purnadewi, isteri Pangeran
Kuda Permati" Sejenak suasana menjadi tegang. Sepuluh orang yang
berdiri melingkari itu memandang seorang perempuan yang
berada diantara ketiga orang itu.
"Aku tidak percaya. Aku pernah bertemu dengan puteri
Purnadewi" berkata salah seorang dari mereka.
"Inilah puteri itu" berkata orang yang mula-mula
menyebut dirinya peronda dari Kediri.
"Biarlah orang itu maju. Aku ingin melihat, apakah
benar ia puteri Purnadewi"
Perempuan yang membebaskan ketiga orang itupun
kemudian dipersilahkan bergeser maju. Dengan kulit yang
meremang, perempuan itu membiarkan dirinya diamati
oleh beberapa orang yang mencegat perjalanannya.
Orang-orang itu termangu-mangu sejenak. Namun tibatiba
saja seorang diantara mereka yang mencegat itu
berteriak "Bohong. Orang ini bukan puteri Purnadewi"
"Gila" geram orang yang semula mengaku peronda dari
Kediri "puteri ini adalah puteri Purnadewi"
"Perempuan ini sangat cantik" berkata orang yang
bertubuh kekar dengan kumis dan jambang yang panjang
"Aku tidak percaya jika perempuan ini isteri Pangeran
Kuda Permati. Maka mungkin isteri Pangeran Kuda
Permati ada disini. Aku tahu, bahwa isteri Pangeran Kuda
Permati berada di landasan utama di sisi sebelah Utara.
Bagaimana mungkin puteri Purnadewi berkeliaran disini
bersama kalian bertiga"
"Ceriteranya cukup panjang" jawab orang yang mengaku
sebagai peronda dari Kediri "nanti, jika kami telah
menghadap Pangeran Kuda Permati, kami akan
menceriterakan. Nah, sekarang, bawa kami kepada
Pangeran Kuda Permati"
Tetapi orang itu tertawa berkepanjangan. Katanya
"Jangan mencoba membohongi kami. Kami sangat
berterima kasih kepada kalian, bahwa kalian telah
membawa seorang perempuan cantik bagi kami. Nah,
dengan demikian maka tugas kalian telah selesai.
Sepantasnyalah bahwa kalian bertiga harus dibinasakan
agar kalian tidak akan dapat mengatakan apapun juga
tentang kami" "Gila. Jadi kau berani berbuat demikian terhadap puteri
Purnadewi?" bertanya salah seorang dari ketiga orang yang
telah dibebaskan oleh puteri itu.
"Kami tidak percaya bahwa orang ini adalah puteri
Purnadewi. Tetapi seandainya benar, maka tidak ada
seorangpun yang akan dapat menyampaikannya kepada
Pangeran Kuda Permati, sehingga kami tidak akan pernah
mendapat hukumannya, sementara perempuan ini dapat
kami simpan baik-baik sampai saatnya kami akan
membunuhnya pula, agar rahasia kami tidak akan dapat
diketahui oleh siapa pun juga"
"Gila. Jadi kalian memang sudah gila" geram salah
seorang dari ketiga orang yang sudah dibebaskan oleh
Purnadewi itu. "Apapun yang kau katakan, kami tidak akan
berkeberatan" jawab orang berjambang lebat itu.
Sejenak kemudian suasanapun menjadi semakin tegang.
Purnadewi benar-benar menjadi ketakutan. Tubuhnya
terasa gemetar, sementara jantungnya bagaikan akan
terlepas dari tangkainya.
Orang-orang yang mengepungnya itu bergeser semakin
mendekat. Rasa-rasanya memang tidak ada lagi jalan untuk
keluar dari lingkaran itu.
Namun ketiga orang yang telah dibebaskan oleh
Purnadewi itu merasa bertanggung jawab atas keselamatan
puteri itu. Karena itu, apapun yang akan terjadi, mereka
sama sekali tidak akan gentar.
Sementara itu, orang berjambang lebat itu berkata sambil
tertawa "Nah, apa yang akan kalian lakukan sekarang"
Kalian tidak akan dapat menipu kami. Kau sangka dengan
menyebut nama Puteri Purnadewi, maka segala sesuatunya
akan dapat berjalan sebagaimana kau inginkan?"
"Tetapi puteri ini benar -benar puteri Purnadewi "salah
seorang dari ketiga orang itu berteriak.
Orang berjambang lebat itu masih saja tertawa
berkepanjangan. Katanya "Kalian jangan menganggap
kami terlalu dungu. Perempuan cantik itu sangat kami
perlukan" "Gila" geram seorang yang lain "kalian tentu belum
pernah melihat puteri Purnadewi"
"Cukup" bentak orang berjambang itu tiba-tiba "Aku
sudah muak mendengarnya. Sekarang bersiaplah untuk
mati. Perempuan itu akan kami bawa kembali ke sarang
kami" Tetapi ketiga orang itu sama sekali tidak ingin
mengorbankan puteri Purnadewi. Karena itu, maka mereka
tidak lagi memikirkan diri mereka sendiri. Yang terlintas di
dalam angan-angan mereka adalah keselamatan isteri
Pangeran Kuda Permati itu.
Karena itu, maka ketiga orang itu telah bersiap
menghadapi segala kemungkinan. Untunglah bahwa dua
diantara mereka telah membawa tombak dan seorang yang
lain membawa pedang. "Jadi kalian akan melawan?" bertanya orang berjambang
itu. "Atas nama Pangeran Kuda Permati. kami harus
menyelamatkan puteri Purnadewi" berkata salah seorang
dari ketiga orang itu. "Jangan sebut-sebut Pangeran Kuda Permati" berkata
orang berjambang itu "tingkahmu itu hanya akan
mencelakai dirimu sendiri. Semakin gila kelakuanmu maka
jalan kematianmu pun menjadi semakin sulit dan pahit"
"Kami adalah prajurit" jawab salah seorang diantara
ketiga orang itu "Apakah kau kira kami dapat kau takuttakuti
dengan kematian yang bagaimanapun juga?"
"Persetan" geram orang berjambang itu "kalian memang
harus dicincang disini"
Ketiga orang itu tidak menjawab lagi. Ketika mereka
melihat orang-orang yang mengepungnya bergeser semakin
dekat, maka ketiga orang itupun telah bersiap untuk
bertempur. Mereka berdiri menghadap ketiga arah diseputar
Purnadewi yang ketakutan.
Sejenak kemudian, maka orang berjambang itupun
memberikan aba-aba "Cincang ketiga orang ini. Mereka
tidak boleh mati terlalu cepat. Mereka terlalu sombong
untuk dibunuh dengan tusukan didada. Tetapi mereka
harus mengalami satu keadaan bahwa mereka merasa
sangat menyesal atas tingkah laku mereka"
Orang-orang yang mengepung itupun mulai bergerak.
Senjata mereka mulai teracu-acu. Bahkan yang lainpun
telah mulai menyerang dengan garangnya.
Sejenak kemudian telah terjadi pertempuran yang seru.
Ketiga orang itu telah bertempur dengan segenap
kemampuan yang ada padanya.
Ternyata ketiga orang itu memang memiliki kelebihan
dari orang-orang yang mengepungnya. Ketiga orang itu
adalah perwira yang mendapat kepercayaan dari Pangeran
Kuda Permati sebelum mereka tertangkap oleh pasukan
Pangeran Singa Narpada. Karena itu, maka orang-orang yang mengepungnya itu
tidak segera dapat mengalahkan mereka, meskipun jumlah
mereka jauh lebih banyak.
Namun bagaimanapun juga kemampuan ketiga orang
itu, tetapi ketika orang-orang yang mengepung mereka itu
bertempur dengan keras dan kasar, maka merekapun segera
mengalami kesulitan. Apalagi mereka masih harus
melindungi Puteri Purnadewi sehingga kedudukan
merekapun menjadi sangat terikat.
Orang berjambang itu memperhatikan pertempuran itu
sejenak. Tiba-tiba saja terdengar ia tertawa berkepanjangan.
Katanya dengan suara lantang sehingga mengatasi suara
benturan senjata "Nah, ternyata kalian tidak akan berumur
sampai matahari terbit. Kalian akan mengalami kematian
yang sangat berkesan disaat terakhir"
Ketiga orang itu tidak menjawab. Tetapi mereka telah
bertempur dengan segenap kemampuan mereka.
Namun bagaimanapun juga, ternyata bahwa orang-orang
yang mengepungnya itupun prajurit-prajurit terlatih. Tetapi


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengaruh keadaan mereka membuatnya menjadi semakin
kasar. Karena itu, maka mereka telah berusaha untuk
menerobos ketiga orang yang melindungi puteri purnadewi
itu untuk mengambilnya sebelum mereka akan membunuh
ketiga orang itu. Kesulitan utama dari ketiga orang itu justru terletak pada
usaha mereka- melindungi puteri Purnadewi, bukan untuk
keselamatan mereka sendiri.
Karena itulah, maka orang-orang yang mengepungnya
itupun semakin lama semakin mendesak. Bahkan kemudian
perlawanan ketiga orang itupun menjadi semakin kacau,
ketika ada diantara lawan mereka yang tidak lagi merasa
perlu bertempur tetapi mereka ingin sekedar menerobos
masuk mendekati Purnadewi.
Jika mereka dapat menangkap perempuan itu, dan
mengancamnya maka perlawanan ketiga orang
pengawalnya itu tentu akan terhenti.
Dengan demikian maka ketiga orang pengawalnya itu
kadang-kadang menjadi bingung, karena orang-orang yang
dengan kasar ingin menembus pertahanan mereka.
Purnadewi sendiri menjadi semakin ketakutan. Orangorang
itu ternyata benar-benar tidak percaya bahwa ia
adalah Purnadewi yang menurut orang-orang yang
mencegat itu sama sekali tidak masuk akal bahwa ia
berkeliaran di malam hari bersama tiga orang laki-laki.
"Tidak ada seorangpun diantara mereka yang mengenal
kami" desis salah seorang dari ketiga orang perwira yang
melindungi Purnadewi itu.
Dalam keadaan yang sulit itu telah terjadi sesuatu yang
agak kurang dapat dimengerti oleh semua pihak. Dalam
kekalutan yang tidak teratasi oleh ketiga orang pengawal
Purnadewi itu telah muncul sekelompok orang yang tidak
dikenal. Mereka berpakaian seperti petani-petani. Bahkan
dua diantara lima orang petani itu membawa cangkul,
sedang seorang diantaranya membawa keranjang rumput.
Tetapi keranjang itu masih kosong, sementara sebuah
parang terselip pada keranjang itu.
Lima orang petani itu tidak melarikan diri melihat
pertempuran yang ramai itu. Tetapi ternyata mereka justru
telah mendekati. Yang membawa cangkul dan keranjang
itupun telah diletakkan, sedangkan yang lain
memperhatikan pertepuran itu dengan saksama.
"He, kenapa kalian berkelahi disini" berkata salah
seorang dari para petani itu.
Tidak seorangpun yang menjawab, sehingga dengan
suara yang lebih keras petani itu berkata "He, kenapa kalian
berkalahi didaerah pategalan ini he" Apa yang kalian
perebutkan" Yang terdengar kemudian adalah jawaban salah seorang
pengawal Purnadewi "Kami tidak tahu. Orang-orang itu
telah menyerang kami. Mungkin mereka ingin merampok,
bahkan merampok dan mengambil perempuan ini"
Para petani itu terdiam sejenak. Lalu yang lain bertanya
"Apakah perempuan itu membawa harta benda"
"Tidak" jawab pengawalnya.
Seorang diantara para petani itupun telah maju
selangkah. Katanya "Satu pertempuran yang tidak adil.
Tiga orang harus bertempur melawan sepuluh orang. Aku
tidak tahu, apa sebab yang sebenarnya. Tetapi sebaiknya
pertempuran ini dihentikan saja. Kalian dapat berbicara
untuk memecahkan persoalan diantara kalian. Kecuali jika
memang benar ada usaha perampokan. Maka biasanya
perampokan tidak dapat diselesaikan dengan pembicaraan"
"Tutup mulutmu" teriak salah seorang dari sepuluh
orang yang dihentikan iring-iringan Purnadewi itu "Pergi
atau kalian akan ikut kami cincang disini"
"Kami tidak akan pergi" jawab salah seorang dari kelima
orang petani itu "Kami akan menjadi saksi, bahwa disini
telah terjadi pertempuran yang tidak adil. Tiga orang harus
bertempur melawan sepuluh orang apapun persoalannya.
Menurut perhitungan nalar, tentu bukan yang tiga oranglah
yang telah mulai dengan pertempuran ini. Tetapi tentu yang
merasa dirinya kuat. Karena itu, kami ingin mencari
keterangan tentang kalian untuk menjadi bahan kesaksian
kami" "Gila" teriak orang berjambang lebat "cepat pergi"
"Baiklah. Kami akan pergi. Kami akan melaporkan
peristiwa ini kepada sekelompok pasukan berkuda yang ada
dipadukuhan sebelah"
"Pasukan berkuda dari mana" bertanya salah seorang
diantara mereka. "Aku tidak tahu. Tetapi aku kira prajurit-prajurit Kediri
yang meronda" jawab petani.
"Jangan gila. Jika demikian maka kalianpun sepantasnya
harus dibunuh disini. Nasibkalianpun ternyata sangat buruk
seperti ke tiga orang ini" berkata orang berimbang itu.
"Tetapi kalian tidak dapat begitu saja membunuh kami"
berkata petani itu "itu sama sekali tidak berperikemanusiaan
karena kami tidak mempunyai persoalan dengan kalian"
"Kami tidak peduli" jawab orang berjambang.
"Kalian begitu, kami memang harus melaporkan
perkelahian ini" jawab salah seorang petani itu.
"Apa salah kami?" bertanya salah seorang petani.
"Kalian akan dapat menjadi saksi. Itu kesalahan kalian
yang sangat menentukan. Sementara itu, kalianpun
berusaha untuk dapat menjadi saksi" jawab orang
berjambang. Hampir berbareng kalima orang petani itu melangkah
surut. Setelah menggapai cangkul dan keranjangnya, maka
kelimanya benar-benar telah beranjak pergi.
Tetapi dalam pada itu, tiba-tiba saja terdengar perintah
"Tahan mereka. Mereka memang akan dapat menjadi saksi
dan mungkin mereka benar-benar akan melapor"
Dua orang diantara sepuluh orang yang menghentikan
Purnadewi dan para pengawalnya itu telah meninggalkan
arena dan mengancam para petani itu. Seorang diantara
mereka membentak "Kalian tidak dapat meninggalkan
tempat ini" "Kenapa" Kami akan melaporkan perkelahian ini" jawab
petani. "Dungu. Kalian tidak boleh pergi, justru karena kalian
akan melapor itu" jawab orang yang menahannya.
Para petani itu saling berpandangan sejenak. Namun
kemudian seorang diantaranya berkata "Siapapun tidak
berhak menahan kami, apapun yang akan kami lakukan.
Kalianpun tidak. Kami akan menemui pasukan berkuda itu
untuk melerai pertempuran yang tidak adil ini"
"Jangan banyak bicara" bentak salah seorang dari kedua
orang yang menahan mereka "selangkah lagi kalian maju,
maka kalian akan menyesal. Aku sudah memperingatkan.
Jika kalian, memaksa, maka kalian akan mati"
"Mati" Jadi jika aku melangkah lagi, aku akan mati"
Begitu mudahnya seseorang mati " desis salah seorang
diantara para petani itu.
"Tutup mulutmu" bentak orang yang menahannya.
"Kalian tidak boleh pergi. Duduk disitu sampai kami
menyelesaikan ketiga orang itu"
Tetapi petani itu menjawab "Jangan urusi kami. Biar saja
kami berbuat menurut keinginan kami sendiri"
Wajah orang yang menahan para petani itu menjadi
tegang. Ketika seorang diantara para petani itu melangkah,
maka salah seorang dari kedua orang yang menahannya itu
telah meloncat dihadapannya sambil mengacukan
senjatanya "selangkah lagi kau maju maka kau benar-benar
akan mati" Petani itu memang berhenti. Tetapi kemudian katanya
"Aku tidak mempunyai waktu untuk menanggapi
permainanmu yang kasar itu"
Petani itu seakan-akan tidak menghiraukannya lagi. la
masih saja melangkah maju.
Namun dengan demikian, maka orang yang
menahannya itu sudah kehilangan kesabaran. Dengan serta
merta orang itu telah mengayunkan senjatanya. Ia tidak
bermain-main sama sekali, karena senjatanya sekali ayun
akan dapat membunuh petani itu.
Tetapi yang terjadi adalah sesuatu yang tidak diduga
sama sekali oleh orang yang menyerangnya. Ayunan
senjatanya itu sama sekali tidak mengenai sasarannya.
Bahkan karena ia mengayunkan dengan segenap
kekuatannya, maka ia sendiri telah terseret oleh ayunan
senjata itu, sehingga terhuyung-huyung. Dengan susah
payah orang itu berusaha mempertahankan
keseimbangannya. Tetapi petani itu tidak tinggal diam. Ketika orang yang
menyerangnya itu hampir menguasai keseimbangannya
kembali, maka dengan kakinya ia telah mendorongnya.
Seakan-akan tenaga yang dikeluarkan adalah tenaga
yang tidak ada artinya sama sekali. Namun akibatnya
ternyata luar biasa. Orang yang menyerangnya itu
terdorong beberapa langkah dan kemudian jatuh
terjerembab ditanah yang berdebu. Dengan demikian
wajahnya yang basah oleh keringat itu menjadi seperti
ditaburi tepung. Namun bukan itu saja. Tubuhnya terasa
sakit. Namun yang lebih sakit lagi adalah perasaannya.
Petani-petani dungu itu ternyata mampu mendorongnya
sampai jatuh terjerembab.
Sementara itu, seorang kawannya yang melihat orang
yang jatuh terjerembab, benar-benar menjadi marah.
Dengan serta merta, maka iapun telah menyerang pula
dengan senjatanya. Tetapi ia tidak mau mengalami
peristiwa seperti kawannya itu. Karena itu, ia tidak lagi
menganggap petani itu sama sekali tidak memiliki
kemampuan sebagaimana kesalahan yang dilakukan oleh
kawannya. Namun dalam pada itu, serangannya telah memancing
pertempuran. Petani itu tiba-tiba pula telah mencabut
parangnya di lambung. Parang pembelah kayu yang
nampaknya sudah berkarat. Tetapi justru karena itu, maka
nampaknya parang iiu memiliki kekuatan tersendiri.
Sejenak kemudian orang itupun telah terlibat dalam satu
perkelahian melawan petani yang berparang itu. Sementara
seorang diantara kedua orang yang telah terjatuh dan
terjerembab itu telah bangkit sambil membenahi dirinya.
Namun ketika . ia melangkah mendekati petani yang
sedang bertempur itu, maka petani yang membawa keranjangpun
mendekatinya "Kau juga ingin berkelahi?"
"Persetan" geramnya. Namun ia tidak menunggu lebih
lama. Tiba-tiba saja ia sekali mengayunkan senjatanya
mengarah kekepala petani itu.
Tetapi terjadi lagi satu kejutan bagi orang yang
menyerangnya itu. Petani itu sama sekali tidak menjadi
gentar. Bahkan dengan gerak sederhana ia menangkis
serangan itu dengan keranjangnya.
Benturan yang terjadi benar-benar mengejutkan.
Keranjang yang ujudnya tidak lebih dari keranjang rumput
itu ternyata mampu menahan serangan senjatanya yang
pernah dipergunakannya diberbagai medan pertempuran.
Karena itu, maka orang itupun telah berbuat jauh lebih
banyak lagi. Dengan cepat ia harus berusaha mengatasi
kejutan itu. Dengan gerak yang sangat cepat, maka orang itupun
telah memutar senjatanya. Kemudian dengan gerakan yang
sangat cepat telah menyerang petani itu dengan tusukan
senjatanya. Tetapi ia benar-benar kehilangan akal menghadapi petani
itu. Demikian pedangnya menyusup diantara lubang-lubang
keranjangnya, maka keranjang itu telah diputarnya,
sehingga senjata itupun terputar pula. Demikian cepat dan
kuatnya, sehingga ia tidak mampu berbuat sesuatu,
sehingga ternyata senjatanya itu telah terlepas dari
tangannya. "Gila" geram orang itu. Namun ia tidak sempat
mengumpat lebih panjang lagi, karena keranjang itu telah
terayun dan membentur kepalanya.
Benturan itu memang tidak terlalu keras, sebagaimana
ayunan itupun tidak terlalu keras. Tetapi yang tidak terlalu
keras itu telah membuatnya pening. Matanya menjadi
berkunang-kunang. Hampir tidak masuk akal bahwa orang itupun kemudian
telah menjadi pingsan. Sementara itu, dua orang masih bertempur dengan
sengitnya. Ternyata bahwa parang petani yang sedang
bertempur itu adalah parang yang luar biasa. Bukan sekedar
parang pembelah kayu sebagaimana ujudnya.
Karena itu, maka lawannya, salah seorang dari kedua orang
yang berusaha mencegah para petani itu meninggalkan
arena tidak mampu melawannya. Setiap benturan senjata
telah membuat tangan orang itu merasa sangat sakit.
Semakin lama semakin keras menggigit telapak tangannya.
Karena itu, maka orang itupun berusaha untuk
menghindarkan benturan senjata. Setiap kali orang itu
berusaha mengelakkan serangan dan apabila serangannya
ditangkis dengan parang itu, maka ia telah mengurungkan
serangannya. Dengan demikian, maka orang itu berada dalam
kedudukan yang semakin lama semakin lemah.
Sementara itu, maka kawan-kawan dari kedua orang itu
melihat apa yang telah terjadi. Dua orang kawannya sama
sekali tidak berdaya menahan para petani itu. Bahkan
seorang diantara mereka telah jatuh pingsan, sementara
yang lain telah terdesak dan sama sekali tidak mampu
berbuat apa-apa. "Gila" geram orang berjambang lebat "bunuh mereka.
Biarlah ketiga orang pengawal perempuan ini kita
selesaikan kemudian. Hadapi mereka seorang dengan
seorang" Perintah itu tidak diulangnya. Ampat orang diantara
orang-orang yang mengepung tiga orang pengawal
Purnadewi itu telah meninggalkan arena dan berlari-lari


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kearah para petani yang mencurigakan itu.
Dengan demikian, maka para petani itu seluruhnya telah
terlibat kedalam pertempuran yang sengit seorang melawan
seorang. Sementara seorang diantara lawan para petani
yang terdahulu itu menjadi semakin tidak berdaya.
Karena enam orang telah terserap oleh para petani itu,
maka ketiga orang pengawal Purnadewi sempat menarik
nafas dalam-dalam. Demikian lawan-lawannya
meninggalkan kepungan, maka tugas mereka menjadi terasa
sangat ringan. Seorang dari mereka berhadapan dengan
seorang lawan. Hanya seorang saja dari ketiga orang itu
harus bertempur melawan dua orang lawan.
Namun ketiga orang itu adalah perwira .yang terpercayadari
pasukan yang menjadi pengikut Pangeran Kuda
Permati, sehingga dengan demikian maka dalam waktu
dekat, empat orang yang berusaha untuk menahan ketiga
orang pengawal Purnadewi itu telah terdesak.
Namun dalam pada itu, ketiga orang pengawal itu
maupun Purnadewi sendiri juga menjadi cemas. Mereka
tidak tahu pasti siapakah kelima orang petani itu. Yang
pasti bahwa mereka bukannya Pangeran Kuda Permati.
Jika dian-tara mereka terdapat Pangeran Kuda Permati,
maka mereka tidak akan berbuat demikian lamban. Mereka
akan langsung menyerang, dan menghancurkan sepuluh
orang yang telah berani mengganggu perjalanan Purnadewi.
Tetapi kelima orang petani itu telah mempergunakan
cara yang aneh untuk membantu ketiga orang yang
mengawal Purnadewi itu. Namun apapun yang akan mereka hadapi kemudian,
tetapi mereka sudah terlepas dari tingkah laku sepuluh
orang yang sangat menyakiti hati itu.
Sebenarnyalah bahwa orang-orang yang mencegat
perjalanan Purnadewi itu tidak dapat bertahan terlalu lama.
--ooo0dw0ooo- Jilid 020 ORANG yang bertempur menghadapi para petani itupun
segera kehilangan kesempatan untuk memenangkan
pertempuran. Seorang demi seorang mereka telah
dilumpuhkan. Meskipun para petani itu tidak ingin
membunuh lawannya, tetapi diluar kehendaknya ternyata
bahwa ada diantara lawan mereka yang tertusuk senjata
sampai ke pusat jantung. Agak berbeda dengan para petani itu, maka ketiga orang
pengawal Purnadewi sama sekali tidak, mempertimbangkan
untuk mengalahkan lawannya tanpa membunuhnya.
Mereka bertempur sebagaimana mereka 'bertempur. Karena
itu, maka ketika senjatanya menusuk sampai ke pusat dada
lawannya, maka mereka sama sekali tidak terlalu banyak
menaruh perhatian. Ternyata bahwa dua ujung tombak dan sebilah pedang
yang berada ditangan ketiga orang pengawal Purnadewi itu
telah mematuk tubuh lawannya dan menghilangkan
nyawanya. Bahkan seorang diantara mereka telah
membunuh dua orang berturut-turut.
Karena itu, maka dalam waktu yang dekat, sepuluh
orang yang mencegat perjalanan Purnadewi dan ketiga
orang perwira yang dilepaskannya itu telah dilumpuhkan,
sehingga mereka tidak lagi berdaya untuk berbuat apapun
juga. Namun ketiga orang pengawal Purnadewi itu benarbenar
menjadi heran. Kelima orang petani yang telah
mengalahkan Purnadewi dan para pengawalnya. Demikian
nungguinya dengan setia. Bahkan karena kakinya yang te
rasa bagaikan terbakar, Purnadewi telah berpindah, duduk
dan merendam kakinya didalam sebuah parit yang tidak
begitu besar, namun airnya yang bening rasa-rasanya
bagaikan menghisap perasaan sakit dan letihnya meskipun
mula-mula kaki itu terasa sangat pedih ketika menyentuh
air. Dari kejauhan Pangeran Singa Narpada menyaksikan
adik sepupunya yang kelelahan. Ia merasa kasihan. Tetapi
ia tidak dapat berbuat apa-apa kecuali dengan sabar
menunggunya. Namun ternyata Purnadewi mempunyai kemauan yang
keras. Sejenak kemudian, ketika kakinya sudah merasa
dingin, iapun telah bangkit sambil berkata "Kita
meneruskan perjalanan"
"Bagaimana dengan kaki puteri?" bertanya salah seorang
diantara para perwira. "Tidak apa-apa. Kakiku sudah terasa baik" jawab
Purnadewi. Namun demikian mereka mulai berjalan, maka kaki
Purnadewi yang tersentuh runcingnya bebatuan telah
kembali merasa sakit. "Puteri" berkata salah seorang perwira "jika puteri
berkenan, apakah kami dapat menyediakan sebuah
terompah. Mungkin dengan cumpring bambu atau dengan
apapun juga. Bahkan dapat juga dengan mempergunakan
sobekan kain panjang untuk dibalutkan kekaki puteri"
Purnadewi menarik nafas dalam-dalam. Namun
kemudian katanya "Terima kasih. Akau akan mencoba
untuk berjalan tanpa alas"
Namun kaki Purnadewi tidak memenuhi gejolak
tekadnya untuk berjalan terus tanpa alas. Karena itu, maka
ia terpaksa tidak menolak ketika seorang diantara para
perwira itu telah mengoyak kain penjangnya dan kemudian
membalut kaki Purnadewi dengan sobekan kain panjangnya
itu. Dengan demikian maka kaki Purnadewi menjadi agak
terlindung sehingga meskipun terasa sakit, tetapi ia
kemudian dapat melanjutkan perjalanannya.
Pangeran Singa Narpada melihat keadaan adik
sepupunya itu. Ia memang menjadi sangat kasihan. Tetapi
ia tidak dapat berbuat apa-apa. Ia tidak dapat menolong
lebih banyak lagi selain membebaskannya dari tangan
orang-orang yang menjadi liar karena pengaruh peperangan
yang tidak berkesudahan. Betapapun lambatnya, namun Purnadewi itu berjalan
juga kearah yang diduganya menjadi tempat tinggal dan
landasan sementara dari pasukan Pangeran Kuda Permati.
Beberapa saat kemudian, maka sekali lagi keempat orang
itu dikejutkan oleh kedatangan beberapa orang yang
berloncatandari balik semak-semak. Menilik sikap dan
pakaian mereka, maka keempat orang itupun segera
mengetahui bahwa mereka adalah para pengikut Pangeran
Kuda Permati sebagaimana yang mereka jumpai beberapa
saat yang lalu. Purnadewi yang telah mengalami perlakuan yang sangat
menyakitkan hati, sekali lagi menjadi ketakutan. Mungkin
orang-orang itupun akan bersikap sebagaimana sikap
kawan-kawannya yang terdahulu.
Jika disini tidak ada seorangpun yang menolong
sebagaimana terjadi beberapa saat yang lalu, akibatnya akan
sangat parah baginya dan tentu juga ketiga orang yang
mengawalnya itu. Ternyata bahwa sikap orang-orang itu tidak kalah
garangnya. Mereka mengepung keempat orang yang telah
mereka hentikan itu. Sementara itu sebagaimana telah
dilakukan, maka ketiga orang perwira yang mengawal
Purnadewi itupun telah berpencar diseputar Purnadewi
yang ketakutan pula. "Siapakah kalian" geram pemimpin dari orang-orang
yang menghentikannya itu.
Perwira yang mengawal Purnadewi itu tidak ingin
berputar-putar lagi. Dengan tegas iapun menjawab "Aku
mengawal puteri Purnadewi, isteri Pangeran Kuda Permati.
Orang itu mengerutkan keningnya. Dengan ragu-ragu ia
bertanya "Apakah kau berkata sebenarnya?"
"Ya. Puteri inilah yang akan aku antar menghadap
Pangeran Kuda Permati"
Suasana menjadi tegang. Tetapi orang yang menghen
tikan itu tidak segera percaya. Dalam keremangan malam
mereka mencoba memperhatikan puteri itu dengan
saksama. Namun seorang diantara mereka yang menghentikan itu
berkata "Apakah masuk akal bahwa puteri Purnadewi akan
berada disini dimalam buta ini" Bukankah puteri berada
dilandasan Utama" "Apakah kau belum mendengar berita tentang jatuhnya
landasan Utama itu ketangan para penjilat di Kediri" sahut
salah seorang perwira yang mengantar puteri itu.
"Mustahil" jawab orang yang menghentikan perjalanan
itu "tempat itu tidak akan diketahui oleh pasukan Singa
Narpada" "Tetapi akhirnya diketahuinya juga" jawab perwira itu
"dan puteri ini sudah tertawan. Untunglah bahwa diantara
mereka yang berkhianat dan menjadi penjilat itu masih
terdapat orang-orang yang menyadari kebesaran diri se
hingga orang itu telah berusaha untuk membebaskan kami"
Orang-orang yang menghentikannya itu masih raguragu.
Bahkan seorang diantara mereka bertanya "Jika
demikian maka bukti apakah yang dapat kau berikan
kepada kami?" "Bukti?" ulang salah seorang perwira itu "bukti apakah
yang kalian kehendaki. Bukti itu adalah puteri itu sendiri.
Lihatlah dengan saksama. Bukankah perempuan ini adalah
puteri Purnadewi. Bukti apa lagi yang kalian kehendaki?"
"Aku belum pernah bertemu secara pribadi dengan
puteri Purnadewi. Karena itu, bagaimana, aku dapat
mempercayai bahwa puteri ini adalah Purnadewi" berkata
orang yang menghentikannya itu.
"Bawa kami menghadap. Jika kami sudah menghadap
Pangeran Kuda Permati, maka kalian akan tahu, apakah
benar puteri ini adalah Purnadewi" berkala perwira yang
mengawalnya. Ternyata ketegangan telah terjadi lagi. Orang-orang yang
menghentikan keempat orang itu tidak juga dapat
mempercayainya sebagaimana yang terdahulu. Bahkan
pemimpinnya berkata "Apakah kalian orang-orang yang
diselusupkan oleh orang-orang Kediri yang menjadi penjilat
itu untuk membujuk Pangeran Kuda Permati atau untuk
melakukan satu tindakan yang licik atau perbuatanperbuatan
lain" "Tidak" seorang perwira yang tidak sabar lagi
membentak "Kami ingin menyerahkan puteri Purnadewi"
Suasanapun menjadi tegang. Sebagaimana pernah terjadi
sebelumnya. Orang-orang yang menghentikan keempat
orang itu nampaknya menjadi sangat ragu-ragu. Jika benar
puteri Purnadewi telah ditangkap oleh orang-orang Kediri,
apakah mungkin ia dapat meloloskan diri bersama tiga
orang perwira yang juga telah tertangkap.
Ketegangan itupun semakin lama menjadi semakin
menyakitkan jantung Purnadewi sendiri. Hampir saja ia
menjerit meledakkan himpitan perasaan yang tidak
tertahankan. Namun ia masih berusaha untuk bertahan.
Dibelakang semak-semak lima orang yang berpakaian
petani masih mengamatinya. Dua diantara mereka adalah
Pangeran Singa Narpada sendiri dan Panji Sempana Murti.
Dua orang yang memiliki ilmu yang sulit dicari
bandingnya. Namun dalam puncak ketegangan itu, tiba tiba terdengar
suara seseorang. Salah seorang diantara mereka yang
menghentikan keempat orang itu.
"Kakang. Engkaukah itu?" desis seseorang sambil
melangkah maju mendekati salah seorang dari ketiga orang
yang mengawal puteri Purnadewi itu.
Orang yang dipanggil itu termangu-mangu. Namun
ketika orang yang menyebutnya itu melangkah mendekat,
maka wajahnyapun menjadi cerah. Dengan lantang ia
berkata "Kau Tembi?"
"Ya kakang. Jadi orang-orang ini kawan-kawan
kakang?" berkata orang yang disebut Tembi.
"Ya. Keduanya juga perwira dari pasukan Pangeran
Kuda Permati, sedangkan puteri ini benar-benar puteri
Purnadewi. Orang yang disebut Tembi itupun kemudian menghadap
kepada orang yang memimpin kelompok kecil yang
menglawan-lawan mereka , mereka kalahkan, maka
merekapun begitu saja melangkah meninggalkan tempat itu.
Para pengawal Purnadewi tidak menahannya.
Dibiarkannya saja kelima orang itu pergi memasuki
pategalan. Baru sejenak kemudian, maka Purnadewi dapat menjadi
tenang. Jantungnya menjadi lebih teratur dan nafasnya
tidak lagi terasa memburu lewat kerongkongannya. Karena
itu, maka iapun mulai dapat menilai apa yang telah terjadi.
Ketika ketiga orang perwira yang mengawalnya itu
sudah membenahi diri, maka Purnadewi itupun bertanya
"Siapakah orang-orang yang telah menolong kita itu?"
Para pengawalnya menggelengkan kepalanya. Salah
seorang diantaranya menjawab "Orang itu asing bagi kami.
Entahlah jika mereka mengenakan pakaian yang lain dan
disiang hari pula. Agaknya mereka bukan petani-petani
biasa yang kebetulan melihat peristiwa ini"
Purnadewi menarik nafas dalam-dalam. Namun dengan
demikian ia telah melihat sendiri, betapa pertentangan dan
peperangan telah merusak kesadaran manusia tentang baik
dan buruk. Orang-orang yang menghentikannya itu sama
sekali tidak lagi menghormati peradaban dan hubungan
dian tara sesamanya. "Bagaimanapun juga, kita merasa bersukur" berkata
Purnadewi "Aku telah terlepas dari petaka yang sangat
mengerikan. Aku benar-benar merasa ketakutan dan putus
asa" "Baiklah puteri" berkata salah seorang diantara ketiga
perwira yang mengawalnya " marilah kita melanjutkan
perjalanan. Jika disini kita bertemu dengan sekelompok
prajurit yang menjadi pengikut Pangeran Kuda Permati,
maka agaknya kita telah menempuh jalan yang benar"
Dengan demikian maka keempat orang itupun telah


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meneruskan perjalanan. Sementara itu dari balik semaksemak
kelima orang yang mengenakan pakaian petani
memperhatikan perjalanan itu.
"Untunglah bahwa kita selalu mengawasinya" berkata
Pangeran Singa Narpada yang mengenakan pakaian petani
itu pula. "Ya Pangeran" jawab Panji Sempana Murti yang ikut
bersama Pangeran Singa Narpada " jika kita percayakan
puteri itu bersama ketiga orang yang mengawalnya, maka ia
sudah mengalami bencana yang paling dahsyat"
"Kita ikut bertanggung jawab bahwa Purnadewi harus
sampai kepada suaminya" berkata Pangeran Singa
Narpada. Panji Sempana Murti mengangguk-angguk. Iapun
sependapat bahwa puteri Purnadewi harus sampai kepada
Pangeran Kuda Permati untuk dapat diharapkan bahwa
perjalanannya akan membawa hasil.
"Marilah" tiba-tiba terdengar suara Pangeran Singa
Narpada yang selalu berkepentingan bahwa Purnadewi
harus sampai kepada suaminya, maka iapun
berkepentingan untuk menyelamatkan Purnadewi karena ia
adalah saudara sepupunya" Tugas kita belum selesai. Kita
harus yakin, bahwa usaha ini akan berhasil. Baru jika
Purnadewi bertemu dengan suaminya, maka ia akan dapat
menyampaikan segala pesan kita dalam ujud yang sudah
berbeda menurut tanggapan Purnadewi sendiri. Peristiwa
yang baru saja terjadi akan menguatkan sikapnya, bahwa
peperangan ini hanya akan menghasilkan bencana saja"
Panji Sempana Murti menarik nafas dalam-dalam.
Namun merekapun telah meneruskan perjalanan mereka
membayangi perjalanan puteri Purnadewi dengan ketiga
orang perwira yang telah dibebaskannya.
Perjalanan itu memang perjalanan yang berat. Apalagi
bagi Purnadewi. Tetapi ternyata ketiga orang perwira yang
merasa dirinya diselamatkan itu telah membantunya sejauh
dapat mereka lakukan. Ketika Purnadewi menjadi sangat letih, maka ketiganya
bergantian telah menolongnya dengan memapahnya.
"Kita beristirahat sebentar" berkata Purnadewi "Aku
tidak kuat lagi meneruskan perjalanan. Kakiku telah terluka
oleh goresan-goresan batu-batu yang runcing.
Ketiga orang perwira itu tidak dapat memaksanya.
Merekapun kemudian memberikan kesempatan kepada
Purnadewi untuk beristirahat, berbaring diatas sebuah batu
yang besar. Sementara itu, ketiga orang perwira itu m
ehentikan perjalanan keempat orang itu sambil berkata
"Seorang diantara para perwira itu adalah kakakku"
"Kau yakin?" bertanya pemimpin kelompok iu.
"Aku yakin. Ia memang kakakku yang tertangkap oleh
pasukan Kediri. Aku yakin" jawab Tembi.
Pemimpin kelompok itu termangu-mangu. Namun
kemudian iapun berkata "Jika kau yakin, maka biarlah kita
membawa mereka melalui tahap-tahap yang seharusnya.
Jika benar puteri itu Purnadewi, isteri Pangeran Kuda
Permati, maka biarlah ia dibawa menghadap"
"Ya. Puteri itu adalah puteri Purnadewi. jawab seorang
diantara pengawalnya. Lalu "Namun bagaimanapun juga
kami tidak akan melepaskannya. Jika puteri itu dibawa
menghadap, maka kami baru melepaskannya setelah kami
yakin, bahwa puteri itu benar-benar akan bertemu dengan
Pangeran Kuda Permati"
"Percayalah kepadaku" berkata pemimpin kelompok itu
"marilah. Kita akan mulai dengan tahap demi tahap. Tidak
mudah bagi seseorang untuk menghadapi Pangeran Kuda
Permati" "Tetapi kaki puteri itu sakit. Apakah Pangeran Kuda
Permati masih jauh?" bertanya salah seorang pengawalnya.
"Pangeran Kuda Permati tidak berada didaerah ini"
jawab pemimpin kelompok ini "Tetapi jangan remas. Jika
kalian benar, maka pada saatnya puteri itu tentu akan
bertemu dengan Pangeran Kuda Permati"
Ketiga orang pengawal itu tidak menjawab. Namun
dalam pada itu pemimpin kelompok itupun berkata
Marilah. Ikut aku. Kalian dapat membantu puteri itu
berjalan" Para perwira itu tidak dapat berbuat lain. Seorang
diantara orang-orang yang mencegatnya itu adalah adik
dari seorang diantara ketiga perwira yang mengawal puteri
Purnadewi, sehingga-pengenalan itu ternyata sangat berarti
bagi keempat orang yang mencari Pangeran Kuda Permati
itu. Meskipun demikian, kelima orang dalam pakaian petani
itu masih belum melepaskan mereka. Dengan sangat hatihati
mereka mengikuti dari kejauhan.
Perlahan-lahan karena keadaan kaki puteri Purnadewi,
keempat orang diikuti oleh orang-orang yang
menghentikannya itu merayap maju, sehingga akhirnya
mereka memasuki sebuah padukuhan. Namun agaknya
penjagaan di padukuhan itu cukup ketat, sehingga akan
sangat sulit bagi Pangeran Singa Narpada untuk dapat
memasukinya Namun dengan demikian, maka Pangeran Singa
Narpada menjadi yakin, bahwa puteri Purnadewi tentu
akan sampai kepada suaminya, karena didalam padukuhan
yang dijaga ketat itu tentu ada satu atau dua orang perwira
yang akan dapat menghubungkan Purnadewi dengan
Pangeran Kuda Permati. Dengan nada dalam Pangeran Singa Narpada itupun
kemudian bertanya kepada Panji Sempana Murti
"Bagaimana pendapatmu tentang kemungkinan yang dapat
terjadi atas Purnadewi?"
"Aku kira perjalanannya selanjutnya telah aman" jawab
Panji Sempana Murti. "Aku sependapat" berkata Pangeran Singa Narpada
selanjutnya "karena itu, maka tugas kita mengantar
Purnadewi sudah selesai. Semoga ia dapat bertemu dengan
suaminya dan berbicara, tentang kemungkinankemungkinan
yang dapat terjadi di Kediri"
Panji Sempana Murti menarik nafas dalam-dalam.
Katanya "Tugas puteri Purnadewi adalah tugas yang besar.
Jika ia berhasil maka ia akan dapat menyelesaikan tugas
yang tidak dapat kita selesaikan dengan kekuatan prajurit"
"Ya. Purnadewi benar-benar mengemban tugas yang
sangat besar. Mudah-mudahan hatinya mantap dan tidak
terpengaruh oleh sikap suaminya" desis Pangeran Singa
Narpada. Lalu "Tetapi jika Purnadewi gagal, maka Kediri
besar-benar akan dibakar oleh pembantaian yang tidak ada
batasnya. Kedua belah pihak akan menjadi liar dan buas.
Sehingga orang-orang yang tidak bersalah akan menjadi
korban pembantaian yang sangat keji. Aku merasa, bahwa
aku bukan seorang yang berhati lembut sebagaimana kau
dan seluruh pasukan kita. Keadaan akan semakin kalut jika
Singasari ikut mencampuri persoalan ini dengan kekuatan
prajurit pula" Dengan demikian maka kedua orang itu berpendapat,
bahwa mereka tidak merasa perlu lagi untuk mengikuti
Purnadewi lebih jauh. Kecuali menurut pendapat mereka
sudah tidak ada gunanya lagi, maka perjalanan yang
demikian tentu akan menjadi sangat berbahaya, karena
beberapa ratus tonggak lagi, mereka benar-benar akan
berada didaerah yang untuk saat itu dikuasai oleh Pangeran
Kuda Permati. "Perjalanan kita cukup sampai disini berkata Pangeran
Singa Narpada "marilah. Kita akan kembali ke Kota Raja.
Besok kita akan kembali kepada pasukan kita masingmasing
yang bertugas di sisi Utara, meskipun barangkali
ada tugas lain yang harus kita lakukan"
Dengan demikian, maka Pangeran Singa Narpada Panji
Sempana Murti dan pengawal-pengawalnya telah
meninggalkan tempat itu untuk kembali ke Kota Raja
Ternyata bahwa mereka telah berhasil mengirimkan
Purnadewi kepada suaminya dengan cara yang agak
berbelit-belit. Tetapi jika benar Purnadewi dapal bertemu
dengan suaminya, maka akan mungkin timbul satu
perubahan suasana di Kediri.
Sementara itu, sekelompok prajurit Kediri yang menjadi
pengikut Pangeran Kuda Permati telati membawa puteri
Purnadewi kesebuah padukuhan terpencil. Padukuh-an
yang kecil, yang terletak ditempat yang tidak terlalu mudah
untuk dijangkau. Tetapi di padukuhan itu terdapat sebuah
sumber air yang besar, yang mampu membuat tanah
disekitar padukuhan itu menjadi hiiau. Meskipun demikian,
selingkar bukit bukit gersang seakan-akan telah membatasi
padukuhan itu dari hubungan dengan padukuhan
padukuhan yang lain. Semula padukuhan itu sepi. Penduduknya sangat sedikit.
Namun tiba-tiba padukuhan itu menjadi ramai, ketika
sepasukan Pangeran Kuda Permati berada dipadukuhan itu,
karena mereka menganggap bahwa tempat itu adalah
tempat yang sangat baik untuk mereka pergunakan
sementara , sebelum pasukan itu meneruskan
pengembaraan mereka mengelilingi Kota Raja. Menyerang
dan menghilang. Namun para perwiranya tidak dapat
mencegah akibat-akibat buruk dari cara hidup yang
demikian bagi orang-orang yang tidak mempunyai
pegangan yang kuat itu. Ketika Purnadewi memasuki padukuhan itu, ia
berpengharapan untuk dapat segera bertemu dengan
Pangeran Kuda Permati. Namun ternyata bahwa iapun
menjadi sangat kecewa. Pangeran Kuda Permati tidak
berada ditempat itu. "Dimana kakangmas Kuda Permati?" bertanya
Purnadewi kepada pemimpin kelompok yang menghentikan
perjalanannya itu. "Aku tidak tahu puteri" jawab pemimpin kelompok itu
"Tetapi di padukuhan ini ada beberapa orang perwira yang
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari aku. Mungkin
mereka akan dapat menunjukkan jalan yang paling baik
puteri" Purnadewi tidak tergesa-gesa minta diantarkan kepada
suaminya. Jika ia berniat demikian, maka akan mungkin
dapat menimbulkan persoalan lain.
Demikianlah, kedatangan Purnadewi telah menimbulkan
sedikit keributan di padukuhan kecil itu. Untunglah bahwa
persoalannya segera dapat dijernihkan. Dan bahkan
akhirnya para perwira di padukuhan itu percaya bahwa
puteri itu adalah Purnadewi. Bahkan ada diantara mereka
yang mengenali ketiga orang pengawal itu sebagai perwira
yang memiliki kedudukan yang baik karena kemampuan
ilmu mereka didalam pasukan Pangeran Kuda Permati.
Namun dalam satu sergapan yang tiba-tiba mereka telah
dapat tertangkap . oleh pasukan Pangeran Singa Narpada.
Dan bahkan ada diantara mereka yang mengenal puteri
Purnadewi itu sendiri. Tetapi Purnadewi menjadi kecewa. Pangeran Kuda
Permati tidak ada di padukuhan itu.
"Kakiku sudah tidak dapat aku pergunakan untuk
berjalan lagi" berkata Purnadewi dengan wajah yang sayu.
"Puteri dapat beristirahat disini sehari atau lebih" berkata
seorang perwira yang bertanggung jawab terhadap pasukan
yang ada di daerah itu "pada saatnya kaki puteri telah
sembuh, maka kita akan berangkat"
"Apakah kau tidak dapat melaporkan kepada kakangmas
Kuda Permati, bahwa aku berada disini?" bertanya puteri
Purnadewi. "Tentu puteri" jawab perwira itu "Tetapi aku tidak dapat
mengatakan, keputusan apa yang akan diambil oleh
Pangeran Kuda Permati. Mungkin Pangeran akan
menjemput puteri, tetapi mungkin Pangeran akan
memerintahkan kepada puteri untuk menyusul Pangeran di
tempat yang lain" "Kenapa begitu?" bertanya Purnadewi "apakah
kakangmas Kuda Permati sudah tidak menghiraukan aku
lagi?" "Mungkin bukan begitu puteri" jawab perwira itu
"Tetapi kehadiran puteri mungkin akan dapat menimbulkan
persoalan tesendiri. Jika Pangeran Kuda Permati datang
ketempat ini, apakah terjamin bahwa Pangeran akan
selamat dari sergapan orang-orang Kediri yang menjadi
penjilat dari orang-orang Singasari?"
"Jadi apakah kehadiranku ini tidak akan berarti apa-apa
bagi kakangmas Kuda Permati?" bertanya Purnadewi.
"Bukan begitu" jawab perwira itu "Tetapi aku harap
puteri menyadari, bahwa perjalanan puteri dapat saja
diikuti oleh orang-orang Kediri. Diluar tahu puteri, aku
telah memerintahkan untuk meneliti dengan saksama
daerah di-sekitar bukit-bukit yang melingkari padukuhan
ini. Mungkin ada sekelompok prajurit Kediri yang
mengikuti perjalanan puteri"
Purnadewi menarik nafas dalam-dalam. Sementara itu,
perwira itu membiarkannya merenung.
Sebenarnyalah, bahwa perwira itu telah memerintahkan
untuk melihat sekeliling padukuhan itu. Dicelah-celah
bukit, dibalik semak-semak dan ditempat-tem-pat yang
dapat dipergunakan untuk bersembunyi
Namuni mereka tidak menemukan seorangpun yang
mengamati perjalanan Purnadewi dengan ketiga orang
pengawalnya, sementara Pangeran Singa Narpada, Panji
Sempana Murti dan kawan-kawannya telah kembali ke
Kota Raja. Merekapun telah memperhatikan bahwa jika
mereka mengikuti perjalanan Purnadewi untuk selanjutnya,
maka mereka akan dapat terperosok kedalam bahaya.
Karena para pengikut Pangeran Kuda Permati yang
berada di padukuhan itu tidak menemukan tanda tanda
apapun, serta atas dasar laporan mereka yang membawa
keempat orang ke padukuhan itu, maka perwira itu
menganggap bahwa kedatangan Purnadewi tidak membawa
kemungkinan diketahuinya persembunyian mereka.
Tetapi ternyata bahwa Pangeran Kuda Permati masih
harus dihubungi.

01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika kemudian malam berakhir dengan terkoyaknya
kegelapan oleh sinar matahari pagi, maka Purnadewi dan
para pengawalnya telah beristirahat dipadukuhan itu.
Purnadewi tidak lagi merendam kakinya didalam air. Tetapi
seorang yang mengerti serba sedikit tentang obat-obatan
telah mengobati kaki Purnadewi dengan sejenis dedaunan,
butir-butir nasi yang dilembutkan dengan sedikit garam,
diusapkan dari lutut sampai ketelapak kakinya.
Terasa kaki Purnadewi menjadi dingin. Sama sekali tidak
terasa pedih sebagaimana jika kakinya direndam didalam
air. Meskipun kemudian kaki yang panas itu terasa dingin,
tetapi luka-lukanya terasa pedih bukan main.
Jenis dedaunan, butir-butir nasi dan sedikit garam itu
membuat kaki Purnadewi bagaikan direndam tidak saja
didalam air diparit yang bening, tetapi seolah-olah
direndam didalam air yang tersimpan sewindu lamanya.
Dingin tanpa rasa pedih. Panas, letih dan sakit yang
bagaikan menggigit telah hilang dihisap oleh obat-obatan
itu. Namun demikian kegelisahan Purnadewi masih belum
dapat dihapus dengan obat apapun juga, sebelum ia berhasil
bertemu dengan Pangeran Kuda Permati. Rasa-rasanya ia
tidak lagi dapat mempercayai siapapun juga, termasuk
orang-orang yang berada didalam padukuhan. Yang paling
mungkin untuk bertindak jujur terhadapnya hanyalah ketiga
orang yang telah dibebaskannya eesuai dengan ketentuan
yang sudah diatur lebih dahulu oleh Pangeran Singa
Narpada dan Panji Sempana Murti dengan persetujuan,
pimpinan petugas sandi dari Kediri.
Namun Purnadewi tidak dapat berbuat apa-apa. Ia
hanya dapat menunggu, sampai saatnya Pangeran Kuda
Permati memberikan kabar kepadanya. Apakah ia harus
datang menghadap, atau Pangeran itu datang
menjemputnya. Namun bagaimanapun juga, masa istirahat itu telah
membuat badan Purnadewi menjadi segar. Demikian pula
ketiga perwira yang menyertainya. Makanan dan minuman
yang dihidangkan kepada mereka, kesempatan untuk
berbaring dan minum obat-obatan membuat mereka
melupakan perasaan letih yang dialaminya dalam
perjalanan itu. Namun betapa kecewa puteri Purnadewi ketika di tengah
hari ia bertanya tentang suaminya, perwira yang
bertanggung-jawab atas padukuhan itu memberikan
keterangan, bahwa mereka belum berhasil membuat
hubungan dengan Pangeran Kuda Permati.
Demikian pula ketika matahari telah turun dan hampir
tenggelam di bawah cakrawala. Perwira itu telah menemui
Purnadewi sebelum Purnadewi mencarinya.
"Puteri, sampai saat ini utusan kami masih belum
berhasil membuat hubungan dengan Pangeran Kuda
Permati" berkata perwira itu "sebagaimana puteri
mengetahui, maka Pangeran Kuda Permati adalah orang
yang sangat penting bagi Kediri. Tentu banyak orang yang
ingin menemukannya. Mungkin diantara mereka adalah
pengkhianat-pengkhianat, sehingga karena itu, maka
Pangeran Kuda Permati harus benar-benar berada ditempat
yang paling aman. Dan itu berarti bahwa tempat tinggalnya
yang selalu bergerak itu tidak dengan mudah diketemukan
siapapun juga" "Tetapi aku adalah isterinya" berkata puteri Purnadewi.
"Kami mengetahuinyaa" jawab perwira itu "karena itu
betapapun sulitnya, kami berusaha untuk menemukannya.
Tetapi Pangeran Kuda Permati sendiri tentu tidak
mengetahui bahwa puteri sedang mencarinya. Bahkan
mungkin Pangeran Kuda Permati masih belum mengetahui
jika landasan utamanya telah berhasil diketemukan oleh
orang-orang Kediri dengan petunjuk para pengkhianat"
Puteri Purnadewi menarik nafas dalam-dalam. Namun ia
tidak dapat memaksa orang-orang itu dengan cepat dapat
menemukan Pangeran Kuda Permati. Puteri Purnadewipun
menyadari bahwa tempat tinggal Pangeran Kuda Permati
tentu merupakan rahasia yang harus dipegang teguh oleh
para pengikutnya yang setia.
"Mudah-mudahan malam nanti kita dapat membuat
hubungan berkata perwira itu "agaknya petugas kita telah
mendekati kemungkinan itu"
"Mudah-mudahan" berkata Purnadewi "Aku sudah
terlalu lama mengalami tekanan batin yang hampir tidak
teratasi" Dalam pada itu, beberapa orang petugas telah bekerja
keras sesuai dengan kemampuan mereka dan pengenalan
mereka atas medan, untuk menemukan Pangeran Kuda
Per-mati. Dengan pengalaman dana ketekunan, maka
akhirnya merekapun telah dapat membuat hubungan
sebelum waktu yang telah ditentukan sebagaimana
kebiasaan Pangeran Kuda Permati.
Hubungan itu telah membuat Pangeran Kuda Permati
terkejut. Namun dengan demikian maka petugas itu telah
mendapat kesempatan untuk menghadapnya. Kesempatan
yang jarang sekali didapatkan oleh para pengikut Pangeran
Kuda Permati itu. Dengan penuh kesungguhan, petugas itu menceritera-kan
apa yang telah terjadi dengan puteri Purnadewi sesuai
dengan keterangan yang diterimanya. Perjalanan yang
panjang dan keadaan wadagnya yang memelas.
Wajah Pangeran Kuda Permati menjadi merah. Ia
memang sudah mendapat laporan tentang landasan
utamanya yang telah diketahui oleh Pangeran Singa
Narpada. lapun telah mendapat laporan bahwa isterinya
telah tertangkap. Na mun ternyata menurut laporan yang
diterima kemudian, atas bantuan beberapa orang petugas
sandinya di Kediri, isterinya berhasil lolos dari tangan
orang-orang Kediri. Tetapi Pangeran Kuda Permati tidak begitu saja
menerima keadaan itu. Bukan karena ia curiga terhadap
isterinya. Tetapi ia curiga terhadap kelicikan orang-orang
Kediri. "Mungkin perjalanan Purnadewi diawasi" berkata-
Pangeran Kuda Permati. "Perwira yang bertanggung jawab atas daerah kedudukan
kami telah mencurigai kemungkinan itu pula, sehingga
iapun telah mengamankan daerah disekitar kedudukan
kami. Ternyata tidak seorangpun yang diketemukannya"
jawab petugas itu. Pangeran Kuda Permati mengangguk-angguk. Tetapi ia
adalah seorang yang sangat cermat menghadapi keadaan,
karena menurut pendapatnya orang-orang Kediri yang tidak
berpihak kepadanya adalah orang-orang yang sangat licik
dan pengecut. Karena itu, maka Pangeran Kuda Permati sendiri telah
mengatur perjalanan, Purnadewi. Ia telah memberikan
pesan kepada petugas itu untuk membawa Purnadewi
kesatu tempat. Baru kemudian ia akan dijemput oleh orangorang
kepercayaan terdekat dari Pangeran Kuda Permati.
"Katakan kepada Purnadewi. Bukan berarti aku tidak
memperhatikannya. Tetapi segala sesuatunya akan aku
selesaikan tanpa menimbulkan akibat yang tidak kita
inginkan" Demikianlah maka petugas itupun segera kembali ke
padukuhan yang menjadi tempat kedudukan pasukannya
untuk sementara. Segala sesuatunyapun telah
dilaporkannya kepada pimpinannya, sehingga perwira yang
bertanggung jawab atas padukuhan itupun mengatur segala
sua-tunya sesuai dengan kehendak Pangeran Kuda Permati.
Dengan hati-hati, maka dihari berikutnya Pangeran
Purnadewipun telah disiapkan. Dengan sebuah pedati,
maka puteri Purnadewi akan dibawa kesatu tempat yang
telah ditentukan. Dengan cermat pula pemimpin pasukan di
padukuhan itu telah mempersiapkan pengawalan.
Iring-iringan itu akan meninggalkan padukuhan
menjelang senja, sehingga perjalanan mereka akan
ditempuh pada malam hari. Perjalanan yang palirtg baik
menurut perhitungan Pangeran Kuda Permati. Sementara
jalan yang ditentukanpun merupakan jalan yang jarang
sekali dilalui oleh pasukan peronda dari Kediri.
"Mereka tidak akan berani melalui daerah ini jika tidak
membawa pasukan segelar sepapan" berkata perwira yang
memimpin pasukan itu. Purnadewi yang berjalan didalam satu iring-iringan yang
besar itupun merasa lebih tenang. Apalagi ia tidak berjalan
sebagaimana yang dilakukan sebelumnya, tetapi dalam
perjalanan itu ia berada didalam sebuah pedati. Meskipun
kadang-kadang ia turun dari pedati dan benar-benar
berjalan untuk mengurangi kejemuannya duduk didalam
pedati, tetapi ia tidak mengalami kelelahan yang sangat
seperti yang telah dijalaninya.
Meskipun demikian, didalam iring-ringan yang besar itu,
Purnadewi telah menyaksikan satu dua peristiwa yang
membuat jantungnya semakin pedih. Ketika iring-iringan
itu melewati sebuah jalan di pinggir sebuah padiikuhan di
malam hari dan mereka menjumpai dua orang anak muda
yang sedang meronda dan bersikap mencurigai iring-iringan
itu, maka tanpa ragu-ragu kedua orang anak muda itu telah
dibinasakan untuk menghilangkan jejak.
"Menyedihkan sekali" berkata Purnadewi didalam
hatinya. Sementara itu, Purnadewi masih mencemaskan
nasib beberapa orang lainnya yang mungkin akan
dijumpainya diperjalanan, meskipun ada juga orang yang
terlepas dari maut waktu mereka melihat iring-iringan itu
lewat, karena agaknya orang itu tidak menaruh banyak
perhatian atau ti dak tahu menahu tentang iring-iringan
yang lewat itu. Namun sebenarnyalah Pangeran Kuda Permati telah
memasang satu jaringan kekuatan yang mengamati
perjalanan itu tanpa diketahui oleh siapapun juga.
Sasarannya adalah kemungkinan orang -orang Kediri yang
setia terhadap Pangeran Singa Narpada mengikuti
perjalanan Purnadewi yang sengaja dilepaskannya.
Tetapi pasukan terpilih Pangeran Kuda Permati itu juga
tidak menemukan seorangpun yang pantas mereka curigai.
Dengan demikian maka kepercayaan Pangeran Kuda
Permati yang mengamati perjalanan itu berkesimpulan,
bahwa memang tidak ada orang-orang Kediri yang
mengikuti perjalanan Purnadewi untuk mengetahui tempat
Pengeran Kuda Permati tinggal.
Karena itulah, maka Purnadewi telah sampai ditempat
yang dituju tanpa hambatan apapun juga. Ia sampai kesebuah
padukuhan yang memang sudah disiapkan untuk
menerimanya. Namun padukuhan itu bukan tempat tinggal Pangeran
Kuda Permati. Karena itu, maka Purnadewi masih harus
menempuh perjalanan lagi, perjalanannya yang terakhir
untuk sampai kepada suaminya, Pengeran Kuda Permati.
Purnadewi beristirahat dipadukuhan itu selama siang
hari. Ia mendapat kesempatan untuk melepaskan lelahnya,
meskipun ia tidak menjadi terlalu lelah sebagaimana
perjalanannya yang pertama. Tetapi hari itu, Purnadewi
sempat berbaring sejenak untuk mendapatkan kesegarannya
kembali. Ia sempat mulai memperhatikan dirinya sebelum
ia bertemu dengan suaminya. Kakinya tidak lagi terasa
bengkak, meskipun masih juga agak terasa sakit. Tetapi
sudah hampir dapat dilupakannya.
Ketika malam turun, maka merekapun telah bersiap-siap
untuk melanjutkan perjalanan. Tetapi Purnadewi akan
mengalami pengawalan dengan orang yang berbeda. Orang
yang akan mengawalnya kemudian adalah orang-orang
yang dikirim langsung oleh Pangeran Kuda Permati.
Menjelang keberangkatan mereka, Purnadewi sudah sempat
untuk mandi dan membenahi pakaiannya dengan pakaian
yang didapatkannya dari orang-orang padukuhan itu.
Dengan demikian maka tubuh Purnadewipun rasa-rasanya
menjadi bersih dan segar. Tidak lagi di bayangi oleh debu
dan keringat, serta bau yang tidak sedap.
Ketika malam turun, maka Purnadewipun telah
melanjutkan perjalanan mereka. Namun ada satu perintah
yang kurang disenanginya. Ketiga orang perwira yang
mengawalnya tidak boleh melanjutkan perjalanan. Mereka
harus tinggal bersama para pengikutnya yang lain di
padukuhan itu untuk menerima tugas-tugas mereka yang
akan datang. "Pengawalnya puteri Purnadewi sepenuhnya ada di
tangan kami" berkata pemimpin pengawal yang menjemput
Purnadewi atas perintah langsung dari Pangeran Kuda
Permati. "Tetapi mereka telah menunjukkan kesetiaan mereka"
berkata Purnadewi "tanpa mereka, aku telah menjadi lumut
di perjalanan" Tetapi pemimpin pengawal itupun berkeras. Katanya
"Atas perintah Pangeran Kuda Permati sendiri. Pangeran
menghargai dan sangat berterima kasih kepada mereka
bertiga. Tetapi mereka tidak perlu ikut bersama puteri untuk
menghadap. Kepada mereka akan diberikan tugas-tugas
yang lain, yang sesuai dengan kedudukan mereka sebagai
perwira didalam pasukan Pangeran Kuda Permati"
Ketiga orang yang telah mengawal puteri Purnadewi dari
Kota Raja itu tidak dapat memaksa. Mereka mengenal sifat
dan watak Pangeran Kuda Permati apabila telah
menjatuhkan perintah. Karena itu, maka merekapun telah
berhenti sampai di padukuhan itu dan tidak melanjutkan
perjalanan mereka mengikuti Purnadewi yang telah
mendapatkan pengawalan yang khusus.
Perjalanan Purnadewi untuk selanjutnya merupakan
perjalanan yang tidak terlalu sulit. Baginya tetap disediakan
sebuah pedati Namun demikian, ada juga perasaan kecewa,
bahwa ia tidak diperkenankan membawa ketiga orang yang
telah memberikan jasa kepadanya disepanjang perjalanan
dari Kota Raja. Bahkan yang telah dengan tanpa gentar siap
mempertaruhkan nyawa mereka.
Tetapi seperti ketiga orang perwira itu, maka


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Purnadewipun tidak dapat memaksa. Ia harus tunduk
kepada perintah Pangeran Kuda Permati.
Namun perjalanan mereka dimalam hari itu ternyata
merupakan perjalanan yang cukup panjang. Mereka
melintasi bulak-bulak panjang dan jalan-jalan setapak.
Dengan demikian maka perjalanan pedati yang
diperuntukkan bagi Puteri Purnadewipun kadang-kadang
mengalami kesulitan, sehingga Purnadewi lebih senang
turun dari pedati itu dan berjalan kaki bersama dengan para
pengawalnya. Ketika langit mulai dibayangi oleh warna-warna merah,
maka barulah mereka mendekati sebuah padukuhan kecil
yang berada diantara bulak-bulak yang panjang, dipinggir
sebatang sungai yang bertebing curam.
Sebagai seorang isteri prajurit yang melakukan
pengambaraan, maka Purnadewi dapat memperhitungkan
kemungkinan yang ada pada padukuhan itu. Padukuhan itu
merupakan padukuhan yang terpencil, yang dapat melihat
kearah yang jauh, sementara apabila datang bahaya, maka
mereka akan turun kesungai dan mencari jalan untuk
menghindarkan diri. Purnadewipun kemudian diberitahu oleh pemimpin
pengawalnya, bahwa Pangeran Kuda Permati berada di
padukuhan itu. "Mudah-mudahan belum ada persoalan yang memaksa
Pangeran meninggalkan tempat itu" berkata pemimpin
pengawal itu "namun seandainya demikian, maka aku akan
segera mendapat keterangan kemana arah kepergian
Pangeran Kuda Permati"
Puteri Purnadewi menjadi berdebar-debar. Jika Pangeran
Kuda Permati karena sesuatu hal harus meninggalkan
tempat itu, maka ia harus mencarinya lagi. Mungkin
semalam, tetapi mungkin lebih dari itu, sehingga
pertemuannya akan menjadi semakin tertunda-tunda,
sementara persoalan didalam dirinya terasa menjadi
semakin mendesak. Tetapi ketika iring-iringan itu memasuki padukuhan dan
dilihatnya para pengawal masih berkeliaran, maka
Purnadewi dapat menduga bahwa Pangeran Kuda Permati
tentu masih berada di padukuhan itu.
Sebenarnyalah, maka Purnadewipun telah dibawa
kesebuah rumah kecil diujung padukuhan, namun
berhalaman cukup luas. Puteri itu melihat penjagaan yang
kuat di halaman rumah itu, dan bahkan beberapa orang
berada di luar dinding halaman, sehingga dengan demikian
maka Purnadewipun menduga bahwa dirumah itulah
Pangeran Kuda Permati tinggal.
Purnadewi yang sudah turun dari pedati telah memasuki
regol halaman rumah itu. Perlahan-lahan ia melintas
menuju ke pendapa yang sederhana dan kecil, sebagaimana
bagian dari keseluruhan rumah yang hanya kecil pula.
"Marilah puteri" pemimpin pengawalnya
mempersilahkan. Purnadewipun naik kependapa dengan jantung yang
berdebaran. Sementara itu, pemimpin pengawal itu berkata
"Silahkan masuk. Puteri dapat beristirahat dirumah ini
sebagaimana puteri berada dirumah sendiri. Rumah ini
memang disediakana untuk puteri"
Jantung Purnadewi berdentang semakin cepat. Dengan
nada tinggi ia bertanya "Tetapi dimana kakangmas Kuda
Permati?" "Pangeran Kuda Permati ada di padukuhan ini pula.
Seorang diantara kami sudah memberitahukan kepada
Pangeran, bahwa puteri telah tiba. Kami mohon maaf,
bahwa puteri harus menempuh jalan yang berliku-liku.
Tetapi kami mohon puteri dapat mengerti keadaan
Pangeran Kuda Per mati dan kelicikan petugas sandi
Pangeran Singa Narpada dan orang-orang Singasari
Puteri Purnadewi mengangguk kecil. Betapapun ia
merasa kecewa, tetapi ia berusaha untuk mengerti. Apalagi
menurut pemimpin pengawalnya itu, Pangeran Kuda
Permati ada di padukuhan itu.
Dalam pada itu, maka Purnadewi justru telah mengisi
waktunya dengan membersihkan dirinya. Mandi di
pakiwan agar tubuhnya menjadi segar. Kemudian minum
minuman panas yang dihidangkan serta beberapa potong
makanan. Baru kemudian, ketika matahari terbit, sekelompok
pengawal terpilih telah memasuki halaman rumah itu.
Purnadewi yang duduk di pendapa menjadi berdebar-debar.
De-ngaan serta merta iapun telah berdiri dan sebenarnyalah
ia melihat diantara iring-iringan yang datang itu adalah
Pangeran Kuda Permati. Dengan serta merta maka puteri Purnadewipun telah
menghambur menyongsong Pangeran Kuda Permati.
Sebagaimana puteri Purnadewi, maka Pangeran Kuda
Permatipun telah ditekan oleh kerinduan yang tajam.
Sambil menangis puteri Purnadewi memeluk suaminya.
Sementara itu Pangeran Kuda Permatipun berdesis
"Sudahlah Diajeng. Kita sudah dipertemukan dalam
keadaan selamat. Untuk selaniutnva. aku tidak akan
meninggalkanmu lagi"
"Kakangmas" tangis Purnadewi "Aku takut"
"Aku mengerti Diajeng" jawab Kuda Permati "Aku
sudah mendapat laporan semua peristiwa tentang dirimu.
Bahkan sampai saat-saat kau mendapat kesempatan untuk
lolos, karena ada beberapa petugas sandi yang dapat mela
kukan langkah-langkah yang diperlukan untuk
membebaskanmu. Tetapi ternyata bahwa yang terjadi itu
sangat meragukan aku, karena dalam jaringan petugas sandi
kami yang berada di Kediri, terdapat perbedaan pengertian
tentang orang-orang yang dimaksud. Tidak ada petugas
sandi yang akan dapat membebaskanmu dan tiga orang
perwira, kecuali diantara orang-orang Kediri yang menjadi
penjilat itu terdapat orang-orang yang atas kesadaran sendiri
telah berjuang bagi tegaknya Kediri"
"O" Purnadewi termangu-mangu akau kurang mengerti
kakangmas. "Ya. Kau tentu tidak dapat membedakannya" jawab
Pangeran Kuda Permati "karena itu jangan pikirkan.
Biarlah kami yang memikirkannya. Tetapi yang jelas,
bahwa tidak ada petugas sandi yang mengikutimu untuk
menemukan tempat kedudukanku yang sekarang.
"Ya kakangmas" jawab Purnadewi.
"Marilah" ajak Pangeran Kuda Permati "Kita duduk di
pendapa" Keduanyapun kemudian naik kependapa Beberapa orang
pengawalnyapun telah menyebar.
Dalam pada itu, dengan singkat Pangeran Kuda Permati
memberitahukan kepada Purnadewi alasan-alasan apakah
yang mendorongnya untuk tidak segera menemuinya.
Dengan penuh pengertian Purnadewipun menganggukangguk
mengiakan. "Teka-teki yang belum terpecahkan Diajeng" berkata
Pangeran Kuda Permati " siapakah yang lelah melepaskan
Diajeng dan ketiga orang perwira yang kemudian
mengawal Diajeng sampai ketempat yang memungkinkan
Diajeng berhubungan dengan orang-orangku" Purnadewi
samas sekali tidak menjawab. Namun terlintas didalam
ingatannya, sepuluh orang pengikut suaminya telah dengan
kasar dan berani menghinanya. Mereka tidak percaya
bahwa ia adalah Purnadewi, dan bahkan merekaa berani
merencanakan untuk melakukan sesuatu yang paling
terkutuk. Kemudian kehadiran lima orang petani yang telah
menolongnya dan membebaskannya dari kesepuluh orang
itu. Purnadewi menarik nafas dalam-dalam. Memang ada
sesuatu yang dirahasiakannya terhadap suaminya.
Hari itu, keduanya sama sekali tidak membicarakan
tentang persoalan yang menyangkut perjuangan Pangeran
Kuda Permati. Purnadewipun sama sekali tidak
menyinggung kelima orang petani yang telah menolongnya,
dan para pengikut suaminya yang telah kehilangan alas
peradaban nya. Hari itu baik Purnadewi maupun Pangeran
Kuda Permati menempatkan dirinya sebagaimana dua
orang suami isteri yang sudah lama tidak bertemu dengan
mengungkapkan pengalaman-pengalaman batin yang
kadang-kadang terasa aneh.
Namun Pangeran Kuda Permati adalah seorang
pemimpin yang bertanggung jawab atas satu tugas yang
baginya merupakan tugas yang besar, yang menyangkut
masa depan Kediri. Karena itu, maka ia tidak dapat mele
paskan diri terlalu lama dari tugas-tugasnya. Sehari ia
berada dirumah itu bersama Purnadewi. Namun dihari
berikutnya, tugas-tugasnya sudah membayanginya.
Tetapi Purnadewipun menyadari kedudukannya. Karena
itu, maka ia tidak menghalanginya. Purnadewi sama sekali
tidak menunjukkan sikap yang lain dari sikapnya ketika ia
akan ditinggalkan oleh Pangeran Kuda Permati di landasan
utama dari perjuangannya yang telah berhasil diketemukan
oleh Pangeran Singa Narpada.
Karena itu, maka Pangeran Kuda Permati sama sekali
tidak ragu-ragu lagi, bahwa tidak ada petugas lawan yang
membayangi isterinya sebagai satu cara menemukan
landasannya, meskipun untuk sementara.
Ternyata bahwa Pangeran Kuda Permati masih
melanjutkan perjuangannya yang disangkanya akan
mendatangkan satu masa kebesaran bagi Kediri
sebagaimana masa-masa yang telah lampau.
Namun dalam pada itu, Purnadewi yang telah melihat
sendiri cacat-cacat dari perjuangan suaminya, pengertian
yang lain serta wawasana yang lebih luas, telah mempunyai
satu sikap yang mapan. Dalam waktu yang dekat, maka
iapun sempat memperhatikan dan mengamati apa yang di
lakukan oleh para pengikut suaminya.
Ternyata apa yang tidak pernah diperhatikannya
sebelumnya, kini dapat dilihatnya. Para pengikut suaminya
bukanlah pejuang-pejuang yang murni, yang telah
mengorbankan segala-galanya bagi Kediri. Tetapi mereka
ternyata telah dihinggapi oleh godaan-godaan nafsu yang
hitam. Ketamakan akan harta benda, akan kekuasaan dan
dengki serta iri. Pelanggaran atas paugeran hubungan
antara manusia sebagaimana yang selalu mereka hormati
sebelumnya serta penghinaan atas martabat perempuan
yang tidak berdaya. Karena itu, maka semua rencananya justru telah menjadi
semakin bulat. Iac bertekad untuk bertemu dan berbicara
kepada suaminya. Namun pada hari-hari pertama, Purnadewi masih tetap
merupakan isteri yang mampu menempatkan diri dalam
perjuangan Pangeran Kuda Permati. Ketika Pangeran Kuda
Permati dihari berikutnya lagi kembali dengan hulu pedang
yang bernoda darah, sebagaimana sering dilihatnya,
sementara Pangeran itu sedang mencuri tangannya,
Purnadewi sama sekali tidak mempertanyakannya.
Namun sebenarnyalah Pangeran Kuda Permati masih
belum dapat memecahkan teka-teki, bagaimana mungkin
Purnadewi dapat melepaskan diri bersama ketiga orang
perwira yang telah tertangkap oleh pasukaan Pangeran
Singa Narpada. Satu hal yang sulit dimengerti, bahwa hal
itu dapat terjadi. Hari demi hari berjalan sebagaimana kwajarannya.
Namun bagi Pangeran Kuda Permati dan bagi Purnadewi,
ternyata telah terjadi gejolak perasaan yang semakin lama
semakin sulit untuk tetap di petahankan mengendap
didalam dada mereka. Karena itulah, maka pada satu sore, setelah Pangeran
Kuda Permati membersihkan dirinya, ia telah menemui
Purnadewi di ruang dalam rumah yang tidak begitu besar
itu. "Diajeng. Ada sesuatuyang ingin akubicarakan" berkata
Pangeran Kuda Permati. Purnadewi menjadi berdebar-debar. Tetapi ia memang
menunggu saat yang demikian. Purnadewi memang ingin
mendapat kesempatan untuk berbicara dengan Pangeran
Kuda Permati. Sejenak Purnadewi berusaha untuk menguasai
perasaannya. Kemudian dengan tenang iapun duduk
berhadapan dengan Pangeran Kuda Permati. Demikian
cermatnya Purnadewi menguasai dirinya, maka Pangeran
Kuda Permati telah menjadi ragu-ragu.
Tetapi akhirnya Pangeran Kuda Permati itupun berkata
"Diajeng. Ada sesuatu yang ingin aku beritahukan
kepadamu. Aku telah berbicara langsung dengan ketiga
orang perwira yang mengawalmu sampai ketempat yang
telah aku tentukan untuk mengirimkan pasukan
menjemputmu" Purnadewi menarik nafas dalam-dalam. Katanya
kemudian " Sukurlah. Dengan demikian kakangmas akan
mendapat gambaran perjalanan yang telah aku tempuh
untuk menemukan kakangmas"
"Ya Diajeng. Aku tahu, bahwa kau telah menempuh
satu perjalanan yang sangat berat bersama ketiga orang
perwira itu. Ketiga perwira itu ternyata merupakan tiga
orang pewira yang sangat setia. Yang bersedia
mempertaruhkan nyawanya bagi keselamatanmu" berkata
Pangeran Kuda Permati. "Ya" jawab Purnadewi "Mereka berbuat apa saja bagi
keselamatanku" "Juga ketika kau bertemu dengan sepuluh orang pengikutku
yang tidak percaya, bahwa kau adalah puteri
Purnadewi, isteri Pangeran Kuda Permati"
Sesuatu berdesir dihati Purnadewi. Tetapi dengan cepat
ia berhasil menguasainya. Sambil mengaguk-angguk ia
menjawab " Benar kakangmas. Ketiga orang itu telah
mempertaruhkan nyawanya. Karena itu, aku pernah minta
kepada pemimpin pengawal agar ketiganya diperkenankan
untuk ikut bersamaku"
"Sayang sekali" berkata Pangeran Kuda Permati "
permintaanmu itu tidak diijinkannya"


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Purnadewi menarik nafas dalam-dalam. Agaknya
waktunya memang sudah tiba untuk mengatakan sesuatu
kepada Pangeran Kuda Permati. Namun demikian
Purnadewi masih menunggu waktu yang paling tepat untuk
memulainya. "Diajeng. Katakan, apakah yang dikehendaki oleh orangorang
Kediri yang telah membebaskanmu dan
mengantarmu kepadaku" Semula aku mengira bahwa
mereka ingin mengikutimu dan menemukan tempat
persembunyianku. Tetapi aku salah. Tidak seorangpun yang
mengikutimu untuk seterusnya. Ketika mereka yakin bahwa
kau selamat menembus daerah perbatasan, maka mereka
telah meninggalkanmu"
Purnadewi mengerutkan keningnya. Namun kemudian
katanya "Memang ada sesuatu yang aneh. Lima orang
petani yang muncul, membantu kami, kemudian
menghilang begitu saja tanpa memberikan pesan apapun
juga" Pangeran Kuda Permati itupun kemudian berjalan
mondar-mandir didalam ruangan itu. Katanya "Memang
sulit untuk menjawab teka-teki itu. Apalagi aku tidak
melihat sendiri apa yang terjadi. Tetapi yang dapat aku
lakukan adalah mengurai peristiwa itu dan mengambil satu
kesimpulan. Memang ! kesimpulan itu dapat salah, tetapi
juga dapat benar" Wajah Purnadewi menjadi tegang. Tetapi iapun
kemudian mendengarkan suaminya berkata "Diajeng
Purnadewi. Dengar, kelima orang itu adalah orang-orang
Kediri yang menjadi penjilat kaki orang-orang Singasari.
Orang-orang Kediri yang demikian pulalah yang telah
membebaskanmu. Sama sekali bukan orang-orangku.
Meskipun ada satu dua petugas sandi kita yang berada
diantara orang-orang Kediri yang sedang terbius oleh
ketamakan itu, tetapi mereka tidak akan mampu
membebaskanmu dana apalagi membebaskan ketiga orang
perwira itu" "Jadi menurut kakangmas?" bertanya Purnadewi.
"Kau dan ketiga orang perwira itu memang sengaja telah
dilepaskan oleh orang-orang Kediri. Ketiga orang itu
diperlukan untuk mengawalmu sampai saatnya kau
bertemu dengan pasukanku yang sebenarnya. Sebelum
mereka yakin bahwa kau akan selamat sampai kepadaku,
maka lima orang dengan ilmu sependapat?" bertanya
Pangeran Kuda Permati. "Sependapat tentang apa?" bertanya Purnadewi.
"Bahkan kehadiranmu disini justru sudah diatur oleh
orang-orang Kediri. Dan agaknya orang-orang Kediri yang
membiarkan dirinya diperbudak oleh orang-orang Singasari
itu berhasil"jawab Pangeran Kuda Permati.
"O" wajah Purnadewi menjadi tegang " jika demikian
apakah kakangmas menjadi kecewa dan menyesal, bahwa
aku telah berada disini?"
"Bahkan kehadiranmu di sini justru sudah diatur oleh
orang-orang Kediri. Dan agaknya orang-orang Kediri yang
membiarkan dirinya diperbudak oleh orang-orang Singasari
itu berhasil" jawab Pangeran Kuda Permati.
Pengeran Kuda Permati menarik nafas dalam-dalam.
Namun kemudian katanya "Jangan salah mengerti. Aku
sama sekali tidak menyesal bahwa kau telah kembali
kepadaku. Tetapi yang harus aku perhatikan adalah caramu
untuk kembali" "Siapapun yang menolongku untuk kembali" berkata
Purnadewi "Apakah ada bedanya?"
"Tentu Diajeng" wajah Pangeran Kuda Permati menjadi
buram "Yang paling baik bagiku adalah bahwa kau tidak
tertangkap oleh Pengeran Singa Narpada, sehingga tidak
menumbuhkan masalah seperti sekarang ini"
"Masalah apa?" bertanya Purnadewi. Pengeran Kuda
Permati termangu-mangu sejenak. Namun nampaknya
Pangeran Kuda Permati telah menghentakkan perasaannya
untuk mendapatkan kekuatan jiwani.
Katanya kemudian dengan suara yang menghentakhentak
Wajah Purnadewi benar-benar menjadi tegang.
Tetapi dibiarkannya Pangeran Kuda Permati berkata
selanjutnya " Dengan demikian maka mereka tidak
mempergunakan untuk menemukan tempatku sekarang ini.
Tetapi bukan berarti bahwa kau telah dilepaskan begitu saja
bersama dengan ketiga orang perwiraku yang setia itu.
Tetapi nampaknya ketiga orang itu benar-benar tidak
mengerti apa yang merekaa hadapi sebenarnya. Tetapi, aku
kira kau berbeda dengan mereka"
Namun dalam pada itu Pangeran Kuda Permatipun
melanjutkan "Tetapi Diajeng. Memang ada satu teka-teki
yang sulit untuk dijawab dalam perjalananmu. Ketika kau
bertemu dengan sepuluh orang yang tidak percaya bahwa
kau adalah isteriku, maka kau telah mendapat pertolongan
dari lima orang dalam pakaian petani. Lima orang yang
memiliki ilmu yang tinggi. Nah, apa katamu tentang para
petani itu?" Pengeran Kuda Permati berhenti sejenak.
Dipandanginya wajah isterinya yang tegang. Memang ada
sesuatu yang rasa-rasanya menahan kata-katanya. Tetapi
ternyata Senapati tertinggi dari satu kelompok yang besar,
yang mewakili salah satu sikap orang-orang Kediri itu
berkata "Diajeng. Sebaiknya kita saling berterus terang.
Pesan apakah yang sampaikan kepadaku dari kakangmas
Pangeran Singa Narpada?"
Wajah puteri Purnadewi itu menjadi semakin tegang. Ia
tidak akan dapat ingkar lagi. Ternyata ketajaman penggra
ita Pangeran Kuda Permati berhasil melihat apa yang sebe
narnya telah terjadi dengan dirinya.
Tetapi Purnadewi memang sudah bersiap untuk
mengatakannya. Ia tidak akan menyimpan rahasia itu
untuk seterusnya. Ia datang menemui suaminya, dengan
tujuan tertentu. Bukan saja pesan Pangeran Singa Narpada,
tetapi ketika ia telah melihat dan menghayati sendiri
peperangan yang membakar Kediri, maka iapun ingin
menyampaikan isi hatinya sendiri.
Namun untuk sesaat Purnadewi masih tetap berdiam
diri. Memang masih terasa keragu-raguan mengekangnya.
Namun ia berusaha untuk mengatasinya jika saatnya tiba.
Sementara itu Pangeran Kuda Permati telah
mendesaknya pula "Katakan Diajeng. Jangan ragu-ragu.
Bukankah pesan itu dapat diterima dan dapat pula tidak
Iblis Sungai Telaga 32 Pendekar Naga Putih 52 Penyembah Dewi Matahari Pendekar Pedang Kail Emas 7
^