Petualangan Manusia Harimau 4
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra Bagian 4
muslihat. "Sebaiknya Letnan catat saja apa yang mereka ceritakan. Kita
harus menyelidikinya secara teliti," kata Siregar kepada Masduki.
"Tapi apakah itu mungkin Kap?" tanya Masduki ingin suatu
kepastian. "Segalanya mungkin. Kalau Anda ada waktu nanti malam kita
ngomong-ngomong. Mau datang ke rumahku?" tanya Sahata
Siregar. Tanpa pikir, Masduki menerima tawaran Siregar dengan senang
hati. Sahata orang Tapanuli dari Sipirok. Dia tentu banyak tahu
tentang manusia-manusia harimau yang sudah dua kali mengheboh-
gemparkan Jakarta. Apa lagi di antara anggota Polisi juga ada yang
jadi korbannya. Anehnya, makhluk itu hanya memilih polisi-polisi
yang menyakiti dirinya. Tidak pernah kedengaran mengganggu
orang yang tidak bersalah padanya.
MASDUKI datang ke rumah Kapten Polisi Sahata Siregar seorang
diri. Dengan kendaraan Dinas. Atas permintaan tuan rumah yang
menerimanya sebagai kawan, bukan sebagai bawahan, ia
mengulangi apa yang diceritakan oleh Bu Beng Kiam, supir taksi dan
kemudian diperkuat lagi oleh Nyonya Bu setelah ia siuman dari
pingsannya. Siregar teringat pada peristiwa baru beberapa hari yang
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lalu ketika ia melakukan pemeriksaan atas terluka beratnya Maskun
dan kemenakannya Jufri di rumah mereka sendiri oleh cakaran kuku
yang diduga keras kuku harimau dewasa. Waktu itu Juariah yang
istri Maskun dan Amalia yang anak mereka tidak melihat terjadinya
penyerangan. Mereka tidak melihat siapa atau apa yang
dilakukannya. Mereka juga tidak menceritakan, bahwa Amalia
baru sembuh dari penyakit gila karena guna-guna dan yang
mengobati lalu menyembuhkannya adalah seorang dukun muda
bernama Erwin. Jadi Siregar belum mengetahui seluruh duduk
permasalahan sampai terjadinya bencana atas Maskun dan Jufri.
Tetapi Kapten Polisi itu mengikuti kejadian setelahnya, yaitu
penculikan kedua korban dari rumah sakit oleh tiga orang yang
termasuk dalam daftar hitam Polisi, tetapi belum dapat ditahan
karena tidak cukup alasan untuk itu. Barulah pada malam
penculikan itu mereka ditangkap. Itu pun atas pemberitahuan
seseorang yang tak mau menyebutkan namanya kepada Polisi
bahwa pada malam tersebut akan terjadi suatu kejahatan berupa
penculikan pasien. Siregar sendiri minta turut memeriksa perkara tersebut. Tetapi
ketiga penculik David, Mudakir dan Masto tidak mau menerangkan
siapa yang memerintahkan penculikan. Mereka lebih suka ditembak
mati saja daripada harus menerangkan siapa yang memerintah.
"Kalian takut pembalasan dendam dari anggota komplotan yang
memerintah?" tanya Siregar memancing. "Keselamatan kalian kami jamin. Bantulah
kami dalam soal ini. Selagi mereka berkeliaran,
masyarakat akan selalu terancam."
"Kami tidak pernah takut pada sindikat mana pun," kata Masto karena tidak suka
diduga takut pada sesama manusia. Sama-sama
terdiri dari daging, darah dan tulang-tulang, mengapa mesti takut
pada sesama manusia, begitulah pendirian Masto. Dan begitu pula
pendirian David dan Mudakir.
"Jadi kenapa takut menyebutkan nama-nama mereka atau
pemimpinmu, kalau kalian diperintah oleh sindikat kalian sendiri!"
pancing Siregar lagi. http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sudahlah Pak. Kami sudah mengaku salah, dua pasien. Cukup
alasan untuk menyeret kami ke Pengadilan. Kami akan terima
hukuman Pak Hakim tanpa naik banding. Apa lagi. Sudah cukup,
bukan?" kata David. Siregar jadi curiga. Tidak takut pada manusia mana pun, tetapi
tidak mau menyebut siapa yang memerintah penculikan. Apakah
yang memberi perintah bukan manusia" la ingat pada peristiwa
perobekan muka Maskun dan Jufri.
Apakah si manusia harimau yang diketahui sedang bertindak di
sana sini pegang peranan" Bulu kuduk Siregar berdiri. Persis seperti
ketika ia memeriksa Maskun dan Jufri yang dicakar oleh harimau
atau manusia harimau. MELIHAT kekerasan hati ketiga penculik itu disertai dengan
perasaan aneh yang kembali menjalari dirinya, Sahata Siregar tidak
meneruskan pertanyaan atau desakan. Beberapa bawahannya
mengusulkan supaya pemeriksaan diserahkan kepada mereka
dengan jaminan bahwa ketiga penjahat itu pasti menjawab semua
pertanyaan. "Mereka pasti akan mengaku Pak," kata Tirto yang sudah sersan polisi. Dia
dikenal sebagai petugas yang tegas dan keras. Dia tahu
ada larangan penggunaan kekerasan terhadap para tersangka,
tetapi dia sangat tahu, bahwa pada orang-orang tertentu kekerasan
harus dipergunakan, kalau diyakini bahwa mereka memang pasti
bersalah. Apa ooleh buat. Kebenaran kadang-kadang harus dikorek
melalui kekerasan. Memang benar, kekerasan yang salah tempat
bisa menyebabkan pengakuan dosa yang sama sekali tidak pernah
dilakukan oleh tersangka.
"Jangan Tirto," kata Kapten Siregar. "Saya hargai maksud baikmu. Tetapi kurasa
kasus ini bukan kejahatan biasa!"
"Maksud - Bapak penculikan politik?" tanya Tirto.
"Bukan, bukan. Aku cuma merasa bahwa perkara ini bukan
seperti yang biasa kita hadapi! Aku tidak dapat menerangkan. Aku
hanya merasakannya," kata Siregar.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tirto dan kawan-kawannya tidak menjawab. Kapten Pol Siregar
pergi. Setengah jam kemudian Tirto dengan dua orang kawannya
Sukarna dan Do dy memeriksa ketiga penculik yang bandel itu.
*** SETELAH mendengar seluruh cerita Letnan Masduki dan
mengingat kembali pemeriksaan yang dilakukannya atas tiga
penculik yang merahasiakan orang yang memberinya perintah.
Kapten Siregar bertanya apakah Masduki percaya pada apa yang
diceritakan suami istri Bu Beng Kiam dan supir Taksi.
"Tidak ada sebab bagi mereka untuk berbohong," kata Masduki.
"Walaupun saya tidak melihat makhluk itu, tetapi saya percaya
mereka berkata benar. Apa lagi kalau memang ada wanita-wanita
yang bisa jadi harimau, seperti manusia harimau yang sekarang
mengganas lagi. Mungkin Pak Regar dapat menambah pengetahuan
saya dalam hal-hal yang amat aneh ini."
"Saya belum dengar tentang adanya wanita harimau di Jakarta.
Tetapi di Sumatera memang ada daerah, namanya Kerinci, di mana
ada laki-laki dan ada wanita yang kadang-kadang jadi harimau. Di
sana dinamakan cindaku. Ciri-cirinya, tiada parit di bawah
hidungnya. Tetapi kalau sedang mengharimau, maka seluruh dirinya
jadi harimau. Bukan berkepala manusia!" jawab Siregar.
"Tapi yang mereka lihat ini wanita cantik dengan badan
harimau," ujar Masduki. la amat tertarik dengan cerita Sahata
Siregar. "Kalau begitu, wanita itu manusia harimau. Apakah dia kadang-
kadang jadi harimau seluruhnya tentu kita tidak tahu. Ada Anda
tanyakan alamat wanita dan orang yang membawanya pulang itu?"
"Tidak, saya tidak tahu mengapa tidak saya tanyakan. Saya sama
sekali tidak ingat untuk me nanyakannya, karena pada waktu itu
saya masih bingung bercampur jengkel. Apa yang dikatakan ketiga
orang itu tidak tersua dalam kenyataan. Tetapi setelah saya
timbang-timbang, saya jadi percaya bahwa mereka tidak bohong!"
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Siregar bertanya tentang laki-laki yang datang menjemput wanita
aneh itu. Masduki hanya dapat menerangkan, bahwa menurut
pengakuannya wanita yang dapat kecelakaan itu adalah calon
istrinya. Kalau apa yang diceritakan ketiga pelapor kepada Polisi
benar, maka sungguh tidak masuk akal bahwa seorang laki-laki
muda gagah dan kaya akan kawin dengan makhluk yang begitu
menakutkan. Tetapi, kata Masduki kepada Siregar, bukan tidak
mungkin laki-laki itu tidak mengetahui keadaan sebenarnya atau
rahasia hidup wanita cantik itu.
"Bisa jadi," kata Siregar menanggapi. "Calon suaminya itu tidak mengetahui
keadaan wanita yar.q akan diperistrinya. Wanita
cindaku atau wanita harimau hanya sekali-sekali saja menjadi
harimau. Tidak saban hari. Kadang-kadang berbulan-bulan ia tidak
berubah. Seperti manusia biasa saja."
Masduki mengajukan banyak pertanyaan tentang manusia
harimau yang menurut cerita masih berkeliaran di Sumatera. Sahata
Siregar membetulkan istilah berkeliaran, yang sama sekali tidak
benar. Manusia harimau tidak berkeliaran, tetapi masih ada di
beberapa banyak kota kecil atau dusun. Termasuk di dalamnya
Muara Sipongi, Penyangek, Rao, Panti dan desa-desa di sekitarnya.
Juga ada di Panyabungan konon masih ada yang hidup. Begitu pula
di Pai Sabolas (sebelas) yang letaknya di antara Sipirok dan Padang-
sidempuan. Mendadak bulu roma Sireyar berdiri pula. Tidak akan terjadi
begitu kalau tiada sebab karenanya, la bertanya di dalam hati
apakah yang akan terjadi. Tetapi Masduki yang juga merasa suatu
kelainan melanda dirinya tak dapat menahan diri dari ber tanya:
"Ada apa Pak Siregar" Bulu-bulu romaku pada berdiri dan badanku
terasa dingin sekali!"
"Ah tidak apa-apa. Mungkin ada nenek atau datu-datu lewat.
Kalau tidak punya salah, tidak perlu takut," kata Siregar
menenangkan hati tamunya.
Kemudian terdengar suara mendengus. Disusul oleh suara
menggeram. http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Masduki tak dapat menyembunyikan rasa takutnya. "Apa yang
Pak Regar tanyakan?" Kapten Sahata Siregar yang sudah tahu suara apa yang baru
kedengaran itu, menjawab: "Tenang-tenang sajalah.
Barangkali ompung mau datang!"
"Ompung" Apa itu?" tanya Masduki.
"Ompung itu bahasa Tapanuli. Artinya nenek atau kakek!"
Pada saat itulah Masduki untuk pertama kali selama hidupnya
melihat suatu makhluk yang amat menakutkan. Badan harimau
dengan muka manusia. Muka itu tua tetapi gagah. Sebab yang
datang ke ruangan Siregar tak lain daripada Dja Lubuk, ayah Erwin
yang amat cinta pada anaknya. Oleh terkejut dan sangat takutnya
manusia yang sudah perwira polisi itu tidak dapat membuka mulut,
la bagaikan terpaku. Sahata Siregar sendiri pun terkejut bukan
kepalang. Tetapi rasa takutnya tidak sehebat Masduki. la
mengetahui lumayan banyak tentang pende-dar-pendekar
Mandailing yang memelihara harimau.
Ada yang sampai tujuh ekor. Harimau-harimau biasa yang tunduk
pada perintah yang menguasainya, la masih ingat nama Baginda na
Poso (artinya tuan yang muda) yang tinggal di Arase. Tatkala ia
sudah berusia sembilan puluh tahun, gerak langkahnya masih
seperti anak muda saja. Berbagai macam ilmu kuno dikuasainya.
Semua orang tahu, ia mempunya sembilan harimau, lima jantan
empat betina, yang hidup di hutan-hutan lebat antara Arse sampai
ke Liang yang berudara dingin oleh letaknya yang cukup tinggi.
Binatang-binatang buas milik baginda na Poso tidak pernah
mengganggu manusia mana pun, kecuali laki-laki atau perempuan
yang melakukan hubungan zinah. la mempergunakan semua
piaraannya untuk menjaga ladang dan kebun terhadap gangguan
babi-babi hutan yang amat ganas dan cerdik. Tidak pernah masuk
perangkap. "Horas Ompung," ujar Sahata Siregar lembut. Masduki menelan ludah, merasa tambah
takjub, seperti tidak percaya pada apa yang
dilihat dan didengarnya. Tapi rasa takutnya menurun sedikit, karena
Sahata bicara pada makhluk itu. Apakah ini kakeknya Kapten Sahata
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Siregar. Tadi ia mengatakan, bahwa ompung itu artinya kakek.
Kalau perkataan "horas" sudah selalu didengar Masduki. Artinya
"selamat." "Horas Kapten," balas Dja Lubuk Masduki tambah tercengang.
Dari mana makhluk ini tahu, bahwa atasannya itu berpangkat
kapten" Barangkali memang ada hubungan famili antara Sahata
Siregar dengan si harimau bermuka manusia dan ini bukan
kunjungannya yang pertama.
"Letnan tak usah takut padaku. Aku tahu kau orang baik. Aku
tidak pernah menyakiti makhluk yang tak bersalah, baik manusia
maupun hewan. Begitu juga anakku!" kata Dja lubuk.
"Terima kasih Ompung," kata Masduki. Kata-kata itu keluar
begitu saja dari mulutnya. Rasa takut Masduki semakin turun.
"Tapi ada orang-orang kepolisian yang jahat. Yang sangat kejam
juga ada. Merasa senang menyiksa orang-orang yang disangka
jahat. Tapi kalian tahu, yang dipukuli, ditendang, diinjak atau disulut dengan
api rokok itu hanya penjahat-penjahat kecil yang bekerja
kasar. Penjahat halus tidak pernah disiksa. Malah ada kawan-kawan
kalian yang mau jadi pesuruh orang tahanan, kalau dia punya uang
untuk membayar! Hina sekali, ya!"
Kapten Pol Sahata Siregar dan Lettu Pol Masduki merasa amat
malu. Memang ada rekan-rekan mereka yang punya sifat sadis.
Sayang, hanya terhadap si kecil.
"Sebetulnya aku datang kemari untuk melaporkan sesuatu," kata Dja Lubuk. "Aku
tadi terpaksa bertindak. Si Sersan Tirtomu itu!"
Darah Sahata Siregar tersirap. Sersan Tirto adalah salah satu
bawahannya yang minta memeriksa ketiga penculik Maskun dan
Jufri yang sedang ditahan, la mau bertanya kepada Dja Lubuk apa
yang dilakukan Tirto, tetapi manusia harimau itu sudah raib. Sahata
memandang Masduki yang juga terkejut mendengar manusia
harimau itu tadi menyebut nama Sersan Tirto. Sedang mereka
dihantui tanda tanya itu telepon berdering. Sahata segera
mengangkatnya dan mendengarkan. Mukanya berubah, tangannya
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
agak gemetar. Letda Pol Wagimin melaporkan kepadanya, bahwa
Tirto, Dody dan Sukarna dalam keadaan luka-luka berat.
"Diserang ketiga penculik itu?" tanya Siregar. "Bukan Pak, mereka sama sekali
tidak melawan. Mereka juga dalam keadaan
parahi" "Aku jadi tidak mengerti!" kata Kapten Siregar. "Ketiga penculik itu setengah
mati dihajar Tirto dan dua petugas lagi. Tapi kemudian
terdengar mereka menjerit-jerit minta tolong. Seperti dibanting-
banting, kemudian tubuh mereka dirobek-robek. Yang amat
membuat kami takut, yang membanting dan mengoyak-ngoyak
tubuh mereka sama sekali tidak kelihatan. Tentunya hantu atau jin
piaraan ketiga atau salah seorang dari penculik itu. Dia marah
karena majikannya dipukuli sampai hampir mati. Apakah Bapak
dapat menolong kami" Kami semua tak tahu mau berbuat apa.
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Semua meja, kursi dan lemari juga diobrak-abrik oleh hantu yang
tidak kelihatan itu. Mengerikan sekali Pak!"
Kapten Siregar memberitahu bahwa ia segera berangkat untuk
melihat musibah yang menimpa Tirto dan kedua rekannya.
Masduki menyertai Siregar. Dia mau lihat apa yang telah terjadi.
Dia semakin ingin tahu, karena bukankah dia telah beruntung dapat
bertemu dengan si manusia harimau. Kini dia merasa dirinya lebih
hebat daripada biasa. Keadaan di kantor Polisi itu menimbulkan kesan, seolah-olah di
sana baru terjadi perkelahian besar. Tidak seorang pun di antara
petugas-petugas keamanan itu bermuka cerah. Bagaimana mau
ceran, semuanya sudah jadi pucat.
Kapten Siregar langsung masuk ke kamar yang tadi dijadikan
tempat untuk memeras jawaban dari ketiga penculik. David masih
pingsan dengan muka yang sudah divermaak. Kedua kawannya
Masto dan Mudakir sudah duduk. Dengan tubuh yang terasa sakit
seluruhnya. Hampir bertumpuk kelihatan tiga sosok tubuh bergelimpang
darah. Ketiga-tiganya anggota Polisi pemeriksa. Mereka tadi
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menggunakan kekerasan terhadap tiga penjahat yang tidak mau
menerangkan siapa yang memerintah mereka menculik Maskun dan
Jufri dari rumah sakit. Mereka tidak mau membawa-bawa Erwin,
yaitu orang yang menugaskan mereka menculik. Mereka sudah lihat
sendiri, bahwa manusia Erwin ini merangkap kehidupan sebagai
harimau. Mereka bersyukur, si manusia harimau masih begitu baik
hati untuk membiarkan mereka hidup. Itulah sebabnya mereka tidak
mau membawa-bawa namanya ke kantor Polisi. Mereka lebih
bersedia dipukuli daripada membongkar rahasia itu.
Ketika Tirto dengan dua kawannya telah melampaui batas, Dja
Lubuk datang. Bagaimanapun jahatnya ketiga penculik yang
biasanya menerima upah untuk membunuh itu, tetapi mereka telah
membuktikan bahwa mereka berani menerima kematian untuk
menyimpan rahasia Erwin. Yang melihat kedatangan manusia
harimau tua itu hanya ketiga polisi yang merusak diri tiga orang
yang mereka periksa. Polisi-polisi lainnya tidak melihat apa pun.
Begitu juga Masto dan Mudakir. Mereka jadi heran ketika Tirto dan
kedua kawannya berteriak-teriak minta ampun dan kemudian
dibanting-banting oleh tenaga yang tidak kelihatan. Tidak hanya
sampai di situ. Tubuh ketiga orang ini dirobek-robek.
Setelah ketiga polisi itu tak berdaya dan si hantu mengobrak-
abrik kursi, meja dan lemari, terdengar suara datar penuh wibawa:
"Kapolri sendiri sudah melarang kalian melakukan penganiayaan
atas orang-orang yang ditahan. Tapi kalian tidak menghiraukannya.
Sama saja seperti kalian mengentuti perintah atasan kalian. Sudah
lumayan banyak orang binase dalam tahanan. Belum tentu bersalah.
Aku heran, ada di antara kalian yang haus darah. Dengan
mengandalkan pistol yang tergantung di pinggang, kalian berbuat
apa saja yang kalian suka terhadap sementara tahanan. Seolah-olah
mereka bukan manusia. Kalian perlakukan lebih buruk daripada
perlakuan terhadap hewan. Seolah-olah bagi mereka tidak berlaku
kemanusiaan dalam Pancasila. Bila perlu aku akan datang lagi!"
Kemudian sepi. TIRTO dan Dody masih hidup. Sukarna sudah tidak bernyawa.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ambulans baru tiba. Bersamaan dengan kedatangan seorang Letkol
Polisi Hermanto namanya. Bertubuh tegap, wajah dan potongan
ganteng. Hermanto minta diceritakan apa yang telah terjadi. Setelah Letda
Polisi Wagimin selesai melapor, Hermanto berkata: "Mana ada
hantu. Tentu ada kawan-kawan si penculik tadi masuk dan
merobohkan Tirto dan kedua rekannya. Dan kalian tidak berani
melawan mereka. Pengecut." Hermanto berkacak pinggang. Dia
marah. KAPTEN Pol. Sahata Siregar tidak senang mendengar ucapan
Hermanto. Sombong dan sok. Sudah sifatnya barangkali. Tetapi
karena ia atasan, maka Siregar tidak menanggapi. Dia tidak tahu
dengan apa atau siapa dia berhadapan. Sebenarnya Hermanto ini
terkenal berani dan penuh tanggung jawab. Para bandit dan rekan-
rekan segan, menaruh respek atas dirinya.
"Apakah ketiga bajingan itu masih belum mau memberi tahu
siapa majikan mereka?" tanya Hermanto.
"Belum Pak. Mereka lebih suka ditembak daripada mengatakan
siapa yang memerintah mereka!" jawab Letda Pol Wagimin.
"Apa iyaa," kata Hermanto sinis. "Saya kepingin lihat." Dia bergerak hendak ke
ruangan pemeriksaan. Tetapi mendadak dia
terjengkang ke belakang. Terduduk. Tidak ada yang menolak
dirinya. Hermanto sebenarnya kaget dan malu. Tetapi dia bukan
orang yang mau kehilangan muka. Apalagi bawahan. Dia segera
bangkit. "Sudah dua hari ini saya darah rendah," katanya menolong
dirinya. Padahal dia merasa bahwa tadi ada satu tenaga mendorong
dia, sehingga dia terjungkal. Tenaga tanpa ada orang yang
mengeluarkan tenaga itu. Untuk menjaga harga diri, Hermanto melangkah lagi. Kini tidak
ada lagi dorongan. Kapten Siregar dan Lettu Masduki mengiringkan.
Juga Letda Wagimin. Mereka tiba di ruangan tertutup yang bisa
bercerita banyak sekali, kalau sekiranya dinding dan lantainya bisa
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bicara. Di sana masih tergeletak David dan terduduk lesu Masto dan
Mudakir. Mayat anggota Polisi dan dua lainnya yang luka berat
sudah diangkut ke rumah sakit.
"Kalian yang tidak mau mengatakan siapa yang memerintah
kalian, hah! Bodoh. Dia senang-senang, kalian yang jadi korban.
Kalau kalian beritahu siapa yang menyuruh kalian menculik orang
sakit, maka sekarang juga kami akan menangkapnya supaya dia
menerima ganjaran yang setimpal. Kalian tidak perlu takut,
walaupun yang memberi perintah itu jin atau setan dari neraka,"
kata Letkol Pol Hermanto. Tetapi begitu dia selesai dengan
kalimatnya, ia merasa kedua bahunya dipegang "orang" dari
belakang. Bukan pegangan biasa. Dia mau menoleh, ingin tahu
siapa yang begitu kurang ajar berani memperlakukan dia begitu.
Tetapi ia tak kuasa memutar lehernya. Kedua tangan itu menekan
lebih kuat, sehingga terasa amat berat oleh Hermanto. Bukan hanya
berat. Dia kini merasa sakit. Kuku kedua tangan itu ditekankan ke
daging di bahunya. Kian lama kian kuat. Kemudian dirasanya bahu
itu menge luarkan cairan. Darah! Apa pula lagi selain da^ah.
Hermanto yang beberapa menit yang lalu masih begitu gagah, kini
tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Tangan dan kuku yang
menekan kedua bahunya terus kian berat dan dalam. Tanpa daya
untuk bertahan, tubuh besar itu pelan-pelan roboh sehingga
berlutut. Semua bawahannya yang mempersaksikan kejadian yang
tidak bisa dijelaskan itu menjadi amat takut, tetapi tidak berani berbuat apa-
apa. Dan memang tidak ada apa pun yang dapat
mereka buat. Mau melawan" Mau menembak" Siapa yang dilawan,
siapa yang ditembak"
Kedua bahu Hermanto mengucurkan darah segar.
"Kau lihat dan percaya sekarang, bahwa aku ada?" kata satu
suara. Masduki dan Siregar telah mengenal suara itu. Suara Dja
Lubuk si manusia harimau. Ayah Erwin selalu berbuat kebajikan
tetapi selalu dijahili manusia.
Letkol Pol Hermanto tunduk. Kesombongannya hilang sudah.
Baiknya dia mau mengakui kenyataan. Dengan suara pelan ia
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkata: "Sekarang aku percaya! Maafkan kebodohanku."
Sekarang semua petugas keamanan mempunyai dugaan dan
kepercayaan yang sama, yaitu bahwa Dja Lubuk lah yang
memerintah ketiga penjahat untuk menculik Maskun dan Jufri.
Tetapi untuk apa" Ini masih tanda tanya. Kalau mau jawabnya
harus diselidiki. Beranikah mereka menyelidikinya"
PENAHANAN ketiga onung yang kepergok melakukan penculikan
itu kini menjadi masalah yang memusingkan. Terus ditahan karena
terang bersalah, kemudian diajukan ke pengadilan" Mestinya begitu.
Tetapi yang menyuruh mereka ini bukan kepala bandit, bukan
manusia dengan kekuatan luar biasa. Melainkan satu makhluk yang
bukan manusia, bukan pula harimau sebagaimana harimau yang
sesungguhnya, la berpaduan dari manusia dan harimau, sehingga
mempunyai otak untuk berpikir dan berbuat sebagai manusia
dengan tenaga dan kemampuan sebagai harimau.
Letkol Polisi Hermanto tidak menghiraukan luka-luka di bahunya,
tetapi lebih jauh daripada itu. la kuatir akan bahaya yang lebih
besar. Kini dia benar-benar takut dan penuh kebimbangan atas
kemampuannya sendiri. Dia bukan Hermanto yang kemarin, bahkan
bukan Hermanto yang beberapa saat yang lalu masih berkacak
pinggang dengan mengeluarkan kalimat-kalimat yang sinis. Dja
Lubuk benar-benar telah meru bah orang yang tadinya hebat ini
menjadi seorang laki-laki yang tidak percaya pada dirinya sendiri.
"Kupikir ketiga orang itu sudah sewajarnya dibebaskan saja. Kita sudah melihat
sendiri. Mereka itu diperintah oleh suatu kekuatan
yang tidak bisa dihadapi dengan kekuatan biasa. Barangkali mereka
famili dari tenaga gaib yang selalu hadir tanpa memperlihatkan diri,"
kata Letkol Pol Hermanto.
Tanpa menyatakan keberatan, semua perwira yang bawahannya
setuju. Terlalu besar resikonya menghadapi kekuatan gaib.
Maka di bebaskanlah David, Masto dan Mudakir dengan
mendapat bekal uang lumayan dari Hermanto untuk berobat. Itu
suatu kenyataan yang tidak pernah mereka duga dan bahkan tidak
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pernah mereka harap- walaupun tiap orang mencintai kebebasan.
Mereka menculik, tetapi dibebaskan. Mereka sudah banyak"~k~ali
membunuh karena dibayar untuk menghabiskan nyawa orang lain
yang sama sekali mereka tidak kenal. Untuk itu pun mereka belum
pernah menerima hukuman. MALAM itu ketiga penculik yang baru dibebaskan itu menginap di
sebuah hotel di daerah Ancol. Hati mereka masih dihantui ketakutan
dan keraguan. Apakah sudah habis urusan mereka dengan si
manusia harimau" Ataukah apa yang mereka alami baru
permulaannya saja" Apakah seterusnya mereka harus melaksanakan
tugas-tugas untuk makhluk ajaib yang serba mampu itu"
Sedang mereka berbincang-bincang, pintu kamar diketuk. Masto
bertanya, siapa. Yang di luar menjawab "Erwin." Ketiga jagoan itu saling
pandang. Erwin! Yang mulanya mau mereka bunuh, tetapi
kemudian memerintah mereka untuk menculik Maskun dan Jufri. Si
manusia harimau. Dia tidak akan datang kalau tidak ada urusan.
Urusan apa pula sekarang"
Ketiga pembunuh bayaran itu mempersilakannya masuk. Dan
sebagai digerakkan oleh keharusan, mereka mencium tangan Erwin.
Dukun yang manusia harimau itu membiarkan, walaupun
sebenarnya ia tidak suka dihormati secara itu.
"Tuan terlalu baik terhadap kami, orang-orang yang sebenarnya
hanya pantas dinarru n sampah masyarakat!" kata Masto.
"Sampah besar sekali artinya di daia ehidupan kita. Memberi
pekerjaan pada mereka ng harus membersihkannya. Kalau pandai
met nfaatkan, banyak sekali gunanya," kata Erwin.
Sebenarnya ketiga orang itu tak habis pikir, bagaimana Erwin
yang sekarang sebaga manusia biasa, kadangkala bisa berubah jadi
harimau sebagaimana yang mereka persaksikan sendiri beberapa
hari yang lalu di gubugnya. Apakah dia sebentar lagi akan bertukar
ujud pula" Berbadan harimau lagi dengan hanya kepalanya saja
yang manusia" "Tidak, mudah-mudahan tidak," kata Erwin, membuat ketiga
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pembunuh bayaran itu jadi malu dan tercengang. "Aku tidak selalu berubah rupa."
"Tuan beruntung sekali bisa begitu!" kata Mudakir.
"Huh, kau keliru. Apanya yang beruntung" Aku hidup penuh
penderitaan. Selalu jadi buronan. Dan itulah yang memaksa aku
membela diri. Bukan mauku hidup begini. Tetapi aku harus
menerimanya dan keadaan ini harus kumanfaatkan semaksimal
mungkin untuk kemanusiaan."
"Kami tidak tahu cara bagaimana kami harus menunjukkan
terima kasih atas semua kebaikan dan bantuan Tuan. Kalau Tuan
tak datang tadi, tentu kami akan disiksa lagi. Kini kami bebas, tetapi tidak
merasa aman," kata Mudakir.
"Mau kalian berbuat sesuatu untukku dan untuk kalian sendiri?"
tanya Erwin. "Apa pun kami mau lakukan. Kalau boleh, kami mau jadi
pengikut Tuan saja."
"Jangan! Aku bukan orang untuk diikuti. Lagi pula aku bukan
manusia semacam kalian. Tapi aku punya permintaan pada kalian.
Jangan lagi kalian melakukan kejahatan. Apalagi pembunuhan.
Kalau kalian turut nasehatku ini, mudah-mudahan kalian akan
selamat. Tetapi kalau kalian coba berbuat kekejaman lagi, maka
kalian akan binasa. Tidak akan ada ampun lagi. Ingatlah itu baik-
baik." Masto telah memesan minuman dan makanan kecil. Mereka
minum dan makan bersama-sama. Tiga manusia yang biasa jadi
pembunuh bayaran dengan seorang atau satu manusia harimau dari
Mandailing. Masto dan kedua kawannya berjanji untuk tidak lagi mengulangi
kejahatan. Mereka akan hidup secara jujur, betapapun beratnya.
"Pergilah ke kota lain. Di sini kalian akan dikejar terus oleh bekas rekan-rekan
kalian untuk dihilangkan dari dunia ini," kata Erwin.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Erwin mohon diri. Ketiga bekas penjahat merasa sedih. Padahal
tadinya mereka tidak tahu apa artinya sedih.
"Bagaimana caranya kalau kami ingin berjumpa dengan Tuan?"
tanya Mudakir. "Aku akan merasakannya dan aku akan datang. Nah aku pergi
sekarang. Hati-hatilah, maut sedang mengintai kalian," kata Erwin mengulurkan
tangan lalu pergi. Perasaan ketiga orang yang pernah tak kenal takut itu menjadi
sangat gelisah. Semula Macto berkata begitu. David dan Mudakir
juga punya perasaan yang sama. "Apa maksud Tuan Erwin tadi"
Maut mengintai kita?"
Kira-kira setengah jam kemudian pintu kamar mereka kembali
diketuk orang. Apa lagi ini! Bukankah tidak ada orang yang tahu bahwa mereka
menginap di situ" "Dave," terdengar suara wanita di luar. Suara yang tidak asing bagi David. Juga
bagi kedua sahabatnya. Sebab suara itu selalu
mereka dengar. Orang yang punya suara itu selalu ngomong
ngomong dengan mereka, terutama sekali dengan David. Girangnya
David bukan main. Yolanda datang.
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pintu segera dibuka, Yolanda masuk. Tetapi tidak hanya seorang
diri. Ada dua orang lagi. Sahabat mereka juga. Maruzar dan Jusman.
Masto baru bertanyakan kabar pada Maruzar. Jawabannya
muntahan peluru dari senjata laras pendek yang memakai peredam
suara. Tiga peluru beruntun untuk tiga sahabat mereka yang baru
saja keluar dari tahanan. Semua tepat ke sasaran. Masto dan David
menerima di jantung., Mudakir di antara kedua matanya. Aneh,
biasanya Masto dan David kebal peluru.
Maruzar dan Jusman telah ditugaskan untuk memperhatikan
tempat tahanan ketiga rekan mereka supaya mengetahui
perkembangan selanjutnya. Sesudah tahu, bahwa mereka kemudian
dibebaskan dan pergi ke sebuah penginapan di Ancol, mereka
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mencari Yolanda yang juga mereka kenal sebagai pacar David.
Wanita ini dipergunakan untuk mencegah kemungkinan . kecurigaan
kawan-kawan mereka. Dan semua berjalan sesuai dengan rencana
dan harapan. Masto, David dan Mudakir mereka anggap sudah tidak berguna.
Mungkin mereka dibebaskan sesudah menyebut nama
komplotannya. Jadi harus ditiadakan.
Langkah selanjutnya tidak bisa lain. Menyingkirkan Yolanda.
Karena ia cinta setengah mati pada David. la bisa berbahaya.
Daripada jadi pikiran, lebih baiklah mengambil jalan singkat.
Satu jam setelah kematian David dan kawan kawan, Yolanda
menyusul. Begitulah salah satu hukum tak tertulis di dalam komplot-komplot
gelap yang membidangi pembunuhan, perampokan, penculikan atau
semua kejahatan itu sekaligus.
TEROR misterius di hotel cukup terkenal itu memenuhi
halaman-halaman depan surat kabar. Erwin pun segera
mengetahuinya. Kapten Sahata Siregar, Lettu Pol Masduki dan Letda
Pol Wagimin mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan peristiwa
itu karena merekalah yang paling banyak mengetahui awal mula
dan berbagai kejahatan gaib selama mereka ditahan. Ada manusia
harimau turut campur bahkan pegang peranan sehingga
menewaskan seorang anggota Polisi dan melukai berat dua lainnya.
Ini suatu perkara teramat pelik yang pernah mereka jumpai selama
mereka jadi penegak keamanan. Pembunuhan atas ketiga tahanan
yang baru dibebaskan itu tentu oleh manusia biasa. Dan mereka
sudah dapat memperkirakan bahwa yang melakukannya tentu
kawan-kawan mereka sendiri. Yang jadi pertanyaan dan harus
dipecahkan: Siapa atau siapa-siapakah mereka"
LETKOL Pol Hermanto tidak turut membicarakan atau mencari
pemecahan pembunuhan itu. mengetahui pun dia tidak, walaupun
di rumahnya ada koran-koran yang memuat berita itu. Sepulang dari
Kantor Polisi ia seperti kehilangan ingatan. Atau benar-benar
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kehilangan ingatan. Tidak bisa berpikir, bahkan tidak mau bicara.
Mungkin karena terlalu terkejut oleh pengalamannya ditekan oleh
tenaga yang tidak kelihatan, sehingga bahunya mengeluarkan
banyak darah oleh tikaman kuku-kuku yang amat kuat dan tajam.
Kuku harimau! Hermanto memang perwira Polisi, tetapi dia juga
manusia biasa. Apa yang bisa menimpa manusia biasa, juga bisa
menimpa dirinya. Inilah suatu kenyataan, la tergeletak di ranjang,
kelihatan bodoh dan loyo.
*** MENGHADAPI keanehan mencemaskan itu keluarga Hermanto
jadi gugup dan panik. Dokter yang diminta datang mengatakan,
bahwa tidak ada tanda-tanda penyakit pada diri perwira polisi itu.
Tetapi keadaan Hermanto sangat serius dan aneh sekali, la
menduga bahwa yang demikian hanya bisa terjadi oleh gangguan
jiwa berat secara mendadak yang tak terpikul oleh kekuatan batin
Hermanto. Dan gangguan itulah jadi penyebab kelesuan dan
hilangnya seluruh kegairahan.
Hermanto tidak bisa menerangkan mengenai luka-luka pada
kedua bahunya. Bagaimana pula hendak menerangkan. Sejak tiba di
rumah dia tidak bicara apa-apa, bagaikan orang yang mendadak
jadi bisu. Pertanyaan kepada Letda Pol Wagimin hanya dijawab
dengan mengatakan, bahwa mereka - beberapa orang -
mengetahui adanya luka-luka di bahu tetapi tidak tahu apa yang
menyebabkan, sebab tidak terjadi serangan dari siapa pun terhadap
Hermanto. la mendadak saja tidak kuat berdiri, lalu roboh atas
kedua lututnya. Mendengar musibah yang menimpa diri dan keluarga Hermanto,
beberapa rekannya datang melihat. Juga Kapten Pol Sahata Siregar
dan Lettu Pol Masduki. Atas desakan keluarga Hermanto bagaimana
asal mula seluruh kejadian yang aneh itu, Masduki menceritakan
tentang tiga tahanan yang disiksa oleh tiga petugas Polisi. Bukan
karena kekejaman, tetapi karena ingin mengetahui kepala
komplotan penculik untuk bisa ditumpas guna menenteramkan
masyarakat. Sampailah kepada ucapan-ucapan Hermanto yang
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bernada sombong sambil berkacak pinggang. Makhluk yang tidak
dipercaya oleh Hermanto datang ke kantor Polisi dan menyatakan
kehadirannya tanpa memperlihatkan diri. Bagaimanapun sukarnya
cerita ini diterima akal orang-orang modern, tetapi kalau sudah
semua hadirin di ruangan itu bercerita sama, bagaimana" Masih
tidak mau percaya" Petugas-petugas keamanan yang datang ke
rumah Hermanto tak luput dari membicarakan pembunuhan
misterius atas ketiga tahanan yang baru dibebaskan. Dan kejadian
ini membuat Polisi harus bekerja keras mencari si pembunuh yang
tentu anggota dari suatu komplotan yang terorganisir.
Sedang ramai-ramainya orang di rumah Hermanto itulah datang
seorang wanita yang masih famili istri Hermanto. Juariah yang istri
Maskun dan ibu Amaiia. Karena adanya hubungan famili inilah
makanya Hermanto - di samping tugas - sangat ingin tahu
siapakah yang telah menyuruh culik Maskun, suami saudara
perempuannya. Nyonya Hermanto menceritakan kembali bagaimana suaminya
mendadak tidak bisa bicara dan menjadi loyo. Matanya hampir tak
pernah berkedip, la berpendapat bahwa penyakit ini bukan penyakit
biasa. Seperti penyakit Amalia, kata Nyonya Hermanto. Bikinan
orang. "Saya percaya yang begituan," kata nyonya perwira Polri itu.
Dia lalu telah sembuh berkat pertolongan seorang dukun. Serta
merta Nyonya Hermanto lalu ingin minta bantuan dukun itu.
Dimufakatkan dengan famili yang lain. Mereka umumnya tidak
setuju. Mereka yakin dokter akan mampu menyembuhkan
Hermanto. Masa iya dukun lebih pintar dari dokter yang menuntut ilmu
bertahun-tahun. Maka dimintalah bantuan beberapa dokter. Bergantian.
Semuanya merasa menghadapi penyakit aneh. Dan semuanya
sependapat bahwa penyakit ini ada hubungan dengan gangguan
jiwa. Cerita mengenai tekanan atas diri Hermanto oleh tenaga yang
tidak kelihatan tetapi menyebabkan kedua bahu perwira polisi itu
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
luka-luka oleh tikaman kuku kuat dan tajam, sukar diterima akal
para dokter. Rekan-rekan Hermanto mengatakan, bahwa bagi
mereka yang melihat, hal itu merupakan kenyataan. Tetapi dokter-
dokter yang mendengar cerita tidak bisa menerima, karena
bertentangan dengan hukum akal. Dalam hati, Sahata dan Masduki
berharap agar makhluk ajaib itu menunjukkan sesuatu untuk
menguatkan cerita mereka, tetapi Dja Lubuk tidak datang.
Juariah menceritakan, bahwa dukun yang mengobati Amalia
masih muda. Tidak mengharapkan upah. Orangnya baik. Miskin.
Tidak dikatakannya, bahwa anaknya sudah tergila-gila setengah
mati pada Erwin. Juga tidak dikatakannya bahwa ada seorang
wanita bernama Sabrina yang mengatakan, bahwa dukun itu
kadang-kadang berubah jadi harimau dan suka pada darah
manusia. Dia sendiri tidak sepenuhnya percaya pada cerita Sabrina
yang kata Amalia menyukai Erwin. Orang yang cemburu bisa saja
menceritakan yang buruk-buruk mengenai seorang laki-laki, agar
orang lain menjauhkan diri dari padanya. Dengan begitu dia bisa
memonopoli laki-laki yang diingininya. Apa lagi Amalia, dia sama
sekali tidak per caya. Barangkali ayahnya atau kakeknya. Itulah
makanya ayah atau kakeknya itu marah dan meng-goncang-
goncang rumah disebabkan cerita Sabrina.
Nyonya Hermanto mengambil keputusan untuk meminta bantuan
dukun Erwin, kalau dalam lima hari tak ada dokter yang berhasil.
Dan setelah lima hari ternyata tidak ada satu dokter pun dapat
menyembuhkan Hermanto. Bukannya berkurang, tambah parah
malah. Yang pergi ke rumah Erwin tak kurang dari Juariah dan Nyonya
Hermanto sendiri. Ibu Amalia jadi tambah heran, bagaimana orang
semacam Erwin yang hanya tinggal di gubug dan tidak punya apa-
apa, tidak mencari uang melalui kebolehannya. Apakah yang
dicarinya di dalam hidup" Tapi dia juga kagum, ada orang semacam
ini di tengah-tengah masyarakat yang hampir semuanya berlomba
dengan berbagai cara, halal atau haram memperkaya diri. Sehingga
mereka mencapai taraf keserakahan.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sebenarnya penyakit Pak Hermanto itu hanya karena terkejut.
Pengaruhnya jadi besar sekali, karena tadinya ia tidak percaya akan
adanya kekuatan-kekuatan yang tidak dapat diterangkan secara
hukum akal. Hanya itu," kata Erwin sebelum kedua wanita itu
menceritakan maksud kedatangan mereka.
"Tetapi keadaannya terus tambah parah. Kami takut Tuan
dukun," kata Nyonya Hermanto. "Memang dia lain dari saya. Saya percaya pada
kekuatan gaib." "Tolonglah kami Tuan Erwin," kata Juariah menyertai
pembicaraan Nyonya Hermanto. Dia lupa bahwa tempo hari Erwin
sudah meminta kepadanya untuk tidak menyebut dirinya dengan
"tuan." Erwin berjanji akan datang. Nyonya Hermanto memberinya
alamat rumah. Dalam perjalanan pulang, kedua wanita
membicarakan kehebatan Erwin yang sudah mengetahui maksud
kedatangan mereka dan tahu pula penyakit yang menimpa diri
Hermanto. *** KETIKA Erwin tiba di rumah si sakit, kebetulan Kapten Pol Sahata
Siregar juga sedang di sana. Untuk kesekian kalinya sejak atasannya
itu sakit. Dia ingin sekali mengikuti perkembangannya. Sebab
penyakit itu diawali dengan peristiwa yang sangat aneh.
Dokter Kartolo yang ada di sana memandang remeh segala pada
Erwin. Biasa! Dari koran-koran ia sering membaca tentang dukun-
dukun penipu, cabul dan palsu. Kalau sekiranya Erwin bergelar
dokter barangkali dia tidak akan pernah ragu-ragu bahwa kawan
seprofesinya itu mungkin dokter palsu. Walaupun di koran juga ada
berita-berita tentang dokter gadungan.
Dokter Kartolo dan Kapten Polisi Siregar turut memperhatikan
apa yang akan dikatakan atau diperbuat Erwin. Si dokter dengan
bibir sedikit mencibir sedangkan si perwira polisi dengan penuh
perhatian. http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Erwin minta izin kepada Nyonya Hermanto untuk menjamah
bagian-bagian tubuh suaminya yang dianggapnya perlu. Nyonya itu
tidak keberatan. Bagaimanapun cara Erwin ini amat simpatik. Tahu
sopan santun. Tapi si Dokter menganggap itu hanya taktik murahan
dari orang yang ingin menarik perhatian.
Erwin memegang jari kanan Hermanto, memperhatikan semua
kukunya. Lalu tangan kiri. Juga begitu.
Dibukanya pula kelopak mata kiri dan kanan, yang memang tidak
berkedip. "Bapak ini kehilangan kepercayaan pada diri sendiri, la melihat
suatu kenyataan dari apa yang biasanya diremehkannya!" kata
Erwin. Sang dokter mendehem. Bukan dehem biasa. Katakanlah dehem
mengejek. "Saya ini orang dusun Nyonya," kata Erwin. "Apa yang saya lakukan ini hanya
usaha. Selebihnya terserah kepada Tuhan." la
merendahkan diri, seperti biasa saja kalau ia mengobati seseorang.
"Ya, Pak Dukun," kata Nyonya Hermanto, yang sebagaimana
orang lain juga sudah ketularan kebudayaan "bapak."
"Saya memerlukan tujuh butir telur ayam," kata Erwin.
Dokter Kartolo tertawa di dalam hati. Jadi tidak ada yang
mendengar. Biasanya, dukun minta telur, kain putih, jarum, pisau
kecil, jeruk purut, kemenyan.
"Apa lagi pak?" tanya Nyonya Hermanto.
"Hanya itu!" jawab Erwin.
Si dokter ingin campur untuk menghibur dirinya: "Mateng atau
setengah mateng?" Kuping Erwin memerah mendengar ejekan ini.
Tapi dia bisa menahan diri.
"Yang mentah saja Nyonya. Dan telur ayam kampung!" kata
Erwin lagi. http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lebih baik telur ayam negeri. Lebih besar dan tak ada yang
busuk. Telur ayam kampung kecil dan selalu busuk," tambah dokter Kartolo.
Erwin tidak menanggapi. Tetapi si dokter merasakan sesuatu.
Yang mengherankan orang-orang lain yang ada di kamar si sakit.
Dia merasa ada dua tangan menekan kedua bahunya. Persis seperti
yang dirasakan Hermanto di kantor Polisi beberapa hari yang lalu.
Mukanya pucat. Apa ini" Khayalannya saja" Tidak, ia benar-benar
merasa ditekan. Dan ia tidak dapat melawan tekanan itu. Lututnya
lemas dan akhirnya ia bertahan atas kedua lututnya saja. Semua
yang hadir di sana heran melihat. Bagi Siregar, ini pemandangan
yang kedua kalinya. Bedanya cuma satu. Dari bahunya tidak keluar
darah. Si penakan yang tidak kelihatan itu tidak mempergunakan
kukunya. "Kenapa dok?" tanya Nyonya Hermanto.
Dokter itu tidak menjawab. Bukan tidak mau, tetapi tidak bisa.
Dia tidak kuasa membuka mulut. Suasana yang mencekam jadi
tambah panik. Tetapi telur ayam kampung sudah tersedia. Erwin
meman-terainya, memberikan kepada Nyonya Hermanto dengan
pesan agar pada malam itu diletakkan di pojok dalam kamar itu.
Kina dukun muda itu meminta semangkuk air bersih. Seolah-olah
tidak terjadi suatu apa pun atas diri salah seorang hadirin. Dia tidak mau
konsentrasi pikirannya terganggu.
Dalam hati Nyonya Hermanto jengkel juga pada Dr. Kartolo.
Kalau mau sakit kenapa mesti di rumahnya. Bukannya menolong,
malahan menambah kacau keadaan saja.
Hanya Kapten Pol Sahata Siregar yang menduga, bahwa tekanan
atas bahu Dr. Kartolo tentu dilakukan oleh Dja Lubuk, ayah dukun
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
muda yang sedang mengobati atasannya. Kenapa" Dokter ini tidak
mengejek atau berkata sombong terhadap Dja Lubuk. Tapi, pikir
Siregar, kalimat-kalimatnya tadi bernada mengejek dukun muda
Erwin. Tentang telur ayam negeri yang lebih besar dan mau telur
matang atau setengah matang!
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Air putih dijampi-jampi pula o!eh Erwin. Jampi hanya syarat,
permohonan kepada Tuhan. Jampi apa pun tidak akan ada
kekuatannya kalau Tuhan tidak mengizinkan. Makanya jadi dukun
atau apa pun, orang jangan tak bu r.
Air putih disapu-sapukan ke seluruh muka Letkol Pol Hermanto.
la mohon kepada ayahnya. Orang mana pun bisa membuat
kesalahan atau kesilapan.
Yang hadir, kecuali Dr. Kartolo yang sudah, diangkat dan
direbahkan di kursi panjang, seperti terkesima melihat Hermanto
menggerakkan kepalanya yang sudah lima hari seperti kejang
dengan mata terbelalak tak pernah berkedip.
Nyonya Hermanto yang sayang sekali pada suaminya, yang
diketahuinya merupakan teman hidup yang amat baik dan ayah
yang selalu sayang pada dua orang anak mereka, mencium tangan
Erwin karena sangat girang dan berterima kasih. Erwin cepat-cepat
melepaskan tangannya dan berkata: "Jangan nyonya. Itu tak baik.
Tak baik buat saya dan juga tak baik buat nyonya. Bersyukurlah
kepada Tuhan." Letkol Polisi yang dalam menjalankan pekerjaan selalu tegas dan
berani itu tiba-tiba menangis tersedu-sedu. Suami dan kedua
anaknya yang selalu dekat di ranjang ayah mereka turut
meneteskan air mata. Mengapa ayah mereka menangis.
"Aku sadar telah membuat suatu kesalahan. Aku tidak pernah
percaya pada kekuatan yang tidak kelihatan. Tetapi kejadian hari itu
telah membuktikan bahwa kekuatan gaib memang ada. Akulah yang
bodoh dan kebodohan itu telah membuat aku sombong.
Bagaimana nasib ketiga orang yang kita bebaskan itu?" tanyanya.
Tidak ada jawaban. "Tidak ada jawaban.
"Sudah meninggal semua Pak. Dibunuhi oleh bekas kawan-kawan
mereka sendiri," jawab Siregar," Hermanto diam, seperti
membayangkan wajah ketiga bekas tahanan itu. "Kasihan," katanya.
Kini ia memandangi Erwin dan bertanya "Siapa orang muda ini?"
"Dia yang mengobati Mas," kata Nyonya Hermanto. Sudah enam
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dokter tidak berhasil." Perwira Polisi itu terus memandanginya.
Kekaguman terbayang pada sinar matanya. Dan rasa terima kasih
yang tidak diucapkan. "Lima hari lima malam Mas tidak pernah bicara," kata istrinya lagi.
"Ya, aku punya salah. Aku tidak akan mengulanginya. Aku mau
minta maaf. Apakah Kapten tahu caranya" tanya Hermanto.
Oleh kegirangan, belum ada di antara mereka yang ingat pada
Dr. Kartolo. *** PERWIRA Polisi itu duduk tanpa dibantu lalu bertanya kepada
orang muda yang mengobatinya dengan kepala ditundukkan,
apakah ada sesuatu yang dapat dilakukannya untuk tanda terima
kasih. Pada waktu itulah Kapten Siregar teringat bahwa masih ada
seorang lagi yang barangkali dapat ditolong Erwin. Dr. Kartolo yang
terbaring di kursi panjang. Tetapi ia menantikan jawab dukun itu
atas pertanyaan Hermanto.
"Saya senang Tuan telah menunjukkan tanda-tanda akan
sembuh," kata Erwin. "Tuan tidak perlu berbuat suatu apa pun untukku."
"Tetapi," kata Hermanto yang lalu diputus oleh Erwin: "Tuan ingin mengatakan,
bahwa Tuan merasa harus berbuat sesuatu.
Kalau tidak, tuan akan selalu merasa berhutang budi, begitu?"
Perwira Polisi itu mengiyakan. "Baiklah. Jadilah pejabat yang baik untuk jadi
contoh bagi bawahan Tuan dan barangkali bisa
menggerakkan hati atasan Tuan untuk lebih baik lagi dari Tuan.
Yang kita butuhkan adalah orang-orang yang baik. Saya rasa itulah
yang sangat kurang di negara ini," kata Erwin. Sebagaimana pasien-pasien
terhormat Erwin di masa lalu, Hermanto pun jadi heran,
bagaimana seorang dukun yang begitu sederhana dapat bicara
seperti itu. Dengan kalimat-kalimatnya ia mengeritik keadaan yang
rupanya diketahui oleh masyarakat. Cuma saja, masyarakat itu tidak
dapat berbuat sesuatu untuk merubah keadaan yang amat
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merugikan itu. Masih tertunduk, Hermanto berjanji untuk menjadi orang yang
diharapkan dukun muda itu.
Sekarang baru Kapten Siregar mengatakan, bahwa Dr. Kartolo
perlu ditolong dan semua mata memandang Erwin. Tanpa menahan
diri Siregar berkata: "Begitu juga yang dialami Pak Hermanto di
kantor tempo hari." Dalam hati Siregar menduga, bahkan yakin
bahwa peringatan atau hukuman itu tentu datangnya dari Dja Lubuk
yang tidak mau anaknya diejeknya, walaupun oleh seorang dokter.
Bagi orang seperti Dja Lubuk, meskipun hanya makhluk kampung
yang barangkali dianggap bodoh, semua manusia punya martabat
sama. Bahkan barangkali orang-orang kampung itulah seringkah
lebih tinggi nilai mentalnya daripada sementara orang-orang pintar
dan terkemuka di kota-kota.
Erwin memandang sang dokter yang terbaring di sana tanpa
bicara dan dengan muka orang menyerah pada nasib. Huh, betapa
besar perbedaannya dengan mukanya yang sombong dan merasa
dirinya paling pintar tadi. Kini segala kesombongan itu telah sirna.
Manusia, kasian, cuma sebegitu saja!
Erwin, memang benar manusia harimau. Tetapi jikalau tidak
sedang mengharimau, ia juga manusia biasa. Dalam menghadapi
orang-orang yang memerlukan dirinya ia selalu merendah. Tetapi
kali ini ia agak lain. Melihat dokter Kartolo terbaring bodoh tanpa
mampu bicara ia mencibir, sebagaimana ahli penyakit itu tadi
mencibir ketika ia mau mengobati Hermanto. la ingat kalimat-
kalimat orang terpelajar yang sarjana itu.
"Orang ini dokter," kata Erwin. "Saya rasa sebaiknya diminta salah seorang
rekannya menolong dia. Ini tentunya penyakit ringan
saja." Cara ia mengucapkan kata-katanya menunjukkan bahwa ia
merasa tidak senang terhadap orang ini. Dan semua yang hadir jadi
ingat bagaimana tadi dokter Kartolo mengejek Erwin dengan "telur setengah
mateng" dan "lebih baik telur ayam negeri, lebih besar."
Mendadak Erwin jadi ingin orang-orang itu tahu, bahwa dia juga
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bisa marah. Bahwa dia bukan terbuat dari kayu atau batu. Bahwa ia
punya perasaan dan harga diri. Maka katanya: "Nyonya Hermanto,
barangkali dokter ini perlu telur ayam negeri setengah mateng!"
Mendengar itu Nyonya Hermanto tunduk! Begitu pula Siregar,
walaupun ia juga seorang Tapanuli, sama seperti Erwin. Tak ada
seorang pun buka suara. Mereka tahu dukun itu marah. Rupanya
marah satu Erwin bisa membuat orang-orang penting dan kaya jadi
takut. Rupanya orang sederhana dan miskin semacam Erwin ini
sewaktu-waktu bisa lebih dari orang lain. la ingin menimbulkan
pemikiran pada orang-orang itu bahwa siapa pun di dunia ini jangan
suka meremehkan orang lain.
"Maafkanlah dia," kata Sahata Siregar pelan dalam bahasa
daerah. Agak lama baru Erwin menjawab: "Aku sudah selalu dihina dan
diejek oleh orang-orang semacam ini." Mendengar itu Hermanto jadi malu. Bukankah
ia juga orang yang pernah mengejek" Erwin
sengaja tidak menjawab Sahata dalam bahasa Tapanuli. "Banyak
orang semacam ini, pintar dan kaya memandang hina sekali pada
orang miskin. Apalagi kalau mendengar dukun. Terus menyangka,
bahwa orang yang dukun itu pasti penipu. Dokter ini tadi juga
menduga bahwa aku ke mari untuk menipu."
Sahata Siregar tahu, bahwa Erwin marah sekali. Dan tahu, bahwa
dukun ini anak Dja Lubuk yang manusia harimau. Dan barangkali
Erwin ini juga manusia harimau. Tatkala Siregar berpikir begitu,
Erwin menoleh padanya dan berkata: "Ya, memang betul apa yang
kau pikir itu Siregar." Dan Kapten Polisi yang asal Sipirok itu jadi pucat.
"Maafkan aku," kata Siregar.
"Tidak apa-apa, wajar kau berpikir begitu. Ompungku juga
seperti ayahku," kata Erwin. Orang-orang itu tidak tahu apa masalah yang
dibicarakan kedua orang itu, karena mereka tidak tahu apa
yang dipikirkan Siregar tadi.
"Panggillah dokter untuk menolong bapak yang sakit itu," kata http://cerita-
silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Erwin. Tapi, nasib baik, ada orang datang hendak melihat
Hermanto. Sahabatnya, kebetulan dokter, namanya Syaiful.
la heran melihat Hermanto sudah sembuh. Dia tidak menyangka
akan secepat itu. Tetapi tentu dia senang dengan kesembuhan
sahabatnya itu. Dia mengulurkan tangan ucapan selamat kepada
Hermanto. Dia jadi heran dan kaget melihat ada orang terbaring di
atas bangku panjang. Terlebih heran lagi, karena orang itu tak lain
daripada rekannya serumah sakit, Dr. Kartolo.
"Barangkali dokter dapat menolong," kata Kapten Siregar.
Dr. Syaiful segera mendapatkan dokter yang mendadak sakit itu.
Mengajukan pertanyaan, yang tak dijawab, karena si sakit tidak bisa
ngomong. Syaiful memandang pada Hermanto, seakan-akan
mengatakan atau bertanya sesuatu.
"Ya, hampir sama dengan penyakit Pak Hermanto," kata Siregar menegaskan.
"Apakah wabah penyakit baru," kata Dr. Syaiful pada dirinya sendiri.
"Saya tidak mengerti," kata dokter itu kemudian. "Siapa yang menyembuhkan Pak
Hermanto?" tanyanya.
Tak ada jawaban. Semua mata memandang ke Erwin. Dukun,
pikir Dr. Syaiful. Untunglah dia tidak seperti Dr. Kartolo. Dia
termasuk dokter yang percaya, bahwa ada penyakit yang harus
ditangani oleh dukun dengan ilmu mereka. Pengetahuan yang tidak
pernah diajarkan di fakultas kedokteran.
"Terus terang," kata Dr. Syaiful. "Saya tidak sanggup. Penyakit begini tidak
dapat diterangkan dengan ilmu pengetahuan biasa." la memandang Erwin sambil
mengulurkan tangan. "Saya turut
berterima kasih pada bapak, karena sudah menolong Pak
Hermanto." "Saya hanya berikhtiar Dok, yang menyembuhkan Tuhan,"' kata Erwin seperti biasa.
Dia senang pada Dr. Syaiful yang rendah hati
ini. Dan dokter itu jadi senang mendengar ucapan Erwin. Tapi dia
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak berani meminta padanya untuk menolong Dr. Kartolo.
"Saya mohon diri," kata Erwin. Dia betul-betul tidak ingin coba Mengobati Dr.
Kartolo. Kali ini ia benar-benar marah.
"Kasihan dia Pak Dukun," kata Nyonya Hermanto. "Maafkanlah kesombongannya. Dia
tidak akan bisa sembuh tanpa pertolongan
Bapak." Dr. Syaiful jadi memandang Nyonya Hermanto, lalu memandang
Erwin. la mulai mengerti persoalan. Rupanya rekannya ini tadi telah
memperlihatkan sikap sombong yang tidak bisa diterima oleh dukun
muda itu. "Maafkanlah dia Pak Erwin," kata Syaiful. Serendah rendah hati seseorang, kalau
sudah dihina secara keterlaluan, orang tersinggung
juga. Syaiful tahu betul sifat sejumlah orang kaya atau pintar,
apalagi kaya dan pintar. Erwin tidak jadi pergi. Semua orang yakin u.nwa akhirnya dia
tidak sampai hati. Padahal mereka tahu, bahwa ada rumah sakit
dengan dokter-dokternya yang menolak pasien dalam keadaan
gawat sekali pun, kalau tidak punya uang cukup untuk membayar
porsekot. Nyawa dinilai murah sekali, kalau tidak didampingi dengan
uang. Seperti tadi Erwin meminta telur ayam tujuh butir. Telur
dijampinya Ya, bagaimana lagi. Begitulah memang cara dukun.
Primitip sekali. Lalu air di mangkuk putih. Juga dimanterainya.
Tetapi waktu mau menyadarkan Dr. Kartolo, timbul pikiran
kepadanya untuk memberi pelajaran sedikit kepada dokter ini.
Semoga ayah dan ompungnya tidak marah. Begitu juga hendaknya
Datuk nan Kuniang. Juga Siti Hawa yang menurunkan ilmu
penyembuh penyakit kepadanya.
Berbeda dengan pada Hermanto, air dalam mangkuk itu
diguyurkan Erwin pada muka, baju dan celana Kartolo. Semua
isinya. Sehingga dokter itu cukup basah.
Dan benarlah, pelan-pelan ia menutup matanya yang tak
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkedip-kedip lalu membukanya kembali. Tampak jelas, bahwa ia
lemas sekali. Kini Erwin benar-benar pergi setelah lebih dulu berpesan, supaya
telur yang tujuh butir, diletakkan di sudut kamar tidur Dr. Kartolo.
Kalau dia mau, kata Erwin. Kalau tidak, juga tidak apa-apa, ujarnya
lagi. Tetapi Kapten Sahata Siregar memburunya. Di halaman rumah
dengan suara pelan ia mohon kepada Erwin, agar orang Mandailing
itu mau menerimanya ngomong ngomong. Erwin menyetujuinya,
kalau perwira Polisi itu mau datang ke gubugnya. Erwin memberi
alamatnya. Siregar masuk lagi. Melihat Dr. Kartolo menangis seperti anak
kecil. Tanpa malu-malu ia berkati: "Rupanya aku selama ini
bermimpi. Selalu kupikir bahwa aku orang hebat. Hari ini aku
ketahui, bahwa aku belum apa-apa. Aku malu sekali," katanya.
MALAM itu Kapten Pol Siregar mengunjungi Erwin di gubugnya. la
terkesan sekali melihat keadaan Erwin. Masih ada orang seperti ini.
Sama sekali tidak terpengaruh oleh gemerlapannya hidup duniawi.
Sahata Siregar secara terus terang mohon bantuan Erwin.
Mengenai kemungkinan adanya wanita yang kadang-kadang
menjadi harimau. Seluruhnya atau hanya tubuhnya. Erwin bertanya,
mengapa orang kepolisian itu bertanyakan itu. Karena Siregar
mengetahui kemampuan Erwin untuk membaca pikiran orang lain,
maka ia menceritakan apa yang didengarnya dari Masduki. Tentang
wanita di belakang setir yang oleh tiga saksi dikatakan bertubuh
harimau. Dengan wajah yang cantik sekali, kata Siregar. Erwin
langsung saja teringat pada Sabrina. Si cindaku yang berparas
cantik. "Wanita yang begitu memang ada. Di Kerinci, di Mandailing dan
di Jambi. Entahlah di Sipirok," kata Erwin. "Bagaimana dengan Baginda na Poso?"
tanya Erwin yang mengetahui bahwa di Arase
ada orang yang menguasai sembilan harimau.
"Kurasa masih ada," jawab Siregar. la1 be. pikir, bahwa tiap http://cerita-
silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
manusia harimau barangkali mengetahui di mana ada orang yang
menguasai harimau ataupun manusia harimau seperti dirinya.
"Wanita harimau itu, apakah ada juga di Jakarta?" tanya Siregar.
"Kalau ada aku belum mengetahuinya. Barangkali tidak ada,"
kata Erwin.
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku pernah mendengar cerita tentang bayi yang nyaris mati
karena darahnya dihisap cindaku.
Kabarnya parasnya cantik," kata Siregar.
"Sayang sekali aku belum mendengar/' kata Erwin. Dia mau
menyembunyikan Sabrina. Dia tidak tega membuka rahasia gadis
yang tidak tentu pendirian itu.
"Kalau benar cerita tentang bayi itu, bukan tidak mungkin ada
kaitannya dengan wanita yang mengemudikan mobil masuk parit
itu," kata Siregar. Sebenarnya Erwin sudah yakin, bahwa wanita di belakang setir
itu tentunya Sabrina. la belum tahu, bahwa Sabrina
telah mendatangi Amalia dan ibunya, menceritakan segala yang
buruk mengenai dirinya. Erwin mengetahui banyak, tetapi dia pun
tidak mengetahui segala-galanya. Begitu juga Dja Lubuk dan Raja
Tigor. "Sudah diketahui Polisi siapa atau siapa-siapa yang membunuh
tiga penculik yang baru dibebaskan dari tahanan itu?" tanya Erwin mengalihkan
cerita. "Belum, tapi kami akan melacaknya sampai dapat. Kami yakin,
yang membunuh tentu kawan-kawan mereka sendiri. Tapi kami
sudah mengetahui bahwa wanita yang dibunuh setelah ketiga orang
itu adalah pacar David, satu di antara ketiga orang yang menculik
pasien," kata Siregar. Dia tidak menceritakan kenapa ketiga orang penculik itu
dibebaskan. Erwin juga tidak bertanya. Keduanya sama-sama tahu duduk kejadian
sejak mulanya dan sependapat untuk
tidak mengusik soal itu. Kapten Siregar pamitan setelah Erwin berjanji tanpa diminta,
bahwa ia akan membantu di mana mungkin.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
SABRINA gelisah. Jiwanya amat tergoncang. Membuat pikirannya
tidak menentu. Kalau tadi ia memutuskan untuk tidak lagi
mengganggu Amalia yang dianggapnya sebagai saingan dan ia akan
pasrah saja menjadi istri Sabaruddin, maka kini ia bertekad untuk
merebut Erwin kembali, "la sama dengan aku, sama-sama bukan
manusia seperti orang lain/' katanya. Dan pada saat itu datang
suatu niat jahat di dalam hatinya. Kalau biasanya ia takut jadi
harimau, maka pada saat itu mohon untuk meru bah ujud supaya ia
dapat melaksanakan niatnya. Biar dirasakannya, pikir Sabrina.
KETIKA Sabrina dengan konsentrasi sepenuhnya mohon agar ia
dijadikan harimau untuk melaksanakan rencananya, tanpa diduga-
duga pintu dibuka dan Sabaruddin masuk. Wanita itu terkejut,
karena ia tidak menyangka akan terganggu, la menyesal, mengapa
ia sampai lupa mengunci pintu. Oleh kedatangan calon suaminya
itu, maka buyarlah pikiran yang sudah dipusatkan pada suatu
permintaan tadi. Namun Sabrina berusaha untuk menyembunyikan
kekesalan hatinya. "Hai, belum tidur?" tanya Sabrina.
"Sukar memejamkan mata. Aku ingin di dekatmu I na," kata
Sabaruddin. "Aneh, kenapa keinginan kita sama. Aku pun ingin di dekatmu
Sab, cuma aku malu mendatangi-mu," jawab Sabrina menyesuaikan
diri. Sebagai biasa mereka bercumbu mesra. Dalam saat-saat yang
demikian, Sabaruddin lupa, bahwa kekasihnya itu sesekali bisa
berubah menjadi harimau, la sudah teramat sayang pada wanita itu
dan yakin, setelah menziarahi kuburan ayahnya Sabrina akan bebas
dari warisan yang diturunkan kepadanya.
"Lusa kita berangkat sayang," kata Sabaruddin.
"Ya, dari Tabing kita langsung saja ke kampungku," kata Sabrina.
"Tetapi kau jangan terkejut nanti. Kampungku itu kecil dan sepi.
Orang akan berkerumun menonton dirimu. Juga diriku tentu."
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Biarlah," ujar Sabaruddin. "Kita bawa oleh-oleh untuk anak-anak di sekitar
rumahmu. Appel, anggur dan gula-gula. Yang impor. Biji
appel dan anggur tentu akan mereka tanam. Siapa tahu bisa hidup
dan berbuah." Mendengar rencana Sabaruddin, hati Sabrina jadi tergugah dan
bimbang. Betapa baiknya laki 'laki ini. Mengapa ia datang sehingga
menimbulkan keragu-raguan di dalam hatinya" Akan dibatalkannya-
kah niat yang sudah menjadi keputusan tadi"
"Sudah berapa lama kau tidak melihat kampung halamanmu
Ina?" Wanita itu agak terkejut tetapi segera menjawab: "Lama juga.
Ada tujuh tahun barangkali."
"Setelah ziarah, kita adakan selamatan. Semua orang kampung
kita undang," kata Sabaruddin.
"Semua?" tanya Sabrina.
"Ya, biar adil!" kata Sabaruddin.
"Tetapi banyak di antara mereka membunuh ayahku. Ayahku
yang tidak berdosa, tetapi bernasib malang. Kami semua bernasib
buruk," kata Sabrina. la lalu teringat pada perbuatan sejumlah orang kampungnya
sendiri. Hampir sepuluh tahun yang lalu, betapa
kejamnya mereka! Sabaruddin diam. la bisa mengerti betapa sakit hati Sabrina
mengingat peristiwa itu. Walaupun telah berlalu sekian banyak
tahun. Pada saat ia terkenang pada peristiwa yang amat menyedihkan
itulah ia merasakannya. Bahwa ia akan berubah menjadi setengah
harimau. Permintaannya tadi terkabul. Dan pada saat itu pula ia
menguatkan hati untuk melaksanakan apa yang sudah terniat di
hatinya. Persetan sama kemanusiaan, la toh bukan manusia yang
sempurna. Dia kadang-kadang setengah hewan buas. Jadi wajar
kalau ia melakukan tindak kehewanan.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sabaruddin melihat perubahan pada diri wanita yang dicintainya
itu. Tetapi ia sudah mulai terbiasa. Tidak takut lagi. Toh hanya
sebentar. "Aku akan jadi harimau Sabaruddin/' kata Sabrina dengan suara
datar. "Biarlah sayang, kan hanya sebentar. Sepulang dari Kerinci nanti akan sembuh.
Aku akan me nungguimu di sini," kata laki-laki Bugis itu. "Kau tidak takut?"
"Tidak, mengapa mesti takut pada orang yang kucintai!"
Sabrina tidak menanggapi dan perubahan pada dirinya berjalan
terus. Setelah perubahannya sempurna, Sabrina diam. Seperti sedang
berpikir. "Kau tahu Sab," tanyanya sejenak kemudian, "Aku ini bukan manusia seperti
engkau. Lihatlah diriku. Bukan hanya berubah.
Kadangkala aku ingin darah. Dan manakala keinginan itu datang,
aku tidak dapat melawannya. Kau ingat, beberapa waktu yang lalu
kau sangat takut padaku. Sampai kau lari meninggalkan aku."
"Jangan lagi diungkap ungkap masa lalu Ina. Tidak baik untuk
kita. Bukankah kau dan aku sekarang menerima apa adanya dan
kita cukup bahagia dengan kenyataan?"
Sabrina, harimau dengan wajah wanita teramat cantik itu
bergerak ke arah pintu. Dikuncinya. Melihat ini darah Sabar, ddin
tersirap. Mengapa" Tadi dia menenangkan diri. Ah, Sabrina kuatir
kalau-kalau ada orang masuk sewaktu ia dalam keadaan seperti itu.
Wanita harimau itu memandangi laki-laki yang pernah mengambil
perawannya. Pukan rampas. Tidak dengan kekerasan, la pun
memang menghendaki dan merelakannya. Tetapi kini datang suatu
keinginan lain dalam dirinya, la ingin membunuh laki-laki yang tidak
sejenis dengan dirinya itu. Mustahil ia akan setia selama-lamanya.
Pada suatu hari Pasti Sabaruddin akan meninggalkannya.
Permohonan pada arwah ayahnya di Sungai Penuh tidak akan
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berhasil. Buat apa ke sana. Akan jadi pergunjingan orang saja nanti.
Sabrina mendekati Sabaruddin. Duduk di hadapannya.
"Mestinya kau jangan kemari tadi Sab," kata Sabrina.
"Mengapa" Kau tak suka kukawani" Kau ingin aku pergi?"
Sabrina menggelengkan kepala. Kemudian ia berdiri atas kedua
kaki belakangnya, sementara kedua kaki depan di letakkannya atas
bahu Sabaruddin. Terasa berat juga oleh laki-laki itu.
"Kau tahu apa yang kuingini Sab?" tanya wanita harimau itu.
"Ya, agar kau bebas dari warisan ini."
Sabrina menggeleng lagi. Lalu katanya tenang: "Aku akan
membunuhmu Sabaruddin. Inilah jalan terbaik untuk menghindari
diriku dari suatu kesedihan yang akan datang." Sabaruddin tidak
terlalu terkejut, walaupun ia merasa agak heran. Sabrina tentunya
hanya berolok-olok, mau menguji dirinya.
"Aku bukan bergurau Sab," dan seiring dengan itu kedua
tangannya yang tadi di bahu sudah merupakan lingkaran pada leher
Sabaruddin. "Sungguh, aku akan membunuhmu. Jangan berteriak," ia
memperketat cekikan. Sabaruddin ingin minta tolong, tetapi
suaranya sudah tersumbat di kerongkongan. Sabrina tidak segera
menghabisi nyawanya. Dibiarkannya laki-laki itu merasa tercekik
tanpa bisa bersuara. Dilihatnya tenang-tenang bagaimana
Sabaruddin menjadi sangat takut dan putus asa. Dan wanita itu
tersenyum. Memperlihatkan kepuasan, la tenang-tenang menikmati
pembunuhan itu. Sabaruddin kehilangan tenaga, lemas. Oleh rasa takut yang luar
biasa dan oleh cekikan yang mengerat. Tapi ia belum mati. Sabrina
melonggarkan cekikan. Sabaruddin bernapas lagi. Wanita harimau
itu senang melihat. Perlahan-lahan laki-laki itu membuka matanya
kembali. Baru ia sadar bahwa ia belum mati. Tadi ia menyangka
bahwa ia tentu mati di tangan orang atau makhluk yang dicintainya.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau takut?" tanya Sabrina. Matanya bagaikan memancarkan api.
"Kau tidak mati kan" Pandangi-lah aku!" ujar Sabrina pelan-pelan.
Sabaruddin minta dikasihani. Kentara dari pandangan matanya. Lalu
katanya pelan: "Mengapa kau perlakukan aku begini Ina." Suaranya serak.
"Karena kau manusia dan aku hanya setengah manusia. Mana
mungkin sifat dan perasaan kita serupa. Pada suatu hari kau akan
pergi meninggalkan aku."
"Tidak Ina, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku
berjanji!" "Huh, janji manusia. Orang sekarang sudah terlalu mudah
berjanji. Sama sumpah pun orang sudah tidak takut."
"Tidak Ina, aku sayang padamu." "Bohong. Yang benar, kau saat ini sedang sangat
takut padaku. Dan kau minta dikasihani.
Bukankah begitu?" "Aku tidak mengerti mengapa kau jadi begini, Ina."
"Cobalah mengerti. Aku wanita harimau. Cindaku. Aku kadang-
kadang haus darah. Dan kalau keinginan darah sudah datang, aku
mengisapnya dari bayi. Kehausan itu membuat kemanusiaanku yang
hanya setengah dikalahkan oleh kehewanan yang sama kuatnya.
Seperti sekarang ini. Keinginan membunuh menguasai diriku. Dan
aku tidak akan berusaha menumpas keinginan ini. Yang akan
kubunuh kau Sabaruddin. Aku punya alasan untuk itu."
"Jangan Ina, jangan. Tidak pantas aku jadi sasaran!"
"Mengapa pula tidak, baulah sasaran yang paling tepat."
"Ina, sadarlah. Bukankah kita sudah terikat satu sama lain. Kita sudah pernah,"
Sabaruddin tidak meneruskan. Sabrina
memotongnya bicara: "Kita sudah pernah bersetubuh, ya aku tahu.
Jadi kau sudah pernah merasakannya. Si Sabrina yang cindaku!"
"Ampuni aku Ina," Sabaruddin tidak ingin mati.
"Jangan jadi pengecut. Bersiaplah untuk mati. Semua orang pada
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
suatu hari akan mati. Cuma caranya yang berlainan. Aku haus
Sabaruddin," dan bersamaan dengan itu Sabrina menanamkan
kukunya ke dalam leher laki-laki dari Ujungpandang itu. Sedikit saja.
Hanya supaya darahnya keluar. Sabaruddin kini meronta-ronta, la
rasa darah segarnya keluar. Sabrina melepaskan cekikan. Kini
mulutnya pindah ke luka yang mengeluarkan darah itu. la
mengisapnya, la melepaskan dahaga. Laki-laki itu masih terus
meronta dan nampaknya cindaku itu senang dengan perjuangan
mangsanya untuk melepaskan diri. la kian kuat menyedot, semakin
banyak darah Sabaruddin hilang. Pelan-pelan ia jadi lemas, terkulai.
Perubahan Sabrina menjadi manusia kembali berlangsung ketika
mulutnya masih mengisap darah mangsanya. Pikiran warasnya pun
bekerja semula, la seperti tak percaya pada apa yang telah
dilakukannya. Sabaruddin tanpa nyawa dan mulutnya ber lepotan
darah. Padahal ia sendiri tadi yang merencanakan pembunuhan ini,
sewaktu kehewanan menguasai dirinya.
Dipandanginya mayat Sabaruddin yang masih hangat ketika
memegang tangan laki-laki itu. Untuk pertama kali ia jadi pembunuh
orang dewasa. Matanya memandang liar ke sekitarnya. Apakah ini
awal dari kebuasan yang akan mewarnai hidupnya di masa-masa
yang akan datang" Apa yang terbaik dilakukannya sekarang" Melarikan diri tentu.
Polisi nanti akan datang memeriksa mayat Sabaruddin dan akan
mengetahui bahwa ia dibunuh makhluk yang sedang berkeliaran.
Apakah dirinya yang akan dituduh" Tipis sekali kemungkinan. Yang
diketahui Polisi adalah manusia harimau yang telah mengganas di
berbagai tempat. Antara lain juga di kantor Polisi. Dirinya pernah
mengharimau di dalam mobil. Ada beberapa orang melihat dan
melaporkan kepada Polisi. Tetapi ketika Polisi datang untuk
mempersaksikan sendiri, ia telah menjadi manusia kembali. Polisi
tentu tidak percaya, kalau dia yang begitu cantik, sebenarnya
mempunyai kehidupan rangkap. Sebagai manusia dan sebagai
wanita harimau. Yang akan dituduh tentu Erwin sang dukun atau
ayahnya, Dja Lubuk. http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sabrina berpikir, akan melarikan diri atau tetap saja tinggal di
situ" Kalau dia menjadi harimau ket*ka Polisi datang memeriksa,
bagaimana" Yang begitu bukan mustahil. Dia berpikir sebentar,
mencari akal. Dibuatnya sepucuk surat untuk Sabaruddin. Diletakkan di depan
kaca riasnya. Guna menghilangkan jejak untuk menyesatkan analisa
Polisi. la mengemasi beberapa potong pakaian, tidak lupa membawa
perhiasannya yang lumay n banyak. Akan besar faedahnya di
perjalanan, la menelepon kendaraan. Tujuan" Nanti saja dipik. n.
Yang perlu meninggalkan rumah itu.
TIGA jam kemudian, ketika pembantu baru Sabaruddin masuk
kamar Sabrina, jerit ketakutan memenuhi rumah itu. Untunglah ia
tidak mati tegang seperti yang dialami pembantu yang
digantikannya beberapa waktu yang lalu. Ijah waktu itu mati lemas
ketika melihat makhluk aneh yang amat menakutkan. Harimau
dengan kepala manusia. Satu jantan satu betina.
Polisi segera datang memeriksa. Juga dokter. Peristiwa ini
mengingatkan mereka pada bencana yang menimpa Letkol Pol
Hermanto. Maka dipinta lah Kapten Pol Sahata Siregar datang. Juga
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lettu Pol Masduki. Letnan ini terkejut dan berkata: "Inilah laki-laki yang datang
menjemput wanita yang menurut tiga saksi terbaring dengan tubuh
harimau di dalam mobilnya."
la menghubungkan kematian Sabaruddin dengan cerita Bu Beng
Kiam, istrinya dan supir taksi. Orang ini tempo hari mengatakan,
bahwa wanita itu calon istrinya. Wanita itu ternyata tidak ada di
rumah. Siregar melihat surat di meja rias. Untuk Sabaruddin.
Dibukanya. Dari Sabrina. Tentunya gadis yang akan jadi istrinya itu.
Surat itu tidak panjang. Mengatakan, bahwa ia tidak yakin
mereka akan dapat hidup tenteram, karena terlalu banyak
pertentangan dan kelainan keinginan di antara mereka. Oleh
karenanya ia pergi. Membawa untung menurutkan kata hati. Dia
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
doakan kebahagiaan untuk Sabaruddin.
"APAKAH ini perbuatan makhluk tak kelihatan yang membunuh
Sabaruddin dan melukai Tirto dan Dody?" tanya Letda Pol Wagimin
yang juga diminta datang ke tempat terjadinya pembunuhan
misterius itu. Kapten Siregar ingat pada Erwin yang pernah
mengatakan mau membantu di mana mungkin. Mungkin dukun
muda itu tahu, siapa yang melakukan pembunuhan ini.
MARNI, pembantu baru di rumah itu menggantikan Ijah yang
tewas terkejut beberapa waktu yang silam, dimintai keterangan, la
yang mula pertama mengetahui kematian majikannya. Besar
kemungkinan ia dapat membantu banyak dalam memudahkan
usaha Polisi menemukan pembunuhnya.
Tetapi, sesuai dengan yang sebenarnya. Mami tidak dapat
memberi banyak keterangan.
"Selama kau bekerja di sini tidakkah pernah kau melihat kelainan pada diri
mereka?" tanya Kapten Siregar.
"Kelainan apa. Pak" Mereka saling mencintai dan saya pernah
melihat tuan dan nyonya bermesraan, ketika saya masuk kamar
untuk mengantarkan minuman sore. Mereka sama sekali tidak
menghiraukan saya. Terus saja berpeluk dan berciuman," kata
Marni berterus terang, la tergolong orang yang masih sangat takut
kepada manusia yang dinamakan Polisi. Takut ditangkap dan
dimasukkan bui! Jadi pada Polisi harus ngomong yang sebenarnya.
"Bukan itu. Maksud saya yang aneh-aneh/' kata Siregar.
"Aneh-aneh bagaimana. Saya lihat mereka biasa-biasa saja. Yang
laki-laki ganteng dan yang wanita cakep sekalr!"
"Apakah kau pernah mendengar mereka bertengkar?"
"Tidak pernah. Sepanjang tau saya, mereka saling menyayangi."
"Kau perhatikan tamu-tamu yang datang kemari?"
"Perhatikan sih tidak. Tapi memang pernah lihat tamu-tamu tuan Sabaruddin."
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ada yang kelihatan mengerikan atau mencurigakan?"
"Saya rasa tidak ada. Semua tamu tuan adalah orang-orang
baik." "Kelihatannya semua orang kaya?"
"Tentang kayanya saya tidak tau. Tapi kalau dilihat dari pakaian mereka saya
taksir mereka semuanya orang kaya," lalu ia diam
sebentar untuk kemudian meneruskan: "Kecuali seorang!"
"Menakutkan" Matanya liar?" tanya Siregar.
"Ah tidak. Orangnya malah pendiam dan kelihatannya ramah dan
baik sekali. Cuma pakaiannya menunjukkan bahwa dia bukan orang
mampu seperti kenalan tuan dan nyonya yang lainnya!"
"Namanya, kau tahu?"
' Tidak Pak!" . "Wanita yang di sini, yang kau bilang cakep, apakah dia juga
biasa-biasa saja?" tanya Siregar. Dia masih mengharapkan suatu
keterangan yang bisa menyingkatkan jalan ke pengungkapan
pembunuhan ini atau setidak-tidaknya memudahkan penyelidikan.
"O, iya, nyonya baik sekali. Saya selalu diper-senin. Kalau pulang dari jalan-
jalan saya kadang-kadang dibawakan kue. Enak kerja di
sini!" kata Marni sejujurnya. Pembantu ini tidak pernah sangsi
bahwa kedua orang itu, Sabrina dan Sabaruddin adalah sepasang
suami istri yang bahagia. Dia tidak pernah mengetahui bahwa di
sana pernah ada orang mati, yaitu pembantu yang digantikannya.
Bukan hanya Marni. Selain Sabrina, Sabaruddin dan Erwin tidak ada
yang tahu bahwa Ijah mati di sana. Mayatnya dibawa pergi oleh
Sutan Rimbogadang, yang ayah Sabrina.
"Kau sama sekali tidak mendengar ribut-ribut atau jerit seseorang minta tolong
dari kamar ini?" "Tidak. Kalau ada tentu saya buru-buru kemari dan barangkali
masih bisa mengetahui siapa yang membunuh Tuan saya!"
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau yakin betul Mas, bahwa inilah orang yang menjemput mobil
dengan wanita aneh di dalamnya itu?" tanya Siregar kepada
Masduki. "Saya tidak mungkin keliru. Inilah orangnya. Dia malah
mengatakan, bahwa wanita itu calon istrinya," jawab Masduki pasti.
Tanpa diduga oleh siapa pun pada saat genting dan penuh tanda
tanya itulah Erwin datang, la terkejut melihat sahabatnya telah mati.
Inilah yang menyebabkan ia tadi merasa seperti didorong untuk
kemari" Dia tidak mendengar apa-apa, tetapi dalam dirinya seperti
ada suatu perintah untuk segera ke rumah Sabaruddin.
"Bapak kenal sama orang ini?" tanya Kapten Siregar, melihat Erwin berair mata
dan memegang dahi korban.
Erwin mengatakan bahwa korban adalah sahabat akrabnya.
Meskipun ia seorang yang tabah, ia tak dapat menahan isak yang
tersendat-sendat. Siregar tidak sangsi bahwa dukun muda itu
berkata benar dan tidaklah mungkin dia terlibat di dalam
pembunuhan ini. Ketika ia melihat darah di leher Sabaruddin tadi dan memeriksa
lukanya ia lantas tau, bahwa yang membunuhnya tak lain dari pada
Sabrina, wanita yang pernah direbut sahabatnya itu dari tangannya.
"Sayang, mayat tak dapat bicara," kata Erwin setelah ia agak reda dari shock
yang menerpa dirinya. Siregar ragu-ragu
menafsirkan ucapan Erwin. Apakah ia tidak tahu siapa yang
melakukan pembunuhan ini ataukah ia hendak mengatakan bahwa
ia tahu tetapi sayang mayat itu tidak dapat memperkuat apa yang
diketahuinya. "Pak dukun mau menolong kami?" tanya Siregar.
"Saya sudah pernah menjanjikannya. Dalam hal yang mungkin!"
jawab Erwin. "Dalam hal yang kita hadapi, maksud saya," kata Kapten Siregar.
"Ini cara membunuh yang aneh sekali," kata dokter pemeriksa http://cerita-
silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mayat. "Menurut pendapat saya buat sementara, korban bukan mati
karena cekikan, tetapi karena terlalu banyak mengeluarkan darah.
Dan keluarnya bukan karena luka-luka di leher tetapi karena dihisap.
Di sekitar salah satu luka ada bekas gigi, tidak dalam, la bukan
digigit tetapi dari luka itu si pembunuh telah mengisap banyak
darah." Dokter Asikin sudah terkenal keahliannya dalam memeriksa
mayat serta mencari sebab-sebab kematian korban, la merupakan
seorang dokter Polisi yang banyak jasa.
"Dihisap. Pembunuh mengisap darah korban ini?" tanya Siregar.
Bulu romanya berdiri, begitu juga Lettu Pol Masduki dan Letda Pol
Wagimin. Hanya Erwin yang tidak. Dia sejak tadi sudah melihat
bekas gigi di sekitar salah sebuah luka dan telah mengetahui bahwa
Sabrina mengisap darah orang yang pernah sangat dicintainya dan
barangkali pun masih amat dicintainya pada saat itu membunuhnya.
Tentang ini Erwin tidak tahu dengan pasti.
Dokter Asikin menerangkan lagi, bahwa korban baru sekitar tiga
jam yang lalu menghembuskan napasnya yang terakhir. Ketika
sedang dihisap, ia masih dapat meronta-ronta sebentar, kelihatan
dari bekas gigi dan darah yang tersembur ke beberapa tempat di
sekitar mayat. "Kalau begitu pembunuhnya belum jauh," kata Erwin.
"Bisa masih di Jakarta, bisa sedang di angkasa, bisa juga sudah
di Surabaya," kata Kapten Siregar.
Erwin sulit mengambil keputusan. la tahu siapa yang membunuh,
siapa yang harus dicari Polisi dan mempertanggungjawabkan
perbuatannya. Cara yang wajar, ialah menyampaikan apa yang
diketahuinya kepada Polisi. Itu sebenarnya suatu kemestian. Dari
segi hukum dan moral. Tidak menyampaikannya berarti
menyembunyikan penjahat dan itu sudah salah menurut hukum, la
harus membantu Polisi dalam melaksanakan tugas. Tetapi suatu
kenyataan mengganjel dalam benaknya. Membantu Polisi
menangkap seorang penjahat bisa juga berarti menyebabkan
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seseorang yang harus diadili untuk dihukum kalau terbukti bersalah,
mati atau tiga perempat mati sebelum sampai ke pengadilan. Lagi
pula, dia tahu betul cukup banyak polisi yang suka memeras orang
yang sebenarnya harus dibantu. Orang kehilangan malah dimintai
uang kalau ingin barangnya kembali. Untuk ongkos-ongkos operasi,
katanya. Itu pun masih nasib-nasiban. Aneh memang, kalau Polisi
tidak punya biaya untuk operasi tetapi ada uang yang bisa dikorup
oleh oknum Polisi juga sampai bermilyar. Pikiran ini memenuhi
benak Erwin. Padahal di hadapannya terbaring sahabatnya yang
sudah tidak bernyawa. Akhirnya ia mengambil ke-putusan untuk
tidak membantu, walaupun ia pernah berjanji untuk membantu
kalau bisa. "Dokter," kata Kapten Siregar, "kuku apakah yang melukai leher korban?"
"Tadi sudah saya katakan, kuku binatang. Beruang atau macan.
Tetapi sukar masuk akal. Jadi hanya dugaan saya saja." sebenarnya dokter ini
yakin bahwa kuku itu kepunyaan harimau, tetapi ia terlalu
hati-hati. Tidak mau jadi bahan tertawaan rekan-rekan atau Polisi.
Kapten Siregar mohon kepada dokter Asikirt dan kedua rekannya
yang lebih rendah pangkat untuk pergi ke ruangan lain bersama
Erwin. Mereka yang tinggal tidak ragu-ragu bahwa yang dibicarakan
berdua itu tentunya soal pembunuhan ini. Tak mungkin masalah
lain. Jika begitu, orang ini tentu penting dalam perkara ini.
Mengetahui sedikit dan mungkin banyak, atau dianggap bisa
memberi nase-hat. Kalau mungkin tentu ia akan membantu karena
yang jadi korban sahabat akrabnya.
"Pak Erwin, bantulah kami. Siapa atau apa pun yang melakukan
pembunuhan ini tentunya sangat berbahaya, la akan mengulangi
dan mengulangi lagi pembunuhan karena ia peminum darah," kata
Kapten Siregar. "Ya, begitulah juga pendapatku," kata Erwin. "Apakah mungkin benar apa yang
dikatakan Masduki?" "Apa katanya?" http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bahwa korban ini mempunyai calon istri yang bisa jadi harimau?"
"Dia melihat?" "Tidak. Menurut cerita tiga orang saksi mata!"
"Masuk akalkah itu" Mana mungkin korban yang sekaya dan
segagah ini mau beristrikan wanita yang bisa mengharimau. Dia
tentu tahu, bahwa itu amat berbahaya. Jangankan kawin,
berdekatan saja orang sudah takut. Apakah Kapten kira kir ~iau
pacaran dengan orang cantik yang kadang-kadang berubah jadi
harimau dengan sifat dan selera harimau" Maaf, saya hanya
bertanya untuk memperoleh perbandingan!"
"Ya, kalau saya tentu tidak!" kata Kapten Siregar terus terang.
"Ya, apalah bedanya dengan sahabatku ini."
Siregar memperlihatkan surat yang ditinggalkan Sabrina di atas
meja rias dan sudah berpindah ke sakunya. Setelah membacanya,
Erwin mengetahui bahwa Sabrina benar-benar licik, la pintar
menghilangkan jejak. "Saya kira isi surat ini mungkin benar. Tidak ada kecocokan, si
wanita pergi. Lebih baik baginya dan juga bagi Sabaruddin," kata Erwin.
"Apakah ini bukan suatu cara untuk menyesatkan penyelidikian
Polisi?" "Oh, itu bisa saja. Kalau Kapten percaya bahwa wanita itu bisa
jadi harimau. Tetapi kita terbentur pada teori tadi. Kapten tidak mau pacaran
dengan wanita yang bisa mengharimau walaupun ia cantik
luar biasa. Begitu juga tentu sahabatku!" jawab Erwin membela atau sedikitnya
menyembunyikan kemungkinan Sabrina terlibat di dalam
kejahatan ini. "Jadi maksud Pak Erwin, pembunuhan ini dilakukan oleh manusia
harimau lain?" pancing Kapten Siregar.
"Saya memandang pembunuhan ini menggunakan cara yang
aneh sekali! Tentang orang mengisap darah manusia bukan baru
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sekali ini terjadi. Orang yang sangat dendam pada seorang musuh
bisa mengisap darah musuhnya itu kalau sampai ditewaskan nya.
Dan yang mengisap itu sebenarnya sudah bukan manusia yang
sadar, tetapi manusia yang dimasuki iblis. Manusia biasa tidak akan
mau mengisap darah. Ada lagi pengisapan darah dengan cara lain.
Misalnya cindaku atau palasik. Mereka biasanya hanya menghendaki
darah bayi. Mengisap darah mangsanya cukup dengan memandangi
saja. Darah bayi itu akan kering dan insan-insan kecil tak berdosa
itu menemui ajalnya kalau tidak segera ketolongan oleh dukun yang
luar biasa, kata Erwin menjelaskan pendapatnya.
Kapten Siregar punya keyakinan bahwa Erwin mengetahui lebih
banyak dari pada apa yang diterangkannya. Tetapi ia tidak dapat
memaksanya untuk menceritakan. Kalau penjahat bisa mengaku
melalui siksaan. Polisi pasti akan binasa kalau mempergunakan cara
itu terhadap Erwin, walaupun ia sedang manusia biasa. Ayahnya
dan kakeknya yang juga manusia harimau akan datang membalas
dendam. Atau menyelamatkan Erwin pada waktu ia dipukuli. Si
tukang pukul atau injak tidak akan berkacak pinggang melainkan
akan mati konyol dengan muka robek atau leher berlubang. Kalau
nasib lebih buruk, isi perut pun akan berhamburan. Seperti yang
dialami petugas Polisi kejam ketika pulang dengan bermotor di Jalan
Letjan S. Parman kira-kira setahun yang lalu.
Kedua orang itu kembali ke ruang tempat mayat Sabaruddin.
Siregar memandang ke sekitarnya. Mencari photo Sabrina. Tidak
ada. Biasanya seorang wanita cantik senang memajang photonya di
kamar tidur atau bahkan sampai di ruang tamu. Suatu kesenangan
biasa. Barangkali tanpa tujuan, tetapi barangkali juga untuk dapat
dinikmati oleh para pendatang. Lebih-lebih kalau dia sedang tidak
ada ataupun ketika tidak turut hadir bersama tamu-tamunya.
MARNI menerangkan, bahwa tadinya ada beberapa photo
nyonyanya dipajang di kamar itu, juga di ruangan-ruangan lain.
Ketika dicari semua sudah tidak ada. Jadi Sabrina pergi dengan
mengemasi segala sesuatu yang dirasanya patut dibawa atau
sekurang-kurangnya tidak perlu ada di rumah itu. Mungkin dia
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sudah lama sekali pada korban.
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah pemeriksaan dirasa selesai, mayat dibawa ke rumah sakit
untuk dibuatkan keterangan penyebab kematiannya. Erwin lebih
dulu mohon diri. la bermaksud mencari sendiri perempuan cantik
yang pada waktu tertentu bisa seganas harimau lapar, la akan
membunuhnya untuk menyelamatkan masyarakat dari
kekejamannya. Tangannya sendiri yang akan mencabut nyawa
Sabrina yang pernah amat dicintainya.
SEBELUM memulai pelacakan terhadap Sabrina, Erwin
memerlukan pergi ke rumah Amalia yang tidak diketahuinya telah
dihasut oleh Sabrina untuk menjauhkan diri dari Erwin karena ia
manusia harimau yang pada suatu saat akan membunuh siapa pun
untuk mengisap darahnya, termasuk orang yang paling dicintainya.
Ibu gadis yang tergila-gila itu langsung percaya pada cerita
Sabrina, menyebabkan ia jadi takut pada Erwin yang sewaktu-waktu
bisa jadi pembunuh dirinya dan anaknya. Lain halnya dengan
Amalia. la tidak mudah percaya, la anggap cerita itu sebagai suatu
fitnah Sabrina, yang diduganya pasti juga ingin memiliki Erwin.
Adanya dia di gubug Erwin pada hari itu tentu dipandang Sabrina
sebagai saingan yang berat. Apalagi di sana ada koper Amalia. Cara
menyingkirkan saingan ada macam-macam, satu di antaranya
dengan jalan memfitnah. Ibu dan anak kebetulan ada di rumah. Kedatangan Erwin
disambut dengan dua macam perasaan. Juariah dengan darah
tersirap lalu digerayangi rasa takut. Amalia merasa senang, Erwin
tidak melupakannya. "Kukira kau tak kan mau lagi ke mari Er," katanya.
"Tak ada sebab untuk itu," jawab Erwin.
Si ibu hanya memandang dan mendengarkan tanpa turut bicara,
la merasa kekakuannya tetapi ia juga tidak dapat berbuat lain untuk
menutupi kegugupan. "Nyonya baik-baik saja?" tanya Erwin mengajak Juariah bicara.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ya, baik, terima kasih," jawabnya terbata-bata.
"Kelihatannya Nyonya gugup, kenapa?" tanya Erwin.
"Ah tidak, saya biasa-biasa saja," jawab Juariah.
Tetapi Amalia berkata: "Memang ibu gugup, karena ada yang
menceritakan, bahwa kau manusia harimau. Senyampang menjadi
harimau, lalu ingin mengisap darah manusia." la tertawa
menunjukkan tidak percaya dan bahwa cerita itu benar-benar suatu
lelucon. Tapi Erwin tidak tertawa, la memandang serius.
"Kau tidak merasa lucu Er?" tanya Amalia.
"Tidak! Apanya yang lucu. Aku memang manusia harimau! Kau
tidak takut Amalia?"
Tawa Amalia semakin kuat. Pengakuan Erwin dianggapnya
sebagai suatu pelengkap untuk membuat lelucon itu menjadi lebih
menggelikan. "Siapa yang membuka rahasiaku itu Lia?" tanya Erwin.
"Orang yang mencintaimu dan cemburu melihat aku hari itu ada
di rumahmu." Sabrina, maksudmu?"
"Ya, pacarmu itulah. Siapa lagi. Mengapa kau mengambil seorang
tukang fitnah sebagai kekasih?"
"Dia bukan kekasihku. Kukatakan hari itu, ia akan nikah dengan
sahabat akrabku. Tetapi apa yang dikatakannya itu memang benar.
Aku bukan berkelakar!"
"Kau benar-benar pemain watak Er. Kapan mereka akan
menikah?" "Tidak akan mungkin lagi!" kata Erwin.
"Mengapa" Karena dia meninggalkan kekasih^ nya dan memilih
kau sebagai gantinya?" kata Amalia mengejek sambil menebak.
"Tidak L ia. Kau salah terka. Kawanku itu telah tiada!"
"Maksudmu?" http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"la telah meninggal tadi. Aku sedih sekali Lia!"
"Meninggal mendadak" Jantung?" tanya Amalia turut merasakan kehilangan Erwin.
"Bukan Lia. Sahabatku itu dibunuh di kamar Sabrina."
"Yang membunuhnya?"
"Sedang diselidiki."
"Apa keterangan Sabrina?"
"Dia tidak ada. Hanya meninggalkan sepucuk surat, mengatakan
ia mau membawa untungnya sendiri karena merasa banyak ketidak
serasian antaranya dengan sahabatku itu." Mendengar ini hati
wanita Amalia berdetak. Tidak sesuai dengan Sabaruddin dan ia
menghendaki Erwin. Sudah jelas, begitu menurut jalan pikiran
Amalia. "Sahabatmu itu, ditembak atau ditikam oleh si pembunuh?"
"Dia dicekik, kemudian darahnya dihisap! Kehabisan darah itu
yang menyebabkan kematiannya." Ibu Amalia yang masih hadir di
sana, lemas. Apakah si Erwin ini yang membunuh" Bukankah dia
manusia harimau yang menyukai darah segar manusia" la mau
menghilangkan jejak, belagak sedih dan tak tahu siapa yang
membunuh. Huuu, yang begini akan jadi menantu lalu serumah
dengan dia" Untuk pada suatu hari ia sendiri juga mengalami nasib
sial seperti Sabaruddin"
Amalia sendiri pun mulai cenderung berpikir seperti ibunya.
Bukankah Sabrina menceritakan, bahwa Erwin kadang-kadang haus
darah dan pada saat yang demikian ia tidak pilih darah siapa. Orang
yang dicintai pun akan diterkamnya. Tentu juga termasuk sahabat.
Bagaimanapun karibnya. Amalia tidak lagi menanggapi cerita Erwin. Hanya rasa takutnya
yang masih dapat disembunyikannya. Apakah Erwin datang untuk
mengisap darahnya dan ibunya" Dia berdoa, janganlah sampai
terjadi! Dan diam-diam dia berharap agar Erwin segera pergi.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hati-hati Lia, pembunuh Sabaruddin bukan tidak mungkin akan
datang kemari untuk menambah jumlah korbannya," kata Erwin.
Membuat Amalia dan ibunya semakin keras menduga, bahwa Erwin
inilah yang membunuh dan bermaksud untuk mengambil korban
baru. Pura-pura saja ia memperingatkan guna menenangkan Amalia
dan ibunya pula. "Kau kira siapa kira-kira yang membunuh sahabatmu itu?" tanya Amalia menyindir.
"Bukankah kau sendiri, menurut pengakuanmu,
juga manusia harimau. Kalau bukan kau, tentu seharusnya kau tahu
siapa yang melakukannya."
Erwin merasa dituduh. Dan dia rasakan perubahan pada diri
Amalia yang semula tadi begitu manis dan tidak percaya sama sekali
bahwa dirinya manusia harimau. Apakah dia telah melakukan suatu
kebodohan dengan mengaku sendiri, bahwa apa yang dikatakan
Sabrina itu benar semua"
"Kalau kau mengira aku yang membunuh, tentu kau menyangka
bahwa peringatan yang kuberikan tadi suatu muslihat belaka.
Bahkan suatu cara untuk menipu dirimu dan mamamu "
Mama Amalia dan dia sendiri mendadak jadi menyesal mengapa
tidak bisa menahan diri. Kini bukan tidak boleh jadi Erwin jadi marah sekali dan
akan menerkam mereka sebagai pembalas sakit hatinya,
la memandang Amalia membuat gadis itu menunduk karena hatinya
goncang, penuh dengan teka-teki yang menakutkan.
Kemudian Erwin berpaling. "Manusia harimau tidak berhak lama-
lama di sini. Hanya menyebabkan rasa takut. Aku mohon diri."
Sedih dan sakit hati Erwin bukan main. la tidak menyangka,
bahwa Amalia dan ibunya akan menimpakan tuduhan sekeji itu
terhadap dirinya. Memang buruk sekali nasibnya. Mau
menyelamatkan orang pun bisa disangka malah mau membunuh.
Kini amarahnya terhadap Sabrina jadi semakin meluap, la yang
menyebabkan jatuhnya tuduhan terhadap dirinya. Kini Erwin
mempunyai sebab yang lebih besar untuk membinasakan Sabrina.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
GADIS itu bukan telah berada di Surabaya atau di luar kota
seperti yang diperkirakan Kapten Siregar, tetap masih enak-enak
istirahat di rumah sahabat akrabnya Marini. Malamnya dia masih
nonton di Jakarta Theater dengan sahabatnya itu, pacar Marini dan
seorang anak muda lain. Berempat. Pulang nonton mereka masih ke
sebuah rumah makan mahal. Semua mereka girang sekali Azwar
yang kawan pacar Marini banyak kali mengerling Sabrina, yang
bukan saja termasuk kelas "boleh/' tetapi sungguh-sungguh cantik.
Tetapi Sabrina tidak menunjukkan perhatian besar padanya.
Sampai keesokan harinya tidak terjadi apa-apa. Malam kedua
Sabrina dan Marini masih meneruskan cari hiburan. Malam itu ke
sebuah nite elu b terkenal.
Pada pagi ketiga, mendadak Sabrina dimasuki keinginan untuk
membunuh Amalia guna menyingkirkan saingannya, lyiulanya ia
sudah berniat untuk tidak mengganggunya tetapi kini keinginan
menang dan meniadakan saingan mendadak bangkit kembali dalam
hatinya. Tanpa banyak pikir ia pergi ke rumah Amalia yang sudah
diketahuinya, la berdandan rapi sekali. Sayang, Amalia tidak ada.
Hanya ibunya. Nyonya Juariah.
Perempuan ini sama sekali tidak menyangka, bahwa ia sedang
berhadapan dengan pembunuh Sabaruddin yang diceritakan Erwin
tiga hari yang lalu. "Ke mana Amalia Bu, saya ingin mengajaknya ialan-jalan," kata Sabrina.
"Nanti sore baru pulang. Ke tempat keluarga yang
mengkhitankan anak hari ini. Ina mau menyusul ke sana" Boleh ibu
beri alamatnya!" jawab ibu Amalia.
"Tak usah bu." Nyonya Juariah lalu menceritakan tentang kedatangan Erwin
yang mengatakan bahwa sahabat akrabnya Sabaruddin telah
meninggal. Tersirap darah Sabrina.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dia tidak dapat menerka siapa pembunuhnya?" tanya Sabrina.
"Tidak, dia hanya memperingatkan kami bahwa pembunuh
Sabaruddin mungkin ke mari!"
"Ke rumah ibu ini?"
"Ya, betapa gilanya!" ujar ibu Amalia.
"Siapa tahu, mungkin Erwin berkata benar!"
"Mana mungkin. Barangkali dia mau membunuh kami. Dia lebih
dulu mau mengalihkan pikiran. Bukankah dia manusia harimau?"
"Ya, dia manusia harimau," kata Sabrina dan ia tertawa-tawa kecil sambil
memandang nyonya rumah. "Tetapi anak ibu kan cinta padanya!"
"Tadinya. Ketika dia masih di bawah pengaruh ilmu hitam Erwin.
Sekarang sudah tidak lagi!"
"Mungkinkah dia sendiri yang membunuh sahabatnya itu?" tanya ibu Amalia.
"Entahlah, siapa tahu, tetapi firasat saya kuat mengatakan,
bahwa tidak dalam semua hal ia harus terlibat!" kata Sabrina.
"Maksud Ina?" "Barangkali ada manusia harimau lain!"
"Ah, mana bisa. Setan yang begitu kan jarang ada di dunia ini!"
"Apakah manusia harimau itu setan Bu" Katanya setan tidak
kelihatan!" "Buat ibu, yang begituan sih namanya setan juga."
"Tapi saya yakin dalam soal Sabaruddin, Erwin tidak tersangkut.
Dia tidak selalu jahat. Ada kalanya baik sekali. Kalau tidak salah,
Amalia disembuhkan dari penyakit gilanya oleh si manusia harimau
itu. Bukankah begitu?" tanya Sabrina. Menyebabkan nyonya Juariah tertunduk. Malu
juga dia. http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sabrina, ibu rasa Ina benar. Tidak mesti dalam tiap kejahatan
Erwin terlibat. Ibu rasa tuduhan ibu ini hanya oleh pengaruh cerita
tentang dirinya. Apalagi dia manusia harimau, kata Ina. Kalau tidak
diceritakan begitu tentu ibu juga tidak tahu dan tidak akan curiga
apa-apa padanya." "Ya memang saya salah juga. Tetapi apa yang saya katakan itu
semua benar. Yaitu bahwa Erwin itu manusia harimau!" kata
Sabrina. Mendadak terdengar suara auman, singkat. Membuat
nyonya Juariah dan Sabrina terkejut.
"Itu ayahnya. Dulu hampir jadi mertua saya!' kata Sabrina.
Kelihatan jelas nyonya rumah jadi kaget dan memandang penuh
tanda tanya dan tak percaya pada tamunya.
"Saya yang salah. Saya terpengaruh oleh sahabatnya si
Sabaruddin. Padahal laki-laki ini tidak cocok untuk saya!"
"Bukankah dia orang baik?"
"Saya tidak mengatakan dia orang jahat. Cuma tidak cocok untuk
saya. Saya ini sebenarnya lebih cocok dengan Erwin. Itulah
makanya saya sakit hati ketika Amalia jatuh cinta setengah mati
padanya. Saya percaya, dia tidak berbuat apa-apa terhadap Amalia.
Anak nyonya sendiri yang memang benar-benar jatuh cinta. Itulah
makanya saya buka rahasia Erwin. Supaya Amalia menjauhinya."
Nyonya Juariah memandangi Sabrina. Kini ia takut pada Sabrina.
"Kalau begitu Ina sudah berhasil," kata ibu Amalia ingin
menyudahi percakapan. Agar Sabrina segera pergi."Kini ibu Amalia benci dan takut
sekali padanya." "Belum tentu. Cinta selalu datang berulang. Hari ini ia padam,
besok menyala lagi! Ibu kan tahu!" kata Sabrina. "Sayang dia tidak ada di rumah!
Aku mau kemenangan yang pasti!"
Permintaannya terkabul. Pelan-pelan ia berubah rupa. Semua di
hadapan nyonya Juariah yang sudah amat ketakutan itu.
"Tak ada Amalia, ibunya pun jadilah. Tenanglah ibu, tenang.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jangan berteriak. Aku tak izinkan ibu berteriak. Lalu ia melangkah.
Masih sempat terlintas di otak Juariah, bahwa Sabrinalah yang
manusia harimau, bukan Erwin. Kemudian ia tidak ingat apa-apa
lagi. Si cantik yang mengharimau memandangi korbannya.
la memikirkan cara menamatkan korbannya. Tetapi darah, dia
ingin darah, la dapat melampiaskan dahaganya. Tetapi bagaimana
kalau tiba-tiba ada orang datang"
-ooo0dw0ooo- 3 SI CINDAKU itu rupanya sudah berselera sekali. Air liurnya
menitik menimpa muka ibu Amalia, tetapi ia sudah tidak
merasakannya. Otak manusianya berpikir waras. Bahkan lebih dari
itu. Cerdik dan lihay. la tidak boleh meninggalkan jejak. Kematian
perempuan ini akan membuka rahasianya kalau ia salah cara. Paling
sedikit akan membuat dia lebih mudah disangka. Jadi, kematian
korban baru itu tidak bofeh seperti kematian Sabaruddin. la tidak
akan mencekik. Kukunya tidak boleh melukai leher Juariah. Itu akan
menimbulkan tanda-tanda yang sama. polisi lantas dengan mudah
mengambil kesimpulan, t bahwa yang membunuh orang yang sama.
Polisi lantas dengan mudah mengambil kesimpulan, bahwa yang
membunuh orang ini tentu pembunuh Sabaruddin juga. No, pikiran
begitu harus dihindarkan, kata Sabrina di dalam hati.
Tidak ada kesulitan. Juariah sudah tidak sadarkan diri. Diciumi
Sabrina leher yang akan menyemburkan darah itu. Hmmmmh,
sedapnya. Tiada minuman mengatasi kenikmatan darah segar.
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Punya perempuan lagi. Sabrina meletakkan kepala itu menyamping, tangan kiri
memegang kepala, yang kanan memegang bahu. Muka cantik itu
menyeringai. Kalau anda lihat, anda akan ngerti juga, walau betapa
pun cantik wajah itu. Kemudian diletakkan gigi-giginya,
direnggangkan, lalu dikatupkan, merupakan sebuah gigitan yang tak
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
akan lepas walaupun petir menyambar mengejutkan semua makhluk
dan insan. Darah menyembur bersamaan dengan sentakan tubuh
Juariah, sehingga gigitan bertambah kuat dan sentakan badan
beberapa kali lagi. Ooh, memang teramat lezat. Darah itu tidak
seluruhnya langsung tertelan oleh Sabrina. Ada juga yang meleleh-
leleh dari mulutnya. Sesudah kenyang, dilepaskannya.
la seka mulutnya. Sampai bersih, la sudah tahu betul bagaimana
cara-cara yang harus dilakukan selanjutnya. Pembunuhan ini
memang direncanakan, walaupun yang menjadi tujuan utama tadi
adalah Amalia. Dari tasnya Sabrina mengeluarkan satu mosqui to spray,
penyemprot nyamuk, la semprotkan isinya sampai habis di kamar
itu. Untuk menghilangkan jejak. Bau parfum yang dipakainya.
Sabrina keluar, tenang, setenang ia masuk tadi.
Memang dia sedang bernasib baik. Yang tinggal di rumah, hanya
Juariah dan seorang pembantu laki-laki yang mengurusi kebun dan
halaman, la tidak melihat Sabrina masuk. Saat itu ia sedang di
belakang, la pun tidak melihat tamu itu keluar. Pembantu yang
seorang lagi, seorang wanita tukang masak merangkap cuci pakaian
mengikut Amalia untuk membantu di rumah famili yang
mengadakan hajatan. Ketika Amalia petang hari pulang, barulah ia mengetahui dengan
amat terkejut sehingga jatuh pingsan, bahwa ibunya telah tiada.
Polisi segera diberitahu, begitu pula dokter. Dari pemeriksaan
segera diketahui, bahwa Juariah dibunuh dengan dilukai lehernya.
Kemudian jelas bahwa ia digigit dan darahnya dihisap. Seperti
pembunuhan atas diri Sabaruddin. Hampir sama. Hanya pada
Juariah tidak meninggalkan bekas luka oleh kuku, tetapi bekas
gigitan. Dan gigi itu, gigi-gigi manusia. Dra-cula" Tidak biasa
terdengar di Jakarta. Kalau manusia harimau ada. Tetapi ini bukan.
Ini manusia dibunuh oleh manusia yang suka minum atau mengisap
darah. http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Karena Kapten Pol. Sahata Siregar sedang menangani .perkara
mirip ini, maka ia pun diminta datang untuk memberikan
pendapatnya. Perwira asal Sipirok itu segera mengetahui bahwa
antara pembunuhan ini dengan kematian Sabaruddin aoa
persarrJaan. Bahkan banyak persamaan. Lukanya sama-?ama di
leher. Menurut dokter banyak darahnya yang disedot. Hanya sedikit
sekali yang tumpah, dan kehabisan darah inilah penyebab utama
kematian nya. Cuma pada leher Sabaruddin ada luka bekas kuku
harimau, yang ini tidak. Apakah ini menunjukkan kelainan si
pembunuh" Ataukah ini suatu muslihat dari pembunuh yang sama
untuk menutupi jejaknya. Dalam hal yang demikian pembunuh ini
mesti manusia. Setidak-tidaknya punya otak manusia. Hanya
manusia yang mungkin mempunyai akal secerdik itu. Beruang atau
harimau tidak mungkin akan berpikir seterpencil itu. Karena di
dalam kota memang sedang berkeliaran manusia harimau, paling
sedikit satu atau bahkan lebih, maka bolehlah dugaan dijatuhkan
atas manusia yang harimau itu.
"Hei, apa ini?" tany~ Kapten Pol Siregar mengambil sesuatu yang hampir tak
kelihatan, la memperlihatkannya kepada dokter dan dua
reserse yang ada di sana.
Mereka saling pandang. "Bulu harimau," kata Siregar. "Tidak salah, ini pasti bulu harimau.
Saya pernah memegang harimau yang baru ditembak oleh pemburu
di kampung saya." "Mungkin bapak benar, tetapi apakah tidak boleh jadi si
pembunuh sengaja membawanya dan meletakkannya di sini untuk
menimbulkan kesan seolah-olah yang membunuh seekor harimau"
Saya rasa dia tidak terlalu cerdik. Mana ada harimau berkeliaran!"
Sebagai biasa pada saat itu ia suka memperdengarkan suaranya.
Dan terdengarlah suara auman yang keras di dalam rumah itu.
Semua orang terkejut dan takut tidak tanggung-tanggung. Betullah
harimau yang membunuh. Dan dia masih ada di rumah itu. si
reserse yang mengatakan, bahwa itu hanya akal busuk dan licik si
manusia pembunuh, memegang tempat ritsluiting celananya. Celana
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu berwarna hijau menjadi hampir hitam karena basah. Dan
basahnya bukan karena tersiram air dari bak. Lebih celaka lagi, si
reserse yang bernama Bintang tidak bisa menahan getar badannya.
Benar-benar dalam keadaan parah dia. Tetapi apalah heran, reserse
juga manusia. Ini hari dia bisa menangkap atau menembak, besok
dia ditembak atau terkencing-kencing dan gemetaran seperti si
Bintang. Begitu juga dukun. Ini hari dia menjahili orang yang tak
berdosa. Besok dia dihajar sampai mata terbelalak oleh dukun yang
lebih kampiun dari dia. Bukan terbatas pada reserse dan dukun.
Pada manusia mana saja pun sama. Tidak pandang profesi atau
kedudukan. Walaupun duduknya setinggi pohon kelapa kalau ada
kursi setinggi itu. Menteri" Ah, ini hari dia menteri Dia boleh bikin aturan
sebaik atau sekonyol apa pun. Dan itu harus ditaati. Bukan
karena dia bernama si Polan, tetapi karena dia sedang menteri.
Besok, kalau dia sudah habis masa jabatan atau terjungkel, dia akan
tahu bahwa dia toh sama dengan orang lain. Barangkali pada saat
begitu dia sadar diri. Dia akan pandangi dirinya di cermin yang
besar. Barangkali dia akan mengakui, bahwa rupanya banyak
kebodohan ataupun jasa yang telah dilakukannya. Mempersatukan
rakyat yang harus dipersatukan. Memberi ketenangan dan
ketenteraman kepada rakyat yang memang amat memerlukannya.
Ataukah dia selama ini justru merobek-robek persatuan dan
menimbulkan keresahan serta kebingungan oleh ucapan-ucapan
atau perbuatannya yang keliru sama sekali.
"Pergilah ke belakang," kata Kapten Siregar kepada anak
buahnya. "Tidak," kata Bintang sambil menggeleng. Nga-pain ke belakang.
Mau mati konyol di dapur" Kalau mesti mati lebih baik ramai-ramai.
Dia yakin, sang harimau masih ada. Dan sekarang dia ingat, nama
harimau jangan dimainkan. Kalau sedang di hutan, ia tidak boleh
disebut dengan harimau. Harus dengan nenek!
Sebagaimana lazimnya, mayat Juariah pun dibawa ke rumah
sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Kapten Siregar merasakan adanya
bahaya yang tak kelihatan. Mengancam di mana-mana dan bisa
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merenggut nyawa di mana ia suka.
Setelah Amalia sadarkan diri dan perlahan lahan merasa
normal ialah yang meminta untuk memberi keterangan sejelas-
jelasnya kepada Polisi, la bahkan mengatakan bahwa ia sudah tahu
siapa pembunuhnya. Erwin orang yang dukun dan pernah
mengobati dirinya beberapa waktu yang lalu. la menceritakan,
bagaimana Sabrina membuka rahasia laki-laki harimau itu.
"Setelah Sabaruddin yang katanya kawan karibnya mati, ia
datang kemari," kata Amalia. Hah, bajingan itu memberi ingat
kepada kami agar berhati-hati, karena bukan tidak boleh jadi
pembunuh Sabaruddin datang ke sini untuk membunuh kami. Pada
waktu itu kami sudah menaruh curiga pada dirinya. Bahwa dialah
yang mencabut nyawa kami. Barangkali dia pun tahu bahwa kami
mencurigainya, la menahan amarah, lalu pergi. Pada waktu itu saya
sudah menduga, bahwa mungkin ia dendam kepada kami dan pada
suatu hari akan datang membalas. Patutlah hati saya selalu gelisah
Tujuh Pedang Tiga Ruyung 4 Wiro Sableng 088 Muslihat Cinta Iblis Pendekar Sadis 20
muslihat. "Sebaiknya Letnan catat saja apa yang mereka ceritakan. Kita
harus menyelidikinya secara teliti," kata Siregar kepada Masduki.
"Tapi apakah itu mungkin Kap?" tanya Masduki ingin suatu
kepastian. "Segalanya mungkin. Kalau Anda ada waktu nanti malam kita
ngomong-ngomong. Mau datang ke rumahku?" tanya Sahata
Siregar. Tanpa pikir, Masduki menerima tawaran Siregar dengan senang
hati. Sahata orang Tapanuli dari Sipirok. Dia tentu banyak tahu
tentang manusia-manusia harimau yang sudah dua kali mengheboh-
gemparkan Jakarta. Apa lagi di antara anggota Polisi juga ada yang
jadi korbannya. Anehnya, makhluk itu hanya memilih polisi-polisi
yang menyakiti dirinya. Tidak pernah kedengaran mengganggu
orang yang tidak bersalah padanya.
MASDUKI datang ke rumah Kapten Polisi Sahata Siregar seorang
diri. Dengan kendaraan Dinas. Atas permintaan tuan rumah yang
menerimanya sebagai kawan, bukan sebagai bawahan, ia
mengulangi apa yang diceritakan oleh Bu Beng Kiam, supir taksi dan
kemudian diperkuat lagi oleh Nyonya Bu setelah ia siuman dari
pingsannya. Siregar teringat pada peristiwa baru beberapa hari yang
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lalu ketika ia melakukan pemeriksaan atas terluka beratnya Maskun
dan kemenakannya Jufri di rumah mereka sendiri oleh cakaran kuku
yang diduga keras kuku harimau dewasa. Waktu itu Juariah yang
istri Maskun dan Amalia yang anak mereka tidak melihat terjadinya
penyerangan. Mereka tidak melihat siapa atau apa yang
dilakukannya. Mereka juga tidak menceritakan, bahwa Amalia
baru sembuh dari penyakit gila karena guna-guna dan yang
mengobati lalu menyembuhkannya adalah seorang dukun muda
bernama Erwin. Jadi Siregar belum mengetahui seluruh duduk
permasalahan sampai terjadinya bencana atas Maskun dan Jufri.
Tetapi Kapten Polisi itu mengikuti kejadian setelahnya, yaitu
penculikan kedua korban dari rumah sakit oleh tiga orang yang
termasuk dalam daftar hitam Polisi, tetapi belum dapat ditahan
karena tidak cukup alasan untuk itu. Barulah pada malam
penculikan itu mereka ditangkap. Itu pun atas pemberitahuan
seseorang yang tak mau menyebutkan namanya kepada Polisi
bahwa pada malam tersebut akan terjadi suatu kejahatan berupa
penculikan pasien. Siregar sendiri minta turut memeriksa perkara tersebut. Tetapi
ketiga penculik David, Mudakir dan Masto tidak mau menerangkan
siapa yang memerintahkan penculikan. Mereka lebih suka ditembak
mati saja daripada harus menerangkan siapa yang memerintah.
"Kalian takut pembalasan dendam dari anggota komplotan yang
memerintah?" tanya Siregar memancing. "Keselamatan kalian kami jamin. Bantulah
kami dalam soal ini. Selagi mereka berkeliaran,
masyarakat akan selalu terancam."
"Kami tidak pernah takut pada sindikat mana pun," kata Masto karena tidak suka
diduga takut pada sesama manusia. Sama-sama
terdiri dari daging, darah dan tulang-tulang, mengapa mesti takut
pada sesama manusia, begitulah pendirian Masto. Dan begitu pula
pendirian David dan Mudakir.
"Jadi kenapa takut menyebutkan nama-nama mereka atau
pemimpinmu, kalau kalian diperintah oleh sindikat kalian sendiri!"
pancing Siregar lagi. http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sudahlah Pak. Kami sudah mengaku salah, dua pasien. Cukup
alasan untuk menyeret kami ke Pengadilan. Kami akan terima
hukuman Pak Hakim tanpa naik banding. Apa lagi. Sudah cukup,
bukan?" kata David. Siregar jadi curiga. Tidak takut pada manusia mana pun, tetapi
tidak mau menyebut siapa yang memerintah penculikan. Apakah
yang memberi perintah bukan manusia" la ingat pada peristiwa
perobekan muka Maskun dan Jufri.
Apakah si manusia harimau yang diketahui sedang bertindak di
sana sini pegang peranan" Bulu kuduk Siregar berdiri. Persis seperti
ketika ia memeriksa Maskun dan Jufri yang dicakar oleh harimau
atau manusia harimau. MELIHAT kekerasan hati ketiga penculik itu disertai dengan
perasaan aneh yang kembali menjalari dirinya, Sahata Siregar tidak
meneruskan pertanyaan atau desakan. Beberapa bawahannya
mengusulkan supaya pemeriksaan diserahkan kepada mereka
dengan jaminan bahwa ketiga penjahat itu pasti menjawab semua
pertanyaan. "Mereka pasti akan mengaku Pak," kata Tirto yang sudah sersan polisi. Dia
dikenal sebagai petugas yang tegas dan keras. Dia tahu
ada larangan penggunaan kekerasan terhadap para tersangka,
tetapi dia sangat tahu, bahwa pada orang-orang tertentu kekerasan
harus dipergunakan, kalau diyakini bahwa mereka memang pasti
bersalah. Apa ooleh buat. Kebenaran kadang-kadang harus dikorek
melalui kekerasan. Memang benar, kekerasan yang salah tempat
bisa menyebabkan pengakuan dosa yang sama sekali tidak pernah
dilakukan oleh tersangka.
"Jangan Tirto," kata Kapten Siregar. "Saya hargai maksud baikmu. Tetapi kurasa
kasus ini bukan kejahatan biasa!"
"Maksud - Bapak penculikan politik?" tanya Tirto.
"Bukan, bukan. Aku cuma merasa bahwa perkara ini bukan
seperti yang biasa kita hadapi! Aku tidak dapat menerangkan. Aku
hanya merasakannya," kata Siregar.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tirto dan kawan-kawannya tidak menjawab. Kapten Pol Siregar
pergi. Setengah jam kemudian Tirto dengan dua orang kawannya
Sukarna dan Do dy memeriksa ketiga penculik yang bandel itu.
*** SETELAH mendengar seluruh cerita Letnan Masduki dan
mengingat kembali pemeriksaan yang dilakukannya atas tiga
penculik yang merahasiakan orang yang memberinya perintah.
Kapten Siregar bertanya apakah Masduki percaya pada apa yang
diceritakan suami istri Bu Beng Kiam dan supir Taksi.
"Tidak ada sebab bagi mereka untuk berbohong," kata Masduki.
"Walaupun saya tidak melihat makhluk itu, tetapi saya percaya
mereka berkata benar. Apa lagi kalau memang ada wanita-wanita
yang bisa jadi harimau, seperti manusia harimau yang sekarang
mengganas lagi. Mungkin Pak Regar dapat menambah pengetahuan
saya dalam hal-hal yang amat aneh ini."
"Saya belum dengar tentang adanya wanita harimau di Jakarta.
Tetapi di Sumatera memang ada daerah, namanya Kerinci, di mana
ada laki-laki dan ada wanita yang kadang-kadang jadi harimau. Di
sana dinamakan cindaku. Ciri-cirinya, tiada parit di bawah
hidungnya. Tetapi kalau sedang mengharimau, maka seluruh dirinya
jadi harimau. Bukan berkepala manusia!" jawab Siregar.
"Tapi yang mereka lihat ini wanita cantik dengan badan
harimau," ujar Masduki. la amat tertarik dengan cerita Sahata
Siregar. "Kalau begitu, wanita itu manusia harimau. Apakah dia kadang-
kadang jadi harimau seluruhnya tentu kita tidak tahu. Ada Anda
tanyakan alamat wanita dan orang yang membawanya pulang itu?"
"Tidak, saya tidak tahu mengapa tidak saya tanyakan. Saya sama
sekali tidak ingat untuk me nanyakannya, karena pada waktu itu
saya masih bingung bercampur jengkel. Apa yang dikatakan ketiga
orang itu tidak tersua dalam kenyataan. Tetapi setelah saya
timbang-timbang, saya jadi percaya bahwa mereka tidak bohong!"
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Siregar bertanya tentang laki-laki yang datang menjemput wanita
aneh itu. Masduki hanya dapat menerangkan, bahwa menurut
pengakuannya wanita yang dapat kecelakaan itu adalah calon
istrinya. Kalau apa yang diceritakan ketiga pelapor kepada Polisi
benar, maka sungguh tidak masuk akal bahwa seorang laki-laki
muda gagah dan kaya akan kawin dengan makhluk yang begitu
menakutkan. Tetapi, kata Masduki kepada Siregar, bukan tidak
mungkin laki-laki itu tidak mengetahui keadaan sebenarnya atau
rahasia hidup wanita cantik itu.
"Bisa jadi," kata Siregar menanggapi. "Calon suaminya itu tidak mengetahui
keadaan wanita yar.q akan diperistrinya. Wanita
cindaku atau wanita harimau hanya sekali-sekali saja menjadi
harimau. Tidak saban hari. Kadang-kadang berbulan-bulan ia tidak
berubah. Seperti manusia biasa saja."
Masduki mengajukan banyak pertanyaan tentang manusia
harimau yang menurut cerita masih berkeliaran di Sumatera. Sahata
Siregar membetulkan istilah berkeliaran, yang sama sekali tidak
benar. Manusia harimau tidak berkeliaran, tetapi masih ada di
beberapa banyak kota kecil atau dusun. Termasuk di dalamnya
Muara Sipongi, Penyangek, Rao, Panti dan desa-desa di sekitarnya.
Juga ada di Panyabungan konon masih ada yang hidup. Begitu pula
di Pai Sabolas (sebelas) yang letaknya di antara Sipirok dan Padang-
sidempuan. Mendadak bulu roma Sireyar berdiri pula. Tidak akan terjadi
begitu kalau tiada sebab karenanya, la bertanya di dalam hati
apakah yang akan terjadi. Tetapi Masduki yang juga merasa suatu
kelainan melanda dirinya tak dapat menahan diri dari ber tanya:
"Ada apa Pak Siregar" Bulu-bulu romaku pada berdiri dan badanku
terasa dingin sekali!"
"Ah tidak apa-apa. Mungkin ada nenek atau datu-datu lewat.
Kalau tidak punya salah, tidak perlu takut," kata Siregar
menenangkan hati tamunya.
Kemudian terdengar suara mendengus. Disusul oleh suara
menggeram. http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Masduki tak dapat menyembunyikan rasa takutnya. "Apa yang
Pak Regar tanyakan?" Kapten Sahata Siregar yang sudah tahu suara apa yang baru
kedengaran itu, menjawab: "Tenang-tenang sajalah.
Barangkali ompung mau datang!"
"Ompung" Apa itu?" tanya Masduki.
"Ompung itu bahasa Tapanuli. Artinya nenek atau kakek!"
Pada saat itulah Masduki untuk pertama kali selama hidupnya
melihat suatu makhluk yang amat menakutkan. Badan harimau
dengan muka manusia. Muka itu tua tetapi gagah. Sebab yang
datang ke ruangan Siregar tak lain daripada Dja Lubuk, ayah Erwin
yang amat cinta pada anaknya. Oleh terkejut dan sangat takutnya
manusia yang sudah perwira polisi itu tidak dapat membuka mulut,
la bagaikan terpaku. Sahata Siregar sendiri pun terkejut bukan
kepalang. Tetapi rasa takutnya tidak sehebat Masduki. la
mengetahui lumayan banyak tentang pende-dar-pendekar
Mandailing yang memelihara harimau.
Ada yang sampai tujuh ekor. Harimau-harimau biasa yang tunduk
pada perintah yang menguasainya, la masih ingat nama Baginda na
Poso (artinya tuan yang muda) yang tinggal di Arase. Tatkala ia
sudah berusia sembilan puluh tahun, gerak langkahnya masih
seperti anak muda saja. Berbagai macam ilmu kuno dikuasainya.
Semua orang tahu, ia mempunya sembilan harimau, lima jantan
empat betina, yang hidup di hutan-hutan lebat antara Arse sampai
ke Liang yang berudara dingin oleh letaknya yang cukup tinggi.
Binatang-binatang buas milik baginda na Poso tidak pernah
mengganggu manusia mana pun, kecuali laki-laki atau perempuan
yang melakukan hubungan zinah. la mempergunakan semua
piaraannya untuk menjaga ladang dan kebun terhadap gangguan
babi-babi hutan yang amat ganas dan cerdik. Tidak pernah masuk
perangkap. "Horas Ompung," ujar Sahata Siregar lembut. Masduki menelan ludah, merasa tambah
takjub, seperti tidak percaya pada apa yang
dilihat dan didengarnya. Tapi rasa takutnya menurun sedikit, karena
Sahata bicara pada makhluk itu. Apakah ini kakeknya Kapten Sahata
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Siregar. Tadi ia mengatakan, bahwa ompung itu artinya kakek.
Kalau perkataan "horas" sudah selalu didengar Masduki. Artinya
"selamat." "Horas Kapten," balas Dja Lubuk Masduki tambah tercengang.
Dari mana makhluk ini tahu, bahwa atasannya itu berpangkat
kapten" Barangkali memang ada hubungan famili antara Sahata
Siregar dengan si harimau bermuka manusia dan ini bukan
kunjungannya yang pertama.
"Letnan tak usah takut padaku. Aku tahu kau orang baik. Aku
tidak pernah menyakiti makhluk yang tak bersalah, baik manusia
maupun hewan. Begitu juga anakku!" kata Dja lubuk.
"Terima kasih Ompung," kata Masduki. Kata-kata itu keluar
begitu saja dari mulutnya. Rasa takut Masduki semakin turun.
"Tapi ada orang-orang kepolisian yang jahat. Yang sangat kejam
juga ada. Merasa senang menyiksa orang-orang yang disangka
jahat. Tapi kalian tahu, yang dipukuli, ditendang, diinjak atau disulut dengan
api rokok itu hanya penjahat-penjahat kecil yang bekerja
kasar. Penjahat halus tidak pernah disiksa. Malah ada kawan-kawan
kalian yang mau jadi pesuruh orang tahanan, kalau dia punya uang
untuk membayar! Hina sekali, ya!"
Kapten Pol Sahata Siregar dan Lettu Pol Masduki merasa amat
malu. Memang ada rekan-rekan mereka yang punya sifat sadis.
Sayang, hanya terhadap si kecil.
"Sebetulnya aku datang kemari untuk melaporkan sesuatu," kata Dja Lubuk. "Aku
tadi terpaksa bertindak. Si Sersan Tirtomu itu!"
Darah Sahata Siregar tersirap. Sersan Tirto adalah salah satu
bawahannya yang minta memeriksa ketiga penculik Maskun dan
Jufri yang sedang ditahan, la mau bertanya kepada Dja Lubuk apa
yang dilakukan Tirto, tetapi manusia harimau itu sudah raib. Sahata
memandang Masduki yang juga terkejut mendengar manusia
harimau itu tadi menyebut nama Sersan Tirto. Sedang mereka
dihantui tanda tanya itu telepon berdering. Sahata segera
mengangkatnya dan mendengarkan. Mukanya berubah, tangannya
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
agak gemetar. Letda Pol Wagimin melaporkan kepadanya, bahwa
Tirto, Dody dan Sukarna dalam keadaan luka-luka berat.
"Diserang ketiga penculik itu?" tanya Siregar. "Bukan Pak, mereka sama sekali
tidak melawan. Mereka juga dalam keadaan
parahi" "Aku jadi tidak mengerti!" kata Kapten Siregar. "Ketiga penculik itu setengah
mati dihajar Tirto dan dua petugas lagi. Tapi kemudian
terdengar mereka menjerit-jerit minta tolong. Seperti dibanting-
banting, kemudian tubuh mereka dirobek-robek. Yang amat
membuat kami takut, yang membanting dan mengoyak-ngoyak
tubuh mereka sama sekali tidak kelihatan. Tentunya hantu atau jin
piaraan ketiga atau salah seorang dari penculik itu. Dia marah
karena majikannya dipukuli sampai hampir mati. Apakah Bapak
dapat menolong kami" Kami semua tak tahu mau berbuat apa.
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Semua meja, kursi dan lemari juga diobrak-abrik oleh hantu yang
tidak kelihatan itu. Mengerikan sekali Pak!"
Kapten Siregar memberitahu bahwa ia segera berangkat untuk
melihat musibah yang menimpa Tirto dan kedua rekannya.
Masduki menyertai Siregar. Dia mau lihat apa yang telah terjadi.
Dia semakin ingin tahu, karena bukankah dia telah beruntung dapat
bertemu dengan si manusia harimau. Kini dia merasa dirinya lebih
hebat daripada biasa. Keadaan di kantor Polisi itu menimbulkan kesan, seolah-olah di
sana baru terjadi perkelahian besar. Tidak seorang pun di antara
petugas-petugas keamanan itu bermuka cerah. Bagaimana mau
ceran, semuanya sudah jadi pucat.
Kapten Siregar langsung masuk ke kamar yang tadi dijadikan
tempat untuk memeras jawaban dari ketiga penculik. David masih
pingsan dengan muka yang sudah divermaak. Kedua kawannya
Masto dan Mudakir sudah duduk. Dengan tubuh yang terasa sakit
seluruhnya. Hampir bertumpuk kelihatan tiga sosok tubuh bergelimpang
darah. Ketiga-tiganya anggota Polisi pemeriksa. Mereka tadi
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menggunakan kekerasan terhadap tiga penjahat yang tidak mau
menerangkan siapa yang memerintah mereka menculik Maskun dan
Jufri dari rumah sakit. Mereka tidak mau membawa-bawa Erwin,
yaitu orang yang menugaskan mereka menculik. Mereka sudah lihat
sendiri, bahwa manusia Erwin ini merangkap kehidupan sebagai
harimau. Mereka bersyukur, si manusia harimau masih begitu baik
hati untuk membiarkan mereka hidup. Itulah sebabnya mereka tidak
mau membawa-bawa namanya ke kantor Polisi. Mereka lebih
bersedia dipukuli daripada membongkar rahasia itu.
Ketika Tirto dengan dua kawannya telah melampaui batas, Dja
Lubuk datang. Bagaimanapun jahatnya ketiga penculik yang
biasanya menerima upah untuk membunuh itu, tetapi mereka telah
membuktikan bahwa mereka berani menerima kematian untuk
menyimpan rahasia Erwin. Yang melihat kedatangan manusia
harimau tua itu hanya ketiga polisi yang merusak diri tiga orang
yang mereka periksa. Polisi-polisi lainnya tidak melihat apa pun.
Begitu juga Masto dan Mudakir. Mereka jadi heran ketika Tirto dan
kedua kawannya berteriak-teriak minta ampun dan kemudian
dibanting-banting oleh tenaga yang tidak kelihatan. Tidak hanya
sampai di situ. Tubuh ketiga orang ini dirobek-robek.
Setelah ketiga polisi itu tak berdaya dan si hantu mengobrak-
abrik kursi, meja dan lemari, terdengar suara datar penuh wibawa:
"Kapolri sendiri sudah melarang kalian melakukan penganiayaan
atas orang-orang yang ditahan. Tapi kalian tidak menghiraukannya.
Sama saja seperti kalian mengentuti perintah atasan kalian. Sudah
lumayan banyak orang binase dalam tahanan. Belum tentu bersalah.
Aku heran, ada di antara kalian yang haus darah. Dengan
mengandalkan pistol yang tergantung di pinggang, kalian berbuat
apa saja yang kalian suka terhadap sementara tahanan. Seolah-olah
mereka bukan manusia. Kalian perlakukan lebih buruk daripada
perlakuan terhadap hewan. Seolah-olah bagi mereka tidak berlaku
kemanusiaan dalam Pancasila. Bila perlu aku akan datang lagi!"
Kemudian sepi. TIRTO dan Dody masih hidup. Sukarna sudah tidak bernyawa.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ambulans baru tiba. Bersamaan dengan kedatangan seorang Letkol
Polisi Hermanto namanya. Bertubuh tegap, wajah dan potongan
ganteng. Hermanto minta diceritakan apa yang telah terjadi. Setelah Letda
Polisi Wagimin selesai melapor, Hermanto berkata: "Mana ada
hantu. Tentu ada kawan-kawan si penculik tadi masuk dan
merobohkan Tirto dan kedua rekannya. Dan kalian tidak berani
melawan mereka. Pengecut." Hermanto berkacak pinggang. Dia
marah. KAPTEN Pol. Sahata Siregar tidak senang mendengar ucapan
Hermanto. Sombong dan sok. Sudah sifatnya barangkali. Tetapi
karena ia atasan, maka Siregar tidak menanggapi. Dia tidak tahu
dengan apa atau siapa dia berhadapan. Sebenarnya Hermanto ini
terkenal berani dan penuh tanggung jawab. Para bandit dan rekan-
rekan segan, menaruh respek atas dirinya.
"Apakah ketiga bajingan itu masih belum mau memberi tahu
siapa majikan mereka?" tanya Hermanto.
"Belum Pak. Mereka lebih suka ditembak daripada mengatakan
siapa yang memerintah mereka!" jawab Letda Pol Wagimin.
"Apa iyaa," kata Hermanto sinis. "Saya kepingin lihat." Dia bergerak hendak ke
ruangan pemeriksaan. Tetapi mendadak dia
terjengkang ke belakang. Terduduk. Tidak ada yang menolak
dirinya. Hermanto sebenarnya kaget dan malu. Tetapi dia bukan
orang yang mau kehilangan muka. Apalagi bawahan. Dia segera
bangkit. "Sudah dua hari ini saya darah rendah," katanya menolong
dirinya. Padahal dia merasa bahwa tadi ada satu tenaga mendorong
dia, sehingga dia terjungkal. Tenaga tanpa ada orang yang
mengeluarkan tenaga itu. Untuk menjaga harga diri, Hermanto melangkah lagi. Kini tidak
ada lagi dorongan. Kapten Siregar dan Lettu Masduki mengiringkan.
Juga Letda Wagimin. Mereka tiba di ruangan tertutup yang bisa
bercerita banyak sekali, kalau sekiranya dinding dan lantainya bisa
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bicara. Di sana masih tergeletak David dan terduduk lesu Masto dan
Mudakir. Mayat anggota Polisi dan dua lainnya yang luka berat
sudah diangkut ke rumah sakit.
"Kalian yang tidak mau mengatakan siapa yang memerintah
kalian, hah! Bodoh. Dia senang-senang, kalian yang jadi korban.
Kalau kalian beritahu siapa yang menyuruh kalian menculik orang
sakit, maka sekarang juga kami akan menangkapnya supaya dia
menerima ganjaran yang setimpal. Kalian tidak perlu takut,
walaupun yang memberi perintah itu jin atau setan dari neraka,"
kata Letkol Pol Hermanto. Tetapi begitu dia selesai dengan
kalimatnya, ia merasa kedua bahunya dipegang "orang" dari
belakang. Bukan pegangan biasa. Dia mau menoleh, ingin tahu
siapa yang begitu kurang ajar berani memperlakukan dia begitu.
Tetapi ia tak kuasa memutar lehernya. Kedua tangan itu menekan
lebih kuat, sehingga terasa amat berat oleh Hermanto. Bukan hanya
berat. Dia kini merasa sakit. Kuku kedua tangan itu ditekankan ke
daging di bahunya. Kian lama kian kuat. Kemudian dirasanya bahu
itu menge luarkan cairan. Darah! Apa pula lagi selain da^ah.
Hermanto yang beberapa menit yang lalu masih begitu gagah, kini
tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Tangan dan kuku yang
menekan kedua bahunya terus kian berat dan dalam. Tanpa daya
untuk bertahan, tubuh besar itu pelan-pelan roboh sehingga
berlutut. Semua bawahannya yang mempersaksikan kejadian yang
tidak bisa dijelaskan itu menjadi amat takut, tetapi tidak berani berbuat apa-
apa. Dan memang tidak ada apa pun yang dapat
mereka buat. Mau melawan" Mau menembak" Siapa yang dilawan,
siapa yang ditembak"
Kedua bahu Hermanto mengucurkan darah segar.
"Kau lihat dan percaya sekarang, bahwa aku ada?" kata satu
suara. Masduki dan Siregar telah mengenal suara itu. Suara Dja
Lubuk si manusia harimau. Ayah Erwin selalu berbuat kebajikan
tetapi selalu dijahili manusia.
Letkol Pol Hermanto tunduk. Kesombongannya hilang sudah.
Baiknya dia mau mengakui kenyataan. Dengan suara pelan ia
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkata: "Sekarang aku percaya! Maafkan kebodohanku."
Sekarang semua petugas keamanan mempunyai dugaan dan
kepercayaan yang sama, yaitu bahwa Dja Lubuk lah yang
memerintah ketiga penjahat untuk menculik Maskun dan Jufri.
Tetapi untuk apa" Ini masih tanda tanya. Kalau mau jawabnya
harus diselidiki. Beranikah mereka menyelidikinya"
PENAHANAN ketiga onung yang kepergok melakukan penculikan
itu kini menjadi masalah yang memusingkan. Terus ditahan karena
terang bersalah, kemudian diajukan ke pengadilan" Mestinya begitu.
Tetapi yang menyuruh mereka ini bukan kepala bandit, bukan
manusia dengan kekuatan luar biasa. Melainkan satu makhluk yang
bukan manusia, bukan pula harimau sebagaimana harimau yang
sesungguhnya, la berpaduan dari manusia dan harimau, sehingga
mempunyai otak untuk berpikir dan berbuat sebagai manusia
dengan tenaga dan kemampuan sebagai harimau.
Letkol Polisi Hermanto tidak menghiraukan luka-luka di bahunya,
tetapi lebih jauh daripada itu. la kuatir akan bahaya yang lebih
besar. Kini dia benar-benar takut dan penuh kebimbangan atas
kemampuannya sendiri. Dia bukan Hermanto yang kemarin, bahkan
bukan Hermanto yang beberapa saat yang lalu masih berkacak
pinggang dengan mengeluarkan kalimat-kalimat yang sinis. Dja
Lubuk benar-benar telah meru bah orang yang tadinya hebat ini
menjadi seorang laki-laki yang tidak percaya pada dirinya sendiri.
"Kupikir ketiga orang itu sudah sewajarnya dibebaskan saja. Kita sudah melihat
sendiri. Mereka itu diperintah oleh suatu kekuatan
yang tidak bisa dihadapi dengan kekuatan biasa. Barangkali mereka
famili dari tenaga gaib yang selalu hadir tanpa memperlihatkan diri,"
kata Letkol Pol Hermanto.
Tanpa menyatakan keberatan, semua perwira yang bawahannya
setuju. Terlalu besar resikonya menghadapi kekuatan gaib.
Maka di bebaskanlah David, Masto dan Mudakir dengan
mendapat bekal uang lumayan dari Hermanto untuk berobat. Itu
suatu kenyataan yang tidak pernah mereka duga dan bahkan tidak
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pernah mereka harap- walaupun tiap orang mencintai kebebasan.
Mereka menculik, tetapi dibebaskan. Mereka sudah banyak"~k~ali
membunuh karena dibayar untuk menghabiskan nyawa orang lain
yang sama sekali mereka tidak kenal. Untuk itu pun mereka belum
pernah menerima hukuman. MALAM itu ketiga penculik yang baru dibebaskan itu menginap di
sebuah hotel di daerah Ancol. Hati mereka masih dihantui ketakutan
dan keraguan. Apakah sudah habis urusan mereka dengan si
manusia harimau" Ataukah apa yang mereka alami baru
permulaannya saja" Apakah seterusnya mereka harus melaksanakan
tugas-tugas untuk makhluk ajaib yang serba mampu itu"
Sedang mereka berbincang-bincang, pintu kamar diketuk. Masto
bertanya, siapa. Yang di luar menjawab "Erwin." Ketiga jagoan itu saling
pandang. Erwin! Yang mulanya mau mereka bunuh, tetapi
kemudian memerintah mereka untuk menculik Maskun dan Jufri. Si
manusia harimau. Dia tidak akan datang kalau tidak ada urusan.
Urusan apa pula sekarang"
Ketiga pembunuh bayaran itu mempersilakannya masuk. Dan
sebagai digerakkan oleh keharusan, mereka mencium tangan Erwin.
Dukun yang manusia harimau itu membiarkan, walaupun
sebenarnya ia tidak suka dihormati secara itu.
"Tuan terlalu baik terhadap kami, orang-orang yang sebenarnya
hanya pantas dinarru n sampah masyarakat!" kata Masto.
"Sampah besar sekali artinya di daia ehidupan kita. Memberi
pekerjaan pada mereka ng harus membersihkannya. Kalau pandai
met nfaatkan, banyak sekali gunanya," kata Erwin.
Sebenarnya ketiga orang itu tak habis pikir, bagaimana Erwin
yang sekarang sebaga manusia biasa, kadangkala bisa berubah jadi
harimau sebagaimana yang mereka persaksikan sendiri beberapa
hari yang lalu di gubugnya. Apakah dia sebentar lagi akan bertukar
ujud pula" Berbadan harimau lagi dengan hanya kepalanya saja
yang manusia" "Tidak, mudah-mudahan tidak," kata Erwin, membuat ketiga
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pembunuh bayaran itu jadi malu dan tercengang. "Aku tidak selalu berubah rupa."
"Tuan beruntung sekali bisa begitu!" kata Mudakir.
"Huh, kau keliru. Apanya yang beruntung" Aku hidup penuh
penderitaan. Selalu jadi buronan. Dan itulah yang memaksa aku
membela diri. Bukan mauku hidup begini. Tetapi aku harus
menerimanya dan keadaan ini harus kumanfaatkan semaksimal
mungkin untuk kemanusiaan."
"Kami tidak tahu cara bagaimana kami harus menunjukkan
terima kasih atas semua kebaikan dan bantuan Tuan. Kalau Tuan
tak datang tadi, tentu kami akan disiksa lagi. Kini kami bebas, tetapi tidak
merasa aman," kata Mudakir.
"Mau kalian berbuat sesuatu untukku dan untuk kalian sendiri?"
tanya Erwin. "Apa pun kami mau lakukan. Kalau boleh, kami mau jadi
pengikut Tuan saja."
"Jangan! Aku bukan orang untuk diikuti. Lagi pula aku bukan
manusia semacam kalian. Tapi aku punya permintaan pada kalian.
Jangan lagi kalian melakukan kejahatan. Apalagi pembunuhan.
Kalau kalian turut nasehatku ini, mudah-mudahan kalian akan
selamat. Tetapi kalau kalian coba berbuat kekejaman lagi, maka
kalian akan binasa. Tidak akan ada ampun lagi. Ingatlah itu baik-
baik." Masto telah memesan minuman dan makanan kecil. Mereka
minum dan makan bersama-sama. Tiga manusia yang biasa jadi
pembunuh bayaran dengan seorang atau satu manusia harimau dari
Mandailing. Masto dan kedua kawannya berjanji untuk tidak lagi mengulangi
kejahatan. Mereka akan hidup secara jujur, betapapun beratnya.
"Pergilah ke kota lain. Di sini kalian akan dikejar terus oleh bekas rekan-rekan
kalian untuk dihilangkan dari dunia ini," kata Erwin.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Erwin mohon diri. Ketiga bekas penjahat merasa sedih. Padahal
tadinya mereka tidak tahu apa artinya sedih.
"Bagaimana caranya kalau kami ingin berjumpa dengan Tuan?"
tanya Mudakir. "Aku akan merasakannya dan aku akan datang. Nah aku pergi
sekarang. Hati-hatilah, maut sedang mengintai kalian," kata Erwin mengulurkan
tangan lalu pergi. Perasaan ketiga orang yang pernah tak kenal takut itu menjadi
sangat gelisah. Semula Macto berkata begitu. David dan Mudakir
juga punya perasaan yang sama. "Apa maksud Tuan Erwin tadi"
Maut mengintai kita?"
Kira-kira setengah jam kemudian pintu kamar mereka kembali
diketuk orang. Apa lagi ini! Bukankah tidak ada orang yang tahu bahwa mereka
menginap di situ" "Dave," terdengar suara wanita di luar. Suara yang tidak asing bagi David. Juga
bagi kedua sahabatnya. Sebab suara itu selalu
mereka dengar. Orang yang punya suara itu selalu ngomong
ngomong dengan mereka, terutama sekali dengan David. Girangnya
David bukan main. Yolanda datang.
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pintu segera dibuka, Yolanda masuk. Tetapi tidak hanya seorang
diri. Ada dua orang lagi. Sahabat mereka juga. Maruzar dan Jusman.
Masto baru bertanyakan kabar pada Maruzar. Jawabannya
muntahan peluru dari senjata laras pendek yang memakai peredam
suara. Tiga peluru beruntun untuk tiga sahabat mereka yang baru
saja keluar dari tahanan. Semua tepat ke sasaran. Masto dan David
menerima di jantung., Mudakir di antara kedua matanya. Aneh,
biasanya Masto dan David kebal peluru.
Maruzar dan Jusman telah ditugaskan untuk memperhatikan
tempat tahanan ketiga rekan mereka supaya mengetahui
perkembangan selanjutnya. Sesudah tahu, bahwa mereka kemudian
dibebaskan dan pergi ke sebuah penginapan di Ancol, mereka
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mencari Yolanda yang juga mereka kenal sebagai pacar David.
Wanita ini dipergunakan untuk mencegah kemungkinan . kecurigaan
kawan-kawan mereka. Dan semua berjalan sesuai dengan rencana
dan harapan. Masto, David dan Mudakir mereka anggap sudah tidak berguna.
Mungkin mereka dibebaskan sesudah menyebut nama
komplotannya. Jadi harus ditiadakan.
Langkah selanjutnya tidak bisa lain. Menyingkirkan Yolanda.
Karena ia cinta setengah mati pada David. la bisa berbahaya.
Daripada jadi pikiran, lebih baiklah mengambil jalan singkat.
Satu jam setelah kematian David dan kawan kawan, Yolanda
menyusul. Begitulah salah satu hukum tak tertulis di dalam komplot-komplot
gelap yang membidangi pembunuhan, perampokan, penculikan atau
semua kejahatan itu sekaligus.
TEROR misterius di hotel cukup terkenal itu memenuhi
halaman-halaman depan surat kabar. Erwin pun segera
mengetahuinya. Kapten Sahata Siregar, Lettu Pol Masduki dan Letda
Pol Wagimin mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan peristiwa
itu karena merekalah yang paling banyak mengetahui awal mula
dan berbagai kejahatan gaib selama mereka ditahan. Ada manusia
harimau turut campur bahkan pegang peranan sehingga
menewaskan seorang anggota Polisi dan melukai berat dua lainnya.
Ini suatu perkara teramat pelik yang pernah mereka jumpai selama
mereka jadi penegak keamanan. Pembunuhan atas ketiga tahanan
yang baru dibebaskan itu tentu oleh manusia biasa. Dan mereka
sudah dapat memperkirakan bahwa yang melakukannya tentu
kawan-kawan mereka sendiri. Yang jadi pertanyaan dan harus
dipecahkan: Siapa atau siapa-siapakah mereka"
LETKOL Pol Hermanto tidak turut membicarakan atau mencari
pemecahan pembunuhan itu. mengetahui pun dia tidak, walaupun
di rumahnya ada koran-koran yang memuat berita itu. Sepulang dari
Kantor Polisi ia seperti kehilangan ingatan. Atau benar-benar
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kehilangan ingatan. Tidak bisa berpikir, bahkan tidak mau bicara.
Mungkin karena terlalu terkejut oleh pengalamannya ditekan oleh
tenaga yang tidak kelihatan, sehingga bahunya mengeluarkan
banyak darah oleh tikaman kuku-kuku yang amat kuat dan tajam.
Kuku harimau! Hermanto memang perwira Polisi, tetapi dia juga
manusia biasa. Apa yang bisa menimpa manusia biasa, juga bisa
menimpa dirinya. Inilah suatu kenyataan, la tergeletak di ranjang,
kelihatan bodoh dan loyo.
*** MENGHADAPI keanehan mencemaskan itu keluarga Hermanto
jadi gugup dan panik. Dokter yang diminta datang mengatakan,
bahwa tidak ada tanda-tanda penyakit pada diri perwira polisi itu.
Tetapi keadaan Hermanto sangat serius dan aneh sekali, la
menduga bahwa yang demikian hanya bisa terjadi oleh gangguan
jiwa berat secara mendadak yang tak terpikul oleh kekuatan batin
Hermanto. Dan gangguan itulah jadi penyebab kelesuan dan
hilangnya seluruh kegairahan.
Hermanto tidak bisa menerangkan mengenai luka-luka pada
kedua bahunya. Bagaimana pula hendak menerangkan. Sejak tiba di
rumah dia tidak bicara apa-apa, bagaikan orang yang mendadak
jadi bisu. Pertanyaan kepada Letda Pol Wagimin hanya dijawab
dengan mengatakan, bahwa mereka - beberapa orang -
mengetahui adanya luka-luka di bahu tetapi tidak tahu apa yang
menyebabkan, sebab tidak terjadi serangan dari siapa pun terhadap
Hermanto. la mendadak saja tidak kuat berdiri, lalu roboh atas
kedua lututnya. Mendengar musibah yang menimpa diri dan keluarga Hermanto,
beberapa rekannya datang melihat. Juga Kapten Pol Sahata Siregar
dan Lettu Pol Masduki. Atas desakan keluarga Hermanto bagaimana
asal mula seluruh kejadian yang aneh itu, Masduki menceritakan
tentang tiga tahanan yang disiksa oleh tiga petugas Polisi. Bukan
karena kekejaman, tetapi karena ingin mengetahui kepala
komplotan penculik untuk bisa ditumpas guna menenteramkan
masyarakat. Sampailah kepada ucapan-ucapan Hermanto yang
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bernada sombong sambil berkacak pinggang. Makhluk yang tidak
dipercaya oleh Hermanto datang ke kantor Polisi dan menyatakan
kehadirannya tanpa memperlihatkan diri. Bagaimanapun sukarnya
cerita ini diterima akal orang-orang modern, tetapi kalau sudah
semua hadirin di ruangan itu bercerita sama, bagaimana" Masih
tidak mau percaya" Petugas-petugas keamanan yang datang ke
rumah Hermanto tak luput dari membicarakan pembunuhan
misterius atas ketiga tahanan yang baru dibebaskan. Dan kejadian
ini membuat Polisi harus bekerja keras mencari si pembunuh yang
tentu anggota dari suatu komplotan yang terorganisir.
Sedang ramai-ramainya orang di rumah Hermanto itulah datang
seorang wanita yang masih famili istri Hermanto. Juariah yang istri
Maskun dan ibu Amaiia. Karena adanya hubungan famili inilah
makanya Hermanto - di samping tugas - sangat ingin tahu
siapakah yang telah menyuruh culik Maskun, suami saudara
perempuannya. Nyonya Hermanto menceritakan kembali bagaimana suaminya
mendadak tidak bisa bicara dan menjadi loyo. Matanya hampir tak
pernah berkedip, la berpendapat bahwa penyakit ini bukan penyakit
biasa. Seperti penyakit Amalia, kata Nyonya Hermanto. Bikinan
orang. "Saya percaya yang begituan," kata nyonya perwira Polri itu.
Dia lalu telah sembuh berkat pertolongan seorang dukun. Serta
merta Nyonya Hermanto lalu ingin minta bantuan dukun itu.
Dimufakatkan dengan famili yang lain. Mereka umumnya tidak
setuju. Mereka yakin dokter akan mampu menyembuhkan
Hermanto. Masa iya dukun lebih pintar dari dokter yang menuntut ilmu
bertahun-tahun. Maka dimintalah bantuan beberapa dokter. Bergantian.
Semuanya merasa menghadapi penyakit aneh. Dan semuanya
sependapat bahwa penyakit ini ada hubungan dengan gangguan
jiwa. Cerita mengenai tekanan atas diri Hermanto oleh tenaga yang
tidak kelihatan tetapi menyebabkan kedua bahu perwira polisi itu
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
luka-luka oleh tikaman kuku kuat dan tajam, sukar diterima akal
para dokter. Rekan-rekan Hermanto mengatakan, bahwa bagi
mereka yang melihat, hal itu merupakan kenyataan. Tetapi dokter-
dokter yang mendengar cerita tidak bisa menerima, karena
bertentangan dengan hukum akal. Dalam hati, Sahata dan Masduki
berharap agar makhluk ajaib itu menunjukkan sesuatu untuk
menguatkan cerita mereka, tetapi Dja Lubuk tidak datang.
Juariah menceritakan, bahwa dukun yang mengobati Amalia
masih muda. Tidak mengharapkan upah. Orangnya baik. Miskin.
Tidak dikatakannya, bahwa anaknya sudah tergila-gila setengah
mati pada Erwin. Juga tidak dikatakannya bahwa ada seorang
wanita bernama Sabrina yang mengatakan, bahwa dukun itu
kadang-kadang berubah jadi harimau dan suka pada darah
manusia. Dia sendiri tidak sepenuhnya percaya pada cerita Sabrina
yang kata Amalia menyukai Erwin. Orang yang cemburu bisa saja
menceritakan yang buruk-buruk mengenai seorang laki-laki, agar
orang lain menjauhkan diri dari padanya. Dengan begitu dia bisa
memonopoli laki-laki yang diingininya. Apa lagi Amalia, dia sama
sekali tidak per caya. Barangkali ayahnya atau kakeknya. Itulah
makanya ayah atau kakeknya itu marah dan meng-goncang-
goncang rumah disebabkan cerita Sabrina.
Nyonya Hermanto mengambil keputusan untuk meminta bantuan
dukun Erwin, kalau dalam lima hari tak ada dokter yang berhasil.
Dan setelah lima hari ternyata tidak ada satu dokter pun dapat
menyembuhkan Hermanto. Bukannya berkurang, tambah parah
malah. Yang pergi ke rumah Erwin tak kurang dari Juariah dan Nyonya
Hermanto sendiri. Ibu Amalia jadi tambah heran, bagaimana orang
semacam Erwin yang hanya tinggal di gubug dan tidak punya apa-
apa, tidak mencari uang melalui kebolehannya. Apakah yang
dicarinya di dalam hidup" Tapi dia juga kagum, ada orang semacam
ini di tengah-tengah masyarakat yang hampir semuanya berlomba
dengan berbagai cara, halal atau haram memperkaya diri. Sehingga
mereka mencapai taraf keserakahan.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sebenarnya penyakit Pak Hermanto itu hanya karena terkejut.
Pengaruhnya jadi besar sekali, karena tadinya ia tidak percaya akan
adanya kekuatan-kekuatan yang tidak dapat diterangkan secara
hukum akal. Hanya itu," kata Erwin sebelum kedua wanita itu
menceritakan maksud kedatangan mereka.
"Tetapi keadaannya terus tambah parah. Kami takut Tuan
dukun," kata Nyonya Hermanto. "Memang dia lain dari saya. Saya percaya pada
kekuatan gaib." "Tolonglah kami Tuan Erwin," kata Juariah menyertai
pembicaraan Nyonya Hermanto. Dia lupa bahwa tempo hari Erwin
sudah meminta kepadanya untuk tidak menyebut dirinya dengan
"tuan." Erwin berjanji akan datang. Nyonya Hermanto memberinya
alamat rumah. Dalam perjalanan pulang, kedua wanita
membicarakan kehebatan Erwin yang sudah mengetahui maksud
kedatangan mereka dan tahu pula penyakit yang menimpa diri
Hermanto. *** KETIKA Erwin tiba di rumah si sakit, kebetulan Kapten Pol Sahata
Siregar juga sedang di sana. Untuk kesekian kalinya sejak atasannya
itu sakit. Dia ingin sekali mengikuti perkembangannya. Sebab
penyakit itu diawali dengan peristiwa yang sangat aneh.
Dokter Kartolo yang ada di sana memandang remeh segala pada
Erwin. Biasa! Dari koran-koran ia sering membaca tentang dukun-
dukun penipu, cabul dan palsu. Kalau sekiranya Erwin bergelar
dokter barangkali dia tidak akan pernah ragu-ragu bahwa kawan
seprofesinya itu mungkin dokter palsu. Walaupun di koran juga ada
berita-berita tentang dokter gadungan.
Dokter Kartolo dan Kapten Polisi Siregar turut memperhatikan
apa yang akan dikatakan atau diperbuat Erwin. Si dokter dengan
bibir sedikit mencibir sedangkan si perwira polisi dengan penuh
perhatian. http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Erwin minta izin kepada Nyonya Hermanto untuk menjamah
bagian-bagian tubuh suaminya yang dianggapnya perlu. Nyonya itu
tidak keberatan. Bagaimanapun cara Erwin ini amat simpatik. Tahu
sopan santun. Tapi si Dokter menganggap itu hanya taktik murahan
dari orang yang ingin menarik perhatian.
Erwin memegang jari kanan Hermanto, memperhatikan semua
kukunya. Lalu tangan kiri. Juga begitu.
Dibukanya pula kelopak mata kiri dan kanan, yang memang tidak
berkedip. "Bapak ini kehilangan kepercayaan pada diri sendiri, la melihat
suatu kenyataan dari apa yang biasanya diremehkannya!" kata
Erwin. Sang dokter mendehem. Bukan dehem biasa. Katakanlah dehem
mengejek. "Saya ini orang dusun Nyonya," kata Erwin. "Apa yang saya lakukan ini hanya
usaha. Selebihnya terserah kepada Tuhan." la
merendahkan diri, seperti biasa saja kalau ia mengobati seseorang.
"Ya, Pak Dukun," kata Nyonya Hermanto, yang sebagaimana
orang lain juga sudah ketularan kebudayaan "bapak."
"Saya memerlukan tujuh butir telur ayam," kata Erwin.
Dokter Kartolo tertawa di dalam hati. Jadi tidak ada yang
mendengar. Biasanya, dukun minta telur, kain putih, jarum, pisau
kecil, jeruk purut, kemenyan.
"Apa lagi pak?" tanya Nyonya Hermanto.
"Hanya itu!" jawab Erwin.
Si dokter ingin campur untuk menghibur dirinya: "Mateng atau
setengah mateng?" Kuping Erwin memerah mendengar ejekan ini.
Tapi dia bisa menahan diri.
"Yang mentah saja Nyonya. Dan telur ayam kampung!" kata
Erwin lagi. http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lebih baik telur ayam negeri. Lebih besar dan tak ada yang
busuk. Telur ayam kampung kecil dan selalu busuk," tambah dokter Kartolo.
Erwin tidak menanggapi. Tetapi si dokter merasakan sesuatu.
Yang mengherankan orang-orang lain yang ada di kamar si sakit.
Dia merasa ada dua tangan menekan kedua bahunya. Persis seperti
yang dirasakan Hermanto di kantor Polisi beberapa hari yang lalu.
Mukanya pucat. Apa ini" Khayalannya saja" Tidak, ia benar-benar
merasa ditekan. Dan ia tidak dapat melawan tekanan itu. Lututnya
lemas dan akhirnya ia bertahan atas kedua lututnya saja. Semua
yang hadir di sana heran melihat. Bagi Siregar, ini pemandangan
yang kedua kalinya. Bedanya cuma satu. Dari bahunya tidak keluar
darah. Si penakan yang tidak kelihatan itu tidak mempergunakan
kukunya. "Kenapa dok?" tanya Nyonya Hermanto.
Dokter itu tidak menjawab. Bukan tidak mau, tetapi tidak bisa.
Dia tidak kuasa membuka mulut. Suasana yang mencekam jadi
tambah panik. Tetapi telur ayam kampung sudah tersedia. Erwin
meman-terainya, memberikan kepada Nyonya Hermanto dengan
pesan agar pada malam itu diletakkan di pojok dalam kamar itu.
Kina dukun muda itu meminta semangkuk air bersih. Seolah-olah
tidak terjadi suatu apa pun atas diri salah seorang hadirin. Dia tidak mau
konsentrasi pikirannya terganggu.
Dalam hati Nyonya Hermanto jengkel juga pada Dr. Kartolo.
Kalau mau sakit kenapa mesti di rumahnya. Bukannya menolong,
malahan menambah kacau keadaan saja.
Hanya Kapten Pol Sahata Siregar yang menduga, bahwa tekanan
atas bahu Dr. Kartolo tentu dilakukan oleh Dja Lubuk, ayah dukun
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
muda yang sedang mengobati atasannya. Kenapa" Dokter ini tidak
mengejek atau berkata sombong terhadap Dja Lubuk. Tapi, pikir
Siregar, kalimat-kalimatnya tadi bernada mengejek dukun muda
Erwin. Tentang telur ayam negeri yang lebih besar dan mau telur
matang atau setengah matang!
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Air putih dijampi-jampi pula o!eh Erwin. Jampi hanya syarat,
permohonan kepada Tuhan. Jampi apa pun tidak akan ada
kekuatannya kalau Tuhan tidak mengizinkan. Makanya jadi dukun
atau apa pun, orang jangan tak bu r.
Air putih disapu-sapukan ke seluruh muka Letkol Pol Hermanto.
la mohon kepada ayahnya. Orang mana pun bisa membuat
kesalahan atau kesilapan.
Yang hadir, kecuali Dr. Kartolo yang sudah, diangkat dan
direbahkan di kursi panjang, seperti terkesima melihat Hermanto
menggerakkan kepalanya yang sudah lima hari seperti kejang
dengan mata terbelalak tak pernah berkedip.
Nyonya Hermanto yang sayang sekali pada suaminya, yang
diketahuinya merupakan teman hidup yang amat baik dan ayah
yang selalu sayang pada dua orang anak mereka, mencium tangan
Erwin karena sangat girang dan berterima kasih. Erwin cepat-cepat
melepaskan tangannya dan berkata: "Jangan nyonya. Itu tak baik.
Tak baik buat saya dan juga tak baik buat nyonya. Bersyukurlah
kepada Tuhan." Letkol Polisi yang dalam menjalankan pekerjaan selalu tegas dan
berani itu tiba-tiba menangis tersedu-sedu. Suami dan kedua
anaknya yang selalu dekat di ranjang ayah mereka turut
meneteskan air mata. Mengapa ayah mereka menangis.
"Aku sadar telah membuat suatu kesalahan. Aku tidak pernah
percaya pada kekuatan yang tidak kelihatan. Tetapi kejadian hari itu
telah membuktikan bahwa kekuatan gaib memang ada. Akulah yang
bodoh dan kebodohan itu telah membuat aku sombong.
Bagaimana nasib ketiga orang yang kita bebaskan itu?" tanyanya.
Tidak ada jawaban. "Tidak ada jawaban.
"Sudah meninggal semua Pak. Dibunuhi oleh bekas kawan-kawan
mereka sendiri," jawab Siregar," Hermanto diam, seperti
membayangkan wajah ketiga bekas tahanan itu. "Kasihan," katanya.
Kini ia memandangi Erwin dan bertanya "Siapa orang muda ini?"
"Dia yang mengobati Mas," kata Nyonya Hermanto. Sudah enam
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dokter tidak berhasil." Perwira Polisi itu terus memandanginya.
Kekaguman terbayang pada sinar matanya. Dan rasa terima kasih
yang tidak diucapkan. "Lima hari lima malam Mas tidak pernah bicara," kata istrinya lagi.
"Ya, aku punya salah. Aku tidak akan mengulanginya. Aku mau
minta maaf. Apakah Kapten tahu caranya" tanya Hermanto.
Oleh kegirangan, belum ada di antara mereka yang ingat pada
Dr. Kartolo. *** PERWIRA Polisi itu duduk tanpa dibantu lalu bertanya kepada
orang muda yang mengobatinya dengan kepala ditundukkan,
apakah ada sesuatu yang dapat dilakukannya untuk tanda terima
kasih. Pada waktu itulah Kapten Siregar teringat bahwa masih ada
seorang lagi yang barangkali dapat ditolong Erwin. Dr. Kartolo yang
terbaring di kursi panjang. Tetapi ia menantikan jawab dukun itu
atas pertanyaan Hermanto.
"Saya senang Tuan telah menunjukkan tanda-tanda akan
sembuh," kata Erwin. "Tuan tidak perlu berbuat suatu apa pun untukku."
"Tetapi," kata Hermanto yang lalu diputus oleh Erwin: "Tuan ingin mengatakan,
bahwa Tuan merasa harus berbuat sesuatu.
Kalau tidak, tuan akan selalu merasa berhutang budi, begitu?"
Perwira Polisi itu mengiyakan. "Baiklah. Jadilah pejabat yang baik untuk jadi
contoh bagi bawahan Tuan dan barangkali bisa
menggerakkan hati atasan Tuan untuk lebih baik lagi dari Tuan.
Yang kita butuhkan adalah orang-orang yang baik. Saya rasa itulah
yang sangat kurang di negara ini," kata Erwin. Sebagaimana pasien-pasien
terhormat Erwin di masa lalu, Hermanto pun jadi heran,
bagaimana seorang dukun yang begitu sederhana dapat bicara
seperti itu. Dengan kalimat-kalimatnya ia mengeritik keadaan yang
rupanya diketahui oleh masyarakat. Cuma saja, masyarakat itu tidak
dapat berbuat sesuatu untuk merubah keadaan yang amat
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merugikan itu. Masih tertunduk, Hermanto berjanji untuk menjadi orang yang
diharapkan dukun muda itu.
Sekarang baru Kapten Siregar mengatakan, bahwa Dr. Kartolo
perlu ditolong dan semua mata memandang Erwin. Tanpa menahan
diri Siregar berkata: "Begitu juga yang dialami Pak Hermanto di
kantor tempo hari." Dalam hati Siregar menduga, bahkan yakin
bahwa peringatan atau hukuman itu tentu datangnya dari Dja Lubuk
yang tidak mau anaknya diejeknya, walaupun oleh seorang dokter.
Bagi orang seperti Dja Lubuk, meskipun hanya makhluk kampung
yang barangkali dianggap bodoh, semua manusia punya martabat
sama. Bahkan barangkali orang-orang kampung itulah seringkah
lebih tinggi nilai mentalnya daripada sementara orang-orang pintar
dan terkemuka di kota-kota.
Erwin memandang sang dokter yang terbaring di sana tanpa
bicara dan dengan muka orang menyerah pada nasib. Huh, betapa
besar perbedaannya dengan mukanya yang sombong dan merasa
dirinya paling pintar tadi. Kini segala kesombongan itu telah sirna.
Manusia, kasian, cuma sebegitu saja!
Erwin, memang benar manusia harimau. Tetapi jikalau tidak
sedang mengharimau, ia juga manusia biasa. Dalam menghadapi
orang-orang yang memerlukan dirinya ia selalu merendah. Tetapi
kali ini ia agak lain. Melihat dokter Kartolo terbaring bodoh tanpa
mampu bicara ia mencibir, sebagaimana ahli penyakit itu tadi
mencibir ketika ia mau mengobati Hermanto. la ingat kalimat-
kalimat orang terpelajar yang sarjana itu.
"Orang ini dokter," kata Erwin. "Saya rasa sebaiknya diminta salah seorang
rekannya menolong dia. Ini tentunya penyakit ringan
saja." Cara ia mengucapkan kata-katanya menunjukkan bahwa ia
merasa tidak senang terhadap orang ini. Dan semua yang hadir jadi
ingat bagaimana tadi dokter Kartolo mengejek Erwin dengan "telur setengah
mateng" dan "lebih baik telur ayam negeri, lebih besar."
Mendadak Erwin jadi ingin orang-orang itu tahu, bahwa dia juga
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bisa marah. Bahwa dia bukan terbuat dari kayu atau batu. Bahwa ia
punya perasaan dan harga diri. Maka katanya: "Nyonya Hermanto,
barangkali dokter ini perlu telur ayam negeri setengah mateng!"
Mendengar itu Nyonya Hermanto tunduk! Begitu pula Siregar,
walaupun ia juga seorang Tapanuli, sama seperti Erwin. Tak ada
seorang pun buka suara. Mereka tahu dukun itu marah. Rupanya
marah satu Erwin bisa membuat orang-orang penting dan kaya jadi
takut. Rupanya orang sederhana dan miskin semacam Erwin ini
sewaktu-waktu bisa lebih dari orang lain. la ingin menimbulkan
pemikiran pada orang-orang itu bahwa siapa pun di dunia ini jangan
suka meremehkan orang lain.
"Maafkanlah dia," kata Sahata Siregar pelan dalam bahasa
daerah. Agak lama baru Erwin menjawab: "Aku sudah selalu dihina dan
diejek oleh orang-orang semacam ini." Mendengar itu Hermanto jadi malu. Bukankah
ia juga orang yang pernah mengejek" Erwin
sengaja tidak menjawab Sahata dalam bahasa Tapanuli. "Banyak
orang semacam ini, pintar dan kaya memandang hina sekali pada
orang miskin. Apalagi kalau mendengar dukun. Terus menyangka,
bahwa orang yang dukun itu pasti penipu. Dokter ini tadi juga
menduga bahwa aku ke mari untuk menipu."
Sahata Siregar tahu, bahwa Erwin marah sekali. Dan tahu, bahwa
dukun ini anak Dja Lubuk yang manusia harimau. Dan barangkali
Erwin ini juga manusia harimau. Tatkala Siregar berpikir begitu,
Erwin menoleh padanya dan berkata: "Ya, memang betul apa yang
kau pikir itu Siregar." Dan Kapten Polisi yang asal Sipirok itu jadi pucat.
"Maafkan aku," kata Siregar.
"Tidak apa-apa, wajar kau berpikir begitu. Ompungku juga
seperti ayahku," kata Erwin. Orang-orang itu tidak tahu apa masalah yang
dibicarakan kedua orang itu, karena mereka tidak tahu apa
yang dipikirkan Siregar tadi.
"Panggillah dokter untuk menolong bapak yang sakit itu," kata http://cerita-
silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Erwin. Tapi, nasib baik, ada orang datang hendak melihat
Hermanto. Sahabatnya, kebetulan dokter, namanya Syaiful.
la heran melihat Hermanto sudah sembuh. Dia tidak menyangka
akan secepat itu. Tetapi tentu dia senang dengan kesembuhan
sahabatnya itu. Dia mengulurkan tangan ucapan selamat kepada
Hermanto. Dia jadi heran dan kaget melihat ada orang terbaring di
atas bangku panjang. Terlebih heran lagi, karena orang itu tak lain
daripada rekannya serumah sakit, Dr. Kartolo.
"Barangkali dokter dapat menolong," kata Kapten Siregar.
Dr. Syaiful segera mendapatkan dokter yang mendadak sakit itu.
Mengajukan pertanyaan, yang tak dijawab, karena si sakit tidak bisa
ngomong. Syaiful memandang pada Hermanto, seakan-akan
mengatakan atau bertanya sesuatu.
"Ya, hampir sama dengan penyakit Pak Hermanto," kata Siregar menegaskan.
"Apakah wabah penyakit baru," kata Dr. Syaiful pada dirinya sendiri.
"Saya tidak mengerti," kata dokter itu kemudian. "Siapa yang menyembuhkan Pak
Hermanto?" tanyanya.
Tak ada jawaban. Semua mata memandang ke Erwin. Dukun,
pikir Dr. Syaiful. Untunglah dia tidak seperti Dr. Kartolo. Dia
termasuk dokter yang percaya, bahwa ada penyakit yang harus
ditangani oleh dukun dengan ilmu mereka. Pengetahuan yang tidak
pernah diajarkan di fakultas kedokteran.
"Terus terang," kata Dr. Syaiful. "Saya tidak sanggup. Penyakit begini tidak
dapat diterangkan dengan ilmu pengetahuan biasa." la memandang Erwin sambil
mengulurkan tangan. "Saya turut
berterima kasih pada bapak, karena sudah menolong Pak
Hermanto." "Saya hanya berikhtiar Dok, yang menyembuhkan Tuhan,"' kata Erwin seperti biasa.
Dia senang pada Dr. Syaiful yang rendah hati
ini. Dan dokter itu jadi senang mendengar ucapan Erwin. Tapi dia
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak berani meminta padanya untuk menolong Dr. Kartolo.
"Saya mohon diri," kata Erwin. Dia betul-betul tidak ingin coba Mengobati Dr.
Kartolo. Kali ini ia benar-benar marah.
"Kasihan dia Pak Dukun," kata Nyonya Hermanto. "Maafkanlah kesombongannya. Dia
tidak akan bisa sembuh tanpa pertolongan
Bapak." Dr. Syaiful jadi memandang Nyonya Hermanto, lalu memandang
Erwin. la mulai mengerti persoalan. Rupanya rekannya ini tadi telah
memperlihatkan sikap sombong yang tidak bisa diterima oleh dukun
muda itu. "Maafkanlah dia Pak Erwin," kata Syaiful. Serendah rendah hati seseorang, kalau
sudah dihina secara keterlaluan, orang tersinggung
juga. Syaiful tahu betul sifat sejumlah orang kaya atau pintar,
apalagi kaya dan pintar. Erwin tidak jadi pergi. Semua orang yakin u.nwa akhirnya dia
tidak sampai hati. Padahal mereka tahu, bahwa ada rumah sakit
dengan dokter-dokternya yang menolak pasien dalam keadaan
gawat sekali pun, kalau tidak punya uang cukup untuk membayar
porsekot. Nyawa dinilai murah sekali, kalau tidak didampingi dengan
uang. Seperti tadi Erwin meminta telur ayam tujuh butir. Telur
dijampinya Ya, bagaimana lagi. Begitulah memang cara dukun.
Primitip sekali. Lalu air di mangkuk putih. Juga dimanterainya.
Tetapi waktu mau menyadarkan Dr. Kartolo, timbul pikiran
kepadanya untuk memberi pelajaran sedikit kepada dokter ini.
Semoga ayah dan ompungnya tidak marah. Begitu juga hendaknya
Datuk nan Kuniang. Juga Siti Hawa yang menurunkan ilmu
penyembuh penyakit kepadanya.
Berbeda dengan pada Hermanto, air dalam mangkuk itu
diguyurkan Erwin pada muka, baju dan celana Kartolo. Semua
isinya. Sehingga dokter itu cukup basah.
Dan benarlah, pelan-pelan ia menutup matanya yang tak
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkedip-kedip lalu membukanya kembali. Tampak jelas, bahwa ia
lemas sekali. Kini Erwin benar-benar pergi setelah lebih dulu berpesan, supaya
telur yang tujuh butir, diletakkan di sudut kamar tidur Dr. Kartolo.
Kalau dia mau, kata Erwin. Kalau tidak, juga tidak apa-apa, ujarnya
lagi. Tetapi Kapten Sahata Siregar memburunya. Di halaman rumah
dengan suara pelan ia mohon kepada Erwin, agar orang Mandailing
itu mau menerimanya ngomong ngomong. Erwin menyetujuinya,
kalau perwira Polisi itu mau datang ke gubugnya. Erwin memberi
alamatnya. Siregar masuk lagi. Melihat Dr. Kartolo menangis seperti anak
kecil. Tanpa malu-malu ia berkati: "Rupanya aku selama ini
bermimpi. Selalu kupikir bahwa aku orang hebat. Hari ini aku
ketahui, bahwa aku belum apa-apa. Aku malu sekali," katanya.
MALAM itu Kapten Pol Siregar mengunjungi Erwin di gubugnya. la
terkesan sekali melihat keadaan Erwin. Masih ada orang seperti ini.
Sama sekali tidak terpengaruh oleh gemerlapannya hidup duniawi.
Sahata Siregar secara terus terang mohon bantuan Erwin.
Mengenai kemungkinan adanya wanita yang kadang-kadang
menjadi harimau. Seluruhnya atau hanya tubuhnya. Erwin bertanya,
mengapa orang kepolisian itu bertanyakan itu. Karena Siregar
mengetahui kemampuan Erwin untuk membaca pikiran orang lain,
maka ia menceritakan apa yang didengarnya dari Masduki. Tentang
wanita di belakang setir yang oleh tiga saksi dikatakan bertubuh
harimau. Dengan wajah yang cantik sekali, kata Siregar. Erwin
langsung saja teringat pada Sabrina. Si cindaku yang berparas
cantik. "Wanita yang begitu memang ada. Di Kerinci, di Mandailing dan
di Jambi. Entahlah di Sipirok," kata Erwin. "Bagaimana dengan Baginda na Poso?"
tanya Erwin yang mengetahui bahwa di Arase
ada orang yang menguasai sembilan harimau.
"Kurasa masih ada," jawab Siregar. la1 be. pikir, bahwa tiap http://cerita-
silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
manusia harimau barangkali mengetahui di mana ada orang yang
menguasai harimau ataupun manusia harimau seperti dirinya.
"Wanita harimau itu, apakah ada juga di Jakarta?" tanya Siregar.
"Kalau ada aku belum mengetahuinya. Barangkali tidak ada,"
kata Erwin.
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku pernah mendengar cerita tentang bayi yang nyaris mati
karena darahnya dihisap cindaku.
Kabarnya parasnya cantik," kata Siregar.
"Sayang sekali aku belum mendengar/' kata Erwin. Dia mau
menyembunyikan Sabrina. Dia tidak tega membuka rahasia gadis
yang tidak tentu pendirian itu.
"Kalau benar cerita tentang bayi itu, bukan tidak mungkin ada
kaitannya dengan wanita yang mengemudikan mobil masuk parit
itu," kata Siregar. Sebenarnya Erwin sudah yakin, bahwa wanita di belakang setir
itu tentunya Sabrina. la belum tahu, bahwa Sabrina
telah mendatangi Amalia dan ibunya, menceritakan segala yang
buruk mengenai dirinya. Erwin mengetahui banyak, tetapi dia pun
tidak mengetahui segala-galanya. Begitu juga Dja Lubuk dan Raja
Tigor. "Sudah diketahui Polisi siapa atau siapa-siapa yang membunuh
tiga penculik yang baru dibebaskan dari tahanan itu?" tanya Erwin mengalihkan
cerita. "Belum, tapi kami akan melacaknya sampai dapat. Kami yakin,
yang membunuh tentu kawan-kawan mereka sendiri. Tapi kami
sudah mengetahui bahwa wanita yang dibunuh setelah ketiga orang
itu adalah pacar David, satu di antara ketiga orang yang menculik
pasien," kata Siregar. Dia tidak menceritakan kenapa ketiga orang penculik itu
dibebaskan. Erwin juga tidak bertanya. Keduanya sama-sama tahu duduk kejadian
sejak mulanya dan sependapat untuk
tidak mengusik soal itu. Kapten Siregar pamitan setelah Erwin berjanji tanpa diminta,
bahwa ia akan membantu di mana mungkin.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
SABRINA gelisah. Jiwanya amat tergoncang. Membuat pikirannya
tidak menentu. Kalau tadi ia memutuskan untuk tidak lagi
mengganggu Amalia yang dianggapnya sebagai saingan dan ia akan
pasrah saja menjadi istri Sabaruddin, maka kini ia bertekad untuk
merebut Erwin kembali, "la sama dengan aku, sama-sama bukan
manusia seperti orang lain/' katanya. Dan pada saat itu datang
suatu niat jahat di dalam hatinya. Kalau biasanya ia takut jadi
harimau, maka pada saat itu mohon untuk meru bah ujud supaya ia
dapat melaksanakan niatnya. Biar dirasakannya, pikir Sabrina.
KETIKA Sabrina dengan konsentrasi sepenuhnya mohon agar ia
dijadikan harimau untuk melaksanakan rencananya, tanpa diduga-
duga pintu dibuka dan Sabaruddin masuk. Wanita itu terkejut,
karena ia tidak menyangka akan terganggu, la menyesal, mengapa
ia sampai lupa mengunci pintu. Oleh kedatangan calon suaminya
itu, maka buyarlah pikiran yang sudah dipusatkan pada suatu
permintaan tadi. Namun Sabrina berusaha untuk menyembunyikan
kekesalan hatinya. "Hai, belum tidur?" tanya Sabrina.
"Sukar memejamkan mata. Aku ingin di dekatmu I na," kata
Sabaruddin. "Aneh, kenapa keinginan kita sama. Aku pun ingin di dekatmu
Sab, cuma aku malu mendatangi-mu," jawab Sabrina menyesuaikan
diri. Sebagai biasa mereka bercumbu mesra. Dalam saat-saat yang
demikian, Sabaruddin lupa, bahwa kekasihnya itu sesekali bisa
berubah menjadi harimau, la sudah teramat sayang pada wanita itu
dan yakin, setelah menziarahi kuburan ayahnya Sabrina akan bebas
dari warisan yang diturunkan kepadanya.
"Lusa kita berangkat sayang," kata Sabaruddin.
"Ya, dari Tabing kita langsung saja ke kampungku," kata Sabrina.
"Tetapi kau jangan terkejut nanti. Kampungku itu kecil dan sepi.
Orang akan berkerumun menonton dirimu. Juga diriku tentu."
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Biarlah," ujar Sabaruddin. "Kita bawa oleh-oleh untuk anak-anak di sekitar
rumahmu. Appel, anggur dan gula-gula. Yang impor. Biji
appel dan anggur tentu akan mereka tanam. Siapa tahu bisa hidup
dan berbuah." Mendengar rencana Sabaruddin, hati Sabrina jadi tergugah dan
bimbang. Betapa baiknya laki 'laki ini. Mengapa ia datang sehingga
menimbulkan keragu-raguan di dalam hatinya" Akan dibatalkannya-
kah niat yang sudah menjadi keputusan tadi"
"Sudah berapa lama kau tidak melihat kampung halamanmu
Ina?" Wanita itu agak terkejut tetapi segera menjawab: "Lama juga.
Ada tujuh tahun barangkali."
"Setelah ziarah, kita adakan selamatan. Semua orang kampung
kita undang," kata Sabaruddin.
"Semua?" tanya Sabrina.
"Ya, biar adil!" kata Sabaruddin.
"Tetapi banyak di antara mereka membunuh ayahku. Ayahku
yang tidak berdosa, tetapi bernasib malang. Kami semua bernasib
buruk," kata Sabrina. la lalu teringat pada perbuatan sejumlah orang kampungnya
sendiri. Hampir sepuluh tahun yang lalu, betapa
kejamnya mereka! Sabaruddin diam. la bisa mengerti betapa sakit hati Sabrina
mengingat peristiwa itu. Walaupun telah berlalu sekian banyak
tahun. Pada saat ia terkenang pada peristiwa yang amat menyedihkan
itulah ia merasakannya. Bahwa ia akan berubah menjadi setengah
harimau. Permintaannya tadi terkabul. Dan pada saat itu pula ia
menguatkan hati untuk melaksanakan apa yang sudah terniat di
hatinya. Persetan sama kemanusiaan, la toh bukan manusia yang
sempurna. Dia kadang-kadang setengah hewan buas. Jadi wajar
kalau ia melakukan tindak kehewanan.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sabaruddin melihat perubahan pada diri wanita yang dicintainya
itu. Tetapi ia sudah mulai terbiasa. Tidak takut lagi. Toh hanya
sebentar. "Aku akan jadi harimau Sabaruddin/' kata Sabrina dengan suara
datar. "Biarlah sayang, kan hanya sebentar. Sepulang dari Kerinci nanti akan sembuh.
Aku akan me nungguimu di sini," kata laki-laki Bugis itu. "Kau tidak takut?"
"Tidak, mengapa mesti takut pada orang yang kucintai!"
Sabrina tidak menanggapi dan perubahan pada dirinya berjalan
terus. Setelah perubahannya sempurna, Sabrina diam. Seperti sedang
berpikir. "Kau tahu Sab," tanyanya sejenak kemudian, "Aku ini bukan manusia seperti
engkau. Lihatlah diriku. Bukan hanya berubah.
Kadangkala aku ingin darah. Dan manakala keinginan itu datang,
aku tidak dapat melawannya. Kau ingat, beberapa waktu yang lalu
kau sangat takut padaku. Sampai kau lari meninggalkan aku."
"Jangan lagi diungkap ungkap masa lalu Ina. Tidak baik untuk
kita. Bukankah kau dan aku sekarang menerima apa adanya dan
kita cukup bahagia dengan kenyataan?"
Sabrina, harimau dengan wajah wanita teramat cantik itu
bergerak ke arah pintu. Dikuncinya. Melihat ini darah Sabar, ddin
tersirap. Mengapa" Tadi dia menenangkan diri. Ah, Sabrina kuatir
kalau-kalau ada orang masuk sewaktu ia dalam keadaan seperti itu.
Wanita harimau itu memandangi laki-laki yang pernah mengambil
perawannya. Pukan rampas. Tidak dengan kekerasan, la pun
memang menghendaki dan merelakannya. Tetapi kini datang suatu
keinginan lain dalam dirinya, la ingin membunuh laki-laki yang tidak
sejenis dengan dirinya itu. Mustahil ia akan setia selama-lamanya.
Pada suatu hari Pasti Sabaruddin akan meninggalkannya.
Permohonan pada arwah ayahnya di Sungai Penuh tidak akan
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berhasil. Buat apa ke sana. Akan jadi pergunjingan orang saja nanti.
Sabrina mendekati Sabaruddin. Duduk di hadapannya.
"Mestinya kau jangan kemari tadi Sab," kata Sabrina.
"Mengapa" Kau tak suka kukawani" Kau ingin aku pergi?"
Sabrina menggelengkan kepala. Kemudian ia berdiri atas kedua
kaki belakangnya, sementara kedua kaki depan di letakkannya atas
bahu Sabaruddin. Terasa berat juga oleh laki-laki itu.
"Kau tahu apa yang kuingini Sab?" tanya wanita harimau itu.
"Ya, agar kau bebas dari warisan ini."
Sabrina menggeleng lagi. Lalu katanya tenang: "Aku akan
membunuhmu Sabaruddin. Inilah jalan terbaik untuk menghindari
diriku dari suatu kesedihan yang akan datang." Sabaruddin tidak
terlalu terkejut, walaupun ia merasa agak heran. Sabrina tentunya
hanya berolok-olok, mau menguji dirinya.
"Aku bukan bergurau Sab," dan seiring dengan itu kedua
tangannya yang tadi di bahu sudah merupakan lingkaran pada leher
Sabaruddin. "Sungguh, aku akan membunuhmu. Jangan berteriak," ia
memperketat cekikan. Sabaruddin ingin minta tolong, tetapi
suaranya sudah tersumbat di kerongkongan. Sabrina tidak segera
menghabisi nyawanya. Dibiarkannya laki-laki itu merasa tercekik
tanpa bisa bersuara. Dilihatnya tenang-tenang bagaimana
Sabaruddin menjadi sangat takut dan putus asa. Dan wanita itu
tersenyum. Memperlihatkan kepuasan, la tenang-tenang menikmati
pembunuhan itu. Sabaruddin kehilangan tenaga, lemas. Oleh rasa takut yang luar
biasa dan oleh cekikan yang mengerat. Tapi ia belum mati. Sabrina
melonggarkan cekikan. Sabaruddin bernapas lagi. Wanita harimau
itu senang melihat. Perlahan-lahan laki-laki itu membuka matanya
kembali. Baru ia sadar bahwa ia belum mati. Tadi ia menyangka
bahwa ia tentu mati di tangan orang atau makhluk yang dicintainya.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau takut?" tanya Sabrina. Matanya bagaikan memancarkan api.
"Kau tidak mati kan" Pandangi-lah aku!" ujar Sabrina pelan-pelan.
Sabaruddin minta dikasihani. Kentara dari pandangan matanya. Lalu
katanya pelan: "Mengapa kau perlakukan aku begini Ina." Suaranya serak.
"Karena kau manusia dan aku hanya setengah manusia. Mana
mungkin sifat dan perasaan kita serupa. Pada suatu hari kau akan
pergi meninggalkan aku."
"Tidak Ina, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku
berjanji!" "Huh, janji manusia. Orang sekarang sudah terlalu mudah
berjanji. Sama sumpah pun orang sudah tidak takut."
"Tidak Ina, aku sayang padamu." "Bohong. Yang benar, kau saat ini sedang sangat
takut padaku. Dan kau minta dikasihani.
Bukankah begitu?" "Aku tidak mengerti mengapa kau jadi begini, Ina."
"Cobalah mengerti. Aku wanita harimau. Cindaku. Aku kadang-
kadang haus darah. Dan kalau keinginan darah sudah datang, aku
mengisapnya dari bayi. Kehausan itu membuat kemanusiaanku yang
hanya setengah dikalahkan oleh kehewanan yang sama kuatnya.
Seperti sekarang ini. Keinginan membunuh menguasai diriku. Dan
aku tidak akan berusaha menumpas keinginan ini. Yang akan
kubunuh kau Sabaruddin. Aku punya alasan untuk itu."
"Jangan Ina, jangan. Tidak pantas aku jadi sasaran!"
"Mengapa pula tidak, baulah sasaran yang paling tepat."
"Ina, sadarlah. Bukankah kita sudah terikat satu sama lain. Kita sudah pernah,"
Sabaruddin tidak meneruskan. Sabrina
memotongnya bicara: "Kita sudah pernah bersetubuh, ya aku tahu.
Jadi kau sudah pernah merasakannya. Si Sabrina yang cindaku!"
"Ampuni aku Ina," Sabaruddin tidak ingin mati.
"Jangan jadi pengecut. Bersiaplah untuk mati. Semua orang pada
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
suatu hari akan mati. Cuma caranya yang berlainan. Aku haus
Sabaruddin," dan bersamaan dengan itu Sabrina menanamkan
kukunya ke dalam leher laki-laki dari Ujungpandang itu. Sedikit saja.
Hanya supaya darahnya keluar. Sabaruddin kini meronta-ronta, la
rasa darah segarnya keluar. Sabrina melepaskan cekikan. Kini
mulutnya pindah ke luka yang mengeluarkan darah itu. la
mengisapnya, la melepaskan dahaga. Laki-laki itu masih terus
meronta dan nampaknya cindaku itu senang dengan perjuangan
mangsanya untuk melepaskan diri. la kian kuat menyedot, semakin
banyak darah Sabaruddin hilang. Pelan-pelan ia jadi lemas, terkulai.
Perubahan Sabrina menjadi manusia kembali berlangsung ketika
mulutnya masih mengisap darah mangsanya. Pikiran warasnya pun
bekerja semula, la seperti tak percaya pada apa yang telah
dilakukannya. Sabaruddin tanpa nyawa dan mulutnya ber lepotan
darah. Padahal ia sendiri tadi yang merencanakan pembunuhan ini,
sewaktu kehewanan menguasai dirinya.
Dipandanginya mayat Sabaruddin yang masih hangat ketika
memegang tangan laki-laki itu. Untuk pertama kali ia jadi pembunuh
orang dewasa. Matanya memandang liar ke sekitarnya. Apakah ini
awal dari kebuasan yang akan mewarnai hidupnya di masa-masa
yang akan datang" Apa yang terbaik dilakukannya sekarang" Melarikan diri tentu.
Polisi nanti akan datang memeriksa mayat Sabaruddin dan akan
mengetahui bahwa ia dibunuh makhluk yang sedang berkeliaran.
Apakah dirinya yang akan dituduh" Tipis sekali kemungkinan. Yang
diketahui Polisi adalah manusia harimau yang telah mengganas di
berbagai tempat. Antara lain juga di kantor Polisi. Dirinya pernah
mengharimau di dalam mobil. Ada beberapa orang melihat dan
melaporkan kepada Polisi. Tetapi ketika Polisi datang untuk
mempersaksikan sendiri, ia telah menjadi manusia kembali. Polisi
tentu tidak percaya, kalau dia yang begitu cantik, sebenarnya
mempunyai kehidupan rangkap. Sebagai manusia dan sebagai
wanita harimau. Yang akan dituduh tentu Erwin sang dukun atau
ayahnya, Dja Lubuk. http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sabrina berpikir, akan melarikan diri atau tetap saja tinggal di
situ" Kalau dia menjadi harimau ket*ka Polisi datang memeriksa,
bagaimana" Yang begitu bukan mustahil. Dia berpikir sebentar,
mencari akal. Dibuatnya sepucuk surat untuk Sabaruddin. Diletakkan di depan
kaca riasnya. Guna menghilangkan jejak untuk menyesatkan analisa
Polisi. la mengemasi beberapa potong pakaian, tidak lupa membawa
perhiasannya yang lumay n banyak. Akan besar faedahnya di
perjalanan, la menelepon kendaraan. Tujuan" Nanti saja dipik. n.
Yang perlu meninggalkan rumah itu.
TIGA jam kemudian, ketika pembantu baru Sabaruddin masuk
kamar Sabrina, jerit ketakutan memenuhi rumah itu. Untunglah ia
tidak mati tegang seperti yang dialami pembantu yang
digantikannya beberapa waktu yang lalu. Ijah waktu itu mati lemas
ketika melihat makhluk aneh yang amat menakutkan. Harimau
dengan kepala manusia. Satu jantan satu betina.
Polisi segera datang memeriksa. Juga dokter. Peristiwa ini
mengingatkan mereka pada bencana yang menimpa Letkol Pol
Hermanto. Maka dipinta lah Kapten Pol Sahata Siregar datang. Juga
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lettu Pol Masduki. Letnan ini terkejut dan berkata: "Inilah laki-laki yang datang
menjemput wanita yang menurut tiga saksi terbaring dengan tubuh
harimau di dalam mobilnya."
la menghubungkan kematian Sabaruddin dengan cerita Bu Beng
Kiam, istrinya dan supir taksi. Orang ini tempo hari mengatakan,
bahwa wanita itu calon istrinya. Wanita itu ternyata tidak ada di
rumah. Siregar melihat surat di meja rias. Untuk Sabaruddin.
Dibukanya. Dari Sabrina. Tentunya gadis yang akan jadi istrinya itu.
Surat itu tidak panjang. Mengatakan, bahwa ia tidak yakin
mereka akan dapat hidup tenteram, karena terlalu banyak
pertentangan dan kelainan keinginan di antara mereka. Oleh
karenanya ia pergi. Membawa untung menurutkan kata hati. Dia
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
doakan kebahagiaan untuk Sabaruddin.
"APAKAH ini perbuatan makhluk tak kelihatan yang membunuh
Sabaruddin dan melukai Tirto dan Dody?" tanya Letda Pol Wagimin
yang juga diminta datang ke tempat terjadinya pembunuhan
misterius itu. Kapten Siregar ingat pada Erwin yang pernah
mengatakan mau membantu di mana mungkin. Mungkin dukun
muda itu tahu, siapa yang melakukan pembunuhan ini.
MARNI, pembantu baru di rumah itu menggantikan Ijah yang
tewas terkejut beberapa waktu yang silam, dimintai keterangan, la
yang mula pertama mengetahui kematian majikannya. Besar
kemungkinan ia dapat membantu banyak dalam memudahkan
usaha Polisi menemukan pembunuhnya.
Tetapi, sesuai dengan yang sebenarnya. Mami tidak dapat
memberi banyak keterangan.
"Selama kau bekerja di sini tidakkah pernah kau melihat kelainan pada diri
mereka?" tanya Kapten Siregar.
"Kelainan apa. Pak" Mereka saling mencintai dan saya pernah
melihat tuan dan nyonya bermesraan, ketika saya masuk kamar
untuk mengantarkan minuman sore. Mereka sama sekali tidak
menghiraukan saya. Terus saja berpeluk dan berciuman," kata
Marni berterus terang, la tergolong orang yang masih sangat takut
kepada manusia yang dinamakan Polisi. Takut ditangkap dan
dimasukkan bui! Jadi pada Polisi harus ngomong yang sebenarnya.
"Bukan itu. Maksud saya yang aneh-aneh/' kata Siregar.
"Aneh-aneh bagaimana. Saya lihat mereka biasa-biasa saja. Yang
laki-laki ganteng dan yang wanita cakep sekalr!"
"Apakah kau pernah mendengar mereka bertengkar?"
"Tidak pernah. Sepanjang tau saya, mereka saling menyayangi."
"Kau perhatikan tamu-tamu yang datang kemari?"
"Perhatikan sih tidak. Tapi memang pernah lihat tamu-tamu tuan Sabaruddin."
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ada yang kelihatan mengerikan atau mencurigakan?"
"Saya rasa tidak ada. Semua tamu tuan adalah orang-orang
baik." "Kelihatannya semua orang kaya?"
"Tentang kayanya saya tidak tau. Tapi kalau dilihat dari pakaian mereka saya
taksir mereka semuanya orang kaya," lalu ia diam
sebentar untuk kemudian meneruskan: "Kecuali seorang!"
"Menakutkan" Matanya liar?" tanya Siregar.
"Ah tidak. Orangnya malah pendiam dan kelihatannya ramah dan
baik sekali. Cuma pakaiannya menunjukkan bahwa dia bukan orang
mampu seperti kenalan tuan dan nyonya yang lainnya!"
"Namanya, kau tahu?"
' Tidak Pak!" . "Wanita yang di sini, yang kau bilang cakep, apakah dia juga
biasa-biasa saja?" tanya Siregar. Dia masih mengharapkan suatu
keterangan yang bisa menyingkatkan jalan ke pengungkapan
pembunuhan ini atau setidak-tidaknya memudahkan penyelidikan.
"O, iya, nyonya baik sekali. Saya selalu diper-senin. Kalau pulang dari jalan-
jalan saya kadang-kadang dibawakan kue. Enak kerja di
sini!" kata Marni sejujurnya. Pembantu ini tidak pernah sangsi
bahwa kedua orang itu, Sabrina dan Sabaruddin adalah sepasang
suami istri yang bahagia. Dia tidak pernah mengetahui bahwa di
sana pernah ada orang mati, yaitu pembantu yang digantikannya.
Bukan hanya Marni. Selain Sabrina, Sabaruddin dan Erwin tidak ada
yang tahu bahwa Ijah mati di sana. Mayatnya dibawa pergi oleh
Sutan Rimbogadang, yang ayah Sabrina.
"Kau sama sekali tidak mendengar ribut-ribut atau jerit seseorang minta tolong
dari kamar ini?" "Tidak. Kalau ada tentu saya buru-buru kemari dan barangkali
masih bisa mengetahui siapa yang membunuh Tuan saya!"
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau yakin betul Mas, bahwa inilah orang yang menjemput mobil
dengan wanita aneh di dalamnya itu?" tanya Siregar kepada
Masduki. "Saya tidak mungkin keliru. Inilah orangnya. Dia malah
mengatakan, bahwa wanita itu calon istrinya," jawab Masduki pasti.
Tanpa diduga oleh siapa pun pada saat genting dan penuh tanda
tanya itulah Erwin datang, la terkejut melihat sahabatnya telah mati.
Inilah yang menyebabkan ia tadi merasa seperti didorong untuk
kemari" Dia tidak mendengar apa-apa, tetapi dalam dirinya seperti
ada suatu perintah untuk segera ke rumah Sabaruddin.
"Bapak kenal sama orang ini?" tanya Kapten Siregar, melihat Erwin berair mata
dan memegang dahi korban.
Erwin mengatakan bahwa korban adalah sahabat akrabnya.
Meskipun ia seorang yang tabah, ia tak dapat menahan isak yang
tersendat-sendat. Siregar tidak sangsi bahwa dukun muda itu
berkata benar dan tidaklah mungkin dia terlibat di dalam
pembunuhan ini. Ketika ia melihat darah di leher Sabaruddin tadi dan memeriksa
lukanya ia lantas tau, bahwa yang membunuhnya tak lain dari pada
Sabrina, wanita yang pernah direbut sahabatnya itu dari tangannya.
"Sayang, mayat tak dapat bicara," kata Erwin setelah ia agak reda dari shock
yang menerpa dirinya. Siregar ragu-ragu
menafsirkan ucapan Erwin. Apakah ia tidak tahu siapa yang
melakukan pembunuhan ini ataukah ia hendak mengatakan bahwa
ia tahu tetapi sayang mayat itu tidak dapat memperkuat apa yang
diketahuinya. "Pak dukun mau menolong kami?" tanya Siregar.
"Saya sudah pernah menjanjikannya. Dalam hal yang mungkin!"
jawab Erwin. "Dalam hal yang kita hadapi, maksud saya," kata Kapten Siregar.
"Ini cara membunuh yang aneh sekali," kata dokter pemeriksa http://cerita-
silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mayat. "Menurut pendapat saya buat sementara, korban bukan mati
karena cekikan, tetapi karena terlalu banyak mengeluarkan darah.
Dan keluarnya bukan karena luka-luka di leher tetapi karena dihisap.
Di sekitar salah satu luka ada bekas gigi, tidak dalam, la bukan
digigit tetapi dari luka itu si pembunuh telah mengisap banyak
darah." Dokter Asikin sudah terkenal keahliannya dalam memeriksa
mayat serta mencari sebab-sebab kematian korban, la merupakan
seorang dokter Polisi yang banyak jasa.
"Dihisap. Pembunuh mengisap darah korban ini?" tanya Siregar.
Bulu romanya berdiri, begitu juga Lettu Pol Masduki dan Letda Pol
Wagimin. Hanya Erwin yang tidak. Dia sejak tadi sudah melihat
bekas gigi di sekitar salah sebuah luka dan telah mengetahui bahwa
Sabrina mengisap darah orang yang pernah sangat dicintainya dan
barangkali pun masih amat dicintainya pada saat itu membunuhnya.
Tentang ini Erwin tidak tahu dengan pasti.
Dokter Asikin menerangkan lagi, bahwa korban baru sekitar tiga
jam yang lalu menghembuskan napasnya yang terakhir. Ketika
sedang dihisap, ia masih dapat meronta-ronta sebentar, kelihatan
dari bekas gigi dan darah yang tersembur ke beberapa tempat di
sekitar mayat. "Kalau begitu pembunuhnya belum jauh," kata Erwin.
"Bisa masih di Jakarta, bisa sedang di angkasa, bisa juga sudah
di Surabaya," kata Kapten Siregar.
Erwin sulit mengambil keputusan. la tahu siapa yang membunuh,
siapa yang harus dicari Polisi dan mempertanggungjawabkan
perbuatannya. Cara yang wajar, ialah menyampaikan apa yang
diketahuinya kepada Polisi. Itu sebenarnya suatu kemestian. Dari
segi hukum dan moral. Tidak menyampaikannya berarti
menyembunyikan penjahat dan itu sudah salah menurut hukum, la
harus membantu Polisi dalam melaksanakan tugas. Tetapi suatu
kenyataan mengganjel dalam benaknya. Membantu Polisi
menangkap seorang penjahat bisa juga berarti menyebabkan
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seseorang yang harus diadili untuk dihukum kalau terbukti bersalah,
mati atau tiga perempat mati sebelum sampai ke pengadilan. Lagi
pula, dia tahu betul cukup banyak polisi yang suka memeras orang
yang sebenarnya harus dibantu. Orang kehilangan malah dimintai
uang kalau ingin barangnya kembali. Untuk ongkos-ongkos operasi,
katanya. Itu pun masih nasib-nasiban. Aneh memang, kalau Polisi
tidak punya biaya untuk operasi tetapi ada uang yang bisa dikorup
oleh oknum Polisi juga sampai bermilyar. Pikiran ini memenuhi
benak Erwin. Padahal di hadapannya terbaring sahabatnya yang
sudah tidak bernyawa. Akhirnya ia mengambil ke-putusan untuk
tidak membantu, walaupun ia pernah berjanji untuk membantu
kalau bisa. "Dokter," kata Kapten Siregar, "kuku apakah yang melukai leher korban?"
"Tadi sudah saya katakan, kuku binatang. Beruang atau macan.
Tetapi sukar masuk akal. Jadi hanya dugaan saya saja." sebenarnya dokter ini
yakin bahwa kuku itu kepunyaan harimau, tetapi ia terlalu
hati-hati. Tidak mau jadi bahan tertawaan rekan-rekan atau Polisi.
Kapten Siregar mohon kepada dokter Asikirt dan kedua rekannya
yang lebih rendah pangkat untuk pergi ke ruangan lain bersama
Erwin. Mereka yang tinggal tidak ragu-ragu bahwa yang dibicarakan
berdua itu tentunya soal pembunuhan ini. Tak mungkin masalah
lain. Jika begitu, orang ini tentu penting dalam perkara ini.
Mengetahui sedikit dan mungkin banyak, atau dianggap bisa
memberi nase-hat. Kalau mungkin tentu ia akan membantu karena
yang jadi korban sahabat akrabnya.
"Pak Erwin, bantulah kami. Siapa atau apa pun yang melakukan
pembunuhan ini tentunya sangat berbahaya, la akan mengulangi
dan mengulangi lagi pembunuhan karena ia peminum darah," kata
Kapten Siregar. "Ya, begitulah juga pendapatku," kata Erwin. "Apakah mungkin benar apa yang
dikatakan Masduki?" "Apa katanya?" http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bahwa korban ini mempunyai calon istri yang bisa jadi harimau?"
"Dia melihat?" "Tidak. Menurut cerita tiga orang saksi mata!"
"Masuk akalkah itu" Mana mungkin korban yang sekaya dan
segagah ini mau beristrikan wanita yang bisa mengharimau. Dia
tentu tahu, bahwa itu amat berbahaya. Jangankan kawin,
berdekatan saja orang sudah takut. Apakah Kapten kira kir ~iau
pacaran dengan orang cantik yang kadang-kadang berubah jadi
harimau dengan sifat dan selera harimau" Maaf, saya hanya
bertanya untuk memperoleh perbandingan!"
"Ya, kalau saya tentu tidak!" kata Kapten Siregar terus terang.
"Ya, apalah bedanya dengan sahabatku ini."
Siregar memperlihatkan surat yang ditinggalkan Sabrina di atas
meja rias dan sudah berpindah ke sakunya. Setelah membacanya,
Erwin mengetahui bahwa Sabrina benar-benar licik, la pintar
menghilangkan jejak. "Saya kira isi surat ini mungkin benar. Tidak ada kecocokan, si
wanita pergi. Lebih baik baginya dan juga bagi Sabaruddin," kata Erwin.
"Apakah ini bukan suatu cara untuk menyesatkan penyelidikian
Polisi?" "Oh, itu bisa saja. Kalau Kapten percaya bahwa wanita itu bisa
jadi harimau. Tetapi kita terbentur pada teori tadi. Kapten tidak mau pacaran
dengan wanita yang bisa mengharimau walaupun ia cantik
luar biasa. Begitu juga tentu sahabatku!" jawab Erwin membela atau sedikitnya
menyembunyikan kemungkinan Sabrina terlibat di dalam
kejahatan ini. "Jadi maksud Pak Erwin, pembunuhan ini dilakukan oleh manusia
harimau lain?" pancing Kapten Siregar.
"Saya memandang pembunuhan ini menggunakan cara yang
aneh sekali! Tentang orang mengisap darah manusia bukan baru
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sekali ini terjadi. Orang yang sangat dendam pada seorang musuh
bisa mengisap darah musuhnya itu kalau sampai ditewaskan nya.
Dan yang mengisap itu sebenarnya sudah bukan manusia yang
sadar, tetapi manusia yang dimasuki iblis. Manusia biasa tidak akan
mau mengisap darah. Ada lagi pengisapan darah dengan cara lain.
Misalnya cindaku atau palasik. Mereka biasanya hanya menghendaki
darah bayi. Mengisap darah mangsanya cukup dengan memandangi
saja. Darah bayi itu akan kering dan insan-insan kecil tak berdosa
itu menemui ajalnya kalau tidak segera ketolongan oleh dukun yang
luar biasa, kata Erwin menjelaskan pendapatnya.
Kapten Siregar punya keyakinan bahwa Erwin mengetahui lebih
banyak dari pada apa yang diterangkannya. Tetapi ia tidak dapat
memaksanya untuk menceritakan. Kalau penjahat bisa mengaku
melalui siksaan. Polisi pasti akan binasa kalau mempergunakan cara
itu terhadap Erwin, walaupun ia sedang manusia biasa. Ayahnya
dan kakeknya yang juga manusia harimau akan datang membalas
dendam. Atau menyelamatkan Erwin pada waktu ia dipukuli. Si
tukang pukul atau injak tidak akan berkacak pinggang melainkan
akan mati konyol dengan muka robek atau leher berlubang. Kalau
nasib lebih buruk, isi perut pun akan berhamburan. Seperti yang
dialami petugas Polisi kejam ketika pulang dengan bermotor di Jalan
Letjan S. Parman kira-kira setahun yang lalu.
Kedua orang itu kembali ke ruang tempat mayat Sabaruddin.
Siregar memandang ke sekitarnya. Mencari photo Sabrina. Tidak
ada. Biasanya seorang wanita cantik senang memajang photonya di
kamar tidur atau bahkan sampai di ruang tamu. Suatu kesenangan
biasa. Barangkali tanpa tujuan, tetapi barangkali juga untuk dapat
dinikmati oleh para pendatang. Lebih-lebih kalau dia sedang tidak
ada ataupun ketika tidak turut hadir bersama tamu-tamunya.
MARNI menerangkan, bahwa tadinya ada beberapa photo
nyonyanya dipajang di kamar itu, juga di ruangan-ruangan lain.
Ketika dicari semua sudah tidak ada. Jadi Sabrina pergi dengan
mengemasi segala sesuatu yang dirasanya patut dibawa atau
sekurang-kurangnya tidak perlu ada di rumah itu. Mungkin dia
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sudah lama sekali pada korban.
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah pemeriksaan dirasa selesai, mayat dibawa ke rumah sakit
untuk dibuatkan keterangan penyebab kematiannya. Erwin lebih
dulu mohon diri. la bermaksud mencari sendiri perempuan cantik
yang pada waktu tertentu bisa seganas harimau lapar, la akan
membunuhnya untuk menyelamatkan masyarakat dari
kekejamannya. Tangannya sendiri yang akan mencabut nyawa
Sabrina yang pernah amat dicintainya.
SEBELUM memulai pelacakan terhadap Sabrina, Erwin
memerlukan pergi ke rumah Amalia yang tidak diketahuinya telah
dihasut oleh Sabrina untuk menjauhkan diri dari Erwin karena ia
manusia harimau yang pada suatu saat akan membunuh siapa pun
untuk mengisap darahnya, termasuk orang yang paling dicintainya.
Ibu gadis yang tergila-gila itu langsung percaya pada cerita
Sabrina, menyebabkan ia jadi takut pada Erwin yang sewaktu-waktu
bisa jadi pembunuh dirinya dan anaknya. Lain halnya dengan
Amalia. la tidak mudah percaya, la anggap cerita itu sebagai suatu
fitnah Sabrina, yang diduganya pasti juga ingin memiliki Erwin.
Adanya dia di gubug Erwin pada hari itu tentu dipandang Sabrina
sebagai saingan yang berat. Apalagi di sana ada koper Amalia. Cara
menyingkirkan saingan ada macam-macam, satu di antaranya
dengan jalan memfitnah. Ibu dan anak kebetulan ada di rumah. Kedatangan Erwin
disambut dengan dua macam perasaan. Juariah dengan darah
tersirap lalu digerayangi rasa takut. Amalia merasa senang, Erwin
tidak melupakannya. "Kukira kau tak kan mau lagi ke mari Er," katanya.
"Tak ada sebab untuk itu," jawab Erwin.
Si ibu hanya memandang dan mendengarkan tanpa turut bicara,
la merasa kekakuannya tetapi ia juga tidak dapat berbuat lain untuk
menutupi kegugupan. "Nyonya baik-baik saja?" tanya Erwin mengajak Juariah bicara.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ya, baik, terima kasih," jawabnya terbata-bata.
"Kelihatannya Nyonya gugup, kenapa?" tanya Erwin.
"Ah tidak, saya biasa-biasa saja," jawab Juariah.
Tetapi Amalia berkata: "Memang ibu gugup, karena ada yang
menceritakan, bahwa kau manusia harimau. Senyampang menjadi
harimau, lalu ingin mengisap darah manusia." la tertawa
menunjukkan tidak percaya dan bahwa cerita itu benar-benar suatu
lelucon. Tapi Erwin tidak tertawa, la memandang serius.
"Kau tidak merasa lucu Er?" tanya Amalia.
"Tidak! Apanya yang lucu. Aku memang manusia harimau! Kau
tidak takut Amalia?"
Tawa Amalia semakin kuat. Pengakuan Erwin dianggapnya
sebagai suatu pelengkap untuk membuat lelucon itu menjadi lebih
menggelikan. "Siapa yang membuka rahasiaku itu Lia?" tanya Erwin.
"Orang yang mencintaimu dan cemburu melihat aku hari itu ada
di rumahmu." Sabrina, maksudmu?"
"Ya, pacarmu itulah. Siapa lagi. Mengapa kau mengambil seorang
tukang fitnah sebagai kekasih?"
"Dia bukan kekasihku. Kukatakan hari itu, ia akan nikah dengan
sahabat akrabku. Tetapi apa yang dikatakannya itu memang benar.
Aku bukan berkelakar!"
"Kau benar-benar pemain watak Er. Kapan mereka akan
menikah?" "Tidak akan mungkin lagi!" kata Erwin.
"Mengapa" Karena dia meninggalkan kekasih^ nya dan memilih
kau sebagai gantinya?" kata Amalia mengejek sambil menebak.
"Tidak L ia. Kau salah terka. Kawanku itu telah tiada!"
"Maksudmu?" http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"la telah meninggal tadi. Aku sedih sekali Lia!"
"Meninggal mendadak" Jantung?" tanya Amalia turut merasakan kehilangan Erwin.
"Bukan Lia. Sahabatku itu dibunuh di kamar Sabrina."
"Yang membunuhnya?"
"Sedang diselidiki."
"Apa keterangan Sabrina?"
"Dia tidak ada. Hanya meninggalkan sepucuk surat, mengatakan
ia mau membawa untungnya sendiri karena merasa banyak ketidak
serasian antaranya dengan sahabatku itu." Mendengar ini hati
wanita Amalia berdetak. Tidak sesuai dengan Sabaruddin dan ia
menghendaki Erwin. Sudah jelas, begitu menurut jalan pikiran
Amalia. "Sahabatmu itu, ditembak atau ditikam oleh si pembunuh?"
"Dia dicekik, kemudian darahnya dihisap! Kehabisan darah itu
yang menyebabkan kematiannya." Ibu Amalia yang masih hadir di
sana, lemas. Apakah si Erwin ini yang membunuh" Bukankah dia
manusia harimau yang menyukai darah segar manusia" la mau
menghilangkan jejak, belagak sedih dan tak tahu siapa yang
membunuh. Huuu, yang begini akan jadi menantu lalu serumah
dengan dia" Untuk pada suatu hari ia sendiri juga mengalami nasib
sial seperti Sabaruddin"
Amalia sendiri pun mulai cenderung berpikir seperti ibunya.
Bukankah Sabrina menceritakan, bahwa Erwin kadang-kadang haus
darah dan pada saat yang demikian ia tidak pilih darah siapa. Orang
yang dicintai pun akan diterkamnya. Tentu juga termasuk sahabat.
Bagaimanapun karibnya. Amalia tidak lagi menanggapi cerita Erwin. Hanya rasa takutnya
yang masih dapat disembunyikannya. Apakah Erwin datang untuk
mengisap darahnya dan ibunya" Dia berdoa, janganlah sampai
terjadi! Dan diam-diam dia berharap agar Erwin segera pergi.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hati-hati Lia, pembunuh Sabaruddin bukan tidak mungkin akan
datang kemari untuk menambah jumlah korbannya," kata Erwin.
Membuat Amalia dan ibunya semakin keras menduga, bahwa Erwin
inilah yang membunuh dan bermaksud untuk mengambil korban
baru. Pura-pura saja ia memperingatkan guna menenangkan Amalia
dan ibunya pula. "Kau kira siapa kira-kira yang membunuh sahabatmu itu?" tanya Amalia menyindir.
"Bukankah kau sendiri, menurut pengakuanmu,
juga manusia harimau. Kalau bukan kau, tentu seharusnya kau tahu
siapa yang melakukannya."
Erwin merasa dituduh. Dan dia rasakan perubahan pada diri
Amalia yang semula tadi begitu manis dan tidak percaya sama sekali
bahwa dirinya manusia harimau. Apakah dia telah melakukan suatu
kebodohan dengan mengaku sendiri, bahwa apa yang dikatakan
Sabrina itu benar semua"
"Kalau kau mengira aku yang membunuh, tentu kau menyangka
bahwa peringatan yang kuberikan tadi suatu muslihat belaka.
Bahkan suatu cara untuk menipu dirimu dan mamamu "
Mama Amalia dan dia sendiri mendadak jadi menyesal mengapa
tidak bisa menahan diri. Kini bukan tidak boleh jadi Erwin jadi marah sekali dan
akan menerkam mereka sebagai pembalas sakit hatinya,
la memandang Amalia membuat gadis itu menunduk karena hatinya
goncang, penuh dengan teka-teki yang menakutkan.
Kemudian Erwin berpaling. "Manusia harimau tidak berhak lama-
lama di sini. Hanya menyebabkan rasa takut. Aku mohon diri."
Sedih dan sakit hati Erwin bukan main. la tidak menyangka,
bahwa Amalia dan ibunya akan menimpakan tuduhan sekeji itu
terhadap dirinya. Memang buruk sekali nasibnya. Mau
menyelamatkan orang pun bisa disangka malah mau membunuh.
Kini amarahnya terhadap Sabrina jadi semakin meluap, la yang
menyebabkan jatuhnya tuduhan terhadap dirinya. Kini Erwin
mempunyai sebab yang lebih besar untuk membinasakan Sabrina.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
GADIS itu bukan telah berada di Surabaya atau di luar kota
seperti yang diperkirakan Kapten Siregar, tetap masih enak-enak
istirahat di rumah sahabat akrabnya Marini. Malamnya dia masih
nonton di Jakarta Theater dengan sahabatnya itu, pacar Marini dan
seorang anak muda lain. Berempat. Pulang nonton mereka masih ke
sebuah rumah makan mahal. Semua mereka girang sekali Azwar
yang kawan pacar Marini banyak kali mengerling Sabrina, yang
bukan saja termasuk kelas "boleh/' tetapi sungguh-sungguh cantik.
Tetapi Sabrina tidak menunjukkan perhatian besar padanya.
Sampai keesokan harinya tidak terjadi apa-apa. Malam kedua
Sabrina dan Marini masih meneruskan cari hiburan. Malam itu ke
sebuah nite elu b terkenal.
Pada pagi ketiga, mendadak Sabrina dimasuki keinginan untuk
membunuh Amalia guna menyingkirkan saingannya, lyiulanya ia
sudah berniat untuk tidak mengganggunya tetapi kini keinginan
menang dan meniadakan saingan mendadak bangkit kembali dalam
hatinya. Tanpa banyak pikir ia pergi ke rumah Amalia yang sudah
diketahuinya, la berdandan rapi sekali. Sayang, Amalia tidak ada.
Hanya ibunya. Nyonya Juariah.
Perempuan ini sama sekali tidak menyangka, bahwa ia sedang
berhadapan dengan pembunuh Sabaruddin yang diceritakan Erwin
tiga hari yang lalu. "Ke mana Amalia Bu, saya ingin mengajaknya ialan-jalan," kata Sabrina.
"Nanti sore baru pulang. Ke tempat keluarga yang
mengkhitankan anak hari ini. Ina mau menyusul ke sana" Boleh ibu
beri alamatnya!" jawab ibu Amalia.
"Tak usah bu." Nyonya Juariah lalu menceritakan tentang kedatangan Erwin
yang mengatakan bahwa sahabat akrabnya Sabaruddin telah
meninggal. Tersirap darah Sabrina.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dia tidak dapat menerka siapa pembunuhnya?" tanya Sabrina.
"Tidak, dia hanya memperingatkan kami bahwa pembunuh
Sabaruddin mungkin ke mari!"
"Ke rumah ibu ini?"
"Ya, betapa gilanya!" ujar ibu Amalia.
"Siapa tahu, mungkin Erwin berkata benar!"
"Mana mungkin. Barangkali dia mau membunuh kami. Dia lebih
dulu mau mengalihkan pikiran. Bukankah dia manusia harimau?"
"Ya, dia manusia harimau," kata Sabrina dan ia tertawa-tawa kecil sambil
memandang nyonya rumah. "Tetapi anak ibu kan cinta padanya!"
"Tadinya. Ketika dia masih di bawah pengaruh ilmu hitam Erwin.
Sekarang sudah tidak lagi!"
"Mungkinkah dia sendiri yang membunuh sahabatnya itu?" tanya ibu Amalia.
"Entahlah, siapa tahu, tetapi firasat saya kuat mengatakan,
bahwa tidak dalam semua hal ia harus terlibat!" kata Sabrina.
"Maksud Ina?" "Barangkali ada manusia harimau lain!"
"Ah, mana bisa. Setan yang begitu kan jarang ada di dunia ini!"
"Apakah manusia harimau itu setan Bu" Katanya setan tidak
kelihatan!" "Buat ibu, yang begituan sih namanya setan juga."
"Tapi saya yakin dalam soal Sabaruddin, Erwin tidak tersangkut.
Dia tidak selalu jahat. Ada kalanya baik sekali. Kalau tidak salah,
Amalia disembuhkan dari penyakit gilanya oleh si manusia harimau
itu. Bukankah begitu?" tanya Sabrina. Menyebabkan nyonya Juariah tertunduk. Malu
juga dia. http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sabrina, ibu rasa Ina benar. Tidak mesti dalam tiap kejahatan
Erwin terlibat. Ibu rasa tuduhan ibu ini hanya oleh pengaruh cerita
tentang dirinya. Apalagi dia manusia harimau, kata Ina. Kalau tidak
diceritakan begitu tentu ibu juga tidak tahu dan tidak akan curiga
apa-apa padanya." "Ya memang saya salah juga. Tetapi apa yang saya katakan itu
semua benar. Yaitu bahwa Erwin itu manusia harimau!" kata
Sabrina. Mendadak terdengar suara auman, singkat. Membuat
nyonya Juariah dan Sabrina terkejut.
"Itu ayahnya. Dulu hampir jadi mertua saya!' kata Sabrina.
Kelihatan jelas nyonya rumah jadi kaget dan memandang penuh
tanda tanya dan tak percaya pada tamunya.
"Saya yang salah. Saya terpengaruh oleh sahabatnya si
Sabaruddin. Padahal laki-laki ini tidak cocok untuk saya!"
"Bukankah dia orang baik?"
"Saya tidak mengatakan dia orang jahat. Cuma tidak cocok untuk
saya. Saya ini sebenarnya lebih cocok dengan Erwin. Itulah
makanya saya sakit hati ketika Amalia jatuh cinta setengah mati
padanya. Saya percaya, dia tidak berbuat apa-apa terhadap Amalia.
Anak nyonya sendiri yang memang benar-benar jatuh cinta. Itulah
makanya saya buka rahasia Erwin. Supaya Amalia menjauhinya."
Nyonya Juariah memandangi Sabrina. Kini ia takut pada Sabrina.
"Kalau begitu Ina sudah berhasil," kata ibu Amalia ingin
menyudahi percakapan. Agar Sabrina segera pergi."Kini ibu Amalia benci dan takut
sekali padanya." "Belum tentu. Cinta selalu datang berulang. Hari ini ia padam,
besok menyala lagi! Ibu kan tahu!" kata Sabrina. "Sayang dia tidak ada di rumah!
Aku mau kemenangan yang pasti!"
Permintaannya terkabul. Pelan-pelan ia berubah rupa. Semua di
hadapan nyonya Juariah yang sudah amat ketakutan itu.
"Tak ada Amalia, ibunya pun jadilah. Tenanglah ibu, tenang.
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jangan berteriak. Aku tak izinkan ibu berteriak. Lalu ia melangkah.
Masih sempat terlintas di otak Juariah, bahwa Sabrinalah yang
manusia harimau, bukan Erwin. Kemudian ia tidak ingat apa-apa
lagi. Si cantik yang mengharimau memandangi korbannya.
la memikirkan cara menamatkan korbannya. Tetapi darah, dia
ingin darah, la dapat melampiaskan dahaganya. Tetapi bagaimana
kalau tiba-tiba ada orang datang"
-ooo0dw0ooo- 3 SI CINDAKU itu rupanya sudah berselera sekali. Air liurnya
menitik menimpa muka ibu Amalia, tetapi ia sudah tidak
merasakannya. Otak manusianya berpikir waras. Bahkan lebih dari
itu. Cerdik dan lihay. la tidak boleh meninggalkan jejak. Kematian
perempuan ini akan membuka rahasianya kalau ia salah cara. Paling
sedikit akan membuat dia lebih mudah disangka. Jadi, kematian
korban baru itu tidak bofeh seperti kematian Sabaruddin. la tidak
akan mencekik. Kukunya tidak boleh melukai leher Juariah. Itu akan
menimbulkan tanda-tanda yang sama. polisi lantas dengan mudah
mengambil kesimpulan, t bahwa yang membunuh orang yang sama.
Polisi lantas dengan mudah mengambil kesimpulan, bahwa yang
membunuh orang ini tentu pembunuh Sabaruddin juga. No, pikiran
begitu harus dihindarkan, kata Sabrina di dalam hati.
Tidak ada kesulitan. Juariah sudah tidak sadarkan diri. Diciumi
Sabrina leher yang akan menyemburkan darah itu. Hmmmmh,
sedapnya. Tiada minuman mengatasi kenikmatan darah segar.
Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Punya perempuan lagi. Sabrina meletakkan kepala itu menyamping, tangan kiri
memegang kepala, yang kanan memegang bahu. Muka cantik itu
menyeringai. Kalau anda lihat, anda akan ngerti juga, walau betapa
pun cantik wajah itu. Kemudian diletakkan gigi-giginya,
direnggangkan, lalu dikatupkan, merupakan sebuah gigitan yang tak
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
akan lepas walaupun petir menyambar mengejutkan semua makhluk
dan insan. Darah menyembur bersamaan dengan sentakan tubuh
Juariah, sehingga gigitan bertambah kuat dan sentakan badan
beberapa kali lagi. Ooh, memang teramat lezat. Darah itu tidak
seluruhnya langsung tertelan oleh Sabrina. Ada juga yang meleleh-
leleh dari mulutnya. Sesudah kenyang, dilepaskannya.
la seka mulutnya. Sampai bersih, la sudah tahu betul bagaimana
cara-cara yang harus dilakukan selanjutnya. Pembunuhan ini
memang direncanakan, walaupun yang menjadi tujuan utama tadi
adalah Amalia. Dari tasnya Sabrina mengeluarkan satu mosqui to spray,
penyemprot nyamuk, la semprotkan isinya sampai habis di kamar
itu. Untuk menghilangkan jejak. Bau parfum yang dipakainya.
Sabrina keluar, tenang, setenang ia masuk tadi.
Memang dia sedang bernasib baik. Yang tinggal di rumah, hanya
Juariah dan seorang pembantu laki-laki yang mengurusi kebun dan
halaman, la tidak melihat Sabrina masuk. Saat itu ia sedang di
belakang, la pun tidak melihat tamu itu keluar. Pembantu yang
seorang lagi, seorang wanita tukang masak merangkap cuci pakaian
mengikut Amalia untuk membantu di rumah famili yang
mengadakan hajatan. Ketika Amalia petang hari pulang, barulah ia mengetahui dengan
amat terkejut sehingga jatuh pingsan, bahwa ibunya telah tiada.
Polisi segera diberitahu, begitu pula dokter. Dari pemeriksaan
segera diketahui, bahwa Juariah dibunuh dengan dilukai lehernya.
Kemudian jelas bahwa ia digigit dan darahnya dihisap. Seperti
pembunuhan atas diri Sabaruddin. Hampir sama. Hanya pada
Juariah tidak meninggalkan bekas luka oleh kuku, tetapi bekas
gigitan. Dan gigi itu, gigi-gigi manusia. Dra-cula" Tidak biasa
terdengar di Jakarta. Kalau manusia harimau ada. Tetapi ini bukan.
Ini manusia dibunuh oleh manusia yang suka minum atau mengisap
darah. http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Karena Kapten Pol. Sahata Siregar sedang menangani .perkara
mirip ini, maka ia pun diminta datang untuk memberikan
pendapatnya. Perwira asal Sipirok itu segera mengetahui bahwa
antara pembunuhan ini dengan kematian Sabaruddin aoa
persarrJaan. Bahkan banyak persamaan. Lukanya sama-?ama di
leher. Menurut dokter banyak darahnya yang disedot. Hanya sedikit
sekali yang tumpah, dan kehabisan darah inilah penyebab utama
kematian nya. Cuma pada leher Sabaruddin ada luka bekas kuku
harimau, yang ini tidak. Apakah ini menunjukkan kelainan si
pembunuh" Ataukah ini suatu muslihat dari pembunuh yang sama
untuk menutupi jejaknya. Dalam hal yang demikian pembunuh ini
mesti manusia. Setidak-tidaknya punya otak manusia. Hanya
manusia yang mungkin mempunyai akal secerdik itu. Beruang atau
harimau tidak mungkin akan berpikir seterpencil itu. Karena di
dalam kota memang sedang berkeliaran manusia harimau, paling
sedikit satu atau bahkan lebih, maka bolehlah dugaan dijatuhkan
atas manusia yang harimau itu.
"Hei, apa ini?" tany~ Kapten Pol Siregar mengambil sesuatu yang hampir tak
kelihatan, la memperlihatkannya kepada dokter dan dua
reserse yang ada di sana.
Mereka saling pandang. "Bulu harimau," kata Siregar. "Tidak salah, ini pasti bulu harimau.
Saya pernah memegang harimau yang baru ditembak oleh pemburu
di kampung saya." "Mungkin bapak benar, tetapi apakah tidak boleh jadi si
pembunuh sengaja membawanya dan meletakkannya di sini untuk
menimbulkan kesan seolah-olah yang membunuh seekor harimau"
Saya rasa dia tidak terlalu cerdik. Mana ada harimau berkeliaran!"
Sebagai biasa pada saat itu ia suka memperdengarkan suaranya.
Dan terdengarlah suara auman yang keras di dalam rumah itu.
Semua orang terkejut dan takut tidak tanggung-tanggung. Betullah
harimau yang membunuh. Dan dia masih ada di rumah itu. si
reserse yang mengatakan, bahwa itu hanya akal busuk dan licik si
manusia pembunuh, memegang tempat ritsluiting celananya. Celana
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu berwarna hijau menjadi hampir hitam karena basah. Dan
basahnya bukan karena tersiram air dari bak. Lebih celaka lagi, si
reserse yang bernama Bintang tidak bisa menahan getar badannya.
Benar-benar dalam keadaan parah dia. Tetapi apalah heran, reserse
juga manusia. Ini hari dia bisa menangkap atau menembak, besok
dia ditembak atau terkencing-kencing dan gemetaran seperti si
Bintang. Begitu juga dukun. Ini hari dia menjahili orang yang tak
berdosa. Besok dia dihajar sampai mata terbelalak oleh dukun yang
lebih kampiun dari dia. Bukan terbatas pada reserse dan dukun.
Pada manusia mana saja pun sama. Tidak pandang profesi atau
kedudukan. Walaupun duduknya setinggi pohon kelapa kalau ada
kursi setinggi itu. Menteri" Ah, ini hari dia menteri Dia boleh bikin aturan
sebaik atau sekonyol apa pun. Dan itu harus ditaati. Bukan
karena dia bernama si Polan, tetapi karena dia sedang menteri.
Besok, kalau dia sudah habis masa jabatan atau terjungkel, dia akan
tahu bahwa dia toh sama dengan orang lain. Barangkali pada saat
begitu dia sadar diri. Dia akan pandangi dirinya di cermin yang
besar. Barangkali dia akan mengakui, bahwa rupanya banyak
kebodohan ataupun jasa yang telah dilakukannya. Mempersatukan
rakyat yang harus dipersatukan. Memberi ketenangan dan
ketenteraman kepada rakyat yang memang amat memerlukannya.
Ataukah dia selama ini justru merobek-robek persatuan dan
menimbulkan keresahan serta kebingungan oleh ucapan-ucapan
atau perbuatannya yang keliru sama sekali.
"Pergilah ke belakang," kata Kapten Siregar kepada anak
buahnya. "Tidak," kata Bintang sambil menggeleng. Nga-pain ke belakang.
Mau mati konyol di dapur" Kalau mesti mati lebih baik ramai-ramai.
Dia yakin, sang harimau masih ada. Dan sekarang dia ingat, nama
harimau jangan dimainkan. Kalau sedang di hutan, ia tidak boleh
disebut dengan harimau. Harus dengan nenek!
Sebagaimana lazimnya, mayat Juariah pun dibawa ke rumah
sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Kapten Siregar merasakan adanya
bahaya yang tak kelihatan. Mengancam di mana-mana dan bisa
http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merenggut nyawa di mana ia suka.
Setelah Amalia sadarkan diri dan perlahan lahan merasa
normal ialah yang meminta untuk memberi keterangan sejelas-
jelasnya kepada Polisi, la bahkan mengatakan bahwa ia sudah tahu
siapa pembunuhnya. Erwin orang yang dukun dan pernah
mengobati dirinya beberapa waktu yang lalu. la menceritakan,
bagaimana Sabrina membuka rahasia laki-laki harimau itu.
"Setelah Sabaruddin yang katanya kawan karibnya mati, ia
datang kemari," kata Amalia. Hah, bajingan itu memberi ingat
kepada kami agar berhati-hati, karena bukan tidak boleh jadi
pembunuh Sabaruddin datang ke sini untuk membunuh kami. Pada
waktu itu kami sudah menaruh curiga pada dirinya. Bahwa dialah
yang mencabut nyawa kami. Barangkali dia pun tahu bahwa kami
mencurigainya, la menahan amarah, lalu pergi. Pada waktu itu saya
sudah menduga, bahwa mungkin ia dendam kepada kami dan pada
suatu hari akan datang membalas. Patutlah hati saya selalu gelisah
Tujuh Pedang Tiga Ruyung 4 Wiro Sableng 088 Muslihat Cinta Iblis Pendekar Sadis 20