Pencarian

Jejak Di Balik Kabut 48

Jejak Di Balik Kabut Karya Sh Mintardja Bagian 48


Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Pupus Rembulung menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya ia tidak ingin Kemuning terlibat dalam persoalan yang rumit dan gawat itu. Tetapi Kemuning telah berdiri di dekatnya. Karena itu, maka Pupus Rembulung itupun menjawab, "Kemuning, Ki Gede Lenglengan ingin membunuh aku dan ayahmu" "Membunuh?" "Ya" "Kenapa, Ibu?" "Bertanyalah kepada Ki Gede Lenglengan" Kemuning memandang Ki Gede Lenglengan, pembantupembantunya, serta anak-anak muda yang diasuhnya itu. Dengan nada berat iapun bertanya, "Ki Gede, apakah Ki Gede benar-benar akan membunuh ayah dan ibu?" "Ya" jawab Ki Gede Lenglengan pendek. "Kenapa?" "Ayah dan ibumu telah berkhianat. Mereka berniat menjebak kami dan menyerahkan kami kepada para prajurit Pajang" "Benar begitu, Ibu?" "Kau percaya kepada Ki Gede Lenglengan?" "Jika tidak, kenapa Ki Gede akan membunuh ayah dan ibu?" "Aku tidak tahu, Kemuning. Mungkin Ki Gede Lenglengan, yang sudah bersedia membantu Harya Wisaka yang telah memberontak itu menjadi semakin ketakutan karena kesalahan yang dilakukan. Karena itu maka ia telah mencurigai semua orang. Kemarin, Ki Gede Lenglengan telah memerintahkan tiga orang pengikutnya untuk menyusul dan membunuh uwakmu, Ki Pananggungan. Tetapi uwakmu adalah seorang yang berilmu sangat tinggi, sehingga dua di antara orang yang akan membunuhnya justru terbunuh. Yang seorang, karena kemurahan hati uwakmu Ki Pananggungan, dibiarkan hidup.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Nah, orang itulah yang telah dibiarkan hidup oleh uwakmu. Namun sekarang, ia telah siap untuk mencoba membunuh aku dan ayahmu serta uwakmu" "Apakah benar begitu?" Yang menjawab adalah anak muda yang disebut putera seorang tumenggung itu, "Kemuning, kemarilah. Jangan pikirkan apa yang akan terjadi. Kita mempunyai dunia kita sendiri" "Maksud Kakang?" "Dunia kita tidak tergantung kepada Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung, sehingga jika mereka terbunuh dalam pertempuran, masa depan kita tidak akan terganggu" "Aku tidak mengerti maksudmu, Kakang?" "Biarkan saja apa yang akan terjadi atas kedua orang tuamu yang telah mengkhianati sahabatnya itu, Kemuning. Kau dan aku akan tetap beranjak ke masa depan dengan penuh pengharapan" "Tetapi..." "Kau tidak boleh cengeng. Ada yang lebih berharga dari dua orang tua yang tidak dapat mengerti arus kehidupan" Tiba-tiba saja Kemuning terdiam. Dipandanginya ayah dan ibunya. Kemudian orang yang dikenalnya sebagai bibi Permati itu. Sambil tersenyum Nyi Pupus Rembulung berkata, "Nah, Kemuning, kau dapat memilih, siapakah yang pantas hidup. Ayah, ibu dan uwakmu Ki Pananggungan, atau Ki Gede Lenglengan dan orang-orangnya?" Wajah Kemuning menjadi tegang. Dengan suara yang bergetar iapun bertanya, "Kenapa" Kenapa perselisihan ini terjadi" Kenapa Ayah dan Ibu berkhianat sehingga akhirnya Ayah dan Ibu terancam kematian" "Kami tidak berkhianat, Kemuning. Ki Gede Lenglenganlah yang telah bermimpi. Tetapi sudah tentu bahwa aku dan ibumu tidak akan begitu saja menyerahkan lehernya" "Kenapa Ayah dan Ibu tidak minta maaf saja, agar kesalahan Ayah dan Ibu diampuni?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Jadi kau tetap percaya bahwa kami bersalah?" Kemuning termangu-mangu. "Kemuning" panggil anak muda yang disebut sebagai putera seorang tumenggung itu, "kemarilah. Aku akan melindungimu sampai selama-lamanya" Kemuning termangu-mangu. Anak muda itu sangat menarik hatinya. Sikapnya yang terbuka, gembira dan penuh gairah hidup menentang masa depan. Ketika ia memandang mata anak muda itu, rasa-rasanya sebuah tarikan yang kuat telah menghisapnya, sehingga di luar sadarnya Kemuning itu mulai bergeser. "Kau tetap berdiri di tempatmu, Kemuning. Kau boleh datang kepadanya, setelah kau langkahi mayat ayah dan ibumu" berkata Ki Repak Rembulung yang mulai marah. Kemuning tertegun. Ia berdiri seperti orang yang kebingungan sehingga tidak tahu apa yang harus dilakukannya. "Kemuning" panggil anak muda itu. Tetapi Kemuning menjadi bagaikan membeku di tempatnya. Dalam pada itu, Ki Gede Lenglenganpun berkata, "Gadis itu jangan menjadi hambatan. Bersiaplah. Kita bunuh Repak Rembulung, Pupus Rembulung dan Pananggungan" "Baik, Guru" sahut anak-anak muda itu hampir berbareng. Namun anak tumenggung itupun berkata, "Beri aku kesempatan menyingkirkan Kemuning" "Ambil gadis itu sepeninggal Repak Rembulung, Pupus Rembulung dan Pananggungan" Namun tiba-tiba saja terdengar suara, "Ia tidak akan dibawa ke mana-mana" Semua orang berpaling ke arah suara itu. Dua orang anak muda muncul dari samping sanggar pula. Jantung Kemuning rasa-rasanya bagaikan disengat petir. Anak-anak muda ini adalah Wijang dan Paksi. Tiba-tiba tubuh Kemuning bergetar. Gadis itu merasa tidak sanggup bertemu
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
lagi dengan anak muda yang telah membebaskannya dari tangan Bahu Langlang itu. Kemuning yang gemetar itu merasa didekap seseorang dari belakang. Ternyata adalah bibinya. Nyi Permati. "Mereka memang berada di sini, Kemuning. Kau tidak usah terkejut" Jantung Kemuning berdentang semakin keras. Ia semakin tidak tahu, apa yang harus dikerjakan. "Ki Gede Lenglengan" berkata Pangeran Benawa, "kau harus mengakhiri petualanganmu. Paman Harya Wisaka sudah tertangkap. Seharusnya kau menyerah agar persoalan yang timbul karena pemberontakan Paman Harya Wisaka dapat diselesaikan dengan tuntas" "Kau siapa?" geram Ki Gede Lenglengan. "Aku mengemban tugas yang dibebankan oleh Ayahanda Kangjeng Sultan di Pajang" "Kau anak Hadiwijaya?" "Ya. Aku adalah Pangeran Benawa. Karena itu, menyerahlah" "Setan kau, Benawa. Agaknya kau bagaikan seekor kutuk yang mendatangi sunduk. Dendamku kepada Karebet agaknya akan dapat terpuaskan hari ini. Meskipun aku tidak dapat membunuh Karebet, tetapi aku akan dapat membunuh anaknya" "Ayahanda pada waktu mudanya hampir membunuhmu. Tetapi kau masih mendapat belas kasihannya, sehingga kau tetap hidup. Tetapi aku bukan Ayahanda Sultan Hadiwijaya. Jika kau melawan, maka aku akan membunuhmu" Ki Gede Lenglengan justru tertawa. Katanya, "Jika benar kau anak Hadiwijaya, maka kaupun sombong seperti ayahmu. Bagaimana mungkin kau dapat mengalahkan aku. Jika ayahmu mengatakan bahwa ia berbelas kasihan kepadaku, itu hanyalah omong kosong. Ayahmu memang seorang pembual yang besar" "Kau tidak mempunyai pilihan" Wajah Ki Gede Lenglengan menjadi merah padam. Sementara itu, anak muda yang disebut anak tumenggung
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
itupun terkejut bukan buatan ketika ia melihat Paksi berdiri di belakang orang yang menyebut dirinya Pangeran Benawa itu. "Kakang Paksi" anak muda itu berdesis. "Ya, Lajer Laksita. Aku adalah Paksi. Aku datang untuk menjemputmu" Lajer Laksita itu termangu-mangu sejenak. Namun wajahnya menjadi pucat. Keringatnya segera membasahi keningnya. "Siapa anak itu?" bertanya Ki Gede Lenglengan. "Aku adalah kakaknya. Namaku Paksi" Namun adiknya itupun segera berteriak, "Bukan. Ia bukan kakakku" "Lajer Laksita. Aku membawa pesan Ibu, agar kau segera kembali pulang. Ibu dan adikmu perempuan itu sangat rindu kepadamu" "Kau bukan kakakku. Kau bukan anak Ki Tumenggung Sarpa Biwada" "Setidak-tidaknya kita mempunyai ibu yang sama" "Kau tidak pantas mengaku sebagai kakakku. Kau adalah anak haram yang dikandung oleh ibu tanpa seorang suami yang sah" "Katakan apa yang ingin kau katakan, Lajer Laksita. Tetapi dengarlah. Ibu dan adik perempuan kita itu merasa sangat rindu kepadamu" "Jangan katakan lagi. Telingaku sakit mendengarnya" "Kau tidak ingat lagi kepada Ibu dan adik perempuanmu itu?" "Cukup. Tutup mulutmu, anak haram. Jika kau masih berbicara lagi, aku akan menyumbat mulutmu" "Lajer Laksita" berkata Paksi yang masih mencoba menahan diri, "kau sekarang sudah berubah sama sekali. Aku tidak melihat kau sebagai Lajer Laksita yang dahulu. Mungkin namamu masih sama. Tetapi sikap dan tingkah lakumu sudah berubah sama sekali. Nampaknya kau telah menjadi budak yang baik bagi Harya Wisaka"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Kemarahan Lajer Laksita tidak dapat menahan diri lagi. Tiba-tiba saja iapun berteriak, "Guru, beri aku kesempatan untuk membunuh orang yang sangat menyakitkan hati ini. Ia telah mengotori keluargaku karena ia adalah anak yang tidak berayah" "Itu bukan kesalahan Paksi, Lajer Laksita. Ia tidak minta dilahirkan dalam keadaannya itu" berkata Pangeran Benawa. "Kau tidak usah ikut campur. Ini persoalanku dengan anak haram itu" "Baik" jawab Paksi, "ini persoalanku dengan kau yang telah menjadi budak Harya Wisaka" Keadaan menjadi bertambah tegang ketika kelima anak muda yang diasuh oleh Ki Gede Lenglengan untuk menjadi angkatan mendatang itu mulai menebar. Namun adik laki-laki Paksi, anak Ki Tumenggung Sarpa Biwada itu berkata, "Jangan ganggu aku. Aku akan bermainmain dengan laki-laki yang mengaku kakakku itu. Yang menumpang hidup pada ayahku. Yang mendapat makan, minum, pakaian dan tempat tinggal yang baik, namun ternyata kemudian tidak tahu diri. Ia berusaha mencelakakan ayahku yang telah banyak memberinya apa saja yang diperlukannya. Orang seperti laki-laki yang tidak tahu diri itu, tidak pantas untuk tetap hidup" "Aku tidak akan membantah, Lajer Laksita. Apa yang kau katakan itu semuanya benar. Aku telah mendapat makan, minum, pakaian dan tempat tinggal yang lebih dari layak. Aku berterima kasih. Untuk menyatakan terima kasihku itu, maka aku seakan-akan telah menjelajahi desa menghitung pintu untuk menemukanmu. Aku sadar, bahwa kau akan bersikap seperti ini. Tetapi aku sudah bertekad untuk membawa pulang. Membawamu kepada ibu dan adik perempuanmu. Apapun sikapmu" "Setan kau. Kau mencoba untuk mengungkit perasaanku agar aku bersikap lebih lunak kepadamu. Tidak, Ki Sanak. Aku akan membunuhmu. Ayah juga sudah berpesan kepadaku, agar aku membunuhmu. Dahulu aku kagum akan ilmumu.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Tetapi sekarang, setelah aku menyadap ilmu dari guruku, Ki Gede Lenglengan, maka ilmumu itu tidak akan berarti apa-apa bagiku" "Baik, Lajer Laksita. Jika kau berkeras untuk membuat perbandingan ilmu, aku tidak berkeberatan" "Bagus. Bersiaplah" "Jika kau benar akan bertempur seorang melawan seorang, marilah. Kita mengambil tempat terpisah dari mereka yang akan bertempur dalam kelompok. Bukankah gurumu, pembantu-pembantunya dan saudara-saudara seperguruanmu akan bertempur bersama-sama melawan Ki Pananggungan serta Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung di samping Pangeran Benawa?" "Sombongnya kamu, anak haram. Baik. Kita akan memisahkan diri. Tetapi kau jangan menganggap guruku dan saudara-saudaraku licik karena mereka bertempur di dalam kelompok. Jika itu terjadi, hanyalah karena nasib mereka yang harus berhadapan dengan guru itulah yang buruk, sedangkan merekapun sudah sepantasnya mati karena mereka terlalu banyak tahu" Paksi tidak menjawab lagi. Tetapi ia memberi isyarat kepada Pangeran Benawa, Ki Pananggungan, Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung, bahwa ia ingin bertempur di arena yang terpisah. Pangeran Benawa mengangguk sambil berkata, "Terserah kepadamu, Paksi. Tetapi satu hal yang harus kau lakukan, menangkap anak itu hidup atau mati. Ia adalah anak Tumenggung Sarpa Biwada yang jelas telah berpihak kepada Paman Harya Wisaka yang memberontak. Anak itu sendiri menunjukkan sikap perlawanannya, meskipun ia tahu, aku, Pangeran Benawa berada di sini" "Diam kau" Lajer Laksita itu membentak. Sementara itu Pangeran Benawapun berkata, "Kau dengar, ia telah membentak aku, Pangeran Benawa, Putera Mahkota di Pajang?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Jantung Lajer Laksita berdenyut semakin cepat. Karena itu, maka iapun berteriak, "Diam kau, Benawa. Kau kira sebutan dan kedudukanmu itu dapat menggoyahkan tekadku?" "Aku tahu, bahwa tekadmu tidak akan goyah, karena perasaanmu sudah mati. Selama kau berada di bawah asuhan Ki Gede Lenglengan, maka perasaan dan nalarmu telah dibunuh. Dan kau dengan bangga menyatakan kepada bumi Pajang, bahwa nalar budimu sudah mati" "Cukup. Cukup. Aku juga akan membunuhmu nanti, setelah aku membunuh anak haram ini" Tetapi Pangeran Benawa itu tertawa. Katanya, "Lihat, betapa bodohnya kau, anak Sarpa Biwada. Duniapun tidak lebih dari luasnya padepokanmu di belakang sekat yang terpisah dari kehidupan itu. Kemudian ketika kau mulai melihat dunia yang sebenarnya di rumah Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung, gurumu yang gila itu telah datang menyusulmu untuk menjeratmu kembali dalam duniamu yang sempit" Lajer Laksita tidak tahan lagi. Tiba-tiba ia bergerak ke arah Pangeran Benawa. Namun Paksipun berkata, "Aku yang akan melawanmu, bukan Pangeran Benawa. Karena kau tidak akan sempat berbuat apa-apa di hadapannya. Bahkan menyebut nama ayah dan ibu pun kau tidak akan dapat mengucapkannya" "Gila, gila" Lajer Laksita itupun berteriak-teriak untuk melepaskan tekanan di dadanya. Namun dalam pada itu, Ki Gede Lenglenganpun berkata, "Jangan cemas. Aku akan menangkap pangeran yang gila ini. Rasa-rasanya memang sudah waktunya untuk memberikan mainan yang terbaik bagimu dan saudara-saudaramu" Paksi ternyata sudah melangkah memisahkan diri sambil berkata, "Di sini, kita leluasa untuk bermain gamparan" Lajer Laksita sudah tidak sabar lagi. Anak muda itupun segera meloncat menyerang Paksi. Yang terdengar adalah jerit Kemuning. Di luar sadarnya gadis itu melangkah mendekati Paksi dan Lajer Laksita yang mulai bertempur.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Jangan. Jangan" Kedua orang anak muda itu berloncatan surut. Sementara itu, Lajer Laksitapun berkata, "Jangan cemas, Kemuning. Ia tidak akan dapat berbuat apa-apa atasku. Aku akan membunuhnya dalam waktu yang singkat" "Jangan" suara Kemuning menjadi parau. "Kenapa?" Kemuning tidak menjawab. Tetapi matanya menjadi basah. Bagi Kemuning kedua orang anak muda itu mempunyai kedudukan tersendiri di dalam hatinya. Namun ketika keduanya yang ternyata kakak beradik itu hadir bersama-sama, maka baru terasa pada Kemuning, betapa wibawa Paksi terasa sangat mencengkamnya, sehingga untuk menyebut namanya saja Kemuning merasa tidak mampu mengucapkannya. "Jangan cemas, Kemuning. Aku tidak akan apa-apa. Aku akan menyelesaikan anak haram ini segera" Namun Paksipun menyahut, "Jika ia berhasil, maka iapun akan segera membantu kawan-kawanmu membunuh ayah dan ibumu, Kemuning. Jika itu juga berhasil, maka kau akan dibawanya untuk menjadi budaknya" "Diam kau, anak yang tidak tahu diri. Betapa kebaikan ayahku kau balas dengan kecurangan dan pengkhianatan sehingga ayahku tertangkap karenanya" "Tidak hanya ayahmu, sekarang kau dan Lenglengan akan ditangkap hidup atau mati" Lajer Laksita tidak menunggu lagi. Dengan cepat iapun meloncat menyerang Paksi. Ia tidak lagi bertempur dengan tangan telanjang, karena Paksi menggenggam tongkatnya. Ketika sebilah pedang ditarik dari sarungnya, maka pantulan cahaya matahari nampak berkilat-kilat menyilaukan mata. Keduanyapun segera terlibat ke dalam pertempuran yang sengit. Dendam dan kebencian Lajer Laksita telah membakar ubun-ubunnya. Karena itu, maka pedangnyapun segera menggelepar, menyerang dari segala arah. Sekalisekali pedang di tangan Lajer Laksita itu terayun mendatar.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Kemudian menebas ke arah dada. Bahkan terjulur lurus menikam ke arah jantung. Namun Paksi masih tetap mampu mengelakkannya. "Kemajuannya memang luar biasa" berkata Paksi di dalam hatinya. "Tetapi kekasaran yang liar nampak pada ilmunya. Mungkin bersumber dari Ki Repak Rembulung atau Nyi Pupus Rembulung, tetapi mungkin bersumber dari Lenglengan itu sendiri" Dengan demikian, maka pertempuran di antara kedua orang kakak beradik itupun menjadi semakin sengit. Pedang di tangan Lajer Laksita terayun-ayun mengerikan, sementara itu tongkat Paksipun berputar seperti baling-baling. Sementara itu, Pangeran Benawa, Ki Pananggungan, Repak Rembulung dan Pupus Rembulung telah bersiap pula untuk menghadapi Ki Gede Lenglengan, dua orang pembantunya dan empat orang anak muda yang diasuh oleh Ki Gede Lenglengan itu. "Kalian tidak akan sempat menolong dan menyelamatkan anak haram itu dari tangan muridku. Sekarang bersiaplah untuk menerima nasib atas kalian sendiri. Aku akan membunuh Repak Rembulung. Dua orang kawanku akan membunuh Pupus Rembulung. Yang lain akan menghadapi Pangeran Benawa dan Pananggungan yang kemarin luput dari kematian karena kelicikannya itu" "Kau kira kau akan dapat luput dari tanganku, Lenglengan" Kau tidak akan dapat memilih lawan, karena aku sendiri, atas nama Ayahanda Kangjeng Sultan Hadiwijaya, akan menangkapmu hidup atau mati" Ki Gede Lenglengan itu menggeram. Katanya, "Pangeran Benawa, jadi kau datang kemari untuk membunuh diri" Apakah hakmu sebagai putera mahkota dicabut sehingga kau merasa lebih baik mati, sehingga kau datang kepadaku untuk minta agar aku membantumu mengantar kau ke jalan kematian?" "Kau tidak usah berceloteh lagi, Lenglengan. Menyerah, atau kau akan mengalami nasib sangat buruk"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Persetan kau, Benawa. Jika benar kau ingin menjajagi ilmuku, marilah. Bersiaplah" Pangeran Benawapun kemudian telah bersiap untuk menghadapi Ki Gede Lenglengan, sementara yang lainpun segera mempersiapkan diri pula. "Pangeran Benawa" berkata Ki Gede Lenglengan, "setiap orang dapat saja menyebut dirinya Pangeran Benawa. Tetapi sebelum kau mati, aku ingin meyakinkan apakah kau benar Pangeran Benawa" Pangeran Benawa itu tidak menjawab. Tetapi Pangeran Benawa itupun segera mengeluarkan cincin kerajaan yang pernah diperbincangkan oleh banyak orang, terutama mereka dari dunia yang gelap. Sambil mengenakan cincin itu, Pangeran Benawapun berkata, "Nah, kau kenal cincin ini" Atau setidak-tidaknya kau pernah mendengar orang menyebut cincin kerajaan ini?" Bukan hanya jantung Ki Gede Lenglengan yang berdebaran. Tetapi jantung Repak Rembulung dan Pupus Rembulungpun bergetar pula. Mereka termasuk di antara orang-orang yang memburu cincin itu, dan yang ternyata memang ada di tangan Pangeran Benawa. Tetapi segala-galanya telah berubah pada Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung. Cincin itu bagi mereka tidak lagi menjadi benda yang harus diburu. Tetapi rasarasanya cincin itu memang pantas dikenakan di jari-jari Pangeran Benawa. Ki Gede Lenglengan yang melihat Pangeran Benawa mengenakan cincin itu menggeram. Katanya, "Kau tidak akan mengenakan cincin itu terlalu lama. Kau akan mati dan akulah yang akan mengenakan cincin itu" Pangeran Benawa seolah-olah tidak mendengarnya. Tetapi Pangeran Benawa itupun berkata, "Nah, Lenglengan. Sekarang kau yakin, bahwa kau berhadapan dengan Pangeran Pati Pajang yang mengemban perintah Kangjeng Sultan. Apa katamu?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Aku akan membunuhmu, siapa pun kau. Apalagi kau telah membawa cincin itu. Maka keinginanku untuk membunuhmu menjadi semakin besar" "Aku sudah bersiap, Ki Gede. Apakah masih ada yang akan kau katakan?" "Persetan kau" Ki Gede Lenglengan itupun dengan tiba-tiba telah menyerang Pangeran Benawa. Tetapi Pangeran Benawa sudah bersiap menghadapinya, sehingga dengan tangkasnya Pangeran Benawapun telah menghindar. Serangan Ki Gede Lenglengan itu merupakan aba-aba bagi kedua orang pengikutnya dan keempat anak muda yang diasuhnya. Dengan cepat pula mereka segera menyerang Ki Pananggungan, Ki Repak Rembulung dan Pupus Rembulung. Namun mereka telah bersiap sepenuhnya, sehingga karena itu, maka serangan-serangan mereka tidak menyentuh sasaran. Ki Repak Rembulungpun kemudian berkata kepada Ki Pananggungan, "Kakang, biarlah aku selesaikan anak-anak itu bersama Pupus Rembulung. Kau hadapi kedua orang pengikut Lenglengan itu. Bukankah kau sudah mengetahui tataran ilmunya?" "Setan kau" geram orang yang bertubuh pendek. "Jangan terlalu sombong. Jika kawanku tidak sempat membunuhmu kemarin, bukan ukuran bahwa aku juga tidak akan mampu membunuhmu" "Kau akan membunuhku, orang cebol?" "Aku tidak menyesali tubuhku yang barangkali lebih pendek dari kebanyakan orang. Karena itu orang menyebutku Ajak Bungkik. Tetapi itu tidak akan menghalangi rencanaku untuk membunuhmu" Ki Pananggungan tertawa. Katanya, "Baiklah. Kita akan bermain-main. Marilah. Tetapi ingat, aku tidak akan berbaik hati lagi. Sekarang tidak akan ada yang aku kasih hidup seperti kemarin" "Cukup" teriak Ajak Bungkik. Iapun dengan cepat melenting. Kakinya menyambar ke arah dada.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Namun Ki Pananggungan cepat mengelak, meskipun jantungnya terasa berdebar. Ternyata Bungkik itu mampu bergerak sangat cepat. Dengan demikian, maka Ki Pananggungan itu harus berhatihati menghadapi orang yang menyebut dirinya Ajak Bungkik itu. Bersama seorang kawannya, orang itu menyerang Ki Pananggungan seperti arus gelombang yang datang beruntun menghantam tebing. Ki Pananggunganpun kemudian berloncatan mengambil jarak dari Repak Rembulung dan Pupus Rembulung. Ki Pananggunganpun telah menjauhi pula arena pertempuran antara Pangeran Benawa melawan Ki Gede Lenglengan. "Jangan lari" teriak Ajak Bungkik. Ki Pananggungan tertawa. Katanya, "Kau kira aku akan lari?" "Kau sedang mencari kesempatan. Jika kami lengah, maka kau akan segera melarikan diri" "Jika aku hanya ingin melarikan diri, maka aku tidak akan memasuki halaman rumah Repak Rembulung" "Persetan dengan celotehmu. Sebentar lagi kau akan mati" Sebenarnyalah bahwa orang yang disebut Ajak Bungkik itu mempunyai kelebihan dari kawan-kawannya yang telah mencegat dan berusaha membunuh Ki Pananggungan. Ia mampu bergerak sangat cepat. Tubuhnya seakan-akan tidak berbobot. Berloncatan berputaran. Kedua kakinya seakan-akan tidak menyentuh tanah. Namun Ki Pananggungan adalah seorang yang memiliki ilmu yang mapan. Karena itu, maka pertahanannya tidak mudah dikoyak oleh serangan-serangan Ajak Bungkik dan kawannya. Yang kemudian dikepung oleh empat orang anak muda adalah Repak Rembulung dan Pupus Rembulung. Anak-anak muda yang pernah menjadi muridnya beberapa saat lamanya sebelum Ki Gede Lenglengan itu datang. "Kalian benar-benar akan melawan kami berdua?" bertanya Repak Rembulung.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Jangan menyesali nasibmu" sahut seorang di antara mereka. "Bagaimana mungkin hal ini kalian lakukan. Bukankah kalian tahu tataran ilmu dan kemampuanku?" "Kami tahu. Tetapi kalian berdualah yang tidak mampu membimbing kami di sini. Ilmu kami memang tidak meningkat sama sekali, karena kalian tidak mampu berbuat apa-apa. Tetapi demikian guru datang, maka kami telah menjadi orang yang memiliki ilmu lebih tinggi dari kalian berdua" Pupus Rembulung tertawa sambil berkata, "Kami kagumi cara Ki Gede Lenglengan menusukkan racun ke dalam jantungmu. Kalian telah menjadi orang yang kehilangan pribadi kalian sepenuhnya. Lihat, betapa Lajer Laksita harus bertempur melawan kakaknya sendiri. Sekarang kalian telah berani menentang kami. Bukankah itu merupakan satu keganjilan yang terjadi pada nalar budi kalian?" "Jangan mencoba membujuk dan menyesatkan penalaran kami. Tidak akan ada gunanya, karena kami tahu pasti apa yang kami lakukan" Repak Rembulungpun menyahut, "Tidak ada gunanya berbicara dengan mereka, Nyi. Mereka benar-benar sudah kehilangan diri mereka sendiri. Mereka sekarang menjadi tidak lebih dari seekor kerbau yang telah dicocok hidungnya. Mereka akan pergi ke mana mereka harus pergi sesuai dengan kemauan orang yang memegang kendali" "Kami beri kesempatan kalian berbicara sepuas-puas hati sebelum tubuh kalian terbujur di dalam kubur" Repak Rembulung menggelengkan kepalanya. Katanya, "Baiklah, kami akan berusaha membangunkan kalian dari sebuah mimpi yang buruk" Repak Rembulung dan Pupus Rembulung tidak sempat berbicara untuk membujuk mereka lagi. Nampaknya hati mereka telah benar-benar membeku. Ketika keempat orang anak muda itu mulai bergerak, maka Repak Rembulung dan Pupus Rembulungpun harus bergeser pula. Namun keduanya sengaja tidak mengambil jarak. Mereka akan bertempur bersama menghadapi keempat orang anak muda itu.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Sebenarnyalah sejenak kemudian keempat orang anak muda itu telah menyerang Repak Rembulung dan Pupus Rembulung seperti arus prahara. Kemudian mereka telah membuat mereka menjadi sangat garang. Sementara itu, ajaran yang diberikan oleh Ki Gede Lenglengan adalah ilmu yang keras dan kasar. Pada saat-saat terakhir, Ki Gede Lenglengan ingin anak-anak asuhannya itu lebih cepat maju sehingga justru karena itu, maka anak-anak muda itu telah berlatih dengan keras dan kasar. Sebenarnyalah bahwa rencana Ki Gede Lenglengan pada suatu saat adalah menyingkirkan Repak Rembulung dan Pupus Rembulung. Namun bagaimanapun juga Repak Rembulung dan Pupus Rembulung harus mengakui, bahwa anak-anak itu mendapat kemajuan yang pesat setelah Ki Gede Lenglengan datang. Namun unsur gerak yang nampak adalah unsur-unsur gerak yang kadang-kadang tidak pantas dilakukan, dan bahkan kasar dan kotor. Meskipun mereka bergerak dalam kesatuan irama, namun iramanya adalah irama yang liar dan bahkan buas. "Ki Gede Lenglengan ingin mereka secepatnya dapat dipergunakan, sehingga apapun yang dilakukan, tidak pernah mendapat penilaian sama sekali" berkata Repak Rembulung. "Ya. Rasa-rasanya aku tidak dapat mengenali mereka lagi" sahut Pupus Rembulung. "Jangan menyesali nasibmu yang buruk" berkata salah seorang dari anak muda itu. "Jika beberapa saat yang lalu kami masih berguru kepadamu, maka sekarang kami telah mampu membunuhmu" "Apakah kau berbicara dari lubuk hatimu, atau sekedar mengigau tanpa kau mengerti artinya?" Pertanyaan itu memang agak mengejutkan. Anak muda itu diam sesaat. Namun kawannyalah yang menyahut, "Kalian berdua memang tidak mempunyai arti apa-apa bagi kami. Karena itu, kalian berdua harus disingkirkan agar kalian tidak mengganggu kami yang akan tinggal di sini untuk seterusnya"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Pupus Rembulung yang berloncatan menghindari serangan lawannya itu masih sempat berkata, "Mereka benar-benar tidak dapat mengenali diri mereka sendiri, Kakang. Jiwa mereka telah berada di bawah pengaruh Ki Gede Lenglengan. Jika Ki Gede Lenglengan itu nanti mati, baru mereka akan dapat disadarkan dari mimpi mereka yang gila itu" "Tidak akan dapat secepat itu, Nyi. Tentu memerlukan waktu" "Ya. Tentu memerlukan waktu" Dalam pada itu, keempat orang anak muda itu menyerang Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung dengan kasarnya. Serangan mereka datang beruntun susul-menyusul, namun kadang-kadang serangan merekapun datang serentak bersama dari segala arah. Namun Repak Rembulung dan Pupus Rembulung yang sudah bertahun bertulang, sama sekali tidak menjadi bingung menghadapi lawan yang kasar. Bahkan Repak Rembulung dan Pupus Rembulung mampu pula bertempur dengan kasar dan bahkan liar. Jika ia berada di antara serigala yang liar dan buas, maka mereka akan menjadi seekor macan kumbang yang tidak kalah liar dan buasnya. Tetapi melawan anak-anak muda yang liar itu, Repak Rembulung dan Pupus Rembulung masih mencoba mengendalikan diri agar mereka tetap menunjukkan kebesaran seorang guru dalam olah kanuragan. Dalam pada itu, Ki Gede Lenglengan yang bertempur melawan Pangeran Benawa mulai menyadari, bahwa anak Karebet itu mewarisi ketinggian ilmu ayahnya. Jika pada masa mudanya Lenglengan tidak mampu mengimbangi kemampuan Karebet, maka setelah sekian puluh tahun ia menempa diri, ternyata anak Karebet itu pun tidak segera dapat ditundukkan. "Bagaimana caranya Karebet menuangkan ilmunya ke dalam diri anaknya itu" berkata Ki Gede Lenglengan di dalam hatinya. "Anak ini mempunyai kemampuan jauh lebih tinggi dari saat Karebet seumur dengan Benawa ini"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Dengan demikian, maka Ki Gede Lenglengan itupun harus meningkatkan ilmunya selapis demi selapis. Namun Pangeran Benawapun telah melakukannya juga. Ilmunya meningkat selapis demi selapis. Sehingga dengan demikian, maka Pangeran Benawa itu selalu dapat mengimbangi ilmu Ki Gede Lenglengan. Bahkan semakin tinggi ilmu Ki Gede Lenglengan, Pangeran Benawa masih tetap mampu mengimbanginya. Agak terpisah, Paksi Pamekas masih bertempur melawan adik laki-lakinya. Adik laki-laki yang sangat dikasihinya sebagaimana adik perempuan dan ibunya. Namun yang kemudian telah tersesat ke sebuah padepokan yang dipimpin oleh Ki Gede Lenglengan itu. Di luar lingkaran pertempuran, Kemuning berdiri dengan tegangnya. Ketika Nyi Permati mendekatinya dan menarik lengannya, Kemuning tetap tidak beranjak dari tempatnya. "Kemuning" desis Nyi Permati. Tetapi Kemuning masih tetap berdiri dengan tegangnya. Di hadapannya dua orang anak muda, kakak beradik, bertempur di antara hidup dan mati. Dua orang yang mempunyai sentuhan khusus di hatinya. Bagi Kemuning pertempuran di antara keduanya itu bagaikan terjadi dalam dirinya. Meskipun agaknya Paksi tidak menghiraukannya lagi setelah sekian lama berpisah, tetapi bekasnya masih tetap terpahat di hati Kemuning. Sedangkan adiknya, Lajer Laksita, adalah anak muda yang telah memberi isi dalam hidupnya yang sepi di tempat terpencil itu. Namun Kemuning yang serba sedikit juga memiliki bekal olah kanuragan itu melihat, betapa jauh berbeda watak dan sifat ilmu yang dimiliki oleh Paksi Pamekas dan adiknya, Lajer Laksita. Perlahan-lahan Kemuning melihat unsur-unsur gerak Lajer Laksita menjadi semakin keras dan kasar. Sementara itu, Paksi Pamekas tetap pada dasar ilmunya yang meskipun keras, tetapi tidak menunjukkan kekasarannya. Pedang Lajer Laksitapun terayun-ayun mengerikan. Sekalisekali pantulan cahaya matahari menyambar mata Paksi,
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
sehingga Paksi harus bergeser untuk menghindari kilatan pantulan yang menyilaukan itu. Namun putaran tongkat Paksi sekali-sekali membingungkan Lajer Laksita. Setiap kali terjadi benturan, bukan tongkat Paksi yang patah, tetapi tangan Lajer Laksitalah yang bergetar. Tetapi Lajer Laksita tidak tanggap akan kekuatan dan tenaga yang tersimpan pada diri kakaknya itu. Karena itu, maka serangan-serangannyapun datang semakin cepat, semakin keras dan kasar. "Inikah yang kau warisi dari Ki Gede Lenglengan itu, Lajer Laksita?" bertanya Paksi. Lajer Laksita menggeram. Dengan kasar iapun membentak, "Aku bunuh kau, pengkhianat" "Siapa yang berkhianat" Berkhianat terhadap siapa?" "Kau telah berkhianat terhadap ayahku yang memeliharamu, memberimu makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal" "Jika ayahmu itu tidak berkhianat terhadap Pajang, maka aku pun tidak bermimpi untuk mengkhianatinya. Bagiku, lebih baik berkhianat terhadap seorang pengkhianat daripada berkhianat terhadap negara" "Tutup mulut, anak haram" "Meskipun kau sebut aku anak haram, tetapi aku masih mempunyai harga diri serta kesetiaan kepada Pajang. Nah, apa yang dilakukan oleh ayahmu" Membiarkan dirinya diperbudak oleh Harya Wisaka, seorang pemberontak" Lebih dari itu, ia telah menyeret anaknya dan menyerahkannya kepada seseorang seperti Ki Gede Lenglengan itu. Seorang yang keras, kasar, liar dan bodoh. Yang diketahuinya tidak lebih dari merampok, membunuh orang yang tidak berdaya, bahkan kemudian telah bekerja bersama dengan para pengkhianat termasuk ayahmu" "Diam. Diam. Aku koyakkan mulutmu" Tetapi demikian mulut Lajer Laksita itu terkatup, tongkat Paksi telah menembus pertahanannya. Menyusup lewat celahcelah ayunan pedang Lajer Laksita, mengenai lambungnya.
http://www.mardias.mywapblog.com
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Lajer Laksita menyeringai menahan sakit. Anak muda itu terdorong beberapa langkah surut. Kemarahannyapun semakin menyala di dadanya. "Aku bunuh kau" teriak Lajer Laksita. Namun tongkat Paksi itu telah terayun mengenai lengannya, sehingga Lajer Laksita itu terhuyung-huyung ke samping. Tulang lengannya serasa telah menjadi retak, sehingga Lajer Laksita itu berdesah tertahan. "Marilah. Bangkit, anak muda" berkata Paksi. "Meskipun kau tidak mempunyai harapan apa pun, tetapi matilah sebagai laki-laki" Kemarahan benar-benar telah meledak di dadanya. Karena itu, maka Lajer Laksita itupun berteriak keras sekali, "Diam. Diam kau, anak haram" Namun mulut Lajer Laksitalah yang terbungkam. Tangan kiri Paksi terjulur lurus mengenai mulut Lajer Laksita yang berteriak itu. Ketika pedangnya terayun menebas ke arah tangan kiri Paksi Pamekas, pedang itu telah membentur tongkat Paksi. Bahkan tongkat itupun berputar dengan cepatnya, seakan-akan telah menghisap pedang di tangan adik laki-lakinya. Lajer Laksita ternyata tidak mampu menahan hisapan tongkat Paksi Pamekas, sehingga karena itu, maka pedangnyapun telah terloncat dari tangannya. Sementara itu tangannya terasa menjadi pedih sekali. Ketika Lajer Laksita berusaha menggapai pedangnya, maka ujung tongkat Paksi tiba-tiba saja telah melekat di ubunubunnya. "Tongkatku dapat melubangi ubun-ubunmu" geram Paksi. Lajer Laksita termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun berkata lantang, "Lakukan. Bunuh aku. Aku sama sekali tidak takut mati. Adalah sudah aku sadari sejak semula, bahwa akibat seperti ini akan dapat terjadi atas seseorang yang berjuang untuk menegakkan kebenaran" "Kebenaran macam apa yang kau perjuangkan" Kebenaran atas landasan berpikir Harya Wisaka yang tamak itu?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Persetan dengan kau, anak haram. Bunuh aku. Jangan banyak bicara" "Kau kira aku akan membunuhmu" Bagiku, tongkatku akan lebih berharga untuk membunuh seekor tikus daripada membunuh seorang pemberontak dan pengkhianat" "Diam. Diam kau" teriak Lajer Laksita. Namun tiba-tiba saja kaki Paksi telah menyambar dagunya, sehingga gigi adik laki-lakinya itu gemeretak. Di luar sadarnya, Lajer Laksita itu mengaduh. Ketika tangannya meraba mulutnya, terasa cairan yang pekat dan hangat membasah di tangannya. Agaknya bibirnya telah pecah sehingga darah mulai meleleh dari bibirnya itu. "Ayo, kau mau apa" Merengek minta aku membunuhmu" Sudah aku katakan bahwa kau tidak cukup berharga untuk dibunuh" Lajer Laksita itu hampir saja mengumpat. Tetapi ujung tongkat Paksi sudah melekat di pipinya. "Katakan yang ingin kau katakan. Kau memang seorang anak yang telah dibentuk untuk menjadi kasar, liar, buas dan tidak mengerti tatanan serta unggah-ungguh" Lajer Laksita mengurungkan niatnya. Tetapi matanya menjadi merah seperti bara. "Kenapa matamu menjadi merah, he" Jika matamu membuat hatiku semakin geram, aku akan mencungkil biji matamu. Tetapi dengar, aku tidak akan membunuhmu" "Licik, pengecut. Kenapa kau tidak mau membunuh?" Paksi tidak menjawab. Tetapi tangannya terayun deras sekali, menampar mulut anak muda itu. Yang menjerit adalah Kemuning. Dengan nada berat di sela-sela isak tangisnya ia berkata, "Jangan, Kakang. Jangan" "Diam" Paksipun membentak keras sekali. "Jangan ikut campur" "Aku mohon" "Persoalanku dengan pengkhianat ini tidak ada hubungannya dengan kau. Menyingkirlah jika kau tidak sampai hati melihat aku menghancurkan anak pengkhianat ini"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Kaulah yang tidak tahu diri" teriak Lajer Laksita. "Dengar, anak manja, pada umurku yang belum genap tujuh belas tahun, aku sudah mendapat perintah untuk mencari cincin kerajaan di dalam belukar, kehidupan yang penuh dengan duri. Untunglah, ada orang yang menolongku. Untunglah bahwa Ki Pananggungan baik kepadaku. Untunglah bahwa Ki Repak Rembulung dan Nyi Repak Rembulung tidak membantaiku. Di semak belukar olah kanuragan itu, terdapat kelompok-kelompok dari beberapa perguruan yang ganasnya melampaui orang yang kau sembah dan bernama Lenglengan itu" "Cukup" teriak Lajer Laksita. Tetapi sekali lagi Paksi menampar mulut itu keras sekali, sehingga Lajer Laksita terhuyung-huyung. "Kau tidak dapat memerintah aku untuk diam. Jika kau tidak mau mendengar, aku potong telingamu dengan pedangmu sendiri" "Kakang, Kakang Paksi, jangan" tangis Kemuning. "Jangan turut campur" "Aku mohon, Kakang" "Jika aku tahu kau akan menghambat tugasku kali ini, aku tidak akan melepaskanmu dari tangan Bahu Langlang. Biarlah kau menjadi mangsanya dan untuk selamanya kau tidak akan dapat menikmati cerahnya sinar matahari" "Kakang" tiba-tiba saja Kemuning berlari mendekap Nyi Permati sambil menangis. Ia tidak mengerti, kenapa Paksi tiba-tiba telah berubah. Paksi yang dilihatnya itu rasa-rasanya bukan Paksi yang pernah dikenalnya. Bibinya seakan-akan dapat membaca perasaan gadis itu. Karena itu sambil memeluk Kemuning yang menangis, Nyi Permatipun berkata, "Angger Paksi mencoba untuk bersabar. Tetapi adiknya telah merendahkannya, menghinanya dan menghempaskan martabatnya di bawah telapak kakinya, sehingga batas kesabaran Angger Paksipun telah dilanggarnya. Ledakan itu menjadi sulit untuk dikendalikan
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
betapapun Angger Paksi adalah seorang yang terbiasa mengekang diri" Ketika Paksi sedang berpaling kepada Kemuning, maka Lajer Laksita berusaha untuk memanfaatkan kelemahan itu. Dengan cepat Lajer Laksita meloncat menyerang Paksi dengan tangan terjulur, jari-jarinya mengembang untuk mencengkam leher. Namun ternyata Paksi menyadari akan serangan itu. Dengan tangkasnya ia mengelak. Demikian tangan Lajer Laksita terjulur, maka Paksipun segera merendahkan dirinya. Tongkatnya dengan derasnya menyapu kaki Lajer Laksita, sehingga anak muda itupun jatuh tertelungkup. Ketika Lajer Laksita berusaha dengan cepat bangkit, maka tongkat Paksi telah memukul lambungnya. Lajer Laksita yang kesakitan itu menggeliat. Namun Paksi telah meloncat sambil memutar tubuhnya. Kakinya terayun deras, menghantam kening adik laki-lakinya, sehingga Lajer Laksita itu terpelanting jatuh. "Bibi, Bibi" terdengar tangis Kemuning. Paksi tidak memburunya. Dibiarkannya Lajer Laksita bangkit berdiri. Wajahnya menjadi pengap dengan nada kebiru-biruan. "Mari, anak manja, anak Tumenggung Sarpa Biwada. Jika kau laki-laki, ambil pedangmu. Kita akan bertempur sampai tuntas" Lajer Laksita termangu-mangu sejenak. Namun Paksi itu melangkah menjauh sambil berkata, "Ambil pedangmu atau aku patahkan tanganmu" Lajer Laksita tidak dapat berbuat lain. Dipungutnya pedangnya yang terjatuh. Iapun kemudian bersiap untuk bertempur melawan Paksi. "Tunjukkan bahwa kau anak Tumenggung Sarpa Biwada yang telah berkhianat itu, dan telah menempatkan dirinya sebagai budak Harya Wisaka. Bangkit. Lawan aku yang kau sebut anak haram"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Mata Lajer Laksita memang menyala. Tetapi ia tidak dapat mengingkari kenyataan, bahwa ilmu Paksi masih jauh berada di atas kemampuannya. Namun Lajer Laksita itupun kemudian telah terpancing lagi untuk bertempur melawan Paksi. Namun semakin lama ia bertempur, maka tubuhnya menjadi semakin kesakitan. Paksi memukulinya di mana saja. Lengannya, bahunya, lambungnya, pahanya, dadanya dan di mana-mana. Dalam pada itu, ternyata Repak Rembulung dan Pupus Rembulung telah berusaha membuat keempat anak muda yang pernah berguru kepadanya itu menjadi jera. Repak Rembulung dan Pupus Rembulung tidak segera menundukkan keempat orang anak muda itu. Tetapi perlahan-lahan keempat anak muda itu dipaksa untuk mengakui betapa lemahnya mereka di hadapan Repak Rembulung dan Pupus Rembulung. Berbeda dengan Repak Rembulung dan Pupus Rembulung, Ki Pananggungan pun bertempur dengan garangnya. Ajak Bungkik memang mempunyai kelebihan dari kawan-kawannya. Karena itu, berdua dengan seorang kawannya, ia mampu bertahan beberapa lama menghadapi serangan-serangan Ki Pananggungan yang datang membadai. Namun beberapa saat kemudian, ia harus menghadapi kenyataan, bahwa Ki Pananggungan memang seorang yang berilmu sangat tinggi. Karena itu, betapapun Ajak Bungkik dan kawannya mengerahkan kemampuannya, namun mereka berduapun semakin lama menjadi semakin terdesak. Di sisi lain, Pangeran Benawa bertempur dengan sengitnya melawan Ki Gede Lenglengan. Ki Gede Lenglengan yang marah itupun telah meningkatkan ilmunya semakin tinggi. Ia ingin segera menghancurkan lawannya. Apalagi ketika ia melihat lawannya itu mengenakan cincin yang telah diburu oleh banyak orang. Tetapi ternyata Pangeran Benawa masih saja tetap mampu mengimbangi ilmunya. Sekali-sekali Ki Gede Lenglengan memang mampu mendesak Pangeran Benawa. Namun yang
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
terjadi kemudian adalah sebaliknya. Ki Gede Lenglengan harus berloncatan surut mengambil jarak. Namun Pangeran Benawa yang menyadari betapa tingginya ilmu Ki Gede Lenglengan, harus bertempur dengan hati-hati. Ia tidak boleh mengerahkan tenaganya dengan sia-sia. Ia harus menghemat tenaganya itu, karena Pangeran Benawa sadar, bahwa ia akan memerlukan waktu yang lama menghadapi Ki Gede Lenglengan. Berbeda dengan lawannya, Ki Gede Lenglengan agaknya terlalu bernafsu untuk segera mengalahkan lawannya yang jauh lebih muda daripadanya itu. Ki Gede tidak mau dianggap tidak memiliki ilmu yang cukup tinggi untuk mengalahkan Pangeran Benawa dengan segera. Karena itu, maka Ki Gede Lenglengan yang kurang perhitungan karena dorongan nafsunya itu, telah mengerahkan tenaganya agar segera dapat mengakhiri pertempuran. Dengan demikian, maka tenaga Ki Gede Lenglengan menjadi lebih cepat menyusut daripada tenaga Pangeran Benawa yang masih jauh lebih muda itu. Ketika Ki Gede Lenglengan dengan garangnya menyerang Pangeran Benawa seperti arus prahara, maka mereka mendengar Ajak Bungkik bagaikan melolong panjang. Ki Gede Lenglengan yang meloncat mengambil jarak, berusaha untuk melihat apa yang telah terjadi. Sementara itu, Pangeran Benawa pun tidak memburunya, karena Pangeran Benawa juga ingin tahu, apa yang terjadi itu. Ternyata Ajak Bungkik itu terlempar beberapa langkah surut. Tubuhnyapun kemudian terbanting jatuh di tanah. Beberapa kali ia berguling. Namun ketika ia mencoba untuk meloncat bangkit, ternyata Ki Pananggungan yang memburunya itu telah bersiap pula. Tanpa menghiraukan lawannya yang seorang lagi, maka ketika Ajak Bungkik itu bangkit berdiri, Ki Pananggunganpun telah meloncat menyerang. Kakinya terjulur menyamping langsung mengenai dada Ajak Bungkik.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Sekali lagi Ajak Bungkik itu terpelanting jatuh sambil mengaduh kesakitan. Pada saat yang bersamaan, kawan Ajak Bungkik itu telah menyerang Ki Pananggungan. Namun Ki Pananggungan ternyata masih sempat menggeliat, sehingga serangan orang itu tidak sempat mengenainya. Bahkan kemudian orang itupun terlempar pula dan jatuh tertelungkup oleh dorongan tenaga yang sangat kuat pada punggungnya. Wajah orang itu yang tersuruk ke dalam debu bukan saja menjadi kotor, tetapi juga terluka. Pada hidung dan dahinya telah mengembun darah. Ketika orang itu bangkit, Ajak Bungkik pun masih sempat bangkit pula meskipun terasa dadanya menjadi sesak. "Menyerahlah" geram Ki Pananggungan. "Ini adalah peringatanku yang terakhir" Tetapi Ajak Bungkik sama sekali tidak menghiraukannya. Bahkan dengan garangnya ia meloncat menerkam Ki Pananggungan seperti seekor serigala menyerang mangsanya. Ki Pananggungan tidak ingin memberinya kesempatan lagi. Demikian Ajak Bungkik itu menerkamnya, maka dengan ujung jari-jarinya yang merapat, Ki Pananggungan telah menghentak ke arah ulu hati Ajak Bungkik itu. Yang terdengar adalah teriakan yang mirip dengan lolong serigala itu. Ajak Bungkik itu membungkuk kesakitan. Namun pada saat yang itu pula, Ki Pananggungan telah menghantam tengkuk Ajak Bungkik itu dengan telapak tangannya. Sekali lagi Ajak Bungkik itu terjerembab. Sekali ia menggeliat, namun Ajak Bungkik itupun tidak bergerak lagi. Kawannya melihat kesempatan yang terbuka. Iapun dengan cepat meloncat sambil menyerang dengan kakinya. Tetapi serangan itu tidak mengenai sasaran. Bahkan Ki Pananggungan telah meloncat menyerang pula. Tangannya terjulur menghantam ke arah dada orang itu. Daya tahan orang itu tidak sekuat daya tahan Ajak Bungkik. Serangan Ki Pananggungan itu telah merobohkannya. Dari mulutnya mengalir darah merah membasahi bumi.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Ki Gede Lenglengan seperti terbangun dari mimpi buruknya. Ketika ia berpaling, dilihatnya Pangeran Benawa seakan-akan sengaja menunggunya. Dengan nada berat Pangeran Benawa itupun berkata, "Kau lihat akhir dari orangorang kebanggaanmu itu, Ki Gede Lenglengan?" "Persetan dengan orang-orang yang rapuh itu. Tetapi aku bukan mereka. Aku adalah Ki Gede Lenglengan" "Kau pun tidak ada bedanya dengan mereka itu. Kau pun sudah menjadi rapuh. Wadagmu tidak lagi mampu mendukung gejolak darahmu. Itulah sebabnya dengan tergesa-gesa kau ajari anak-anak muda itu dengan keinginan Paman Harya Wisaka untuk menyusun kekuatan bagi masa mendatang yang ternyata tidak lebih dari sebuah mimpi" "Tutup mulutmu, Pangeran Benawa. Saatmu untuk mati telah tiba" "Bukan saatku untuk mati. Tetapi saatku untuk membunuh" Ki Gede Lenglenganpun kemudian berteriak nyaring. Hentakan ilmunya memang mengejutkan. Tiba-tiba saja Ki Gede Lenglengan itu bergerak dengan cepat sekali menyerang Pangeran Benawa. Pangeran Benawa terkejut. Ia sadar, bahwa Ki Gede Lenglengan akan sampai ke puncak ilmunya. Pada saat Ki Gede Lenglengan bertempur dan menghadapi kesulitan di padepokan melawan Ki Ajar Permati, Ki Gede Lenglengan itu telah menebarkan tirai kabut di seputar dirinya, sehingga dengan demikian, ia akan mampu menyerang lawannya dari arah yang tidak segera dapat diketahui karena kabut yang gelap atau Ki Gede Lenglengan yang bersembunyi di balik kabut itu berusaha untuk melarikan diri. Kabut itu memang telah membuat orang yang menyaksikannya menjadi tegang. Ki Repak Rembulung, Nyi Pupus Rembulung, bahkan Ki Pananggungan dan Paksi yang telah mengenal ujud yang menyelimuti Ki Gede Lenglengan, bahkan Pangeran Benawapun seakan-akan telah hilang di dalam kabut itu pula.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Namun kegelisahan Repak Rembulung dan Pupus Rembulung itu akibatnya justru buruk bagi keempat orang anak muda yang melawan mereka. Dalam kegelisahan itu, Repak Rembulung dan Pupus Rembulung ingin segera menghentikan perlawanan mereka, karena perhatian mereka tertarik kepada kabut yang semakin tebal itu. Karena itu, dengan hentakan-hentakan yang agak keras, maka baik Repak Rembulung maupun Pupus Rembulung telah membuat keempat orang anak muda itu tidak berdaya. Jarijari Repak Rembulung dan Pupus Rembulung telah menghentikan kerja beberapa simpul syaraf di tubuh anakanak muda itu, sehingga mereka seakan-akan telah menjadi lumpuh. "Tunggulah. Aku ingin melihat apa yang terjadi dengan Pangeran Benawa" Seorang anak muda masih juga berteriak, "Ia akan mati" "Jika Pangeran Benawa mati, maka nasibmu akan menjadi sangat buruk. Mungkin kau tidak akan dibunuh, tetapi kau akan merasa lebih sengsara daripada mati" "Kau orang-orang biadab" Repak Rembulung dan Pupus Rembulung tidak menjawab. Merekapun bergegas mendekati kepulan asap yang nampaknya menjadi semakin tebal. Bukan hanya Repak Rembulung dan Pupus Rembulung, tetapi Ki Pananggungan pun telah melangkah mendekat pula. Paksi sempat melihat kepulan asap itu. Tetapi ia tidak mau meninggalkan Lajer Laksita. Ia masih saja bertempur melawan adik laki-lakinya itu. Meskipun Lajer Laksita sudah menggenggam pedangnya lagi, namun pedang itu seakanakan tidak berarti sama sekali. Pedang itu tidak pernah sempat menyentuh tubuh Paksi Pamekas. Tetapi sebaliknya, tongkat Paksi Pamekas tidak pernah dapat ditangkis atau dihindarinya. Namun Lajer Laksita yang licik itu berusaha untuk memanfaatkan kemampuan Ki Gede Lenglengan yang mampu menyelimuti dirinya dengan asap yang tebal.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Dengan lantang Lajer Laksita itupun berkata, "Anak haram, lihat, betapa kawanmu yang mengaku sebagai Pangeran Benawa itu telah dilibat dan tenggelam dalam kekuatan ilmu Ki Gede Lenglengan. Di dalam kabut itu, tidak seorang pun akan dapat melawan Ki Gede Lenglengan. Mata kawanmu itu seakan-akan menjadi buta. Karena itu, maka Ki Gede Lenglengan akan dapat memperlakukannya menurut kehendaknya" Namun jawab Paksi, "Tanpa kabut pun aku dapat memperlakukan kau sekehendakku. Kau tidak akan sempat berbuat apa-apa. Kau tidak dapat mengelak. Kau tidak dapat menangkis. Aku dapat memukulimu di mana saja aku mau" Tongkat Paksipun tiba-tiba terayun-ayun mengerikan. Setiap kali terdengar Lajer Laksita mengaduh, berdesah dan menyeringai menahan sakit. Tongkat Paksi telah mengenai tubuhnya di mana-mana. Bahkan keningnya, dadanya, punggungnya. Lajer Laksita itupun jatuh bangun sambil mengaduh tertahan. Kemuning setiap kali memanggil Paksi yang menjadi seperti orang yang kehilangan kendali. Sikapnya menjadi sangat keras dan kasar. "Kakang, Kakang Paksi" tangis Kemuning. Namun setiap kali Paksi selalu membentaknya, dan bahkan setiap kali Kemuning berusaha menghentikannya, Paksi justru menjadi semakin sering memukul adik laki-lakinya. Dalam pada itu, Pangeran Benawa telah benar-benar tenggelam ke dalam kabut yang kelabu. Tidak seorang pun yang dapat melihat, apa yang telah terjadi di dalam pusaran kabut yang semakin lama menjadi semakin cepat. Repak Rembulung, Pupus Rembulung dan Ki Pananggungan memang menjadi cemas. Jika Ki Pananggungan menghantam pusaran kabut itu dengan ilmunya, Ki Pananggungan justru mencemaskan keadaan Pangeran Benawa. Jangan-jangan ilmunya justru malah membuat kedudukan Pangeran Benawa semakin lemah.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Repak Rembulung dan Pupus Rembulung pun menjadi ragu-ragu, apa yang sebaiknya mereka lakukan menghadapi ilmu Ki Gede Lenglengan itu. "Jika saja aku berada di dalam, mungkin meskipun samarsamar aku akan dapat melihat Ki Gede Lenglengan" berkata Repak Rembulung. "Tetapi kau dapat keliru" sahut Pupus Rembulung. "Dalam kabut seperti itu, sulit bagi Kakang untuk membedakan yang manakah Pangeran Benawa dan yang manakah Ki Gede Lenglengan" "Jika saja Pangeran Benawa bersedia keluar dari kabut, aku akan bersedia untuk menggantikannya" "Kita akan memanggilnya" Ki Pananggungan menggeleng. Katanya, "Pangeran Benawa tidak akan menyingkir dari arena apapun yang terjadi" Sebenarnyalah semula Pangeran Benawa memang mengalami kesulitan. Hampir saja Pangeran Benawa mempergunakan ilmunya, Aji Lebur Seketi untuk menghalau kabut yang semakin pekat itu. Meskipun ia tidak yakin, namun getaran ilmu itu akan mampu memberikan peluang kepadanya untuk menilai keadaan. Seandainya kabut itu menjadi semakin tebal lagi, namun ia sudah melihat keadaan dengan jelas. Dalam pada itu, meskipun Pangeran Benawa telah mengetrapkan Aji Sapta Pangrungu serta Sapta Pandulu, namun semuanya masih tidak jelas. Ia memang melihat bayangan yang bergerak dengan cepat. Tetapi kadang-kadang Pangeran Benawa kehilangan bayangan itu. Namun pendengarannya yang menjadi sangat tajam telah membantunya, menunjukkan serba sedikit tentang lawannya. "Para pendekar yang buta tidak akan terpengaruh oleh ilmu kabut itu" berkata Pangeran Benawa di dalam hatinya. Namun untuk menjaga diri, maka Pangeran Benawa telah menggenggam sepasang pisau belati panjangnya. Jika saja bayangan itu bagaikan terbang, lewat di sebelahnya, maka Pangeran Benawapun dengan cepat telah menyerangnya.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Tetapi setiap kali Pangeran Benawa selalu gagal. Bayangan itu ternyata tidak terjangkau oleh pisaunya. Namun pada kesempatan lain, tiba-tiba saja sebuah serangan yang menggetarkan isi dadanya telah menghantam punggungnya. Untuk beberapa saat lamanya, Pangeran Benawa masih berada dalam kesulitan. Ditingkatkannya daya tahan tubuhnya untuk mengatasi serangan-serangan Ki Gede Lenglengan yang datang dengan tiba-tiba. Namun gerakan Pangeran Benawa yang cepat dan tangkas, masih menahan Ki Gede Lenglengan untuk berbuat sesuka hatinya atas lawannya yang seakan-akan telah kehilangan penglihatannya itu. "Jangan menyesali nasibmu yang buruk, Benawa" terdengar suara Ki Gede Lenglengan. "Sebentar lagi kau akan mati. Kawan-kawanmu juga akan mati dengan cara yang sama. Repak Rembulung dan Pupus Rembulung yang tamak. Pananggungan yang sombong, yang telah membunuh orangorang dan anak muda yang disebut oleh muridku anak haram itu" Pangeran Benawa tidak menjawab. Tetapi dengan cepat ia menyerang ke arah suara itu. Namun agaknya Ki Gede Lenglengan telah meloncat untuk berpindah tempat. Karena serangan Pangeran Benawa yang luput itu, Ki Gede Lenglenganpun tertawa berkepanjangan. Katanya kemudian, "Nah, bersiaplah. Kerahkan semua ilmu yang kau miliki. Kau akan segera mati. Cincin itu akan segera menjadi milikku" Pangeran Benawa menggeram. Ia harus benar-benar mengerahkan kemampuannya. Ia sudah mengetrapkan Aji Sapta Pandulu dan Aji Sapta Pangrungu. Tetapi ia masih tetap berada dalam kesulitan. Penglihatannya masih tetap kabur. Meskipun pendengarannya menjadi semakin jelas, tetapi geraknya berdasarkan atas pendengarannya masih belum mampu mengimbangi kecepatan gerak Ki Gede Lenglengan.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Namun pada saat-saat terakhir, Pangeran Benawa tidak hanya mengetrapkan Aji Sapta Pandulu dan Aji Sapta Pangrungu. Pangeran Benawa itupun telah mengetrapkan Aji Sapta Panggraita. Tiba-tiba saja Pangeran Benawa itu tersenyum. Panggraitanya yang menjadi lebih tajam itu ternyata sangat membantunya. Penglihatannya, pendengarannya dan panggraitanya ternyata mampu membimbing Pangeran Benawa menghadapi lawannya yang memiliki ilmu yang sulit diatasi itu. Namun untuk sementara Pangeran Benawa sama sekali tidak merubah sikapnya. Ia berdiri sedikit merendah. Di kedua tangannya tergenggam pisau belatinya. Samar-samar ia melihat bayangan Ki Gede Lenglengan itu bergerak. Ketajaman pendengarannya pun membantunya menunjukkan keberadaan lawannya. Namun panggraitanyalah yang meyakinkan Pangeran Benawa, di mana lawannya itu berdiri dan bahkan arah geraknya. Namun bagi Ki Gede Lenglengan, Pangeran Benawa dianggap masih belum dapat mengatasi kesulitan karena kabutnya yang pekat. Anggapannya yang keliru itulah kelemahan terbesar dari Ki Gede Lenglengan. Justru pada saat Ki Gede Lenglengan tertawa berkepanjangan karena ia melihat saat-saat terakhir perlawanan Pangeran Benawa, maka Pangeran Benawa telah mempersiapkan aji pamungkasnya. Ki Gede Lenglengan masih juga sempat berkata, "Sekarang, Pangeran Benawa, kau akan mati dalam kegelapan. Kau tidak sempat melihat kawan-kawanmu sementara kawan-kawanmu pun tidak sempat melihat, bagaimana kau mati di tengahtengah kepekatan kabutku ini" Demikian mulut Ki Gede Lenglengan terkatup, maka orang itupun segera mempersiapkan serangan mautnya atas Pangeran Benawa yang masih berdiri mematung. Namun pada saat yang bersamaan, Pangeran Benawa telah mempersiapkan ilmunya yang jarang sekali dipergunakan.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Hanya pada saat-saat di mana tidak ada jalan lain, ia terpaksa mengetrapkan Aji Lebur Seketi. Ki Gede Lenglengan yang sudah bersiap untuk menyerang itu memang sempat terkejut melihat Pangeran Benawa melepaskan kedua pisau belatinya. Kemudian mengangkat tangannya dan menghentakkannya dengan. telapak terbuka ke arahnya. Ki Gede terlambat oleh kelengahannya. Ia mempunyai penilaian yang salah terhadap Pangeran Benawa. Karena itu, maka ia justru telah terlambat sekejap. Ternyata kabut yang pekat itu tidak menahan arus getar Aji Lebur Seketi. Dengan dahsyatnya kekuatan Aji Lebur Seketi itu telah menghantam tubuh Ki Gede Lenglengan yang telah siap membunuh Pangeran Benawa. Ki Gede Lenglengan yang terkejut itu sempat berteriak oleh kemarahan yang menghentak. Namun suaranyapun segera terputus dan patah di tengah. Orang-orang yang berada di luar kepulan kabut yang mulai berputar itu memang terkejut. Mereka tidak begitu jelas, suara siapakah yang terdengar berteriak tinggi. Namun kemudian mereka melihat Ki Gede Lenglengan itu terlempar keluar kepulan kabut yang mulai berputar itu. Sementara itu, demikian Ki Gede Lenglengan dilumpuhkan, maka kabut yang pekat itupun seperti tertiup angin. Pecah berserakan dan sejenak kemudian semuanya menjadi jelas. Ki Pananggungan, Repak Rembulung dan Pupus Rembulung berdiri termangu-mangu melihat Pangeran Benawa melangkah mendekati tubuh Ki Gede Lenglengan yang terbaring diam. "Pangeran telah menyelesaikannya" desis Ki Pananggungan. "Yang Maha Agung masih melindungi jiwaku, Ki Pananggungan" "Kita semuanya bersukur karenaNya, Pangeran" "Ya. Kita semuanya bersukur" Dalam pada itu, Paksi Pamekas masih saja sibuk dengan adiknya. Tanpa belas kasihan, Paksi memukul tubuh adiknya
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
di mana-mana, sehingga tubuh Lajer Laksita itu menjadi memar dan kebiru-biruan di mana-mana pula. "Bunuh aku, pengecut" teriak Lajer Laksita. Tetapi Paksi tidak membunuhnya. Ia masih saja memukul adiknya yang pedangnya sudah lepas dari tangannya pula. "Lihat, orang yang kau sembah sudah mati" geram Paksi ketika ia melihat gumpalan kabut yang tebal itu seperti disapu angin. Paksi melihat Ki Gede Lenglengan terlempar dan jatuh terpelanting. "Kenapa kau tidak segera membunuhku, pengecut?" teriak Lajer Laksita. "Apakah kau tuli, he" Bukankah aku sudah menjawab?" "Jika kau tidak membunuhku sekarang, kelak akulah yang akan membunuhmu" "Kau tidak akan pernah sempat membunuhku lagi, anak pengkhianat. Kau akan berada di dalam penjara seumur hidupmu. Kau akan menjalani kerja paksa tanpa batas waktu. Siang dan malam dengan tangan dan kaki terikat. Martabatmu akan menjadi lebih rendah dari seekor lembu yang kadangkadang dimandikan setelah dipekerjakan di sawah. Tetapi kau tidak" "Iblis kau, anak haram. Kau pantas hidup di lingkungan orang-orang yang tidak beradab" "Apakah kau termasuk orang yang beradab?" Lajer Laksita tidak sempat menjawab karena tangan Paksi telah menampar mulutnya. Adiknya yang sudah menjadi sangat lemah itu terhuyunghuyung. Ia tidak lagi mampu untuk berdiri tegak. Karena itu, maka Lajer Laksita itupun terjatuh di tanah. Kemuning yang melihat anak muda itu terjatuh, di luar sadarnya bergeser mendekat. Tetapi Paksi membentaknya dengan kasar, "Jangan dekati pengkhianat itu. Minggir, atau kau pun akan mengalami" Kemuning bergeser surut. Ia benar-benar tidak dapat mengenali sifat Paksi lagi. Paksi yang dikenalinya dahulu, kini
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
tinggal wadagnya saja. Tetapi sifat dan wataknya sudah sangat berubah. Dalam pada itu, Ki Repak Rembulung dan Ki Pupus Rembulung sudah membebaskan keempat orang anak muda yang mereka buat tidak berdaya dengan ketukan pada simpulsimpul syaraf mereka. Repak Rembulung, Pupus Rembulung dan Ki Pananggungan menggiring mereka mendekati arena pertempuran yang tidak seimbang antara Paksi Pamekas dan adiknya, Lajer Laksita. Namun ketika mereka mendekat, mereka melihat Lajer Laksita sudah pingsan. "Bawa anak ini ke biliknya" perintah Paksi kepada keempat anak muda itu. Keempat orang itu tidak dapat menolak. Di belakang mereka berdiri orang-orang yang memiliki ilmu yang tidak akan terjangkau oleh kemampuan ilmu mereka. Ketika Lajer Laksita itu dibawa ke biliknya, Paksi Pamekas dan Pangeran Benawa yang telah meninggalkan Ki Gede Lenglengan yang terbaring diam, ikut masuk ke dalam bilik itu pula. Sementara itu, tentang keempat orang anak muda itu, Pangeran Benawapun berkata kepada Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung, "Biarlah anak-anak itu menyelenggarakan penguburan gurunya" "Baik, Pangeran. Kami akan mengawasinya" "Biarlah mereka melakukannya sebaik-baiknya" "Ya, Pangeran" Ki Pananggunganpun kemudian ikut pula bersama Repak Rembulung dan Pupus Rembulung membawa keempat anak muda itu untuk menyelenggarakan penguburan gurunya serta para pembantunya. Sementara itu, Kemuning yang berpegangan lengan Nyi Permati berdiri di serambi gandok. Mereka tahu, bahwa Lajer Laksita ada di dalam gandok itu. Namun mereka tidak berani masuk. Mereka tahu, bahwa Paksi telah menjadi seorang anak muda yang sangat garang.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Namun sebenarnyalah di dalam bilik itu Paksi mengusap dahi adiknya yang pingsan. Terdengar suaranya parau perlahan sekali, "Maafkan aku, Lajer Laksita. Sebenarnya aku sama sekali tidak ingin menyakitimu. Tetapi aku tidak tahu, cara yang manakah yang harus aku tempuh" "Paksi" desis Pangeran Benawa, "aku juga tidak tahu jalan yang terbaik. Tetapi menurut pendapatku, kau telah memilih jalan yang benar. Kau harus membangunkan adikmu dari sebuah mimpi buruk yang selama ini ditiupkan oleh Ki Gede Lenglengan" Paksi mengangguk. Namun terasa matanya menjadi panas. Setiap kali disentuhnya bercak-bercak biru di tubuh adiknya. Pukulan-pukulan tongkatnya, meskipun sebenarnya Paksi tidak mempergunakan tenaganya dan kekuatannya yang sebenarnya, tetapi pukulan-pukulan itu telah membuat seluruh tubuh Lajer Laksita menjadi memar. "Ternyata daya tahannya tidak sebaik yang aku duga, Pangeran. Sentuhan-sentuhan tongkatku yang tidak terlalu keras, telah melumpuhkannya" "Tetapi anak ini tidak apa-apa. Ia akan segera sembuh. Apalagi jika dia mendapat penanganan dari orang-orang yang benar-benar memiliki ilmu pengobatan yang tinggi" Paksi mengangguk-angguk. Namun kemudian suaranya merendah, "Lalu, apa yang harus kita lakukan dengan anak ini, Pangeran" Anak ini, bersama keempat kawan-kawannya tentu akan diadili. Anak ini tidak akan dapat mengingkari kesalahannya. Bahkan mungkin mereka akan mengakuinya dengan penuh kebanggaan, bahwa mereka adalah pejuangpejuang yang dipersiapkan bagi masa mendatang. Bahkan mereka akan menengadahkan dada mereka sambil mengatakan, bahwa mereka adalah penerus perjuangan Harya Wisaka" "Kita akan membawa mereka justru kepada Harya Wisaka" "Kepada Harya Wisaka?" "Ya. Bukankah pada saat-saat terakhir, Harya Wisaka sudah mulai menjadi lunak" Ia sudah bersedia menunjukkan,
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
meskipun tidak jelas, anak-anak yang dipersiapkannya bagi angkatan mendatang itu" "Jadi kalau anak ini menghadap Harya Wisaka..." "Biarlah Harya Wisaka yang mematahkan kebanggaan mereka terhadap perjuangan di masa mendatang itu. Bahkan Harya Wisaka, sebagai sumber ketahanan jiwa mereka, sudah patah pula" Paksi mengangguk-angguk kecil. Katanya, "Kita akan mencoba, Pangeran" "Namun kita pun harus berusaha membebaskan Repak Rembulung dan Pupus Rembulung dari segala tuntutan. Bahkan sudah selayaknya kepada mereka kita berikan sedikit kenang-kenangan. Repak Rembulung dan Pupus Rembulung pada dasarnya bukan orang jahat. Ingat, keduanya pernah menasehati kita, agar kita mencari jalan terbaik selagi kita masih muda" "Ya, aku ingat. Mereka mengatakan peringatan itu pada saat kita mencampuri persoalannya, yang mereka anggap sebagai sebuah pertolongan yang menentukan" Dalam pada itu, mereka melihat Lajer Laksita mulai bergerak. Nampaknya ia hampir menjadi sadar. "Bekukan sebagian dari kekuatannya, Paksi. Agar setelah ia sadar, ia tidak dapat meninggalkan pembaringannya" Paksi mengangguk. Dimiringkannya tubuh adiknya yang hampir sadar itu. Ditekannya simpul syaraf di bawah lehernya di sebelah-menyebelah tulang punggungnya, sehingga tenaganya menjadi lemah meskipun jika kemudian ia telah sadar sepenuhnya. Demikianlah, maka sejenak kemudian, Lajer Laksita itu membuka matanya. Semula semuanya nampak kabur di matanya. Namun kemudian menjadi semakin jelas, sehingga akhirnya ia melihat Paksi Pamekas dan Pangeran Benawa duduk di sebelah tempat pembaringannya. "Kau, anak haram" geram Lajer Laksita, "kenapa kau tidak juga membunuhku?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Tetapi Lajer Laksita itu menjadi heran. Sikap Paksi tidak lagi garang serta memukul mulutnya dengan tongkat. Tetapi Paksi itu berkata lembut, "Tenanglah, Lajer Laksita. Kau harus banyak beristirahat" Lajer Laksita memandang Paksi dan Pangeran Benawa berganti-ganti. Namun kemudian iapun menggeram, "Permainan apa lagi yang kau lakukan sekarang?" "Tenanglah. Semuanya sudah berakhir. Permainan kita pun sudah berakhir" Lajer Laksita itu tiba-tiba akan bangkit. Namun tubuhnya terlalu lemah, sehingga rasa-rasanya bergerak pun ia tidak mampu lagi. "Kita akan pulang, Lajer Laksita. Ibu dan adik perempuanmu itu menunggumu. Jika kau tidak menginginkan aku berada di dalam keluargamu, aku akan menyingkir. Tetapi ibumu dan adikmu sangat merindukanmu" "Kau bujuk aku seperti iblis membujukmu. Kau kira aku mempercayaimu, pengkhianat yang lidahnya bercabang?" Paksi menarik nafas dalam-dalam. Namun iapun kemudian berkata, "Kita akan pulang ke Pajang" "Bawa mayatku ke Pajang" Namun Pangeran Benawapun berkata, "Aku akan minta bantuan seseorang pergi ke Pajang untuk menyampaikan berita tentang meninggalnya Ki Gede Lenglengan serta para pembantunya" "Persetan dengan rencana kalian" Pangeran Benawa menarik nafas panjang. Tetapi ia tidak berbicara lagi. Bahkan kemudian Pangeran Benawa itu telah mengajak Paksi untuk keluar dari bilik itu. "Lajer Laksita tidak akan dapat bergerak ke mana-mana" berkata Paksi hampir berbisik. Ketika mereka berada di luar bilik, mereka melihat Nyi Permati dan Kemuning yang berdiri termangu-mangu. Namun Paksi itupun kemudian menggeram, "Tidak seorang pun boleh masuk, atau aku akan benar-benar membunuhnya"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Kemuning sama sekali tidak menyahut. Tetapi ia benarbenar tidak berani memasuki bilik itu karena ancaman Paksi. Dalam pada itu, Pangeran Benawa dan Paksi bersepakat untuk minta bantuan kepada Ki Pananggungan untuk pergi ke Pajang untuk menyampaikan laporan tentang peristiwa yang terjadi di rumah Ki Repak Rembulung itu. Ketika senja turun, maka Pangeran Benawa, Paksi, Ki Pananggungan, Repak Rembulung dan Pupus Rembulung duduk di pringgitan. Kepada Ki Pananggungan, Pangeran Benawa minta kesediaannya untuk pergi ke Pajang, melaporkan peristiwa yang terjadi di rumah itu. "Hamba akan menjalankan segala perintah Pangeran" berkata Ki Pananggungan sambil mengangguk hormat. *** Betapapun kerasnya hati Lajer Laksita serta keempat orang anak muda yang bersamanya diasuh oleh Ki Gede Lenglengan, namun kekerasan hati merekapun menjadi cair ketika mereka dipertemukan dengan Harya Wisaka. Seorang yang sebelumnya mereka anggap sebagai manusia pinunjul. "Jadi, apa arti semuanya yang telah terjadi itu?" bertanya Lajer Laksita kepada Harya Wisaka. "Lajer Laksita, kita menyandang nalar budi yang mampu mengurai nilai-nilai yang kita yakini selama ini. Kita harus berani melihat ke dalam diri kita sendiri. Kita harus berani melihat cacat di tubuh sendiri tanpa menyalahkan tempat kita bercermin. Dengan demikian maka kita akan mendapatkan bekal yang pantas untuk menapaki hari esok" "Jadi kesimpulannya?" "Aku telah melangkah ke jalan yang keliru. Bukan karena aku sudah berada di dalam tahanan. Hukuman mati pun tidak akan dapat menggoyahkan keyakinanku seandainya itu tidak tumbuh dari dalam diriku sendiri" Lajer Laksita tidak menjawab lagi. Sementara itu Harya Wisaka masih memberinya beberapa petunjuk, "Justru kalian harus mencari kawan-kawan kalian yang lain, yang oleh Ki
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Gede Lenglengan dititipkan kepada orang lain sebagaimana kau dititipkan kepada Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung" Lajer Laksita tidak menjawab. Dalam pada itu, bahkan setelah Lajer Laksita bertemu dengan ayahnya, ia masih saja merenungi jejak kakinya sendiri. Lajer Laksita dan keempat orang kawannya telah membuat berbagai macam pertimbangan, sehingga akhirnya seorang kawannya sampai pada satu kesimpulan, "Kita harus mendengarkan petunjuk Harya Wisaka" Lajer Laksita dan kawan-kawannya pun menganggukangguk. Ketika kemudian Paksi Pamekas dan Pangeran Benawa mengunjunginya, sikap Lajer Laksita memang sudah berubah. Sikap Paksi yang lembut serta kesediaan Pangeran Benawa untuk membebaskan mereka dari segala tuntutan, telah membuat Lajer Laksita membuat pertimbangan-pertimbangan yang rumit. Nasehat Harya Wisaka tentang masa depannya sangat berpengaruh atas jiwa Lajer Laksita dan kawan-kawannya. Ketika pada suatu pagi Paksi Pamekas, Pangeran Benawa dan Ki Tumenggung Sarpa Biwada mengunjungi Lajer Laksita di ruang tahanan, segala-galanya memang sudah berubah. Dengan suara parau ayahnya berkata, "Pulanglah, Ngger. Ikuti semua petunjuk dan nasehat kakakmu. Ia benar-benar berniat baik" Lajer Laksita berdiri termangu-mangu. "Aku sudah minta maaf kepada kakakmu. Ternyata kakakmu juga tidak berkeberatan. Ia telah memaafkan aku, meskipun dosaku telah bertimbun. Bahkan terus-terang, aku sudah berniat untuk membunuhnya" Lajer Laksita berdiri termangu-mangu. Sementara ayahnya berkata, "Aku sendiri tidak dapat pulang sekarang. Tetapi atas kemurahan Pangeran Benawa, kau dapat pulang sekarang, Ngger"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Lajer Laksita tidak dapat menjawab. Berbagai gejolak telah terjadi di hatinya. Namun hari itu, Lajer Laksita memang diperkenankan pulang. Pangeran Benawa sendirilah yang melepasnya. Sedangkan Paksi Pamekas akan mengantarnya sampai ke rumahnya. "Kawan-kawanmu yang empat itu juga sedang dalam pembicaraan. Tetapi mereka agak berbeda dengan keadaanmu, Lajer Laksita. Latar belakang kehidupan mereka, sikap keluarga mereka, serta kenyataan pada mereka itu sendiri. Namun seperti kau, mereka adalah korban-korban keracunan yang ditebarkan oleh Paman Harya Wisaka. Namun yang pada saat ini sikap Paman Harya Wisaka sendiri sudah berubah. Terutama tentang angkatan mendatang. Paman Harya Wisaka akan mempertanggung-jawabkan semuanya yang telah terjadi akibat ulahnya. Biarlah semua hukuman ditimpakan kepadanya. Anak-anak muda yang telah keracunan itu tidak pantas ikut memikul beban" berkata Pangeran Benawa. Lajer Laksita menundukkan kepalanya. Namun dari mulutnya kemudian terdengar ia berdesis, "Terima kasih, Pangeran" Pangeran Benawa menepuk bahu anak muda itu. Demikianlah, Lajer Laksitapun telah diantar pulang oleh Paksi. Bagi adik laki-lakinya itu, Paksi sudah menyediakan seekor kuda yang baik, sehingga berdua mereka berkuda melewati jalan-jalan kota. Namun Lajer Laksita selalu menundukkan wajahnya saja. Rasa-rasanya seisi kotaraja itu memandanginya sambil mencibirkan bibirnya. Ketika mereka berdua sampai ke regol halaman rumahnya, Lajer Laksita menjadi ragu-ragu. Hampir saja ia melarikan kudanya menjauh. Tetapi dengan cekatan Paksi menangkap kendali kudanya sambil berkata, "Lajer Laksita, marilah. Seisi rumah itu menunggumu. Ibu sudah tahu, bahwa hari ini kau akan pulang. Adik perempuan kita itu pun sudah menunggunya pula"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Apakah mereka masih mau menerima aku pulang, Kakang?" "Mereka menunggumu. Kau bagaikan anak yang hilang, dan kini diketemukan kembali. Karena itu, bersukurlah" Lajer Laksitapun kemudian turun dari kudanya. Demikian pula Paksi. Mereka berdua menuntun kuda mereka memasuki halaman rumah itu. Demikian mereka berada di halaman, maka dua orang perempuan berlari-lari menyongsong mereka, Nyi Tumenggung Sarpa Biwada dan adik perempuan Lajer Laksita. Keduanyapun segera memeluk anak muda itu. Tangis mereka tidak dapat ditahankan lagi. Air mata mereka meleleh membasahi baju anak muda yang baru datang itu. Lajer Laksitapun tidak dapat menahan air matanya pula. Iapun terisak sambil memeluk ibu dan adiknya. "Aku mohon ampun, Ibu" "Aku ampuni kau sejak kau lakukan kesalahan itu, Ngger" Kepada adik perempuannya, Lajer Laksita itupun berdesis, "Maafkan aku" "Kau tidak bersalah kepadaku, Kakang. Marilah. Naiklah ke pendapa" Nyi Sarpa Biwada kemudian menggandeng Lajer Laksita melangkah ke pendapa. Namun langkah merekapun tertegun. Ternyata Paksi telah turun tangga pendapa bersama dua orang perempuan pula. Nyi Permati dan Kemuning. Kemuning menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia tidak dapat menahan tangisnya. "Kemuning" desis Lajer Laksita. "Kakakmu, Paksi, mengatur segala-galanya" desis ibunya. Lajer Laksita memandang Paksi dengan tatapan mata yang sayu. Desisnya, "Kakang" Paksi tersenyum. Katanya, "Naiklah" Lajer Laksita termangu-mangu sejenak. Sementara itu Paksipun berkata kepada ibunya, "Ibu, aku minta diri. Aku akan pergi sebentar"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Kau akan ke mana, Kakang?" bertanya adik perempuannya. "Aku akan pergi ke padepokan di Alas Jabung. Nanti aku kembali" "Kau tidak duduk dahulu, Paksi?" bertanya ibunya. "Terima kasih, Ibu. Nanti aku kembali. Aku akan bertemu dengan guruku, Ki Waskita dan Ki Panengah" Ibunya menarik nafas dalam-dalam. Ia bersukur bahwa akhirnya Paksipun telah menemukan ayahnya yang sebenarnya. Namun ketika Paksi melangkah ke kudanya, terdengar suara Kemuning, "Kakang Paksi, aku minta maaf" Paksi berpaling kepadanya. Dipandanginya Kemuning, Nyi Permati dan Lajer Laksita berganti-ganti. Dengan suara yang dalam iapun berkata, "Tidak ada yang perlu dimaafkan, Kemuning. Pandanglah ke masa depanmu yang cerah. Aku akan ikut merasakan bahagia jika orang-orang yang aku cintai merasa bahagia. Seisi rumah ini" Paksipun kemudian menuntun kudanya ke regol halaman. Sejenak kemudian, maka terdengar derap kaki kudanya menjauh. Sejenak kemudian kudanya berlari kencang menuju ke pintu gerbang kota. Namun di pintu gerbang kota ia menarik kendali kudanya, sehingga kudanya berhenti. Di luar pintu gerbang kota telah menunggu Ki Pananggungan, Repak Rembulung dan Pupus Rembulung. "Marilah, Paman dan Bibi. Kita pergi ke Alas Jabung. Aku perkenalkan Paman dan Bibi dengan guruku, Ki Waskita dan Ki Panengah. Mungkin Paman dan Bibi pernah melihatnya. Tetapi mungkin juga belum" Demikianlah, kuda-kuda itupun kemudian berlari semakin kencang. Di luar gerbang kota, jalan yang menuju ke Hutan Jabung terasa semakin sepi. Sesepi hati Paksi Pamekas.
TAMAT Bende Mataram 41 Panji Wulung Karya Opa Pukulan Naga Sakti 3
^