Pencarian

Budha Pedang Penyamun Terbang 21

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Bagian 21


sebagai pendekar perkasa."
Bahasa Tibet yang dikuasai Golok Karat sebenarnya tidak
sebaik yang kupikir, mungkin itulah yang membuat
perempuan pendekar remaja itu merasa lebih baik berbicara
dalam bahasa Negeri Atap Langit saja!
Jadi ia sebetulnya mengerti! Begitu juga tentunya pemilik
kedai yang menjadi ayahnya itu! Bukankah di kedainya waktu
itu, ketika aku berbicara kepadanya dalam bahasa Negeri Atap
Langit, ayahnya itu bersikap seperti tidak mengerti, sehingga
Golok Karat yang menyampaikan maksudku dalam bahasa
Tibet" "Ah, Paman! Janganlah terlalu berlebihan! Sudah
semestinya kita sesama manusia saling tolong menolong!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Perempuan pendekar itu seperti masih berumur 19 tahun.
Namun aku mengingatkan diriku sendiri bahwa di pelosok
seperti ini seseorang terpaksa menjadi dewasa lebih cepat dari
seharusnya. "Daku mendengar dari pemilik kedai itu...," katanya.
Berarti pemilik kedai itu bukan ayahnya! Aku mulai
menangkap sesuatu yang sebetulnya telah menjadi firasatku.
"...bahwa kalian adalah pengembara yang bermaksud
mempelajari ilmu silat dari Mahaguru Kupu-kupu Hitam, dan
kami tahu betapa jalan ke sana sangatlah berbahaya. Bukan
saja karena keadaan alamnya yang kadang-kadang menjadi
sangat berat, tetapi juga karena kami tahu para penyamun
terbang berkeliaran di s itu."
Tentu saja ia belum mengatakan semuanya. Namun betapa
tiada terduga segenap perbincangan yang akan kudengar
berikutnya. "... tetapi sebetulnya daku ingin menyampaikan hal lain."
Golok Karat kembali menjura sembari menunduk dalam.
"Dan apakah kiranya itu wahai perempuan pendekar yang
perkasa?" Perempuan muda remaja itu tertawa.
"Sudahilah basa-basi ini Golok Karat," katanya, "daku biasa
dipanggil Pedang Kilat."
Golok Karat mengangkat kepalanya dengan tersentak,
matanya memandang dengan terpesona.
"Jadi Puan kiranya Pedang Kilat yang sangat tersohor itu!
Alangkah beruntungnya nasib kami! Diselamatkan dan
bertemu muka dengan pendekar ternama pula!"
Kiranya nama itu memang sesuai dengan gerakan
pedangnya yang begitu cepat seperti kilat. Namun bagiku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang lebih mengagumkan justru kemampuannya untuk
menyembunyikan kependekarannya itu. Ketika perempuan
muda ini berpura-pura menjadi anak pemilik kedai yang
melayani kami, aku sama sekali tidak membaca gerakan apa
pun yang menunjukkan dirinya berkemampuan sebagai
Pedang Kilat. Dalam dunia para pendekar, tempat para petarung selalu
mencari lawan agar dapat mati dalam kesempurnaan itu,
sebuah gerakan yang menunjukkan seseorang berilmu sangat
tinggi, meskipun ia menutupinya, sudah lebih dari cukup
membuat seseorang beralasan untuk langsung menyerangnya!
Maka bagi seorang pendekar yang menghindar atau
mengundurkan diri dari dunia persilatan, menyamar dalam
dunia pekerjaan orang-orang awam saja belum cukup, karena
tanpa mampu menutupi gerakannya yang serba terlatih dari
pembacaan tajam, itu hanya mengundang tantangan, atau
lebih buruk lagi serangan takterduga yang bukan takmungkin
akan membunuhnya! Semakin tinggi tingkat ilmu silat seseorang, semakin
mampu ia menutupinya; tetapi tentu saja semakin tinggi ilmu
silat seseorang maka semakin mampu pula ia menyingkap
ketinggian ilmu silat seseorang yang disembunyikannya.
Demikianlah dalam dunia para pendekar, pertarungan telah
berlangsung jauh sebelum para petarung memasuki
gelanggang pertarungan. Setiap langkah kaki dan setiap
gerakan tangan bagi orang berilmu adalah kitab terbuka yang
sangat jelas aksaranya. Jadi kukira Pedang Kilat berilmu silat sangat tinggi,
sehingga diriku takdapat menyingkap penyamarannya, tetapi
masalahnya apakah Pedang Kilat mengetahui penyamaranku"
Namun kini Pedang Kilat menatap tajam kepadaku, meski ia
berbicara kepada Golok Karat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dengarkanlah baik-baik tentang apa yang akan daku
katakan ini," ujarnya tegas, "pikirkanlah kembali niat kalian
berguru kepada Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu."
Golok Karat tertegun. Aku yang sebenarnya tidak
bermaksud menjadi murid, tetapi mencuri Kitab Ilmu Silat
Kupu-kupu Hitam, bersikap diam dan menunggu.
"Dan kenapakah kiranya itu, Puan pendekar?"
"Tindakkah dikau ketahui Golok Karat, bahwa Mahaguru
Kupu-kupu Hitam itu sangat kejam, dan membunuh hanya
demi kesenangan membunuh itu sendiri?"
"Daku memang pernah mendengarnya wahai Pendekar
Pedang Kilat," sahut Golok Karat, "tetapi dalam dunia
persilatan, kabar angin banyak sekali beredar, dan dalam hal
berguru, sebaiknya kabar seperti itu tidaklah terlalu perlu
diperhatikan lebih dulu."
"Itu memang benar Golok Karat, seorang murid rela
melakukan apapun demi mendapatkan ilmu dari gurunya,
tetapi ingatlah betapa tidak akan ada asap jika tidak ada api,"
kata Pedang Kilat dengan senyum tersembunyi.
Senyum tersembunyi! Aku melihatnya! Apakah perempuan
pendekar yang disebut Pedang Kilat ini hanya menguji"
"Betapapun Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu belum
terkalahkan, wahai Pedang Kilat," kata Golok Karat yang lugu
itu menunjukkan tekadnya, "dan kepada yang tiada
terkalahkan itulah daku ingin belajar ilmu silat, di samping
ingin kupelajari pula filsafat Zhuangzi."
Golok Karat telah menunjukkan dengan tepat, bahwa hanya
pendekar yang menguasai Jurus Impian Kupu-kupu akan
menguasai pula filsafat Zhuangzi, yang mempertanyakan
apakah dirinya Kupu-kupu yang bermimpi sebagai Zhuangzi
ataukah Zhuangzi yang bermimpi sebagai Kupu-kupu, dengan
baik. Artinya tidak terbantah lagi betapa ia harus mencari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang memiliki Kitab Ilmu Silat
Kupu-kupu Hitam, dan bukan Mahaguru Kupu-kupu yang
meskipun telah mendirikan Perguruan Kupu-kupu sebetulnya
belum menamatkan seluruh isi kitab ilmu silat tersebut.
Namun Mahaguru Kupu-kupu Hitam telah mempelajarinya
tanpa Pengantar dan Cara Membaca Kitab Ilmu Silat Kupu-
kupu Hitam. Menurut Mahaguru Kupu-kupu, inilah yang
membuat jalan pembelajarannya tersesat, dan bukannya
menjadi cendekia sebagai pendekar, melainkan menjadi
pembunuh kejam. Alangkah sulitnya mencapai kesempurnaan!
Kukira Golok Karat tidak mengetahui latar belakang cerita
itu dan kukira Pedang Kilat juga tidak, tetapi justru yang
menjadi pengetahuan Pedang Kilat inilah yang sekarang
menjadi masalah. "Terserahlah kepadamu jika ingin mencari kematian, wahai
Golok Karat," ujar Pedang Kilat, yang dengan pedangnya tiba-
tiba menuding diriku, "tetapi kawanmu yang mengaku tidak
mempunyai nama ini harus bertarung melawanku!"
Golok Karat sangat terperanjat, diriku meskipun seperti
telah berfirasat pun tetap juga terperanjat. Jika aku tidak
dapat menyingkapkan samarannya sebagai orang awam,
sementara dirinya dapat mengungkap samaranku, tidakkah itu
berarti ilmu silat perempuan pendekar berusia 19 tahun ini
lebih tinggi dariku" Bagiku itu agak aneh, karena meskipun ia,
seperti namanya sebagai Pedang Kilat, mampu bergerak
secepat kilat, aku mampu bergerak lebih cepat dari kilat.
"Ia telah berusaha mengelabui kita semua!"
Pedang Kilat berkata dengan geram.
"Apa maksud Puan?"
Golok Karat ternganga sambil melihat diriku. Betapa ia tidak
akan terkejut, jika selama ini mungkin saja ia merasa telah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi pemandu dan pelindung diriku, di daerah yang
tentunya memang sangat asing bagiku"
''DAKU mengikuti kalian,'' ujar Pedang Kilat, ''sebenarnya
untuk melindungi kalian dari ancaman bahaya penyamun
terbang, sambil memperingatkan tentang apa yang akan
kalian hadapi jika tetap bersemangat untuk mencari Mahaguru
Kupu-kupu Hitam. Namun rupanya aku telah membuang
tenaga sia-sia!'' ''Dan kenapakah itu Puan"''
''Golok Karat, tidakkah dikau tahu betapa nyawamu telah
berkali-kali diselamatkan oleh orang asing tanpa nama tetapi
berilmu sangat tinggi ini"''
Golok Karat semakin ternganga, menoleh kepadaku.
Pedang Kilat terus berbicara.
''Setiap kali pedang karat dikau itu membabat seorang
penyamun, sebetulnya selalu ada senjata penyamun lain yang
siap membabatmu pula, tetapi mereka selalu luput dan dikau
mengira dirimu selalu beruntung bukan" Ada yang luput, ada
yang mendadak pedangnya terpental, ada yang mendadak
terpeleset ke arah golokmu yang berayun, dan ada pula yang
mendadak tidak bergerak ketika meluncur dari atas. Tidakkah
itu sebetulnya mencurigakan"''
Golok Karat menatapku dengan pandangan tidak percaya.
''Sebetulnya ia berusaha keras untuk tetap tampak bodoh
dan segala sesuatunya berjalan seperti biasa,'' Pedang Kilat
masih mengambung, ''tetapi serangan para penyamun terbang
bukanlah sekadar serangan biasa.''
Aku harus berpikir cepat, tetapi ini sama sekali bukan soal
yang mudah. Semula sangat pentinglah bagiku mendapat
jalan masuk ke lingkaran dalam Mahaguru Kupu-kupu Hitam
untuk mendekatkan diriku kepada kitab yang harus kucuri itu,
tetapi kini terbuka kemungkinan Golok Karat memahami diriku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebagai orang yang akan memanfaatkannya. Artinya jalan
terbaik adalah tetap berpura-pura bodoh.
''Daku sama sekali tidak mengerti...''
Golok Karat seperti berbicara kepada dirinya sendiri.
''Dikau memang tidak mungkin mengetahuinya, Golok
Karat, karena ia sangat pandai berpura-pura, padahal
kecepatannya bergerak bukan saja lebih cepat dari pikiran,
melainkan lebih cepat dari cepat, bagaimana mungkin dikau,
dengan tingkat ilmu silat yang masih mengandalkan tenaga
kasar itu, akan bisa mengerti" Kita semua telah dikelabuinya,
wahai Golok Karat!'' Akhirnya Golok Karat menatapku.
''Benarkah wahai saudaraku yang tiada bernama, tolong
katakanlah yang sejujurnya.''
Kami telah berjalan bersama selama sepuluh hari
menghadapi keganasan alam bersama. Bukan hanya suhu
dingin luar biasa di atas gunung seperti ini, yang terutama
tentulah menjadi masalah bagiku, melainkan juga serangan
binatang buas, longsoran salju, dan terakhir kali serbuan
penyamun terbang, telah kami hadapi atas nama kehendak
mencari guru yang sama bersama-sama. Maka bukan hanya
suratan nasib sebagai dua pengembara yang disatukan
jalannya, melainkan kesamaan cita-cita mempelajari ilmu silat
yang sama itulah yang semestinya menyatukan kami lebih dari
saudara. Ia tidak layak mengalami kekecewaan begitu rupa.
Aku pun menggeleng. ''Daku tidak memiliki kemampuan semacam itu Golok Karat,
dikau pun tahu itu,'' kataku, ''daku tidak mengerti apa yang
dikatakan Puan Pendekar ini!''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pedang Kilat mendadak berkelebat, meski aku mampu
melihatnya sebagai gerak yang sangat lambat. Betapapun aku
bersyukur, karena bukan di kedai itulah Pedang Kilat mampu
menyingkap penyamaranku, ketika aku tidak mampu
mengungkap penyamarannya, melainkan dalam pertarungan
melawan para penyamun terbang itu.
Benarkah yang dikatakan Pedang Kilat, bahwa diriku secara
tersembunyi telah membantu, bahkan menyelamatkan nyawa
Golok Karat, dan ketika itulah Pedang Kilat dapat membaca
gerakanku" Sebetulnya tidak, ketika kami bertarung melawan para
penyamun terbang itu, bukan saja Pedang Kilat takterlihat,
dan bahkan takmungkin mengikuti kami tanpa kuketahui,
mengingat ilmu silatnya yang tidak akan lebih tinggi dari ilmu
silatku; tetapi juga aku tidak pernah memainkan ilmu silat
lebih tinggi dari ilmu silat Golok Karat, yakni ilmu silat tanpa
tenaga dalam. Namun memang jangan terlalu cepat menilai
rendah ilmu silat dengan tenaga kasar, karena dengan
tiadanya tenaga dalam maupun ilmu meringankan tubuh yang
membuat seseorang seolah-olah dengan mudahnya dapat
berkelebat secepat kilat, maka mereka yang berilmu silat
dengan tenaga kasar dituntut untuk membuat penalarannya
jauh lebih berdaya. Meskipun tenaga dalam dapat melipat gandakan daya
tenaga seseorang, tanpa siasat terbaik maka kelebihan daya
itu tiada akan ada gunanya sama sekali, karena memang
adalah akal dan tiada lain selain akal yang telah membuat
siput dan kura-kura mengalahkan kijang dan kelinci dalam
lomba lari bukan" Itulah sebetulnya yang kulakukan ketika
menghadapi serangan bertubi-tubi para penyamun terbang
dengan ilmu silat setingkat yang dimiliki Golok Karat.
SIASAT yang tepat betapapun telah dapat mengunggulkan
pihak yang tampaknya lemah terhadap pihak yang berlebihan
daya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sementara itu, kemampuan Golok Karat sendiri, meski tidak
bertenaga dalam, sama sekali tidaklah rendah. Jadi tanpa
tenaga dalam pula dengan tongkat dahan pohon siong dapat
kuisi setiap kekosongan yang diberikan jurus-jurus Golok
Karat, sehingga bukan saja pertahanan kami tidak dapat
ditembus, tetapi bahkan ternyata mampu membalas dan


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melumpuhkan para penyamun terbang itu pula. Laozi berkata:
pendekar yang terampil melakukan serangan penentuan
dan berhenti ia tidak melanjutkan serangan
untuk menunjukkan keunggulan
ia akan menyerang, tetapi menjaga
agar tidak sombong atas keberhasilannya ia menyerang sebagai kebutuhan
bukan kehendak menjadi unggul
Di sanalah memang kata kuncinya, penentuan dan
kebutuhan, sehingga pertahanan dan serangan kami menjadi
serba menentukan dan penuh dengan ketepatan. Golok Karat
dengan tenaga kasarnya yang besar, dan jurus-jurus ilmu
pedangnya yang sederhana, justru dengan begitu melaksanakan hanya yang dibutuhkan saja, dengan gerakan
yang menentukan. Aku hanya tinggal menyesuaikan diri
sahaja. Agaknya keterpukauan atas keunggulan pihak yang
dianggap lemah itu, membuat Pedang Kilat mendapat
pembenaran atas kecurigaannya yang lain.
Aku teringat ungkapan wajahnya ketika berbicara dengan
pemilik kedai, yang semula kukira ayahnya itu, setelah Golok
Karat menjelaskan dalam bahasa Tibet bahwa diriku adalah
seorang pengembara tanpa nama yang berasal dari Ho-ling.
Waktu itu karena tidak mengetahui sama sekali bahasa T ibet,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
aku tidak dapat menduga makna pandangan mereka. Aku
memang memikirkan sesuatu, setelah Golok Karat menceritakan percakapannya dengan pemilik kedai yang
bertanya tentang diriku, tetapi baru dapat melanjutkan apa
yang menyeruak dalam kepala setelah Pedang Kilat
menyatakan kecurigaan atas ilmu silatku.
Kabar angin dari dunia persilatan beredar dari kedai ke
kedai karena dihubungkan oleh para pengembara, dan
tidaklah mustahil jika kabar tentang munculnya seorang
pendekar asing yang tidak memiliki nama dan telah
menerbangkan banyak sekali nyawa sepanjang jalur dari
Thang Long sampai ke Celah Dinding Berlian, sampai pula ke
tempat ini. Mungkin juga mereka telah mendengarnya dalam
pengembaraan mereka sendiri. Ini berarti kemungkinan besar
Pedang Kilat mengira diriku adalah diriku! Dengan dugaan
seperti itu, me lihat kami berdua takjuga bisa dikalahkan oleh
para penyamun terbang, apalagi dengan cara yang mangkus
dan sangkil seperti itu, hanyalah membenarkan dugaannya!
Ia berkelebat sambil berteriak.
"Akuilah bahwa dirimu adalah Pendekar Tanpa Nama!"
Pedang jian berkilat itu ujungnya terarah langsung ke
tenggorokanku! Jika aku tetap berpura-pura dalam penyamaranku, ujung pedang itu akan segera menembusnya!
(Oo-dwkz-oO) Episode 199: [Tiga Sungai dan Tiga Puncak]
PEDANG Kilat melesat secepat kilat dengan ujung pedang
terarah langsung ke tenggorokanku, tetapi dengan kemampuanku bergerak bukan hanya lebih cepat dari kilat,
tetapi juga lebih cepat dari pikiran, bahkan lebih cepat dari
cepat, maka aku dapat melihatnya sebagai gerakan yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sangat lambat dan sangat mudah dihindari, sehingga
memberiku kesempatan untuk berpikir panjang.
Pertama, sudah jelas aku tidak ingin menyakiti perasaan
Golok Karat sekarang ini, dengan mengungkap kenyataan
betapa aku telah mengelabuinya, yang tentu saja membuat
diriku harus tetap berada dalam peranku semula; lagipula,
terutama, bersama Golok Karat ini pula mendadak kutemukan
jalan terbaik mendekati Mahaguru Kupu-kupu Hitam.
Pernyataan Pedang Kilat yang menyatakan bahwa Mahaguru
Kupu-kupu Hitam selalu membunuh siapapun yang melamar
untuk jadi muridnya tidak dapat kujadikan pegangan,
meskipun nama Mahaguru Kupu-kupu Hitam diambil saja dari
nama gurunya. Setidaknya boleh dianggap kami berdua
memberanikan diri untuk menjadi dua muridnya yang
pertama! Kedua, betapapun Pedang Kilat tidak dapat kuanggap
mengetahui siapa diriku sesungguhnya. Dia jelas belum
menyingkap penyamaranku, baik ketika melihatku di kedai,
maupum di sini ketika melihat sekilas gerakanku menghadapi
para penyamun terbang, yang betapapun memang kubatasi;
dan hanya terpengaruh oleh cerita tentang Pendekar Tanpa
Nama itulah maka keunggulan siasatku seperti membenarkan
dugaannya bahwa diriku yang tanpa nama tentulah berarti
diriku adalah Pendekar T anpa Nama.
NAMUN itu bukanlah bukti yang cukup, dan karena itu ia
tidaklah memberiku kesempatan meneruskan penyamaran
dengan membiarkan diriku teringkus jala liat para penyamun
terbang. Pedang Kilat membebaskan kami terutama karena
ingin menguji diriku lebih lanjut, dan aku tidak boleh
membiarkan percobaannya itu terbukti. Aku harus tetap diam
seperti pesilat awam, yang tidak akan mungkin mampu
menangkap kecepatan kilat suatu gerakan.
Pedang Kilat masih me lesat tetapi yang dimataku tetaplah
terlihat lamban sekali. Jika ingin berubah pikiran, aku masih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memiliki kesempatan, karena aku menghadapi suatu keadaan
dengan pertaruhan: kutempuh penyamaran penuh kesulitan
ini demi pembebasan Yan Zi dan Elang Merah; termasuk
dalam penyamaran itulah aku harus bersikap tiada berdaya
menghadapi serangan secepat kilat ini, tetapi jika Pedang K ilat
yakin diriku memang diriku seperti yang didengarnya, dan
meneruskan tusukannya, tentu aku akan tewas dengan darah
menyembur, dan tetap tidak bisa membebas Yan Zi dan Elang
Merah. Ujung pedang jian yang dibuat hanya demi ilmu pedang itu
tinggal sedepa dari tenggorokanku dan aku masih tetap diam!
Ujung pedang itu berhenti tepat di depan tenggorokanku
hanya dalam jarak satu jari!
Pedang Kilat berhenti dengan tubuh masih mengambang
seperti ketika meluncur dengan pedang terhunus ke depan.
"Hah?" Aku pura-pura terperanjat dan melangkah mundur.
"Puan Pendekar sungguh mau membunuhku?"
Golok Karat tertahan nafasnya.
Pedang Kilat mengubah kedudukannya dan menurunkan
kedua kakinya menginjak salju.
"Pendekar Tanpa Nama pun kukira tidak akan dan tidak
perlu menyamar sampai seperti ini," katanya sambil
menyimpan pedangnya ke sarung di punggung, "barangkali
jika kalian tidak dibunuh oleh Mahaguru Kupu-kupu Hitam dan
mampu menamatkan pelajaran,
kita bisa melakukan pertarungan." Pedang Kilat berujar sambil menatapku penuh pandangan
selidik. Ia tampak masih ragu, tetapi memang hanya pesilat
awamlah yang akan diam dan tiada tahu betapa ujung pedang
lawan sudah sampai sedekat itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan sedikit senyum seperti melihat sesuatu yang lucu,
tetapi juga antara menghina dan merendahkan, Pedang Kilat
berkelebat menghilang. Golok Karat datang berlari memelukku. Aku bagaikan
tenggelam ke dalam tubuhnya yang tinggi besar itu.
"Saudaraku! Untunglah Pedang Kilat itu pendekar yang
masih menganggap membunuh orang tidak berdaya dan tidak
melawan adalah tabu!"
Aku sungguh terharu dengan kebaikan hatinya itu. Belum
terbayang apa yang harus kukatakan kelak jika aku berhasil
mencuri Kitab I lmu Silat Kupu-kupu Hitam itu.
(Oo-dwkz-oO) Masih dua hari lagi kami berdua berjalan dan merayap
sepanjang Pegunungan Hengduan sebelum akhirnya pada hari
kesepuluh tiba di sumber air panas di kaki Gunung Gaoligong.
Golok Karat mewajibkan dirinya untuk mandi di sana sebelum
meneruskan perjalanan, tetapi ketika kami tiba di sana sumber
air panas itu dipenuhi oleh perempuan-perempuan muda.
Mereka sedang merayakan datangnya musim panas, yang
dalam ketinggian seperti ini, betapapun memang tidak akan
pernah terasa sebagai panas.
Namun sumber air panas itu hangat airnya. Golok Karat
harus menunggu hari berakhir jika ingin tetap mandi di situ.
Aku membayangkan perjalanan berat yang masih harus
ditempuh. "Kita adalah pengembara yang menuruti ke mana pun kaki
kita melangkah," kata Golok Karat, "kita tidak pernah tahu
kapan lagi akan melewati tempat ini, dan juga daku tidak akan
melewatkan kesempatan untuk mandi."
Betapapun kami memang tidak pernah mandi dalam udara
yang begini dingin, dan juga belum tahu kapan akan pernah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mandi jika melewatkan kesempatan mandi air panas sekarang
ini. Kami berada di wilayah orang-orang Lisu dan kami tidak
ingin membuat kekeliruan yang tidak kami pahami jika ikut
bergabung mandi begitu saja bersama perempuan-perempuan
muda itu. Kampung mereka tentu tidak jauh dari s ini dan kami
tidak ingin perjalanan kami tertunda-tunda lagi.
"Kalau perlu kita tunggu sampai malam tiba," kata Golok
Karat, "dan biarlah kalau perlu kita mandi dalam gelap."
Dan begitulah kami menunggu. Kami duduk pada sebuah
ketinggian yang memperlihatkan puncak-puncak Pegunungan
Hengduan menutupi garis cakrawala di kejauhan sambil
bercakap-cakap. Kami sempat membeli daging bakar dan arak panas dalam
guci dari sebuah kedai di dekat pemandian, dan kami
menikmatinya sambil menatap pemandangan.
Golok Karat mengutip sebuah pepatah Tibet:
jika lembah dicapai sebuah celah yang tinggi
kawan-kawan terbaik atau musuh-musuh terjahat
sajalah akan jadi pengunjung "Coba dikau lihat bagaimana alam seperti ini membentuk
cara berpikir mereka,i katanya, isegalanya hanya dilihat
sebagai kawan atau lawan, dalam rangka permusuhan."
"Tetapi daku kira itu bukan satu-satunya pepatah Tibet,i
kataku, itentu ada yang lain, yang tidak berhubungan dengan
kawan-lawan atau permusuhan."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maka sambil menuang kembali arak ke dalam cawan dan
menenggaknya, meluncurlah berturut-turut tiga pepatah T ibet
lainnya: di mana ada hidup, di s itu ada maut
"Lihat bagaimana kita tidak bisa bernapas sedikit
lega,"katanya. waspadailah madu dihidangkan pada pisau tajam
"Perhatikanlah bagaimana mereka selalu hidup dalam
keadaan curiga mencurigai," katanya lagi.
kata-kata adalah gelembung air
perbuatan tetesan emas atau darah
"Lihat saja perumpamaannya," kata Golok Karat, "kenapa
harus darah jika tidak ada hubungan dengan penumpahannya?" Aku mengangguk-angguk mengerti, karena aku pun pernah
mendengar pepatah Tibet seperti ini:
belang harimau jadi pakaian dan pengenalnya
sedang jubah hanya pakaian manusia
Artinya kepercayaan kepada ketulusan seorang bhiksu pun
mereka tunda, dengan tidak sekadar mempercayai seseorang
karena pakaiannya. "Pepatah muncul dari pengalaman bersama," kataku
sekadar menimpali. Dalam hatiku kuhitung hari yang masih kumiliki untuk
menyelamatkan Yan Zi dan Elang Merah. Mahaguru Kupu-
kupu memberiku waktu 30 hari untuk mengambil Kitab Ilmu
Silat Kupu-kupu Hitam, belum termasuk menunggunya ketika
menamatkan kitab itu dan bertarung menghadapinya dalam
waktu seminggu, sebelum kedua perempuan itu dibebaskan,
siapapun yang akan menang dalam pertarungan. Sudah 12
hari kulalui semenjak meninggalkan lautan kelabu gunung
batu dan itu berarti aku tinggal memiliki 18 hari lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cukupkah itu untuk menempuh sisa perjalanan yang masih
penuh kesulitan, yakni menyeberangi Tiga Sungai Sejajar
melalui puncak-puncak tebing yang membatasinya, untuk


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

turun ke Shangri-La dan mencari Mahaguru Kupu-kupu Hitam"
Dari puncak tebing di atas Sungai Nu, secara berturut-turut
kami akan menyeberangi Sungai Nu, Sungai Lancang, dan
Sungai Jinsha melalui puncak-puncak tebingnya yang curam
dan turun ke kaki Gunung Merah. Dari sini kami harus berjalan
lagi menuju Shangri-La yang diapit Gunung Qianhu, Gunung
Salju Haba, Danau Bita, dan Gunung Merah itu sendiri. Ini
semua kuketahui dari Elang Merah maupun Golok Karat yang
telah mempelajarinya, tetapi tiada seorang pun dari kami
berdua pernah menempuhnya. Padahal, sekali tersesat, bisa
berakibat terbuangnya waktu berhari-hari lamanya, sementara
sebelum kitab itu berada di tangan, aku tidak dapat berkelebat
secepat kilat atau melesat di dalam angin seenaknya, karena
dalam penyamaran ini diriku harus menjalani hari demi hari
dengan ruang dan waktu orang awam.
Arak membuat Golok Karat bicara makin lancar, dan tidak
penting lagi baginya apakah perbincangannya akan ditanggapi
atau tidak ditanggapi, karena sebagai pesilat kurasa ia
memang kurang peduli terhadap dirinya sendiri. Ia terlalu
ramah dan terlalu baik hatinya, sehingga kurasa ia telah dan
masih akan sering tertipu. Namun sebagai pesilat, meski
hanya memiliki tenaga kasar, dengan tubuhnya yang tinggi
besar itu betapapun harus kukatakan betapa ia sangat trampil.
Selain itu pun ia selalu menggunakan akalnya dengan baik
sekali dalam pertarungan, seperti yang telah kusaksikan
sendiri, sehingga meski tidak memiliki tenaga dalam, belum
tentu siapapun yang memiliki tenaga dalam dengan sendirinya
akan mampu mengalahkan Golok Karat. Seperti dikatakan
pepatah tua tentang gung fu dari Negeri Atap Langit:
bukanlah kepalan dahsyat yang bertarung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
atau kata-kata bertuah yang mengutuk
Sampai mendadak seperti tiba-tiba saja gelap. Pemandian
m enjadi senyap dari tawa para gadis dan hanya terdengar
desis aliran air panas dengan uapnya yang mengepul. Tanpa
menunggu lebih lama lagi Golok Karat bergegas menuju kolam
tempat pemandian air panas itu.
"Marilah!" Golok Karat mengajakku.
Namun aku melihat bayangan berkelebat, seperti sedang
mengintai kami. Jadi memang kuikuti langkah Golok Karat, tetapi kuberi
isyarat agar mandi sendiri saja karena aku harus menyelidiki
sesuatu. Untunglah ia cepat mengerti. Bahkan langsung mandi
sambil bernyanyi-nyanyi, sementara aku menyelinap dalam
gelap dengan sangat lambat, karena tidak mungkin berkelebat
dalam pandangan mata Golok Karat.
Lepas dari pandangannya barulah aku berkelebat. Dengan
segera aku berada di belakang dua sosok manusia yang
berbicara dengan bahasa Negeri Atap Langit. Dari suaranya
segera kukenali kembali dua orang sewaan Golongan Murni
yang bermaksud mengadu domba Suku Naxi dan Suku Lisu
itu. K ini mereka berada di wilayah Suku Lisu, mungkinkah ada
sesuatu yang berhubungan dengan adu domba itu"
"Mengapa Kakak tiba-tiba berhenti?"
Sosok yang dipanggil Kakak mengangkat tangannya, tanda
agar kawannya itu diam. Suasana sunyi senyap. Suara angin
gemuruh di antara tebing sepanjang sungai terdengar di
kejauhan. Hanya nyanyian Golok Karat di pemandian
terdengar jelas sekali. Terlihat ia menggeleng-geleng.
"Orang itu ceroboh sekali," katanya, "dia pikir seperti
sedang mandi di kampungnya sendiri saja."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jadi kenapa Kakak berhenti?"
Kakak ini menoleh dengan agak gusar, meski ia bisa
menjaga dirinya dengan tetap berbisik-bisik.
"Tidak usah Adik pertanyakan lagilah kenapa daku
berhenti," katanya, "sudah pasti karena ada sesuatu yang
kuanggap penting." "Tapi Kakak, kita sudah ditunggu."
"Biar saja mereka menunggu, Adik, kita sudah menjalankan
semua tugas kita dengan baik, tidak ada salahnya mereka
menunggu kita agak sedikit lama lagi, apalagi berhasil
tidaknya pengepungan itu sangat ditentukan oleh keterangan
yang akan kita berikan. Biarlah mereka menunggu!"
Aku terhenyak. Pengepungan" Pengepungan oleh pihak
mana kepada pihak mana" Aku merasa sangat penasaran dan
untunglah yang disebut Adik itu juga masih penasaran akan
sesuatu. "Kakak, kalau aku boleh bertanya, apa sebetulnya
kesalahan Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu, sehingga begitu
banyak orang dikerahkan untuk mengepungnya ke Shangri-
La?" Sekali lagi yang disebut Kakak itu mengangkat tangannya,
dan yang disebut Adik itu diam lagi.
"Aneh," katanya sambil mendengarkan nyanyian Golok
Karat, "kenapa hanya ada satu orang" Aku percaya telah
melihat dua orang, dan aku merasa salah seorang di
antaranya bersosok seperti bayangan berkelebat yang tidak
bisa kukenali waktu itu."
"Begitukah, Kakak" Kenapa tidak tengok saja ke pemandian
itu" Bahkan kita bisa berpura-pura mandi jugaO"
Sosok yang disebut Kakak kembali menukas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Adik, kalau Adik bermaksud jadi petugas rahasia yang
baik, Adik harus lebih sering menggunakan akal Adik,"
katanya, masih tetap berbisik, dengan nada mengajari,
"misalnya kita harus tahu pasti apakah orang yang kita selidiki
ilmu silatnya lebih rendah atau lebih tinggi daripada ilmu silat
kita." Adik itu diam mendengarkan.
"Kalau ilmu s ilatnya lebih rendah, boleh diandaikan ia tidak
akan mengetahui kehadiran kita," ia melanjutkan, "tetapi jika
ilmu silatnya lebih tinggi, kita harus bersikap sangat berhati-
hati dan lebih baik menunggu, karena jika kita gegabah,
bukan kita yang akan mengawasinya, melainkan dialah yang
mengawasi dan menyelidiki kita!"
"Dan Kakak merasa sosok yang berkelebat itu ilmu s ilatnya
lebih tinggi dari ilmu s ilat kita?"
"Sebetulnya jika seseorang berkelebat dan kita tidak dapat
mengikutinya, itulah tanda kecepatan bergerak kita ada di
bawahnya, jika tidak dalam ilmu silat, setidaknya dalam ilmu
penyusupan." Memang bisa saja ilmu penyusupan seseorang sangat
tinggi, tetapi ilmu silatnya tidak seimbang dengan ilmu
penyusupannya itu; dan sebaliknya ilmu s ilat yang tinggi tidak
menjamin kemampuan dalam penyusupan yang juga tinggi.
Jelaslah dalam keduanya kemampuan berkelebat tanpa
terlihat menjadi andalan utama.
Adik itu tampak mengangguk-angguk.
"Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang, Kakak"
Permusuhan Suku Lisu dan Suku Naxi sudah berhasil Kakak
kobarkan, begitu pula permusuhan antara Suku Yi dan Suku
Han, sehingga tidak akan mengganggu rencana penangkapan
Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BANYAKLAH tanda tanya belum terjawab dalam berbagai
peristiwa itu, meski aku sendiri pun tidak merasa perlu
mewajibkan diri mencari segenap jawabannya. Betapapun aku
hanyalah pengembara yang selalu melakukan perjalanan
mencari daerah baru dan sepertinya tidak akan pernah
kembali. Ketika memutuskan untuk bergabung dengan kapal
Srivijaya, yang ternyata adalah kapal bajak laut budiman Naga
Laut yang justru selalu mengganggu armada Sriv ijaya, diriku
dipenuhi semangat petualangan melihat dunia, tanpa berpikir
betapa dalam setiap langkah dan tindakan terdapatlah
jaringan peristiwa yang akan mengikutinya. Adapun dalam
setiap peristiwa dalam jaringan itu akan terlibatlah manusia
dengan siapa kita bersua, sedangkan hubungan antarmanusia
itu jika di satu pihak bisa hanya berlalu seperti debu
diterbangkan angin menderu, di pihak lain dapat mengikat
erat seperti ular naga yang melibat dan melekat.
Maka ternyata aku tidak dapat sepenuhnya bersikap
sebagai pengembara, yang meninggalkan setiap peristiwa
berkecamuk di wilayahnya sahaja, tanpa harus bertanggung
jawab sebagaimana orang asing yang akan menghindarkan
dirinya untuk terlibat, karena berbagai peristiwa itu sendiri
seperti dengan sengaja bukan hanya melibatkan tetapi bahkan
menjebakku untuk berada dan berperan di dalamnya.
Lagipula, kemudian manusia di daerah manapun tidak akan
pernah menjadi terlalu asing bagiku. Setiap manusia
sebetulnya bersaudara di atas bumi yang sama.
Tentu tidak bisa kutinggalkan tanggung jawabku atas tanda
tanya gugurnya Amrita yang berada di tangan Harimau
Perang. Ke mana pun ia pergi, ke ujung dunia sekali pun, ke
seberang benua maupun ke puncak gunung, aku akan selalu
mencarinya, bukan hanya atas nama segala makna yang telah
kudapatkan dari Amrita; tetapi juga atas gagalnya
pengepungan dan perebutan Kota Thang-long, yang hanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mungkin terjadi karena pengkhianatan, yang telah mengakibatkan banyak korban jiwa kawan-kawan seperjuangan para pemberontak gabungan.
Tidak bisa dilupakan tentu utang budiku kepada orang
kebiri yang telah menyelamatkan jiwaku itu, yang menyamar
sebagai pemilik kedai di lautan kelabu gunung batu, yang
disebut Si Cerpelai dan menyimpan sepertiga dari rahasia
penting yang berhubungan keamanan Kemaharajaan Negeri
Atap Langit. Segala keterangan yang telah diberikannya
kepadaku, sebagai cerita lisan maupun tertulis dalam
gulungan kitab, tentang seluk beluk kehidupan orang kebiri di
istana dalam sejarah Negeri Atap Langit, haruslah kuanggap
mengandung suatu pesan, bahwa aku akan terlibat
memecahkan persoalan. Untuk itu bahkan telah dikorbankannya nyawa sendiri agar diriku tetap hidup, dengan
menghadapi para pembunuh kelompok racun Kalakuta. Ini
hanya terjadi setelah ia menyaksikan sikapku terhadap orang-
orang Uighur yang memintaku jadi guru itu dan bagaimana
aku bertarung melawan Pendekar Kupu-kupu.
Belum selesa i dengan semua itu, aku terlibat pula dengan
urusan Yan Zi yang meski sama sekali tiada kuminta, jelas
tiada mungkin kutinggalkan pula. Menyusup masuk ke dalam
istana di kotaraja Chang'an untuk mengambil Pedang Mata
Cahaya untuk tangan kiri jelas bukan sembarang tugas yang
dapat dilakukan, tetapi Angin Mendesau Berwajah Hijau
seperti juga Si Cerpelai itu agaknya menangkap sesuatu dalam
gerakanku, yang membuat mereka berpikir aku dapat
menyelesaikan masalah mereka yang takterpecahkan oleh
mereka sendiri itu. Seingatku aku tidak pernah memperagakan
Jurus Tanpa Bentuk di hadapan Si Cerpelai maupun Angin
Mendesau Berwajah Hijau, tetapi agaknya jejak-jejaknya
tertangkap juga oleh orang yang berilmu tinggi. Kuketahui
inilah jurus impian para pendekar untuk dikuasai, tetapi
meskipun aku masih mengolahnya telah kuyakini bahwa tiada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seorang pun akan bisa menguasainya, selama masih
memikirkannya sebagai suatu bentuk.
Kini, di sini, meski bercak salju masih terdapat di sana-sini,
bahkan masih pula membentang bagaikan padang memutih,
sebenarnyalah sekarang ini sudah memasuki musim panas.
Aku masih berada di tahun 796, tetapi sudah memasuki bulan
Caitra. Hanya karena berada di dataran yang amat tinggi
sajalah maka salju bagaikan enggan mencair. Dahan dan
ranting masih berselimutkan embun membeku, yang ketika
sedang bergerak menetes ternyata menjadi kaku. Betapapun
belum lama aku meninggalkan Daerah Perlindungan An Nam,
tetapi rasanya sudah banyak peristiwa yang kualami dalam
waktu singkat. Di antara semua itu yang terakhir ini sangatlah rawan.
Urusan Harimau Perang dan rahasia yang dipegang orang-
orang kebiri masih bisa ditunda tanpa pertaruhan nyawa,
tetapi kini jika Mahaguru Kupu-kupu Hitam terbunuh dalam
pengepungan golongan hitam dan para pendekar yang telah
menjual jiwanya sebagai pembunuh bayaran, kecil peluangku
mendapatkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam sebagai
jaminan agar Yan Zi dan Elang Merah tetap hidup. Dengan
menyamar sebagai pesilat awam dengan jurus-jurus
sederhana untuk berguru kepada mahaguru yang akan
dikepung itu, apakah kiranya yang bisa kulakukan" Perjalanan
yang tersisa saja belum kuketahui apakah bisa kutempuh
dengan sedikit kecepatan.
PARA pendekar tinggal me lenting dari puncak ke puncak
atau berselancar di atas angin, tetapi pendatang yang awam
dan tidak mengenal perlengkapan terbang harus bergelantung
pada tali dan merayapinya dengan bantuan roda. Penduduk
setempat membawa barang-barang dan binatang piaraannya
melalui tali itu juga, dan ke sana jugalah para penyamun
terbang seperti pernah kudengar biasa mencari mangsanya.
Akibat penyamaranku sebagai pesilat awam, aku tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mungkin mengatasi semua ini tanpa tenaga dalam maupun
ilmu meringankan tubuh dengan mudah.
Kami berdua masih bernyanyi-nyanyi di dalam kolam, tetapi
Golok Karat memberi isyarat kepadaku bahwa ia melihat dua


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sosok manusia berkelebat pergi. Berhasil kami kelabui kedua
petugas rahasia itu, untuk mengira betapa kami bukanlah
orang yang patut dicurigai. Aku segera berhenti bernyanyi dan
melompat keluar kolam. Segera kukeringkan tubuh dengan
bagian luar busana yang itu juga.
''Marilah kita segera berangkat Golok Karat,'' kataku,
''banyak sekali yang masih harus kita kerjakan.''
''Apakah kiranya itu, saudaraku yang tidak bernama"''
Aku diam sejenak sebelum menjawab, tidak tahu jawaban
apa yang paling tepat. ''Marilah! Kujelaskan semuanya dalam perjalanan!''
(Oo-dwkz-oO) Episode 200: [Korban Manusia bagi Parambrahma] -
TAMAT Pembaca, izinkan aku berhenti sebentar. Untuk seorang tua
yang sudah memasuki umur 101 tahun dan belum mati juga,
usaha mengingat secara runtut ternyata bukanlah sesuatu
yang selalu mudah. Kadang ingatanku kuat akan suatu
peristiwa sampai kepada pernik-pernik rincian yang sekecil-
kecilnya, tetapi lupa sama sekali akan suatu peristiwa lain
yang tidak dapat kuketahui sekarang ini sebetulnya penting
atau tidak penting, karena jika teringat pun bagaikan hanya
berupa gambar samar-samar dari masa lalu, kadang tampak
dan kadang tidak terlihat sama sekali, bahkan kadang seperti
semesta gelap yang hanya tetap dan akan tetap tinggal gelap
untuk selama-lamanya. Bagaimana jika ternyata peristiwa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang kulupakan itu penting untuk memecahkan masalahku
sekarang" Ada kalanya suatu peristiwa teringat kembali karena
berlangsungnya peristiwa lain yang seperti tidak ada
hubungannya sama sekali. Pengepungan atas pondok Rangga Tua itu misalnya, yang
telah membuatku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri
untuk kali pertama bentuk pengungkapan Jurus Naga Api oleh
sosok yang berkelebat tak terlihat itu, justru mengingatkan
diriku atas suatu peristiwa yang berhubungan dengan
Sivagrha atau Rumah Siva yang sebagai Tanah Suci
dipersembahkan kepada Parambrahman atau Yang Mutlak di
bagian selatan sana. Setelah peristiwa Pembantaian Seratus Pendekar pada
tahun 821, aku menghilang dari dunia persilatan dan melebur
ke dunia ramai, dunia kehidupan orang-orang awam yang
meskipun jauh dari kesaktian dan kedahsyatan para pendekar
yang bagaikan tidak masuk akal, tidak kalah menariknya dari
dunia persilatan itu sendiri. Aku akan terus berada di dunia
awam itu selama 25 tahun, dengan segala pengalaman yang
dimungkinkan oleh kehidupan, dan pada masa itulah, pada
tahun 832, kudengar dimulainya pembangunan Rumah Siva
yang luar biasa itu. SIVAGRA dibangun dengan mengerahkan tenaga manusia
yang sangat banyak, sehingga selesa i hanya dalam waktu 24
tahun, dan diresmikan pada 856, yang juga menjadi penanda
jatiningrat Rakai Pikatan, yang telah mangkat setahun
sebelumnya. Sivagrha itu sendiri mulai dibangun pada masa
pemerintahan Dyah Gula atau Rakai Garung, yang terus
berlanjut pada masa Rakai Pikatan, yang berarti mendapat
dukungan sepenuhnya dari Wangsa Syailendra, yang telah
membangun Kamulan Bhumisambhara, dengan rancangan dan
awal pembangunan tahun 755.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Saat itu usiaku masih lima atau enam tahun, dan hidup
terpencil bersama pasangan pendekar yang mengasuhku di
Celah Kledung. Adapun ketika Sivagrha hampir lengkap
berdiri, aku sudah tenggelam dalam samadhi di sebuah gua,
dan Wangsa Sanjaya telah mengusir Wangsa Sailendra ke
Samudradvipa, sehingga Balaputra bisa membangun Sriv ijaya
sebagai raja. Namanya bahkan pernah kudengar dibicarakan
sebagai tercatat dalam sebuah prasasti pada 860 di Nalanda,
Jambhudvipa bagian utara, ketika meminta kepada Raja
Benggala Dewapaladewa untuk membangun sebuah wihara,
tentunya bagi para bhiksu yang datang belajar dari
Suvarnadvipa. Dengan kehidupanku yang selalu mengembara, menyamar,
bersembunyi, dan hanya mendapat keterangan tidak selalu
dari sumber pertama, bahkan kadang berupa kabar angin dari
kedai ke kedai, aku tidak selalu merasa pasti akan
pengetahuanku sendiri akan permainan kekuasaan di istana.
Rakai Pikatan misalnya yang jelas memuja Siva, memang
disebut dalam prasasti permaisurinya beragama Buddha,
tetapi Sri Kahulunan yang meresmikan Kamulan Bhumisambhara pada 842, dan memang kudengar ketika
menyamar di dunia awam, mungkin justru adalah ibundanya.
Aku memang menganggap kerincian adalah penting, tetapi
berita simpang siur lebih sering membingungkanku, yang
betapapun memang tidak menguasai ilmu surat sebaik ilmu
silat. Meski begitu memang banyak tanda-tanda pada Sivagrha
yang bisa kubaca, sejauh pernah kulihat ketika juga
menyamar sebagai pekerja pada masa pembangunannya.
Sesuai namanya, Sivagrha adalah percandian dengan Siva
sebagai dewa utamanya, tetapi di sana dibangun pula dewa-
dewa lain dalam Hindu seperti Visnu dan Brahma.
BEGITULAH arca Siva bukan hanya ditempatkan di candi
tengah yang ukurannya lebih besar daripada kedua candi yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengapitnya, yang berisi arca kedua dewa Trimurti yang lain
itu, tetapi dalam candinya sendiri ia didampingi arca Durga
Mahisasuramardini, Ganesha, dan Agastya yang masing-
masing ditempatkan di ruang tersendiri. Kedua dewa lain itu
tidak diberi pendamping. Dari pengembaraanku pada masa muda yang masih akan
kuceritakan nanti, kuketahui bahwa sejak beberapa ratus
tahun lalu di Jambhudv ipa para penganut Hindu terbagi dalam
berbagai aliran yang bersaingan. Adapun yang merupakan
aliran besar adalah Saiva, yakni mereka yang mengunggulkan
pemujaan kepada Siva; Vaisnava, yakni mereka yang memilih
untuk lebih memuja Visnu; dan Sakta, yakni mereka yang
menganggap Sakti, yaitu Dev i pasangan dewa utama, adalah
lambang kekuasaan Yang Tertinggi. Terutama antara kaum
Saiva dan kaum Vaisnava, di Jambhudvipa berlangsung
persaingan ketat, tetapi di dalam Sivagrha yang puncak candi
utamanya menjulang ke langit di Javadvipa ini, jelas bukan
hanya Visnu, melainkan juga dewa-dewa lain diberi tempat.
Bahkan gambar pahatan sekeliling ketiga bangunan utama
bercerita tentang Rama dan Krishna, yang jelas merupakan
avatara Visnu. Namun sebetulnya bukan hanya kebersamaan dewa-dewa
Hindu itu saja tanda-tanda yang terbaca pada Sivagrha,
melainkan persamaan ragam seni dan cara pemahatannya
yang sama dengan candi-candi Buddha. Dalam bangunannya
pun pembuatan relung pada dinding candi, dan penyematan
hiasan yang terpahat di atas pintu dan relung, yang sering
disertai penggambaran awan dan makhluk-makhluk kahyangan di atasnya, memperlihatkan betapa cara
memandang dunia dari kedua agama itu sama. Pernah
kudengar istilah Siva-Buddha Tattwa yang mempertemukan
keduanya, yang tampaknya menampung berbagai upacara
yoga-tantra yang pernah kulihat pula.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Justru upacara itulah yang teringat olehku ketika para raja
pariraksa bermaksud menangkap, dan nyaris membantai,
Rangga Tua, karena mengingatkanku kepada kegemparan
yang ditimbulkan para pengelola Sivagrha tersebut, saat
sebagai persembahan kepada dewa, ternyata mereka disebut-
sebut mengorbankan manusia!
(Oo-dwkz-oO) MAAFKANLAH diriku wahai Pembaca, bahwa aku tidak
meletakkan bagian cerita ini dalam urutan semestinya, karena
cerita ini berlangsung pada hari-hari akhirku di dunia ramai
antara 846 dan 847, jadi menjelang Rakai Pikatan tampil dan
kemudian mulai memerintah di Mataram, sekitar limabelas
tahun dari awal pembangunan Sivagrha, dan sepuluh tahun
sebelum diresmikan pada 856, tiada lebih dan tiada kurang
karena diriku yang sudah tua ini takut menjadi lupa dan
bagian cerita ini hilang untuk selama-lamanya.
Kupikir Pembaca juga dapat mengurutkan sendiri nanti,
ketika riwayat hidupku sampai kepada tahun-tahun itu, ketika
Parambhrahma atau Jiwa Alam Semesta di Sivagrha
diwartakan mendapat persembahan jiwa manusia selain
binatang-binatang korban lainnya. Betapapun, pengepungan
pondok Rangga Tua itu tanpa bisa kujelaskan ternyata
mengingatkan diriku kepada cerita seseorang di masa lalu
pada sebuah kedai, tentang apa yang berlangsung di
Sivagrgha tersebut, percandian indah dengan 224 candi
perwara yang mewakili 224 dunia dalam tatacara semesta
Saiva Siddhanta sesuai dengan Bhuvanakosha itu, yang
bahkan jika candi-candi perwara ini dipadankan dengan
gunung Chakravada, maka delapan candi di halaman
dalamnya terbandingkan juga dengan delapan puncak
pegunungan Manasa di Jambhudvipa.
Saat itu seseorang bercerita di sebuah kedai, tentang
seorang pemuda tampan yang telah hilang diculik pada suatu
malam, ketika sedang memeriksa pengairan sawahnya setelah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hujan, oleh suatu gerombolan berkuda yang wajahnya ditutup
kerudung hitam. Diceritakannya bahwa kejadian itu sebetulnya
diketahui juga oleh sejumlah saksi mata, dan meskipun
gerombolan berkuda itu mengetahui betapa diri mereka
terpergok melakukan penculikan tersebut, tindakan itu mereka
lanjutkan juga. Disebutkan bahwa para saksi mata lain, yang
juga sedang berada di sawah untuk memeriksa pengairannya
sehabis hujan lebat yang kadang merusak pembatasnya itu,
mengenali gerombolan tersebut dari kuda yang mereka
tunggangi. "MEREKA mengenalinya sebagai s isa-sisa paksha Kapalika,"
katanya, "mereka juga memburu anjing dan trenggiling."
"Untuk persembahan mereka?" tanya orang-orang di kedai
lainnya. Orang yang bercerita itu mengangguk sambil menoleh ke
kiri dan ke kanan dengan wajah menyiratkan ketakutan.
"Bahkan di Jambhudvipa katanya mereka sudah punah,"
seseorang berkata, "tetapi di sini pengaruhnya masih terasa."
Aku berada di antara mereka sebagai pendengar saja,
tidaklah perlu kukatakan kepada mereka bagaimana aku
mengenali keberadaan penganut Kapalika di Jambhudv ipa dan
penganut Kalamukha di Nepal, yang juga disebut kaum
Kapalika Saiva, yang seharusnyalah sudah punah dan tidak
menjalankan peribadatannya yang kejam itu lagi.
Namun yang berlangsung di Yavabhumipala dengan lomba
pembangunan candi-candi besar Mahayana maupun Siva saat
itu keadaannya memang berbeda. Di sini Mahayana dan Siva
tidak bersaing apalagi bermusuhan, melainkan hidup bersama,
bahkan nyaris saling menyerupa, tetapi yang hanya dapat
berlangsung dengan suatu cara.
"Mereka yang belajar begitu jauh sampai Nalanda," ujar
seseorang yang lain pula, "kembali hanya untuk membuat
Buddha sama dengan Siva."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Saat itu aku teringat pembacaanku di ruang pustaka Kuil
Pengabdian Sejati di Thang-long, tentang bagaimana Xuan
Zang menceritakan kembali keberatan para bhiksu Hinayana di
Orissa tentang ajaran Mahayana yang dianggap sebagai aliran
sesat atau viparita-drsti.
"Ya, mereka yang kembali dari Nalanda tiada bedanya
dalam hal apapun dari kaum Kapalika!"
Kedai itu menjadi ramai, ketika semua orang bicara tentang
agama, padahal semuanya tidak paham agama, dan kukira
tidak banyak pula yang bisa membaca. Bahkan bagiku, yang
bisa dan cukup banyak membaca di banding orang-orang
awam yang berdebat di kedai itu, betapapun terbukti tiada
cukup cendekia untuk memahami segenap tanda yang tertera
di Kamulan Bhumisambhara maupun Sivagrha, ketika dalam
candi Buddha terdapat pengaruh Hindu, dan pada candi Hindu
terdapat unsur-unsur Buddha --yang rupanya juga menjadi
bahan perdebatan orang-orang awam semasaku ini.
"Cangkir-cangkir tengkorak!" Seseorang berkata.
"Kenapa" Itu disebut-sebut jatuh tanpa sengaja dari beban
bawaan yang tutupnya terbuka itu bukan?"
Aku pun pernah melihatnya, meski bukan di Mataram ini,
melainkan pada sebuah kuil Tantrayana di perbatasan Negeri
Atap Langit dan Kerajaan Tibet. Cangkir tengkorak yang
terbuat dari perunggu. Rupanya memang pengaruh Kapalika
terdapat di sini! ''ITULAH! Itulah bukti mereka berasal dari paksha Kapalika!
Bagaimana mungkin adhikara dapat membiarkan mereka
dengan peribadatannya yang kejam itu merajalela"''
''Karena Tantrayana membiarkannya!''
''Urusan Tantrayana adalah candi Mahayana, Kamulan
Bhumisambhara, bukan candi pemuja Barambhahna seperti
Sivagrha!'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Begitukah kata dikau" Tetapi tidakkah dikau dengar cerita
para pemahat tentang tugas mereka dalam pembangunan
Sivagrha itu"'' ''Apa yang dikau dengar"''
''Mereka harus memahatkan gambar-gambar tarian
Tandava!'' ''Hah!'' ''Tarian mabuk Tantrayana di Candi Siva!''


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

''Hah!'' ''Dan tahukah saudara-saudaraku apalagi"''
''Masih ada"'' ''Ini belum dilakukan, tetapi sudah direncanakan.''
''Katakan!'' ''Gambar pahatan para brahmana makan ikan!''
''Hah!'' ''Mungkinkah ejekan untuk orang Hindu dibuat orang
Hindu"'' ''Hah!'' "Tantrayana di mana-mana! Mempengaruhi Mahayana!
Mempengaruhi Siva!" Semua suara tinggi nadanya, sahut menyahut seperti
burung berkicau, sampai terdengar nada yang rendah, tetapi
terdengar jelas dan penuh wibawa.
"Sabar dahulu saudara-saudaraku," katanya, "sabarlah dan
berpikirlah dengan jernih dan tenang..."
Saat itu aku pun mencoba berpikir tenang, karena tidak
semua hal dari yang kudengar bisa kucerna dengan baik.
Sejauh yang kuketahui, di dalam kitab ajaran Sang Hyang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kamahayanikan tiada disebutkan bahwa masalah yang
kemudian akan dijelaskan orang itu merupakan bagian yang
disebut sebagai Tantrayana. Namun karena sebelumnya ia
membicarakan sepuluh paramita dan karena itu disebut
Paramitayana, yang empat bagian terakhirnya tidak diuraikan
sesusai dengan Mahayana Sutra, tetapi lebih cenderung
kepada Tantrayana, maka dapatlah kuanggap bagian itu
diungkapkan sebagai bagian yang mengantar peralihan dari
ajaran Paramitayana ke ajaran Tantrayana.
"Setelah menghayati dengan baik sepuluh paramita sebagai
jalan yang agung atau maha-marga, hayatilah sekarang
rahasia yang agung dan yang utama," orang itu masih terus
berbicara. Orang-orang mengerutkan kening, aku juga mengerutkan
kening. Kami tidak berada di sebuah wihara, kami semua
berada di sebuah kedai yang ramai. Apakah dia bersungguh-
sunggguh dalam maksudnya menjelaskan suatu ajaran rahasia
atau guhya" mahaguhya merupakan karana
atau sebab dari perpaduan dengan bharala
yang terdiri dari yoga dan bhavana
Sementara ia terus berbicara, kuingat lagi betapa
Tantrayana memang selalu dikaitkan dengan kerahasiaan,
dalam arti dirahasiakan kepada mereka yang belum
dipersiapkan untuk menerima ajaran itu. Kerahasiaan itu
dipertahankan bukan karena mengandung keajaiban maupun
sihir, melainkan justru dimaksudkan agar mencapai Kebuddhaan, supaya dapat menolong orang lain, dan bukan
menanggung akibat buruk karena tidak siap menjalankan
ajaran dan tenggelam dalam samsara.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yoga terdiri dari empat jenis
menurut ajaran Hang Acarya Sri Dignaga yang terhormat
yaitu mula-yoga, madhyayoga, vasana-yoga, anta-yoga ANAK! Janganlah berlebihan! Upacara Kapalika jangan
disamakan dengan upacara Tantrayana! Yang terjadi
sebetulnya adalah..."
"Janganlah berkilah Bapak! Cirinya sudah jelas sama!"
"Berarti kalian gegabah dan kurang periksa!"
"Ah kita semua tahu Bapak, tidak semua yang mengaku
pengikut T antrayana memahami ajaran rahasia!"
Mereka berdebat sampai lama, sampai lupa berpikir tentang
bagaimana korban penculikan itu mungkin masih bisa
diselamatkan. Saat itulah aku berkelebat menghilang. Memang
tidak jelas bagiku, apakah cerita tentang kelompok atau aliran
atau paksha Kapalika di Kerajaan Mataram ini hanyalah
dugaan tanpa dasar, sekadar kabar angin simpang siur,
ataukah memang ada hubungannya dengan sisa-sisa paksha
yang nyaris punah itu di Jambhudvipa; tetapi betapapun
sudah jelas seseorang telah diculik dan meskipun berada
dalam penyamaran dan peleburan dalam kehidupan awam,
bukan berarti diriku tidak harus mencari jalan untuk
membebaskannya. Pembaca, kejadian itulah yang teringat olehku dari
peristiwa ini. Seseorang yang seperti akan ditangkap telah
mengingatkanku kepada suatu penculikan di masa lalu.
Namun sekali lagi maafkanlah aku wahai Pembaca, lanjutan
cerita ini lebih baiklah kuceritakan pada saatnya, yang tiada
lebih dan tiada kurang berarti sesuai dengan urutannya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karena jika tidak, aku khawatir hanya kebingunganlah yang
akan didapatkan Pembaca! (Oo-dwkz-oO) MANTYASIH, tempatku tinggal sekarang ini, dihuni para
penganut Siva maupun Mahayana, dengan segala paksha
yang terkaitkan kepada keduanya. Pada masa aku menuliskan
riwayat hidupku ini, kaum Saiva sedang mengalami
kebangkitan kembali di mana-mana, bersama dengan
kembalinya Wangsa Sanjaya yang berhasil mendesak Wangsa
Syailendra, tetapi para penganut Mahayana, termasuk paksha
Tantrayana yang perwujudannya tampak sebagai Kamulan
Bhumisambhara, secara umum tetap aman tenteram dalam
kehidupan bersama. Namun justru kedamaian itulah yang
tidak diinginkan oleh mereka yang memiliki kepentingan atas
suatu keadaan penuh kekacauan. Demi kepentingan
terciptanya kekacauan itulah segala perbedaan harus
dimanfaatkan, dengan cara membuatnya saling bersaingan,
bermusuhan, dan diharapkan saling menghancurkan!
Aku tersentak menyadari terdapatnya gejala ini. Dalam
keadaan seperti ini, patutkah diriku hanya bersembunyi dan
menghilang dari dunia ramai, dan hanya sibuk menuliskan
riwayat hidupku sendiri"
Akhirnya malam tiba. Bhiksu yang didatangkan dari sebuah
wihara di dekat Kamulan Bhumisambhara untuk mengajar di
balai pertemuan pada halaman itu kata-katanya terdengar
jelas, dan semua orang mendengarkan dengan penuh
perhatian, seperti telah me lupakan kegemparan yang
ditimbulkan para raja pariraksa dan pemilik Jurus Naga Api itu.
virya-paramita berarti mengarahkan
kaya, vak, dan citta kepada pelaksanaan kusala-karma
atau perbuatan yang berguna
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tanpa airmata tanpa keluhan siang maupun malam "Pekerjaan yang berguna sebaiknya dikerjakan siang hari,"
katanya menjelaskan, "seperti menyalin saddharma, memuja,
mengajarkan agama, menulis aksara Pallava, meminta derma,
membaca Sang Hyang Dharma dari pustaka, memelihara Sang
Hyang Stupa yang berisi patung Tathagata, melaksanakan
segala macam upacara, menyalakan homa atau api suci, serta
melayani tamu sebagaimana layaknya seorang penganut
agama Buddha. Demikianlah jenis-jenis kebaikan yang
sebaiknya dilaksanakan oleh badan, ucapan, dan pikiran, pada
siang hari." SAMBIL mendengarkan dari jauh aku berpikir, apakah yang
dimaksudnya dengan menulis aksara Pallava" Tidakkah para
kawi akhirnya bersepakat membuat dan menggunakan aksara
Jawa, dan menyalin dan menerjemahkan kembali segala kitab
dalam bahasa dan aksara Jawa, memang supaya Kerajaan
Mataram, siapapun yang memerintah, dari Wangsa Syailendra
atau Wangsa Sanjaya, memiliki aksara dan bahasanya sendiri,
yang tentu berarti tidak menggunakan bahasa Sanskerta dan
aksara Pallava" Aku pun tahu, bait-bait Sanskerta dalam Sang
Hyang Kamahayanikan pun dalam penyalinan saddharma telah
dialihkan ke bahasa Jawa, sehingga anjurannya itu memang
tiada jelas maksudnya. Adapun pemeliharaan stupa bagiku sudah jelas, dan bagi
penduduk di sekitar Kamulan Bhumisambhara juga jelas. Di
samping menempatkan patung-patung lima Tathagata pada
terasnya yang persegi, juga terdapat Tathagata dalam
dharmacakramudra di dalam stupa-stupa berongga pada teras
yang lonjong. Tampaknya kitab Sang Hyang Kamahayanikan
yang dirujuk bhiksu itu memang menunjuk langsung kepada
Kamulan Bhumisambhara, karena memang hanya Kamulan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bhumisambhara itulah di Javabhumipala ini candi Buddha
yang memiliki stupa-stupa dengan arca Tathagata di
dalamnya. Namun memang penyalinan saddharma itulah bagiku candi
budaya yang tiada kalah mengesankan, ketika teringat
kembali olehku suasana di sekitar Kamulan Bhumisambhara
yang kini menjadi pemukiman ramai itu, suasana pembelajaran agama yang penuh perdebatan mencerahkan
dengan peserta dari berbagai paksha, dari pihak Mahayana
maupun Saiva, yang didukung perpustakaan dengan kitab-
kitab nyaris lengkap. Lantas apakah yang harus dilakukan pada ma lam hari
seperti ini" Kudengar sang bhiksu membacakan isi Sang
Hyang Kamahayanikan. ''Mengucapkan mantra-mantra dan berlatih yoga, membaca
kitab suci, memuja semua Sang Hyang T athagata dan semua
Dewi dengan mantra-mantra pujaan, mendoakan untuk
kepentingan semua makhluk, agar mereka sehat, lepas dari
khayalan, terangkat dari belenggu kelahiran, dapat mencapai
kebuddhaan, serta memperoleh kebahagiaan yang abadi.
Demikianlah perbuatan yang baik, yang sebaiknya dilaksanakan pada malam hari oleh kaya, vak, citta, tanpa
mengeluarkan airmata, secara terus menerus, tanpa
memperdulikan kesukaran. Perbuatan yang sedemikian itulah
yang disebut sebagai virya-paramita.''
Semua ini adalah upaya mengatasi kemalasan, dalam
rangkaian usaha-usaha menata diri demi tercapainya
pencerahan, yang kemudian memang mengingatkan diriku
kepada kemalasanku sendiri. Ya, memang tiada hari berlalu
dalam hari-hari yang telah memasuki tahun ketiga ini yang
kulalui tanpa menuliskan riwayat hidupku itu, demi
tercapainya suatu kejelasan memuaskan, apakah kiranya yang
telah menjadi sebab, mengapa diriku diburu sebagai satruraja
atau musuh negara. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
NAMUN jika kusebutkan kemalasan, maka sungguh mati
bukanlah menulis itu sendiri yang telah membuat diriku
menjadi malas dalam arti seperti biasanya; melainkan karena
aku pada dasarnya bukan seorang penulis atau juru cerita
yang dapat diandalkan dan sungguh mengetahui apa yang
harus dilakukan, maka menulis bagiku menjadi pekerjaan yang
nyaris membuatku mengerahkan segala kemampuan. Dengan
kata lain ada kalanya otakku mengalami kelelahan begitu rupa
dalam kerja penulisan, sehingga ketika seharusnya diriku
menulis sepanjang-panjangnya dan secepat-cepatnya dalam
hari yang terasa pendek, yang lebih sering terjadi kemudian
adalah diriku menulis begitu pendek dengan amat sangat
lambat dalam hari yang kadang terasa amat sangat
panjangnya. Keadaan seperti ini akan memberikan kepadaku rasa
kantuk yang luar biasa, yang kuharapkan tidak datang dari
penolakan di bawah sadar, yang kemudian membuatku
tertidur begitu saja dalam keadaan duduk, dengan kepala
menimpa meja tempat lempir-lempir lontar bertebaran. Tiada
lebih dan tiada kurang memang bagaikan orang tua yang
sudah mulai menjadi pikun.
Saat itulah kemudian kudengar sesuatu di balik pintu. Aku
tersentak. Apakah kewaspadaanku memang sudah semakin
mundur" Jika aku sejak tadi memang tertidur, sosok di balik
pintu itu dapat membunuhku dengan begitu mudah, semudah
membalik telapak tangan...Namun ia tidak melakukannya,
berarti di tangankulah kini kesempatan terbuka untuk
membunuhnya. Ia sudah begitu dekat, jika aku tidak membunuhnya
sekarang, pada kesempatan lain mungkin diriku yang
terbunuh olehnya. Aku berkelebat. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
TAMAT UNTUK BUKU NAGABUMI II
(Oo-dwkz-oO) Manusia Harimau Merantau Lagi 2 Satria Gendeng 07 Pasukan Kelelawar Kutukan Patung Intan 2
^