Pencarian

Rumah Gema 1

Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie Bagian 1


THE HOLLOW by Agatha Christie Agatha Christie" POIROT" The Hollow
Copyright " 1946 Agatha Christie Limited.
All rights reserved. RUMAH GEMA Alih bahasa: Ny. Suwarni A.S.
Desain sampul: Staven Andersen
GM 402 01 12 0036 Hak cipta terjemahan Indonesia:
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
PT Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah Barat 29-37 Blok I Lantai 5 Jakarta 10270 Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
anggota IKAPI, Jakarta, Agustus 1994 Cetakan kedua: Desember 1995
Cetakan ketiga: Mei 2002 Cetakan keempat: Mei 2012
368 hlm; 18 cm ISBN 978 " 979 " 22 " 8261 " 0
Dicetak oleh Percetakan $71SJNB(SBGJLB, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab percetakan
THE HOLLOW.indd 4 ain Untuk LARRY dan DANAE Disertai permohonan maaf karena telah
menggunakan kolam renang mereka sebagai
lokasi suatu pembunuhan. THE HOLLOW.indd 5 THE HOLLOW.indd 6 BAB I Pada suatu pagi hari Jumat, jam 06.13, Lucy Angka"tell
membuka matanya yang biru dan besar lebar-lebar, me"
nyam"but satu lagi hari baru. Sebagaimana biasa, ia lang"
sung sadar sepenuhnya, dan se"gera mulai memi"kirkan hal"
hal yang diciptakan oleh pikirannya yang luar biasa aktif.
Ia merasa sangat memerlukan tukar pikiran dan perca"
kapan, dan un"tuk itu dipilihnya sau"dara sepupunya yang
masih muda, Midge Hardcastle. Gadis itu baru semalam
tiba di The Hollow. Lady Angkatell cepat-cepat turun
dari tempat tidur, menge"nakan kimono, lalu pergi ke ka"
mar Midge. Lady Angkatell memiliki jalan pikiran yang
cepat dan membingungkan, dan sudah menjadi ke"bia"saan"
nya un"tuk menciptakan per"cakapan-percakapan da"lam
piki"r"an"nya sendiri. Hal itu pun dilakukannya saat itu,
dan daya khayalnya yang subur mencip"ta"kan jawa"b"an"jawab"an dari Midge.
Percakapan dalam angan-angannya itu sedang ber"
lang"sung dengan hangat-hangatnya waktu Lady Angka"
tell mem"buka pintu kamar Midge.
"...Jadi, Sayang, kau terpaksa harus membenar"kan
THE HOLLOW.indd 7 ain bahwa pertemuan akhir pekan ini benar-benar akan me"
nim"bulkan kesulitan-kesulitan!"
"Eh" Apa?" gumam Midge sambil menguap. Ia ter"
kejut karena dibangunkan dengan mendadak dari tidur"
nya yang nyenyak dan nyaman.
Lady Angkatell langsung berjalan ke jendela, dan
dengan gerakan cepat, membuka semua jendela dan ke"
rai. Sinar fajar yang masih pucat di bulan Septem"ber itu
pun masuk ke kamar. "Burung-burung itu!" katanya, sambil meman"dang
ke luar dengan perasaan senang. "Alangkah manisnya."
"Apa?" "Yah, pokoknya cuaca tidak akan menyulitkan. Agak?"
nya cuaca telah menyesuaikan diri dengan baik. Itu ba"
gus. Sebab, kalau beberapa orang yang me"miliki kepriba"
dian yang sangat berbeda-beda ter"kurung di dalam
ru?"?"mah, aku yakin kau sependapat denganku bahwa itu
akan sepuluh kali lebih me"nyusahkan. Mungkin kita bi"
sa mengadakan beberapa permainan, tapi mungkin ha"
silnya akan sama seperti tahun lalu. Rasanya aku tak da"
pat memaafkan diriku sendiri mengenai Gerda yang
ma"lang. Setelah peris"tiwa itu, kukatakan pada Henry
bah?""wa aku memang kurang berpikir panjang. Tapi, yah,
kita tentu harus mengundang dia juga, sebab tak mung"
kin kita bisa mengundang John tanpa mengundang Ger"
da. Itulah susahnya. Yang paling menyulitkan adalah ka"
rena dia begitu baik. Kadang-kadang rasanya aneh se"kali,
bahwa seseorang sebaik Gerda sama sekali tidak memi"
liki kecer"dasan. Kalau memang itu yang disebut "kom"
pensasi", kurasa itu sama sekali tak adil."
"Apa sih yang kaubicarakan, Lucy?"
THE HOLLOW.indd 8 "Tentang pertemuan akhir pekan yang akan da"tang
ini, Sayang. Tentang orang-orang yang akan datang be"
sok. Semalaman aku memikirkannya, dan aku amat ter"
ganggu. Jadi aku akan merasa amat lega kalau bisa mem"
bicarakannya denganmu, Midge. Kau selalu ber"pikiran
sehat dan praktis." "Lucy," kata Midge dengan ketus, "tahukah kau jam
berapa sekarang?" "Tepatnya aku tak tahu, Sayang. Kau kan tahu aku
tak pernah tahu waktu."
"Sekarang baru jam enam lewat seperempat."
"Benarkah itu, Sayang?" kata Lady Angkatell, sama
sekali tanpa rasa risi. Midge memandanginya dengan kesal. Gila, benar-be"
nar tak masuk akal si Lucy ini! Aku benar-benar tak me"
ngerti, bagaimana kami sampai bisa menyesuaikan diri
dengannya, pikir Midge! Tapi, selagi berpikiran begitu, ia langsung tahu jawa"
bannya. Lucy Angkatell tersenyum, dan melihat senyum"
nya, Midge merasakan daya tarik kuat yang memang
dimiliki Lucy sejak dulu. Bah"kan setelah ber"umur lebih
dari enam puluh tahun pun, daya tarik itu ti"dak berku"
rang. Gara-gara daya tarik itulah orang-orang di seluruh
dunia, orang-orang asing terkemuka, para ajudan, dan
para pejabat pemerintah, rela mengalami hal-hal tak me"
nyenangkan, yang mengesalkan hati, dan membingung"
kan. Perilakunya yang menyenangkan dan kekanakkanak"an menghilangkan semua rasa tak senang dan
meng"hapus semua kritik. Lucy hanya tinggal mem"buka
mata birunya yang besar itu lebar-lebar, dan mengu"lur"
kan tangannya yang halus, lalu bergumam, "Aduh!
THE HOLLOW.indd 9 Maafkan saya...," maka hilanglah semua rasa tak senang
orang. "Sayangku," kata Lady Angkatell. "Maafkan aku.
Mengapa tidak kaukatakan tadi!"
"Kalau begitu, sekarang akan kukatakan"tapi sudah
terlambat! Aku sudah benar-benar bangun."
"Ah, kasihan sekali. Tapi kau mau, kan, membantu"
ku?" "Mengenai pertemuan akhir pekan itu" Ada apa"
Ada yang tidak beres?"
Lady Angkatell duduk di tepi tempat tidur. Tapi ia
tidak seperti manusia, pikir Midge. Ia lebih mirip makh"
luk khayal, seperti peri yang hinggap sebentar.
Lady Angkatell mengulurkan tangannya yang halus
dan putih, dengan sikap tak berdaya.
"Yang akan datang orang-orang yang tidak se"suai.
Maksudku, orang-orang yang tak sepantasnya berkumpul.
Maksudku"bukan mereka yang " salah. Mereka se"mua
baik sekali." "Siapa saja yang akan datang?"
Midge menyibakkan rambutnya yang hitam dan te"
bal ke belakang, dengan tangannya yang kekar dan ber"
warna sawo ma"tang. Ia sama sekali tidak seperti makh"
luk khayal atau peri. "Yah, John dan Gerda. Mereka sih tak apa-apa. Mak"
sud"ku, John orang yang menyenangkan?"dia tampan
sekali. Sedangkan Gerda yang malang itu"yah, mak"
sudku, kita semua harus bersikap baik padanya. Baikbaik se"kali."
Terdorong oleh suatu naluri pembelaan diri yang
THE HOLLOW.indd 10 tersembunyi, Midge berkata, "Ah, keadaannya tidak se"
buruk itu." "Aduh, Sayang, dia itu mengibakan sekali. Ma"tanya
itu. Dan kelihatannya dia tak pernah meng"erti sepatah
kata pun yang diucapkan orang pada"nya.
"Memang," kata Midge. "Memang dia tak mengerti,
tapi rasanya aku tak bisa menyalahkan dia. Soalnya, Lu"
cy, pikiranmu begitu cepat jalan"nya, hingga untuk meng"
ikutimu, percakapan kita jadi harus melompat-lompat.
Semua rantai peng"hubungnya dilupakan."
"Seperti lompatan seekor monyet saja," gumam Lady
Angkatell. "Lalu siapa lagi yang akan datang, selain suami-istri
Christow itu" Henrietta, barangkali?"
Wajah Lady Angkatell menjadi cerah.
"Ya, dan aku benar-benar merasa dia akan me"rupa"
kan kekuatan yang menunjang. Dia selamanya begitu.
Kau kan tahu, Henrietta itu baik sekali?"baik luar-da"
lam, bukan hanya di luar. Dia akan banyak membantu,
sehubungan dengan Gerda yang malang itu. Tahun lalu
pun dia sangat mem"bantu. Waktu itu kami mengadakan
permainan kata-kata"semacam permainan kartu de"
ngan kata-"kata. Kami semua sudah selesai, dan mem"ba"
ca"kan kata-kata yang sudah kami kumpulkan, ketika
tiba-"tiba kami sadari bahwa Gerda sama sekali belum
mulai. Dia bahkan tidak begitu tahu, permainan apa
itu. Menyedihkan sekali, bukan, Midge?"
"Aku tak mengerti mengapa orang-orang suka mengi"
nap di rumah keluarga Angkatell ini," kata Midge.
"Padahal di sini memerlukan begitu banyak pe"kerjaan
THE HOLLOW.indd 11 otak, dan harus mengikuti banyak macam permainan,
belum lagi gaya percakapanmu yang aneh itu, Lucy."
"Benar, Sayang, kami pasti mengesalkan. Dan Gerda
pun pasti sangat benci. Aku sering berpikir, kalau saja
dia punya keberanian, dia pasti menolak untuk ikut.
Tapi... yah, begitulah, dan si malang itu kelihatannya
selalu bingung, dan... linglung, begitulah. Sedangkan
John kelihatan sangat tak sabar. Dan aku sama sekali
tak bisa mencari jalan untuk meluruskan hal-hal yang
tidak beres itu. Nah, pada saat begitulah aku berterima
kasih se"kali pada Henrietta. Sebab dia langsung berpa"
ling pada Gerda, dan bertanya tentang pullover yang se"
dang dipakainya. Padahal pullover itu jelek se"kali, ber"
warna hijau daun yang sudah buram?"buruk sekali, dan
kelihatannya dibeli di toko obral. Tapi, tahukah kau,
Sayang, Gerda langsung jadi ceria. Rupanya pullover itu
hasil rajutannya sen"diri, dan Henrietta langsung minta
polanya. Gerda kelihatan senang dan bangga sekali. Begi"
tulah maksudku si Henrietta itu. Dia selalu bisa melaku"
kan hal semacam itu. Kurasa itu semacam bakat."
"Dia selalu berusaha," kata Midge lambat-lambat.
"Ya, dan dia selalu tahu apa yang harus dikata"kan"
nya." "Ah," kata Midge, "tapi dia tidak sekadar bi"cara.
Tahukah kau, Lucy, bahwa Henrietta benar-"benar mem"
buat pullover itu?" "Wah." Lady Angkatell kelihatan bersungguh"-sung"
guh. "Dan dia memakainya?"
"Ya, dia memakainya. Henrietta selalu melaku"kan se"
suatu dengan tuntas."
"Apakah jadinya jelek sekali?"
THE HOLLOW.indd 12 ain "Tidak. Waktu Henrietta memakainya, kelihatan"nya
bagus sekali." "Ya, tentu saja. Itulah perbedaan utama antara Hen"
rietta dan Gerda. Segala sesuatu yang dilaku"kan Hen"
rietta dikerjakan dengan baik, dan hasilnya selalu baik.
Dia pandai hampir dalam segala hal, begitu pula dalam
bidangnya sendiri. Harus ku"akui, Midge, bahwa kalau"
pun ada yang membuat akhir pekan kita berhasil, itu
adalah Henrietta. Dia akan bersikap manis pada Gerda,
dan dia akan menghibur Henry, juga akan men"jaga agar
John tidak marah-marah. Dan aku yakin, dia pasti bisa
membantu David..." "David Angkatell?"
"Ya. Dia baru saja datang dari Oxford"atau mung"
kin dari Cambridge. Anak- anak muda seumur itu sulit
se"kali, terutama bila mereka cerdas. Dan David sangat
cer"das. Sebenarnya lebih baik bila kecerdasan datang
saat mereka sudah lebih tua. Anak seumur itu selalu me"
mandang kita dengan tajam, sambil menggigit-gigit
kuku, muka mereka selalu berbintik-bintik, dan mereka
punya jakun. Kadang-kadang mereka tak mau berbicara
sama sekali, atau malah bicara nyaring dan selalu me"
nentang. Tapi, pokoknya, seperti kukatakan tadi, aku
per"caya pada Henrietta. Dia sangat bijaksana, dan per"
tanyaan-pertanyaan yang diajukannya selalu tepat. Lagi
pula dia seorang pematung, dan orang"-orang menghor"
mati"nya, terutama karena dia tidak hanya membuat pa"
tung-patung binatang dan kepala anak-anak, melain"kan
juga membuat hasil kar"ya modern yang aneh-aneh dari
logam dan gips. Karya-karya itu telah dipamer"kan"nya di
gedung New Artists tahun lalu. Bentuknya mirip tangga
THE HOLLOW.indd 13 buatan Heath Robinson, di"nama"kan Ascending Thought"
pikiran yang meningkat"atau semacam"nya. Benda be"
gitu bisa mengesankan anak muda seperti David. Menu"


Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rut aku sendiri sih, tidak ba"gus."
"Lucy!" "Tapi kurasa ada beberapa karya Henrietta yang cu"
kup bagus. Seperti umpamanya patung pohon Wee"ping
Ash itu." "Kurasa Henrietta boleh disebut genius sejati. Dan
dia juga cantik sekali, sekaligus menyenang"kan," kata
Mid"ge. Lady Angkatell bangkit, lalu berjalan ke arah
jendela lagi. Dimainkannya tali pengikat kerai dengan
linglung. "Mengapa harus buah pohon ek, ya?" gumam"nya.
"Buah pohon ek?"
"Hiasan pada tali kerai ini. Seperti buah nanas yang
selalu menjadi hiasan pada pintu pagar. Mak"sudku,
pasti ada alasannya. Karena sebenarnya bisa saja buah
pohon cemara yang dijadikan hias"an, atau buah pir, tapi
ini selalu buah pohon ek. Hal itu selalu kuanggap aneh."
"Jangan ngawur, Lucy. Kau masuk kemari un"tuk mem"
bicarakan pertemuan akhir pekan yang akan da"tang. Aku
memang tak mengerti mengapa kau khawatir sekali me"
mi"kirkannya. Kalau kau bisa mencegah permainan ber"
kelompok dimainkan, dan berusaha supaya kau tidak
ter"lalu ngawur kalau sedang berbicara dengan Gerda,
ser"ta berusaha pula supaya Henrietta mau menjinakkan
si David yang cerdas itu, apa sulit"nya?"
"Yah, satu hal lagi, Sayang, Edward juga akan da"
tang." THE HOLLOW.indd 14 ain "Oh, Edward." Midge terdiam sebentar setelah me"
nye"butkan nama itu.
Lalu perlahan-lahan ia bertanya, "Mengapa kau
meng"undangnya berakhir pekan di sini?"
"Aku tidak mengundangnya, Midge. Sungguh. Dia
sendiri yang ingin datang. Dia mengirim tele"gram, me"
nanyakan apakah kami mau menerima kedatangannya
kemari. Kau tahu bagaimana si Ed"ward itu, bukan" Be"
ta"pa perasanya dia. Seandainya aku membalas tele"gram"
nya dan menjawab, "Tidak," mungkin dia takkan mau
da"tang kemari lagi. Begitu"lah dia."
Midge mengangguk perlahan-lahan.
Ya, pikirnya, Edward memang begitu. Sesaat ter"
bayang jelas olehnya wajah pria muda itu. Wa"jah yang
begitu dicintainya. Wajah yang punya daya tarik aneh,
seperti wajah Lucy. Wajah yang lembut, malu-malu, dan
ironis... "Edward tersayang," kata Lucy, menyuarakan apa
yang ada dalam pikiran Midge.
Dengan nada kesal ia berkata lagi, "Alangkah baik"
nya kalau Henrietta mau menikah dengan Ed"ward. Se"
be"nar"nya dia suka pada Edward, aku tahu itu. Kalau
saja me"reka bisa berakhir pekan di sini tanpa kehadiran
suami-istri Christow. Soalnya, John Christow selalu
mem"berikan pengaruh buruk atas diri Edward. Dalam
keadaan itu, John jadi makin menonjol, dan Edward
pun makin me"rasa dirinya kurang. Mengertikah kau
mak"sudku?" Midge mengangguk lagi. "Tapi aku tak bisa membatalkan kedatangan ke"luar"
ga Christow, karena pertemuan akhir pekan ini sudah
THE HOLLOW.indd 15 lama direncanakan. Tapi aku yakin sekali, Midge, bahwa
ke"adaan akan menjadi sulit. Ba"yangkan saja, David yang
selalu melotot dan menggigiti kukunya, Gerda yang ha"
rus selalu di"perhatikan agar tidak terlalu merasa disisih"
kan, John yang selalu merasa dirinya hebat, dan Ed"ward
yang merasa rendah diri..."
"Pokoknya, bahan-bahan mentah pudingnya ku"rang
meyakinkan, begitu, ya?" gumam Midge.
Lucy tersenyum padanya. "Kadang-kadang," katanya sambil merenung, "keada"
an?"lah yang mengatur segalanya dengan sederhana. Aku
telah mengundang seorang detektif ulung, untuk makan
siang pada hari Minggu. Itu akan merupakan selingan
yang baik, bukan?" "Detektif ulung?"
"Benar," kata Lady Angkatell. "Waktu Henry men"
jabat komisaris agung di Bagdad, dia juga sedang berada
di sana, menyelesaikan suatu per"kara. Atau mungkin ju"ga
dia sudah selesai waktu itu. Aku ingat, waktu itu ka"mi
mengundangnya makan siang bersama petugas-petu"gas
pemerintah lainnya. Waktu itu dia mengenakan se"telan
ber"warna putih, dan menyelipkan sekuntum bu"nga me"
rah jambu di kelepak jasnya, dan memakai se"pa"tu kulit
berwarna hitam. Aku tidak terlalu ingat perca"kapan saat
itu, karena aku tak pernah meng"anggap pen"ting siapa
yang telah mem"bunuh seseorang. Maksud"ku, kalau orang
sudah meninggal, rasanya sudah tak pen"ting lagi meng"
apa dia meninggal. Dan rasanya bodoh sekali ka"lau kita
meributkannya." "Tapi, apakah telah terjadi kejahatan di sini, Lucy?"
"Oh, bukan begitu, Sayang. Dia kebetulan sedang
THE HOLLOW.indd 16 menginap di salah satu cottage baru yang lucu-lucu itu.
Maksudku, rumah-rumah itu seper"tinya tak masuk akal,
soalnya balok-balok atasnya demikian rendahnya, hing"
ga kepala kita bisa teran"tuk, saluran airnya bagus-bagus,
dan kebunnya pun tak beres. Tapi orang-orang London
memang suka yang semacam itu. Kalau tak salah, di sa"
lah satu cottage lain ada seorang aktris. Mereka tidak me"
netap di situ seperti kita." Lady Angkatell menye"be"rangi
kamar itu dengan linglung. "Tapi aku ya"kin mereka
senang di situ. Midge, Sayang, kau baik sekali karena
mau membantu." "Kurasa aku tak banyak membantu."
"Masa?" Lucy Angkatell tampak heran. "Nah, tidur"
lah kembali dengan enak. Tak usah bangun untuk sa"
rapan, dan bila kau bangun, kau boleh berbuat sekasar
apa pun." "Kasar?" Midge tampak heran. "Mengapa" Oh!" Ia
tertawa. "Aku mengerti! Kau arif sekali, Lucy. Barangkali
aku akan menuruti saranmu itu."
Lady Angkatell tersenyum, lalu keluar. Waktu mele"
wati kamar mandi yang pintunya terbuka, dan melihat
ketel di atas kompor gas, ia mendapat suatu gagasan.
Ia tahu orang suka minum teh, dan Midge masih
lama baru akan bangun. Jadi akan dibuatkan"nya teh
untuk Midge. Dijerangnya ketel, lalu ia berjalan terus
ke lorong rumah. Ia berhenti sebentar di depan pintu kamar sua"minya,
lalu diputarnya gagang pintu itu. Tapi Sir Henry Ang"
katell tahu betul siapa istrinya. Ia sa"ngat menyayangi Lu"
cy, tapi ia juga tak mau tidur"nya terganggu. Sebab itu
pintu kamarnya dikunci".
THE HOLLOW.indd 17 Lady Angkatell berjalan terus, ke kamarnya sen"diri.
Sebenarnya ia ingin sekali berbincang-bincang dengan
Henry, tapi nanti pun bisa. Ia berdiri di dekat jendela"
nya yang terbuka, memandang ke luar beberapa saat,
lalu menguap. Ia naik ke tem"pat tidurnya, meletakkan
ke"palanya ke bantal, dan dalam dua menit ia sudah ter"
tidur seperti anak kecil.
Di kamar mandi, air mendidih dan mendidih terus.
"Satu lagi ketel yang hangus, Mr. Gudgeon," kata pe"
layan yang bernama Simmons.
Gudgeon, kepala pengurus rumah tangga, meng"ge"
lengkan kepalanya yang sudah beruban. Diambilnya
ketel yang sudah hangus itu dari Simmons, lalu ia pergi
ke gudang dapur dan me"ngeluarkan sebuah ketel baru
dari bagian bawah lemari piring, tempat tersimpan per"
sediaan ketel sebanyak setengah lusin.
"Ini, Miss Simmons. Nyonya tidak akan tahu."
"Seringkah Nyonya berbuat begini?" tanya Sim"
mons. Gudgeon mendesah. "Nyonya kita itu sangat baik," katanya, "tapi dia pe"
lupa sekali. Tapi dalam rumah ini," lanjutnya, "aku se"
lalu menjaga agar segala sesuatu dikerjakan sedemikian
rupa, hingga Nyonya tak perlu merasa jengkel atau kha"
watir." THE HOLLOW.indd 18 BAB II Henrietta Savernake menggulung segumpal ke"cil tanah
liat, lalu menempelkan dan menekan-nekan"nya menjadi
suatu bentuk. Ia sedang membuat kepala seorang gadis
dari tanah liat, dengan cekatan.
Telinganya menangkap suara pelan yang me"lengking
dan agak kasar. Tapi suara itu hanya "mampu menembus
per"mukaan pikirannya.
"Dan saya yakin, Miss Savernake, bahwa saya benar!
"Wah," kata saya, "kalau memang itu bi"dang yang akan
kaupilih!" Karena saya yakin, Miss Savernake, bahwa se"
orang gadis berhak pu"nya pendirian sendiri dalam halhal seperti itu. "Saya tidak terbiasa mendengar orang me"
ngatakan hal-hal seperti itu pada saya," kata saya, "dan
saya hanya bisa berkata bahwa kau pasti memiliki daya
khayal yang buruk!" Orang memang benci kata-"kata
yang tak menyenangkan, tapi saya yakin bah"wa saya be"
nar dalam menyatakan pendapat saya. Bagaimana, Miss
Savernake?" "Oh, tentu," kata Henrietta dengan suara ber"se"
mangat. Tapi seseorang yang mengenalnya de"ngan baik
THE HOLLOW.indd 19 pasti curiga bahwa ia justru tidak men"dengarkan baikbaik.
?"Dan kalau istrimu berkata begitu padamu," kata sa"
ya, "yah, pasti saya tak bisa membantu!" Entah bagai"ma"
na, ya, Miss Savernake, tapi agak"nya ke mana pun saya
pergi, selalu ada kesulitan. Padahal itu sama sekali bu"
kan salah saya. Maksud saya, laki-laki memang mu"dah
sekali percaya, bu"kan?" Model itu terkikik genit.
"Benar sekali," kata Henrietta dengan mata se"tengah
tertutup. "Cantik sekali," pikirnya. "Bagian yang datar, tepat
di bawah kelopak mata itu, cantik sekali?"dan bidang
datar yang satu lagi, yang mendekat ke arah yang per"
tama. Sudut di dekat rahang itu salah"harus dikeruk
dan dibuat baru. Sulit juga."
Dengan suara simpatik ia berkata, "Tentu sulit sekali
bagi Anda." "Saya yakin rasa cemburu itu tak adil, Miss Saver"
nake, dan itu picik sekali. Saya rasa, itu hanya dida"sar"
kan atas rasa iri, karena ada orang yang lebih ba"gus dan
lebih muda daripada dirinya sendiri."
Henrietta, yang sedang mengerjakan rahang, ber"kata
dengan tak acuh, "Ya, memang."
Sudah bertahun-tahun ia mempelajari siasat un"tuk
menutup pikirannya erat-erat, bagaikan sebuah benteng
kedap air. Ia bisa main bridge, mengikuti percakapan
dengan baik, menulis surat yang disusun rapi, hanya de"
ngan memberikan sebagian kecil dari pikirannya pada
pekerjaan itu. Kini ia sedang bertekad untuk mencip"ta"
kan bentuk kepala Nausicaa, dan arus suara yang meng"
alir dari bibir mungil yang kekanak-kanakan itu sama
THE HOLLOW.indd 20 sekali ti"dak meresap ke dalam lekuk-lekuk pikirannya
yang lebih dalam. Ia terus bercakap-cakap dengan san"
tai. Ia sudah terbiasa dengan model-model yang suka
ber?"cakap-cakap. Bukan model-model yang profesional,
melainkan yang amatir. Mereka me"rasa tak senang kare"
na anggota tubuh mereka dipaksa diam, dan hal itu disa"
lurkan dengan men"curahkan kisah mengenai diri mere"
ka sendiri. Maka, bagian luar dari Henrietta men?"de"ngar"kan
dan menyahut. Tapi jauh di dalam dirinya yang terpi"
sah, Henrietta yang sebenarnya berkomentar, "Dasar ga"
dis konyol yang suka menjelek-jelekkan orang lain. Tapi
matanya... alangkah indahnya. Indah dan cantik..."
Sementara ia sibuk menangani mata itu, biarkan saja
gadis itu berbicara. Ia akan memintanya untuk tidak
ber?"bicara bila ia harus mengerjakan mulutnya nanti.
Lucu, bila diingat bahwa arus kata-kata gun"jingan itu
mengalir keluar dari lekuk-lekuk yang begitu sempur"na.
"Aduh, sialan," pikir Henrietta, tiba-tiba merasa ke"
sal, "lekuk alisnya rusak! Ada apa dengan alis itu" Agak"
nya aku membuat tulangnya terlalu besar"tulang itu ta"
jam, tidak tebal..."
Henrietta melangkah mundur. Dengan alis ber"kerut,
ia memandang dari bentuk kepala yang ter"buat dari
tanah liat ke model hidup yang sedang duduk di pentas
kecil. Model yang bernama Doris Saunders itu berkata
lagi, ?"Yah," kata saya, "Mengapa suami Anda tak boleh
memberi saya hadiah, kalau dia suka" Dan," kata saya
lagi, "saya rasa Anda tak perlu ribut"-ribut begitu." Ha"
diah itu berupa gelang yang bagus sekali, Miss Saver"
nake, indah sekali. Padahal saya yakin laki-laki itu sebe"
THE HOLLOW.indd 21 nar"nya tak mampu membeli barang itu. Dia baik sekali,
dan saya sama sekali tak mau mengembalikan"nya!"
"Tidak, tidak," gumam Henrietta.
"Padahal di antara kami tak ada apa-apa. Mak"sud
saya, tak ada apa-apa yang kotor. Tidak, tak ada yang be"
gi"tuan." "Tentu tidak," kata Henrietta. "Saya percaya, pasti
tak ada apa-apa." Dahinya licin kembali. Selama setengah jam berikut"
nya ia bekerja dengan asyik. Ada tanah liat yang lengket
di dahinya, dan waktu ia dengan tak sabar menyapukan
tangan ke rambutnya, tanah itu melekat pula di situ.
Ma"ta"nya tampak tajam dan kejam. Ilham itu sudah da"
tang. Ia sudah me"nemukannya...
Dalam beberapa jam lagi, ia akan bebas dari keseng"


Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saraan itu"kesengsaraan yang meningkat te"rus selama
sepuluh hari terakhir ini.
Nausicaa"ia telah dihantui oleh Nausicaa. Ia ba"
ngun ber"sama Nausicaa, sarapan bersama Nausicaa, dan
beper"gian bersama Nausicaa pula. Ia hilir"-mudik di se"
pan"jang jalan dengan gugup, kacau, dan gelisah. Ia tak
dapat me"mu"satkan pikirannya pada apa pun juga. Yang
ter"bayang olehnya hanya seraut wajah mati yang cantik,
di suatu tempat yang tak dapat dicapai oleh mata pikir"
an"nya. Bayangan itu tetap bertahan, tanpa bisa dilihat
jelas. Ia telah mewawancarai beberapa orang model, me"
nim"bang-"nimbang untuk memakai yang bertipe Yunani,
tapi kemudian merasa sangat tak puas...
Ia menginginkan sesuatu"sesuatu yang bisa di"jadi"
kannya langkah awal, sesuatu yang bisa meng"hidupkan
bayangannya yang sebagian telah dihidupkannya sen"diri.
THE HOLLOW.indd 22 Dia telah berjalan, menempuh jarak jauh, hingga tubuh"
nya letih, dan ia senang merasa letih. Ada ke"inginan
yang mendesak dan menggebu, keinginan yang amat sa"
ngat untuk... melihat. Pandangan matanya seperti orang buta bila se"dang
berjalan. Tak melihat apa-apa yang ada di sekelilingnya.
Ia tegang. Selalu tegang, dengan ha"rapan agar wajah itu
men"dekat. Ia merasa sakit, tersiksa, dan risau...
Lalu tiba-tiba bayangannya menjadi jelas. Pada suatu
hari, ketika ia naik bus dengan linglung, tanpa minat
dan tanpa tujuan, dilihatnya dengan matanya yang nor"
mal sosok Nausicaa. Ya, ia telah menemukan Nausicaa!
Wajah itu wajah yang kekanakan, dengan mulut se"
tengah terbuka, mata indah yang hampa dan tak me"li"
hat apa-apa. Gadis itu membunyikan bel supaya bus berhen"ti,
lalu ia turun. Henrietta mengikutinya.
Kini ia merasa tenang dan bisa bersikap tegas. Ia te"
lah menemukan apa yang diingininya. Ke"sengsaraan
yang disebabkan oleh usaha pencarian yang sia-sia telah
ber"akhir. "Maaf, izinkan saya berbicara pada Anda. Saya se"
orang pematung profesional, dan terus terang, bentuk
ke"pala Andalah yang sedang saya cari."
Sikapnya ramah, menarik, dan mendesak. Ia tahu ba"
gai"mana harus bersikap bila menginginkan se"suatu.
Doris Saunders tampak terkejut, bimbang, juga ter"
san"jung. "Wah, entahlah, saya tak tahu. Kalau memang hanya
kepala saya. Tapi saya belum pernah melakukan hal se"
ma"cam itu!" THE HOLLOW.indd 23 Suatu kebimbangan yang wajar, yang disusul oleh
pertanyaan halus mengenai imbalan.
"Saya tentu akan mendesak Anda agar mau mene"
rima imbalan profesional yang layak."
Maka kini duduklah Nausicaa di atas pentas, dengan
perasaan senang karena yakin bahwa daya tariknya se"
dang diabadikan, meskipun ia tidak be"gitu suka melihat
contoh-contoh hasil karya Hen"rietta yang dapat dilihat"
nya di studio itu! Dan ia juga merasa senang, karena
bisa menceritakan ten"tang dirinya sendiri pada seorang
pendengar yang kelihatannya penuh perhatian dan sim"
patik. Model itu meletakkan kacamata di meja sebe"lah"nya.
Kacamata itu jarang dipakainya, takut kalau-kalau akan
mengurangi kecantikannya. Ia ka"dang-kadang lebih suka
terpaksa berjalan dengan meraba"-raba, karena diakuinya
pada Henrietta bah"wa tanpa kacamata itu, peng"lihatan"
nya sedemikian buruk, hingga benda-benda dalam jarak
satu meter di depannya pun hampir-hampir tak ter"lihat
olehnya. Henrietta mengangguk dengan penuh pengertian. Se"
karang ia tahu alasannya, mengapa mata indah itu me?"
na"tap dengan hampa.
Waktu pun berjalan. Tiba-tiba Henrietta me"letakkan
alat-alatnya, lalu merentangkan lengan lebar-lebar.
"Nah," katanya, "saya sudah selesai. Mudah"-mudah"
an Anda tidak terlalu letih."
"Oh, tidak, terima kasih, Miss Savernake. Ini benarbenar sangat menarik. Apakah maksud Anda benar-be"
nar sudah selesai" Cepat sekali!"
Henrietta tertawa. THE HOLLOW.indd 24 "Oh, belum. Belum selesai benar. Masih banyak
yang harus saya kerjakan. Tapi yang memerlukan Anda
su"dah selesai. Saya sudah mendapatkan apa yang saya
inginkan"sudah selesai membuat dasar"nya."
Gadis itu turun dari pentas perlahan-lahan. Di"kena"
kannya kacamatanya, dan daya tarik wajah itu, yang me"
mancarkan rasa tak bersalah dan pas"rah langsung le"nyap.
Yang tinggal kini hanyalah seraut wajah cantik yang tak
berarti. Ia berdiri di dekat Henrietta, dan memandangi pa"
tung tanah liat itu. "Oh," katanya ragu-ragu, dengan suara mengan"dung
kekecewaan, "tidak sama betul dengan saya, ya?"
Henrietta tersenyum. "Memang tidak. Ini bukan potret."
Memang hampir tak ada kesamaannya. Yang penting
adalah letak mata"garis tulang pipi?"yang telah dilihat
Henrietta sebagai kunci terpen"ting dari bayangannya
tentang Nausicaa. Patung itu bukan Doris Saunders. Itu
adalah seorang gadis buta, tentang siapa orang bisa men"
ciptakan sebuah syair. Bibirnya agak terbuka, seperti bi"
bir Doris, tapi itu bukan bibir Doris. Bibir itu adalah bi"
bir yang berbicara dalam bahasa lain, dan mengeluar"kan
pikiran yang bukan pikiran Doris.
Tak ada raut yang digariskan dengan jelas. Se"bab, itu
adalah sosok Nausicaa sebagaimana yang terpatri dalam
ingatan, bukan yang dilihat...
"Yah," kata Miss Saunders ragu-ragu, "saya rasa akan
kelihatan lebih bagus bila sudah Anda terus"kan sedikit.
Apakah Anda benar-benar tidak me"merlukan saya lagi?"
"Tidak lagi, terima kasih," kata Henrietta. ("Syu"
THE HOLLOW.indd 25 kurlah tidak lagi," katanya dalam hati.) "Anda hebat se"
kali. Saya sangat berterima kasih."
Dengan cekatan ia melepas Doris pergi. Lalu ia ma"
suk kembali dan membuat kopi pahit untuk dirinya sen"
diri. Ia letih"amat letih"tapi ia se"nang. Senang dan te"
nang. "Syukurlah," pikirnya, "sekarang aku bisa men"jadi
manusia biasa lagi."
Dan pikirannya langsung terbang pada John.
"John," pikirnya. Pipinya terasa hangat, jantung"nya
tiba-tiba berdebar kencang, dan semangatnya pun me"
lambung. "Besok," pikirnya, "aku akan pergi ke The Hol"low,
dan aku akan bertemu dengan John."
Ia duduk diam-diam di dipan, sambil minum kopi
panas yang kental. Ia minum tiga cangkir. Dirasakannya
semangat hidupnya timbul kembali.
Senang rasanya menjadi manusia kembali, dan tidak
lagi merupakan makhluk lain itu, pikirnya. Senang ti"dak
lagi merasa resah, risau, dan dikejar-"kejar. Senang tak per"
lu lagi berjalan kian kemari di jalanan dengan ra"sa sedih,
sambil mencari se"suatu, dan merasa jengkel dan tak sabar
karena tak tahu benar apa yang sedang dicari! Sekarang,
syu?"kurlah, ia hanya perlu bekerja keras"siapa yang tak
mau bekerja keras" Diletakkannya cangkirnya yang kosong, lalu ia bang"
kit dan berjalan kembali ke arah Nausicaa. Dipan"dangi"
nya wajah itu beberapa lama, dan per"lahan-lahan alis"nya
pun berkerut. Bukan"tidak sama betul... Apanya yang salah"
Mata yang buta... THE HOLLOW.indd 26 Mata yang tak bisa melihat, lebih cantik dari"pada
mata mana pun yang bisa melihat. Mata yang tak meli"
hat, yang mampu mencabik-cabik hati ka"rena kebutaan"
nya. Sudahkah ia mendapatkannya" Atau belum"
Ia telah mendapatkannya, benar"tapi ia juga telah
mendapatkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang tidak di"
ren"canakan dan tidak dipikirkannya. Ben"tuknya su"dah
benar"ya, itu pasti. Tapi dari mana didapatkan"nya ga"
gasan samar yang tak jelas itu...
Gagasan mengenai suatu pikiran jahat yang suka me"
nyalahkan orang lain. Padahal ia sebenarnya tidak mendengarkan?"tidak
men?"dengarkan dengan bersungguh-sungguh. Namun,
entah bagaimana"gagasan itu masuk me"lalui telinga"nya,
dan keluar lagi melalui jemarinya, dan langsung mem"
bentuk diri dalam tanah liat itu.
Dan ia takkan bisa, ia yakin takkan bisa menge"luar"
kan"nya lagi. Henrietta berbalik dengan mendadak. Barangkali itu
hanya angan-angannya. Ya, itu pasti hanya angan-angan"
nya. Pasti ia akan merasa lain besok pagi. "Alang"kah
mu"dahnya orang terpenga"ruh," pikirnya dengan mu"
rung. Dengan wajah mengernyit ia berjalan ke ujung stu"
dio, dan berdiri di depan patung yang dinamai"nya Si
Pemuja. Yang itu bagus, terbuat dari kayu pohon pir, bentuk"
nya tepat seperti yang diinginkannya. Sudah lama sekali
patung itu disimpan dan dipagarinya.
Dipandanginya patung itu dengan cermat. Ya, pa"
tung itu memang bagus. Tak perlu diragukan lagi.
THE HOLLOW.indd 27 Itulah hasil karyanya yang terbaik, selama bertahuntahun. Itu dulu dibuatnya untuk The In"ternational
Group. Ya, itu meru"pakan barang pa"meran yang lain dari"
pada yang lain. Waktu membuatnya, ia telah mendapatkan citra"nya,
pribadinya, kekuatan pada otot lehernya, pun"daknya
yang melengkung, wajahnya yang agak terangkat"wa"
jah yang tidak memiliki raut, karena pemujaan meng"
hilangkan sifat pribadi. Ya, pemasrahan diri, pemujaan"pemujaan total
yang melebihi pengidolaan.
Henrietta mendesah. Kalau saja John dulu tidak
marah, pikirnya. Kemarahan John waktu itu membuatnya ter"kejut.
Kemarahan itu telah membuka matanya ten"tang John,
memperlihatkan sesuatu yang menurut"nya tidak disa"dari
oleh John sendiri. Waktu itu John berkata dengan tegas, "Kau tak bo"
leh memamerkan itu!"
Dan dengan sama tegasnya ia menjawab, "Tetap
akan kupamerkan." Perlahan-lahan ia kembali pada Nau"si"caa. Tak ada
satu pun yang tak bisa diperbaikinya pa"da pa"tung itu,
pikirnya. Disemprotnya patung itu, lalu diselu"bunginya
dengan kain lembap. Patung itu masih harus didiamkan,
sampai hari Senin atau hari Selasa. Ia tak perlu terburuburu. Ia hanya memerlukan kesa"baran.
Di hadapannya terbentang tiga hari penuh kese"
nangan bersama Lucy, Henry, dan Midge"dan John!
Ia menguap dan menggeliat seperti seekor ku"cing,
dengan rasa senang dan bebas, meregangkan setiap otot
THE HOLLOW.indd 28 sampai setegang-tegangnya. Tiba-tiba ia merasa amat
letih. Ia mandi dengan air panas, lalu tidur, berbaring te"
lentang memandangi bintang-bintang di langit. Lalu
matanya beralih ke satu-satunya lampu yang dibiarkan"
nya menyala, bola lampu kecil yang me"nerangi kedok
kaca yang merupakan salah satu hasil karyanya yang pa"
ling awal. Kini hasil karya itu tampak jelek di mata"nya.
Memberikan kesan konvensional.
Untunglah orang terus berkembang, pikir Hen"rietta.
Sekarang, tidur! Kopi pahit kental yang telah di"
minumnya tidak mengakibatkan ia tak bisa tidur kalau
ia sendiri tidak menghendakinya. Sudah lama ia menga"
jari dirinya sendiri irama terpen"ting yang bisa mengatur
kantuk bila kita kehendaki.
Kita ambil pikiran-pikiran dari otak kita, kita pilih
pikiran-pikiran itu, lalu tanpa membiarkannya mengua"
sai diri kita, kita lepaskan lagi se"muanya. Jangan digeng"
gam, jangan disimpan, dan jangan dipusatkan. Biarkan
saja pikiran-pikiran itu berlalu dengan mulus.
Di luar, di Mews, terdengar sebuah mobil sedang di"
per"cepat jalannya. Di suatu tempat terde"ngar suara serak
seseorang yang berteriak dan tertawa. Semua suara itu
dimasukkannya ke arus bawah sadarnya...
Mobil itu diangankannya sebagai seekor hari"mau
yang mengaum"berwarna kuning dan hitam, bergarisgaris seperti garis-garis daun"daun-daun dan bayangbayang"sebuah hutan belantara yang panas"lalu ke
sungai"sebuah sungai lebar di daerah tropis"mengalir
ke arah laut, dan sebuah kapal yang akan berangkat"
dan suara-suara serak yang menyerukan selamat jalan"
THE HOLLOW.indd 29 dan John yang berdiri di sampingnya di dek kapal"ia
akan be"rangkat bersama John"laut biru"mereka pergi
ke ruang makan kapal"ia tersenyum pada John yang
duduk di seberang meja, seperti ketika mereka makan
ma"lam di restoran Maison Doree. Kasihan John"ia
marah sekali! Lalu mereka keluar ke udara segar"me"
luncur di dalam mobil"dengan halus, tanpa tenaga,
me"laju keluar dari London?"mendaki ke arah Shovel
Down"pohon-pohon?"menikmati keindahan pohonpohon"The Hollow"Lucy"John"John"Penyakit
Ridge"way"John tersayang...
Kini ia berada dalam keadaan tak sadar, lalu beralih
ke dalam keadaan bahagia sempurna...
Tapi kemudian, suatu rasa tak enak, suatu pe"rasaan
bersalah, serasa menariknya kembali. Se"suatu yang seha"


Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rus"nya dilakukannya. Sesuatu yang telah dihindarinya.
Nausicaa" Perlahan-lahan dan dengan enggan Henrietta bangkit
dari tempat tidur. Dinyalakannya lampu, lalu ia berjalan
ke seberang, ke penyangga patung. Dibukanya kain pe"
nu"tup patung itu. Ia menarik napas dalam-dalam.
Bukan, itu bukan Nausicaa"itu Doris Saunders!
Hen?"rietta merasa terpukul. Ia lalu meyakinkan dirinya,
"Aku bisa membetulkannya... Aku bisa membetulkan"
nya... "Bodoh," katanya pada diri sendiri. "Kau tahu betul
apa yang harus kaulakukan."
Karena bila hal itu tidak dilakukannya sekarang,
segera, besok ia takkan punya keberanian lagi. Rasanya
THE HOLLOW.indd 30 seperti merusak darah daging sendiri. Me"nyakitkan. Ya,
hal itu memang menyakitkan.
"Mungkin begitulah perasaan kucing, bila salah satu
anaknya cacat, dan ia membunuhnya," pikir"nya.
Ia menarik napas pendek dan dalam. Cepat-"cepat di"
am"bilnya patung tanah liat itu, diangkatnya dari penyang"
ganya, dibawanya gumpalan besar dan berat itu, lalu
dimasukkannya ke tempat pembuangan tanah liat.
Ia berdiri tak bergerak sambil menarik napas dalamdalam, memandangi tangannya yang kotor kena tanah
liat. Rasa sakit itu masih ada"sakit fisik dan mental.
Lambat-lambat dibersihkannya tanah liat dari tangan"
nya. Ia kembali ke tempat tidur dengan perasaan hampa
namun tenang. Nausicaa takkan datang lagi, pikirnya sedih. Ia telah
lahir, telah dikotori, dan meninggal.
Aneh, pikir Henrietta, mengapa benda mati sam"pai
bisa meresap ke dalam diri kita, tanpa kita sadari.
Padahal sebenarnya ia tidak mendengarkannya?"
tidak mendengarkan dengan sungguh-sungguh?"namun
pikiran Doris yang murahan, yang suka menyalahkan
orang lain, telah meresap ke dalam pikirannya, dan tan"
pa disadarinya telah memenga"ruhi tangannya.
Dan kini, apa yang semula merupakan Nausicaa"
Doris"hanya tinggal tanah liat"tinggal bahan mentah,
yang segera bisa dibentuk menjadi se"suatu yang lain
lagi. Sambil merenung, Henrietta berpikir, "Jadi, itu"kah
kematian" Apakah yang kita sebut kepribadian itu hanya
THE HOLLOW.indd 31 pembentukannya"yaitu kesan dari pikiran sese"orang"
Pikiran siapa" Pikiran Tuhan-kah"
Bukankah begitu menurut pikiran Peer Gynt" Di ma"
nakah aku, diriku sendiri, manusia yang utuh, manu"sia
sejati" Di manakah aku yang memiliki tanda Tuhan di
dahiku" Apakah John merasa begitu" John letih sekali bebe"
rapa malam yang lalu. Ia tidak bersemangat. Penyakit
Ridgeway. Tak satu pun dari buku-buku itu memberikan
petunjuk siapa Ridgeway itu! Bodoh, pikirnya. Ia ingin
tahu. Penyakit Ridgeway?"John...
THE HOLLOW.indd 32 BAB III John Christow duduk di ruang periksanya. Ting"gal
seorang lagi pasien yang harus diperiksa. Dengan mata
yang memberikan simpati dan semangat, ia me"man"dangi
pasiennya yang sedang memaparkan penyakitnya, menje"
laskan dan mencerita"kan sampai ke hal-hal sekecil-kecil"
nya. Sekali-"sekali ia mengangguk dengan penuh penger"
tian. Ia bertanya dan memberikan petunjuk-petunjuk. Ia
memandangi si penderita dengan tatapan lembut. Dr.
Chris"tow memang baik sekali! Ia benar-benar menaruh
minat"benar-benar turut memi"kirkan. Baru berbicara
dengannya saja orang sudah me"ra"sa lebih sehat.
John Christow menarik secarik kertas, lalu mu"lai me"
nulis. Sebaiknya berikan obat pencuci perut saja pada
wanita ini, pikirnya. Buatan Amerika yang baru itu,
yang dikemas dengan bagus dalam cellophane, dan di"
warnai dengan warna merah muda yang menarik. Obat
itu juga mahal dan sulit didapatkan. Tidak setiap apotek
punya persediaan"nya. Mungkin wanita itu harus men"
carinya ke tempat kecil di Wardour Street itu. Begitu
lebih baik. Ia akan terbebas dari wanita itu selama satu
THE HOLLOW.indd 33 atau dua bulan. Setelah itu, ia harus memikirkan se"
suatu yang lain lagi. Sebenarnya tak ada yang bisa di"
obati"nya pada diri wanita itu. Hanya tubuh"nya yang
lemah, tapi tak ada yang perlu disem"buhkan! Tak ada
yang perlu dipikirkan. Tidak seperti Mrs. Crabtree...
Pagi itu amat membosankan. Dari segi keuang"an me"
mang menguntungkan, tapi tak lebih dari itu. Tuhan,
alangkah letihnya dia! Ia bosan mengha"dapi wanita-wa"
nita yang sakit-sakitan, dengan se"gala macam keluhan"
nya. Ia hanya perlu mem"berikan obat-obat untuk mere"
dakan dan meringan"kan rasa sakit"tak lebih dari itu.
Kadang-kadang ia berpikir apakah semua itu ada guna"
nya, tapi kemudian ia ingat akan Rumah Sakit St. Chris"
topher dan tempat-tempat tidur yang berderet-deret di
bangsal Margaret Russell, serta Mrs. Crabtree yang ter"
tawa lebar padanya dengan mulutnya yang tak ber"gigi.
Ia dan Mrs. Crabtree saling mengerti! Wanita tua itu
seorang pejuang, tidak seperti wanita lemah yang lum"
puh di tempat tidur di sebelahnya. Mrs. Crabtree ber"
ada di pihaknya. Ia bertekad ingin hidup. Hanya Tu"han
yang tahu mengapa ia punya keinginan itu. Padahal ia
tinggal di suatu permu"kiman kumuh dengan suaminya
yang peminum dan anak-anaknya yang ba"nyak, yang
tak bisa diatur. Ia sendiri harus bekerja setiap hari, tak
sudah-sudahnya menyikat lantai entah berapa banyak
kantor. Ia harus bekerja membanting tulang, dan hanya
sedikit sekali kesenangannya! Namun ia tetap ingin
hidup. Mrs. Crabtree menikmati hidup, seperti juga dia,
John Christow, menikmati hidup"nya! Bukan keadaan
yang berhubungan dengan hidup yang mereka nikmati,
melainkan hidup itu sendiri"kenikmatan karena memi"
THE HOLLOW.indd 34 liki keberadaan. Aneh, itu merupakan sesuatu yang tak
dapat dijelaskan. Ia harus membicara"kan hal itu dengan
Henrietta, pikirnya. Ia bangkit untuk menyertai pasiennya ke pintu. Di"
genggamnya tangan wanita itu dengan hangat, ramah,
dan membesarkan hati. Suaranya pun membesarkan
hati, penuh perhatian, dan simpati. Wanita itu pergi da"
lam keadaan bersemangat lagi, bahkan boleh dikatakan
berbahagia. Dr. Christow selalu penuh perhatian!
Begitu pintu tertutup di belakang wanita itu, John
Christow langsung lupa padanya. Bahkan waktu ia berada
di dalam kamar itu pun sebenar"nya John hampir tidak
menyadari kehadirannya. Ia hanya menjalankan tu"gas.
Semua dikerjakannya se"cara otomatis. Namun, mes"kipun
kegiatan itu bo"leh dikatakan tidak menyentuh per"mukaan
perasa"annya, ia toh telah mengeluarkan tena"ga. Reaksi"nya
adalah reaksi otomatis seorang dokter, dan ia merasa ener"
ginya berkurang. "Ya, Tuhan, aku letih," pikirnya lagi.
Tinggal seorang pasien lagi. Setelah itu, ia bisa me"
nik?"mati suasana akhir pekan yang ceria. Ia mem"ba"
yangkan hal itu dengan rasa syukur. Daun"-daun ke"emas"
an yang diselingi warna-warna merah dan cokelat,
ha"rum"nya musim gugur yang lembap dan lembut, jalan"
an yang melewati hutan dan api di perapian. Lucy,
makh"luk yang paling unik dan menyenangkan, dengan
pikiran"nya yang aneh, sulit ditangkap, dan kacau. Tapi
ia lebih suka bertamu di rumah Henry dan Lucy dari"
pada di rumah siapa pun di Inggris. Dan The Hollow
adalah rumah yang paling menyenangkan. Pada hari
Minggu, biasanya ia berjalan-jalan di hutan dengan Hen"
THE HOLLOW.indd 35 riet"ta"naik sampai ke puncak bukit dan di sepanjang
pung"gungnya. Bila sedang berjalan-jalan dengan Hen"
rietta, ia lupa bahwa ada orang-orang sakit di dunia ini.
Syukurlah Henrietta tak pernah sakit, pikirnya.
Kemudian mendadak muncul pikirannya yang diwar"
nai rasa humor, "Kalaupun dia sakit, dia takkan mau ka"
lau aku yang merawatnya!"
Tinggal seorang lagi pasien yang harus diperiksanya.
Ia harus menekan bel di mejanya untuk memanggil pa"
sien itu. Tapi, tanpa disadarinya be"nar, hal itu tidak dila"
kukannya. Ia sudah terlambat. Pasti makan siang sudah
siap di kamar makan, di lantai atas. Gerda dan anakanak pasti menunggu. Ia harus melanjutkan peker"jaan"
nya... Tapi ia masih saja duduk tanpa bergerak. Ia letih"
amat letih. Akhir-akhir ini keletihan itu makin terasa. Ber"akar
dari kekesalan yang sering muncul dan makin menjadijadi. Hal itu disadarinya, tapi tak dapat dikuranginya.
Kasihan Gerda, pikirnya, dia harus banyak menye"suai"
kan diri. Kalau saja Gerda tidak selalu begitu penga"lah,
tidak selalu bersedia meng"akui dirinya bersalah, padahal
dalam banyak hal John-lah yang bersalah! Ada"kalanya,
segala se"suatu yang dikatakan atau dilakukan Gerda me"
nimbulkan rasa jengkelnya. Yang paling men"jeng"kelkan
justru sifat-sifat baik Gerda, pikirnya de"ngan murung.
Kesabaran Gerda, sifatnya yang ti"dak memen"tingkan di"
ri sendiri dan selalu menga"lah demi suami, semua itu
menimbulkan rasa tak senangnya. Gerda tak pernah ma"
rah menghadapi ledakan-ledakan amarah suaminya, tak
THE HOLLOW.indd 36 pernah mempertahankan pendiriannya, dan tak pernah
me"nyatakan keinginannya sendiri.
Yah, pikir John Christow, itulah sebabnya kau me"
nga?"wininya, bukan" Apa yang kaukeluhkan" Bukankah
itu keputusanmu sendiri setelah musim panas di San
Miguel itu" Kalau dipikirkan, memang aneh bahwa justru sifatsifat Gerda yang menjengkelkannya itulah yang ingin be"
nar ditemukannya pada diri Henrietta. Apa-"apa yang
men"jengkelkannya pada diri Henrietta?"tidak, kata-kata
itu tidak tepat. Bukan rasa jengkel yang ditimbul"kan
oleh Henrietta, melainkan rasa marah. Yang mem"buat"nya
marah pada diri Henrietta adalah kejujuran Henrietta
yang tak tergoyahkan, sehu"bungan dengan dirinya. Me"
nyim?"pang sekali dengan sikapnya terhadap dunia pada
umumnya. Pada suatu kali, John pernah berkata, "Kurasa
kau seorang pembohong besar."
"Mungkin," jawab Henrietta.
"Kau bersedia mengatakan apa saja pada orang"orang, agar mereka senang."
"Menurutku, itu selalu lebih penting."
"Lebih penting daripada berkata benar?"
"Jauh lebih penting."
"Kalau begitu, demi Tuhan, tak bisakah kau berbo"
hong agak lebih banyak pada diriku?"
"Apakah itu yang kauinginkan?"
"Ya." "Maaf, John, aku tak bisa."
"Kau pasti tahu apa yang kuingin kaukatakan..."
Ah, sudahlah, tak usah memikirkan Henrietta lagi.
Ia akan bertemu dengan Henrietta petang ini. Yang
THE HOLLOW.indd 37 harus dilakukannya sekarang adalah menye"lesaikan se"
mua tugasnya! Menekan bel, lalu me"meriksa wanita ter"
akhir yang menjengkelkan itu. Seorang lagi makhluk
yang sakit-sakitan! Pasti ha"nya sepersepuluh keluhan ten"
tang penyakitnya saja yang benar, sedang"kan sembilan
persepuluh sisa"nya hanya merupakan hipo"kondria! Ah,
biar saja wanita itu menikmati penyakit-penyakitnya.
Toh ia mau membayar untuk itu. Keadaan itu mengim"
bangi orang-orang seperti Mrs. Crabtree di dunia ini.
Tapi ia tetap saja duduk tanpa bergerak.
Ia letih"amat letih. Rasanya sudah lama ia letih
begini. Ada sesuatu yang diinginkannya?"sangat diingin"
kannya. Lalu tiba-tiba muncul dalam pikirannya, "Aku ingin
pulang." Ia terkejut sendiri. Dari mana datangnya pikiran itu"
Dan apa artinya" Pulang" Ia tak pernah me"rasa punya
rumah. Orangtuanya berdarah campur"an India. Ia di"
besarkan berpindah-pindah, dari satu paman ke bibi yang
lain, menghabiskan masa libur dengan salah satu di an"
tara mereka. Rasanya ru"mah permanen pertama yang di"
milikinya adalah rumah di Harley Street ini.
Apakah rumah ini dianggapnya sebagai rumah"nya
sendiri" Ia menggeleng. Ia tahu, ia tidak me"rasa memi"
likinya. Tapi suatu rasa ingin tahu yang bersifat medis
telah timbul. Apa artinya kata-kata yang tiba-tiba melin"
tas dalam pikirannya tadi"
Aku ingin pulang. Pasti ada sesuatu"suatu bayangan.
Ia setengah memejamkan matanya. Pasti ada sesuatu
yang melatarbelakangi kata-kata itu. Kemudian dalam
THE HOLLOW.indd 38 bayangannya tampak dengan jelas Laut Tengah yang
berwarna biru tua, pohon-"pohon palem, kaktus, dan
buah pir yang enak di lidah. Serasa tercium lagi olehnya
bau debu mu"sim panas, dan ia teringat rasa sejuk air
setelah berbaring berjemur di pantai. San Miguel!
Ia terkejut"dan agak jengkel. Sudah bertahun"tahun ia tak ingat akan San Miguel. Ia sama sekali tak
ingin kembali ke sana. Semua itu adalah bagi"an dari
masa lalunya. Itu sudah dua belas"empat belas"lima belas tahun
yang lalu. Dan ia telah mengambil tindakan yang tepat!
Pertimbangannya waktu itu benar se"kali! Waktu itu ia
tergila-gila pada Veronica, tapi hal itu tidak akan ber"
akibat baik. Veronica akan menelannya lahir dan batin.
Veronica benar-benar wanita egois, dan ia tak enggan
mengatakan hal itu! Veronica selalu merampas apa saja


Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang di"inginkannya, tapi ia tidak berhasil merampas
John! Ia telah berhasil meloloskan diri. Ia menyadari
bah"wa ditinjau secara umum, ia telah memper"lakukan
Veronica dengan buruk. Dengan kata lain, dia telah
meng"khianati Veronica! Tapi yang sebe"narnya adalah ia
ingin hidup dengan caranya sen"diri, sedangkan Veronica
takkan membiarkannya melakukan hal itu. Veronica
ingin dialah yang hidup dengan caranya sendiri, dan dia
ingin mem"bawa John serta sebagai tambahan.
Veronica terkejut waktu John menolak ikut dengan"
nya ke Hollywood. Dengan angkuh Veronica berkata, "Kalau kau benarbenar ingin menjadi dokter, kurasa kau bisa mengambil
gelar itu di sana. Tapi sebenarnya itu tak perlu. Peng"
THE HOLLOW.indd 39 hasilan"mu sudah cukup untuk hi"dupmu, dan aku bisa
mencari uang banyak."
John Christow menjawab dengan marah, "Tapi aku
sangat mencintai profesiku. Aku akan bekerja dengan
Radley." Suaranya"setara dengan seorang anak muda yang
masih bersemangat"terdengar amat keras.
Veronica mendengus. "Huh, orang tua lucu yang brengsek itu?"
"Ya, orang tua lucu yang brengsek itu," sahut John
dengan marah. "Tapi dia telah melakukan riset yang pa"
ling berharga mengenai Penyakit Pratt..."
Veronica memotong kata-kata itu. "Siapa yang pe"
duli tentang Penyakit Pratt" Iklim di California nyaman
sekali," katanya. "Dan tentu menyenang"kan sekali kalau
kita bisa melihat-lihat dunia." Dan ditambahkannya,
"Aku takkan bisa menik"matinya tanpamu. Aku meng"
ingin"kan kau, John. Aku membutuhkanmu."
Lalu John mengemukakan usul, yang menurut Vero"
nica sangat tak masuk akal, yaitu supaya Vero"nica me"
nolak tawaran Hollywood, menikah dengan"nya, dan
hidup tenang bersamanya di London.
Veronica merasa geli mendengar usul itu, dan ia te"
tap bertahan! Ia tetap akan pergi ke Hollywood. Ia men"
cintai John, John harus menikah dengannya dan ikut
ber"samanya. Ia tidak meragukan kecantik"an dan kemam"
puannya. John menyadari bahwa hanya ada satu penyele"saian,
dan itulah yang dilakukannya. Ditulisnya surat pada
Vero"nica, memutuskan pertunangan me"reka.
Ia menderita sekali, tapi ia tidak meragukan kebe"
THE HOLLOW.indd 40 naran langkah yang telah diambilnya. Ia kem"bali ke
Lon"don, dan mulai bekerja dengan Radley. Setahun ke"
mudian ia menikah dengan Gerda yang sangat jauh
berbeda dari Veronica. Pintu terbuka, sekretarisnya, Beryl Collins, ma"suk.
"Masih ada Mrs. Forrester yang harus Anda periksa."
"Saya tahu," sahutnya singkat.
"Saya pikir Anda lupa."
Beryl menyeberangi ruangan, lalu keluar dari pintu
di ujung. Christow mengikuti gerakannya dengan mata"
nya. Beryl memang seorang gadis yang biasa-biasa saja,
tapi sangat efisien. Sudah enam tahun gadis itu bekerja
dengannya. Tak pernah ia membuat kesalahan. Tak per"
nah ia bingung, susah, atau tergesa-gesa. Rambutnya hi"
tam, kulit wajahnya ke"ruh, dan bentuk dagunya meng"
gambarkan kekeras"an hatinya. Melalui kacamatanya
yang tebal, mata"nya yang berwarna kelabu jernih menga"
mati ma"jikannya dan seluruh dunia dengan penuh mi"
nat, tapi tanpa perasaan.
John memang menginginkan seorang sekretaris yang
tidak cantik dan tak punya pikiran macam-"macam ten"
tang dirinya sendiri. Dan ia telah men"dapatkan orang
se"macam itu. Tapi anehnya, ka"dang-kadang John Chris"
tow merasa kesal. Sebab menurut kebiasaan di pentas
dan dalam cerita-"cerita fiksi, Beryl seharusnya memuja
majikannya mati-matian. Tapi John tahu benar bahwa
ia sama sekali tidak berarti apa-apa bagi Beryl. Tak ada
pemujaan, tak ada pengorbanan diri. Beryl meng"anggap"
nya benar-benar hanya sebagai manusia biasa. Ia tetap
tidak terkesan oleh pribadi majikannya, tidak terpenga"
THE HOLLOW.indd 41 ruh oleh daya tariknya. John bahkan kadang-kadang me"
ra"gukan apakah Beryl menyukai"nya.
Pada suatu kali, John pernah mendengar Beryl ber"
bicara dengan seorang temannya, melalui telepon.
"Tidak," katanya waktu itu. "Kurasa dia tidak terlalu
egois. Mungkin lebih tepat kalau dikatakan dia kurang
berpikir dan kurang perhatian."
John tahu Beryl sedang membicarakan diri"nya, dan
selama 24 jam ia me"rasa jengkel sehubungan dengan hal
itu! Pemujaan Gerda yang tanpa batas menjengkel"kan"nya,
tapi sikap dingin Beryl pun menjengkel"kannya. Rasa"nya
hampir segala-galanya membuat"ku jengkel, pikirnya.
Adakah sesuatu yang tak beres dengan diriku" Apa"
kah karena aku bekerja terlalu keras" Mung"kin... tidak,
itu hanya alasan yang dicari-cari. Rasa tak sabarnya
yang makin menjadi-jadi, rasa letih yang menjengkelkan
ini, pasti ada alasan yang lebih dalam. "Ini tak boleh
dibiar"kan. Aku tak boleh begini terus. Ada apa dengan
diriku" Kalau saja aku bisa pergi," pikirnya.
Timbul lagi pikiran itu"pikiran membabi buta
yang menginginkan kebebasan.
Aku ingin pulang. Persetan semuanya, Harley Street 404 adalah rumah"
nya! Dan sekarang Mrs. Forrester sedang duduk di ruang
tunggu. Ia seorang wanita yang membosan"kan, terlalu
banyak uang dan waktu luang untuk memikirkan penyaki"t"
nya. Seseorang pernah berkata padanya, "Anda pasti bo"
san sekali pada pasien-pasien Anda yang kaya-"kaya,
THE HOLLOW.indd 42 yang se"lalu mengangankan diri mereka sakit. Pasti
menye"nangkan sekali mengobati orang-orang miskin,
yang baru datang bila mereka benar-benar sakit!" Waktu
itu ia hanya tertawa! Aneh, orang-orang selalu mem"be"
sar"-besarkan persoalan bila berbicara tentang orangorang mis"kin. Seharusnya mereka melihat Mrs. Pearstock
tua, yang pergi ke lima klinik yang berbeda setiap ming"
gu, dan membawa pulang berbotol-botol obat. Obat
gosok un"tuk punggungnya, obat minum untuk batuk"
nya, obat pen"cahar, dan ramuan-ramuan untuk pencer"
naannya! "Sudah empat belas tahun saya minum obat
berwarna cokelat ini, Dokter, dan inilah satu-"satu"nya
yang me"nyembuhkan saya. Dokter muda itu mem"beri
saya resep obat putih, minggu yang lalu. Sama sekali
tidak me"nolong! Tentu saja, ya, Dokter" Maksud saya,
saya su"dah empat belas tahun minum obat cokelat itu,
dan kalau saya tidak meminum obat cair dan pil-pil ber"
warna cokelat itu... Serasa terngiang di telinganya suara melengking itu
sekarang"kesehatannya baik sekali, tak kurang suatu
apa"hingga semua obat yang diminumnya pun tidak
terlalu mengganggu! Mrs. Pearstock yang miskin dari Tottenham, dan
Mrs. Forrester yang kaya dari Park Lane Court, mereka
berdua sama saja. Sebagai dokter, ia men"dengarkan me"
reka, dan mencatat pada kertas kaku yang mahal, atau
pada kartu rumah sakit biasa...
Ya, Tuhan, ia bosan akan semua ini.
Laut biru, harumnya bunga mimosa yang lem"but dan
manis, debu yang panas...
Lima belas tahun yang lalu. Semua itu sudah berla"
THE HOLLOW.indd 43 lu"ya, sudah lewat dan berlalu, syukurlah! Syukurlah ia
dulu punya keberanian untuk me"mutuskan hubungan itu.
Keberanian" kata suatu suara halus dalam diri"nya.
Begitukah kau menamakannya"
Yah, ia telah mengambil tindakan yang bijak, bukan"
Ia telah berhasil melepaskan dirinya de"ngan paksa. Per"
setan semua, sakitnya bukan main! Tapi ia telah ber"hasil
lolos, melepaskan diri, pulang, dan menikah dengan
Gerda. Ia telah mendapatkan seorang sekretaris yang tidak
cantik, dan ia telah menikah dengan seorang wanita
yang biasa-biasa pula. Itu yang diinginkan"nya, bukan"
Ia sudah muak dengan kecantikan, bukan" Ia telah me"
lihat apa yang bisa diperbuat orang seperti Veronica
dengan kecantikannya, dan telah dilihatnya pula akibat
perbuatan itu terhadap kaum pria tertentu. Setelah
putus dari Veronica, ia menginginkan keamanan. Ke"
amanan, kedamaian, dan cinta kasih, serta hal-hal yang
tenang dan langgeng dalam hidup. Pokoknya, ia meng"
inginkan Gerda. Ia menginginkan seseorang yang mau
me"nyesuaikan diri dengannya dalam memandang hi"dup,
mau menerima keputusan yang diambilnya, dan sesaat
pun tidak punya gagasan-gagasan sen"diri.
Siapakah yang mengatakan bahwa tragedi hidup yang
sebenarnya adalah bila kita mendapatkan apa-apa yang
kita kehendaki" Dengan marah ditekannya bel pemanggil di me"ja"
nya. Ia akan memeriksa Mrs. Forrester.
Ia menghabiskan waktu seperempat jam untuk me"
me?"riksa Mrs. Forrester. Kali ini pun ia me"nerima uang
THE HOLLOW.indd 44 dengan mudah. Kali ini pun ia men"dengarkan, bertanya
ini-itu, mengembalikan keper"cayaan diri pasiennya, mem?"
berikan simpati, dan menanamkan sedikit tenaga penyem"
buhannya sen"diri. Kali ini pun ia membuatkan resep un"
tuk obat yang mahal. Wanita sakit-sakitan yang menderita gangguan saraf,
dan tadi berjalan masuk dengan terseret-seret ke ruang
periksa, kini meninggalkannya dengan langkah yang
lebih mantap. Pipi-pipinya tampak berseri, dan ia agak"
nya merasa bahwa hidup ini ternyata masih pantas di"
jalani. John Christow bersandar di kursinya. Kini ia sudah
bebas dan bisa pergi ke lantai atas untuk menyer"tai Ger"
da dan anak-anak bebas dari kesibukan-kesi"bukan menge"
nai penyakit dan segala macam penderi"taan, selama akhir
pekan ini. Tapi ia masih saja merasakan keengganan yang aneh
untuk bergerak. Kemauannya seakan-akan le"nyap.
Ia letih"letih"letih.
THE HOLLOW.indd 45 BAB IV Di ruang makan di dalam flat, di atas ruang periksa itu,
Gerda Christow sedang memandangi sepotong daging
paha domba. Sebaiknya daging itu dibawa kembali ke dapur un"
tuk dipanasi atau tidak"
Kalau John masih lama, daging itu akan dingin dan
membeku, dan tentu tak enak sekali.
Tapi pasien terakhir sudah pergi, dan John akan
naik setiap saat. Bila daging itu disuruh bawa ke dapur
lagi, pasti terlambat. John akan tak sabar, dan pasti ber"
kata, "Kau tentu tahu bahwa aku sudah akan naik..."
Dalam nada bicaranya pasti akan terdengar rasa kesal
tertahan yang begitu dikenal dan ditakutinya. Apalagi,
mungkin daging itu jadi terlalu masak dan kering, pada"
hal John benci sekali daging yang terlalu matang.
Tapi sebaliknya, ia juga sangat tak suka makan"an
dingin. Pokoknya makanan itu enak dan panas. Pikirannya
mundur-maju, rasa sedih dan bingung"nya makin ber"
tambah. THE HOLLOW.indd 46 Rasanya seluruh dunia telah menciut menjadi se"
potong daging paha domba yang tengah mendi"ngin di
piring. Di sisi lain meja, Terence, anak laki-lakinya yang ber"
umur dua belas tahun, berkata, "Bila garam-garam bora"
cic terbakar, nyalanya hijau, se"dangkan garam-garam so"
dium kuning." Gerda melihat dengan linglung ke seberang meja, ke
wajah Terence, yang berbentuk segi empat dan ber"bin"
tik-bintik hitam. Ia tak mengerti apa yang dikatakan
anak itu. "Apakah Mama tahu itu?"
"Tahu apa, Sayang?"
"Mengenai garam-garaman."
Mata Gerda beralih dengan linglung ke arah botol
garam. Ya, di meja itu ada garam dan lada. Itu bagus.
Ming"gu lalu, Lewis lupa menaruhnya di situ, dan John
jadi jengkel. Selalu ada-ada saja.
"Itu merupakan salah satu percobaan kimia," kata
Teren"ce dengan suara merenung. "Aku suka sekali."
Zena, gadis kecil sembilan tahun yang berwajah can"
tik dan agak hampa, merengek, "Aku sudah ingin ma"
kan. Tak bisakah kita mulai sekarang, Mama?"
"Sebentar lagi, Sayang. Kita harus menunggu Papa."
"Sebenarnya kita sudah bisa mulai," kata Terence.
"Papa tidak akan marah. Mama kan tahu betapa cepat"
nya Papa makan." Gerda menggeleng. Apakah sebaiknya daging itu dipotong-potong" Tapi
ia tak ingat, di sebelah mana harus menusuk"kan pisau".
Mungkin Lewis sudah meletakkan pisaunya di tem"pat
THE HOLLOW.indd 47 yang tepat, tapi kadang-kadang itu tidak dilaku"kannya,
dan John selalu jengkel kalau daging dipotong-potong
dengan cara yang salah. Dan dengan perasaan putus asa


Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gerda ingat bahwa ia selalu memotong-motong"nya de"
ngan cara yang salah. Wah, kuahnya sudah dingin seka"
li"di atasnya sudah terbentuk lapisan kulit. Ia harus
mem"bawanya ke dapur lagi. Tapi bagaimana kalau John
datang" Ia pasti datang sekarang.
Pikirannya berputar-putar dengan sedih, seperti se"
ekor binatang yang terjerat.
John Christow sedang duduk bersandar di kursi di
ruang periksanya, sambil mengetuk-ngetukkan jari di me"
ja di depannya. Ia menyadari bahwa di lantai atas ma?"kan
siang pasti sudah tersedia, na"mun ia tak sanggup me"mak"
sa dirinya untuk bang"kit.
San Miguel"laut biru"harumnya bunga mi"mosa"
bunga tritoma berwarna merah tua yang berdiri tegak
di sisi daun-daunnya yang hijau?"matahari panas"de"
bu"rasa cinta dan derita yang sangat mendalam...
"Oh, Tuhan, jangan yang itu," pikirnya. "Jangan
yang itu lagi! Itu sudah berlalu."
Tiba-tiba ia merasa alangkah baiknya bila ia tak per"
nah mengenal Veronica, tak pernah menikah de"ngan Ger?"
da, tak pernah bertemu dengan Henrietta. Mrs. Crab"tree
lebih baik daripada mereka se"mua, pikirnya. Minggu pe"
tang yang lalu merupa"kan hari sial. Waktu itu ia sudah
merasa senang sekali melihat reaksi pengo"batannya. Wa"
nita tua itu sudah bisa tahan .005. Lalu tiba-tiba ter"jadi
kenaikan keracunan yang menakutkan itu, dan re"aksi D.
L.-nya negatif, padahal seharusnya posi"tif.
Nenek tua itu terbaring dengan wajah biru, dan ter"
THE HOLLOW.indd 48 engah-engah mencari napas, sambil melihat pa"danya de"
ngan tatapan tajam dan mengejek.
"Anda menjadikan saya kelinci percobaan, Dok"ter"
Untuk mencobakan obat-obat yang lebih hebat itu?"
"Kami ingin menyembuhkan Anda," sahutnya sam"
bil membungkuk dan tersenyum.
"Maksud Anda, mencobakan keahlian Anda!" Tibatiba wanita itu tertawa. "Boleh saja, saya tidak kebe"
ratan. Teruskan saja, Dokter! Harus ada seseorang yang
pertama-tama menjalaninya, bu"kan" Waktu masih kecil,
saya minta rambut saya dikeriting. Itu sama sekali tidak
sulit waktu itu! Saya jadi seperti negro. Rambut saya tak
bisa disisir. Tapi, yah... saya suka. Anda boleh meng"ada"
kan percobaan terhadap saya. Saya tahan."
"Anda merasa sakit sekali, bukan?" Ia meraba nadi
wanita tua itu. Ingin sekali rasanya ia meng"alihkan kehi"
dupan dalam dirinya pada wanita tua yang berbaring
ter"sengal-sengal di tempat tidur itu.
"Saya memang sakit sekali. Anda benar! Hasil"nya
tidak seperti yang direncanakan, bukan" Tak apalah. Ja"
ngan kecil hati. Saya tahan. Sungguh!"
Dengan memuji, John Christow berkata, "Anda he"
bat! Kalau saja semua pasien saya seperti Anda."
"Saya ingin sembuh"itu sebabnya! Saya ingin sem"
buh. Ibu saya mencapai usia 88 ta"hun, dan nenek saya
bahkan meninggal pada umur 90. Kami sekeluarga pan"
jang umur." Ia meninggalkan ruangan nenek tua itu dengan pera"
saan risau, tersiksa oleh keraguan dan ketidak"pastian. Pa"
dahal ia yakin sekali sudah berada di jalan yang be"nar.
Di mana letak kesalahannya" Bagaimana cara mengu"
THE HOLLOW.indd 49 rangi peracunan, memper"tahankan jumlah hormon, ser"
ta sekaligus menetral"kan pantratin...
Ia terlalu yakin. Ia beranggapan dirinya telah berhasil
mengatasi semua rintangan.
Lalu, saat berada di tangga Rumah Sakit St. Chris"
topher itulah ia tiba-tiba terserang rasa bosan yang luar
biasa, rasa benci akan semua pekerjaan rumah sakit yang
lama, lamban, dan membosan"kan. Dan ia lalu teringat
akan Henrietta. Ia tiba-"tiba mengenang Henrietta. Bukan
mengenang pri"badinya, melainkan kecantikan"nya, kesegar"
annya, kesehatan tubuhnya, semangat hidupnya yang me"
letup-letup, juga keharuman bunga mawar yang samarsamar melekat di rambut"nya.
Dan ia langsung pergi ke rumah Henrietta. Ia hanya
menelepon dengan singkat ke rumah, me"ngatakan bah"
wa ia mendapat panggilan. Ia lang"sung masuk ke studio
Hen"rietta, dan memeluknya, mendekapnya erat di da"
da"suatu hal yang belum pernah dilakukannya sela"ma
hubungan mereka. Di mata Henrietta terbayang rasa terkejut dan heran.
Ia membebaskan diri dari pelukan John, lalu membuat"
kannya kopi. Sambil berjalan kian "kemari dalam studio"
nya, Henrietta mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
tak penting. Ditanya"kannya apakah John datang lang"
sung dari rumah sakit"
Sebenarnya John tak mau berbicara tentang rumah
sakit. Ia ingin bercinta dengan Henrietta, dan me"lupa"
kan segala sesuatu tentang rumah sakit, Mrs. Crabtree,
Penyakit Ridgeway, dan semua tetek"-bengek lainnya.
Tapi dijawabnya juga pertanyaan-pertanyaan Hen"
rietta. Mula-mula dengan enggan, lalu kemudian de"ngan
THE HOLLOW.indd 50 lebih lancar. Lalu ia pun berjalan hilir-mudik sam"bil
mem?"berikan penjelasan-penjelasan dan duga"an-dugaan
teknis. Sekali-sekali ia berhenti dalam usahanya untuk
menyeder"hanakan"untuk lebih menjelaskan.
"Begini. Kita kan harus mendapatkan reaksi..."
Henrietta cepat-cepat berkata, "Ya, ya, reaksi D.L.nya harus positif. Aku mengerti. Lanjutkan."
"Bagaimana kau sampai tahu tentang reaksi D.L.?"
tanya John tajam. "Aku punya buku..."
"Buku apa" Karangan siapa?"
Henrietta menunjuk ke meja buku yang kecil. John
mendengus. "Huh, Scobell! Scobell itu tidak bagus. Pada dasar"
nya, karangannya tidak sehat. Dengar, kalau kau ingin
membaca, jangan..." Henrietta memotong kata-katanya.
"Aku hanya ingin mengerti beberapa istilah yang
kau"pakai. Sekadar mengerti, supaya aku bisa meng"ikuti
bica"ramu, tanpa terus-menerus menyuruhmu berhenti
untuk menerangkan segala-galanya. Terus"kanlah. Aku
bisa mengikutimu." "Yah," kata John ragu-ragu, "asal kauingat saja, ka"
rangan Scobell itu tidak sehat." Lalu ia ber"bicara terus
dua setengah jam lamanya. Ia men"ceritakan kembali rin"
tangan-rintangannya, menganalisis kemungkinan-kemung"
kinan"nya, dan mengemukakan teori-teori ter"tentu. Ia
sam"pai tidak menyadari kehadiran Henrietta. Padahal,
lebih dari sekali, bila ia ragu-ragu, Henrietta yang cepat
tanggap akan membantunya menyatakan apa yang ragu
dikemukakan oleh John. Kini minat John su"dah tergugah,
THE HOLLOW.indd 51 kepercayaan akan dirinya mulai bangkit kembali. Ia benar
selama ini"teori utama itu benar"dan ada cara, lebih
dari satu cara, untuk memerangi gejala"-gejala keracunan.
Lalu tiba-tiba ia merasa keletihan. Kini semua sudah
jelas baginya. Ia akan melanjutkannya lagi besok. Ia
akan menelepon Neill, dan menyuruhnya mengom"bi"na"
sikan kedua macam larutan itu, lalu mencobanya. Ya,
mencobanya. Demi Tuhan, ia takkan mau dikalah"kan.
"Aku letih," katanya tiba-tiba. "Ya, Tuhan, aku letih
sekali." Lalu diempaskannya dirinya, dan ia tidur"tidur se"
perti orang mati. Waktu ia terbangun, didapatinya Henrietta du"duk
dalam sinar matahari pagi, tersenyum padanya sambil
mem"buatkannya teh. John membalas se"nyumnya.
"Sama sekali tak sesuai dengan rencana," kata"nya.
"Apakah ada artinya?" kata Henrietta.
"Tidak. Tidak. Kau orang baik, Henrietta." Lalu ia
me"noleh ke arah lemari buku. "Kalau kau ber"minat
dalam hal semacam itu, akan kucarikan ba"han yang pan"
tas dibaca." "Aku tidak berminat pada hal-hal semacam itu. Aku
menaruh minat pada dirimu, John."
"Kau jangan membaca karangan Scobell." Di"ambil"
nya buku yang dicelanya itu. "Orang itu tu"kang jual
obat." Dan Henrietta tertawa. John tidak mengerti me"
ngapa celaan-celaannya terhadap Scobell mem"buat Hen"
rietta geli. Tapi justru hal-hal begitulah yang kadang-kadang
mengejutkannya. Hal mendadak yang tak disangka, dan
THE HOLLOW.indd 52 membingungkannya, yakni bahwa Henrietta bisa mener"
tawakannya. Ia tidak terbiasa akan hal seperti itu. Gerda selalu
meng?"hadapinya dengan serius. Sedangkan Vero"nica tak
per"nah memikirkan hal lain kecuali diri"nya sendiri. Tapi
Henrietta punya kebiasaan untuk mendongakkan ke"
pala, memandanginya dengan mata setengah terpejam,
ter"senyum kecil dengan lembut dan setengah mengejek,
seolah-olah ia ber"kata, "Coba kulihat orang lucu yang
ber"nama John ini. Coba aku menjauh dan mengamati"
nya." Cara itu sama benar dengan bila Henrietta sedang
me"musat"kan pikiran waktu memandangi hasil karya"
nya"atau memandangi sebuah gambar. Pan"dangan itu
pan"dangan orang yang ingin menjaga jarak, pikir John.
Dan ia tak mau Henrietta men"jaga jarak. Ia ingin Hen"
rietta hanya memikirkan dirinya, tak pernah mem"biar"
kan pikirannya beralih dari dirinya.
("Bukankah justru itu yang tidak kausukai pada diri
Gerda?" kata suara dalam hatinya.)
Pokoknya ia benar-benar sedang tidak logis. Ia tak
tahu apa yang diinginkannya.
Aku ingin pulang. Suatu kalimat yang tak ma"suk
akal dan aneh. Kalimat itu tidak berarti apa"-apa.
Kira-kira satu jam lagi dia akan berangkat, ke"luar dari
London, melupakan orang-orang sakit yang berbau aneh
dan agak masam. Ia akan meng"hirup bau asap api kayu,
pohon cemara, dan daun-"daun musim gugur yang lem"
but dan basah. Gerak"an mobil saja sudah akan mele"na"
kan"penambah"an kecepatan yang halus dan tak te"rasa.
Tapi... ah, tidak akan begitu keadaannya, pikir"nya
THE HOLLOW.indd 53 tiba-tiba. Pergelangan tangannya agak terkilir, jadi Gerda"
lah yang akan memegang kemudi. Se"dangkan Gerda tak
pernah bisa mengemudikan mobil dengan baik! Setiap
kali Gerda memindah"kan persneling, ia harus duduk
diam-diam sambil mengatupkan rahang kuat-kuat, da"
lam usahanya untuk tidak mengatakan apa-apa. Karena
berdasar"kan pengalaman pahitnya, kalau ia mengatakan
sesuatu, Gerda langsung bertambah gugup. Aneh sekali,
tak seorang pun bisa mengajari Gerda cara memindah"
kan persneling dengan baik"bahkan Henrietta pun
tidak. Ia pernah menyerahkan Gerda ke tangan Hen"riet"
ta, de"ngan anggapan bahwa ke"cintaan Henrietta pada
mo"bil akan memberikan hasil yang lebih baik daripada
bim"bingan darinya, yang sering merasa kesal.
Henrietta memang seorang pencinta mobil. Bila ber"
bicara tentang mobil, ia menggunakan kata-kata indah
seperti yang digunakan orang untuk memuji-"muji mu"
sim semi atau salju yang pertama kali jatuh.
"Cantik sekali dia, ya, John" Halus sekali bu"nyinya,
ya" Pasti dia bisa menanjak Bale Hill dengan gigi tiga
tanpa kesulitan sama sekal?"tanpa susah payah. Dengar
bunyinya yang teratur."
Sampai John tiba-tiba meledak dengan marah, "Sudah"
lah, Henrietta. Apa kau tak bisa memberi perhatian se"
dikit saja padaku, dan melupakan mobil sialan ini se"
bentar saja!" John selalu merasa malu akan ledakan-ledakan kema"
rahannya sendiri. Ia tak pernah tahu kapan akan mendapat serang"an
amarah semacam itu. Itu seolah-olah turun be"gitu saja
dari langit. THE HOLLOW.indd 54 Demikian pula halnya dengan pekerjaan Henrietta.
Disadarinya bahwa karya-karya Henrietta baik. Ia menga"
guminya, tapi sekaligus membencinya. Pertengkarannya
yang paling hebat dengan Hen"rietta timbul gara-gara pe"
kerjaan itu. Pada suatu hari Gerda berkata padanya, "Hen"rietta
me"mintaku menjadi modelnya."
"Apa?" Kalau diingatnya sekarang, nada bicara"nya
ter"dengar tidak memuji. "Kau?"
"Ya, aku akan pergi ke studionya besok."
"Apa yang diinginkannya darimu?"
Tidak, ia tidak bersikap sopan menghadapi be"rita
itu. Tapi syukurlah Gerda tidak menyadarinya. Ia keli"
hatan senang sekali. John curiga bahwa Henrietta hanya
se"kadar memenuhi nalurinya un"tuk berbaik hati. Mung"
kin Gerda pernah menyinggung bahwa ia suka dijadikan
model. Atau se"macam itu.
Lalu, kira-kira sepuluh hari kemudian, dengan bang"
ga Gerda memperlihatkan sebuah patung kecil dari
gips. Patung itu bagus, dibuat dengan keahlian teknis,
seperti semua karya Henrietta. Patung itu menam"pilkan
Gerda yang bagus"dan Gerda sendiri me"rasa puas de"
ngan patung itu. "Kurasa ini bagus sekali, John."
"Apakah itu karya Henrietta" Sama sekali tak ada ar"
tinya. Aku tak mengerti mengapa dia sampai mem"buat
yang semacam itu." "Ini memang lain dari karyanya yang lain, yang ab"
strak, tapi kurasa ini bagus, John."
John tidak mengatakan apa-apa lagi, sebab ia tak
THE HOLLOW.indd 55

Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mau merusak kegembiraan Gerda. Tapi pada kesempatan
pertama ia bertemu dengan Henrietta, hal itu dibicara"
kannya. "Untuk apa sebenarnya kau membuat barang breng"
sek itu" Tak pantas kau berbuat begitu. Bia"sanya kau
membuat barang-barang yang bagus-"bagus."
"Kurasa itu tidak buruk," kata Henrietta lambat"lambat. "Gerda sendiri kelihatannya senang."
"Gerda memang senang sekali. Tentu saja. Se"bab dia
tak bisa membedakan karya seni dari foto berwarna."
"Itu bukan seni yang buruk, John. Itu hanya sebuah
patung kecil. Sama sekali tak ada buruk"nya, dan sama
sekali bukan untuk menyombong."
"Biasanya kau tidak membuang-buang waktu un"tuk
membuat yang begituan..."
Kata-katanya terhenti. Ia menatap sebuah patung
kayu yang tingginya kira-kira satu setengah meter.
"Wah, apa lagi ini?"
"Itu kubuat untuk International Group. Dari kayu
pohon pir. Kunamai Si Pemuja."
Henrietta memandangi John. John menatap saja,
lalu... tiba-tiba lehernya seolah membengkak, dan ia ber"
balik pada Henrietta. "Jadi, untuk itu rupanya Gerda kausuruh men"jadi
modelmu, ya" Berani benar kau."
"Aku tak yakin apakah kau akan melihatnya."
"Melihatnya" Tentu saja aku melihatnya. Se"muanya
itu ada di sini." John menunjuk ke otot leher yang lebar
dan kokoh. Henrietta mengangguk. "Ya, memang leher dan bahunya yang kuingin"kan,
THE HOLLOW.indd 56 ju"ga sikap bahu yang menurun dan mem"bungkuk itu.
Sikap pasrah, pandangan yang me"runduk itu. Bagus se"
kali!" "Bagus katamu" Dengar, Henrietta, aku tak rela. Ja"
ngan ganggu Gerda." "Gerda tidak akan tahu. Takkan ada seorang pun
yang tahu. Aku yakin, Gerda sendiri pun tidak akan me"
nge"nali dirinya pada patung itu"dan orang lain pun tak"
kan tahu. Lagi pula, itu bukan Gerda. Itu bisa siapa saja!"
"Tapi aku mengenalinya."
"Kau lain, John. Kau... bisa melihat apa saja."
"Kau benar-benar lancang! Aku tak mau, Henrietta!
Aku tak mau. Tidakkah kausadari bahwa kau telah mela"
kukan sesuatu yang objeknya tak bisa membela diri?"
"Begitukah?" "Tidakkah kausadari hal itu" Apa kau tak bisa mera"
sa"kannya" Mana kepekaan yang biasanya kaumiliki?"
"Kau tidak mengerti, John," kata Henrietta lam"batlambat. "Kurasa aku takkan pernah bisa mem"buatmu
mengerti. Kau tak tahu apa artinya meng"inginkan se"
suatu... dan melihatnya setiap hari. Me"lihat garis leher
itu... otot-otot itu... sudut tempat kepala itu tertunduk...
rahang yang berat itu. Aku melihatnya terus, meng"
inginkannya, setiap kali aku melihat Gerda. Dan akhir"
nya aku bertekad untuk mendapatkannya!"
"Kau tak kenal belas kasihan!"
"Ya, kurasa memang begitu. Tapi bila kita meng"
ingin"kan sesuatu seperti itu, kita harus mengambil"nya."
"Maksudmu, kau tak peduli perasaan orang lain.
Kau tak peduli perasaan Gerda..."
"Jangan bodoh, John. Justru karena itulah aku mem"
THE HOLLOW.indd 57 ain buat patung kecil itu. Untuk menyenangkan hati Gerda,
dan untuk membahagiakannya. Aku bukan orang yang
tidak manusiawi!" "Kau justru tidak manusiawi."
"Cobalah bersikap jujur. Apa menurutmu Gerda
akan bisa mengenali dirinya sendiri bila melihat patung
itu?" John menatap lagi ke patung itu dengan enggan. Kini
barulah rasa marah dan rasa tak senangnya dika"lahkan
oleh minatnya. Patung itu merupakan sosok aneh yang
pasrah, suatu sosok yang mem"persembahkan pemujaan"
nya pada dewanya yang tak tampak. Wajah patung itu
menengadah"buta, bisu, memuja"sangat kuat dan sa"
ngat fanatik. "Mengerikan sekali apa yang kaubuat itu, Hen"
rietta," katanya. Henrietta agak bergidik. "Ya, kupikir juga begitu," katanya.
Dengan tajam John berkata lagi, "Apa yang dilihat"
nya" Siapa dia" Yang di depannya itu?"
Henrietta ragu-ragu. Nada suaranya agak aneh waktu
ia menjawab, "Entahlah. Tapi kurasa... mungkin dia se"
dang melihat padamu, John."
THE HOLLOW.indd 58 BAB V Di ruang makan, Terence, si anak laki-laki, me"ngatakan
sesuatu yang ilmiah lagi.
"Garam-garam timah hitam lebih bisa dilarutkan
dalam air dingin daripada dalam air panas."
Ia melihat pada ibunya dengan penuh harapan, tapi
bukan dengan harapan sesungguhnya. Menurut Terence
yang masih kecil itu, orangtua sering me"ngecewakan.
Menyedihkan sekali. "Tahukah Mama?"
"Mama tak tahu apa-apa tentang kimia, Nak."
"Mama kan bisa membaca tentang itu dalam buku,"
kata Terence. Pernyataan itu memang sederhana dan benar, tapi
ada semacam nada kesal di baliknya.
Tapi Gerda tidak mendengar nada kesal itu. Ia masih
terperangkap dalam kesedihannya sendiri. Berputar-putar
terus. Sejak bangun tadi, merasa risau, karena me"nya"dari
bahwa akhirnya pertemuan akhir pekan bersama keluarga
Angkatell yang su"dah lama ditakutinya itu, harus diha"
dapi?"nya juga. Menginap di The Hollow memang selalu
THE HOLLOW.indd 59 merupa"kan suatu mimpi buruk baginya. Ia selalu merasa
bingung dan murung. Lady Angkatell yang tak pernah
menyelesaikan kalimatnya kalau berbicara, ucapan-uca"
pannya yang cepat dan tak ada hubung"annya, dan usa"
ha?""nya yang jelas dipaksakan untuk berbaik hati, adalah
tokoh yang paling ditakutinya. Tapi yang lain-lain pun
sama menakutkannya. Bagi Gerda, itu adalah masa ke"
tika ia merasa sebagai martir dua hari yang harus ditang"
gungnya demi kepentingan John.
Sebab pagi itu, sambil meregangkan tubuh, John te"
lah berkata dengan nada senang yang tak disem"bunyi"
kan, "Aku senang sekali mengingat kita akan pergi ke
luar kota akhir pekan ini. Itu baik bagi"mu, Gerda. Jus"
tru itu yang kauperlukan."
Gerda hanya tersenyum hambar, dan berkata dengan
dipaksakan, "Pasti akan menyenangkan."
Dengan sedih ia memandang seputar kamar ti"dur"nya.
Kertas pelapis dinding yang berwarna krem ber"garis-garis,
dengan noda hitam tepat di dekat lemari pa"kai"an, meja
hias dari kayu mahoni yang kacanya terlalu jauh terputar
ke depan, kar"pet berwarna biru cerah yang ceria seperti
warna air di Lake District. Semua barang yang sudah
begitu akrab dengannya dan begitu disayangi"nya itu baru
akan dilihatnya lagi pada hari Senin yang akan da"tang.
Dan besok pagi, seorang pelayan dengan baju ber"
desir akan masuk ke kamar tidur yang asing baginya,
dan meletakkan sebuah nampan kecil yang bagus, yang
berisi teh, di nakas, dan menarik kerai supaya terbuka.
Lalu ia akan melipat dan mengatur pa"kaian tidur Ger"
da. Hal-hal itu akan membuat Gerda merasa panas dan
tak enak. Ia pasti akan berbaring saja dengan perasaan
THE HOLLOW.indd 60 risau, membiarkan hal-hal itu terjadi, dan untuk meng"
hibur dirinya, ia mencoba berpikir, "Tinggal satu hari
lagi." Tak ubahnya seperti anak kecil yang berada di
sekolah dan menghitung hari.
Gerda memang tidak merasa senang waktu ber"se"
kolah. Ia bahkan merasa paling tidak percaya diri di se"
ko"lah, dibanding dengan di tempat-tempat lain. Di ru"
mah lebih menyenangkan. Tapi tidak terlalu menye"nang"kan
juga, karena saudara-"saudaranya yang lain lebih cekatan
dan lebih pin"tar daripada dirinya. Komentar"-komentar
mereka yang cepat dan tak sabar, walau tidak ter"lalu ka"
sar, terasa mengganggu di telinganya, seperti ba"dai sal"ju.
"Aduh, cepatlah, Gerda." "Hei, Lamban, to"long berikan
itu padaku!" "Ah, tak usah menyuruh Ger"da melaku"
kannya, dia akan lama sekali." "Gerda tak bisa diandal"
kan." Mereka tak sadar bahwa justru kata-kata itulah yang
membuatnya lebih lamban dan makin bodoh. Ia jadi
makin parah, geraknya jadi makin kaku, makin lamban,
dan ia hanya tercenung hampa bila orang mengatakan
sesuatu padanya. Hingga suatu hari, tiba-tiba, ia mencapai titik di
mana ia mendapatkan jalan keluar. Sebenarnya boleh
dikatakan ia menemukan senjata pertahanan itu tanpa
sengaja. Ia jadi makin lamban, pandangannya yang ham"pa
jadi lebih hampa. Tapi sekarang, bila mereka berkata
dengan tak sabar, "Aduh, Gerda, bodoh sekali kau, ma"
sa kau tidak mengerti?" ia sudah bisa menyelubungi diri?"
nya sendiri dalam keyakin"an bahwa ia sebenarnya tidak
sebodoh yang me"reka kira. Sering ia berpura-pura tak
THE HOLLOW.indd 61 mengerti, padahal sebenarnya ia mengerti. Dan sering
kali ia sengaja menjalankan pekerjaannya dengan berlam"
bat-lambat, dan ia akan tersenyum sendiri bila ada sese"
orang yang mengambil alih pekerjaan itu dari"nya.
Sebab, jauh di lubuk hatinya, diam-diam ada pera"
saan superior yang hangat dan menyenangkan. Ia mulai
sering merasa senang. Memang menye"nangkan sekali
kalau menyadari bahwa kita tahu lebih banyak daripada
yang dikira orang. Menye"nangkan kalau kita bisa menger"
jakan sesuatu, tapi tidak membiarkan seorang pun tahu
bahwa kita bisa melakukannya.
Dan tiba-tiba ia tahu, bahwa ada juga untungnya ka"
lau orang lain mengerjakan apa-apa untuk kita. Itu jelas
tidak menyulitkan kita lagi. Dan akhirnya, bila orangorang jadi terbiasa menolong kita me"lakukan apa saja,
kita jadi sama sekali tak perlu melakukan apa pun. Dan
orang-orang jadi tak tahu bahwa kita kurang pan"dai
melakukannya. Dan dengan demikian, kita pun kem"bali
ke keadaan semula. Yaitu merasa bahwa kita bisa sama
seperti siapa pun di dunia ini.
Tapi Gerda takut, hal itu tidak berlaku bagi keluarga
Angkatell. Keluarga Angkatell selalu jauh mendahului"
nya. Ia tak bisa merasa sejajar dengan mereka. Benci
sekali dia pada keluarga Angkatell itu! Tapi itu baik bagi
John"John merasa senang di sana. Setiap kali pulang
dari sana, keletihannya tampak berkurang, dan kadangkadang kejengkel"annya pun tampak mereda.
John tersayang, pikirnya. John memang hebat. Se"
mua orang beranggapan begitu! Ia seorang dok"ter yang
amat pandai, dan ia baik sekali pada pasien-pasiennya.
Ia bekerja tanpa mengenal lelah"selalu menaruh per"
THE HOLLOW.indd 62 hatian besar pada pasien-"pasiennya di rumah sakit,
padahal pekerjaan itu sama sekali tidak mendatangkan
hasil. John sama sekali tidak serakah. Ia benar-benar ber"
budi tinggi. Sejak semula Gerda sudah tahu bahwa John luar bia"
sa cerdas, dan akan bisa mencapai puncak ka"rier. Dan
John telah memilih dirinya, padahal ia bisa menikah
dengan seseorang yang jauh lebih cerdas. Ia tak peduli
Gerda lamban, agak bodoh, dan tidak begitu cantik.
"Aku akan menjagamu," kata John dengan ramah walau
sikapnya agak me"merintah seperti seorang majikan. "Ja"
ngan meng?"khawatirkan apa-apa, Gerda, aku akan men"ja"
ga?"mu." Memang demikianlah seharusnya seorang pria. Ia se"
nang sekali kalau mengingat bahwa John te"lah memilih
dirinya. Dengan senyumnya yang mendadak, amat me"narik,
dan agak membujuk, John berkata, "Tapi, Gerda, aku
senang hidup dengan caraku sendiri." Yah, itu memang
baik. Ia selalu mencoba me"ngalah demi John, dalam se"
gala hal. Bahkan akhir-"akhir ini pun, saat John menun"
jukkan sikap tak sabar dan lekas marah"dan sepertinya
tak ada satu pun yang bisa menyenangkannya. Entah
me"ngapa, apa pun yang dilakukan Gerda, selalu di"
anggap salah olehnya. Tapi Gerda tak bisa me"nyalahkan
John. Ia terlalu sibuk, terlalu memikir"kan kepentingan
orang lain. Aduh, aduh, daging itu! Seharusnya ia mem"bawanya
kembali ke dapur tadi. Soalnya John masih tetap belum
muncul. Mengapa ia tak pernah bisa mengambil kepu"
tusan dengan tepat" Lagi-lagi arus kesedihan yang gelap
THE HOLLOW.indd 63 menggulung dirinya. Daging itu! Akhir pekan bersama
keluarga Ang"katell yang mengerikan itu. Rasa sakit me"
nusuk kedua pelipisnya. Ya, Tuhan, jangan! Sakit kepala"
nya muncul lagi. Padahal John selalu jengkel kalau dia
men"dapat serangan itu. John tak pernah mau mem"beri"
nya obat untuk sakitnya itu, padahal se"bagai seorang
dokter, itu mudah sekali. Dia malah"an berkata, "Jangan
pikirkan itu. Jangan meracuni dirimu dengan obat-obat.
Bawa saja berjalan-jalan cepat."
Daging! Sambil memandangi daging itu, Gerda me"
rasa perkataan itu mendengung-dengung terus di ke"pa"
lanya yang sakit. Daging, daging, daging...
Tiba-tiba air matanya keluar karena merasa ka"sihan
pada dirinya sendiri. "Kenapa sih tak pernah ada yang
beres pada diriku?" pikirnya.


Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terence melihat ke seberang meja, memandangi ibu"
nya dan daging itu. "Kenapa kita tak bisa ma"kan seka"
rang" Bodoh sekali orang-orang dewasa," pikirnya. "Agak?"?"?"?""
nya mereka tak punya akal sehat."
Tapi dengan hati-hati ia berkata, "Aku dan Nichol"
son Minor akan mengadakan percobaan nitro"gliserin di
rumah kaca ayahnya. Mereka tinggal di Streatham."
"Begitukah, Sayang" Pasti akan menyenangkan se"
kali," kata Gerda. Masih ada waktu. Kalau dibunyikannya bel itu un"tuk
memanggil Lewis, dan menyuruhnya mem"bawa kem"bali
daging paha itu ke dapur sekarang...
Terence memandangi ibunya dengan rasa ingin tahu.
Nalurinya mengatakan bahwa pembuatan nitro"gliserin
bu"kanlah kegiatan yang akan disetujui oleh orangtuanya.
Dengan untung-untungan ia memilih saat ketika ibunya
THE HOLLOW.indd 64 sedang sibuk, sehingga pernyata"annya tidak begitu diper"
hatikan. Dan perhitungannya ternyata benar. Sean"dai"
nya ada kesulitan"yaitu bila sifat nitrogliserin itu mun"
cul terlalu nyata, ia bisa berkata dengan suara ter?"sing"gung,
"Aku kan sudah mengatakannya pada Mama..."
Namun ia tetap saja agak kecewa. Mama sekalipun
seharusnya tahu tentang nitro"gliserin, pikir"nya.
Ia mendesah. Rasa kesepian mendalam, seperti yang
hanya bisa dirasakan oleh anak-anak, menye"rang diri"
nya. Ayahnya terlalu tak sabaran untuk mendengar"kan,
sedangkan ibunya tak berminat. Dan Zena hanya se"
orang anak kecil yang bodoh.
Ada berlembar-lembar halaman mengenai tes-tes
kimia yang menarik. Tapi siapa yang menaruh per"
hatian" Tak seorang pun!
Daaar! Gerda terkejut. Itu bunyi pintu ruang periksa
John. Dan John berlari-lari naik ke lantai atas.
John menyerbu masuk ke ruang makan. Sosok"nya
menyebarkan energi dan vitalitas yang me"rupakan ciri
khas"nya. Hatinya sedang senang, ia lapar, dan tak saba"
ran. "Ya, Tuhan!" serunya sambil duduk, lalu de"ngan ber"
semangat mengasah pisau pemotong da"ging pada baja.
"Benci sekali aku pada orang-"orang sakit!"
"Aduh, John," kata Gerda cepat-cepat dengan nada
me"negur. "Jangan berkata begitu. Nanti me"reka meng"
anggapmu jahat." Ia memberikan isyarat halus ke arah
anak-anaknya. "Bukan begitu maksudku," kata John Christow.
THE HOLLOW.indd 65 "Mak?"sud"ku, alangkah baiknya kalau tak ada se"orang
pun yang sakit." "Papa hanya bercanda," kata Gerda cepat-cepat lagi
pada Terence. Terence memperhatikan ayahnya tanpa minat, sebagai?"
mana ia mengamati segala sesuatu.
"Aku rasa tidak," katanya.
"Kalau orang benci pada orang sakit, dia tidak akan
menjadi dokter, Sayang," kata Gerda sambil tertawa
halus. "Justru itu sebabnya," kata John Christow. "Tak ada
dokter yang menyukai penyakit. Ya, Tuhan, daging ini
sudah dingin sekali. Mengapa tidak kaukirim kembali
ke dapur untuk dipanasi?"
"Soalnya aku tidak tahu. Kukira kau bisa datang se"
tiap saat, Sayang." John Christow menekan bel pemanggil kuat-kuat
dengan rasa jengkel. Lewis langsung datang.
"Bawa ini ke dapur, dan suruh juru masak memanasi"
nya!" Bicaranya tegas. "Baik, Sir," kata Lewis dengan agak kurang ajar. Ia
sengaja ingin menyampaikan pendapatnya lewat dua
patah perkataan itu pada majikan wa"nitanya yang hanya
duduk memandangi da"ging paha yang sudah dingin itu.
Dengan agak kacau Gerda berkata lagi, "Maaf"kan
aku, Sayang, semua salahku. Tapi, mula"-mula ku"pikir
kau akan segera datang, kemudian pikirku lagi, yah, se"
andainya kusuruh bawa juga daging itu..."
John memotong kata-katanya dengan tak sabar,
THE HOLLOW.indd 66 "Ah, tak ada gunanya lagi. Itu tidak penting. Kita
tak perlu meributkan hal itu."
Lalu tanyanya, "Apakah mobil sudah ada?"
"Kurasa sudah. Collie sudah memesannya."
"Kalau begitu, kita bisa langsung berangkat se"telah
makan." Menyeberangi Albert Bridge, pikir John, lalu menye"
berangi Clapham Common, mengambil jalan pintas di
dekat Crystal Palace, Croydon, Purley Way, lalu meng"
hindari jalan utama. Membelok ke kanan pa"da persim"
pangan di Metherly Hill, me"lewati Haverston Ridge,
tiba-tiba keluar dari deretan pinggiran kota, me"lalui Cor"
merton, kemudian mendaki di Shovel Down, tempat
pohon-pohon berwarna merah keemasan. Di bawah ter"
hampar hutan kayu. Lalu, setelah mencapai puncak bu"
kit, jalanan akan menurun kembali. Di mana-mana
akan tercium bau musim gugur yang lem"but.
Lalu bertemu dengan Lucy dan Henry"dan Hen"
rietta... Sudah empat hari ia tidak bertemu dengan Hen"riet"
ta. Waktu bertemu terakhir kali, ia marah. Dan Henriet"
ta memandanginya dengan pandangannya yang khas
itu. Bukan pandangan yang kosong, bukan pula tanpa
minat. Ia tak dapat melukiskan"nya dengan tepat"pan"
dangan seseorang yang me"lihat sesuatu"sesuatu yang
tak ada"sesuatu"dan itulah yang rumit"sesuatu yang
bukan John Christow! Ia berkata pada dirinya sendiri, "Aku tahu dia se"
orang pematung. Aku tahu hasil karyanya bagus. Tapi
persetan semua itu. Tak bisakah dia sekali-"sekali me"
THE HOLLOW.indd 67 nyingkirkan semuanya" Tak bisakah dia sekali-sekali
memikirkan aku, dan melupakan se"mua yang lain?"
Ia tidak adil. Dan ia tahu itu. Henrietta jarang ber"bi"
cara tentang pekerjaannya"dan ia memang tidak be?"gi"tu
terpaku pada pekerjaannya, tidak se"perti seni"man-se"ni"
man lain yang dikenalnya. Ha"nya pada ke?"sem?""pat"an"-ke"
sem"patan tertentu saja ke"asyikannya ter"hadap bayangan
batinnya menggang"gu keutuhan minat"nya ter"hadap John.
Dan hal itu selalu menimbulkan kema"rahan di hati John.
Pernah suatu kali ia berkata dengan suara keras dan
tajam, "Apakah kau mau mengorbankan se"mua ini bila
ku"minta?" "Semuanya"apa?" Suara Henrietta yang hangat
mengandung rasa heran. "Semuanya"ini." Ia menyapukan lengannya ke seke"
liling studio Henrietta. Tapi ia langsung berpikir sendiri, "Tolol! Meng"apa
kau"tanyakan itu padanya?" Tapi pikirnya lagi, "Biar dia
berkata, "Tentu mau." Biar dia ber"bohong padaku! Asal
saja dia berkata, "Tentu aku mau." Aku tak peduli apa"
kah dia bersungguh-"sungguh atau tidak! Tapi aku ingin
dia mengata"kannya. Aku harus mendapatkan keda"
maian." Tapi Henrietta tidak berkata apa-apa beberapa lama"
nya. Matanya tampak menerawang dan ling"lung. Dahi"
nya agak berkerut. Lalu ia berkata lambat-lambat, "Kurasa aku mau,
kalau itu memang perlu."
"Perlu" Apa maksudmu dengan perlu?"
"Aku benar-benar tak tahu apa maksudku, John.
THE HOLLOW.indd 68 Perlu dalam arti... yah, seperti misalnya suatu am"putasi
perlu dilakukan..." "Aku tak perlu istilah-istilah yang berhubungan de"
ngan pembedahan itu!"
"Kau marah. Kau ingin aku bilang apa?"
"Kau tahu betul. Satu perkataan sudah cukup. Ya.
Mengapa kau tak bisa mengatakannya" Kau bisa menga"
takan banyak hal pada orang-orang lain untuk menye"
nangkan hati mereka, tanpa peduli apakah kata-kata itu
benar atau tidak. Mengapa padaku ti"dak" Demi Tuhan,
mengapa padaku tidak?"
Dan Henrietta menjawab, lambat-lambat sekali, "En"
tah"lah, aku benar-benar tak tahu, John. Aku tak bisa...
ya, aku tak bisa." John berjalan hilir-mudik beberapa lamanya. Lalu ia
berkata lagi, "Kau bisa membuatku gila, Henrietta. Aku
sama sekali tak pernah merasa punya pengaruh barang
sedikit pun atas dirimu."
"Mengapa itu kauinginkan?"
"Entahlah. Tapi aku ingin."
John mengempaskan diri di sebuah kursi.
"Aku ingin dinomorsatukan."
"Kau memang nomor satu bagiku, John."
"Tidak. Bila aku mati, yang pertama-tama akan kau"
laku"kan dengan air mata yang masih mengalir di wajah"
mu adalah mulai lagi membuat patung seorang wanita
yang sedang berkabung, atau suatu patung lain yang
melambangkan kesedihan."
"Tak mungkin. Tapi kurasa, ya, mungkin aku akan
ber"buat begitu. Mengerikan memang..."
THE HOLLOW.indd 69 Lalu ia duduk dan memandangi John dengan tatap"
an murung... Pudingnya hangus. John Christow memandangi pu"
ding itu dengan alis terangkat, dan Gerda cepat"-cepat
me"minta maaf. "Maafkan aku, Sayang. Aku tak mengerti meng"apa
hal itu bisa terjadi! Itu salahku. Berikan bagi"an atasnya
yang hangus itu padaku, kau makan bagian yang bawah
saja." Padahal puding itu hangus karena dia, karena John
Christow. Tadi ia duduk saja di kamar perik"sanya sela"
ma seperempat jam setelah pekerjaannya selesai, untuk
ber"pikir tentang Henrietta dan Mrs. Crabtree, dan mem"
biarkan dirinya terbuai nostalgia tentang San Miguel.
Jadi yang salah dia. Tolol sekali Gerda, mau memper"
salahkan dirinya, gila"-gilaan dia mau makan bagian
yang hangus. Meng"apa dia selalu mau menjadikan
dirinya martir" Dan mengapa Terence memandanginya
de"ngan tatapan penuh minat begitu" Lalu mengapa pula
Zena terus-menerus mendengus-dengus" Mengapa me"
reka semua begitu menjengkelkan"
Amarahnya jatuh pada Zena.
"Mengapa kau tidak membersihkan hidung?"
"Kurasa dia agak masuk angin."
"Tidak, dia tidak masuk angin. Kau selalu ber"pikir
bahwa mereka masuk angin. Dia tak apa-apa."
Gerda mendesah. Ia tak pernah mengerti meng"apa se"
orang dokter yang menghabiskan waktunya dengan me"
nyem?"buhkan penyakit-penyakit orang-orang lain bisa be"
gitu tak acuh terhadap kesehatan keluarganya sen"diri. Ia
selalu melecehkan setiap keluhan sakit dalam keluarga"nya.
THE HOLLOW.indd 70 "Delapan kali aku bersin sebelum makan siang tadi,"
kata Zena dengan sikap penting.
"Ah, itu hanya karena panas," kata John.
"Tapi udara tidak panas," kata Terence. "Peng"ukur
suhu udara di ruang depan menunjukkan 55 derajat."
John bangkit. "Kita sudah selesai, kan" Mari kita berangkat. Semua
sudah disiapkan, Gerda?"
"Sebentar, John. Aku masih harus membenahi bebe"
rapa barang." "Kenapa tak dibereskan sejak tadi" Apa saja kerjamu
sepanjang pagi?" Ia keluar dari ruang makan dengan marah. Ger"da
cepat-cepat pergi ke ruang tidur. Keinginannya untuk
bergegas malah membuatnya makin lambat. Kenapa sih
ia belum siap" Koper John sendiri sudah beres, dan su"
dah siap di lorong rumah. Mengapa...
Zena mendekati ayahnya, sambil memegang be"bera"
pa lembar kartu yang agak lengket.
"Bolehkah aku meramal nasib Papa" Aku bisa mela"
ku"kannya. Aku sudah meramalkan nasib Mama dan
Terry, juga Lewis dan Jane, juga juru masak."
"Bolehlah...." Ia tak tahu masih berapa lama harus menunggu Ger"
da. Ia ingin cepat-cepat pergi dari rumah yang tak me"nye"
nangkan ini, dari jalanan yang tak di"sukainya ini, dan
dari kota yang penuh dengan penyakit ini, penuh dengan
orang-orang yang men"dengus-dengus dan penyakitan. Ia
ingin pergi ke hutan-hutan, melihat daun-daun basah,
me"lihat si"kap anggun Lucy Angkatell yang lentur, yang
THE HOLLOW.indd 71 selalu memberikan kesan seolah-olah ia tidak me"miliki
tubuh. Zena membagi-bagi kartu dengan sikap sok pen"ting.
"Yang di tengah-tengah ini Papa, Raja Hati. Orang
yang nasibnya sedang diramal selalu me"rupakan Raja
Hati. Lalu aku membagi kartu-kartu yang lain dalam
kea"daan telungkup. Dua di se"belah kiri Papa, dan dua
di sebelah kanan, dan selembar di atas kepala Papa"
yaitu yang mengua"sai Papa, dan selembar di bawah kaki
Papa"itu yang Papa kuasai. Dan yang selembar ini...
me"nutupi Papa!"
"Nah." Zena menarik napas dalam-dalam. "Se"karang
kita membaliknya. Di sebelah kanan Papa adalah Ratu
Wajik"cukup dekat."
"Henrietta," pikir John, yang pikirannya teralih se"


Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ben"tar dan merasa geli melihat betapa seriusnya Zena.
"Dan yang berikutnya adalah Kesatria Klaver?"dia
se"orang pria muda pendiam.
"Di sebelah kiri Papa adalah delapan kartu Se"kop"
itu seorang wanita yang jauh lebih tua."
"Lady Angkatell," pikir John.
"Nah, inilah yang terdapat di atas kepala Papa, dan
punya kekuasaan atas diri Papa"Ratu Hati."
"Veronica," pikir John. "Veronica!" Lalu pikir"nya
lagi, "Tolol sekali aku! Veronica sama sekali tak ada arti"
nya bagiku sekarang."
"Dan ini yang terdapat di bawah kaki Papa, dan
Papa ber"kuasa atasnya"Ratu Klaver."
Gerda bergegas masuk ke kamar itu.
"Aku sudah siap, John."
"Oh, tunggu, Mama, tunggu. Aku sedang me"ramal
THE HOLLOW.indd 72 nasib Papa. Tinggal kartu terakhir, Papa?"ini yang pa"
ling penting. Ini kartu yang menutupi Papa."
Dengan jari-jarinya yang kecil dan lengket, Zena
membalik kartu itu. Napasnya tertahan.
"Waah, kartu As Sekop! Itu biasanya berarti kema"
tian, tapi..." "Mungkin mamamu akan menabrak seseorang dalam
perjalanan keluar dari London. Mari, Gerda. Selamat
tinggal, kalian berdua. Baik-baik, ya?"
THE HOLLOW.indd 73 BAB VI Midge Hardcastle turun ke lantai bawah sekitar jam
sebelas, pada pagi hari Sabtu itu. Ia sudah sarapan di
tempat tidur, membaca buku, dan ter"lelap lagi, lalu ba"
ngun. Menyenangkan sekali rasanya bermalas-malasan se"
perti ini. Memang sudah waktunya ia berlibur! Itu tidak
mengherankan. Majikannya, Madame Alfrege, benarbenar membuat sarafnya tegang.
Ia keluar dari pintu depan, menyambut sinar mata"
hari musim gugur yang menyenangkan. Sir Henry Ang"
katell sedang duduk di sebuah bangku kasar, mem"baca
surat kabar Times. Ia mengangkat wajah, lalu ter"senyum.
Ia sayang pada Midge. "Halo, Sayang."
"Apakah aku terlambat sekali?"
"Kau masih belum terlambat untuk makan siang,"
ka"ta Sir Henry sambil tersenyum.
Midge duduk di sebelahnya, dan berkata dengan
men?"desah, "Senang sekali berada di sini."
"Kau memang kelihatan agak kurus."
THE HOLLOW.indd 74 "Ah, aku tak apa-apa. Senang sekali berada di suatu
tempat di mana tak ada wanita-wanita ge"muk yang men"
coba mengenakan pakaian yang ter"lalu kecil untuk mere"
ka." "Pasti menyebalkan sekali!" Sir Henry berhenti se"
bentar, lalu berkata sambil melihat ke arloji, "Edward
akan tiba dengan kereta api jam dua belas le"wat seper"
empat." "Oh, ya?" Midge berhenti sebentar, lalu berkata lagi,
"Sudah lama aku tidak bertemu dengan Ed"ward."
"Dia tetap saja seperti dulu," kata Sir Henry. "Boleh
dikatakan dia tak pernah datang dari Ains"wick."
"Ainswick," pikir Midge. "Ainswick!" Hatinya ter"
pukul dan terasa sakit. Ia teringat akan hari-hari indah
di Ainswick. Setiap kali akan berkunjung ke tempat itu,
berbulan-bulan sebelumnya ia sudah menghitung-hitung
hari! Aku akan pergi ke Ains"wick. Bermalam-malam dia
berbaring tanpa tidur, mengingat-ingat ren"cana keper"
giannya ke sana. Dan akhirnya... tibalah hari itu! Sta"
siun kecil di desa, tempat kereta api"yaitu ke"reta api
cepat London Express"akan berhenti, kalau kita mem"
beritahu pada pengawalnya! Mobil Daimler yang sudah
siap menunggu di luar. Perjalanan dengan mobil, tikung"
an terakhir memasuki gerbang, dan naik melalui hutan,
lalu terus lagi, sampai keluar ke tempat terbuka. Dan
tibalah mereka di rumah itu"besar, pu"tih, dan tampak
ramah. Dan Paman Geoffrey yang su"dah tua, yang me"
makai jas dari bahan triko.
"Nah, Anak-anak Muda, sekarang bersenang-"senang"
lah kalian." Dan mereka memang benar-benar ber"se"
nang-senang. Henrietta yang datang dari Irlan"dia, Ed"
THE HOLLOW.indd 75 ward yang pulang berlibur dari Eton, dan ia sendiri dari
kota industri di daerah utara yang tidak menarik. Serasa
di dalam surga berlibur di Ainswick.
Tapi semuanya terpusat pada Edward. Edward yang
ber?"tubuh jangkung, lembut, pemalu, dan se"lalu baik
hati. Tapi Edward tidak begitu memperhatikan dirinya,
Midge, karena ada Henrietta.
Edward yang pemalu, selalu bersikap seperti seorang
tamu di situ, hingga ia terkejut waktu pada suatu hari,
Tremlet, tukang kebun kepala di situ, berkata, "Kelak
semua ini akan menjadi milik Mr. Edward."
"Mengapa, Tremlet" Dia kan bukan putra Pa"man
Geoffrey?" "Dia adalah pewarisnya, Miss Midge. Pewaris karena
hubungan darah. Soalnya Miss Lucy adalah putri tung"
gal Mr. Geoffrey. Dia tak bisa menjadi pewaris, karena
dia wanita, sedangkan Mr. Henry, suaminya, hanya se"
pupu jauh. Tidak sedekat Mr. Edward."
Dan sekarang Edward tinggal di Ainswick. Ting"gal
di sana seorang diri dan jarang sekali bepergian. Ka"
dang-ka"dang Midge ingin tahu apakah Lucy tak senang
de"ngan keadaan itu. Tapi Lucy kelihatannya tak pernah
keberatan akan apa pun. Padahal Ainswick adalah rumah kelahirannya, dan
Edward hanya saudara sepupunya, dan dua puluh tahun
lebih muda daripada dirinya sendiri. Ayahnya, Geoffrey
Angkatell, adalah tokoh terpan"dang di daerah itu. Ia ju"
ga memiliki kekayaan yang lumayan banyak, yang seba"
gian besar ja"tuh pada Lucy, hingga Edward bisa di"sebut
agak miskin. THE HOLLOW.indd 76 Uangnya cukup untuk pemeliharaan rumah be"sar
itu, tapi selebihnya tak banyak yang dimiliki"nya.
Bukan karena Edward memiliki selera yang mahal. Ia
pernah bekerja pada dinas diplomatik bebe"rapa lama", tapi
setelah mewarisi Ainswick, ia berhenti dan ting"gal di
rumah warisannya itu. Ia lebih berminat pada bukubuku. Ia memiliki koleksi edisi pertama buku-buku ter"
ten"tu, dan se"kali-sekali menulis dengan agak ragu-ragu,
artikel-"artikel singkat yang agak ironis untuk penerbit"penerbit yang tidak terkenal. Sudah tiga kali ia melamar
Henrietta Savernake, sepupu jauh, untuk menikah de"
ngan"nya. Midge duduk di bawah sinar matahari musim,
gugur, memikirkan hal-hal itu. Ia tak dapat me"mastikan
apa"kah ia senang akan bertemu dengan Edward atau
tidak. Tak dapat dikatakan bahwa ia telah melupakan
Edward. Kita tak bisa melupakan seseorang seperti
Edward. Ed"ward yang berada di Ainswick sama saja
baginya dengan Edward yang bangkit dari sebuah meja
di restoran di London untuk menyapanya. Ia sudah la"
ma sekali men"cintai Edward.
Suara Sir Henry menyadarkannya. "Menurutmu,
bagai"mana keadaan Lucy?"
"Baik sekali. Dia sama seperti biasanya." Midge ter"
senyum kecil. "Bahkan cenderung lebih baik."
"Ya-a." Sir Henry tetap mengisap pipanya. Lalu tanpa
terduga ia berkata, "Kau tahu, Midge, ka"dang-kadang
aku khawatir memikirkan Lucy."
"Khawatir?" Midge menatapnya dengan kehe"ranan.
"Mengapa?" Sir Henry menggeleng. THE HOLLOW.indd 77 "Lucy tidak menyadari bahwa ada hal-hal yang tak
boleh dilakukannya," katanya.
Midge memandanginya terus. Sir Henry berkata lagi,
"Dia menyukai hal-hal tertentu. Sejak dulu dia begitu."
Ia tersenyum. "Dulu umpamanya, dia berani melanggar
tra"disi di kediaman Gubernur. Dan seenaknya dia ber"
senda gurau dengan para atasan pada jamuan makan
malam, padahal Midge, itu dianggap sebagai suatu kesa"
lahan besar. Pada kesempatan lain, didudukkannya dua
orang musuh besar berdekatan di meja makan, dan ber"
buat se"enaknya mengenai warna! Tapi dia bukannya me?"
nim"bulkan pertengkaran besar dan menyebabkan orang
bercakar-cakaran hingga mempermalukan Raja Inggris,
tidak"jamuan makannya malah ber"hasil dengan baik!
Gara-gara muslihatnya itulah. Dia hanya tersenyum pada
orang-orang de"ngan senyumnya yang khas itu, dan me"
natap mereka dengan pasrah! Dengan para pembantu,
sama saja halnya. Dia menyusahkan mereka, tapi mereka
memujanya." "Aku tahu apa maksudmu," kata Midge sambil me"
renung. "Hal-hal yang takkan kita biarkan orang lain
me"la"kukannya, kita rasa jadi tak apa-apa bila Lucy yang
melakukannya. Aku ingin tahu, apa kelebihannya, ya"
Apakah daya tarik" Seperti pada besi berani?"
Sir Henry mengangkat bahu.
"Dia memang seperti itu sejak masih gadis, tapi
kadang-kadang kupikir hal itu bertambah parah. Maksud"
ku, dia tidak menyadari adanya batas-batas. Sampai-sam"
pai kupikir, Midge," katanya lagi dengan perasaan geli,
"bahwa bisa-bisa Lucy merasa dia dapat saja membunuh
Back To Libur 3 I Am Number Four Karya Pittacus Lore Guna Guna Tombak Api 1
^