Perjalanan Maut 1
Rajawali Emas 44. Perjalanan Maut Bagian 1
Bab 1 GELoMBANG angin yang menderu dengan perdengarkan suara mengerikan itu menggebrak ke arah Bidadari Kipas Maut. Sesaat perempuan berpakaian hijau panjang ini terbeliak melihat serangan pertamayang dilancarkan Iblis Halilintar. Disertai makian jengkel, Bidadari Kipas Maut melompat ke samping kanan.
Blaaammmm!! - Ranggasan semak yang tumbuh di belakangnya bukan hanya memburai pecah, tetapi terpentalcukup jauh
dan jatuh berhamburan. "Terkutuk! Sambaran serangannya Iain tatkala dulu aku pernah bertarung dengannya!" maki perempuan setengah baya berparas jelita ini. Di seberang, kakek bungkuk berpakaian hitam compang-camping yang tadi lancarkan serangan tertawa keras. - -
"Aku sudah memberimu kesenpatan untuk hidup bila kau mau menjadi peneman tidurku semalam saja! Tetapi kau menolak. Padahal, kau tak akan kubunuh dulu sebelum kunikmati keindahan tubuhmu itu!" Menyusul kakek berkumis, putih menjuntai ini menggerakkan kembali tongkat hitamnya, kali ini dari
atas ke bawah. Sasarannya kepala Bidadari Kipas Maut! Seperti diceritakan pada episode
"Pelarian Pulau Neraka". Bidadari Kipas Maut yang sedang mencari pembunuh kekasihnya si Pendekar Kail dan hanya mengetahui julukan si pembunuh - Pangeran Liang Lahat-tanpa mengetahui seperti apa rupa dan sosoknya, menghentikan langkahnya di sebuah tempat. Untuk beberapa lama perempuan yang sebelumnya menjadi kekasih Pendekar Kail dan meninggalkannya selama lima tahun karena Pendekar Kail memintanya untuk menerima cinta Dewa Baju Putih, diliputi kemarahan yang tinggi terhadap Pangeran Liang Labat. Dia bertekad untuk membalas kematian kekasihnya itu. Namun sebelum dia lanjutkan langkah, terdengar. satu suara dari belakangnya dan tatkala dia balikkan tubuh, dilihatnya sosok orang yang sangat dikenalnya. Orang yang dulu dikalahkannya bersama-sama dengan Pendekar Kail, Orang yang kemudian hendak mempermalukannya bila dia tak ingin dibunuh! Sudah tentu Bidadari Kipas Maut tak kuasa lagi menahan rasa amarahnya. Namun sebelum dia lancarkan serangan, Iblis Halilintar sudah menyerang dengan longkat hitamnya. - Kembali gemuruh angin dari atas ke bawah menggebrak ke arah Bidadari Kipas Maut. Kali ini seraya kertakkan rahang, perempuan yang pada pinggangnya melilit selendang warna merah dan terselip sebuah kipas yang ujung-ujungnya terdapat bulu-bulu warna putih, sudah palangkan kedua tangannya di atas kepala.
Sambil surutkan kaki kanan ke belakang hingga tubuhnya agak membungkuk, disentakkan kedua tangannya ke atas.
Wuuuttt!! Blaaaamm!!! Terdengar letupan yang sangat keras tatkala gelombang angin yang dilancarkannya menghalangi gelombang angin yang ditimbulkan dari tongkat Iblis Halilintar. Masing-masing orang sampai surut tiga tindak ke belakang dan tatapan mereka bertemu dengan api yang membara. Mendadak Iblis Halilintarngakak sekeras-kerasnya hingga kedua bahunya berguncang.
"Luar biasa! Sungguh luar biasa! Kau masih memiliki kesaktian yang cukup lumayan! Dan rasanya terlalu sayang bila kau kubunuh sebelum kunikmati tubuhmu yang indah itu!"
"Manusia dajal! Jangan menganggap kau dapat: mengambil matahari meskipun kau berada pada jarak yang sangat dekat! Kalau dulu kau masih sempat melarikan diri, kali ini jangan berharap kau dapat lakukan kembali!!" - Bentakan Bidadari Kipas Maut disambut tawa lagi oleh Iblis Halilintar.
"Benar-benar menyenangkan! Coba kau terima seranganku inil!" Habis seruannya, menyusul tongkatnya digerakkan
kembali. Kali ini disusul dengan tangan kirinya yang didorong kedepan. S?rta-merta terdengarsuara letupan keras, laksana guntur di siang bolong. Sesaat Bidadari Kipas Maut terkesiap mendengar kerasnya salakan guntur itu.
"Astaga! Kekuatan ilmu gunturnya lebih dahsyat dari yang dulu!" desisnya seraya melompat ke samping kanan. Bersamaan terdengar letupan keras dan muncratnya tanah di mana sebelumnya sosoknya berada, tangan kanan Bidadari Kipas Maut sudah mengambil kipas berbulu halus yang terselip di pinggangnya.
Preeti!! Sekali sentak dan dengan gerakan yang terlatih, kipas itu telah membuka. Keiap itu pula dikibaskan ke arah Iblis Halilintar. Kontan angin bergulung-gulung yang perdengar kan suara bergernuruh menggebrak. Di depan, sepasang mata Iblis Halilintar membuka lebar sebelum kemudian dia putar tongkatnya hingga bergerak laksana baling-baling.
Blaamm! Blaaannm! Blaaarnm!! Letupan tiga kali berturut-turut terdengar keras tatkala angin bergulung yang keluar dari kipas maut milik si perempuan, membentur pusaran angin yang keluar dari tongkat yang telah berubah menjadi balingbaling. - Agaknya Bidadari Kipas Maut memang tak mau membuang waktu mengingat dia masih harus melacak Pangeran Liang Lahat. Serta-merta diiringi teriakan
membahana, sosoknya melesat ke depan hingga yang nampak hanyalah bayangan hijau belaka. Dengan lancarkan serangan melalui kipasnya, bayangan hijau itu berkelebat mengelilingi tubuh Iblis Halilintar. Yang diserang sesaat menjadi kelabakan dan memaki-maki tak karuan.
"Terkutuk! Kau akan menyesali tindakanmu ini!!" geramnya dalam hati. Dan...
astaga! Dalam kedudukan diputari oleh Bidadari Kipas Maut yang sesekali lancarkan serangan ganas melalui senjata kipasnya, Iblis Halilintar bukan hanya dapat lolos dari sergapan serangan ganas itu. Bahkan dia juga berhasil menyepak jatuh Bidadari Kipas Maui dengan kaki kanannya yang entah bagaimana bisa digerakkan. Bidadari Kipas Maut yang tak menyangka kalau lawan dapat patahkan serangannya, sesaat terkesiap dengan pandangan tak mengerti. Tetapi di kejap lain, begitu dilihatnya bayangan hitam sudah menyergap ke arahnya, mendadak sontak dia gerakkan tangan kanannya yang masih memegang kipas.
Wrrrr!! - Bulu-bulu putih halus yang terdapat pada ujungujung kipasnya berhamburan. Kalau biasanya bulu-bulu halus setelah terlontar akan jatuh terhembus angin, mamun bulu-bulu halus yang lepas dari kipas milik Bidadari Kipas Maut, justru melesat laksana puluhan jarum! iblis Halilintar menggeram sengit begitu melihat
puluhan bulu-bulu halus itusiap menghujani tubuhnya. Akan tetapi, tanpa kendorkan serangannya kakek berpakaian hitam compang-campingini mendadaksaja berteriak,
"Heaaaaa!!!" Teriakan yang sangat membahana, bahkan membuat sosok Bidadari Kipas Maut yang sedang berusaha berdiri terhuyung ke belakang. Di luar keadaan itu, tanah sejarak lima kaki muncrat ke udara karena lekanan dahsyat dari suara yang menggelegar laksana guntur. Puluhan bulu-bulu halus yang melesat ke arah Iblis Halilintar, kontan berluruhan kembali pada sifat hakiki sebuah bulu. Dan tubuh kakek ini terus melesat dengan putaran tongkatnya yang mengarah pada kepala Bidadari Kipas Maut.
Wuuuttt!! Kendati agak susah untuk hindari serangan ganas itu, Bidadari Kipas Maut masih dapat melakukannya. Dan dengan sentakkan tangan kanannya pada tanah, tubuhnya sudah melenting ke udara dan hinggap dengan kedua kaki tegak. Bersamaan dengan itu, Iblis Halilintar yang sudah balikkan tubuh hentikan serangannya dan ngakak gedegede.
"Hebat! Kau masih sangat hebat!"pujinya dibarengi kegeraman tinggi.
"Tapi sayang... kehebatan yang kau miliki kini sudah tak lagi dapat berbicara banyak!"
"Terkutuk! Dia jelas-jelas telah membekali diri de
ngan ilmu-ilmunya yang bertambah hebat! Dulu ketika aku mengeroyoknya bersama Pendekar Kail, ilmu 'Bahana Saketi" itu tak terlalu dahsyat. Tetapi sekarang, telingaku terasa pekak." Dengan memasang wajah tak gentar sedikit pun, perempuan berpakaian hijau panjang ini merandek dingin,
"Jangan terlalu berbangga dengan apa yang barusan terjadi, karena akan membuat kebalikan dari kenyataan!!"
"Hahaha... kau benar-benar luar biasa, Perempuan! Dan keinginanku untuk menikmati tubuhmu semakin kuat! Seharusnya kau berterima kasih karena sebelum mampus kau akan mendapatkan kenikmatan terlebih dulu!" Menggigil tubuh Bidadari Kipas Maut. Kali ini dia tak bisa menahan diri lagi untuk tidak lancarkan serangan. Mendadak diangkat tangan kanannya yang memegang kipas. Lalu digetar-getarkannya. Di seberang, Iblis Halilintar menatap tak berkedip. Dan dia terperangah dengan mulut membuka tatkala melihat sosok Bidadari Kipas Maut bergeraklaksana seorang penari. Menggerak-gerakkan pinggul, dada, bahu dan perutnya sementara tangan kanannya yang memegang kipas digetar-getarkan terus seperti sedang mengipas. Dua kejap mata kemudian, Iblis Halilintar mundur satu langkah sambil mendesis,
"Ilmu Tarian Bidadari'."
Gerakan tubuh Bidadari Kipas Maut yang laksana seorang penari semakin meliuk-liuk dengan indahnya. Pesona yang mendadak muncul terpancar dalam, membuat Iblis Halilintar yang tadi terkesiap kini melongo dengan wajah dungu.
Tanpa sadar dia telah tersedot gairah magis yang terpancar dari ilmu Tarian Bidadari yang dikeluarkan perempuan berpakaian hijau panjang itu. Bahkan dia masih terbengong dan seperti kehilangan kesadarannya hingga tak lakukan gerakan apa-apa. Padahal, Bidadari Kipas Maut sudah meliuk dengan gerakan seorang penari ke arahnya. Tangan kanannya yang memegang kipas siap dihantamkan pada kepala Iblis Halilintar! Namun sebelum serangan itu berhasil mengenai sasarannya, Iblis Halilintar telah terjaga dari pesona yang mengikatnya. Serentakdiiringimakian kesal, orang kejam ini melompat ke belakang.
"Keparat terkutuk!!" Kejap itu pula dia lancarkan serangan melalui tongkatnya. Namun setiap serangan yang dilancarkan selalu menemui sasaran kosong. Karena dengan gerakan-gerakan indah, Bidadari Kipas Maut dapat hindari sergapannya. Kegeraman karena tadi hampir terkena pengaruh magis dari ilmu Tarian Bidadari membuatnya memekik keras. Ditambah lagi serangan demi serangannya dapat digagalkan. Mendadak dia berteriak keluarkan ilmu 'BahanaSaketi'. Saat itu pula tanah bermuncratan ke udara. Liukan tubuh Bidadari Kipas Maut sesaat agak berubah. Bibirnya yang setelah keluarkan ilmu Tarian Bidadari selalu tersenyum, nampak mengeras, pertanda dia sedang pertahankan diri dari ilmu 'Bahana Saketi'. iblis Halilintar terus berteriak-teriak keras dengan ilmu anehnya itu, mencoba mematahkan keseimbangan yang dimiliki oleh Bidadari Kipas Maut. Perang ilmu aneh pun terjadi. Bidadari Kipas Maut dengan ilmu Tarian Bidadari terus kuasai keseimbangannya. Diasangat tahu, sekali lepas kendalinya dari ilmu Tarian Bidadari akibat serangan lawan melalui ilmu
"Bahana Saketi' maka bukan hanya keseimbangannya saja yang hilang. Tetapi tubuhnya juga akan terlontar keras ke belakang. Ganasnya ilmu Bahana Saketi" telah membuat tempat di sekitar sana menjadi porak poranda. Letupan demi letupan disekitar tubuh Bidadari Kipas Maut yang seperti sedang menari, terdengar keras. Tanah disana-sini muncrat dan memburai. Gerakan tarian Bidadari Kipas Maut semakin lama semakin berantakan. Dia tak lagi kuasa untuk mempertahankan tarian magisnya. Bahkan serangan yang ditancarkannya sesekali itu pun mulai tak beraturan. Melihat lawan nampaknya sudah kepayahan menghadapi ilmu 'Bahana Saketi' yang dikeluarkannya, mendadak saja Iblis Halilintar mencelat ke depan seraya gerakkan tongkat hitamnya.
Didahului suarasalakan guntur, gemuruh angin lintang pukang menderu ke arah Bidadari Kipas Maut."
Sesaat gerakan Bidadari Kipas Maut agak goyah. Namun dia masih bisa kendalikan diri, bahkan menggerakkan kipasnya yang segera meluncur bulu-bulu halus berkekuatan tinggi.
Bulu-bulu halus itu berpentalan tatkala terhantam gelombang angin yang keluar dari tongkat hitam si kakek.
Wuuuttti: Tongkatnya bergerak ke arah kedua kaki Bidadari Kipas Maut yang segera melompat. Dan itu sebuah kesalahan. Karena Iblis Halilintar memang sedang menunggu keadaan itu.
Mendadak saja kaki kanannya mencuat!
Wuuutti! Deesss!! Kaki kanannya telak menghantam dada busung Bidadari Kipas Maut. Begitu tubuhnya tergontai-gontai ke belakang, ilmu Tarian Bidadari' yang sedang dilancarkannya terlepas begitu saja.
Kesempatan itu tak mau disia-siakan oleh Iblis Halilintar. Masih keluarkan ilmu 'Bahana Saketi kakek berpakaian hitam compang-camping ini menderu dengan memegang kedua tongkatnya laksana seorangsamurai.
Siap menghantam pecah kepala Bidadari Kipas Maui!
Namun mendadak saja satu gelombang angin memutar telah menderu kearah Iblis Halilintar. Mematahkan serangannya yang membuatnya tersentak ke belakang. Karena tongkat yang siap untuk menghantam kepala Bidadari Kipas Maut, seperti disentak ke belakang.
Belum lagi dia menyadari apa yang terjadi, dilihatnya satu bayangan putih berputar hebat. Menyerangnya dan kemudian menyergap tubuh Bidadari Kipas Maut.
Masih dengan tubuh berputar, bayangan putih itu telah menjauh dengan membawa tubuh Bidadari Kipas Maut.
"Terkutuk!!" maki Iblis Halilintar yang tadi harus mundur ke belakang dan sebelum dia lancarkan serangan, orang yang mendadak muncul serta menyelamatkan Bidadari Kipas Maut telah lenyap dari pandangan.
Lalu dengan wajah mengkelap dan tangan mengepal kuat dia mendesis dingin,
"Tak seorang pun akan kubiarkan hidup bila berani lancang campuri urusanku! Keparat itu akan mampus bersama Bidadari Kipas Maut!!"
Kejap berikutnya, dia sudah melesat ke arah perginya bayangan putih yang menyelamatkan perempuan berpakaian hijau panjang.
Bab 2 Di sEBuAH persimpangan yang dipenuhi ranggasan semak belukar, Rajawali Emas sedang pandangi orang berpakaian dan berjubah biru gelap. Batinnya mengatakan, kalau orang yang seluruh kulitnya berwarna ungu tahu apa yang baru saja dikatakannya. Di depan, orang berkulit serba ungu yang bukan lain Pangeran Liang Lahat alias Penghuni Tingkat ke Dua alias Pelarian Pulau Neraka, angkat kepalanya. Pandangannya tak berkedip pada Rajawali Einas.
"Hemm... rupanya dia sahabat Pendekar Kail yang telah kubunuh! Dan nampaknya, dia tidak mengetahui kalau akulah yang berjuluk Pangeran Liang Lahat! Bagus!" Memang, saat ini pemuda dari Gunung Rajawali itu tidak tahu kalau orang yang berdiri sejarak lima langkah dari hadapannya adalah orang yang sedang dicarinya. Setelah berjumpa dengan Bidadari Kipas Maut yang menceritakan kematian Pendekar Kail yang tewas dibunuh Pangeran Liang Lahat, Rajawali Emas memutuskan untuk tunda kepergiannya ke Kaki Bukit Lumbung untuk penuhi undangan Kiai Pituluh. Tanpa disalngkanya kemudian dia berjumpa dengan Utusan Kematian Pulau Neraka yang sedang mencari Penghuni Tingkat ke Dua. Dan dia masih bingung ten
tang keberadaan Pulau Neraka yang selama ini pernah didengar dan hanya dianggapnya sebagai sebuah dongeng belaka. Pertarungan kemudian terjadi dan Tirta berhasil menyelamatkan dirinya kendati punggungnya terkena hantaman telak dari Setan Merah - salah seorang dari Utusan Kematian Pulau Neraka. Dan tanpa diduganya kemudian dia berjumpa dengan orang yang cirinya sama dengan yang dikatakan Utusan Kematian Pulau Neraka. Setelah yakin siapa adanya orang berkulit ungu itu, Tirta mempergunakan otaknya untuk mengelabui orang yang kemudian diketahuinya telah melukai Dewa Baju Putih. Saat ini, dia telah mendapatkan salah satu ilmu Pulau Neraka yang diturunkan oleh Penghuni Tingkat ke Dua. Akan tetapi, Tirta tak mempercayai sepenuhnya setelah dia menemukan satu kejanggalan. Lalu diputuskan untuk mengatakan kalau dia sedang mencari Pangeran Liang Lahat yang telah membunuh Pendekar Kail yang diakui sebagai sahabatnya. Yang tak diduganya, orang berkulit ungu itu terkejut. Dan semakin memperkuat dugaannya kalau orang itu tahu siapa sesungguhnya Pangeran Liang Lahat. Tetapi Tirta tidak tahu kalau orang di hadapannyalah orang yang sedang dicarinya (Baca :"Pelarian Pulau Neraka"). Kemudian katanya,"Orang dari Pulau Neraka...kau terkejut mendengar apa yang hendak kulakukan. Nampaknya... kau mengenal siapa adanya Pangeran Liang Lahat?"
Pangeran Liang Lahat alias Penghuni Tingkat ke Dua masih pandangi pemuda berpakaian keemasan di hadapannya.
"Pemuda yang di lengan kanan kirinya terdapat rajahan burung rajawali keemasan jelas tidak tahu kalau aku adalah Pangeran Liang Lahat, julukan yangkupakai setelah melarikan diri dari Pulau Neraka. Hemm, nampaknya dia menyimpan dendam. Tapi untuk saat ini. sebaiknya kumuslihati saja dia. Biar bagaimanapun tenaganya kubutuhkan untuk melihat keadaan di Pulau Neraka, dengan ilmu yang baru kuberikan padanya." Orang berkulit serba ungu ini kemudian berkata,
"Apa yang kau katakan memang benar! Tetapi, aku tak pernah mengenal orang itu, kecuali julukannya yang telah kudengar! Hanya yang agak berbeda, sepanjang pengetahuanku, Pangeran Liang Lahat adalah orang baik-baik!" Kali ini Tirta kerutkan keningnya. Sesaat dia pandangi orang dihadapannya sebelum berkata,
"Bagaimanakau bisa menilai seperti itu" Terbukti kalau Pangeran Liang Lahat telah membunuh sahabatku, si Pendekar Kail!"
"Kematian Pendekar Kail juga telah kudengar!"sahut Pangeran Liang Lahat meneruskan dustanya. Sebenatnya. dia paling tidak suka mendapatkan banyak pertanyaan seperti itu. Lalu sambungnya,
"Tetapi apa yang kudengar sangat berlainan dengan apa yang kuucapkan. Setahuku, Pangeran Liang Lahat bukanlah orang yang kejam yang suka membunuh orang lain. Entah apa pc
nyebabnya, dia sampai membunuh Pendekar Kail seperti yang kau katakan." Tirta tak menyahut, dan diam-diam dia membatin,
"Hem... kalau begitu apa yang menyebabkan dia seperti keheranan saat kukatakan kalau aku mencari pembunuh Pendekar Kail yang berjuluk Pangeran Liang Lahat?"Diputuskan kata batinnya sebelum disambung,
"Aku tak boleh telan bulat-bulat apa yang dikatakannya. Hemm... seperti rencanaku setelah mendapatkan ilmu untuk menemukan di mana Pulau Neraka berada, aku akan meninggalkannya untuk mencari Pangeran Liang Rahat." Memutuskan demikian, anak muda dari Gunung Rajawali ini berkata,
"Penghuni Tingkat ke Dua...sebeiumnya kau mengatakan, ilmu yang kau berikan padaku ini baru dapat kupergunakan tiga hari mendatang! Katau begitu, biarlah kuteruskan langkahku untuk mencari manusia jahanam yang telah membunuh Pendekar Kait!" Menyadari atau tidak, Rajawali Emas melihat paras orang berkulit ungu mengkelap. Yang diyakininya, kalau orang berjubah biru gelap itu tak suka karena dia bermaksud meninggalkannya. Padahal yang membuat geram Penghuni Tingkat ke Dua, karena dikatakan sebagai manusia laknat. Tetapi karena dia tak mau dirinya diketahuisebagai Pangeran Liang Lahat sebelum urusannya untuk membalas dendam pada orang-orang Pulau Neraka, dia berkata,
"Anak muda! Sejak pertama kau kuperingatkan, untuk tidak membantah setiap ucapanku! Tetapi lagilagi kau mengatakan, hendak berlalu dari hadapanku! Kau tentunya tahu, apa yang akan kulakukan bila kau langgar semua perintahku!"
"Aku pernah bertarung menghadapi Setan Merah, salah seorang Utusan Kematian Pulau Neraka. Ilmunya sangat tinggi. Demikian pula adanya dengan orang berwajah ungu ini. Berarti, aku tak perlu mencari urusan. Lebih baik kuturuti saja apa maunya, lantas kutinggalkan dia...." Memutuskan demikian, pemuda yang dipunggungnya terdapat sebilah pedang berwarangka dan dipenuhi untaian benang keemasan ini anggukkan kepala. | Seketika paras mengkelap Pangeran Liang Lahat berubah cerah. Seraya menyeringai dia berkata.
"Bagus: Sekarang... ikuti langkahku!"
"Tunggu!" Kontan terdengar geraman orang berwajah ungu itu. Tetapi Tirta tidak peduli. Dia harus meninggalkan orang ini tanpa menghadapi satu pertarungan. Kemudian katanya,
"Aku tak tahu apakah orangorang Pulau Neraka makan seperti apa yang kumakan! Tetapi saat ini, aku sedang kelaparan!" Penghuni Tingkat ke Dua tak buka mulut. Matanya mencorong tajam dan tampakkan bara api Lamat-lamat dia berkata,
"Penghuni Pulau Neraka
memakan apa yang kau makan! Aku menunggu disini!" Ucapan itu sudah membuat Rajawali Emas tersenyum senang. Dengan kata lain, Penghuni Tingkat ke Dua mengizinkannya untuk mencari makanan. Padahal apa yang dilakukannya hanyalah sebuah alasan agar dia dapat tinggalkan orang itu. Tak membuang waktu lagi dia berkata,
"Aku tak akan lama!" Kejap berikutnya dia sudah melangkah tinggalkan orang berjubah biru gelap yang memandang tak berkedip.
"Kau kan kena batunya bila berani lancang!"desisnya dalam hati. Tirta sendiri terus saja menjauh.
"Secara tak langsung aku memang telah mendapatkan satu ilmu aneh dari Pulau Neraka. Kendati demikian, akutak mempercayai apa yang dikatakannya. Apakah memang semudah itu, orang di luar Pulau Neraka yang mendapatkan ilmu untuk menemukan di mana Pulau Neraka berada, akan masuk dengan mudah tanpa diketahui oleh penghuni yang lain" Rasanya tak masuk akal. Aku yakin, di balik semua ini ada maksud tertentu dari Penghuni Tingkat ke Dua," batinnya sambil terus melangkah. Kemudian sambungnya,
"Aku juga tak percaya apa yang dikatakannya tentang Pangeran Liang Lahat. Dan rasanya... dia mengetahui siapakah sebenarnya Pangeran Liang Lahat. Ah, tak perlu kupikirkan semua itu. Lebih baik aku terus melacak keberadaan di mana Pa
ngeran Liang Lahat berada." Anak muda ini terus melangkah. Dia merasa yakin kalau Penghuni Tingkat ke Dua tak akan menyusulnya. Kalaupun orang itu menyusul, dia akan mengatakan belum mendapatkan buruan untuk dimakan. Sejarak duapuluh tombak dari tempat semula, mendadak saja anak muda ini hentikan langkahnya. Kepalanya tiba-tiba menegak.
"Astaga! Siulan itu lagi"!"desisnya dan belum lagi dia menyadari apa yang terjadi, dirasakan telinganya sangat sakit.
"Gila! Ada apa ini"!" Tanpa sadar dia kerahkan tenaga surya ke telinganya. Namun siulan yang mengalun lembut itu justru | makin menyiksanya.
"Gila! Sebelum munculnya Penghuni Tingkat ke Dua, aku juga mendengar siulan! Tetapi sangat keras dan tidak terlalu menyakitkan telingaku! Dan sekarang... siulan ini begitu lembut namun... sangat menyakitkan telinga! Sial! Siapa orang yang bersiul ini sebenarnya?"desisnya sambil terus menahan rasa sakit. Bahkan keringat yang biasanya bila mengalir selalu mengering akibat hawa panas dari tenaga surya yang dimilikinya, kini mulai mengucur. Tetapi setelah dikerahkan lagi tenaga suryanya, keringat itu pun mengering.
"Jangan-jangan.... Penghuni Tingkat ke Dua yang melakukannya?" duganya dengan wajah agak menekuk.
"Dan itu berarti... dia berada di dekat-dekat sini!" Dugaan pemuda tampan yang sedang kesakitan itu
salah besar, karena orang yang melakukannya tidaklah berada didekatnya. Yang melakukannya memang Penghuni Tingkat ke Dua alias Pangeran Liang Lahat, tetapi dilakukan masih di tempatnya semula sebelum Rajawali Emas meninggalkannya. Rupanya, di balik persetujuannya di mana Rajawali Emas tadi mengatakan hendak mencari makanan, orang berkulit serba ungu itu tak percaya begitu saja. Diamaklum dia membiarkan pemuda itu berlalu, namun akan menyiksanya dengan ilmu Siulan Kematian'nya yang pernah membuat Dewa Baju Putih kalang kabut. Dan sekarang, orang itu dengan santainya sedang bersiul. Siulan yang terdengar lembut namun berakibat fatal bagi yang mendengarnya. Dalam jarak yang masih berada dalam jangkauan ilmu Siulan Kematian Rajawali Emas terkena pula pengaruh ilmu itu. Saat ini, dia sedang kehingungan sendiri dan dengan mata membuka lebar mencoba untuk memperhatikan sekitarnya.
"Tak mungkin!Tak mungkin!"desisnya sambil terus kerahkan tenaga surya pada telinganya. Bahkan perlahan-lahan dia mulai dekap telinga dengan kedua tangannya.
"Di sekitar sini tak terlalu banyak ditumbuhi pepohonan, juga ranggasansemak. Bila orangitu berada di sekitar sini, tentunya dia dapat kulihat dengan jelas. Tetapi... ah!" - Rasa sakit di telinganya, dirasakan kian mengual.
"Astaga! Tenaga surya pun tak kuasa menutup gelombang siulan yang menyakitkan ini!"
Sementara itu di tempatnya, Pangeran Liang Lahat memdesis,
"Kau akan tahu rasa berani lancang langgar perintahku! Masih beruntung kau tak kubunuh sebelumnya! Tetapi membunuhmu pun bukan masalah besar bagiku, karena aku masih bisa mencari orang-orang yang dapat kujadikan tumbal memuju ke Pulau Neraka!" Dia terus bersiul dengan enaknya.
"Anak muda itu berada dalam lingkaran kesakitan dari ilmu Siulan Kematian'ku. Bagus! Tentunya dia tak akan berpikir bila dia menjauh ilmu siulanku ini akan tak berguna bila berada di luar jangkauan." Kembali ke tempat Rajawali Emas, anak muda itu masih berusaha menahan rasa sakit pada gendang telinganya. Lamat-lamat tubuhnya pun mulai bergetar. Keringat kembali mengucur dan tak mengering seperti biasanya.
"Celaka! Jelas kalau yang melakukan ini adalah orang Pulau Neraka itu! Dan nampaknya dilakukan dari tempat semula! Gila! Ini benar-benar gila! Kuhadapi lagi salah satu ilmu Pulau Neraka selaim yang dimiliki Setan Merah!" Anakmuda dari Gunung Rajawali ini terus bergulat menahan rasa sakit. Perlahan-lahan tuhuhnya mulai meliuk-liuk, hingga kemudian akhirnya berlutut. Kejap itu pula dia telah rangkapkan kedua tangannya di depan dada. Berusaha keras untuk tenangkan pikiran agar tidak terlalu terpusat pada serangan dari ilmu siulan yang mengerikan itu.
Akan tetapi, yang dilakukannya sia-sia!
"Celaka! Bila terus menerus beginiaku tak akan bisa bertahan! Penghuni Tingkat ke Dua rupanya memang mau menyiksaku! Huh! Apa yang harus kulakukan"!" Sambil menahan rasa sakit, Tirta memikirkan cara keluar dari serangan yang mematikan itu. Mendadak saja anak muda ini gerakkan tangan kanannya kedepan, lalu dimasukkan langan kanannya ke bagian bawah iangan kiri. Begitu pula sebaliknya. Dua kejapan mata berikutnya, mendadak saja terlihat sinar yangsangat terang dari tubuhnya. Hawa panas yang luar biasa keluar dan menghanguskan rerumputan yang ada di sekitar sana. Menyusul keringat yang membasahi sekujur tubuhnya mengering! Dan paras pemuda dari Gunung Rajawali ini terlihat lebih berwibawa dari biasanya. Rupanya dia telah keluarkan ilmu langka warisan dari Manusia Agung Setengah Dewa di Gunung Siguntang, ilmu 'Matahari Rangkul Jagat'. Dengan ilmu langka itu perlahan-lahan rasa sakit yang menyiksa sepasang telinganya dan hendak runtuhkan keseimbangannya mulai berkurang. Kendati masih berada dalam siksaan siulan itu, tetapi anak muda ini dapat berdiri tegak kembali.
"Rupanya ilmu 'Matahari Rangkul Jagat masih bisa mengimbangi ilmu siulan manusia Pulau Neraka itu. Sebaiknya, kupergunakan kesempatan ini untuk menjauh." Di lain pihak, Penghuni Tingkat ke Dua tersentak
kaget. Bahkan sesaat siulannya terhenti sementara kaki kanannya surut satu langkah.
"Gila! Ilmu apa yang dipergunakan anak muda itu hingga siulanku terasa seperti tertahan!" serunya terkesiap.
"Jahanam terkutuk! Seperti dugaanku semula. kalau pemuda itu bukan orang sembarangan!" Lalu dikerahkan lagi ilmu Siluman Kematian'nya. Namun dia tak lagi merasakan kalau ilmu itu mengenai sasarannya. Rasa marah dan penasaran menaungi dirinya. Segera saja orang berkulit serba ungu ini berkelebat menyusul sembari terus kerahkan ilmu Siulan Kematian'. Namun ilmu itu tetap tak berguna. Karena... sosok Rajawali Emas sudah menjauh dun berada di luar jangkauan ilmu Siulan Kematian'. Tinggal Pelarian Pulau Neraka itu yang kemudian hentikan langkahnya memaki-maki panjang pendek.
Bab 3 Dua orang yang sama-sama tak buka mulut di sebuah jalan setapak yang dipenuhi pepohonan itu, hanya saling pandang saja. Tak lakukan gerakan apa-apa. Tak ucapkan sepatah kata juga. Namun masing-masing orang menyadari, ada rasa rindu yang dalam di hati keduanya. Saat ini senja mulai menurun. Udara berhembus sejuk. Beberapa ekor burung beterbangan seiring dengan dedaunan yang jatuh berguguran. Perempuan berparas jelita yang mengenakan | pakaian hijau panjang diam-diam menarik napas.
"Tak kusangka... sekian tahun telah berlalu, akhirnya aku berjumpa juga dengannya.... Ah, apakah ini pertanda kalau keinginan Pendekar Kail menjadi kenyataan?" desisnya dalam hati dengan pandangan tak berkedip pada kakek berpakaian putih yang berdiri sejarak lima langkah di hadapannya. Lalu buru-buru disambungnya,
"Aku bukanlah seorang pengkhianat, aku bukanlah seorang yang dapat membagi cinta dengan orang lain. Tapi... apakah aku sanggup menepis segala pesona yang seharusnya dulu kubagi bersama kakek berpakaian putih itu" Apakah aku sanggup melakukannya?" Di lain pihak, si kakek sendiri membatin,
"Bidadari Kipas Maut... kejelitaanmu tak pernah surut kendati
telah bertahun-tahun aku tak pernah melihatmu. Kau benar-benar seorang bidadari yang dianugerahi kecantikan sepanjang masa oleh Sang Pencipta...." Setelah terdiam beberapa lama, perempuan setengah baya yang di pinggang rampingnya melilit sebuah selendang warna merah berkata, agak tersendat dan bergetar,
"Dewa Baju Putih... apa kabarmu?" Kakek yang berdiri di hadapannya pentangkan senyum. Sesaat dia tak menyahuti ucapan si perempuan sebelum akhirnya berkata,
"Kabarku baik-baik saja. Bagaimana dengan kau sendiri, Bidadari Kipas.Maut?" Bidadari Kipas Maut menahan gemuruh hatinya. Gejolak cinta yang dulu dipendam karena orang di hadapannya yang ternyata juga mencintainya tak pernah utarakan cintanya, seperti terangkat naik. Mengilik-ngilik perasaannya. Mengingatkannya pada keadaan sebelum dia berjumpa dengan Pendekar Kail. Sambil menindih perasaan yang mulai kacaukan hatinya dia menyabut,
"Seperti yang kau lihat. Keadaanku baik-baik saja." Dia tersenyum seraya menyambung,
"Tetapi... bila kau tak menolongku dari serangan Iblis Halilintar, mungkin aku tak bisa menjawab seperti itu. Bahkan tidak akan pernah menjawabnya...." Kakek berpakaian putih yang memang Dewa Baju Putih adanya tersenyum.
"Untung aku tak terlambat...." Sebelumnya, Dewa Baju Putih yang telah meninggalkan Puspitorini, memang bermaksud untuk mencari keterangan tentang Bidadari Kipas Maut. Biar bagai
manapun juga, dia masih mencintai perempuan yang telah diketahuinya kini berpasangan dengan Pendekar Kail.
Dan dia sangat marah sebenarnya, tatkala mengetahui Pangeran Liang Lahat telah membunuh Pendekar Kail. Sayangnya, dia taksanggup menghadapi kesaktian manusia dari Pulau Neraka itu (Baca:
"Pelarian Pulau Neraka").
Dan dalam pencariannya, secara taksengaja Dewa Baju Putih mendengarsuara letupan demi letupan yang diyakininya telah terjadi pertempuran yang ganas. Sebenarnya Dewa Baju Putih tak mau mencampuri urusan orang yang diduganya sedang bertempur. Namun rasa penasarannya membuatnya memaksakan diri untuk melihat siapa orang yang sedang bertempur itu.
Alangkah terkejutnya kakek berpakaian putih ini setelah melihat salah seorang yang bertempur. Bidadari Kipas Maut, perempuan yang hingga saat ini masih dicintainya.
Dewa Baju Putih juga mendengar kalau Bidadari
Kipas Maut bersama-sama Pendekar Kail pernah mengalahkan Iblis Halilintar. Dan diyakininya kalau Iblis
Halilintarsekarang muncul dengan maksuduntuk mem
balas dendam pada perempuan yang dicintainya, Begitu melihat Bidadari Kipas Maut terdesak, Dewa Baju Putih memutuskan untuk menolongnya. Dia memang tak mau libatkan diri dalam urusan dengan Iblis Halilintar. Jadi yang dilakukan hanyalah melarikan Bidadari Kipas Maut belaka.
Dan dia berhasil melakukannya. Di lain pihak, Bidadari Kipas Maut sebelumnya tak menyadari siapakah orang yang telah melarikannya. Saat itu dia merasa geram, karena dalam keadaan apa pun dia akan tetap bertarung menghadapi Iblis Halilintar. Hampir saja dia memakidan berontak minta dilepaskan. Namun begitu mengenalisiapa orang yang telah melarikannya, perempuan berpakaian hijau itu terdiam seribu bahasa. Bahkan lamat-lamat perasaannya menjadi tak menentu. Rasa sukacitanya berjumpa kembali dengan Dewa Baju Putih membuatnya hampir berteriak keras. Karena biarbagaimanapun juga, Bidadari Kipas Maut pernah mencintai Dewa Baju Putih. Hanya karena Dewa Baju Putih tak utarakan cintanya, makanya dia menerima cinta Pendekar Kail. Kembali suasana di tempat itu hening. Lima helai daun jatuh dan menerpa wajah keduanya. Masing-masing orang dibuai oleh kenangan masa lalu. Bahkan tanpa sadar Dewa Baju Putih kembali membodoh-bodohi dirinya sendiri karena dulu tak tanggap, kalau Bidadari Kipas Maut mencintainya, hingga mau tak mau dia harus merelakan bidadari itu jatuh kepelukan orang lain. Sementara itu, Bidadari Kipas Maut yang berduka karena Pendekar Kail tewas dibunuh oleh orang berjuluk Pangeran Liang Lahat, diam-diam hatinya merasa agak senang karena berjumpa dengan orang yang dulu juga dicintainya. Dewa Baju Putih buka suara,
"Kini kita sudah sama
sama tua. Tak kusangka kalau kita berjumpa kembali...." Bidadari Kipas Maut anggukkan kepala.
"Demikian pula halnya denganku.... Dan kuucapkan, terima kasih karena kau telah menolongku dari maut yang akan diturunkan oleh Iblis Halilintar." Lalu sambungnya dalam hati,
"Kendati aku sebenarnya masih ingin bertempur dengannya. Peduli setan apakah aku akan kalah atau menang. Hanya yang kuingat, saat ini aku harus mencari pembunuh Pendekar Kail."
"Kudengar berita yang tak sedap,"lanjut Dewa Baju Putih setelah terdiam beberapa saat,
"Kalau Pendekar Kail telah tewas dibunuh oleh Pangeran Liang Lahat...."
"Kau benar!" sahut Bidadari Kipas Maut sambil mengangguk.
"Saat ini pun, aku sedang mencari orang keparat yang telah membunuhnya!"
"Bila aku boleh mengetahui, dimanakah kauberada saat pembunuhan terhadap diri Pendekar Kail terjadi?"
"Aku berada disebuah tempat yang jauh darinya."
"Mengapa?" Sudah tentu Bidadari Kipas Maut tak mau menceritakan alasannya menjauhi Pendekar Kail. Seperti kita ketahui, kalau sesungguhnya lima tahun yang lalu, Pendekar Kail meminta pada Bidadari Kipas Maut agar menerima cinta kasih Dewa Baju Putih. Dengan alasan, Pendekar Kail merasa tidak tenang memikirkan Dewa Baju Putih yang tentunya berduka. Namun usulan itu ditolak mcntah-mentah okeh Bidadari Kipas Maut. Dia bersikeras tak mau memenuhi
permintaan Pendekar Kail yang menurutnya tak masuk akal. Hingga akhirnya dia merajuk karena kesal dan merasa Pendekar Kail tak sungguh-sungguh mencinlainya. Melihat Bidadari Kipas Maut tak buka mulut. Dewa Baju Putih berkata lagi,
"Mungkin... memang ada alasan yang tak layak kuketahui. Apakah kau sudah mengenal orang yang berjuluk Pangeran Liang Lahat?" Mendengar nama orang yang hendak dibunuhnya itu disebutkan, paras Bidadari Kipas Maut memerah geram.
"Sayangnya, aku tidak tahu seperti apa rupa dan wujud orang celaka itu!!" Dewa Baju Putih pandangi perempuan berpakaian hijau panjang lekat-lekat. Lalu perlahan dia berkata,
"Aku mengenalnya...."
Sesaat Bidadari Kipas Maut seperti hilang pegangan. Kejap kemudian dia bersuara tak sabar,
"Katakan, katakan padaku!!" Dewa Baju Putih menarik napas pendek.
"Aku bukan hanya mengenalnya, tetapi aku juga mengetahui siapa dia adanya. Karena. aku pernah bertarung dengannya...." - Lalu tanpa miau
membuat perempuan yang dicintainya itu menunggu terlalu lama. Dewa Baju Putih
menceritakan siapa Pangeran Liang Lahat sebenarnya (Teman-teman pembaca di cerita-silat.mywapblog.com tentunya tahu akan hal ini, bukan" Silakan baca:
"Pelarian Pulau Neraka"). Terlihat kegeraman makin menghiasi paras jelita Bidadari Kipas Maut. Tangan perempuan berpakaian hijau panjang ini mengepal kuat. Tapi perlahan-lahan kekesalannya itu nampak agak menurun. Bahkan sesaat dia lontarkan suara bermada agak heran,
"Pelarian Pulau Neraka?" Dewa Baju Putih hanya mengangguk.
"Tapi... ah, apakah kau mempercayai semua yang dikatakannya?"tanya Bidadari Kipas Maut pula.
"Semula aku sulit mempercayainya, karena selama ini aku menganggap Pulau Neraka hanya sebuah dongeng belaka.Tapi, dari yang diucapkan, ilmu-ilmu aneh yang dimiliki serta wujudnya yang berkulit serba ungu, aku mulai bisa mempercayainya. Mengingat berita yang selama ini kudengar - tentunya kau juga mendengar - kalau orang-orang Pulau Neraka memiliki warna kulit yang berbeda, sesuai dengan tingkatan dan ilmu yang dimiliki." Bidadari Kipas Maut tak angkat bicara. Lamat-lamat terlihat parasnya kembali mengkelap, tanda kemarahannya muncul kembali. Menyusul dia semburkan napas diiringi suara,
"Jahanam terkutuk! Dia harus mampus di tanganku!!" Dewa Baju Putih membiarkan perempuan di hadapannya melampiaskan kesal melalui ucapan-ucapan
yang bernada agak kotor. Dimakluminya betul apa yang dirasakan Bidadari Kipas Maut. Ada keinginan yang kuat untuk merangkul perempuan yang dirindukannya, menghiburnya karena kematian kekasihnya. Namun pada dasarnya. Dewa Baju Putih memang memiliki hati jernih. Ditahannya keinginan yang mentlesak itu. Kemudian dia berkata,
"Aku hanya memberi bayangan kepadamu, kalau Pangeran Liang Lahat yang juga berjuluk Pelarian Pulau Neraka, memiliki ilmu aneh yang sangat tinggi. Aku tak malu mengakui, bila tak kupergunakan muslihat yang cerdik, mungkin aku sudah tewas di tangannya. Terutama, bila dia mempergunakan ilmu aneh yang disebulnya Siulan Kematian'." Bidadari Kipas Maut tak menjawab. Hatinya begitu geram mengingat kematian Pendekar Kail. Dan sekarang ditambah dengan kalahnya Dewa Baju Putih oleh Pangeran Liang Lahat. Sedikit banyaknya, bila mendengar kekalahan Dewa Baju Putih yang ilmunya lebih tinggi satu tingkat di alasnya, sudah dapat dipastikan kalau orang yang dicarinya memang memiliki kesaktian tinggi. Dewa Baju Putih berkata lagi,
"Keanehan lain yang masih membingungkanku, Pangeran Liang Lahat akan memberikan satu ilmu langka dari Pulau Neraka." "Ilmu apakah itu?"
"Bila saat itu aku bersedia menjadi budaknya, dia akan turunkan ilmu yang dapat membuat orang melihat atau mengetahui dimana Pulau Neraka berada. Bahkan
dikalakan, orang yang memiliki ilmu itu tak akan ketahuan bila sudah tiba di sana."
"Mustahil!" "Aku pun berpikir demikian. Dan tentunya, diamemiliki satu rencana lain yang tidak kuketahui. Kendati begitu, apa pun yang akan diberikannya, aku tetap tak akan mau membantunya. Apalagi menjadi budaknya." Kembali tak ada yang angkat bicara. Masing-masing orang dipenuhi perasaan geram terhadap Pangeran Liang Lahat yang ternyata pelarian dari Pulau Neraka. Diam-diam Bidadari Kipas Maut membatin,
"Selama ini aku tak pernah menyangka kalau orang yang sedang kucari adalah orang dari Pulau Neraka, sebuah tempat yang selama ini hanya kuanggap sehagai dongeng belaka. Ah, nampaknya orang-orang yang bukan kebanyakan mulai mengacau di rimba persilatan ini. Tetapi... dari cerita Dewa Baju Putih, nampaknya Pangeran Liang Lahat-lah yang merupakan pengacau terdepan dalam hal ini." Habis membatin demikian, perempuan jelita ini berkata,
"Bila orang berkulit serba ungu, yang aku yakin mempunyai julukan tertentu di Pulau Nerakadan mengubahnya menjadi Pangeran Liang Lahat, adalah pelarian dari Pulau Neraka. tentunya dia telah berbuat dosa di Pulau Neraka. Berarti, akan ada orang-orang Pulau Neraka lainnya yang akan memburunya"
"Kau benar! Aku juga memikirkan hal itu!"
"Apakah itu artinya, orang-orang Pulau Neraka
" akan mengacau di persada kita ini?" -
"Bila tujuan mereka hanya mencari Pelarian Pulau Neraka, kemungkinan itu tipis. Tetapi, bila mereka muncul dan menanyakan tentang Pelarian Pulau Neraka pada orang-orang sesama kita dan orang itu tidak tahu atau tidak mau mengatakannya yang membuat mereka murka, kemungkinan besar akan terjadi petaka yang berkepanjangan."
"Terkutuk! Berarti orang berkulit serba ungu itu harus mampus lebih dulu!"
"Benar! Hanya satu persoalan yang ada, kalau ilmu yang dimilikinya sangat tinggi. Rasanya, walaupun kita berdua yang menghadapinya, akan sulit." Bila saja yang berkata seperti itu bukan Dewa Baju Putih, sudah tentu Bidadari Kipas Maut merasa dilecehkan. Tetapi yang berkata adalah orang yang dia tahu memiliki ilmu lebih tinggi darinya, dan ternyata berhasil dikalahkan oleh Pelarian Pulau Neraka. Berarti, mereka memang akan menghadapi orang sakti yang memiliki ilmu-ilmu aneh dari Pulau Neraka. Bidadari Kipas Maut berkata,
"Mungkin, kita memang tak akan sanggup menghadapinya. Akan tetapi biar bagaimanapun juga, aku tak akin mundur untuk mencarinya. Dia harus membayar kematian Pendekar Kaii dengan nyawanya."
"Perempuan ini telah dipenuhi dendam dan ambisi membunuh Pelarian Pulau Neraka. Sebuah perasaan yang selama ini sangat kutakutkan bilasinggah di hatiku. Perasaan yang dapat kacaukan pikiran jernih dari orang
yang merasakannya," kata Dewa Baju Putih dalam hati. Tetapi dia tak mengatakan jalan pikirannya. Karena biar bagaimanapun juga, dia menghendaki kematian Pelarian Pulau Neraka alias Pangeran Liang Lahat. Dengan suara pelan dia berkata,
"Aku juga menghendaki kematian Pelarian Pulau Neraka. karena bila orang dari Pulau Neraka itu masih hidup, tentunya dia akan merajalela mencari budak-budak yang dapat dijadikan sekutunya. Bila orang yang ditemuinya memiliki hati jernih, pikiran lurus dan tidak serakah serta pengecut, mungkin lebih baik mati ketimbang menjadi pengikut orang sesat itu. Tetapi, yang kucemaskan justru bila orang celaka itu berhasil menemukan orang- orang golongan sesat yang tentunya dengan senang hati bersekutu dengannya. Ini berarti, keadaan akan makin memburuk." Bidadari Kipas Maut anggukkan kepala, tanda setuju dengan pendapat Dewa Baju Putih. Sambil menatap pada kakek di hadapannya, dia berkata,
"Kalau begitu, sebaiknya kita segera berangkat untuk mencari Pangeran Liang Lahat...."
"Baik, karena tak kulihat cara lain untuk hentikan sepak terjangnya,"sahut Dewa Baju Putih sambil menahan rasa gembira di hatinya. Berjalan bersama perempuan yang pernah dan masih dicintainya sampai saat ini, tentunya sangat menyenangkan. Dan tak ada sedikitpun keinginan di hati Dewa Baju Putih untuk pergunakan kesempatan mendapatkan apa yang dulu pernah hilang, mengingat saat ini Bidadari Kipas Maut tak memiliki
pasangan hidup lagi. Di lain pihak, Bidadari Kipas Maut diam-diam mendesah,
"Dia masih tetap bersikap sopan dan pemalu. Tak mau tunjukkan kalau dia mencintaiku. Padahal saat ini, aku membutuhkan bclaian seseorang yang kupercaya agar seluruh derita hati yang kurasakan sirna...." Diputuskan kata batinnya yang kemudian disambung dengan perasaan yang mendadak masygul,
"Jangan-jangan... telah sirna dihatinya, rasa cinta terhadapku. Ah, aku memang tak boleh berharap banyak. Dia sama sekali tak berubah untuk tunjukkan cintanya. Tetapi tak menyinggung tentang perasaan hati. Namun dari sikapnya, aku yakin kalau dia masih mencintaiku... seperti puluhan tahun yang lalu...." | Tak ada yang buka suara karena masing-masing orang sedang tenangkan gemuruh di hati. - Setelah beberapa saat terdiam dan saling angguk, keduanya pun segera melangkah menyusuri jalan selapak menuju ke arah barat. Malam perlahan-lahan datang, memayungi alam dengan segala kemisteriusannya yang tersimpan.
, Bab 4 Apa yang dikhawatirkan oleh Dewa Baju Putih dan Bidadari Kipas Maut memang menjadi kenyataan. Karena orang berkulit serba ungu yang berjuluk Pangeran Liang Lahat alias Pelarian Pulau Neraka alias Penghuni Tingkat ke Dua, telah mendapatkan budak-budak yang diyakini dapat melicinkan seluruh rencananya. Saat ini matahari sudah sepenggalah dan tebarkan sinar yang agak menyengat. Terutama di tempat yang agak terbuka di mana sekarang ini orang berkulit serba ungu itu sedang berhadapan dengan dua orang yang berbeda jenis. Orang yang berdiri di sebelah kanan, seorang lelaki bertubuh tegap dan besar. Pakaian hitam yang dikenakannya terbuka di bagian dada hingga perlihatkan dada bidangnya yang dipenuhi bulu. Parasnya keras dengan brewok yang tebal. Matanya selalu sorotkan kebencian. Di kedua pergelangan tangannya terdapat gelanggelang warna hitam. - Orang inilah yang dikenal dengan julukan Manusia Segala Murka. Apa pun yang dibuat orang lain bila tak berkenan di hatinya, makamurkanya akan turun. Boleh dikatakan kalau orang ini tak pernah mau tersinggung. Kekejamannya tiada banding. Membunuh orang sama saja dengan membunuh nyamuk baginya.
Tetapi semalam, dia telah takluk di tangan Pangeran Liang Lahat, yang muncul hendak menjadikannya sebagai budak. Semula Manusia Segala Murka tersinggung besar dan dia menyerang habis-habisan orang berkulit serba ungu itu. Akan tetapi, dengan pergunakan ilmu Siulan Kematian orang itu berhasil ditaklukkan Pangeran Liang Lahat. Kebencian dan murkanya semakin menjadi-jadi.
Namun setelah mendengar kalau orang berkulit serba ungu itu hendak menjadikannya sekutu untuk merampas Panah Pusaka Cakra Neraka, Manusia Segala Murka yang sebelumnya tak percaya kalau orang di hadapannya berasal dari Pulau Neraka, segera anggukkan kepala. Kendati demikian, dia mempunyai pikiran lain. Tawaran ilmu yang diberikan oleh Pangeran Liang Lahat sudah tentu tak akan ditolaknya. Tetapi bila dia sudah mendapatkan Panah Pusaka Cakra Neraka, akan diturunkan segala murkanya pada orang itu! Ada pun orang yang berdiri di sebelahnya adalah seorang perempuan berparas buruk. Hidungnya bulat besar dengan pipi yang penuh tonjolan. Di bagian bawah telinga sebelah kanan terdapat luka yang masih bernanah. Keningnya menonjol ke depan. Tidak memiliki sepasang alis. Matanya membuka dan seperti keluarkan cairan. Siapa pun yang melihatnya, tak akan berani mematapnya lama-lama. - , Akan tetapi, lain dengan wajah yang dimilikinya lain pula dengan kulit dan bentuk tubuhnya. Perempuan
berwajah buruk itu memiliki kulit yang bening, halus dan mulus. Hingga dapat diibaratkan bila lalat mempel maka akan terpeleset jatuh. Sedangkan bentuk tubuhnya sangat menjanjikan siapa saja yang melihatnya. Terutama karena dia mengenakan kain batik sebatas dada, yang mencetak pinggul besar dan payudaranya yang montok. Tetapi bila orang sudah melihat parasnya, maka akan sirnalah gairah yang muncul. Perempuan ini bernama Ratih Durga. Perempuan kejam yang berasal dari Bukit Sanggaruang.
Lain halnya menghadapi Manusia Segala Murka, Pangeran Liang Lahat dengan mudahnya menaklukkan Ratih Durga, tanpa kekerasan. Karena sebelum menaklukkan Manusia Segala Murka, Pangeran Liang Lahat lebih dulu menaklukkan Ratih Durga. Sebenarnya Ratih Durga seorang perempuan yang sangat memberici laki-laki, terutama bila melihat pandangan jijik dari laki-laki. Kalau sudah begitu,berarti kematianlah yang akan diterima oleh laki-laki yang memandangnya jijik. Semula dia menggeram dan hampir lancarkan serangan begitu melihat tatapan orang berkulit serbaungu mengandung, kejijikan. Tetapi setelah mendengar orang itu memuji bentuk tubuhnya, perlahan-lahan kemarahannya sirna. Karena rasa senang itulah yang membuatnya menyetujui keinginan Pangeran Liang Lahat yang mengajaknya bersekutu. Pada mulanya Ratih Durga juga tak percaya kaliau orang di hadapannya berasal dari Pulau
Neraka, pulau dongeng yang hanya bisa dimasukkan pada otak para bocah. Tetapi, karena baru pertama kali dalam hidupnya ada orang yang tak lagi memandang jijik padanya, bahkan memuji bentuk tubuhnya, tanpa pikir panjang lagi dia menyetujui usul itu. Ini dikarenakan, selama ini Ratih Durga tak memiliki seorang sahabat! - Dan ketiga orang itu sekarang tak ada yang buka suara. Baik Ratih Durga maupun Manusia Segala Murka memandang tak berkedip pada orang berkulit ungu di hadapannya. Keheningan itu dipecahkan oleh suara Manusia Segala Murka,
"Sebelumnya kau menjanjikan akan memberikan ilmu Pulau Neraka agar kami mudah menjalankan segala rencanamu! Mengapa kau masih berdiam saja, hah"!" Ucapan yang bernada kasar membuat paras Pangeran Liang Lahat alias Penghuni Tingkat ke Dua alias Pelarian Pulau Neraka mengkelap. Tetapi dia tak tampakkan amarahnya. Malah dia berkata,
"Kalian adalah manusia-manusia yang sangat paham akan segala keuntungan yang akan kalian dapatkan! Dan bagusnya, kalian tak banyak tanya sebab-sebab aku hendak hancurkan Pulau Neraka! Bagus! Karena bila kalian lancang lontarkan pertanyaan itu, kematianlah yang akan datang pada kalian!" Kendati tak sanggup menghadapi orang berkulit ungu itu, Manusia Segala Murka tersinggung. Dengan dagu terangkat dia berkata,
"Bila tak kau pergunakan ilmu siulan setanmu itu, kau bukanlah orang yang patut dipandang dua mata! Kau hanya menjadi...."
"Tutup mulutmu!!" terdengar bentakan Ratih Durga keras. Perempuan berwajah burukini tak pernah mau kalau orang yang memuji-muji dirinya dilecehkan seperti itu. Matanya tajam saat menatap Manusia Segala Murka. Yang ditatap menjadi murka.
"Terkutuk! Perempuan berwajah setan! Apakah kau mempunyai kelebihan hingga berani lancang berucap demikian"!" - Dikatakan parasnya sepertisetan, kemarahan Ratih Durga pun naik. Mendadak saja dia gerakkan tangan kanannya dari bawah, siap memukul patah tulangpinggang Manusia Segala Murka. Dalam jarak hanya satu langkah seperti itu dan gerakan yang sangat tiba-tiba, tentunya akan sulit bagi orangyang diserang untuk hindarkan serangan. Namun yang diperlihatkan Manusia Segala Murka benar-benar luar biasa. Tanpa perubahan pada parasnya yang tetap mengkelap, lelaki penuh brewok ini tekuk tangan kirinya.
Bukkk!! Jotosan yang dilakukan Ratih Durga mengandung setengah tenaga dalamnya, pertanda dia memang hendak mematahkan pinggang Manusia Segala Murka. Namun jangankan mematahkan tangan kiri yang telah me
nangkisnya, mendorong orang itu saja tidak. Dan dia memaki geram tatkala tangan kanan Manusia Segala Murkasudah berkelebat dansiap memukul kepalanya.
"Setaaan...!!" Segera dipalangkan tangan kanannya yang dialiri tenaga dalam.
Bukk!! Menyusul dia menendang dengan cara putar tubuh yang dihindari Manusia Segala Murka. Kejap berikutnya, Ratih Durga mendorong kedua tangannya.
Wuuutttt!! Satu gelombang angin menderu ke arah Manusia Segala Murka, yang disusul dengan satu loncatan penuh pekikan. Makin menjadi-jadi murka orang penuh brewok itu. Dia pun lakukan hal yang sama.
Blaaammm!! Menyusul letupan yang terjadi, dua pasang tangan yang sama-sama dialiri tenaga dalam berbenturan.
Blaaammmm!! Masing-masing orang terseret ke belakang, pertanda tenaga dalam yang mereka miliki sama tinggi. Dan keduanya sama-sama menggeram sengit. Sebelum masing-masing orang lancarkan serangan, Pangeran Liang Lahat membentak,
"Hentikan!!" kendati tak lagi lancarkan serangan, namun kemarahan kedua orang itu belum surut. Hal ini membuat
Pangeran Liang Lahat menjadi kesal.
"Untuk saat ini, tak penting bagi kita saling cerca dan maki! Apalagi saling lancarkan serangan! Kalian sama-sama telah sepakat untuk menjadi budakku! Dan aku tak ingin ada pertikaian di antara kalian!!" Mendengar ucapan itu, Manusia Segala Murka mendengus. Tapi begitu dilihatnya bara api yang menyala pada sepasang mata orang berjubah gelap, dia tak tampakkan kekesalannya. Di lain pihak. Ratih Durga hanya terdiam. Sama sekali tidak tersinggung dikatakan sebagai budak oleh Pangeran Liang Lahat. Perempuan berwajah buruk ini sesekali melirik geram pada Manusia Segala Murkayang berlagak tidak tahu padahal hatinya sudah tidak dapat tahan keinginan untuk menarik keluar sepasang bola mata si perempuan. Pangeran Liang Lahat takbuka mulut. Hanya memperhatikan masing-masing orang secara bergantian. Lalu dia berucap,
"Kalian kini telah menjadi budakbudakku!Jadi, apa pun yang akan kalian lakukan harus seizinku! Paham dengan ucapanku"!" Ratih Durga langsung berkata,
"Aku sangat paham."
"Bagus! Bagaimana dengan kau, hah"!"bentak Pangeran Liang Lahat pada Manusia Segala Murka. Yang dibentak menganggukkan kepalanya segan segan, tetapi tak berani lagi bersikap kurangajar.
"Bagus!"seru Pangeran Liang Lahat kemudian."Se
belum kalian kuberikan ilmu dari Pulau Neraka yang dapat membuat kalian melihat atau menemukan di mana Pulau Neraka berada, masing-masing akan kuberi sebuah tugas!" Ratih Durga menyahut sopan,
"Katakan tugas itu, aku akan menjalankannya sepenuh hati!"
"Kau kutugaskan untuk mencari kakek keparat berjuluk Dewa Baju Putih! Dan bunuh dia!"
"Aku akan melakukannya!!" Pangeran Liang Lahat memandang-kejauhan. Ratih Durga diam-diam membatin,
"Hemmm... kulihat kalau dia seperti memikirkan sesuatu yang sangat | sulit. Ah, biar bagaimanapun juga, aku telah bulatkan tekad untuk menjadi sekutunya. Peduli setan dia menyebutku sebagai budaknya. Selama ini, tak seorang laki-lakipun yang mau mendekatiku, bahkan selalu memandang jijik. Kalau dia meminta seluruh jiwa dan ragaku, aku akan memberikannya penuh kerelaan." Sementara itu, dari memandang ke kejauhan, perlahan-lahan Pangeran Liang Lahat menatap Manusia Segala Murka yang masih tindih kesalnya. Tajam dan menusuk, membuat Manusia Segala Murka tak berani beradu pandang.
"Sebelum bertemu dengan kalian, aku telah dimuslihati oleh seorang pemuda berpakaian keemasan. Sama sekali tak kuketahui siapa dia adanya, tak terkecuali namanya. Namun dariciri yang melekat pada dirinya, dia adalah seorang pemuda yang tak bisa dipandang sebelah mata kendati dengan mudah aku dapat membunuhnya."
Pangeran Liang Lahat hentikan ucapannya. Lalu dengan suara bernada geram, dia melanjutkan,
"P?muda berpakaian keemasan itu memiliki sebuah pedang yang berwarangka dan dipenuhi untaian benang keemasan. Pada sepasang lengannya terdapat rajahan burung rajawali. Dia telah...."
"Rajawali Emas!"terdengardesisan Manusia.Segala Murka yang kemudian mendengarkan ucapan Pangeran Liang Lahat secara seksama. Dan begitu mengenali ciri orang yang dimaksud Pangeran Liang Lahat, tanpa sadardia berseru. Makin tajam tatapan Pangeran Liang Lahat.
"Kau mengenalnya?"
"Di rimba persilatan ini, jarum jatuh pun akan terdengar! Apalagi sepak terjang seorang pemuda yang akhir-akhir ini semakin santer dibicarakan orang! Pemuda yang kuyakini selalu campur tangan pada urusan orang lain! Pemuda yang telah lama hendak kuhentikan sepak terjangnya! Karena membuat orang-orang sepertiku ini tak bebas bergerak!"
"Bagus! Kau kutugaskan untuk membunuhnya!" Kali ini Manusia Segala Murka langsung mengangguk.
"Akan kubunuh dia!"desisnya dengan tangan terkepal. Lalu menyambung dalam hati,
"Tetapi bukan untukmu, melainkan karena telah lama aku hendak hentikan sepak terjang keparatnya!" Pangeran Liang Lahat mengangguk-angguk puas.
- "Sekali jalan dua pulau telah kulampaui. Manusia manusia ini telah menjadi budakku, terutama Ratih Durga yang begitu patuh. Padahal... huh! Siapa orangnya yang mau melihat wajah setannya itu" Membunuh Dewa Baju Putih dan pemuda yang berjuluk Rajawati Emas termasuk salah satu niatku, sebelum menjalankan keinginanku menghancurkan Pulau Neraka! Selagi mereka mencari orang-orang itu, aku akan mencari pengikut sebanyak-banyaknya! Terutama untuk menghadapi Setan Merah dan Iblis Merah, Utusan Kematian Pulau Neraka, yang menurut Rajawali Emas sedang mencariku!" Habis membatin demikian, dengan seringaian lebar Pangeran Liang Lahan alias Penghuni Tingkat ke Dua alias Pelarian Pulau Neraka berkata,
"Sekarang, kalian tinggalkan tempat ini! Hanyu kuberikan waktu tiga hari untuk membunuh orang-orang itu! Setelah itu, aku akan mencari kalian, jadi jangan sekali-sekali coba lari dari tanganku!" Diam-diam Manusia Segala Murka mendengus. Ialu tanpa banyak ucap lagi, dia segera berkelebat ke arah selatan. - Di pihak lain. Ratih Durga masih berdiri di tempatnya. Perempuan berwajah sangat buruk ini memandang tak berkedip pada orang berkulit ungu di hadapannya. Lamat-larnat rasa kecewa yang selama ini karena melihat pandangan jijik dari setiap laki-laki, terobali oleh pujian Pangeran Liang Lahat. Tanpa disadarinya, selain rela menyerahkan jiwa
dan raganya untuk orang itu, Ratih Durga pun menaruh hati padanya. Menaruh harapan yang selama ini tak pernah didapatkannya. Karena biarbagaimanapun juga, sebagai seorang manusia dia membutuhkan rasa kasih sayang Saling membagi dalam urusan cinta. Dan sebagai seorang perempuan kendati memiliki kesaktian yang tinggi, keinginan mendapatkan orang yang menyayanginya menjadi satu tumpuan dalam hidup. Ratih Durga menaruh harap pada orang berjubah biru gelap itu. Melihat tatapan Ratih Durga, Pangeran Liang Lahat diam-diam mendengus.
"Keparat! Setan neraka pun tak akan sudi memandangnya!"geramnya dalam hati. Lalu berkata,
"Apa lagi yang kau tunggu?"
"Aku masih ingin memandangmu." Pangeran Liang Lahat mendengus. Dengusannya lebih keras setelah mendengar kata-kata Ratih Durga,
"Apakah kau benar akan mencariku bila aku sudah membunuh Dewa Baju Putih?"
"Setan! Aku mencarimu bukan karena aku menyukaimu!Tapi kau adalah budakku!"maki Pangeran Liang Lahat dalam hati. Dia hanya menganggukkan kepala dan anggukkan itu sudah membuat Ratih Durga menjadi senang. Dengan senyuman tak putus pada bibirnya yang tebal, perempuan berwajah buruk ini sudah berkelebat ke arah
utara. Tinggal Pangeran Liang Lahat yang memikirkan seluruh rencananya.
Bab 5 Tepat matahari berada tegak lurus dengan kepala, satu bayangan kcemasan nampak melesat dari sebuah padang rumput. Tujuannya adalah hutan yang tak jauh lagi dari tempatnya. Hanya memakan waktu delapan kali kejapan mata, bayangan keemasan yang bukan lain Rajawali Emas adanya telah masuk ke hutan itu. Tak ada keringat yang mengalir padahal dia telah lalui padang rumput yang disengat ganasnya panas matahari. Sejenak anak muda dari Gunung Rajawali ini perhatikan sekelilingnya yang sepi. Menyusul dia mengheia napas pendek.
"Penghuni Tingkat ke Dua. Pelarian Pulau Neraka...," desisnya sambil geleng-gelengkan kepala.
"Rimba persilatan telah diramaikan dengan munculnya orangorang Pulau Neraka.... Kendati tak ada hubungannya dengan orang-orang di sini, tetapi sepak terjang orangorang Pulau Neraka yang sedang bertentangan itu, dapat kacaukan keadaan rimba persilatan. Brengsek! Aku sendiri belum menemukan orang yang berjuluk Pangeran Liang Lahat!" Sejenak pemuda yang di lengan kanan kirinya terdapat rajahan burung rajawali keemasan ini terdiam. Keningnya berkerut tanda dia sedang memikirkan se
Suatu. "Apa yang dikatakan Penghuni Tingkat ke Duatentang Pangeran Liang Lahat jelas-jelas tak masuk akal. Mana mungkin orang golongan baik-baik membunuh sesamanya" Tidak! Aku yakin, dia menyembunyikan sesuatu. Sama halnya dengan dugaanku, tentang ilmu yang diberikannya. Tak mungkin orang yang telah diturunkan ilmu untuk menemukan Pulau Neraka, akan masuk dengan mudah tanpa diketahui oleh orang-orang disana" Huh! Akuyakin, dia memiliki satu rencana yang tak kuketahui." Kembali anak muda tampan ini memeras otaknya memikirkan setiap dugaan yang datang. Menyusul terlihat kepalanya digeleng-gelengkan.
"Untuk membuktikan semua ini, aku akan menunggu sampai ilmu yang diturunkannya berfungsi. Dan rasanya... heii!!" Tirta memutuskan kata-katanya sendiri tatkala melihat satu bayangan kuning berkelebat sangat cepat sejarak delapan belas langkah dari tempatnya. Cepat dia mengikuti dengan tatapannya dan melihat bayangan kuning itu telah lenyap dari pandangan.
"Astaga!" desisnya setelah tertegun beberapa saat.
"Apakah pandanganku tak salah" Orang yang berkelebat itu jelas mempunyai ilmu peringan tubuh yang tinggi" Dan menilik gerakannya serta dugaanku itu, tentunya dia juga punya ilmu yang tinggi. Kalau begitu...." Diputus kata-katanya seraya berpikir. Setelah itu baru diteruskan."Dalam jarak yang tak cukup jauh, ten
tunya dia dapat melihat aku yang berada di sini. Karena tak terhalang oleh pepohonan apa pun. Tapi nampaknya, dia tidak melihat. Tidak melihat" Atau sebenarnya dia memang melihatku, tetapi karena sedang menghadapi satu urusan, dia tak mempedulikanku karena merasa tak memiliki kepentingan" Astaga! Siapa orang itu?" Selagi anak muda dari Gunung Rajawali ini memikirkan siapa adanya orang, kembali dilihatnya satu bayangan putih berkelebat cepat. Kali ini Tirta berseru,
"Heiiii!!" Bayangan putih yang sedang berkelebat dan ternyata seorang nenek itu hentikan kelebatannya. Sejenak dia pandangi pemuda berpakaian keemasan. Tapi kejap kemudian dia mendengus. Tanpa berkata apaapa, si menek sudah berkelebat tinggalkan tempat itu. Tirta sekarang yang jadi keheranan.
"Nampaknya bayangan kuning dan si nenek tadi memang sedang menghadapi satu urusan yang sangat penting. Terbukti si nenek tak mencoba menyapaku atau tak memberiku kesempatan untuk menyapanya" Astaga! Apakah ini ada hubungannya dengan orangorang Pulau Neraka" Apakah si bayangan kuning dansi nenek punya kepentingan yang sama?" Belum lagi dia berhasil temukan jawaban atas dugaannya, dari kejauhan dilihatnya dua sosok tubuh berkelebat cepat ke arahnya. Dari gerakan mereka yang perlahan melambat, Tirta yakin kalau keduanya akan hentikan langkah.
Entah apa yang ada dibenak pemuda bersenjatakan Pedang Batu Bintang itu, dia sudah melompat kesebuah pohon yang berada di belakangnya dan bersembunyi di balik rimbunnya dedaunan. Apa yang diduganya memang benar. Dua sosok tubuh yang dilihatnya tadi telah berhenti di tempatnya semula. Belum apa-apa salah seorang dari mereka sudah berkata,
"Rayi! Apakah kau tidak melihat sosok berpakaian keemasan tadi?"
"Aku melihatnya, Kakang! Tetapi... orang itu sudah lenyap begitu saja."
"Tidak! Aku yakin, dia bersembunyi di sekitar sini! Ayo, kita cari!"
"Kakang! Untuk apa" Kita harus terus menuju ke Kaki Bukit Lumbung! Purnama bulan ini tinggal dua pekan! Kita tak boleh terlambat untuk tiba di sana!" Lelaki berpakaian yang terbuat dari kulit ular itu putuskan niatnya. Namun sepasang matanya memperhatikan sekelilingnya dengan seksama. Di atas pohon, Tirta terpaksa kerahkan ilmu peringan tubuh yang dipadu dengan tenaga surya, yang dialihfungsikan menjadi penambah ilmu peringan tubuhnya. Mendengar ucapan si perempuan tadi, anak muda ini kerutkan kening.
"Kaki Bukit Lumbung" Mereka hendak menuju ke sana" Oh! Bukankah Kiai Pituluh juga menyuruhku menjumpainya di Kaki Bukit Lumbung" Sampai saat ini aku memang tidak tahu mengapa Kiai Pituluh menyu
ruhku kesana. Sebaiknya... kudengar saja apa yang akan keduanya percakapkan." Di bawah, masing-masing orang yang mengenakan pakaian terbuat dari kulit ular tak ada yang buka suara. Yang lelaki berparas tampan dengan postur gagah dan diperkirakan herusia sekitar tiga puluh lima tahun. Pakaian kulit ularnya terbuka di dada dan perlihatkan dada yang bidang. Rambutnya panjang acak-acakan. Sementara yang perempuan mengenakan pakaian yang sama, dengan rambut indah dikuncir kuda. Di punggungnya terdapat sebilah pedang dengan warangka yang dibalut kulit ular pula. Perempuan ini diperkirakan berusia sekitar liga puluh tahun. Keheningan itu dipecahkan oleh suara si perempuan,
"Kakang... kau nampaknya masih penasaran untuk menemukan orang berpakaian keemasan yang kita lihat tadi?" Mendengar ucapan si perempuan yang ternyata istrinya, si lelaki palingkan kepala. Lalu sambil tersenyum dia menyahut,
"Tidak, Rayi. Aku tidak memikirkannya." Istrinya balas tersenyum.
"Kau tidak mencarinya, tetapi matamu jelalatan seperti itu" Sudahlah, Kakang... perjalanan menuju ke Kaki Bukit Lumbung masih jauh. Kita masih membutuhkan waktu sekitar sepuluh hari untuk tiba di sana." Si lelaki kali ini angguk-anggukkan kepala. Membenarkan kata-kala istrinya. Untuk saat ini, mereka tak boleh melibatkan diri dengan urusan apa pun, kecuali
urusan yang ada di Kaki Bukit Lumbung.
Rajawali Emas 44. Perjalanan Maut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau benar, Rayi...," katanya kemudian.
"Kita memang tak boleh buang waktu untuk tiba di Kaki Bukit lumbung." -
"Kakang... apakah kau tahu apa yang akan terjadi di sana?"
"Tidak. Kiai Pituluh tak pernah mengatakannya. Dua bulan yang lalu, dia memang datang menjumpai dan mengundangkita untuk datangke Kaki Bukit Lumbung. Dan kau tahu bukan kebiasaan Kiai Pituluh" Dia tak akan pernah menceritakan secara rinci sesuatu yang nampak masih dirahasiakannya. Tidak dirahasiakannya pun tak akan pernah dia lakukan tindakan itu."
"Kalau begitu, kita seperti sedang membeli kucing dalam karung?"
"Jangan kau berucap demikian, Rayi. Kebesaran nama Kiai Pituluh harus kita junjung tinggi. Biar bagaimanapun juga, kita seharusnya bersyukur karena Kiai Pituluh mau menganggap kita sebagai sahabat, dan mengundang kita ke tempatnya."
"Tanpa memberitahukam apa yang sebenarnya akan terjadi?"
"Jangan terlalu memaksakan diri, Rayi. Mungkin itu kebijaksanaan
yang dilakukannya. Sebenarnya, bukan itu yang menjadi pikiranku." Si perempuan melihat suaminya nampak seperti merenung. Dia tak segera ajukan tanya. Dibiarkan suaminya memikirkan apa yang jadi pikirannya. Setelah beberapa saat, barulah dia bertanya,
"Apa yang kau pikirkan, Kakang?"
"Di rimba persilatan ini, segala sesuatu yang disembunyikan pasti akan tercium. Apa yang dibisikkan pasti terdengar. Aku khawatir kalau banyak orang-orang golongan sesat yang berbondong-bondong datang ke Kaki Bukit Lumbung...."
"Kakang... bukankah itu sebuah kesempatan?"
"Apa maksudmu, Rayi?"
"Dengan berkumpulnya orang-orang golongan sesat, mudah-mudahan kita bisa menemukan manusia keparat berjuluk Hantu Jala Sutera, orang yang telah membunuh bayi kita lima tahun yang lalu!!" | Silelaki terdiam melihat paras istrinya yang berubah tegang dan geram. Rasanya, dia pun tak mungkin bisa melupakan Hantu Jala Sutera, orang yang telah membunuh bayi mereka lima tahun yang lalu. Dan membicarakan orang itu dalam keadaan seperti ini, akan membuat kemarahan istrinya makin menjadi-jadi. Makanya dia segera berkata,
"Rayi... aku pun tak akan pernah melupakan Hantu Jala Sutera! Manusia itu harus mampus! Tetapi untuk saat ini, sebaiknya kita pusatkan perhatian pada undangan Kiai Pituluh di Kaki Bukit Lumbung!"
"Aku berharap dia akan muncul, Kakang!!" Suaminya tak menjawab. Dapat dirasakan kemarahan yang dalam pada diri istrinya. Sebagai suami yang bijak dia dapat memaklumi keadaan itu. Perlahan-lahan dirangkul istrinya dengan penuh ka
sih sayang. "Jangan kau pikirkan duhu soal itu, Rayi...."
"Aku tak akan melupakannya, aku tak akan membiarkannya hidup...,"desis istrinya dengan bahu terguncang. Silelaki merasakan dadanya agak basah, basah oleh air mata kesedihan yang keluar dari sepasang mata istrinya. Dia teringat bagamana tahun-tahun sebelumnya istrinya seperti orang gila karena memikirkan bayi mereka yang telah dibunuh oleh Hantu Jala Sutera. Diam diam si lelaki juga merasakan dadanya mulai bergolak karena amarah. Namun sggera ditindihnya. Karena dia tak mau akan memperbesar duka istrinya. Lalu katanya lembut,
"Sudahlah, Rayi... sebaiknya, kita teruskan perjalanan ke Kaki Bukit Lumbung..." Istrinya tak bergeming: Bahkan semakin kuat merangkui suaminya hingga perasaan si suami semakin masygul. - Di atas pohon, Tirta berkata dalam hati,
"Sebuah duka yang sangat dalam." Di bawah tak ada yang buka suara. Sepasang suami istri perkasa itu masih berada dalam lingkaran kesedihan. - - Si suami berkata lagi,
"Rayi... perjalanan ke Kaki Bukit Lumbung masih sangat jauh. Kita tak boleh membuang waktu uatuk segera tiba di sana..." Kata-kata lembut suaminya menenangkan hati si perempuan. Lalu ditarik kepalanya tanpa melepaskan rangkulannya. Ditatap suaminya dalam-dalam.
"Kau memang suami yang baik, Kakang...." Suaminya tersenyum.
"Kau juga istri yang baik, Rayi.... Aku merasa beruntung karena mendapatkan kau sebagai istriku..."
"Begitu pula denganku, Kakang. Kakang... kau tidak marah bila aku memikirkan bayi kita dan mendendam pada Hantu Jala Sutera?" Si suami gelengkan kepala.
"Aku juga memikirkan bayi kita yang dibunuh oleh Hantu.Jala Sutera. Aku pun ingin membalas sakit hatiku kepadanya."
"Sayang... saat itu kau tidak ada di tempat, Kakang. Hingga aku harus bersusah payah menghadapi Hantu Jala Sutera yang kemudian berhasil membunuh bayi kita...." Perasaan si suami menjadi tidak enak sekarang.
"Maafkan aku. Rayi... aku berjanji, bila saatnya tiba, Hantu Jala Sutera akan tewas kita bunuh." Ucapan suaminya membuat si perempuan menjadi senang. Lalu sambil tersenyum cerah dia berkata,
Kisah Para Pendekar Pulau Es 4 Wiro Sableng 109 Rahasia Kincir Hantu Legenda Kematian 4
Bab 1 GELoMBANG angin yang menderu dengan perdengarkan suara mengerikan itu menggebrak ke arah Bidadari Kipas Maut. Sesaat perempuan berpakaian hijau panjang ini terbeliak melihat serangan pertamayang dilancarkan Iblis Halilintar. Disertai makian jengkel, Bidadari Kipas Maut melompat ke samping kanan.
Blaaammmm!! - Ranggasan semak yang tumbuh di belakangnya bukan hanya memburai pecah, tetapi terpentalcukup jauh
dan jatuh berhamburan. "Terkutuk! Sambaran serangannya Iain tatkala dulu aku pernah bertarung dengannya!" maki perempuan setengah baya berparas jelita ini. Di seberang, kakek bungkuk berpakaian hitam compang-camping yang tadi lancarkan serangan tertawa keras. - -
"Aku sudah memberimu kesenpatan untuk hidup bila kau mau menjadi peneman tidurku semalam saja! Tetapi kau menolak. Padahal, kau tak akan kubunuh dulu sebelum kunikmati keindahan tubuhmu itu!" Menyusul kakek berkumis, putih menjuntai ini menggerakkan kembali tongkat hitamnya, kali ini dari
atas ke bawah. Sasarannya kepala Bidadari Kipas Maut! Seperti diceritakan pada episode
"Pelarian Pulau Neraka". Bidadari Kipas Maut yang sedang mencari pembunuh kekasihnya si Pendekar Kail dan hanya mengetahui julukan si pembunuh - Pangeran Liang Lahat-tanpa mengetahui seperti apa rupa dan sosoknya, menghentikan langkahnya di sebuah tempat. Untuk beberapa lama perempuan yang sebelumnya menjadi kekasih Pendekar Kail dan meninggalkannya selama lima tahun karena Pendekar Kail memintanya untuk menerima cinta Dewa Baju Putih, diliputi kemarahan yang tinggi terhadap Pangeran Liang Labat. Dia bertekad untuk membalas kematian kekasihnya itu. Namun sebelum dia lanjutkan langkah, terdengar. satu suara dari belakangnya dan tatkala dia balikkan tubuh, dilihatnya sosok orang yang sangat dikenalnya. Orang yang dulu dikalahkannya bersama-sama dengan Pendekar Kail, Orang yang kemudian hendak mempermalukannya bila dia tak ingin dibunuh! Sudah tentu Bidadari Kipas Maut tak kuasa lagi menahan rasa amarahnya. Namun sebelum dia lancarkan serangan, Iblis Halilintar sudah menyerang dengan longkat hitamnya. - Kembali gemuruh angin dari atas ke bawah menggebrak ke arah Bidadari Kipas Maut. Kali ini seraya kertakkan rahang, perempuan yang pada pinggangnya melilit selendang warna merah dan terselip sebuah kipas yang ujung-ujungnya terdapat bulu-bulu warna putih, sudah palangkan kedua tangannya di atas kepala.
Sambil surutkan kaki kanan ke belakang hingga tubuhnya agak membungkuk, disentakkan kedua tangannya ke atas.
Wuuuttt!! Blaaaamm!!! Terdengar letupan yang sangat keras tatkala gelombang angin yang dilancarkannya menghalangi gelombang angin yang ditimbulkan dari tongkat Iblis Halilintar. Masing-masing orang sampai surut tiga tindak ke belakang dan tatapan mereka bertemu dengan api yang membara. Mendadak Iblis Halilintarngakak sekeras-kerasnya hingga kedua bahunya berguncang.
"Luar biasa! Sungguh luar biasa! Kau masih memiliki kesaktian yang cukup lumayan! Dan rasanya terlalu sayang bila kau kubunuh sebelum kunikmati tubuhmu yang indah itu!"
"Manusia dajal! Jangan menganggap kau dapat: mengambil matahari meskipun kau berada pada jarak yang sangat dekat! Kalau dulu kau masih sempat melarikan diri, kali ini jangan berharap kau dapat lakukan kembali!!" - Bentakan Bidadari Kipas Maut disambut tawa lagi oleh Iblis Halilintar.
"Benar-benar menyenangkan! Coba kau terima seranganku inil!" Habis seruannya, menyusul tongkatnya digerakkan
kembali. Kali ini disusul dengan tangan kirinya yang didorong kedepan. S?rta-merta terdengarsuara letupan keras, laksana guntur di siang bolong. Sesaat Bidadari Kipas Maut terkesiap mendengar kerasnya salakan guntur itu.
"Astaga! Kekuatan ilmu gunturnya lebih dahsyat dari yang dulu!" desisnya seraya melompat ke samping kanan. Bersamaan terdengar letupan keras dan muncratnya tanah di mana sebelumnya sosoknya berada, tangan kanan Bidadari Kipas Maut sudah mengambil kipas berbulu halus yang terselip di pinggangnya.
Preeti!! Sekali sentak dan dengan gerakan yang terlatih, kipas itu telah membuka. Keiap itu pula dikibaskan ke arah Iblis Halilintar. Kontan angin bergulung-gulung yang perdengar kan suara bergernuruh menggebrak. Di depan, sepasang mata Iblis Halilintar membuka lebar sebelum kemudian dia putar tongkatnya hingga bergerak laksana baling-baling.
Blaamm! Blaaannm! Blaaarnm!! Letupan tiga kali berturut-turut terdengar keras tatkala angin bergulung yang keluar dari kipas maut milik si perempuan, membentur pusaran angin yang keluar dari tongkat yang telah berubah menjadi balingbaling. - Agaknya Bidadari Kipas Maut memang tak mau membuang waktu mengingat dia masih harus melacak Pangeran Liang Lahat. Serta-merta diiringi teriakan
membahana, sosoknya melesat ke depan hingga yang nampak hanyalah bayangan hijau belaka. Dengan lancarkan serangan melalui kipasnya, bayangan hijau itu berkelebat mengelilingi tubuh Iblis Halilintar. Yang diserang sesaat menjadi kelabakan dan memaki-maki tak karuan.
"Terkutuk! Kau akan menyesali tindakanmu ini!!" geramnya dalam hati. Dan...
astaga! Dalam kedudukan diputari oleh Bidadari Kipas Maut yang sesekali lancarkan serangan ganas melalui senjata kipasnya, Iblis Halilintar bukan hanya dapat lolos dari sergapan serangan ganas itu. Bahkan dia juga berhasil menyepak jatuh Bidadari Kipas Maui dengan kaki kanannya yang entah bagaimana bisa digerakkan. Bidadari Kipas Maut yang tak menyangka kalau lawan dapat patahkan serangannya, sesaat terkesiap dengan pandangan tak mengerti. Tetapi di kejap lain, begitu dilihatnya bayangan hitam sudah menyergap ke arahnya, mendadak sontak dia gerakkan tangan kanannya yang masih memegang kipas.
Wrrrr!! - Bulu-bulu putih halus yang terdapat pada ujungujung kipasnya berhamburan. Kalau biasanya bulu-bulu halus setelah terlontar akan jatuh terhembus angin, mamun bulu-bulu halus yang lepas dari kipas milik Bidadari Kipas Maut, justru melesat laksana puluhan jarum! iblis Halilintar menggeram sengit begitu melihat
puluhan bulu-bulu halus itusiap menghujani tubuhnya. Akan tetapi, tanpa kendorkan serangannya kakek berpakaian hitam compang-campingini mendadaksaja berteriak,
"Heaaaaa!!!" Teriakan yang sangat membahana, bahkan membuat sosok Bidadari Kipas Maut yang sedang berusaha berdiri terhuyung ke belakang. Di luar keadaan itu, tanah sejarak lima kaki muncrat ke udara karena lekanan dahsyat dari suara yang menggelegar laksana guntur. Puluhan bulu-bulu halus yang melesat ke arah Iblis Halilintar, kontan berluruhan kembali pada sifat hakiki sebuah bulu. Dan tubuh kakek ini terus melesat dengan putaran tongkatnya yang mengarah pada kepala Bidadari Kipas Maut.
Wuuuttt!! Kendati agak susah untuk hindari serangan ganas itu, Bidadari Kipas Maut masih dapat melakukannya. Dan dengan sentakkan tangan kanannya pada tanah, tubuhnya sudah melenting ke udara dan hinggap dengan kedua kaki tegak. Bersamaan dengan itu, Iblis Halilintar yang sudah balikkan tubuh hentikan serangannya dan ngakak gedegede.
"Hebat! Kau masih sangat hebat!"pujinya dibarengi kegeraman tinggi.
"Tapi sayang... kehebatan yang kau miliki kini sudah tak lagi dapat berbicara banyak!"
"Terkutuk! Dia jelas-jelas telah membekali diri de
ngan ilmu-ilmunya yang bertambah hebat! Dulu ketika aku mengeroyoknya bersama Pendekar Kail, ilmu 'Bahana Saketi" itu tak terlalu dahsyat. Tetapi sekarang, telingaku terasa pekak." Dengan memasang wajah tak gentar sedikit pun, perempuan berpakaian hijau panjang ini merandek dingin,
"Jangan terlalu berbangga dengan apa yang barusan terjadi, karena akan membuat kebalikan dari kenyataan!!"
"Hahaha... kau benar-benar luar biasa, Perempuan! Dan keinginanku untuk menikmati tubuhmu semakin kuat! Seharusnya kau berterima kasih karena sebelum mampus kau akan mendapatkan kenikmatan terlebih dulu!" Menggigil tubuh Bidadari Kipas Maut. Kali ini dia tak bisa menahan diri lagi untuk tidak lancarkan serangan. Mendadak diangkat tangan kanannya yang memegang kipas. Lalu digetar-getarkannya. Di seberang, Iblis Halilintar menatap tak berkedip. Dan dia terperangah dengan mulut membuka tatkala melihat sosok Bidadari Kipas Maut bergeraklaksana seorang penari. Menggerak-gerakkan pinggul, dada, bahu dan perutnya sementara tangan kanannya yang memegang kipas digetar-getarkan terus seperti sedang mengipas. Dua kejap mata kemudian, Iblis Halilintar mundur satu langkah sambil mendesis,
"Ilmu Tarian Bidadari'."
Gerakan tubuh Bidadari Kipas Maut yang laksana seorang penari semakin meliuk-liuk dengan indahnya. Pesona yang mendadak muncul terpancar dalam, membuat Iblis Halilintar yang tadi terkesiap kini melongo dengan wajah dungu.
Tanpa sadar dia telah tersedot gairah magis yang terpancar dari ilmu Tarian Bidadari yang dikeluarkan perempuan berpakaian hijau panjang itu. Bahkan dia masih terbengong dan seperti kehilangan kesadarannya hingga tak lakukan gerakan apa-apa. Padahal, Bidadari Kipas Maut sudah meliuk dengan gerakan seorang penari ke arahnya. Tangan kanannya yang memegang kipas siap dihantamkan pada kepala Iblis Halilintar! Namun sebelum serangan itu berhasil mengenai sasarannya, Iblis Halilintar telah terjaga dari pesona yang mengikatnya. Serentakdiiringimakian kesal, orang kejam ini melompat ke belakang.
"Keparat terkutuk!!" Kejap itu pula dia lancarkan serangan melalui tongkatnya. Namun setiap serangan yang dilancarkan selalu menemui sasaran kosong. Karena dengan gerakan-gerakan indah, Bidadari Kipas Maut dapat hindari sergapannya. Kegeraman karena tadi hampir terkena pengaruh magis dari ilmu Tarian Bidadari membuatnya memekik keras. Ditambah lagi serangan demi serangannya dapat digagalkan. Mendadak dia berteriak keluarkan ilmu 'BahanaSaketi'. Saat itu pula tanah bermuncratan ke udara. Liukan tubuh Bidadari Kipas Maut sesaat agak berubah. Bibirnya yang setelah keluarkan ilmu Tarian Bidadari selalu tersenyum, nampak mengeras, pertanda dia sedang pertahankan diri dari ilmu 'Bahana Saketi'. iblis Halilintar terus berteriak-teriak keras dengan ilmu anehnya itu, mencoba mematahkan keseimbangan yang dimiliki oleh Bidadari Kipas Maut. Perang ilmu aneh pun terjadi. Bidadari Kipas Maut dengan ilmu Tarian Bidadari terus kuasai keseimbangannya. Diasangat tahu, sekali lepas kendalinya dari ilmu Tarian Bidadari akibat serangan lawan melalui ilmu
"Bahana Saketi' maka bukan hanya keseimbangannya saja yang hilang. Tetapi tubuhnya juga akan terlontar keras ke belakang. Ganasnya ilmu Bahana Saketi" telah membuat tempat di sekitar sana menjadi porak poranda. Letupan demi letupan disekitar tubuh Bidadari Kipas Maut yang seperti sedang menari, terdengar keras. Tanah disana-sini muncrat dan memburai. Gerakan tarian Bidadari Kipas Maut semakin lama semakin berantakan. Dia tak lagi kuasa untuk mempertahankan tarian magisnya. Bahkan serangan yang ditancarkannya sesekali itu pun mulai tak beraturan. Melihat lawan nampaknya sudah kepayahan menghadapi ilmu 'Bahana Saketi' yang dikeluarkannya, mendadak saja Iblis Halilintar mencelat ke depan seraya gerakkan tongkat hitamnya.
Didahului suarasalakan guntur, gemuruh angin lintang pukang menderu ke arah Bidadari Kipas Maut."
Sesaat gerakan Bidadari Kipas Maut agak goyah. Namun dia masih bisa kendalikan diri, bahkan menggerakkan kipasnya yang segera meluncur bulu-bulu halus berkekuatan tinggi.
Bulu-bulu halus itu berpentalan tatkala terhantam gelombang angin yang keluar dari tongkat hitam si kakek.
Wuuuttti: Tongkatnya bergerak ke arah kedua kaki Bidadari Kipas Maut yang segera melompat. Dan itu sebuah kesalahan. Karena Iblis Halilintar memang sedang menunggu keadaan itu.
Mendadak saja kaki kanannya mencuat!
Wuuutti! Deesss!! Kaki kanannya telak menghantam dada busung Bidadari Kipas Maut. Begitu tubuhnya tergontai-gontai ke belakang, ilmu Tarian Bidadari' yang sedang dilancarkannya terlepas begitu saja.
Kesempatan itu tak mau disia-siakan oleh Iblis Halilintar. Masih keluarkan ilmu 'Bahana Saketi kakek berpakaian hitam compang-camping ini menderu dengan memegang kedua tongkatnya laksana seorangsamurai.
Siap menghantam pecah kepala Bidadari Kipas Maui!
Namun mendadak saja satu gelombang angin memutar telah menderu kearah Iblis Halilintar. Mematahkan serangannya yang membuatnya tersentak ke belakang. Karena tongkat yang siap untuk menghantam kepala Bidadari Kipas Maut, seperti disentak ke belakang.
Belum lagi dia menyadari apa yang terjadi, dilihatnya satu bayangan putih berputar hebat. Menyerangnya dan kemudian menyergap tubuh Bidadari Kipas Maut.
Masih dengan tubuh berputar, bayangan putih itu telah menjauh dengan membawa tubuh Bidadari Kipas Maut.
"Terkutuk!!" maki Iblis Halilintar yang tadi harus mundur ke belakang dan sebelum dia lancarkan serangan, orang yang mendadak muncul serta menyelamatkan Bidadari Kipas Maut telah lenyap dari pandangan.
Lalu dengan wajah mengkelap dan tangan mengepal kuat dia mendesis dingin,
"Tak seorang pun akan kubiarkan hidup bila berani lancang campuri urusanku! Keparat itu akan mampus bersama Bidadari Kipas Maut!!"
Kejap berikutnya, dia sudah melesat ke arah perginya bayangan putih yang menyelamatkan perempuan berpakaian hijau panjang.
Bab 2 Di sEBuAH persimpangan yang dipenuhi ranggasan semak belukar, Rajawali Emas sedang pandangi orang berpakaian dan berjubah biru gelap. Batinnya mengatakan, kalau orang yang seluruh kulitnya berwarna ungu tahu apa yang baru saja dikatakannya. Di depan, orang berkulit serba ungu yang bukan lain Pangeran Liang Lahat alias Penghuni Tingkat ke Dua alias Pelarian Pulau Neraka, angkat kepalanya. Pandangannya tak berkedip pada Rajawali Einas.
"Hemm... rupanya dia sahabat Pendekar Kail yang telah kubunuh! Dan nampaknya, dia tidak mengetahui kalau akulah yang berjuluk Pangeran Liang Lahat! Bagus!" Memang, saat ini pemuda dari Gunung Rajawali itu tidak tahu kalau orang yang berdiri sejarak lima langkah dari hadapannya adalah orang yang sedang dicarinya. Setelah berjumpa dengan Bidadari Kipas Maut yang menceritakan kematian Pendekar Kail yang tewas dibunuh Pangeran Liang Lahat, Rajawali Emas memutuskan untuk tunda kepergiannya ke Kaki Bukit Lumbung untuk penuhi undangan Kiai Pituluh. Tanpa disalngkanya kemudian dia berjumpa dengan Utusan Kematian Pulau Neraka yang sedang mencari Penghuni Tingkat ke Dua. Dan dia masih bingung ten
tang keberadaan Pulau Neraka yang selama ini pernah didengar dan hanya dianggapnya sebagai sebuah dongeng belaka. Pertarungan kemudian terjadi dan Tirta berhasil menyelamatkan dirinya kendati punggungnya terkena hantaman telak dari Setan Merah - salah seorang dari Utusan Kematian Pulau Neraka. Dan tanpa diduganya kemudian dia berjumpa dengan orang yang cirinya sama dengan yang dikatakan Utusan Kematian Pulau Neraka. Setelah yakin siapa adanya orang berkulit ungu itu, Tirta mempergunakan otaknya untuk mengelabui orang yang kemudian diketahuinya telah melukai Dewa Baju Putih. Saat ini, dia telah mendapatkan salah satu ilmu Pulau Neraka yang diturunkan oleh Penghuni Tingkat ke Dua. Akan tetapi, Tirta tak mempercayai sepenuhnya setelah dia menemukan satu kejanggalan. Lalu diputuskan untuk mengatakan kalau dia sedang mencari Pangeran Liang Lahat yang telah membunuh Pendekar Kail yang diakui sebagai sahabatnya. Yang tak diduganya, orang berkulit ungu itu terkejut. Dan semakin memperkuat dugaannya kalau orang itu tahu siapa sesungguhnya Pangeran Liang Lahat. Tetapi Tirta tidak tahu kalau orang di hadapannyalah orang yang sedang dicarinya (Baca :"Pelarian Pulau Neraka"). Kemudian katanya,"Orang dari Pulau Neraka...kau terkejut mendengar apa yang hendak kulakukan. Nampaknya... kau mengenal siapa adanya Pangeran Liang Lahat?"
Pangeran Liang Lahat alias Penghuni Tingkat ke Dua masih pandangi pemuda berpakaian keemasan di hadapannya.
"Pemuda yang di lengan kanan kirinya terdapat rajahan burung rajawali keemasan jelas tidak tahu kalau aku adalah Pangeran Liang Lahat, julukan yangkupakai setelah melarikan diri dari Pulau Neraka. Hemm, nampaknya dia menyimpan dendam. Tapi untuk saat ini. sebaiknya kumuslihati saja dia. Biar bagaimanapun tenaganya kubutuhkan untuk melihat keadaan di Pulau Neraka, dengan ilmu yang baru kuberikan padanya." Orang berkulit serba ungu ini kemudian berkata,
"Apa yang kau katakan memang benar! Tetapi, aku tak pernah mengenal orang itu, kecuali julukannya yang telah kudengar! Hanya yang agak berbeda, sepanjang pengetahuanku, Pangeran Liang Lahat adalah orang baik-baik!" Kali ini Tirta kerutkan keningnya. Sesaat dia pandangi orang dihadapannya sebelum berkata,
"Bagaimanakau bisa menilai seperti itu" Terbukti kalau Pangeran Liang Lahat telah membunuh sahabatku, si Pendekar Kail!"
"Kematian Pendekar Kail juga telah kudengar!"sahut Pangeran Liang Lahat meneruskan dustanya. Sebenatnya. dia paling tidak suka mendapatkan banyak pertanyaan seperti itu. Lalu sambungnya,
"Tetapi apa yang kudengar sangat berlainan dengan apa yang kuucapkan. Setahuku, Pangeran Liang Lahat bukanlah orang yang kejam yang suka membunuh orang lain. Entah apa pc
nyebabnya, dia sampai membunuh Pendekar Kail seperti yang kau katakan." Tirta tak menyahut, dan diam-diam dia membatin,
"Hem... kalau begitu apa yang menyebabkan dia seperti keheranan saat kukatakan kalau aku mencari pembunuh Pendekar Kail yang berjuluk Pangeran Liang Lahat?"Diputuskan kata batinnya sebelum disambung,
"Aku tak boleh telan bulat-bulat apa yang dikatakannya. Hemm... seperti rencanaku setelah mendapatkan ilmu untuk menemukan di mana Pulau Neraka berada, aku akan meninggalkannya untuk mencari Pangeran Liang Rahat." Memutuskan demikian, anak muda dari Gunung Rajawali ini berkata,
"Penghuni Tingkat ke Dua...sebeiumnya kau mengatakan, ilmu yang kau berikan padaku ini baru dapat kupergunakan tiga hari mendatang! Katau begitu, biarlah kuteruskan langkahku untuk mencari manusia jahanam yang telah membunuh Pendekar Kait!" Menyadari atau tidak, Rajawali Emas melihat paras orang berkulit ungu mengkelap. Yang diyakininya, kalau orang berjubah biru gelap itu tak suka karena dia bermaksud meninggalkannya. Padahal yang membuat geram Penghuni Tingkat ke Dua, karena dikatakan sebagai manusia laknat. Tetapi karena dia tak mau dirinya diketahuisebagai Pangeran Liang Lahat sebelum urusannya untuk membalas dendam pada orang-orang Pulau Neraka, dia berkata,
"Anak muda! Sejak pertama kau kuperingatkan, untuk tidak membantah setiap ucapanku! Tetapi lagilagi kau mengatakan, hendak berlalu dari hadapanku! Kau tentunya tahu, apa yang akan kulakukan bila kau langgar semua perintahku!"
"Aku pernah bertarung menghadapi Setan Merah, salah seorang Utusan Kematian Pulau Neraka. Ilmunya sangat tinggi. Demikian pula adanya dengan orang berwajah ungu ini. Berarti, aku tak perlu mencari urusan. Lebih baik kuturuti saja apa maunya, lantas kutinggalkan dia...." Memutuskan demikian, pemuda yang dipunggungnya terdapat sebilah pedang berwarangka dan dipenuhi untaian benang keemasan ini anggukkan kepala. | Seketika paras mengkelap Pangeran Liang Lahat berubah cerah. Seraya menyeringai dia berkata.
"Bagus: Sekarang... ikuti langkahku!"
"Tunggu!" Kontan terdengar geraman orang berwajah ungu itu. Tetapi Tirta tidak peduli. Dia harus meninggalkan orang ini tanpa menghadapi satu pertarungan. Kemudian katanya,
"Aku tak tahu apakah orangorang Pulau Neraka makan seperti apa yang kumakan! Tetapi saat ini, aku sedang kelaparan!" Penghuni Tingkat ke Dua tak buka mulut. Matanya mencorong tajam dan tampakkan bara api Lamat-lamat dia berkata,
"Penghuni Pulau Neraka
memakan apa yang kau makan! Aku menunggu disini!" Ucapan itu sudah membuat Rajawali Emas tersenyum senang. Dengan kata lain, Penghuni Tingkat ke Dua mengizinkannya untuk mencari makanan. Padahal apa yang dilakukannya hanyalah sebuah alasan agar dia dapat tinggalkan orang itu. Tak membuang waktu lagi dia berkata,
"Aku tak akan lama!" Kejap berikutnya dia sudah melangkah tinggalkan orang berjubah biru gelap yang memandang tak berkedip.
"Kau kan kena batunya bila berani lancang!"desisnya dalam hati. Tirta sendiri terus saja menjauh.
"Secara tak langsung aku memang telah mendapatkan satu ilmu aneh dari Pulau Neraka. Kendati demikian, akutak mempercayai apa yang dikatakannya. Apakah memang semudah itu, orang di luar Pulau Neraka yang mendapatkan ilmu untuk menemukan di mana Pulau Neraka berada, akan masuk dengan mudah tanpa diketahui oleh penghuni yang lain" Rasanya tak masuk akal. Aku yakin, di balik semua ini ada maksud tertentu dari Penghuni Tingkat ke Dua," batinnya sambil terus melangkah. Kemudian sambungnya,
"Aku juga tak percaya apa yang dikatakannya tentang Pangeran Liang Lahat. Dan rasanya... dia mengetahui siapakah sebenarnya Pangeran Liang Lahat. Ah, tak perlu kupikirkan semua itu. Lebih baik aku terus melacak keberadaan di mana Pa
ngeran Liang Lahat berada." Anak muda ini terus melangkah. Dia merasa yakin kalau Penghuni Tingkat ke Dua tak akan menyusulnya. Kalaupun orang itu menyusul, dia akan mengatakan belum mendapatkan buruan untuk dimakan. Sejarak duapuluh tombak dari tempat semula, mendadak saja anak muda ini hentikan langkahnya. Kepalanya tiba-tiba menegak.
"Astaga! Siulan itu lagi"!"desisnya dan belum lagi dia menyadari apa yang terjadi, dirasakan telinganya sangat sakit.
"Gila! Ada apa ini"!" Tanpa sadar dia kerahkan tenaga surya ke telinganya. Namun siulan yang mengalun lembut itu justru | makin menyiksanya.
"Gila! Sebelum munculnya Penghuni Tingkat ke Dua, aku juga mendengar siulan! Tetapi sangat keras dan tidak terlalu menyakitkan telingaku! Dan sekarang... siulan ini begitu lembut namun... sangat menyakitkan telinga! Sial! Siapa orang yang bersiul ini sebenarnya?"desisnya sambil terus menahan rasa sakit. Bahkan keringat yang biasanya bila mengalir selalu mengering akibat hawa panas dari tenaga surya yang dimilikinya, kini mulai mengucur. Tetapi setelah dikerahkan lagi tenaga suryanya, keringat itu pun mengering.
"Jangan-jangan.... Penghuni Tingkat ke Dua yang melakukannya?" duganya dengan wajah agak menekuk.
"Dan itu berarti... dia berada di dekat-dekat sini!" Dugaan pemuda tampan yang sedang kesakitan itu
salah besar, karena orang yang melakukannya tidaklah berada didekatnya. Yang melakukannya memang Penghuni Tingkat ke Dua alias Pangeran Liang Lahat, tetapi dilakukan masih di tempatnya semula sebelum Rajawali Emas meninggalkannya. Rupanya, di balik persetujuannya di mana Rajawali Emas tadi mengatakan hendak mencari makanan, orang berkulit serba ungu itu tak percaya begitu saja. Diamaklum dia membiarkan pemuda itu berlalu, namun akan menyiksanya dengan ilmu Siulan Kematian'nya yang pernah membuat Dewa Baju Putih kalang kabut. Dan sekarang, orang itu dengan santainya sedang bersiul. Siulan yang terdengar lembut namun berakibat fatal bagi yang mendengarnya. Dalam jarak yang masih berada dalam jangkauan ilmu Siulan Kematian Rajawali Emas terkena pula pengaruh ilmu itu. Saat ini, dia sedang kehingungan sendiri dan dengan mata membuka lebar mencoba untuk memperhatikan sekitarnya.
"Tak mungkin!Tak mungkin!"desisnya sambil terus kerahkan tenaga surya pada telinganya. Bahkan perlahan-lahan dia mulai dekap telinga dengan kedua tangannya.
"Di sekitar sini tak terlalu banyak ditumbuhi pepohonan, juga ranggasansemak. Bila orangitu berada di sekitar sini, tentunya dia dapat kulihat dengan jelas. Tetapi... ah!" - Rasa sakit di telinganya, dirasakan kian mengual.
"Astaga! Tenaga surya pun tak kuasa menutup gelombang siulan yang menyakitkan ini!"
Sementara itu di tempatnya, Pangeran Liang Lahat memdesis,
"Kau akan tahu rasa berani lancang langgar perintahku! Masih beruntung kau tak kubunuh sebelumnya! Tetapi membunuhmu pun bukan masalah besar bagiku, karena aku masih bisa mencari orang-orang yang dapat kujadikan tumbal memuju ke Pulau Neraka!" Dia terus bersiul dengan enaknya.
"Anak muda itu berada dalam lingkaran kesakitan dari ilmu Siulan Kematian'ku. Bagus! Tentunya dia tak akan berpikir bila dia menjauh ilmu siulanku ini akan tak berguna bila berada di luar jangkauan." Kembali ke tempat Rajawali Emas, anak muda itu masih berusaha menahan rasa sakit pada gendang telinganya. Lamat-lamat tubuhnya pun mulai bergetar. Keringat kembali mengucur dan tak mengering seperti biasanya.
"Celaka! Jelas kalau yang melakukan ini adalah orang Pulau Neraka itu! Dan nampaknya dilakukan dari tempat semula! Gila! Ini benar-benar gila! Kuhadapi lagi salah satu ilmu Pulau Neraka selaim yang dimiliki Setan Merah!" Anakmuda dari Gunung Rajawali ini terus bergulat menahan rasa sakit. Perlahan-lahan tuhuhnya mulai meliuk-liuk, hingga kemudian akhirnya berlutut. Kejap itu pula dia telah rangkapkan kedua tangannya di depan dada. Berusaha keras untuk tenangkan pikiran agar tidak terlalu terpusat pada serangan dari ilmu siulan yang mengerikan itu.
Akan tetapi, yang dilakukannya sia-sia!
"Celaka! Bila terus menerus beginiaku tak akan bisa bertahan! Penghuni Tingkat ke Dua rupanya memang mau menyiksaku! Huh! Apa yang harus kulakukan"!" Sambil menahan rasa sakit, Tirta memikirkan cara keluar dari serangan yang mematikan itu. Mendadak saja anak muda ini gerakkan tangan kanannya kedepan, lalu dimasukkan langan kanannya ke bagian bawah iangan kiri. Begitu pula sebaliknya. Dua kejapan mata berikutnya, mendadak saja terlihat sinar yangsangat terang dari tubuhnya. Hawa panas yang luar biasa keluar dan menghanguskan rerumputan yang ada di sekitar sana. Menyusul keringat yang membasahi sekujur tubuhnya mengering! Dan paras pemuda dari Gunung Rajawali ini terlihat lebih berwibawa dari biasanya. Rupanya dia telah keluarkan ilmu langka warisan dari Manusia Agung Setengah Dewa di Gunung Siguntang, ilmu 'Matahari Rangkul Jagat'. Dengan ilmu langka itu perlahan-lahan rasa sakit yang menyiksa sepasang telinganya dan hendak runtuhkan keseimbangannya mulai berkurang. Kendati masih berada dalam siksaan siulan itu, tetapi anak muda ini dapat berdiri tegak kembali.
"Rupanya ilmu 'Matahari Rangkul Jagat masih bisa mengimbangi ilmu siulan manusia Pulau Neraka itu. Sebaiknya, kupergunakan kesempatan ini untuk menjauh." Di lain pihak, Penghuni Tingkat ke Dua tersentak
kaget. Bahkan sesaat siulannya terhenti sementara kaki kanannya surut satu langkah.
"Gila! Ilmu apa yang dipergunakan anak muda itu hingga siulanku terasa seperti tertahan!" serunya terkesiap.
"Jahanam terkutuk! Seperti dugaanku semula. kalau pemuda itu bukan orang sembarangan!" Lalu dikerahkan lagi ilmu Siluman Kematian'nya. Namun dia tak lagi merasakan kalau ilmu itu mengenai sasarannya. Rasa marah dan penasaran menaungi dirinya. Segera saja orang berkulit serba ungu ini berkelebat menyusul sembari terus kerahkan ilmu Siulan Kematian'. Namun ilmu itu tetap tak berguna. Karena... sosok Rajawali Emas sudah menjauh dun berada di luar jangkauan ilmu Siulan Kematian'. Tinggal Pelarian Pulau Neraka itu yang kemudian hentikan langkahnya memaki-maki panjang pendek.
Bab 3 Dua orang yang sama-sama tak buka mulut di sebuah jalan setapak yang dipenuhi pepohonan itu, hanya saling pandang saja. Tak lakukan gerakan apa-apa. Tak ucapkan sepatah kata juga. Namun masing-masing orang menyadari, ada rasa rindu yang dalam di hati keduanya. Saat ini senja mulai menurun. Udara berhembus sejuk. Beberapa ekor burung beterbangan seiring dengan dedaunan yang jatuh berguguran. Perempuan berparas jelita yang mengenakan | pakaian hijau panjang diam-diam menarik napas.
"Tak kusangka... sekian tahun telah berlalu, akhirnya aku berjumpa juga dengannya.... Ah, apakah ini pertanda kalau keinginan Pendekar Kail menjadi kenyataan?" desisnya dalam hati dengan pandangan tak berkedip pada kakek berpakaian putih yang berdiri sejarak lima langkah di hadapannya. Lalu buru-buru disambungnya,
"Aku bukanlah seorang pengkhianat, aku bukanlah seorang yang dapat membagi cinta dengan orang lain. Tapi... apakah aku sanggup menepis segala pesona yang seharusnya dulu kubagi bersama kakek berpakaian putih itu" Apakah aku sanggup melakukannya?" Di lain pihak, si kakek sendiri membatin,
"Bidadari Kipas Maut... kejelitaanmu tak pernah surut kendati
telah bertahun-tahun aku tak pernah melihatmu. Kau benar-benar seorang bidadari yang dianugerahi kecantikan sepanjang masa oleh Sang Pencipta...." Setelah terdiam beberapa lama, perempuan setengah baya yang di pinggang rampingnya melilit sebuah selendang warna merah berkata, agak tersendat dan bergetar,
"Dewa Baju Putih... apa kabarmu?" Kakek yang berdiri di hadapannya pentangkan senyum. Sesaat dia tak menyahuti ucapan si perempuan sebelum akhirnya berkata,
"Kabarku baik-baik saja. Bagaimana dengan kau sendiri, Bidadari Kipas.Maut?" Bidadari Kipas Maut menahan gemuruh hatinya. Gejolak cinta yang dulu dipendam karena orang di hadapannya yang ternyata juga mencintainya tak pernah utarakan cintanya, seperti terangkat naik. Mengilik-ngilik perasaannya. Mengingatkannya pada keadaan sebelum dia berjumpa dengan Pendekar Kail. Sambil menindih perasaan yang mulai kacaukan hatinya dia menyabut,
"Seperti yang kau lihat. Keadaanku baik-baik saja." Dia tersenyum seraya menyambung,
"Tetapi... bila kau tak menolongku dari serangan Iblis Halilintar, mungkin aku tak bisa menjawab seperti itu. Bahkan tidak akan pernah menjawabnya...." Kakek berpakaian putih yang memang Dewa Baju Putih adanya tersenyum.
"Untung aku tak terlambat...." Sebelumnya, Dewa Baju Putih yang telah meninggalkan Puspitorini, memang bermaksud untuk mencari keterangan tentang Bidadari Kipas Maut. Biar bagai
manapun juga, dia masih mencintai perempuan yang telah diketahuinya kini berpasangan dengan Pendekar Kail.
Dan dia sangat marah sebenarnya, tatkala mengetahui Pangeran Liang Lahat telah membunuh Pendekar Kail. Sayangnya, dia taksanggup menghadapi kesaktian manusia dari Pulau Neraka itu (Baca:
"Pelarian Pulau Neraka").
Dan dalam pencariannya, secara taksengaja Dewa Baju Putih mendengarsuara letupan demi letupan yang diyakininya telah terjadi pertempuran yang ganas. Sebenarnya Dewa Baju Putih tak mau mencampuri urusan orang yang diduganya sedang bertempur. Namun rasa penasarannya membuatnya memaksakan diri untuk melihat siapa orang yang sedang bertempur itu.
Alangkah terkejutnya kakek berpakaian putih ini setelah melihat salah seorang yang bertempur. Bidadari Kipas Maut, perempuan yang hingga saat ini masih dicintainya.
Dewa Baju Putih juga mendengar kalau Bidadari
Kipas Maut bersama-sama Pendekar Kail pernah mengalahkan Iblis Halilintar. Dan diyakininya kalau Iblis
Halilintarsekarang muncul dengan maksuduntuk mem
balas dendam pada perempuan yang dicintainya, Begitu melihat Bidadari Kipas Maut terdesak, Dewa Baju Putih memutuskan untuk menolongnya. Dia memang tak mau libatkan diri dalam urusan dengan Iblis Halilintar. Jadi yang dilakukan hanyalah melarikan Bidadari Kipas Maut belaka.
Dan dia berhasil melakukannya. Di lain pihak, Bidadari Kipas Maut sebelumnya tak menyadari siapakah orang yang telah melarikannya. Saat itu dia merasa geram, karena dalam keadaan apa pun dia akan tetap bertarung menghadapi Iblis Halilintar. Hampir saja dia memakidan berontak minta dilepaskan. Namun begitu mengenalisiapa orang yang telah melarikannya, perempuan berpakaian hijau itu terdiam seribu bahasa. Bahkan lamat-lamat perasaannya menjadi tak menentu. Rasa sukacitanya berjumpa kembali dengan Dewa Baju Putih membuatnya hampir berteriak keras. Karena biarbagaimanapun juga, Bidadari Kipas Maut pernah mencintai Dewa Baju Putih. Hanya karena Dewa Baju Putih tak utarakan cintanya, makanya dia menerima cinta Pendekar Kail. Kembali suasana di tempat itu hening. Lima helai daun jatuh dan menerpa wajah keduanya. Masing-masing orang dibuai oleh kenangan masa lalu. Bahkan tanpa sadar Dewa Baju Putih kembali membodoh-bodohi dirinya sendiri karena dulu tak tanggap, kalau Bidadari Kipas Maut mencintainya, hingga mau tak mau dia harus merelakan bidadari itu jatuh kepelukan orang lain. Sementara itu, Bidadari Kipas Maut yang berduka karena Pendekar Kail tewas dibunuh oleh orang berjuluk Pangeran Liang Lahat, diam-diam hatinya merasa agak senang karena berjumpa dengan orang yang dulu juga dicintainya. Dewa Baju Putih buka suara,
"Kini kita sudah sama
sama tua. Tak kusangka kalau kita berjumpa kembali...." Bidadari Kipas Maut anggukkan kepala.
"Demikian pula halnya denganku.... Dan kuucapkan, terima kasih karena kau telah menolongku dari maut yang akan diturunkan oleh Iblis Halilintar." Lalu sambungnya dalam hati,
"Kendati aku sebenarnya masih ingin bertempur dengannya. Peduli setan apakah aku akan kalah atau menang. Hanya yang kuingat, saat ini aku harus mencari pembunuh Pendekar Kail."
"Kudengar berita yang tak sedap,"lanjut Dewa Baju Putih setelah terdiam beberapa saat,
"Kalau Pendekar Kail telah tewas dibunuh oleh Pangeran Liang Lahat...."
"Kau benar!" sahut Bidadari Kipas Maut sambil mengangguk.
"Saat ini pun, aku sedang mencari orang keparat yang telah membunuhnya!"
"Bila aku boleh mengetahui, dimanakah kauberada saat pembunuhan terhadap diri Pendekar Kail terjadi?"
"Aku berada disebuah tempat yang jauh darinya."
"Mengapa?" Sudah tentu Bidadari Kipas Maut tak mau menceritakan alasannya menjauhi Pendekar Kail. Seperti kita ketahui, kalau sesungguhnya lima tahun yang lalu, Pendekar Kail meminta pada Bidadari Kipas Maut agar menerima cinta kasih Dewa Baju Putih. Dengan alasan, Pendekar Kail merasa tidak tenang memikirkan Dewa Baju Putih yang tentunya berduka. Namun usulan itu ditolak mcntah-mentah okeh Bidadari Kipas Maut. Dia bersikeras tak mau memenuhi
permintaan Pendekar Kail yang menurutnya tak masuk akal. Hingga akhirnya dia merajuk karena kesal dan merasa Pendekar Kail tak sungguh-sungguh mencinlainya. Melihat Bidadari Kipas Maut tak buka mulut. Dewa Baju Putih berkata lagi,
"Mungkin... memang ada alasan yang tak layak kuketahui. Apakah kau sudah mengenal orang yang berjuluk Pangeran Liang Lahat?" Mendengar nama orang yang hendak dibunuhnya itu disebutkan, paras Bidadari Kipas Maut memerah geram.
"Sayangnya, aku tidak tahu seperti apa rupa dan wujud orang celaka itu!!" Dewa Baju Putih pandangi perempuan berpakaian hijau panjang lekat-lekat. Lalu perlahan dia berkata,
"Aku mengenalnya...."
Sesaat Bidadari Kipas Maut seperti hilang pegangan. Kejap kemudian dia bersuara tak sabar,
"Katakan, katakan padaku!!" Dewa Baju Putih menarik napas pendek.
"Aku bukan hanya mengenalnya, tetapi aku juga mengetahui siapa dia adanya. Karena. aku pernah bertarung dengannya...." - Lalu tanpa miau
membuat perempuan yang dicintainya itu menunggu terlalu lama. Dewa Baju Putih
menceritakan siapa Pangeran Liang Lahat sebenarnya (Teman-teman pembaca di cerita-silat.mywapblog.com tentunya tahu akan hal ini, bukan" Silakan baca:
"Pelarian Pulau Neraka"). Terlihat kegeraman makin menghiasi paras jelita Bidadari Kipas Maut. Tangan perempuan berpakaian hijau panjang ini mengepal kuat. Tapi perlahan-lahan kekesalannya itu nampak agak menurun. Bahkan sesaat dia lontarkan suara bermada agak heran,
"Pelarian Pulau Neraka?" Dewa Baju Putih hanya mengangguk.
"Tapi... ah, apakah kau mempercayai semua yang dikatakannya?"tanya Bidadari Kipas Maut pula.
"Semula aku sulit mempercayainya, karena selama ini aku menganggap Pulau Neraka hanya sebuah dongeng belaka.Tapi, dari yang diucapkan, ilmu-ilmu aneh yang dimiliki serta wujudnya yang berkulit serba ungu, aku mulai bisa mempercayainya. Mengingat berita yang selama ini kudengar - tentunya kau juga mendengar - kalau orang-orang Pulau Neraka memiliki warna kulit yang berbeda, sesuai dengan tingkatan dan ilmu yang dimiliki." Bidadari Kipas Maut tak angkat bicara. Lamat-lamat terlihat parasnya kembali mengkelap, tanda kemarahannya muncul kembali. Menyusul dia semburkan napas diiringi suara,
"Jahanam terkutuk! Dia harus mampus di tanganku!!" Dewa Baju Putih membiarkan perempuan di hadapannya melampiaskan kesal melalui ucapan-ucapan
yang bernada agak kotor. Dimakluminya betul apa yang dirasakan Bidadari Kipas Maut. Ada keinginan yang kuat untuk merangkul perempuan yang dirindukannya, menghiburnya karena kematian kekasihnya. Namun pada dasarnya. Dewa Baju Putih memang memiliki hati jernih. Ditahannya keinginan yang mentlesak itu. Kemudian dia berkata,
"Aku hanya memberi bayangan kepadamu, kalau Pangeran Liang Lahat yang juga berjuluk Pelarian Pulau Neraka, memiliki ilmu aneh yang sangat tinggi. Aku tak malu mengakui, bila tak kupergunakan muslihat yang cerdik, mungkin aku sudah tewas di tangannya. Terutama, bila dia mempergunakan ilmu aneh yang disebulnya Siulan Kematian'." Bidadari Kipas Maut tak menjawab. Hatinya begitu geram mengingat kematian Pendekar Kail. Dan sekarang ditambah dengan kalahnya Dewa Baju Putih oleh Pangeran Liang Lahat. Sedikit banyaknya, bila mendengar kekalahan Dewa Baju Putih yang ilmunya lebih tinggi satu tingkat di alasnya, sudah dapat dipastikan kalau orang yang dicarinya memang memiliki kesaktian tinggi. Dewa Baju Putih berkata lagi,
"Keanehan lain yang masih membingungkanku, Pangeran Liang Lahat akan memberikan satu ilmu langka dari Pulau Neraka." "Ilmu apakah itu?"
"Bila saat itu aku bersedia menjadi budaknya, dia akan turunkan ilmu yang dapat membuat orang melihat atau mengetahui dimana Pulau Neraka berada. Bahkan
dikalakan, orang yang memiliki ilmu itu tak akan ketahuan bila sudah tiba di sana."
"Mustahil!" "Aku pun berpikir demikian. Dan tentunya, diamemiliki satu rencana lain yang tidak kuketahui. Kendati begitu, apa pun yang akan diberikannya, aku tetap tak akan mau membantunya. Apalagi menjadi budaknya." Kembali tak ada yang angkat bicara. Masing-masing orang dipenuhi perasaan geram terhadap Pangeran Liang Lahat yang ternyata pelarian dari Pulau Neraka. Diam-diam Bidadari Kipas Maut membatin,
"Selama ini aku tak pernah menyangka kalau orang yang sedang kucari adalah orang dari Pulau Neraka, sebuah tempat yang selama ini hanya kuanggap sehagai dongeng belaka. Ah, nampaknya orang-orang yang bukan kebanyakan mulai mengacau di rimba persilatan ini. Tetapi... dari cerita Dewa Baju Putih, nampaknya Pangeran Liang Lahat-lah yang merupakan pengacau terdepan dalam hal ini." Habis membatin demikian, perempuan jelita ini berkata,
"Bila orang berkulit serba ungu, yang aku yakin mempunyai julukan tertentu di Pulau Nerakadan mengubahnya menjadi Pangeran Liang Lahat, adalah pelarian dari Pulau Neraka. tentunya dia telah berbuat dosa di Pulau Neraka. Berarti, akan ada orang-orang Pulau Neraka lainnya yang akan memburunya"
"Kau benar! Aku juga memikirkan hal itu!"
"Apakah itu artinya, orang-orang Pulau Neraka
" akan mengacau di persada kita ini?" -
"Bila tujuan mereka hanya mencari Pelarian Pulau Neraka, kemungkinan itu tipis. Tetapi, bila mereka muncul dan menanyakan tentang Pelarian Pulau Neraka pada orang-orang sesama kita dan orang itu tidak tahu atau tidak mau mengatakannya yang membuat mereka murka, kemungkinan besar akan terjadi petaka yang berkepanjangan."
"Terkutuk! Berarti orang berkulit serba ungu itu harus mampus lebih dulu!"
"Benar! Hanya satu persoalan yang ada, kalau ilmu yang dimilikinya sangat tinggi. Rasanya, walaupun kita berdua yang menghadapinya, akan sulit." Bila saja yang berkata seperti itu bukan Dewa Baju Putih, sudah tentu Bidadari Kipas Maut merasa dilecehkan. Tetapi yang berkata adalah orang yang dia tahu memiliki ilmu lebih tinggi darinya, dan ternyata berhasil dikalahkan oleh Pelarian Pulau Neraka. Berarti, mereka memang akan menghadapi orang sakti yang memiliki ilmu-ilmu aneh dari Pulau Neraka. Bidadari Kipas Maut berkata,
"Mungkin, kita memang tak akan sanggup menghadapinya. Akan tetapi biar bagaimanapun juga, aku tak akin mundur untuk mencarinya. Dia harus membayar kematian Pendekar Kaii dengan nyawanya."
"Perempuan ini telah dipenuhi dendam dan ambisi membunuh Pelarian Pulau Neraka. Sebuah perasaan yang selama ini sangat kutakutkan bilasinggah di hatiku. Perasaan yang dapat kacaukan pikiran jernih dari orang
yang merasakannya," kata Dewa Baju Putih dalam hati. Tetapi dia tak mengatakan jalan pikirannya. Karena biar bagaimanapun juga, dia menghendaki kematian Pelarian Pulau Neraka alias Pangeran Liang Lahat. Dengan suara pelan dia berkata,
"Aku juga menghendaki kematian Pelarian Pulau Neraka. karena bila orang dari Pulau Neraka itu masih hidup, tentunya dia akan merajalela mencari budak-budak yang dapat dijadikan sekutunya. Bila orang yang ditemuinya memiliki hati jernih, pikiran lurus dan tidak serakah serta pengecut, mungkin lebih baik mati ketimbang menjadi pengikut orang sesat itu. Tetapi, yang kucemaskan justru bila orang celaka itu berhasil menemukan orang- orang golongan sesat yang tentunya dengan senang hati bersekutu dengannya. Ini berarti, keadaan akan makin memburuk." Bidadari Kipas Maut anggukkan kepala, tanda setuju dengan pendapat Dewa Baju Putih. Sambil menatap pada kakek di hadapannya, dia berkata,
"Kalau begitu, sebaiknya kita segera berangkat untuk mencari Pangeran Liang Lahat...."
"Baik, karena tak kulihat cara lain untuk hentikan sepak terjangnya,"sahut Dewa Baju Putih sambil menahan rasa gembira di hatinya. Berjalan bersama perempuan yang pernah dan masih dicintainya sampai saat ini, tentunya sangat menyenangkan. Dan tak ada sedikitpun keinginan di hati Dewa Baju Putih untuk pergunakan kesempatan mendapatkan apa yang dulu pernah hilang, mengingat saat ini Bidadari Kipas Maut tak memiliki
pasangan hidup lagi. Di lain pihak, Bidadari Kipas Maut diam-diam mendesah,
"Dia masih tetap bersikap sopan dan pemalu. Tak mau tunjukkan kalau dia mencintaiku. Padahal saat ini, aku membutuhkan bclaian seseorang yang kupercaya agar seluruh derita hati yang kurasakan sirna...." Diputuskan kata batinnya yang kemudian disambung dengan perasaan yang mendadak masygul,
"Jangan-jangan... telah sirna dihatinya, rasa cinta terhadapku. Ah, aku memang tak boleh berharap banyak. Dia sama sekali tak berubah untuk tunjukkan cintanya. Tetapi tak menyinggung tentang perasaan hati. Namun dari sikapnya, aku yakin kalau dia masih mencintaiku... seperti puluhan tahun yang lalu...." | Tak ada yang buka suara karena masing-masing orang sedang tenangkan gemuruh di hati. - Setelah beberapa saat terdiam dan saling angguk, keduanya pun segera melangkah menyusuri jalan selapak menuju ke arah barat. Malam perlahan-lahan datang, memayungi alam dengan segala kemisteriusannya yang tersimpan.
, Bab 4 Apa yang dikhawatirkan oleh Dewa Baju Putih dan Bidadari Kipas Maut memang menjadi kenyataan. Karena orang berkulit serba ungu yang berjuluk Pangeran Liang Lahat alias Pelarian Pulau Neraka alias Penghuni Tingkat ke Dua, telah mendapatkan budak-budak yang diyakini dapat melicinkan seluruh rencananya. Saat ini matahari sudah sepenggalah dan tebarkan sinar yang agak menyengat. Terutama di tempat yang agak terbuka di mana sekarang ini orang berkulit serba ungu itu sedang berhadapan dengan dua orang yang berbeda jenis. Orang yang berdiri di sebelah kanan, seorang lelaki bertubuh tegap dan besar. Pakaian hitam yang dikenakannya terbuka di bagian dada hingga perlihatkan dada bidangnya yang dipenuhi bulu. Parasnya keras dengan brewok yang tebal. Matanya selalu sorotkan kebencian. Di kedua pergelangan tangannya terdapat gelanggelang warna hitam. - Orang inilah yang dikenal dengan julukan Manusia Segala Murka. Apa pun yang dibuat orang lain bila tak berkenan di hatinya, makamurkanya akan turun. Boleh dikatakan kalau orang ini tak pernah mau tersinggung. Kekejamannya tiada banding. Membunuh orang sama saja dengan membunuh nyamuk baginya.
Tetapi semalam, dia telah takluk di tangan Pangeran Liang Lahat, yang muncul hendak menjadikannya sebagai budak. Semula Manusia Segala Murka tersinggung besar dan dia menyerang habis-habisan orang berkulit serba ungu itu. Akan tetapi, dengan pergunakan ilmu Siulan Kematian orang itu berhasil ditaklukkan Pangeran Liang Lahat. Kebencian dan murkanya semakin menjadi-jadi.
Namun setelah mendengar kalau orang berkulit serba ungu itu hendak menjadikannya sekutu untuk merampas Panah Pusaka Cakra Neraka, Manusia Segala Murka yang sebelumnya tak percaya kalau orang di hadapannya berasal dari Pulau Neraka, segera anggukkan kepala. Kendati demikian, dia mempunyai pikiran lain. Tawaran ilmu yang diberikan oleh Pangeran Liang Lahat sudah tentu tak akan ditolaknya. Tetapi bila dia sudah mendapatkan Panah Pusaka Cakra Neraka, akan diturunkan segala murkanya pada orang itu! Ada pun orang yang berdiri di sebelahnya adalah seorang perempuan berparas buruk. Hidungnya bulat besar dengan pipi yang penuh tonjolan. Di bagian bawah telinga sebelah kanan terdapat luka yang masih bernanah. Keningnya menonjol ke depan. Tidak memiliki sepasang alis. Matanya membuka dan seperti keluarkan cairan. Siapa pun yang melihatnya, tak akan berani mematapnya lama-lama. - , Akan tetapi, lain dengan wajah yang dimilikinya lain pula dengan kulit dan bentuk tubuhnya. Perempuan
berwajah buruk itu memiliki kulit yang bening, halus dan mulus. Hingga dapat diibaratkan bila lalat mempel maka akan terpeleset jatuh. Sedangkan bentuk tubuhnya sangat menjanjikan siapa saja yang melihatnya. Terutama karena dia mengenakan kain batik sebatas dada, yang mencetak pinggul besar dan payudaranya yang montok. Tetapi bila orang sudah melihat parasnya, maka akan sirnalah gairah yang muncul. Perempuan ini bernama Ratih Durga. Perempuan kejam yang berasal dari Bukit Sanggaruang.
Lain halnya menghadapi Manusia Segala Murka, Pangeran Liang Lahat dengan mudahnya menaklukkan Ratih Durga, tanpa kekerasan. Karena sebelum menaklukkan Manusia Segala Murka, Pangeran Liang Lahat lebih dulu menaklukkan Ratih Durga. Sebenarnya Ratih Durga seorang perempuan yang sangat memberici laki-laki, terutama bila melihat pandangan jijik dari laki-laki. Kalau sudah begitu,berarti kematianlah yang akan diterima oleh laki-laki yang memandangnya jijik. Semula dia menggeram dan hampir lancarkan serangan begitu melihat tatapan orang berkulit serbaungu mengandung, kejijikan. Tetapi setelah mendengar orang itu memuji bentuk tubuhnya, perlahan-lahan kemarahannya sirna. Karena rasa senang itulah yang membuatnya menyetujui keinginan Pangeran Liang Lahat yang mengajaknya bersekutu. Pada mulanya Ratih Durga juga tak percaya kaliau orang di hadapannya berasal dari Pulau
Neraka, pulau dongeng yang hanya bisa dimasukkan pada otak para bocah. Tetapi, karena baru pertama kali dalam hidupnya ada orang yang tak lagi memandang jijik padanya, bahkan memuji bentuk tubuhnya, tanpa pikir panjang lagi dia menyetujui usul itu. Ini dikarenakan, selama ini Ratih Durga tak memiliki seorang sahabat! - Dan ketiga orang itu sekarang tak ada yang buka suara. Baik Ratih Durga maupun Manusia Segala Murka memandang tak berkedip pada orang berkulit ungu di hadapannya. Keheningan itu dipecahkan oleh suara Manusia Segala Murka,
"Sebelumnya kau menjanjikan akan memberikan ilmu Pulau Neraka agar kami mudah menjalankan segala rencanamu! Mengapa kau masih berdiam saja, hah"!" Ucapan yang bernada kasar membuat paras Pangeran Liang Lahat alias Penghuni Tingkat ke Dua alias Pelarian Pulau Neraka mengkelap. Tetapi dia tak tampakkan amarahnya. Malah dia berkata,
"Kalian adalah manusia-manusia yang sangat paham akan segala keuntungan yang akan kalian dapatkan! Dan bagusnya, kalian tak banyak tanya sebab-sebab aku hendak hancurkan Pulau Neraka! Bagus! Karena bila kalian lancang lontarkan pertanyaan itu, kematianlah yang akan datang pada kalian!" Kendati tak sanggup menghadapi orang berkulit ungu itu, Manusia Segala Murka tersinggung. Dengan dagu terangkat dia berkata,
"Bila tak kau pergunakan ilmu siulan setanmu itu, kau bukanlah orang yang patut dipandang dua mata! Kau hanya menjadi...."
"Tutup mulutmu!!" terdengar bentakan Ratih Durga keras. Perempuan berwajah burukini tak pernah mau kalau orang yang memuji-muji dirinya dilecehkan seperti itu. Matanya tajam saat menatap Manusia Segala Murka. Yang ditatap menjadi murka.
"Terkutuk! Perempuan berwajah setan! Apakah kau mempunyai kelebihan hingga berani lancang berucap demikian"!" - Dikatakan parasnya sepertisetan, kemarahan Ratih Durga pun naik. Mendadak saja dia gerakkan tangan kanannya dari bawah, siap memukul patah tulangpinggang Manusia Segala Murka. Dalam jarak hanya satu langkah seperti itu dan gerakan yang sangat tiba-tiba, tentunya akan sulit bagi orangyang diserang untuk hindarkan serangan. Namun yang diperlihatkan Manusia Segala Murka benar-benar luar biasa. Tanpa perubahan pada parasnya yang tetap mengkelap, lelaki penuh brewok ini tekuk tangan kirinya.
Bukkk!! Jotosan yang dilakukan Ratih Durga mengandung setengah tenaga dalamnya, pertanda dia memang hendak mematahkan pinggang Manusia Segala Murka. Namun jangankan mematahkan tangan kiri yang telah me
nangkisnya, mendorong orang itu saja tidak. Dan dia memaki geram tatkala tangan kanan Manusia Segala Murkasudah berkelebat dansiap memukul kepalanya.
"Setaaan...!!" Segera dipalangkan tangan kanannya yang dialiri tenaga dalam.
Bukk!! Menyusul dia menendang dengan cara putar tubuh yang dihindari Manusia Segala Murka. Kejap berikutnya, Ratih Durga mendorong kedua tangannya.
Wuuutttt!! Satu gelombang angin menderu ke arah Manusia Segala Murka, yang disusul dengan satu loncatan penuh pekikan. Makin menjadi-jadi murka orang penuh brewok itu. Dia pun lakukan hal yang sama.
Blaaammm!! Menyusul letupan yang terjadi, dua pasang tangan yang sama-sama dialiri tenaga dalam berbenturan.
Blaaammmm!! Masing-masing orang terseret ke belakang, pertanda tenaga dalam yang mereka miliki sama tinggi. Dan keduanya sama-sama menggeram sengit. Sebelum masing-masing orang lancarkan serangan, Pangeran Liang Lahat membentak,
"Hentikan!!" kendati tak lagi lancarkan serangan, namun kemarahan kedua orang itu belum surut. Hal ini membuat
Pangeran Liang Lahat menjadi kesal.
"Untuk saat ini, tak penting bagi kita saling cerca dan maki! Apalagi saling lancarkan serangan! Kalian sama-sama telah sepakat untuk menjadi budakku! Dan aku tak ingin ada pertikaian di antara kalian!!" Mendengar ucapan itu, Manusia Segala Murka mendengus. Tapi begitu dilihatnya bara api yang menyala pada sepasang mata orang berjubah gelap, dia tak tampakkan kekesalannya. Di lain pihak. Ratih Durga hanya terdiam. Sama sekali tidak tersinggung dikatakan sebagai budak oleh Pangeran Liang Lahat. Perempuan berwajah buruk ini sesekali melirik geram pada Manusia Segala Murkayang berlagak tidak tahu padahal hatinya sudah tidak dapat tahan keinginan untuk menarik keluar sepasang bola mata si perempuan. Pangeran Liang Lahat takbuka mulut. Hanya memperhatikan masing-masing orang secara bergantian. Lalu dia berucap,
"Kalian kini telah menjadi budakbudakku!Jadi, apa pun yang akan kalian lakukan harus seizinku! Paham dengan ucapanku"!" Ratih Durga langsung berkata,
"Aku sangat paham."
"Bagus! Bagaimana dengan kau, hah"!"bentak Pangeran Liang Lahat pada Manusia Segala Murka. Yang dibentak menganggukkan kepalanya segan segan, tetapi tak berani lagi bersikap kurangajar.
"Bagus!"seru Pangeran Liang Lahat kemudian."Se
belum kalian kuberikan ilmu dari Pulau Neraka yang dapat membuat kalian melihat atau menemukan di mana Pulau Neraka berada, masing-masing akan kuberi sebuah tugas!" Ratih Durga menyahut sopan,
"Katakan tugas itu, aku akan menjalankannya sepenuh hati!"
"Kau kutugaskan untuk mencari kakek keparat berjuluk Dewa Baju Putih! Dan bunuh dia!"
"Aku akan melakukannya!!" Pangeran Liang Lahat memandang-kejauhan. Ratih Durga diam-diam membatin,
"Hemmm... kulihat kalau dia seperti memikirkan sesuatu yang sangat | sulit. Ah, biar bagaimanapun juga, aku telah bulatkan tekad untuk menjadi sekutunya. Peduli setan dia menyebutku sebagai budaknya. Selama ini, tak seorang laki-lakipun yang mau mendekatiku, bahkan selalu memandang jijik. Kalau dia meminta seluruh jiwa dan ragaku, aku akan memberikannya penuh kerelaan." Sementara itu, dari memandang ke kejauhan, perlahan-lahan Pangeran Liang Lahat menatap Manusia Segala Murka yang masih tindih kesalnya. Tajam dan menusuk, membuat Manusia Segala Murka tak berani beradu pandang.
"Sebelum bertemu dengan kalian, aku telah dimuslihati oleh seorang pemuda berpakaian keemasan. Sama sekali tak kuketahui siapa dia adanya, tak terkecuali namanya. Namun dariciri yang melekat pada dirinya, dia adalah seorang pemuda yang tak bisa dipandang sebelah mata kendati dengan mudah aku dapat membunuhnya."
Pangeran Liang Lahat hentikan ucapannya. Lalu dengan suara bernada geram, dia melanjutkan,
"P?muda berpakaian keemasan itu memiliki sebuah pedang yang berwarangka dan dipenuhi untaian benang keemasan. Pada sepasang lengannya terdapat rajahan burung rajawali. Dia telah...."
"Rajawali Emas!"terdengardesisan Manusia.Segala Murka yang kemudian mendengarkan ucapan Pangeran Liang Lahat secara seksama. Dan begitu mengenali ciri orang yang dimaksud Pangeran Liang Lahat, tanpa sadardia berseru. Makin tajam tatapan Pangeran Liang Lahat.
"Kau mengenalnya?"
"Di rimba persilatan ini, jarum jatuh pun akan terdengar! Apalagi sepak terjang seorang pemuda yang akhir-akhir ini semakin santer dibicarakan orang! Pemuda yang kuyakini selalu campur tangan pada urusan orang lain! Pemuda yang telah lama hendak kuhentikan sepak terjangnya! Karena membuat orang-orang sepertiku ini tak bebas bergerak!"
"Bagus! Kau kutugaskan untuk membunuhnya!" Kali ini Manusia Segala Murka langsung mengangguk.
"Akan kubunuh dia!"desisnya dengan tangan terkepal. Lalu menyambung dalam hati,
"Tetapi bukan untukmu, melainkan karena telah lama aku hendak hentikan sepak terjang keparatnya!" Pangeran Liang Lahat mengangguk-angguk puas.
- "Sekali jalan dua pulau telah kulampaui. Manusia manusia ini telah menjadi budakku, terutama Ratih Durga yang begitu patuh. Padahal... huh! Siapa orangnya yang mau melihat wajah setannya itu" Membunuh Dewa Baju Putih dan pemuda yang berjuluk Rajawati Emas termasuk salah satu niatku, sebelum menjalankan keinginanku menghancurkan Pulau Neraka! Selagi mereka mencari orang-orang itu, aku akan mencari pengikut sebanyak-banyaknya! Terutama untuk menghadapi Setan Merah dan Iblis Merah, Utusan Kematian Pulau Neraka, yang menurut Rajawali Emas sedang mencariku!" Habis membatin demikian, dengan seringaian lebar Pangeran Liang Lahan alias Penghuni Tingkat ke Dua alias Pelarian Pulau Neraka berkata,
"Sekarang, kalian tinggalkan tempat ini! Hanyu kuberikan waktu tiga hari untuk membunuh orang-orang itu! Setelah itu, aku akan mencari kalian, jadi jangan sekali-sekali coba lari dari tanganku!" Diam-diam Manusia Segala Murka mendengus. Ialu tanpa banyak ucap lagi, dia segera berkelebat ke arah selatan. - Di pihak lain. Ratih Durga masih berdiri di tempatnya. Perempuan berwajah sangat buruk ini memandang tak berkedip pada orang berkulit ungu di hadapannya. Lamat-larnat rasa kecewa yang selama ini karena melihat pandangan jijik dari setiap laki-laki, terobali oleh pujian Pangeran Liang Lahat. Tanpa disadarinya, selain rela menyerahkan jiwa
dan raganya untuk orang itu, Ratih Durga pun menaruh hati padanya. Menaruh harapan yang selama ini tak pernah didapatkannya. Karena biarbagaimanapun juga, sebagai seorang manusia dia membutuhkan rasa kasih sayang Saling membagi dalam urusan cinta. Dan sebagai seorang perempuan kendati memiliki kesaktian yang tinggi, keinginan mendapatkan orang yang menyayanginya menjadi satu tumpuan dalam hidup. Ratih Durga menaruh harap pada orang berjubah biru gelap itu. Melihat tatapan Ratih Durga, Pangeran Liang Lahat diam-diam mendengus.
"Keparat! Setan neraka pun tak akan sudi memandangnya!"geramnya dalam hati. Lalu berkata,
"Apa lagi yang kau tunggu?"
"Aku masih ingin memandangmu." Pangeran Liang Lahat mendengus. Dengusannya lebih keras setelah mendengar kata-kata Ratih Durga,
"Apakah kau benar akan mencariku bila aku sudah membunuh Dewa Baju Putih?"
"Setan! Aku mencarimu bukan karena aku menyukaimu!Tapi kau adalah budakku!"maki Pangeran Liang Lahat dalam hati. Dia hanya menganggukkan kepala dan anggukkan itu sudah membuat Ratih Durga menjadi senang. Dengan senyuman tak putus pada bibirnya yang tebal, perempuan berwajah buruk ini sudah berkelebat ke arah
utara. Tinggal Pangeran Liang Lahat yang memikirkan seluruh rencananya.
Bab 5 Tepat matahari berada tegak lurus dengan kepala, satu bayangan kcemasan nampak melesat dari sebuah padang rumput. Tujuannya adalah hutan yang tak jauh lagi dari tempatnya. Hanya memakan waktu delapan kali kejapan mata, bayangan keemasan yang bukan lain Rajawali Emas adanya telah masuk ke hutan itu. Tak ada keringat yang mengalir padahal dia telah lalui padang rumput yang disengat ganasnya panas matahari. Sejenak anak muda dari Gunung Rajawali ini perhatikan sekelilingnya yang sepi. Menyusul dia mengheia napas pendek.
"Penghuni Tingkat ke Dua. Pelarian Pulau Neraka...," desisnya sambil geleng-gelengkan kepala.
"Rimba persilatan telah diramaikan dengan munculnya orangorang Pulau Neraka.... Kendati tak ada hubungannya dengan orang-orang di sini, tetapi sepak terjang orangorang Pulau Neraka yang sedang bertentangan itu, dapat kacaukan keadaan rimba persilatan. Brengsek! Aku sendiri belum menemukan orang yang berjuluk Pangeran Liang Lahat!" Sejenak pemuda yang di lengan kanan kirinya terdapat rajahan burung rajawali keemasan ini terdiam. Keningnya berkerut tanda dia sedang memikirkan se
Suatu. "Apa yang dikatakan Penghuni Tingkat ke Duatentang Pangeran Liang Lahat jelas-jelas tak masuk akal. Mana mungkin orang golongan baik-baik membunuh sesamanya" Tidak! Aku yakin, dia menyembunyikan sesuatu. Sama halnya dengan dugaanku, tentang ilmu yang diberikannya. Tak mungkin orang yang telah diturunkan ilmu untuk menemukan Pulau Neraka, akan masuk dengan mudah tanpa diketahui oleh orang-orang disana" Huh! Akuyakin, dia memiliki satu rencana yang tak kuketahui." Kembali anak muda tampan ini memeras otaknya memikirkan setiap dugaan yang datang. Menyusul terlihat kepalanya digeleng-gelengkan.
"Untuk membuktikan semua ini, aku akan menunggu sampai ilmu yang diturunkannya berfungsi. Dan rasanya... heii!!" Tirta memutuskan kata-katanya sendiri tatkala melihat satu bayangan kuning berkelebat sangat cepat sejarak delapan belas langkah dari tempatnya. Cepat dia mengikuti dengan tatapannya dan melihat bayangan kuning itu telah lenyap dari pandangan.
"Astaga!" desisnya setelah tertegun beberapa saat.
"Apakah pandanganku tak salah" Orang yang berkelebat itu jelas mempunyai ilmu peringan tubuh yang tinggi" Dan menilik gerakannya serta dugaanku itu, tentunya dia juga punya ilmu yang tinggi. Kalau begitu...." Diputus kata-katanya seraya berpikir. Setelah itu baru diteruskan."Dalam jarak yang tak cukup jauh, ten
tunya dia dapat melihat aku yang berada di sini. Karena tak terhalang oleh pepohonan apa pun. Tapi nampaknya, dia tidak melihat. Tidak melihat" Atau sebenarnya dia memang melihatku, tetapi karena sedang menghadapi satu urusan, dia tak mempedulikanku karena merasa tak memiliki kepentingan" Astaga! Siapa orang itu?" Selagi anak muda dari Gunung Rajawali ini memikirkan siapa adanya orang, kembali dilihatnya satu bayangan putih berkelebat cepat. Kali ini Tirta berseru,
"Heiiii!!" Bayangan putih yang sedang berkelebat dan ternyata seorang nenek itu hentikan kelebatannya. Sejenak dia pandangi pemuda berpakaian keemasan. Tapi kejap kemudian dia mendengus. Tanpa berkata apaapa, si menek sudah berkelebat tinggalkan tempat itu. Tirta sekarang yang jadi keheranan.
"Nampaknya bayangan kuning dan si nenek tadi memang sedang menghadapi satu urusan yang sangat penting. Terbukti si nenek tak mencoba menyapaku atau tak memberiku kesempatan untuk menyapanya" Astaga! Apakah ini ada hubungannya dengan orangorang Pulau Neraka" Apakah si bayangan kuning dansi nenek punya kepentingan yang sama?" Belum lagi dia berhasil temukan jawaban atas dugaannya, dari kejauhan dilihatnya dua sosok tubuh berkelebat cepat ke arahnya. Dari gerakan mereka yang perlahan melambat, Tirta yakin kalau keduanya akan hentikan langkah.
Entah apa yang ada dibenak pemuda bersenjatakan Pedang Batu Bintang itu, dia sudah melompat kesebuah pohon yang berada di belakangnya dan bersembunyi di balik rimbunnya dedaunan. Apa yang diduganya memang benar. Dua sosok tubuh yang dilihatnya tadi telah berhenti di tempatnya semula. Belum apa-apa salah seorang dari mereka sudah berkata,
"Rayi! Apakah kau tidak melihat sosok berpakaian keemasan tadi?"
"Aku melihatnya, Kakang! Tetapi... orang itu sudah lenyap begitu saja."
"Tidak! Aku yakin, dia bersembunyi di sekitar sini! Ayo, kita cari!"
"Kakang! Untuk apa" Kita harus terus menuju ke Kaki Bukit Lumbung! Purnama bulan ini tinggal dua pekan! Kita tak boleh terlambat untuk tiba di sana!" Lelaki berpakaian yang terbuat dari kulit ular itu putuskan niatnya. Namun sepasang matanya memperhatikan sekelilingnya dengan seksama. Di atas pohon, Tirta terpaksa kerahkan ilmu peringan tubuh yang dipadu dengan tenaga surya, yang dialihfungsikan menjadi penambah ilmu peringan tubuhnya. Mendengar ucapan si perempuan tadi, anak muda ini kerutkan kening.
"Kaki Bukit Lumbung" Mereka hendak menuju ke sana" Oh! Bukankah Kiai Pituluh juga menyuruhku menjumpainya di Kaki Bukit Lumbung" Sampai saat ini aku memang tidak tahu mengapa Kiai Pituluh menyu
ruhku kesana. Sebaiknya... kudengar saja apa yang akan keduanya percakapkan." Di bawah, masing-masing orang yang mengenakan pakaian terbuat dari kulit ular tak ada yang buka suara. Yang lelaki berparas tampan dengan postur gagah dan diperkirakan herusia sekitar tiga puluh lima tahun. Pakaian kulit ularnya terbuka di dada dan perlihatkan dada yang bidang. Rambutnya panjang acak-acakan. Sementara yang perempuan mengenakan pakaian yang sama, dengan rambut indah dikuncir kuda. Di punggungnya terdapat sebilah pedang dengan warangka yang dibalut kulit ular pula. Perempuan ini diperkirakan berusia sekitar liga puluh tahun. Keheningan itu dipecahkan oleh suara si perempuan,
"Kakang... kau nampaknya masih penasaran untuk menemukan orang berpakaian keemasan yang kita lihat tadi?" Mendengar ucapan si perempuan yang ternyata istrinya, si lelaki palingkan kepala. Lalu sambil tersenyum dia menyahut,
"Tidak, Rayi. Aku tidak memikirkannya." Istrinya balas tersenyum.
"Kau tidak mencarinya, tetapi matamu jelalatan seperti itu" Sudahlah, Kakang... perjalanan menuju ke Kaki Bukit Lumbung masih jauh. Kita masih membutuhkan waktu sekitar sepuluh hari untuk tiba di sana." Si lelaki kali ini angguk-anggukkan kepala. Membenarkan kata-kala istrinya. Untuk saat ini, mereka tak boleh melibatkan diri dengan urusan apa pun, kecuali
urusan yang ada di Kaki Bukit Lumbung.
Rajawali Emas 44. Perjalanan Maut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau benar, Rayi...," katanya kemudian.
"Kita memang tak boleh buang waktu untuk tiba di Kaki Bukit lumbung." -
"Kakang... apakah kau tahu apa yang akan terjadi di sana?"
"Tidak. Kiai Pituluh tak pernah mengatakannya. Dua bulan yang lalu, dia memang datang menjumpai dan mengundangkita untuk datangke Kaki Bukit Lumbung. Dan kau tahu bukan kebiasaan Kiai Pituluh" Dia tak akan pernah menceritakan secara rinci sesuatu yang nampak masih dirahasiakannya. Tidak dirahasiakannya pun tak akan pernah dia lakukan tindakan itu."
"Kalau begitu, kita seperti sedang membeli kucing dalam karung?"
"Jangan kau berucap demikian, Rayi. Kebesaran nama Kiai Pituluh harus kita junjung tinggi. Biar bagaimanapun juga, kita seharusnya bersyukur karena Kiai Pituluh mau menganggap kita sebagai sahabat, dan mengundang kita ke tempatnya."
"Tanpa memberitahukam apa yang sebenarnya akan terjadi?"
"Jangan terlalu memaksakan diri, Rayi. Mungkin itu kebijaksanaan
yang dilakukannya. Sebenarnya, bukan itu yang menjadi pikiranku." Si perempuan melihat suaminya nampak seperti merenung. Dia tak segera ajukan tanya. Dibiarkan suaminya memikirkan apa yang jadi pikirannya. Setelah beberapa saat, barulah dia bertanya,
"Apa yang kau pikirkan, Kakang?"
"Di rimba persilatan ini, segala sesuatu yang disembunyikan pasti akan tercium. Apa yang dibisikkan pasti terdengar. Aku khawatir kalau banyak orang-orang golongan sesat yang berbondong-bondong datang ke Kaki Bukit Lumbung...."
"Kakang... bukankah itu sebuah kesempatan?"
"Apa maksudmu, Rayi?"
"Dengan berkumpulnya orang-orang golongan sesat, mudah-mudahan kita bisa menemukan manusia keparat berjuluk Hantu Jala Sutera, orang yang telah membunuh bayi kita lima tahun yang lalu!!" | Silelaki terdiam melihat paras istrinya yang berubah tegang dan geram. Rasanya, dia pun tak mungkin bisa melupakan Hantu Jala Sutera, orang yang telah membunuh bayi mereka lima tahun yang lalu. Dan membicarakan orang itu dalam keadaan seperti ini, akan membuat kemarahan istrinya makin menjadi-jadi. Makanya dia segera berkata,
"Rayi... aku pun tak akan pernah melupakan Hantu Jala Sutera! Manusia itu harus mampus! Tetapi untuk saat ini, sebaiknya kita pusatkan perhatian pada undangan Kiai Pituluh di Kaki Bukit Lumbung!"
"Aku berharap dia akan muncul, Kakang!!" Suaminya tak menjawab. Dapat dirasakan kemarahan yang dalam pada diri istrinya. Sebagai suami yang bijak dia dapat memaklumi keadaan itu. Perlahan-lahan dirangkul istrinya dengan penuh ka
sih sayang. "Jangan kau pikirkan duhu soal itu, Rayi...."
"Aku tak akan melupakannya, aku tak akan membiarkannya hidup...,"desis istrinya dengan bahu terguncang. Silelaki merasakan dadanya agak basah, basah oleh air mata kesedihan yang keluar dari sepasang mata istrinya. Dia teringat bagamana tahun-tahun sebelumnya istrinya seperti orang gila karena memikirkan bayi mereka yang telah dibunuh oleh Hantu Jala Sutera. Diam diam si lelaki juga merasakan dadanya mulai bergolak karena amarah. Namun sggera ditindihnya. Karena dia tak mau akan memperbesar duka istrinya. Lalu katanya lembut,
"Sudahlah, Rayi... sebaiknya, kita teruskan perjalanan ke Kaki Bukit Lumbung..." Istrinya tak bergeming: Bahkan semakin kuat merangkui suaminya hingga perasaan si suami semakin masygul. - Di atas pohon, Tirta berkata dalam hati,
"Sebuah duka yang sangat dalam." Di bawah tak ada yang buka suara. Sepasang suami istri perkasa itu masih berada dalam lingkaran kesedihan. - - Si suami berkata lagi,
"Rayi... perjalanan ke Kaki Bukit Lumbung masih sangat jauh. Kita tak boleh membuang waktu uatuk segera tiba di sana..." Kata-kata lembut suaminya menenangkan hati si perempuan. Lalu ditarik kepalanya tanpa melepaskan rangkulannya. Ditatap suaminya dalam-dalam.
"Kau memang suami yang baik, Kakang...." Suaminya tersenyum.
"Kau juga istri yang baik, Rayi.... Aku merasa beruntung karena mendapatkan kau sebagai istriku..."
"Begitu pula denganku, Kakang. Kakang... kau tidak marah bila aku memikirkan bayi kita dan mendendam pada Hantu Jala Sutera?" Si suami gelengkan kepala.
"Aku juga memikirkan bayi kita yang dibunuh oleh Hantu.Jala Sutera. Aku pun ingin membalas sakit hatiku kepadanya."
"Sayang... saat itu kau tidak ada di tempat, Kakang. Hingga aku harus bersusah payah menghadapi Hantu Jala Sutera yang kemudian berhasil membunuh bayi kita...." Perasaan si suami menjadi tidak enak sekarang.
"Maafkan aku. Rayi... aku berjanji, bila saatnya tiba, Hantu Jala Sutera akan tewas kita bunuh." Ucapan suaminya membuat si perempuan menjadi senang. Lalu sambil tersenyum cerah dia berkata,
Kisah Para Pendekar Pulau Es 4 Wiro Sableng 109 Rahasia Kincir Hantu Legenda Kematian 4